Pasangan Naga Dan Burung Hong 7
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong Bagian 7
mengatakan lain kecuali percaya penuh.
Serentak suasana tempat situ menjadi berisik lagi dengan hanum makian dan sumpah serapah dari anak buah Kay Pang tertuju kepada alamat Cin Siang. Disamping mengata-ngatai Cin Siang dan Ut-ti Pak itu manusia berhati serigala dll. pun para pengemis itu memperbincangkan akan melakukan
pembalasan kepada kedua pemimpin Gi-lim-kun tersebut.
Diantara sebagian besar anak buah Kay Pang yang spontan (serempak) memberikan reaksi mereka, pun ada sementara pengemis yang benar-benar terlongong-longong dengan
kejadian yang diluar dugaan itu. Benar mereka itu tak berani untuk mempercayai, namun mereka minta juga kepada Uh-bun Jui supaya menuturkan jalannya peristiwa.
Setelah kegemparan suasana menjadi reda, menuturlah
Uh-bun Jui: "Tanggal enam belas bulan yang lalu, pangcu telah menerima surat, undangan dari Cin Siang supaya suka datang ke Tiang An untuk berunding suatu urusan penting.
Pangcu segera mengajak aku kesana."
Keterangan Uh-bun Jui telah menimbulkan bermacam-
macam tafsiran pada anak buah Kay Pang. "Ia (Cin Siang) tentu merundingkan urusan Eng Hiong Tay Hwe dengan
pangcu. Apakah mungkin karena pangcu menolak memberi
bantuan, ia lantas membunuhnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya Uh Bun Jiu tahu juga apa yang sedang
dibayangkan oleh sekalian anak buah Kay Pang. Ujarnya;
"Bermula memang pangcu juga menduga kalau Cin Siang tentu hendak mengajaknya berunding tentang Eng Hiong Tay Hwe. Tapi setelah bertemu dengan Cin Siang, barulah kami mengetahui kalau bukan."
Para tianglo dan hiangcu sama menganggukkan kepala:
"Benar Cin Siang tak nanti karena urusan Eng Hiong Tay Hwe lantas membunuh pangcu."
Kiranya setelah pengumuman Cin Siang untuk mengadakan rapat besar kaum enghiong itu tersiar, Ciu Ko dan keempat Tianglo serta kedelapan Hiangcu mengadakan perundingan untuk menentukan sikap. Dalam rapat itu diputuskan: anak murid Kay Pang bebas untuk turut atau tidak dalam rapat besar itu. Keputusan itu supaya disampaikan kepada hiangcu dari berbagai daerah. Bila ada anak murid Kay Pang yang meminta instruksi, supaya dijawab begitu.
Kaum pengemis yang tergabung dalam Kay Pang itu,
dimana-mana menuntut penghidupan sebagai peminta-minta.
Mereka sudah biasa hidup bermalasan. Maka pada hakekatnya merekapun tak mempunyai setitik pikiran untuk ikut serta dalam Eng Hiong Tay Hwe tersebut. Anak buah Kay Pang
didaerah daerah yang menanyakan hal itu kepada hiangcunya masing-masing pun sedikit sekali jumlahnya. Pun anggauta Kay Pang yang hadir dalam rapat partai pada hari itu, kebanyakan tiada tahu sama sekali akan peristiwa yang menimpah pada diri pangcu mereka.
"Jika bukan untuk urusan rapat itu, habis tentang apa?"
tanya salah seorang pengemis.
Uh-bun Jui menjawab: "Tak lain tak bukan ialah Cin Siang akan melarang adanya partai kita didalam kota Tiang An!
Begitu bertemu dengan pangcu, Cin Siang berkata: "Cin-pangcu, kusambut dengan gembira kedatanganmu kemari ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi adanya sekian banyak pengemis besar kecil didalam kota Tiang An sungguh menjemukan!"
Kembali suasana persidangan menjadi hiruk pikuk: "Kurang ajar! Sejak dulu kami kaum pengemis mengembara keempat penjuru. Orang macam apa Cin Siang itu berani melarang kita tinggal di Tiang An?"
"Peduli dengan pangkat nya rebagai kepala Gi-lim-kun.
Anak buah Gi lim-kun boleh menurut perintahnya, tapi jangan lantas menginjak kepala kita!"
Ji-tianglo, salah seorang dari keempat tiang lo berkata:
"Oa, kiranya ia mengungkat soal lama lagi. Bukankah hal itu dahulu telah dibicarakan" Apakah anak buah kita menerbitkan onar dikota Tiang An" Mana Wi hiangcu?"
Ada seorang pengemis yang menggendong karung warna
kuning, tampil kemuka: "Entah di mana beradanya Wi hiangcu itu. Memang anak buah Kay Pang dikota raja itu satu tempo suka mencuri ayam dan merampas anjing. Membikin onar
kecil, pun pernah juga. Tetapi perbuatan yang melawan pemerintah, selama tiga tahun ini tak pernah terjadi."
Pengemis yang memberi keterangan itu, ternyata adalah Hu-hiangcu (wakil kepala) Kay Pang di Tiang An. Wi hiangcu yang ditanyakan oleh Tianglo itu, adalah hiangcu di Tiang An.
Ji tianglo tampak terkesiap, tanyanya: "Apakah Wi hiangcu hilang" Bilakah ketahuan hilangnya itu" Bagaimana
peristiwanya?"
"Pada tanggal delapan belas bulan yang lalu, Wi hiangcu sudah hilang. Sekalian saudara cemas jangan2 ia itu
dimasukkan kedalam penjara oleh Cin Siang!" sahut Hu hiangcu.
Berkata Ma tianglo: "Mengapa perlu ditanya, lagi" Habis membunuh pangcu, Cin Siang mengganas pula pada Wi-hiangcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang sejak Ciu Ko menjabat pangcu Kay Pang,
peraturan partai agak longgar. Kalau perbuatan tak berdisiplin dari anak buah Kay Pang itu, terjadi didaerah2, itu masih tak menyolok. Tapi Tiang An adalah kota raja. Perwakilan-perwakilan dagang dari berbagai negeri, banyak yang tinggal di Tiang An. Boleh dikata saban hari tentu terjadi perbuatan ugal-ugalan dari anak buah Kay Pang. mencuri ayam,
merampas anjing, minta dengan paksa dan bahkan melukai orang untuk merampas barangnya. Sudah tentu pembesar
kota situ tak mau tinggal diam. Pembesar yang berpangkat siu-in (semacam kepala daerah) dari Tiang An tahu bahwa Cin Ciang mempunyai hubungan baik dengan partai2 persilatan kangouw. Ia segera minta Cin Siang untuk menghubungi
pangcu Kay Pang, agar partai pengemis itu suka
mengendalikan anak buahnya. Pembesar tersebut mengajukan tuntutan sebaiknya anak buah Kay pang di larang tinggal dikota raja. Tentang kaum pengemis lainnya yang bukan anggaotanya Kay Pang, asal mereka tak mengganggu
keamanan, bolehlah tinggal dikota itu.
Akhirnya Cin Siang mengundang Ciu Ko dan dalam
perundingan itu, Ciu Ko memberi pernyataannya yang positip, ia bersedia memberi instruksi kepada hiangcu Kay Pang di Tiang An, supiya lebih keras mengendalikan anak buahnya.
Jika anak buah Kay Pang sampai ada yang melanggar undang-undang, bolehlah pembesar negeri menindak mereka dan Kay Pang takkan campur tangan. Tetapi jika disuruh mengusir anak buah Kay Pang dari kota Tiang An, itulah sukar.
Cin Siang menerima baik usul pangcu Kay Pang itu dan
segala sesuatu berjalan sesuai dengan keputusan perundingan itu.
Oleh karena anggaota-anggaota Kay Pang yang mempunyai kedudukan tinggi sudah pernah mendengar tentang hal itu, maka penuturan Uh-bun Jui itu tak disangsikan lagi. Kembali disana-sini terdengar hanum makian kepada alamat Cin Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dikatakan orang she Cin itu, melanggar janjinya dan hendak mengandalkan pengaruhnya untuk menindas kaum Kay Pang.
Puas menghamburkan isi kemarahannya, kembali suasana
menjadi hening lagi. Ribuan telinga siap mendengarkan cerita Uh-bun Jui melanjutkan penuturannya.
"Karena pangcu menolak tuntutan Cin Siang supaya anak buah Kay Pang dibersihkan dari kota Tiang An, maka
berkatalah Ut-ti Pak: "Karena kau menolak, maka kau sendiripun harus tinggal dikota ini, jangan pergi lagi!"
Sudah tentu pangcu marah dengari hinaan itu. Akhirnya keduanya berkelahi. Pangcu berjanji. apabila ia sampai kalah dengan orang she Ut-ti itu, dalam waktu tiga bulan ia sanggup memerintahkan anak buahnya pergi dari Tiang An. Sebaliknya kalau beliau menang, ia minta agar Ut-ti Pak jangan
mengganggu gugat kaum Kay Pang lagi.
"Sampai setengah harian mereka bertempur. Sebenarnya dalam ilmu silat, pangcu tak kalah dengan orang she Ut-ti itu.
Tapi disebabkan usia beliau sudah lanjut, maka tenaga beliaupun berkurang. Akhirnya dalam suatu kesempatan, Ut-ti Pak telah berhasil menghantam pangcu sampai terluka berat."
"Bagaimana dengan Cin Siang" apakah setelah Ut-ti Pak melukai pangcu, ia tak mencegahnya?" menyeletuk salah seorang Tianglo she Ji.
"Bukannya melerai, sebaliknya ia malah memuji tindakan Ut-ti Pak!" sahut Uh-bun Jui,
Ma tianglo tertawa dingin: "Memang Cin Siang itu mengandung maksud tak baik waktu mengundang pangcu.
Siapakah yang tak tahu ka lau Cin Siang itu sudah seperti saudara hubungannya dengan Ut-ti Pak" Turut pendapatku peristiwa itu memang sudah direncanakan oleh mereka. Cin Siang yang menggunakan diploma si lidah dan Ut-ti Pak yang menggunakan pukulan. Huh, mengapa kau masih
menganggap Cin Siang itu seorang manusia baik?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji tianglo diam-diam curiga. Tapi karena saat itu sekalian anak buah Kay Pang hiruk pikuk menyumpahi Cin Siang dan Ut-ti Pak, jadi ia tak berani banyak bicara lagi.
Tidak demikian dengan Ma tianglo yang segera meloncat keatas atas batu dan berseru nyaring: "Pangcu kita telah dicelakai dengan sewenang-wenang. Kita harus
menghempaskan dendam ini. Tapi lebih dulu kita harus
mengangkat pangcu baru, kemudian merundingkan langkah-langkah selanjutnya. Uh-bun Jui, lekas katakan pesan
pangcu." "Beliau telah menyerahkan tongkat kekuasaan ini padaku, hal ini..... ini....... sungguh menggelisahkan hatiku," kata Uh-bun Jui dengan suara terkait-kait.
"Pangcu menghendaki kau memikul tanggung jawab
bagaimana kauherani menolaknya?" seru Ma Tianglo.
Tiba-tiba Ji Tianglo menyeletuk: "Uh-bun Jui, pangcu telah menyerahkan tongkat kekuasaan padamu, apakah sudah jelas artinya bahwa kau diangkat menjadi penggantinya?"
"Memang beliau telah mengatakan kepadaku begitu, tapi aku masih begini hijau kurang pengalaman, jadi tak berani menerimanya." sahut Uh-bun Jui.
Tampak wajah Ma tianglo kurang senang. Dengan nada
dingin ia bertanya: "Ji tianglo apa maksudnya pertanyaanmu tadi" Tongkat kekuasaan sudah diserahkan kepada Uh-bun Jui masakah masih diragukan?"
Menjawab tianglo she Ji itu dengan suara keren:
"Pengangkatan seorang pangcu itu, bukan urusan sepele.
Maaf, aku masih hendak mengajukan sepatah dua patah
pertanyaan lagi kepadamu, Uh-bun Jui Sewaktu, pangcu
menyerahkan tongkat padamu sebagai tanda mengangkat kau menjadi penggantinya itu, selain kau masih ada siapa lagi yang hadir?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu terang mengandung arti tak mempercayai keterangan Uh-bun Jui.
Uh-bun Ju pesut air matanya dan berkata: "Kala itu pangcu terluka parah dan akulah yang segera memapahnya pulang.
Tapi sebelum tiba ditempat kediaman hiangcu, beliau sudah menarik napas penghabisan. Pada detik-detik terakhir ia menyerahkan tongkat kekuasaan ini dan setelah mengucapkan beberapa patah pesanan ia lantas wafat."
"Kalau begitu, tiada lain orang lagi yang berada disitu?"
menegas Ji tianglo.
"Yang ada hanyalah orang yang berjalan saja. Orang-orang yang dikirim Wi hiangcu untuk menyambut kita, belum
datang," sahut Uh-bun Jui.
Tiba-tiba Ma tianglo berseru keras: "Ji tianglo, pertanyaanmu itu tidaklah keliwat tak menghormat kepada pangcu baru dan tak menghormat kepada pangcu lami dan tak menghargai kepada lopangcu almarhum. Beliau telah dicelakai orang, bukannya kau buru-buru membalaskan sakit hatinya sebaliknya malah mencurigai pesan almarhum. Apakah artinya sikapmu ini?"
Sahut Ji tianglo: "Jika pangcu benar-benar meninggalkan pesan tersebut, sudah tentu aku patuh. Tapi ternyata pesan almarhum itu belum mempunyai kebenaran yang teguh.
Bagaimana kita disuruh menerima keterangan sefihak saja?"
Terang tianglo she Ji itu menuntut saksi lagi. Jika Uh-bun Jui tak dapat membuktikan, terang ia bakal menolak.
Bahwa Uh-bun Jui membantu Ciu Ko mengurus urusan
partai, memang sudah berjalan beberapa tahun. Apalagi ia itu adalah murid kesayangan dari Ciu Ko. Meskipun masih kurang pengalaman dan kepandaian, tapi bahwa Ciu Ko menjatuhkan pilihan penggantinya kepada Uh-bun Jui itu, memang sudah pada tempatnya. Tiada seorang pun anak buah Kay Pang yang menyangsikan keterangan Uh-bun Jui itu. Hanya orang she Ji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itulah satu-satunya orang yang berani menyatakan
kesangsiannya. Oleh karena dalam partai Ji tianglo itu mempunyai kedudukan yang tinggi, maka setelah ia
melahirkan kata2nya tadi, terpengaruhlah anak buah Kay Pang. Kini mereka mempunyai sedikit kecurigaan terhadap Uh-bun Jui. Dan karena kedudukannya itulah, maka Ma tianglo tak berani menuduh yang bukan-bukan kepada Ji tianglo.
Memang yang mempunyai kecakapan untuk menggantikan
kedudukan pangcu, ada beberapa orang. Dalam persidangan itu, segera timbul perbincangan yang tegang. Ada sementara fihak yang menyokong Uh-bun Jui, karena pemuda itu sudah diserahi tongkat kekuasan oleh pangcu. Tapi lain fthak, cenderung pada alasan yang dikemukakan oleh Ji tianglo.
Sebelum Uh-bun Jui dapat mengajukan saksi lain, pemilihan pangcu itu harus diangkat oleh rapat anggota Kay Pang.
Ma tianglo bertepuk tangan tiga kali. Ia berdiri dimuka altar batu dan berseru: "Pada saat pangcu menutup mata, meskipun aku tak berada disampingnya, tapi sewaktu masih hidup, beliau sudah menetapkan siapa penggantinya kelak.
Kepada siapa pilihannya itu dijatuhkan, sudah jelas sekali."
Ciok Tan, orang yang menjabat sebagai Seng-tong-hiang-cu atau kepala bagian hukum buka suara: "Benar, kuingat pangcu sewaktu mengangkat sdr. Uh-bun sebagai pembantu beliau dalam mengurus urusan partai, beliau pernah berkata:
"urusan paitai kita kian lama kian banyak kerjaannya.
Kedudukan pangcu, selayaknya dijabat oleh tenaga muda yang cakap dan tangkas," Terang kata-kata beliau itu mengandung maksud untuk mengundurkan diri. Dikarenakan sdr. Uh-bun masih belum mempunyai pengalaman, maka
pangcu hendak menggemblengnya dulu disuruh menjadi
pembantunya. Terang gamblang, bahwa memang pangcu
menginginkan sdr. Uh-bun untuk menjadi penggantinya."
Mendengar itu maka berdirilah Ji tianglo: "Benar, memang pangcu pernah mengucapkan kata-kata itu. Tapi beliaupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah mengatakan lain pernyataan. Pada suatu hari beliau mengajak kami membicarakan tentang tenaga tenaga yang berbakat dalam kalangan kita. Ia anggap Ciok sutenya itulah yang paling cakap. Sayang tabiat sutenya itu amat keras.
Dikarenakan sedikit bentrokan pikiran dengan beliau sutenya itu pergi kedaerah Kanglam dan sampai sekarang tiada
beritanya lagi. Sewaktu membicarakan perihal diri sutenya itu, tampaknya pangcu amat menyesal. Pernah beliau
mengatakan, jika sutenya itu kembali, beliau rela
menyerahkan kedudukan pangcu kepadanya. Kata-kata
pangcu itu disaksikan juga oleh Ma tianglo, Lau tianglo, Ko hiangcu, Ciok hiangcu dan Han hiangcu."
Memang Ciu Ko itu mempunyai seorang sute yang bernama Ciok Ceng Yang. Ciu Ko mempunyai tiga saudara seperguruan.
Ciu Ko yang tertua, sedang Ciok Ceng Yang itu yang buncit sendiri. Usia Ciu Ko lebih tua dua puluhan tahun dari Ciok Ceng Yang. Namun diantara keempat saudara seperguruan itu, Ciok Ceng Yanglah yang paling menonjol sendiri
kepandaiannya. Belum lama ia keluar kedunia kangouw,
orang-orang persilatan sudah memberikan julukan sebagai Sin Ciang Kay Hiap atau Pendekar Pengemis Tangan Sakti.
Memang Ciok Ceng Yang itu tinggi ilmu silatnya, cerdas otaknya, banyak akal dan pandai memutuskan perkara.
Jangankan lain-lain tokoh Kay Pang, sedang Ciu Ko sendiri tak nempil padanya.
Mengapa tidak orang she Ciok yang ditetapkan menjadi
pangcu" Itulah disebabkan karena sewaktu pangcu yang lama menutup mata, Ciok Ceng Yang masih belum dewasa, dan
sebab sute kedua dan sute ketiga dari Ciu Ko itu sudah meninggal, maka ditetapkanlah Ciu Ko menjadi pengganti pangcu. Lima tahun lamanya, Cing Ceng Yang tiada kabar beritanya lagi. Ada orang luar yang mengatakan, bahwa orang she Ciok itu berselisih dengan suheng-nya (Ciu Ko), lalu minggat kedaerah Kang lam. Tapi bagaimana tentang
perselisihan itu, tiada seorangpun yang mengetahui jelas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ma tianglo kerutkan alisnya, katanya: "Ji tianglo, tidaklah kau merasa bahwa kata-katamu itu kosong belaka" Ciok Ceng Yang sudah lama tiada ketahuan rimbanya. Masakan
kedudukan pangcu harus terluang begitu lama?"
Sahut Ji tianglo: "Tidak! Memang Ciok Ceng Yang berselisih dengan suhengnya, tetapi jika ia mendengar suhengnya
dicelakai orang, ia tentu segera datang kembali. Apalagi anak buah Kay Pang tersebar diseluruh pelosok negeri, jika kita intruksikan untuk menyirapi diri Ciok Ceng Yang, masakan tak dapat mencari keterangan."
Ma tianglo tak dapat membantah, tapi segera ia
menemukan alasan: "Tindakan membalaskan sakit hati pangcu, tak boleh terlalu lama. Jika tak lekas-lekas
mengangkat pangcu baru, kita seperti ular tanpa kepala.
Bagaimana kita hendak melaksanakan pembalasan itu ?"
Nyi Cin Hiong wakil hiangcu di Tiang An turut menyatakan pendapatnya: "Ucapan Ma tianglo itu amat beralasan.
Rencana pembalasan sakit hati itu, tak boleh berlarut keliwat lama. Dan apa yang kuketahui, rasanya sdr. Uh-bun kini sudah mempunyai rencana untuk tindakan pembalasan itu."
Ucapan wakil hiangcu Tiang An itu menimbulkan reaksi.
Segera terdengar orang berseru:
"Lekas katakanlah rercana itu!"
Sebaliknya Uh Bun Jui diam saja,
"Meskipun ditempat persidangan ini yang hadir adalah saudara-saudara kita anggota Kay Pang semua, tapi jauh dari mulut lorong. Sekali rencana itu dikatakan, sukar dijamin takkan bocor keluar. Turut pendapatku, lebih baik kita pilih pangcu baru dulu, kemudian pangcu itulah yang akan
mengadakan rapat dengan para tianglo dan hiangcu guna merundingkan rencana pembalasan sakit hati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekalian anak buah Kay Pang itu berkobar-kobar hatinya untuk segera menuntut balas.
Meskipun ada sementara anak buah Kay Pang yang tak
tunduk kepada Uh-bun Jui, namun untuk menghadapi lawan, mereka terpaksa ke sampingkan urusan dalam. Dengan cepat Ma tianglo dapat kepercayaan untuk mengangkat Uh-bun Jui sebagai ketua Kay Pang.
Empat tianglo dan delapan hiangcu, segera satu persatu memberi hormat. Kata Un-bun Jui: "Siautit bodoh dan tak punya pengalaman. Sebenarnya siautit tak berani menerima beban kedudukan pangcu yang sedemikian beratnya itu.
Namun karena saudara-saudara sekalian berkeras tekad akan menuntut balas, untuk tidak mempersukar keadaan, terpaksa siautit terima pengangkatan itu untuk sementara waktu. Nanti apabila Ciok susiok sudah pulang, siautit tentu akan
menyerahkan kembali kedudukan ini."
"Pangcu adalah pusat harapan dari sekalian saudara, bagaimana bisa dihubungkan dengan urusan pribadi"
Jangankan waktu ini Ciok Ceng Yang tak ketahuan rimbanya, taruh kata hari ini ia datang, pun harus menurut perintah pangcu. Dalam hal ini harap pangcu jangan sungkan.
Sekarang lebih baik segera rundingkan saja tentang rencana pembalasan sakit hati itu," kata Ma tianglo.
Demikian tokoh-tokoh terkemuka dari partai Kay Pang,
termasuk empat tianglo dan kedelapan hiangcanya serta belasan anak murid yang mempunyai tingkat karung kuning naik ke atas altar batu. Mereka duduk mengelilingi Uh Bun Jui.
Sedangkan pengemis-pengemis yang tingkatannya karung biru kebawah masing-masing sama bubaran. Sebagai tuan rumah bertindak thocu (pemimpin cabang) dari Tiang An yakni Ma thocu (keponakan dari Ma tianglo).
"Cin Siang dan Ut-ti Pak keduanya itu masing-masing menjabat pangkat To-wi, berkuasa besar dalam militer. Jika hanya mengandalkan kekuatan kaum Kay Pang kita sendiri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sukar untuk menuntut balas. Syukur partai kita mendapat kesanggupan bantuan dari beberapa sahabat, ini berarti suatu kekuatan....."
"Pangcu, apakah maksudmu hendak minta bantuan dari orang luar?" cepat Ji tianglo menukas kata-kata Uh-bun Jui tersebut.
Baru berkata sampai disitu, tiba-tiba Ma tho cu datang melapor ada kedatangan tetamu. Malah rombongngan tetamu yang terdiri dari enam tujuh orang itu sudah mengikuti dibelakang Ma thocu. Kepala rombongan itu seorang yang berwajah aneh. Mulut lancip muka panjang, tak ubah seperti seekor mawas atau orang hutan.
Kejut Toan Khik Sia bukan main. Kiranya orang itu bukan lain ialah Ji-suhengnya yang bernama Ceng Ceng Ji. Dulu Ceng Ceng Ji itu telah murtad (berkhianat) kepada
perguruannya, lalu masuk berguru pada lain orang.
Gong-gong-ji, toa-suheng dari Toan Khik Sia mendapat
perintah dari subo (sebutan suhu untuk wanita) dalam waktu tiga tahun harus dapat menangkap dan membawa palang
Ceng Ceng Ji. Tapi Gong Gong Ji itu terlalu berat akan tali persaudaraan. Ia enggan untuk melaksanakan perintah
subonya. Tiga tahun kemudian ia mencari alasan kepada subonya kalau belum berhasil mencari tempat persembunyian Ceng Ceng.Ji. Subonya terpaksa tak berbuat apa apa. Tapi pan dalam beberapa tahun itu, Ceng Ceng Ji tak berani muncul. Maka heranlah Toan Khik Sia bahwa mendadak
sontak Ceng Ceng Ji itu berani tampakan diri menjadi tetamu partai Kay Pang.
"Apakah subo sudah meninggal dunia" Ho, Ji suheng itu tiada mempunyai hubungan dengan Kay Pang, mengapa tiba-tiba datang kemari?" pikir Khik Sia. Ia takut kalau ketahuan Ceng Ceng Ji, yang berarti keduanya akan dapat kesulitan, maka buru-buru ia mengumpet diantara kawanan pengemis yang tengah makan dan minum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Uh Bun Jui menyambut sendiri kedatangan tetamunya itu.
"Selamat, selamat," Ceng Ceng Ji tertawa gelak-gelak.
"Saudara Uh-bun seorang pemuda yang berguna, seorang tunas muda yang cemerlang dari partai Kay Pang. Aku sengaja mengajak beberapa kawan untuk memberi selamat padamu.
Mari Kuperkenalkan, inilah sdr. Pok Yang Kay dari Ki San, ini sdr. Liu Bun Siong dari Hun Bong, ini sdr. He Ping Tat dari Yu ciu........" demikian Ceng Ceng Ji satu persatu
memperkenalkan sahabat-sahabatnya kepada Uh Bun Jui.
Nyata mereka itu adalah benggolan dari dunia kangouw.
Ji tianglo tak senang, pikirnya: "Kiranya sebelum menerima jabatan pangcu, Uh-bun Jui sudah lebih dulu mengundang Ceng Ceng Ji. Hm, juga tak ketinggalan dengan beberapa benggolan busuk itu!"
Uh-bun Jui mempersilahkan tetamunya itu naik kealtar dan duduk bersama rombongan tianglo dan hiangcu. Nyata
mereka itu diperbolehkan ikut dalam rapat itu. Sudah tentu Ji tianglo makin tak puas. Tapi dikarenakan memandang muka pangcunya yang baru, terpaksa ia tinggal diam saja.
Kata Uh Bun Jui: "Tentang nasib malang yang menimpah Ciu pangcu kita. Ceng Ceng cianpwe sudah mengetahui. Nah, kita sedang merundingkan urusan mencari balas, harap Ceng Ceng cianpwe suka memberi petunjuk."
Dengan kegirangan berkatalah Ceng Ceng Ji: "Untuk membalas kelapangan hati pangcu yang sudah menganggap kami sebagai orang sendiri, hanya dapat kami balas dengan kesediaan kami untuk membantu sekuat-kuatnya. Memang
siang-siang aku sudah mempunyai rencana bagus, Ho, nanti bulan depan tanggal lima belas adalah hari pembukaan dari Eng Hiong Tay Hwe yang diselenggarakan Cin Siang. Kita semua datang kerapat itu. Disitu kita buka kedok Cin Siang supaya rapatnya menjadi kacau, Apabila mendengar perihal kematian Ciu pangcu, dipercaya semua orang gagah dari berbagai aliran tentu akan murka terhadap Cin Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelumnya kita nanti hubungi beberapa orang untuk
mempelopori kemarahan itu. Mereka supaya berteriak-teriak membangkitkan kemarahan hadirin. Rasanya aksi mereka itu tentu mendapat sambutan hangat dari hadiran. Nah,
walaupun Ci Siang dan Ut-ti Pak mempunyai tiga kepala enam tangan, pun takkan mampu menandingi serbuan sekian
banyak orang-orang persilatan!"
"Tapi Cin Siang mempunyai tiga ribu tentara Gi-lim-kun!"
seru Ciok Tan, seng-tong-hi-ang-cu dari Kay Pang.
Ceng Ceng Ji tertawa gelak-gelak: "Mengapa jeri terhadap tiga ribu anak buah Gi-lim-kun" Bukankah anak buah Kay Pang lebih dari jumlah itu?"
"Bagus, rencana bagus!" teriak Uh Bun Jui sembari bertepuk tangan, sekarang harap sekalian hiangcu
memberitahukan kepada anak buah mising-masing supaya
pada waktu itu menyelundup kedalam kota Tiang An. Kita akan mengadakan gerakan 'Kay Pang mengacau kota raja
Tiang An!"
Ada beberapa hiangcu tua, diam diam menganggap
rencana itu kurang baik. Mereka sama memandang kearah Ji tianglo. Maksudnya minta tianglo itu buka suara. Dan memang Ji tianglo sendiri juga tak kuat menahan luapan hatinya lagi.
Serentak berbangkitlah dia dan berseru: "Pangcu, sakit hati memang harus kita balas. Tapi perlukah kita harus
mengadakan gerakan secara besar-besaran begitu?"
"Ji tianglo mempunyai rencana apa yang lebih baik?" Uh-bun Jui dengan dingin.
Jawab Ji tianglo "Penasaran ada biang keladinya, hutang ada penanggungnya. Musuh dari pangcu adalah Cin Siang dan Ut-ti Pak. Jika menurut peraturan kangouw, haruslah mencari balas kepada kedua orang itu. Dengan begitu urusan takkan berlarut. Tapi jika menyelesaikan hal itu didalam rapat Eng Hiong Tay Hwe. tentulah anak buah Kay Pang akan bertampur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan Gi-lim-kun. Ini berarti suatu pemberontakan. Dan lagi pergaulan Cin Siang itu cukup luas, Tokoh2 yang hadir dalam Eng Hiong Tay Hwe, tentulah kebanyakan sahabat-sahabatnya, masakan mereka tak mau membantu Cin Siang"
Dengan begitu kawanan orang gagah akan berbaku hantam sendiri. Demi urusan partai Kay Pang perlukah mengorbankan sekian banyak jiwa. Apakah kita merasa enak hati"
Bagaimanapun, lebih baik kita gunakan siasat lain!"
"Baiklah, jika kita melakukan pembalasan sesuai dengan peraturan kangouw maka kita minta kau suka menyampaikan tantangan kepada Cin Siang dan Ut-ti Pak. Sedangkan
mendiang Ciu pangcu saja terbinasa ditangan Ut-ti Pak, apalagi Cin Siang yang lebih lihay dari Ut-ti Pak. Taruh kata kau, Ji tianglo, lebih lihay setingkat dari kepandaianmu sekarang, rasanya masih belum tentu dapat menandingi Cin Siang dan Ut-ti Pak" Ma tianglo menyeletuk.
Mendengar hinaan itu, gemetaranlah tubuh Ji tianglo.
Sahutnya dengan murka: "Benar, memang aku bukan
tandingan mereka. Tetapi masakan didalam partai Kay Pang tiada orangnya lagi" Wi Wat dan Hong-hu Ko kedua locianpwe toh masih ada, Ciu pang-tin adalah sutit dari Wi locianpwe. Entah apakah Uh Bun Jui pangcu sudah pernah memberitahukan kematian Ciu pangcu kepada kedua cianpwe itu?"
Uh-bun Jui menyahut dingin "Kalau sudah memberitahukan bagaimana" Kalau belum bagaimana?"
Dengan wajah bersungguh. Ji tianglo menjawab: "Jika belum silahkan lekas memberitahukan. Jika sudah mengirim orang memberitahukan, kita harus tunggu kedatangan kedua locianpwe itu dulu, baru nanti kita rundingkan siasat lagi."
Wajah Ceng Ceng Ji berubah seketika. Ia tertawa dingin:
"Kalau begitu, kedatangan kami untuk membantu ini, percuma saja! Karena Kay Pang ternyata mempunyai orang sendiri, kini tak perlu pada kita lagi! Uh Bun pangcu, kau telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirimkan surat undangan kepada alamat yang salah. Nah, kami hendak minta diri!"
Tongkat kekuasan, cepat digentakkan Uh Bun Jui: "Ji tianglo, kutahu kau tak senang dengan pengangkatanku
sebagai pangcu ini. Memang sebenarnya aku juga tak berani menjabat kedudukan pangcu: Tapi aku tak dapat menolak tuntutan sekalian saudara. Terpaksa aku menerimanya.
Karena saat ini aku menjabat pangcu maka akulah yang
memegang peraturan partai. Jika kau tetap omong
sembarangan, apakah bukan berarti memandang rendah
padaku?" Memang partai Kay Pang mempunyai disiplin yang keras.
Meskipun pangcu itu pimpinan tertinggi dari partai, namun Ji tianglo itu termasuk angkatan yang lebih tua. Dituding Uh-bun Jui dihadapan orang banyak itu hati Ji tianglo murka sekali.
Namun ia masih berusa untuk mengendalikan diri, tanyanya:
"Pangcu, kesalahan omong apa aku tadi" Maafkan diriku yang sudah tua, tentu agak limbung. Karena sukar untuk
mengetahui kesalahanku sendiri, maka mohonlah pangcu
memberi koreksi."
Kata Uh Bun Jui: "Ciu pangcu adalah suhuku yang berbudi, masakan aku tak ingin melakukan pembalasan" Wi locianpwe itu sukar di duga tempat tinggalnya. Sementara Honghu Ko locianpwe itu tinggal menyepi digunung Hoa San. Untuk memberitahukan padanya pergi pulang juga memerlukan
waktu. Jika harus, menunggu kedatangan mereka, kita akan kehilangan kans baik. Selalu kau menekankan perlunya
bermusyawarah, tapi hakekatnya kulihat kau emangnya mau merintangi kita!"
Wajah Ji tianglo berobah membesi, serunya: "Uh Bun pangcu, apakah ucapanmu itu tidak keliwatan" Aku dengan suhumu sudah seperti kaki dengan tangan, kau, kau...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tutup mulut! Kau telah berlaku kurang hormat kepada tetamu yang kuundang. Apakah kau tidak lekas2
menghaturkan maaf!" bentak Uh Bun Jui.
Saking murkanya, tubuh Ji tianglo sampai gemetar, la
mendamprat: "Sejak beratus tahun lamanya, dalam partai Kay Pang tak pernah ada pangcu yang memerintahkan tianglo untuk menghaturkan maaf kepada orang luar! Pangcu hukum mati saja aku ini. Aku tiada bersalah, matipun aku tak mau tunduk! Tetamu-tetamu itu adalah kau yang mengundang, jika mau menghaturkan maaf, kau sendirilah vang menghatur
maaf!!" Sekalian anak buah Kay Pang saling pandang satu sama
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lain. Ketika Lau tianglo, Ko hiangcu dan beberapa pemimpin Kay Pang hendak melerai, tiba-tiba Ceng Ceng Ji sudah kedengaran tertawa dingin: "Mana aku berani menerima permintaan maaf Ji tianglo. Ji tianglo adalah soko guru dari Kay Pang. sudah lama aku mengagumi namanya. Nah, baiklah kita berdampingan dekat-dekat!"
Jarak antara Ceng Ceng Ji dan Ji tianglo terpisah oleh beberapa orang saja. Masih nada suaranya bergema,
beberapa orang itu sudah merasa tersambar angin keras.
Ternyata dengan gunakan ilmu ih-sing-hoan-wi, Ceng Ceng Ji sudah menyelinap disamping orang-orang itu. Sekali ulurkan tangan, ia sudah mencengkeram tangan Ji tianglo.
Tapi Ji tianglo juga bukan seorang lemah. Dikala
mendengar Ceng Ceng Ji mengatakan hendak 'berdekatan'
tadi, ia sudah tahu kalau orang akan bermaksud jahat. Kaki kirinya tendangkan dalam gerak gue-sirg-thi-rou, sementara tangan kirinya menyodok dalam jurus poan-ciu-cak-ceg Kaki menendang pinggang melengkung, tangan dicakakkan keiga.
Itu adalah sebuah jurus yang terlihay dari ilmu pukulan Kay Pang yang disebut kin-liong-hok-hou-kun atau ilmu silat harimau mendekam menangkap naga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ternyata Ceng Ceng Ji lebih cepat lagi. Sekali dapat mencengkeram lengan orang, ia lantas gunakan ilmu
memelintir tulang hun-kin jo-kut. Dua buah urat lengan Ji tiangio menjadi putus, seketika tubuh tianglo menjadi kesemutan. Sekalipun tendangannya kaki kiri tadi mengenai Ceng Ceng Ji, tapi sama sekali tiada bertenaga.
Tapi Ji tianglo itu seorang lelaki jantan. Walaupun kesakitan sampai mengucurkan keringat, namun ia tetap tahan sakit, sedikitpun tak mengerang
Ceng Ceng Ji tertawa terbahak-bahak: "Uh Bun pangcu, bagaimana kau hendak menjatuhkan hukuman kepada orang tua ini, terserah kepadamulah!"
Ada beberapa hiangcu yang tidak terima. Tapi demi melihat Ji tianglo yang berkepandaian tinggi pun dibikin tak berdaya oleh Ceng Ceng Ji, terpaksa mereka menelan kemarahannya, tak berani bercuwit.
Begitu Ceng Ceng Ji lepaskan cengkeraman dan Ji tianglo terhuyung-huyung beberapa tindak. Dingin-dingin saja Uh Bun Jui berkata: "Kau adalah tianglo dari partai kita. Aku tak mau menghukummu. Coba kau sendiri yang menimbang,
bagaimana harus bertindak."
Dada Ji tianglo berombak keras karena kemurkaan. Tanpa menjawab apa-apa, ia lantas cabut belatinya dan tusukan ketenggorokannya. Tiba-tiba terdengar suara logam berdering.
Belati Ji tianglo terpental jatuh ketanah. Menyusul terdengar suara kering dari seorang tua: "Ji Hui, ada urusan hebat apa kau sampai hendak menggorok lehermu?"
Seorang pengemis berambut putih yang memanggui
sebuah bulI2 (tempat arak) merah dengan menyeret
sepatunya yang berbunyi berkelotekan, tengah berjalan menghampiri datang. Munculnya pengemis itu begitu
mendadak, hingga sekalian orang tak tanu dari mana tadi datangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis tua itu bukan lain ternyata adalah Hong Kay Wi Wat. Sudah lama kaum Kay Pang mengharap kedatangannya, tapi mereka tak menyangka sama sekali kalau dia bakal datang secara begitu tiba-tiba.
Bluk, Ji tianglo cepat jatuhkan diri berlutut dan berseru:
"Susiok, sudilah mengatasi keadaan ini."
Hong Kay Wi Wat tak menghiraukan sekalian orang. Ia
langsung menuju kepada Ceng Ceng Ji. Dengan sipitkan mata ia memandang orang itu, ujarnya: "Hai monyet kecil, sejak kapan kau menyelundup kedalam partai kami" Siapa suhumu"
Apakah dia tak memberitahukan kepadamu tentang peraturan Kay Pang" Aku adalah kakek gurumu, ayuh berlutut!"
Murkalah Ceng Ceng Ji: "Kau benar-benar Hong (gila) atau pura-pura Hong saja" Siapakah yang kau panggil anak murid partaimu" Bukalah matamu lebar" aku ini siapa?"
Kiranya pada waktu sepuluh tahun berselang, Gong-gong-ji pernah berkelahi dengan Wi Wat. Kala itu Ceng Ceng Jipun menyaksikan.
Wi Wat mendengus, serunya "Apa" Kau bukan anak murid Kay Pang" Bagus, mengapa kau berani memukul tianglo Kay Pang" Apakah Kay Pang mandah dihina orang luar?"
Sebenarnya dalam peraturan yang lazim berlaku didunia kangouw, seorang anak murid yang bertingkat wan-pwe
(tingkatan muda) dapat menghukum seorang tiangpwe
(angkat tua) jika mendapat perintah dari pangcunya. Tapi rupanya Wi Wat pura-pura tak tahu akan peraturan itu.
Dengan mengajukan pertanyaannya tadi, sekaligus ia
mendamprat Ceng Ceng Ji dan Uh Bun Jui,
Ma tianglo buru-buru memberi hormat: "Wi susiok Ciu pangcu pangcu telah dicelakai orang. Sdr. Uh Bun Jui
sekarang yang mengganti jadi pangcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara Uh Bun Jui sendiri dengan muka merah padam, mengangsurkan tongkat kekuasaan. dengan sepasang
tangannya keatas (ini tanda penghormatan bila pangcu
bertemu dengan tiangpwe). Ujarnya: "Susiokcu, Ceng Ceng cianpwe ini adalah tecu yang mengundangnya,"
"Ho jadi tetamu yang kau undang" Bagus biarlah
kuhaturkan arak kepadanya!"
Ia membuka sumbat buli2nya, meneguknya lalu ngangakan mulut. Serangkam air arak meluncur kearah Ceng Ceng Ji, Betapapun lihay ginkang Ceng Ceng Ji yang dengan cepat menghindar, namun tak urung mukanya kena kejatuhan
beberapa percik arak. Sakitnya bukan kepalang.
Sudah tentu Ceng Ceng Ji marah. Cepat ia cabut
pedangnya dan terus hendak menyerang, tapi buru-buru
dicegah oleh kawannya yang bernama Pok Yang Kau: "Kay Pang ada pangcunya, jangan sampai orang mengatakan kita tak tahu adat."
Dengan perkataan itu, Pok Yang Kau hendak mendesak Uh Bun Jui supaya bertindak. Tapi Wi Wat itu dua tingkat keturunan lebih atas dari Uh Bun Jui, Apalagi perangainya kegila-gilaan. Itulah sebabnya maka ia dijuluki sebagai Hong Kay atau Pengemis Gila. Siapakah yang berani mencari
perkara kepadanya" Sedang kaisarpun ia tak ambil perduli, apalagi hanya seorang anak kemarin sore macam Uh Bun Jui.
Dan Uh Bun Jui sendiri, meskipun sudah menjadi pangcu, tapi tak berani berbuat apa-apa terhadap susiokcu atau paman kakek gurunya itu.
"Pangcu kau harus berani bertindak untuk mengatasi keadaan," bisik Ma tianglo yang berada disamping Uh Bun Jui.
Apa boleh buat Uh Bun Jui terpaksa memberanikan diri
juga. Diangkatnya tongkat kekuasaan itu keatas, lalu
menghadang ditengah tengah Wi Wat dan Ceng Ceng Ji.
Ujarnya: "Susiokcu, mohon sudi mendengarkan laporanku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suhu tecu, mendiang Ciu pangcu, telah dicelakai orang. Musuh itu adalah pemimpin serta wakil pemimpin Gi-lim-kun yakni Cin Siang dan Ut-ti Pak. Cemas tak dapat membalaskan sakit hati suhu, maka tecu mengundang beberapa sahabat bulim
membantu kita. Ceng Ceng cianpwe ini, adalah seorang dari tetamu-tetamu yang tecu undang itu. Hal ini tecu ambil, karena selama ini susiokcu tak ketahuan beritanya, maka tecu tak sempat memberitahukan kepada susiokcu. Harap mohon dimaafkan,"
Wi Gwat mendengus: "Hmm, hal ini mencurigakan!"
Wajah Uh Bun Jui berobah, ujarnya: "Tentang in-su dicelakai itu, tecu menyaksikan sendiri!"
Sepasang biji mata pengemis gila itu mendelik katanya:
"Baik, taruh kata Ciu Ko benar benar dicelakai oleh Cin Saing, masakan Kay Pang benar-benar tiada mempunyai kekuatan, toh didunia ini banyak sekali orang gagah yang suka memberi bantuan. Mengapa mengundang mahkluk yang menyerupai
kunyuk begitu?"
Ceng Ceng Ji berseru marah: "Baik, karena partaimu mengundang sampai beberapa kali, barulah aku terpaksa datang. Kau tua bangka yang masih temahak hidup, mengapa selalu berkata-kata menyakiti hati orang?"
"Susiok To sudilah kiranya memandang muka partai kita keseluruhannya. Sudilah kiranya berlaku sedikit sungkan terhadap tetamu," kata Uh Bun Jui.
"Kau berani menasehati aku, bagus, kau benar-benar seorang pangcu yang jempol," bentak Wi Wat.
Bentakan itu sedemikian kerasnya sampai nyali Uh Bun Jui serasa pecah dan tersurut mundur sampai tiga langkah.
Waktu Wi Wat hendak bertindak lebih lanjut tiba-tiba
dikalangan anak buah Kay Pang terbit kegaduhan. Seorang penunggang kuda lari masuk kedalam lembah situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, apakah itu bukan Ciok hiangcu!" teriak salah seorang pengemis.
Sekalian orang sama menyingkir untuk memberi jalan.
Dalam sekejap mata, penungang kuda sudah tiba didekat altar batu dan turun dari kudanya. Setelah mengawasi dengan seksama, barulah sekalian anak buah Kay Pang itu
mengetahui, bahwa yang datang itu adalah Ciok Ceng Yang yang sudah menghilang selama tiga tahun.
"Wi susiok, kau juga datang, itulah bagus! Apakah 'batunya sudah menonjol ditimpah air'?"
"Apanya yang menonjol?" sahut Wi Wat.
Batu menonjol tertimpah air, adalah suatu kiasan yang artinya, duduk perkara yang sebenarnya sudah ketahuan.
"Tentang kematian dari Ciu suheng!" balas Ciok Ceng Yang.
"Apakah kau mempunyai bukti?" tanya Wi Wat.
"Bagaimana kata Uh Bun Jui?" Ceng Yang balas bertanya pula.
"Dia bilang, Ciang Siang dan Ut-ti Pak yang menganiaya,"
jawab Wi Wat. "Mencurigakan!" dengan tegas Ceng Yang memberi pernyataan.
"Ya, benar, memang aku sendiri merasa curiga. Ceng Yang Yang, kau tentu telah menyelidiki beritanya," kata Wi Wat.
Cepat Ma tianglo menyeletuk: "Ciok Crng Yang, sayang kau datang terlambat. Kedudukan pangcu sudah diserahkan
kepada sutitmu. Meskipun kau tergolong tiangpwe, juga harus tunduk pada peraturan partai. Apakah kau mau lekas-lekas menghadap kepada pangcu?"
Ma tianglo dengan Ciok Ceng Yang itu sebaya dan setingkat golongannya. Jadi dia tak takut menyalahi orang. Tapi pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hakekatnya, ucapannya itu hanya pelabi saja guna
mendamprat Wi Wat. Keruan Wi Wat kerutkan alisnya, tapi tak berbuat apa-apa.
Dingin2 saja Ciok Ceng Yang membalas: "Aku datang kemari bukan hendak berebut kedudukan pangcu!"
Bukannya ia menurut perintah Ma tianglo untuk
menghadap pangcu, sebaliknya lantas loncat kealtar batu dan berseru nyaring: "Ini urusan penting sekali, segala adat peraturan baiklah kelak disusulkan. Aku baru saja datang dari Tiang An, Aku berjumpa dengan Cin Siang."
Kawanan pengemis yang memencar dibeberapa tempat itu, cepat berkerumun lagi.
"Cin Siang telah membicarakan padaku tentang suatu hal yang aneh. Ia bilang kalau Ciu pangcu mengirim sepucuk surat kepadanya untuk mengundangnya bertemu disuatu
tempat. Pada hari yang dijanjikan itu, ia tak melihat Ciu pangcu muncul. Sejak itu Ciu pangcu tak pernah kelihatan lagi?"
Sekalian anak buah Kay Pang gempar mendengar berita
itu. Seketika suasana menjadi hiruk pikuk Ada yang berkata:
"Apakah Uh Bun Jui bohong?" Ada pula yang berkata: "Jika bukan Uh Bun Jui yang berbohong, tentulah Ciok Ceng-yang yang berdusta,"
"Cin Sianglah yang membunuh Ciu pangcu, masakan kita mau percaya akan omongannya?" tiba2 Ma tianglo berseru keras. "Ho Ceng Yang, apa maksudmu menemui Cin Siang itu?"
Tak kurang kerasnya, Ciok Ceng Yang berseru: "Tak lain tak bukan akan menyelidiki kematian Ciu suheng itu sampai jelas, agar murid murtad jangan bersimaharajalela! Kau katakan omongan Cin Siang itu tak boleh dipercaya" Baiklah, hendak kukatakan lagi sebuah hal lain. Hal ini sudah kuselidiki kebenarannya, bukan hanya dari pendengaran saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai disitu, tiba-tiba Cang Yang menuding
kearah hadirin, serunya: "Hai, Thio Kam Lok. keluarlah kemuka! Mengapa kau mencelakai Wi hiangcu?"
Sekalian anak buah Kay Pang makin menggelora. Sekalian mata ditujukan pada orang yang bernama Thio Kam Lok itu.
Orang itu bukan lain adalah wakil hiangcu partai Kay Pang daerah Tiang An. Yang menyahut pertanyaan Ji tianglo tadi serta yang melaporkan bahwa Wi hiangcu dari Tiang An, hilang lenyap adalah orang she Thio juga.
Muka Thio Kam Lok berobah pucat dan dengan suara
tergagap-gagap menyahut: "Hal ini, ini dari mana sumbernya"
Tidak... tidak ada hal semacam itu!"
Ciok Ceng Yang deleki mata.
"Tidak ada kejadian begitu" Jika tak ingin diketahui orang, janganlah berbuat! Pada tanggal tujuh belas bulan tiga malam, kau telah mengundang Wi hiangcu minum arak.
Didalam arak kau campur racun. Sebelum racun bekerja, Wi hiangcu telah menghantammu. Kau terluka dirusuk kirimu.
Karena jaraknya dengan sekarang sudah ada setengah
bulanan, mungkin lukamu itu baik. Kalau dipijit sedikit saja, kau tentu kesakitan, bukan" Apakah kau berani dipijat sedikit saja oleh Wi susiok?"
Kiranya Wi hiangcuitu adalah salah satu jago kim-kong-ci-lat atau ilmu jari malaekat dari Kay Pang: Dengan kekuatan jarinya, ia dapat menembus jalan darah dan melukai pekakas dalam tubuh orang. Memang luka dalam itu lain orang tak mengetahui. Tapi bagi kaum persilatan, asal meraba dibagian yang terluka itu, tentulah segera mengetahui tentang luka akibat ilmu kim-kong-ci-lat.
"Baik, Thio Kam Lok, kemarilah Wi Wat," Baru Wi Wat berkata begitu, tiba2 terdengar jeritan nyaring dan rubuhlah Thio Kam Lok ketanah. Sebat sekali, Wi Wat loncat
menghampiri dan mengangkat tubuh Thio Kam-lok. Dilihatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekujur badan orang she Thio itu penuh dengan bintik-bintik hitam, dibelakang batok kepalanya tertancap sebatang gin-ciam atau jarum perak. Pangkal jarum itu masih kelihatan sedikit. Teranglah kalau Thio Kam Lok dibunuh orang. Orang itu kuatir kalau Thio Kam Lok sampai buka rahasia. Dan karena yang hadir banyak jumlahnya, jadi sukarlah untuk mencari tahu siapa pembunuhnya itu.
"Ciok Ceng Yang mengapa belum kau tanya jelas lantas kau bunuh dia?" teriak Wa Tianglo.
Marah Ceng Yang bukan main. "Kurang ajar! Terang didalam partai kita ada pengkhianat yang hendak menutup mulut saksi, sebaliknya kau malah manuduh aku. Apa
maksudmu?"
Sabut Ma tianglo: "Secara diam2 kau menemui musuh kita, kemudian kau merangkai tuduhan palsu tentang terbunuhnya Wi hiangcu. Sedemikian rupa kau karang ceritamu itu supaya orang dapat mempercayai. Setelah itu dapatlah kau
selundupkan komplotanmu untuk membunuh Thio Kam Lok.
Hm, hm, ganas betul siasatmu itu!"
"Ringkus Ma tianglo, aku hendak menanyainya?" teriak Wi Wat.
"Tangkap Ciok Ceng Yang, aku hendak mengadilinya!"
bersamaan saat itu Uh Bun Juipun berseru.
Dua tokoh Kay Pang sama mengeluarkan perintah. seketika gegerlah anak buah Kay-pang,
Ciok Ceng Yang maju merangsang Ma tiang lo, tapi tianglo yang mahir ilmu silat Tiang-kun itu, begitu mengisar kaki lantas menjotos. Ceng Yang cepat lingkarkan sepasang
tangannya dan masukkan tinju Ma tianglo kedalamnya, terus dijepitnya. Tapi kuda-kuda kaki Ma tianglo amat kokoh.
Meskipun tangannya kena dijepit, tapi tubuh tianglo itu tetap tak bergeming laksana terpaku ditanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciok Ceng Yang, kau berani menentang perintah pangcu dan malah hendak memberontak?" teriak Uh Bun Jui seraya hantamkan tongkat kekuasaan kemuka orang dua Ciok Ceng Yang, adalah murid angkatan kedua dari partai Kay Pang.
Dalam hal ilmu silat, suhu Uh Bun Jui, Ciu Ko itu saja masih tak menang, apalagi Uh Bun Jui.
Tetapi dikarenakan Uh Bun Jui mencekal tongkat
kekuasaan. Ceng yang tidak berani merampasnya. Ia terpaksa hanya menghindar saja. Kesempatan itu telah digunakan Ma tianglo untuk mengirimkan tendangan. Dengan begitu Ceng Yang terserang dari dua jurusan. Plak, Ceng Yang termakan hantaman tongkat Uh Bun Jui.
Wi Wat gusar sekali, Ia segera semburkan arak dari
mulutnya. Kenal gelagat, Ma tianglo buru-buru menghindar.
Celaka adalah Uh-bun Jui. Tahu ia melihat ada gumpalan sinar putih melayang kepadanya. Waktu ia hendak menyingkir, tiba-tiba pergelangan tangannya terasa sakit seperti tertusuk jarum. Kiranya Wi Wat telah gunakan ilmu lwekang tinggi untuk merobah air arak menjadi semacam rantai putih yang dengan tepat menghantam jalan darah kwan-gwan-hiat
tangan Uh Bun Jui. Karena tangannya lemah lunglai, tongkat kekuasaan yang dicekal Uh Bun Jui itupun jatuh ketanah,
"Uh Bun Jui, kau telah melanggar peraturan partai kita.
Mengundang komplotan buaya untuk menghina tianglo kita.
Apakah kau masih mimpikan kedudukan pangcu?" teriak Wi Wat sembari mencongkel dengan ujung kakinya. Begitu
tongkat mencelat keudara, terus ia sambuti. Tapi baru ia hendak loncat kealtar batu untuk membuka persidangan
membatalkan pengangkatan pangcu itu, tiba-tiba Ceng Ceng Ji sudah menyerangnya.
"Bagus. pengemis tua hendak menggebah kawanan buaya, baru nanti ada pembersihan dalam tubuh Kay Pang!" teriak Wi Wat sembari balas menghantam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Ceng Ji miringkan tubuh lalu menyusup kebawah
ketiak orang, terus menusuk dengan jurus sun-cui-thui-co atau menurutkan aliran air mendorong perahu. Tapi mana Wi Wat kena disengkelit secara begitu mudah. Siku tangan kirinya disodokkan kebelakang. Jika tak lekas menyingkir, batok kepala Ceng Ceng Ji bisa terpukul pecah.
Ceng Ceng Ji gunakan langkah ih-sing-hoan wi untuk
menyelinap kebelakang lalu menusuk jalan darah hong-hu-hiat dipunggung orang. Kala itu Wi Wat sudah dapat mencekal tongkat kekuasaan. Dan punggungnya seperti bermata, ia hantamkan tongkat itu kebelakang. Tongkat kekuasaan dari partai Kay Pang itu juga sebuah benda mustika, terbuat dari logam emas yang kokoh. Pedang Ceng Ceng Ji tidak mampu memapas tongkat itu, sebaliknya malah terhantam sampai terpental. Demikianlah kedua jago itu bertempur dengan serunya. Yang satu lihay ilmu gin-kangnya, yang satu hebat ilmu silatnya.
"Ciok Ceng Yang mempunyai dendam permusuhan dengan Ciu almarhum. Saudara-saudara sekalian tentu mengetahui.
Jika sekarang ia berkomplot dengan musuh dan berusaha merebut kedudukan pangcu, itulah sudah sewajarnya
pengkhianat semacam itu, harus dihukum menurut peraturan partai!" teriak Ma tianglo
Ma tianglo adalah pemimpin dari keempat tianglo. partai Kay Pang. Selain berpengaruh iapun mempunyai banyak
pengikut didalam partai. Ucapannya tadi telah mendapat sambutan hangat dari pengikut-pengikutnya. Mereka sama berteriak: "Benar, harus dihukum?"
"Kentut! Kami berani melawan orang atasan bersekongkol dengan kaum buaya serta berani bermusuhan dengan Wi
locianpwe. Apakah hukumannya?" teriak Ji tianglo.
Wajah Uh-bun Jui berubah membesi. Begitu ia memberi
tanda, Seng-tong hiangcu Ciok Tan, Lwe Tong hiangcu serta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Tong hiangcu Han Ciat segera maju akan meringkus Ji tianglo.
Karena tulang lengan kanan dari Ji tianglo sudah
dipatahkan oleh Ceng Ceng Ji, maka Ji tianglo hanya dapat melawan dengan tangan kirinya. Keadaannya berbahaya
sekali. Melihat itu berteriaklah Ciok Ceng Yang: "Hai Ciok Tan dan Hai Ciat, kalian berani melawan orang atasanmu. Jangan sesalkan aku berlaku kejam, ya!"
Kedua hiangcu cukup kenal kelihayan Ceng Yang. Buru-
buru keduanya mundur lagi.
"Wi locianpwe angot limbungnya. Lebih dulu ringkus Ciok Ceng Yang dan periksa persekongkolannya itu, tentulah nanti Wi locian-pwe dapat dibikin mengerti," demikian teriak Ma tianglo.
"Ma-hun, kau sudah gila atau pura2 gila?" dengan murkanya Wi Wat menghardik. Ma-hun artinya tahi kuda.
Wi Wat kembali semburkan arak dari mulutnya. Wut,
sekonyong-konyong dari samping Ma tianglo melesat keluar seseorang yang terus lontarkan pukulannya kearah arak Wi Wat itu. Orang itu bukan, lain ialah Pok Yang-kau tokoh kedua dari Ki-san-sam-nio atau tiga iblis dari gunung Ki-san.
Memang Ma tianglo dan Uh Bun Jui itu banyak pengikutnya didalam partai. Tapi Wi Wat adalah tetua yang paling tinggi kedudukannya dalam Kay Pang. Meskipun Uh-bun Jui itu
mendapat sebagai pangcu, tapi perbuatannya itu berarti melawan terhadap orang atasan. Banyak juga diantara anak buah Kay-pang yang tak setuju dengan perbuatannya itu. Dan masih ada sebagian anak buah Kay Pang yang menyokong
Ciok Ceng Yang. Dengan demikian kaum Kay Pang terpecah menjadi dua golongan. Kedua golongan ini, jumlahnya
meliputi separoh dari jumlah anggaota Kay Pang. Sedang separoh lainnya, hanya melongo saja, tidak berfihak siapa-siapa alias netral.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pok Yang Kau bersama Ceng Ceng Ji mengerubuti Wi Wat.
Pok Yang Kau adalah tokoh kelas satu dari apa yang disebut golongan Sia Pay (jahat). Ilmu kepandaiannya tidak di-sebelah bawah Ceng Ceng Ji. Ia melangkah maju untuk menghantam dada Wi Wat.
Kemarahan Wi Wat makin menyala, serunya: "Jika saat ini buaya-buaya kangouw macam kalian tak dibasmi, aku tiada muka untuk bertemu dengan para cosu Kay Pang!"
Ia balas menangkis pukulan Pok Yang Kau. Seketika orang she Pok itu rasakan dadanya nya seperti dihantam palu besi.
Ceng Ceng Ji menyelinap kebelakang Wi Wat untuk
menusuknya, tapi tanpa menoleh lagi, Wi Wat sabatkan
tongkatnya kebelakang. Seperti bermain tongkat itu dengan telak menghantam terpental pedang Ceng Ceng Ji. Tanpa berhenti Wi Wat masih mencecernya lagi dengan pukulan yang ketiga. Kali ini Pok Yang Kau terpaksa menangkis dengan kedua tangannya. Tapi pukulan jago Kay Pang itu dahsyatnya bagai gunung roboh lautan bergelombang. Makin kuat Pok Yang Kau menangkis, makin celaka dia. Dadanya serasa sesak dan mulutnya muntahkan darah segar. Tapi Wi Wrat tak
kurang herannya karena tiga kali hantaman hanya membikin lawannya itu muntah darah, tidak sampai rubuh.
Kawan Ceng Ceng Ji yang satunya lagi. yakni Hun Bon Jin Yau (Manusia siluman dari awan impian) Liu Bun Siong, cepat menghunus pedang maju membantu. Jagoan ini adalah buaya tukang 'petik bunga' (mengganggu wanita baik2). Wajahnya cantik macam wanita, tetapi ilmu pedangnya ganas sekali.
Dalam ilmu gin-kang ia dibawah Ceng Ceng Ji, tapi lebih atas dari Pok Yang Kau. Dengan berlincahan kian kemari, Wi Wat tak berhasil merebut pedangnya. Ini dikarenakan Ceng Ceng Ji selalu mengancamnya.
Dengan siasat berlincahan itu, dalam beberapa kejap saja, Liu Bun Siong telah lancarkan tujuh delapan kali serangan pedang. Sudah tentu Wi Wat seperti orang kebakaran jenggot.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong-konyong ia berputar kebelakang dan sekali jari tengahnya maju, tring, dengan tepat pedang Liu Bun Siong kena tertutuk sampai mencelat keudara. Tapi berbareng saat itupun kedengaran suara 'pruk'. Ternyata buli-buli arak milik Wi Watpun kena ditusuk pecah oleh pedang Ceng Ceng Ji.
Ternyata hal itu memang sudah diperhitungkan oleh Wi
Wat. Setelah menaksir posisi lawan, barulah ia berani berbuat melancarkan tutukannya kearah pedang Liu Bun Siong. Tapi dengan berbuat begitu dia terpaksa harus mengorbankan buli-buli arak kesayangannya. Diam-diam ia merasa gegetun juga.
Untuk melampiaskan kemendongkolannya, kini ia menyerang Ceng Ceng Ji dengan gencar. Betapa hebat ilmu ginkang Ceng Ceng Ji, namun tak urung ia merasa kesakitan juga tersambar oleh angin pukulan Wi Wat yang laksana badai mengamuk itu, Ternyata daya tempur Pok Yang Kau itu cukup tinggi.
Walaupun menerima tiga buah serangan Wi Wat dan terluka dalam, tapi ia masih kuat benahan. Pun Liu Bun Siong itu juga jagoan yang keras kepala. Sekalipun tangan kanannya
kesakitan, tapi ia tetap pantang mundur. Kini ia ganti mainkan pedang dengan tangan kiri. Demikianlah ketiga benggolan itu, kini maju mengeroyok Wi Wat. Karena ketiga benggolan itu masing-masing mempunyai kepandaian istimewa sendiri-sendiri maka dapatlah mareka bertanding seri dengan Wi Wat"
Dipartai sana, Ciok Ceng Yangpun diserang oleh salah
seorang konconya Ceng Ceng Ji yang bernama He Ping Tat.
Ping Tat itu mahir dalam ilmu pelintir tulang hun-kin jo-kut.
Benar kepandaiannya tak menyamai Ceng Yang, tapi begitu Ceng Yang merangsek mendekat, dengan gunakan ilmu hun-kin-jo-kut dapatlah Ping-tat memaksanya mundur.
Demikianlah dua buah partai telah bertempur dengan seru.
Dinilai dari ilmu kepandaiannya, Wi Watlah yang nomor wahid.
Tapi fihak Ceng Ceng Ji menang jumlah. Dengan main keroyok itu dapatlah mereka menang angin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan pertandingan itu, Khik Sia kebat kebit hatinya,
"Wi Wat adalah seorang cianpwe yang bersahabat baik dengan mendiang ayahku, Pun Kay Pang ini rapat sekali hubungannya dengan Thiat toako. Apakah aku tak mau
memberi bantuan?"
"Tapi, ah ini urusan partai Kay Pang, apakah aku leluasa turut campur?"
"Ceng Ceng Ji meskipun sudah masuk kedalam perguruan lain. tapi dahulu ia adalah suhengku. Pernah toa suheng (
Gong Gong Ji ) mengatakan kepadaku, supaya aku berlaku sungkan kepadanya Jika kini aku membantu Kay Pang untuk menangkapnya, apakah hal itu tak menusuk perasaan toa-suheng?"
Memang sejak usia sewindhu, Khik Sia sudah diambil oleh Gong Gong Ji. Bermula dua tahun lamanya Gong Gong Ji lah yang memberi pelajaran silat, setelah itu baru gurunya. Oleh karena itu hubungan Khik Sia dengan Gong Gong Ji itu sangat baik sekali.
Perangai Gong Gong Ji itu suka menurutkan kemaunnya
sendiri saja. Dan dia sering di pengaruhi oleh konco system atau famili system. Sudah terang Ceng Ceng Ji itu jahat, tapi ia tetap suka melindungi.
Teringat akan pesan toa-suhengnya itu, Khik Sia pun tak mau ikut campur dalam urusan Kay Pang. Baru ia mengambil putusan begitu, tiba2 terdengar bunyi terompetdan sekonyong konyong dari balik hutan menerobos keluar sepasukan wanita berbaju merah!
Sebenarnya sewaktu Kay Pang mengadakan rapat itu,
walaupun tidak dijaga keras, tetapi dalam keliling lima li luasnya, terdapat petugas-petugas yang akan memberi
pertandaan, bilamana ada orang luar masuk. Tetapi ternyata pasukan wanita baju merah itu dapat menerobos dengan tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba. Entah bagaimana cara mereka lolos dari penjagaan anak buah Kay Pang. Semua anak buah Kay Pang menjadi kesima.
Pemimpin pasukan wanita itu itu adalah seorang gadis.
Dengan gesit nona itu loncat dari kudanya, terus lari menuju ketempat Wi Wat.
"Hai pengemis gila, kau sungguh gila! Sudah begitu tua bangka, masih merampas barang kepunyaan anak muda!
Lekas kembalikan!" seru nona itu.
Wi Wat terkesiap, serunya: "Apa katamu?" Ia anggap budak perempuan itu lebih limbung dari dirinya.
Cepat sekali datangnya nona itu. Hampir ber bareng
dengan suaranya, orangnya pun sudah tiba. Dengan tangan kosong nona itu lantas menyeruduk kedada Wi Wat, Sudah tentu yang tersebut belakangan ini menjadi kaget. Meski pun ia luas pengalaman, tapi juga tak mengerti apa maksud gerakan gadis itu. Walaupun bergelar Hong-kay atau
Pengemis Gila, tapi sebenarnya Wi Wat itu bukan sebenarnya gila. Jika ia mau menghantam, terang nona itu tentu remuk.
Tapi Wi Wat sadar akan kedudukannya sebagai Chit-lo atau Tujuh Orang Tua didunia persilatan. Mana mau ia
merendahkan derajatnya untuk melukai seorang budak
perempuan. Pula ia tak kenal serta tak mengerti maksud gadis itu. Dan karena ia berpikiran begitu, maka ia sedikit berayal.
Akibatnya ia rasakan pil pahit.
Tiba-tiba nona itu balikkan tangan. Justeru pada saat itu Ceng Ceng Ji tengah menusuk dari samping. Wi Wat
menangkis serangan Ceng Ceng Ji dengan tongkatnya,
berbareng itu ia harus menghindar dari benturan sigadis. Mau tak mau gerakannya agak sedikit terlambat. Ketika ia
miringkan tubuh hendak menyingkir kesamping, ujung jari nona itu sudah mengenai siku lengannya. Seketika Wi Wat rasakan tangannya kesakitan dan tahu-tahu tongkat
kekuasaan yang dipegangnya sudah pindah ketangan sidara.
Marah si Pengemis Gila bukan kepalang. Ia menghantam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur Ceng Ceng Ji, kemudian mencengkeram punggung
sinona. Tapi gesit laksana burung walet, nona itu sudah meluncur jauh.
Kiranya nona itu memakai gelang jari atau semacam krak keling yang bentuknya aneh seperti tutup pit (pena) yang runcing. Gelang itu menutupi jari, ujungnya dipasang jarum bwe-hoa-ciam yang halusnya sukar dilihat dengan mata, Sebenarnya Wi Wat siang siang sudah siap menutup seluruh jalan darah ditubuhnya. Tapi ditusuk oleh jarum itu, tidak urung ia merasa kesakitan juga. Begitulah dengan memakai akal itu, dapatlah sinona merebut tongkat dari tokoh yang jauh lebih lihay dari dirinya. Tapi memang nona itu juga memiliki gerakan tangan yang luar biasa indah serta
tangkasnya. Tepat dan cepat ia berhasil merampas tongkat orang. Kepandaiannya itu jarang dipunyai oleh orang
persilatan pada umumnya.
Habis melarikan tongkat, nona itu lalu berputar tubuh dan melesat kemuka Uh Bun Jui.
Dengan kedua tangannya ia serahkan tongkat itu kepada Uh Bun Jui, ujarnya: "Kuhaturkan selamat atas
pengangkatanmu sebagai pangcu. Tongkat kekuasaan ini bagi seorang pangcu adalah sama seperti cap kebesaran dari seorang pembesar negeri. Selanjutnya harus dijaga hati-hati supaya jangan direbut orang lagi."
Dengan berseri Uh Bun Jui menyambuti, katanya: "Terima kasih nona nona Su. seluruh anggauta Kay Pang selanjutnya akan menurut perintah nonalah!"
"Membantu orang harus membantu sampai selesai, ibarat mengantar Budha harus tiba di Se Thian (barat). Biarlah kubantu menghukum kawanan pemberontak," sahut gadis itu, Ia lambaikan tangan dan pasukan wanita baju merah yang dipimpinnya itu segera menyerbu ke gelanggang pertempuran.
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya kekuatan kedua fibak yang bertempur tadi
berimbang. Tapi begitu pasukan wanita baju merah itu masuk, fihak Uh Bun Jui - Ma tianglo tambah kekuatan, sedang fihak Ciok Ceng Yang dan Wi Wat menjadi keteter. Dalam beberapa saat saja pasukan wanita baju merah itu sudah dapat
meringkus berpuluh orang, kemuaian semuanya diringkus dengan tali.
Kehilangan tongkat dan terluka tangannya itu, telah
membuat tenaga dalam Wi Wat banyak berkurang. Dengan
tangan gosong ia lanjutkan perlawanannya terhadap ketiga benggolan. Situasinya kini berobah. Kalau tadi Wi Wat yang memegang inisiatip pertempuran, kini ia berbalik menjadi fihak yang bertahan. Sama sekali ia tak dapat membuat serangan balasan.
Sepintas pandang, fihak yang menentang Uh Bun Jui bakal menderita kekalahan. Tetapi sekonyong2 didalam rombongan para pengemis itu, ada sesosok tubuh melayang melalui kepala orang. Sebelum orang-orang sempat melihat jelas, tahu-tahu orang itu sudah meluncur turun disamping altar batu, tepat disebelah Ceng Ceng Ji. Kini barulah orang mengetahui bahwa dia hanya seorang pengemis muda yang mukanya penuh berlumuran kotoran hitam.
"Hai, didalam partai kita ternyata ada seorang anak yang begitu lihay!" sekalian pengemis sama berseru heran.
Walaupun bertempur, tapi Ceng Ceng Ji tetap waspada
terhadap setiap gerak yang terjadi disekelilingnya. Begitu dibelakangnya ada angin menyambar, ia lantas tusukan
pedangnya kebelakang. Iapun memandang ringan kepada
pengemis kecil itu. Siapa tahu dengan suatu gerakan
kesimping, pengemis muda itu dapat menghindari tusukan Ceng Ceng Ji. Kejut Ceng Ceng Ji bukan kepalang. Gerak permainan pedangnya itu penuh dengan perobahan-perobahan yang sukar diduga. Jago-jago-yang lihay, pun belum tentu dapat semudah itu menghindarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah gerangan pengemis kecil itu" Dia bukan lain ialah Toan Khik Sia sendiri. Kepandaian Khik Sia sekarang sudah melampaui Ceng Ceng Ji. Apalagi permainan pedang yang digunakan Ceng Ceng Ji itu berasal dari perguruannya, sudah tentu dengan mudah sekali ia dapat menghindarinya. Dan malah gerakan menghindar dari Khik Sia itu disusuli pula dengan sebuah tepukan perlahan kebahu Ceng Ceng Ji.
Tepukan itu sebagai isyarat supaya Ceng Ceng Ji menyingkir.
Kini kejut Ceng Ceng Ji itu berobah menjadi rasa
keheranan. Jelas ia mengetahui gerakan pengemis muda itu, juga berasal dari perguruannya. Buru-buru ia loncat tiga tindak dan berseru: "Kau, kau...."
Khik Sia membayangi dibelakangnya dengan berbisik
berkata: "Toa suheng segera akan datang. Lebih baik kau lekas tinggalkan tempat ini!"
Ceng Ceng Ji mengerti juga bahwa Gong Gong Ji telah
diperintah oleh subonya untuk menangkap diriya. Walaupun ia tahu bahwa toa-suhengnya itu diam-diam menaruh kasihan padanya tapi kalau kebentrok dihadapan orang banyak, toa suhengnya itu tentu sungkan untuk tidak mengapa-apakan dirinya. Itulah sebabnya maka dalam beberapa tahun yang lalu itu. Ceng Ceng Ji selalu menyembunyikan diri.
Gertakan Khik Sia tadi, telah membuat Ceng Ceng Ji
ketakutan setengah mati. Tanpa memberitahukan kepada
konco-konconya lagi, ia lantas terbirit-birit melarikan diri. Khik Sia hanya tersenyum saja. Saat itu ada lima orang anggaota pasukan wanita menghampiri datang.
"Hai, pengemis kecil, kau menertawakan apa?" bentak salah seorang wanita itu.
Khik Sia makin tertawa geli, sahutnya: "Kulihat tangan kalian itu halus-halus semua, lebih baik menyulam dirumah saja, jangan main-main dengan pedang, ini tidak sesuai!".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mulutnya berkata begitu, tangannya tak tinggal diam.
Dengan gunakan ilmu tangan kosong merampas senjata atau gong-chiu-jip peh jim, ia sudah merebut senjata kelima anggaota pasukan wanita itu.
Baru Khik Sia menerobos keluar dari kepungan kelima
wanita itu, ia sudah disambut oleh sepasang tangan dari seorang lelaki yang hendak mencengkeramnya. Karena tak menduga, hampir saja bahu Khik Sia kena.
Kiranya orang itu adalah He Ping Tat, jago ilmu pelintir tulang hun-kin-jo-kut yang termashur. Melihat kepandaian
'pengemis kecil' itu amat hebat, ia tinggalkan Ciok Ceng Yang terus menerjang Khik Sia.
"Ha, kepandaianmu hun-kin-jo-kut hanya begitu saja, sayang belumkan yakinkan dengan sempurna!" Khik Sia tertawa mengejek.
Ping Tat itu seorang yang sombong. Sudah tentu ia
menjadi merah telinganya.
"Cara bagaimana baru dikata mahir" Hm, bocah kemarin sore tahu apa?" Bentaknya sembari lingkarkan lengan kirinya dan tangan kanannya melalui lingkaran itu menjulur keluar mencengkeram pergelangan tangan Khik Sia.
-od0o-ow0o- Jilid XI ITULAH jurus yang paling lihay dari ilmu hun-kin-jo-kut.
Nyata ia bernapsu sekali akan memelintir tangan Khik Sia sampai putus.
Diluar dugaan, Khik Sia tak mau menghindar. Ia biarkan saja tangannya dicengkeram, tapi diam-diam ia salurkan lwekang. Seketika lengannya itu berobah seperti besi
kerasnya. Ping Tat terbeliak kaget. Tapi sudah kasip.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paling tidak harus setingkat begini baru boleh dianggap sempurna!" seru Khik Sia sambil tertawa. Sekali tangan kirinya ditekuk, lengan Ping Tat malah kena dibekuk. Krek......
patahlah lengan jago yang suka memelintir itu.
Ini bukan dikarenakan gerakan Khik Sia lebih jempol dari Ping Tat melainkan karena Khik Sia dapat menggunakan
lwekang tepat pada waktunya. Saking marahnya Ping Tat sampai muntah darah dan terus rubuh pingsan,
Habis meremukan lengan Ping Tat, Khik Sia bersuit panjang Sekali enjot, tubuhnya melayang keatas altar batu.
"Hai, siapakah gurumu" Mengerti tidak kau akan peraturan!
Disini bukan tempatmu, turunlah.!" cepat Uh Bun Jui membentaknya.
Ternyata Uh Bun Jui juga tak kenal akan Khik Sia. Dikiranya itu salah seorang anak murid Kay Pang. Altar batu itu hanya diperuntukkan tempat duduk para pangcu, hiangcu dan
tianglo. Bahwa seorang anak murid kecil berani menginjak tempat itu, merupakan pelanggaran besar. Dengan
menanyakan siapa suhu Khik Sia tadi, maksud Uh Bun Jui telah hendak menyuruh suhunya itu mengatasi anak
muridnya. Khik Sia hanya tertawa menyahut: "Kau sudah menjadi pangcu atau bukan, itu aku tak mengerti. Tapi yang kuketahui hanyalah bahwa Wi locianpwe itu adalah susiok-comu. Kau berani menghina pada angkatan yang lebih tua itu suatu dosa yang tak berampun!"
"Pemberontak!" teriak Uh Bun Jui seraya tusukan tongkatnya kejalan darah tubuh Khik Sia.
Khik Sia hendak sambar tongkat lawan, tapi tak terduga Uh Bun Jui itu lihay juga. Benar ia itu murid dari Ciu Ko, tapi mempunyai bakat yang bagus sekali. Dalan usianya itu, ia tak kalah dengan suhunya diwaktu muda. Ilmu permainan tongkat Hang-hong-ciang-hwat, termasuk suatu ilmu sakti didunia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kangouw. Bermula Khik Sia tak memandang mata kepada Uh Bun Jui. Baru jarinya menyentuh batang tongkat lawan, tiba-tiba dirasanya tongkat itu bergetar dau tahu2 sudah lolos dari cengkeramannya. Terpaksa Khik Sia gunakan siasat lain. Ia buru-buru miringkan tubuh dan menjentik dengan dua buah jarinya. Tongkat itu terpental dan tangan Uh Bun Jui kesakitan sekali.
Khik Sia maju merapat untuk menghadapi permainan
tongkat Hang-liong-ciang-hwat dari Uh Bun Jui. Meskipun Uh Bun Jui lihay juga, namun tetap bukan tandingannya Khik Sia.
Dalam sepuluh jurus saja, ia sudah gelagapan. Dan ketika pada lain saat Khik Sia membentak: "lepaskan", dengan tusukan jari tengahnya yang membikin Uh Bun Jui meringis, tongkatnya pun terlepas mencelat keudara,
Tapi pada waktu Khik Sia hendak menyambuti, tiba-tiba ia merasa ada angin menyambar punggungnya.
"Permainan golok yang luar biasa cepatnya!" diam diam ia memuji sembari balikkan tangan kebelakang untuk
menghalaunya. Waktu ia berpaling, kiranya yang menyerang itu adalah seorang nona muda yang mencekal sepasang Liu-yang-siang-to atau sepasang golok setipis daun Liu. Malah dalam sekejap itu, sinona itu sudah lancarkan delapan kali gerakan golok.
Kiranya nona lihay itu adalah nona yang disebut sebagai nona Su oleh Ih Bun Jui tadi. Sekilas teringatlah segera Khik Sia pada Su Yak Bwe. Dan karena pikirannya beihayal itu hampir saja mukanya kena terpapas rata oleh golok sinona.
Ilmu golok Hui-hoan-to-hwat sinona yang terdiri dari enam puluh empat jurus itu, penuh dengan perobahan yang hebat.
Gerakannya amat cepat sekali. Tapi meski sudah melancarkan sampai delapan belas kali serangan tetapi ia tak dapat melukai Khik Sia. Diam-diam nona itu terperanjat juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tetap membandel, aku terpaksa ambil tindakan keras!" seru Khik Sia.
Sret, sret, sret, tiga kali bolang-balingkan pedang untuk mendesak mundur nona itu. Ia menyerang dengan gencar,
"Lepaskan golokmu!" tiba-tiba ia membentak. Ia yakin lawan tentu sudah tidak dapat bertahan lagi. Siapa tahu nona itu malah maju selangkah. Sebenarnya Khik Sia memang tidak bermaksud mengambil jiwa sinona. Permainan pedang Khik Sia telah mencapai tingkat sedemikian rupa hingga dapat dilancarkan dan di hentikan menurut sekehendak hatinya. Tadi ia miringkan ujung pedangnya untuk menutuk siku sinona supaya lepaskan goloknya. Tapi tak nyana, nona itu hanya tertawa mengejek seraya berseru: "Jangan kesusu Bung,....."
Sepasang goloknya dilingkarkan dan dengan tenaga Iwekang lunak, ia menarik pedang Khik Sia ke-samping.
Kiranya walaupuun tenaga nona itu kalah dengan Khik Sia, tapi ilmu kepandaiannya tak dibawah Khik Sia. Disamping itu matanya amat jeli sekali dan pikirannya tajam pula. Begitu melihat gerakan Khik Sia. ia segera mengetahui kalau anak muda itu tak akan mengambil jiwanya. Itulah sebabnya maka ia sengaja maju selangkah untuk menggeser pedang Khik Sia kesamping. Dengan begitu tenaga Khik Sia berkurang
separoh. Begitulah nona itu telah berhasil kembangkan ilmu golok dengan lwekang lunak untuk menundukan kekerasan lawan. Sudah tentu dalam hal itu, cara si nona mengambil
'timing' (waktu) yang tepat adalah faktor yang menentukan.
Diam-diam Khik Sia merasa kagum juga.
Kalau disini ia masih belum merebut kemenangan, adalah dipartai sana Hong-kay Wi Wat suiah mulai menang angin.
Dengan ngacirnya Ceng Ceng Ji karena ketakutan digertak Khik Sia, lawan Wi Wat hanya tinggal dua: Pok Yang Kan dan Liu Bun Siong. Sekalipun Wi Wat tadi kena tertutuk, tapi lwekang Pok Yang Kau pun menderita besar, maka meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditambah dengan seorang Liu Bun Siong, tetap Wi Wat dapat mengatasinya.
Sesaat Liu Bun Siong tusukan pedangnya ke muka Wi Wat, tiba2 yang tersebut belakangan ini menggembor keras
sehingga saking kagetnya Bun Siong sampai tergetar dan tusukannyapun menemui tempat kosong. Dan secepat kilat Wi Wat segera merebut pedang lawan seraya menendang
musuhnva yang satu (Pok Yang Kau) sampai terjungkir balik.
Wi Wat seorang pembenci kejahatan. Benar Pok Yang Kau dan Liu Bun Siong itu benggolan penjahat, tapi keduanya mempunyai ciri-ciri kejahatan yaug berlainan. Kalau Pok Yang Kau hanya malang melintang mengandalkan kekuatannya,
adalah Liu Bun Siong itu termasyur sebagai tukang petik bunga alias pengrusak kaum wanita. Diantara kedua orang itm. Wi Wat benci kepada Bun Siong. Pedang yang
dirampasnya tadi segera ditimpukkan kepada orang she Liu itu. Sebenarnya ilmu gin-kang Liu Bun-siang cukup lihay dan lagi saat itu ia sudah menyingkir sampai belasan tindak.
Namun tak urung ia tetap termakan pedang timpukan Wi Wat juga. Ujung pedang dari punggung menembus sampai kedada.
Pok Yang-kau cerdik sekali. Pada saat Wi Wat tengah
mengincar jiwa Bun siong ia gunakan kesempatan itu untuk loncat bangun terus menyusup dalam rombongan para
pengemis. Ciok Ceng-yangpun juga sudah dapat merobohkan Han
Ciat. Sedang saat itu tongkat kekuasaan jatuh diatas kaki altar batu. Di situ Ma tianglo dan Ji tianglo tengah berebutan mengambilnya. Melihat itu Uh bun Jui hendak loncat
membantu Ma tianglo. Tapi Ceng-yang datang, Ma tianglo dan Uh-bun Jui tidak menyerangnya. Mereka putar tubuh terus ngacir. Ceng yangpun segera mengambil tongkat kekuasaan dari partai Kay-pang tersebut. Bintang penolong yang
diharapkan Uh-bun Jui. sinona pemimpin gadis berbaju merah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata saat itu tampak kelabakan menghadapi serangan Khik Sia.
Dengan geramnya Uh-bun Jui berseru sengit: "Urusan besar telah dirusakkan bangsat kecil itu. Nona Su, aku telah menelantarkan maksudmu yang baik."
Sahut nona itu dengan hati besar: "Selama gunung masih menghijau, masa takut tak mendapat kayu bakar. Kalah
menang bukan soal. Kekalahan sementara waktu tak jadi apalah."
Ia lancarkan sebuah seranaan kosong, kemudian mundur
dari gelanggang. Tapi rupanya ia masih belum puas karena tiba2 ia menoleh dan berseru kepada Khik Sia: "Hai siapa kau"
Harap beritahukan namamu!"
Tiba2 dsri bawah alur batu, ada seorang menyahut:
"Bangsat kecil itu adalah Toan Khik Sia!"
Kiranya orang yang membuka rahasia Khik Sia itu, bukan lain adalah Ping-tat, jago yang patah tulang lengannya karena dipelintir Khik Sia tadi. Sebenarnya ia tak kenal dengan Khik Sia. Tapi ia kenal lama dengan Ceng ceng Ji. Tentang ilmu kepandaian Ceng ceng Ji, ia cukup paham. tadi ia perhatiksn bahwa gerakan Khik Sia itu, serupa benar dengan Ceng-ceng Ji. Ia tahu bahwa sahabatnya itu mempunyai seorang suheng dan seorang sute "Pengemis" muda yang memelintir tangannya tadi jauh lebih muda dari Ceng Ceng Ji. Sudah tentu bukan suheng dari Ceng Ceng Ji, melainkan sutenya.
Ping-tat merasa tak dapat membalas sendiri, maka ia
hendak gunakan siasat pinjam pisau membunuh orang. Ia harap setelah mengetahui siapa Toan Khik Sia, nona itu akan mencari balas.
Meskipun ilmu silat nona itu tak memadai Khik Sia, tapi ia menpunyai "backing" (andalan) kuat serta mempunyai anak buah banyak. Jadi kemungkinan besar tentu dapat membalas.
Dan benar juga dikemudian hari Khik Sia akan mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa kesulitan dari nona itu tapi karena belum sampai waktunya, baiklah kita petangguhkan dulu.
Demi mendengar nama Khik Sia, nona itu tercengang. Pada lain saat ia tertawa: "Oh, kiranya Toan siauhiap, sungguh tak bernama kosong. Walaupun aku kalah, tapi puaslah."
Dengan putar sepasang golokrya, ia lindungi Un-bun jui.
Dengan diikuti oleh barisan wanita merah dan anka buah Uh-bun-jui, mereka menerobos pergi, Ciok Ceng-yang tak mau menimbulkan pertumpahan darah besar, Buru2 ia acungkan tongkat untuk mencegah anggauta2 Kay pang yang hendak mengejar mereka.
Khik Sia menghapus arang dimukanya dan menjumpai
Hong-kay Wi Wat.
Jago tua dari Kay pang itu tertawa girang : "Sungguh tak kecewa menjadi putera Toan tay-hiap. Ayahmu tentu akan bersenyum gembira di alam baka."
Ciok Ceng-yang dan Ji tianglopun menghampiri untuk
menghaturkan terima kasih kepada Khik Sia,
"Sayang Uh-bun Jui dan Ma tianglo dapat lolos. Kukira kerisauan Ciu pangcu tua tentu ada sangkut pautnya dengan mereka berdua. Entah siasat apa yang mereka gunakan?" kata Ji tianglo.
Kata Wi Wat : "Mereka tentu pergi ke Tiang-an untuk mengacau Eng-hiong tay hwe yang diselenggarakan Cin Siang Sebenarnya aku tak berhasrat hadir, tapi berhubung ada urusan ini, terpaksa aku harus kesana."
Ciok Ceng-yang segera menuturkan hasil penyelidikannya ke Tiang an. Kiranya Tho Kam lok menganiaya Wie hiangcu itu terjadi pada tengah maiam, Tempatnya diatur di paseban dalam dari hun-thio (anak cabang ) Kay-pang di Tiang-an, Rencana itu telah diatur Thio Kam-lok sedemikian rupa, Sisanya ia cari2 alasan merobek surat untuk Wi hiancu. ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percaya rencananya itu pasti takkan ketahuan orang, tapi tak nyana seorang anak buah Kay Pang telah tak sengaja
mempergokinya. Pengemis itu menjadi pencuri dan dikejar alat negara. Ia tahu dirinya tak dapat berdiam di Tiang-an lagi. Maka malam2 ia pergi ketempat Wi hiangcu. Maksudnya hendak minta perlindungan dari hiangcu itu. ia hendak serahkan barang curiannya itu kepada Wi hiangcu dengan permintaan supaya dikembalikan kepada pemiliknya, Secara kebetulan sekali, ia mengetahui rencana kecil dari Thio Kam lok.
Pengemis pencuri itu sembunyi didalam tumpukan genteng dibawah jendela. Mengetahui apa yang terjadi didalam
ruangan, kejutnya bukan kepalang, Ia tak berani keluar dari tempat persembunyiannya, pun setelah peristiwa itu ia tetap tak berani bicara pada lain orang. Baru setelah Ciok Ceng yang datang membuat penyelidikan, karena yakin Ceng-Yang pasti dapat melindungi dirinya, pengemis itu berani membuka rahasia.
"tampaknya penganiayaan terhadap Wi hiangcu dan
suhengku itu adalah dua buah perkara. Tapi besar
kemungkinannya mempunyai hubungan satu sama lain." kata Ceng yang.
"Betul. Wi hiangcu itu adalah pengikut dari Ciu Pangcu.
Pengkhianat2 itu menganggap jika tak lenyapkan Wi hiangcu tentulah sukar buat Uh Bun Jui merangkai cerita
sandiwaranya." kata Ji tianglo.
"Apakah kau meragukan kalau Ciu pangcu tak datang ke Tiang An?" Tanya Lok San Lwean tong cu.
"Kupikir makin mencurigakan. Hm, siapa tahu jangan2
suheng masih hidup dunia." tiba-tiba Ceng Yang berseru.
Katanya lebih lanjut.
"Pada hakekatnya Cin siang belum berjumpa dengan suheng. Menilik kedudukan dan pribadinyam aku percaya ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berdusta. Waktu ku mau menyeldiki di Tiang an, anak buah Kay Pang di Tiang An juga tak pernah bertemu dengan Ciu Pangcu!"
Ji tianglo menyeletuk "Yaa, memang aku sudah
menyangsikan. Dengan lancar sekali Uh Bun Jui menuturkan tentang peristiwa dicelakainya Ciu Pangcu, tapi tak ada saksi sama sekali. Paling ia mengatakan Thio Kam Lok yang
menyaksikan. Tapi kini setelah nyata Thio Kam Loklah yang membunuh Wi hiangcu, cerita Uh Bun Jui tidak dapat
dipercaya lagi. Turut pendapatku, sembilan puluh persen tentulah Uh Bun jui bersekongkol dengan Thio Kam Lok.
Dengan membunuh Wi hiangcu, tak ada orang lagi yang
menyangsikan keterangan Uh Bun Jui. tetapi setiap
kebohongan itu tentu bakal ketahuan."
Ciok Ceng Yang melanjutkan kata2nya lagi
"Jika peristiwa terbunuhnya suheng hanya karangan saja, menilik bahwa suheng belum datang ke Tiang An, maka
sekalipun Uh Bun Jui begitu bernafsu hendak merebut
kedudukan pangcu, tapi belum tentu ia berani membunuh suhunya."
Ji tianglo mengangguk, ujarnya: "Mudah2an begitulah.
Ditinjau dari peristiwa hari ini, rasanya Uh Bun Jui tentu mempunyai backing (penunjang) yang kuat. Jika tidak,
masakan dia berani berbuat begitu."
"Siapakah nona yang membawa barisan wanita tadi"
Tampaknya baik sekali hubungannya dengan Uh Bun Jui.
apakah kalian tahu?" tanya Ceng Yang.
Para tiang lo dan Hiang cu saling berpandangan tapi tak seorangpun dari mereka yang mengetahui.
"Budak busuk itu benar, biar kuselidiki asal usulnya, tapi sekarang ini baik kita jangan hiraukan ia dulu, masih ada lain urusan yang lebih penting." kata Wi Wat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji tianglo menyetujui "Ya, benar... sekarang kedudukan pangcu jangan diberikan kepada Uh Bun jui, Wi susiok, pengangkatan pangcu baru tak boleh di tunda2 lebih lama, Harap kau orang tua yang memutuskan.
"Ceng yang kau adalah orang satu2nya yang diharapakan seluruh angggauta Kay Pang. Kau sajalah yang menjabat pangcu. jangan menolak lagi." kata Wi Wat.
"Hidup matinya Ciu suheng masih belum ketahuan,
masakan aku lantas menduduki jabatan itu?" bantah Ceng yang.
Jawab Wi Wat dengan tandas: "Negeri tak boleh satu haripun tak ada kepalanya, begitu pula dalam partai kita tak boleh sehari tak punya pemimpin. Banyak nian pekerjaan yang harus kita selesaikan, untuk itu kita harus punya pemimpin.
Jika keadaan suhengmu belum jelas, dan kau sungkan
menjadi pangcu. biarlah untuk sementara kau menjabat
sebagai wakil pangcu saja."
Wi Wat bergelar Hong-kay atau Pengemis Gila, tapi apa yang ia ucapkan tadi benar2 jitu sekali, Ciok Ceng yang tak dapat menolak lagi. Begitulah Wi Wat dengan segera
mengadakan persidangan anggauta dan mengumumkan
tentang hal itu. Oleh karena golongan yang anti Ceng-yang saat itu sudah ikut pada Uh-bun Jui, maka pengangkatan itu telah disambut dengan persetujuan aklamasi atau suara bulat.
Setelah urusan partai selesai, berkatalah Wi Wat kepada Khik Sia: "Toan siauhiap, pengemis tua masih hendak minta bantuanmu untuk sebuah urusan."
Khik Sia tersipu-sipu mengiakan dan minta pengemis tua itu mengatakan.
"Sungguh memalukan sekali bahwa dalam partaiku telah muncul seorang pengkhianat semacam Uh bun Jui itu. Dia bersekongkol dengan kawanan durjana hendak mengacaukan rapat dari Cin Siang. Apa maksud yang mereka rencanakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, sekarang masih belum jelas. Tapi bagaimanapun, rencana mereka itu bukan bermaksud baik, kita harus menjaganya.
Sekarang aku si pengemis tua ini masih belum dapat
berangkat. Kau mempunyai ilmu ginkang yang tinggi, apakah suka mewakili aku berangkat ke Tiang an lebih dulu untuk memberitahukan Cin Siang?"
Khik Sia berpikir sejenak, berkata: "Aku sanggup mengerjakan perintah lo-cianpwe itu, tapi akupun mempunyai sebuah hal yang akan mohon bantuan locianpwe juga."
"Katakanlah," kata Wi Wat.
"Tentulah locianpwe sudah mengetahui tentang peristiwa tentara negeri menggempur gunung Kim-ke-nia, Toakoku
Thiat Mo Lek dan Bo Se-kiat membawa anak buahnya menuju ke Ho-se. Di sana mereka tengah menyusun kekuatan lagi.
Aku mendapat perintah dari Thiat toako untuk mencari
seseorang. Orang itu telah kuketemukan, tapi ia menolak kuajak pulang. Terpaksa sekarang aku hendak pulang melapor pada Thiat toako!"
Oleh karena Wi Wat tak tahu bahwa orang yang dicari Khik Sia itu ternyata seorang nona yang bakal menjadi isterinya, maka bertanyalah pengemis tua itu. "Siapakah orang itu"
Apakah penting sekali?"
"Dia bukan orang persilatan, melainkan seorang......
seorang sahabatku yang baik," sahut Khik Sia dengan terputus-putus.
"Oh, tahulah aku. Kalau sekarang sedang giat
mengumpulkan orang gagah. Tentulah hendak minta orang itu masuk kedalam perserikatan kalian," seru Wi Wat.
Pengemis Gila itu tak mau minta penjelasan apakah
sahabat Khik Sia itu pria atau wanita. Dengan sembarangan saja, Ia menduga duga semaunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Khik Sia berduka, ia tertawa getir: "Bagaimana pendirian orang itu, telah kuketahui jelas. Tak nanti ia mau bergabung pada kita. Tapi tak apalah...."
Hong-kay Wi Wat itu sudah tua, tapi suka ceriwis. Cepat ia memberi komentar: "Betul, toakomu Thiat Mo Lek itu luas sekali pergaulannya. Jika ia mau bergerak, tentulah dengan mudah akan mendapat sambutan baik dari orang gagah
diempat penjuru. Kurang satu orang itu, tak jadi apa."
"Benar, locianpwe. Tetapi jika aku tak lekas-lekas pulang tentulah Thiat toako amat mengharap-harap. Oleh karena itu, hendak ku mohon kepada locianpwe agar menyuruh seorang anak murid Kay-pang memberitahukan kepada Thiat toako bahwa aku sedang pergi ke Tiang An. Selain itu, meskipun Kim ke-nia diserang oleh tentara Gi-lun-kun, tapi hubungan pribadi toako dengan Cin Siang itu tetap baik. Dalam hal ini harap Thiat toako mengetahuinya."
Wi Wat tertawa. "Thiat Mo Lek memimpin kaum enghiong.
Pun Bo Se-kiat itu seorang lok lim bengcu yang baru. Tidak usah kau katakan, akupun sebenarnya hendak melaporkan hal itu kepada mereka. Nah, baiklah kita sama-sama membagi laporan. Karena waktunya rapat di Tiang-an itu mendesak, maka baiklah kau lekas-lekas berangkat."
Begitulah setelah saling menetapkan rencana pembagian tugas, Khik Sia segera berangkat ke Tiang-an. Dengan
gunakan Ginkang, pada hari pertama Khik Sia dapat
menempuh jarak 300-an li lebih. Hari kedua ia sudah tiba di Gui-ciu (sekarang propinsi Hopak). Tiba-tiba ia berpapasan dengan suatu rombongan rakyat yang terdiri dari laki
perempuan, tua muda dan besar kecil. Dari wajah dan
dandanan serta keadaan mereka, teranglah mereka itu tengah mengungsi.
Waktu Khik Sia menanyakan, pak tua yang menjadi
pemimpin rombongan itu menyahut dengan heran: "Engkoh kecil, apakah kau tak tahu bahwa Su Tiau-gi telah menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekalahan. Pasukannya yang kalah itu kini mundur ke Pok-yap. Dimana tempat yang dilalui, mereka merampok rakyat.
Mengapa kau hendak kesana" Kau masih begini muda. baik ketemu tentara negeri maupun tentara perampok, kau tentu dipaksa turut mereka."
Yang dikatakan 'Su Tiau-gi' oleh pak tua itu, adalah putera dari Su Su-bing, itu jenderal dari An Lok-san. Setelah An Loksan dibunuh oleh anaknya sendiri, An Ging-hi, maka anak buah An Lok-san menjadi terpecah belah. Panglima Kwe Cu-gi dari kerajaan Tong-tiau dengan mudah dapat membasmi
mereka. Untuk sementara waktu, Su Su-bing menakluk pada kerajaan Tong. Tapi tak lama kemudian ia dapat menyusun kekuatan lagi, dan berontak. Setelah berhasil mengalahkan tentara gabungan dari 9 Ciat-to-su (panglima perbatasan), ia mulai menyerang Lok-yang.
Su Su-bing dapat membunuh An Ging-hi dan lalu
mengangkat diri menjadi kaisar Tay Yan hongte. Tapi tak lama kemudian, ia dibunuh oleh puteranya sendiri yakni Su Tiau-gi.
Kerajaan Tong-tiau memerintahkan Li Kong-pik mengganti kedudukan Kwe Cu-gi untuk memukul Su Tiau-gi. Akhirnya pada permulaan tahun kerajaan Po-ging atau tahun 762
Masehi, Li Kong-pik berhasil masuk ke Lok-yang dan mengejar tentara Su Tiau-gi, Su Tiau-gi membawa sisa anak buahnya menuju kedaerah Pok-yap dengan maksud hendak
menggabung pada suku He. Rombongan rakyat di pimpin oleh pak tua itu, adalah rakyat didaerah yang mengungsi karena takut dirampok tentara Su Tiau-gi.
Khik Sia sendiri adalah seorang anak yang menjadi
sebatang kara karena akibat peperangan. Teringat akan kematian sang ayah dimedan pertempuran dan ibunya yang akibat melarikan diri lalu menderita luka dan akhirnya juga meninggal, diam diam Khik Sia menjadi ngeri, Ngeri karena peperangan atau huru hara itu sampai sekarang masih belum padam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkoh kecil, kembalilah saja. Disebelah depan sana sudah kosong semua," kata pak tua itu pula.
Khik Sia menghaturkan terima kasih: "Terima kasih lotio.
Tapi aku mempunyai urusan penting, terpaksa aku harus kesana. Terserahlah pada nasib."
Karena Khik Sia tak mau mendengar nasehatnya, pak tua itu hanya menghela napas panjang. Dan Khik Sia lalu
meneruskan perjalanan pula. Belum berapa jauh, disebelah depan sana tampak debu mengepul tinggi. Benar juga ia berpapasan dengan sepasukan tentara pecundang. Didalam pasukan itu terdapat belasan buah kereta. Mereka membawa panji-panji tapi keadaan pasukan itu tak mirip dengan susunan tentara lagi. Ketika Khik Sia sedang pertimbangkan baik tidaknya ia menghindar dari pasukan perampok itu, tiba-tika terdengar ada suara orang menggembor keras. Seorang tua yang bertubuh tinggi besar menyerbu ketengah pasukan itu dan membentak keras: "Siapa yang sayang jiwanya, harus lekas-lekas pergi! Tinggalkan kereta pesakitan."
Khik Sia tersentak kaget. Pikirnya: "Siapakah orang tua itu"
Mengapa seorang diri ia berani kawanan serigala" Dari suara bentakannya itu, terang ia memiliki lwekang tinggi, tidak dibawah Hong-kay Wi Wat. Tapi sayang ia sudah terluka dalam."
Orang tua gagah itu bersenjatakan sebatang tongkat besi.
Trang, ia hantam golok seorang opsir sampai mencelat
keudara. Dan ketika tongkat besinya melayang turun, seorang opsir lain yang tak keburu menangkis dengan senjatanya long-ya-pang, telah terhantam remuk. Melihat opsirnya mati, kawanan tentara perampok itu lari kalang kabut.
Dari rombongan pasukan itu tampil dua orang, tapi mereka tak berpakaian opsir. Serempak keduanya berseru: "Hai, Hong hu Ko jiwamu sudah berada diujung rambut, mengapa masih berani merampas kereta pesakitan" Baiklah kau ingin lekas2
menghadap raja Akhirat biarlah kami bantu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua yang dipanggil Hong Hu Ko itu tak menyahut
dengan mulut melainkan dengan pukulan toigkat besinya.
Kedua orang tadi ternyata bukan jago lemah, tapi toh mereka hanya kuat bertahan sampai 10-an jurus saja, sudah lantas kalah. Orang tua she Hong-hu itupun tak dapat mengejar mereka. Setelah anak buah pasukan itu bubar, ia lantas berusaha membuka kereta pesakitan. Kereta pesakitan itu merupakan sebuah kerangkeng yang ditutup besi rapat-rapat.
Sebenarnya harus mencari kuncinya dulu, tapi rupanya orang tua itu tak sabar lagi. Bruk, ia hantamkan tongkat besinya kekerangkeng besi sehingga tutup kerangkeng itu berlubang, jago tua itu menjenguk kedalamnya, tapi segera ia berseru:
"Bukan!"
Ia lantas berganti sasaran kerangkeng yang kedua.
Melihat kekuatan orang tua itu, diam-diam Khik Sia terkejut sekali. Tiba tiba ia teringat: "Astaga! Kiranya tokoh yang kedudukannya sejajar dengan Hong-kay Wi Wat, ialah Se-gak-sin-liong (Naga Sakti gunung berat) Hong-hu Ko locianpwe.
Makanya walaupun terluka dalam, tapi masih begitu sakti.
Tapi siapakah yang dapat melukai tokoh semacam orang tua itu" Dan mengapa ia hendak merampas kereta pesakitan?"
Khik Sia belum pernah berjumpa dengan Hong-hu Ko, tapi sudah mendengar kemasyhuran namanya. Kiranya Hong Hu
Ko itu selain bersababat baik dsngan mendiang ayah Khik Sia juga pernah menerima budi dari bibi Khik Sia yaog bernama He Leng Siang itu (He Leng-siang adalah isteri dari Lam Ci hun. Sejak umur sepuluh tahun Khik Sia lantas ikut pada bibinya itu.).
Khik Sia menimang dalam hati: "Meskipun locianpwe itu mampu menandingi kawanan tentara perampok, tapi setelah kutahui kalau dia masakan aku tinggal diam tak mau memberi bantuan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu Hong hu-ko sudah menghantam terbuka
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tujuh buah kereta pesakitan, tapi tetap belum mendapatkan orang yang dicarinya.
Tiba2 terdengar derap kaki kuda mendatang dengan
gemuruh sekali. Penunggang kuda yang paling depan sendri, seorang tua berwajah jelek kejam, tubuhnya kekar dan
matanya hanya tinggal satu. Astaga. Khik Sia tersirap kaget Chit-poh tui-hun Yo Bok Lo!
Iblis itu tertawa nyaring: "Hai, Hong-hu Ko nyawamu sendiri sudah di ujung rambut, masih mau menolong orang"
Mari biar kuantar ke akherat!"
Wut, iblis itu loncat dari kudanya. Dengan gerak can-liong chiu atau gerak menabas nabas naga, ia berjumpalitan
diudara terus menghantam lawan, Hong-hu Ko
menyambutnya dengan jurus khi-hwe-liau-thian atau
mengangkat api membakar langit. Tongkat diarahkan kedada Yo Bok Lo. Brak, pukulan iblis she Yo tadi telah berhasil mementalkan tongkat Hong-hu Ko kesamping.
Sebenarnya ilmu kepandaian Hong-hu Ko tak kalah dengan Yo Bok Lo. Tapi karena sebelumnya ia sudah terluka dalam lebih dulu, kemudian mengamuk menghantami kerangkeng
besi, tenaganya berkurang banyak sekali. Maka dalam adu kekuatan yang pertama itu, Yo Bok Lo lah yang menang
angin. Iblis she Yo itu, tak mau memberi hati. Baru kakinya turun kebumi ia sudah enjot lagi menerjang Hong-hu Ko membabat kearah kaki, tapi sebagai iblis yang bergelar Chit-poh-tui-hun (tujuh langkah mengejar nyawa), Yo Bok Lo itu lihay sekali kakinya. Tendangannya tadi ternyata hanya pancingan, begitu Hong-hu Ko menghantam, dengin berdiri sebelah kaki ia putar tubuh kesamping Hong-hu Ko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disitu secepat kilat ia menyambar tongkat orang. Dengan meminjam tenaga Hong-hu Ko dan tenaganya sendiri, begitu ia mencengkeram tongkat, terus membentak: "Lepaskan"
Hoig-hu Ko kena diselomoti, terang ia tentu tak dapat mempertahankan tongkatnya lagi. Tapi sekonyong-konyong terdengar suara orang membentak: "Lepaskan!" Sesosok tubuh melayang datang terus menusuk jalan darah li-yan niat dipunggung telapak tangan Yo Bok Lo.
Itulah Toan Khik Sia. Ia datang tepat pada waktunya, Yo Bok Lo segera mengenali musuh besarnya itu. Sebuah
matanya yang buta karena tusukan anak muda itu. Walaupun bencinya kepada anak muda itu menyusup sampai ketulang, namun kedatangan Khik Sia secara begitu mendadak itu, membuatnya ia tergetar juga. Tinggalkan tongkat, ia berganti sasaran untuk menangkis tusukan Khik Sia, ilmu kim-na-chiu atau merebut senjata dengan tangan kosong dari iblis itu, sudah mencapai tingkat tinggi. Tetapi karena anak muda itu lihay ilmu ginkangnya, tambahan pula menggunakan pedang pusaka, maka Yo Bok Lo tak berdaya untuk merapatnya.
Malah dalam serangan tiga kali berturut-turut, iblis itu dipaksa mundur tiga langkah.
Hong-hu Ko tak kenal pada Khik Sia. Melihat anak muda itu dapat melayani seorang jago kolotan seperti Yo Bok Lo, ia merasa heran juga. Ia berniat memberi bantuan kepada
sianak muda itu. tapi ia dapatkan tenaganya habis. Pikirannya cepat bekerja dan akhirnya ia ambil putusan, lebih baik menolong orang yang dicarinya itu dulu.
Dengan kertak gigi, ia gunakan sisa tenaganya umuk
menghantam kereta pesakitan, Namun sudah dua buah kereta yang dirusakannya, tetap orang yang hendak ditolongnya itu tak kelihatan.
Pada saat itu, anak buah Yo Bok-lo yang mengikut
dibelakangnya tadi pun sudah tiba. Dua orang opsir
penunggang kuda loncat turun. Yang seorang mencekal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruyung cat-mo-piau yang seorang mencekal sam Ciat-kun atau tongkat tiga ruas. Cepat mereka menyerang Khik Sia, tapi dengan sigapnya Khik Sia menghindari cambukan pian untuk kemudian membabat sam-ciat kun.
"Hati2!!" saking terkejutnya Hong-bu Ko berteriak memperingatkan Khik Sia.
Tapi pedang Khik Sia itu bukan sembarang pedang, trang, terdengar bunyi menderng dan tahu2 tongkat sam ciat-kun sudah kutung sebuah ruasnya. tiba2 tampak sebuah sinar putih berkelebat. Ternyata bagian tengah dari sam-ciat kun itu berlubang dan didalam lubang itu dipasangi senjata rahasia hu kut-Ting atau paku pembunuh tulang yang amat baracun
sekali. Paku beracun secara mendadak keluarnya dan tidak diduga sama sekali oleh Khik Sia. Jaraknyapun amat dekat sekali.
syukur tadi Hong hu Ko sudah meneriakinya lebih dulu, Dalam saat2 yang berbahaya itu, Khik Sia unjukkan kepandaian gin kangnya yang istimewa. Ia buang tubuhnya mendatar seraya tubuhnya menyampok paku itu. Yang sebuah kena ditampar jatuh, yang kedua buah menyambar dibawah kakinya.
Sedikitpun ia tidak terluka.
Tapi disebelahnya masih ada Yo Bok-lo laksana harimau buas yang siap menerkam sang korban, pada saat Khik Sia tengah menghindar dari serangan paku tadi. iblis itu segera lontarkan sebuah hantaman dahsyat. tubuh Khik sia masih terapung diudara, jadi sadar untuk menghindar.
Hong-hu Ko berseru keras. Cepat ia timpukan tongkat
besinya, kemudian menyusul menghantam, Opsir yang
bersenjata rayung cat-mo-pian berusaha menyerbu tapi kena timpukkan tongkat Hong hu Ko. seketika kepala pecah,
otaknya berhamburan keluar dan jiwanya melayang.
Hong hu Ko gunakan sisa tenaganya untuk adu pukulan
dengan pukulan hiat-gong-ciang dari Yo Bok Lo. Begitu kuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong-hu Ko menghantam, sampai mulutnya mendengus
keras, Plak, Yo Bok Lo tersurut mundur sampai beberapa tindak. Tetapi anehnya, Hong-hu Ko tampaknya masih tegak berdiri tidak apa2.
Sesaat Khik Sia turun ketanah, begitu ia memandang
kearah Hong-hu Ko, kejutnya bukan kepalang. Ternyata jago tua itu wajahnya pucat seperti kertas. Sepasang matanya merah, Khik Sia tak mau merangsang Yo Bok Lo lagi,
melainkan perlu menolong Hong-hu Ko dulu.
Huak..... mulut Hong-hu Ko menguak muntah darah.
Ternyata jago tua itu sudah kerahkan seluruh tenaganya untuk menghantam. Benar Yo Bok Lo kena dihantam mundur, tetapi jago tua yang sudah terluka dalam itu, kini makin bertambah parah lukanya, ia kehabisan tenaga betul-betul.
Melihat kesempatan itu, opsir yang bersenjata Sam-ciat-kun tadi cepat timpukkan dua buah paku hu-kui-ting lagi kearah Hong-hu Ko, Tapi kali ini Khik Sia sudah siap siaga, tak nanti ia kena dibokong. Cepat ia melejit kemuka untuk melindungi Hong-hu Ko, kemudian putar pedangnya untuk menyampok
jatuh hu-kut-ting.
Pada saat itu Yo Bok Lo sudah dapat memperbaiki posisinya dan mulai menyerang lagi, Khik Sia cepat memanggul Honghu Ko sembari maju menghampiri Yo Bok Lo.
Yo Bok Lo heran dibuatnya, pikirnya: "Anak itu sungguh gila, mengapa ia senekad itu?"
Memang dengan memanggul Hong-hu Ko, tentu berbahaya
sekali bagi Khik Sia untuk bertempur dengan Yo Bok Lo.
Salah2 keduanya Khik Sia dan Hong-hu Ko akan binasa
semua. Memang Yo Bok Lo sendiri juga tak terluput dari luka berat.
Tapi ternyata iblis she Yo itu malah menjadi gentar dengan kenekatan sianak muda itu. Sebenarnya ia pasti menang, tapi sebaliknya malah jeri untuk adu kekuatan. Ia miringkan tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dengan gerak chit-poh-tui-hun. ia menyelinap kesamping Khik Sia. Disitu ia memberi Hong-hu Ko sebuah hantaman.
Sekonyong-konyong Khik Sia berganti arah. Tubuh,
meluncur seperti anak panah terlepas diri busurnya
"Rebahlah!" mulutnya kedengaran membentak. Kiranya Khik Sia telah gunakan siasat suara di timur tapi yang diserang arah barat. Dengan mengandaikan ilmu gin-kangnya yang jempol. Ia menyergap ketempat siopsir dan tahu2 pinggang opsir itu sudah berbisa sebuah tusukan pedang yang cukup membuat nyawanya melayang. Dengan berhasil membunuh
opsir itu berarti Khik Sia mendapat keringanan.
Gusar Yo Bok-lo bukan oleh2, Tapi demi milihat walaupun dengan memanggul orang, tubuh anak muda itu masih dapat lari secepat kuda. Diam diam Yo Bok-lo jadi kaget juga,
"Taruh kata dapat mengejarnya tapi belum tentu dapat merobohkan bangsat kecil itu." Akhirnya setelah menimang2
sejenak. Yo Bok-lo terpaksa tak mau mengejar.
Khik Sia membawa Hong hu Ko keatas gunung yang
disebelah muka. Disitu ia letakkan orang tua yang terluka berat itu. Dilihat jago tua itu sudah tersengal2 napasnya, wajahnya berwarna gelap, Khik Sia terkejut, buru2 ia
tempelkan telapak tangannya kepunggung Hong-hu Ko. Ia salurkan lwekang untuk menolong orang she Hong-hu itu.
Lewat beberapa menit kemudian Hong-hu Ko dapat
membuka mata dan bertanya: "Siapa kau?"
"Wanpwe Toan Khik Sia."
"Toin Kui-ciang itu apamu?" tanya Hong-hu Ko pula.
"Ayah Wanpwe " sahut Khik Sia.
Mendengar itu Hong hu Ko tertawa gelak: "Sungguh jaman itu selalu maju. Aku sipengemis tua dalam hari2 terakhir dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjumpa dengan putera sahabat karibku, sungguh
berbahagia sekali!"
Nada orang tua itu makin lemah, katanya pula: "Hiantir, aku sudah tak berguna lagi, harap kau jangan buang tenaga sia2."
Tapi mana Khik Sia mau menurut, ujarnya "Lo cianpwe.
tolong kau salurkan pernapasan, biar kubantu melancarkan darahmu. Akupun membekal pil leng-tan yang mustajab!"
"Aku terkena sebatang paku hu-kut-ting dan termakan dua buah pukulan iblis tua itu. Sekalipun ada pil siok-beng sian-tan (pil dewa penyambung jiwa.), rasanya tak berguna. Jangan membuang waktu, hiantit, maukah kau membantu sebuah
urusan untukku ?"
Meskipun tak mengerti ilmu pengobatan, tapi demi melihat kaki tangan Hong-hu Ko makin kaku, Khik Sia akan percaya keterangan jago tua itu. Adanya pengemis tua itu masih dapat bicara, adalah karena mengandalkan kekuatan napasnya saja.
Terpaksa dengan menahan kepiluan hati, Khik Sia menyatakan kesanggupannya untuk melakukan permintaan orang.
"Aku adalah paman guru dari Ciu pangcu partai Kay-pang.
Tahukah kau kepada Ciu Ko itu ?" tanya Hong-hu Ko.
Khik Sia menerangkan bahwa ia barusan menghadiri rapat Kay-pang yang menghebohkan peristiwa terbunuhnya Ciu Ko.
"Tidak. Ciu Ko belum mati, Dia ditawan oleh anak buah Su Tiau-gi," menerangkan Hong hu Ko.
Khik Sia tersentak kaget. Heran ia dibuatnya.
"Su Tiau-gi itu adalah kaisar Wi Yan, ada hubungannya apa dengan Ciu Ko."
"Aku sendiripun tak mengerti entah apa sebabnya Su tiau-gi menawannya, Kemarin barulah aku mendapat berita bahwa tertangkapnya Ciu Ko itu karena dijebak. Keterangan jelas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang hal itu, kurasa tak sempat lagi kututurkan cukup asal kau suka menyampaikan berita ini kesuatu tempat, aku sudah sangat berterima kasih padamu" kata Hong-hu Ko. sampai disini, suara pengemis tua itu sudah makin lemah.
Buru2 Khik Sia tahan tangannya yang masih menempel
dipunggung Hong hu Ko itu dan menyalurkan lagi lwekangnya.
"Dengan sisa pasukannya Su Tiau gi hendak menggabung pada Kahan, kepada suku He, Pesakitan2 pentingpun
dibawanya kesana juga. Oleh karena itu maka tadi aku telah mencegat mereka untuk menolong Ciu Ko, Hal ini harus lekas dilaksanakan. Jika mereka sudah keburu tiba didaerah Kahan, sukarlah untuk membebaskan Ciu Ko. Kira2 lima puluhan li dari sini, ada sebuah gunung. Diatas gunung itu terdapat sebuah gua, didepannya tumbuh lima batang pohon siong tua.
Tempat itu jadi markas hunthio (cabang) Kay pang. Setelah mendapatkan tempat itu. kau harus minta bertemu dengan Hwe Tay-yap, tho cu Kay pang disitu, Sampaikan padanya berita ini supaya ia lekas2 mengadakan pencegatan dan merampas pesakitan sebelum pasukan Su Tiau-gi tiba di Pok ong."
"Aku telah mendapat janji bantuan dari tiga orang sahabat.
Paling lambat besok pagi, mereka tentu sudah datang, kau minta Hwe thocu supaya kirim orang2nya menunggu kedua sahabatku itu dipagoda yang terletak dikaki gunung itu. Kedua sahabatku itu tak kenal pada Hwe thocu, maka bawalah
barangku ini...."
Hong-hu Ko meloloskan sebentuk cincin besi dari jarinya, lalu diserahkan pada Khik Sia. ujarnya: "Berikan cincin ini pada Hwe thocu. Suruh ia berikan pada orangnya yang disuruh menyambut sahabatku itu untuk menjadi tanda pengenal.
Sudah jelaskan"!"
"Harap Locianpwe legakan hati, aku sudah dapat
mengingatnya deogan sungguh." jawab Khik Sia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong-hu Ko tertawa getir: "Delapan belas tahun yang lalu, aku pernah memberikan sebuah cincin kepada ayahmu karena hendak minta pertolongannya. Sungguh tak nyana. Delapan belas tahun kemudian, aku harus menyerahkan sebuah cincin lagi kepadamu, juga untuk minta bantuan. Dengan kalian ayah dan anak, rupanya aku ternyata berjodoh!"
Suara tertawa reda, sepasarg kakinya berkelojotan dan Hong-hu Ko menarik napas yang penghabisan......
Khik Sia amat berduka. Seorang pengemis luar biasa dari dunia persilatan, seorang tokoh persilatan yang sakti, telah meninggal secara menyedihkan disebuah gunung belantara.
Dengan pedang pusakanya, Khik sia menggali sebuah liang dan mengubur Hong hu Ko. Kemudian ia meletakkan sebuah batu besar selaku pertandaan.
Setelah menyiram kuburan itu dengan kucuran air mata.
Khik Sia dengan hati berat meninggalkan tempatitu.
Untuk jarak 5 li itu, Khik sia hanya menggunakan waktu kurang dari satu jam.
Ternyata gunung itu tak berapa tinggi. Mendaki keatas dan mencari dengan teliti, cepat ia sudah dapatkan kelima batang pohon siong itu. Tapi heran ia tak melihat suatu guapun.
"Aneh, apakah aku keliru?" pikirnya. Tapi ia hendak mencoba sebuah cara.
"Wanpwe Toan Khik sia mendapat perintah dari cianpwe Kay pang Hong Hu Ko untuk minta bertemu dengan Hwe
Thocu." Demikian dia berseru nyaring.
Tiba2 tanah yang dibawah pohon siong yang ditengah itu mengungkap keatas dan pada lain kejap berubah menjadi sebuah mulut gua. Malah menyusul ada seorang berseru
:"Apakah membawa bukti persaudaraan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya gua itu dibuat dari tanahm diatasnya ditutup
dengan tanah yang bertumbuh rumput. Jika tidak menyelidiki dengan seksama, orang luar pasti sukar mengetahuinya.
"Ada sebuah cincin besi dari Hong hu Ko Locianpwe." sahut Khik sia.
"Lemparkan cincin kemari untuk kami periksa," seru orang itu,
Khik Sia menurut. Beberapa saat kemudian, orang berseru:
"Aku ini Hwe Tay-yap sendiri, silahkan masuklah."
Menurut kepantasan, Hwe Tay-yap seharusnya yang keluar untuk menyambut orang yang dimintai tolong oleh tetua Kaypang. Sebaliknya malah Khik Sia yang disuruh masuk.
Meskipun Khik Sia seorang pemuda yang tak menghiraukan segala macam peradatan tetek bengek namun tak urung
merasa kurang senang juga. Diam2 menganggap Hwe thocu itu seorang yang angkuh. Namun karena berat melakukan pesan Hong hu Ko, terpaksa ia mengalah juga.
Didalam gua itu amat gelap, Lebih2 Khik Sia baru datang dari tempat terang. Samar2 ia hanya melihat beberapa sosok bayangan orang kembali Khik Sia mengerutu: "Hm, mengapa tahu ada tetamu, mereka tetap tak mau menyalakan lampu?"
Saat itu ia sudah berjalan masuk beberapa langkah. Tiba ia hentikan langkahnya dan timbul pikirannya hendak bertanya, tapi sekonyong2 ia mendengar bunyi senjata rahasia
mengaum diudara dan berbareng itu tersiar bau yang harum.
Untung Khik Sia selalu siap sedia. Cepat ia cabut pedangnya dan bolang balingkan kian kemari untuk menjaga diri. Dua buah thi-ci-jong, dua batang paku tho-kut-ting dan tiga bilah belati, kena ditampar jatuh semua.
Dalam sinar yang terpencar dari kelebat pedangnya itu, Khik Sih melihat ada tiga orang maju menyerangnya, Salah seorang bukan lain adalah ji-suhengnya sendiri: Ceng ceng-ji.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan ciik. kau telah memperdayai aku, sekarang aku juga menyelomotimu. Lihat pedangku," Ceng-ceng-ji tertawa dingin seraya menyerang. Cepat sekali ia lancarkan serangan itu.
Dalam beberapa kejap saja ia sudah menyerang tujuh kali, Khik Sia gunakan gerakan kaki i-poh hoan sing untuk
berloncatan menghindar, Serunya: "Ji Suheng, jangan salah paham, Kau bermusuhan dengan Kay pang itu, bisa
menimbulkan bahaya. Maka meskipun aku telah menipumu, tapi aku bermaksud baik. Mengapa kau salahkan aku ?"
Ceng ceng ji memaki: "Kurang ajar. kau seorang anak kemarin sore berani menasehati aku" Dulu karena adanya tiang pengandaian sunio mu itu. aku biarkan saja kepada dirimu sendiri. Tapi kini setelah jatuh kedalam tanganku, kau tentu kuhajar."
Dalam melontarkan dampratannya itu, Ceng ceng ji tetap lancarkan pedangnya dengan serangan-serangan yang
berbahaya. Khik sia naik darah juga, pikirnya "Dia hendak membunuh aku. Apakah aku masih mengingat tali persaudaraan lagi?"
"Karena Ji suheng tak mau memberi maaf, terpaksa siaute melanggar adat." serunya sambil kembangkan pedang dalma jurus tiang-he-lok jit atau matahari terbenam disungai panjang.
Trang, pedang Ceng-ceng ji yang terbuat dari emas murni itu, kena dipentalkan kesamping. Pedang keduanya sama2
pedang pusaka, maka sama-sama tak gampil serabutpun juga.
Tapi sekalipun begitu, tangan Ceng ceng ji merasa kesakitan.
Dalam hal ginkang terang kalau Khik sia lebih unggul dari beas ji-suhengnya itu. Pun dalam ilmu lwekang, setelah mendapat gemblengan dari Bo Jonglong, ayah Bo Se-kiat yang menjadi kepala pulau Hu-siang to, lebih atas juga dari Ceng ceng ji. Pada saat itu khik sia tidak mau mengalah lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Permainan yang digunakan ialah ilmu pedang Thian Liong Kiam Hwat dari warisan keluarganya. Ilmu permainan Ttian Liong Kiam Hwat itu mengutamakan kekeras-an. Ini sesuai dengan ilmu lwekang yang dimiliki Khik Sia sekarang. Maka kalau Ceng Ceng Ji menjadi tersirap kaget itulah sudah jamak.
Dari rasa mengiri timbullah piki ranbuas dari CengCeng Ji untuk membunuh sutenya itu.
Tadi telah diterangkan bahwa dalam gua itu terdapat tiga orang. Sewaktu Khik Sia menghalau mundur Ceng Ceng Ji, tiba-tiba salah seorang dari mereka menghantam dari samping dengan senjata tongkat. Orang, itu bukan lain adalah murid pemberontak Kay Pang. yaitu Uh Bun Jui.
"Aku adalah pangcu dari Kay Pang, Ceng Ceng cianpwe membantu partai kami, mengapa kau mengadu biru memutar balik hitam putihnya. Urusan partai Kay Pang kami, tak perlu kau campur tangan?" seru Uh Bun Jui.
Beradanya Uh Bun Jui disitu, telah membuat Khik Sia
menjadi terang persoalannya, Uh Bun Jui tentu menduga bahwa Hong-hu Ko akan datang kemarkas gua situ, itulah sebabnya maka Uh Bun Jui mendudukinya lebih dulu. Tetapi mengapa ia berbuat begitu" Apakah benar-benar ia sudah berbalik haluan, mengkhianati leluhur guru dan menggabung pada pemberontak Su Tiau-gi"
Memikir sampai disini, berkobarlah amarah Khik Sia. Sudah tentu Uh Bun Jui bukan tandingan Khik Sia. Hanya sekali gebrak saja, tongkat Uh Bun Jui sudah kena dipapas kutung oleh Khik Sia. Untung Ceng Ceng Ji cepat menyerang sehingga Uh Bun Jui terlepas dari serangan Khik Sia yang kedua.
Bentak Khik Sia: "Benar, memang aku tak berhak campur urusan partaimu Kay pang. Tetapi Hong-hu Ko locianpwe berhak campur tangan! Beliau telah dicelakai orang sampai binasa, tahu tidak kau" Beliau suruh aku kemari, untuk menyampaikan kabar. Suhumu ditawan kaum pemberontak,
tahukah kau" Asal kau masih punya setitik rasa nurani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(liangsim), tentu akan berdaya untuk menolong suhumu.
Tetapi kau ternyata menganggap aku sebagai musuh, apa maksudmu?"
Semprotan Khik Sia itu membuat Uh Bun Jui terlongong-
longong. tetapi pida lain saat ia tertawa gelak-gelak: "Telah kuketahui semua urusan itu. Suhuku tak membutuhkan
bantuanmu. Untuk melakukan karya besar harus
menyampingkan urusan tetek bengek,kau tahu apa adik kecil"
Kesatria Baju Putih 11 Elang Pemburu Karya Gu Long Amarah Pedang Bunga Iblis 8
mengatakan lain kecuali percaya penuh.
Serentak suasana tempat situ menjadi berisik lagi dengan hanum makian dan sumpah serapah dari anak buah Kay Pang tertuju kepada alamat Cin Siang. Disamping mengata-ngatai Cin Siang dan Ut-ti Pak itu manusia berhati serigala dll. pun para pengemis itu memperbincangkan akan melakukan
pembalasan kepada kedua pemimpin Gi-lim-kun tersebut.
Diantara sebagian besar anak buah Kay Pang yang spontan (serempak) memberikan reaksi mereka, pun ada sementara pengemis yang benar-benar terlongong-longong dengan
kejadian yang diluar dugaan itu. Benar mereka itu tak berani untuk mempercayai, namun mereka minta juga kepada Uh-bun Jui supaya menuturkan jalannya peristiwa.
Setelah kegemparan suasana menjadi reda, menuturlah
Uh-bun Jui: "Tanggal enam belas bulan yang lalu, pangcu telah menerima surat, undangan dari Cin Siang supaya suka datang ke Tiang An untuk berunding suatu urusan penting.
Pangcu segera mengajak aku kesana."
Keterangan Uh-bun Jui telah menimbulkan bermacam-
macam tafsiran pada anak buah Kay Pang. "Ia (Cin Siang) tentu merundingkan urusan Eng Hiong Tay Hwe dengan
pangcu. Apakah mungkin karena pangcu menolak memberi
bantuan, ia lantas membunuhnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya Uh Bun Jiu tahu juga apa yang sedang
dibayangkan oleh sekalian anak buah Kay Pang. Ujarnya;
"Bermula memang pangcu juga menduga kalau Cin Siang tentu hendak mengajaknya berunding tentang Eng Hiong Tay Hwe. Tapi setelah bertemu dengan Cin Siang, barulah kami mengetahui kalau bukan."
Para tianglo dan hiangcu sama menganggukkan kepala:
"Benar Cin Siang tak nanti karena urusan Eng Hiong Tay Hwe lantas membunuh pangcu."
Kiranya setelah pengumuman Cin Siang untuk mengadakan rapat besar kaum enghiong itu tersiar, Ciu Ko dan keempat Tianglo serta kedelapan Hiangcu mengadakan perundingan untuk menentukan sikap. Dalam rapat itu diputuskan: anak murid Kay Pang bebas untuk turut atau tidak dalam rapat besar itu. Keputusan itu supaya disampaikan kepada hiangcu dari berbagai daerah. Bila ada anak murid Kay Pang yang meminta instruksi, supaya dijawab begitu.
Kaum pengemis yang tergabung dalam Kay Pang itu,
dimana-mana menuntut penghidupan sebagai peminta-minta.
Mereka sudah biasa hidup bermalasan. Maka pada hakekatnya merekapun tak mempunyai setitik pikiran untuk ikut serta dalam Eng Hiong Tay Hwe tersebut. Anak buah Kay Pang
didaerah daerah yang menanyakan hal itu kepada hiangcunya masing-masing pun sedikit sekali jumlahnya. Pun anggauta Kay Pang yang hadir dalam rapat partai pada hari itu, kebanyakan tiada tahu sama sekali akan peristiwa yang menimpah pada diri pangcu mereka.
"Jika bukan untuk urusan rapat itu, habis tentang apa?"
tanya salah seorang pengemis.
Uh-bun Jui menjawab: "Tak lain tak bukan ialah Cin Siang akan melarang adanya partai kita didalam kota Tiang An!
Begitu bertemu dengan pangcu, Cin Siang berkata: "Cin-pangcu, kusambut dengan gembira kedatanganmu kemari ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi adanya sekian banyak pengemis besar kecil didalam kota Tiang An sungguh menjemukan!"
Kembali suasana persidangan menjadi hiruk pikuk: "Kurang ajar! Sejak dulu kami kaum pengemis mengembara keempat penjuru. Orang macam apa Cin Siang itu berani melarang kita tinggal di Tiang An?"
"Peduli dengan pangkat nya rebagai kepala Gi-lim-kun.
Anak buah Gi lim-kun boleh menurut perintahnya, tapi jangan lantas menginjak kepala kita!"
Ji-tianglo, salah seorang dari keempat tiang lo berkata:
"Oa, kiranya ia mengungkat soal lama lagi. Bukankah hal itu dahulu telah dibicarakan" Apakah anak buah kita menerbitkan onar dikota Tiang An" Mana Wi hiangcu?"
Ada seorang pengemis yang menggendong karung warna
kuning, tampil kemuka: "Entah di mana beradanya Wi hiangcu itu. Memang anak buah Kay Pang dikota raja itu satu tempo suka mencuri ayam dan merampas anjing. Membikin onar
kecil, pun pernah juga. Tetapi perbuatan yang melawan pemerintah, selama tiga tahun ini tak pernah terjadi."
Pengemis yang memberi keterangan itu, ternyata adalah Hu-hiangcu (wakil kepala) Kay Pang di Tiang An. Wi hiangcu yang ditanyakan oleh Tianglo itu, adalah hiangcu di Tiang An.
Ji tianglo tampak terkesiap, tanyanya: "Apakah Wi hiangcu hilang" Bilakah ketahuan hilangnya itu" Bagaimana
peristiwanya?"
"Pada tanggal delapan belas bulan yang lalu, Wi hiangcu sudah hilang. Sekalian saudara cemas jangan2 ia itu
dimasukkan kedalam penjara oleh Cin Siang!" sahut Hu hiangcu.
Berkata Ma tianglo: "Mengapa perlu ditanya, lagi" Habis membunuh pangcu, Cin Siang mengganas pula pada Wi-hiangcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang sejak Ciu Ko menjabat pangcu Kay Pang,
peraturan partai agak longgar. Kalau perbuatan tak berdisiplin dari anak buah Kay Pang itu, terjadi didaerah2, itu masih tak menyolok. Tapi Tiang An adalah kota raja. Perwakilan-perwakilan dagang dari berbagai negeri, banyak yang tinggal di Tiang An. Boleh dikata saban hari tentu terjadi perbuatan ugal-ugalan dari anak buah Kay Pang. mencuri ayam,
merampas anjing, minta dengan paksa dan bahkan melukai orang untuk merampas barangnya. Sudah tentu pembesar
kota situ tak mau tinggal diam. Pembesar yang berpangkat siu-in (semacam kepala daerah) dari Tiang An tahu bahwa Cin Ciang mempunyai hubungan baik dengan partai2 persilatan kangouw. Ia segera minta Cin Siang untuk menghubungi
pangcu Kay Pang, agar partai pengemis itu suka
mengendalikan anak buahnya. Pembesar tersebut mengajukan tuntutan sebaiknya anak buah Kay pang di larang tinggal dikota raja. Tentang kaum pengemis lainnya yang bukan anggaotanya Kay Pang, asal mereka tak mengganggu
keamanan, bolehlah tinggal dikota itu.
Akhirnya Cin Siang mengundang Ciu Ko dan dalam
perundingan itu, Ciu Ko memberi pernyataannya yang positip, ia bersedia memberi instruksi kepada hiangcu Kay Pang di Tiang An, supiya lebih keras mengendalikan anak buahnya.
Jika anak buah Kay Pang sampai ada yang melanggar undang-undang, bolehlah pembesar negeri menindak mereka dan Kay Pang takkan campur tangan. Tetapi jika disuruh mengusir anak buah Kay Pang dari kota Tiang An, itulah sukar.
Cin Siang menerima baik usul pangcu Kay Pang itu dan
segala sesuatu berjalan sesuai dengan keputusan perundingan itu.
Oleh karena anggaota-anggaota Kay Pang yang mempunyai kedudukan tinggi sudah pernah mendengar tentang hal itu, maka penuturan Uh-bun Jui itu tak disangsikan lagi. Kembali disana-sini terdengar hanum makian kepada alamat Cin Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dikatakan orang she Cin itu, melanggar janjinya dan hendak mengandalkan pengaruhnya untuk menindas kaum Kay Pang.
Puas menghamburkan isi kemarahannya, kembali suasana
menjadi hening lagi. Ribuan telinga siap mendengarkan cerita Uh-bun Jui melanjutkan penuturannya.
"Karena pangcu menolak tuntutan Cin Siang supaya anak buah Kay Pang dibersihkan dari kota Tiang An, maka
berkatalah Ut-ti Pak: "Karena kau menolak, maka kau sendiripun harus tinggal dikota ini, jangan pergi lagi!"
Sudah tentu pangcu marah dengari hinaan itu. Akhirnya keduanya berkelahi. Pangcu berjanji. apabila ia sampai kalah dengan orang she Ut-ti itu, dalam waktu tiga bulan ia sanggup memerintahkan anak buahnya pergi dari Tiang An. Sebaliknya kalau beliau menang, ia minta agar Ut-ti Pak jangan
mengganggu gugat kaum Kay Pang lagi.
"Sampai setengah harian mereka bertempur. Sebenarnya dalam ilmu silat, pangcu tak kalah dengan orang she Ut-ti itu.
Tapi disebabkan usia beliau sudah lanjut, maka tenaga beliaupun berkurang. Akhirnya dalam suatu kesempatan, Ut-ti Pak telah berhasil menghantam pangcu sampai terluka berat."
"Bagaimana dengan Cin Siang" apakah setelah Ut-ti Pak melukai pangcu, ia tak mencegahnya?" menyeletuk salah seorang Tianglo she Ji.
"Bukannya melerai, sebaliknya ia malah memuji tindakan Ut-ti Pak!" sahut Uh-bun Jui,
Ma tianglo tertawa dingin: "Memang Cin Siang itu mengandung maksud tak baik waktu mengundang pangcu.
Siapakah yang tak tahu ka lau Cin Siang itu sudah seperti saudara hubungannya dengan Ut-ti Pak" Turut pendapatku peristiwa itu memang sudah direncanakan oleh mereka. Cin Siang yang menggunakan diploma si lidah dan Ut-ti Pak yang menggunakan pukulan. Huh, mengapa kau masih
menganggap Cin Siang itu seorang manusia baik?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji tianglo diam-diam curiga. Tapi karena saat itu sekalian anak buah Kay Pang hiruk pikuk menyumpahi Cin Siang dan Ut-ti Pak, jadi ia tak berani banyak bicara lagi.
Tidak demikian dengan Ma tianglo yang segera meloncat keatas atas batu dan berseru nyaring: "Pangcu kita telah dicelakai dengan sewenang-wenang. Kita harus
menghempaskan dendam ini. Tapi lebih dulu kita harus
mengangkat pangcu baru, kemudian merundingkan langkah-langkah selanjutnya. Uh-bun Jui, lekas katakan pesan
pangcu." "Beliau telah menyerahkan tongkat kekuasaan ini padaku, hal ini..... ini....... sungguh menggelisahkan hatiku," kata Uh-bun Jui dengan suara terkait-kait.
"Pangcu menghendaki kau memikul tanggung jawab
bagaimana kauherani menolaknya?" seru Ma Tianglo.
Tiba-tiba Ji Tianglo menyeletuk: "Uh-bun Jui, pangcu telah menyerahkan tongkat kekuasaan padamu, apakah sudah jelas artinya bahwa kau diangkat menjadi penggantinya?"
"Memang beliau telah mengatakan kepadaku begitu, tapi aku masih begini hijau kurang pengalaman, jadi tak berani menerimanya." sahut Uh-bun Jui.
Tampak wajah Ma tianglo kurang senang. Dengan nada
dingin ia bertanya: "Ji tianglo apa maksudnya pertanyaanmu tadi" Tongkat kekuasaan sudah diserahkan kepada Uh-bun Jui masakah masih diragukan?"
Menjawab tianglo she Ji itu dengan suara keren:
"Pengangkatan seorang pangcu itu, bukan urusan sepele.
Maaf, aku masih hendak mengajukan sepatah dua patah
pertanyaan lagi kepadamu, Uh-bun Jui Sewaktu, pangcu
menyerahkan tongkat padamu sebagai tanda mengangkat kau menjadi penggantinya itu, selain kau masih ada siapa lagi yang hadir?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu terang mengandung arti tak mempercayai keterangan Uh-bun Jui.
Uh-bun Ju pesut air matanya dan berkata: "Kala itu pangcu terluka parah dan akulah yang segera memapahnya pulang.
Tapi sebelum tiba ditempat kediaman hiangcu, beliau sudah menarik napas penghabisan. Pada detik-detik terakhir ia menyerahkan tongkat kekuasaan ini dan setelah mengucapkan beberapa patah pesanan ia lantas wafat."
"Kalau begitu, tiada lain orang lagi yang berada disitu?"
menegas Ji tianglo.
"Yang ada hanyalah orang yang berjalan saja. Orang-orang yang dikirim Wi hiangcu untuk menyambut kita, belum
datang," sahut Uh-bun Jui.
Tiba-tiba Ma tianglo berseru keras: "Ji tianglo, pertanyaanmu itu tidaklah keliwat tak menghormat kepada pangcu baru dan tak menghormat kepada pangcu lami dan tak menghargai kepada lopangcu almarhum. Beliau telah dicelakai orang, bukannya kau buru-buru membalaskan sakit hatinya sebaliknya malah mencurigai pesan almarhum. Apakah artinya sikapmu ini?"
Sahut Ji tianglo: "Jika pangcu benar-benar meninggalkan pesan tersebut, sudah tentu aku patuh. Tapi ternyata pesan almarhum itu belum mempunyai kebenaran yang teguh.
Bagaimana kita disuruh menerima keterangan sefihak saja?"
Terang tianglo she Ji itu menuntut saksi lagi. Jika Uh-bun Jui tak dapat membuktikan, terang ia bakal menolak.
Bahwa Uh-bun Jui membantu Ciu Ko mengurus urusan
partai, memang sudah berjalan beberapa tahun. Apalagi ia itu adalah murid kesayangan dari Ciu Ko. Meskipun masih kurang pengalaman dan kepandaian, tapi bahwa Ciu Ko menjatuhkan pilihan penggantinya kepada Uh-bun Jui itu, memang sudah pada tempatnya. Tiada seorang pun anak buah Kay Pang yang menyangsikan keterangan Uh-bun Jui itu. Hanya orang she Ji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itulah satu-satunya orang yang berani menyatakan
kesangsiannya. Oleh karena dalam partai Ji tianglo itu mempunyai kedudukan yang tinggi, maka setelah ia
melahirkan kata2nya tadi, terpengaruhlah anak buah Kay Pang. Kini mereka mempunyai sedikit kecurigaan terhadap Uh-bun Jui. Dan karena kedudukannya itulah, maka Ma tianglo tak berani menuduh yang bukan-bukan kepada Ji tianglo.
Memang yang mempunyai kecakapan untuk menggantikan
kedudukan pangcu, ada beberapa orang. Dalam persidangan itu, segera timbul perbincangan yang tegang. Ada sementara fihak yang menyokong Uh-bun Jui, karena pemuda itu sudah diserahi tongkat kekuasan oleh pangcu. Tapi lain fthak, cenderung pada alasan yang dikemukakan oleh Ji tianglo.
Sebelum Uh-bun Jui dapat mengajukan saksi lain, pemilihan pangcu itu harus diangkat oleh rapat anggota Kay Pang.
Ma tianglo bertepuk tangan tiga kali. Ia berdiri dimuka altar batu dan berseru: "Pada saat pangcu menutup mata, meskipun aku tak berada disampingnya, tapi sewaktu masih hidup, beliau sudah menetapkan siapa penggantinya kelak.
Kepada siapa pilihannya itu dijatuhkan, sudah jelas sekali."
Ciok Tan, orang yang menjabat sebagai Seng-tong-hiang-cu atau kepala bagian hukum buka suara: "Benar, kuingat pangcu sewaktu mengangkat sdr. Uh-bun sebagai pembantu beliau dalam mengurus urusan partai, beliau pernah berkata:
"urusan paitai kita kian lama kian banyak kerjaannya.
Kedudukan pangcu, selayaknya dijabat oleh tenaga muda yang cakap dan tangkas," Terang kata-kata beliau itu mengandung maksud untuk mengundurkan diri. Dikarenakan sdr. Uh-bun masih belum mempunyai pengalaman, maka
pangcu hendak menggemblengnya dulu disuruh menjadi
pembantunya. Terang gamblang, bahwa memang pangcu
menginginkan sdr. Uh-bun untuk menjadi penggantinya."
Mendengar itu maka berdirilah Ji tianglo: "Benar, memang pangcu pernah mengucapkan kata-kata itu. Tapi beliaupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah mengatakan lain pernyataan. Pada suatu hari beliau mengajak kami membicarakan tentang tenaga tenaga yang berbakat dalam kalangan kita. Ia anggap Ciok sutenya itulah yang paling cakap. Sayang tabiat sutenya itu amat keras.
Dikarenakan sedikit bentrokan pikiran dengan beliau sutenya itu pergi kedaerah Kanglam dan sampai sekarang tiada
beritanya lagi. Sewaktu membicarakan perihal diri sutenya itu, tampaknya pangcu amat menyesal. Pernah beliau
mengatakan, jika sutenya itu kembali, beliau rela
menyerahkan kedudukan pangcu kepadanya. Kata-kata
pangcu itu disaksikan juga oleh Ma tianglo, Lau tianglo, Ko hiangcu, Ciok hiangcu dan Han hiangcu."
Memang Ciu Ko itu mempunyai seorang sute yang bernama Ciok Ceng Yang. Ciu Ko mempunyai tiga saudara seperguruan.
Ciu Ko yang tertua, sedang Ciok Ceng Yang itu yang buncit sendiri. Usia Ciu Ko lebih tua dua puluhan tahun dari Ciok Ceng Yang. Namun diantara keempat saudara seperguruan itu, Ciok Ceng Yanglah yang paling menonjol sendiri
kepandaiannya. Belum lama ia keluar kedunia kangouw,
orang-orang persilatan sudah memberikan julukan sebagai Sin Ciang Kay Hiap atau Pendekar Pengemis Tangan Sakti.
Memang Ciok Ceng Yang itu tinggi ilmu silatnya, cerdas otaknya, banyak akal dan pandai memutuskan perkara.
Jangankan lain-lain tokoh Kay Pang, sedang Ciu Ko sendiri tak nempil padanya.
Mengapa tidak orang she Ciok yang ditetapkan menjadi
pangcu" Itulah disebabkan karena sewaktu pangcu yang lama menutup mata, Ciok Ceng Yang masih belum dewasa, dan
sebab sute kedua dan sute ketiga dari Ciu Ko itu sudah meninggal, maka ditetapkanlah Ciu Ko menjadi pengganti pangcu. Lima tahun lamanya, Cing Ceng Yang tiada kabar beritanya lagi. Ada orang luar yang mengatakan, bahwa orang she Ciok itu berselisih dengan suheng-nya (Ciu Ko), lalu minggat kedaerah Kang lam. Tapi bagaimana tentang
perselisihan itu, tiada seorangpun yang mengetahui jelas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ma tianglo kerutkan alisnya, katanya: "Ji tianglo, tidaklah kau merasa bahwa kata-katamu itu kosong belaka" Ciok Ceng Yang sudah lama tiada ketahuan rimbanya. Masakan
kedudukan pangcu harus terluang begitu lama?"
Sahut Ji tianglo: "Tidak! Memang Ciok Ceng Yang berselisih dengan suhengnya, tetapi jika ia mendengar suhengnya
dicelakai orang, ia tentu segera datang kembali. Apalagi anak buah Kay Pang tersebar diseluruh pelosok negeri, jika kita intruksikan untuk menyirapi diri Ciok Ceng Yang, masakan tak dapat mencari keterangan."
Ma tianglo tak dapat membantah, tapi segera ia
menemukan alasan: "Tindakan membalaskan sakit hati pangcu, tak boleh terlalu lama. Jika tak lekas-lekas
mengangkat pangcu baru, kita seperti ular tanpa kepala.
Bagaimana kita hendak melaksanakan pembalasan itu ?"
Nyi Cin Hiong wakil hiangcu di Tiang An turut menyatakan pendapatnya: "Ucapan Ma tianglo itu amat beralasan.
Rencana pembalasan sakit hati itu, tak boleh berlarut keliwat lama. Dan apa yang kuketahui, rasanya sdr. Uh-bun kini sudah mempunyai rencana untuk tindakan pembalasan itu."
Ucapan wakil hiangcu Tiang An itu menimbulkan reaksi.
Segera terdengar orang berseru:
"Lekas katakanlah rercana itu!"
Sebaliknya Uh Bun Jui diam saja,
"Meskipun ditempat persidangan ini yang hadir adalah saudara-saudara kita anggota Kay Pang semua, tapi jauh dari mulut lorong. Sekali rencana itu dikatakan, sukar dijamin takkan bocor keluar. Turut pendapatku, lebih baik kita pilih pangcu baru dulu, kemudian pangcu itulah yang akan
mengadakan rapat dengan para tianglo dan hiangcu guna merundingkan rencana pembalasan sakit hati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekalian anak buah Kay Pang itu berkobar-kobar hatinya untuk segera menuntut balas.
Meskipun ada sementara anak buah Kay Pang yang tak
tunduk kepada Uh-bun Jui, namun untuk menghadapi lawan, mereka terpaksa ke sampingkan urusan dalam. Dengan cepat Ma tianglo dapat kepercayaan untuk mengangkat Uh-bun Jui sebagai ketua Kay Pang.
Empat tianglo dan delapan hiangcu, segera satu persatu memberi hormat. Kata Un-bun Jui: "Siautit bodoh dan tak punya pengalaman. Sebenarnya siautit tak berani menerima beban kedudukan pangcu yang sedemikian beratnya itu.
Namun karena saudara-saudara sekalian berkeras tekad akan menuntut balas, untuk tidak mempersukar keadaan, terpaksa siautit terima pengangkatan itu untuk sementara waktu. Nanti apabila Ciok susiok sudah pulang, siautit tentu akan
menyerahkan kembali kedudukan ini."
"Pangcu adalah pusat harapan dari sekalian saudara, bagaimana bisa dihubungkan dengan urusan pribadi"
Jangankan waktu ini Ciok Ceng Yang tak ketahuan rimbanya, taruh kata hari ini ia datang, pun harus menurut perintah pangcu. Dalam hal ini harap pangcu jangan sungkan.
Sekarang lebih baik segera rundingkan saja tentang rencana pembalasan sakit hati itu," kata Ma tianglo.
Demikian tokoh-tokoh terkemuka dari partai Kay Pang,
termasuk empat tianglo dan kedelapan hiangcanya serta belasan anak murid yang mempunyai tingkat karung kuning naik ke atas altar batu. Mereka duduk mengelilingi Uh Bun Jui.
Sedangkan pengemis-pengemis yang tingkatannya karung biru kebawah masing-masing sama bubaran. Sebagai tuan rumah bertindak thocu (pemimpin cabang) dari Tiang An yakni Ma thocu (keponakan dari Ma tianglo).
"Cin Siang dan Ut-ti Pak keduanya itu masing-masing menjabat pangkat To-wi, berkuasa besar dalam militer. Jika hanya mengandalkan kekuatan kaum Kay Pang kita sendiri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sukar untuk menuntut balas. Syukur partai kita mendapat kesanggupan bantuan dari beberapa sahabat, ini berarti suatu kekuatan....."
"Pangcu, apakah maksudmu hendak minta bantuan dari orang luar?" cepat Ji tianglo menukas kata-kata Uh-bun Jui tersebut.
Baru berkata sampai disitu, tiba-tiba Ma tho cu datang melapor ada kedatangan tetamu. Malah rombongngan tetamu yang terdiri dari enam tujuh orang itu sudah mengikuti dibelakang Ma thocu. Kepala rombongan itu seorang yang berwajah aneh. Mulut lancip muka panjang, tak ubah seperti seekor mawas atau orang hutan.
Kejut Toan Khik Sia bukan main. Kiranya orang itu bukan lain ialah Ji-suhengnya yang bernama Ceng Ceng Ji. Dulu Ceng Ceng Ji itu telah murtad (berkhianat) kepada
perguruannya, lalu masuk berguru pada lain orang.
Gong-gong-ji, toa-suheng dari Toan Khik Sia mendapat
perintah dari subo (sebutan suhu untuk wanita) dalam waktu tiga tahun harus dapat menangkap dan membawa palang
Ceng Ceng Ji. Tapi Gong Gong Ji itu terlalu berat akan tali persaudaraan. Ia enggan untuk melaksanakan perintah
subonya. Tiga tahun kemudian ia mencari alasan kepada subonya kalau belum berhasil mencari tempat persembunyian Ceng Ceng.Ji. Subonya terpaksa tak berbuat apa apa. Tapi pan dalam beberapa tahun itu, Ceng Ceng Ji tak berani muncul. Maka heranlah Toan Khik Sia bahwa mendadak
sontak Ceng Ceng Ji itu berani tampakan diri menjadi tetamu partai Kay Pang.
"Apakah subo sudah meninggal dunia" Ho, Ji suheng itu tiada mempunyai hubungan dengan Kay Pang, mengapa tiba-tiba datang kemari?" pikir Khik Sia. Ia takut kalau ketahuan Ceng Ceng Ji, yang berarti keduanya akan dapat kesulitan, maka buru-buru ia mengumpet diantara kawanan pengemis yang tengah makan dan minum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Uh Bun Jui menyambut sendiri kedatangan tetamunya itu.
"Selamat, selamat," Ceng Ceng Ji tertawa gelak-gelak.
"Saudara Uh-bun seorang pemuda yang berguna, seorang tunas muda yang cemerlang dari partai Kay Pang. Aku sengaja mengajak beberapa kawan untuk memberi selamat padamu.
Mari Kuperkenalkan, inilah sdr. Pok Yang Kay dari Ki San, ini sdr. Liu Bun Siong dari Hun Bong, ini sdr. He Ping Tat dari Yu ciu........" demikian Ceng Ceng Ji satu persatu
memperkenalkan sahabat-sahabatnya kepada Uh Bun Jui.
Nyata mereka itu adalah benggolan dari dunia kangouw.
Ji tianglo tak senang, pikirnya: "Kiranya sebelum menerima jabatan pangcu, Uh-bun Jui sudah lebih dulu mengundang Ceng Ceng Ji. Hm, juga tak ketinggalan dengan beberapa benggolan busuk itu!"
Uh-bun Jui mempersilahkan tetamunya itu naik kealtar dan duduk bersama rombongan tianglo dan hiangcu. Nyata
mereka itu diperbolehkan ikut dalam rapat itu. Sudah tentu Ji tianglo makin tak puas. Tapi dikarenakan memandang muka pangcunya yang baru, terpaksa ia tinggal diam saja.
Kata Uh Bun Jui: "Tentang nasib malang yang menimpah Ciu pangcu kita. Ceng Ceng cianpwe sudah mengetahui. Nah, kita sedang merundingkan urusan mencari balas, harap Ceng Ceng cianpwe suka memberi petunjuk."
Dengan kegirangan berkatalah Ceng Ceng Ji: "Untuk membalas kelapangan hati pangcu yang sudah menganggap kami sebagai orang sendiri, hanya dapat kami balas dengan kesediaan kami untuk membantu sekuat-kuatnya. Memang
siang-siang aku sudah mempunyai rencana bagus, Ho, nanti bulan depan tanggal lima belas adalah hari pembukaan dari Eng Hiong Tay Hwe yang diselenggarakan Cin Siang. Kita semua datang kerapat itu. Disitu kita buka kedok Cin Siang supaya rapatnya menjadi kacau, Apabila mendengar perihal kematian Ciu pangcu, dipercaya semua orang gagah dari berbagai aliran tentu akan murka terhadap Cin Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelumnya kita nanti hubungi beberapa orang untuk
mempelopori kemarahan itu. Mereka supaya berteriak-teriak membangkitkan kemarahan hadirin. Rasanya aksi mereka itu tentu mendapat sambutan hangat dari hadiran. Nah,
walaupun Ci Siang dan Ut-ti Pak mempunyai tiga kepala enam tangan, pun takkan mampu menandingi serbuan sekian
banyak orang-orang persilatan!"
"Tapi Cin Siang mempunyai tiga ribu tentara Gi-lim-kun!"
seru Ciok Tan, seng-tong-hi-ang-cu dari Kay Pang.
Ceng Ceng Ji tertawa gelak-gelak: "Mengapa jeri terhadap tiga ribu anak buah Gi-lim-kun" Bukankah anak buah Kay Pang lebih dari jumlah itu?"
"Bagus, rencana bagus!" teriak Uh Bun Jui sembari bertepuk tangan, sekarang harap sekalian hiangcu
memberitahukan kepada anak buah mising-masing supaya
pada waktu itu menyelundup kedalam kota Tiang An. Kita akan mengadakan gerakan 'Kay Pang mengacau kota raja
Tiang An!"
Ada beberapa hiangcu tua, diam diam menganggap
rencana itu kurang baik. Mereka sama memandang kearah Ji tianglo. Maksudnya minta tianglo itu buka suara. Dan memang Ji tianglo sendiri juga tak kuat menahan luapan hatinya lagi.
Serentak berbangkitlah dia dan berseru: "Pangcu, sakit hati memang harus kita balas. Tapi perlukah kita harus
mengadakan gerakan secara besar-besaran begitu?"
"Ji tianglo mempunyai rencana apa yang lebih baik?" Uh-bun Jui dengan dingin.
Jawab Ji tianglo "Penasaran ada biang keladinya, hutang ada penanggungnya. Musuh dari pangcu adalah Cin Siang dan Ut-ti Pak. Jika menurut peraturan kangouw, haruslah mencari balas kepada kedua orang itu. Dengan begitu urusan takkan berlarut. Tapi jika menyelesaikan hal itu didalam rapat Eng Hiong Tay Hwe. tentulah anak buah Kay Pang akan bertampur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan Gi-lim-kun. Ini berarti suatu pemberontakan. Dan lagi pergaulan Cin Siang itu cukup luas, Tokoh2 yang hadir dalam Eng Hiong Tay Hwe, tentulah kebanyakan sahabat-sahabatnya, masakan mereka tak mau membantu Cin Siang"
Dengan begitu kawanan orang gagah akan berbaku hantam sendiri. Demi urusan partai Kay Pang perlukah mengorbankan sekian banyak jiwa. Apakah kita merasa enak hati"
Bagaimanapun, lebih baik kita gunakan siasat lain!"
"Baiklah, jika kita melakukan pembalasan sesuai dengan peraturan kangouw maka kita minta kau suka menyampaikan tantangan kepada Cin Siang dan Ut-ti Pak. Sedangkan
mendiang Ciu pangcu saja terbinasa ditangan Ut-ti Pak, apalagi Cin Siang yang lebih lihay dari Ut-ti Pak. Taruh kata kau, Ji tianglo, lebih lihay setingkat dari kepandaianmu sekarang, rasanya masih belum tentu dapat menandingi Cin Siang dan Ut-ti Pak" Ma tianglo menyeletuk.
Mendengar hinaan itu, gemetaranlah tubuh Ji tianglo.
Sahutnya dengan murka: "Benar, memang aku bukan
tandingan mereka. Tetapi masakan didalam partai Kay Pang tiada orangnya lagi" Wi Wat dan Hong-hu Ko kedua locianpwe toh masih ada, Ciu pang-tin adalah sutit dari Wi locianpwe. Entah apakah Uh Bun Jui pangcu sudah pernah memberitahukan kematian Ciu pangcu kepada kedua cianpwe itu?"
Uh-bun Jui menyahut dingin "Kalau sudah memberitahukan bagaimana" Kalau belum bagaimana?"
Dengan wajah bersungguh. Ji tianglo menjawab: "Jika belum silahkan lekas memberitahukan. Jika sudah mengirim orang memberitahukan, kita harus tunggu kedatangan kedua locianpwe itu dulu, baru nanti kita rundingkan siasat lagi."
Wajah Ceng Ceng Ji berubah seketika. Ia tertawa dingin:
"Kalau begitu, kedatangan kami untuk membantu ini, percuma saja! Karena Kay Pang ternyata mempunyai orang sendiri, kini tak perlu pada kita lagi! Uh Bun pangcu, kau telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirimkan surat undangan kepada alamat yang salah. Nah, kami hendak minta diri!"
Tongkat kekuasan, cepat digentakkan Uh Bun Jui: "Ji tianglo, kutahu kau tak senang dengan pengangkatanku
sebagai pangcu ini. Memang sebenarnya aku juga tak berani menjabat kedudukan pangcu: Tapi aku tak dapat menolak tuntutan sekalian saudara. Terpaksa aku menerimanya.
Karena saat ini aku menjabat pangcu maka akulah yang
memegang peraturan partai. Jika kau tetap omong
sembarangan, apakah bukan berarti memandang rendah
padaku?" Memang partai Kay Pang mempunyai disiplin yang keras.
Meskipun pangcu itu pimpinan tertinggi dari partai, namun Ji tianglo itu termasuk angkatan yang lebih tua. Dituding Uh-bun Jui dihadapan orang banyak itu hati Ji tianglo murka sekali.
Namun ia masih berusa untuk mengendalikan diri, tanyanya:
"Pangcu, kesalahan omong apa aku tadi" Maafkan diriku yang sudah tua, tentu agak limbung. Karena sukar untuk
mengetahui kesalahanku sendiri, maka mohonlah pangcu
memberi koreksi."
Kata Uh Bun Jui: "Ciu pangcu adalah suhuku yang berbudi, masakan aku tak ingin melakukan pembalasan" Wi locianpwe itu sukar di duga tempat tinggalnya. Sementara Honghu Ko locianpwe itu tinggal menyepi digunung Hoa San. Untuk memberitahukan padanya pergi pulang juga memerlukan
waktu. Jika harus, menunggu kedatangan mereka, kita akan kehilangan kans baik. Selalu kau menekankan perlunya
bermusyawarah, tapi hakekatnya kulihat kau emangnya mau merintangi kita!"
Wajah Ji tianglo berobah membesi, serunya: "Uh Bun pangcu, apakah ucapanmu itu tidak keliwatan" Aku dengan suhumu sudah seperti kaki dengan tangan, kau, kau...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tutup mulut! Kau telah berlaku kurang hormat kepada tetamu yang kuundang. Apakah kau tidak lekas2
menghaturkan maaf!" bentak Uh Bun Jui.
Saking murkanya, tubuh Ji tianglo sampai gemetar, la
mendamprat: "Sejak beratus tahun lamanya, dalam partai Kay Pang tak pernah ada pangcu yang memerintahkan tianglo untuk menghaturkan maaf kepada orang luar! Pangcu hukum mati saja aku ini. Aku tiada bersalah, matipun aku tak mau tunduk! Tetamu-tetamu itu adalah kau yang mengundang, jika mau menghaturkan maaf, kau sendirilah vang menghatur
maaf!!" Sekalian anak buah Kay Pang saling pandang satu sama
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lain. Ketika Lau tianglo, Ko hiangcu dan beberapa pemimpin Kay Pang hendak melerai, tiba-tiba Ceng Ceng Ji sudah kedengaran tertawa dingin: "Mana aku berani menerima permintaan maaf Ji tianglo. Ji tianglo adalah soko guru dari Kay Pang. sudah lama aku mengagumi namanya. Nah, baiklah kita berdampingan dekat-dekat!"
Jarak antara Ceng Ceng Ji dan Ji tianglo terpisah oleh beberapa orang saja. Masih nada suaranya bergema,
beberapa orang itu sudah merasa tersambar angin keras.
Ternyata dengan gunakan ilmu ih-sing-hoan-wi, Ceng Ceng Ji sudah menyelinap disamping orang-orang itu. Sekali ulurkan tangan, ia sudah mencengkeram tangan Ji tianglo.
Tapi Ji tianglo juga bukan seorang lemah. Dikala
mendengar Ceng Ceng Ji mengatakan hendak 'berdekatan'
tadi, ia sudah tahu kalau orang akan bermaksud jahat. Kaki kirinya tendangkan dalam gerak gue-sirg-thi-rou, sementara tangan kirinya menyodok dalam jurus poan-ciu-cak-ceg Kaki menendang pinggang melengkung, tangan dicakakkan keiga.
Itu adalah sebuah jurus yang terlihay dari ilmu pukulan Kay Pang yang disebut kin-liong-hok-hou-kun atau ilmu silat harimau mendekam menangkap naga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ternyata Ceng Ceng Ji lebih cepat lagi. Sekali dapat mencengkeram lengan orang, ia lantas gunakan ilmu
memelintir tulang hun-kin jo-kut. Dua buah urat lengan Ji tiangio menjadi putus, seketika tubuh tianglo menjadi kesemutan. Sekalipun tendangannya kaki kiri tadi mengenai Ceng Ceng Ji, tapi sama sekali tiada bertenaga.
Tapi Ji tianglo itu seorang lelaki jantan. Walaupun kesakitan sampai mengucurkan keringat, namun ia tetap tahan sakit, sedikitpun tak mengerang
Ceng Ceng Ji tertawa terbahak-bahak: "Uh Bun pangcu, bagaimana kau hendak menjatuhkan hukuman kepada orang tua ini, terserah kepadamulah!"
Ada beberapa hiangcu yang tidak terima. Tapi demi melihat Ji tianglo yang berkepandaian tinggi pun dibikin tak berdaya oleh Ceng Ceng Ji, terpaksa mereka menelan kemarahannya, tak berani bercuwit.
Begitu Ceng Ceng Ji lepaskan cengkeraman dan Ji tianglo terhuyung-huyung beberapa tindak. Dingin-dingin saja Uh Bun Jui berkata: "Kau adalah tianglo dari partai kita. Aku tak mau menghukummu. Coba kau sendiri yang menimbang,
bagaimana harus bertindak."
Dada Ji tianglo berombak keras karena kemurkaan. Tanpa menjawab apa-apa, ia lantas cabut belatinya dan tusukan ketenggorokannya. Tiba-tiba terdengar suara logam berdering.
Belati Ji tianglo terpental jatuh ketanah. Menyusul terdengar suara kering dari seorang tua: "Ji Hui, ada urusan hebat apa kau sampai hendak menggorok lehermu?"
Seorang pengemis berambut putih yang memanggui
sebuah bulI2 (tempat arak) merah dengan menyeret
sepatunya yang berbunyi berkelotekan, tengah berjalan menghampiri datang. Munculnya pengemis itu begitu
mendadak, hingga sekalian orang tak tanu dari mana tadi datangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis tua itu bukan lain ternyata adalah Hong Kay Wi Wat. Sudah lama kaum Kay Pang mengharap kedatangannya, tapi mereka tak menyangka sama sekali kalau dia bakal datang secara begitu tiba-tiba.
Bluk, Ji tianglo cepat jatuhkan diri berlutut dan berseru:
"Susiok, sudilah mengatasi keadaan ini."
Hong Kay Wi Wat tak menghiraukan sekalian orang. Ia
langsung menuju kepada Ceng Ceng Ji. Dengan sipitkan mata ia memandang orang itu, ujarnya: "Hai monyet kecil, sejak kapan kau menyelundup kedalam partai kami" Siapa suhumu"
Apakah dia tak memberitahukan kepadamu tentang peraturan Kay Pang" Aku adalah kakek gurumu, ayuh berlutut!"
Murkalah Ceng Ceng Ji: "Kau benar-benar Hong (gila) atau pura-pura Hong saja" Siapakah yang kau panggil anak murid partaimu" Bukalah matamu lebar" aku ini siapa?"
Kiranya pada waktu sepuluh tahun berselang, Gong-gong-ji pernah berkelahi dengan Wi Wat. Kala itu Ceng Ceng Jipun menyaksikan.
Wi Wat mendengus, serunya "Apa" Kau bukan anak murid Kay Pang" Bagus, mengapa kau berani memukul tianglo Kay Pang" Apakah Kay Pang mandah dihina orang luar?"
Sebenarnya dalam peraturan yang lazim berlaku didunia kangouw, seorang anak murid yang bertingkat wan-pwe
(tingkatan muda) dapat menghukum seorang tiangpwe
(angkat tua) jika mendapat perintah dari pangcunya. Tapi rupanya Wi Wat pura-pura tak tahu akan peraturan itu.
Dengan mengajukan pertanyaannya tadi, sekaligus ia
mendamprat Ceng Ceng Ji dan Uh Bun Jui,
Ma tianglo buru-buru memberi hormat: "Wi susiok Ciu pangcu pangcu telah dicelakai orang. Sdr. Uh Bun Jui
sekarang yang mengganti jadi pangcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara Uh Bun Jui sendiri dengan muka merah padam, mengangsurkan tongkat kekuasaan. dengan sepasang
tangannya keatas (ini tanda penghormatan bila pangcu
bertemu dengan tiangpwe). Ujarnya: "Susiokcu, Ceng Ceng cianpwe ini adalah tecu yang mengundangnya,"
"Ho jadi tetamu yang kau undang" Bagus biarlah
kuhaturkan arak kepadanya!"
Ia membuka sumbat buli2nya, meneguknya lalu ngangakan mulut. Serangkam air arak meluncur kearah Ceng Ceng Ji, Betapapun lihay ginkang Ceng Ceng Ji yang dengan cepat menghindar, namun tak urung mukanya kena kejatuhan
beberapa percik arak. Sakitnya bukan kepalang.
Sudah tentu Ceng Ceng Ji marah. Cepat ia cabut
pedangnya dan terus hendak menyerang, tapi buru-buru
dicegah oleh kawannya yang bernama Pok Yang Kau: "Kay Pang ada pangcunya, jangan sampai orang mengatakan kita tak tahu adat."
Dengan perkataan itu, Pok Yang Kau hendak mendesak Uh Bun Jui supaya bertindak. Tapi Wi Wat itu dua tingkat keturunan lebih atas dari Uh Bun Jui, Apalagi perangainya kegila-gilaan. Itulah sebabnya maka ia dijuluki sebagai Hong Kay atau Pengemis Gila. Siapakah yang berani mencari
perkara kepadanya" Sedang kaisarpun ia tak ambil perduli, apalagi hanya seorang anak kemarin sore macam Uh Bun Jui.
Dan Uh Bun Jui sendiri, meskipun sudah menjadi pangcu, tapi tak berani berbuat apa-apa terhadap susiokcu atau paman kakek gurunya itu.
"Pangcu kau harus berani bertindak untuk mengatasi keadaan," bisik Ma tianglo yang berada disamping Uh Bun Jui.
Apa boleh buat Uh Bun Jui terpaksa memberanikan diri
juga. Diangkatnya tongkat kekuasaan itu keatas, lalu
menghadang ditengah tengah Wi Wat dan Ceng Ceng Ji.
Ujarnya: "Susiokcu, mohon sudi mendengarkan laporanku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suhu tecu, mendiang Ciu pangcu, telah dicelakai orang. Musuh itu adalah pemimpin serta wakil pemimpin Gi-lim-kun yakni Cin Siang dan Ut-ti Pak. Cemas tak dapat membalaskan sakit hati suhu, maka tecu mengundang beberapa sahabat bulim
membantu kita. Ceng Ceng cianpwe ini, adalah seorang dari tetamu-tetamu yang tecu undang itu. Hal ini tecu ambil, karena selama ini susiokcu tak ketahuan beritanya, maka tecu tak sempat memberitahukan kepada susiokcu. Harap mohon dimaafkan,"
Wi Gwat mendengus: "Hmm, hal ini mencurigakan!"
Wajah Uh Bun Jui berobah, ujarnya: "Tentang in-su dicelakai itu, tecu menyaksikan sendiri!"
Sepasang biji mata pengemis gila itu mendelik katanya:
"Baik, taruh kata Ciu Ko benar benar dicelakai oleh Cin Saing, masakan Kay Pang benar-benar tiada mempunyai kekuatan, toh didunia ini banyak sekali orang gagah yang suka memberi bantuan. Mengapa mengundang mahkluk yang menyerupai
kunyuk begitu?"
Ceng Ceng Ji berseru marah: "Baik, karena partaimu mengundang sampai beberapa kali, barulah aku terpaksa datang. Kau tua bangka yang masih temahak hidup, mengapa selalu berkata-kata menyakiti hati orang?"
"Susiok To sudilah kiranya memandang muka partai kita keseluruhannya. Sudilah kiranya berlaku sedikit sungkan terhadap tetamu," kata Uh Bun Jui.
"Kau berani menasehati aku, bagus, kau benar-benar seorang pangcu yang jempol," bentak Wi Wat.
Bentakan itu sedemikian kerasnya sampai nyali Uh Bun Jui serasa pecah dan tersurut mundur sampai tiga langkah.
Waktu Wi Wat hendak bertindak lebih lanjut tiba-tiba
dikalangan anak buah Kay Pang terbit kegaduhan. Seorang penunggang kuda lari masuk kedalam lembah situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, apakah itu bukan Ciok hiangcu!" teriak salah seorang pengemis.
Sekalian orang sama menyingkir untuk memberi jalan.
Dalam sekejap mata, penungang kuda sudah tiba didekat altar batu dan turun dari kudanya. Setelah mengawasi dengan seksama, barulah sekalian anak buah Kay Pang itu
mengetahui, bahwa yang datang itu adalah Ciok Ceng Yang yang sudah menghilang selama tiga tahun.
"Wi susiok, kau juga datang, itulah bagus! Apakah 'batunya sudah menonjol ditimpah air'?"
"Apanya yang menonjol?" sahut Wi Wat.
Batu menonjol tertimpah air, adalah suatu kiasan yang artinya, duduk perkara yang sebenarnya sudah ketahuan.
"Tentang kematian dari Ciu suheng!" balas Ciok Ceng Yang.
"Apakah kau mempunyai bukti?" tanya Wi Wat.
"Bagaimana kata Uh Bun Jui?" Ceng Yang balas bertanya pula.
"Dia bilang, Ciang Siang dan Ut-ti Pak yang menganiaya,"
jawab Wi Wat. "Mencurigakan!" dengan tegas Ceng Yang memberi pernyataan.
"Ya, benar, memang aku sendiri merasa curiga. Ceng Yang Yang, kau tentu telah menyelidiki beritanya," kata Wi Wat.
Cepat Ma tianglo menyeletuk: "Ciok Crng Yang, sayang kau datang terlambat. Kedudukan pangcu sudah diserahkan
kepada sutitmu. Meskipun kau tergolong tiangpwe, juga harus tunduk pada peraturan partai. Apakah kau mau lekas-lekas menghadap kepada pangcu?"
Ma tianglo dengan Ciok Ceng Yang itu sebaya dan setingkat golongannya. Jadi dia tak takut menyalahi orang. Tapi pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hakekatnya, ucapannya itu hanya pelabi saja guna
mendamprat Wi Wat. Keruan Wi Wat kerutkan alisnya, tapi tak berbuat apa-apa.
Dingin2 saja Ciok Ceng Yang membalas: "Aku datang kemari bukan hendak berebut kedudukan pangcu!"
Bukannya ia menurut perintah Ma tianglo untuk
menghadap pangcu, sebaliknya lantas loncat kealtar batu dan berseru nyaring: "Ini urusan penting sekali, segala adat peraturan baiklah kelak disusulkan. Aku baru saja datang dari Tiang An, Aku berjumpa dengan Cin Siang."
Kawanan pengemis yang memencar dibeberapa tempat itu, cepat berkerumun lagi.
"Cin Siang telah membicarakan padaku tentang suatu hal yang aneh. Ia bilang kalau Ciu pangcu mengirim sepucuk surat kepadanya untuk mengundangnya bertemu disuatu
tempat. Pada hari yang dijanjikan itu, ia tak melihat Ciu pangcu muncul. Sejak itu Ciu pangcu tak pernah kelihatan lagi?"
Sekalian anak buah Kay Pang gempar mendengar berita
itu. Seketika suasana menjadi hiruk pikuk Ada yang berkata:
"Apakah Uh Bun Jui bohong?" Ada pula yang berkata: "Jika bukan Uh Bun Jui yang berbohong, tentulah Ciok Ceng-yang yang berdusta,"
"Cin Sianglah yang membunuh Ciu pangcu, masakan kita mau percaya akan omongannya?" tiba2 Ma tianglo berseru keras. "Ho Ceng Yang, apa maksudmu menemui Cin Siang itu?"
Tak kurang kerasnya, Ciok Ceng Yang berseru: "Tak lain tak bukan akan menyelidiki kematian Ciu suheng itu sampai jelas, agar murid murtad jangan bersimaharajalela! Kau katakan omongan Cin Siang itu tak boleh dipercaya" Baiklah, hendak kukatakan lagi sebuah hal lain. Hal ini sudah kuselidiki kebenarannya, bukan hanya dari pendengaran saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai disitu, tiba-tiba Cang Yang menuding
kearah hadirin, serunya: "Hai, Thio Kam Lok. keluarlah kemuka! Mengapa kau mencelakai Wi hiangcu?"
Sekalian anak buah Kay Pang makin menggelora. Sekalian mata ditujukan pada orang yang bernama Thio Kam Lok itu.
Orang itu bukan lain adalah wakil hiangcu partai Kay Pang daerah Tiang An. Yang menyahut pertanyaan Ji tianglo tadi serta yang melaporkan bahwa Wi hiangcu dari Tiang An, hilang lenyap adalah orang she Thio juga.
Muka Thio Kam Lok berobah pucat dan dengan suara
tergagap-gagap menyahut: "Hal ini, ini dari mana sumbernya"
Tidak... tidak ada hal semacam itu!"
Ciok Ceng Yang deleki mata.
"Tidak ada kejadian begitu" Jika tak ingin diketahui orang, janganlah berbuat! Pada tanggal tujuh belas bulan tiga malam, kau telah mengundang Wi hiangcu minum arak.
Didalam arak kau campur racun. Sebelum racun bekerja, Wi hiangcu telah menghantammu. Kau terluka dirusuk kirimu.
Karena jaraknya dengan sekarang sudah ada setengah
bulanan, mungkin lukamu itu baik. Kalau dipijit sedikit saja, kau tentu kesakitan, bukan" Apakah kau berani dipijat sedikit saja oleh Wi susiok?"
Kiranya Wi hiangcuitu adalah salah satu jago kim-kong-ci-lat atau ilmu jari malaekat dari Kay Pang: Dengan kekuatan jarinya, ia dapat menembus jalan darah dan melukai pekakas dalam tubuh orang. Memang luka dalam itu lain orang tak mengetahui. Tapi bagi kaum persilatan, asal meraba dibagian yang terluka itu, tentulah segera mengetahui tentang luka akibat ilmu kim-kong-ci-lat.
"Baik, Thio Kam Lok, kemarilah Wi Wat," Baru Wi Wat berkata begitu, tiba2 terdengar jeritan nyaring dan rubuhlah Thio Kam Lok ketanah. Sebat sekali, Wi Wat loncat
menghampiri dan mengangkat tubuh Thio Kam-lok. Dilihatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekujur badan orang she Thio itu penuh dengan bintik-bintik hitam, dibelakang batok kepalanya tertancap sebatang gin-ciam atau jarum perak. Pangkal jarum itu masih kelihatan sedikit. Teranglah kalau Thio Kam Lok dibunuh orang. Orang itu kuatir kalau Thio Kam Lok sampai buka rahasia. Dan karena yang hadir banyak jumlahnya, jadi sukarlah untuk mencari tahu siapa pembunuhnya itu.
"Ciok Ceng Yang mengapa belum kau tanya jelas lantas kau bunuh dia?" teriak Wa Tianglo.
Marah Ceng Yang bukan main. "Kurang ajar! Terang didalam partai kita ada pengkhianat yang hendak menutup mulut saksi, sebaliknya kau malah manuduh aku. Apa
maksudmu?"
Sabut Ma tianglo: "Secara diam2 kau menemui musuh kita, kemudian kau merangkai tuduhan palsu tentang terbunuhnya Wi hiangcu. Sedemikian rupa kau karang ceritamu itu supaya orang dapat mempercayai. Setelah itu dapatlah kau
selundupkan komplotanmu untuk membunuh Thio Kam Lok.
Hm, hm, ganas betul siasatmu itu!"
"Ringkus Ma tianglo, aku hendak menanyainya?" teriak Wi Wat.
"Tangkap Ciok Ceng Yang, aku hendak mengadilinya!"
bersamaan saat itu Uh Bun Juipun berseru.
Dua tokoh Kay Pang sama mengeluarkan perintah. seketika gegerlah anak buah Kay-pang,
Ciok Ceng Yang maju merangsang Ma tiang lo, tapi tianglo yang mahir ilmu silat Tiang-kun itu, begitu mengisar kaki lantas menjotos. Ceng Yang cepat lingkarkan sepasang
tangannya dan masukkan tinju Ma tianglo kedalamnya, terus dijepitnya. Tapi kuda-kuda kaki Ma tianglo amat kokoh.
Meskipun tangannya kena dijepit, tapi tubuh tianglo itu tetap tak bergeming laksana terpaku ditanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciok Ceng Yang, kau berani menentang perintah pangcu dan malah hendak memberontak?" teriak Uh Bun Jui seraya hantamkan tongkat kekuasaan kemuka orang dua Ciok Ceng Yang, adalah murid angkatan kedua dari partai Kay Pang.
Dalam hal ilmu silat, suhu Uh Bun Jui, Ciu Ko itu saja masih tak menang, apalagi Uh Bun Jui.
Tetapi dikarenakan Uh Bun Jui mencekal tongkat
kekuasaan. Ceng yang tidak berani merampasnya. Ia terpaksa hanya menghindar saja. Kesempatan itu telah digunakan Ma tianglo untuk mengirimkan tendangan. Dengan begitu Ceng Yang terserang dari dua jurusan. Plak, Ceng Yang termakan hantaman tongkat Uh Bun Jui.
Wi Wat gusar sekali, Ia segera semburkan arak dari
mulutnya. Kenal gelagat, Ma tianglo buru-buru menghindar.
Celaka adalah Uh-bun Jui. Tahu ia melihat ada gumpalan sinar putih melayang kepadanya. Waktu ia hendak menyingkir, tiba-tiba pergelangan tangannya terasa sakit seperti tertusuk jarum. Kiranya Wi Wat telah gunakan ilmu lwekang tinggi untuk merobah air arak menjadi semacam rantai putih yang dengan tepat menghantam jalan darah kwan-gwan-hiat
tangan Uh Bun Jui. Karena tangannya lemah lunglai, tongkat kekuasaan yang dicekal Uh Bun Jui itupun jatuh ketanah,
"Uh Bun Jui, kau telah melanggar peraturan partai kita.
Mengundang komplotan buaya untuk menghina tianglo kita.
Apakah kau masih mimpikan kedudukan pangcu?" teriak Wi Wat sembari mencongkel dengan ujung kakinya. Begitu
tongkat mencelat keudara, terus ia sambuti. Tapi baru ia hendak loncat kealtar batu untuk membuka persidangan
membatalkan pengangkatan pangcu itu, tiba-tiba Ceng Ceng Ji sudah menyerangnya.
"Bagus. pengemis tua hendak menggebah kawanan buaya, baru nanti ada pembersihan dalam tubuh Kay Pang!" teriak Wi Wat sembari balas menghantam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Ceng Ji miringkan tubuh lalu menyusup kebawah
ketiak orang, terus menusuk dengan jurus sun-cui-thui-co atau menurutkan aliran air mendorong perahu. Tapi mana Wi Wat kena disengkelit secara begitu mudah. Siku tangan kirinya disodokkan kebelakang. Jika tak lekas menyingkir, batok kepala Ceng Ceng Ji bisa terpukul pecah.
Ceng Ceng Ji gunakan langkah ih-sing-hoan wi untuk
menyelinap kebelakang lalu menusuk jalan darah hong-hu-hiat dipunggung orang. Kala itu Wi Wat sudah dapat mencekal tongkat kekuasaan. Dan punggungnya seperti bermata, ia hantamkan tongkat itu kebelakang. Tongkat kekuasaan dari partai Kay Pang itu juga sebuah benda mustika, terbuat dari logam emas yang kokoh. Pedang Ceng Ceng Ji tidak mampu memapas tongkat itu, sebaliknya malah terhantam sampai terpental. Demikianlah kedua jago itu bertempur dengan serunya. Yang satu lihay ilmu gin-kangnya, yang satu hebat ilmu silatnya.
"Ciok Ceng Yang mempunyai dendam permusuhan dengan Ciu almarhum. Saudara-saudara sekalian tentu mengetahui.
Jika sekarang ia berkomplot dengan musuh dan berusaha merebut kedudukan pangcu, itulah sudah sewajarnya
pengkhianat semacam itu, harus dihukum menurut peraturan partai!" teriak Ma tianglo
Ma tianglo adalah pemimpin dari keempat tianglo. partai Kay Pang. Selain berpengaruh iapun mempunyai banyak
pengikut didalam partai. Ucapannya tadi telah mendapat sambutan hangat dari pengikut-pengikutnya. Mereka sama berteriak: "Benar, harus dihukum?"
"Kentut! Kami berani melawan orang atasan bersekongkol dengan kaum buaya serta berani bermusuhan dengan Wi
locianpwe. Apakah hukumannya?" teriak Ji tianglo.
Wajah Uh-bun Jui berubah membesi. Begitu ia memberi
tanda, Seng-tong hiangcu Ciok Tan, Lwe Tong hiangcu serta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Tong hiangcu Han Ciat segera maju akan meringkus Ji tianglo.
Karena tulang lengan kanan dari Ji tianglo sudah
dipatahkan oleh Ceng Ceng Ji, maka Ji tianglo hanya dapat melawan dengan tangan kirinya. Keadaannya berbahaya
sekali. Melihat itu berteriaklah Ciok Ceng Yang: "Hai Ciok Tan dan Hai Ciat, kalian berani melawan orang atasanmu. Jangan sesalkan aku berlaku kejam, ya!"
Kedua hiangcu cukup kenal kelihayan Ceng Yang. Buru-
buru keduanya mundur lagi.
"Wi locianpwe angot limbungnya. Lebih dulu ringkus Ciok Ceng Yang dan periksa persekongkolannya itu, tentulah nanti Wi locian-pwe dapat dibikin mengerti," demikian teriak Ma tianglo.
"Ma-hun, kau sudah gila atau pura2 gila?" dengan murkanya Wi Wat menghardik. Ma-hun artinya tahi kuda.
Wi Wat kembali semburkan arak dari mulutnya. Wut,
sekonyong-konyong dari samping Ma tianglo melesat keluar seseorang yang terus lontarkan pukulannya kearah arak Wi Wat itu. Orang itu bukan, lain ialah Pok Yang-kau tokoh kedua dari Ki-san-sam-nio atau tiga iblis dari gunung Ki-san.
Memang Ma tianglo dan Uh Bun Jui itu banyak pengikutnya didalam partai. Tapi Wi Wat adalah tetua yang paling tinggi kedudukannya dalam Kay Pang. Meskipun Uh-bun Jui itu
mendapat sebagai pangcu, tapi perbuatannya itu berarti melawan terhadap orang atasan. Banyak juga diantara anak buah Kay-pang yang tak setuju dengan perbuatannya itu. Dan masih ada sebagian anak buah Kay Pang yang menyokong
Ciok Ceng Yang. Dengan demikian kaum Kay Pang terpecah menjadi dua golongan. Kedua golongan ini, jumlahnya
meliputi separoh dari jumlah anggaota Kay Pang. Sedang separoh lainnya, hanya melongo saja, tidak berfihak siapa-siapa alias netral.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pok Yang Kau bersama Ceng Ceng Ji mengerubuti Wi Wat.
Pok Yang Kau adalah tokoh kelas satu dari apa yang disebut golongan Sia Pay (jahat). Ilmu kepandaiannya tidak di-sebelah bawah Ceng Ceng Ji. Ia melangkah maju untuk menghantam dada Wi Wat.
Kemarahan Wi Wat makin menyala, serunya: "Jika saat ini buaya-buaya kangouw macam kalian tak dibasmi, aku tiada muka untuk bertemu dengan para cosu Kay Pang!"
Ia balas menangkis pukulan Pok Yang Kau. Seketika orang she Pok itu rasakan dadanya nya seperti dihantam palu besi.
Ceng Ceng Ji menyelinap kebelakang Wi Wat untuk
menusuknya, tapi tanpa menoleh lagi, Wi Wat sabatkan
tongkatnya kebelakang. Seperti bermain tongkat itu dengan telak menghantam terpental pedang Ceng Ceng Ji. Tanpa berhenti Wi Wat masih mencecernya lagi dengan pukulan yang ketiga. Kali ini Pok Yang Kau terpaksa menangkis dengan kedua tangannya. Tapi pukulan jago Kay Pang itu dahsyatnya bagai gunung roboh lautan bergelombang. Makin kuat Pok Yang Kau menangkis, makin celaka dia. Dadanya serasa sesak dan mulutnya muntahkan darah segar. Tapi Wi Wrat tak
kurang herannya karena tiga kali hantaman hanya membikin lawannya itu muntah darah, tidak sampai rubuh.
Kawan Ceng Ceng Ji yang satunya lagi. yakni Hun Bon Jin Yau (Manusia siluman dari awan impian) Liu Bun Siong, cepat menghunus pedang maju membantu. Jagoan ini adalah buaya tukang 'petik bunga' (mengganggu wanita baik2). Wajahnya cantik macam wanita, tetapi ilmu pedangnya ganas sekali.
Dalam ilmu gin-kang ia dibawah Ceng Ceng Ji, tapi lebih atas dari Pok Yang Kau. Dengan berlincahan kian kemari, Wi Wat tak berhasil merebut pedangnya. Ini dikarenakan Ceng Ceng Ji selalu mengancamnya.
Dengan siasat berlincahan itu, dalam beberapa kejap saja, Liu Bun Siong telah lancarkan tujuh delapan kali serangan pedang. Sudah tentu Wi Wat seperti orang kebakaran jenggot.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong-konyong ia berputar kebelakang dan sekali jari tengahnya maju, tring, dengan tepat pedang Liu Bun Siong kena tertutuk sampai mencelat keudara. Tapi berbareng saat itupun kedengaran suara 'pruk'. Ternyata buli-buli arak milik Wi Watpun kena ditusuk pecah oleh pedang Ceng Ceng Ji.
Ternyata hal itu memang sudah diperhitungkan oleh Wi
Wat. Setelah menaksir posisi lawan, barulah ia berani berbuat melancarkan tutukannya kearah pedang Liu Bun Siong. Tapi dengan berbuat begitu dia terpaksa harus mengorbankan buli-buli arak kesayangannya. Diam-diam ia merasa gegetun juga.
Untuk melampiaskan kemendongkolannya, kini ia menyerang Ceng Ceng Ji dengan gencar. Betapa hebat ilmu ginkang Ceng Ceng Ji, namun tak urung ia merasa kesakitan juga tersambar oleh angin pukulan Wi Wat yang laksana badai mengamuk itu, Ternyata daya tempur Pok Yang Kau itu cukup tinggi.
Walaupun menerima tiga buah serangan Wi Wat dan terluka dalam, tapi ia masih kuat benahan. Pun Liu Bun Siong itu juga jagoan yang keras kepala. Sekalipun tangan kanannya
kesakitan, tapi ia tetap pantang mundur. Kini ia ganti mainkan pedang dengan tangan kiri. Demikianlah ketiga benggolan itu, kini maju mengeroyok Wi Wat. Karena ketiga benggolan itu masing-masing mempunyai kepandaian istimewa sendiri-sendiri maka dapatlah mareka bertanding seri dengan Wi Wat"
Dipartai sana, Ciok Ceng Yangpun diserang oleh salah
seorang konconya Ceng Ceng Ji yang bernama He Ping Tat.
Ping Tat itu mahir dalam ilmu pelintir tulang hun-kin jo-kut.
Benar kepandaiannya tak menyamai Ceng Yang, tapi begitu Ceng Yang merangsek mendekat, dengan gunakan ilmu hun-kin-jo-kut dapatlah Ping-tat memaksanya mundur.
Demikianlah dua buah partai telah bertempur dengan seru.
Dinilai dari ilmu kepandaiannya, Wi Watlah yang nomor wahid.
Tapi fihak Ceng Ceng Ji menang jumlah. Dengan main keroyok itu dapatlah mereka menang angin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan pertandingan itu, Khik Sia kebat kebit hatinya,
"Wi Wat adalah seorang cianpwe yang bersahabat baik dengan mendiang ayahku, Pun Kay Pang ini rapat sekali hubungannya dengan Thiat toako. Apakah aku tak mau
memberi bantuan?"
"Tapi, ah ini urusan partai Kay Pang, apakah aku leluasa turut campur?"
"Ceng Ceng Ji meskipun sudah masuk kedalam perguruan lain. tapi dahulu ia adalah suhengku. Pernah toa suheng (
Gong Gong Ji ) mengatakan kepadaku, supaya aku berlaku sungkan kepadanya Jika kini aku membantu Kay Pang untuk menangkapnya, apakah hal itu tak menusuk perasaan toa-suheng?"
Memang sejak usia sewindhu, Khik Sia sudah diambil oleh Gong Gong Ji. Bermula dua tahun lamanya Gong Gong Ji lah yang memberi pelajaran silat, setelah itu baru gurunya. Oleh karena itu hubungan Khik Sia dengan Gong Gong Ji itu sangat baik sekali.
Perangai Gong Gong Ji itu suka menurutkan kemaunnya
sendiri saja. Dan dia sering di pengaruhi oleh konco system atau famili system. Sudah terang Ceng Ceng Ji itu jahat, tapi ia tetap suka melindungi.
Teringat akan pesan toa-suhengnya itu, Khik Sia pun tak mau ikut campur dalam urusan Kay Pang. Baru ia mengambil putusan begitu, tiba2 terdengar bunyi terompetdan sekonyong konyong dari balik hutan menerobos keluar sepasukan wanita berbaju merah!
Sebenarnya sewaktu Kay Pang mengadakan rapat itu,
walaupun tidak dijaga keras, tetapi dalam keliling lima li luasnya, terdapat petugas-petugas yang akan memberi
pertandaan, bilamana ada orang luar masuk. Tetapi ternyata pasukan wanita baju merah itu dapat menerobos dengan tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba. Entah bagaimana cara mereka lolos dari penjagaan anak buah Kay Pang. Semua anak buah Kay Pang menjadi kesima.
Pemimpin pasukan wanita itu itu adalah seorang gadis.
Dengan gesit nona itu loncat dari kudanya, terus lari menuju ketempat Wi Wat.
"Hai pengemis gila, kau sungguh gila! Sudah begitu tua bangka, masih merampas barang kepunyaan anak muda!
Lekas kembalikan!" seru nona itu.
Wi Wat terkesiap, serunya: "Apa katamu?" Ia anggap budak perempuan itu lebih limbung dari dirinya.
Cepat sekali datangnya nona itu. Hampir ber bareng
dengan suaranya, orangnya pun sudah tiba. Dengan tangan kosong nona itu lantas menyeruduk kedada Wi Wat, Sudah tentu yang tersebut belakangan ini menjadi kaget. Meski pun ia luas pengalaman, tapi juga tak mengerti apa maksud gerakan gadis itu. Walaupun bergelar Hong-kay atau
Pengemis Gila, tapi sebenarnya Wi Wat itu bukan sebenarnya gila. Jika ia mau menghantam, terang nona itu tentu remuk.
Tapi Wi Wat sadar akan kedudukannya sebagai Chit-lo atau Tujuh Orang Tua didunia persilatan. Mana mau ia
merendahkan derajatnya untuk melukai seorang budak
perempuan. Pula ia tak kenal serta tak mengerti maksud gadis itu. Dan karena ia berpikiran begitu, maka ia sedikit berayal.
Akibatnya ia rasakan pil pahit.
Tiba-tiba nona itu balikkan tangan. Justeru pada saat itu Ceng Ceng Ji tengah menusuk dari samping. Wi Wat
menangkis serangan Ceng Ceng Ji dengan tongkatnya,
berbareng itu ia harus menghindar dari benturan sigadis. Mau tak mau gerakannya agak sedikit terlambat. Ketika ia
miringkan tubuh hendak menyingkir kesamping, ujung jari nona itu sudah mengenai siku lengannya. Seketika Wi Wat rasakan tangannya kesakitan dan tahu-tahu tongkat
kekuasaan yang dipegangnya sudah pindah ketangan sidara.
Marah si Pengemis Gila bukan kepalang. Ia menghantam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur Ceng Ceng Ji, kemudian mencengkeram punggung
sinona. Tapi gesit laksana burung walet, nona itu sudah meluncur jauh.
Kiranya nona itu memakai gelang jari atau semacam krak keling yang bentuknya aneh seperti tutup pit (pena) yang runcing. Gelang itu menutupi jari, ujungnya dipasang jarum bwe-hoa-ciam yang halusnya sukar dilihat dengan mata, Sebenarnya Wi Wat siang siang sudah siap menutup seluruh jalan darah ditubuhnya. Tapi ditusuk oleh jarum itu, tidak urung ia merasa kesakitan juga. Begitulah dengan memakai akal itu, dapatlah sinona merebut tongkat dari tokoh yang jauh lebih lihay dari dirinya. Tapi memang nona itu juga memiliki gerakan tangan yang luar biasa indah serta
tangkasnya. Tepat dan cepat ia berhasil merampas tongkat orang. Kepandaiannya itu jarang dipunyai oleh orang
persilatan pada umumnya.
Habis melarikan tongkat, nona itu lalu berputar tubuh dan melesat kemuka Uh Bun Jui.
Dengan kedua tangannya ia serahkan tongkat itu kepada Uh Bun Jui, ujarnya: "Kuhaturkan selamat atas
pengangkatanmu sebagai pangcu. Tongkat kekuasaan ini bagi seorang pangcu adalah sama seperti cap kebesaran dari seorang pembesar negeri. Selanjutnya harus dijaga hati-hati supaya jangan direbut orang lagi."
Dengan berseri Uh Bun Jui menyambuti, katanya: "Terima kasih nona nona Su. seluruh anggauta Kay Pang selanjutnya akan menurut perintah nonalah!"
"Membantu orang harus membantu sampai selesai, ibarat mengantar Budha harus tiba di Se Thian (barat). Biarlah kubantu menghukum kawanan pemberontak," sahut gadis itu, Ia lambaikan tangan dan pasukan wanita baju merah yang dipimpinnya itu segera menyerbu ke gelanggang pertempuran.
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya kekuatan kedua fibak yang bertempur tadi
berimbang. Tapi begitu pasukan wanita baju merah itu masuk, fihak Uh Bun Jui - Ma tianglo tambah kekuatan, sedang fihak Ciok Ceng Yang dan Wi Wat menjadi keteter. Dalam beberapa saat saja pasukan wanita baju merah itu sudah dapat
meringkus berpuluh orang, kemuaian semuanya diringkus dengan tali.
Kehilangan tongkat dan terluka tangannya itu, telah
membuat tenaga dalam Wi Wat banyak berkurang. Dengan
tangan gosong ia lanjutkan perlawanannya terhadap ketiga benggolan. Situasinya kini berobah. Kalau tadi Wi Wat yang memegang inisiatip pertempuran, kini ia berbalik menjadi fihak yang bertahan. Sama sekali ia tak dapat membuat serangan balasan.
Sepintas pandang, fihak yang menentang Uh Bun Jui bakal menderita kekalahan. Tetapi sekonyong2 didalam rombongan para pengemis itu, ada sesosok tubuh melayang melalui kepala orang. Sebelum orang-orang sempat melihat jelas, tahu-tahu orang itu sudah meluncur turun disamping altar batu, tepat disebelah Ceng Ceng Ji. Kini barulah orang mengetahui bahwa dia hanya seorang pengemis muda yang mukanya penuh berlumuran kotoran hitam.
"Hai, didalam partai kita ternyata ada seorang anak yang begitu lihay!" sekalian pengemis sama berseru heran.
Walaupun bertempur, tapi Ceng Ceng Ji tetap waspada
terhadap setiap gerak yang terjadi disekelilingnya. Begitu dibelakangnya ada angin menyambar, ia lantas tusukan
pedangnya kebelakang. Iapun memandang ringan kepada
pengemis kecil itu. Siapa tahu dengan suatu gerakan
kesimping, pengemis muda itu dapat menghindari tusukan Ceng Ceng Ji. Kejut Ceng Ceng Ji bukan kepalang. Gerak permainan pedangnya itu penuh dengan perobahan-perobahan yang sukar diduga. Jago-jago-yang lihay, pun belum tentu dapat semudah itu menghindarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah gerangan pengemis kecil itu" Dia bukan lain ialah Toan Khik Sia sendiri. Kepandaian Khik Sia sekarang sudah melampaui Ceng Ceng Ji. Apalagi permainan pedang yang digunakan Ceng Ceng Ji itu berasal dari perguruannya, sudah tentu dengan mudah sekali ia dapat menghindarinya. Dan malah gerakan menghindar dari Khik Sia itu disusuli pula dengan sebuah tepukan perlahan kebahu Ceng Ceng Ji.
Tepukan itu sebagai isyarat supaya Ceng Ceng Ji menyingkir.
Kini kejut Ceng Ceng Ji itu berobah menjadi rasa
keheranan. Jelas ia mengetahui gerakan pengemis muda itu, juga berasal dari perguruannya. Buru-buru ia loncat tiga tindak dan berseru: "Kau, kau...."
Khik Sia membayangi dibelakangnya dengan berbisik
berkata: "Toa suheng segera akan datang. Lebih baik kau lekas tinggalkan tempat ini!"
Ceng Ceng Ji mengerti juga bahwa Gong Gong Ji telah
diperintah oleh subonya untuk menangkap diriya. Walaupun ia tahu bahwa toa-suhengnya itu diam-diam menaruh kasihan padanya tapi kalau kebentrok dihadapan orang banyak, toa suhengnya itu tentu sungkan untuk tidak mengapa-apakan dirinya. Itulah sebabnya maka dalam beberapa tahun yang lalu itu. Ceng Ceng Ji selalu menyembunyikan diri.
Gertakan Khik Sia tadi, telah membuat Ceng Ceng Ji
ketakutan setengah mati. Tanpa memberitahukan kepada
konco-konconya lagi, ia lantas terbirit-birit melarikan diri. Khik Sia hanya tersenyum saja. Saat itu ada lima orang anggaota pasukan wanita menghampiri datang.
"Hai, pengemis kecil, kau menertawakan apa?" bentak salah seorang wanita itu.
Khik Sia makin tertawa geli, sahutnya: "Kulihat tangan kalian itu halus-halus semua, lebih baik menyulam dirumah saja, jangan main-main dengan pedang, ini tidak sesuai!".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mulutnya berkata begitu, tangannya tak tinggal diam.
Dengan gunakan ilmu tangan kosong merampas senjata atau gong-chiu-jip peh jim, ia sudah merebut senjata kelima anggaota pasukan wanita itu.
Baru Khik Sia menerobos keluar dari kepungan kelima
wanita itu, ia sudah disambut oleh sepasang tangan dari seorang lelaki yang hendak mencengkeramnya. Karena tak menduga, hampir saja bahu Khik Sia kena.
Kiranya orang itu adalah He Ping Tat, jago ilmu pelintir tulang hun-kin-jo-kut yang termashur. Melihat kepandaian
'pengemis kecil' itu amat hebat, ia tinggalkan Ciok Ceng Yang terus menerjang Khik Sia.
"Ha, kepandaianmu hun-kin-jo-kut hanya begitu saja, sayang belumkan yakinkan dengan sempurna!" Khik Sia tertawa mengejek.
Ping Tat itu seorang yang sombong. Sudah tentu ia
menjadi merah telinganya.
"Cara bagaimana baru dikata mahir" Hm, bocah kemarin sore tahu apa?" Bentaknya sembari lingkarkan lengan kirinya dan tangan kanannya melalui lingkaran itu menjulur keluar mencengkeram pergelangan tangan Khik Sia.
-od0o-ow0o- Jilid XI ITULAH jurus yang paling lihay dari ilmu hun-kin-jo-kut.
Nyata ia bernapsu sekali akan memelintir tangan Khik Sia sampai putus.
Diluar dugaan, Khik Sia tak mau menghindar. Ia biarkan saja tangannya dicengkeram, tapi diam-diam ia salurkan lwekang. Seketika lengannya itu berobah seperti besi
kerasnya. Ping Tat terbeliak kaget. Tapi sudah kasip.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paling tidak harus setingkat begini baru boleh dianggap sempurna!" seru Khik Sia sambil tertawa. Sekali tangan kirinya ditekuk, lengan Ping Tat malah kena dibekuk. Krek......
patahlah lengan jago yang suka memelintir itu.
Ini bukan dikarenakan gerakan Khik Sia lebih jempol dari Ping Tat melainkan karena Khik Sia dapat menggunakan
lwekang tepat pada waktunya. Saking marahnya Ping Tat sampai muntah darah dan terus rubuh pingsan,
Habis meremukan lengan Ping Tat, Khik Sia bersuit panjang Sekali enjot, tubuhnya melayang keatas altar batu.
"Hai, siapakah gurumu" Mengerti tidak kau akan peraturan!
Disini bukan tempatmu, turunlah.!" cepat Uh Bun Jui membentaknya.
Ternyata Uh Bun Jui juga tak kenal akan Khik Sia. Dikiranya itu salah seorang anak murid Kay Pang. Altar batu itu hanya diperuntukkan tempat duduk para pangcu, hiangcu dan
tianglo. Bahwa seorang anak murid kecil berani menginjak tempat itu, merupakan pelanggaran besar. Dengan
menanyakan siapa suhu Khik Sia tadi, maksud Uh Bun Jui telah hendak menyuruh suhunya itu mengatasi anak
muridnya. Khik Sia hanya tertawa menyahut: "Kau sudah menjadi pangcu atau bukan, itu aku tak mengerti. Tapi yang kuketahui hanyalah bahwa Wi locianpwe itu adalah susiok-comu. Kau berani menghina pada angkatan yang lebih tua itu suatu dosa yang tak berampun!"
"Pemberontak!" teriak Uh Bun Jui seraya tusukan tongkatnya kejalan darah tubuh Khik Sia.
Khik Sia hendak sambar tongkat lawan, tapi tak terduga Uh Bun Jui itu lihay juga. Benar ia itu murid dari Ciu Ko, tapi mempunyai bakat yang bagus sekali. Dalan usianya itu, ia tak kalah dengan suhunya diwaktu muda. Ilmu permainan tongkat Hang-hong-ciang-hwat, termasuk suatu ilmu sakti didunia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kangouw. Bermula Khik Sia tak memandang mata kepada Uh Bun Jui. Baru jarinya menyentuh batang tongkat lawan, tiba-tiba dirasanya tongkat itu bergetar dau tahu2 sudah lolos dari cengkeramannya. Terpaksa Khik Sia gunakan siasat lain. Ia buru-buru miringkan tubuh dan menjentik dengan dua buah jarinya. Tongkat itu terpental dan tangan Uh Bun Jui kesakitan sekali.
Khik Sia maju merapat untuk menghadapi permainan
tongkat Hang-liong-ciang-hwat dari Uh Bun Jui. Meskipun Uh Bun Jui lihay juga, namun tetap bukan tandingannya Khik Sia.
Dalam sepuluh jurus saja, ia sudah gelagapan. Dan ketika pada lain saat Khik Sia membentak: "lepaskan", dengan tusukan jari tengahnya yang membikin Uh Bun Jui meringis, tongkatnya pun terlepas mencelat keudara,
Tapi pada waktu Khik Sia hendak menyambuti, tiba-tiba ia merasa ada angin menyambar punggungnya.
"Permainan golok yang luar biasa cepatnya!" diam diam ia memuji sembari balikkan tangan kebelakang untuk
menghalaunya. Waktu ia berpaling, kiranya yang menyerang itu adalah seorang nona muda yang mencekal sepasang Liu-yang-siang-to atau sepasang golok setipis daun Liu. Malah dalam sekejap itu, sinona itu sudah lancarkan delapan kali gerakan golok.
Kiranya nona lihay itu adalah nona yang disebut sebagai nona Su oleh Ih Bun Jui tadi. Sekilas teringatlah segera Khik Sia pada Su Yak Bwe. Dan karena pikirannya beihayal itu hampir saja mukanya kena terpapas rata oleh golok sinona.
Ilmu golok Hui-hoan-to-hwat sinona yang terdiri dari enam puluh empat jurus itu, penuh dengan perobahan yang hebat.
Gerakannya amat cepat sekali. Tapi meski sudah melancarkan sampai delapan belas kali serangan tetapi ia tak dapat melukai Khik Sia. Diam-diam nona itu terperanjat juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tetap membandel, aku terpaksa ambil tindakan keras!" seru Khik Sia.
Sret, sret, sret, tiga kali bolang-balingkan pedang untuk mendesak mundur nona itu. Ia menyerang dengan gencar,
"Lepaskan golokmu!" tiba-tiba ia membentak. Ia yakin lawan tentu sudah tidak dapat bertahan lagi. Siapa tahu nona itu malah maju selangkah. Sebenarnya Khik Sia memang tidak bermaksud mengambil jiwa sinona. Permainan pedang Khik Sia telah mencapai tingkat sedemikian rupa hingga dapat dilancarkan dan di hentikan menurut sekehendak hatinya. Tadi ia miringkan ujung pedangnya untuk menutuk siku sinona supaya lepaskan goloknya. Tapi tak nyana, nona itu hanya tertawa mengejek seraya berseru: "Jangan kesusu Bung,....."
Sepasang goloknya dilingkarkan dan dengan tenaga Iwekang lunak, ia menarik pedang Khik Sia ke-samping.
Kiranya walaupuun tenaga nona itu kalah dengan Khik Sia, tapi ilmu kepandaiannya tak dibawah Khik Sia. Disamping itu matanya amat jeli sekali dan pikirannya tajam pula. Begitu melihat gerakan Khik Sia. ia segera mengetahui kalau anak muda itu tak akan mengambil jiwanya. Itulah sebabnya maka ia sengaja maju selangkah untuk menggeser pedang Khik Sia kesamping. Dengan begitu tenaga Khik Sia berkurang
separoh. Begitulah nona itu telah berhasil kembangkan ilmu golok dengan lwekang lunak untuk menundukan kekerasan lawan. Sudah tentu dalam hal itu, cara si nona mengambil
'timing' (waktu) yang tepat adalah faktor yang menentukan.
Diam-diam Khik Sia merasa kagum juga.
Kalau disini ia masih belum merebut kemenangan, adalah dipartai sana Hong-kay Wi Wat suiah mulai menang angin.
Dengan ngacirnya Ceng Ceng Ji karena ketakutan digertak Khik Sia, lawan Wi Wat hanya tinggal dua: Pok Yang Kan dan Liu Bun Siong. Sekalipun Wi Wat tadi kena tertutuk, tapi lwekang Pok Yang Kau pun menderita besar, maka meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditambah dengan seorang Liu Bun Siong, tetap Wi Wat dapat mengatasinya.
Sesaat Liu Bun Siong tusukan pedangnya ke muka Wi Wat, tiba2 yang tersebut belakangan ini menggembor keras
sehingga saking kagetnya Bun Siong sampai tergetar dan tusukannyapun menemui tempat kosong. Dan secepat kilat Wi Wat segera merebut pedang lawan seraya menendang
musuhnva yang satu (Pok Yang Kau) sampai terjungkir balik.
Wi Wat seorang pembenci kejahatan. Benar Pok Yang Kau dan Liu Bun Siong itu benggolan penjahat, tapi keduanya mempunyai ciri-ciri kejahatan yaug berlainan. Kalau Pok Yang Kau hanya malang melintang mengandalkan kekuatannya,
adalah Liu Bun Siong itu termasyur sebagai tukang petik bunga alias pengrusak kaum wanita. Diantara kedua orang itm. Wi Wat benci kepada Bun Siong. Pedang yang
dirampasnya tadi segera ditimpukkan kepada orang she Liu itu. Sebenarnya ilmu gin-kang Liu Bun-siang cukup lihay dan lagi saat itu ia sudah menyingkir sampai belasan tindak.
Namun tak urung ia tetap termakan pedang timpukan Wi Wat juga. Ujung pedang dari punggung menembus sampai kedada.
Pok Yang-kau cerdik sekali. Pada saat Wi Wat tengah
mengincar jiwa Bun siong ia gunakan kesempatan itu untuk loncat bangun terus menyusup dalam rombongan para
pengemis. Ciok Ceng-yangpun juga sudah dapat merobohkan Han
Ciat. Sedang saat itu tongkat kekuasaan jatuh diatas kaki altar batu. Di situ Ma tianglo dan Ji tianglo tengah berebutan mengambilnya. Melihat itu Uh bun Jui hendak loncat
membantu Ma tianglo. Tapi Ceng-yang datang, Ma tianglo dan Uh-bun Jui tidak menyerangnya. Mereka putar tubuh terus ngacir. Ceng yangpun segera mengambil tongkat kekuasaan dari partai Kay-pang tersebut. Bintang penolong yang
diharapkan Uh-bun Jui. sinona pemimpin gadis berbaju merah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata saat itu tampak kelabakan menghadapi serangan Khik Sia.
Dengan geramnya Uh-bun Jui berseru sengit: "Urusan besar telah dirusakkan bangsat kecil itu. Nona Su, aku telah menelantarkan maksudmu yang baik."
Sahut nona itu dengan hati besar: "Selama gunung masih menghijau, masa takut tak mendapat kayu bakar. Kalah
menang bukan soal. Kekalahan sementara waktu tak jadi apalah."
Ia lancarkan sebuah seranaan kosong, kemudian mundur
dari gelanggang. Tapi rupanya ia masih belum puas karena tiba2 ia menoleh dan berseru kepada Khik Sia: "Hai siapa kau"
Harap beritahukan namamu!"
Tiba2 dsri bawah alur batu, ada seorang menyahut:
"Bangsat kecil itu adalah Toan Khik Sia!"
Kiranya orang yang membuka rahasia Khik Sia itu, bukan lain adalah Ping-tat, jago yang patah tulang lengannya karena dipelintir Khik Sia tadi. Sebenarnya ia tak kenal dengan Khik Sia. Tapi ia kenal lama dengan Ceng ceng Ji. Tentang ilmu kepandaian Ceng ceng Ji, ia cukup paham. tadi ia perhatiksn bahwa gerakan Khik Sia itu, serupa benar dengan Ceng-ceng Ji. Ia tahu bahwa sahabatnya itu mempunyai seorang suheng dan seorang sute "Pengemis" muda yang memelintir tangannya tadi jauh lebih muda dari Ceng Ceng Ji. Sudah tentu bukan suheng dari Ceng Ceng Ji, melainkan sutenya.
Ping-tat merasa tak dapat membalas sendiri, maka ia
hendak gunakan siasat pinjam pisau membunuh orang. Ia harap setelah mengetahui siapa Toan Khik Sia, nona itu akan mencari balas.
Meskipun ilmu silat nona itu tak memadai Khik Sia, tapi ia menpunyai "backing" (andalan) kuat serta mempunyai anak buah banyak. Jadi kemungkinan besar tentu dapat membalas.
Dan benar juga dikemudian hari Khik Sia akan mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa kesulitan dari nona itu tapi karena belum sampai waktunya, baiklah kita petangguhkan dulu.
Demi mendengar nama Khik Sia, nona itu tercengang. Pada lain saat ia tertawa: "Oh, kiranya Toan siauhiap, sungguh tak bernama kosong. Walaupun aku kalah, tapi puaslah."
Dengan putar sepasang golokrya, ia lindungi Un-bun jui.
Dengan diikuti oleh barisan wanita merah dan anka buah Uh-bun-jui, mereka menerobos pergi, Ciok Ceng-yang tak mau menimbulkan pertumpahan darah besar, Buru2 ia acungkan tongkat untuk mencegah anggauta2 Kay pang yang hendak mengejar mereka.
Khik Sia menghapus arang dimukanya dan menjumpai
Hong-kay Wi Wat.
Jago tua dari Kay pang itu tertawa girang : "Sungguh tak kecewa menjadi putera Toan tay-hiap. Ayahmu tentu akan bersenyum gembira di alam baka."
Ciok Ceng-yang dan Ji tianglopun menghampiri untuk
menghaturkan terima kasih kepada Khik Sia,
"Sayang Uh-bun Jui dan Ma tianglo dapat lolos. Kukira kerisauan Ciu pangcu tua tentu ada sangkut pautnya dengan mereka berdua. Entah siasat apa yang mereka gunakan?" kata Ji tianglo.
Kata Wi Wat : "Mereka tentu pergi ke Tiang-an untuk mengacau Eng-hiong tay hwe yang diselenggarakan Cin Siang Sebenarnya aku tak berhasrat hadir, tapi berhubung ada urusan ini, terpaksa aku harus kesana."
Ciok Ceng-yang segera menuturkan hasil penyelidikannya ke Tiang an. Kiranya Tho Kam lok menganiaya Wie hiangcu itu terjadi pada tengah maiam, Tempatnya diatur di paseban dalam dari hun-thio (anak cabang ) Kay-pang di Tiang-an, Rencana itu telah diatur Thio Kam-lok sedemikian rupa, Sisanya ia cari2 alasan merobek surat untuk Wi hiancu. ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percaya rencananya itu pasti takkan ketahuan orang, tapi tak nyana seorang anak buah Kay Pang telah tak sengaja
mempergokinya. Pengemis itu menjadi pencuri dan dikejar alat negara. Ia tahu dirinya tak dapat berdiam di Tiang-an lagi. Maka malam2 ia pergi ketempat Wi hiangcu. Maksudnya hendak minta perlindungan dari hiangcu itu. ia hendak serahkan barang curiannya itu kepada Wi hiangcu dengan permintaan supaya dikembalikan kepada pemiliknya, Secara kebetulan sekali, ia mengetahui rencana kecil dari Thio Kam lok.
Pengemis pencuri itu sembunyi didalam tumpukan genteng dibawah jendela. Mengetahui apa yang terjadi didalam
ruangan, kejutnya bukan kepalang, Ia tak berani keluar dari tempat persembunyiannya, pun setelah peristiwa itu ia tetap tak berani bicara pada lain orang. Baru setelah Ciok Ceng yang datang membuat penyelidikan, karena yakin Ceng-Yang pasti dapat melindungi dirinya, pengemis itu berani membuka rahasia.
"tampaknya penganiayaan terhadap Wi hiangcu dan
suhengku itu adalah dua buah perkara. Tapi besar
kemungkinannya mempunyai hubungan satu sama lain." kata Ceng yang.
"Betul. Wi hiangcu itu adalah pengikut dari Ciu Pangcu.
Pengkhianat2 itu menganggap jika tak lenyapkan Wi hiangcu tentulah sukar buat Uh Bun Jui merangkai cerita
sandiwaranya." kata Ji tianglo.
"Apakah kau meragukan kalau Ciu pangcu tak datang ke Tiang An?" Tanya Lok San Lwean tong cu.
"Kupikir makin mencurigakan. Hm, siapa tahu jangan2
suheng masih hidup dunia." tiba-tiba Ceng Yang berseru.
Katanya lebih lanjut.
"Pada hakekatnya Cin siang belum berjumpa dengan suheng. Menilik kedudukan dan pribadinyam aku percaya ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berdusta. Waktu ku mau menyeldiki di Tiang an, anak buah Kay Pang di Tiang An juga tak pernah bertemu dengan Ciu Pangcu!"
Ji tianglo menyeletuk "Yaa, memang aku sudah
menyangsikan. Dengan lancar sekali Uh Bun Jui menuturkan tentang peristiwa dicelakainya Ciu Pangcu, tapi tak ada saksi sama sekali. Paling ia mengatakan Thio Kam Lok yang
menyaksikan. Tapi kini setelah nyata Thio Kam Loklah yang membunuh Wi hiangcu, cerita Uh Bun Jui tidak dapat
dipercaya lagi. Turut pendapatku, sembilan puluh persen tentulah Uh Bun jui bersekongkol dengan Thio Kam Lok.
Dengan membunuh Wi hiangcu, tak ada orang lagi yang
menyangsikan keterangan Uh Bun Jui. tetapi setiap
kebohongan itu tentu bakal ketahuan."
Ciok Ceng Yang melanjutkan kata2nya lagi
"Jika peristiwa terbunuhnya suheng hanya karangan saja, menilik bahwa suheng belum datang ke Tiang An, maka
sekalipun Uh Bun Jui begitu bernafsu hendak merebut
kedudukan pangcu, tapi belum tentu ia berani membunuh suhunya."
Ji tianglo mengangguk, ujarnya: "Mudah2an begitulah.
Ditinjau dari peristiwa hari ini, rasanya Uh Bun Jui tentu mempunyai backing (penunjang) yang kuat. Jika tidak,
masakan dia berani berbuat begitu."
"Siapakah nona yang membawa barisan wanita tadi"
Tampaknya baik sekali hubungannya dengan Uh Bun Jui.
apakah kalian tahu?" tanya Ceng Yang.
Para tiang lo dan Hiang cu saling berpandangan tapi tak seorangpun dari mereka yang mengetahui.
"Budak busuk itu benar, biar kuselidiki asal usulnya, tapi sekarang ini baik kita jangan hiraukan ia dulu, masih ada lain urusan yang lebih penting." kata Wi Wat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ji tianglo menyetujui "Ya, benar... sekarang kedudukan pangcu jangan diberikan kepada Uh Bun jui, Wi susiok, pengangkatan pangcu baru tak boleh di tunda2 lebih lama, Harap kau orang tua yang memutuskan.
"Ceng yang kau adalah orang satu2nya yang diharapakan seluruh angggauta Kay Pang. Kau sajalah yang menjabat pangcu. jangan menolak lagi." kata Wi Wat.
"Hidup matinya Ciu suheng masih belum ketahuan,
masakan aku lantas menduduki jabatan itu?" bantah Ceng yang.
Jawab Wi Wat dengan tandas: "Negeri tak boleh satu haripun tak ada kepalanya, begitu pula dalam partai kita tak boleh sehari tak punya pemimpin. Banyak nian pekerjaan yang harus kita selesaikan, untuk itu kita harus punya pemimpin.
Jika keadaan suhengmu belum jelas, dan kau sungkan
menjadi pangcu. biarlah untuk sementara kau menjabat
sebagai wakil pangcu saja."
Wi Wat bergelar Hong-kay atau Pengemis Gila, tapi apa yang ia ucapkan tadi benar2 jitu sekali, Ciok Ceng yang tak dapat menolak lagi. Begitulah Wi Wat dengan segera
mengadakan persidangan anggauta dan mengumumkan
tentang hal itu. Oleh karena golongan yang anti Ceng-yang saat itu sudah ikut pada Uh-bun Jui, maka pengangkatan itu telah disambut dengan persetujuan aklamasi atau suara bulat.
Setelah urusan partai selesai, berkatalah Wi Wat kepada Khik Sia: "Toan siauhiap, pengemis tua masih hendak minta bantuanmu untuk sebuah urusan."
Khik Sia tersipu-sipu mengiakan dan minta pengemis tua itu mengatakan.
"Sungguh memalukan sekali bahwa dalam partaiku telah muncul seorang pengkhianat semacam Uh bun Jui itu. Dia bersekongkol dengan kawanan durjana hendak mengacaukan rapat dari Cin Siang. Apa maksud yang mereka rencanakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, sekarang masih belum jelas. Tapi bagaimanapun, rencana mereka itu bukan bermaksud baik, kita harus menjaganya.
Sekarang aku si pengemis tua ini masih belum dapat
berangkat. Kau mempunyai ilmu ginkang yang tinggi, apakah suka mewakili aku berangkat ke Tiang an lebih dulu untuk memberitahukan Cin Siang?"
Khik Sia berpikir sejenak, berkata: "Aku sanggup mengerjakan perintah lo-cianpwe itu, tapi akupun mempunyai sebuah hal yang akan mohon bantuan locianpwe juga."
"Katakanlah," kata Wi Wat.
"Tentulah locianpwe sudah mengetahui tentang peristiwa tentara negeri menggempur gunung Kim-ke-nia, Toakoku
Thiat Mo Lek dan Bo Se-kiat membawa anak buahnya menuju ke Ho-se. Di sana mereka tengah menyusun kekuatan lagi.
Aku mendapat perintah dari Thiat toako untuk mencari
seseorang. Orang itu telah kuketemukan, tapi ia menolak kuajak pulang. Terpaksa sekarang aku hendak pulang melapor pada Thiat toako!"
Oleh karena Wi Wat tak tahu bahwa orang yang dicari Khik Sia itu ternyata seorang nona yang bakal menjadi isterinya, maka bertanyalah pengemis tua itu. "Siapakah orang itu"
Apakah penting sekali?"
"Dia bukan orang persilatan, melainkan seorang......
seorang sahabatku yang baik," sahut Khik Sia dengan terputus-putus.
"Oh, tahulah aku. Kalau sekarang sedang giat
mengumpulkan orang gagah. Tentulah hendak minta orang itu masuk kedalam perserikatan kalian," seru Wi Wat.
Pengemis Gila itu tak mau minta penjelasan apakah
sahabat Khik Sia itu pria atau wanita. Dengan sembarangan saja, Ia menduga duga semaunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Khik Sia berduka, ia tertawa getir: "Bagaimana pendirian orang itu, telah kuketahui jelas. Tak nanti ia mau bergabung pada kita. Tapi tak apalah...."
Hong-kay Wi Wat itu sudah tua, tapi suka ceriwis. Cepat ia memberi komentar: "Betul, toakomu Thiat Mo Lek itu luas sekali pergaulannya. Jika ia mau bergerak, tentulah dengan mudah akan mendapat sambutan baik dari orang gagah
diempat penjuru. Kurang satu orang itu, tak jadi apa."
"Benar, locianpwe. Tetapi jika aku tak lekas-lekas pulang tentulah Thiat toako amat mengharap-harap. Oleh karena itu, hendak ku mohon kepada locianpwe agar menyuruh seorang anak murid Kay-pang memberitahukan kepada Thiat toako bahwa aku sedang pergi ke Tiang An. Selain itu, meskipun Kim ke-nia diserang oleh tentara Gi-lun-kun, tapi hubungan pribadi toako dengan Cin Siang itu tetap baik. Dalam hal ini harap Thiat toako mengetahuinya."
Wi Wat tertawa. "Thiat Mo Lek memimpin kaum enghiong.
Pun Bo Se-kiat itu seorang lok lim bengcu yang baru. Tidak usah kau katakan, akupun sebenarnya hendak melaporkan hal itu kepada mereka. Nah, baiklah kita sama-sama membagi laporan. Karena waktunya rapat di Tiang-an itu mendesak, maka baiklah kau lekas-lekas berangkat."
Begitulah setelah saling menetapkan rencana pembagian tugas, Khik Sia segera berangkat ke Tiang-an. Dengan
gunakan Ginkang, pada hari pertama Khik Sia dapat
menempuh jarak 300-an li lebih. Hari kedua ia sudah tiba di Gui-ciu (sekarang propinsi Hopak). Tiba-tiba ia berpapasan dengan suatu rombongan rakyat yang terdiri dari laki
perempuan, tua muda dan besar kecil. Dari wajah dan
dandanan serta keadaan mereka, teranglah mereka itu tengah mengungsi.
Waktu Khik Sia menanyakan, pak tua yang menjadi
pemimpin rombongan itu menyahut dengan heran: "Engkoh kecil, apakah kau tak tahu bahwa Su Tiau-gi telah menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekalahan. Pasukannya yang kalah itu kini mundur ke Pok-yap. Dimana tempat yang dilalui, mereka merampok rakyat.
Mengapa kau hendak kesana" Kau masih begini muda. baik ketemu tentara negeri maupun tentara perampok, kau tentu dipaksa turut mereka."
Yang dikatakan 'Su Tiau-gi' oleh pak tua itu, adalah putera dari Su Su-bing, itu jenderal dari An Lok-san. Setelah An Loksan dibunuh oleh anaknya sendiri, An Ging-hi, maka anak buah An Lok-san menjadi terpecah belah. Panglima Kwe Cu-gi dari kerajaan Tong-tiau dengan mudah dapat membasmi
mereka. Untuk sementara waktu, Su Su-bing menakluk pada kerajaan Tong. Tapi tak lama kemudian ia dapat menyusun kekuatan lagi, dan berontak. Setelah berhasil mengalahkan tentara gabungan dari 9 Ciat-to-su (panglima perbatasan), ia mulai menyerang Lok-yang.
Su Su-bing dapat membunuh An Ging-hi dan lalu
mengangkat diri menjadi kaisar Tay Yan hongte. Tapi tak lama kemudian, ia dibunuh oleh puteranya sendiri yakni Su Tiau-gi.
Kerajaan Tong-tiau memerintahkan Li Kong-pik mengganti kedudukan Kwe Cu-gi untuk memukul Su Tiau-gi. Akhirnya pada permulaan tahun kerajaan Po-ging atau tahun 762
Masehi, Li Kong-pik berhasil masuk ke Lok-yang dan mengejar tentara Su Tiau-gi, Su Tiau-gi membawa sisa anak buahnya menuju kedaerah Pok-yap dengan maksud hendak
menggabung pada suku He. Rombongan rakyat di pimpin oleh pak tua itu, adalah rakyat didaerah yang mengungsi karena takut dirampok tentara Su Tiau-gi.
Khik Sia sendiri adalah seorang anak yang menjadi
sebatang kara karena akibat peperangan. Teringat akan kematian sang ayah dimedan pertempuran dan ibunya yang akibat melarikan diri lalu menderita luka dan akhirnya juga meninggal, diam diam Khik Sia menjadi ngeri, Ngeri karena peperangan atau huru hara itu sampai sekarang masih belum padam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkoh kecil, kembalilah saja. Disebelah depan sana sudah kosong semua," kata pak tua itu pula.
Khik Sia menghaturkan terima kasih: "Terima kasih lotio.
Tapi aku mempunyai urusan penting, terpaksa aku harus kesana. Terserahlah pada nasib."
Karena Khik Sia tak mau mendengar nasehatnya, pak tua itu hanya menghela napas panjang. Dan Khik Sia lalu
meneruskan perjalanan pula. Belum berapa jauh, disebelah depan sana tampak debu mengepul tinggi. Benar juga ia berpapasan dengan sepasukan tentara pecundang. Didalam pasukan itu terdapat belasan buah kereta. Mereka membawa panji-panji tapi keadaan pasukan itu tak mirip dengan susunan tentara lagi. Ketika Khik Sia sedang pertimbangkan baik tidaknya ia menghindar dari pasukan perampok itu, tiba-tika terdengar ada suara orang menggembor keras. Seorang tua yang bertubuh tinggi besar menyerbu ketengah pasukan itu dan membentak keras: "Siapa yang sayang jiwanya, harus lekas-lekas pergi! Tinggalkan kereta pesakitan."
Khik Sia tersentak kaget. Pikirnya: "Siapakah orang tua itu"
Mengapa seorang diri ia berani kawanan serigala" Dari suara bentakannya itu, terang ia memiliki lwekang tinggi, tidak dibawah Hong-kay Wi Wat. Tapi sayang ia sudah terluka dalam."
Orang tua gagah itu bersenjatakan sebatang tongkat besi.
Trang, ia hantam golok seorang opsir sampai mencelat
keudara. Dan ketika tongkat besinya melayang turun, seorang opsir lain yang tak keburu menangkis dengan senjatanya long-ya-pang, telah terhantam remuk. Melihat opsirnya mati, kawanan tentara perampok itu lari kalang kabut.
Dari rombongan pasukan itu tampil dua orang, tapi mereka tak berpakaian opsir. Serempak keduanya berseru: "Hai, Hong hu Ko jiwamu sudah berada diujung rambut, mengapa masih berani merampas kereta pesakitan" Baiklah kau ingin lekas2
menghadap raja Akhirat biarlah kami bantu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua yang dipanggil Hong Hu Ko itu tak menyahut
dengan mulut melainkan dengan pukulan toigkat besinya.
Kedua orang tadi ternyata bukan jago lemah, tapi toh mereka hanya kuat bertahan sampai 10-an jurus saja, sudah lantas kalah. Orang tua she Hong-hu itupun tak dapat mengejar mereka. Setelah anak buah pasukan itu bubar, ia lantas berusaha membuka kereta pesakitan. Kereta pesakitan itu merupakan sebuah kerangkeng yang ditutup besi rapat-rapat.
Sebenarnya harus mencari kuncinya dulu, tapi rupanya orang tua itu tak sabar lagi. Bruk, ia hantamkan tongkat besinya kekerangkeng besi sehingga tutup kerangkeng itu berlubang, jago tua itu menjenguk kedalamnya, tapi segera ia berseru:
"Bukan!"
Ia lantas berganti sasaran kerangkeng yang kedua.
Melihat kekuatan orang tua itu, diam-diam Khik Sia terkejut sekali. Tiba tiba ia teringat: "Astaga! Kiranya tokoh yang kedudukannya sejajar dengan Hong-kay Wi Wat, ialah Se-gak-sin-liong (Naga Sakti gunung berat) Hong-hu Ko locianpwe.
Makanya walaupun terluka dalam, tapi masih begitu sakti.
Tapi siapakah yang dapat melukai tokoh semacam orang tua itu" Dan mengapa ia hendak merampas kereta pesakitan?"
Khik Sia belum pernah berjumpa dengan Hong-hu Ko, tapi sudah mendengar kemasyhuran namanya. Kiranya Hong Hu
Ko itu selain bersababat baik dsngan mendiang ayah Khik Sia juga pernah menerima budi dari bibi Khik Sia yaog bernama He Leng Siang itu (He Leng-siang adalah isteri dari Lam Ci hun. Sejak umur sepuluh tahun Khik Sia lantas ikut pada bibinya itu.).
Khik Sia menimang dalam hati: "Meskipun locianpwe itu mampu menandingi kawanan tentara perampok, tapi setelah kutahui kalau dia masakan aku tinggal diam tak mau memberi bantuan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu Hong hu-ko sudah menghantam terbuka
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tujuh buah kereta pesakitan, tapi tetap belum mendapatkan orang yang dicarinya.
Tiba2 terdengar derap kaki kuda mendatang dengan
gemuruh sekali. Penunggang kuda yang paling depan sendri, seorang tua berwajah jelek kejam, tubuhnya kekar dan
matanya hanya tinggal satu. Astaga. Khik Sia tersirap kaget Chit-poh tui-hun Yo Bok Lo!
Iblis itu tertawa nyaring: "Hai, Hong-hu Ko nyawamu sendiri sudah di ujung rambut, masih mau menolong orang"
Mari biar kuantar ke akherat!"
Wut, iblis itu loncat dari kudanya. Dengan gerak can-liong chiu atau gerak menabas nabas naga, ia berjumpalitan
diudara terus menghantam lawan, Hong-hu Ko
menyambutnya dengan jurus khi-hwe-liau-thian atau
mengangkat api membakar langit. Tongkat diarahkan kedada Yo Bok Lo. Brak, pukulan iblis she Yo tadi telah berhasil mementalkan tongkat Hong-hu Ko kesamping.
Sebenarnya ilmu kepandaian Hong-hu Ko tak kalah dengan Yo Bok Lo. Tapi karena sebelumnya ia sudah terluka dalam lebih dulu, kemudian mengamuk menghantami kerangkeng
besi, tenaganya berkurang banyak sekali. Maka dalam adu kekuatan yang pertama itu, Yo Bok Lo lah yang menang
angin. Iblis she Yo itu, tak mau memberi hati. Baru kakinya turun kebumi ia sudah enjot lagi menerjang Hong-hu Ko membabat kearah kaki, tapi sebagai iblis yang bergelar Chit-poh-tui-hun (tujuh langkah mengejar nyawa), Yo Bok Lo itu lihay sekali kakinya. Tendangannya tadi ternyata hanya pancingan, begitu Hong-hu Ko menghantam, dengin berdiri sebelah kaki ia putar tubuh kesamping Hong-hu Ko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disitu secepat kilat ia menyambar tongkat orang. Dengan meminjam tenaga Hong-hu Ko dan tenaganya sendiri, begitu ia mencengkeram tongkat, terus membentak: "Lepaskan"
Hoig-hu Ko kena diselomoti, terang ia tentu tak dapat mempertahankan tongkatnya lagi. Tapi sekonyong-konyong terdengar suara orang membentak: "Lepaskan!" Sesosok tubuh melayang datang terus menusuk jalan darah li-yan niat dipunggung telapak tangan Yo Bok Lo.
Itulah Toan Khik Sia. Ia datang tepat pada waktunya, Yo Bok Lo segera mengenali musuh besarnya itu. Sebuah
matanya yang buta karena tusukan anak muda itu. Walaupun bencinya kepada anak muda itu menyusup sampai ketulang, namun kedatangan Khik Sia secara begitu mendadak itu, membuatnya ia tergetar juga. Tinggalkan tongkat, ia berganti sasaran untuk menangkis tusukan Khik Sia, ilmu kim-na-chiu atau merebut senjata dengan tangan kosong dari iblis itu, sudah mencapai tingkat tinggi. Tetapi karena anak muda itu lihay ilmu ginkangnya, tambahan pula menggunakan pedang pusaka, maka Yo Bok Lo tak berdaya untuk merapatnya.
Malah dalam serangan tiga kali berturut-turut, iblis itu dipaksa mundur tiga langkah.
Hong-hu Ko tak kenal pada Khik Sia. Melihat anak muda itu dapat melayani seorang jago kolotan seperti Yo Bok Lo, ia merasa heran juga. Ia berniat memberi bantuan kepada
sianak muda itu. tapi ia dapatkan tenaganya habis. Pikirannya cepat bekerja dan akhirnya ia ambil putusan, lebih baik menolong orang yang dicarinya itu dulu.
Dengan kertak gigi, ia gunakan sisa tenaganya umuk
menghantam kereta pesakitan, Namun sudah dua buah kereta yang dirusakannya, tetap orang yang hendak ditolongnya itu tak kelihatan.
Pada saat itu, anak buah Yo Bok-lo yang mengikut
dibelakangnya tadi pun sudah tiba. Dua orang opsir
penunggang kuda loncat turun. Yang seorang mencekal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruyung cat-mo-piau yang seorang mencekal sam Ciat-kun atau tongkat tiga ruas. Cepat mereka menyerang Khik Sia, tapi dengan sigapnya Khik Sia menghindari cambukan pian untuk kemudian membabat sam-ciat kun.
"Hati2!!" saking terkejutnya Hong-bu Ko berteriak memperingatkan Khik Sia.
Tapi pedang Khik Sia itu bukan sembarang pedang, trang, terdengar bunyi menderng dan tahu2 tongkat sam ciat-kun sudah kutung sebuah ruasnya. tiba2 tampak sebuah sinar putih berkelebat. Ternyata bagian tengah dari sam-ciat kun itu berlubang dan didalam lubang itu dipasangi senjata rahasia hu kut-Ting atau paku pembunuh tulang yang amat baracun
sekali. Paku beracun secara mendadak keluarnya dan tidak diduga sama sekali oleh Khik Sia. Jaraknyapun amat dekat sekali.
syukur tadi Hong hu Ko sudah meneriakinya lebih dulu, Dalam saat2 yang berbahaya itu, Khik Sia unjukkan kepandaian gin kangnya yang istimewa. Ia buang tubuhnya mendatar seraya tubuhnya menyampok paku itu. Yang sebuah kena ditampar jatuh, yang kedua buah menyambar dibawah kakinya.
Sedikitpun ia tidak terluka.
Tapi disebelahnya masih ada Yo Bok-lo laksana harimau buas yang siap menerkam sang korban, pada saat Khik Sia tengah menghindar dari serangan paku tadi. iblis itu segera lontarkan sebuah hantaman dahsyat. tubuh Khik sia masih terapung diudara, jadi sadar untuk menghindar.
Hong-hu Ko berseru keras. Cepat ia timpukan tongkat
besinya, kemudian menyusul menghantam, Opsir yang
bersenjata rayung cat-mo-pian berusaha menyerbu tapi kena timpukkan tongkat Hong hu Ko. seketika kepala pecah,
otaknya berhamburan keluar dan jiwanya melayang.
Hong hu Ko gunakan sisa tenaganya untuk adu pukulan
dengan pukulan hiat-gong-ciang dari Yo Bok Lo. Begitu kuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong-hu Ko menghantam, sampai mulutnya mendengus
keras, Plak, Yo Bok Lo tersurut mundur sampai beberapa tindak. Tetapi anehnya, Hong-hu Ko tampaknya masih tegak berdiri tidak apa2.
Sesaat Khik Sia turun ketanah, begitu ia memandang
kearah Hong-hu Ko, kejutnya bukan kepalang. Ternyata jago tua itu wajahnya pucat seperti kertas. Sepasang matanya merah, Khik Sia tak mau merangsang Yo Bok Lo lagi,
melainkan perlu menolong Hong-hu Ko dulu.
Huak..... mulut Hong-hu Ko menguak muntah darah.
Ternyata jago tua itu sudah kerahkan seluruh tenaganya untuk menghantam. Benar Yo Bok Lo kena dihantam mundur, tetapi jago tua yang sudah terluka dalam itu, kini makin bertambah parah lukanya, ia kehabisan tenaga betul-betul.
Melihat kesempatan itu, opsir yang bersenjata Sam-ciat-kun tadi cepat timpukkan dua buah paku hu-kui-ting lagi kearah Hong-hu Ko, Tapi kali ini Khik Sia sudah siap siaga, tak nanti ia kena dibokong. Cepat ia melejit kemuka untuk melindungi Hong-hu Ko, kemudian putar pedangnya untuk menyampok
jatuh hu-kut-ting.
Pada saat itu Yo Bok Lo sudah dapat memperbaiki posisinya dan mulai menyerang lagi, Khik Sia cepat memanggul Honghu Ko sembari maju menghampiri Yo Bok Lo.
Yo Bok Lo heran dibuatnya, pikirnya: "Anak itu sungguh gila, mengapa ia senekad itu?"
Memang dengan memanggul Hong-hu Ko, tentu berbahaya
sekali bagi Khik Sia untuk bertempur dengan Yo Bok Lo.
Salah2 keduanya Khik Sia dan Hong-hu Ko akan binasa
semua. Memang Yo Bok Lo sendiri juga tak terluput dari luka berat.
Tapi ternyata iblis she Yo itu malah menjadi gentar dengan kenekatan sianak muda itu. Sebenarnya ia pasti menang, tapi sebaliknya malah jeri untuk adu kekuatan. Ia miringkan tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dengan gerak chit-poh-tui-hun. ia menyelinap kesamping Khik Sia. Disitu ia memberi Hong-hu Ko sebuah hantaman.
Sekonyong-konyong Khik Sia berganti arah. Tubuh,
meluncur seperti anak panah terlepas diri busurnya
"Rebahlah!" mulutnya kedengaran membentak. Kiranya Khik Sia telah gunakan siasat suara di timur tapi yang diserang arah barat. Dengan mengandaikan ilmu gin-kangnya yang jempol. Ia menyergap ketempat siopsir dan tahu2 pinggang opsir itu sudah berbisa sebuah tusukan pedang yang cukup membuat nyawanya melayang. Dengan berhasil membunuh
opsir itu berarti Khik Sia mendapat keringanan.
Gusar Yo Bok-lo bukan oleh2, Tapi demi milihat walaupun dengan memanggul orang, tubuh anak muda itu masih dapat lari secepat kuda. Diam diam Yo Bok-lo jadi kaget juga,
"Taruh kata dapat mengejarnya tapi belum tentu dapat merobohkan bangsat kecil itu." Akhirnya setelah menimang2
sejenak. Yo Bok-lo terpaksa tak mau mengejar.
Khik Sia membawa Hong hu Ko keatas gunung yang
disebelah muka. Disitu ia letakkan orang tua yang terluka berat itu. Dilihat jago tua itu sudah tersengal2 napasnya, wajahnya berwarna gelap, Khik Sia terkejut, buru2 ia
tempelkan telapak tangannya kepunggung Hong-hu Ko. Ia salurkan lwekang untuk menolong orang she Hong-hu itu.
Lewat beberapa menit kemudian Hong-hu Ko dapat
membuka mata dan bertanya: "Siapa kau?"
"Wanpwe Toan Khik Sia."
"Toin Kui-ciang itu apamu?" tanya Hong-hu Ko pula.
"Ayah Wanpwe " sahut Khik Sia.
Mendengar itu Hong hu Ko tertawa gelak: "Sungguh jaman itu selalu maju. Aku sipengemis tua dalam hari2 terakhir dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjumpa dengan putera sahabat karibku, sungguh
berbahagia sekali!"
Nada orang tua itu makin lemah, katanya pula: "Hiantir, aku sudah tak berguna lagi, harap kau jangan buang tenaga sia2."
Tapi mana Khik Sia mau menurut, ujarnya "Lo cianpwe.
tolong kau salurkan pernapasan, biar kubantu melancarkan darahmu. Akupun membekal pil leng-tan yang mustajab!"
"Aku terkena sebatang paku hu-kut-ting dan termakan dua buah pukulan iblis tua itu. Sekalipun ada pil siok-beng sian-tan (pil dewa penyambung jiwa.), rasanya tak berguna. Jangan membuang waktu, hiantit, maukah kau membantu sebuah
urusan untukku ?"
Meskipun tak mengerti ilmu pengobatan, tapi demi melihat kaki tangan Hong-hu Ko makin kaku, Khik Sia akan percaya keterangan jago tua itu. Adanya pengemis tua itu masih dapat bicara, adalah karena mengandalkan kekuatan napasnya saja.
Terpaksa dengan menahan kepiluan hati, Khik Sia menyatakan kesanggupannya untuk melakukan permintaan orang.
"Aku adalah paman guru dari Ciu pangcu partai Kay-pang.
Tahukah kau kepada Ciu Ko itu ?" tanya Hong-hu Ko.
Khik Sia menerangkan bahwa ia barusan menghadiri rapat Kay-pang yang menghebohkan peristiwa terbunuhnya Ciu Ko.
"Tidak. Ciu Ko belum mati, Dia ditawan oleh anak buah Su Tiau-gi," menerangkan Hong hu Ko.
Khik Sia tersentak kaget. Heran ia dibuatnya.
"Su Tiau-gi itu adalah kaisar Wi Yan, ada hubungannya apa dengan Ciu Ko."
"Aku sendiripun tak mengerti entah apa sebabnya Su tiau-gi menawannya, Kemarin barulah aku mendapat berita bahwa tertangkapnya Ciu Ko itu karena dijebak. Keterangan jelas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang hal itu, kurasa tak sempat lagi kututurkan cukup asal kau suka menyampaikan berita ini kesuatu tempat, aku sudah sangat berterima kasih padamu" kata Hong-hu Ko. sampai disini, suara pengemis tua itu sudah makin lemah.
Buru2 Khik Sia tahan tangannya yang masih menempel
dipunggung Hong hu Ko itu dan menyalurkan lagi lwekangnya.
"Dengan sisa pasukannya Su Tiau gi hendak menggabung pada Kahan, kepada suku He, Pesakitan2 pentingpun
dibawanya kesana juga. Oleh karena itu maka tadi aku telah mencegat mereka untuk menolong Ciu Ko, Hal ini harus lekas dilaksanakan. Jika mereka sudah keburu tiba didaerah Kahan, sukarlah untuk membebaskan Ciu Ko. Kira2 lima puluhan li dari sini, ada sebuah gunung. Diatas gunung itu terdapat sebuah gua, didepannya tumbuh lima batang pohon siong tua.
Tempat itu jadi markas hunthio (cabang) Kay pang. Setelah mendapatkan tempat itu. kau harus minta bertemu dengan Hwe Tay-yap, tho cu Kay pang disitu, Sampaikan padanya berita ini supaya ia lekas2 mengadakan pencegatan dan merampas pesakitan sebelum pasukan Su Tiau-gi tiba di Pok ong."
"Aku telah mendapat janji bantuan dari tiga orang sahabat.
Paling lambat besok pagi, mereka tentu sudah datang, kau minta Hwe thocu supaya kirim orang2nya menunggu kedua sahabatku itu dipagoda yang terletak dikaki gunung itu. Kedua sahabatku itu tak kenal pada Hwe thocu, maka bawalah
barangku ini...."
Hong-hu Ko meloloskan sebentuk cincin besi dari jarinya, lalu diserahkan pada Khik Sia. ujarnya: "Berikan cincin ini pada Hwe thocu. Suruh ia berikan pada orangnya yang disuruh menyambut sahabatku itu untuk menjadi tanda pengenal.
Sudah jelaskan"!"
"Harap Locianpwe legakan hati, aku sudah dapat
mengingatnya deogan sungguh." jawab Khik Sia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong-hu Ko tertawa getir: "Delapan belas tahun yang lalu, aku pernah memberikan sebuah cincin kepada ayahmu karena hendak minta pertolongannya. Sungguh tak nyana. Delapan belas tahun kemudian, aku harus menyerahkan sebuah cincin lagi kepadamu, juga untuk minta bantuan. Dengan kalian ayah dan anak, rupanya aku ternyata berjodoh!"
Suara tertawa reda, sepasarg kakinya berkelojotan dan Hong-hu Ko menarik napas yang penghabisan......
Khik Sia amat berduka. Seorang pengemis luar biasa dari dunia persilatan, seorang tokoh persilatan yang sakti, telah meninggal secara menyedihkan disebuah gunung belantara.
Dengan pedang pusakanya, Khik sia menggali sebuah liang dan mengubur Hong hu Ko. Kemudian ia meletakkan sebuah batu besar selaku pertandaan.
Setelah menyiram kuburan itu dengan kucuran air mata.
Khik Sia dengan hati berat meninggalkan tempatitu.
Untuk jarak 5 li itu, Khik sia hanya menggunakan waktu kurang dari satu jam.
Ternyata gunung itu tak berapa tinggi. Mendaki keatas dan mencari dengan teliti, cepat ia sudah dapatkan kelima batang pohon siong itu. Tapi heran ia tak melihat suatu guapun.
"Aneh, apakah aku keliru?" pikirnya. Tapi ia hendak mencoba sebuah cara.
"Wanpwe Toan Khik sia mendapat perintah dari cianpwe Kay pang Hong Hu Ko untuk minta bertemu dengan Hwe
Thocu." Demikian dia berseru nyaring.
Tiba2 tanah yang dibawah pohon siong yang ditengah itu mengungkap keatas dan pada lain kejap berubah menjadi sebuah mulut gua. Malah menyusul ada seorang berseru
:"Apakah membawa bukti persaudaraan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya gua itu dibuat dari tanahm diatasnya ditutup
dengan tanah yang bertumbuh rumput. Jika tidak menyelidiki dengan seksama, orang luar pasti sukar mengetahuinya.
"Ada sebuah cincin besi dari Hong hu Ko Locianpwe." sahut Khik sia.
"Lemparkan cincin kemari untuk kami periksa," seru orang itu,
Khik Sia menurut. Beberapa saat kemudian, orang berseru:
"Aku ini Hwe Tay-yap sendiri, silahkan masuklah."
Menurut kepantasan, Hwe Tay-yap seharusnya yang keluar untuk menyambut orang yang dimintai tolong oleh tetua Kaypang. Sebaliknya malah Khik Sia yang disuruh masuk.
Meskipun Khik Sia seorang pemuda yang tak menghiraukan segala macam peradatan tetek bengek namun tak urung
merasa kurang senang juga. Diam2 menganggap Hwe thocu itu seorang yang angkuh. Namun karena berat melakukan pesan Hong hu Ko, terpaksa ia mengalah juga.
Didalam gua itu amat gelap, Lebih2 Khik Sia baru datang dari tempat terang. Samar2 ia hanya melihat beberapa sosok bayangan orang kembali Khik Sia mengerutu: "Hm, mengapa tahu ada tetamu, mereka tetap tak mau menyalakan lampu?"
Saat itu ia sudah berjalan masuk beberapa langkah. Tiba ia hentikan langkahnya dan timbul pikirannya hendak bertanya, tapi sekonyong2 ia mendengar bunyi senjata rahasia
mengaum diudara dan berbareng itu tersiar bau yang harum.
Untung Khik Sia selalu siap sedia. Cepat ia cabut pedangnya dan bolang balingkan kian kemari untuk menjaga diri. Dua buah thi-ci-jong, dua batang paku tho-kut-ting dan tiga bilah belati, kena ditampar jatuh semua.
Dalam sinar yang terpencar dari kelebat pedangnya itu, Khik Sih melihat ada tiga orang maju menyerangnya, Salah seorang bukan lain adalah ji-suhengnya sendiri: Ceng ceng-ji.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan ciik. kau telah memperdayai aku, sekarang aku juga menyelomotimu. Lihat pedangku," Ceng-ceng-ji tertawa dingin seraya menyerang. Cepat sekali ia lancarkan serangan itu.
Dalam beberapa kejap saja ia sudah menyerang tujuh kali, Khik Sia gunakan gerakan kaki i-poh hoan sing untuk
berloncatan menghindar, Serunya: "Ji Suheng, jangan salah paham, Kau bermusuhan dengan Kay pang itu, bisa
menimbulkan bahaya. Maka meskipun aku telah menipumu, tapi aku bermaksud baik. Mengapa kau salahkan aku ?"
Ceng ceng ji memaki: "Kurang ajar. kau seorang anak kemarin sore berani menasehati aku" Dulu karena adanya tiang pengandaian sunio mu itu. aku biarkan saja kepada dirimu sendiri. Tapi kini setelah jatuh kedalam tanganku, kau tentu kuhajar."
Dalam melontarkan dampratannya itu, Ceng ceng ji tetap lancarkan pedangnya dengan serangan-serangan yang
berbahaya. Khik sia naik darah juga, pikirnya "Dia hendak membunuh aku. Apakah aku masih mengingat tali persaudaraan lagi?"
"Karena Ji suheng tak mau memberi maaf, terpaksa siaute melanggar adat." serunya sambil kembangkan pedang dalma jurus tiang-he-lok jit atau matahari terbenam disungai panjang.
Trang, pedang Ceng-ceng ji yang terbuat dari emas murni itu, kena dipentalkan kesamping. Pedang keduanya sama2
pedang pusaka, maka sama-sama tak gampil serabutpun juga.
Tapi sekalipun begitu, tangan Ceng ceng ji merasa kesakitan.
Dalam hal ginkang terang kalau Khik sia lebih unggul dari beas ji-suhengnya itu. Pun dalam ilmu lwekang, setelah mendapat gemblengan dari Bo Jonglong, ayah Bo Se-kiat yang menjadi kepala pulau Hu-siang to, lebih atas juga dari Ceng ceng ji. Pada saat itu khik sia tidak mau mengalah lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Permainan yang digunakan ialah ilmu pedang Thian Liong Kiam Hwat dari warisan keluarganya. Ilmu permainan Ttian Liong Kiam Hwat itu mengutamakan kekeras-an. Ini sesuai dengan ilmu lwekang yang dimiliki Khik Sia sekarang. Maka kalau Ceng Ceng Ji menjadi tersirap kaget itulah sudah jamak.
Dari rasa mengiri timbullah piki ranbuas dari CengCeng Ji untuk membunuh sutenya itu.
Tadi telah diterangkan bahwa dalam gua itu terdapat tiga orang. Sewaktu Khik Sia menghalau mundur Ceng Ceng Ji, tiba-tiba salah seorang dari mereka menghantam dari samping dengan senjata tongkat. Orang, itu bukan lain adalah murid pemberontak Kay Pang. yaitu Uh Bun Jui.
"Aku adalah pangcu dari Kay Pang, Ceng Ceng cianpwe membantu partai kami, mengapa kau mengadu biru memutar balik hitam putihnya. Urusan partai Kay Pang kami, tak perlu kau campur tangan?" seru Uh Bun Jui.
Beradanya Uh Bun Jui disitu, telah membuat Khik Sia
menjadi terang persoalannya, Uh Bun Jui tentu menduga bahwa Hong-hu Ko akan datang kemarkas gua situ, itulah sebabnya maka Uh Bun Jui mendudukinya lebih dulu. Tetapi mengapa ia berbuat begitu" Apakah benar-benar ia sudah berbalik haluan, mengkhianati leluhur guru dan menggabung pada pemberontak Su Tiau-gi"
Memikir sampai disini, berkobarlah amarah Khik Sia. Sudah tentu Uh Bun Jui bukan tandingan Khik Sia. Hanya sekali gebrak saja, tongkat Uh Bun Jui sudah kena dipapas kutung oleh Khik Sia. Untung Ceng Ceng Ji cepat menyerang sehingga Uh Bun Jui terlepas dari serangan Khik Sia yang kedua.
Bentak Khik Sia: "Benar, memang aku tak berhak campur urusan partaimu Kay pang. Tetapi Hong-hu Ko locianpwe berhak campur tangan! Beliau telah dicelakai orang sampai binasa, tahu tidak kau" Beliau suruh aku kemari, untuk menyampaikan kabar. Suhumu ditawan kaum pemberontak,
tahukah kau" Asal kau masih punya setitik rasa nurani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(liangsim), tentu akan berdaya untuk menolong suhumu.
Tetapi kau ternyata menganggap aku sebagai musuh, apa maksudmu?"
Semprotan Khik Sia itu membuat Uh Bun Jui terlongong-
longong. tetapi pida lain saat ia tertawa gelak-gelak: "Telah kuketahui semua urusan itu. Suhuku tak membutuhkan
bantuanmu. Untuk melakukan karya besar harus
menyampingkan urusan tetek bengek,kau tahu apa adik kecil"
Kesatria Baju Putih 11 Elang Pemburu Karya Gu Long Amarah Pedang Bunga Iblis 8