Pencarian

Pedang Medali Naga 5

Pedang Medali Naga Karya Batara Bagian 5


ujung baju yang menyambar bagai tongkat baja seketika
nyonya ini mencelos dan me lengking tinggi. Tak ada pilihan
baginya saat itu kecuali meneruskan serangan atau
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membatalkannya, menangkis serangan kakek itu. Tapi karena
meneruskan serangan berarti babayanya lebih besar karena
pukulan kakek itu mengeluarkan deru angin yang kuat maka
secepat kilat nyonya muda ini membanting tubuhnya dan
langsung merobah gerakan pedang untuk menangkis sekaligus
membabat lengan kakek itu!
"Takk ... !"
Ceng Bi terkesiap. Pedangnya dengan tepat mengenai
kakek itu, menghantam atau menggentak lengan dari
samping, keras sekali. Dan Ceng Bi yang mengira kakek itu
bakal buntung sikunya dibabat pedang tiba-tiba terbelalak
ketika melihat kakek itu sama sekali tak apa-apa, tertawa dan
bahkan menggerakkan ujung baju satunya untuk meneruskan
serangan yang gagal.
"Yap-hujin, kau hati-hatilah. Ujung bajuku tak mengenal
mata ... !"
Ceng Bi jadi kaget bukan main. Ia saat itu sedang tertegun,
heran dan terkejut melihat kakek ini ternyata kebal pula
berkat perlindungan s inkang. Maka melihat ujung baju sebelah
kiri menotok pundaknya tiba-tiba nyonya ini nenggulingkan
tubuh dan menggerakkan pedangnya menangkis.
"Tak!" kembali Ceng Bi tertegun. Untuk kedua kalinya
pedangnya menyambar ujung baju yang luar biasa keras,
seperti batu granit! Dan sementara dia menggulingkan diri
sambil menangkis tahu-tahu ujung baju si kakek bongkok
berobah lemas dan menggubat badan pedangnya, menarik!
"Hujin, robohlah. Lepaskan pedangmu ... !"
Ceng Bi tak dapat berlahan lagi. Ia tak kuasa menahan
betotan lawan, dan begitu pedang terlepas dan mencelat dari
tangannya si kakek-pun sudah tertawa dan menyusuli
serangan terakhir, menotok pinggangnya. Tapi Pek Hong yang
ada di samping tak tinggal diam. Wanita cantik ini berseru
keras, dan persis Ceng Bi terlepas pedangnya iapun
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambarkan rantai ke leher kakek itu seraya menendang
temannya. "Bi-mo, minggir ... !"
Ceng Bi terlempar. Ia ditendang Pek Hong tepat ketika si
kakek menotoknya, luput dari serangan terakhir itu. Dan
berjungkir balik di udara dengan gerak Le-hi-ta-teng langsung
nyonya muda ini menyambar pedangnya dan turun dengan
muka pucat, berteriak dan menyerang bertubi-tubi membantu
Pek Hong yang baru saja menolongnya dari totokan si kakek
yang ternyata benar-benar lihai!
"Enci Hong, hati-hati. Si bongkok ini besar-benar hebat ...
!" Pek Hong mengangguk sebagai jawaban. Ia memang tahu
bahwa lawan mereka lihai sekali, tak boleh diremehkan. Maka
membentak dan mengayun-ayun rantai peraknya nyonya
muda ini sudah kembali menyerang bersama Ceng Bi,
temannya yang hampir saja roboh itu. Dan Bu beng Siauw-jin
yang tertawa oleh serangan dua orang nyonya itu sudah
berseru, "Dan kalian waspadalah, ji-wi hujin. Benar-benar sebelum
duapuluh jurus aku akan merobohkan kalian!"
Pek Hong dan Ceng Bi memutar senjata. Mereka tetap
menyerang gencar, hanya kini berganti-ganti untuk menjaga
dan melindungi yang lain. Kalau terjadi lagi keadaan yang
buruk seperti tadi, di mana Ceng Bi hampir pecundang dalam
beberapa gebrakan begitu Bu-beng Siauw-jin membalas. Dan
dua wanita cantik yang tidak menjawab seruan si kakek
bongkok sudah mencecar semakin gencar lawan mereka yang
hebat ini. Tapi Bu-beng Siauw-jin tiba-tiba membuktikan omongannya. Kakek itu tiba-tiba berkelebat ketika dua orang
nyonya muda itu menyerangnya berganti-ganti menyerang
sekaligus menjaga yang lain dari serangan berbahaya. Dan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu dia menggerakkan kaki melejit ke kanankiri mendadak
Pek Hong dan Ceng Bi terkejut. Mereka melihat kakek itu
lenyap bentuknya, berubah menjadi gulungan putih yang
menyambar mereka. Dan begitu s i kakek mengibaskan lengan
ke kiri kanan mendadak dia mencengkeram pedang dan rantai
Pek Hong berdua!
"Ji-wi hujin, lepaskan senjata kalian ... !"
Pek Hong dan Ceng Bi kaget bukan main. Mereka terang
tak dapat menyerang lagi, senjatanya dicengkeram lawan.
Dan begitu mereka menarik sambil meronta tahu-tahu Bu-
beng Siauw-jin menyendal kedua tangannya sambil menarik.
Tak ayal, Pek Hong berdua tertarik maju dan sementara
mereka terpekik
kaget tahu-tahu Bu-beng Siauw-jin
menendang lutut mereka hingga terpelanting roboh.
"Dess-dess!" Pek Hong dan Ceng Bi mengeluh tertahan.
Mereka terlempar dua tombak, melepas senjata dan
menumbuk dinding ruangan, terkejut tapi langsung melompat
bangun, berjungkir balik mematahkan daya dorong yang
masih menghantam mereka. Tapi Bu-beng Siauw-jin yang
rupanya ingin menyelesaikan pertandingan tiba-tiba sudah
melompat maju mendahului mereka.
"Ji-wi hujin, sekarang robohlah ... !"
Ceng Bi dan Pek Hong membelalakkan mata. Mereka baru
saja turun, kaki masih bergoyang. Mana mungkin mengelak
atau menangkis" Maka melihat lawan menggerakkan kedua
lengannya ke arah mereka Pek Hong maupun Ceng Bi
terkesiap. Tak sempat lagi mereka menghindar, tinggal
menunggu kekalahan. Tertotok roboh! Tapi Ceng Han yang
tak dapat lagi menunda kesabarannya tiba-tiba berkelebat
maju, mendorongkan lengan menerima totokan kakek itu,
sekaligus menangkis sambil menjajal kekuatan sendiri!
"Locianpwe, jangan tergesa-gesa. Masih ada aku di sini ...
plak!" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu-beng Siauw jin terkejut. Totokan jarinya sudah disambut
telapak Ceng Han, menangkis sekaligus mendorong balik
serangan terakhir itu. Tapi Bu-beng Siauw-jin yang tertawa
ditahan menambah tenaganya dan berseru pendek. Ceng Han
merasa kakek itu "memuntir" jarinya, dan begitu jari si kakek
bertemu telapak tangannya tiba-tiba dia berteriak keras ketika
tangannya tertolak dan terdorong mundur!
"Ah, kau hebat, locianpwe ... !"
Kakek itu tertawa. Dia melihat Ceng Han berjungkir balik
mematahkan daya dorong dari luncuran tenaga saktinya,
berobah mukanya dan mengakui kakek ini benar-benar hebat.
Tapi Ceng Han yang sudah mencabut pedang melompat lagi
ke depan dengan muka merah. "Hong-moi, Bi-moi, kakek ini
benar-benar tidak sombong. Kita boleh mengeroyoknya
sekarang ... !"
Bu-beng Siauw-jin melempar pedang dan rantai rampasan.
"Ya, dan mari kita main-ma in lagi, ji-wi hujin. Sekarang boleh
kita lihat siapa yang kalah di s ini. Terimalah!"
Pek Hong dan Ceng Bi cepat menangkap. Mereka tadi
melihat betapa Ceng Han tak kuat menahan dorongan sinkang
kakek itu. Maka mereka berdua yang gembira serta penasaran
oleh kesaktian kakek ini maju ke depan menerjang bersama.
"Baik, kami akan mengujimu untuk yang terakhir kalinya,
kakek bongkok. Kalau kau betul dapat mengalahkan kami
bertiga aku rela melepas Sin Hong ... !"
Bu-beng Siauw-jin tertawa mendengar ucapan Pek Hong
ini. Dia sudah me lompat ke sana-sini, tidak menggeser kaki
lagi seperti semula ketika dia menghadapi nyonya muda itu.
Dan Ceng Han bertiga yang sudah mengerubut dengan
pedang di tangan serta rantai perak yang menyambar-
nyambar dirinya dari segala penjuru sudah disambut kekeh
kakek ini yang tampaknya gembira bukan main.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, kau sudah berjanji, hujin. Aku lebih mantap lagi
kalau Sin Hong direstui ibunya ... ?" kakek itu menunduk,
menghindar rantai di tangan Pek Hong yang menyambar
kepalanya. Lalu begitu dia memutar tubuh dan menggerakkan
kaki kanannya tahu-tahu pedang di tangan Ceng Han dan
Ceng Bi ditangkis hingga saling bentur sendiri.
"Trang!"
"Ah, hati-hati, hujin ... !"
Ceng Bi mendongkol. Dia marah oleh ejekan kakek itu,
yang menyeringai dan sengaja mengejek mereka berdua
karena secara "nakal" diselewengkan arahnya hingga saling
bentur dengan pedang kakaknya. Namun Ceng Han yang
memberi kedipan padanya tiba-tiba melompat ke belakang
dan berseru, "Bi-moi, tak perlu gusar. Serang dia dari depan dan aku di
belakang!"
Ceng Bi menurut. Ia melengking memutai pedangnya, lalu
begitu bergerak dan menusuk ke depan nyonya muda ini
sudah menyerang bertubi-tubi bagian depan tubuh kakek itu,
sementara Pek Hong yang juga penasaran dan ingin melihat
kemudahan dari pertandingan ini juga menggerakkan
rantainya dan mainkan kembali ilmu silat Hong-thian-lo-bai-
kunnya itu. Maka ramailah pertandingan ini. Bu-bengSiauw jin benar-
benar dikeroyok tiga, sesuai dengan permintaannya sendiri.
Dan Ceng Han serta dua orang temannya yang menggerakkan
senjata dari segala arah sudah mengiringi pula serangan
mereka dengan pukulan-pukulan tangan kiri. menampar atau
mendorong dengan pukulan sinkang. Tapi Bu beng Siauw jin
yang bersikap tenang masih tak gugup. Kakek ini melayani
mereka dengan baik sekali, menggeliatkan tubuh dan mulai
meliuk-liuk bagai naga menari, mengelak dan sekaligus
"mematuk" dengan kedua tangannya yang membentuk
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cengkeraman, atau agaknya mulut naga. Dan Ceng Han yang
melihat ilmu silat kakek ini tiba-tiba berseru,"Sin-liong hoat
(Silat Naga Sakti) ... !"
Si kakek tertawa. "Kau agaknya tajam pandangan, anak
muda. Kau persis ayahmu yang awas itu!"
Tapi Ceng Han tak menggubris pnjian ini. Dia mulai terkejut
ketika si bongkok mengeluarkan ilmu silatnya, Sin-liong hoat
yang pernah didengar sebagai milik satu-satunya dari seorang
tokoh di Hima laya bernama Wu Tong, tokoh yang katanya tak
pernah turun gunung dan dikenal ayahnya pada empatpuluh
tahun yang lampau ketika ayahnya mengembara dan menjajal
kepandaian orang-orang sakti di pegunungan itu. Maka
melihat kakek ini mahir mainkan ilmu Silat Naga Saktinya dan
tampak mirip dengan cerita ayahnya tiba-tiba Ceng Han
tercekat dan membelalakkan matanya.
"Locianpwe, kau kakek bernama Wu Tong itu?"
Bu-beng Siauw jin terbahak. Dia terkejut mendengar
seruan itu, sekeap saja. Karena kakek yang sudah tertawa
bergelak sambil menggoyang tubuh menangkis ke sana ke
mari semua serangan senjata sudah mengelebatkan tubuhnya
dan bersikap tawar terhadap pertanyaan ini, acuh tak acuh.
"Aku lupa namaku sendiri, orang muda. Tak tahulah siapa
Wu Tong itu!"
Ceng Han melenggong. Dia melihat kakek itu tampaknya
tak suka membicarakan tokoh ini. Dan maklum tak ada
gunanya menduga-duga siapa lawannya itu maka Ceng Han
kembali pada persoalan semula dan menyerang kakek itu.
Mereka bertiga kembali terlibat pertempuran sengit, dan
ketika satu saat si kakek melayani pedang dan rantai Pek
Hong yang menyambar di depan sekonyong-konyong Ceng
Han membentak dan menusukkan pedangnya ke punggung
kakek itu, membarengi dorongan telapak kirinya yang
menghantam tengkuk si Naga Bongkok!
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Locianpwe, awas ... !"
Si kakek bongkok mendengus. Dia tahu serangan di
belakang ini, terbukti daun telinganya bergerak mendengar
desir angin serangan. Tapi Bu-beng Siauw-jin yang rupanya
ingin membuat kejutan tak mengelak atau menangkis
serangan itu, hal yang membuat Ceng Han terkejut. Dan
sementara Bu beng Siauw jin mendengus oleh seruan itu
tahu-tahu kedua lengannya sudah menolak pedang dan rantai
di tangan Pek Hong berdua, tentu saja dengan dorongan
sinkang, membuat dua nyonya muda itu terpekik ketika
senjatanya mencelat, lepas dipukul runtuh Bu-beng Siauw-jin.
Dan begitu pedang dan rantai terlempar dari tangan
pemiliknya saat itu juga tusukan dan tamparan Ceng Han
mendarat di punggung dan tengkuk kakek itu!
"Plak-dess!"
Ceng Han terkejut. Dia juga terpekik oleh gebrakan ini,
bukan karena pedangnya mencelat atau terlempar seperti
Ceng Bi melainkan karena pedangnya bertemu benda kenyal
yang tiba-tiba menarik dan menghisap pedangnya, tak dapat
dibetot dari punggung si kakek bongkok. Dan sementara
tangan kirinya sendiri sudah mengenai tengkuk lawannya tiba-
tiba tangan itu juga tak dapat ditarik ketika bertemu kulit
tengkuk yang dingin bagai kulit ular. Melekat!
"Ahh ... !" Ceng Han kaget bukan main. Dia merasa telapak
dan pedangnya disedot tenaga dingin yang bukan main
hebatnya. Tapi baru dia meronta dan mengeluarkan bentakan
keras tahu-tahu si kakek bongkok terkekeh dan memutar
tubuh. Dengan cepat sekali Bu beng Siauw-jin merampas
pedang, lalu begitu kakinya bergerak tahu-tahu tiga orang
lawannya sudah ditendang bergantian dan ... mencelat


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membentur dinding!
"Des-des-dess ..!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Han bertiga berteriak. Mereka sama-sama terlempar,
tak dapat menguasai diri karena lutut mereka ditotok ujung
sepatu lawan. Dan Bu-beng Siauw-jin yang terkekeh dengan
suara gembira tiba-tiba menyambitkan pedang rampasannya
ke leher Ceng Han.
"Crep." Ceng Han melotot dengan muka pucat. Dia
mendengar desing senjata yang mengerikan itu, menyusul
tubuhnya yang terbanting di dinding ruangan. Dan begitu dia
roboh dengan mata terbelalak tahu-tahu ujung pedangnya
sendiri sudah "memantek" leher bajunya di dinding ruangan,
Seinci saja di kulit leher!
"Ah ... !" Ceng Han terbengong dengan muka berobah. Dan
Ceng Bi serta Pek Hong yang melihat Ceng Han "dipantek"
dengan ujung pedang seperti itu hampir berbareng
mengeluarkan keluhan tertahan. Dari jauh seolah leher Ceng
Han yang disate, maklum pedang demikian dekat dengan kulit
leher. Tapi begitu melihat Ceng Han bangkit berdiri dan
terhuyung menghampiri si kakek bungkuk dua orang nyonya
muda inipun menjadi sadar dan lega. Tahu bahwa si Naga
Bangkok tidak bersungguh-sungguh dalam timpukannya itu!
Maka Ceng Bi dan Pek Hong yang sudah melompat bangun
setelah membebaskan totokan di lutut mereka segera
mendekati Ceng Han yang sudah menjura di depan kakek
bongkok itu. "Locianpwe, kau benar-benar hebat. Kami menyerah kalah
... !" Bu beng Siauw jin tertawa. Dia acuh saja mendengar pujian
itu, namun lengannya yang melambai ke kiri meminta Sin
Hong mendekat padanya. "Kau dengar pengakuan pamanmu,
Sin Hong" Bagaimana sekarang dengan ibumu?"
Pek Hong mendahului anaknya, "Aku menepati janji. Bu
beng Siauw-jin. Sin Hong rela kulepas menjadi muridmu!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Hong gembira sekali. Dia sudah me lompat maju
mendekati kakek itu, yang sungguh tak diduga memiliki
kesaktian demikian hebat. Tapi Bu-beng Siauw jin yang berseri
mukanya mendadak menyeringai kecut dan menggerak-
gerakkan daun telinganya. "Hujin, di samping kita berlima
siapa lagi yang berada di rumah ini?"
Pek Hong terheran. "Tak ada siapa-siapa lagi, locianpwe.
Kenapakah?"
"Hm, kita kedatangan seorang tamu, hujin. Ada seseorang
mendatangi tempat kita!"
Semua orang terkejut. Ceng Han sendiri tertegun
mendengar kata-kata itu, karena dia tak mendengar sebuah
gerakanpun setelah menajamkan telinganya. Tapi baru si
kakek bongkok terkekeh dengan muka masam tiba-tiba
sesosok bayangan telah muncul di depan pintu, berdiri tanpa
diketahui kapan datangnya. Dan begitu semua orang melihat
bayangan ini tiba-tiba Ceng Bi dan Pek Hong menghambur
maju berteriak gembira,
"Yap-koko ... !"
Ternyata yang datang adalah Pendekar Gurun Neraka! Dan
Ceng Han yang terkejut melihat ketajaman telinga si Naga
Bongkok tiba-tiba bengong dan kagum bukan main, mengakui
kehebatan kakek ini yang benar-benar luar biasa. Setingkat
dengan ayahnya sendiri!
Tapi Pendekar Gurun Neraka yang sudah ditubruk isterinya
mengerutkan kening. Sejenak matanya berkejap gembira
memandang Sin Hong, puteranya yang sudah kembali itu.
Namun melepaskan diri dari pelukan isterinya pendekar sakti
ini sudah melangkah maju dan merangkapkan kedua
tangannya, memberi hormat pada orang yang lebih tua.
"Locianpwe, kau siapakah dan ada perlu apa datang ke
rumah kami?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu-beng Siauw jin terbahak. Dia tadinya kecut mendengar
langkah kaki yang ringan dan halus luar biasa menghampiri
tempat mereka. Langkah kaki yang hampir saja tak tertangkap
oleh telinganya. Tanda seorang tokoh yang benar-benar luar
biasa dan memiliki kepandaian tinggi. Dugaannya mungkin
Ciok-thouw Tai-hiap! Tapi begitu me lihat bahwa yang datang
adalah tuan rumah sendiri yang bukan lain adalah Pendekar
Gurun Neraka dan pria itu masih muda tak lebih dari tigapuluh
dua tahun tiba-tiba saja kakek ini terkejut dan kagum.
Terkejut bahwa pendekar yang namanya dahsyat ini ternyata
masih muda dan pantas menjadi anaknya! Maka Bu-beng
Siauw-jin yang kagum serta sudah lama mendengar nama
besar laki-laki gagah perkasa ini cepat-cepat membungkukkan
tubuh membalas memberi hormat, merangkapkan kedua
tangan tapi diam-diam seketika itu juga melakukan serangan,
"menguji" kehebatan pendekar ini dalam dorongan sinkang!
"Ah, aku si tua bangka ini Bu-beng Siauw-jin. Pendekar
Gurun Neraka. Orang menyebutku si Naga Bongkok dan
datang kemari untuk membawa Sin Hong sebagai muridku!"
Bu Kong terkejut. Dia melihat kakek itu tertawa,
merangkapkan kedua tangan dan tampak buru-buru
membalas hormat. Tapi kesiur angin dingin yang menyambar
dadanya dari kepalan tangan s i kakek bongkok yang membuat
bajunya berkibar membuat pendekar ini mengerutkan alis dan
mendorongkan lengannya, seakan menolak tapi sebenarnya
menyambut serangan si bongkok itu, maklum bahwa kakek ini
ingin "mengujinya"! Maka begitu mendorongkan lengan seolah
bersikap sungkan segera Pendekar Gurun Neraka mengebutkan bajunya dengan muka terheran.
"Ah, kau dari Hima laya, locianpwe" Ka lau begitu kebetulan
sekali, sudah lama aku mendengar namamu ... plak!" dan
ujung baju Pendekar Gurun Neraka yang bertemu kepalan si
kakek bongkok tiba-tiba meledak bagai menepuk pecah
sebuah balon! http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Kong tergetar.
Dia melihat kakek itu
juga terdorong, membelalakkan mata dan tampaknya tergetar oleh tangkisan
ini. Gebrakan sinkang
yang membuat masing-
masing pihak maklum
akan kehebatan lawan.
Tapi Bu-bengSiauw-jin
yang rupanya penasaran dan ingin
mengulang pukulannya
tiba-tiba tertawa dan
membengkokkan kaki,
memasang kuda-kuda! Lalu, begitu menyeringai dan terbahak
gembira mendadak kakek ini mendorongkan lengannya dan
menyerang terang-terangan!
"Pendekar Gurun Neraka, kau hebat. Aku mendengar
keunggulanmu terhadap mertuamu sendiri, Ciok-thouw
Taihiap!" dan si kakek yang sudah merendahkan tubuhnya
dengan kedua kaki bengkok ke depan tahu-tahu melempar
pukulan sinkang untuk yang kedua kalinya!
Tapi Bu Kong mengernyitkan kening. Dia tetap bersikap
tenang oleh pukulan lawan, maklum memang demikian
kebiasaan orang-orang sakti yang suka "gatal" menghadapi
lawan tangguh. Tapi menekuk siku ke bawah dan melakukan
dorongan balasan diapun cepat menyambut pukulan Bu-beng
Siuuw-jin yang kali ini bertambah hebat dan dingin!
"Locianpwe, maaf. Aku tak berani menerima pujianmu
yang berlebihan ... !" lalu begitu berseru dan ikut
membengkokkan lutut tahu-tahu pendekar ini sudah
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima pukulan lawan lalu menolaknya balik dengan
dorongan ke atas.
Tapi Bu-beng Siauw-jin mempertahankan diri. Kakek ini tak
tertawa lagi, merasa betapa dorongan yang kuat sekali
menghantam dadanya, menekan dan mendesak pukulan
sinkangnya yang berhawa dingin. Lalu begitu dua tenaga
bertemu di udara tiba-tiba muncul dua macam asap yang
berlainan warnanya. Dari arah Bu-beng Siauw-jin muncul asap
berwarna putih bagai salju sedang dari pihak Pendekar Gurun
Neraka muncul asap Berwarna merah yang mengeluarkan
hawa panas" Tapi kedua-duanya saling dorong, tak mau
mengalih, membentuk bulatan lonjong seperti telur angsa.
Dan begitu masing-masing menambah kekuatannya untuk
mengalahkan lawan mendadak "telur" hawa yang dorong-
mendorong ini membengkak. Yang putih semakin besar dan
menindih asap merah tapi yang merah membengkak dan
menindih asap putih. Kedua-duanya sama kuat, sejenak
bertarung di udara. Tapi begitu Pendekar Gurun Neraka
membentak dan mengangkat naik tubuhnya tiba-tiba Bu-beng
Siauw jin terpekik dan jebol kuda-kudanya, tak dapat
bertahan! "Ah ... brakk!"
Bu-beng Siauw jin menjejakkan kakinya. Dia langsung
berjumpalitan di udara menghindar pukulan dahsyat yang
menghantam dirinya itu. Berjungkir balik hingga pukulan lewat
di bawah kakinya. T api Bu-beng Siauwjin yang berjumpalitan
di atas kepala lawan tiba-tiba menyentikkan jarinya ke telinga
Pendekar Gurun Neraka, cepat dan luar biasa sebat
membarengi suara hiruk-pikuk akibat runtuhnya dinding
ruangan dihantam pukulan sinkang yang membalik. Lalu
begitu turun dan saling berhadapan kembali menyeringailah
kakek itu ketika dua jarinya menjepit sehelai rambut yang
disentil dari telinga Pendekar Gurun Neraka!
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, kau benar-benar mengagumkan. Pendekar Gurun
Neraka. Dahsyat sekali tenaga saktimu itu. Pantas kalau Ciok-
thouw T aihiap mengakui keunggulanmu ... !"
Bu Kong terkejut. Dia melihat jari telunjuk dan tengah
kakek ini menyentil-nyentil rambut telinganya yang berhasil
disambar, kaget bahwa kakek itu dapat bergerak demikian
cepat dan luar biasa sekali. Gerakan yang membuat dia
terkesiap dan membelalakkan mata. Karena kalau kakek itu
tidak menyentil telinganya melainkan menyentil matanya tentu
dia buta seketika dan hancur tak tahu apa yang terjadi. Tanda
kedudukan mereka saat itu satu-satu! Maka Bu Kong yang
segera menghela napas dan memandang kagum kakek ini
sudah menjura dan balas memuji lawan.
"Dan kau juga benar-benar hebat, locian-pwe. Aku tak
berani mengakui kelebihanku di depanmu si orang tua ... !"
Bu-beng Sieuw-jin tertawa bergelak. Dia tahu Pendekar
Gurun Neraka merendah kepadanya. Maklum, bahwa kalau
mereka sudah sama-sama tahu ilmu silat lawan tentu tidak
akan sebegitu mudah baginya mencabut sehelai rambut di
telinga pendekar itu, yang belum tahu akan kelebihan dan
kekurangan lawan. Tapi gembira bahwa pendekar ini ternyata
bukan seorang sombong dan bicara jujur maka Bu-beng Siauw
jin pun merasa bangga dan puas bukan main.
"Dan kau benar-benar juga mengagumkan hatiku,
Pendekar Gurun Neraka. Sinkangmu hebat dan terus terang
aku si tua bangka ini tak berani mengakui kelebihanku di
depanmu!" Bu Kong tersenyum pahit. Dia melihat si Naga Bongkok itu
sudah menyambar Sin Hong, lalu memandang mereka semua
kakek ini melanjutkan seruannya, "Dan bagaimana sekarang
dengan maksudku, Pendekur Gurun Neraka" Boleh dia kubawa
sebagai muridku"'"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk ini Pendekar Gurun Neraka tak segera menjawab.
Dia tak tahu duduk persoalannya, mengerutkan alis sedikit
tidak senang. T api Sin Hong yang sudah melompat ke depan
tampil bicara, "Aku akan menepati janjiku, ayah. Aku kalah
bertaruh dengan kakek ini!"
"Hm, soal apa, Hong-ji?" sang ayah terheran.
"Soal kong-kong!"
"Soal kong-kong?" Pendekar Gurun Neraka mengangkat
keningnya, terbelalak tapi juga terkejut. Dan belum dia
bertanya si Naga Bungkuk pun sudah tertawa menjelaskan
duduk persoalannya.
"Ya. soal Ciok-thouw Taihiap, Pendekar Gurun Neraka.
Betapa ayah mertuamu itu pilih kasih dan berat sebelah
terhadap Sin Hong!"
Bu Kong terkejut. "Ada apa dengan ayah mertuaku itu,
locianpwe" Kau tidak melempar fitnah di sini?"
"Ha-ha si tua bangka ini jelek-jelek bukan tukang fitnah,
Pendekar Gurun Neraka. Gak-humu (ayah mertua) itu
memang tak dapat dibenarkan sikapnya. Dia bertindak tidak
adil terhadap dua orang cucunya sendiri!"
Bu Kong semakin terkejut. Tapi Ceng Bi yang sudah maju
ke depan memberikan penjelasan yang membuat pendekar ini
terheran-heran, "Ya, ayah bertindak berat sebelah pada Sin
Hong, koko. Ayah tak adil terhadap dua orang cucunya
sendiri!" "Soal apa?"
"Soan-hoan-ciang. Dia memberi pelajaran ilmu silat itu
pada Bi Lan tapi tidak pada Sin Hong. Dan akibatnya seperti
sekarang ini, Sin Hong sakit hati pada kakeknya sendiri karena


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perbuatan ayah yang tidak adil!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah!" Pendekar Gurun Neraka berseru pendek. "Jadi karena
itu Sin Hong lalu kalah bertaruh, Bi-moi" Tapi siapa yang
mengetahui Bi Lan mendapat pelajaran dari kakeknya?"
Bu-beng Siauw-jin maju sambil tertawa. "Aku yang
mengetahui hal ini, Pendekar Gurun Neraka. Gak-humu itu
kulihat secara diam-diam mewariskan ilmu barunya di kamar
Bi Lan!" "Begitukah, Bi Lan?" Pendekar Gurun Neraka memandang
puterinya, terkejut dan tidak enak bahwa diam-diam ayah
mertuanya mempunyai sebuah ilmu baru. Ilmu silat yang
tentu dipersiapkan untuk seseorang. Mungkin untuk dirinya
sendiri semenjak ayah mertuanya itu kalah dan penasaran
pada sepuluh tahun yang lalu. Dan Bi Lan yang tak dapat
memungkiri pertanyaan ini sudah menganggukkan kepalanya
sambil terisak.
"Ya, kong-kong yang mengajarkan padaku ilmu silat itu,
ayah. Aku tak berani bilang karena kong kong melarang dan
mengancam!"
Pendekar ini tertegun. Dia melihat Bi Lan sudah menangis
dipelukan ibunya, takut dan khawatir dimarahi. Sementara
Ceng Han yang merah mukanya tampil ke depan dan menarik
napas panjang. "Yap-twako, aku sendiri menyesal mendengar
ini semuanya. Tapi percayalah aku dan Bi-moi akan menegur
ayah untuk ketidakadilannya ini karena bagaimanapun juga
ayah melanggar garis kebenaran!"
Tapi Pek Hong menolak halus, "Tak usahlah, saudara Ceng
Han. Kupikir bahwa apa yang dilakukan ayahmu pasti ada
sebab-sebabnya!"
"Hm, tapi apapun sebabnya tak pantas hal itu dilakukan
ayah, adik Hong. Karena anakmu juga berarti anak adikku,
berarti juga cucu ayah yang tidak boleh dipandang berat
sebelah!" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek Hong masih membantah, "Tapi mungkin ilmu silat itu
lebih tepat untuk Bi Lan. Han-twako. Karena Soan-hoan-ciang
mungkin lebih tepat untuk perempuan daripada laki-laki!"
"Hm, bagaimanapun juga aku tetap tidak puas, adik Hong.
Akan kutanyakan pada ayah, kalau kemungkinan itu ada!''
Bu-beng Siauw-jin tiba-tiba menyela, "E-eh, sudahlah,
orang-orang muda. Yang jelas maksudku tak ada yang
menghalangi, bukan" Atau si tua bangka ini masih harus
menghadapi sebuah ujian lagi?" kakek itu menyeringai, melirik
Pendekar Gurun Neraka dan bersiap-siap menghadapi
pertempuran. Kalau pendekar itu menolak!
Tapi Pendekar Gurun Neraka yang seketika muram
mukanya dan masih terkejut oleh berita baru ini sudah
mengulapkan lengannya. "Kalau Sin Hong sudah berjanji
padamu aku tak akan menolaknya, locianpwe. Tapi bagaimana
pendapat ibunya harap kautanyakan dulu!"
'Wah, kau membiarkan aku membawa anakmu sedemikian
gampang, Pendekar Gurun Neraka?"
"Karena ikatan janji, locianpwe. Dan aku tak akan
membiarkan anakku menarik janji atau menjilat ludah sendiri
kepadamu si orang tua!"
Bu-beng Siauw jin tertawa bergelak. "Pendekar Gurun
Neraka, kau tak sangsi pada ilmu kepandaianku" Bagaimana
kalau Sin Hong kukecewakan?"
"Hm, dari gebrakan tadi cukup kuketahui sampai di mana
ilmu kepandaianmu, locianpwe. Kau boleh me latihnya ilmu
silat tapi beri pula kesempatan padaku untuk kelak melatihnya
pula mewarisi ilmu silat keluarga!"
Bu beng Siauw-jin mendecak kagum. "Pendekar Gurun
Neraka, kau benar-benar mengagumkan sekali. Baru kali ini
aku si tua bangka mendengar orang bicara jujur tentang ilmu
silat orang lain. Baiklah, aku tak akan mengecewakan anakmu.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Hong sengaja kubawa untuk mewarisi ilmu silat ciptaanku
guna menandingi Soan-hoan-ciang Pendekar Kepala Batu, ha-
ha ... " Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis. "Kau hendak
mengadu anakku dengan kakeknya, locianpwe?"
"Ha, jangan salah paham, Pendekar Gurun Neraka. Yang
akan kuadu adalah ilmu s ilatnya. Bukan orangnya!"
"Lalu kalau begitu kapan Sin Hong akan kaubawa kembali?"
"Sepuluh tahun. Pendekar Gurun Neraka. Demikian isi
perjanjian kami berdua!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut sejenak. Dia melihat Sin
Hong tersipu memandang mereka. bingung tapi juga gembira.
Tapi begitu dia menganggukkan kepalanya sekonyong-
konyong Bu-beng Siauw-jin menjejakkan kakinya menerobos
keluar. "Pendekar Gurun Neraka, terima kasih. Aku tak akan
mengecewakan kau dan isterimu. Selamat tinggal!" dan Bu
beng Siauw-jin yang tiba-tiba lenyap dari ruangan itu sudah
tertawa bergelak di bawah gunung.
Mereka semua terbengong. Tapi Pek Hong yang mengejar
keluar berteriak lemah, "Hong ji, hati-hati. Jaga dirimu baik-
baik, nak ... !"
Dan di bawah gunung terdengar seruan Sin Hong, "Aku
akan mengingat nasihatmu, ibu. Terima kasih ... !" dan semua
orang tertegun.
Mereka tak melihat lagi bayangan si kakek bongkok dan Sin
Hong. Tapi Bi Lan yang rupanya paling terpukul oleh kejadian
ini tiba-tiba meloncat turun gunung, mengejar Sin Hong
sambil menangis!
"Hong-koko, maafkan aku ... aku tak setia sebagai saudara
... !" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Bi kaget. Ia melihat Bi Lan tiba-tiba seperti anak
bingung, meluncur dan jatuh bangun di semak-semak belukar
dalam usahanya mengejar Sin Hong. Tepi belum sang ibu
mencegah anaknya tahu-tahu Pek Hong sudah mendahului
berkelebat ke depan.
"Lan-ji, kembali. Kakakmu tak apa-apa ... !"
Bi Lan masih nekat. Dia nubras-nubras tak keruan, jatuh
bangun dan memanggil-manggil kakaknya. Tapi Pek Hong
yang sudah menyambar anak ini melayang berjungkir balik
kembali ke tempat semula. T api begitu ia menyerahkan anak
ini pada ibunya mendadak Bi Lan lunglai dan ... pingsan di
pondongan Ceng Bi.
"Ah, Bi Lan terpukul jiwanya, Bi-moi. Kaubawa dia ke dalam
dan istirahatkanlah!"
Ceng Bi mengangguk. "Ya, dan kaumaafkan aku, enci
Hong. Gara-gara ayah semuanya ini terjadi!"
"Ah, sudahlah. Semuanya sudah lewat, Bi-moi. Bagaimanapun Sin Hong mendapat guru yang dapat
diandalkan."
Ceng Bi mencium pipi madunya. Ia terisak dan terharu
melihat keadaan encinya ini, tapi Bi Lan yang membutuhkan
perawatan segera dibawa ke dalam dengan muka muram.
Sementara Ceng Han yang tak enak hatinya oleh kejadian itu
tiba-tiba membungkukkan tubuh di depan Pek Hong.
"Adik Hong, maafkan kejadian ini. Aku benar-benar
menyesalkan sekali perbuatan ayah. Aku akan kembali dan
menegurnya setelah Yap-twako datang melindungimu.
Tugasku sudah selesai!"
Pek Hong terkejut. "Kenapa buru-buru, Han-twako" Biar
kau di sini dulu. Tak perlu masalah itu kaulanjutkan pada
Souw-locian-pwe!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, tapi gara-gara perbuatannya kau sampai berpisah
dengan anak, adik Hong. Bagaimanapun aku jadi malu
kepadamu!"
"Ah, tapi ini persoalan kecil, Han-twako. Bagaimanapun aku
tak merasa tersinggung oleh semuanya ini."
"Tidak, aku tetap akan pulang, adik Hong. Aku tak enak
oleh perbuatan ayah!" lalu menghadapi Pendekar Gurun
Neraka Ceng Han sudah menjura penuh sesal. "Yap-twako,
maafkan aku. Bagaimanapun juga aku harus kembali setelah
kau datang. Kuharap tak ada sesuatu yang menyulitkanmu
setelah bertemu dengan sri baginda. Tapi kalau ada apa-apa
beritahulah aku. Aku siap membantumu!"
Pendekar ini mengangguk. "Baiklah, saudara Ceng Han.
Tapi aku setuju dengan pendapat isteriku. Sebaiknya tak perlu
kau menegur ayahmu untuk urusan ini. Gak-hu tentu punya
alasan sendiri yang mungkin tidak kita ketahui."
"Hm, tapi bagaimanapun juga ayah membuat aku malu,
Yap-twako. Keras atau lunak aku tetap akan menegurnya.
Sudahlah, biarkan aku pergi dan selamat tinggal ... !" dan
Ceng Han yang sudah memutar tubuhnya tiba-tiba
menjejakkan kaki berkelebat lenyap.
Dia tak mau lagi membicarakan persoalan ini, dan Pek
Hong yang menarik napas oleh sikap kakak iparnya itu berseru
nyaring, "Han-twako, salamku untuk adik Cui Ang di rumah ...
!" Ceng Han mengangguk. Dia mengucap terima kasih, lalu
tubuh putera Pendekar kepala Batu yang sudah meluncur
turun ini tak nampak lagi bayangannya dari atas. Pek Hong
dan suaminya termangu, tapi begitu menarik napas dan saling
pandang akhirnya Pendekar Gurun Neraka memeluk isterinya
yang berlinang air mata ini, teringat Sin Hong! Lalu membawa
masuk dengan muka muram mereka berdua sudah menemui
Ceng Bi di kamar Bi Lan.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oodwkz-rhgoO) Siauw-cut sudah keluar dari gua di bawah jurang. Mukanya
berseri, lenggangnya kian bergaya setelah dia mempelajari
ilmu sinkang "Menghimpun Seribu Naga" itu, atau mungkin
lebih tepat kalau dikata bahwa dia amat gembira setelah
bertemu dengan manusia dewa Bu-beng Sian-su itu. Dan anak
yang sudah keluar dari Lembah Cemara untuk memulai
perjalanannya ini mencari pendekar pedang berjuluk Bu-tiong-
kiam di mana saja dia dapat.
Tapi Siauw-cut mengerutkan kening. Kalau tidak bertanya
kepada seseorang mana mungkindia dapat menemui pendekar
itu" Maka langkah kakinya yang mantap ketika memasuki
sebuah dusun membuat anak ini gembira sekali untuk
memulai pencariannya. Tapi Siauw-cut terheran. Dia melihat
dusun yang dimasukinya kosong, tak ada seorangpun. Dan
sementara diacelingukan ke sana ke mari mendadak seorang
laki-laki dilihatnya sedang tiduran di atas akar sebuah pohon,
menutupi mukanya dengan sebuah caping bambu.
"Eh, lopek, kenapa dusun ini sepi" Kemana penduduknya
yang lain?" Siauw-cut sudah menghampiri laki-laki yang
tiduran ini dengan pertanyaannya yang nyaring, membangunkan orang tak dikenal itu dengan suara lantang.
Tapi si laki-laki bercaping yang tampaknya tidur menikmati
hembusan angin yang sejuk menyegarkan tak mendengar
pertanyaan itu. Dia tidur tak bergerak, seakan mati. Dan
Siauw-cut yang mendongkol oleh seruannya yang tak
mendapat jawaban tiba-tiba menepuk pundak laki-laki itu
dengan keras. "Lopek, bangun! Kenapa dusun ini sepi?"
Laki-laki itu terkejut. Dia menggeliat, mengeluarkan
keluhan perlahan seperti orang mengigau, tapi tidak bangun.
Dan Siauw-cut yang gemas oleh sikap orang tiba-tiba
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merenggut caping yang menutupi muka itu lalu membentak,
"Lopek, kau tuli" Kau ... ah ... !"
Siauw-cut tertegun. Dia langsung menghentikan seruannya
itu, terbelalak dan tiba-tiba mundur selangkah melihat muka
orang yang sudah tidak tertutup caping lagi. Lalu begitu sadar
dan mengenal orang yang tiduran ini mendadak Siauw-cut
membuang caping dan mengomel, "Locianpwe, kau kiranya"
Kenapa kau ada di sini?"
Laki-laki itu melompat bangun. Dia terkekeh, mengejap-
ngejapkan mata melihat kehadiran bocah ini. Tapi melihat
Siauw-cut memandangnya tak senang laki-laki itupun berseru,
"Wah, kenapa marah kepadaku, Siauw-cut" Siapa yang mulai
datang mengganggu?"
Siauw-cut membanting kakinya. "Kau menguntitku lagi,
locianpwe" Kau tak ingat janjimu padaku?"
Laki-laki ini tertawa. Dia bukan lain adalah Kun Seng, kakek
yang dulu bertemu di kuil Tee-kong-bio itu. Dan melihat
Siauw-cut membanting kakinya dengan marah diapun
memungut caping dan menepia-nepis pakaiannya.
"Anak baik, sabar dulu. Siapa yang menguntitmu dan siapa
pula yang melupakan janji" Aku tidak menguntitmu. Aku
sudah ada di dusun ini sebelum kau tiba!"
Siauw-cut tertegun. Dia melihat kakek itu benar-benar, tak
dapat dibantah. Maka tersenyum melunakkan sikap diapun
mendekati laki-laki tua ini, membantu membersihkan
pakaiannya dari debu tapi masih mengomel, "Baik. kau
memang lebih dulu di sini daripada aku, locianpwe. Tapi
kenapa kau datang ke tempat yang justeru hendak kudatangi"
Bukankah kau sengaja hendak bertemu kembali?"
"Wah-wah, omongan apa ini,
Siauw-cut" Kenapa
menuduhku seperti itu" Siapa yang sengaja hendak
menemuimu?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw-cut menjengek. "Kau berkepandaian tinggi, locianpwe. Tentu mudah mengetahui jejakku dan pura-pura
ketemu!" Si kakek mengerutkan kening, kali ini tidak senang. "Siauw-
cut, jangan anggap begitu rupa kepadaku. Meskipun kuakui
aku senang padamu tapi jangan kira aku suka menjilat
ludahku sendiri. Aku menunggu seseorang, karena itu aku
datang ke sini!"
"Hm. siapa locianpwe?"
"Si Golok Hitam, raja rimba yang mengancam keselamatan
penduduk dusun!"
"Ah, seorang perampok, locianpwe?"
"Ya."
"Dan kau akan melawannya?"
"Bukan melawannya tapi menghajarnya, Siauw-cut. Si
Golok Hitam itu sudah berkali-kali memeras dan merampok
rakyat jelata!"
Siauw-cut tertegun. Untuk kedua kalinya dia melihat
kegagahan pada kakek ini, pertama di kuil Tee-kong-bio dulu
yang mengubur mayat para tosu dan yang kedua kalinya
adalah sekarang ini, membela penduduk dusun dari
keganasan seorang perampok! Maka Siauw-cut yang tertarik
hatinya segera menjadi gembira.
"Dan kau akan menghadapinya seorang diri, locianpwe" Dia
tidak berkawan?"
"Hm, si Golok Hitam punya limapuluh anak buah, Siauw-
cut. Tapi aku akan menghajar semua tikus-tikus busuk itu
sampai tobat!"
"Seorang diri?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si kakek bersinar. "Kenapa kautanyakan ini" Kau mau
membantu aku?"
Siauw-cut tertawa. "Kau tahu aku tak pandai silat,
locianpwe. Tapi berkat jasamu aku telah bertemu dengan Bu-
beng Sian-su. Aku akan coba-coba menghajar si Golok Hitam
itu dengan ilmu baruku!"
Si kakek terbelalak. "Kau bertemu kakek dewa itu" Apa
yang kaupelajari?"
"Ilmu tenaga dalam, locianpwe. Sian-su bilang aku dapat
sekuat seribu ekor naga kalau tekun melatih ilmu ini!"
"Ah, dan berapa lama kau telah melatih ilmu itu?"
Siauw-cut agak merah mukanya. "Baru seminggu,
locianpwe. Tapi hasilnya telah dapat kurasakan!"
Si kakek tertawa bergelak. "Ha-ha, mana bisa latihan
seminggu dipakai melawan si Golok Hitam, Siauw-cut" Kau
bodoh kau tak tahu tingginya langit dalamnya bumi. Golok
Hitam tak dapat dilawan dengan ilmu barumu kalau mentah
seperti itu ... !"
"Tapi aku akan mencobanya, locianpwe. Aku percaya
kesaktian Bu-beng Sian-su yang dapat berjalan di udara!"
"Hm, tapi itu Bu-beng Sian-su, anak bodoh. Dia sendiri
sudah puluhan tahun melatih ilmunya hingga mencapai
kesaktian demikian tinggi. Mana mungkin kau menandinginya
dengan cara begini" Si Golok Hitam pasti akan merobohkanmu
sebelum kau menyerang!"
Siauw-cut tersinggung. "Tapi aku tidak takut, locianpwe.
Aku akan mencoba dan mempraktekkan ilmu dari kakek dewa
itu!" "Benar, tapi ilmu yang kau dapat bukan ilmu silat, Siauw-
cut. Ilmu itu hanya ilmu tenaga dalam yang khusus melatih
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan jiwa atau pernapasan! Kau diajar me latih napas,
bukan?" "Ya."
"Nah, itu belum dapat dipergunakan untuk bertempur,
Siauw-cut. Karena untuk bertanding yang dipergunakan
adalah ilmu silat, teknik memukul atau menangkis pukulan."
"Jadi kalau begitu ilmu tenaga dalam ini tak berguna?"
"Hm, tentu saja berguna, anak bodoh. Tapi pengetrapannya dalam pertandingan membutuhkan suatu
teori, tehnik yang kita atur sedemikian rupa hingga ilmu silat
dan ilmu tenaga dalam dapat kita satukan untuk memperoleh
kemenangan."
Siauw-cut agak kecewa. Dia merasa "direndahkan" ilmu
yang dia peroleh dari Bu-beng Sian-su itu. Namun lelaki tua
yang mengelus jenggot pendeknya ini tertenyum. "Siauw-cut,
jangan kecil hati. Aku tidak bermaksud merendahkan ilmu
tenaga dalammu itu. Tapi betulkah kau bersungguh-sungguh
hendak membantuku melawan si Golok Hitam?"
Siauw-cut terlanjur mendongkol, "Aku tak bersemangat lagi
sekarang, locianpwe. Biarlah kau saja yang menghadapi si
Golok Hitam itu dan aku menonton di pinggir!"
"Wah, kau ngambek?"
Siauw-cut merengut.
"E-eh, jangan begitu, anak baik. Aku tak bermaksud
melukai hatimu. Sudahlah, bagaimana kalau kubayar
kesalahanku ini dengan sebuah pelajaran darurat?"
"Apa maksudmu?"
"Kau bantu aku menghadapi si Golok Hitam itu, Siauw-cut.
Tapi pelajari dulu tiga jurus ilmu silat rantingku ini."
"Ilmu silat ranting?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, mempergunakan ranting saja tak perlu pedang! Kau
setuju, bukan?"
Tapi anak ini menggeleng. "Aku tak ingin mempelajarinya,
locianpwe. Toh tentu kalah karena baru saja belajar!
Bukankah kau bilang bahwa pelajaran yang baru beberapa
hari tak mungkin dipakai menghadapi lawan" Apalagi kalau
baru beberapa jam. Tidak. aku tak tertarik pada tawaranmu
dan biarlah aku nonton saja di pinggir!"
Si kakek tertegun. "Kalau begitu aku juga tak akan
menghadapi Golok Hitam itu, Siauw-cut. Biarlah mereka
menghajar dan membunuh aku!"
"Kenapa begitu?"
"Karena kau tak mau memaafkan aku. T ak mau menerima
penyesalan si tua bangka ini danmembuat aku kecewa!" kakek
itu memutar tubuh, membanting pantatnya dan tiba-tiba
telentang lagi dengan caping menutupi mukanya. Marah! Dan
Siauw-cut yang terkejut melihat sikap kakek ini tiba-tiba
menarik napas, merasa bahwa dia "kelewatan" terhadap orang
tua itu yang bagaimanapun juga selalu bersikap baik padanya
sejak perjumpaan mereka pertama kali di kuil Tee-kong-bio.
Bahkan kakek inilah yang menyambung lengannya yang patah
dan menjadi penunjuk jalan untuk bertemu dengan Bu-beng
Sian-su. Kenapa dia kelewatan" Maka Siauw-cut yang sudah
maju menghampiri tiba-tiba menyentuh lutut kakek itu,
tersenyum kecut dan merobah sikapnya.
"Locianpwe, maafkan aku. Aku tak bersungguh-sungguh
membuatmu kecewa ... "
Tapi si kakek masih uring-uringan. "Kau tak perlu minta
maaf, Siauw-cut. Yang salah adalah si tua bangka tolol ini!"
"Ah, jangan begitu, locianpwe. Kalau mau dibilang salah
aku juga ikut bersalah. Kita berdua salah. Sudahlah.
Bagaimana dengan ilmu rantingmu itu" Boleh aku lihat?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek ini membuka capingnya. "Kau hanya mau melihat
saja" Tidak mempelajarinya?"
"Hm, kalau itu dapat membantu mengusir Golok Hitam
tentu saja aku mau mempelajarinya, locianpwe. Kenapa kau
cemberut melulu?" anak ini tertawa.
Dan Kun Seng akhirnya melompat bangun. "Siauw-cut,
sialan kau! Kenapa membuat aku harus uring-uringan dulu"
Apa memang begitu watakmu sebelun menggoda orang lain?"
Anak ini tertawa lebar. "Locianpwe, jangan naik pitam dulu.
Aku tak bermaksud menggoda orang lain ataupun
menggodamu. Siapa harus dikata sial" Sudahlah, aku boleh
mempelajari ilmu rantingmu itu tapi dengan satu syarat, kau
harus membantuku pula mencari seseorang! Kau setuju?"
Kakek ini mengerutkan kening. "Siapa yang kaucari, Siauw-
cut" Kenapa kau bersikap seolah menghutangi aku padahal
aku yang memberimu ilmu silat?"
"Hm, aku sekedar memuaskan hatimu, locianpwe. Agar kau
tak begitu kecewa dengan menerima pelajaran tiga jurus ini.
Tapi ini tak bermaksud mengikat kita sebagai guru dan murid,
bukan?" Kun Seng mengangguk, tersenyum masam. "Ya, boleh kau
kata begitu. Tapi siapa yang ingin kau cari?"
"Seorang pendekar pedang!"
"Pendekar pedang?"
"Ya."
"Siapa yang menyuruhmu?"
"Bu-beng Sian-su. Kakek itu yang menyuruhku mencari
orang ini sebelum aku diangkat sebagai muridnya!"
"Ah, siapa pendekar yang disuruh cari itu, Siauw-cut?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mungkin kenal, locianpwe. Julukannya, hm ... "
Siauw-cut berhenti sebentar. "Julukannya aneh. Katanya
berjuluk Bu-tiong-kiam ... si Pedang Dalam Kabut!"
Kakek ini berseru tertahan, tampak kaget. "Apa, Siauw-cut"
Si Pedang Dalam Kabut?"
"Ya, demikian julukannya, locianpwe. Kau kenal dia?"
Kun Seng tiba-tiba tertawa bergelak. Dia sampai menekan
perutnya yang berguncang-guncang, terbahak memandang
bocah itu penuh
kegelian. Tapi melihat Siauw-cut
memandangnya marah tiba-tiba kakek ini menghentikan
tawanya, terengah dan menghapus dua butir air mata yang
tiba-tiba runtuh di atas pipinya, menyeringai kecut. Lalu
menjura dalam-dalam di depan anak ini kakek itu bicara, serak
suaranya, "Siauw-cut, maafkan si tua bangka ini. Aku tak
menyangka Bu beng Sian-su menyuruhmu mencari pendekar
pedang itu. Tapi tahukah kau apa sebabnya Bu-beng Sian-su
menyuruhmu mencari pendekar ini" Apa maksudnya?"
Siauw-cut memandang aneh. "Aku tak tahu, locianpwe.
Tapi kenapa kau tertawa bergelak mendengar permintaanku"
Kenalkah kau pada jago pedang itu?"
Kakek ini tersenyum pahit, mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Ya-ya aku kenal jago pedang itu. Siauw-cut ... aku
kenal baik padanya dan tahu pula di mana dia berada!"
"Ah, kalau begitu kau dapat membantuku, locianpwe?"
Siaaw-cut menjadi girang.
"Tentu saja, anak baik. Tapi jangan sekarang. Kau tahu aku
harus menghadapi si Golok Hitam, bukan?"
"Ya, dan aku juga harus mempelajari ilmu silat rantingmu,
locianpwe!" Siauw-cut gembira. "Karena itu boleh kauturunkan
sekarang juga kalau kau suka ... !"
Kakek ini menyeringai. "Baik, tapi bagaimana kalau urusan
ini selesa i, Siauw-cut" Artinya bagaimana kau akan mencari
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar pedang itu" Apakah seorang diri saja setelah kuberi
tahu alamatnya?"
Anak ini tertegun. Dia me lihat sepasang mata kakek itu
menyembunyikan sinar yang aneh, harapan terselubung yang
tak diketahui maksudnya. Tapi maklum bahwa di dunia kang-
ouw ternyata banyak orang-orang jahat seperti nenek iblis
Sin-yan Moli dan lain-lain tiba-tiba hati anak ini tergerak. Dia
merasa kakek itu ingin bersamanya, tapi tak mengeluarkan
maksudnya karena takut "melanggar" janji. Dan melihat kakek
ini tak ada jeleknya menemani dia tiba-tiba Siauw-cut
tersenyum. "Locianpwe, kali ini aku ingin kautemani. Maukah kau
bersamaku mencari Bu-tiong-kiam?"
Kakek itu terbelalak. "Kau mengajakku" Kau tak menuduh
si tua ini melanggar janjinya?"
"Hm. kau tak melanggar janji, locianpwe," Siauw-cut
tertawa. "Kau tidak mengikutiku melainkan aku yang minta
agar kau menemaniku!"
"Baik," si kakek berseri mukanya. Tapi belum dia
melanjutkan seruannya Siauw-cut buru-buru memotong,
"Tapi itu terbatas beberapa waktu, locian-pwe. Artinya jika
pendekar pedang itu sudah kutemui maka kita harus berpisah
lagi!" Kakek itu tertawa. "Boleh, Siauw-cut. Aku si tua bangka ini
menurut. Tapi kenapakah agaknya kau tak senang lama-lama
berada denganku" Tak sukakah kau bersahabat denganku,
Siauw-cut?"
"Hm, bukan begitu, locianpwe. Tapi ... tapi terus terang
saja ada sesuatu yang kutakuti darimu!"
"Eh, apa yang kautakuti" Apakah si tua ini bertampang
jahat?" Ku Seng terbelalak, heran memandang anak itu. Tapi
Siauw-cut yang menyeringai gugup berkata bingung.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ... tidak ... bukan begitu, locianpwe. Tapi ada
sesuatu yang membuat aku serasa terikat denganmu. Nah,
inilah yang aku tidak suka dan terus terang aku takut pada
bisikan hatiku sendiri!"
Kakek itu terbahak. "Kalau begitu kau menyangkal bisikan
hatimu sendiri, Siauw-cut. Sama seperti apa yang kurasakan
pula!" Siauw-cut tertegun. "Apa yang kaurasakan, locianpwe?"
"Seperti dirimu itu. Aku selalu ingin berdekatan denganmu
dan terikat seperti hubungan anak dengan ayahnya!"
"Ah ... !" Siauw-cut terkejut. Tapi anak ini sudah melengos


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke samping. "Locianpwe, tak usahlah kita bicara ini.
Bagaimana sekarang dengan pelajaran ilmu silat itu?"
"Hm ... " kakek ini sadar. "Kita teruskan, Siauw-cut. Aku
akan memberimu contoh untuk mempelajari ilmu s ilat ini!" lalu
melompat ke atas tiba-tiba kakek itu dengan ringan
mematahkan sebatang ranting di atas pohon. Kemudian turun
dengan muka gembira diapun memberi aba-aba.
"Siauw-cut, lihat ke sini. Aku akan memberimu pelajaran
tiga jurus silat ranting. Setelah itu boleh kaupergunakan untuk
merobohkan si Golok Hitam."
Siauw-cut terbelalak. "Merobohkan si Golok Hitam,
locianpwe" Bukankah kau bilang ... "
"Ya-ya, tak perlu kauputus omonganku, anak bodoh. Ilmu
siiat yang akan kaupelajari ini adalah ilmu silat yang
dipergunakan untuk menyerang lawan, menyerang dan
menangkis. Lain dengan pelajaran lweekang yang sifatnya
pasip itu. Nah, lihat baik-baik. Jurus pertama ini kunamakan
Tit-te-pai-seng (Tudingan Bumi Menyembah Bintang), ada
empat gerakan yang menjadi pokok dasar dari jurus pertama
ini. Yakni mula-mula mengumpulkan seluruh kekuatan di
pergelangan tangan kanan lalu memecahnya di tiga bagian
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masing-masing pada ujung jarikaki kanan dan kiri serta
pemusatan tenaga di daerah tan-tian (pusar). Kau telah
mempelajari tenaga dalam, bukan" Nah, lihat, aku
memberikan contohnya ... !" dan Kun Seng yang tiba-tiba
membentak perlahan tahu-tahu sudah berjungkir balik dengan
ranting menekan tanah. Tubuhnya ditunjang batang ranting
itu, yang sama sekali tak melengkung oleh berat tubuhnya.
Dan Siauw-cut yang terbelalak melihat demonstras ini tak
tahan untuk mengeluarkan seruan kagum.
"Ah, hebat, locianpwe. Tubuhmu ringan sekali!"
"Hm, jangan memuji. Siauw-cut. Kau pasang mata dan
telinga untuk melihat gerakanku." kakek itu ma lah
membeniak, menegur anak laki-laki ini dan mulai menggoyang
kaki. Lalu begitu dia berseru keras dan menekan rantingnya
mendadak kakek ini sudah berjumpalitan di udara
menggerakkan rantingnya. Siauw-cut melihat kakek itu
mengelebatkan rantingnya lima kali berturut-turut, menusuk
sebatang pohon yang ada di dekat situ. Lalu begitu terdengar
suara "cas-cis cas" lima kali tiba-tiba pohon itu mengeluarkan
suara berkeratak dan ... tumbang dengan lima lubang bekas
tusukan ranting!
"Ah ... !" Siauw-cut terkejut. "Luar biasa sekali, locianpwe.
Hampir tak dapat kupercaya!"
Dan kakek itu sudah berdiri kembali dengan kepala tegak.
Dia memutar-mutar rantingnya dengan mulut tersenyum,
tertawa kecil me lihat mata anak laki-laki ini yang melotot ke
depan. Tapi melangkah maju dengan muka berseri kakek itu
sudah mengalihkan perhatian Siauw-cut dari pohon yang
tumbang kepada gerakan tangannya.
"Itu baru jurus yang pertama, Siauw-cut. Masih merupakan
demonstrasi ringan dari ilmu s ilatku ini. Sekarang lihatlah, aku
akan melanjutkannya dengan jurus ke dua dan ke tiga. Jurus
ke dua kunamakan Heng-hun-po-uh (Awan Berarak Hujan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mencurah) sedang jurus ketiga kunamakan Bu-tiong-boan-
seng (Bintang Bertaburan di Dalam Kabut)!"
Siauw-cut tertegun. "Bu-tiong-boan-seng, Locianpwe"
Kenapa mirip dengan nama jago pedang Bu-tiong-kiam itu?"
"Hm, hanya kebetulan sama nama, Siauw-cut. Ilmu silat
boleh diberi nama sesuka hati, bukan?" kakek ini mengelak,
tertawa kecil dan sejenak terkejut oleh pertanyaan si bocah.
Tapi Siauw-cut yang tidak curiga sudah membuatnya terang
kembali. "Nah, sekararg lihat, Siauw-cut. Aku akan melakukan jurus
ke dua dan ke tiga ini. Kau perhatikan baik-baik. Pohon di
sebelah kiri itu akan kubuat gundul dari atas ke bawah.
Daunnya akan kurontokkan sampai habis. Kau lihai, bukan?"
Siauw-cut mengangguk.
"Sekarang pasang mata dan telinga baik-baik. Siauw-cut.
Aku akan memulai gerakanku, Awas ... !" dan begitu kakek ini
membentak pendek sekonyong-konyong tubuhnya berkelebat
ke depan. Ranting di tangannya bergerak kembali. Hanya
kalau yang pertama menusuk lima gerakan ke atas dan ke
bawah adalah kali ini kakek itu menggerakkannya sedemikian
cepat membentuk tingkatan besar kecil mirip awan di langit
bergelembung naik turun macam bola yang bergumpal-
gumpal. Lalu, begitu dia melengking panjang mendadak kakek
ini sudah "terbang" di udara menari-nari dengan ranting
hitamnya. "Siauw-cut, ini jurus ke dua Heng-hun-po-uh ... !"
Siauw-cut bengong. Dia tak melihat lagi bayangan orang
tua itu, berubah bentuknya dalam sinar hitam bagai awan
yang memayungi bumi. Naik turun dan berarak melingkari titik
pusatnya di tengah. Tapi begitu gumpalan awam ini diiringi
bentakan menggeledek yang mengejutkan dari tengah
bayangan mendadak gumpalan awan itu me ledak. Siauw-cut
melihai awan yang bergumpal-gumpal ini sekonyong-konyong
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pecah, ambyar dan menipis ke pinggir. Lalu begitu ledakan
lenyap suaranya tiba-tiba hujan mencurah dari balik gulungan
awan hitam ini. Siauw-cut melihat titik-titik kecil yang ribuan
jumlahnya, mirip "gerimis" di s iang bolong. Dan sementara dia
bengong oleh semuanya ini tiba-tiba kakek di dalam bayangan
itu berteriak perlahan,
"Dan ini jurus ketiga, Siauw-cut. Bu tiong-boan-seng ... !"
Siauw-cut melongo. Dia melihat kakek itu tiba-tiba merobah
gerakan, menarik garis silang-menyilang dan sudut-menyudut
saling potong dalam gerakan yang luar biasa cepat, mirip
bintang di langit menggantikan kedudukan "hujan gerimis"
yang kini lenyap entah ke mana. Lalu begitu si kakek
melengking tinggi dan berkelebatan cepat di balik gulungan
awan hitam mendadak bintang-bintang sudah bertaburan
"membungkus" tubuh kakek ini, mencuat dan berpeletikan
bagai kembang-kembang api di udara yang berkabut tebal.
"Ah, luar biasa, iocianpwe. Mataku berkunang-kunang ... !"
Kakek itu tertawa pendek. Dia melihat Siauw-cut tiba-tiba
terhuyung, mengeluh dan kabur pandangannya oleh gerakan
"bintang"yang demikian cepat di depan hidungnya. Dan
maklum anak itu tak dapat mengikuti lagi semua gerakannya
tiba-tiba kakek ini melakukan gerakan terakhir dan berseru
keras. "Siauw-cut, aku menghentikan gerakanku, Lihat ... !"
Anak ini terbelalak. Dia terpengaruh benar oleh gerakan
kakek itu, tak dapat melepaskan diri dari "bintang" yang
bertaburan. Maka ketika si kakek berseru keras dan
menghentikan gerakannya tiba-tiba Siauw-cut mengeluh dan
jatuh terduduk. Dia terlalu "kaget" oleh gerakan yang tiba-tiba
berhenti itu, seakan disentak dari suatu keadaan yang
membuatnya terbius. Tak sadar. Maka begitu kakek ini
menghentikan gerakannya tiba-tiba Siauw-cut mengeluh dan
terbelalak bengong.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia me lihat bintang-bintang di langit sudah lenyap. Begitu
juga kabut tebalnya. Tapi ribuan daun yang tiha-tiba
mengelilingi tubuh kakek ini dari segala penjuru membuat
Siauw-cut menjublak dan hampirtak dapat bicara. Lalu begitu
dia memandang ke kiri di mana sebatang pohon tumbuh tak
jauh dari si kakek tua sekonyong-konyong anak ini tertegun
ketika melihat bahwa pohon yang dimaksud itu sudah gundul
bagai orang yang "dicukur" rambutnya!
"Ah. ini ... ini ... " Siauw-cut tergagap. "sungguh luar biasa,
locianpwe. Sungguh menakjubkan ... !" akhirnya Siauw-cut
bangkit berdiri dan dapat bicara, memandang kakek itu seperti
orang memandang setan, tapi si lelaki tua yang sudah
membuang rantingnya mengelus jenggot sambil tertawa lebar.
"Ini terlalu luar biasa karena kau belum dapat
melakukannya, Siauw-cut. Kalau kau dapat melakukannya
tentu perbuatan ini tak akan kauanggap luar hiasa!"
Siauw-cut melenggong. "Tapi ini mentakjubkan hatiku,
locianpwe. Sungguh tak kunyana ilmumu demikian hebat ... !"
"Dan kau suka mempelajarinya"''
Siauw-cut masih terkesima. Dia hanya mengangguk
mendengar pertanyaan itu, tapi ketika dengan iseng dia
memungut sehelai daun untuk mengetahui lebih lanjut
sekonyong konyong tenggorokannya seret. Dia menelan
ludah, memandang daun yang ternyata tidak utuh itu karena
sudah berlubang-lubang "digigit" ujung ranting, agaknya
terluka ketika kakek itu mendemonstrasikan jurusnya yang ke
dua, Heng-hun-po-uh. Dan Kun Seng yang tertawa melihat
keheranan anak ini menganggukkan kepalanya dengan
senyum lebar. "Ya, berlubang ketika aku mainkan jurus ke dua itu, Siauw-
cut. Terluka oleh serangan Hujan Mencurah!"
Siauw-cut mendelong. Dia kagum bukan ma in oleh
keterangan itu, dan Kun Seng yang melihat anak ini terpaku
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak habis herannya sudah menepuk pundak si bocah sambil
tertawa. "Anak bodoh, apalagi yang kau lihat?"
Siauw-cut sadar. "Ah, aku terkesima oleh tiga jurus ilmu
silatmu, locianpwe. Bagaimana bisa menjadi begitu hebat?"
"Ha-ha, tentu saja dengan latihan bertahun-tahun, Siauw-
cut. Kiramu demikian mudah mempelajari ilmu ini" Dan aku
masih punya empat jurus simpanan lagi, anak bengal. Kelak
boleh kaupelajari kalau kau suka!"
Siauw-cut terkejut. "Masih ada empat jurus lagi, locianpwe"
Jadi semuanya ... "
"Ya, semuanya tujuh jurus, Siauw-cut," kakek itu
memotong. "Tapi untuk mendapatkan ini semua dibutuhkan
waktu tidak kurang dari sepuluh tahun!"
Siauw-cut tertegun. "Demikian lama, locianpwe?"
"Apanya yang lama" Kaukira orang berlatih silat cukup satu
dua hari?" kakek itu bersungut. tapi akhirnya tertawa dan
mencengkeram pundak anak ini, menyuruhnya memungut
ranting. "Sekarang kau yang ganti berlatih, Siauw-cut. Ambil ranting
itu dan mulailah tiru segala gerakan-gerakanku tadi ... !"
Siauw-cut menarik napas. Dia mulai gembira mendapatkan
pelajaran ini, ilmu ulat ranting yang dirasanya hebat dan
mentakjubkan. Maka memungut dan memegang ranting di
tangan kanan diapun mulai berseri memandang laki-laki tua
itu. "Locianpwe, aku tak hapal seluruh gerakanmu. Kauberilah
petunjuk dan ingatan kepadaku. Bagaimana caranya?"
Kakek ini melangkah maju. "Kau harus melakukau sikap
pertama, Siauw-cut. Berjungkir balik dulu dengan ranting
menunjang tubuh. Kau bisa melakukannya?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-cut mengangguk. "Akan kucoba, lo-cianpwe ... " lalu
begitu dia menekan ranting tiba-tiba anak ini melompat ke
atas dan ... berjungkir balik seperti laki-laki tua itu. Berhasil!
"Ah, aku mampu melakukannya, locian-pwe!" Siauw-cut
bersorak. "Tapi tenagaku bergetar di dalam perut ... "
Kakek ini tertegun. Dia tak menduga anak itu mampu
melakukannya dengan sekali coba, menekan ranting dengan
tubuh jungkir balik di udara, masih bergoyang tapi sudah
cukup baik. Bahkan terlampau baik untuk anak yang sama
sekali belum pernah belajar silat! Dan mendengar Siauw-cut
bicara tentang tenaga yang bergetar di dalam perutnya tiba-
tiba kakek ini terbelalak dan teringat cerita anak itu sendiri
tentang latihan tenaga dalam yang dipelajarinya dari Bu-beng
Sian-su. Itulah getaran sinkang yang mulai bekerja, yang
membuat anak ini berhasil dalam pembukaan jurus pertama
Tit-te-pai-seng! Maka laki-laki tua yang terkejut serta gembira
itu sudah cepat memberi petunjuk.
"Baik, sekarang pecah kekuatan di pergelangan tanganmu
itu pada tiga tempat. Siauw-cut. Salurkan tenaga pada kedua
ujung jari kaki dan biarkan yang di pusar bergolak!"
Siauw-cut menurut. Dia merasa dengan jungkir balik seperti
itu tiba-tiba ada dorongan hawa yang bergerak di perutnya,
hawa sakti yang masih belum dikenalnya. Tapi ketika s i kakek
mulai memberi petunjuk-petunjuk dan dia melakukan apa
yang diperintahkan kakek ini tiba-tiba gelombang hawa yang
bergolak di perutnya itu mendadak "berjalan"! Siauw-cut
hampir tertawa oleh keadaan yang dirasanya aneh ini, geli
seperti ada kucing merayap di perutnya. Tapi ketika Kun Seng
membentak dan menyuruh anak itu bersikap serius, Siauw-
cutpun menahan diri. Ada rasa sakit kalau dia tertawa,
mungkintenaga sinkang itu menyeleweng tak terkendali
karena konsentrasinya hilang. Tapi begitu dia mulai mengikuti
petunjuk-petunjuk kakek ini tiba-tiba ranting yang ada di
tangannya bergetar hebat.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang kau bisa mulai, Siauw-cut. Lakukan gerak
ke depan dan tusuk udara lima kali berturut-turut. Balikkan
tubuh dan dorong tangan kiri ke depan!"
Siauw-cut mengikuti. Dia mengeluarkan bentakan pendek,
sesuai perintah kakek itu. Lalu begitu menekan ranting dan
berjungkir balik di atas tanah sekonyong-konyong ujung
rantingnya sudah menusuk udara lima kali berturut-turut
dengan cepat. Gerakannya masih kaku, tapi suara bercuitan
yang tiba-tiba muncul begitu dia menggerakkan ranting sudah
membuat kakek ini terkesiap dan melompat mundur. Kaget!
"Ah, putar tubuhmu. Siauw-cut. Tusuk sekarang yang di
sebelah belakang ... !"
Siauw-cut menurut. Dia mengikuti aba-aba kakek itu, dan
begitu, menggerakkan ranting menyerang udara maka suara
bercuitanpun semakin tajam terdengar! Dan ini membuat Kun
Seng memberi aba-aba berikut.
"Dan sekarang serang sebelah kanan. Siauw-cut ... !"
Lalu ketika anak itu menyerang sebelah kanan tiba-tiba
dengan bentakan mengejutkan kakek ini membanting kakinya.
"Sekarang putar ke kiri, Siauw-cut. Kerahkan semua


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenagamu!"
Siauw-cut tersentak. Dia kaget oleh bentakan tiba-tiba itu,
juga bantingan kaki yang membuat tanah tergetar. Maka lepas
kontrol oleh semuanya ini tiba-tiba dia tak dapat
mengendalikan dirinya lagi. Tubuh yang diputar ke kiri secepat
kilat sudah disusul tusukan bertubi ke sasaran kosong, udara
di sebelah kirinya. Dan begitu terpengaruh bentakan si kakek
untuk mengerahkan semua tegaganya tiba-tiba ranting yang
ada di tangannya tak kuat menahan remasan jari yang tiba-
tiba keras bagai jepitan baja!
"Krek.. pletak ... !"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-cut tertegun. Dia melihat rantingnya patah menjadi
tiga potong, tak dapat dipakai lagi untuk melakukan serangan.
Dan sementara dia terbelalak oleh kejadian ini tahu-tahu
tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terguling roboh
dengan tangan masih mendorong ke depan.
"Bluk" Siauw-cut mengeluh. Dia kesakitan menimpa batu di
sebelan kirinya, mengenai pantat hingga dia meringis. Tapi
Kun Seng yang tertawa bergelak oleh latihan pertama ini
sudah melayang ke depan menyambar anak itu.
"Siauw-cut, luar biasa sekali. Kau telah memiliki tenaga
sinkang yang mentakjubkan di dalam dirimu. Hayo bangun ...
!" Siauw-cut mendelong. "Apanya yang mentakjubkan,
locianpwe" Masa jatuh begini kau bilang luar biasa?"
Kakek itu tertawa. "Jangan kecewa, anak bodoh. Justeru
dari latihan pertama ini kutahu apa yang harus segera
kaulakukan. Hayo, bangkit lagi dan lanjutkan dengan jurus-
jurus berikutnya!" dan laki-laki tua yang tampak gembira itu
sudah mematahkan sebuah ranting baru untuk diberikan
kepada anak laki-laki itu.
Siauw-cut mau mengomel. Tapi melihat kakek ini
bersungguh-sungguh dan memandang penuh kegembiraan
kepadanya maka diapun terpaksa menahan diri dan tidak
banyak bicara lagi. Apalagi ketika kakek itu mengingatkan
datangnya si Golok Hitam, yang dikata tak lama lagi muncul.
Maka Siauw-cut yang sudah disuruh mengulang jurus pertama
dari ilmu ranting ini segera memulainya dan bersungguh-
sungguh, tak banyak cakap lagi. Sementara Kun Seng yang
bersinar-sinar matanya memberikanpetunjuk akhirnya merasa
puas setelah melihat Siauw-cut hapal benar dengan jurus
pertama itu. Dalam beberapa kali ulangan saja. Tak lebih dari
tiga kali. Lalu melanjutkan pada jurus ke dua dan ke tiga
tanpa mengenal lelah akhirnya Siauw-cut berhasil menguasai
tiga jurus ilmu silat itu dalam waktu tiga jam!
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang kau berhasil menguasai semuanya, Siauw-
cut. T api ilmu silat ini masih harus kau latih tanpa mengenal
lelah." "Dan Golok Hitam bisa kurobohkan, lo-cianpwe?"
Kakek ini teriawa. "Tergantung kecerdikanmu. Kalau kau
pandai mainkan ilmu silat ini dan tidak terburu-buru tentu
perampok itu dapat kaukalahkan!"
Siauw-cut sangsi. Dia tak begitu percaya pada omongan ini,
karena dia baru saja mempelajari ilmu itu tak lebih dari tiga
jam. Tapi si kakek yang dapat membaca isi hatinya tiba tiba
berkata. "Siauw-cut, jangan kauremehkan ilmu silat ini.
Meskipun baru tiga jurus saja, tapi orang-orang macam si
Golok Hitam itu dan sebangsanya tak mungkin dapat
mengalahkanmu. Kau ingin bukti" Nah, lihatlah. Orang yang
kita tunggu-tunggu sudah datang ... !"
Lalu begitu kakek ini menudingkan telunjuknya tiba-tiba
Siauw-cut mendengar pekik di sebelah utara disusul
berderapnya banyak ekor kuda yang mendatangi tempat
mereka. Debu mengepul tinggi di udara. Lalu begitu cambuk
mulai terdengar menjeletar di udara mendadak limapuluh
orang muncul memasuki pintu gerbang dusun!
"Locianpwe, itu si Golok Hitam dan anak buahnya?"
"Ya."
'"Dan mereka mau merampok isi dusunini?"
"Hm, penduduk dusun sudah kusuruh menyingkir, Siauw-
cut. Mereka bersembunyi di dalam hutan di belakang dusun!"
"Lalu apa yang kita lakukan?"
"Menyambut mereka, Siauw-cut. Menghadang agar mereka
tak memasuki dusun dan merampok harta milik penduduk!"
Siauw-cut tertegun. Dia melihat rombongan itu sudah
datang mendekat, sikapnya liar dan buas sekali, berteriak-
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teriak. Sementara pemimpinnya yang tinggi besar di atas
seekor kuda putih yang lari paling depan tiba-tiba mencabut
golok dan di udara dengan s ikap menyeramkan, sebuah golok
daribesi hitam yang berkilat mengerikan.
"Hei, tua bangka hina. Sudahkah kalian siapkan
semuabarangyang kami minta" Mana pendudukmu yang lain?"
Kakek ini tak menjawab. Dia menoleh ke kanan, lalu
berbisik pada anak laki-laki di sampingnya itu kakek ini
berkata, "Dia pemimpin rampok itu, Siauw-cut Golok Hitam
yang ahli mainkan golok. Kauhadapilah dia dan pura-pura
tidak tahu apa yang terjadi!"
Jilid 8 http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SIAUW-CUT mengangguk. Dia tergetar sejenak oleh
kegarangan kepala rampok ini, yang demikian bengis duduk di
atas kudanya. Tapi Siauw-cut yang tersenyum mengejek tiba-
tiba me lompat maju dan menghadang rombongan itu,
memalangkan rantingnya.
"Berhenti! Kalian ada apa ribut-ribut di sini, orang-orang
kasar" Siapa kalian" Rombongan Golok Hitamkah?"
Laki-laki tinggi besar itu terbelalak. Dia menghentikan
kudanya di depan anak ini, terheran tapi juga marah. Namun
tertawa dengan sikap menyeramkan tiba-tiba kepala rampok
ini melompat turun.
"Bocah, kau siapa dan apa maksudmu menghadang kami?"
"Aku perantau jalanan, tikus besar. Kaukah yang berjuluk
Golok Hitam?"
Laki-laki itu terkejut. "Kau sudah tahu namaku dan tidak
mau minggir" Siapa tua bangka itu" Di mana Lo chungcu?"
Kun Seng yang menjawab, "Kepala dusun Lo muak
bertemu denganmu, Golok Hitam. Karena itu dia minta padaku
untuk menyambutmu di sini!"
"Ah ... !" Golok Hitam mundur. "Kau anjing pembantu Lo-
chungcu?" "Hm, anjing Lo-chungcu atau bukan tak perlu kau tahu.
Golok Hitamr. Y ang jelas aku ingin membuatmu anjing buduk
yang tahu diri!"
"Keparat..!" Golok Hitam memekik, menyuruh anak
buahnya turun dan tiba-tiba menuding dua orang di sebelah
kanannya. "Kam Ti, Ci Hung, bunuh kakek ini dan robek
mulutnya!"
Tapi kakek Kun menyeringai. "Wah, jangan buru-buru
Golok Hitam. Aku dilindungi muridku ini. Dia tentu tak
membiarkan aku dibunuh anjing-anjingmu itu!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-cut melangkah maju. "Benar kau tak boleh
mengganggu yang tua dulu, Golok Hitam. Masih ada aku yang
muda di sini."
Golok Hitam mendengus. Dia melihat anak itu melindungi
yang tua, tersenyum-senyum dan mengejek kepada mereka
semua. Maka kepala rampok yang marah ini langsung
membentak, "Kam Ti, bunuh dan singkirkan mereka berdua ...
!" dan dua orang laki-laki kekar yang sudah menghampiri
Siauw-cut tiba-tiba mengayun golok ke dada anak laki-laki ini.
Tapi Siauw-cut mengelak. Dia tak tahu Kun Seng tiba-tiba
menolongnya dari belakang, menyentil dua butir kerikil ke
pundak dua orang perampok itu yang kontan mengaduh
karena lengan mereka kaku tertotok. Dan Siauw-cut yang
mengira dua orang itu kesakitan tanpa sebab mendadak
sudah mengayunkan rantingnya dan menendang paha orang.
"Tikus-tikus busuk, kalian menyingkirlah ... !"
Dua orang itu menjerit. Mereka tentu saja ditendang roboh,
bergulingan tunggang-langgang dengan muka kaget. Tak tahu
apa yang terjadi dan kenapa pundak mereka tiba-tiba kaku tak
dapat digerakkan. Tapi mereka berdua yang sudah melompat
bangun dan merasa pundak sudah pulih seperti sedia kala
sekonyong-konyong menubruk beringas dengan jerit penuh
kemarahan. "Setan cilik, kau mampuslah!"
Siauw-cut terkejut. Dia sebisa-bisanya melompat menghindari, kaget melihat kecepatan golok yang membabat
pinggangnya. Tapi karena dia tergesa-gesa dan belum biasa
dalam sebuah pertempuran tiba-tiba kakinya tersandung batu.
Akibatnya Siauw-cut tergelincir, dan begitu anak ini roboh
tahu-tahu golok menyerempet bajunya.
"Brett!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu berteriak gembira. Siauw-cut terjelungup ke
depan, tapi Kun Seng yang diam-diam menggerakkan tangan
menotok dari jauh dengan kerikil hitam sudah membuat dua
orang ini terpekik ketika lengan mereka kembali kaku tanpa
sebab! Dan Kun Seng yang tertawa oleh kejadian itu sudah
berteriak pada anak laki-laki ini,
"Siauw-cut, rampas goloknya dan tendang selangkangan
mereka!" Siauw-cut mengangguk. Dia me lompat bangun dengan
cepat, tak menyia-nyiakan kesempatan lawan mematung di
situ, tak tahu bahwa mereka tertotok lengannya dan kaku tak
dapat bergerak. Maka begitu menubruk dan menendang
selangkangan lawan diapun sudah merampas golok dan
membentak, "Tikus-tikus hina, robohlah kalian ... plak-dess!"
Dua orang itu menjerit. Mereka mengaduh hebat ditendang
bagian yang amat rawan ini, selangkangan yang membuat
mereka mulas dan sakit bukan main. Maka begitu ditendang
kaki si bocah dengan dupakan keras kontan mereka kelenger
dan jatuh berdebuk di depan si Golok Hitam, tak dapat
bangun kembali!
"Ah ... !" si Golok Hitam terbelalak. Tapi sadar bahwa dua
orang pembantunya keok demikian mudah mendadak laki-laki
ini menendang dua orang pembantunya itu hingga mencelat
dan tersiksa lebih hebat, pingsan. Lalu melompat ke depan
dengan golok terangkat tinggi-tinggi dia-pun meraung dan
membanting kakinya.
"Bocah hina, aku akan membunuhmu! dan memberi aba-
aba pada anak buahnya yang lain pemimpin rampok itu
berteriak, "Manusia-manusia tolol, lanjutkan tugas kalian
memasuki dusun. Biar aku membunuh dan memberesi dua
orang ini!"
Semua perampok menganggukkan kepala. Mereka melompat kembali ke atas kuda berderap maju dengan pekik
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buas. Tapi baru mereka melompat di atas kuda masing-
masing tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat cepat. Mereka
tak tahu bayangan siapa itu. Tapi begitu menyentuhkan
tangannya di pantat kuda mendadak binatang tunggangan itu
sama meringkik dan ... mendeprok roboh. Lumpuh! Lalu
begitu semua orang menjerit dan terpelanting jatuh tahu-tahu
bayangan ini kembali ke tempatnya semula dan tersenyum-
senyum. Kun Seng!
"Ah, kau yang melumpuhkan kuda-kuda kami, tua bangka?"
"Ha-ha, sekedar mencegah anak buahmu tak memasuki
dusun, Golok Hitam. Lo-chungcu tak ingin kampungnya
dikotori jejak-jejak kaki kalian.'"
Golok Hitam terkejut. Dia marah dan kaget melihat anak
buahnya tak dapat menjalankan tugas. Kudanya lumpuh
ditepuk kakek tua ini. Tapi bukannya sadar dan mengetahui
bahwa kakek itu memiliki kepandaian hebat kepala rampok ini
malah memekik dan mengayunkan goloknya, membacok leher
laki-laki tua itu.
"Tua bangka, kau tak tahu diri. Mencari mati, mampuslah
... !" dan golok yang menyambar keras ke laki-laki tua ini
meluncur mengerikan bagai petir membelah angkasa.
Tapi kakek ini tertawa. Dia bersikap dingin, lalu berkelit
mudah ke samping lawan tiba-tiba jarinya mengetuk
pergelangan tangan lawan. "Golok Hitam, kau yang tak tahu
diri. Pergilah ... !"
Golok Hitam menjerit. Dia merasa ketukan kakek itu
menimpa dahsyat, mengenai tulang dan serasa meremukkan
pergelangannya. Lalu sementara dia terpekik tahu-tahu kakek
itu mendupak pinggangnya dan ... melayang ke arah Siauw-
cut. "Siauw-cut, ambil rantingmu dan layani babi ini. Kau
hajarlah dia ... !"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-cut mengangguk gembira. Dia me lihat tadi
perbuatan orang tua itu yang melumpuhkan semua binatang
tunggangan para perampok ini, demikian cepat gerakannya
hingga hampir tak terlihat pandangan mata. Maka melihat
kakak itu melempar tubuh si kepala rampok dan menyuruhnya
menghadapi lawan anak inipun besar hati dan membuang
golok, mencabut ranting yang tadi tersisip di pinggang. Lalu
begitu membentak dan menggerakkan rantingnya tiba-tiba
muka si Golok Hitam sudah disabet dan diterima dengan lutut
kanannya yang menghantam dagu lawan!
"Golok Hitam, cium lututku dulu, baru bertempur ... dukk!"


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kepala rampok yang menjerit oleh hantaman lutut ini
terbanting dan mengaduh hebat di atas tanah, nggelosor dan
pecah mulutnya lalu terguling-guling melompat bangun. Marah
bukan main. Kemudian menggereng dengan muka beringas
laki-laki ini sudah memutar goloknya hingga mengaung dan
melompat ke depan.
"Bocah hina, aku
akan mencincang tubuhmu ... !"
Siauw-cut tertawa. Dia tiba-tiba menekan
rantingnya berjungkir balik di depan lawan,
membuat si Golok Hitam tertegun melihat
anak ini menghadapinya dengan
cara seperti itu, kepala
di bawah kaki di atas
dengan ranting menopang tubuh! Tapi
membentak dan mengira anak itu gila mendadak laki-laki ini
sudah menerjang ke depan dengan pekik buasnya.
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak siluman, aku akan mencincang tubuhmu tiga potong
... !" Siauw-cut melejit. Dia terang tak mau dijadikan sasaran
golok, melenting dan berjungkir balik dengan cepat, kembali
ke posisi semula. Lalu menggerakkan ranting bertubi-tubi dia
sudah menusuk dan mempergunakan jurus pertama, Tit-te-
pai-seng, mengelak dan balas menyerang lawannya ini.
"Golok Hitam, jangan berkaok-kaok dulu. Telingaku bising
... !" Golok Hitam, menerjang. Dia sudah membacokkan
goloknya ke tubuh anak itu. Tapi ketika Siauw-cut merobah
gerakan dan berdiri kembali di atas tanah sambil mengelit
senjatanya otomatis goloknya luput mengenai sasaran,
menyambar angin kosong. Dan sementara dia terbelalak oleh
gerakan lawan yang ringan tapi gesit tahu-tahu ranting di
tangan lawan sudah bergetar menjadi lima buah hanyaknya
dan menyerang dahi dari atas ke bawah!
"Prat-prat!"
Goloki Hitam meraung. Dia tak dapat mengelak tusukan
ranting itu. bingung karena mana yang sebetulnya
menyerang. Semuanya tampak sama. Maka ketika hidung dan
mulutnya "dicolok" ranting kontan kepala rampok ini
menggereng dan mengumpat-umpat, marah bukan main.
"Anak sundal, aku akan membunuhmu ... aku akan
mencincangmu. Keparat kau!"
Siauw-cut tertawa gembira. Dia girang melihat jurus
pertamanya sudah berhasil mengenai lawan, meskipun tak
melukai. Maka melihat Golok Hitam menghambur lagi dengan
golok diputar cepat diapun berkelit dan mainkan jurus ke dua
dan ke tiga, Heng-hun-po-uh dan Bu-tiong-boan-seng,
menotolkan ranting dan membuat gerakan bagai bintang
menari-nari. Dan begitu mereka bergebrak tiba-tiba keduanya
sudah saling serang dengan sengit, terutama si Golok Hitam
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri yang berkali-kali luput bacokannya dikelit lawan yang
lincah. Dan Siauw-cut yang tertawa melihat tiga jurus ilmu
silatnya ternyata dapat dipakai menghadapi si Golok Hitam
sudah terkekeh gembira mainkan rantingnya.
Tapi Siauw-cut tiba-tiba tersentak. Golok Hitam merobah
gerakannya, berpusing dan memutari dirinya
sambil bergulingan, tangan kiri mulai melancarkan pukulan-pukulan
keras mengiringi serangan golok. Dan bingung serta belum
banyak pengalaman tentang sebuah pertandingan tahu-tahu
dadanya menerima tinju si Golok Hitam ketika dia lengah, baru
saja memandang si kakek tua untuk mintu petunjuk! Dan
Siauw-cut yang roboh terbanting oleh pukulan ini tiba-tiba
melihat lawannya mengangkat golok dibacokkan ke lehernya.
"Bocah hina, mampuslah ... !"
Siauw-cut mencelos. Dia terang tak berani menangkis
dengan rantingnya, senjata lemah yang tentu putus dibabat
golok. Tapi Kun Seng yang tersenyum melihat ini mendadak
berseru, "Siauw-cut, pergunakan getaran sinkangmu. Kenapa
begitu tolol mengelak saja" Salurkan tenaga di lengan, tarik
hawa dari pusar dan tangkis golok itu dengan rantingmu ... !"
Siauw-cut tertegun. Dia tak jadi mengelak, sedikit bingung
oleh seruan itu. Tapi percaya pada kakek ini dan golok juga
sudah dekat dengan tubuhnya tiba-tiba bocah ini menarik
napas dan menggerakkan ranting menangkis, sekuat tenaga
begitu hawa sakti bergetar di lengannya, menurut "perintah"
jalan pikirannya. Dan begitu ranting bertemu golok tahu tahu
terdengar suara keras ketika golok mental keras tapi ranting di
tangan Siauw-cut patah dua potong dibabat senjata si Golok
Hitam! "Crak!"
Siauw-cut tertegun. Dia heran rantingnya dapat menolak
golok di tangan lawan, seakan ranting di tangannya itu
berobah seperti toya baja. T api bahwa rantingnya patah dan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak kuat juga menerima golok di tangan lawan secepat kilat
dia menggulingkan tubuh ketika Golok Hitam memekik dan
membacokkan goloknya, kembali menubruk pada saat dia tak
memegang senjata.
"Brett..!" Siauw-cut mencelos kaget. Dia masih tak dapat
menyelamatkan diri sepenuhnya. Baju di pundak berikut
sedikit kulit terobek menerima bacokan, kalah cepat! Dan
sementara dia melompat bangun dengan muka pucat tahu-
tahu Si Golok Hitam kembali mengejar dengan senjata
diangkat ke atas membelah kepalanya.
"Bocah siluman, aku akan membunuhmu sekarang ... !"
Siauw-cut terbelalak ngeri. Dia tak ada kesempatan
mengelak. Baru bangun, mana bisa menghindar" Tapi
sementara dia bagai orang bingung menghadapi serangan
ganas ini mendadak kakek Kun mendorongkan lengannya.
"Anak bodoh, jangan ndomblong begitu. Kemarilah ... !"
Siauw-cut tiba-tiba mengeluarkan seruan kaget. Dia merasa
disedot ke belakang, ditarik tenaga tak nampak yang meluncur
dari lengan kakek Kun. Lalu begitu dia terkesima tahu-tahu
golok di tangan lawan sudah menghajar batu di depannya,
luput mengenai dirinya karena dia sudah "terbang" ke
belakang, disedot sinkang mujijat si lelaki tua!
"Ah kau bodoh, Siauw-cut. Orang bertanding tak boleh
bengong!" Siauw-cut tertegun. Dia terbelalak melihat bacokan si Golok
Hitam yang dahsyat menimpa batu, belah jadi dua seperti
orang membacok agar-agar. Dan sementara kepala rampok itu
menjerit penuh kecewa karena sasarannya luput dan marah-
marah tiba-tiba kakek Kun menepuk pundak anak ini dan
menyisipkan sebuah golok, tertawa sambil mendorong anak
itu. http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang maju kembali, Siauw-cut. Pakai golok ini dan
robohkan lawanmu ... !"
Siauw-cut menyeringai. Sekarang dia sadar dan besar hati
oleh pertolongan kakek
itu, yang ternyata mampu
menyelamatkannya dan tak membiarkan dia celaka di tangan
musuh. Maka tertawa dan tersenyum lebar oleh kenyataan ini
tiba-tiba Siauw-cut melompat maju dan membolang-balingkan
goloknya. "Golok Hitam, sekarang aku tak akan memberimu ampun.
Kita berdua sama-sama bersenjata tajam!"
Laki-laki itu sudah menggereng. Dia melihat anak itu
"disedot" s i kakek tua, luput menerma serangan goloknya dan
kini maju dengan sebatang golok pula. Maka marah dan gusar
oleh semuanya itu mendadak laki-laki ini menenang ke depan
dengan golok diputar cepat, mengaung bagai lebah mencari
madu. "Bocah setan, kau yang tak akan kuberi ampun. Mampuslah
... !" Siauw-cut berjungkir balik. Dia langsung mulai mengulang
kembali jurus pertama Tit-ie-oai-seng itu, menggerakkan golok
menangkis dan balas menyerang, sekaligus mengerahkan pula
getaran sinkangnya itu untuk memperkuat cekalan golok. Dan
begitu dia menangkis sambil ma inkan ilmu silatnya dengan
besar hati karena ranting sudah diganti golok tiba-tiba lawan
berteriak kaget ketika senjatanya mental ke belakang,
membentur tenaga dahsyat yang tiba-tiba muncul di lengan
anak itu! "Trang!"
"Ah ... !" Golok Hitam terkesiap. Dia melengking tinggi oleh
gebrakan yang mengejutkan ini, tak tahu dari mana anak itu
mendapatkan tenaganya yang demikian hebat luar biasa. Tapi
meraung dan memekik penuh kemarahan tiba-tiba kepala
rampok ini telah menghujani tubuh lawannya dengan
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan gencar. Bertubi-tubi dia menyerang anak itu, kiri-
kanan muka dan belakang. Bahkan bergulingan pula seperti
caranya tadi, mengharap anak itu bingung menghadapi
tingkahnya. T api Golok Hitam yang tak mengetahui apa yang
terjadi pada anak ini tiba-tiba dibuat kaget dan melongo.
Siauw-cut tiba-tiba saja seperti harimau tumbuh sayap.
Mampu mengimbangi dan menangkis semua bacokannya,
bahkan mengelak dan menyerang ganas, memutar golok dan
bertubi-tubi "mematuk" tubuhnya, lebih gesit dan cekatan
dibanding tadi, ketika memegang ranting! Dan Golok Hitam
yang mengeluh melihat perobahan itu tiba-tiba pucat mukanya
ketika tangkisan-tangkisan anak itu kian lama kian membuat
lengannya kesakitan, tergetar pedas. Hampir melumpuhkan!
Dan ketika dia terbelalak dan mundur-mundur oleh serangan
anak laki-laki ini mendadak kepala rampok itu sudah terdesak
hebat dan menjerit-jerit. Marah tapi juga gentar!
Sesungguhnya, apa yang terjadi pada pertempuran ini"
Sederhana saja. Kisahnya dimulai dari rasa kurang percaya
diri, karena ketika Siauw-cut masih memegang ranting dan
belum tahu kehebatan ilmu s ilat kakek itu dia merasa was-was
dan kurang tenang. Bagaimanapun Siauw-cut belum pernah
mempelajari ilmu silat. Kecuali ilmu pernapasan (Iweekang)
yang didapatnya dari Bu beng Sian su. Maka begitu mendapat
"warisan" ilmu silat yang banyaknya hanya tiga jurus dan baru
pertama kali itu dia bertanding me lawan seorang kepala
rampok yang tinggi besar dan menyeramkan mukanya mau
tak mau anak ini tergetar juga. Kecut. Tapi ketika dalam
pertempuran pertama dia berhasil menandingi setidak-
tidaknya menahan serangan si Golok Hitam dengan ranting
yang lemah di tangannya maka anak ini terangkat
kepercayaannya.
Tapi kepercayaan inipun tiba-tiba hampir padam. Yakni
ketika rantingnya patah menangkis golok si kepala rampok itu
meskipun senjata lawan dapat pula dia pentalkan. Hasil dari
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
getaran tenaga saktinya yang bergolak di tubuh, tenaga sakti
yang sesungguhnya belum mahir benar dipergunakan anak ini.
Karena, kalau Siauw-cut dapat mempergunakan tenaga
saktinya dengan betul tentu rantingnya tak akan patah.
Bahkan mungkin senjata di tangan kepala rampok itulah yang
patah bertemu tenaga sinkang seorang yang ahli! T api karena
Siauw-cut memang belum tahu akan semuanya ini maka tak
heran kalau dia kecil hati menghadapi lawannya yang buas,
setelah rantingnya patah.
Tapi Siauw-cut tiba-tiba gembira. Dia melihat kakek Kun tak
membiarkannya celaka di tangan lawan. Berarti kakek itu akan
selalu menyelamatkannya setiap dia dalam bahaya. Maka
mendengar kakek itu menyuruhnya maju kembali dan
membekalinya dengan sebuah golok sebagai pengganti
ranting yang patah tiba-tiba Siauw-cut bangkit semangatnya
dan besar hati! Dia maju dengan kepercayaan penuh. Yakin
tak akan terbunuh karena kakek Kun akan membantunya
setiap saat! Dan girang serta pulih kembali kepercayaannya
yang menggebu-gebu Siauw-cut tiba-tiba menjadi garang dan
mantap sepak terjangnya. Hal ini membuat gejolak tenaga
saktinya bangkit, tak terkendali, didorong oleh semangat yang
meluap dan rasa besar hati yang berlebih-lebihan. Maka
begitu dia menyambut dan balas menyerang semua bacokan
si Golek Hitam tiba-tiba Siauw-cut telah ma inkan tiga jurus
ilmu s ilatnya dengan begitu baik dan sempurna. Satu hal yang
belum tentu dapat dilakukannya dalam keadaan kecil hati. Dan
begitu dia mainkan tiga jurus ilmu silat ini dengan penuh
kepercayaan diri yang berlebih-lebihan mendadak tenaganya
berlipat ganda sampai sepuluh kali banyaknya!
Tentu saja Golok Hitam terkejut. Dia tak tahu kenapa
tenaga anak laki-laki ini sekonyong-konyong seperti orang
kesetanan. Hebat dan membuat lengannya kian pedih dan
kesakitan setiap kali ditangkis. Bahkan telapaknya mulai lecet-
lecet! Dan ketika dia semakin terdesak dan mundur-mundur
oleh serangan anak laki-laki itu mendadak golok Siauw-cut
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"memercik" ke segenap tubuhnya dalam jurus terakhir. Bu-
tiong-hoan-seng ... atau Bintang Bertaburan di Balik Kabut!
"Golok T engik, robohlah ... !"
Laki-laki ini menggigit bibirnya. Dia dimaki Golok Tengik,
bukan Golok Hitam. Dan melihat anak itu menggerakkan polok


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian rupa hingga mengaburkan pandangan karena ujung
golok tiba-tiba "memercik" ke sana ke mari menghujani
tubuhnya tiba-tiba kepala rampok ini bingung. Dia tak tahu
harus menangkis ke mana. Maka, nekat dan bingung oleh
serangan Bintang Bertaburan itu mendadak dia memutar
goloknya dengan ngawur, sebisa dia melindungi diri. Dan
begitu membentur golok di tangan Siauw-cut yang
berhamburan dari segala penjuru mendadak kepala rampok ini
berteriak ketika goloknya patah, tak kuat bertemu tenaga
Siauw-cut yang luar biasa. Lalu sementara dia terpekik dan
golok lepas dari tangannya tahu-tahu golok di tangan anak
laki-laki itu sudah menyambar dan membabat lengannya.
"Cratt ... !"
Golok Hitam terpelanting roboh. Pangkal lengannya terkuak
lebar, bahkan sebagian dada
kirinya juga terluka,
mengucurkan darah yang menyemprot segar. Dan Golok
Hitam yang kaget oleh gebrakan terakhir ini tiba-tiba sudah
ditodong ujung golok yang menempel di kulit lehernya.
"Kau masih tak menyerah. Golok T engik?"
Laki-laki ini tertegun. Sekarang dia sadar bahwa lawan
yang dihadapinya itu bukan anak sembarangan. Tapi pura-
pura mengeluh dan melirik ke kanan dia memberi kedipan
pada anak buahnya, menyuruh mereka maju membokong.
Tapi baru anak buahnya melompat maju tiba-tiba kakek Kun
tertawa dan menggerakkan jarinya. Limapuluh kerikil hitam
disentilkan bergantian, cepat sekali. Dan begitu sinar hitam
menyambar anak buah kepala rampok itu mendadak
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semuanya mengeluh dan terguling roboh. Tertotok oleh kerikil
yang disambitkan kakek ini!
"Ha-ha, kau ingin memerintahkan anak buahmu maju
mengeroyok. Golok Hitam" Kau masih tak menerima
kekalahanmu dan minta dibunuh?"
Golok Hitam terkejut. Dia melihat anak buahnya sudah
roboh bergelimpangan, tak satu-pun berdaya. Semuanya
ditotok roboh oleh kakek tua itu. Dan sadar bahwa kakek ini
seorang sakti yang luar biasa ilmu kepandaiannya tiba-tiba
kepala rampok ini gentar dan ketakutan bukan main!
"Ah. ampun ... ampunkan aku, orang tua. Sungguh mataku
buta tak mengetahui siapa adanya kau! Siapakah kau dan
siauw-hiap (pendekar cilik) ini" Golok Hitam menjatuhkan diri
berlutut, gemetaran dan pucat mukanya dengan peluh
membasahi dahi. Tapi kakek Kun yang sudah melayang
mendekati kepala rampok ini tiba-tiba bersikap bengis.
"Golok Hitam, tak perlu kau tahu siapa aku. Kami terlalu
besar untuk memperkenalkan nama kepadamu! Sekarang apa
yang kau minta?"
Golok Hitam menggigil, "Aku mohon ampun, lo-taihiap ...
aku mohon ampun dan tak akan mengulangi lagi
perbuatanku!"
"Hm, sedemikian mudah caranya" Kau ingin seenak itu?"
Laki-laki ini ketakutan. "Aku ... aku mohon keringanan, lo
taihiap ... boleh kau hukum aku tapi jangan dibunuh."
"Kalau begitu apa yang kaukehendaki?"
"Kaubebaskan aku ... dan sebagai gantinya biarlah aku
mencokel sebelah mata untuk menerima hukuman ini!"
Sebelum kakek Kun menjawab atau menolak tiba-tiba
Golok Hitam menggerakkan tangannya. Dia mencokel mata
kirinya, menusuki dengan dua jari telunjuk dan tengah. Lalu
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu menarik dan menjerit perlahan tahu-tahu kepala
rampok ini telah mengeluarkan biji matanya di telapak tangan,
buta sebelah. Dan begitu dia menjerit dengan muka
berlepotan darah tiba-tiba kepala rampok ini telah terguling
roboh. Pingsan!
Siauw-cut dan Kun Seng tertegun. Siauw-cut terbelalak,
merasa ngeri. Tapi kakek Kun yang menyeringai dingin
mendadak mengayunkan kaki menendang tubuh si Golok
Hitam itu. Dia tampaknya tenang-tenang saja, bersikap acuh
melihat kebutaan orang. Lalu membebaskan limapuluh orang
anak buah kepala rampok ini dengan sambitan kerikil
hitamnya kakek itu membentak, "Tikus tikus busuk, bawa
pemimpin kalian ini enyah dari sini. Jangan mengulang
kembali memasuki dusun Lo!"
Para rerampok bangkit berdiri. Mereka menggigil, ketakutan
sekali me lihat kehebatan kakek dan anak laki-laki itu. Namun
menganggukkan kepala dengan tubuh gemetaran mereka
sudah menerima dan membawa lari pemimpin mereka,
menaiki kuda yang sudah sehat kembali dan lintang pukang
bagai dikejar setan. Sementara Siauw-cut yang masih
terkesima oleh semuanya ini tiba-tiba melihat banyak orang
muncul dari dalam hutan, di belakang dusun.
"Kun-taihiap, terima kasih ... kau orang tua sungguh hebat
sekali ... !"
Siauw-cut tertegun. Dia melihat puluhan orang berlari-lari
menghampiri mereka, laki-laki dan wanita. Penduduk dusun Lo
yang tadi menyingkir bersembunyi! Dan begitu mereka
bersorak sambil menghambur maju tahu-tahu mereka semua
sudah menjatuhkan diri berlutut dipimpin seorang laki-laki
kurus yang agaknya kepala dusun!
"Kun-taihiap, terima kasih. Kami sungguh lega gerombolan
Golok Hitam telah kauusir ... !"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kakek Kun menyeringai. Dia memberi isyarat agar
Siauw-cut mendekat, lalu menyambar anak ini dan
menjejakkan kakinya tiba-tiba kakek itu melompati kepala
semua orang, lenyap sambil berseru, "Lo-chungcu, tak perlu
berterima kasih. Itu sudah merupakan kewajiban kami!"
Kepala dusun terkejut. Dia melihat kakek itu tahu-tahu
sudah kabur jauh, terbang melewati belakang dusun. Dan
begitu bayangan orang lenyap meninggalkan suaranya yang
serak terkekeh otomatis semua orang bangkit berdiri. Mereka
juga terkejut, heran dan kaget melihat kakek ini dapat
melampaui kepala demikian banyak orang. Bagai terbang saja.
Dan sementara mereka bengong dan menjublak bagai orang
terpukau tiba-tiba kepala dusun sudah berseru kepada
mereka, "Saudara-saudara, kakek itu bukan manusia. Dia dewa
penjaga hutan ... !"
Semua orang ribut. Mereka spontan menyambut teriakan
kepala dusun ini, karena datang dan perginya kakek itu
memang berusai dari dalam hutan, di belakang dusun mereka.
Maka begitu mengiyakan dan berteriak menimpali seruan Lo-
chungcu ini tiba-tiba semua orang menghambur ke belakang
dusun dan berlari ke mulut hutan.
Tapi kakek Kun tak tampak bayangannya lagi. Kakek itu
juga sudah tak terdengar suaranya, lenyap tak meninggalkan
jejak entah ke mana. Dan penduduk dusun yang ramai-ramai
memburu ke tempat ini akhirnya mengucap terma kasih
sambil menjatuhkan diri berlutut. Mereka tak tahu bagaimana
harus bersikap kepada "dewa" penjaga hutan
itu, menyampaikan ucapan syukurnya dan terima kasih yang
mendalam. Bebas dari gangguan si GoloK Hitam. Maka, ketika
Lo chungcu mengusulkan agar memberi sesaji di mulut hutan
dan malamnya mengadakan upacara keagamaan di tempat itu
segera semua orang bangkit berdiri menyatakan setuju.
Mereka tak ada yang menolak, malamnya ramai-ramai di
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat itu. Dan begitu semua orang "selamatan" di mulut
hutan segeralah dusun ini menjadi ramai seperti pasar malam!
(Oodwkz-rhgoO) Sesungguhnya, siapa kakek yang mengusir gerombolan
Golok Hitam dari dusun Lo itu" Dan kenapa dia mengincar
benar Bu-beng Siauw-cut untuk dijadikan muridnya" Bagi para
pembaca yang telah mengikuti kisah "Pendekar Kepala Batu"
tentu mengenal kakek ini. Tak asing lagi begitu dia menyebut
namanya. Kun Seng. Karena, siapa tak mengenal tokoh itu
dalam kisah Pendekar Kepala Batu"
Sebab dialah sesungguhnya si jago pedang itu. Pendekar
sejati dari Pegunungan Kun-lun, jago pedang tanpa tanding
yang berjuluk Bu-tiong kiam (Si Pedang Dalam Kabut), orang
yang justeru dicari-cari Bu-beng Siauw-cut! Maka aneh dan
menggelikan kalau melihat bahwa Siauw-cut justeru mencari-
cari pendekar pedang ini. Tak tahu betapa sesungguhnya
orang yang dia cari berada di sampingnya. Kakek Kun yang
memang merahasiakan dirinya itu, menyembunyikan julukan
hingga Siauw-cut tak tahu!
Kalau begitu, kenapa kakek
ini menyembunyikan
keadaannya terhadap anak itu" Apa yang dimaksud"
Sesungguhnya memang ada hal-hal yang dirahasiakan.
Persoalan yang tidak boleh terburu-buru diberi tahu. Karena
kalau Siauw-cut mengetahui bahwa Kun Seng adalah si jago
pedang itu mungkin ada perubahan yang terjadi pada diri
anak ini. Seperti diketahui, beberapa tahun yang lalu pendekar ini
mengalami musibah. Maksud perjodohan puteranya dengan
keluarga Ciok-thouw Taihiap berantakan. Artinya, perjodohan
itu gagal gara-para puteranya yang bernama Kun Bok "ada
main" dengan gadis lain, malah tiga orang sekaligus, kakak
beradik Sam-hek-bi-kwi yang menjadi pembantu-pembantu
ketua Gelang Berdarah. Dan karena puteranya itu memang
masih hijau dan belum berpengalaman maka puteranya itu
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terperangkap permainan orang-orang Gelang Berdarah,
terjebak dan akhirnya tewas dengan menyedihkan pada saat
mengetahui dirinya tertipu.
Tapi jago pedang ini menyadari keadaan. Dia tahu
pihaknya yang bersalah. Artinya puteranya itulah yang
menjadi gara-gara dan korban dari tipu muslihat orang jahat.
Yakni ketua Gelang Berdarah itu. Tapi karena ketua Gelang
Berdarah sendiri tewas dan tidak ada lagi tentu saja dia tak
dapat menuntut pertanggung-jawaban dari biang keladi yang
membuat cita-citanya berantakan. Hancur total maksud
hatinya untuk berbesan dengan Cok-thouw Taihiap, Pendekar
Kepala Batu yang terkenal keras namua lihai itu!
Tapi pendekar pedang ini tak menyesali apa yang sudah
terjadi. Dia cukup bijaksana untuk melihat kenyataan bahwa
bagaimanapun juga dia ikut bersalah, sebagai orang tua
kurang kontrol terhadap anak sendiri. Maka melihat semuanya
berakhir dengan demikian pahit pendekar inipun kembali
pulang ke Kun-lun. Untuk beberapa lama dia mengasingkan
diri, tak muncul selama dua tahun. Bertapa dan menenangkan
guncangan batinnya yang terpukul hebat karena bagaimanapun juga kematian Kun Bok yang merupakan satu-
satunya keturunan baginya terlalu hebat baginya. Maka,
berhasil menenangkan diri di tempat persembunyiannya suatu
hari pendekar ini merenung.
Dia berpikir, apa yang harus dilakukannya sekarang" Tetap
tinggal di pegunungan itu sampai tua" Atau dia harus turun
melaksanakan tugas-tugas seorang pendekar dalam membela
yang lemah menentang yang lalim"
Untuk sejenak pendekar ini tersenyum pahit. Sebenarnya
dia enggan turun gunung, kecewa terhadap nasibnya yang
buruk. Karena setelah kematian putera tunggalnya yang
merupakan satu satunya keturunan itu pendekar ini menjadi
hambar menghadapi hidup. Dia masih tertekan teringat
semuanya itu, meskipun dia dapat mengendalikan diri
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapi kenyataan ini. Tapi ketika pagi itu dia
menimbang-nimbang apa yang akan dilakukannya tiba-tiba
wajah pendekar ini berseri ketika mendadak seorang wanita
dusun lewat di depannya, itulah Bwee Kiok, gadis manis di
kaki gunung, gadis yang selama ini membantu menyiapkan
makanannya selama dua tahun! Maka, begitu melihat Bwee
Kiok muncul di situ tiba-tiba terbersit di pikiran pendekar ini
untuk, ah ... kawin lagi!
Mendadak muka pendekar ini merah. Dia berdebar bagai
jejaka melihat kekasih barunya, terbelalak dan ragu-ragu
memandang gadis itu yang sudah memasuki tempatnya,
membawa dua rantang makanan yang mengepul panas. Dan
melihat gadis itu sudah memasuki tempatnya sementara dia
masih bengong memandang Bwee Kiok tiba-tiba gadis itu
menegur, "Locianpwe. apa yang kau lihat" Kenapa kau
bengong memandangku?"
Pendekar ini terkejut. Dia sadar oleh sikapnya, tergetar oleh
suara yang nyaring merdu itu, suara seorang gadis yang murni
dan polos! Maka gugup dan merah oleh teguran ini tiba-tiba
pendekar itu bangkit berdiri. "Bwee Kiok, kau makan saja
makanan itu. Aku hari ini ingin berpuasa!"
Bwee Kiok tertegun. "Kenapa tidak bilang kemarin,
locianpwe" Aku masak kesenanganku hari ini, kuah swike dan
dadar telur!"
"Ah, tapi hari ini aku ingin menenteramkan pikiran, Bwee
Kiok. Aku gelisah membaca pikiranku sendiri!"
Bwee Kiok tersenyum. Ia meletakkan makanan itu, lalu
menghadapi laki-laki tua ini gadis itu bertanya ulang, "jadi kau
benar-benar tidak ingin makan, locianpwe" Ka lau begitu besok
saja?" "Ya, besok saja. Bwee Kiok. Kau ambil makanan itu dan
pulanglah!"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Kiok mengangguk. Ia terpaksa membawa kembali
masakan itu, memutar tubuh dan melangkah pergi. Tapi
belum sampai di pintu keluar mendadak pendekar itu
memanggilnya, "Bwee Kiok, bolehkah kutanya sebuah hal


Pedang Medali Naga Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadamu?"
Gadis ini terhenti, heran tampaknya. "Tentang apa,
locianpwe" Apa yang ingin kautanya kan?"
"Hm, sesuatu yang bersifat pribadi, Bwee Kiok. Bolehkah
kutanya ini?"
Bwee Kiok tersenyum. "Aku tak mempunyai urusan pribadi,
locianpwe. Kau boleh tanya apa saja kepadaku!"
"Hm, betulkah?"
"Ya."
"Kalau begitu ... " pendekar ini tersendat, menelan ludah.
"Kau tidak akan marah mendengar pertanyaan ini?"
Gadis itu tersenyum manis, bersinar-sinar matanya
memandang pendekar ini. "Kenapa aku harus marah,
locianpwe" Bukankah kita sudah seperti keluarga sendiri?"
Jago pedang itu tergetar. Dia tertusuk oleh kata-kata
"seperti keluarga sendiri" ini, pernyataan yang diucapkan dari
bibir mungil perawan dusun itu tanpa maksud-maksud
tertentu. Tapi mengeraskan sikap dan tersenyum pahit diapun
mengangguk, mencoba menenteramkan hati.
"Ya, justeru itulah aku berani bertanya, Bwee Kiok. Tapi
kalau kau marah boleh kau tak usah kembali ke mari lagi."
Bwee Kiok tertawa kecil. "Locianpwe, kau tampaknya serius
sekali. Apa sih yang hendak kautanyakan?"
"Hm, persoalan pribadimu, Bwee Kiok. Yakni apakah kau
sudah mempunyai kekasih atau calon suam i pendamping
hidupmu!" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Kiok terkejut. "Apa, locianpwe" Kekasih?""
"Ya, itu yang ingin kutanyakan, Bwee Kiok. Tapi maaf kalau
pertanyaan ini menyinggung hatimu!"
Perawan dusun itu tertegun, ia tampaknya tak menyangka
sama sekali pertanyaan itu, seketika merah mukanya dan
cepat menunduk. Tapi tersenyum malu tiba-tiba ia memutar
tubuh dan berlari keluar, terkekeh ditahan sambil menjawab,
"Locianpwe, pertanyaanmu aneh. Aku tak mempunyai kekasih
atau memikirkan kekasih, untuk apa bertanya ini?"
Jago pedang itu ganti tertegun. Dia sendiri berobah
mukanya, terbelalak melihat perawan dusun itu berlari cepat
turun gunung, lenyap meninggalkan kekehnya yang manis
memikat. Tapi menarik napas dan tersenyum lebar tiba-tiba
pendekar ini merasa lega! Ada suatu perasaan puas di hatinya.
Perasaan gembira yang menyelinap aneh di sanubarinya yang
paling dalam! Maka menyeringai dan tersenyum girang tiba-
tiba pendekar itu melompat dan mengawasi bayangan Bwee
Kiok. Tapi gadis dusun itu sudah lenyap. Jago pedang ini tak
mengejar, sekedar mengawasi dan menarik kesimpulan dan
apa yang baru saja mereka bicarakan. Lalu kembali masuk
dan menenangkan debaran jantungnya yang bergetar
pendekar ini sudah duduk bersila di atas sebuah batu hitam.
Tapi celaka. Dialog sejenak itu ternyata membuatnya gelisah,
tak dapat tenang mengonsentrasikan diri. Dan ketika semalam
suntuk dia gundah oleh bayangan gadis dusun itu dan tak
dapat menenangkan diri akhirnya Bwee Kiok muncul kembali
pada keesokan harinya membawa sarapan pagi!
"Locianpwe, kau sudah lapar, bukan?"
Pendekar ini tertegun. "Aku melanjutkan puasaku, Bwee
Kiok. Kau bawalah kembali makanan itu dan biarkan aku
sendiri!" http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Kiok terkejut. "Ah, kenapa begitu, locianpwe" Kenapa
tidak kemarin juga kau memberi tahu kepadaku"'
Kun Seng menarik napas, "Maafkan aku, Bwee Kiok. Aku
tak dapat menenangkan diriku semalam. Aku gelisah!"
Gadis ini cemberut. "Kalau begitu besok aku kembali,
locianpwe"'
"Ya."
Tapi ketika Bwee Kiok kembili untuk yang ketiga kalinya
kembali pendekar ini menolak untuk makan.
"Ah, apa apaan ini, locianpwe" Kenapa tak bilang kemarin?"
Bwee Kiok marah, cemberut mulutnya dan memandang penuh
selidik muka pendekar itu. T api Kun Seng yang menarik napas
tiba-tiba membalikkan tubuh, penuh sesal dan tidak enak.
"Maafkan aku, Bwee Kiok. Aku gelisah selama tiga hari ini.
Biarlah kau pulang saja dan tak usah mengantarkan makanan
lagi untukku!"
Bwee Kiok membelalakkan mata, melangkah maju.
"Locianpwe, apa yang sebenarnya terjadi padamu" Kenapa
sikapmu akhir-akhir ini aneh sekali?"
Pendekar ini mengangkat bahu berat sekali.
"Aku dihantui perasaan takut, Bwee Kiok. Perasaan yang
selama tiga hari ini tiba-tiba muncul secara mendadak!"
"Hm. soal apa, looianpwe" Apa yang kautakuti" Bukankah
kau pendekar pedang tanpa tanding?"
Laki-laki ini menyeringai. "Justeru itulah, Bwee Kiok. Aku ...
ah sudahlah, tak usah kuceritakan ini karena membuat malu
aku saja. Kau pergilah, Bwee Kiok ... kau pergilah yang jauh
dariku karena mungkin aku segera akan turun gunung!"
Bwee Kiok mengeluarkan seruan tertahan, kaget.
"Locianpwe, kau akan meninggalkan aku?"
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, aku gelisah di sini. Bwee Kiok. Aku ingin menghibur
hatiku di luar!"
Bwee Kiok tiba-tiba terisak, meletakkan rantangnya.
"Locianpwe, apa sebenarnya yang membuatmu gelisah"
Bolehkah aku tahu?"
"Hm, aku malu mengatakannya, Bwee Kiok. Kurasa tak
enak sekali aku menceritakan ini kepadamu."
"Tapi kita sudah seperti keluarga sendiri, locianpwe. Aku
sudah biasa mendengar dan melihat nasibmu yang buruk."
"Ya, tapi ini persoalan pribadi, Bwee Kiok. Aku ... ah
sudahlah, aku malu mengatakannya!"
Bwee Kiok tiba-tiba melangkah maju, menggigil gemetar
memandang pendekar ini dengan matanya yang bening
basah. Lalu bertanya dengan bibir gemetar dan lirih dia
mengeluarkan suara sambil menunduk, "Locianpwe, tidak
berhakkah aku bertanya urusan pribadimu" Bukankah dua hari
yang lalu kau juga pernah bertanya urusan pribadiku?"
Pendekar ini tertegun. Dia melihat gadis itu tiba-tiba
mengucurkan air matanya dengan deras, menggigit bibir dan
menahan-nahan diri agar tidak tersedu-sedu. Maka terharu
dan terpukul oleh pertanyaan ini terpaksa Kun Seng
menyentuh pundak gadis itu dan berkata, "Sebenarnya aku
berat menjawab, Bwee Kiok. Tapi karena pertanyaanmu betul
dan aku tak dapat membantah baiklah kukatakan apa
sesungguhnya yang membuat aku gelisah. Kau duduklah, kita
bicara baik-baik ... " lalu menuntun gadis itu yang mengusap
air matanya segera pendekar ini menyatakan isi hatinya, agak
tersendat namun sungguh-sungguh.
"Sebenarnya aku ingin kawin, Bwee Kiok. Karena semenjak
keturunanku satu-satunya tewas aku menjadi hambar
menghadapi hidup. Aku kecewa terhadap nasibku sendiri. Aku
menyesal bahwa mendiang puteraku melakukan kesalahan tak
berampun hingga mengorbankan dirinya sendiri. Kini aku tak
http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai keturunan. Aku tiba-tiba takut bahwa ilmu
kepandaian yang kumiliki satu-satunya tak mendapat ahli
waris!" Bwee Kiok tertegun. "Jadi itu yang membuatmu gelisah,
locianpwe?"
"Ya."
"Dan ... dan ... "
"Kenapa, Bwee Kiok?"
"Kau sudah mempunyai calon isterimu itu, locianpwe?"
gadis ini menunduk, bertanya lirih dan tampaknya gemetar
ketika menanyakan pertanyaan itu. Dan Kun Sang yang merah
mukanya oleh pertanyaan ini tiba-tiba bangkit berdiri.
"Hm, ini yang membuat aku bingung, Bwee Kiok. Karena
justeru kaulah yang kuharapkan!"
Bee Kiok terkejut. "Apa, locianpwe..?"
"Ya, aku ingin berterus terang, Bwee Kiok. Bahwa wanita
yang kuharap untuk menjadi isteriku adalah kau!"
"Aah ... !" Bwee Kiok terpekik, menjerit lirih. Lalu bangkit
berdiri dan tersedu-sedu mendadak gadis ini memutar tubuh
keluar gua. Tentu saja pendekar pedang ini terperanjat. Dia menyesal
mengatakan itu semuanya, tapi melihat gadis itu berlari turus
gunung dan tidak menjawab pernyataannya tiba-tiba pendekar
ini tersenyum pahit. Dia merasa dirinya tak tahu diri, bagai
bandot tua yang sengaja mencari daun muda! Maka melihat
Bwee Kiok tampaknya marah dan tersinggung oleh
pernyataannya tadi tiba-tiba jago pedang ini masuk ke dalam
Pedang Naga Kemala 11 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Durjana Dan Ksatria 1
^