Pencarian

Pedang Medali Naga 24

Pedang Medali Naga Karya Batara Bagian 24


Kun Houw terkejut. Dia melihat selir itu menangis,
menutupi mukanya. Dan Kun Houw yang bingung serta gugup
tak keruan tiba-tiba maju selangkah berkata gemetar, "Paduka
selir, Ah .. enci, apa yang kau maui dari semuanya ini" Kenapa
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau membuatku gugup dan bingung begini" Sudahlah, jangan
menangis. Aku mau menjadi adikmu.....!"
Shi Shih tiba tiba tersenyum. Kun Houw tertegun melihat
betapa luar biasa manisnya senyum itu, senyum dari bibir
yang memerah basah, senyum yang lembut dan tulus.
Senyum yang tampak penuh bahagia dan girang mendengar
Kun Houw mau menyebutnya enci! Dan Shi Shih yang
membuka matanya memandang Kun Houw tiba tiba terisak
berseru gembira, "Kun Houw, kau memang pantas menjadi
adikku. Kau gagah dan lihai. Kau adalah putera pendekar
besar seperti ayahmu yang sakti itu. Aku kagum padanya!"
Kun Houw menelan ludah. "Enci, apa maksudmu sekarang"
Kenapa kau menghendaki aku merubah panggilan ini?"
"Hm, tak sukakah kau?"
"Tidak!" Kud Houw terkejut. "Tentu saja tidak! Aku suka
dan merasa mendapat kehormatan besar kalau kau
menganggapku sebagai adik! Tapi, apa maksudmu, enci"
Kenapa demikian ganjil dan aneh sikapmu?"
Shi Shih tertawa. "Aku menghendaki begini agar enak kita
bicara, Kun Houw Dan lagi kitapun sudah cukup akrab.
Bukankah bahaya dan segala suka dukanya telah kita alami
bersama?" "Ya." Kun Houw tertegun, "Tapi aku masih belum mengerti
apa yang terkandung dalam hati mu, enci. Aku bingung dan
terus terang bodoh jika disuruh mencari jawabnya apa yang
hendak kau bicarakan ini!"
Shi Shih tersenyum. "Aku telah mengatakannya tadi, Kun
Houw, Bahwa aku ingin mengajakmu berbincang-bincang
tentang arti hidup. Untuk apa kita hidup dan kenapa harus
hidup!" Kun Houw terbelalak. "Maksudmu?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ingin mencari jawab tentang pertanyaan tadi, Kun
Houw. Aku penasaran dan ingin menemukan jawabannya
yang tepat!"
Kun Houw tiba-tiba tersentak. Dia tiba tiba teringat akan
tujuh kalimat Bu beng Sian-su yang diberikan kepadanya.
Pertanyaan yang persis seperti yang diajukan selir.... eh,
encinya ini. Dan Kun Houw yang tertegun bengong tiba-tiba
mendesah. "Enci, bagimu apa arti hidup ini" Adakah artinya bagi kita
dan adakah nilai yang berharga di sana?"
"Hm, aku justeru hendak bertanya padamu, Kun Houw.
Kenapa kau mendahului bertanya padaku?"
"Karena aku menganggap kau lebih pintar, enci. Kau cerdik
dan terkenal pandai!"
"Ih, pujian kosong, ya" Kau mengejek aku?"
"Ah, tidak. Aku bersungguh-sungguh, enci. Aku juga ingin
tahu karena tiba-tiba aku teringat akan pertanyaan Bu-beng
Sian-su!" Shi Shih terkejut. "Bu beng Sian su" Kau bertemu manusia
dewa itu?"
Kun Houw mengangguk. "Ya, sepuluh tahun yang lalu,
enci. Dan aku mendapat syairnya yang katanya berisi jawaban
tentang pertanyaan yang mirip kau ajukan itu. Untuk apa kita
hidup!" Shi Shih tiba-tiba bangkit berdiri, tampak gemetar tapi
girang. "Kun Houw, di mana kau bertemu manusia dewa itu"
Betulkah dia sakti dan hebat segala galanya?"
"Benar," Kun Houw mengangguk kagum. "Manusia dewa
itu memang hebat, enci. Dan aku telah mendapatkan
warisannya berupa menghimpun s inkang ini. Dia memang luar
biasa dan patut di juluki manusia dewa. Rupanya benar-benar
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dewa yang turun ke bumi untuk memberi berkah bagi manusia
yang memerlukannya!"
Shi Shih tertegun, Selir ini tiba tiba memandang Kun Houw
dengan mata bercahaya, redup tapi berseri setelah menaruh
harapan akan sesuatu. Tapi ketika Kun Houw menggeleng
memberi isyarat bahwa manusia dewa itu tak dapat dijumpai
kalau tidak atas kehendaknya sendiri seolah Kun Houw tahu
apa yang dipikirkan oleh selir ini, tiba-tiba Shi Shih menarik
napas dan murung dengan muka kecewa.
"Kun Honw, bagaimana jawab manusia dewa itu" Sudah
kau temukankah inti syairnya?"
"Tidak." Kun Houw juga kecewa. "Tapi mungkin kau dapat
menemukannya, enci. Boleh kutulis kalau kau suka."
"Kau ingat bunyinya?"
"Sudah kuhapal luar kepala!"
"Hm, cobalah. Aku ingin tahu."
Kun Houw mengangguk. Dia menggurat tujuh kalimat yang
diberikan Bu beng Sian-su kepadanya itu, menulisnya jelas
dan terang di depan selir yang menjadi encinya ini. Dan ketika
Shi Shih memandang dan membaca tujuh kalimat berupa syair
itu tiba-tiba selir cantik ini tertegun,
"Berikan canang
pukul ah bende lekatkan benang
di atas mega jadilah orang hidup berguna rautlah itu sepanjang masa!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kalimatnya bagus, Kun Houw. Tapi benarkah ini
merupakan inti jawaban diri pertanyaan untuk apa manusia
hidup?" Shi Shih heran, belum dapat menangkap arti dan
sebait syair yang dinilainya indah itu. Indah namun aneh
karena katanya menerangkan tentang arti hidup. Hal yang
agaknya berlebihan. Namun karena syair itu katanya dari Bu
beng Sian-su dan tak mungkin manusia dewa itu
mempermainkan mereka maka Shi Shih memandang Kun
Houw. "Bagaimana, benarkah demikian, Kun Houw?"
Kun Houw mengangguk. "Memang demikian, enci. Aku tak
menambah atau menguranginya. Itu asli diri Bu-beng Sian-su
sendiri!" "Hm, dan katanya syair ini merupakan jawaban dari
pertanyaan untuk apa manusia hidup?"
"Begitu menurut Sian-su, enci. Dan aku disuruh mencari
jawabannya, Katanya jawaban itu sudah ada di dalam syair
itu!" Shi Shih memeras otak. "Aku tak melihat jawabnya, Kun
Houw. Tak mungkin kita tahu kalau tak diberi kuncinya.
Apakah manusia dewa itu tak memberi petunjuk agar kita
dapat melacaknya?"
Kun Houw tiba-tiba teringat. "Benar, kakek itu ada memberi
petunjuk! Aku teringat, enci. Ada jalan untuk memecahkan
syair itu!"
Shi Shih girang. "Bagaimana?"
Dan Kun Houw lalu berseru, "Kita disuruh lari berbelok-
belok ( zig-zag ). enci. Katanya itulah jalan untuk menemukan
rahasia jawaban syair ini!"
Shi Shih tertegun "Berlari" Kau tidak waras, Kun Houw?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun Houw tersenyum menyeringai, tersipu juga. "Tidak,
aku bicara apa adanya, enci. Bu beng Sian su memang
menyuruh kita berlari zig-zag kalau ingin melacak jawabannya.
Maksudnya, kita disuruh berlari di atas tujuh kalimat itu!"
"Hm....!" Shi Shih bersinar matanya, tertarik dan ingin
menguji coba, bangkit keinginan tahunya mendengar "resep"
yang aneh itu. Ganjil dan agaknya belum pernah ada di dunia.
Mulai mengotak-atik, mengamati penuh perhatian dan satu
demi satu menelusuri tujuh kalimat di depan kakinya itu,
membungkuk, tampak demikian penuh antusias untuk
mengetahui jawabannya. Tapi bingung tak menemukan
jawabannya tiba-tiba selir ini mengeluh.
"Aduh, berat, Kun Houw. Aku tak tahu apa maksudnya
dengan kata-kata 'lari' itu. Kalau bukan Bu-beng Sian-su yang
memberitahunya tentu kuanggap gila orang yang memberi
syair ini."
Kun Houw tersenyum. "Aku juga merasa berat, enci! Kalau
kau tak bisa apalagi aku!"
"Ih..!" Shi Shih tertawa kecil. "Kau terlalu memujiku, Kun
Houw. Bukankah kau juga cerdas dan memiliki otak
cemerlang?"
Kun Houw menggeleng. "Tapi kau lebih cemerlang, enci.
Kau sesungguhnya lebih cerdas dan lebih pintar dibanding
aku. Aku tidak berolok-olok!"
Shi Shih tersenyum. Ia tak memberi komentar, kembali
mengamati tujuh kalimat itu dan membacanya berulang-ulang.
Dan ketika ia berjingkrak mengejutkan Kun Houw tiba-tiba
selir ini berseru, "Dapat!! Sekarang kudapat sebagian arti dari
syair ini, Kun Houw. Aku berhasil menangkap intinya pada
baris pertama dan kedua!"
Kun Houw terkejut, tegang hatinya. "Bagaimana, enci?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik!" Shi Shih tertawa. "Aku menangkap belum
semuanya. Kun Houw. Tapi baris pertama dan ke dua itu
sudah kumengerti!"
"Ya, bagaimana?"
Shi Shih berseri-seri. "Manusia dewa itu hendak
memaksudkan pada kita bahwa ada suatu 'pengumuman'
yang harus diketahui, Kun Houw. Bahwa canang dan bende
harus dipukul karena adanya 'pengumuman' ini!"
"Pengumuman?" Kun Houw bingung. "Pengumuman apa,
enci" Apa yang akan diumumkan?"
"Itulah... Itu yang belum kuketahui, Kun Houw. Tapi aku
yakin bahwa baris pertama dan kedua dari syair ini maksudnya
adalah pengumuman. Tapi apa yawg hendak diumumkan
sampai saat ini aku belum tahu!"
"Hm." Kun Houw menjadi kecewa. "Kalau begitu percuma,
enci, Hal itu menunjukkan kita belum tahu inti sarinya. Dan
lagi apa alasanmu bahwa baris pertama dan ke dua berarti
pengumuman?"
"Ah," Shi Shih tertawa gembira. "Kau lihat saja bunyi
kalimat pertama dan kedua, Kun Houw. Bukankah canang dan
bende baru dipukul kalau seseorang ingin memberitahukan
sesuatu pada orang lainnya" Dan itu berarti pengumuman.
Kun Houw. Bahwa ada sesuatu yang penting yang hendak
diberitahukan melalui bende atau canang ini sebagai pembuka
kata Aku yakin. itu tak mungkin salah!"
Kun Houw kagum. Dia mulai menangkap apa yang dikata
encinya ini, selir yang cantik dan berotak cemerlang hingga
baru beberapa detik saja sudah mulai dapat "mengupas"
jawaban dari syair itu. Meskipun baru sekelumit, Dan Kun
Houw yang merasa tegang serta gembira, tiba-tiba bertanya
memandang syair diatas tanah itu. "Dan yang lain, dapatkah
kau menarik kesimpulannya dari lima baris itu enci" Apa kira-
kira artinya?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.." Shi Shih memeras otaknya, "Aku buntu menghadapi
kalimat-kalimat berikutnya Kun Houw. Tapi aku yakin bahwa
Bu beng Siansu hendak mencanangkan sesuatu yang penting
bagi umat manusia. Dan itu hendak diumumkan lewat
"canang" dan "Bende" dibalik syairnya yang gaib ini. Dia
sungguh manusia luar biasa. Syairnya mengandung pesan
yang berbobot sekali!"
Kun Houw tertegun. Dia sekerang tegang tapi juga kecewa,
melihat encinya menyerah dan rupanya tak mampu
"menembus" lebih jauh. Terhenti di situ saja. Dan Kun Houw
yang melihat encinya juga kecewa tiba-tiba terkejut ketika
encinya itu menangis!
"Kun Houw, aku rupanya masih bodoh. Aku tak berhasil
menemukan jawab dari inti sajak ini!"
Kun Houw memegang lengannya. "Tapi kau telah berbasil
mengupas baris pertama dan kedua itu. enci. Padahal baru
beberapa detik saja kau lihat. Ini sudah menunjukkan
kecemerlanganmu yang luar biasa!"
"Tidak,"
Shi Shih menggeleng. "Tak perlu kau menghiburku, Kun Houw. Betapapun aku tak dapat
memecahkan syair itu. Aku merasa bodoh. aku bingung ..."
dan Shi Shih yang menangis dilanda kekecewaannya tiba tiba
teringat dan semakin kecewa akan keadaan dirinya yang tidak
menyenangkan, tertegun sejenak melihat bayangan Fan
ciangkun yang berkelebat sepintas di seberang tebing,
bersembunyi di balik batu karang. Dan Shi Shih yang terkejut
melihat bayangan panglima ini tiba-tiba mengguguk dan
menangis tersedu-sedu menubruk Kun Houw, teringat semua
kisahnya dengan panglima itu. Betapa dia mencintanya tapi
terpaksa menjauh karena dia tak dapat melupakan budi kaisar
lama. Pedih dan serasa diremas-remas karena dia tahu betapa
hancurnya pula hati panglima itu. Kekasih yang sesungguhnya
dia cintai. Dia Shi Shih yang mengguguk di pundak Kun Houw
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya menjerit dan merintih teringat nasibnya yang
merobek-robek jantung.
"Kun Houw, tak tahukah kau untuk apa kita hidup" Tak
tahukah kau untuk apa aku dan kau harus hidup" Jawablah,
Kun Houw. Jawablah pertanyaan yang membuat aku
penasaran ini. Aku ingin tahu jawabannya......!" dan Shi Shih


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang memukul-mukul pundak Kun Houw dengan tangis yang
tersedu sedu itu akhirnya membuat Kun Houw menggigit bibir
dan terenyuh melihat keadaan encinya ini, mencucurkan air
mata pula dan iba serta terharu melihat kedukaan encinya.
Dan Kun Houw yang gemetar berusaha menghibur akhirnya
berkata, "Sebaiknya kita jawab menurut pendapat kita masing-
masing saja, enci. Bukankah kita dapat juga menjawab sesuai
pendapat dan jalan pikiran kita masing masing" Barangkali
menurut pendapatku kita hidup adalah untuk..."
"Untuk apa, Kun Hoeuw?" Shi Shih menggigil, melepaskan
dirinya dari pelukan Kun Houw karena melihat pemuda itu
menghentikan kata-katanya. Dan Kun Houw yang menyeringai
menggigit bibir tiba-tiba menjawab, teringat kedukaannya
yang juga tidak kalah besar dengan encinya ini!.
"Untuk menderita!"
Shi Shih tiba tiba tertegun. Selir ini tampaknya terhenyak,
kaget dan pucat melihat jawaban Kun Houw. Tapi karena saat
itu jawaban ini tampaknya cocok dengan keadaan dirinya
sendiri tiba-tiba selir cantik ini tersenyum dan......... terkekeh
lebar. "Bagus. Cocok sekali, Kun Houw. Aku sependapat dengan
dirimu bahwa kita hidup memang agaknya untuk menderita
Hi-hi ...!" dan Shi Shih yang tertawa dengan sikap aneh tiba-
tiba meliar matanya ke sana sini, tersanyum memandang Kun
Houw dan tiba tiba mencium kening pemuda itu. Dan
sementara Kun Houw tertegun melihat perobahan encinya
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ganjil tiba tiba Shi Shih terjun melempar dirinya ke
bawah tebing, langsung ke sungai yang jauh di dalam dan
banyak batu-batunya itu, tak kurang dari seratus meter" Dan
Kun Houw yang tentu saja kaget bukan main seperti disambar
petir tiba-tiba berteriak keras, menggema di puncak tebing,.
"Enci.....!"
Namun tubuh wanita itu telah meluncur terus ke bawah.
Kun Houw melihat kakaknya itu tercebur di permukaan sungai
dahsyat dan keras sekali membuat bulu tengkuknya
meremang, mengenai batu dan seketika remuk di sana. Dan
sementara Kun Houw terbelalak mematung bagai arca tak
bernyawa tiba-tiba teriakan tinggi terdengar pula di seberang
tebing, "Shi Shih....!"
Kun Houw kaget. Dia melihat Fan-ciangkun muncul di sana,
melongok dan tiba-tiba meloncat dari bibir tebing meluncur ke
bawah, terjun bebas menyusul selir jelita itu. Tapi Kun Houw
yang tersirap dan sudah mengeluarkan ikat pinggangnya tiba-
tiba membentak dan berjungkir balik menyambar panglima ini.
"Ciangkun, jangan...!"
Kun Houw bergerak luar biasa cepat. Entah kenapa tenaga
yang luar biasa mentakjubkan timbul dalam diri pemuda ini,
membuat Kun Houw mencelat dan melempar tubuhnya ke
seberang tebing di sebelah sana, terbang seolah di sentak
tangan raksasa. Timbul dan rasa kaget yang besar serta tiba
tiba, lima kali berjungkir balik di antara dua tebing yang
jaraknya tidak kurang dari dua puluh meter, sungguh
mebgerikan. Dan ikat pinggang yang meledak mengenai
pinggang panglima itu tiba tiba secara tepat membelit dan
menggubat tubuh panglima ini, langsung disendal dan
dilontarkan kembali ke atas, ke tebing di mana panglima itu
tadi berada. Dan Kun Houw yang membentak mengikuti
panglima ini tiba-tiba berseru keras menjejak dinding tebing,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit turun tapi kini telah berjungkir balik dua kali lagi
sebelum hinggap dergan selamat di tebing di dekat panglima
itu, melepas ikat pinggangnya membanting Fan ciangkun yang
bergulingan di tanah berbatu. Dan Fan-ciangkun yang
mengeluh menjerit tertahan tahu tahu pingsan ketika
kepalanya terantuk benda keras.
"Dukk!"
Kun Houw menggigil dengan muka pucat. Sekarang dia
berdiri terbelalak, ngeri dan kaget sekali melihat semuanya
yang terjadi dengan demikian cepat. Melihat panglima itu
terjun bebas menyusul kekasihnya yang tewas di kejauhan
sana, di bawah tebing. disungai yang berbatu. Hancur dan
remuk tulangnya tak mungkin tertolong lagi. Dan Kun Houw
yang menangis menggigit bibir tiba-tiba mendengar derap kaki
kuda mendatangi tebing itu. menoleh dan me lihat Thio-
ciangbu muncul di situ. Dan Kun Houw yang terbelalak
memandang kapten ini tiba-tiba mendengar laki-laki muda itu
berteriak padanya. "Siauw-hiap..!"
Kun Houw terkesima. Dia masih tercekam oleh semua
kejadian itu, masih tertegun. Melihat mayat encinya terbawa
arus, perlahan tapi pasti menuju ke hilir, tenang tapi
berlumuran darah. Dan Thio-ciangbu yang kini sudah tiba di
tempat itu dan meloncat turun dari atas kudanya tiba-tiba
juga tertegun dan berseru tertahan melihat apa yang terjadi.
Melihat Fan-ciangkun menggeletak pingsan sementara Shi
Shih telah menjadi mayat di kejauhan sana. di bawah tebing.
Tapi Thio ciangbu yang kembali berteriak memanggil Kun
Houw akhirnya menyadarkan pemuda itu, membuat Kun Houw
seakan disentak dari alam mimpi yang buruk. Dan Kun Houw
yang menggigil dengan air mata bercucuran akhirnya berseru
pada kapten muda itu,
"Thio ciangbu. bawa Fan ciangkun ke kota raja. Aku akan
mengambil mayat paduka selir....!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thio ciangbu mengangguk. Dia masih tertegun tanpa tahu
apa yang telah terjadi. Kenapa Fan-ciangkun pingsan dan selir
cantik itu tewas di bawah sana. Tapi melihat Kun Houw
menuruni tebing dan berkelebat seperti setan memutari
tempat itu akhirnya kapten ini membawa Fan-ciangkun keatas
kudanya, turun dan membedal kudanya ke kota raja. Dan
begitu dua orang itu sama sama meninggalkan tebing
pembawa maut itu maka tempat inipun sunyi seperti sedia
kala. Seolah tak ada kejadian apa-apa!
-ooooo0dw0kz0ooooo-
Seminggu kemudian....
"Kun Houw. kau jadi meninggalkan aku?"
Kun Houw terisak. "Terpaksa, ciangkun. Aku ingin kembali
ke lembah Hwee-seng-kok untuk melaksanakan tugasku yang
terakhir."
"Membunuh bocah she Pouw itu?"
"Ya."
"Kalau begitu aku ikut. Aku ingin mendampingimu!"
Kun Houw terkejut. Saat itu dia telah berada di luar pintu
gerbang kota raja, diantar Fan ciangkun yang masih
terhuyung dan pucat mukanya oleh kejadian seminggu yang
lalu. Teringat kematian kekasihnya yang bunuh diri di Tebing
Bidadari. Seminggu ini tak banyak bicara dan selalu menangis,
bengkak matanya. Dan Kun Houw yang terkejut oleh
permintaan panglima ini yang berketruk bibirnya tiba tiba
tertegun membelalakkan matanya, tak menjawab.
"Kau keberatan, Kun Houw" Kau tak suka kuikuti?"
"Tidak!" Kun Houw sadar dari rasa terkejutnya, heran
memandang panglima ini. "Tapi apa gunanya kau ikut.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciangkun" Bukankah pekerjaan di istana masih menunggumu
dan kaisar tak mungkin membiarkanmu pergi?"
"Ah," panglima ini menggigit bibirnya. "Mengurusi
pekerjaan tak ada habisnya, Kun Houw. Siapa tak tahu itu"
Aku mendapat cuti dari sri baginda. Aku ingin mengikuti dirimu
kalau kau suka."
"Untuk apa?"
Panglima ini menggigil "Untuk melepas dukaku, Kun Houw.
Kau tahu bahwa aku...."
Kun Houw cepat memeluk. Dia melihat panglima itu sudah
menangis deras dengan air mata bercucuran, menghentikan
kata-katanya dan tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya
itu. Maklum apa yang hendak dikatakan. Dan Kun Houw yang
terharu serta menggigit bibirnya pula menahan air mata yang
hendak runtuh, tiba tiba mendesis mencengkeram pundak
panglima itu. "Sudahlah, aku tahu ciangkun. Aku juga amat berduka oleh
kematian kekasihmu, Ingat, ia juga enci angkatku!" dan Kun
Houw yang meramkan mata menahan pilu yang menggigit
perasaannya tiba-tiba tak kuasa dan ambrol mencucurkan air
matanya pula, terisak dan hampir mengguguk berguncang di
pundak pang1ima ini. Tapi Kun Houw yang ingat bahwa
percuma mereka menangis di tempat itu karena Shi Shih tak
mungkin hidup kembali akhirnya membawa panglima itu pergi,
mengajaknya ke Hwee-seng kok dan sepanjang perjalanan
saling membisu. Hampir tak bicara karena masing-masing
menekan himpitan duka yang cukup berat, tak mengeluarkan
suara kalau tak perlu. Tapi Kun Houw yang teringat sesuatu
menahan langkahnya tiba-tiba memandang panglima itu.
"Ciangkun, bolehkah kutanya sesuatu padamu?"
Panglima ini mengangkat mukanya. "Apa yang hendak kau
tanyakan, Kun Houw?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesuatu, hm. sesuatu yang agaknya kau sembunyikan!"
Panglima itu terkejut. "Tentang apa?"
Kun Houw akhirnya berterus terang. "Maaf, aku merasa
sesuatu yang sedang kau sembunyikan, ciangkun. Yakni
tentang perjalanan kita ini. Bahwa kau bukan sekedar untuk
melepas dukamu melainkan ada sesuatu yang lain yang
tampaknya ingin kau ketahui."
Panglima ini tertegun, menarik napas dan akhirnya
mengangguk. "Hm, perasaanmu tajam, Kun Houw. Memang
agaknya tak perlu lagi ku sembunyikan itu. Kau telah dapat
menangkapnya!"
Kun Houw terbelalak. "Tentang apa, ciangkun?"
"Tentang syair yang kau tulis di Tebing Bidadari itu, Kun
Houw. Aku ingin menemui dan mencari Bu-beng Sian-su untuk
mendapat jawabanya!"
"Ah!" Kun Houw tertegun. "Kau melihatnya, ciangkun?" ,
"Ya, beberapa hari yang lalu, Kun Houw, Ketika aku
termenung dan melihat tulisanmu itu di sana!".
Kun Houw terkejut. Dia mendelong memandang panglima
ini, mengerutkan alis. Tapi menarik napas tersenyum pahit
dan membawa panglima ini melanjutkan perjalanan, sudah
menceritakan sedikit apa yang diperbincangkan dengan
mendiang selir cantik itu. T ak menyangka bahwa, jawabannya
justeru membuat Shi Shih bunuh diri, mungkin menganggap
tak ada gunanya hidup kalau hidup memang untuk menderita
Dan Kun Houw yang tak bicara lagi membawa panglima itu
akhirnya beberapa hari kemudian sudah tiba di lembah Hwee-
seng-kok yang tampak menjulang angker itu.
Tapi Kun Houw terkejut. Dia melihat dua gadis cantik
berdiri menghadang, gagah sekali. Gagah namun beringas!
Dan Kun Houw yang menghentikan langkah memandang
tertegun tiba-tiba melihat dua gadis itu, yang bukan lain Kui
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lin dan Kui Hoa, berkelebat membentak dengan seruan
nyaring, "Kun Houw, berhenti.....!"
Kun Houw sudah berhenti. Dia memang menghentikan
langkah begitu melihat dua gadis itu berdiri menghadang,
melihat kekasihnya melompat maju dengan mata berapi-api,
berkilat penuh kebencian. Dan Kun Houw yang mengeluh
melihat kebencian yang terpancar di mata kekasihnya ini tiba-
tiba tersentak melihat ujung jari sudah menempel di depan
hidungnya! "Kun Houw, beranikah kau mempertanggungjawabkan
semua perbuatanmu ?"
Kun Houw terkejut, melangkah mundur. Dan Fan-ciangkun
yang terbelalak memandang ke depan tiba-tiba maju menegur
Kui Hoa, "Nona, Kun Houw tak memiliki kesalahan pribadi
pada kalian. Pertanggungjawaban apa yang kalian tuntut dari
pemuda ini?"
Kui Hoa beringas, membalikkan tubuhnya: "Tak perlu kau
banyak cakap. Fan-ciangkun. Kalau kau ingin membantu
temanmu cabut saja pedangmu. Aku tak bicara padamu!"
Dan Kui Lin juga berendeng di sebelah kanan encinya,
membentak panglima itu, "T ak perlu kau cerewet mencampuri
urusan ini, ciangkun. Kalau kau maju tentu kubunuh puh
dirimu!" "Hm," Fan-ciangkun tertawa hambar. "Kun Houw dan aku
tak berniat memusuhi kalian, nona apa yang menimpa ayah
kalian bukanlah urusan pribadi me lainkan urusan kerajaan.
Kalian tak berhak menuntut kejadian itu karena semuanya
sudah lunas membayar hutang-piutangnya!"
"Keparat!!" Kui Hoa marah. "Kau masih juga membuka
mulutmu, panglima tengik" Kau-pun berhutang jiwa kalau
begitu. Mampuslah., sing!" dan pedang Kui Hoa yang sudah
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dicabut dan tahu tahu menusuk tenggorokan panglima itu
mendadak menyambar mengejutkan panglima ini, mengelak
tapi keserempet juga hingga bajunya robek. Tapi ketika Kui
Hoa melengking dan berkelebat menyusuli serangannya tiba-
tiba Kun Houw membentak, menangkis serangan ini.
"Kui Hoa, jangan kau bersikap kurang ajar. Lepaskan
pedangmu, plak!" dan pedang Kui Hoa yang terlempar
terlepas dari tangan gadis itu akhirnya disambut keluhan
pendek ketika Kui Hoa melompat mundur, terbelalak
memandang Kun Houw dengan kemarahan yang membuat
dadanya berombak. Tapi ketika Kun Houw berdiri gagah
dengan muka pucat dan bibir gemetar akhirnya dua gadis itu
tertegun ketika Kun Houw bicara menggigil dengan suara satu
demi satu, "Kui Hoa, saat ini aku masih ingin menyelesaikan urusanku
yang terakhir dengan Hun Kiat. Kau minggirlah, biarlah aku
menunaikan tugas itu dan kita bicara belakangan sete lah
pemuda itu kubunuh!"


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kui Hoa saling pandang dengan adiknya. "Kau mau
melarikan diri, Kun Houw" Kau mencari alasan agar saudara-
saudaramu itu membantumu di sana?"
"Tidak!" Kun Houw merah mukanya. "Aku tak akan
meminta bantuan s iapapun, Kui Hoa. Aku akan menyelesaikan
urusan ini sendiri!"
"Kalau begitu tak perlu kau pergi. Kami telah datang di sini
dan ingin menyelesaikan urusan ini sekarang juga. Kau yang
membunuh kami atau kami yang akan membunuhmu!" Kui
Hoa membentak tampaknya khawatir kalau Kun Houw pergi
dan berkumpul dengan saudara saudaranya itu, lima orang
pemuda yang sudah dia lihat menjaga Hwee-seng-kok. Dan
Kui Lin yang juga mencabut pedang membentak maju berkata
pula. http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, tak perlu kau pergi kalau kita sudah berhadapan,
Kun Houw. Kami tak ingin me lepaskan kesempatan ini dan
ingin membatas dendam kematian ayah. Majulah, tak perlu
banyak mulut!" Kun Houw terbelalak. Dia melihat dua gadis itu
tak mau mendengar kata-katanya, mencabut pedang dan kini
mengurung dengan mata berapi-api. Dan Fan-ciangkun yang
marah melihat sikap dua gadis itu tiba-tiba membentak
melindungi Kun Houw, "Nona, kalian benar-benar kelewatan.
Kun Houw tak mungkin bohong kalau sudah melepas janjinya.
Kalian terlalu!"
"Hm," Kui Hoa lagi-lagi menjengek. "Kau mau membantu
pemuda itu, ciangkun" Kalau begitu Kun Houw tak menepati
kata-katanya sendiri. Dia teryata masih juga membutuhkan
seorang teman!".
Kun Houw marah. "Aku tak membutuhkan teman dalam
urusan ini, Kui Hoa. Fan-ciangkun maju sendiri karena melihat
kalian memang kelewatan!"
"Kalau begitu suruh panglima itu mundur. Kami ingin
melihat kegagahanmu!"
Kun Houw menggigil, Fan-ciangkun tampaknya semakin
marah, tapi melihat panglima itu menggeram dan siap
menyerang dua orang gadis ini tiba-tiba Kun Houw menahan
pundak panglima itu. "Ciangkun, mundurlah. Kui Hoa rupanya
sudah dimabok dendam!"
"Tapi mereka tak berhak menuntutmu, Kun Houw.
Kematian ayah mereka adalah setimpal dengan dosa-dosa
yang diperbuatnya!"
"Sudahlah," Kun Houw mendorong panglima ini. "Aku tak
takut menghadapi mereka, ciangkun. Kalau Kui Hoa ingin
main-main denganku biarlah dia coba coba," dan Kun HouW
yang maju ke depan memasang kuda-kuda akhirnya berkata
pada dua gadis itu, "Kui Hoa, aku sanggup http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertanggungjawabkan perbuatanku. Kalau kalian ingin
menuntut balas majulah!"
Kui Hoa terbelalak. "Cabut pedangmu, Kun Houw. Kami tak
mau dikata curang menghadapi lawan yang tidak bersenjata!"
"Tidak," Kun Houw menggeleng. "Aku tak bermaksud
membunuh kalian, Kui Hoa. Kalau kalian ingin menyerang aku
sebaiknya cepat lakukan hal itu. Aku hanya akan
mempertahankan diri, tak balas menyerang."
"Keparat!" Kui Hoa membentak. "Kau sombong, Kun Houw.
Kalau itu sudah menjadi keinginanmu jangan menyesal kalau
kami berhasil menuntut balas Awas..... sing!" dan Kui Hoa
yang sudah mendahului menyerang menubruk ke depan tiba
tiba melengking menggerakkan pedangnya. pedang yang
sudah ia pungut kembali dan kini menyambar dada kiri Kun
Houw, cepat dan langsung menusuk dalam jurus Jing ging
toat beng kiam sut.
Tapi Kun Houw yang menangkis dan mementalkan pedang
itu akhirnya mendapat terjangan Kui Lin yang membentak di
belakang encinya, menyusul dengan gerakan cepat membabat
leher. Dan ketika Kun Houw menolak dan dua serangan itu
luput mengenai angin tiba-tiba Kui Lin dan kakaknya
membalik, memutar pedang dan berkelebatan cepat
membentak tinggi, bertubi tubi menyerang dalam bacokan
atau tikaman ganas, sebentar kemudian mengelilingi Kun
Houw dan ganti-berganti menggerakkan pedangnya, kadang-
kadang malah bersamaan.
Dan ketika Kun Houw terkejut dan melakukan tamparan
tamparan untuk menolak semua serangan itu tiba-tiba Kui Lin
dan kakaknya lenyap ketika mereka mengerahkan ginkang
menyerbu ke depan.
"Kun Houw, kami akan membunuhmu....!.!"
Kun Houw terkejut. Dia melihat dua gadis itu bersungguh-
sungguh, menambah kecepatan dan keganasan mereka. Tapi
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun Houw yang mengerahkan sinkang melindungi diri
akhirnya membuat dua gadis itu terkejut ketika pedang tak
mampu melukai Kun Houw, mental bertemu kekebalan yang
membuat pemuda itu memiliki tubuh seperti karet, atos tapi
kenyal! Dan ketika Kui Hoa dan adiknya memekik penasaran
karena Kun Houw berani menangkis atau mencengkeram
pedang mereka dengan jari jari terbuka akhirnya gadis itu
berseru pada adiknya, "Lin-moi. serang bagian depan B iar aku
yang menyerang bagian belakangnya.....!"
Kui Lin mengangguk. Dia tak mengerti maksud encinya itu,
menganggapnya biasa saja. Mungkin karena ingin sekedar
membingungkan Kun Houw saja. Atau mungkin ada maksud
lain yang tak dia mengerti. Tapi karena tujuan mereka adalah
membunuh Kun Houw dan menuntut balas kematian ayah
mereka maka Kui Lin tak menghiraukan maksud encinya itu.
Tak tahu bahwa diam-diam Kui Hoa ingin merampas Pedang
Medali Naga, merenggut pedang yang ada di belakang
punggung itu. Mempergunakan pedang yang ampuh itu untuk
membunuh Kun Houw karena pedang sendiri tak mempan
melukai pemuda itu!
Dan Kun Houw yang tentu saja tak mengira jalan pikiran ini
tak menyangka seujung rambutpun bahwa Kui Hoa akan
melakukan perbuatan itu. Merampas pedangnya. Tapi karena
perbuatan itu juga tak gampang dilakukan dan Kui Hoa tak
ingin gagal dalam sekali renggut maka pertandingan berjalan
seru dan tampak seimbang.
Sebenarnya, dalam pertandingan sesungguhnya Kui Hoa
dan adiknya bukanlah lawan Kun Houw. Pemuda ini memiliki
kesaktian tinggi setingkat ayahnya. Apalagi medali naga yang
telah berhasil dirampasnya dari Mayat Hidup diam-diam telah
dipelajari kuncinya untuk menemukan jurus Sin liong-hoan-
kiu, jurus terakhir yang selalu membuat kakinya "kecekluk"
(keselio) kalau mempergunakan jurus itu. Terbukti dia kalah
ketika dulu bertanding melawan ayahnya itu, Pendekar Gurun
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Neraka. Dan Kun Houw yang diam-diam ingin menebus
penasarannya untuk mengetahui kelihaian jurus itu diam-diam
sudah merencanakan untuk membuktikan kehebatan jurus ini
dengan seseorang. Tapi semuanya itu belum kesampaian. Kun
Houw masih disibukkan dengan urusan macam-macam.
Bahkan kini diganggu kemarahan Kui Hoa dan adiknya itu.
Dan Kun Houw yang menepati janji untuk tidak balas
menyerang kecuali bertahan memang konsekuen dengan
janjinya itu, melindungi diri dan selama ini membiarkan saja
lawannya itu menyerang, berharap Kui Hoa dan adiknya sadar
bahwa permusuhan tak dikehendaki olehnya. Mengharap Kui
Lin dan kakaknya ini mengerti bahwa kematian ayah mereka
memang sudah layak dan sepantasnya. Tapi ketika dua orang
gadis itu bahkan menyerangnya semakin sengit dan mereka
rupanya tetap "tak tahu diri" .akhirnya Kun Houw mengeluh
dan terdesak juga.
Betapapun, Kun Houw setengah hati saja melayani dua
orang gadis ini. Apalagi terhadap Kui Hoa, kekasihnya itu,
gadis yang dicintainya karena sesungguhnya tak mungkin dia
mau membalas serangan gadis itu karena dia tahu kedukaan
Kui Hoa. Tapi Kun Houw yang tak tahu bahwa semua sikapnya
ini bakal mencelakakan diri sendiri tiba-tiba terkejut ketika
saat itu Kui Hoa memberi aba-aba pada adiknya untuk
menyerang mata Kun Houw, bagian yang tentu saja tak
mungkin dilindungi kekebalan. Dan ketika Kun Houw
menunduk dan Kui Hoa membentaknya di belakang tiba-tiba
Pedang Medali Naga direnggut kekasihnya itu dalam satu
sentakan yang kuat!
"Sratt..........!"
Kun Houw kaget bukan main. Saat itu dia sedang
membungkuk, jadi mudah bagi Kui Hoa mengambil
pedangnya. Dan ketika dia berteriak dan Kui Hoa melengking
penuh kegembiraan tiba-tiba gadis ini telah menghunjamkan
pedang yang ampuh itu ke punggung Kun Houw.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kun Houw. tebuslah kematian ayahku!"
Kun Houw terkejut. Dia tak menyangka perbuatan
kekasihnya ini, perbuatan curang, menyerobot pedang yang
bukan miliknya. Dan karena Kun Houw tertegun dan Kui Hoa
bergerak luar biasa cepat tahu-tahu pedang telah menusuk
panggungnya dan amblas sampai ke dada, menancap tinggal
gagangnya saja karena tak mungkin Kun Houw memasang
kekebalannya menghadapi pedang yang ampuh ini.
"Bless!"
Kun Houw terbelalak. Dia seakan tak percaya pada
kekasihnya itu, mengeluh dan tiba-tiba terhuyung. Pertempuran seketika berhenti dan Kun Houw memandang
ujung pedang yang muncul di depannya itu, meraba dan baru
percaya betul betul setelah warna merah membasahi ujung
pedang. Darah dari tubuhnya sendiri! Dan Kun Houw yang
terkejut serta marah tiba-tiba memandang Kui Hoa berseru
gemetar, "Kui Hoi, kau kekasih keji..!"
Kui Hoa juga terbelalak. Ia sekarang sadar akan apa yang
dilakukannya, mendekap dada melihat ujung pedang yang
muncul di dada Kun Houw itu. Teringat kecurangannya.
Teringat hubungannya yang lalu dengan Kun Houw. Bahkan
sampai detik terakhirpun dalam pertempuran itu sesungguhnya Kun Houw banyak mengalah. Demi dia. Dan
Kui Hoa yang menggigil dengan mata terbelalak tiba-tiba
menjerit menubruk Kun houw dari depan, memapak ujung
pedang yang mencuat itu. Dan belum semua orang tahu apa
yang terjadi tahu tahu Kui Hoa menuebruk pemuda ini
menghunjamkan dada ke ujung pedang yang berlumuran
darah Kun Houw itu.
"Houw-ko, maafkan aku...., bless!" pedang menancap
menyatukan dua orang ini, lekat dan hilang ujungnya karena
telah memasuki dada Kui Hoa. Jadi gadis itu sengaja
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh diri untuk mati bareng bersama kekasihnya! Dan
Kui Lin serta Fan ciangkun yang kaget serta sadar akan apa
yang terjadi tahu-tahu meloncat berbareng meneriakkan
kekagetan mereka.
"Enci..!"
"Kun Houw......!"
Namun dua orang itu telah sama-sama roboh ke tanah.
Baik Kun Houw maupun Kui Hoa telah terguling jatuh dalam
keadaan saling tindih, masing masing berpelukan, disatukan
oleh pedang yang menancap di tubuh keduanya mulai dari
belakang sampai ke depan. Tak ingat s iapa siapa lagi. Dan Kui
Lin yang tentu saja menjerit dan melengking histeris tiba-tiba
menubruk encinya yang mandi darah.
"Enci.....!"
Namun Kui Hoa tak dapat menjawab. Gadis ini memasang
dirinya sedemikian rupa hingga pedang menembus jantungnya, tewas setelah berseru agar Kun Houw memaafkan
dirinya. Dan Kui Lin yang mengguguk menangis tersedu-sedu
menubruk mayat encinya tiba-tiba terguling dan pingsan di
samping dua tubuh yang masih melekat oleh pedang yang
menghunjam dalam itu. Dan saat itu lima bayangan
berkelebatan datang.
"Fan-ciangkun....!"
"Kua Houw....!"
Ternyata mereka itu adalah Sin Hong dan kawan-
kawannya. Mereka datang tepat setelah pertempuran selesai,
berseru kaget melihat Kun Houw mandi darah di situ.
Tumpang-tindih dengan Kui Hoa dan Kui Lin. Dan Sin Hong
yang berkelebat paling depan berseru memanggil Fan-
ciangkun akhirnya membungkuk memeriksa tubuh rubuh yang
bergelimpangan ini.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Fan-ciangkun, apa yang terjadi" Kenapa Pedang Medali
Naga menancap di sini. Dan....ih Kun Honw masih hidup!" dan
Sin Hong yang cepat mencabut pedang itu dan memisah


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakaknya dari tubuh Kui Hoa lalu buru-buru menotok dan
mengeluarkan obat luarnya.
"Lan-moi, tolong. Carikan air dan pembalut!"
Di Lan mengangguk. Ia juga terkejut dan terbelalak melihat
semuanya itu, tergesa-gesa mencari air dan pembalut. Tapi
Liong Han yang melompat maju membuka pakaian luarnya
sudah menawarkan diri dengan muka khawatir.
"Pakai ini sebagai pembalut, saudara Sin Hong. Aku dapat
merobek bajuku untuk penahan luka.... bret-rret!" dan Liong
Han yang sudah merobek baju sendiri memberikannya pada
Sin Hong lalu membantu dan menolong pemuda itu
menyelamatkan Kun Houw. Melihat Kun Honw masih hidup.
Melihat jantungnya masih berdenyut biarpun terlupa parah.
Hal yang cukup luar biasa dan menggetarkan jiwa. Dan ketika
satu jam kemudian semua orang yang ada di situ bekerja
keras dan Fan-ciangkun menceritakan apa yang terjadi sambil
menolong Kun Houw maka beberapa saat kemudian Kun
Houw sadar, membuka mata dan mengeluh teringat apa yang
terjadi. Tapi begitu membuka matanya pertama kali maka
yang ditanyakan pemuda ini adalah Kui Hoa!
"Mana Kui Hoa, Fan-ciangkun" Mana kekasihku itu..."
"Maaf," Fan-ciangkun menghela napas. "Ia tewas, Kun
Houw. Kami tak dapat menolongnya karena pedang telah
mengenai jantungnya."
"Kami?"
"Ya," Sin Hong tiba-tiba maju, memperlihatkan dirinya.
"Kami datang pada saat kejadian itu telah berakhir, Houw ko.
Maafkan kami yang tak dapat berbuat apa-apa tentang
kekasihmu itu."
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah....!" Kun Houw menggigit bibir, menahan sakit, melihat
Bi Lan dan yang lain lain ada di situ, satu persatu
memandangnya haru dan Bi Lan bahkan menangis. Tapi Kun
Houw yang bangkit duduk dengan muka merah tiba-tiba
membentak. "Sin Hong, kau meninggalkan Hwee seng kok.
Kau membiarkan keparat satu-satunya itu lolos tak terjaga?"
Sin Hong terkejut. "Maksudmu Hun Kiat, Houw ko?"
"Ya, iblis jahanam itu! Kenapa kalian tak menjaganya?"
Bi Lan tiba-tiba berseru, mendahului kakaknya. masih
menangis, "Dia telah tewas, Houw-ko. Orang she Pouw itu
telah terbunuh dan membunuh hok Lian. Mayat mereka
berdua masih ada di mulut Hwee-seng-kok, belum sempat
kami urus!"
Kun Houw terkejut. "Hok Lian?"
"Ya, gadis yang dulu diperkosa Hun Kiat itu, Houw-ko. Dia
datang ketika Hun Kiat minta ampun kepada kami. Kurus dan
kelaparan di lembah Hwee-seng-kok!" dan Bi Lan yang
menceritakan lengkap kejadian itu lalu membuat Kun Houw
tertegun dan berkali-kali mengepal tinju mendengar cerita ini.
Betapa Hun Kiat tak tahan lagi tinggal di lembah yang beracun
itu. Tak mendapat makanan di sana. Dan ketika Hun Kiat
keluar dan pucat meminta ampun dalam keadaan kurus
menyedihkan, maka secara tak terduga sekali Hok Lian
muncul menyerang dan membunuh pemuda yang memperkosanya itu. Pemuda yang amat jahat. Tapi Hun Kiat
yang kiranya tetap berkepandaian tinggi akhirnya membalas,
membunuh pula gadis itu hingga mereka tewas bersama. Dan
begitu cerita ini selesai dan Kun Houw termenung dengan
muka redup tiba-tiba Kun Houw berdiri dengan tubuh
terhuyung, memanggul mayat Kui Hoa.
"Aku ingin ke sana..!"
Sin Hong dan yang lain-lain terkejut. "Untuk apa, Houw-
ko?" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk membuktikannya!"
"Ah, kau tak percaya?"
Namun Kun Houw tak menjawab. Pemuda ini telah
melangkah pergi dengan air mata bercucuran, memanggul
mayat Kui Hoa menuju Hwee-seng-kok. Tempat yang memang
tidak jauh lagi dan tinggal beberapa minuman teh lagi. Dan
ketika dia tiba di sana dan benar saja melihat dua mayat
membujur di mulut lembah akhirnya Kun Houw mengeluh
memejamkan matanya.
Memang betul. Hun kiat dan Hok Lian telah tewas di situ.
Dan Kui Lin yang juga mengikuti rombongan ini dan sejak tadi
diam di belakang Sin Hong akhirnya menangis menghampiri
pemuda yang memanggul mayat encinya ini.
"Kun Houw, berikan mayat enciku. Aku ingin menguburnya."
Kun Houw membuka mata. menusuk Kui Lin dengan
pandangannya yang tajam mengiris, penuh kedukaan tapi
juga kekecewaan. Dan Kun Houw yang mengigit bibir
menahan kepedihan hati yang menusuk jantungnya tiba-tiba
berkata, "Kau tak membunuhku dulu, Kui Lin" Bukankah
ayahmu tewas terbunuh olehku?"
Kui Lin menjerit, "Tidak., tidak, Kun Houw. Aku sadar
bahwa ayahku memang bersalah. Dia telah menebus dosanya
dengan kematian setimpal!"
"Dan kau tak mendendam atas kematian enci-mu ini" Tak
menganggap bahwa akulah yang menjadi gara-garanya?"
Kui Lin mengguguk." Jangan lukai aku dengan kata-katamu
itu, Kun Houw. Aku sekarang tahu siapa salah siapa benar.
Berikan mayat enciku itu!"
Kun Houw tak menjawab, tak memberikan mayat Kui Hoa.
Dan Sin Hong yang maju menyentuh pundak Kui Lin, akhirnya
membantu. "Houw-ko, Kui Lin telah mendengar semua kata-
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata kami untuk melihat persoalan ini dengan kacamata yang
benar. T olong kau penuhi permintaannya untuk menyerahkan
mayat encinya."
Kun Houw mendengus, membalikkan tubuh dan tiba-tiba
meminta Pedang Medali Naga yang disimpan Sin Hong. Dan
kelika Sin Hong menyerahkan dan ragu memandang waspada
tiba-tiba Kun Houw telah menggali lobang dengan pedang
keramat itu, tak banyak bicara dan telah membuat kuburan
untuk kekasihnya. Dan begitu yang lain tahu dan melihat Kun
Houw sering menyeringai menahan sakit akhirnya Kui Lin
menangis dan membantu pemuda itu, diikuti yang lain hingga
sebentar kemudian sebuah lubang telah siap didepan mereka,
di mulut Hwee-seng kok. Dan ketika mayat Kui Hoa siap
dimasukkan dan upacara penguburan itu berlangsung
sederhana dan amat bersahaja saja tiba-tiba Kui Lin
mengguguk dan minta agar mayat encinya itu jangan tergesa-
gesa dulu diturunkan, menciumi sepuasnya dan mengeluh
panjang pendek memanggil manggil nama encinya. Tapi
karena kedukaan itu terlampau berat dan Kui Lin tak tahan
oleh kematian encinya ini akhirnya gadis itu roboh pingsan
sebelum mayat Kui Hoa dimasukkan ke dalam lobang!
Begitulah..... Keadaan kembali menjadi mengharukan. Semua orang
rata-rata mengeluarkan air mata. Tapi Sin Hong yang lagi-lagi
menunjukkan cinta kasihnya kepada Kui Lin tak malu-malu lagi
memperlihatkan perasaannya di situ. Menolong dan segera
menyadarkan gadis ini. Dan ketika Kui Hoa selesai
dimakamkan dan mereka juga mengurus mayat Hok Lian dan
Hun Kiat yang ada di situ tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka
dan dua istrinya muncul di s itu, bersama Pek Liang Nikouw!
"Omitobud, kau terluka oleh Pedang Medali Naga, sicu?"
Kun Houw tertegun. Dia me lihat ayah ibunya muncul di
situ, mendengar seruan Pek Liang Nikouw yang penuh
kekhawatiran kepadanya. Dan Kun Houw yang mengangguk
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghela napas tiba-tiba terhuyung merangkapkan tangannya. "Benar, aku agaknya memang perlu menuruti nasehatmu
dulu, locianpwe. Aku terluka oleh kecerobohanku sendiri."
"Hm, dan kau banyak kehilangan darah, Houw-ji" Mukamu
demikian pucat?" Pendekar Gurun Neraka melangkah maju,
menegur putranya ini dengan muka khawatir, langsung
memeluk dan memandang muka Kun Houw. Dan Kun Houw
yang terisak menggigit bibir, tiba-tiba dihampiri pula dua
orang ibu tirinya.
"Kun Houw, kau sebaiknya pulang ke Taa-pie-san. Kami
akan merawatmu!"
Kun Houw tak tahan lagi meruntuhkan air matanya. "Tidak,
aku... aku..."
"Kau mau ke mana. Houw-ji" Apa lagi yang ingin kau
kerjakan?"
Kun Houw menangis. Dia tiba-tiba mengguguk di pelukan
ayahnya ini,, menggigit bibir kuat-kuat. Dan ketika semua
orang terkejut oleh sikapnya tiba-tiba Kun Houw roboh
pingsan! "Ayah aku ingin mencari Bu-beng Sian-su..!"'
Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain kaget. Mereka
melihat luka di punggung itu mengucurkan darah kembali.
Agaknya jebol setelah Kun Houw mengeluarkan banyak
tenaganya, menggali lubang untuk kekasihnya tadi. Dan
Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja menolong dan
menotok sana sini akhirnya menyadarkan Kun Houw yang
semakin pucat mukanya.
"Hm, putramu mengalami luka yang berat, Pendekar Gurun
Neraka. Pin-ni khawatir nyawanya terancam."
"Tidak!!" Ceng Bi tiba-tiba berseru nyaring.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami akan menolongnya, Pek Liang Nikouw. Kun Houw tak
boleh mati hanya untuk luka begini!"
"Tapi lukanya berat, hujin. Pin-ni merasa heran bahwa dia
masih dapat hidup setelah menerima tusukan pedang sampai
tembus begini!"
"Maksudmu?"
Pek Liang Nikouw menghela napas, tak menjawab. Dan
Pendekar Gurun Neraka yang ganti memandang nikouw itu
tiba-tiba bertanya, "Suthai. bagaimana pendapatmu tentang
putraku ini" Apa yang harus saya lakukan?"
"Tak ada. Pin-ni tak melihat obat yang dapat
menyembuhkan luka bekas tusukan Pedang Medali Naga,
Pendekar Gurun Neraka. Jantung dan paru-paru putramu telah
tersobek. Kau dapat melihat itu!"
Pendekar Gurun Neraka berobah mukanya. Dia juga
melihat itu, bahwa jantung dan paru-paru Kun Houw telah
terluka oleh Pedang Medali Naga. Teriris. Luka yang
seharusnya membuat orang lain tewas pada saat itu juga. Jadi
tak aneh kalau Pek Liang Nikouw menyatakan herannya
bagaimana Kun Houw dapat bertahan. Hal yang memang luar
biasa. Hebat dan mengagumkan juga! Tapi Kun Houw yang
sudah sadar membuka matanya tiba-tiba mengeluh.
"Ayah, aku haus... aku ingin mencari Bu-beng Sian-su......!"
Pendekar Gurun Neraka tersedak. Dia sekarang melihat
puteranya ini tak dapat berdiri, lemah dan menggigil di
sandaran lututnya. Dan Pendekar Gurun Neraka yang cepat
memberi minum tiba-tiba tak kuasa menahan air matanya
yang menetes turun membasahi pipi puteranya
"Houw ji, kau tak perlu banyak bicara lagi. Kau tak boleh
mengeluarkan banyak tenaga!"
Kun Houw tersenyum. "Aku tahu, ayah. Tapi aku ingin
ketemu dengan kakek dewa itu..."
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk apa?"
Kun Houw tak menjawab, memandang Fan ciangkun. Dan
Fan ciangkun yang berlutut mencucurkan air matanya tiba-tiba
menyambar pemuda ini dari pelukan Pendekar Gurun Neraka,
memondongnya di kedua pundak. "Pendekar Gurun Neraka,
aku tahu apa yang dikehendaki puteramu. Aku juga kebetulan
mempunyai maksud yang sama!"
"Maksudmu apa?"
Panglima itu juga tak menjawab. Dia sudah menangis dan
gemetar membawa Kun Houw, bangkit berdiri dan terhuyung
siap meninggalkan lembah, terseok-seok. Maklum apa yang
dikehendaki Kun Houw. Bukan lain jawaban syair itu :
Untuk apa kita hidup.
Hal yang agaknya membuat Kun Houw penasaran dan
sama seperti dirinya sendiri. Ingin tahu sebelum ajal. Tapi Kun
Houw yang kebetulan bentrok dengan pandangan Pek Liang
Nikouw tiba-tiba menahan dan berseru pendek, "Ciangkun,
berhenti sebentar. Aku ingin bicara dengan Pek Liang
Suthai....!"
Pek Liang Nikouw menghampiri. "Ada apa,sicu?"
"Aku ingin menyerahkan Pedang Medali Naga, suthai.
Sekalian bertanya tentang medali itul"
"Hm," Pek Liang Nikouw terkejut. "Pedang baiknya
diserahkan pada Fan-ciangkun saja sicu. Karena dari sanalah
sebenarnya pedang itu barasal. Dari pangeran Kou Cen yang
kini menjadi kaisar baru. Sedang untuk medali itu... !, ini ada
hubungannya dengan murid pinni yang tewas dua puluh tahun
yang lalu. Ibu dari Kui Lin atau isteri mendiang Ok-ciangkun
yang jadi So beng itu!"
Kun Houw terkejut. Kui Lin juga terbelalak. "Ibu.... ibuku,
suthai?"

Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, ibumu, nona. Hwa Lin Nikouw yang gagal menjadi
nikouw karena jatuh cinta kepada ayahmu. Dulu pin-ni telah
memberi nasihat, tapi ibumu rak mau mendengarkan...!" dan
Pek Liang Nikouw yang menceritakan peristiwa dua puluh tahun yang
lalu pada Kun Houw dan Kui Lin, akhirnya didengar pula oleh
semua orang yang ada di situ tentang jalinan asmara yang
cukup mengharukan dari ibu Kui Lin ini. Betapa Hwa Lin
Nikouw yang menjadi murid Pek Liang Ni-kouw bertemu dan
jatuh cinta pada panglima Ok, menjadi suami isteri tapi tak
mengalami kecocokan. beberapa tahun kemudian. Sering
cekcok karena ayah Kui Lin sering melanggar kehidupan yang
baik. Tak sejalan dengan Hwa Lin Ni-kouw yang telah
mendapat didikan agama. Melihat suaminya bergaul dengan
orang orang sesat dan akhirnya semakin sesat. Dan ketika
percekcokan memuncak di saat Kui Lin dan kakaknya berusia
dua tahun tiba tiba secara mengejutkan suami yang marah itu
membunuh isterinya. Menampar Hwa Lin Nikouw yang retak
kepalanya. dan Hwa Lin Nikouw yang terkejut dan juga marah
lalu melepas kutukan pada suaminya bahwa kelak suaminya
ini akan tewas di tangan orang yang memegang medali naga,
benda yang entah didapatnya dari mana dan berada di tangan
wanita ini, diserahkan pada Pek Liang Nikouw dan yang oleh
nikouw ini lalu dibuang di Bukit Tengkorak Hitam, ditemukan
Kun Houw dan diambil pemuda itu ketika Kun Houw masih
bocah. Dan Kun Houw serta Kui Lin yang tertegun mendengar
cerita ini akhirnya terbelalak dan membuka mata lebar lebar.
"Jadi kau yang membuang medali itu di sana, suthai?"
"Ya, dan pin-ni yang melihat kau yang menemukannya, Kun
Houw. Pin-ni mengawasi dari jauh ketika kau mengambil
benda itu."
"Jadi tak ada hubungannya dengan Bu-beng Sian su" Dan
dari mana ibu Kui Lin mendapatkan benda itu?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pin-ni tak tahu, Kun Houw. Padang Medali Naga dan
medali naga sebenarnya adalah dua benda yang bersatu di
gudang pusaka di istana Kou Cien-ong, kaisar yang sekarang.
Kabarnya benda itu melesat dari gudang istana dan berpencar.
Pedangnya ditemukan gurumu sedang medali naga itu
ditemukan murid pin-ni.. Begitu kira-kira. Dan karena Bu beng
Sian-su pernah bertemu pangeran Kou Cien dan berbicara
yang tak diketahui orang maka medali ini lalu dihubung-
hubungkan dengan nama kakek dewa ini. Sebuah kabar
burung!" Kuo Houw tertegun. Sekarang dia mulai jelas, meskipun
masih ada yang terselubung dan Kun Houw yang memandang
Fan ciangkun akhirnya dimengerti panglima itu bahwa Kun
Houw minta sebuah penegasan.
"Memang benar." panglima ini mengangguk. Pedang Medali
Naga pernah menghilang dari istana, Kun Houw. Bersama
medali yang sebenarnya tak pernah berpisah dari tubuh
pedang itu. Gara-gara Kou Cien-ong hendak menghadiahkan
pedang keramat itu kepadaku!" dan Fan ciangkun yang
menceritakan peristiwa pribadi , tentang "kemarahan" Pedang
Medali Naga yang hendak diserahkan pada orang yang bukan
keturunan raja muda Yueh lalu membuat semua orang
mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa pedang itu
"marah" karena Kou Cien-ong , hendak memberikan pedang
itu pada Fan Li. panglima yang tidak memiliki garis keturunan
raja raja dari Y ueh. Dan karena pedang itu bersama medalinya
ternyata berpencar dan rupanya masing-masing sama mencari
"jodoh" sendiri akhirnya ditarik kesimpulan bahwa pedang
jatuh di tangan Bu-tiong-kiam Kun Seng sedang medali jatuh
di tangan murid Pek Liang Nikouw. Dan karena pedang itu
sendiri pernah menjatuhkan "kutukan" bahwa pewaris pedang
akan binasa setelah menyelamatkan Y ueh maka semua orang
tertegun dan pucat mukanya.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitulah, itu yang kuketahui tentang Pedang Medali
Naga, Kun Houw.. Tapi karena aku menganggap bahwa
kutukannya adalah tahyul yang berlebih-lebihan maka aku tak
begitu mempercayainya. Tak menyangka bahwa semuanya
terjadi seperti yang dikatakun roh di dalam pedang itu.
Agaknya pedang itu memang harus segera dikembalikan ke
istana!" Kun Houw menggigil. "Jadi aku harus mati?"
Semua orang terkejut.
"Ah." Kun Houw me lanjutkan sendiri. "Agaknya dosa yang
di perbuat ibuku memang harus kutanggung, ciangkun. Tapi
kalaupun hidup sementara Kui Hoa telah meninggalkan aku
biarlah kematian itu kusongsong dengan mata terbuka
Ciangkun....!" Kun Houw tiba-tiba berseru. "Bawa aku ke Gua
Malaikat. Aku ingin menemui Sian-su!"
Tapi baru Kun Houw berkata begitu mendadak pemuda iui
mengeluh dan pingsan untuk Kedua kalinya, kejang kejang
dan menggeliat untuk akhirnya tak bergerak lagi. Dan Fan-
ciangkun yang tentu saja terkejut dan berteriak kaget tahu
tahu mendengar senandung lembut yang mengguncang hati
semuaorang . "Thian Yang Maha Agung, letakkan pemuda itu di atas
tanah, ciangkun. Dia tak akan pulang kalau belum bertemu
dengan aku!"
Semua orang tersentak. Mereka melihat seorang kakek
telah berdiri di situ, tak diketahui kedatangannya. Muncul
begitu saja seperti asap. Mukanya tertutup halimun. Dan Fan
Li yang terkejut melihat kedatangan kakek ini tiba-tiba
berseru, langsung menjatuhkan diri berlutut,
"Bu-beng Sian su ...!"
Pendekat Gurun Neraka dan yang lain-lain juga terkejut.
Mereka merasa mendapat kehormatan besar dengan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehadiran kakek dewa ini, langsung menjatuhkan diri berlutut
dan memberi hormat pula. Dan Bu-beng Sian-su yang
tersenyum menghampiri Kun Houw lalu mengusapkan
lengannya beberapa kali di tubuh pemuda itu. Dan sungguh
luar biasa. Kun Houw tiba-tiba sadar. seakan "hidup" kembali,
bangkit dan membuka matanya dan langsung berdiri. Padahal
tadi lumpuh! Dan Kun Houw yang terkejut melihat siapa kakek
yang tertutup halimun itu mendadak tertegun, berseru lirih,
"Sian-su.....!"
Bo beng Sian-su tersenyum "Ya, aku, Kun Houw. Kau
mencari dan ingin menemuiku, bukan?"
Kun Houw tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut, menangis
"Sian-su, aku... aku..."
"Aku tahu, Kun Houw. Sekarang mari kita bicara," Bu-beng
Sian-su memotong, berkata lembut dan menyentuh pundak
pemuda itu menggetarkan hati semua orang, mengajak Kun
Houw duduk yang enak di bawah pohon yang rindang, diikuti
Fan Li dan yang lain-lain yang segera melingkar mengerumuni
kakek dewa ini. Dan ketika Bu-beng Sian-su menarik napas
dan memandang mereka dengan wajah begitu sareh akhirnya
kakek ini berkata, "Nah, bicaralah apa yang ingin kau
bicarakan, Kun Houw. Aku siap mendengar dan memberi
jawaban." Kun Houw memejamkan mata. Dia tiba-tiba merasa sejuk
berjumpa dengan kakek ini. Merasa kedamaian besar
menyelubungi hatinya. Nikmat dan hening. Seolah tak ada
persoalan apa apa hingga membuatnya begitu bahagia.
Seolah menyatu dan melekat bersama kakek ini. Sakitnya tiba
tiba hilang dan dia merasa segar. Seolah sembuh pada saat itu
juga! Dan Kun Houw yang melelehken air mata penuh
kegembiraan berjumpa kakek dewa itu pada saat itu juga tiba-
tiba menyentuh dan mencium kaki Bu-beng Sian su, yang
dingin menyejukkan.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian-su, aku ingin bicara tentang syair yang kau berikan
dulu......!"
Bu-beng Sian-su tersenyum. "Kau merasa gagal, Kun
Houw" Kau tak menemukan jawabannya?"
"Ya," Kun Houw tak malu-malu lagi. "Aku penasaran untuk
memperoleh jawabannya, Sian-su. Mohon kau memberi
petunjuk dan penjelasan padaku yang bodoh ini!"
Kakek itu tertawa, memandang Fan-ciangkun. "Dan kau
juga, ciangkun?"
Panglima itu terkejut. "Dari mana Sian-su tahu?"
"Aku mendengar percakapan kalian di gerbang kota raja,
ciangkun. Dan juga percakapan Kun Houw dengan mendiang
selir yang cerdik itu!"
Kun Houw terbelalak. "Kau tahu, Sian su?"
"Ya, dan aku kagum pada jawaban enci angkatmu itu, Kun
Houw. Bahwa apa yang di katakan tentang baris pertama dan
kedua itu memang benar!"
"Ah....!" Kun Houw melenggong, kaget dan kagum
bagaimana kakek dewa ini bisa mendengar percakapan
mereka. Padahal dia tak mendengar atau melihat bayangan
kakek dewa itu. Dan Bu-beng Sian su yang tersenyum lembut
pada mereka lalu menarik perhatian dengan mengangkat
sebelah lengannya. Dan begitu dia mulai bicara dan mengajak
semua orang memperhatikan apa yang di bicarakan, maka
syair itupun terbukalah jawabannya!
-ooooo0dw00kzooooo-
"Kun Houw, pertama-tama agar yang lain tahu cobalah kau
tulis tujuh kalimat yung kuberikan dulu. Tentunya kau ingat,
bukan?" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun Houw mengangguk. "Ya, aku ingat. Sian su."
"Nah, cobalah kau tulis."
Kun Houw menggurat. Dia mulai mengulang syair yang
diberikan kakek ini. menulisnya jelas dan kuat di atas tanah,
terang sehingga dapat dibaca semua orang. dan ketika
pemuda itu selesai dan tujuh kalimat terpampang jelas di
depan menka akhirnya Bu-beng Sian su bertanya.
"Siapa dapat memecahkan syair ini?"
Tak ada yang menjawab. Dan Ceng Bi yang tampil ke
depan justeru bertanya, "Sian-su. apa maksud syair ini?"
Bu-beng Sian-su tersenyum. "Syair ini menerangkan
tentang hidup, hujin. Maksudnya untuk apa kita hidup."
"Ah, kalau begitu ..." Pendekar Gurun Neraka tiba tiba
menyela, ingat jawaban untuk apa kita hidup ketika Bu-beng
Sian-su "berceramah" di puncak Beng-san. "Kalau begitu ini
adalah jawaban yang pernah kau berikan di puncak Beng San
dulu. Sian su" Tujuh huruf yang....."
"Ssttt...!" Bu-beng Sian-su memotong, menahan sambil
tertawa. "Jangan buru-buru kau berikan jawaban itu.
Pendekar Gurun Neraka. Aku ingin mengupasnya dengan jelas
dari gamblang. yang dulu itu adalah inti sarinya. Kau tak boleh
mengeluarkan suara dan diam saja sebagai penonton!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut. tersipu dan sedikit merah
mukanya. Tapi Bu-beng Sian-su yang mengedip memberi
tanda akhirnya membuat dia tersenyum juga. berdebar bahwa
kakek dewa ini akan mengupas inti jawaban agar mereka
semua tahu. Dan Bu-beng Sian-su yang kembali mengulang
pertanyaannya akhirnya memandang semua orang.
"Siapa dapat menjawab "
Semua diam. http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau juga tak tahu, Sin Hong?" Sin Hong terkejut.
menggeleng kepalanya. Diam-diam merah mukanya karena
sesungguhnya syair itu diberikan kepadanya juga, di samping
Kun Houw. Dan Bu-bong Sian-su yang tersenyum memandang
semua orang akhirnya berhenti pada Kun Houw.
"Kun Houw, bagaimana dulu petunjukku untuk memecahkan syair ini" Bukankah aku pernah memberitahunya?"
Kun Houw gugup. "Kau menyuruhnya lari berbelok-belok di
atas tujuh kalimat itu, Sian bu. Tapi otakku bebal tak dapat
memecahkannya!"
"Nah. itulah," Bu-beng Sian-su memandang semua orang.
"Kunci pertama untuk memecahkan syair ini adalah 'berlari' di
atasnya secara berbelok-belok (zig-zag), cuwi enghiong (orang
orang gagah sekalian). Dapatkah cuwi menangkap apa yang
tersirat di sini?"
Semua orang mulai berpikir, memeras otak. Tapi ketika tak
ada juga yang mampu menjawab akhirnya Bu-beng Sian-su
tertawa mengebutkan lengan bajunya. "Ji hujin (nyonya ke
dua), dapatkah kau menjawab pertanyaan ini?"
Ceng Bi mengeleng. "Tak dapat Sian-su. Otakku tumpul
dan rupanya bebal seperti Kun Houw!"
"Ha-ha, dan kau, hujin?" Bu beng Sian-su menantang Pek
Hong. bertanya karena melihat wanita ini juga serius
memperhatikan syair itu. Tapi Pek Hong yang menggeleng
tersenyum lemah menjawab seperti madunya,
"Aku juga tak dapat, Sian-su. Kebebalanku juga sama
dengan Ceng Bi-moi!"
Bu-beng Sian-su akhirnya berdiri, tersenyum lebar.
Memandang semua orang yang duduk di situ satu persatu.
Lalu menghela napas bersungguh-sungguh kakek ini berkata,
"Kalau begitu coba jawab menurut pendapat kalian sendiri-
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri. cuwi enghiong. Marilah kita mulai melacaknya dengan
hati hati dan serius."


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian, berhenti pada Kun Houw, kakek itu mulai
bertanya, "Kuo Houw. apa jawabanmu kalau kau ditanya
untuk apa kita hidup?"
Kuo Houw ragu ragu, mau menjawab seperti apa yang dulu
dijawabnya di depan Shi Shih tapi malu dan berdebar,
menelan ludah dan tidak jadi. Dan Bu-beng Sian-su yang
rupanya tahu jalan pikiran pemuda ini lalu mendorong,
"Ayolah, kita bicarakan ini dengan dialog terbuka, Kun
Houw. Jangan ragu-ragu dan jawab seperti apa yang kau
pikir!" Kun Houw akhirnya mengeraskan dagu, "Maaf, menurut
pendapatku kita hidup adalah untuk menderita, Sian-su.
Mungkin salah tapi itulah jawabanku!"
"Bagus, tak ada jawaban lain" Tak ada tambahan?"
"Tidak"
"dan kau ciangkun. Bagaimana menurut pendapatmu?"
Panglima ini terkejut, teringat kisahnya, teringat kegagalannya dengan Shi Shih. Dan menganggap jawaban itu
sesuai dengan keadaannya saat itu maka diapun mengangguk,
sependapat dengan Kun Houw. "Aku menyokong jawaban Kun
Houw, Sian-su. Agaknya kita hidup memang untuk
menderita!"
"Ha-ha, dan sekarang yang lain. Bagaimana denganmu,
hujin" Bagaimana denganmu, Sin Hong" Ayo jawab, kita
diskusikan hal ini bersama!" Bu-beng Sian-su tertawa, gembira
sekali, merangsang yang lain agar berani menjawab. Dan
Ceng Bi yang melirik suaminya dan merasa bahagia dengan
suaminya itu justru menjawab sebaliknya,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurutku kita hidup untuk meraih kebahagiaan, Sian-su.
Mungkin salah tapi itulah jawabanku!"
Sin Hong sependapat, melirik Kui Lin, mesra memandang
sang kekasih yang duduk di sampingnya, menggenggam jari
jari gadis itu. Dan Sin Hong yang mengangguk sependapat
dengan ibunya. Sudah berkata lirih, "Aku sependapat dengan
ibu, Sian-su. Kukira kita hidup adalah untuk meraih
kebahagiaan!"
Bu-beng Sian-su tertawa bergelak. Pendekar Gurun Neraka
terkejut dan mengerutkan alisnya melihat kakek dewa ini
terbahak demikian kerasnya,meledak lepas begitu saja tampak
penuh kegembiraan. Tapi ketika tawa yang berderai itu
berhenti dan semua orang terbelalak memandang kakek dewa
ini tiba-tiba Pek Liang Nikouw mendapat gilirannya.
"Suthai, bagaimana menurut pendapatmu" benarkah
jawaban dua orang itu?"
Pek Liang Nikouw tersenyum, mengebutkan ujung bajunya.
"Pin-ni tak me lihat kebenaran yang hakiki dalam jawaban
mereka. Sian-su. Tapi kalau pin-ni salah, mohon kau berikan
jawabannya yang tepat"
"Bagus,kau memang tidak salah, suthai. Tapi apa alasanmu
hingga jawaban mereka tak memiliki kebenaran yang hakiki!"
"Sebab mereka terlalu subyektif, Sian-su. Pin-ni melihat
jawaban mereka didorong oleh rasa ke-aku-an yang besar"
"Ha-ha. kau benar, suthai. Kalau begitu bagaimana
sebaiknya?"
"Menurut pin-ni seharusnya obyektif. Sian su. Pin-ni rasa.."
Pek Liang Nikouw ragu-ragu. menghentikan kata-katanya dan
gugup sejenak melihat semua orang memandangnya, menjadi
pusat perhatian. Tapi Bu-beng Sian-su yang tertawa lebar,
mendorong nikouw ini sudah mengangkat lengannya "Suthai,
ayo teruskan. Ini persoalan menarik "
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek Liang Nikouw menahan napas, "Pin-ni rasa penderitaan
ataupun kebahagiaan adalah hasil dari sesuatu saja, Sian-su.
Dan karena hasil itu bisa berubah-ubah menurut hukum sebab
dan akibat maka jawaban dua orang itu salah!"
"Bagus, jadi bagaimana sebenarnya" Bagaimana menurut
jawabanmu?"
"Pin-ni rasa hidup adalah untuk menikmati anugerah
Tuhan, Sian-su. Dan karena pin-ni sendiri mendalami kitab-
kitab agama maka hidup adalah untuk menyembah Tuhan. Itu
jawaban pin-ni!"
Bu-beng Sian-su tertawa lebar. "Hanya itu sajakah" Tak
ada jawaban lain untuk menyokong jawaban ini?"
Pek Liang Nikouw menggeleng, sedikit pucat mukanya.
"Tak ada lagi. Sian-su. Apakah itu salah?"
"Nanti dulu. jangan tergesa-gesa " Bu-beng Sian-su
tertawa, lembut dan renyah sekali meresap sejuk di hati
semua orang. Dan ketika Pek Liang Nikouw mundur dan Bu-
beng Sian-su memandang Bi Lan dan Liong Han tiba-tiba
kakek dewa itu bertanya pada dua muda-mudi ini,
"Bi Lan, dan kau Liong Han, kalian mempunyai jawaban
sendiri jang dapat dibicarakan di sini?"
Bi Lan terkejut. Dia bersikap cerdik mendengar pertanyaan
itu. Bahwa tiga jawaban telah dilontarkan tapi agaknya "tak
mengena" pada sasaran yang tepat. Dan melihat Liong Han
juga terkejut mendengar pertanyaan itu akhirnya Bi Lan
menahan napas memeras otaknya dengan cepat, berdegup
memandang Bu-beng Sian-su yang tersenyum padanya. Dan
ketika dia merasa mendapat jawaban itu dan Bi Lan melihat
bahwa hidup penuh dengan perjuangan akhirnya gadis ini
menegakkan kepala menjawab dengan muka berseri,
"Menurutku hidup adalah untuk berjuang. Sian-su. Dan
karena setiap tindak-tanduk kita memang tak terlepas dari
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjuangan ini baik rohani maupun jasmani maka hidup bagiku
adalah untuk berjuang!"
Bu-heng Sian-su tertawa, memuji gadis ini. "Dan kau, Liong
Han. Bagaimana jawabanmu untuk pertanyaan ini?"
Liong Han kebat-kebit. Dia tiba-tiba setuju dengan
pernyataan Bi Lan itu, gadis yang diam-diam telah menjalin
cinta dengannya. Dan karena dilihatnya bahwa hidup memang
penuh dengan perjuangan maka Liong Han gugup menyokong
pendapat kekasihnya itu, tersipu merah, "Aku sependapat
dengan Bi Lan, Sian-su. Bahwa rupanya hidup memang untuk
berjuang!"
"Ha ha, dan kalian, Han Ki" Bagaimana pendapat kalian
kakak beradik?"
Han Ki dan Han Bu terkejut.Mereka telah mendengarkan
semua percakapan itu. Melihat empat jawaban telah diberikan
tapi agaknya tak satupun yang di beri angka "100" oleh Bu-
beng Sian-su. Dan dua kakak beradik yang saling menoleh dan
sama memandang itu tiba-tiba tertegun memutar otaknya,
"menyaring" empat jawaban yang masuk untuk di cocokkan
dengan pendapat sendiri. Dan ketika Bu beng Sian-su
menunggu dan mereka merasa jawaban itu telah didapat
dengan yakin akhirnya Han Ki mewakili adiknya.
"Maaf, kukira hidup untuk melaksanakan semuanya itu
Sian-su. Ya penderitaan ya kebahagiaan, Ya perjuangan, ya
penyembahan. Apa yang dikata mereka sebaiknya digabung
saja, tak perlu dipecah-pecah!"
"Ah, jadi bagaimana maksud kalian?"
"Maksud kami hidup adalah untuk bekerja, Sian-su," Han
Bu sekarang menjawab. "Bahwa kita melakukan pekerjaan apa
saja untuk merasakan pahit getir hidup. Tentu saja
mengerjakan yang baik-baik saja untuk diri sendiri dan orang
lain!" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah" Hanya itu saja?"
Han Bu kecut. "Kukira itu saja Sian-su. Kalau tidak cocok
harap kau yang memberi penjelasan kepada kami!"
Bu-beng Sian-su tertawa. Kakek ini lagi-lagi mengeluarkan
suaranya yang berderai, membuat orang kecut dan kecil hati
karena agaknya jawaban mereka tak ada yang sempurna.
Masing-masing memiliki kekurangan dan kelemahannya
sendiri. Dan ketika semua orang berdebar menunggu dan
rata-rata mereka penasaran untuk menanti jawaban kakek ini
maka mulailah Bu-beng Sian su berkata, menuntun mereka
secara mengejutkan.
"Cuwi enghiong, telah ada lima jawaban yang masuk dari
pendapat kalian masing-masing. Aku tak menyalahkan. Tapi
jawaban kalian tak membawa kita pada inti jawaban yang
hakiki. Padahal jawaban dari pertanyaan untuk apa kita hidup
harus dijawab dengan jawaban akurat yang tidak memiliki
bantahan! Kalian belum dapat menangkap?"
Semua orang menggeleng.
"Baik, dengarkan jawabanku, cuwi enghiong. Aka akan
membawa kalian pada inti dasar jawaban dari semua jawaban.
Dengarlah ini....!" dan ketika semua orang tegang menanti
jawaban kakek dewa itu tiba tiba Bu-beng Sian- su
memandang Kun Houw, bertanya mengulang pertanyaannya,
"Kun Houw, bisakah kau sebutkan sekali lagi apa jawabanmu
uotuk apa kita hidup?"
Kun Houw terkejut, ragu menjawab, tak mengerti apa yang
ingin dimaui kakek dewa ini. Tapi ketika Bu beng Sian su
menyuruh dan mengulang pertanyaannya membesarkan hati
Kun Houw akhirnya Kun Houw mengulang jawabannya tadi,
"Untuk menderita!"
"Bagus, dan kau, hujin?" Bu-beng Sian-su kini menoleh
pada Ceng Bi, minta agar nyonya itu mengulang jawabannya.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ketika Ceng Bi menjawab bahwa hidup untuk meraih
kebahagiaan karena itulah yang di rasanya dengan suami
tercinta maka berturut-turut yang lain disuruh mengulang
seperti Kun Houw dan Ceng Bi ini. Jawab Pek Liang Nikouw
menyatakan hidup adalah untuk menyembah Tuhan. Bahwa Bi
Lan dan Han Ki serta adiknya menyatakan hidup untuk
berjuang atau bekerja. Dan ketika semuanya lengkap
mengulangi jawabannya tiba-tiba kakek dewa ini menahan
napas. "Kun Houw, dan kau hujin, kalian melihat bedanya
persamaan yang tersembunyi di dalam jawaban itu?"
Kun Houw mengerutkan alis. "Tidak."
Ceng Bi juga mengerutkan alisnya. "Tidak."
Dan Bu-beng Siin-su mendesah. "Kalian benar-benar tak
melihat sesuatu di situ" Tak melihat persamaannya?"
Ceng Bi penasaran. "Kami tak melihat apa apa, Sian-su.
Kami tak melihat persamaan seperti yang kau maksudkan itu.
Bahkan jawaban kami ada yang bertolak belakang!"
"Hm, kalau begitu kalian belum menangkap getaran itu,"
Bu beng Sian-su bersikap serius. "Kalian belum mengerti apa
yang terjadi disini. Baiklah, mari kutunjukkan...." dan Bu-beng
Sian-su yang kembali memandang Kun Houw tiba-tiba
mengulang pertanyaannya, "Kun Houw, untuk apa kita hidup
menurut jawabanmu?"
"Untuk menderita!"
"Kok tahu?"
Kun Houw tertegun. "Apa maksudmu, Sian su?"
"Ayo. jawab saja, Kun Houw. Jangan memotong. Aku
hendak membawa kalian pada sesuatu yang amat seru!"
Kun Houw tiba-tiba gugup. Dia mendadak macet, tak dapat
menjawab. Bingung oleh pertanyaan itu: "Kok tahu!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan Bu-beng Sian su yang tak sabar dan kini menoleh pada
Ceng Bi mendadak bertanya pada nyonya yang masih cantik
itu. "Hujin, jawab kembali pertanyaan yang kuajukan tadi.
Ayo, untuk apa kita hidup!"
Ceng Bi langsung menjawab, "Untuk meraih kebahagiaan!"
Dan Bu-beng Sian-su lagi-lagi bertanya. "Kok tahu?"
Ceng Bi tertegun.
"Ayo, jawab, hujin. Kita sedang menuju ke sana. Ayo jawab
pertanyaanku itu: Kok tahu!"
Ceng Bi mendadak bingung. Dia tiba-tiba gugup seperti Kun
Houw, terkunci mulutnya sementara mata terbelalak ke
depan. Dan ketika nyonya, itu belum juga menjawab dan Bu-
beng Sian-su tak sabar kembali akhirnya Pek Liang Ni kouw
mendapat gilirannya.
"Suthai, ulang kembali jawabanmu tadi untuk apa kita
hidup. Ayo!"
Pek Liang Nikouw ragu-ragu.
"Ayo...... ayo, suthai jawab saja pertanyaanku tadi, Tak
perlu takut takut!"
Dan Pek Liang Nikouw akhirnya menjawab juga, dengan
gemetar, "Untuk menyembah Tuhan.....!"
"Kok tahu?"
Nikouw ini terkejut, mendelong membelalakkan matanya
seperti Ceng Bi. Bingung mendengar pertanyaan yang hanya
dua kata itu. Dan Bu-beng Sian-su yang kembali bertanya tapi
tak juga dijawab tiba-tiba menoleh pada Bi Lan.
"Ayo, sekarang kau, nona. Ulang kembali jawabanmu untuk
apa kita hidup!"
Bi Lan gugup, menjawab lirih, "Untuk berjuang......"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kok tahu?"
Dan ketika lagi-lagi gadis itu tak menjawab dan Han Ki
mendapat giliran terakhir untuk mengulang jawabannya dan
kembali tertegun ketika Bu beng Sian-su menyerang dengan
pertanyaan "kok tahu" tiba-tiba. Bu-beng Sian-su terbahak
dengan tawanya yang khas dan lembut, memandang lima
orang itu dengan tawa yang berderai, berguncang guncang
tapi tidak melukai perasaan orang-orang yang ada di s itu. Dan
ketika semuanya terbelalak dan Bu-beng Sian-su menghentikan tawanya akhirnya kakek dewa ini berkata,


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nah. sekarang persamaan yang kumaksudkan itu akan
muncul ke permukaan, hujin. Kalian lihatlah baik-baik apa
yang akan terjadi di sini. Mari kita saksikan....'" dan Bu-beng
Sian-su yang memandang Ceng Bi dengan muka berseri lalu
bertanya pada nyonya yang masih cantik itu. "Hujin,
bagaimana kau tahu bahwa hidup adalah untuk meraih
kebahagiaan" Bagaimana teman-temanmu yang lain itu tahu
bahwa hidup adalah untuk begini atau begitu" Bagaimana
kalian tahu ini?"
Ceng Bi ragu-ragu, berdebar hatinya. "Karena kami
melihatnya memang begitu. Sian-su. Melihat berdasar pola
berpikir masing-masing."
"Bagus, hanya melihat saja?"
Ceng Bi terkejut.
"Ayo, kita teruskan, hujin. Jangan takut!"
Ceng Bi akhirnya
dag-dig-dug. "Aku tak berani
meneruskannya, Sian-su. Lebih baik kau saja yang memimpin
kami!" Bu-beng Sian-su tertawa. "Baik, kalian agaknya enggan,
hujin. Kalau begitu mari kubimbing!" dan Bu beng Sian-su
yang tersenyum memandang mereka semua lalu menuntun
satu-persatu, "Cuwi enghiong, agaknya tidak salah apa yang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikatakan nyonya Pendekar Gurun Neraka ini. Bahwa jawaban
kalian berasal dari melihat berdasar pola berpikir masing-
masing. Dan karena cara berpikir masing-masing memang
tidak sama satu dengan lainnya, maka jawaban kalianpun
tentu saja berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Wajar bukan?"
Dan ketika semua orang mengangguk kakek inipun
meneruskan. "Nah. kita lihat, cuwi enghiong. Bahwa meskipun
jawaban kalian bisa berbeda beda tapi 'sumber' yang kalian
ambil sama. Yakni, kalian bersumber pada 'melihat' tadi.
Melihat yang tentu saja mengandung pengertian mempelajari.
Tapi karena sudut pengambilan dari kalian masing-masing
berbeda maka hasil jawabannyapun tentu saja berbeda. T api
kalian tak boleh terjebak pada yang diluar 'sumber' ini, cuwi
enghiong. Maksudku, mari kita menuju pada pokok sasaran di
mana semua dari kalian sama-sama berasal dari 'sumber' ini!
Kalian mengerti?"
Ceng Bi dan teman-temannya menggeleng.
"Sekarang dengarkan," Bu-beng Sian-su melanjutkan,
tersenyum dengan muka berseri. "Aku akan mengajak kalian
pada 'sumber' yang kusebutkan itu, cuwi enghiong. Bahwa
sekarang kalian tak membantah bahwa semua jawaban yang
kalian berikan tadi adalah berdasar pada melihat seperti yang
telah diberitahukan nyonya Peudekar Gurun Neraka ini.
Begitu, bukan?"
dan ketika semuanya mengangguk kakek dewa inipun
berkata lagi "Nah, karena itu mari langsung saja. ke kata
'melihat' ini, cuwi enghiong. Bahwa, melihat yang
dimaksudkan di situ tentunya terkandung arti mempelajari.
Jadi melihat bukan dengan pandangan kosong melainkan diisi
pula dengan otak yang berpikir. Dan karena otak yang berpikir
itu berarti mempelajari maka, itulah 'sumber' yang
kumaksudkan tadi: belajar!"
Ceng Bi terkejut. "Belajar?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya untuk itulah kita hidup, hujin. Bahwa kita hidup untuk
belajar. Sekarang mari kita uji!" dan Bu-beng Sian-su yang
tertawa memandang Kun Houw lalu me lanjutkan, "Lihat,
kalian dengar baik-baik, cuwi enghiong. Apa jawaban Kun
Houw tadi tentang hidup" Bahwa dia mengatakan hidup
adalah untuk menderita, cuwi enghiong. Bahwa apa yang
dikata pemuda ini berdasar penglihatannya pada sudut
pandang tertentu! Aku tak memperdulikan salah benarnya
jawaban itu. Yang kuperdulikan di sini adalah penglihatannya,
'sumbernya'. Bahwa Kun Houw 'melihat' berdasar pikirannya
bahwa hidup adalah untuk begini atau begitu. Dan karena
'melihat' itu sesungguhnya mempelajari maka Kun Houw pada
hakekatnya adalah belajar! Kalian paham?"
Semua orang terkejut, mulai menyentuh apa yang
dimaksudkan kakek dewa ini.
"Dan jawaban yang lain-lain juga bersumber pada 'Belajar'
ini, cuwi enghiong. Bahwa dari me lihat lalu kalian
menyimpulkannya. Dan karena kesimpulan berarti pendapat
jalan pikaran maka itulah manifestasi dari wujud pelajaran!
Kalian mengerti ?"
Ceng Bi dan teman temannya semakin membelalakkan
mata. "Dan sekarang kita kembali pada tanya jawab tadi cuwi
enghiong. Biarlah ji-hujin ini yang mewakili kalian," dan Bu-
beng Sian-su yang kembali memandang Ceng Bi lalu mengajak
nyonya cantik itu berdialog, "Hujin, bagaimana jawabanmu
tadi tentang untuk apa kita hidup. Bagaimana pendapatmu
tadi?" Ceng Bi tersipu. "Aku menjawabnya untuk meraih
kebahagiaan, Sian-su."
"Dari mana kau tahu?"
"Dari melihat."
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Melihat yang berarti mempelajari, bukan?"
"Ya."
"Nah, itulah. Jawaban yang lain-lain sesungguhnya juga
bersumber pada 'melihat' ini, cuwi enghiong. Dan karena
'melihat' pada hakikatnya adalah mempelajari maka itulah
'sumber' yang kumaksudkan tadi. Persamaan tersembunyi
yang tidak kalian lihat! Sekarang kalian jelas?"
Semua orang mulai mengangguk-angguk. Tapi Pek Liang
Nikouw tiba tiba berseru. "Kalau begitu jawabanku tadi salah,
Sian su?" "Jawaban yang mana?"
"Bahwa kita hidup untuk menyembah Tuhan!"
Bu-beng Sian-su tertawa berderai. "Aku tak menyalahkan
jawabanmu, suthai. Tapi jawaban itu terlalu abstraktif.
Jawaban itu kan merupakan satu dari sekian banyak sudut
pandang yang bisa berbeda beda dari orapg yang satu dengan
orang yang lainnya. Kau tak menuju pada sumber pokok dan
mana kau mendapatkan jawaban itu!"
"Dan jawabanku kalau begitu juga salah, Sian-su?" Ceng Bi
ganti bertanya.
"Tidak," Bu-beng Sian-su bersungguh-sungguh. "Aku pada
hakekatnya tidak menyalahkan jawaban kalian semua, hujin.
Meskipun jawaban kalian bisa saja bersifat subyektif. Aku
hanya hendak mengajak kalian pada titik pusat jawaban dari
semua jawaban. Yakni bahwa kita hidup untuk belajar. T itik!"
Semua orang tertegun. Mereka melihat ketegasan yang
meyakinkan dari manusia dewa ini. Ketegasan yang tak dapat
dibantah! Dan karena membolak balik jawaban itu memang
selalu saja mereka terbentur pada "belajar" akhirnya Ceng Bi
dan kawan-kawannya takjub, mendelong dan kagum
memandang kakek dewa itu. Tapi Bu-beng Sian su yang serius
memandang mereka tiba-tiba melanjutkan,
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada pertanyaan?"
Pek Hong tiba-tiba tampil ke depen. "Maaf, ada sesuatu
yang ingin kutanyakan, Sian-su. Apa yang kau maksud dengan
belajar itu" Apa yang dipelajari?"
Bu-beng Sian-su tersenyum. "Aku hendak menjelaskannya,
hujin. Tak menyangka kalau kau sudah mendahului. Mari kita
lihat..." dan Bu-beug Sian-su yang balik memandang semua
orang lalu bertanya, "Apa yang harus kita pelajari di dunia ini,
cuwi enghiong" Ada di antara kalian yang mau menjawabnya?"
Ceng Bi dan yang lain-lain menggeleng, takut salah.
"Sebaiknya kau saja yang menerangkannya, Sian su. Aku jadi
tertarik dan ingin mengetahuinya!"
"Baik." kakek ini tersenyum
lebar. "Aku hendak
menjelaskannya pada kalian, hujin. Dengar baik-baik apa yang
hendak kukatakan ini. Pertama, tentunya kita belajar untuk
hal-hal yang ada hubungannya dengan kita. Hal-hal yang
bersifat langsung. Karena untuk hal-hal yang dekat dan
langsung beginilah biasanya kita menaruh perhatian paling
serius. Hal hal yang kurang langsung biasanya kurang pula
kita seriusi. Kalian setuju, bukan?"
Semua orang mengangguk.
"Nah, hal-hal apa saja yang ada hubungannya dengan
kita?" Bu-beng Sian-su melanjutkan.
"Ada tiga hal pokok yang amat dekat sekali hubungannya
dengan kita, cuwi enghiong. Yakni kita selalu terikat dan
berhubungan dengan tiga hal. Satu: hubungan kita dengan
diri kita sendiri. Baik tubuh maupun jiwa. Dua: hubungan kita
dengan yang 'di luar' diri kita sendiri dan ke tiga atau yang
terakhir adalah hubungan kita dengan Tuhan, Sang Pencipta
Alam Semesta!"
Ceng Bi dan teman-temannya tertegun.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian mengerti" Ada pertanyaan?"
"Tidak." Ceng Bi menjawab, mulai tergetar dan takjub
bukan main memandang kakek dewa ini, melihat bahwa apa
yang dikatakan kakek dewa itu memang cocok sekali. Tak
terbantah. Demikian akurat! Dan Ceng Bi yang gemetar
memandang kakek ini lalu berseru, "Teruskan, Kami ingin
mendengar, Sian su. Kami dapat menangkap apa yang kau
katakan!" Bu-beng Sian-su tersenyum. "Aku gembira kalau begitu,
hujin. Jadi sekarang sudah kalian ketahui bahwa kita hidup
adalah untuk belajar. Dan apa yang dipelajari" Tiga hal itu
tadi. Yakni kita belajar tentang diri kita sendiri. Itu yang
pertama. Dan kita mempelajari apa-apa yang ada "di-luar" diri
kita sendiri. Itu yang kedua. Dan yang ke tiga atau terakhir
adalah kita belajar tentang hubungan kita dengan T uhan kita.
Sang Pencipta Alam Semesta. Sudah cocok atau harmoniskah!
Kalian paham, bukan?"
Ceng Bi dan temannya mengangguk-angguk, kagum dan
kaget. Tapi Kun Houw yang bangkit berdiri teringat syair yang
diberikan Bu-beng Sian-su tiba-tiba berseru,
"Sian-su, aku dapat mengerti apa yang semua kau katakan
ini. Tapi sekarang bagaimana dengan syair yang kau berikan
itu" Apakah syair itu juga memberikan jawaban 'belajar'
seperti yang kau berikan kepada kami ini?"
Bu-beng Sian-su tertawa. "Tentu, kalau begitu kita lihat,
Kun Houw. Aku akan membuktikannya pada kalian!" dan Bu-
beng Sian-su yang telah menarik perhatian semua orang pada
syair itu tiba-tiba menghampiri sebatang pohon besar,menggurat tujuh kalimat dalam sebait syair itu. Dan
ketika semua orang memandang dan kakek ini selesai
menggurat jarinya di kulit pohon yang keras itu, akhirnya
kagumlah semua orang melihat keindahan tulisan jari jari
kakek itu, membaca syair yang masih merupakan teka teki:
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berikan canang
pukul ah bende lekatkan benang
di atas mega jadilah orang hidup berguna rautlah itu sepanjang masa"
"Nah, kalian jelas, bukan?" Bu-beng Sian-su kini
memandang semua orang, membalikkan tubuhnya. Dan ketika
semua orang mengangguk dan Kun Houw tegang menanti
jawabannya tiba-tiba kakek itu bertanya padanya, "Kun Houw,
bagaimana dulu petunjukku untuk mencari jawaban syair ini?"
Kun Houw berdebar. "Kau menyuruhnya lari berbelok-
belok, Sian-su."
"Bagus, dan kau masih belum mengetahuinya, bukan?"
"Belum."
"Nah, sekarang lihat, Aku akan menerangkannya pada
kalian!" Bu-beng Sian-su tertawa. "Sebenarnya cukup mudah,
Kun Houw. Tapi Karena kau tak mengerti maka yang
mudahpun terasa sukar. Lihat, aku akan memulainya dari
sini," Bu-beng Sian su menunjuk huruf pertama dari kata-kata
"berikan" itu,
"Huruf apa ini?"
"B." "Bagus, sekarang huruf terakhir dari kalimat ke dua," Bu-
beng Sian-su menunjuk kata "bende", menyilangkan jarinya
turun ke kanan.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huruf apa ini?"
"E." "Nah, sekarang huruf pertama dari kalimat ketiga. Huruf
apa ini, Kun Houw?" Bu-beng Sran-su menunjuk kata-kata
"lekatkan", menyilang ke kiri turun ke bawah. Dan ketika Kun
Houw menjawab itu adalah huruf "L" dan Bu-beng Sian-su


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terus bergerak secara silang-menyilang (z ig-zag) dari kalimat
ke empat sampai kalimat ke tujuh maka berturut-turut
terdapatlah huruf-huruf ini: A-J-A-R. Dan karena jawaban
pertama sudah berbunyi B-E-L maka ketika digabung dengan
empat jawaban terakhir itu terdapatlah kata kata "B E L-A J-A
R" yang membuat Kun Houw bengong!
"Ha-ha, bagaimana, Kun Houw" Jelas, bukan?"
Kun Houw terkejut. Dia seakan mimpi mengikuti petunjuk-
petunjuk Bu-beng Sian-su itu, benar benar diajak "lari" di atas
tujuh kalimat yang luar biasa itu. Mendapat jawaban berupa
inti kelimat ini memang sama dengan "khotbah" yang
diberikan kakek dewa itu! Dan Kun Houw yang terbelalak
memandang tujuh kalimat ini lalu mengulang kembali cara-
cara yang dimaksudkan kakek dewa itu. Tapi tetap sama. Tak
ada yang geser! Dan Kun Houw yang takjub dan terheran
heran memandangi jawaban ini akhirnya mendelong seperti
juga teman temannya yang lain!
Apa yang terjadi" Kiranya begini. Bu-beng Sian-su menarik
garis silang-menyilang dari atas ke bawah. Mulai "start" dari
huruf pertama (B). Dan kerena kalimat-kalimat pada baris
genap (2,4 dan 6) selalu diambil huruf terakhirnya saja maka
kalimat-kalimat pada baris ganjil ( 1, 3, 5 dan 7 ) diambil huruf
pertamanya. Jadi begini :
B.................
..................E
L.................
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
..................A
J.................
..................A
R.................
Dan begitu Kun Houw mengerti apa yang di maksudkan
kakek ini tentu saja Kun Houw mendelong dan terheran heran.
Melihat bahwa inti jawaban itu memang "belajar". Dan karena
Bu-beng Sian-su telah menjelaskan pada mereka apa yang
harus dipelajari akhirnya Kun Houw takjub bukan kepalang
dan bengong memandang kakek ini. Merasa betapa hebatnya
kakek itu. Arif dan bijak. Agaknya mengetahui rahasia
kehidupan! Dan Kun Houw yang menggigil terbelalak ke depan
akhirnya mendengar kakek itu tertawa.
"benang di atas mega. Benang apa, cuwi enghiong" Mega
apa" Bukan lain benang kesadaran. Sebab, kaUu kita sudah
mengetahui bahwa hidup adalah untuk belajar maka kita perlu
kesadaran akan pengetahuan yang kita peroleh, cuwi
enghiong. Karena itu kalian harus memiliki 'benang kesadaran'
atas intisari hidup ini. Kita lekatkan "benang" itu keatas "mega
kesadaran" Y akni pikiran luhur yang bersemayam di sanubari
kita. Kalian jelas?"
Semua orang mengangguk. "Sedang yang terakhir. Sian-
su?" Bu-beng Sian-su tersenyum, "Yang terakhir tak perlu
disimpulkan lagi, Kun Houw. Disitu telah jelas disebut "jadilah
orang hidup berguna" dan "rautlah itu sepanjang masa".
Kalimat ini tak memiliki rahasia lagi. Semuanya gamblang.
Disitu diartikan bahwa kalau kita telah memiliki kesadaran
untuk apa kita hidup, yakni "belajar" itu, kita diminta untuk
menjadi orang yang berguna. Baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain. Tapi karena kesadaran itu sendiri
kadang-kadang bisa 'tumpul' maka kuminta kalian merautnya
sepanjang masa! Kalian mengerti?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua mengangguk, tapi Kun Houw heran, "Tumpul?"
"Ya, kau tak mengerti, Kun Houw" Kalau begitu pelajaran
pembicaraan kita selesai.." dan Bu-beng Sian-su yang
tersenyum memandang mereka tiba tiba mengebutkan lengan
bajunya, tertawa. "Cuwi enghiong, selamat tinggal...!!" dan
begitu kakek ini menggerakkan kakinya tahu-tahu kakek dewa
itu lenyap bagaikan asap.
"Sian-su..!"
Namun Bu-beng Sian-su tak ada lagi di situ. Orang hanya
mendengar tawanya yang lembut di kejauhan sana. dibalik-
Hwee-seng-kok rupanya menyeberang atau menerobos
lembah beracun itu. Dan Kun Houw yang kumat penyakitnya
mendadak roboh dan terguling pingsan!
"Hei.....!" Ceng Bi dan yang lain-lain terkejut. Mereka baru
saja termenung oleh semua wejangan kakek dewa itu. "lupa"
bahwa Kun Houw sebenarnya menderita luka parah. Di
ambang maut tapi yang secara aneh "sembuh" ketika Bu-beng
Sian-su datang. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja
terkejut dan sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba menyibak
dan memeriksa puteranya itu.
"Minggir..!" tapi Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia
melihat Kun Houw sudah hampir tak bernapas lagi. Jelas tak
tertolong. Tapi Pek Liang Nikouw yang teringat sesuatu tiba-
tiba mengeluarkan sebutir obat dewa (Sian tan)
"Taihiap, berikan ini pada puteramu!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut, dia cepat memasukkan
obat itu kemulut puteranya dan ketika Pek Liang Nikouw
menotok dua kali dibelakang punggung Kun Houw tiba-tiba
pemuda itu sadar, mengeluarkan kata-kata tak jelas. Dan Pek
Liang Nikouw menekan lehernya, "Yap Kun Houw, bisakah kau
dengar pertanyaan pin-ni?"
Kun Houw tampaknya terkejut. "Yap Kun Houw...?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, kau ber-she Yap, Kun Houw. Nama ayah angkatmu
boleh saja kau pasang sebagai namamu sendiri. Tapi kau
tetap adalah she Yap! Kau dengar?"
Kun Houw mengangguk-angguk, lemah sekali, matanya
seakan tak bercahaya dan agaknya berada di antara sadar dan
tidak. Dan Pek Liang Nikouw yang rupanya cemas dan pucat
memandang pemuda itu tiba-tiba bertanya, "Kun Houw,
adakah warisan ilmumu yang dapat diberikan pada putera
mendiang gurumu" Pin-ni mendapat titipan anak, Kun Houw.
Dua bocah kembar dari mendiang gurumu dengan isteri
mudanya di Kun-lun!"
Kun Houw tampaknya terkejut, tergagap, berusaha keras
untuk bangun dengan kesadaran penuh. Dan ketika Pek Liang
Nikouw memperkuat tekanannya pada bagian belakang
lehernya mendadak Kun Houw mengeluh, "Suthai, mana dua
bocah kembar itu...?"
"Ada di tempat kediaman pin-ni, Kun Houw.. Ayahmu dapat
mengambilnya kalau kau tidak percaya!"
"Tidak., tidak., aku percaya, suthai. Kalau begitu., kalau
begitu.." Kun Houw terengah "Berikan warisan ilmu pedang
yang kudapat dari mendiang guruku pada dua bocah kembar
itu. Aku menyimpan sebuah kitab, cari di kamarku di dekat
kamar Fan ciangkun...!"
Pek Liang Nikouw girang. "Kau telah menulis semua
kepandaianmu dalam kitab, Kun Houw?"
"Ya aku., aku, aduh..!" Kun Houw meregang. "Aku
menyimpan kitab pelajaran Bu-tiong Kiam sut itu. suthai.
Tolong berikan pada keturunan guruku agar warisan ilmunya
tak hilang. Aku, ah., aku tak kuat, pandanganku gelap., ayah,
maafkan dosa-dosaku., ibu, maafkan semua kesalahanku. Aku
melihat bayangan Kui Hoa di sana., aku, aduh..!" dan Kun
Houw yang menyebut nama Kui Hoa dalam satu teriakan kecil
tiba-tiba terguling dan dilepas jepitan lehernya oleh Pek Liang
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw, tewas dan seketika itu juga berhenti denyut
jantungnya karena telah pindah ke alam baka. Dan Pek Liang
Nikouw yang menunduk mencucurkan air matanya tiba-tiba
merangkapkan kedua tangan.
"Omitohud. semoga kematianmu diterangi Buddha Kun
Houw. Pin-ni berterima kasih sekali bahwa kau masih
meninggalkan sesuatu untuk dua bocah kembar di tempat pin-
ni..!" Ceng Bi dan Pek Hong menangis terisak-isak. Mereka
hampir menjerit, dicengkeram suami mereka yang menggigit
bibir kuat-kuat. Terpukul oleh kematian puteranya ini. Tapi
Pendekar Gurun Neraka yang telah maklum akan keadaan Kun
Houw yang sulit tertolong lagi akhirnya merelakan puteranya
itu pergi, sejenak mengheningkan cipta dan bersama yaag lain
mendoakan kepergian pemuda itu. Tak ada yang tak
menangis, semua mencucurkan air mata. Dan ketika keadaan
yang mencekam itu berakhir dan semua orang berhasil
menguasai dirinya akhirnya Kun Houw dimakamkan di
samping jenasah Kui Hoa, berendeng dengan kuburan
kekasihnya itu dan kembali semua orang mengheningkan
cipta. Berdoa sebelum meninggalkan tempat itu. Dan ketika
semuanya selesai dan setiap orang berkemak-kemik
mendoakan arwah Kun Houw agar mendapat ketenangan di
alam lain akhirnya semua orang meninggalkan Hwee-seng-
kok, Betapapun, Lembah Gema Suara tak dapat mereka lupakan
seumur hidup. Lembah itu memberi kenangan tersendiri bagi
mereka. Kenangan yang amat berkesan. Baik oleh kematian
Kun Houw maupun wejangan Bu-beng Sian-su tentang hidup.
Betapa hidup adalah untuk belajar. Betapa hidup sosungguhnya tak dapat melepaskan diri dari belajar ini.
Sebuah proses alam yang agaknya merupakan "cyclus" yang
tak ada habis-habisnya bagi manusia. Belajar dan belajar.
Tentang diri sendiri dan yang di luar diri sendiri. Tentang diri
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri dan Tuhan! Adakah yang dapat melepaskan diri dari
tiga "subyek" itu" Tampaknya non-sense!
Pembaca yang budiman, sampai di sini berakhirlah sudah
kisah ini. Pedang Medali Naga merupakan penutup dari serial
"Hancurnya Sebuah Kerajaan". Berturut-turut anda telah
menerima kehadiran Bu-beng Sian-su. Semoga ada manfaatnya. Saya pribadi juga telah menyelesaikan "janji"
saya. Jawaban Bu-beng Sian-su boleh diuji dan dikaji. Saya
tak banyak komentar. Hanya, mungkin perlu diketahui sebagai
tambahan bahwa "belajar" yang dimaksudkan kakek dewa itu
adalah merupakan "belajar" dalam arti kata utuh. Bukan
melulu teoritis tapi juga praktis. Bukan belajar dalam arti kata
formal (di bangku sekolah,di bangku perguruan tinggi) tapi
juga non formal (di luar bangku sekolah, di luar bangku
perguruan tinggi). Dus, di dalam masyarakat baik secara
indiv idu maupun kelompok! Anda, mengerti, bukan"
Nah. saya harap anda culup jelas, pembaca yang budiman.
Tujuh huruf yang merupakan teka-teki itu kita telah terjawab:
belajar! Betapa sederhananya jawaban ini. Betapa bersabarnya. Tapi kalau anda mau "menggali" jawaban itu
sampai ke dalam maka anda akan terkejut melihat betapa luas
dan jauhnya jangkauan dari kata "belajar" itu. Betapa "tidak
sesederhana" seperti jawabannya sendiri. Memiliki fleksibilitas
dan komplektitas yang tinggi! Dan kini. setelah anda tahu
jawaban Bu-beng Sian-su tentang untuk apa kita hidup
barangkali anda mulai lebih jelas lagi tentang uraiannya di jilid
terakhir "Pendekar Kepala Batu". Betapa Bu beng Sian-su
menyinggung nyinggung tentang "mengikuti?" Anda masih
ingat, bukan" Nah, saya perjelas lagi kepada anda, pembaca
yang budiman. Bahwa "mengikuti" itu seperti yang telah
diterangkan dalam Pendekar Kepala Batu. pada hakekatnya
adalah MEMPELAJARI!! Ya, itulah yang dimaksud. Mempelajari. Mengikuti arus sungai kehidupan kita. Tentu saja
dengan mata dan telinga terbuka. Sadar. Awas dan selalu
terjaga. Oke"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembaca yang budiman, saya kira tak mungkin untuk
menguraikannya secara lebih terperinci lagi dari tiap-tiap
subyek tadi. Penjabarannya terlalu luas. Kalau anda ingin
contoh yang lebih kongkrit tentang bagaimana yang dimaksud
dengan hubungan terhadap diri sendiri hubungan terhadap
yang "di luar" diri sendiri dan hubungan terhadap Tuhan
dengan agama sebagai jembatannya biarlah di lain kisah saja
saya akan memberi contohnya. Terlalu luas. Tak mungkin
dimasukkan di sini. Salah salah bisa tak "tertelan" oleh anda.
Biarlah satu persatu. Tahap demi tahap.
Dan bagaimana dengan kisah Pendekar Gurun Neraka dan
keluarganya itu" Mudah diduga. Bi Lan mendapatkan Liong
Han, pembaca yang budiman. Sedang Sin Hong akhirnya
menikah dengan Kui Lin, beberapa bulan kemudian. Sedang
Han Ki dan adiknya kelak mendapat jodoh sendiri-sendiri
beberapa tahun kemudian. Dan dua-puluh tahun setelah
kejadian di Hwee-seng-kok, ketika Pendekar Gurun Neraka
dan dua isteri-nya menjadi kakek dan nenek-nenek yang hidup
tenang di Ta pie san sementara Sin Hong dan yang lain lain
menjadi orang orang setengah umur maka di dunia persilatan
muncul dua pendekar pedang yang amat lihai dan gagah
perkasa. Dua pendekar kembar yang bukan lain adalah putera
mendiang Bu-tiong-kiam Kun Seng si jago pedang, Kun Hap
dan saudaranya, Kun Gi. Dua bocah yang dulu dirawat Pek


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liang Nikouw, kini menjadi pemuda-pemuda yang tampan dan
mahir mainkan ilmu pedang warisan ayah mereka yang ditulis
Kun Houw. Dan karena Kun Houw saja sudah merupakan
seorang pewaris pedang yang amat lihai maka gabungan dua
kakak beradik Kun Hap dan Kun Gi itu menjadi orang orang
yang jauh lebih lihai lagi. Mereka tak terkalahkan, bahu-
membahu dengan keluarga Pendekar Gurun Neraka
menumpas kejahatan.
Dan karena Pendekar Gurun Neraka dan keturunannya saja
sudah merupakan orang orang sakti yang memiliki kepandaian
tinggi maka gabungan dua kakak beradik yang jago pedang ini
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menenteramkan dunia selama lima puluh tahun lebih.
Hal yang luar biasa!
Begitulah. Urusan kerajaan sudah tak ada lagi. Pertikaian
antara Wu dan Yueh berakhir. Dan karena cerita ini juga
sudah selesai maka penulis mohon diri untuk jumpa di kisah
mendatang. Menampilkan Bu-beng Sian-su dalam lain cerita. Cerita baru
cerita yang mengupas tentang sebuah kenyataan hidup yang
lain. Tentang pengalaman yang konon kata orang merupakan
guru paling baik bagi kita. Bahwa pengalaman adalah sesuatu
yang paling berharga bagi kita. Amat utama Benarkah"
Anda akan dibuat tercengang bila Bu-beng Sian su
menjawab bahwa pengalaman itu sendiri sesungguhnya bukan
hal yang amat utama. Bahwa pengalaman itu sendiri
sesungguhnya "nomor dua" Bahwa ada sesuatu yang lebih
penting lagi dari sekedar pengalaman itu sendiri. Apakah itu"
Anda nantikan saja kisah berikut: PENDEKAR RAMBUT
EMAS, buktikan di situ!
Pembaca yang budiman, kiranya cukup saya berceloteh.
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini ingin rasanya saya
mengulang kembali apa yang telah dikatakan Bu-beng Sian su
Bahwa kita hidup adalah untuk belajar. Bahwa ada tiga hal
pokok yang selalu mengikuti kita, yang perlu kita pelajari.
Yakni hubungan kita dengan diri kita sendiri, hubungan kita
dengan yang "di luar" diri kita sendiri dan yang terakhir adalah
hubungan kita dengan Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta.
Yang pertama tentunya mengandung maksud supaya kita
mengenali sifat-sifat kita, pikiran-pikiran kita, sepak terjang
atau tindak tanduk kita. Bila bengkok (mungkin banyak yang
begitu) perlu diluruskan. Bila keliru (mungkin juga banyak
yagn begitu *termasuk saya*) perlu di benarkan. Hidup adalah
memang untuk belajar. Dan kalau sudah begini, kalau kita
sudah dapat mempelajari diri sendiri tentunya kita meningkat
untuk "mempelajari" orang lain (Awas!! bukan "mengerjai"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang lain!). Itu penting. Dan yang "di luar" bukan saja orang
lainnya, manusia. Tapi bisa berarti juga alam sekitar. Flora,
fauna entah apa lagi yang ditemukan manusia. sebab dengan
belajar dan belajar tentu kita akan diasah sepanjang waktu.
Memiliki kecerdasan batin di samping kecerdasan otak. Dan
kalau sudah begini. indi yidu demi indi y idu mau mulai belajar
dalam arti kata seutuhnya tentu anda akan merupakan
Kelompok yang tangguh. Masyarakat yang tangguh. Lahir
batin. Semoga kita menjadi bangsa yang kuat dan jaya.....!
TAMAT Medan, Nopember 1984
http://dewi-kz.info/
Duel 2 Jago Pedang 4 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Hati Budha Tangan Berbisa 3
^