Pendekar Guntur 22
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 22
Kwang Tan sudah tidak bisa menahan diri, dia sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya melesat sambil perasaan gusarnya, segera tangannya bergerak buat
menempeleng mulut si gadis.
Gadis itu bergerak gesit, ia mengelak ke samping, Dan gadis2 lainnya mengepung Kwang Tan.
Kwang Tang tertawa dingin.
"Hemmm, jika kulihat, kalian pun bukan sebangsa wanita baik2!" katanya dengan suara yang tawar, "Hemm, dengan demikian tentunya engkau memang hendak mencari persoalan denganku, dan kau, kau, kau juga!"
Sambil berkata begitu, Kwang Tan sengit sekali menunjuk gadis itu seorang demi seorang.
Dalam keadaan marah seperti itu Kwang Tan sulit mengendalikan diri. Memang ia lihay dan juga biasanya dapat berlaku tenang, tapi ditubuh dia sebagai pemuda yang bejat moral disamping juga sebagai seorang pemuda yang porno dan main dengan wanita tidak tahu malu yang bertelanjang bulat dan katanya gadis itu akan menyiarkan
peristiwa itu diseluruh rimba persilatan, membuatnya jadi sengit bukan main dicampur murka.
Karenanya, dia telah memaki gadis2 itu dan dihatinya sudah memutuskan, dia tidak akan sungkan2 turun tangan menghajar gadis2 itu.
Sedangkan gadis yang pertama datang tadi telah memperdengarkan suara mengejek, kemudian bilangnya: "Baik, justeru kamipun hendak menangkap engkau, kami hendak menyerahkannya nanti kepada tokoh rimba persilatan buat menyidangkan urusan ini! Engkau telah
memalukan rimba persilatan ! Sebagai orang rimba persilatan, engkau telah melakukan perbuatan yang memalukan sekali!"
Sambil berkata begitu, serulingnya bergerak, seruling itu menyambar bukan lurus ke-depan, melainkan menyambar dengan berputar putar.
Kwang Tang mengelakkan diri, dia menyentil seruling itu. ia tengah gusar, maka tenaga menyentilnya kuat sekali. Tapi gadis itu memang gesit, tangannya juga sebat, rupanya dia sudah mengetahui bahwa Kwang Tan seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi disamping sinkangnya yang kuat. Dia tidak mau serulingnya kena disentil, dia telah mengelak dengan segera.
Belum lagi Kwang Tan menyusuli dengan serangan lainnya, dua batang seruling dari gadis2 lainnya telah
menyambar kepadanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan melayani terus, sampai akhir nya dia melihat lwekang maupun ilmu silat gadis2 itu belum terlalu tinggi, hanya saja mereka bisa memiliki cara bertempur yang erat sekali kerja samanya satu dengan yang lainnya, mereka dapat mengisi kelemahan kawan masing2
Dengan begitu, mereka bertujuh seperti juga barisan yang sulit sekali diterobos, karena kerja sama yang erat yang saling menolong dan membela satu dengan yang lainnya.
Kwang Tan tertawa dingin, ia sengit sekali, dan ia pun menduga gadis-gadis ini tentunya bukan sebangsa manusia
baik-baik, karenanya ia
turun tangan tidak tanggungtanggung. Begitu ada kesempatan, dia menghantam salah seorang lawannya dengan ilmu Pukulan Gunturnya, sehingga gadis itu menjerit kaget, karena merasakan tubuhnya panas sekali walaupun belum terkena angin serangan Kwang Tan.
Dia mengelak, berhasil namun dia menggidik melihat sebatang pohon yang jadi hangus.
Gadis-gadis lainnya serentak menerjang lagi. tertegun sejenak, tapi mereka Berulang kali Kwang Tan menghantam dengan ilmu pukulan Gunturnya akhirnya barisan dari gadis-gadis itu telah kocar kacir, mereka tidak bisa mengadakan kerja sama lagi karena masing masing jadi repot sekali selalu menghindarkan diri dari sambaran angin serangan yang
panas seperti mengandung api.
Rupanya ketujuh gadis itu menyadari bahwa mereka sudah tidak sanggup buat menghadapi Kwang Tan lebih lama, salah seorang bersiul maka mereka bermaksud hendak memisahkan diri dari Kwang Tan.
Tapi Kwang Tan semakin sengit, dia bilang "Kalian jangan harap bisa meloloskan diri dariku! Aku sekarang justru ingin mengetahui siapa kalian sebenarnya ....!"
Gadis2 itu berobah mukanya, karena mereka jadi berkuatir, telah mereka saksikan bahwa Kwang Tan memang memiliki kepandaian yang sulit sekali dihadapi mereka.
Kwang Tan juga selalu menyerang dengan mempergunakan Pukulan Gunturnya.
"Hemm, mengapa harus mendesak gadis-gadis tidak berdaya " Benar2 pemuda tidak tahu malu ! Sudah bejat moral, juga bermartabat rendah sekali itu !" Suara parau, suara seorang laki2, juga dalam bukan main, seperti juga dalam suara itu mengandung lwekang yang tinggi dan mahir.
Kwang Tan menghentikan serangannya, dia memutar tubuhnya untuk melihat orang yang menegur itu. sedangkan ketujuh orang gadis itu telah melompat mundur mempergunakan kesempatan tersebut, mereka bertujuh berdiri berjajar.
Kwang Tan terbeliak matanya, karena orang yang baru muncul dan menegurnya tidak lain dari Lhama tua yang pernah merubuhkan pintu kamar dirumah penginapan ia tambah mendongkol.
Segera juga Kwang Tan menduga, semua ini pasti diatur oleh Lhama itu, Maka dengan berang dia bilang. "Inilah yang disebut maling berteriak maling! Engkau sendiri sebagai seorang Lhama yang beribadat dan harusnya alim, ternyata merupakan seorang Lhama yang tidak tahu malu! Diam2 dan sangat hina merubuhkan orang untuk menyerang dengan
memperalat gadis2 yang tidak tahu malu ini, buat daun pintu kamar membokong, lalu melakukan hal2 yang hina sekali, menuduh aku yang tidak2 !"
"Tutup mulutmu !" bentak Lhama itu dengan suara yang bengis, "Hemm, apakah engkau beranggapan kepandaianmu sudah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga dari kalangan muda berani bicara begitu kurang
ajar kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi " Hemm, sekarang justeru aku akan memperlihatkan kepadamu, siapa aku sebenarnya !"
-ooo0dw0ooo Jilid 35 SETELAH berkata begitu, ia menepuk tangannya! Dari balik batang2 pohon melompat keluar tiga orang Lhama lainnya. Sama seperti Lhama yang seorang itu, ketiga
Lhama itu juga tampaknya merupakan Lhama asing, dengan mata yang ke-biru2an, hidung mancung dan sikapnya yang sangat angkuh memandang Kwang Tan dengan sorot mata yang sangat tajam.
Kwang Tan mengawasi mereka, diam2 hatinya tercekat dan mengeluh. Pemuda ini segera mengetahui ketiga Lhama itu juga tentunya Lhama yang lihay dan berkepandaian tinggi seperti Lhama asing yang seorang itu.
Jika hanya menghadapi Lhama itu seorang tentu Kwang Tan tidak jeri, Tapi jika memang keempat Lhama itu maju sekaligus ini tentu merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh Kwang Tan, karena kemungkinan besar ia sulit menghadapi mereka berempat, karena kepandaian mereka tidak rendah.
Lhama yang seorang itu telah berkata lagi: "Hemmm, seperti telah kukatakan bahwa aku akan membehritahukan kepadamu, siapa adanya aku ini... aku adalah Lhama dari Persia, yang hendak membekuk kau dan akan di serahkan kepada Kaisar....Kaisar Cu Goan Ciang, Raja Agung dari kerajaan ini, di daratan Tionggoan..!"
Sambil berkata begitu, ia mendengus beberapa kali, memperlihatkan sikap yang angkuh sekali, baru kemudian dia meneruskan perkataannya: "Hemmm, engkau telah menimbulkan kekacauan di kotaraja " dan juga telah membunuh seorang keponakan Kaisar, membinasakan banyak sekali Kim ie-wie dan Gie Lim Kun. Karena itu, engkau harus kami tangkap hidup-hidup, agar Kaisar Cu
Goan Ci ang bisa mengadilimu, agar kelak Kaisar, yang menjatuhi hukuman buat kau ...!" Sambil berkata begitu, Lhama ini mengibaskan tangannya.
Kwang Tan merasakan angin kibasan tangan Lhama itu perlahan sekali menyambar dirinya, Hal itu membuktikan
bahwa Lhama ini mempergunakan lagi ilmunya yang aneh itu, yaitu tenaga menghantamnya yang perlahan namun akhirnya pasti menjadi lebih kuat, datang menerjang secara bergelombang.
Karena waktu di penginapan Kwang Tan pernah menghadapi Lhama ini dengan ilmunya yang luar biasa seperti itu, maka Kwang Tan tidak mau membuang2 waktu lagi, segera ia menghantam dengan mempergunakan pukulan Gunturnya.
Kuat sekali dia menghantamnya, dengan mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya. Angin yang panas dan dahsyat menerjang Lhama itu, Tapi kali ini Lhama asing itu tindak menyingkir berbeda seperti ketika dirumah penginapan.
Tampaknya dia jeri dan tidak gentar menghadapi Pukulan Guntur Kwang Tan lagi, segera ia menarik pulang tangannya tiga orang Lhama lainnya maju selangkah mengulurkan tangan mereka.
Tenaga pukulan Kwang Tan seperti batu yang lenyap kedasar lautan, lenyap begitu saja, tidak dapat terus menyambar kepada Lhama itu.
Hal ini disebabkan ilmu yang aneh dari ketiga Lhama itu, dengan mempergunakan ilmu yang tidak diketahui oleh Kwang Tan entah ilmu apa mereka telah berhasil membendung tenaga Pukulan Guntur Kwang Tan, sampai pukulan itu tidak dapat menerjang terus, itulah cara memunahkan pukulan yang aneh sekali.
Kwang Tan kaget juga, ia segera mengulangi lagi pukulannya. Namun sama seperti tadi, kembali ia memukul hampa belaka, karena tenaga pukulannya tidak bisa menyambar terus mendekati Lhama itu.
Lhama itu sebaliknya, setelah ketiga orang kawannya membantuinya, seperti melindungi dirinya dengan tenaga gabungan ketiga Lhama itu dan ilmunya yang aneh, dia mengibaskan tangannya.
Kwang Tan merasakan sambaran angin yang halus, Namun angin itu
berobah menjadi kuat, datang lagi gelombang angin terjangannya yang jauh lebih kuat! Begitulah seterusnya, semakin lama jadi semakin kuat! Kwang Tan tidak membuang waktu lagi, ia memutar tubuhnya, dia mengempos sinkangnya, dia teringat kepada
tiga jurus sinkang
yang diturunkan Thio Sam Hong kepadanya. itulah cara berlatih ilmu sinkang murni dari Bu Tong Pay.
Dan Kwang Tan memang telah melatihnya, telah menguasainya cuma saja selama ini dia tidak pernah mempergunakannya sekarang dikala ia menghadapi lawan
Lhama yang seorang itu berhasil diselamatkan kawannya, malah ia
sepasang tangannya
segera menyerang dengan
menderu-deru menghantam yang tangguh2 ini, ia segera mempergunakannya. ia memakai jurus yang pertama, yang bernama "Daun Kering Di Hembus Angin".
Nama yang sederhana dari jurus sinkang yang di kerahkan pada kedua telapak tangannya, ternyata memiliki daya gempur yang luar-biasa dahsyatnya.
Lhama itu jadi kaget diserang seperti itu oleh Kwang Tan, ia sampai berseru perlahan, dan cepat-cepat mengempos lebih kuat tenaga dalamnya.
Di waktu itu, ketiga lhama lainnya telah menerjang maju serentak untuk mengepung Kwang Tan dengan gabungan tenaga mereka.
Dengan kerja sama seperti itu, yang merupakan suatu kerja sama yang memang terlatih baik dan kompak, membuat Kwang Tan tidak mudah menghadapi keempat lhama ini.
Terlebih lagi memang mereka memiliki kepandaian yang aneh, ilmu silat yang belum pernah dilihat Kwang Tan, dengan begitu membuatnya jadi tidak bisa cepat-cepat mengambil keputusan dalam menghadapi setiap jurus dan serangan lawannya.
Kwang Tan menarik pulang tenaganya waktu ketiga lhama berusaha menggempurnya dengan gabungan tenaga mereka, Kwang Tan kemudian juga mundur selangkah.
ketiga hebat, kepada Kwang Tan. Dalam keadaan seperti itu, tentu saja Kwang Tan tidak mau berlaku ayal. Ia tahu, keempat pendeta ini bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan ringan, dan ia harus dapat menghadapinya dengan sebaik-baiknya. Di samping itu juga ia langsung mengeluarkan ilmu simpanannya, dengan mengkombinasikan, pukulan Guntur dan sinkang yang diwarisi Thio Sam Hong, tubuh Kwang Tan berubah seperti juga sesosok bayangan yang berkelebat ke sana-kemari.
Cepat luar-biasa gerakan Kwang Tan, maka biarpun di keroyok berempat oleh Lhama tersebut, tetap saja ia tidak terdesak, malah ia pun selalu dapat balas menyerang kepada lawannya itu.
Apa yang dilakukannya merupakan cara yang terbaik, karena biar kepandaian keempat Lhama itu tinggi dan mereka mengeroyok dengan serentak, namun kenyataannya mereka tidak berbuat banyak terhadap diri pemuda ini.
Sampai lima puluh jurus lebih, keempat Lhama itu tetap saja tidak berhasil untuk merobohkan Kwang Tan, sedangkan buat mendesak pemuda itu saja mereka tidak sanggup.
Perlahan-lahan pertempuran itu
pertaruhan mempertaruhkan jiwa, semakin hebat menyerang dan mengeluarkan ilmu andalan mereka.
Juga tubuh mereka berkelebat2 menyerupai bayangan belaka. Bagi manusia biasa, tentu tidak bisa melihat dengan
jelas mana Kwang Tan dan
mana keempat lhama itu, karena mereka bagaikan telah bergulung2 menjadi satu dan merupakan gumpalan belaka. Ketujuh orang gadis itu telah memandang dengan mata terbeliak lebar2, karena tidak disangkanya bahwa Kwang Tan memiliki kepandaian yang demikian tinggi.
berobah seperti juga karena kedua pihak
Mereka membayangkan, jika tadi Kwang Tan mengeluarkan kepandaiannya seperti saat ini, niscaya mereka sudah tidak dapat bernapas lagi.
Sedangkan kepandaian keempat Lhama itu pun sangat tinggi, membuat ketujuh gadis itu berpikir bahwa kepandaiannya sesungguhnya memang belum berarti apa2,
dan harus berlatih diri sepuluh atau dua puluh tahun lagi, buat memperoleh kepandaian setinggi itu.
Karena itu, ketujuh gadis tersebut memandang takjub dan kagum pada pertempuran yang tengah berlangsung. Di waktu itu, Kwang Tan merasakan tekanan tenaga dari keempat Lhama tersebut semakin lama jadi semakin kuat dan gelanggang pertempuran semakin sempit, karena keempat lhama itu selalu menyerang dengan memperpendek jarak pemisah mereka, sehingga Kwang Tan jadi terdesak juga pada akhirnya, karena gerakannya
semakin sempit juga, membuatnya tidak leluasa buat menggerakkan sepasang tangan dan kakinya.
Keempat lhama itu telah melihat adanya setitik kesempatan, dimana mereka mulai
Kwang Tan. walaupun Kwang Tan
berhasil mendesak
belum bisa didesak lebih hebat akan tetapi mereka yakin, kalau saja mereka mempergunakan taktik seperti itu terus, niscaya mereka akan berhasil untuk merubuhkan pemuda itu.
Kepandaian yang tinggi mengagumkan dari pemuda itu, malah membuat keempat lhama tersebut jadi gusar dan penasaran mereka bermaksud benar2 merubuhkan Kwang Tan, karena kalau tidak, jika sepuluh tahun lagi, niscaya Kwang Tan kelak memiliki kepandaian yang berada diatas tingkat kepandaian mereka, mengingat memang usia Kwang Tan yang masih begitu muda.
Dikala itu, diantara berkesiuran angin serangan keempat lawannya, Kwang Tan memutar otak, ia berusaha untuk memecahkan kepungan lawannya, ia hendak mencari jalan untuk balik mendesak keempat lhama itu atau memukul pecah barisan keempat lhama itu.
Akhirnya, waktu keempat lhama tersebut tengah bermaksud menyerang serentak, Kwang Tan melihat adanya suatu kesempatan yang sangat baik buatnya, ia segera juga menekuk kedua kakinya, berjongkok, kemudian mementangkan kedua tangannya sambil membentak keras tubuhnya berputar cepat sekali.
Dari kedua tangan Kwang Tan mengalir hawa yang sepanas api, itulah jurus ilmu pukulan Guntur yang kelima, jurus yang hebat sekali, yang dapat menghancurkan dan menghancurkan dan menghanguskan puluhan batang pohon sekaligus jika memang diserang dengan jurus ini.
Keempat lhama itu kaget, mereka merasakan napas mereka sesak dan panas sekali. Mereka juga merasakan, tenaga gempuran Kwang Tan begitu kuat, dengan demikian, merekapun mengakui hebatnya ilmu pukulan pemuda ini.
Tapi mereka tidak memiliki kesempatan buat menghindarkan diri dari pukulan itu, Karenanya, telah membuat mereka memusatkan tenaga dalam untuk menangkis.
Waktu itu Kwang Tan tertawa dingin, dia terus juga mengerahkan tenaga dalamnya, Terdengar suara benturan yang dahsyat, tubuh keempat lhama itu kemudian mereka jatuh dengan sepasang dibumi terlebih dulu.
terpental, dan kaki hinggap Mereka pun memandang dengan merah padam, kemudian pucat dan padam lagi
muka yang berobah lalu berobah merah
Tampaknya mereka kaget, kagum dan juga penasaran,
karena mereka berempat sekaligus telah berhasil dibikin terpental seperti itu oleh Kwang Tan. Yang mengejutkan lagi mereka justeru waktu itu mereka memperoleh kenyataan lengan jubah mereka masing2 hangus seperti terbakar.
Dengan mata mendelik, lhama yang seorang itu, yang rupanya jadi pemimpin dari ke tiga lhama tersebut, telah mengawasi Kwang Tan, malah ia membentak dengan suara yang bengis: "Hemm, kau benar-benar mencari mampus! Tidak salah lagi memang kata-kata sahabat kami dengan mengandalkan kepandaianmu yang lumayan ini engkau telah jual lagak dan menimbulkan keonaran didalam kalangan Kangouw!"
Sambil berkata begitu, tampak ia memberi isyarat kepada ketiga lhama lainnya, dan juga terlihat ia telah menerjang terlebih dulu.
Ketiga lhama yang lainnya menerima isyarat itu, dalam keadaan masih takjub, mereka segera menerjang maju juga. Gerakan tubuh mereka sama gesitnya.
Sedangkan Lhama pemimpin, bukan hanya menyerang, dari telapak tangannya telah ditaburkan bubuk halus berwarna kuning.
Kwang Tan mencium harum semerbak dari bubuk halus itu, ia mengetahui tentunya bubuk halus tersebut semacam racun atau juga obat pulas, untuk membuat ia tidak berdaya.
Kwang Tan tertawa didalam hatinya, sebagai Tabib Dewa, ia mana jeri menghadapi segala jenis racun atau obat pulas, Karenanya ia merogoh sakunya, malah ia pun segera ingat akan obatnya yang luar biasa, yang bisa melumpuhkan lawan.
Karenanya, setelah mengeluarkan obat pemunah racun, mencegah jangan sampai ia keracunan kalau memang bubuk kuning itu adalah racun, segera ia menelannya.
Tangannya pun telah mengeluarkan obatnya yang merogoh saku bajunya istimewa, ia mengibaskan
tangannya. Mendadak saja keempat lhama itu merasakan tubuh mereka lemas tidak bertenaga. Mereka kaget dan heran, juga mengeluh, tubuh mereka segera rubuh terjungkel.
Dikala itu, Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu, ia mengetahui
bahwa Lhama-Lhama yang berkepandaian tinggi seperti itu jika dibiarkan kelak hidup terus dengan kepandaiannya yang tinggi, niscaya akan meminta korban yang tidak sedikit.
Disamping itu, memang mereka pun terdiri dari orangorang yang berhati jahat sekali. Maka segera Kwang Tan melompat kedepan, ia bermaksud akan menepuk leher dari lhama-lhama itu, karena ia ingin memusnahkan kepandaian dari keempat Lhama itu,
Akan tetapi belum lagi ia sempat menepuk leher Lhamalhama tersebut, tiba2 berkelebat sesosok tubuh yang dibarengi kata-katanya yang halus: "Hemm, sudah kukatakan, engkau tidak bisa meloloskan diri dariku!"
Bersamaan dengan kata-kata itu berkesiuran angin yang dingin sekali. Kwang Tan terkejut segera ia mengelak sambil melirik. Hatinya terkesiap. Senjata yang tengah meluncur kedirinya adalah sebatang seruling, dan tangan yang mencekal senjata itu putih halus sekali, Orang yang menyerangnya adalah seorang wanita, Dan yang mengejutkan dialah wanita yang bertelanjang bulat itu.
Menggidik Kwang Tao membayangkan perempuan yang tidak tahu malu ini selalu saja mengejar dan melibat dirinya. Dengan demikian tentu saja membuat Kwang Tan harus cepat-cepat menyingkirkan diri, karena ia tidak mau memandang lebih lama lagi tubuh yang bertelanjang itu.
"Hihihi...." wanita bertelanjang itu tertawa nyaring dikata serangan serulingnya kena dibelit oleh Kwang Tan. "Ya Ya Ie tidak akan membiarkan engkau pergi dari tempat ini." Dan ia menyerang lagi.
Ya Ya le, adalah seorang wanita yang mempelajari semacam kepandaian yang sesat, Dan untuk mempelajari kepandaiannya itu, ilmu hitam, ia pun selalu harus membuka pakaiannya, untuk dapat menghirup udara lewat pori-pori kulit tubuhnya.
Sekarang ia melihat Kwang Tan, hatinya tertarik sekali atas ketampanan pemuda tersebut, terlebih lagi memang ia pun melihat kepandaian Kwang Tan sangat tinggi. Karenanya secara sengaja melibatnya terus, karena ia tidak ingin membiarkan sipemuda berlalu meninggalkan lembah itu.
Ia memang seorang wanita yang gemar sekali pemuda tampan, ia pun memang sedang menyempurnakan ilmu hitamnya, yang memerlukan sari pemuda sebanyak 100 orang.
Dengan demikian, jika saja telah genap seratus sari pemuda yang berhasil dihisapnya, niscaya ia bisa memiliki kepandaian yang tinggi sekali dan bisa menyempurnakan ilmu hitamnya.
Tentu saja sari pemuda yang dibutuhkannya bukanlah pemuda2 lemah. ia menginginkan justeru sari pemuda yang bisa disebut sebagai bibit unggul.
Maka ia jadi tertarik sekali melihat Kwang Tan yang tampan serta gagah itu, Karenanya, mati2an ia bermaksud hendak melibat pemuda itu terus.
Sedangkan saat itu, Kwang Tan sendiri muak bukan main, ia berutang kali menyerang Ya Ya le, dengan gempuran yang sangat kuat, karena ia bermaksud hendak melepaskan diri. Tapi Ya Ya Ie sama sekali tidak mau mengendurkan libatannya, ia terus juga menyerang Kwang Tan dengan hebat.
Dalam keadaan demikian, ketujuh orang gadis yang berbaris
dengan berjajar dipinggiran, telah saling pandang satu
yang lain, Dengan munculnya Ya Ya Ie, maka mereka tidak kebagian.
Memang telah menjadi maksud mereka, bahwa mereka ingin menawan
Kwang Tan, karena memang mereka bermaksud untuk mempersembahkan Kwang Tan kepada guru mereka. Siapa sangka, didalam urusan ini terlibat banyak sekali orang-orang yang Dengan demikian memiliki kepandaian sangat tinggi.
telah membuat mereka yang berkepandaian sedang-sedang saja, jelas sulit untuk dapat merebut Kwang Tan. Dengan begitu ketujuh wanita itu, yang semuanya masih muda-muda, hanya bisa mengawasi saja jalan pertempuran itu, Mereka pun telah berpikir, jika memang Ya Ya Ie dapat
dirubuhkan Kwang Tan, mereka bertujuh akan mencoba sekali lagi buat mengeroyok Kwang Tan, Tapi jika Kwang Tan yang dapat dirubuhkan oleh Ya Ya Ie, maka mereka akan berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Kwang Tan merasakan betapa bernafsunya Ya Ya Ie menyerang dan melibatnya dengan suatu serangan yang tidak ringan dan tidak boleh dipandang remeh.
Tampak Kwang Tan pun mengempos semangatnya. Kepandaian Ya Ya le memang tidak lebih tinggi dari lhama yang seorang itu, apa lagi ketiga Lhama itu yang memang masih memiliki kepandaian dibawah lhama pemimpin mereka!
Tapi justeru seperti lhama Ya Ya le hanya seorang diri saja, tidak itu yang berempat memiliki ilmu yang
merupakan suatu kerja sama yang kompak.
Tengah pertempuran itu berlangsung, tangan Kwang Tan yang kiri merogoh sakunya, Karena ia pun bermaksud mempergunakan obat bubuknya, buat merubuhkan Ya Ya le sama seperti merubuhkan keempat lhama itu.
Tapi belum lagi Kwang Tan menarik keluar tangannya dari dalam saku, justeru diwaktu itu tampak Ya Ya le telah
bisa menerka apa maksud Kwang Tan. ia telah tertawa dingin dan berkata dengan sikap mengejek, sambil serulingnya menyambar buat menotok pada pundak Kwang Tan:
"Hemm, kau kira dapat merubuhkan aku dengan segala macam obat bius "! silahkan mencobanya !"
Setelah berkata begitu, segera juga ia menyerang semakin hebat.
Kwang Tan tak memperdulikan ejekan dari wanita tersebut, ia tetap saja mengibaskan tangannya.
Ya Ya le tertawa mengikik. Benar saja, ia tidak rubuh seperti biasanya orang yang terkena obat bius Kwang Tan. Kwang Tan terkejut.
"Apakah... apakah ia memiliki ilmu pengobatan juga dan menguasai ilmu racun "!" pikir Kwang Tan dalam hatinya, sambil beruntun tiga kali menyerang dengan pukulan Gunturnya, guna mencegah Ya Ya le mendahuluinya menyerang padanya.
Dikala itu, Ya Ya le setelah tertawa mengikik, tangannya tidak pernah diam, karena terus juga ia menyerang dengan
seruling ditangan kanan, sedangkan telapak tangan kirinya juga tidak hentinya menghantam.
Dengan begitu. telah membuat Kwang Tan tidak bisa berayal lagi, karena kepandaian dari wanita ini memang tidak berada dibawah kepandaiannya.
Ya Ya le telah berkata dengan suara yang mengejek: "Hemm, ayo keluarkan seluruh obat pulasmu, tidak nantinya nona cantik-mu ini akan dapat kau rubuhkan dengan cara yang rendah seperti itu !"
Kwang Tan mengeluh juga. Buat merubuhkan wanita ini memang ia bisa melakukannya, tapi tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama, Kwang Tan sudah muak melihat tubuh telanjang bulat seperti itu lebih lama, ia hendak menyudahi pertempuran itu secepat mungkin.
Namun apa hendak dibilang, rupanya Ya Ya Ie memang menguasai juga berbagai macam obat tidak terbius karenanya.
Kedua orang ini bertempur terus semakin lama jadi semakin seru. Dikala itu juga terlihat Ya Ya Ie beberapa kali berusaha untuk menotok dan hampir bius, sehingga ia
dengan dahsyat, mengenai sasarannya, jika saja Kwang Tan tidak cepatcepat mengelakkan diri.
Rupanya Ya Ya Ie sekarang kepandaiannya, sebab selain mengeluarkan seluruh serulingnya yang menyambarnyambar semakin hebat, juga telapak tangan kirinya telah melakukan pukulan2 dengan dahsyat.
Kwang Tan sendiri bukannya memiliki kepandaian yang lebih rendah dari Ya Ya Ie, hanya saja, perhatiannya sering terpecahkan, karena ia tidak mau melihat jelas-jelas tubuh telanjang di depannya, ia sering mengalihkan pandangannya kearah lain, dengan demikian, tentu saja ia
tidak bisa bertempur lebih baik dan semestinya. Karena itulah, tampaknya ia terdesak.
Akhirnya rupanya Kwang Tan menyadari akan kelemahannya tersebut, walaupun hatinya sudah bimbang, namun ia telah mementang matanya lebar2, memperhatikan kedua tangan dari Ya Ya Ie, untuk dapat mengikuti setiap gerakannya dan mengawasi cara menyerangnya.
Dengan begitu, Kwang Tan dapat bertempur jauh lebih baik. Dan ia pun akhirnya berhasil juga untuk dapat mengimbangi setiap serangan Ya Ya le, tidak terdesak seperti tadi.
Setiap kali menyerang dengan kedua tangannya, mempergunakan ilmu pukulan Guntur, maka tampak Ya Ya le agak terdesak, yang membuatnya tidak bisa bertempur dalam jarak yang dekat, karena ia tidak kuat menahan hawa panas dari angin pukulan tangan Kwang Tan.
Terutama sekali tubuhnya yang memang putih halus seperti salju, jelas hal itu membuat ia kuatir akan merubah kehalusan kulit tubuhnya jika terbakar tentu akan meninggalkan cacad.
Belakangan, Ya bertempur dengan bertempurnya. Ia serangan Kwang Tan tanpa membalas menyerang, sambil berkelit kesana kemari dengan tubuh yang me-liuk2, tampak ia meniup serulingnya.
Suara serulingnya mengalun dengan irama yang melambangkan kejorokan, karena setiap bunyi seruling itu akan menimbulkan rangsangan birahi buat siapa saja, terutama Kwang Tan yang berada paling dekat dengannya.
Memang Kwang Tan memiliki lwekang yang tinggi,
akan tetapi Ya Ya le pun memiliki sinkang yang terlatih mahir, karena itu, berat juga buat Kwang Tan menindih perasaanya yang melonjak2, terlebih lagi dihadapannya Ya Ya le sambil meniup serulingnya itu dengan meliuk2kan tubuhnya, sehingga menambah rangsangan belaka, membuat Kwang Tan benar2 jadi tersiksa sekali.
Sengit dan marah Kwang Tan menyerang dahsyat, tapi tetap saja Ya Ya le selalu mengelak kesana kemari dengan liuk tubuhnya yang merangsang dari bertelanjang bulat seperti itu.
Benar2 pemandangan yang akan meruntuhkan hati setiap laki2, apa lagi memang Ya Ya le seorang wanita yang sangat cantik sekali.
Yang celaka adalah tujuh orang gadis itu. Mereka memiliki sinkang yang
belum tinggi, mereka hanya memiliki ilmu bertempur yang merupakan barisan dan kerja sama yang baik, Tapi sinkangnya berada di bawah sinkang Kwang Tan maupun juga Ya Ya Ie.
Karena suara seruling, dan menyaksikan liuk-liuk tubuh dari Ya Ya le yang begitu merangsang, semakin lama suara seruling juga menguasai mereka semakin merangsang, Ya Ie juga tidak mau terlalu lama
Kwang Tan, ia merobah cara mengelakkan diri saja, dari setiap maka mereka tidak kuat bertahan lagi, masing2 mulai meng-gerak2kan tubuh mereka dengan gerakan yang terangsang, masing2 juga mulai melepaskan pakaian mereka sepotong demi sepotong.
Benar2 keadaan mereka kalap sekali terangsang oleh suara seruling itu, juga dari mulut mereka terdengar suara mendesis yang merangsang.
Setelah melepaskan seluruh pakaian mereka sehingga ketujuh wanita itu pun dalam keadaan bertelanjang bulat, maka mereka menari-nari terus, sekarang ini bisa dipersamakan dengan tarian erotis, yang merangsang.
Dan celaka buat Kwang Tan, matanya terasa nanar, di seputarnya ada delapan orang wanita yang bertelanjang bulat dan meliuk-liukkan tubuh mereka menari, ditambah dengan iringan dari suara seruling yang mengandung sinkang.
Mati2an Kwang Tan menindih perasaannya, berulang kali ia menjerit nyaring untuk membuyarkan pengaruh rangsangan itu, disertai terjangannya buat menghantam Ya Ya Ie, akan tetapi Ya Ya Ie selalu mengelak saja, dan juga memang ia mengetahui bahwa Kwang Tan mulai dapat dipengaruhinya.
Tujuh orang gadis itu, yang jadi korban dari suara serulingnya yang merangsang merupakan bantuan yang tidak kecil buat Ya Ya Ie karena adanya tujuh gadis tersebut, berarti daya rangsang buat Kwang Tan semakin kuat.
Kemana saja Kwang Tan memandang, untuk mengelakkan matanya dari pandangan
dan memuakkan hatinya, juga sangat
yang menjijikkan
merangsang itu, selalu dilihatnya salah seorang wanita yang bertelanjang. Benar2 kali ini Kwang Tan menghadapi cobaan yang membuat dia tidak berdaya lagi dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Gunturnya, semakin serangannya dengan ilmu pukulan lama juga semakin lemah, karena
pikiran Kwang Tan waktu itu tengah kacau bukan main. Ya Ya Ie terus juga meniup serulingnya, semakin lama semakin halus, seperti suara ajakan tengah merayu.
Hebat memang cara Ya Ya Ie seorang gadis yang berusaha menguasai Kwang Tan, pemuda itu pun merasakan bahwa ia hampir tidak tahan dengan keadaan yang dihadapinya.
Hatinya berdegup keras, pikirannya mulai dibayangi oleh perasaan yang kurang baik menjurus ke porno, dan ia sendiri merasakan sepasang tangannya seperti sudah tidak menuruti perintah hatinya keseluruhannya, karena kedua tangan itu berulang kali hendak membuka bajunya.
Kwang Tan mengeluh, jika memang ia dirubuhkan Ya Ya Ie, niscaya ia akan rubuh dengan sia-sia dan percuma, hina dan rendah sekali.
Karena jika ia rubuh, bukan sekedar rubuh dalam suatu pertempuran belaka, ia rubuh tentu akan melakukan suatu yang hina dan rendah sekali, inilah yang mengerikan Kwang Tan.
Rangsangan seperti itu, yang merupakan cumbu rayu setan yang menakutkannya, membuat Kwang Tan tidak hentinya masih berusaha untuk mengempos sinkangnya, guna melawan terjangan pengaruh dari rangsangan seruling wanita itu.
Di saat itu, keempat orang Lhama itu, mereka dalam keadaan lemas. Tapi mereka dalam keadaan sadar,
karenanya, mereka bisa melihat pemandangan yang membuat mereka "asik" sekali.
Mereka memang memiliki sinkang yang tinggi, tapi mereka tidak bermaksud untuk membendung pengaruh seruling dari Ya Ya le karena memang begitu terpukau melihat tubuh yang mulus dan putih bersih, seperti kapas
atau salju, betapa tengah menari2 dalam keadaan merangsang sekali, maka keempat Lhama itu tidak kuat lagi menahan hatinya, gugurlah imannya, karena waktu itu juga, dengan langkah kaki yang lesu dan lemah, mereka berdiri dan ikut menari perlahan-lahan, dan juga mereka telah menghampiri gadis2 itu.
Tahu2 mereka telah memilih salah seorang gadis untuk mereka masing2, jadi empat orang gadis, Mereka bergulingan di atas tanah Siang-siang para Lhama itu telah membuka pakaian mereka.
Dan juga, mereka mendengus keras sekali dengan napas yang memburu, Di samping itu ketiga orang gadis lainnya yang tidak kebagian telah menyerbu kepada mereka juga, kepada Lhama2 itu, karena mereka telah berusaha untuk merebut Lhama tersebut dari tangan kawan mereka.
Mereka telah di kuasai oleh pengaruh yang bukan main kuatnya, yang begitu merangsang. Mereka lupa sama sekali apa yang mereka lakukan, benar-benar perbuatan yang sangat rendah dan hina sekali, suatu perbuatan yang benarbenar akan membuat mereka bunuh diri jika memang
mereka menyadari apa yang mereka lakukan itu.
Karena itu, jika saja suara seruling itu tidak mempengaruhi mereka, tentunya mereka tidak terpengaruh sehebat itu.
Ya Ya le hanya bersorak didalam hatinya, karena ia girang sekali menyaksikan semua itu. Hatinya girang, karena dengan menyaksikan apa yang ada di hadapannya terangsang, tiupan merangsang.
Dan juga, yang celaka adalah tujuh gadis itu dengan empat orang Lhama mereka jadi "buas" sekali, karena mereka di waktu itu telah menjadi binatang-binatang jalang!"
Demikian juga halnya dengan Kwang Tan semakin lama itu, membuat ia sendiri sangat serulingnya jadi semakin hebat merangsang, membuatnya oleh nafsu berahinya, ia suara seruling itu, semakin
benar2 jadi tersiksa sekali merasakan tidak lama lagi tentu ia akan dipengaruhi oleh suara serulingnya Ya Ya Ie.
Bahkan di waktu itu tampak Kwang Tan mulai gugur imannya, pemandangan yang disaksikannya, di mana empat orang Lhama bergumul dengan tujuh gadis cantik
diatas tanah, membuat ia tidak dapat menahan segalanya.
Dengan muka yang merah padam dan juga dengan sikap yang tegang dipengaruhi oleh nafsunya, ia melangkah satu demi satu mendekati Ya Ya le.
Sedangkan Ya Ya le memasang aksi yang lebih merangsang sambil terus meniup seruling malah Ya Ya Ie telah mulai duduk, agak merebahkan tubuhnya di atas rumput. Terus juga ia meniup serulingnya, menantikan Kwang Tan.
Kwang Tan benar2 sudah tidak tahan karena itu, segera juga lenyap segala persiapannya untuk dapat mengendalikan diri, pemandangan yang disaksikannya, empat lhama itu, dengan tujuh gadis itu, yang berdengus buas sekali membuat Kwang Tan jadi lenyap seluruh perbentengannya.
juga rambutnya digelung berwarna biru.
Diwaktu itu, ia tengah tubuhnya melesat dengan lincah namun para pengejarnya pun memiliki ginkang yang tinggi, sehingga dapat mengejarnya dengan cepat.
Gadis itu tampaknya hendak meloloskan diri dari kejaran para pengejarnya.
Namun para pengejarnya tidak mau membiarkan gadis itu lolos dari kejaran mereka.
Juga suara mereka berisik sekali dalam pengejaran itu. Senjata mereka sering di acungkan untuk menyerang, jika memang mereka sudah dapat mengejar lebih dekat pada gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena memang tampaknya ia sudah tidak kuat lagi buat mempertahankan dirinya...dengan muka yang memerah panas, mata yang memandang aneh, dan Kwang Tan pun merasakan tubuhnya menguap seperti sedang mengeluarkan uap yang panas sekali, ia melangkah setindak demi setindak menghampiri Ya Ya le, yang tengah menelentang itu, napas
Kwang Tan panas dan memburu keras....tangannya pun telah bergerak2 untuk membuka pakaiannya sendiri....!
ooooo)OdwO(ooooo
DILUAR mulut lembah terpisah belasan lie tampak belasan orang yang berpakaian seragam kerajaan, sebagai tentara kerajaan, mereka pun membekal senjata tajam, tengah berlari2 mengejar seseorang.
Orang yang di kejarnya adalah seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan wajah yang manis sekali, cantik dan dua dengan bajunya yang
berlari dengan cepat sekali, Gadis tersebut sendiri mencekal sebatang pedang di tangan kanannya, yang siap akan dipergunakannya jika saja para pengejarnya itu berhasil mengejarnya.
Rupanya, dugaan gadis itu, bahwa ia tidak bisa meloloskan diri dari para pengejarnya itu benar juga, karena dikala itu, memang tampak beberapa pengejarnya berhasil mengejarnya jauh lebih dekat dari yang lainnya.
Malah dua orang di antara mereka teluk melepaskan senjata rahasia.
Gadis itu merasakan berkesiuran angin serangan yang tajam dan sangat kuat. ia berkelit.
Cuma saja, akibat ia sejenak, walaupun hanya berkelit, larinya jadi terhenti beberapa detik, tokh hal ini merupakan kesempatan yang sangat besar buat para
pengejarnya, beberapa orang pengejarnya yang paling depan malah telah berhasil menyandak si gadis, mereka menghadang dan mengurung gadis itu,
Gadis itu berhasil menghindarkan diri dari serangan senjata rahasia, akan tetapi lekas ia mengeluh juga, sebab
para pengejarnya telah
berhasil mengurung dan menghadangnya, jelas ia sudah tidak memiliki kesempatan buat meloloskan diri lagi. Dilihatnya, betapa sisa dari para datang dekat, tidak lama lagi tentu mengepung, guna mengeroyoknya.
Dikala itu, si gadis sudah tidak memiliki pilihan lain, maka sambil berseru nyaring, tubuhnya berkelebat sangat cepat, dia telah kepada beberapa bermaksud untuk menerobos penghadangan orang-orang itu.
pengejarnya telah
mereka akan bantu
menyerang dengan pedangnya bertubi2 orang penghadangnya itu, karena ia Tapi para tentara itu pun telah melakukan perlawanan dengan senjata mereka yang menyambar2 dengan cepat dan kuat, karena sebagian dari mereka telah berusaha menangkis pedang si gadis, sedangkan waktu itu beberapa orang lainnya telah membacok dan menikam kepada si gadis.
Gadis itu lincah, hanya saja ia dikeroyok demikian banyak lawan, membuatnya jadi tidak dapat bergerak leluasa, ia terdesak.
Terlebih lagi di saat itu, tentara yang lain telah datang dan tiba ditempat itu, tujuh orang tentara yang ketinggalan tadi telah ikut, maju mengeroyok. Maka gadis tersebut semakin terdesak juga.
Dengan begitu, gadis ini jadi mengeluh didalam hati, ia berpikir keras karena ia hendak mencari jalan keluar, agar dapat menghadapi lawan2nya itu.
Begitulah, terdengar suara bentakan yang bengis dari para tentara kerajaan itu, Ada yang menganjurkan agar gadis ini menyerahkan saja baik2, karena kalau sampai tubuhnya terluka, tubuh yang begitu halus, dengan wajah yang cantik, tentu akan rugi sendiri.
Ada juga yang mengejek. Ada yang memaki dengan kata2 yang kotor, Gadis itu jadi kalap bukan main.
Walaupun ia terdesak, tokh kenyataannya ia masih terus melakukan perlawanan yang gigih.
Lewat beberapa jurus, bahunya terluka ringan, bajunya robek dan kulitnya tergores sehingga mengeluarkan darah. Tapi luka pada bahunya itu membuat si gadis jadi kalap, ia berseru nekad, dengan pedang yang diputar cepat sekali, ia menyerang beruntun, menikam dan menabas berulang kali.
Dengan demikian telah membuat para tentara kerajaan itu tidak dapat mendesaknya buat sementara waktu. Tapi mereka tetap mengepung ketat sekali, karena memang mereka tidak mau membiarkan gadis itu meloloskan diri dari kepungan mereka, terlepas seperti tadi.
Gadis itu terus juga mengamuk seperti seekor singa yang terluka, napasnya memburu keras. Ia menyadarinya, jika saja keadaan seperti ini berlangsung lebih lama lagi, tentu ia akan rubuh dengan sendirinya, sebab ia akan kehabisan tenaga.
Ia berpikir keras, sambil mengamuk seperti itu ia berusaha mencari kesempatan buat dapat menyingkirkan diri dari kepungan lawan-lawannya itu.
Waktu itu, terlihat para tentara kerajaan mulai memperketat lagi kepungan mereka, sebab mereka melihat si gadis telah bernapas memburu, dan juga telah lemah seperti kehabisan tenaga. Karena itu, mereka bermaksud mempergunakan kesempatan ini buat cepat2 merubuhkan si gadis dan menawannya.
Gadis itu mengeluh, hampir saja ia menangis karena bingung dan marah. Sambil diiringi dengan seruan nyaring, segera juga pedangnya diputar sekeliling dirinya buat melindungi dirinya.
Dikala itu terlihat, belasan tentara kerajaan memperhebat serangan mereka.
Sedangkan gadis itu merasakan matanya semakin lama jadi semakin berkunang2, dan juga tubuhnya mulai lemas tidak bertenaga, sebab tenaganya mulai habis, pedangnya sudah tidak dapat diputar dengan rapat seperti tadi.
Dua kali pedangnya terbentur dengan senjata lawannya dan ia merasakan telapak tangannya itu pedih sekali, pedangnya itu hampir saja terlepas dari cekalannya.
Para tentara kerajaan itu mengeluarkan ejekan yang semakin kotor, membuat gadis ini benar2 jadi gusar tidak terkira.
Dengan segera ia menggerakkan pedangnya mengempos seluruh sisa tenaganya, ia menikam salah seorang tentara yang ada di hadapannya, karena ia bermaksud hendak mengadu jiwa dengan lawannya.
Pedang itu meluncur kearah lawannya, tapi golok lawannya menangkisnya dengan keras.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tranggg !" pedang itu terpental dan terlepas dari cekalan tangan sigadis.
Muka gadis itu berobah jadi pucat.
"Hahaha !" banyak tentara kerajaan itu tertawa dengan suara yang mengejek. "Sekarang engkau harus menyerah secara baik2, karena kami tidak bermaksud ingin mempersakiti engkau! Tapi jika engkau menimbulkan kesulitan. hemmm, hemmm, tentu kamipun tidak akan
berlaku sungkan lagi !"
Sambil berkata begitu, beberapa orang tentara kerajaan tersebut telah maju mendekati sigadis.
Sedangkan sigadis tampaknya jadi gugup, ia telah kehabisan tenaga, ia mundur dengan muka yang berobah pucat karena bingung dan marah.
Waktu ia mundur seperti itu, justeru beberapa orang tentara kerajaan yang dibelakang nya telah maju tahu2 mengulurkan tangan mereka mencengkeram ramai2 lengan sigadis.
Gadis itu tersadar dikala ia merasakan tangannya dicekal oleh para tentara kerajaan tersebut, ia berusaha meronta, akan tetapi ia tidak berhasil, membuat para tentara kerajaan tersebut tertawa bergelak-gelak, merekapun mengeluarkan kata2 yang kotor.
Si gadis mengeluh.
Dengan ditawannya dia, berarti dia tidak akan berdaya lagi mengadakan perlawanan. Apalagi sepasang tangannya seketika diikat oleh tali yang tebal sekali.
Pasukan tentara tersebut rupanya seorang yang kasar dan juga berjiwa rendah, dia mencolek2 pipi dan dada si gadis. Bukan main murkanya si gadis, jika memang diwaktu itu ia memperoleh mempergunakan mempergunakan kebebasannya, pedangnya,
pedangnya buat sehingga dia bisa niscaya dia akan menikam mati tentara
tersebut. Dengan kasar ia didorong agar jalan, untuk dibawa kembali ke kotaraja.
Dikala itu, dari arah depan berlari-lari seseorang yang cepat sekali. Suara siulannya terdengar nyaring, Tidak lama kemudian orang itu telah tiba di depan para tentara kerajaan tersebut, dan ia seorang laki2 bertubuh cebol.
Namun cara berpakaiannya sebagai seorang tojin, tojin itu memiliki muka yang seperti kanak-kanak sepasang tangannya juga pendek-pendek.
"Ihhhh!" para tentara itu mengeluarkan seruan kaget, tapi mereka cepat-cepat bersiap sedia, karena mereka tampaknya mengetahui siapa adanya tojin cebol itu.
"Mi Liang Tojin, jangan ganggu kami !" kata pemimpin tentara itu dengan suara yang tawar. "Hemmm, memang pinto tidak bermaksud mengganggu kalian !" menyahuti tojin tersebut. "sekarang kalian bebaskan gadis itu !"
Pemimpin tentara itu tertawa dingin.
"Mi Liang Tojin, tampaknya engkau tidak takut lagi pada hukum kerajaan, tahukah engkau, jika memang kau mengganggu kami, berarti engkau mencari2 urusan dengan Kaisar.!"
Tampaknya pemimpin tentara itu bermaksud menggertak tojin itu dengan nama Kaisar.
Tapi Mi Liang Tojin tertawa dingin. "Hemmm, aku tidak perduli siapa yang ingin kau tampilkan buat menggertakku" Aku tidak takuti Kaisar! Tidak takut juga para Raja Langit atau juga Raja Laut, Dengan demikian jika memang kalian tahu diri, ayo bebaskan gadis itu?"
Sambil berkata begitu, segera juga ia mengibaskan lengan bajunya.
Para tentara kerajaan itu menduga tojin itu menyerang mereka, semuanya bersiap2. Akan tetapi tojin itu cuma mengibaskan tangannya belaka, sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, ia tidak menyerang.
"Ayo cepat bebaskan gadis itu ! Mengapa kalian cuma bengong saja"!" bentak tojin itu dengan nyaring, "Apakah menanti pinto turun tangan"!"
Muka pemimpin tentara itu berobah, ia memang tahu tojin ini memiliki kepandaian yang tinggi, Tapi biar bagaimana ia juga merasa malu di hadapan anak buahnya kalau menyerah begitu saja.
Mukanya berobah merah sejenak, kemudian dia tertawa dingin, katanya dengan tawar: "Baiklah Mi Liang Tojin, jika memang engkau tidak mau menyingkir, kami akan menerjang membuka jalan!"
Tojin cebol itu tertawa bergelak-gelak.
"Hahaha, rupanya kau telah makan nyali harimau sehingga berani membentur aku"!" katanya dengan suara yang mengejek, lalu ia melompat, tubuhnya yang cebol itu seperti bayangan belaka, telah melayang dengan kedua tangan yang bergerak sangat cepat mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
"Praangggg...! Prangggg !" Terdengar beberapa kali suara yang nyaring itu, Entah beberapa batang senjata dari para tentara kerajaan itu telah terpental dan terlepas dari cekalan tangan mereka masing2, dan malah tubuh empat orang tentara kerajaan telah terpelanting dan bergulingan ditanah.
Bukan main murkanya pemimpin tentara kerajaan itu, ia memang takut, akan tetapi ia pun tidak mau mengalah begitu saja. Maka ia memberikan isyarat lagi kepada anak buahnya dimana tampak mereka serentak menerjang dengan senjata masing2.
Tojin cebol itu tertawa dingin dan tampak kedua tangannya digerakkan.
Terdengar suara jeritan yang menyayatkan karena beberapa orang tentara kerajaan yang terkena serangan telapak tangan lojin cebol itu seketika jadi terpental dan ambruk di tanah tanpa bergerak lagi, karena diwaktu itu mereka pingsan tidak sadarkan diri.
Pemimpin tentara kerajaan itu tampaknya ciut nyalinya, dengan
membawa sigadis baju biru, ia bermaksud menyingkirkan diri, Tojin itu tidak mengejarnya, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tangan kanannya, ia menyentil sebutir batu kecil. Batu itu melesat sangat cepat sekali, akan tetapi yang hebat batu itu menyambar dengan disertai oleh kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
"Tokk!" punggung dari pemimpin tentara kerajaan yang kena tertotok.
Tubuhnya seketika terjungkel bergulingan di tanah, ia pun menjerit jerit. Si Tojin cebol tidak memperdulikan tentara kerajaan itu,
ia membangunkan si gadis kemudian di tuntunnya, diajak untuk memasuki lembah itu.
Mereka berlari2 dengan cepat sekali, dan ketika hampir mendekati mulut lembah, justeru mata si tojin cebol itu melihat sesuatu di kejauhan, orang-orang yang bertelanjang bulat dan tengah bergumul, laki perempuan.
Tojin itu mengeluarkan seruan tertahan. Si gadis heran, ia pun memperhatikan kearah mulut lembah yang diawasi tojin itu, ia menjerit kaget dan malu, mukanya cepat2 ditutup dengan kedua tangannya, matanya juga di pejamkan rapat-rapat.
Dan ia memutar tubuhnya buat menjauhi diri. Tojin itu tertawa.
"Mengapa harus bersikap seperti itu " Bukankah, tadi engkau telah terlanjur melihat "!" Tojin cebol tersebut tidak meneruskan perkataannya, karena di waktu itu ia telah menyaksikan betapa seorang pemuda, yang tangannya perlahan-lahan dengan sikap yang tegang tengah membuka pakaiannya, berjalan menghampiri
wanita telanjang yang tengah rebah dengan meniup seruling.
Suara seruling itu juga telah didengar oleh tojin tersebut. Suara seruling yang mengandung kekuatan sinkang dan pengaruh yang merangsang.
Tojin tersebut tersenyum, ia menjejakan kedua kakinya, tubuhnya segera melesat kedepan. Tahu-tahu ketika tubuhnya meluncur turun, ia menghantam dengan tangan kanannya.
Telapak sinkang yang dahsyat sekali, menyambar kepada wanita telanjang yang tengah meniup seruling itu.
Bukan kepalang kagetnya Ya Ya Ie. Sebenarnya ia tengah senang bukan main melihat Kwang Tan telah
berhasil dipengaruhinya dan
telah membukai bajunya, maka ia hanya menanti, dan tiupan serulingnya semakin lama terdengar jadi semakin merdu dengan irama yang semakin merangsang, semakin perlahan.
Seperti bisikan seorang gadis yang tengah terangsang oleh birahi.
Akibat pukulan dari tojin cebol itu, yang datangnya begitu mendadak sekali, membuat Ya Ya Ie jadi kelabakan juga, ia tengah mencurahkan seluruh perhatiannya pada Kwang Tan dan tengah girang.
Karena itu, ia tidak memperhatikan kedatangan dari Mi Liang Tojin. Hanya tahu2 tenaga serangan Mi Liang Tojin telah datang dekat sekali.
Segera juga ia mengelak.
Karena melompat berkelit ia tidak meniup serulingnya beberapa kali.
tangan kanannya itu mengandung kekuatan Kwang Tan seperti baru tersadar dari mimpinya. Karena suara seruling itu lenyap selama beberapa detik, ia terlepas dari pengaruh hitam Ya Ya Ie.
Sedangkan gadis2 yang bertujuh itu juga tersadar. Mereka kaget tengah bergumul dengan keempat Lhama itu. Mereka menjerit kaget se-jadi2nya dan meronta.
Tapi Ya Ya Ie segera meniup pula serulingnya, sambil tubuhnya me-liuk2. Diwaktu itu, keempat Lhama itu dan tujuh orang gadis itu, bergumul lagi, sinkang tujuh orang gadis itu memang masih rendah, maka mereka dapat dipengaruhi lagi.
Berbeda dengan Kwang Tan. Begitu ia terlepas beberapa detik dari irama seruling tersebut, seketika ia mengempos semangatnya, sehingga ia tidak terpengaruh lagi.
Cuma saja ia jadi kaget dan malu, memperoleh kenyataan sebagian dari pakaiannya telah dilepaskannya. Tapi Kwang Tan tidak memiliki kesempatan buat mengambil pakaiannya itu.
Ya Ya le terus juga meniup serulingnya dimana irama serulingnya itu semakin lama jadi semakin Dalam keadaan seperti itu, tampaknya memperoleh kesulitan, karena pemusatan walau pun ia telah mengepos seluruh kekuatan tenaga dalamnya, tetap saja tidak bisa menjadi satu dan selalu buyar.
Jika memang pamusatan pikirannya buyar lagi, maka akan menyebabkan ia akhirnya terpengaruh lagi oleh suara seruling itu yang sangat merangsang.
Mi Liang Tojin, berseru: "Kerahkan pernapasan kejalan Cit-hiat, kemudian juga jalan darah Mo hiat dibuntu, merangsang. Kwang Tan
pikirannya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disalurkan sinkang kejalan Liong hiat !" Berseru Tojin itu yang di tujukan buat Kwang Tan. Sedangkan sambil berseru seperti itu. Mi Liang Tojin telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya dengan segera melesat dan menghantam lagi kepada Ya Ya Ie.
Ya Ya le telah meniup serulingnya dengan mengerahkan ilmu-hitamnya, akan tetapi tetap saja ia tidak berhasil untuk mempengaruhi tojin cebol itu.
Mi Liang Tojin sama sekali tidak terlihat tanda-tandanya akan terpengaruh, ia malah dapat menyerang terus bertubitubi.
Di kala itu Kwang Tan yang mendengar anjuran dari Tojin cebol itu, seketika mencobanya. Benar saja, setelah ia menuruti petunjuk dari lojin itu, ia merasa lagi. ia tidak terpengaruh lagi oleh suara seruling Ya
Ya Ie, ia pun dapat mengerahkan tenaga dalamnya dengan leluasa.
Girang dan berterima kasih Kwang Tan pada tojin cebol itu. Pertama-tama yang dilakukannya adalah mengambil pakaiannya yang tadi sempat dibuka dan di lemparkannya, ia memakainya kembali,
Lalu Kwang Tan berdiri sejenak buat menyaksikan Mi Liang Tojin yang tengah bertempur dengan Ya Ya Ie. Semakin lama Ya Ya Ie jadi terdesak, karena ia selalu
mengelak kesana-kemari dengan meniup seruling, sehingga ia tidak bisa memberikan perlawanan.
Dan akhirnya ketika melihat suara serulingnya sudah tidak membawa pengaruh lagi buat tojin itu juga Kwang Tan, ia berhenti meniup serulingnya dan mulai menyerang
dengan hebat kepada Mi Liang Tojin, setiap serangan nya mengandung maut.
Suara seruling telah lenyap, dan tujuh gadis yang tengah bergumul seru dengan keempat Lhama itu, jadi kaget dan tersadar dan mereka menjerit keras sekali, berusaha berdiri.
Bukan main malunya mereka, dan mereka pun murka sekali, Segera mereka mengambil baju masing-masing sambil menangis.
Mereka melakukan pengambilan baju mereka dengan ter
gesa2, ketika mereka mengenakan baju mereka kembali ternyata salah mengambil, karena mereka mengambil baju kawan mereka, sehingga tampaknya dengan salah baju yang yang lain ukuran ini membuat mereka semakin panik.
Tapi ini jauh lebih baik di bandingkan mereka harus bertelanjang terus seperti tadi.
Tanpa membuang waktu lagi, tujuh orang gadis itu segera juga melesat ringan meninggalkan tempat itu, terdengar isak tangis mereka, karena mereka tadi, di luar sadar telah melakukan suatu perbuatan yang mesum sekali, yang telah sempat mereka lakukan !
Keempat lhama itu juga tidak terpengaruh lagi oleh suara seruling, tapi mereka tidak menyesal, Malah yang mereka sesalkan mengapa suara seruling yang ditiup oleh Ya Ya Ie berhenti, sehingga mereka tidak bisa menikmati lebih jauh kemulusan tubuh tujuh orang gadis itu, yang kini telah pergi menghadang !
Keempat Lhama itu bangun berdiri. Mereka mengerahkan tenaga dalam mereka. Lancar kembali. Karena obat bubuk Kwang Tan telah lenyap pengaruhnya termakan oleh sang waktu.
Dengan segera keempat lhama itu mengenakan jubah mereka, tahu2, salah seorang diantara mereka, Lhama yang jadi pemimpin itu memberikan isyarat, segera keempat Lhama itu menerjang kepada Kwang Tan.
Walaupun perhatiannya tengah tercurahkan mengawasi jalannya pertempuran antara Mi Liang Tojin dengan Ya Ya le, akan tetapi Kwang Tan waspada.
Ketika mendengar menyambarnya angin serangan dari segala penjuru, mengelakkannya,
keempat Lhama biarpun sinkang mereka telah pulih, namun belum lagi pulih keseluruhannya.
Keempat Lhama itu setelah melompat mundur, dengan muka yang merah padam karena murka dan penasaran, segera melompat menyerang lagi. Mereka berlaku waspada
sekali, karena mereka tidak mau jika rubuh oleh obat bius Kwang Tan pula.
Sedangkan Kwang Tan melayani mereka dengan tenang, Satu kali, ketika ada kesempatan Kwang Tan malah berhasil menghantam telak sekali dada salah seorang
Lhama dengan salah satu pukulan Gunturnya.
"Bukkkk!" Tubuh Lhama itu terpental dengan dada yang hangus, Hanya saja, disebabkan Lhama itu memiliki latihan sinkang yang kuat, maka ia tidak terbinasa, ia hanya menggeletak ditanah sambil mengerang.
Ketiga orang Lhama lainnya segera menerjang pula kepada Kwang Tan, namun nyali mereka mulai ciut, mereka mengakui bahwa Kwang Tan memang seorang pemuda yang benar2 tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi karena biarpun mereka berempat dan masing2
Kwang Tan tanpa menoleh telah segera ia balas menyerang, memaksa itu harus melompat mundur, karena memiliki kepandaian yang tinggi, namun kenyataannya Kwang Tan bisa menghadapi mereka dengan baik sekali.
Dikala itu Mi Liang Tojin dengan Ya Ya le memang memiliki kepandaian tinggi, sedangkan Mi Liang Tojin juga berkepandaian tinggi, karena itu, mereka berdua bertempur berimbang.
Angin senangan kedua orang ini berkesiuran tidak hentinya, sampai satu kali Ya Ya Ie berseru: "Hati2 seranganku ini !" Dan seruling nya itu meluncur akan menyerang Mi Liang To jin. Tapi yang luar biasa, dikala seruling itu menyerang, justeru Ya Ya Ie melepaskan
cekalannya pada serulingnya.
Maka seruling itu Liang Tojin.
Mi Liang Tojin menyambar kuat sekali kedada Mi
terkejut, ia menyampok dengan tangannya.
Hanya saja, seruling itu seperti juga memiliki mata, sebab ia bisa merandek dan tahu-tahu menukik ke bawah dan telah menyambar keperut Mi Liang Tojin.
Hebat memang cara menyambar seruling itu, waktu Mi Liang Tojin menghindarkan diri, justeru seruling itu telah berobah arah lagi, menyambar pulang kepada Ya Ya le, sehingga Ya Ya Ie bisa menanggapi lagi serulingnya tersebut.
Begitu mencekal serulingnya, tubuh Ya Ya Ie yang bertelanjang bulat tersebut telah meluncur lagi untuk menotok beberapa jalan darah di tubuh Mi Liang Tojin.
Mi Liang Tojin sendiri tidak mau membuang2 waktu, ia segera balas menyerang dua kali, begitu ia mengelakan diri dari serangan Ya Ya Ie.
Tojin cebol ini juga telah mengetahui bahwa kepandaian lawannya ini memang tinggi, dan tidak boleh ia menghadapinya dengan setengah hati, jika memang ia kurang waspada, jelas ia akan terkena serangan lawannya itu tanpa ampun lagi, malah kemungkinan ia bisa mati atau juga terluka parah.
Dikala itu, Kwang Tan yang tengah menghadapi terjangan ketiga Lhama, sekonyong-konyong tubuhnya melesat, sambil menyerang sekaligus dengan kedua telapak tangannya.
"Dukkk, dukkkk, dukkkk !" tenaga ketiga Lhama itu saling bentur dengan tenaga dalam Kwang Tan, terdengar begitu keras sekali.
Tubuh Lhama-lhama itu mundur terhuyung karena mereka tidak kuat menahan hawa panas yang terkandung dalam pukulan Kwang Tan tersebut.
Malah salah seorang segera berjongkok menggendong kawannya yang terluka dan dadanya telah menghitam itu, buat dibawa kabur. Demikian juga dengan kedua Lhama lainnya, yang segera juga memutar tubuhnya, meninggalkan tempat itu.
Kwang Tan tidak mengejarnya, ia berdiam diri mengawasi jalannya pertempuran antara Mi Liang Tojin dengan Ya Ya Ie.
Waktu itu kedua orang yang tengah mengukur kepandaian itu tampaknya sama2 hebat
dengan demikian membuat Kwang
dan berimbang, Tan akhirnya bermaksud untuk menolongi.
Tanpa berpikir dua kali, ia menjejakkan kaki nya, tubuhnya seketika telah melesat ketengah udara bagaikan seekor burung rajawali, lalu meluncur turun dengan kedua tangannya yang menyambar kepada Ya Ya le,
Ya Ya Ie melihat dirinya. Cepat-cepat menjejakkan lagi kakinya, meninggalkan tempat itu. samarsamar masih terdengar ancamannya: "Nanti aku akan
mencari kalian buat menyelesaikan urusan ini....!"
Kwang Tan menghela napas, Memang luar biasa sekali wanita yang bertelanjang bulat itu, yang kepandaiannya memang tinggi sekali.
Mi Liang Tojin menghela napas, setelah melihat Ya Ya Ie menghilang, ia tertawa.
"Hemmm, engkau hampir saja menjadi korban Ya Ya Ie !" ujar Mi Liang Tojin.
Kwang Tan mengangguk.
"Ya jika memang Cinjin tidak segera datang menolongiku, tentu aku telah menjadi korbannya, melakukan perbuatan yang hina sekali. Terima kasih atas pertolongan locianpwe."
Mendengar perkataan Kwang Tan, Mi Liang Tojin, telah mengulapkan tangannya. "Jangan banyak peradatan... jangan banyak peradatan !" katanya kemudian "Walaupun tidak menyukai wanita itu keadaan yang tak menguntungkan
dia melompat mundur. Kemudian bagaimana, memang aku yang mengumbar nafsu
birahinya untuk menyempurnakan ilmu hitamnya.... jika memang ia berhasil melatih ilmu hitamnya itu, niscaya aku sendiri tidak akan sanggup buat menghadapinya !"
Kwang Tan mengangguk, kemudian tanyanya: "Bagaimana caranya locianpwe mengetahui bahwa wanita cabul itu tengah mengumbar kecabulannya disini "!"
Mi Liang Tojin seketika teringat seseorang ia menoleh. Dilihatnya gadis berbaju biru tengah mendatangi ragu2 kepadanya.
"ltulah dia !" tunjuknya kepada gadis itu, "Pinto baru saja menolongnya... dan kebetulan
lewat ditempat ini, menyaksikan urusan yang sangat memalukan itu, segera juga pinto turun tangan untuk menolongi dirimu. Cuma saja kasihan nasib ketujuh gadis itu, tampaknya mereka telah menjadi korban dari pengaruh seruling Ya Ya Ie! Dan juga, siapakah keempat lhama itu, tampaknya kepandaian mereka sangat tinggi sekali !"
Kwang Tan mengatakannya: "Jika tidak salah mereka adalah orang-orang Persia !"
"Hemm, pantas, mereka adalah orang2 asing, Tapi kepandaian mereka tidak boleh di pandang rendah...!" kata Mi Liang Tojin.
Kwang Tan mengangguk. "Ya...!" katanya kemudian, "Memang dilihat demikian, cukup banyak orang2 asing berkepandaian tinggi berkumpul di kotaraja!"
Bola mata Mi Liang Tojin menatap tajam sekali mengawasi Kwang Tan. "Kau tampaknya memiliki kepandaian yang tidak rendah, tidak berada di sebelah bawah kepandaianku
siapakah gurumu"!" tanya Mi Liang Tojin.
Kwang Tan ragu2, namun akhirnya ia menyahuti: "Maafkanlah locianpwe, sebenarnya.... guruku itu seorang yang tidak senang di sebut2 namanya !" kata Kwang Tan kemudian.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Ya sudahlah... memang banyak sekali tokoh2 Kangouw berperangai aneh... dan mereka umumnya tidak mau di sebut2 namanya..!"
Gadis berbaju biru itu telah sampai di dekat Mi Liang Tojin, ia melirik kepada Kwang Tan, pipinya segera terasa
panas, karena ia masih
ingat, betapa tadi pemuda ini hampir saja melakukan perbuatan mesum dengan wanita yang bertelanjang bulat dan bersenjata seruling itu. "Kau sebenarnya seorang yang memiliki masa depan sangat baik sekali !" kata Mi Liang tojin kepada Kwang Tan. "Karena itu, engkau harus lebih tekun untuk
memperdalam ilmumu, agar kelak engkau tidak dapat dipengaruhi lagi oleh ilmu hitam seperti yang dipergunakan Ya Ya Ie..!"
Malu Kwang Tan di tegur seperti itu, pipinya berobah merah dan panas, ia memberi hormat.
"Terima kasih atas nasehat locianpwe...!" "Memang boanpwe akan memperhatikan baik2 katanya. nasehat locianpwe, agar kelak boanpwe tidak terpedaya lagi oleh ilmu hitam seperti itu."
Sedangkan gadis berbaju biru telah berkata. "Locianpwe, aku ingin... ingin minta diri..." Mi Liang Tojin memperlihatkan sikap heran.
"Kau ingin kemana"-!" tanyanya.
"Ke lembah itu!"
"Hah"!"
Kau....!?" Kwang Tan pun heran.
"Ada sesuatu yang perlu ku urus."
"Tapi... kau mencari penyakit pergi kesana!" kata Mi Liang Tojin. "Tapi memang aku harus kesana untuk menyelesaikan urusan itu, apapun yang terjadi, aku harus memasuki lembah itu !" menyahuti si gadis.
"Urusan yang penting sekali ?"
Gadis itu mengangguk.
"Benar locianpwe.... urusan yang sangat penting dan tidak boleh ditunda-tunda !"
"Jika memang kau tidak keberatan," maukah engkau menceritakan kepadaku, urusan apa yang tengah kau urus itu ?" tanya Mi Liang tojin lagi.
"Urusan itu... urusan itu..."
Mi Liang Tojin tampak tertawa.
"Jika engkau keberatan memberitahukannya, ya sudahlah. Tapi seperti engkau ketahui, didalam itu terdapat perempuan cabul Ya Ya le tadi, yang kepandaiannya sangat tinggi.!"
Gadis baju biru itu menghela napas. "Tapi aku terpaksa harus memasuki lembah itu... urusan ini menyangkut dengan urusan seorang manusia.... keselamatan jiwanya maksudku ?"
"Hemmmm, kawanmu "!"
Gadis itu tampak malu, wajahnya berobah merah, namun akhirnya ia mengangguk.
"Ya...!" sahutnya kemudian. "Memang aku perlu menolongi seorang sahabat !"
Mi Liang Tojin melirik Kwang Tan, kemudian tertawa penuh arti, katanya: "Tentunya sahabat pria, bukan "!"
Muka gadis itu berobah merah lagi, ia segera juga mengangguk dengan kepala tertunduk.
"Benar, locianpwe....!" perlahan sekali suaranya.
Kwang Tan meragukan akan keinginan gadis itu, karena jika saja ia pergi memasuki lembah itu, niscaya akan menyebabkannya terancam bahaya.
"Apakah nona tidak bisa menunda kepergian nona kelembah itu "!" tanya Kwang Tan.
Gadis itu menggeleng "Kukira tidak bisa..."
"Tapi jika kau pergi kesana sama saja engkau mengantarkan jiwa dan membuang jiwa di sana.
"Akan kupertaruhkan jiwaku..!"
"Namun, jelas engkau bukan tandingan Ya Ya le !" kata Mi Liang Tojin.
Gadis itu menghela napas, wajahnya berobah jadi muram dan murung sekali.
"Ya locianpwe, memang aku mengetahui akan hal itu.,. Ya Ya le tentu akan membunuhku." "Lalu mengapa engkau memaksakan diri buat pergi kesana "!" tanya Mi Liang Tojin, sambil mengawasi gadis itu dengan tajam, begitu juga Kwang Tan.
"Karena aku telah bertekad, walaupun harus membuang jiwa, harus tetap memasuki lembah itu buat menolongi sahabat!" menyahut sigadis.
Mi Liang Tojin menghela napas.
"ltulah perbuatan yang harus dipuji, setia kawan yang tinggi sekali !" katanya.
Kwang Tan mengangguk-angguk.
"Ya, jika memang nona tidak keberatan, kami bisa mengantar nona masuk kedalam lembah itu !" "Terima kasih..!" kata sigadis sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, "lnilah untuk meminta pun aku tidak berani menyebutkannya !"
Kwang Tan girang gadis itu tidak menolak permintaannya, ia pun segera menoleh ke pada Mi Liang Tojin.
"Locianpwe, sesungguhnya aku pun tengah menghadapi urusan yang aneh sekali !" katanya kepada Mi Liang Tojin. "Urusan apa yang aneh itu "!" tanya tojin cebol tersebut sambil memperhatikan Kwang Tan. Kwang Tan segera menceritakan perihal surat yang diterimanya dari pelayan rumah penginapan yang katanya dari seorang gadis, yang, memintanya datang kelembah itu.
Muka si gadis baju biru berobah ketika Kwang Tan tengah menceritakan perihalnya itu.
"ltulah perbuatanku!" akhirnya si gadis bilang begitu Kwang Tan selesai bercerita.
Bola mata Kwang Tan bergerak dengan mata terbeliak heran, mengawasi gadis.
"Jadi... jadi nona yang menitipkan surat buatku "!" tanya Kwang Tan. Si gadis mengangguk.
"Benar.."
"Maksud nona ?"
"Aku... aku hanya ingin kau hati2, karena banyak tentara negeri yang mengincarmu, terutama sekali para pahlawan istana..!" menjelaskan si gadis.
Kwang Tan baru mengerti duduk persoalannya, ia mengangguk beberapa kali.
"Oh begitu "!" katanya kemudian, "Terima kasih atas maksud baik nona-! Tapi ada sesuatu yang belum kumengerti dan hendak kutanyakan, apakah nona bersedia menjelaskannya?"
"Apakah itu "!" tanya si gadis.
"Pesan agar aku datang kemari!" menyahuti Kwang Tan sambil mengawasi si gadis.
Gadis itu menunduk malu.
"Aku melihat kau memiliki kepandaian yang tinggi, karena para pahlawan istana saja tidak berani sembarangan turun tangan kepada mu! Maka dari itu, sengaja aku mengundang kau kemari, jika memang engkau tidak keberatan, sebetulnya... sebetulnya..."
Melihat si gadis tidak meneruskan perkataannya Kwang Tan semakin ingin mengetahui nya.
"Sebetulnya apa?" tanyanya.
"Sebetulnya aku pun hendak meminta bantuanmu, jika engkau tidak keberatan agar membantu aku membebaskan sahabatku itu...!" menjelaskan si gadis.
"Ohhh, begitu"!" Kwang mengangguk lagi, urusannya sekarang telah terang.
"Dan... kau sekarang bersedia membantunya?" tanya Mi Liang Tojin sambil tertawa.
Kwang Tan tersenyum.
"Tentu ! Tadi saja aku pun telah menyanggupi buat menolongi nona ini, locianpwe !" menyahuti Kwang Tan. "Baiklah ! Mari kita masuk kedalam lembah itu !" ajak Mi Liang Tojin.
"Tunggu dulu, locianpwe!" mencegah si gadis.
"Kenapa?" Kwang Tan dan Mi Liang Tojin telah menoleh menatap sigadis dengan heran.
"Didalam lembah itu bukan hanya terdapat Ya Ya Ie belaka, ia masih memiliki banyak kawannya yang berkepandaian tinggi, juga ditempat itu ada beberapa orang lainnya yang semuanya memiliki kepandaian tidak rendah, maka kita harus hati2, tidak bisa memasuki lembah itu secara berterang."
Mi Liang Tojin tersenyum.
"Tampaknya engkau mengenal keadaan dalam lembah itu dan juga mengetahui siapa2 yang berada didalam lembab ini, bukan !?" tanya Kwang Tan.
Si gadis mengangguk.
"Ya, memang aku mengetahuinya !" menyahuti si gadis dengan agak malu. Sedangkan Mi Liang Tojin dikeroyok oleh para tentara bertanya: "Tadi engkau kerajaan, sesungguhnya
mengapa kau bisa bentrok dengan mereka ?"
Si gadis ragu2, tapi kemudian dia menghela napas dalam-dalam dengan muka murung.
"Semuanya itu berpangkal urusan sahabatku yang sekarang berada didalam lembah ini." menjelaskan sigadis. "Maksudmu "!" tanya Mi Liang Tojin. "Sahabatku itu telah mencuri semacam benda mustika dari istana Kaisar, ia dikejar, tapi ia telah lenyap jejaknya, sedangkan aku diketahui
ditangkap. sebagai sahabatnya, maka akupun hendak
Namun aku memberikan perlawanan dan akhirnya telah berhasil ditawan oleh mereka. Beruntung
saja ada locianpwe yang segera turun tangan untuk menolongi aku !"
Mi Liang Tojin mengangguk mengerti, ia menghela napas, ia bilang: "Kalian
telah menceritakan sebab2 mengapa kalian bisa tiba disini. sekarang giliranku untuk menjelaskannya. Keberangkatanku kekotaraja sebetulnya merupakan perjalanan yang tidak menyenangkan karena aku sebetulnya lebih senang hidup mengasingkan diri, Namun memang pada dasarnya, aku harus melakukan pekerjaan besar, maka aku harus juga melakukan perjalanan."
"Urusan besar, locianpwe "!" tanya Kwang Tan dan gadis itu hampir berbareng.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Ya, urusan besar!" ia membenarkan. "Dan telah lama didalam rimba persilatan belakangan ini tersiar, telah muncul seorang utusan Bengkauw, yang tengah melakukan perjalanan ke kotaraja. Karena itu, aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku sengaja telah melakukan perjalanan ke Kotaraja !"
Kwang Tan tercekat didalam hatinya, ia bersikap lebih waspada, karena segera ia ingat bahwa ia belum mengetahui apakah Mi Liang Tojin ini sahabat atau lawan.
Mi Liang Tojin tersenyum, ia meneruskan ceritanya. "Tapi aku telah setengah bulan berkeliaran dikotaraja, orang yang kucari itu belum juga berhasil kujumpai. Sudahlah, biarlah aku tidak perlu mencarinya lagi !"
Kwang Tan mengawasinya.
"Locianpwe..." katanya ragu.
"Ya !"
"Apakah locianpwe tidak bermaksud mencari orang itu terus sampai bertemu "!" "Kukira, orang itu sulit dicari dan aku tidak mungkin bisa bertemu dengannya, Sudah setengah bulan aku berkeliaran dikotaraja, tapi aku tidak mengendus jejaknya!"
"Menurut cerita locianpwe, locianpwe memiliki urusan besar dengan orang itu. Sesungguhnya urusan apakah itu ?" tanya Kwang Tan kemudian.
Mi Liang Tojin bimbang, buat sejenak lamanya ia tidak memberikan jawabannya. Kwang Tan tersadar di tatap dan diawasi begitu oleh Mi Liang Tojin, ia segera merangkapkan kedua tangannya. "Maafkanlah locianpwe atas kelancangan boanpwe, tidak seharusnya boanpwe bertanya terlalu melit seperti itu...!"
Mi Liang Tojin tertawa. "Tidak apa2... tidak apa2.." katanya kemudian. "Tentu saja kau heran, karena sebelumnya aku mengatakan memiliki urusan besar, tapi lalu menganggap urusan selesai
begitu saja sebelum bertemu dengan utusan Bengkauw itu! Aku sesungguhnya ingin sekali bertemu dengan Kauwcu Bengkauw, yaitu Thio Bu Kie karena ada sesuatu yang perlu kupersembahkan kepadanya."
-ooo0dw0ooo Jilid 36 "LEWAT utusannya itu, tentu aku bisa diajak menemui Thio Bu Kie. Tapi memang sulit mencari jejak dari utusan itu terpaksa aku telah menunda maksudku itu, dan kupikir, ada baiknya aku pergi langsung saja buat menemui Kauwcu
Bengkauw Thio Bu Kie. Tentu tokoh2 Bengkauw yang kujelaskan perihal maksudku yang sangat penting, mereka akan mempertemukan juga aku dengan Kauwcu Bengkauw itu !"
Kwang Tan di liputi tanda tanya yang tidak terjawab olehnya, akan tetapi tidak bertanya lagi, karena ia kuatir disebut sebagai pemuda ceriwisan, yang telah bertanya melit sekali ingin mengetahui urusan orang lain.
Maka ia berdiam diri saja, memasang telinganya, Dikala itu tampak, betapa si gadis baju biru itu telah memandang tajam pada Mi Liang Tojin, dia bilang: "Locianpwe,
sebenarnya. apakah memang locianpwe ingin bertemu dengan utusan Bengkauw itu?"
Kwang Tan terkejut memandangi gadis tersebut, demikian juga halnya dengan Mi Liang Tojin. "Kau ?"
"Locianpwe belum menjawab pertanyaanku?"
"Apakah engkau tahu di mana adanya utusan Bengkauw itu?" tanya Mi Liang Tojin, Gadis itu mengangguk.
"Ya, Tapi locianpwe belum menjawab pertanyaanku yang tadi!" kata si gadis.
Mi Liang Tojin mengangguk segera.
"Tentu saja aku mau bertemu dengannya!" sahutnya dengan cepat. Gadis itu tersenyum.
"Sesungguhnya locianpwe tidak perlu mencarinya jauh2, karena dia berada di dekat locianpwe." menyahuti gadis itu kemudian dengan tersenyum,
Mi Liang Tojin terkejut, ia memandang heran tidak mengerti kepada si gadis, "Maksudmu?"
Sigadis tertawa, ia menunjuk kepada Kwang Tan.
"lnilah utusan dari Bengkauw....!" dia menjelaskannya, memberitahukan sambil tertawa.
Kwang Tan terkejut. tidak terkecuali juga buat Mi Liang Tojin. Kwang Tan terkejut karena gadis itu mengetahui dia adalah utusan dari Bengkauw, sedangkan Mi Liang Tojin sama sekali tidak menyangka bahwa si gadis akan menunjuk Kwang Tan.
Dengan tajam dia mengawasi Kwang Tan sedangkan Kwang Tan sendiri belum lagi mengetahui apakah maksud Mi Liang Tojin ini memang baik buat Bengkauw atau sebaliknya maka ia berdiam diri tidak memberikan reaksi dulu.
"Benarkah apa yang di katakan oleh gadis itu" "tanya Mi Liang Tojin kemudian sambil terus menatap kepada Kwang Tan.
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Mungkin nona itu hanya bergurau saja, locianpwe!" ia bermaksud menyangkalnya.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis itu tertawa. "Kau jangan menyangkal, aku telah mengetahui jelas, engkau adalah utusan Bengkauw. Hemmmmm, bukankah pahlawan istana selalu mengejarmu, untuk menawanmu?"
Kwang Tan terpojokkan, dia bilang: "Nona memang matamu sangat awas!" Setelah berkata begitu, Kwang Tan baru bilang kepada Mi Liang Tojin katanya.
"Locianpwe, apa yang dikatakan nona itu memang benar adanya! Ada urusan penting apakah locianpwe hendak mencariku?"
Sambil bertanya begitu, Kwang Tan mengawasi Mi Liang Tojin dengan terwaspada.
Mi Liang Tojin tidak segera menjawab, dia tertawa bergelak gelak.
"Ha, didepan tertawa. ku cari2 setengah mati, tidak tahunya berada
mata!" berseru Mi Liang Tojin setelah puas
Melihat sikap Mi Liang Tojin, tampaknya tojin ini memang tidak bermaksud buruk padanya, maka dari itu, segera juga agak lega hati Kwang Tan.
"Coba locianpwe tolong jelaskan, apa maksud locianpwe yang sebenarnya."
"Jadi memang kau benar utusan Bengkauw" Kwang Tan mengangguk, "Benar, locianpwe?" "Bagus! inilah namanya jodoh! Telah setengah bulan lamanya aku mencari2 engkau, tapi tidak juga bertemu!" setelah berkata begitu, tampak Mi Liang Tojin memandang sekelilingnya, dia baru meneruskan perkataannya: "Begini,
urusan ini menyangkut dengan kejayaan Bengkauw! Dulu secara kebetulan aku beruntung telah memperoleh sebuah peta yang menjelaskan diletakkannya harta kekayaan dari pangeran2 kerajaan yang lama, harta itu tidak ternilai harganya, dan aku bermaksud menyerahkan peta harta itu kepada Thio Bu Kie, Kauwcu
Bengkauw sekarang telah bangun
Bengkauw. Kudengar kembali mengadakan pengerahan, tentu saja memerlukan banyak sekali biaya, Jika memang harta karun itu bisa diperoleh Bengkauw, niscaya Bengkauw dapat berbuat yang lebih banyak lagi."
Kwang Tan kaget dan girang mendengar berita itu.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Kukira, aku bicara dari hal yang sebenarnya dan kau tentu bersedia nanti mengantarkan aku menemui Thio Bu Kie kauwcu, bukan?" tanya Mi Liang Tojin.
Kwang Tan segera merangkapkan sepasang tangannya, dia bilang: "Mewakili Kauwcu mengucapkan terima kasih atas maksud luhur locianpwe."
Mi Liang Tojin cepat-cepat memimpin Kwang Tan agar tidak memberikan penghormatan seperti itu.
"lnilah disebabkan akupun mengetahui bahwa Bengkauw melakukan perjuangan yang luhur !" kata Mi Liang Tojin, "Dan mudah2an saja harta karun itu memang bisa dipergunakan oleh Bengkauw untuk menunjang perjuangan yang berhasil..."
Kwang Tan girang bukan main, inilah yang benar-benar tidak di sangkanya. "Karena urusan ini sangat membantu nona ini menolongi melakukan perjalanan buat pergi menemui Kauwcu!" kata Kwang Tan.
Mi Liang Tojin setuju, "Berada di Kotaraja terlalu lama juga tidak ada gunanya!" katanya. Kwang Tan bersemangat sekali, dia menoleh kepada si gadis "Nona, siapakah kau sebenarnya, bolehkah kami mengetahui nama nona yang mulia?"
penting sekali, setelah sahabatnya, kita boleh
Gadis itu memandang Kwang Tan sejenak barulah dia menyahuti dengan suara yang perlahan: "Sesungguhnya aku dari pintu perguruan Go Bie Pay, hanya saja, aku tidak mencukur rambut menjadi nikouw, Dan bernama Lian Kie Lin."
"Nona Lian, mari kita mulai memasuki lembah ini, agar tidak terlalu membuang waktu!" ajak Mi Liang Tojin tidak sabar, Gadis itu mengangguk.
Mereka bertiga segera memasuki lembah, seperti yang telah di jelaskan oleh gadis itu, bahwa mereka tidak bisa
mengambil jalan berterang, karena di dalam lembah itu berkumpul cukup banyak orang2 tangguh, mereka mengambil jalan yang agak sulit, agar menghindarkan pertemuan dengan para orang2 sakti yang berada didalam lembah.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tidak jeri, mereka sebenarnya mau masuki lembah itu dari depan! Tapi Lian Kie Lin tidak menyetujuinya. Gadis itu lebih senang jika mereka memanjat tebing dari samping, untuk memasuki lembah.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tidak menolak lagi permintaan si gadis, merekapun telah memanjat tebing, dengan mudah mereka tiba di dalam lembah.
Kepandaian mereka memang tinggi sekali Walaupun Lian Kie Lin memiliki kepandaian
Kwang Tan atau Mi Liang Tojin, ginkang yang mengagumkan.
yang tidak setinggi namun ia memiliki
Setelah berada didalam lembah dibalik lembing, ternyata tempat itu mereka lihat merupakan sebuah taman bunga yang teratur dengan sangat rapi sekali. Tentunya kebun bunga ini dirawat oleh tangan manusia.
Segera juga Kwang Tan dan kawannya menduga, pasti di sekitar tempat ini ada orang yang berdiam dan tentu penghuninya salah seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Waktu Mi Liang Tojin hendak menyelidiki keadaan tempat itu, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa mengejek.
Tapi mereka tidak melihat seorang manusiapun juga di sekitar tempat itu.
Kwang Tan mendengar suara tertawa itu berasal dari balik pohon bunga, ia mencelat kesana.
Tapi Kwang Tan kecele, di sana tidak terlihat orang, karena seekor binatangpun tidak nampak.
Segera juga Kwang Tan dan Mi Liang Tojin serta Lian Kie Lin berwaspada.
"Hmm!" kembali terdengar suara tertawa dingin, tapi dari arah barat, berbeda tempat dari yang tadi.
Kembali Kwang Tan, malah sekarang bersama Mi Liang Tojin, telah mencelat kesana.
Tetap saja tidak terlihat seorang manusia pun juga, sepi dan sunyi sekali. "Hmmm!" terdengar lagi suara tertawa mengejek, sekarang dari sebelah timur, Cepat sekali Kwang Tan tidak membuang waktu, Begitu mendengar suara tertawa mengejek itu, segera ia melesat. Tetap saja dia tidak melihat seorang manusia pun.
Terdengar suara mengejek dari sebelah Utara.
Begitulah mengejek itu bergantian, semakin lama suara tertawa semakin terdengar jelas dan berpindah 2 tempat, gencar bukan main. Tentu saja Kwang Tan bertiga terkejut. Hal itu membuktikan orang yang tertawa mengejek itu memiliki ginkang yang sangat tinggi dan mahir sekali.
Kwang Tan bertiga memiliki mata yang awas dan kepandaian tinggi, tapi mereka masih tidak bisa melihat orang yang tertawa mengejek itu, yang selalu berpindahpindah tempat.
Mi Liang Tojin merangkapkan kedua tangannya, sambil tertawa ia bilang. "Maafkan atas kelancangan kami bertiga yang telah berkunjung tanpa di undang ketempat tuan, aku si tua bangka yang sudah mau mampus, tojin yang tidak
pernah liamkheng, Mi Liang Tojin, dengan ini memohon bertemu dengan tuan rumah."
Sunyi sekali, cuma suara Mi Liang Tojin belaka yang bergema.
"Hmmm!" terdengar lagi suara tertawa dari sebelah timur, lalu menyusul terdengar di barat, utara dan selatan. Mi Liang Tojin jadi habis sabar.
"Baiklah, jika memang demikian cara menyambut tamu, kami pun tidak bisa memaksa agar penyambutan tamu yang jauh lebih baik lagi!"
Setelah berkata begitu, tampak Mi Liang Tojin menoleh kepada Kwang Tan, katanya: "Hmmm, rupanya kedatangan kita di tempat ini memang tidak disukai oleh mereka!"
Baru saja berkata sampai disitu, terdengar suara tertawa dingin lagi, dan tampak dikala itu sesosok bayangan meluncur dengan cepat sekali, dibarengi juga dengan tangan kanannya yang telah bergerak menghantam.
"Dukkk!!" Mi Liang Tojin menangkisnya. Hebat kesudahan dari tangkisan tersebut, karena di saat saat seperti itu memang terlihat jelas sekali, tenaga dalam Mi Liang Tojin berimbang dengan orang itu, tangan mereka saling bentur dengan kuat sekali.
Sedangkan sosok tubuh itu, setelah gagal merubuhkan Mi Liang Tojin, segera juga ia membarengi menyerang kepada Kwang Tan.
Apa yang dilakukannya itu memang sangat cepat sekali, sehingga tangannya berobah menjadi berapa tangan.
Kwang Tan menangkis dengan ilmu Pukulan Gunturnya.
Memang mereka berdua sama2 terpental beberapa tombak, tapi kesudahannya orang itu yang menjerit kaget. Rupanya ia sama sekali tidak menyangkanya bahwa Kwang Tan memiliki tenaga yang begitu panas dan juga telah menyesakkan pernapasannya, angin pukulan yang seperti api tersebut membuatnya benar-benar jadi seperti terbakar.
Mi Liang Tojin telah berdiri tetap dan melihat orang itu adalah seorang laki2 berusia delapan puluh tahun lebih, telah tua dan juga mukanya dipenuhi oleh kerut keriput.
Di samping itu tubuhnya kurus kering. Rambutnya maupun jenggot dan kumisnya memang telah putih semuanya.
Dalam keadaan seperti itu, telah Tojin segera bisa menduga, bahwa seorang memiliki kepandaian tidak boleh diremehkan.
Tadi saja, waktu mereka saling mengadu kekuatan Iwekang, telah membuatnya terhuyung, dan hampir saja jadi terdesak dengan hebat. Untung saja Mi Liang Tojin membuat Mi Liang
orang ini tentunya memang memiliki sinkang yang kuat, dengan demikian ia berhasil untuk mengekang dirinya dan mengendalikan kuda-kuda kedua kakinya tidak sampai rubuh terguling.
Kwang Tan sendiri merasakan, betapa tangannya pedih sekali ketika membentur tangan orang itu.
Hawa panas yang meluncur keluar dari tangan Kwang Tan justeru membuat orang tersebut melompat dengan tubuh yang gesit sekali, kemudian dia berdiri tegak, memandang dengan sepasang mata yang sangat tajam, tampaknya dia sangat heran sekali.
"Apakah engkau murid dari si Manusia Tidak Berumah?" tanyanya dengan suara tawar. "Ya!" mengangguk Kwang Tan. Memang gurunya digelari sebagai Manusia Tidak Berumah. "Apakah Locianpwe kenal dengannya?"
Mendadak saja orang itu tertawa bergelak gelak dengan sikap yang angkuh.
"Manusia Tidak Berumah mana pantas menjadi sahabatku?" katanya kemudian dengan sikap yang sombong sekali. "Hemm, hem, dengan engkau ingin mempersamakan kedudukan ku dengan gurumu, apakah kau cukup berharga buat bercakap-cakap dan lancang memasuki tempatku ini ?"
Muka Kwang Tan berobah merah, ia tertawa, kemudian katanya: "Ya, memang boanpwe mengakui telah lancang datang kemari. Tetapi boanpwe mempunyai suatu urusan !"
"Mempunyai suatu urusan?" Tanya orang itu sambil membuka matanya lebar-lebar.
Kwang Tan mengangguk.
"Ya !" sahutnya kemudian sambil mengangguk beberapa kali lagi, ia mengharapkan orang tua itu mau mengerti dan tidak tersinggung karena dia dianggap sebagai seorang yang telah lancang datang ketempat ini.
Terlihat orang itu telah tertawa dingin. dia bilang: "Urusanmu adalah urusanmu, bukan urusanku!" Dingin sekali suaranya, "Sekarang yang hendak kubicarakan,
adalah kesalahanmu..kau telah demikian lancang, berani memasuki tempatku, maka engkau harus mempertanggungjawabkannya..!"
Setelah berkata begitu, segera juga terlihat betapa ia telah bersiap2 hendak menerjang lagi, Kwang Tan pun bersiap2. Orang tua itu melangkah mendekatinya, sampai terpisah
cuma satu tombak saja, dengan sikap yang mengancam sekali.
Karena tampaknya memang ia bermaksud hendak segera menyerang, kalau memang Kwang Tan memberikan jawaban yang tidak menyenangkannya.
Sedangkan Kwang Tan berusaha terjadinya pertempuran diantara mereka. "Kami datang kemari hanya ingin sahabat," menyahuti Kwang Tan dengan suara perlahan dan sikap menghormat
"Melihat sahabat?" tanya orang itu kaget.
"Ya!" Kwang Tan mengangguk.
"Siapa sahabatmu itu?" tanyanya lagi, Kwang Tan menoleh kepada si gadis, Gadis itu tersenyum, dia bilang: "Tentunya locianpwe tidak mengetahui siapa adanya sahabatku itu karena pasti memang sahabatku itu tidak berurusan dengan locianpwe !"
Setelah berkata begitu, si gadis telah mengawasi orang tua itu dengan sikap heran sekali, baru kemudian dia untuk mencegah melihat seorang melanjutkannya pula: "Siapakah locianpwe ini sebenarnya"!"
Orang tua itu tampak gusar, karena mereka bukannya menjawab pertanyaannya, malah telah balik bertanya, dengan begitu, telah membuatnya jadi naik darah, dengan cepat tangan kanannya dikibaskannya, Kwang Tan
memang berada paling dekat dengannya, maka dari itu kibasan tangan orang tua tersebut telah jatuh pada dirinya, dan membuatnya jadi terhuyung satu langkah.
Sebetulnya Kwang Tan telah berusaha agar kuda-kuda kedua kakinya tetap kokoh dan kuat, tapi ia masih juga gagal, karena tetap saja ia tidak berhasil membendung kekuatan tenaga dalam dari lawannya itu.
Dalam keadaan seperti itu, memang terlihat bahwa Kwang Tan kurang berhati-hati dalam penyerangan yang mendadak itu, yaitu ia menangkisnya dengan tenaga yang kurang dipertimbangkan.
Dengan demikian, telah membuat ia menangkis hanya dengan lima bagian tenaga dalamnya belaka.
Sedangkan orang tua itu, telah mengibaskan tangannya dengan sembilan bagian tenaga dalamnya. Tidak mengherankan kalau memang diwaktu itu ia berhasil menggempur kuda-kuda kedua kaki Kwang Tan.
Mi Liang Tojin tidak senang dengan sikap orang tua itu, ia mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin.
"Kami datang dan berkunjung kemari secara baik2, kami pun tidak meninggalkan kerusakan apa2 pada tempatmu, tapi engkau sangat kasar dan tidak tahu menerima tamu, dengan demikian, kamipun tidak perlu menghormati manusia semacam engkau ini!"
Sambil berkata begitu, segera juga tampak tangan Mi Liang Tojin telah menghantam kepada orang itu. Hal ini dilakukan oleh Mi Liang Tojin, karena ia kuatir kalau2 Kwang Tan nanti terdesak dan diserang pula oleh orang tua itu, karenanya Mi Liang Tojin telah membarengi mendahuluinya buat menyerang terlebih dahulu.
Cepat sekali angin serangan itu tiba, dan ditangkis punah oleh orang tua tersebut. Malah dengan segera ia membalas menyerang, Mi Liang Tojin juga bukan sebangsa manusia lemah, karenanya ia bisa menangkisnya juga. Begitulah kedua orang ini terlibat dalam pertempuran yang seru.
Sedangkan saat2 seperti itu telah lewat dua puluh jurus lebih, Kwang Tan pun tidak sabar, ia melihat, walaupun Mi Liang Tojin tangguh, kepandaian tojin cebol itu masih berada dibawah satu tingkat dibandingkan dengan kepandaian orang tua tersebut Karenanya, ia segera juga melompat menerjang maju.
"Locianpwe, biarkanlah aku yang menghadapinya!" berseru Kwang Tan dengan suara yang nyaring, tampak ia telah menghantam dengan kedua tangannya. Sekali ini ia menyerang dengan mempergunakan ilmu pukulan
Gunturnya dengan mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya.
ILMU pukulan Guntur memang merupakan ilmu pukulan yang hebat sekali, telah dikenal betapa dahsyatnya setiap kali dipergunakan oleh Kwang Tan.
Apa lagi sekali ini Kwang Tan telah mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya Angin yang menyambar kepada orang tua itu, juga mengandung hawa yang panas seperti api membakar.
Orang tua itu mendengus.
"Hemm, ilmu mentah hendak di pertontonkan kepadaku !" katanya tawar. Lalu membarengi dengan perkataannya itu, tampak orang tua tersebut telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menangkis. Sama sekali dia tidak merasa gentar kalau2 tubuhnya itu nanti bisa jadi hangus oleh hawa panas pukulan tersebut.
Segera terjadi bentrokan keras, yang telah membisingkan pendengaran di barengi juga dengan tubuh Kwang Tan terpental sampai tiga tombak, sedangkan tubuh orang tua itu pun terpental tiga tombak ! Mereka tampaknya memiliki
kekuatan lwekang yang berimbang.
Cuma saja, yang membuat Kwang Tan jadi heran bercampur kagum, dilihatnya orang tua itu sama sekali tidak terluka oleh pukulannya itu, tidak menjadi hangus.
Padahal tenaga Pukulan Guntur mengandung hawa yang panas, yang bisa menghanguskan ! Orang tua itu berdiri diam saja sejenak lamanya, mukanya berobah agak pucat, jika sebelumnya ia sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap lawannya,
sekarang ini justeru ia telah menerima gempuran di luar dugaannya, yang memang sangat dahsyat sekali.
Karena itu pula, telah membuatnya benar2 jadi kaget tidak terkira, dan ia seperti tidak mempercayai bahwa pemuda berusia masih remaja seperti itu bisa menandingi kekuatan tenaga Iwekangnya.
Seumur hidupnya, jarang sekali ia mempergunakan sampai delapan bagian tenaga dalamnya, sedangkan untuk menyerang dua bagian saja itu akan membuat lawannya yang berkepandaian cukup tinggi, sudah cukup bisa dirubuhkannya.
Justeru sekarang ini, memang terlihat bahwa Kwang Tan benar2 seorang pemuda yang tangguh dan tidak bisa di pandang sebelah mata, Kemudian tampak orang tua itu menerjang lagi.
Kwang Tan waktu terpental merasakan dadanya menyesak, namun ia cepat sekali bisa mengendalikan diri, mengatur jalan pernapasannya.
Sekarang melihat penyerangan dari orang tua itu lagi, ia tidak membuang2 waktu, segera juga mengempos kepandaiannya yang tertinggi yaitu jurus Pukulan Guntur yang terakhir, di mana ia pun mempergunakan seluruh
tenaga dalamnya, yang segera saling bentur dengan kekuatan dari lawannya.
Orang tua tersebut telah menghantam dengan sepenuh tenaganya, karena ia bermaksud sekali hantam seperti itu, bisa membunuh Kwang Tan.
Siapa tahu Kwang Tan pun telah mengerahkan seluruh kekuatan sinkangnya, juga telah mempergunakan ilmu pukulannya yang paling hebat. Dengan demikian telah membuat tenaga mereka saling bentur di tengah udara dengan dahsyat.
"Bukkkk !" tempat itu tergetar hebat sekali oleh getaran beradunya dua kekuatan tenaga raksasa. Kwang Tan merasakan dadanya menyesak isi perutnya seperti tertarik. Tubuhnya juga terhuyung mundur. Cepat2 ia melompat menjauhi diri.
Begitu juga halnya dengan orang tua itu, tubuhnya menggigil keras, dan ia telah mengeluarkan beberapa tetes darah dari sudut mulutnya.
Dengan demikian telah membuatnya jadi dalam keadaan terluka yang mengenaskan, jenggot dan kumisnya yang putih berlepotan darah.
Sedangkan Kwang Tan melangkah maju setindak demi setindak, pemuda ini ingin meneruskan pertandingan mereka, ia tahu, kalau saja orang tua itu dapat diberikan kesempatan, kesulitan lagi.
Karenanya, pertempuran niscaya dirinya yang akan mengalami ia bermaksud itu, sebelum orang mengatur jalan pernapasannya. Orang tua itu telah memandang dengan sorot mata yang sangat tajam, dia melihat betapa Kwang Tan tengah bersiap-siap untuk menyerangnya pula.
Orang tua itu di dalam hatinya heran bukan main, karena ia tidak yakin bahwa diwaktu itu seorang pemuda seperti Kwang Tan bisa menghadapi serangannya yang disertai oleh seluruh kekuatan Iwekangnya.
Hebat luar biasa cara menyerang yang dilakukan oleh Kwang Tan, membuat ia terluka di dalam.
Waktu ia menghirup hawa udara, dirasakannya dadanya sangat sakit. Tengah ia terkejut dan terheran2 seperti itu, justeru waktu itu Kwang Tan telah berada di depannya, dan pemuda itu telah melompat sambil menghantam lagi.
Sekarang, walaupun tenaga serangan Kwang Tan tidak sehebat seperti tadi. tapi tetap saja ia menyerang dengan seluruh sisa tenaganya.
Orang tua itu bermaksud menghindarkan diri dengan menyilakan pertempuran tersebut, akan tetapi ia tidak untuk melanjutkan tua tersebut dapat berhasil untuk berkelit, datangnya serangan tersebut terlalu cepat sekali. Dengan demikian terpaksa ia jadi harus menyambut dan menerima serangan itu.
Segera ia mengangkat kedua tangannya, Orang tua itu telah membayangkan jika memang tenaga tangkisannya kali ini tidak mencukupi tenaga serangan dari Kwang Tan,
berarti ia akan terluka di dalam yang parah.
Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat hebat itu, terlihat jelas sekali, betapapun juga, memang Kwang Tan dan orang tua itu tengah terancam bahaya yang tidak kecil.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Mi Liang Tojin menyadarinya, bahwa ia tidak mungkin bisa memisahkan kedua orang itu.
Jika memang Mi Liang Tojin memaksakan diri buat menyelak ditengah2 mereka dan memisahkan dua kekuatan yang akan saling bentur itu, sama saja seperti semut yang tertindih oleh dua gajah yang tengah bertarung.
Dan Mi Liang Tojin hanya berdiri tertegun mengawasi kehebatan ilmu kedua orang itu.
Gadis yang memakai baju biru, Lian Kie Lin, juga berdiri dengan sikap yang kaku, ber diam diri saja, memandang dengan sorot mata yang tajam, dan diwaktu itulah terlihat bahwa ia bermaksud hendak menyerang orang tua itu, karena ia ingin membantui Kwang Tan.
Lian Kie Lin telah menyaksikan bahwa kepandaian Kwang Tan berimbang dengan orang tua tersebut, namun Kwang Tan dalam keadaan yang kehabisan tenaga, maka jika sekali ini tenaga dalamnya saling bentur dengan lwekang dari orang tua itu, Lian Kie Lin percaya, bahwa
tentunya Kwang Tan terluka di dalam yang lebih parah lagi.
Justeru Lian Kie Lin tengah bermaksud menolong Kwang Tan. dikala ia menerjang, Mi Liang Tojin melihat maksud dan keinginan si gadis, ia hendak mencegahnya, namun terlambat, gadis itu telah melesat dengan gesit sekali.
"Celaka!" berseru Mi Liang Tojin. Dan apa yang ditakutinya memang menjadi kenyataan, sebab Lian Kie Lin di waktu itu telah menerjang maju, menghantam dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, namun belum lagi tenaga serangannya itu tiba pada sasarannya, justeru telah berbalik dan menghantam kepada Lian Kie Lin sendiri.
Gadis itu mengeluarkan seruan tertahan tubuhnya terpental dan bergulingan di tanah.
Mi Liang Tojin segera menolonginya. Tojin cebol ini menghela napas, sebab dilihatnya betapa Lian Kie Lin dalam keadaan terluka parah dan pingsan tidak sadarkan diri.
Mi Liang Tojin segera menotok beberapa jalan darah ditubuh gadis tersebut, agar ia tersadar dari pingsannya. Usaha Mi Liang Tojin tidak berhasil, karena si gadis tetap saja dalam keadaan pingsan. Kwang Tan sendiri walaupun seluruh perhatiannya tengah dicurahkan buat menghadapi orang tua yang kukoay tersebut, tokh dia masih bila menyaksikan betapa Lian Kie
Lin telah menerjang maju dengan sendirinya Kwang Tan kaget tidak terhingga. ia tidak bisa memberikan peringatan, karena ia tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Maka dari itu pula, telah membuatnya jadi tergempur cukup hebat oleh tenaga dari orang tua itu, sebab perhatiannya jadi terpecahkan Dan juga dia mengeluarkan suara yang nyaring sekali di tenggorokan tubuhnya terhuyung2 beberapa langkah, kemudian terpental.
Hampir saja ia terluka, kalau memang Kwang Tan tidak buru2 memperkuat kuda2 kedua kakinya.
Dikala itu terlihat orang tua itu tidak mau memberikan kesempatan kepada Kwang Tan, Sambil tertawa dingin, dengan menahan rasa sakit didadanya, tampak kedua telapak tangannya bergerak. dan ia menghantam semakin kuat pula, ia bermaksud sekali ini bisa menghabisi jiwa Kwang Tan.
Akan tetapi Kwang Tan tetap masih bisa melayaninya, Hanya saja kali ini Kwang Tan tidak menangkis, dia cuma berkelit dengan menjatuhkan diri bergulingan di tanah.
Cara menghindarkan diri seperti itu memang hebat sekali, itulah cara
pembelaan diri yang diajarkan oleh gurunya, yang memiliki dua cara, jika memang dirinya tengah terancam bahaya maut dan ia dalam keadaan tidak berdaya, maka dia bisa mempergunakan kedua jurus atau kedua macam ilmu pembelaan diri.
Dengan ilmunya tersebut, benar saja Kwang Tan bisa menyelamatkan dirinya. Sedang orang tua itu dengan tenaganya yang kuat pada kedua telapak tangannya telah nyelonong, karena ia menghantam tempat kosong, ia pun tengah dalam keadaan
terluka di dalam, karena
itu, ia mengendalikan dirinya.
Karena mengeluarkan tenaga takaran, ia telah memuntahkan darah segar.
Disaat itu, tampak orang tua itu memutar tubuhnya dengan jenggotnya yang merah tersiram muntahan darah, kurang berhasil buat berkelebihan melewati matanya memancarkan sinar yang mengandung hawa pembunuhan.
Kwang Tan menggidik melihat sinar mata orang tua tersebut, Seumurnya, terutama sekali, sejak ia berkelana dalam rimba persilatan, baru kali inilah Kwang Tan bertemu dengan musuh yang benar2 tangguh.
Dengan demikian pula, telah membuatnya jadi mengalami luka didalam yang sangat berat. Kwang Tan mengempos seluruh sisa tenaga dalamnya, ia telah menyerang lagi kepada orang tua itu, buat menyambuti serangannya tersebut.
Kembali telah membuat dua kekuatan tenaga saling bentur, dan itulah merupakan sisa terakhir tenaga dalam dari kedua orang tersebut, setelah tenaga dalam mereka saling bentur, tubuh mereka juga terpental dan kemudian menggeletak di tanah tidak sadarkan diri.
Baik Kwang Tan maupun orang tua itu, kedua-duanya telah sama-sama pingsan. Menyaksikan hal itu Mi Liang Tojin jadi semakin
bingung karena Lian Kie Lin sendiri belum lagi dapat disadarkannya, sekarang Kwang Tan tampak telah rubut pingsan tidak sadarkan diri.
Dengan demikian telah membuatnya benar-benar jadi bingung Kalau sampai Kwang Tan tidak dapat ditolong dan menemui ajalnya, niscaya ia yang akan menyesal, karena
telah mengajaknya untuk menempuh bahaya ikut bersama gadis ini, padahal ia memiliki kepentingan yang sangat besar dengan Bengkauw.
Waktu itu Kwang Tan tampak telah merangkak bangun, ia terluka parah sekali. Begitu tersadar dari pingsannya, yang pertama kali di ingatnya adalah untuk mengambil obatnya. Maka ia berusaha untuk berdiri.
Melihat hal itu, cepat-cepat Mi Liang Tojin telah melepaskan cekalannya pada Lian Kie Lie, ia memburu kepada Kwang Tan untuk membantunya.
Kwang Tan berdiri dengan muka yang pucat pias, Mi Liang Tojin bertanya kuatir sekali: "Kau....kau tidak apa2?" Kwang Tan menggeleng.
Tangannya segera juga meroboh sakunya, ia mengeluarkan beberapa macam pil, ada yang berwarna hijau, merah, kuning dan biru, ia menelan semua pil itu.
Dan ia telah merasa lebih nyaman dan segar, karena segera juga obat itu membuatnya jadi lebih bertenaga, ia bisa bisa berdiri tanpa dibantu lagi oleh Mi Liang Tojin.
Sedangkan orang tua yang menjadi lawannya telah tersadar juga dan pingsannya. Cuma saja, ia mengerang tidak bisa bangun berdiri. Rupanya ia memang terluka sangat parah.
Kwang Tan melirik kepada Lian Kie Lin, katanya: "Ohhh, gadis itu terluka juga ?"
Dengan langkah yang tidak terlalu cepat Kwang Tan menghampiri Lian Kie Lin. Mi Liang Tojin kagum sekali untuk kekuatan tubuh pemuda ini,
kesegarannya belakangnya. yang telah bisa berjalan sendiri dan
pulih dengan cepat. ia mengikuti di
Kwang Tan berjongkok disamping Lian Kie Lin, kemudian memeriksanya, ia tampak agak senang, luka yang diderita oleh Lian Kie Lin tidak terlalu parah. Maka ia mengeluarkan beberapa obat, yang kemudian dimasukkan ke dalam mulut si gadis.
Dengan memijit rahang si gadis, maka obat itu dapat ditelan, walaupun Lian Kie Lin masih dalam keadaan pingsan.
Si gadis kemudian tersadar ia meringis menahan sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak. kau terluka di dalam?" kata Kwang Tan, "Rebahlah dulu disini..."
Si gadis menurut, ia merebahkan lagi tubuhnya, hanya mukanya masih meringis, karena ia menahan sakit yang tidak terkira. Untung saja ia telah menerima obat pemberian Kwang Tan jika tidak tentu lukanya sukar diohati.
Kebetulan sekali memang Kwang Tan pun seorang yang memiliki pengetahuan sangat tinggi di bidang pengobatan, sehingga ia digelari sebagai Tabib Dewa, Dengan demikian
telah membuatnya dengan mudah dapat mengobati gadis itu.
Setelah gadis itu mengerang pelahan sambil memejamkan matanya, Kwang Tan tidak menguatirkan
lagi keselamatan
gadis tersebut, ia segera menghampiri orang tua yang menggeletak diam dengan muka meringis. Tapi dia tidak merintih. Matanya memandang bengis kepada Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan telah memandang dengan sorot mata yang tidak senang, karena ia tadi merasakan bahwa orang tua ini telah berlaku nekad, menyerangnya telengas sekali seperti juga mereka adalah musuh turunan.
Dikala itu tampak Kwang Tan telah mengulurkan tangannya walaupun dihatinya ia tidak menyukai orang tua itu, tokh ia bermaksud untuk menolonginya, agar ia tidak mati begitu saja.
Bukankah kepandaian orang tua itu sangat tinggi dan harus dibuat sayang jika memang ia mati begitu saja" Bukankah diantara mereka memang tidak tersangkut urusan apapun juga, apalagi permusuhan"
Kwang Tan telah mengeluarkan beberapa macam obat, dimasukkan kedalam mulut orang tua itu.
"Telanlah!" katanya kemudian dengan suara yang datar. Orang tua itu sangat angkuh, sesungguhnya ia hendak memuntahkan lagi obat yang hendak di masukkan Kwang Tan ke dalam mulutnya.
Namun tiba-tiba ia merasakan kesakitan yang hebat pada dadanya waktu mengeluarkan sedikit tenaga, buat memuntahkan obat itu, ia jadi merobah pikirannya:
"Hemmm, biarlah aku menerima pemberian obatnya, Dia tadi terluka berat juga, tapi setelah memakan obatnya, ia bisa segar - bugar seperti itu, nanti budinya kubayar, tapi hutang penasaran sekarang ini pun harus di bayarnya....!" karena berpikir seperti itu, ia telah menelan obat-obat itu.
Ia merasakan obat tersebut harum menyegarkan, Dan
sebentar saja, rasa berkurang, dia bernapas jauh lebih lancar, dan berhasil menyalurkan sinkangnya pada tan-tiannya. Dengan demikian pula, membuatnya benar-benar jadi bisa memperoleh kesegarannya dan tenaganya, ia pun berusaha untuk duduk.
Dia dipejamkan, dalamnya, berhasil, dia bisa duduk dengan baik, matanya
ia menyalurkan dan mengatur tenaga untuk memusatkan tenaga murninya, menyembuhkan luka didalamnya.
semerbak dan sakitnya telah Kwang Tan tidak memperdulikan lagi orang tua itu, ia telah menghampiri Mi Liang Tojin.
"Kau "!" kata Mi Liang Tojin dengan suara ragu-ragu ketika Kwang Tan datang dekat padanya. Kwang Tan tersenyum.
"Kenapa locianpwe "!" tanyanya.
"Kau menolongnya "!"
"Ya !" mengangguk Kwang Tan. "la memang harus ditolong, karena diantara kita tidak terdapat permusuhan apa2 pun juga "!"
"Tadi dia telah mencelakaimu, juga telah melukai nona Lian !" menegaskan Mi Liang Tojin.
Kwang Tan tertawa.
"Walaupun demikian, tentu saja kita harus mengobatinya dulu, urusan ini bisa kita urus jika memang lukanya itu telah sembuh!" kata Kwang Tan.
Di waktu itu Mi Liang Tojin memandang kagum, katanya: "Kau masih berusia muda belia, tapi hatimu mulia sekali, besar serta gagah perkasa, juga kepandaianmu sangat tinggi dan mengagumkan sekali, Didalam rimba persilatan, jarang ada pemuda yang segagah engkau !"
Kwang Tan tersenyum.
"Locianpwe terlalu memuji....!" katanya. "Maafkan, aku hendak mengatur jalan pernapasanku dulu, locianpwe !" "Ya, ya !" mengangguk Mi Liang Tojin seperti terkejut. Dan dilihatnya Kwang Tan telah duduk bersemedi, mengatur jalan pernapasannya.
Sedangkan Mi Liang Tojin tetap duduk di samping Kwang Tan, karena ia berjaga-jaga kalau saja ada orang yang hendak mencelakai Kwang Tan.
Seseorang yang tengah memusatkan dan mengerahkan singkangnya, tentu saja tidak dapat terganggu pemusatan pikirannya, Dan ini memang diketahui baik oleh Mi Liang
Tojin, Karena itu, ia telah menungguinya disamping pemuda ini.
Sedangkan Lian Kie Lin telah merangkak bangun. Mi Liang Tojin ketika melihat si gadis telah dapat bangun dan hendak berdiri, telah memberikan isyarat agar tidak
menimbulkan keributan dulu, tidak bicara dulu.
Lian Kie Lin mengerti apa yang diisyaratkan oleh Mi Liang Tojin, ia cuma mengangguk. Muka sigadis masih pucat pias, tubuhnya yang masih lemah, mukanya guram sekali, karena ia masih terluka didalam. Hanya saja detik2 berbahaya telah dilewatkan.
Dikala itu Kwang Tan mengatur jalan pernapasannya tidak lama, cuma kurang lebih sepemasangan satu batang hio, ia telah melompat berdiri. Gerakannya ringan sekali, sama sekali tidak terlihat tanda2 bahwa ia baru saja terluka didalam.
Sambil tertawa Kwang Tan menoleh kepada Lian Kie Lin, tanyanya: "Bagaimana keadaanmu, nona "!"
Si gadis tersenyum.
"Terima kasih ! Obat yang kau berikan itu mujarab sekali!" menyahuti Lian Kie Lin.
Kwang Tan tersenyum.
"Tapi kau masih terluka didalam dan perlu perawatan beberapa hari !" menjelaskan Kwang Tan, iapun telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghampiri sigadis, memegang tangannya.
Ketika mendengarkan denyut nadi pergelangan dan ketukan nadi pergelangan tangan si gadis, Kwang Tan menganggukangguk.
"Ya, dalam beberapa hari kau sudah pulih sebagaimana biasa, dan yang perlu engkau lakukan sekarang adalah menyalurkan sinkangmu ke tan-tian !"
Gadis itu mengangguk mengerti, ia pun segera duduk bersemedhi, mengatur jalan pernapasannya dan
mengerahkan juga sinkangnya, untuk melancarkan jalan darahnya, di samping untuk menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Kemudian Kwang Tan telah menghampiri orang tua yang tadi menjadi lawannya. Orang tua itu masih duduk bersila, matanya terpejamkan dan mukanya pucat. Pada mukanya yang pucat itu, dengan sepasang alis yang mengkerut dalam-dalam, terlihat kekuatirannya yang sangat.
Kwang Tan segera mengetahui tentunya orang tua ini mengalami sesuatu yang kurang menggembirakan tentunya peredaran darahnya belum bisa berjalan lancar.
Sebenarnya, orang tua itu tengah berkuatir bukan main, karena memang disaat itu jalan
kucar-kacir, tidak bisa
disatukan, pernapasannya tengah Napasnya pun selalu sesak, jika ia mengerahkan sinkangnya ke tan-tian. Karena itu, telah membuat orang tua ini berpikir, bahwa ia akan menemui ajalnya, atau setidak-tidaknya tentu akan menjadi manusia bercacat.
Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian sangat tinggi, orang tua ini memaklumi apa artinya dengan tidak berhasilnya ia mengerahkan dan menyalurkan sinkangnya. Maka ia pun jadi berkuatir sekali.
Seseorang yang terluka didalam dan juga tidak berhasil menyalurkan dan mempersatukan kembali singkangnya itu,
maka jelas bahwa ia akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil buat kesembuhannya.
Karena dari itu pula, orang tua ini mati-matian berusaha memusatkan seluruh kemampuannya buat mempersatukan
kembali pernapasannya dan
juga tenaga dalamnya. Berulang-kali ia gagal.
Walaupun sepasang matanya terpejamkan akan tetapi telinganya sangat tajam.
Raja Naga 7 Bintang 1 Panji Wulung Karya Opa Pendekar Latah 9
Kwang Tan sudah tidak bisa menahan diri, dia sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya melesat sambil perasaan gusarnya, segera tangannya bergerak buat
menempeleng mulut si gadis.
Gadis itu bergerak gesit, ia mengelak ke samping, Dan gadis2 lainnya mengepung Kwang Tan.
Kwang Tang tertawa dingin.
"Hemmm, jika kulihat, kalian pun bukan sebangsa wanita baik2!" katanya dengan suara yang tawar, "Hemm, dengan demikian tentunya engkau memang hendak mencari persoalan denganku, dan kau, kau, kau juga!"
Sambil berkata begitu, Kwang Tan sengit sekali menunjuk gadis itu seorang demi seorang.
Dalam keadaan marah seperti itu Kwang Tan sulit mengendalikan diri. Memang ia lihay dan juga biasanya dapat berlaku tenang, tapi ditubuh dia sebagai pemuda yang bejat moral disamping juga sebagai seorang pemuda yang porno dan main dengan wanita tidak tahu malu yang bertelanjang bulat dan katanya gadis itu akan menyiarkan
peristiwa itu diseluruh rimba persilatan, membuatnya jadi sengit bukan main dicampur murka.
Karenanya, dia telah memaki gadis2 itu dan dihatinya sudah memutuskan, dia tidak akan sungkan2 turun tangan menghajar gadis2 itu.
Sedangkan gadis yang pertama datang tadi telah memperdengarkan suara mengejek, kemudian bilangnya: "Baik, justeru kamipun hendak menangkap engkau, kami hendak menyerahkannya nanti kepada tokoh rimba persilatan buat menyidangkan urusan ini! Engkau telah
memalukan rimba persilatan ! Sebagai orang rimba persilatan, engkau telah melakukan perbuatan yang memalukan sekali!"
Sambil berkata begitu, serulingnya bergerak, seruling itu menyambar bukan lurus ke-depan, melainkan menyambar dengan berputar putar.
Kwang Tang mengelakkan diri, dia menyentil seruling itu. ia tengah gusar, maka tenaga menyentilnya kuat sekali. Tapi gadis itu memang gesit, tangannya juga sebat, rupanya dia sudah mengetahui bahwa Kwang Tan seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi disamping sinkangnya yang kuat. Dia tidak mau serulingnya kena disentil, dia telah mengelak dengan segera.
Belum lagi Kwang Tan menyusuli dengan serangan lainnya, dua batang seruling dari gadis2 lainnya telah
menyambar kepadanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan melayani terus, sampai akhir nya dia melihat lwekang maupun ilmu silat gadis2 itu belum terlalu tinggi, hanya saja mereka bisa memiliki cara bertempur yang erat sekali kerja samanya satu dengan yang lainnya, mereka dapat mengisi kelemahan kawan masing2
Dengan begitu, mereka bertujuh seperti juga barisan yang sulit sekali diterobos, karena kerja sama yang erat yang saling menolong dan membela satu dengan yang lainnya.
Kwang Tan tertawa dingin, ia sengit sekali, dan ia pun menduga gadis-gadis ini tentunya bukan sebangsa manusia
baik-baik, karenanya ia
turun tangan tidak tanggungtanggung. Begitu ada kesempatan, dia menghantam salah seorang lawannya dengan ilmu Pukulan Gunturnya, sehingga gadis itu menjerit kaget, karena merasakan tubuhnya panas sekali walaupun belum terkena angin serangan Kwang Tan.
Dia mengelak, berhasil namun dia menggidik melihat sebatang pohon yang jadi hangus.
Gadis-gadis lainnya serentak menerjang lagi. tertegun sejenak, tapi mereka Berulang kali Kwang Tan menghantam dengan ilmu pukulan Gunturnya akhirnya barisan dari gadis-gadis itu telah kocar kacir, mereka tidak bisa mengadakan kerja sama lagi karena masing masing jadi repot sekali selalu menghindarkan diri dari sambaran angin serangan yang
panas seperti mengandung api.
Rupanya ketujuh gadis itu menyadari bahwa mereka sudah tidak sanggup buat menghadapi Kwang Tan lebih lama, salah seorang bersiul maka mereka bermaksud hendak memisahkan diri dari Kwang Tan.
Tapi Kwang Tan semakin sengit, dia bilang "Kalian jangan harap bisa meloloskan diri dariku! Aku sekarang justru ingin mengetahui siapa kalian sebenarnya ....!"
Gadis2 itu berobah mukanya, karena mereka jadi berkuatir, telah mereka saksikan bahwa Kwang Tan memang memiliki kepandaian yang sulit sekali dihadapi mereka.
Kwang Tan juga selalu menyerang dengan mempergunakan Pukulan Gunturnya.
"Hemm, mengapa harus mendesak gadis-gadis tidak berdaya " Benar2 pemuda tidak tahu malu ! Sudah bejat moral, juga bermartabat rendah sekali itu !" Suara parau, suara seorang laki2, juga dalam bukan main, seperti juga dalam suara itu mengandung lwekang yang tinggi dan mahir.
Kwang Tan menghentikan serangannya, dia memutar tubuhnya untuk melihat orang yang menegur itu. sedangkan ketujuh orang gadis itu telah melompat mundur mempergunakan kesempatan tersebut, mereka bertujuh berdiri berjajar.
Kwang Tan terbeliak matanya, karena orang yang baru muncul dan menegurnya tidak lain dari Lhama tua yang pernah merubuhkan pintu kamar dirumah penginapan ia tambah mendongkol.
Segera juga Kwang Tan menduga, semua ini pasti diatur oleh Lhama itu, Maka dengan berang dia bilang. "Inilah yang disebut maling berteriak maling! Engkau sendiri sebagai seorang Lhama yang beribadat dan harusnya alim, ternyata merupakan seorang Lhama yang tidak tahu malu! Diam2 dan sangat hina merubuhkan orang untuk menyerang dengan
memperalat gadis2 yang tidak tahu malu ini, buat daun pintu kamar membokong, lalu melakukan hal2 yang hina sekali, menuduh aku yang tidak2 !"
"Tutup mulutmu !" bentak Lhama itu dengan suara yang bengis, "Hemm, apakah engkau beranggapan kepandaianmu sudah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga dari kalangan muda berani bicara begitu kurang
ajar kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi " Hemm, sekarang justeru aku akan memperlihatkan kepadamu, siapa aku sebenarnya !"
-ooo0dw0ooo Jilid 35 SETELAH berkata begitu, ia menepuk tangannya! Dari balik batang2 pohon melompat keluar tiga orang Lhama lainnya. Sama seperti Lhama yang seorang itu, ketiga
Lhama itu juga tampaknya merupakan Lhama asing, dengan mata yang ke-biru2an, hidung mancung dan sikapnya yang sangat angkuh memandang Kwang Tan dengan sorot mata yang sangat tajam.
Kwang Tan mengawasi mereka, diam2 hatinya tercekat dan mengeluh. Pemuda ini segera mengetahui ketiga Lhama itu juga tentunya Lhama yang lihay dan berkepandaian tinggi seperti Lhama asing yang seorang itu.
Jika hanya menghadapi Lhama itu seorang tentu Kwang Tan tidak jeri, Tapi jika memang keempat Lhama itu maju sekaligus ini tentu merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh Kwang Tan, karena kemungkinan besar ia sulit menghadapi mereka berempat, karena kepandaian mereka tidak rendah.
Lhama yang seorang itu telah berkata lagi: "Hemmm, seperti telah kukatakan bahwa aku akan membehritahukan kepadamu, siapa adanya aku ini... aku adalah Lhama dari Persia, yang hendak membekuk kau dan akan di serahkan kepada Kaisar....Kaisar Cu Goan Ciang, Raja Agung dari kerajaan ini, di daratan Tionggoan..!"
Sambil berkata begitu, ia mendengus beberapa kali, memperlihatkan sikap yang angkuh sekali, baru kemudian dia meneruskan perkataannya: "Hemmm, engkau telah menimbulkan kekacauan di kotaraja " dan juga telah membunuh seorang keponakan Kaisar, membinasakan banyak sekali Kim ie-wie dan Gie Lim Kun. Karena itu, engkau harus kami tangkap hidup-hidup, agar Kaisar Cu
Goan Ci ang bisa mengadilimu, agar kelak Kaisar, yang menjatuhi hukuman buat kau ...!" Sambil berkata begitu, Lhama ini mengibaskan tangannya.
Kwang Tan merasakan angin kibasan tangan Lhama itu perlahan sekali menyambar dirinya, Hal itu membuktikan
bahwa Lhama ini mempergunakan lagi ilmunya yang aneh itu, yaitu tenaga menghantamnya yang perlahan namun akhirnya pasti menjadi lebih kuat, datang menerjang secara bergelombang.
Karena waktu di penginapan Kwang Tan pernah menghadapi Lhama ini dengan ilmunya yang luar biasa seperti itu, maka Kwang Tan tidak mau membuang2 waktu lagi, segera ia menghantam dengan mempergunakan pukulan Gunturnya.
Kuat sekali dia menghantamnya, dengan mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya. Angin yang panas dan dahsyat menerjang Lhama itu, Tapi kali ini Lhama asing itu tindak menyingkir berbeda seperti ketika dirumah penginapan.
Tampaknya dia jeri dan tidak gentar menghadapi Pukulan Guntur Kwang Tan lagi, segera ia menarik pulang tangannya tiga orang Lhama lainnya maju selangkah mengulurkan tangan mereka.
Tenaga pukulan Kwang Tan seperti batu yang lenyap kedasar lautan, lenyap begitu saja, tidak dapat terus menyambar kepada Lhama itu.
Hal ini disebabkan ilmu yang aneh dari ketiga Lhama itu, dengan mempergunakan ilmu yang tidak diketahui oleh Kwang Tan entah ilmu apa mereka telah berhasil membendung tenaga Pukulan Guntur Kwang Tan, sampai pukulan itu tidak dapat menerjang terus, itulah cara memunahkan pukulan yang aneh sekali.
Kwang Tan kaget juga, ia segera mengulangi lagi pukulannya. Namun sama seperti tadi, kembali ia memukul hampa belaka, karena tenaga pukulannya tidak bisa menyambar terus mendekati Lhama itu.
Lhama itu sebaliknya, setelah ketiga orang kawannya membantuinya, seperti melindungi dirinya dengan tenaga gabungan ketiga Lhama itu dan ilmunya yang aneh, dia mengibaskan tangannya.
Kwang Tan merasakan sambaran angin yang halus, Namun angin itu
berobah menjadi kuat, datang lagi gelombang angin terjangannya yang jauh lebih kuat! Begitulah seterusnya, semakin lama jadi semakin kuat! Kwang Tan tidak membuang waktu lagi, ia memutar tubuhnya, dia mengempos sinkangnya, dia teringat kepada
tiga jurus sinkang
yang diturunkan Thio Sam Hong kepadanya. itulah cara berlatih ilmu sinkang murni dari Bu Tong Pay.
Dan Kwang Tan memang telah melatihnya, telah menguasainya cuma saja selama ini dia tidak pernah mempergunakannya sekarang dikala ia menghadapi lawan
Lhama yang seorang itu berhasil diselamatkan kawannya, malah ia
sepasang tangannya
segera menyerang dengan
menderu-deru menghantam yang tangguh2 ini, ia segera mempergunakannya. ia memakai jurus yang pertama, yang bernama "Daun Kering Di Hembus Angin".
Nama yang sederhana dari jurus sinkang yang di kerahkan pada kedua telapak tangannya, ternyata memiliki daya gempur yang luar-biasa dahsyatnya.
Lhama itu jadi kaget diserang seperti itu oleh Kwang Tan, ia sampai berseru perlahan, dan cepat-cepat mengempos lebih kuat tenaga dalamnya.
Di waktu itu, ketiga lhama lainnya telah menerjang maju serentak untuk mengepung Kwang Tan dengan gabungan tenaga mereka.
Dengan kerja sama seperti itu, yang merupakan suatu kerja sama yang memang terlatih baik dan kompak, membuat Kwang Tan tidak mudah menghadapi keempat lhama ini.
Terlebih lagi memang mereka memiliki kepandaian yang aneh, ilmu silat yang belum pernah dilihat Kwang Tan, dengan begitu membuatnya jadi tidak bisa cepat-cepat mengambil keputusan dalam menghadapi setiap jurus dan serangan lawannya.
Kwang Tan menarik pulang tenaganya waktu ketiga lhama berusaha menggempurnya dengan gabungan tenaga mereka, Kwang Tan kemudian juga mundur selangkah.
ketiga hebat, kepada Kwang Tan. Dalam keadaan seperti itu, tentu saja Kwang Tan tidak mau berlaku ayal. Ia tahu, keempat pendeta ini bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan ringan, dan ia harus dapat menghadapinya dengan sebaik-baiknya. Di samping itu juga ia langsung mengeluarkan ilmu simpanannya, dengan mengkombinasikan, pukulan Guntur dan sinkang yang diwarisi Thio Sam Hong, tubuh Kwang Tan berubah seperti juga sesosok bayangan yang berkelebat ke sana-kemari.
Cepat luar-biasa gerakan Kwang Tan, maka biarpun di keroyok berempat oleh Lhama tersebut, tetap saja ia tidak terdesak, malah ia pun selalu dapat balas menyerang kepada lawannya itu.
Apa yang dilakukannya merupakan cara yang terbaik, karena biar kepandaian keempat Lhama itu tinggi dan mereka mengeroyok dengan serentak, namun kenyataannya mereka tidak berbuat banyak terhadap diri pemuda ini.
Sampai lima puluh jurus lebih, keempat Lhama itu tetap saja tidak berhasil untuk merobohkan Kwang Tan, sedangkan buat mendesak pemuda itu saja mereka tidak sanggup.
Perlahan-lahan pertempuran itu
pertaruhan mempertaruhkan jiwa, semakin hebat menyerang dan mengeluarkan ilmu andalan mereka.
Juga tubuh mereka berkelebat2 menyerupai bayangan belaka. Bagi manusia biasa, tentu tidak bisa melihat dengan
jelas mana Kwang Tan dan
mana keempat lhama itu, karena mereka bagaikan telah bergulung2 menjadi satu dan merupakan gumpalan belaka. Ketujuh orang gadis itu telah memandang dengan mata terbeliak lebar2, karena tidak disangkanya bahwa Kwang Tan memiliki kepandaian yang demikian tinggi.
berobah seperti juga karena kedua pihak
Mereka membayangkan, jika tadi Kwang Tan mengeluarkan kepandaiannya seperti saat ini, niscaya mereka sudah tidak dapat bernapas lagi.
Sedangkan kepandaian keempat Lhama itu pun sangat tinggi, membuat ketujuh gadis itu berpikir bahwa kepandaiannya sesungguhnya memang belum berarti apa2,
dan harus berlatih diri sepuluh atau dua puluh tahun lagi, buat memperoleh kepandaian setinggi itu.
Karena itu, ketujuh gadis tersebut memandang takjub dan kagum pada pertempuran yang tengah berlangsung. Di waktu itu, Kwang Tan merasakan tekanan tenaga dari keempat Lhama tersebut semakin lama jadi semakin kuat dan gelanggang pertempuran semakin sempit, karena keempat lhama itu selalu menyerang dengan memperpendek jarak pemisah mereka, sehingga Kwang Tan jadi terdesak juga pada akhirnya, karena gerakannya
semakin sempit juga, membuatnya tidak leluasa buat menggerakkan sepasang tangan dan kakinya.
Keempat lhama itu telah melihat adanya setitik kesempatan, dimana mereka mulai
Kwang Tan. walaupun Kwang Tan
berhasil mendesak
belum bisa didesak lebih hebat akan tetapi mereka yakin, kalau saja mereka mempergunakan taktik seperti itu terus, niscaya mereka akan berhasil untuk merubuhkan pemuda itu.
Kepandaian yang tinggi mengagumkan dari pemuda itu, malah membuat keempat lhama tersebut jadi gusar dan penasaran mereka bermaksud benar2 merubuhkan Kwang Tan, karena kalau tidak, jika sepuluh tahun lagi, niscaya Kwang Tan kelak memiliki kepandaian yang berada diatas tingkat kepandaian mereka, mengingat memang usia Kwang Tan yang masih begitu muda.
Dikala itu, diantara berkesiuran angin serangan keempat lawannya, Kwang Tan memutar otak, ia berusaha untuk memecahkan kepungan lawannya, ia hendak mencari jalan untuk balik mendesak keempat lhama itu atau memukul pecah barisan keempat lhama itu.
Akhirnya, waktu keempat lhama tersebut tengah bermaksud menyerang serentak, Kwang Tan melihat adanya suatu kesempatan yang sangat baik buatnya, ia segera juga menekuk kedua kakinya, berjongkok, kemudian mementangkan kedua tangannya sambil membentak keras tubuhnya berputar cepat sekali.
Dari kedua tangan Kwang Tan mengalir hawa yang sepanas api, itulah jurus ilmu pukulan Guntur yang kelima, jurus yang hebat sekali, yang dapat menghancurkan dan menghancurkan dan menghanguskan puluhan batang pohon sekaligus jika memang diserang dengan jurus ini.
Keempat lhama itu kaget, mereka merasakan napas mereka sesak dan panas sekali. Mereka juga merasakan, tenaga gempuran Kwang Tan begitu kuat, dengan demikian, merekapun mengakui hebatnya ilmu pukulan pemuda ini.
Tapi mereka tidak memiliki kesempatan buat menghindarkan diri dari pukulan itu, Karenanya, telah membuat mereka memusatkan tenaga dalam untuk menangkis.
Waktu itu Kwang Tan tertawa dingin, dia terus juga mengerahkan tenaga dalamnya, Terdengar suara benturan yang dahsyat, tubuh keempat lhama itu kemudian mereka jatuh dengan sepasang dibumi terlebih dulu.
terpental, dan kaki hinggap Mereka pun memandang dengan merah padam, kemudian pucat dan padam lagi
muka yang berobah lalu berobah merah
Tampaknya mereka kaget, kagum dan juga penasaran,
karena mereka berempat sekaligus telah berhasil dibikin terpental seperti itu oleh Kwang Tan. Yang mengejutkan lagi mereka justeru waktu itu mereka memperoleh kenyataan lengan jubah mereka masing2 hangus seperti terbakar.
Dengan mata mendelik, lhama yang seorang itu, yang rupanya jadi pemimpin dari ke tiga lhama tersebut, telah mengawasi Kwang Tan, malah ia membentak dengan suara yang bengis: "Hemm, kau benar-benar mencari mampus! Tidak salah lagi memang kata-kata sahabat kami dengan mengandalkan kepandaianmu yang lumayan ini engkau telah jual lagak dan menimbulkan keonaran didalam kalangan Kangouw!"
Sambil berkata begitu, tampak ia memberi isyarat kepada ketiga lhama lainnya, dan juga terlihat ia telah menerjang terlebih dulu.
Ketiga lhama yang lainnya menerima isyarat itu, dalam keadaan masih takjub, mereka segera menerjang maju juga. Gerakan tubuh mereka sama gesitnya.
Sedangkan Lhama pemimpin, bukan hanya menyerang, dari telapak tangannya telah ditaburkan bubuk halus berwarna kuning.
Kwang Tan mencium harum semerbak dari bubuk halus itu, ia mengetahui tentunya bubuk halus tersebut semacam racun atau juga obat pulas, untuk membuat ia tidak berdaya.
Kwang Tan tertawa didalam hatinya, sebagai Tabib Dewa, ia mana jeri menghadapi segala jenis racun atau obat pulas, Karenanya ia merogoh sakunya, malah ia pun segera ingat akan obatnya yang luar biasa, yang bisa melumpuhkan lawan.
Karenanya, setelah mengeluarkan obat pemunah racun, mencegah jangan sampai ia keracunan kalau memang bubuk kuning itu adalah racun, segera ia menelannya.
Tangannya pun telah mengeluarkan obatnya yang merogoh saku bajunya istimewa, ia mengibaskan
tangannya. Mendadak saja keempat lhama itu merasakan tubuh mereka lemas tidak bertenaga. Mereka kaget dan heran, juga mengeluh, tubuh mereka segera rubuh terjungkel.
Dikala itu, Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu, ia mengetahui
bahwa Lhama-Lhama yang berkepandaian tinggi seperti itu jika dibiarkan kelak hidup terus dengan kepandaiannya yang tinggi, niscaya akan meminta korban yang tidak sedikit.
Disamping itu, memang mereka pun terdiri dari orangorang yang berhati jahat sekali. Maka segera Kwang Tan melompat kedepan, ia bermaksud akan menepuk leher dari lhama-lhama itu, karena ia ingin memusnahkan kepandaian dari keempat Lhama itu,
Akan tetapi belum lagi ia sempat menepuk leher Lhamalhama tersebut, tiba2 berkelebat sesosok tubuh yang dibarengi kata-katanya yang halus: "Hemm, sudah kukatakan, engkau tidak bisa meloloskan diri dariku!"
Bersamaan dengan kata-kata itu berkesiuran angin yang dingin sekali. Kwang Tan terkejut segera ia mengelak sambil melirik. Hatinya terkesiap. Senjata yang tengah meluncur kedirinya adalah sebatang seruling, dan tangan yang mencekal senjata itu putih halus sekali, Orang yang menyerangnya adalah seorang wanita, Dan yang mengejutkan dialah wanita yang bertelanjang bulat itu.
Menggidik Kwang Tao membayangkan perempuan yang tidak tahu malu ini selalu saja mengejar dan melibat dirinya. Dengan demikian tentu saja membuat Kwang Tan harus cepat-cepat menyingkirkan diri, karena ia tidak mau memandang lebih lama lagi tubuh yang bertelanjang itu.
"Hihihi...." wanita bertelanjang itu tertawa nyaring dikata serangan serulingnya kena dibelit oleh Kwang Tan. "Ya Ya Ie tidak akan membiarkan engkau pergi dari tempat ini." Dan ia menyerang lagi.
Ya Ya le, adalah seorang wanita yang mempelajari semacam kepandaian yang sesat, Dan untuk mempelajari kepandaiannya itu, ilmu hitam, ia pun selalu harus membuka pakaiannya, untuk dapat menghirup udara lewat pori-pori kulit tubuhnya.
Sekarang ia melihat Kwang Tan, hatinya tertarik sekali atas ketampanan pemuda tersebut, terlebih lagi memang ia pun melihat kepandaian Kwang Tan sangat tinggi. Karenanya secara sengaja melibatnya terus, karena ia tidak ingin membiarkan sipemuda berlalu meninggalkan lembah itu.
Ia memang seorang wanita yang gemar sekali pemuda tampan, ia pun memang sedang menyempurnakan ilmu hitamnya, yang memerlukan sari pemuda sebanyak 100 orang.
Dengan demikian, jika saja telah genap seratus sari pemuda yang berhasil dihisapnya, niscaya ia bisa memiliki kepandaian yang tinggi sekali dan bisa menyempurnakan ilmu hitamnya.
Tentu saja sari pemuda yang dibutuhkannya bukanlah pemuda2 lemah. ia menginginkan justeru sari pemuda yang bisa disebut sebagai bibit unggul.
Maka ia jadi tertarik sekali melihat Kwang Tan yang tampan serta gagah itu, Karenanya, mati2an ia bermaksud hendak melibat pemuda itu terus.
Sedangkan saat itu, Kwang Tan sendiri muak bukan main, ia berutang kali menyerang Ya Ya le, dengan gempuran yang sangat kuat, karena ia bermaksud hendak melepaskan diri. Tapi Ya Ya Ie sama sekali tidak mau mengendurkan libatannya, ia terus juga menyerang Kwang Tan dengan hebat.
Dalam keadaan demikian, ketujuh orang gadis yang berbaris
dengan berjajar dipinggiran, telah saling pandang satu
yang lain, Dengan munculnya Ya Ya Ie, maka mereka tidak kebagian.
Memang telah menjadi maksud mereka, bahwa mereka ingin menawan
Kwang Tan, karena memang mereka bermaksud untuk mempersembahkan Kwang Tan kepada guru mereka. Siapa sangka, didalam urusan ini terlibat banyak sekali orang-orang yang Dengan demikian memiliki kepandaian sangat tinggi.
telah membuat mereka yang berkepandaian sedang-sedang saja, jelas sulit untuk dapat merebut Kwang Tan. Dengan begitu ketujuh wanita itu, yang semuanya masih muda-muda, hanya bisa mengawasi saja jalan pertempuran itu, Mereka pun telah berpikir, jika memang Ya Ya Ie dapat
dirubuhkan Kwang Tan, mereka bertujuh akan mencoba sekali lagi buat mengeroyok Kwang Tan, Tapi jika Kwang Tan yang dapat dirubuhkan oleh Ya Ya Ie, maka mereka akan berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Kwang Tan merasakan betapa bernafsunya Ya Ya Ie menyerang dan melibatnya dengan suatu serangan yang tidak ringan dan tidak boleh dipandang remeh.
Tampak Kwang Tan pun mengempos semangatnya. Kepandaian Ya Ya le memang tidak lebih tinggi dari lhama yang seorang itu, apa lagi ketiga Lhama itu yang memang masih memiliki kepandaian dibawah lhama pemimpin mereka!
Tapi justeru seperti lhama Ya Ya le hanya seorang diri saja, tidak itu yang berempat memiliki ilmu yang
merupakan suatu kerja sama yang kompak.
Tengah pertempuran itu berlangsung, tangan Kwang Tan yang kiri merogoh sakunya, Karena ia pun bermaksud mempergunakan obat bubuknya, buat merubuhkan Ya Ya le sama seperti merubuhkan keempat lhama itu.
Tapi belum lagi Kwang Tan menarik keluar tangannya dari dalam saku, justeru diwaktu itu tampak Ya Ya le telah
bisa menerka apa maksud Kwang Tan. ia telah tertawa dingin dan berkata dengan sikap mengejek, sambil serulingnya menyambar buat menotok pada pundak Kwang Tan:
"Hemm, kau kira dapat merubuhkan aku dengan segala macam obat bius "! silahkan mencobanya !"
Setelah berkata begitu, segera juga ia menyerang semakin hebat.
Kwang Tan tak memperdulikan ejekan dari wanita tersebut, ia tetap saja mengibaskan tangannya.
Ya Ya le tertawa mengikik. Benar saja, ia tidak rubuh seperti biasanya orang yang terkena obat bius Kwang Tan. Kwang Tan terkejut.
"Apakah... apakah ia memiliki ilmu pengobatan juga dan menguasai ilmu racun "!" pikir Kwang Tan dalam hatinya, sambil beruntun tiga kali menyerang dengan pukulan Gunturnya, guna mencegah Ya Ya le mendahuluinya menyerang padanya.
Dikala itu, Ya Ya le setelah tertawa mengikik, tangannya tidak pernah diam, karena terus juga ia menyerang dengan
seruling ditangan kanan, sedangkan telapak tangan kirinya juga tidak hentinya menghantam.
Dengan begitu. telah membuat Kwang Tan tidak bisa berayal lagi, karena kepandaian dari wanita ini memang tidak berada dibawah kepandaiannya.
Ya Ya le telah berkata dengan suara yang mengejek: "Hemm, ayo keluarkan seluruh obat pulasmu, tidak nantinya nona cantik-mu ini akan dapat kau rubuhkan dengan cara yang rendah seperti itu !"
Kwang Tan mengeluh juga. Buat merubuhkan wanita ini memang ia bisa melakukannya, tapi tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama, Kwang Tan sudah muak melihat tubuh telanjang bulat seperti itu lebih lama, ia hendak menyudahi pertempuran itu secepat mungkin.
Namun apa hendak dibilang, rupanya Ya Ya Ie memang menguasai juga berbagai macam obat tidak terbius karenanya.
Kedua orang ini bertempur terus semakin lama jadi semakin seru. Dikala itu juga terlihat Ya Ya Ie beberapa kali berusaha untuk menotok dan hampir bius, sehingga ia
dengan dahsyat, mengenai sasarannya, jika saja Kwang Tan tidak cepatcepat mengelakkan diri.
Rupanya Ya Ya Ie sekarang kepandaiannya, sebab selain mengeluarkan seluruh serulingnya yang menyambarnyambar semakin hebat, juga telapak tangan kirinya telah melakukan pukulan2 dengan dahsyat.
Kwang Tan sendiri bukannya memiliki kepandaian yang lebih rendah dari Ya Ya Ie, hanya saja, perhatiannya sering terpecahkan, karena ia tidak mau melihat jelas-jelas tubuh telanjang di depannya, ia sering mengalihkan pandangannya kearah lain, dengan demikian, tentu saja ia
tidak bisa bertempur lebih baik dan semestinya. Karena itulah, tampaknya ia terdesak.
Akhirnya rupanya Kwang Tan menyadari akan kelemahannya tersebut, walaupun hatinya sudah bimbang, namun ia telah mementang matanya lebar2, memperhatikan kedua tangan dari Ya Ya Ie, untuk dapat mengikuti setiap gerakannya dan mengawasi cara menyerangnya.
Dengan begitu, Kwang Tan dapat bertempur jauh lebih baik. Dan ia pun akhirnya berhasil juga untuk dapat mengimbangi setiap serangan Ya Ya le, tidak terdesak seperti tadi.
Setiap kali menyerang dengan kedua tangannya, mempergunakan ilmu pukulan Guntur, maka tampak Ya Ya le agak terdesak, yang membuatnya tidak bisa bertempur dalam jarak yang dekat, karena ia tidak kuat menahan hawa panas dari angin pukulan tangan Kwang Tan.
Terutama sekali tubuhnya yang memang putih halus seperti salju, jelas hal itu membuat ia kuatir akan merubah kehalusan kulit tubuhnya jika terbakar tentu akan meninggalkan cacad.
Belakangan, Ya bertempur dengan bertempurnya. Ia serangan Kwang Tan tanpa membalas menyerang, sambil berkelit kesana kemari dengan tubuh yang me-liuk2, tampak ia meniup serulingnya.
Suara serulingnya mengalun dengan irama yang melambangkan kejorokan, karena setiap bunyi seruling itu akan menimbulkan rangsangan birahi buat siapa saja, terutama Kwang Tan yang berada paling dekat dengannya.
Memang Kwang Tan memiliki lwekang yang tinggi,
akan tetapi Ya Ya le pun memiliki sinkang yang terlatih mahir, karena itu, berat juga buat Kwang Tan menindih perasaanya yang melonjak2, terlebih lagi dihadapannya Ya Ya le sambil meniup serulingnya itu dengan meliuk2kan tubuhnya, sehingga menambah rangsangan belaka, membuat Kwang Tan benar2 jadi tersiksa sekali.
Sengit dan marah Kwang Tan menyerang dahsyat, tapi tetap saja Ya Ya le selalu mengelak kesana kemari dengan liuk tubuhnya yang merangsang dari bertelanjang bulat seperti itu.
Benar2 pemandangan yang akan meruntuhkan hati setiap laki2, apa lagi memang Ya Ya le seorang wanita yang sangat cantik sekali.
Yang celaka adalah tujuh orang gadis itu. Mereka memiliki sinkang yang
belum tinggi, mereka hanya memiliki ilmu bertempur yang merupakan barisan dan kerja sama yang baik, Tapi sinkangnya berada di bawah sinkang Kwang Tan maupun juga Ya Ya Ie.
Karena suara seruling, dan menyaksikan liuk-liuk tubuh dari Ya Ya le yang begitu merangsang, semakin lama suara seruling juga menguasai mereka semakin merangsang, Ya Ie juga tidak mau terlalu lama
Kwang Tan, ia merobah cara mengelakkan diri saja, dari setiap maka mereka tidak kuat bertahan lagi, masing2 mulai meng-gerak2kan tubuh mereka dengan gerakan yang terangsang, masing2 juga mulai melepaskan pakaian mereka sepotong demi sepotong.
Benar2 keadaan mereka kalap sekali terangsang oleh suara seruling itu, juga dari mulut mereka terdengar suara mendesis yang merangsang.
Setelah melepaskan seluruh pakaian mereka sehingga ketujuh wanita itu pun dalam keadaan bertelanjang bulat, maka mereka menari-nari terus, sekarang ini bisa dipersamakan dengan tarian erotis, yang merangsang.
Dan celaka buat Kwang Tan, matanya terasa nanar, di seputarnya ada delapan orang wanita yang bertelanjang bulat dan meliuk-liukkan tubuh mereka menari, ditambah dengan iringan dari suara seruling yang mengandung sinkang.
Mati2an Kwang Tan menindih perasaannya, berulang kali ia menjerit nyaring untuk membuyarkan pengaruh rangsangan itu, disertai terjangannya buat menghantam Ya Ya Ie, akan tetapi Ya Ya Ie selalu mengelak saja, dan juga memang ia mengetahui bahwa Kwang Tan mulai dapat dipengaruhinya.
Tujuh orang gadis itu, yang jadi korban dari suara serulingnya yang merangsang merupakan bantuan yang tidak kecil buat Ya Ya Ie karena adanya tujuh gadis tersebut, berarti daya rangsang buat Kwang Tan semakin kuat.
Kemana saja Kwang Tan memandang, untuk mengelakkan matanya dari pandangan
dan memuakkan hatinya, juga sangat
yang menjijikkan
merangsang itu, selalu dilihatnya salah seorang wanita yang bertelanjang. Benar2 kali ini Kwang Tan menghadapi cobaan yang membuat dia tidak berdaya lagi dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Gunturnya, semakin serangannya dengan ilmu pukulan lama juga semakin lemah, karena
pikiran Kwang Tan waktu itu tengah kacau bukan main. Ya Ya Ie terus juga meniup serulingnya, semakin lama semakin halus, seperti suara ajakan tengah merayu.
Hebat memang cara Ya Ya Ie seorang gadis yang berusaha menguasai Kwang Tan, pemuda itu pun merasakan bahwa ia hampir tidak tahan dengan keadaan yang dihadapinya.
Hatinya berdegup keras, pikirannya mulai dibayangi oleh perasaan yang kurang baik menjurus ke porno, dan ia sendiri merasakan sepasang tangannya seperti sudah tidak menuruti perintah hatinya keseluruhannya, karena kedua tangan itu berulang kali hendak membuka bajunya.
Kwang Tan mengeluh, jika memang ia dirubuhkan Ya Ya Ie, niscaya ia akan rubuh dengan sia-sia dan percuma, hina dan rendah sekali.
Karena jika ia rubuh, bukan sekedar rubuh dalam suatu pertempuran belaka, ia rubuh tentu akan melakukan suatu yang hina dan rendah sekali, inilah yang mengerikan Kwang Tan.
Rangsangan seperti itu, yang merupakan cumbu rayu setan yang menakutkannya, membuat Kwang Tan tidak hentinya masih berusaha untuk mengempos sinkangnya, guna melawan terjangan pengaruh dari rangsangan seruling wanita itu.
Di saat itu, keempat orang Lhama itu, mereka dalam keadaan lemas. Tapi mereka dalam keadaan sadar,
karenanya, mereka bisa melihat pemandangan yang membuat mereka "asik" sekali.
Mereka memang memiliki sinkang yang tinggi, tapi mereka tidak bermaksud untuk membendung pengaruh seruling dari Ya Ya le karena memang begitu terpukau melihat tubuh yang mulus dan putih bersih, seperti kapas
atau salju, betapa tengah menari2 dalam keadaan merangsang sekali, maka keempat Lhama itu tidak kuat lagi menahan hatinya, gugurlah imannya, karena waktu itu juga, dengan langkah kaki yang lesu dan lemah, mereka berdiri dan ikut menari perlahan-lahan, dan juga mereka telah menghampiri gadis2 itu.
Tahu2 mereka telah memilih salah seorang gadis untuk mereka masing2, jadi empat orang gadis, Mereka bergulingan di atas tanah Siang-siang para Lhama itu telah membuka pakaian mereka.
Dan juga, mereka mendengus keras sekali dengan napas yang memburu, Di samping itu ketiga orang gadis lainnya yang tidak kebagian telah menyerbu kepada mereka juga, kepada Lhama2 itu, karena mereka telah berusaha untuk merebut Lhama tersebut dari tangan kawan mereka.
Mereka telah di kuasai oleh pengaruh yang bukan main kuatnya, yang begitu merangsang. Mereka lupa sama sekali apa yang mereka lakukan, benar-benar perbuatan yang sangat rendah dan hina sekali, suatu perbuatan yang benarbenar akan membuat mereka bunuh diri jika memang
mereka menyadari apa yang mereka lakukan itu.
Karena itu, jika saja suara seruling itu tidak mempengaruhi mereka, tentunya mereka tidak terpengaruh sehebat itu.
Ya Ya le hanya bersorak didalam hatinya, karena ia girang sekali menyaksikan semua itu. Hatinya girang, karena dengan menyaksikan apa yang ada di hadapannya terangsang, tiupan merangsang.
Dan juga, yang celaka adalah tujuh gadis itu dengan empat orang Lhama mereka jadi "buas" sekali, karena mereka di waktu itu telah menjadi binatang-binatang jalang!"
Demikian juga halnya dengan Kwang Tan semakin lama itu, membuat ia sendiri sangat serulingnya jadi semakin hebat merangsang, membuatnya oleh nafsu berahinya, ia suara seruling itu, semakin
benar2 jadi tersiksa sekali merasakan tidak lama lagi tentu ia akan dipengaruhi oleh suara serulingnya Ya Ya Ie.
Bahkan di waktu itu tampak Kwang Tan mulai gugur imannya, pemandangan yang disaksikannya, di mana empat orang Lhama bergumul dengan tujuh gadis cantik
diatas tanah, membuat ia tidak dapat menahan segalanya.
Dengan muka yang merah padam dan juga dengan sikap yang tegang dipengaruhi oleh nafsunya, ia melangkah satu demi satu mendekati Ya Ya le.
Sedangkan Ya Ya le memasang aksi yang lebih merangsang sambil terus meniup seruling malah Ya Ya Ie telah mulai duduk, agak merebahkan tubuhnya di atas rumput. Terus juga ia meniup serulingnya, menantikan Kwang Tan.
Kwang Tan benar2 sudah tidak tahan karena itu, segera juga lenyap segala persiapannya untuk dapat mengendalikan diri, pemandangan yang disaksikannya, empat lhama itu, dengan tujuh gadis itu, yang berdengus buas sekali membuat Kwang Tan jadi lenyap seluruh perbentengannya.
juga rambutnya digelung berwarna biru.
Diwaktu itu, ia tengah tubuhnya melesat dengan lincah namun para pengejarnya pun memiliki ginkang yang tinggi, sehingga dapat mengejarnya dengan cepat.
Gadis itu tampaknya hendak meloloskan diri dari kejaran para pengejarnya.
Namun para pengejarnya tidak mau membiarkan gadis itu lolos dari kejaran mereka.
Juga suara mereka berisik sekali dalam pengejaran itu. Senjata mereka sering di acungkan untuk menyerang, jika memang mereka sudah dapat mengejar lebih dekat pada gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena memang tampaknya ia sudah tidak kuat lagi buat mempertahankan dirinya...dengan muka yang memerah panas, mata yang memandang aneh, dan Kwang Tan pun merasakan tubuhnya menguap seperti sedang mengeluarkan uap yang panas sekali, ia melangkah setindak demi setindak menghampiri Ya Ya le, yang tengah menelentang itu, napas
Kwang Tan panas dan memburu keras....tangannya pun telah bergerak2 untuk membuka pakaiannya sendiri....!
ooooo)OdwO(ooooo
DILUAR mulut lembah terpisah belasan lie tampak belasan orang yang berpakaian seragam kerajaan, sebagai tentara kerajaan, mereka pun membekal senjata tajam, tengah berlari2 mengejar seseorang.
Orang yang di kejarnya adalah seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan wajah yang manis sekali, cantik dan dua dengan bajunya yang
berlari dengan cepat sekali, Gadis tersebut sendiri mencekal sebatang pedang di tangan kanannya, yang siap akan dipergunakannya jika saja para pengejarnya itu berhasil mengejarnya.
Rupanya, dugaan gadis itu, bahwa ia tidak bisa meloloskan diri dari para pengejarnya itu benar juga, karena dikala itu, memang tampak beberapa pengejarnya berhasil mengejarnya jauh lebih dekat dari yang lainnya.
Malah dua orang di antara mereka teluk melepaskan senjata rahasia.
Gadis itu merasakan berkesiuran angin serangan yang tajam dan sangat kuat. ia berkelit.
Cuma saja, akibat ia sejenak, walaupun hanya berkelit, larinya jadi terhenti beberapa detik, tokh hal ini merupakan kesempatan yang sangat besar buat para
pengejarnya, beberapa orang pengejarnya yang paling depan malah telah berhasil menyandak si gadis, mereka menghadang dan mengurung gadis itu,
Gadis itu berhasil menghindarkan diri dari serangan senjata rahasia, akan tetapi lekas ia mengeluh juga, sebab
para pengejarnya telah
berhasil mengurung dan menghadangnya, jelas ia sudah tidak memiliki kesempatan buat meloloskan diri lagi. Dilihatnya, betapa sisa dari para datang dekat, tidak lama lagi tentu mengepung, guna mengeroyoknya.
Dikala itu, si gadis sudah tidak memiliki pilihan lain, maka sambil berseru nyaring, tubuhnya berkelebat sangat cepat, dia telah kepada beberapa bermaksud untuk menerobos penghadangan orang-orang itu.
pengejarnya telah
mereka akan bantu
menyerang dengan pedangnya bertubi2 orang penghadangnya itu, karena ia Tapi para tentara itu pun telah melakukan perlawanan dengan senjata mereka yang menyambar2 dengan cepat dan kuat, karena sebagian dari mereka telah berusaha menangkis pedang si gadis, sedangkan waktu itu beberapa orang lainnya telah membacok dan menikam kepada si gadis.
Gadis itu lincah, hanya saja ia dikeroyok demikian banyak lawan, membuatnya jadi tidak dapat bergerak leluasa, ia terdesak.
Terlebih lagi di saat itu, tentara yang lain telah datang dan tiba ditempat itu, tujuh orang tentara yang ketinggalan tadi telah ikut, maju mengeroyok. Maka gadis tersebut semakin terdesak juga.
Dengan begitu, gadis ini jadi mengeluh didalam hati, ia berpikir keras karena ia hendak mencari jalan keluar, agar dapat menghadapi lawan2nya itu.
Begitulah, terdengar suara bentakan yang bengis dari para tentara kerajaan itu, Ada yang menganjurkan agar gadis ini menyerahkan saja baik2, karena kalau sampai tubuhnya terluka, tubuh yang begitu halus, dengan wajah yang cantik, tentu akan rugi sendiri.
Ada juga yang mengejek. Ada yang memaki dengan kata2 yang kotor, Gadis itu jadi kalap bukan main.
Walaupun ia terdesak, tokh kenyataannya ia masih terus melakukan perlawanan yang gigih.
Lewat beberapa jurus, bahunya terluka ringan, bajunya robek dan kulitnya tergores sehingga mengeluarkan darah. Tapi luka pada bahunya itu membuat si gadis jadi kalap, ia berseru nekad, dengan pedang yang diputar cepat sekali, ia menyerang beruntun, menikam dan menabas berulang kali.
Dengan demikian telah membuat para tentara kerajaan itu tidak dapat mendesaknya buat sementara waktu. Tapi mereka tetap mengepung ketat sekali, karena memang mereka tidak mau membiarkan gadis itu meloloskan diri dari kepungan mereka, terlepas seperti tadi.
Gadis itu terus juga mengamuk seperti seekor singa yang terluka, napasnya memburu keras. Ia menyadarinya, jika saja keadaan seperti ini berlangsung lebih lama lagi, tentu ia akan rubuh dengan sendirinya, sebab ia akan kehabisan tenaga.
Ia berpikir keras, sambil mengamuk seperti itu ia berusaha mencari kesempatan buat dapat menyingkirkan diri dari kepungan lawan-lawannya itu.
Waktu itu, terlihat para tentara kerajaan mulai memperketat lagi kepungan mereka, sebab mereka melihat si gadis telah bernapas memburu, dan juga telah lemah seperti kehabisan tenaga. Karena itu, mereka bermaksud mempergunakan kesempatan ini buat cepat2 merubuhkan si gadis dan menawannya.
Gadis itu mengeluh, hampir saja ia menangis karena bingung dan marah. Sambil diiringi dengan seruan nyaring, segera juga pedangnya diputar sekeliling dirinya buat melindungi dirinya.
Dikala itu terlihat, belasan tentara kerajaan memperhebat serangan mereka.
Sedangkan gadis itu merasakan matanya semakin lama jadi semakin berkunang2, dan juga tubuhnya mulai lemas tidak bertenaga, sebab tenaganya mulai habis, pedangnya sudah tidak dapat diputar dengan rapat seperti tadi.
Dua kali pedangnya terbentur dengan senjata lawannya dan ia merasakan telapak tangannya itu pedih sekali, pedangnya itu hampir saja terlepas dari cekalannya.
Para tentara kerajaan itu mengeluarkan ejekan yang semakin kotor, membuat gadis ini benar2 jadi gusar tidak terkira.
Dengan segera ia menggerakkan pedangnya mengempos seluruh sisa tenaganya, ia menikam salah seorang tentara yang ada di hadapannya, karena ia bermaksud hendak mengadu jiwa dengan lawannya.
Pedang itu meluncur kearah lawannya, tapi golok lawannya menangkisnya dengan keras.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tranggg !" pedang itu terpental dan terlepas dari cekalan tangan sigadis.
Muka gadis itu berobah jadi pucat.
"Hahaha !" banyak tentara kerajaan itu tertawa dengan suara yang mengejek. "Sekarang engkau harus menyerah secara baik2, karena kami tidak bermaksud ingin mempersakiti engkau! Tapi jika engkau menimbulkan kesulitan. hemmm, hemmm, tentu kamipun tidak akan
berlaku sungkan lagi !"
Sambil berkata begitu, beberapa orang tentara kerajaan tersebut telah maju mendekati sigadis.
Sedangkan sigadis tampaknya jadi gugup, ia telah kehabisan tenaga, ia mundur dengan muka yang berobah pucat karena bingung dan marah.
Waktu ia mundur seperti itu, justeru beberapa orang tentara kerajaan yang dibelakang nya telah maju tahu2 mengulurkan tangan mereka mencengkeram ramai2 lengan sigadis.
Gadis itu tersadar dikala ia merasakan tangannya dicekal oleh para tentara kerajaan tersebut, ia berusaha meronta, akan tetapi ia tidak berhasil, membuat para tentara kerajaan tersebut tertawa bergelak-gelak, merekapun mengeluarkan kata2 yang kotor.
Si gadis mengeluh.
Dengan ditawannya dia, berarti dia tidak akan berdaya lagi mengadakan perlawanan. Apalagi sepasang tangannya seketika diikat oleh tali yang tebal sekali.
Pasukan tentara tersebut rupanya seorang yang kasar dan juga berjiwa rendah, dia mencolek2 pipi dan dada si gadis. Bukan main murkanya si gadis, jika memang diwaktu itu ia memperoleh mempergunakan mempergunakan kebebasannya, pedangnya,
pedangnya buat sehingga dia bisa niscaya dia akan menikam mati tentara
tersebut. Dengan kasar ia didorong agar jalan, untuk dibawa kembali ke kotaraja.
Dikala itu, dari arah depan berlari-lari seseorang yang cepat sekali. Suara siulannya terdengar nyaring, Tidak lama kemudian orang itu telah tiba di depan para tentara kerajaan tersebut, dan ia seorang laki2 bertubuh cebol.
Namun cara berpakaiannya sebagai seorang tojin, tojin itu memiliki muka yang seperti kanak-kanak sepasang tangannya juga pendek-pendek.
"Ihhhh!" para tentara itu mengeluarkan seruan kaget, tapi mereka cepat-cepat bersiap sedia, karena mereka tampaknya mengetahui siapa adanya tojin cebol itu.
"Mi Liang Tojin, jangan ganggu kami !" kata pemimpin tentara itu dengan suara yang tawar. "Hemmm, memang pinto tidak bermaksud mengganggu kalian !" menyahuti tojin tersebut. "sekarang kalian bebaskan gadis itu !"
Pemimpin tentara itu tertawa dingin.
"Mi Liang Tojin, tampaknya engkau tidak takut lagi pada hukum kerajaan, tahukah engkau, jika memang kau mengganggu kami, berarti engkau mencari2 urusan dengan Kaisar.!"
Tampaknya pemimpin tentara itu bermaksud menggertak tojin itu dengan nama Kaisar.
Tapi Mi Liang Tojin tertawa dingin. "Hemmm, aku tidak perduli siapa yang ingin kau tampilkan buat menggertakku" Aku tidak takuti Kaisar! Tidak takut juga para Raja Langit atau juga Raja Laut, Dengan demikian jika memang kalian tahu diri, ayo bebaskan gadis itu?"
Sambil berkata begitu, segera juga ia mengibaskan lengan bajunya.
Para tentara kerajaan itu menduga tojin itu menyerang mereka, semuanya bersiap2. Akan tetapi tojin itu cuma mengibaskan tangannya belaka, sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, ia tidak menyerang.
"Ayo cepat bebaskan gadis itu ! Mengapa kalian cuma bengong saja"!" bentak tojin itu dengan nyaring, "Apakah menanti pinto turun tangan"!"
Muka pemimpin tentara itu berobah, ia memang tahu tojin ini memiliki kepandaian yang tinggi, Tapi biar bagaimana ia juga merasa malu di hadapan anak buahnya kalau menyerah begitu saja.
Mukanya berobah merah sejenak, kemudian dia tertawa dingin, katanya dengan tawar: "Baiklah Mi Liang Tojin, jika memang engkau tidak mau menyingkir, kami akan menerjang membuka jalan!"
Tojin cebol itu tertawa bergelak-gelak.
"Hahaha, rupanya kau telah makan nyali harimau sehingga berani membentur aku"!" katanya dengan suara yang mengejek, lalu ia melompat, tubuhnya yang cebol itu seperti bayangan belaka, telah melayang dengan kedua tangan yang bergerak sangat cepat mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
"Praangggg...! Prangggg !" Terdengar beberapa kali suara yang nyaring itu, Entah beberapa batang senjata dari para tentara kerajaan itu telah terpental dan terlepas dari cekalan tangan mereka masing2, dan malah tubuh empat orang tentara kerajaan telah terpelanting dan bergulingan ditanah.
Bukan main murkanya pemimpin tentara kerajaan itu, ia memang takut, akan tetapi ia pun tidak mau mengalah begitu saja. Maka ia memberikan isyarat lagi kepada anak buahnya dimana tampak mereka serentak menerjang dengan senjata masing2.
Tojin cebol itu tertawa dingin dan tampak kedua tangannya digerakkan.
Terdengar suara jeritan yang menyayatkan karena beberapa orang tentara kerajaan yang terkena serangan telapak tangan lojin cebol itu seketika jadi terpental dan ambruk di tanah tanpa bergerak lagi, karena diwaktu itu mereka pingsan tidak sadarkan diri.
Pemimpin tentara kerajaan itu tampaknya ciut nyalinya, dengan
membawa sigadis baju biru, ia bermaksud menyingkirkan diri, Tojin itu tidak mengejarnya, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tangan kanannya, ia menyentil sebutir batu kecil. Batu itu melesat sangat cepat sekali, akan tetapi yang hebat batu itu menyambar dengan disertai oleh kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
"Tokk!" punggung dari pemimpin tentara kerajaan yang kena tertotok.
Tubuhnya seketika terjungkel bergulingan di tanah, ia pun menjerit jerit. Si Tojin cebol tidak memperdulikan tentara kerajaan itu,
ia membangunkan si gadis kemudian di tuntunnya, diajak untuk memasuki lembah itu.
Mereka berlari2 dengan cepat sekali, dan ketika hampir mendekati mulut lembah, justeru mata si tojin cebol itu melihat sesuatu di kejauhan, orang-orang yang bertelanjang bulat dan tengah bergumul, laki perempuan.
Tojin itu mengeluarkan seruan tertahan. Si gadis heran, ia pun memperhatikan kearah mulut lembah yang diawasi tojin itu, ia menjerit kaget dan malu, mukanya cepat2 ditutup dengan kedua tangannya, matanya juga di pejamkan rapat-rapat.
Dan ia memutar tubuhnya buat menjauhi diri. Tojin itu tertawa.
"Mengapa harus bersikap seperti itu " Bukankah, tadi engkau telah terlanjur melihat "!" Tojin cebol tersebut tidak meneruskan perkataannya, karena di waktu itu ia telah menyaksikan betapa seorang pemuda, yang tangannya perlahan-lahan dengan sikap yang tegang tengah membuka pakaiannya, berjalan menghampiri
wanita telanjang yang tengah rebah dengan meniup seruling.
Suara seruling itu juga telah didengar oleh tojin tersebut. Suara seruling yang mengandung kekuatan sinkang dan pengaruh yang merangsang.
Tojin tersebut tersenyum, ia menjejakan kedua kakinya, tubuhnya segera melesat kedepan. Tahu-tahu ketika tubuhnya meluncur turun, ia menghantam dengan tangan kanannya.
Telapak sinkang yang dahsyat sekali, menyambar kepada wanita telanjang yang tengah meniup seruling itu.
Bukan kepalang kagetnya Ya Ya Ie. Sebenarnya ia tengah senang bukan main melihat Kwang Tan telah
berhasil dipengaruhinya dan
telah membukai bajunya, maka ia hanya menanti, dan tiupan serulingnya semakin lama terdengar jadi semakin merdu dengan irama yang semakin merangsang, semakin perlahan.
Seperti bisikan seorang gadis yang tengah terangsang oleh birahi.
Akibat pukulan dari tojin cebol itu, yang datangnya begitu mendadak sekali, membuat Ya Ya Ie jadi kelabakan juga, ia tengah mencurahkan seluruh perhatiannya pada Kwang Tan dan tengah girang.
Karena itu, ia tidak memperhatikan kedatangan dari Mi Liang Tojin. Hanya tahu2 tenaga serangan Mi Liang Tojin telah datang dekat sekali.
Segera juga ia mengelak.
Karena melompat berkelit ia tidak meniup serulingnya beberapa kali.
tangan kanannya itu mengandung kekuatan Kwang Tan seperti baru tersadar dari mimpinya. Karena suara seruling itu lenyap selama beberapa detik, ia terlepas dari pengaruh hitam Ya Ya Ie.
Sedangkan gadis2 yang bertujuh itu juga tersadar. Mereka kaget tengah bergumul dengan keempat Lhama itu. Mereka menjerit kaget se-jadi2nya dan meronta.
Tapi Ya Ya Ie segera meniup pula serulingnya, sambil tubuhnya me-liuk2. Diwaktu itu, keempat Lhama itu dan tujuh orang gadis itu, bergumul lagi, sinkang tujuh orang gadis itu memang masih rendah, maka mereka dapat dipengaruhi lagi.
Berbeda dengan Kwang Tan. Begitu ia terlepas beberapa detik dari irama seruling tersebut, seketika ia mengempos semangatnya, sehingga ia tidak terpengaruh lagi.
Cuma saja ia jadi kaget dan malu, memperoleh kenyataan sebagian dari pakaiannya telah dilepaskannya. Tapi Kwang Tan tidak memiliki kesempatan buat mengambil pakaiannya itu.
Ya Ya le terus juga meniup serulingnya dimana irama serulingnya itu semakin lama jadi semakin Dalam keadaan seperti itu, tampaknya memperoleh kesulitan, karena pemusatan walau pun ia telah mengepos seluruh kekuatan tenaga dalamnya, tetap saja tidak bisa menjadi satu dan selalu buyar.
Jika memang pamusatan pikirannya buyar lagi, maka akan menyebabkan ia akhirnya terpengaruh lagi oleh suara seruling itu yang sangat merangsang.
Mi Liang Tojin, berseru: "Kerahkan pernapasan kejalan Cit-hiat, kemudian juga jalan darah Mo hiat dibuntu, merangsang. Kwang Tan
pikirannya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disalurkan sinkang kejalan Liong hiat !" Berseru Tojin itu yang di tujukan buat Kwang Tan. Sedangkan sambil berseru seperti itu. Mi Liang Tojin telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya dengan segera melesat dan menghantam lagi kepada Ya Ya Ie.
Ya Ya le telah meniup serulingnya dengan mengerahkan ilmu-hitamnya, akan tetapi tetap saja ia tidak berhasil untuk mempengaruhi tojin cebol itu.
Mi Liang Tojin sama sekali tidak terlihat tanda-tandanya akan terpengaruh, ia malah dapat menyerang terus bertubitubi.
Di kala itu Kwang Tan yang mendengar anjuran dari Tojin cebol itu, seketika mencobanya. Benar saja, setelah ia menuruti petunjuk dari lojin itu, ia merasa lagi. ia tidak terpengaruh lagi oleh suara seruling Ya
Ya Ie, ia pun dapat mengerahkan tenaga dalamnya dengan leluasa.
Girang dan berterima kasih Kwang Tan pada tojin cebol itu. Pertama-tama yang dilakukannya adalah mengambil pakaiannya yang tadi sempat dibuka dan di lemparkannya, ia memakainya kembali,
Lalu Kwang Tan berdiri sejenak buat menyaksikan Mi Liang Tojin yang tengah bertempur dengan Ya Ya Ie. Semakin lama Ya Ya Ie jadi terdesak, karena ia selalu
mengelak kesana-kemari dengan meniup seruling, sehingga ia tidak bisa memberikan perlawanan.
Dan akhirnya ketika melihat suara serulingnya sudah tidak membawa pengaruh lagi buat tojin itu juga Kwang Tan, ia berhenti meniup serulingnya dan mulai menyerang
dengan hebat kepada Mi Liang Tojin, setiap serangan nya mengandung maut.
Suara seruling telah lenyap, dan tujuh gadis yang tengah bergumul seru dengan keempat Lhama itu, jadi kaget dan tersadar dan mereka menjerit keras sekali, berusaha berdiri.
Bukan main malunya mereka, dan mereka pun murka sekali, Segera mereka mengambil baju masing-masing sambil menangis.
Mereka melakukan pengambilan baju mereka dengan ter
gesa2, ketika mereka mengenakan baju mereka kembali ternyata salah mengambil, karena mereka mengambil baju kawan mereka, sehingga tampaknya dengan salah baju yang yang lain ukuran ini membuat mereka semakin panik.
Tapi ini jauh lebih baik di bandingkan mereka harus bertelanjang terus seperti tadi.
Tanpa membuang waktu lagi, tujuh orang gadis itu segera juga melesat ringan meninggalkan tempat itu, terdengar isak tangis mereka, karena mereka tadi, di luar sadar telah melakukan suatu perbuatan yang mesum sekali, yang telah sempat mereka lakukan !
Keempat lhama itu juga tidak terpengaruh lagi oleh suara seruling, tapi mereka tidak menyesal, Malah yang mereka sesalkan mengapa suara seruling yang ditiup oleh Ya Ya Ie berhenti, sehingga mereka tidak bisa menikmati lebih jauh kemulusan tubuh tujuh orang gadis itu, yang kini telah pergi menghadang !
Keempat Lhama itu bangun berdiri. Mereka mengerahkan tenaga dalam mereka. Lancar kembali. Karena obat bubuk Kwang Tan telah lenyap pengaruhnya termakan oleh sang waktu.
Dengan segera keempat lhama itu mengenakan jubah mereka, tahu2, salah seorang diantara mereka, Lhama yang jadi pemimpin itu memberikan isyarat, segera keempat Lhama itu menerjang kepada Kwang Tan.
Walaupun perhatiannya tengah tercurahkan mengawasi jalannya pertempuran antara Mi Liang Tojin dengan Ya Ya le, akan tetapi Kwang Tan waspada.
Ketika mendengar menyambarnya angin serangan dari segala penjuru, mengelakkannya,
keempat Lhama biarpun sinkang mereka telah pulih, namun belum lagi pulih keseluruhannya.
Keempat Lhama itu setelah melompat mundur, dengan muka yang merah padam karena murka dan penasaran, segera melompat menyerang lagi. Mereka berlaku waspada
sekali, karena mereka tidak mau jika rubuh oleh obat bius Kwang Tan pula.
Sedangkan Kwang Tan melayani mereka dengan tenang, Satu kali, ketika ada kesempatan Kwang Tan malah berhasil menghantam telak sekali dada salah seorang
Lhama dengan salah satu pukulan Gunturnya.
"Bukkkk!" Tubuh Lhama itu terpental dengan dada yang hangus, Hanya saja, disebabkan Lhama itu memiliki latihan sinkang yang kuat, maka ia tidak terbinasa, ia hanya menggeletak ditanah sambil mengerang.
Ketiga orang Lhama lainnya segera menerjang pula kepada Kwang Tan, namun nyali mereka mulai ciut, mereka mengakui bahwa Kwang Tan memang seorang pemuda yang benar2 tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi karena biarpun mereka berempat dan masing2
Kwang Tan tanpa menoleh telah segera ia balas menyerang, memaksa itu harus melompat mundur, karena memiliki kepandaian yang tinggi, namun kenyataannya Kwang Tan bisa menghadapi mereka dengan baik sekali.
Dikala itu Mi Liang Tojin dengan Ya Ya le memang memiliki kepandaian tinggi, sedangkan Mi Liang Tojin juga berkepandaian tinggi, karena itu, mereka berdua bertempur berimbang.
Angin senangan kedua orang ini berkesiuran tidak hentinya, sampai satu kali Ya Ya Ie berseru: "Hati2 seranganku ini !" Dan seruling nya itu meluncur akan menyerang Mi Liang To jin. Tapi yang luar biasa, dikala seruling itu menyerang, justeru Ya Ya Ie melepaskan
cekalannya pada serulingnya.
Maka seruling itu Liang Tojin.
Mi Liang Tojin menyambar kuat sekali kedada Mi
terkejut, ia menyampok dengan tangannya.
Hanya saja, seruling itu seperti juga memiliki mata, sebab ia bisa merandek dan tahu-tahu menukik ke bawah dan telah menyambar keperut Mi Liang Tojin.
Hebat memang cara menyambar seruling itu, waktu Mi Liang Tojin menghindarkan diri, justeru seruling itu telah berobah arah lagi, menyambar pulang kepada Ya Ya le, sehingga Ya Ya Ie bisa menanggapi lagi serulingnya tersebut.
Begitu mencekal serulingnya, tubuh Ya Ya Ie yang bertelanjang bulat tersebut telah meluncur lagi untuk menotok beberapa jalan darah di tubuh Mi Liang Tojin.
Mi Liang Tojin sendiri tidak mau membuang2 waktu, ia segera balas menyerang dua kali, begitu ia mengelakan diri dari serangan Ya Ya Ie.
Tojin cebol ini juga telah mengetahui bahwa kepandaian lawannya ini memang tinggi, dan tidak boleh ia menghadapinya dengan setengah hati, jika memang ia kurang waspada, jelas ia akan terkena serangan lawannya itu tanpa ampun lagi, malah kemungkinan ia bisa mati atau juga terluka parah.
Dikala itu, Kwang Tan yang tengah menghadapi terjangan ketiga Lhama, sekonyong-konyong tubuhnya melesat, sambil menyerang sekaligus dengan kedua telapak tangannya.
"Dukkk, dukkkk, dukkkk !" tenaga ketiga Lhama itu saling bentur dengan tenaga dalam Kwang Tan, terdengar begitu keras sekali.
Tubuh Lhama-lhama itu mundur terhuyung karena mereka tidak kuat menahan hawa panas yang terkandung dalam pukulan Kwang Tan tersebut.
Malah salah seorang segera berjongkok menggendong kawannya yang terluka dan dadanya telah menghitam itu, buat dibawa kabur. Demikian juga dengan kedua Lhama lainnya, yang segera juga memutar tubuhnya, meninggalkan tempat itu.
Kwang Tan tidak mengejarnya, ia berdiam diri mengawasi jalannya pertempuran antara Mi Liang Tojin dengan Ya Ya Ie.
Waktu itu kedua orang yang tengah mengukur kepandaian itu tampaknya sama2 hebat
dengan demikian membuat Kwang
dan berimbang, Tan akhirnya bermaksud untuk menolongi.
Tanpa berpikir dua kali, ia menjejakkan kaki nya, tubuhnya seketika telah melesat ketengah udara bagaikan seekor burung rajawali, lalu meluncur turun dengan kedua tangannya yang menyambar kepada Ya Ya le,
Ya Ya Ie melihat dirinya. Cepat-cepat menjejakkan lagi kakinya, meninggalkan tempat itu. samarsamar masih terdengar ancamannya: "Nanti aku akan
mencari kalian buat menyelesaikan urusan ini....!"
Kwang Tan menghela napas, Memang luar biasa sekali wanita yang bertelanjang bulat itu, yang kepandaiannya memang tinggi sekali.
Mi Liang Tojin menghela napas, setelah melihat Ya Ya Ie menghilang, ia tertawa.
"Hemmm, engkau hampir saja menjadi korban Ya Ya Ie !" ujar Mi Liang Tojin.
Kwang Tan mengangguk.
"Ya jika memang Cinjin tidak segera datang menolongiku, tentu aku telah menjadi korbannya, melakukan perbuatan yang hina sekali. Terima kasih atas pertolongan locianpwe."
Mendengar perkataan Kwang Tan, Mi Liang Tojin, telah mengulapkan tangannya. "Jangan banyak peradatan... jangan banyak peradatan !" katanya kemudian "Walaupun tidak menyukai wanita itu keadaan yang tak menguntungkan
dia melompat mundur. Kemudian bagaimana, memang aku yang mengumbar nafsu
birahinya untuk menyempurnakan ilmu hitamnya.... jika memang ia berhasil melatih ilmu hitamnya itu, niscaya aku sendiri tidak akan sanggup buat menghadapinya !"
Kwang Tan mengangguk, kemudian tanyanya: "Bagaimana caranya locianpwe mengetahui bahwa wanita cabul itu tengah mengumbar kecabulannya disini "!"
Mi Liang Tojin seketika teringat seseorang ia menoleh. Dilihatnya gadis berbaju biru tengah mendatangi ragu2 kepadanya.
"ltulah dia !" tunjuknya kepada gadis itu, "Pinto baru saja menolongnya... dan kebetulan
lewat ditempat ini, menyaksikan urusan yang sangat memalukan itu, segera juga pinto turun tangan untuk menolongi dirimu. Cuma saja kasihan nasib ketujuh gadis itu, tampaknya mereka telah menjadi korban dari pengaruh seruling Ya Ya Ie! Dan juga, siapakah keempat lhama itu, tampaknya kepandaian mereka sangat tinggi sekali !"
Kwang Tan mengatakannya: "Jika tidak salah mereka adalah orang-orang Persia !"
"Hemm, pantas, mereka adalah orang2 asing, Tapi kepandaian mereka tidak boleh di pandang rendah...!" kata Mi Liang Tojin.
Kwang Tan mengangguk. "Ya...!" katanya kemudian, "Memang dilihat demikian, cukup banyak orang2 asing berkepandaian tinggi berkumpul di kotaraja!"
Bola mata Mi Liang Tojin menatap tajam sekali mengawasi Kwang Tan. "Kau tampaknya memiliki kepandaian yang tidak rendah, tidak berada di sebelah bawah kepandaianku
siapakah gurumu"!" tanya Mi Liang Tojin.
Kwang Tan ragu2, namun akhirnya ia menyahuti: "Maafkanlah locianpwe, sebenarnya.... guruku itu seorang yang tidak senang di sebut2 namanya !" kata Kwang Tan kemudian.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Ya sudahlah... memang banyak sekali tokoh2 Kangouw berperangai aneh... dan mereka umumnya tidak mau di sebut2 namanya..!"
Gadis berbaju biru itu telah sampai di dekat Mi Liang Tojin, ia melirik kepada Kwang Tan, pipinya segera terasa
panas, karena ia masih
ingat, betapa tadi pemuda ini hampir saja melakukan perbuatan mesum dengan wanita yang bertelanjang bulat dan bersenjata seruling itu. "Kau sebenarnya seorang yang memiliki masa depan sangat baik sekali !" kata Mi Liang tojin kepada Kwang Tan. "Karena itu, engkau harus lebih tekun untuk
memperdalam ilmumu, agar kelak engkau tidak dapat dipengaruhi lagi oleh ilmu hitam seperti yang dipergunakan Ya Ya Ie..!"
Malu Kwang Tan di tegur seperti itu, pipinya berobah merah dan panas, ia memberi hormat.
"Terima kasih atas nasehat locianpwe...!" "Memang boanpwe akan memperhatikan baik2 katanya. nasehat locianpwe, agar kelak boanpwe tidak terpedaya lagi oleh ilmu hitam seperti itu."
Sedangkan gadis berbaju biru telah berkata. "Locianpwe, aku ingin... ingin minta diri..." Mi Liang Tojin memperlihatkan sikap heran.
"Kau ingin kemana"-!" tanyanya.
"Ke lembah itu!"
"Hah"!"
Kau....!?" Kwang Tan pun heran.
"Ada sesuatu yang perlu ku urus."
"Tapi... kau mencari penyakit pergi kesana!" kata Mi Liang Tojin. "Tapi memang aku harus kesana untuk menyelesaikan urusan itu, apapun yang terjadi, aku harus memasuki lembah itu !" menyahuti si gadis.
"Urusan yang penting sekali ?"
Gadis itu mengangguk.
"Benar locianpwe.... urusan yang sangat penting dan tidak boleh ditunda-tunda !"
"Jika memang kau tidak keberatan," maukah engkau menceritakan kepadaku, urusan apa yang tengah kau urus itu ?" tanya Mi Liang tojin lagi.
"Urusan itu... urusan itu..."
Mi Liang Tojin tampak tertawa.
"Jika engkau keberatan memberitahukannya, ya sudahlah. Tapi seperti engkau ketahui, didalam itu terdapat perempuan cabul Ya Ya le tadi, yang kepandaiannya sangat tinggi.!"
Gadis baju biru itu menghela napas. "Tapi aku terpaksa harus memasuki lembah itu... urusan ini menyangkut dengan urusan seorang manusia.... keselamatan jiwanya maksudku ?"
"Hemmmm, kawanmu "!"
Gadis itu tampak malu, wajahnya berobah merah, namun akhirnya ia mengangguk.
"Ya...!" sahutnya kemudian. "Memang aku perlu menolongi seorang sahabat !"
Mi Liang Tojin melirik Kwang Tan, kemudian tertawa penuh arti, katanya: "Tentunya sahabat pria, bukan "!"
Muka gadis itu berobah merah lagi, ia segera juga mengangguk dengan kepala tertunduk.
"Benar, locianpwe....!" perlahan sekali suaranya.
Kwang Tan meragukan akan keinginan gadis itu, karena jika saja ia pergi memasuki lembah itu, niscaya akan menyebabkannya terancam bahaya.
"Apakah nona tidak bisa menunda kepergian nona kelembah itu "!" tanya Kwang Tan.
Gadis itu menggeleng "Kukira tidak bisa..."
"Tapi jika kau pergi kesana sama saja engkau mengantarkan jiwa dan membuang jiwa di sana.
"Akan kupertaruhkan jiwaku..!"
"Namun, jelas engkau bukan tandingan Ya Ya le !" kata Mi Liang Tojin.
Gadis itu menghela napas, wajahnya berobah jadi muram dan murung sekali.
"Ya locianpwe, memang aku mengetahui akan hal itu.,. Ya Ya le tentu akan membunuhku." "Lalu mengapa engkau memaksakan diri buat pergi kesana "!" tanya Mi Liang Tojin, sambil mengawasi gadis itu dengan tajam, begitu juga Kwang Tan.
"Karena aku telah bertekad, walaupun harus membuang jiwa, harus tetap memasuki lembah itu buat menolongi sahabat!" menyahut sigadis.
Mi Liang Tojin menghela napas.
"ltulah perbuatan yang harus dipuji, setia kawan yang tinggi sekali !" katanya.
Kwang Tan mengangguk-angguk.
"Ya, jika memang nona tidak keberatan, kami bisa mengantar nona masuk kedalam lembah itu !" "Terima kasih..!" kata sigadis sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, "lnilah untuk meminta pun aku tidak berani menyebutkannya !"
Kwang Tan girang gadis itu tidak menolak permintaannya, ia pun segera menoleh ke pada Mi Liang Tojin.
"Locianpwe, sesungguhnya aku pun tengah menghadapi urusan yang aneh sekali !" katanya kepada Mi Liang Tojin. "Urusan apa yang aneh itu "!" tanya tojin cebol tersebut sambil memperhatikan Kwang Tan. Kwang Tan segera menceritakan perihal surat yang diterimanya dari pelayan rumah penginapan yang katanya dari seorang gadis, yang, memintanya datang kelembah itu.
Muka si gadis baju biru berobah ketika Kwang Tan tengah menceritakan perihalnya itu.
"ltulah perbuatanku!" akhirnya si gadis bilang begitu Kwang Tan selesai bercerita.
Bola mata Kwang Tan bergerak dengan mata terbeliak heran, mengawasi gadis.
"Jadi... jadi nona yang menitipkan surat buatku "!" tanya Kwang Tan. Si gadis mengangguk.
"Benar.."
"Maksud nona ?"
"Aku... aku hanya ingin kau hati2, karena banyak tentara negeri yang mengincarmu, terutama sekali para pahlawan istana..!" menjelaskan si gadis.
Kwang Tan baru mengerti duduk persoalannya, ia mengangguk beberapa kali.
"Oh begitu "!" katanya kemudian, "Terima kasih atas maksud baik nona-! Tapi ada sesuatu yang belum kumengerti dan hendak kutanyakan, apakah nona bersedia menjelaskannya?"
"Apakah itu "!" tanya si gadis.
"Pesan agar aku datang kemari!" menyahuti Kwang Tan sambil mengawasi si gadis.
Gadis itu menunduk malu.
"Aku melihat kau memiliki kepandaian yang tinggi, karena para pahlawan istana saja tidak berani sembarangan turun tangan kepada mu! Maka dari itu, sengaja aku mengundang kau kemari, jika memang engkau tidak keberatan, sebetulnya... sebetulnya..."
Melihat si gadis tidak meneruskan perkataannya Kwang Tan semakin ingin mengetahui nya.
"Sebetulnya apa?" tanyanya.
"Sebetulnya aku pun hendak meminta bantuanmu, jika engkau tidak keberatan agar membantu aku membebaskan sahabatku itu...!" menjelaskan si gadis.
"Ohhh, begitu"!" Kwang mengangguk lagi, urusannya sekarang telah terang.
"Dan... kau sekarang bersedia membantunya?" tanya Mi Liang Tojin sambil tertawa.
Kwang Tan tersenyum.
"Tentu ! Tadi saja aku pun telah menyanggupi buat menolongi nona ini, locianpwe !" menyahuti Kwang Tan. "Baiklah ! Mari kita masuk kedalam lembah itu !" ajak Mi Liang Tojin.
"Tunggu dulu, locianpwe!" mencegah si gadis.
"Kenapa?" Kwang Tan dan Mi Liang Tojin telah menoleh menatap sigadis dengan heran.
"Didalam lembah itu bukan hanya terdapat Ya Ya Ie belaka, ia masih memiliki banyak kawannya yang berkepandaian tinggi, juga ditempat itu ada beberapa orang lainnya yang semuanya memiliki kepandaian tidak rendah, maka kita harus hati2, tidak bisa memasuki lembah itu secara berterang."
Mi Liang Tojin tersenyum.
"Tampaknya engkau mengenal keadaan dalam lembah itu dan juga mengetahui siapa2 yang berada didalam lembab ini, bukan !?" tanya Kwang Tan.
Si gadis mengangguk.
"Ya, memang aku mengetahuinya !" menyahuti si gadis dengan agak malu. Sedangkan Mi Liang Tojin dikeroyok oleh para tentara bertanya: "Tadi engkau kerajaan, sesungguhnya
mengapa kau bisa bentrok dengan mereka ?"
Si gadis ragu2, tapi kemudian dia menghela napas dalam-dalam dengan muka murung.
"Semuanya itu berpangkal urusan sahabatku yang sekarang berada didalam lembah ini." menjelaskan sigadis. "Maksudmu "!" tanya Mi Liang Tojin. "Sahabatku itu telah mencuri semacam benda mustika dari istana Kaisar, ia dikejar, tapi ia telah lenyap jejaknya, sedangkan aku diketahui
ditangkap. sebagai sahabatnya, maka akupun hendak
Namun aku memberikan perlawanan dan akhirnya telah berhasil ditawan oleh mereka. Beruntung
saja ada locianpwe yang segera turun tangan untuk menolongi aku !"
Mi Liang Tojin mengangguk mengerti, ia menghela napas, ia bilang: "Kalian
telah menceritakan sebab2 mengapa kalian bisa tiba disini. sekarang giliranku untuk menjelaskannya. Keberangkatanku kekotaraja sebetulnya merupakan perjalanan yang tidak menyenangkan karena aku sebetulnya lebih senang hidup mengasingkan diri, Namun memang pada dasarnya, aku harus melakukan pekerjaan besar, maka aku harus juga melakukan perjalanan."
"Urusan besar, locianpwe "!" tanya Kwang Tan dan gadis itu hampir berbareng.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Ya, urusan besar!" ia membenarkan. "Dan telah lama didalam rimba persilatan belakangan ini tersiar, telah muncul seorang utusan Bengkauw, yang tengah melakukan perjalanan ke kotaraja. Karena itu, aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku sengaja telah melakukan perjalanan ke Kotaraja !"
Kwang Tan tercekat didalam hatinya, ia bersikap lebih waspada, karena segera ia ingat bahwa ia belum mengetahui apakah Mi Liang Tojin ini sahabat atau lawan.
Mi Liang Tojin tersenyum, ia meneruskan ceritanya. "Tapi aku telah setengah bulan berkeliaran dikotaraja, orang yang kucari itu belum juga berhasil kujumpai. Sudahlah, biarlah aku tidak perlu mencarinya lagi !"
Kwang Tan mengawasinya.
"Locianpwe..." katanya ragu.
"Ya !"
"Apakah locianpwe tidak bermaksud mencari orang itu terus sampai bertemu "!" "Kukira, orang itu sulit dicari dan aku tidak mungkin bisa bertemu dengannya, Sudah setengah bulan aku berkeliaran dikotaraja, tapi aku tidak mengendus jejaknya!"
"Menurut cerita locianpwe, locianpwe memiliki urusan besar dengan orang itu. Sesungguhnya urusan apakah itu ?" tanya Kwang Tan kemudian.
Mi Liang Tojin bimbang, buat sejenak lamanya ia tidak memberikan jawabannya. Kwang Tan tersadar di tatap dan diawasi begitu oleh Mi Liang Tojin, ia segera merangkapkan kedua tangannya. "Maafkanlah locianpwe atas kelancangan boanpwe, tidak seharusnya boanpwe bertanya terlalu melit seperti itu...!"
Mi Liang Tojin tertawa. "Tidak apa2... tidak apa2.." katanya kemudian. "Tentu saja kau heran, karena sebelumnya aku mengatakan memiliki urusan besar, tapi lalu menganggap urusan selesai
begitu saja sebelum bertemu dengan utusan Bengkauw itu! Aku sesungguhnya ingin sekali bertemu dengan Kauwcu Bengkauw, yaitu Thio Bu Kie karena ada sesuatu yang perlu kupersembahkan kepadanya."
-ooo0dw0ooo Jilid 36 "LEWAT utusannya itu, tentu aku bisa diajak menemui Thio Bu Kie. Tapi memang sulit mencari jejak dari utusan itu terpaksa aku telah menunda maksudku itu, dan kupikir, ada baiknya aku pergi langsung saja buat menemui Kauwcu
Bengkauw Thio Bu Kie. Tentu tokoh2 Bengkauw yang kujelaskan perihal maksudku yang sangat penting, mereka akan mempertemukan juga aku dengan Kauwcu Bengkauw itu !"
Kwang Tan di liputi tanda tanya yang tidak terjawab olehnya, akan tetapi tidak bertanya lagi, karena ia kuatir disebut sebagai pemuda ceriwisan, yang telah bertanya melit sekali ingin mengetahui urusan orang lain.
Maka ia berdiam diri saja, memasang telinganya, Dikala itu tampak, betapa si gadis baju biru itu telah memandang tajam pada Mi Liang Tojin, dia bilang: "Locianpwe,
sebenarnya. apakah memang locianpwe ingin bertemu dengan utusan Bengkauw itu?"
Kwang Tan terkejut memandangi gadis tersebut, demikian juga halnya dengan Mi Liang Tojin. "Kau ?"
"Locianpwe belum menjawab pertanyaanku?"
"Apakah engkau tahu di mana adanya utusan Bengkauw itu?" tanya Mi Liang Tojin, Gadis itu mengangguk.
"Ya, Tapi locianpwe belum menjawab pertanyaanku yang tadi!" kata si gadis.
Mi Liang Tojin mengangguk segera.
"Tentu saja aku mau bertemu dengannya!" sahutnya dengan cepat. Gadis itu tersenyum.
"Sesungguhnya locianpwe tidak perlu mencarinya jauh2, karena dia berada di dekat locianpwe." menyahuti gadis itu kemudian dengan tersenyum,
Mi Liang Tojin terkejut, ia memandang heran tidak mengerti kepada si gadis, "Maksudmu?"
Sigadis tertawa, ia menunjuk kepada Kwang Tan.
"lnilah utusan dari Bengkauw....!" dia menjelaskannya, memberitahukan sambil tertawa.
Kwang Tan terkejut. tidak terkecuali juga buat Mi Liang Tojin. Kwang Tan terkejut karena gadis itu mengetahui dia adalah utusan dari Bengkauw, sedangkan Mi Liang Tojin sama sekali tidak menyangka bahwa si gadis akan menunjuk Kwang Tan.
Dengan tajam dia mengawasi Kwang Tan sedangkan Kwang Tan sendiri belum lagi mengetahui apakah maksud Mi Liang Tojin ini memang baik buat Bengkauw atau sebaliknya maka ia berdiam diri tidak memberikan reaksi dulu.
"Benarkah apa yang di katakan oleh gadis itu" "tanya Mi Liang Tojin kemudian sambil terus menatap kepada Kwang Tan.
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Mungkin nona itu hanya bergurau saja, locianpwe!" ia bermaksud menyangkalnya.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis itu tertawa. "Kau jangan menyangkal, aku telah mengetahui jelas, engkau adalah utusan Bengkauw. Hemmmmm, bukankah pahlawan istana selalu mengejarmu, untuk menawanmu?"
Kwang Tan terpojokkan, dia bilang: "Nona memang matamu sangat awas!" Setelah berkata begitu, Kwang Tan baru bilang kepada Mi Liang Tojin katanya.
"Locianpwe, apa yang dikatakan nona itu memang benar adanya! Ada urusan penting apakah locianpwe hendak mencariku?"
Sambil bertanya begitu, Kwang Tan mengawasi Mi Liang Tojin dengan terwaspada.
Mi Liang Tojin tidak segera menjawab, dia tertawa bergelak gelak.
"Ha, didepan tertawa. ku cari2 setengah mati, tidak tahunya berada
mata!" berseru Mi Liang Tojin setelah puas
Melihat sikap Mi Liang Tojin, tampaknya tojin ini memang tidak bermaksud buruk padanya, maka dari itu, segera juga agak lega hati Kwang Tan.
"Coba locianpwe tolong jelaskan, apa maksud locianpwe yang sebenarnya."
"Jadi memang kau benar utusan Bengkauw" Kwang Tan mengangguk, "Benar, locianpwe?" "Bagus! inilah namanya jodoh! Telah setengah bulan lamanya aku mencari2 engkau, tapi tidak juga bertemu!" setelah berkata begitu, tampak Mi Liang Tojin memandang sekelilingnya, dia baru meneruskan perkataannya: "Begini,
urusan ini menyangkut dengan kejayaan Bengkauw! Dulu secara kebetulan aku beruntung telah memperoleh sebuah peta yang menjelaskan diletakkannya harta kekayaan dari pangeran2 kerajaan yang lama, harta itu tidak ternilai harganya, dan aku bermaksud menyerahkan peta harta itu kepada Thio Bu Kie, Kauwcu
Bengkauw sekarang telah bangun
Bengkauw. Kudengar kembali mengadakan pengerahan, tentu saja memerlukan banyak sekali biaya, Jika memang harta karun itu bisa diperoleh Bengkauw, niscaya Bengkauw dapat berbuat yang lebih banyak lagi."
Kwang Tan kaget dan girang mendengar berita itu.
Mi Liang Tojin mengangguk.
"Kukira, aku bicara dari hal yang sebenarnya dan kau tentu bersedia nanti mengantarkan aku menemui Thio Bu Kie kauwcu, bukan?" tanya Mi Liang Tojin.
Kwang Tan segera merangkapkan sepasang tangannya, dia bilang: "Mewakili Kauwcu mengucapkan terima kasih atas maksud luhur locianpwe."
Mi Liang Tojin cepat-cepat memimpin Kwang Tan agar tidak memberikan penghormatan seperti itu.
"lnilah disebabkan akupun mengetahui bahwa Bengkauw melakukan perjuangan yang luhur !" kata Mi Liang Tojin, "Dan mudah2an saja harta karun itu memang bisa dipergunakan oleh Bengkauw untuk menunjang perjuangan yang berhasil..."
Kwang Tan girang bukan main, inilah yang benar-benar tidak di sangkanya. "Karena urusan ini sangat membantu nona ini menolongi melakukan perjalanan buat pergi menemui Kauwcu!" kata Kwang Tan.
Mi Liang Tojin setuju, "Berada di Kotaraja terlalu lama juga tidak ada gunanya!" katanya. Kwang Tan bersemangat sekali, dia menoleh kepada si gadis "Nona, siapakah kau sebenarnya, bolehkah kami mengetahui nama nona yang mulia?"
penting sekali, setelah sahabatnya, kita boleh
Gadis itu memandang Kwang Tan sejenak barulah dia menyahuti dengan suara yang perlahan: "Sesungguhnya aku dari pintu perguruan Go Bie Pay, hanya saja, aku tidak mencukur rambut menjadi nikouw, Dan bernama Lian Kie Lin."
"Nona Lian, mari kita mulai memasuki lembah ini, agar tidak terlalu membuang waktu!" ajak Mi Liang Tojin tidak sabar, Gadis itu mengangguk.
Mereka bertiga segera memasuki lembah, seperti yang telah di jelaskan oleh gadis itu, bahwa mereka tidak bisa
mengambil jalan berterang, karena di dalam lembah itu berkumpul cukup banyak orang2 tangguh, mereka mengambil jalan yang agak sulit, agar menghindarkan pertemuan dengan para orang2 sakti yang berada didalam lembah.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tidak jeri, mereka sebenarnya mau masuki lembah itu dari depan! Tapi Lian Kie Lin tidak menyetujuinya. Gadis itu lebih senang jika mereka memanjat tebing dari samping, untuk memasuki lembah.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tidak menolak lagi permintaan si gadis, merekapun telah memanjat tebing, dengan mudah mereka tiba di dalam lembah.
Kepandaian mereka memang tinggi sekali Walaupun Lian Kie Lin memiliki kepandaian
Kwang Tan atau Mi Liang Tojin, ginkang yang mengagumkan.
yang tidak setinggi namun ia memiliki
Setelah berada didalam lembah dibalik lembing, ternyata tempat itu mereka lihat merupakan sebuah taman bunga yang teratur dengan sangat rapi sekali. Tentunya kebun bunga ini dirawat oleh tangan manusia.
Segera juga Kwang Tan dan kawannya menduga, pasti di sekitar tempat ini ada orang yang berdiam dan tentu penghuninya salah seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Waktu Mi Liang Tojin hendak menyelidiki keadaan tempat itu, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa mengejek.
Tapi mereka tidak melihat seorang manusiapun juga di sekitar tempat itu.
Kwang Tan mendengar suara tertawa itu berasal dari balik pohon bunga, ia mencelat kesana.
Tapi Kwang Tan kecele, di sana tidak terlihat orang, karena seekor binatangpun tidak nampak.
Segera juga Kwang Tan dan Mi Liang Tojin serta Lian Kie Lin berwaspada.
"Hmm!" kembali terdengar suara tertawa dingin, tapi dari arah barat, berbeda tempat dari yang tadi.
Kembali Kwang Tan, malah sekarang bersama Mi Liang Tojin, telah mencelat kesana.
Tetap saja tidak terlihat seorang manusia pun juga, sepi dan sunyi sekali. "Hmmm!" terdengar lagi suara tertawa mengejek, sekarang dari sebelah timur, Cepat sekali Kwang Tan tidak membuang waktu, Begitu mendengar suara tertawa mengejek itu, segera ia melesat. Tetap saja dia tidak melihat seorang manusia pun.
Terdengar suara mengejek dari sebelah Utara.
Begitulah mengejek itu bergantian, semakin lama suara tertawa semakin terdengar jelas dan berpindah 2 tempat, gencar bukan main. Tentu saja Kwang Tan bertiga terkejut. Hal itu membuktikan orang yang tertawa mengejek itu memiliki ginkang yang sangat tinggi dan mahir sekali.
Kwang Tan bertiga memiliki mata yang awas dan kepandaian tinggi, tapi mereka masih tidak bisa melihat orang yang tertawa mengejek itu, yang selalu berpindahpindah tempat.
Mi Liang Tojin merangkapkan kedua tangannya, sambil tertawa ia bilang. "Maafkan atas kelancangan kami bertiga yang telah berkunjung tanpa di undang ketempat tuan, aku si tua bangka yang sudah mau mampus, tojin yang tidak
pernah liamkheng, Mi Liang Tojin, dengan ini memohon bertemu dengan tuan rumah."
Sunyi sekali, cuma suara Mi Liang Tojin belaka yang bergema.
"Hmmm!" terdengar lagi suara tertawa dari sebelah timur, lalu menyusul terdengar di barat, utara dan selatan. Mi Liang Tojin jadi habis sabar.
"Baiklah, jika memang demikian cara menyambut tamu, kami pun tidak bisa memaksa agar penyambutan tamu yang jauh lebih baik lagi!"
Setelah berkata begitu, tampak Mi Liang Tojin menoleh kepada Kwang Tan, katanya: "Hmmm, rupanya kedatangan kita di tempat ini memang tidak disukai oleh mereka!"
Baru saja berkata sampai disitu, terdengar suara tertawa dingin lagi, dan tampak dikala itu sesosok bayangan meluncur dengan cepat sekali, dibarengi juga dengan tangan kanannya yang telah bergerak menghantam.
"Dukkk!!" Mi Liang Tojin menangkisnya. Hebat kesudahan dari tangkisan tersebut, karena di saat saat seperti itu memang terlihat jelas sekali, tenaga dalam Mi Liang Tojin berimbang dengan orang itu, tangan mereka saling bentur dengan kuat sekali.
Sedangkan sosok tubuh itu, setelah gagal merubuhkan Mi Liang Tojin, segera juga ia membarengi menyerang kepada Kwang Tan.
Apa yang dilakukannya itu memang sangat cepat sekali, sehingga tangannya berobah menjadi berapa tangan.
Kwang Tan menangkis dengan ilmu Pukulan Gunturnya.
Memang mereka berdua sama2 terpental beberapa tombak, tapi kesudahannya orang itu yang menjerit kaget. Rupanya ia sama sekali tidak menyangkanya bahwa Kwang Tan memiliki tenaga yang begitu panas dan juga telah menyesakkan pernapasannya, angin pukulan yang seperti api tersebut membuatnya benar-benar jadi seperti terbakar.
Mi Liang Tojin telah berdiri tetap dan melihat orang itu adalah seorang laki2 berusia delapan puluh tahun lebih, telah tua dan juga mukanya dipenuhi oleh kerut keriput.
Di samping itu tubuhnya kurus kering. Rambutnya maupun jenggot dan kumisnya memang telah putih semuanya.
Dalam keadaan seperti itu, telah Tojin segera bisa menduga, bahwa seorang memiliki kepandaian tidak boleh diremehkan.
Tadi saja, waktu mereka saling mengadu kekuatan Iwekang, telah membuatnya terhuyung, dan hampir saja jadi terdesak dengan hebat. Untung saja Mi Liang Tojin membuat Mi Liang
orang ini tentunya memang memiliki sinkang yang kuat, dengan demikian ia berhasil untuk mengekang dirinya dan mengendalikan kuda-kuda kedua kakinya tidak sampai rubuh terguling.
Kwang Tan sendiri merasakan, betapa tangannya pedih sekali ketika membentur tangan orang itu.
Hawa panas yang meluncur keluar dari tangan Kwang Tan justeru membuat orang tersebut melompat dengan tubuh yang gesit sekali, kemudian dia berdiri tegak, memandang dengan sepasang mata yang sangat tajam, tampaknya dia sangat heran sekali.
"Apakah engkau murid dari si Manusia Tidak Berumah?" tanyanya dengan suara tawar. "Ya!" mengangguk Kwang Tan. Memang gurunya digelari sebagai Manusia Tidak Berumah. "Apakah Locianpwe kenal dengannya?"
Mendadak saja orang itu tertawa bergelak gelak dengan sikap yang angkuh.
"Manusia Tidak Berumah mana pantas menjadi sahabatku?" katanya kemudian dengan sikap yang sombong sekali. "Hemm, hem, dengan engkau ingin mempersamakan kedudukan ku dengan gurumu, apakah kau cukup berharga buat bercakap-cakap dan lancang memasuki tempatku ini ?"
Muka Kwang Tan berobah merah, ia tertawa, kemudian katanya: "Ya, memang boanpwe mengakui telah lancang datang kemari. Tetapi boanpwe mempunyai suatu urusan !"
"Mempunyai suatu urusan?" Tanya orang itu sambil membuka matanya lebar-lebar.
Kwang Tan mengangguk.
"Ya !" sahutnya kemudian sambil mengangguk beberapa kali lagi, ia mengharapkan orang tua itu mau mengerti dan tidak tersinggung karena dia dianggap sebagai seorang yang telah lancang datang ketempat ini.
Terlihat orang itu telah tertawa dingin. dia bilang: "Urusanmu adalah urusanmu, bukan urusanku!" Dingin sekali suaranya, "Sekarang yang hendak kubicarakan,
adalah kesalahanmu..kau telah demikian lancang, berani memasuki tempatku, maka engkau harus mempertanggungjawabkannya..!"
Setelah berkata begitu, segera juga terlihat betapa ia telah bersiap2 hendak menerjang lagi, Kwang Tan pun bersiap2. Orang tua itu melangkah mendekatinya, sampai terpisah
cuma satu tombak saja, dengan sikap yang mengancam sekali.
Karena tampaknya memang ia bermaksud hendak segera menyerang, kalau memang Kwang Tan memberikan jawaban yang tidak menyenangkannya.
Sedangkan Kwang Tan berusaha terjadinya pertempuran diantara mereka. "Kami datang kemari hanya ingin sahabat," menyahuti Kwang Tan dengan suara perlahan dan sikap menghormat
"Melihat sahabat?" tanya orang itu kaget.
"Ya!" Kwang Tan mengangguk.
"Siapa sahabatmu itu?" tanyanya lagi, Kwang Tan menoleh kepada si gadis, Gadis itu tersenyum, dia bilang: "Tentunya locianpwe tidak mengetahui siapa adanya sahabatku itu karena pasti memang sahabatku itu tidak berurusan dengan locianpwe !"
Setelah berkata begitu, si gadis telah mengawasi orang tua itu dengan sikap heran sekali, baru kemudian dia untuk mencegah melihat seorang melanjutkannya pula: "Siapakah locianpwe ini sebenarnya"!"
Orang tua itu tampak gusar, karena mereka bukannya menjawab pertanyaannya, malah telah balik bertanya, dengan begitu, telah membuatnya jadi naik darah, dengan cepat tangan kanannya dikibaskannya, Kwang Tan
memang berada paling dekat dengannya, maka dari itu kibasan tangan orang tua tersebut telah jatuh pada dirinya, dan membuatnya jadi terhuyung satu langkah.
Sebetulnya Kwang Tan telah berusaha agar kuda-kuda kedua kakinya tetap kokoh dan kuat, tapi ia masih juga gagal, karena tetap saja ia tidak berhasil membendung kekuatan tenaga dalam dari lawannya itu.
Dalam keadaan seperti itu, memang terlihat bahwa Kwang Tan kurang berhati-hati dalam penyerangan yang mendadak itu, yaitu ia menangkisnya dengan tenaga yang kurang dipertimbangkan.
Dengan demikian, telah membuat ia menangkis hanya dengan lima bagian tenaga dalamnya belaka.
Sedangkan orang tua itu, telah mengibaskan tangannya dengan sembilan bagian tenaga dalamnya. Tidak mengherankan kalau memang diwaktu itu ia berhasil menggempur kuda-kuda kedua kaki Kwang Tan.
Mi Liang Tojin tidak senang dengan sikap orang tua itu, ia mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin.
"Kami datang dan berkunjung kemari secara baik2, kami pun tidak meninggalkan kerusakan apa2 pada tempatmu, tapi engkau sangat kasar dan tidak tahu menerima tamu, dengan demikian, kamipun tidak perlu menghormati manusia semacam engkau ini!"
Sambil berkata begitu, segera juga tampak tangan Mi Liang Tojin telah menghantam kepada orang itu. Hal ini dilakukan oleh Mi Liang Tojin, karena ia kuatir kalau2 Kwang Tan nanti terdesak dan diserang pula oleh orang tua itu, karenanya Mi Liang Tojin telah membarengi mendahuluinya buat menyerang terlebih dahulu.
Cepat sekali angin serangan itu tiba, dan ditangkis punah oleh orang tua tersebut. Malah dengan segera ia membalas menyerang, Mi Liang Tojin juga bukan sebangsa manusia lemah, karenanya ia bisa menangkisnya juga. Begitulah kedua orang ini terlibat dalam pertempuran yang seru.
Sedangkan saat2 seperti itu telah lewat dua puluh jurus lebih, Kwang Tan pun tidak sabar, ia melihat, walaupun Mi Liang Tojin tangguh, kepandaian tojin cebol itu masih berada dibawah satu tingkat dibandingkan dengan kepandaian orang tua tersebut Karenanya, ia segera juga melompat menerjang maju.
"Locianpwe, biarkanlah aku yang menghadapinya!" berseru Kwang Tan dengan suara yang nyaring, tampak ia telah menghantam dengan kedua tangannya. Sekali ini ia menyerang dengan mempergunakan ilmu pukulan
Gunturnya dengan mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya.
ILMU pukulan Guntur memang merupakan ilmu pukulan yang hebat sekali, telah dikenal betapa dahsyatnya setiap kali dipergunakan oleh Kwang Tan.
Apa lagi sekali ini Kwang Tan telah mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya Angin yang menyambar kepada orang tua itu, juga mengandung hawa yang panas seperti api membakar.
Orang tua itu mendengus.
"Hemm, ilmu mentah hendak di pertontonkan kepadaku !" katanya tawar. Lalu membarengi dengan perkataannya itu, tampak orang tua tersebut telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menangkis. Sama sekali dia tidak merasa gentar kalau2 tubuhnya itu nanti bisa jadi hangus oleh hawa panas pukulan tersebut.
Segera terjadi bentrokan keras, yang telah membisingkan pendengaran di barengi juga dengan tubuh Kwang Tan terpental sampai tiga tombak, sedangkan tubuh orang tua itu pun terpental tiga tombak ! Mereka tampaknya memiliki
kekuatan lwekang yang berimbang.
Cuma saja, yang membuat Kwang Tan jadi heran bercampur kagum, dilihatnya orang tua itu sama sekali tidak terluka oleh pukulannya itu, tidak menjadi hangus.
Padahal tenaga Pukulan Guntur mengandung hawa yang panas, yang bisa menghanguskan ! Orang tua itu berdiri diam saja sejenak lamanya, mukanya berobah agak pucat, jika sebelumnya ia sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap lawannya,
sekarang ini justeru ia telah menerima gempuran di luar dugaannya, yang memang sangat dahsyat sekali.
Karena itu pula, telah membuatnya benar2 jadi kaget tidak terkira, dan ia seperti tidak mempercayai bahwa pemuda berusia masih remaja seperti itu bisa menandingi kekuatan tenaga Iwekangnya.
Seumur hidupnya, jarang sekali ia mempergunakan sampai delapan bagian tenaga dalamnya, sedangkan untuk menyerang dua bagian saja itu akan membuat lawannya yang berkepandaian cukup tinggi, sudah cukup bisa dirubuhkannya.
Justeru sekarang ini, memang terlihat bahwa Kwang Tan benar2 seorang pemuda yang tangguh dan tidak bisa di pandang sebelah mata, Kemudian tampak orang tua itu menerjang lagi.
Kwang Tan waktu terpental merasakan dadanya menyesak, namun ia cepat sekali bisa mengendalikan diri, mengatur jalan pernapasannya.
Sekarang melihat penyerangan dari orang tua itu lagi, ia tidak membuang2 waktu, segera juga mengempos kepandaiannya yang tertinggi yaitu jurus Pukulan Guntur yang terakhir, di mana ia pun mempergunakan seluruh
tenaga dalamnya, yang segera saling bentur dengan kekuatan dari lawannya.
Orang tua tersebut telah menghantam dengan sepenuh tenaganya, karena ia bermaksud sekali hantam seperti itu, bisa membunuh Kwang Tan.
Siapa tahu Kwang Tan pun telah mengerahkan seluruh kekuatan sinkangnya, juga telah mempergunakan ilmu pukulannya yang paling hebat. Dengan demikian telah membuat tenaga mereka saling bentur di tengah udara dengan dahsyat.
"Bukkkk !" tempat itu tergetar hebat sekali oleh getaran beradunya dua kekuatan tenaga raksasa. Kwang Tan merasakan dadanya menyesak isi perutnya seperti tertarik. Tubuhnya juga terhuyung mundur. Cepat2 ia melompat menjauhi diri.
Begitu juga halnya dengan orang tua itu, tubuhnya menggigil keras, dan ia telah mengeluarkan beberapa tetes darah dari sudut mulutnya.
Dengan demikian telah membuatnya jadi dalam keadaan terluka yang mengenaskan, jenggot dan kumisnya yang putih berlepotan darah.
Sedangkan Kwang Tan melangkah maju setindak demi setindak, pemuda ini ingin meneruskan pertandingan mereka, ia tahu, kalau saja orang tua itu dapat diberikan kesempatan, kesulitan lagi.
Karenanya, pertempuran niscaya dirinya yang akan mengalami ia bermaksud itu, sebelum orang mengatur jalan pernapasannya. Orang tua itu telah memandang dengan sorot mata yang sangat tajam, dia melihat betapa Kwang Tan tengah bersiap-siap untuk menyerangnya pula.
Orang tua itu di dalam hatinya heran bukan main, karena ia tidak yakin bahwa diwaktu itu seorang pemuda seperti Kwang Tan bisa menghadapi serangannya yang disertai oleh seluruh kekuatan Iwekangnya.
Hebat luar biasa cara menyerang yang dilakukan oleh Kwang Tan, membuat ia terluka di dalam.
Waktu ia menghirup hawa udara, dirasakannya dadanya sangat sakit. Tengah ia terkejut dan terheran2 seperti itu, justeru waktu itu Kwang Tan telah berada di depannya, dan pemuda itu telah melompat sambil menghantam lagi.
Sekarang, walaupun tenaga serangan Kwang Tan tidak sehebat seperti tadi. tapi tetap saja ia menyerang dengan seluruh sisa tenaganya.
Orang tua itu bermaksud menghindarkan diri dengan menyilakan pertempuran tersebut, akan tetapi ia tidak untuk melanjutkan tua tersebut dapat berhasil untuk berkelit, datangnya serangan tersebut terlalu cepat sekali. Dengan demikian terpaksa ia jadi harus menyambut dan menerima serangan itu.
Segera ia mengangkat kedua tangannya, Orang tua itu telah membayangkan jika memang tenaga tangkisannya kali ini tidak mencukupi tenaga serangan dari Kwang Tan,
berarti ia akan terluka di dalam yang parah.
Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat hebat itu, terlihat jelas sekali, betapapun juga, memang Kwang Tan dan orang tua itu tengah terancam bahaya yang tidak kecil.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Mi Liang Tojin menyadarinya, bahwa ia tidak mungkin bisa memisahkan kedua orang itu.
Jika memang Mi Liang Tojin memaksakan diri buat menyelak ditengah2 mereka dan memisahkan dua kekuatan yang akan saling bentur itu, sama saja seperti semut yang tertindih oleh dua gajah yang tengah bertarung.
Dan Mi Liang Tojin hanya berdiri tertegun mengawasi kehebatan ilmu kedua orang itu.
Gadis yang memakai baju biru, Lian Kie Lin, juga berdiri dengan sikap yang kaku, ber diam diri saja, memandang dengan sorot mata yang tajam, dan diwaktu itulah terlihat bahwa ia bermaksud hendak menyerang orang tua itu, karena ia ingin membantui Kwang Tan.
Lian Kie Lin telah menyaksikan bahwa kepandaian Kwang Tan berimbang dengan orang tua tersebut, namun Kwang Tan dalam keadaan yang kehabisan tenaga, maka jika sekali ini tenaga dalamnya saling bentur dengan lwekang dari orang tua itu, Lian Kie Lin percaya, bahwa
tentunya Kwang Tan terluka di dalam yang lebih parah lagi.
Justeru Lian Kie Lin tengah bermaksud menolong Kwang Tan. dikala ia menerjang, Mi Liang Tojin melihat maksud dan keinginan si gadis, ia hendak mencegahnya, namun terlambat, gadis itu telah melesat dengan gesit sekali.
"Celaka!" berseru Mi Liang Tojin. Dan apa yang ditakutinya memang menjadi kenyataan, sebab Lian Kie Lin di waktu itu telah menerjang maju, menghantam dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, namun belum lagi tenaga serangannya itu tiba pada sasarannya, justeru telah berbalik dan menghantam kepada Lian Kie Lin sendiri.
Gadis itu mengeluarkan seruan tertahan tubuhnya terpental dan bergulingan di tanah.
Mi Liang Tojin segera menolonginya. Tojin cebol ini menghela napas, sebab dilihatnya betapa Lian Kie Lin dalam keadaan terluka parah dan pingsan tidak sadarkan diri.
Mi Liang Tojin segera menotok beberapa jalan darah ditubuh gadis tersebut, agar ia tersadar dari pingsannya. Usaha Mi Liang Tojin tidak berhasil, karena si gadis tetap saja dalam keadaan pingsan. Kwang Tan sendiri walaupun seluruh perhatiannya tengah dicurahkan buat menghadapi orang tua yang kukoay tersebut, tokh dia masih bila menyaksikan betapa Lian Kie
Lin telah menerjang maju dengan sendirinya Kwang Tan kaget tidak terhingga. ia tidak bisa memberikan peringatan, karena ia tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Maka dari itu pula, telah membuatnya jadi tergempur cukup hebat oleh tenaga dari orang tua itu, sebab perhatiannya jadi terpecahkan Dan juga dia mengeluarkan suara yang nyaring sekali di tenggorokan tubuhnya terhuyung2 beberapa langkah, kemudian terpental.
Hampir saja ia terluka, kalau memang Kwang Tan tidak buru2 memperkuat kuda2 kedua kakinya.
Dikala itu terlihat orang tua itu tidak mau memberikan kesempatan kepada Kwang Tan, Sambil tertawa dingin, dengan menahan rasa sakit didadanya, tampak kedua telapak tangannya bergerak. dan ia menghantam semakin kuat pula, ia bermaksud sekali ini bisa menghabisi jiwa Kwang Tan.
Akan tetapi Kwang Tan tetap masih bisa melayaninya, Hanya saja kali ini Kwang Tan tidak menangkis, dia cuma berkelit dengan menjatuhkan diri bergulingan di tanah.
Cara menghindarkan diri seperti itu memang hebat sekali, itulah cara
pembelaan diri yang diajarkan oleh gurunya, yang memiliki dua cara, jika memang dirinya tengah terancam bahaya maut dan ia dalam keadaan tidak berdaya, maka dia bisa mempergunakan kedua jurus atau kedua macam ilmu pembelaan diri.
Dengan ilmunya tersebut, benar saja Kwang Tan bisa menyelamatkan dirinya. Sedang orang tua itu dengan tenaganya yang kuat pada kedua telapak tangannya telah nyelonong, karena ia menghantam tempat kosong, ia pun tengah dalam keadaan
terluka di dalam, karena
itu, ia mengendalikan dirinya.
Karena mengeluarkan tenaga takaran, ia telah memuntahkan darah segar.
Disaat itu, tampak orang tua itu memutar tubuhnya dengan jenggotnya yang merah tersiram muntahan darah, kurang berhasil buat berkelebihan melewati matanya memancarkan sinar yang mengandung hawa pembunuhan.
Kwang Tan menggidik melihat sinar mata orang tua tersebut, Seumurnya, terutama sekali, sejak ia berkelana dalam rimba persilatan, baru kali inilah Kwang Tan bertemu dengan musuh yang benar2 tangguh.
Dengan demikian pula, telah membuatnya jadi mengalami luka didalam yang sangat berat. Kwang Tan mengempos seluruh sisa tenaga dalamnya, ia telah menyerang lagi kepada orang tua itu, buat menyambuti serangannya tersebut.
Kembali telah membuat dua kekuatan tenaga saling bentur, dan itulah merupakan sisa terakhir tenaga dalam dari kedua orang tersebut, setelah tenaga dalam mereka saling bentur, tubuh mereka juga terpental dan kemudian menggeletak di tanah tidak sadarkan diri.
Baik Kwang Tan maupun orang tua itu, kedua-duanya telah sama-sama pingsan. Menyaksikan hal itu Mi Liang Tojin jadi semakin
bingung karena Lian Kie Lin sendiri belum lagi dapat disadarkannya, sekarang Kwang Tan tampak telah rubut pingsan tidak sadarkan diri.
Dengan demikian telah membuatnya benar-benar jadi bingung Kalau sampai Kwang Tan tidak dapat ditolong dan menemui ajalnya, niscaya ia yang akan menyesal, karena
telah mengajaknya untuk menempuh bahaya ikut bersama gadis ini, padahal ia memiliki kepentingan yang sangat besar dengan Bengkauw.
Waktu itu Kwang Tan tampak telah merangkak bangun, ia terluka parah sekali. Begitu tersadar dari pingsannya, yang pertama kali di ingatnya adalah untuk mengambil obatnya. Maka ia berusaha untuk berdiri.
Melihat hal itu, cepat-cepat Mi Liang Tojin telah melepaskan cekalannya pada Lian Kie Lie, ia memburu kepada Kwang Tan untuk membantunya.
Kwang Tan berdiri dengan muka yang pucat pias, Mi Liang Tojin bertanya kuatir sekali: "Kau....kau tidak apa2?" Kwang Tan menggeleng.
Tangannya segera juga meroboh sakunya, ia mengeluarkan beberapa macam pil, ada yang berwarna hijau, merah, kuning dan biru, ia menelan semua pil itu.
Dan ia telah merasa lebih nyaman dan segar, karena segera juga obat itu membuatnya jadi lebih bertenaga, ia bisa bisa berdiri tanpa dibantu lagi oleh Mi Liang Tojin.
Sedangkan orang tua yang menjadi lawannya telah tersadar juga dan pingsannya. Cuma saja, ia mengerang tidak bisa bangun berdiri. Rupanya ia memang terluka sangat parah.
Kwang Tan melirik kepada Lian Kie Lin, katanya: "Ohhh, gadis itu terluka juga ?"
Dengan langkah yang tidak terlalu cepat Kwang Tan menghampiri Lian Kie Lin. Mi Liang Tojin kagum sekali untuk kekuatan tubuh pemuda ini,
kesegarannya belakangnya. yang telah bisa berjalan sendiri dan
pulih dengan cepat. ia mengikuti di
Kwang Tan berjongkok disamping Lian Kie Lin, kemudian memeriksanya, ia tampak agak senang, luka yang diderita oleh Lian Kie Lin tidak terlalu parah. Maka ia mengeluarkan beberapa obat, yang kemudian dimasukkan ke dalam mulut si gadis.
Dengan memijit rahang si gadis, maka obat itu dapat ditelan, walaupun Lian Kie Lin masih dalam keadaan pingsan.
Si gadis kemudian tersadar ia meringis menahan sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak. kau terluka di dalam?" kata Kwang Tan, "Rebahlah dulu disini..."
Si gadis menurut, ia merebahkan lagi tubuhnya, hanya mukanya masih meringis, karena ia menahan sakit yang tidak terkira. Untung saja ia telah menerima obat pemberian Kwang Tan jika tidak tentu lukanya sukar diohati.
Kebetulan sekali memang Kwang Tan pun seorang yang memiliki pengetahuan sangat tinggi di bidang pengobatan, sehingga ia digelari sebagai Tabib Dewa, Dengan demikian
telah membuatnya dengan mudah dapat mengobati gadis itu.
Setelah gadis itu mengerang pelahan sambil memejamkan matanya, Kwang Tan tidak menguatirkan
lagi keselamatan
gadis tersebut, ia segera menghampiri orang tua yang menggeletak diam dengan muka meringis. Tapi dia tidak merintih. Matanya memandang bengis kepada Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan telah memandang dengan sorot mata yang tidak senang, karena ia tadi merasakan bahwa orang tua ini telah berlaku nekad, menyerangnya telengas sekali seperti juga mereka adalah musuh turunan.
Dikala itu tampak Kwang Tan telah mengulurkan tangannya walaupun dihatinya ia tidak menyukai orang tua itu, tokh ia bermaksud untuk menolonginya, agar ia tidak mati begitu saja.
Bukankah kepandaian orang tua itu sangat tinggi dan harus dibuat sayang jika memang ia mati begitu saja" Bukankah diantara mereka memang tidak tersangkut urusan apapun juga, apalagi permusuhan"
Kwang Tan telah mengeluarkan beberapa macam obat, dimasukkan kedalam mulut orang tua itu.
"Telanlah!" katanya kemudian dengan suara yang datar. Orang tua itu sangat angkuh, sesungguhnya ia hendak memuntahkan lagi obat yang hendak di masukkan Kwang Tan ke dalam mulutnya.
Namun tiba-tiba ia merasakan kesakitan yang hebat pada dadanya waktu mengeluarkan sedikit tenaga, buat memuntahkan obat itu, ia jadi merobah pikirannya:
"Hemmm, biarlah aku menerima pemberian obatnya, Dia tadi terluka berat juga, tapi setelah memakan obatnya, ia bisa segar - bugar seperti itu, nanti budinya kubayar, tapi hutang penasaran sekarang ini pun harus di bayarnya....!" karena berpikir seperti itu, ia telah menelan obat-obat itu.
Ia merasakan obat tersebut harum menyegarkan, Dan
sebentar saja, rasa berkurang, dia bernapas jauh lebih lancar, dan berhasil menyalurkan sinkangnya pada tan-tiannya. Dengan demikian pula, membuatnya benar-benar jadi bisa memperoleh kesegarannya dan tenaganya, ia pun berusaha untuk duduk.
Dia dipejamkan, dalamnya, berhasil, dia bisa duduk dengan baik, matanya
ia menyalurkan dan mengatur tenaga untuk memusatkan tenaga murninya, menyembuhkan luka didalamnya.
semerbak dan sakitnya telah Kwang Tan tidak memperdulikan lagi orang tua itu, ia telah menghampiri Mi Liang Tojin.
"Kau "!" kata Mi Liang Tojin dengan suara ragu-ragu ketika Kwang Tan datang dekat padanya. Kwang Tan tersenyum.
"Kenapa locianpwe "!" tanyanya.
"Kau menolongnya "!"
"Ya !" mengangguk Kwang Tan. "la memang harus ditolong, karena diantara kita tidak terdapat permusuhan apa2 pun juga "!"
"Tadi dia telah mencelakaimu, juga telah melukai nona Lian !" menegaskan Mi Liang Tojin.
Kwang Tan tertawa.
"Walaupun demikian, tentu saja kita harus mengobatinya dulu, urusan ini bisa kita urus jika memang lukanya itu telah sembuh!" kata Kwang Tan.
Di waktu itu Mi Liang Tojin memandang kagum, katanya: "Kau masih berusia muda belia, tapi hatimu mulia sekali, besar serta gagah perkasa, juga kepandaianmu sangat tinggi dan mengagumkan sekali, Didalam rimba persilatan, jarang ada pemuda yang segagah engkau !"
Kwang Tan tersenyum.
"Locianpwe terlalu memuji....!" katanya. "Maafkan, aku hendak mengatur jalan pernapasanku dulu, locianpwe !" "Ya, ya !" mengangguk Mi Liang Tojin seperti terkejut. Dan dilihatnya Kwang Tan telah duduk bersemedi, mengatur jalan pernapasannya.
Sedangkan Mi Liang Tojin tetap duduk di samping Kwang Tan, karena ia berjaga-jaga kalau saja ada orang yang hendak mencelakai Kwang Tan.
Seseorang yang tengah memusatkan dan mengerahkan singkangnya, tentu saja tidak dapat terganggu pemusatan pikirannya, Dan ini memang diketahui baik oleh Mi Liang
Tojin, Karena itu, ia telah menungguinya disamping pemuda ini.
Sedangkan Lian Kie Lin telah merangkak bangun. Mi Liang Tojin ketika melihat si gadis telah dapat bangun dan hendak berdiri, telah memberikan isyarat agar tidak
menimbulkan keributan dulu, tidak bicara dulu.
Lian Kie Lin mengerti apa yang diisyaratkan oleh Mi Liang Tojin, ia cuma mengangguk. Muka sigadis masih pucat pias, tubuhnya yang masih lemah, mukanya guram sekali, karena ia masih terluka didalam. Hanya saja detik2 berbahaya telah dilewatkan.
Dikala itu Kwang Tan mengatur jalan pernapasannya tidak lama, cuma kurang lebih sepemasangan satu batang hio, ia telah melompat berdiri. Gerakannya ringan sekali, sama sekali tidak terlihat tanda2 bahwa ia baru saja terluka didalam.
Sambil tertawa Kwang Tan menoleh kepada Lian Kie Lin, tanyanya: "Bagaimana keadaanmu, nona "!"
Si gadis tersenyum.
"Terima kasih ! Obat yang kau berikan itu mujarab sekali!" menyahuti Lian Kie Lin.
Kwang Tan tersenyum.
"Tapi kau masih terluka didalam dan perlu perawatan beberapa hari !" menjelaskan Kwang Tan, iapun telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghampiri sigadis, memegang tangannya.
Ketika mendengarkan denyut nadi pergelangan dan ketukan nadi pergelangan tangan si gadis, Kwang Tan menganggukangguk.
"Ya, dalam beberapa hari kau sudah pulih sebagaimana biasa, dan yang perlu engkau lakukan sekarang adalah menyalurkan sinkangmu ke tan-tian !"
Gadis itu mengangguk mengerti, ia pun segera duduk bersemedhi, mengatur jalan pernapasannya dan
mengerahkan juga sinkangnya, untuk melancarkan jalan darahnya, di samping untuk menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Kemudian Kwang Tan telah menghampiri orang tua yang tadi menjadi lawannya. Orang tua itu masih duduk bersila, matanya terpejamkan dan mukanya pucat. Pada mukanya yang pucat itu, dengan sepasang alis yang mengkerut dalam-dalam, terlihat kekuatirannya yang sangat.
Kwang Tan segera mengetahui tentunya orang tua ini mengalami sesuatu yang kurang menggembirakan tentunya peredaran darahnya belum bisa berjalan lancar.
Sebenarnya, orang tua itu tengah berkuatir bukan main, karena memang disaat itu jalan
kucar-kacir, tidak bisa
disatukan, pernapasannya tengah Napasnya pun selalu sesak, jika ia mengerahkan sinkangnya ke tan-tian. Karena itu, telah membuat orang tua ini berpikir, bahwa ia akan menemui ajalnya, atau setidak-tidaknya tentu akan menjadi manusia bercacat.
Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian sangat tinggi, orang tua ini memaklumi apa artinya dengan tidak berhasilnya ia mengerahkan dan menyalurkan sinkangnya. Maka ia pun jadi berkuatir sekali.
Seseorang yang terluka didalam dan juga tidak berhasil menyalurkan dan mempersatukan kembali singkangnya itu,
maka jelas bahwa ia akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil buat kesembuhannya.
Karena dari itu pula, orang tua ini mati-matian berusaha memusatkan seluruh kemampuannya buat mempersatukan
kembali pernapasannya dan
juga tenaga dalamnya. Berulang-kali ia gagal.
Walaupun sepasang matanya terpejamkan akan tetapi telinganya sangat tajam.
Raja Naga 7 Bintang 1 Panji Wulung Karya Opa Pendekar Latah 9