Pencarian

Pendekar Cengeng 3

Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


"Heii".!Kau ........ menangis?" Hek siauw Kui bo menghentikan suara melengking dan
menghentikan pula serangannya, memandang heran.
Namun Yu Lee kini sudah maju menerjang dengan pedangnya. Hek siauw Kui bo cepat menangkis. "Trangg"." keduanya melompat mundur karena merasa betapa lengan mereka tergetar.
Akan tetapi Yu Lee yang masih terisak menangis itu sudah menerjang lagi dan kini ia mainkan ilmu pedang yang ia ciptakan sendiri berdasarkan ilmu sakti Tu kui tung hoat.
Pedangnya bergerak cepat dan berubah menjadi sinar terang bergulung gulung dan melirngkar lingkar mengelilingi tubuh lawan. Hek siauw Kui bo terkejut, cepat ia memutar sulingnya dan meloncat ke kanan. Kaki kanannya menendang sebuah tombol kecil di dinding, kemudian membalikkan tubuhnya sambil memutar suling menangkis dan balas menyerang.
Pertandingan sudah dimulai dengan hebat nya.
Gerakan iblis betina itu memang cepat dan ganas 152
sekali, dasar gerakannya adalah ilmu silat yang amat tinggi yang diambil dari pelbagai ilmu silat, dipilih dan disatukan, diambil sarinya, ilmu silatnya menjadi amat ganas dan sukar dilawan.
Namun sekail ini Hek sianw Kui bo terkejut.
Bertahun tahun ia mempelajari ilmu, mencari dan mencipta ilmu untuk menandingi ilmu pedang Yu Tiang Sin yang lihai sebagai Dewa Pedang. Namun sebelum ia sempat menandingi Dewa Pedang itu, kakek Yu Tiang Sin keburu mati tua.
Kini ia menghadapi cucunya dengan pandangan rendah karena betapapun juga, kalau pemuda ini bersenjata pedang takkan mungkin lebih hebat dari pada Yu Tiang Sin. Siapa kira, kini ternyata ilmu pedang yang dinginkan pemuda ini luar biasa sekali.
Aneh sekali dan sama sekali bukan ilmu pedang biasa, melainkan ilmu pedang yang mirip ilmu tongkat.
Hebatnya, gerakan pemuda ini".. persamaan dengan ilmu?". yang ia latih, yaitu ?" beberapa kali tahu tahu ".. pedang pemuda itu telah
?"?"?"" dengan kelincahannya yang luar biasa saja, sambil menggulingkan tubuh menyabetkan suling ke belakang, Hek siauw Kui bo bisa membebaskan diri dari pedang yang seperti dapat melengkung lalu menyerangnya dari belakang biarpun musuhnya itu berada di depan !
Sementara itn Yu Lee merasa gembira karena ia merasa yakin bisa merobohkan musuh, berarti akan bisa membalas kematian keluarganya di samping membasmi seorang manusia yang 153
berwatak iblis. Ia semakin mempercepat gerakannya dan mendesak terus.
Akan tetapi ia tidak tahu sama sekali bahwa tendangan Hek siauw Kui bo pada dinding tadi menekan tombol dan kini dari beberapa lubang yang tersembunyi di dalam ruangan itu masuklah asap yang bening warnanya, hampir tak terlihat.
Asap ini makin lama semakin memenuhi kamar.
Tiba tiba Yu Lee mencium bau yang harum luar biasa lalu seketika itu lehernya seperti tercekik
"Celaka". !" Serunya dan ia cepat menahan napas, laju menyerang dengan tusukan maut sambil terus melompat ke belakang. Ketika ia sudah menjadi jauh dari lawan, ia melihat Hek siauw Kui bo tertawa dan di mulut iblis betina itu sudah tersumpal sehelai saputangan. Ia mulai melihat pula betapa asap yang halus mulai bergulung gulung memenuhi kamar itu.
Pada saat itu kembali Hek siauw Kui bo sudah menerjangnya Terpaksa ia menggerakkan pedang menangkis, akan tetapi begitu ia bernapas, lehernya serasa tercekik serta dadanya panas, kepalanya pening sekail.
"Plakk"!" Paha kirinya terpukul suling. Nyeri sekail rasanya sampai menembus ke ulu hati.
Dalam keadaan pening tadi ia tak sempat mengelak sehingga pahanya terpukul juga kini pandangan matanya tidak terang lagi karena asap mulai memenuhi ruangan dan bau harum yang menyesakkan napas mulai meracuninya.
Ia maklum bahwa itu adalah asap beracun yang entah dari mana telah memasuki ruangan silat.
154 Dan biarpun kepalanya pening, Yu Lee sudah tahu pula bahwa saputangan yang disumpalkan ke mulut lawan berfungsi sebagai penyaring, sehingga lawannya?"?"?"?"
Yu Lee melompat ke pintu dan pedangnya menerjang daun pintu.
"Cringg...... !!" ia kaget sekali. Pintu itu ternyata terbuat dari pada baja yang tebal sekali ! Ia lalu mengerahkan tenaga dan menubruk pintu dengan bahunya
"Bengg ".. !" Pintu itu bergetar, bahkan seluruh ruangan itu ikut tergetar, akan tetapi ia tidak berhasil mendobrak pintu yang ternyata amat kuat itu Kembali ia harus melindungi tubuhnya yang sudah di serang oleh Hek Siauw Kui bo. Dengan nekad Yu Lee mempertahankan diri sambil berusaha meloloskan diri dari dalam kamar yang berbahaya ini. Tetapi kakinya terasa sakit, kepala nya makin pening, pandangan matanya berkunang sedangkan dadanya serasa mau meledak karena terlalu lama ia menahan napas.
Beberapa kali ia menggunakan ginkangnya, melesat ke atas dan menggunakan pedangnya membabat langit langit akan tetapi pedangnya bertemu dengan baja yang keras dan tebal. Tidak ada jalan keluar lagi baginya.
Jalan satu satunya untuk menyelamatkan diri hanya merobohkan lawan. Dan hal ini tidak mungkin karena kakinya sudah terluka dan ia hampir tak dapat bertahan untuk tidak menyedot napas padahal udara di dalam ruangan sudah penuh asap beracun.
155 "Ayah".ibu" ampun anak tak dapat menuntut balas...!" Akhirnya Yu Lee berseru keras ketika kembali pundaknya tertotok suling. Ia sudah tak dapat lagi melihat lawannya, tertutup asap dan pandangannya sudah gelap, kepalanya sudah berpusingan, kemudian ia roboh, pingan JILID V
KETIKA Yu Lee sadar kembali dari pingsannya dan membuka mata, pertama tama yang terasa oleh nya adalah rasa nyeri yang amat hebat di dadanya. ia meramkan matanya kembali mengumpulkan napas dan tenaga, membersihkan ingatannya. Teringatlah ia kembali, ia telah roboh di dalam ruangan silat oleh asap beracun dan totokan totokan suling ditangan Hek siauw Kui bo yang lihai, ia menahan diri untuk tidak mengeluh ketika terasa seluruh tubuhnya sakit sakit dan kedua lengannya tak dapat ia gerakkan.
Keiika berusaha menyalurkan tenaga ke arah kedua tangan dan menggerakkan tangannya ternyata kedua pergelangan tangannya itu terbelenggu dan berada di belakang tubuh, tertindih tubuhnya yang telentang. ia membuka mata. Ternyata ia masih berada di ruangan bundar itu terbaring telentang di atas lantai dengan pergelangan kedua tangan terbelenggu.
Dengan susah payah Yu Lee menggulingkan diri menekuk kedua lututnya dan bangkit duduk.
Untung bahwa kedua kakinya tidak terbelenggu. ia memandang ke sekelilingnya. Sunyi tiada manusia.
156 Pintu satu satunya itu masih tertutup rapat.
Ruangan sudah bersih dari pada asap beracun, namun bau harum aneh masih dapat tercium. ia segera mengumpulkan napas, mengerahkan tenaga untuk mematahkan belenggu.
Akan tetapi ia meringis kesakitan karena ternyata bahwa belenggu besi itu agaknya di pasangi gigi gigi tajam sehingga begitu ia mengerahkan tenaga, gigi gigi tajam itu masuk ke dalam kulit dagingnya! Pedang dan tongkatnya lenyap. ia terbelenggu amat kuat dan penuh dengan pemasangan gigi baja pada belenggu itu, ia tak mungkin, dapat mematahkan belenggu tanpa mengakibatkan pergelangan kedua tangannya.
Yu Lee menarik napas panjang. ia maklum bahwa ia telah terjatuh ke tangan musuh besarnya. Mengapa ia tak dibunuh" Mengapa ia dijadikan tawanan" ia tidak mau memusingkan kepala memikirkan hal ini. Lalu ia duduk bersila dan bersamadhi mengumpulkan napas dan tenaga, memulihkan hawa murni di tubuhnya.
Tak lama kemudian jawaban tiba, jawaban tentang keheranannya mengapa ia tidak dibunuh.
Jawaban itu beupa terbukanya pintu dan masuknya Empat Buaya Yang ce kepala kepala bajak sungai yang terkenal kejam. Mereka masuk dan menutupkan pintu kembali lalu terdengar mereka tertawa tawa. Sejenak Y u Lee membuka mata kemudian menutupkan matanya kembali.
"Ha, ha, ha kiranya hanya sebagini saja kepandaianmu!" Song Kai tertawa mengejek dan kakinya terayun keras menendang. Yu Lee maklum 157
akan datangnya tendangan ini. ia berusaha mengelak akan tetapi sebuah pukulan tangan tepat mengenai leher kanannya, membuat tubuhnya roboh bergulingan. ia bangkit kembali dengan pandangan mata berkunang.
Ketika itu, Song Kai yang tadi merasa penasaran karena tendangan nya dapat dielakkan lawan yang sudah luka luka terbelenggu, datang memukul ke arah dadanya. pukulan yang amat keras ! Yu Lee maklum bahwa ia terancam bahaya maut, akan tetapi ia tidak menjadi gentar dan mengambil keputusan bahwa sebelum tewas ia akan melawan sebisanya. Cepat ia miringkan tubuh membiarkan pukulan itu menyerempet dadanya akan tetapi berbareng kakinya menendang ke depan tepat mengenaisambugan lutut Song Kui.
"Aduhh"!" Tubuh Song Kai tergelimpang dan sabungan lututnya terlepas ! Untung baginya bahwa keadaan Yu Lee demikian lemahnya, kalau tidak, tentu akan remuk tulang lututnya.
Marahlah mereka. Berbareng mereka menyerbu dan karena Yu Lee memang sudah terluka dan amat lemah tentu saja pemuda ini menjadi korban pemukulan pemukulan mereka. Tubuh Yu Lee sampai terlempar ke sana ke mari bergulingan ke atas lantai. Perutnya kena tendang dan pemuda ini berusaha bangkit, akan tetapi pukulan keras pada tengkuknya membuat ia rebab kembali. Akhirnya ia tak dapat berkutik pula karena pukulan pukulan dan tendangan tendangan datang bertubi 158
tubi. Mukanya penuh darah yang keluar dari mulut dan hidung.
"Sudah " sudah twako, jangan sampai terbunuh dia !" Seorang di antara buaya buaya Yang Ce mencegah Son Kai yang terengah engah dan terpincang pincang memukuli pemuda itu dengan marah. "Toania pesan agar kita jangan membunuhnya. Kalau dia mati kita celaka !"
Hal ini menyelamatkan Yu Lee Biarpun tubuhnya penuh luka luka bekas pukulan dan tendangan, namun keempat orang itu tidak membunuhnya, sehingga pukulan pukulan dan tendangan tadi pun hanya merupakaa hantaman yang melukai kulit daging dan paling hebat mematahkan tulang, tidak mendatangkan luka dalam yang membahayakan nyawanya. Namun siksaan mereka itu cukup hebat membuat Yu Lee pingsan selama sehari semalam.
Dengan gerakan laksana seekor kucing. Dewi Suling berloncatan di atas genteng rumah rumah yang berjajar rapat. Kedua kakinya bergerak cepat tanpa mengeluarkan suara dan sebentar saja ia sudah di atas genteng rumah toko obat yaog terletak di sebelah barat simpang empat.
Seperti biasa, setelah tiba di atas rumah calon korbannya. Dewi Suling lalu meniup suling merahnya.
Melengkinglah suara yang merdu, namun menyeramkan, memecah kesunyian malam.
159 Tiba tiba suara suling itu terhenti dan Dewi Suling mengeluarkan seruan tertahan ketika genteng rumah yang diinjaknya itu tiba tiba bergerak dan kakinya terpeleset. Sebagai seoraog ahli "jalan malam" maklumlah ia bahwa ada orang pandai berlaku usil. Siapakah yang memiliki kepandaian di dalam rumah penjual obat ini"
Tiba tiba terdengar suara angin menyambar ke arahnya. Dewi Suling cepat miringkan tubuh dan berloncatan mengelak karena dari bawah menyambar senjata senjata rahasia.
"Siiuut siuuut siuuut"!" tiga batang hui to (pisau terbang) menyambar secepat kilat ke arahnya dan ketika Dewi Suling mengelaknya, tiga batang hui to itu jatuh ke atas genteng, suaranya nyaring.
"Cui siauw kwi, mau apa engkau mengacau di sini" Terdengar bentakan nyaring dan halus.
Dewi Suling cepat rnenengok dan melihat bayangan hitam berkelebat di bawah. Dengan ujung ujung kakinya ia mencongkel genteng dan tampaklah bayangan hitam tadi kini berada di ruangan belakang rumah obat itu.
Wajahnya berseri, matanya bersinar sinar ketika melihat seorang pemuda tampan sekali berdiri di bawah genteng dengan sepasang pedang di tangan.
Kalau siang tadi ia melihat pemuda putera penjual obat sebagai seorang pemuda remaja yang tampan sekali, bermuka bundar dengan kulit putih, mata jeli dan bibir merah seperti buah tomat 160
masak, kini pemuda tampan itu tidak hanya kelihatan ganteng juga kelihatan gagah perkasa !
Hal ini sama sekali tak disangka sangkanya.
Pemuda tampan yang disangka lemah lembut itu ternyata seorang yang berkepandaian dan melihat lemparan tiga batang hui to tadi membuktikan bahwa pemuda remaja itu kepandaiannya boleh juga. Makin gembiralah hati Dewi Suling melihat kenyataan ini dan seperti sehelai bulu saja tubuhnya melayang turun melalui lubang yang dibuat di atas dengan membongkar beberapa buah genteng.
Lalu ia meloncat turun melalui lubang yang dibuatnya itu sambil memutar sulingnya dan tubuhnya melayang ringan ke bawah ke arah pemuda yang berdiri dengan sepasang pedang di tangan.
Sepasang kaki Dewi Suling seperti kaki burung saja ketika hinggap di atas lantai sehingga pemuda itu diam diam menjadi kaget sekali.
"Kongcu, maafkan kalau aku membikin kaget padamu. Kedatanganku ini sesungguhnya karena tertarik kepadamu dan ingin belajar kenal denganmu. Siapakah namamu dan kenapa begitu bertemu kau menyerang Cui siauw Sian li Ma Ji Nio" Ah, tidak kasihankah engkau kalau sampai hui to mu tadi itu membikin lecet kulitku" "
Dengan lagak genit Dewi Suling mengerling serta tersenyum.
Sepasang mata yang lebar dan bersinar tajam itu terbelalak, kemudian bibir yang merah sehat itu tersenyum. Tampak deretan gigi putih rapi yang 161
membuat hati Dewi Suling menjadi semakin berdebar. Selama ini belum pernah ia mendapatkan seorang kekasih yang begini tampan!
Kalau saja pemuda ini memiliki ilmu silat yang tinggi, sedikitnya seperti tingkat kepandaian dua orang murid Hap To jin yang telah menghinanya dan menolak cinta kasihnya, hatinya akan puas serta tak kecewa untuk seterusnya berteman dengan pemuda ini.
"Ohh, begitukah" Jadi engkau datang untuk berkenalan" Cui siauw kwi, namaku adalah Tan Li Ceng dan soal seranganku tadi yang sayang tidak mengenai sasarannya adalah karena begitu mendengar suara sulingmu aku sudah dapat menduga siapa yang akan muncul. Baru sekarang aku berrtemu denganmu. Engkau memang seorang gadis yang cantik jelita, akan tetapi sayang engkau jahat seperti iblis betina. Disebabkan kejahatanmu itu lah maka ak? tadi menyerangmu dan sekarangpun aku mau membunuhmu. Lihat pedang !" Cepat sekali gerakan pemuda itu.
Sepasang pedangnya berkelebat menjadi dua gulung sinar perak yang "menggunting" dari kanan kiri.
"Singg!........ singg".!"
Dewi Suling cepat mengelak dan guntingan sepasang pedanp itu lewat di dekat tubuh nya.
?"Eh .. Tan kongcu (tuan muda Tan), nanti dulu"."
"Mau bicara apa lagi" " Si pemuda bertanya, sepasang alisnya yang hitam hergerak gerak.
Sepasang pedangnya disilangkan di depan dada.
162 Sikapnya gagah sekali sehingga mata Dewi Suling terpesona melihatnya.
"Tan kongcu, engkau mengapa begini kejam dan sampai hati menuduh aku jahat" Kejahatan apakah gerangan yang telah kuperbuat maka kongcu menuduhku demikian" "
Tan Li Ceng mengeluarkan suara menghina dari hidangnya yang kecil mancung. "Hemm! Masih berpura pura suci" Entah sudah berapa banyak pemuda pemuda yang menjadi korban mu, kau"
kau perkosa dan kau bubuh ! Masih beranikah menyangkalnya?"
Dewi Suling menarik napas panjang, lalu berkata, suaranya halus, "Tan kongcu, sudah bertahun tahun aku mencari jodoh. Banyak sudah pemuda kupilih, akan tetapi mereka itu hanyalah laki laki tidak berguna. Mereka itu tiada bedanya dengan kelinci kelinci gemuk yang hidupnya untuk disembelih atau burung burung indah yang hidupnya ditakdirkan buat tontonan serta hiburan.
Dan kalau telah bosan, bagian mereka ialah kemalian. Aku mau mencari seorang suami yang cocok, lalu melihat engkau ini..., hatiku rupanya merasa puas bila bisa berkawan baik denganmu.
Maukah engkau mencoba serta melihat apakah diantara kita berdua ada kecocokan hati kong cu"
Marilah ikut bersamaku dan kita mencoba serta rasakan bersama, tentu kau tidak akan kecewa?"
Kemudian dengan sikap genit memikat Dewi Suling melirik tajam penuh arti.
163 Akan tetapi agaknya Tan Li Ceng yang usianya paling banyak delapan belas tahun itu masih hijau, justeru masih hijau dan kurang pengalaman itulah yang membuat Dewi Suling lebib mengilar lagi.
Pemuda tampan itu membanting kakinya dan berkata, suaranya membentak, "Perempuan tak tahu malu! Bersiaplah untuk mampus!" Kembali pemuda ini menerjang dan sepasang pedangnya berkelebat cepat bagaikan kilat menyambar.
Dimaki demikian oleh bibir yang penuh merah menggairahkan itu. Dewi Suling tidak menjadi marah, bahkan tertawa dan berkata, "Baik sekali, memang aku ingin memuji kepandaianmu apakah tidak mengecewakan!" Sulingnya berkelebat berubah menjadi segulung sinar merah yang panjang.
"Trang trang ".!
Pemuda itu meloncat ke belakang sambil menarik kedua pedangnya. Benturan dengan suling ketika lawan menangkis siang kiam (sepasang pedang) tadi membuat kedua tangannya terasa panas dan tergetar hebat !
"Hi, hi, hik. coba kau sambut ini !" Dewi Saling berkata sambil tertawa dan sulingnya kini membentuk gulungan sinar merah yang melingkar lingkar panjang mengurung tubuh Tan Li Ceng.
Pemuda itu kaget sekali mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Sepasang pedangnya membentuk benteng sinar pedang yang amat kuat sehingga berkali kali terdengar bentrokan bentrokan nyaring antara sepasang pedang dengan suling merah.
164 "Ah, hi hik !" Bagus sekali ! Ilmu pedangmu hebat, tidak kalah oleh mereka. Bagus, kau tampan dan gagah, aku tidak kecewa, hik hik!"
Dewi Suling girang sekali mendapat kenyataan bahwa pemuda remaja ini benar benar gagah perkasa, tidak kalah oleh Ouw yang Tek maupun Gui Siong, dua orang murid Hap Tojin yang tadinya ia kagumi. Makin besar rasa cinta kasihnya terhadap pemuda ini.
Di dunia ini jarang dapat ia temukan seorang pemuda seperti ini, memiliki ketampanan yang sukar dicari bandingannya dan memiliki ilmu silat yang cukup tinggi. Tentu saja belum cukup tinggi untuk mengatasinya. Ah, di mana bisa bertemu dengan seorang pemuda yang dapat
mengalahkannya" Kecuali"kecuali pemuda baju putih yang ajaib itu. Akan tetapi pemuda baju putih itu gerak geriknya bukan seperti manusia seolah olah pandai menghilang. Kalau bukan dewa tentu Setan! Lebih baik mencurahkan perhatiannya kepada Tan Li Ceng pemuda remaja yang tampan ini.
Setelah menguji kepandaian pemuda itu sampai lima puluh jurus lebih, hati Dewi Suling menjadi puas. Kalau ia mau, dengan bermacam akalnya yang keji tentu sejak tadi ia sudah mampu merobohkan pemuda ini. Akan tetapi timbul rasa sayang yang amat besar di hatinya sehingga ia tidak ingin melukai pemuda ini. Juga kalau dalam waktu terlalu singkat ia mengalahkannya ia khawatir kalau kalau pemuda ini menjadi malu dan merasa terhina. Maka ia melayani sampai puluhan jurus.
165 "Wah kau hebat, kongcu ! Aku terima kalah"!
Perlukah pertandingan ini dilanjutkan" Lebih baik kita bercinta daripada bermusuhan".!?"
Tan Li Ceng tidak menjawab, melainkan menggeram dan pedannya berkelebat semakin ganas. Kelihatan bahwa pemuda ini marah sekali.
"Ih, terpaksa ku hentikan kenakalanmu !" Tiba tiba tangan kiri Dewi Suling mengebutkan sehelai saputangan merah ke arah muka Tan Li Ceng yang cepat mengelak dengan jalan miringkan kepalanya.
Akan tetapi kiranya serangan ini bukan serangan senjata, melainkan serangan hawa beracun sebab tahu tahu hidang Tan Li Ceng mencium bau harum luar biasa yang membuat napasnya sesak serta matanya berkunang kunang.
Waktu itu dipergunakan oleh Dewi Suling buat melakukan totokan secepat kilat yang mengenai kedua buah lengannya. Tanpa bisa dicegah lagi kedua pedang itu jatuh berkerontangan di atas lantai. Di lain saat, tubuh Tan Li Ceng yang terhuyung itu telah didekap oleh Dewi Suling.
Karena sewaktu diserang oleh kebutan saputangan merah tadi Tan Li Ceng telah membuang muka, maka obat bubuk harum yang mengandang obat bius itu hanya sedikit saja memasuki hidungnya dan karena itu hanya membuat ia pusing dan mabok tidak sampai pingsan terlalu lama. Setelah lenyap pusingnya dan kesadarannya pulih kembali pemuda ini membuka mata. Alangkah kagetnya ia ketika mendapatkan dirinya dirangkul serta didekap Dawi 166
Suling dan mulutnya tersumbat oleh bibir wanita itu yang menciumnya mesra penuh nafsu !
Rasa mual naik dari perut pemuda ini. Ia berusaha meronta, tapi sia sia sebab rangkulan Dewi Suling itu membuat kedua lengannya menempel di badan. Demikian kuat serta ketat rangkulan Dewi Suling yang seperti orang gila atau mabok mencium mulutnya. Saking marah, muak dan gugupnya, pemuda ini lalu membuka mulut tetapi bukan buat membalas ciuman mesra itu, melainkan buat menggigit bibirnya Dewi Suling.
"Ihh"!" Dewi Suling kesakitan dan terpaksa melepaskan rangkulannya sambil meloncat mundur. Dirabanya bibir yang berdarah itu, matanya melotot, akan tetapi ia tersenyum.
Mukanya merah serta pandangan matanya bersinar sinar
"Aihh kongcu kau.,.... kau nakal sekali. Betapa kejamnya melukai bibirku"!"
Akan tetapi Tan Li Ceng sudah meloncat bangun terus menyambar sepasang pedangnya yang tergeletak di lantai kemudian menerjang kalang kabut kepada Dewi Suling dengan kemarahan meluap luap. Akan tetapi begitu Dewi Suling memutar suling merahnya itu, semua terjangan pemuda itu dapat dibendung dan kembali Tan Li Ceng terdesak serta terkurung oleh sinar merah yang bergulung gulung dan melingkar lingkar. Juga saputangan merah yang harum sudah siap di tangan kirinya, Tan Li Ceng berlaku hati hati, bersilat dengan cepat serta mengerahkan semua ilmu silat dan tenaganya, juga waspada 167
menjaga diri dari serangan saputangun merah itu yang sewaktu waktu bisa dikebutkan ke mukanya Betapapun juga, suling di tangan musuhnya itu benar benar amat lihai, sepasang pedangnya tak bisa balas menyerang lagi hanya di pergunakan buat melindangi tubuhnya.
"Omitohud"!" Tiba tiba terdengar seruan dan dari pintu belakang muncul seorang hwesio tua yang perutnya gendut sekali. Sebagian perutnya yang di atas terbuka sebab bwesio ini memang tidak berbaju sehinngga dada serta separah perutnya itu telanjang. Wajahnya muram dan alisnya sudah putih. Di lengan kanannya hwesio ini mencekal sebuah tongkat berkepala naga.
Kalau hwesio ini muncul sambil mengeluarkan seruan memuja Budha, tetapi orang kedua yang tiba bersamanya sudah mencabut pedang terus menyerbu ke depan. Orang ini ialah seorang gadis manis berpakaian serba hijau berusia sekitar dua pulah tahun, bertubuh langsing. Pedang tunggalnya berderak cepat sekakli dan begitu menyerbu, pedangnya berkelebat menusuk ke arah lambung kanan Dewi Suling.
"Trang..!!" Pedang di tangan sadis baju hijau itu membalik lalu ia berseru kaget, sama sekali tidak mengira bahwa Dewi Suling demikian kuat tangkisanya. Di lain fihak Dewi Suling mendapat kenyataan bahwa gadis baju hijau yang baru tiba ini memiliki sinking sedikitnya tak kalah oleh pemuda tampan itu, maka ia berlaku hati hati lalu meloncat mundur.
168 "Suci.. suhu" harap bantu aku membasmi iblis betina ini!" Tan Li Ceng berseru girang melihat munculnya dua orang itu.
"Sumoi, jangan khawatir lblis ini takkan bisa lolos" jawab gadis baju hijau sambil menerjang lagi.
Lalu disusul oleh Tan Li Ceng yang berbesar hati melihat munculnya guru serta kakak seperguruannya.
"Trang trang trang"!" Tangkisan suling merah kali ini amat kerasnya sehinga baik Tan Li Ceng maupun gadis baju hijau itu terhuyung huyung mundur. Dewi Suling berdiri dengan suling melintang di depan dada, mukanya pucat dan matanya terbelalak ketika memandang Tan Li Ceng, telunjuk tangan kirinya menunjuk ke arah muka bekas lawannya.
"Engkau". Engkau" wanita "." "
Tadi ketika Dewi Suling mendengar pemuda tampan itu nenyebut suci kemudian oleh si kakak seperguruannya disebut sumoi (adik perempuan seperguruan) ia kaget seperti di sambar halilintar.
Saking kaget dan herannya ia masih penasaran dan setelah menangkis, kini ia meyakinkan hatinya dengan pertanyaan itu.
"Cih, perempuan tak tahu nalu dan gila !
Hatimu sudah begitu kotor sehingga matamu buta tak dapat melihat mana wanita mana laki laki !"
bentak Tan Li Ceng yang sesungguh nya adalah seorang gadis cantik jelita berusia delapan belas tahun. Sebagai anak tunggal, Tan Li Ceng amat dimanja dan karena sudah lajimnya pada jaman itu orang orang tua ingin sekali mempunyai anak 169
laki laki. Li Ceng diberi pakaian laki laki untuk mengurangi kecewa ayah ibunya.
Mendengar ini muka yang pucat dari Dewi Suling berubah marah sekali, sepasang matanya menjadi muram dan hatinya diliputi kekecewaan besar. Harus ia akui bahwa ia tadi jatuh cinta sungguh sungguh kepada "pemuda" ini dan kalau ia berhasil, ia akan menghentikan petualangan dengan pemuda pemuda lainnya dan ingin hidup selamanya di samping "pemuda" yang dicintainya ini. Sekarang semua harapan itu buyar seperti asap tertiup angin dan selain rasa kecewa, ia juga merasa malu sekali dan marah.
"Mampuslah!" Bentaknya dengan kemarahan meluap luap. Rasa cinta kasihnya yang mendalam terhadap "pemuda" itu kini berubah menjadi kebencian yang amat sangat, yang dapat dipuaskan hanya dengan pembunuhan.
Serangannya hebat bukan main sehingga enci adik seperguruan itu cepat memutar senjata untuk menangkis.
"Omitohud... pinceng mana dapat mendiamkan iblis betina mengganas?" Hwesio tua guru kedua orang gadis itu berseru dan tongkatnya meayang.
Dewi suling kaget bukan main. Ia sedang sibuk dengan serangannya, dan kini enci adik seperguruan itu juga balas menyerang. Secara tiba tiba ia mendengar desir angin yang demikian dahsyat yang ditimbulkan oleh tongkat panjang, maka cepat ia meloncat sambil memutar sulingnya.
Namun, karena ia harus melindungi terjangan pedang kedua gadis lawannya, dan karena hwesio 170
itu menerjang pada saat ia dalam kedudukan kurang kuat elakannya tidak sepenuhnya berhasil.
"Bukk!" Ujung tongkat menggebuk punggungnya. Untung Dewi Suling secepat kilat sudah miringkan tubub sambil mengerahkan sinkang ke punggung untuk melawan gebukan ini, kalau tidak tentu tulang punggungnya bisa patah patah! Betapapun juga ia masih terlempar dan jatuh bergulingan, ia terus menggulingkan tubuh mendekati pintu, kemudian meloncat bangun sambil memutar suling.
"Gundul keparat! Siapa kau?" Bentaknya.
"Hemm, pinceng Liong Losu, selamanya anti kejahatan !"
"Tho tee kong "!" Dewi Suling berseru keras dengan kaget. Gurunya sudah berpesan agar hati hati kalau bertemu dua orang, yaitu pertama adalah Tho tee kong Liong Losu si Malaikat Bumi ini, dan kedua adalah Siauw bin mo Hap Tojin si Setan Tertawa yang menjadi guru kedua orang muda yang pernah digodanya. Kini mendengar hwesio guru kedua orang ini adalah Tho tee kong ia tahu bahwa keadaannya amat berbahaya kalau ia melanjutkan pertandingan. Apalagi punggungnya sudah terluka, sungguhpun hanya merupakan luka di luar saja.
Sambil meloncat ia mengeluarkan lengking mengerikan dan pada saat itu tubuhnya sudah melayang keluar dari pintu.
171 "Iblis betina hendak lari ke mana?" Tan Li Ceng dan encinya yang bernama Lauw Ci Sian berbareng membentak marah dan berlumba untuk mengejar.
"Awas.... !" Bentak guru mereka yang sudah melompat maju dan memutar tongkat.
Dua orang gedis itu terkejut dan merebahkan diri. Sinar hijsu menyambar di atas tubuh mereka dan lenyap memasuki dinding. Itulah jarum jarum hijau yang beracun. Beberapa jarum runtuh oleh putaran tongkat Liong Losu.
"Kejar"!" Tan Li Ceng yang masih gemas terhadap Dewi Suling, meloncat keluar disusul kakak sepeguruannya.
Hwesio tua dan dua orang muridnya itu mengerahkan ginkang dan melakukan pensgejaran dengan ilmu lari cepat. Akn tetapi Dewi Suling sudah lari juuh sekali, kemudian iblis betina itu meloncat ke dalam sebuah perahu dan meluncurlah perahunya bagaikan anak panah terlepas dari busurnya. Guru dan dua orang muridnya itupun mencari perahu dan terus melakukan pengejaran.
Tho tee kong Liong Losu adalah seorang pendeta yang selain berwatak aneh dan berjiwa pendekar juga seorang yang berhati hati memilih murid.
Ia tidak pernah mempunyai murid, hanya lima belas tahun yang lalu ketika ia dan Siauw bin mo Hap Tojin gagal membela keluarga Yu Kiam sian dan melihat beapa pendekar sakti Sin kong ciang Han In Kong mengambil Yu Lee sebagai murid, 172
maka ia mengambil keputusan buat mencari murid berbakat, sebagai seorang pendeta Budha yang menempuh hidup suci, Tho tee kong Liong Losu mempunyai perangai yang halus, maka sesuai dengan sifatnya ini ialah murid murid wanita.
Maka ia lalu memilih dua orang anak perempuan sebagai muridnya.
Murid pertama ialah Lauw Ci Sian, seorang anak perempuan yatim piatu berusia delapan tahun. Murid kedua adalah Tan Li Ceng anak perempuan tunggal Tan Kiat pemilik toko obat.
Sesuai pula dengan bakat masing masing, ia memberikan ilmu pedang tunggal untuk Lauw Ci Sian serta siang kiam (pedang berganda) buat Tan Li Ceng, Selama dua belass tahun ia mendidik kedua orang muridnya itu sehingga mereka memperoleh ilmu silat yang tinggi serta jarang menemui tandingannya di antara orang orang muda jagoan di jeman itu.
Setelah belajar selama dua belas tahun. Tan Li Ceng yang mempunyai kebiasaan berpakaian seperti pria itu ialu kembili ke An keng tempat tinggal ayahnya. Oleh sebab itulah di An keng ia merupakan seorang "pemuda" baru saja terlihat oleh Dewi Suling waktu itu. Dan kebetulan pula malam itu Tho tee kong Liong Losu berserta murid pertamanya datang berkunjung serta terus malam itu juga mendatangi rumah Tan Li Ceng.
Kenapa begitu kebetulan" Tidak lain setelah begitu hwesio tua itu tiba An keng sore tadi lalu pergi ke kuil yang dihuni oleh lima orang nikouw 173
serta mendengar akan sepak terjang Dewi Suling.
Maka itu buru buru hwesio ini bersama muridnya mendatangi rumah muridnya yang kedua untuk nanti diajak bersama sama mencari serta membasmi Dewi Suling. Tak disangka iblis betina yang dicari carinya itu justeru berada di rumah Tan Li Ceng yang disangkanya pria !
Sementara itu, dengan hati gemas Dewi Suling cepat cepat modayung perahunya pulang ke tempat tinggal gurunya di Istana Air. Ia telah terluka, biarpun tidak berat, akan tetapi buat melawan Tho tee kong serta kedua orang muridnya sendirian, ia merasa tidak kuat. Ia harus melaporkan kepada gurunya soal munculnya musuh besar itu. Dan kekecewaan karena ternyata Tan Li Ceng adalah seorang gadis membuat ia kehilangan semangat buat bersenang senang dan bermain main di An keng.
Malam lelah berganti fajar ketika Dewi suling naik ke darat dan menarik perahu kecilnya ke darat pula. Ia heran melihat betapa sepinya daerah Istana Air. Akan tetapi baru saja ia lari beberapa meter jauhnya, dari kanan kiri berlompatan keluar penjaga yang bersenjata lengkap, bahkan seorang penjaga membentaknya, "Siapa".!"
"Goblok" buka matamu lebar lebar ! Minta mampus ?" Dewi Suling balas membentak dengan perasaan mendongkol.
"Ahhh" ampun Siocia ! Ampunkan hamba" di dalam gelap ini mana hamba bisa mengenali Siocia" Taunio memerintahkan agar penjagaan 174
diperketat sebab dikhawatirkan datangnya musuh yang akan menolong tawanan. Maka kami melakukan penjagaan ketat sambil bersembunyi."
Lenyap kemarahan Dewi Suling segera ia tertarik sekali. "Tahanan sipakah orangnya" berani betul masuk ke sini sampai tertawan.?"
"Seorang pemuda luar biasa, Siocia. Yang ce Su go maupun Ngo tayhiap (pendekar Ngo Cun Sam) tak bisa mengalahkannya. Baru Setelah Toanio sendiri turun tangan, dia bisa ditawan di ruangan berlatih silat."
"Pemuda" Siapa?"" Dewi Suling bertanya heran. Kalau sampai pemuda itu harus dikalahkan gurunya di dalam tian bu thia ( Ruangan silat), berarti gurunya tak kuat melawan dan perlu dengan bantuan alat2 rahasia di tian bu thia.
Alangkah hebatnya kepandaian pemuda itu!
"Entahlah, Siocia Hamba tidak tahu namanya.
Hanya mendengar bahwa dia itu masih 26 -27 tidak ada
Ia telah keluar dari tian bu thia menghilang ke dalam gelap.
Sementara itu, Tho tee kong Liong Losu bersama dua orang muridnya Lauw Ci Sian serta Tan Li Ceng dengan perahu mereka sudah tiba pula di daerah Istana Air. Melihat perahu kecil Dewi suling di darat serta melihat pula tembok bangunan yang besar mereka lalu mendaratkan perahu dan berlompatan memasuki hutan.
175 "Kita haru berhati hati dan membagi tugas."
kata Liong Losu. "Dinding itu tebal dan kuat, tentu penjagaannya juga" Awas !!"
Pada waktu itu dari belakang berhamburan senjata rahasia banyak sekali. Dua orang gadis itu sudah sejak tadi memegang pedangnya masing masing lalu cepat mambalikkan tubuh memutar senjata mereka sehingga terdengar bunyi trang trang ketika senjata senjata rahasia itu tersampok berjatuhan.
Liong Losu tahu bahwa senjata senjata rahasia itu dilepakkan oleh oang orang berkepandaian biasa saja, ia cuma menggerakkan tangan kirinya menangkap lalu melemparkannya kembali ke arah dari mana datangnya tadi.
"Aduh".! Aug"! Ahhh"!" Terdengar jeritan jeritan dari dalam gelap sebab termakan senjata rahasia sendiri. Kemudian bermunculan keluar belasan orang tinggi besar, mereka adalah anggauta anggauta bajak sungai yang ditugaskan menjaga di situ. Tadi mereka melihat pendaratan tiga orang ini akan tetapi mereka sengaja membiarkan mereka memasuki daerah dekat dinding Istana Air, baru mereka turun tangan dan menghujankan senjata rahasia. Alangkah kaget dan marah hati mereka ketika serangan gelap itu gagal, bahkan sebaliknya tiga orang teman mereka roboh. Obor dinyalakan dan berkilauanlah senjata mereka ketika menyerbu tiga orang tersebut.
Namun, sial nasib para pembajak sungai itu.
Mereka ini seperti segerombolan nyamuk menerjang api. Begitu Liong Losu menggerakkan 176
tongkatnya dan kedua orang muridnya menggerakkan pedang dalam waktu beberapa menit saja mereka sudah roboh tak dapat bangun kembali.
"Terang di sini sarang Dewi suling dan kaki tangnnya Kita bagi tugas, kalian berdua menyerbu dari kanan sana, pineng dari kiri. Dengan demikian kita memotong jalan keluar mencegah dia melarikan diri. Dia sudah terluka, tentu kalian cukup kuat mengatasinya."
Bagaikan tiga ekor burung malam, guru dan murid ini melayang naik ke atas dinding dan memasuki daerah bangunan Istana Air. Liang Losu melompat ke atas genteng sebelah kiri dan dua orang gadis itu lari ke kanan yang menjadi bagian belakang bangunan itu, kemudian melompat pula ke atas genteng.
Sayang sekali bahwa Liong Losu tidak tahu akan kejadian sebenarnya dari Istana Air, tidak tahu bahwa Dewi Suling adalah murid terkasih Hek siauw Kui bo dan lebih lebih tidak tahu bahwa di dalam Istana Air yang megah itu berdiam nenek iblis yang sakti ini ! Kalau ia tahu, tidak nanti ia membiarkan dua orang muridnya berpisah dari sampingnya di sarang nenek iblis yang amat lihai itu.
Dengan ketabahan yang timbul dari percaya kepada kepandaian sendiri, dua orang pendekar wanita remaja itu berlompatan di atas genteng dan langsung menyelidik di bagian belakang ruangan gedung yang besar dan indah itu. Kemudian melihat sebuah taman di belakang gedang, mereka 177
melayang turun dan menyelinap di dalam bayangan pohon, kemudian berindap indap memasuki ruangan belakang yang diterangi remang remang.
Dengan sigap mereka berlari ke ruangan ini, pedang di tangan dan mata memandang ke sekeliling mencari cari pintu mana yang akan mereka serbu untuk mencari Dewi Suling atau menghadapi kaki tangannya.
Tiba tiba terdengar suara ketawa terbahak dan muncullah empat orang laki laki tinggi besar memegang golok berat dan seorang kakek berjenggot putih panjang.
"Ji te (adik kedua), matamu tajam sekali, dalam gelap begini mengenal gadis cantik jelita. Mereka ini benar benar muda serta jelita, ha ha ha !" Song Kai berkata sambil melihat tubuh kedua orang gadis remaja itu dengan mata melotot. Lalu empat orang Yang ce Su go itu tertawa tawa cengar cengir kurang ajar.
"Su wi (tuan berempat) harap jangan sembrono.
Gadis gadis itu bukan orang sambarangan" kata Ngo Cun Sam.
"Benar benar Ji te bermata tajam ! Kalau bukan kau yang berkata dua orang gadis cantik, aku tentu tidak akan mengenal dia ini sebagai seorarrg gadis. Pantas saja tampan bukan main !" kata pula Song Kai tanpa memperdulikan peringatan Ngo Cun Sam terus menuding telunjuk kirinya ke arah Tan Li Ceng.
178 "Ha, ha, ha, twako, aku seorang ahli perempuan, mana bisa tidak dapat membedakan pinggul laki laki dan pinggul perempuan" Lihat saja pundak dan dadanya, kemudian lihat tangannya."
Ternyata kalau Dewi Suling yang telah gila laki laki tidak mengenal Tan Li Ceng, sekarang keempat Yang ce Su go yang gila perempuan itu s?dah bisa mengenalinya sebagai seorang gadis.
Tan Li Ceng yang telah menjadi bahan percakapan kurang ajar itu sudah tak bisa menahan kemarahannya pula. Sambil berseru keras ia memutar sepasang pedangnya, tetus menyerang Song Kai xerta adiknya, yang bermata tajam tadi. Melihat gerakan adik sepergur?annya, Lauw Ci Sian juga menyerang dua orang auggauta Yang ce Su go lainnya.
"Trang trang..! Aihh" lihay juga"!"
Song Kai berseru kaget sebab ketika ia dan adiknya menagkis sepasang pedang Tan Li Ceng, dengan kecepatan yang sukar diduga pedang itu mental ke bawah dan membabat ke arah perut mereka dari kanan kiri seperti kilat menyambar.
Untung Song Kai cepat mengelak mundur bersama adiknya tetapi ba ju mereka tetap rerobek ujung pedang. Nyaris kulit perut mereka robek! Kini mereka tidak berani main main dan harus mengakui kebenaran yang diterangkan kakek jenggot putih Ngo Cun Sam tadi. Juga dua orang Yang Ce Su go lainnya telah sibuk memutar serta memainkan senjata karena terkurung oleh sinar 179
pedang yang bergulung gulung di tangan Lauw Ci Sian, gadis baju hijau.
Pertempuran berlangsung seru dan mati matian karena sambaran pedang dan golok yang berdesingan serta bersiuran bunyinya itu merupakan bayangan bayangan tangan elmaut yang mengerikan, Yang ce Su go boleh menjagoi di Sungai Yang ce tetapi kini berhadapan dengan dua orang murid Tho tee kong, mereka terdesak dan gerakan golok mereka terkurung serta tertindih sinar sinar pedang kedua gadis itu Tiba tiba Lauw Ci Sian terkejut sekali karena merasa ada hawa pukulan yang amat kuat menerjangnya dari belakang, ia bisa menduga tentu kakek jerngot putih itu yang menyerangnya karena sudah sejak tadi ia melihat bahwa kakek inilah yang terlihay di antara musuh musuhnya.
Cepat gadis lihai ini miringkan bahuhnya mengangkat sebelah kaki meloncat terus menendang sementara pedangnya berkelebat te kiri melindangi tubuhnya dari serangan kedua golok.
Akan tetapi alangkah kagetnya ketika tiba tiba kakinya yang menendang itu kena ditangkap oleh kakek jenggot putih ! Sebagai seorang ahli pedang yang lihai biarpun kaki kirinya tertangkap, namun ia dapat mencenderungkan tubuhnya ke depan sambil membebatkan pedang ke arah pergelangan tangan Ngo Cun Sam.
"Uhhh"!" Kakek itu berseru kaget dan kagum sekali. Terpaksa ia menarik pulang tangannya sambil melepaskan pegangan. Ynag ce Su go sudah menerjang dengan sambaran golok mereka. Golok 180
itu datangnya dari kanan kiri, ketika ditangkis pedang, dua batang golok itu membuat gerakan menggunting sehingga pedang Lauw Ci Sian terjepit. Gadis itu tidak menjadi gugup, cepat tangan kirinya mendorong sambil kaki kirinya melangkah maju.
"Dukkk" ! Aduh"!" Seorang di antara kedua Yang ce Su go terjengkang roboh karena dadanya terkena pukulan tangan yang halus namun mengandang tenaga sinkang hebat itu.
Akan tetapi pada detik pukulan Lauw Ci Sian mengenai sasaran, gadis ini terkejut sekali karena tiba tiba pinggangnya dipeluk orang dari belakang !
Sebelum ia sempat bergerak, golok lawan kedua sudah menyambar dari depan. Terpakia ia menangkis dengan pedang dan pada saat itu Ngo Cun Sam yang memeluk pinggangnya telah menangkap tangan kirinya dan terus ditelikung ke belakang, ilmu gulat kakek ini hebat, maka berada dalam cengkeraman kakek ini Lauw Cl Sian sama sekali tak dapat berkutik lagi dan tangan kanannya yang memegang pedang dapat ditendang lawan sehingga pedangnya terlepas dan ia tertangkap !
Sebelum gadis itu dapat meronta. Ngo Cun Sam sudah mengeluarkan tali kulit yang amat kuat dan membelenggu tangan Liuw Ci Sian kemudian menendang belakang lututnya sehingga Lauw Ci Sian roboh terguling.
Tan Li Ceng yang melihat robohnya sucinya dia menjadi marah sekali. Namun ia tidak dapat menolong karena pada saat itu orang ketiga Yang ce Su go juga sudah maju menerjang sehingga ia 181
kini dikeroyok tiga. Orang keempat masih duduk dan meringis kesakitan sambil mengurut urut dadanya yang tertonjok tadi.
Tan Li Ceng mengamuk nekad. Sepasang pedangnya berkelebatan seperti dua ekor naga sakti mengamuk. Namun tiga orang lawannya juga bukan orang lemah. Tadi ketika menghadapi dua orang lawan ia masih dapat mendesak, akan tetapi sekarang ditambah seorang lawan dan melihat kakak seperguruannya roboh, ia menjadi gelisah dan berbalik terdesak hebat.
Lebih celaka lagi baginya, Ngo Cun Sam kembali menubruknya dari belakang selagi kedua pedang nya sibuk menangkis tiga batang golok, dan sekali kena diterkam ia dapat ditelikung dan pedangnya di rampas, lalu iapun dibelenggu dan ditendang roboh. Dua orang gadis perkasa itu kini rebab di atas lantai dengan mata melotot penuh kebencian. Tan Li Ceng malah segera mengeluarkan suaranya memaki maki !
"Hemm, dua orang gadis ini lihai. Akn harus cepat melapor kepada Toanio," kata Ngo Cun Sam.
Harap su wi suka menjaga agar mereka jangan melarikan diri atau tertolong teman temannya.
Siapa tahu masih ada kawan kawannya."
Setelah Ngo Cnn Sam lari untuk melapor kepada Hek siauw Ku? bo, Song Bau orang termuda Yang ce Su go yang terpukul roboh tadi, kini sudah dapat bangkit dan ia mengambil golok nya lalu melangkah maju. Dengan gemas ia mengangkat golok untuk dibacokkan ke leher Lauw Ci Sian.
Lauw Ci Sian yang menghadapi ancaman maut 182
dengan mata terbelalak, sedikitpun tidak takut, berkedip pun tidak.
Akan tetapi Song Kag memegang lengan adiknya. "Eh goblok! Apakah engknu sebodoh Ngo Cun Sam" Dia boleh jadi sudah pikun dan kehilangan semangat, akan tatapi bagi kita, dua orang cantik jelita seperti ini masa harus diserahkan kepada Toanio untuk dibunuh atau kau bunuh begitu saja" Sebelum dibunuh, kita akan bersenang senang sampai puas lebih dulu.
Ha, ha, ha ! Hayo lekas bawa mereka ke tempat kita." Song Kai lalu menyambar tubuh Lauw Ci Sian dan memondongnya
"Bagaimana kalau Toanio marah?" Seorang adiknya meragu.
"Bodot ! Kenapa marah" Kita tidak akan membebaskan mereka !"
Orang kedua Yang ce Su go mengerti akan maksud kakaknya maka sambil tertawa iapun lalu memondong tubuh Tan Li Ceng yang berusaha meronta dan menendangkan kakinya. Akan tetapi karena kedua tangannya terbelenggu dan laki laki itu amat kaut, ia tidak berdya dan dapat di pondong sambil memaki maki.
"Ha, ha, ha, kuda betina ini liar dan ganas sekali. Biar aku yang menjinakkanya, ha, ha..!"
kata orang kedua yang memondong nya. Empat orang Yang ce Su go itu lalu melarikan dua orang gadis tadi ke dalam kamar mereka yang berada disebelah belakang Istana Air.
183 Terdengar suara empat orang Yang ce Su go itu teritawa tawa dan juga terdengar makian makian dua orang gadis yang tertawan, menggema di dalam gelap.
Yu Lee mengeluarkan keluhan perlahan dan bulu matanya bergerak gerak, tiba tiba ia menekan urat urat syarafnya yang akan bergerak, menahan dirinya yang hentak meloncat. Ia merasa ada tangan halus membelai rambutnya, bahkan kemudian hidungnya mencium bau harum. Ketika terasa olehnya sebuah bibir yang basah melekat di pipinya, ia terkejut lalu membuka sedikit matanya.
Dari balik bulu matanya ia melihat bahwa yang sedang mencium dan membelai rambutnya penuh kasih sayang itu adalah Dewi Suling.
Yu Lee biarpun masih muda namun ia amal cerdik serta berpikiran luas. Karena ia merasa bebas dan tubuhnya segar ia bisa menduga tentulah Dewi Suling yang menolongnya, selaiu ia siapa lagi yang berani melakukan nya"
Pikiran inilah yang membuat Yu Lee tidak berontak secara kasar serta di dalam hatinya ia merasa bersyukur dan amat berterima kasih.
"Aku cinta padamu,". Oh, betapa cinta ku kepadamu"!"
Bisikan dari mulut Dewi Suling ini hampir membuat Yu Lee pingsan lagi ! Ia menggunakan kepandaiannya untuk menekan perasaan sehingga jalan darahnya normal dan pernapasannya halus 184
seperti tadi ketika ia berada dalam keadaan pulas atau pingsan!
Pada saat itu, daun pintu kamar yang terkunci dari dalam diketuk. Dewi Suling mengangkat mukanya dari pipi Yu Lee, menengok lalu menghardik. Kalau tadi bisikannya halus merayu, kini hardikan nya galak dan keras.
"Setan mana berani menggodaku" Siapa kau" "
"Ampun, Siocia
" Terdengar suara laki laki
dari luar. "Hamba diutus Toanio untut memanggil Siocia. Malam ini Istana Air di serbu oleb musuh kuat. Bantuan Siocia diperlukan!"
"Ahhh" !" Dewi Suling berseru kecewa lalu membungkuk lagi mencium bibir Yu Lee sambil berkata,
"Tidurlah yang tenang dulu, kekasihku!"
Kemudian ia menyambar pedangnya dan keluar dari kamar menutup kembali serta mengunci dari luar.
Seolah olah sebuah batu besar yang terlepas dari menindih perasaan jantung Yu Lee. Lalu segera menggerakkan kaki tangannya. Hanya serasa sedikit perih dan sakit di beberapa bagian luka di mukanya dan tubuhnya, namun untung lukanya sudah kering dan sembuh. Masih tampak olehnya obat bubuk putih si atas luka luka itu maka ia makin berterima kasih kepada Dewi Suling. Akan tetapi mendengar laporan tadi bahwa Istana Air diserbu musuh ia menduga duga siapa yang menyerbu ini. Cepat ia menyamber pakaiannya yang tertumpuk di sudut pembaringan, 185
memakainya dengan cepat sekali lalu ia menuju ke arah daun pintu.
Mudah saja baginya buat mendorong daun pintu secara paksa sehingga terbuka, kemudian ia meloncat keluar. Teringat bahwa ia tidak bersenjata, ia lalu meloncat keluar, ke dalam taman lalu mematahkan sebatang ranting dari sebuah pohon. Kemudian ia melompat ke atas genteng melakukan pengintaian.


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara ketawa tawa dan jerit makian wanita yang terdengar dari bangunan di sebelah belakang Istana Air, inenarik perhatiannya lalu seperti seekor burung garuda ia berlari secepatnya bagaikan terbang, kemudian ia meloncat ke atas genteng, dan melihat ke bawah. Apa yang dilihatnya di dalam kamar di bawah itu membuat darahnya mendadak menjadi panas sekali. Dua orang gadis muda remaja yang terikat kedua tangannya sedang mronta ronta serta memaki maki, sedangkan enpat orang laki laki yang ia ketahui sebagai Yang ce Su go sambil tertawa tawa merenggut dan merobek robek pakaian dua orang gadis itu sehingga mereka bedua kini menjadi telanjang bulat!
"Iblis keji bunuhlah kami !" teriak gadis yang memaki maki tadi sambil meramkan mata.
"Ya, bunuhlah kami" bunuh saja kami !" teriak gadis kedua dengan air mata bercucuran. Dua orang gadis itu memaki maki dan tidak takut melawan maut, akan tetapi ancaman yang mereka hadapi ini jauh lebih mengerikan daripada maut sendiri !
186 Akan tetapi empat orang itu cuma tertawa tawa dan laksana singa kelaparan sedang memperebutkan dua ekor domba gemuk, lalu berbareng mereka maju menubruk dengan nafsu seekor binatang meluap luap,
"Manusia binatang".. !!"
Seruan ini disusul menyambarnya tubuh Yu Lee ke bawah melalui genteng serta sebelum satupun diantara tangan empat orang Yang ce Su go itu dapat menyentuh tubuh dua orang gadis itu yang telanjang bulat, Yu Lee sudah menghantamkan tangan kiri yang terbuka jari jarinya kearah mereka, membuat mereka bagaikan disambar petir dan terlempar kesana kemari !
Kepala mereka terasa pening dan pandang mata berputar putar dan sampai beberapa lama mereka tak dapat bangun. Masih untung bagi mereka bahwa pemuda itu hanya menghantam mereka dengan hawa pukulannya saja karena kalau tersentuh tangan yang penuh dengan ilmu Sin kong ciang (Tangan Sinar Saki) itu tentu tubuh mereka tak bernyawa lagi!
Yu Lee cepat mengambil pakaian luar dua orang gadi itu yang tadi hanya dilepaskan dan tidak dirobek robek seperti pakaian dalam mereka, melemparkan dua perngkat pakaian itu kepada mereka sehingga menutup dua orang gadis itu, kemudian dua kali tangannya bergerak, tali kulit yang membelenggu tangan Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng putus putus semua!
Lauw Ci Sian dan Tau Li Ceng yang melihat pemuda pakaian putih itu sengaja membalikan 187
tubuh membelakangi mereka, dengan muka merah sekali cepat cepat mengenakan pakaian luar mereka kemudian sambil berseru bagaikan seekor harimau Tan Li Ceng meloncat ke depan Song Kai dan kakinya terayun.
"Dess...!" Tubuh Song Kai terlempar seperti bola membentur dinding di mana ia roboh dan mengaduh aduh.
"Bukk!" Lauw Ci Sian juga menendang bergantian dua orang Yang ce So go yang menelanjanginya. Bagaikan dua ekor harimau betina yang marah mereka menghantam dan menendangi empat orang Yang ce Su go.
Empat orang kepala bajak sungai itu biarpun sekarang telah sadar, namun begitu melihat Yu Lee berdiri disitu dengan tegak dan gagah, semangat mereka telah melayang dan keberanian mereka lenyap seperti diterbangkan angin. Bahkan kini mereka merintih rintih, mengaduh aduh karena hajaran dua orang gadis itu, kemudian tanpa malu malu lagi mereka berempat berlutut mengangguk anggukkan kepala seperti ayam makan padi sambil minta minta ampun !
Adapun Yu Lee bengong terlongong ketika melihat bahwa dua orang gadis itu ternyata pandai ilmu silat! Bukan hanya pandai, malah ahli benar dan jelas bahwa tingkat kepandaian mereka jauh di atas tingkat empat orang bajak itu! Saking herannya, ia hanya bengong saja dan tak dapar dicegah ketika dengan tiba tiba Tan Li Ceng menyambar sebatang golok empat orang itu yang tercecer karena dihajar, kemudian sambil memaki 188
maki disamping terisak menangis, gadis ini empat kali menggerakkan golok dan" empat buah kepala manusia menggelinding di atas lantai dan empat batang tubuh menyemburkan darah dari leher yang buntung !
"Ahhh"!"
Mendengar suara ini, Tan Li Ceng yang beringas dan Lauw Ci Sian yang biarpun marah tidak seganas adik seperguruannya, cepat membalikkan tubuh dan.. mareka berdua kini yang menjadi bengong melihat betapa pemuda gagah perkasa yang telah menolong mereka itu kin? berdri sambil menangis mengusap usap mata dengan ujung lengan baju.
"Ihhh! Kau kenapa" " Tan Li Ceng saking herannya melangkah maju memegang tangan Yu Lee dan mengguncang guncangkannya.
"In kong (tuan penolong) apakah artinya ini?""
Lauw Ci Sian yang lebih mengenal aturan jasa bertanya saking herannya". "ahhhh tidak apa apa". ah, mengapa manusia dibunuh seperti itu
.....! Akan tetapi". Eh, eh, mereka memang jahat" dan aku tidak tahu.......!" Kembali ia menangis ! Memang luar biasa pemuda ini.
Agaknya peristiwa hebat yang terjadi lima belas tahun lalu, malapetaka yang menimpa keluarganya dan yang merenggut nyawa semua keluarganya, telah mengguncang perasaan pemuda ini sehingga perasaannya menjadi amat halus dan mudah tergetar mudah terharu dan tidak tega melihat manusia terbunuh walaupun ia yakin benar bahwa empat orang Yang ce Su go ini memang sudah 189
sepatutnya kalau dihukum mati Akan tetapi karena sama sekai tidak tahu akan keadaaan dirinya, maka ia menjawab dengan gagap dan bingung.
"Ah, lekas kita cari suhu!" Tiba tiba Tan Li Ccng berkata teringat akan guru nya yang memasuki Istana Air itu dari depan, Sambil bertkata demikian gadis ini menggerakkan tubuh meloncat keluar dari dalam kamar melalui lubang atap yang dibuat oleh Yu Lee tadi.
Lauw Ci Sian mengerling ke arah Yu Lee dan kebetulan pemuda inipun memandangnya.
Gadis ini tersipu menunduk dengan sepasang pipi merah, kemudian menghela napas panjang untuk menekan perasaan yang tidak karuan, jantungnya yang berdebar debar dan meronta ronta lalu sekali menggenjot kan kedua kakinya, tubuhnya sudah melayang mengikuti adik sepeguruannya.
Yu Lee sejenak tercengang menyaksikan gerakan dua orang gadis itu yang cukup lincah, lalu ia pun melayang naik ke atas genteng dan berkelebat menembus kegelapan malam hendak mencari musuh besarnya, Hek siauw Kui bo. Kalau teringat betapa ia dirawat Dewi Suling selama sehari semalam, karena malam kemarin ia roboh, hatinya merasa amat tidak enak.
Dewi Suling adalah murid Hek siauw Kui bo.
HeK siauw Kui bo boleh jadi adalah musuh besarnya pembasmi keluarganya yang harus ia lenyapkan dari muka bumi. Akan tetapi muridnya Dewi Suling biarpun ia tahu betul juga bukan 190
seorang baik baik akan tetapi harus ia akui telah menjadi penolongnya, bahkan telah
menyelamatkan nyawanya !
Kenyataan ini membuat ia menjadi bingung ketika ia berlompatan di atas genteng mengikuti dua bayangan gadis cantik yang baru saja dibantunya itu.
"Suci" dia" dia hebat sekali"." Bisik Tan Li Ceng ketika melihat bayangan kakak seperguruannya berkelebat di sampingnya.
Lauw Ci Sian yang lari seperti orang kehilangan semangat atau seperti dalam keadaan melamun itu terkejut dan menjawab gagap ?" eh, apa?" Ya".
betul." Kemudian mengatupkan bibir rapat dan menarik napas panjang dari hidugnya yang mancung.
"Kenapa tidak tanyakan namanya?" Kembali Tan Li Ceng berkata.
"Soal itu" hemm". eh, dengar itu sumoi?"
Kedunya berhenti sebentar dan mendengar suara riuh di sebelah depan Istana Air. Malam telah mulai menjelang pagi dan di antara keremangan cuaca fajar, mereka melihat berkelebatnya banyak orang di depan bangunan megah itu, juga banyak orang memegang obor.
Menduga bahwa suhu nya tentu beraba di situ mereka lalu meloncat dan berlari cepat sekali ke arah depan bangunan.
Dari atas genteng mengintai dan alangkah kaget hati mereka melihat betapa guru mereka dibantu seorang tosu bermuka hijau yang bersenjata 191
pedang butut, sedang mengeroyok seorang nenek yang amat lihai. Biarpun guru mereka sudah mengamuk dengan tongkatnya dan tosu itupun ilmu pedangnya amat aneh serta cepat, tetapi ternyata masih terdesak oleh suling hitam di tangan nenek itu, suling hitam yang bergulung gulung menjadi sinar hitam satu mengeluarkan suara melengking lengking yang menyayat hati.
"Hek siauw Kui bo"!" bisik Lauw Ci Sian.
Sebagai murid Tho tee kong Liong Losu, tentu saja mereka sudah diceritakan oleh guru mereka perihal nenek iblis yng amat jahat dan sakti ini.
Mereka tak menduga sama sekali bahwa mereka bisa bertemu dengan nenek sakti ini disarang Dewi Suling. Meeka cerdik sekail dan kini melihat betapa Dewi Suling yang cantik jelita itu dikeroyok kedua orang pemuda tampan bersenjata pedang mereka bisa menduga bahwa tentulah Dewi Suling ini yang lihai tetapi cabul adalah murid Hek siauw Kui bo si iblis wanita itu.
Lalu mereka melayang turun sambil mencabut pedang mereka yang tadi mereka temukan di dalam kamar, kemudian menerjang Hek siauw Kui bo membantu guru mereka serta si tosu yang kewalahan.
"Ci Sian! Li Ceng! Kau bantulah dua orang murid Siauw bin mo itu merobohkan Cui siauw Sianli si kuntilanak!" teriak Liong Losu karena selain ia tahu bahwa bisa berbahaya kalau membantunya sebab saking lihainya Hek slauw Kui bo juga ia tadi telah melihat bahwa dua orang pemuda murid sahabatnya itupun terdesak hebat 192
oleh Dewi Suling yang melawan sambil tertawa tawa mengejek.
Kembali dua orang gadis itu terkejut. Kiranya tosu yang lihai itu adalah Siuw bin mo Hap Tojin yang suka disebut sebut oleh guru mereka sebagai seorang sahabat baik. Dan kedua orang pemuda itu yang tengah bertempur mati matian melawan Dewi Suling adalah dua orang murid Siauw bin mo Hap Tojin.
Mereka cepat menengok dan memang betul dua orarg pemuda itu terdesak hebat serta terancam bahaya karena dikeroyok pula oleh puluhan orang anak buah Dewi Suling yang telah mengepungnya dan sebagian bersorak sorak melihat betapa empat orang musuh itu terdesak hebat oleh Toanio (nyonya besar) dan Siocia (nona) mereka !
Sambil berseru keras sebab masih marah dan teringat akan penghinaan yang mereka tadi alami, Tan Li Ceng lalu memutar tubuhnya dan terus menerjang Dewi Suling yang tengah melawan Ouw yang Tek dan Gui Siong dua orang murid Siauw bin mo yang dulu pernah dipermainkan oleh Dewi Suling. Melihat adik seperguruannya mengeroyok, Lauw Ci Sian juga terus ikut mengeroyok Dewi Suling.
"Hi, hi, hi ! Dua orang bagus, kalian mendapat bantuan dua orang budak budak cilik ini" Hi, hi, mereka tidak cukup berharga buat melawanku !"
Dewi Suling menyambut kedua pengeroyok baru ini dengan kibasan sulingnya yang membuat sinar panjang sehingga dua orang gadis itu kaget sekali 193
lalu melompat mundur memutar pedang melindungi diri masing masing.
Dewi Suling mengeluarkan suara melengking keras disusul suara ketawanya lalu berkata,
"Kawan kawan semua, hayo kalian sambut dua orang budak ini dan kalau tertawan, kuserahkan kepada kalian untuk bersenang senang!"
Mendengar ini, para pimpinan bajak bajak sungai menjadi girang sekali. Mereka terus bersorak dan menyerbu ke depan dengan senjata mereka sehingga dalam waktu singkat saja Tan Li Ceng dan Lauw Ci Sian telah terkurung dan dikeroyok oleh dua puluh orang lebih bajak sungai yang sudah mengilar melihat kecantikan dua orang gadis yang dijanjikan mau diserahkan kepada mereka oleh Dewi Suling.
Pertempuran kini terpecah menjadi tiga bagian.
Siauw bin mo Hap Tojin dan Tho tee kong Liong Losu sibuk melawan Hek siauw Kui bo. Ouw yang Tek dan Gui Siong terdesak dan repot melayani suling merah Dewi Suling, sedangkan Tan Li Ceng dan Lauw Ci Sian dikeroyok puluhan bajak yang biarpun kepandaian mereka tidak tinggi tetapi jumlah mereka amat banyak sehingga dua orang gadis itu menjadi repot juga.
Di luar kepungan itu masih terdengar banyak bajak yang memegang obor sambil mengepung serta bersorak sorak memberi "hati" kepada kawan kawan mereka.
"Hemm Hap Tojin dan Liong Losu, dua orang pendeta menjemukan ! Kalian ini sudah tua bangka mengapa tidak mau menantikan mati baik 194
baik saja di tempat pertapaan, sebaliknya datang ke sini untuk mati konyol. Menjemukan sekali !"
kata Hek siauw Kui bo sambil menahan tongkat dan pedang musuh di dalam waktu cuma beberapa detik saja dengan suling hitamnya. Hebat tenaga sakti wanita tua ini karena tongkat dan pedang dari kedua orang lawannya seperti melekat dan tak dapat ditarik kembali
"Ha, ha, ha ! Hek siauw Kui bo jangan tekebur.
Pinto (aku) tidak ingin mati lebih dulu, karena pinto ingin tertawa gembira melihat engkau kelak tersiksa di dalam neraka Bukankah begitu, hwesio gendut" Nenek macam Hek siauw Kui bo ini bukankah kelak dipanggang dalam api neraka?"
jawab Siauw bin mo Hap Tojin yang selalu terwatak riang gembira.
Wajah Liong Losu yang serius itu mengerutkan kening. "Memang dia ini jahat dan tentu akan di hukum, semoga saja dia insaf dan menyesali dosa sendiri lalu bertobat. Omitohud ".!"
Hek siauw Kui bo marah bukan main. Dua orang lawannya itu terang tidak akan mampu menang melawannya, namun masih mengeluarkan kata kata yang ia anggap menghinanya. Maka ia lalu melangkah mundur dan menarik sulingnya, kemudian terdengar ia melengking nyaring seperti lolong serigala kelaparan dan sulingnya bergerak lebih cepat dari tadi mengeluarkan suaru melengking tinggi. Dua orang pendeta tua itu tidak bermain main lagi dan cepat menggerakkan senjata melindangi diri dan balas menyerang hebat.
195 Dewi Suling juga tertawa tawa mengejek. "Kalau kalian berjanji mau menakluk, melempar pedang dan berlutut, mencium ujung jariku tujuh kali, aku mau mengampuni kalian dan selanjutnya menjadikan kalian pelayan pelayan pribadiku.
Enak dan senang bukan" Eh, kalan boleh setiap hari melayani aku hi, hi, hi hik !"
Saking marah dan jemunya. Ouw yang Tek dan Gui Siong tak dapat menjawab, hanya berseru marah dan menerjang makin hebat. Namun wanita cantik baju merah itu hanya tertawa tawa, bahkan dengan gerakan yang aneh sekali menyeluap diantara sambaran sinar pedang lawan dan tahu tahu ujung sulingnya telah menotok ke arah pergelangan tangan dua orang lawannya secara bertubi tubi.
Dua orang pemuda itu kaget sekali dan cepat menarik kembali serangan mereka akan tetapi tangan kiri Dewi Saling sempat mengelus dan mencubit dagu Gui Siong yang halus dan putih sambil tertawa terkekeh genit. Kesembronoan nya ini hampir mencelakakannyaa, karena dengan nekad Gui Siong lalu menusukkan pedangnya tanpa melindangi diri lagi untuk mengadu nyawa dengan si wanita yang dibencinya itu.
"Aihhh"!" Dewi Guling menangkis keras sehingga pedang itu terpental akan tetapi tangan kiri Gui Siong menghantam dan walaupun ia sudah cepat mencelat, pundaknya masih terpukul, membuatnya terhuyung ke belakang.
Seperti bernyala sepasang sinar mata Dewi Suling, "Keparat, kalian sudah bosan hidup. Nah 196
mampuslah !" Kini ia menerjang maju dan sulingnya, mengeluarkan bunyi melengking seperti yang keluar dari suling hitam gurunya.
Sementara itu Tan Li Ceng dan Lauw Ci Sian juga repot sekali. Tadinya mereka mengamuk ganas dan merobohkan beberapa orang bajak, akan tetapi empat orang roboh, delapan orang maju menggantikan dan karena mereka itu menyerang sambil mengurung, kedua orang tadi ini akhirnya hanya mampu melindangi tubuh dari hujan senjata, sukar mencari kesempatan untuk balas menyerang.
"Hua, ha, ha, nona cantik. Lebih baik menyerah dan melayani kami sampai puas, ha ha !" Suara yang kurang ajar terdengar disela sela sorak sorak menjemukan, membuat dua orang gadis itu makin marah dan mengambil keputusau untuk melawan sampai titik darah penghabisan.
Pagi telah tiba dan suara ysng terdengar di tepi Sungai Yang ce di saat itu amat riuh gemuruh, seolah olah semua iblis dan setan penghuni sungai itu muncul dan berpesta pora ditempat itu.
Semua orang gagah yang menyerbu Istana Air kini berada dalam keadaan terdesak karena fihak lawan lebih unggul.
Tiba tiba terdengar suara yang menyayat hati, suara lengking tangis yang amat keras, orang terisak isak seperti yang menangis akan tetapi suara ini mengatasi semua suara hiruk pikuk bahkan mengatasi suara suling dari suling hitam Hek siauw Kui bo dan suling merah Dewi Suling!
Hebat sekali suara yang tinggi nyaring ini sehingga 197
belasan orang bajak yang tidak memiliki ilmu lwekang sudah roboh terguling ! Hek siauw Ku bo dan Dewi Suling terkejut bukan main dan hati mereka menjadi gentar.
Sesosok bayangan putih berkelebat dari atas serta sebatang tongkat kecil menahan suling hitam Hek siauw Kui bo, digetarkan dan.... tubuh Hek siauw Kui bo terhuyung mundur dengan wajah pucat ! Pemuda baju putih murid Sin kong ciang Han It Kong yang ia takuti dan tadinya telah tertawan di ruangan silat itu kini telah berdiri di depannya.
Yu Lee dengan tenang menjura di depan kedua orang pendeta itu sambil berkata "Hap Totiang serta Liong Losu harap sudi berlaku murah dan menyerahkan Hek siauw Kui bo kepada teecu (murid), sebab teeculah yang berhak melawannya."
Dua orang pendeta itu tadi merasa kaget, heran serta kagum, betapa seorang pemuda berpakaian putih ini hanya memakai sebatang tongkat mampu membikin mundur Hek siuw Kui bo, membuat mereka teringat kepada Sin kong ciang Han It Kong serta otomatis mereka juga teringat akan bocah cengeng cucu Yu Tiang Sin yang diambil murid oleh pendekar sakti itu.
"Omitohud"..! Kiranya Yu kongcu yang sudah datang".!" kata Liong Losu.
"Ha ha ha ! Cucu Yu Tiang Sin" Eh, namamu Yu Lee, bukan" Ha ha ha, si bocah cengeng! Hei, dengar baik baik Hek siauw Kui bo kini ajalmu tiba di tangan Pendekar Cengeng buat menebus 198
dosamu terhadap keluarga Yu Tiang Sin sahabatku, ha, ha, ha !"
Hek Siauw Kui bo marah sekali. Biarpun ia maklum akan kelihaian Yu Lee, tetapi ia bukan seorang penakut.
Hek siauw Koi bo terlalu percaya kepada kepandaian sendiri dan kini ia harus nekad bertempur mati matian. Cepat ia meniup sulingnya dan serangkum sinar hitam menyambar ke arah tujuh belas jalan darah di bagian depan tubuh Yu Lee. Tetapi pemuda itu dengan kalemnya membuka tangan kiri serta jari jarinya yang terbuka itu mendorong dan". sinar hitam itu runtuh lalu lenyap membawa jarum jarum halus amblas ke dalam tanah.
Kembali dua orang pendeta itu kaget serta kagum. Kali ini mereka merasa yakin betul akan kesaktian pemuda murid Han It Kong ini yang pasti bisa menandingi Hek Siauw Kui bo, dua orang pendeta ini lalu berpaling dan menyerbu Dewi Suling yang tengah bikin repot dua orang pemuda itu.
"Ouw yang Tek ! Gui Siong ! Kalian lekas bantu dua orang nona itu, hajar semua penjahat !" kata Siauw bin mo Hap Tojin kepada dua orang muridnya itu.
Ouw yang Tek dan Gui Siong girang melihat guru mereka yang tadi melawan nenek sakti, kini tiba bersama hwesio Liong Losu menghadapi Dewi Suling. Mereka segera melompat mundur lalu menyerbu puluhan bajak yang mengeroyok kedua orang gadis yang melawan mati matian itu.
199 Cerai berailah para pengerok dan keempat orang muda itu menjadi senang dan terus mengamuk seperti empat ekor burung garuda menyambar nyambar sehingga pengeroyoknya berlari serabutan, di dalam gelanggang tempat mengeroyok empat orang muda itu.
Begitu dua orang pendeta itu datang menyerbunya, Dewi Suling ?". sudah mendengar dari gurunya?"?"?"?"" orang musuh lama gurunya ". Hap Tojin dan Tho tee kong ternyata ilmu mereka ?"". memiliki tenaga sakti yang?"?"?"?"?"" tidak menjadi gentar lalu menyambut serangan mereka dengan ilmu silatnya yang ganas sekali.
"Omitohud, nona ini tidak kalah ganas oleh gurunya !" Liong Losu menarik napas panjang penuh penyesalan ketika menangkis suling itu dengan tongkatnya. Ia merasa menyesal mengapa seorang nona begini muda cantik, yang sepatutnya menjadi seorang isteri dan ibu muda yang tercinta penuh kasih sayang dari suami dan anak anaknya, tetapi justeru menjadi seorang wanita seperti iblis ganasnya.
"Ha, ha, ha, hwesio tua bangka, kau masih merasa sayang, ya" Ha, ha! Aku berani bertaruh potong kepala dengan tongkatmu, bahwa iblis betina ini tentu tidak kalah jahat oleh gurunya, mungkin lebih jahat serta lebih cabul. Hina sekali.
Ha, ha, ha!"
Dewi Suling marah seperti dibakar hatinya!
mengeluarkan pekik keras lalu menerjang mati matian, tetapi kedua musuhnya adalah pendeta 200
pendeta yng lihai ilmu silatnya dan pertahanan mereka seperti batu karang yang kokoh kuat serta tidak takut diterjang ombak membadai.
Yung paling hebat adalah pertandingan antara Yu Lee dan Hek siauw Kui bo. Dua orang musuh besar itu kini berhadapan serta bertempur dalam dalam keadaan yang menentukan, kalah atau menang, mati atau hidup. Maklum akan kesaktian lawan, Yu Lee terus saja memakai ilmu dari gurunya, yaitu Ta kwi Tung hoat (Ilmu Tongkat Penakluk Iblis) yang hebat. Dan tangannya kini memegang sebatang ranting yang biarpun terdengar aneh, namun sesungguhnya lah bahwa yang dipgangnya ini merupakan satu satunya senjata yang paling tepat untuk permainan ilmu silat Ta kwi tung hoat. Dengan rantingnya ini, Yu Lee jauh lebih hebat dan berbahaya dari pada ketika ia melayani Hek Siauw Kui bo dengan pedang di tangan kemarin dulu. Pedang adalah sebatang benda baja yang keras, dan biarpun ia sudah menggunakan ilmu pedang berdasarkan ilmu Tongkat Pemukul iblis, namun masih tetap
?" ilmu ini adalah ilmu tonpkat, maka ?"..lebih tepat dan enak dimainkan ?".. memegang tongkat. Dan tongkat yang dipegangnya, sebatang benda lemas,?".. dapat menerima penyaluran tenaga serta hawa saktinya sehinggs dalam hal
?"?"." Dan "menggetar" ranting ini jauh lebih?"" daripada sebatang pedang.
Hek siauw Kui bo melawan dengan".. nekad.
Wanita tua ini memang ?"" sulingnya yang sudah membinasakan lebih dari seribu orang itu 201
kini bargerak cepat, lenyap berubah menjadi kilatan sinar yang bergulung gulung hitam.
Ia bernafsu sekali buat merobohkan pemuda ini, sebab maklum bahwa pemuda ini merupakan batu perintang yang berbahaya baginya. Sekali ia dapat merobohkan pemuda ini, yang lain lain bisa mudah dibereskannya. Sambil menerjang, ia mengeluarkan suara melengking yang merupakan ilmu terseandiri buat melemahkankan semangat lawan.
Tetapi Yu Lee dengan tenang melayani, tongkatnya telah mempunyai gerakan mantap serta setiap jurus serangan musuh dapat ia punahkan, mulailah ia mengerahkan semua tenaga serta perhatian buat memainkan jurus jurus yang mengurung dan memikat.
Jurus jurus inilah yang ditakuti Hek siauw Kui bo serta membuatnya kewalahan, karena dulu ketika melawan Han It Kong, ia pun repot oleh jurus ini, jurus yang membuat tongkat pemuda itu kadang kadang tanpa ia ketahui telah mengancam tubuhnya bagian belakang walaupun pemuda ini menyerang dari depan !
Hek siauw Kui bo yang menjadi repot sekali karena tekanan tekanan jurus yang aneh ini serta beberapa kali hampir saja jalan darah di punggungnya terkena totokan ujung ranting, ia lalu mendapat akal. Ia berseru keras serta segera merobab gerakan, kini memainkan yang ia sebut Naga Siluman Membela ?"..
Gerakan jurus ini betul betul hebat sekali.
Sulingnya berubah menjadi gulungan sinar hitam 202
membuat lingkaran lingkaran seperti angka delapan berputaran melingkari seluruh tubuhnya sehingga tidak saja bagian depan yang terlindung, tetapi di bagian belakang juga terlindung oleh sinar suling itu!
Benar saja cara bertahan seperti ini membuat jurus yang dimainkan Yu Lee mulai dapat terbendung bahayanya.
"Bagus"! Hebat kau, Hek siauw Kui bo!" Mau tidak mau Yu Lee memuji karena merasa baru sekali ini selama hidupnya ia bertemu musuh yang begini lihai serta kosen.
"Mampuslah setan cilik !" Hek siauw Kui bo memekik keras dan kalau sulingnya kini telah melindungi tubuhnya menjadi tameng baja, lalu tangan kirinya bergerak gerak memukul ke arah dada Yu Lee dengan gerak pukulan tenaga dalam beracun! Ilmu pukulan Siauw hiat ciang (Tangan?"") semacam ilmu pukulan yang amat?".. hawa beracun yang disalurkan dalam pukulan ini bisa membuat orang yang
?"?".dengan darah menjadi kering ?""Hawa panas yang keluar dari telapak tangan kiri nenek itu menyambar serta terasa panas oleh diri Yu Lee.
Pemuda ini terkejut, tetapi dengan tenang ia lalu menahan napas menyalurkan hawa saktinya, membiarkan dadanya terpukul akan tetapi dengan cepat sekali tangan kirinya mengetok siku musuh yang kiri.
"Dess".takkk !"
Hek Siauw Kui bo menjerit kesakitan karena biarpun pukulannya tepat mengenai dada 203
lawannya, tetapi tulang sikunya juga patah oleh ketukan jari tangan pemuda itu. Yu Lee terlempar sampai empat meter lalu terjatuh roboh, tetapi ia sudah melompat bangkit lagi dengan muka agak pucat. Sementara itu Hek siauw Kui bo meringis kesakitan, sejenak termangu, terus sambil memekik keras tubuhnya melayang naik ke atas genteng. Tangan kirinya lumpuh dan tangan kanan masih tetap mencekal suling hitamnya.
"Kui bo hendak lari ke mana kau" " Yu Lee juga melompat untuk mengejar ke atas genteng. Pada saat tubuh pemuda ini melayang Hek siauw Kui bo membalikkan tubuhnya dan dari suling yang ditiupnya menyambar sinar hitam kehijauan yang amat berbahaya itu. Jarum jarum beracun !
Yu Lee memutar rantingnya menangkis dan begitu kedua kakinya hinggap di atas genteng, nenek itu telah menerjangnya. Mereka melanjutkan pertandingan di atas genteng Istana Air. Sinar matahari telah menerangi tempat itu dan kini pertandingan antara kedua musuh besar itu terjadi di atas genteng disinari cahaya matahari pagi.
JILID VI DALAM keadaan sehat saja Hek siauw Kui bo sudah terdesak hebat oleh Yu Lee, apalagi sekarang dalam keadaan tulang lengan kirinya patah, biarpun ia bermain suling dengan tangan kanan namun ia membutuhkan tangan kirinya sebagai imbangan gerakan dan juga sebagai pancingan, ancaman, tangkisan atau serangan.
Dengan lumpuhnya lengan kirinya, ia kehilangan 204
hampir setengah kesaktiannya dan sebentar saja ia sudah mandi keringat dingin dan menjadi pucat sekali.
"Yu Tiang Sin! Kenapa bukan engkau sendiri yang datang membunuhku?" Tiba tiba nenek itu menjerit dengan suara menyayat hati.
Mendengar ini teringatlah Yu Lee akan kakeknya, akan ayah bundanya, paman bibinya, dan saudara saudaranya yang terbunuh iblis ini dan tak tertahankan lagi ia menangis terisak isak.
Air matanya membanjir ke atas pipinya dan tentu saja menghalangi pandang matanya.
Dalam keadaan seperti itu, Hek siauw Kui bo tidak menyia nyiakan waktu. Sulingnya berkelebat menusuk leher Yu Lee dengan kecepatan yang tak mungkin dapat dihindarkan lagi. Ya Lee terkejut, cepat membuang diri kesamping sambil tongkatnya bergerak dari bawah. Namun patukan suling hitam itu masih mengenai pundaknya dan darah muncrat dari daging di atas pundak kirinya.
Akan tetapi Hek siauw Kui bo roboh terguling sambil menjerit ngeri. Ternyata pada detik yang bersamaan, ujung ranting di tangan Yu Lee telah berhasil menotok jalan darah di ulu hatinya membuat tubuhnya seketika menjadi lemas dan ia tidak kuat berdiri lagi!
Yu Lee dengan tangan kiri memegangi pundak dan tangan kanan memegang ranting dengan air mata bercucuran, melangkah maju di atas genteng menghampiri lawannya yang masih memegang suling hitamnya akan tetapi sudah tak berdaya, rebah miring dan mendekam di atas ganteng.
205 Dua pasang mata bertemu pandang, yang sepasang penuh kebencian bercampur ketakutan, yang sepasang lagi penuh kebencian bercampur keharuan.
Tangan yang memegang ranting menggigil.
Tiba tiba terjadi perubahan pada Wajah Hek siauw Kui bo. Kini sinar kebenciannya lenyap yang tinggal hanya ketakutan. Tubuhnya menggigil mukanya pucat sekali dan bibirnya bergerak gerak
"Jangan ".! Jangan siksa aku"! ah jangan
siksa aku".!"
Ketika Yu Lee melangkah maju setindak lagi, Hek siauw Kui bo menggerakkan sulingnya dengan sisa tenaga terakhir ia mengetuk kepalanya sendiri.
Terdengar suara "krakk !" dan kepala nenek iblis ini pecah! darah dan otaknya berhamburan, nyawanya melayang entah ke mana!
Yu Lee berdiri dengan muka pucat memandang mayat musuhnya, kemudian dengan air mata berlinang ia berdongak ke atas dan memandang angkasa yang amat indah, dimana awan putih berarak disinari cahaya kemerahan matahari pagi.
Dalam pandangan mata yang dibikin suram oleh air matanya, ia melihat seolah olah awan awan putih itu membentuk wajah kakeknya, Si Dewa Pedang, wajah ayahnya, wajah ibunya, wajah paman dan bibi serta saudara saudaranya.
Mereka itu seolah olah tersenyum kepadanya.
Ketika cahaya matahari melenyapkan bayangan wajah wajah itu, ia menunduk dan terngiang kata gurunya.
206 "Orang yang suka melakukan perbuatan keji yang suka menyiksa den membunuh orang, pada hakekatnya adalah orang orang pengecut yang melakukan perbuatan keji itu terdorong oleh rasa takutnya." Dahulu ia tidak mengerti akan maksud ucapan ini, akan tetapi sekarang melihat mayat Hek siauw Kui bo dan mengenang betapa nenek iblis ini amat ketakutan menghadapi pembalasan baru ia mengerti. Hek siuuw Kui bo yang terkenal keji, suka menyiksa dan membunuh manusia lain ini pada hakekamya hanya seorang pengecut besar!
Ia lalu menoleh ke bawah dan apa yang dilihatnya membuat ia menahan napas. Mayat mayat bergelimpangan dan bertumpuk. Darah mengalir membuat halaman depan itu menjadi genangan air merah. Dua orang gadis dan dua orang pemuda masih mengamuk. Sisa anak buah bajak tinggal paling banyak dua puluh orang lagi.
Mereka ini hanya berani melawan karena terpaksa, karena melarikan diri berarti mati oleh senjata empat orang muda yang gagah perkasa itu. Maka mereka melawan mati matian. Melihat ini Yu Lee menggerakkan tubuhuya, melayang turun dan menggerakkan rantingnya.
"Trang trang trang !" Semua pedang di tangan empat orang muda terlempar dan terlepas dari pegangan, Yu Lee menjura kepada mereka berempat. "Maaf, saya rasa cukup banyak penyembelihan." Kemudian ia membalik dan berkata, suaranya tetap halus akan tetapi penuh wibawa. "Kalian tidak lekas berlutut minta ampun kepada empat orang pendekar ini dan berjanji merobah watak jahat?"
207 Dua puluh orang bajak itu lalu melempar senjata masing masing dan menjatuhkan diri berlutut mengangguk anggukkan kepala minta minta ampun, Yu Lee lalu meninggalkan empat orang muda yang terlongong, sekali melompat ia sudah berada di tengah tengah pertempuran antara Dewi Suling dan dua orang pendeta.
Memang patut dikagumi kelihaian Dewi Suling.
Biarpun dikeroyok dua orang pendeta berilmu tinggi serta sudah sejak tadi ia terdesak dan terus dihimpit, namun dua orang lawannya belum juga berhasil merobohkannya.
Hanya dua kali ia terkena senjata lawan, sebuah gebukan tongkat Liong Losu mengenai pinggir pinggulnya, serta pedang Siauw bin mo menyerempet pundaknya. Akan tetapi ia masih terus bisa bertahan, keringatnya telah membasahi seluruh tubuh, membuat pakaian merah yang tipis halus serta ketat itu melekat di tubuh, membuat ia seperti dalam keadaan telanjang bulat berkulit merah !
"Jiwi cianpwe, harap tahan". ! Seru Yu Lee yang tiba tiba sudah berada di tengah mereka.
Kedua pendeta itu melangkah mundur serta menatap aneh, sedangkan Dewi Suling terhuyung huyung karena lelahnya, lalu menjatuhkan diri duduk di atas tanah, sulingnya melintang di atas pangkuan.
"Harap jiwi cianpwe (dua orang gagah) sudi memaafkan kelancangan teecu, akan tetapi teecu mintakan ampun untuk dia." Ia menuding ke arah 208
Dewi Suling yang melihat ke arahnya dengan mata terbelalak heran, tercengang serta juga kagum.
"Omitohud"! Yu kongcu (tuan muda Yu) apakah tidak tahu betapa jahatnya wanita ini dan betapa berbahayanya membiarkan dia hidup serta menggoda pemuda pemuda tak berdosa?"
"Yu Lee, dia ini adalah Cui siauw Sianli Ma Ji Nio atau juga disebut Dewi Suling, murid Hek siauw Kui bo yang amat cabul dan ganas. Dua orang murid pinto hampir aaja menjadi korbannya.
Dia jahat sekali patut dibunuh. Mengapa kau menghalangi kami" Ha ba.ha, orang muda, apakah kau mau mengecewakan gurumu dan kami dengan kenyataan bahwa kau tergila gila oleh kecantikannya?"
Yu Lee tidak memperlihatkan kemarahan, akan tetapi matanya yang merah mengeluarkan sinar berkilat yang membuat Hap Tojin membungkam mulutnya.
"Jiwi cianpwe, kalau teecu membiarkan dia ini tewas di depan mata teecu, hal ini bahkan akan membikin malu hati guru teecu yang tercinta, seorang gagah harus mengenal budi, membalas kebaikan dengan kebaikan pula berlipat ganda, membalas kejahatan dengan keadilan tanpa dibutakan perasaan dendam. Teecu pernah ditolong wanita ini, kalau tidak ada wanita ini, tentu teecu sudah tewas di tangan Hek siauw Kui bo. Oleh sebab itu, mana bisa teecu membiarkan saja dia terbunuh di depan mata teecu. Harap jiwi locianpwe sudi memaklumi hal ini serta memaafkan teecu. Kalau jiwi berkeras mau 209
membunuhnya sedangkan di sini sudah begini banyak manusia terbunuh biarlah teecu menebusnya serta menerima kematian di tangan jiwi."
"Omitohud".!" Liong Losu berdoa dengan penuh takjub.
"Siancai". kau hebat. Ha ha ha! Kakek! Han It Kong, dahulu kau mengalahkan kami, sekarang muridmu. Ha, ha, ha !" Dua orang pendeta itu lalu melangkah mundur sampai tiga tindak, pertanda mereka tidak akan menyerang Dewi Suling.
Yu Lee membalikkan tubuh ke arah Dewi Suling. Lalu ia berkata, "Nona, kau telah menyelamatkan jiwaku dari tangan Hek siauw Kui bo sekarang aku telah menebus jiwamu dari tangan kedua locianpwe maka sudah tidak ada budi apa apa lagi di antara kita. Kita berselisih jalan. Hanya aku memberi nasihat kepadamu, tinggalkanlah jalan gelap, carilah jalan terang.
Engkau masih muda cantik serta berilmu tinggi, masih belum terlambat bagimu buat bertobat dan merubah jalan hidup. Kalau kelak kita saling berjumpa serta engkau masih tetap terbuat jahat, terpaksa aku harus menamparmu?"
Dewi Suling bangkit sendiri perlahan, sejenak ia melihat ke wajah pemuda baju putih itu, penuh harap, penuh rindu serta penuh kasih. Tetapi ia melihat sinar mata Yu Lee tetap diam seperti air di telaga barat, ia menunduk serta terisak. Lalu ia mengangguk, kemudian dengan sedu sedan naik dari dada nya, ia memutar tubuhnya lalu lari pergi dari tempat itu.
210 Kali ini tidak ada suara melengking yang menjadi tanda setiap kali Dewi Suling pergi!
Dua orang pendeta itu lalu memerintahkan sisa sisa anggauta bajak yang takluk buat merawat temannya yang terluka serta mengurus mayat mayat yang bergelimpangan, kemudian Tho tee kong, Liong Losu membawa dua orang murid wanitanya ke tempat terpisah.
"Ci Sian dan Li Ceng, secara kebetulan sekali kita dapat bertemu dengan sahabatku Hap Tojin dan dua orang muridnya. Pinceng lihat dua orang muridnya itu baik dan gagah, dan pinceng akan menjadi bahagia sekali andaikata kalian dapat berjodoh dengan dua orang murid sahabatku Hap Tojin itu. Bagaimana pendapat kalian" Kalau cocok, akan pinceng bicarakan dengan Hap Tojin.
Tentu saja kau akan kumintakan ijin orang tuamu Li Ceng. Dan engkau boleh memutuskannya sendiri, Ci Sian."
Tiba tiba Ci Sian menubruk kaki gurunya yang bersila itu sambil menangis tersedu sedu.
"Suhu" ampunkan teecu" teecu tidak .....
tidak sanggup memenuhi perintah suhu " lebih baik suhu bunuh saja teecu murid yang murtad ini
!" "Omitohud! Apa artinya ini" Mengapa kau bersikap begini" Apakah yang terjadi" Li Ceng mengapa sucimu bersikap begini?"
Betapa kaget dan heran pendeta gundul itu ketika Li Ceng yang biasanya keras hati dan tabah 211
itu juga menjatuhkan diri berlutut dan menangis di samping sucinya!
"Eh, eh ... bagaimana ini" Ci Sian! Li Ceng! Di mana kagagahan kalian! Hayo bangkit dan ceritakan yang jelas !" ia membentak, agak marah, berbeda dengan sikapnya yang biasanya lemah lembut.
"Suhu, ampunkan teecu," akhirnya Ci Sian berkata. "Teecu sudah berjanji dalam hati, hanya ada dua pilihan bagi laki laki yang telah melihat teecu dalam keadaan" telan jang bulat"! Pilihan ini ialah" dia harus teecu bunuh dan kedua dia harus menjadi jodoh teecu."
Sepasang mata yang lebar itu terbelalak, kedua tangan mengelus perut yang telanjang dan gendut sedangkan mulutnya berkata,
"Omitohud! Telanjang bulat " bunuh " jodoh"
Apa artinya semua ini, Ci Sian muridku?"
Namun Lauw Ci Sian hanya terguguk menangis.
Li Ceng tidaklah selemah kakak seperguruannya, maka setelah menghapus air matanya, gadis inilah yang kemudian menceritakan kepada gurunya tentang peristiwa penghinaan yang mereka alami malam tadi. Betapa mereka tertawan, kemudian di telanjangkau dan hampir saja dinodai empat orang kepala bajak kalau tidak muncul Yu Lee yang menolong mereka.
"Suhu tentu dapat memahami perasaan suci dan juga perasaan teecu sendiri. Toecu semalam dengan suci, sependeritaan. Setelah tubuh kami terlihat seperti dalam keadaan itu bagaimana kami 212
dapat menjadi isteri orang lain" Yang ce Su go yang melihat keadaan kami telah kami bunuh.
Adapun" dia".dia penolong kami mana mungkin kami membunuhnya" Karena inilah, usul perjodohan suhu tidak mungkin dapat teecu berdua memenuhinya......"
Tho teekong Liong Losu meugerutkan kening dan meogangauk angguk, "Omitohud" semoga manusia terbebas dari pada nafsunya sendiri.
Pinceng hanya mengusulkan, akan tetapi" yah, keputusannya ada pada kalian sendiri. Pinceng akan kembali ke pertapaan, soal ini terserah kalian. Kalian sudan cukup dewasa, sudah cukup belajar ilmu, pinceng memberi ijin kepada kalian berdua untuk menempuh hidup sendiri. Li Gang, engkau yang masih mempunyai keluarga, berlakulah murah kepada sucimu."
"Baik, suhu. Suci tentu saja ikut bersama teecu," kata Tan Li Ceng yang merangkul sucinya yang menangis torisak isak. Hwesio itu menarik napas panjang lalu keluar dari tempat itu, menyeret tongkatnya.
Setibaaya di luar ia disambut Siauw bin mo Hap Tojin yang tertawa tawa.
"Eh, Tho teo kong, kenapa kalian muram wajahmu?"
Hwesio itu menghela napas. "Ahh, toyu, alangkah inginnya hatiku bisa segembira engkau ini. Di dunia banyak hal hal yang menyusahkan hati Di manakah adanya Yu Kongcu?"
213 "Dia tidak herpamit. Telah pergi begitu saja.
Dengar suaranya!" Tosu itu menuding ke arah utara. Hwesio tua itu berhenti dan mengarahkan pandang matanya. Sayup sampai terdengar lengking tinggi menyayat hati seperti orang menangis.
"Diakah itu ?" Pergi sambil menangis?"
"Ha ha ha ! Pendekar Cengeng ! Entah menangis entah tertawa dia sekarang, akan tetapi tadi kulihat dia menangis ketika dia melihat para bajak mengurus mayat mayat yang amat banyak itu. Kemudian ia pergi tanpa pamit."
"Ke mana?"
"Ke mana" Entah ke mana dia siapa tahu?"
Ya, tidak ada yaog tahu ke mana perginya Yu Lee Si Pendekar Cengeng setelah ia berhasil membinasakan Hek siauw Kui bo, menyelamatkan nyawa Dewi Suling, dan sekaligus merusak hati dua orang gadis tanpa ia sengaja dan ia ketahui.
Dua orang nona yaog kini sudah keluar dari tempat terpisah tadi pun bengong mendengar suara lengking meninggi dan makin menjauh itu.
Juga Ouwyang Tek dan Gui Siong yang merasa amat kagum terhadap Yu Lee, hanya saling pandang dan berjanji dalam hati nntuk mencontoh sepak terjang Si Pendekar Cengeng dan memperdalam ilmu silat mereka.
"Tho tee koog, aku telah membebaskan murid muridku untuk memasuki dunia ramai dan mendarmabaktikan kepandaian mereka guna masyarakat. Aku telah bebas, ha ha ha!" Ia 214
memegang lengan hwesio itu. "Dan bagaimana dengan engikau ?"
"Omitohud, pinceng juga melepas pergi ke dua orang murid pinceng, Ci Sian akan ikut adik seperguruannya yang mempunyai orang tua di An keng, pinceng akan pergi ke gunung.."
"Bagus! Mari ikut bersamaku, Tho tee kong.
Mari kita lupakan segala kedukaan hidup. Di sana kita dapat main citur, kita salurkan semua nafsu nafsu duniawi melalui papan catur! Kalau perlu kita boleh membunuh Raja di papan catur, boleh bertaruh tanpa merugikan orang lain. Ha ha ha!"
"Baiklah To yu ( sahabat ). Pinceng akan belajar gembira dari Siauw bin mo Hap Tojin." Dua orang pendeta tua itu sambil bergandeng tangan lalu meninggalkan tempat itu pula, tanpa menoleh lagi kepada murid mereka
OuwyangTek dan dan Gui Siong kini
berhadapan dengan Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng yang masih merah matanya bekas menangis. Dua orang pemuda itu dengan sikap sopan lalu memberi hormat dengan merangkap kedua tangan depan dada yang dibalas oleh dua orang gadis itu dengan sopan pula.
"Soal mengurus bekas bekas bajak itu harap jiwi siocia (nona berdua) serahkan saja kepada kami. Tentu jiwi sudah mendengar bahwa kami adalah murid murid Siauw bin mo Hap Tojin, nama saya Ouwyang Tek dan ini adalah sute Gui Siong."
215 Tan Li Ceng yang lebih tabah dari pada sucinya setelah membalas penghormatan itu lalu menjawab.
"Terima kasih atas kebaikan jiwi twako (kakak berdua), karena guru kita bersahabat tidak akan keliru kiranya apabila kita melanjutkan persahabatan itu. Aku bernama Tan Li Ceng tinggal bersama orang tuaku di toko obat dalam kota An keng. Dan ini suciku Lauw Ci Sian. Sekarang kami hendak ke An keng dan apabila jiwi lewat di An keng, kami persilakan jiwi umuk singgah di rumah kami."
"Banyak terima kasih atas kemurahan jiwi siocia," jawab pula Ouwyang Tek.
Sekali lagi mereka saling memberi hormat kemudian sambil menggandeng tangan sucinya Li Ceng mengajak Ci Sian pergi meninggalkan tempat itu diikuti pandangan mata dua orang pemuda perkasa dengan penuh kekaguman. Untung bahwa kedua orang pemuda itu tidak dapat menjenguk isi hati dua orang gadis itu, juga tidak mendengar pengakuan mereka. Pengakuan yarg menyatakan bahwa mereka berdua itu mau dijodohkan kalau dengan Si Pendekar Cengeng!
Dunia persilatan gempar, para tokoh Liok lim dan kang ouw, datuk datuk serta cabang cabang atas, baik dari aliran pntih (bersih) maupun hitam (sesat) menjadi geger dengan munculnya seorang pendekar muda yang terkenal dengan sebutan Pendekar Cengeng! Dunia persilatan menyebutnya Pendekar Cengeng karena pendekar muda yang 216
perkasa ini sering kali menangis. Tangan nya amat ampuh, tongkat maupun pedangnya amat lihai merobohkan lawan lawan yang kuat, akan tetapi kedua matanya selain bercucuran air mata dan ia menangis sedih menyaksikan mayat mayat lawan yang roboh di tangannya. Juga ia selalu tidak dapat menahan air matanya kalau mendengar penuturan yang menyedihkan dari mereka yng mohon pertolongannya.
Di dalam waktu Kurang dari setahun saja Pendekar Cengeng ini telah membasmi tujuh buah sarang bajak sungai di sepanjang Sungai Yang ce kiang serta belasan buah sarang perampok di hutan hutan. Semua perbuatan ini dilakukan karena ada sebabnya bukan sekali kali ia mencari sarang penjahat penjahat itu. Kalau tidak dia sendiri yang kebetulan dihadang perampok tentu ada orang orang lain yang menjadi korban kejahatan dan ia kebetulan melihatnya. Yu Lee, Si Pendekar Cengeng ini tidak pernah lupa kata kata gurunya, serta tidak mau mencari permusuhan bahkan tidak mengusik para penjahat kalau saja ia tidak melihat kejahatan dilakukan orang. Kalau ia kebetulan melihatnya, barulah ia turun tangan dan sekali ia membasminya celakalah gerombolan penjahat itu.
Para tokoh kang ouw kaum sesat merasa sakit hati kepadanya sebab kematian kawan kawan mereka serta saudara saudara seperguruan mereka dan mereka selalu mencari kesempatan buat membalas dendam serta membunuh Pendekar Cengeng.
217 Sebaliknya, para tokoh kang ouw kaum pendekar merasa iri hati dan penasaran kepadanya serta merekapun mau bertemu dengan pendekar muda ini buat ditantang ber pibu (Mengadu kepandaian silat).
Yu Lee bukan tidak tahu akan hal ini. Ia tahu bahwa banyak orang pandai marah kepadanya, tetapi ia pura pura tidak tahu dan sebab sikapnya selalu sederhana tidak suka menonjolkan diri, maka tidak ada orang yang mengira bahwa pemuda baju putih yaug kelihatan lemah, pakaian serta sikapnya sederhana seperti seorang perantau miskin itu adalah Pendekar Cengeng yang menggemparkau dunia persilatan.
Pada suatu hari, pagi pagi sekali Yn Lee telah memasuki dusun Ki bun. Walaupun hatinya sudah digembleng oleh si manusia sakti Han It Kong, tetapi hatinya berdebar penuh keharuan ketika ia memasuki dusun yang sunyi serta tenteram ini, dusun yang tidak pernah dilupakannya selama hidupnya yaitu dusun tempat tumpah darahnya, di mana darah ibunya tertumpah di waktu melahirkan. Dusun tempat kelahirannya!
Enam belas tahun ia telah pergi dari dusun ini.
Lima belas tahun digembleng suhunya di puncak Tapie san kemudian setahun merantau setelah turun gunung. Dusun itu sendiri tak pernah berubah tetapi cuma penduduknya yang berubah.
Ia kini tidak kenal akan wajah seorangpun serta tidak ada seorangpun di dusun itu mengenalnya.
Tentu saja bisa demikisu halnya ! Karena dahulu ia baru berusia delapan tahun, kini telah menjadi 218
seorang pemuda tinggi tegap berusia dua puluh empat tahun.
Perih hati Yu Lee melihat betapa rumah rumah di dusun ini masih seperti enam belas tahun yang lalu, rumah penghuni dusun masih merupakan pondok buruk. Demkianlah keadaan hampir di seluruh dusun, tidak ada kemajuan, rakyatnya miskin dan hidup serba kekurangan. Kekayaan bertumpuk tumpuk di kota di mana orang orang hidup bergelimang kemewahan. Anehnya di kota kota inilah bertumpuk bahan makanan memenuhi gudang gudang besar, bahkan makanan memenuhi gudang gudang besar, bahkan sampai membusuk katena terlampau banyak dan berlebihan.
Sedangkan di dusun dusun di mana bahan makanan itu ditanam orang, yang menjadi sumber bahan makanan, malah kekurangan makanan, memang kalau direnungkan amatlah aneh dan janggal, namun nyata demikian tempat sumber bahan makanan malah kekurangan makanan, petani malah kekurangan makan di tengah sawah!
Keadaan seperti ini tidaklah aneh kalau diketahui bahwa seluruh sawah ladang itu kesemuanya hanya dikuasai olah beberapa orang saja, dan para petani yang bekerja di sawah hanyalah merupakan buruh buruh tani yang menerima upah amat sedikit, hanya cukup buat dimakan seorang saja.
Sudah pasti para petani ini mempunyai keluarga maka timbullah kelaparan sebab jatah makanan buat seorang dimakan kadang kadang empat atau lima orang. Akibat hal ini pula 219
menimbulkan pemerasan tenaga, sampai anak anak kecil terpaksa bekerja di sawah untuk sekedar mencari isi peut pencegah kelaparan. Bagi para penduduk dusun yang miskin, hidup mereka lebih rendah serta lebih sengsara dari pada kerbau.
Pekerjaan berat di sawah ladang, makan tidak kenyang. Binatang kerbau masih dapat mengenyangkan perut serta tidak kelaparan sebab binatang ini dapat makan rumput yang tidak usah dibeli. Oleh majikannya.
Para pemilik tanah yang membutuhkan kemewahan dan sebab kemewahan hanya dapat ditemukan di kota tentu saja mengirim seluruh hasil tanah ke kota untuk ditukar dengan harta benda. Hal inilah yang menyebahkan akibat bahwa di kota sampai berlebihan makanan, sebaliknya di dusun sebagai sumber makanan malah sampil banyak orang mati kelaparan.
Tanah kuburan di luar dusuo Ki bun amat luas.
Kuburan ini sudah tua sekali, sudah ratusan tahun dipakai sebagai tanah kuburan sehingga setelah beberapa kali dipakai masih tetap digali lagi buat dipakai yang baru.
Di tanah kuburan inilah enam belas tahun yang lalu semua jenazah keluarga Yu dikubur oleh penduduk dusun Ki bun. Dikubur menjadi satu, merupakan gundukan tanah yang tinggi. Ayah bundanya, dua orang pamannya dan dua orang bibinya, dan kakak kandungnya, tujuh orang kakak misan, empat orang pelayan semua berjumlah sembilan belas orang anggauta keluarga kakeknya, ditambah mayat dua orang penjahat 220
suami isteri Kim to Cia Koan Hok dan Bi kiam Souw Kwai Si maka di dalam gundukan tanah kuburan ini terdapat dua puluh satu orang mayat yang dahulu binasa dalam tangan Hek siauw Kui bo! Teringat akan ini, tak dapat ditahan lagi, air mata Yu Lee bercucuran ketika ia berdiri di depan gundukan tanah kuburan.


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia lalu menjatuhkan diri berlutut. Biarpun ia sudah berhasil membalas dendam, berhasil membunuh Hek siauw Kui bo, akan tetapi ia masih merasa menyesal dan berduka karena ia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membalas budi orang tuanya tidak diberi ke sempatan untuk berbakti.
Selelah berlutut dan patkwi sampai delapan kali di depan gundukan tanah kuburan itu, barulah Yu Lee bangkit.
Dengan muka pucat dan mata basah dimana ia memandang ke sekelilingnya. Kiranya tanah kuburan itu kini telah dikurung oleh delapan orang yang tidak diketahui kedatangaanya. Tahu tahu mereka telah berada di tanah kuburan itu, berdiri mengurung gundukan tanah kuburan berikut Yu Lee dengan wajah beringas mengancam seperti iblis iblis sendiri yang datang hendak mengeroyoknya.
Dalam kesedihannya Yu Lee tadi sampai tidak memperhatikan sekelilingnya dan baru sekarang ia tahu bahwa delapan orang itu datang dan sikap mereka jelas membayangkan permusuhan. Ia tenang tenang saja mempermainkan tongkat bambunya dengan kedua tangan, matanya memandang penuh selidik dan bergantian kepada 221
delapan orang itu. Mereka itu berusia antara tiga puluh dan empat puluh tahun dan sikap mereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalah ahli ahli silat yang pandai.
Yu Lee memang tidak suka mencari
permusuhan dan sikap serta pakaiannya memang amat sederhana, sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah seoiang ahli silat, apa lagi seorang pendekar yang ternama, kini menyaksikan sikp delapan orang itu iapun ingin menghindari mereka dan pura pura tidak mengerti bahwa mereka itu mengurungnya.
Kembali ia mengangguk kearah gundukan tanah kuburan sebagai penghormatan terakhir atau berpamit, kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk pergi dari situ.
"Hei, berhenti kau !" seorang di antara mereka yang matanya merah menghardik.
Yu Lee memutar tubuh menghadapinya dan berpura pura terheran lalu bertanya. "Apakah tuan menegur saya?"
"Siapakah namamu dan mengapa kau
bersembahyang di depan kuburan ini?" tanpa memperdulikan pertanyaannya, si mata merah itu kembali bertanya.
Sekilas pandang saja Yu Lee dapat menduga bahwa delapan orang ini adalah orang kasar, golongan kaum sesat di dunia kang ouw. Tidak mungkin mendiang kakek dan keluarga nya bersahabat dengan orang orang seperti ini, akan tetapi karena ia tahu bahwa kakeknya dahulu 222
adalah seorang pendekar pedang yang amat terkenal dan mempunyai banyak sekali musuh di dunia kang ouw maka ia dapat menduga bahwa tentu mereka ini musuh musuh kakeknya. Kalau orang orang ini memusuhi sebagai akibat dari sepak terjangnya selama ini, tentu mereka mengenalnya maka ia lalu menjawab sederhana dan berusaha mengelakkan pertempuran.
"Saya adalah bekas pelayan keluarga Yu dan karena tidak ada lain orang lagi yang mengurus kuburan maka mengingat akan budi dahulu saya datang untuk memberi hormat."
"Ha, ha, ha ! Siapa kira Hek siauw Kui bo dapat tertipu oleh seorang bocah pelayan sehingga terluput daripada pembasmian !" Kata si mata merah yang agaknya menjadi pemimpin di antara delapan orang itu. "Hee, budak hina ! Belasan tahun yang lalu kau terluput dari kebinasaan, dan kami telah didahului Hek siauw Kui bo membasmi keluarga Yu Tiang Sin. Biarlah sekarang kami menyempurnakan pembasmian itu sebelum kami berhasil mencari keturunannya terakhir yang kabarnya telah lolos."
Yu Lee mendongkol sekali. Tidak salah dugaannya. Delapan orang ini adalah musuh musuh dari mendiang kakeknya. Ia sengaja memperlihatkan sikap takut dan bertanya. "Cuwi (tuan sekalian) siapakah dan mengapa hendak mengganggu saya yang tidak berdosa ?"
"Ha, ha, ha, perlu kau ketahui agar nyawamu kelak cepat melapor kepada arwah Yu Tiang Sin.
Kami . adalah delapan orang dari Timur yang 223
terkenal dengan julukan Tung hai Pat ong (Delapan Raja Laut Timur), dahulu belum sempat membasmi keluarga Yu Thian Sin dan kedatangan kami untuk membongkar kuburan nya, untuk menghancur leburkan tulang tulang keluarganya, kebetulan kau datang dan karena kau adalah pelayan Keluarga Yu kau tidak terluput dari pada pembalasan kami, bersiaplah untuk mampus budak cilik!"
Sambaran tangan si mata merah ke arah kepala Yu Lee amat kuatnya. Yu Lee yaag tahu bahwa tak mungkin ia mengelakkan pertempuran diam diam sudah mengambil keputusan untuk menghajar mereka ini, malah tidak berkelebihan kiranya kalau ia membunuh mereka ini.
Mereka ini adalah orang orang jahat, tidak mempunyai pribudi dan prikemanusiaan buktinya mereka ini mempunyai niat yang amat keji, hendak membongkar kuburan dan merusakkan tulang keluarga Yu.
Melihat datangnya pukulan yang dimaksudkan untuk merenggut nyawanya, Yu Lee tetap bersikap tenang.Ia menanti saja karena dari gerakan si mata merah itu ia maklum bahwa tingkat kepandaian mereka ini biasa saia, walaupun si mata merah ini memiliki tenaga lweekang yang cukup kuat. Akan tetapi pada detik itu Yu Lee terkejut dan terheran heran melihat berkelebatnya sinar putih yang kecil sekali yang meluncur dari arah kanannya serta menimpa lengan si mata merah, tepat pada jalan darah di pergelngan tangan.
"Takk! Aduuhhl" Si mata merah berseru kesakitan, tangannya lumpuh dan ia meloncat ke 224
belakang sambil meringis, ia memijat lengan kanannya, lalu dengan memakai jari jari tangan kirinya ia cabut keluar sebatang jarum kecil yang menancap di pergelangan lengan itu.
Yu Lee menahan senyum karena maklum bahwa ada orang membantunya, biarlah ia akan berpura pura bodoh supaya tidak mengecewakan hati si penolongnya, akan tetapi ketika ia menoleh dan melihat berkelebatnya bayangan orang yang menolongnya tadi ia melongo dan memandang kagum.
Misteri Kapal Layar Pancawarna 19 Renjana Pendekar Karya Khulung Pusaka Rimba Hijau 4
^