Pencarian

Nurseta Satria Karang Tirta 7

Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


menariknya ke bawah. Dua ekor kuda itu berdiri, tidak mampu
meronta lagi, tubuh mereka gemetaran seperti ketakutan.
Perajurit yang menjadi kusir terkejut dan segera
membentak marah. "Hei, siapa engkau berani menahan kuda
kami" Lepaskan kuda kami, atau akan kuhancurkan kepalamu
dengan cambuk ini!"
Pemuda itu bukan lain adalah Nurseta. Seperti kita ketahui,
Nurseta melakukan perjalanan menuju ke dusun Singojajar
untuk mencari orang tuanya. Setelah tiba di Singojajar, dia
mendengar bahwa baru saja Ki Dharmaguna dan Nyi Endang
Sawitri diculik pasukan Wura-wuri, dan pembantu mereka
bernama Pakem terbunuh. Mendengar Ini, Nurseta cepat
berlari melakukan pengejaran. Dia melihat seorang gadis
perkasa yang dikenalnya sebagai Puspa Dewi sedang
dikeroyok banyak orang. Ketika dia terjun ke dalam
pertempuran hendak membantu, Puspa Dewi berseru.
503 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan bantu aku, cepat tolong mereka yang dilarikan
dengan kereta!"
Mendengar ini, Nurseta meninggalkan tempat itu dan
melakukan pengejaran. Dia tadi di Singojajar memang
mendengar bahwa suami isteri itu diculik dan dilarikan dengan
sebuah kereta. Karena dia melakukan pengejaran dengan Aji Bayu Sakti,
maka sebentar saja
dia sudah dapat menyusul dan melompat ke depan kereta
menahan dua ekor kuda penariknya. Ketika kusir kereta itu
membentak dan mengancamnya dengan cambuk, Nurseta
berkata. "Turunlah engkau dari kereta! Kalian menculik orang-orang
yang tidak bersalah!"
Perajurit itu marah dan pada saat itu, tiga orang perajurit
lain yang tadi berada dalam kereta sudah berlompatan keluar.
Perajurit yang menjadi kusir menggerakkan cambuknya,
dipukulkan ke arah pemuda yang berada di depan kereta.
"Tarrr. .!" Ujung cambuk menyambar ke arah kepala
Nurseta. Pemuda itu dengan tenang menangkap ujung
cambuk dan dengan sentakan kuat dia membuat kusir yang
memegang cambuk tertarik dan terjungkal dari atas kereta,
504 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jatuh berdebuk di atas tanah. Kusir itu menyeringai kesakitan
karena tulang pinggulnya terasa nyeri sekali.
Dharmaguna dan Endang Sawitri menguak tirai kereta dan
memandang keluar, heran, kagum dan juga khawatir melihat
betapa tiga orang perajurit itu dengan golok di tangan kini
menerjang dan menyerang pemuda itu dengan buas.
Akan tetapi tubuh pemuda itu berkelebatan dengan gesit
bagaikan seekor burung garuda menyambar-nyambar dan
berturut-turut tiga orang perajurit itu berpeiantingan dan
mengaduh-aduh tanpa mampu bangkit kembali.
Nurseta menghampiri kereta, akan tetapi Endang Sawitri
berkata, "Anakmas, cepat Andika bantu gadis yang tadi
menolong kami karena ia dikeroyok banyak orang jahat."
"Tapi.. ." Nurseta menengok ke arah tiga orang yang telah
dirobohkannya itu.
"Jangan khawatir, mereka bertiga tidak akan dapat
mengganggu kami lagi!" kata Endang Sawitri dan dengan
cekatan a lalu mengambil sebatang golok milik perajurit yang
tadi terlepas dari tangannya. Dengan golok di tangan, wanita
itu menghampiri tiga orang perajurit dan siap untuk menyerang
kalau mereka berani bangkit berdiri. Melihat gerakan wanita
itu, maklumlah Nurseta bahwa ia boleh diandalkan. Dia masih
sangsi walaupun hatinya menduga bahwa mereka adalah
505 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah ibunya. Dia teringat akan keadaan Puspa Dewi yang
dikeroyok banyak orang tadi, maka dia lalu berlari cepat ke
tempat pertempuran tadi. Setelah dekat dia melihat kenyataan
bahwa, gadis itu hanya mempertahankan dan melindungi diri
saja. Agaknya Puspa Dewi tidak ingin membunuh para
pengeroyoknya. Hal ini membuat Nurseta merasa heran.
Dahulu dia mengenal Puspa Dewi sebagai seorang gadis
yang baik, akan tetapi berwatak keras. Mengapa sekarang,
gadis itu seolah tidak mau membunuh para pengeroyoknya"
Apakah karena para pengeroyoknya Itu orang Wura-wuri"
Akan tetapi Nurseta mengenal Resi Bajrasakti dan dia
semakin heran. Resi Bajrasakti adalah tokoh Wengker.
Melihat Puspa Dewi sibuk juga menghadapi serangan dua
puluh satu orang itu, terutama serangan cambuk Resi
Bajrasakti dan pedang di tangan Gandarwo, Nurseta tidak
sabar lagi dan dia segera menerjang para pengeroyok yana
berada di bagian luar pengepungan Itu. Begitu kedua
tangannya digerakkan menampar ke kanan kiri, empat orang
pengeroyok terpelanting roboh. Tentu saja pengeroyokan itu
menjadi kacau dan Resi Bajrasakti dan Gandarwo terkejut.
Ki Gandarwo yang memang memiliki watak jumawa dan
selalu memandang rendah orang lain, menjadi marah dan dia
melompat ke arah Nurseta sambil menggerakkan pedangnya,
menyerang dahsyat. Pedangnya menyambar ke arah leher
506 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta yang tidak memegang senjata. Melihat sambaran
pedang, Nurseta dengan tenang menyambut dengan ayunan
tangan kanannya menyambut. Tangannya menyambar ke
depan, dengan miring seperti dibacokkan.
"Wuut t. . singgg.. . krakkkl" Pedang itu patah menjadi tiga potong dan Ki Gandarwo terhuyung ke belakang, mukanya
pucat. "Kita pergi.. .!" Tiba-tiba Resi Bajrasakti berseru dan Ki
Gandarwo cepat melompat dan lari mengejar kawannya yang
telah melarikan diri lebih dulu itu.
507 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sisa anak buah mereka juga melarikan diri. Mereka
berlompatan di atas kuda dan melarikan diri secepatnya,
meninggalkan belasan ekor kuda yang tadi ditunggangi para
perajurit yang kini menderita patah tulang dan masih berada di
situ. "Nurseta! Bagaimana dengan suami isteri yang mereka
tangkap tadi?" tanya Puspa Dewi.
"Mereka di sana!" kata Nurseta sambil lari menuju ke
tempat di mana kereta dan suami isteri tadi ditinggalkan.
Puspa Dewi melompat dan mengejar. Sebentar saja mereka
berdua tiba di tempat Itu dan ternyata empat orang perajurit
yang tadi dirobohkan Nurseta telah pergi. Suami isteri itu
masih berada di dekat kereta.
Tadi ketika Nurseta menolong mereka dan pemuda itu lalu
berlari cepat untuk membantu Puspa Dewi, Dharmaguna dan
Endang Sawitri yang menjaga empat orang perajurit yang
terluka dengan golok di tangan saling pandang dan wajah
mereka membayangkan ketegangan. Empat orang perajurit itu
ketakutan karena mereka telah dalam keadaan terluka dan
Endang Sawitri kini memegang golok. Selain itu mereka sudah
merasa gentar terhadap pemuda yang sakti tadi. Maka
perlahan-lahan mereka merangkak menjauhi suami isteri itu,
kemudian bangkit dan saling bantu meninggalkan tempat itu.
Endang Sawitri mendiamkan saja karena ia pun hanya
508 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjaga-jaga kalau mereka itu hendak mengganggu la dan
suaminya. "Kakangmas, apakah engkau melihat apa yang kulihat
tadi?" tanya Endang Sawitri kepada suaminya.
"Melihat apa?"
"Pemuda yang menolong kita tadi. . !"
Mereka saling pandang dan pandang mata mereka yang
mewakili suara hati mereka. Dharmaguna mengangguk.
"Rasanya aku mengenal pemuda itu, Diajeng, wajahnya tidak
asing bagiku."
"Ah, Kakangmas! Biarpun dia seorang pemuda dewasa
yang sakti mandaraguna, akan tetapi matanya itu.. .! Mata
itu akan selalu kukenal, Kakangmas, mata.. . Anak kita"
"Nurseta" Dia. . Nurseta.. .?"
Endang Sawitri mengangguk.
"Tapi.. ., mengapa dia diam saja dan meninggalkan kita?"
"Gadis penolong kita itu perlu dibantu, Kakangmas. Selain
itu.. . aku pun merasa bahwa sudah sepatutnya dia tidak
mempedulikan kita. . ah, kalau kuingat betapa kita telah
meninggalkan anak. kita di Karang Tirta. . "
Melihat isterinya menangis, Dharmaguna menghiburnya.
"Akan tetapi, engkau tahu, Diajeng bahwa kita meninggalkan
509 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia demi kebaikan dia sendiri. Kita tidak ingin anak kita ikut
menjadi buruan dan terancam keselamatannya. Akan tetapi,
kalau benar dugaanmu bahwa dia itu Nurseta, bagaimana
mungkin dia menjadi seorang yang demikian digdaya?"
Endang Sawitri menghapus air matanya dan menghela
napas panjang. "Mungkin aku salah duga dan dia bukan Anak kita,
Kakangmas. . ah, itu dia
datang bersama gadis panolong kita tadi."
Dharmaguna menoleh dan benar saja. Dia melihat pemuda
dan gadis yang menolong mereka tadi datang dengan cepat
sekali. Seperti terbang saja mereka itu datang dan sebentar
kemudian sudah berada di depan mereka.
Nurseta mengamati wajah suami isteri itu, jantungnya
berdebar penuh ketegangan. Tadi pun, sekali pandang saja
dia tidak pangling (lupa). Mereka inilah Ayah Ibunya! Memang
agak lebih tua, namun dia mengenal betul wajah mereka.
Terutama Ibunya! Memang, wajah orang dewasa tidak banyak
berubah dua belas tahun kemudian, akan tetapi dia yang
ditinggalkan mereka dalam usia sepuluh tahun, masih seorang
kanak-kanak, kini menjadi seorang pemuda dewasa tentu
banyak berubah. Kalau tadi setelah menolong suami isteri itu
dari empat orang perajurit yang melarikan mereka lalu dia
510 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan mereka adalah karena dia ingin membantu
Puspa Dewi dan juga dia merasa terlalu tegang untuk segera
memperkenalkan diri kepada orang tuanya.
Empat orang itu sejenak saling pandang seperti terpukau
dan tidak mengeluarkan kata-kata. Akhirnya Endang Sawitri
mendahului berkata kepada dua orang muda itu.
"Kami berdua berterima kasih kepada Nakayu dan Nakmas
yang telah menolong dan menyelamatkan kami. Budi Andika
berdua sungguh besar dan selamanya tidak akan pernah kami
lupakan." "Ah, tidak perlu berterima kasih, Bibi. Sudah sewajarnya
kalau saya menghajar orang-orang jahat yang bertindak
sewenang-wenang itu. Akan tetapi siapakah Paman berdua
dan mengapa pula menjadi tawanan orang-orang jahat tadi?"
kata Puspa Dewi.
Sejak tadi Nurseta semakin yakin bahwa suami isteri itu
adalah Ayah Ibunya. Suara Ibunya masih seperti dulu,
bahasanya halus dan suaranya lembut. Hatinya tergetar dan
terharu sehingga dia merasa betapa kedua matanya panas
dan berair. Suaranya terdengar agak gemetar ketika dia
menyambung ucapan Puspa Dewi.
"Apakah Andika berdua yang tinggal di dusun Singojajar,
bernama KI Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri"'
511 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. . benar sekali.. .! Anakmas. .. siapakah. . !" Nyi Endang Sawitri bertanya dengan suara gemetar dan la
menatap wajah Nurseta dengan penuh selidik.
Sambil menahan getaran perasaannya, Nurseta menatap
wajah wanita itu lalu berkata. "Benar-benarkah Andika tidak
mengenal saya?"
Endang Sawitri terbelalak, mengembangkan kedua
lengannya dan melangkah maju mendekati Nurseta.
"Engkau. . engkau.. . Nurseta.. .?""
Nurseta tidak tega membiarkan Ibunya meragu lebih lama
lagi. Hatinya sendiri merasa sangat terharu dan dia pun
menjatuhkan dirinya berlutut menyembah.
"Kanjeng Ibu.. .!"
"Duh Gusti. . Hyang Widhi... engkau benar-benar Nurseta!
Nurseta.. . Anakku. . ." Nyi Endang Sawitri menjerit dan
menubruk pemuda Itu, merangkul dan terkulai dalam
rangkulan Nurseta, menangis tersedu-sedu. KI Dharmaguna
juga menghampiri, berlutut merangkul Nurseta.
"Nurseta. . aduh, Anakku.. . maafkan Ayah Ibumu yang
telah meninggalkanmu hidup seorang diri ketika engkau masih
kecil... " Dharmaguna juga menitikkan air mata karena merasa
menyesal dan berdosa.
512 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Angger. . Nurseta. . Ibumu minta maaf. . kami berdua
telah bertindak kejam... kami meninggalkanmu seorang diri di
Karang Tirta. . ketika engkau.. . baru berusia sepuluh
tahun. . "
"Ayah dan Ibu tidak bersalah. Kepergian itu justru
menyelamatkan saya. . agar saya tidak terbawa-bawa
menjadi buronan."
"Ah, engkau sudah tahu, Anakku. . ?"
"Saya sudah mendengar semua dari Eyang Senopati
Sindukerta, Ibu."
"Aduh.. ., engkau sudah bertemu dengan Kanjeng Rama"
Nurseta, bagaimana .. . kabarnya dengan Kanjeng Ibu.. .?"
"Eyang Senopati berdua sehat-sehat saja, Ibu. Hanya
Eyang Puteri selalu berduka dan sering menangis karena
merin-dukan Ibu. . "
"Aduh.. . aku anak durhaka.. . anak tidak berbakti. . " Nyi Endang Sawitri menangis sesenggukan. Akan tetapi ia
menahan tangisnya ketika dihibur Nurseta.
"Bagaimana dengan Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibu"
Ceritakan tentang mereka, Nurseta.. .!" Nyi Endang Sawitri]
mendesak puteranya. Akan tetapi Nurseta membimbing ayah
ibunya untuk bangkit berdiri dan berkata.


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

513 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, Ayah dan Ibu. Kita tidak boleh melupakan gadis
ini yang tadi telah menyelamatkan Ayah dan Ibu." Nurseta
mengingatkan. Suami isteri itu baru menyadari bahwa tadi mereka sama
sekali melupakan gadis yang telah menyelamatkan nyaw]
mereka itu. Nyi Endang Sawitri lalu menghampiri Puspa Dewi
dan memegang tangan gadis itu.
"Ah, maafkan kami, Nakayu. Saking gembira kami bertemu
dengan Anak kami yang selama belasan tahun berpisah, baru
sekarang dapat saling berjumpa. Maafkan kami telah
melupakan Andikal"
Sejak tadi Puspa Dewi menyaksikan pertemuan
mengharukan itu dan ia teringat akan pertemuannya sendiri
dengan ayah kandungya. Ia ikut merasa terharu.
"Tidak mengapa. Bibi. Aku ikut merasa gembira melihat
Anak dan orang tuanya dapat bertemu kembali."
"Ayah dan Ibu tentu mengenal gadis ini. Ia adalah puteri
Bibi Lasmi yang dulu juga tinggal di Karang Tirta." kata
Nurseta memperkenalkan.
"Aehh.. . Nyi Lasmi janda yang cantik itu" Kalau begitu
Andika ini... eh, kalau tidak salah namamu Puspa Dewi,
bukan?" kata Nyi Endang Sawitri yang dulu kenal baik dengan
Nyi Lasmi. 514 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, Bibi." kata Puspa Dewi.
"Ahh, tentu saja kami lupa. Engkau kini telah menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Ya, engkau mirip sekali dengan Nyi Lasmi! Sekarang aku ingat. Engkau telah menjadi seorang gadis cantik jelita, sakti mandaraguna dan baik budi!"
Nyi Endang Sawitri memandang kagum.
"Paman Dharmaguna, Bibi Endang Sawitri, dan engkau Nurseta, aku tidak mau mengganggu kalian keluarga yang baru saja berjumpa dan berkumpul kembali. Aku ingin melanjutkan perjalananku. Tadi secara kebetulan saja aku melihat Paman dan Bibi dianiaya penjahat-penjahat itu maka aku turun tangan menolong."
"Puspa Dewi, engkau hendak pergi ke manakah" Engkau berada di daerah Wura-wuri, apakah engkau.. kini telah kembali ke Wura-wuri sebagai Sekar Kedaton (Bunga Istana)?" tanya Nurseta sambil mengerutkan alisnya.
"Hemm, jangan menyangka dengan ngawur
(sembarangan), Nurseta! Aku sudah tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Wura-wuril Aku sedang mencarj Adikku. Sudahlah, aku pergi. Paman dc Bibi, mohon pamit!"
Setelah berkata demikian, Puspa Dewi meloncat jauh pergi dengan cepat seperti terbang.
515 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gadis yang hebat!" Endang Sawitri memuji kagum.
"Engkau mengenalnya dengan baik, Nurseta?"
Nurseta mengangguk. Dia masih merasa heran mendengar
Puspa Dewi mengatakan tidak mempunyai hubungan apa pun
dengan Wura-wuri! Padahal Dewi Durgakumala amat sayang
padanya! "Ah, kalau saja. . " Endang Sawitri tidak melanjutkan.
"Mengapa, Ibu?" Nurseta bertanya.
Sebetulnya, Endang Sawitri hendak mengatakan "Kalau
saja Puspa Dewi dapat menjadi isterimu!" akan tetapi ia
menahan diri dan menjawab. "Sekarang ceritakan tentang
Eyang Kakung dan Eyang Puteri, Nurseta."
"Ya, ceritakanlah, Nurseta. Apakah beliau masih marah
kepada kami?" tanya puia Dharmaguna.
"Sama sekali tidak, Ayah dan Ibu. Agaknya terjadi kesalah-
pahaman antara Ayah dan Ibu dan Eyang Senopati. Beliau
memang selalu mengerahkan perajurit untuk mencari Ayah
Ibu, akan tetapi sama sekali bukan untuk menghukum. Sudah
lama beliau memaafkan Ayah Ibu dan merasa kehilangan,
merasa rindu dan Ingin mengajak Ayah Ibu pulang dan tinggal
di Kahurlpan. Bahkan Eyang Puterl selalu menangis kalau
teringat kepada Ibu."
516 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, Kanjeng Ibu.. . ampunkan saya .. ." Nyi Endang
Sawitri menangis.
"Ah, siapa mengira bahwa kami dicari untuk diajak pulang
dan dimaafkan?" kata Ki Dharmaguna. "Kami selalu melarikan
diri karena takut kalau dipaksa saling berpisah dan
mendapatkan hukuman. Kalau saja kami tahu, tentu kami
tidak akan selalu berpindah-pindah tempat dan melarikan diri,
bahkan terpaksa'melarikan diri dan tinggal di dusun Singojajar
yang termasuk wilayah Wura-wuri untuk menghindarkan
pengejaran."
"Sudahlah, Ayah dan Ibu, hal yang sudah lalu tidak perlu
disesalkan lagi. Sekarang semua penderitaan itu telah
berakhir, baik penderitaan bagi Ayah Ibu maupun bagi Eyang
Kakung dan Eyang Puteri. Mari Ayah Ibu saya antarkan
pulang ke Kahuripan di mana Eyang Senopati sudah
menunggu dengan penuh kerinduan. Kita pergunakan kereta
Ini." Dengan wajah berseri penuh kebahagiaan dan harapan,
suami isteri itu naik ke dalam kereta dan Nurseta menguslri-
nya. Kereta dilarikan menuju Kahuripan. Di sepanjang
perjalanan, Ki Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri
menghujani Nurseta dengan pertanyaan. Terpaksa Nurseta
menceritakan semua pengalamannya sejak dia ditinggalkan
mereka di Karang Tirta kurang lebih dua belas tahun yang
517 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu. Betapa dia menjadi kuli dan tukang kuda bekerja pada Ki
Lurah Suramenggala sampai pada usia enam belas tahun dia
diambil murid mendiang Empu Dewamur-ti, kemudian
digembleng Bhagawan Eka-denta selama beberapa bulan. Dia
menceritakan pengalamannya ketika membela Kahuripan dari
ancaman pemberontakan Pangeran Hendratama yang
didukung oleh empat Kerajaan Wura-wuri, Wengker, Parang
Siluman, dan Siluman Laut Kidul. Tentang pertemuannya
dengan Senopati Sindukerta dan akhirnya dia mencari
keterangan ke Karang Tirta.
"Saya mencari keterangan kepada Ki Tejomoyo yang
menceritakan bahwa belum lama ini Ayah Ibu menyuruh
seorang pembantu untuk mencari keterangan tentang diri saya
kepada KI Tejomoyo pula. Dialah yang memberi tahu kepada
saya bahwa Ayah Ibu kini tinggal di dusun Singojajar, maka
saya lalu pergi ke dusun itu. Di sana saya mendapat
keterangan bahwa Ayah Ibu dilarikan pasukan Wura-wuri dan
Ki Pakem, pembantu Ayah Ibu, terbunuh. Maka saya lalu
cepat melakukan pengejaran dan kita beruntung bahwa Puspa
Dewi sudah lebih dulu menolong Ayah Ibu sehingga!
memudahkan saya untuk menyelamatkan Ayah Ibu dari
tangan mereka."
Suami isteri itu merasa kagum mendengar pengalaman
anak tunggal mereka. Mereka menghaturkan puji syukur
518 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Sang Hyang Widhi yang telah mengakhiri semua
penderitaan mereka dengan pertemuan yang membahagiakan
ini, apalagi mendengar bahwa Senopati Sindukerta berdua
telah lama memaafkan mereka dan bahkan merindukan
mereka untuk dapat berkumpul kembali di Kahurlpan.
Kereta dijalankan cepat dan langsung menuju Kahuripan.
Ketika suami Isteri itu mengajak Nurseta singgah dulu di
dusun Singojajar, pemuda ini tidak setuju, mengatakan bahwa
mungkin kini pasukan Wura-wuri sudah menghadang di sana
dan kalau mereka ke sana hanya akan menghadapi bahaya.
Pula, mereka akan kembali ke gedung Senopati Sindukerta di
mana segala kebutuhan mereka telah tersedia, maka semua
harta milik mereka di Singojajar yang tidak seberapa Itu tidak
perlu dibawa. Setelah memasuki kota raja Kahuripan, Nurseta
menjalankan keretanya langsung menuju gedung tempat
tinggal kakeknya. Suami isteri yang berada di dalam kereta itu
merasa betapa jantung mereka berdebar tegang. Mulut terasa
kering. Ketegangan dan keharuan membuat tubuh mereka
rasanya gemetar, apalagi ketika kereta memasuki halaman
gedung yang luas itu. Bahkan Endang Sawitri sudah tidak
dapat menahan turunnya air matanya melihat halaman
gedung yang amat dikenalnya itu, tempat di mana ia dilahirkan
dan dibesarkan!
519 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Nurseta menghentikan kereta di depan pendopo,
beberapa orang perajurit penjaga dan pelayan segera
menyambut. Ada yang memegangi kendali kuda, dan ada pula
yang segera masuk untuk melapor kepada Senopati Sepuh
Sinduker-ta. Nurseta menggandeng ibunya yang tampak lemas,
bersama ayahnya mendaki anak tangga pendopo yang luas.
Lalu terdengar jerit tangis dari dalam gedung dan Senopati
Sindukerta bersama isterinya tampak keluar dan berlari-lari
menyambut. "Endang.. . ah, Endang anakku.. .!"
"Kanjeng Ibu.. .!" Dua orang wanita itu sudah saling tubruk, saling rangkul sambil bertangisan.
"Kanjeng Ibu.. . ah, Kanjeng Ibu.. .!" Endang Sawitri
menjerit ketika tiba-tiba ibunya terkulai lemas dalam
rangkulannya. Wanita tua itu jatuh pingsan saking hebatnya
guncangan hati yang bahagia dan terharu itu.
Nurseta segera memondong tubuh
neneknya dan mereka semua memasuki gedung. Sebentar
saja isteri Senopati Sindukerta siuman kembali dan ia
menangis saking gembiranya, menciumi pu-terinya. Endang
Sawitri bersama Dharmaguna lalu berlutut merangkul kaki dan
menyembah kepada Senopati Sindukerta dan isterinya. ' .
520 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng Rama, Kanjeng Ibu, hamba Dharmaguna mohon
beribu ampun telah membuat Paduka -berdua mengalami
kedukaan." kata Dharmaguna.
Ki Senopati dan Nyi Senopati mengangkat bangun suami
Isteri itu. "Sudahlah, sudah lama kami maafkan kalian. Kami sendiri1
juga merasa bersalah telah membuat kailan menderita.
Untung Cucu kami Nurseta ini datang mencari kami. Kami
sudah hampir putus, asa untuk dapat berkumpul kembali
dengan kalian."
Seluruh penghuni gedung senopaten itu, termasuk para
perajurit pengawal dan para abdi, bergembira. Senopati
Sindukerta bahkan mengadakan pesta sekeluarga dan para
pembantu untuk menyambut kembalinya puteri dan mantu
mereka. Sambil berpesta, Nurseta harus menceritakan
pengalamannya ketika menemukan orang tuanya. Kemudian
Dharmaguna dan Endang Sawitri mendapat giliran
menceritakan semua pengalaman mereka selama dua puluh
tiga tahun menjadi orang-orang pelarian Itu. Untuk
melepaskan kerinduan, mulai hari itu, Senopati Sindu-kerta
melarang puteri, mantu, dan cucunya pergi meninggalkan, dia
dan isterinya. Setiap hari mereka berbincang-bincang dan
tiada habisnya pengalaman yang dapat diceritakan. Nurseta
521 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri baru sekali ini merasakan kebahagiaan berkumpul
dengan ayah, ibu, kakek, dan neneknya.
Ketika mendengar akan pertolongan yang diberikan Puspa
Dewi kepada puteri dan mantunya, Senopati Sindukerta
berkata. "Ah, gadis itu memang hebat! Bahkan Gusti Sinuhun
dan Gusti Patih sendiri berkenan menerimanya dan Sang
Prabu Erlangga berkenan memberi hadiah patrem pusaka
Sang Cundrik Arum kepada Puspa Dewi! Dan ternyata bahwa
Puspa Dewi adalah puteri kandung Anakmai Senopati Muda
Yudajaya, putera mantu Adi Tumenggung Jayatanu sahabat
lamakul" "Akan tetapi, Kanjeng Rama, bukankah Puspa Dewi itu
puteri Nyi Lasmi, janda yang dulu tinggal di Karang Tirta?"
tanya Endang Sawitri dengan heran.
"Benar!" Senopati Sindukerta mengangguk-angguk. "Nyi
Lasmi itu adalah isteri pertama Anakmas Senopati Yudajaya
yang dulu entah mengapa berpisah dari suaminya. Akan tetapi
belum lama ini ia sudah diboyong kembali ke Tu-menggungan
di mana Senopati Yudajaya tinggal bersama isterinya yang ke
dua, yaitu puteri Adi Tumenggung Oayatanu."
"Ah, kalau begitu-sekali waktu saya ingin mengunjungi Nyi
Lasmi, karena dulu saya pernah tinggal sedusun dan
mengenalnya dengan baik." kata Endang Sawitri.
522 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua pekan kemudian, keinginan Endang Sawitri terkabul.
Bahkan Senopati Sindukerta sendiri yang mengantar Endang
Sawitri bersama suaminya, berkunjung ke gedung
tumenggungan. Nurseta tidak ikut pergi karena pemuda ini
selain tidak mempunyai urusan dengan keluarga Tumenggung
Jayatanu, juga ingin berjalan-jalan di kota raja.
Kunjungan Senopati Sindukerta bersama anak dan
mantunya menggunakan kereta itu disambut oleh sahabatnya,
Tumenggung Jayatanu sekeluarga dengan gembira sekali.
Memang dua orang tua Ini merupakan panglima-panglima
yang setia dan besar jasanya, dan di antara mereka terdapat
tali persahabatan yang karib.
"Kakang Senopati Sindukerta, selamat datang! Kami
merasa terhormat sekali menerima kunjungan Andika!"
sambut Tumenggung Jayatanu sambil mempersilakan tiga
orang tamunya masuk ke ruangan tamu yang luas.
"Adi Tumenggung Jayatanu, aku ingin menguji kekuatan
ingatan dan ketajaman pandanganmu. Nah, coba lihat siapa
wanita yang kuajak datang berkunjung ini!" kata Senopati
Sindukerta sambil menunjuk kepada Endang Sawitri yang
terse-nyum-senyum dan duduk dengan anggunnya di samping
suaminya. 523 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Jayatanu mengamati wajah Endang Sawitri, tampak ragu. Melihat ini, Endang Sawitri merasa kasihan dan membantu orang tua yang dulu sudah dikenalnya dengan baik sebagai sahabat karib ayahnya.
"Paman Tumenggung, benarkah Paman telah lupa kepada saya?"
Melihat senyum itu, Tumenggung Jayatanu melebarkan matanya dan menepuk dahinya. "Ah, Endang Sawitri!
Bukankah engkau Endang?"
"Benar, Paman."
"Ha-ha-ha, kiranya engkau sudah pulang! Wah, Ayah Ibumu setengah mati mengharapkan engkau pulang!
Sukurlah, aku merasa ikut berbahagia dengan
kepulanganmu!"
"Adi Tumenggung, ini adalah mantu kami, Dharmaguna."
Senopati Sindukerta memperkenalkan mantunya, Dharmaguna lalu merangkap kedua tangan ke depan hidung sebagal sembah penghormatan, "wah, Anakmas
Dharmaguna, senang
dapat berkenalan dengan Andika. Andika berdua Endang adalah orang tua yang berbahagia, mempunyai putera seperti Nurseta yang sakti mandraguna dan berjasa besar terhadap
Kahuripan! Kalau begitu, sebentar, aku harus mengundang


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

524 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluargaku untuk bertemu dan berkenalan dengan kalianl
Kami sekeluarga juga mempunyai kejutan untukmu, Kakang
Senopati I"
"Benarkah?" Senopati tersenyum. Sebetulnya dia telah
mendengar akan "kejutan" yang hendak dipamerkan
sahabatnya itu, .ialah bahwa Puspa Dewi yang terkenal itu
adalah cucunya, walaupun hanya cucu tiri dan bahwa Ibu
kandung Puspa Dewi, Nyi Lasmi, kini telah tinggal bersama
keluarganya di tumenggungan itu. Akan tetapi dia pura-pura
tidak tahu agar tidak mengurangi rasa bangga dan gembira
sahabatnya. Tumenggung Jayatanu masuk ke dalam dan tak lama
kemudian dia keluar lagi di kuti Nyi Tumenggung, Senopati
Yudajaya dan dua orang isterinya, yaitu Nyi Lasmi dan Dyah
Mularsih. Begitu saling pandang, Dyah Mularsih dan Endang saling
menghampiri "Mbakayu Endang. ..!!"
"Kau.. . Dyah Mularsih!" Dua orang wanita itu saling
berpelukan. Dulu mereka memang menjadi sahabat baik,
sungguhpun Endang Sawitri lebih tua sekitar empat tahun.
Setelah saling berpelukan dan berciuman, Endang Sawitri
memandang ke arah Nyi Lasmi yang juga memandangnya
525 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan mata dilebarkan. Mereka saling pandang, saling
senyum, lalu keduanya saling menghampiri.
"Lasmi. .. Andika Lasmi yang pernah tinggal di Karang
Tirta?" Nyi Lasmi tersenyum. "Mbakayu Endang Sawitri! Tidak
kusangka kita akan dapat saling bertemu di sini!" kedua orang
wanita Ini saling berpegang tangan.
"Wah, kalian sudah saling mengenai?" tegur Tumenggung
Jayatanu heran.
"Paman Tumenggung, Adik Lasmi ini dulu menjadi tetangga
saya ketika kami sama-sama tinggal di Karang Tirta."
Ki Tumenggung Jayatanu lalu memperkenalkan mantunya,
Prasetyo atau Senopati Yudajaya kepada Dharamaguna dan
Endang Sawitri. Kemudian dua keluarga itu bercakap-cakap di
ruangan dalam sambil menikmati hidangan yang disuguhkan
Nyi Tumenggung.
526 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID XII SETELAH selesai makan, Endang Sawitri mengajak Nyi Lasmi dan Dyah Mularsih untuk bicara bertiga di ruangan terpisah. Nyi Tumenggung juga ikut setelah berkata sambil tertawa. "Ai, aku pun ikut dengan kalian bertiga. Biarlah kita para wanita bicara di dalam dan para pria bercakap-cakap di sini!" Maka masuklah mereka berempat ke dalam, sedangkan Tumenggung Jayatanu dan mantunya, Senopati Yudajaya mengajak dua orang tamunya, Senopati Sindukerta dan mantunya, Dharmaguna, bercakap-cakap di ruang tamu.
Dalam percakapan yang santai dan akrab, Endang Sawitri secara ramah menyatakan pendapatnya, setelah mereka saling menceritakan tentang anak masing-masing. Lasmi bercerita tentang puteri-nya, Puspa Dewi, sedangkan Endang Sawitri bercerita tentang Nurseta.
"Nurseta dan Puspa Dewi juga sudah saling mengenal dengan baik. Keduanya berjasa besar terhadap Kahuripan.
Keduanya sama-sama murid orang-orang sakti mandraguna.
Aku sendiri bersama suamiku telah diselamatkan oleh Puspa
Dewi, dan kami berterima kasih sekali. Kami berdua juga
melihat betapa serasinya dua orang Anak kita itu, Adik Lasmi.
Alangkah baiknya dan alangkah akan berbahagia hati kami
kalau saja Anak kami Nurseta dapat dijodohkan dengan
puterimu Puspa Dewi! Bagaimana pendapa t mu?"
527 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Lasmi tersenyum dan wajahnya berseri, akan tetapi ia
lalu menoleh dan memandang kepada ibu mertuanya. "Wah,
Mbakayu Endang Sawitri, aku pribadi merasa senang dan
setuju saja. Akan tetapi hal ini tidak dapat kuputuskan sendiri.
Harus lebih dulu mendapat persetujuan dari Puspa Dewi
sendiri, lalu dari Ayahnya, juga tentu saja restu Kanjeng Ibu
dan Kanjeng Rama Tumenggung!"
"Aku juga setuju!" tiba-tiba Dyah Mularsih berkata sambil
tersenyum. "Kalau Anakku Puspa Dewi menjadi mantu Mbak-
ayu Endang, berarti kita berbesan dengan Mbakayu Endang,
dan ini menyenangkan sekali, Mbakayu Lasmi!"
Nyi Tumenggung berkata tenang. "Lasmi tadi berkata
benar. Sebelum keputusan diambil, hal ini harus mendapat
persetujuan Puspa Dewi sendiri, juga Ayahnya dan Eyangnya.
Kalau aku sih menurut dan setuju saja atas pendapat
suamiku." "Terima kasih, Bibi Tumenggung! Hati sayu sudah merasa
bahagia sekali mendengar bahwa Paduka setuju dan kedua
Adik yang menjadi Ibu Puspa Dewi ini juga setuju. Akan tetapi
tentu saja harus mendapatkan persetujuan Ayah dan Eyang
Puspa Dewi, terutama dari ia sendiri. Yang saya kemukakan
ini pun bukan lamaran resmi, hanya menyatakan hasrat hati
saya." 528 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbakayu Endang, apakah Andika sudah membicarakan hal ini kepada suami Andika dan kepada Paman Senopati Sindukerta?"
Endang Sawitri mengangguk. "Mereka juga amat setuju dengan usulku ini."
"Juga sudah disetujui Nurseta?" tanya Nyi Lasmi.
"Wah, kalau ini beluml Aku belum mengajak Nurseta bicara tentang hal ini. Akan tetapi setelah pulang, aku akan mengajak dia bicara trntang perjodohannya."
"Sayang sekali, Puspa Dewi masih belum pulang sehingga tidak dapat kami ajak bicara tentang hal ini." kata Lasmi.
Setelah beramah-tamah, para tamu itu pulang dengan hati senang. Setelah tiba di gedung tempat tinggalnya, malam itu juga Endang Sawitri dan suaminya, Ki Dharmaguna, mengajak Ki Senopati Sindukerta dan isterinya, membicarakan tentang usul perjodohan itu dengan Nurseta.
Sehabis makan malam bersama, keluarga itu lalu bercakap-cakap di ruangan dalam dan Endang Sawitri membuka percakapan tentang perjodohan itu.
"Anakku Nurseta, ingatkah engkau berapa usiamu sekarang?"
529 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar pertanyaan Ibunya, Nurseta menatap wajah Ibunya dan tersenyum. "Kalau tidak keliru, umur saya dua puluh dua tahun, Ibu. Mengapa Ibu bertanya tentang usia?"
"Nurseta, maksud Ibumu, seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun seperti engkau Ini sudah sepantasnya kalau menikah" kata Dharmaguna membantu isterlnya.
"Benar sekali itu!" sambung Nyi Sindukerta. "Aku pun sudah ingin sekali menimang seorang cucu. Eyang Kakungmu juga begitu, Nurseta!"
"Ha-ha-ha!" Senopati Sindukerta tertawa. "Nurseta, sekarang engkau didesak Ayah Ibu dan Eyang puterimu. Nah, katakan, apakah engkau telah mempunyai pilihan hati, seorang gadis yang engkau ingin menjadi jodohmu?"
Nurseta tertegun. Sama sekali tidak disangkanya bahwa orang-orang tua itu secara serentak mendesaknya mengenai urusan perjodohan!
"Akan tetapi. . sama sekali saya belum pernah memikirkan tentang perjodohan. .!' katanya agak tergagap.
"Nah, kalau begitu sekarang engkau harus mulai memikirkan, Nurseta!" kata Endang Sawitri. "Katakanlah, siapa gadis yang hendak kau pilih" Kami yang mengajukan pinangan!"
530 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta menggeleng kepalanya. "Tidak ada, Ibu. Saya belum pernah memilih, belum pernah memikirkan hal itu. . "
Ketika mengatakan hal itu, dalam ingatan Nurseta terbayanglah wajah-wajah gadis yang pernah dia jumpai semenjak dia dewasa. Yang pertama adalah Puspa Dewi, yang bukan saja telah dikenalnya sejak dia remaja dan tinggal di Karang Tirta, kemudian dia berjumpa lagi dengan Puspa Dewi setelah mereka sana sari a dewasa, bahkan sama-sama menjadi orang muda yang digdaya dan sama-sama pula membela Kah ripan. Kemudian dia bertemu dengan tiga orang selir Pangeran Hendratama dan terutama sekali selir termuda bernama Widarti yang tampaknya menaruh cinta kepadanya dan gadis itu kini telah tewas. Kemudian, ketika menolong penduduk Karang Sari dan gangguan perampok, dia hendak diambil mantu Ki Lurah Warsita, Lurah Karang Sari untuk dijodohkan dengan anak gadisnya, yaitu Kartiyah yang hitam manis, namun ditolaknya. Banyak pula dia bertemu gadis gadis cantik yang tidak mempunyai persoalan apa pun dengan dirinya, akan tetapi selama ini dia belum pernah tertarik kepada seorang di antara mereka. Maka ketika kini ayah ibunya dan kakek neneknya mendesaknya, dia menjadi bingung.
"Nurseta, engkau mengenal Puspa Dewi, bukan?"
531 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta menatap wajah Ibunya. "Puspa Dewi" Tentu saja,
Ibu. Saya mengenalnya sejak remaja di Karang Tirta dulu."
"Bagaimana pendapatmu tentang gadis itu?" desak Ibunya.
"Pendapat saya mengenai apanya, Ibu?" Nurseta bertanya,
belum dapat menangkap apa yang tersirat dalam pertanyaan
ibunya itu. "Segalanya tentang Puspa Dewi. Kecantikannya,
kedigdayaannya, wataknya." Endang Sawitri mengejar.
"Ahh.. . itu" Hemm, ia seorang gadis yang cantik. Ia pun
digdaya, berilmu tinggi walaupun agak ganas.. . akan tetapi
saya kira sekarang sudah tidak begitu ganas lagi. Dan ia
gagah dan baik, berjasa besar membela Kahuripan, Ibu."
"Jadi engkau menganggap ia seorang gadis yang baik?"
"Benar, Ibu."
"Pendapatmu itu benar! Dan lebih dari itu, Puspa Dewi
adalah cucu Paman Tumenggung Jayatanu yang terkenal
gagah perkasa dan setia kepada Kahuripan, Ayahnya adalah
Senopati Yudajaya dan Ibunya adalah Nyi Lasmi yang dulu
menjadi sahabatku ketika kita tinggal di Karang Tirta. Nah, ia
sungguh cocok untuk menjadi cucu mantu Eyangmu, tepat
untuk menjadi mantu kami, dan serasi sekali untuk menjadi
Isterimu!"
532 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, Ibu. ..!" Wajah Nurseta berubah kemerahan.
Pernyataan ini sungguh terlalu tiba-tiba datangnya dan sama sekali tidak pernah diduganya, membuat dia merasa malu, sungkan, dan salah tingkah.
"Ibumu benar, Nurseta! Puspa Dewi akan merupakan seorang isterl yang cocok sekali bagimu." kata Senopati Sin-dukerta.
"Tidak usah malu-malu, Nurseta. Katakan bahwa engkau setuju dan kami akan segera mengajukan pinangan." kata K i Dharmaguna.
Melihat puteranya masih menundukkan muka dan diam saja, Endang Sawitrl mendesak. "Jawablah, Nurseta, agar kami dapat segera mengajukan pinangan. Aku khawatir kalau didahului orang karena Puspa Dewi juga sudah dewasa."
"Ibu, kalau sampai pinangan ditolak, saya akan merasa malu sekali. . "
"jangan khawatir! Aku sudah membicarakan dengan Nyi Lasmi, Dyah Mularsih, dan Bibi Tumenggung dan mereka bertiga setuju sekali!"
"Akan tetapi bagaimana kalau Puspa Dewi menolak" Ia seorang gadis yang cantik, pandai, bangsawan dan angkuh, sedangkan aku.. ."
533 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hushh, jangan merendahkan diri sendiri. Engkau memiliki
banyak kelebihan, Nurseta. Jadi engkau setuju kalau kami
meminang Puspa Dewi untuk menjadi jodohmu?"
Nurseta dapat menangkap harapan dan hasrat yang besar
dan kuat sekali dalam ucapan ibunya, dan dia melihat pula
sikap ayahnya, kakek dan neneknya semua mendukung niat
itu dengan sangat, maka dia merasa tidak enak kalau menolak
begitu saja. Pula, dia harus mengakui bahwa mendapatkan
jodoh seorang gadis seperti Puspa Dewi merupakan hal yang
luar biasa sekali. Tidak mudah mendapatkan gadis sehebat
Puspa Dewi. Cantik jelita, sakti mandraguna, berdarah
bangsawan, baik budi yang dibuktikannya bahwa ia tidak
membela gurunya yang juga ibu angkatnya, Nyi Dewi
Durgakumala yang jahat, melainkan membalik dan membela
Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama. Dia memang
tidak atau belum tahu apakah dia jatuh cinta kepada Puspa
Dewi. Yang terasa olehnya hanyalah kekaguman terhadap
gadis itu. Akan tetapi dia pun tidak tega membuat kecewa
ayah ibunya dan kakek neneknya, maka dia mengangguk dan
menghela napas panjang.
"Ibu, saya hanya menyerahkan keputusannya kepada Ayah
Ibu dan kedua Eyang saja."
Tentu saja para orang tua itu tidak dapat menyelami
perasaan Nurseta karena pemuda ini sudah mampu
534 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengendapkan semua perasaan hatinya sehingga wajahnya
tidak membayangkan perasaannya. Mereka mengira bahwa
pemuda itu setuju sepenuhnya namun merasa malu untuk
mengakuinya. Akan tetapi karena mendengar bahwa Puspa Dewi belum
pulang, Ki Dharmagu-na dan Endang Sawitri masih
menunggu. Mereka tidak akan mengajukan pinangan resmi
sebelum gadis itu pulang karena mereka tahu bahwa jawaban
pihak keluarga Tumenggung Jayatanu terhadap pinangan itu
tergantung dari keputusan Puspa Dewi.
0oo0 Nenek berpakaian serba hitam itu berlari seperti terbang
cepatnya ke arah selatan. Gadis jelita Itu juga berlari cepat
mengikuti di belakangnya. Rambutnya yang hitam tebal dan
panjang itu terurai lepas dari sanggulnya, berkibar di belakang
kepalanya seperti sehelai bendera hitam. Kalau wajah nenek
berpakaian hitam itu masih tampak tenang dan biasa saja,
sebaliknya wajah gadis itu berkilau basah oleh keringatnya
sendiri dan pernapasannya agak terengah. Namun dengan
nekat ia berlari terus, tidak mau tertinggal oleh nenek yang
berlari di depannya, dalam jarak sekitar tiga tombak saja!
Nenek itu berusia sekitar lima puluh satu tahun. Wajahnya
masih membayangkan bekas wajah wanita cantik, namun
535 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah itu dingin dan tampak bengis, terutama sinar matanya.
Pakaiannya yang serba hitam menambah seram
penampilannya. Sebaliknya, gadis berusia sekitar delapan
belas tahun lebih itu cantik jelita dan lincah. Mereka adalah
Nini Bumigarbo, nenek yang amat sakti mandraguna itu
bersama muridnya yang baru, yaitu Niken Harni. Seperti kita
ketahui, Niken Harni diselamatkan Nini Bumigarbo dan tertarik
oleh watak Niken Harni yang lincah pemberani, nenek itu
mengambilnya sebagai murid. Sekali ini Nini Bumigarbo
mengambil murid bukan dengan maksud agar muridnya ini
memusuhi Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama. Ia
tahu bahwa Niken Harni adalah gadis bangsawan Kahuripan,
maka tidak dapat diharapkan akan memusuhi Sang Prabu
Erlangga. Ia mempunyai maksud dan niat lain. Gadis ini akan
dijadikan murid untuk melampiaskan sakit hatinya terhadap
Bhagawan Ekadenta. Bukan langsung memusuhi Bhagawan
Ekadenta yang kesaktiannya tak pernah dapat ditandihginya
itu, melainkan kepada semua laki-laki! Niken Harni yang cantik
jelita pasti akan memikat hati banyak laki-laki dan la
menghendaki agar murid barunya ini kelak menghancurkan
kebahagiaan banyak laki-laki dengan mematahkan cinta dan
harapan para laki-laki yang tergila-gila kepadanya!
536 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi Gayatri, masih jauhkah perjalanan kita?" Niken Harni
berseru kepada Nini Bumigarbo sambil terengah-engah, akan
tetapi ia tetap nekat berlari cepat agar tidak tertinggal jauh.
Nini Bumigarbo terkekeh dan menghentikan larinya. Niken
Harni tiba di dekatnya dan gadis ini baru menjatuhkan dirinya
duduk di atas batu, mengatur pernapasan dan menyusut
keringat yang membasahi leher dan mukanya.
"Heh-heh, engkau telah memperoleh kemajuan pesat
sekali, Niken. Aku senang melihatnya. Ternyata benar
dugaanku, engkau murid yang amat berbakat."
"Masih jauh perjalanan kita?"
"Lihat itu. Laut Kidul sudah tampak dari sini, sudah dekat!"
kata nenek itu sambil menuding ke selatan. Niken Harni
bangkit berdiri dan memandang. Benar saja, dari bukit kapur
itu tampak laut membentang luas, tidak jauh lagi.
"Kita akan ke manakah, Bibi?"
"Lihat di sana itu, yang tampak menghitam di tengah laut!
Kita akan ke sana!"
Niken Harni melihat sebuah pulau menghitam cukup jauh
dari pantai. "Ke pulau Itu?"
"Benar, Itulah Pulau Nusa barung yang akan kita kunjungi."
537 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, siapa yang tinggal di sana dan mau apa kita
ke sana, Bibi Gayatrl?"
"Kita mengunjungi seorang kawanku, kawan baik di waktu
ia masih muda. Sahabatku Itu menikah dengan seorang datuk
terkenal bernama Dibya Krendasakti, juragan yang berkuasa
di pulau itu. Sejak Woro Sumarni menikah dengan Dibya
Krendasakti, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya."
Mereka melanjutkan perjalanan dan karena Niken Harni
sudah mengaso, perjalanan dapat dilakukan cepat dan
akhirnya mereka tiba di pantai Laut Kidul. Mereka menemukan
bagian pantai yang landai dan di situ terdapat belasan buah


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perahu nelayan, sebagian sudah berada di lautan, akan tetapi
ada dua buah perahu yang masih berada di pantai, sedang
bersiap-siap untuk berangkat menyusul kawan-kawan mereka
mencari ikan. Nini Bumlgarbo menghampiri seorang nelayan. Nelayan ini
berusia sekitar empat puluh tahun, tubuhnya hanya
mengenakan celana hitam sebetis, dadanya yang telanjang
tampak kokoh dan kulitnya menghitam terbakar sinar
matahari. Melihat seorang nenek dan seorang gadis cantik
menghampiri, dia memandang heran.
"Kisanak, antarkan kami ke tengah laut!" kata Nini
Bumigarbo. 538 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nelayan itu memandang heran. "Ke tengah lautan" Andika berdua mau apa ke sana" Aku hendak mencari ikan, tidak sempat mengantar Andika.. ."
"Aku tidak peduli. Mau atau tidak engkau harus mengantar kami!" Nini Bumigarbo menghardik. Nelayan itu marah, akan tetapi sebelum dia mengeluarkan kata-kata, Niken Harni sudah maju dan menyodorkan sebuah cincin emas kepadanya.
"Kisanak, Andika turuti saja keinginan Bibiku ini. Cincin ini kalau Andika jual, hasilnya lebih besar daripada hasil tangkapan ikan selama satu bulan. Terimalah, cincin ini untuk menyewa perahumu!"
Nelayan itu bengong, akan tetapi matanya bersinar gembira. Tanpa bicara dia lalu menerima cincin itu dan dengan tangannya mempersilakan dua orang wanita itu naik ke perahunya dan duduk di atas papan yang melintang di tengah perahu.
Nelayan mendayung perahunya ke tengah. Sebagai seorang ahli naik perahu, dengan cekatan dia mendayung perahu melewati gulungan ombak yang menepi sampai dia berhasil melewati susunan ombak dan berada di atas air yang tenang.
"Ke mana kita akan pergi, Nona?" tanya nelayan itu.
539 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ke sana, ke pulau itu." kata Niken Harni sambil menunjuk
ke arah pulau. Nelayan itu terbelalak. "Pulau Nusa Barung.. .?" bisiknya.
"Benar."
"Ah, tidak. . tidak bisa, aku tidak berani. . " katanya.
"Hemm, takut apa" Jangan takut! Teruskan ke sana!" Nini
Bumigarbo membentak.
'Tidak.. . Tidak. . ! Apa artinya aku menerima upah besar
kalau setibanya di sana aku mati?"
"Mengapa, Kisanak" Mengapa mati" Siapa yang akan
membunuhmu?" tanya Niken Harni terheran.
"Siluman.. . siluman akan membunuhku. Kami semua tidak
ada yang berani mendekati pulau siluman itu. ."
"Cukup! Jangan banyak bicara! Hayo cepat pasang layar
dan kita menuju ke sana!" Nini Bumigarbo menghardik.
"Tidak.. , aku tidak mau mati. . " Nelayan itu lalu memutar perahunya dan hendak kembali ke pantai. Akan tetapi ia
berteriak mengaduh ketika tangan Nini Bumigarbo memegang
pundaknya. Rasanya pundak itu seperti dijepit baja yang keras
dan panas. "Masih hendak membantah" Apakah engkau ingin
kuhancurkan pundakmu?"
540 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nelayan yang bertubuh kuat itu mengerahkan tenaga dan
berusaha meronta 'untuk melepaskan tangan nenek yang
mencengkeram pundaknya. Akan tetapi makin kuat dia
mengerahkan tenaga me ronta, semakin nyeri rasa pundaknya
sehingga akhirnya dia menjadi lemas dan menghentikan
perlawanannya. "Aduh.. . ampun. ., akan tetapi. . aku akan mati di sana.. ."
"jangan khawatir. Andika hanya mengantar kami dan Bibiku
ini yang akan menanggung bahwa Andika tidak akan diganggu
siluman di sana." kata Niken Harni.
Terpaksa nelayan itu lalu memasang dan mengembangkan
layarnya yang tidak berapa besarnya. Perahunya meluncur
cepat menuju ke -pulau yang tampak menghitam. Jelas
tampak nelayan itu ketakutan. Wajahnya pucat, matanya
jelalatan (liar) memandang ke arah pulau dan kedua
tangannya yang mengendalikan perahu gemetar.
"Aduh celaka. . !" Tiba-tiba dia berkata dengan suara
gemetar. "Ada apa?" tanya Niken Harni.
"Itu. . di sana. . ikan hiu besar dan ganas.. !" nelayan itu menunjuk ke sebelah kanan perahu. Niken Harni melihat sirip-sirip besar meluncur tak jauh dari perahu. Sirip hitam runcing
dan lebar. Ada dua buah meluncur ke arah perahu.
541 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan takut!" Tiba-tiba Nini Bumi-garbo membentak dan
wanita Itu bangkit berdiri. Kemudian terjadilah hal yang bukan
saja membuat nelayan itu terbelalak, bahkan Niken Harni juga
terbelalak, hampir tak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia
tahu benar bahwa Nini Bumigarbo seorang yang sakti
mandraguna, akan tetapi tidak pernah menduga akan sehebat
itu kesaktiannya. Nenek itu ternyata melompat keluar dari
perahu, kakinya tiba di atas air dekat dua ekor ikan hiu yang
tampak siripnya itu.
542 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua kali tangannya membuat gerakan menghantam ke
arah dua ekor sirip itu. Air muncrat bergelombang dan ketika
Nini Bumigarbo melompat kembali ke perahu, dua ekor ikan
hiu yang lebih besar dari tubuh manusia itu terapung di atas
air dengan perut mereka yang putih di atas, sudah mati! Dapat
dibayangkan betapa hebatnya aji pukulan yang digunakan Nini
Bumigarbo itu dan betapa hebatnya ilmunya meringankan
tubuh sehingga ia mampu berdiri di atas air ketika menyerang
dua ekor Ikan hiu itu! Memang, Nini Bumigarbo yang dulu
bernama Ni Gayatri ini merupakan seorang di antara murid-
murid Sang Maha Resi Dewakaton yang dulu bertapa di
puncak Gunung Semeru. Tingkat kepandaiannya hanya di
bawah tingkat Sang Bhagawan Ekadenta atau Sang
Bhagawan Jitendriya yang merupakan kakak seperguruannya.
"Melihat kesaktian nenek itu, Si Nelayan kini tidak berani
banyak cakap lagi, tidak berani membantah dan dia
melayarkan perahunya menuju Pulau Nusa Barung.
Setelah tiba di pantai pulau itu, tampak ada lima orang laki-
laki berdiri di pantai dan menyambut perahu itu dengan
luncuran anak panah! Nini Bumigarbo mendengus dan sekali
tangannya bergerak dikibaskan, empat batang anak panah
yang meluncur ke arah tubuhnya dan tubuh nelayan, dapat
dipukul runtuh oleh angin pukulannya. Sementara sebatang
543 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak panah yang meluncur ke arah Niken Harni, dapat
ditangkap oleh gadis itu!
"Hei , apakah kalian ini orang-orang gila yang bermata
buta" Laporkan kepada Dibya Krendasakti bahwa aku, Nini
Bumigarbo Gayatri datang berkunjung! Kalau kalian
menyerang sekali lagi, kalian akan mampus oleh anak panah
kalian sendiri!"
Lima orang itu agaknya meragu dan berunding, lalu tiga
orang di antara mereka memutar tubuh lari meninggalkan
pantai. Akan tetapi yang dua orang iagi mementang busur
mereka dan dua batang anak panah meluncur ke arah dada
Nini Bumigarbo! ,
"Singggg! Singggg! " Nini Bumigarbo menggerakkan kedua
tangan dan ia sudah menangkap dua batang anap panah itu,
lalu kedua tangannya bergerak menyambitkan senjata itu ke
arah penyerangnya yang berdiri di tepi pantai.
Dua orang itu menjerit dan roboh terjengkang, dua batang
anak panah itu dengan tepat menembus leher mereka
sehingga mereka tewas seketika! Perahu sudah menggulung
layar dan nelayan mendayung perahunya mendarat. Dia
menggigil ketakutan melihat peristiwa penyerangan tadi.
Setelah perahu ditarik ke atas pasir dan dua orang
penumpangnya turun, nelayan itu tak berani bergerak, akan
544 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi dengan suara gemetar dia bertanya kepada Niken
Harni. "Den Roro.. . bolehkah saya sekarang pergi?"
"Tunggu! Jangan pergi sebelum kuperintah. Kalau
melanggar, kamu akan mampus!" bentak Nini Bumigarbo dan
nelayan itu menjadi pucat, lalu duduk mendeprok di atas pasir,
di dekat perahunya.
Tak lama kemudian, terdengar suara tawa yang
menggelegar, datangnya dari tengah pulau, makin lama
semakin kuat suara tawa itu dan akhirnya muncul ah seorang
laki-laki yang menyeramkan. Laki-laki itu berusia sekitar enam
puluh tahun, tubuhnya tinggi besar dan kokoh seperti raksasa,
rambutnya masih hitam digelung ke atas dan di kat dengan
kain sutera merah. Pakaiannya mewah dan sebatang
gendewa (busur) besar panjang tergantung di pundaknya.
Tempat anak panah dengan belasan batang anak panah
tersembul di belakang punggungnya. Setelah tiba di depan
Nini Bumigarbo dan Niken Harni, iaki-iaki itu berhenti
melangkah, berdiri memandang kedua orang wanita itu dan
menghentikan suara tawanya yang membuat nelayan tadi
menelungkup sambil menutupi kedua telinganya yang rasanya
seperti ditusuk-tusuk mendengar suara tawa yang
mengandung kekuatan, sihir tadi. Niken Harni sendiri harus
545 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan tenaga sakti untuk melawan gelombang suara
yang amat kuat itu.
Kini kakek itu memandang kepada Nini Bumigarbo dengan
alis berkerut, lalu berkata, suaranya dalam dan parau.
"Gayatri" Andika Gayatri yang kini terkenal sebagai Nini
Bumigarbo" Hemm, aku masih mengenal wajahmu Gayatri.
Masih cantik, akan tetapi Andika tampak tua!"
Nini Bumigarbo mendengus. "Huh, tengoklah mukamu
sendiri, Dibya Krendasakti! Engkau juga sudah menjadi kakek
tua bangka!"
Kembali terdengar suara tawa bergelak-gelak. Kakek itu
berdiri dengan kedua kaki terpentang lebar, mukanya
menengadah, mulutnya terbuka lebar, dadanya membusung
dan suara tawa itu semakin bergelombang, bergetar dan
terkadang seperti halilintar menggeledek. Niken Harni tak
dapat bertahan lagi. Terpaksa ia lalu duduk bersila dan
memejamkan kedua matanya, melindungi dirinya dengan
himpunan kekuatan batinnya, tenaga saktinya menjaga
pendengarannya. Akan tetapi nelayan itu kini jatuh
bergulingan sambil menutupi telinganya dengan' tangan,
mengaduh-aduh, mukanya sepucat. mayat.
546 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Nini Bumigarbo tetap berdiri tenang, kemudian
berkata dengan suaranya yang tinggi melengking. "Kamu Iblis
Tua! Beginikah menyambut seorang sahabat yang bertamu?"
Teguran itu membuat kakek yang bernama Dibya
Krendasakti itu menghentikan tawanya. Niken Harni membuka
matanya dan bangkit berdiri lagi. Nelayan itu juga bangkit
duduk dan dari kedua telinganya mengalir darahl
"Heh, sampah itu tidak layak berada di sini!" kata Kakek itu menuding kepada nelayan.
"Dia nelayan yang mengantar kami ke sini!" kata Nini
Bumigarbo. "Dan dia akan mengantar kami kembali ke darat
sana." "Hemm, Gayatri, engkau kira aku ini orang apa" Aku pun
dapat menjadi seorang tuan rumah yang pantas. Aku punya
banyak perahu dan orang-orangku dapat mengantar engkau
pulang. Suruh dia pergi dari sini sekarang juga atau aku akan
lempar dia ke laut menjadi makanan ikan!"
Nini Bumigarbo menoleh kepada nelayan itu dan berkata,
"Pergilah engkau dari sini!"
Nelayan itu tampak girang sekali. Dia menyembah dan
mendorong perahunya ke air, lalu mendayungnya sekuat
tenaga, tidak memperdui kan kedua telinganya yang terasa
nyeri. 547 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan semua ini, timbul rasa penasaran dalam hati Niken Harni. "Bibi Gayatri, mengapa Andika membiarkan saja orang tua Ini berbuat kejam dan sewenang-wenang memamerkan kesaktiannya mencelakai orang lain yang sama sekali tidak bersalah kepadanya?"
"Niken, pulau yang kita injak ini adalah Nusa Barung dan Dibya Krendasakti adalah pemilik dan penguasa di sini. Dia boleh berbuat sekehendak hatinya di pulaunya sendiri."
"Akan tetapi kalau kita disambut seburuk ini, untuk apa kita bertamu di sini?"
"Hoa-ha-ha! Perawan cilik kemethlk! Bicaramu penuh teguran kepadaku. Ha-ha-ha, baru ini aku ditegur bocah kemarin sore yang ubun-ubun kepalanya masih berbau brambang (bawang merah). Gayatri, siapa sih bocah lucu namun kemethak (layak dipukul) ini?"
"Ini muridku yang baru, Niken Harni."
"Aha, pantas menjadi muridmu. Sama kewat (genit) dan cerewetnya dengan kamu waktu muda dulu! Hemm, ia juga berbakat baik. Eh, Niken Harni, tadi aku sengaja hendak menguji kalian. Kalau engkau ingin melihat sambutanku sebagai tuan rumah yang baik, mari, kalian ikut aku!"
Nini Bumigarbo dan Niken Harni mengikuti Dibya Krendasakti menuju ke tengah pulau. Ketika melewati mayat 548
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang anak buahnya, Dibya Krendasakti mengomel. "Huh,
orang-orang ini tolol sekali berani menyerangmu dengan
panah, Gayatri."
Nini Bumigarbo tersenyum. "Hemm, mereka sudah
kuperingatkan namun nekat. Agaknya memang mereka sudah
bosan hidup, Dibya. Akan tetapi aku tidak minta maaf
kepadamu, lho!"
"Hoa-ha-ha, di antara kita apakah perlu bermaaf-maafan"
Kita sudah saling mengenal watak masing-masing." Raksasa
yang gagah itu tertawa dan Niken yang memperhatikan
sekeliling melihat orang-orang yang sedang mengerjakan
sawah ladang. Begitu melihat Dibya Krendasakti, mereka
cepat memberi hormat dengan membungkuk dalam-dalam.
Kiranya mereka itu adalah anak buah penguasa Nusa Barung
ini. Dari percakapan dua orang tua itu dalam perjalanan
menuju perkampungan tempat tinggal Dibya Krendasakti,
Niken mengetahui bahwa raksasa itu mempunyai anak buah
sebanyak seratus orang yang tinggal di pulau itu. Sebagian
dari mereka adalah murid-muridnya. DI Nusa Barung, Dibya
Krendasakti hidup bersama isterinya yang bernama Woro
Sumarni yang ketika gadis dulu menjadi sahabat Gayatri yang
kini menjadi Bumigarbo.
"Huh, setelah engkau menjadi raja kecil di pulau ini, tentu
hidupmu seperti raja. Kaya-raya, dipuja dan ditaati banyak
549 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak buah, dan terutama sekali, punya banyak isterl!" kata
Nini Bumigarbo dengan nada mengejek.
"Engkau menuduh secara membuta, Gayatri. Aku sejak
dulu hanya mempunyai seorang isteri, yaitu Woro Sumarni!"
"Huh, mulut laki-laki! Siapa percaya?"
"Aku tidak bohong, Gayatri. Aku terlalu mencinta Woro
Sumarni!" kata Kakek itu, akan tetapi suaranya mengandung
kesedihan. Hal ini terasa benar oleh Niken Harni, akan tetapi
agaknya tidak terasa oleh Nini Bumigarbo.
"Aku tetap tidak percaya kalau tidak melihat buktinya dan
mendengar pengakuan Woro Sumarni sendiri." kata Nenek itu.
"Kalau begitu, nanti akan kau saksikan dan kau dengar."
Kini mereka tiba di perkampungan di mana terdapat banyak
rumah-rumah dari kayu yang kokoh dan cukup baik. Akan
tetapi yang paling besar dan indah terdapat di tengah


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkampungan dan inilah rumah Dibya Krendasakti. Begitu
memasuki pekarangan, tiga orang murid yang bertubuh kekar
menyambut dengan penghormatan mereka. Tiga Orang murid
Ini yang bertugas jaga di depan rumah pada saat itu. Setelah
memasuki pendapa rumah, lima orang wanita berpakaian
pelayan menyambut dengan sembah penghormatan mereka.
550 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perintahkan ke dapur untuk mempersiapkan pesta meriah
menyambut tamu-tamu kehormatan ini. Cepat!" kata Dibya
Krendasakti kepada para pelayan itu yang segera berlari kecil
masuk ke dalam rumah.
"Mari, kita duduk di ruangan tamu." Dibya Krendasakti
mengajak kedua orang tamunya. Setelah duduk berhadapan
terhalang meja besar di ruangan tamu yang luas itu, dua
orang tua sakti itu bercakap-cakap, sedangkan Niken Harni
hanya duduk diam mendengarkan.
"Aku mendengar kabar angin bahwa gadis jelita Gayatri itu
telah menjadi Nini Bumigarbo yang tersohor! Ha-ha-ha, siapa
sangka hari ini Nini Bumigarbo datang berkunjung. Eh,
Gayatri, bagaimana kabarnya dengan Adi Ekadenta, Kakak
seperguruanmu yang juga pacarmu yang ganteng itu" Tentu
kalian telah menjadi suami isteri!"
"Cukup! Jangan bicara tentang dia, jangan sebut
namanya!" Nini Bumigarbo memotong dengan ketus dan
wajahnya berubah kemerahan.
"Lhadalah! Hubungan mesra itu gagal dan terputus, ya"
Ha-ha-ha-ha! Kebahagiaan tidak selamanya singgah pada
wajah-wajah yang cantik! Baiklah, aku tidak akan bicara
tentang dia."
551 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana sahabatku Woro Sumarni" Panggil ia keluar menemuiku. Aku sudah kangen (rindu) padanya." kata Nini Bumigarbo.
"Gayatri, kita tidak bicara tentang Adi Ekadenta maka kita tidak bicara pula tentang Woro Sumarni. Akan tetapi ia akan menemani kita makan-makan nanti. Engkau pasti akan bertemu dengannya. Sekarang yang penting, katakan, apa yang membawamu datang berkunjung" Aku tidak percaya kalau hanya karena kangen kepada Woro Sumarni. Apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku sedang membutuhkan pertolongan dan mengingat akan kemampuanmu dan bahwa engkau adalah seorang sahabatku, maka aku datang berkunjung ini untuk minta bantuanmu, Dibya!"
"Heh-heh-heh, Nini Bumigarbo yang tersohor itu masih membutuhkan bantuan orang lain" Aneh sekali! Coba katakan, bantuan apa yang dapat kuberikan padamu?"
"Aku minta bantuan agar engkau suka mencuri Cupu Manik Maya dari gedung pusaka milik Sang Prabu Erlangga di Istana Kahuripan."
Sepasang mata yang lebar itu terbelalak heran. "Hemm, aneh sekali! Bukankah Cupu Manik Maya itu merupakan sebuah di antara pusaka wahyu kraton yang menjadi ciri
552 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuasaan raja" Untuk apa engkau menginginkan benda
pusaka itu, Gayatri" Apakah engkau bercita-cita menjadi
ratu?" "Tidak, Dibya. Kalau engkau berhasil mengambil benda
pusaka itu, engkau boleh memilikinya karena engkaulah yang
kini bahkan menjadi raja kecil di Nusa Barung. Aku tidak
membutuhkan pusaka itu."
"Hemm, kalau engkau tidak membutuhkan pusaka itu, lalu
mengapa engkau menyuruh aku mencurinya?"
"Aku hanya ingin agar Sang Prabu Erlangga gelisah dan
susah karena kehilangan benda pusaka yang penting itu. Aku
ingin agar kekuasaan Sang Prabu Erlangga menjadi lemah
dan akhirnya hancur. Aku benci kepadanya dan ingin melihat
dia sengsara dan jatuh dari kedudukannya sebagai raja
besar!" "Lho! Mengapa begitu?"
"Aku benci padanya! Aku benci kepada Sang Prabu
Erlangga dan Patih Naro-tama. Aku ingin keduanya hancur,
Kerajaan Kahuripan jatuh. Aku benci! "
"Wah, kalau engkau membenci mereka dan ingin agar
benda pusaka itu dicuri, mengapa tidak kau lakukan saja
sendiri, Gayatri" Aku yakin kalau engkau mau, akan mudah
bagimu untuk mencuri benda pusaka itu!"
553 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nini Bumigarbo cemberut. "Kalau aku bisa melakukannya,
apa kau kira aku akan datang ke sini dan minta tolong
kepadamu?"
"Lho! Mengapa tidak bisa, Gayatri" Apa engkau takut
terhadap raja yang masih muda itu" Menggelikan!"
"Siapa yang takut?" Nini Bumigarbo menghardik. "Aku tidak takut, akan tetapi aku tidak bisa melakukannya sendiri karena
aku sudah berjanji untuk tidak mengganggu mereka dengan
tanganku sendiri!"
"Eh" Kepada siapa engkau berjanji itu, Gayatri?"
"Hemm, sudahlah, tak perlu engkau banyak bertanya.
Sekarang jawab saja, maukah engkau membantuku
melakukan pencurian benda pusaka Cupu Manik Maya?"
"Hemm... entahlah. . akan kupikirkan dulu, Gayatri. Nanti
kujawab sehabis kita makan."
Pada saat itu, pelayan datang mem-beritahu bahwa
hidangan telah dipersiapkan di ruang makan.
"Ha-ha-ha, bagus! mari, Gayatri dan engkau juga, Niken
Harni, mari kita makan bersama dalam ruang makan." Ki
Dibya Krendasakti tampak gembira sekali. Nini Bumigarbo dan
Niken Harni mengikutinya meninggalkan ruang tamu menuju
ke ruang makan yang ternyata juga cukup luas dan
554 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prabotannya mewah. Sebuah meja makan persegi yang besar
berada di tengah ruangan. Lima buah kursi berada di seputar
meja. Belasan macam masakan berada di atas meja, dan
masih mengepulkan uap.
Tiga orang pelayan wanita berdiri di dekat dinding, dengan
sikap hormat dan siap melayani.
"Ha-ha, duduklah, Gayatri dan Niken. Kalian berdua duduk
di sini." Dia menunjuk dua buah kursi yang berjajar. Di
seberang meja, berhadapan dengan mereka, terdapat dua
buah kursi yang berjajar pula, sedangkan Ki Dibya
Krendasakti sendiri duduk di kepala meja.
Diam-diam Nini Bumigarbo merasa heran mengapa ada
dua buah kursi kosong di depannya. Siapa yang akan duduk
di situ" Akan tetapi ia tidak menyinggung hal itu ketika
bertanya. "Dibya, di mana sahabatku Woro Sumarni" Aku ingin
bertemu dengannya dan kau bilang tadi ia akan hadir dalam
perjamuan ini."
"Sabar, Gayatri, sebentar juga ia akan datang." Ki Dibya
lalu berkata kepada seorang pelayan. "Cepat kamu mohon
Bendoro Puteri untuk hadir sekarang!" Pelayan itu
membungkuk lalu pergi.
555 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, muncul ah orang yang dinanti-nanti
Nini Bumigarbo. Niken Harni ikut memandang dan ia
merasa kagum. Seorang wanita, usianya sekitar empat puluh
delapan tahun, masih cantik dan tubuhnya ramping padat,
kulitnya kuning, namun wajahnya pucat dan matanya suram
tanpa gairah, mulutnya yang manis bentuknya itu pun
menunjukkan hati yang penuh duka. Pakaiannya mewah,
bersih dan rapi, dari sutera mahal. Rambutnya masih hitam,
panjang dan digelung rapi, dihias tusuk sanggul dari emas
permata. Sungguh seorang wanita yang anggun dan cantik.
Namun ia pucat dan tak bersemangat, bahkan seperti mayat
hidup. Ki Dibya Krendasakti cepat bangkit dari duduknya dan
menarik dua buah kursi yang berjajar di depan Niken dan Nini
Bumigarbo. "Diajeng, duduklah."
Wanita itu duduk dengan lesu. Yang membuat Niken Harni
terbelalak adalah ketika ia melihat seorang pelayan wanita
yang tadi berjalan di belakang wanita cantik itu, membawa
sebuah baki kecil hitam yang tertutup sehelai kain kuning.
Pelayan itu kini meletakkan baki di atas meja, di depan kursi
kosong yang berada di sebelah kiri wanita cantik Itu.
Kemudian dengan perlahan dan hati-hati la membuka kain
kuning yang menutup baki.
556 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Niken Harni terbelalak dan menahan seruan kagetnya
ketika melihat bahwa di atas baki itu terdapat sebuah
tengkorak. Tulang itu putih bersih dengan lubang-lubang
ternganga pada kedua mata, hidung dan mulutnya. Yang
mengerikan adalah mulut tengkorak itu. Masih tampak deretan
gigi berbaris rapi pada mulut yang setengah terbuka itu
sehingga tengkorak itu seolah menyeringai mentertawakan!
"Diajeng Woro Sumarni, lihat siapa yang datang
mengunjungi kita ini!" kata pula Dibya Krendasakti kepada
isterinya yang sejak tadi hanya menundukkan muka dan.
sama sekali tidak melihat ke arah Nini Bumigarbo dan Niken
Harni. "Woro! Engkau kenapa" Ini aku, Gayatri!" kata Nini
Bumigarbo sambil bangkit dari kursinya dan menghampiri
wanita itu. Woro Sumarni mengangkat mukanya memandang,
sikapnya dingin saja ketika la berkata. "Ah, engkaukah yang
datang, Mbakayu Gayatri?" Setelah berkata demikian, ia
menunduk kembali.
Nini Bumigarbo merangkul Woro Sumarni yang dulu ketika
masih sama-sama muda menjadi sahabat baiknya. "Marni.. ,
engkau kenapakah.. .?"
557 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Woro Sumarni bersikap dingin saja,
menggeleng kepalanya dan berkata, "Tidak apa-apa, Mbakayu
Gayatri." "Ha-ha-ha, Gayatri, ternyata isteriku tercinta ini lebih tenang
daripada kamu. Duduklah dan mari kita mulai dengan
perjamuan makan yang kami adakan untuk menyambut kalian
berdua sebagai tamu kehormatan." Kemudian Dibya
Krendasakti memberi isarat kepada para pelayan wanita yang
kini berjumlah empat orang itu. "Hayo isi cangkir kami dengan
minuman!" Empat orang pelayan itu dengan cekatan lalu menuangkan
minuman berwarna kuning dan dari baunya dapat diketahui
bahwa minuman itu terbuat dari perasan jeruk ke dalam
cangkir-cangkir kosong yang berada di atas meja di depan Ki
Dibya Krendasakti, Nini Bumigarbo, dan Niken Harni. Di depan
wanita cantik itu tidak terdapat gelas kosong dan anehnya,
pelayan yang tadi membawa baki terisi tengkorak itu lalu
menuangkan minuman ke dalam... tengkorak melalui lubang
yang berada di bagian ubun-ubun kepala tengkorak itu!
Agaknya lubang-lubang di bagian bawah telah ditambal
sehingga minuman itu berada di dalam tengkorak, tidak
mengalir keluar.
"Mari kita minum untuk menyambut pertemuan yang
menggembirakan ini!" kata Dibya Krendasakti sambil
558 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat cangkirnya. Minuman yang terbuat dari perasan
jeruk itu tampak segar dan baunya juga sedap menimbulkan
selera. Niken Harni dan Nini Bumigarbo juga sudah
mengangkat cangkir masing-masing akan tetapi Woro
Sumarni diam saja, dan melihat ini, dua orang tamu itu
memandang penuh rasa heran. Di depan Nyonya rumah itu
tidak terdapat cangkir ain jeruk.
"Mari, Diajeng, isteriku yang tercinta, Isterlku yang ayu
manis merak ati, mari kita minum!" Suara Dibya Krendasakti
tampak lembut membujuk dan mesra, namun ada tekanan
pada akhir kalimat yang mengandung kekerasan.
Niken Harni memandang Woro Sumarni dengan penuh
perhatian, la tidak mengerti apa maksud Ki Dibya dengan
ucapannya kepada isterinya itu. Sejak wanita itu datang dan
melihat tengkorak itu ditaruh di atas meja, berhadapan
dengannya, Niken Harni sudah merasa tidak suka dan muak.
Woro Sumarni, tanpa memandang siapa pun,
menggunakan kedua tangannya mengambil tengkorak itu,
dihadapkan kepadanya, lalu mendekatkan tengkorak itu dan. ..
mulutnya dirapatkan pada mulut tengkorak yang ditundukkan.
Ia minum minuman itu yang keluar dari mulut tengkorak dan
tampak tentu saja seperti orang berciuman!
559 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gayatri dan Niken, mari kita minum, ha-ha-ha!" Dibya
Krendasakti berkata lalu minun dari cangkirnya. Nini
Bumigarbo agaknya sama sekali tidak peduli akan perbuatan
Woro Sumarni. Ia Juga minum sampai minuman itu habis.
Akan tetapi Niken Harni merasa muak dan tidak mau minum,
bahkan lalu menaruh kembali cangkir minuman itu di atas
meja. Seperti juga Nini Bumigarbo, K i Dibya menghabiskan
minumannya. Bahkan Woro Sumarni juga menghabiskan
minumannya, minum melalui mulut tengkorak, lalu seperti
560 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menaruh cangkir kosong, ia meletakkan kembali tengkorak itu
ke atas meja. Melihat Niken Harni tidak mau minum, Ki Dibya berkata,
"Niken Harni, minumlah air jeruk yang segar itu, dan rnari kita
makan bersama dengan gembira."
Niken Harni marah sekali, la sudah muak dan rasanya mau
muntah, la bangkit berdiri dengan kasar dan sebelum
membentak nyaring ia menggebrak meja sehingga mangkuk
piring di atas meja berloncatan.
"Brakkl! Aku tidak suka makan minum bersama manusia
iblis macam kamu! Bibi Gayatri, mengapa Bibi diam saja
melihat laki-laki iblis jahanam ini menghina dan menyiksa
isterlnya, yang sahabat Bibi sendiri, seperti ini" Iblis ini sudah
sepatutnya dibasmi dari permukaan bumi!"
Nini Bumigarbo adalah seorang datuk aneh yang sama
sekali tidak tersentuh perasaannya oleh peristiwa apa pun
juga. Juga Ki Dibya Krendasakti juga seorang datuk yang luar
biasa, biar dimaki seperti Itu, malah tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku menghina dan menyiksa isteriku yang amat kucinta
ini" Heh-heh-heh, Diajeng Woro Sumarni, isteriku sayang,
pujaan hatiku, tolong ceritakan kepada perawan cantik yang
kewat (genit) ini, siapakah yang kejam" Ceritakan semuanya
agar sahabatmu Gayatri ini juga mendengar dan mengerti."
561 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan itu lembut dan manis, namun terasa ada kekerasan
yang mengancam oleh Niken Harni.


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Woro Sumarni menghela napas panjang, mengangkat
muka memandang suaminya, kemudian menoleh dan
memandang ke arah tengkorak itu, dan akhirnya ia
menghadapkan mukanya kepada Niken
Harni dan Nini Bumigarbo yang duduk berhadapan
dengannya, di seberang meja. Setelah menghela napas
panjang sekali lagi, ia lalu bicara, suaranya lembut halus,
mengandung penyesalan dan kedukaan.
"Sesungguhnyalah, Kakangmas Dibya Krendasakti tidak
bersalah, tidak kejam dan tidak menyiksaku, melainkan dia
amat mencintaku. Akulah yang bersalah kepadanya, akulah
yang kejam dan telah menyiksa batinnya."
Niken Harni terheran-heran mendengar ucapan wanita itu.
Nini Bumigarbo sambil minum lagi minuman yang sudah di si
ke dalam cangkirnya oleh pelayan, memandang sahabatnya
itu dan berkata.
"Marni, tadi aku mendengar suamimu mengatakan bahwa
engkau boleh menceritakan semuanya agar aku dan muridku!
dapat mendengar dan mengerti keadaanmu. Nah, sekarang
ceritakan kepada kami apa kesalahanmu kepada Dibya
562 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Krendasakti. Kekejaman dan penyiksaan batin apakah! yang
telah kaulakukan kepadanya."
Wanita itu mengarahkan pandang matanya kepada
suaminya dan Dibya Krendasakti tersenyum dan
mengangguk, kemudian dia menoleh ke belakang dan berseru
galak kepada empat orang pelayan wanita itu. "Kalian
berempat keluar dari ruangan ini dan tutupkan daun pintunya.
Awas, kalau ada yang mengintai dan mendengarkan pasti
akan kulemparkan ke sarang ikan hiu!" Ancaman itu agaknya
bukan gertak sambal karena empat orang pelayan itu menjadi
pucat dan segera keluar dari ruangan makan itu. Agaknya
sudah pernah atau bahkan sering ada anak buah yang
melakukan kesalahan dan benar-benar dilempar ke laut dan
menjadi makanan gerombolan ikan hiu yang ganas dan buas.
Setelah menghela napas lagi, Woro Sumarni mulai
bercerita dengan suara lirih, lembut dan datar.
"Terjadinya sekitar dua puluh lima tahun yang lalu,
Mbakayu Gayatri. Setahun setelah aku menjadi lsteri Kakang-
mas Dibya Krendasakti, kami pindah ke Pulau Nusa Barung ini
dan kami hidup berbahagia. Kami saling mencinta, terutama
suamiku amat mencintaku. Lalu. . Kakangmas Kunarpo
datang berkunjung ke sini... "
"Hemm, Kunarpo adik seperguruan Dibya?"
563 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, Mbakayu. Mungkin engkau masih ingat, dia
seorang pemuda tampan, ketika itu berusia sekitar dua puluh
lima tahun dan aku berusia dua puluh tiga tahun. ."
"Dan aku sudah tiga puluh lima tahun, jauh lebih tua, ha-ha-
ha!" potong Dibya Krendasakti.
"Semula tidak terjadi sesuatu, Mbakayu Gayatri. Akan
tetapi, Kakangmas Kunarpo dan aku masih muda dan dia
memang memiliki pribadi yang menarik dan tentu saja, dia
jatuh cinta kepada aku, Kakak iparnya sendiri. Lebih lagi
Kakangmas Dibya Krendasakti terlalu memanjakan aku dan
mempercaya kami berdua sehingga kami berdua seringkah
ditinggalkan karena dia sibuk membangun pulau ini.
Terkadang sampai dua tiga hari dia tidak pulang dan kami
tinggal berdua saja dalam rumah. Kami tidak mampu
menahan godaan nafsu maka terjadilah.. . hubungan cinta di
antara kami."
Gayatri atau Nini Bumigarbo mengerutkan alisnya. Hatinya
tidak senang mendengar betapa lemahnya sahabatnya itu.
Padahal, menurut pendapatnya, yang lemah dalam kesetiaan
cinta adalah kaum pria, sedangkan wanita, seperti ia sendiri,
tetap setia kepada cintanya sehingga ia sendiri begitu
berpisah dari Ekadenta tidak mau berdekatan lagi dengan
pria! 564 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, memalukan sekali, Mami!" kata Nini Bumigarbo dan kembali ia menenggak minuman dari cangkirnya yang ia isi sendiri karena semua pelayan telah pergi.
"Bibi Gayatri biarkan Bibi Woro Sumarni melanjutkan ceritanya!" kata Niken Harni yang merasa iba kepada wanita yang lemah lembut tutur bahasanya itu. "Lanjutkanlah, Bibi Woro Sumarni."
"Akhirnya hubungan kMni diketahui Kakangmas Dibya Krendasakti. Tentu saja dia marah sekal kepada Kakangmas Kunarpo dan menantangnya untuk bertanding sampai mati memperebutkan diriku. . ."
"Huh, kau dengar itu, Niken" Laki-laki memang biadab, memperebutkan wanita yang dianggap sebagai permainan belaka!" kata Nini Bumigarbo.
"Teruskanlah ceritamu, Bibi Woro Sumarni." kata Niken.
"Mereka bertanding dan Kakangmas Kunarpo tewas dalam pertandingan itu."
"Heh-heh-heh, dia mengalah. Adi Kunarpo sengaja mengalah dan rela mati untuk Diajeng Woro Sumarni. Hemm, dia amat mencinta Diajeng Woro Sumarni, akan tetapi aku lebih mencintanya!"
565 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lanjutkanlah, Bibi Woro Sumarni!" desak Niken Harni
sambil mengerling kepada Dibya Krendasakti dengan mata
mencorong karena tak senang.
"Setelah Kakangmas Kunarpo tewas. . Kakangmas Dibya
Krendasakti mengatakan bahwa Kakangmas Kunarpo berhak
untuk terus merasakan cintaku dan harus terus berdampingan
dengan aku. Maka, Kakangmas Dibya Krendasakti
membiarkan Kakangmas Kunarpo selalu bersanding
denganku, katanya agar aku tidak rindu setelah ditinggal mati
kekasihku.. "
"Ahh! Jadi.. . tengkorak ini adalah tengkoraknya?" Niken
Harni berseru nyaring dan memandang tengkorak itu dengan
mata terbelalak.
"Benar. Ini adalah tengkorak Kakangmas Kunarpo yang
sengaja dipenggal dan dikeringkan. Aku diharuskan minum
dari mulut tengkorak untuk menyatakan cintaku kepada
Kakangmas Kunarpo, dan tidak pernah berpisah. Bahkan
kalau malam, tengkorak ini ditaruh di pembaringanku dan
Kakangmas Dibya Krendasakti membiarkan tengkorak ini
menjadi saksi ketika dia membelaiku, bercinta dan menggauli
aku.. ." 566 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, keparat jahanam!!" Niken Harni kini bangkit berdiri dan memandang kepada -tuan rumah dengan muka merah dan mata mencorong penuh kemarahan.
"Heh-heh, Diajeng Woro Sumarni, katakanlah, apakah selama dua puluh lima tahun ini aku tidak memperlihatkan cintaku kepadamu yang berlimpahan" Pernahkah aku menyiksamu, atau memakimu, atau memukul dan menghinamu?"
"Tidak, Kakangmas Dibya Krendasakti bersikap amat mencintaku, bahkan berlebihan, seolah hendak pamer kepada tengkorak Kakangmas Kunarpo bahwa dia memang benar-benar amat menyayangku, amat mencintaku dan tetap mencintaku biarpun aku telah mengkhianatinya dan menyeleweng. Dia tidak mau mempunyai selir seorang pun, dia hanya mencinta aku seorang dan aku.. . aku memang layak menerima hukuman derita batin ini. . "
"Bohong! Dia masih gila karena dendam dan cemburu! Dia pada lahirnya bilang cinta, akan tetapi sesungguhnya pada batinnya penuh dendam kebencian dan cemburu! Dia menyiksamu dengan kejam sekali, Bibi Woro Sumarni! Dan Bibi menderita hebat! Siapa yang tidak tahu akan hal ini" Bibi menjadi seperti mayat hidup, semangat dan kebahagiaan Bibi
telah mati, yang ada hanya kepedihan hati dan derita!" Niken
Harni berteriak lantang.
567 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Woro Sumarni menutup mukanya dengan kedua
tangannya. Tidak mengeluarkan suara, akan tetapi jelas ia
menangis sedih. Air matanya menetes keluar dari celah-celah
jari tangannya, pundaknya terguncang-guncang.
"Ah, Diajeng Woro Sumarni, isteriku sayang. Mengapa
engkau menangis" Bukankah aku selalu mencintamu dan
engkau tidak kekurangan sesuatu di sini, hidup berbahagia
sebagai isteriku?" Dibya Krendasakti membujuk dengan
lembut dan mengelus pundak isterinya.
"Dibya Krendasakti, engkau manusia berwatak iblis!
Engkau menyiksa hati Bibi Woro Sumarni dengan kejam!
Lebih kejam dari pembunuhan. Selama dua puluh lima tahun
engkau menyiksanya seperti ini, menghinanya dan
menghancurkan semua harapan dan kebahagiaannya!
Engkau jahat! Bibi Gayatri, buat apa kita menjadi tamu
manusia iblis seperti dia ini?" Niken Harni membentak-bentak
saking marahnya.
"Ha-ha-ha, Niken Harni Engkau memang pantas menjadi
murid Gayatri. Engkau kewat dan galak seperti Gayatri di
waktu mudai Nah, Cah ayu ( Anak cantik), sekarang katakan,
apa yang kau ingin aku lakukan" Apakah aku harus
mengubah cintaku terhadap isteriku?"
568 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dibya Krendasakti! Engkau harus membebaskan Bibi
Woro Sumarni dari siksaan ini. Tengkorak itu harus dikubur
dan engkau harus memberi kebebasan kepada isterimu!"
"Kalau aku menolak?"
"Terpaksa aku akan menghajarmu!" Niken Harni berseru
galak. "Ha-ha-ha-heh-heh!" Dibya Krendasakti tertawa bergelak
dan terkekeh-kekeh, tidak marah, melainkan geli bahkan
gembira. "Bocah ayu, engkau akan menghajarku" Begini saja,
kita bertanding. Kalau aku kalah, aku akan menaati
perintahmu, akan tetapi kalau engkau kalah, engkau menjadi
isteriku yang ke dua. Baru sekali ini aku tertarik kepada
seorang gadis lain!"
"Keparat! Siapa sudi menjadi Isterimu" Kalau aku kalah,
lebih baik aku mati daripada menjadi isteri seorang laki-laki
yang kejam seperti iblis macam kamu!"
"Wah, Dibya, engkau tua bangka menantang muridku" Tak
tahu malu! Kalau sudah gatal tanganmu dan ingin bertanding,
akulah musuhmu. Kita tua sama tua dan mari kita bertaruh.
Kalau dalam pertandingan kita engkau kalah, engkau harus
memenuhi permintaanku tadi dan permintaan Niken, yaitu
engkau harus mencuri Cupu Manik Maya dari Istana
Kahuripan dan engkau harus membebaskan Woro Sumarni
569 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari penyiksaanmu untuk melampiaskan dendam dan
cemburumu."
"Dan kalau aku yang menang, aku boleh bersikap sesuka
hatiku terhadap isteriku, dan Niken Harni harus menjadi
isteriku. Bagaimana, Gayatri, pertaruhan ini telah adil, bukan?"
"Baik! Kalau engkau kalah, engkau harus memenuhi
permintaan kami tadi. Sebaliknya kalau aku yang kalah, aku
tidak akan menghalangi apa yang hendak kau lakukan
terhadap Woro Sumarni dan terhadap Niken Harni.".
"Bagus! Mari kita lakukan pertandingan itu sekarang juga!
Aku ingin cepatcepat dapat menikmati pengantinan dengan
Niken Harni. Gayatri, terus terang saja, aku belum pernah
tertarik wanita lain, kecuali isteriku dan dulu aku pernah
tergila-gila kepadamu. Sekarang, muridmu Ini menjadi
penggantlmu. Ha-ha-ha-hal"
"Ruangan Ini pun cukup luas untuk kita bertanding, Dibya.
Mari kita mulai agar cepat selesai!" Nini Bumigarbo
meninggalkan kursinya. Niken Harni dan Woro Sumarni juga
bangkit berdiri dan Niken cepat mendorong meja penuh
hidangan Itu ke pinggir sehingga ruangan itu menjadi semakin
luas. Nini Bumigarbo sudah berdiri di tengah ruangan itu. Sambil
menyeringai dan bersikap memandang rendah, Ki Dibya
570 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Krendasakti juga melangkah dan menghampiri Nini
Bumigarbo. Tidak aneh kalau kakek itu memandang ringan
calon lawannya. Bukan karena dia berwatak sombong, akan
tetapi karena memang dulu, ketika mereka masih muda dan
sudah saling mengenal, tingkat kepandaian Dibya Krendasakti
memang iebih tinggi dibandingkan tingkat kepandaian Nini
Bumigarbo. Pada waktu itu, kepandaian Dibya Krendasakti
sudah tinggi dan setingkat dengan Ekadenta. Dan sejak itu,
Dibya Krendasakti terus memperdalam Imu-ilmunya sehingga
kini dia menganggap ringan kepandaian Gayatri yang telah
menjadi Nini Bumigarbo. Tentu saja dia tidak tahu betapa
karena ditolak cintanya oleh Ekadenta dan dalam usahanya
yang tiada hentinya ingin mengungguli kepandaian kakak
seperguruannya itu, Nini Bumigarbo terus meningkatkan
kepandaiannya, biarpun ia sudah semakin tua.
Niken Harni yang merasa iba kepada Woro Sumarni,
menarik dua buah kursi ke dekat dinding, menjauhi meja di
mana terdapat tengkorak itu. Lalu dengan halus ia
menggandeng tangan wanita itu dan mengajaknya duduk di
atas kursi Itu, menonton pertandingan.
Akan tetapi setelah mereka duduk berdampingan, Woro
Sumarni berkata lirih, suaranya penuh teguran. "Niken,
mengapa engkau lakukan ini" Engkau membuat aku susah
saja." 571 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh" Bibi, aku melakukan ini untuk membelamu!"
"Tidak, Niken. Pertandingan itu akibatnya akan membuat aku susah. Kalau Mbakayu Gayatri menang, kemudian suamiku membiarkan aku pergi dan berpisah darinya, hidupku tidak ada artinya lagi. Kalau suamiku yang menang dan mengambilmu sebagai isteri, hal itu pun akan menghancurkan hatiku. Lebih baik aku mati daripada harus berpisah dari dia atau melihat dia mencinta wanita lain."
Niken terbelalak. Hati gadis muda ini terkejut dan heran, juga tidak mengerti. "Bibi.. . engkau. . engkau begitu amat mencintainya?"
"Tentu saja aku mencintainya, Anak bodoh."
Niken Harni tertegun dan bingung sehingga ia tidak mampu berkata-kata lagi. Apakah suami isteri itu keduanya sudah gila" Demikian pikirnya kebingungan. Woro Sumarni begitu mencinta suaminya sehingga biarpun sudah dua puluh lima tahun disiksa batinnya seperti itu, masih tetap mencintanya.
Akan tetapi) mengapa dulu ia menyeleweng dengan laki-laki lain" Sebaliknya Dibya Krendasakti sampai sekarang masih amat mencintai isterinya sehingga tidak mau membagi cintanya dengan wanita lain. Akan tetapi mengapa dia tidak mau memaafkan kesalahan isterinya itu dan menyiksa batinnya sedemikian kejamnya" Beginikah cinta" Ataukah 572
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka gila" Renungannya terhenti karena pada saat itu, Nini
Bumigarbo sudah mulai mengadu kesaktian melawan Dibya
Krendasakti. Dua orang datuk yang sakti mandraguna itu berdiri saling
berhadapan dalam jarak sekitar sepuluh langkah. Nini
Bumigarbo tersenyum mengejek dan berkata dengan suara
tenang. "Dibya Krendasakti, mulailah dan keluarkan semua aji
kesaktianmu. Hendak kulihat sampai di mana sekarang
kemajuanmu!"
Dibya Krendasakti menggerakkan kedua tangannya seperti
menyembah di depan dada, kemudian matanya memandang
dengan sinar mencorong dan mulutnya berkemak-kemik.
Setelah beberapa lamanya, dia lalu membuka kedua
lengannya, diangkat ke atas seperti orang berdoa dan dia lalu
memukulkan kedua telapak tangannya ke depan dan berteriak
Jantang. "Gayatri, sambutlah Aji Bajra Langking!"
Tiba-tiba terdengar suara seperti angin menderu dan
banyak sinar hitam meluncur seperti puluhan batang anak
panah menuju ke tubuh Nini Bumigarbo. Melihat serangan aji
pukulan yang mengandung ilmu sihir ini, Nini Bumigarbo lalu
menyambut dengan dorongan kedua telapak tangan ke depan
573 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil mengerahkan tenaga saktinya, juga diperkuat dengan
daya sihirnya. Dari kedua telapak tangannya menyambar
angin yang berpusing.
"Wuuutt . . byarrr. . ! " Dua tenaga sakti yang diperkuat
ilmu sihir Itu bertemu di udara, menggetarkan seluruh ruangan
itu, bahkan Niken Harni merasa tubuhnya terguncang oleh


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

getaran yang amat kuat sehingga ia harus menahan napas
mengerahkan tenaga sakti untuk melindungi tubuhnya,
terutama jantungnya. Ia melihat betapa Woro Sumarni tampak
duduk tenang saja. Hal ini membuatnya kagum karena ia
dapat menduga bahwa wanita cantik itu juga memiliki
kesaktian sehingga mampu menahan getaran yang amat kuat
Itu. Ketika dua tenaga sakti Itu bertemu di udara, sinar kecil-
kecil seperti puluhan batang anak panah itu terdorong dan
membalik, lenyap kembali ke dalam kedua tangan Dibya
Krendasakti. Nini Bumigarbo juga menarik kembali tenaganya
dan tersenyum. "Apakah masih ada lainnya, Dibya Krendasakti" Keluarkan
semua ilmumu!"
Dibya Krendasakti terkejut bukan main. Dia tadi telah
mengerahkan Aji Pukulan Bajra Langking, akan tetapi ternyata
574 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawannya dapat menyambut dan membuyarkan serangannya.
Tak disangkanya Gayatri kini memiliki tenaga sakti yang
sedemikian kuatnya. Dia merasa penasaran sekali, maklum
bahwa menggunakan aji pukulan yang mengandung sihir Itu
tidak ada gunanya dan tidak akan dapat mengalahkan lawan.
Maka dia lalu mengerahkan serangan yang menggempur
lawan melalui suara. Dia menekuk kedua lututnya, membuka
mulutnya dan keluarlah gerengan yang amat dahsyat,
menggetar dan menggelora. Tidak lantang benar, namun
suara pekik itu seperti gelombang lautan yang datang
menerjang, mula-mula perlahan, namun semakin lama
menjadi semakin kuat dan getarannya membuat prabot
ruangan itu bergoyang. Kembali Niken Harni harus
mengerahkan seluruh tenaga saktinya untuk melindungi
dirinya. Bahkan ia terpaksa memejamkan kedua matanya dan
menulikan pendengarannya, memusatkan tenaga untuk
melindungi otak dan jantungnya.
575 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID XII MENGHADAPI serangan pekik yang dahsyat Itu, Nini
Bumigarbo tiba-tiba tertawa cekikikan. Akan tetapi suara tawa
ini juga mengandung getaran hebat yang menyambut dan
menolak pengaruh pekik yang dikeluarkan lawannya. Dua
suara yang berlainan itu seolah saling mendorong dan saling
menyerang. Akhirnya perlahan-lahan pekik itu melemah dan
suara tawa Nini Bumigarbo Juga ikut melemah dan keduanya
berhenti. Suasana menjadi lengang setelah dua suara itu
berhenti. Namun dalam telinga Niken Harni yang
menghentikan pengerahan tenaganya, masih terngiang-
ngiang. "Bagaimana, Dibya" Masih ada lagi?" tanya Nun
Bumigarbo dengan senyum mengejek.
Ki Dibya Krendasakti semakin terkejut dan penasaran.
Tahulah dia bahwa dalam hal daya sihir dan tenaga saki , dia
tidak akan mampu mengalahkan lawannya. Maka dia akan
mengajak nenek itu bertanding lewat ketangkasan dan
keahlian dalam gerakan silat. Dia lalu menyambar gendewa
besar yang tadi dia letakkan di atas meja.
"Gayatri, kalau memang engkau sakti, mari kita menguji
tebalnya kulit kerasnya tulang dan ketangkasan ilmu silat kita!
576 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keluarkan senjatamu untuk menandingi senjata pusaka
gendewaku Ini!"
Nini Bumigarbo adalah seorang datuk yang sudah
mencapai tingkat yang tinggi sekali dalam aji kanuragan, maka
ia hampir tidak pernah menggunakan senjata untuk
memperkuat dirinya. Seluruh tubuhnya, kaki tangan, balikan
rambutnya, dapat menjadi senjata yang amat ampuh. Juga ia
memiliki senjata rahasia berupa segenggam pasir yang amat
ampuh karena setiap butir pasir sakti Ini sudah cukup untuk
meracuni tubuh lawan dan membinasakannya. Akan tetapi kini
ia menghadapi Dibya Krendasaktl dan ia tahu bahwa gendewa
di tangan lawan ini amat ampuh. Gendewa itu adalah sebuah
senjata yang termasuk keras. Maka ia lalu melolos sehelai
sabuk hitam yang panjangnya hanya sekitar lima kaki, sabuk
dari kain tebal yang kuat. Sebetulnya ini hanyalah sabuk
biasa, bukan senjata. Akan tetapi bagi nenek yang sakti ini,
setiap benda apa saja dapat ia pergunakan sebagai senjata, la
memilih sabuk yang lemas untuk menandingi gendewa lawan
yang keras. Sambil merentangkan sabuk hitam itu dengan kedua
tangannya, Nini Bumigarbo berkata, "Dibya, majulah. Ingin aku
membuktikan betapa ampuhnya gendewa di tanganmu itu!"
Ki Dibya Krendasakti mengeluarkan bentakan nyaring dan
menerjang maju dengan serangan yang dahsyat. Karena dia
577 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maklum betul betapa saktinya Nini Bumigarbo, maka begitu
menyerang dia langsung mengeluarkan jurus-jurus
terampuhnya. Namun, dengan gerakan lincah dan tenang saja
Nini Bumigarbo menyambut serangan itu dengan sabuk
hitamnya. Mereka saling serang dengan dahsyatnya,
menggerakkan seluruh tenaga dan mengeluarkan semua jurus
terampuh dan aji pamungkas mereka. Namun, keduanya
memiliki pertahanan yang kokoh kuat, tidak mudah didesak
lawan. Niken Hami sampai merasa pening menyaksikan
pertandingan yang amat hebat itu. Seluruh ruangan itu seolah
578 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terguncang. Seakan-akan ada dua ekor gajah yang sedang
berkelahi mati-matian di ruangan itu, bukan seorang kakek
dan seorang nenek! Dua orang itu lenyap tidak tampak
bentuknya lagi. Yang tampak hanya bayangan dua orang
berkelebatan telah menjadi banyak, diselubungi sinar hitam
sabuk di tangan Nini Bumigarbo dan sinar keabuan dari
gendewa Dibya Krendasakti. Suara yang terdengar hanya
desiran angin, terkadang bersuitan dan berdesingan seperti
suara senjata tajam meluncur. Terkadang terdengar bunyi
nyaring ketika sabuk bertemu gendewa dan tampak bunga api
perpijar-pijar!
Tidak disangka oleh Niken Harni bahwa pertandingan itu
akan sedemikian hebatnya, la sendiri sampai mengeluarkan
keringat dingin saking tegangnya. Kalau ia menoleh dan
memandang kepada Woro Surnarni, ia melihat wanita cantik
itu menonton tanpa berkedip. Sepasang alisnya berkerut dan
wajahnya tampak tegang dan gelisah. Diam-diam ia merasa
semakin iba dan juga terheran-heran. Wanita ini sungguh
amat mencinta suaminya. Inikah yang disebut cinta yang
sesungguhnya, ataukah ia mencinta seperti itu karena merasa
menyesal akan penyelewengannya dahulu" Ia tidak tahu dan
tidak akan pernah mengerti.
Kini mulai terdengar pernapasan Dibya Krendasakti yang
terengah-engah. Sebaliknya, Nini Bumigarbo masih tenang
579 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan teguh seperti sebelum bertanding. Dari kenyataan ini saja
dapat dimengerti bahwa tingkat kepandaian Nini Bumigarbo
masih lebih unggul. Sebetulnya kalau dibuat perbandingan,
tingkat ilmu yang mereka peiajari dan kuasai tidak banyak
selisihnya. Akan tetapi yang berbeda adalah daya tahan tubuh
mereka. Hal Ini dapat dimengerti. Dibya Krendasokti telah
berlsterl selama hampir tiga puluh tahun dan dia pun selama
dua puluh lima tahun sebetulnya mengalami tekanan batin
yang amat hebat, namun ditahan dan disembunyikan di balik
cintanya terhadap isterinya. Juga dia jarang berlatih setelah
hidup sebagai raja kecil di Nusa Ban ng. Sebaliknya, Nini
Bumigarbo adalah seorang wanita yang tidak pernah menikah,
seorang yang masih perawan, dan selain itu, sampai dua
tahun yang ialu pun ia masih tekun berlatih untuk menambah
ilmu dan memperkuat diri dalam usahanya mengalahkan
Bhagawan Ekadenta. Maka dalam pertandingan ini, Nini
Bumigarbo memiliki kelebihan dalam kekuatan dan daya tahan
tubuh. "Sambut ini, Dibya!" terdengar bentakan nyaring.
"Syuuuut t.. . krakk. .!" Tubuh Dibya Krendasakti terdorong ke belakang dan terhuyung-huyung. Gendewanya patah dan
wajahnya pucat, napasnya terengah-engah dan dia
menggunakan tangan kiri untuk menekan dadanya yang
terasa sesak terkena pukulan tangan kiri Nini Bumigarbo.
580 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas.. .! " Woro Sumarnl melompat dari tempat
duduknya dan begitu dekat dengan suaminya, ia merangkul
dengan penuh kasih sayang dan kekhawatiran.
"Engkau tidak apa-apa, Kakangmas. . .. ?" tanyanya sambil
meraba dada suaminya.
Dibya Krendasakti merangkul pundak isterinya. "Tidak apa-
apa, Diajeng. Gayatri agaknya masih teringat akan
persahabatan masa lalu maka ia tidak menurunkan tangan
maut kepadaku. Dan agaknya sudah tiba saatnya bahwa aku
harus membebaskanmu, Diajeng. Ah, biarlah aku menderita
dan mati kalau engkau tega meninggalkan aku, Diajeng Woro
Surnarni. ." Kakek yang gagah perkasa itu kini tampak
berduka dan memandang Wajah isterinya penuh permohonan.
"Tidak, Kakangmas. Aku tidak pernah meninggalkanmu,
sampai aku mati. .!"
"Diajeng... aduh, baru sekarang aku menyadari betapa
kejamnya aku kepadamu. Diajeng, maukah engkau
mengampuni aku. ." Aku tidak ingin kehilangan engkau,
Diajeng, kalau engkau pergi meninggalkan aku, aku tidak akan
menghalangi, akan tetapi berarti engkau membunuh aku. . "
"Tidak, Kakangmas, tidak.. .!" Suami isteri itu berangkulan dan bertangisan. Niken Harni bengong teriongong
menyaksikan ini.
581 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He-he-hi-hi-hik! Bertangis-tangisan! Alangkah mesranya,
alangkah mengharukan! Dibya, engkau mengaku kalah?" Nini
Bumigarbo bertanya.
Sambil merangkul pinggang isterinya dengan tangan kiri
dan membawa isterinya duduk kembali ke kursinya, Dibya
Krendasakti menjawab.
"Aku mengaku kalah, Gayatri. Engkau memang hebat
sekali. Bahkan aku tahu, kalau engkau menghendaki, agaknya
sudah sejak tadi aku roboh dan tewas di tanganmu."
"Ihh, tidak begitu mudah, Dibya. Engkaulah lawanku yang
paling tangguh selama ini, tentu saja di bawah kesaktian
Bhagawan Ekadenta. Nah, sekarang engkau mau memenuhi
permintaan kami berdua, bukan?"
"Tentu saja, Gayatri!" Dibya Krendasakti lalu bertepuk
tangan tiga kali. Lima orang anak buah laki-laki bermunculan
dari pintu. Mereka tadi tidak berani menonton atau
mendengarkan, namun tepuk tangan yang nyaring tiga kali ini
merupakan perintah panggilan yang harus mereka taati.
"Hayo kalian cepat bawa pergi tengkorak itu dan kuburkan
di dalam makam Kunarpo di bukit kecil itu. Kalian sudah tahu
di mana makam itu. Kubur baik-baik dan dengan penuh
penghormatan!"
582 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lima orang murid itu menyanggupi dan mereka lalu
membawa tengkorak bersama bakinya keluar dari ruangan itu.
Niken Harni melihat betapa kini wajah Woro Surnarni berseri-
seri dan tampak semakin cantik. Agaknya kehidupan baru
yang gemilang dan bahagia menanti di depannya.
Juga wajah Dibya Krendasaktl tampak berseri, sepasang
matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan. "Gayatri, Niken
Harni, sekarang marilah kita makan minum dulu, baru nanti
kita bicara! Diajeng Woro Sumarni, sekarang tidak periu lagi
memanggil pelayan. Mereka hanya mengganggu saja. Biar
tanganmu sendiri yang melayani aku dan tamu-tamu kita ini."
Woro Sumarni tersenyum dan menyentuh pundak Nini
Bumigarbo. "Mbakayu Gayatri, aku sungguh merasa girang sekali
bahwa engkau masih ingat kepada kami dan suka datang
berkunjung. Terima kasih, Mbakayu, terima kasih. Ternyata
kunjunganrnu mendatangkan berkah dan kami berdua merasa
mendapatkan hidup baru yang cerah."
"Benar kata isteriku, Gayatri. Kini tidak ada lagi penghalang
di antara cinta kami berdua. Semua halangan itu merupakan
masa lalu yang sudah kami lupakan semua."
Gayatri tersenyum, akan tetapi senyumnya masam. "Aku
tetap saja tidak percaya kepada laki-laki. Semua omongan
583 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki-laki terhadap wanita itu gombal belaka, merayu dan
mengambil hati, akan tetapi sebetulnya palsu!"
"Akan tetapi suamiku tidak, Mbakayu.. . "
"Ah, sudahlah. Aku tidak mau bicara lagi tentang kepalsuan
laki-laki. Hayo kita makan setelah itu baru kita bicara tentang
kesanggupan Dibya Krendasaktil"
Mereka lalu makan minum dan Niken Harni melihat betapa
Woro Surnarni benar-benar tampak gembira dan bahagia,
melayani suaminya dengan sikap lembut dan mesra. Juga
wajah Dibya Krendasakti tampak bahagia, terlihat dari sinar
matanya yang terang, tidak seperti tadi yang suram
mengandung kekerasan.
Sehabis makan, Nini Bumigarbo segera mengajak Dibya
Krendasakti bicara.
"Aku akan memegang teguh janjiku, Gayatri. Aku sudah
kalah dan aku telah pula memenuhi permintaan Niken Harni,
yaitu memberi kebebasan kepada isteriku. Sekarang, kita
bicara tentang permintaan mu agar aku mencuri pusaka
Kahuripan, yaitu Cupu Manik Maya."
"Memang seharusnya begitu, Dibya. Lebih dulu perlu
engkau ketahui tentang bangunan istana dan di mana pusaka
yang kumaksudkan itu di simpan. Nah, dengarkan baik-baik,
akan kugambarkan keadaan istana Kahnripan." Nini
584 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bumigarbo lalu memberi penjelasan tentang keadaan Istana


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kahnripan, dari mana Dibya Krendasakti dapat masuk tanpa
banyak halangan dan di mana pula letaknya Gedung Pusaka.
Setelah Nini Bumigarbo selesai memberi keterangan, Ki Dibya
Krendasakti mengangguk-angguk.
"Aku sudah paham, Gayatri dan percayalah, aku pasti akan
berhasil mencuri pusaka Cupu Manik Maya itu dari Gedung
Pusaka Istana Kahuripan. Akan tetapi sebelum aku pergi
memenuhi permintaanmu, aku masih merasa penasaran,
Gayatri. Engkau memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi
daripada aku. Kalau engkau turun tangan sendiri mengambil
pusaka itu, tentu akan dapat kau lakukan dengan mudah.
Akan tetapi mengapa engkau malah minta bantuan
kepadaku?"
"Seperti telah kukatakan tadi, aku tidak bisa turun tangan
sendiri karena aku sudah berjanji untuk tidak mengganggu
Erlangga dan Narotama dengan tanganku sendiri. Aku sudah
berjanji kepada.. . Bhagawan Ekadenta yang melindungi raja
dan patihnya itu. Nah, sudah jangan banyak bertanya lagi.
Kapan engkau akan berangkat melaksanakan pengambilan
pusaka seperti yang sudah kau janjikan itu?"
"Hari ini juga aku berangkat, Gayatri!"
585 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Dibya, aku ikut. Aku akan membantumu!" kata
Woro Surnarni. "Aku dapat membelamu kalau engkau
terancam bahaya, Kakangmas. Aku mendengar bahwa Sang
Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama adalah orang yang
sakti mandraguna. Aku khawatir engkau akan mengalami
bencana. "
"Hiah ha ha, Waduh, sikapmu ini membuat aku merasa
bahagia sekali, Diajeng! Ternyata engkau memang amat
mencintaku, siap membelaku. Terima kasih, Diajeng Woro
Surnarni, aku berjanji, mulai saat ini, aku akan lebih
mencintamu dengan seluruh jiwa ragaku! Akan tetapi, jangan
khawatir. Mencuri pusaka dari Gedung Pusaka Istana
Kahuripan hanya merupakan permainan kanak-kanak bagiku!"
"Dibya Krendasakti, seperti yang telah kukatakan
kepadamu, setelah engkau berhasil mencuri Cupu Manik
Maya, benda pusaka itu boleh kau miliki. Aku tidak
membutuhkannya. Tentu saja engkau harus menjaganya
sendiri dan menghadapi segala akibatnya."
"Ha-ha-ha, tentu saja, Gayatri."
"Nah, sekarang aku dan Niken akan meninggalkan Nusa
Barung, tolong kau sediakan perahu penyeberangan ke
daratan." 586 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibya Krendasakti memberi perintah kepada anak buahnya. Nini Bumigarbo dan Niken Harni lalu berpamit kepada suami isteri itu, dan tak lama kemudian mereka berdua sudah duduk dalam sebuah perahu yang didayung oleh dua orang anak buah Nusa Barung dengan cepat.
0oo0 Dengan ilmunya berlari cepat yang membuat Puspa Dewi dapat berlari seperti terbang, gadis itu yang mencari adik tirinya, Niken Harni, memasuki daerah Kerajaan Wengker. Ia tahu bahwa daerah itu berbahaya. Di situ terdapat banyak orang sakti. Apalagi kini yang menjadi adipati adalah Linggajaya yang kini menjadi Adipati Linggawijaya, seorang pria yang jahat namun sakti dan yang menjadi satu di antara musuh-musuhnya. Setelah dulu daiam gerakan persekutuan antara tiga kerajaan kecil yang membantu pemberontakan di Kahurlpan, ia telah berbalik membela Kahuripan sehingga dianggap pengkhianat oleh persekutuan, ia dianggap musuh oleh empat kerajaan itu. Kerajaan Wengker dengan adipatinya Linggawijaya, Kerajaan Wura-wuri dengan adipatinya Bhismaprabhawa di mana gurunya, Nyi Dewi Durgakumala, kini menjadi permaisuri Wura-wuri. Yang ke tiga adalah Kerajaan Parang Siluman dengan adipatinya Ratu Wanita Durgamala yang memiliki banyak pembantu sakti, di
antaranya puteri-puterinya sendiri, Ni Lasmini dan Ni Mandari,
587 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan yang ke empat adalah Kerajaan Siluman Laut Kidul
dengan penguasanya Ratu Mayang Gupita, raksasa wanita
yang sakti itu.
Kini ia memasuki wilayah Kerajaan Wengker, sebuah di
antara empat kerajaan itu dan Wengker dapat dikatakan
sebagai yang terbesar dan terkuat di samping Kerajaan
Parang Siluman. Akan tetapi ia tidak merasa gentar. Ia harus
dapat menemukan Niken Harni dan kalau perlu ia akan
menemui Adipati Linggawijaya sendiri untuk minta agar
adiknya itu dibebaskan, seandainya Niken Harni memang
tertawan di Wengker.
Kerajaan Wengker adalah sebuah kerajaan yang cukup
luas dan di daerah itu memiliki ciri yang khas, yaitu bahwa
para penduduknya sebagian besar terdiri dari orang-orang
yang pembawaannya kasar dan jarang terdapat wanita cantik.
Para prianya kebanyakan tinggi besar dan bertubuh kokoh
kuat, pembawaannya gagah dan keras. Jarang terdapat
wanita cantik di antara penduduk Wengker aseli. Karena itu,
ketika Puspa Dewi melakukan perjalanan memasuki daerah
Wengker, orang-orang yang bertemu dengannya memandang
penuh perhatian dan mereka merasa kagum sekali.
Tentu saja Puspa Dewi tidak mempedulikan mereka dan
langsung saja ia melakukan perjalanan cepat menuju ke kota
Kadipaten Wengker.
588 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu sore ia tiba di sebuah dusun di tepi sebuah
sungai yaitu Kali Ngebel. Dusun Nguter itu merupakan sebuah
dusun yang cukup besar karena penduduknya dapat hidup
cukup makmur dengan hasil sawah ladang mereka yang subur
karena mendapatkan air yang cukup dari Kali Ngebel.
Seperti juga di setiap tempat yang ia lalui, ketika ia
memasuki dusun itu pun, orang-orang yang melihatnya,
terutama orang-orang lelaki, memandangnya dengan tertarik
dan penuh kagum. Mereka jarang melihat wanita secantik
Puspa Dewi dan mereka tahu bahwa gadis ini adalah seorang
asing karena di antara mereka tidak ada yang mengenalnya.
Puspa Dewi terpaksa menunda perjalanannya. Senja telah
mendatang. Ia harus melewatkan malam di tempat ini. Ia tidak
ingin ada orang di dusun itu yang mencurigainya sehingga
perjalanannya ke kota kadipaten akan mengalami banyak
gangguan. Karena itu, ia memilih tempat yang terpencil dan
jauh dari perumahan, di tepi sungai. Akan tetapi perutnya
terasa lapar sekali. Ketika ia berjalan perlahan di tepi sungai,
ia melihat berkilatnya kulit ikan yang meluncur di dalam air
sungai yang bening itu. Sepasang matanya berkilat, wajahnya
berseri. Ada makanan tersedia di dalam air sungai, pikirnya.
Puspa Dewi lalu mencari sebatang ranting pohon dan
meruncingi ujungnya. Setelah itu ia lalu berjalan perlahan
589 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyusuri tepi Kali Ngebet sambil memperhatikan ke arah air
dengan ranting runcing siap di tangan kanan.
Tiba-tiba ia melihat bayangan beberapa ekor ikan berenang
Pendekar Jembel 15 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Suling Emas Dan Naga Siluman 12
^