Pencarian

Buddha Pedang Dan Penyamun 19

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Bagian 19


melebihi pusaran angin puting beliung Cadas Kembar itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jurus yang dikuasa i Cadas Kembar, meski seluruhnya
berlandaskan gung fu Shaolin murni, tertitik beratkan kepada
Latihan Ketiga, Mendorong Gunung, yang terdiri dari empat
gerakan, merenggangkan jarak antara kaki, mendorongkan
telapak tangan ke depan, sehingga tenaga terpusatkan ke
pusat telapak tangan dan chii tenggelam ke pusar. Tampaknya
karena Cadas Kembar memang cenderung mengandalkan
kekuatan tenaga daripada kelincahan gerakan. Padahal dalam
perkembangan gung fu keduanya semakin terleburkan, seperti
yang kulakukan. Setiap kali pertahanannya kutembus, aku
hanya menyentuhnya. Pada punggung, dada, pinggang, bahu,
lengan. Kadang bahkan memijitnya agak keras sampai Cadas
Kembar berteriak keras-keras.
"Aaaaaahh!"
Seperti itu pula yang terjadi ketika gadanya terlepas,
kusambar, dan bersama dengan itu kutotok beberapa bagian
tubuhnya. Seperti saudara kembarnya, Cadas Kembar yang ini
pun berdiri mematung seperti arca.
Yan Zi tertawa menutupi mulutnya.
"Hihihihihihi! Sekarang betul-betul mereka jadi Cadas
Kembar, pantas ditaruh di samping kanan pintu gerbang!"
Namun tentu saja aku tidak setuju terhadap lawan
terkalahkan dilakukan penghinaan seperti itu. Baik Elang
Merah maupun diriku hanya menotok keduanya agar
takbergerak-gerak hanya sepenanakan nasi lamanya.
Seperti muncul begitu saja dari balik kelam, tiba-tiba sudah
muncul seorang bhiksu berjubah kuning yang langsung
menjura. "Tidak heran jika Yan Zi Si Walet berteman seperjalanan
dengan para pendekar perkasa seperti Puan dan Tuan, tiada
lagi yang lebih menggembirakan selain mempelajari ilmu-ilmu
silat dari tempat yang jauh, dari Kerajaan Tibet maupun
Suvarnadvipa, tempat segala pembelajar agama maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persilatan dari Negeri Atap Langit juga telah menuntut ilmu.
Siapakah kiranya yang bisa memainkan Ilmu Pedang Cakar
Elang dengan sempurna, selain Pendekar Elang Merah yang
namanya telah dibawa angin dari lembah ke lembah
sepanjang Negeri Atap Langit karena ilmu silatnya yang
mengagumkan" Siapa pula yang tiada lain hanya bisa disebut
hebat, jika segenap geraknya mampu menyerap segenap
jurus yang dimiliki lawan, dan mengembalikannya dalam
segala cara kebalikan berdasarkan kunci-kunci jurus lawan itu
sendiri, meski mengaku bahkan tiada memiliki meski hanya
sebuah nama" Sahaya mewakili para bhiksu Perguruan Shaolin
mengucapkan selamat datang dan mohon maaf atas
penyambutan yang tidak semestinya ini," katanya sepanjang
ini sambil menjura lagi berkali-kali.
Meskipun penguasaan bahasaku sangat terbatas, kurasa
kalimatnya yang panjang itu dapat kutangkap. Aku tertegun
karena meskipun tampaknya merendahkan diri, ilmu silat
bhiksu ini pasti tinggi sekali. Tidak sembarang manusia di
muka bumi ini apat membaca terdapatnya Jurus Bayangan
Cermin, lengkap dengan cara bekerja seperti yang telah
dikatakannya. Aku pun segera menjura.
"Pengembara rendah dan hina yang tidak memiliki nama ini
telah disanjung, tetapi semakin merasa rendah diri ketika
mengetahui seseorang yang sangat tinggi ilmunya telah dapat
membaca segenap gerakannya yang terlalu sederhana,
sehingga ia tidak lagi memiliki jurus rahasia yang bisa
diandalkan melawan siapapun dalam peringkat seperti itu.
Pengembara rendah dari wilayah yang di Negeri Atap Langit
disebut sebagai K'oun-loun mohon maaf untuk menjadi
semakin tidak tahu diri, dengan memohon agar diperkenankan
serba sedikit mempelajari ilmu Shaolin supaya matanya yang
selama ini buta agak sedikit bisa melihat secercah cahaya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
DALAM keremangan, sebetulnya bhiksu itu tidak dapat
kulihat dengan jelas, tetapi suara tertawanya memastikan
betapa dirinya seorang yang ramah.
''Huahahahahahaha! Yan Zi! Bagaimana bisa kau dapatkan
makhluk yang pandai bermain kata-kata seperti ini" Dengan
jurus seperti itu tahukah dikau betapa setidak-tidaknya
sepertiga gung fu Shaolin telah diserapnya"''
Yan Zi dan Elang Merah sepintas saling berpandangan.
Lantas ia kembali menjura, kini kepada kami semua.
''Perguruan Shaolin terbuka bagi semua pengembara yang
membutuhkan sekadar air untuk minum atau selembar tikar
untuk tidur, maafkanlah sambutan kedua bhiksu yang
memang sedang kami hukum untuk terus berjaga di luar itu,
semoga sudilah kiranya Puan-puan dan Tuan memaklumi,
betapa kami sedang berkabung dengan meninggalnya bhiksu
kepala kami, karena seseorang telah membunuhnya secara
licik dan kejam sekali, sehingga kini segala sesuatu dengan
terpaksa kami curigai. Selain bhiksu kepala, beberapa bhiksu
dengan jabatan penting di Perguruan Shaolin kini masih
terbaring karena ikut menghisap dan terkena asap hio
tersebut. Mohon maklum, silakan masuk, dan selamat
datang!'' Dengan begitu upacara selesai. Kukira bahwa kami datang
bersama Yan Zi sangat menjadi pertimbangannya, karena Yan
Zi tidak akan membawa siapa pun yang tak bisa dipastikan
dapat dipercayainya ke Perguruan Shaolin yang telah bersedia
mendidiknya dalam kerahasiaan pula. Ia memberi tanda agar
kami mengikutinya, tetapi sebelum itu ia membungkuk dan
mengambil kerikil dari tanah, untuk segera dijentikkannya
masing-masing ke arah sepasang Cadas Kembar yang berdiri
kaku seperti arca. Itulah cara sang bhiksu membebaskan
keduanya dari totokan jalan darah.
Cadas Kembar pun langsung berlutut dan tangannya
menjura. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Maafkan Cadas Kembar yang bodoh ini, wahai Penjaga
Langit, kami menantikan hukuman!''
Lantas mereka mengetuk-ngetukkan kepalanya ke bumi
tiga kali. Bhiksu yang disebut Penjaga Langit itu menoleh pun
tidak ketika melangkah ke gerbang sambil menjawab.
''Cukur saja berewok kalian,'' katanya, ''sampai licin tandas
tanpa sisa!'' Cadas Kembar kembali mengetuk-ngetukkan kepalanya ke
bumi. ''Terima kasih, Penjaga Langit! Terima kasih! Terima kasih!
Terima kasih!''
Sebelum mengikuti langkah Penjaga Langit, kukembalikan
juga gada yang tadi kupegang, yang diterima Cadas Kembar
dengan kepala tertunduk. Dalam hati aku merasa iba, dan
mengerti artinya mengapa seorang pendekar memilih mati
daripada hidup dalam kekalahan.
Pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya ketika Penjaga
Langit yang melangkah naik tangga tiba di hadapannya. Dari
balik pintu yang tebal dan berat itu rupanya terdapat cara
untuk mengawasi apa pun yang terjadi di luarnya. Segera
kulihat bhiksu-bhiksu remaja berkepala gundul yang menarik
pintu itu beramai-ramai, dan segera kulihat betapa di balik
tembok tinggi ini suatu kehidupan jiwa dapat diwujudkan.
(Oo-dwkz-oO) LAUTAN lilin dan dengung para bhiksu yang berdoa
mengingatkan diriku kepada Kuil Pengabdian Sejati, ketika
bhiksu kepala yang diserang anggota Golongan Murni itu
berpura-pura mati dalam yoga langit yang membuatnya dapat
bernapas melalui pori-pori. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya
saat itu" Kuraba rambutku yang mulai memenuhi kepala, dan
juga segala bulu wajah yang mengubah wajahku sepenuhnya.
Sebetulnya belum lama aku meninggalkan Kuil Pengabdian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejati, bahkan tujuan keberangkatanku dari sana sama sekali
belum tercapai, tetapi rasanya sudah begitu lama diriku
berada dalam perjalanan. Mungkinkah karena banyaknya
peristiwa yang kualami ketika menyeberangi perbatasan ini"
Ribuan lilin bergerak-gerak seperti menari, bagaikan
makhluk hidup yang menanggapi puja para bhiksu yang
membubung ke langit. Lilin tidak hanya menyala di balairung
tempat bhiksu kepala yang terbunuh oleh hio racun itu
disemayamkan, melainkan menyala di mana-mana. Jika di luar
gelap telah turun sepenuhnya, di dalam ini tembok
mengurung cahaya lilin, sehingga dunia yang remang menjadi
serba kekuning-kuningan. Cahaya ribuan lilin yang bergerak-
gerak serempak sesuai arah angin yang tiada pernah berhasil
mematikan api, menjadi latar yang tidak bisa lebih sesuai lagi
bagi para bhiksu yang berdoa bersama-sama. Dengung
ratusan bhiksu memberikan gambaran perahu melayari lautan
lilin dengan bhiksu kepala yang terbaring tenang di atasnya.
Jubah para bhiksu yang kuning membiaskan cahaya lilin yang
kuning, kekuningan jubah dan kekuningan lilin melebur
menyatu dalam kekuningan yang remang, muram, dan
tampaknya sungguh begitu rawan...
KUIL Shaolin ini adalah kuil perguruan, tempat para bhiksu
dikirim dari berbagai Kuil Shaolin di seluruh Negeri Atap
Langit, dan itu berarti bhiksu yang dikirim justru merupakan
bhiksu pilihan yang tertinggi ilmu silatnya di antara bhiksu-
bhiksu lain di sebuah Kuil Shaolin. Jika mereka semua
berkumpul di Perguruan Shaolin ini, yang penghuninya
merupakan para suhu ilmu s ilat Shaolin terhebat di bidangnya
masing-masing, tidak terbayangkan nyali macam apa dan
ketinggian ilmu silat seperti apa yang dibutuhkan untuk
menembus kepekaan dan kewaspadaan tingkat tinggi para
suhu ini. Aku jadi mengerti, jika seorang penyusup mengira sete lah
melumpuhkan penjaga gerbang seperti Cadas Kembar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segalanya akan menjadi lebih mudah, artinya ia te lah terkecoh
dan akan segera terperangkap, karena dugaan itu cenderung
akan membuatnya gegabah. Mungkin ia akan terbang begitu
saja melewati tembok dan begitu melayang turun sudah pasti
penyusup itu tidak akan pernah keluar lagi.
Jika kini seseorang telah menyelundupkan hio beracun,
tidak ada kemungkinan lain betapa seorang pembunuh berada
di antara para bhiksu ini. Pantaslah di antara wajah-wajah
muram dan kepala tertunduk itu, terkadang menyambar
pandangan mata menusuk tajam penuh kecurigaan.
Kepada Penjaga Langit kuceritakan apa yang terjadi di Kuil
Pengabdian Sejati, meski tidaklah kubuka rahasia bahwa
bhiksu kepala di sana hanyalah berpura-pura saja mati, karena
bagiku persamaan incaran korbannya barangkali mengungkapkan sesuatu.
Saat itu Penjaga Langit telah memerintahkan seorang
bhiksu pengurus kuda membawa kuda kami, dan seorang
bhiksu membawa Elang Merah dan Yan Zi ke tempat
tersembunyi, karena meskipun Perguruan Shaolin melatih pula
para bhiksuni, menerima perempuan awam dalam kuil tanpa
alasan mendesak tidak dibenarkan. Elang Merah dan Yan Zi
adalah perempuan pendekar, tetapi dalam keagamaan tentu
keduanya dianggap awam.
Aku menceritakannya ketika Penjaga Langit sendiri akan
menunjukkan sendiri bilik tempatku bisa beristirahat. Ia sangat
terkejut. ''Maksud Anak, bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati di
Thang-long"''
Di luar tadi aku dipanggil Tuan, itulah sebutan menghormat
tapi berjarak, dengan menyebut Anak, artinya kehadiranku
diterima oleh Perguruan Shaolin yang berisi sekitar 500 bhiksu
terpilih ini. ''Begitulah Bapak,'' kataku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Jadi Pemangku Langit sudah pergi,'' ia mendesis, seperti
berbicara untuk dirinya sendiri.
Aku sendiri baru tahu sekarang nama bhiksu kepala Kuil
Pengabdian Sejati adalah Pemangku Langit.
Dengan keterbatasan bahasa Viet yang kukuasai saat itu, segala
penjelasan tentang Kuil Pengabdian Sejati nyaris hanya
kudapatkan dari Iblis Suci Peremuk Tulang. Jika ia tidak
menyampaikan apa pun tentang sesuatu kepadaku, aku pun
tidak akan mengetahui apa pun tentang sesuatu itu.
Api ribuan cahaya lilin bagai bersujud ke arah yang sama.
Penjaga Langit kuduga berusia sekitar 50 tahun, dan tentu
saja terlatih menahan perasaan. Namun dalam remang
kekuningan kulihat matanya berkaca-kaca.
''Pemangku Langit mengajariku banyak hal,'' katanya, ''kami
pernah berada di kuil yang sama, ketika belajar di Nalanda.''
Ah, jadi nama yang sejenis, Pemangku Langit dan Penjaga
Langit, mungkinkah mewakili pembelajaran Mahayana dengan
penafsiran tertentu, mengingat kuil yang sama itu" Sejauh
kuingat dari berbagai percakapan yang kudengar sewaktu
kecil, ketika sepasang pendekar yang mengasuhku berbincang
dengan guru-guru agama, dalam Kitab Sang Hyang
Kamahayanikan disebutkan nama Dignaga, yang mengembangkan pemikiran dalam aliran Yogacara, dan ajaran
disebarkan juga di Nalanda, kuil pembelajaran Mahayana
terkenal di Jambhudvipa, tepatnya di bagian wilayah Teluk
Benggala. Setidaknya terdapat tiga garis ajaran Yogacara
selain garis Dignaga, karena masih terdapat nama tokoh-tokoh
lain seperti Agotra dan Dharmapala. Adapun Dharmapala,
sepertiu juga nama Dharmakirti, bahkan pernah juga
mengajar di Suvarnadvipa. Disebutkan, betapa Silabadhra dan
muridnya, Hiuen T sang, juga menuntut ilmu di Nalanda.
Namun bukanlah karena masuk akalnya Penjaga Langit
bertemu Pemangku Langit di Nalanda yang menjadi tujuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertimbanganku. Melainkan karena mungkin saja sesama
sasaran pembunuhan ini mempelajari garis ajaran yang sama!
Apakah aku perlu menyampaikan kepadanya bahwa
Pemangku Langit sebetulnya masih hidup" Namun kuingat
kata-kata yang dibisikkan Pemangku Langit, bhiksu kepala Kuil
Pengabdian Sejati itu, sementara korban yang jatuh di
Perguruan Shaolin adalah juga bhiksu yang menjabat sebagai
kepala kuil. ADAKAH hubungan antara pembunuhan gelap bhiksu
kepala pada kedua kuil ini" Meskipun saat itu tersidik bahwa
pelaku pembunuhan berasa l dari Golongan Murni, tetapi
sebagian dari pesan yang dibisikkan Pemangku Langit adalah
kecurigaan bahwa sebetulnya terdapat peranan orang dalam.
Akhir cerita di Kuil Pengabdian Sejati tidak kuketahui,
karena aku harus segera meninggalkan kuil itu untuk
mendahului rombongan Harimau Perang ke perbatasan. Kini
seorang bhiksu kepala juga terbunuh. Peristiwa yang
bermiripan seperti ini tidak mungkin tak mengundang siapa
pun untuk menghubungkannya.
"Golongan Murni itu ada di mana-mana sekarang," keluh
Penjaga Langit sambil menggeleng-gelengkan kepala, "jumlah
mereka tidak banyak, tetapi pikiran yang mereka sebarkan
sangat berbahaya. Jika pesannya dituruti, Negeri Atap Langit
akan terkucil dari pergaulan dunia. Ini sangat mengerikan,
karena pikiran ini juga sudah merasuki kalangan istana. Jika
maharaja sampai terpengaruh, pelabuhan dan perbatasan
akan ditutup, sementara orang-orang asing mungkin saja akan
dibunuh. Negeri Atap Langit akan hidup sebagai bangsa
dengan kebudayaan yang kerdil."
Itulah memang yang pernah kudengar dari Amrita. Dengan
pengaruh yang merasuk di kalangan istana, dan para pejabat
dapat mengumpulkan biaya dari uang suap, akan sangat
cukup untuk menyewa para pembunuh bayaran dari
perkumpulan rahasia untuk melenyapkan siapa pun yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghalangi jalan mereka. Masalah menjadi lebih rumit,
karena selain orang-orang bayaran yang tidak akan bergerak
tanpa kepingan emas, ternyata lebih banyak lagi orang-orang
sungai telaga yang melaksanakan permintaan menyusup dan
membunuh dengan suka rela, karena setuju dengan gagasan
Golongan Murni, bahwa bangsa mereka yang sempurna harus
dilindungi kemurniannya dari racun kebodohan bangsa-bangsa
lain di dunia. "Pikiran mereka sungguh beracun," kata Penjaga Langit
lagi, "jika tidak bisa disadarkan, justru mereka itulah yang
harus dibasmi."
Angin yang bertiup pelahan mengubah arah tertunduknya
api. Aku terkejut mendengar kata-kata itu, yang tidak seperti
tampil dari seorang bhiksu. Tentu saja jalan untuk menjadi
Bodhisattva bukanlah jalan yang mudah
Seorang Bodhisattva mencoba alihkan
tiga jenis perasaan
menjadi rasa iba
terhadap semua makhluk
perasaan direnungkan dengan hasil dua
memupuk rasa iba mendalam
dan meningkatkan kepribadian
melalui pengalihan
raga, dvesa, dan moha
perenungan atas perasaan
dimanfaatkan mencapai tujuan
yang tertinggi dalam perjalanan
seorang Bodhisattva
Saat itu seorang bhiksu muda mendekat, memberitahukan
akan segera berlangsungnya upacara yang harus dipimpinnya.
"Tinggallah di sini sebentar, Anak, barangkali Anak bisa
melihat sesuatu," ujarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku terkesiap, tidakkah segenap bhiksu di s ini memiliki ilmu
silat yang sangat tinggi, begitu rupa sehingga penyusupan ke
Perguruan Shaolin ini merupakan kemustahilan" Namun
dengan begitu aku pun segera mengerti, Penjaga Langit tidak
mempercayai siapa pun di dalam kuil! Memang benar hio yang
asapnya beracun itu datang dari luar, tetapi bahwa yang
beracun hanya terdapat di tangan bhiksu kepala, tentu
bukanlah peristiwa kebetulan.
Ia lebih mempercayaiku sebagai orang yang tidak memiliki
kepentingan sama sekali, tetapi yang baginya kebetulan
menyaksikan peristiwa terbunuhnya Pemangku Langit.
AKU dapat mengerti jika Penjaga Langit berpikir begitu,
karena sebagai bhiksu terpelajar dalam ilmu agama maupun
sebagai suhu di Perguruan Shaolin yang pernah menuntut ilmu
di Nalanda, tentu dipelajarinya pula Arthasastra yang
menyatakan bahwa jaringan mata-mata melibatkan udhasita
atau pendeta yang ingkar, tapasa atau pertapa suci, satri yang
merupakan petugas rahasia itu sendiri, maupun rasada sang
pemberi racun. Dalam diri seorang pembunuh bayaran yang
disebut tikshna, semua itu bukan tak mungkin menjadi satu.
Tentang racun itu sendiri, yang berhubungan dengan asap,
tak bisa lain selain kuingat bagian Arthasastra yang dalam hal
peracunan menyatakan:
arang yang dibakar oleh petir
atau nyala yang disebabkannya
ditangkap dan diberi kayu
yang dibakar petir
api ini dengan sajian yang dibuat ke dalamnya
di bawah Krttika atau Brharani
dalam upacara penghormatan Rudra
membakar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bila ditujukan kepada musuh
tanpa ada obatnya
Meskipun cara-cara pembunuhan rahasia itu berada di alam
Hindu, sangat mudah mengalihkannya ke alam Mahayana
bukan" Penjaga Langit adalah wakil bhiksu kepala, sedangkan
bhiksu kepala yang tewas itu disebut Penyangga Langit. Ilmu
silat Penjaga Langit tentu lebih tinggi daripada yang telah
kuduga, karena sejak kami tiba di luar tembok perguruan,
segala sesuatu tidak lepas dari perhatiannya, padahal ia
sedang memimpin doa bersama!
Ketika Penjaga Langit menghilang karena mendengar
Cadas Kembar bicara keras, para bhiksu yang waspada tidak
merasa perlu menjadi gempar dan tetap melanjutkan doa
mereka yang mendengung seperti lebah itu, sementara
Penjaga Langit dapat mengawasi pertarungan kami bahkan
tanpa kuketahui. Kini Penjaga Langit sudah kembali berada di
depan, tenggelam dalam dengungan gumam yang kudengar
sebagai pengalihan tangisan, membuat nyala ribuan lilin
terlihat suram.
Aku berada di barisan paling belakang, tenggelam dalam
gelombang jubah kuning di bawah cahaya lilin yang bergerak-
gerak pelan dengan kepala-kepala licin gundul di permukaannya. Siapa mengira para bhiksu yang tiada lain
memang para pendeta Mahayana ini adalah juga para
pendekar terpilih yang serbatinggi ilmu silatnya" Namun
betapa di antara para bhiksu ini juga terdapat seorang
pembunuh, dan aku terkesiap menyadari betapa mungkin saja
bukan hanya seorang, melainkan beberapa pembunuh
bersekongkol untuk menghabisi riwayat Yang Mulia Bhiksu
Kepala Penyangga Langit!
Diriku sama sekali tidak bisa menyatu dalam perkabungan
ini, karena tanggung jawab yang dengan begitu mendadak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibebankan telah membuat aku sibuk berpikir dan mengawasi.
Pikiranku juga terpecah belah antara pemusatan perhatian
kepada masalah Harimau Perang, masalah Yan Zi, Si Walet,
dan kini masalah para pembunuh yang di balik keremangan
Perguruan Shaolin.
Dalam keremangan diriku berpikir, jika berdasarkan
kemiripan gelar Pemangku Langit dan Penjaga Langit, maka
boleh kusimpulkan bahwa Penyangga Langit juga belajar di
Nalanda, dan setidaknya mereka bertiga pernah berkenalan
dengan garis ajaran Y ogacara. Namun jika kuingat bagaimana
Pemangku Langit mengembalikan jarum-jarum beracun yang
diluncurkan penyusup anggota Golongan Murni itu, tentunya
kebuddhaan mereka lebih memberi kepada pencapaian
kejiwaan me lalui latihan raga, yang di Negeri Atap Langit
dikenal sebagai Chan. Bagiku ini membingungkan, karena jika
kebuddhaan dalam pendekatan Chan, dengan pengaruh Dao,
percaya betapa pencerahan dapat tercapai melalui pengalaman langsung atas kenyataan ; maka aliran Yogacara
menekankan pentingnya ketenangan dan penglihatan dalam
dhyana sebagai jalan ke arah pencerahan itu, dan ini tentu
saja sangat berbeda.
APAKAH mesti kusingkirkan unsur Nalanda di sini"
Betapapun aku tidak memiliki bukti apapun bahwa ketiga
bhiksu itu menganut garis ajaran Yogacara. Apakah usaha
pembunuhan masing-masing tidak berhubungan sama sekali"
Betapapun sangat mungkin ketiganya pernah belajar bersama
di Nalanda. Mungkinkah justru urusan di luar agama yang
menjadi sumber masalahnya"
(Oo-dwkz-oO) Episode 187: [Ch'i]
DEMIKIANLAH lima ratus bhiksu ini mendengung dan
dalam dengungannya kupelajari tenaga dalam seperti yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka pelajari, yakni yang disebut ch'i. Jika para pendekar
bisa mengukur tinggi rendahnya ilmu silat seseorang hanya
dari caranya melangkah, dan hanya karena itu bisa langsung
berkelebat dan bertarung, melalui ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang dapat kujejaki olah pernapasan
semacam apa yang selama ini dilakukan para bhiksu Shaolin.
Banyak aliran di Negeri Atap Langit mengajarkan bentuk
lembut ilmu silat. Semuanya dimulai dan ditutup dengan ch'i
atau tenaga dari dalam. Cara menguasai tenaga ini seperti
menembus ketidaktahuan, dan mencapai keadaan saat hidup
dan mati melepaskan bobot ketakutannya. Apabila keadaan ini
tercapai, suatu ancaman tidak akan mengganggu dan
pancingan apapun tidak akan menarik perhatian. Seseorang
akan menjadi tuan atas dirinya sendiri.
Terdapat dua sisi ch'i. Pertama seseorang mesti mengolah,
kemudian melatihnya. Ketika tenaga diolah berlangsung
keseimbangan dalam tubuh, sehingga jiwa terheningkan dan
setiap gerak menjadi anggun dan sesuai. Apabila ini tercapai,
barulah seseorang bisa bicara tentang menghadapi lawan.
Kong Fuzi menekankan pentingnya ch'i, ketika tiada lain selain
mengalahkan lawan yang dapat dilakukan ilmu silat.
Ch'i diolah tanpa usaha yang sadar. Dengan kesadaran,
pernapasan dilatih dalam penghirupan dan pelepasan. Semula
akan berlangsung dari lembut ke keras, tetapi kemudian harus
dibalik dari keras ke lembut. Ilmu silat yang berhasil dengan
pendekatan ini menggabungkan yang lembut dan yang keras.
Sangat penting untuk menjadi lembut bersama yang lemah
dan menjadi keras bersama yang kuat. Ketika lembut di sisi
kanan haruslah menjadi keras di s isi kiri.
Pernah disampaikan oleh Yan Zi kepadaku.
''Kekuatan berbalik dari lembut menuju keras dan ch'i
menjadi kuat karena pengolahan. Kekuatan berasal dari chii
dan bertindak begitu ch'i tenggelam. Tanpa ch'i tiada
kekuatan. Seorang pesilat tukang jual obat gerakannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tampak ganas, tetapi tanpa kekuatan yang benar dalam
pukulannya. Pesilat sejati tidak terlalu cemerlang gerakannya,
tetapi sentuhan seberat gunung. Melalui pembelajaran yang
panjang segenap ch'i dapat terpusatkan pada titik serangan.
Kehendak memerintahkan ch'i yang bisa dipusatkan ke titik
manapun dengan seketika,'' katanya.
Dalam melatih ch'i, sebelumnya seseorang harus lebih dulu
memantapkan kuda-kudanya. Ia harus berdiri dengan kaki
seperti menunggang kuda, yang akan memungkinkannya naik
atau turun dengan cepat, sehingga pinggang dan kakinya
bertahan lama, serta seluruh tubuhnya kukuh. Dengan begini
siapa pun akan tetap berdiri teguh meski berada di tepi jurang
yang curam. Setelah mencapai kedudukan seperti ini, ia harus
mengarahkan chii ke bawah batang tubuh, dan menjaganya
agar tidak mengalir ke dada, karena jika terjadi maka bagian
atas akan menjadi lebih berat dan ia tak akan bisa
mengakarkan kakinya ke bumi. Banyak yang jatuh meski
hanya didorong tanpa pengerahan tenaga, karena tidak
pernah berlatih bagaimana harus berdiri.
Yan Zi pun saat itu mengutip sebuah pepatah Negeri Atap
Langit. sebelum kamu belajar mengalahkan yang lain
kamu harus lebih dulu belajar berdiri
Hanya dengan menahan ch'i berada di bawah pusar, maka
seseorang akan kukuh kuda-kudanya pada saat apapun dan di
mana pun ia berada.
''Setelah itu barulah seseorang dianggap siap belajar ilmu
silat,'' ujar Yan Zi, lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia berkisah bagaimana di Perguruan Shaolin ini masalah
kuda-kuda dianggap sangat penting, karena seorang murid
dari hari ke hari diwajibkan berdiri dengan kuda-kuda yang
telah diajarkan, dengan waktu yang setiap kali harus
bertambah lama.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

MESKIPUN semula dirasakan berat, karena kaki menjadi
sakit sekali, mereka harus tetap berdiri setiap hari sampai
kesakitan itu hilang dengan sendirinya, yang berarti ch'i telah
membenam ke bawah pusar dan menguatkan kaki.
Saat itulah di tepi tebing, di puncak gunung, maupun di
bawah air terjun, tangan akan bergerak, setelah ch'i diarahkan
turun dari ketiak ke ujung jari. Lantas seluruh kekuatan tubuh
diarahkan menuju dan melalui tangan. Maka tubuh, kaki, dan
tangan akan menari dengan serasi. Urat dan otot akan
terhidupkan dan aliran darah menjadi lebih lancar. Tubuh akan
menanggapi dengan sempurna bahkan atas permintaan yang
paling ringan. Dengung lebah yang berasal dari gumam doa para bhiksu
naik turun seperti gelombang tenang mengarungi lautan. Dari
suara itulah, melalui ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam
Liang, bisa kujejaki bagaimana paru-paru menjadi tempat
penyimpanan udara, sedangkan udara merupakan tuan dari
kekuatan. Siapapun yang bicara tentang kekuatan harus
mengenal udara, ini merupakan kebenaran semesta. Paru-
paru yang baik sama dengan kekuatan berdaya, lemah paru-
paru tak berdaya pula kekuatannya. Seorang pesilat belajar
bernapas dengan pantas.
Yan Zi sempat bercerita dalam perjalanan, bahwa dalam
dunia persilatan Negeri Atap Langit di bagian utara
pernapasan merupakan prasyarat pertama untuk menimba
daya raga. Terbukti betapa para bhiksu yang tampaknya kurus
kering mampu mengangkat batu gunung sebesar kerbau.
Pernapasan membawa kekuatan bagi tangan. Sementara itu,
dunia persilatan Negeri Atap Langit di bagian se latan, terbiasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melatih kuda-kuda sebagai prasyarat pertama daripada
melatih pernapasan. Ini disebabkan oleh pemahaman bahwa
anggota tubuh bagian bisa rusak karena kesalahan
pernapasan. Namun Perguruan Shaolin di tepi hutan ini, yang
juga berada di bagian selatan, tentu merupakan perkecualian.
Kudengar langsung cara mereka bernapas dalam doa
berdengung lebah itu, yang terjejaki menghindari empat tabu.
Pertama, tidak melakukan perputaran menghirup dan
mengeluarkan napas lebih dari seratus kali, bahkan kudengar
banyak yang cukup 49 kali. Kedua, bahwa jika mereka melatih
pernapasan mereka pagi hari, itu dilakukan di tempat yang
terlindungi dengan baik, agar tak bernapas dalam debu, dan
seperti sekarang, latihan malam berlangsung di luar. Ketiga,
mulut tidak digunakan untuk bernapas, kecuali ketika
mengawalinya, menghirup dan menghembuskan napas sampai
tiga kali, karena akan membersihkan perut dari udara basi,
selebihnya pernapasan harus melalui hidung. Keempat, sekali
memberlangsungkan perputaran ch'i dan darah, tidaklah
dibenarkan pikiran sendiri mengganggu, pikiran mesti
terpusatkan dalam latihan, karena jika tidak maka tidak akan
pernah sampai pada kemajuan.
''Empat tabu itu harus dihindari,'' kata Yan Zi, ''karena
dengan kemajuan yang dicapai urat dan otot, akan didapat
kelenturan dan seluruh tubuh akan menjadi lebih kuat. Ch'i
dan darah akan mengalir dalam keserasian sempurna bersama
pernapasan. Lantas ch'i akan bisa diarahkan ke bagian tubuh
manapun dalam waktu yang nyaris seketika. Kehendak
mengarahkan ch'i bersama dengan kekuatan. Lantas, hanya
sebuah sentuhan kepada lawan akan berakibat gawat. Ch'i
memang tak terjelaskan dan dahsyat takterduga!''
Betapapun, bahkan diriku yang mampu menepuk batu
menjadi abu, tidak pernah mendapat penjelasan tentang
tenaga dalam yang di Negeri Atap Langit disebut ch'i sebaik
itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang suhu disebutkan pernah berkata, bahwa ch'i dapat
menjadi pelindung di sekujur bagian tubuh manapun. Seorang
pesilat dapat mengarahkan chii ke kepala, dada, perut, bahkan
pukulan gada besi ke bagian-bagian tubuh itu tidak akan
menyakitkan sama sekali.
Yan Zi telah memberitahu bahwa di Negeri Atap Langit
bagian utara terdapart dua aliran pernapasan, yakni aliran
Hsichiang dan Honan. Rahasia dasar mereka terletak pada
penerapan yang menekankan hembusan napas panjang dan
penghirupan napas pendek. Intinya dimulai dari berdiri tegak
lurus dan menghembuskan napas tiga kali melalui mulut.
Lantas sang pesilat menekuk pinggangnya dan memanjangkan
lengannya ke bawah, kemudian menepukkan tangannya dan
mengangkatnya seperti mengangkat batu gunung sebesar
kerbau. Selama bergerak, ia mengarahkan ch'i ke pusar dan
ketiaknya dengan menghirup napas. Berdiri tegak lurus, ia
memukulkan tangan kiri dan lantas kanan dengan telapak
terbuka ke depan, menghentakkan napas keluar melalui
mulut, untuk menghindari akibat sampingan.
AKU masih terus mendengar dan membaca riwayat
pernapasan yang tergurat dalam dengungan lebah itu. Jika
semua bhiksu ini telah menerapkan semuanya, setiap orang
tentu akan memukulkan tangannya ke atas atau ke samping
kiri dan kanan, dengan tujuan selalu untuk mendorong
peredaran ch'i. Ketika memukul ke atas, ia merasakan ch'i
menuju ketiak dan turun ke setiap ujung jari. Ketika menuju
ke samping maka pusarnya penuh dengan ch'i. Ketika
membawa kembali lengan ke samping kiri dan kanan
tubuhnya, ia menutupkan tangan dan menariknya bagai
terdapat beban yang berat.
''Ketekunan merupakan kata kunci di sini,'' kata Yan Zi,
''peningkatan datang bersama kesabaran.''
Aku masih membaca guratan jejak napas pada suara,
ketika ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberitahukan kepadaku, betapa di balik suara dengung
ribuan lebah ini, di luar tembok terdengar suara ratusan
langkah mengendap-endap!
Kini aku mengerti, kenapa Penjaga Langit meminta aku
tetap tinggal, karena betapapun tingginya ilmu silat para
bhiksu Shaolin, tenggelamnya perhatian kepada berlangsungnya upacara dalam suasana perkabungan yang
mendalam, sedikit banyak juga akan menurunkan tingkat
kewaspadaan. Meski hanya sedikit, dan hanya sebentar,
seperti kata ibuku, hanya perlu titik kelemahan seujung jarum
dan saat kelengahan kurang dari sekejap, untuk membuat
seorang pendekar tak terkalahkan sekalipun mendadak pindah
dari dunia ini ke dunia lain.
Maka kukirimkan pesan kepada Penjaga Langit melalui
dengung lebah yang mengambang di udara itu. Aku
menggerak-gerakkan mulut mengucapkan kata-kata tanpa
suara, yang menggurat udara dan merayapi dengungan
sampai ke telinga Penjaga, yang dengan ketinggian ilmunya
tentu mampu menguraikan getaran yang terbentuk gerakan
mulut dan lidahku menjadi suara berbahasa.
Sehabis mengirim pesan aku pun berkelebat dan melenting
ke balik tembok. Siapapun mereka yang datang ini, selama
datangnya dengan cara mengendap-endap, tidak berlebihan
kiranya dicurigai sebagai tidak bermaksud baik.
Aku telah berpesan kepada Penjaga Langit agar
diteruskannya saja memimpin upacara dan biarlah diriku
menyambut kedatangan tamu-tamu yang tidak diundang ini.
Aku memang tidak menunggu jawaban Penjaga Langit, karena
siapapun yang mengerahkan banyak orang ke Perguruan
Shaolin untuk maksud yang kurang berkenan bagi para bhiksu
itu, tentu tidak akan begitu bodohnya mengirim orang-orang
berilmu rendah. Siapapun yang ingin mencapai keberhasilan
dalam tujuannya mengerahkan orang-orang ini, setidaknya
akan mengirim orang-orang dari rimba hijau, yang jika tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setara tentu lebih tinggi ilmunya dibanding para bhiksu
Perguruan Shaolin ini.
Itulah yang membuatku tidak menunggu jawaban lagi dan
segera melayang ke atas menembus kegelapan. Telah
kusebutkan betapa tembok Perguruan Shaolin itu tinggi dan
megah bagaikan benteng. Perguruan itu bagai menempel
pada tebing gunung batu di belakangnya, menjadikannya
sebagai pertahanan yang kuat menghadapi serbuan pasukan
sebesar apapun. Namun cerita menjadi lain jika yang
menyerbu bukanlah pasukan tentara, melainkan para
penyusup yang sangat tinggi ilmu silatnya, mungkin orang-
orang golongan hitam, bahkan bisa melibatkan beberapa
pendekar yang berganti haluan, dan menjual jiwanya demi
bayaran. Dengan mengerahkan orang-orang rimba hijau dan
sungai telaga yang sangat tinggi ilmu silatnya di antara
barisan para penyusup, penyerbuan malam ini menjadi sangat
berbahaya, dan keadaan para bhiksu sebetulnya sangat
terancam! Perkiraan ini terbukti ketika diriku tiba di atas tembok,
ketika belum lagi hinggap aku sudah harus melenting jungkir
balik, menghindari sambaran sabit-sabit bertali yang bagaikan
memiliki mata itu. Dengan mengarahkan ch'i seperti yang
biasa kulakukan, tetapi baru kudapat kejelasannya dalam
penyelusuran dengung lebah para bhiksu, aku bisa berjungkir
balik lagi menghindari sambaran sabit-sabit bertali berikutnya.
Begitulah dengan mengarahkan ch'i ke s isi tubuh bagian yang
kukehendaki, aku bisa bertahan mengambang di udara, miring
ke kanan atau miring ke kiri, berputar balik dan balik berputar
lagi, karena serangan memang bertubi-tubi dan bertingkat
tinggi. Sambil berputar balik itulah kulihat seluruh bagian atas
tembok sudah dikuasai para penyusup yang berbusana seperti
gembel, sehingga kini tiada lagi tempatku berpijak jika masih
mau hinggap. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Partai Pengemis!''
Aku berteriak dalam hati. Ini sangat mengherankan, karena
tempat ini sangat jauh dari kota, bahkan kota yang paling
terpencil sekalipun, yang membuat mereka bisa menjalankan
perannya secara mantap sebagai pengemis, yang bisa muncul
dan menghilang di berbagai tempat persembunyian bawah
tanah dalam keramaian kota.
BELUM habis sabit-sabit bertali yang lain lagi berusaha
menjiratku, jarum-jarum beracun melesat dari segala penjuru,
sehingga sambil masih mengambang seperti itu, aku bukan
saja mesti miring ke kanan dan ke kiri, tetapi juga membuat
tubuhku telentang dan telungkup dengan cepat, untuk segera
berputar-putar dengan memeluk lutut dalam Jurus Naga
Meringkuk di Dalam Telur, agar segala serangan termentahkan
dengan seketika pula.
Dari atas, nyala api lautan lilin tampak indah sekali.
Limaratus bhiksu itu tidak mungkin tidak mendengar jarum-
jarum beracun yang berjatuhan di belakangnya. Angin
memang mendadak bertiup kencang, tetapi jika nyala lilin pun
tidak mati, kenapa pula jarum-jarum beracun harus
beterbangan entah ke mana. Jarum-jarum yang gagal
mencapai sasarannya memang tidak jatuh berdenting-denting,
tetapi tetap saja bagi telinga yang tajam karena ch'i yang
terolah dengan matang, bunyi-buny i terhalus dari jarum-jarum
beracun yang jatuh baginya akan terdengar berdentang
sangat jelas. Mereka tetap mendengung di sana, tetapi sampai berapa
lama" Dengan Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur aku
masih berputar-putar dan melayang-layang ke sana dan
kemari dicecar berbagai macam senjata bagai tiada habis-
habisnya. Namun aku merasa harus bergerak lebih cepat,
begitu rupa sehingga tidak mungkin sama sekali terlihat, dan
tiada lain selain bergerak dalam pikiran dan menyerang
pikiranlah yang harus kulakukan. Saat untuk berada di luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gerak dan menentukan keadaan hanya dengan pikiran, yang
meskipun belum kuanggap terlalu matang, tetapi sudah dapat
kuterapkan. Suatu awal dari Jurus T anpa Bentuk.
Hanya dengan memikirkannya saja rontoklah dua puluh
gelandangan dan pengemis gembel dari atas tembok,
melayang kembali ke bawah di luar tembok perguruan, karena
kubayangkan perguruan Shaolin yang merupakan kuil suci nan
tak boleh dinodai.
Maka aku pun dapat hinggap di atas tembok dan menatap
ke bawah, saat ketika berkelebat bayangan kuning nyaris
menabrak diriku. Satu bayangan kuning, dan satu lagi,
keduanya berturut-turut nyaris menabrakku, dan kutahu jika
membenturku kekuatannya sama dengan batu gunung selaksa
kati yang jatuh ke jurang dari tebing yang tinggi. Ternyata
merekalah Cadas Kembar yang tewas dan dilemparkan dengan
tenaga luar biasa, sehingga bahkan mataku hanya
menangkapnya sebagai kelebat bayangan kuning yang nyaris
menabrakku, dan kini melayang jatuh ke arah para bhiksu
yang sebenarnyalah tiada ingin perkabungannya terganggu.
Segalanya berlangsung amat sangat cepat seperti kilatan
petir. Tubuh kedua Cadas Kembar yang tampaknya meluncur
ke bawah cepat sekali dan akan jatuh di tengah para bhiksu
yang sedang mendengungkan suara lebah itu tiba-tiba lenyap
disambar kelebat bayangan merah dan bayangan putih,
sehingga tidak terjadi kekacauan apa pun di bawah itu, jika
memang kekacauan adalah maksud dilemparkan kedua tubuh
Cadas Kembar yang sudah tewas tersebut. Nyala api ribuan
lilin masih menari-nari mengikuti angin yang berputar dari
barat ke utara maupun dari selatan ke timur. Dengung lebah
belum terputus, seolah para bhiksu tidak mengetahui apa saja
yang telah terjadi.
Sekarang aku berpikir betapa kematian bhiksu kepala
Penyangga Langit, sebenarnyalah merupakan bagian dari
penyerbuan ini! Apakah urusannya sehingga Partai Pengemis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datang dari jauh ke tempat yang tidak memungkinkan mereka
mengemis" Namun diriku tidak bisa memikirkan lebih jauh,
ketika begitu banyak sabit bertali tiba-tiba saja telah berputar
secepat kilat menjeratku, dan langsung menyentakku ke
bawah sehingga aku melayang jatuh ke luar tembok dengan
begitu banyak tali menjirat tubuhku. Meskipun begitu


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pikiranku masih jelas ketika aku memutar tubuhku untuk
melihat apa yang berlangsung di belakangku, dan ternyata
dari puncak tebing batu di belakang perguruan itu beterjunan
ratusan sosok berbusana gembel dengan senjata terhunus,
langsung ke arah para bhiksu yang sedang tenggelam dalam
doa bersama! Tubuhku masih ditarik ke bawah ketika para pengemis
yang terjun dengan senjata terhunus itu menghilang ke balik
tembok. Menyadari pembantaian yang akan berlangsung,
kugunakan Jurus Naga Meliuk Sambil Berjoged yang membuat
tubuhku begitu saja lolos dari jeratan tali-tali itu, tepat pada
saat terbanting di bumi. Tubuhku terpantul kembali ke atas
tanpa jeratan tali-tali itu lagi. Aku langsung menjejak udara
dan meluncur ke atas untuk masuk ke balik tembok perguruan
lagi. (Oo-dwkz-oO) Episode 188: [Para Bhiksu Mengambang di Udara]
AKU turun tidak sampai menginjak tanah, cukup menapak
di atas api di lilin, lantas melesat kembali ke atas menyambut
gelombang serangan kedua pasukan cadangan Partai
Pengemis. Disebut pasukan cadangan, tetapi jelas merupakan
orang-orang pilihan, yang setidak-tidaknya secara bersama
tentu diandaikan akan mampu mengatasi pasangan Yan Zi
dan Elang Merah yang perpaduan ilmu pedangnya sungguh
tak terduga dan tak bisa dibendung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sempat kusaksikan para gelandangan dan pengemis yang
tewas bergelimpangan di sela-sela deretan para bhiksu yang
masih mendengung lebah dan berdoa itu. Meskipun tampak
hanya bersila dan berdoa, sekujur tubuh para bhiksu bagaikan
dilumuri lapisan tenaga pelindung, membuat tubuh para
penyerbu yang tewas dibantai Ilmu Pedang Mata Cahaya
maupun Ilmu Pedang Cakar Elang ketika menimpa para bhiksu
itu akan terpeleset atau terpental, sehingga para bhiksu yang
berdoa tetap bergeming.
Dengan mayat-mayat tewas bergelimpangan dan terkapar
bersimbah darah di depan para bhiksu, mereka sepintas lalu
bagaikan berdoa bagi para pengemis yang menyerbu
perguruan ini! Maka dalam sekejap itu alangkah tercekatnya
diriku, melihat betapa lima ratus bhiksu yang sedang berdoa
itu dengan tetap bersila tubuhnya terangkat dan mengambang
di atas tanah selutut tingginya! Seolah upacara penyucian jiwa
bagi yang mereka doakan akan ternoda jika berada satu
dataran dengan mayat para pengemis itu...
Pemandangan nyala api ribuan lilin, dengan lima ratus
bhiksu berjubah kuning yang mengambang, dengan dengung
lebah yang bertambah tinggi nadanya itu, memberikan suatu
perasaan yang aneh. Namun aku tidak punya waktu lagi
merenungkannya, dan berkelebat menghadapi barisan Partai
Pengemis itu dengan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama
yang kugabungkan dengan Jurus Naga Kembar Tujuh. Aku
berkelebat lebih cepat dari kilat, karena harus kuhadapi lima
ratus penyusup berbusana gembel sekaligus yang beterjunan
dari atas tebing dengan kecepatan terkendali. Ada yang cepat
sekali dan ada yang lambat sekali, karena memang sengaja
dimaksudkan untuk membingungkan Elang Merah dan Yan Zi.
Dalam pertarungan tingkat tinggi, salah satu kunci
menghadapi lawan adalah penguasaan irama dalam jurus-
jurus serangan, agar dapat diputuskan bagaimana kiranya
akan menanggapinya, sama cepat ataukah lebih cepat, karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
permainan irama itulah yang akan menentukan terbuka atau
tidaknya kelengahan lawan. Maka jelas keberagaman irama
serangan ini, dari yang lebih cepat dari cepat sampai yang
lebih lambat dari lambat, dimaksud untuk mengacaukan
perpaduan Ilmu Pedang Mata Cahaya dan Ilmu Pedang Cakar
Elang yang seperti tidak mungkin ditembus itu.
Demikianlah para pengemis itu berkelebatan dan sebagian
melenting dari batu ke batu semakin dekat, sementara mereka
yang turunnya lambat sempat kulihat dengan santai
mengambil penyimpan arak dari balik baju dan meminumnya
sambil me layang. Dalam dunia persilatan telah menjadi
pengetahuan setiap penyoren pedang, apabila seorang
anggota Partai Pengemis sudah minum arak sebelum
pertarungan, maka akan keluarlah jurus-jurusnya yang sangat
berbahaya dan membingungkan , karena memang aneh dan
berada di luar dugaan. Namun meski tampak serabutan,
sebetulnyalah dalam keberagaman itu dapat kubaca jurus
pertempuran andalan mereka jika bergabung dalam satu
pasukan, yakni Jurus Tongkat Pengemis Mengusir Anjing
Kudisan. Tidak salah tentunya jika kugabungkan Jurus Seribu Naga
Menyerbu Bersama dengan Jurus Naga Kembar Tujuh, karena
jika yang pertama memang digunakan untuk menghadapi
gelar perang suatu pasukan dalam pertempuran, maka yang
kedua untuk menghadapi banyak orang juga, tetapi yang
bergabung tidak sebagai kesatuan, melainkan keberagaman
dalam kelebihan setiap orang. Jurus Tongkat Pengemis
Mengusir Anjing Kudisan menggabungkan kedua siasat yang
memang seharusnya dihadapi dengan kedua jurusku itu, maka
akupun mengedarkan chii ke seluruh tubuh dan berkelebat
naik menghadapi lima ratus pengemis yang melesat-lesat
dengan bau arak dari mulutnya.
Aku hanya bertangan kosong. Dengan pukulan Telapak
Darah aku bermaksud sekadar mendesak setiap orang agar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mundur, sementara dengan ch'i yang terhimpun pada
sentuhan tangan, hanya senjata merekalah yang ingin kutepuk
menjadi tepung. Betapapun, penyerbuan Partai Pengemis ke
sebuah Perguruan Shaolin ini bagiku menyimpan banyak
pertanyaan yang harus dijawab, dan tiada jawaban yang akan
memuaskan jika para pengemis yang menyerang ini semua
mati berkalang tanah.
SEKALI kibas sepuluh pengemis terpental, tetapi mereka
tidak akan mati karena aku masih berharap mereka berpikir
untuk mengundurkan diri. Demikianlah dengan Jurus Seribu
Naga Menyerbu Bersama maka kedudukan pasukan Partai
Pengemis hanya bertahan, dan dengan Jurus Naga Kembar
Tujuh setiap pengemis memiliki lawan sesuai ilmu silatnya.
Aku bergerak begitu cepat sehingga tampak sebagai lima ratus
orang, tetapi yang setiap orangnya memiliki tujuh bayangan,
yang setiap kali dianggap sebagai bayangan ternyata bukan
bayangan, dengan kesadaran yang tentunya datang
terlambat, yakni saat senjata-senjata mereka hancur lebur
karena tiba-tiba buyar menjadi tepung, dan saat mereka
terjerembab ke balik tembok dengan gambar telapak tangan
merah di dada hasil pukulan Telapak Darah.
Aku bertarung tanpa mengeluarkan kata-kata, hanya
bergerak dan berkelebat, yang setiap saat memakan korban.
Para bhiksu masih mengambang. Panjang lilin bahkan sama
sekali bagai belum berkurang. Namun barisan Partai Pengemis
dengan segera sudah terpukul mundur. Kejadian ini hanya
berlangsung memang kurang dari sekejap mata, tetapi aku
ingin menjelaskan betapa Partai Pengem is ini betapapun tidak
terdiri atas orang-orang sembarangan.
Jurus-jurus mereka aneh, tidak seperti bersilat melainkan
seperti seorang widu yang dengan terampil mempertunjukkan
gerakan-gerakan musykil. Ketika menyerang mereka tidak
seperti sedang menyerang, ketika bertahan mereka tidak
seperti sedang bertahan, dan meski dalam kenyataannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersilat tetapi memang tidak seperti sedang bersilat. Dapat
kubayangkan bagaimana lawan akan terbingungkan, dan
tanpa disadarinya nyawa sudah melayang.
Maka aku harus memusatkan perhatian dengan sepenuh-
penuhnya, bukan hanya dengan senjata mereka yang
kadangkala begitu sederhana seperti alat pengusir lalat, alat
penggaruk punggung, tongkat pengorek sampah, atau
sepasang sumpit, tetapi juga bahwa tiba-tiba dari mulutnya
menyembur arak panas yang bisa membakar wajah.
Disebutkan dalam Kitab Perbendaharaan Ilmu-ilmu Silat Ajaib
dari Negeri Atap Langit betapa wajah itu langsung akan
menyala karena api, sehingga dalam Jurus Tongkat Pengemis
Mengusir Anjing Kudisan, dima inkan sendiri-sendiri atau
bersama-sama, setelah semburan mengenai sasaran, wajib
langsung diikuti pemenggalan kepala untuk menghindarkan
lawan dari penderitaan.
Aku berkelebat di antara sambaran berbagai senjata dan
semburan arak, betapapun harus jauh lebih cepat dari gerakan
mereka, karena tanpa kecepatan yang lebih cepat dari cepat
Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama tidak mungkin
diberlangsungkan menghadapi mereka sekaligus, sementara
mereka yang tampaknya bergerak lebih lambat dari lambat
tetapi kecepatannya sebetulnya tiada terhingga dilayani oleh
Jurus Naga Kembar Tujuh yang mengubah diriku jadi tujuh
orang dengan seribu bayangan yang sama nyatanya dalam
pertarungan, yang kini ganti mengepung lima ratus penyerbu
dari Partai Pengemis tersebut. Penggabungan kedua jurus ini
menghadapi irama yang sengaja diberagamkan hanya bisa
terjadi karena sebuah kunci yang berasal dari Jurus Tanpa
Bentuk, yang sebetulnya masih berada dalam pengolahan.
Dengan kunci ini ruang dan waktu teratasi dan bisa kuhadapi
Jurus Tongkat Pengemis Mengemis Anjing Kudisan yang ketika
dima inkan bersama sungguh mengacaukan irama itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam sekejap waktu bumi orang-orang berbusana gembel
ini menghilang ke balik kelam, meninggalkan mayat-mayat
para pengemis yang bergelimpangan di dalam dan di luar
tembok perguruan. Mereka yang sempat menjerat diriku
dengan sabit-sabit bertali, dan siap merajamku ketika
terbanting di bumi tadi, ternyata telah diselesaikan hidupnya
oleh Elang Merah dan Yan Zi Si Walet yang memang tidak
pernah memberi ampun. Setidaknya dua puluh lima orang
penjiratku dan dua puluh lima orang lagi yang siap merajamku
rupanya telah ditewaskan dalam waktu terlalu singkat oleh
kedua perempuan, yang ketika ilmu pedangnya masing-
masing digabungkan, akan sangat sulit mendapat tandingan.
Namun suara dari arah hilangnya para pengemis itu masih
juga mengejutkan.
''Pendekar Tanpa Nama! Siapa mengira dikau berada di
daerah terpencil ini! Sayang sekali kami harus pergi, karena
tugas telah diselesaikan! Semoga kita masih akan bertemu lagi
untuk melanjutkan permainan ini!''
Kemudian yang tersisa hanyalah kesunyian. Elang Merah
dan Yan Zi menatapku dengan pandangan tertentu.
Pengertian bahwa tugas te lah diselesaikan tentu menimbulkan
pertanyaan. Apakah sebetulnya tujuan penyerbuan mereka"
Selain juga kenyataan bahwa suara yang jelas mengenalku itu
adalah suara seorang perempuan...
DALAM seni perang di Negeri Atap Langit sejak masa
Wangsa Han, dikenal apa yang disebut Siasat Benteng
Kosong: yang lemah memperlihatkan kelemahan
dan menimbulkan keraguan pada lawan
yang sudah lebih dulu meragukan
jika ini masalah yang lemah
melawan yang kuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan memberi hasil yang hebat
''Ketika pertahanan kita tidak mencukupi, jika kita bersikap
seperti tidak bisa bertahan sama sekali, maka kita bisa
mengacaukan pertimbangan lawan. Siasat ini dianjurkan untuk
dipakai ketika pasukan kita lebih lemah, dan akan
mendapatkan hasil yang tidak terduga,'' kata Amrita suatu hari
kepadaku. Pertimbangan siapakah kiranya yang terkacaukan dalam
penyerbuan ini" Semula aku menerapkan siasat yang sama
dengan memberikan diriku sebagai ganti rencana sergapan
kepada Elang Merah dan Yan Zi, yang gabungan ilmu
pedangnya seperti begitu sulit ditembus, tetapi sudah mereka
temukan kunci kelemahannya. Dengan berhasil mendesak
mereka mundur, siasat itu seperti berlaku untuk digunakan
olehku, meski keputusanku sebetulnya diambil dalam sekejap.
Namun kemudian pintu gerbang raksasa itu terbuka
dengan sendirinya. Cahaya kekuningan lautan lilin menerobos
keluar dan dalam cahaya kekuningan itulah sesosok bayangan
bagaikan terbang langsung menujuku.
''Tubuh Penyangga Langit telah lenyap di depan mata kami
yang buta,'' ujar sosok itu, yang ternyata Penjaga Langit
sendiri. Aku sudah akan melesat ketika tangannya dengan lembut
menggamitku. ''Pendekar Tanpa Nama sudah berbuat terlalu banyak untuk
Perguruan Shaolin,'' katanya, ''janganlah ia mempermalukan
kami lebih banyak.''
Lantas sekitar sepuluh orang bhiksu muncul di pintu
gerbang. Mereka semua pamit menjura sebelum melesat ke
arah menghilangnya orang-orang Partai Pengemis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku merasa lemas, tujuan penyerbuan adalah mencuri
tubuh Penyangga Langit! Siasat itu berlaku bagi mereka, yang
telah mengacaukan pertimbangan kami, tepatnya pertimbanganku, yang mengira tugasku adalah memanfaatkan
kelemahan mereka. Perkiraan yang harapannya mereka
berikan, karena betapapun tujuannya bukan kemenangan,
tetapi melakukan pencurian. Siasat mereka juga cocok dengan
siasat lain, yang pernah kuperbincangkan, yakni Kacaukan
Airnya, Ambil Ikannya, yang intinya membikin kekacauan di
wilayah musuh dan mengambil keuntungan darinya. Adapun
penjelasannya: mengikuti yang keras
yang datang dan pergi
melalui yang lembut
ikuti gerak dengan nikmat
terdapat tusukan dan kebenaran


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan tiada penyalahan
di bawah langit ikuti saatnya
saat mengikuti jadi maknawi
Aku ingin sekali melesat untuk menebus kesalahanku, yakni
terlalu banyak berpikir. Barisan Partai Pengemis itu berhasil
mengacaukan pertimbanganku karena aku terpancing untuk
memikirkan siasat mereka, padahal kemunculanku pun
tentunya tidak mereka duga, yang berarti mereka telah
menyiapkan diri terhadap segala sesuatu apapun itu yang
paling tidak terduga sekalipun.
Artinya jika pun tadi kuputuskan untuk melumpuhkan
mereka semua, pasti tubuh Penyangga Langit juga akan tetap
hilang. ''Biarlah kami melakukan tugas yang menjadi kewajiban
kami,'' katanya lagi, ''Pendekar Tanpa Nama biarlah sekadar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beristirahat dahulu, memberi kami kesempatan menyambut
tamu dengan ''semestinya.
Dari suatu arah dalam kegelapan muncul Yan Zi dan Elang
Merah. "KE arah mana pencuri itu diburu [removed][removed] ?"
tanya Yan Zi. "Kami melihat bayangan berkelebat menyambar tubuh
Penyangga Langit," sambung Elang Merah, "ia membawanya
ke arah yang berbeda dari arah menghilangnya pengemis-
pengemis busuk itu!"
Jika Yan Zi dan Elang Merah pun tidak bisa mengejarnya,
tidak dapat kubayangkan tingginya ilmu pencuri tubuh
Penyangga Langit tersebut.
Namun Penjaga Langit segera menjelaskan.
"Partai Pengemis tidak dikenal menguasai ilmu penyusupan,
jadi penyerbuan ini pasti merupakan kerjasama, tetapi yang
belum jelas latar belakangnya. Pencuri tubuh itu mampu
bersembunyi dan melebur dalam kegelapan. Banyak sekali
kelompok penyusup menjual jasa di Negeri Atap Langit
sekarang ini, akibat lemahnya pemerintahan Wangsa Tang."
Aku tahu ilmu yang dimaksudnya. Yan Zi dan Elang Merah
tidak mungkin kalah cepat oleh siapa pun dalam ilmu melesat
dan berkelebat, tetapi mungkin keduanya kehilangan jejak
ketika yang dikejarnya bersembunyi di dalam kelam. Dalam
ilmu penyusupan, kekelaman bukanlah udara kosong,
melainkan ruang yang dapat menjadi tempat persembunyian.
Untuk menyusulnya ke sana harus memiliki ilmu yang sama.
Namun bisa menembus masuk dalam kelam tidak berarti
langsung dapat menangkapnya, bahkan jika lengah akan
tewas pula di sana, karena kekelaman adalah sebuah dunia
yang sama luasnya, bahkan berada di ruang yang sama
dengan dunia itu sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 189: [Kung Sun]
PAGI masih gelap ketika para bhiksu Shaolin itu sudah
mulai berlatih kembali. Ketika langit mulai terang, kicau
burung dari hutan meramaikan suasana, seperti baru kali ini
saja aku mendengarnya.
Kuperhatikan bagaimana mereka menerapkan Delapan
Belas Latihan dengan sangat sungguh-sungguh, tentu karena
semuanya ingin lulus dengan baik. Apalagi lulus dari
Perguruan Shaolin disebutkan jauh lebih berat dari sebagian
besar perguruan silat yang lain. Di sini seorang murid harus
melewati tiga tahap ujian, dan ia menjadi tawanan bayangan
yang tidak diizinkan melewati gerbang sebelum lulus.
Pertama, terdapat ujian lisan yang sulit tentang sejarah
seni dan pemikiran f ilsafat Negeri Atap Langit. Kedua, ia harus
menang melawan teman-temannya sendiri dalam perlombaan
sebenarnya. Ketiga, terdapat siksaan mengerikan yang
melibatkan suatu ruangan penuh jebakan dan 108 orang-
orangan kayu. Begitu murid tersebut melalui ruangan, orang-orangan
yang dipersenjatai pisau, tombak, dan pentungan, akan
menyerangnya secara serabutan. Ini dilengkapi dengan
sejumlah peralatan buatan sendiri di bawah lantai lorong,
yang akan terpicu oleh berat tubuh murid itu sendiri.
Para bhiksu, yang menciptakan alat-alat ini, sengaja
merancangnya supaya tidak bisa diduga. Akibatnya, sangatlah
mungkin yang terpicu adalah dua, tiga, empat, atau lebih
orang-orangan pada saat bersamaan. Jika murid itu lolos
melewati ruangan tersebut, ia akan berhadapan dengan pasu
besar yang menghalangi jalan keluarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pasu itu beratnya seperti batu sebesar kerbau. Secara
alamiah, murid itu akan memindahkannya dengan cara
merangkul pasu besar tersebut, sehingga lambang naga dan
harimau akan membakar daging pada pundak depannya.
Sekali dilewatinya ujian ini, ia dipersilakan pergi dengan
bebas, dan bakaran pada pundaknya itu tiada henti-hentinya
akan mengundang penghormatan ke mana pun dia pergi
mengembara. Banyak murid yang gagal dalam ujian dengan peralatan ini
dan tidak lulus. Terdapatlah cerita tentang seorang Hu Wei-
ch'uan, yang memasuki Kuil Shaolin sete lah dihajar babak
belur oleh musuh-musuhnya. Ia tinggal selama lima belas
tahun untuk melatih ilmu silatnya. Akhirnya ia lulus yang
pertama dari dua ujian, tetapi dalam usahanya melewati
ruangan yang penuh orang-orangan, ia tak pernah bisa lebih
jauh dari orang-orangan yang ketiga puluh dua.
PADA kali terakhir, ia dibawa keluar, dirawat tabib, dan
dikembalikan ke biliknya. Merasa harus kembali pulang, ia
mencoba menyelinap keluar dari kuil melalui saluran dalam
selokan. Meskipun ia tidak lulus ujian karena ketidakmampuan, ia lebih dari mampu untuk membalas
dendam, karena dengan caranya meloloskan diri itulah, justru
ia menemukan kembali jurus-jurus Shaolin yang sebagian
hilang catatannya dalam suatu penyerbuan yang menghancurkan kuil, yang kemudian disebut Jurus Tangan
Berbunga, yang gerakannya rumit tetapi sangat anggun.
Terdapat berbagai adat yang penting bagi mereka yang
menempuh jalan persilatan. Pertama, busana persilatan
dikenakan dengan benar. Warna hitam maupun warna
mencolok. Lengan panjang. Biasanya terikat pada suatu
simpul di sisi kiri bagi lelaki dan di s isi kanan bagi perempuan.
Seorang suhu akan membuat simpul di tengah. Siapapun yang
mengikatkannya di tengah dan bukan seorang suhu dianggap
menantang serta bisa mendapat pukulan menyakitkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua, penguasaan tatacara sangatlah penting ketika
mengunjungi bangsal suhu lain. Jika seseorang ditawari
minum teh oleh suhu, dan orang itu meminumnya, sang suhu
akan merasa tantangan bertarungnya diterima. Meminum
tehnya, seperti minum teh gurunya sendiri sebelum terdapat
sambutan, adalah suatu penghinaan, kecuali, dalam hal ini, ia
berpikir bahwa orang tersebut datang memang hanya untuk
menantang. Ketiga, penghormatan gung fu adalah suatu tatacara
penting lain, yang membuat orang-orang persilatan saling
mengenali dan menghormati satu sama lainnya. Tidak
menghormat, dalam beberapa hal juga dianggap penghinaan
yang gawat. Penghormatan itu yang selama ini kusebut
menjura atau bersoja. Diperlihatkan dengan menangkupkan
kepalan tangan kanan kepada telapak tangan kiri setinggi
dahi, dan bersama dengan itu menundukkan kepala dan
batang tubuh bagian atas. Di bangsal seorang suhu, sebelum
dan sesudah latihan, gambar maupun ruang suci suhu
sebelumnya dihormati dengan cara ini.
Meskipun memang banyak adat dan tatacara lain pada
berbagai wilayah yang berbeda, tetapi ketiganya inilah yang
berlaku bagi seluruh perguruan silat atau gung fu di Negeri
Atap Langit. Pagi itu ketika langit mulai terang dan segala bhiksu masih
tenggelam dalam latihan aku menghela napas karena
terpesona oleh kerampakan gerak mereka yang indah
mencengangkan. Namun bukan keindahan itu benar yang
membuat diriku menghela napas panjang, melainkan
kebersamaan begitu banyak orang dalam kesatuan. Para
bhiksu mengasingkan diri di Perguruan Shaolin untuk
memperdalam ilmu persilatan, tetapi kebersamaan mereka
sebagai orang-orang sepaham membuat mereka sungguh jauh
dari keterasingan. Alangkah berbeda dengan jalanku di dunia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persilatan, selama ini selalu sendiri dan sepertinya akan tetap
selalu sendiri.
Aku tidak pernah dan seperti tidak akan pernah bisa belajar
di perguruan silat mana pun meski diriku menginginkannya,
karena sejak awal bahkan hidupku pun sudah selalu berbeda.
Jalan persilatanku adalah jalan yang sunyi dan sepi, bagai
lorong panjang tanpa penghuni, tempat segala persoalan ilmu
silat kudalami dan pertimbangkan seorang diri. Ditempa
pasangan pendekar yang mengasuhku, meski aku lebih dari
anak kandung bagi mereka, belajar ilmu silat tidak
menjadikanku lebih nyaman. Sementara ketika melakukan
pendalaman ruang dan waktu dalam ilmu silat, begitu rupa
sehingga sepuluh tahun bagaikan sekejap, diriku tidak bisa
lain selain hanya sendirian berada dalam gua yang gelap.
Namun tanpa riwayat seperti itu, apakah diriku juga akan
datang ke sebuah perguruan dan belajar ilmu silat"
Pertanyaan ini melontarkan diriku kembali kepada suatu
kekosongan yang membuat perasaanku menjadi rawan. Tanpa
nama dan tanpa asal-usul takkukira bisa membuat begitu
banyak perbedaan.
Adapun di Negeri Atap Langit, seperti diceritakan Iblis Suci
Peremuk Tulang kepadaku, iCalon murid, setelah memilih-
milih aliran persilatan yang ingin dipelajarinya, akan
menghadap seorang suhu dengan harapan akan diterima.
Calon murid ini akan mendapat petunjuk untuk menunggu di
luar pondok sang suhu, yang biasanya berada di dalam
perguruan itu juga, pada saat menjelang fajar.
"Saat kedatangannya, calon murid itu akan me lihat orang-
orang lain yang juga mengharapkan petunjuk. Semuanya
dibiarkan menunggu sampai lama sekali, dan selama itu
kesabaran dan perasaan mereka mengalami ujian pertama,
dari banyak sekali ujian.
AIR dan kotoran mungkin seperti tidak sengaja akan
dilemparkan kepada mereka. Murid-murid akan menganggap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tidak ada, atau berlaku kasar kepada mereka. Lantas
setelah menunggu lama sekali, mereka akan diberi tahu ada
penundaan, karena ada upacara penting yang harus dihadiri
suhu. ''Akhirnya mereka bahkan diberitahu supaya pulang, karena
suhu tidak akan bisa menerima mereka hari itu. Mereka yang
terlihat marah atau tersinggung, langsung tidak diterima dan
diberitahu untuk tidak usah datang lagi.''
Aku tersenyum teringat cerita itu. Namun menjadi sedih
teringat cerita tentang Naga Dadu yang memanfaatkan
keinginan Serigala Putih menjadi murid, dengan memberi
syarat agar menculik diriku yang masih kecil. Serigala Putih
tewas oleh pedang ayahku. Sekarang aku bertanya-tanya, jika
Serigala Putih datang jauh-jauh dari tempat yang oleh
penduduk Mataram disebut Tartar, yang kini kukira adalah
wilayah pengembaraan suku Uighur, akhirnya tertarik untuk
berguru kepada Naga Dadu, tidakkah Naga Dadu, yang
berkelamin lelaki tetapi jelita melebihi wanita, memang sakti
mandraguna"
Memang kudengar pula cerita tentang betapa Serigala Putih
mungkin mengalah dalam pertarungan melawan Naga Dadu,
karena sebetulnya telah jatuh cinta kepada lelaki terindah di
Javadvipa yang dalam sungai telaga dunia persilatan telah
menggapai wibawa naga dan menjadi salah seorang dari
Pahoman Sembilan Naga itu. Namun sementara kisah cinta itu
sulit dibuktikan, bagiku semakin mengiang suara-suara yang
menyatakan betapa sebenarnya Naga Dadu mengetahui
sesuatu tentang masa laluku yang bagiku, bahkan bagi
Sepasang Naga Celah Kledung yang mengasuhku, masih
merupakan rahasia...
''Esok harinya,'' begitulah Iblis Suci Peremuk Tulang
melanjutkan ceritanya, ''bagi mereka yang masih datang dan
mengharapkan petunjuk, segala sesuatunya yang berlaku
kemarin diulangi lagi. Sebagai tambahan dari usaha-usaha
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempermalukan yang biasa dilakukan, para calon murid yang
masih bertahan diawasi secara diam-diam untuk memastikan
apakah mereka gugup, tegang, banyak bicara, atau saling
bertengkar di antara mereka sendiri.
''Setelah berlangsung lama, mereka diminta berlutut dan
suhu akan muncul sebentar. Ia tidak akan mengucapkan
sepatah kata pun, selain me lihat mereka sepintas lalu. Jika
ada calon murid yang datang kepadanya, atau berusaha
bicara, mereka akan diminta pergi karena dianggap tidak
menunjukkan hormat kepada yang lebih tua.
''Dengan merayapnya waktu, mereka yang telah terus-
menerus dihina dan dipermalukan, terus-menerus juga ditanya
apa yang mereka lakukan di sana dan akhirnya tetap disuruh
pulang. Jika mereka tetap bertahan, mereka diberi pekerjaan
kasar seperti menggosok lantai. Lantas, sebelum

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyelesaikan pekerjaannya, sejumlah murid lama akan
melewatinya dan dengan sengaja mengenakan sepatu penuh
lumpur. Kesenangan lain murid-murid lama ini adalah juga
memberitahu para calon bahwa ada tempat-tempat yang tidak
boleh digosok lantainya. Adapun gunanya adalah untuk
menjamin, bahwa setelah semua pekerjaan membersihkan
selesai, masih ada tempat kotor yang harus mereka gosok
lantainya lagi. Tentu masih dengan mata yang mengawasi,
apakah perintah dituruti dengan penuh pengabdian atau
penuh kejengkelan.
''Akhirnya, para calon murid dipersilakan sarapan bersama
dengan para anggota perguruan. Pertama, setiap calon murid
diberi roti kering, tetapi diberitahu agar jangan memakannya.
Beberapa tetap memakannya, tetapi yang lebih bijak tidak
melakukannya. Kemudian mereka diberi mangkuk kecil yang
tanpa dasar, tetapi hanya pertanyaan bodoh atas pilihan aneh
atas cara makan ini jika tetap dipertanyakan, karena setelah
itu mereka diberi bubur. Mereka yang bertanya bagaimana
cara makannya segera disuruh pergi dan dinyatakan gagal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua calon murid yang pertanyaannya dianggap kurang
cerdas dan kurang pengetahuan, tidak akan bisa dipercaya
menyimpan rahasia perguruan. Mereka yang cukup bijak
untuk bersabar dan tidak memakan roti keringnya, kini tahu
bisa meletakkannya di dasar mangkuk. Ketika bubur itu tiba,
mangkuk mereka sudah dapat digunakan.
''Mereka yang lulus dari ujian sarapan diberi tugas bekerja
di dapur. Di sana kemampuan mereka diuji lebih jauh dengan
melihat bagaimana masing-masing bekerja sama dengan yang
lain dan bagaimana mereka bekerja ketika melakukan tugas-
tugas yang sulit. Pada akhir penempatan di dapur, mereka
diminta untuk membunuh dan mempersiapkan kelinci putih.
Padahal kelinci putih dianggap sebagai hewan yang disucikan,
dan memakannya adalah suatu kesalahan besar. Dalam hal ini
tanggapan terbijak adalah lebih baik menerima pukulan-
pukulan daripada membunuh makhluk itu.
"SELANJUTNYA, para calon diuji kejujurannya. Maka
mereka diberi sejumlah uang untuk keperluan tertentu.
Kemudian disampaikan kepadanya bahwa yang semula
diperlukan sudah tidak dibutuhkan lagi dan ia diminta
mengembalikannya. Setelah itu mereka diberi kembali
sebagian uang itu, dengan alasan uang yang mereka
kembalikan terlalu banyak. Jika sang calon murid menerima
kelebihan uang itu, ia dipersilakan pergi. Suatu ujian yang
mirip diulangi dengan berbagai macam manik-manik dan
cinderamata, kecuali bahwa ketika mengembalikan segera
dituduh jumlahnya kurang. Di sini calon akan dinilai
kemampuannya menangani keadaan.
"Mereka yang masih saja bertahan, lantas diberi ujian daya
tahan. Calon murid diminta menunggangi kuda yang binal di
bawah terik mentari tengah hari. Lebih lagi, ia harus tetap
berada di atas punggung kuda, sampai sebatang hio yang
panjang habis terbakar. Siapa pun yang tidak mampu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertahan menerima derita dan ketaknyamanan, dianggap
kurang jujur dan tidak cukup bersemangat menjadi murid.
"Akhirnya, yang tersisa dipersilakan bertemu muka dengan
suhu secara resmi. Di sini mereka diminta minum secangkir
teh bersama suhu, untuk menjadi murid secara penuh. Suhu
sendiri yang akan menuangkan teh, tetapi jika siapapun dari
mereka meminumnya, akan langsung dipersilakan pergi.
Adapun alasan dari pengusiran kasar ini, dengan membiarkan
suhu melayani mereka, mereka telah merendahkan perannya
hanya menjadi seorang pelayan, yang berarti mereka merasa
lebih tahu dari sang suhu.
"Tatacara dan sopan santun yang betul adalah mendekati
meja abu para leluhur yang terdapat di setiap perguruan dan
menuang teh dengan tiga ayunan pelahan, sambil berkata,
'Sahaya berikan penghormatan kepada para leluhur dan suhu
di hadapan sahaya, dan para suhu yang tidak sahaya kenal
tetapi yang telah menyumbangkan pengetahuan bagi umat
manusia,'. Selanjutnya, ia harus mengisi kembali cangkirnya
dan berkata, 'Setelah memberikan penghormatan kepada para
suhu sebelum masa hidup sahaya, kini sahaya memberikan
penghormatan kepada suhu yang berada di s ini, kepada s iapa
diri sahaya berharap bahwa sahaya dianggap cukup berharga
melayaninya.' "Jika suhu itu puas, ia akan meminum tehnya dan calon
murid yang tersisa itu pun menjadi murid sepenuhnya."
Gerak rampak jurus-jurus Shaolin yang dibawakan murid-
murid terbaiknya itu menyentakkan diriku dari lamunan yang
panjang. Memang terlalu indah Perguruan Shaolin ini bagiku,
karena aku berada di bilik penginapan para tamu. Sebuah
kolam di tengah taman tampak dari jendela tempat diriku
melamun sekarang ini. Daun-daun teratai yang terbuka lebar
dan bunganya yang seperti sengaja merekah ketika cahaya
pertama menyentuhnya, tepat ketika aku sedang memandanginya. Burung-burung kecil dengan berbagai warna
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bulu yang sangat mencolok, sementara di kejauhan masih
juga terdengar siulan angin yang tentunya bertiup kencang
dari lembah ke lembah dari jurang ke jurang, seperti biasa,
bagai membawakan cerita dan warta dari suatu tempat yang
begitu jauh. Di sini kencangnya tiupan itu sudah jauh
berkurang, tetapi masih juga menggugurkan beberapa helai
daun, yang melayang-layang di udara dingin, dan akhirnya
jatuh memendarkan permukaan kolam. Di atas sebuah batu
yang menyeruak bagaikan pulau kecil di tengah kolam, kulihat
seekor kura-kura termangu di atasnya.
Aku teringat cerita Iblis Suci Peremuk Tulang tentang
kehidupan perguruan silat di Negeri Atap Langit setelah para
calon murid diterima sebagai murid.
"Pada titik itu," ujarnya, "mereka seperti memasuki suatu
keberadaan baru, begitu rupa sehingga mereka dianjurkan
untuk melupakan masa lalu mereka. Bahkan bagi mereka
biasanya diberikan nama baru yang akan menjadi nama
sebagaimana mereka harus dikenal dalam keluarga orang-
orang jantan. "Adapun jantan di sini tidak mutlak menunjuk kelamin,
melainkan s ikap hidup jantan yang selayaknya menjadi bagian
takterpisahkan dalam kehidupan di sungai telaga. Disebut
selayaknya, karena bukan takbanyak mereka yang berilmu
silat sangat tinggi, ternyata bisa begitu licik dan culasnya,
yang tidak memungkinkan untuk disebut sebagai jantan dari
sudut pandang mana pun.
"Perguruan kini menjadi keluarga para murid, dan terdapat
susunan kedudukan serta peraturan keras yang harus dipatuhi
semua orang. Guru para murid, karena suhu hanya mengajar
murid-murid yang pelajarannya sudah lanjut, disebut Bapak
Guru atau Bapak Pelatih. Jika Bapak Guru ini sudah menikah,
isterinya akan dikenali sebagai Ibu Guru atau Ibu Pelatih.
MURID yang telah lebih dulu masuk dari murid baru
dikenali sebagai Saudara Tua, tidak peduli berapa umur yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya. Begitu juga murid yang baru masuk dirujuk
sebagai Saudara Muda. Guru lain pada tingkat pengajaran
yang sama disebut Paman Guru dan murid itu menjadi para
keponakannya. ''Kegiatan sehari-hari tidaklah sama di antara berbagai
perguruan. Ada murid-murid yang tinggal di rumahnya
masing-masing, ada yang wajib tinggal di perguruan, dan itu
berarti jika yang satu wajib bekerja di halaman rumah atau
dapur pondok sang suhu, maka yang lain cukup membayar
iuran sahaja. Di Perguruan Shaolin, yang pada dasarnya
adalah Kuil Shaolin, terdapat masa kerja, dhyana berkelompok, dhyana tunggal, tugas maupun upacara-upacara
yang harus dihadiri. Jadi dengan perbedaan yang besar antara
berbagai perguruan, untuk mencoba menggambarkannya
dengan sesuatu yang mewakili semuanya adalah usaha
kurang bertanggungjawab.
''Lebih aman menyatakan,
setiap perguruan yang
bersungguh-sungguh memiliki satu kesamaan: dimulai dari
saat matahari terbit yang dirayakan dengan lagu puja atau
tindak dhyana bersama, lantas barulah dibagi antara kerja,
belajar, latihan, dan dhyana, yang berakhir ketika matahari
tenggelam. Biasanya para murid mengkuti urutan kegiatan
seperti ini selama kurang lebih sepuluh tahun, sebelum ia
dipertimbangkan layak untuk mengajar sendiri. Putus di
tengah jalan dari pembelajaran mahaberat ini adalah biasa
dan sedikit yang diterima sebagai telah menyelesaikan
pelajaran. ''Namun murid bisa meninggalkan perguruan karena a lasan
berbeda, yang paling sering adalah menambah perbendaharaan aliran ilmu silat yang mereka kuasai.
Akibatnya, memang tidak mengherankan jika terdapat murid
yang telah belajar pada dua belas suhu, meski tidak berarti ia
bisa disebut yang paling berpengetahuan. Rahasia sebenarnya
ilmu silat biasa disimpan bertahun-tahun, sampai sang suhu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yakin bisa mempercayai seseorang, dan bahkan kemudian
menyampaikannya hanya kepada sedikit murid pilihan.''
Para murid Shaolin telah menyelesaikan latihannya, dan
mereka tidak kelihatan lagi, tetapi di dekat kolam baru kulihat
sekarang para bhiksu kecil berkepala gundul masih
menyelesaikan sisa-sisa latihannya. Tampak salah seorang
anak terkilir, terjatuh, sehingga tak bisa melompat,
menendang, dan memukul seperti yang lain. Bapak Guru
mereka yang sudah tua sekali mendiamkannya saja, sampai ia
menepi sambil merayap sendiri. Inilah anak-anak berbakat
yang diburu Perguruan Shaolin ke berbagai penjuru Negeri
Atap Langit, karena para suhu memang menghendaki bakat
andalan bagi ilmu silat mereka yang tersohor. Bahkan para
panglima perang merasa lebih tenang jika terdapat para
bhiksu Shaolin dalam pasukannya untuk menghadapi pasukan
asing. Sebagian anak-anak itulah yang kulihat berlatih ilmu
meringankan tubuh dengan guru lain. Jika masih sekecil itu
ilmu silat mereka sudah begitu tinggi, bagaimana pula jika
mereka masih terus memperdalam ilmu silatnya sampai
dewasa. Para bhiksu Shaolin dengan pendekatan chan dalam
kebuddhaan tentu menempatkan ilmu silat sebagai cara
penting menuju pencerahan. Ilmu silat untuk mendapatkan
kesehatan badan, ilmu silat untuk mencapai ketenangan jiwa,
dan ilmu silat untuk membela kebenaran.
Pagi masih dingin dan berkabut, tetapi aku sudah menghela
nafas panjang mengingat apa yang kukenal selama ini dalam
dunia persilatan. Mengapa dalam pembelajaran di Kuil Shaolin
tidak pernah disebut tentang kematian dalam puncak
kesempurnaan manusia melalui pertarungan" Mungkinkah
yang kukenal dalam pembelajaran ilmu silat selama ini salah"
Para bhiksu cilik itu tertawa-tawa, salah seorang teman
mereka basah kuyup ketika melakukan kesalahan gerak dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tercebur masuk ke dalam kolam. Aku tersenyum. Betapapun
mereka itu masih kanak-kanak!
(Oo-dwkz-oO) DI ruang minum teh, sebelum Penjaga Langit tiba untuk
sarapan bersama, Yan Zi dan Elang Merah menyampaikan
kepadaku sambil berbisik-bisik, bahwa sebenarnya telah
melihat pencuri tubuh itu sebelum menghilang ke balik kelam.
Setelah mendengar ciri-cirinya aku terhenyak.
''Ia bercaping lebar"''
''Ya!'' ''Ia berambut lurus panjang sampai ke bahu"''
''Ya!'' ''Ia menyoren dua pedang bersilang"''
''Ya!'' AKU tidak bertanya apakah ia menunggang kuda Uighur,
karena seseorang tidak akan mengambil tubuh Penyangga
Langit dan berkelebat menghilang ke dalam kelam di atas
seekor kuda, betapapun hebat kuda yang ditungganginya itu.
Memang dari kedai ke kedai kadang kudengar cerita tentang
pendekar berkuda yang begitu dahsyat, yang bersama
kudanya dapat berkelebat seperti kilat. Namun janganlah
terlalu percaya dengan sembarang cerita di sembarang kedai!
''Harimau Perang!''
Aku berbisik tetapi dengan nada meninggi, sehingga para
bhiksu petinggi Perguruan Shaolin itu menoleh. Mereka
kenalikah nama Harimau Perang" Di tempat terpencil seperti
ini mungkin tidak, tetapi apakah kepentingan Harimau Perang
dengan mencuri tubuh Penyangga Langit itu"
Aku terkesiap, usaha pembunuhan kedua bhiksu kepala di
dua kuil yang berbeda bukan tak ada hubungannya! Y a, nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harimau Perang kini terhubungkan dengan kedua tempat itu!
Kini aku bisa membenarkan dugaan, usaha pembunuhan
Bhiksu Kepala Pemangku Langit dari Kuil Pengabdian Sejati di
Daerah Perlindungan An Nam, selain merupakan usaha
pembersihan unsur-unsur penentang pendudukan Negeri Atap
Langit, juga untuk mengalihkan perhatian atas perjalanan
rahasianya yang penting. Sebegitu jauh, diketahui bahwa
perjalanan itu dilakukan atas panggilan pihak istana di
Chang'an, karena pencapaiannya yang sangat berhasil dalam
mempertahankan

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kota Thang-long,
memukul mundur gabungan pasukan pemberontak, bahkan menewaskan
Panglima Amrita Vighnesvara yang didatangkan dari Khmer
untuk memimpin para pemberontak Viet yang gemar
berperang. Mungkinkah bukan pihak istana Chang'an melainkan
sebetulnya Golongan Murni yang berada di balik segenap
penugasan Harimau Perang" Jaringan Partai Pengemis yang
menyebar tanpa bisa dibatasi oleh negeri maupun pulau,
mungkin telah memberi jasa agar perhatian teralihkan, bukan
hanya dari tubuh Penyangga Langit, tetapi juga dari Golongan
Murni itu sendiri. Jika benar, tentu masih belum jelas bagiku,
dengan alasan apa Bhiksu Kepala Penyangga Langit harus
dibunuh oleh Golongan Murni, karena betapapun selama ini
Perguruan Shaolin bersedia membantu balatentara Negeri
Atap Langit menghadapi pasukan mana pun yang melanggar
perbatasan. (Oo-dwkz-oO) Episode 190: [Rahasia Penjaga Langit]
SARAPAN bersama ini tampaknya juga dimaksudkan
sebagai acara perpisahan, tetapi sekaligus menguji kemampuan, bukan demi maksud menantang, melainkan
kebiasaan dunia persilatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertama, meskipun disebut makan bubur, mangkuk yang
tiba di tanganku hanya berisi kuah beras yang cair tanpa
sendok. Namun belum lagi aku membuka mulut, melesatlah
sepasang sumpit dengan kecepatan kilat, langsung terarah ke
jantungku! ''Ah, maaf! Kami lupa menyertakan sumpitnya!''
Terdengar teriakan bhiksu yang tadi membagi mangkuk.
Tidak kuketahui kapan ia me lesatkan sumpit itu, yang berarti
ilmu silatnya memang sangat tinggi, tetapi kedua sumpit
ternyata bisa kutangkap juga.
''Terima kasih,'' kataku dengan tenang.
Namun ketika akan kugunakan, kutahu itulah uji
kemampuan kedua, karena tak mungkin menggunakan sumpit
bagi kuah yang cair. Maka kusalurkan ch'i kepada mangkuk
yang kupegang, sehingga kuah itu mengeras, bukan hanya
seperti bubur, tetapi lebih keras lagi seperti nasi!
''Wah, rupanya di Perguruan Shaolin bubur bisa
dikembalikan jadi nasi,'' kataku sambil makan nasi yang agak
lengket itu dengan sumpit, yang nyaris tidak ada rasanya
sama sekali. ''Tapi nasi itu hambar bukan" Silakan ambil garamnya!''
ujar sang bhiksu pula.
Tanpa terlihat oleh mata orang awam dilemparkan
segenggam garam ke arahku, yang segera semburat
menyebar dengan kecepatan kilat. Tentulah ini tantangan
untuk tidak membiarkan sebutir pun garam terbuang
percuma. Maka aku pun melesat lebih cepat dari kilat, setelah
menelan nasi yang tersisa aku melompat untuk menyambut
dan menampung setiap butir garam itu dengan mangkukku,
langsung mengembalikannya ke atas baki yang dipegang sang
bhiksu, lengkap dengan sumpit berjajar rapi di atasnya. Tak
lupa kutotok pula jalan darahnya sehingga ia hanya bisa
berdiri mematung saja. Dengan kecepatan begitu tinggi, tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pun mengetahui urutan kejadian ini, tetapi mangkuk
itu bagaikan tiba-tiba saja kembali ke baki.
"TERLALU banyak garam ini, jadinya terlalu asin nanti,
lagipula buburnya sudah tidak ada lagi, jadi tolong diterima
kembali mangkuknya," kataku.
Semua orang di bangsal itu terhenyak dan bergumam
tertahan, Penjaga Langit menatap bhiksu yang masih kaku itu.
Jika bhiksu itu sendiri maupun Penjaga Langit tak bisa
melepaskan dirinya dari totokan, Perguruan Shaolin tentu akan
mendapat malu dan peristiwa ini akan menjadi pembicaraan
dari kedai ke kedai sebagai arang yang mencoreng di wajah.
Pantaslah Penjaga Langit menjadi sangat tegang.
Namun keadaan itu tentu juga tidak kuinginkan. Maka
kujentikkan sebutir garam yang sengaja masih kusisakan
untuk membuka totokan jalan darah itu. Bhiksu itu pun
bergerak kembali tanpa seorang pun menyadari betapa ia
sempat berdiri kaku seperti arca.
"Sekali lagi terima kasih banyak," kataku.
Bhiksu itu, yang mungkin belum mengalami perlakuan
seperti itu, seperti mau melakukan sesuatu, tetapi Penjaga
Langit sempat kulihat mencegahnya. Memang lebih baik
begitu, karena basa-basi uji kemampuan ini sering kudengar
berkembang menjadi pertarungan yang menumpahkan darah.
"Yan Zi," ujar Penjaga Langit mengalihkan perhatian, "jadi
bagaimana kabarnya dengan sahabatku Angin Mendesau
Berwajah Hijau" Sudah lama ia tak pernah berkunjung kemari.
Mau mencari ke tempatnya sama sekali tidak mungkin
bukan?" Saat itu kurasa aku mengerutkan keningku. Dalam
pengalihan perhatian itu tanpa disadarinya Penjaga Langit
secara tidak langsung telah membuka rahasianya sendiri.
Sangat penting bagiku untuk menyadari, Angin Mendesau
Berwajah Hijau tidak mempercayai Penjaga Langit sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali! Memang benar jalan masuk menuju Kampung
Jembatan Gantung tidak dapat diberitahukan kepada
sembarang orang, tetapi jika kepada seorang tokoh Perguruan
Shaolin yang mengaku sebagai sahabat, bahkan perguruan itu
bersedia menerima dan mendidik Yan Zi Si Walet sampai dua
puluh tahun, pastilah terdapat bukan sembarang penyebab.
Aku menduga tentunya Penyangga Langit yang dulu telah
memutuskan untuk menerima Yan Zi, dan mungkin saja justru
Penjaga Langit tidak sepenuhnya setuju, bukan karena Yan Zi
seorang perempuan, melainkan karena Yan Zi adalah anak Wu
Zetian dari An Lushan, yang pemberontakannya masih
menyebabkan kesengsaraan dalam kemiskinan sampai hari ini.
Selama Yan Zi berbasa basi aku terus berpikir-pikir,
tidakkah para bhiksu ini, setidaknya Penjaga Langit sendiri,
telah bersikap terlalu tenang dengan hilangnya tubuh Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit dengan cara seperti
itu" Kuingat saat tubuh mereka masih mengambang saat
tubuh itu menghilang. Apa yang sebenarnya telah terjadi"
Dari sosok yang diceritakan Yan Zi dan Elang Merah, aku
hampir yakin pencuri tubuh Penyangga Langit adalah Harimau
Perang. Jadi perjalanan Harimau Perang sebetulnya memang
sudah terencana arahnya, bahwa dalam perjalanan menuju
Chang'an dia akan melewati Perguruan Shaolin. Betapapun,
usaha pembunuhan Yang Mulia Bhiksu Kepala Pemangku
Langit di Kuil Pengabdian Sejati bukannya tidak diketahui,
tetapi sangat kuat dugaan merupakan bagian dari rencana
Harimau Perang untuk menyamarkan perjalanan rahasianya.
Apakah yang menjadi tujuan Harimau Perang kali ini"
Namun pertanyaan yang lebih mengganggu bagiku,
betapapun tingginya ilmu halimunan demi kepentingan
penyusupan yang dimiliki Harimau Perang, mungkinkah para
bhiksu Shaolin pilihan, yang bahkan mampu sembahyang
dengan tubuh mengambang, tidak akan memergoki pencurian
di depan mata seperti itu" Setidak-tidaknya ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Penyangga Langit sendiri tentu begitu tingginya, terbukti aku
pun tidak me lihat kedatangannya ketika berhadapan dengan
Cadas Kembar. Sekarang aku mengerti kenapa pikiranku masih ruwet
menjelang tidur semalam. Pikiranku tertutup oleh kepercayaan
tanpa penalaran, menjadi kebenaran yang sulit dihapuskan.
Bagai tidak ada gunanya telah kupelajari Nagasena maupun
Nagarjuna. Bukankah Nagasena yang berkata:
Bentuk, o Raja!
Tak dapat diuraikan oleh kiasan!
Namun isinya bisa!
Sementara Nagarjuna berujar:
suatu akibat yang dibuat
oleh keadaan atau bukan-keadaan
bukanlah bukti karena ketidakhadiran akibat
bagaimana mungkin
keadaan atau bukan-keadaan
menjadi bukti"
Kedua pemikir itu berfilsafat tentang dunia sebagaimana
manusia berusaha memberi makna, mengada dan menafsirkannya, di dalamnya. Kutahu mestinya memancing
perbincangan yang jauh lebih rumit. Namun bagi kepentinganku sekarang, cukuplah aku melepaskan Shaolin
dari Shaolin, melepaskan bhiksu dari bhiksu, dan sekaligus
juga berarti melepaskan kebenaran dari kebenaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertimbanganku tentang semua kejadian ini telah dibutakan
oleh pemahamanku sendiri, seolah-olah aku mengetahui
kebenaran. Padahal yang terjadi adalah diriku dipermainkan
oleh kebenaran. Dengan menghapuskan ini, apa yang
seharusnya memang mudah menjadi suatu kemudahan
kembali. Jika Shaolin bukanlah Shaolin, bhiksu bukanlah
bhiksu, dan kebenaran bukanlah kebenaran, aku bisa
mempertimbangkan betapa Yang Mulia Bhiksu Kepala
Penyangga Langit telah dibunuh dan tubuhnya dibawa pergi
dengan sepengetahuan para bhiksu itu, termasuk Penjaga
Langit yang merupakan tangan kanannya sendiri!
Bahkan Perguruan Shaolin, sebagai benteng keagamaan
dalam dunia persilatan, tidak luput dari jaringan rahasia
kejahatan... (Oo-dwkz-oO) DARI Perguruan Shaolin kami berhasil mendapatkan seekor
kuda bagi Elang Merah dan hari itu juga kami bertiga sudah
melanjutkan perjalanan. Aku menatap dinding-dinding raksasa
dengan air terjun gemuruh yang bintik-bintik airnya
membiaskan cahaya pelangi. Di atasnya hutan lebat sampai ke
kaki gunung batu berikutnya, tetapi daerah ini akan segera
kami tinggalkan. Meskipun jalanan di sana-sini masih curam,
dengan lambat tetapi pasti kami semakin mendekati
peradaban, meski janganlah dahulu membayangkan betapa
aku akan segera tiba di Chang'an.
Aku berpikir keras tentang segala peristiwa yang kualami,
sayang sekali nyaris tanpa segala bukti. Namun jika bukti bisa
menipu dan membawa kita ke arah yang keliru, kepekaan
naluri dan ketajaman pikiran menjadi sangat penting dan
berarti. Betapapun, tidakkah dunia ini masih menarik hanya
karena masih ada rahasia yang menantang dibuka" Bagi
manusia tampaknya bahkan tidak terlalu penting suatu rahasia
itu akan menjadi terbuka atau tidak terbuka, karena yang
penting adalah usaha tanpa akhir untuk berusaha
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membongkar rahasia itu, meski tiada jawaban yang akan bisa
memuaskannya, seperti pertanyaan tentang kenapa dunia ini
harus ada. Namun ini bukanlah rahasia filsafat, melainkan permainan
kerahasiaan dalam pertarungan kekuasaan di dunia persilatan,
kenegaraan, maupun keagamaan. Jadi kurasa aku harus
mampu membukanya, karena secara samar-samar kulihat
jaringan halus yang menghubungkannya. Perkara dua bhiksu
kepala di Kuil Pengabdian Sejati dan Perguruan Shaolin
misalnya, jelas terhubungkan oleh perjalanan rahasia Harimau
Perang ke Chang'an.
Sementara perjalananku untuk
membuntuti Harimau Perang itu sendiri, tanpa disengaja telah
membongkar banyak keterangan tentang jaringan rahasia di
dalam istana, setidaknya seperti diperlihatkan jaringan orang-
orang kebiri. Mengingat jaringan orang kebiri ini berkait kelindan dan
bersilang sengkarut di dalam istana Chang'an, yang juga
menjadi tujuan Harimau Perang, jika keterangan jaringan
mata-mata para bhiksu Kuil Pengabdian Sejati bukan
keterangan palsu, maka tugas baruku untuk mengawal Y an Zi
menyusup ke istana Chang'an guna mengambil kembali
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, kuharap bukan
menjauhkan tetapi justru mendekatkanku kepada kunci-kunci
pemecahan masalah yang selama ini bagaikan serbagelap.
Penjaga Langit itu, kenapa Angin Mendesau Berwajah Hijau
tdak mempercayainya untuk masuk ke Kampung Jembatan
Gantung" Maka aku pun bertanya kepada Yan Zi seandainya ia
tahu sesuatu tentang hal itu.
''GURU Angin Mendesau Berwajah Hijau sebetulnya tidak
bersahabat dengan Penjaga Langit, melainkan dengan Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit. Kepada beliaulah Guru
berbicara tentang diriku, dan sesungguhnyalah waktu itu
Penjaga Langit pun belum mendapat namanya. Hanya setelah
latihan keras dan ketabahan menerima ujian-ujian Perguruan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Shaolin yang berat, selain penguasaannya atas segala sutra
maka ia bisa menjadi orang kedua setelah Penyangga Langit
di Perguruan Shaolin, dengan gelar Penjaga Langit.
Seharusnya kedudukan orang kedua itu dipegang adik
seperguruan Penyangga Langit, tetapi rupanya ia seorang


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bhiksu yang lebih suka mengembara, mula-mula mempelajari
aliran Yogacara seperti diajarkan Dignaga, yang dianut
sejumlah bhiksu di Nalanda, Jambhudvipa, lantas ia berlayar
dari sana dan mendarat di Daerah Perlindungan An Nam, dan
sampai sekarang takpernah kembali.
''Menurut Guru, Penjaga Langit selalu khawatir adik
seperguruan Penyangga Langit itu kembali, karena jika
demikian yang terjadi, maka Perguruan Shaolin tidak akan
dipimpin olehnya setelah Penyangga Langit meninggal,
melainkan oleh adik seperguruannya yang katanya telah
mendirikan Kuil Pengabdian Sejati di Daerah Perlindungan An
Nam dan bergelar Pemangku Langit. Kini setelah Penyangga
Langit terbunuh, tentu Penjaga Langit yang akan memimpin
Perguruan Shaolin, sesuai dengan cita-citanya. Penjaga Langit
pada dasarnya bukan hanya ingin menjadi bhiksu kepala
Perguruan Shaolin, tetapi memendam kehendak menjadi
bhiksu kepala agung yang menguasai Kuil Shaolin di seluruh
Negeri Atap Langit.
''Memang benar Penjaga Langit tinggi ilmu silatnya, karena
jika tidak tak mungkinlah ia menjadi orang kedua sete lah
Penyangga Langit di Perguruan Shaolin, tetapi Shaolin
betapapun adalah tetap kuil keagamaan, tempat ukuran yang
diterapkan bukan sekedar kekayaan pengetahuan tetapi justru
kedalaman jiwa dalam penghayatan dan pencapaian
pencerahannya. Dalam hal ini, meski sutra dan ilmu silat
dikuasai Penjaga Langit, ia tidak mungkin mencapai tingkat
kejiwaan yang tinggi jika tujuan hidupnya masih duniawi.
Adapun yang dikhawatirkan, seperti pernah dibisikkan Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit kepada Angin
Mendesau Berwajah Hijau, jika Perguruan Shaolin yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merupakan pusat pendalaman ilmu silat para bhiksu terpilih
dari berbagai penjuru Negeri Atap Langit, berada di bawah
pimpinan Penjaga Langit, maka justru akan diarahkan
berdasarkan kepentingan pribadinya sendiri.
''Dalam hal Kampung Jembatan Gantung, sebagai tetangga
terdekat yang tersembunyi begitu rapi, dan berpenduduk
keturunan pemberontak yang keselamatannya belum terjamin
sama sekali, Penyangga Langit telah mempunyai suatu firasat
dengan Penjaga Langit ketika diriku semula ditolaknya belajar
di Perguruan Shaolin karena bukan bhiksuni. Ia tidak bisa
berbuat apa-apa ketika Penyangga Langit menerima
permintaan Guru untuk melatihku Ilmu Pedang Mata Cahaya
yang rumit itu. Ia bahkan juga sangat tidak suka bahwa dalam
kenyataannya hanya dirikulah yang akan menguasai ilmu
pedang itu, karena memang hanya diriku yang memiliki
Pedang Mata Cahaya, meski baru yang untuk tangan kanan.
''Penyangga Langit dengan sengaja tidak pernah bertanya
kepada Guru Angin Mendesau Berwajah Hijau tentang letak
Kampung Jembatan Gantung, karena jika dirinya tidak
bertanya maka Penjaga Langit juga tidak dianggap perlu
bertanya. Betapapun, dari Perguruan Shaolin inilah para
bhiksu diminta membantu berbagai pertempuran di perbatasan, sehingga jika menyadari kampung itu menyembunyikan para pelarian dan keturunan pemberontak,
sangat berbahaya jika rahasia persembunyiannya dibuka
kepada sembarang orang. Penyangga Langit memiliki
kebijakannya sendiri untuk membuka Perguruan Shaolin
bagiku, tetapi Penjaga Langit sampai hari ini masih tidak
bersedia membuka diri tentang apa yang dipikirkannya
mengenai kebijakan itu.''
Setelah berjalan berhari-hari mencari jejak Harimau Perang
aku semakin disadarkan betapa telah tertipunya diriku oleh
penampilan para bhiksu, dengan jubah kuning, kepala gundul,
dan dengung lebah dalam upacara mereka, maupun nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
besar Shaolin yang sudah lama kudengar, takmasuk di akalku
bahwa kekuasaan bukanlah daya tarik yang tabu bagi
siapapun. Dengan cara dan bahasanya sendiri, para bhiksu
juga memiliki kepentingan untuk ikut meramaikan permainan
kekuasaan. Pantaslah Penjaga Langit memberi kesan tidak mau
dibantu, dan ingin agar urusan hilangnya tubuh Yang Mulia
Bhiksu Kepala Penyangga Langit menjadi urusan mereka saja.
AKU telah mengira alangkah sabar dan tenangnya para
bhiksu, sejak aku diberitahu tentang tewasnya bhiksu kepala
itu, diserang Partai Pengemis, dan akhirnya bahkan tubuh
bhiksu kepala itu hilang. Ternyata perkiraanku sangat mungkin
keliru. Sekarang ini apa salahnya jika kuperkirakan, betapa
ketenangan itu bersumber dari kenyataan bahwa pembunuhan
dan pelenyapan tubuh bhiksu kepala dilakukan sepengetahuan
Penjaga Langit itu sendiri"
"Itulah yang juga kupikirkan," ujar Elang Merah, "hanya
tidak jelas mengapa tubuh itu harus dilenyapkan pula."
Elang Merah setuju bahwa sejauh bisa diketahui
berdasarkan pemikiran Penjaga Langit, bisa diterima bahwa
Penjaga Langit berusaha menyingkirkan Penyangga Langit,
karena cita-citanya atas kekuasaan itu; tetapi masih belum
jelas kenapa tubuhnya harus juga disingkirkan.
Elang Merah menegaskan, "Bahkan sangat mungkin orang-
orang Partai Pengemis itu sebetulnya diundang oleh Penjaga
Langit, dan tidak mendapat perlawanan karena Penjaga Langit
telah memengaruhi hampir semua bhiksu Perguruan Shaolin!"
Aku masih ragu, apakah benar hampir semua, dan bukan
hanya sebuah komplotan yang terlibat perebutan kekuasaan
diam-diam ini"
"Cadas Kembar!" Elang Merah berteriak tiba-tiba.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mereka tentu tidak termasuk ke dalam komplotan!
Bukankah mereka katanya sedang dihukum! Keduanya tampak
seperti orang jujur!"
"Ya, mereka orang jujur," kataku pula.
"Mereka sengaja ditugaskan berjaga di luar dan rencananya
dikorbankan jika barisan penyusup dari Partai Pengemis itu
tiba, tetapi kita telah datang tanpa diduga dan mengacaukan
rencana," Elang Merah terus berbicara, "memang mereka
akhirnya tetap mati, tetapi tidak dibayangkan tentunya
kehadiran kita saat itu, yang akhirnya mengorbankan ratusan
pengemis juga. Pantas mereka tidak melakukan tindakan apa-
apa ketika barisan itu tiba. Kedatangan kita dan kejadian
selanjutnya terlalu cepat untuk membuat mereka mengubah
rencana! Partai Pengemis itu terlalu mudah masuk ke sana!'
"Tidak banyak yang tahu," ujar Yan Zi menyambung,
"Penyangga Langit menemukan Penjaga Langit sebagai bayi
pengemis yang diletakkan di depan pintu Kuil Shaolin.
Penyangga Langit masih sempat melihat sepasang pengemis
yang meletakkannya berkelebat menghilang, ketika sebagai
bhiksu muda Shaolin ia bertugas meronda kuil. Sedangkan
pengemis yang bisa berkelebat seperti itu tentulah bukan
pengemis sembarang pengemis, melainkan pengemis anggota
Partai Pengemis. Kelakuan para pengemis itu sama saja,
katanya mereka bergaul lebih buruk dari binatang, karena
anaknya hampir selalu mereka buang. Meletakkan bayi di
depan kuil tidak terlalu sering dilakukan, makanya Penyangga
Langit berpikir betapa sepasang pengemis yang berkelebat itu
masih memiliki harapan bagi anak mereka itu.
"Sejak kecil Penjaga Langit sudah diberitahu asal-usulnya,
yang membuatnya di segala kesempatan berusaha mencari
manusia jantan dan manusia betina yang perilakunya telah
membuat dirinya ada di dunia dengan cara seperti itu.
Tampaknya ia tidak pernah menemukan manusia jantan dan
manusia betina yang dimaksudnya, barangkali mereka bahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah mati bergelimpangan begitu saja, sebagai mayat-mayat
terlantar yang dibakar. Namun pencariannya itu, sebagai
bhiksu yang juga pernah mengalam i masa-masa harus selalu
mengemis untuk makanannya hari
itu, membuatnya
terhubungkan dengan Partai Pengemis, yang karena juga
akhirnya mengetahui riwayat Penjaga Langit maka menganggap sang bhiksu sebagai bagian, bahkan keluarga,
dari Partai Pengemis."
Dengan banyak keterangan tambahan. Memang yang
semula kabur menjadi lebih jelas. Namun bukti tentu tetap
diperlukan demi kepastian. Peristiwa bunuh dirinya orang
kebiri Si Musang di Kampung Jembatan Gantung bisa
dipastikan hanya karena terdapatnya bukti, bahwa ia telah
minum teh beracun seperti yang telah ditemukan dalam
kantong bajunya, dan bahwa racun semacam itu hanya
mungkin didapat dari kalangan istana.
Aku dan Yan Zi saling memandang, kami berpikir tentang
perkara yang sama rupanya, bahwa seperti yang terjadi
dengan Si Musang, kami hanya bisa mendapat kemajuan
dalam penyelidikan jika sempat memeriksa tubuh Yang Mulia
Bhiksu Kepala Penyangga Langit yang lenyap tersebut. Namun
setidak-tidaknya kami tidak mungkin menyangkutkan masalah
ini dengan orang kebiri Si Musang, karena kami betapapun
masih menyembunyikan kematian Si Musang dari pengetahuan Elang Merah.
NAMUN pemikiran Elang Merah ternyata tetap sejalan.
"Jika kita bisa menemukan sosok yang dikau sebutkan
sebagai Harimau Perang itu lebih dulu dari sepuluh murid
Perguruan Shaolin yang mereka kirim, wahai Pendekar Tanpa
Nama, tentu kita bisa menyidik dengan lebih baik," katanya,
"artinya jika tubuh bhiksu kepala itu masih dibawanya."
"Tapi kita sudah berjalan beberapa hari tanpa menemukan
jejak apapun Elang Merah," kata Yan Zi, "apakah mungkin
tubuh itu masih dibawanya terus?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Elang Merah tidak menjawab. Aku pun tidak. Kami kesal
karena sempat bersikap betapa sebenarnya kejadian di
Perguruan Shaolin itu bukan urusan kami, seperti terarahkan
oleh pernyataan Penjaga Langit, bahwa masalah ini
merupakan tanggungjawab mereka dan bukan kami. Bahkan
aku pun sampai seperti melupakan, bahwa tujuan utama
perjalananku sebetulnya adalah membuntuti Harimau Perang!
Aku jadi merasa amat bersalah kepada Amrita! Adakah ini
disebabkan karena diriku melakukan perjalanan bersama dua
perempuan, yang dalam kenyataannya memang bukan
sembarang perempuan" Namun janganlah dahulu keliru
dengan apa yang kumaksudkan sebagai bukan sembarang
perempuan. Sempat kuceritakan tentang sesuatu yang tidak kukenali
pada diri Yan Zi Si Walet, dan itu secara samar baru
kudapatkan jawabannya. Bukankah sudah kuceritakan pula
betapa ketika Elang Merah masih menunggang kuda di
belakang Yan Zi keduanya yang semula nyaris saling
berbunuhan itu terlihat bercanda dengan akrab sambil
berbisik-bisik takterdengar olehku" Bahwa dua perempuan
yang bersahabat kalau berbicara tubuhnya bisa begitu
berdekatan, sampai saling menempel, ketika berbisik-bisik
seperti itu bukanlah pemandangan asing bagiku. Namun itu
tidak berarti pandangan Yan Zi ketika Elang Merah berada di
dekatku harus menjadi amat tajam seperti itu bukan"
Kuingat pula usapan tangan Elang Merah di punggung
tanganku waktu itu, yang meski sekilas, tetapi karena dalam
waktu bersamaan terhirup pula olehku harum tubuhnya yang
meruap, memberikan makna yang sedikit banyak berarti.
Mengingat bagaimana pisau terbang bergurat gambar naga
indah pada kedua sisi yang menyambar dengan maksud
membunuhku dulu itu, kuhela napas panjang menyadari
perubahan kedudukan dalam dunia persilatan, dari lawan yang
nyaris saling berbunuhan, menjadi sepasang kekasih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takterpisahkan --tetapi meskipun kurasa diriku dan Elang
Merah bukan sepasang kekasih, pandangan Yan Zi Si Walet
jelas menunjukkan pandangan seseorang yang takut
kehilangan miliknya!
Dalam perjalanan ini, setiap kali menemukan tempat
bermalam, mereka berdua selalu tidur dalam satu selimut.
Pengetahuanku tentang hubungan antarperempuan sangatlah
kurang, jadi tentu saja bagiku semula kuanggap wajar jika
dalam udara yang dingin itu keduanya saling berpelukan,
bahkan juga bila terlihat begitu ketatnya bagai takbisa lagi
dilepaskan. Dengan perjalanan mengarungi wilayah hutan dan
masih saja kadang-kadang menyisir tepian jurang yang curam,
dalam kelelahan waktu istirahat malam segala sesuatu tentang
perilaku mereka tidaklah kuperhatikan. Namun suatu malam
ketika mataku terbuka dan menghadap ke samping, hanya
kulihat selimut itu bagaikan suatu gundukan yang bergerak-
gerak. Dari dalam selimut itulah kudengar suara-suara dari kedua
perempuan pendekar tersebut. Suara-suara itu tidak
membentuk kata, tetapi jelas meski bagiku agak aneh
terdengar mesra. Kadang-kadang pula mereka saling
menyebut nama. Pada malam sunyi seperti itu tentu saja
terdengar jelas sekali. Aku baru mengerti bilamana kemudian
kulihat busana mereka ternyata terserak di atas selimut.
Aku segera membalikkan tubuh dan me lanjutkan tidurku


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan pada malam-malam berikutnya menjadi semakin terbiasa
dengan suara-suara seperti itu, meski apabila kemudian
bertemu pandangan mata Elang Merah masih kurasakan
bahasa tatapan yang sama. Pada suatu malam bahkan terjadi,
ketika suara-suara di balik selimut itu telah usai, dan tanpa
sengaja aku di bawah selimut juga memiringkan tubuh dan
membuka mata ke arah mereka, ternyata Elang Merah sedang
menatapku. Yan Zi memeluknya dengan erat dari belakang
dengan mata yang sudah tertutup. Lengan Yan Zi tampak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbuka merengkuh keluar selimut, sementara lengan Elang
Merah yang juga terbuka tampak mendekapnya. Matanya
menatapku dan aku pun menatapnya. Tanpa suara.
Mungkinkah tatapan mata dibahasakan" Apakah yang
dikatakannya kepadaku dan kata-kata apakah kiranya yang
dibacanya dalam tatapanku" Yan Zi sendiri, meski kemudian
tampak mengeratkan pelukannya, tidak pernah membuka
matanya. Hanya lengannya yang bergerak sebentar, seperti
memberi isyarat minta dielus, dan memang Elang Merah,
perempuan pendekar dari Tibet itu, lantas mengelus-elus
lengan putih yang memeluknya, sambil terus menatapku.
CAHAYA bulan yang menembus kabut, memperlihatkan
lengan putih kedua perempuan itu samar-samar bagaikan
pualam, bahkan juga pundak kedua perempuan yang terbuka
itu tampak dengan jelas, karena selimut hanya menutup mulai
dari dada ke bawah. Memang baru kali ini kulihat lengan dan
pundak keduanya dengan jelas, yang tampak lebih lemah
gemulai seperti lengan penari daripada lengan seorang
pendekar yang dengan pedangnya takterhitung lagi telah
menamatkan riwayat berapa ratus orang.
Elang Merah masih sempat kulihat tersenyum, bukan
kepadaku, tetapi atas keadaanku yang tidak punya pilihan lain
selain membalikkan tubuh dan masih mencoba meneruskan
tidur itu. Perempuan dari Tibet itu, pikirku, mengapa tidak menolak
Yan Zi padahal tampak menyambut tatapanku"
(Oo-dwkz-oO) KE manakah mencari jejak Harimau Perang" Sejak dari
Perguruan Shaolin arah yang kami ikuti adalah arah tempat
Yan Zi dan Elang Merah telah melihat sosok yang kusimpulkan
sebagai Harimau Perang itu menghilang ke balik kelam.
Menurut Penjaga Langit waktu itu, sepuluh murid Shaolin
terpilih yang mengejarnya ke arah yang lain, tentu akhirnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
juga akan memburu jejaknya di dalam kelam. Waktu itu pun
aku sebetulnya sudah heran, karena dengan dugaan betapa
pencuri tubuh itu ilmu silatnya tinggi sekali, semestinyalah
yang mengejar adalah Penjaga Langit sendiri.
Kiranya, seperti yang tidak kupaham i dengan pertunjukan
tubuh mengambang mereka, ternyata itu semua memang
patut dicurigai, apalagi jika setelah sebelumnya memintaku
berjaga-jaga, kemudian mengambil alihnya sebagai urusan
Shaolin sendiri. Rupanya perhatiankulah yang dialihkan, agar
tubuh Penyangga Langit bisa dibawa pergi, sementara para
bhiksu itu jika bukan sudah menjadi komplotan, mungkin
Golok Sakti 9 Kemelut Di Cakrabuana Karya A Merdeka Permana Kisah Sepasang Rajawali 32
^