Pencarian

Kucing Suruhan 11

Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 11


*** TUJUH PULUH DELAPAN
MEREKA heran bercampur kasihan. Masih waraskah Sumarta" Apakah dia berpenyakit cinta yang tiap waktu bisa berubah selera"
"Kurasa kang Marta keliru," kata dr Anton. "Kami semua melihat bahwa dia mencintai kang Marta sepenuh darah dan daging. Dia berulang ke rumah kang Marta membawa aneka macam makanan yang dimasaknya sendiri. Orang yang kepalang tanggung cintanya tidak akan berbuat begitu."
"Itu dulu!" kata Sumarta.
"Ah, rasanya belum lama yang lalu juga ke rumah kang Marta. Waktu itu ada kapten polisi Siregar!" kata Erwin.
"Ya, itu kan hanya supaya jangan terlalu kentara," jawab Sumarta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksud kang Marta?" tanya Lydia. Baginya kisah agak aneh ini kian menarik.
Setelah diam sejenak, Sumarta memandang Erwin laki berkata pelan: "Julie mencintaimu Erwin. aku melihat dan dapat merasakannya." Ia tunduk. Sebelum Erwin memberi reaksi, Sumarta meneruskan lagi: "Tetapi tidak mengapalah.
Aku tidak membencimu karena itu. Aku malah mendoakan sekarang, agar kalian nanti bisa hidup bahagia. Cuma aku punya satu permintaan," dan Sumarta tidak meneruskan.
Tetapi mendadak Erwin tertawa. Semula tawa biasa, kemudian berubah jadi gelak agak terbahak-bahak.
"Mengapa kau tertawa?" tanya Sumarta. "Menertawakan aku yang barangkali kau anggap tidak cukup waras?" Rupanya dia tersinggung.
Cepat Erwin berkata: "Tidak, jangan salah faham kang Marta. Aku bukan menertawakan kang Marta, tetapi diriku sendiri. Aku tidak mungkin dicintai wanita kang Marta," sambil mengerling ke Lydia yang pernah berkuliah tentang cinta dan orang yang dicintai, kepadanya.
"Aku tidak salah lihat Erwin. Dia mencintaimu!" kata Sumarta mempertahankan keyakinannya. Atau memberi alasan, mengapa ia kini memilih Susanti.
"Aku yang punya diri saja pun tidak tahu!" tangkis Erwin.
Dan Sumarta pandai memberi dalih: "Orang yang dicintai tidak selalu mengetahui." Dia ingat pada pengalamannya dulu.
Ketika ia diam-diam jatuh hati pada Christine, padahal wanita itu pasti tidak mengetahui, bahwa hati Sumarta si tukang buah sudah ambruk! Dan semua kejadian itu terbayang lagi di hadapan matanya. Bagaimana dia minta tolong pada sahabatnya Daeng Mapparuka dan dibantu pula oleh kucingnya dalam melancarkan guna-guna terhadap Christine.
Yang berhasil dan membuat perempuan itu jadi tertarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian cinta padanya, tanpa dapat menerangkan mengapa ia bisa sampai begitu.
"Kau berkhayal kang Marta!"
"Pada saatnya dia akan mengatakannya padamu Erwin.
Dan terus terang, aku ikhlas dia menjadi milikmu," kata Sumarta menguatkan.
Setelah berpikir sebentar Erwin pun berkata dengan tenang: "Karena kang Marta berterus .terang saya juga ingin bicara secara terbuka. Boleh?"
Agak gugup Sumarta menjawab "silakan" tetapi dalam hati dia sudah bertanya, apa gerangan yang mau dikatakan orang yang dalam soal "cinta" ini jadi saingannya.
"Saya mengetahui, kang Marta dicintai Christine karena kakang mengguna-gunai dia. Kakang berhasil. Dia pun jatuh hati pada kakang. Sekarang kakang seperti mau membuang dia. Saya rasa sikap itu sangat tercela. Dan kakang belum tahu, bagaimana perasaan Christine yang sebenarnya. Kakang hanya menyangka. Guna-guna bukan untuk permainan," ujar Erwin.
"Saya bukan menyangka. Saya mengetahui. Punya perasaan!"
"Punya bukti?" tanya Erwin.
Sumarta diam. Tetapi kemudian dia sudah bijak berkata:
"Soal cinta tidak selamanya harus dengan bukti. Itu soal perasaan. Dan perasaan saya itu mengatakan, bahwa dia telah jatuh cinta pada Erwin dan tidak menghendaki saya lagi!"
"Kakang berkata begitu, karena kakang sudah bertukar selera. Tadinya mau Christine, sekarang ingin Susanti. Padahal baru satu kali lihat. Apakah kakang mau mengguna-gunainya pula" Dengar kang Marta! Kalau guna-guna kakang bikin jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permainan, maka nanti kakang sendiri dimakan oleh guna-guna itu."
Mendadak kucing suruhan Sumarta terbatuk-batuk, seperti mengejek Sumarta yang semula amat dipatuhinya itu.
Kini muka Sumarta berubah memerah lagi. Malu, tetapi rasa malu ini dikalahkan oleh gelora hatinya yang ingin memiliki Susanti.
"Aku akan coba dengan cara wajar. Terus terang Erwin, aku sendiri tidak mengerti ilmu guna-guna. Tetapi aku menghendaki Susanti dan tidak akan ingin yang lain."
Semuanya diam dengan pendapat masing-masing.
Sejurus kemudian Lydia memberanikan diri bertanya:
"Kalau Susantinya tidak menerima, bagaimana?"
Sesudah diam pula seketika lamanya, Sumarta berkata:
"Entahlah. Barangkali Erwin mau membantu. Dia bisa semua.
Dia orang berilmu." Sumarta tunduk, tidak berani memandang muka ketiga orang yang hadir di situ.
Kemudian Erwin berkata: "Sudah kukatakan, aku pernah mendengar dan diajari ilmu guna-guna. Tetapi aku tidak pernah mempergunakannya. Dan tidak akan pernah!"
"Juga tidak untukku, kalau aku amat membutuhkan pertolonganmu" Kau pernah berkata, bahwa kau tidak akan pernah meninggalkan kawan yang susah!" kata Sumarta membangkit ucapan Erwin.
"Kang Marta bukan ditimpa kesulitan, tetapi mencari kesusahan. Dan saya tidak menyukai kasih sayang orang yang dipaksakan. Baik dengan cara halus maupun melalui cara kasar!"
Sekali lagi Sumarta menyadari dan merasa malu. Erwin menilai perbuatan memaksakan cinta melalui guna-guna sebagai suatu perbuatan buruk. Hina. Tetapi ia tetap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingini Susanti. Dan hasrat yang amat besar ini membuat dia tak malu-malu berkata: "Aku mohon Erwin, berilah Susanti kepadaku!"
Yang mendengarkan jadi merasa geli, tetapi juga kasihan.
Kasihan, mengapa ia sampai mampu berkata demikian. Apa hak Erwin untuk memberikan Susanti kepada Sumarta. Sanak bukan, saudara pun tidak! Perbedaan martabat seperti antara langit dan bumi.
"Andaikata dia benda mati milikku, maka ia akan kubaringkan di pangkuanmu, kang Marta," kata Erwin. Ia mengatakan yang sebenarnya.
"Kau dapat menolong, Erwin. Aku akan menyayanginya.
Aku tahu, bahwa dialah wanita yang cocok bagiku!" kata Sumarta tanpa malu-malu.
"Baiklah, aku akan membicarakannya, bila dia sudah sembuh!"
"Kau dapat menyembuhkannya. Sembuhkan dia Erwin.
Untukku." "Akan kuusahakan dan kupintakan kepada Tuhan. Kang Marta pun harus berdoa!"
"Tentu. Erwin, apakah aku harus mencari sekuntum mawar untuk kau jampi" Apakah aku harus mandi air tujuh jenis kembang?"
Erwin diam, sementara dr Anton dan Lydia amat tertarik.
Begitukah caranya seorang lelaki mengguna-gunai wanita yang dicintai tetapi belum tentu membalas cintanya"
"Mengapa kau bertanya begitu?" tanya Erwin.
"Begitu Daeng Almarhum melakukannya untukku!"
"Tetapi aku tidak mau memakai guna-guna. Aku akan bicara dengannya. Akan kusampaikan hasrat hatimu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kesediaanmu untuk setia dan menyayanginya seumur hidup!"
balas Erwin. Dengan tubuh lesu tanpa semangat, Sumarta berdiri: "Aku pulang." ia hendak menggendong dan membawa serta kucing suruhannya, tetapi Sati mengelak, melompat lalu menjauh. Ia tidak mau ikut.
Sumarta memandangi kucingnya dengan perasaan yang amat sedih.
"Kau tak suka lagi padaku Sati". Kau meninggalkan aku?"
tanya Sumarta dengan suara mengharapkan kasihan. Tetapi kucing itu hanya memandanginya.
"Majikanmu sangat sayang dan membutuhkanmu Sati.
Pulanglah bersamanya," bujuk Erwin. Kucing itu seperti bimbang dan berpikir, kemudian berjalan ke pintu. Sumarta mengikutinya dengan perasaan sangat terpukul. Ia kian merasa, bahwa kucingnya itu kini lebih patuh pada Erwin daripada kepada dirinya. Dan Sumarta merasa dirinya menjadi kecil, karena menyadari, bahwa tanpa bantuan Daeng yang sudah tiada dan tanpa bantuan kucing suruhan itu, ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kini Erwin, Lydia dan dr Anton mengikuti langkah Sumarta dengan perasaan kasihan.
"Kasihan," kata Erwin pelan.
"Ya," ujar Lydia dan dr Anton serentak. "Ia bisa jadi frustrasi."
"Apakah kau akan membicarakannya dengan Susanti Erwin?" tanya Lyma. "Dan kalau aku boleh bertanya, apakah kau benar tertarik pada Christine. Ataukah pada Susanti, seperti dikatakan kang Sumarta?"
Erwin hanya menggeleng. Sejenak kemudian disusulnya dengan kata-kata: "Sungguh, sedikit pun aku belum teringat untuk berumah tangga kembali." Melihat Lydia seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertanya-tanya, Erwin lalu menceritakan sebagian kecil dari nasibnya di masa lalu. Ketika dia masih bahagia bersama Indahayati bersama anak kesayangannya Sampai kedua-duanya meninggalkan dirinya karena dibinasakan oleh Ki Ampuh yang kemudian terkutuk menjadi seekor babi.
Lydia mendengarkan dengan perasaan sedih, begitu pula dokter Anton. Mereka bisa membayangkan bahkan turut merasakan betapa berat penderitaan lelaki amat sederhana yang tahu diri itu.
"Tapi kau tidak berputus asa, bukan?" tanya Lydia.
"Oh tidak, Lydia. Putus asa selama masih ada nyawa sama saja dengan mayat bisa bergerak dan berpikir. Tiada gunanya lagi tetap berada di dunia ini."
"Aku jadi heran, mengapa Sumarta jadi begitu cemburu, bahkan sanggup menuduhmu!"
"Orang yang terlalu cinta tetapi tidak yakin sepenuhnya pada diri sendiri memang lazim mempunyai sifat prasangka.
Selalu dibayangi kekuatan!"
"Kau tak marah Erwin kalau aku mengatakan sedikit pendapat atau dugaanku?" tanya dr Anton.
"Tentu saja tidak. Pendapat atau dugaan apa?" tanya Erwin.
"Kulihat Christine memang menaruh perhatian padamu!
Ada orang berbintang dan hari serta jam lahir yang membuat dia selalu dibayangi cinta. Kadang-kadang tanpa diketahuinya.
Kau percaya itu?" kata dokter Anton. Membuat Lydia bergeser di tempatnya duduk karena ingin tahu apa jawab Erwin.
Sebab, dia pun punya pengetahuan yang sama dari cerita yang, pernah didengar dan dari buku yang pernah dibacanya.
"Aku pernah mendengar cerita begitu. Barangkali memang ada manusia yang dikejar-kejar cinta sehingga dia sendiri jadi kewalahan. Orang yang begitu tentu dapat digolongkan pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia malang!" kata Erwin ringan sambil tertawa. Diam-diam dia teringat lagi pada pengalaman-pengalamannya di masa lalu. Bukan hanya sekali dua, wanita cantik jatuh hati pada dirinya yang tidak punya apa-apa itu. Bahkan sebenarnya harus dijauhi karena dia manusia harimau yang pada waktu-waktu tertentu tanpa dapat dicegahnya berubah menjadi setengah manusia dan setengah harimau. Sudah berkali-kali ia bingung dan ketakutan menyembunyikan diri agar jangan sampai diketahui orang.
Sedang mereka bertiga enak-enaknya mengobrol, datang seorang tamu yang ternyata tak kurang dari ayah Susanti.
Setelah duduk dengan agak gugup dan malu-malu orang itu berkata: "Saya membutuhkan bantuan pak Erwin. "Maukah bapak bersama-sama saya ke rumah sekarang?" tanya Hamidy memperlihatkan wajah cemas. Erwin segera tahu, bahwa kedatangan itu tentu menyangkut diri Susanti. Apakah dukun yang menjahili dirinya memperkeras serangannya"
Menyebabkan penyakit gadis itu kambuh lagi, sehingga mencemaskan orang tuanya.
"Susanti dapat gangguan lagi tuan?" tanya Erwin.
"Tidak persis begitu. Tetapi dia memperlihatkan kelainan yang kami tidak mengerti!"
*** TUJUH PULUH SEMBILAN
ERWIN bertanya apakah sebenarnya yang terjadi. Apakah penyakit Susanti kambuh lagi.
Hamidy memandang orang muda yang dikenalnya hanya sebagai dukun yang pandai. Tetapi menurut dugaannya, selain mengobati, juga meng-guna-gunai anaknya. Dokter Anton dan Lydia juga ingin sekali mengetahui apa yang membuat orang itu sampai datang mencari Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak mengerti," kata Hamidy. "Ia terus memanggil-manggil nama pak dukun. Mengapa dia jadi begitu" Apakah sebenarnya yang menimpa dirinya?"
Mendengar itu, Lydia dan dr Anton memandang sahabat mereka, yang telah mengatakan, bahwa ia sama sekali tidak ada perhatian pada wanita. Karena keadaannya tidak mengizinkan.
Sebelum Erwin memberi jawaban, karena masih tidak tahu hendak mengatakan apa, Hamidy berkata lagi: "Dia seperti terkena guna-guna. Seperti Christine!"
"Maksud tuan?" tanya Erwin.
Lemah, Hamidy yang merasa tidak berdaya menghadapi keadaan anaknya berkata: "Saya tidak bermaksud apa-apa.
Saya hanya mengatakan dugaan saya dari kenyataan yang menimpa anak saya!"
"Jadi tuan sangka dia kini terkena guna-guna?"tanya Erwin.
"Ya, tetapi hanya sangkaan seorang yang tidak punya pengetahuan sama sekali tentang ilmu mistik atau ilmu hitam!"
"Kalau tuan menyangka begitu, tentu ada yang tuan sangka melakukannya. Siapa" Maksud saya, siapa menurut sangkaan tuan?"
Hamidy diam. Dalam hati dia punya sangkaan. Dan sangkaan itu jatuh atas diri Erwin. Wajar, karena namanyalah yang disebut-sebut. Tapi dia tidak berani mengatakannya.
Kalau dugaannya meleset, bahkan kalaupun benar, maka ia menghadapi risiko berat. Erwin tidak akan sudi lagi mengobati anaknya. Atau kalau mau juga mengobati, tentu dengan syarat, yaitu agar bila sembuh, Susanti dijodohkan dengannya.
Huh, betapa mengerikan. Anaknya dikawinkan dengan seorang dukun! Orang sekelas dia tak akan pernah mau menyerahkan anaknya sampai jatuh ke tangan seorang dukun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Beginilah tuan Hamidy. Kalau tuan menyangka saya, maka tuan keliru. Saya pernah belajar mengobati secara kuno sedikit-sedikit dari nenek saya, tetapi tidak menyukai guna-guna. Bahkan mengutuknya., mengerti tuan kata-kata saya"
Saya bukan tukang guna-guna."
Hamidy jadi gugup. Dia merasakan, bahwa orang itu tersinggung, walaupun belum terang-terangan dituduh.
"Maafkan saya, pak dukun, saya tidak menuduh bapak!
Jangan marah. Saya bingung. Saya tidak punya daya apa pun dalam hal ini. Tetapi kalau pak dukun dapat menyembuhkannya saya bersedia membayar berapa pun.
Anak saya itu kesayangan kami semua. Kasian dia!"
"Jangan bicara perkara bayaran tuan Hamidy. Sekali lagi saya katakan, jangan bicara soal bayaran. Saya juga bukan dukun bayaran," kata Erwin yang sudah sering merasa sangat tersinggung kalau pertolongannya dianggap sebagai suatu perbuatan dengan maksud mendapat uang sebanyak mungkin.
Heran, Hamidy segera mohon maaf lagi. Ia benar-benar tak mengerti mengapa orang yang tidak punya apa-apa ini tidak mengejar uang.
"Saya akan berusaha menyembuhkannya. Dengan izin Tuhan tentunya," kata Erwin. "Tanpa bantuan dan izin Tuhan, saya tidak mampu berbuat apa-apa. Dan saya berjanji, kalau sampai saya dibantu Tuhan menyembuhkannya, maka saya tidak akan pernah menemuinya lagi. Walaupun Tuan sendiri kelak minta agar saya datang. Tuan mengerti," kata Erwin agak ketus.
Hamidy tunduk, malu. Tetapi dia juga bingung. Mengapa anaknya memanggil-manggil Erwin.
Lydia meminta dengan lembut agar Erwin pergi melihat Susanti dan dia pun menyatakan keinginannya untuk ikut. Mau berkenalan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Susanti, tetapi dalam hati juga mau melihat sendiri, bagaimanakah cara Erwin mengobati orang ber-penyakit gila.
Karena di kampungnya ia pernah melihat seorang tua mewaraskan kembali orang yang sudah bertahun-tahun gila berat. Suka memukul dan mengamuk. Hanya dengan menyiram orang sakit itu dengan air sungai yang dimanterai.
Lalu dicambuknya dengan lidi. Orang gila itu menangis dan berteriak lalu menyatakan takluk dan mau menurut segala perintah. Tiga hari kemudian orang itu sembuh kembali.
Bukan hanya kesehatannya, tetapi seluruh ingatannya. Bahkan ia lupa, bahwa ia pernah gila. Lydia ingin tahu, apakah Erwin juga menggunakan metode yang sama.
Dokter Anton juga tidak luput dari keinginan tahu. Bertiga mereka mengikuti Hamidy.
Setiba di rumah langsung terdengar Susanti memanggil-manggil Erwin. Ketika dia melihat laki-laki itu, ia tersenyum dan berkata lembut: "Kau baik sekali. Kau dengar panggilanku" aku membutuhkanmu sahabat. Sebab aku tahu, bahwa hanya engkaulah yang dapat menyembuhkan diriku!"
Setelah kumat-kamit, Erwin bertanya, mengapa ia memanggil-manggil.
"Karena aku mau dekat denganmu. Karena aku senang kau berada di dekatku. Dan aku ingin supaya kau selalu berada di dekatku." Dia menoleh ke ayahnya dan berkata: "Katakan kepadanya ayah, aku membutuhkannya dan ayah juga tidak keberatan. Bukankah begitu ayah?"
Rasa sayang pada anak dan kuatir anaknya gila kembali, maka Hamidy berkata: "Ya, aku senang dia berada di dekatmu. Aku sama sekali tidak keberatan." Padahal ia malu bukan buatan. Rasa malu itu dikalahkan oleh kasih sayang kepada gadisnya itu.
"Tetapi kau menyusahkan aku nona Susanti!" kata Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menyusahkan" Kau tidak suka padaku" Terlalu burukkah aku ini" Atau ada orang yang melarangmu!"
"Tidak. Tidak ada yang melarang. Aku disangka mengguna-gunaimu. Dan aku tidak sehina itu!"
"Siapa yang berkata begitu. Orang yang berkata begitu pasti orang gila," kata Susanti. Membuat Hamidy jadi tambah malu.
Dokter Anton dan Lydia terheran-heran. Kenyataan yang mereka lihat dan dengar lebih hebat dari khayalan atau impian.
"Tidak ada larangan seorang gadis merasa senang dan suka pada seorang lelaki, siapa pun dia, bukankah begitu"
Walaupun laki-laki itu belum tentu menyukainya. Oh, aku tahu, kau belum tentu suka padaku. Tetapi tidak ada sebab untuk membenci aku, bukan" Maaf, kalau aku menyusahkan, seperti katamu tadi. Tetapi tidak ada maksudku menyusahkanmu. Kalau kau susah karena dituduh mengguna-gunai aku, lebih baik kau anggap sepi saja omongan orang yang tidak beres itu!"
Kini Hamidy tambah malu. Dia dikatakan tidak beres. Dan kini dia bertanya, waraskah anaknya atau dia masih gila"
"Kau sakit Susan," kata mama Susanti yang juga hadir.
"Itu kemarin ma. Sekarang aku sehat. Tanyakanlah apa saja padaku, aku akan menjawabnya dengan baik. Aku tahu, bahwa aku sudah sembuh. Mungkin kegilaanku itu karena aku menantikan kedatangan orang yang tadinya belum kukenal ini," kata Susanti, membuat ibunya pula jadi bermuka merah.
Lydia dan dr Anton kian heran. Bagi Lydia keheranan itu timbul, karena di Indonesia ada dukun yang begitu hebat, walaupun caranya berlainan dengan apa yang pernah dilihatnya. Bagi dokter Anton ketakjuban itu dikarenakan cara pengobatan yang sama sekali tidak dikenal oleh dokter keluaran universitas mana pun. dan kedua orang itu kian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kagum pada Erwin yang memiliki ilmu begitu tinggi tetapi selalu berendah hati.
Berkata Erwin: "Tuan dan nyonya Hamidy, anak tuan memang masih agak sakit. Tetapi gilanya yang kemarin benar sudah hampir hilang!" Dia berkata begitu untuk meringankan perasaan malu kedua suami isteri itu, tetapi juga karena dia yakin, bahwa Susanti masih belum sembuh benar. Dia sendiri pun tertanya-tanya, mengapa sampai Susanti menyebut-nyebut namanya. Kalau hal ini diketahui Sumarta, bukan tak mungkin tukang buah itu jadi gelap mata dan ia menerima risiko yang pasti amat berat.
"Baiklah, aku akan selalu di dekatmu, tetapi kau mengikut nasihatku!" kata Erwin.
"Tentu, aku akan menurut nasihat orang yang kusenangi.
Tetapi jangan pula kau ikut-ikut gila mengatakan, bahwa aku masih sakit. Aku benar-benar sudah sembuh dan aku mengatakan senang dan suka padamu dengan penuh kesadaran. Tidak dipengaruhi atau ditekan oleh siapa pun juga. Mama dan papa dengarkah itu" Jangan sekali-kali menyangka buruk terhadap diri Erwin. Berprasangka padanya sama dengan tidak menyukai aku. Dan kalau mama serta papa tidak menyukai aku, aku akan pergi dari sini. Mengikut Erwin. Kalau dia menolak aku akan mengembara menurutkan kehendak kakiku. Aku sudah dewasa, boleh menentukan kehendak hatiku sendiri. E, maafkan, sejak tadi saya belum kenal dengan nona cantik ini. Raut wajah nona sebagai orang dari Thai. Apakah saya keliru" Kenalkan, nama saya Susanti.
Sahabat Erwin. Dan tuan itu siapa?" tanyanya menunjuk dr Anton.
"Saya dokter Anton, sahabat pak Erwin!" kata dr Anton.
"Benarkah dugaan saya, bahwa nona asal Muangthai?"
tanya Susanti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tepat sekali," jawab Lydia. "Nona tajam penglihatan.
Sudah pernahkah nona ke negeri saya?"
"Belum. Saya ingin! Boleh saya diberi kebebasan menyatakan pendapat?"
"Tentu saja,"jawab Lydia.
"Kalau dokter belum beristeri dan nona pun masih bebas, menurut penglihatan saya kalian berdua merupakan pasangan yang sangat ideal," kata Susanti. Membuat dokter Anton tersipu-sipu dan Lydia tertawa kecil. Orang yang suka ngoceh itu ternyata sangat cerdas.
"Mereka memang akan kawin," kata Erwin.
"Kalau begitu aku penebak tepat. Kalian mau ke Muangthai.
Bolehkah aku ikut" Papa dan mamaku tentu tidak keberatan.
Karena ada nona Lydia yang pasti baik hati."
Erwin memberi segelas air kepada Susanti dan ia dengan patuh meminumnya sampai habis.
Lalu tertidur. Dan ketiga orang itu pulang, meninggalkan tuan dan nyonya Hamidy kebingungan.
Setelah berdua saja, nyonya Hamidy berkata, bahwa menilai omongan dukun itu, ia bisa dipercaya. Tidak mengguna-gunai Susanti. Bahkan bukan dukun pengejar duit.
Tetapi tak terjawab oleh mereka, mengapa perawan cantik mereka itu menyebut-nyebut nama Erwin. Dan terus terang lagi mengatakan, bahwa ia menyenangi dukun itu.
"Ada kudengar yang dinamakan orang pemanis atau pekasih raa," kata Hamidy. "Itu bukan guna-guna, cuma semacam pakaian orang, lelaki atau perempuan. Maksudnya supaya orang suka kepadanya. Selalu kelihatan menarik. Jadi tidak khusus ditujukan kepada Susanti."
"Tetapi aku kok tidak tertarik padartya!" kata nyonya Hamidy.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, bukan begitu tujuannya. Tapi engkau tidak benci kepadanya, walaupun dia hanya dukun, bukan?"
Bagaimanapun tertariknya Susanti kepada Erwin merupakan problim baru bagi kedua suami isteri itu.
*** AKAN hal Sumarta di rumahnya, cukup membuat laki-laki itu jadi kian kebingungan. Walaupun Sati pulang, tetapi jelas tampak bahwa dia jadi kurang senang kepada majikannya itu.
"Kau marah kepadaku Sati!" kata Sumarta. Kucing itu berulang kali mengangguk. Memang dia marah.
"Kau mau menolongku lagi. Aku jatuh hati kepada Susanti.
Si Christine itu tidak menyukai aku lagi!" Kucing suruhannya menggeram memperlihatkan amarah dan kebencian.
Setelah berpikir sejenak, maka ia bertanya kepada kucingnya yang mengerti tetapi tidak bisa bicara itu, apakah ia harus tetap mencintai Christine. Dan bertentangan dengan harapannya, kucing itu mengangguk.
"Tapi aku sudah tidak menyukainya dan kau tahu apa sebabnya." Sati mendengus. Lebih marah lagi.
Diberanikannya bertanya: "Apakah Erwin mencintai Christine?"
Kucing suruhan Sumarta menggeleng. Lalu menggeleng lagi.
Kalau begitu, benarlah Erwin tidak bersalah. Yang berkhianat Christine. Perempuan tidak setia, patut dia ditinggalkan, katanya di dalam hati Ia semakin terdorong untuk memiliki Susanti. Dengan begitu bukan hanya mencapai idaman hati, tetapi sekaligus juga membalas pengkhianatan Christine. Tetapi kemudian dia terbentur kepada keragu-raguan, apakah Susanti mau menerimanya. Dengan guna-guna sudah tak mungkin, karena Daeng sudah tiada dan Erwin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anti ilmu begituan. Mengharapkan Susanti mencintainya secara ikhlas, rasanya jauh panggang dari api. Tetapi walaupun begitu, siapa tahu. Kalau nasib baik, segalanya pun bisa saja terjadi.
Kemudian dia merasa bahwa kini Sati suruhannya, bisa menjadi penghalang. Dia tetap menghendaki agar Sumarta meneruskan cintanya pada Christine. Wah, suruhan itu berbalik jadi bahaya baginya, seolah-olah kucing itu yang menentukan apa yang ia boleh dan apa yang tidak boleh dilakukannya. , .
Kemudian dia berkata lembut: "Kau mau kita saling mengerti. Kau ingin aku bahagia, bukan?"
*** DELAPAN PULUH TETAPI mendadak pada saat itu terdengar seseorang mengetuk pintu. Sebelum ia bangkit berdiri untuk membukanya, pintu itu telah terbuka sendiri tanpa kelihatan seorang makhluk pun masuk ke dalam. Lalu pintu ditutup kembali. Juga tidak kelihatan siapa yang menutupnya. Jantung Sumarta berdebar. Tetapi Sati mengeong seperti menyambut seseorang. Dan ia bergerak ke arah pintu, lalu masuk lagi ke hadapan Sumarta. Berdetak hati Sumarta, bahwa Sati dengan matanya yang serba dapat melihat dan tembus pandang, bukan datang sendiri, tetapi tidak tampak dia datang dengan siapa. Namun begitu, pastilah seseorang atau sesuatu yang dapat membuat dirinya tidak kelihatan.
"Kau tidak seperti biasanya sayang," kata Sumarta dengan hati penuh tanda tanya sambil tak dapat mencegah kecemasan hatinya.
Sudah tentu Sumarta tidak mengharapkan jawaban Sati, karena kucing suruhannya itu tidak dapat berkata-kata. Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sangat mengejutkannya kali ini ada jawaban. Sumarta menjadi pucat. Suara itu sangat dikenalnya, tak lain dari suara sahabatnya yang telah tiada, karena ditabrak dengan sengaja oleh sebuah truck atas perintah Jaya Wijaya. Suara Daeng Mapparuka.
"Mengapa kau ini Marta?" tanya suara Daeng. Setelah tertegun oleh kaget dan heran bercampur takut, barulah Sumarta menjawab, bahwa ia tidak mengerti apa maksud Daeng dengan mengajukan pertanyaan seperti itu.
"Jangan kau berpura-pura. Walaupun aku telah mati, tetapi rohku selalu mengikuti gerak dan perbuatanmu. Aku pun melihat segala perubahanmu serta mendengar segala apa yang kau ucapkan. Kau telah tidak menyukai Christine yang kau rebut dengan susah payah. Aku bukan membangkit Marta, tetapi aku punya andil dalam usaha itu. Begitu pula kucingmu.
Kau sendiri tahu, bahwa Sati amat marah kepadamu. Dan aku tahu, bahwa ia akan meninggalkanmu jadi sebatang kara, kalau kau banyak lagak seperti sekarang."
"Kalau Daeng mengetahui perasaanku, tolonglah aku Daeng. Aku tahu bahwa aku sendiri tak berdaya, tetapi hati celaka ini memang benar kini inginkan Susanti!"
Arwah Daeng yang tidak kelihatan itu tertawa. Dari tertawa biasa sampai terbahak-bahak, jelas mengejek atau menertawakan bekas sahabatnya.
"Kau menertawakan aku Daeng!" kata Sumarta sedih.
"Memang, kau makhluk tak tahu diri yang sangat pantas diejek dan ditertawakan! Susanti tidak menyukaimu. Dia jatuh sayang pada Erwin. Bukan Erwin yang menyukainya. Kau jangan buruk sangka terhadap orang ini. Dibandingkan dengan kepandaiannya, kita ini sama sekali tidak punya arti apa-apa. Dia punya detik kelahiran yang ditakdirkan jadi buruan hampir setiap wanita. Bukan seperti kau, yang harus pakai guna-guna untuk memikat hati Christine. Kau tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Marta, cinta anak tuan Subandrio itu padamu karena pengaruh guna-guna. Bukan karena kau hebat dipandangan matanya.
Walaupun kau punya kumis melintang! Sebenarnya dia bukan makananmu atau orang-orang semacam kita ini, tetapi guna-guna itu telah menolong. Dan kau tidak bersyukur. Kau tahu Marta, orang yang mempermainkan hasil guna-guna bisa kelihatan seperti monyet. Kau dengar, di mata orang lain, siapa pun dia, mukamu akan kelihatan seperti muka monyet."
Selesai ucapannya itu berdirilah di sana seorang Daeng Mapparuka dalam keadaan telanjang. Terkejutnya Sumarta bukan kepalang. Ia menjadi lemas dan roboh di atas kedua lututnya menghadap sahabatnya yang sudah meninggal itu.
"Daeng, aku menyesal. Semua itu bukan kehendakku, namun terjadi semata-mata karena kelemahanku. Tetapi kukira juga disebabkan oleh kenyataan, bahwa Christine sudah kurang menghiraukanku. Ia lebih tertarik pada Erwin. Aku rasa tak kuat bersaing dengan dia, Maka dengan mudah hatiku berbalik senang pada Susanti," kata Sumarta agak terbata-bata.
"Hah, kau kata bersaing. Tidak benar. Bagaimana pula bersaing dengan orang yang sama sekali tidak bersaing denganmu. Erwin tidak punya keinginan apa pun dari Christine. Bukan salahnya, kalau wanita itu tertarik padanya.
Dia tidak mempergunakan guna-guna, tidak pula punya duit seperti kau. Tetapi ia punya kepribadian yang disenangi wanita. Jangan kau persalahkan dia. Yang paling baik kau minta maaf kepadanya. Dia banyak membantumu, semua dengan niat baik. Supaya kau dihargai keluarga Subandrio dan Hamidy. Supaya akhirnya keluarga Subandrio merelakan Christine kawin baik-baik denganmu. Kini, di dunia ini hanya Erwinlah sahabat yang sebenarnya. Kau akan celaka, kalau kau menjahati dia. Dan kau tidak akan pernah berhasil karena dia punya pelindung diri dan dia dilindungi oleh ayah dan kakeknya walaupun kedua-duanya telah meninggal!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta diam. Terasa benar olehnya betapa jahat hati dan niatnya terhadap Erwin. Dan pada waktu itu juga dia menyesali semua kesalahannya.
Agak lama kemudian baru Daeng Mapparuka berkata lagi:
"Kau masih tetap mengingini Susanti?"
Seperti tanpa pikir, sebagaimana dia bisa mendadak jatuh hati pada Susanti yang baru sekali dilihatnya, Sumarta menjawab: "Tidak lagi Daeng. Aku tidak tertarik lagi padanya.
Dan aku jadi kurang menyukai Christine pun hanya karena kurasa dia sudah tidak lagi menyukaiku. Kadang-kdang kupikir kekuatan guna-guna itu sudah habis!"
"Tidak, tidak habis. Kalau kau tetap setia padanya, kucingmu masih akan mau membantu. Ini," kata Daeng sambil memberikan satu batu kecil berwarna hitam kepada Sumarta.
Setelah diterima, Daeng berkata lagi: "Tanam itu di tempat yang akan dilangkahi Christine atau dilalui mobilnya!" Selesai berkata begitu, Daeng Mapparuka menghilang lagi.
Meninggalkan Sumarta terduduk dan bermenung diri.
Kucingnya berjalan pelahan lalu duduk di hadapannya, seolah-olah hendak membantu tuannya yang banyak tingkah tetapi kini merasa amat terpencil. Mungkin dia ingat, bahwa bagaimanapun orang yang lupa diri ini dulu pernah sekali menyelamatkan nyawanya dari anak-anak nakal dan jahil.
Merasa dirinya begitu kesepian, Sumarta mengelus-elus kucingnya. Mengetahui, bahwa majikannya butuh kawan dan merasa bahwa tukang buah itu mulai kembali ke jalan yang lumayan benar, sadar bahwa ia harus mencintai Christine dan bersyukur atas nasib baiknya yang tidak wajar itu. Sati menjilat-jilat tangan Sumarta. Oleh rasa haru lelaki itu tak kuat menahan air mata. Benar apa yang dikatakan roh Daeng Mapparuka, bahwa ia tak tahu diri dan sama sekali tak mengenal syukur atas nasibnya yang sudah terlalu baik buat seorang Sumarta. Rupanya tahu akan keharuan sang majikan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sati berdiri lalu menjilat-jilat air mata yang membasahi pipinya.
Tanpa diduga, pada saat itulah Erwin datang. Setelah memberi salam langsung saja masuk, karena ia merasa Sumarta sudah sahabat akrab. Mukanya tidak terlalu cerah, tetapi juga tidak murung.
"Kang Marta baik-baik saja?" tanya Erwin sambil ikut duduk di lantai beralaskan tikar pandan berbunga-bunga.
"Ya, alhamdulillah, berkat doanya pak Erwin," kata Sumarta, berbapak pula kepada Erwin yang jelas jauh lebih muda daripadanya. Mungkin merasa orang ini patut diperbapak, karena isi dada dan pengetahuannya jauh lebih tinggi dari apa yang diketahuinya dan pemiliknya. Pandai dan ulet jual beli buah serta memiliki kucing yang bisa disuruh-suruh, tetapi juga bisa membangkang tidak mau menurut keinginan hatinya.
"Saya bawa kabar kang Marta," ujar Erwin sejurus kemudian.
"Kabar apa?" tanya Sumarta. Benar-benar disorong keingin tahuan. Gerangan kabar apa pula yang dibawanya. Ia sudah lupa, bahwa ia pernah minta tolong kepada Erwin dan lelaki yang dukun itu pernah menjanjikan semacam kesanggupan menurut caranya. Tentang Susanti. Dan Erwin segera saja mengatakan, bahwa berita itu mengenai Susanti. Tanpa ada reaksi dari Sumarta.
"Saya sudah membicarakannya," kata Erwin. Juga tidak ada tanggapan dari Sumarta. Seolah-olah dia bersikap masa bodo, membuat kini Erwin yang balik tertanya-tanya di dalam hatinya, ada apa pula dengan orang yang tergila-gila pada Susanti.
"Nampaknya kang Sumarta tidak berminat mendengarkannya. Kan kang Marta ingin memiliki Susanti!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak lagi," kata Sumarta. "Aku ingin setia pada Christine."
Berita yang tidak disangka Erwin ini sangat menyenangkan dan katanya melega. Ia tidak perlu menceritakan hasil pembicaraannya dengan Susanti. Yang semula diyakininya akan sangat menyedihkan hati Sumarta. Sebenarnya Erwin menyampaikan perasaan Sumarta dengan hati-hati sekali dan Susanti pun mendengarkannya dengan penuh kesabaran. Dia dapat mengerti walaupun heran atas gejolak hati Sumarta yang berani begitu berterus terang. Belum mengenal Susanti.
Baru melihatnya saja. Bagaimana sih orang itu. Kok begitu mudah jatuh hati. Kaya tanah gundul yang hutannya punah oleh tangan-tangan pemegang HPH yang serakah tak kenal lagi keselamatan rakyat dan negara. Sehingga oleh sedikit hujan saja sudah longsor membunuh puluhan atau ratusan penduduk kecil yang tertimbun. Erwin merasa lega, tidak perlu lagi menyampaikan berita yang amat tidak enak bagi pemilik kucing suruhan yang begitu cepat beralih tadah dari Christine Julianty Subandrio ke Susanti Hamidy. Masih terdengar oleh Erwin dialognya dengan gadis yang hampir sembuh dari sakit ingatan itu. Ia berkata kepada wanita itu: "Aku membawa sebuah amanah Su-sar. Kalau amanah tak disampaikan, maka ia menjadi beban bagi yang menerima, dalam hal ini bagiku.
Maka kuharap Susan sudi mendengar dan
mempertimbangkannya. Dan kalau boleh ku-pinta, jangan menertawakan orang yang memberi amanah kepadaku itu."
"Panjang sekali mukaddimahmu. Aku sudah tidak sabar menanti. Pesan apa" Katakanlah. Aku memang mudah tertawa, tetapi bukan suka menertawakan," kata Susanty sambil tertawa riang. Dia memang ingin tahu, pesan apa yang dibawa Erwin. Kelihatannya begitu serius dan berhati-hati hendak menyampaikannya.
"Sebenarnya berat bagiku untuk mengatakannya Susan."
"Tadi kau kata, akan berat bagimu kalau tidak disampaikan.
Supaya jangan jadi beban pikiran, katakanlah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak akan marah?"
"Hanya pesan saja, mengapa mesti marah!"
"Orang yang berpesan itu sudah kau kenal."


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau begitu mengapa bukan dia sendiri menyampaikannya?"
"Berat katanya."
"Lalu yang berat itu digeser kepadamu. Dan kau menerima?"
"Karena aku hanya menyampaikan. Tidak ada kena mengena dengan diriku! Dapat kau terka dari siapa?"
"Jangan berteka-teki. Membuat aku lebih nanti."
"Dari kang Sumarta yang kawanku itu."
Setelah berpikir sejenak Susanti bertanya, kang Sumarta mana. Dia tidak merasa punya kenalan bernama seperti itu.
Erwin terpaksa menerangkan untuk mendengar pertanyaan Susanti: "Dukun yang seorang lagi" Kawanmu itu?" Dan dia sama sekali tidak tertawa, bahkan tertarik apakah kiranya pesan orang itu.
"Nah, katakan apa pesannya, supaya ringan hatimu!" kata Susanti.
Sebijaksana mungkin menurut kemampuannya Erwin menyampaikan pesan Sumarta yang berprofesi pedagang buah merangkap pengobatan secara tradisional. Sesuai kemampuan dukun asli yang kadang-kadang tidak bisa diimbangi oleh dokter atau professor sekalipun.
Setelah Erwin selesai menyampaikan perasaan dan isi hati Sumarta, perempuan itu berkata: "Dukun bisa juga jatuh hati, ya!"
"Kau jangan menghina Susan. Dukun juga manusia.
Tukang sampah sampai ke kepala negara semuanya sama-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama manusia. Punya hati dan jantung. Punya darah yang sama merahnya. Hanya profesi yang berlainan. Raja-raja dan orang-orang besar bisa jatuh cinta dan punya hak untuk itu.
Begitu pula seorang petani miskin atau sekedar dukun yang hanya bisa kumat-kamit di hadapan perapian yang mengepulkan asap kemenyan."
"Jangan salah faham, aku bukan menghina atau memandang rendah. Aku pun memandang semua manusia sama. Di yaumilmakhsyar, di hadapan Pengadilan Tuhan kelak baru kita tahu, manusia mana yang baik dan patut dihormati dan manusia mana pula yang jahat dan pantas dianggap hina.
Bukan ditentukan oleh asal usul atau kedudukan." Erwin sangat terkesan oleh kata-kata penuh pengetahuan dan keyakinan itu. Siapakah yang telah mengguna-gunai dirinya.
Erwin akan dapat mengetahuinya, tetapi ia tidak akan mencari. Cukup kalau Susanti sembuh semula. Kegembiraan orang tuanya akan membuat Erwin merasa lebih gembira dari mereka. Itulah yang dinamakan kebahagiaan yang lebih besar dan berkwalitas lebih tinggi dari orang yang dibuat gembira.
Itulah pula sebabnya mengapa orang-orang yang berbudi luhur dan benar-benar tanpa pamrih ingin membuat senang orang lain. Sayang sekali manusia-manusia yang begitu tidak cukup banyak jumlahnya. Yang tampak jelas di depan mata, di negeri kita ini sudah terlalu banyak orang yang senang menyakiti orang lain, bahkan menyakiti apa yang dinamakan masyarakat untuk kesenangan dan kepuasan dirinya karena mereka sudah dikuasai keserakahan dan dihantui kesadisan.
Kemudian kedua-duanya sama berdiam diri. Sehingga Erwin juga yang bertanya: "Apa akan kukatakan kepadanya?"
"Apa ya?" godanya. "Aku memang mengharapkan pesan yang begitu!"
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
DELAPAN PULUH SATU
WALAUPUN dukun dan kadang-kadang berubah jadi harimau, Erwin jadi heran. Mengharapkan pesan begitu! Dari Sumarta" Apakah ia sudah mengetahui atau mendapat firasat, bahwa laki-laki itu minta pesannya disampaikan oleh Erwin"
Apakah diam-diam, Sumarta yang mengaku tidak mempunyai banyak kemampuan itu telah mengguna-gunai Susanti dengan berhasil"
"Jadi, kau memang sudah tahu ia akan berpesan begitu?"
tanya Erwin setelah tidak memberi reaksi beberapa waktu lamanya.
"Coba tebak, aku sudah tahu atau tidak?" goda Susanti.
"Kau menguji daya tebakku ya?" sambut Erwin sebagai imbangan.
"Boleh juga dikatakan begitu."
"Kau sudah tahu, sehingga kau tidak heran lagi sebenarnya. Semula tadi kau pura-pura!"
"Salah. Kau meleset sama sekali. Aku tidak pernah mengetahui pak Sumarta akan berpesan begitu! Tapi aku memang mengharapkan pesan semacam itu!"
"Kau membuat aku jadi bingung!"
"Bagus. Memang itu yang kuharap. Aku berhasil membuat bang dukun jadi kebingungan." Tampak dia, yang baru saja hampir sembuh dari penyakit jiwa atau setengah gila, begitu girang dengan keberhasilan kelakarnya. Sekaligus pula kelihatan, bahwa ia seorang yang suka bergurau.
"Yang kuharap kau sendiri menyampaikan pesan itu untuk dirimu," kata Susanti. Lalu dia diam, hampir seperti termenung sambil setengah berpikir. Ditambah lagi dengan keinginan tahu, bagaimana reaksi orang yang berdaya upaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembuhkannya. "Kau tidak bingung menafsirkan kalimatku itu?"
Kini Erwin yang terdiam, bagaikan tak percaya akan apa yang diucapkan gadis cantik itu.
"Kau bingung?" tanya Susanti nakal. Dan pertanyaan itu sama sekali bukan pertanyaan orang yang masih sakit jiwa.
Pertanyaan seorang gadis ceria yang senang menggoda. Dan yang digoda kini benar-benar orang yang selalu takut pada wanita oleh ajaran pengalaman. Sehingga ia kelihatan seperti orang bloon.
"Aku bisa menafsirkan, tetapi aku yakin kau salah ngomong. Tetapi aku senang kalau kau memperolok-olokkan diriku. Tidak mengapa, asal kau bisa lekas sembuh."
Giliran Susanti nampak kecewa dan kewalahan. Orang yang cuma dukun ini ternyata pandai pula berdalih dan bersilat lidah.
"Aku tidak salah ngomong dan kau pun sebagai dukun yang serba mengerti, tahu bahwa aku tidak mempermainkan dirimu. Aku ingin kau yang berpesan begitu. Kau mengerti"
Aku senang padamu," katanya hampir tak masuk akal, bahwa seorang gadis cantik mau berkata begitu kepada orang yang hanya dukun tak punya apa-apa. Seperti perkataan orang tidak waras sehingga tak punya malu atau kata-kata orang yang dimakan guna-guna. Padahal ia sama sekali tidak diguna-gunai.
"Lebih baik kau mengucap Susan," anjur Erwin.
"Mengucap apa" Aku sudah mengucapkan isi hatiku dengan kata-kata. Dengan bahasa sederhana. Kalau kau tanya mengapa aku senang padamu, aku pun tidak dapat menjawab. Sekali ketemu, orang lalu jadi senang. Bisa kan"
Kalau ada yang jadi sebab, barangkah karena orang itu terasa menyenangkan. Simpatik. Dan kau tentu tahu, itu tidak ada kaitan dengan rupa, profesi ataupun keadaan seseorang," ujar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Susanti dengan kata-kata teratur. Membuat Erwin merasa seperti diberi kuliah.
"Kau wanita aneh. Tidak bisa dimengerti!"
"Aku tidak melihat atau merasa sesuatu keanehan.
Semuanya itu wajar. Tidak lebih dari kewajaran yang bisa terjadi setiap waktu dan pada diri siapa pun."
Erwin kian tertarik dan heran. Orang secerdas ini yang baru saja dikatakan orang tuanya selalu berubah akal dan sifat, seperti gila. Atau memang gila.
Pada waktu itu ibu Susanti datang. Dan tak kurang dari Erwin sendiri yang mempersilakan wanita berada itu duduk.
Lalu dibantu pula oleh Susanti.
"Mama, Susan sedang berbincang-bincang dengan pak dukun yang sudah menjadi sahabatku ini. Mama pernah mengatakan, derajat manusia tidak diukur dari lahiriahnya.
Lebih-lebih tidak dari materi yang dimilikinya. Masih ingatkah mama?"
Perempuan itu merasa terpojok, tetapi secara sportip dia menjawab, bahwa dia masih ingat. Tetapi di dalam hati ia berkata, bahwa seorang dukun harus dinilai lain. Yang dukun pasti orang kampungan. Bagaimana pula hendak mempersamakan orang kampung dengan keluarga mereka yang semuanya terpelajar. Boleh baik, tetapi jangan terlalu dekat. Apalagi dengan dukun, yang konon punya begitu banyak kepandaian aneh yang kadangkala tak masuk akal.
Kepandaian yang mengerikan.
"Ma, aku baru saja menyampaikan isi hatiku kepadanya!"
kata Susanti lagi. Membuat wanita itu berdebar. Isi hati apa pula yang disampaikan anaknya yang kurang waras ini" Pada detik itu ia menilai anaknya kurang waras, karena memang demikianlah keadaannya selama beberapa waktu ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia tidak bisa percaya ma. Heran. Aku berkata yang benar, seadanya. Mungkin dia pikir aku kurang sehat akal dan pikiran. Coba mama tegaskan kepadanya, bahwa aku ini sebenarnya tidak kurang suatu apa pun. Waras seratus persen. Aku tahu apa yang aku katakan. Dan aku bicara bukan tanpa pikir."
Nyonya Hamidy diam. Tetapi Susanti berkata: "Mama agak segan Win! Sudah kukatakan tadi, aku sadar betul apa yang kukatakan. Ma, aku mengatakan lagi kepada bang Erwin bahwa aku senang padanya. Kalau mama tanya, kenapa, aku tidak bisa jawab. Pokoknya aku senang. Tapi, omong-omong ada juga cerita yang lumayan menarik. Tentang pak dukun yang satu lagi, kawannya bang Erwin. Dia minta sampaikan melalui bang Erwin kepadaku, bahwa ia menaruh hatiku padanya. Aku heran. Kenapa dia begitu. Bukankah dia yang digilai dan menggilai kak Christine. Nanti bang Erwin sampaikan kepadanya. Dengan cara yang halus, jangan sampai dia tersinggung. Nanti aku diguna-gunainya. Kan bisa berabe. Iya, kan ma!"
Nyonya Hamidy hanya tersenyum. Getir. Tak mampu mengucapkan kata-kata. Dan Erwin tahu bagaimana perempuan itu.
"Kalau tidak pakai guna-guna mana mungkin kak Christine sampai jatuh cinta padanya." Erwin merasa malu, kualir kembali kalau-kalau ibu Susanti kembali menyangka bahwa anaknya kena guna-guna. Walaupun Erwin telah pernah berkata, bahwa ia sangat membenci penggunaan guna-guna.
Lalu terjadilah kenyataan yang mengejutkan Susanti dan ibunya. Tiba-tiba saja, entah dari mana datangnya kucing suruhan Sumarta sudah ada di sana. Dia kelihatan girang, tampak pada matanya. Ia melompat ke dekat Susanti lalu menjilati tangan orang dalam penyembuhan itu.
"Dari mana datangnya kucing cantik ini?" tanya ibu Susanti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Punya kang Sumarta," jawab Erwin. "Dia selalu ramah dan baik sekali pada orang yang menyukainya." Dia tahu, bahwa kedatangan Sati bukan oleh perintah Sumarta.
"Kau mau menolong aku Sati?" tanya Erwin kepada kucing yang diketahuinya menyukai dirinya. Dan Sati mengangguk, menimbulkan heran, tetapi juga rasa seram pada ibu Susanti.
"Kucing apa dia?" tanya ibu Susanti lagi.
"Kucing baik. Pintar lagi," lalu Erwin berkata kepada Sati:
"Di pekarangan rumah ini, entah di mana, ada sesuatu ditanam orang. Yang membuat nona cantik ini sakit. Kalau kau sayang padanya, cari dan bawalah kemari!"
Dengan amat mengherankan tetapi tetap mengecutkan hati ibu Susanti, kucing itu segera saja bergerak ke luar pintu.
Tampak oleh mereka semua dia keluar. Padahal masuknya tadi tidak kelihatan.
"Jadi benar ada binatang yang dapat disuruh. Mengerti bahasa manusia. Tadinya saya pikir hanya tahyul!" kata nyonya Hamidy.
"Aku ingin melihatnya," kata Susanti. Erwin mengizinkan.
Dan yang ingin tahu rupanya bukan hanya gadis sakit itu.
Tetapi juga ibunya. Ia turut keluar, mengikuti gerak Sati dari jarak tidak terlalu jauh. Dan kucing itu pun tampaknya tidak keberatan. Ia tidak jalan lurus ke sasaran. Ia pun mencari-cari. Sehingga ia berhenti di dekat sebuah pot bunga besar.
Diciumnya di sana-sini. Kemudian mulai mengorek-ngorek dengan kukunya. Tidak berapa dalam, sekitar sepuluh sentimeter saja. Lalu moncongnya dimasukkan dan keluar lagi dengan menggigit satu bungkusan kecil. Sudah tak tentu warnanya, berlapiskan tanah. Tanpa menghiraukan orang-orang yang memperhatikan dan mempersaksikan pencarian dan penggalian itu, Sati masuk lagi ke rumah. Ke kamar Susanti. Diletakkannya bungkusan di atas karpet, dihadapinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin duduk di samping Sati. Begitu pula Susanti dan ibunya.
"Terima kasih Sati. Kau telah sangat baik hati dan menyelamatkan nona Susanti. Diangkatnya Sati, lalu diciumi.
Kucing itu kelihatan girang. Adegan itu diikuti Susanti dan ibunya dengan jantung berdebar, kagum dan ingin tahu apa isinya. Setelah membaca mantera, Erwin membukanya. Dan tampaklah isinya. Cakar ayam, pisau lipat dengan pisaunya terhunus, rambut dan tujuh buah kerikil. Erwin menarik rambut itu, ternyata panjang. Rambut wanita.
Meskipun tidak banyak tahu, tetapi nyonya Hamidy pernah mendengar, bahwa wanita harus hati-hati dengan rambutnya.
Kalau sampai jatuh ke tangan orang berniat buruk, dapat digunakan untuk menjahili perempuan itu. Tiga atau tujuh helai diperlukan dalam ilmu hitam untuk membuat yang empunya rambut jadi sakit, gila atau setidak-tidaknya gundul total tanpa dapat ditumbuhkan kembali.
Nyonya Hamidy, anaknya dan Erwin menghitung. Ada tujuh helai rambut.
"Rambut siapa itu pak dukun?" tanya nyonya Hamidy.
"Punya anak nyonya," jawab Erwin tenang.
"Rambutku?" Susanti mengulangi pertanyaan ibunya.
Waktu itulah Hamidy masuk dan langsung turut menyaksikan. Mengetahui bahwa rambut yang tujuh helai milik anaknya.
"Pak dukun tentu dapat mengetahui si pembuat. Balaskan!"
Hamidy mengulangi apa yang pernah dipintanya tetapi ditolak oleh Erwin.
"Tolonglah balas pak dukun!" desak Hamidy dengan nada memohon. Tampak ia dendam sekali. Tetapi pada saat itu Susanti menjerit dan membanting-banting diri. Pertanda bahwa ada perlawanan dari pihak lain. Pihak si dukun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerjai Susanti. Sibuk Erwin dibuatnya. Ia harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi dan sedapat daya mengalahkan orang yang menjahili Susanti.
Untuk dirinya sendiri atau atas upah orang lain.
Sementara Erwin minta perasapan dengan kemenyan putih, ibu Susanti kebingungan oleh rasa takut. Ia dapat melihat, bahwa di kamar itu sedang terjadi pertarungan atas orang yang punya jahat dengan Erwin yang hendak menundukkan si penjahat. Tak lama antaranya Hamidy sendiri telah kembali dengan pedupaan dan kemenyan. Sama dengan isterinya, ia pun cemas, karena dalam pertarungan gaib itu ada dua kemungkinan. Erwin dikalahkan atau, kalau Susanti bernasib baik, orang kuat dari pihak sana yang akan dibikin bertekuk lutut. Sebagai biasa, Erwin mengeluarkan pisau pusakanya yang berupa buruk dan karatan, tetapi telah banyak kali memperlihatkan keampuhannya. Sati yang punya kemampuan sendiri pun terbingung-bingung melihat Erwin, yang mungkin diketahuinya sedang berjuang melawan musuh yang tak tampak.
"Kau masih mau membantu aku nanti, kalau diperlukan Sati?" tanya Erwin kepada kucing suruhan Sumarta.
Kucing itu mengangguk, tetapi pada detik berikutnya dia pun terangkat cukup tinggi ke udara lalu jatuh terhempas ke lantai yang untungnya beralas empuk. Rupanya dia pun dipukul orang dari jauh. Cepat Sati berdiri kembali dan menggeram. Ia marah, tetapi belum dapat perintah apa yang harus dilakukannya. Ia mengetahui, bahwa ia kini sedang seperahu dengan Erwin. Kalau pihak sana dapat membinasakan Erwin, jangan-jangan dia pun akan ikut celaka.
Dan tampaknya ia pun tahu, bahwa yang jadi sebab semua ini adalah Susanti yang dijahili oleh orang yang belum dikenal.
Erwin yang terus membaca sambil mengasapi pisau tuanya, tak dapat duduk tenang. Badannya selalu tergoncang-goncang, bahkan terangkat kira-kira sejengkal lalu terhempas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali. Ia tahu, bahwa lawannya cukup tangguh. Yang dilakukan orang tak dikenal itu barangkah baru sebagian dari kemampuannya, sebagai pendahuluan dari serangan mematikan yang akan menyusul.
Sebagai telah berkali-kali dialaminya dalam peristiwa yang begitu, Erwin bermandi keringat seperti orang yang mengerahkan seluruh tenaga dalam adu tinju atau pergulatan.
Sati sendiri terputar-putar tanpa kuasa mencegahnya.
Susanti menangis diselingi jerit yang menegakkan bulu roma, tandanya jerit itu bukan jerit biasa, melainkan ketakutan karena jin dan syaitan.
Ketika Hamidy dan isteri bertambah cemas melihat ketidak mampuan Erwin mengalahkan lawannya yang tak tampak, mendadak terdengar suara auman harimau di dalam kamar itu. Belum habis kaget mereka, di ruangan itu telah berdiri seekor harimau dengan muka manusia. Kini Hamidy dan isterinya pun tak kuasa menahan jerit karena ketakutan.
Tetapi manusia harimau itu berkata tenang dan mantap:
"Maaf kalau aku membuat kalian terkejut. Anakku belum mampu mengalahkan lawan yang amat tangguh itu sendirian.
Aku datang untuk membantunya. Doakanlah supaya berhasil."
Makhluk yang tak lain daripada Dja Lubuk yang ayah Erwin itu mengasapi sekitar kaki depan kanannya, telapak dan belakang telapak. Lalu belakang telapak itu, jadi yang berbulu, diusapkannya ke muka Susanti. Ajaib, gadis itu berhenti menangis dan menjerit lalu tertidur.
Sati jadi tenang, begitu pula Erwin tidak lagi tergoncang dan terangkat. Kucing suruhan itu sujud di hadapan Dja Lubuk, yang diakuinya punya keunggulan besar, walaupun menurut hikayat, harimau hanya cucu kucing.
Dan Dja Lubuk pun merapatkan tubuhnya ke karpet, sehingga kepalanya langsung berhadapan dengan si kucing suruhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
*** DELAPAN PULUH DUA
PEMANDANGAN aneh itu amat mengharukan Erwin, sebaliknya amat membangkitkan rasa takjub di hati Hamidy dan isterinya. Susanti melihat dengan perasaan tidak percaya akan kenyataan yang tidak pernah terkhayalkan atau termimpikan olehnya.
"Kau baik sekali terhadap anakku nek Sati!" kata Dja Lubuk.
"Kau tahu kan, bahwa sebenarnya kucing nenek kami, para harimau. Tetapi orang telah melupakannya. Ataukah kau, yang jauh lebih muda dariku, lebih suka kusebut dengan nama saja?" Dan tanpa tunggu sedetik pun, Sati langsung mengangguk menyatakan persetujuannya.
Dja Lubuk mengelus-elus Sati dan kucing suruhan itu mendekatkan lagi kepalanya. Ia berdiri menggeserkan pipinya ke pipi Dja Lubuk, yang tampak senang dengan kebaikan hati serta keramahan kucing itu.
"Tuan dan Nyonya Hamidy, ini ayahku! Jangan takut, ayahku orang baik," kata Erwin dengan kesadaran, bahwa kedua orang itu tentu merasa heran bagaimana ia menyebut makhluk itu orang, sedangkan dalam kenyataannya, dia harimau yang berkepala manusia.
"Penentuan dan nasib," kata Dja Lubuk, mengaget dan menakutkan Hamidy dan isteri. "Hanya kepala saja yang manusia, sedang selebihnya harimau."
Hati kedua orang itu berdebar-debar, kini jadi lebih takut, karena manusia berbadan harimau itu mengetahui apa yang mereka pikirkan. Tetapi memang benarkah dia baik, karena dia sama sekali tidak marah. Tampak ia pasrah menerima takdir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian Dja Lubuk berkata kepada anaknya: "Jangan lakukan pembalasan kepada dukun yang menjahili Susanti.
Memang perbuatannya jahat, tetapi ia hanya orang upahan.
Sudah begitu pula penentuan nasibnya. Sudah begitu cara yang ada padanya untuk menghidupi diri dan keluarganya.
Tetapi sekedar mengembalikan obat kirimannya yang digali Sati, bolehlah!"
"Nenek tinggal di mana?" tiba-tiba Susanti bertanya. Ia mendadak saja bangun dari kepulasan tidurnya.
"Hai, mengapa kau bangun. Mestinya kau istirahat supaya tenagamu lekas pulih semula. Aku tidak tinggal di dunia kalian lagi. Hanya sesekali aku datang melihat anakku Erwin. Kau dengar, Erwin ini anakku. Jadi anak manusia harimau. Bukan pemuda biasa seperti orang-orang lain yang bernasib baik.
Kami orang-orang malang, tetapi menerima nasib dengan hati tabah, karena sudah begitu penentuan bagi kami. Tidak ada yang salah dan kami pun tidak menyesali apa-apa atau siapa-siapa."
Seperti tanpa pikir, keluar saja dari mulut Susanti: "Apa dan bagaimanapun dia, aku senang pada anak nenek. Atau kupanggil bapak saja" Karena aku memanggil abang kepadanya, seharusnya aku memanggil bapak pada ayahnya yang kuanggap juga ayahku." Dia berkata polos. Membuat kedua orang tuanya heran tanpa dapat berkata atau mencegah apa pun. Terang-terangan anak mereka mengangkat manusia harimau itu menjadi ayahnya.
"Tak usah kuatir tuan dan nyonya Hamidy. Hanya omongan anak-anak. Dia anak baik dan sangat ramah. Suatu sifat amat terpuji yang jarang dipunyai oleh gadis kaya dan terpelajar di masa kini."
Hamidy dan isterinya tambah takut. Jalan pikiran dapat disembunyikan, tetapi kiranya tidak terhadap Dja Lubuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Guna mencegah kemungkinan Dja Lubuk menjadi marah, maka Hamidy memaksakan diri berkata: "Kami senang kalau anak bapak juga senang bersahabat dengan anak kami." Dja Lubuk memandang Hamidy dan isterinya seolah-olah mau membaca lebih jelas, apakah sebenarnya yang ada di dalam pikiran dan benak mereka. Dan kedua orang tua Susanti memandang ke bawah, tidak mau berhadapan langsung dengan mata manusia harimau itu.
Membuat suasana jadi lebih menyakitkan bagi Hamidy dan isterinya, Susanti seenaknya berkata.
"Bukan sekedar bersahabat ayah. Aku menyenanginya.
Karena aku sudah dewasa, kurasa aku sudah boleh menentukan pilihanku. Kalau Erwin mau melamar diriku, aku akan menyetujuinya dengan segenap hati. Ayah dan ibu menyetujui bukan?"
Hamidy tidak berani menolak, tetapi juga tidak mengatakan setuju. Begitu pula isterinya. Mereka tidak mampu memberi tanggapan. Mengetahui hal itu Dja Lubuk berkata lembut:
"Jangan berkata begitu Susanti Engkau menyebabkan rasa takut dan sedih pada orang tuamu. Mereka sudah cukup menderita selama kau sakit. Jangan meneruskan penderitaan mereka dengan mengatakan yang bukan-bukan. Kasihan ayah dan ibumu. Mereka sayang sekali padamu. Kau boleh meminta segala-galanya kepada orang tua, tetapi jangan yang tidak layak."
"Apanya yang tidak layak" Maksud bapak, aku tidak layak menyukai anak bapak, karena aku pernah gila" Lalu apa gunanya aku disembuhkan, kalau hidupku seterusnya akan lebih menderita daripada sekedar gila!" kata Susanti memprotes dan perasaan sedih!
Mendengar ini, si kucing suruhan mencium Dja Lubuk lalu beranjak ke dekat Susanti. Kini mendekatkan kepalanya pada gadis yang jelas-jelas kelihatan amat berdukacita. Sati seakan-akan hendak menghiburnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau gadis polos. Terbuka. Mengatakan apa yang kau rasa," kata Dja Lubuk. "Tetapi ketahuilah, apa yang kita sangka baik, tidak selalu berarti, bahwa sangkaan itu akan menjadi kenyataan. Seringkali akan terjadi sebaliknya.
Kekecewaan dan kehancuran di dalam hidup. Perasaan bukan suatu pengetahuan Susanti. Aku ingin mengatakan, bahwa aku yang baru sekali ini bertemu denganmu sudah sayang padamu. Mau berbuat apa saja yang dapat memberi keberuntungan kepadamu. Cobalah pandang mataku ini. Kau akan dapat membaca, bukan aku berkata benar. Sedangkan lidahku tidak dapat berbohong, apalagi untukmu. Hanya baik sampai persahabatan. Dalam hal yang begitu, mungkin anakku ada guna bagimu. Kau mengerti benar maksudku, bukan?" aneh, Susanti yang diminta membaca pandangan mata Dja Lubuk, mampu menatap mata si manusia harimau yang biasanya tidak dapat dipandang karena terlalu kuatnya daya takluk yang dipancarkannya.
"Kalau begitu, jangan obati aku," kata Susanti. "Mungkin lebih menyenangkan tetap jadi orang gila saja. Biar, papa, mama dan juga bapak merasa lega!" Kata-kata ini sangat memukul hati Hamidy dan isteri. Bahkan Dja Lubuk merasa disindir tajam. Dalam hati dia kagum akan kegigihan anak manusia yang satu ini. Kalau semua orang takut memandang makhluk seperti dirinya, tubuh harimau dengan kepala manusia, yang namanya Susanti ini bahkan berani menyindir tanpa tedeng aling-aling. Asyik juga, katanya kepada diri sendiri.
"Kau orang hebat Susanti," kata Dja Lubuk.
"Hebat, kata bapak" Menyindir ya" Aku perempuan tiada guna, hidup tanpa arti. Bapak pun tahu akan kenyataan ini, masih bapak menyindir diriku. Bapaklah yang hebat!" kata Susanti setengah garang. Hamidy dan isterinya jadi kecut mendengar kalimat-kalimat anaknya yang bagi mereka amat mengerikan itu. Terhadap makhluk seperti Dja Lubuk!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bukan menyindir nak. Aku mengatakan yang sebenarnya. Demi Tuhan, tak kan ada manusia seberani kau!
Kau katakan terus terang apa yang terasa olehmu. Tandanya kau orang jujur. Tetapi," ujar Dja Lubuk tanpa meneruskannya. Karena seorang tamu telah diantarkan masuk ke dalam kamar itu. Dan orang itu tak kurang dari Sumarta, pemilik kucing suruhan yang sedang memperlihatkan sayangnya kepada Susanti. Ia tegak tertegun melihat suatu kenyataan di luar dugaan. Erwin pun ada di sana. Ditemani oleh ayahnya. Dan kucingnya bersama Susanti.
Sumarta diantarkan masuk, karena keluarga Hamidy mengetahui bahwa dia juga dukun yang berhasil menyembuhkan Susanti. Setidak-tidaknya hampir sembuh.
Aneka perasaan berkecamuk di dalam dada Sumarta.
Keheranan, kesedihan dan malu. Kucingnya telah menggabungkan diri dengan orang-orang yang ada di sana.
Dia seperti bukan apa-apa, bagaikan tak punya sangkut paut dengan Sati Dan Sati pun memandangi Sumarta seperti tidak acuh. Menyebabkan tukang buah itu semakin merasa kecil.
Seperti insan tanpa arti!
Tetapi secara tenang, Sati turun dari ranjang tempat Susanti berbaring, melangkah ke arah tuannya. Lalu, terjadilah apa yang sudah hampir tidak berani diharap oleh Sumarta.
Kucing itu melompat sampai memagut lehernya. Kepalanya dirapatkan ke pipi lelaki itu. Dan Sumarta bukan hanya tak dapat membendung air mata haru, melainkan terisak-isak.
Seperti seorang ayah yang menemukan kembali anaknya yang dianggap sudah hilang, sedangkan anak itu hanya anak satu-satunya yang amat disayang. Dan Erwin dengan ayahnya juga turut terharu.
Yang pertama menegur dia tak pula kurang dari Susanti sendiri, mempersilakan Sumarta duduk. Dan ia pun duduk, seperti anak yang sangat patuh pada perintah ibunya. Setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta reda dari tangisnya, Susanti juga yang memulai bicara.
"Untung pak Marta datang," katanya, menyebabkan si dukun tamu jadi kaget. Mengapa pula perawan ini merasa beruntung atas kedatangannya. Mau menyatakan cinta"
Jangan, itu akan bawa bencana, sebab Sati tidak menyukai.
Merasa sesuatu gangguan berat yang tidak dapat diatasi oleh Erwin" Juga akan membawa malu, sebab dia sudah menyadari, bahwa dia bukan apa-apa dibandingkan dengan rekannya itu. Maka, Sumarta menanti dengan hati berdebar.
"Kurasa, hanya pada pak Marta aku bisa mengadukan nasib," kata Susanti. "Coba saja bapak pikir," ia nekat menyuruh orang itu berpikir. "Papa dan mamaku tidak menyukai aku sayang pada Erwin. Padahal pak Marta tentu tahu, bahwa dia yang rekan dekat pak Marta, sangat baik hati.
Bapak yang hebat ini," kata Susanti lagi sambil melirik ke arah Dja Lubuk, tidak perduli bahwa manusia harimau itu pasti merasa disindir," juga tidak menyetujui aku mencintai anaknya. Katanya aku tidak pantas dengan anaknya. Itu kan suatu penghinaan bagiku. Aku memang tidak cantik pak Marta, tetapi kan tidak terlalu jelek untuk berdampingan dengan Erwin!"
Mendengar kalimat-kalimat Susanti suasana jadi terasa tambah hangat. Juga bagi Sumarta yang datang ke sana dengan maksud minta maaf kepada Susanti bahwa ia tadinya sudah sangat jatuh cinta pada gadis itu. Kian terbukti, bahwa Susanti-lah yang langsung saja tergila-gila pada laki-laki anak Dja Lubuk.
"Coba kau beri pendapatmu pak Marta," kata Susanti setelah Sumarta tidak memberi tanggapan atas keluhannya.
Pemilik kucing suruhan itu tunduk, tidak punya nyali untuk menyatakan pendapatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jawablah Sumarta," anjur Dja Lubuk. Lelaki itu tetap diam.
Seakan-akan merasa tidak punya wewenang untuk turut bicara dalam masalah itu.
Lalu berkata si manusia harimau kepada anaknya: "Kau sendiri belum bicara Erwin. Kau sudah mendengar. Susanti menyenangimu. Tetapi kau tentu juga dapat membaca wajah kedua orang tuanya bahwa mereka tidak setuju!"
Susanti memotong: "Bukan persetujuan mama dan papaku yang menentukan Erwin. Ataukah dalam hal seperti ini, kau harus mendapat izin dari ayahmu!" Erwin tidak buka suara.
Tetapi dia merasa, bahwa wanita secantik dan seterpelajar Susanti sama sekali tidak pantas untuk menjadi pendampingnya di dalam hidup. Kalau sekedar bersahabat, apa salahnya. Dengan putri mahkota pun boleh, asal tidak atas dasar paksaan.
Diam-diam Hamidy dan isterinya merasa senang, karena Erwin tahu diri. Kalau saja dia mau mengatakan terus terang, bahwa dia hanya mau mengobati Susanti tetapi tidak cinta padanya, maka buat sementara masalah ini akan selesai.
Barangkalipun tamat sampai di situ, karena Susanti tentu merasa malu, kalau cintanya sampai ditolak oleh orang yang hanya semacam Erwin.
Agak lama kemudian Erwin berkata juga:' "Yang terbaik pengobatanmu dulu kita selesaikan. Supaya kau benar-benar sembuh. Sekarang kau masih sakit Susan." Dja Lubuk senang mendengar jawaban Erwin yang dinilainya cukup bijaksana.
Dan sebenarnyalah Susanti belum sepenuhnya sembuh. Kata-kata dan sikapnya yang begitu lantang mungkin disebabkan sisa gila yang masih ada di dalam dirinya.
"Baiklah kalau kalian pikir aku belum sembuh. Tetapi aku ingin menggaris-bawahi, bahwa semua yang kukatakan tadi keluar dari hati dan sesuai dengan perasaan," kata Wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hamidy dan isteri, begitu pula Sumarta dan Erwin dapat melihat bahwa Susanti sangat penasaran.
Erwin menoleh ke Sumarta, bertemu pandang dengan si kucing suruhan. Berkata Erwin: "Kau masih mau menolongku Sati?"
Dengan amat mengherankan tetapi juga mengecewakan Sumarta, Sati mengeong lalu mendatangi Erwin, duduk dalam keadaan siap di hadapannya. Bagaikan seorang prajurit yang bersikap hormat di hadapan atasan untuk menerima dan melaksanakan perintah.
Sumarta heran dan sebenarnya tidak suka, kucing suruhannya itu sudah mau pula dipanggil dan mendengar perintah dari Erwin, yang sama sekali tidak punya hak apa-apa atas dirinya.
Erwin mengambil isi bungkusan yang digali Sati tadi, menyingkirkan semua rambut. Kemudian ia minta diambilkan tiga butir lada putih, Tiga butir yang hitam dan sepotong halia.
"Kau mau menolong?" tanya Erwin kepada Sati. Dan Kucing itu mengangguk.
*** DELAPAN PULUH TIGA
SEMUA mengikuti dengan perasaan heran tetapi juga amat tegang. Apakah yang akan dilakukan oleh dukun muda yang jelas sangat kawakan itu. Yang dibantu pula oleh ayahnya, kalau ia sendiri merasa kewalahan menghadapi lawan yang terlalu kuat.
Ia menerima apa yang dikehendakinya dari Hamidy sendiri, sebab dia sendirilah yang keluar kamar dan memintanya di dapur. Orang lain tidak boleh masuk. Erwin memanterai semua lada dan halia itu, lalu meracik halia menjadi kecil-kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil terus juga membaca. Sekali lagi, walaupun hanya kumat-kamit, keringat mengucur membasahi seluruh tubuhnya. Tandanya ia mendapat perlawanan. Racik itu bukan racik biasa, begitu pula mantera yang dibacanya.
Semua dipandangi Sati dengan penuh perhatian. Ia pun merasa takjub akan kepintaran yang dimiliki Erwin. Berbeda dengan majikannya yang baru sampai pada meminta-minta saja kepadanya supaya membantu. Dan boleh dikata seluruhnya tergantung pada kesediaan dan kebolehan Sati sendiri.
Setelah selesai, semua kiriman dukun "dikecualikan rambut" tambah dengan lada dan halia dibungkus kembali.
"Kau mau tolong mengantarkan ini Sati?" tanya Erwin.
Kucing suruhan itu mengangguk. Suasana kian tegang, sementara Sumarta diam-diam tambah iri hati pada Erwin mengapa sampai sanggup pula menyuruh kucingnya. Dia juga menyesali diri, mengapa tidak mempunyai ilmu seperti Erwin.
"Kau tahu di mana tinggalnya orang yang mengirim ini, bukan?" tanya Erwin lagi. Disahuti dengan satu anggukan lagi.
Dan mata kucing itu berseri-seri, memperlihatkan, bahwa ia bukan hanya senang tetapi juga amat tertarik dengan semua pekerjaan ini.
"Hanya mengantarkan Sati. Tidak menyakiti dia!" ujar Erwin.
Hamidy yang tidak mampu menahan diri berkata: "Tapi balaslah. Biar dia merasa pula apa yang kami rasakan selama sekian lama!"
Erwin tidak menghiraukan, tetapi Dja Lubuk melirik dengan padangan tidak senang ke arah dirinya. Orang ini tak tahu diri, pikirnya. Tidak puas dengan kesembuhan anaknya saja.
"Kalau dukun itu hanya menerima perintah dan upah, aku ingin tahu siapa yang menyuruh!" berkata pula isteri Hamidy
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang rupanya juga sangat penasaran. Kalau tahu orangnya, kan mudah melakukan pembalasan kelak. Kalau Erwin tidak mau membalas dapat digunakan tenaga lain. Jalan halus atau kasar.
"Jangan berpikir jahat begitu nyonya," kata Dja Lubuk memandang isteri Hamidy dengan sorot matanya yang tajam.
Setelah bungkusan diikat rapi, Erwin memberikannya kepada Sati yang menerimanya dengan gigitan. Dia masih memandang kepada Erwin seperti menunggu pesanan atau perintah. Berkata lelaki muda itu: "Baik-baik di jalan. Mungkin ada hadangan. Dia bukan orang sembarangan," kata Erwin.
Kucing itu mengangguk lalu membalik dan pergi.
Dja Lubuk berkata: "Kucing itu punya banyak kepandaian dan membawa berkah bagi si pemelihara kalau ia dijaga dengan baik dan hatinya tidak dilukai. Ia kucing yang punya perasaan sama dengan manusia!"
Sumarta melirik lagi pada Erwin, cemburunya meningkat.
Kucingnya sudah suka dan mau menurut perintah Erwin.
Apakah karena ia menyayangi Sati dan tidak menyakiti hatinya" Sedangkan ia sendiri pernah dibenci Sati karena beralih tadah; dari mengguna-gunai Christine berbalik mendadak jatuh cinta pada Susanti. Kalau sekiranya ia tidak punya hati bercabang seperti itu, tidak mata keranjang, mungkin Sati tidak pernah menyukai Erwin. Tetapi perasaan buruk itu segera dienyah-kannya, karena sudah jelas benar baginya bahwa Erwin orang baik yang suka menolong sesama kawan. Tidak pernah menjahati dirinya. Ia pun sama sekali tidak jatuh hati pada Susanti. Tetapi gadis itulah yang tergila-gila padanya. Sumarta menganggap Erwin sangat beruntung karena disukai oleh wanita-wanita cantik walaupun ia tidak punya apa-apa untuk diperagakan. Dan ia sama sekali tidak mengguna-gunai mereka.
Mendadak Dja Lubuk berkata, seperti menanggapi jalan pikiran Sumarta: "Memang Sumarta, anakku tidak suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memakai guna-guna. Ia disukai sementara orang karena ia memang tidak punya sifat-sifat buruk. Tidak dengki dan tidak akan pernah mau mengkhianati kawan. Akulah menjamin, bahwa dia boleh menjadi sahabat baik yang akan selalu setia berkawan, selama ia tidak dimusuhi!"
"Ampun bapak," kata Sumarta yang jadi takut, karena seluruh jalan otaknya dibeberkan lagi oleh Dja Lubuk. "Saya tidak akan pernah lagi membenci anak bapak. Memang saya telah pernah salah duga. Saya malu pada diri sendiri oleh pikiran buruk saya itu!"
"Sudahlah, yang berlalu tinggal berlalu. Mau mengakui kekeliruan saja pun sudah suatu kebajikan. Aku yakin kau akan jadi orang baik Sumarta!" Lalu kepada Hamidy dan isterinya Dja Lubuk berkata: "Berdoalah tuan dan nyonya, semoga Susanti segera sembuh. Erwin dan pak Marta ini hanya berusaha, penentuan ada pada Tuhan." Bukan buatan besar hati Sumarta mendengar namanya masih disebut sebagai dukun yang turut berusaha menyembuhkan Susanti, padahal ia tahu betul, bahwa ia tidak punya andil apa pun dalam usaha itu. Erwinlah yang telah berbuat segala-galanya dengan mengikut sertakan namanya.
Sumarta mendekati Dja Lubuk lalu memberi salam.
Merinding bulu kuduknya berjabatan tangan dengan kaki harimau. Tetapi dia juga bangga sudah dapat berkenalan dan malah bersalaman dengan makhluk seperti itu. Tidak kan banyak orang mendapat peluang yang begitu. Belum tentu satu di antara seratus juta manusia
"Saya merasa berbahagia telah berjumpa dan berkenalan dengan bapak. Apalagi sekarang dapat kesempatan untuk bersalaman. Bolehkah saya mengajukan suatu permohonan?"
tanyanya kemudian.
"Bersahabat baiklah dengan anakku. Bukankah kau dulu-dulunya juga orang baik" Dan mendapat Sati karena kau menyelamatkan nyawanya. Pelihara dia baik-baik. Apa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak kau katakan dengan istilah permohonan tadi?" tanya manusia harimau dari Tapanuli Selatan itu.
"Saya mohon jadi murid bapak. Saya tahu, bahwa takkan ada guru di negeri ini yang melebihi bapak. Apa yang bapak katakan tadi semua benar. Dari situlah saya mengetahui bahwa bapak pasti seorang yang amat sakti dan mengetahui segala-galanya mengenai diri seseorang. Bagaimanakah bapak mengetahui tentang diriku" Padahal bapak pasti tidak ada di sana tatkala saya bertemu dengan kucing itu. Bagaimana, itulah yang saya tidak mengerti," kata Sumarta penuh keinginan tahu.
"Kau tak akan percaya, kalau kukatakan, bahwa aku sendiri pun tidak dapat menjawabnya. Aku memang tidak pernah hadir tatkala kau bertemu dengan kucing yang akhirnya menjadi pesuruhmu itu. Dan aku pun berkata sesuai dengan pikiranku saja. Entah mengapa makanya apa yang kukatakan itu tepat dengan kenyataan, aku sendiri tidak tahu. Jadi hal itu sama sekali bukan ilmu yang kupelajari. Jadi tak dapat kuajarkan. Mungkin itulah yang dinamakan anugerah. Kata-kata itu begitu saja keluar, tanpa pikir. Dan kebetulan kenyataannya sesuai dengan yang kukatakan. Barangkali juga hanya suatu kebetulan!"
"Tak mungkin kebetulan pak guru, karena tadi bapak mengatakan dengan tepat apa yang kupikir. Kalau itu bukan ilmu, maka bapak guru pasti seorang yang amat sakti. Saya ingin jadi murid pak guru dalam ilmu melawan kekuatan gaib yang dikirim musuh. Misalnya melawan orang yang membuat anak tuan Hamidy ini jadi punya penyakit ingatan. Bapak tentu tahu, bahwa saya tidak punya pengetahuan apa pun. Anak bapak dan bapak terlalu baik terhadap orang tak mengenal budi seperti saya ini!" kata Sumarta penuh penyesalan atas segala keburukannya dan kini ingin membersihkan diri dengan mengatakan semuanya dengan sejujur hati. "Terimalah saya jadi murid bapak guru!" pintanya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Dja Lubuk dengan penuh kerendahan hati mengatakan, bahwa ia sama sekali bukan guru dan tidak dapat mengajarkan apa-apa. "Katanya: "Selagi aku masih hidup dulu, memang aku pernah menuntut sedikit ilmu dari orang-orang tua dan dari harimau. Bukan di sini. Dan aku mewarisi sesuatu dari almarhum ayahku. Setelah aku tidak ada lagi di dunia, aku tidak lepas dari apa yang kuwarisi. Dan tidak lupa lepas dari apa yang pernah kupelajari. Kini aku seperti hidup dalam dua dunia!" cerita Dja Lubuk sepolos hatinya.
Hamidy dan isteri, begitu pula Sumarta mendengarkan dengan asyik. Tetapi Susanti tak kuat menahan air mata. Ia terharu dan sedih sekali mendengar kisah hidup dan kenyataan setelah kematian Dja Lubuk yang ayah Erwin itu.
Melihat kesedihan Susanti, manusia harimau itu berkata:
"Jangan sedih nak. Ada penentuan bagi tiap orang. Juga bagiku. Karena penentuan itu bukan bikinan manusia, maka kita tidak boleh menyesalinya!" kata Dja Lubuk sambil mendekati Susanti.
"Berilah Erwin untukku," pintanya dalam keharuan.
Dja Lubuk berusaha tertawa. Lalu katanya lembut: "Dia bukan lelaki yang cocok untukmu nak. Dia seperti aku, karena dia anak kandungku. Nanti akan datang orang yang benar-benar sesuai jadi pasanganmu. Sehingga seperti pinang pulang ke tampuk!"
"Tapi aku hanya menghendaki dia. Yang berkata ini hatiku, pak. Bukan hanya mulut. Bapak tahu semua, tentu tahu, bahwa aku berkata benar!"
"Kalau begitu keras hatimu, baiklah kita lihat bagaimana nanti. Ada usulku. Ikutlah kau dengan nyonya Lydia ke Muangthai. Melenyapkan seluruh sisa penyakitmu!"
"Bersama anak bapak?" tanya Susanti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, bersama anakku. Tetapi dia pergi atas biaya dokter Anton. Sebab dia tidak punya uang untuk biaya perjalanan sejauh itu. Misalnya dia mau pulang ke kampung saja pun ia tidak punya ongkos. Dia miskin. Kami semua miskin!" Setelah berkata begitu, Dja Lubuk mohon diri kepada Hamidy dan isteri, kepada Sumarta dan Susanti. Kemudian ia mencium kepala anaknya. "Baik-baik menjaga diri. Kau masih selalu dikepung bahaya. Tapi besarkan hati. Karena itu semua penentuan yang harus kau terima. Cuma satu pesanku.
Jangan jual murah nyawamu. Sebab kau hanya punya satu nyawa. Kalau kau sampai tewas, kau akan jadi seperti ayahmu. Hanya saja tidak keriput, kalau kau mati muda.
Tetapi ayah mengharap yang terbaik untukmu!"
Sumarta yang belum puas, menjabat lagi tangan Dja Lubuk sambil bertanya, ke mana dia
harus berguru. "Bicaralah dengan Erwin. Ia punya guru. Tetapi lebih penting dari itu, peliharalah kucingmu baik-baik. Supaya ia tidak meninggalkan engkau!" lalu Dja Lubuk menghilang.


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagi Hamidy dan isteri kenyataan yang mereka saksikan pada hari itu lebih aneh dari mimpi yang tidak masuk akal.
Dan mereka tidak berani lagi sembarang pikir dan sangka terhadap Erwin yang sudah beberapa kali terang-terangan "
tetapi secara halus- " menolak cinta Susanti. Anak merekalah yang tergila-gila dan bukan karena pengaruh guna-guna sebagaimana Christine yang jatuh hati kepada seorang tukang buah.
Erwin pun mohon diri. Pulang bersama Sumarta, setelah berjanji pada Susanti bahwa ia bersedia pergi ke Muangthai bersama-sama. Ia tidak lagi menolak, karena mendengar sendiri tadi, bahwa ayahnya pun menganjurkan kepergian itu.
Dan ayahnya yang baik itu pun telah mengatakan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu, bahwa anaknya dan mereka semua hanya orang-orang miskin yang tidak punya apa-apa.
Di perjalanan pulang bersama itu, Sumarta masih menyatakan ketakjubannya pada ayah Erwin dan meminta-minta supaya anak Dja Lubuk itu mau menurunkan sedikit kebolehannya.
"Bila ada umur dan ada kesempatan kelak kubawa kang Marta ke kampungku. Kalau kang Marta suka tentunya. Boleh kang Marta mencari apa yang menjadi keinginan. Boleh pula belajar silat pada nenek kami!"
"Nenek?" tanya Sumarta tak percaya.
"Ya, nenek kami. Harimau-harimau yang baik. Seperti yang dikatakan ayahku!"
"Betulkah itu?"
"Dalam hal yang begini orang sana tidak boleh berdusta.
Berat risikonya. Nenek-nenek kami baik, tetapi tidak menerima kalau diperolok-olokkan!"
"Bagaimana dia mengajarkannya?" tanya Sumarta.
"Jangan sebut "dia." Lebih-lebih di hutan. Tetapi kucing kang Marta yang sakti dan teramat baik itu masih nenek pula dari nenek kami! Begitu kisahnya dan sebaiknya jangan mempermainkan kisah turun temurun ini. Juga banyak risikonya," kata Erwin.
Setelah ngomong-ngomong sebentar di rumah Sumarta, anak Dja Lubuk permisi pulang. Tetapi Sumarta ingin ikut. Dia seperti masih belum puas mendengar cerita Erwin. Tetapi lebih dari itu, ia sangat berharap agar Erwin mau memberinya sebagian dari ilmunya. Erwin memberinya harapan, tetapi meminta supaya ia tetap menyayangi Christine yang sudah dijatuhkannya melalui guna-guna itu. "Supaya kang Marta jangan sampai kelihatan seperti monyet," kata Erwin. Sekali lagi Erwin menekankan, bahwa guna-guna tidak boleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijadikan permainan. Dan Sumarta percaya. Karena ia sendiri mengalami, bahwa kucing suruhannya pun jadi benci kepadanya. Dan itu merupakan pertanda buruk bagi Sumarta.
*** DELAPAN PULUH EMPAT
UMUR orang yang punya nama Hasbul. itu belum melebihi empat puluh. Berbadan kekar, kulit hitam hampir pekat, bermisai tipis dengan sedikit janggut kambing pada dagunya.
Mukanya biasa-biasa saja. Yang agak lain hanya matanya.
Tidak bersinar tajam. Boleh dikata agak redup. Seperti orang loyo karena kurang tidur. Tetapi keredupan itu seperti mengandung daya pukau. Lebih jelas kalau dikatakan punya kekuatan hipnotis. Seperti kekuatan yang menaklukkan. Tidak enak dipandang. Mungkin juga tergolong mata yang menakutkan.
Seperti kebanyakan orang seumur Hasbul, ia pun punya seorang isteri. Anak dua orang. Yang seorang telah gadis sedang mekar, berusia sekitar empat belas tahun, duduk dibangku sekonlah menengah pertama. Wajahnya sedang-sedang, tidak jelek, bahkan boleh dikata lumayan menarik.
Orangnya lincah, kulitnya mengikut ibu, kuning langsat. Tetapi adik laki-lakinya yang baru delapan tahun punya kulit persis ayannya. Berbeda dengan mata ayahnya, ia justeru punya mata agak liar. Seperti berkisar-kisar saja di dalam tampuknya. Walaupun pendiam, tetapi oleh matanya yang termasuk langka di pasaran, kawan-kawannya menyebutnya dengan si hitam liar. Dia tidak merasa enak dengan julukan itu, tetapi juga tidak pernah memprotes. Bersikap masa bodo.
Dia sendiri pun menilai matanya itu tidak seperti orang lain.
Seperti selalu gelisah, tidak mau diam.
Isteri Hasbul sekitar tiga puluh lima tahun, berwajah lumayan, tidak punya kelainan apa-apa. Pendidikannya sampai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelas dua sekolah menengah pertama, melebihi suaminya yang hanya tamatan esde berijazah.
Itulah keluarga Hasbul. Kebanyakan orang sekitar mengenalnya sebagai pedagang batu-batuan. Batu cincin berbagai jenis. Beberapa di antaranya besar-besar sekali.
Seperti tiga buah yang menghias jari kanannya. Jari-jari tangan kiri kosong. Kalau orang tanya mengapa semua cincinnya dipakai di kanan, seringkali ia hanya tersenyum.
Sesekali ia akan berkata: "Supaya lebih banyak khasiatnya."
Orang yang mengenal dan percaya kekuatan batu, punya keyakinan bahwa batu yang bukan sembarangan memang punya kekuatan tertentu. Punya khasiat bagi orang yang cocok memakainya. Tetapi juga bisa bawa sial bagi orang yang tidak boleh memakainya. Dan kesialan itu bisa macam-macam. Sakit-sakitan, selalu gagal dalam usaha atau, tanpa sebab, dibenci orang.
Hanya sedikit orang saja yang tahu, bahwa dia juga dukun sambilan. Kalau ada yang tahu, datang minta tolong, kadangkadang diterimanya. Dicobanya dengan apa yang ada pada dirinya. Ilmu yang pernah dipelajarinya dari mendiang neneknya, Hasbullah. Karena orang tua itu sayang padanya.
Dan dialah juga dulu yang memberinya nama Hasbul.
Pedagang merangkap penggemar batu yang dukun sambilan inilah yang terkejut ketika ia sedang sendirian di kamar tidur kedatangan tamu yang tidak biasa. Ia tahu, bahwa pada hari-hari yang belakangan ada orang belum dikenal menantang dia. Dalam hal kasus Susanti. Dan ia telah memberi perlawanan yang membuat Erwin berkeringat bagaikan mandi, bahkan terangat-angkat dari tempatnya duduk. Semula ia tertawa mengetahui dirinya dilawan. Dan dia menyukai action. Jadi ada kegiatan yang mengasyikkan walaupun bisa tegang. Tetapi kemudian ia merasa bahwa lawannya itu kemudian mendapat bantuan. Tetapi dia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat melihat dari jauh, bahwa lawan tambahan itu adalah Dja Lubuk, yang khusus datang dari Sumatra sana.
Terkejut melihat kedatangan seekor kucing dengan bungkusan di mulutnya hanya karena ia tidak menyangka, bahwa yang akan datang itu seekor kucing. Belum pernah dialaminya, walaupun di dalam sejarah hidupnya sebagai orang berilmu hitam sambilan itu, bukan baru kali itu ia mendapat perlawanan. Tetapi di masa lalu semua lawannya dapat ditundukkannya. Ada seorang yang dulu baik-baik mendatangi dia dan meminta supaya ia mencabut kekuatan ilmu gaibnya terhadap seorang anak umur enam tahun. Dia masih ingat kata-kata tamunya yang juga punya ilmu itu:
"Hasbul, awak punya ilmu. Tidak ada larangan untuk mempunyai ilmu. Tetapi dengan cara penggunaan yang awak lakukan, awak telah berbuat kejam terhadap seorang hamba Allah yang sama sekali tidak berdosa. Mengapa awak sejahat itu. Nurmala yang awak tuju dan sakiti itu hanya anak kecil berumur enam tahun. Orang yang membayar awak itu sakit hati kepada ayahnya. Mengapa anaknya yang dianiaya" Sebab ia anak kesayangan" Karena kematian anak itu akan membuat ayahnya benar-benar terpukul hancur dan merasa tak berguna lagi hidup!"
Hasbul ingat betul akan peristiwa itu. Dia tidak menentang kata-kata tamunya. Hanya bertanya: "Mengapa campur tangan dalam urusan ini?" Dari bunyi kalimat-kalimatnya, Hasbul sudah tahu, bahwa tamunya itu asal dari Singapura atau Malaysia.
Orang itu menjawab tenang: "Karena aku dimintai pertolongan. Jadi aku harus campur. Dia bukan minta tolong agar aku membalas dirimu. Hanya minta supaya anaknya diselamatkan. Aku telah mencoba, dan aku mengetahui, bahwa kepandaian yang awak punyai itu cukup hebat.
Bolehlah diandalkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi, tuan datang untuk mohon bantuan saya?" tanya Hasbul agak sombong.
Tamunya itu tertawa. Masih terdengar olehnya suara tamunya yang mengaku bernama Cek Man itu. Tawa yang agak aneh. Tidak mengejek, tetapi juga tidak tawa biasa. Kata Cek Man: "Aku hanya punya dua jalan. Pertama, awak cabut ilmu awak itu. Kedua, kalau awak membangkang, aku binasakan kedua anakmu. Aku tidak suka melakukan itu, karena mereka tidak bersalah. Apa pula salah Mina yang ramah dan lincah itu. .Begitu pula Asmad yang dijuluki kawan-kawannya si hitam liar. Kalau awak tetap kejam, aku terpaksa membuat lumpuh dan buta kedua anakmu. Awak maukah?"
Meskipun sebenarnya punya ilmu cukup tinggi dan pendatang ini belum tentu mampu melawan dia, bahkan mungkin hanya punya ilmu secuil dan kata-katanya hanya gertak sambal tak pedas, namun mendengar kedua anaknya disebut, Hasbul menjadi takut. Di situ letak kelemahannya dan di situlah letak kelemahan hampir semua orang tua yang sayang kepada anaknya. Dalam hal begitu Hasbul hanya orang biasa. Dia tidak mau mempertaruhkan kedua anaknya. Dia memang dukun, punya ilmu hitam serba mampu, tetapi ia bukan seorang pengejar kekayaan yang mau membuat anak atau keluarganya jadi tumbal guna hidup bergelimang harta.
Ada beda antara dukun yang mau melakukan segala kejahatan dengan orang haus harta yang mau pula menjual segalagalanya termasuk nyawa anak, isteri dan dirinya. Ada orang yang mau kehilangan anak tersayang asalkan ia boleh kaya.
Bahkan ada yang bersedia dicabut nyawanya sampai pada titik umur tertentu asalkan selama masih hidup ia boleh berlimpah ruah dengan kekayaan.
Masih teringat pula Hasbul bagaimana ia dengan lemah menjawab: "Akan kucabut kembali dan kubebaskan Nurmala.
Aku mengaku salah. Jangan ganggu anak-anakku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tamunya itu berlalu dengan ucapan terima kasih. Ia merasa malu karena tak kuasa melawan, tetapi juga merasa bahagia, karena anak-anaknya selamat, terbebas dari kemungkinan cedera.
*** Kini yang datang seekor kucing. Bungkusan apakah yang dimulutnya itu" Dia tak mengerti, bagaimana kucing itu masuk, sedangkan pintu ditutup. Tentulah bukan sembarang kucing. Hasbul memandang dengan tanda tanya apa gerangan isi bungkusan itu. Obat untuk membinasakan dia. Pasti kiriman. Orang semacam dia, yang suka bekerja menyusahkan orang tentu sesekali mendapat balasan atau kiriman yang setimpal. Tetapi mengapa kucing" Belum pernah didengarnya ada kucing bisa disuruh. Kalau ular atau binatang berbisa lain sudah banyak dikenal atau didengar orang.
"Siapa menyuruhmu mendatangi aku?" tanyanya.
Kucing itu tidak menjawab, meletakkan bawaannya.
Sati masih diam. Sementara Hasbul hanya memandang.
Ada kekuatiran di dalam hatinya. Kucing itu menggeram, sambil menunjuk bungkusan dengan kaki depannya. Hasbul mengerti, bahwa kucing itu menyuruhnya membuka.
Sedangkan dia masih berpikir-pikir.
Kini kucing itu mendengus sambil melengkungkan badannya dengan seluruh bulunya berdiri. Hasbul tambah kaget. Ia pernah mendengar tentang orang keturunan Cina diserang kucing sampai terkapar berbulan-bulan di rumah sakit. Kemudian sembuhnya di tangan seorang dukun. Tetapi tidak seluruh cerita diketahuinya. Kini terpikir olehnya apakah ini kucing yang mencelakakan orang Cina itu" Dia bukan penakut, tetapi belum pernah bertanding dengan seekor kucing. Yang kini terang-terangan marah dan menunjukkan sikap mau menyerang. Dengan hati ragu-ragu Hasbul mendekati bungkusan yang dibawa Sati. Kini ia yang mundur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa langkah. Setelah memperhatikan tamu aneh itu, Hasbul membuka bungkusan. Hati-hati sekali, seperti orang hendak mengamankan bom yang belum meledak. Lalu ia terkejut lagi. Bungkusan yang pernah ditanamnya di bawah pohon kembang di pekarangan Hamidy. Isinya berkurang dan bertambah. Tiada lagi rambut. Tetapi ada halia yang diiris-iris dan beberapa butir lada hitam dan putih. Tangan Hasbul gemetar. Ia segera tahu, bahwa ia berhadapan dengan rekan kawakan. Dukun biasa hanya akan membuang bungkusan itu jauh-jauh. Tetapi orang ini mengembalikannya dalam keadaan lain.
Seolah-olah puas dengan tugas yang sudah
dilaksanakannya, Sati pergi. Hasbul merasa kekuatan hilang dari tubuhnya, lalu baring sambil menengadah. Isterinya terkejut ketika masuk kamar melihat suaminya dalam keadaan demikian. Halia yang hanya beberapa iris itu mengeluarkan bau yang amat keras, begitu pula lada yang hanya beberapa butir. Hasbul merasa mual.
"Ampuni aku," katanya. Entah kepada siapa. Terang tidak kepada isterinya dan kedua anaknya yang tak lama antaranya juga sudah berada di kamar itu.
Lalu Hasbul berkata lagi: "Ampunilah aku yang bodoh. Aku menyerah dan mengaku salah serta kalah. Aku tidak akan melakukan kejahilan lagi!" Seluruh kata-katanya didengar oleh isteri dan kedua orang anaknya yang semula heran, kemudian ketakutan. Apakah yang terjadi" Ada apakah di kamar itu.
Mereka tidak melihat siapa atau apa pun. Lalu kepada siapa ia minta ampun. Kepada siapa dia menyerah dan mengaku salah dan tidak akan melakukannya lagi.
Dalam kebingungan keluarganya yang tidak dapat berbuat apa-apa, Hasbul terlena.
Isteri dan kedua anak yang amat disayangnya baru merasa lega kembali, ketika ia terbangun dalam keadaan lemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mulai sekarang aku mau jadi pedagang batu-batuan saja,"
kata Hasbul dan ia benar-benar melakukannya. Sampai kini.
Senyampang dia menawarkan barang dagangannya di Tanah Abang. Kadang-kadang di Sawah Besar. Tiga hari setelah taubat, ia menawarkan batu cincin bermata hitam pekat dengan aurat putih di tengah-tengah kepada Erwin yang sedang berjalan dengan Sumarta. Tanpa diketahuinya bahwa orang itulah yang telah merubah jalan hidupnya, ia berkata:
"Anak muda. Batu ini cocok sekali untuk anak. Dapat kurasakan dan dapat pula kulihat dari wajah anak yang cerah!" Erwin menjawab bahwa ia tidak punya uang, tanpa tahu bahwa orang inilah yang pernah bertanding kekuatan batin dengannya.
*** ATAS mufakat bersama di rumah dr Anton, diputuskan, bahwa Susanti pun akan turut ke Muangthai. Oleh karenanya keberangkatan ditunda beberapa hari untuk mengurus paspornya. Christine melihat lebih jelas, bahwa Erwin tidak menaruh hati padanya. Tetapi ia merasa dekat, karena orang yang disayangi Sumarta harus disayanginya pula sebagai sahabat.
Pada suatu kali Sumarta bertanya kepada Christine, bahwa menurut perasaannya wanita itu pernah mulai menjauhi dan barangkali juga membencinya.
"Ah, itu hanya perasaan orang yang mudah goncang bila melihat wanita lain. Bukankah begitu kang Marta?" tanya Christine membalas dengan sindiran. Tukang buah yang sudah sadar kembali itu tidak menjawab.
Tetapi perlahan-lahan mereka berbaikan kembali.
Datangnya seperti begitu saja. Tak dapat diterangkan karena apa. Sesekali mereka sama-sama tertawa. Dan kalau Sati bersama mereka, maka ia pun turut senang. Mukanya tampak ceria.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa diatur, mereka yang akan berangkat itu jadi tiga pasang. Dr Anton dengan Lydia yang saling menyayang, Sumarta dengan Christine yang seakan-akan menemukan dan menyukai dunianya kembali. Akhirnya Erwin yang disenangi Susanti tetapi hanya kasihan pada gadis yang baru keluar dari kemalangannya. Masing-masing dengan pikiran atau khayalannya bagaimana di negeri yang banyak harimau, gajah dan ilmu gaibnya itu nanti.
Di antara mereka hanya Lydia yang sadar betul, bahwa kegiatan dan segala rencana mereka tentu diketahui oleh Jaya Wijaya yang belum selesai dengan pembalasan dendamnya. Baru satu yang tercapai olehnya. Penyingkiran Daeng Mapparuka yang dianggapnya turut memiliki kucing suruhan yang jadi sumber segala malapetaka yang telah menimpa dirinya. Oleh karena itu, ia juga sangat berkeinginan untuk membinasakan Sati yang tidak dapat dikuasainya.
Celaka bagi Jaya Wijaya, kucing ini punya firasat, bahwa keberangkatan majikan dan kawan-kawannya itu akan terhalang kalau Jaya Wijaya masih ada. Oleh karena itu diam-diam dia punya niat untuk membinasakan orang kaya yang punya banyak pengaruh dan kekuasaan itu.
*** DELAPAN PULUH LIMA
SATI tak dapat menerangkan kepada Lydia apa yang dirasa dan apa yang akan dilakukannya. Inilah kekurangan pada kucing keramat itu, tidak dapat bicara seperti manusia, sehingga dia tidak mampu berkomunikasi secara jelas.
Dan memanglah benar seperti yang diduga Lydia dan dirasa Sati, orang kaya yang masih sangat penasaran dan tidak kenal kapok itu tidak dapat meredakan dendamnya.
Kalaulah ia sanggup puas dengan kematian Daeng yang harus dibayarnya mahal, maka persoalan antara dirinya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelompok musuhnya ini akan habis sampai di situ. Seyogianya ia dapat mencapai lebih banyak di dalam hidupnya yang tenggelam dalam harta kekayaan dan kekuasaan itu kalau sifat buruk kerakusan dan dendam yang tidak kenal padam tidak terus menerus menguasai dirinya.
Pada suatu malam, tatkala ia tidur bersama seorang wanita bayaran untuk menyalurkan nafsunya yang sudah sangat menyimpang setelah ia menjadi impoten, ia terkenang pada Lydia. Khayalannya berkunjung ke masa lampau, tatkala ia masih seorang laki-laki normal yang dengan berbagai obat-obatan yang sifatnya memaksa, meningkatkan nafsu seksnya jadi tidak wajar. Yang akhirnya membuat dia impoten karena bagian-bagian alat kelaminnya tidak lagi mau bekerja oleh beban terlalu berat yang harus dipikulnya selama waktu yang lalu. Terbayang oleh Jaya Wijaya, bagaimana indah dan harumnya tubuh Lydia yang sangat tahu diri dalam kedudukannya sebagai wanita sewaan. Bukan harum minyak wangi yang kadang-kadang memualkan karena tidak sesuai dengan tuntutan sang pria, tetapi keharuman yang khas wanita Thai yang tidak dimiliki oleh wanita bangsa mana pun di dunia ini. Suatu keharuman yang pasti membangkitkan, bahkan mengobarkan selera seks tiap laki-laki mana pun.
Termasuk yang sudah impoten.
Bedanya cukup besar. Antara laki-laki masih normal dengan yang sudah kehilangan daya jantannya. Menggebunya saja yang sama. Si Impoten hanya menggebu dengan napas yang terengah-engah tanpa mampu berbuat. Sedangkan yang normal dapat berbuat sesuai kobaran selera. Tetapi masih ada lagi perbedaan amat besar antara si normal itu. Yang satu dapat berbuat seperti kuda pacu, lari sekencang-kencangnya untuk tak lama kemudian sampai" ke finish", senang, karena merasa dirinya menang. Padahal partnernya menjerit kecewa di dalam hati, karena ia hanya dijadikan alat. Memang alat, bukan partner. Lain lagi halnya dengan sebagian teramat kecil laki-laki yang benar-benar tahu dan mampu melakukan apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang harus dilakukannya untuk menjadi laki-laki yang disenangi dan berwibawa. Karena ia telah membawa partnernya ke titik finish yang membuat mereka sama-sama merasa menang dan senang. Idaman tiap wanita dari pria yang disayanginya dan kepada siapa ia berikan segala-galanya tanpa batas.
Sama halnya dengan wanita lain yang menggantikan Lydia setelah ia meninggalkan Jaya Wijaya, maka nona cakep yang membawa nama Kathleen ini pun harus menerima siksaan batin yang amat berat, tetapi sesuai dengan janji disertai pembayaran yang cukup menurut ukuran kelasnya. Dan semua kelainan yang harus dilakukannya adalah untuk memberi kepuasan seks kepada Jaya Wijaya yang sudah impoten itu.
Tetapi pada suatu saat yang tidak terduga, Jaya Wijaya memukul Kathleen, di luar janji yang sudah dimufakati.
Menyebabkan wanita itu meraung kesakitan dan ketakutan.
Jaya Wijaya kelihatan beringas dan kian beringas. Ia mendadak teringat kepada Lydia yang sudah
meninggalkannya. Dia teringat, bagaimana wanita Thai itu memberinya segala kesenangan yang tak dapat diimbangi Kathleen.
"Kau tidak seperti dia, kau tidak sama dengan dia," kata Jaya Wijaya seperti orang gila. Dan dia memukul Kathleen bertubi-tubi. "Mengapa kau tidak bisa seperti Lydiaku!
Mengapa tidak bisa, hah! Kau dibayar, kau harus bisa!"
"Harus bagaimana! Katakanlah harus bagaimana. Aku akan lakukan, tetapi jangan pukul aku lagi," pinta Kathleen yang kian takut. Dia tahu, kalau Jaya Wijay terus menerus memukul dan kian gila, pasti dia akan menemui ajalnya di sana. Dan dia akan hilang begitu saja tanpa berita. Dia tahu bagaimana kekuatan orang keturunan daratan Tiongkok itu, yang keturunan pula dengan dirinya sendiri. Dan baginya, memuaskan Jaya dengan cara yang menyimpang, bukan baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali ini. Sudah dua kali dilakukannya dan kini yang ketiga.
Memang berat, tetapi dapat dikerjakannya. Demi uang. Dia memang pelacur kelas balkon. Dia mau mengerjakan apa saja, asal jangan menyakiti badannya untuk memuaskan orang yang membayar.
"Mengapa kau tanya harus bagaimana. Kau harus tahu sendiri, bagaimana harus kaulakukan untuk menyamai Lydia!"
kata Jaya. "Lydia itu saja aku tak kenal," jawab Kathleen merintih.
"Kalau begitu kau tidak memenuhi syarat. Dan orang yang tidak memenuhi syarat tidak guna hidup di dunia ini!" bentak Jaya Wijaya. Ia bersiap untuk memukul dada Kathleen, tetapi pada saat itulah seekor kucing menerkamnya. Menanamkan kuku ke mukanya lalu menggigit leher, tepat di bawah dagunya. Laki-laki itu masih sempat meronta-ronta, tetapi tak sanggup berteriak atau menjerit karena terlalu terkejut.
Kucing itu terus memperdalam tikaman giginya. Usaha Jaya melepaskan diri dengan memencet tubuh binatang itu dengan sisa tenaganya ternyata tidak berhasil. Sati tidak mau melepaskannya.
Kathleen sendiri juga terkejut dan ketakutan, tetapi bagaimanapun dia juga merasa bahwa kedatangan dan tindakan kucing aneh itu merupakan suatu pertolongan sangat tepat pada waktunya. Kalau tidak karena kedatangan kucing itu, barangkali ia sudah terkapar. Barangkalipun sudah tidak bernyawa lagi.
Akhirnya Jaya Wijaya roboh, tetapi kucing yang seperti hewan kemasukan itu tidak juga mau melepaskannya. Ia seolah-olah menunggu sampai orang itu tidak bernyawa lagi.
Dan memang itulah yang dilakukannya. Jaya Wijaya mati dalam gigitan Sati. Dan wanita malang yang masih bernasib baik itu menyaksikan dengan mata terbelalak. Seperti tak dapat dipejamkan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal kucing itu telah menjadi juru selamat-dirinya.
Ataukah binatang kesurupan itu akan menerkam dia pula sebagai pelengkap missinya datang ke tempat itu. Dia mesti kucing setan. Dia pasti setan, yang mengambil bentuk kucing.
Kalau bukan setan, bagaimana tiba-tiba saja dia ada di kamar tertutup itu" Kamar yang sedang digunakan oleh dua insan berlumuran dosa melakukan perbuatan maksiat yang sekeji-kejinya. Sementara Sati melakukan pembunuhan yang sudah dimaksud dan direncanakannya, Kathleen menyadari bahwa dia juga perempuan terkutuk yang menjual dirinya untuk berbuat apa saja, sampai pada yang sangat menjijikkan, asalkan jasmaniah ia tidak merasa sakit. Dia merasa dirinya lebih kotor daripada palacur biasa, yang sedia menjual kehormatannya, tetapi tidak sudi melakukan perbuatan yang tidak wajar.
Setelah kucing itu melepaskan mangsanya, rasa takut kian menghantui diri perempuan itu. Apalagi kucing itu kini memandangi dirinya, seperti merenung apakah yang akan dilakukannya terhadap insan yang seorang ini.
Dalam ketakutan yang amat sangat, Kathleen pasrah.
Karena ia pun tak kuasa berbuat lain daripada pasrah. Sati menjilat-jilat darah yang berse-lomotan di sekitar mulutnya.
Seakan-akan seorang pembunuh dengan tenang menyeka darah dari pisaunya yang baru merenggut nyawa. Seakan-akan melengkapi kepuasan hatinya.
Kucing itu masih saja memandanginya dengan penuh ketenangan dan kesabaran. Merasa tidak ada yang perlu dilakukan segera. Kemudian ia bergerak ke arah wanita yang jadi korban kesadisan Jaya Wijaya. Membuat perempuan itu merasa bahwa ajalnya sudah semakin dekat. Setelah mencapai jarak tak lebih dari semeter dari dirinya, Sati berhenti, duduk. Memandangi Kathleen lagi. Meskipun baru membunuh, tak tampak adanya kebengisan atau keganasan pada wajahnya. Ia seperti kucing biasa saja. Dengan muka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
innocent, tidak punya dosa suatu apa pun. Di bawah sinar lampu yang menerang benderangi kamar itu kelihatan jelas oleh Kathleen bahwa kucing itu punya mata berpandangan lembut. Seperti penuh rasa persahabatan. Dan kenyataan ini membuat wanita itu berani berharap, bahwa binatang atau setan ini datang ke sana untuk menyelamatkan dirinya. Dan dia pun sudah berani pula memaafkan dirinya dengan berpikir, bahwa dia lebih kotor dari seorang pelacur.
Suasana memang membuat seseorang bisa berpikir lain, berubah-ubah tentang suatu kenyataan yang sama.
Dan kini mulut wanita itu sanggup mengeluarkan beberapa patah perkataan, meskipun masih dengan suara yang amat perlahan, "Kau akan menghukum aku juga" Ataukah kau kasihan melihat nasibku yang amat celaka ini?"
Kucing itu diam saja. Tidak mengangguk atau menggeleng, karena kedua pertanyaan itu saling bertentangan. Sadar diri, wanita itu mengenakan pakaiannya.
"Kau telah menyelamatkan nyawaku. Bagaimana aku harus membalas budi baikmu?" tanya wanita itu lagi, walaupun ia tahu bahwa setan yang kucing itu tak dapat berkata-kata. Dan kini dia kaget, karena pembunuh itu menggeleng. Menggeleng beberapa kali seperti ingin menegaskan kepadanya, bahwa ia mengerti apa yang ditanyakan kepadanya dan ia pun telah memberi jawabannya. Tidak, itulah yang dikatakannya dengan gerak kepala.
"Jadi kau tidak akan membunuh aku?" tanya Kathleen.
Perjodohan Busur Kumala 21 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Petualang Asmara 17
^