Pencarian

Pendekar Guntur 23

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 23


Ia mendengar suara langkah kaki yang mendekati, ia menduga Kwang Tan. Di bukanya perlahan-lahan matanya, benar saja dilihatnya Kwang Tan tengah datang mendekatinya. ia jadi mengeluh, karena dalam keadaan seperti ini, jika memang Kwang Tan menyerangnya, niscaya ia tidak akan bisa
menghadapinya. Segera juga ia bersiap-siap, jika memang Kwang Tan mempergunakan keadaan dan kesempatan waktu ia tengah terluka berat seperti ini menyerangnya, maka iapun bermaksud mengadu jiwa buat yang terakhir kali.
Orang tua itu telah menyalurkan seluruh sisa kekuatan yang masih ada padanya pada kedua telapak tangannya, yang seketika berobah menjadi merah, ia menantikan jika memang Kwang Tan telah datang dekat dan menyerangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diantara keadaan yang sunyi dan hening itu, suara langkah kaki Kwang Tan, walaupun sangat perlahan, tapi terdengar jelas, karena menginjak ranting-ranting pohon yang telah kering dan jadi patah atau daun-daun kering.
Sedangkan orang tua itu berdebar
dibuka sedikit buat mengintai apakah mendatangi lebih dekat lagi.
hatinya, matanya Kwang Tan telah
Hanya saja Kwang Tan tidak memperlihatkan tandatanda bahwa ia akan menyerang, karena memang ia tidak bermaksud mempergunakan kesempatan musuh tidak berdaya buat menyerangnya.
Ia hanya mengawasi orang tua itu, dilihatnya muka orang tua itu bersemu kehitaman.
"Hai!" Kwang Tan menghela napas dalam-dalam. "Kau telah terluka didalam yang
cukup berat, ilmu pukulan Gunturku walaupun tidak sampai mematikan engkau dan tubuhmu tidak sampai hangus namun sebagian dari isi perutmu telah hangus akibat pukulan itu."
Setelah berkata begitu, Kwang Tan merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa macam obat, kemudian katanya
sambil mengangsurkan obat kepada orang tua tersebut. "Ambillah dan telanlah, jika tidak, kemungkinan besar jiwamu sulit di tolong lagi!"
Orang tua itu membuka matanya, ia mengawasi Kwang Tan dengan sikap tertegun.
"Ambillah !" kata Kwang Tan ketika melihat orang tua itu ragu-ragu.
Orang tua itu tetap tidak mengulurkan tangannya, dia bimbang bukan main.
"Jika terlambat luka didalam tubuhmu sulit sekali diohati lagi !" kata Kwang Tan.
Orang tua itu lenyap bimbangnya, karena memang ia masih ingin hidup. Segera disambutnya obat yang diberikan oleh Kwang Tan, itulah obat yang pulungnya cukup besar berwarna
biru. "Jika memang engkau tidak keberatan, aku bersedia untuk menguruti beberapa jalan darah ditubuhmu." kata Kwang Tan dengan suara ang tawar.
Orang tua itu masih bimbang, dia memegangi obat itu sambil mengawasinya. Ia kuatir juga, kalau2 obat itu yang diberikan oleh Kwang Tan bukanlah obat yang sebenarnya bahkan racun.
Tapi akhirnya, karena ia telah menyaksikan tadi Kwang Tan memberikannya obat dan lukanya jauh lebih ringan. Kepercayaannya pada Kwang Tan jadi tumbuh, segera ia menelan obat itu.
Setelah menelan obat tersebut, seketika orang tua itu merasakan perutnya sangat panas sekali seperti juga diperutnya timbul api yang berkobar-kobar.
Tanpa diinginkannya, diluar kesadarannya, ia melompat berdiri sambil berjingkrak.
"Bangsat, bocah setan!" teriaknya memaki dengan muka yang bengis sekali. "Kau... kau telah meracuni aku !" Kwang Tan terkejut, tapi segera juga ia tersenyum, dia bilang: "Aku dengan hati yang bersih dan setulusnya ingin mengobati engkau, tapi ternyata engkau seorang manusia yang tidak kenal budi! Aku telah memberikan obat langka
itu, yang jarang terdapat di dalam dunia ini, tapi engkau malah menuduh ku sebagai seorang manusia rendah yang telah memberikan engkau racun. Sungguh keterlaluan sekali"
Setelah berkata begitu, segera juga Kwang Tan tubuhnya, dia bermaksud meninggalkan membalikkan orang tua itu. Tapi orang tua tersebut, yang merasakan tubuhnya jauh lebih bersemangat dan dalam waktu yang begitu singkat obat itu memang telah memberikan hasil yang sangat baik, membuatnya jadi malu dan segera yakin bahwa obat yang diberikan oleh Kwang Tan memang benar-benar
merupakan obat yang mujarab.
"Terima kasih buat obatmu itu!" kata orang tua itu kemudian dengan suara nyaring.
Kwang Tan menahan langkah kakinya, dia memutar tubuhnya, katanya: "Selama dua minggu engkau tidak boleh mempergunakan tenagamu, walaupun untuk beberapa kati saja, karena begitu engkau mempergunakan tenagamu, maka engkau akan segera menemui ajal! Jika dalam dua minggu engkau tidak mempergunakan tenagamu dan baik-baik beristirahat maka engkau akan sembuh
keseluruhannya, tanpa bercacad dan juga tanpa harus kehilangan tenaga dalammu.,."
Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, orang tua tersebut jadi bimbang, ia segera dengan ragu-ragu bertanya. "siapakah engkau ini sebenarnya"!"
"Sudah kukatakan, bahwa aku murid dari Manusia Tidak Berumah! Bukankah dengan melihat kepandaianku saja dan ilmu silatku, engkau segera mengenalinya..."!"
"Hemmm, gurumu itu memang seorang raja obat. Tapi apakah selain ilmu silatnya, ia pun lelah menurunkan ilmu pengobatannya itu kepadamu"!"
Kwang Tan tersenyum mendengar pertanyaan orang tersebut, ia mengangguk.
"Benar, memang begitu adanya!" katanya. Orang tua itu mementang matanya, ia mengawasi lagi beberapa saat. "Lalu sekarang dimana beratnya guru-mu?" tanya orang tua itu pula.
Kwang Tan tidak segera menjawab, hanya saja ia berpikir keras, Sampai akhirnya ia tersenyum lebar.
"Apakah kau tidak berkeberatan buat menjelaskan mengapa kau memusuhi guruku?"
Kini giliran orang tua itu yang ragu-ragu tapi akhirnya mengingat Kwang Tan, walaupun telah diserang dan didesak hebat olehnya, masih mau mengobatinya pada akhirnya, dan rasa terima kasih itu membuat orang tua ini bersedia menceritakan sebab-sebabnya ia merasa benci dan dendam kepada Manusia Tidak Berumah itu.
"Hemmm, Manusia Tidak Berumah itu seorang manusia yang paling jahanam dan terkutuk, dia kejam sekali. karena tidak memiliki perikemanusian...."
Mendengar perkataan orang tua tersebut seperti itu muka Kwang Tan berobah merah padam.
"Hentikan, engkau tidak perlu meneruskan keteranganmu Sekali lagi kau menghina guru ku, aku akan membunuhmu tanpa ada tawar-menawar lagi!"
Muka orang tua itu tidak berobah, dia tidak menjadi marah untuk perkataan Kwang Tan. "Ya, ya, baiklah! Urusan itu kita singkirkan dulu! Aku menjelaskan saja, bahwa aku membencinya karena ia tidak menolongi jiwa adik seperguruanku walaupun aku telah berlutut dan memohon kepadanya agar adik seperguruanku itu ditolong jiwanya, tapi dia cuma menggeleng, selalu menggeleng. sampai akhirnya adik seperguruanku itu telah
menghembuskan napasnya di depan si Manusia Tidak Berumah itu!"
Kwang Tan tersenyum. "ini pasti ada sebabnya!!" kata Kwang Tan. "Tidak biasanya guruku itu menolak setiap permintaan orang, siapa adanya orang itu, untuk berobat padanya! Tentu adik seperguruanmu itu memang sudah
tidak bisa ditolong lagi jiwanya..!"
Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, orang tua tersebut tertawa dingin.
"Memang pantas kau memuji gurumu dan membelanya, karena engkau muridnya!" katanya dengan suara yang tawar, "Tapi menurut tabib-tabib yang memeriksa adik seperguruan ku disaat itu, menyatakan bahwa ia hanya bisa diohati oleh gurumu! Tapi gurumu itu tidak mau turun
tangan, diapun tidak
mengobatinya, tentu saja adik seperguruanku itu dengan lukanya yang parah, akhirnya harus pergi juga ke neraka..."
Kwang Tan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak percaya bahwa guruku tidak akan mengobati seseorang yang tengah sekarat ! Aku menduga, tentunya adik seperguruanmu itu seorang manusia jahat yang kejam sekali, maka guruku berpikiran, mengobatinya juga percuma saja, karena hanya akan mendatangkan bencana yang hebat buat manusia-manusia lemah lainnya. Setelah adik seperguruanmu itu diohati sembuh, tentu dia akan
malang melintang dan mengacau lagi, main bunuh pula..!" Muka orang tua berobah merah, ia mengangguk.
"Ya, alasan seperti itu memang telah kuketahui ! Memang demikianlah menurut apa yang di katakan gurumu ! Dia bilang adik seperguruanku terang manusia jahat, yang telah menjadi Ok-pak, dimana ia selalu turun tangan kejam pada korbannya. Dengan begitu gurumu tidak
mau mengobatinya! Hemmm, tapi aku penasaran sekali.
Baik buruknya adalah adik seperguruanku! Dan juga, dalam hal ini, tentu saja aku sangat penasaran, karena jika ia mau mengobatinya dan kemudian memesan agar selanjutnya adik seperguruanku itu tidak melakukan
kejahatan lagi, tentu adik seperguruanku itu akan menurut ...
Mengapa adik seperguruanku itu harus dibiarkan mati tanpa ditolong barang dipegang sedikitpun juga, seperti juga itu
setumpukan kotoran manusia, tanpa ditolongnya. Benar-benar adik seperguruanku dibiarkannya mati membuat aku bersakit hati."
Mendengar kata-kata orang tua itu, Kwang Tan menghela napas.
"Apa yang kuketahui guruku tentu tidak akan menolak permintaan seseorang yang membutuhkan pertolongannya. Tentunya didalam urusan ini terdapat urusan lainnya, yang membuat guruku tidak bersedia menolongi adik seperguruanmu!" kata Kwang Tan kemudian.
Di waktu itu, Mi Liang Tojin telah berkata dengan suara yang tawar: "Jika memang adikmu itu terluka berat dan memohon pertolongan dari gurunya, mengapa justeru engkau yang harus bersakit hati jika umur adik seperguruanmu hanya sampai disitu saja" seharusnya
engkau malah berterima kasih, mungkin juga adik seperguruanmu itu kalau diohati, hanya akan hidup dalam keadaan bercacad dan ini lebih menyiksanya!"
Perkataan Mi Liang Tojin membuat orang tua itu mendelik kepadanya.
"Kau ikut campur urusan ini"!" tanyanya dengan suara yang dingin. "Kau tidak mengetahui duduk persoalannya, hemm.... coba kau bayangkan, jika saja adikku itu ditolongnya, diobati, mungkin ia masih bisa tertolong. Jika memang dengan begitu adikku akan bercacad, aku akan puas, ia tidak bersedia menolongnya, sehingga aku bersakit
hati dan aku akan
menaruh dendam terus kepadanya! Karena itu, aku bertekad walaupun bagaimana aku akan menuntut balas!" Waktu berkata seperti itu, tampak mata dari orang tua tersebut memancarkan sinar yang sangat bengis sekali, memancarkan penuh dendam dan pembunuhan.
Mi Liang Tojin tiba-tiba tertawa bergelak-gelak.
"Kau ini lucu sekali!" katanya.
"Lucu" Apanya yang lucu"!" marah sekali tampaknya orang tua itu,
"Lucu sekali !" "Katakan ! Apa yang lucu ! jika engkau bicara yang bukan-bukan, kelak jika memang aku telah sembuh dari luka didalam ini, aku akan mencarimu, buat membunuhmu!"
"Hemm, jika memang engkau mengandung maksud buruk seperti itu, bisa saja membunuhmu sekarang juga agar tak menimbulkan bibit penyakit di kemudian hari..!"
Mata orang tua itu tetap memancarkan sinar yang sangat tajam, tampaknya ia memang benar-benar penasaran di samping menaruh dendam.
Sedangkan waktu itu Kwang Tan telah bilang: "Sudahlah.... urusan ini tidak perlu ditarik panjang, tentu locianpwepun mengerti bahwa guruku pasti memiliki alasan
yang kuat sampai ia menolak permintaan locianpwe!"
Orang tua itu tetap memandang penuh dendam, wajahnya memerah karena dia penasaran sekali.
Cuma saja disebabkan memang ia mengetahui bahwa ia tidak boleh terlalu mengumbar kemarahan hatinya, sebab jika sampai ia mengumbar kemarahan hatinya, niscaya akan membuat ia mempergunakan tenaga dan luka didalam tubuhnya tidak mungkin sembuh, malah jika sampai tenaga dalamnya itu buyar, celakalah dia. sedapat mungkin dia telah menahan kemarahannya.
Mi Liang Tojin waktu itu dengan sikap mengejek telah berkata, "Hemm, seharusnya engkau bisa berpikir lebih baik lagi dari yang sekarang...!"
"Berpikir lebih baik bagaimana" Mulutmu ... oooh, jahat sekali!" teriak orang tua itu yang naik darah dan sulit membendung kemarahan hatinya.
"Hemmm, sekarang aku ingin mengajukan satu pertanyaan, aku minta engkau menjawabnya dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya dari dasar hatimu !"
"Baik! Katakanlah !" teriak orang tua itu yang sudah kalap karena kemarahannya, hampir saja ia tidak memperdulikan lagi pantangannya yang tidak boleh marah dan mengumbar nafsu angkara murkanya, karena bisa membuyarkan tenaga dalamnya.
"Kau tadi hampir saja mampus!" kata Mi Liang Tojin, "Lalu siapa yang mengobati kau?"
"Dia !" "Dia ini apamu "!" tanya Mi Liang Tojin sambil memperhatikan orang tua itu yang tengah menunjuk
Kwang Tan. . Orang tua itu tergagap.
"Dia ... dia !"
"Hemmm, sekarang mengapa engkau tidak bisa menjawabnya " Dia adalah murid dari orang yang kau taruh dendam dan juga musuhi !" kata Mi Liang Tojin.
Muka orang tua itu berobah merah, tampaknya ia jengah, karena segera ia bisa menduga kemana arah tujuan dari kata-kata Mi Liang Tojin.
"Sekarang kau harus jawab lagi dari hati kecilmu! jika memang tadi dia ini tidak memberikan pertolongan dan membiarkan engkau terluka didalam, apakah engkau masih bisa hidup sampai sekarang ini "!" kata Mi Liang Tojin lagi.
Muka orang tua itu berobah semakin merah, ia menghela napas dalam2. "Baiklah!" katanya kemudian dengan wajah yang guram. "Aku akui, jika aku tidak memperoleh obatnya, tidak juga yang ditolongnya, aku akan mati !"
"Nah... bukankah engkau dengannya tidak terhitung sebagai sahabat" Malah engkau sebagai musuhnya " Sebagai musuhnya, dia masih turun tangan! Hemm. kau paham maksudku?" Mi Liang Tojin waktu bertanya begitu, mengawasi tajam sekali.
Orang tua itu menghela napas lagi, iapun telah mengangguk dua kali, "Ya, aku mengerti !" katanya kemudian. "Memang jika menuruti apa yang ada, bahwa aku ini adalah musuh gurunya, tentu dia tidak akan menolongiku, dan jelas ia pun malah akan segera membunuhku, mempergunakan kesempatan dikala aku terluka berat seperti itu, dia bisa saja menurunkan tangan kematian kepadaku!"
"Bagus jika memang engkau mengerti! Maka dari itu, engkau tidak boleh menaruh dendam terus kepada gurunya, jelas gurunya memiliki alasan tertentu yang tidak dimengerti oleh kau, sehingga dia menolak buat menolongi adik seperguruanmu !"
Orang tua itu termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk lagi sambil menghela napas. "Ya, aku mengerti! Sudahlah! Urusan itu sudah kuanggap habis, itulah dia disebabkan nasib buruk adik seperguruanku itu!" kata orang tua itu.
"Bukan itu saja !" kata Mi Liang Tojin sambil tertawa dingin. "Jika memang engkau beranggapan gurunya berhutang satu jiwa, yaitu jiwa adik seperguruanmu, karena tidak mau diohati sehingga menyebabkan dia mati! Dan sekarang, engkau yang seharusnya mati, telah diobatinya,
sehingga berarti hutang satu telah dibayar satu, telah lunas! Kau mengerti "!"
Mata orang itu telah mendelik, tapi kemudian wajahnya jadi guram lagi, dia bilang dengan suara yang dingin. "Ya, baiklah! Jika memang begitu, sudahlah! pergilah kalian
meninggalkan tempat ini !"
Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya, ia bilang: "Locianpwe, sudahlah, urusan yang sudah lalu, buat apa harus diperpanjang terus " Lebih baik kita mengikat tali persahabatan. Boanpwe yang muda dengan ini
menyampaikan hormat buat locianpwe !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu malu hati, dia membalas hormat Kwang Tan, walaupun hatinya masih diliputi oleh perasaan gusar dan penasaran, karena dengan keadaannya seperti sekarang, dia seperti telah dipojokkan oleh Kwang Tan dan Mi Liang Tojin.
"Sudahlah... sudahlah laote... aku tidak menarik panjang lagi urusan itu, yang sudah biarlah sudah !" kata orang tua itu dengan suara yang perlahan dan wajah yang guram sekali, tampaknya ia masih tidak puas.
Kwang Tan pun segera bilang: "Locianpwe jika memang boleh, bisakah kami mengetahui nama Locianpwe yang sangat harum "!"
Orang tua itu tidak segera menyahuti, tampaknya dia ragu-ragu buat memberitahukan namanya:
"Ini... ini !"
"JIka memang locianpwe keberatan buat memberitahukannya, kamipun tidak akan memaksanya..." kata Kwang Tan cepat, karena ia kuatir kalau saja orang tua ini masih menaruh sakit hati kepadanya dan juga tidak mau menyebutkan namanya.
Orang tua itu menghela napas sambil menggelengkan kepalanya, dia bilang: "Ya, jika memang demikian, baiklah! Marilah kita bicara secara terus terang! sebenarnya aku si orang tua Thong Hok !"
Mi Liang Tojin kaget mendengar bahwa orang tua ini adalah Thong Hok.
"Apa... apakah engkau yang bergelar Si Kalajengking Kaki Seribu "!" tanya Mi Liang Tojin.
Orang tua itu mengangguk.
"Benar...!" Thong Hok merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang pada beberapa puluh tahun yang lalu sebenarnya orang disegani oleh jago-jago rimba persilatan dengan kepandaian yang sangat tinggi sekali Sepak terjangnya juga agak luar biasa, sehingga sukar diterka, apakah ia berdiri di pihak jalan putih atau memang dijalan hitam. Yang jelas, memang dia selalu berbuat sekehendak hatinya.
Dikala itu, Kwang Tan telah menjurah memberikan hormat, katanya dengan suara yang sangat menghormat: "Sungguh beruntung sekali boanpwe bisa bertemu dengan Thong locianpwe... sudah lama
menggetarkan rimba persilatan dan sangat ingin sekali bertemu dengan locianpwe."
Thong Hok tampak semakin guram, memang dulu namanya pernah
orang2 kangouw menggemparkan rimba persilatan dan
semuanya gentar buat berurusan nama locianpwe memang boanpwe
dengannya. Namun sekarang, ditangan seorang pemuda nama besarnya itu telah runtuh dengan mudah.
Malah akhirnya, jiwanya telah diselamatkan oleh Kwang Tan. Dengan sendirinya hal ini membuatnya benar2 tidak puas, ia juga sangat penasaran sekali, karena kepandaiannya yang dipelajarinya selama puluhan tahun itu ternyata seperti tidak memiliki arti apa2 lagi, sebab menghadapi seorang pemuda seperti Kwang Tan saja ia
telah runtuh dan dirubuhkan, hampir saja ia membuang jiwa juga. Sungguh membuatnya jadi penasaran sekali.
"Kiranya kau menyembunyikan diri disini !" kata Mi Liang Tojin dengan suara yang diiringi tertawanya. "Telah
belasan tahun engkau tidak
muncul dalam kalangan kangouw Thong-heng !"
Muka Thong Hok tetap guram.
"Aku tengah menjalani hukuman !"
"Menjalani hukuman "!" tanya Mi Liang Tojin kaget, begitu juga dengan Kwang Tan yang jadi memandangnya dengan sinar mata bertanya heran.
Thong Hok menghela napas lagi, kemudian dia bilang dengan wajah yang guram: "Ya, aku memang tengah menjalani hukuman telah empat belas tahun! setahun lagi aku boleh bebas meninggalkan tempat ini !"
Semua orang kaget. Thong Hok adalah seorang tokoh kangouw yang memiliki kepandaian tinggi, siapakah yang telah berhasil untuk menaklukkannya dan telah membuat tokoh kangouw ini menyerah begitu saja buat menjalankan hukumannya, tanpa berusaha buron dan melarikan diri.
"Tentunya seorang yang sangat luar biasa yang mengendalikan dan memenjarakan engkau "!" Tanya Mi Liang Tojin kemudian.
Thong Hok menghela napas, ia mengangguk "Ya, jika tidak, apakah kau mau berdiam disini belasan tahun lamanya "!" sahutnya kemudian.
Mi Liang Tojin tertarik sekali.
"Siapakah orang itu "!"
"Hemmm maaf, aku tidak bisa menyebutkan namanya, ini sudah menjadi pantangannya !" kemudian.
Mi Liang Tojin dan Kwang Tan heran dan bertanya-tanya, tokh mereka tidak berani untuk mendesak terus, karena mereka kuatir kalau-kalau Thong Hok akan tersinggung karenanya.
kata Thong Hok walaupun semakin Kwang Tan tertawa, dia bilang: "Baiklah locianpwe, kami akan meninggalkan tempat ini." Thong Hok mengangguk "Ya, lebih baik kalian cepat2 angkat kaki dari tempat ini, jika memang kalian terlihat olehnya, hemm, walaupun kalian tumbuh sepuluh pasang sayap, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini lagi !"
Mi Liang Tojin jadi tercengang, ia melihat Thong Hok yang begitu lihay ternyata tampaknya gentar sekali kepada orang yang disebutkannya itu, bagaikan orang itu memang seorang yang benar-benar luar biasa sekali.
Diwaktu itu, tampak Thong Hok telah mengibaskan tangannya: "Maafkan, aku tak bisa menemani kalian terlebih lama lagi!" katanya, dengan sikap mempersilahkan tamunya buat berlalu.
Kwang Tan melirik Mi Liang Tojin dan juga Lian Kie Lin, saat itu tampak si gadis tengah rebah karena dia memang masih dalam keadaan terluka didalam.
Disaat itulah Kwang Tan jadi ragu-ragu, tadi dia memang basa-basi hendak berlalu. Siapa tahu justeru Thong Hok memang mempersilahkan mereka berlalu.
"Baiklah!" kata Kwang Tan kemudian, dia menoleh kepada Mi Liang Tojin, katanya: "Tolonglah locianpwe menggendong adik Lian!"
Mi Liang Tojin mengangguk: "Ya....baiklah!" Si Tojin telah melompat kepada Lian Kie Lin, dia telah menggendong sigadis.
"Maafkan, karena kita harus berlalu dan kau belum lagi bisa bergerak terlalu mengeluarkan tenaga, didalam yang lebih parah."
banyak, karena jika engkau kemungkinan engkau terluka
Lian Kie Lin mengangguk saja, sedangkan pada waktu itu terlihat Thong Hok hanya mengawasi dengan sinar mata yang dingin saja, karena dia memang tidak bermaksud menahan mereka untuk berdiam lebih lama di tempat ini.
Kwang Tan memberi hormat lagi, sedangkan Mi Liang Tojin mengangguk, sebagai tanda pamitan. Tapi baru saja mereka hendak melangkah pergi, tiba2 terdengar suara "Hemmm!" seperti yang tadi, ketika pertama kali mereka datang ketempat ini.
Malah kemudian disusul dengan suara yang dingin sekali, suara itu
mendengus seperti mengandung kemendongkolan. nadanya mendengung bagaikan terdengar dari tempat jauh, juga seperti terdengar dari jarak yang dekat.
Terperanjat bukan main Mi Liang Tojin dan juga si pemuda bersama Lian Kie Lin, itulah menunjukkan orang yang berkata2 itu adalah seorang memiliki sinkang sempurna.
Maka mereka telah berusaha untuk memasang mata dan pendengaran mereka, mengawasi sekeliling mereka dan juga ingin mendengar lebih jelas.
"Kau hendak membiarkan mereka pergi begitu saja?" suara teguran itu terdengar menyeramkan sekali, dan tentu saja kata-kata itu ditujukan kepada Thong Hok. "Apakah jiwamu yang akan dipergunakan sebagai pengganti jiwa
mereka bertiga" itupun kukira masih belum cukup, masih kurang dua !"
Tubuh Thong Hok menggigil keras, mukanya seketika jadi pucat.
"Loya (tuan besar).... ampunilah hambamu...!" kata Thong Hok yang kakinya menggigil keras, ia malah telah berlutut.
"Hemmm, walaupun bagaimana perintah ku tidak bisa dirobah, engkau harus melaksanakannya!" kata suara itu, yang mendengung seperti terdengar dari tempat jauh.
"Tapi Loya . . . !"
"Tapi, tapi apa?"
"Hambamu tengah terluka parah . . . !"
"Itu bukan alasan ! perintahku harus dilaksanakan sama seperti bunyi perintah itu!"
"Loya !"
"Oh, sekarang engkau mulai pandai membantah, heh"!" dingin sekali suara itu. "Ampun Loya.... Thong Hok memang manusia tidak beruntung, dan Thong Hok tidak sanggup melaksanakan perintah itu ! Jika memang Loya mau membunuhku, bunuhlah!"
"Membunuhmu?"
Tubuh Thong Hok tambah gemetar.
"Ya, Loya... jika memang Loya hendak menghukumku bunuhlah... janganlah aku di siksa oleh siksakan yang lebih parah lagi!"
Suara Thong Hok terdengarnya bergeletar dan tubuhnya menggigil dia malah sambil berlutut juga telah mengangguk-anggukkan kepalannya, tampaknya dia memang sangat ketakutan, rupanya orang itu, yang di panggil dengan sebutan Loya adalah seorang yang sangat ditakuti sekali.
Bukan main herannya Mi Liang Tojin dan Kwang Tan, demikian juga Lian Kie Tin yang berada dalam gendongan Mi Liang Tojin.
Mengapa seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi seperti Thong Hok bisa ketakutan seperti itu, sikapnya jadi sehina itu dan tidak malu, dimana
dia menyembah-nyembah ketakutan seperti itu" Benarbenar mereka jadi tidak habis mengerti dan memandang heran.
Disaat itu terdengar lagi suara dari orang itu, yang terdengar sangat menyeramkan sekali. "Hemm, jadi engkau meminta aku membunuhmu?"
"Ya, loya !"
"Tidak gampang! Tidak gampang buat mati!" kata suara itu kemudian dengan suara yang dingin menyeramkan. Tubuh Thong Hok semakin menggigil keras, dimana ia telah seperti hendak menangis, mukanya pucat pias dan ia pun tampak begitu ketakutan, bola matanya telah mencilakcilak kesana-kemari!
Disaat itu terlihat Kwang Tan hendak maju menghampiri Thong Hok, untuk bantu membangunkannya. "Bangunlah locianpwe... mengapa harus ketakutan seperti itu" jika memang ada sesuatu yang mengancam keselamatan locianpwe, nanti kami membantu!"
"Ohh, kau"!" Bukannya berterima kasih karena mendengar janji dari Kwang Tan, yang bersedia menolongnya jika ia menghadapi kesulitan, justeru diwaktu itu tampaknya Thong Hok jadi marah,
"Kau... kau kau bicara sembarangan....!"
"Hemm!" terdengar suara dengusan yang dingin dari suara yang mendengung itu. "Sungguh hebat! Sungguh hebat! Dengan hanya memiliki kepandaian hanya sebegitu saja, kepandaian rendah, kau berani bicara besar mementang mulut seenakmu?"
Kwang Tan sudah tidak bisa menahan diri.
"Baiklah! jika memang ingin memberikan petunjuk, silahkan keluar." Tantang Kwang Tan. Terdengar suara "Hemmm" lagi, kemudian sunyi. .
Thong Hok menggigil keras.
"Kalian....kalian akan menerima bencana." katanya dengan suara menggigil keras.
Tapi Kwang Tan tidak memperdulikan ia memperhatikan keadaan disekitar tempat itu. Tetap sunyi. Mi Liang Tojin sendiri heran melihat Thong Hok bisa ketakutan seperti itu, tapi belum lagi ia ikut bicara, di saat itu telah terdengar suara "Hemmm!" yang sebentar di sebelah utara, barat, pindah ke selatan dan timur.
"Baiklah?" disusul kemudian dengan suara itu yang
bicara dengan nada yang dingin "Aku ingin melihat apakah memang benar engkau memiliki nyali macan dan hati biruang.
Membarengi dengan perkataan itu tampak melangkah keluar perlahan2 dari balik belahan batu yang bergeser
dengan sendirinya. Batu itu yang semula tampaknya seperti dinding telah bergeser dan merupakan pintu.
Dari dalamnya melangkah keluar seorang laki-laki tua, mungkin usianya sudah seratus tahun lebih, karena jenggotnya yang tumbuh sampai ujungnya menjuntai ketanah.
Tubuhnya kurus kering, jalannya pun telah lemah dan gontai sekali, tidak tegap. Malah, tangannya memegang sepasang tongkat, Tongkat yang ditangan kiri lebih pendek dari tongkat ditangan kanannya, Kedua tongkat itu terbuat dari ranting pohon.
Untuk jalan saja sudah sulit, bagaimana mungkin orang ini bisa memiliki kepandaian yang tinggi yang begitu ditakuti oleh Thong Hok.
Akan tetapi mengingat bahwa orang tersebut memiliki sinkang yang tinggi, dimana telah berhasil untuk memindah-mindahkan suaranya, yang sebentar terdengar di
sebelah timur, di barat, di utara dan di selatan, rupanya dia pun bukan seorang yang mudah untuk dihadapi.
Kwang Tan berdiri dengan sikap bersiap sedia.
Orang tua itu tidak menyerang, dia hanya berdiri dengan matanya yang cekung memancarkan sinar sangat tajam sekali mengawasi Kwang Tan, kemudian Mi Liang Tojin, lalu Lian Ke Lin yang berada dalam gendong an Mi Liang Tojin.
"Hemmm, kalian memang benar-benar sudah bosan hidup!" katanya dingin. "Maaf kami tidak bermusuhan dengan locianpwe, kami hanya kebetulan lewat disini ! Tapi mengapa justeru locianpwe perintahkan Thong Locianpwe agar membunuh kami"!" berani sekali Kwang Tan bertanya seperti itu
kepada orang tua tersebut.
Bola mata orang tua itu berputar. "Seumur hidupku, belum pernah ada orang yang berani begitu lancang menegurku! Baiklah! Baiklah! jika memang
demikian, kami akan segera membereskan kau !" Dan setelah berkata begitu, orang tua yang tampaknya seperti sudah mau masuk lobang kubur itu,menoleh kepada Thong Hok katanya dengan suara yang dingin:
"Thong Hok!"
-ooo0dw0ooo Jilid 37 THONG HOK waktu itu masih berlutut, tubuhnya menggigil keras sekali, dia benar-benar ketakutan.
"Ya, ya, loya "!" sahutnya dengan suara yang menggigil. "Bereskan mereka ?"
"Loya "!"
"Kau mulai pandai membangkang. Atau memang hukumanmu hendak ditambah ?" "Loya... sungguh Loya, Thong Hok bukan seorang yang beruntung, sehingga tidak bisa melakukan tugas yang diberikan Loya dengan sebaik-baiknya... ampunilah Loya, bunuhlah Thong Hok !"
Bola mata orang tua itu memancarkan sinar yang tajam, kemudian telah mendengus lagi, "Hemm!" dia baru kemudian bilang: "Kau tidak boleh mati !"
"Loya !" Thong Hok seperti hendak menangis
"Hmmm" kau tidak akan mati, Thong Hok..! kata orang tua itu tambah dingin nada suaranya.
Benar-benar Thong Hok ketakutan.
Semua orang yang melihat ini jadi bingung sekali, mengapa Thong Hok di bilang tidak akan mati, malah dia jadi ketakutan hebat seperti itu "
Tengah semua orang merasa bingung dan heran, tampak Thong Hok tidak hentinya mengangguk-anggukkan kepalanya membenturkan keningnya pada tanah.
"Ampunilah Loya.... Thong Hok rela dan ikhlas, sangat berterima kasih dan bersyukur jika memang Loya mau menghukum mati kepada Thong Hok, tolonglah Loya !"
Tapi orang tua itu menggeleng.
"Jika engkau bisa menghadapi mereka, barulah di waktu itu kau akan mati, Thong Hok !" kata orang tua itu.
Melihat permohonannya tidak dipenuhi juga, maka akhirnya Thong Hok jadi nekad.
"Baiklah Loya ! Thong Hok akan mencobanya !" katanya sambil bingung. Didalam hatinya dia telah berpikir, jika dia di hukum
oleh orang tua yang dipanggilnya dengan sebutan Loya itu. tentu dia akan menderita hebat sekali, maka dia lebih senang memilih mati.
Dan jika ia mencoba untuk membunuh Kwang Tan bertiga, kemungkinan besar ia pun akan mati. Karena dari itu, akhirnya dia nekad, Dia menghampiri Kwang Tan.
"Maafkanlah !" katanya dengan suara yang serak. "Aku terpaksa harus membunuh kalian !" Berbareng dengan perkataannya itu, dengan muka yang pucat seperti mayat, tampak Thong Hok menggerakkan tangannya hendak menyerang Kwang Tan.
Sebagai seorang pemuda yang cerdas, seketika Kwang Tan menduga, didalam urusan ini pasti terdapat urusan yang sangat hebat sekali yang telah membuat Thong Hok jadi ketakutan bukan main kepada orang tua itu.
"Tahan !" berseru Kwang Tan.
Tapi Thong Hok telah menyerang terus kepadanya.
Kwang Tan menghindarkan serangan itu, dan kakinya segera menyepak, dia menendang jalan darah Pu-ih-hiat dipundak Thong Hok, seketika Thong Hok mengeluh dan terkulai rubuh bergulingan ditanah, dia tidak bisa bergerak lagi. pingsan tidak sadarkan diri.
Bukan main marahnya Kwang Tan. "Manusia iblis!" memaki Kwang Tan. "Kau memaksa orang agar mati dengan cara seperti itu! Dia telah terluka didalam yang parah sekali, kalau memang dia
mempergunakan tenaga berlebihan, pasti dia akan menemui kematiannya!"
Bola mata orang tua itu berputar-putar, dengan bengis dia bilang: "Bagus ! sekarang kau memang harus berurusan langsung denganku ! Nah, kau terimalah ini!"
Sambil berkata begitu, tangan kirinya memindahkan tongkatnya ke tangan kanan kiri itu merogoh sakunya, tahu2 ia mengeluarkan seuntai tambang yang dibuat dari serat pohon.
Kwang Tan tidak mengerti entah apa yang hendak dilakukan orang tua itu dengan talinya.
"Nah, kau terimalah !" kata orang tua itu sambil melontarkan tambangnya itu.
Tambang itu melesat melingkar-lingkar akan menjerat dan mengikat Kwang Tan. Terkejut Kwang Tan dibuatnya. Segera ia menyadari tambang itu menyambar kepadanya dengan disertai tenaga lwekang, segera juga, dengan sebat Kwang Tan menghindar.
Tapi tambang itu seperti memiliki mata, seperti seekor ular, telah meluncur menyambarnya lagi. Dikala itu Kwang Tan melihat bahwa tambang itu tentunya dikuasai oleh suatu
mengempos semangatnya, dan
kekuatan ilmu hitam, ia
tahu-tahu sebat sekali ia telah menangkap ujung tambang itu.
Tambang itu meronta kuat sekali.
Kwang Tan memegangnya sangat kuat, dia juga telah mencekal ujung lainnya lagi tambang itu.
Lama juga tambang dan manusia seperti berkutatan, mendadak tambang ditangan Kwang Tan berobah, menjadi seekor ular! Licin sekali.
Hampir Kwang Tan mengeluarkan seruan kaget, dia hampir melepaskan cekalannya, untung saja dia segera ingat, bahwa ini adalah semacam ilmu sihir belaka, maka
dia mencekal terus dengan kuat, kepala ular jadi2an dengan tangan kanannya, sedangkan ekor ular jadi-jadian dengan tangannya yang lain.
Di waktu itu tampak Kwang Tan pun mengempos sinkangnya, dia kemudian melontarkan ular jadi-jadian itu ketengah udara, lalu dia mengeluarkan ilmu Pukulan Gunturnya.
"Bukkk!" Ular itu kesambar Pukulan Guntur Kwang Tan. seketika tambang itu menjadi hangus. Ular jadi-jadian itu lenyap dan berobah menjadi seutas tambang yang telah hangus terbakar !
Orang tua itu membuka matanya lebar2.
"Hemmm, kau cukup lihay juga !" katanya. Dan katakatanya itu belum lagi selesai dia telah mengibaskan tangannya. Tahu-tahu dari balik batu itu meraung seekor harimau yang segera menerjang kepada Kwang Tan.
Diterkam harimau yang ganas seperti itu, yang tingginya setinggi manusia, Kwang Tan cepat mencelat mengelakkan diri. Dia berulang kali mengelakkan diri, Dan diwaktu itu, ia telah memegang leher harimau tersebut.
Akan tetapi harimau itu memiliki tenaga yang sangat kuat sekali, karena itu Kwang Tan tidak kuat buat memegangi leher harimau tersebut terus menerus.
Tiba2 Kwang Tan menyambar sepasang kedua tangannya, Dia menariknya kuat-kuat.
Harimau itu meronta, tapi kepalanya terangkat naik keatas, maka membarengi dengan itu, kepalan tangan kanan Kwang Tan menghantam telak sekali batok kepalanya.
Harimau itu meraung, batok kepalanya seketika hancur berantakan.
Tapi waktu Kwang Tan melepaskan harimau itu, sehingga bangkai harimau itu menggeletak di tanah, dan bangkai binatang buas itu mengeluarkan asap yang tebal.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seketika lenyap bangkai harimau, dan menjelma menjadi tumpukan jubah belaka.
Ternyata harimau itu merupakan harimau jadi2an juga, sehingga membuat Kwang Tan benar2 jadi heran dan takjub, karena ia sama sekali tidak pernah menyangkanya bahwa orang tua itu pandai sekali mempergunakan ilmu hitamnya.
Di waktu itu terlihat orang tua itu, yang dua kali gagal dengan makhluk makhluk jadi2annya, jadi penasaran dan memperoleh akal. Tahu-tahu dia telinga binatang buas itu dengan murka sekali, sekarang dia tidak mengeluarkan binatang jadi2annya, sepasang tongkatnya bergerak dengan berbareng.
Kwang Tan yang di serang oleh sepasang tongkat itu kaget, karena datangnya tongkat itu begitu cepat, membuat dia tidak bisa melihatnya dengan jelas, tahu2 dia merasakan
berkesiuran angin yang dingin sekali, terpisah tidak jauh dari pundaknya.
Beruntung juga Kwang Tan memang telah memperoleh petunjuk langsung dari Thio Sam Hong, sehingga tanpa
melihat, ia pun bisa mengetahui dari arah mana menyambarnya senjata lawan. Segera ia berkelit kesanakemari.
Tidak dapat dilihat dari tubuhnya yang lemah dan tampaknya begitu gontai tidak bersemangat, ternyata orang tua itu benar-benar memiliki kepandaian yang menakjubkan. Karena gagal dengan serangannya pertama, dia menyusuli dengan serangan berikutnya.
Dalam waktu yang sangat singkat dia telah menikam dan menabas dengan tongkatnya pada Kwang Tan sebanyak sepuluh jurus.
Untung saja Kwang Tan bisa mengandalkan tajamnya pendengarannya, sehingga dia selalu bisa menghindarkan diri dari setiap serangan itu.
Semakin lama orang tua itu jadi semakin penasaran, karena walaupun
bagaimana, baru kali ini ia bertemu dengan lawan yang tangguh, yang selalu dapat menghindarkan serangannya dengan mudah.
Yang membuat dia penasaran, justeru lawannya itu adalah seorang pemuda yang masih belia usianya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan sendiri mengeluh didalam hatinya, Ia merasakan jika berlarut-larut terus diserang seperti itu, ia tidak akan sanggup menghadapi orang tua itu, yang lihay sekali sepasang tongkatnya.
Mi Liang Tojin dan Lian Kie Lin berdua, yang menyaksikan betapa Kwang Tan selalu menghindar dari tikaman dan tabasan kedua batang tongkat orang tua itu, menyadari bahwa Kwang Tan walaupun memang tampaknya ia selalu bisa menghindarkan diri dari setiap serangan lawannya, tokh kenyataannya Kwang Tan terdesak hebat.
Kalau memang sampai hal itu berlangsung seratus jurus, satu kali Kwang Tan gagal menghindarkan diri, dia akan rubuh ditangan orang tua itu.
Kwang Tan sendiri bukannya tidak pernah mencoba buat menyerang orang tua itu dengan pukulan Gunturnya, tapi ilmu pukulan Gunturnya seperti tidak memberikan faedah apa-apa padanya, karena orang itu seperti tidak terpengaruh oleh panas itu, dia bisa menghadapi ilmu pukulan Guntur itu dengan baik sekali.
Hal ini membuat Kwang Tan bingung, ia tidak menyangka kakek tua yang tampaknya telah begitu tua, ternyata memang sangat lihay sekali.
Pantas saja Thong Hok jadi ketakutan bukan main. Dan di waktu itu Kwang Tan mengempos semangatnya, dimana dia berusaha untuk menyerang semakin hebat.
Tapi orang tua itu bukannya terdesak, malah semakin ganas dengan serangannya, karena setiap kali Kwang Tan menyerangnya, maka dia akan balas menyerang bertambah hebat.
Tenaga serangan mereka juga bertambah hebat, terutama sekali orang tua itu. Kwang Tan sendiri merasakan betapa napasnya jadi sesak, dan dia sulit bernapas, karena tongkat dari kakek tua itu yang menyerangnya demikian gencar.
Mi Liang Tojin telah memandang dengan berkuatir, karena ia merasa yakin
bahwa Kwang Tan akan dapat dirubuhkan oleh orang tua itu. Akhirnya ia jadi tidak sabar lagi, karena ia menyadarinya tidak mungkin dia bisa berdiam diri terlebih lama pula, ia segera bilang kepada Lian Kie Lin: "Kau diam dulu disitu, aku ingin membantunya!"
"Ya !" menyahuti Lian Kie Lin sambil mengangguk dan turun dari gendongan Mi Liang Tojin, ia juga telah rebahkan diri dibawah sebatang pohon, dekat Thong Hok, yang waktu itu hanya memandang dengan bola mata bergerak-gerak ketakutan, tanpa bisa bergerak, karena
masih tertotok. Baru saja dia tersadar dari pingsannya.
Mi Liang Tojin tanpa membuang waktu segera melompat menyerang kepada orang tua itu.
Apa yang dilakukannya sangat cepat dan kuat sekali, karena ia bermaksud untuk sekali menyerang bisa mendesak orang tua itu, guna memberikan kesempatan bernapas kepada Kwang Tan.
Tapi bukan main kagetnya Mi Liang Tojin, sebab disaat itu tongkat ditangan kanan orang tua itu mengibas.
"Breeetttt !" baju di dada dari Mi Liang Tojin telah tergores robek,semangat Tojin itu terasa terbang meninggalkan tubuhnya, ia kaget tidak kepalang.
Jika tadi ujung tongkat itu lebih dalam lagi menggores, bukankah kulit dadanya telah tergores dan itu berarti dia sudah menemui ajalnya"
Karena berpikir seperti itu, Mi Liang To jin untuk sejenak lamanya telah berdiam diri tertegun tanpa maju menyerang lagi.
Kwang Tan sendiri tetap di desak tidak hentinya oleh orang tua itu, Sudah lewat dua puluh jurus lagi, tapi orang tua itu masih tidak bisa merubuhkan Kwang Tan.
Hal ini menambah perasaan mendongkol dan penasarannya, serangannya semakin lama semakin hebat. Kwang Tan sendiri sudah mulai tidak bisa memberikan perlawanan, beberapa kali dia hampir terserang, beruntung
dia masih bisa mengempos semangat dan tenaganya, sehingga dia tidak sampai terserang.
Diwaktu itu, Kwang Tan sendiri mengeluh didalam hatinya, dia yakin dalam beberapa jurus lagi dia akan rubuh, semangatnya telah berkurang banyak, sedangkan
serangan orang toa
itu secepat kilat dan sulit diikuti pandangan matanya. Itulah disebabkan selain sinkang siorang tua itu telah mahir sekali, juga ilmu tongkatnya memang benar-benar sempurna.
Orang tua itu mengeluarkan suara yang aneh, tahu2 sepasang tongkatnya telah meluncur bertubi-tubi mendesak Kwang Tan.
Kali ini benar-benar Kwang Tan sudah tidak berdaya dan sulit menghindarkan diri.
Salah satu tongkat dari orang tua itu meluncur cepat sekali akan menikam dadanya, pada jurusan jantungnya. Kwang Tan memang melihat serangan itu tapi dia tengah dilibat oleh tongkat si kakek yang satunya, maka dia tidak berdaya dan tidak memiliki kesempatan buat menghindar diri.
"Habislah aku." mengeluh Kwang Tan didalam hatinya, karena segera ia menyadari sudah tidak ada harapan baginya untuk menghindarkan diri.
Mi Liang Tojin yang melihat ini jadi nekad. Tanpa memperdulikan keselamatan dirinya, dia telah melompat menerjang tangannya.
Dalam sambil mengayunkan sepasang telapak keadaan seperti itu, di mana jiwa dan keselamatan Kwang Tan terancam, tiba2 terdengar suara seruling yang lembut dan perlahan namun terdengar jelas. Mendadak tubuh kakek tua itu seperti menjadi kaku dan kejang, tongkatnya terhenti meluncur di tengah udara.
Kwang Tan mempergunakan kesempatan yang hanya beberapa detik itu buat melompat mundur, Muka Kwang Tan agak pucat, dia memburu keras sekali pada pernapasannya, dadanya juga tergoncang, nyaris ia disate oleh tongkat orang tua itu.
Dikala itu tampak orang tua tersebut seperti linglung, ia berdiri tertegun di tempatnya mendengarkan suara seruling itu, yang terdengar semakin dekat.
Kwang Tan menghapus keringatnya, ia mengenali itulah suara serulingnya Ya Ya le.
Tapi mengapa orang tua ini jadi tertegun begitu, seperti orang linglung begitu mendengar suara seruling Ya Ya le, wanita mesum dan cabul itu"
Tengah Kwang Tan terheran-heran, Mo Liang Tojin telah melompat menghampirinya.
"Laote, apakah engkau tidak apa-apa"!" tanyanya dengan suara yang mengandung kekuatiran.
Kwang Tan menggeleng.
"Tidak..." sahutnya pendek. karena Kwang Tan sendiri seperti masih dikuasai oleh perasaan bingungnya. Suara seruling Ya Ya le terdengar semakin dekat juga, sedangkan kakek tua yang lihay itu semakin bingung dan tampaknya semakin linglung, sepasang tangannya lemas memegangi tongkatnya, tubuhnya keringat mengucur keluar dari juga menggigil keras,
sekujur tubuhnya, ia
memandang jelalatan kesana-kemari. bola matanya buas sekali memandang bingung sekelilingnya.
Tidak lama kemudian tampak muncul Ya Ya le, wanita yang bertelanjang itu dengan meniup serulingnya, sikapnya agung dan cantik sekali, dengan rambutnya yang panjang di biarkan tergerai turun dibahunya.
Kwang Tan berdiri dengan kepala tertunduk dalamdalam, dia tidak mau melihat pemandangan yang memuakkan dan memalukan itu, karena wanita cantik yang
bertelanjang tidak tahu malu itu sama sekali tidak mau menyembunyikan apa yang seharusnya tidak boleh dilihat orang lain.
Yang aneh sekali adalah kakek tua itu. Dia berdiri linglung dengan bola mata bergerak-gerak, malah napasnya memburu keras sekali.
Ya Ya Ie telah datang mendekat, masih meniup serulingnya. Akhirnya, kakek tua itu telah menekuk kedua lututnya, keringat dingin lelah mengucur keluar dari sekujur tubuhnya.
"Ampun . . . ampunilah aku, aku tidak sanggup!" bilang kakek tua yang tangguh itu dengan suara yang serak dan juga tergagap.
Hal ini benar-benar membingungkan Kwang Tan dan yang lainnya. Kepandaian Ya Ya le berada dibawah
kepandaian kakek tua itu beberapa tingkat, Kwang Tan sendiri yang pernah bertempur dengan Ya Ya le mengetahui bahwa Ya Ya le bukanlah lawan yang terlalu tangguh baginya, sedangkan kakek tua itu malah memiliki kepandaian yang luar biasa tangguhnya.
Tapi mengapa justeru sekarang tampaknya kakek tua itu tidak berdaya terhadap Ya Ya le, ia begitu kebingungan dan juga telah berlutut seperti itu"
Bukankah jika memang ia mau, tentu dengan mudah ia bisa merobohkan Ya Ya le"
Karena itu, Kwang Tan dan Mi Liang To jin jadi memandang dengan mata yang terbuka lebar. Kakek tua tersebut telah berlutut dengan keringat dingin masih mengucur deras. Disamping mukanya tampak pucat dan kebingungan.
Diwaktu itu, tampak kakek ini juga telah menganggukan kepalanya, "jika kau ingin membunuhku, bunuhlah, tapi engkau jangan memaksa aku, aku tidak sanggup. sungguh, aku tidak sanggup....!"
Suara kakek tua itu memelas sekali, seperti ingin menangis, bagaikan wanita cantik yang bertelanjang ini sambil meniup seruling, adalah makhluk yang benar benar tidak dapat dihadapinya, sehingga ia jadi kebingungan dan malah rela untuk menerima kematian ditangan wanita tersebut!
Tentu saja hal ini menambah bingungnya Kwang Tan dan Mi Liang Tojin. Walau pun bagaimana, tentu saja kakek tua itu dapat saja membunuh wanita itu, mengapa tampaknya ia begitu tidak berdaya"
Ya Ya le melangkah perlahan-lahan sambil meniup serulingnya, dan ia pun memang terus juga membawa sikap yang anggun dan menghampiri kakek tua tersebut, hanya matanya yang tampak memancarkan sinar yang tajam.
Setelah menghampiri dekat, tampak Ya Ya le menurunkan serulingnya. ia berhenti meniup serulingnya tersebut. Dengan suara yang nyaring ia bilang: "Dengan
demikian engkau lebih rela mati" Bukankah lebih baik kau memenuhi ke tiga permintaanku itu?""
Kakek tua tersebut masih berlutut, tampak wajahnya memancarkan perasaannya yang susah.
"Dengarlah... aku... aku lebih rela mati...!" kata kakek tua tersebut, "permintaanmu terlalu sulit buat kulaksanakan!"
Muka Ya memancarkan Ya le berobah, tapi itu hanya sejenak. kemarahan walaupun ia dalam keadaan gusar dan marah, namun tetap saja wajahnya itu cantik sekali.
"Hemmm, engkau keras kepala! Jika demikian, baiklah! Untuk mati, hemmm, kutegaskan di sini buat yang terakhir kali bagimu tidak mudah! Aku ingin melihat, apakah
dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, engkau tetap bisa menyebut dirimu sebagai laki-laki."
Mendengar perkataan Ya Ya Ie seperti itu, tampak kakek tua tersebut jadi gugup dan juga bingung sekali, dimana ia telah berkata dengan tergagap: "Jangan....oooh, apakah
engkau tidak berkasihan kepadaku" Apakah engkau hendak melihat aku menderita terus?"
Ya Ya le mendengus.
"Engkau yang berkepala batu....aku telah memberikan kepadamu sendiri. Di keringanan, tapi engkau mencari penyakit
samping itu memang engkau tidak mau memenuhi ketiga syaratku itu, padahal ketiga permintaanku itu sangat mudah dilaksanakan... Rupanya engkau telah lupa untuk masa2 manis kita...!"
Sambil berkata suara Ya Ya le semakin lama terdengar jadi semakin menyedihkan, ia berkata2 seperti hendak menangis, suaranya juga semakin perlahan, serulingnya per lahan2 diangkatnya didekatkan kepada mulutnya, bibirnya yang mungil dan bagus bentuknya itu, mulai meniup serulingnya.
Kakek tua itu tambah gugup dan kebingungan, ia berseru: "Jangan....ooohhh jangan... aku....aku....!" Tapi Ya Ya le tidak memperdulikan sikap kakek tua tersebut, ia meniup terus serulingnya. Suara irama seruling itu mengalun bagaikan tangisan seorang gadis yang tengah patah hati, begitu menyayatkan hati.
Perlahan, tapi memiliki kekuatan mistik. Benar-benar membuat kakek tua tersebut jadi kelabakan dan kebingungan dan muram sekali, tubuhnya menggigil, ia merasa lemas tidak berdaya, seperti ingin menangis, karena
semakin lama suara irama seruling itu mempengaruhinya, dimana irama seruling itu seperti juga menyayat-nyayat hatinya.
Di waktu seperti itu suara irama seruling semakin sendhu, bagaikan seorang gadis yang tengah merindukan kekasihnya, yang haus akan belai kasih sayang, juga yang merindukan akan kejantanan seorang laki-laki.
Kakek tua tersebut telah berlutut dengan tubuh membungkuk ia sudah tidak bisa menahan hatinya ia menangis. inilah luar biasa!
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin melihatnya. kakek tua tersebut memiliki lwekang yang sangat tinggi, tentu saja ia bisa mempergunakan sinkangnya buat membendung irama seruling itu agar tidak menguasai perasaan dan hatinya.
Namun, mengapa justeru sekarang yang terlihat malah
sebaliknya, irama seruling yang di tiup oleh Ya Ya le telah berhasil menguasainya sehingga membuat kakek tua tersebut jadi berlutut dan menangis begitu sedih.
Yang membuat Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tambah bingung dan heran, sambil menangis dan berlutut seperti
itu, kakek tua itupun selalu berkata: "Aku tidak sanggup, sayang maafkanlah... aku tidak sanggup ...ooohh, apa yang harus kulakukan... sungguh merupakan hal yang sangat memalukan sekali, tapi sungguh aku tidak sanggup...aku tidak berdaya sayang ...aduhhh, mengapa aku harus demikian lemah" Mengapa" Mengapa aku tidak sanggup
melakukannya...ooohh sayang, kau boleh melakukannya dengan orang lain, aku tidak akan marah, aku rela kau melakukannya...ooohhh. aku tidak sanggup, aku tahu engkau sangat membutuhkannya...aduhh. ohhh. janganlah memaksa aku."
Benar-benar Kwang Tan dan Mi Liang Tojin jadi bengong mengawasi sikap dan kelakuan dari kakek tua tersebut, mereka sampai berdiri terpaku saja.
Ya Ya le masih terus meniup serulingnya dan irama seruling itu semakin lama semakin sendu dan perlahan, menambah romantis irama seruling itu, juga menyayatkan hati, seperti didalam nada yang begitu perlahan dan lembut, romantis dan sendhu, terdapat juga penasaran, perasaan kecewa, perasaan merasa berang dan juga berbagai macam perasaan lainnya, di samping memang perasaan akan kekecewaan dari seorang wanita yang tidak terpenuhi hasratnya!
Kakek tua itu menangis semakin lama semakin hebat diliputi penyesalan yang bukan main, suara tangisannya begitu memilukan, mengandung kekecewaan dan juga penyesalan yang luar biasa.
Suara seruling sampai akhirnya Ya Ya le masih terus mengalunnya, setelah meniup beberapa saat lagi serulingnya itu, Ya Ya le menurunkan serulingnya berhenti meniupnya.
"Apakah engkau tetap tidak mau memenuhi permintaanku" Hanya tiga permintaan saja..."!" Tanya Ya Ya le dengan suara yang merdu dan wajah yang cantik sekali, matanya memancarkan sinar yang sangat sendu dengan pancaran yang mesra sekali.
Justeru sikap yang diperlihatkan oleh Ya Ya Ie membuat kakek tua itu tambah bingung dan ketakutan, malah ia pun telah berulang kali menggelengkan kepalanya, sambil terus menangis, ia pun terus sesambatan: "Tidak dapat kulakukan . . . kau bunuhlah! Bunuhlah " Aku tidak kuat menanggung ini semua . ."
Ya Ya Ie tertawa tawar.
"Kau benar-benar keras kepala. Aku cuma meminta tidak banyak dari kau, hanya tiga permintaan, tapi engkau benarbenar hendak bersengsara . . . !" Sambil berkata begitu ia mengangkat kembali serulingnya, dimana ia hendak meniupnya lagi.
"Tahan . . !" mencegah kakek tua tersebut.
menyanggupi ketiga yang membuat aku Ya Ya Ie menahan serulingnya. "Apakah engkau bersedia
permintaanku itu" Hemm, siapa menjadi bertelanjang ini setiap hari" Kau ! Siapa yang telah mengecewakan hatiku" Kau! Siapa yang telah menghancurkan kebahagianku, telah membuat aku jadi manusia seperti ini, yang haus akan sek dan ingin laki2 " Kau ! Karena itu, dosa kau terlalu berat ! sekarang buat menebus segalanya dengan hanya memenuhi ketiga permintaanku saja engkau tidak mau ! inilah keterlaluan
sekali. Baiklah, engkau akan mati per-lahan2, kau pasti akan mati, tapi dengan demikian engkau harus melewati dulu masa penyesalan engkau !"
"Tapi.... kau tidak boleh mempersalahkan keseluruhannya kepadaku .... kau tahu.... kau tentu tahu... bahwa aku telah berusia lanjut. kau tentu mengerti.... aku sudah tua.... engkau tidak bisa mempersalahkan keseluruhannya kepadaku....!" Menyedihkan sekali suara kakek tua tersebut.
Ya Ya Ie tertawa dingin.
"Hemmm. kau hendak memungkiri akan kesalahanmu "!" tanyanya dengan suara yang tawar. Kemudian Ya Ya Ie tertawa, suara tertawanya bukan suara tertawa mengandung kemarahan melainkan tertawa yang merdu sekali, mesra dan lembut penuh kasih sayang, dambaan seorang wanita terhadap kekasihnya.
Tubuh kakek tua tersebut menggigil, tampaknya ia terpengaruh oleh tertawa tersebut, mukanya guram sekali memperlihatkan penyesalan yang bukan main.
Sedangkan Ya Ya le telah meneruskan perkataannya: "Hemm, dulu engkau yang membujukku, engkau yang berusaha menguasai diriku! Tapi setelah menjadi milikmu, aku disia2kan, bagaikan aku ini hanyalah barang yang sudah tidak berarti lagi... engkau tidak berdaya untuk melakukan apapun juga.!"
Tubuh kakek tua itu tambah menggigil, sampai akhirnya ia bilang dengan suara tersendat "Ya, aku yang bersalah... memang aku yang bersalah."
"Hemm, jadi kau sekarang mengakui akan kesalahanmu "!" tanya Ya Ya le dengan suara yang dingin.
Kakek tua tersebut mengangguk.
"Ya!" katanya lesu, tubuhnya masih menggigil. "Memang kuakui... memang kuakui., aku yang bersalah !" "Hemm, tentunya kau menyesal, bukan"!" tanya Ya Ya Ie, sambil bertanya seperti itu, ia memasang aksi yang menggiurkan sekali buat seorang laki-laki.
"Ya... aku... aku menyesali mengapa aku justeru tidak berdaya termakan oleh usia tua!" suara kakek tua itu mengandung penyesalan yang besar.
Di saat itu, tampak Ya Ya le tertawa dingin, katanya dengan suara yang tawar: "Jika memang engkau menyesal, lalu mengapa engkau tidak mau memenuhi akan permintaanku, hanya tiga permintaan itu "!"
Kakek tua tersebut menggigil lagi, dia menunduk tidak menyahuti pertanyaan Ya Ya le. "Mengapa engkau diam saja.... katakanlah . mengapa engkau berdiam diri saja "!" tanya Ya Ya le dengan sikap mendesak, matanya memandang tajam.
"Tentu saja... semua itu ... diluar dari kesanggupanku ... karena memang aku tidak berdaya melawan usia tua..." menyahuti kakek tua tersebut pada akhirnya.
"Hemm, jika demikian, mengapa dulu, engkau
mengatakan bahwa engkau memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan yakin bahwa engkaulah satu2nya laki2 yang paling tangguh" Kenyataannya" Engkau hanya seorang laki2 tua yang telah mensia-siakan kehidupan dan penghidupanku yang sampai terjadi demikian! Selama engkau belum memenuhi atas tiga permintaanku, sebelum engkau menyesali sungguh-sungguh akan perbuatanmu,
biarlah aku tetap bertelanjang seperti ini...!"
Dan Ya Ya le mengabarkan suara seruan yang lirih, suara seruan itu terdengar sangat panjang sekali, seperti suara tertawa, tapi bukannya tertawa, seperti menangis tapi bukan menangis.
Begitu aneh suaranya, dan tubuh kakek tua itu menggigil sangat keras sekali.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin yang melihat kejadian ini, benar2 heran tidak mengerti.
"Hemm, tampaknya diantara mereka memang terdapat sesuatu hubungan pada sebelumnya....:" menggumam Mi Liang Tojin dengan suara perlahan
Kwang Tang mengangguk.
"Benar !" ia menyahuti dengan suara yang perlahan juga, "Jika tidak, tentu dengan mudah kakek tua itu dapat saja merubuhkan Ya Ya Ie dan membinasakannya..., tapi yang aneh sekali. tampaknya ia begitu ketakutan dan benar2 tidak berdaya terhadap Ya Ya le.!"
Mi Liang Tojin menghela napas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentunya diantara mereka terdapat hubungan yang sangat memalukan.,.!" menggumam tojin cebol tu. Waktu itu, tampak Ya Ya Ie telah bertanya dengan sikap yang bengis, sikapnya juga jadi bersungguh2: "Sekarang engkau katakan, engkau bersedia atau tidak memenuhi atas ketiga permintaanku itu "!"
Kakek tua itu berdiam diri saja. Diam, dengan kepala tertunduk dalam-dalam.
"Jika memang engkau tidak mau memenuhi ketiga permintaanku itu, engkau akan menyesal seumur hidup, dan penyesalan itu tetap akan menghantui dirimu, aku akan membuat dirimu mati per-lahan2 dengan segala penyesalanmu itu!" mengancam Ya Ya le, yang kemudian memperdengarkan suara tertawa dingin.
Kakek tua itu mengangkat kepalanya, menatap Ya Ya Ie dengan sinar mata yang guram. "Ketiga permintaanmu itu sangat berat sekali kupenuhi... karena semuanya merupakan permintaan yang benar-benar sulit buat kulaksanakan !"
"Soal sulit atau tidak dilaksanakan itu terserah nanti
dalam pelaksananya.... yang terpenting, apakah dari hatimu terdapat kesungguhan buat memenuhi ketiga permintaanku itu..." kata Ya Ya Ie dingin.
Kakek tua itu ragu-ragu.
"Ketiga permintaanku itu tetap tidak akan berobah....!" kata Ya Ya Ie kemudian. "Dan tidak ada sedikit perobahan pun juga pada ketiga.. Terserah kepadamu, kukira waktu yang kuberikan, selama tiga tahun ini, telah lebih dari cukup untuk kau memikirkan masak-masak ketiga permintaanku itu."
Kakek tua itu terdiam, sampai akhirnya ia menggumam, "Permintaan pertama adalah mewarisi seluruh kepandaianku kepadamu" tidak boleh satu jurus pun yang tertinggal !"
"Tepat !" Ya Ya le kemudian dengan menganggukkan kepalanya, wajahnya berseri-seri. "Memang begitulah bunyinya permintaanku yang pertama !"
"Permintaan yang kedua, aku kepadamu, seumur hidupku, harus pekerjaan atas perintahmu, guna harus menghamba melakukan banyak
menguasai rimba persilatan. Satu patah pun aku tidak boleh membantah dan
harus dapat mendukung engkau sebagai pemimpin rimba persilatan !" kata kakek tua itu, seperti menggumam dengan mata memandang jauh dan kosong bersinar guram.
"Tidak salah !" berseru Ya Ya Ie. "Itulah bunyinya permintaanku yang kedua. "Dan juga, engkau pun
mengetahui bahwa tidak ada sepatah kata pun yang berobah lagi, sebelum engkau menyanggupi kesengsaraan hebat akan selalu membayangi dirimu...!"
Kakek tua itu menghela napas, Dia berdiam saja.
"Kau belum lagi menyebutkan tentang permintaanku yang ketiga...!" kata Ya Ya le dengan suara yang dingin dan sikap yang tawar, mukanya yang cantik memperlihatkan keangkuhan yang sangat.
Kakek tua itu mengangkat kepalanya, ia menghela napas dalam-dalam. "Mengenai permintaanmu yang ketiga itu... inilah yang membuat aku sulit buat memenuhinya, terlalu sulit..!" Suara kakek tua itu serak dan tubuhnya menggigil.
"MENGAPA sulit " Bukankah permintaan ku yang ketiga itu pun merupakan permintaan yang sangat mudah " Hemmm, engkau saja yang terlalu jual lagak! Apa bunyinya permintaanku yang ketiga itu sehingga engkau mengatakannya merupakan sesuatu yang sulit buat engkau"!" Suara Ya Ya le terdengar meninggi.
Kakek tua tersebut berdiam diri beberapa saat, dan ia pun tampak jadi canggung sekali buat mengucapkannya. "Untuk menyebutkan saja pun permintaanku yang ketiga itu engkau merasa sulit"!" tanya Ya Ya le dengan suara yang dingin.
Kakek tua tersebut menghela napas dalam-dalam, guram sekali wajahnya. "Permintaanmu yang ketiga itu adalah... aku harus mencarikan sebanyak-banyaknya pemuda gagah yang kuatkuat untuk dipersembahkan kepadamu.... untuk menjadi.... menjadi permainanmu !" akhirnya kakek tua tersebut menyahuti juga.
Ya Ya Ie tertawa, merdu sekali suara tertawanya itu. "Mudah saja kau melakukannya bukan, karena engkau memiliki kepandaian yang tinggi dan pemuda mana saja yang hendak kau tangkap untuk nanti dipersembahkan
kepadaku, sangat mudah sekali, bukan ?" Tawar suara dan sikap Ya Ya Ie.
Kakek tua tersebut menghela napas, ia tidak menyahuti. Ya Ya Ie tertawa dingin.
"Kau cemburu" Hemmm... memang kau yang sudah lemah, engkau tidak bisa melakukan kewajibanmu... justeru engkau pun tidak bersedia untuk menutupi kesalahanmu itu dengan mencarikan pemuda-pemuda tampan gagah buat penggantimu, untuk memuaskan dan menyenangkan
hatiku! Kau sudah tidak mampu untuk memuaskan aku, mengapa kau harus cemburu " Bukankah itu merupakan permintaan yang sangat mudah dilakukan " Aku bukan meminta jantungmu " Aku bukan meminta batok kepalamu " Aku bukannya hendak membunuhmu, meminta engkau membunuh diri "!"
Kakek tua itu menghela napas lagi, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tubuhnya menggigil, tampaknya ia bergelisah dan bingung sekali, penyesalan yang hebat menguasai dirinya.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin juga mengawasi saja dengan hati agak berdebar oleh peristiwa yang aneh dan membingungkan ini. Seorang yang berkepandaian tinggi seperti kakek tua itu, ternyata begitu tunduk dan patuh terhadap seorang wanita yang kepandaian berada dibawah kepandaiannya.
Ya Ya Ie tertawa dingin melihat kakek itu masih berdiam diri saja, tampaknya ia jadi tidak sabar. "Hemm, permintaan pertama kau kepandaianmu
mendukungku permintaan kedua
agar aku menjadi persilatan. Lalu permintaan ketiga, engkau harus
mencarikan pemuda-pemuda tampan gagah, untuk memuaskan aku! Hem, kukira ke-tiga2nya permintaanku itu tidak ada yang sulit buat kau melakukan dan melaksanakannya !" Dingin sekali suara Ya Ya Ie.
Kakek itu berdiam diri saja.
Ya Ya Ie melirik kepada Lian Kie Lin yang masih rebah menyender dibatang pohon, ia tertawa, manis sekali tertawanya, Sambil melangkah mendekati, Ya Ya Ie bilang:
"Baiklah jika memang engkau tidak mau memenuhi ketiga permintaanku itu,
aku akan memaksa engkau mewarisi seluruh engkau harus pemimpin rimba memperkosa gadis itu! Aku ingin mengetahui, apakah sekarang engkau telah memiliki kepandaian yang hebat untuk memperkuat dirimu, agar engkau masih bisa disebut sebagai seorang laki2, walaupun usiamu telah lanjut !"
Terkejut bukan main Kwang Tan dan Mi Liang Tojin mendengar perkataan Ya Ya le, sedangkan Thong Hok yang rebah tidak berdaya hanya mengawasi saja dengan mata terbuka lebar-lebar, karena memakluminya bahwa apa yang terjadi seperti memang tampaknya ini sudah seringkali disaksikannya,
kakek tua itu tidak berdaya jika berhadapan dengan Ya Ya Ie.
Karena itu, Thong Hok hanya mengharapkan agar kakek tua tersebut dapat memenuhi ketiga permintaan dari Ya Ya le, sehingga ia lebih cepat dapat dibebaskan oleh kakek itu. Dengan begitu pula, ia tentu tidak perlu terlalu lama menderita seperti sekarang ini.
Di kala itu, Lian Kie Lin tengah mengawasi Ya Ya Ie dengan sorot mata mengandung kemarahan bercampur takut, Marah karena wanita itu sungguh2 tidak tahu malu, di mana ia berdiri tengah melangkah tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
Kuatir dan takut, karena ia mengetahui kepandaian Ya Ya le sangat tinggi. juga kakek tua itu, tentunya akan berdiri di pihak Ya Ya le, berarti Kwang Tan dan Mi Liang Tojin sulit diharapkan bisa membantunya. Gadis ini jadi takut bukan main.
Ya Ya Ie dengan muka yang dingin, sikap yang angkuh, namun wajahnya sangat cantik sekali, melangkah terus mendekati si gadis, sikapnya tidak memperlihatkan sikap mengancam, ia tersenyum terus dengan sikap seperti juga hendak bersahabat dengan Lian Kie Lin.
Namun gadis ini mengetahui bahwa Ya Ya Ie adalah wanita yang seperti ular berbisa, binatang jalang yang bisa membawa bencana hebat buat dirinya.
Apalagi memang tadi telah didengarnya betapa Ya Ya le ingin melihat kakek tua itu memperkosa dirinya ! itulah ancaman yang sangat menakutkan karena kepandaian
kakek tua tersebut sangat tinggi, belum tentu Mi Liang Tojin dan Kwang Tan bisa melindunginya dan menghadapi kakek tua tersebut.
Karena ketakutan, maka tampak muka Lian Kie Lin pucat pias, ia telah memandangi Ya Ya le dengan sikap yang ketakutan dan sorot mata yang berkuatir sekali.
Ya Ya le telah menghampiri dekat, ia bilang: "Hemm, sesungguhnya aku tidak mau mengorbankan dirimu, hanya saja, di sebabkan tingkah dari kakek tidak tahu diri itu. yang mau jual lagak, biarlah aku akan mempergunakan engkau
buat mengujinya, sampai berapa jauh ia bisa memperlihatkan dirinya sebagai seorang laki2 !"
Sambil berkata begitu, tampak ia telah mendekati lagi dan mengulurkan tangannya, karena ia hendak mencengkeram lengan Lian Kie Lin.
Kwang Tan mengetahuinya, bahwa ia tidak boleh membuang2 waktu lagi. Demikian juga halnya dengan Mi Liang Tojin, segera mereka berdua dengan serentak telah melesat dan menghampiri Ya Ya Ie.
Malah Kwang Tan, belum lagi sepasang kakinya menginjak tanah, ia telah menghantam dengan beruntun dua kali mempergunakan ilmu Pukulan Guntur!
Tenaga pukulannya itu sangat kuat sekali dan menyambar dengan
menimbulkan angin serangan yang panas bukan main, Ya Ya le memang sudah merasakan betapa tangguhnya Kwang Tan, ilmu pukulannya itu tidak boleh dipandang remeh. Karenanya, ia tidak berani menyambutinya, segera ia berkelit kesamping.
Kesempatan seperti itu dipergunakan Mi Liang Tojin buat menyambar tubuh dari Lian Kie Lin, ia melakukannya dengan cepat, Cuma saja, belum lagi sepasang tangannya
itu sempat buat memanggul tubuh sigadis, ia merasakan dari belakangnya menyambar angin serangan yang dahsyat, ia terkejut, dan segera menarik pulang kedua tangannya, ia membalikkan tubuhnya seraya menangkis kebelakang.
"Bukk!" Tangannya saling bentur dengan tangan penyerangnya, malah yang lebih hebat lagi, tubuh Mi Liang Tojin cebol itu terpental sampai empat tombak lebih !
Beruntung memang Mi Liang Tojin memiliki ginkang dan sinkang yang tinggi, ia bisa meringankan tubuhnya sehingga berjumpalitan ditengah udara, sambil ia
mengempos sinkangnya, untuk mengendalikan diri dan pernapasannya, agar ia tidak terluka didalam.
Dikala itu, ia juga melihat orang yang menyerangnya tidak lain adalah kakek tua tersebut yang tadi tengah berlutut waktu berhadapan dengan Ya Ya Ie.
Ya Ya le sendiri tertawa setelah menghindarkan diri dari pukulan Kwan Tan. ia berseru nyaring, "Hemm, pemuda yang pertama harus engkau bekuk adalah dia !" katanya kepada sikakek dengan tangannya seraya menunjuk Kwang Tan.
Bukan main gusarnya Kwang Tan, ia telah menduga bahwa Ya Ya le memang benar2 wanita yang tidak tahu malu dan cabul, karena mendengar ketiga macam permintaannya terhadap kakek tua itu, segera Kwang Tan bisa menerka, bahwa apa yang diinginkan oleh Ya Ya le,
dan semuanya ketiga permintaan tersebut merupakan permintaan yang sangat berbahaya, bisa mengancam rimba persilatan.
Diiringi dengan bentakannya yang nyaring tubuh Kwang Tan tampak melesat dengan gesit sekali, sepasang tangannya bergerak dengan sebat, dan ia menyerang Ya Ya le dengan mempergunakan ilmu pukulan Gunturnya pula.
Ya Ya le dapat menghindarkan setiap serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan, ia berusaha meniup serulingnya, karena ia bermaksud hendak menguasai Kwang Tan dengan mempengaruhinya mempergunakan suara serulingnya.
Tapi waktu suara seruling itu mengalun, justeru tidak ada akibat apa2 buat Kwang Tan, ia telah membuka beberapa jalan darahnya dan menyalurkan sinkangnya pada beberapa jalan darah tertentu, dengan demikian dia tidak sampai terpengaruh oleh irama seruling Ya Ya Ie.
Kakek tua itu tengah berdiri, ia berdiam diri sejenak, sampai akhirnya ia berkata nyaring: "Ya Ya le, baiklah, aku memenuhi permintaanmu !"
Sambil berkata begitu, tubuhnya telah melesat dengan cepat sekali, ia menubruk kepada Kwang Tan, dimana ia bermaksud hendak membekuk Kwang Tan.
Namun Kwang Tan bisa menghindarkannya, Tadi ia telah merasakan betapa tingginya kepandaian kakek tua itu, yang tidak boleh diremehkan, sebab tadi saja waktu ia
bertempur dengan kakek
tersebut, ia hampir saja dirubuhkan dan dibinasakan oleh tongkat kakek tua itu. Sekarang kedua tangan kakek tua itu bergerak cepat, sepasang tongkat yang di cekalnya men-deru2 menyerang hebat sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Kwang Tan dapat menghadapinya dengan sebaik-baiknya, di samping waspada juga memang ia berhati2 sekali, nyaris tadi dia terbunuh ditangan kakek tersebut.
Karena itu, ia telah bertempur dengan seru sekali, setiap kali ia diserang oleh kakek tersebut, ia telah melakukan perlawanan yang gigih.
Kakek tua itu dan rupanya telah melihatnya bahwa Kwang Tan tidak mudah dirubuhkan. Cuma saja, ia memang menang tingkat dan juga berpengalaman maka ia bisa mendesak semakin cepat dan ketat. la sama sekali tidak
memberikan membalas kesempatan kepada Kwang Tan buat
menyerang kepadanya, setiap kali ada kesempatan, tentu ia akan mendesak hebat pemuda itu. Yang tengah bergirang di waktu itu adalah Ya Ya Ie. ia mendengar perkataan kakek itu, yang menyanggupi akan permintaannya, karenanya wanita cabul ini segera tertawa bergelak-gelak.
"Ya, engkau harus menangkap pemuda itu!" katanya kemudian, "Dialah korbanku yang pertama, yang akan dapat menyenangkan dan memuaskan hatiku..!"
Sambil berkata begitu, ia pun segera melompat buat menyerang Mi Liang Tojin dengan seruling ditangan kanannya meluncur akan menotok beberapa jalan darah di tubuh Mi Liang Tojin.
Mi Liang Tojin telah bertekad, walaupun bagaimana ia harus melindungi Lian Kie Lin, gadis itu yang tengah tidak berdaya harus diusahakannya agar tidak terjatuh kedalam tangan Ya Ya le.
Kalau saja Lian Kie Lin terjatuh ke tangan Ya Ya le, niscaya nasib Lian Kie Lin akan diliputi kesulitan dan penderitaan bencana hebat akan menimpa diri gadis ini, karena Ya Ya Ie akan melakukan sesuatu yang aneh sekali, dimana dia juga akan berusaha memperalat gadis itu, dengan menyuruh kakek tua tersebut buat memperkosanya.
Dengan mati2an Mi Liang Tojin menghadapi setiap serangan yang dilakukan oleh lawannya, Ya Ya le semakin lama juga jadi semakin mendongkol dan murka, karena ia menyadarinya, jika ia berlama-lama dan tidak merubuhkan Mi Liang Tojin, hal mana akan buruk padanya, tentu si Kakek tua itu berhasil
berakibat semakin meremehkannya. sedangkan sekarang ini justeru kakek tua
itu telah menyanggupi akan berusaha menuruti semua permintaannya dan tengah berusaha membekuk Kwang Tan.
Dikala itu Kwang Tan merasakan dirinya terdesak hebat, dia berada dalam tekanan yang sangat hebat oleh setiap serangan yang dilakukan oleh kakek tua itu.
Mati2an Kwang Tan mengeluarkan seluruh kepandaiannya, ia pun berusaha mempergunakan sinkang ajaran Thio Sam Hong, dikombinasi dengan ilmu Pukulan Gunturnya. Namun, ia tetap saja terdesak oleh kakek tua tersebut.
Rupanya memang kakek tua itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, sinkangnya juga telah mencapai tingkat yang sukar di tembus oleh kepandaian yang bagaimanapun juga.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi tentu saja Kwang Tan mengetahui akan kehebatan tenaga dalam kakek tua itu, maka ia berseru nyaring dan segera ia menyerang secepat mungkin untuk mendahului lawannya.
Sebagai seorang lihay, kakek itu juga menyadari biar sinkangnya tinggi, namun ia merupakan seorang yang telah lanjut usia, jika bertempur seperti itu terlalu lama, niscaya ia yang kalah ulet dan akhirnya dia yang akan tubuh dengan sendirinya karena keletihan.
Dilihatnya Kwang Tan menyerangnya seperti itu, maka ia berpikir inilah suatu kesempatan yang paling baik buat
dirinya, segera juga ia mengeluarkan bentakan dan mempergunakan ilmu andalannya.
Tenaga serangan yang dilakukannya merupakan serangan yang bisa menghancurkan sebungkah batu gunung yang besar menjadi remuk, juga merupakan hantaman yang bisa menghancurkan tubuh manusia!
Kwang Tan melihat sambutan dari kakek tua itu, ia mengerahkan seluruh sisa tenaganya, karena ia yakin, kali ini ia akan memperoleh perlawanan yang benar2 tidak boleh di buat main2, karenanya, dia mempergunakan seluruh kekuatannya, ilmu pukulan Guntur di kombinasi dengan sinkang Thio Sam Hong.
"Bukkk...!" hebat sekali tenaga mereka saling bentur, di mana tampak tenaga sinkang dari kakek tua tersebut memang lebih kuat dibandingkan dengan Kwang Tan,
karena pemuda itu sambil mengeluarkan suara keluhan panjang telah terpental satu tombak lebih jauhnya, sedangkan kakek tua tersebut cuma terhuyung dua langkah kebelakang.
Cuma saja, biarpun kakek tua tersebut tidak terpental, tokh dia berdiri dengan napas yang tersengal-sengal dan mukanya pucat pias, ia memang berhasil untuk mempertahankan kuda-kuda kedua kakinya, akan tetapi dia telah terluka didalam.
Hal ini disebabkan dia memang telah mempergunakan tenaga dalamnya itu diluar dari ukurannya, dengan demikian telah membuatnya jadi terluka didalam yang tidak ringan, karena tenaga dalam yang dipergunakan oleh Kwang Tan pun bukan tenaga dalam sembarangan, yaitu ilmu pukulan Guntur yang dikombinasikan dengan sinkang yang diperoleh dari Thio Sam Hong, cakal bakal dari Bu Tong Pay, sinkang yang murni sekali.
Cuma Saja, Kwang Tan memang masih kalah latihan dan pengalaman dibandingkan oleh kakek itu. Kakek tersebut berdiri diam terus tanpa bergerak menyerang, sedangkan Kwang Tan, setelah terpental satu tombak, hinggap ditanah, segera mengempos semangatnya, dia telah dapat melesat lagi ketengah udara.
Karena Kwang Tan menyadarinya bahwa kali ini merupakan kesempatan yang paling baik baginya, kalau saja dia tidak mempergunakan kesempatan ini, maka kelak ia akan sulit sekali memperoleh kesempatan bagus seperti itu!
Melihat Kwang Tan melesat ketengah udara dan menerjang kepada dirinya lagi, kakek tua tersebut telah mendelik, dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Dia penasaran dan murka karena telah terluka didalam, di tangan pemuda ini. Tapi untuk kagetnya, ketika dia mengerahkan tenaga dalamnya, dirasakannya tenaga dalamnya itu seperti jungkir balik di dalam perutnya dan tidak bisa dikerahkan dengan pengertian yang lurus, sedangkan tenaga serangan dari Kwang Tan, yang menyambar dengan hebat, telah dekat sekali.
Tapi sebagai seorang kakek yang memiliki kepandaian tinggi, biarpun tenaga dalamnya itu tidak bisa dikerahkan menurut kehendak hatinya, namun ia segera dapat menolong dirinya dengan melakukan gerakan yang lincah, yaitu dia berputar dua kali, tubuhnya seperti berpusing dan
sekejap mata ia telah memisahkan diri dari Kwang Tan sejauh empat tombak lebih.
Serangan Kwang Tan jatuh di tempat kosong, terdengar suara menggelegar yang sangat dahsyat sekali, disusul dengan tanah yang buyar tergempur hebat, terbang naik ketengah udara bertaburan.
Di saat itu Kwang Tan dengan sengit segera memutar tubuhnya, ia membarengi menyerang lagi, ia tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun pada kakek tua itu untuk memulihkan tenaga dalamnya.
Apa yang dilakukan oleh Kwang Tan memang akhirnya telah membuat kakek tua itu jadi kelabakan sendiri. Tanpa dapat mengerahkan tenaga dalamnya, jelas ia tidak berhasil untuk mengadakan perlawanan terhadap serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan melihat kesempatan yang dimilikinya masih ada, dia tidak mau mensia-siakannya. Dia telah berulang kali menyerang dan kakek tua itu berulang kali pula menghindarkan diri dengan cara ber pusing2 dan mengelakkan diri dari gempuran itu dengan sangat gesit sekali, dia selalu dapat memisahkan diri dalam jarak pemisah yang cukup jauh, yaitu tiga atau empat
tombak. Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya, ketika suatu kali ia melihat cara kakek tua itu mengelakkan diri dengan aneh, karena setiap kali serangannya hampir mengenai dan
berhasil, di waktu itu justeru kakek tua itu berpusing dan dia terhindar dengan segera, bahkan telah terpisah sampai empat tombak!
Sambil menyerang lagi, Kwang Tan telah memutar otak untuk mencari jurus-jurus yang sekiranya dapat dipergunakan buat mengikat kakek tua itu, agar tidak dapat mempergunakan cara mengelak dengan memutar tubuhnya seperti itu.
Ya Ya le yang melihat keadaan kakek tua tersebut, jadi memandang dengan mata terbeliak, ia tengah bertempur dengan Mi Liang Tojin, karena itu, dia tidak bisa untuk segera melompat keluar dari kalangan pertempuran guna menolongi kakek tua tersebut.
Mi Liang Tojin yang melihat Kwang Tan kali ini bisa mendesak kakek tua tersebut, jadi girang, karena dia tahu itulah kesempatan yang paling baik buat Kwang Tan merubuhkan lawannya.
Jika Ya Ya le sempat untuk pergi menolongi kakek tua itu, niscaya kesempatan Kwang Tan akan lenyap, agar dapat merubuhkan kakek tua tersebut.
Maka Mi Liang Tojin telah menyerang semakin hebat,
dia hendak melibat Ya Ya le, agar tidak dapat menolongi kakek tua itu.
Ya Ya le mengerti maksud penyerangan dari Mi Liang Tojin, dia jadi marah bukan main, dan dia telah berkata dengan suara yang sengit.
"Hemm, lebih baik kau yang dimampusi dulu!" Sambil berkata begitu, tampak serulingnya dengan segera meluncur dengan pesat berpencar seperti menjadi tiga seruling, karena ia mengincar tiga bagian anggota tubuh Mi Liang Tojin yang bisa mematikan.
Mi Liang Tojin tertawa dingin, ia menghadapi serangan yang dilakukan oleh lawannya sebaik mungkin. walaupun kepandaian Ya Ya le memang berada diatas kepandaiannya, hanya saja disebabkan perasaan girang melihat Kwang Tan telah berhasil mendesak kakek tua itu.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia secara mati-matian mengerahkan seluruh kepandaiannya, untuk memberikan perlawanan dan juga ia sama sekali tidak mau memberikan kesempatan kepada Ya Ya le untuk pergi menolongi kakek tua itu.
Dirinya dilibat seperti itu oleh Mi Liang Tojin, membuat Ya Ya le jadi agak bingung, karena dilihatnya bahwa kakek
tua tersebut memang telah terdesak semakin hebat juga, dan setiap serangan dari Kwang Tan belakangan ini telah membuat kakek tua itu sulit untuk menghindarkan diri.
Selalu saja Kwang Tan dapat mendesaknya, sedangkan cara menghindarkan diri yang dilakukan oleh kakek tua tersebut yang berpusing2 berputar dengan gesit, sudah tidak dapat diandalkan lagi, karena Kwang Tan rupanya telah berhasil menemukan cara menyerang yang sebaik2nya buat mengatasi kelincahan kakek tua itu.
Luka di dalam tubuh kakek tua itu semakin parah juga, karena dalam keadaan terluka berat di dalam tubuh, dia telah mempergunakan tenaga yang berlebihan, dengan demikian lukanya itu jadi semakin berat juga.
Sedangkan saat itu, Kwang Tan pun telah berpikir didalam hatinya: "Hemm... dengan lukamu seperti ini tanpa diobati, tentu kelak engkau akan mampus atau sedikitnya engkau akan terluka parah dan bercacad!"
Setelah berpikir begitu, semangat bertempur Kwang Tan jadi terbangun, segera juga dia memperhebat setiap
serangannya. Jurus2
yang dipergunakannya merupakan jurus-jurus yang sangat hebat, ilmu Pukulan Guntur yang dicampur dengan sinkang murni Bu Tong Pay yang telah diperolehnya itu berhasil untuk mendesak kakek tua itu semakin hebat dan terpojokkan, sama sekali kakek tua itu tidak memiliki kesempatan lagi buat menghindar atau
mengelakkan diri, Dia dua kali telah kena di serang tubuhnya sampai terpental keras.
Pada kedua kalinya Kwang Tan berhasil itu menyerang kakek tua itu, membuat kakek tua tersebut terpental dan ambruk di tanah menggeletak tidak bergerak, maka Kwang Tan telah berhenti menyerang, dia tidak mendesak si kakek
tua tersebut lebih jauh, karena memang dia telah merasa iba juga untuk membunuh lawannya yang sudah tidak berdaya itu.
Dia hanya mengawali dengan sorot mata yang tajam sekali. "Hemmm !" Mi Liang Tojin yang menyaksikan hal ini telah mengejek dengan suara yang sinis. "Sekarang giliranmu yang harus dirubuhkan!"
Setelah berkata begitu, tampak tubuh Mi Liang Tojin melesat kesana kemari, juga sepasang tangannya telah bergerak-gerak menyerang.
Ya Ya Ie waktu itu tengah murka sekali melihat kakek tua itu telah dirubuhkan dan dilukai oleh Kwang Tan cukup berat seperti itu, maka ia mengeluarkan teriakan murka, tubuhnya segera menerjang Mi Liang Tojin.
Mi Liang Tojin jadi kaget sendirinya, ia tidak menyangka bahwa Ya Ya le masih memiliki ilmu simpanan sehebat ini, maka iapun mati-matian mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk memberikan perlawanan.
Tadi ia memang sengaja untuk memancing kemarahan Ya Ya Ie dengan mengejeknya, melihat kemenangan yang telah dicapai oleh Kwang Tan akan tetapi justeru disaat seperti sekarang, di waktu Ya Ya Ie telah marah, keadaan Mi Liang Tojin mirip seperti seorang yang menaiki
punggung harimau, turun salah, menaiki terus juga salah.
Dia jadi tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain mengadakan perlawanan yang gigih dan mati-matian mempergunakan seluruh ilmu yang dimilikinya. Tapi itupun telah membuat dia beberapa kali kena ditotok oleh seruling dari Ya Ya Ie.
Dalam keadaan seperti ini, Kwang Tan tidak tinggal diam, dengan gerakan yang ringan sekali, ia melesat dan telah menghantam wanita itu, untuk menolongi Mi Liang Tojin.
Ya Ya Ie merasakan berkesiuran angin serangan yang sangat hebat sekali, itulah serangan yang benar2 telah membuatnya jadi terpaksa melepaskan Mi Liang Tojin yang saat itu dalam keadaan terdesak dan mungkin dalam satu dua jurus akan dapat dirubuhkannya, untuk menghadapi serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan.
Serulingnya telah dipergunakan untuk menangkis
serangan yang dilakukan Kwang Tan. Tapi Kwang Tan tidak mau membiarkan pergelangan tangannya dibentur oleh seruling lawannya, dia telah menarik tangannya. Cepat sekali dia menyusuli dengan serangan lainnya pula.
Dengan demikian telah membuat Ya Ya le juga harus merobah cara bertempurnya, tiga kali dia merobah jurusnya, tapi Kwang Tan selalu dapat menyerangnya lagi.
Dengan begitu, Ya Ya le terpaksa mencurahkan seluruh perhatiannya terhadap memang sebelumnya hebatnya pemuda ini, dan telah membuat dia hampir saja terluka parah ditangan Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan sendiri telah berseru kepada Mi Liang Tojin. "Cinjin, kau pergi mengasoh. . . aturlah jalan pernapasan mu sebaik-baiknya!"
serangan Kwang Tan. Apalagi
dia pernah merasakan betapa Mi Liang Tojin mengerti, bahwa ia lelah terluka di dalam yang cukup parah. Maka dari itu, dia telah mengiyakan dan segera pergi ke tepian. Dia duduk bersila dan mengatur jalan pernapasannya.
Kwang Tan memang mahir ilmu pengobatan dimana dia telah memperoleh gelarnya sebagai Tabib Dewa, sekali lihat saja segera ia mengetahui bahwa Mi Liang Tojin tengah terluka didalam yang tidak ringan.
Karena itu segera juga ia perintahkan tojin itu agar mengatur jalan pernapasannya, jika terlambat tentu akan merugikan tojin itu sendiri selain luka didalam tubuhnya semakin parah, juga akan membuat dia bercacad oleh
akibat lukanya itu.
Serangan2 Kwang Tan terhadap Ya Ya le tidak pula
kurang gencarnya, karena dia menyerang semakin lama semakin hebat dan juga setiap jurus yang dipergunakannya merupakan jurus-jurus yang bisa mematikan.
Terhadap Ya Ya Ie, Kwang Tan tidak sungkan2 lagi dan tidak segan-segan buat menurunkan tangan kejam, karena ia mengetahui bahwa wanita cabut ini seorang yang berbahaya buat kaum rimba persilatan.
Dalam keadaan seperti itu, dimana Ya Ya le dan Kwang Tan tengah terlibat dalam pertempuran yang seru sekali, si kakek tua yang telah terluka didalam yang parah sekali, segera duduk bersila, dia telah mengatur jalan pernapasannya, berusaha untuk meluruskan pernapasannya itu.
Berulang kali ia berusaha menyalurkan hawa murninya itu, tapi ia selalu gagal. Dengan demikian, tetap saja kakek tua itu tidak berhasil menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Sedangkan waktu itu Kwang Tan telah memperhebat serangannya kepada Ya Ya Ie, membuat siwanita cabul terdesak hebat.
Semula Ya Ya Ie hendak mengandalkan kakek tua itu, yang memang memiliki kepandaian sangat tinggi, Siapa tahu kakek tua itu rubuh di tangan Kwang Tan.
Yang membuat Ya Ya le jadi heran, justeru ialah kakek tua yang lihay itu mengapa bisa dirubuhkan oleh Kwang Tan.
Ya, mengapa kakek tua yang sangat lihay itu dapat dirubuhkan oleh Kwang Tan" Ternyata tadi waktu Kwang Tan terdesak dan juga di saat ia telah menyerang berulang kali namun kakek tua itu selain dapat menghindarkan diri dengan cara berpusing2 tidak hentinya maka ia berpikir sesuatu.
Segera juga Kwang Tan mengerjakan apa yang di pikirkannya itu, ia telah mengeluarkan obatnya, tahu2 dia telah mengeluarkannya.
Kakek tua itu segera juga mencium sesuatu yang harum, dan ia terkejut serta tersadar telah terlambat karena begitu dia mencium bau harum tersebut, seketika ia merasakan sekujur tubuhnya menjadi lemas tidak bertenaga.
Dia berusaha untuk menghantam pada Kwang Tan tapi telah didahului oleh Kwang Tan. Itulah pukulan yang pertama mengenai sasaran di tubuh si kakek tua tersebut, seterusnya kakek tua itu semakin lemah.
Benar sinkangnya tinggi, tapi ia terlalu letih dan juga iapun merasakan tenaganya banyak berkurang, maka dia terdesak hebat. sedangkan pengerahan tenaga dalamnya tidak menuruti kehendak hatinya.
Dengan cara demikian Kwang Tan telah berhasil merubuhkan kakek tua tersebut, Dan dikala itu juga terlihat Kwang Tan mempergunakan seluruh kepandaiannya, tidak terlalu mengherankan lagi jika seorang kakek tua itu, yang lihay bukan main, telah dapat dirubuhkan Kwan Tan.
Sedangkan Kwang Tan yang tengah bertempur dengan Ya Ya le bermaksud secepatnya dapat merubuhkan wanita cabul itu, karena iapun ingin segera cepat2 untuk menolongi Mi Liang Tojin, Karena dari itu dia selalu memperhebat setiap serangannya.
Cuma saja Ya Ya le dasarnya memang bukan orang yang berkepandaian lemah, yang ilmunya rendah dengan demikian ia pun bisa mempertahankan diri beberapa waktu lamanya.
Setelah lewat lagi beberapa saat, barulah tampak Ya Ya le terdesak tanpa memiliki kesempatan lagi untuk mengadakan perlawanan.
Dikala itu tampak Kwang Tan dapat mencekal pergelangan tangan kiri lawannya, Ya Ya le bermaksud hendak menarik pulang tangannya yang tadi dipergunakan buat menangkis, tapi ia kalah cepat, dengan begitu ia telah
tercekal tangan kirinya, sedangkan tangan Kwang Tan yang satunya telah meluncur untuk menghantam lagi.
Ya Ya le cepat-cepat menotok kearah mata Kwang Tan dengan serulingnya. Dan juga telah menotok kearah jalan darah kematian dipundak Kwang Tan.
Dalam satu kali penyerangan dia bisa menyerang dua arah dan dua tempat sasaran, hal ini disebabkan serulingnya itu digetarkan sehingga seruling itu bisa berpindah tempat dalam waktu yang hampir bersamaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Itu memang jurus ilmu menotok yang hebat sekali dari Ya Ya Ie, karena jika serangannya menotok biji mata lawan gagal, maka masih dapat dia meneruskan serangannya kepada pundak lawannya, pada jalan darah kematian juga.
Kwang Tan mengetahui itulah penyerangan yang sangat berbahaya untuk dirinya, karena jika sampai ia terserang, niscaya akan menyebabkan dia terluka berat, jika totokan itu mengenai matanya, niscaya dia akan buta akan tetapi kalau tokh dia bisa menghindarkan totokan pada biji matanya, maka dia akan segera tertotok pada pundaknya dan itu pun tidak kurang berbahayanya, karena totokan
pada pundaknya akan
menotok jalan darah yang bisa mematikan dan membuat dia bercacad seumur hidup. Maka Kwang Tan tidak berayal lagi segera juga bergerak dengan lincah, dia berhasil untuk menghindarkan diri dari serangan seruling Ya Ya le
gerakan tubuh yang
lincah menurunkan pundaknya, menghindarkan totokan itu. pada matanya, lalu dengan sekali, dia berhasil juga sehingga dia dapat Dengan demikian telah membuatnya jadi bergerak dua kali lebih cepat dari gerakan semula, dan malah tangan
kanannya dengan lincah dan sebat telah menyambar akan merebut seruling lawannya.
Di waktu itu, diantara berkesiuran angin serangan tersebut, terlihat Ya Ya le dapat bergerak cepat dan berhasil menarik pulang serulingnya itu, untuk menghindarkan dari rebutan tangan Kwang Tan.
Hampir saja ia terlambat untuk melindungi serulingnya itu, yang terkena getaran namun tokh cengkeraman kosong.
dari jari tangan Kwang Tan,
Kwang Tan jatuh di tempat Sekali ini Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu, ia berseru nyaring, dan tubuhnya tahu2 seperti juga telah berobah menjadi puluhan orang, karena tubuhnya dengan cepat sekali telah berkelebat-kelebat mengelilingi Ya Ya Ie.
Setelah lewat beberapa jurus lagi. pandangan Ya Ya Ie jadi kabur ber kunang2, dengan begitu telah membuatnya jadi berkuatir sekali.
Kalau saja pertempuran tersebut diteruskan, niscaya dia yang akan rubuh di tangan Kwang Tan. Tapi ia pun tidak mau menyerah begitu saja.
Dengan diiringi suara bentakannya yang berulang kali, dia mengadakan perlawanan sekuat tenaganya, mengeluarkan seluruh kepandaian yang di milikinya.
Cuma saja, rupanya Ya Ya Ie meleset perhitungannya, sebab di waktu itu juga terlihat dengan tidak terduga sama
sekali, kaki kanan Kwang Tan, telah mendupak pinggulnya dan seketika itu juga tubuh Ya Ya Ie terpental dan bergulingan ditanah.
Sedangkan Kwang Tan menyusuli lagi dengan telapak tangan kanannya menyerang mempergunakan pukulan Guntur, sehingga angin terangan
mengancam akan menghancurkan
itu berkesiuran panas,
sesuatu yang menjadi sasarannya dan menghanguskan.
Belum lagi angin serangan itu tiba, justeru Ya Ya Ie yang tengah bergulingan ditanah sehingga tubuhnya yang putih mulus itu jadi kotor, merasakan sambaran hawa yang sangat panas sekali, Mati2 an Ya Ya Ie berusaha menjauhi diri dari tempat itu. Malah ia pun telah terpikir untuk melarikan diri dan tidak memperdulikan lagi kakek tua itu..!
Kwang Tan sama sekali tidak mau memberikan kesempatan, ia telah menghantam bertubi-tubi, sehingga membuat Ya Ya Ie tidak memiliki kesempatan melarikan diri.
Suatu kali, karena terlambat mengelakkan diri dari pukulan Kwang Tan, membuat tubuh Ya Ya Ie terpental. Cuma saja, karena ia memang memiliki lwekang yang tinggi dan juga ginkang yang kuat, dengan begitu telah membuatnya jadi tidak hangus, dan meski masih dapat untuk membuatnya terhuyung mundur.
Kemudian dia memutar tubuhnya melarikan diri, diiringi dengan suara jeritannya, jerit menyayatkan hati. Kwang Tan tidak mengejarnya, dia membiarkan Ya Ya Ie pergi, Lalu ia menghampiri Mi Liang Tojin, kepadanya ia berikan dorongan tenaga sinkang yang sangat kuat, untuk
membantu tojin itu
menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Thong Hok yang rebah tidak berdaya, telah merintih perlahan, Keadaannya
semakin mengenaskan, karena diwaktu itu ia merasakan seluruh tubuhnya menderita sakit. Sedangkan Lian Kie Lin masih rebah dibawah sebatang pohon, ia melihat Mi Liang Tojin terluka dan Kwang Tan tengah berusaha menolongi Mi Liang Tojin, dengan menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya.
Disaat seperti itu, Lian Kie Lin berdiam diri saja, karena ia menyadari tidak dapat ia memecahkan perhatian Kwang Tan maupun Mi Liang Tojin, dia jadi rebah terus dengan berdiam diri.
Dikala itu, tampak betapa pun juga Mi Liang Tojin memang telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat
dalam menyembuhkan dan meluruskan pernapasannya, ia berhasil untuk menyalurkan tenaga murninya pada Tantian.
Dia, dibantu oleh sinkang Kwang Tan, membuatnya cepat sekali merasa segar dan semangatnya pulih sebagaimana biasa.
Setelah lewat lagi beberapa saat, Mi Liang Tojin melompat berdiri, sambil katanya: "Terima kasih! Terima kasih! Aku telah sehat kembali! Dan pinto memang beruntung sekali berhasil untuk memperoleh bantuanmu, sehingga sekarang sinkangku malah jauh lebih mudah disalurkan dari yang sebelumnya !"
Apa yang dikatakan oleh Mi Liang Tojin memang tidak salah, sebab dengan Kwang Tan membantunya mengerahkan sinkangnya, telah membuatnya jadi dapat menyalurkan lwekangnya itu dengan mudah sekali, jauh lebih leluasa dari yang sebelumnya.
Lian Kie Lin melihat mereka telah selesai dengan pengerahan sinkangnya, dimana Mi Liang Tojin berhasil ditolong oleh Kwang Tan sehingga dia berhasil untuk menyalurkan tenaga dalamnya itu dan pernapasannya
dengan baik, ia bermaksud hendak bangun berdiri.
Tapi Mi Liang Tojin segera berkata: "Kau masih belum boleh bergerak! Biar pinto yang akan menggendongmu !" Sambil berkata begitu, Mi Liang Tojin menggendong lagi Lian Kie Lin. Sedangkan Kwang Tan menoleh kepada
Thong Hok, lalu mereka melanjutkan perjalanan tanpa memperdulikan lagi Thong Hok, yang rebah tidak berdaya dan merintih tidak hentinya.
Mereka memasuki terus lembah itu keadaannya yang semakin lebat oleh
pohon2 dan semak belukar dengan hutan2 yang lebat sekali dan juga dengan keadaannya yang rimbun dan sulit untuk dilalui, tampaknya memang lembah ini tidak pernah didiami oleh manusia, selain jago-jago silat lihay, sebab jika seorang yang melewati tempat ini dan tidak memiliki ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang sempurna. jangan harap melewati jalan ini.
Sambil berlari2 dengan mempergunakan ginkang, sehingga tubuh mereka
terbang melewati jalan
tampak begitu ringan bagaikan
bersemak belukar yang lebat tersebut.
Mi Liang Tojin sempat bertanya kepada Kwang Tan. "Laute, mengapa kau tidak memusnahkan saja kepandaian kakek tua itu "!"
"Biarlah, sayang jika kepandaian yang begitu tinggi dimusnahkan, bukannya mudah kakek tua itu berlatih diri sampai memiliki kepandaian yang demikian tinggi."
"Tapi ia seorang manusia berhati busuk, jika memang ia dibiarkan bebas untuk berkeliaran dengan kepandaian yang begitu tinggi, bukankah berbahaya sekali" Dan juga, kemungkinan kelak setelah luka didalamnya sembuh, dia akan mencari kita buat mengadakan perhitungan ?"
"Untuk urusan itu baru kita pikirkan lagi kelak jika memang si kakek benar-benar mencari kita dan menimbulkan kesulitan. Kita barulah turunkan tangan yang lebih keras padanya!"
Mi Liang Tojin mengangguk.
Begitulah mereka terus juga semakin kedalam perjalanan banyaknya pohon-pohon yang malang melintang dan juga semak belukar yang semakin lebat sekali.
Sedangkan Lian Kie Lin yang berada digendongan Mi Liang Tojin merasakan betapa tubuhnya seperti juga memasuki lembah itu, semakin sulit, karena terbang ditengah udara, karena begitu cepatnya Mi Liang Tojin menggendongnya dan membawa lari bagaikan
terbang. Setelah berlari2 sekian lama, dan tiba didalam lembah yang keadaannya semakin lebat dan sulit untuk dilalui, mereka terhenti sejenak buat beristirahat.
Keadaan ditempat itu agak gelap, karena cahaya matahari tidak dapat menerobos masuk kedalam lembah. Selain terlindung oleh tebing-tebing yang tinggi, juga memang hutan dan semak belukar yang tumbuh sangat lebat sekali.
Mereka duduk disitu sambil bercakap2, sedangkan Mi Liang Tojin telah mengeluarkan perbekalannya, mereka pun bersantap dengan per-lahan2, sambil memikirkan cara yang paling baik guna memasuki lembah itu jauh lebih mudah.
Jika memang dengan cara menerobos seperti itu, tentu mereka harus bersusah payah memasuki lembah itu, tapi Kwang Tan berusaha memperhatikan tempat itu, karena ia bermaksud ingin
yang memungkinkan mereka dapat memasuki lembah itu jauh lebih mudah.
keadaan sekitar
mencari bagian2
-ooo0dw0ooo Jilid 38 KITA tinggalkan dulu Mi Liang Tojin, Lian Kie Lin dan Kwang Tan bertiga yang tengah beristirahat sekarang marilah kita melihat dulu keadaan Ya Ya Ie.
Ia yang telah melarikan diri dengan tubuh yang berlepotan tanah dan debu, kotor sekali, terus juga berlari dengan cepat, ia memasuki lembah itu, tapi berbeda dengan arah yang di tempuh Kwang Tan bertiga, karena jika Kwang Tan berlari mengambil kearah timur, justeru Ya Ya le mengambil arah ke barat, di mana akhirnya ia tiba di tempatnya, yaitu se buah goa yang sangat dalam sekali.
Keadaan goa itu sangat bersih, karena terawat dengan baik, dan juga rupanya memang Ya Ya le telah merombak keadaan di dalam goa itu menyerupai sebuah ruangan yang cukup enak untuk di tinggali.
Segera juga Ya Ya le
melompat naik ke atas pembaringan batu, yang berukuran cukup besar, dia duduk bersila disitu, mengatur jalan pernapasannya. Ketika ia mengerahkan hawa murni, dirasakannya betapa pada dadanya sebelah kanan sakit bukan main, Ya Ya le terjengkit. Tapi kemudian ia mencoba lagi mengerahkan tenaga dalamnya.
Kembali dia merasakan sakit yang luar biasa, karena terlalu sakit Ya Ya le sampai mengeluh. Diam2 hatinya jadi tercekat kaget, dia pun menyadari bahwa ia terluka didalam yang bukan ringan, dan lukanya itu merupakan luka yang cukup menguatirkan.
Dia berusaha mengerahkan sinkangnya dan terus juga menyalurkan hawa murni di dalam tubuhnya, dia berusaha membuka Tantiannya, agar dapat menyalurkan sinkangnya lebih leluasa.
Per-lahan2, perasaan sakit didadanya memang berkurang, dan ia mulai lancar mengerahkan tenaga dalamnya. Hanya saja, tetap saja ia tidak bisa membuka Tantiannya, dimana merupakan hambatan yang tidak kecil buat sin kangnya yang tengah disalurkannya dengan sekuat tenaganya, untuk menyembuhkan luka di dalam tubuhnya,
disamping itu juga untuk memperlancar pernapasannya.
Jika keadaannya seperti itu tidak segera disembuhkan dalam waktu beberapa hari, niscaya lukanya itu akan semakin parah dan akhirnya bisa membuatnya jadi bercacad.
Dikala itu keadaan sudah mendekati malam, sekitar goa tersebut dingin sekali. Tengah Ya Ya le berusaha memusatkan tenaga lwekangnya dan berulang kali gagal untuk
keinginannya guna melancarkan sinkangnya
mencapai tersebut, dalam kesunyian yang ada ditempat itu, mendadak sekali ia mendengar suara langkah yang ringan.
Hati Ya Ya le tercekat. "Apakah setan cilik itu mengejarku "!" pikir Ya Ya le kemudian. Dia pun segera berwaspada, karena dia mengerti, jika memang yang tengah mendatangi itu Kwang
Tan adanya, berarti ia akan memperoleh kesulitan yang tidak kecil.
Sedangkan diwaktu itu, terdengar suara langkah kaki itu semakin dekat. Tapi yang membuat Ya Ya le jadi jauh lebih tenang, didengarnya suara langkah kaki itu hanya terdiri dari suara langkah kaki seorang saja.
"Hemmmm, jika memang benar dia yang datang mengejarku, aku akan mengadu jiwa dengannya..." Begitulah pikir Ya Ya le didalam hatinya yang jadi nekad.
Sedangkan suara langkah kaki diluar goa semakin jelas terdengar, sampai akhirnya orang diluar goa itu rupanya tidak melangkah lebih jauh dan tengah memperhatikan keadaan disekitar goa tersebut.
"Ihhh....!" terdengar orang diluar goa itu mengeluarkan seruan tertahan. Kemudian terdengar lagi suara langkah kakinya. Rupanya ia telah melihat goa tempat tinggal Ya Ya Ie dan membuat dia heran, sampai dia mengeluarkan suara seruan seperti itu. Dan ia pun telah memasuki goa itu.
Ya Ya Ie masih tetap duduk bersila dipembaringannya, ia mencekal serulingnya kuat-kuat ditangannya, karena ia bersiap sedia, kalau memang yang masuk kedalam goa itu adalah Kwang Tan, begitu pemuda tersebut muncul, dia akan segera membarengi dengan serangannya. Karena itu, serulingnya juga telah disiapkan dan melintang didepan dadanya.
Suara langkah kaki itu terdengar semakin dekat, akhirnya Ya Ya Ie melihat sesosok tubuh yang lagi memasuki goa itu dengan langkah kaki yang perlahan.
Dan kemudian orang itu yang rupanya telah bisa melihat Ya Ya Ie yang duduk bersila diatas pembaringannya, dalam keadaan bertelanjang tanpa sehelai benangpun melekat ditubuhnya yang putih mulus agak kotor oleh tanah, hanya wajahnya sangat cantik luar biasa, jadi tertegun.
"Ihhh... apakah ini sebuah patung "!" berpikir orang itu dengan mata terbeliak lebar. Kemudian dia menghampiri lebih dekat, dia pun berseru agak nyaring: "Aku datang kemari untuk menemui seseorang, apakah didalam goa ini ada orangnya "!"
Ya Ya Ie girang bukan main melihat orang itu, karena ia telah melihatnya orang tersebut tidak lain dari seorang pemuda yang berparas sangat tampan.
Yang membuat Ya Ya Ie girang bukan karena ketampanan pemuda yang berusia antara tiga puluh tahun itu, tetapi justeru karena melihat tubuh pemuda itu yang memang tegap sekali dan tampaknya sangat kuat.
Sebagai seorang yang memang melatih diri dengan ilmu yang agak sesat, karenanya ia pun membutuhkan bantuanbantuan dari sari-sari pemuda yang banyak sekali.
Dia telah berusaha untuk berdiam diri saja, dia menantikan sampai pemuda itu datang dekat.
Pemuda tersebut mengawali keadaan di sekitar tempat itu beberapa saat lagi, kemudian dengan mata terbeliak lebar-lebar, dia mengawasi Ya Ya Ie.
"Ohh, sungguh seorang wanita yang cantik jelita "!" begitulah ia menggumam.
Dan ia menghampiri lebih dekat lagi, dimana ia pun telah memandangi tubuh Ya Ya Ie yang begitu cantik dan elok, halus dan juga merupakan seorang wanita yang benarbenar merangsang.
Pemuda itu memang dasarnya seorang yang mata keranjang, sekarang melihat wanita cantik dalam keadaan bertelanjang seperti itu, dengan sendirinya telah membuat ia terangsang.
Perlahan-lahan dia memegang tubuh
Ya menggumam: "Hemmm, tampaknya seperti manusia, tapi diam saja seperti patung !" Ketika dia berkata begitu, dan disaat tangannya tengah terulurkan, justeru di saat itulah terlihat tangan Ya Ya Ie dengan cepat sekali telah menyambar, mencekal tangan pemuda itu.
mengulurkan tangannya buat
Ya le, sedangkan mulutnya "Ihhh..!" sipemuda terkejut, dia bermaksud hendak menghindarkan tangannya dari cekalan lengan Yu Ya le, Namun gerakannya kalah cepat dibandingkan dengan gerakan lengan Ya Ya le, karena di waktu itu segera juga
pergelangan tangannya telah kena di cekal oleh Ya Ya Ie. sehingga kakinya biarpun pemuda itu bermaksud menjejakan
buat melompat kebelakang, dia tidak bergerak sedikitpun juga Saking kagetnya, tangan si pemuda yang satunya telah meluncur menghantam, dengan maksud untuk menolongi tangannya yang tercekal itu, dia menghantam dengan kuat
sekali, dia pun yakin, tentu wanita cantik ini akan kaget dan menghindar sambil melepaskan cekalannya
Akan tetapi Ya Ya Ie tetap mencekal tangannya, dan pemuda itu tidak berhasil menghantam Ya Ya le, dengan gerakan tubuh yang sedikit kesamping kanan Ya Ya Ie
berhasil mengelakkan diri dari hantaman pemuda itu.
Sedangkan waktu itu Ya Ya Ie telah berkata dengan suara yang manis: "Kau jangan menimbulkan kesulitan, aku tidak akan menganiaya dirimu !"
Pemuda itu tertegun.
"Kalau.... kalau begitu kau bukan patung!?" katanya kemudian dengan suara serak.
Ya Ya Ie telah melompat turun dari pembaringan dan berdiri dihadapan pemuda itu, tangannya masih tetap mencekal tangan sipemuda.
Pemuda itu bisa melihat keseluruhan bentuk tubuh Ya Ya le, yang memang benar2 seorang wanita yang sangat cantik dan tubuhnya memiliki bentuk yang elok bukan main.
Dia pun jadi terangsang, menahan air liurnya.
"Kau...kau...!" katanya dengan suara yang tidak lancar.
Sedangkan Ya Ya Ie tersenyum, ia mengerti akan arti pandangan mata pemuda itu, karena ia mengetahui pemuda
ini pasti tidak akan
menimbulkan kesulitan, karena ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memperoleh kenyataan pemuda itu adalah seorang pemuda yang haus akan wanita-wanita cantik. Maka di lepaskannya cekalan tangannya.
"Kongcu, kau tentunya tengah iseng dan memiliki waktu yang cukup guna menemaniku, bukan?" tanya Ya Ya Ie kemudian.
Pemuda itu membeliakkan matanya, "Maksudmu . . . . ?" tanyanya kemudian dengan suara serak dan tubuh agak menggigil karena menahan desakan hawa birahinya.
Ya Ya Ie tidak menyahut, dia hanya merangkul pemuda itu.
Napas si pemuda terdengar memburu keras sekali, dan Ya Ya le telah melakukan segala sesuatunya.
Lama . . . lama sekali keadaan di goa itu sunyi dan sepi. Sampai akhirnya terdengar suara sipemuda yang berkata: "Aku. . . aku sudah tidak sanggup lagi . . . !"
"Harus sanggup!" jawab Ya Ya le.
"Telah lima kali, .ohh..aku bisa mati!"
"Aku menghendakinya sepuluh kali!"
"Ampun . . . . aku bisa mati . . . !"
"Kau tidak akan mati, percayalah . . !"
"Ohh . . ." Suara keluhan sipemuda begitu lemah, seperti juga kehabisan tenaga. Lama sekali pemuda itu berada di dalam goa Ya Ya le, dimana Ya Ya Ie telah memperlakukannya seperti juga pemuda itu sebuah boneka.
Sampai akhirnya Ya Ya Ie merasakan ia bisa mengerahkan sinkangnya sebagaimana biasanya, dan juga telah berhasil untuk memulihkan pernapasannya karena telah memperoleh "bantuan" dari sari pemuda itu. Dia girang bukan main, dan dilepasnya pemuda itu.
"Nah, sekarang kau pergilah!" katanya kemudian dengan suara yang tawar.
Pemuda itu tidak menyahuti, dan ia telah berdiam diri dengan tubuhnya bergerak hendak bangun.
Tapi tenaganya seperti juga habis dan tubuhnya lemah sekali. Dia keluar dari goa itu tidak bisa berjalan, hanya bisa merangkak perlahan-lahan, karena benar-benar sudah tidak memiliki tenaga. Dan mukanya memperlihatkan ketakutan yang hebat.
"Benar-benar gila, aku telah bertemu dengan siluman!" berpikir pemuda tersebut dengan hati ketakutan. Dan dia tidak percaya bahwa Ya Ya Ie adalah seorang manusia karena ia menyangka bahwa Ya Ya Ie pasti siluman yang tengah menyamar, untuk menghisap sari manusia.
Memang menurut dongeng-dongeng yang sejak kecil di ketahuinya, siluman wanita senang sekali menghisap sari para pemuda, karena dari itu dia jadi ketakutan bukan main.
Sedangkan Ya Ya Ie kembali duduk bersila hanya tersenyum senang. Dia di atas pembaringannya, dia
mengerahkan sinkangnya dan juga telah berusaha untuk memusatkannya kepada Tan-tiannya, dia berhasil dengan baik.
Tubuhnya terasa jauh lebih segar dan juga dia merasakan pernapasannya itu lancar kembali. Di saat itu, tengah si pemuda merangkak dengan tenaga
yang tidak ada sama sekali, waktu berada di luar goa, mendadak terdengar suara tertawa dingin.
"Hemm, kau telah memiliki kekasih baru?" begitulah tanya suara itu.
Muka Ya Ya Ie berobah seketika, tapi kemudian dia tersenyum dingin.
Si pemuda yang tengah merangkak itu, yang memang rupanya nasibnya tengah sial telah mengangkat kepalanya dan dilihatnya di hadapannya berdiri seorang berusia empat puluh tahun lebih memakai baju laki-laki
sebagai pelajar.
Muka pelajar itu tampak dingin sekali. Dan belum lagi pemuda itu mengeluarkan sepatah kata, dengan maksud ingin menganjurkan pelajar itu melarikan diri sebab didalam itu ada "siluman", tahu-tahu tangan pelajar itu melayang menghantam batok kepala pemuda tersebut.
Bara Naga 3 Jangan Ganggu Aku Karya Wen Rui An Anak Berandalan 5
^