Pencarian

Pedang Penakluk Iblis 10

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


"Mari kita pergi!"
Ia melompat ke atas kudanya dan membalapkan kuda itu, diikuti
oleh empat orang kawannya yang mcnjadi kecewa sekali.
Diam-diam Sin Hong merasa lega bahwa hwesio tadi telah dapat
dibikin takut oleh akalnya. Ketika tadi Soan Li menangkis lengan hwesio itu diam-dia Sin Hong mengerahkan tenaganya ke dalam
sebuah lengan yang ia tempelkan di pinggang Soan Li. Maka ketika kedua lengan bertemu, hwesao itu merasa betapa kuat tenaga
lweekang yang keluar dari lengan gadis itu, akan tetapi ia tak kan terlempar begitu jauh kalau saja tiba-tiba ia tidak terdorong oleh hawa pukulan dari bawah. Ini pun pekerjaan Sin Hong yang tanpa diketahui oleh yang lain, tangan kanannya melakukan gerakan
mendorong dari bawah tubuh Soan Li ke arah perut hwesio itu!
"Ha, hwesio siluman, mana bisa melawan Gak-siocia yang gagah perkasa?" kata Sin Hong sambil mentertawakan hwesio itu dan empat orang kawannya yang membalapkan kuda melarikan diri.
468 "Lam-ko kauturunkan aku di bawah pohon sana itu." kata Soan Li.
"Eh, kenapa, Nona?" Banyak orang jahat di sini, bukankah kita lebih baik lekas-lekas pergi ke kota?"
"Tidak, kauturunkanlah aku." desak Soan Li.
Sin Hong tak dapat membantah pula, namun ia ingin tahu
mengapa tiba-tiba gadis ini minta beristirahat. Lelahkah dia"
Ataukah terluka ketika bertempur tadi"
Setelah Soan Li diturunkan dan duduk di atas tanah yang ditilami daun-daun kering dan rumput, gadis itu memandang mesra
kepadanya dan berkata, "Aku minta beristirahat karena kau tentu lelah sekali, Lam-ko. Kalau sudah hilang lelahmu barulah kita akan melanjutkan perjalanan."
"Aku" Lelah" Ah, menyindir, Gak Siocia patutnya kaulah yang lelah, kau baru saja menghadapi pertempuran mati-matian."
Sin Hong merasa jantungnya berhenti berdetik. Celaka, gadis ini agaknya sudah tahu akan rahasianya, pikirnya. Maka hanya dapat menoleh dan menatap wajah gadis itu tanpa menjawab.
Soan Li tersenyum. "Lam-ko, apa artinya semua perlawananku tanpa menggerakkan tubuh dan kaki" Kedua tanganku yang
bekerja, akan tetapi yang bergerak adalah tubuh dan kakimu.
Kaulah yang menentukan kemenangan tadi!"
Sin Hong menghela napas lega. wajahnva berseri. Hal ini
dianggap oleh Soan Li bahwa pemuda itu puas dan bangga
mendapat pujiannya.
"Kau memang cerdik sekali, Lam-ko. Kalau saja kau tidak dapat mengikuti kehendakku dan kau sampai salah melangkahkan kaki
pada saat berbahaya tentu kita berdua sudah menjadi korban
pukulan lawan."
Pada saat Sin Hong kurang memperhatikan kata-kata Soan Li
karena ia tengah bengong dan memandang ke langit. Soan Li
mengerutkan kening mengira pemuda itu tidak mengacuhkannya.
Akan tetapi ketika ia ikut pula memandang ke atas, melihat seekor 469
burung rajawali yang amat besar sedang terbang di atas dengan
amat megahnya. "Burung rajawali..!" kata Soon Li kagum.
Sin Hong sudah melompat dan berlari ke arah burung itu
terbang. "Eh, Lam-ko, kau hendak ke mana...?"" Soan Li bertanya kaget.
"Tunggu sebentar di situ, Siocia. Burung itu indah dan besar, aku ingin melihatnya dari dekat!" jawab Sin Hong sambil berlari terus.
Setelah menghilang di jalan tikungan, pemuda ini lalu mengerahkan ginkang dan berlari seperti terbang cepatnya.
"Lam-ko...!" Ia mendengar panggilan Soan Li, akan tetapi tidak mempedulikannya. Panggilan itu berulang sampai beberapa kali,
dan berakhir dengan seruan memanjang dan mengerikan, "Lam koooo'" Akan tetapi sayang, pada saat seruan ini menggema, Sin Hong sudah terlalu jauh untuk dapat mendengar seruan
Sin Hong meninggalkan Soan Li bukan tidak ada sebabnya.
Ketika ia melihat burung rajawali tadi, segera mengenal burung itu sebagai burung kim-tiauw yang dulu pernah ia tunggangi ke
Hoasan, yakni burung peliharaan dari See-thian Tok-ong Si Raja Racun. Melihat burung ini terbang ke jurusan Pulau Kim-ke-tho, Sin Hong menjadi gelisah sekali. Ia tahu bahwa ke mana saja burung itu pergi, pasti ia menjadi pelopor dari Raja Racun itu. Kalau burung itu terbang ke arah Pulau Kim-ke-tho dan kelihatan di daerah ini, sudah hampir dapat dipastikan bahwa kedatangan See-thian Tok-ong di
daerah ini tentu ada hubungannya dengan Hek-kin-kaipang. Selain perkumpulan pengemis ini, tidak ada hal lain yang akan menarik hati seorang kang-ouw. Karena ia merasa khawatir kalau-kalau Hek-kin-kaipang diganggu oleh Raja Racun yang keji, dan ia tahu betul bahwa gihunya dan yang lain takkan dapat menandingi See-thian
Tok-ong seanak isteri, maka ia cepat-cepat menyusul ke Kim-ke-tho dan meninggalkan Soan Li untuk sementara waktu.
Tentu saja Sin Hong tidak pernah menduga bahwa Soan Li yang
ditinggalkannya itu terancam bahaya hebat. Belum lama setelah ia pergi, Soan Li yang duduk seorang diri sambil memanggil-manggil nama Gong Lam atau Sin Hong, tiba-tiba gadis ini melihat
470 datangnya Giok Seng Cu! Tak terasa pula, saking ngeri dan takut menghadapi kakek yang amat lihai ini, panggilannya kepada "Lam ko" menjadi makin nyaring dan panjang.
"Ha, ha, ha, ke mana perginya kau punya Koko yang baik, Nona manis?" Giok Seng Cu tertawa bergelak sambil menghampiri Soan Li. Gadis ini menggigit bibir dan siap dengan pedangnya, Giok Seng Cu menubruk maju. Ketika pedang Soan Li menusuk dadanya, kakek ini menggunakan ujung lengan baju melibat pedang sehingga
pedang itu seakan-akan dicengkeram oleh tangan yang amat kuat.
Mereka saling membetot dan pada saat itu, pukulan Tin-san-kang yang hebat telah mengenai pundak Soan Li membuat gadis itu
mengeluarkan keluhan panjang dan pingsanlah ia! Sambil terkekeh-kekeh, Giok Seng Cu mengempit pinggang gadis itu dan dibawanya lari dari situ.
Memang setelah ia dikejutkan oleh Sin Hong yang menerima
pukulan Tin-san-kang dengan dada terbuka, Giok Seng Cu melarikan diri, akan tetapi diam-diam ia mengikuti dan mengintai keadaan Soan Li dengan amat terheran-heran ia melihat betapa pemuda
aneh dan lihai itu berlaku seperti seorang pemuda tolol, menolong Soan Li dan mengobatinya. ia pun mendengar pemuda itu dipanggil
"Gong Lam-ko" oleh Soan Li. Diam-diam Giok Seng Cu memutar otak. Ia merasa sudah pernah melihat pemuda ini, akan tetampi
sikap ketololan dari Sin Hong dan nama Gong Lam membikin Giok
Seng Cu bingung dan ia lupa lagi dimana ia pernah bertemu dengan pemuda ini. Tentu saja ia sama sekali tidak teringat lagi akan Wan Sin Hong, bocah yang dahulu telah ia lemparkan ke dalam jurang di puncak Luliang-san. Betapapun juga di saat Sin Hong dekat dengan Soan Li. Giok Seng Cu sama sekali tidak berani muncul. Dari hasil pengintaiannya ia tahu bahwa gadis itu "jatuh cinta" kepada Gong Lam, dan ia menduga bahwa sebaliknya pemuda itu tentu jatuh hati pula kepada Soan Li. Laki-laki manakah yang takkan jatuh hati
kepada seorang gadis cantik ini" Apalagi kalau ia ingat betapa pemuda itu sudah mengobati kedua paha gadis itu!
Ketika ia mengintai dan melihat Soan Li mengalahkan tiga orang pengemis yang sebetulnya disuruh mengganggu dan sengaja
disuruhnya mencari perkara untuk memancing dan membuka
rahasia pemuda Giok Seng Cu masih belum berhasil mengetahui
471 siapa adanya Sin Hong. Kemudian, ia melihat pula betapa hwesio tinggi besar itu juga kalah oleh Soan Li berkat bantuan secara sembunyi oleh pemuda tolol itu. Ia benar-benar kaget sekali. Hwesio tinggi besar itu bukan lain adalah Be Mau Hoatsu, tokoh besar dari Tibet yang kepandaiannya tidak di sebelah bawah tingkat
kepandaiannya sendiri. Akan tetapa dalam segebrakan saja dengan meminjam tangan Soan Li, pemuda itu dapat melemparkannya.
Benar-benar hebat sekali pemuda kecil ini! Karena ia mengintai dan memperhatikan, mata Giok Seng Cu yang tajam dapat melihat
semua gerakan diam-diam dari Sin Hong dan pada saat itulah
terbuka mata Giok Seng Cu, membuat kakek ini hampir saja
mengeluarkan seruan saking kaget dan herannya.
"Demi iblis!" pikirnya. "Diakah anak itu?""
Giok Seng Cu mengingat-ingat. Tak salah lagi gerak kaki dan
pukulan pemuda itu yang ditujukan kepada Ba Mau Hoatsu, adalah gerakan dan Ilmu Pak-kek-sin-ciang yang paling sulit dan hebat.
Selain Go Ciang Le, siapa lagi manusia di muka bumi ini yang dapat melakukan pukulan macam itu" Kalau pemuda ini putera atau murid Go Ciang Le, tak mungkin Gak Soan Li tidak mengenalnya, karena Soan Li adalah murid Ciang Le. Akan tetapi, pemuda ini berlaku ketolol-tololan dan kepandaiannya lebih tinggi daripada Soan Li bahkan ia sangsikan apakah kepandaian Ciang Le sendiri sampai
meningkat setinggi tingkat kepandaian bocah ini. Akhinya ia teringat akan bocah yang ia lemparkan ke dalam jurang di puncak
Luliangsan, Ah, ia sekarang ingat. Wajah pemuda ini memang sama benar dengan wajah bocah yang bernyali besar, yang berada di
puncak Luliang-san, menjaga makam Pak Kek Siansu. Tentu bocah
ini sudah mewarisi kepandaian Pak Kek Siansu, akan tetapi ..
dengan cara bagaimanakah" Apakah ketika dilemparkan ke dalam
jurang, bocah ini tidak mampus"
Giok Seng Cu benar-benar bingung. kemudian ia melihat Ba Mau
Hoatsu dan kawan-kawannya melarikan diri dan melihat pula burung kim-tiauw terbang lewat, kemudian dikejar oleh Sin Hong.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Giok Seng Cu. Sebuah pikiran dan akal yang amat baik teringat olehnya. Maka segera ia
menyerang dan menawan Gak Soan Li, lalu dibawanya pergi dengan cepat sekali.
472 -oo0mch-dewi0oo-
Apa yang dikhawatirkan oleh Sin Hong ternyata terbukti, ketika pemuda ini tiba di pantai, ia melihat burung kim-tiauw itu telah meluncur turun di Pulau Kim-ke-tho. Ia cepat melompat ke dalam sebuah perahu anggauta Hek-kin-kaipang yang banyak
menyediakan perahu di tempat itu.
"Apakah ada seorang tinggi besar gundul muka hitam bersama seorang nyonya dan seorang pemuda gundul menyeberang ke
pulau?" tanyanya cepat kepada seorang pengemis.
Para pengemis sudah mengenal Sin Hong sebagai putera angkat
Lie Bu Tek. Mereka tidak ada yang tahu bahwa Sin Hong memiliki kepandaian yang amat tnggi, akan tetapi melihat Lie Bu Tek, maka anggauta Hek-kin-kaipang menghormatnya.
"Betul, tadi memang mereka menyeberang dan menyewa perahu dengan bayaran royal sekali," kata seorang di antara mereka.
Tanpa mempedulikan mereka lagi, Sin Hong mendayung
perahunya cepat sekali sehingga para pengemis itu melongo.
Bagaimana ada orang dapat mendayung perahu secepat itu
sehingga leb'h cepat luncurannya daripada kalau digerakkan oeh layar yang tertiup angin"
"Aneh... aneh..." kata mereka.
Sin Hong dengan gelisah sekali mendayung perahunva dan
sebentar saja ia telah tiba di daratan Pulau Kim-ke-tho. tanpa mempedulikan lagi perahu yang dipinjamnva, ia meloncat ke darat dan terus lari ke arah perkumpulan Hek-kin kaipang. Ia masih
gelisah ketika melihat orang-orang berlari ke sana ke maril dalam keadaan panik. Ketika ia tiba di depan rumah perkumpulan,
kemarahannya memuncak. Da sana-sini menggeletak tubuh para
anggauta Hek-kin-kaipang yang sudah menjadi mayat juga tubuh
beberapa orang bekas pelayan Yap Kong Ki. Sebagian besar lagi
melarikan diri ketakutan.
Di depan rumah perkumpulan atau bekas rumah gedung Yap
Kong Ki, masih terjadi pertempuran hebat. Sin Ho melihat See-thian 473
Tok-ong yang bertangan kosong sedang dikeroyok oleh Li Bu Tek, Ah Kai, Tiat-ciat eng Lai Sek, dan masih ada beberapa orang tokoh Hek-kin-kaipang. Tan Lokai tidak muncul karena pengemis tua ini masih dalam keadaan terluka dalam pertempuran kemarin dulu.
Biarpun See-thian Tok-ong bertangan kosong, namun semua
pengeroyoknya tak dapat mendekat, bahkan selalu terjengkang
mundur kalau terkena sambaran angin pukulan Raja Racun yang
lihai itu. Ini baru See thian Tok-ong seorang diri yang turun tangan, sedangkan tak jauh dari situ, Kwan Ji Nio berdiri melihat-lihat rumah gedung yang megah itu. Adapun Ban beng Sin-tong Kwan Kwan Kok
Sun, pemuda gundul yang mukanya masih seperti bocah itu, sambil tertawa terkekeh melempar-lemparkan batu-batu kucil ke kanan kiri.
Setiap orang yang terkena lemparan batunya, biarpun baru itu kecil sekali, berteriak kesakitan sambil berlari tunggang langgang. Ketika Sin Hong memandang lebih tegas, ternyata bahwa yang dilempar-lemparkan itu bukanlah batu-batu kecil, melainkan tawon-tawon
hitam kecil yang diambilnya dari sebuah kantong. Tawon-tawon ini berbisa dan kalau mengenai tubuh orang lalu menyengat. Biarpun sengatannya tidak mematikan orang, akan tetapi menimbulkan rasa gatal-gatal dan sakit luar biasa sekali.
Tiba-tiba terdengar See-thian Tok-ong mengeluarkan suara pekik yang luar biasa tidak menyerupai suara manusia. Akan tetapi
akibatnya luar biasa sekali. Sebagian besar anggauta Hek-kin-kaipang kelihatan terjungkal sambil menutupi telinga dengan kedua tangan dan wajah mereka pucat sekali, kelihatan mereka menderita rasa sakit yang luar biasa. Bahkan Lie Bu Tek dan Ah Kai yang
berkepandaian paling tinggi di antara semua kawan, nampak
menggigil dan otomatis mengundurkan diri, tidak berani mendekati kakek Raja Racun ini. Lai Sek yang memiliki tenaga gwakang cukup besar akan tetapi tenaga lweekangnya kurang tinggi, jatuh dan
bergulingan untuk menjauhkan diri. Wajahnva pucat dan merasa
jantungnya berdebar keras, telinganya seakan-akan pccah dari
sebelah dalam! "Ha-ha-ha, orang-orang Hek-kin-kai pang, dengarlah baik-baik!
Kami bertiga sesungguhnya datang bukan untuk menyebar
kematian, melainkan untuk menduduki ketua Hek-kin-kaipang dan
tinggal di pulau ini. Kalau kalIan melepas senjata dan menakluk 474
sebagai anak buah kami, kalian akan diampuni. Akan tetapi kalau ada yang membantah, jangan tanya dosa, pasti akan mengalami
kemataian yang mengerikan. Ketahuilah, bahwa aku adalah See-
thian Tok-ong, dia ini adalah isteriku dan yang itu puteraku!"
Mendengar ini semua orang kelihatan kaget setengah mati. Para
anggauta Hek-kin-kaipang ini tentu saja pernah mendengar nama
iblis yang datang dari barat yang baru saja muncul di dunia kangouw dan nama mereka menggetarkan jagat. Siapakah yang tidak
takut mendengar nama See-thian Tok-ong, yang kabarnya dengan
suara saja dapat membunuh puluhan orang" Siapa tidak ngeri
mendengar nama Kwan Ji Nio, yang kabarnya memiliki ilmu silat
tidak kalah oleh suaminya dan wataknya ganas melebihi siluman"
Dan siapa yang tidak meremang bulu tengkuknya mendengar nama
Ban-beng Sin-tong Kwan Kok Sun yang semenjak kecil
permainannya adalah membunuh orang secara keji, yakni menyuruh ular-ularnya memakan daging manusia" Apalagi mereka tadi sudah melihat sepak terjang tiga orang ini yang benar-benar hebat.
Sebagian besar termasuk Tiat-ciang-eng Lai Sek, sudah gemetaran seluruh tubuh dan berturut-turut mereka ini menjatuhkan diri
berlutut. Lie Bu Tek dan Ah Kai yang tidak sudi berlutut. Bahkan Ah Kai
yang bisu itu dengan mata bernyala lalu menubruk maju
mempergunakan tongkat pusaka perkumpulan untuk menotok jalan
darah di leher See-thium Tok-ong. Akan tetapi sekali menggerakkan tangan Raja Racun ini telah merampas tongkat itu dan begitu
tangan kirinya bergerak, tubuh Ah Kai roboh berkelojotan sebentar terus tewas dengan tubuh berubah hangus! Inilah pukulan Hek-tok-ciang (Pukulan Racun Hitam) yang amat mengerikan. Terdengar
suara ketawa See-thian Tok-ong yang menyeramkan dan keadaan
menjadi sunyi. Lie Bu Tek yang tangannya buntung melangkah maju dengan
pedang di tangan.
"See-thian Tok-ong, kau telah datang bersama anak isterimu dan menyebar maut di antara anggauta Hek-kin-kaipang Sekarang kau
merampas tongkat dan membunuh Kai-pangcu, benar-benar kau
tidak mengindahkan peraturan kang-ouw. Bukan demikian caranya
mengangkat diri menjadi pangcu."
475 "Habis, kau mau apa?" kata See-thian tok-ong mengancam.
"Kembalikan tongkat dan pergilah dari sini bentak Lie Bu Tek tanpa mengenal takut, sungguhpun ia maklum bahwa ia takkan
menang menghadapi Raja Racun itu. Akan tetapi sebagai seorang
gagah, Lie Bu Tek tidak sudi memperlihatkan kelemahan dan sifat pengecut maka beberapa orang pengemis, dipelopori oleh Lai Sek, segera bangkit kembali dari tanah dan tidak mau berlutut. Mereka menjadi bersemangat melihat sikap gagah dan Lie Bu Tek.
See-thian Tok-ong tertawa bergerak dan bagaikan seekor naga ia mengayun tongkat pusaka itu menyerang Lie Bu Tek. Serangannya
ini hebat sekali dan sudah dapat dibayangkan bahwa andaikata Lie Bu Tek dapat menghindarkan diri orang-orang di dekatnya pasti
akan terkena pukulan tongkat yang hawa pukulannya saja sudah
cukup kuat untuk merobohkan seorang lawan yang kurang kuat!
Akan tetapi pada saat itu, berkelebat bayangan yang sukar diikuti dengan pandangan mata, dibarengi bentakan nyaring, "See-thian Tok-ong jangan menjual lagak di sini!"
See-thian Tok-ong menarik tongkatnya dan mengayun kaki
menendang ke arah bayangan yang merampas tongkatnya. Akan
tetapi aneh dan ajaib tendangannya mengenai tempat kosong
seakan-akan menendang bayangan, sedangkan tongkatnya tanpa
dapat dicegah lagi telah berpindah tangan! Ketika ia memandang, ia melihat seorang pemuda tanggung yang berdiri di hadapannya
dengan muka memperlihatkan kemarahan. Pemuda ini biasa saja
dan pakaiannya pun sederhana sekali, tidak memegang senjata
kelihatan lemah. Sungguh sukar dipercaya. Seorang pemuda
tanggung dapat merampas tongkat dari tangan See-thin Tok-ong.
Jangankan orang lain, See-thian Tok-ong sendiri pun kalau tidak mengalami sendiri pasti takkan percaya! Raja Racun ini memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya dan sudah mempunyai
pengalaman yang amat luas maka ia tahu bagaimana pemuda itu
tadi merampas tongkatnya. Ia tahu bahwa pemuda telah melakukan gerakan berlawan, yakni tangan yang merampas tongkat
mempergunakan tenaga kasar sedangkan perut yang menerima
tendangan dijaga oleh tenaga lemas sehingga ketika kakinya
menyentuh kulit, perut itu bisa ditarik masuk secara otomatis
476 sehingga kaki yang menendang menyerang tempat kosong. Tentu
saja, bagi See-thian Tok-ong kepandaian macam ini saja bukan hal yang aneh, akan tetapi yang ia merasa aneh adalah seorang anak muda yang sudah begini pandai dalam usia semuda ini.
"Sin Hong, hati-hatilah, mereka ini lihai dan jahat sekali!" Lie Bu Tek memperingatkan Sin Hong. Sungguhpun pendekar buntung
sudah percaya benar-benar akan kepandaian Sin Hong, namun
melihat anak angkatnya menghadapi See, thian Tok-ong seanak
isteri, tetap saja ia merasa gelisah.
Tiba-tiba Kwan Ji Nio berseru, "Dia adalah bocah yang merampas kitab Kwa Siucay!"
Teringatlah See-thian Tok-ong. Dahulu ketika ia berusaha
merampas kitab dari tangan Kwa-siucai, ia telah bertemu dengan seorang bocah yang luar biasa sekali, yang seorang diri sudah dapat melarikan diri dari kejarannya dan Kwa Ji Nio.
"Kaukah ini?" serunya dan cepat sekali ia memukul dada Sin Hong dengan tangan kanan disusul pula oleh tamparan tangan kiri ke arah pipi anak muda itu. Ia masih memandang rendah kepada
Sin Hong, maka ia masih mempergunakan tangan kosong. Biarpun
hanya pukulan dan tamparan tangan kosong, namun bahayanya
melebihi sambaran senjata tajam, oleh karena kakek gundul dari barat ini memiliki tenaga Hek-tok-ciang (Tangan Racun Hitam)
hingga pertemuan antara lengan dengan lengan saja sudah dapat
membuat lawan terluka oleh racun.
Sin Hong bukan seorang bodoh. Dahulu ketika ia sedang menuju
ke Hoa-san, sudah pernah bertemu dengan keluarga iblis ini, dan ia sudah menderita luka karena Hek-tok-ciang. Akan tetapi Sin Hong dahulu bukanlah Sin Hong sekarang. Ia telah mempelajari kitab
pengobatan dari gurunya, yakni Kwa-siucai, dipelajarinya dengan amat tekun sampai bertahun-tahun di tempat persembunyiannya,
yakni di dasar jurang Luliang-san. Maka sekarang tanpa ragu-ragu lagi ia menggerakkan kedua tangan sekaligus, kedua tangannya
menangkis pukulan dan tamparan itu.
"Ayaaa...!" See-thian Tok-ong terhuyung mundur sampai tiga langkah, akan tetapi ia segera tertawa bergelak karena tadi ketika 477
melihat anak muda itu berani menangkis, ia telah mengerahkan
seluruh tenaga Hek-tok-ciang sehingga ia percaya bahwa kini kedua lengan pemuda itu tentu telah kemasukan racun yang banyak sekali sehingga tak lama kemudian pemuda itu akan roboh sendiri.
Memang benar ia tadi terkejut bukan main karena pertemuan dua
pasang lengan itu membuatnya terhuyung tiga langkah, tanda
bahwa tenaga sinkang dalam tubuh anak muda ini benar benar
mengagumkan sekali, akan tetapi Raja Racun ini percaya bahwa
Hek-tok-ciang pasti takkan mengampuni nyawa lawannya.
"Bocah, tenaganiu besar juga. Akan tetapi lekas kau berlutut agar aku dapat mengampuni dan memberi obat penawar untuk racun di
kedua lenganmu!"
Sin Hong tersenyum. Tadi sebelum turun tangan, ia telah
menggosok kedua tangannya dengan obat penawar racun. Ia tahu
bahwa biarpun dalam hal kepandaian silat ia tak usah takut
menghadapi keluarga iblis itu, akan tetapi ia harus berlaku hati-hati terhadap racun mereka. Ini pula sebabnya maka ia agak terlambat turun tangan sehingga Ah Kai sampai tewas secara mengenaskan di tangan Raja Racun itu.
"See-thian Tok-ong siapa takut menghadapi racunmu" Majulah!"
See-thian Tok-ong tertegun. benarkah bocah ini kuat
menghadapi pengaruh Hek-tok-ciang" Kemudian ia teringat dan
berubahlah wajahnya. Bocah ini dahulu telah membawa lari kitab peninggalan Kwa-siicai!
"Bocah sombong, siapakah namamu" Kami tidak biasa bertempur
dengan orang-orang tak bernama."
"Orang gila menganggap yang waras gila, itu sudah wajar. Orang sombong menyatakan orang lain sombong, itu pun tak aneh. See-thian Tok-ong, aku yang muda dan bodoh bernama Wan Sin Hong,
anak angkat dan Gi-hu Lie Bu Tek ini." Ia menunjuk ke arah Lie Bu Tek yang memandang kagum kepada putera angkatnya ini.
"Bagus! Wan Sin Hong, kami pun bukan orang yang tidak tahu urusan. Tadinya kami datang dengan maksud hendak menduduki
kursi Ketua Hek-kin-kaipang. Akan tetapi melihat muka Gi-humu, 478
kami membatalkan niat itu dan akan pergi dari sini apabila kau suka menyerahkan semacam benda kepadaku."
"Kau tentu minta kitab peninggalan Kwa Suhu, bukan?" kata Sin Hong sambil tersenyum.
Diam-diam See-thian Tok-ong terkejut. Ah, bocah ini terlalu
berbahaya, tidak saja berkepandaian tinggi, juga memiliki
kecerdasan otak yang menjadikan bocah ini seorang lawan berat, pikirnya. Tanpa diketahui oleh orang lain, See thian Tok-ong
menggerakkan tangan bagai tanda rahasia kepada anak isterinya
serentak membantunya apabila terjadi pertempuran. Akan tetapi
pada mulutnya ia tersenyum.
"Wan Sin Hong kau benar-benar cerdik. Memang kitab itulah yang kumaksudkan. Kau tahu aku paling suka main-main dengan
racun, maka kitab itu amat kubutuhkan untuk mempelajari penawar racun, agar nyawaku tidak terancam bahaya."
"Kakek tua, kau memang pandai memutar omongan. Seorang
yang sudah disebut Raja Racun seperti engkau ini mana mungkin
takut akan racun lagi. Kau sendiri sudah merupakan racun dunia yang paling berbahaya! Tentang kitab, kitab itu kupindahkan dalam kepala. Kata-kata memindahkan kitab ke dalam kepala ini berarti bahwa dia sudah menghapal seluruh isi kitab ke dalam ingatan dan kitab itu sendiri mungkin sudah lenyap.
Memang bukan maksud sebenarnya dari See-thian Tok-ong
untuk minta kitab lalu pergi. Andaikata kitab itu benar ada dan oleh Sin Hong diberikan kepadanya, tak mungkin ia mau pergi begitu
saja. Bukan watak See-thian Tok-ong seanak isteri untuk mengalah kepada orang lain. Maka begitu mendengar jawaban ini, ia berseru keras disusul gelak ketawanya yang menyeramkan dan di lain saat ia telah menyerang Sin Hong dengan senjatanya yang luar biasa
dan hebat, yakni Ngo tok-mo-jiauw (Cakar Iblis Lima Racun) yang berupa sepasang tangan merupakan cakar dengan kuku masing-masing cakar mempunyai lima warna yang berbetla.
Hampir berbareng, secara bertubi-tubi Kwan Ji Nio sudah
melompat dan dari atas menyambar ke arah kepala Sin Hong,
menyerang dengan rantingnya yang tak kalah lihainya. Adapun Ban 479
beng Sin-tong Kwan Kok Sun sambil tertawa terkekeh-kekeh lalu
maju pula menyerang dengan senjatanya yang mengerikan yakni


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seekor ular yang dipergunakan bagai senjata pian lemas. Kalau
kepala ular yang di depan dan diayun, kepala ular ini dapat
menggigit, sedangkan kalau ekornya yang di depan maka ekor ini bisa dipergunakan sebagai cambuk. Yang hebat, baik gigitan
maupun sabetan ekor keduanya dapat menewaskan lawan karena
mengandung bisa yang kuat sekali.
Dalam detik-detik yang hampir berbareng sepasang cakar di
tangan See-thian Tok-ong menyerang ke arah muka dan perut,
ranting di tangan Kwan Ji Nio menotok ubun-ubun kepala,
sedangkan kepala ular yang dipegang oleh Kwa Kok Sun meluncur
untuk menggigit leher Sin Hong!
Tiga macam serangan ini dilakuka oleh ahli-ahli silat yang lihai, dan satu serangan berarti datangnya maut yang hendak
mencengkeram nyawa. See-thian Tok-ong dan anak isterinya sudah merasa yakin bahwa pemuda yang mereka serang itu pasti akan
roboh dan kiranya tak mungkin dapat menyelamatkan diri. Apalagi dalam pandangan mata para pengemis Hek kin-kaipang.
Sungguhpun tadinya mereka melongo dan terheran-heran disertai
rasa kagum besar terhadap pemuda anak angkat Lie Bu Tek yang
tak mereka sangka-sangka ternyata memiliki kepandaian yang
melebihi Lie Bu Tek dan Ah Kai sendiri, namun sekarang melihat pemuda itu dikeroyok tiga secara demikian hebat, mereka merasa gelisah dan khawatir. Hanya Lie Bu Tek seorang yang masih berlaku tenang, biarpun dadanya juga berdebar. Pendekar buntung ini
sudah tahu betul bahwa anak angkatnya itu telah mewarisi
kepandaian yang luar biasa dan tiada keduanya di kolong langit ini, kepandaian istimewa dari Pak Kek Siansu.
Memang serangan dari See-thian Tok-ong seanak isteri itu bukan main dahsyatnya dan kalau tokoh kang-ouw yang manapun juga
menghadapi serangan ini, pasti sukar dapat meloloskan diri.
Namun dengan sekali menggerakkan tubuh, Sin Hong berkelebat
dan lenyap dari kepungan senjata-senjata maut itu. Demikian cepat gerakan tubuh pemuda ini sehingga bagi mata para anggauta Hek-kin-kaipang dia seakan akan telah menghilang dan mempunyai ilmu 480
siluman. Akan tetapi bagi mata Lie Bu Tek dan ketiga lawan yang mengeroyok Sin Hong pemuda itu telah mempergunakan ginkang
yang istimewa menerobos di antara senjata sambil memutar
tongkat, sedangkan tangan kiri membuat gerakan memutar dengan
tenaga sinkang tinggi sehingga tiga orang lawannya tak dapat
dekat! Tentu saja See-thian Tok-ong menjadi penasaran sekali. Sambil
mengeluarkan suara menyeramkan, ia lalu mendesak Sin Hong
dibantu oleh Kwan Ji Nio dan Kwan Kok Sun. Di lain saat terjadilah pertandingan yang amat hebat. Pertandingan ini berjalan demikian serunya sehingga sukar diikuti oleh pandang mata. Bahkan Lie Bu Tek sendiri merasa pening menonton pertempuran itu. Tubuh Sin
Hong lenyap terbungkus oleh gulungan sinar menghitam, yakni
sinar tongkatnya yang digerakkan cepat sekali menurut gerak tipu dari jurus-jurus Ilmu Silat Pak-kek-kiam-sut. Bukan main hebatnya kepandaian pemuda mi. Kalau mempunyai pedang Pak-kek-sin-kiam
ditangan, agaknya keadaannya menjadi lain.
Biarpun hanya bersenjata sebatang tongkat pendek, namun
desakan tiga orang tangguh itu selalu membentur benteng kuat dari tongkat hitam Hek-kin-kaipang. Adapun hawa beracun yang keluar dari ular Kwan Kok Sun dan dari sepasang Ngo-tok-mo-jiauw di
tangan See-thian Tok-ong, yang amat berbahaya dan baunya saja
cukup merobohkan lawan, agaknya tidak mempengaruhi pemuda itu
sedikitpun juga. Memang, selain memiliki sinkang yang sudah tinggi tingkatnya, pemuda ini pun telah menelan sebutir pel merah yang mengeluarkan bau harum memenuhi mulut dan hidungnya, dan
obat ini mempunyai khasiat mencegah hawa beracun yang hendak
memasuki hidung dan mulut.
Tiga puluh jurus telah lewat dan biarpun ia dapat melindungi
tubuhnya dengan amat kokoh, namun sukar juga bagi Sin Hong
untuk menembus kepungan lawan dan untuk membalas menyerang.
Kedua belah pihak maklum bahwa kalau dilanjutkan, pertempuran
ini akan berlangsung lama sebelum salah satu pihak menderita
kerugian. Tiba-tiba sebatang tongkat butut meluncur dan menangkis
ranting di tangan Kwan Ji Nio. Tongkat butut itu berada di tangan 481
seorang pengemis tua yang datang-datang membantu Sin Hong
sambil berkata,
"See-thian Tok-ong seanak isteri benar benar tak tahu diri, berani mengganggu calon bengcu (ketua) delapan penjuru!"
See thian Tok-ong dan anak isteri terkejut. Terutama sekali Kwan Ji Nio kaget ketika merasa betapa rantingnya terpental karena
bertemu dengan tongkat butut itu. Mereka belum tahu siapa-kah
adanya pengemis tua ini, akan tetapi harus diakui bahwa
gerakannya cukup lihai, jauh lebih Iihai daripada Pendekar Buntung Lie Bu Tek.
Pada saat itu, kakek yang baru datang berseru kuat, "Ayaaa, juga muridku Ah Kai telah kalian bunuh" Benar-benar keji dan jahat, tidak segan membunuh seorang gagu!" Setelah berkata demikian kakek pengemis ini lalu memutar tongkanya menjadi makin seru.
Kepandaian kakek ini hampir seimbang dengan kepandaian Kwan
ji Nio, maka See-thian Tok-ong dan puteranya tidak membantunya karena lebih penting mengeroyok Sin Hong yang benar-benar luar biasa tangguhnya.
Di dalam pengeroyokan tiga orang tadi, yang membuat Sin Hong
agak sibuk adalah Kwan Ji Nio, karena nyonya ini amat gesit dan cepat gerakannya. Memang ginkang dari nyonya tua ini lihai sekali sehingga ia disebut ahli Tee-in ciong (Loncat Tangga Awan). Kini setelah nyonya ini meninggalkannya untuk menghadapi kakek
pengemis yang mengaku guru Ah Kai, Sin Hong merasa agak
longgar. "Locianpwe yang mengaku guru Saudara Ah Kai, siapa nama
Locianpwe yang mulia" Dan mengapa pula menyebut boanseng
sebagai calon bengcu delapan penjuru?" Biarpun dikeroyok oleh dua orang pandai, Sin Hong masih sempat bercakap-cakap dengan
kakek itu! Kakek itu mengeluarkan suara ketawa aneh, nampaknya girang
sekali. "Sicu (Orang Gagah) seorang diri kuat menghadapi keroyokan See-thian Tok ong seanak isteri, orang gagah lain manakah yang 482
sanggup melakukan hal ini" Sicu ternyata telah mewarisi kepandai, luar biasa dan kalau lohu tak salah lihat, Sicu telah mewarisi kepandaian PakKek Siansu. Maka sudah sepatutnya Sicu yang
dicalonkan untuk menjadi bengcu delapan penjuru dalam pemilihan yang akan datang! Ketahuilah, lohu (aku yang tua) adalah Camkauw Sin-kai, seorang pengemis perantau yang miskin."
Semua orang terkejut mendengar ini. Pantas saja demikian
gagah, tidak tahunya dia adalah tokoh persilatan yang amat
terkenal namanya, akan tetapi yang selalu menyembunyikan diri
sebagai seorang jembel sengsara. Ayah dari Kiang Cun Eng dahulu kenal kepada tokoh ini, bahkan seringkali mendapat petunjuk.
Semua anggauta Hek-kin-kaipang, biarpun belum pernah bertemu
muka, di dalam hati mereka menghormat pengemis tua ini.
Namun, nama besar Cam-kauw Sin-kai tidak berarti banyak bagi
See-thian Tok-ong seanak isteri. Mereka terus saja mendesak dan Kwan Ji Nio juga tidak gentar. Rantingnya bergerak laksana kilat menyambar-nyambar. Dalam hal lweekang, boleh jadi ia masih
kalah setingkat oleh kakek pengemis ini, namun ginkangnya terang lebih tinggi dan hebat.
Selagi pertempuran berjalan seru-serunya, tiba-tiba terdengar
suara nyaring sekali dan dari atas menyambar turun seekor burung kim-tiauw. Suara ini disusul oleh suara mendesis dan muncullah puluhan ekor ular berbisa, berlenggang-lenggok menuju ke tempat pertempuran. Akan tetapi selagi para pengemis Hek-kin-kaipang
menjadi gempar, bayangan seorang laki-laki muda berkelebat.
Beberapa kali tangannya diayun dan matilah ular-ular itu. Bahkan ketika kim-tiauw menyambar turun, pemuda ini memukul dengan
kedua tangannya ke depan.
"Buk...!" Burung itu terpental dan roboh dengan nyawa melayang.
Bukan main marahnya Kwan Kok Sun melihat ular-ularnya dan
burung kesayangannya tewas. ia memekik nyaring meninggalkan
Sin Hong dan sekaligus menyerang pemuda baju biru itu dengan
ularnya. Pemuda itu tertawa mengejek,
483 "Kwan Kok Sun, apakah kau tidak kenal lagi kepadaku?" Sambil berkata demikian, dengan berani ia mengulur tangan menyambar
leher ular itu dan sekali meremas, leher ular itu hancur!
"Kong .Ji.. !!" Kwan Kok Sun berseru kaget.
Seruan ini keras sekali dan akibatnya aneh. Semua pertandingan berhenti saketika. See-thian Tok-ong dan isterinya melompat
mundur sehingga Cam-kau Sin kai terheran-heran dan juga
menghentikan gerakannya. Sin Hong sendiri melompat dekat
pemuda baju biru itu memandangnya dengan mata terbelalak. Lie
Bu Tek juga berlari menghampiri dan memandang kepada pemuda
yang baru datang dengan sinar mata tajam. Semua orang
memandang kepada pemuda ini yang bukan lain adalah Liok Kong
Ji. Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Liok Kong Ji
berhasil membawa lari Nalumei, puteri kepala suku bangsa Naiman itu. Nalumei yang cantik itu yang tadinya tertawan oleh Kong Ji dan menganggap pemuda ini sebagai musuh membantu orang-orang
Mongol, setelah dibawa lari oleh Kong Ji merasa suka dan kagum kepada pemuda ini. Ia bahkan jatuh hati kepada Liok Kong Ji
pemuda yang berwajah tampan dan pandai mengambil hati orang
ini. Apalagi ia tahu bahwa Kong Ji berkepandaian tinggi luar biasa dan sekarang, setelah ia menjadi kekasih pemuda ini, kiranya hanya Kong Ji seoranglah yang dapat melindungi dirinya, dapat membalas sakit hatinya kelak terhadap Temu Cin dan pasukannya yang sudah membunuh ayahnya dan membasmi bangsanya.
Di lain pihak, Kong Ji benar-benar boleh merasa puas
mendapatkan seorang kawan atau kekasih seperti Nalumei. Tidak
saja nona suku bangsa Naiman ini cantik jelita dan gagah perkasa, juga nona ini amat penurut dan setia kepadanya. Di samping
menghiburnya, nona ini juga dapat menjadi seorang pembantu yang amat berharga dan boleh dipercaya.
Bersama kekasihnya ini, setelah meninggalkan daerah utara,
Kong Ji berpesiar ke pelbagai tempat indah. Di mana mana ia
meninggalkan bekas tangannya merobohkan jago silat jago silat
yang menjadi tokoh terutama di daerahnya, melakukan pencurian-
pencurian barang-barang indah berharga dan emas permata untuk
484 dihadiahkan kepada Nalumei. Dan ada beberapa kali Kong Ji
memuaskan nafsunya yang seperti iblis, mencuri, membunuh dan
mengganggu anak bini orang! Akan tetapi hebatnya, semua
perbuatannya yang termasuk perbuatan busuk dan jahat, dilakukan tanpa diketahui orang lain, bahkan Nalumei sendiri yang menjadi kekasihnya atau boleh juga disebut isterinya sama sekali tak pernah mimpi bahwa Kong Ji telah melakukan semua perbuatan itu. Tentu saja Nalumei tahu bahwa kekasihnya suka mengambil barang
barang berharga dari kaum bangsawan untuk diberikan kepadanya, akan tetapi dia tidak menganggap hal ini sebagai kejahatan.
Kalau orang berhadapan dengan Kong Ji, ia pasti takkan pernah
menyangka bahwa pemuda ini mempunyai watak buruk. Sebaliknya,
dipandang dari luar, pemuda ini mempunyai gerak-gerak yang halus dan sopan, tutur sapanya halus, dan senyumnya murah. Bahkan
pedang Pak-kek Sin-kiam yang dirampasnya dari Go Hui Lian, tak pernah diperlihatkannya kepada umum dan selalu disembunyikan di balik baju luarnya. Dalam sepak terjangnya yang sudah-sudah
menghadapi para tokoh besar di dunia kang-ouw yang ia tantang
berpibu dan ia kalahkan, ia selalu mempergunakan kedua tangan
kosong. Tak seorang pun tokoh kang-ouw dapat menghadapinya
lebih dari lima puluh jurus. Kepandaian pemuda ini memang lihai sekali yang tentu saja tidak amat mengherankan apabila diingat bahwa Liok Kong Ji telah mempelajari berbagai ilmu silat tinggi dari tokoh-tokoh besar. Ia pernah menjadi murid pamannya sendiri,
yakni Liok San tokoh Kwan-im-pai lalu mendapat gemblengan dari Liang Gi Tojin dan Lie Bu Tek tokoh-tokoh Hoasan-pai. Setelah itu, ia menerima warisan ilmu silat tinggi dengan Ilmu Pukul Tin-sankang dari Giok Seng Cu, bahkan selama empat tahun dilatih secara hebat oleh See-thian Tok-ong. Kemudian dan yang terakhir ini
membikin kepandaiannya memuncak tinggi, ia menerima
gemblengan bertahun-tahun lamanya dari Hwa l Enghiong Go Ciang Le. Semua ditambah lagi dengan kecerdikan otaknya yang luar biasa sehingga dia dapat menciptakan sendiri ilmu silat tinggi dengan cara merangkai dan menyusun semua ilmu silat itu dijadikan satu.
Setelah terbebas dari kejaran pasukan Monggol, dalam
perantauannya, sesuai dengan desakan dan bujukan Nalumei
kekasillnya, setiap kali mengalahkan lalu berkenalan dengan tokoh 485
kang-ouw, Kong Ji membicarakan cita-cita Temu Cin yang hendak
menguasai benua Tiongok. Ia bicara seperti seorang patriot yang hendak membela tanah air, maka di mana-mana ia dihormati orang, mendapat dukungan banyak orang-orang gagah dan dianggap
sebagai seorang pendekar muda yang sakti dan berjiwa patriot.
Padahal semua ini dilakukan untuk memusuhi Temu Cin dan untuk
memuaskan hati dan perasaan Nalumai yang tentu saja makin
mencintainya. Juga di samping maksud-maksud ini, masih ada cita-cita lain yang selalu menggerogoti hatinya, yang selalu membuat ia termenung. Ia merasa iri kalau mendengar orang memuji-muji dan menjunjung tinggi nama besar Hwa I Enghiong Go Ciang Le. Ia
ingin menggantikan nama ini, ingin duduk di tempat tertinggi dari golongan silat. Ingin ia mengepalai seluruh dunia kang-ouw sebagai seorang yang paling dihormati dan paling pandai. Untuk mencapai cita-cita ini, ia harus mempunyai banyak pendukung agar pada
kesempatan para orang gagah memilih bengcu ia akan mendapat
suara terbanyak.
Kemudian ia mendengar bahwa di pusat perkumpulan Hek-kin-
kaipang, yakni di Bi-nam-bun, diadakan pemilihan untuk ketua baru.
Mendengar berita ini Kong Ji tergerak hatinya. Ia tahu bahwa Hek kin kaipang adalah sebuah perkumpulan yang besar dan
berpengaruh besar. Kalau ia berhasil menduduki kursi ketua
perkumpulan besar ini, sebentar saja namanya tentu akan terangkat tinggi dan ini akan memudahkan tercapainya cita-citanya. Oleh
karena waktu diadakan pemillhan ketua itu sudah amat dekat,
sedangkan Nalumei tidak memiliki kepandaian setinggi dia, maka kalau ia pergi dengan Nalumei tentu akan terlambat. Ia lalu
menyuruh Nalumei menunggunya di tempat itu yakni di dalam
sebuah kamar hotel besar di kota Kun-leng, dan ia sendiri
mempergunakan kepandaiannya untuk melakukan perjalanan
secepatnya ke Bi-nam-bun. Nalumei yang tahu akan maksud dan
cita-cita kekasihnya, tidak membantah.
Demikianlah ketika ia tiba di Bi-nam-bun, ternyata ia telah
terlambat satu hari, ia mendengar bahwa ketua Hek-kin-kaipang
telah terpilih dan kini perkumpulan itu pindah ke Pulau Kim-ke-tho.
Dengan kecewa akan tetapi tidak putus asa, pemuda yang bercita cita besar ini lalu menyusul ke Kim-ke-tho dan secara kebetulan 486
sekali ia menyaksikan pertempuran besar. Ia tidak mengenaI
pemuda yang dikeroyok See-Thian Tok-ong dan Kwan Kok Sun,
akan tetapi melihat seorang pengemis tua bertempur melawan
Kwan Ji Nio, Kong Ji berpendapat bahwa tentu pengemis tua itu
seorang tokoh Hek-kin-kaipang. Maka untuk menonjolkan diri dan untuk mencari nama baik di kalangan pengemis, ia segera turun
tangan, membunuh burung rajawali dan ular-ular kemudian
membunuh pula ular yang dipakai sebagai senjata oleh Kwan Kok
Sun. Ketika Lie Bu Tek berlari menghampirinya, wajah Kong Ji
berubah, hatinya berdebar. Akan tetapi ia tidak takut, bahkan tanpa malu-malu ia lalu menjura kepada pendekar yang sudah buntung
tangannya. Sementara itu. See thian Tok-ong yang melihat betapa pihak lawan telah bertambah dengan Liok Kong Ji dan melihat
bahwa sekali gebrak saja Kong Ji sudah berhasil mengalahkan Kwa Kok Sun, mengertilah ia bahwa pihaknya menghadapi bencana kalau pertempuran itu dilanjutkan.
-oo0mch-dewi0oo-
Jilid XVIII SUDAHLAH, di sini bukan tempat kami!" kata See-thian Tok-ong sambil melompat pergi, diikuti oleh isteri dan anaknya. Lie Bu Tek, Wan Sin Hong, dan lain-lain orang masih tertegun menghadapi Kong Ji, maka mereka tidak berbuat sesuatu untuk menghadapi kepergian See-thian Tok-ong dan anak isterinya. Apalagi karena Sin Hong dan Bu Tek benar-benar terpengaruh sekali oleh munculnya Kong Ji
sehingga mereka tidak pedulikan See-thian Tok-ong dan anak
isterinya yang melarikan diri, orang-orang lain juga tidak berani turun tangan sendiri. Bahkan Cam-kauw Sin-kai sendiri merasa tidak mampu melawan See-thian Tok-ong yang lihai, maka ia pun diam
saja, hanya memandang kepada Kong Ji dengan mata penuh
pertanyaan. "Suheng, alangkah besarnya hatiku mendapat kebahagiaan
bertemu dengan Suheng di sini. Kukira... kusangka... Suheng sudah 487
tidak ada lagi di dunia ini," suara Kong Ji terdengar menggetar saking terharunya.
Senyum yang mengembang di bibir Lie Bu Tek benar-benar sukar
dilukiskan dan sukar pula dimengerti, akan tetapi Sin Hong tahu betapa perih hati gi-hu bertemu dengan orang yang dulu telah
membuntungkan sebelah lengannya. Sambil mengerak-gerakkan
pundak kanannya yang tak berlengan lagi, Bu Tek berkata,
"Hm, tentu kau kecewa mengapa dulu tidak membuntungi
leherku saja hingga sekarang tak usah malu-malu melihat lenganku yang butung, bukan?"
Tiba-tiba Kong Ji berlutut dan menangis. Bukan main pandainya
anak muda ini bermain sandiwara. Tak seorang pun yang hadir di situ, juga Sin Hong sendiri tidak, yang tak ikut merasa terharu melihat kesedihan pemuda ini dengan kata-kata yang keluar
terputus-putus penuh kesayuan,
"Suheng... Suheng yang mulia, mengapa Suheng berkata
demikian" Ah, sudah lama siauwte merasa betapa semua perbuatan siauwte itu tentu akan mendatangkan salah sangka.... Kalau Suheng tidak sudi mendengar omongan dan alasan siauwte, dan
menganggap siauwte benar-benar telah bertindak jahat, Suheng
boleh turun tangan sekarang juga membunuhku...."
Apalagi seorang muda seperti Sin Hong, sedangkan Lie Bu Tek
yang sudah banyak pengalamannya, mendengar kata-kata dan
getaran suara penuh keharuan menjadi ragu-ragu dan ingin sekali mendengar selanjutnya apa yang akan dikatakan oleh Kong Ji.
"Ada musuh besar datang membasmi partai, kau tidak membela nama baik partai dan tidak membela pihak sendiri. Bahkan
mengkhianati, lari ke musuh dan membuntungi lenganku. Apakah
kau sekarang hendak bilang bahwa semua perbuatan itu tidak
berdosa?" tanyanya.
Kong Ji bangkit dan berdiri, lalu menjura. Memang, berlutut tadi hanya siasatnya belaka agar supaya ia dapat mengatur rencananya dan dapat bermain sandiwara lebih mudah lagi karena ketika
berlutut mukanya tersembunyi. Kini ia menjura dan berkata dengan suara lega, "Banyak terima kasih bahwa Suhe sudi mendengar 488
alasanku. Tidak akan siauwte sangkal bahwa siauwte memang telah melakukan hal yang kelihatannya amat penakut, dan pengkhianat.
Akan tetapi di balik semua perbuatan siauwte ini, sebenarnya
siauwte mempunyai maksud dan cita-cita yang tertentu. Kalau
siauwte tidak melakukan hal itu, yakni tidak berlari kepada musuh, pasti siauwe akan tewas dan apakah gunanya itu"
Kalau siauwte masih hidup dan mengumpulkan kepandaian,
bukankah siaute berarti masih mempunyai kesempat untuk
membalas dendam " Untuk membuang nyawa secara sia sia dan
mati dalam penasaran" Hal kedua yang amat mendukakan hati
siauwte, adalah tentang pembuntungan lengan Suheng.! Memang
nampaknya keji, akan tetepi hendaknya Suheng berani akui bahwa kalau siauwte tidak melakukan pembuntungan lengan itu, kiranya pada waktu itu juga Suheng sudah dibunuh oleh musuh-musuh kita!
Siauwte sengaja membuntungi Suheng sebenarnya dengan maksud
untuk menyelamatkan nyawa Suheng!"
Lie Bu Tek tertegun dan melenggong. Tentu saja ia tidak mau
menerima alasan di dalam hatinya, akan tetapi oleh karena pada lahirnya semua alasan ini memang tepat sekali dan bahkan berbukti, yakin sampai sekarang dia sendiri masih hidup hanya karena dahulu Kong Ji membuntungi lengannya, maka ia tak berkata apa-apa.
"Alasan bagus sekali! Dan tentang usahamu untuk membunuhku, apakah ada alasannya pula?"
Mendengar suara im, bagaikan kilat cepatnya tubuh Kong Ji
bergerak membalik. Lie Bu Tek kagum bukan main melihat gerakan itu dan ia dapat menduga bahwa Kong ji benar-benar telah memiliki kepandaian tinggi. Tadi pun dengan sekali pukul dapat menewaskan kimtiauw, ia sudah kagum sekali.
Kong Ji yang mendengar suara teguran itu kaget, karena ia
mengenal suara itu. Setelah berhadapan dengan orangnya ia
terheran. Ternyata ia berhadapan dengan pemuda yang lihai, yang tadi dikeroyok oleh See-thian Tok-ong dan Kwa Kok Sun! Setelah kini berhadapan baru ia mengenal bahwa pemuda ini bukan lain
adalah Wan Sin Hong!
489 "Sute..., kau juga berada di sini..?" katanya agak gagap karena ia tidak menyangka sama sekali bahwa akan bertemu dengan Sin
Hong di tempat itu.
Sin Hong tersenyum dan pada saat ia dapat menangkap kerling
mata gi-hunya. Dalam kerling mata itu ia membaca cegahan agar ia tidak terburu nafsu dan teringatlah Sin Hong akan nasehat- nasehat gi-hunya bahwa ia tidak boleh secara serampangan dan mudah
menaruh dendam atas perbuatan jahat orang kepada diri sendiri.
"Kau masih mengaku aku sebagai Sutemu sesudah kau gagal
dalam usahamu membunuhku?" ejeknya.
Kong Ji mengerutkan kening dan wajahnya yang tampan itu
nampak muram, kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Memang nasibku yang amat buruk, sudah ditinggal mati Ayah Bunda, masih dibenci oleh banyak orang pula. semua perbuatanku dianggap keliru, padahal apakah salahku dalam semua perbuatan
itu" Sute memang betul pada hari itu aku berusaha membunuhmu,
akan tetapi kau harus ingat bahwa aku melakukan hal itu, karena tentu kau akan dibunuh pula oleh mereka. Dan untuk dapat
mencapai cita-citaku membalas dendam, sudah tentu aku perlu
memperbaiki pihak mereka agar aku lebih dulu dapat terbebas dari bencana. Murid-murid Hoa-san-pai hanya tinggal aku dan kau pada waktu itu. Kalau aku pun bersikap keras seperti engkau dan kita berdua dibunuh, siapakah kelak yang membalas dendam suhu Liang Gi Tojin?"
Seperti juga Lie Bu Tek, Sin Hong merasa kalah bicara, maka ia diam saja. Lie Bu Tek lalu bertanya. "Dan kau datang ke sini dengan maksud apakah?"
"Stauwte mendengar bahwa Hek-kin-kaipang memilih pengurus baru. Mengingat. bahwa Kiang-pangcu Ketua Hek n-kaipang adalah sahabat baik dari Suheng, maka siauwte sengaja datang untuk
menyaksikan pemilihan itu dan kalau perlu, siauwte dengan suka rela hendak menyumbangkan tenaga."
"Tak perlu..." Lie Bu Tek menggeleng-gelengkan kepalanya. "tak perlu bantuanmu..." Kemudian ia memberi perintah kepada para pengemis Hek-kin-kaipang untuk mengurus para korban. Akibat
490 amukan See thian Tok-ong banyak anggauta Hek-kin-kaipang yang
tewas dan luka!
Kong Ji merasa betapa sikap Lie Bu Tek terhadapnya masih


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dingin sekali dan ia tahu bahwa biarpun kesalahannya yang lalu sudah agak terhapus oleh alasan- alasannya namun ia tetap menjadi seorang yang tidak disuka. Ia mengangkat pundaknya dan berkata lagi, "Tidak apalah kalau begitu. Setidaknya siauwte mengharap kepada Suheng agar kelak Hek-kin-kaipang suka menyokong suara
untuk siauwte dalam pemilihan bengcu di puncak Ngo-heng-san!"
Tiba-tiba Cam-kauw Sin-kai mengeluarkan suara ejekan daei
hidung, kemudian, kakek ini tersenyum dan berkata, "Bagus sekali.
Sekaligus ada dua orang muda lihai di Pulau Kim-ke-tho yang
dicalonkan menjadi bengcu. Betapapun juga, aku jauh lebih suka memilih ahli waris dari Pak Kek Siansu!" Sambil berkata demikian ia mengangguk ke arah Sin Hong.
Kong Ji mehrik ke arah Sin Hong, senyum di bibirnya mengejek
dan masam. "Begitukah" Adikku Wan Sin Hong yang telah menjadi
calon bengcu dan mendapat sokongan segala macam pengemis dan
jembel" Selamat, selamat! Adapun tentang ahli waris Pak Kek
Siansu, aku yang bodoh tidak berani membantah. Akan tetapi aku pun berhak menyebut diri sebagai ahli warisnya, karena aku adalah murid terkasih dan Hwa I Enghiong Go Ciang Le."
Lie Bu Tek yang tadinya memimpin orang-orang mengurus
jenaiah dan mereka yang terluka, dan tidak mau memperdulikan
lagi kepada Kong Ji, ketika dengar omongan ini, seketika melompat dan menghadapi Kong Ji. "Apa katamu" Kau murid Ciang Le" Tak mungkin"
Kong Ji tersenyum. "Dia adalah guruku, bagaimana Suheng
mengatakan tak mungkin" Siauwte adalah murid aseli, murid
terkasih dari Hwa I Enghiong, dan oleh karena itu, siauwte-lah yang menjadi ahli waris sejati dari Pak Kek Siansu." Sambil berkata demikian ia menggerakkan tangan kanannya dan sekejap kemudian, pedang Pak-kek Sin-kiam telah berada di tangannya. "Inilah Pak-kek klam, pedang pusaka peninggalan Kek Siansu, yang diberikan
kepadaku oleh Suhu Go Ciang Le. Apakah bukti ini masih belum
cukup?" 491 Semua orang tertegun, lebih-lebih Sin Hong. ia ingat betul bahwa dahulu dialah yang menemukan pedang itu bersama kitab di dasar jurang di puncak Luliang-san, kemudian pedang itu dirampas oleh kim-tiauw yang bangkainya masih meringkuk di situ karena pukulan Kong Ji tadi. Terampasnya pedang oleh kim-tiauw berarti pedang itu terjatuh ke dalam tangan See-thian Tok-ong, bagaimana sekarang oleh Kong Ji dikatakan bahwa ia menerimanya dari Ciang Le"
Lie Bu Tek tak bisa berkata sesuatu, hanya memandang dengan
mata terbelaIak. Kong Ji tersenyum kemenangan lalu
menyarungkan pedangnya kembali di dalam sarung yang
tersembunyi di balik bajunya.
"Nah, Suheng. Setelah Suheng tahu bahwa siauwte adalah murid Hwa I Enghiong, ahli waris dari Pak Kek Siansu dan keturunan yang berhak memiliki pedang Pak-kek Sin-kiam, apakah Suheng kelak
tidak membawa Hek-kin-kaipang untuk menyokong suara kepada
siauwte dalam pemilihan bengcu?"
"Kau mau menjadi bengcu atau tidak, apa sangkut pautnya
dengan aku" Aku tidak mau pedull." Setelah berkata demikian, Lie Bu Tek mengundurkan diri untuk melanjutkan pekerjaannya
mengurus para korban.
Cam-kauw Sin-kai tertawa. "Aku tetap menyokong putera Lie-hiap ini!"
Kong ji menjadi panas perutnya. Agaknya semua orang menaruh
hormat dan suka kepada Sin Hong, dan hal ini menggelisahkai
hatinya. Dia boleh menghadapi puluhan orang saingan dalam
pemilihan bengcu, akan tetapi Sin Hong" Menggemaskan sekali!
Namun, Kong Ji dapat menekan perasaannya, bahkan sambil
tersenyum ia menghampiri Sin Hong lalu menjura sambil berkata,
"Adikku Wan Sin Hong yang baik! Kau. benar-benar beruntung sekali dan dipilih sebagai calon bengcu. Haa... siauw-beng-cu (ketua cilik) kionghi-kionghi, biarlah aku yang bodoh memberi selamat kepdamu!"
Sambil merendahkan diri dan menjura, Kong Ji mengangkat
kedua tangannya seperti orang memberi hormat. Akan tetapi diam-diam ia telah mengerahkan tenaga dan ini adalah semacam jurus
492 Pukulan Tin-san-kang yang amat hebat. Dulu Sin Hong pernah
menerima pukulan Tin-san-kang dari Giok Seng Cu, akan tetapi
pukulan itu adalah pukulan langsung dengan kepalan tangan
mengenai dada. Pukulan semacam ini adalah pukulan dengan
tenaga kasar. Akan tetapi sekarang, pukulan Tin-san-kang yang
dilakukan dari jarak terpisah tanpa mengena kulit, jauh lebih hebat dan berbahaya.
Semua orang terkejut sekali melihat betapa tubuh Sin Hong tiba-tiba terhuyung-huyung mundur sampai empat langkah, dan
mukanya kelihatan pucat. Sin Hong terpengaruh oleh pukulan Tin-san-kang yang hebat itu, pukulan yang sekali tonjok saja sudah membikin tewas burung kim-tiauw, karena pemuda ini tidak pernah menyangka bahwa Kong Ji memiliki kepandaian sehebat ini. Akan
tetapi. hawa sinkang di dalam tubuhnya sudah mencapai tingkat
tinggi berkat latihan-latihan menurut petunjuk kitab peninggalan Pak Kek Siansu, sehingga hawa sakti dalam tubuh ini dapat bergerak dan bekerja secara otomatis. Ketika kulit dan daging dadanya
menerima sambaran hawa pukulan lawan dan merasa betapa hebat
adanya pukulan itu, hawa sinkang secara otomatis bergerak ke arah dada dan melindungi isi dada.
Akan tetapi, kehebatan pukulan itu tetap saja. membuat Sin
Hong terhuyung-huyung ke belakang sampai empat langkah.
Mukanya menjadi pucat karena pengerah sinkang yang dahsyat
untuk melindungi dada.
Sebaliknya, Kong Ji melongo. Hampir saja ia tidak dapat percaya akan penglihatannya sendiri. Ia tahu betul sampai di mana
dahsyatnya pukulan Tin-san-kang tadi. See-thian Tok-ong sendiri agaknya akan terluka berat kalau berani menerima pukulan ini
seperti yang dilakukan oleh Sin Hong, tanpa menangkis atau
mengelak. Akan tetapi, Sin Hong hanya terhuyung empat langkah
ke belakaug, dan kini sudah maju lagi perlahan-lahan sambil
tersenyum'....... "
"Kong Ji, ternyata kau pernah belajar kepada Giok Seng Cu!
Tenma kasih atas pemberian selamat, akan tetapi, siapakah yang ingin menjadi bengcu" Mungkin kau yang sudah kegilaan, akan
tetapi aku tidak. Karena itu, aku tidak berani menerima
493 pemberianmu selamat tadi, terimalah kembali!" Sin Hong menjura dan mengangkat kedua tangan ke depan seperti yang dilakukan
oleh Kong Ji tadi.
Kong-Ji maklum bahwa ia akan menerima serangan balasan,
maka ia bersiap-siaga. ia mengumpulkan lweekangnya yang sudah
dilatih bertahun-tahun dan menggeser sedikit tubuhnya agar
serangan hawa pukulan dari Sin Hong itu tidak terlalu tepat
kenanya. Akan tetapi, biarpun ia tidak merasa sambaran angin
dahsyat, tiba-tiba ia merasa dadanya dingin sekali dan rasa dingin ini menyerang sampai ke
dalam jantungnya. Dengan
muka pucat Kong Ji
mengeluarkan seruan
tertahan dan tiba-tiba ia
menggerakkan kedua kaki,
tubuhnya berjungkir balik,
kedua kaki di atas dan
kepalanya di bawah! Ia
berdiri dengan cara terbalik
seperti dahulu kalau berlatih
Iweekang di bawah asuhan
See-thian Tok-ong. Inilah
cara untuk memulihkan
kesehatan dan untuk
menolak hawa pukulan lawan
yang sudah melukai dalam
tubuh. Sampai beberapa kali
tubuhnya berputaran,
membuat semua orang terheran-heran dan diam-diam Sin Hong
juga tertegun karena ilmu dari Kong Ji benar-benar sudah amat
tinggi dan berbahaya.
Tak lama kemudian, setelah hawa diangin terusir dan dalam
dada, Kong Ji berkata tanpa membalikkan tubuh. "Sin Hong, kita sama lihat saja nanti, siapa yang menang di antara kita!" Setelah berkata demikian, tiba-tiba tubuh yang masih berjungkir balik itu bergerak dan sekali melompat, tubuh itu sudah berada di tempat yang jauhnya hampir sepuluh tombak dengan kedua kaki di atas
494 tanah! Kemudian, sebelum semua orang sempat mencegah. Kong ji
sudah lenyap dari situ dengan cepat sekali.
Lie Bu rek menjadi pucat. "Sin Hong, bocah itu telah menjadi seorang iblis yang berbahaya!"
Cam-kauw Sin-kai juga berkata kagum, "Kepandaiannya benar-benar hebat, tidak kalah oleh tokoh-tokoh besar yang lain. Akan tetap,, aku tetap percaya bahwa mereka semua takkan dapat
menandingi Wan-situ. Karena besok pada saat pemilihan bengcu
baru, kuharap Wan-sicu tidak mengecewakan harapan orang banyak di dunia orang gagah, yakni seorang bengcu baru yang lihai
bijaksana harus terpilih agar dunia kang-ouw dapat terpelihara dari pada malapetaka yang didatangkan oleh orang-orang jahat."
Sin Hong tadinya tidak tertarik sama sekali tentang hal. Ia juga sama sekali tak pernah mendengar tentang urusan ini, maka
sedikitpun juga ia tidak tertarik untuk menjadi bengcu, apalagi ketika ia mendengar bahwa bengcu yang dimaksud bukanlah seperti halnya seorang ketua perkumpulan seperti Ketua He kin kaipang
misalnya, melainkan seorang ketua yang mengepalai partai
persilatan di seluruh Tiongkok. Seorang bengcu yang diangkat ini disahkan dan dtakuti oleh semua ciangbunjin (ketua) dari partai-partai besar seperti Kun-lun-pai, Go-bi-pai dan lain-lain. Dahulu memang tidak ada bengcu seperti ini. Setiap perkumpul atau partai persilatan mempunyai ketua dan aturan-aturan sendiri. Akan tetapi setelah beberapa kali timbul keributan antara partai-partai itu sendiri sehingga selalu terjadi pemecah-belahan, lalu diadakan pemilihan bengcu itu, sehingga di bawah pimpinan satu orang, para partai itu dapat bekerja sama dengan baik. Apalagi di waktu menghadapi
bencana yang mengancam rakyat dan negara, maka tenaga seluruh
orang kangouw dapat dikerahkan pada saat yang sama dan di
bawah komando satu saja.
Kalau Sin Hong tadinya tidak tertarik, adalah Lie Bu Tek yang
amat tertarik. Setelah penguburan dan perawatan para korban
selesai, Lie Bu Tek menjamu Cam-kauw Sin-kai dan minta kepada
kakek ini untuk memberi penjelasan lebih lanjut tentang pemilihan bengcu.
495 Cam-kauw Sin-kai adalah seorang tokoh besar yang selalu
menyembunyikan diri, maka jarang ada orang bertemu dengannya.
Akan tetapi diam-diam pengemis tua ini adalah bekas seorang
panglima di waktu mudanya, yakni sebelum tentara Kin menguasai Tiongkok. Oleh karena itu, selalu ia memperhatikan keadaan tanah airnya, ia pun selalu memperhatikan keadaan rakyat dan negara.
Kepandaian Cam kauw Sin-kai memang tinggi, kiranya dapat
disejajarkan dengan kepandaian Ba Mau Hoatsu atau Giok Seng Cu, kalau kalah pun kiranya tidak banyak. Sebegitu lama, Cam-kauw
Sin-kai hanya menerima dua orang murid. Yang pertama adalah
seorang muda rupa tampan dan gagah dan kini sudah melakukan
tugas merantau dan membela keadilan dan peri kebenaran sebagai seorang pendekar. Yang kedua adalah Ah Kai yang baru saja gugur oleh See-thian Tok-ong.
Di dalam perantauannya, Cam-kau Sin-kai mendengar tentang
majunya pihak hek-to atau kaum hitam yang selalu mengganggu
ketenteraman umum. Semenjak dahulu, biarpun banyak orang
jahat, namun mereka itu selalu bekerja sama secara sembunyi
karena takut akan kejaran para pendekar gagah. Akan tetapi lambat laun keadaan berubah. Di pihak mereka itu banyak muncul orang-orang pandai, atau mungkin juga orang-orang yang tadinya
tergolong pendekar-pendekar gagah entah mengapa terjeblos dan
bahkan menggabung dalam kelompok kaum jalan hitam ini. Apalagi setelah munculnya tokoh- tokoh seperti Giok Seng Cu, Ba Mau
Hoatsu, keluarga See-thian Tok-ong, dan juga munculnya
perkumpulan-perkumpulan jahat seperti Bu-cin-pang, Im-yang-bu-
pai dan lain-lain, maka pihak hek-to makin berani saja. Ada tanda-tanda bahwa pihak "kaum putih" akan terdesak. Bahkan sudah ada beritanya bahwa partai-partai besar seperti Kunlun-pai dan Go bi pai akan diserbu oleh kaum hitam! Dahulu memang masih ada seorang
pandai seperti Pak Kek Siansu, Thian Te Siang-mo, dan lain-lain orang yang namanya cukup ditakuti oleh para penjahat. Akan tetapi sekarang, siapakah yang boleh diandalkan" Ada murid Pak-Kek
Siansu yang cukup ternama, yakni Hwa I Enghlong Go Ciang Le dan isterinya Liang Bi Lan. Akan tetapi mereka sudah lama tidak muncul di dunia kangouw sehingga nama mereka tidak begitu terkenal lagi.
496 Di samping munculnya orang-orang jahat yang mengancam
kedudukan kaum pendekar pembela kebenaran, ada juga yang amat
menggelisahkan hati Ca kauw Sin-kai, yakni penyerbuan dari tentara Mongol di bawah pimpinan seorang gagah perkasa seperti Temu Cin itu. Tentu saja pengemis tua bekas panglima ini tidak peduli
andaikan pemerintah Kin akan hancur lebur oleh tentara Mongol.
Akan tetapi sebagai seorang bekas panglima ia maklum bahwa
setiap peperangan pasti akan mendatangkan sengsara kepada
rakyat jelata! Dan perang perlu dicegah. Untuk mencegah ini, tidak ada jalan lain, kecuali membantu pemerintah Kin untuk mengusir orang-orang Mongol!
Inilah scbabnya maka terpaksa Cam-kauw Sin-kai keluar dari
tempat sembunyinya mengadakan hubungan dengan orang-orang
gagah di seluruh tanah air, dan mengusulkan pengangkatan bengcu baru. Kemudian ia teringat akan muridnya, Ah Kai yang sedang
menuju ke Ba-nam-bun untuk menghadiri pemilihan Ketua Hek-kin-
kaipang yang baru. Maka lalu menyusul ke Bu-nam-bun, karena ia hendak menarik Hek-kin-kaipang agar supaya ikut membantu
mencari calon bengcu dan untuk ikut pula menghubungi partai-
partai lain sehingga mereka dapat satu padu.
"Demikianlah, kebetulan sekali di pulau ini aku melihat ilmu silat Wan-sicu luar biasa. Tidak betulkah dugaanku bahwa kau adalah
ahli waris tunggal dari Pak Kek Siansu, Wan-sicu?"
Sin Hong terpaksa mengaku bahwa dialah penemu kitab
peninggalan Pak Kek Siansu.
"Bagus! Kalau begitu, sesuai pula dengan sifat dan watak
mendiang gurumu, kau harus turun tangan menyelamatkan orang-
orang gagah sedunia dan juga meyelamatkan rakyat dan negara
dari serbuan orang-orang Mongol, Wan-sicu."
"Bagaimana Locianpwe bisa berkata demikian" Boanseng adalah seorang yang masih bodoh dan hijau, bagaimana boanseng berani
lancang mengangkat diri menjadi bengcu, mengepalai orang-orang gagah sedunia?"
"Bukan kau mengangkat diri sendiri, Wan-sicu. Akan tetapi kamilah yang mengangkat mu."
497 "Akan tetapi bukanlah banyak orang lain seperti Liok Kong Ji tadi, yang ingin pula menjadi bengcu?"
"Itulah bahayanya. Memang banyak orang-orang yang tidak
bersih hatinya ingin menduduki kehormatan tertinggi di dunia ilmu silat itu, akan tetapi justru inilah yang harus dilawan dan diberantas.
Kiranya hanya kau seorang yang akan dapat menghadapi mereka
sehingga kedudukan bengcu dapat diselamatkan."
Bicara tentang Kong Ji, kembali Sin Hong teringat akan keadaan pemuda aneh itu. Bagaimana Kong Ji bisa menjadi murid Go Ciang Le" Ah, mengapa ia begitu bodoh" Ia bisa tanyakan hal ini kepada Gak Soan Li! Teringat akan ini, Sin Hong lalu minta permisi dan meninggalkan pulau itu untuk sebentar dan sementara itu, Camkauw Sin-kai bercakap-cakap dengan Lie Bu Tek.
Ketika Sin Hong tiba di tempat dimana ia meninggalkan Soan Li
seorang diri, ia menjadi bmgung. Soan Li tidak kelihatan lagi, sudah lenyap dari tempat itu. Ia memanggil-manggil beberapa kali dan berjalan ke sana ke mari, namun tidak dapat melihat gadis itu. Ia mulai gelisah, dan menjadi makin bingung dan cemas sekali ketika ia melihat pedang Soan Li menggeletak di atas tanah. Tak salah lagi, gadis itu pasti telah tertawan oleh orang jahat.
"Celaka...! Dan semua ini gara-gara aku yang meninggalkannya seorang diri. Aku harus mencarinya...."
Cepat Sin Hong kembali ke Kim-ke-tho dan dengan singkat ia
menuturkan kepada gihunya tentang hilangnya Gak Soan Li murid
Go Ciang Le. "Gihu, dia tertawan karena kelalaianku. Aku harus pergi sekarang juga mencarinya, siapa tahu kalau-kalau aku masih akan dapat
mengejar dan menolongnya dari tangan penjahat yang
menculiknya."
"Memang seharusnya demikian. Sayang sekali dia sudah hilang, kalau tidak tentu aku cepat bertanya tentang tempat tinggal Ciang Le. Kalau saja aku tahu tempatnya, tentu akan kudatangi ia dapat kutarik untuk membantu semua usaha kita,"
498 Tiba-tiba Cam-kauw Sin-kai menepak pahanya. "Ah, mengapa
Lie-taihiap tidak tadi tadi bertanya kepada lohu" Kalau Lohu tahu bahwa kalian ada hubungan erat dengan Hwa I Enghiong, tentu
sudah kuberi tahu dari tadi. Memang kau dapat menarik
bantuannya, kiranya hal itu jauh lebih berharga daripada mencari bantuan sepuluh orang ciangbunjin yang ternama ! Lohu tahu
tempat tinggalnya akan tetapi karena tidak ada hubungan erat, lohu tidak berani mengganggunya. Hwa I Enghiong tinggal di Pulau Kim-bun-to."
" Nah, kalau begitu, biar aku pergi mencari Gak-siocia dan menolongnya. Gihu pergi mencari Hwa I Enghiong, sedangkan Camkauw Locianpwe dapat menggantikan kedudukan ketua Hek-kin
kaipang. Bukankah ini tepat sekali?" kata Sin Hong.
Karena menghadapi urusan penting dan pula melihat bahwa Hek-
kin-kaipang memang perlu dipegang oleh seorang pandai seperti
Cam-kauw Sin-kai agar jangan mudah diganggu orang jahat Lie Bu Tek segera menyatakan persetujuannya.
Para anggauta dikumpulkan, juga Tan Lokai dipondong keluar
dalam keadaan masih terluka, kemudian setelah diumumkan bahwa
Cam-kauw Sin-kai diangkat menjadi ketua, semua orang
menyatakan setuju. Cam-kauw Sin-kai sendiri tidak mau berlaku
sungkan-sungkan atau pura-pura lagi, lalu menerima pengangkatan itu. Ia berpesan kepada Lie Bu Tek agar supaya betul-betul
berusaha membujuk Go Ciang Le suami isteri agar suka turun
tangan dan membantu, bahkan kiranya lebih baik kalau Hwa I
Enghiong mau dicalonkan sebagai bengcu.
Maka berangkatlah Sin Hong mencari Soan Li dan pada hari itu
juga Lie Bu Tek berangkat menuju ke Pulau Kim-bun-to, mencari
Hwa I Enghiong Go Ciang Le.
-oo0mch-dewi0oo-
Sampai sepekan lebih Sin Hong mencari-cari tanpa hasil. Ia
sudah mendengar sana-sini bertanya kepada penduduk, namun
Soan Li hilang tak meninggalkan jejak. Ia seperti meraba-raba di tempat gelap. Akhirnya di sebuah kota ia mendengar bahwa di kota 499
itu beberapa hari yang lalu memang kelihatan ada orang wanita
cantik bersama seorang muda dan seorang kakek, akan tetapi Sin Hong tidak dapat memastikan apa Soan Li ada di antara mereka ini.
Betapapun juga, ia lalu melanjutkan perjalanannya mengejar orang-orang itu.
Akan tetapi baru saja ia keluar dari rumah penginapan di mana ia bermalam, belasan orang anggauta polisi mengejar dan
mengepungnya. "Penjahat keji, kau hendak lari ke mana?" bentak mereka.
Sin Hong melongo dan memandang kepada mereka dan dengan
muka bodoh. "Kalian ini ada apakah, siang hari bolong memaki-maki orang tanpa alasan," tanyanya mendongkol sekali karena memang hatinya sedang risau memikirkan Soan Li.
"Masih berpura-pura lagi" Lebih baik menurut saja kami tangkap agar kami tak usah mempergunakan kekerasan!" Sin Hong menjadi heran sekali.
Karena ingin tahu latar belakang kejadian ini, ia membiarkan
kedua tangannya dibelenggu tanpa melawan. Kemudian digiring ke sebuah rumah gedung di mana banyak penduduk berdiri di luar.
Jelas kelihatan dari luar bahwa di dalam rumah gedung itu pasti terjadi peristiwa hebat. Ketika Sin Hong digiring masuk, orang yang menonton memaki-maki padanya dan ternyata di dalam gedung itu
juga terjaga oleh anggauta polisi. Beberapa orang pembesar sedang melakukan pemeriksaan. Seorang di antara anggauta-anggauta
polisi yang menangkap Sin Hong memberi laporan dan ributlah
mereka. Sin Hong diseret masuk dan dihadapkan pada seorang
pembesar yang berkumis tebal.
"Siapa namamu?" bentaknya.
"Namaku Gong Lam," jawab Sin Hong, ingat akan nama yang diperkenalkan keida Soan Li.
Alangkah kaget hatinya ketika pembesar itu menggebrak meja
dan membentak, "Jangan main-main' Namamu Wan Sin Hong,
bagaimana kau berani membohong di depan kami" Pengawal
500 tampar dulu mulutnya yang membohong agar tidak berani
membohong lagi!"
Sin Hong terlampau kaget dan sehingga ia tidak mengelak ketika seorang penjaga menampar mulutnya tiga kali. Ia tidak merasa apa-apa, sedangkan penamparnya menyeringai karena ia seakan-akan
menampar karet yang membuat telapak tangannya pedas.
"Taijin, bagaimana Taijin mengetahui namaku" Memang benar namaku Wa Sin Hong, akan tetapi dari mana kalian tahu" Dan untuk perkara apakah aku ditangkap?"
Pembesar itu tertawa bergelak. "Tak mudah kau menipu orang seperti kami," katanya menyombong. "Kau memang penjahat besar dan berani sekali. Kau masih pura-pura tanya mengapa kau
ditangkap, Nah, mari kita bersama menyaksikan bekas tanganmu
yang jahat dan berlumur darah."
Setelah berkata demikian, pembesar itu memberi tanda kepada
para polisi dan kembali Sin Hong diseret memasuki sebuah kamar yang besar. Di tengah kamar itu menggeletak seorang laki-laki dan seorang wanita setengah tua dalam keadaan tak bernyawa lagi dan berlumur darah, sedangkan peti uang yang telah kosong berserakan di sudut, meja kursi terbalik. Jelas menandakan bahwa semalam
telah ada perampok masuk dan merampas uang lalu membunuh
dua orang tua itu,
Sin Hong membelalakkan matanya, lalu memandang kepada
pembesar itu dengan mata bertanya. Akan tetapi pembesar itu tidak pedulikan pandang matanlya bahkan menariknya ke dalam kamar di sebelah kamar itu sambil berkata,
"Masih mau menyaksikan yang lain yang lebih hebat lagi" Hayo,"
Di kamar ke dua ini, Sin Hong menyaksikan pemandangan yang
membuat darahnya bergolak saking marahnya. Di atas pembaringan menggeletak tubuh seorang nona muda yang cantik. Nona ini telah tewas pula dengan leher putus terbabat senjata tajam dan dari
keadaan di situ mudah diduga bahwa yang datang mengganggu


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah seorang jai-hoa-cat (penjahat pemetik bunga). Ini semua masih belum hebat, yang betul-betul membuat Sin Hong marah
bukan main adalah ketika ia disuruh membaca tulisan di tembok
501 putih. Tulisan yang dibuat dengan darah nona itu, yang bunyinya seperti berikut :
Memetik bunga merampas harta membunuh hartawan
tanggung jawab pendekar Luliang san.
Di bawah barisan tulisan ini ada tanda tangannya yang jelas
sekali berbunyi WAN SIN HONG. Kemudian bagaikan mimpi ia
mendengar pembesar itu bicara,
"Biarpun berani sekali dan kejam, akan tetapi kau tolol. Kau membiarkan dirimu terlihat oleh pelayan, yang tentu saja mengenal potongan tubuhmu dan warna pakaianmu, kemudian kau berjalan
pergi seenakmu kembali ke dalam hotel Lianghoa likoan. Ha, ha, selama hidupku baru kali ini aku bertemu dengan seorang penjahat yang berani dan kejam namun tolol sekali!"
Tiba-tiba semua anggauta polisi berteriak kaget ketika melihat Sin Hong sekali bergerak saja sudah melayang melewati kepala
mereka dan telah berada di luar rumah! Kemudian dengan gerakan tangannya belenggu itu putus dengan mudah.
"Taijin, dan kalian semua, ketahuilah bahwa aku Wan Sin Hong bukan seorang penjahat. Semua itu tentu perbuatan seorang yang secara diam-diam memusuhi dan hendak membikin buruk namaku.
Aku bersumpah untuk mencari dan membekuk penjahat pengecut
itu!" Ketika para orang memburu keluar, sekali berkelebat saja Sin Hong telah lenyap dari situ.
Tentu saja seluruh penduduk kota itu gempar. Setiap mulut
bicara tentang Wan Sin Hong penjahat besar yang berilmu tinggi.
Memang sudah menjadi kebiasaan manusia-manusia gatal mulut
untuk menyampaikan warta buruk akan seseorang seluas mungkin.
Tentang kebaikan orang, takkan ada seseorang pun setan yang
membicarakan, akan tetapi tentu keburukan orang, agaknya orang-orang yang mengaku sendiri suci pun suka pula mempercakapkan!
Sebentar saja, berita bahwa penjahat muda yang bernama Wan Sin Hong dan berkepandaian amat tinggi berkeliaran mencari korban'
502 Sin Hong marah dan mendongkol bukan main. ia menduga-duga
siapakah gerangan orangnya yang begitu curang memburukkan
namanya secara begitu keji" Ia tidak berani sembarangan menduga, dan diam-diam ia bersumpah untuk mencari orang itu, yang akan
diseretnya di depan orang banyak agar membuat pengakua
sehingga namanya bersih kembali.
Akan tetapi, bukan penjahat yang merusak namanya yang ia
temukan, bahkan peristiwa-peristiwa yang membuatnya terheran-
heran dan marah, juga tidak berdaya! Beberapa hari kemudian
ketika melanjutkan perjalanannya, hampir dalam setiap kota ia
mendengar kejahatan yang dilakukan oleh... Wan Sin Hong!
Pencurian besar-besaran, pembunuhan kejam, gangguan pada
wanita-wanita secara mengerikan, pendeknya perbuatan sang iblis keji!
Saking ngeri dan bingungnya, Sin Hong buru-buru meninggalkan
tempat itu dan di sepanjang jalan ia mencari-cari keterangan. Tiap kali mendengar ada kejahatan terjadi di sebuah kota, ia menyusul cepat-cepat untuk segera membekuk penjahatnya. Namun, selalu ia tidak berhasil. Bahkan beberapa pekan kemudian, ia mengalami
peristiwa yang membuatnya benar benar tidak berdaya dan
bingung. Di tengah perjalanan antara sebuah kota dan kampung di jalan
kecil berbukit yang sunyi, ia berjalan perlahan dengan pikiran kusut.
Tiba-tiba ia melihat dua orang pendeta tosu yang berdiri di tengah jalan dengan senjata pedang di tangan dan siap mereka
mengancam sekali.
"Wan Sin Hong, akhirnya kami dapat juga membalas dendam!"
kata seorang di antara mereka, seorang tosu tua tinggi kurus
berjenggot putih.
"Siancai... siancai... selama hidup pinto belum pernah melihat seorang penjahat semuda ini telah sedemikian jahatnya. Wan Sin Hong, dosamu telah terIampau banyak, lebih baik kau lekas berlutut dan menyerah," kata tosu ke dua yang bertubuh gemuk pendek dan mukanya kuning.
503 Sudah terlalu banyak Sin Hong melihat kejadian-kejadian aneh
akhir-akhir ini, kejadian yang merugikan namanya, maka sekarang menghadapi dua orang tosu yang datang-datang memaki dan
menuduhnya, ia bersikap adem saja, menarik napas panjang
dengan sebal ia bertanya,
"Jiwi Totiang ini siapakah, dan partai persilatan mana dan apa alasannya hendak mencelakakan aku?"
"Pinto Im Yang Cu dari Kun-lun dan toyu ini adalah Tek Gwat Tosu d Thian-san-pai. Kiranya tak perlu berpanjang lebar lagi, dan tak ada gunanya berpura-pura memperlihatkan muka bersih dan
keheranan. Tepat seperti dikatakan oleh Tek Gwat Toyu tadi, lebih baik kau lekas menyerah untuk kami bawa ke persidangan ketua-ketua partai." kata Im Yang Cu tosu yang kurus itu.
Sin Hong mendongkol bukan main. akan tetapi ia tidak bisa
merasa gemas pada dua orang tosu ini, karena ia maklum bahwa
mereka ini hanya menjadi korban dari perbuatan seorang jahat yang sengaja meminjam namanya dalam perbuatan jahatnya. Ia
sekarang malah ingin sekali tahu perbuatan apa lagi gerangan yang dilakukan oleh siluman itu.
"Jiwi Totiang, kalau Jiwi Totiang berhak melakukan penangkapan atas diriku, kiranya aku yang tertuduh juga berhak untuk
mengetahui apakah gerangan kejahatan yang orang sangka
kulakukan. Apa kesalahanku terhadap Kun-lun-pai dan apa pula
perbuatanku yang membikin marah Thian-san-pai?"
Im Yang Cu menghela napas dan mengelus-elus jenggotnya yang
putih. "Hm, memang berbahaya sekali seorang muda mempelajari ilmu silat tinggi, batin belum kuat sehingga kepandaiannya dipakai untuk melakukan perbuatan jahat dan menyombongkan diri. Lebih
berbahaya lagi kalau orangnya masih semuda engkau, memiliki
muka yang baik dan yang menyenangkan. Benar-benar banyak yang
palsu di dunia ini. Wan Sin Hong kau masih berpura-pura tanya"
Baiklah agar jangan kelak orang bilang Kun lun-pai tidak adil, baik pinto tuturkan perbuatanmu yang jahat terhadap murid Kun-lun-pal yang bernama Thio Beng. Muridku itu sedang merayakan hari
pernikahannya, kau datang merampas pengantin wanita,
membunuh Thio Beng, kemudian membunuh pengantinnya sekali
504 karena ia melawan. Dengan jelas kau menuliskan surat tantangan di atas tembok, perbuatanmu selain terkutuk juga amat sombong.
Apakah masih banyak bicara lagi?" Nama Wan Sin Hong sebagai
penjahat besar, siapakah yang tidak mendengar?"
Sin Hong mengerutkan alisnya. Benar- benar hebat. Orang jahat
yang sudah melakukan banyak kejahatan mempergunakan
namanya, ternyata bukan orang biasa, melainkan seorang yang
berkepandaian tinggi, kalau tidak demikian tak mungkin ia dapat membunuh anak murid Kun-lun-pai demikian mudahnya.
"Apakah ada saksi yang melihat aku melakukan perbuatan itu, Totiang" Menuduh orang berbuat jahat tanpa ada saksi, benar-benar amat gegabah dan tidak adil."
Tiba-tiba Tek Gwat Tosu tertawa bergelak, "Masih kurang
banyakkah saksi-saksi yang melihat sepak terjang penjahat muda Wan Sin Hong" Kalau masih kurang, pinto mempunyai seorang saksi utama yang akan melucuti kedokmu, penjahat muda! Kau menyerah
untuk kami bawa ke persidangan, dan saksi utama itu telah menanti di sana. Tentu kau mengenal Kim Nio, bukan?"
Tentu saja Wan Sin Hong tidak mengenalnya. Hatinya makin
penasaran. "Baiklah, aku akan ikut dengan Jiwi Totiang, akan tetapi bukan dalam arti kata menyerah, melainkan aku hendak ikut untuk
menyelidiki persoalan ini lebih mendalam."
"Bocah jahat, kau benar-henar sombong sekali. Apa kaukira kami tak sanggup menangkapmu?" lm Yang Cu tokoh Kun-lun-pai dengan marah lalu melangkah maju, pedangnya dikelebatkan di depan
muka Sin Hong, akan tetapi yang sungguh-sungguh menyerang
adalah jari tangan kirinya, mencengkeram ke pundak pemuda itu.
Sin Hong sama sekali tidak mau menangkis atau mengelak.
Terdengar bunyi kain robek disusul oleh seruan kaget tokoh Kunlun-pai itu.
Ketika jari-jari tangan kirinya mencengkeram pundak Sin Hong,
kain baju pada pundak itu robek dan hancur, akan tetapi kulit
pundak itu terasa oleh Im Yang Cu seakan-akan terbuat dan baja 505
dilumuri lemak. Demikian keras dan licin. Hal ini benar-benar tidak masuk akal. Tosu ini terkenal memiliki kepandaian Eng-jiauw-kang (Cengkeraman Garuda) dari Kun-lun-pai, jangankan tubuh manusia, batu karang juga akan hancur kalau dicengkeramnya. Akan tetapi bagaimana pundak pemuda itu tidak dapat dicengkeram"
"Totiang, apakah sudah menjadi kebiasaan seorang tosu untuk merusak pakaian orang?" kata Sin Hong menyindir. Juga Tek Gwat Tosu menjadi pucat mukanya dan diam-diam ia gelisah sekali.
penjahat muda ini benar-benar lihai sekali dan kalau memberontak, apakah dia dan Tek Gwat Tosu dapat menahannya" Im Yang Cu
dapat melihat bahwa pemuda itu bukan orang sembarangan. Ia
berlaku cerdik dan tidak mau kehilangan muka, maka ia berkata,
"Wan Sin Hong, biarpun di dunia penjahat, orang mengenal
kegagahan dan nama. Apakah kau mau berjanji untuk ikut dengan
kami ke persidangan?"
"Aku memang hendak ikut, bukan untuk menyerah, melainkan
untuk mendengar persoalan ini lebih lanjut."
"Kalau begitu, mari kita berangkat!"
Dengan senang Sin Hong mengikuti kedua orang tosu itu menuju
ke scbuah bukit batu karang yang banyak terdapat jurang-jurang curam. Dua orang tua itu dalam perjalanan ini kembali mengakui kelihaian penjahat muda ini, karena biarpun mereka berdua
mengerahkan ginkang dan mempergunakan ilmu berlari cepat, tetap saja orang muda itu berada di dekat mereka, Sedikit pun tak pernah tertinggal, bahkan berlari seenaknya saja.
Tak lama kemudian tibalah mereka di puncak bukit itu, di mana
terdapat sebuah kelenteng kuno dan di depan kelenteng itu
terdapat lapangan rumput. Di kanan kini nampak jurang-jurang
ternganga amat curamnya. Ketika tiba di situ, Sin Hong melihat beberapa orang pendeta, ada tosu ada pula hwesio, tengah duduk bercakap-cakap dan nampaknya membicarakan hal yang amat
penting. Kedatangan Im Yang Cu dan Tek Gwat Tosu membawa
Wan Sin Hong mendapat sambutan hangat. Mereka semua berdiri
memandang kepada Sin Hong dengan penuh perhatian.
506 Sin Hong dihadapkan kepada dua orang tosu yang paling tua.
Dan laporan Im Yang Cu dan Tek Gwat Tosu, ia dapat menduga
bahwa mereka ini adalalah ketua Kun-lun-pai dan ketua Thian-sanpai. Hatinya berdebar dan ia terkejut sekali. Ada apakah ketua-ketua partai persilatan besar berkumpul di bukit"
"Wan Sin Hong kau telah berhadapan dengan persidangan ketua ketua partai persilatan besar, apakah kau masih tidak lekas-lekas berlutut dan mengakui dosa dosamu?" tanya ketua Kun-lun-pai dengan suaranya yang lemah lembut dan bibir tersenyum, namun
sepasang mata dan suaranya berpengaruh sekali.
"Boanpwe Wan Sin Hong menghaturkan hormat kepada
Locianpwe sekalian. Akan tetapi, boanpwe sungguh tidak mengerti apakah artinya persidangan ketua ketua partai dan tidak tahu pula mengapa boanpwe disuruh menghadap. Juga mohon diberi tahu
siapakah sebenarnya Locianpwe sekalian?"
Ketua Thian-san-pai yang berdiri di sebelah ketua Kun-lun-pai, seorang kakek berusia delapan puluh yang bertubuh kecil bongkok, bermuka merah sekali, kepalanya botak dan tidak berjenggat
memukul-mukulkan tongkat hitamnya di atas tanah lalu berkata.
"Dunia telah berubah aneh sekali. Mana ada penjahat bersikap sebaik ini" Heran, heran!"
Ketua Kun-lun-pai yang juga usianya sudah delapan puluhan,
bertubuh tinggi kurus, rambut dan jenggotnya panjang dan putih, sikapnya lemah lembut, berkata lagi kepada Sin Hong.
"Pinto Tai Wi Siansu ketua Kun-lu pai, biarlah sebelum kami mendengar pengakuan-pengakuan dosamu, pinto perkenalkan dulu
kepadamu agar kau tahu bahwa di sini kau tidak boleh main-main.
Di sebelahku ini adalah Leng Hoat Tai su ketua Thian-san-pai, tiga saudara lain itu adalah Bu Kek Siansu ketua Bu- tong-pai, Kian Hok Taisu ketua Go-bi-pai, dan Pang Soan Tojin ketua Teng-san-pai.
Saudara-saudara yang lain adala tokoh-tokoh semua partai besar.
Kami berkumpul di sini untuk keperluan lain, akan tetapi secara kebetulai kami mendengar munculnya seorang penjahat muda
bernama Wan Sin Hong, bahkan hampir semua dari kami telah
bertemu dengan peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh Wan Sin 507
Hong. Setelah berada di sini dan mendengar kau menantang,
apakah kami dapat tinggal diam?"
"Ah, tidak tahunya boanpwe dihadapkan kepada Ciangbunjin-
ciangbunjin (Keitia-ketua) dan partai-partai besar. Benar-benar merupakan kehormatan bagi boanpwe. Akan tetapi boanpwe
mendengar bahwa biasanya para Locianpwe suka berlaku adil dan
teliti tidak sembrono. Maka boanpwe mengharap sukalah kira-kira dosa-dosa boanpwe itu disebutkan lalu diselidiki lebih dulu sebelum boanpwe dijatuhi hukuman, dan agar boanpwe diberi kescmpatan
untuk membela diri."
Semua orang tua yang berada di situ saling pandang. Sikap
pemuda ini benar-benar bukan seperti sikap seorang penjahat. Akan tetapi bukti-bukti banyak dan saksi pun ada.
"Dosamu terlalu banyak untuk disebut satu persatu. Buktinya di mana-mana, tulisan darah di tembok masih belum kering, saksi-saksi yang melihat melakukan kejahatan masih belum mati. Bahkan baru-baru ini kau telah membunuh murid partai kami Thio Beng
membunuh isterinya pula. Kemudian pihak Thai-san juga
mendapatkan seorang wanita yang telah kau ganggu. Mereka dapat mencegah wanita itu membunuh diri dan sekarang wanita itu pun
berada di sini sebagai saksi. Apakah kau hendak menyangkal bahwa kau tidak kenal wanita itu?" Tat Wi Siansu ketua Kun-lun pai menudingkan telunjuknya ke arah seorang wanita muda dan cantik sekali yang berdiri di pinggir dekat jurang bersandar pada batu karang.
Sin Hong mengerahkan ingatannya akan tetapi ia tidak pernah
bertemu muka dengan wanita ini. Wanita ini masih muda dan cantik sekali. Pakaiannya kusut demikian pula rambutnya, mukanya agak pucat dan kelihatannya sedih sekali. Akan tetapi semua ini tidak mengurangi kecantikannya, bahkan menambah jelita dan manis.
Setelah bertemu pandang, wanita itu tiba-tiba terisak dan
berkata. "Memang dia inilah Si Keparat yang telah menggangguku. Dia ini yang memasuki kamarku, membawaku keluar dengan paksa,
membawaku ke hutan dan mengancam hendak membunuhku kalau
508 aku berteriak. Dia membawaku masuk keluar hutan dan
memperlakukan aku secara kurang ajar dan keji, ia meninggalkan aku seorang diri di dalam hutan." wanita itu menangis lagi dengan sedih.
Sin Hong tak dapat menahan kemarahannya lagi. Bohongkah
wanita itu" Ataukah memang ada kejadian seperti itu yang
dilakukan oleh pemuda lain yang serupa benar dengan dia"
"Kau bohong...! Kau memfitnah... harus dibunuh...!" teriaknya marah. Timbul niatnya untuk menangkap wanita itu kemudian
memaksanya mengaku sejujurnya. Benar juga, pikirnya. Siapa tahu kalau-kalau orang yang selalu berusaha merusak namanya itu
mempergunakan wanita ini untuk menjadi saksi palsu" Kalau benar demikian dan aku dapat memaksanya bicara, tentu Si Penjahat itu dapat diketahui siapa orangnya. Secepat kilat tubuh Sin Hong
berkelebat ke arah wanita itu berdiri.
"Jahanam keji, apakah kau masih hendak membunuhnya lagi?"
terdengar suara halus dan sebatang tongkat kecil hitam menyambar dan menghadang di depan tubuh Sin Hong. Pemuda ini
mengibaskan tangannya ke arah tongkat itu sambil berkata.
"Biarkan boanpwe menangkap pembantu Si Jahat itu,
Locianpwe!"
Baik Sin Hong maupun Leng Hoat Taisu pemegang tongkat itu,
terkejut akan akibat pertemuan tongkat dan tangan. Sin Hong
merasa tangannya tergetar, demikian besar tenaga Iweekang yang disalurkan dalam tongkat itu, akan tetapi sebaiknya Ketua Thian-san-pai ini terkejut bukan main karena tongkatnya telah terpental mundur setelah kena dikibas tangan pemuda. Tosu tua maklum
bahwa di dunia kang-ouw, larang ada orang yang kuat menangkis
tongkatnya hanya dengan kibasan tangan belaka, maka tidak
anehlah bahwa ia terheran-heran melihat tongkatnya ditangkis oleh seorang yang masih semuda ini. Namun, ia menjadi penasaran dan malu pula, maka tanpa banyak cakap ia lalu menyerang Sin Hong
dengan tongkat hitamnya.
Sin Hong menjadi sibuk sekali. Dari angin pukulan tongkat,
tahulah ia bahwa ia menghadapi seorang yang berilmu tinggi.
509 Mengingat kedudukan kakek ini sebagai ketua Thian-san-pai, ia
merasa sungkan untuk melawannya, apalagi merobohkannya.
"Taisu, harap jangan salah memukul orang tak berdosa," katanya sambil cepat mengelak dari serangan tongkat yang amat lihai itu.
"Mana ada maling mengaku dosa!" bentakan ini disusul dengan menyambarnya pedang yang berkelebat menusuk leher Sin Hong.
Yang menyerang ini adalah ketua Bu-tong-pai, yakni Bu Kek Siansu.
Sin Hong mengeluh di dalam hatinya. Baru menghadapi serangan
seorang saja di antara para ciangbunjin ini, merupakan hal yang tidak saja berat, akan tetapi juga tidak enak baginya. Antara dia dan mereka ini tidak terdapat permusuhan sesuatu, dan seringkali
gihunya memberi nasihat agar ia menaruh hormat kepada para
ciangbunjin. Oleh karena itu ia tidak mau membalas dan hanya
mengelak dan kadang-kadang menggunakan tangannya untuk
menyampok dan menangkis.
Bu Kek Siansu ketua Bu-tong-pai mengalami hal yang amat aneh.
Dia tidak akan berani mengaku bahwa dialah orang terpandai, akan tetapi dia dapat memastikan bahwa di dunia kang-ouw tidak ada
orang yang berani dengan seenaknya menghadapi pedangnya. Akan
tetapi biarpun ia mengeroyok bersama Leng Hoat Taisu ketua
Thian-san-pai, namun pemuda yang dikeroyok ini dengan tangan
kosong dapat menghadapi mereka, nampaknya sama sekali tidak
terdesak dan seenaknya saja. Lebih-lebih heran dan kagetnya ketika pemuda itu sanggup menangkis sambaran pedangnya dengan
menyentilkan jari telunjuknya. Kalau saja Bu Kek Siansu tidak
memiliki lweekang yang kuat tentu pedang itu telah terlepas dari tangan demikian dahsyat dan kuatnya tenaga sentilan itu!
Sementara itu, ketika Sin Hong memandang ke arah gadis cantik
yang mendakwanya tadi, ia melihat gadis itu melompat ke dalam
kurang yang curam di dekatnya!
"Heeii..., jangan Iari kau..." Sin Hong tak peduli lagi ketika tongkat hitam di tangan Leng Hoat Taisu mengarah pundaknya.
"Plak!" tongkat itu membalik ketika bertemu dengan pundak Sin Hong, dan dibarengi oleh teriakan kaget ketua Thian-san-pai, Sin 510
Hong sudah dapat meloloskan diri dari kepungan dan melompat
cepat ke tempat di mana gadis tadi berdiri.
"Dia sudah membunuh diri karena perbuatanmu yang jahat!"
kata Tai Wi Siansu Ketua Kun-lun-pai yang juga melihat tubuh gadis tadi melayang ke dalam jurang.
Akan tetapi Sin Hong berpendapat lain. Tadi karena ia merasa
gemas kepada gadis itu, di dalam pertempuran selalu
memperhatikan sehingga ia melihat betul gerakan gadis di pinggir jurang. Matanya yang awas dapat melihat bahwa ketika bergerak
melompat ke dalam jurang, gadis itu mempergunakan ginkang yang lumayan dan gerakan dalam melompat jelas sekali membuktikan
bahwa gadis itu adalah seorang ahli silat tinggi!
"Gadis penipu, kau hendak lari kemana?" bentak Sin Hong sambil mengejar ke pinggir jurang. Akan tetapi jurang itu dalam sekali sehingga tidak kelihatan dasarnya. Juga dari atas tidak kelihatan lagi bayangan gadis itu, seakan- akan ditelan jurang yang ternganga.
"Jangan berpura-pura, ataukah sudah gila" Sudah jelas Nona Kim Nio membunuh diri di dalam jurang karena perbuatanmu yang keji dan jahat!" seru pula Tai Wi Siansu dan dibantu oleh yang lain-lain para kakek yang berkepandaian tinggi itu siap untuk menangkap Sin Hong.
"Cuwi Locianpwe, maafkan boanpwe tak dapat melayani lebih lama lagi. Boan- pwe perlu mencari Nona tadi!" Tubuhnya melesat dan bagaikan kilat ia telah lompat dan berlari cepat turun bukit.
Dengan mendongkol sekali Sin Hong berlari memutar dan
menuju ke jurang yang tadi kelihatan dari puncak. Akan tetapi, seperti yang sudah ia duga, ia tidak dapat menemukan tubuh gadis itu. Kalau gadis itu benar benar terjun untuk membunuh diri, tentu ia akan dapat menemukan mayatnya yang sudah hancur.
Bagaimana gadis itu dapat melompat dari tempat yang begitu tinggi tanpa terancam bahaya maut" Sin Hong berpikir keras namun tak
menemukan jawabannya. Dia sendiri biarpun sudah memiliki
ginkang tinggi, kiranya takkan mungkin dapat melompat dari atas puncak itu ke bawah jurang. Pasti tubuhnya akan hancur. Kecuali seekor burung, kiranya tidak ada manusia yang dapat melompat
511 dari tempat yang tingginya tak kurang dari lima puluh tombak itu.
Kecuali kalau ada yang membantunya, pikir Sin Hong. Akan tetapi bagaimana caranya"
Makin marah hati pemuda ini. Kini ia yakin bahwa ada seorang
atau lebih musuh rahasia yang berusaha keras untuk merusak
namanya di dunia kang-ouw bahkan agaknya sengaja menarik
perhatian para tokoh besar dunia persilatan seperti ketua-ketua partai itu agar dianggap sebagai seorang penjahat keji. Siapakah musuh rahasia itu" Apakah wanita tadi" Tak mungkin, karena
selama hidupnya belum pernah ia bertemu dengan gadis tadi.
Apakah gadis tadi hanya menjadi alat" Siapakah gerangan yang
mengatur semua ini"
"Kurang ajar, aku harus mendapat rahasia mi. Aku harus dapat menangkap penjahat itu dan menyeretnya di depan para
ciangbunjin." Hati dan pikiran Hong menjadi kusut karena ia merasa khawatir sekali. Kalau para ciangbunjin sampai menganggap dia
sebagai seorang penjahat, dengan saksi-saksi yang hidup, benar-benar urusan ini bukan urusan kecil lagi.
-oo0mch-dewi0oo-
Sampai berbulan-bulan Sin Hong merantau dengan pikiran kusut,
tidak saja ia merasa amat gelisah memikirkan keadaan Soan Li yang hilang tanpa meninggalkan jejak, juga ia amat gelisah memikirkan keadaan yang terjadi di sekitarnya. Tiada hentinya terdengar di mana-mana tentang penjahat keji bernama Wan Sin Hong yang
tidak segan-segan meninggalkan nama di atas dinding kamar
tempat ia melakukan kejahatan. Bahkan beberapa kali Sin Hong
terpaksa harus mempergunakan kepandaiannya untuk melarikan diri ketika ia dikejar-kejar oleh para tokoh kang-ouw yang berusaha manangkapnya. Ia melarikan diri bukan karena takut, melainkan
karena segan untuk melawan. Ia maklum bahwa tokoh kang-ouw itu bermaksud baik, yakni menangkap seorang penjahat keji
Pada suatu hari ia masuk ke dalam kota Liang-si. Ia sudah
kehilangan jejak Soan Li sama sekali dan kini ia mencari Soan Li dan juga penjahat yang mengguaakan namanya itu secara membuta,
512 meraba-raba di dalam gelap, yakni di mana saja ia berada dicarilah keterangan.


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kota Liang-si amat ramai dan besar karena di situ pusat
perdagangan yang menghubungkan dua propinsi. Sin Hong
bermalam di sebuah hotel dan mendapat kamar di belakang. Hari
telah mulai senja maka Sin Hong terus saja memasuki kamar untuk mandi dan bertukar pakaian.
Akan tetapi baru saja masuk kamar ia mendengar gerakan-
gerakan orang dan disusul bisikan-bisikan, "Ini dia orangnya, tak salah lagi...!"
Sin Hong sudah terlalu sering mengalami dirinya diintai dan
diserbu orang maka hal ini tidak mengherankannya. tenang-tenang saja minta air hangat dari pelayan dan tanpa menghiraukan suara gerakan orang banyak yang ia tahu mengurung kamarnya, pemuda
ini membersihkan diri dan bertukar pakaian. Kemudian ia memesan masakan kepada pelayan.
"Bawa saja ke kamar, aku hendak makan di dalam kamar,"
katanya sambil menyerahkan beberapa potong uang. Setelah
makanan yang dipesan tiba, ia makan lalu memadamkan api dan
siap untuk istirahat.
Tiba-tiba di dalam gelap itu ia mendengar suara senjata rahasia menyambar ke arah pembaringannya, Sin Hong dengan mudah
mengelak dan tanpa banyak cakap ia menyambar bungkusan
pakaiannya dan membuka daun pintu. Ternyata di depan pintu
kamarnya telah berdiri belasan orang yang berpaksian sebagai polisi dan memegang senjata tajam, siap untuk menyerangnya. Sin Hong
menarik napas. Ia merasa malas untuk melayani para petugas
keamanan itu, maka ia lalu menutupkan lagi daun pintu, membuka jendela untuk melarikan diri dari situ. Akan tetapi di sini telah ada yang menjaga pula, bahkan pakaian mereka ini seperti ahli-ahli silat dan gerakan mereka jauh lebih tangguh daripada yang menjaga di depan pintu. Jumlah mereka yang berpakaian seperti kauwsu (guru silat) ini sedikitnya ada dua belas orang pula.
"Kahan membosankan benar-benar!"
513 Sin Hong berkata perlahan, menutup kembali daun pintu dan
sekali kedua kakinya bergerak, tubuhya sudah mencelat ke atas.
Kedua tangannya digerakkan terdengar suara keras ketika pian dan genteng menjadi bobol dari mana tubuhnya menjeblos genteng'
Akan tetapi, Sin Hong benar-benar keliru kalau ia mengira bahwa di atas genteng ia akan terlepas dari kepungan, bahkan begitu
tubuhnya berada di wuwungan rumah, beberapa buah senjata
menyambar dan menyerangnya dengan cara yang amat dahsyat.
Ternyata bahwa yang menjaga di atas genteng adalah orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, jumlahnya ada delapan orang di antara mereka itu bahkan samar-samar melihat ketua Kun-lun-pai dan Thian san-pai. Celaka, sekarang yang mengurungnya adalah
tokoh-tokoh besar.
"Wan Sin Hong bangsat keji, menyerahlah untuk menebus dosa,"
terdengar suara Tai Wi Siansu dan pedangnya dah berkelebat
dengan amat lihainya meluncur ke arah dada Sin Hong.
Sin Hong tidak mau melayani, sebaliknya ia menggulingkan
tubuhnya di atas genteng, bergulingan ke bawah dan disusul
dengan gerakan Hui-mau-jip-lim (Burung Terbang Masuk Hutan)
tubuhnya sudah melayang ke bawah dan melarikan diri dengan
cepat sekali. "Kejar! Tangkap penjahat Wan Sin Hong ".!" terdengar suara orang mengejar dari segala jurusan.
Sin Hong tidak mau melayani dan terpaksa ia melarikan diri ke
luar kota. Ia pikir takkan ada gunanya kalau melawan para
pengejarnya, karena yang menjadi persoalan penting bukanlah ia dan para pengejar, melainkan antara dia dan penjahat yang
merusak namanya. Percuma belaka kalau ia akan menyangkal
semua tuduhan itu. Yang penting adalah mencari penjahat yang
mengkhianatinya, karena penjahat itulah musuhnya, bukan orang-
orang kang-ouw yang mengejarnya.
Sebentar saja ia sudah dapat melenyapkan diri dari para
pengejarnya di dalam gelap. Baru saja ia melompat turun di luar tembok kota, tiba-tiba ia mendapatkan dirinya dikurung oleh
belasan orang. Ketika ia melihat dengan bantuan sinar bulan yang 514
remang-remang ia terkejut dan juga girang karena di antara orang orang yang tidak dikenalnya, ia melihat Liok Kong Ji, Ha Mau
Hoatsu, Giok Seng Cu, dan ada juga... Soan Li!
"Gak....... kau di sini...?" tak terasa pula ia berseru girang.
Akan tetapi, bukan main kagetnya, ketika ia melihat Soan Li tiba-tiba mencabut pedang dan dengan cepat melompat dan
menyerangnya dengan ganas!
"Nona Soan Li...!" Sin Hong berseru kaget.
"Wan Sin Hong, kau telah menghinaku ".. kau telah merusak hidupku... kau harus mampus di tanganku...'" Soan Li menyerang kalang kabut!
Bukan kepalang kagetnya hati Sin Hong melihat ini. Terpaksa ia mengelak dan beberapa kali memandang dengan penuh perhatian,
khawatir kalau-kalau yang dianggap Soan Li bukan gadis itu. Akan tetapi tak salah lagi, inilah Gak Soan Li. Andaikata ia lupa akan orangnya, ia takkan lupa akan ilmu pedangnya. Benar-benar Sin
Hong merasa dalam mimpi menghadapi hal yang aneh-aneh ini.
Sementara itu, dalam kota terdengar suara mereka mengejar,
bahkan terdengar Suara Tat Wi Siansu yang dikerahkan dengan
tenaga lweekang.
"Wan Sin Hong, lebih baik kau menyerah. Tiada gunanya kau biar sampai ke neraka sekalipun kau akan berhadapan dengan seluruh
orang gagah di dunia'"
Sin Hong benar-benar menjadi bingung. Ia masih diserang kalang kabut oleh Soan Li yang nampaknya nekat itu. Tiba-tiba Kong Ji melangkah dan berkata keras, bengaruh,
"Soan Li kekasihku, sudahlah. Tinggalkan dia!"
Aneh di atas aneh! Sin Hong sampai berdiri bengong ketika
melihat betapa Soan Li tiba-tiba melempar pedangnya, berlari dan menubruk Kong Ji yang memeluknya, kemudian gadis itu menangis
terisak-isak di atas dada Kong Ji. Lebih hebat lagi kekagetan hati Sin Hong yang terheran-heran itu ketika mendengar suara Soan Li
penuh kemanjaan,
515 "Lam-ko, Wan Sin Hong telah merusak hidupku, telah
menghinaku...."
Sin Hong sampai tak dapat mengeluarkan suara saking heran dan
terkejutnya, ia masih merasa dalam mimpi ketika ia mendengar
suara Kong Ji berkata:
-oo0mch-dewi0oo-
Jilid XIX "SIN HONG. demi persaudaraan kita, Aku sanggup menolongmu,
dan mari kita bersama menghancurkan para pengejarmu itu. Mari
kita gempur habis-habisan mereka itu asal kau suka bekerja sama dengan aku. Marilah, Sin Hong saudaraku...."
Sambil berkata demikian, Kong Ji melepaskan pelukan Soan Li
dan menghampiri Sin Hong dengan senyum ramah.
Sin Hong masih bingung, serasa mimpi. Akan tetapi ia masih
cukup sadar untuk mengingat bahwa pengejarnya itu adalah tokoh-tokoh besar dunia kang-ouw yang ternama dan termasuk pendekar-
pendekar budiman. Ia tadi melihat di antara mereka dua orang
tokoh besar, yakni Tai Wi Siansu ketua Kun-lun-pai dan Leng Hoat Taisu ketua Thian-san-pai dan baru. dua orang ini saja sudah
meyakinkan hati bahwa mereka benar-benar merupakan tokoh-
tokoh besar yang paling dihormati. Dan ia masih ingat akan sikap Kong Ji ketika bertemu dengannya, di atas Pulau Kim ke-tho, sikap yang tidak mencerminkan persaudaraan. Kini Kong Ji mengulurkan tangan hendak membantunya, yakni dengan cara menumpas para
pengejarnya, tokoh-tokoh kang-ouw itu! Semua ini
membingungkannya. Tokoh-tokoh besar kang-ouw memusuhinya,
sebaliknya Kong Ji mengulurkan tangan kepadanya. Dan masih ada lagi soal Soan Li yang tiba-tiba benci kepadanya, menuduh yang bukan-bukan. Lebih aneh dan hebat lagi, Soan Li menyebut Kong Ji dengan panggilan Lam- ko, padahal sebutan ini adalah sebutan
untuknya karena ia memperkenalkan diri kepada Soan Li sebagai
Gong Lam! Di samping semua kebingungan yang membuat Sin
516 Hong bengong terlongong masih ada lagi hal lain yang membuat ia menjadi pucat, yakni dengan adanya Giok Seng Cu di situ bersama-sama Kong Ji. Giok Seng Cu ! inilah yang telah mematahkan tulang kaki Soan Li, dan orang ini pula yang harus dibinasakannya, karena bukanlah Giok Seng Cu pula yang menjadi ketua Im-yang-bu-pai
yang telah membasmi Hoa-san-pai dan menjadi biang keladi
kemusnahan Lu-liang-pai"
Akan tetapi mengapa sekarang Giok Seng Cu berada di situ
bersama Kong Ji dan mereka ini justru merupakan orang-orang
yang hendak membelanyanya dari kejaran dan ancaman tokoh-
tokoh besar dan ketua dari Kun-lun-pai, Thian-san-pai dan lain-lain"
Tanpa banyak cakap lagi, Sin Hong mengerakkan tubuhnya dan
tanpa dapat diduga lebih dulu ia telah mengirim pukulan ke arah Giok Seng Cu. Kakek yang sudah pernah merasai kelihaian tangan Sin Hong tentu saja tidak mudah diserang. Dia adalah murid dari Pak Hong Thiansu, ketua dari perkumpulan lm-yang-bu-pai. Dia
seorang ahli silat tinggi yang sudah memiliki pengalaman luas sekali dan kepandaiannya tidak boleh dipandang ringan. Maka tentu saja biarpun diserang secara tiba-tiba oleh Sin Hong, ia dapat melihat hal ini dengan baik, maka cepat-cepat ia miringkan tubuh sambil
menangkis sekuat tenaga.
Biarpun Giok Seng Cu mengerahkan tenaga Tin-san-kang dalam
tangkisannya ini, namun tetap saja terhuyung beberapa langkah
ketika hawa pukulan Sin Hong mendorongnya. Ia benar-benar
merasa heran sekali, juga terkejut karena secara aneh sekali
pemuda itu kembali telah menyerangnya.
"Sin Hong, jangan kau kurang ajar," Kong Ji membentak dari samping dan sinar kuning emas yang menyilaukan mata meluncur
ke arah punggung Sin Hong dari belakang!
Sin Hong terpaksa menarik kembali serangannya terhadap Giok
Seng Cu dan membalikkan tubuh. Ia melihat serangan pedang di
tangan Kong Ji hebat juga sedangkan pedang itu sendiri membikin agak jerih. Sin Hong maklum bahwa pedang Pak-kek Sin-kiam yang berada di tangan Kong Ji adalah sebuah pedang pusaka yang
ampuh sekali dan tidak boleh dibuat main-main. Maka ia pun hanya 517
mengelak dan melangkah mundur. Kong Ji mendesak, sedangkan
Giok Seng Cu juga mengirim pukulan Tin-san-kang dari samping.
Serangan-serangan ini sebenarnya tidak membingungkan hati Sin
Hong. Yang membikin ia gugup adalah ketika Soan Li kembali
menyerangnya, dan selain Ba Mau Hoatsu juga mengeluarkan
sepasang senjatanya, kini para pengejarnya telah datang dekat.
"Para Locianpwe yang baru tiba, biarlah kami membantu Cuwi (Tuan Sekalian) menangkap penjahat besar Wan Sin Hong ini".!"
kata Kong Ji dengan nada suara gembira sekali.
Kembali hati Sin Hong terkejut. Ia tidak mengerti sama sekali
akan sikap Kong Ji. Baru saja menawarkan tenaga untuk
membelanya dari para pengejarnya, sekarang serentak mengajak
kawan-kawannya untuk menyerangnya. Apakah gerangan yang
tersembunyi di balik sikap aneh ini"
Sementara itu, Tai Wi Siansu, Leng Hoat Taisu dan yang lain-lain tentu saja tertegun melihat Ba Mau Hoatsu, Giok Seng Cu. Dua
orang tokoh ini tentu saja sudah amat dikenal dan dapat dibilang bukanlah orang-orang yang berdiri di pihak Tai Wi Siansu sekalian.
Akan tetapi mengapa mereka itu juga memusuhi penjahat muda
Wan Sin Hong. Betapapun juga, kerena mereka sedang mengejar Wan Sin Hong
dan sekarang pemuda jahat itu sedang dikeroyok oleh Giok Seng Cu dan kawan-kawannya, Tai Wi Siansu dan rombongannya tidak
banyak bertanya, langsung menyerbu dan mengeroyok Sin Hong
pula' Sin Hong boleh jadi gagah perkasa dan memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sekali, akan tetapi mana bisa ia tahan menghadapi
semua orang tokoh besar di dunia kang-ouw ini'' Pengeroyoknya
adalah Giok Seng Cu, Ba Mau Hoatsu, Liok Kong Ji. Gak Soan Li, Tai Wi Siansu, Leng Hoat Taisu dan masih banyak tokoh besar lainnya yang rata-rata memiliki kepandaian ilmu silat tinggi.
"Penasaran.... penasaran" Para Locianpwe jaman sekarang
sudah terlaluan sehingga tidak awas pemandangan mata, tidak
tajam pendengaranrya." Berkali-kali Sin Hong berseru keras dengan kecewa dan sedih, kemudian karena menghadapi desakan yang
518 amat hebat, terpaksa ia menyambar sebatang ranting yang terletak di atas tanah dan mengamuklah ia dengan Ilmu Pedang Pak kek-kiam-sut yang amat luar biasa!
Untung baginya, melihat ilmu pedang yang dimainkan dengan
sebatang ranting ini, Kong Ji demikian tertarik dan tertegun,
sehingga pemuda ini menghentikan serangannya dan menonton
cara Sin Hong bersilat pedang! Kesempatan baik ketika semua
pengeroyoknya mundur saking gentar menghadapi gerakan ranting
yang tidak saja amat cepat, akan tetapi juga amat kuat itu tidak disia-siakan oleh Sin Hong. Sekali berkelebat lenyaplah ia dari depan para pengeroyoknya! Diam-diam Kong Ji terkejut sekali. Kepandaian Sin Hong, ternyata telah meningkat sedemikian hebatnya sehingga ia harus mengaku takkan dapat melawan pemuda itu. Apakah dia
Memanah Burung Rajawali 11 Kampung Setan Karya Khulung Kelelawar Hijau 8
^