Pencarian

Pendekar Misterius 1

Pendekar Misterius Karya Gan K L Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
PENDEKAR MISTERIUS
Oleh : Gan KL Buku kiriman Aditya
Djvu oleh : Dewi KZ
Edit teks oleh : Hendra
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengantar : Cersil ini sumbangan dari anelinda.com berkat jasa teman kita aditya. Kondisi buku CUKUP parah, kertasnya sudah rapuh sehingga proses scannya oleh TIM KANGZUSI.COM
memakan waktu lama. Dengan dihasilkannya DJVU diharapkan buku ini tetap lestari.
Hasil convert dari djvu ke TXT juga banyak sekali huruf cacingnya, dan tentu saja membuat kerja keras dari tim editor yang terdiri dari : Hendra dan Dewi KZ yg harus mengecek kembali hasil editan sebelum menjadi format ebook.
Untuk anda yang mengupload di web lain, atau
mengconvert ke fotmat ebook lainnya, harap jangan membuang nama-nama pembuat ebook ini. Tanpa kerja keras Tim diatas tidak akan ada ebook ini. Belajar lah menjadi Manusia yang TAU menghargai jerih payah orang lain.
Untuk yang copas di web lain MOHON diperlambat, jangan dikebut siapa tahu akan menimbulkan keinginan untuk
MEMBELI BUKU ASLINYA.
JANGAN MENGKOMERSILKAN ebook ini dalam bentuk CD/DVD, Insya allah hidup anda TIDAK AKAN SELAMAT.
Trims Tim Ebook kangzusi.com Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daftar Isi : PENDEKAR MISTERIUS
Pengantar : Daftar Isi : Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5 Jilid 6 Jilid 7 Jilid 8 Jilid 9 Jilid 10 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 1 DIANTARA gunung-gemunung diwilayah Tiongkok yang
paling terkenal adalah "Ngo-gak" atau lima gunung raksasa, yaitu Tiong-gak (gunung tengah) Ko-san, Lam-gak (gunun selatan) Heng-san, Pak-gak (gunung utara) Hing san, Tong-gak (gunung timur) Thay-san dan Se-gak (gunung barat) Hoa-san.
Lam-gak Heng-san yang tegak berdiri ditengah propinsi Oulam itu menjulang setinggi beberapa ribu meter,
diantaranya adalah puncak Giok-yong-hong yang paling tinggi dan diatas puncak ini terdapat sebuah biara yang tidak terlalu besar, tapi cukup megah, namanya "Lo-seng-tian".
Suatu hari di-tengah2 pendapa rumah biara tersebut,
beberapa orang tertampak duduk berhadapan mengitari meja.
Yang duduk ditempat tuan rumah adalah seorang tosu atau imam tua yang berjenggot panjang memutih, memakai jubah biru, dandanannya sederhana.
Duduk disamping imam tua itu juga seorang tosu yang
berusia setengah umur, mata-alisnya jernih bagus,
semangatnya tangkas. Dan dua orang lagi, yang satu adalah seorang laki2 berewok, dipunggungnya menggemblok sebuah perisai besar, sedang seorang lainnya adalah lelaki kurus.
Beberapa orang yang mengitari meja ini bukan sedang
mengadakan "Konperensi Meja Bundar", tapi mereka duduk tenang tanpa buka suara, masing2 memandang keluar pintu dengan wajah yang tak sabar se-akan2 sedang menantikan kedatangan seseorang.
"Jing-ling Totiang", kata lelaki berewok tadi tiba2, agaknya sudah tak sabar lagi. "Siapakah gerangannya yang kau undang pula" Mengapa hingga kini masih belum muncul?"
Lelaki tegap berewok ini adalah tokoh dunia persilatan yang terkenal didaerah Kanglam, she Tong bernama Po, orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan julukannya "Tai-lik-kim-kong" atau Dewa bertenaga raksasa, perangainya sangat keras dan tak sabaran.
Sedang Jing-ling Totiang yang ditegurnya itu ialah imam tua tuan rumah tadi. Maka dengan mengelus jenggotnya ia menjawab dengan suara berat,"Ya, orang ini selamanya tak pernah ingkar janji, sepantasnya saat inipun sudah harus tiba."
"Jing-ling Toyu (kawan dalam agama)," sela imam setengah umur tadi, "siapakah gerangan yang seorang itu "
Sungguh bukannya aku membual, sekalipun umpamanya
langit bakal ambruk, dengan kita beberapa orang ini
rasanyapun cukup kuat untuk menyanggahnya. Maka ada
urusan apakah sebenarnya, lekas kau tuturkan saja!"
Imam yang menyela ini she Cu bernama Hong Tin alias
Siau-yau-ih-su atau si Kelana hidup bebas. Ia adalah tokoh kelas tertinggi dari golongan Jing-sia-pay.
"Silahkan kalian melihat tungku batu didepan pintu
kelentingku itu !" demikian sahut Jing-ling-cu sambil meng-geleng2 kepala menunjuk keluar pintu.
Kiranya kelenting "Lo seng-tian" itu hampir seluruhnya dibangun dengan lonjoran2 batu yang rata2 4-5 kaki persegi.
Lebih2 undak2an batunya adalah tatahan dari pegunungan yang melengkeit. Diatas undak2an kangzusi.com batu itu, tadinya terdapat sebuah tatahan tungku besar hio-lo (tempat pembakaran dupa besar) yang tingginya kira2 lima kaki, tapi kini kelihatan sudah roboh.
Nampak itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi heran.
"Apanya yang harus dilihat?" katanya dengan mata membelalak lebar.
Namun tidak demikian dengan Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin.
"Eh, tenaga orang ini besar amat!" katanya heran sambil kebaskan kebut pertapaannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, malahan amat besar pula nyalinya!" timbrung si lelaki kurus yang sejak tadi berdiam itu. "Sungguh berani ia mengunjukkan kemahiran didepan Lo-seng-tian diatas Ciok-yong-hong ini!"
Mendengar percakapan kawannya itu, barulah kini Tong Po tahu bahwa tungku batu itu ternyata didorong roboh mentah2
oleh tenaga orang. Pernah beberapa kali ia datang ke Ciok-yong-hong ini dan selamanya tahu kalau tungku batu itu aslinya bergandengan dengan batu undak2an yang sengaja dipahat dari sebuah batu raksasa. Ia sendiri berjuluk Tai-lik-kim-kong dan mempunyai tenaga sakti pembawaan, tapi ia sendiri menaksir takkan mampu mendorongi tungku batu itu sedikit juga, maka ia me-lelet2kan lidah, lalu ia tak berani buka suara lagi.
"Jing-ling-Toyu, sebenarnya siapakah gerangan seorang lagi yang belum datang itu ?" kembali Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin bertanya.
Kiranya ia bersama Tong Po dan Hui-hi (Ikan Terbang) Bok Siang-hiong dari Tong-ting-ou (Danau Tong-ting, diwilayah Oulam), yaitu silelaki kurus itu, semuanya datang ke Lo-seng tian ini karena menerima undangan penting kilat dari Jing-lingcu, maka siang dan malam jauh2 mereka memburu datang.
Siapa tahu sesudah sampai, Jing-ling-cu sendiri tampaknya malahan tidak gugup atau kuatir, hanya bilang masih harus menantikan pula kedatangan seorang bala bantuan, seorang tokoh terkemuka.
Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin adalah seorang cerdik pandai dan serba bisa, baik ilmu silat maupun ilmu surat, biasanya ia anggap dirinya seperti Khong Beng pintarnya. Maka kini demi nampak robohnya tungku batu itu, segera ia tahu Jing-ling-cu telah kedatangan musuh kelas berat, dirinya diundang kemari bukan lain melulu diminta membantu menghadapi musuh, maka persoalannya dipandang remeh saja olehnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan karena ber-ulang2 didesak, maka sesudah merenung sejenak, pula melihat hari sudah larut, akhirnya berkatalah Jing-ling-cu :"Baiklah, kukatakan pun tiada halangannya.
Orang ini kalianpun sudah kenal semua, ialah Jiau Pek-king."
"Ha. Thong-thian-sin-mo!" teriak Tai-lik-kim-kong Tong Po per-tama2 sembari meloncat bangun.
Begitu pula wajah Cu Hong-tin tampak berubah hebat,
sekali ia mengebas lengan bajunya diatas meja, maka
tertinggallah selarik goresan yang dalam bagai dikorek pisau.
"Jing-ling cu", katanya kemudian kurang senang. "Jika kau telah mengundang Jiau Pek-king, mengapa mengundang pula aku Cu Hong-tin?"
Kalau Tong Po dan Cu Hong-tin berjingkrak ketika
mendengar siapa orang yang ditunggu itu, adalah Hui-hi Bok Siang-hiong, Si-ikan terbang dari Tong-ting-ou, yang masih tetap duduk tenang ditempatnya tanpa buka suara.
"Cu-toyu," sahut Jing-ling-cu kemudian, "undanganku kali ini sesungguhnya terlalu hebat dan aneh, maka diapun sekalian telah kuundang."
Namun Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin masih kurang senang tampaknya oleh penjelasan itu.
"Jing-ling Totiang." seru Tong Po pula, "baiknya jangan kau main teka-teki lebih lama lagi, sebenarnya ada urusan apakah
" katakanlah lekas!"
"Ya, mungkin Jiau Pek-king takkan datang sudah, biarlah aku jelaskan kini!" kata Jing-ling-cu, lalu ia berbangkit dan menuju keruangan dalam.
Karena tidak paham persoalan apa yang sedang dimainkan oleh sahabatnya itu Cu Hong-tin, Tong Po dan Bok Siang-hiong hanya saling pandang sekejap, lalu duduk diam
menanti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi baru saja Jing-ling-cu melangkah beberapa tindak, tiba2 terdengarlah suara seorang wanita yang nyaring merdu sedang menanya diluar pendapa : "Hai, apakah ini Lo-seng-tian " Kenapa tiada satu imampun?"
Jing-ling-cu melengak, ketika ia menoleh tahu2 bayangan orang berkelebat, satu gadis jelita sudah menaiki undak2an batu dan berdiri di ambang pintu pendapa.
Usia gadis ini tidak lebih 17-18 tahun, cantik molek wajahnya, lebih2 sepasang mata bolanya yang besar jernih makin menambah kelincahannya.
"Siapakah nona, adakah sesuatu petunjuk atas kunjungan nona?" segera Jing-ling-cu menyapa sambil memberi hormat.
"Ah, aku hanya mencari Jing-ling Totiang," sahut gadis itu sambil tertawa.
"Akulah........"
"O," tiba2 si gadis memutus kata2 orang, "Kata Suhu, sebenarnya ia akan datang sendiri ketika menerima
undanganmu, tapi ia tahu tentu kau telah mengundang juga seorang imam "hidung kerbau" (kata olok2 terhadap Tosu) yang lain yang bernama Cu Hong-tin apa segala. Ia tidak sudi bertemu dengan manusia rendah semacam itu, maka akulah yang disuruh datang mewakilinya"."
Dengan uraiannya yang panjang lebar itu, keruan
disamping lain Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin mukanya sudah merah padam bagaikan kepiting rebus.
"Budak bernyali besar!" bentaknya mendadak saking gusar.
Cu Hong-tin adalah tokoh terkemuka aliran Jing-sia-pay, di waktu mudanya seorang diri pernah ia kalahkan Khong-tong-su-kiat atau empat jago dari Khong-tong-pay, maka namanya menjadi cerlang-cemerlang dikang-ouw. Sudah tentu suara gertakannya tadi pun bukan sembarangan gertak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi gadis jelita itu ternyata tidak menjadi gugup, apalagi gentar, bahkan dengan senyum simpul ia menoleh dan
menuding Cu Hong-tin dengan jarinya yang halus lentik, katanya:
"E-eh, jadi kau inilah yang disebut Siau-yau-ih-su itu" Ah, memang benar kata Suhu, kau memang bikin orang jemu !"
Habis berkata, kembali ia tertawa, maka pada pipinya sebelah kiri tertampak sebuah lekuk kecil, hingga
kecantikkannya makin menggiurkan.
Sebenarnya Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin berwatak sangat tinggi hati, jangan kata si gadis hanya anak muridnya Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, sekalipun Jiau Pek-king yang datang sendiri juga tidak nanti ia mau terima dihina mentah2.
Tapi kini demi nampak sikap dan wajah si gadis dikala tertawa, seketika hatinya tergetar, tiba2 teringat olehnya sesuatu peristiwa pada masa berselang.
"Siapakah namamu " Dan siapakah ayah bundamu?"
tanyanya kemudian setelah tertegun sejenak.
Namun si gadis tak mau menjawab, sebaliknya dengan
mulut menjengkit ia mengolok2:
"Tu, bukankah kau memang bikin orang jemu" Baru saja berkenalan sudah bertanya macam2. Menanya namaku masih dapat dimengerti, tapi datang2 tanya orang tuaku, aturan macam apakah ini?"
Melihat si gadis bersikap kasar terus terhadap Cu Hong-tin, diam2 Jing-ling-cu menjadi kuatir, lekas2 ia buka suara membilukan perselisihan mulut itu : "Sebenarnya diwakili nona, juga serupa saja. Gurumu bergelar "Chong-thian-sin-mo", tidak saja memiliki kepandaian yang tinggi, juga mempunyai pengetahuan yang luas, maka pinto (imam miskin, sebutan diri sendiri) telah mengundang padanya, justru ingin minta dia ber-sama2 untuk mengenali seseorang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah mudah," sahut si gadis cepat. "Bagi "Bu-beng-siau-cut" (orang kecil tak ternama) memang aku tak kenal, tapi kalau jago2 yang berilmu tinggi seperti Sian-hoat Suthay dan Biau-in Suthay dari Go-bi-san, Pek-hoa-siancu To Hong dari Thian-ti, dan tujuh pendekar wanita dari Bu-tong-pay, kesemuanya itu aku sudah kenal."
Begitulah tanpa berhenti gadis itu telah uraikan serentetan nama2 tokoh silat yang kesohor dan semuanya adalah wanita.
Sebagai seorang pertapa yang saleh, Jing-ling-cu tak ingin memutus kata2 orang, ia tunggu si gadis sudah selesai, barulah berkata :"Baiklah, silahkan nona duduk dulu, biarlah pinto membawa keluar orang itu !" Lalu ia melanjutkan niatnya menuju keruangan belakang.
Sementara itu, demi mendengar cerita Jing-ling-cu tadi, diam2 Cu Hong-tin, Tong Po dan Bok Siang-hiong menjadi heran. Mereka cukup kenal tokoh Jing-ling-cu yang
mempunyai pengalaman dan hubungan luas dikalangan Bu-lim serta lapisan atas dan bawah, tapi kini mengapa malah mengundang mereka kemari untuk mengenal seseorang,
katanya" Sebaliknya si gadis tadi ternyata tidak bisa duduk anteng, hanya sejenak saja ia duduk, lalu berbangkit dan mengelilingi ruangan pendapa sambil me-lihat2, sebentar2 ia melompat keatas panggung arca, untuk me-raba2 arca Sam-jing Cosu yang dipuja dalam kuil itu, lain saat ia pun melompat turun lagi sambil memeriksa meja sembahyang dan hiolou.
Ketika pada saat tiba2 dilihatnya macam arca Tio Hian-than, itu malaikat yang terkenal dalam cerita Hong Sin, mendadak ia tertawa terpingkal2 sambil menuding Tai-lik-kim-kong Tong Po.
Sudah tentu, semua orang menjadi heran, lebih2 Tong Po yang ditertawai tanpa mengerti sebab2nya, menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendongkol. "Budak cilik, apa yang kau tertawai?" omelnya sambil melototkan kedua matanya yang besar.
Tapi gadis itu masih ter-pingkal2, kemudian sambil
menuding Tong Po, lalu ia menunjuk arca Tio Hian-than, katanya:
"Kalian berdua mirip benar!"
Gusar tidak kepalang Tong Po dibuatnya, masakan dia
dipersamakan dengan arca saja, tapi sebenarnya kalau melihat wajah mereka yang berewok, memang rada2 mirip juga. Cuma segan terhadap nama besar guru si gadis, yaitu Thong-thian-sin-mo, maka tak berani ia umbar kemurkaannya.
Sebaliknya gadis itu makin senang, dengan lemah gemulai ia mendekati arca To Hian-than itu, mendadak ia cabut seutas jenggotnya, lalu katanya: "Nih, lihatlah, raksasa (olok2nya pada Tong Po) ! Tak perlu matamu mendelik begitu rupa padaku, coba jenggot kalian berdua boleh di-banding2kan, bukankah memang sama miripnya!"
Sembari berkata, tanpa takut2 terus saja ia mendekati Tai-lik-kim-kong Tong Po dan mendadak juga ulur tangannya hendak mencabut jenggotnya seperti lakunya kepada arca Tio Hian than tadi. Nyata seorang tokoh terkemuka yang diangkat sebagai Ciang-bun-jin dari tiga belas aliran persilatan diempat propinsi daerah Kanglam sebagai Tai-lik-kim-kong Tong Po, oleh si gadis dianggap saja seperti anak kecil umur tiga tahunan.
Keruan muka Tong Po se-akan2 hangus saking gusarnya
ketika melihat tangan si gadis yang putih halus itu sudah hampir menyentuh jenggotnya yang pendek2 bagai duri
landak, se-konyong2 iapun ulur tangannya yang lebar bagai daun pisang, lima jarinya tergenggam, lalu menjentik kedepan ber-turut2, sayup2 diantara tulang2 jarinya terdengar berkertakan, dan yang diarah tepat kelima jari halus lentik si gadis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera Cu Hong-tin dan Bok Siang-hiong dapat mengenali apa yang dikeluarkan oleh Tong Po itu adalah sejurus serangan yang disebut "Jiu hun-ngo-hian" atau tangan mementil rebab lima senar, salah satu jurus yang lihay dari
"Tai-lik-kim-kong-jiu-hat" atau ilmu pukulan sakti bertenaga raksasa.
Sebenarnya dengan kedudukannya sebagai Tong Po,
agaknya ber-lebih2an untuk mengeluarkan jurus serangan yang lihay itu untuk menghadapi seorang gadis jelita yang berusia tiada 20 tahun. Tapi karena Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong dan Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin berdua juga ada selisih paham dengan Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, ialah guru gadis itu, maka merekapun tak sudi melerai, malahan justru ingin menyaksikan anak dara itu dihajar Tong Po.
Dalam pada itu, serangan kilat Tong Po yang menjentikan kelima jarinya ber-turut2 memapak tangan lawan, ternyata mengenai tempat kosong, sebab mendadak gadis jelita itu sempat menarik tangannya.
"Hihihi, kau ini benar2 pelit, masakan seutas jenggot saja disayang?" kata gadis itu sambil tertawa-tawa.
Cara si gadis itu mengucapkannya begitu kalem dan wajar, tapi cara menggerakkan tangannya justru cepat luar biasa, begitu ditaruh, tahu2 sebelah tangan lain sudah melayang kemukanya Tong Po terus mendadak menepuk kebawah.
Maka terdengarlah suara "plak" yang nyaring, dengan tepat punggung tangan Tong Po yang diangkat tadi kena dihantam.
Dalam terperanjatnya, lekas2 Tong Po membaliki
tangannya hendak menangkap tangan orang, tapi tahu2
pipinya sendiri terasa sakit pedas, menyusul terdengar suara tawa ter-kikik2 si gadis, ketika ditegasinya, ternyata anak dara itu sudah berdiri ditempat sejauh setombak lebih, sedang ditangannya terlihat memegangi seutas jenggot pula sembari diunjukkan kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihatlah, nih, tidak salah bukan, kataku " Mirip amat, seperti pinang dibelah dua!" kata gadis itu dengan tertawa sambil geraki kedua utas jenggot yang dipeganginya itu.
Sampai disini Tai-
lik-kim-kong Tong Po
tak tahan lagi,
mendadak ia berbangkit, sekali
tangannya menarik
kebelakang, segera
perisai besar yang
menggemblok di punggungnya dikeluarkan, sambil
mengeluarkan gertakan bagai guntur, ia melompat
maju dan angkat
perisainya terus
mengepruk keatas
kepala si gadis.
Perisai itu terbuat
dari baja, lebarnya
kira2 satu meter
bundar, tebalnya lebih
satu senti, beratnya hampir seratus kilo. Maka dapat dibayangkan betapa jadinya kalau kepala gadis itu berkenalan dengan perisai. Keruan sambaran angin berjangkit karena ayunan perisai itu, hingga areal dalam ruangan itu turut bergoncang !
Tiba2 terdengar suara jeritan si gadis, dengan gesit ia sudah meluncur pergi. Tong Po hanya merasa pandangannya menjadi kabur, sasarannya tahu2 sudah menghilang. Cepat ia membaliki tubuh, ternyata gadis itu sudah berdiri lagi ditempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejauh setombak lebih dan sedang melelet2kan lidah sambil unjuk muka badut kepadanya.
Gusar dan geli Tong Po melihat kelakuan anak dara itu.
sesaat itu ia menjadi tak tega untuk mencelakai gadis yang lincah menyenangkan itu.
Dan sedang ia ragu2, sementara itu Jing-ling-cu sudah keluar sambil menuntun satu orang.
Orang itu berkaki telanjang, memakai sepotong baju yang ukurannya tidak sesuai dengan tubuhnya dan sudah compang-camping, sebaliknya kepalanya diselubungi sehelai kain hingga wajah aslinya tidak tertampak, hanya tangan dan kakinya terlihat kurus kering.
Sedang muka Jing-ling-cu tampak agak tegang seperti
sedang menghadapi sesuatu urusan yang maha penting.
"Aha, apakah sedang main kemanten2an " Tapi kenapa
seorang setan kurus begini yang disuruh menyamar mempelai perempuan ?" demikian segera gadis tadi berseru sambil tepuk tangan dan tertawa.
"Hendaklah nona jangan bergurau," kata Jing-ling-cu. Lalu dengan sungguh2 ia melanjutkan: "Lihatlah para hadirin, apakah kalian kenal siapakah gerangan sobat ini ?" Sembari berkata, berbareng iapun menyingkap kain yang menutupi kepala orang itu.
Ketika mendadak berasa kain selubung kepalanya
disingkap, orang itu bersuara perlahan tertahan, cepat sekali ia tutupi mukanya dengan kedua tangannya terus menunduk hingga wajah aslinya tetap belum jelas dilihat orang.
Namun begitu, kepala orang itu toh sudah terlihat.
Ternyata halus tanpa seutas rambutpun, tapi bukan halus gundul, melainkan seperti terluka oleh sesuatu hingga seluruh kulit kepalanya se-akan2 mengelotok, maka belangnya yang benjal-benjol dengan sendirinya takkan tumbuh rambut lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melulu melihat keadaan kepala ini saja sudah bikin orang merasa seram.
"Sobat", kata Jing-ling-cu kemudian kepada orang aneh itu.
"Lekaslah buka tanganmu, biarlah kawan2 Bu-lim yang berada disini mengenali dirimu, mungkin siapa asal-usulmu akan dapat diketahui ?"
Tapi orang itu seperti tak mendengar apa yang dikatakan Jing-ling-cu, masih tetap mukanya ditutup kencang2.
Melihat itu, Jing-ling-cu menjadi kewalahan, ia geleng2
kepala dan bertanya : "Nah, apakah diantara kalian ada yang kenal siapakah gerangan sobat ini ?"
Diantara orang2 yang hadir itu, Siau-yau-ih-su meski berkediaman diatas gunung Jing-sia, tapi jejaknya sudah meratai seluruh negeri, bahkan sampai daerah2 terpencil, tempat2 tinggal suku2 bangsa diperbatasan, juga sudah pernah dikunjunginya. Sedang Tai-lik-kim-kong Tong Po boleh dikata tiada seorang tokoh silat terkemuka didaerah yang tak dikenalnya. Begitu juga Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong yang merajai perairan, siapa jago terkenal disungai telaga yang bukan sahabat kentalnya " Dan ditambah pula Jing-ling-cu sendiri yang kawannya merata di seluruh penjuru, semestinya jago terkemuka Bu-lim yang manapun juga, walau tak pernah bertemu seharusnya namanya juga sudah dikenal.
Namun anehnya justru selamanya mereka tidak pernah
mendengar bahwa didunia persilatan terdapat tokoh kelas terkemuka seperti orang aneh ini. Maka tidak heran kalau mereka hanya saling pandang saja tanpa bisa buka suara.
"Jing-ling Toyu," kata Cu Hong-tin sejenak kemudian.
"Mungkin orang ini hanya "Bu-beng-siau-cut" saja dari kalangan Bu-lim, siapa bisa kenal padanya ?"
Akan tetapi Jing-ling-cu menggeleng kepala, sahutnya :
"Dugaan Toyu salah. Lihatlah, tungku batu didepan Lo-seng-tian itu justru didorong roboh olehnya !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha, dia ?" seru Tong Po terkejut. "Hai, sobat, marilah, biar aku melihat wajahmu yang sebenarnya."
Habis itu, dengan langkah lebar segera ia mendekati orang aneh itu sesudah letakkan perisainya diatas meja, sekali tangannya menguIur, kedua tangan orang aneh yang
menutupi mukanya itu hendak ditariknya.
Sudah tentu yang paling terkejut adalah Jing-ling-cu demi melihat apa yang hendak diperbuat oleh Tai-lik-kim-kong, cepat ia berseru: "Jangan sembrono, Tong-heng!"
Namun sudah terlambat, berbareng dengan suara
seruannya itu, mendadak terdengar suara teriakan aneh Tong Po, tahu2 orangnya terpental pergi hingga berjumpalitan.
Ketika Tai-lik-kim-kong Tong Po hendak menarik tangan orang itu, karena tubuh Tong Po yang besar tegap hingga meng-aling2i penglihatan kawan2nya yang berada
dibelakangnya, maka apa yang terjadi sebenarnya tidaklah diketahui, hanya Tong Po yang terpental hingga berjumpalitan itu, tampaknya sangat runyam, ia tak mampu mengerem
tubuhnya hingga meja bundar dibelakangnya kena diseruduk hingga pecah berantakan, begitu pula senjatanya, perisai yang besar itu, terjatuh kelantai dan menerbitkan suara yang gemerontang keras.
Sebaliknya ketika memandang manusia aneh itu, ternyata masih tetap berdiri kaku ditempatnya tadi, kedua tangannya juga masih menutupi mukanya.
"Tong-heng tidak sampai terluka, bukan?" segera Jing-lingcu menanya.
Namun Tong Po sudah lantas gembar-gembor: "Cepat
benar gerakan tangannya ! Siau-yau ih-su, dia adalah orang dari Jing-sia-pay kalian. Tadi ketika aku hendak menarik tangannya, mendadak tangannya membalik, kedua jarinya terus hendak mengarah kedua mataku. Bukankah gerakan itu adalah tipu "Siang-hong-jak-hun" dari aliran Jing-sia-pay
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian " Coba, kalau kurang cepat aku berkelit, mungkin dua biji mataku ini cacat. Lihatlah, nih !"
Betul juga, ketika semua orang memandang muka Tong Po, ternyata kulit kelopak matanya terlihat lecet sedikit.
"Aneh," demikian ujar Cu Hong-tin heran. "Setahuku, dari yang tua sampai yang muda, dalam Jing-sia-pay kami belum pernah ada orang seperti ini?"
Habis itu, iapun berbangkit dan dengan lenggang2 ia
mendekati orang itu serta bertanya : "Sobat, dari angkatan keberapakah kau ini dalam Jing-sia-pay kita ?"
Akan tetapi orang itu tetap tidak menjawab bagai tidak mendengar.
"Orang ini kecuali makan minum, selalu menjublek kaku bagai patung dan selamanya tak pernah bicara", demikian Jing-ling-cu menyela, "namun ia memiliki ilmu kepandaian yang hebat terang ia adalah seorang kosen yang belum dikenal, pinto sendiri sampai kini pun belum bisa melihat wajahnya yang asli."
"O", hanya sekali Cu Hong-tin bersuara, habis ini, mendadak dua jari tangannya menjulur terus mengarah kedua mata orang itu. Gerak tipu inilah yang disebut "Siang-hong-jak-hun" atau sepasang puncak gunung menembus awan, seperti dikatakan Tong Po tadi.
Siapa duga, belum lagi serangannya tiba, mendadak orang itu menjentikkan jarinya juga dan tepat menutuk "tiong-ciong"
dan "siang-yang" dua jalan darah diujung kedua jarinya Cu Hong-tin tadi, bahkan jentikan itu diiringi pula sambaran angin tajam yang menuju ke mukanya.
Biasanya Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin sangat agulkan
dirinya, ketika tadi menyaksikan orang itu berdiri kaku bagai patung sesudah dibawa keluar Jing-ling-cu, pula tiada sesuatu tanda2 yang luar biasa, meski tadi Tong Po terkecundang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh jadi karena kepandaiannya yang kurang becus, sebab itulah, waktu maju, Cu Hong-tin tidak menaruh prasangka apa2.
Tapi kini demi nampak dimana jari orang itu menjentik, sambaran angin yang terbawa terasa dingin bagai es ketika menyambar sampai mukanya, dengan latihan Iwekangnya
masih berasa juga panas pedas. Maka barulah ia terkejut dan kenal kelihayan orang. Lekas2 ia tarik kembali serangannya tadi, namun tidak urung "Siang-yang-hiat" diujung jarinya sudah terkena ditutuk orang dengan perlahan, hingga seketika tangannya kesemutan. Cepat ia kumpulkan Iwekangnya untuk mendesak tempat yang tertutuk itu hingga perasaan pegal kesemutan itu menjadi buyar. Namun begitu cepat iapun sudah melompat mundur kesamping terus berteriak :"Hai, lau-Tong, gerak orang ini tadi sudah kau saksikan, bukan " terang sekali itu adalah Tai-lik-kim-kong-jiu-hoat, cuma kemahirannya masih jauh diatasmu !"
Melihat kedua kawannya ber-turut2 kecundang, Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong menjadi getol ingin coba2, mendadak ia lompat bangun hingga tinggi, kemudian baru tancapkan kakinya kelantai dengan enteng sekali. Si Ikan terbang dari danau Tong-ting ini mempunyai dua macam kepandaian yang diagulkan, pertama adalah ginkang atau ilmu entengkan tubuh, dan yang lain adalah kemahiran renang.
Maka terdengarlah ia berkata :"Tong-heng, harap
pinjamkan perisaimu yang besar itu !"
Sembari berkata tanpa tunggu jawaban yang empunya
perisai lagi, segera ia angkat senjata itu terus mengemplang keatas kepala orang itu.
"Hai, hai! Dia toh tiada permusuhan apa2 dengan


Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kangzusi.com kau, mengapa kau turun tangan sekeji itu ?"
tiba2 si gadis tadi berseru kuatir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun belum selesai teriakannya, tahu2 terdengarlah
suara "trang" yang keras, hanya sedikit orang aneh itu angkat sebelah sikutnya keatas, maka terbenturlah perisai besar yang beratnya hampir seratus kilo itu, kontan pula Bok Siang-hiong berikut perisainya mencelat terbang keatas, malahan akhirnya iapun tak kuasa memegangi perisai besar itu yang terus menerobos atap dan jatuh keluar Lo-seng-tian, sedang Bok Siang-hiong sendiri lalu melayang turun kebawah dengan enteng sambil memandang kepada Cu Hong-tin serta Tong Po.
"Aneh, bukankah gerakannya tadi adalah "Jian-kin-cun-tui"
(palu sikut beribu kati), kepandaian Thi-thau-to dari Ngo-tai-pay ?" demikian mereka bertiga sama2 menyatakan keheranannya.
"Memang benar," ujar Jing-ling-cu. "Orang ini hampir kenal dan memiliki kepandaian istimewa dari segala aliran dan golongan, bahkan melebihi jago2 tertinggi dari aliran-aliran bersangkutan. Maafkan bila aku boleh mengatakan terus terang, seperti gerak tipunya tadi. "Siang-hong-jak-hun" dan
"Kim-kong-jiu-hoat" terang masih lebih unggul dari kalian berdua, begitu pula benturan "jian-kin-cun-tui" tadi, sekalipun umpamanya Thi-thau-to dari Ngo-tai-san datang kemari juga mungkin tiada sehebat seperti dia!"
Sedang mereka bicara, dua imam kecil sudah menggotong masuk perisainya Tong Po yang terbang keluar kuil tadi.
Ketika Tong Po periksa senjatanya itu, nyata pelat baja yang berat dan tebal itu sampai dekuk meski hanya perlahan terkena sikutan orang itu.
Menyaksikan semuanya itu, sungguhpun Cu Hong-tin yang biasanya sangat tekebur, kini mau tak mau harus mengakui juga akan kebenaran kata2 Jing-ling-cu tadi. Diam2 ia memikirkan tokoh2 kalangan Bu-lim yang sekaligus
merangkap memiliki kepandaian dari berbagai cabang silat, terang sudah jarang terdapat, apalagi ilmu silat dari cabang orang lain sampai melebihi penganut cabang itu sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lantas siapakah gerangan orang yang berada dihadapannya ini "
"Jing-ling Toyu," segera ia menanya, "dari manakah orang ini kau ketemukan " Dapatkah kau ceritakan ?"
"Cerita ini agak panjang," kata Jing-ling-cu lantas hendak menutur.
"Kira2 setengah bulan yang lalu......." Tapi baru sampai disini, tiba2 si gadis tadi telah menukas: "Jing-ling Totiang, biarkan aku mencobanya juga, ingin kulihat apakah iapun kenal akan ilmu silat Thong-thian-bun kami !"
Mendengar itu, kembali hati Cu Hong-tin tergetar, serupa ketika melihat andeng2 merah kecil di-tengah2 dekuk pipi si gadis tadi, ia tertegun sejenak.
Sementara itu Tai-lik-kim-kong Tong Po lantas mengejek si gadis dengan tertawa dingin : "Hm, baiknya kau tinggalkan namamu dulu, nona! Supaya kami nanti dapat mengabarkan pada gurumu, bahwa kau telah ketimpa malang disini !"
"Ya, nona harus hati2," begitu juga Jing-ling-cu memperingatkan.
Namun anak dara itu ternyata cukup bandel, ia malah
melototi Tong-Po, lalu dengan gaya yang lincah ia menjawab Jing-ling-cu :
"Aku mengertilah !"
Habis itu, cepat sekali ia memutar tubuh terus berkata kepada orang aneh itu sembari memberi hormat :
"Aku bernama Lou Jun-yan. Ingin kumohon melihat wajah aslimu. Bila tidak biarlah kau merasakan tipu pukulan lihay dari Thong-thian-bun kami!"
Cara berkata si gadis begitu sungguh2, tapi kalimatnya justru tidak masuk akal, keruan Tong Po yang per-tama2
bergelak ketawa geli.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya si gadis, Lou Jun-yan ternyata tidak merasa lucu sedikitpun, per-lahan2 ia mendekati manusia aneh itu, dengan teliti ia meng-amat2i sejenak, ia lihat muka orang itu meski ditutupi kedua tangannya, tapi jarinya terdapat sela2. Pikiran cerdiknya tergerak, segera ia cabut seutas rambutnya yang panjang.
Diam2 semua orang memperhatikan apa yang hendak
dilakukan anak dara itu, maka terlihatlah sebelah ujung rambut itu ia ikat dijarinya, lalu rambut yang panjangnya belasan senti itu tiba2 menjengkit lurus kedepan, nyata gadis itu telah menyalurkan Iwekangnya keatas rambut melalui jarinya yang lentik.
Sebagai tokoh silat terkemuka, sudah tentu Jing-ling-cu dan yang lain2 tahu akan hal itu, diam2 mereka kagum akan kepandaian si gadis yang masih muda belia, tapi Iwekangnya sudah terlatih cukup sempurna. Nyata di bawah pimpinan panglima tangkas tiada prajurit yang lemah alias dibawah guru pandai tiada yang bodoh!
Sementara itu dengan wajah gembira, seperti menyusup kelubang jarum saja, Lou Jun-yan menyisipkan rambutnya melalui sela2 jari orang aneh itu terus dimasukkan kelubang hidungnya.
Melihat itu, Tai-lik-kim-kong yang berwatak polos jujur, meski tadi kena digoda Lou Jun-yan hingga marah2, tapi kini dialah yang paling kagum oleh kecerdikan si gadis, maka ia telah ber-teriak2:
"Bagus! Akal bagus !"
Dan karena di-kilik2 lubang hidungnya, mendadak orang aneh itu bersin:
"Haiiiiih!"
Sebab itu untuk sesaat kedua tangannya yang menutupi muka menjadi kendor dan sedikit terbuka kebawah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lou-jun-yan sendiri segera gunakan gerakan "le-hi-pak-teng" atau ikan lele melentikan tubuh, terus melompat pergi.
Sedang yang lain2 menjadi terkejut ketika sekilas dapat melihat jelas macam muka orang itu, begitu juga Jun-yan tidak terkecuali, saking kagetnya sampai ia menjerit terus menutupi matanya tak berani memandang pula.
Hanya sekejap saja tangan orang aneh itu kendor, sebab segera ia tutupi lagi mukanya kencang2 seperti tadi.
Keruan semua orang hanya saling pandang terkesima
setelah dapat melihat wajah sebenarnya orang itu. Kemudian Jing-ling-cu yang mendekati orang itu, dengan perlahan ia tepuk2 pundaknya dan membujuk :
"Lebih baik kau masuk istirahat saja, sobat."
Habis itu, kain selubung kepala tadi ia tutupkan pula keatas kepala orang aneh itu, maka kedua tangan yang menutupi muka pun lantas diturunkan kembali. Ketika Jing-ling-cu mendorongnya, barulah ia bertindak, tapi gerak-geriknya tak bersemangat, mirip orang gendeng belaka.
"Aduh mak ! Muka orang itu mengapa begitu menakutkan
?" kata Jun-yan kemudian dengan lega sesudah orang aneh itu memasuki ruangan belakang.
"Nona, siapakah gerangan nama ibumu ?" se-konyong2
Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin menanya.
Karena pertanyaan itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli. "Cu-heng, macam apakah kau ini, kenapa tanya2 ibu orang?" godanya tertawa.
Mendadak wajah Lou-jun-yan berubah hebat. "Hidung
kerbau, apakah kau kenal ibuku?" balasnya menanya.
"Ha " ah, tidak, hanya sekedar menanya saja !" jawab Cu Hong-tin cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diantara orang2 yang hadir disitu, si Ikan terbang dari danau Tong-ting, Bok Siang-hiong, adalah yang paling pendiam, tapi cerdik. Sekilas dapat dilihatnya sikap Cu Hong-tin rada aneh ketika mendadak menanya Lou-jun-yan tadi, namun ia tetap diam saja, pura-pura tidak tahu.
Tidak lama sesudah keluar kembali, segera Jing-ling-cu berkata : "Ai, sungguh tidak nyana bahwa muka sobat ini ternyata begitu menakutkan. Tentu nona Lou tadi dikejutkan, bukan ?"
"Ya, tapi tak apa2 sudah!" sahut Jun-yan sambil elus2
dadanya. Kiranya ketika sekilas tangan orang aneh itu menjadi kendor hingga mukanya kelihatan, ternyata macamnya tidak berwujut muka manusia lagi, tapi keadaannya benjal benjol tidak rata penuh belang bekas luka, kedua biji matanya seakan2 mencolot keluar, tampaknya sudah buta, jeleknya tak terkatakan. Jika kepergok di tengah malam buta, heranlah kalau orang tidak menyangka genderuwo (hantu).
"Tadi pinto hendak bercerita tentang diketemukan orang aneh ini, tapi telah terputus oleh tindakan nona Lou tadi, maka kini biarlah aku melanjutkannya," kata Jing-ling-cu kemudian.
"Hm, coba kalau tiada aku, boleh jadi seumur hidup kalian takkan dapat melihat wajah orang jelek macam dia !" sela Jun-yan, rupanya ia penasaran karena dikatakan memotong cerita orang.
Namun Jing-ling-cu tidak menghiraukannya lagi, ia
tersenyum dan meneruskan ceritanya yang belum lagi dimulai tadi.
Kiranya tidak jauh dari belakang Lo-seng-tian itu adalah tebing2 jurang yang curam, kira2 setengah bulan yang lalu, ketika Jing-ling-cu habis melatih diri diwaktu subuh, dalam isengnya ia ber-jalan2 kebelakang kuilnya dan sampai ditebing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
curam yang disebut "sik-sin-khe" itu, mendadak didengarnya semacam suara yang aneh. Suara itu tidak mirip mengaumnya binatang buas, juga tidak serupa suara manusia, tapi kedengarannya sedih dan sangat mengharukan.
Ketika didengarkannya lebih teliti, ia merasa berjangkitnya suara aneh itu kadang2 jauh dan tempo-tempo dekat, juga mendadak nadanya sangat tinggi, lain saat tiba-tiba menjadi rendah, suatu tanda betapa cepat perubahan tempat
berjangkitnya suara itu.
Diam-diam Jing-ling-cu teperanjat sekali, ia pikir, tak perduli suara itu suara manusia atau binatang, tapi gerak-geriknya begitu pesat, sungguh hal yang susah dimengerti.
Dikalangan Bu-lim, Jing-ling-cu terkenal seorang yang budiman dan suka menolong sesamanya. Ia pikir, meski sedikit tamu2 yang mengunjungi kuilnya sehari2, tapi disekitar gunung itu tidak sedikit tukang2 kayu yang mencari nafkah, jikalau suara aneh yang didengarnya itu adalah suara binatang buas, lalu kepergok oleh tukang2 kayu, terang sekali nasib malang takkan dapat terhindar, kebetulan saat itu suara aneh tadi telah berhenti pada suatu tempat yang tidak terlalu jauh, pula nadanya telah berubah rendah lirih. Segera Jing-ling-cu mendekatinya per-lahan2 sambil menggendong tangan.
Tatkala itu sang betara surya sudah memancarkan sinarnya yang gilang gemilang menguning emas, dan diutara puncak2
gunung yang se-akan2 gundukan arang terbakar oleh sinar emas sang surya, disitulah orang aneh itu diketemukan oleh Jing-ling-cu.
Saat mana dilihatnya manusia aneh itu lagi berdiri diatas tebing "Sik-sin-khe" yang bertepikan jurang curam, kedua tangannya nampak dipentang keatas, kepalanya mendongak, dan mengeluarkan suara teriakan aneh menyeramkan tadi.
Melihat gelagatnya, dengan suara teriakannya yang aneh itu, agaknya orang aneh itu lagi melampiaskan perasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya yang penuh penasaran dan amarah yang tak
terhingga kepada alam semesta.
Sebagai seorang tokoh, begitu melihat tempat dimana
orang itu berdiri, segera Jing-ling-cu tahu orang aneh itu pasti memiliki ilmu ginkang yang luar biasa, apalagi mendengar suara yang aneh itu, rendah, tapi penuh tenaga dan mencapai jauh, terang kalau Iwekangnya belum mencapai tingkatan sempurna, tak mungkin mampu melakukannya.
Dasar watak Jing-ling-cu memang suka bersahabat, pula ketarik oleh kelakuan orang aneh itu, maka iapun segera menegurnya dengan suara kumandang yang disertai tenaga dalam : "Ksatria darimanakah telah sudi mengunjungi Ciok-yong-hong ini, silahkan omong2 kedalam kuil kami saja?"
Diluar dugaan, demi mendengar suaranya, orang aneh itu mendadak menghentikan suara rintihannya, tanpa berpaling lagi se-konyong2 orangnya terus menerjun kedalam jurang sik-sin-khe itu.
Keruan Jing-ling-cu luar biasa terkejutnya. Ia cukup tahu akan kedalaman jurang disitu yang sedikitnya ber-ribu2 kaki, kalau terjun ke bawah, jangan kata bisa hidup, sedang mayatnya pasti akan hancur lebur juga.
Dalam kuatirnya, secepat kilat Jing-ling cu pun melompat maju ketempat si orang aneh berdiri tadi, dan ketika melongok kedalam jurang, namun dibawah hanya kabut tebal belaka yang menutupi permukaan jurang, lebih dari itu tiada sesuatu lagi yang kelihatan.
Mengira orang itu takkan bisa tertolong lagi dibawah jurang yang tak terkirakan dalamnya, apa daya " Terpaksa Jing-lingcu menghela napas dan kembali kekuilnya.
Siapa tahu, ketika besok subuh ia melakukan latihan pagi seperti biasanya, kembali suara aneh orang itu dapat didengarnya. Segera Jing-ling-cu mendatangi pula tempat kemarin, betul saja, disitu dapat dilihatnya orang aneh itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tetap berdiri mendongak sambil mengeluarkan suara teriakan atau lebih mirip rintihan yang mengharukan.
Dan ketika Jing-ling-cu mendadak menegurnya pula, tahu2
orang aneh itu terjun lagi kedalam jurang.
Jing-ling-cu menjadi ragu2, ia tahu tentu dibawah jurang itu ada apa2nya hingga meski orang menerjunkan diri
kebawah, tidak sampai terbinasa. Tiba2 tergerak pikirannya, ia melompat keatas suatu pohon yang ada disitu dan memotes sebatang dahan sebesar lengan yang lebat daunnya, dengan dahan itu sebagai payung yang dia pegangi kencang2,
kemudian iapun terjun kebawah jurang menyusul si orang aneh tadi.
Maka seperti parasut saja Jing-ling-cu melayang2 kedalam jurang, karena adanya daya tahan "payung" itu, daya terjerumusnya menjadi agak lambat, namun begitu, Jing-lingcu merasa cukup cepat tubuhnya menurun, sampai lama
sekali barulah nampak dataran bawah. Dan begitu kakinya menyentuh tanah, mendadak "pluk", kakinya telah kejeblos.
Kiranya didasar jurang itu adalah sebuah kolam lumpur.
Lekas2 Jing-ling-cu sabetkan dahan pohonnya tadi
kepermukaan lumpur, menyusul itu cepat ia tutul kakinya se-kuat2nya, dan pada saat dahan pohon itu belum amblas kedalam lumpur, orangnyapun mencelat keatas setinggi lebih dua tombak. Sekali tangannya meraup, tepat dapat
dipegangnya dahan sebuah pohon Siong yang tumbuh ditepi tebing jurang itu.
Apabila ia melongok lagi kebawah, maka dahan pohonnya tadi ternyata sudah menghilang kedalam lumpur.
Diam2 Jing-ling-cu bersukur atas nasibnya tadi. Ketika ia me-ngamat2i sekitarnya, ternyata keadaan lembab dan agak gelap, dari dalam lumpur tadi tiada hentinya mengeluarkan suara "pluk-pluk", kadang2 berbuih, tempo2 menongol keluar ular berbisa dan binatang2 lain yang tak dikenal namanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semakin jauh mata memandang, keadaan makin gelap,
tumbuh2an lebat yang tak pernah terlihat diatas gunung, teramat banyak, hingga keadaan disitu ternyata berwujut suatu dunia lain.
Jing-ling-cu merasa dirinya percuma saja berdiam selama berpuluh tahun dipuncak Ciok-yong hong itu, tapi tak mengetahui bahwa dibawah gunung ternyata ada lagi tempat yang seram bagai akherat ini.
Dan selagi ia meneliti sekitarnya, tiba2 tidak jauh dari tempatnya ada sesuatu suara perlahan ketika dipandangnya kearah sana, maka terlihatlah dari segunduk rumput2
mendadak menyusur keluar seekor ular, dan sesudah
berkecimpung dalam lumpur sejenak, lalu amblas kebawah.
Ketika Jing-ling-cu berpaling memandang ke arah suatu batu besar yang menonjol tidak jauh dari tempatnya, ia menjadi terkejut tidak kepalang.
Kiranya diatas batu itu tampaknya rata saja dan luasnya kira2 7-8 kaki, diatas bukit tumbuh serumpun lumut hijau yang subur, tadinya ia sangka hanya lumut biasa saja, siapa tahu mendadak bisa bergerak, ternyata dibawah lumut itu terlentang satu orang !
Segera Jing-ling-cu mengenali orang itu, bukan lain adalah orang aneh yang disusulnya tadi. Mau tak mau hatinya kembali tercengang, ia menaksir kepandaian dirinya sendiri boleh dihitung kelas tertinggi, tapi diwaktu menerjun ke bawah jurang tadi, masih perlu ia gunakan bantuan sebatang dahan pohon berdaun sebagai payung untuk mengurangi daya turunnya. Tapi orang aneh ini disaksikannya menerjunkan diri begitu saja tanpa bantuan sesuatu benda, nyata ilmu
kepandaian orang itu masih jauh diatas dirinya.
Maka tak berani Jing-ling-cu berlaku ayal, segera ia menegur pula : "Orang kosen darimanakah yang menyepi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disini " Cayhe (aku yang rendah) bergelar Jing-ling, sudilah kiranya memperlihatkan diri untuk bertemu ?"
Tiba2 orang itu berbangkit perlahan, kepalanya masih menghadap rumpun lumut hingga seluruh mukanya ter-aling2, lalu berdiri tanpa bergerak.
Karena itu, kembali Jing-ling-cu mengulangi kata2nya tadi.
Tak terduga mendadak orang itu angkat sebelah tangannya dan tahu2 terus memukul kearah pohon siong di mana Jingling-cu menahan dirinya itu, begitu keras pukulannya hingga lapat2 bersuara se-akan2 bunyi guntur.
Terkejut luar biasa Jing-ling-cu, ternyata pukulan yang dilontarkan orang aneh itu dapat dikenalinya bukan lain adalah
"Lui-bin-cio-hoat" atau ilmu pukulan guntur menggelegar, ialah ilmu pukulan yang terkenal dari Heng-san-pay mereka sendiri.
Kalau mendengar suara mengguruh yang terbawa dalam
angin pukulan tadi, nyata tenaga dalam yang dipergunakan sudah mencapai tingkat tertinggi, Jing-ling-cu sendiri menaksir dirinya belum mencapai ketingkat itu, maka diam2 ia menjadi heran atas diri orang aneh itu.
Menurut peraturan Heng-san-pay mereka yang istimewa, tiap2 orang hanya boleh menerima satu murid, ia sendiri juga murid tunggal dari gurunya, pernah ia menerima seorang murid, tapi karena diketahui kelakuannya yang menyeleweng, sudah lama berselang dibasminya dan kini belum punya ahliwaris. Gurunya sudah lama wafat, lalu kalau melihat betapa tinggi "ilmu pukulan bunyi guntur" yang diunjukan orang aneh itu, apakah mungkin ia adalah kaum angkatan tua dari perguruannya, sebab ilmu silatnya terlalu tinggi hingga berumur panjang sampai sekarang "
Begitulah, selagi Jing-ling-cu memikir, sementara angin pukulan orang aneh itu sudah mengenai dahan pohon yang dibuat pegangan tadi, maka terdengarlah suara "krak-krak"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang keras, seketika dahan pohon itu patah, tubuh Jing-lingcu pun terjerumus kebawah. Baiknya ia cukup tenang, cepat ia himpun semangat dan melompat keatas pula, selagi dirinya terapung diudara, lalu dengan punggungnya menempel
dinding tebing terus sambil tangannya bertahan mati2an, dengan begitu untuk sementara badannya dapat
diselamatkan. Bila ia melirik ketempat dahan patah tadi, ternyata disitu seperti hangus habis terbakar, hal ini lebih nyata lagi bahwa ilmu pukulan yang dilontarkan orang aneh itu adalah "Lui-bin-cio-hoat" dari perguruannya, Heng-san-pay.
"Siapakah nama Locianpwe, sudilah kiranya memberitahu "
Supaya tidak sampai terjadi kekacauan peradatan kaum kita !"
dengan merendah kembali Jing-ling-cu menanya.
Tapi orang itu tetap tidak menjawab, hanya kedua
tangannya ber-gerak2 sambil mulutnya mengeluarkan suara
"uh-uh-uh" seperti orang gagu.
Jing-ling-cu menjadi bingung, dilihatnya tangan dan kaki orang itu kurus kering, pakaian yang menempel dibadannya juga compang-camping tak keruan. Selang sejenak, barulah kemudian Jing-ling-cu paham akan maksud orang itu, kiranya ia lagi memberi tanda agar dirinya pergi dari situ, tentu saja Jing-ling-cu bertambah heran, segera iapun berseru : "Baiklah, pinto menurut saja!" Lalu tubuhnya bergerak, ia keluarkan kepandaian "pia-hou-yu-jio" atau cecak merayap ditembok, dengan ilmu Iwekang yang tinggi, cepat sekali ia merembet keatas setinggi beberapa tombak, ketika tangannya dapat memegang sebuah tonjolan batu, lalu ia berhenti untuk mengaso sambil memandang kebawah.
Ternyata orang itu sedang miringkan telinganya keatas buat mendengar, lalu mulutnya bersuara "uh-uh-uh" lagi, kemudian orangnya berjongkok terus menyomot beberapa potong daun lumut dan dimasukkan kedalam mulut, rupanya itulah santapannya se-hari2 yang tampaknya lezat sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam2 Jing-ling-cu mengkirik sendiri demi menyaksikan kelakuan orang aneh luar biasa ini. Dan sesudah makan orang ini lalu merebahkan diri lagi diatas batu tanpa bergerak.
Diam2 Jing-ling-cu mempelajari keadaan orang itu lagi, tapi meski ia menunggu sampai hari lewat lohor, masih belum diketahui dari mana asal usul orang ini, cuma dapat
ditaksirnya sudah cukup lama tinggal di tempat kolam lumpur itu.
Tapi apapun juga, sebagai seorang tokoh Bu-Iim, tak nanti tega melihat sesamanya hidup ditempat binatang2 berbisa.
Dan pula bila mendengar suara "rintihan" yang keluar dari mulut orang aneh itu, entah perasaan penasaran dan benci apa yang terpendam didalam hatinya.
Oleh karena itu, tak tertahan Jing-ling-cu bersuara menegur pula : "Sebenarnya ada perasaan apakah yang tertekan dalam hatimu, kenapa tak mau kau bicarakan pada orang, sebaliknya berkeluh kesah sendirian disini ?"
Karena suara Jing-ling-cu yang mendadak itu, rupanya orang aneh itu menjadi kaget, cepat ia berdiri, kedua tangannya terus bergerak, hanya sekejap saja kekanan, kekiri, kemuka dan kebelakang, sekaligus telah dilontarkannya 7-8
jurus pukulan. Melihat hal ini, hati Jing-ling-cu semakin heran dan tercengang, sebab diantaranya terdapat "Lui-bin-cio-hoat", bahkan ada pula ilmu pukulan terkenal dari cabang2 persilatan lainnya, malahan jurus pukulan terakhir yang dilontarkan dengan tutukan jari, dapat dikenalinya adalah Tiam-hiat-hoat atau ilmu tutuk yang tersohor dari Sian-hoat Suthay dan Bian-in Suthay, kedua paderi wanita terkemuka dari Go-bi-pay, yaitu yang disebut "Ji-lay-it-ci" atau jari tunggal Ji-lay-hud (budha).
Dan setelah melontarkan pukulan2 tadi, lalu orang itu berdiri tegak sambil mengerang tertahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan kelakuan orang, semakin kuat dugaan Jingling-cu bahwa pasti orang itu berhati penasaran tak
terkatakan, mungkin kena diperdayai orang hingga mukanya menjadi jelek, mata buta, mulut bisu, sebab itulah, asal sedikit mendengar suara orang, segera terkejut terus melontarkan serangan.
"Harap sobat jangan kuatir, pinto tiada maksud jahat !
Bagaimana kalau singgah dikuil kami untuk sekedar omong2?"
demikian kemudian Jing-ling-cu membujuknya lagi dengan ramah.
Namun orang itu tetap tak menjawab, hanya sikapnya
sudah agak tenang dan dengan kaku berdiri ditempatnya.
Jing-ling-cu menjadi berani, sekali lompat ia menaiki batu besar itu, dan betul juga, orang itu tidak menyerangnya lagi, melainkan dengan telinganya yang tajam untuk
mendengarkan gerak-gerik Jing-ling-cu.
"Sobat," kata Jing-ling-cu pula sembari coba menarik tangan orang. "Marilah kita naik keatas bersama!"
Ternyata orang itu tidak melawan ketika tangannya
dipegang, dan bila kemudian Jing-ling-cu geraki tubuhnya meloncat keatas, tahu2 tubuh orang itu serasa enteng bagai kapas, terus mereka me-rayap2 didinding tebing yang curam itu untuk menaik keatas puncak Ciok-yong hong.
Setiba kembali dikuilnya, Jing-ling-cu memberi ganti sepasang pakaian kepada orang aneh itu, tapi sepatahpun masih orang itu tidak bersuara. Maka kini Jing-ling-cu mengerti mungkin orang sudah gendeng, kalau disuruh duduk, ia pun menurut, suruh berdiri, juga ia berdiri. Hanya ada beberapa hal, reaksinya ternyata amat tajam dan cepat.
Pertama ialah mukanya tidak mau dilihat orang, kedua, jika ada orang mendadak bersuara didepannya, maka seketika itupun ia melompat bangun dan sekaligus 7-8 jurus pukulan lihay dilontarkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari kedua, ketika Jing-ling-cu membawanya keruang
depan, mendadak seorang imam masuk memberi sesuatu
laporan, dan karena mendengar suara yang tiba2, kontan orang aneh itu melontarkan beberapa jurus serangan, tapi rupanya penglihatannya sudah tak ada, maka tungku batu didepan kuil itu kena dihantamnya hingga roboh !
Dan karena bingung oleh asal usul orang aneh itulah, maka Jing-ling-cu menyebarkan undangan kilat kepada para
sobatnya supaya mereka datang mengenalinya. lapun tahu diantara Thong-thian-sin-mo Jiau-pek-king dan Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin ada perselisihan paham, tapi jejak keduanya sudah menjelajahi seluruh negeri, terpaksa ia undang semuanya. Siapa tahu Thong-thian-sin-mo toh tidak datang, hanya mengirim murid perempuannya, yaitu si nona jahil Lou-Jun-yan untuk memenuhi undangan itu.
Begitulah setelah Jing-ling-cu tuturkan kisahnya, semua orang hanya saling pandang saja, mereka tetap tak
mengetahui siapakah gerangan orang aneh ini.
"Aku tahu," mendadak Lou Jun-yan mendahului, "orang ini pasti seorang kosen yang punya dendam kesumat aneh,
sebab itulah ia korbankan masa hidupnya untuk menyepi sambil melatih diri lebih tinggi didalam lembah dibawah jurang, boleh jadi ia hanya pura2 gendeng saja!"
"Ah, nona cilik tahu apa!" cela Tai-lik-kim-kong.
"Hm, kalau tiada aku, macam apa orang ini, belum tentu kalian bisa melihatnya," balas Jun-yan menjengek. "Hai, hidung kerbau, betul tidak kataku ?"
Yang berada disitu ada dua tosu atau imam, sedang kata2
"hidung kerbau" itu adalah sebutan yang tidak terhormat bagi kaum imam, cuma ia tunjukkan kepada Cu Hong-tin, maka Jing-ling-cu pun tidak ambil pusing. Sebaliknya karena lagak lagu si gadis itu, telah mengingatkan Cu Hong-tin pada sesuatu peristiwa yang dulu, maka sejak tadi ia mencoba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk bersabar, setelah diolok-olok berulang kali, kini ia menjadi murka, sekali bergerak, kebut pertapaannya segera menjengkit.
"Budak cilik, mungkin gurumu tak berani datang, maka kau yang disuruh datang kesini untuk menerima hajaranku ?"
bentaknya. Dasar watak Lou Jun-yan memang nakal, tapi lincah dan cerdik, pula bernyali besar, berkat nama besar suhunya, siapapun suka mengalah padanya, kedatangannya ke Hengsan kali ini justru atas suruhan sang guru, maka terhadap Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin, sedikitpun ia tak sungkan-sungkan.
Karena itu, segera ia balas memaki : "Hai, hidung kerbau, kata-katamu itu memang betul, suhu suruh aku kemari untuk mewakilinya menghajar kau, maka lekaslah kau turun kemari, biar aku gebuk kau tiga puluh kali dengan perisai besar si raksasa ini!" habis berkata ia tertawa terkikih-kikih.
Karena muka Cu Hong-tin merah padam seakan-akan
orang keselak tulang, seketika ia berbangkit hendak bertindak.
Baiknya tuan rumah, Jing-ling-cu keburu mencegahnya :
"Ah, apa guna Toyu sepandangan dengan kanak2 ?" setelah itu ia berpaling dan berkata pada Lou Jun-yan : "Sudahlah, nona, kaupun terlalu nakal!"
Baru saja selesai ucapannya, tiba2 dari belakang ruangan terdengar suara "blung" yang keras, menyusul mana kembali tiga kali "blung-blung-blung" yang maha dahsyat, seluruh isi kelenteng itu se-akan2 tergoncang oleh suara itu. Ketiga suara itu lebih keras dari yang pertama, malahan kembali disusul lagi sekali "blung" yang terlebih keras, seketika batu pasir berhamburan, tiga arca Sam-jing-cosu yang besar ditengah kuil itupun mendadak roboh, dari gugusan tembok sana satu orang melangkah keluar dengan tindakan lebar. Siapa lagi dia, kalau bukan si orang aneh itu !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyata cara keluarnya itu dengan menggunakan ilmu ngekang (tenaga keras) untuk menumbuk beberapa lapis tembok kuil itu.
Karena munculnya orang aneh ini secara mendadak, semua orang yang berada dipaseban kuil itu sangat terperanjat, seketika mereka menyingkir minggir.
Maka terlihatlah orang aneh itu telah menyingkap kain selubung kepalanya, dua biji matanya ternyata melolor keluar bagai ikan mas, tapi jelek luar biasa dan sudah buta berkedip-kedip pula mengitari paseban itu dengan perlahan, tampaknya seperti ingin sekali mengamat-amati seseorang yang berada disitu.
"Sobat tidak jadi mengaso, ada perlu apakah maka keluar lagi?" demikian Jing-ling-cu coba membujuk.
Diluar dugaannya, mendadak dari tenggorokan orang itu mengeluarkan suara gerungan kalap, kelima jarinya bagai kail terus mencengkeram kearah Jing-ling-cu.
Melihat serangan itu, sebagai kawan karib tuan rumah, Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong menjadi terkejut, dilihatnya serangan orang itu cepat luar biasa, dan pula Jing-ling-cu tanpa siap siaga, cepat ia mewakili bertindak, sepasang senjatanya "Hun-cui-go-bi-ji", yakni semacam cundrik (badik panjang berujung lancip) yang biasa dipakai kaum nelayan, ia tarik keluar terus menghadang dimuka Jing-ling-cu sambil gunakan tipu "siau-hu-kiat-khiang" atau sejodoh ikan selamat bahagia, kontan ia tusukkan dada orang aneh itu.
Tapi orang aneh itu mendadak berdiri tegak. Ujung cundrik yang gemerlapan itu berhenti di depan dadanya sekira satu-dua dim saja hingga tak sampai mengenai sasarannya.
Sebaliknya karena senjatanya sudah diulurkan sepenuhnya dan tidak mengenai sasaran, selagi Bok Siang-hiong hendak mengganti serangan tahu2 sesudah tertegun sejenak, orang itu terus baliki tangannya mencengkram, dan sebelum Bok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-hiong sempat menghindarkan diri, senjata "Hun-cui-go-bi-ji" sudah kena terbetot olehnya.
Senjata "Hu-cui-go-bi-ji" atau cundrik pemisah air yang dipakai Bok Siang-hiong ini terbikin dalam bentuk segi empat dan tajam tiada bandingan, tapi ketika dipegang oleh orang aneh itu dan ditarik kesamping, sesaat genggaman Bok Siang-hiong menjadi sakit tak tertahan dan tahu2 senjatanya sudah berpindah tangan. Dalam kagetnya cepat2 ia melompat
mundur. Sebaliknya meski orang itu berhasil merampas senjata orang, tapi tak urung tangannya juga terluka oleh mata Go-bi-ji yang tajam, namun seperti tak berasa sakit saja, tiba2
kedua tangannya menekuk, sepasang senjata andalan Tong-ting-hui-hi Bok Siong-hiong itu telah kena dipatahkan menjadi empat potong terus dibuang kelantai. Berbareng dari
tenggorokan si orang aneh mengeluarkan suara "kruk-kruk"
yang tak terhempas, mulutnya yang jelek, karena bibir atasnya sudah gerowak, menganga lebar, hingga terlihat kedua gusinya yang merah darah lantaran giginya sudah ompong seluruhnya, kesemuanya itu membikin orang2 yang memandangnya menjadi ngeri.
Dan kalau melihat gerak geriknya, agaknya orang itu
seperti hendak mengucapkan sesuatu, cuma tak mampu
bersuara, sebab itulah ia menjadi kelabakan sendiri.
Melihat macam orang yang menakutkan bagai setan itu, tapi tampaknya hendak mengucapkan sesuatu perkataan, Lou Jun-yan menjadi menaruh belas kasihan. Maka lantas
menegur : "He, apakah kau hendak menga.........."
Tapi belum lagi selesai pertanyaannya "mengatakan
sesuatu" diucapkan tiba2 dari tenggorokan orang itu mengeluarkan semacam suara siulan gembira, lalu kedua tangannya dipentang terus menubruk kearah si gadis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keruan Jun-yan menjerit kaget. Baiknya ilmu ginkangnya sudah terlatih sangat matang, sekali kakinya menutul dengan gerakan "Koan-im-seng-thian" atau Budha Koan-im naik ke langit, tubuhnya terus mencelat keatas dan menggunakan tangannya memegangi belandar paseban kuil itu, hingga tubuhnya bergantung di udara. Tak tersangka, tahu-tahu orang aneh itu seperti bayangan saja yang selalu mengikuti gerak tubuhnya, iapun ikut meloncat keatas terus meraup, tiba-tiba Jun-yan merasa kakinya terbetot, tapi syukur segera terlepas, kiranya sebuah sepatu yang terbuat dari kulit rusa itu telah lepas kena ditarik manusia aneh itu. Dalam kaget dan takutnya, cepat si gadispun melompat turun kesamping.
Orang aneh itu ternyata tidak memburunya lebih jauh, hanya sebelah sepatu si gadis itu dipeganginya kencang-kencang, sambil tiada hentinya ditempelkan kepipinya dengan lakunya yang lucu bagai sijejaka lagi bercumbu rayu dengan sang kekasih.
Melihat itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli :
"Hahaha, mungkin sekali orang ini berpenyakit gila
perempuan!"
"Ngaco-belo!" semprot Jun-yan dengan wajah merah jengah. Maklum seorang gadis remaja tidak layak
mendengarkan kata2 semacam itu.
Tapi karena suaranya itu, tiba2 orang aneh itu sisipkan sebelah sepatunya itu kedalam bajunya, lalu bagai anak panah terlepas dari busurnya, cepat sekali ia menubruk kearah si gadis sambil tangan dipentang.
Lekas-lekas Jun-yan berkelit kesamping hingga orang aneh itu menubruk tempat kosong, dan begitu seterusnya sampai dua-tiga kali luput menubruk sasarannya, namun masih tetap ia memburu kearah mana si gadis menyingkir dan menyusul menubruk lagi, hingga keduanya undak-undakan kian kemari mengitari ruangan sampai beberapa kali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika sekilas Jun-yan mengetahui sikap Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang lagi senang2 lantaran menyaksikan dirinya diuber orang aneh itu, tiba-tiba iapun mendapatkan akal, cepat ia berkelit dari tubrukan si orang aneh dan mengumpet kebelakang tubuh Cu Hong-tin sembari mengeluarkan suara tertawa terkikih-kikih untuk memancing datangnya si orang aneh itu.
Dan aneh juga, entah mengapa, asal mendengar suara si gadis, pasti orang aneh itu pentang mulut mengeluarkan suara
"ah-ah-ah" yang tak jelas terus menubruk kearahnya. Sekali ini pun tidak terkecuali, kontan ia menubruk lagi ketika mendengar suara tawa si gadis, dan sudah tentu yang
pertama-tama harus menghadapinya adalah Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang dibuat tameng.
Cu Hong-tin tadi sudah merasakan betapa lihaynya orang aneh itu, keruan ia sangat terkejut oleh tubrukan itu, lekas-lekas ia mengegos kesamping, namun Lou Jun yan juga terus menempel disebelahnya sambil tertawa pula, hingga tentu saja diuber lagi oleh si orang aneh.
Setelah berkelit beberapa kali masih terus diudak saja, akhirnya Cu Hong-tin menjadi kalap. Sekali kebutnya
mengebas, bulu kuda kebut itu mekar bagai berdiri, dengan gerak serangan "hun-hoa-hut-liu" atau menebar bunga mengebut pohon liu, segera ia menyabet kedada orang aneh itu.
Diwaktu mengubar Lou Jun-yan, kedua tangan orang aneh itu selalu dipentang lebar2 se-akan2 hendak merangkul si gadis kepelukannya.
Dalam sikap demikian, dengan sendirinya dadanya menjadi terbuka tidak terjaga. Maka serangan Cu Hong-tin itu boleh dikata dapat "makanan empuk", apalagi bulu kebutnya itu hanya satu perempat terbuat dari bulu kuda, sedang tiga perempat lainnya adalah benang emas putih yang sangat lembut, bahkan pada tiap2 ujung benang emas itu berkait
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil. Senjata ini adalah dahulu dimasa mudanya ia berkelana ke daerah barat, dimana ia dapat menawan dua orang pandai emas, ia tutup mereka didalam suatu kamar dan paksa
mereka selama tujuh bulan untuk membuatkan benang emas berkait dari bulu kebut itu. Dikalangan kang-ouw, kebutannya itu terkenal dengan nama "siau-yau-kek-lok-hut" atau kebut pesiar kesorga.
Nama itu diambil oleh karena ilmu permainan kebutnya yang berjumlah tiga puluh enam jurus itu disebut "Kek-lok-hut-hoat" atau ilmu kebut riang gembira, setiap jurus mempunyai nama yang indah. Pula dengan kebutnya itu entah sudah berapa banyak korbannya yang sudah dikirim ke
sorgaloka. Begitulah, sebab kebutnya cepat lagi ganas, dan orang aneh itu justru menubruk kedepan, maka telah kena disabet.
Tapi orang aneh itu pun amat sigapnya, cepat sebelah tangannya membalik hendak menangkap ekor kebut lawan.
Namun Cu Hong-tin sudah sempat menarik kembali
senjatanya, bahkan berbareng sikunya digunakan untuk menyikut Lou Jun-yan yang berada dibelakangnya, malahan kebutnya yang ujung benangnya berkait itu terus dikebaskan pula buat menyerempet si orang aneh itu. sekali gerakan dua serangan yang amat lihay.
Sebaliknya karena tahu dirinya hendak disikut, cepat Jun-yan melompat pergi, sedang orang aneh itupun berusaha hendak bungkukan tubuhnya menghindarkan serangan,
namun demikian, dimana kebut Cu Hong-tin menyamber,
terdengarlah suara "bret", kain baju dibagian dada orang aneh tetap tersobek sebagian besar, hingga tulang iganya yang menonjol bagai jeruji pagar itu tampak jelas.
Sementara itu karena serangannya berhasil, hati Cu Hong-tin menjadi besar, mendadak kebutnya ia sentak, tahu2 bulu kebut itu menjengkit terkumpul menjadi satu hingga ujungnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lancip itu ditutukan kearah "Jin-tiong-hiat" dijidat si orang aneh.
Tipu serangan itu terkenal dengan nama "gwa-ho-seng-
thian" atau menumpang bangau menjulang kelangit, cepat lagi ganas luar biasa.
Tapi sama sekali orang itu tidak berkelit, tanpa menggeser tubuh, tahu-tahu badannya menyondong kebelakang


Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan ilmu "tiat-pan-kio" atau jembatan papan besi yang maha hebat.
Dan pada saat itu Cu Hong-tin hendak ayunkan kebutnya terus, mendadak ia sendiri menjerit kaget, kebutnya yang sudah dikebaskan itu ia tarik kembali mentah-mentah, habis itu ia maIah terhuyung2 mundur kebelakang dengan muka pucat lesi dan sinar matanya nyata sekali menunjukkan rasa ketakutan.
Tadi waktu orang aneh itu mengeluarkan kepandaian "tiat-pan-ko", oleh Jing-ling-cu, Tong Po dan kawan-kawannya dapat melihat dengan jelas bahwa kedua tangannya menurun kebawah tanpa mengadakan pembelaan diri sedikitpun, tapi kenapa mendadak Cu Hong-tin malah terhuyung-huyung
mundur dengan wajah ketakutan "
"Ada apakah, Cu-heng" Kau tidak apa-apa, bukan ?"
demikian sebagai kawan mereka lantas menanya.
Namun Cu Hong-tin tidak menjawab, bahkan terus putar tubuh dan melangkah keluar kelenteng, hingga sekejap saja orangnya sudah pergi jauh.
"Hai, hai, hidung kerbau, utangmu 30 kali gaplokan tadi masih belum kulakukan!" segera Jun-yan ber-teriak2.
Tapi tahu bila dengar suaranya itu, tentu si orang aneh akan menubruknya lagi, maka segera iapun menggeser
tubuhnya terus mengumpet dibelakangnya Jing-ling-cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itulah tubuh si orang aneh telah membal keatas, lalu tancap kaki kembali kebawah, dan pada saat yang sama, Jun-yan juga sudah berdiri tegak dibelakang pelindungannya. Ia lihat orang aneh itu tengak-tengok kesana kemari sambil kepalanya meleng-meleng seperti ingin mendengarkan
sesuatu. Maka tahulah kini semua orang dengan pasti bahwa kedua mata orang aneh itu memang sudah buta, cuma anehnya
sebab apakah selalu Lou Jun-yan yang di-uber2 saja " Dan dari sebab itu juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tadi dengan menggunakan ilmu ngekang yang dahsyat menerobos beberapa lapis tembok kuil dari belakang kedepan, nyata tujuannya juga disebabkan mendengar suara tertawa si gadis yang terkikih-kikih tadi.
Maka sambil menghalang-halangi Jun-yan, sebelah tangan Jing-ling-cu berjaga-jaga didepan dada, lalu dengan sungguh2
dan jujur ia berkata : "Sobat, sebenarnya siapakah kau ini "
Kenapa tak mau kau berterus terang " Kami sekali-kali tiada bermusuhan, hal ini harap kau jangan kuatir!"
Namun orang itu tetap membisu, kepalanya meleng dan
termangu-mangu sejenak, habis itu, kedua tangannya
memegang mukanya, sesaat kemudian, tiba-tiba ia
menengadah sembari bersuara pilu, lalu secepat kilat tubuhnya melesat keluar pintu.
"Hai," seru Jun-yan tiba-tiba, "jangan kau pergi, aku ingin bertanya dulu padamu!"
Begitu cepat cara tubuh orang aneh itu melesat pergi, tapi aneh, demi mendengar suara teriakan Jun-yan, di mana angin berkesiur, tahu2 orangnya melesat balik, dan kedua
tangannya terus me-rangsang2 dengan samberan angin yang keras.
Sungguh tak terduga oleh Lou Jun-yan bahwa orang bisa mencelat balik secara begitu cepat, hingga hampir saja ia kena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangkap, untung ilmu entengi tubuh yang dipelajari dari sang guru tidak mengecewakan, dalam gugupnya, ia masih sempat mengegos kesamping Jing-ling-cu sembari sedikit menarik lengan orang.
Tapi karena tak ber-jaga2 lantaran tarikan itu, Jing-ling-cu kena diseret maju selangkah hingga se-akan2 memapaki si orang aneh, pada saat mana kelima jarinya yang bagai cakar sedang mencengkeram ke bawah.
"Hihihi, maaf, Jing-ling-Totiang!" Jun-yan terkikih-kikih senang. Nyata ia anggap kejahilannya itu sebagai lelucon.
Tentu saja Jing-ling-cu yang serba berabe, lekas2 ia gunakan kepandaiannya yang gesit untuk menghindarkan cengkraman si orang aneh, lalu ia pelototi si gadis yang nakal itu.
"Hahaha, budak ini benar2 telah menurunkan segala
kelicinan gurunya!" seru Tai-lik-kim-kong terbahak-bahak.
"Emangnya aku muridnya suhu!" sahut Jun-yan tertawa.
Karena suaranya itu, kembali orang aneh itu menubruk kearahnya meninggalkan Jing-ling-cu. Tapi Jun-yan sudah bersiap-siap, segera ia melompat pergi, cuma sekali ini tidak kebelakangnya Jing-ling-cu, melainkan kesampingnya Tai-lik-kim-kong Tong Po.
Tong Po, simalaikat bertangan raksasa itu, memangnya seorang polos, ia anggap kelakuan si gadis itu licin menarik, sama sekali tak terpikir olehnya bahwa selama belajar silat pada Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, sampai-sampai kesukaan menggoda orang dari gembong persilatan itupun sudah diwarisi si gadis.
Lebih jail lagi, meski tahu betapa lihaynya setiap gerakan orang aneh itu, namun gadis nakal itu ternyata tidak ambil perduli, ketika ia berkelit kesamping Tai-lik-kim-kong, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berterak : "Aku tak ingin hidup lagi!" dan kepalanya terus menumbuk keperisai baja Tong Po yang besar itu.
Keruan si "raksasa" itu kena dikejutkan, lekas-lekas ia angkat senjatanya itu kesamping, tapi sebab inilah ia telah kena diakali si gadis, ketika secara gesit tubuhnya mendekati Tong Po mendadak jarinya yang lentik itu terus menjojoh kesamping iga tempat "Thian-coan-hiat".
Dengan kepandaian ngekang yang dilatihnya hingga pada tingkat tertinggi itu, sekali ia himpun tenaganya, 72 tempat hiat-to atau jalan darah seluruh tubuhnya seketika tertutup semua, maka tak nanti Tong Po takut ditutuk si gadis. Cuma celakanya pada saat itu juga tiba-tiba terdengar Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong telah berteriak: "Awas, Tong-heng!"
Berbareng itu dari belakang terasa angin keras menyambar datang, ia tahu tentu si orang aneh yang sedang
menyerangnya sebab hendak menubruk Lou Jun-yan.
-o0o-dwkz-hendra-o0o-
Jilid 2 TADI perisainya yang hendak digunakan buat
mengemplang orang aneh itu telah kena disengkelit hingga senjatanya itu mencelat ke angkasa, maka ia sudah cukup kenal akan lihaynya orang aneh itu, segera ia bermaksud memutar tubuh untuk menghalau serangan.
Tapi pada saat itu pula, tutukan Jun-yan sudah tiba, meski jalan darahnya tidak sampai tertutup hingga badannya kaku, tapi tempat "thian-coan-hiat" yang tertutuk itu terasa kesemutan juga. Ia berseru tertahan, habis itu, cepat tangan kiri menahan kebawah, lalu sebelah tangan lain lantas hendak disodokan.
Tatkala mana si orang aneh itu lagi menguber Jun-yan menuruti suaranya, tapi karena gadis itu masih berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibelakang Tong Po, maka rangsangan si orang aneh menjadi seperti ditujukan kepada Tong Po.
Melihat raksasa bertenaga sakti itu lagi sibuk melayani Jun-yan, lekas2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong turun tangan menolong, mereka melompat maju dari kanan kiri terus menangkis keatas hingga kedua orang merasa ditumbuk oleh suatu tenaga yang maha besar, cuma tenaga itu lunak kuat, beda sekali dengan angin pukulannya yang keras.
Sebagai ahli, Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong saling pandang dengan ter-heran2 oleh ilmu kepandaian orang aneh itu, bukan saja segala macam ilmu silat dipahaminya, bahkan ilmu Iwekang dari berbagai cabang pun dimahirinya. Mereka tak berani ayal, masing-masing segera balas menyerang sejurus.
Melihat kedua kawannya sudah turun tangan
membantunya, Tong Po menjadi lega.
Sebaliknya Lou Jun-yan benar2 gadis jail, ketika jarinya dapat menutuk tubuh Tong Po dan merasa badan orang keras bagai baja hingga jarinya sendiri yang kesakitan, mendadak dari menutuk ia ubah menjadi mencengkeram, tiba2 ia
mencengkeram tepat sekali dibawah iga Tai-lik-kim-kong Tong Po.
Keruan mendadak Tong Po menjadi geli, tak tertahan lagi ia bergelak tertawa. Dan yang menjadi heran adalah Jing-lingcu dan Bok Siang hiong, mereka tak mengerti sebab apa tiba2
Tong Po ketawa terpingkal-pingkal.
Sementara itu Jun-yan sudah melompat minggir, dengan tepuk tangan ia berkata sambil tertawa : "Hihi, ternyata Tai-lik-kim-kong seorang yang takut bini!"
Kiranya menurut dongeng rakyat, katanya orang yang
merasa geli bila dikitik2 iganya, maka orang itu tentu takut pada bininya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini dikatai takut bini oleh Lou Jun-yan, seketika muka Tai-lik-kim-kong menjadi merah, ia ber-kaok2 lucu : "Budak cilik, biar kuhajar kau !"
"Ai, jangan galak2!" goda Jun-yan sembari lelet2 lidahnya.
Lalu katanya pula : "Jing-ling Totiang, Bok-locianpwe, dan Tai-lik-kim-kong yang takut bini, karena disini tiada urusan lagi, sekarang juga aku hendak pergi!"
Melihat si gadis akan mengeloyor pergi begitu saja, tentu saja Tong Po masih penasaran. Sekali tubuhnya melesat, bagai malaikat penjaga pintu saja, tiba2 tubuhnya yang besar sudah menghadang diambang pintu.
Namun Jun-yan hanya tersenyum, tahu2 kakinya menutul perlahan, mendadak tubuhnya mencelat keatas. Ternyata ia tidak perlu menembusi rintangan Tia-lik-kim kong itu, tapi terus menerobos keluar kelenteng melalui lubang atap yang jebol oleh perisainya tadi.
Melihat itu, Tong Po menjadi melongo, tapi segera ia hendak mengejar keluar. Namun Jing-ling-cu keburu
melerainya: "Sudahlah, Tong-heng, buat apa kau mesti gusar pada seorang anak dara ?"
"Tapi tidak pantas ia bilang aku takut bini !" sahut Tong Po masih penasaran.
Mendengar itu, diam2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong menahan rasa geli mereka.
Kiranya istri Tai-lik-kim-kong Tong Po juga seorang
pendekar wanita yang dikenal orang sebagai Thay-jing-siancu, she Cio bernama Ham, asalnya adalah sumoay atau adik seperguruan Tong Po sendiri. Dalam hal ilmu silat, Tong Po ada sedikit lebih rendah, maka memang rada2 takut pada sang istri, hal ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang kangouw. Pantas kalau ia marah2 dikatai takut bini, sebab tepat kena boroknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sesudah dihibur Jing-ling-cu, perlahan-lahan rasa gusarnya Tai-lik-kim-kong pun menjadi reda.
Heran juga, seperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2, matanya yang buta tiada hentinya mengerling. Bedanya tadi ia terus mengubar jejaknya si gadis, adapun sekarang orangnya berdiri tegak bagaikan patung.
Melihat keadaan orang, Jing-ling-cu menghela napas
kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: "Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita.
Cuma sayang ia sudah buta, pula bisu, boleh jadi dimasa dulu hatinya pernah kena pukulan yang hebat sehingga tindak-tanduknya menjadi abnormal. Untuk selanjutnya diharap kalian mengingat akan sesama orang persilatan sukalah meng-amat2i dan mencari tahu siapakah gerangan dia ini serta adakah sanak pamilinya. Adapun kini terpaksa biarkan dia tinggal sementara dikelentingku ini !"
Habis berkata, lalu ia mendekati orang aneh itu. Tak terduga, tiba-tiba dilihatnya pada pipi orang aneh yang jelek itu sedikit basah, nyata air matanya sudah meleleh. Hati Jingling-cu tergerak, diam2 ia menduga pasti dimasa yang lalu orang aneh ini tentu mengalami sesuatu peristiwa yang amat menyakiti hati dan menggetarkan sukma.
Cuma sayang, keadaan orang aneh ini kini dalam keadaan tidak waras hingga susah untuk ditanya. Yang mencurigakan ialah kejadian tadi sebab apakah mendadak Siau-yau-ih-su menjerit kaget, lalu berlari pergi begitu saja " Dan mengapa bila mendengar suara si gadis, Lou Jun-yan, lantas mengubar terus " Apakah mungkin dengan kedua orang tersebut
belakangan ini memang pernah ada hubungannya "
Dasar watak Jing-ling-cu memang simpatik, ia pikir orang aneh itu ia sendiri yang ketemukan, maka urusan apa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyangkut diri orang aneh itu, sudahlah pasti ia takkan bisa tinggal diam.
Maka kembali ia tutup muka orang dengan kain selubung hitam tadi dan katanya ramah : "Sobat, marilah kembali kekamar mengaso dulu !"
Orang itu tetap diam saja, maka Jing-ling cu lantas menarik tangannya dan dibawa masuk keruangan belakang.
Besok paginya sesudah Tong Po dan Bok Siang-hiong
memohon diri pulang kekediamannya masing2, dalam
keadaan seorang diri Jing-ling-cu terus memikirkan teka-teki yang menyelubungi diri orang aneh itu. Tiba2 ia menjadi ingat, kalau tak bisa buka suara, bukankah dapat menulis, dan kenapa kemarin tidak diberikan pena dan kertas suruh menulis jawaban apa yang ditanyakan itu " Diam2 Jing-ling-cu mengomeli dirinya sendiri yang kenapa begitu goblok hingga tidak ingat akan akal ini. Maka lekas2 ia mendatangi kamar si orang aneh.
Tapi ia kecele, sebab orang itu ternyata telah tiada di kamarnya lagi. Kalau melihat bantal dan selimut yang masih baik2 berada diatas ranjang, nyata sekali semalam sama sekali orang aneh itu tidak tidur disitu, dan sejak kapan orangnya menghilangpun susah diketahui.
Karena kejadian ini, hati Jing-ling-cu menjadi murung, tapi apa daya "
Dalam pada itu, mengenai diri Lou Jun-yan sejak
meninggalkan kuil Lo seng-tian, ditengah jalan teringat olehnya kejadian dikelenteng itu, dimana ia telah menggoda habis2an beberapa tokoh angkatan tua, diam2 ia merasa geli sendiri dan saking senangnya, sepanjang jalan ia
bersenandung per-lahan2 sembari memainkan tetumbuhan bunga hutan di tepi jalan, terus turun ke bawah gunung.
Setibanya dibawah puncak gunung, gadis ini menjadi
ragu2, apakah begitu saja terus pulang kerumah " Biasanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang guru teramat keras mengawasi dirinya, kalau bukan undangan Jing-ling-cu dan sang guru enggan turun gunung, boleh jadi hingga kini ia masih tetap dikeram, kini dirinya berada sejauh ribuan li dari gurunya, tentu orang tua itu takkan tahu urusan disini ternyata begitu cepat sudah selesai "
Dan kesempatan ini mengapa tak dipergunakannya untuk pesiar dikalangan kang-ouw "
Setelah ambil ketetapan itu, hati si gadis makin gembira.
Terus saja ia melanjutkan perjalanan buat tinggalkan pegunungan Heng-san itu.
Tak terduga, karena terlalu sedikit pengalaman, dan pula Lam-gak Heng-san ini baru pertama kali ia kunjungi, jalan pegunungan ber-liku2, bilak-biluk, meski ia sudah ber-putar2
hingga hari hampir magrib, masih juga belum keluar dari tanah pegunungan itu.
Jun-yan menjadi gugup, akhirnya ia pikir2 jangan2 malam ini harus tidur dialas pegunungan terbuka. Dalam kesalnya ia duduk diatas satu batu ditepi jalan untuk mengaso.
Tiba2 dilihatnya dari jauh ada beberapa orang yang
mendatangi, sesudah dekat, ternyata mereka adalah beberapa tukang pencari kayu. Dalam girangnya Jun-yan terlompat bangun serta berseru : "Numpang tanya, toako tukang kayu kangzusi.com !" sembari berkata, segera iapun memapak maju.
Siapa tahu, baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa dibelakangnya ada berkesiur angin yang sangat perlahan, seakan2 ada seseorang yang mengintil dibelakangnya.
Gerak-gerik Jun-yan memang sangat gesit dan cekatan, ketika berasa begitu, tanpa berpaling lagi, se-konyong2 ia baliki tangannya terus meraup kebelakang. Tapi ternyata ia hanya meraup angin belaka, ketika ia menoleh, yang
tertampak hanya cuaca remang2 tanpa suatu bayanganpun. la
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi heran dan melengak, tapi segera ia meneruskan niatnya memapak beberapa tukang kayu tadi.
Sudah tentu para tukang kayu itu terheran-heran ketika mendadak melihat seorang gadis jelita muncul ditengah-tengah alas pegunungan yang sunyi itu. Tadinya mereka menyangka jangan-jangan dewi kayangan yang turun kebumi.
Sesudah mendengar pertanyaan si gadis tentang jalan turun kebawah gunung, lalu dengan sangat sopannya mereka
memberitahukan dengan jelasnya.
Dengan riangnya Jun-yan mengucapkan terima kasih lalu berlari-lari lagi kejurusan yang ditunjuk, tapi sesudah beberapa puluh tombak jauhnya, kembali ia merasa angin silir berkesiur lagi dibelakangnya.
Tatkala hari itu sudah mulai gelap, cuma sang dewi malam belum menampakan diri. Kembali hati si gadis terkejut, diam2
ia memikir, apakah mungkin ada setan alas yang sedang mengintil dibelakangnya.
Ketika ia coba menghentikan langkahnya, tahu2 angin silir dibelakangnyapun lenyap. Maka yakin sudah si gadis, pasti ada orang yang selalu mengintil, tapi bila ia mendadak menoleh toh tiada sesuatu bayangan yang terlihat olehnya"
Dalam keadaan seorang diri di-tengah2 alas pegunungan, dan pula dimalam yang kini sudah gelap, sungguhpun nyali si gadis cukup tabah, tak urung ia merasa mengkirik. Segera ia tarik senjatanya "Ah-jui-bian" atau pecut mulut bebek, ia siapkan ditangan untuk menjaga segala kemungkinan.
Pecut ini adalah senjata andalan gurunya, Thong-thian-sin-mo Jiau-Pek-king diwaktu mulai berkecimpung didunia kangouw. Meski nama senjata itu lucu kedengarannya, tapi sebenarnya adalah sesuatu genggaman yang liehay dan
jarang dilihat. Panjang pecut itu kira2 tujuh kaki, besarnya seperti jari dan terbagi dalam ruas2 yang terbikin dari baja yang tajam sekali. Di ujung pecut itu terdapat pula dua potong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelat baja yang tipis tajam, letak kelihayannya justru pada kedua pelat baja ini, kalau diputarkan, ke dua pelat ini bisa buka-tutup hingga mirip mulut bebek.
Begitulah, Jun-yan siapkan pecutnya ini di tangan terus melanjutkan perjalanan dengan cepat. Beberapa kali terasa angin berkesiur lagi dibelakangnya, segera pecutnya ia sabetkan, tapi selalu mengenai tempat kosong. Dengan sendirinya hatinya menjadi semakin heran.
Tidak antara lama, sesudah rembulan lambat laun meninggi disebelah belakangnya serta memancarkan sinarnya yang indah, diam2 Jun-yan bergirang. Tapi ketika ia memandang kebawah, ia menjadi terperanjat tidak kepalang.
Kiranya di bawah sorot sinar bulan yang terang, kecuali bayangan tubuhnya yang tertampak memanjang kedepan
ditengah pegunungan itu, terdapat pula satu bayangan orang lain yang lebih jangkung dari dirinya, kalau melihat jaraknya, orang itu terang selalu mengintil dalam jarak tiada 4-5 kaki dari belakangnya.
Memangnya sejak tadi Jun-yan curiga ada orang yang
mengintil dibelakangnya hingga menerbitkan berkesiurnya angin, tapi beberapa kali ia berpaling atau menyabet dengan pecutnya, toh selalu nihil tiada sesuatu yang dilihatnya. Kini kalau bukan dia berjalan dengan memungkiri bulan hingga bayangannya tersorot kedepan, boleh jadi ia belum berani yakin kalau berkesiurnya angin itu dijangkitkan oleh orang.
Dalam kagetnya, hati Jun-yan benar2 dek-dekan, ia
menduga orang mungkin sudah lama mengintil, maka betapa hebat ilmu entengi tubuh orang itu, sungguh susah
dibayangkan. Cuma anehnya, mustahil orang itu belum insyaf kalau bayangan tubuhnya yang tersorot sinar bulan itu kini sudah dapat diketahui"
Ketika per-lahan2 Jun-yan sengaja melangkah dua tindak kedepan, tahu-tahu bayangan orang itupun bertindak dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
langkah. Bila ia berlari, bayangan itupun ikut berlari, hingga mirip seperti bayangan sendiri saja.
Sembari berjalan, diam-diam Jun-yan menimang-nimang, ia pikir orang mungkin tiada maksud jahat, sebab kalau punya tujuan jahat pada sebelum bayangannya diketahui, sejak tadi-tadi sudah turun tangan. Boleh jadi orang ini adalah Bu-lim Cianpwe atau angkatan tua dari dunia persilatan yang kenal akan kenakalannya maka sengaja hendak bergurau padanya.
Memikir akan itu, diam2 Jun-yan geli sendiri, sebab besar kemungkinan malah suhunya sendiri yang telah turun gunung dan menggoda padanya.
Diam2 ia himpun tenaganya, ia siapkan pecutnya baik2, suatu ketika, mendadak ia putar tubuh, terus menyabet ber-runtun2 tiga kali.
Cara menyerangnya itu cepat luar biasa, tapi gerak tubuh orang yang dibelakangnya itu ternyata jauh lebih cepat lagi, hingga tiga kali sabetannya mengenai tempat kosong semua.
Cuma ada hasilnya juga, sebab ia sudah pusatkan perhatian, maka sekilas dapat dilihat oleh Jun-yan, dibawah sinar bulan ada satu orang secepat angin telah melesat pergi terus menyelusup masuk kedalam rimba yang berdekatan.
"Ha, masih lari " Sudah kepergok, kau mau sembunyi
kemana ?" teriak Jun-yan. Dan sambil mengangkat pecutnya, segera ia mengejar.
Sesudah menyusur rimba, ia ber-teriak2 lagi memaki
dengan maksud memancing keluar orang itu, tapi pohon2
rimba itu jarang2 saja tidak terlalu rindang, hingga keadaan sekitarnya cukup terlihat jelas, sunyi senyap saja tiada seorangpun.
Tanpa terasa bulu roma si gadis berdiri, diam2 ia
membatin, apakah mungkin setan atau genderuwo yang lagi menggodanya " la coba tenangkan diri, lalu duduk dibawah satu pohon besar sambil meng-amat2i keadaan sekitarnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapi benar2 tiada suatu bayanganpun yang terlihat, ketika ia menengadah, sinar bulan yang putih jernih menembus rimba yang jarang itu hingga suasana malam itu tenang2 aman.
Selagi Jun-yan tengak-tengok kesana kemari, tiba2
dilihatnya diatas sebatang dahan pohon yang tumbuh miring, coraknya agak aneh. Ketika ditegasi, ternyata bukan dahan pohon, tapi kain baju yang ber-goyang2, terang seorang manusia terpantek miring dibatang pohon besar itu dengan ilmu kepandaian "lip te-seng-kin" atau berdiri ditanah tumbuh akar, semacam ilmu yang memberatkan tubuh yang pernah didengar tapi belum pernah dilihatnya.
Ilmu "lip-te-seng-kin" itu adalah kepandaian tunggal kaum Khong-tong-pay. Yang melatih ilmu ini, kalau Iwekangnya belum punya dasar yang kuat, tak nanti bisa berhasil. Kalau begitu, apakah mungkin orang ini adalah Li Pong, Ciang-bunjin atau ketua dari Khong-tong-pay yang berjuluk Liok-hap-tong-cu itu "
Li Pong itu di waktu berusia tujuh belas tahun, ilmu silatnya sudah menjagoi sesama saudara seperguruannya, dengan liok-hap-to-hoat dari Khong-tong-pay mereka, sekaligus ia telah kalahkan tiga puluh lima saudara perguruannya hingga diangkat sebagai ketua. Sebab itulah orang kang-ouw
menyebutnya "Liok-hap-tong-cu" atau sibocah pemain Liok-hap-to. Kini meski usianya sudah lanjut, tapi julukan muda itu masih belum terhapuskan.
Jun-yan pikir Li Pong adalah kawan sehidup semati
gurunya, Jiau Pek-king, biasanya suka menggoda dan
bergurau padanya. Maka ia menduga orang ini pasti Li Pong adanya.
Hatinya menjadi lega, dengan ketawa-ketawa segera ia menegur : "Hayo, Li-sioksiok (paman Li), sudah dapat kukenali, kenapa masih kau pura2 tidak tahu disitu " Lekaslah turun ke mari, ajarkanlah padaku ilmu golokmu Liok-hap-to-hoat. Bila tidak nanti aku akan siarkan kau seorang tua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja menindas yang muda, coba bagaimana kau akan
membela diri ?" habis berkata lalu iapun berdiri.
Dan ketika ia mendongak pula sambil berkata dengan
ketawa: "Nah, Li........" belum lagi sioksiok diucapkan tiba2 ia merasa mukanya seperti teraling-aling sesuatu nyata itulah muka seorang yang jelek dan menyeramkan luar biasa yang hampir-hampir menempel dengan mukanya, maka teranglah bahwa orang itu sekali-kali bukan Liok-hap-tong-cu Li Pong yang disangkanya, tapi adalah si orang aneh yang dilihatnya dikelenteng Lo-seng-tian siang tadi.
Kiranya tadi tubuh orang aneh itu "terpantek" miring keatas dibatang pohon, tapi kemudian menggantung kebawah,
hingga mukanya hampir2 berciuman dengan mukanya Jun-yan ketika si gadis berdiri.
Sesaat itu, saking kagetnya napas Jun-yan seakan-akan sesak, ia terhuyung-huyung mundur beberapa tindak.
"Kau......kau sebenarnya........siapa?" tanyanya kemudian dengan suara gemetar.
Mendadak matanya menjadi burem, tahu-tahu orang itu
telah melayang turun kedua tangannya terpentang terus melangkah maju se-akan2 Jun-yan hendak dirangkul kedalam pelukannya.
Dalam kagetnya Jun-yan menjerit tajam sembari melompat mundur. Mendengar suara jeritan si gadis, mendadak orang aneh itu berhenti tak jadi maju, kedua tangannya pun diluruskan kebawah lagi, hanya dari tenggorokannya
terdengar berkeruyukan, mulut dengan bibirnya yang sudah tak utuh lagi itu ternganga dan mengeluarkan semacam suara yang menakutkan dan menggetarkan sukma.
Mendengar orang mengandung rasa pilu, tapi penasaran dan benci, seperti orang yang telah dianiaya musuh, tapi dendam sedalam lautan itu tak berdaya dibalas. Maka meski suaranya tadi begitu menyeramkan, dari takut tiba-tiba timbul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa simpatik si gadis terhadap diri orang aneh itu. Jun-yan coba mengamati-amati perawakan dan bentuk wajah orang, tapi tiada sesuatu yang mirip Li Pong, diantara anak murid Khong-tong-pay juga tidak sedikit yang dikenalnya dan tiada seorangpun yang berwajah begini, sebaliknya kepandaian "lip-le-seng-kin" yang ditunjukkan si orang aneh ini tadi justru adalah ilmu tunggal golongan Khong-tong-pay yang tak mungkin diajarkan pada orang luar.
Diam-diam Jun-yan menimang-nimang meski orang aneh
tiada maksud jahat, tapi ketika di Lo-seng-tian selalu mengejar saja pada dirinya, sesudah ia tinggalkan kelenteng itu masih terus orang mengintil. Dengan siapapun boleh berkawan, tetapi masa harus berkawan dengan seorang aneh seperti setan ini" Tidakkah jalan paling selamat ialah : kabur "
Karena itu segera ia pura2 membentak: "Hai, apakah kau ini orang Khong-tong-pay " Berani kau menggoda aku
ditengah jalan, jika aku laporkan pada Ciangbunjin dari Khong-tong-pay, Liok-hap-tong-cu Li Pong, pasti takkan menguntungkan kau!"
Cara Jun-yan berkata ini sengaja ia keraskan suaranya, sebab ia insyaf, sedikit saja ia menggeser pergi, betapapun gesitnya, pasti orang aneh itu dapat menyusulnya. Maka semakin berkata semakin keras suaranya, sedang kakinya terus menggeser kebelakang. Ketika selesai ia berkata, sementara itu ia sudah berada sejauh 4-5 tombak dari orang aneh itu.
Betul juga, orang aneh itu masih berdiri terpaku
ditempatnya, hanya kepalanya miringi, rupanya sedang pasang kuping buat mendengarkan. Diam-diam Jun-yan
sangat girang, lebih pasti lagi dugaannya bahwa orang aneh tentu seorang buta, asal ia menahan napas dan tidak
menerbitkan suara, pasti orang takkan dapat mencari
jejaknya. Ia pikir mundur lagi sedikit jauh, lalu berdiam diri untuk melihat bagaimana reaksi orang aneh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak terduga ada lebih baik kalau ia tidak mundur lagi, tapi baru mundur selangkah, tahu-tahu tubuhnya telah menubruk kedalam pangkuan seseorang.
Kagetnya Jun-yan kali ini ber-tambah2, tanpa pikir lagi telapak tangan kirinya ia tamparkan kebelakang. Dalam keadaan tubuh menempel, semestinya tamparan ini tentu kena sasarannya, siapa duga, baru saja tangannya diayun, tahu-tahu pergelangan tangannya malah terasa kesemutan, kiranya sudah kena ditangkap orang dibelakangnya itu.
Jun-yan jadi mengeluh, ia tak berani berteriak, karena kuatir diketahui orang aneh itu hingga soalnya semakin bertele-tele. Dalam gugupnya ia ayun pecutnya yang berujung mulut bebek itu kebelakang dengan tipu "hwe-jui-tiok-le" atau membalik mulut mematok keong.
Tapi sial baginya, sebelum sabetannya mengenai
sasarannya, tahu-tahu "jiok-tek-hiat" di sikutnya terasa kesemutan, genggamannya menjadi kendor, dan senjatanya sudah pindah ketangan orang.
Dahulu ketika Jun-yan mempelajari ilmu pecut itu, pernah gurunya Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king berpesan:"Dengan ilmu pecut lain dari pada yang lain ini, betapapun musuh takkan dapat merampas senjatamu ini, tetapi bila sampai pecutmu ini kena direbut, maka terang kau sudah kecundang, tak perduli lawan seorang sepele saja, jangan lagi kau menempur terus, jalan paling selamat ialah lari. Baiknya gurumu ini bukan seorang ksatria atau laki2 sejati, lebih2
bukan manusia yang suka cari nama, maka kau larikan diri rasanya juga tidak merosotkan pamor gurumu ini!"
Pesan itu selamanya diingat baik-baik oleh Jun-yan. Kini melihat pecutnya benar2 kena dirampas orang, segera ia bermaksud kabur. Namun pergelangan tangan kirinya kena dipegang musuh, mana bisa lari begitu saja "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam gugupnya ia me-ronta2 sembari melirik tangan
musuh yang memegangi tangannya itu, dan diluar dugaan, demi nampak tangan orang, dari keringat dingin yang tadinya sudah membasahi tubuhnya itu, kini ia malah menjadi lega.
Kiranya tangan orang yang memegangnya itu ternyata
berjari gemuk-gemuk dan merah seperti diwanter kuku
jarinya, panjang lebih dua senti hingga mengeluarkan cahaya mengkilap, siapa lagi dia kalau bukan telapak tangan Cu-seng-cian atau tangan merah Cu-se yang dikenalinya sebagai tangannya Liok-hap-tong-cu Li Pong.
Saking girangnya, segera iapun mengomel : "He, Li-
sioksiok, kenapa kau sengaja bikin kaget padaku ?"
Maka terdengarlah orang yang dibelakangnya itu ketawa terbahak-bahak sembari kendorkan cekalannya, kemudian katanya : "Setan cerdik, dibelakangku kau selalu sebut namaku, apa yang sedang kau lakukan untuk alamatku bukan
" Haha, kalau tidak bikin kaget kau sekali-kali, adu mulut aku memang kalah, bukankah selalu aku akan rugi ?"
Ketika Jun-yan menoleh, maka terlihatlah seorang
berperawakan pendek buntat, rambutnya hitam mengkilap, alisnya yang panjang tebal, tapi berwarna putih bersih, dibawah janggutnya tumbuh serumpun jenggot, tapi
warnanya justru hitam, dan diapit dan alisnya putih, wajahnya masih kekanak2an, tambah lagi sepasang tangan "Cu-seng-ciang", siapa lagi dijagat ini yang mempunyai corak khas seperti Liok-hap-tong-cu Li Pong ini "
Sesudah tertegun sejenak, segera Jun-yan mengomel lagi:
"Bagus kau, Li-sioksiok ! Kau kirim orang golonganmu Khong-tong-pay untuk bikin rusuh di Lo-seng-tian diatas Ciok-yong-hong, kini tua menghina lagi seorang gadis muda seperti aku, kelakuanmu ini mana ada sifat pribadi yang agung sebagai Bulim-cianpwe (angkatan tua persilatan) dan seorang ketua cabang persilatan kangzusi.com. Biarlah aku siarkan berita ini tentu kau akan dibuat buah tertawaan orang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hebat benar dakwaanmu ini ?" sahut Li Pong sambil melelet-leletkan lidahnya.
"Tapi cara bagaimana untuk menebus kekalahanku ini,
supaya nona jelita tidak marah-marah lagi?"
"Itu mudah", ujar Jun-yan sembari tekap mulutnya yang mungil untuk menahan tertawanya. "Asal kau ajarkan aku Liok-hap-to-hoat, maka segalanya akan menjadi beres!"
Kiranya Liok-hap-tong-cu Li Pong ini memang bertabiat jenaka, meski seorang ketua cabang persilatan, tapi paling suka pada orang muda yang ingin maju, sama sekali tak berlagak tua terhadap kaum muda, dan Lou Jun-yan memang sudah biasa bersenda gurau dengan dia.
"Ai, setan cerdik", demikian sahut Li Pong kemudian dengan tertawa ia menyambung : "Belum lagi menjadi
pembesar, sudah mau terima sogok, sayang Liok-hap-to-hoat yang kau inginkan tidak ada, kalau Liok-hap-cio-hoat, bagaimana" Kau mau tidak?"
Jun-yan tidak tahu kalau kata2 Li Pong itu sedang
mempermainkannya, sebaliknya ia pikir, menurut cerita suhunya ilmu silat rahasia kaum Khong-tong-pay sangat banyak dan semuanya bagus tiada bandingan, keruan ia kegirangan, segera ia menyahut : "Ya, boleh, bagus sekali!"
"Baik", kata Liok-hap-tong-cu Li Pong sembari geraki tangannya terus mendorong ke arah si gadis.
Sampai disini, barulah Jun-yan tahu dirinya kena diapusi.
lapun tahu tak nanti Li Pong memukul sungguh-sungguh padanya, namun bila pukulan itu sampai kena, bukankah ia sendiri malu sebagai anak murid Thong-thian-sin mo Jiau Pek-king" Maka cepat sekali ia berkelit kesamping.
"Bagus, gerakan yang gesit!" seru Li Pong memuji Tapi segera ia melangkah maju dan pukulan kedua dilontarkan pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi Jun-yan hendak berkelit pula, mendadak terasa angin berkesiur cepat lewat disampingnya, si orang aneh yang terpaku ditempatnya tadi tahu-tahu melesat ketengah-tengah antara dia dengan Li Pong, terlihat pula tangan si orang aneh diangkat, iapun melontarkan pukulan kedepan, maka
terdengarlah suara "plak", kedua tangan si orang aneh dan Li Pong saling beradu.
Pukulan yang dilontarkan oleh Li Pong
tadi hanya pura2 saja
untuk menggoda Jun-yan,
sama sekali ia tidak
menduga bahwa mendadak
bisa muncul kangzusi.com
seseorang untuk
merintanginya" Sebaliknya
orang aneh itu melontarkan
pukulan sepenuh tenaga,
maka Liok-hap-tong-cu Li
Pong tergetar hingga
mundur 7-8 tindak, jika
bukan Iwekangnya sudah
terlatih sampai tingkat yang
bisa dipergunakan dengan
sesukanya dan segera kumpulkan tenaga buat menahan,
boleh jadi ia sudah terluka dalam.
Bila kemudian Li Pong dapat melihat bahwa lawannya itu ternyata seorang jelek yang mukanya 90 persen lebih mirip setan, kedua matanya melolor memutih, terang seorang buta, tapi tenaga dalamnya ternyata sedemikian hebatnya, ia menjadi tercengang.
"He, budak cerdik, kiranya kau masih punya bala
bantuan!", katanya kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semula Jun-yan menyangka kalau orang aneh ini adalah orang Khong-tong-pay, kini mendengar kata Li Pong, pula cara orang aneh itu turun tangan tadi terang bukannya pura2, tapi menganggap Li Pong hendak mencelakainya, kalau begitu, apakah benar2 orang aneh ini sudah berkawan dengan aku"
demikian pikir si gadis.
Karena itu, cepat ia menjawab: "Li-sioksiok, bergurau boleh bergurau, tapi kalau sungguh2 hendaklah kita juga sungguh2.
Orang ini adalah orang yang bikin rusuh di kelenteng Lo-seng-tian, Jing-ling-cu dan kawan2nya tiada yang kenal asal-usulnya, tadi aku melihat ia gunakan kepandaian "lip-te-seng-kin" untuk pantek dirinya diatas batang pohon, masa dia bukan orang golonganmu" Dan tiba2 kaupun datang kemari, apakah kau juga hendak mengunjungi Jing-ling Totiang?"
"Ya, aku juga menerima undangan Jing-ling-cu", sahut Li Pong. "Cuma ditengah jalan terhalang sesuatu urusan, maka datangnya terlambat. Apakah undangan Jing-ling-cu pada orang banyak, justru disebabkan urusan setan jelek ini?"
"Benar", kata Jun-yan mengangguk. "Suhu juga diundang, ia bilang tentu akan berjumpa dengan seorang yang bernama Cu Hong-tin yang memuakkan, ia sendiri tak sudi turun gunung, maka aku yang diperintahkan kemari."
"Bagus kuda liar terlepas dari kekangan, tentu saja hebat!"
goda Li Pong dengan tertawa.
"Li-sioksiok, biasanya kau sangat sayang padaku. Aku hanya gunakan kesempatan ini untuk mencari pengalaman kangouw, maka terlambat pulang, kelak jika ketemu suhu, harap jangan kau laporkan!" pinta si gadis.
"Tak bisa", kata Li Pong sembari geleng2 kepalanya. "Masa kau suruh aku seorang tua yang menghina kaum muda,
seorang yang tanpa sifat pribadi ketua cabang persilatan, supaya berdusta untukmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aii, Li-sioksiok ini....." sahut Jun-yan sambil menjengkitkan mulut.
Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 15 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Lentera Maut 2
^