Pencarian

Pendekar Misterius 6

Pendekar Misterius Karya Gan K L Bagian 6


Ketika mendadak berpaling, A Siu menjadi kaget. Ternyata seorang gadis cantik ayu, kini telah berwujud seorang laki2
hitam berewok seperti sikat kawat. Apalagi kalau Jun-yan berteriak, boleh jadi A Siu bisa lari ketakutan. Habis merias muka mengenakan pakaian yang serasi dengan penyamaran.
"Haha, dengan dandanan kita sekarang, kalau kita keluar, boleh jadi kuasa hotel takkan kenal kita, dan kita tinggal kabur saja," ujar Jun-yan.
"Ya, tapi tanpa sebab bikin rugi orang, buat apa?" sahut A Siu.
"Perduli amat, kalau kita sewaktu butuh, sewa hotel juga akan mereka catut berlipat ganda," kata Jun-yan.
Dan benar juga, ketika melangkah keluar dengan lagak seperti tidak pernah terjadi apa2, pelayan dan kuasa hotel menjadi ternganga heran, kenapa dari kamar yang tadinya ditinggali dua nona, sekarang keluar dua lelaki yang berbeda seperti langit dan bumi "
Namun Jun-yan tak ambil pusing, terus saja ia ajak A Siu pergi, mereka membeli dua ekor kuda dulu, lalu menempuh perjalanan dengan cepat menuju Hing-san. Mereka
menghitung masih cukup waktu, maka mereka lanjutkan
perjalanan seenaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jun-yan tahu undangan Jing-ling-cu kepada para jago silat seluruh jagat, tujuannya yalah untuk mengenali siapa adanya manusia yang lebih mirip setan dari pada manusia itu. Namun begitu, kebiasaan orang Bu-lim yang suka unggul, untuk mencari "nama", entah berapa orang rela mati untuknya, apalagi sudah dekat waktunya janji Ki Go-thian yang beritanya disebarkan Ngo seng Thauto, bahwa pada saat para jago berkumpul di Ciok-yong-hong, akan muncul untuk memenuhi janjinya dahulu.
Sebab itulah maka begitu Jun-yan berdua memasuki
wilayah Oulam, mereka lantas melihat tidak sedikit tokoh Bulim ber-bondong2 melampaui mereka menuju ke Ciok-yong-hong, cuma diantara mereka semua belum ada yang kenal, terutama manusia aneh itu tidak terlihat lagi sejak pertemuan terakhir digua berbahaya didaerah Biau.
Selagi mereka mengenali setiap orang yang jalan searah dengan mereka, tiba2 dari belakang seekor kuda putih menyalip lewat dengan cepatnya. Penunggangnya seorang Tosu atau imam setengah umur dengan jubahnya yang bersih dan berkopiah pertapaan, dipunggung terselip sebuah kebut, kiranya dialah Siau-yau-ih-su Cu-hong-tin.
Diam2 Jun-yan saling pandang dan tertawa bersama A Siu, dalam hati mereka mentertawai jago2 yang sudah keok
dibawah tangannya A Siu itu masih berani berlagak.
Sedangkan Jun-yan bermaksud meneriaki dan menggodanya, mendadak terdengar dibelakangnya ada suara orang terbahak2 dan berkata: "Haha, kehadiran Li-heng dalam
pertemuan para jago diatas hinsan sekali ini, pasti Li-heng sudah siapkan semacam kemahiran Khong-tong-pay untuk dipertunjukkan dihadapan kawan2 semuanya!"
Nyata, lagu suara orang ini seperti memuji juga se-akan2
mengolok-olok, tapi orang she Li itu agaknya sangat sabar dan merendah, sahutnya: "Ah, mana ada! Khong-tong-pay jauh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpencil disebelah barat sana, kami justru akan minta petunjuk kepandaian2 dari aliran lain."
Maka terdengar lagi orang tadi bergelak ketawa.
Waktu Jun-yan berpaling, kiranya orang yang dipanggil Liheng itu bukan lain ialah Liok-hap-tong-cu Li-pong, itu ketua dari Khong tong-pay. "A Siu, kakek itu bernama Li Pong adalah sobat baik guruku, biarlah kutegurnya, coba dia kenali aku tidak," katanya kepada sang kawan.
Habis itu, ia tahan kudanya sedikit dijalan, setelah mendekat, ia lihat orang setengah umur dengan lagak tengik yang memuakkan, tampak Li Pong agak sungkan bikin
perjalanan dengan dia, tapi orang itu terus ajak bicara padanya.
Sesudah dekat, segera Jun-yan memapaki sambil memberi hormat dan berkata : "Ah, mendengar suaranya, ternyata memang benar Li-heng adanya, sungguh tidak nyana sesudah sekian lamanya, kini berjumpa lagi disini."
Li Pong menjadi heran ketika mendadak ditegur seorang hitam berewok yang tidak pernah dikenalnya, tapi mengapa dengan begitu menghormat. Sesudah melengak, terpaksa ia menjawab dengan tertawa : "O ya, sudah lama tidak
berjumpa, apakah Heng-tay (saudara) juga hendak pergi ke Giok-yong-hong ?"
Diam2 Jun-yan geli oleh jawaban itu, sudah terang tidak kenal masih berani menyahut "Sudah lama tidak berjumpa."
Segera ia teriaki A Siu : "Jite, marilah kuperkenalkan Li-heng kepadamu, selanjutnya kau mungkin harus banyak minta pelajaran Li-heng."
Ketika Li Pong memandang A Siu, ia melihat seorang
pemuda tampan dengan sipat likat2 seperti anak perempuan, meski usianya muda, tapi sinar matanya tajam, sebagai seorang ahli begitu pandang, segera Li Pong tahu "pemuda"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini lihainya memiliki ilmu Lwekang yang tidak bisa dibilang rendah.
Li Pong terkejut, diam2 dia heran darimana tiba-tiba muncul dua saudara yang satu jelek yang satu tampan, tapi selamanya tidak dikenalnya.
Ketika Jun-yan melihat kawan perjalanan Li Pong tadi sedang memandang padanya dengan wajah menghina, ia
menjadi gemas apa lagi setelah mendengar lagu suaranya yang sombong kepada Li Pong tadi, ia pikir, manusia congkak demikian harus diberi hajaran. Maka pura2 ia tanya: "Li-heng, siapakah sobat ini, sudikah kau memperkenalkan kepada kami
?" Sudah tentu mimpi pun Li Pong tidak menduga bahwa sang keponakan perempuan nakal itu lagi bergurau kepadanya, maka jawabnya: "Saudara ini murid Pi-lik-jiu In Thian Sang In-locianpwe dari Holam, namanya Ong Lui, orang menjulukinya Siau-pi-lik !"
Jun-yan terkejut mendengar nama itu, ia pernah dengar beledek itu, usianya sudah lebih 80 tahun, tingkatannya dikalangan Bu-lim sangat tinggi, ilmu pukulan beledek yang dilatihnya sangat disegani. Tentu muridnya ini juga tidak boleh dibuat main. Maka ia cepat bersoja dan berkata: "O, kiranya Ong-hiantit, sungguh kagum !"
Mendengar sebutan "Hian-tit" atau keponakan itu bukan saja wajah Ong Lui seketika berubah hebat, bahkan Li Pong rada terkejut dan merasa siberewok ini sengaja cari2.
Masakan Ong Lui yang usianya sudah dekat 50an dan nampak jelas masih lebih tinggi dari siberewok itu, tapi orang berani menyebutnya keponakan yang berarti anggap dirinya lebih tua setingkat. Padahal Li Pong saja sebut Ong Lui saudara, walaupun tingkatannya sebenarnya sejajar dengan gurunya yaitu sitangan geledek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar juga, Ong Lui menjadi amat murka, biasanya ia tidak pandang sebelah mata pada siapapun juga, apalagi kini dipandang rendah terang2an, segera iapun berseru: "Li-heng siapakah orang ini?"
Untuk sejenak Li Pong gelagapan, sebab ia sendiripun sebenarnya tidak kenal siberewok. Baiknya dengan cepat Jun-yan sudah menggantikan menjawab: "Ah, Cayhe hanya orang tak terdaftar, maka tidak tenar seperti Ong-hiantit, aku bersama Kah-lotoa, dan saudaraku ini Kah loji, karena macam maki yang tak berarti ini, ada kawan juga yang sudi
memberikan julukan pada kami sebagai Say-thio-hui dan Giok-bin-long-kun."
Ong Lui tambah murka mendengar orang terus sebut
"hiantit" padanya, ia pikir Kah-loji" Kenapa selamanya tidak pernah dengar nama jago silat demikian"
Tapi iapun tak mau kalah gertak, segera ia menjengek dan menanya pula:"Ehm, entah kalian dari golongan atau aliran mana?"
"Eeh, kenapa Ong-hiantit begitu pelupa?" sengaja Jun-yan meng-olok2 lagi. "Bukankah aliran kami dengan golongan gurumu, Lo In (In si tua) terkenal sebagai dua aliran terkemuka di Holam, cuma nama Pi-lik-pay kalian lebih kumandang sedikit sebaliknya kami hanya Tang-ko-pay (aliran genderang) maka suaranya kalah keras."
Karuan Ong Lui murka oleh sindiran itu masakan golongan Beleged mereka diimbangi dengan golongan "genderang"
segera dia mendamprat: "Orang she Kah, apakah barangkali mulutmu belum dicuci, kenapa kentut semuanya?"
"Eeeeh, panas amat darah orang Ong-hiantit ini!" sahut Jun-yan semakin menggoda. "Bicara tinggal bicara, apa kau sangka orang Tang ko-pay kami kena digertak"''
Karena sambil berjalan, tatkala itu kebetulan mereka tiba sampai disuatu tanah datar, segera saja Ong Lui melompat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turun dari kudanya sambil menantang: "Hayolah orang she-kah bila kau berani, turunlah kemari!"
Tatkala itu, orang berlalu lalang dijalan cukup ramai, ketika mendengar Ong Lui berteriak- teriak menantang, semua orang menjadi ketarik, sebentar saja ditanah lapang itu sudah dirubung penonton. Begitu pula Li Pong ikut merandek ingin melihat gaya dari golongan manakah Jun-yan berdua.
Jun-yan sendiri tahu bila ia turun lapangan sekali gebrak pasti akan dikenal Li Pong, maka katanya pada A Siu, "Jite, Toako sungkan turun kalangan, bolehkah kau mewakilkan aku
!" A Siu ragu2, masakan tanpa sebab disuruh berkelahi. Jun-yan tahu bahwa kawannya itu sungkan bergebrak dengan orang, cepat katanya lagi: "A Siu, cukup asal kau jungkalkan dia, tak usah melukainya, kenapa mesti takut?"
Terpaksa A Siu meloncat turun dari kudanya, dengan
ayal2an ia masuk kalangan.
Melihat A Siu begitu ganteng, semua penonton lantas saja sudah bersorak memuji, karuan Ong Lui semakin murka, tanpa bicara lagi ia memukul dengan tangannya.
Ilmu "Pi-lik-jiu" atau pukulan geledeg dari keluarga In di Holam itu nyata bukan kepalang hebatnya, begitu pukulan dilontarkan, segera angin men-deru2 bagai guntur gemuruh.
Lekas-lekas A Siu pasang kuda-kuda dengan kuat sambil kedua lengan bajunya mengebas ke-samping.
"Satu kali," tiba-tiba Jun-yan berseru mengejek.
Ong Lui tambah sengit, angin pukulannya tadi belum
mengenai musuh atau tahu2 sudah dipatahkan musuh,
padahal pukulan pertama yang disebut "Lui-su-kay-loh" atau malaikat beledeg membuka jalan, hampir seluruh tenaga dikeluarkannya, tapi hasilnya malah tenaga pukulannya itu seakan2 terpental oleh kebasan A Siu tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terkejut dan gusar Ong Lui, sekali menggerung, kembali sebelah tangannya memukul lagi kedepan dengan sekuatnya.
Serangan ini dilakukan dengan cepat dan dari jarak dekat, asal badan A Siu kesenggol boleh jadi akan remuk seketika.
Melihat kekejian Ong Lui, semua orang ikut kuatir bagi A Siu. Siapa duga dengan enteng sekali A Siu menggunakan samberan angin pukulan itu, tubuhnya terus ikut tergintai ikut pergi, habis itu, dengan pelahan ia turun kembali. Melihat keindahan gerakan itu, kembali penonton bersorak. Sebaliknya Jun-yan terus berseru pula : "Dua kali!"
Alangkah mendongkolnya Ong Lui, musuh yang satu selalu bisa hindarkan serangannya dengan gesit, sebaliknya musuh yang lain berkoak-koak mengejek disamping. "Keparat, sambutlah seranganku ini!" teriaknya murka.
Habis mana, tiba2 kedua telapak tangannya bergetar
hingga bersuara, lalu didorongkan kedepan dengan tenaga beledek yang mengejutkan.
Dalam pada itu A Siu semakin sengit oleh maki-makian orang, ia pikir bila tidak diberi tahu rasa, mungkin pertandingan ini takkan habis2. Ia berdiri diam menunggu, ketika tenaga pukulan lawan sudah mendekat ia membaliki tangannya terus menekan dari atas kebawah, memapak
pukulan orang. Gerakan lemas saja, tapi membawa kekuatan maha besar.
Melihat sebagai akhli silat, segera Li pong menduga Ong Lui bakal celaka. Benar saja, segera Ong Lui menjerit sekali sambil sempoyongan kebelakang, untung dia masih tahan tubuhnya hingga belum terjungkal, namun begitu, darah segar terus saja menyembur dari mulutnya.
Nyata beradunya tenaga pukulan itu hanya digunakan
separo dari Lwekang A Siu, bila tidak, mungkin Ong Lui sudah menggeletak tak bernyawa lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya demi nampak keadaan Ong Lui yang cukup
parah, A Siu menjadi tak tega, ia mendekatinya sambil mengurut dua kali dipunggung orang untuk menenangkan jalan darahnya lalu katanya : "Maaf, saudara sudi mengalah sejurus !"
Ong Lui menjadi malu, sahutnya lesu : "Ilmu silatmu
sungguh hebat, biarlah kita bertemu lagi kelak !" habis berkata tanpa berpaling lagi ia mengeloyor pergi diantara penonton sampai berpamit kepada Li Pong pun dilupakan.
"Kah-heng," kata Li Pong kepada Jun-yan.
"Pi-lik-cio In Thian-sang suka mengeloni anak muridnya, pulangnya Ong Lui ini mungkin akan mengadu biru kepada gurunya, kelak kalian harus berhati-hati!"
"Jika begitu, kejadian tadi Li heng sendiri ikut menyaksikan, bila kelak perlu dibuat saksi, tolong Li-heng suka berlaku adil,"
ujar Jun yan. Diam2 Li Pong pikir kejadian tadi benar disebabkan Ong Lui yang menantang, tapi asalnya karena Jun-yan yang mulai mengolok-olok dengan kata-kata "Tang-ko-pay" yang terang dimaksudkan untuk menimpali Pi-lik-pay orang, apalagi asal usulnya kedua orang dihadapannya ini tidak pernah dikenal.
Namun begitu bila melihat kepandaian adiknya sudah begini hebat, jangan kata lagi sang kakak. Maka iapun menjawab
"sekedar memuaskan hati Jun-yan".
Sepanjang jalan Li Pong terus memikirkan dari golongan mana atau aliran manakah kedua teman perjalanan ini, terutama gerak silat A Siu yang aneh dan lihay itu hakekatnya tidak pernah dilihatnya. Sudah tentu mimpipun tak terpikir olehnya bahwa A Siu alias "Kah-loji" hanya seorang gadis Biau yang secara kebetulan memperoleh ilmu "Siau-yang-chit-kay"
yang lihay. Ingat punya ingat, mendadak hatinya tergerak, terpikir seseorang lihay dimasa mudanya dahulu, cepat ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendekati Jun-yan dan menanya : "Kah-heng apakah gurumu she- Ki ?"
Kiranya ia teringat kepada Tok-pok-kian-gun Ki Go-thian, ia pikir, selain orang she Ki ini, rasanya tiada jago lain lagi yang mampu mendidik murid seperti kedua saudara Kah ini.
Untuk sesaat Jun-yan tertegun mendengar pertanyaan itu, tapi segera jawabnya sambil menggeleng kepala : "Orang she Ki, apakah Li heng maksudkan Tok-poh-kian-gun Ki Go-thian dimasa dahulu itu ?"
"Benar," kata Li Pong.
"Bukan, guruku adalah orang lain." sahut Jun-yan.
Sedang mereka tanya jawab, se-konyong2 suara derapan kuda dari belakang berbunyi dengan riuhnya, seekor kuda tinggi kurus secepat angin telah melampaui mereka. Kaki kuda itu jauh lebih panjang dari kuda biasa, maka larinyapun sangat kencang, ketika lewat, debu ikut bertebaran hingga muka Jun-yan se-akan2 ditabur debu.
"Hai, orang itu apakah kau jalan tak pakai aturan ?" seru Jun-yan segera dengan gusar.
Mendengar itu, mendadak penunggang kuda yang berbaju kelabu itu menahan kudanya hingga kedua kaki muka
binatang itu terangkat keatas. Waktu penunggangnya
menoleh seketika rasa gusarnya Jun-yan tadi lenyap, bahkan hampir ia tertawa.
Ternyata orang berbaju kelabu itu bermuka sangat lucu, muka potongan segitiga seperti kepala walang, rambutnya jarang setengah botak.
Dan selagi Jun-yan hendak menegurnya lagi tiba2 A Siu menjawilnya memberi tanda hati2. Dalam pada itu terdengar Li Pong telah berseru: "Hai, kiranya kau Hwe-heng, cepat amat binatang tungganganmu itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dia kawanmu, Li-heng?" tanya Jun-yan.
"Benar dia she Hwe, bernama Tek adalah sobat baikku,"
sahut Li Pong. Jun-yan geleng2 kepala seperti seorang tua bicara kepada orang muda, ujarnya: "Li-heng mencari kawan juga harus yang genah, kalau segala manusia congkak kau jadikan teman apakah kau tidak kuatir ikut campur namamu?"
Sungguh geli dan dongkol Li Pong oleh lagak orang,
sebagai seorang ketua Khong-tong-pay, biasanya dia memberi petuah, masa sekarang dia yang diberi ceramah" Tapi
dasarnya memang seorang sabar, maka ia hanya tersenyum tak menjawabnya.
Begitu pula lelaki jelek itupun tak menggubris akan olok2
Jun-yan itu, ia mendengus sekali, lalu keprak kudanya tinggal pergi.
"Maaf, Kah-heng, Cayhe berjalan dahulu," kata Li Pong kemudian larilah kudanya menyusul orang aneh itu. Dari jauh mereka terus pasang omong, malahan kadang kala menoleh lagi memandang Jun-yan berdua.
Jun-yan pun tidak ambil pusing, sebaliknya A Siu
senantiasa pasang mata kekanan ke kiri, sudah tentu yang dicarinya yalah buah hati yang dirindukannya itu, Kang Lam-it-ci-seng Ti Put-cian.
Melihat kelakuan kawannya ini, aneh juga tanpa merasa Jun-yan terkenang pula kepada sastrawan baju hitam yang menggodanya di Hang ciu itu.
Selamanya Jun-yan suka menggoda orang tapi sekali itu dia yang kena dipermainkan ketika diketahui siapa penggodanya serta melihat kepandaiannya yang serba pintar, timbul juga rasa kagumnya yang aneh yalah timbul rasa menyesalnya karena tak bisa berjumpa dengan kangzusi.com sastrawan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah tanpa pernah terjadi apa2 lagi, akhirnya
merekapun sampai di Hian-san, mereka menghitung waktunya masih ada tiga hari pertemuan yang akan diadakan Jing-lingcu. Jun-yan pikir, puncak keramaiannya dari pertemuan itu tentu takkan terjadi pada permulaan, buat apa mesti buru-buru hadir kesana, pegunungan Hian-san seindah ini, kenapa tempo beberapa hari ini tak digunakan untuk menikmatinya.
"Tapi. . . tapi aku ingin mencari Ti-koko," kata A Siu tak sabaran, mengingat sudah sampai di Hian-san, tapi sang kawan tidak mau terus naik ke Ciok-yong-hong.
"Kita sendiri belum lagi pasti, apakah dia hadir, bukankah percuma bila sudah sampai di sini, tapi tak menjumpainya?"
ujar Jun-yan. Diam2 ia sangat gegetun akan cinta A Siu yang sudah buta itu, namun begitu iapun tidak mau mengecewakan sang kawan, katanya pula: "Baiklah A Siu, bila kau ingin datang ke Ciok-yong hong dahulu, bolehlah kau kesana. Tapi ingat, untuk sementara jangan sekali-kali kau ajak bicara pada Ti-put-cian apabila kau melihat dia disana."
"Sebab apa ?" tanya A Siu heran. "Bukankah atas kehadiran Ki Go-thian ke Ciok-yong-hong ini kecuali kita berdua, orang lain tiada yang mengetahui?" tutur Jun-yan perlahan. "Dan kalau kau unjukkan asal usul dirimu penyamaran kita sekarang ini, boleh jadi kita akan celaka."
"Baiklah, Enci Jun-yan, pasti aku akan berlaku hati2," sahut A Siu. Habis itu, dia putar kudanya dan ikut pendatang lain keatas gunung.
Jun-yan sendiri terus keprak kudanya menyusur lembah pegunungan itu. Tapi jalannya menjadi berliku-liku terpaksa ia melompat turun dari kudanya, dia tambat binatang itu disuatu pohon, lalu melanjutkan dengan berjalan kaki.
Sebabnya Jun-yan tidak mau terus menuju Ciok-yong-hong, sebenarnya adalah karena terbayang oleh sipemuda sastrawan yang menggodanya ditelaga Se oh itu. Ia pikir alangkah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedapnya apabila dapat mencari tempat yang sepi untuk duduk melamun mengenangkan orang yang tanpa merasa
telah mencuri hatinya itu.
Maka ia melanjutkan langkahnya tanpa tujuan, sehingga hari sudah petang, sampailah disatu lembah yang suasananya terasa aneh, tatkala itu bulan sabit sudah menongol diujung langit, hingga menambah sekitarnya terlebih seram.
Ia melihat sekelilingnya sunyi senyap, hanya gemercik sebuah sungai kecil yang mengalir pelahan merupakan suara satu-satunya dalam suasana seakan-akan membeku itu. Jun-yan melihat sungai itu mengalir lewat dua tebing yang curam.
Dalam keadaan remang2, mendadak Jun-yan tertarik oleh dua hurup besar yang terukir didinding tebing itu, hurup2 itu adalah "Su-kok" atau Lembah kematian.
Hati Jun-yan ber-debar2 melihat tulisan itu, tanpa merasa Tun-kau-kiam dilolosnya. Ia lihat dibawah hurup besar itu tertulis pula sebaris hurup yang lebih kecil, maksudnya:
"Disanalah Lembah kematian, siapa yang masuk takkan bisa keluar."
Diam2 Jun-yan menjengek, mungkin siapa yang jahil
sengaja mengukir tulisan itu disitu, masakan lembah sunyi begitu diberinya nama "Lembah kematian", padahal bila benar2 tempat itu berbahaya, masakan selama ini tidak pernah didengarnya dari sang guru, terutama Jing-ling-cu yang bertempat tinggal dipegunungan ini"
Ia melihat dinding gunung itu ada sebuah batu besar diatas mendatar rata, kalau dibuat merebah dan melamun, rasanya sangat tepat. Karena ingin tahu, segera ia melompat ke atas batu itu, terbayang olehnya kelakuan Sasterawan diatas perahu yang sedang mengulet dan menguap itu, tatkala mana orang sama sekali tak menarik perhatiannya, siapa tahu sekarang justru terkenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi pikirannya terbenam lamunan yang aneh itu, tiba2 ia merasa tengkuknya se-akan2 ditiup dari belakang, cepat ia berbangkit, tapi tiada seorangpun terlihatnya. Tanpa merasa ia mengkirik, apalagi dibawah sinar bulan yang remang2 tapi kembali tiupan angin itu terjadi lagi. Ia coba meneliti dibelakang batu itu, maka tahulah ia kemudian, ternyata dibelakang batu yang mepet tebing itu ternyata ada sela-selanya. Ia coba tempelkan jarinya kesela-sela itu ternyata tiupan angin yang dingin. Nyata dibalik batu itu ada lobangnya.
Ia menjadi heran dan curiga, ia mencoba korek lobang itu dengan pedangnya, benar saja disitu ada sebuah goa yang ditutup dengan batu besar, lekas-lekas ia melompat turun, batu itu didorongnya, karena beralaskan pasir, maka batu itu dengan mudah lantas menggeser, maka tertampaklah sebuah gua yang gelap gulita, segera terasa pula angin dingin meniup keras dari dalam gua.
Ia bertambah heran, masakan angin meniup keluar dari dalam gua, dan bukan meniup kedalam, jika begitu tentu gua ini bertembusan dengan sebelah sana. Ia hendak menyalakan api, tapi api selalu sirap oleh angin itu. Padahal di dalam gua terlalu gelap. Segera ia tabahkan diri, dengan pedang terhunus ia menerobos kedalam gua itu. Gua itu ternyata hanya cukup dilalui seorang saja, dengan kedua belah dindingnya basah dengan penuh lumut. Syukur dengan berkat sinar kemilau pedangnya "Tun-kau-kiam" lapat lapat sekedar dapat dibuat penerangan.
Benar juga tidak diantara lama, ia telah menembus kebalik gua sana, diatas langit bulan remang2, bintang ber-kelip2, nyata ia telah berada diudara terbuka lagi. Malahan terdengar pula diatas karang sana ramai dengan suara berisik orang.
Jun-yan menjadi heran. Tapi segera ia paham, tentu diatas situ adalah Ciok-yong-hong, dimana Jing-ling-cu hendak mengadakan pertemuan dengan para jago silat, dan suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berisik itu orang yang berbondong2 datang memenuhi untuk memenuhi undangan itu.
Tiba2 Jun-yan mendengar suara pluk-pluk yang tidak
terlalu keras, waktu ia memandang kedepan, ia lihat disana sebuah kolam lumpur penuh tumbuh-tumbuhan aneh, suara pluk-pluk itu keluar dari dasar lumpur, ditengah kolam lumpur itu ada sebuah batu besar hingga seperti pulau kecil, diatas batu itupun penuh lumut dan cendawan yang ber-macam2.
Hati Jun-yan tergerak melihat itu, ia menjadi ingat cerita Jin-ling-cu dahulu tentang diketemukannya manusia aneh didasar lembah itu, "Jangan2 inilah yang diketemukannya orang aneh itu ?" pikir Jun-yan.
Mendadak ia tertarik oleh beberapa tempat diatas batu yang kelihatan bersih dari lumut, ia menjadi heran, ia coba mendekati, ternyata lumut yang tumbuh disitu memang sudah bersih dikorek orang, malahan sebagai gantinya terdapat beberapa hurup "Jing-kin", yang terang digores dengan tenaga jari.
Goresan tulisan itu sudah sangat dikenal Jun-yan, yaitu mirip seperti tulisan dicarik kertas yang ditinggalkan orang aneh ketika memberikan Pek-lin-to dan mencurikan kapal jamrut dahulu. Dari goresan hurup diatas batu itu Jun-yan bertambah yakin bahwa tempat itu memang bekas tempat tinggal manusia aneh.
Teringat pada orang aneh itu, Jun-yan merasa nasib orang harus dikasihani, baiknya sekarang Jin-ling-cu sudah mengundang semua jago silat ke Ciok-yong-hong ini untuk mengenalinya, kalau melihat bekas tempat tinggalnya yang banyak goresan hurup "Jing-kin" ini, boleh jadi disekitar gua ini masih dapat diperoleh tanda2 lainnya, bukankah untuk mengenali asal usul orang aneh itu akan jadi lebih gampang "
Karena itu Jun-yan masuk kedalam gua itu lagi untuk
meneliti dalamnya. Sungguh tak tersangka olehnya bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir ia terkubur benar benar didalam lembah kematian sesuai dengan nama pegunungan itu......
Sementara itu A Siu yang mengikuti orang banyak menuju ke Lo-kun-tiau dipuncak Ciok-yong-hong itu sudah sampai ditempat tujuannya. Ia lihat kuil itu tidak terlalu megah, tapi cukup angker, ditanah lapang depan kuil itu tampak baru dibangun belasan rumah atap, agaknya disediakan untuk kediaman darurat para tamu undangan. Disitu ternyata sudah tidak sedikit tamu yang datang lebih dahulu.
Sebelum tiba sepanjang jalan A Siu sudah mengawasi kian kemari, untuk berhadapan dengan orang banyak itu dapat dilihatnya Ti-put cian. Kelakuannya yang lucu banyak menimbulkan heran bagi semua orang, tapi nampak A Siu berdandan sebagai pemuda sastrawan, orangpun tidak banyak ambil perhatian.
Sebenarnya A Siu sudah janji dengan Jun yan akan tutup mulut, sekalipun sudah ketemu dengan Ti Put-cian.
Tapi ketika sudah sampai di Ciok-yong-hong, pesan Jun-yan sudah dilupakan semua. Ia lihat didepan kuil sama berdiri seorang imam tua para pengunjung itu satu persatu maju menyapa dan memberi salam padanya. A Siu pikir tentu itulah Jing-ling-cu yang menjadi tuan rumah dalam pertemuan besar ini. Kehadiran Ti Put ciang kesini, kalau ditanyakan pada imam itu pasti akan diketahui dengan jelas.
Segera iapun maju kehadapan imam itu dan menyapa
sambil memberi hormat: "Apakah Totiang Jing-ling-cu adanya"
Cayhe memberi hormat disini."
Imam itu memang benar ketua Hing-san-pay tuan rumah
dari Lo-song-tian, yaitu Jing-ling-cu adanya. Ketika mendadak melihat pemuda ganteng dengan sorot mata tajam suatu tanda Lwekangnya yang tinggi, Jing-ling-cu menjadi heran darimanakah tiba2 muncul satu jago muda yang begini hebat, maka cepat jawabnya: "Ah, terima kasih atas kunjungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hengtay, pinto memang benar bergelar Jing-ling-cu dan Siauko ini..."
"Jing-ling Toheng, Siauko ini bernama Kah loji!" tiba2
seorang menyanggapi dari samping.
Ternyata orang yang menyela itu bukan lain adalah Liok Hap-tongcu Li Pong yang sudah mendekati mereka. Jing-lingcu bertambah heran, masakan seorang jago muda yang begitu ganteng, suatu nama saja tidak ada, tapi pakai panggilan menurut urut2an, ia pikir didalamnya pasti ada apa2nya, maka katanya kemudian :"O, kiranya Kaheng adanya silahkan masuk dan istirahatlah seadanya !" habis itu ia sibuk menyambut tamu yang lain lagi.
A Siu pikir Li Pong adalah sahabat baik Jing-ling-cu, pergaulannya luas, pengalamannya banyak, kalau tanya tentang Ti Put-cian kepadanya, tentu ia bisa memberi keterangan. Maka orang tua itu hendak segera dihampirinya, namun baru ia memutar atau Li Pong sudah mendekatinya lebih dulu sambil menyapa : "Kah-laute, apakah saudaramu tidak ikut datang?"
Melihat orang tua itu sangat peramah, cepat jawab A Siu :
"Ia sudah datang, cuma masih banyak tempo, sementara ini ia masih menikmati pemandangan indah pegunungan ini,
sebaliknya aku ingin sekali mencari seseorang, maka datang kemari lebih dulu."
Memangnya Li Pong ingin tahu asal usulnya A Siu dan Jun-yan, mendengar ada seseorang yang hendak dicarinya, segera tanyanya : "Eh, entah siapakah yang hendak Ka-laute cari ?"
"Ia she Ti bernama Put-cian, orang Kang ouw menjuluki dia Kang Lam-it-ci-seng," sahat A Siu.
Li Pong menjadi terkesiap, pernah beberapa kali ia melihat Ti Put-cian, orangnya memang tampan, tapi kelakuannya sama sekali tidak dipuji. Entah "Kah-loji" ini untuk apa hendak mencarinya " Kemudian iapun menjawab : "Agaknya tiada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelihatan bayangannya bahwa Ti Put-cian disini, hanya dua tahun yang lalu pernah kuberjumpa dengan dia."
A Siu menjadi kecewa dan Li Pong bertambah heran. Ia pikir mungkin Ti Put-cian yang terkenal jahat itu telah berbuat sesuatu dosa apa, maka "Kah-loji" hendak mencari dan bikin perhitungan dengan dia. Sudah tentu tak terpikir olehnya bahwa "Kah-loji" dihadapannya ini justru satu gadis jelita yang putih bersih tapi kesengsem dan merindukan Kam Lam it-ci-seng Ti Put-cian yang jahat laknat itu.
"Apakah mungkin hadir kesini, Li-locianpwe ?" tiba2 A Siu bertanya pula dengan sipatnya yang polos.
"Susah dipastikan," sahut Li Pong ragu2.
"..Tapi biasanya Ti Put-cian itu berkeliaran di daerah Kanglam, sekarang tidak sedikit tokoh2 Kanglam yang lagi duduk2 mengobrol didalam, jika Kah-laute suka mencari keterangan pada mereka, tentu akan diketahui jejaknya."
Segera A Siu menerima usul itu lalu ikut menuju keruangan belakang, lantas terdengarlah suara gelak tawa yang ramai didalam. Ketika A Siu ikut Li Pong melangkah masuk ruangan kamar itu, terlihatlah ditengah duduk lelaki jelek bermuka walang yang dijumpainya ditengah jalan itu lagi ter-bahak2
suaranya yang nyaring melengking. Didepannya duduk
seorang Nikoh atau paderi wanita yang berwajah welas asih, tangannya memegang sebatang kebut.
Disamping mereka duduk lagi dua orang, satu lelaki dan yang lain wanita. Yang lelaki berjidat lebar, penuh berewok sangat gagah, sedang yang wanita kira-kira berusia lima puluhan tahun, kurus kering badannya, dari mukanya
kelihatan bukanlah orang jahat.
Disebelah lagi duduk dua orang, juga satu lelaki dan seorang wanita. Yang lelaki berperawakan pendek, bermuka cemberut mirip rupanya orang kematian. Sedang yang wanita tinggi besar itu kulitnyapun juga yang sudah keriput,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rambutnya ubanan, mukanya juga bersengut seakan2 orang menagih utang, tapi tidak berhasil.
Diantara mereka terdapat pula seorang Thauto atau Hwesio yang berambut, kepalanya sebesar gantang, wajahnya merah ber-seri2, duduknya bersandar tiang.
A Siu mengerling sekeliling atas dari semua orang itu, ia merasa silelaki jelek bermuka walang dan Nikoh tua itulah yang kelihatan Lwekangnya yang paling hebat, sedang yang lain biasa saja baginya.
Kemudian satu persatu Li Pong memperkenalkan padanya kepada A Siu. Ternyata Thauto itu adalah Thi-thau-to sipaderi kepala besi dari Ngo-tai-san. Ilmu Lwekangnya sudah
mencapai tingkatan yang tinggi. Lelaki berewok dan wanita kurus kering itu bukan lain yalah Tai-lik-sin Tong Po bersama isterinya Tay-jing-siancu Cio Ham. Lelaki pendek dan wanita tinggi bermuka cemberut itu masing2 adalah Ok Hua to Ciok Kat-sing dan Li-pian-jiok Sian Tim, keduanya juga tokoh persilatan juga mahir ilmu pertabiban, maka mereka diundang oleh Jing-ling-cu dengan maksud, kalau perlu supaya bisa mengobati manusia aneh yang cacat itu.
Sedang lelaki yang bermuka walang itu sudah kenal A Siu sebagai Hwe Tek dan Nikoh tua itu ternyata satu diantara kedua paderi sakti dari Go-bi-san yang terkenal dengan ilmu Ji-lay-it-ci, tutukan dengan jari sakti namanya Boh-hoat Suthay.
Ketika semua orang mula2 melihat Li Pong membawa
masuk seorang pemuda, semua orang merasa heran. Tapi demi nampak tindakan A Siu yang kokoh kuat, sinar matanya yang tajam semua orang bertambah aneh oleh pemuda yang lihay ini.
Sesudah Li Pong memperkenalkan, kemudian katanya
pula,"Kah-heng ini ingin mencari keterangan satu orang.
Dalam hal ini rasanya Tong-heng akan lebih mengetahui."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah yang dia tanya, tentang urusan apa ?" tanya Tong Po.
"Ia ingin tahu jejaknya Kang Lam-it-ci-seng Ti Put-cian,"
sahut Li Pong. Mendengar nama itu disebut, wajah Tay-lik-sin Tong Po mendadak berdiri dan berseru : "Apakah Ti Put-cian hadir kemari ?"
"Tidak, tapi Kah-heng justru lagi mencarinya," sahut Li Pong.
Perawakan Thay-jing-siancu Cio Ham yang kurus kering tinggi gala bambu itu tingginya, ternyata melebihi sang suami.
Dengan wajah merah padam mendadak dia berteriak kearah A Siu: "Kau pernah apanya Ti Put-cian, untuk keperluan apa kau mencari dia?"
Diam2 A Siu pikir, kenapa wanita kurus ini begitu galak"
untuk sejenak ia ragu2 cara bagaimana dia harus
menjawabnya, sahutnya kemudian: "Aku adalah sobat
baiknya." "Lau Tong," seru Cio Ham kepada sang suami, "akhirnya dapatlah kita menemukan dia!"
Tong Po mengangguk, sudah tentu orang semua yang
hadir disitu tidak paham apa yang sudah terjadi dan apa maksud kata2 Cio Ham itu.
"Bagus sekali, orang she Kah, jika memang kau sobat baik sikeparat Ti Put Cian itu, sekarang juga ingin kami tanya kau kejadian dua bulan yang lalu, dua murid kami terbunuh di dekat Tinkang itu, kau ikut serta tidak?" tanya Cio Ham sambil melangkah maju.
Karuan A Siu bingung. "Dar . . . darimana aku tahu?"
sahutnya kemudian dengan tidak lancar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cio Ham menjadi gusar. "Masih berani kau pura2 tidak tahu, apabila kau mengaku sobat baik dengan Ti Put-cian, tentu kaupun bukan manusia baik2," bentaknya sembari ulur tangannya terus mencengkeram.
Tenaga cengkeraman itu ternyata keras sekali, hingga membawa angin mendesing, sedang Li Pong terus berseru :
"Enso Tong, ada urusan apa, terangkanlah dahulu, jangan buru2 turun tangan !"
Untuk sejenak Cio Ham berhenti, katanya dengan muka
merah padam : "Kedua murid kami dua bulan yang lalu telah terbinasa ditangannya Ti Put-cian, sebelum ajalnya, mereka sempat mengirim berita pada kami bahwa musuh yang
membokong mereka adalah Ti Put cian beserta seorang
kawannya kangzusi.com, jika begitu, siapa lagi kawannya itu kalau bukan bocah sekarang ini " Apakah sakit hati
membunuh murid harus kudiamkan begini saja ?"
Li Pong menjadi bungkam mendengar alasan itu.
Sebaliknya silelaki jelek bermuka walang itu tiba2 ter-kekeh2
dan berkata : "Aha, muridnya sendiri yang tak becus, pembunuh biang keladinya tak diketemukan, sekarang malah merecoki pada seorang yang belum pasti diketahui berdosa atau tidak !"
Cio Ham menjadi murka, muridnya dibunuh orang, masih di-olok2, ia tertawa dingin dan menyahut: "Lo-mo-thau (iblis tua), kau membual apa ?"
Kembali lelaki jelek bernama Hwe Tek itu terkekeh-kekeh katanya: "Alangkah garangnya lagakmu! Apa kau sangka orang mudah kau robohkan" Cobalah kalau kau tak percaya, kalau kalian suami istri berdua mampu mengalahkan anak muda ini, aku terima menjura tujuh likur kali padamu !"
"Hm, Lo-mo-thau, kau benar2 memandang rendah pada
kami!" jengek Cio Ham. Habis ini mendadak berseru: "Lo Tong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rahasia Tong Po takut bini sudah bukan rahasia lagi
dikalangan kangouw, maka demi mendengar panggilan
istrinya itu, cepat ia mengia dan melompat maju.
"Mari kita jajal bocah ini kepelataran depan sana," kata Cio Ham pula.
Melihat orang sungguh2 hendak bergebrak dengan dia, A Siu menjadi gugup, ia menggoyang-goyang tangannya sambil berkata, "Kita selamanya tidak kenal, tanpa dendam takkan sakit hati!" habis berkata, sekali tubuhnya melesat, segera bermaksud undurkan diri.
Namun baru sedikit badannya bergerak, tahu2 Cio Ham


Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah mendahului membentak: "Jangan lari!" berbareng itu, pedang sudah dilolosnya dan menghadang diambang pintu.
Melihat kesebatan dan gerak senjatanya yang lihay, A Siu tak berani sembrono, ia mundur selangkah, lalu menegur.
"Sudah kukatakan kita tiada bermusuhan apa2, kenapa kau memaksa aku turun tangan ?"
"Justru aku ingin kau turun tangan!" teriak Cio Ham sambil ayun pedangnya dengan cepat dan kencang, sinar pedang kemilauan menyilaukan mata.
Akan tetapi A Siu tidak ingin berkelahi dengan orang, ia terus mundur hingga tanpa merasa telah mundur sampai didepan kursi silelaki jelek bernama Hwe Tek itu.
Ketika ia hendak mundur lagi, ternyata dari belakang seakan2 ditahan oleh selapis tembok kuatnya. Ia melengak, ketika melirik, kiranya Hwe Tek itu masih duduk tenang ditempatnya, hanya sebelah telapak tangannya sedikit membalik mengarah kepunggungnya A Siu, dengan sorot
mata tajam sedang menatap padanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka tahulah A Siu tenaga kuat yang menahan dari
belakang terang keluar dari tangan Hwe Tek itu. Ia menjadi terkejut, memang sejak bertemu ditengah jalan, ia sudah melihat Lwekang lelaki jelek ini luar biasa, tatkala iapun menjawil A Siu agar berlaku hati-hati, kini dugaannya itu ternyata tidak salah.
Dan karena ditolak dari belakang, terpaksa A Siu berulang kali mesti menghadapi bahaya, ia berkelit kian kemari oleh serangan Cio Ham yang sementara itu sudah dilontarkan. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
A Siu dapat menghindarkannya dengan enteng dan manis sekali.
Ilmu pedang yang dimainkan Cio Ham itu terkenal sebagai
"Thay-jing-kim-hoat", anehnya setiap kali serangan tampak hampir mengenai sasaran, selalu A Siu dapat menghindar dengan cepat dan enteng seperti gontai pergi oleh angin serangannya. Lama2 Cio Ham menjadi gemas. Tiba2 ia
getarkan pedangnya hingga mengeluarkan sinar gemilapan; seketika A Siu seperti terkurung didalam sinar pedangnya, tampaknya asal sekali tusukan pedang dilontarkan, pasti A Siu akan mengalami nasib malang.
Nampak keadaan itu, tanpa pikir Li Pong sudah lantas lolos golok pusakanya Pek-lin-sin-to dan Boh-hoat-suthay juga angkat kebutnya dengan maksud hendak menolong A Siu. Tak terduga, tiba2 bayangan orang berkelebat, tahu2 A Siu sudah menyelinap keluar dari kurungan sinar senjata itu, anehnya tak kelihatan dari arah mana A Siu menerobos keluar.
Karuan semua orang tercengang, sungguh tidak tersangka dengan ilmu pedangnya Cio Ham yang terkenal lihay dan tampaknya A Siu sudah terkurung oleh sinar senjatanya itu, tapi tahu2 bisa loloskan diri, sampai seujung bajunya saja tidak sobek, maka dapatlah dibayangkan betapa hebat
Ginkang atau ilmu mengentengkan tubuh bocah itu. Maka tak mau mereka pun berseru memuji.
Tentu saja Cio Ham tambah sengit, dengan gusar teriaknya
: "Anak busuk, tidak lekas kau lolos senjata, jangan salahkan aku jika kau sebentar badanmu berlubang!"
"Sudah kukatakan tidak bermaksud berkelahi dengan kau, darimana aku punya senjata ?" sahut A Siu tenang.
Ternyata jawaban yang tulus itu telah disalahartikan sebagai ejekan oleh Cio Ham, tanpa berkata lagi ber-runtun2
ia melontarkan serangan lagi beberapa kali. Akan tetapi masih tetap A Siu menghindarkan tanpa balas menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat, terimalah serangan ini!" teriak Cio Ham pula, dengan geram cepat pedangnya menebas.
Namun dengan sebat dan enteng sekali A Siu tergontai pergi hingga saking cepatnya pedang Cio Ham menyerempet tiang disamping A Siu. Sungguh hebat serangan itu, sedikit berayal saja tubuh A Siu mungkin sudah terkutung.
Semua orang menjadi ter-heran2 pula melihat gerakan A Siu yang lincah dan aneh itu. Walaupun disitu hadir jago silat dari berbagai golongan, tapi tiada satupun yang mengenali dari aliran mana ilmu silat A Siu itu. Maka baru sekarang mereka mau percaya olok2 Hwe Tek tadi, memang nyata, kalau mau sungguh2 A Siu sudah dapat mengalahkan Cio Ham.
Diluar dugaan, mendadak A Siu melompat kesamping lalu berseru: "Sudahlah cukup, baiklah aku mengaku kalah saja!"
Karuan semua orang ternganga heran, lebih2 Cio Ham
yang tahu jelas yang tak mampu menyenggol seujung rambut lawannya tapi mengapa tiba2 lawannya itu terima mengaku kalah" Untuk sesaat ia menjadi tertegun ditempatnya.
"Aha, teranglah dia bukan manusia sebangsanya It-ci-seng Ti Put-cian, harap Enso Tong dapat berlaku bijaksana," lekas2
Li Pong berusaha meredakan suasana tegang itu.
"Haha, bocah ini terang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, mengapa dia berlaku sungkan2" Biarlah aku
menjajalnya," seru Hwe Tek tiba2 sambil melangkah maju.
Habis ini ia menanya pula kepada A Siu: "Bocah, siapakah gurumu ?"
"Hai, Lo-mo-thau, orang begitu muda, dengan pamormu, masakan kau akan bergebrak dengan dia?" seru Li Pong tiba-tiba.
"Hm, pamor apa segala?" jengek Hwe Tek mendadak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin selekasnya kalian akan terbinasa tanpa kubur, masih bicara tentang pamor segala!"
"Apa maksud kata2mu ini, Lo-mo-thau?" tanya Li Pong heran.
"Bocah ini umurnya belum ada 20 tahun tapi sudah sekian tinggi kepandaiannya, lantas kalian sangka siapa gurunya"
Kecuali "dia", siapa lagi" Dan kalau dia untuk kedua kalinya muncul pula di Kangouw, siapa diantara kita mampu
menandinginya?" kata Hwe Tek.
Mendengar itu, semua orang menjadi bungkam dengan
saling pandang, tiba-tiba Thi-thau to berkata tak lancar: "Kau maksudkan dia..., dia...."
"Ya, dia! Dikalangan jaman ini, siapa orangnya bisa lebih lihay dari dia?" sahut Hwe-tek.
Tanya jawab itu walaupun tidak dijelaskan siapa nama si
"dia" itu, tapi semua orang hadir disitu semua sudah sama memahami siapa gerangan yang dimaksudkan.
"Kalian masih ingat bahwa tahun ini adalah tepat waktu yang dia janji akan muncul pula," kata Hwe Tek pula. "Selama 32 tahun ini dia juga sudah berumur tujuh puluhan dan kalau dia belum mati dan benar2 muncul kembali siapa sanggup menandingi?"
"Menandingi siapa?" tiba2 seorang menyambung dari luar.
Kiranya dia adalah Tuan rumah Jing-ling-cu yang masuk membawa seorang Hwesio pendek gemuk, didadanya
tergantung tiga buah kecer tembaga yang kuning gilap.
"Marilah kita perkenalkan, inilah Hoat-teng Taysu dari Thian-tongsi di Ciatkang," kata Jing ling-cu. Lalu dia menanya lagi tentang siapa yang tak bisa ditandingi itu.
"Gurunya," sahut Hwe Tek sambil menunjuk A Siu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah kukatakan aku tak mempunyai guru kalau murid sih ada!" sahut A Siu ke-kanak2an.
Karuan semua orang melengak lagi, masakan ada murid
tanpa guru"
"Lalu, siapa muridmu itu?" tanya Hwe Tek lagi.
"Muridku juga seorang Hwesio gede, namanya Tiat-pi
Hwesio," ujar A Siu.
Mendengar itu orang lain hanya heran saja, sebaliknya Hoat teng Taysu terus berjingkrak, teriaknya : "Dusta !"
"Mengapa ?" tanya silelaki jelek alias Hwe Tek itu.
"Tiat-pi adalah saudara angkatku, kepandaiannya
Gwakangnya jarang ada tandingannya disekitar Hunlam dan Kuiciu, namanya sudah tersohor lebih 20 tahun yang lalu, mana mungkin mengangkat bocah cilik ini sebagai guru ?"
tutur Hoat-teng.
Semua orang diam2 tertawa geli dan mau percaya apa
yang dikatakan itu memang sungguh-sungguh. Sebab kalau benar Tiat-pi Hwesio adalah muridnya A Siu, bukanlah Hoat-teng juga menjadi keponakan guru anak muda ini, pantasan saja ia berjingkrak.
Hwe Tek tak urus soal itu lagi, tiba2 ia menghela napas dan berkata : "Sungguh tidak nyana sang Tempo liwat begini cepat, tahu2 30 tahun sudah lewat. Dan sampai sekarang, toh masih tiada seorangpun diantara kita yang dapat menandingi dia !"
"Sebelum ini akupun sudah teringat soal ini," sela Jing-lingcu. "Menurut aku orang yang bisa menandingi dia bukannya tidak ada !"
Hwe Tek bergelak ketawa mengadah. "Siapa?" tanyanya.
Lagu suaranya penuh kesombongan se-akan2 pertanyaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"siapa" itu termasuk pula : Aku saja mengaku tak bisa menandingi, lalu dijagat ini siapa lagi yang mampu "
"Justru undanganku ini kepada para tokoh Bu-lim, karena aku ingat tahun ini adalah tahun yang dijanjikan iblis itu, menurut pendapatku, orang yang mampu menandinginya,
mungkin sobat aneh yang tak diketahui asal usulnya itu," ujar Jing-ling-cu.
"Sobat itu berada dimana ?" tanya Hwe Tek.
"Beberapa hari yang lalu sudah kelihatan muncul
dipegunungan ini, tapi pagi hari ini telah menghilang lagi,"
kata Jing-ling-cu.
"Usul Jing-ling Toheng memang beralasan," ujar Li Pong.
"Kebetulan hari ini kita berkumpul disini, tentu dia akan datang kemari untuk memenuhi janjinya."
"Siapakah gerangan yang kalian bicarakan ?" saking heran A Siu menanya.
Tiba2 hati Li Pong tergerak, sahutnya : "Kah laute,
kebetulan kali ini kaupun hadir disini, maka alangkah baiknya bila kaupun suka membantunya nanti. Orang itu she Ki, namanya Go-thian, berpuluh tahun yang lalu sudah tiada tandingan diseluruh Bu-lim, kini kalau muncul lagi, terang malapetaka bagi dunia persilatan kita."
"Ah, kiranya Ki Go-thian itu," ujar A Siu.
Semua orang menjadi heran, masakan usia semuda "Kah-
loji" ini juga kenal Ki Go-thian.
"Jadi Kaheng sudah kenal dia " Dimana bertemu ?" tanya semua orang berbareng.
"Aku bertemu dia diwilayah Ciatkang, ia berada bersama seorang Thauto yang bernama Ngo-seng." tutur A Siu. Lalu ia ceritakan pengalaman yang lalu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kepandaian Ki Go-thian ternyata jauh
bertambah lihay itu, seketika wajah semua orang berubah pucat. Dan selagi Li Pong hendak menanya pula, mendadak diluar kuil sana terdengar suara "blung" yang keras, begitu keras suara itu hingga debu sana bertebaran. Semua orang terkesiap dan semua orang berkata : Ah, datanglah dia !
Suara dentuman itu terlalu keras datangnya maka seketika semua orang menduga pasti Ki Go-thian yang sudah datang.
Untuk sesaat ruangan itu menjadi hening. Hanya Hwe Tek yang tampak tenang-tenang saja.
Betapapun juga, sebagai jago kawakan serta tuan rumah, kemudian Jing-ling-cu buka suara: "Hari ini kita akan menghadapi musuh lama mati atau hidup kita biarlah
bersama. Marilah kita menghadapi diluar!"
Segera Jing-ling-cu mendahului keluar dan diikuti oleh semua orang. Ternyata dipelataran luar sudah ramai
dikerumuni orang, apa yang dikerumuni itu tidak kelihatan.
Anehnya orang-orang yang lagi merubung itu sama-sama bisik-bisik entah apa yang diceritakan, tapi tiada seorangpun diantara mereka yang tampak ketakutan.
"Siapakah gerangan yang bikin ribut disini" Mungkin sobat lama yang mana sudi berkunjung kemari, maafkan bila
penyambutan kami kurang sempurna!" Segera Jing-ling-cu berseru. Suaranya keras berkumandang hingga berisik semua orang itu tersirap, nyata Lwekang yang diunjukan Jing-ling-cu ini tak bisa dipandang enteng.
Melihat munculnya tuan rumah, maka menyingkirlah
orang2 yang merubung itu kepinggir maka tertampaklah di-tengah2 situ seorang berbaju hitam yang sudah luntur hingga lebih mirip warna kelabu, lagi meringkuk tidur sambil berpeluk dengkul, disampingnya ada segunduk benda kehitam-hitaman entah apa barangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika sudah dekat, ternyata orang itu berdandan sebagai sastrawan miskin, tampaknya masih muda, bukanlah Ki Go-thian yang mereka takuti itu. Sedang gundukan benda tadi ternyata sebuah genta raksasa yang sudah berkarat. Semua orang menjadi heran mengapa tiba-tiba muncul seorang aneh demikian.
"Siapakah tuan, ada keperluan apakah kunjunganmu
kemari ?" segera Jing-ling-cu menegur lagi.
Tiba-tiba orang itu menguap sambil mengangkat kedua
tangannya kelangit dan mengulet ke-malas2an, tangannya ternyata panjang luar biasa, kemudian dengan sungkan ia menjawab: "Ah, kiranya Jing-ling Totiang sendiri sudi keluar menyambut. Kunjunganku kemari tiada maksud lain, cuma kabarnya hari ini semua tokoh dan jago Bu-lim sama
berkumpul disini, maka Cayhe hanya datang sebagai peninjau saja!"
Tutur kata sastrawan miskin ini ternyata cukup sopan santun, suara nyaring jelas, terang bukan sembarangan orang.
Anehnya tiada seorangpun tokoh2 yang hadir itu yang kenal padanya, padahal seorang jago yang membawa sebuah genta raksasa yang menyolok itu, masakan selamanya tak pernah dengar namanya.
Hanya A Siu saja segera mengenali bahwa orang inilah yang telah menggodanya diatas perahu ditelaga Se-oh itu.
Tatkala mana sastrawan inipun sedang nyenyak, lalu menguap dan mengulet, lagaknya persis seperti barusan ini.
Dalam pada itu Tong Po mempunyai tenaga raksasa
pembawaan, menjadi ketarik oleh genta yang dibawanya sastrawan miskin itu, ia tidak percaya orang sekurus itu mampu mengangkat genta yang besar dan antap itu.
Tanpa pikir ia terus mendekati genta itu, ia pegang
kupingan genta itu sambil membentak "naik !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diluar dugaan, tiba2 sastrawan itu sedikit menahan genta itu dengan sebelah tangannya, kontan Tong Po merasa suatu tenaga besar menggetar dadanya. Lekas ia lepas tangan, namun begitu, iapun tergetar mundur beberapa tindak, dengan tercengang ia pandang sastrawan miskin itu.
Tapi sastrawan itu hanya tersenyum tawar saja, dengan enteng sekali tiba2 ia angkat gentanya secara terbalik diatas pundak, lalu hendak menuju kegubuk yang dibangun untuk para tetamu itu.
Se-konyong2 bayangan orang berkelebat, tahu2 Hwe Tek melesat menghadang kehadapan sastrawan itu sambil berkata dengan dingin : "Jika saudara datang kemari untuk ikut pertemuan kita kenapa nama saja tak kau beritahukan kepada tuan rumah ?"
"Aha, namaku yang rendah sebenarnya tiada harganya
disebut, tapi kalau kalian ingin tahu, terserahlah," sahut sastrawan itu dengan lagak jenaka. "Namaku Ko, she Wi, dari wilayah barat, ditengah jalan kebetulan memperoleh genta rombeng ini, maka sekalian kubawa. Nah, apa lagi yang kalian ingin tahu ?"
Mendengar nama orang Wi Ko, diam2 Hwe Tek tersenyum
geli, ia pikir orang pakai nama samaran lagi seperti "Ka-loji"
itu. Tapi demi mendengar orang datang dan wilayah barat, tanpa merasa ia pandang Liok-hap-tongcu Li Pong.
Hendaklah diketahui bahwa Khong-tong-pay terhitung
suatu aliran terbesar dikalangan wilayah barat, sebagai seorang ketua, tentunya Li Pong kenal nama orang. Tak terduga Li Pong hanya menggeleng kepala saja.
Sementara itu sastrawan yang memperkenalkan namanya
sebagai Wi Ko itu telah berdiam saja kepada semua orang, lalu pergi sendiri ke gubuk disamping sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi Jing-lingcu heran oleh kelakuan orang tiba2
dilihatnya Thi-thau-to yang berdiri disampingnya mengunjuk rasa curiga seperti tiba2 ingat sesuatu.
Rupanya Li Pong juga sudah melihat perubahan sikap Thi-thau-to itu segera ia menanya: "Lau Thi, ada apakah kau, kenapa tak kau katakan saja dihadapan orang banyak!"
"Aku hanya ragu2 kepada genta yang dibawa orang she Wi itu seperti...."
"Seperti apa" Apa kau maksudkan seperti genta besar milik Biau-jiu-losat Ki Teng-nio di puncak Go-bisan itu?" sela Cio Ham tiba2.
Thi-thau-to melengak bingung, sebab ia tidak tahu kalau Ki Teng nio itu menggantung sebuah genta bwsar dikaki gunung kediamannya, maka ia tak bisa menjawab. Sebaliknya A Siu yang sejak tadi mendengarkan terus, kini tiba2 menyela:
"Hanya mirip, tapi bukan Genta yang tergantung dikaki gunung Go-bisan itu, berukiran kembang yang menonjol keluar, tapi ukiran genta tadi mendengkuk kedalam!"
"Dari mana kau tahu?" bentak Cio Ham. Rupanya ia masih mendongkol pada A Siu.
"Aku pernah memukul genta itu digunung, maka cukup
jelas melihatnya," sahut A Siu.
"Lalu Lau Thi maksudkan genta yang mana?" tanya Li Pong tak sabaran.
"Kejadian itu kalau dibicarakan sungguh memalukan," tutur Thi-thau-to. "Dahulu karena menguber Ngo-seng yang
mendurhakai perguruan itu, aku telah tiba sampai disuatu pulau terpencil dilautan selatan, pulau itu ternyata tiada penduduknya, dan disanalah aku melihat genta tadi. Pikirku kalau pulau tanpa penduduk, dari manakah terdapat genta semacam itu" Aku menjadi heran dan bermaksud membawa kembali genta itu, tak terduga belum maksudku terlaksana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba2 muncul seorang wanita berambut panjang terurai, berjari merah membara, tapi wajahnya cukup cantik, cuma dari sifatnya tampak sekali bukan dari aliran suci. Dan karena percekcokan mulut, akhirnya aku terpaksa bergebrak dengan dia...."
"Tak usah diterangkan lagi pasti kau dikalahkan, bukan?"
tiba2 Hwe Tek menyela.
"Benar, apakah Hengtay tahu siapa wanita itu?" sahut Thi-thau-to.
"Aneh, sebagai seorang ketua aliran terkemuka, masakan wanita itu tak kau ketahui?" jengek lelaki jelek alias Hwe Tek itu.
"Sungguh memalukan, harus diakui, memang sampai kini aku masih belum tahu siapa dia," kata Thi-thau-to.
Aneh juga dengan kedudukan Thi-thau-to sebagai Ketua Ngo-thay-pay, terhadap Hwe Tek ternyata sangat merendah dan mengia. Dari sini dapat dibayangkan betapa disegani Hwe Tek itu.
"Apa kalian pernah dengar disana dahulu diwilayah Hunlam dan Kuiciu muncul seorang jago wanita, Kui-bo Li-hun ?" tutur Hwe Tek. "Selama hidupnya ia sungkan terima murid, baru usianya sudah lanjut, ia menerima dua orang murid. Tatkala mana usia Kui-bo Li-hun sudah hampir sembilan puluh tahun, tapi betapa tinggi ilmu silatnya juga susah diukur. Kedua muridnya itu yang satu kita kenal sebagai Biau-jiu-losat Ki-teng-nio yang sudah mati, sedang seorang lagi adalah wanita yang dijumpai Lau Thi yang berjari merah membara, rambut terurai tapi ilmu silatnya jauh lebih tinggi dari sang suci boleh dikata hampir mewariskan seluruh kepandaian gurunya, ia bernama Li-giam Ong To Hiat-koh!"
Mendengar "Li-giam-ong To Hiat-koh" atau siratu akherat, seketika semua orang terkejut. Sudah lama nama Li-giam-ong itu lenyap dari Bu-lim, apabila dia masih hidup, pasti ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silatnya bertambah tinggi lagi. tapi genta pusakanya tahu2
jatuh ditangan sastrawan miskin she Wi itu, maka
kepandaiannya yang belakangan ini dapat dibayangkan. Yang mengherankan yalah umurnya masih begitu muda, siapa
gurunya pun tak diketahui.
Dalam pada itu masih juga memikirkan daya-upaya akan menghadapi Ki Go-thian yang ditakuti itu.
Karena itu be-ramai2, mereka terus masuk kembali kekuil untuk berunding lebih dulu, tapi tiada sesuatu hasil pembicaraan yang diambil.
Sementara itu hari sudah petang, dalam hati A Siu masih tetap terkenang kepada Ti-put-cian, akan tetapi selama itu masih belum diketahui jejaknya, ia menjadi masgul, ia ingin sekali berbicara kepada seseorang kawan, seperti Jun-yan, yang selalu menghibur hatinya yang lara. Tapi gadis itu entah berada dimana sekarang.
Dalam keadaan murung, A Siu terus ayun langkahnya
menjelajahi bukit pegunungan itu, ia mendapatkan sebuah batu besar, dengan duduk bersandarkan batu itu, ia melamun jauh kelautan mega sana sambil menghela napas.
Dan sekali ia duduk melamun, tahu-tahu 2-3 jam telah lewat, dewi bulan sudah menghiasi ditengah cakrawala, tapi diatas puncak sana bertambah berisik oleh datangnya tetamu yang baru. A Siu merasa jemu dengan segala suara ramai itu ia ingin keadaan sunyi senyap, alangkah baiknya diganti dengan suaranya Ti-put-cian biarpun suara makian atau cacian, rasanya ia pun suka, daripada hati selalu dirundung rindu.
Per-lahan2 ia berdiri hendak kembali kepondoknya, tapi baru selangkah, tiba2 didengarnya diatas batu besar yang dibuatnya bersandar itu ada suara orang menghela napas juga. Malahan terdengar orang itu bersenandung pula yang bernada rindu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera A Siu dapat mengenali suara orang itu sebagai sastrawan she Wi itu, ia heran siapakah gerangan yang dirindukan sastrawan itu"
Sedang A Siu berpikir, terdengar orang she Wi itu berkata lagi pada dirinya sendiri: "Haha, wanita menyamar sebagai lelaki, hampir aku kena diingusi!"
A Siu tergerak pikirannya, ia coba mendongak keatas, terang itulah sorot mata orang yang tajam lagi memandang juga kebawah. Ia menjadi jengah sendiri, nyata
penyamarannya sudah diketahui orang.
Dalam pada itu Wi Ko itu sudah lantas berkata dengan tertawa : "Maaf, nona Siu, bila aku bikin kaget padamu. Aku kangzusi.com hanya ingin numpang tanya. Kenapa nona Jun-yan tidak ikut serta bersama kau kesini ?"
"Enci Jun-yan sudah berada disini," sahut A Siu. "cuma dia bilang hatinya masgul, ingin menikmati pemandangan alam pegunungan ini, sebaliknya aku kesusu hendak mencari Ti-toa ko, maka hadir kesini lebih dulu."
"Ti-toako" Apakah kau maksudkan Ti Put cian berjuluk Kang Lam-it-ci-seng itu ?" tanya Wi Ko.
"Benar," sahut A Siu, "Apakah kau tahu dia berada dimana
" Ah, rasanya dia takkan hadir kesini!"
Heran sekali Wi Ko mendengar orang yang dicari si gadis adalah Ti put-cian yang terkenal ganas laknat itu, padahal kalau dibandingkan gadis polos dihadapannya ini, terang bedanya langit dan bumi. Namun begitu, ia menjawab juga :
"Dimana dia berada sekarang, aku tidak tahu. Tapi
bagaimanakah nona kenal dan berkawan dengan dia ?"
"belum lama kami berkenalan, hanya secara kebetulan saja kami bertemu didaerah Biau," tutur A Siu singkat.
"Ah, kiranya nona berasal dari suku Biau," tanya Wi Ko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
A Siu hanya mengangguk. Sebaliknya sikap Wi Ko yang
biasa ke-malas2an itu tiba2 berubah sungguh2, nyata
perhatiannya terhadap diri A Siu bukanlah secara kebetulan saja.
Tiba2 katanya dengan menahan suara,"Nona Siu, ingin aku menanya sesuatu kepadamu ..........."
Tapi belum lagi ia melanjutkan kata2nya terdengarlah suara tertawa orang yang seram sekali bergema diangkasa
pegunungan itu, begitu seram menusuk suara tawa itu hingga bagi yang mendengar, seketika bulu roma sama berdiri.
"Suara tertawa siapakah, begitu menyeramkan dimalam
buta ?" tanya A Siu.
"Sebentar lagi tentu kau akan tahu," ujar Wi Ko seakan-akan ia sudah kenal suara siapa itu.
Dalam pada itu, suara tertawa itu rupanya juga sudah mengejutkan semua orang yang berada dipuncak Ciok-yong-hong itu, sebab beramai-ramai mereka terus bangkit
berkerumun ke pelataran depan kuil, sebaliknya didalam kuil itu lantas terang benderang agaknya mereka juga terjaga bangun, lalu sama keluar ingin melihat apa yang bakal terjadi.
Segera A Siu juga hendak kembali ke Ciok yong hong
dibawah sana, tapi keburu ditahan Wi Ko, kata sastrawan rudin itu: "Tunggu sebentar nona Siu, daripada kita ikut bikin kacau, tidakkah lebih baik kita menonton saja disini?"
Sementara itu terlihat Jing-ling-cu, Liok-hap-tong-cu Li Pong dan silelaki bermuka walang, Hwe Tek, serta lain-lainnya sudah muncul.
Tiba2 Wi Ko menunjuk Hwe Tek dan menanya A Siu: "Nona Siu, kau datang lebih dulu, apakah kau tahu siapakah lelaki jelek itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entah, cuma dia diperkenalkan sebagai Hwe Tek, ada juga yang mau menyebut Lo-mo thau (iblis tua) padanya." kata A Siu.
"Lo-mo-thau " Hahaha ! Memang aku sudah menduga dia, ternyata tidak salah!" seru Wi Ko bergelak tertawa.
-o0dw.kz-hendra0o-
Jilid 9 SELAGI A Siu hendak menanya lebih jelas tiba-tiba belasan obor yang dipasang dipelataran sana, apinya se-akan2
menjulang keatas seperti ditiup angin besar, sampai A Siu yang jaraknya belasan tombak jauhnya merasakan angin yang kuat itu. Dalam pada itu suara ringkik tawa tadi semakin keras, seorang wanita berambut terurai kusut mendadak muncul diatas puncak itu.
Wanita itu angkat tinggi2 tangannya sambil tertawa-tawa menengadah, karena mukanya tertutup rambutnya yang
kusut, maka tidak tampak jelas, yang terang sepuluh jari tangannya merah membara, ditumbuhi kuku jarinya yang panjang, tapi putih bersih, paduan warna merah putih itu menjadi sangat menyolok.
Maka terlihatlah Jing-ling-cu dan Hwe Tek serta jago lainnya sama memapak maju, wajah Jing-ling-cu nampak terkejut dan heran, dari jauh segera membalas orang dengan suitan nyaring. Walaupun suaranya singkat pendek, begitu suara suitan itu berkumandang, maka berkatalah Jing-ling-cu:
"Ah, kiranya Li giam-ong To Hiat koh yang sudah lama tidak keluar dikangouw hari ini mendadak sudi hadir kemari, maafkan bila sebelumnya tak dilakukan penyambutan!"
A Siu pikir, kiranya wanita aneh inilah yang disebut si Ratu akherat To Hiat-koh yang ilmu silatnya masih diatas Sucinya, yaitu Ki Teng-nio. Ia coba melirik Wi Ko. Pemuda itu ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa saja, tetap dengan sikap yang ke-malas2an, si ratu akherat yang menggetarkan itu seperti tak dipandang mata olehnya.
Dalam pada itu, karena teguran Jing-ling-cu tadi,
mendadak wanita itu menggeleng kepalanya, rambutnya yang kusut terurai itu lantas tergontai kebelakang. Diluar dugaan wajahnya ternyata cantik ayu tampaknya juga belum terlalu tua, cuma saja bila dilihat dari sorot matanya yang tajam dapat diketahui pasti bukan orang dari aliran baik2. Ia hanya mengerling sekejap kearah Jing-ling-cu, lalu menyahut:
"Hidung kerbau, pakai banyak adat apa segala! Aku hanya ingin tanya kau, apakah tadi ada seorang sastrawan
kangzusi.com rudin yang datang kemari, harap kau suruh keluar terima kematian!" habis berkata, dia perdengarkan lagi suara ketawanya yang menyeramkan itu.
"Eh, kiranya kedatangannya kemari hendak mencari kau,"
diam2 A Siu berkata pada Wi Ko ditempat sembunyinya itu.
"Ya, sudah kuketahui ia akan datang kemari, herannya kenapa dia baru sekarang tiba," ujar Wi Ko tertawa.
Dalam pada itu baru Jing-ling-cu mengetahui maksud
kedatangan To Hiat-koh itu, pikirnya, walaupun sastrawan she Wi itu barusan dikenal tapi sekali ia sudah hadir disini, sebagai tuan rumah aku harus konsekwen, aku menghadapi segala kemungkinan. Maka sahutnya segera: "Ah Li-giam-ong
hendaknya suka menerima usulku ini karena berkumpulnya kami disini justru perlu persatuan sesama kita untuk menghadapi lawan tangguh, maka sebelum peristiwa itu berakhir haraplah Li-giam-ong kesampingkan dahulu
percekcokan pribadi!"
Diam2 Wi Ko memuji akan sifat kesatria Jing-ling-cu itu, katanya pada A Siu: "Jing-ling Totiang nyata tidak kecewa sebagai tokoh yang dikagumi orang Bu-lim!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Tohiat-koh sudah berjingkrak karena
sahutan Jing-ling-cu tadi, teriaknya sengit: "Jing-ling-cu yang kutanya adalah sastrawan keparat itu, jika benar dia berada disini, kau akan menyerahkan dia tidak?"
Betapa sabarnya Jing-ling-cu, melihat kekerasan orang, dia menjadi gusar juga, sahutnya dingin: "Hm, siapa yang sudah berada ditempatku ini, rasanya tidak mudah orang hendak berbuat se-wenang2 padanya! Walaupun aku tidak becus, sekalipun hancur lebur, demi kehormatan biarlah! Jing-ling-cu bukan seperti manusia pengecut!"
Karuan To Hiat-koh berjingkrak murka oleh tantangannya itu, rambutnya yang terurai itu se-akan2 mengak, jari tangannya yang merah darah itu, sudah lantas diangkat hingga ruas tulangnya bunyi kertikan, segera dia hendak menyerang.
"Tahan dulu!" tiba-tiba terdengar seruan orang, tahu2
bayangan orang berkelebat, ditengah kalangan itu sudah bertambah seorang, dia bukan lain, adalah Wi Ko.
"Keparat, akhirnya kau keluar juga!" bentak To Hiat-koh terus mencengkeram dengan jari tangannya yang sudah
diangkat tadi. Cengkeraman jari yang dilontarkan To Hiat koh itu terkenal dengan nama "Kau-beng-jiu" atau cakar pencabut nyawa yaitu sesuai pula dengan julukannya sebagai ratu akherat. Kuku jari itu tampaknya putih bersih, tapi sebenarnya sudah direndam air berbisa, sekali kena terpukul, racunnya meresap kedalam badan, tanpa keluar darah seketika orangnya terbinasa.
Akan tetapi dengan gesit sekali Wi Ko sudah
menghindarkan cengkeraman itu. Sedang Jing-ling-cu terus berseru : "To Hiat-koh, betapapun besarnya urusan, Ciok-yong-hong ini adalah kediaman Jing-ling-cu, mana boleh orang berlaku sewenang-wenang didepan mata hidungnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
To Hiat-koh tertawa dingin, tapi demi dilihatnya dipihak orang begitu banyak jumlahnya, ia pikir gelagat tidak menguntungkan, maka jawabnya : "Apa kira aku jeri terhadap hidung kerbau macammu " Katakanlah apa kau minta satu lawan satu, atau hendak maju berbareng ?"
"Jing-ling totiang," seru Wi Ko sebelum Jing-ling-cu menjawab orang, "sembelih ayam tak perlu pakai golok, bagi perempuan bawel macam dia, tak perlu totiang capekan diri !"
To Hiat-koh menjadi murka dikatakan perempuan bawel, tanpa bicara lagi ia mencengkeram lagi kearah punggung Wi Ko yang rada mungkur itu. Serangan itu cepat lagi tanpa suara, pula dilakukan diluar dugaan Wi Ko, semua orang ikut terkejut dan menyangka pasti sastrawan itu bakal celaka, untuk menolongnya juga tak keburu lagi.
Siapa nyana, seenaknya saja Wi Ko melangkah maju, maka cengkeraman To Hiat Ko itu luput mengenai sasaran,
sekalipun demikian baju Wi Ko sobek juga sebagian.
"Sungguh hebat, memang Kau-beng-jiau tidaklah tersohor kosong !" seru Wi Ko.
Diam2 To Hiat-koh sangat terkejut, serangan kilat dan ganas yang diandalkan itu, dengan enteng dapat dihindarkan oleh orang.
"Keparat, siapa kau sebenarnya, kenapa mencuri gentaku
?" bentaknya kemudian.
"Siapa diriku, rasanya tiada perlu kau tahu." sahut Wi Ko dengan mata berkilat2. "Sedang untuk apa aku mencuri gentamu, kau sendiri cukup tahu !"
Kata2nya itu diucapkan dengan tenang dan biasa saja, tapi bagi pendengaran To Hiat-koh, kata itu se-akan2 guntur disiang bolong. Tangan yang sudah diangkat yang hendak menyerang pula seketika terhenti diudara, sedang wajah yang


Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik penuh nafsu pembunuh itu, seketika pun lenyap dan berobah hebat.
Semua orang menjadi heran, mengapa kata-kata Wi Ko
tadi, telah bikin iblis perempuan itu sedemikian terkejutnya.
Apakah mungkin siapa gerangan Wi Ko itu dapat diketahuinya, atau gurunya yang disegani " Siapa gurunya, apa mungkin Ki Go-thian yang bergelar Tok-po-kian kun itu "
Akan tetapi dugaan mereka itu telah tersangkal oleh seruan To-Hiat-ko sesudah tertegun sejenak: "Jadi .... jadi kau sudah mengetahui manfaat Tui-hun-kim-ceng (genta pembunuh
nyawa)?" lagu suaranya itu lemas lesu, seakan-akan rahasia yang disekamnya sekian lama mendadak kena dibongkar
orang. Dalam pada itu Wi Ko hanya tersenyum tawar saja sambil mengangguk.
"Darimana kau mengetahui ?" teriak To Hiat-koh pula
dengan suaranya yang tajam melengking. Nyata gusarnya sudah memuncak.
"Kalau ingin orang tidak tahu, kecuali diri tidak berbuat!"
ujar Wi Ko tertawa. "Apakah ada sesuatu dijagat ini dapat membohongi orang selamanya ?"
Rupanya hati To Hiat-koh tergoncang luar biasa, kembali ia melangkah maju dan membentak lagi: "Kecuali kau siapa lagi yang mengetahui?"
"Hahaha, langit mengetahui, bumi mengetahui, kau tahu dan akupun tahu, apa masih kurang ?" sahut Wi Ko bergelak tertawa.
"Baik dan untuk selanjutnya hanya langit tahu, bumi tahu, dan aku yang tahu !" seru To Hiat-koh. Berbareng itu, jarinya yang merah membara itu terus mencengkeram kebatok
kepalanya Wi Ko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata sekali ini Wi Ko tak berkelit lagi, tapi mengebas lengan bajunya yang besar longgar itu keatas, hingga tangan To-Hiat-koh terlibat. Maka terasalah To Hiat koh semacam tenaga maha besar merintangi cengkeramannya itu, tanpa pikir lagi kelima jari tangannya yang lain terus menjojoh kedepan pula mengarah lambung lawan. Serangan ini sangat ganas sekali, asal sedikit tubuh Wi Ko kena kuku jarinya, seketika air racun akan meresap kedalam darah, kecuali obat pemunah To Hiat-koh sendiri, sekalipun malaikat dewata juga tak sanggup untuk mengobatinya.
Siapa tahu sebelah lengan baju Wi Ko tiba-tiba mengibas juga keatas, melibat tangan To Hiat-koh sembari melindungi badan sendiri. Tahu akan betapa tenaga dalam lawannya itu, asal kedua tangannya itu semua terlibat oleh lengan baju orang mungkin susah lepaskan diri lagi, maka sekuatnya To Hiat-koh menyampok kesamping, berbareng kakinya menutul terus membetot kebelakang.
Walaupun begitu tidak kuranglah terdengar suara "krak, krak, krak" tiga kali, To Hiat-koh sempat melompat mundur kebelakang tapi tiga kuku jarinya telah patah tertinggal dilibatan lengan baju Wi Ko. Keruan To Hiat-koh terkejut dan berdiri terpaku ditempatnya dengan wajah pucat.
"To Hiat koh," jengek Wi Ko dengan tertawa dingin, "masih mujur bagimu, hanya kuku jarimu yang tercabut, belum lagi pergelangan tanganmu patah. Gentamu berada disini, apa kau masih menginginkannya ?"
To Hiat-koh benar-benar mati kutu, sungguh tak diduga bahwa lawan semuda itu sudah memiliki kepandaian
sedemikian tingginya, kalau pertandingan diteruskan, rasanya tak menguntungkan, maka jawaban sambil berkekeh-kekeh :
"Baik, genta boleh kau tahan, lihatlah apa yang bisa kau lakukan !"
Habis berkata, sekali tubuhnya melesat, secepat kilat orangnya sudah berada belasan tombak jauhnya dan sekejap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula menghilang dibalik tebing sana, hanya ketinggalan suara tertawa yang tajam melengking.
Begitu To Hiat-koh angkat kaki, mendadak wajah Wi Ko berubah, ia berpaling kearah Jing-ling-cu terus menanya :
"Jing-ling Totiang undanganmu pada seluruh jago Bu-lim ini bukankah tujuannya hendak mengenali manusia aneh yang kau ketemukan dipegunungan sini itu ?"
"Kecuali itu apakah Wi-heng tahu ada tujuan lain?" tiba2 Li Pong menyela. Nyata dengan pertanyaan ini, Li Pong
bermaksud akan memancing asal-usul dari orang, apa
mungkin ada hubungannya dengan Ki Go-thian.
Siapa tahu, tiba2 Wi Ko mengerut alis dan menyemprot;
"Tujuan apalagi, aku tidak pusing, aku hanya ingin menanya Jing-ling Totiang, apakah orang aneh itu kini berada disini?"
Betapa tinggi kedudukannya dan nama Li Pong dihormati dikalangan persilatan, belum pernah ia disemprot orang dihadapan umum, apa lagi orang muda seperti Wi Ko, karuan semua orang merasa orang she Wi itu rada kelewatan.
Benar juga mendadak lelaki jelek alias Hwe Tek yang
berada disamping Li Pong itu, lantas tampil kemuka sambil ter-kekeh2 aneh, katanya dingin: "Hehe, selamanya justru aku paling suka pusing urusan orang lain, entah saudara mau apakah dariku?"
Tertegun juga Wi Ko oleh sikap Hwe Tek itu, tapi segera katanya: "Apa maksudmu ini" O, apa barangkali kau anggap kata-kataku kepada Liheng tadi rada kasar, bukan?"
"Emangnya apa kau kira halus?" sahut Hwe Tek. "Jika tahu salah, seorang kesatria harus berani mengaku keliru."
Mendengar perdebatan itu, Li Pong dan Jing ling-cu merasa keadaan bakal runyam, kedua orang itu pasti segera akan saling gebrak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diluar dugaan, mendadak Wi Ko terus berpaling kearah Li Pong sambil membungkuk badan katanya: "Ya, memang kata-kataku tadi kurang pantas, harap Liok-hap-tong-cu jangan ambil marah!" ternyata apa yang dikehendaki Hwe Tek itu telah diturutnya dengan baik. Padahal terjadinya percekcokan dikalangan Bu-lim pada umumnya biasanya disebabkan
menjaga muka saja, kalau semua orang mau berlaku jujur seperti Wi Ko, tentu segala percekcokan dapat dilenyapkan.
Li Pong sendiri menjadi likat melihat kejujuran Wi Ko itu, lekas-lekas ia membalas hormat dan berkata: "Ah, kenapa Wi-heng bersungguh-sungguh."
"Permintaan maafku kepada Liok-hap-tongcu adalah timbul dari hatiku sendiri." tiba2 Wi Ko berkata kepada Hwe Tek.
"Tapi, jangan kau kira aku kena kau gertak, lalu turut perintahmu " Hm, walaupun asal usulmu sangat disegani, kalau ada kesempatan aku justru ingin belajar kenal padamu
!" Hwe Tek menjadi gusar, tapi belum juga buka suara, sekonyong2 Wi Ko berseru : "Celaka." berbareng orangnya terus melesat pergi, hanya beberapa kali lompatan, orangnya sudah lenyap ditempat gelap.
"Sungguh aneh orang she Wi ini, tapi apa yang dia
maksudkan celaka tadi ?" Ujar Li Pong tak mengerti.
Semua orang ter-heran2 juga macam2 dugaan dan tafsiran mereka, tapi tiada satupun pendapat mereka yang masuk diakal, sampai merekapun pada bubar kembali kepondoknya sendiri-sendiri untuk mengaso. Hanya ketinggalan Si A Siu saja seorang diri masih termenung-menung diatas batu yang besar itu.
Kembali bercerita tentang Jun-yan yang kembali masuk gua untuk mencari kalau-kalau ada sesuatu tanda lain mengenai diri si orang aneh itu. Gua kangzusi.com itu terlalu gelap, walaupun dengan gemilang pedangnya Tun-kau-kiam, lapat2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalanan gua itu masih dikenali, tapi hendak melihat jelas keadaan disitu terang tidak mungkin. Ia hendak menyalakan api, tapi angin meniup santar diduga itu, tentu akan tersirap.
Tiba2 ia berpikiran lain, ia mundur kembali dan
mendapatkan dua batang kayu, ia nyalakan dulu hingga berupa suatu obor besar, karena besarnya obor, tidaklah mudah sirap tertiup angin, dengan penerangan obor itu, dapatlah dilihatnya didalam gua itu penuh tumbuh macam-macam lumut dan jamur yang beraneka warnanya, malahan batu dinding gua itu macam2 bentuknya sampai jauh gua itu dimasukinya tapi tiada suatu tanda yang mencurigakan.
Sampai akhir ia tertarik oleh suatu tempat yang terdapat segundukan rumput kering yang sudah apak, karena
lembabnya gua rumput kering itu sampai tumbuh jamurnya.
Dinding di samping rumput kering itu tiba2 tertampak banyak goresan tulisan yang serupa, yaitu kesana kemari melulu dua huruf saja, "Jing-kin."
Jun-yan menduga tempat ini tentu dahulu digunakan
manusia aneh itu sebagai kediamannya. Ia coba
menggunakan Tun-kau kiam untuk menjingkap rumput kering itu, diluar dugaan tiba-tiba pandangannya menjadi silau oleh sesuatu benda putih didalam rumput itu. Waktu Jun-yan menegasi, kiranya itu adalah sebuah mutiara sebesar biji lengkeng, malah mutiara itu malah masih terdapat sebagian rantai emas yang sudah putus. Cepat Jun-yan menjemputnya, tapi segera hatinya tergerak, ia merasa mutiara ini mirip benar dengan mutiara yang dipakai A Siu itu, keduanya sama-sama bersinar hingga bercahaya terang ditempat gelap, tanpa pikir ia masukkan mutiara itu kedalam bajunya lalu meneruskan pemeriksaannya dirumput itu, tapi tiada lagi yang
diketemukan. Yang ada hanya bau apak dari rumput kering yang sudah membusuk itu. Dalam pada itu obor ditangannya sudah
terbakar lebih separoh, kuatir obor itu mati sirap, Jun-yan tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani tinggal disitu lama, segera ia bermaksud keluar kembali dari gua itu.
Tapi tidak seberapa jauh ia melangkah, sekonyong-konyong ia berhenti lagi, entah mengapa selalu ia rasa ada yang menguntit dibelakangnya, persis seperti dahulu ia dikuntit si orang aneh itu. Ia pikir, jangan-jangan orang aneh itu telah kembali, ia menjadi girang, cepat ia berpaling dan serunya :
"He, sobat aneh apa..."
Akan tetapi belum lanjut parkataannya atau sesuatu tenaga yang maha besar sudah menyambar kemukanya.
Dalam keadaan tak berjaga-jaga, baiknya Jun-yan sudah makan empedu dari katak berwajah manusia didaerah Biau, Lwekangnya sudah jauh maju, cepat ia pinjam sambetan angin pukulan itu untuk ikut tergontai mundur ke luar. Sekilas obornya memanjang terang, tetapi sekejap lantas padam oleh angin pukulan tadi.
Walaupun belum jelas apa yang terjadi, dan ilmu silat yang menyerang tinggi sekali. Tak berani gegabah lagi, segera Tun-kau-kiam diputarnya untuk melindungi tubuhnya.
Siapa tahu, diantaranya sinar pedangnya yang rapat
gemilapan itu, tahu-tahu sebuah tangan menerobos masuk mencengkeram dadanya. Sungguh terkejut Jun-yan tidak kepalang, lekas-lekas ia balikkan pedangnya memotong ke bawah, dari sinarnya pedang yang terang itu sekilas dapat pula dilihatnya sebuah wajah yang aneh dan jelek luar biasa lagi berhadapan dengan dirinya. Siapa lagi dia kalau bukan manusia aneh yang diduga Jun-yan dan selalu mengintil padanya itu.
Sama sekali tak tersangka oleh Jun-yan bahwa manusia aneh yang begitu menurut dan membela mati2an padanya, kini bisa mendadak menyerangnya malah. Ia menjadi tertegun sejenak, dalam pada itu tangan si orang aneh sudah membalik pula hendak mencengkeram pundaknya, lihat serangan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan pura2 belaka, Jun-yan terkejut, sukur dia masih sempat mengegos, hanya bajunya tersobek sebagian dan karena itu mutiara yang tersimpan dibajunya terjatuh ke tanah.
Mendengar suara jatuh benda itu tiba2 orang aneh itu merandek, dia menjemput mutiara itu, kesempatan ini telah digunakan Jun-yan untuk melompat mundur sejauh lebih setombak. Ketika ia pandang orang aneh itu, ternyata mutiara itu lagi diciumnya dengan bibirnya yang sumbing itu.
Tidak lama orang aneh itu mendongak pula sambil
mengeluarkan suara uh, uh, tak lampias, lalu kepalanya miring seperti lagi mendengar sesuatu.
Jun-yan tahu tentu orang sedang mendengarkan suara
dimana dirinya berada, syukurlah sekarang dirinya sudah setombak lebih jauhnya dari orang aneh itu. Perlahan2 ia coba menggeser lebih jauh. Diluar dugaan sedikit dia bergerak, secepat kilat orang aneh itu menubruk maju lagi.
Belum dekat orangnya, angin pukulannya sudah
membentur Jun-yan hingga badannya tertumbuk dinding gua, sampai tulang punggungnya terasa sakit sekali.
Lekas2 Jun-yan berdiam, sampai bernapas pun tak berani, kuatir didengar lagi oleh orang aneh itu. Ia tahu pengliatan orang aneh itu sudah tidak ada, tapi pendengarannya justru tajam luar biasa, sedikit ia bersuara, segera akan diserang pula.
Benar juga untuk sesaat orang aneh itu kelihatan berdiri bingung sambil mendengarkan lagi. Tapi sampai sekian lamanya, ia tidak mendengar apa2, ia bersuara "Uh, uh" lagi seperti tadi sambil menyeringai seram dengan bibirnya yang sumbing itu.
Untuk beberapa saat mereka sama2 berdiri diam, yang satu lagi pasang kuping hendak mencari sasarannya, yang lain menahan napas kuatir diterkam. Sedang Jun-yan heran
mengapa manusia aneh itu bisa berubah sikap terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya, tiba2 ia menjadi sadar. Yah, karena mata orang tak bisa melihat, hanya berdasarkan suara saja, padahal kini dia dalam penyamaran, suaranya juga sudah dibikin serak dengan obat-obatan sedikitnya juga harus belasan hari baru bisa pulih kembali. Dengan sendirinya orang aneh itu sama sekali tidak tahu lagi berhadapan dengan siapa.
Tapi sebab apakah suaranya begitu menarik perhatian
orang aneh itu" Padahal merasa dirinya tak ada sangkut paut apa-apa dengan dia"
Segera teringat olehnya orang aneh itu suka menuliskan huruf "Jing-kin". Apakah itu nama seorang wanita, yang suaranya mirip benar dengan dirinya. Lalu apa hubungannya
"Jing-kin" itu dengan si orang aneh"
Makin dipikir semakin ruwet. Selagi bingung harinya, tiba-tiba orang aneh itu melangkah setindak lagi kearahnya.
Sedapat mungkin Jun-yan berdiam diri dengan perasaan tegang, walaupun insaf keadaan begitu tidak bisa didiamkan terus. Dalam keadaan genting itu, ia menjadi teringat pada tulisan dimulut lembah itu, diam-diam hatinya berdebar-debar, nyata keadaan sekarang bukankah akan terbukti dengan tulisan itu.
Dalam keadaan bingung dan sudah kepepet Jun-yan
menjadi nekad, tiba-tiba dilihatnya orang aneh itu sudah melangkah maju dua tindak pula. Segera ia angkat tangannya pelan-pelan, pedangnya siap untuk ditimpukkan ke arah orang aneh, tapi baru tangannya bergerak sekonyong-konyong orang itu terus menubruk maju, "cring", tahu-tahu pedangnya terjentik jauh, berbareng suatu tenaga raksasa seakan-akan menindih keatas kepalanya.
Sungguh tak kepalang kagetnya Jun-yan, "Tamatlah
riwayatku !" keluhnya.
Pada saat yang menentukan itu, sekilas pikirannya
tergerak, tiba-tiba ia berteriak "Jing-kin''.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sungguh heran, tahu-tahu tenaga raksasa yang
mengurung ke atas kepalanya tadi mendadak lenyap tanpa bekas, sedang tangannya orang aneh itu masih bergaya hendak mencengkeram, tapi berdiri ditempatnya seperti patung, hanya dari tenggorokannya terdengar mengeluarkan
"Krok-krok" yang menyeramkan dan mengharukan itu.
Walaupun barusan jiwanya hampir melayang dibawah
cengkeraman maut orang aneh itu tapi kini Jun-yan berbalik merasa kasihan padanya.
Jun-yan tahu kesempatan baik untuk meloloskan diri segera ia mendak kebawah. terus melompat keluar sejauh lebih setombak, ketika menoleh, terlihat orang aneh itu masih menjubleg terkesima ditempatnya. Cepatan saja Jun yan melompat lebih jauh sesudah jemput kembali pedangnya lalu dengan jalan mungkur ia keluar dari situ untuk menjaga kalau si orang aneh itu mengubernya lagi, sungguh sama sekali tak diduga bahwa karena teriakan "Jing-kin", lalu jiwanya bisa diselamatkan.
Maka lambat laun ia telah mundur sampai di mulut gua tadi, ia dengar orang aneh itu masih mengeluarkan suara "uh uh" yang tak lampias. Diam2 Jun-yan merasa lega, andaikan sekarang orang aneh itu hendak mengubernya, rasanya ia tidak kuatir lagi.
Akhirnya ia dapat keluar dari gua itu dengan selamat, dan sampailah dilembah kematian tadi, dan baru saja ia hendak melintasi lembah itu, tiba-tiba didengarnya tertawanya dingin orang yang seram, menyusul suara seorang yang kaku
terdengar berkumandang: "Inilah Lembah Kematian, bisa masuk tak bisa keluar!"
Jun-yan terperanjat oleh suara itu, terang itulah suara orang seperti orang membaca huruf2 dimulut lembah sana.
Pada saat itu suara "uh uh" si orang aneh terdengar mendekat juga, hanya sekejap orangnya tertampak sudah keluar dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gua tadi, dan sesudah tertegun sejenak, sekonyong2
memburu kearah Jun-yan,
Tentu saja gadis itu gugup, cepat Tun-kau kiam diputarnya untuk menjaga diri. Namun justru suara gerakan pedangnya itulah telah memancing si orang aneh menubruk lagi padanya.
Tatkala itu ujung pedangnya Jun-yan tepat lagi ditusukkan, maka tubrukan si orang aneh itu seakan-akan sengaja
memapak serangan.
Sama sekali tak diduga Jun-yan bahwa orang aneh itu tidak berusaha berkelit, tapi masih terus menyelonong maju.
Dengan Lwekang Jun yan yang masih belum cukup sempurna, untuk menarik senjata yang sudah ditusukkan ia sebenarnya tidaklah mudah. Syukurlah dia cukup cerdik, lekas-lekas tangannya menarik ke samping hingga ujung pedangnya
sedikit menceng, namun begitu "sret", leher orang aneh itu toh tergores luka, darah segarpun mengucur.
Untuk sejenak orang aneh itu tertegun, cepat Jun-yan melompat kesamping lagi, apabila dilihatnya darah mengucur dari leher orang, diam-diam ia merasa kasihan lagi, walaupun dengan muka orang yang sudah jelek itu, bertambah lagi sebuah luka toh tidak akan mempengaruhi mukanya yang tetap jelek.
Dan selagi orang aneh itu bersuara uh uhan lagi dan
bersiap-siap hendak menyerang pula, tiba-tiba dari mulut lembah sana berkumandang suara seorang wanita yang lemah lembut penuh manis madu, suara itu terang suara orang tua, tetapi nadanya yang lemah lembut itu tidak bisa dibandingi oleh gadis remaja maupun yang baru menginjak lautan
asmara. Kata suara itu; "oh, engko yang baik, apakah kau terluka " Berdiamlah, jangan bergerak !"
Jun-yan menjadi heran dan terkesiap, pikirnya : "Ah, kiranya ditempat ini masih ada orang lain lagi!" Dalam pada itu tiba2 terasa ada angin santar menyambar dari belakang.
Lekas2 ia menghindar kesamping, tahu-tahu sesosok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayangan orang telah melayang lewat ke-arah si orang aneh dengan kecepatan luar biasa.
"Ai engko yang baik, kiranya lehermu terluka lagi, marilah biar kubersihkan darahmu !" terdengar bayangan orang berkata pula sesudah berhadapan dengan si orang aneh yang masih berdiri menjubleg itu. Lalu wanita itupun angkat tangannya mengusap perlahan-lahan darah yang masih
mengucur dileher orang.
Jun-yan menjadi bingung oleh kelakuan wanita itu. la pikir dijagat ini tiada rasanya orang bermuka lebih jelek lagi dari pada orang aneh ini, masakan kini ada seorang wanita yang sudi mencintainya" Jika begitu wanita inipun jeleknya tak terkira.
Diluar dugaan, ketika wanita itu berpaling, Jun-yan menjadi terkesima, ternyata wanita itu tidak bermuka jelek bahkan sangat cantik, usianya kira-kira 40an tahun, rambutnya panjang terurai lebih-lebih sepasang tangannya yang putih halus, hanya diantara telapak tangannya bersemu merah, sorot matanya rada aneh, tapi kesemuanya itu tidak
mengurangi kecantikannya.
"Kenapa kau melukai dia ?" mendadak wanita itu
membentak. Habis itu ia lantas berpaling kepada orang aneh itu dan berkata, "Engkoh yang baik, jangan kuatir, biarkan aku yang membalas hajar dia!''
Ternyata suara waktu menanya Jun-yan yang bernada kaku dingin itu sama sekali berbeda dengan ketika berkata pada orang aneh itu dengan lemah lembut.
Sungguh heran Jun-yan, "eh, jadi kau kenal dia" Siapakah kau?" tanyanya segera.
Wanita itu melototnya sekejap, jawabnya kemudian dengan dingin: "Hm, seorang bocah perempuan macam kau, rasanya kaupun tak kenal siapa aku. Pernahkah kau mendengar, julukan Li-giam-ong" Kenapa kau melukai engkohku ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kiranya adalah Li-giam-ong To Hiat-koh Cianpwe," ujar Jun-yan. "Tidak, aku tak bermaksud mencelakai oleh
pedangku. Eh, jika kau kenal dia kenapa kau tidak mendatangi Jing-ling-cu Totiang yang sedang mengumpulkan para kawan untuk mengetahui asal-usul dari Cian-pwe yang aneh ini?"
Kiranya wanita ini memang benar Li-giam-ong To Hiat-koh yang tadi telah bikin geger di atas Ciok-yong-hong itu. Maka katanya pula : "Tidak perlu aku gubris urusan orang lain. Aku hanya ingin tanya padamu, kenapa kau berani gegabah masuk kelembah ini, apakah kau tidak melihat huruf yang terukir dimulut lembah sana?"
"Melihat," sahut Jun-yan.
"Nah inilah lembah kematian, bisa masuk tak bisa keluar,"
kata To Hiat-koh.
"Omong kosong! Siapa yang menetapkan aturan itu?" sahut Jun-yan ketus.
"Aku !" sahut To Hiat-koh.
"Apakah peraturan itu berlaku untuk semua orang?"
"Ya !"
"Hahaha," tiba-tiba Jun-yan bergelak tertawa. "Nyata peraturanmu itu omong kosong belaka. Apakah dengan
begitu, kau dan sobat aneh itupun takkan keluar juga dari sini?"
"Hm, kau memang pintar bicara," kata To Hiat-koh. "Baik, aku dapat membiarkan kau dari sini dengan hidup."
Sama sekali Jun-yan tak menyangka urusan bisa begitu gampang diselesaikan, kalau mengingat telapak tangan orang yang terkenal jahat luar biasa, ia pikir jalan paling selamat lekas saja angkat kaki, hanya katanya segera : "Jika begitu, maaflah dan selamat tinggal !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat Jun-yan hendak melompat pergi, tapi baru saja
badannya hendak bergerak, tahu-tahu sesosok bayangan sudah menghadang dihadapannya. Siapa lagi dia kalau bukan To Hiat koh "
"Kenapa kata-katamu seperti kentut saja, barusan omong, sudah dijilat kembali ?" damprat Jun-yan.
"Hm, kenapa kau tidak mendengarkan lebih jelas, kata-kataku tadi masih belum habis." sahut To Hiat-koh. "Aku sudah berjanji pada engkohku yang baik itu, karena kau melukai lehernya, maka akupun hendak menggores lehermu dengan luka seperti dia."
"Cis, apakah aku patung, bisa kau perlakukan sesukamu ?"
sahut Jun-yan. Habis ini, kembali badannya melesat hendak tinggal pergi.
Namun To Hiat-koh tidak mudah melepaskannya begitu
saja. Sekali tangannya menjambret hampir-hampir Jun-yan kena cengkeram. Beruntung baju penyamarannya itu longgar besar, maka hanya sobek sebagian dipundaknya. Karena itu Jun-yan tak sanggup berdiri tegak lagi, ia terhuyung-huyung menyelonong kedepan.
Dalam pada itu, cengkeraman maut To Hiat-koh yang
kedua sudah menyusul. Rupanya, serangan pertama tidak kena sasaran, wanita iblis ini menjadi murka hingga
rambutnya yang panjang itu seakan-akan menegak dan
tampaknya sangat beringas.
Dalam keadaan badan kehilangan imbangan, dari belakang cengkeraman itu menyusul pula, terpaksa Jun-yan terus gulingkan diri ke samping, waktu dia angkat kepalanya, sekilas dapat dilihatnya To Hiat-koh sudah memburunya lagi dengan tangan terbuka hendak mencengkeram. Alangkah terkejutnya Jun-yan menghadapi saat berbahaya itu. Dalam keadaan hilang akal tanpa pikir Tun-kau-kiam ditangannya terus disambitkannya kearah musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu To Hiat-koh lagi menubruk maju dengan bengisnya ketika mendadak dilihatnya sinar tajam menyambar untuk menghindar terang tak sempat lagi. Tapi se-konyong2
rambutnya terus menjulur kedepan terus melibat pedang.
Walaupun kemudian ternyata rambutnya terkupas putus, tapi pedang itupun dapat ditariknya kesamping hingga melulu menyerempet bajunya tanpa melukai. Habis itu kembali dengan sinar mata bengis, To Hiat-koh melototi Jun-yan sambil melangkah maju pula.
Kuatir dan bingung Jun-yan melihat sinar mata orang seakan2 berapi itu. Dalam keadaan takut, tiba2 tangannya menyentuh pecut berujung mulut bebek yang melibat
dipinggangnya. Tanpa pikir lagi terus dikeluarkannya dengan cepat, ia menunggu ketika To Hiat-koh sudah mendekat, sekonyong2 "tarrr", pecutnya menyabet sekuatnya.
Tetapi To Hiat-koh bukan jago rendahan, serangan pecut hanya dipandang sebelah mata olehnya. Hanya sekali lengan bajunya mengayun, tahu-tahu pecut itu sudah terlibat, menyusul sekali membetot, terpaksa Jun-yan melepaskan senjatanya itu.
Karena modal terakhir ikut ludes, Jun-yan pikir ajalnya sudah sampai, ia tinggal pejamkan mata menyerah pada nasib.
Tapi meski ia sudah menunggu sejenak, tangan musuh
yang mematikan belum juga kunjung datang. Waktu
membuka matanya, ia melihat To Hiat-koh lagi tertegun sambil memegangi pedang dan pecut rampasannya dengan wajah rada sangsi.
"Dari aliran mana kau" Siapa gurumu ?" tanya To Hiat-koh tiba-tiba.
Hati Jun-yan tergerak, kenapa orang mendadak tidak jadi mencelakainya, dan kini menanyai tentang asal-usulnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lapun tidak berani berolok-olok lagi terus menjawab:
"Guruku adalah Jiau Pek-king berjuluk Thong-thian-sin-mo!"
"Seharusnya kau mengetahui bahwa muridnya bukan
seorang yang mudah dihina segala orang!"
Dan karena jawabannya itu, seketika Jun-yan terkejut sendiri. Aneh, sebab sekarang suaranya sudah pulih keasalnya sebagai seorang gadis. Nyata obat serak yang sudah pernah diminumnya sudah hilang kasiatnya, karena mengeluarkan tenaga untuk bertempur tadi.
Sebaliknya ketika mendadak To Hiat-koh mendengar
seorang laki-laki berewok bersuara wanita, iapun tercengang, tapi yang membuatnya terkejut ialah suaranya Jun-yan itu mirip benar dengan suaranya orang yang selama ini
dibencinya. "Kau......kau sebenarnya siapa ?" tanya To Hiat-koh kemudian tak lancar. "Apa kau she Siang ?"
"Kenapa aku mesti she Siang?" sahut Jun-yan.
Mendadak To Hiat-koh bergelak tertawa sambil
mendongak, begitu keras suaranya hingga lembah gunung itu seakan-akan terguncang, didalam sunyi kedengarannya
menjadi lebih seram. Habis itu setindak demi setindak ia mendekati Jun-yan lagi.
Dalam keadaan bahaya, tiba2 Jun-yan teringat pada si orang aneh itu, serunya : "Paman aneh, tolonglah lekas, ada orang hendak mencelakai aku!"
Benar juga, baru selesai kata2nya, secepat angin orang aneh itu sudah melesat tiba terus menghalang ditengah-tengah antara To Hiat-koh dan Jun-yan.
Lekas2 Hiat-koh berkata: "Engkoh yang baik, jangan kau dengar kata2nya, dialah musuhmu dia yang telah melukai kau!" Selesai berkata, sebelah tangan terus meraup kedepan melalui samping tubuh orang aneh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sebelum serangannya mengenai Jun yan, tahu tahu kedua tangan orang aneh itu sudah disodok kedepan dadanya.
Dalam keadaan terbuka, To Hiat-koh tidak sempat menarik tangannya buat menangkis tiba-tiba dia menghela napas dengan wajah muram pedih. Maka tanpa ampun lagi, "bluk-bluk" dua kali, dengan tepat dadanya kena hantaman kuat si orang aneh, To Hiat-koh terhuyung-huyung ke belakang, katanya dengan suara sedih: "Ohh, engkoh yang baik sudah sekian lamanya ternyata kau masih serupa dahulu. Baiklah kau menghajarku tidak sekali-kali aku membalas!" Habis berkata, darah segar menyembur dari mulutnya.
Sebenarnya wajah To Hiat-koh cantik bercahaya, tapi kini seakan-akan diliputi selapis awan mendung, mukanya pucat, matanya sayu tanpa semangat. Karena hantaman si orang aneh tadi tidak kepalang hebatnya, yaitu menyerupai ilmu pukulan geledek andalan Ngo-tai-pay yang dimiliki Thi-thauto, bahkan tenaga pukulan jauh lebih keras. Walaupun seketika To Hiat-koh tidak lantas binasa, tapi sudah terluka dalam sangat parah. Sejenak kemudian, robohlah dia terkulai.
Melihat To Hiat-koh begitu mendalam cintanya terhadap si orang aneh, Jun-yan malah menjadi terharu, segera katanya :
"Sudahlah, paman aneh, dia sudah terluka, jangan kau menghajarnya lagi. Marilah kita sekarang pergi ke Ciok yong-hong saja !"
Lalu tangan si orang aneh ditariknya. Tapi segera Jun-yan merasa tindakannya sendiri enteng limbung, lemas tak bertenaga, ternyata pukulan To Hiat-koh tadi tidak mengenai tubuhnya, namun angin pukulannya berbisa wanita iblis itu telah mempengaruhi juga jalan pernapasannya, untuk sesaat itu ia terpaksa berhenti buat himpun tenaga dalam.
Tiba2 teringat olehnya bahwa To Hiat-koh itu ternyata kenal si orang aneh ini, pada detik sebelum penghabisannya, kenapa tak mencari keterangan padanya " Segera Jun-yan berjongkok mendekati tubuh To Hiat-koh yang menggeletak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkurap itu. "Li-giam-ong, siapakah gerangan paman aneh itu sebenarnya " Kenapa berubah begitu rupa " Maukah kau memberitahukan padaku ?"
Tiba2 To Hiat-koh paksakan diri memalingkan kepalanya kearah Jun-yan, wajahnya guram, matanya gelap, dengan tak lancar ia berkata : "Kau .... sebenarnya siapa ?"
"Aku bernama Lou Jun-yan, wanita menyamar sebagai
lelaki, guruku memang Tong-thian-sin-mo Jiau Pek-king !"
"Kau memang tidak she Siang " Ti . . .tidak berdusta " Dan siapa ibumu ?"
"Aku she Lou," sahut Jun-yan heran. "Siapa ibuku, entahlah, aku tidak kenal. Tapi siapakah paman aneh itu ?"
Tiba2 mata To Hiat-koh yang guram itu, menyorotkan
cahaya yang aneh, bibirnya bergerak sedikit seperti ingin berkata apa2, tapi terus berdiam lagi sambil menunduk.
"Li-giam-ong, apa yang hendak kau katakan, lekaslah !"
seru Jun-yan. "Dia tak menjawab pertanyaanmu lagi nona Lou, dia sudah mati." tiba-tiba suara seorang laki-laki menegur dari samping.
"Tidak, tidak, dia masih hendak mengatakan sesuatu !"
seru Jun-yan. Tapi lantas teringat olehnya bahwa dilembah itu kecuali dia dan To Hiat-koh serta si orang aneh, tiada orang lain lagi. Kenapa sekarang bisa muncul suara orang.
Waktu ia menoleh, ternyata dibelakangnya sudah berdiri seorang tinggi besar, berdandan sebagai sastrawan, yang aneh tangan dan kaki sastrawan ini jauh lebih panjang daripada orang biasa. Ah, siapa dia kalau bukan sastrawan yang pernah menggodanya ditelaga Se-oh serta yang selalu dirindukannya itu. Sedang manusia aneh itu sudah menghilang entah pergi kemana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau. . . kau. . ." berulang-ulang Jun-yan hanya sanggup mengucapkan sepatah kata itu saja, sampai lama baru dia dapat menyambung pula: "Siapakah kau yang sebenarnya ?"
"Caihe she Wi bernama Ko," sahut orang itu.
Pantas surat yang ditinggalkan dirumah itu tidak ditanda tangani, melainkan tertulis beberapa batang rumput (Wi) serta seekor burung belibis tunggal (Ko), demikian Jun-yan diam-diam membatin. Tiba-tiba teringat pula apa yang pernah terlukis dalam suratnya itu tentang Leng tulen, tapi Kiam tiruan, teka-teki itu sampai sekarang masih belum
dipahaminya. Maka cepat ia menanya pula: "Wi. . . ah, cara bagaimana aku harus memanggil kau ?"
"Terserah, asal kau tidak memaki aku sebagai babi,
bolehlah," sahut Wi Ko menyerahkan.
Rupanya diapun ingat Jun-yan pernah menganggap
tidurnya diperahu seperti babi mati, maka sekarang sengaja mengungkatnya. Maka tersenyumlah sekarang saling
pandang. "Wi-toako," kata Jun-yan kemudian. "Leng tulen, Kiam tiruan. Sebenarnya apa artinya?"
"He, kenapa kau tidak mengetahuinya ?" ujar Wi Ko terheran-heran.
"Aku benar-benar tidak paham," kata Jun-yan. "Tentang apakah ?"
"Aneh ! Lalu dari manakah kau memperoleh Ang-leng
(sutera merah) itu?" tanya Wi Ko.
Mendengar lagu pertanyaan orang itu sangat serius, seperti sutera merah itu mempunyai urusan yang maha penting, maka berceritalah Jun-yan mengenai pengalaman merebut Seng-co ke 72 gua suku Biau dahulu dan menemukan kain sutera merah itu dalam gua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata itu membikin Wi Ko bersuara heran juga. "Aneh, sungguh aneh!" katanya berulang-ulang.
"Aneh, tentang apakah ?" tanya Jun-yan tak mengerti.
Tapi Wi Ko tidak menjawabnya lagi, sebaliknya berkata :
"Nona Lou, urusan ini biarlah kita bicarakan kelak. Sekarang marilah kita pergi ke Ciok-yong-hong dahulu. Mungkin hari ini akan kedatangan iblis raksasa, jangan kita terlambat keramaian itu."
Biasanya Jun-yan sangat suka menuruti wataknya sendiri, tapi kini, menghadapi sisastrawan ini, ia menjadi penurut sekali. Segera ia terima ajakan itu.
"Tapi, nona Lou, apakah aku tetap panggil kau nona Lou, atau sebut Kah-laute ?" tanya Wi Ko dengan tertawa.
"Emangnya dengan pakaianku ini, apakah kau kira sesuai menyebutku nona segala ?" ujar Jun-yan dengan geli.
"Apalagi aku sengaja hendak bergurau dengan suhuku, biar dia tercengang nanti bila sudah mengenali aku."
Begitulah sambil bicara, mereka terus meninggalkan


Pendekar Misterius Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"lembah kematian" itu untuk kembali ke Ciok-yong-hong.
"Wi-toako, sebenarnya siapakah gurumu " Sungguh hebat sekali ilmu silatmu," ujar Jun-yan ditengah jalan.
Tapi Wi Ko hanya tersenyum sambil menggeleng, katanya:
"Guruku tidak perbolehkan aku menyebutkan nama mereka pada orang lain. Semalam aku malah disangka muridnya Tok-poh-kin-gun Ki Go-thian."
"Eh, kiranya gurumu tidak hanya satu saja tapi lebih dari seorang" Lantas ada berapa orang, tentunya dapat kau katakan bukan ?" ujar Jun-yan. Nyata gadis ini sangat teliti kata-kata mereka diwaktu Wi Ko menyebutkan gurunya telah dapat ditangkapnya dengan baik.
Harpa Iblis Jari Sakti 29 Anak Berandalan Karya Khu Lung Kelelawar Hijau 9
^