Pencarian

Pedang Penakluk Iblis 11

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 11


telah mempelajari Pak-kek Kiam-sut" Demikian pikir Kong Ji. Aneh sekali, kitab itu masih berada di dasar jurang dan hanya aku yang mengetahui tempatnya, bagaimana Sin Hong dapat mempelajari
ilmu pedang aneh itu" Tak salah tentu yang tadi dimainkan oleh Sin Hong adalah Pak-kek Kiam sut, karena gerakan dasarnya hampir
sama dengan ilmu silat yang ia pelajari dari Hui Lian, yakni Pak-kek Sin ciang hoat, Jangan-jangan kitab yang di dasar jurang itu telah diambil oleh Sin Hong...!
"Hebat benar kepandaian penjahat Wan Sin Hong itu..."
terdengar Tai Wi Siansu memuji. "Dia itu murid siapakah?"
Mendengar kata-kata ketua Kun-lun- pai ini cepat-cepat Kong Ji berkata,
"Locianpwe, dia itu adalah Wan Sin Hong yang selama ini
merajalela melakukan berbagai kejahatan. Dia adalah putra angkat Lie Bu Tek murid Hoa-san pai dan hendaknya Locianpwe maklum
bahwa ada serombongan orang yang berniat mengangkatnya
menjadi bengcu pada pemilihan bengcu baru nanti."
Warta ini benar-benar mengagetkan Tai Wi Siansu. Kalau dunia
kang-ouw dipimpin oleh seorang bengcu sejahat itu, benar-benar berbahaya sekali! Dan kepandaian pemuda jahat tadi memang
benar-benar luar biasa dan hebat, seakan-akan seorang iblis saja.
519 "Siapa yang memilihnya?" tanyanya sambil memandang wajah tampan pemuda yang belum dikenalnya ini.
"Yang memilihnya adalah perkumpulan Hek kin-kaipang di bawah pimpinan Cam-kauw Sin-kai," jawab Kong Ji.
Kembali Ketua Kun-lun-pai ini terkejut. Akan tetapi yang lebih kaget lagi adalah Leng Hoat Taisu Ketua Teng-san-pai. Cam-kauw Sin-kai adalah kakak seperguruan yang paling tua dan yang paling pandai.
"Tak mungkin Cam-kauw Sin-kai memilih penjahat untuk menjadi bengcu. Orang muda, kau siapakah berani berlancang mulut
menuduh Cam-kauw Sin-kai memilihnya?" tegur Leng Hoat Taisu sambil memandang Kong Ji dengan mata penasaran.
Kong Ji menoleh kepada Giok Seng Cu dan kakek yang berambut
putih itu maju sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Tai Wi Siansu dan Leng Hoat Taisu ketahuilah! Pemuda ini adalah calon bengcu dan kamilah pemilih-pemilihnya. Calon bengcu tidak lancang menuduh, memang benar bahwa antara Cam-kauw
Sin-kai dan penjahat muda Wan Sin Hong terdapat perhubungan
yang erat. Hal ini baiktiya kau orang tua pikun suka pergi
menyelidiki."
Leng Hoat Taisu masih penasaran akan tetapi ia juga ingin sekali segera menyelidik apakah hal ini benar adanya. Sebaliknya Tai Wi Siansu memandang pada Kong Ji dengan ragu-ragu, maklum bahwa
Giok Seng Cu bukan orang baik-baik akan tetapi tahu pula akan
kelihaian kakek yang menjadi ketua lm-yang-bu-pai ini.
Kalau sampai Giok Seng Cu dan orang seperti Ba Mau Hoatsu
memIilihnya, tak dapat disangkal tentu yang ia pilih itu seorang yang berkepandaian tinggi. Akan tetapi, mungkinkah seorang yang masih begini muda memiliki kepandaian berarti"
Kong ji orangnya memang cerdik sekali. Sekali pandang saja
tahulah ia apa yang terdapat dalam hati ketua Kun-Lun pai itu. Maka sambil tersenyum ia menjura kepada Tai Wi Siansu dan Leng Hoat Taisu berkata dengan suara lemah lembut,
520 "Jiwi Locianpwe sebagai ciangbunjin partai-partai besar, tentu saja tak dapat dibandingkan dengan aku yang rendah. Untuk
menjadi Bengcu bukanlah mudah, dan aku yang muda merasa
dihormati oleh kata-kata Giok Seng Cu Locianpwe. Menjadi bengcu memang sukar bukan main, tidak semudah merobohkan pohon pek
di kiri itu dengan tangan kosong."
Tai Wi Siansu melirik ke arah kiri dimana terdapat pohon pek
yang besarnya sepelukan orang lebih. Merobohkan pohon itu
dengan tangan kosong" Hem, kalau ia mengerahkan seluruh
tenaganya, agaknya dapat juga ia merobohkan pohon itu, akan
tetapi tidak berani memastikan, karena untuk dapat melakukan hal itu, orang harus memiliki tenaga seribu kati.
"Merobohkan pohon itu dengan tangan kosong kauanggap
mudah" Ah, ingin kali aku yang tua menyaksikan kelihaian orang muda sekarang."
Kong Ji kembali menjura dan berkata, "Aku yang muda Liok Kong Ji memperlihatkan kebodohan, maaf...'" Setelah berkata demikian, dengan langkah lebar ia menghampiri pohon pek itu, mengerahkan tenaga Tin-san-kang dan sekali ia merendahkan tubuh dan
mendorong terdengar suara keras dan pohon terlempar ke atas.
Belum juga pohon itu turun, tubuh Kong Ji sudah berkelebat dan nampak sinar menyilaukan berkelebatan, disusul oleh robohnya
pohon yang kini batangnya telah menjadi lima potong!
Tai Wi Siansu dan Leng Hoat Taisu dua orang ketua partai besar yang tentu saja memiliki kepandaian tinggi, menyaksikan
demonstrasi ini menjadi kaget bukan main. Mereka yang
berpemandangan awas, tentu saja melihat betapa tadi pemuda itu mempergunakan pedang yang luar biasa tajamnya, melompat
dengan gerakan Sin liong-seng-thian (Naga Sakti naik ke Langit) dan dengan empat kali sabatan telah berhasil menabas batang
pohon menjadi lima potong!
"Hebat sekali!" Leng Hoat Taisu memuji.
"Apakah ia bermaksud hendak menduduki kursi bengcu?" tanya Tai Wi Siansu yang masih menaruh hati curiga karena pemuda yang lihai ini dipilih oleh orang-orang seperti Giok Seng Cu dan Ba Mau 521
Hoatsu. Apalagi setelah ia kini mengenal itu sebagai pedang Pak-kek Sin-kiam yang dulu pernah dibuat perebutan dan pernah dibawa lari oleh Giok Seng Cu. Bagaimana pedang itu terjatuh ke dalam tangan pemuda ini"
Giok Seng Cu tersenyum. "Tai Wi Siansu, apakah kau tidak
mengenal Pak-kek Sin-kiam" Dahulu mendiang Supek Pak Kek
Siansu pernah berkata bahwa siapa yang mewarisi Pak-kek Sin-
kiam, adalah jago nomor satu di dunia dan patut menjadi bengcu."
Tentu saja kata-kata dari Giok Seng Cu ini hisapan jempolnya
sendiri, akan tetapi para tokoh besar yang mendengar diam-diam menjadi terheran dan kagum.
"Jadi dia ini murid Pak Kek Siansu yang mewarisi peninggalan pedang dan kitab locianpwe itu?" tanya Tai Wi Siansu.
Giok Seng Cu tertawa bergelak. "Kalian sudah tahu sekarang, apakah tidak betul pilihan kami mengangkat dia sebagai calon
bengcu?" Sementara itu, Tai Wi Siansu melihat sinar mata yang sombong
sekali dari Kong Ji, maka diam-diam kakek yang awas ini menjadi terkejut. ia memberi tanda kepada kawan-kawannya untuk pergi,
lalu berkata. "Hal itu tergantung dengan keadaan pada saat nanti pemilihan dilakukan. Sementara itu, sudah menjadi kewajiban kita hersama, lebih-lebih kewajiban murid dari mendiang Pak Kek Siansu, untuk menangkap seorang penjahat seperti Sin Hong. Ataukah... Liok-sicu ini tidak mampu menangkapnya?"
Merah telinga Kong Ji mendengar ini. Wan Sin Hong pasti akan
mampus di tanganku. Kalau sekarang tak dapat melakukannya,
kelak pada pemilihan bengcu, apa salahnya membekuknya?"
"Kita sama lihat sajalah nanti..." kata Tai Wi Siansu sambil berlari pergi meninggalkan tempat itu, diikuti oleh kawan-kawannya. Di tengah jalan, Leng Hoat Taisu berkata,
"Toyu, sakapmu terhadap Liok Kong Ji tadi tepat sekali. Pinto juga tidak menaruh kepercayaan terhadap pemuda seperti itu."
522 "Siapa bisa percaya kepada pilihan Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu" Anehnya pemuda itu benar-benar lihai. Bagaimana
kepandaian Luliang-pai bisa jatuh ke dalam tangannya?" kata Tai Wi Siansu.
Adapun Kong Ji yang ditinggal pergi oleh rombongan Tai Wi
Siansu, merasa gembira bukan main.
"Biarpun Sin Hong tak dapat kita tarik, dia sudah tidak berdaya, pasti dikejar-kejar terus karena kejahatannya. Giok Seng Cu Suhu harap bersama Mau Suhu pergi mencari See-thian Tok-ong dan
berusaha menariknya agar bersama kita membuat pahala. Harus
diberi tahu bahwa pihak Hwa I Engihiong Go Ciang Le sudah pula keluar dan kalau kita tidak bersatu, sukarlah bagi kita untuk berhasil mengejar cita-cita kita."
"Jangan khawatir, kami akan berusaha. Kurasa See-thian Tokong takkan begitu bodoh memakai jalan sendiri," jawab Giok Seng Cu yang tak lama kemudian pergi pula bersama Ba Mau Hoatsu.
Memang mengherankan sekali. Bagai mana orang-orang ternama
dalam dunia kang-ouw seperti Giok Seng Cu dan ba Mau Hoatsu
dapat demikian tunduk hadap Kong Ji" Dan bagaimana pula Gak
Soan Li sekarang berada bersama Kong Ji dan kelihatan begitu
mencintai dan menurut" Untuk melenyapkan keheranan ini, baiklah kita ikuti pengalaman Soan Li semenjak ia ditawan dan dibawa pergi oleh Giok Seng Cu dalam keadaan tidak berdaya sama sekali.
Seperti sudah dituturkan di bagian depan, Gak Soan Li yang
kedua pahanya masih belum sembuh, sama sekali tidak berdaya
menghadapi Giok Seng Cu dan akhirnya ia kena ditawan oleh kakek jahat itu. Giok Seng Cu pada dasarnya bukanlah seorang bandot tua yang suka akan daun kembang muda, dia bukan-seorang mata
keranjang. Akan tetapi, Gak Soan Li adalah seorang gadis yang
manis dan memiliki bentuk tubuh yang menarik hati. Biarpun
seorang kakek seperti Giok Seng Cu yang tidak berwatak mata
keranjang, kiranya tidak mengherankan kalau sampai tertarik pula.
Semua ini ditambah lagi oleh kenyataan bahwa gadis ini adalah
murid Go Ciang Le yang dianggap sebagai musuhya. Maka ia
menawan Soan Li bukan saja untuk memuaskan nafsu hatinya juga
523 sekalian untuk membalas dendam, atau setidaknya menyusahkan
murid musuh besarnya itu.
Sementara itu, di tempat lain tak jauh dart situ, terjadi hal yang mengherankan pula. Hwesio gundul tinggi besar yang dipukul
mundur secara mengherankan oleh Gak Soan Li yang duduk di atas dua tangan Sin Hong, dengan hati penasaran sekali pergi naik kuda bersama dua orang muridnya Ci Kong dan Ci Kwan. Ia benar-benar merasa sudah dihina sekali. Dengan malu dan marah-marah hwesio tinggi besar ini membalapkan kudanya, di belakangnya diikuti oleh dua orang muridnya yang tak berani banyak cakap karena maklum
bahwa guru mereka sedang marah.
"Minggir kau, jahanami" Tiba-tiba hwesio tinggi besar itu membentak ketika melihat seorang pemuda berjalan seenaknya di
tengah jalan. Kuda tunggangan hwesio itu sedang berlari cepat
sekali, sedangkan pemuda itu seperti seorang buta yang tak melihat datangnya kuda. Agaknya tubuh pemuda yang tidak besar itu akan diterjang oleh kuda dan hal ini pasti berakibat hebat. Hwesio itu yang sedang marah dan uring uringan, menjadi gemas melihat
pemuda ini. karena pemuda ini mengingatkan ia akan pemuda yang memanggul Gak Soan Li.
"Kau cari mampus!" bentaknya lagi. biarpun tidak menaruh hati kasihan sedikit pun terhadap pemuda ini, akan tetapi kalau sampai kudanya menerjang, ada kemungkinan kudanya akan roboh pula.
Maka bentaknya ini dibarengi dengan sabetan cambuk yang berada di tangannya ke arah leher pemuda itu dengan maksud
melemparkan pemuda itu ke pinggir jalan.
Akan tetapi akibatnya hebat bukan main dan hampir saja hwesio
itu terkena celaka. Pemuda yang disabetnya, dengan enak sekali mengulur tangan kiri menyambar ujung pecut dan membarengi
gerakan ini dengan tangan kanan. yang dipukulkan ke depan
dengan jari-jari terbuka.
Hwesio itu merasa tubuhnya tersentak, demikian kuat pegangan
pemuda itu pada pecutnya. Kemudian tiba-tiba ia merasa desir
angin pukulan yang hebat sekali ke arah dadanya. Maklumlah
hwesio berilmu ini bahwa ia menghadapi pukulan lweekang yang
dapat mendatangkan maut.
524 Cepat tubuhnya dilempar ke belakang. Dengan gerakan
berjumpalitan berhasil membebaskan diri dari pukul istimewa yang dilepaskan oleh pemuda itu. Akan tetapi, terdengar suara meringkik keras dan kuda itu roboh berkelojotan lalu mati. Ternyata bahwa kuda itu tak dapat mengelak seperti tuannya, sekali terkena pukulan istimewa itu terus mati!
Hwesio itu terkejut sekali, akan tetapi kedua orang muridnya, Po-an Ci-heng-te menjadi marah sekali. Mereka ini sudah melompat
dari kuda dan mencabut golok dengan muka beringas.
"Bocah kurang ajar, apa kau buta berani membunuh kuda Suhu kami"
Pemuda Itu tersenyum mengejek. "Aku Liok Kong Ji selamanya belum pernah bertemu dengan kalian, akan tetapi datang-datang
gurumu yang berkepala gundul keras itu hendak menghinaku.
Hanya kepala kudanya, bukan kepala gundulnya yang remuk, itu
masih amat badus baginya."
Pemuda yang lihai ini memang Kong Ji adanya. Seperti telah
diketahui, di atas Pulau Kim-ke-tho, Kong Ji bertemu dengan Sin Hong dan telah meningdalkan pulau dengan hati kecewa dan
dendam. ia harus menjatuhkan Sin Hong, baik secara kasar maupun dengan jalan halus. Kebetulan sekali di tengah perjalanan ia tertemu dengan hwesio tinggi besar beserta dua orang muridnya yang
sedang urang-uringan karena habis dihajar oleh Soan Li beberapa hari yang lalu.
Po-an Ca-heng-te yakni dua saudara Ci Kong dan Ci Kwan,
mendengar jawaban Kong Ji yang menghina itu, marah bukan main.
Serentak mereka menerping maju dengan golok digerakkan cepat.
"Jangan sembrono...'" Hwesao gundul itu mencegah murid-muridnya, namun terlambat. Dalam segebrakan saja, ketika dua
orang bersaudara yang terkenal ahli-ahli golok ini menerjang, Kong Ji melakukan gerakan yang aneh. Tubuhnya mendadak jungkar
balik, kepalanya di atas tanah, kedua tangan kakinya bargerak dan terdengar seruan kesakitan, disusul oleh robohnya saudara Ci itu!
Dengan cara yang amat aneh dan cepat sekali, Kong ji yang berdiri dengan kaki di atas dan kepala di bawah itu telah bergerak secara 525
cepat melakukan serangan tanpa dapat ditangkis oleh kedua orang saudara Ci yang tentu saja tidak mengira akan menghadapi
serangan macam itu. Inilah ilmu silat yang aneh yang dapat
dipelajari oleh Kong Ji dari See-thian Tok-ong!
Hwesio itu terkejut sekali melihat betapa dalam satu gebrakan
saja, dua orang muridnya telah dirobohkan secara aneh. Juga ilmu silat yang diperlihatkan oleh Kong Ji ini pernah dilihatnya, maka sambil melangkah maju ia bertanya,
"Orang muda, pernah apakah kau dengan See-thian Tok-ong?"
Kong Ji tersenyum mengejek. "See thian Tok-ong" Aku bukan apa-apa dengan dia, mungkin dia itu calon pecundangku. Kau ini hwesio gundul kepundaianmu boleh juga, siapakah kau dan apakah kau berniat buruk ataukah baik terhadap aku Liok Kong Ji" Kalau niatmu buruk, kau akan kurobohkan seperti dua orang muridmu
yang goblok ini, kalau niatmu baik, marilah kita bersahabat untuk mencari kedudukan bersama di dunia ini."
"Kau mengoceh! Kaukira aku takut menghadapi seorang bocah seperti engkau" Tak usah membicarakan soal niat, coba
kaukalahkan sepasang rodaku ini, kalau memang gagah," Hwesio itu menggerakkan kedua tangannya dan tahu-tahu ia telah memegang
sepasang senjata yang aneh yakni sepasang roda.
"Eh, eh, bukankah kau ini Ba Mau Hoatsu dari Tibet" Sudah lama aku ingin sekali bertemu dan bersahabat denganmu. Ba Mau Suhu, harap menyimpan kembali senjatamu dan mari kita bercakap-cakap.
Tak perlu kita mengadu kepandaian; kau takkan menang."
Hwesio itu memang bukan lain Ba Mau Hoatsu adanya.
Sebagaimana telah diketahui, Ba Mau Hoatsu adalah seorang tokoh besar dunia persilatan dan kepandaiannya sudah amat terkenal,
apalagi sepasang rodanya yang jarang menemui tandingan. Hanya
beberapa orang yang dapat mengalahkannya, maka ketika ia kalah oleh Gak Soan Li yang bertanding di atas lengan tangan seorang pemuda tolol, tentu saja Ba Mau Hoatsu merasa terhina sekali.
Sekarang ia bertemu dengan seorang lain yang kata-katanya
seakan-akan seorang jagoan bahkan yang berani memastikan
526 bahwa dia takkan menang melawan pemuda ini, tentu saja hati
hwesio Tibet ini menjadi makin mendongkol.
"Liok Kong Ji kau ini orang macam apakah berani betul membuka mulut besar" Biarlah aku berjanji, kalau aku Ba Mau Hoatsu kalah olehmu, aku akan suka menjadi sahabatmu. Akan tetapi sebaliknya, kalau kau tidak menang, aku pasti akan menghancurkan kepalamu
sebagai hukuman atas kesombonganmu."
Kong Ji tersenyum, menghampiri dua orang saudara Ci yang
masih menggeletak lemas di atas tanah karena totokannya. ia
menggerakkan kedua kakinya menendang dan bergeraklah dua
orang saudara itu, karena telah terbebas dari totokan!
Kalian mendengar kata-kata Suhumu tadi" Nah, kalianlah yang
menjadi saksi," katanya sambil mendorong dua orang itu ke pinggir.
Kemudian Kong Ji menghadapi Ba Mau Hoatsu. Pemuda ini sudah
seringkali mendengar nama besar Ba Mau Hoatsu, maka ia tidak
berani berlaku sembrono, sungguhpun gerak-gerik dan kata-katanya memandang ringan. Dengan gerakan indah ia menghunus
pedangnya yang begitu dihunus membuat Ba Mau Hoatsu berubah
air mukanya. "Pak-kek Sin-kiam...l" serunya kaget tercengang sehingga ia lupa untuk membuka serangannya.
"Memang betul, awas sekali matamu. Ba Mau Hoatsu. Pak-kek Sin-kiam berada di tanganku, apakah kau masih belum percaya
bahwa kau takkan menang melawanku?"
"Bocah sombong, coba kau terima siang-lun (sepasang roda) di tanganku'" bentak Ba Mau Hoatsu marah. Memang ia merasa kaget dan agak gemetar melihat pedang pusaka perunggalan Pak Kek
Siansu akan tetapi karena yang memegangnya hanya seorang
bocah yang sangat muda sekali, mana ia sudi mengalah" Dengan
cepat ia mulai membuka serangannya, roda di tangan kanan dipukul ke arah dada sedangkan roda kiri meluncur ke atas, terus menimpa kepala Kong Ji.
Terdengar suara nyaring dua kali susul-menyusul, dan bunga api berpijar menyilaukan mata ketika sekaligus pedang pusaka itu
berhasil menangkis sepasang roda yang menyerang dari depan dan 527
atas. Gerakan pedang di tangan Kong Ji cepat sekali dan diam-diam Ba Mau Hoatsu harus mengaku bahwa pemuda itu memang
mempunyai tenaga besar dan gerakan cepat.
"Awas pedang!" Kong Ji berseru keras. Dalam gebrakan pertama setelah berhasil menangkis, pedangnya tidak tinggal diam dan
melakukan serangan balasan yang tak kalah lahainya. Pemuda itu telah mempelajari pelbagai ilmu silat dari guru-guru pandai
ditambah pula dengan otaknya yang luar biasa cerdik sehingga ia dapat merangkai semua ilmu silat tinggi itu, kini dengan pedang pusaka di tangan, tentu saja ia hebat sekali. Dengan otak cerdik luar biasa, ketekunan jarang tandingan, dan ditambah bakatnya yang
baik, kini tingkat kepandaian pemuda ini sudah mengatasi Ba Mau Hoatsu, bahkan kalau dibandingkan dengan kepandaian Giok Seng
Cu atau See-thian Tok-ong sekalipun, belum tentu kalah! Biarpun ia hanya mempelajari Pak-kek Sin-ciang-hoat dari teorinya yang ia dapat dari Nona Go Hui Lian saja, namun karena otaknya memang
luar biasa tajamnya, Kong Ji telah dapat mainkan jurus-jurus Pak-kek Sin-ciang yang dilakukan dengan pedang secara mengagumkan
sekali. Agaknya, kepandaian Hui Lian atau Soan Li sekalipun dalam ilmu silat ini takkan dapat menang dari pemuda ini. Tentu saja kemenangannya atau keunggulannya ini sebagian besar
dikarenakan pengertiannya yang luas dan dalam ilmu silat setelah ia digembleng oleh banyak orang pandai seperti Giok Seng Cu, See-thian Tok-ong, dan Hwa I Enghiong Go Ciang Le sendiri.
Akan tetapi Ba Mau Hoatsu juga bukan seorang lawan yang
empuk. Pendeta gundul ini selain memiliki ilmu silat tinggi juga memiliki banyak pengalaman dalam pertempuran, apalagi pernah
mempelajari ilmu hoatsut (ilmu "sihir). Sayang sekali bahwa hwesio ini memiliki watak yang rendah sehingga batinnya menjadi kotor.
Kalau tidak demikian pasti akan memiliki tenaga batin yang kuat dan menjadi seorang sakti yang sukar dilawan. Kini segala macam ilmu sihirnya yang tidak begitu kuat, tidak ada artinya bagi Kong Ji, pemuda yang sudah banyak mempelajari tentang ilmu ngendalikan
napas dan samadhi.
Melihat ketangguhan Ba Mau Hoatsu, Kong Ji menjadi marah dan
penasaran sekali. Sudah empat puluh jurus ia masih belum mampu mengalahkan lawannya. Cepat ia merubah ilmu pedangnya dan kini 528
mainkan ilmu pedang gubahan sendiri yang ia ambil dari sari-sari gerak ilmu silat yang pernah ia pelajari.
Imu pedang ini amat aneh dan tidak terduga datangnya sehingga
sepasang roda dari Ba Mau Hoatsu menjadi kalut. Semua ini masih ditambah dengan dorongan-dorongan tangan kiri yang mengandung
tenaga Tin san-kang hebat sehingga beberapa kali roda dari Ba Mau Hoatsu terkena dorongan tangan kiri itu hampir saja runtuh'
Pada kesempatan terakhir ketika Ba Mau Hoatsu menyerang
dengan sepasang roda dari atas dan bawah, Kong Ji memutar
pedangnya seperti kitiran angin dan tahu-tahu pedangnya telah
menempel dengan roda kiri lawannya. Betapa-pun Ba Mau Hoatsu
hendak menarik senjatanya itu, tetap saja sia-sia karena Kong Ji telah mempergunakan tenaga menyedot yang kuat sekali. Dengan
marah Ba Mau Hoatsu mengerahkan tenaga menyerang dengan
roda kanannya. Kong Ji mendahuluinya, mengirim tendangan ke
tempat berbahaya sedangkan tangan kirinya menembak dengan
tenaga Tin-san-kang sepenuhnya.
"Lepas senjata atau nyawa!" bentak pemuda itu.
Ba Mau Hoatsu benar-benar terkejut kali ini. Roda kirinya telah macet, menempel dengan pedang lawan. Kini Pukulan Tin-san-kang lawannya membentur roda kanannya dan membuat senjatan ini
membalik hendak memukul dadanya sendiri. Masih disusul lagi
dengan tendangan yang kalau mengenai sasaran pasti akan
mendatangkan bencana hebat. Cepat ia melakukan gerakan Sam-
hoat to-goat (Tiga Lingkaran Membungka Bulan) dengan maksud
untuk menyelamatkan diri dari tiga macam serangan lawan itu.
Namun, ia kalah cepat. Biar pun tendangan kaki dapat dielakkan oleh Ba Mau Hoatsu dan dengan miringkan tubuh ia dapat
menguasai roda kanannya yang membalik, namun pedang Pak kek
Sin-kiam yang amat tajam itu, tiba-tiba melepaskan diri dari
tempelan roda dan bagaikan segaris kilat menyambar ke arah
tenggorokan hwesio itu!
Kalau saja Kong Ji tidak mempunyai cita-cita untuk memakai
tenaga hwesio kosen dari Tibet ini tentu ia akan melanjutkan
tusukannya dan leher hwesio itu akan tertembus oleh pedang
pusaka. Akan tetapi Kong Ji tidak melakukan hal ini, melainkan 529
menyelewengkan tusukannya dan akibatnya, hanya baju di bagian
leher saja yang terbabat hanya satu senti selisihnya dari kulit leher Ba Mau Hoatsu!
Sebagai seorang ahlt silat tinggi, Ba Mau Hoatsu mengerti bahwa lawannya telah mengampuni nyawanya. Mukanya menjadi pucat
dan berubah merah sekali. Ia kaget dan juga malu. Dalam beberapa hari saja ia telah dikalahkan oleh dua orang muda secara aneh dan memalukan sekali. Akan tetapi, melihat sikap pemuda yang bernama Liok Kong ji ini, dan melihat ilmu silatnya yang mirip sekali dengan ilmu silat Giok Seng Cu dan kadang-kadang mirip pula dengan ilmu silat See-thian Tok-ong pula mengingat bahwa pemuda ini
memegang pedang Pak-kek Sin-kiam dan tak dapat diragukan lagi
tentu ahli waris pedang dan kitab peninggalan Pak Kek Siansu, lebih baik kiranya kalau ia bersahabat dengan pemuda aneh dan lihai ini.
Oleh karena berpikir demikian, Ba Mau Hoatsu menarik napas
panjang dan berkata kagum.
"Liok-sicu kau benar-benar lihai sekali. Aku yang tua dan bodoh mengaku kalah dan merasa terhormat sekali kalau dapat menjadi
sahabatmu."
Kong Ji tersenyum dan cepat menjura. "Terima kasih bahwa
Losuhu telah sudi mengalah dan memberi pelajaran kepada aku
yang muda, Ba Mau Suhu, marilah kita duduk di bawah pohon
sambil bercakap-cakap tentang cita-citaku yang akan mengangkat tinggi nama kita bersama kalau saja Ba Mau Suhu suka membantu."
Ba Mau Hoatsu menurut dan di bawah pohon besar itu. Kong Ji
menceritakan cita-citanya. Ia menuturkan betapa kedudukan Temu Cin pemimpin orang Mongol menjadi makin kuat dan betapa
pemerintah Kin sudah kocar-kacir.
"Mengapa pada kesempatan ini kita tidak mempergunakan


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian mengumpulkan orang-orang gagah untuk merampas
kerajaan" Dengan alasan hendak mempertahankan negara dan
membangkitkan lagi kekuasaan bangsa sendiri, kurasa mudah saja kita mencari dukungan dari orang-orang gagah dan rakyat jelata.
Kita robohkan pemerintah Kin, kemudian bersama rakyat kita
menggempur Temu Cin. Kalau kelak aku yang muda terpilih menjadi Cin-beng Thian-cu (Putera Tuhan yakni sebutan untuk Kaisar!),
530 bukanlah Ba Mau Suhu juga akan mendapat bagian kedudukan
tinggi?" Ba Mau Hoatsu mengangguk-angguk. jelas kelihatan amat
tertarik karena siapakh orangnya tidak suka menerima kedudukan tinggi dan mulia" Akan tetapi ia ragu-ragu. Ia pernah membantu pemerintah Kin merobohkan pemerintah lama dahulu, kalau
sekarang ia membantu Kong Ji merampas kedudukan bukankah
namanya akan rusak dan ia dianggap seorang pengkhianat yang
berkepala dua"
Kong Ji yang berpemandangan tajam itu, sekali pandang saja
sudah dapat menduga akan keraguan hati Ba Mau Hoatsu, maka
katanya, "Ba Mau Suhu, kau telah membunuh mati muridmu sendiri,
seorang pangeran keluarga Raja Kin. Dengan perbuatan itu, berarti secara langsung kau termasuk musuh besar Kerajaan Kin dan tentu tidak disuka oleh mereka. Pada hal, kau membunuh muridmu Wan-yin Kan itu adalah hal yang sudah sepatutnya kalau menurut
pendapatku. 0leh karena itu kita akan melakukan perbuatan gagah apabila dapat menggempur Kerajaan Kin."
Ba Mau Hoatsu tertegun. Bagaimana bocah ini dapat mengetahui
hal yang telah terjadi belasan tahun yang lalu itu"
Kong Ji tersenyum, "Ba Mau Hoatsu harap kau jangan curiga dan heran. Biar pun masih muda, aku telah mempunyai pengalaman dan hubungan yang amat luas. Aku pernah menjadi murid Giok Seng Cu Suhu, pernah menjadi murid Hoa-san-pai, Kwan-im-pai, juga pernah menerima gemblengan dari See-thian Tok-ong dan juga dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le. Semua ini masih ditambah pula oleh
kepandaian yang kuperoleh dari Pak Kek Siansu dengan bukti
adanya pedang ini di tanganku," Pemuda itu menyombongtin diri dan Ba Mau Hoatsu yang sudah merasai kelihaian tangannya
percaya belaka bahwa pemuda inilah ahli waris kitab dan pedang peninggalan Pak Kek Siansu kakek sakti itu.
Namun, Ba Mau Hoatsu tercengang juga ketika mendengar
bahwa Kong Ji pernah digembleng Go Ciang Le. Teringatlah ia akan 531
gadis cantik yang mengalahkannya sambil duduk di atas lengan
seorang pemuda aneh.
"Kalau begitu, Liok-sicu masih terhitung murid Hwa I Enghiong"
Belum lama ini pinceng telah bertemu dengan seorang murid wanita dari Hwa I Enghiong...."
"Siapa dia...?" Kong Ji memotong tak sabar.
"Namanya Gak Soan Li, kepandalannya tinggi dan...."
Kong Ji melompat dan memegang lengan Ba Mau Hoatsu dengan
erat sehingga hwesio itu menjadi kaget. Kalau bukan Ba Mau Hoatsu yang memiliki kepandaian tinggi, lengan orang lain pasti akan remuk tulangnya digenggam sedemikian eratnya oleh Kong Ji.
"Di mana dia " Hayo kita susul...!"
Ba Mau Hoatsu hendak bicara, akan tempi Kong Ji memutus
omongannya dengan kata-kata tak sabar.
"Mari berangkat menyusulnya kita bicara sambil berjalan."
Dengan ilmu lari cepat, kedua orang ini lalu menyusul gadis yang diceritakan oleh Ba Mau Hoatsu. Di tengah jalan Ba Mau Hoatsu
menuturkan pengalamannya ketika bertemu dengan Gak Soan Li.
Tentu saja ia merasa malu untuk mengaku cara bagaimana ia telah dikalahkan oleh gadis itu, dan hanya menceritakan bahwa ia beradu kepandaian dengan Gak Soan Li dan mendapat kenyataan bahwa
kepandaian gadis itu memang tinggi sekali. Tentang pemuda tolol yang menjadi "kuda" dan ditunggangi sepasang lengannya oleh Soan Li, Ba Mau Hoatsu hanya mengatakan bahwa gadis itu
mempunyai seorang pelayan pemuda tolol yang agaknya berotak
miring. Kong Ji tersenyum, bibirnya bergerak-gerak dan matanya
bersinar, wajahnya berseri kemerahan. Seluruh dirinya dikuasai nafsu dan timbul cinta kasihnya yang selama ini terpendam.
"Dia memang amat pandai, Suciku itu memang lihai sekali..."
katanya memuji sambil mempercepat larinya sehingga Ba Mau
Hoatsu harus mengerahkan seluruh kepandaian untuk dapat
mengimbangi kecepatannya.
532 Baru dua hari mereka melakukan perjalanannya untuk menyusul
Gak Soan Li, pada hari ke tiga, mereka melihat seorang pertapa rambut pandang berlari mendatangi sambil memanggul tubuh
seorang gadis. Kakek ini tertawa tawa seorang diri dan nona yang dipanggul itu kelihatan lemas tak berdaya.
"Giok Seng Cu...!" Kong Ji dan Ba Mau Hoatsu berseru hampir berbareng.
Sebaliknya, ketika Giok Seng Cu melihat Ba Mau Hoatsu, ia
berlari menghampiri sambil tersenyum.
"Eh, hwesio tua, kau hendak ke manakah?"
Akan tcrtapi kata-katanya terhenti ia terkejut bukan main ketika tiba-tiba pemuda yang datang bersama Ba Mau Hoatsu itu tubuhnya berkelebat tahu-tahu nona yang dipondongnya itu telah kena
dirampas oleh pemuda itu! Gerakan yang demikian cepatnya benar-benar membuat ia kaget sekali dan sekaligus mengingatkan ia akan
"pemuda tolol" yang tadinya melindungi Gak Soon Li.
Melihat pemuda itu telah mendukung tubuh Soan Li dan kini
meletakkan tubuh itu di atas rumput sambil memeriksa nadi, Giok Seng Cu hendak menyerang pemuda itu. Akan tetapi Kong Ji
menoleh dan berkata dengan suara berpengaruh,
"Suhu Giok Seng Cu, jangan ganggu Soan Li, dia kekasihku!"
Giok Seng Cu tertegun mendengar suara ini. Ia seperti sudah
pernah mengenal pemuda ini dan suaranya amat dikenalnya. Karena pemuda ini datang bersama Ba Mau Hoatsu, maka Giok Seng Cu lalu menoleh kepada hwesio Tibet itu dan menunda niatnya untuk
menyerang. "Giok Seng Cu Toyu, kau seorang tua bangka apakah masih
hendak bermain gila terhadap seorang Nona muda" Lebih baik kau membiarkan muridmu mewakilimu ha-ha-ha!"
"Mundku...?"
"Tidak kenal lagikah kau kepada muridmu sendiri" Dia itu Liok Kong Ji muridmu, akan tetapi juga murid See-thian Tok-ong, murid 533
Hwa l Enghiong dan akhirnya murid atau ahli waris dari Pak Kek Siansu!"
Giok Seng Cu membuka matanya lebar-lebar.
"Kong Ji, tidak saja kau sudah menjadi besar tubuhmu, akan tetapi juga besar hatimu dan besar pula nyalimu. Bagaimana kau begitu berani kurang ajar terhadap guru sendiri" Hayo lekas berlutut minta ampun, baru pinto dapat mempertimbangkan hukumanmu!"
bentaknya marah.
Kong Ji telah memeriksa keadaan Gak Soan Li dan maklumlah ia
bahwa gadis yang masih pingsan itu tidak menderita luka parah
dalam tubuhnya, tidak terganggu oleh Giok Seng Cu, melainkan
tulang pahanya sedang mulai mulai tersambung dari keadaannya
yang patah. "Suhu Giok Seng Cu, siapakah yang mematahkan tulang-tulang paha kekasihku ini?" tanyanya dengan mata mengancam.
"Aku yang mematahkannya, eh, mau apa bicara begitu kurang ajar kepadaku'"
Biarpun ia marah sekali, namun Kong-ji masih ingat akan cita-
citanya, maka ia tidak mau bermusuhan dengan bekas gurunya ini.
Ia bahkan harus menarik tenaga kakek ini menjadi pembantunya.
"Kalau kau sendiri yang melukainya tidak apalah. Baiknya kau tidak mengganggunya, kalau terjadi hal yang demikian, kiranya aku akan melupakan hubungan kita yang sudah-sudah."
Sejak tadi, Giok Seng Cu sudah marah bukan main. Kata-kata
bekas muridnya itu diucapkan dengan nada demikian memandang
rendah. Tak patut sekali seorang murid bersikap sedemikian rupa terhadap gurunya, maka dengan muka merah, Giok Seng Cu
berkata. "Kong Ji, kau benar-benar harus dihajar adat'" Setelah berkata demikian, ia lalu menggerakkan lengan bajunya menampar muka
muridnya. "Plak, brettt," Ujung lengan baru itu bertemu dengan tangan Kong Ji dan hancur.
534 "Kurang ajar, kau berani melawan?" Giok Seng Cu marah dan cepat menyerang, kini sungguh-sungguh bukan sekedar untuk
menampar. "Aku tidak melawan, hanya untuk memperlihatkan bahwa aku
bukanlah Kong Ji yang dahulu lagi, dan aku ingin -bekerja sama dengan kau, Suhu Giok Seng Cu," kata Kong Ji sambil mengelak cepat.
"Tunjukkan dulu kepandaianmu. bocah sombong!" Giok Seng Cu mcnyerang lagi, kini tubuhnya merendah dan ia mulai melakukan
pukulan-pukulan Tin-san-kang!
Kong ji tentu saja maklum akan kelihaian ilmu silat ini, akan
tetapi ia telah mempelajari ilmu pukulan ini sepenuhnya, bahkan telah melatih dengan giat dan mencampur Ilmu pukulan itu dengan ilmu pukulan ganas yang ia pelajari dari See-thian Tok-ong. Oleh karena itu ia menghadapi ilmu pukulan bekas gurunya ini dengan ilmu pukulan Tin-san-kang pula! Tidak itu saja, ia bahkan berani menerima pukulan dengan pukulan .pula, berarti ia berani mengadu tenaga. Barkali-kali dua pasang lengan bertenmu dengan tenaga
yang serupa dan keduanya tergeser mundur, tanda bahwa tenaga
mereka seimbang!
"Bagus, kau mendapat kemajuan pesat sekali!" seru Giok Seng Cu berkali-kali sambil mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk merobohkan muridnya ia merasa penasaran sekali. Masa seorang
guru tak dapat mengalahkan muridnya sendiri"
Akan tetapi biarpun ia telah mainkan Tin-san-kang sampai habis, tetap saja ia tak dapat mengalahkan Kong Ji, bahkan Kong Ji
merubah Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang yang ia pelajari dari Hui Lian.
"Ini Pak-kek Sin-ciang tulen...!" seru Giok Seng Cu terkejut sekali.
Ia pernah menyaksikan ilmu silat ini ketika dimainkan oleh
supeknya, Pak Kek Siansu. Biarpun pada dasarnya ilmu silat yang pelajari mendiang suhunya, Pak Hong Siansu, sama dengan Pak-kek Siansu, akan tetapi jurus dan gerakannya jauh berbeda, hanya
gerakan kaki saja yang serupa.
"Memang aku murid Pak Kek Siansu!" seru Kong ji sombong dan menyerang terus dengan hebatnya. Sebenarnya, yang ia mainkan
535 itu bukanlah Pak-kek Sin-ciang aseli yang baru sedikit ia pelajari. Ia mainkan ilmu silat campuran antara Tin-san-kang, Pak-kek Sinciang, dan Hek-tok-ciang yang ia pelajari dart See-Thian Tok-ong!
Namun, kepandaian Kong Ji sudah demikian hebat dan lihainya,
sehingga seorang tokoh seperti Giok Seng Cu sampai kewalahan
menghadapinya. Tmgkat ilmu silat dari Giok Seng Cu memang lebih tinggi daripada tingkat Ba Mau Hoatsu dan kini di depan Ba Mau Hoatsu, Giok Seng Cu merasa malu dan tidak sudi kalau sampai ia kena dirobohkan oleh muridnya sendiri. Ia maklum bahwa kalau
dilanjutkan pertempuran yang sudah makan waktu seratus jurus itu, ia akhirnya akan kalah juga karena kehabisan tenaga dan napas.
"Kong Ji kau hebat. Biar pinto mendengar omonganmu..."
katanya sambil melompat mundur. Kong Ji juga menghentikan
serangannya dan menjura dengan hormat.
"Suhu Giok Seng Cu biarpun sudah tua, makin kuat saja..." ia memuji.
Giok Seng Cu menarik napas panjang.
"Siapa bilang" Menghadapi Wan Si Hong seorang bocah aku
kalah, kau pun aku tak dapat mengalahkan...."
"Sin Hong" Di mana Suhu bertemu dengannya" Dan bagaimana Suhu dapat membawa Soan Li ke sini?"
Giok Seng Cu lalu menceritakan pengalamannya. Betapa ia
bertemu dengan Gak Soan Li dan bertanding ketika nona itu
mengaku sebagai murid Go Ciang Le. Ia didesak oleh nona itu, akan tetapi akhirnya dapat melukai sepasang paha Soan Li dan pada saat itu ia dipukul oleh Sin Hong. Kemudian ia mencentakan lagi bahwa pemuda tolol yang kemudian dapat menduga Sin Hong adanya,
pergi meninggalkan Soan Li, maka ia lalu menawan gadis itu dan membawanya pergi, bukan saja untuk membalas dendam kepada
Go Ciang Le akan tetapi juga membalas dendam kepada Sin Hong
yang agaknya saling cinta dengan Soan Li.
"Wan Sin Hong saling mencinta dengan dia...?" Kong Ji mukanya sebentar pucat serta marah dan ia memandang ke arah Soan Li
yang masih menggeletak dalam keadaan pingsan. Memang nona itu
536 setiap kali siuman, ditotok pingsan oleh Giok Seng Cu agar jangan banyak ribut di perjalanan.
"Begitulah kelihatannya, yang pasti, Nona ini cinta sekali kepada pemuda yang ia sebut Lam-ko," Giok Seng Cu tertawa sambil memandang kepada Ba Mau Hoatsu.
"Ba Mau-suhu, ketika dikalahkan Nona ini, apakah kau tidak sadar bahwa yang mengalahkanmu bukanlah Nona ini melainkan
pemuda yang menyangganya?"
Ba Mau Hoatsu tercengang. "Begitukah?"
"Kau yang berkelahi tentu tidak begitu memperhatikan, akan tetapi aku yang mengintai tahu betul bahwa kau telah dipermainkan oleh Wan Sin Hong pemuda tolol itu!"
Ba Mau Hoatsu menjadi merah mukanya. "Kau ini sahabat
macam apa" Mengapa tidak keluar membantu bahkan
mentertawakan?"
Melihat Ba Mau Hoatsu marah-marah dan khawatir kalau-kalau
timbul keributan di antara dua orang kakek itu Kong Ji lalu
mengajak Giok Seng Cu berunding tentang cita-cita mereka
bersama. Giok Seng Cu, seperti halnya Ba Mau Hoatsu, mempunyai hati
dan cita-cita yang tidak bersih, maka ia pun tertarik sekali dan segera menyatakan persetujuannya untuk membantu agar kelak
mendapat bagian kedudukan tinggi. Kemudian kedua orang kakek
itu mendengar siasat yang diatur dan direncanakan oleh Kong Ji, siasat untuk menghadapi lawan-lawan tangguh seperti Wan Sin
Hong, Go Ciang Le, dan juga Temu Cin.
Mendengar siasat ini, Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu takjub
bukan main, akan tetapi juga merasa ngeri.
"Bocah ini benar benar iblis cilik yang hebat..." pikir Giok Seng Cu dan Ba Mau Hoatsu.
"Memang sebaiknya kalau kau lebih dulu menjadi bengcu,
dengan demikian lebih mudah bagi kita untuk melanjutkan cita-cita,"
kata Giok Seng Cu.
537 Demikianlah, dengan rela Giok Seng Cu memberikan Soan Li
kepada Kong Ji dan ia pun siap sedia membantu usaha bekas
muridnya yang kini berubah menjadi kepala atau pemimpin itu.
Adapun Kong Ji setelah mendapatkan Soan Li dan sesuai dengan
rencana yang tadi diaturnya, segera membawa gadis yang tak
berdaya itu ke sebuah rumah penginapan kota Kun-long di mana
Nalumei telah menantinya dengan hati sabar dan penuh cinta kasih.
Melihat kekasihnya datang bersama dua orang kakek dan seorang
gadis cantik jelita yang dipondong oleh Kong ji, hati Nalumei
berdebar gelisah, akan tetapi wajahnya yang jelita tidak
memperlihatkan sikap sesuatu. Bahkan ia cepat-cepat menolong
Soan Li memondongnya ke dalam kamarnya dan menyiapkan segala
sesuatu yang dibutulikan oleh Kong Ji.
"Nalumei, tinggalkan itu semua. Kau tak perlu sibuk, kau
kutugaskan untuk melakukan sesuatu yang lebih penting lagi." Ia menarik lengan kekasihnya, memeluknya mesra untuk
menyenangkan hatinya, lalu berbisik menceritakan tugas itu.
Nalumei mengangguk-angguk. Gadis ini sudah tahu akan
keadaan kekasihnya dan tahu pula bahwa ia tidak boleh
membantah, harus selalu siap sedia melakukan apa saja yang
diperintahkan kepadanya oleh Kong Ji.
"Nalumei. kekasihku. Demi kebahagiaan kita kelak, demi
tercapainya cita-cita kita yang besar, kau harus dapat melakukan pekerjaan mudah ini dengan hasil baik. Hanya kau harus berhati-hati jangan sekali-kali memperlihatkan bahwa kau mengerti ilmu silat, karena kau berhapan dengan ahli-ahli silat tinggi." Demikian pesannya. Nalumei menyatakan kesanggupannya dan pergilah
wanita ini melakukan tugasnya yang diperintahkan oleh Kong Ji.
Setelah Nalumei pergi dan menyediakan kamar untuk Ba Mau
Hoatsu dan Giok Seng Cu, Kong Ji lalu merawat dan mengobati
Soan Li. Pada para pelayan rumah penginapan, ia menyatakan
bahwa Soan Li adalah isterinya yang sedang menderita sakit, maka tak seorang pun menaruh hati curiga. Apalagi karena kedatangan Kong Ji bersama dua orang pendeta tua yang tentunya orang-orang suci alim!
538 Karena itu tak seorangpun menaruh hati curiga ketika pada
malam harinya terdengar suara Soan Li memaki-maki,
"Wan Sin Hong,......... keparat jahanam, kubunuh engkau...!"
Disusul oleh tangis gadis itu. Para pelayan mengira bahwa wanita yang datangnya dipondong itu kini panas dan mengigau.
Juga tidak ada yang mengherankan ketika pada keesokan
harinya, Soan Li menangis terisak-isak sambil menyandarkan
kepalanya di dada Kong Ji dan berkata,
"Engko Gong Lam, alangkah buruknya nasibku...."
Kong Ji tersenyum dan membelai rambut Soan Li, mengambil
secawan arak yang berbau harum sekali dari meja dan
mendekatkan cawan itu di bibir Soan Li sambil berkata,
"Tenanglah, manisku. Aku sudah mengusir Wan Sin Hong
bajingan rendah itu. Jangan kau susah hati, percayalah kepadaku, kelak kita akan dapat membalas dendam kepada bajingan Sin
Hong...." Soan Li yang keadaannya sudah normal lagi itu, minum arak dari cawan tanpa banyak pikir lagi kemudian ia merebahkan kepalanya di atas pangkuan Kong Ji dengan pandangan mata penuh kasih
sayang! Beberapa hari kemudian, keadaan Soan Li seperti sebuah patung
bernyawa saja. Ia telah diberi minum racun oleh Kong Ji, racun yang amat keji, yang hasiatnya bukan merampas nyawa melainkan
merenggut ingatan orang. Dalam pandangan Soan Li, orang yang
telah menghinanya dan menodainya adalah seorang bernama Wan
Sin Hong, sedangkan Kong Ji yang mengaku sebagai penolongnya ia anggap sebagai Gong Lam.
Demikianlah maka pada saat Sin Hong dikejar-kejar oleh para
tokoh kang-ouw, ia bertemu dengan Kong Ji yang menyerangnya
dengan bantuan Soan Li, Giok Seng Cu, dan Ba Mau Hoatsu. Sampai saat itu, Nalumei masih belum kelihatan bersama Kong Ji semenjak gadis ini melakukan tugasnya. Tentu saja Sin Hong merasa
penasaran, heran dan juga cemas menyaksikan sikap Soan Li yang tiba-tiba saja membencinya setengah mati dan alangkah herannya 539
melihat gadis itu bekerja sama dengan Kong Ji, Giok Seng Cu dan Bau Mau Hoatsu. Terutama sekali ia benar-benar tidak mengerti
melihat gadis itu bersama Giok Seng Cu, padahal orang yang dahulu mematahkan kedua tulang pahanya adalah kakek berambut panjang
inilah! -oo0mch-dewi0oo-
Mari kita melihat keadaan Go Hui Lian yang sudah amat lama kita tinggalkan. Gadis puteri Hwa I Enghiong melakukan perjalanan
seorang diri, meninggalkan daerah utara menuju pedalaman
Tiongkok kembali. Hatinya penuh kekaguman kepada Temu Cin,
pemimpi muda yang gagah perkasa dari bangsa Mongol itu, dan di samping kekaguman terhadap Temu Cin juga ia merasa sakit hati
dan marah sekali kepada Liok Kong ji. Diam-diam ia merasa
menyesal sekali mengapa dahulu ia dapat ditipu oleh Kong ji.
Menyesal mengapa ia telah mengeluarkan kata-kata keji terhadap sucinya, Gak Soan Li. Kini tahulah mengapa Soan Li membenci Kong Ji. Tahulah ia bahwa sebenarnya ia dahulu masih seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa, yang mengukur hati orang melihat wajah dan mendengar suaranya. Hui Lian merasa menyesal bukan main
akan tetapi apa gunanya"
"Aku harus segera menemui ayah dan melaporkan tentang Kong Ji. Manusia itu benar benar seorang manusia berbahaya sekali.
Apalagi sekarang Pak-kek sin-kiam berada di tangannya.
Kepandaiannya amat tinggi dan kalau orang macam dia tidak
ditundukkan, akan celakalah dunia...." Sambil berpikir seorang diri, Hui Lian mengenangkan kembali segala kejadian yang ia alami
ketika ia melakukan perjalanan bersama Kong Ji.
Kini terbayang kembali peristiwa di hotel Keng-siu-bun di mana bangsawan Cu yang tua beserta isterinya yang muda dan cantik
telah terbunuh dalam keadaan mengerikan sekali. Tentang Ma Hoat yang menjadi gila. Kemudian tentang berita di mana-mana tentang munculnya seorang jai-hoa-cat dan peneuri yang amat ulung dan
sakti". Teringat pula tentang sikap Kong ji yang beberapa kali hendak mengganggunya di tengah malam. Teringat akan ini, Hui
Lian bergidik dan mulai timbul dugaan di dalam hatinya bahwa Kong 540
Ji yang melakukan semua perbuatan terkutuk itu. Semua
menambahkan kebencian di dalam halnya terhadap bekas
suhengnya itu. Akan tetapi, dasar Hui Lian seorang wanita muda yang sedang
remaja, berhati riang gembira, sebentar saja ia telah dapat
melupakan kemendongkolan hatinya ketika ia melakukan perjalanan melalui tempat-tempat yang indah. Biar pun ia masih muda dan
cantik jelita sehingga menarik hati setiap orang, namun sikapnya yang gagah dan wajahnya yang selalu tersenyum ramah, membuat
setiap orang laki-laki yang tadinya mengandung niat kurang ajar menjadi tunduk dan tidak berani berlaku sembrono.
Pada suatu hari ketika Hui Lian tiba di kota Ceng-si-kwan dan
bermalam di penginapan, ia mendengar dari pelayan sebuah
peristiwa yang membuat gadis ini menjadi panas dingin saking
marahnya. Mula-mula pelayan itu yang menyambut kedatangannya
dan menyediakan kamar serta melayaninya, berkata setengah


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergurau, "Nona, harap Nona suka berlaku hati-hati. Baru kemarin malam di kota ini terjadi peristiwa mengerikan sekali."
"Peristiwa mengerikan" Apakah yang terjadi?"
Pelayan itu bicara perlahan. "Siapa lagi kalau bukan penjahat muda yang baru-baru ini menimbulkan kerusuhan hebat sekali di
kota-kota besar" Nona, penjahat cabul Wan Sin Hong telah
mendalangi kota ini!"
Hui Lian benar-benar terkejut sekali. Bukan terkejut karena ia pernah mendengar kejahatan "penjahat cabul" itu. Melainkan terkejut karena nama Wan Sin Hong disebut sebagai penjahat.
Seingataya, Wan Sin Hong adalah putera angkat Lie Bu Tek seperti pernah ia mendegar dari ayah bundanya, juga Kong Ji. Bahkan
dengan hati kasihan ia pernah mendengar penuturan dari ayah
bundanya bahwa Wan Sin Hong adalah putera tunggal Wanyen Kan
atau Wan Kan dengan Thio Ling In suci (kakak seperguruan) ibunya yang keduanya telah tewas di tangan Ba Mau Hoatsu, dan bahwa
semenjak kecil Wan Sin Hong dipelihara oleh Lie Bu Tek. Kemudian 541
ia mendengar bahwa mungkin sekali Wan Sin Hong telah tewas
sebagaimana diceritakan oleh Kong ji.
Akan tetapi bagaimana sekarang tahu-tahu muncul nama Wan
Sin Hong sebagai seorang penjahat cabul" Apakah barangkali ada nama yang sama"
"Apa yang telah terjadi di kota ini" Apa yang dilakukan oleh penjahat bernama Wan Sin Hong itu?" tanya Hui Lian kepada pelayan yang menjadi pucat mendengar Hui Lian menyebut nama
penjahat itu keras-keras.
"Ssst, Siocia, jangan keras-keras. Kalau dia mendengar... dan kau begitu begitu...."
"Begitu apa" Teruskan!" kata Hui Lian sambil tersenyum geli melihat keadaan pelayan tua itu demikian ketakutan.
"Siocia, terus terang saja, kau begitu cantik jelita dan... penjahat itu di setiap kota selalu mendatangi gadis tercantik...."
"Aku tidak takut! Biar ada sepuluh penjahat seperti dia jangan kau khawatir, dengan sepasang tanganku ini akan dapat kubekuk
semua" Tiba-tiba terdengar suara orang menarik napas panjang, disusul oleh kata-kata yang terdengar berduka, "Aahhh... kalau saja omongan itu dapat dibuktikan, alangkah baiknya...."
Pelayan itu terkejut bukan main karena tadinya di situ tidak ada orang. Mukanya pucat, tubuhnya gemetar dan memutar tubuh
memandang. "Aduuhh... Can-piauwsu benar-benar Membikin aku kaget
setengah mati!" katanya dengan lega ketika melihat yang bicara tadi adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahun lebih,
berpakaian sebagai seorang guru silat dan sikapnya sabar, akan tetapi matanya berpengaruh.
Hui Lian tentu saja sejak tadi sudah dapat melihat kedatangan
orang hanya ia pura-pura tidak mellhatnya karena disangkanya
orang ini seorang tamu biasa saja. Kini mendengar kata-kata orang itu, ia memandang dengan tajam, matanya penuh pertanyaan.
542 "Lo-enghiong, apa maksudmu dengan kata-kata tadi?"
Can-piauwsu (Pengawal Can) tersenyum pahit dan berkata,
"Maaf, Nona. Kiranya tidak patut kalau aku yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kata-katamu secara lancang menyatakan pendapat.
Akan tetapi agaknya kau terlalu besar bicara dan kata-katamu
hendak membekuk sepuluh Wan Sin Hong benar-benar menggelikan
sekali." ia menarik napas, berulang-ulang dan sambil menggeleng gelengkan kepalanya ia hendak pergi dan situ. Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika tiba-tiba ia merasa punggungnya ditowel orang dan tahu-tahu seluruh tubuhnya kaku tak dapat digerakkan! Can
piauwsu terkejut sekali karena ia maklum bahwa jalan darahnya
bagian tat-twa-heat telah kena ditotok orang secara ajaib sekali, karena ia tidak melihat atau mendengar gerakan tangan orang sama sekali! Kembali ia merasa pinggungnya diraba orang dan tahu-tahu totokan tadi telah dibebaskan dan ia dapat bergerak kembali.
Cepat Can-piauwsu menoleh dan melihat gadis jelita yang tadi ia pandang rendah berdiri sambil tersenyum kepadanya, senyumnya
luar biasa manisnya!
"Can-piauwsu, benar-benar lihai sekalikah keparat yang
mengganggu kotamu sehingga kau menjadi putus asa?"
Kalau tidak mengalaminya sendiri tentu Can-plauwsu takkan
percaya bahwa ada orang dapat menotoknya sedemikian rupa tanpa ia mengetahui lebih dulu, apalagi kalau yang melakukan hal ini adalah seorang gadis yang demikian mudanya. ia kini maklum
bahwa ia berhadapan dengan murid orang pandai, maka buru-buru
ia menjura. "Lihaap, mohon maaf sebesarnya bahwa aku lamur tidak dapat melihat Gunung Thai-san menjulang tinggi di depan mata. Mohon
tanya siapakah Lihiap dan dari perguruan mana?"
"Aku seorang pelancong biasa saja namaku Go Hui Lian. Kiranya dunia kang-ouw tidak mengenal nama kecilku ini, akan tetapi sangat boleh jadi kau telah pernah mendengar nama Ayahku Can-piauwsu."
"Siapakah nama Ayahmu yang mulia?"
"Ayah disebut Hwa I Enghiong..."
543 Sekaligus berubah air muka piausu itu mendengar nama besar
pendekar sakti ini. ia mula-mula memandang kepada Hui Lian
dengan mata terbelalak, kemudian tersipu-sipu ia memberi hormat lagi.
"Ah, kiranya Lihiap adalah puteri dari Go-taihiap. Tentu saja aku yang bodoh sudah mendengar nama besar Hwa I Enghiong. Sering
kali aku berpikir bahwa kalau Go-taihiap suka keluar pintu dan turun tangan, kiranya penjahat Wan Sin Hong ini akan dapat dibelenggu."
"Can-piauwsu, benar-benarkah ada penjahat yang bernama Wan Sin Hong mengacau kota ini?"
Kembali mata Can-plauwsu menatap wajah nona itu, akan tetapi
kini agak terheran-heran. Ia lalu menoleh kepada pelayan dan
berkata, "Kau boleh pergi!" Setelah pelayan itu keluar dan ruangan itu, Can-piauwsu mempersilakan Hui Lian duduk dan dengan wajah
sungguh-sungguh ia berkata.
"Lihiap, sesungguhnya aneh kalau kau belum pernah mendengar nama Wan Sin Hong yang dalam beberapa bulan ini telah
menggernparkan dunia kang-ouw dengan perbuatan-perbuatannya
yang amat keji melebihi iblis. Telah banyak tokoh-tokoh besar
persilatan menggulung lengan baju untuk membasmi penjahat
tunggal ini, akan tetapi ia mempunyai gerakan seperti iblis sehingga sukar sekali ditangkap. Bahkan tak ada yang pernah mempergoki
perbuatannya yang dilakukan seakan-akan sengaja menantang
orang-orang gagah untuk mencarinya! Akan tetapi, sudahlah, itu tak perlu bicara tentang Wan Sin Hong, karena biasanya, setelah
melakuKan sesuatu dalam sebuah kota, ia pun menghilang hanya
meninggalkan bekas tangannya yang amat mengerikan. Di kota
Ceng-sin-kwan penjahat itu pada suatu malam telah membunuh
seorang pembesar berpangkat tihu dengan isterinya, mengganggu
lalu membunuh putri seorang hartawan dan perginya membawa
ratusan tael uang emas dari hartawan itu. Dalam satu malam saja sudah melakukan perbuatan sebanyak itu, benar benar merupakan
kejahatan yang mengerikan sekali. Kiranya bagi kita sukarlah untuk mencari jejaknya karena seperti biasa, aku yakin bahwa dia tentu 544
sudah meninggalkan kota ini dan sukar diketahui ke mana
perginya."
-oo0mch-dewi0oo-
Jilid XX "KALAU begitu, aku harus mengejar dan mencarinya di kota lain.
Mustahil manusia tak dapat dicari," kata Hui Lian bersemangat dan amat marah mendengar kejahatan sehebat itu sunguhpun ia
meragukan apakah itu benar-benar perbuatan Wan Sin Hong putera Wanyen Kan.
"Sudah banyak yang mencari, di antaranya bahkan ciangbunjin-ciangbunjin (ketua) dari partai-partai besar telah mencarinya. Kalau kau hendak mencarinya, hendaknya kau ketahui bahwa Wan Sin
Hong itu masih amat muda dan berwajah tampan, tidak memegang
senjata akan tetapi ilmu silatnya luar biasa. Ini pun aku hanya mendengar dari orang lain, Nona. bagiku Wan Sin Hong bukanlah
makananmu. Seorang seperti aku yang tua dan lemah ini bisa
apakah" Tak usah bicara tentang seekor harimau mengganas,
gangguan seekor anjing dan kawan-kawannya di dalam kota ini saja aku Si Bodoh tak dapat berbuat apa apa."
"Anjing macam apakah yang mengganggu kota ini" Coba
kaukatakan kepadaku, Can-piauwsu, barangkali aku akan dapat
membantumu."
Can-piauwsu menarik napas panjang akan tetapi wajahnya kini
membayangkan harapan. "Di kota ini tinggal seorang okpa
(hartawan jahat) she Lee yang sudah lama merajalela melakukan
segala macam kejahatan mengandalkan pengaruh dan uangnya. Ia
seringkali merampas tanah dan rumah orang, bahkan merampas
dan mengganggu anak bini orang lain, semua itu dilakukannya
dengan berterang."
"Ini lebih jahat dari perbuatan Wa Sin Hong yang dilakukan dengan menggelap!" kata Hui Lian yang sudah naik darah
mendengar penuturan itu.
545 "Sama jahatnya... sama jahatnya. Hanya saja, kalau Wan Sin Hong selalu mengganggu orang-orang besar, hartawan Lee ini
mengganggu orang-orang miskin.
"Mengapa tidak ada orang menentangnya?"
"Siapa berani menentangnya" Pengaruhnya besar, Tihu dan
Tikoan, juga pembesar-pembasar lain di kota ini telah makan
suapannya dan mereka semua pada hakekatnya telah menjadi kaki
tangannya. Mengadukannya kepada pembesar" Yang mengadu
akan ditangkap dan dihukum! Menyerangnya mengandalkan
tenaga" Yang menyerang akan menghadapi tukang-tukang pukul
yang pandai serta menghadapi pula kepungan anak buah tikoan
barisan penjaga kota!"
"Jahat sekali! Can-piauwsu, kautunjukkan di mana rumah
hartawan Lee itu, juga di mana rumah tikoan dan tihu!"
"Tihu telah tewas bersama isterinya dibunuh oleh Wan Sin Hong.
Kejadian ini pun dipergunakan oleh tikoan untuk bertindak
sewenang-wenang, menggeledah setiap rumah, menerima sogokan
dan menangkapi orang-orang yang tidak disukai oleh Lee-wangwe.
Aah, sayang sekali Wan Sin Hong berlaku setengah-setengah.
Mengapa ia tidak membunuh juga sekalian tikoan dan hartawan itu"
Kalau ia lakukan ini, aku akan menganggapnya sebagai seorang
penjahat yang baik dan gagah!"
Malam harinya terjadi kegemparan lain ketika hartawan Lee yang rumahnya terjaga kuat oleh puluhan orang tukang pukul itu
kemasukan penjahat yang tidak mengambil sesuatu yang berharga
itu. Inilah perbuatan Hui Lian yang malam itu juga memasuki rumah hartawan Lee, dengan mudah mendapatkar kamarnya lalu menabas
putus dua buah daun telinga Lee-wangwe sambil mengancam,
"Kalau aku mendengar lagi bahwa kau melakukan kejahatan di kota ini mengandalkan uang dan pengaruhmu, awas lain kali aku
datang lagi mengambil kepala-mu!" Kemudian ia berkelebat lenyap meninggalkan Lee-wangwe yang roboh pingsan saking takut dan
sakitnya! Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali terjadi hal lain yang lebih menghebohkan. Ketika itu Su-taijin, pembesar berpangkat tikoan di 546
kota itu, sedang duduk di ruang belakang dekat kebun kembang
dihadap oleh Teng Sian seorang kepala tukang pukulnya yang
berpakaian seperti guru silat. Kalau orang melihat Su-taijin pasti ia takkan mengira bahwa pembesar ini seorang mata keranjang dan
jahat. Orangnya sudah setengah tua, sikapnya halus, pendeknya
sikap seorang terpelajar. Akan tetapi siapa kira, di balik dari segala kesopanan dan kehalusan itu tersembunyi watak yang gila harta gila pangkat, dan mata keranjang! Entah sudah berapa banyak orang
yang menderita karena perbuatan Tikoan ini.
"Teng-kauwsu, bagaimana jawaban Kwee-wangwe?" terdengar pembesar itu bertanya kepada jagoannya yang baru saja datang
melakukan tugas.
"Kwee-wangwe minta waktu sepekan untuk berpikir-pikir, Taijin,"
jawab jagoan itu.
Su-taijin mengangguk-angguk. "Hmm, kuharap saja ia tidak keras kepala. Beri waktu tiga hari kalau tidak meluluskan permintaanku, kautangkap saja ia sekeluarga dengan tuduhan bersekongkol
dengan penjahat Wan Sin Hong!"
"Baik, Taijin," jawab Teng Sian. "Memang Lee-wangwe sudah berpesan agar cepat-cepat membereskan urusan ini."
Apakah yang sedang mereka bicarakan" Tak lain adalah
permintaan hartawan Lee yang menaruh hati kepada puteri keluarga Kwee yang kaya pula hingga ia tidak dapat mempergunakan
hartanya untuk mendapatkan gadis yang diidamkan itu. Kini setelah muncul penjahat Wan Sin Hong, hartawan Lee mendatangi tikoan
dan mereka merencanakan akal bulus untuk memfitnah keluarga
Kwee kalau saja Nona Kwee tidak diberikan kepada Lee-wangwe
untuk menjadi bini mudanya. Memang pada saat muncul penjahat
besar yang melakukan pembunuhan dan pencurian besar, tikoan
sebagai pembesar setempat dengan mudah sekali menangkap siapa
saja dengan alasan bercurigai atau menuduh orang itu bersekongkol dengan penjahat yang membunuh tihu dan mencuri. Kwee-wangwe
menerima lamaran Lee wangwe yang sudah setengah tua, maklum
pula akan bahayanya lamaran ini, apalagi karena yang menjadi
"jembatan" adalah tikoan sendiri. Dalam bingungnya ia minta waktu 547
sepekan untuk berpikir, atau lebih tepat untuk mencari jalan keluar daripada bencana yang mengancam itu.
"Memang betul, urusan ini harus cepat dibereskan," kata pula Su-taijin, sambil mengelus-elus jenggotnya. "Dengan menangkap Kwee-wangwe, sekali pukul kita dapat membunuh tiga lalat.
Pertama kita dapat menyerahkan Kwee-siocia yang jelita itu kepada Lee-wangwe, ke dua kita dapat menyita harta bendanya, dan ketiga kita dapat melaporkan ke kota raja, bahwa biarpun kita belum
berhasil menangkap Wan Sin Hong, namun kita sudah berhasil
menangkap sahabatnya di mana penjahat itu bermalam, yakni
keluarga Kwee!"
Dua orang itu bergembira membayangkan hasil yang mereka
akan dapat dari siasat keji ini, tidak tahu bahwa semenjak tadi, di atas genteng mendekam tubuh seorang yang mendengarkan
percakapan mereka.
"Tikoan bangsat tak tahu malu" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan tubuh yang langsing padat melayang turun dari atas genteng, tepat di atas lantai di tengah-tengah antara Su-taijin dan Teng-kauwsu. Dua orang itu terkejut bukan main ketika tiba-tiba melihat seorang gadis cantik jelita dan membawa pedang
tergantung di pinggang tahu-tahu telah berdiri di situ. Gadis ini bukan lain adalah Go Hui Lian yang baru kembali dari rumah gedung Lee-wangwe. Setelah berhasil membuntungi sepasang daun telinga hartawan busuk itu. Dari rumah hartawan itu ia langsung
mendatangi rumah tikoan.
Su-taijin sudah seringkali menghadapi para penjahat kejam yang tertangkap dan diadili, maka sebetulnya ia sudah tabah sekali
berhadapan dengan segala macam orang kasar. Akan tetapi
sekarang ia duduk bengong bagaikan patung, bukan karena kaget
dan takut melainkan saking kagumnya melihat seorang gadis yang cantik ini, dan yang turun dari atas seperti seorang bidadari baru turun dari kahyangan. Juga Teng Sian untuk beberapa detik duduk melongo. Guru silat atau jagoan tangan kanan Su-taijin ini' lain lagi.
Ia melongo saking heran dan kagetnya, karena sebagai seorang ahli silat tahulah dia bahwa ia berhadapan dengan seorang ahli yang ulung, sehingga suara kakinya ketika berada di atas genteng tak 548
dapat didengar sama sekali. Akan tetapi di lain saat ia telah
melompat berdiri dan sekali menyambar ke dekat tembok, ia telah memegang toyanya yang tadi disandarkan di tembok.
"Penjahat wanita dari manakah berani main gila di rumah
pembesar?" bentaknya sambil melompat maju mengancam Hui Lian.
Hui Lian membalikkan tubuh dan memandang kepada guru silat
itu dengan senyum sindir. "Aduh gagahnya tukang pukul ini. Ke mana kau bersembunyi ketika muncul penjahat yang niengacau
kota> Bagus betul, ada penjahat muncul mengganggu kota, tikoan dan jagoannya bukannya berusaha menangkap penjahat, bahkan
menambah kekacauan hendak memfitnah orang baik-baik. Kalian
harus diberi tahu rasa sedikit!"
Cepat sekali tubuh Hui Lian
bergerak dan di lain saat
terdengar suara gaduh ketika
toya di tangan Teng-kauwsu
terlepas dari tangan sedangkan
guru silat itu sendiri terlempar
jauh sampai tiga tombak dan
roboh pingsan dengan tulang
pundak dan lulang kaki patah!
Hui Lian telah memukul dan
menendang sekaligus sehingga
guru silat itu roboh pingsan
sebelum ia tahu bagaimana
nona jelita itu bergerak.
"Tolong...! Tangkap
penjahat!" Tikoan itu berteriak
teriak ketakutan. Baru sekarang ia benar-benar merasa takut ketika melihat betapa mudah gadis itu merobohkan orang kepercayaannya.
Akan tetapi, sebelum ia sempat lari dan sebelum para penjaga
yang berlari-lari datang di tempat itu, Hui Lian sudah mencahut pedangnya dan dua kali pedang berkelebat, tikoan itu kehilangan lengan kiri dan ujung hidungnya. Pembesar itu menjerit-jerit seperti babi disembelih, lari ke sana ke mari saking perih dan sakitnya, kemudian roboh setelah menumbuk dinding.
549 Belasan orang penjaga datang dengan golok di tangan. Bagaikan
sekawanan anjing galak mereka ini mengepung dan menyerang Hui
Lian. "Kalian anjing-anjing jahat berkedok penjaga keamanan, harus dihajar semua!" dara perkasa itu membentak marah, tubuhnya
lenyap terbungkus sinar pedangnya yang berkelebatan.
Bukan main hebatnya sepak terjang Hui Lian ini. Di sana-sini
terdengar jerit dan pekik kesakitan. Pedang dan golok beterbangan ke kanan kiri dan tubuh para pengeroyok terlempar dan saling
bertumbukan. Baiknya dara perkasa ini masih mengingat kasihan, mengingat bahwa para pengeroyok ini hanyalah kaki-tangan atau
alat belaka. Oleh karena itu, ia tidak tega untuk berlaku kejam dan hanya merobohkan mereka seorang demi seorang dengan luka
ringan saja. Namun ini sudah cukup untuk membuat semua orang
menjadi jerih dan sebagian pula mundur teratur.
Tiba-tiba Hui Lian mendengar suara datang tanpa melihat
orangnya. 'Cukup, Lihiap cukup. Tak baik menghina alat pemerintah. Lebih baik pergunakan kepandaian untuk mencari penjahat besar Wan Sin Hong!"
Hui Lian terkejut sekali. Cepat ia melompat keluar dari tempat itu dan di antara teriakan orang-orang Su-taijin, Hui Lian menghilang.
Gadis ini menoleh kesana ke mari, mencari orang yang tadi
mengeluarkan suara mencegahnya melanjutkan amukannya.
Sebagai seorang ahli silat tinggi, maklumlah Hui Lian bahwa yang tadi menegurnya adalah seorang ahli lweekeh yang pandai
mempergunakan Ilmu Coan-im-jap-bit, yakni ilmu mengirim suara
dari jauh yang hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli silat tinggi yang memiliki tenaga lweekang tingkat tinggi.
Akan tetapi, ke manapun ia mencari dengan pandang matanya,
ia tidak melihat adanya orang yang kiranya melakukan hal tadi dan hanya bertemu dengan Can-piauwsu. Pendekar ini merasa gembira
dan berterima kasih melihat hasil sepak terjang Hui Lian,
"Lilllap, kau patut sekali menjadi puteri Hwa I Enghiong! Mudah-mudahan saja dengan usahamu yang amat gagah ini keadaan
550 kotaku akan menjadi aman dan tenteram," kata piauwsu itu sambil menjura.
Hui Lian tersenyum. "Aku hanya membantumu, Can-piauwsu.
Kalau kotamu menjadi aman dan tenteram, itu sepenuhnya adalah
karena jasamu yang besar bagi kota ini."
Oleh karena semua kaki tangan Su-tikoan sudah melihatnya, Hui
Lian tidak mau lama-lama tinggal di kota itu agar jangan
menimbulkan keributan lain. Pada keesokan harinya ia
meninggalkan kota Ceng-sin-kwan, menuju ke kota Tiang-si, kurang lebih tiga puluh lima li dari Cengsin -kwan. Ia sengaja menyimpang dari perjalanannya pulang dan ingin ke Tiang si karena dari Can-piauwsu ia mendengar bahwa sehari setelah Ceng-sin-kwan kacau
oleh Wan Sin Hong, kota Tiang-si mendapat gilirannya. Penjahat yang mengaku bernama Wan Sin Hong itu telah mengacau pula di
Tiang-si, melakukan perbuatan terkutuk.
"Aku harus berusaha mencari dan menangkapnya," kata Hui Lian di dalam hatinya dan ia menjadi makin panas kalau teringat akan kata-kata orang yang tidak menampakkan diri ketika ia dikeroyok oleh anak buah tikoan.
Perjalanan ke Tiang-si ia lakukan secepatnya. Kurang lebih
sepuluh li dari Ceng-sin-kwan, Hui Lian memasuki sebuah kampung dan perutnya tiba-tiba menjadi lapar sekali ketika mencium asap masakan yang amat sedap yang keluar dari sebuah rumah makan
dalam dusun itu.
Ketika Hui Lian tiba di ambang pintu rumah makan, seorang
pelayan tua dengan kain lap putih bersih tergantung di pundaknya menyambutnya dengan ramah-tamah. "Ah, Lihiap telah datang!
Silakan duduk di meja terbesar."
Tadinya Hui Lian terkejut, akan tetapi melihat muka yang ramah itu, ia mengira bahwa memang sudah menjadi kebiasaan pelayan ini untuk berlaku ramah dan bersikap seakan-akan telah mengenal
setiap pengunjung rumah makan. Juga tidak mengherankan kalau


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelayan menyebutnya "lihiap" karena memang Hui Lian tidak menyembunyikan pedang yang digantung di pinggang. Dengan
tenang ia lalu mengambil tempat duduk.
551 "Keluarkan nasi dan masakan yang asapnya tercium olehku
sekarang ini," katanya.
Pelayan itu tertawa, kelihatan gasinya yang ompong sebelah
kanan. "Ha, Siocia tidak beda dengan yang lain. Memang masakan
bebek panggang di restoran kami amat terkenal. Biarpun restoran kecil dan di dusun kecil pula, namun para bangsawan dan hartawan dari kota Ceng-sin-kwan dan Tiang-si sudah mengenaI bebek
panggang kami. Dua hari yang lalu rombongan orang-orang gagah
yang tampan dan cantik yang amat royal dengan hadiahnya juga
telah menghabiskan lima ekor bebek panggang!"' Hui Lian merasa jemu juga mendengar pelayan yang suka bicara ini.
"Cukup, lekas kau keluarkan masakan itu, aku sudah lapar!"
katanya. Pelayan itu mengangguk-angguk dan mengundurkan diri.
Memang tentang kelezatan masakan bebek panggang tidak
terlalu dilebih-lebihkan oleh pelayan tadi. Harus diakui oleh Hui Lian bahwa jarang ia makan bebek panggang seenak itu, empuk gurih
dan sedap. Setelah selesai makan, ia berdiri dan memanggil pelayan tadi hendak membayar. Akan tetapi alangkah herannya ketika
pelayan itu menggeleng kepala dan menggoyang kedua tangan
sambil berkata.
"Sudah dibayar... sudah dibayar, bahkan hadiahnya juga sudah cukup banyak, harap Lihiap jangan membikin hamba sungkan dan
malu." "Siapa yang membayar" jangan kau main main, Lopek!"
"Siapa berani main-main, Lihiap" Memang sudah dibayar pagi tadi, oleh seoang hwesio tinggi besar dan lucu. Dia meninggalkan uang dan berkata bahwa uang itu untuk membayar semua makanan
yang dimakan oleh seorang dara perkasa!"
"Ah, aku tidak mengenaI segala macam hwesio. Mungkin yang dimaksudkan bukan aku." Hui Lian membantah.
"Tidak bisa salah, Losuhu itu sudah menerangkan tentang wajah dan pakaianmu, juga pedang yang tergantung di pinggangmu. Mana kami bisa salah dan demikian sembrono" Harap Lihiap sudi
552 membebaskan kami daripada keadaan tidak enak. Kalau Lihiap
membayar, tentu kami akan mendapat marah besar dari hwesio itu.
Kalau sampai di marah, waah, celakalah kami."
"Galakkah dia?" Hui Lian tertarik.
"Galak" Bukan main! Baru saja dia makan, datang dua orang pemimpin barisan pengawal tikoan. Losuhu itu tanpa banyak cakap lalu menendang meja di depan dua orang menjambak rambut dan
mengadu kepala mereka sampai keduanya roboh pingsan beberapa
jam lamanya."
Hui Lian makin terheran. "Bagaimana macam hwesio itu"
Membawa apa dan siapa namanya?"
"Entahlah, namanya kami tidak tahu. Tak seorang pun di antara kami mendengar ia menyebut namanya. Ia bertubuh tinggi besar,
pakaiannya lebar, mukanya putih dan di punggungnya tergantung
sebatang penggada pendek dan besar mengerikan sekali. Ia
menghabiskan arak tiga guci besar kemudian setelah merobohkan
dua orang komandan itu, ia berpesan untuk membayarkan uang
yang ia tinggalkan untuk makanmu, Lihiap. Kemudian ia masih
berpesan lagi bahwa Lihiap sebaiknya melanjutkan perjalanan ke Tiang-si secepatnya. kemudian seperti mengigau hwesio itu berkata berulang-ulang bahwa ia pun hendak mencari orang she Wan."
Mendengar ini, Hui Lian cepat melangkah keluar tanpa berkata
apa-apa lagi. Ketika pelayan itu mengejar keluar untuk melihat, gadis itu telah lenyap dari situ. Pelayan itu memutar matanya
sampai menjuling, menggaruk-garuk belakang kepala, lalu
mengomel seorang diri.
"Banyak iblis dan siluman sekarang ini! Iblis dan siluman muncul di pagi hari. Kemudian ia menggeleng kepalanya dan memasuki
restoran lagi. Sementara Itu, Hui Lian mempergunakan ilmu lari cepat menuju
ke Tiang-si. Ia tidak meragukan lagi bahwa orang yang telah
menegurnya ketika ia dikeroyok oleh orang-orang tikoan, adalah orang yang kini membayar makanannya pula. Seorang hwesio tinggi besar. Siapakah gerangan dia" Akan tetapi diam-dam ia selain
penasaran melihat orang itu tidak secara langsung
553 menghubunginya, juga merasa heran mengapa orang itu seakan-
akan mengajaknya mengejar dan menangkap penjahat yang
bernama Wan Sin Hong.
Ilmu lari cepat yang dipergunakan oleh Hui Lian adalah lari cepat Liok-te-hui-teng (Terbang di Atas Bumi) ajaran ayahnya, maka
cepatnya bukan main. Bagi pandang mata seorang yang bukan ahli silat tinggi, tentu yang tampak hanya berkelebatnya bayangan
belaka. Oleh karena itu, tak lama kemudian ia sudah tiba di luar tembok kota Tiang-si.
Tiba-tiba Hui Lian melihat bayangan orang berlari cepat di
sebelah depan. Yang berlari-lari itu adalah seorang hwesio tinggi besar, dan berdebarlah hati Hui Lian ketika melihat hwesio tinggi besar itu membawa sebuah senjata seperti penggada pendek yang
dipanggul di atas pundaknya. Melihat cara hwesio itu berlari sebelah tangan memanggul penggada dan sebelah lagi dipentang dan
digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah, kembali Hui Lian terkejut karena ia mengenal gerakan tangan itu sebagai ilmu lari cepat Hui-eng-coan-in (Garuda Terbang Menembus Mega), semacam ilmu lari
cepat yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah
mempunyai ginkang tingkat tinggi.
Akan tetapi Hui Lian bukan puteri tunggal Hwa I Enghiong kalau ia tidak dapat mengejar hwesio itu. Dengan ilmu lari cepatnya yang jarang tandingannya, Hui Lian mengerahkan tenaganya dan
sebentar saja ia dapat mengimbangi kecepatan hwesio itu. Setelah mereka berlari sampai di tembok kota Tiang-si, Hui Lian mehhat hwesio itu mendahului seorang laki-laki yang berjalan seenaknya kemudian tanpa mengeluarkan kata-kata sesuatu, hwesio itu
membalikkan tubuh dan memandang kepada pemuda itu dengan
penuh perhatian, setelah itu menggerakkan penggadanya yang
besar dan berat itu menghantam kepada orang itu.
Hampir saja Hui Lion mengeluarkan suara teriakan kaget ketika ia melihat bahwa yang diserang oleh hwesio tinggi besar itu adalah seorang pemuda yang kelihatan lemah sederhana, berwajah tampan sekali dan bersikap tenang. Celaka, pikir gadis ini, pukulan hwesio demikian lihainya, pemuda itu tentu akan roboh dengan kepala
pecah! 554 Sementara itu, pemuda yang tiba-tiba diserang oleh hwesio tinggi besar itu terdengar berseru,
"Toa-suhu, kenapa kau datang-datang memukul orang'"
Akan tetapi tanpa menjawab hwesio tinggi besar itu menyerang
terus dengan hebatnya. Penggadanya yang berat bagaikan seekor
biruang menubruk dengan
cepat dan dahsyat. Pemuda
itu dengan gerakan lambat
mengelak ke sana ke mari.
Hui Lian kaget sekali melihat
serangan-serangan yang
amat dahsyat itu! Ia maklum
bahwa kepandaian hwesio itu
lihai dan bahwa setiap
pukulan yang dilakukan
apabila mengenai tubuh
pemuda itu tentu akan
merenggut nyawanya.
Timbul hati tak senang
dalam dada Hui Lian melihat
peristiwa itu, tidak senang
terhadap Si Hwesio. Melihat
seorang pemuda yang
kelihatan lemah, datang-datang diserang mati-matian oleh hwesio itu tanpa diketahui atau diselidiki dulu kesalahannya, Jiwa ksatria dalam dada Hui Lian memberontak. Siapa pun adanya hwesio itu,
baik dia orangnya yang selama ini secara rahasia menghubungiku atau bukan, perbuatannya yang sekarang ini menyatakan bahwa dia bukan seorang baik-baik, pikir Hui Lian. Ia mencabut pedang dan sekali berkelebat tubuhnya telah melayang ke tempat perpuran.
Hwesio tua, jangan kau berlaku kejam curang...!" bentaknya dan di lain saat terdengar suara berdentang yang amat nyaring ketika pedang Hui Lian bertemu dengan penggada di tangan hwesio itu.
Hui Lian terkejut sekali. Pertemuan senjata itu membuat telapak tangannya terasa tergetar dan hampir saja pedangnya terlepas dori pegangan kalau saja ia tidak lekas mengatur tenaganya.
555 Sementara itu, pemuda yang tadi diserang bertubi-tubi oleh
hwesio tinggi besar, kini berdiri bagaikan patung hidup, memandang kepada Hui Lian dengan mata terbuka lebar-lebar penuh
kekaguman. "Nona, jangan menghalangi pinceng. Kau bahkan harus
membantu pinceng menangkapnya. Dialah penjahat besar Wan Sin
Hong'" kata hwesio itu sambil bergerak maju menyerang lagi mengirim serangan dengan tendangan kaki kanan yang dilakukan
amat cepat dan kuatnya. Akan tetapi pemuda tampan itu dengan
amat mudah menggerakkan kaki dan tendangan itu mengenai
tempat kosong. Muka Hui Lian menjadi merah karena jengah ketika tadi ia
menengok, ia melihat pandang mata pemuda itu. Entah mengapa
sudah biasa baginya melihat pandang mata ditujukan kepadanya
dengan sinar kekaguman, akan tetapi baru kali ini pandang mata seorang pemuda membuat ia bermerah muka, jengah dan berdebar.
Kemudian rasa jengah terganti oleh rasa kaget dan kagum lihat cara pemuda itu menggerakkan kaki untuk mengelak dari tendangan
lawan. Tak salah lagi itulah gerakan Sha-gak jiauw-po (Langkah Segi Tiga) yang kadang-kadang dipergunakan dalam Ilmu Silat Pak-kek-sin-ciang!
"Nona, bukankah dari Ceng-sin-kwan kau sengaja datang ke sini hendak membasmi penjahat Wan Sin Hong" Nah, ini dia orangnya!
Tidak lekas turun tangan mau tunggu kapan lagi?" Kembali hwesio tinggi besar itu berseru sambil mempercepat gerakan penggadanya.
Lagi lagi pemuda itu mengelak tanpa memandang pada lawannya
karena sepasang matanya masih saja menatap wajah Hui Lian.
"Go-lihiap, lekas turun tangan! Ayahmu Hwa I Enghiong tentu akan marah kalau melihat keraguanmu ini!" kembali hesio tinggi besar itu berkata keras untuk melanjuckan serangannya.
Sebetulnya, hwesio ini sengaja menyebut-nyebut nama ayah Hui
Lian dengan maksud tertentu. Ketika sampai hampir sepuluh kali penggadanya selalu mengenai angin, ia sudah terkejut sekali dan maklum bahwa pemuda yang diserangnya itu benar-benar seorang
berkepandaian tinggi.
556 Oleh karena itu, ia sengaja menyebut nama Hwa I Enghiong
untuk menakut-nakuti lawannya.
Sadarlah Hui Lian dari lamunannya. Ia cepat menggerakkan
pedang yang ditusukkan ke arah tenggorokan pemuda itu. Pemuda
itu mengeluarkan suara mengeluh kecewa dan berduka, kemudian
sekali ia berkelebat, Hui Lian dan hwesio itu hanya berdiri melongo karena gerakan pemuda itu bukan main cepatnya seperti terbang
saja. Hanya suara pemuda itu yang terdengar jelas sebelum lenyap dari pandangan mata,
"Semua orang membenci Wan Sin Hong. Baiklah. Wan Sin Hong akan lenyap, kalau masih ada Wan Sin Hong dia itu palsu!"
Hui Lian dan hwesto itu saling pandang dengan bengong. Baik
Hui Lian maupun hwesio yang lihai itu sendiri, baru kali ini
menghadapi seorang pemuda yang demikian aneh dan luar biasa
kepandaiannya. Tidak saja pemuda itu dengan tangan kosong dapat menghadapi penggada hwesio itu sampai beberapa jurus, juga
pemuda itu dalam kepungan hwesto dan Hui Lian dapat melarikan
diri sedemikian mudahnya. Padahal menilik kepandaian, hwesio itu agaknya memiliki kepandaian yang tidak kalah oleh Hui Lian, dan kiranya tidak sembarang orang yang akan sanggup melarikan diri dari kepungan dua orang ini.
"Hebat, hebat...! Kalau tidak menyaksikan sendiri, pinceng tidak akan dapat percaya ada seorang muda berkepandaian sedemikian
tinggi. Benar-benar penjahat muda itu berbahaya sekali, seorang iblis yang akan menggemparkan dunia kang-ouw...! Nona Go, kali ini Ayah Bundamu harus turun tangan, kalau tidak, pinceng khawatir takkan ada orang lain yang sanggup menandingi penjahat muda
Wan Sin Hong itu."
"Lo-suhu siapakah" Bagaimana bisa tahu bahwa aku adalah
puteri Hwa l Enghiong?"
Hwesio tinggi besar itu menyeringai. Memang hwesio ini
semenjak tadi mukanya seperti orang gembira selalu hingga
nampaknya lucu,
"Go-lihiap, kau memang mengagumkan, masih muda sudah
berkepandaian tinggi. Akan tetapi, agaknya usiamu yang amat muda 557
itulah yang membuat kau agak sembrono. Apakah sukarnya
mengenalmu setelah kau bicara dengan piauwsu itu dan kau
mengamuk di kota Ceng-sin- wan" Nama pinceng tidak ada orang
kenal, bahkan ayah bundamu sendiri kiranya belum pernah
mendengar namaku. Pinceng selamanya bertapa di dalam kelenteng dan tidak mau mencampuri urusan dunia. Sekarang ini karena nama Wan Sin Hong menggetarkan dunia menembus dinding kamarku,
terpaksa pinceng keluar untuk berusaha menangkapnya. Telah
beberapa hari pinceng mengikuti jejaknya akan tetapi melihat
gerak-geriknya yang menyatakan bahwa Wan Sin Hong tak boleh
dibuat sembarangan, pinceng menanti saat baik. Kebetulan di Cengsin-kwan pinceng melihatmu, maka setelah mendapat bantuanmu
barulah pinceng turun tangan. Akan tetapi... ternyata tetap saja sia-sia. Wan Sin Hong manusia iblis yang sukar dilawan."
"Betapapun juga, kuharap Lo suhu sudi memperkenalkan nama yang mulia," kata Hui Lian. "Aku sendiri adalah Go Hui Lian dan kedua orang tuaku Lo-suhu sudah mengenalnya."
Kalau tadi hwesio itu menyeringai dan tersenyum saja, sekarang ia menarik napas biarpun bibirnya masih tersenyum "Baiklah kali ini pinceng terpaksa membuka pantangan. Pinceng adalah seorang
pertapa keliling, yang hidupnya dari kelenteng ke kelenteng,
namaku Tang Hwesio."
Hui Lian memang belum pernah mendengar nama ini, nama yang
sama sekali tidak terkenal di dunia kang-ouw.
"Lo-suhu, memang namamu sama sekali tidak pernah kukenal.
Akan tetapi Ayah sering kali bilang bahwa orang-orang gagah di dunia ini yang tidak mau memperkenalkan diri dan sama sekali tidak terkenal banyaknya tidak terhitung. Sekarang bertemu dengan Lo suhu, tahulah aku apa yang dimaksudkan oleh Ayah."
"Ha, ha, Ayahmu memang orang bijaksana. Biarpun belum
pernah bertemu muka, hati emasnya sudah lama pinceng dengar."
"Tang-lo-suhu, mari kita kejar penjahat tadi sebelum ia pergi jauh!" tiba-tiba Hui Lian berkata. Setelah kini mengenal Tang Hwesio ia merasa menyesal mengapa tidak tadi-tadi ia dapat
mengeroyok penjahat muda yang matanya "bisa bicara" itu.
558 Akan tetapi Tang Hwesio menggeleng kepalanya. "Tidak lihatkah kau tadi bahwa penjahat muda itu memiliki ilmu lari cepat yang amat luar biasa" Mungkin hanya Ayahmu yang dapat mengimbangi
kecepatan larinya, akan tetapi pinceng selamanya baru satu kali pernah melihat ilmu lari cepat Siang-seng-hui (Sepasang Bintang Beterbangan) dari Partai Siauw-lim. Tadinya pinceng anggap ilmu lari cepat itu yang paling unggul, tidak tahunya penjahat tadi telah memperlihatkan ilmu lari cepat yang agaknya tidak kalah oleh
Siang-seng-hui."
"Habis bagaimana kita bisa mengejarnya?"
"Dia pasti kembali ke kota Tiang-si. Mari kita menyelidik ke sana.
Kiraku, kalau kita berdua maju menyerangnya, tak mungkin dia
masih dapat mempertahankan diri. Hanya pinceng harap, kau tidak ragu-ragu dan lambat seperti tadi Nona."
Setelah berkata demikian, dengan langkahnya yang lebar, Tang
hwesio berjalan cepat. Hui Lian mengejarnya dengan muka merah.
Kata-kata terakhir hwesio tadi memang teguran yang wajar. Kalau saja dia tadi tidak ragu-ragu dan cepat menyerang, belum tentu penjahat Wan Sin Hong tadi dapat melarikan diri.
Akan tetapi, mata itu! Sepasang mata pemuda tadi seakan-akan
bicara kepadanya, menyatakan rangkaian kata-kata mencerminkan
suara hati yang mendebarkan jantungnya. Dia itukah putera angkat Lie Bu Tek" Betulkah pemuda itu menjadi penjahat" Kelihatan
begitu sederhana, lemah lembut dan tampan. Akan tetapi matanya memang agak kurang ajar pikir Hui Lian. Dan kata-katanya itu"
Bagaimanakah maksudnya" Apa artinya pemuda itu berkata bahwa
Wan Sin Hong akan lenyap dan kalau ada hanya Wan Sin Hong
palsu" Semua ini membingungkan Hui Lian, akan tetapi ia tidak
mengeluarkan pernyataan sesuatu kepada Tang Hwesio yang
berjalan cepat memasuki kota tanpa bicara pula.
"Nona, malam ini kita harus berpencar. Kau menyelidik bagian utara dan aku bagian selatan kota. Kita bertemu di kelenteng Ho-an-tang. Kalau kau bertemu dengan penjahat itu, kau lepaskan
panah api ini, demikian pula kalau kau melihat panah api yang
kulepaskan, harap kau cepat datang membantu. Kali ini kita harus dapat menangkapnya, mati atau hidup," kata Tang Hwesio sambil 559
menyerahkan beberapa batang panah api kepada gadis itu. Hui Lian menyatakan setuju, menerima panah menyimpannya di dalam
buntalan pakaian kemudia mereka berpisah. Tang Hwesio terus ke sebuah kelenteng di tengah kota, yakni kelenteng Hok an-tang,
sedangkan Hui Lian mencari kamar di rumah penginapan.
Semenjak masuk ke dalam rumah penginapan, Hui Lian menaruh
hati curiga kepada serombongan orang terdiri dari enam orang yang pakaiannya seperti jago-jago silat. Ia menduga bahwa enam orang itu tentulah sebangsa tukang pukul atau anak buah bangsawan atau hartawan okpa. Mungkin juga anggauta-anggauta perkumpulan silat yang menjaga di kota Tiang si. Akan tetapi, tak lama kemudian
mereka itu main mata dan lenyap meninggalkan rumah penginapan
itu tanpa mengganggunya. Hui Lian menarik napas lega. Ia tidak ingin mencari keributan dalam tugasnya yang lebih penting ini. Dan penuturan yang ia dengar selama ia tiba di Ceng-sin-kwan sampai Tiang-si, nama Wan Sin Hong memang tersohor sekali sebagai
seorang penjahat yang kejam. Tidak saja membunuh-bunuhi orang
seperti membunuh ayam saja, juga ia merampok harta benda dan
mengganggu anak bini orang lalu dibunuh secara mengerikan.
Kejahatan yang terakhir inilah yang membuat Hui Lian menjadi
marah sekali. Tidak peduli yang melakukan kejahatan itu putera pungut Lie Bu Tek, tak peduli yang melakukan itu seorang pemuda yang tampan, yang mempunyai mata pandai menyatakan isi hati,
yang wajahnya mendebarkan hatinya, orang sekeji itu harus ia
basmi! Oleh karena itu, Hui Lian bersemangat sekali dalam
menjalankan tugas yang diserahkan kepadanya oleh Tang Hwesio.
Setelah makan malam, Hui Lian mengenakan pakaian yang
ringkas, membawa pedang dan panah api. Ia menanti sampai
rumah penginapan itu sunyi dan jalan raya juga sepi. Tanpa
diketahui oleh seorang pun tamu lain, gadis perkasa ini melompat keluar melalui jendela yang ditutupnya kembali dari luar. Dengan gerakan ringan bagaikan seekor burung walet ia melompat ke atas genteng, Ia hati hati sekali, tidak segera pergi dari situ, melainkan mendekam di atas genteng sambil memandang ke sana ke mari,
memasang mata dan telinga, takut kalau-kalau ada orang yang
melihat gerakan-gerakannya. Akan tetapi keadaan di sekelilingnya sunyi belaka, hanya angin malam bertiup perlahan membelai pipi 560
dan rambutnya. Dengan hati lega Hui Lian lalu mulai melompat dan sebentar saja sesosok bayangan yang gesit berlompatan dan
berlarian melalui genteng-genteng rumah di kota Tiang si.
Ketika ia memutar ke bagian utara diam-diam ia kecewa dan
mengecam Tang Hwesio di dalam hatinya. Ternyata bahwa ia
mendapat tugas di bagian yang sunyi, rumah-rumah di situ kecil dan merupakan daerah penduduk miskin. Agaknya Tang Hwesio sengaja
memilih daerah ramai untuk bagiannya sehingga tugas yang
terberat berada di punggungnya. Sebagaimana telah diketahui,
penjahat Wan Sin Hong itu selalu melakukan kejahatan di daerah orang kaya dan bangsawan-bangsaan. Di daerah yang miskin itu,
seorang penjahat hendak mencari apakah" Tidak ada harta untuk
dirampok, tidak ada gadis cantik untuk diganggu, dan tidak ada bangsawan untuk dibunuh.
"Tang Ilwesio terlalu memandang rendah kepadaku..." kata Hui Lian bersungut-sungut. Sambil berjalan di atas jalan yang sunyi itu ia sering kali menegok ke selatan mengharapkan tanda panah dari Tang Hwesio. Akan tetapi angkasa sunyi pula, hanya beberapa butir bintang di langit mengiringkan bulan sepotong yang sudah timbul.
Hui Lian merasa jemu lalu tubuhnya digerakkan, meloncat naik
lagi ke atas genteng rumah. Dan rumah ini ia melihat ke sekeliling dan pada saat itulah ia melihat di bawah sinar bulan bayangan
seorang laki-laki berlari cepat mengejar seorang wanita. Wanita itu pun pandai ilmu silat dan pandai pula berlari cepat. Hal ini mudah dilihat dan gerakannya ketika melarikan diri. Kebetulan sekali dua orang yang berkejaran itu berlari melewati dekat rumah di mana Hui Lian bersembunyi dan bulan bersinar terang. Ketika wanita itu lewat dekat rumah dan terkena cahaya lampu yang tergantung di situ, Hui Lian melihat bahwa yang melarikan diri adalah seorang gadis yang cantik. Sekelebat ia seperti pernah melihat wajah perempuan ini akan tetapi ia lupa lagi entah di mana dan bilamana. Kemudian
menyusul pengejar gadis itu, dan Hui Lian berdebar, mukanya
merah. Ternyata pemuda itu adalah pemuda yang tadi siang ia lihat bersama Tang Hwesio, yakni pemuda yang oleh Tang Hwesio
disebut Wan Sin Hong.
561 "Gadis keji, jangan harap bisa terlepas dan tanganku...!"
terdengar pemuda itu berseru dan kini larinya cepat sekali. Dengan beberapa lompatan saja ia telah menyusul gadis yang lari di
depannya. Gadis itu tiba tiba membalikkan tubuh menyerang
dengan pukulan yang tidak boleh dipandang ringan. Akan tetapi
tanpa mempedulikan jatuhnya pukulan pada tubuhnya, pemuda itu
mengulur tagan dan di lain saat gadis itu telah roboh dengan tubuh lemas!
Ketika pemuda Itu membungkuk hendak mengangkat tubuh
gadis yang sudah tak berdaya tiba-tiba terdengar bentakan di
belakangnya. "Bangsat tak tahu malu, kau memang harus mampus!" Sebatang pedang meyambar cepat sekali ke arah punggungnya.
Hui Lian sudah memastikan bahwa pedangnya tentu akan
merobohkan lawan, karena selain kedudukan pemuda itu selang
sukar dan kepalang, juga serangannya itu merupakan serangan dari jurus ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang yang terlihai.
Akan tetapi hebat sekali pemuda itu. Biarpun ia juga terkejut
sekali melihat datangnya serangan yang luar biasa cepat dan
berbahayanya, namun sekali mengelak secara otomatis dan
tangannya masih juga dapat menyambar tubuh gadis yang telah


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pingsan dan dikempitnya.
Akan tetapi, ketika pemuda itu membalikkan tubuh untuk melihat siapa yang menyerangnya, ia nampak gugup sekali.
"Kau... Nona..." Dan tak terasa pula tubuh gadis yang dikempitnya diletakkan kembali ke atas tanah.
Hui Lian tidak mau peduli akan sikap yang aneh dari pemuda ini.
Ia merasa penasaran karena tadi serangan yang sudah begitu pasti ternyata menemui tempat kosong. Dengan gemas lalu menubruk
maju menyerang dengan pedangnya, mengeluarkan ilmu pedangnya
yang paling sulit dan lihai karena ia maklum bahwa ia menghadapi seorang lawan lihai.
"Jangan serang aku... jangan kau ikut membenciku..." pemuda itu mengelak kesana ke mari sambil mengeluh.
562 Siapakah pemuda ini" Memang bukan lain dia adalah Wan Sin
Hong sendiri! Seperti telah diketahui, Sin Hong merasa penasaran dan juga gemas sekali karena namanya dirusak orang. Di mana-mana terdengar perbuatan-perbuatan jahat yang katanya dilakukan oleh Wan Sin Hong, atau berarti olehnya! Oleh karena itu ia
menggerahkan seluruh perhatian untuk menyelidiki persoalan ganjil ini. Sampai jauh ia merantau dan akhirnya ia melihat gadis yang dulu mengaku telah diganggu! Setelah Wan Sin Hong bertemu
dengan Tang Hwesio dan Go Hui Lian kemudian dikeroyoknya, Sin
Hong melarikan diri dengan hati berduka sekali. Entah mengapa, melihat Go Hui Lian, hatinya tergerak dan bayangan gadis jelita itu tidak pernah dapat terusir dari depan matanya. Ia menjadi makin kecewa dan berduka. Tadinya ia merasa gembira juga melihat puteri Hwa I Enghiong Go Ciang Le yang sering kali dipuji oleh gihunya, ternyata merupakan seorang gadis yang demikian cantik jelita dan perkasa. Akan tetapi, kalau ia teringat betapa gadis manis ini pun menganggap dia orang penjahat, benar-benar Sin Hong, menjadi
bingung dan sedih, dan makin bernafsulah ia untuk mencari orang merusak namanya.
Alangkah girang hatinya ketika ia sedang melarikan diri
meninggalkan Hui Lian dan akan memasuki kota Tiang an ia melihat bayangan seorang gadis cantik yang dikenalnya sebagai gadis yang dia pernah mengaku menjadi korbannya! Gadis inilah yang dulu di depan para tokoh kang-ouw dan para ciangbunjin (ketua) dari
partai-partai besar, mengaku telah diganggu dan yang agaknya
sengaja hendak mencoret mukanya di depan tokoh-tokoh besar itu, entah karena kehendak sendiri ataukah disuruh oleh orang lain.
Dahulu gadis itu melompat ke dalam jurang dan disangka mati oleh para tokoh besar tanpa menyelidiki lebih dulu. Dia sendiri sudah mencari ke bawah, akan tetapi tidak menemukan mayat gadis itu, tanda bahwa gadis itu bukannya membunuh diri dengan cara yang
luar biasa sekali.
Sin Hong menahan gelora hatinya dan tidak mau berlancang
tangan menyerang. Ia maklum bahwa gadis itu bukan orang biasa
saja, dan kalau diingat bahwa selama hidupnya belum pernah ia
bertemu dengan gadis itu, maka mustahil kalau itu sengaja merusak namanya begitu saja. Pasti ada apa-apanya di belakang atau
563 dengan lain perkataan, pasti ada orang lain yang menggerakkan
gadis ini melakukan fitnahan keji terhadap dirinya. Kalau memang ada orang di belakang layar itu, maka dia itulah orangnya yang selama ini merusak namanya. Hati Sin Hong berdebar. Diam-diam
lalu mengikuti gadis itu karena menduga bahwa gadis itu tentu akan membawanya ke tempat orang yang selama ini merusak namanya.
Akan tetapi wanita muda yang cantik itu menyewa kamar di
sebuah hotel. terpaksa Sin Hong juga menyewa kamar dan diam-
diam ia terus menguntit. Bukan main mendongkol hatinya ketika ia mendapat kenyataan bahwa wanita itu tidak pernah keluar dari
kamarnya, bahkan memesan kepada pelayan untuk mengirim
masakan ke kamar. Sampai jauh malam Sin Hong mengintai dari
kamarnya sendiri ke arah kamar gadis ini.
Menjelang tengah malam, ia melihat bayangan orang melompat-
lompat di atas wuwungan rumah dan ketika bayangn itu
menggerakkan tangan, ia melihat sebuah benda hitam kecil
melayang masuk ke dalam kamar wanita muda tadi melalui celah-
celah antara daun jendela.
Sin Hong cepat melompat keluar kamar, akan tetapi dengan
beberapa gerakan saja bayangan itu telah lenyap. Sin Hon
penasaran, cepat ia mendekati jendela kamar wanita itu dan
mengintai ke dalam. dilihatnya wanita itu tengah memegang sehelai kertas yang ditulis dengan huruf-huruf besar.
"DIA MENGINTAIMU, LEKAS LARI, TERPISAH DAN TUTUP MULUT
Pandang mata Sin Hong yang tajam dapat membaca tulisan itu
dan ia menggigit bibir dengan mendongkol sekali. Tak disangkanya bahwa musuh yang merusak namanya itu benar-benar amat lihai.
Tadi pun ia telah menyaksikan gerakannya yang luar biasa cepat dan kini yakinlah dia bahwa musuhnya itu adalah bayangan tadi.
Dan wanita ini hanyalah kaki tangan dan musuh rahasianya.
Ia mendengar wanita itu mengeluarkan keluhan dan nampak
seperti ketakutan. Kemudian ia cepat menyelinap ketika melihat wanita itu berbenah, membungkus pakai?n dan memanggulnya di
punggung, kemudian wanita itu memadamkan api lilin dan
melompat keluar melalui jendela dengan gerakan yang cukup lincah!
564 Kemudian wanita muda yang cantik itu berlari cepat sekali ke arah utara, agaknya hendak keluar dari kota Tiangsi.
Sin Hong maklum bahwa gadis ini tentu taat akan surat perintah tadi, maka untuk berhadapan dengan musuh rahasianya ia harus
menangkap gadis ini. Akan tetapi siapa kira, baru saja ia hendak membekuk gadis itu, tiba-tiba muncul Go Hui Lian menyerangnya, dengan hebat.
Biarpun Sin Hong harus mengaku bahwa ilmu pedang dari Hui
Lian tak boleh dipandang ringan, namun bukan serangan itulah
yang membuat ia menjadi gugup, bingung, dan berduka. Ia maklum bahwa perbuatannya merobohkan gadis di tengah malam buta tentu akan mendatangkan kecurigaan besar sekali dan tentu Hui Lian kini akan merasa yakin bahwa Wan Sin Hong benar-benar seorang
penjahat keji pengganggu wanita!
Di samping kedukaan ini. juga Sin Hong ingin sekali menguji
sampai di mana kehebatan ilmu silat dari puten pendekar yang
sudah amat terkenal dan selalu dipuji-puji oleh gihunya. Maka lalu memperhatikan dan menghadapi pedang Hui Lian dengan tangan
kosong. Di lain pihak, Hui Lian merasa amat penasaran, mendongkol, dan juga heran, Dia adalah puteri tunggal Go Ciang Le jagoan nomor satu di dunia persilatan. Dia sudah mewarisi Ilmu Silat Pak-kek, Sinciang yang belum seratus prosen akan tetapi hanya di bawah
tingkat ayahnya. Dia mempelajan ginkang darinya yang telah
mewarisi ilmu ginkang luar biasa dari mendiang Thian Te Siang-mo (Sepasang Iblis Kembar). Bagaimana sekarang dengan pedangnya,
ia hanya dihadapi dan dilawan dengan tangan kosong belaka oleh pemuda keji bernama Wan Sin Hong ini" Ia benar-benar penasaran, mendongkol dan heran. Baru ini kali selama hidupnya Hui Lian
mengalami hal yang amat aneh dan tak masuk akal.
Di samping keheranan dan penasaran ini, ia pun diam diam
merasa amat kecewa. Rasa kecewa yang sudah terasa di dalam
lubuk hatinya semenjak ia berjumpa dengan Sin Hong, kecewa
karena melihat seorang pemuda yang demikian "baik" ternyata telah sesat menjadi seorang penjahat keji yang demikian tersohor. Kini, melihat sendiri betapa kejinya pemuda itu mengejar-ngejar seorang 565
gadis dan merobohkannya, ditambah dengan kenyataan betapa
tinggi ilmu silat pemuda rasa kecewa di dalam hatinya meningkat.
Harus ia akui bahwa hatinya tergerak dan tcrtarik sekali terhadap pemuda mi. Betapa tidak" Selama hidupnya baru kali ini ia bertemu dengan seorang pemuda yang demikian gagah dan tinggi ilmu
silatnya. Tampan pula! Tidak kalah oleh Kong Ji dalam kelihaian maupun dalam ketampanan. Akan tetapi... sayangnya tidak kalah
pula dalam kejahatan!
Rasa kecewa ini membuat Hui Lian menjadi makin gemas.
Pedangnya berkelebat-kelebat menyambar bagaikan naga
mengamuk, akan tetapi yang diamuknya tenang-tenang saja
mengelak ke sana ke mari, kadang-kadang menyampok perlahan
dan beberapa kali terdengar pemuda itu memuji ilmu pedangnya.
Lima puluh jurus telah lewat tanpa satu kali pun Sin Hong membalas serangan Hui Lian.
"Keparat, kaubalaslah!" Hut Lian membentak dengan penasaran dan gemas. Hatinya sakit sekali dan mau ia menangis sambil
membanting-banting kaki kalau ia tidak malu kepada Sin Hong. Baru kali ini dia, puteri Hwa I Enghiong! dipermainkan orang seperti ini.
Akan tetapi tiba-tiba Sin Hong berseru keras, "Celaka, dia tari...!"
Hui Lian mengerling dan benar saja, gadis yang tadi dikejar-kejar dan dirobohkan oleh Sin Hong telah lenyap dari situ, tidak kelihatan lagi bayangannya. Ketika ia memandang lagi ke depan, Sin Hong
juga telah lenyap. Tentu pemuda itu pergi mencari gadis tadi,
pikirnya dan aneh sekali, timbul rasa tidak enak seperti orang iri hati dan cemburu didalam dadanya. Sin Hong agaknya tergila-gila dan suka sekali kepada gadis tadi sampai-sampai meninggalkan
gelangang pertempuran, seakan-akan tidak ada gadis cantik lain di dunia ini, seakan-akan dia.... Go Hui Lian... bukan seorang gadis atau bukan seorang gadis cantik! Sayang aku tadi tidak melihat wajah gadis itu, demikian bisikan hati Hui Lian.
Tiba-tiba gadis ini merah mukanya dan mau ia menampar pipinya
sendiri untuk pikiran yang dianggapnya tak bermalu itu. Cepat
dikeluarkan panah api dan tak lama kemudian di udara meluncur
cahaya kekuningan.
566 Tak lama kemudian datanglah Tang Hwesio sambil memanggul
penggadanya. Langkahnya lebar dan larinya cepat seperti seekor singa.
"Mana dia...?" tanyanya dari jauh begitu dia melihat bayangan gadis itu.
"Dia telah lari, Lo-suhu. Sayang sekali." Kemudian dengan singkat Hui Lian menceritakan betapa ia melihat penjahat itu
mengejar dan merobohkan seorang gadis. Kemudian ia menyerang
penjahat itu yang melarikan diri setelah melihat gadis tadi sudah lenyap dan situ, agaknya sudah lari lebih dulu.
"Aneh sekali, pinceng juga melihat bayangan seorang laki-laki memondong seorang gadis wanita, cepat sekali larinya dan telah lenyap sebelum penceng dapat melihat apakah dia itu Wan Si Hong atau bukan."
Makin panas dan tidak enak hati Hui Lian. "Ah, tentu dia sudah menangkap lagi perempuan tadi. Sayang aku tidak mempunyai
kemampuan untuk merobohkan dan membikin mampus dia!"
Tang Hwesio menarik napas panjang: "Siapa yang akan
menyalahkan kau, Nona" Kita berdua sudah sama tahu betapa
lihainya penjahat muda itu. Kau bertemu dengan dia seorang diri dan dia tidak mengganggumu, itu sudah amat bagus untukmu.
Nona, sekarang tidak ada lain jalan bagi kita. Kau lebih baik lekas mencari Ayah bundamu, suruh mereka turun tagan menangkap
penjahat keji ini. Pinceng sendiri akan menemui kawan-kawan di dunia kang-ouw untuk mengajak mereka beramai-ramai turun
gunung membersihkan dunia dari kejahatan Wan Sin Hong!"
Memang tidak ada jalan lain yang lebih baik. Mereka berdua tidak berdaya menghadapi Wan Sin Hong. Dengan lemas dan kecewa Hui
Lan berpisah dan Tang Hwesio. kembali ke hotelnya mengambil
pakaian, meninggalkan uang pembayaran sewa kamar di atas meja
dan pergi pada saat itu juga. Tengah malam telah lama lewat dan fajar sudah hampir menyingsing. Di sana-sini, jarang-jarang, sudah terdengar suara kokok ayam yang kepagian. Di angkasa sudah tidak ada buIan, hanya bintang-bintang masih menghias langit hitam,
berkedap-kedip seakan-akan bermain mata dengan Hui Lian. Aneh, 567
kedipan bintang mengingatkan Hui Lian akan kedipan mata Sin
Hong dan ia mengutuk bintang-bintang itu dalam hatinya, tidak mau memandang ke atas lagi dan berjalan meninggalkan kota Tiang-si yang masih tidur.
Hawa pagi itu dingin benar. Ah, mengapa aku keluar sepagi ini"
Dingin amat, pikir Hui Lian. Akan tetapi kalau ia teringat akan peristiwa tengah malam tadi, ia berpikir lain. Biarlah, biar aku kedinginan, hitung-hitung untuk menghukum kebodohan sendiri.
Aku harus melupakan dia sebagai pemuda menarik hati, harus ingat dia sebagai seorang penjahat keji! Biarlah hawa dingin mencuci otakku yang keruh, pikirnya gema kepada diri sendiri.
Kokok ayam saling bersahutan menyambut fajar menyingsing
ketika Hui Lian tiba di luar kota yang sunyi. Sawah dan tegal para petani membentang luas di kanan kini jalan yang sunyi itu. Kadang-kadang saja ia melihat pohon yang tumbuh di pinggir jalan, pohon-pohon tua yang batangnya sudah terbengkok-bengok membawa
berat dahan dan daun.
Ketika tiba di jalan membelok, ia melihat sinar api di depan. Dari jauh dapat dilihat bahwa itu adalah api unggun yang dibuat orang, sedangkan orangnyapun kelihatan berjongkok di dekat api, agaknya seorang petani membuat api untuk mengusir hawa dingin yang
menggerogoti tulang.
Hut Lian tentu saja dapat mengusir serangan hawa dingin
dengan pengerahan sinkangnya, akan tetapi pada saat itu
semangatnya sedang lelah dan tidak mempunyai niat untuk
berusaha sesuatu. Kini melihat orang mengusir dingin dengan api unggun, nampaknya begitu hangat dan enak, ia ingin sekali ikut menghanatkan tubuh di dekat api unggun. Tak terasa lagi ia lalu membelokkan tujuan kakinya dan menghampiri api unggun itu.
"Mari, silahkan duduk, Nona. Aku sengaja mcnunggumu di sini.
Kita bercakap-cakap sambil menghangatkan tubuh. Silakan." Orang yang tadinya dikira petani itu menggeser sebuah batu besar ke
dekat api unggun sambil mempersilahkan Hui Lian dengan tangan
kanannya dibentangkan.
568 Hui Lian membelalakkan matanya hampir saja berteriak saking
kagetnya. "Kau...?" serunya dan secepat kilat telah mencabut pedangnya! Ternyata bahwa orang itu bukan lain adalah Wan Sin
Hong yang malam tadi diserangnya mati-matian dan yang semenjak kemarin bayangannya selalu mengganggunya.
Sin Hong menundukkan mukanya dia menarik napas panjang.
"Alangkah buruknya kebiasaan seorang ahli silat. Di waktu sedingin ini pun mencabut pedang. Aahhh, kalau aku tidak mengerti ilmu silat, alangkah baiknya namaku tidak rusak... aku tidak dibenci orang...."
"Kau jahanam busuk pura-pura menyesal?" Hui Lian
menodongkan ujung pedangnya
di depan dada Sin Hong. "Jangan
kau berusaha hendak menipuku.
mana gadis malam tadi?"
Bibir Sin Hong tersenyum
duka. "Tahukah kau di mana dia"
Aku ingin sekali tahu, ingin sekali,
karena aku harus dapat
merangkap dia." Kemudian
sambil menatap wajah Hui Lian
yang nampak luar biasa cantiknya
dalam cahaya api unggun. Sin
Hong berkata tenang, "Kau
duduklah baik-baik, Nona. Aku
ingin bicara dari hati ke hati
denganmu, aku merasa bahagia
sekali dapat bertemu dengan puteri Hwa I Enghiong."
"Jangan coba berputar lidah! Hayo keluarkan senjatamu kalau kau memang laki-laki. Keparat jahanam, penjahat rendah, aku tidak begitu rendah untuk membunuh orang yang tidak melawan. Hayo
kita bertempur seribu jurus sampai seorang di antara kita
menggeletak tak bernyawa di sini!" Tangan Hui Lian yang
memegang pedang sudah menegang, siap untuk menyerang.
569 Sin Hong memandang ke arah api dan menarik napas lagi,
wajahnya agak pucat dan sinar matanya layu.
"Simpan kembali pedangmu. Nona. Tiada gunanya lagi, aku
bukan orang jahat."
"Mana ada penjahat mengaku jahat" Harimau ganas pun
langkahnya perlahan, jejaknya tak terdengar orang. Hayo lekas
berdiri dan siap untuk bertempur mati-matian!" Hui Lian menantang sambil membanting kakinya.
"Sesukamulah, kau boleh memaki aku apa saja. Akan tetapi yang jelas, aku takkan mau melawanmu bertempur. Sekali saja bagiku
cukuplah, karena yang sekali itu pun sudah membuat aku merasa
sengsara sekali."
"Pengecut jangan kau menghinaku! Apa kaukira aku takut
kepadamu" Biar pun kau seribu kali lebih lihai, aku Go Hui Lian tidak takut mati, tahu" Bangkitlah dan mari kita tetapkan siapa yang harus menggeletak tak bernyawa di sini. Mati untuk membela para wanita yang kauganggu, aku rela!"
Sin Hong menggeleng-gelengkan kepaIanya. "Ucapanmu lebih
tajam dan menyakitkan daripada tusukan pedangmu, Nona. Sudah
kukatakan bahwa aku tidak sanggup lagi melawanmu. Hanya
pintaku kalau kau memang mempunyai perikemanusiaan, duduklah
dan dengarkan semua penjelasanku. Aku bersumpah bahwa Wan
Sin Hong bukanlah seorang keji, bukan seorang hina yang
melakukan segala, perbuatan terkutuk. Karena kau puteri Hwa I
Enghiong yang sudah lama kukagumi, maka aku ingin menceritakan semua ini kepadamu. Karena kau... kau seorang yang ingin
kujadikan kawan, maka aku mau menceritakan semua ini
kepadamu. Akan tetapi kalau kau tidak percaya dan tetap hendak membunuhku, tusukkan saja pedangmu itu. Aku takkan
melawan...." Sin Hong kembali memandang ke arah api. Ia sedih sekali. Benar-benar ia pun merasa heran mengapa begitu banyak
orang menganggapnya jahat, ia bahkan merasa penasaran. Akan
tetapi sekali saja gadis ini menganggapnya jahat, ia menjadi lemas dan berduka, dan ingin mati saja!
570 "Keparat jahanam! Berdirilah, lawanlah aku... jangan kau
menghina! Sikapmu yang tak hendak melawan ini menghinaku.
Kautahu, aku puteri pendekar besar Go Ciang Le, aku tidak takut mati. Berdirilah... atau kalau tidak... demi Tuhan, kutusuk dadamu dengan pedangku!" Hui l.ian kini membanting-banting kedua kakinya dan mau dia menangis. Tangannya yang memegang
pedang mulai gemetar, sedangkan ujung pedang yang runcing
mendekat sampai menempel di baju Sin Hong, tepat di dada kiri di mana jantungnya berada, jantung yang berdebar lemah karena
duka. Sin Hong menggeleng-gelengkan kepala menengok dan menatap
wajah Hui Lian sebentar, kemudian memandangi api lagi. "Mati di tangan dara perkasa puteri Hwa I Enghiong cukup berharga...."
Dendam Membara 3 Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Karya Tan Tjeng Hun Pukulan Naga Sakti 13
^