Pencarian

Pendekar Asmara Tangan Iblis 2

Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear Bagian 2


adu jiwa. Akan tetapi mereka mengenal jurus itu dan tau kedahsyatannya
maka segera mereka melompat jauh ke belakang sambil bersiap untuk
membalas dengan jurus andalan. Namun mereka segera kehilangan
lawannya karena waktu yang sempit itu tidak di sia-siakan oleh Tin Lee.
Lian moi, kau larilah...jangan membantah...nanti kau balaskan sakit hati ini...
Mati-matian Tin Lee mengempos segenap tenaga menyerang ketiga
pengeroyok yang mengeroyok gadis itu.
Wajah gadis itu pucat, dia memandang dengan penuh rasa terima
kasih...namun dia juga sadar bahwa mereka tidak akan bertahan jika terus
melawan. Segera diapun memutar pedangnya. Setelah ada peluang sedikit, sambil
menahan sakit akibat beberapa luka di tubuhnya, dia meloncat dan berlari
masuk ke dalam hutan. Toako...hati-hati...
Hok-Tancu marah melihat hal ini, segera dia bermaksud mengejar, tapi
niatnya urung karena di hadapannya tahu-tahu berdezing empat peluru besi
yang mengarah ke jalan darah mematikan di tubuh mereka berdua. Itulah
peluru naga yang menjadi andalan Kim-liong-pay yang di sambitkan Tin Lee.
Tangannya bergerak cepat memapaki peluru tersebut dengan pedangnya.
TRAAANGG... TAAKK.. peluru-peluru itu runtuh ke tanah, tapi Hok-Tancu
dan rekannya terkejut. Mereka merasakan suatu tenaga yang amat kuat
yang membentur pedang mereka sehingga mematahkan pedang.
Mereka tidak habis pikir, kalau berdsarkan tenaga yang di miliki Tin Lee, mustahil mematahkan pedang mereka. Sejenak dia menoleh ke kanan-kiri,
namun tetap tidak menemukan apa-apa.
Bekuk dia... perintah Hok-Tancu dengan marah walau masih dengan hati
was-was. Ke empat orang itu segera mengeroyok Tin Lee, sedang Hok-
Tancu berlari mengejar ke arah sang gadis ke dalam hutan.
Sampi lama Hok-Tancu mengejar ke dalam hutan, tapi dia heran, kemana
menghilangnya gadis itu. Sementara dia celingukan kesana-kemari, tiba-tiba di lihatnya bekas pukulan telapak tangan yang melesak masuk sedalam 3
inchi pada sebuah batu besar di sampingnya. Jelas sekali, tanda yang
melakukannya adalah orang yang bertenaga dalam tinggi sekali. Sementara
di samping cap tangan ini ada tulisan pendek Jangan ganggu gadis itu atau kalian mati!...Tangan Iblis
Tak berapa lama kemudian ke empat rekannya sudah mengikutinya.
Rupanya mereka telah berhasil membekuk Kim Tin Lee.
Bagaimana..." Tanya mereka pada Hok-Tancu...
Hok-tancu hanya memandangi mereka dengan tatapan penasaran sambil
menunjuk cap tangan di batu tersebut yang di sambut dengan reaksi terkejut oleh rekan-rekannya. Namun mereka tidak berani gegabah.
Sementara mereka termanggu tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba...
JDAAAAAARRRRR..... Debu mengepul ke atas, dan batu yang terdapat cap
tangan tersebut hancur berantakan. Di lain saat di hadapan mereka telah
berdiri seorang laki-laki tinggi kurus berjubah merah yang menatap mereka dengan sinar mata yang tajam.
Melihat orang ini, serentak kelima orang itu hendak menjatuhkan diri
bertelut tapi segara terdengar suara dingin, menyeramkan, Dimana
mereka..."
Segera Hok-Tancu menunjuk ke kiri dan di lain saat laki-laki itu melesat
lenyap dengan cepat.
Apakah yang telah terjadi" Mudah di duga, bahwa gadis yang telah terluka
itu bertemu dengan Han Sian. Sebenarnya sudah lama Han Sian menguntit
mereka karena tertarik oleh pembicaraan mereka. Dia juga yang membantu
gadis itu dengan sambitan dua pasir kecil yang mematahkan pedang Hok-
Tancu dan rekannya.
Han Sian menatap gadis tersebut dengan kagum. Gadis ini memang cantik
jelita, tak kalah cantiknya dengan Cu In Lan yang ada dalam ingatannya.
Nona, sebenarnya apakah yang terjadi"...mengapa engkau sampai bentrok
dengan orang-orang Kim-Liong-Pay tersebut"...
Gadis itu mengangkat wajahnya yang cantik sambil menatap pemuda di
depannya ini. Dia belum sempat menanyakan siapa pemuda ini dan ada apa
dia mau menolong.
Saat dia sedang berlari cepat, tiba-tiba dia di kujutkan oleh suara perlahan di telinganya Nona perlahan..engkau tak perlu lari...aku sudah
menghalangilangkah mereka... Segera dia membalikkan tubuh dan dia
terkejut karena di hadapannya telah berdiri seorang pemuda berpakaian
sederhana sambil tersenyum. Sebelum dia berbuat apa-apa, pemuda itu
mendekati sebuah batu besar dan menekankan telapak tangannya yang
melesak 2 inchi lebih. Tahulah dia bahwa pemuda ini berilmu tinggi.
Dengan penuh keraguan dia hanya menatap saja. Han San mengerti, maaf,
kau mungkin bertanya kenapa aku membantumu bukan"
Gadis itu mengangguk perlahan., segera Han Sian melanjutkan,
Sebenarnya, aku tertarik mendengar pembicaraan kalian saat kau menyebut
nama Ui-I-Liong-jin, karena aku mengenal beliau dengan baik...
Mata Gadis itu berbinar. Mulai timbul rasa kepercayaannya pada pemuda
ini, namun begitu hanya sinar matanya yang menunjukkan perasaan
berterima kasih ini. baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba di lihatnya tangan pemuda itu di taruh di bibir dan memberi isyarat padanya
untuk berdiam. Hehehee...ehh...., hebat kau anak muda, bisa mengetahui keberadaanku...
Terdengar suara yang de sertai pengerahan tenaga dalam tinggi yang
sempurna menggema memekakkan telinga. Dalam sekejab, muncul ah
seorang laki-laki tinggi kurus yang berjubah merah. Umurnya sekitar 50-an tahun. Wajahnya masih kelihatan gagah, namun yang aneh adalah mata
kanannya yang cacat sehingga hanya kelihatan putihnya saja.
Suaranya dingin dan kaku, Orang muda, kau berperkara dengan kami, apa
kau pikir bisa kabur seenaknya saja dari tangan kami"...
Dengan tenang Han Sian menatap orang itu. Maaf, lo-cianpwe, aku tak
mengerti maksud anda, apa perbuatanku melindungi nona ini yang kau
anggap berperkara dengan golongan kalian"
Huh, gadis itu adalah buruan ketua kami...kau harus menyerahkan padaku
untuk di bawa, kalau tidak...
Hemnn, kalau tidak apa... balas Han Sian. Matanya sudah mulai bersinar
tajam penuh kemarahan. Dia adalah jenis orang yang paling tidak suka di
ancam, dan orang ini sepertinya belum sadar kalau jawabannya nanti akan
menentukan akhir hidupnya.
Kalau tidak, maka kau pasti mati...
Baik, ku beri kesempatan kau menyerang tiga jurus, dan kalau kau tidak
berhasil, kepalamu akan ku ratakan dengan jalan... Suara Han Sian mulai
terdengar dingin, sinar matanya berkilat.
Sombong...kau belum tahu siapa aku... berkata demikian orang itu berjalan perlahan ke depan sambil tangannya mendorong dada Han Sian.
Tampaknya dia masih memandang enteng.
Duukkk...Ehh.." Laki-laki itu terkejut bukan kepalang. Dorongannya adalah pukulan dengan pengerahan enam bagian bagian tenaganya, tapi pemuda
itu tidak bergeming sedikitpun.
Dua kali lagi...harap pergunakan sebaik-baiknya...
Dia mendengus marah, dan sekejap kemudian tangannya sampai ke siku
telah berubah kepucat-pucatan dan berbau harum, itulah ilmu Pek-Siang-
tok-ciang atau Pukulan Racun Wangi Putih.
Rasakan kehebatan Tok-ciang Sin-mo... Sekali membentak, tubuhnya
meluncur ke depan sambil memukul dengan hawa pukulan di sertai
pengerahan tenaga delapan bagian. Namun Han Sian hanya diam saja.
Rupanya dia tahu bahwa ini hanya pancingan saja. Dan benar, dilain saat
tubuh Tok-ciang Sin-mo telah berada di belakangnya dengan memukul
sekuatnya. Awass!!!......BHUUUKK Seruan khawatir dari gadis itu terdengar bersamaan
dengan pukulan yang dahsyat mengenai punggung pemuda itu. Namun
yang terjadi sungguh di luar dugaan. Pemuda itu tetap terdiam tak
bergeming, justru lawannya yang tergentak lima langkah ke belakang.
Eh...orang muda siapakah kau" Tok-ciang sin-mo kaget sekali. Dia adalah
tokoh besar yang sudah puluhan tahun malang-melintang di dunia kang-ouw
hampir tanpa tandingan. Tapi kali ini delapan bagian tenaganya tidak dapat menggoyahkan seorang pemuda bau kencur di hadapannya. Diapun bukan
orang bodoh. Tahu berhadapan dengan orang pandai, segera dia
mengerahkan tenaga sepenuhnya dan memainkan ilmu tok-ciangnya.
Melihat orang mulai serius, Han Sian segera mengerahkan tenaga Kui-Sian
I-Sin-Kangnya sampai ke tahap awan yang membuat semua pukulan lawan
seperti menembus tubuhnya tanpa penghalang.
Tok-ciang sin-mo terkejut setengah mati. Pukulannya seperti tembus.
Seolah-olah dia hanya memukul memukul bayangan. Lewat tiga jurus, dia
melihat tangan pemuda itu bergerak aneh dan sangat cepat, tahu-tahu dia
rasakan seluruh tenaganya amblas dan di lain saat di sudah jatuh terduduk di tanah tanpa tenaga sama sekali dengan kedua sambungan pundak dan
sambungan kaki hancur.
Pend...pendekar Asmara...Tangan Iblis....aakhh... keluhnya dengan suara
tertahan dan nafas putus-putus. Sesaat kemudian tubuhnya mengejang
kaku dengan nafas putus.
Gadis yang dari tadi menyakskan pertarungan tersebut hanya termangu
saja. Kejadian yang baru sja dia lihat sungguh sangt aneh. Dia tahu orang berpakaian merah itu adalah seorang yang sangat sakti, salah satu dari 2
tangan kanan iblis yang sedang menguasai perguruannya.
Nona..." apa kau baik-baik saja...." Han Sian bertanya perlahan, saat
melihat gadis itu hanya termenung.
Thian-Liong Cap-sha-yang-kiam-sut
Gadis itu tersentak dari lamunannya. Sejenak dia menatap Han Sian
dengan tajam. Sesaat kemudian dia tersenyum dan berdiri.
Benarkah yang di katakan Iblis itu tentang mu" Bahwa...bahwa kau
adalah...adalah... Suaranya agak ragu. ...Pendekar itu"...
Han Sian menatap gadis itu sejenak kemudian membalas: Akhh...itu
hanyalah suatu nama pemberian orang...Ee...eehh"!
Han Sian terkejut dan tidak melanjutkan kata-katanya karena gadis itu tiba-tiba saja menjatuhkan diri di hadapannya dengan wajah yang terlihat sedih.
Eh.. nona ada apakah"
Aku Sim Hong Lian, murid ke tiga dari suhu It-Gan Kim-Liong (Naga Emas
Bermata Satu) yang menjadi ketua Kim-liong-Pay. Dia terdiam sejenak
sambil menarik nafas panjang kemudian melanjutkan dengan
perlahan....Kim-Liong-Pay kami hidup damai dan selalu tertutup dari dunia luar. Tapi satu bulan terakhir ini telah muncul seorang Iblis yang sangat sakti yang mengambil alih Kim-Liong-Pay. Bahkan suhupun tak kuat
menandinginya dan di kalahkan hanya dalam lima jurus saja. Orang yang
baru mati ini adalah salah satu dari tangan kanannya yang sangat sakti...
Han Sian tertarik Siapakah Iblis yang kau maksudkan itu"...
Di Kami tidak tahu namanya, dia datang bersama dengan seorang wanita
cantik Saat itu mulai menjelang sore, Han Sian menawarkan untuk mengantarkan
Hong Lian menemui Ui-I Liong-Jin yang kemudian di sambut baik oleh sang
gadis. Berapa jauhkah waktu yang di butuhkan untuk tiba di tempat Ui-Liong
susiokku itu"
Kalau kita berangkat sekarang dengan kuda, akan tiba menjelang pagi...
Sahut Han Sian menjelaskan dengan tenang.
Ahk...adakah cara yang lebih cepat"...
Mungkin bisa kurang dari tiga jam...tapi..." Han Sian agak ragu mukanya
memerah karena jengah.
Kalau begitu, kita tempuh saja cara itu, dan sekali lagi aku mengucapkan
terima kasih atas kebaikanmu... Hong Lian berdiri sambil tersenyum
senang. Kembali hendak di lanjutkan perkataannya tapi matanya kemudian
di kernyitkan saat melihat pemuda itu diam saja dengan muka merah.
Eh, kau mengapakah"...
Ahh, tidak ...hanya...hanya saja kalau mau mempercepat waktu, artinya aku harus menggendongmu" Han Sian risih, namun tetap di tatapnya gadis
cantik di depannya ini dengan tatapan ragu-ragu sambil menunggu reaksi si gadis. Sesaat kemudian gadis itu menunduk malu, tapi suaranya keluar
perlahan, hampir tidak terdengar.
Hemm...kalau memang hanya itu, terserah, aku...aku menurut saja, tapi
bagaimana dengan suhengku" Apa kau juga melihatnya" Hong Lian
menjawab terbata-bata sambil mengalihkan topik pembicaraannya pada hal
yang lain. Namun sesungguhnya hatinyapun bergetar tidak karuan.
Ya, aku melihatnya, dia memang terluka namun masih dapat bertahan...biar
ku tengok dia sebentar, kau tunggulah... Belum habis gema suaranya, tiba-
tiba orangnya sudah lenyap dalam sekejap. Hong Lian terkejut dan
melongok ke kanan-kiri untuk mencari bayangan pemuda itu.
Tak lama kemudian, dalam dua kali tarikan nafas saja, tubuh yang tadinya
lenyap sudah muncul seperti asap saja di depannya.
Sudah ku cari dalam radius 200 kaki tapi tidak ada. Ku pikir dia akan baik-baik saja karena ada orang pandai yang menolongnya. Aku hanya
menemukan kelima mayat pengeroyoknya mati dengan tubuh terkena
pukulan bertenaga dalam tinggi. Han Sian memberitahukan hasil
penelitiannya dalam dua kali tarikan nafas tersebut.
Hong Lian hanya menatapnya dengan tatapan setengah tak percaya, tapi
juga setengah kagum. Baiklah, semoga dia tidak apa-apa, kalau begitu
marilah kita pergi menemui susiokku dulu. Meski mulutnya berkata demikian namun toh hatinya gundah juga memikirkan keadaan suhengnya itu. Namun
segera di kuatkan hatinya.
Baiklah, kalau itu kemauanmu nona, marilah... Berkata demikian, tangan
Han Sian terulur merangkul pinggang gadis itu dan di lain saat tubuhnya
berkelebat cepat bagaikan hembusan angin dengan ilmu Thian-In Hui-cunya
atau Terbang Menunggang Awan Langit.
*** Liong-kok-san, adalah sebuah tempat yang indah dengan pemandangan
alamnya. Tidak ada lain yang membuat tempat ini unik selain bentuknya
yang memanjang seperti naga yang sedang tidur. Puncaknya yang tinggi
selalu di tutupi oleh kabut, meskipun di siang hari sehingga menjadikan
tempat tersebut menjadi istimewa.
Seorang kakek tua berambut putih panjang di biarkan riap-riapan nampak
sedang duduk bersila di atas sebuah batu. Wajahnya masih tampak gagah
walaupun usianya sudah mendekati 80-an. Sinar matanya mencorong tajam
menandakan tenaga dalamnya sudah amat tinggi.
Di tangan kakek itu memegang sebuah pedang pendek tipis yang
gagangnya terbuat dari emas berbentuk kepala naga. Kakek ini bukan lain
adalah Ui-I Liong-Jin, penghuni puncak naga ini. Selama bertahun-tahun
memang hanya ada satu atau dua orang yang mengetahui tempat
persembunyian manusia sakti ini. Bahkan sutenya sendiri It-Gan Kim-Liong, tidak tahu kalau selama ini, sudah 5 tahun, dia menetap di Liong-kok-san
tersebut. Itu lah yang menyebabkan sampai sebegitu jauh mencari, tetap
Sim Hong Lian dan suhengnya tidak dapat menemukan kakek tersebut.
Kakek itu menggerak-gerakkan tangannya dengan gerakan lambat saja,
tapi anehnya ujung pedangnya terlihat berkelebat amat cepatnya tanpa
suara, tanpa meninggalkan bayangan dan menusuk, membabat ke segala
arah. Kadang-kadang tenaganya seperti mengurung dan membetot lawan
dari segala penjuru, tapi kadang juga berubah dari ujung pedang keluar
tenaga yang mendesak untuk memecah tenaga lawan ke segala penjuru.
Inilah ilmu pedang ciptaannya yang di beri nama Thian-Liong Cap-sha-yang-
kiam-sut (Ilmu Pedang Tiga belas Titisan Naga Langit) yang dahsyat.
Ilmu ini adalah hasil keyakinannya selama bertahun-tahun merantau di
sekitar pegunungan Himalaya dan Thai-san.
Saat kakek ini mulai memasuki puncak pengerahan ilmunya, tiba-tiba
terdengar suara perlahan berbisik kuat di telinganya.
Ah, Ui-locianpwe, belum pernah ku lihat ilmu ini...biarlah ku mencobanya...
Kakek itu terkejut karena belum habis gema suara hilang dari telingannya, bagaikan asap saja, di depannya telah muncul seorang pemuda tampan
yang masih muda yang mulai membalas menyerangnya dengan sentilan-
sentilan sepuluh tenaga jari pedang yang halus, tajam dan amat kuatnya.
Dia kenal siapa pemuda tersebut mereka bertemu karena sedah beberapa
kali pemuda itu datang berkunjung. Dia tau pemuda ini memiliki Ilmu sakti tapi mereka memang belum pernah bergebrak satu-dua jurus sebelumnya.
Kini menyaksikan pemuda itu dapat seenaknya menerobos ke dalam
lingkaran hawa pedangnya yang dahsyat tanpa terluka, bahkan dari
serangan yang di lancarkannya dia tahu tenaga pemuda itu tidak berada di
bawahnya, kakek tersebut jadi bersemangat. Dia segera memutar
pedangnya tanpa ragu lagi.
Hahaha...Sian-sicu, tiada nyana kau punya ilmu sehebat ini" Mari-mari
layani lohu bermain-main sebentar...
Akhh...segala jurus tusuk jarum begini mana boleh di banggakan, mohon
kemurahan Ui-locianpwe untuk tidak menurunkan tangan keras... han Sian
membalas kalem sambil tangannya memainkan Bu-Tek Chit-Kiam-ciang.
Hawa pedang dari ke sepuluh jarinya bergantian menyerang tak kalah
hebatnya mendesak permainan pedang lawan, sementara pengerahan
tenaganya menciptakan medan tenaga yang membungkus mereka berdua
sehingga tidak ada hawa pedang yang nyasar.
Hebat sekali akibat yang di hasilkan oleh pertarungan ke dua tokoh kosen
ini. Sekilas nampak mereka seperti sedang bertarung dalam sebuah balon
kasat mata. Hawa pukulan mereka yang tajam membentuk lingkaran yang
hanya memantul di sekeliling mereka tanpa menyebar ke luar arena.
Keadaan ini sangat berbahaya karena keduanya tidak hanya harus menjaga
ancaman serangan dari depan, tapi juga pantulan tenaga dalam yang di
pantulkan oleh dinding kasat mata di sekeliling mereka.
Lewat limapuluh jurus, keadaan yang tadinya sama kuat, mulai berubah. Ui-
I Liong-Jin mulai berkeringat. Perlahan tapi pasti, mulai terlihat siapa yang lebih unggul. Han Sian sendiri tidak terlalu kesulitan. Sejauh ini dia baru mengerahkan 70 persen tenaganya dan memainkan Bu-Tek Chit-Kiam-ciang
sampai empat jurus berturut-turut, yaitu jurus-jurus: Ang-In-Kiam-Cu (Jalur Pedang Awan Merah), Hoa-jian-Kiam-Cu (Jalur Pedang Seribu Bunga), Sui-ciam-kiam-cu (jalur Pedang Jarum Air) dan Hong-Lui-Kiam-cu (jalur Pedang
Angin Petir) namun akhirnya kakek di depannya ini hampir tidak kuat


Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menahannya. Segera dia mengendurkan serangan dan menarik perlahan
medan tenaga yang menahan hawa pedang mereka sehingga tidak
menyebar. Kemudian sambil membentak keras, dia melompat mundur
sambil menjura.
Ui-locianpwe, maafkan kekurang ajaran siauetee...
Kakek itu mengatur peredaran darahnya sehingga tenang kembali. Hatinya
terkejut bukan main. Tadinya dia sangat membanggakan kehebatan ilmunya
karena selama ini belum pernah menemukan tandingannya. Bahkan dengan
pengalamannya selama ini, membuat dia bisa berandeng bersama dalam
kelompok enam Su-Sian-Cu (Empat Dewa) yang sangat sakti, dan meski
lima iblis dan empat partai sesatpun tidak akan dapat berbuat banyak
terhadapnya. Tapi anak muda di depannya ini membuka lebar-lebar
matanya. Ternyata di atas langit-masih ada langit.
Han Sian tahu kegundahan hati orang, segera dia coba menghibur.
Ui-locianpwe, sesungguhnya semua ilmu-ilmu dahsyat yang siauwte pelajari
ini semua adalah peninggalan dari para manusia dewa yang telah hilang 500
tahun yang lalu... han Sian lalu menyebutkan tiga nama tokoh yang
membuat Ui-Liong Sian-Jin terkejut setengah mati. Karena nama-nama
seperti Dewa Tidur, Dewi Seribu Pedang dan Dewa Penyangga langit
adalah tokoh-tokoh legenda yang ada bagaikan dongeng sejak dia kecil.
Wah...wah...wah...pantas saja kalau begitu. Sesungguhnya kau sangat
beruntung Sian-sicu karena semuda ini sudah mewarisi ilmu-ilmu yang
dahsyat seperti itu. Wah bakal rame dunia persilatan nanti kalau ada orang-orang muda seperti engkau
Setelah berkata demikian, kakek itu mengalihkan pandangannya dengan
penuh selidik ke arah gadis yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka
berdua. Ahh, Ui-Locianpwe, nona itu adalah murid keponakanmu, dia murid dari
mendiang locianpwe It-Gan Kim-Liong...
Mendiang...?"" Kakek itu terkejut. Tak kuasa Hong Lian menahan air
matanya dan sesaat kemudian dia sudah menjatuhkan diri di hadapan
susioknya itu sambil sesegukan sedih.
Perlahan Ui-I Liong-Jin mengangkat bahu gadis itu. Ceritakanlah semua
yang kau ketahui.
Hong Lian menenangkan dirinya dan kembali secara singkat dan jelas, dia
menceritakan semua yang terjadi kepada susioknya itu. Tentang pengambil
alihan manusia iblis yang sangat sakti, dan semua kisah perjalanannya
sampai dia bertemu dengan Han Sian yang menyelamatkannya.
Hemmn...tahukah kau siapa Iblis tersebut"
Tidak tahu Gadis itu menggelang kepala. Kami hanya tahu bahwa dia mahir
menggunakan pedang..
Setelah mendengar semua cerita itu, sang kakek terdiam. Agak lama
akhirnya dia menarik nafas panjang.
Sebenarnya sudah sepuluh tahun ini meninggalkan segala urusan-urusan
dunia seperti ini... matanya menerawang jauh ke depan.
Han Sian melihat kegundahan hati si orang tua. Dia lalu berkata perlahan
dengan ilmu mengirimkan suara jarak jauh.
Ui-locianpwe, jika kau dapat melatih dan mewariskan ilmumu pada nona ini, masakan dia mudah di permainkan lagi....
Kakek itu mengangguk-angguk kemudian menatap Hong Lian. Aku sudah
berjanji untuk tidak turun gunung. Soal masalah Kim-Liong-Pay, rasanya bila Sian-sicu sudah menyanggupi, pasti tidak akan ada halangan lagi.
Bagaimana Sian-sicu" Apakah ide ini kurang bijaksana"
Han Sian hanya tersenyum. Kakek itu kembali melanjutkan dengan suara
tegas. Sedangkan kau, kau hanya boleh tinggal selama satu tahun di tempat ini untuk mewarisi ilmu-ilmuku, apa kau sanggup"
Tanpa terasa berlinang air mata si gadis. Terserah susiok saja, Hong Lian hnya menurut saja.
Demikianlah sejak saat itu Hong Lian tinggal di Liong-kok-sian mulai
mempelajari ilmu-ilmu kakek gurunya dengan tekun. Ui-I Liong-jin juga tidak tanggung-tanggung menurunkan ilmunya, bahkan juga membantu dengan
penyaluran tenaga dalam ke tubuh gadis itu.
Sementara Han Sian hanya satu minggu saja tinggal di Liong-kok-san.
Selama itu hubungannya dengan Hong-Lian makin akrab dan manis. Dia
juga membantu gadis itu dengan membuka semua peredaran darahnya
dengan penyaluran tenaga Inti Petir murni seperti yang dia lakukan pada Cu In Lan dulu. Dan ini sangat berguna bagi Hong-Lian kelak.
Setelah genap satu minggu, akhirnya dengan berat hati, Hong-Lian melepas
kepergian Han Sian.
Sian-Koko...hati-hatilah... Nampak matanya setengah mengambang dengan
air mata. Sesungguhnya hatinya sudah terpaut pada pemuda ini. Cuma
tetap masih sukar baginya untuk mengungkapkan secara berterang karena
selama ini Han Sian juga tidak pernah mengatakan perasaan hatinya. Hanya
saja sikap pemuda itu padanya sangat baik dan juga mesra.
Han Sian juga bukanlah orang bodoh. Dia tahu gadis ini sangat perhatian
padanya. Entah kenapa, diapun merasakan bahwa perasaan yang dia miliki
kepada gadis ini sama hangatnya seperti yang dia miliki pada Cu In Lan,
gadis yang dia tidak tahu di mana sekarang.
Di bawah cahaya rembulan malam itu, dia melihat wajah gadis itu sangat
cantik sekali dengan kulit putih mulus dan tubuh langsing dan padat
menggairahkan. Perlahan, namun pasti, tangannya terulur pada pinggang
sang gadis dan di lain saat tubuh mereka saling mendekap erat dengan bibir berciuman mesra. Sementara bibir mereka saling memagut hangat, tangan
Han Sian meremastubuh gadis itu di bagian pinggul, pinggang sampai ke
buah dada yang padat kencang itu. Reaksi Hong Lian juga tak kalau
serunya. Di samping merangkul dengan pasrah, dari mulutnya tak henti
mengeluarkan erengan manja.
Namun situasi seperti itu tidak berlangsung lama. Han Sian segera
menyadari keadaannya. Sontak dia melepaskan rangkulannya dan
melompat mundur. Dia melihat keadaan gadis itu dengan pakaian yang
nyaris terbuka. Hatinya menyesal sekali.
Ehh, kau...kau kenapakah Sian-koko"...
Akhhh...Lian-moi, maafkan aku...aku tak bermaksud untuk tidak
menghormatimu...
Gadis itu memandang dengan mata penuh selidik.
Aihhh, Sian-koko, engkau tidak sedang mempermainkanku bukan..."
Tidak-tidak, sungguh, aku sangat menyesal melakukan ini padamu...karena
aku menghormatimu dan...dan...juga menyukaimu Han Sian tergagap
menjawabnya. Tatapan gadis itu menjadi lembut kembali. Perlahan dia merapikan bajunya
sambil berguman kepada diri sendiri.
Ahh, aneh...seorang Pendekar Asmara yang alim...
Hemnn...kau benar Lian-moi, aku memang Pendekar Asmara yang alim
pada gadis manis sepertimu... selesai berkata demikian tubuhnya kembali
mendekat dengan cepat dan di lain saat sudah mengecup bibir gadis itu
sambil kemudian berkelebat pergi. Sampai jumpa lagi Lian-Moi...
Hong Lian masih berdiri kaku, seperti tidak sadar. Perlahan kemudian dia
sadar dari lamunannya tatkala terdengar suara susioknya memanggil.
--- Han Sian berkelebat cepat. Dia telah mendapat informasi yang jelas dari
Hong Lian tentang Kim-Liong-Pay dan sekarang dia sedang menuju ke
tempat itu. Setelah menempuh perjalanan selama dua hari, akhirnya dia
mendekati sebuah telaga yang menjadi markas partai tersebut.
Keadaan telaga itu sangat unik. Di tengah-tengahnya di kelilingi hutan yang sangat lebat sehingga tidak mudah untuk menyelidiki tempat itu. Airnya yang berwarna kuning pekat membuat telaga itu di sebut Telaga Naga Kuning.
Tidak ada jalan lain untuk ke tempat itu selain menggunakan perahu. Dan
tentu saja semua yang menggunakan perahu akan sangat mudah terdeteksi
oleh para penjaga di seberang telaga tersebut.
Han Sian menunggu cuaca mulai menjelang malam sehingga tidak mudah
terdeteksi. Dia tahu bahwa tempat seperti ini pasti banyak penjaganya.
Segera ia mengerahkan Thian-in Hui-cunya. Tubuhnya melesat ke udara
dengan kecepatan yang sulit di ikuti mata biasa. Setelah di udara, tangannya di pukulkan ke udara sehingga membentuk awan tebal sebesar tubuh orang
dewasa. Saat kakinya hinggap di awan dan menutuk, kembali tubuhnya
melesat cepat dan mendarat manis di atas sebuah pohon tinggi di seberang
telaga itu. Ada banya penjaga yang menjaga, tapi satupun tak ada yang melihat
kedatangannya. Bahkan menyadarinyapun tidak. Tempat itu sangat luas.
Han Sian berkelebat sangat cepat sehingga para penjaga hanya mengira itu
burung walet yang sedang terbang.
Setelah sekian lama, akhirnya tibalah Han Sian di bagian belakang dari
markas Kim-Liong-Pay tersebut. Tempat itu agaknya hanya di jaga oleh satu dua orang saja dan mirip sebuah taman yang indah.yang di hiasi dengan
lampion-lampion berbentuk naga.
Dari atas sebuah pohon, mata Han Sian yang tajam melihat bayangan
seorang wanita yang bertubuh indah sedang duduk sendiri di pinggi sebuah
kolam ikan. Wajahnya belum terlalu jelas karena gadis tersebut sedang
menunduk. Namun ketika dia memperhatikan terus, dia sangat terkejut, Di
pinggang gadis itu mengenakan ikat pinggang putih yang di ujungnya di
gantungi sebuah stempel kecil yang berukiran Sian.
Dia sangat kenal dengan stempel dan juga ikan pinggang putih tersebut,
karena kedua benda itu adalah hadiahnya pada seseorang dua tahun yang
lalu. Setelah memandang kekanan-kekiri untuk memastikan situasi.
Tangannya bergerak ke arah tiga orang penjaga yang dia lihat sedang
bersembunyi. Dilain saat mereka semua kaku tanpa mengeluarkan suara.
Tubuhnya kemudian berkelebat di belakang gadis itu.
Lan-moi i...?""
Kui-Sian I-sin-kang VS Tee-mo-kiam-sut
Gadis itu tersentak dan membalikkan wajahnya sambil menatap orang yang
bersuara memanggil namanya. Matanya yang indah terbaliak kaget hampir-
hampir tak percaya. Ya, wajah ini adalah wajah yang dirindukannya siang
dan malam. Wajah yang tak pernah hilang dari ingatannya, yang memacu
semangatnya untuk berlatih siang malam tanpa henti.
Si..sian ko-ko, kau...kaukah itu" tanyanya dengan suara tergagap.
Dengan tersenyum Han Sian mengangguk. Akh, ternyata gadis ini tidak
melupakannya. Benar Lan-moi...ini aku, Han Sian...Bagaimanakah kabarmu
akhir-akhir ini" perlahan dia melangkah maju mendekati gadis itu.
In Lan juga melangkah maju perlahan, tapi tiba-tiba keningnya di kernyitkan.
Dia seperti teringat sesuatu dan itu membuat wajahnya berubah pucat
ketakutan.. Sian-koko, mau apakah kau kemari, tempat ini sangat berbahaya..."
serunya perlahan sambil kepalanya melengok kekanan-kekiri dengan
waspada. Han Sian melihat kekhawatiran sang gadis, maka dia tersenyum dan
berkata meyakinkan: Lan-moi...kau sudah mengetahui siapa
aku...mengapakah kau masih khawatir, jika ada bahaya, maka aku akan
melindungimu...
Gadis itu melengak, akh..benar...mengapa dia hampir lupa. Pemuda di
depannya ini memiliki ilmu yang amat tinggi. Mengingat hal ini hatinya jadi sedikit tenang.
Lan-moi, aku sedang menyelidiki tentang seorang manusia iblis yang
mengganggu ketenangan, tak sangka bertemu denganmu di tempat ini, baik-
baikkah kau"... Han Sian bertanya sambil memandang gadis itu dengan
penuh selidik. Sian-koko, aku...aku sebenarnya malu meminta pertolonganmu, tapi
bawalah aku pergi dari sini sekarang juga..nanti aku akan menjelaskannya
padamu jika kita sudah jauh dari tempat ini...bolehkah" Suara gadis itu
setengah memohon.
Mendengar permohonan gadis itu, Han Sian jadi curiga dengan keadaan di
sekelilingnya. Apalagi ketika dia merasakan suasana di sekelilingnya
berubah kelam dengan cepat. Tempat itu seakan-akan di kelilingi hawa
magis yang amat kuat dan menyesakkan pergerakkannya.
Dilihatnya Cu In Lan masih terus menatapnya dengan tatapan penuh
permohonan. Tampaknya dia tidak terpengaruh oleh perubahan situasi itu.
Tak ayal lagi, segera dia kerahkan tenaga murninya yang di lambari dengan Pat -Sian-Sin-Hoat-sut untuk menandingi ilmu hitam yang menyerangnya.
Segera keadaan kembali normal seperti sedia kala. Dia membalikkan
tubuhnya mengarah ke arah samping kiri telaga.
Sobat, keluarlah...kau tak perlu bersembunyi..
Hahahahahahaha...selamat bertemu lagi sobat lama Terdengar suara yang
menggelegar di telinganya. Suara itu tak asing dan sesaat setelah sesosok tubuh hadir di hadapannya. Segera dia mengenalinya dan itu membuatnya
terkejut... Tee Sun Lai"... Han Sian terkejut karena pemuda di depannya ini adalah
pemuda yang paling di carinya. Teringatlah ia akan malam kejadian yang
merenggut nyawa Hui Si. Segera matanya memancarkan cahaya berkilat
dan tangan mengepal.
Ya, sobat lama...kita bertemu lagi, tapi kali ini aku tidak akan kecundang seperti dulu lagi... Tee Sun Lai yang melihat keadaan Han Sian, segera
bersiap dalam keadaan siaga penuh. Dia tahu lawan di depannya ini
memiliki ilmu yang amat tinggi. Tapi dia juga tidak ragu dengan ilmu Tee-mo-kiam sut yang sudah di latih selama hampir dua tahun ini. Bahkan banyak
ilmu-ilmu lain lagi yang dia pelajari dari para tokoh-tokoh iblis yang dia lebur menjadi satu yang dia namakan Hiat-kut-jiauw Sam-ciang-Kang (Tiga
pukulan Cakar Tulang Darah).
Hawa pembunuh kental menyebar dengan cepat di seliling tempat itu.
Lan-moi, bisakah kau meninggalkan tempat ini... Suara Han Sian lembut,
tapi matanya tak berkedip menatap lawan di depannya.
Hahaha...dia tidak akan pergi dari sini sebelum dia menjadi istriku. Racun Perawan Iblis yang mengunci tenaganya tidak akan dapat di pulihkan tanpa
obat dariku... sebaiknya kau urungkan niatmu...
Mata Han Sian mencorong tajam. Kata-kata Tee Sun Lai di depannya ini
telah menjawab semua tanda tanya di pikirannya sejak tadi. Sekejab dia
merasa kasihan pada gadis itu, dan matanya melirik sekejab ke arah Cu In
Lan. Namun walau hanya sekejab saja, nampaknya kesempatan ini tidak di sia-
siakan oleh Tee Sun Lai. Tubuh dan pedangnya berkelebat amat cepatnya
dengan salah satu jurus yang paling berbahaya dari Tee-mo-kiam-sut, yaitu jurus seribu biang iblis membelah sang budha di ikuti tangan kirinya
bergerak ke arah kepala dan leher dengan salah satu jurus Hiat-kut-jiauw
Sam-kang yang dahsyat dan keji.
Aakhh...awas... Cu In Lan yang melihat itu tiba-tiba memekik
memperingatkan...
Sebenarnya tanpa di peringatkanpun Han Sian yang sudah menduga sejak
tadi akan serangan musuh juga sudah bersiap diri. Saat tubuhnya
merasakan ancaman tenaga yang mengalir tajam dari serangan musuh,
tubuhnya sudah mengerahkan Kui-sian I-sin-kang sampai tahap petir.
Tubuhnya seperti terpecah dan nampak seperti kilatan cahaya petir, yang
bukannya menghindar serangan lawan tapi justru mengarah dan memapaki
semua serangan musuh dengan keras dan dahsyat.
DHUAAAAARRR...!!! BLANGGG...!!! Terdengar suara benturan berulang-
ulang yang memekakkan telinga hanya dalam waktu sepersekian detik saja.
Ai iihhhh...... Terdengar suara memekik lirih dan suara tubuh jatuh ke tanah.
Ternyata, beradunya kekuatan yang maha dahsyat antara keduanya,
walaupun tidak secara langsung di tujukan ke arah In Lan, namun karena
tidak di sokong oleh tenaga dalam, maka itu mempengaruhi kesadaran gadis
itu yang langsung pingsan.
Lan-moi... Sleepp... Tubuh Han Sian melasat cepat keluar dari pertarungan ke arah In Lan dan memayangnya dengan tangan kiri.
Sementara itu, di saat yang sama, bayangan Tee Sun Lai terus
mengejarnya dengan gencar sambil mengerahkan dua jurus serangan yang
ganas sekaligus yang mengarah ke kepala dan sekitar pinggang. Serangan
ini mendatangkan suara mendesing nyaring di sertai hawa pedang yang
amat tajam. Suatu serangan yang amat dahsyat, yang hakekatnya sangat
mustahil di tangkis lawan.
Walau tangan kirinya memanggul tubuh In Lan, namun Han Sian tidak kalah
sebat. Tangannya kanannya memutar setengah lingkaran dari atas ke
bawah di samping tubuhnya lalu di pukulkan ke arah datangnya serangan
lawan namun bukan menyambut kedua serangan lawan, tapi justru
melontarkan lima larik sinar tajam yang mematikan dari kelima jari
tangannya yang menyerang lima jalan darah Tee Sun Lai, inilah salah satu
jurus yang amat dahsyat dari Bu-tek Chit-kiam-ciang yang bernama Ngo-
heng Thian-kiam-cu (Jalur Pedang Langit Lima Unsur) yang keluar dari
kelima jari tangannya, tampak walaupun dia bergerak belakangan namun
tenaga pukulan kelima jarinya terasa lebih dahulu oleh lawan.
Iii khh... Tee Sun Lai terkejut setengah mati dan cepat menarik pulang
serangannya sambil meloncat mundur ke belakang. Tampak nafasnya
sedikit terengah. Memang benar serangannya sangat susah di tangkis
lawan, namun andai sesaat saja dia tidak menarik pulang pedangnya, maka
diapun akan termakan oleh lima larik sinar pedang yang tak kalah kuatnya
dari tenaga pedangnya sendiri. Sementara di lain sisi dia belum dapat
menggunakan tangan kirinya yang sudah sejak bentrokan sebelumnya
terasa kaku dan susah di gerakkan.
Han Sian berdiri sambil memapah Cu In Lan. Matanya menatap tajam ke
arah Tee Sun Lai. Masihkah kau mau melanjutkan pertarungan ini" Berkata
demkian, dia segera mengerahkan lagi tenaganya. Kali ini dia tidak mau
ambil resiko, maka segera di kerahkannya Hui-Im-Hong-Sin-Kang ke seluruh
tubuh. Dalam sekejab tubuhnya memancarkan sinar keemasan yang di lapisi
hawa panas dan dingin yang dahsyat, siap menunggu gempuran musuh
selanjutnya.

Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tee Sun Lai mengawasi dengan tatapan licik. Dari bentrokan yang telah
terjadi, dia dapati ternyata bahwa dia tidak unggulan dari musuh
bebuyutannya itu. Biar bagaimanapun dia bukan orang bodoh yang tidak
dapat melihat dan membaca keadaan. Dari tadi dia telah mengerahkan 90%
tenaganya, tapi itupun ternyata tidak banyak mempengaruhi lawannya ini.
Apalagi keadaaan tangan kirinya yang terluka pada benturan pertama tadi
masih belum pulih.
Setelah menimbang sesaat, segera dia berkata dengan angkuh, Huh,
pergilah sebelum aku berubah pikiran, tapi kalau kau berkeras memaksa
membawanya, kau akan menanggung resiko kehilangan nyawanya...
Han Sian terdiam sejenak. Dia juga mengerti bahwa orang seperti Tee Sun
Lai ini tidak hanya menggertak saja, dan dia sangat khawatir dengan
keadaan Cu In Lan, tapi kalaupun dia memaksa, tetap tidak akan mudah
baginya untuk merebut obat penawarnya. Akhirnya dia menarik nafas
panjang dan mengenjotkan tubuhnya melesat pergi dari tempat tersebut
sambil membawa Cu In Lan tanpa berkata apa-apa.
Han Sian melesat menggunakan seluruh ilmu meringankan tubuhnya.
Tubuhnya tidak terlihat lagi, hanya nampak seperti angin yang berhembus
tanpa terlihat orangnya. Tujuannya hanya satu, Puncak tebing langit yang
jaraknya kurang lebih lima hari perjalanan jauhnya dengan kuda pilihan. Tapi bagi Han Sian, jarak tersebut hanya membutuhkan waktu dua hari saja.
Dia sudah mencoba untuk menyembuhkan gadis itu dengan pengerahan
tenaga dalamnyanya, tapi dia dapati bahwa usahanya itu, kalaupun harus di lanjutkan, akan memakan habis hampir seluruh tenaga sin-kangnya. Dan itu
terlalu beresiko baginya bila musuh-musuhnya mendekat. Jadi satu-satunya
tempat teraman ialah kembali ke Tebing Langit.
Setelah berlari selama dua hari tanpa berhenti, Han Sian tiba kembali di
kaki Tebing Langit yang tertutup awan dari bawah. Hatinya terharu, saat
mengingat ketika pertama kalinya dia meninggalkan tempat itu dua tahun
yang lalu. Teringat dia pada paman Hounya yang bongkok yang selama ini
membesarkannya.
Tanpa ragu kakinya di enjotkan dengan ilmu Thian-in Hui-cu dan tak lama
kemudia tubuhnya hinggap di puncak Tebing langit tersebut.
Akan tetapi hatinya tercekat, dan kewaspadaannya meningkat. Suara orang
yang tertawa-tawa lirih mengganggu pendengarannya. Sekejap dia melesat
ke balik sebuah batu besar, dan menyandarkan tubuh Cu In Lan yang masih
tertidur itu di sana. Setelah itu dia keluar dan mengadakan penyelidikan.
Di bagian sebelah barat tebing itu nampak tiga orang yang sedang duduk
berhadapan, yang satu menjadi penonton sedang yang dua lagi sedang
bertarung sambil duduk bersila. Dia mengenali salah satunya yang
menonton, yaitu paman Hou bungkuknya. Tapi yang seorang lagi seorang
hwesio gundul yang pendek dan aneh yang baru sekarang di lihatnya.
Sedangkan yang seorang lagi, setelah di amati, dia melengak kaget karena
itu ternyata adalah Yok-sian Sian-jin, sahabat dari kongkongnya yang telah meninggal. Dia tahu bahwa baik kongkongnya maupun Yok-sian Sian-jin
serta Ui-Liong Sian-Jin adalah dua orang dari Empat Dewa yang sangat
sakti, tapi siapa adanya hwesio itu"
Pikirannya segera tersadar ketika mendengar benturan dua tenaga dahsyat
yang memekakkan telinga. Tampak kilatan cahaya kuning dan biru
berpendaran saling bentrok dan menimbulkan bunyi yang dahsyat. Namun
setelah sekian lama, cahaya yang berselewiran itupun berhenti dan
menyatu. Rupanya kedua orang itu sedang beradu tenaga.
Ini sangat berbahaya sekali. Siapapun tahu, bahwa kurang kuat sedikit saja bisa berakibat fatal. Mengingat hal ini, Han Sian segera teringat pada In Lan, Segera tubuhnya melesat dan turun di tengah-tengah ke dua orang yang
sedang beradu tenaga tersebut.
Cahaya keemasan berpendar di sekitar tubuhnya. Dengan kepala di bawah,
tubuhnya berputaran seperti gazing, kemudian kedua tangannya mendorong
perlahan dengan kedua tangan yang di lambari tenaga panas dan dingin
memisahkan kedua tenaga raksasa yang beradu itu.
Heeehh..., Omitohuuudd... Kedua orang kakek itu memekik nyaring.
Masing-masing terdorong satu langkah ke belakang dan segera mereka
mengatur tenaga mereka menetralisir tenaga yang membalik. Mereka
sungguh terkejut, karena ada orang yang berani memisahkan mereka.
Namun merekapun sadar, pendatang baru ini sangat sakti.
Heiii!, Sian-kongcu...kaukah itu?"" Terdengar suara nyaring dari kakek
yang sejak tadi berdiri sebagai penonton.
Benar paman Hou, ini aku, bagaimanakah kabarmu dua tahun terakhir ini"
Hahahaha...baik-baik, hai Yok-Sian, kau ingat kepada siapa kau wariskan
darah It-kak-liong serta pil penambah tenagamu" Sahut Kakeh Hou bungkuk
pada Yok-Sian Sian-jin yang hanya berdiri bengong.
Apaa"...jadi ini...ini anak ajaib yang kau katakan itu" tanya Yok-sian
setengah tak percaya, tapi matanya tak hentinya memandangi Han Sian
tanpa berkedip.
Huh, anak ajaib apa"...Eh, anak muda, coba sambut serangan pinceng...
Hwesio gundul aneh yang tadinya hanya berdiam diri itu, menyahut dengan
suara mendongkol karena sejak tadi dia hanya berdiri bengong tanpa
penjelasan dari kedua rekannya yang nampaknya sudah mengenal
pendatang baru ini.
Belum habis suaranya, kedua tangannya sudah menyerang dengan
delapan belas pukulan dalam waktu yang hampir bersamaan. Hebatnya lagi,
tenaga yang di keluarkan dari delapan belas pukulan yang hampir
bersamaan itu sifatnya berbeda-beda, ada yang keras, lembut, menyerap,
mendorong, panas, dingin , keras, dll. Walau demikian kesemuanya tidak
menuju ke tempat-tempat yang mematikan, karena dia memang tidak
bermaksud mencelakai orang.
Eh, Losuhu, maafkan teecu yang kurang ajar dan belum mengenal losuhu...
Dengan nada menyesal Han Sian berseru, namun tubuhnya tak ayal sudah
bergerak bagai kapas menyelinap di antara pukulan-pukulan tersebut,
bukannya menangkis tapi melontarkan delapan belas pukulan yang berhawa
tajam dari ilmu Bu-Tek Chit-kiam-ciang.
Uuups...hebat...hebat hwesio itu berseru memuji sambil melompat mundur
dengan cepat. Nyatanya dia juga terkejut, karena ke delapan belas
pukulannya tidak di tangkis, malah dia di serang dengan delapan belas
pukulan yang tak kalah dahsyatnya. Kalau saja dia berkeras melanjutkan,
pasti dia juga akan terluka.
Hahaha, sungguh tak di sangka Koai-Hud-Eng-Cu (Budha Aneh Tanpa
Bayangan) yang malang-melintang tanpa tanding di antara empat dewa, toh
harus terjungkal dalam satu jurus di tangan seorang anak kemarin sore yang tidak punya nama Yok-Sian tertawa terpingkal-pingkal sambil mengejek
hwesio botak tersebut.
Heeh, pemakan rumput, kaupun tak ungkulan menangkis ke delapan belas
pukulanku...apa kau kira pinceng tak bisa menangkan anak bau kencur ini"
Saking dongkolnya sang hwesio balas menyahut dengan gemas.
Akhh, jiwi-locianpwe, harap maafkan, siautee, bukan maksud siautee untuk
unjuk kebolehan, sesungguhnya hanya jiwi yang bisa membantu siautee,
nah karena siautee takut jiwi terluka....
Hahh...karena kau takut kami terluka maka kau datang memisahkan kami,
begitu?"", jadi kau anggap kami baru belajar silat dan tidak bisa menjaga diri, haa" Potong Koai-Hud sambil memandang Han Sian dengan tatapan
mencoleng agak di sipitkan.
Hei...Koai-Hud, tak bisakah kau diam dulu...Sian-ji, ada apakah" Yok-Sian memotong pembicaraan Koai-Hud.
Terima kasih jiwi-suhu, mmm...siautee mempunyai seorang sahabat yang
keracunan dengan Racun Perawan Iblis, mohon uluran tangan jiwi untuk
menyembuhkannya...
Heiii...mana dia" Sudah berapa lama"...Sahud Yok-Sian dengan wajah
khawatir. Dia...dia di sana... Dengan gugup, Han Sian menuntun ketiga orang itu
menuju tempat di mana Cu In Lan berada.
Yok-Sian segera bekerja dengan cepat. Mendudukkan tubuh Cu In Lan
yang belum sadar kemudian menotok sana-sini.
Pindahkan Dia ke dalam rumah, Heii Gundul cepat kau bantu dengan
tenaga Yang-mu, bobol semua jalan darahnya agar lebih lancar. Han-ji, kau ikut aku sebentar...
Koai-Hud sebenarnya mau berkomentar, tapi dia tahu, kalau sobatnya
dalam keadaan serius seperti itu, berarti keadaan pasien itu sangat
berbahaya. Maka tanpa banyak cakap, dia lalu bersila di belakang gadis itu sambil menyalurkan tenaganya.
Sementara itu, Han Sian segera mengikuti Yok-Sian ke luar.
Han-ji, ini menyangkut berhasil atau tidaknya pengobatan terhadap gadis
itu, karena itu jawablah dengan jujur, apamukah dia"... Nampak Yok-Sian
bertanya dengan wajah serius, setelah berhadap-hadapan dengan Han
Sian. Eh, Dia...dia...akhh, apa maksud locianpwe bertanya hal ini" Suara Han
Sian gugup dengan wajah merah. Namun ini saja sudah cukup bagi Yok-
Sian. Ketahuilah, racun Perawan Iblis adalah racun ajaib yang mematikan yang
hanya bisa berpengaruh pada wanita saja, Orang yang terkena racun ini,
akan terkunci jalur tenaganya dan hanya akan tunduk tanpa perlawanan
pada orang yang meracuninya...tidak ada penawar...! Yok-Sian berpangku
tangan dan bersikap seperti orang yang mengingat-ingat sesuatu...
Tapi locianpwe, apakah sama sekali tidak ada obat penawarnya..." Tanya
Han Sian Penasaran.
Yok-Sian maju satu langkah mendekati Han-Sian, kemudian berkata
perlahan beberapa kata:
Sebentar lagi dia akan sadar, dan saat itu pengaruh racunnya akan bekerja.
Kesadarannya dan tenaganya akan berfungsi normal kembali bila dia
menyatu dengan orang yang pertama kali menyentuh dan
menggaulinya...atau kalau ada dewa yang bisa membersihkan darahnya dari
pencemaran racun tersebut, namun rasanya tidak mungkin, saat ini sudah
tidak ada orang yang memiliki ilmu dewa seperti itu... Yok-Sian menguman
terakhir dengan menggelang kepalanya perlahan.
Eh Yok-Locianpwe, bagaimanakah caranya, mungkin aku dapat
mencobanya dengan Hui-im Hong-Sin-Kang"
Hah?""...maksudmu, kau memiliki ilmu mujizat langka yang kabarnya telah
lenyap dari dunia kang-ouw selama 500 tahun lalu itu" Tanya Yok-Sian
setengah tak percaya, dan lebih terkejutnya lagi saat Han Sian
mengganggukkan kepalanya.
Maka di mulailah proses pembersihan racun dari tubuh In Lan ini. Untuk
tahap pertama di lakukan oleh Yok-Sian dan Koai-Hud yang secara
bergantian menyalurkan tenaga mereka melalui tangan dan kepala In Lan
yang di rendam dalam tong air obat.
Setelah itu memasuki tahap ke dua hanya Han-Sian sendiri yang
melakukannya, karena dengan ini dia harus memangku In Lan yang
membelakanginya dalam keadaan telanjang bulat di atas kedua kakinya
yang juga bersila dalam keadaan yang sama. Sementara itu kedua
tangannya dari belakang menempel pada pusar dan dahi gadis itu. Saat dia
mengerahkan tenaganya kedua tubuh mereka di lingkupi perputaran hawa
Hui-im Hong-sin-kang yang dahsyat.
Kim-Houw-It-Wi & Gin-Hong-It-Wi
Waktu terus berjalan dengan sangat cepatnya. Pergerakan para tokoh-
tokoh golongan hitam yang di kendalikan oleh Jit-Goat-Kauw ternyata
semakin merajalela. Yang paling berbahaya adalah karena empat partai
sesat yang selama ini berdiri terpisah, sudah menyatakan takluk serta
bergabung dengan Jit-Goat-Kauw ini. Ke-empat partai sesat itu adalah Im-
Yang-Kauw, Hek-Liong-Pai, Beng-Pai dan Tai-Bong-Pai.
Dalam pergerakan selanjutnya Jit-Goat-Kauw membagi empat semua
kekuatannya dan bergabung dengan ke-empat partai sesat ini dengan
bergerak di belakang mereka untuk melebarkan pengaruhnya ke arah tanah
sentral dari empat penjuru.
Bukan hanya itu saja, pergerakan inipun sudah mulai memasuki bagian
dalam kerajaan Tang. Kaisar Kuan Zong yang memerintah pada waktu itu
sudah mulai mencium adanya pergerakan rahasia yang bertujuan
menghancurkan dunia persilatan dan juga menguasai kerajaan. Bahkan
beliau juga sudah mencium adanya pejabat-pejabat yang menjadi antek atau
kaki tangan dari para pemberontak dunia hitam tersebut, hanya saja sejauh ini belum ada bukti atau tanda-tanda yang nyata dari kaum pemberontak
tersebut yang membuat dia harus memerintahkan pembasmian.
Para pengikut-pengikut dari Jit-Goat-Kauw ini sangat pandai menyusup dan
menyewa para pembesar-pembesar yang korup untuk membantu mereka
dari dalam secara diam-diam.
Namun saat itu suasana istana yang tadinya tenang, tiba-tiba saja istana
gempar. Gudang perpustakaan dan pusaka kerajaan telah di bobol orang.
Yang aneh adalah bahwa tidak ada tanda-tanda bahwa tempat itu telah di
masuki oleh pencuri. Semua penjaga melaporkan dalam keadaan siaga dan
tidak melihat adanya orang yang mencurigakan. Namun kenyataan bahwa
ada barang pusaka istana yang kecurian adalah fakta yang jelas dan tidak
bisa di tutupi.
Suatu hari, di saat menjelang sore. Dalam ruang pribadi Sang Kaisar,
nampak tiga orang yang sedang menghadap padanya. Dua di antaranya
memakai kerudung yang menutupi wajah mereka. Namun tetap tidak
menutupi kalau mereka itu adalah pria dan wanita.
Hemm, aku tidak tahu dan tidak mengenal kalian berdua, tapi akupun
percaya pada paman Lui yang sudah merekomendasikan kalian... berhenti
sejenak, sang Kaisar mengalihkan tatapannya kepada pria yang berdiri di
sampingnya sambil tersenyum. Dia adalah Pejabat Lui Tao Ki, yang menjadi
penjaga perpustakaan dan gudang pusaka kerajaan.
Tapi sebelum kalian menerima tugas ini, aku harus merasa yakin dulu
dengan kepandaian kalian, aku buka orang yang buta ilmu silat jadi terserah bagaimana caranya kalian melakukannya, asalkan hatiku puas, maka aku
akan percaya...kalian berdua pasti mengetahui caranya". Kembali dia
melanjutkan. Sang pria kemudian menganggukkan kepala dan setelah menjura kepada
sang Kaisar, dia kemudian mengerahkan tenaganya. Di lain saat kakinya
tiba-tiba melesak masuk ke dalam lantai sedalam dua inchi. Sunggu suatu
demonstrasi tenaga yang amat hebat. Bagi orang yang tidak tahu pasti tidak akan berkesan tapi bagi Sang Kaisar yang sebenarnya juga tidak lazim
dengan ilmu silat rasanya cukup mengerti untuk memngakui bahwa pria
berkerudung ini bukan hanya ahli silat biasa saja. Sementara hal yang sama juga di lakukan oleh sang wanita berkerudung. Hanya bedanya, kalau yang
pria melesak masuk, adalah yang wanita justru membuat lantai tempatnya
berpijak itu timbul seperti bentuk telapak kakinya setebal satu setengah
inchi. Melihat hal ini, sang Kaisar hanya tersenyum puas saja. Dia tahu, seratus pengawal Kim-I-Winya pun belum tentu dapat menahan ke dua orang di
hadapannya ini untuk waktu yang lama. Akhirnya Kaisar Kuan Zong
memutuskan mengirimkan dua orang agen rahasia yang sakti ini untuk
menyelidiki serta mengungkap bukti-bukti akan kasus pencurian dan
pemberontakan tersebut. Tidak ada yang mengetahui ataupun mengenali
siapa ke dua orang ini. Yang pasti keduanya hanya di ketahui identitasnya sebagai Kim-Houw-It-Wi (Pengawal Tunggal Harimau Emas) dan Gin-Hong-It-Wi" (Pengawal Tunggal Hong Perak). Mereka di lengkapi dengan stempel khusus yang membuat mereka memiliki kewenangan untuk menggerakkan
seluruh pasukan kerajaan kapan saja dan di mana saja mereka berada.
Selama beratus-ratus tahun Bu-Tong-Pai telah menjadi salah satu partai
yang terkemuka. Karena kedisiplinan yang tinggi partai ini dapat
mensejajarkan dirinya dengan Siauw-Lim-Pay dan lain-lainnya yang banyak
menelorkan pendekar-pendekar tangguh yang berwatak gagah dan sukar di
cari tandingannya.
Di tempat yang paling rahasia di Bu-Tong-Pai yang terletak hutan larangan di belakang pesanggrahan itu, tampak dua orang kakek yang usianya sudah
tua saling berhadapan.
Hahaha...Kian-In Cinjin, menyerahlah, kau tetap takkan dapat
mengalahkanku. Usiamu sudah terlalu tua..." Seru seorang kakek muka
hitam setengah baya berjubah Kuning-Putih.
Di hadapannya tampak seorang kakek pula yang terlihat lebih tua, berusia
sekitarenam puluh sembilan tahun, sedang berjongkok dengan kaki satu.
Dari sela-sela bibirnya terlihat darah kental mengalir. Dia terluka dalam yang parah.
Huhh Hek-bin Jit-cu ...Ilmu Jit-Goat-Tok-Ciangmu memang hebat, pinto siap menjemput kematian seperti kesepakatan kita, asalkan kau tidak
mengganggu seujung rambutpun anak murid Bu-tong-pay...silahkan sicu...
Sahut kakek ini perlahan sambil memuntahkan darah segar lebih banyak
lagi. Heehh, baiklah, aku setuju, kepalamupun sudah merupakan hadiah yang
terbesar bagi ulang tahun Tai-Kauwcu kami...bersiaplah...hai tttt Berkata demikian, tanpa banyak bicara Hek-bin Jit-cu menarik kedua tangannya ke
belakang dan di putar-putarkan sambil di pukulkan ke depan.
Tapi sayang, sepertinya waktu belum mengizinkan kematian dari Kian-In
Cin-jin. Jangannnn... DHEESSSS Tiba-tiba terdengar suara nyaring, dan seorang
pemuda sudah menghadang di hadapan Kian-In CinJin sambil menangkis
pukulan tersebut. Pemuda itu terdorong dua langkah, sedangkan Hek-bin Jit-cu itu terdorong tiga langkah ke belakang.
Manusia lancang, siapa kau, berani menghalangiku?"" Bentak Hek-bin Jit-
cu itu. Namun diam-diam dia terkejut juga akan kekuatan lawan barunya ini yang mampu membuat dia terdorong tiga langkah. Dia taksir usianya belum
sekitar duapuluh tahun.
Huh, kau yang lancang, berani mengacau di sini dan melukai ciangbunjin-
suheng... Terdengar suara lain yang halus, suara wanita, dari samping. Di lain saat berkelebat satu bayangan yang amat cepatnya mengirim empat kali pukulan berantai yang amat dahsyat.
Thai-kek-ciang"... Heahhh... Hek-bin Jit-cu kembali terkejut, namun tanpa ayal, segera mengerahkan seluruh kekuatnnya menangkis.
PLAAK...PLAAAK... Haii t... Terjadi benturan sebanyak empat kali, dia
terdesak mundur satu langkah, tapi yang lebih luar biasanya, belum sempat dia mengatur posisinya, tubuh bayangan di hadapannya sudah meliuk


Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kecepatan luar biasa, seolah tak bertulang, melejit ke atas dan
melontarkan satu pukulan yang amat dahsyat ke arah ubun-ubunnya.
Segera Hek-bin Jit-cu memutar kedua tangannya di atas kepala untuki
menyambut serangan tersebut. Tapi kembali dia terkejut, karena tiba-tiba dia kehilangan lawannya. Belum hilang kekagetannya, terdengar suara halus
seorang wanita di sebelah depan:
Akhh..toako, nyatanya orang sombong ini terlalu lemah... Sahut gadis itu
setengah kecewa.
Benar sekali, Hong-moi...Akhh, inikah antek-antek Jit-Goat-Kauw yang ke
blinger dan bermimpi menguasai dunia persilatan" Pemuda itupun
menimpali. Namun tidak lama, karena sesaat kemudian mereka berdua
sudah menjatuhkan diri berlutut di hadapan Kian-In Cinjin sambil bersoja.
Ciangbunjin-Suheng, terimalah hormat kami!
Hemmn, apakah kalian murid Susiok-Couw di In-Kok-San"
Benar, ciangbunjin-suheng, kami kakak-beradik benar adalah murid suhu
Thian-In Cinjin. Menurut suhu, bahwa biarpun beliau sudah mengasingkan
diri di In-Kok-San, tapi beliau tidak pernah tidak memperhatikan Bu-Tong-
Pai. Suhu memerintahkan kami untuk melapor agar dapat memberi bantuan
seperlunya bila Bu-Tong-Pai membutuhkan. Kebetulan Suhu berpesan pada
kami untuk menengok makam mendiang sucow, sehingga kami bisa sampai
di sini... Berkata demikian, sang pemuda segera berdiri dan menghadap ke arah
Hek-bin Jit-cu.
Bagaimana, orang tua, apa kau masih mau melanjutkan niatmu"
Tampaknya aku tidak punya pilihan lain selain menghadapi kalian, baiklah
mari kita coba lagi...kalaupun aku kembali, Tai-kauwcu kami tidak menerima orang pulang dengan tangan kosong...Silahkan kalian berdua maju
bersama, supaya aku segera mengirim nyawa kalian pada Giam-lo-ong..
Suaranya angkuh. Dia adalah orang ke tiga dari Jit-goat-kauw. Namun
diapun tahu sampai di mana kebiasaan kauw-cu perguruannya.
Hihihi...Kakek tua, melawan aku saja kau belum tentu menang, sesumbar
mau melawan kami berdua... Si gadis mengejek.
Wajah Hek-bin Jit-cu merah. Namun dia juga cerdik. Dari bentrokan tadi, dia tahu bahwa si pemudi sama mungkin lebih ringan untuk di lawan, maka dia
menyerang dulu sambil memilih lawan yang wanita. Dan kebetulan sekali,
ejekan gadis itu membuat dia punya alasan kuat untuk menyerangnya.
Heii, orang tua... aku lawanmu Baru saja Hek-bin Jit-cu menerjang, kembali berkelebat bayangan orang dan di lain saat sang pemuda tadi sudah
menyambut serangannya.
Mau-tak mau akhirnya tanpa banyak cakap, Hek-bin Jit-cu melanjutkan
serangannya. Sehingga terjadilah pertarungan yang cukup ramai di lihat.
Namun setelah lewat duapuluhjurus, nampak mulai kepayahan, karena
ternyata ilmu pemuda tersebut tetap satu langkah di atasnya. Pada jurus ke duapuluh enam, jatuh terduduk dengan dada terhantam pukulan Thai-kek-ciang.
Bagaimana Kakek muka hitam, apakah kau masih mau melanjutkan
niatmu"... tantang pemuda itu sambil tertawa. Hek-bin Jit-cu berdiri perlahan setelah memuntahkan darah segar. Matanya mendelik marah, namun tanpa
banyak cakap dia membalikkan tubuhnya dan berjalan tertatih-tatih dan
menghilang di balik pohon.
Hemmm...bagus, bagus...ternyata suheng memang telah melatih kalian
dengan baik sekali, di kemudian hari, tidak nanti Bu-tong-pai bakalan resah untuk mencari penerusnya... Terdengar suara Kian-In cinjin perlahan.
Walaupun masih menahan sakit namun setelah bersila beberapa saat, luka
dalamnya sudah agak mendingan.
Siapakah nama kalian"
Si pria menjura dan sambil tersenyum menjawab: "Ciangbunjin-suheng
boleh memanggil siautee Cee Tie Kian dan ini adik tee-cu bernama Cee Jie
Hong. Kami mohon petunjuk ciangbunjin"!
Bagus, tinggal ah kalian di sini beberapa waktu lamanya.
Baik Ciangbunjin-suheng, tapi bisakah kami tinggal tidak terlalu lama" Jie Hong bertanya dengan suara merdu dan perlahan.
Eh, apakah ada urusan lain yang perlu kalian kerjakan sehingga begitu
terburu-buru"
Kedua kakak beradik itu saling berpandangan sejenak, dan setelah saling
menggangguk, Tie Kian menyehut: Sebenarnya, selain mendapat tugas dari
Suhu, kamipun memikul tanggung jawab untuk kerajaan...karena
sesungguhnya kami berdua adalah juga utasan rahasia Hong-siang
Aaakhhh...jadi kaliankah kepala para pasukan penyelidik rahasia kerajaan
yang terkenal sebagai Kim-Houw-It-Wi dan Gin-Hong-It-Wi" itu... Sahut Kian In cinjin setengah terkejut.
Dia bukan tak percaya. Bagaimanapun juga ada sedikit rasa bangga di
hatinya jika ada anak murid Bu-tong-pai yang berhasil mencapai tingkat
seperti ke dua orang muda di hadapannya ini.
Baiklah, paling tidak kalian dapat mewakili aku untuk pertemuan rahasia
lima perguruan besar tiga hari lagi.
Waktu berjalan dengan cepat, satu bulan sebelum peristiwa Eng-Hiong Tai-
Wang-gwe (Pertemuan besar para orang gagah) tiba, dunia persilatan
mengalami kegemparan dengan adanya peristiwa tragis yang menyedihkan,
yaitu kematian para tokoh-tokoh persilatan dari golongan putih pada saat
yang bersamaan tepat pada tanggal limabelas.
Kengerian yang terjadi bukan hanya terhadap para korban tokoh-tokoh dari
partai-partai kecil tapi juga para tokoh-tokoh besar Siauw-Lim-Pai, Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, Hoa-San-Pai dan Thai-San-Pai. Semuanya tewas dengan
keadaan yang mengerikan, yaitu dengan kepala terpisah dari tubuh mereka.
Melihat akan situasi ini maka pada suatu hari, bertempat di Thai-san-pay, berkumpullah para utusan-utusan khusus dari ke-lima perguruan besar yang
ada. Pertemuan ini di laksanakan secara rahasia dengan maksud yang
rahasia yang hanya para ketua perguruan yang mengetahuinya.
Sebelumnya, para ketua perguruan ini menerima surat rahasia dari Wu
Kong Liang, ciangbunjin Thai-san-pai yang berjuluk Bu-tek Sin-liong-kiam.
Satu minggu kemudian para ciangbunjin ini mengutus para wakil mereka di
temani para murid pilihan terpandai dari pintu perguruan mereka menempuh
perjalanan rahasia ke Thai-san-pai.
Setelah para utusan berkumpul, hanya di hadiri sekitar tujuh belas orang
saja. Wu Kong Liang, di dampingi sepasang murid pilihannya, berdiri sambil menyalami semua tamu tersebut.
Cu-wi sekalian, atas nama jiwa kependekaran yang saya tahu sangat di
junjung tinggi oleh kita semua, perkenankan saya mengajukan alasan
mengapa kami mengundang para perguruan besar yang ada untuk
berkumpul... berhenti sejenak, dia menatap semua yang hadir satu-per satu, kemudian melanjutkan:
Seperti yang kita ketahui bersama, masa depan dunia kang-ouw akhir-akhir
ini mulai tidak tenang, bahkan memasuki saat-saat yang amat gawat.
Terbunuhnya para tokoh-tokoh perguruan yang pilih tanding ini telah
mengisyaratkan pada kita semua bahwa ada kekuatan tersembunyi yang
sedang mencoba mengacau. Dan ini perlu penanggulangan yang lebih
lanjut...bagaimana menurut pendapat cu-wi sekalian"
Benar sekali, Wu-Tayhiap...Kita memang tidak bisa biarkan saja hal ini.
Pembunuhan terhadap para tokoh-tokoh perguruan besar ini sama dengan
menabuh genderang perang. Dan mereka telah secara terang-terangan
menyatakan perang. Namun demikian kitapun harus tetap waspada dan
jangan terjebak dengan siasat mereka... Seorang kakek berjubah putih
berjuluk Thian-cu cinjin mewakili Bu-Tong-pai menyembut dengan suara
halus namun bersemangat.
Wu-Tayhiap memandang semua tamu yang hadir. Semua hanya
mengangguk menyatakan persetujuan mereka.
Baiklah, dengan demikian maka kita sepakat untuk menanggulangi
bersama-sama semua masalah ini. Nah, hal yang ke dua yang ingin kami
sampaikan ialah bahwa melalui pertemuan ini perlu di bentuk suatu tim
khusus yang akan menjadi pelopor untuk memperingati para enghiong di
seluruh penjuru agar waspada melawan serbuan para kaum hitam yang di
pimpin oleh Ji-Goat-Kauw itu...
Tiba-tiba salah seorang hwesio dari Siauw-lim-pai yang duduk di sebelah
kiri mengangkat tangannya dan bicara: Omitohud...Wu-sicu benar sekali,
dalam hal ini kita memang harus mulai membentuk kekuatan gabungan yang
akan membendung serbuan para kaum sesat tersebut..."
Benar sekali...ini ide yang sangat baik karena kalau kita harus menunggu
hari itu, takutnya kita tidak punya waktu bersiap-siap lagi. Karena menurut penyelidikan kami, kekuatan mereka sekarang terpusat di empat penjuru
dan kemungkinan besar mereka siap untuk mengadakan penyerangan tepat
pada hari pertemuan besar nanti Seorang Tosu dari Kun-lun-pai menimpali.
Ya, bahkan ada beberapa kelompok yang mengacau di sekitar gunung Hoa-
san-pai kami...
Baiklah, kalau begitu, baiknya di atur begini saja, kita masing-masing akan mengutus murid pilihan masing-masing perguruan untuk di serahi tugas
ini...bagaimana menurut cu-wi sekalian" Dengan suara mantap Wu-Tayhiap
menyimpulkan diskusi itu yang di sambut dengan anggukan kepala oleh
setiap orang yang hadir.
Setelah berdiskusi sekian lama, maka masing-masing pihak itu mengajukan
dua orang jagonya. Dan tentu saja di pihak Bu-tong-pai, di wakili oleh kakak beradik Cee Tie Kian dan Cee jie Hong. Setelah terpilih, maka kembali Wu-Tayhiap angkat suara mewakili semua yang hadir.
Baiklah, kalian semua yang telah di ajukan sebagai wakil dari masing-
masing perguruan. Kalian tahu bahwa kalian memiliki tugas yang amat
penting sekali yang menyangkut tegak atau runtuhnya golongan putih dari
dunia kang-ouw di masa yang akan datang, namun kamipun tidak akan
menyerahi tugas ini kepada kalian jika kami belum yakin akan kemampuan
kalian. Itulah sebabnya, sebelum kami melepas kalian untuk tugas yang suci ini, maka kalian akan bertanding untuk melihat kemampuan kalian masing-masing...nah kami harap kalian tidak keberatan.
Pertandingan itu berlangsung cukup seru, karena orang-orang muda itu
ternyata adalah orang-orang muda pilihan yang telah di latih khusus dengan ilmu-ilmu pilihan di masing-masing pintu perguruannya. Namun dari antara
sepuluh orang muda itu, ada empat orang yang agak menonjol yaitu Giok-im
Hwesio dari Siauw-lim-pai yang berjuluk Bu-Eng Tiat-Ciang (Tangan Besi
Tanpa Bayangan), kakak beradik Cee Tie Kian dan Cee jie Hong dari Bu-
tong-pai dan Chit-Seng Im-kiam (Pedang Dingin Tujuh Bintang) dari Thai-
san-pai. Satu minggu kemudian, setelah mendapatkan wejangan-wejangan
dari para tokoh-tokoh perguruannya masing-masing, maka ke sepuluh orang
ini lalu turun gunung untuk memulaikan tugas mereka Sementara itu, sambil menjalankan tugas rahasia mengamarkan dunia persilatan Cee Tie Kian dan
Cee jie Hong tetap melakukan juga misi mereka ke mencari informasi untuk
kerajaan. Darah di Eng-Hiong Tai-Wang-gwe
Dengan cepat ke sepuluh orang muda ini bergerak secara rahasia sambil
mengenakan kerudung Putih, melaksanakan tugas mereka untuk
mengamarkan para pendekar agar bersiap menghadapi para kaum sesat
yang mencoba menyusup dalam pertemuan besar di Puncak Awan Putih di
Wu-Yi-san nanti. Di samping itu berulang-ulang ke sepuluh orang ini
mengadakan bentrokan-bentrokan kecil dengan ke empat perguruan sesat
di bawah pimpinan Jit-Goat-Kauw tersebut. Sehingga dalam waktu singkat
ke sepuluh orang ini di kenal dengan nama Kangouw-hiap-wi (Para
Pengawal Kangouw).
Hari menjelang pagi memasuki waktu pertemuan besar antara para
pendekar. Puncak Awan Putih yang dingin terselimuti kabut yang menutupi
hampir seluruh bagian puncak tersebut sehingga tidak nampak dari bawah
gunung. Namun suasana ini tidak dapat menutupi gerakan orang-orang yang
bergerak naik ke atas bukit tersebut. Baik secara berkelompok ataupun
sendiri-sendiri. Bukan hanya dari ke tigapuluh enam partai partai besar/kecil yang hadir, tapi juga enam keturunan keluarga besar yang hanya
mengirimkan satu atau dua orang utusan mereka yaitu, keluarga Suma dari
Pulau Es, keluarga Lu dari Pulau Daun Putih, keluarga Keluarga Yang dari
Kuburan Kuno, keluarga Kiang dari Lembah Pualam Hijau, keluarga Khu dari
puncak Sian-Thian-san dan keluarga Thio dari Pulau Phonix, dari partai-
partai kecil lainnya dan 5 perkumpulan pengemis yang tersebar dari
Kwitang-Pakhia.
Suasana ramai saat itu namun juga tidak lepas dari sikap waspada yang
tinggi dari tiap-tiap orang yang hadir. Jumlah keseluruhan yang hadir kurang lebih tiga ratus orang. Tampak juga di antaranya hadir juga para tokoh-tokoh tua, para ciangbunjin dan murid-murid pilihan mereka.
Menjelang tengah hari, saat para pendekar telah berkumpul, Bhok-Siang-
Hwesio, suheng dari ciangbunjin Siauw-Lim-Pai maju ke muka menghadap
para pendekar. Suaranya lembut tapi bergema sampai ke seluruh penjuru,
tanda tenaganya kuat sekali.
Selamat bertemu Cu-wi sekalian...karena hari sudah menjelang siang,
sekaranglah saatnya bagi kita untuk merundingkan segala sesuatu. Silahkan bagi siapa yang mau mengemukakan ide-idenya untuk di bahas dalam
pertemuan ini...
Semua orang mengangguk-angguk dan saling pandang, sesaat kemudian
dari barisan sebelah kanan bertindak maju seorang pria berjubah kuning
dengan pedang panjang di pinggang. Beberapa orang mengenalnya sebagai
Wan Siu si Hong-in-Sin-ong (Pedang Sakti Awan Angin), yaitu salah satu
dari Pat-Kiam-ong (Delapan Raja Pedang) yang terkenal.
Maafkan saya berani lancang...bila melihat perkembangan dunia persilatan
saat ini cukup mengejutkan dengan adanya pergerakan dari para pentolan-
pentolan kaum Hek-to, saya hanya ingin mengusulkan agar para Eng-hiong
boleh sepakat untuk memilih Beng-cu yang dapat mempersatukan semua
gerakan kita menghadapi para pengganas tersebut...
Omitohud, Benar sekali ucapan Wan-sicu, memang dalam keadaan yang
bergejolak ini perlu adanya penanganan secara bersama di bawah satu
pemimpin, bagaimana pendapat para enghiong sekalian"... Terdengar lagi
suara Bhok-Siang-Hwesio yang di sambut dengan anggukan dan bisikan
diskusi oleh semua yang hadir.
Tiba-tiba terdengar suara yang lain: Kami semua setuju dengan usul
tersebut, tapi bagaimana caranya kita menentukan calon Beng-cu yang akan
di pilih itu" Seorang pria setengah tua berpakaian hitam menyahut dengan
suara yang keras sehingga mengalahkan semua suara yang ada, sehingga
semua mata kini kembali di arahkan pada Bhok-Siang-Hwesio.
Mulailah terdengar berbagai tanggapan dari sana-sini, ada yang
mengusulkan adu kepandaian tapi ada juga yang mengusulkan untuk
menunjuk orang yang paling di hormati dari kalangan tua saja. Tapi setelah di sepakati, akhirnya usul yang pertama untuk di pilih melalui adu Ilmulah yang di plih.
Melihat ini, segera Bhok-Siang-Hwesio menatap tajam ke semua yang hadir
dengan penuh wibawa dan mengangkat tangan menenangkan semua orang
yang mulai ramai dengan usul-usulnya.
Baiklah cu-wi sekalian sudah mengusulkan. Sekarang masing-masing pihak
boleh mengajukan satu calon yang nanti akan di uji. Namun mengingat
keadaan kita yang sangat rawan saat ini dengan adanya berbagai isu
penyusupan dari aliran sesat, maka pinceng menganjurkan agar setelah
usulan para calon di tentukan, maka biarlah kita menyerahkan kebijakan
pengujian ini kepada para ciangbunjin yang ada yang kita tidak ragukan
kepandaian mereka, bagaimana"
Akuuuurrrrr.... Setujuuu.... terdengar suara balasan dari sana-sini.
Walaupun memakan waktu yang tidak terlalu lama, namun pemilihan Beng-
cu itupun tetap berlangsung dengan meriah dan cepat. Keadaan sejauh ini
cukup menggembirakan bagi para ciangbunjin yang ada, namun mereka
juga tetap was-was karena keadaan itu terlalu tenang.
Sementara itu Bhok-Siang-Hwesio hanya berdiam saja selama pemilihan itu
berlangsung, tapi matanya terus menjelajah ke sekeliling dengan tatapan
penuh selidik, hatinya bertanya-tanya: Dimana para Su-Sian, dan para
tokoh-tokoh penting sakti lainnya, juga kangouw-Hiap-Wi"
Setelah sekian lama akhirnya muncul dua orang unggulan. Yang pertama
Bu-tek Sin-liong-kiam Wu Kong Liang dan yang kedua adalah Bhok-Siang-
Hwesio sendiri. Melihat ini segera Bhok-Siang-Hwesio bergerak maju untuk
memberi sanggahan.
Para Eng-hiong sekalian, bukannya pinceng menolak kesepakatan kami
berdua untuk memilih kami dari kalangan Tua ini sebagai Beng-cu, tapi
hendaknya harus di ingat bahwa tugas sebagai Beng-cu nanti sangat
membutuhkan orang-orang yang lebih ulet dan bersemangat muda, jadi
mohon di pertimbangkan lagi agar dapat memilih orang-orang yang lebih
muda saja... Benar ucapan losuhu Bhok-Siang-Hwesio, adalah lebih baik jika dari
kalangan yang lebih mudah saja yang di pilih... Sambung Wu Kong Liang.
SETUJUUU...... Terdengar suara yang keras menyahut. Ternyata
datangnya dari seorang pria berpakaian putih dari rombongan sebelah timur yang baru saja tiba. maafkan atas keterlambatan kami, tapi karena belum
terlalu terlambat maka kami dari Kim-Liong-pai mengusulkan Ketua kami
sebagai Beng-cu...dia sangat sakti dan Ilmu pedangnya tak tertandingi di
antara para pendekar muda...."
Rombongan itu terdiri dari sebuah tandu megah berbentuk naga yang di
kawal oleh seratus orang berpakaian putih dengan pedang bergagang
keemasan. Semua orang mulai berbisik-bisik melihat hal ini. Bhok-Siang-Hwesio segera menyahut:
Ahh, kami telah mendengar bahwa Kim-Liong-Pai telah memiliki Ketua baru
yang masih muda, Konghi-konghi...tapi bolehkah kami mengetahui nama
beliau dan apa julukannya"
Seorang pria setengah baya dan berkumis tebal maju ke depan sambil
berkata: Ketua kami yang mulia bernama Tee Sun Lai, dia......
DIA ADALAH MANUSIA IBLIS BERJULUK TEE-MO KIAM-ONG... Sahut
suatu suara keras yang entah dari mana datangnya tapi hasilnya ternyata
sangat berpengaruh.
Iii ii hhhhh... Awas....hati-hati.... Timbul berbagai suara kekhawatiran dari sana-sini
Omitohud, benarkah dia Tee-Mo Kiam-Ong" sambung Bhok-Siang-Hwesio
dengan suara agak terkejut. Sementara tokoh-tokoh yang lain memandang
penuh selidik dengan tangan masing-masing terulur memegang senjata
mereka dengan sikap khawatir.


Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wu-Tayhiap yang lebih dahulu menguasai perasaan hatinya segera
bertanya: Maaf, pertemuan ini adalah pertemuan para Eng-hiong untuk
menghadapi para kaum Hek-to, di pihak manakah kalian berada" Sejauh
yang kami ketahui Kim-Liong-Pai di bawah pimpinan It-Gan Kim-Liong (Naga
Emas Bermata Satu) sangat menjunjung tinggi kegagahan, tapi mengapa
Kim-Liong-pai justru mengijinkan penggantinya seorang dari jalan Hek-to"
Wajah pria berpakaian putih itu pucat, mulutnya terbuka seperti hendak
mengatakan sesuatu...tapi saat itu juga terdengar suara terkekeh, perlahan, namun suaranya bergetar mengidikkan bulu roma semua yang hadir.
Hehehe, Wu-Tayhiap memang orang yang berpengetahuan luas, tidak usah
kita perbincangkan mengenai hal yang sia-sia, yang jelas akulah ketua Kim-Liong-pai yang baru, apa ada yang menolak bila aku di calonkan sebagai
Beng-cu" Lagi pula kalau aku jadi Beng-cu, kalian tidak akan rugi karena
akupun sangat menentang orang-orang Jit-Goat-Kauw busuk yang sok jago
itu Bhok-Siang-Hwesio adalah orang yang arif, tapi dia tahu belaka apa artinya jika orang seperti Tee-mo Kiam-Ong ini jadi Beng-cu, itupun setali tiga uang dengan Jit-Goat-Kauw. Segera dia menyahut:
Maaf, tapi pemilihan Beng-cu ini haruslah di setujui oleh semua Eng-hiong yang hadir...
Hahaha, aku tahu losuhu, tapi semua orang sudah memilih kalian berdua,
itu artinya jika aku mengalahkan kalian berdua, maka semua akan setuju,
bukankah begitu" Belum habis suaranya, tiba-tiba tirai tandu tersibak dan melesatlah bayangan keemasan kea arah Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap dengan kecepatan yang mengagumkan.
Hemm... Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap segera bersiap untuk
menyambut karena mereka merasakan hawa yang sangat kuat menerjang
mereka, tapi sekedipan mata kemudian bayangan itu telah berdiri tiga
langkah di depan mereka berdua sambil tersenyum.
Marilah Jiwi-locianpwe, kita bermain-main sebentar, jangan sungkan...
Berkata demikian sekelebat bayangan pedang yang entah dari mana
datangnya berubah menjadi dua jalur panjang yang mengeluarkan suara
berdesing tajam mengarah pada Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap.
Hehh... Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap terkejut sekali ketika
merasakah kekuatan serangan lawan tidak berada di sebelah bawah
kekuatan mereka. Segera tubuh Bhok-Siang-Hwesio melesat satu langkah
ke samping sedangkan Wu-Tayhiap melesat satu tombak ke atas dan turun
perlahan-lahan.
Ini jurus kedua Sambut Tee Sun Lai, di lain saat tubuhnya bergerak sebat
melontarkan serangan ke-dua yang lebih dahsyat lagi itulah jurus maut
seribu biang iblis membelah sang budha. Pedangnya mengeluarkan cahaya
tajam rapat yang mengurung kedua lawannya dari segala penjuru sehingga
mustahil ada jalan keluar. Hebatnya lagi setiap bayangan pedang itu
memiliki kekuatan yang sama dahsyat.
Namun Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap bukanlah anak kemarin sore
yang baru belajar ilmu silat. Meskipun mereka terkejut karena mereka
hampir kalah tenaga dari lawan yang masih muda namun dengan cepat Wu-
Tayhiap memainkan ilmu Thai-San-kiam hoatnya yang sudah sempurna
pada jurus ke tigabelas yang menciptakan tembok rapat yang susah di
tembus, sementara Bhok-Siang-Hwesio mengerahkan ilmu Tiat-po-san yang
sudah mencapai tingkat ke sepuluh dan tangannya mengerahkan tenaga
Kiu-yang Kim-Kong-ci membalas menyerang lawan.
Demikianlah terjadi pertempuran dahsyat dua lawan satu di tengah-tengah
lapangan luas itu. Hal ini sangat mengkhawatirkan para pendekar. Di
antaranya para utusan dari ke enam perkampungan itu yang dapat melihat
bahwa Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap masih agak kesulitan
menandingi pemuda yang ternyata sangat sakti itu.
Tigapuluh jurus berlalu, pertarungan sudah memasuki tahap puncak bagi ke
dua tokoh sdari golongan putih ini. Bhok-siang-hwesio telah mengerahkan
tingkat ke sepuluh dari ilmu Tat-mo-kun-hoat yang di kerahkan dengan
tenaga kiu-yang Kim-kong-ci. Tubuhnya bergerak lambat, namun cepat
menahan gempuran-gempuran hawa pedang yang dahsyat. Begitu juga Wu-
Tayhiap yang telah mengerahkan puncak tertinggi dari Thai-san-kiam-sut
serta Thai-yang-kangnya.
Memasuki jurus ketigapuluh satu, tiba-tiba Tee Sun Lai memekik seperti
Harimau marah. Tubuhnya berkelebat seperti terbagi menjadi empat bagian.
Tangan kirinya mengerahkan jurus ke dua dari ilmu Hiat-kut-jiauw Sam-kang yang bernama Seribu cengkraman darah melepaskan tulang sedangkan
pedangnya bergerak deangan jurus ke empatpuluh dua dari Tee-mo-kiam-
sut yang bernama Ribuan pedang iblis bumi pemantek dewa. Jurus ini
sifatnya menyusup pada tenaga lawan dan menghancurkan pusat tenaga.
Kalau lawan lebih rendah tenaganya akan berakibat lenyapnya kepandaian
lawan. Dengan sepenuh tenaga dan karena tidak melihat pilihan lain dalam
menghadapi jurus lawan, Bhok-Siang-Hwesio segra melesat kebelakan Wu-
Tayhiap mengempos semangat sambil menempelkan telapak tangannya di
punggung Wu-Tayhiap untuk untuk menahan gempuran lawan.
PLAAAKKK... CEPP...CEEPPP......KRAAKK...
UHUUUKKK......HOEEEKKKKK darah segar di muntahkan oleh Bhok-
Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap yang terlempar ke belakang satu tombak
lebih. Bhok-siang-hwesio segera duduk bersila mengobati luka dalamnya
yang amat parah akibat tindihan tenaga lawan yang dahsyat. Sedangkan
Wu-Tayhiap bergerak bangkit perlahan dengan tiga tempat di tubuh yang
tertembus pedang. Namun syukur bahwa gabungan tenaga mereka ternyata
dapat meredam efek yang menghancurkan dari jurus Ribuan pedang iblis
bumi pemantek dewa itu.
Di sebelah sana, nampak Tee Sun lai yang masih tertawa terkekeh tapi
mukanya merah dan kakinya melesak satu jengkal ke dalam tanah. Agaknya
dia juga terluka bagian dalam tapi masih lebih ringan. Dengan pongahnya
dia memandang ke semua orang yang memandang kepadanya dengan
tatapan ngeri. Apakah masih ada dari antara kalian yang mempertanyakan hakku menjadi
Beng-cu"...
Semua terdiam, tidak ada yang menyahut. Tapi beberapa saat kemudian
dari tengah-tengah kumpulan para Eng-Hiong tersebut bergerak maju para
utusan dari ke-enam keluarga dan juga delapan orang dengan pedang yang
beraneka bentuk di tangan. Mereka adalah Pat-Kiam-ong (Delapan Raja
Pedang), salah satu di antaranya, yaitu Wan Siu si Hong-in-Sin-ong (Pedang Sakti Awan Angin) melangkah ke muka dan berseru:
Kau memang hebat, tapi kau masih harus melewati kami terlebih
dahulu...beranikah kau"...
Hemmm, apa ini yang para pendekar yang di sebut Pat-Kiam-ong" Ku
dengar kalian sudah lama mengasingkan diri, mengapa sekarang muncul
lagi" Perkara dunia persilatan adalah jiwa kami, sehingga kamipun tidak akan
berdiam saja jika ada kekacauan yang di sebabkan orang-orang jahat kejam
sepertimu yang mengacau...
Hahahahahahaha...kalian terlalu sombong untuk mengatakanku kejam
sementara kalian juga banyak kali membunuh orang...
Ke delapan orang ini terhenyak. Bagaimanapun juga mereka tidak dapat
membantah lebih jauh.
Baiklah, kalau kalian dapat menembus dua kelaompok barisan 52 Iblis Bumi
dan keluar dengan selamat, maka aku akan mundur dan tidak berharap
untuk menjadi Beng-cu lagi. Tapi harus ku ingatkan, aku sendiripun
membutuhkan empat puluh sembilan jurus untuk dapat membongkar satu
barisan ini....hahahaha... Berkata demikian, tubuhnya berbalik dan melesat masuk ke dalam tenda. Sementara ke seratus empat anak buah Kim-Liong-pai bergerak teratur membentuk dua barisan Iblis Bumi di kanankiri,
Demikianlah terjadi pertempuran besar-besaran yang memakan korban jiwa
yang banyak dari pihak para pendekar. Banyak yang melarikan diri satu-satu yang pada akhirnya merekalah yang menceritakan bagaimana pembantaian
itu berlangsung.
Semua utusan dari enam keluarga tewas. Pat-Kiam-Ong yang luka-luka dan
di lemparkan ke lembah di Puncak Awan Putih tersebut sehingga tidak di
ketahui keadaan mereka lebih lanjut.
Sementara itu Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap yang luka-luka hanya di
biarkan di antara mayat-mayat yang berserakan.
Malam itu di lalui dengan suasana hening yang mencekam oleh kedua
tokoh ini sambil terus bertanya-tanya dalamhati mereka: Dimana para Su-
Sian yang telah mereka hubungi" Dimana para Kangouw-Hiap-Wi, dan para
tokoh-tokoh dunia persilatan sakti lainnya yang telah mereka hubungi
sebelumnya?""...Dan dimana orang-orang dari Jit-Goat-kauw yang katanya
akan mengacau?""...
Misi Penghancuran Rahasia; Dua jurus pertamaTai-Kauwcu
Sesungguhnya, di manakah para Su-Sian, Kangouw-Hiap-Wi berada dan
para tokoh lainnya berada" Dan mengapa para pentolan Jit-Goat-kauw tidak
ada satupun yang muncul" Untuk mengetahui hal ini mari kita mundur pada
empat hari sebelum pertemuan besar tersebut.
___________ Setelah menyelesaikan pengobatan pada Cu In Lan, Han Sian
meninggalkannya bersama dua orang di antara empat Dewa yang telah
bersedia mengangkat In Lan menjadi murid mereka. Namun sebelum dia
meninggalkan Tebing Langit, Koai-Hud Eng-Cu berpesan kepadanya agar
mewakili mereka berdua untuk menghadiri Eng-Hiong Tai-Wang-gwe karena
peliknya keadan dunia persilatan.
Karena waktu pertemuan tinggal tujuh hari lagi, maka Han Sian
mengerahkan ilmunya sampai tingkat tertinggi menuju ke Punvak Awan
Putih di Wu-Yi-San. Perjalanan yang memakan waktu hampir satu minggu
itu hanya dia tempuh dalam waktu dua hari satu malam dan siang itu dia
beristirahat sambil bermeditasi di bawah sebuah pohon di tepi aliran sungai yang mengalir di kaki puncak Awan Putih.
Begitu dalamnya dia bermeditasi sekian lama, dia masuk pada pengerahan
dari tenaga saktinya. Pertarungannya dengan Tee Sun Lai dan para tokoh-
tokoh dari empat dewa maupun para tokoh-tokoh kaum sesat yang bertemu
dengannya telah membuka lebih banyak wawasan baginya untuk
mematangkan tingkat pemahaman ilmu-ilmunya, terutama Kui-Sian I-Sin-
Kang yang tanpa tanding, Bu-Tek Chit-Kiam-Ciang yang mengiriskan, Hui-im
Hong-Sin-Kang yang sukar di bendung dan Seribu Bayangan Iblis
Pemusnah yang mengerikan.
Han sian memang jeniusnya ilmu silat. Orang lain mungkin akan memakan
waktu puluhan tahun untuk memahami dan melatih ilmu-ilmu silat yang
dahsyat itu dengan baik, tapi itu pengecualian bagi Han Sian. Semua ilmu itu di telannya bulat-bulat dan terus menemukan pematangannya dalam setiap
pertempuran yang dia hadapi.
Sementara dia bermeditasi, firasat dan telinganya menangkap gerakan
halus yang tidak wajar mendekat ke arahnya dari jarak puluhan li. Segera
dia mengembangkan Thian-In Hui-Cunya dan melesat bagai tiupan angin
kepuncak sebuah pohon yang lebat dan diam tanpa bergerak sambil
menahan nafas..
Tak lama kemudian tampak duabelas bayangan orang berjubah dan
berkerudung hitam berkelebat dan berhenti tepat di bawah tempat
persembunyiannya. Keduabelas orang ini tidak menyadari kehadirannya
namun setelah mendengar suara mereka bisa di pastikan mereka bukanlah
orang baik-baik karena dari tubuh mereka Han Sian merasakan hawa
pembunuh yang kuat.
Hemmm....Hek-Tok-Jiauw-Ong, tahukah kau mengapa Kauw-cu-yaa
memanggil kita ke sini" Tanya seorang yang berpakaian kerudung yang
pertama. Aku tidak tahu, yang jelas beliau mengatakan ada perubahan rencana
penyerangan jawab Hek-Tok-Jiauw-Ong.
Mereka semua terdiam sambil berdiri seperti patung. Tak lama kemudian
dari arah kiri terdengar bunyi berkesiutan dan tiba-tiba seorang pemuda
tampan pesolek berpakaian perlente yang memegang sebuah kipas sutra
dari baja murni.
Hormat Kaucu-yaa, kami siap menerima perintah Serempak ke lima orang
itu menjura dengan hormat.
Hemm, waktu kita tidak banyak, Tai-Kauwcu memerintahkan untuk segera
menarik mundur semua pasukan ke pos masing-masing. Saat pertemuan
besar di adakan, perintahkan ke empat partai untuk menggabungkan
kekuatan menjadi dua bagian. Satu akan ada di bawah komandoku sedang
yang satu lagi akan di pimpin langsung oleh Tai-Kauwcu, sasaran kita
adalah Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai, tempat itu harus di ratakan dalam
semalam. Tai-Kauwcu melihat bahwa ini lebih berguna untuk di lakukan
daripada mati-martian menggempur pertemuan itu
Ide yang sangat cemerlang Kauwcu-yaa, dengan terpukulnya dua kekuatan
paling besar di Bu-lim Kang-ouw ini maka akan lebih mudah untuk
menaklukkan yang lainnya....hahahaha Baju hitam ke dua menyahut.
Tapi Kauwcu-yaa, bagaimana kalau para ho-han itu curiga kalau tiba-tiba
mereka merasakan kita tidak ada gerakan"
Hahaha, semala ini kita hanya menakut-nakuti mereka saja, namun itupun
tidak perlu terlalu banyak, biar 7 siluman langit yang tinggal dan terus
mengadakan pengacauan agar mereka tidak curiga Jawab pemuda itu
singkat dengan senyuman dingin.
Beberapa saat kemudian, setelah mengatur beberapa hal, pertemuan kecil
di bubarkan. Namun sebelum mereka berpisah, pemuda yang di sebut
Kauwcu-yaa itu berkata:
Sebelum pergi, kalian selesaikan dulu satu pekerjaan kecil yang ringan
untukku... Malam semakin larut, di dalam hutan sekitar duapuluh li dari tempat
pertemuan para datuk kaum sesat tersebut, di sebuah kelenteng yang sudah
tidak terpakai lagi, tampak lima orang sedang duduk melewatkan malam
sambil bersemedi.
Mereka adalah lima orang dari Kangouw-Hiap-wi. Nampak di antara mereka
Cee Jie Hong si Gin-Hong-It-wi yang nampak sangat cantik bagai bidadari
turun dari khayangan dan Chit-Seng Im-kiam (Pedang Dingin Tujuh Bintang)
Bee Tiong, bersama tiga rekan mereka yang lainnya.
Sejak beberapa saat yang lalu, firasat ke lima orang ini terganggu, terlebih Jie Hong. Di antara mereka berlima, tak di ragukan bahwa
kepandaiannyalah yang paling tinggi. Dan memang mereka tidak perlu
menunggu lama dalam kegelisahan karena saat mereka membuka mata
merasakan gerakan mencurigakan di sekeliling mereka. Ternyata di
hadapan mereka tampak berkelebat Dua belas bayangan orang
berkerudung hitam.
Siaga! Tampaknya kepandaian mereka tidak berada di sebelah bawah kita
semua Sahut Jie Hong lirih ke arah empat rekannya sambil matanya
menatap mereka penuh selidik
Kalau boleh kami tahu siapakah cu-wi locianpwe sekalian" Dan apa yang
bisa kami bantu" Sontak Bee Tiong menyahut dengan suara keras
berwibawa namun penuh ketenangan.
Hahahaha...Orang muda, kau berbakat dan masa depanmu masih cerah
sebaiknya bijaksanalah dalam mempertahankan nyawamu, kami hanya mau
membawa gadis cantik ini untuk Kauwcu-yaa kami, jangan khawatir, setelah
beberapa hari diapasti akan di kembalikan se orang di antara manusia ke
dua belas orang itu menyahut dengan suara dingin.
Bee Tiong jadi naik darah mendengar akan hal ini, namun sebelum dia
melakukan sesuatu, Jie Hong yang telah marah melesat dengan dengan
sebat ke arah orang berkerudung tersebut.
Manusia tak tahu malu, biar nonamu mengajarmu yang tak tau adat...
Wuuuttt...Plak, plakk, Desssss pertemuan kedua tenaga yang kuat beradu
membuat keduanya terdorong mundur satu langkah
Ehhh...Eh, kau hebat...tampaknya hanya kau yang akan dapat memuaskan
Kauwcu-yaa, mari Hek-wan Sin-mo kita tidak punya banyak
waktu...hahahahahaha Orang itu berseru sambil tertawa-tawa...
Bee Tiong dan ke tiga rekannya yang lain segera bergerak membantu, tapi
mereka di hadang oleh empat orang berkerudung lain sehingga di tempat
yang sunyi itu terjadi pertarungan sengit yang ramai namun mengancam ke
lima anak muda tersebut oleh karena mereka sekalipun belum mengenal
lawan mereka. Dengan kepandaiannya yang merupakan hasil gemblengan se orang sakti
di antara empat Dewa dan juga mendapat gemblengan tambahan dari
beberapa orang sakti saat guru mereka membawa dia dan kakaknya
berkelana di daerah pegunungan Himalaya, kalau hanya berhadapan satu
lawan satu mungkin Jie Hong masih bisa menghadapi lawannya dan
memperolah kemenanganyang tapi menghadapi ke dua orang datuk sesat di
depannya yang sangat sakti idia tidak dapat berbuat terlalu banyak, karena itu hanya dalam duapuluh jurus dia telah kena di bius oleh Hek-wan Sin-mo.
Sementara ke tiga rekannyapun agak kewalahan, mereka hanya sanggup
bertahan limapuluh jurus lebih baru kemudian terpukul jatuh dengan luka
parah. Bunuh mereka, jangan biarkan satupun lolos Sahut orang berkerudung
yang lain yang memanggul tubuh Jie Hong yang pingsan. Sesaat kemudian
orang itu lelesat pergi ke arah barat hutan itu di ikuti ke tujuh orang lainnya.
Sementara itu sambil tertawa-tawa ke empat orang berkerudung hitam yang
tinggal sudah mendekati ke empat pemuda yang telah terluka parah tersebut namun masih berdiri dengan gagah tanpa takut.
Hahahahahaha....ketahuilah anak muda, yang berhadapan dengan kalian
ini 12 Raja Iblis, dan karena kalian sudah berani menentang kami maka kami takkan mengampuni... Berkata demikian tampak tangan orang itu berubah


Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi merah sebatas siku, dan di ikuti ke tiga rekannya mereka
mengangkat tangan siap untuk memukul.
Tampak tidak ada harapan bagi mereka yang terkurung di tengah-tengah.
Mereka hanya bisa pasrah saja tanpa tenaga menanti maut. Tapi ternyata
maut belum berpihak pada mereka. Sebelum ke empat datuk sesat itu
melancarkan pukulan terakhir mereka, keempat orang muda ini
mendengarkan suatu suara lirih di telinga mereka: ...jangan takut, sambil bergandeng tangan kerahkan hawa murni kalian dan buka seluruh jalan
darah. Jika kalian merasakan suatu tenaga yang berputaran kuat, jangan
melawan kalau tidak tenaga bantuanku tidak akan menolong bahkan hanya
tubuh kalian akan hancur lebur...lakukan dengan cepat
Keempat orang muda ini terkejut dan saling pandang, mereka jadi tenang
karena merasa ada orang pandai yang membantu mereka. Sesaat sebelum
pukulan keempat raja Iblis itu mendarat di tubuh mereka, mereka merasakan punggung mereka hangat oleh suatu arus tenaga yang dahsyat. Saat itulah
terdengar seruan dari lawan mereka...
Bersiaplah untuk bertemu Giam-lo-ong...
PLAAAK....PLAAAKK...DESSS....DEEEESSS Ai ikhh... Hoeek...hoeeekkk
Terdengar suara ledakan beradunya empat kekuatan dahsyat ketika
keempat pukulan para datuk sesat itu mendarat di tubuh keempat pemuda
itu. Akibatnya, sungguh aneh...keempat datuk sesat itu terlempar dua
tombak ke belakang sambil memuntahkan darah segar.
Mata mereka terbelalak lebar karena tidak menyangka bahwa mereka akan
menerima pil pahit seperti ini. Pandangan mereka di arahkan ke belakang
keempat pemuda yang mereka akan bunuh itu, tampak berdiri seorang
pemuda berpakaian putih dengan rambut riap-riapan. Yang membuat
mereka takut adalah tatapan mata pemuda itu yang mengeluarkan hawa api
yang penuh kemarahan.
Huh, Kalian mau mengantar orang ke neraka, silahkan rasakan tangan
iblisku... Belum habis suaranya, tubuh Han Sian lenyap seperti kabut ke arah mereka. Meskipun dalam keadaan terluka namun mereka bukan anak
kemarin sore. Mereka berusaha melawan dengan menangkis, tapi tiba-tiba
Han Sian lenyap dari hadapan mereka. Di lain saat mereka segera berteriak kesakitan empat larih sinar tajam seperti pedang yang berwarna-warni
menembus jantung mereka dari arah punggung. Mereka mati dalam
keadaan menggenaskan.
Suasana hening, keempat pemuda yang melihat hal ini tidak dapat berkata
apa-apa. Hanya memandang dengan ngeri saja melihat kematian empat
datuk sesat ini tapi juga berterima kasih karena telah di selamatkan.
Sebelum mereka mengucapkan terima kasih, Han Sian sudah menyahut:
Tak perlu kalian memandangku begitu, aku memang tidak senang melihat
para Iblis itu mengganas. Kalian sembuhkan diri kemudian segera berpencar untuk memperingatkan para tokoh Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai agar
berjaga terhadap serbuan kelompok Jit-goat-kauw pada hari Eng-hiong Tai-
wang-gwe nanti. Aku akan bergabung dengan kalian setelah
menyelamatkan gadis teman kalian itu. Selesai berkata demikian tangannya
melemparkan satu botol kecil kearah Bee Tiong kemudian tubuhnya lenyap
bagai asap mengejar kearah orang-orang yang menawan Jie Hong.
Bee Tiong membuka tutup botol tersebut dan menuangkan isinya, ternyata
ada empat buah pil yang mengeluarkan bau harum. Segera mereka
meminumnya dan mengatuh jalan pernafasan, sepeminuman kopi kemudian
mereka tersadar dengan tubuh yang lebih baik. Luka mereka sudah lebih
ringan dan tidak mengganggu lagi. Mereka segera bergerak menemui kelima
anggota kangouw-hiap-wi lain dan segera menuju ke Siauw-lim-pai dan Bu-
tong-pai. Sementara itu Han Sian melesat cepat ke arah perginya delapan pentolan
kaum sesat tadi. Tapi dia tidak sejauh-jauhnya dia mencari tidak juga dia temukan jejak ke delapan orang tersebut. Dia penasaran. Terus tubuhnya
melesat ke atah selatan pada jajaran perbukitan yang menjulang di
depannya. Tapi sampai pagi tidak juga dia dapat menemukan orang-orang
yang di carinya.
Menjelang pagi dia tiba di pinggir sebuah telaga yang tidak terlalu luas, namun memanjang sampai berpuluh kilo meter. Sangking kesalnya karena
kehiangan buruannya, dia duduk melangkah mendekati pinggir telaga
tersebut. Di lihatnya ada seorang kakek yang sudah tua sekali sedang
memancing dengan tenang.
Sekilas dia rambut kakek itu yang petih keperakan semua, dia
memperkirakan umur kakek tersebut mungkin sudah lebih dari 100 tahun.
Tapi kewaspadaannya segera meningkat ketika di lihatnya tangan dan kakek
tersebut yang padat terlebih sinar matanya yang tajam tanda bertenaga
dalam tinggi. Segera dia membuka suara bertanya:
Maaf kakek tua, apakah engkau melihat delapan orang lewat di tempat ini
sambil membawa seorang gadis"
Aku baru saja datang di tempat ini. Ada apakah"
Akhh, tidak apa-apa, aku hanya sedang mencari salah seorang sahabatku
yang di tawan oleh para iblis...
Hemm, kau berani sekali anak muda, tapi mereka itu sangat sakti, apa kau
yakin dapat menyelamatkan temanmu itu"
Huh, segala macam 12 Raja Iblis saja siapa takut, baru saja beberapa
waktu lalu ku antar empat orang dari antara mereka menemui Giam-lo-
ong...Eh, permisi, aku harus pergi setelah menjura sejenak, Han Sian
membalikkan tubuh dan melangkah pergi. Namun baru saja dia berjalan lima
langkah, tiba-tiba tubuhnyamelesat kesamping tiga langkah.
Wuuuuuuutttt.....Daaaarrrrrr Tempat di mana kakinya berada tadi telah
berlubang selebar satu meter hanya dengan ujung mata pancing. Tubuhnya
segera berbalik menghadap ke arah kakek tua tersebut dengan pandangan
waspada. Hahahahaha...rupanya kau cukup berisa, pantas kau sesumbar telah
mengirim empat orang dari 12 Raja iblis tersebut...tapi maukah kau main-
main denganku barang dua-tiga jurus" tantang kakek tersebut.
Maaf, aku tidak mengenal engkau, bagaimana aku dapat melawanmu"
Kau akan segera tahu bila bisa menahan tiga kali seranganku...
Baik...silahkan mulai Han Sian tahu kakek di depannya ini memiliki tenaga yang kuat, terbukti hanya dengan mata pancing dapat membuat lubang
selebar satu meter. Segera dia mengerahkan Kiu-sian I-sin-kang untuk
berjaga-jaga, ementara kedua tangannya telah di aliri Tenaga Inti Petir
Murni. Jurus pertama... Seru kakek itu. Tubuhnya maju perlahan dan
tangankanannya menepuk ke bahu kiri Han Sian. Sangat sederhana, seperti
dua kawan lama yang saling menyapa sambil menepuk bahu saja. Tapi Han
Sian merasakan suatu arus kekuatan yang mendorong kuat menggempur
kuda-kudanya agar melangkah mundur.
Tak mau kalah, segera tangan kirinya di angkat perlahan menepuk
punggung tangan kakek itu. Namun meskipun perlahat namun tibanya cepat
sekali. Ini membuat kakek itu juga terkejut karena tenaganya tiba-tiba
terputus di tengah-tengah. Segera dia menarik tangannya. Dalam waktu
singkat telah terjadi adu kekuatan dan kakek ini terkejut karena dia tidak dapat mengambil kemenangan dalam hal tenaga karena nampaknya tenaga
pemuda itu tidak berada di sebelah bawahnya.
Bagus...bagus, kau memang berbakat...lihat jurus ke dua...Heaaahh Tubuh
kakek itu melenting ke atas dan tiba-tiba delapan belas bola api dan es
seperti hujan menghantam ke arah Han Sian dan segera mengurung ruang
Istana Kumala Putih 2 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Jago Kelana 9
^