Pencarian

Badai Awan Angin 12

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 12


Kok Siauw Hong melesat ke arah See-bun Souw Ya.
"Iblis Tuajangan buang lagak di sini!" bentak Kok Siauw Hong sengit bukan kepalang.
Kok Siauw Hong langsung melancarkan serangan dengan jurus Cit-siu-kiam-hoat. Pedang Kok Siauw Hong menyerang ke arah tujuh jalan darah See-bun Souw Ya dengan ganas.
Menyaksikan serangan itu See-bun Souw Ya tertawa dingin.
"Bocah busuk! Sia-sia saja kau datang ke mari, kau hanya akan mengantarkan jiwamu saja!" kata See-bun Souw Ya.
"Kebetulan memang aku akan mengantarkan nyawa kalian berdua ke neraka!"
Melihat serangan Kok Siauw Hong hampir mengenai dirinya, See-bun Souw Ya berkelit sekaligus menyerang.
800 Tak lama tercium bau amis yang luar biasa. Tentu saja serangan See-bun Souw Ya ini membuat mual Kok Siauw Hong, akibatnya nyaris pemuda ini muntah-muntah. Buruburu Kok Siauw Hong menggunakan jurus Siauw-yang-sinkang, sesudah itu dia baru merasa lega.
Sekalipun dia mampu mengatasi pukulan si Iblis Tua namun Kok Siauw Hong tetap cemas. Dia berpikir keras.
"Si Iblis Tua sudah dua kali terkena tusukan Paman Jen, tetapi heran sekali dia masih begitu hebat dan mampu melancarkan serangan mautnya. Kalau begitu hari ini aku harus adu jiwa dengannya!" pikir Kok Siauw Hong.
Sesudah mengambil putusan akan adu jiwa, hati Kok Siauw Hong jadi tenang luar biasa.
Di pihak lain See-bun Souw Ya tak kalah kagetnya.
"Ilmu Hua-hiat-to tidak bisa melukai bocah busuk ini.
Jika aku ingin mengalahkan dia mungkin aku harus bertarung sampai lebih dari seratus jurus dan aku juga khawatir, apakah pihak Kay-pang akan mengirim balabantuan atau tidak" Jika mereka minta bantuan dan muncul lagi para pesilat tinggi, maka pekerjaanku hari ini sia-sia saja!"
Dua hari yang lalu See-bun Souw Ya telah mengadu kepandaian melawan Han Tay Hiong, tidak heran kalau hawa muminya belum pulih lagi. Sebaliknya Kok Siauw Hong ahli ilmu Siauw-yang-sin-kang, dan ilmu itu khusus untuk menghadapi ilmu silat Siu-lo-im-sat-kang. Jadi kehebatan ilmu itu akan berkurang jika berhadapan dengan ilmu Hua-hiat-to milik See-bun Souw Ya. Untung saat itu kesehatan See-bun Souw Ya belum pulih benar, tidak heran jika Kok Siauw Hong mampu menghadapinya.
801 Jen Thian Ngo yang terkena serangan See-bun Souw Ya yang dasyat itu telah roboh, tapi sekarang dia sedang berusaha bangkit kembali dan berusaha mendekati keponakannya, sedangkan wajahnya basah oleh keringat.
"Paman Jen istirahat saja, biar aku sendiri yang menghadapi Iblis Tua ini!" kata Kok Siauw Hong dengan gagah.
"Siauw Hong, kau mundur saja! Kau anak satu-satunya dari keluarga Kok, jika terjadi sesuatu atas dirimu, mana mungkin aku bisa menemui ibumu" Paman sudah tua, matipun aku tidak akan penasaran! Biar aku yang mengadu jiwa dengan Iblis Tua ini!" kata Jen Tian Ngo.
Kemudian tanpa menghiraukan cegahan Kok Siauw Hong, orang she Jenm ini maju, dia gerakkan pedangnya menyerang See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya tertawa terkekeh-kekeh ketika menyaksikan Jen Thian Ngo berusaha menyerangnya.
"Eh! Rupanya kalian berdua saling berebut ingin buruburu ke neraka, baiklah aku akan mengabulkan keinginan kalian berdua!" kata See-bun Souw Ya sambil tertawa.
See-bun Souw Ya langsung melancarkan dua pukulan ke arah Jen Thian Ngo. Sadar kalau pamannya sedang terluka, Kok Siauw Hong maju untuk menyambut pukulan si Iblis Tua itu.
Sama sekali Kok Siauw Hong tidak sadar kalau pamannya itu sedang main sandiwara di depannya.
Sebenarnya Jen Thian Ngo tidak terluka parah, begitu pun See-bun Souw Ya. Si Iblis Tua itu hanya terluka ringan pada bahu kanannya, sedangkan tusukan ke arah perut See-bun Souw Ya itu hanya tusukan tipuan. Kiranya See-bun Souw Ya yang licik telah menaruh sepotong daging yang sengaja dibungkus dan masih berdarah. Tentu saja ketika 802
tertusuk oleh Jen Thian Ngo bungkusan itu mengeluarkan darah!
Di tempat lain Kong-sun Po sedang bertarung matimatian melawan Chu Kiu Sek. Kepandaian Chu Kiu Sek lebih tinggi setingkat dibanding dengan Kong-sun Po.
Berhubung hawa murni Chu Kiu Sek telah terkuras dua hari yang lalu, yaitu saat menghadapi Beng Cit Nio, Seng Cap-si Kouw dan Han Tay Hiong, jadi tenaganya belum pulih benar. Hari itu dia tidak mengira akan berhadapan dengan Kong-sun Po yang masih muda dan gagah berani.
Tidak heran pertarungan kedua orang ini jadi seimbang.
Di tangan Kong-sun Po tergenggam payung pusakanya yang lihay. Jika dalam keadaan terlipat payung itu bisa berfungsi sebagai pedang maupunpoan-koan-pit untuk menotok jalan darah lawan. Sebaliknya jika payung itu mengembang, payung itu bisa digunakan untuk menangkis pukulan yang dilancarkan oleh lawan maupun senjata rahasia lawan. Tidak heran lama-lama Chu Kiu Sek yang tak mampu melukai penmuda itu akhirnya kewalahan juga.
Dengan jurus Tay-mok-hu-eng (Uap Rase Gurun Pasir) Kong-sun Po menggunakan payungnya untuk menusuk tenggorokan Chu Kiu Sek.
"Hai bocah busuk, kau berani menghinaku"!" bentak Chu Kiu Sek.
Mendadak dia nmenggunakan jurus Tay-kin-na-ciu-hoat (Ilmu Cengkraman) dan berusaha untuk merebut payung yang ada di tangan Kong-sun Po, sedangkan tangan kiri Chu Kiu Sek digunakan pukulan dari jurus Siu-lo-im-satkang untuk menghantam lengan Kong-sun Po.
Ilmu pedang yang digunakan Kong-sun Po jurusjurusnya sangat aneh. Sekalipun telah berusaha sekuat 803
tenaga ternyata Chu Kiu Sek tidak berhasil merebut payung yang ada di tangan Kong-sun Po, tetapi pukulan Siu-lo-imsat-kangnya yang ada di tangan kiri Chu Kiu Sek hanya mengenai payung pemuda itu. Tiba-tiba terdengar suara nyarung.
"Buum!" Chu Kiu Sek kaget dia merasakan tulang lengannya seperti patah, sakitnya bukan kepalang. Tiba-tiba Chu Kiu Sek ingat kalau payung yang ada di tangan Kong-sun Po itu terbuat dari baja murni.
"Bocah keparat! Walau pun kau menggunakan payung itu kau kira aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadapmu"
Hari ini aku bersumpah, jika aku tidak bisa membunuhmu, aku tidak akan menemui orang lagi!" kata Chu Kiu Sek bersumpah.
Chu Kiu Sek yang gusar lupa menghemat tenaga, dia terus menyerang dan menyerang. Dia kerahkan jurus Siu-lo-im-satkang sampai tingkat delapan. Melihat musuh menggunakan ilmu andalannya Kong-sun Po buru-buru membentangkan payungnya untuk menangkis serangan lawan. Tetapi selain menangkis pemuda ini pun balas menyerang lawan. Angin serangan keduanya terdengar menderu-deru. Sekalipun payung baja itu mampu menangkis serangan si Iblis Tua, tetapi Kong-sun Po tetap menggigil kedinginan karena serangan pukulan lawan.
"Iblis Tua kau memang bukan manusia!" bentak Kongsun Po. "Baiklah, kau boleh keluarkan seluruh kepandaianmu, aku ingin tahu apa yang bisa kau perbuat terhadapku?"
Serangan Chu Kiu Sek telah dilancarkan secara bertubitubi, namun Kong-sun Po belum mampu dia robohkan.
Sebaliknya Kong-sun Po tampak tegar dan bersikap biasa-804
biasa saja. Tak lama kelihatan pemuda itu maju sambil membentak nyaring.
"Jika kau bisa melancarkan pukulan beracun, apa kau kira aku tidak bisa?" bentak Kong-sun Po dengan sengit.
"Sekarang terimalah pukulan beracunku!"
Kong-sun Po menurunkan payung besinya, lalu dia membentangkan telapak tangan kanannya yang tampak memerah, dia langsung melancarkan pukulan yang dasyat dengan mengeluarkan bau amis.
Melihat pukulan Kong-sun Po itu, Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang, kiranya Kong-sun Po menggunakan jurus Hua-hiatto, yang jelas dikenal Chu Kiu Sek dengan baik.
Saat melihat telapak tangan Kong-sun Po terlihat merah darah, dia bertambah kaget sebab ilmu Hua-hiat-to yang dimiliki Kongsun Po lebih tinggi dari ilmu Hua-hiat-to milik See-bun Souw Ya. Jelas ini membuat Chu Kiu Sek terkejut dan gentar sekali.
Payung besi di tangan kiri Kong-sun Po bergerak menghalangi supaya Chu Kiu Sek tidak bisa menghindar dari serangan pukulan dasyatnya, Kong-sun Po yang mengarah ke tubuh Chu Kiu Sek bisa dikatakan dia hampir tak ada jalan untuk mengelak.
Tampak Chu Kiu Sek gugup dan panik sekali. Dengan tidak menghiraukan rasa malu lagi, Chu Kiu Sek merunduk hampir menyentuh tanah, kemudian menerobos kabur meninggalkan Kong-sun Po lewat di bawah payung besi.
Gerakannya cukup gesit jika tidak tubuhnya akan terhajar oleh payung besi itu. Sekalipun dia lolos dari pukulan dasyat Kong-sun Po dan bisa meloloskan diri, tapi tak urung punggungnya tetap tergores oleh ujung payung.
Dengan demikian darah segar mengalir dari tubuhnya yang 805
terluka. Walau sakit dia tidak berani menjerit atau mengeluarkan suara.
Chu Kiu Sek tidak mengira kalau Kong-sun Po bisa ilmu Hua-hiat-to bahkan lebih lihay dari See-bun Souw Ya, rupanya Chu Kiu Sek lupa, bahwa lwee-kangnya lebih tinggi dari See-bun Souw Ya. Maka itu jika tadi dia berani mengadu pukulan dengan Kong-sun Po, sekalipun tenaganya belum pulih dia tidak akan terluka seperti itu.
Menyaksikan Kong-sun Po berhasil mengalahkan Chu Kiu Sek, Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang sangat girang.
Semangat kedua muda-mudi ini segera bangkit. Mereka langsung menyerang tentara Mongol dengan hebat hingga banyak tentara Mongol yang terluka atau binasa di tangan mereka.
Di pihak lain See-bun Souw Ya yang mengetahui Chu Kiu Sek telah terjungkal di tangan Kong-sun Po tentu saja dia kaget bukan kepalang, dengan keras See-bun Souw Ya membentak.
"Bagus, tua bangka Jen Thian Ngo, aku akan mencabut nyawa tuamu. Sesudah itu baru aku bereskan bocah busuk itu!" kata See-bun Souw Ya sengit.
"Hm! Ternyata sudah waktunya aku mengakhiri sandiwara ini," pikir Jen Thian Ngo.
Dengan sikap nekat Jen Thian Ngo maju seolah dia sudah tidak sayang pada jiwanya sendiri. Saat See-bun Souw Ya menyerangnya dia tidak berkelit atau menghindar, dia malah maju menerjang dengan pedangnya ke arah See-bun Souw Ya.
"Iblis Tua, aku akan mengadu jiwa denganmu!" kata Jen Thian Ngo.
806 Tetapi tak lama kemudian terdengar suara jeritan Jen Thian Ngo.
"Aduh! Aduh!" Jen Thian Ngo terpukul oleh pukulan See-bun Souw Ya, dan pedang di tangannya pun terpental ke udara, dari mulut Jen Thian Ngo menyembur darah segar.
Melihat Jen Thian Ngo terpukul dan terluka parah, Kok Siauw Hong yang tidak jauh dari situ, buru-buru memburu dan memeluk tubuh pamannya. Saat Kok Siauw Hong memeluk Jen Thian Ngo, kesempatan ini digunakan oleh si Iblis Tua untuk menyerang Kok Siauw Hong.
Karena tangan kanannya sedang memeluk pamannya, Kok Siauw Hong terpaksa bertarung melawan See-bun Souw Ya dengan hanya menggunakan tangan yang satunya. Sudah tentu pertarungan ini jadi tidak seimbang, dan Kok Siauw Hong mulai kewalahan.
Melihat Kok Siauw Hong dalam bahaya, Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang segera melompat ke arah Kok Siauw Hong untuk membantunya. Di tempat lain Kong-sun Po terus menghadang Chu Kiu Sek, dengan demikian Chu Kiu Sek tidak bisa membantu See-bun Souw Ya.
Tiba-tiba Kok Siauw Hong menjerit, bahu kirinya terhajar oleh pukulan See-bun Souw Ya, lukanya pun cukup parah. Tapi untung Kok Siauw Hong masih sempat menusuk dengan pedangnya ke arah See-bun Souw Ya. See-bun Souw Ya sedikit pun tidak mengira kalau Kok Siauw Hong dalam keadaan terluka parah, masih bisa melancarkan serangan yang berbahaya, dan dia berani mengadu jiwa dengannya. Tentu saja See-bun Souw Ya tidak siap, saaat pedang Kok Siauw Hong menusuknya, tapi sayang pedang itu tidak tepat mengenai sasaran ke tubuh See-bun Souw Ya. Dengan demikian See-bun Souw Ya 807
hanya terluka ringan, tetapi ini pun cukup membuat dia terhuyung ke belakang karena terkejut.
Saat Ci Giok Phang dan Kiong Mi Yun sampai, Kiong Mi Yun langsung menyerang See-bun Souw Ya dengan jurus Cit-satciang. See-bun Souw Ya mengenali jurus itu berasal dari Hekhong-to.
"Beberapa bocah ini punya asal-usul yang luar biasa.
Aku tidak boleh tidak waspada!" pikir See-bun Souw Ya.
Tenaga See-bun Souw Ya yang dua hari lalu bertarung melawan Han Tay Hiong cs, tentu saja keadaannya belum pulih, dan diajadi agak keder, ditambah lagi dia belum tahu berapa tinggi kepandaian anak-anak muda itu" Demikian pula dengan kepandaian Kiong Mi Yun, ditambah lagi ilmu pedang Ci Giok Phang pun hebat. Itu sebabnya See-bun Souw Ya tidak berani maju, dia hanya menangkis setiap serangan.
Sedangkan tujuan Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang hanya ingin menolongi Kok Siauw Hong, dan tidak bermaksud untuk bertarung dengan See-bun Souw Ya.
Kebetulan See-bun Souw Ya pun tidak maju menyerang tapi hanya menangkis saja serangan mereka. Itu justru yang diinginkan Kiong Mi Yun maupun Ci Giok Phang.
Segera Ci Giok Phang memapah Kok Siauw Hong yang terluka bahunya. Ci Giok Phang kaget menyaksikan wajah Kok Siauw Hong yang kelihatan pucat-pasi.
"Saudara Kok, bagaimana keadaanmu?" kata Ci Giok Phang.
Racun Hua-hiat-to sangat lihay. Dada Kok Siauw Hong terasa panas seperti terbakar. Tak lama sekujur tubuhnya terasa ngilu. Untung dia masih sadar.
808 "Seorang pria harus gagah, bagaimana aku akan membiarkan nama baik Pamanku terhina orang!" pikir Kok Siauw Hong.
Di luar dugaan Kok Siauw Hong, pamannya yang terkenal patriot itu ternyata telah bersekongkol dengan musuh, dan itu yang menyebabkan sekarang Kok Siauw Hong terluka parah. Sambil mengeluh kesakitan Kok Siauw Hong berkata perlahan.
"Aku tidak apa-apa, cepat kau selamatkan Pamanku!"
kata Kok Siauw Hong. Sesudah bergulingan beberapa kali Jen Thian Ngo berusaha untuk bangun.
"Jangan pedulikan aku," kata Jen Thian Ngo, "aku sudah siap untuk mati di tempat ini! Aku akan mengadu jiwa dengan si Iblis Tua itu!"
Dia berjalan hendak menghadapi See-bun Souw Ya, tetapi baru dua langkah mulutnya sudah memuntahkan darah sgar.
Seperti juga Kok Siauw Hong yang tak menyadari kecurangan Jen Thian Ngo, Ci Giok Phang pun begitu, dia hanya mengetahui bahwa Jen Thian Ngo lukanya lebih parah dari Kok Siauw Hong.
"Dia pimpinan rombongan pengantar harta ini, bagaimana
aku bisa tinggal diam?" pikir Ci Giok Phang.
Sekalipun Ci Giok Phang merasa khawatir pada keadaan Kok Siauw Hong, namun terpaksa dia melepaskan Kok Siauw Hong untuk menolong Jen Thian Ngo.
Ci Giok Phang mendekati Jen Thian Ngo dan
memapahnya. Tapi tiba-tiba Jen Thian Ngo membentak.
809 "Ingat, harta untuk para pejuang itu jangan sampai jatuh ke tangan musuh!" kata Jen Thian Ngo memperingatkan.
"Baik, pasti akan kami pertahankan," kata Ci Giok Phang.
Siauw Hong berseru pada pamannya.
"Paman, kau akan dipapah oleh Giok Phang menerjang keluar!" kata Siauw Hong.
Tiba-tiba Jen Thian Ngo muntah darah, dia berpura-pura gusar.
"Apa" Kau bilang apa" Aku tidak akan membiarkan kalian berbuat begitu!" kata Jen Thian Ngo.
Diam-diam Jen Thian Ngo mengerahkan lwee-kangnya agar bisa memuntahkan darah, dengan demikian kepura-puraannya tidak diketahui orang. Tak lama kelihatan Jen Thian Ngo lesu tidak bersemangat, dan pura-pura pingsan.
Dia bersandar ke bahu Ci Giok Phang.
Di tempat lain Chu Kiu Sek yang telah dikalahkan oleh Kong-sun Po tidak berani maju, dia bergabung dengan See-bun Souw Ya. Chu Kiu Sek memang pernah bertarung dengan beberapa anak muda itu, maka itu dia tahu Kiong Mi Yun yang berkepandaian paling rendah dari para mudamudi itu.
"Saudara See-bun, gadis itu bisa kuhadapi!" kata Chu Kiu Sek yang licik memilih lawan yang rendah ilmu silatnya.. "Silakan kau bereskan yang lain!"
Kong-sun Po mengejar Chu Kiu Sek, tapi dihadang oleh See-bun Souw Ya. Sekarang dia berhadapan dengan See-bun Souw Ya yang sudah tahu siapa Kong-sun Po ini, yaitu putera Kong-sun Khie. See-bun Souw Ya sadar saat itu 810
hanya Kong-sun Po yang mampu menandingi dia. Sambil mengertakan gigi dia berpikir.
"Jika aku tidak segera membinasakan bocah ini, maka kelak tidak akan ada hari yang tenang bagiku!" pikir See-bun Souw Ya.
"Bocah keparat!" bentak See-bun Souw Ya. "Jalan ke surga tidak kau tempuh, tetapi jalan ke neraka yang tidak berpintu kau datangi! Apa kau ingin mampus?"
See-bun Souw Ya langsung menyerang dia menggunakan dua macam jurus beracun. Tangan kanannya menggunakan Hua-hiat-to, sedang tangan kirinya menggunakan jurus Hukut-ciang. Tak lama tercium bau amis. Sejak dia belajar ilmu racun baru kali ini See-bun Souw Ya menggunakannya bersama-sama.
Kong-sun Po pun telah berlatih jurus Hua-hiat-to bahkan mencapai tingkat delapan, tetapi dia belum menguasai Hu-kutciang, dengan demikian dia tidak berani menggunakan ilmu itu untuk menangkis serangan See-bun Souw Ya.
Dengan cepat dia menggerakkan payung bajanya, lalu dengan jurus Hian-ciau-hua-sah (Burung Mengaduk Pasir), jurus ini dia pelajari dari Liu Goan Cong, jurus ilmu pedang khusus untuk menyerang jalan darah lawan.
Melihat serangan itu See-bun Souw Ya terperanjat.
"Eh, ilmu silat bocah ini ternyata campur-aduk sekali"!"
pikir See-bun Souw Ya. Tetapi See-bun Souw Ya sudah berpengalaman, begitu menyaksikan jurus tersebut dia langsung waspada, dan dia tidak berani meemehkan kepandaian Kong-sun Po, malah dia bertarung dari jatrak jauh dan tidak berani mendekat, dia hanya menyerang dari jarak jauh saja.
811 Kebetulan tenaga dalam See-bun Souw Ya belum pulih, sedang Kong-sun Po pun baru berhadaan dengan Chu Kiu Sek, tentu saj a pertarungan yang mati-matian itu cukup menguras tenaga Kong-sun Po. Untung Kong-sun Po memegang payung baja sehingga dia bisa bertarung seimbang melawan See-bun Souw Ya.
Di tempat lain Kiong Mi Yun bertarung melawan Chu Kiu Sek. Jelas Kiong Mi Yun merupakan lawan empuk bagi Chu Kiu Sek. Sekalipun Chu Kiu Sek telah terluka, namun jurus Siu-loim-sat-kang yang dilancarkannya masih cukup hebat, dan mengeluarkan hawa dingin yang luar biasa.
Melihat Kiong Mi Yun terdesak Ci Giok Phang yang sedang memapah Jen Thian Ngo ikut membantu, tetapi tentu tidak bisa maksimal karena Ci Giok Phang harus menjaga Jen Thian Ngo agar dia tidak terserang oleh lawan.
Tentu saja mereka masih tetap kewalahan.
Sekarang tentara Mongol sudah mengurung anggota Kay-pang yang bertarung mati-matian. Karena anggota Kay-pang lebih sedikit dibanding tentara Mongol, tidak heran kalau mereka akhirnya terdesak juga. Lama-lama anggota Kay-pang makin berkurang karena ada yang terluka maupun binasa, sebaliknya tentara Mongol masih berjumlah besar.
Untuk menahan racun yang ada di tubuhnya Kok Siauw Hong mengerahkan Siauw-yang-sin-kang, dia maju dan bertarung melawan tentara Mongol. Tetapi sesudah Kok Siauw Hong berhasil membunuh beberapa orang tentara Mongol, tubuhnya terkena senjata lawan hingga lukanya bertambah dengan beberapa luka baru. Ini tentu saja ikut menghalangi kelincahannya.
812 Saat itu kereta-kereta yang mengangkut harta telah jatuh ke tangan tentara Mongol. Dengan menahan sakit Kok Siauw Hong berseru.
"Jangan hiraukan harta itu, yang penting selamatkan Pamanku!" teriak Kok Siauw Hong. "Cepat, bawa Pamanku ke markas cabang Kay-pang dan laporkan kejadian di tempat ini!"
Kong-sun Po menyaksikan anggota Kay-pang sudah tidak berdaya untuk melawan musuh, dia melompat ke arah Kiong Mi Yun, sekaligus melancarkan pukulan ke arah Chu Kiu Sek, dengan demikian Chu Kiu Sek terpaksa harus mundur.
Saat See-bun Souw Ya memburu ke arah Kong-sun Po, pukulan See-bun Souw Ya tertangkis oleh payung baja Kong-sun Po.
Ci Giok Phang yang mencemaskan keadaan Kok Siauw Hong, langsung berseru pada Kong-sun Po.
"Kong-sun Toa-ko, kau jaga saudara Kok!" kata Giok Phang.
Kong-sun Po berhenti bertarung. Saat dia akan mendekati Kok Siauw Hong, mendadak Kok Siauw Hong bersiul panjang. Tak lama terlihat seekor kuda menerjang ke arahnya. Begitu kuda itu sampai di hadapannya, Kok Siauw Hong langsung melompat ke punggung kuda itu dan menerjang keluar kepungan tentara Mongol.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 29 Hati Kok Siauw Hong telah bulat hendak menerjang musuh, karena sadar telah terluka parah. Sikapnya itu
.karena dia tidak ingin merepotkan kawan-kawannya. Jika 813
dia tidak menerjang musuh, pasti Ci Giok Phang dan Kongsun Po akan berusaha melindunginya, dan itu berbahaya sekali karena akan memecah perhatian mereka.
"Musuh sangat kuat, sedangkan aku dalam keadaan lemah. Belum lagi mereka harus melindungi Pamanku yang terluka parah. Aku tidak yakin mereka berhasil menerjang keluar! Bagaimana aku harus merepotkan mereka untuk melindungiku?" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hiong mengira luka Jen Thian Ngo lebih parah dari lukanya, itu sebabnya dia mengambil keputusan untuk mengorbankan diri, asalkan pamannya bisa diselamatkan.
Siauw-pek-liong kuda yang ditunggangi Kok Siauw Hong seekor kuda istimewa dan sudah terlatih. Begitu mendengar siulan majikannya, kuda itu langsung menerjang mendekati majikannya. Kok Siauw Hong yang terluka parah tidak mampu melompat ke atas punggung kuda itu. Tubuhnya melorot ke bawah. Tetapi kuda itu sangat cerdik, dia membungkukkan tubuhnya, dengan demikian Kok Siauw Hong berhasil naik ke atas punggung kuda istimewa itu.
Pada saat itu beberapa tentara Mongol berusaha menghalangi gerakan kuda itu, bahkan di antaranya ada yang ingin merebut kuda istimewa itu. Melihat hal itu Kong-sun Po terkejut, segera dia melompat menyerang tentara Mongol tersebut.
Melihat Kong-sun Po hendak menolong Kok Siauw Hong, See-bun Souw Ya tidak tinggal diam, dia bergerak menyusul Kong-sun Po dan menyerangnya. Mendadak kuda yang ditunggangi Kok Siauw Hong meringkik, dia mengelak menghindari beberapa tusukan tombak tentara Mongol, langsung menerjang keluar kepungan.
814 Tak lama beberapa tentara berkuda Mongol mencoba mengejar Kok Siauw Hong. Sekalipun kuda itu terlatih, tapi Kok Siauw Hong terluka parah, dan harus memegang kendali kuda erat-erat, sehingga kuda itu tidak bisa dilarikan dengan cepat.
Selang sesaat beberapa pengejar itu sudah hampir dapat mengejar Kok Siauw Hong. Ternyata benar saja Kok Siauw Hong akhirnya terkejar juga
"Siapa yang mendekat akan binasa!" teriak Kok Siauw Hong dari atas kudanya.
Dua tentara Mongol mencoba menusuk dengan tombak mereka, tetapi dua tombak itu tertangkap oleh Kok Siauw Hong, sesudah itu Kok Siauw Hong menariknya dengan dihentakkan, kedua tentara Mongol itu tertarik, dan seketika itu terdengar suara jeritan.
Seorang tentara Mongol terkena pukulan Kok Siauw Hong, dia terjungkal dari atas kudanya Seorang perwira Mongol bernama Taluwa maju menyerang Kok Siauw Hong dengan pedangnya Dia mahir memanah dan ilmu silatnya cukup tinggi. Dia juga pernah ikut Jenghis Khan menyerang ke beberapa negara tetanggabangsa Mongol.
Atas keberanian dan kegagahannya itu dia diangkat sebagai pengawal kelas satu. Kali ini dialah pemimpin pasukan yang menghadang rombongan pembawa harta itu.
"Hm! Kau harus mengenal kehebatan anak panahku!"
kata Taluwa sambil tertawa.
Dia membentangkan tali busurnya, tak lama tampak tiga halang anak panah menyambar cepat sekali ke arah Kok Siauw Hong. Sebatang anak panah itu berhasil dihindarkan oleh Kok Siauw Hong, dengan pedangnya anak panah yang kedua pun dia rontokkan. Namun, karena tenaga Kok Siauw Hong sudah banyak terkuras, dia gagal menangkis 815
anak panah yang ke tiga, hingga anak panah itu menghajar kudanya. Kuda itu kesakitan dia meringkik keras lalu melompat. Kemudian kuda itu berlari kencang bagaikan kilat, hal ini membuat tubuh Kok Siauw Hong terpental ke atas kemudian jatuh melayang ke dalam lembah.
Saat itu Kong-sun Po dan Ci Giok Phang sedang bertarung mati-matian melawan tentara Mongol. Tapi mereka selalu memperhatikan Kok Siauw Hong yang mereka lihat dipanah oleh Taluwa, dan terpental jatuh ke dalam jurang.
Mereka bertarung semakin sengit, dan berhasil merampas kuda tentara Mongol. Tapi untuk memburu ke arah Kok Siauw Hong mereka tak mampu keluar dari kepungan tentara Mongol. Sementara itujumlah anggota Kay-pang semakin berkurang saja, karena banyak yang binasa maupun terluka.
"Asalkan ada gunung masih hijau, jangan takut kekurangan kayu bakar!" teriak salah seorang anggota Kaypang. "Di antara kita harus ada yang meloloskan diri untuk melaporkan kejadian yang terjadi di sini!"
Terdengar Jen Thian Ngo mengeluh memilukan, kini dia berada dalam pengawalan Ci Giok Phang. Tak lama Jen Thian Ngo bersandar ke bahu anak muda itu. Mendengar keluhan Jen Thian Ngo tentu saja Ci Giok Phang terkejut.
"Ada apa Jen Lo-cian-pwee?" kata Giok Phang.
Jen Thian Ngo berpura-pura lukanya semakin parah, dia membuat napasnya memburu dan samar-samar menjawab hingga Ci Giok Phang tidak bisa mendengar jelas katakatanya. Ci Giok Phang khawatir Jen Thian Ngo terpanah oleh musuh. Tetapi sesudah ada anggota Kaypang yang memberitahu bahwa Jen Thian Ngo tidak terpanah, hati Ci Giok Phang jadi lega.
816 Ketika Kok Siauw Hong terpanah dan jatuh ke dalam lembah, Ci Giok Phang ingin menolongnya, tetapi karena mendengar keluhan Jen Thian Ngo tadi, dia membatalkan niatnya itu. Dia berpikir.
"Aku wakil Jen Lo-cian-pwee, kamilah yang memimpin para anggota Kay-pang mengawal harta. Sekarang Jen Thian Nngo terluka parah, maka akulah yang harus memikul tanggung jawab ini!" pikir Ci Giok Phang.
Ketika dia mendengar teriakan anggota pengemis yang mengatakan "jika masih ada gunung yang hijau, jangan takut kekurangan kayu", Ci Giok Phang berpendapat katakata itu benar. Dia berpikir harus ada yang bisa kembali ke markas cabang Kay-pang untuk melaporkan kejadian di tempat itu. Selain itu Ci Giok Phang pun masih harus melindungi para anggota Kay-pang yang belum terluka, serta berusaha agar mereka bisa meloloskan diri dari kepungan musuh. Sedang tugas lainnya, dia menerima pesan Kok Siauw Hong harus melindungi Jen Thian Ngo, apapun yang terjadi.
"Kok Siauw Hong terjatuh ke dalam lembah," pikir Ci Giok Phang, "kemungkinan masih hidup pun kecil. Jika aku ke sana dan menemukan mayatnya, tetap tidak ada gunanya! Benar dia calon suami adikku, tetapi mana boleh demi dia seorang aku mengabaikan nyawa orang banyak?"
Tadi Kok Siauw Hong melarikan kudanya dengan mengambil jalan yang menuju ke markas para pejuang.
Tetapi karena jalan itu sudah dijaga ketat oleh tentara Mongol, akhirnya Kok Siauw Hong menemui ajalnya di lembah yang dalam itu. Sekarang, jika Ci Giok Phang ingin menyelamatkan anggota Kay-pang yang masih hidup, salah seorang harus bisa lolos untuk memberi laporan, dengan mengambil jalan lain yang berlawanan dengan jalan yang ditempuh oleh Kok Siauw Hong. Sesudah berpikir sejenak 817
sambil menangkis setiap serangan tentara Mongol, Ci Giok Phang berseru.
"Kita harus menerjang keluar dari kepungan musuh!"
teriak Ci Giok Phang. Mendengar seruan itu Kong-sun Po langsung maju ke depan, dia membuka payung besinya untuk menjaga serangan anak panah dari tentara Mongol. Sesudah itu disusul oleh Ci Giok Phang, Kiong Mi Yun dan sisa anggota Kay-pang ikut maju menyerang.
Di pihak musuh tentara Mongol sudah berhasil merampas kereta harta. Dengan demikian tujuan utama mereka telah berhasil. Maka itu sekarang mereka tidak berniat bertarung mati-matian seperti tadi. Namun, See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek ingin sekali membunuh Kongsun Po dan Ci Giok Phang. Tapi sayang karena mereka telah terluka parah, saat Kong-sun Po dan kawan-kawannya menerjang keluar kepungan, mereka tidak berani menghalanginya Demikian pula tentara Mongol, mereka pun tidak merintanginya. Tidak heran kalau Kong-sun Po dan kawan-kawannya mampu menerobos keluar dari kepungan tentara Mongol.
Sesudah itu mereka berlari kencang beberapa lamanya tidak ada yang mengejar mereka menghentikan lari mereka.
Jen Thian Ngo yang dipondong oleh Ci Giok Phang diletakan di suatu tempat.
Jen Thian Ngo sangat pandai berpura-pura, saat itu dia kelihatan seperti orang yang terluka parah, sehingga baik Kong-sun Po maupun Ci Giok Phang jadi merasa kasihan.
Mereka tidak mengira kalau itu hanya tipuan belaka.
Ci Giok Phang segera memberi sebuah pil pada Jen Thian Ngo, sedang Kong-sun Po membantu
menyembuhkannya dengan tenaga dalamnya. Selang sesaat 818
Jen Thian Ngo purapura siuman. Dia memuntahkan darah segar dan kental. Kemudian duduk, tidak lama dia berkata menyalahkan Ci Giok Phang dan Kong-sun Po.
'Sudah kubilang kalian jangan mempedulikan aku, mengapa kalian tidak menurut" Di mana Kok Siauw Hong"
Di mana dia" Aakh, demi aku dia... Jika terjadi sesuatu atas dirinya, bagaimana aku masih punya muka menemu ibunya?" keluh Jen Thian Ngo.
Mendengar makian itu Ci Giok Phang jadi pilu.
"Oh, bagaimana jika Jen Lo-cian-pwee tahu Kok Siauw Hong telah binasa?" pikir Ci Giok Phang.
Terpaksa Ci Giok Phang membohongi Jen Thian Ngo.
"Legakan hatimu, Lo Cian-pwee, Saudara Kok lolos dari kepungan musuh..." kata Ci Giok Phang.
Kelihatan Jen Thian Ngo tidak percaya.
"Kalau dia berhasil keluar dari kepungan musuh, kenapa dia tidak bersama-sama dengan kalian?" kata Jen Thian Ngo.
"Dia berpisah dengan kami karena akan pergi ke markas para pejuang," kata Ci Giok Phang membohongi Jen Thian Ngo, "sedangkan kami membawa Lo-cian-pwee ke markas cabang Kay-pang di Lok-yang. Kami akan melapor pada ketua Kay-pang mengenai apa yang telah terjadi atas harta yang kita kawal itu. Mudah-mudahan saja Kok Siauw Hong sampai ke markas para pejuang dan berhasil membawa bala-bantuan ke mari. Dia menunggang kuda istimewa aku yakin tentara Mongol tidak akan mampu mengejar dia!"
Jen Thian Ngo menarik napas lega sambil
menggelengkan kepalanya dan berkata.
819 "Tetapi hati ku tetap tidak tenang," kata Jen Thian Ngo.
"Dia hanya seorang diri menerjang keluar dari kepungan musuh, entah dia selamat atau tidak, masih teka-teki!
Kecuali kalian menemukan dia dan membawanya menemuiku, baru hatiku bisa tenang!"
"Pasti dia akan kami cari, tetapi sekarang kau dalam keadaan terluka parah. Setelah Lo Cian-pwee sembuh, baru kami akan cari dia!" kata Ci Giok Phang.
"Aah, gara-gara aku yang bodoh," keluh Jen Thian Ngo,
"aku malah jadi menyusahkan Kok Siauw Hong, juga merepotkan kalian! Cepat kau ke markas Kay-pang, kalian jangan repot-repot mengurus aku!"
"Tidak bisa Lo-cian-pwee," kata Giok Phang.
Saat Jen Thian Ngo akan menunjukkan wajah pura-pura kecewa tiba-tiba terdengar derap kaki kuda yang ramai.
Buruburu Ci Giok Phang memapah Jen Thian Ngo untuk bersembunyi, begitu juga Kong-sun Po dan yang lainnya.
Tetapi setelah tentara Mongol itu lewat menuju ke selatan, baru mereka menarik napas lega. Ci Giok Phang mengira tentara Mongol itu sedang mengejar mereka. Tiba-tiba Kong-sun Po berseru. "Celaka!"
"Apa yang celaka?" tanya Kiong Mi Yun.
"Pasukan Mongol itu menuju ke Selatan, mungkin kota Lokyang sudah jatuh ke tangan mereka?" kata Kong-sun Po.
Saat mereka meninggalkan Lok-yang justru kota itu dalam bahaya. Sekarang sudah lewat seminggu, jika Lokyang jatuh ke tangan musuh memang tidak mengherankan.
"Baru saja jalur jalan ini dilewati angkatan perang besar Mongol, mungkin masih ada pasukan Mongol yang akan lewat di sini! Jika kita mengambil jalan ini kita akan 820
bertemu dengan musuh, dan pasti kita akan menghadapi badai besar. Lebih baik, biar aku dulu yang pergi menyelidiki situasinya!" kata C i Giok Phang.
"Baik, kau pergilah. Biar aku yang menjaga Jen Lo Cianpwee, legakan hatimu!" kata Kong-sun Po.
Karena mereka harus menjaga Jen Thian Ngo terpaksa malam itu Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun bermalam di hutan. Malam itu Kong-sun Po tetap mengobati Jen Thian Ngo dengan lwee-kangnya. Ini tentu membuat Jen Thian Ngo girang, karena tenaga dalam Kong-sun Po sangat bermanfaat baginya.
Keesokan harinya... Ci Giok Phang kembali menemui mereka, bersamanya ikut seorang pengemis tua, salah satu hiang-cu di markas cabang Kay-pang di Lok-yang. Melihat pengemis tua itu Jen Thian Ngo langsung bertanya.
"Bagaimana keadaan Lok-yang?"
"Aaah, tiga hari yang lalu kota Lok-yang jatuh ke tangan musuh!" kata pengemis itu. "Aku tidak mengira Jen Lo Cianpwee juga terluka parah di sini, oh jadi harus bagaimana baiknya?"
"Bagaimana keadaan Liok Pang-cu dan Lauw Hiangcu?"
"Lauw Hiang-cu tewas saat pintu kota didobrak musuh, sedangkan Liok Pang-cu memimpin anggota Kay-pang menerjang keluar kota. Barangkali sekarang mereka sedang bersiap-siap menyeberangi sungai Huang-hoo untuk bergabung dengan Bu-lim Beng-cu Liu Li-hiap!" kata pengemis itu.
821 Sekalipun Kong-sun Po, Ci Giok Phang dan Kiong Mi Yun baru bertemu sekali, mereka tahu Lauw Kan Lu sangat gagah. Tak heran mereka jadi berduka mendengar orang she Lauw itu telah binasa,
"Aku mendapat perintah dari Pang-cu untuk menghubungi kalian," kata pengemis tua itu. "Di tengah jalan aku mendapat keterangan...." Dia tidak meneruskan kata-katanya tapi mengawasi ke arah Jen Thian Ngo.
"Bagaimana keadaan lukamu, Lo Cian-pwee?"
"Jangan hiraukan lukaku," kata Jen Thian Ngo, lebih baik pikirkan masalah yang lebih besar. Harta kita telah dirampok musuh dan kota Lok-yang sudah jatuh. Kau malah bilang harus bagaimana?"
"Menurutku sebaiknya kita bergabung saja dengan Liu Beng-cu!" kata Ci Giok Phang.
Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun masih ingat pada nasihat Han Pwee Eng agar mereka bergabung dengan Bulim Bengcu Liu CengYauw.
"Benar, hanya itu satu-satunya jalan yang harus kita tempuh!" kata Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun.
"Jika kita semua pergi dari sini, bagaimana nasib Kok Siauw Hong" Apa kita tidak mempedulikan tentang mati hidupnya dia?" kata Jen Thian Ngo mengeluh.
Hari itu dalam pertempuran Ci Giok Phang melihat sendiri bagaimana Kok Siauw Hong terpental dari kudanya, setelah dipanah oleh Taluwa, kemudian jatuh ke dalam lembah. Dia kira Kok Siauw Hong pasti mati, dan tidak mengira Jen Thian Ngo akan bicara begitu. Dia tidak berani berterus-terang, karena itu dia jadi bingung untuk memberi jawaban.
822 "Pokoknya harus ada seorang yang tetap di sini untuk menyelidki keadaan Kok Siauw Hong, yang lain boleh pergi! Biar aku tetap di sini!" kata Jen Thian Ngo.
Kata-kata Jen Thian Ngo seperti bersungguh-sungguh mengkhawatirkan keadaan keponakannya, tetapi sebenarnya di balik kata-katanya itu, dia ingin segera menemui Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya, dua konconya itu. Dia akan membagi harta rampokan itu. Itu sebabnya dia membuat alasan akan tinggal di situ, setelah semua pergi dia akan menyusul kedua Iblis Tua itu.
"Jen Lo Cian-pwee, ini.. ..ini... " kata-kata Ci Giok Phang tersendat-sendat.
"Apa maksudmu" Cepat katakan! Apa kau pikir aku ini sudah tidak berguna lagi?" kata Jen Thian Ngo sambil mengerutkan dahinya
"Kau masih dalam keadaan terluka parah, biar aku saja yang mewakilimu mencari Saudara Kok..." kata Ci Giok Phang.
Tentu saja Jen Thian Ngo tidak setuju pada usul itu, malah dia berpikir.
"Sandiwara ini sudah berakhir sampai di sini, sekarang aku tidak perlu berpura-pura lagi," pikir Jen Thian Ngo.
"Hm! Kau jangan mencemaskan tulang tuaku. Walau aku sudah tua tidak berguna tetapi setelah diobati oleh Kong-sun Po, aku tidak akan mati. Kedua Iblis Tua itu juga sudah terluka. Jika mereka bertemu denganku, aku masih sanggup melawannya!" kata Jen Thian Ngo.
Sesudah berkata begitu dia dorong Ci Giok Phang. Tentu Ci Giok Phang terperanjat saat merasakan tenaga Jen Thian Ngo yang keras.
823 "Oh, kiranya kau telah pulih," kata Ci Giok Phang.
Jen Thian Ngo tertawa. "Semua ini atas bantuan Kongsun Po. Kong-sun Po telah mengorbankan lwee-kangnya sendiri untuk mengobati Jen Thian Ngo. Tetapi dia tidak mengira kalau luka Jen Thian Ngo akan begitu cepat pulihnya".
"Lo Cian-pwee, kau terlalu memujiku," kata Kong-sun Po. "Jika bukan karena lwee-kang Lo Cian-pwee yang tinggi, pasti pulihnya tidak akan secepat itu!"
Jen Thian Ngo manggut. "Nah, kalau begitu kalian boleh pergi dengan hati lega"
kata Jen Thian Ngo. "Baiklah," kata Ci Giok Hian. "Tapi Lo Cian-pwee, jika adikku Giok Hian datang, tolong suruh dia pergi ke tempat Bulim Beng-cu! Aku tidak tahu apa dia sudah pulang ke Pek-hoakok, atau pergi mencari Kok Siauw Hong?" kata Ci Giok Phang.
"Khabar buruk mengenai kematian Siauw Hong tetap harus aku rahasiakan, baik pada Jen Thian Ngo maupun pada adikku Giok Hian. Aku tidak mau kehilangan adikku!" pikir Ci Giok Phang.
"Baik," kata Jen Thian Ngo. "Aku kira mereka pasangan yang serasi. Saat aku mencari Kok Siauw Hong, tentu aku juga akan mencari adikmu! Legakanlah hatimu!"
Berangkatlah rombongan Ci Giok Phang. Setelah berada sendirian Jen Thian Ngo tertawa terbahak-bahak.
"Dasar bodoh, aku akan pergi mencari Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya untuk meminta bagianku!" kata Jen Thian Ngo seorang diri.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 824 Dikisahkan Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen
melanjutkan perjalanan mereka. Tetapi sayang arah perjalanan mereka salah, tidak heran jika mereka tidak bertemu dengan Ci Giok Phang.
Sikap Seng Liong Sen selama dalam perjalanan terhadap nona Ci sopan sekali. Di sepanjang perjalanan mereka tidak pernah membicarakan masalah pribadi. Ci Giok Hian sadar pemuda itu jatuh cinta kepadanya. Sekalipun demikian Ci Giok Hian merasa puas karena pemuda itu selain sopan juga ramah terhadapnya.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat mereka mendekati gunung Ciak-lo-san, mereka tidak melihat rombongan siapa pun, termasuk rombongan para pengemis yang mengantar harta karun itu. Ci Giok Hian mengira pasti ada sesuatu yang tidak beres. Ci Giok Hian mengajak Seng Liong Sen untuk menemui pemimpin pejuang bangsa yang bermarkas di gunung itu. Pemimpin pejuang itu bernama Bong Cian (Mong Cian, Red). Begitu bertemu dan memberi hormat Ci Giok Hian memberi penjelasan maksud kedatangannya. Sesudah mendengar penjelasan dari Ci Giok Hian kelihatan pemimpin pejuang itu keheranan.
"Ada rombongan pembawa sumbangan, ah aku malah baru sekarang mendengarnya?" kata Bong Cian.
"Kay-pang mengantar harta sumbangan dari Nona Han, puteri Han Tay Hiong untuk para pejuang," kata Ci Giok Hian menjelaskan. "Itu benar sekali! Hari itu aku dengar murid Jen Thian Ngo yang bernama Ih Hoa Liong berkata pada Chu Kiu Sek, harta itu sudah dibawa dua hari yang lalu, jadi sampai sekarang sudah delapan hari!"
Bong Cian mengerutkan dahinya.
"Kalau begitu hari ini harta itu harus sudah sampai di sini" kata Bong Cian.
825 "Ya. Tetapi sayangnya aku dengar pembicaraan muridnya dengan Chu Kiu Sek, mereka akan merampok harta itu! Malah katanya Jen Thian Ngo justru bersekongkol dengan musuh!" kata Ci Giok Hian lebih jauh.
Mendengar keterangan itu Bong Cian tertegun.
"Beberapa hari ini keadaan sangat kacau, maka itu aku juga telah mengutus beberapa orang untuk menyelidiki keadaan, tetapi mereka bilang mereka tidak pernah bertemu dengan rombongan manapun termasuk rombongan para pengemis yang Nona katakan itu. Malah pasukan Mongol pun tidak bertemu dengan orang-orang yang kuutus mencari keterangan itu!" kata Bong Cian.
Baru saja Bong Cian selesai bicara muncul anak buahnya melapor.
"Kemarin di mulut lembah Ceng Liong muncul pasukan Mongol, malah terdengar suara pertempuran hebat!" kata si pelapor.
"Apa?" kata Bong Cian. "Jadi benar dugaan Nona Ci bahwa Jen Thian Ngo telah mengubah rute perjalanan harta itu. Jalan di tempat itu selain sempit dan curam juga sangat berbahaya. Jarang orang yang mau lewat jalan itu! Jelas ini kemauan Jen Thian Ngo yang hendak merampas harta itu"
kata Bong Cian. Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen tersentak kaget.
"Hari ini banyak pasukan Mongol melewati jalan sempit itu, sedangkan jalan rayanya sudah tidak bisa dilalui lagi, itu berarti Lok-yang telah jatuh ke tangan musuh!" kata si pelapor.
826 Mendengar laporan itu Bong Cian kaget bukan kepalang.
Dia pemimpin pejuang di wilayah Ciak-lo-san, maka itu dia harus waspada terhadap serangan tentara Mongol.
"Kami harus segera mundur ke hutan, setelah keadaan aman baru kami akan mengutus orang untuk melakukan penyelidikan," kata Bong Cian pada Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen.
Setelah mendengar berita itu mau rasanya Ci Giok Hian terbang ke lembah Ceng Liong untuk membantu kakaknya.
Maka itu mereka buru-buru pamit.
"Kalian mau ke mana?" tanya Bong Cian.
"Aku akan ke lembah Ceng Liong untuk melihat keadaan di sana!" jawab Ci Giok Hian.
Mendengar jawaban itu Bong Cian kaget bukan kepalang.
"Mana bisa kalian ke sana, di sana banyak tentara Mongol!" kata Bong Cian. "Jumlah mereka banyak sekali!"
"Jangan khawatir kami akan berhati-hati," kata Ci Giok Hian.
"Kakak Nona ini juga ada di sana," kata Seng Liong Sen ikut bicara. "Dia diminta oleh Jen Thian Ngo untuk membantu mengawal harta itu!"
"Aku harus mencari Kakakku, apakah dia selamat atau tidak. Maka itu aku harus buru-buru ke sana, jika tidak bagaimana aku bisa tenang?" kata Ci Giok Hian.
"Kalau begitu baiklah," kata Bong Cian.
Dia membiarkan mereka pergi. Keduanya segera meninggalkan tempat itu menuju ke lembah Ceng Liong. Di tengah jalan Ci Giok Hian berkata pada kawan seperjalanannya.
827 "Seng Toa-ko, kau mau menemani sampai di sini, aku senang sekali." kata Ci Giok Hian. "Aku sudah mengetahui pasti di mana Kakakku berada, maka kau harus segera ke Kang-lam untuk melapor pada Gurumu. Aku tidak ingin merepotkan kau lagi, biar aku pergi sendirian saja!"
"Nona Ci, aku tahu maksudmu! Kau tak ingin aku menghadapi bahaya, kan?" kata Seng Liong Sen sambil menatap ke arah nona Ci.
"Benar," kata Ci Giok Hian sambil manggut. "Tugasmu sangat berat....."
Tetapi Seng Liong Sen memutuskan kata-kata si nona.
"Nona Ci, terima kasih atas perhatianmu padaku," kata Liong Sen. "Tapi tidak bolehkah aku memikirkan kepentinganmu" Kau seorang gadis, jika kau sendirian mau ke sana, bagaimana hatiku bisa tenang" Kita kawan baik, maka itu aku harus pergi bersamamu sekalipun harus menghadapi bahaya maut! Kecuali jika kau anggap aku bukan sahabatmu. Tapi jika kau anggap aku sahabatmu mari kita pergi bersamasama!"
Mendengar ucapan itu hati nona Ci jadi terharu sekali.tanpa sadar dia meneteskan air matanya.
"Seng Toa-ko, kau sangat baik kepadaku tetapi aku tidak bisa membalas kebaikanmu itu!" kata Ci Giok Hian.
"Jika aku mengharapkan kebaikanmu, maka aku bukan termasuk sahabatmu lagi Nona Ci!" kata Seng Liong Sen dengan gagah. "Jika kau berpandangan begitu, kau telah meremehkan aku!"
Seng Liong Sen ini cerdas. Saat dia mendengar ucapan gadis itu, dia langsung tahu maksud gadis itu, nona Ci ingin mengatakan bahwa di hatinya telah ada pria lain. Dia langsung berpikir.
828 "Jika ada kemauan dan tidak mudah putus asa, besi pun bisa diasah menjadi sebatang jarum. Saat ini aku belum bisa bersaing dengan pemuda idaman nona ini, tetapi kini paling tidak di hati gadis ini sekalipun sedikit sudah ada bayanganku?" pikir Seng Liong Sen.
Sesudah itu Ci Giok Hian tidak mencegah lagi, mereka berjalan bersama-sama menuju ke lembah Ceng Liong sesuai petunjuk dari anak buah Bong Cian. Begitu mereka sampai keadaan di lembah Ceng-liong tampak sepi.
Jangankan pasukan Mongol atau pertempuran hebat, keadaan di sana sungguh sunyi sekali.
Padahal sudah ada niat mereka, begitu sampai mereka akan langsung bertarung melawan pasukan Mongol. Tetapi jangankan pasukan Mongol, rakyat dan orang biasa pun tidak mereka temui. Rupanya tentara Mongol hanya lewat saja di tempat itu, dan sekarang entah sudah ada di mana mereka itu.
Memang di tempat itu mereka menemukan banyak noda darah dan bekas pertarungan hebat. Selain itu mereka juga melihat banyak mayat tentara Mongol yang tergeletak di sana.Dengan perasaan tegang dan menahan bau mayat Ci Giok Hian memperhatikan mayat-mayat itu. Dia pikir siapa tahu di antara mayat itu terdapat mayat kakaknya. Namun untung dia tidak menemukannya
"Hai, di sana seperti ada orang!" kata Seng Liong Sen pada Ci Giok Hian.
Ketika diperhatikan Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen mendengar suara rintihan orang. Suaranya sangat lirih.
Mereka berlari ke arah suara rintihan itu. Mereka menemukan seseorang berada dalam semak. Orang itu terluka parah. Baik di tubuh dan tangan orang itu masih 829
menancap anak panah. Orang itu sedang merangkak dan mencoba keluar dari dalam semak.
Seng Liong Sen menolongi orang itu, dia cabut anak panah yang ada di tangan dan tubuhnya lalu diberi obat bubuk yang dia bawa. Sesudah itu orang itu bertanya lirih.
"Siapa kalian, tak perlu kalian tolongi aku, aku merasa tidak akan bisa hidup lebih lama lagi..." kata orang itu.
"Aku Nona Ci, Kakakku bernama Ci Giok Phang, istirahatlah," kata Ci Giok Hian.
"Oh, kiranya kau adik Tuan Ci, tolong kau sampaikan pada Ketua Kay-pang harta yang kami kawal telah dirampok oleh Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya yang dibantu tentara Mongol...." kata orang itu. "Jen Thian Ngo pun terlukaparah...."
"Sudahlah, aku tahu semua itu," kata nona Ci.
Dia sudah tahu akal Jen Thian Ngo yang hendak berpurapura melindungi harta itu dari tangan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Semua itu sudah dia duga sejak awal.
Orang itu manggut-manggut.
"Legakan saja hatimu," kata Ci Giok Hian.
Tiba-tiba orang itu melengak dan pingsan. Kelihatan dia puas setelah bertemu dengan orang yang mungkin bisa menyampaikan laporannya pada ketua Kay-pang. Itu sebabnya karena terlalu banyak buang tenaga akhirnya dia pingsan.
Melihat orang itu pingsan Seng Liong Sen kaget, dia segera memeriksa jalan darah Hong-hu-hiat orang itu, kemudian dia kerahkan lwee-kangnya untuk menolongi orang itu. Usaha itu berhasil, namun Seng Liong Sen mengira orang itu tidak akan bertahan lama.
830 "Nona Ci, cepat tanyakan padanya di mana Kakakmu berada?" kata Liong Sen.
"Kau mengenal Ci Giok Phang, kan" Di mana sekarang dia berada?" kata nona Ci pada orang itu.
"Dia.. .Dia selamat, sambil mendukung Jen Thian Ngo dia berhasil meloloskan diri dari bahaya!" kata orang itu.
Bukan main girangnya Ci Giok Hian saat itu, lalu dia bertanya lagi.
"Masih ada seorang lagi, dia bernama Kok Siauw Hong, bagaimana keadaan dia?" tanya Ci Giok Hian.
Orang itu menjawab tetapi sayang suaranya semakin lemah hingga hampir tidak terdengar oleh Ci Giok Hian.
"Dia datang bersama seorang pemuda dan seorang nona," kata orang itu dengan suara perlahan, "sayang Kok Siauw-hiap terkena panah musuh dan binasa! Sedang pemuda dan nona itu selamat dan berhasil menerjang keluar dari kepungan tentara Mongol...."
Orang ini hanya kenal Kok Siauw Hong dan tidak kenal Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Mendengar khabar itu tubuh Ci Giok Hian goyah hampir roboh. Seng Liong Sen kaget segera dia menyanggah tubuh nona Ci hingga tidak sampai terjungkal ke tanah.
"Benarkah itu?" menegaskan nona Ci pada orang itu.
"Orang yang memanah Kok Siauw-hiap bernama Taluwa!" jawab orang itu.
Taluwa perwira Mongol yang sangat terkenal dalam memanah. Dia pernah bertarung melawan anggota Kaypang, sehingga orang itu tahu nama orang yang memanah Kok Siauw Hong.
831 Saat Seng Liong Sen menahan tubuh Ci Giok Hian yang hampir roboh, tenaga dalamnya tidak tersalur lagi ke tubuh orang itu. Tak heran setelah memberitahukan nama panglima yang memanah Kok Siauw Hong orang itu pun roboh. Begitu mendengar keterangan orang itu Ci Giok Hian pingsan dalam rangkulan Seng Liong Sen. Pemuda itu kaget juga girang.
"Dia tidak pernah menyebut nama Kok Siauw Hong, saat orang itu mengatakan Kok Siauw Hong tewas terpanah oleh Taluwa dia pingsan. Itu berarti kekasih nona Ci adalah Kok Siauw Hong!" pikir Seng Liong Sen.
Sekalipun Seng Liong Sen murid perguruan lurus, namun sejak kecil dia berada dekat dengan Beng Cit Nio maupun Seng Cap-si Kouw. Tentu saja sifat jahat kedua wanita itu sedikitnya menempel juga pada pemuda ini.
Maka itu ketika nona Ci tak sadar dan jatuh ke pelukannya dia girang sekali.
Selang beberapa saat Ci Giok Hian sadar dari pingsannya. Saat nona Ci belum sadar benar dia merasakan ada sepasang tangan yang kuat memeluk tubuhnya, maka dia berteriak.
"Siauw Hong! Siauw Hong!" kata nona Ci.
Mendengar nona Ci memanggil-manggil nama Kok Siauw Hong, timbul rasa cemburu di hati Seng Liong Sen.
Tetapi tiba-tiba pemuda itu terkejut bukan main.
"Ah, keterlaluan! Kok Siauw Hong mati terpanah oleh musuh tetapi aku tidak ikut bersimpati malah cemburu.
Kalau begitu aku ini orang yang bertabiat rendah. Aah, selama ini aku selalu berbuat jujur, mengapa aku jadi berubah" Oh, aku sungguh tidak tahu malu, cemburu pada orang yang telah meninggal!" pikir Seng Liong Sen.
832 Dalam dada Seng Liong Sen timbul pergumulan antara yang baik dan buruk. Tentu saja ini membuat pemuda itu merinding, akhirnya kesadarannya jernih kembali. Sesudah itu dia tepuk bahu Ci Giok Hian serta berkata dengan suara lembut.
"Nona Ci ini aku bukan Siauw Hong! Sadarlah nona!"
kata Liong Sen. Bayangan Kok Siauw Hong di depan mata Ci Giok Hian dalam sekejap sirna, sekarang nona Ci sadar saat itu dia berada di pelukan pemuda lain. Hatinyajadi pedih sekali.
"Aaah, kiranya kau bukan Siauw Hong... Sulit rasanya aku bisa bertemu lagi dengannya..." kata Ci Giok Hian lirih.
Tahu kalau dia sedang ada dalam pelukan Seng Liong Sen nona Ci jadi malu sekali. Tiba-tiba dia membentak.
"Lepas.. .Lepaskan aku!" kata Ci Giok Hian.
Seng Liong Sen dengan lembut memapah nona Ci ke bawah sebuah pohon, sesudah nona itu didudukkan dia berkata lembut.
"Nona Ci, orang yang telah meninggal tidak akan bisa hidup kembali. Tetapi kita yang masih hidup harus berusaha agar tetap hidup untuk menuntut balas bagi orang yang telah meninggal. Kau juga harus menjaga kesehatanmu, Nona!" kata Seng Liong Sen.
Ci Giok Hian seorang gadis yang pembawaannya tenang, tetapi kali ini karena pukulan atas batinnya terlalu berat, hingga membuat dia tidak tahan. Dia buka matanya menatap dengan kosong, lalu mengawasi ke arah Seng Liong Sen. Selang sesaat baru dia bicara.
833 "Ucapanmu benar," kata nona Ci, "aku memang harus menuntut balas. Tetapi entah bagaimana caranya aku harus menuntut balas?"
Seng Liong Sen menatapnya.
"Nona Ci kuucapkan terima kasih padamu karena kau telah menganggap aku sahabatmu, masalahmu juga sekarang menjadi masalahku. Aku akan membantumu sekuat tenagaku. Tetapi ini bukan dendam pribadi, karena sekalipun kau berhasil membunuh Taluwa, namun itu tidak terhitung telah menuntut balas!" kata Seng Liong Sen.
Ci Giok Hian mengangguk. "Kau benar, musuh kita adalah bangsa Mongol!" kata Ci Giok Hian.
"Untuk mengatur rencana, lebih dulu kita harus mencari tempat untuk meneduh," kata Seng Liong Sen. "Sesudah itu baru kita susun sebuah rencana untuk menuntut balas!"
"Yaah, kini aku tidak punya ide apa pun. Menurutmu kita mau ke mana?" kata Ci Giok Hian sambil mengeluh.
Saat itu tiba-tiba terdengar ringkikan suara kuda tak lama kelihatan dua ekor kuda berlari ke arah mereka. Ci Giok Hian mengira itu tentara Mongol, dia segera bangkit sekaligus menghunus pedangnya sambil membentak sengit.
"Kebetulan kalian datang! Sebelum aku membalas dendam yang besar lebih baik yang kecil dulu!" kata Ci Giok Hian.
Kedua ekor kuda itu tersentak mendadak berhenti.
Ternyata penunggang kuda itu orang Han. Mereka berdua segera melompat dari atas kuda.
"Eh, bukankah kau ini Nona Ci?" kata salah seorang dari mereka. "Kau mau membalas dendam apa?"
834 Mata nona Ci terbelalak. "Oh, ternyata kau Paman Yo dan Paman Tu!" kata Ci Giok Hian kaget dan girang. "Aku kira tadi kalian berdua orang Mongol!"
Dua orang itu memang anak buah Bu-lim Beng-cu Liu Ceng Yauw, yang satu bernama Yo Kuang dan seorang lagi bernama Tu Hok.
Ketika Kok Siauw Hong bertarung melawan Kim-to Lui Piauw di Lembah Pek-hoa-kok, Tu Hok dan Yo Kuang yang melerai pertarungan itu. Lalu sambil menunjukkan panah Lioklim waktu itu mereka mengundang semua orang yang ada di Pek-hoa-kok untuk bersama-sama menemui Bulim Beng-cu Liu Ceng Yauw. Itu sebabnya Ci Giok Hian jadi kenal pada kedua orang Han itu.
Seng Liong Sen pun pernah datang ke tempat Bu-lim Bengcu Liu Ceng Yauw, dan bertemu dengan kedua orang itu. Seng Liong Sen langsung bertanya.
"Ada urusan apa Paman berdua datang ke Lok-yang hari ini?" kata Liong Sen.
"Seng Siauw-hiap kebetulan kau ada di sini," kata Yo Kuang. "Terus terang aku ke mari justru sedang mencarimu!"
"Nona Ci ternyata kau kenal Seng Siauw-hiap, tetapi entah di mana Kok Siauw Hong berada. Apa kau tahu?"
kata Tu Hok. Tentang putusnya pertundangan antara Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong mereka berdua tahu, itu gara-gara pemuda she Kok mencintai nona Ci. Tetapi mereka heran sekarang Ci Giok Hian berjalan bersama Seng Liong Sen.
835 Mendengar pertanyaan Tu Hok itu nona Ci tidak tahan untuk tidak menangis.
"Siauw Hong.... Dia... .Dia...."
"Dia telah meninggal," Seng Liong Sen meneruskan katakata Ci Giok Hian yang tidak tuntas.
Mendengar keterangan itu Yo Kuang dan Tu Hok terperanjat bukan kepalang.
"Apa" Kok Siauw Hong meninggal" Apa dia meninggal dalam pertarungan kemarin di lembah Ceng Liong?" kata Tu Hok.
Seng Liong Sen mengelah napas panjang, dia kelihatan sangat terharu.
"Ini kejadian di luar dugaan," kata Yo Kuang. "Coba saja kalian bayangkan, Jen Thian Ngo yang terkenal sebagai tokoh tua Persilatan, justru bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Mereka merampok harta yang akan disumbangkan untuk para pejuang yang dikawal oleh Kay-pang. Malah dia juga telah mencelakakan Kok Siauw Hong, keponakannya!"
Seng Liong Sen lalu menceritakan apa yang diketahuinya dari Ci Giok Hian, sekalipun sedang berduka nona Ci ikut mmberi penjelasan.
Kelihatan Yo Kuang gusar bukan kepalang.
"Kejadian ini telah membuka kedok kejahatan Jen Thian Ngo!" kata Yo Kuan. "Kejadian ini ada buruknya tetapi juga ada baiknya. Kami pasti tidak akan melepaskan Jen Thian Ngo! Tetapi saat ini kita harus kesampingkan dulu masalah itu, karena aku akan bicara masalah kita!"
"Benar, justru aku ingin bertanya pada Paman berdua, ada apa kalian ke mari?" kata Liong Sen.
836 "Kami datang untuk mencari keterangan tentang kota Lokyang, sekalian akan mencari Han Tay Hiong untuk mengadakan hubungan dengannya!" kata Yo Kuang.
Seng Liong Sen sejak pergi dari tempat Kouw-kouwnya, dia sudah tidak mengetahui lagi perkembangan tentang Han Tay Hiong. Sebenarnya dia ingin menceritakan keadaan Han Tay Hiong yang sudah menjadi orang cacat pada Yo Kuang. Tetapi Seng Liong Sen berpikir jika Tu Hok dan Yo Kuang menemukan Han Tay Hiong yang sudah cacat, itu pasti sudah tidak ada gunanya. Ditambah lagi jika dia menceritakannya pasti kedua orang ini akan bentrok dengan kedua kouwkouwnya. Oleh karena itu dia tidak banyak cerita, dan hanya menceritakan bahwa rumah Han Tay Hiong musnah terbakar.
Mendengar keterangan itu Tu Hok menghela napas panjang.
"Tidak disangka, Han Lo Eng-hiong bisa mengalami kejadian seperti itu" Mudah-mudahan dia selamat! Baik, mari kita bicara mengenai masalahmu!" kata Tu Hok.
"Kenapa Paman mencariku?" kata Seng Liong Sen.
"Bukan kami yang mencarimu, tetapi gurumu yang meminta agar kau segera kembali ke Kang-lam. Kami hanya menyampaikan pesan beliau saja!" kata Tu Hok.
Seng Liong Sen terkejut. "Saat Suhu memberi tugas padaku dia tidak memberi batas waktu. Kenapa mendadak Suhu menyuruhku kembali" Apakah Kang-lam..." Seng Liong Sen tidak meneruskan kata-katanya.
"Kau benar," kata Tu Hok "sekarang api sudah menjalar ke Kang-lam!"
837 Keterangan itu membuat Seng Liong Sen terperanjat.
"Tentara Mongol baru menduduki Lok-yang, bagaimana bisa begitu cepat mereka sudah ada di daerah Kang-lam?"
kata Seng Liong Sen. "Bukan! Bukan tentara Mongol yang ke Kang-lam, tetapi para pengkhianat yang akan menyambut kedatangan tentara Mongol dari sebelah dalam. Sekarang para pengkhianat itu sudah berada di tepi sungai Tiang-kang (Cang-ciang), mereka dipimpin oleh See Thian Cin!" kata Tu Hok.
Mendengar keterangan itu Seng Liong Sen menarik napas lega
"Oh, yang memimpin mereka See Thian Cin, kalau begitu tidak terlalu masalah," kata Seng Liong Sen.
See Thian Cin dikenal sebagai pemimpin di Telaga Tayouw. Karena kejahatannya yang kelewat batas itu dia diusir oleh Ong Kan Teng, ketua tigabelas perkumpulan di Telaga Tay-ouw. Itu sebabnya Seng Liong Sen meremehkan orang itu.
"Seng Siauw-hiap, kepandaian See Thian Cin tidak jauh berbeda dengan Ong Kan Teng, maka kau jangan menganggap remeh padanya," kata Yo Kuang serius.
"Ditambah lagi baru-baru ini dia didukung oleh tentara Mongol. Dengan demikian dia mampu membeli kuda cukup banyak dan menarik para jago dari Rimba Hijau untuk bergabung dengannya. Aku dengan para jago dari Rimba Hijau itu menurut kepadanya. Tidak heran jika sekarang kekua-tannyajadi bertambah besar. Ada kemungkinan kekuatan dia sekarang sudah melebihi kekuatan Ong Kan Teng."
838 Setelah mengawasi ke arah Seng Liong Sen, Yo Kuang melanjutkan keterangannya.
"Kali ini dia memanfaatkan kesempatan saat pasukan Mongol sedang menyerang ke daerah Tiong-goan (Tiongkok), maka secara resmi dia menerima perintah dari perwira Mongol. Maka itu dia unjuk gigi dan berani melintasi daerah Ong Kan Teng. Tampaknya dia telah siap untuk menguasai Kang-lam!" kata Yo Kuang.
"Walaupun pasukan Mongol masih jauh dari Kang-lam,"
Tu Hok menambahkan. "Namun sudah ada utusan Mongol di tempat See Thian Cin, maka itu sekalipun pasukan Mongol belum tiba, tetapi sudah berkeliaran mata-mata bangsa Mongol!"
"Daerah perbatasan Lam Song (Song Selatan, Red) sudah mulai dikuasai oleh bangsa Mongol!" kata Yo Kuang menambahkan. "Rupanya pihak Mongol telah mengutus beberapa jenderal besarnya, mereka berpura-pura menghubungi pihak Lam Song untuk berdamai dan mengatakan ingin menyerbu ke daerah Kim (bangsa Tartar). Dngan alasan itu bangsa Mongol kini sudah mulai memasuki daerah Shan-lam, kemudian masuk ke daerah Coan-pak (Seecoan Utara, red), itu berarti mereka menguasai daerah Lam Song!" kata Yo Kuang.
Liong Sen mengangguk-angguk.
"Celakanya pihak Lam Song tidak mengetahui pasukan Mongol menuju ke arah mana?" kata Yo Kuang lagi.
"Mereka hanya mengetahui bahwa pihak Mongol katanya ingin memusnahkan Kerajaan Kim, padahal sebaliknya justru ingin menghancurkan Kerajaan Song Selatan. Tidak heran jika para pejabat di Lam Song mulai was-was, malah sudah banyak pejabat yang mengungsi. Saat ini Song Selatan sangat lemah. Hanya para pejuang yang masih 839
melawan tentara Mongol. Maka itu Suhumu sebagai Bu-lim Bengcu di daerah Kang-lam, secara tidak langsung beliau juga pemimpin para pejuang memikul beban yang tidak kecil!"
Seng Liong Sen mengelah napas panjang.
"Aaah, tidak kusangka hanya lewat beberapa bulan di daerah Kang-lam telah terjadi perubahan besar!" kata Seng Liong Sen
"Saat kami akan pergi, datang Suhumu menemui Bu-lim Beng-cu Liu Ceng Yauw, mereka lalu berunding.
Kemudian mereka menyuruh kami mencarimu dan memintanya agar segera kembali!" kata Yo Kuang.
"Terima kasih pada Paman berdua," kata Liong Sen.
"Keadaan Kang-lam sudah gawat, aku pasti akan segera kembali!"
"Nah kalau begitu kami pamit, kami masih harus ke Ciak-losan," kata Yo Kuang.
Keduanya lalu berangkat menuju ke Ciak-lo-san.
Sesudah kedua orang itu pergi, Seng Liong Sen berkata pada Ci Giok Hian.
"Nona Ci, bukankah rumahmu dekat kota Yang-cou?"
kata Liong Sen. "Ya, dan tak jauh dari daerah Cai-ciok-ki," kata Giok Hian.
"Kalau begitu, rumahmu pun tidak akan luput dari serangan See Thian Cin, sebab dengan menyeberangi sungai Tiangkang, tidak jauh sudah tempat tinggalmu!" kata Seng Liong Sen.
Ci Giok Hian menghela napas panjang.
840 "Rupanya bangsa Mongol ingin menguasai seluruh Tionggoan, tidak heran jika mereka pun akan menyerang Pek-hoakok!" kata Ci Giok Hian.
Walau mulutnya berkata begitu hati Ci Giok Hian sebenarnya cemas bukan main, sebab Pek-hoa-kok tempat tinggal leluhurnya.
Pemuda she Seng ini memanfaatkan kesempatan ini. Dia berkata dengan tenang.
"Nona Ci, Kakakmu belum diketahui rimbanya, mungkin dalam waktu singkat sulit kita menemukannya,"
kata Seng Liong Sen. "Untung dia telah lolos dari bahaya, kelak kalian akan berkumpul kembali. Sementara kau belum tahu mau ke mana, bagaimana jika kita ke rumahmu untuk menyelidikinya Siapa tahu Pek-hoa-kok telah musnah di tangan musuh. Jika itu benar terjadi lebih baik kau ikut aku ke Kang-lam. Sesudah berhasil mengusir pasukan Mongol, aku pasti akan mengantarmu pulang. Jika kau ikut aku ke Kang-lam kau bisa menyumbangkan tenagamu yang berharga!"
Sebenarnya Ci Giok Hian bukan tidak punya tujuan. Ke gunung Kim-kee-leng justru tujuan yang tepat. Di sana ada Liu Ceng Yauw dan di tempat ini mudah dia memperoleh keterangan keberadaan kakaknya. Tetapi dia merasa tidak enak kalau dia bertemu dengan kedua pelayan tua Han Tay Hiong. Mereka mungkin masih memusuhinya. Maka itu Ci Giok Hian enggan ke Kim-kee-leng. Ditambah lagi Ci Giok Hian juga rindu pada rumahnya. Maka setelah berpikir sejenak Ci Giok Hian akhirnya mengangguk.
"Baiklah," kata Ci Giok Hian.
Bisa dibayangkan bertapa senangnya Seng Liong Sen ketika itu. Saat itu Ci Giok Hian mengira Kok Siauw Hong telah meninggal. Nona Ci menilai Seng Liong Sen sebagai 841
pria sejati, mau tidak mau kesan baiknya terhadap pemuda ini bertambah. Rasa dukanya kehilangan Kok Siauw Hong lambat laun berkurang dan bergeser pada pemuda ini.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 30 Sebenarnya Kok Siauw Hong tidak terkena panah yang dilepaskan oleh Taluwa Yang benar anak panah itu mengenai kuda tunggangannya. Memang benar dia terpental dan jatuh ke dalam lembah yang cukup dalam.
Kejadian itu dilihat oleh Ci Giok Phang dari jarak yang cukup jauh. Tidak heran jika Ci Giok Phang tidak melihatnya dengan jelas, dia mengira Kok Siauw Hong terpanah oleh Taluwa hingga jatuh ke dalam lembah dan binasa di sana.
Semula Kok Siauw Hong pun mengira dia akan binasa, tetapi karena kemauan hidupnya yang kuat membuat dia tidak putus asa Saat tubuhnya melayang ke dalam lembah, dia gunakan gerakan burung walet, hingga saat meluncur jatuh, kecepatannya jadi berkurang banyak sekali. Sungguh kebetulan saat jatuh tubuh Kok Siauw Hong tepat jatuh di tanah yang lembek, tidak heran tulang-tulangnya tidak patah atau remuk.
Kok Siauw Hong langsung pingsan beberapa saat lamanya saat siuman ternyata dia tidak mengalami luka yang fatal. Segera dia duduk bersila untuk menghimpun tenaga dalamnya. Baru saja Kok Siauw Hong selesai menghimpun kekuatan dan tenaga dalamnya, dia mendengar suara hirukpikuk, disusul oleh derap kaki kuda yang semakin lama semakin menjauh dari tempat dia jatuh tersebut. Dia langsung menerka bahwa derap kaki kuda yang hiruk-pikuk itu pasti derap kaki kuda angkatan perang 842
Mongol yang sedang meninggalkan lembah Naga Hijau atau lembah Ceng Liong.
Kok Siauw Hong mengelah napas panjang.
"Ah, barangkali harta Paman Han itu sudah diangkut oleh tentara Mongol. Mudah-mudahan Paman Jen dan Ci Giok Phang bisa meloloskan diri dari kepungan musuh!
Aku kira derap kaki kuda itu menuju ke arah Barat, kenapa mereka tidak kembali ke arah Lok-yang?" pikir Kok Siauw Hong.
Sesudah itu Kok Siauw Hong bangun lalu berjalan menuju sebuah parit. Di sana dia mandi dan mencuci pakaiannya, lalu menangkap beberapa ekor ikan yang segera dia bakar untuk mengisi perutnya.
Sesudah pakaiannya kering dan perutnya kenyang Kok Siauw Hong lalu mencoba merayap naik ke atas. Sekalipun kung-funya tinggi tapi karena tebingnya curam dan tinggi, dia merayap dengan perlahan dan hati-hati. Selain curam tebing itu pun licin. Jika kurang hati-hati dia akan tergelincir dan celaka.
Saat Kok Siauw Hong baru merayap sampai di tengah tebing, tiba-tiba dia mendengar suara ringkikan kuda, kelihatan tiga ekor kuda sedang lewat di atas tebing itu.
Ketika Kok Siauw Hong akan berteriak minta tolong, tibatiba dia sadar, bagaimana jika mereka itu tentara Mongol"
Begitu yang ada dalam benak Kok Siauw Hong. Maka itu Kok Siauw Hong tidak jadi berteriak minta tolong.
Tiba-tiba salah seorang dari ketiga penunggang kuda itu bicara "Apa yang aku katakan itu benar," kata dia. "Semua harta Han Tay Hiong telah dirampok oleh tentara Mongol.
Aaah, entah bagaimana keadaan Guruku?"
843 Mendengar kata-kata itu bukan main girangnya Kok Siauw Hong. Dia yakin bahwa ketiga orang itu termasuk kawankawan seperjuangannya bukan musuh. Kok Siauw Hong menarik napas lega. Pada saat dia akan menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek (Umu menyampaikan suara dari jarak jauh), dari rombongan itu seorang lagi ikut bicara
"Saudara Ih, bukankah Kok Siauw Hong itu keponakan Gurumu?" kata orang itu. "Aku yakin dia tidak akan mencelakakan Gurumu!"
Mendengar sampai di sini Kok Siauw Hong
membatalkan niatnya minta tolong.
"Benar," kata orang yang dipanggil saudara Di. "Tetapi bocah itu bersekongkol dengan bangsa Mongol, itu sebabnya guruku tidak akan menghiraukan hubungan antara paman dan keponakan!"
Mendengar kata-kata ini Kok Siauw Hong bertambah kaget, dia tahu bahwa yang bicara itu murid Jen Thian Ngo yang bernama Ih Hua Liong.
"Eh, kenapa Ih Hua Liong ingin mencelakakan aku?"
pikir Kok Siauw Hong. "Dia memfitnahku sebagai pengkhianat yang bersekongkol dengan bangsa Mongol?"
Kok Siauw Hong menahan napas tidak berani bersuara sampai ketiga penunggang kuda itu berlalu dari tempat itu.
Kok Siauw Hong tahu orang yang tadi naik kuda adalah Ih Hua Liong, murid tertua pamannya Jen Thian Ngo bersama dua orang kawannya entah siapa. Dengan Ih Hua Liong sendiri Kok Siauw Hong tidak pernah bertemu.
"Ih Hua Liong jahat sekali dia memfitnah aku, untung tadi aku belum memanggilnya," pikir Kok Siauw Hong.
"Jika aku minta tolongpun pasti mereka tidak akan menolongiku, malah mungkin akan menimpah aku dengan 844
batu dari atas!Heran, setahuku aku tidak pernah bermusuhan dengannya, lagi pula dia tidak kenal aku. Dia hanya mengetahui bahwa aku keponakan Paman Jen Thian Ngo. Mengapa hatinya begitu jahat?"
Saat itu Kok Siauw Hong kebingungan dan tidak habis pikir. Tetapi tiba-tiba dia tersentak sedikit kaget.
"Aah, kalau begitu apa yang dilihat Kiong Mi Yun di rumah Paman Han ada benarnya. Paman Jen katanya membongkar semua peti di rumah Paman Han. Dia mencari harta milik Paman Han. Ini jelas membuktikan bahwa Paman Jen bukan orang baik. Jeleknya dia juga menuduh Paman Han yang bersekongkol dengan bangsa Mongol. Mengapa jadi begini?" pikir Kok Siauw Hong yang mulai sadar ada suatu teka-teki yang belum terungkap.
Kok Siauw Hong ingat saat menyaksikan Jen Thian Ngo terluka ketika bertarung melawan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, dia merasa kasihan pada pamannya itu.
"Aaah, kenapa aku berperasangka buruk terhadap Paman Jen yang begitu gagah mempertahankan harta yang dikawalnya" Apakah Paman Jen masih hidup atau sudah mati, aku juga belum tahu bagaimana nasibnya" Tadi Ih Hua Liong memfitnah aku bersekongkol dengan bangsa Mongol. Hal ini tentu saja patut dicurigai, pasti bukan Paman Jen. Barangkali tidak ada hubungannya dengan Paman Jen?" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong mulai merayap lagi ke atas, kecurigaan Kok Siauw Hong pada pamannya hanya selintas dalam benaknya, sesudah itu lenyap. Selang sesaat Kok Siauw Hong akhirnya berhasil mencapai puncak tebing, lalu dia melompat ke atas.
Sampai di atas dia menarik napas panjang, kemudian memandang jauh ke depan. Kelihatan ketiga penunggang 845
kuda itu menuju ke arah barat. Samar-samar Kok Siauw Hong melihat penunggang kuda itu terdiri dari dua orang lelaki dan seorang wanita
"Eh, entah siapa yang berjalan bersama Ih Hua Liong itu" Tetapi aku yakin mereka berdua para pendekar sejati!
Aku harus berusaha mencegah pemuda dan pemudi itu terjebak oleh akal licik Ih Hua Liong. Maka itu aku harus menyelidiki mereka hingga semua jadi jelas...." pikir Kok Siauw Hong.
Saat Siauw Hong sedang berpikir akan menyelidiki Ih Hua Liong dan kedua temannya mendadak terdengar derap kaki kuda. Kuda itu mendadak keluar dari dalam hutan.
Ketika diawasi ternyata itu Siauw-pek-liong, kuda istimewa milik Kok Siauw Hong. Kuda itu mengibas-ngibaskan ekornya sambil mendekati majikannya. Kelihatan kuda itu sangat girang bertemu kembali dengan majikannya.
Siauw-pek-liong kuda terlatih. Sejak kehilangan majikannya yang terjatuh ke lembah, kuda itu tidak pergi jauh tapi bersembunyi di hutan. Begitu melihat majikannya muncul dia pun berlari menghampirinya. Kok Siauw Hong girang.
"Ah, kebetulan ada Siauw-pek-liong, dengan demikian aku bisa menyusul mereka!" pikir Kok Siauw Hong.
Ketika melihat panah yang menancap di tubuh kuda itu, Kok Siauw Hong segera mencabut anak panah itu.
Kemudian lukanya diobati. Baru sesudah itu dia naiki kuda itu. Sekalipun kuda itu terluka tetapi kuda itu bisa berlari cepat.
Ketika matahari sudah mulai condong ke barat, tanda sore telah menjelang, Kok Siauw Hong berhasil menyusul ketiga penunggang kuda itu. Mereka tertegun karena tibatiba ada yang mengejar mereka.
846 "Sahabat bertiga, aku harap tunggu sebentar!" kata Kok Siauw Hong.
Ketiganya langsung menghentikan kuda mereka, Ih Hua Liong langsung bertanya.
"Siapa kau" Mengapa kau mengejar kami?" kata Ih Hua Liong.
Dari suaranya Kok Siauw Hong tahu itulah suara orang yang memfitnah dia, berarti itu adalah Ih Hua Liong murid tertua pamannya. Sedang lelaki dan wanita itu teman Ih Hua Liong, baru berumur kurang lebih tigapuluh tahun, barangkali mereka itu suami-isteri.
"Kak Hu," kata yang wanita perlahan pada kawannya,
"kita sedang mencari orang yang bisa menceritakan kejadian di lembah Ceng-liong. Barangkali orang ini salah seorang yang lolos dari kematian di lembah itu. Sebaiknya kita bertanya padanya."
Pakaian Siauw Hong robek-robek, malah masih kelihatan bekas noda darah. Ditambah lagi Kok Siauw Hong pun membawa-bawa sebilah pedang. Barangsiapa yang melihatnya akan menduga bahwa Kok Siauw Hong baru saja bertarung.
"Benar, saat itu aku ikut membantu pihak Kay-pang akan mengantarkan harta ke gunung Ciak-lo-san, tetapi di tengah perjalanan harta itu dirampok oleh tentara Mongol. Aku berhasil lolos dan akan pergi memberi laporan pada Kaypang...."
Lelaki yang berjalan bersama Ih Hua Liong tertegun mendengar cerita Kok Siauw Hong itu. Dia mengawasi Kok Siauw Hong, lalu mengawasi ke arah Ih Hua Liong.
Kemudian dia berkata pada Ih Hua Liong.
847 "Saudara Ih, apakah kau kenal dengan dia?" kata pria yang bersama isterinya itu.
Ditanya begitu Ih Hua Liong tidak langsung menjawab.
Rupanya kedua suami isteri ini bertemu Ih Hua Liong di tengah jalan. Barangkali Ih Hua Liong mengaku bahwa dia salah seorang yang mengawal harta itu dan berhasil lolos dari kepungan tentara Mongol. Sekarang masalahnya, jika Ih Hua Liong mengatakan dia tidak kenal kepada Kok Siauw Hong, sudah jelas ini akan menimbulkan kecurigaan pada suami isteri tersebut. Tadi saat baru bertemu Ih Hua Liong sudah langsung menegur Kok Siauw Hong dengan pertanyaan "siapa kau", berarti dia tidak kenal pada Kok Siauw Hong.Ini suatu bukti bahwa salah seorang apakah itu Ih Hua Liong atau Kok Siauw Hong, pasti telah berbohong kepada suami isteri yang sekarang mulai curiga itu.
Ih Hua Liong yakin kalau suami isteri itu akan mempercayai dia, sebelum menjawab pertanyaan suami wanita itu dia berpikir.
"Aku tidak peduli apakah dia bohong atau bicara sebenarnya, lebih baik kuhajar dulu dia!" pikir Ih Hua Liong.
Tiba-tiba Ih Hua Liong tertawa dingin sambil menatap ke arah Kok Siauw Hong.
"Hm! Tadi kau bilang kau ikut mengawal harta dan membantu pihak Kay-pang, apa benar?" kata Ih Hua Liong sinis.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar! Apa kau kira aku bohong?" kata Kok Siauw Hong.
"Tahukah kau siapa aku ini?" tanya Ih Hua Liong.
Kok Siauw Hong tertawa. 848 "Dulu memang aku tidak kenal kau, tetapi sekarang aku tahu siapa kau?" kata Siauw Hong.
Ih Hua Liong tertegun oleh kata-kata Kok Siauw Hong itu karena mengandung sindiran yang tajam.
"Dulu kau tidak mengenal dia" Kalau begitu, dalam rombonganmu itu kau tidak melihat dia?" kata wanita itu pada Kok Siauw Hong.
"Benar, aku tidak pernah melihat dia!" jawab Kok Siauw Hong.
Ih Hua Liong tertawa dingin.
"Kalau begitu cepat kau katakan, siapa yang kau kenal dalam rombongan pengantar harta itu?"
"Tentu saja banyak orang terkenal yang mengawal harta itu. Di antaranya Jen Thian Ngo, Ci Giok Phang, Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong!"
Ih Hua Liong mendengus. "Hm! Jadi kau kenal pada Kok Siauw Hong, bagus!
Bagus sekali! Belum dipukul kau sudah mengaku!" kata Ih Hua Liong.
Maksud kata-kata Ih Hua Liong itu dengan tujuan ingin mengatakan, bahwa orang yang kenal dengan Kok Siauw Hong berarti orang itu bukan orang baik-baik. Tetapi Kok Siauw Hong pura-pura tdak mengerti saja.
"Kau kenal Kok Siauw Hong justru aku sedang mencarinya! Pasti kau pun tahu dia ada di mana?" kata Kok Siauw Hong.
"Bagus! Kau ingin tahu di mana dia berada, baik kau akan kuberitahu! Kok Siauw Hong bersekongkol dengan bangsa Mongol, dia ikut merampok harta itu! Sekarang dia 849
sudah pergi bersama pasukan Mongol. Kalau kau ingin bertemu dengannya, kau kejar saja dia!" kata Ih Hua Liong.
Ucapan Ih Hua Liong itu memang diharapkan sekali oleh Kok Siauw Hong. Sambil menggeleng-gelengkan kepala seolah Kok Siauw Hong tidak percaya, dia bertanya.
"Apa kau melihat sendiri dia berbuat begitu?" tanya Kok Siauw Hong.
"Kurangajar kau bocah busuk! Beraninya kau menuduh aku berbohong. Sudah tentu aku melihatnya sendiri Kok Siauw Hong bergabung dengan musuh!" sesudah berkata begitu Ih Hua Liong mengawasi ke arah lelaki itu. "Cong Tay-hiap, sekarang jangan banyak bicara, dia pasti anak buah Kok Siauw Hong!"
Lelaki itu bernama Cong Siauw Hu dan Siang-koan Po Cu. Berdasarkan kedudukan di Dunia persilatan, Ih Hua Liong berada jauh di bawah mereka berdua.
Sesudah mendengar ucapan Ih Hua Liong, Kok Siauw Hong lalu berkata dengan dingin.
"Tadi kau bertanya padaku apakah aku kenal pada kau"
Aku tahu kau murid tertua Jen Thian Ngo bernama Ih Hua Liong! Nah, sekarang aku bertanya padamu, tahukah kau siapa aku ini?" kata Kok Siauw Hong.
Ih Hua Liong tertawa dingin.
"Hm! Dari kata-katamu pasti kau seorang Rimba Persilatan yang cukup terkenal. Cepat katakan, siapa kau?"
Kok Siauw Hong tertawa terbahak-bahak.
"Aku hanya seorang Rimba Persilatan yang tidak terkenal, tetapi seharusnya kau tahu siapa aku ini! Akulah Kok Siauw Hong yang tadi kau katakan bersekongkol dengan bangsa Mongol!" kata Siauw Hong.
850 Seketika itu juga wajah Ih Hua Liong berubah, dia langsung menghunus pedangnya dan menyerang Kok Siauw Hong. Cong Siauw Hu segera berseru.
"Tunggu!" Mendadak cahaya pedang berkelebat dan ketika itu langsung terdengar suara jeritan Ih Hua Liong dari atas kudanya. Dia mencoba menarik tali kekang kudanya agar bergeser ke samping. Tadi saat masih di atas kuda Ih Hua Liong hendak menyerang Kok Siauw Hong, tapi Kok Siauw Hong lebih cepat dari Ih Hua Liong. Ternyata Kok Siauw Hong pun telah menghunus pedang dan menusuk paha Ih Hua Liong.
Cong Siauw Hu kaget bukan kepalang. Dia langsung melompat dan turun dari atas punggung kudanya sekaligus menyerang Kok Siauw Hong dengan jurus Eng-pik-tiang-khong (Elang menyambar dari angkasa).
Sesudah berteriak mengatakan tunggu, tiba-tiba Cong Siauw Hu menyerang Kok Siauw Hong dengan jurus maut.
Ini di luar perkiraan Kok Siauw Hong. Buru-buru Kok Siauw Hong berkelit, lalu menangkis serangan itu dengan jurus Heng-kakim-liang (Membabat secara melintang sarang elang).
"Tang!" Terdengar suara senjata beradu keras seketika itu tampak lelatu api berhamburan. Kok Siauw Hong merosot dari kudanya, sedang Cong Siauw Hu pun melayang turun dari kudanya.
"Hm! Kau disebut seorang pendekar malah tidak tahu aturan!" bentak Kok Siauw Hong.
Cong Siauw Hu diam saja. Kembali dia menyerang Kok Siauw Hong, ini membuat Kok Siauw Hong gusar sekali.
851 Sekarang dia menganggap Cong Siauw Hu kawan Ih Hua Liong. Dengan tidak segan-segan lagi Kok Siauw Hong melancarkan serangan balasan.
Siang-koan Po Cu keheranan melihat Cong Siauw Hu menyerang Kok Siauw Hong secara tiba-tiba itu.
"Kak Hu, tanya dulu yang jelas baru bertarung!" teriak Siang-koan Po Cu.
Melihat Cong Siauw Hu memihak kepadanya Ih Hua Liong girang bukan kepalang.
"Jangan bertanya lagi, bocah in memang pembohong!"
teriak Ih Hua Liong sambil merasakan pahanya sakit karena tertusuk pedang Kok Siauw Hong. Namun, Ih Hua Liong yang sadar Kok Siauw Hong lihay, tidak berani maju membantu Cong Siauw Hu.
Tenaga Kok Siauw Hong belum pulih seluruhnya, itu sebabnya dia tidak berani bertarung lama-lama.
"Dia tidak mau mendengar penjelasanku, sekalipun dia sehaluan denganku!" pikir Kok Siauw Hong. "Lebih baik kulukai dulu dia baru bicara!"
Mendadak Kok Siauw Hong menggunakan jurus maut, dalam seketika pedang Kok Siauw Hong berputar-putar membentuk tujuh bayangan bunga pedang.
"Bagus!" teriak Cong Siauw Hu.
Cong Siauw Hu pun memutarkan pedangnya cepat bagaikan kilat. Tampak bayangan pedangnya berkelebat di antara bayangan tujuh sinar pedang Kok Siauw Hong.
Beberapa kali terdengar suara benturan dua pedang mereka secara beruntun, namun tidak ada yang mau mengalah. Pertarungan mereka kelihatan seimbang sekali.
Tapi tiba-tiba Cong Siauw Hu melompat mundur tiga 852
langkah, kemudian dia menyarungkan pedangnya. Hal itu sungguh di luar dugaan Kok Siauw Hong.
"Dia belum kalah kenapa mundur?" pikir Kok Siauw Hong.
Tadi saat Kok Siauw Hong merayap memanjat tebing tenaganya terkuras banyak, ditambah lagi saat dia naik kuda mengejar rombongan Ih Hua Liong ini, juga tenaganya terkuras. Jika dinilai ilmu pedang mereka memang seimbang, tetapi tenaga Kok Siauw Hong yang sudah kehabisan tenagajelas kalah jauh. Jika bertarung terus jelas Kok Siauw Hong akan kalah.
Tiba-tiba Cong Siauw Hu tertawa.
"Hm! Kau menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat!" kata dia.
Siang-koan Po Cu kaget bercampur girang.
"Sudah pasti dia Kok Siauw Hong!" kata Siang-koan Po Cu.
Kok Siauw Hong baru sadar, rupanya Cong Siauw Hu hanya ingin mencoba ilmu silatnya agar dia bisa memastikan identitas lawannya
Cit-siu-kiam-hoat ilmu pedang milik keluarga Jen, biasanya tidak pernah diwariskan kepada orang luar.
Hingga di kalangan Kang-ouw hanya ada tiga orang yang bisa menggunakan ilmu silat itu, yaitu Jen Thian Ngo, ibu Kok Siauw Hong dan Kok Siauw Hong sendiri.
Cong Siauw Hu seorang jago pedang terkenal. Begitu dia melihat jurus yang diperagakan oleh Kok Siauw Hong itu Citsiu-kiam-oat, dia langsung tahu siapa lawannya itu.
853 Kok Siauw Hong senang Cong Siauw Hu percaya padanya. Tetapi pada saat itu terdengar suara ringkikan kuda.
Itu adalah kuda Ih Hua Liong yang dilarikan dengan cepat. Karena Ih Hua Liong tahu rahasianya sudah terbuka, dia tidak ingin celaka, karena itu buru-buru dia melarikan diri dengan menaiki kudanya. Ternyata kuda yang dinaiki Ih Hua Liong termasuk kuda jempolan, kuda itu hadiah dari See-bun Souw Ya kepadanya. Seekor kuda dari daerah Mongol. Jika kuda Siauw Hong tidak terluka dia yakin bisa mengejar kuda milik Ih Hua Liong. Ketika itu kuda Kok Siauw Hong masih luka jadi sulit baginya untuk mengejar Ih Hua Liong.
"Sayang penjahat itu sudah kabur!" kata Kok Siauw Hong.
"Sabar kita akan cari dia untuk membuat perhitungan dengannya. Kok Siauw-hiap, sungguh beruntung hari ini kami bertemu denganmu di sini!" kata Cong Siauw Hu.
"Mohon bertanya, siapa nama Anda?" kata Kok Siauw Hong sambil memberi hormat.
"Cong Siauw Hu," jawab yang ditanya Ternyata sudah lama Kok Siauw Hong mendengar nama itu disebut-sebut orang. Baru kali ini dia bertemu muka dengannya.
"Kalau boleh tahu ada urusan apa Anda ke mari?" tanya Siauw Hong.
Sesudah mengawasi Kok Siauw Hong baru dia
menyahut. 854 "Aku dengar kau calon menantu Han Tay Hiong, apakah kau pernah datang ke rumah Han Lo Eng-hiong?" kata Cong Siauw Hu.
Masalah Kok Siauw Hong membatalkan
pertunangannya dengan puteri Han Tay Hiong telah menggemparkan Dunia Persilatan, pasti Cong Siauw Hu pun sudah mendengar khabar itu.
Tetapi Kok Siauw Hong belum resmi membatalkan pertunangan itu, hingga dia tetap calon menantu Han Tay Hiong. Sekalipun Cong Siauw Hu merasa tidak enak hati, dia tetap bertanya demikian.
Wajah Kok Siauw Hong berubah merah.
"Aku pernah ke rumah Han Lo Eng-hiong, rumah mereka habis terbakar di luar dugaanku, mengenai hal ini barangkali Cong Tay-hiap sudah mengetahuinya?" kata Kok Siauw Hong.
"Memang kami sudah ke sana maka itu aku ingin tahu siapa kira-kira yang membakar rumahnya itu?" kata Cong Siauw Hu.
"Yang kuketahui hanya sedikit tentang hal itu. Aku hanya tahu Han Lo Eng-hiong mempunyai dua orang musuh besar, mereka itu See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek." kata Kok Siauw Hong. "Apakah Han Lo Eng-hiong masih hidup atau sudah meninggal aku tidak tahu. Tetapi aku sudah menemukan sedikit titik terang...."
Kok Siauw Hong lalu menceritakan mengenai apa yang diketahuinya
Cong Siauw Hu menghela napas.
"Tidak kusangka Han Lo Eng-hiong telah dicelakai orang! Sayang kami masih punya urusan penting, sesudah 855
beres aku akan ke air terjun itu untuk menyelidikinya!" kata Cong Siauw Hu.
"Oh, tahukah kau tentang harta yang di simpan di rumah Han Lo Eng-hiong?" kata Siang-koan Po Cu.
"Tahu, harta itu oleh Han Pwee Eng disumbangkan untuk para pejuang, dan diantar oleh pihak Kay-pang.
Tetapi di tengah jalan harta itu telah dirampok...." Kata Kok Siauw Hong.
"Mengenai hal ini Ih Hua Liong tidak membohongi kami," kata Cong Siauw Hu dan isterinya.
"Jika aku boleh bertanya apakah kalian berdua kebetulan lewat di tempat ini, atau memang sengaja ingin berkunjung ke rumah Han Lo Eng-hiong?" tanya Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong bertanya begitu karena dia tahu Cong Siauw Hu tidak punya hubungan dengan Han Tay Hiong.
"Aku ke mari karena seorang teman berjanji akan bertemu di rumah Han Lo Eng-hiong, tetapi tidak kusangka musibah menimpa Han Tay Hiong dan keluarganya.
Ternyata temanku pun tidak ada di sana!" kata Cong Siauw Hu.
"Ada urusan penting apa Cong Tay Hiap pada Han Lo Enghiong" Apa aku boleh tahu?" kata Kok Siauw Hong.
Cong Siauw Hu berpikir sejenak, sesudah itu dia baru menjawab pertanyaan Kok Siauw Hong.
"Masalah itu sangat rahasia, karena Kok Siauw-hiap punya hubungan erat dengan Han Lo Eng-hiong, jelas aku harus memberitahumu. Aku ingin bertanya padamu, apakah kau sudah tahu tentang asal-usul harta itu?"
Ditanya begitu Kok Siauw Hong tertegun.
856 "Aku juga baru tahu tentang harta itu beberapa hari yang lalu," jawab Kok Siauw Hong. "Tentang asal-usulnya terus terang aku tidak tahu."
Sambil tersenyum Cong Siauw Hu menunjuk ke arah isterinya sambil berkata.
"Ayah isteriku yang menitipkan harta itu pada Han Tay Hiong!" kata Cong Siauw Hu.
Siang-koan Pu Cu tersenyum.
"Sebenarnya itu bukan harta Ayahku," kata Siang-koan Po Cu. "Harta itu dititipkan oleh Ayahku supaya Han Lo Eng-hiong menyerahkannya pada seseorang!"
Secara singkat Siang-koan Po Cu memberi keterangan pada Kok Siauw Hong.
Rupanya Siang-koan Hok, ayah Siang-koan Po Cu itu bangsa Liao. Kerajaan Liao musnah oleh Kerajaan Kim (Tartar). Siang-koan Hok seorang pendekar bangsa Liao, dia termasuk penentang bangsa Kim. Oleh karena terdesak oleh bangsa Kim, dia kabur ke seberang lautan.
Sesudah lewat duapuluh tahun, tiba-tiba muncul bangsa Mongol merebut kekuasaan bangsa Kim, karena itu Kerajaan Kim semakin lemah.
Mengetahui Kerajaan Kim semakin lemah, Siang-koan Hok kembali lagi ke Tiong-goan. Maksud Siang-koan Hok akan membangun kembali Kerajaan Liao. Diam-diam dia bergabung dengan Jenghis Khan. Ternyata dia diangkat menjadi Wakil Kok-su Mongol. Tentang niatnya membangun kerajaan Liao, sudah tentu dilakukan diamdiam agar bangsa Mongol tidak tahu maksudnya.
Sesudah Kerajaan Liao jatuh, salah seorang panglima Liao berhasil meloloskan diri bersama anak buahnya.
857 Kemudian panglima ini membentuk pasukan untuk melawan tentara Kim. Mereka bermarkas di See-lian-san.
Panglima itu bernama Souw Goan Tiak.
Belasan tahun lamanya bangsa Kim tidak bisa menghancurkan kekuatan panglima Souw Goan Tiak di Seelian-san. Tetapi lama kelamaan Souw Goan Tiak pun semakin lemah. Mereka mulai kekurangan bahan makanan dan sebagainya. Malah Souw Goan Liak dan anak buahnya semakin mendapat kesulitan.
Selama Siang-koan Hok tinggal di tempat Jenghis Khan diam-diam dia mengadakan hubungan dengan pejuang bangsa Liao. Dua orang pengawal pribadi Kerajaan Liao berhasil lolos, membawa harta. Semua harta itu diserahkan pada Siang-koan Hok.
Mendengar para pejuang kekurangan dana Siang-koanHok ingin menyerahkan harta itu pada para pejuang, tepatnya kepada Souw Goan Tiak. Tetapi untuk melaksanakan maksud itu selalu terhalang karena Siangkoan Hok selalu dalam pengawasan mata-mata pihak Mongol. Tentu saja niat itu idak mudah dilaksanakan oleh Siang-koan Hok.
Tetapi sesudah Jenghis Khan meninggal dunia, Siangkoan Hok baru mendapat kesempatan. Dia mendapat perintah datang ke kota Lok-yang. Sekalipun Siang-koan Hok agak bebas tetapi dia tetap memiliki keterbatasan soal waktu. Sudah tentu dia tidak bisa pergi sendiri ke See-lian-san.
Kebetulan Siang-koan Hok bersahabat sejak muda dengan Han Tay Hiong. Ketika itu dia dengar Han Tay Hiong sedang mengasingkan diri di kota Lok-yang. Saat itu kelihatannya Han
858 Tay Hiong sudah tidak aktif dan tidak ikut campur di Dunia Persilatan, padahal diam-diam Han Tay Hiong pun terus menyusun kekuatan untuk memerangi Kerajaan Kim.
Tidak banyak orang yang tahu apa yang dikerjakan jago tua itu, termasuk mata-mata bangsa Mongol juga tidak mengetahuinya. Tidak heran jika pihak Mongol tidak mengetahui kalau di kota Lok-yang bersembunyi seorang jago tua yang ilmu silatnya tinggi.
Saat Siang-koan Hok tiba di Lok-yang dia berkunjung ke rumah Han Tay Hiong secara diam-diam. Dalam pembicaraan Siang-koan Hok menitipkan hartanya pada Han Tay Hiong agar disampaikan kepada Souw Goan Tiak di See-lian-san. Malah Siang-koan Hok pun sempat bermalam di rumah Han Tay Hong.
Ternyata kedatangan Siang-koan Hok secara diam-diam itu diketahui juga oleh Lauw Kan Lu dan Jen Thian Ngo.
Kedua orang ini bercuriga lalu menyelidiki kedatangan Siang-koan Hok itu. Mereka menyelidiki karena tahu Siangkoan Hok seorang wakil Kok-su dari Kerajaan Mongol.
Dengan demikian mereka khawatir kalau Han TayHiong bersekongkol dengan pihak Mongol yang mereka dengar berniat menyerbu ke Tiong-goan. Tetapi penyelidikan Jen Thian Ngo dan Lauw Kan Lu ini tidak berhasil mengorek keterangan yang memuaskan.
Malah celakanya Han Tay Hiong justru diserang oleh Chu Kiu Sek dan terluka dalam cukup parah. Dengan demikian Han Tay Hiong tidak bisa buru-buru mengantarkan harta titipan Siang-koan Hok pada Souw Goan Tiak di See-lian-san.
Pada saat Siang-koan Hok akan pulang ke Mongol, dia mengutus dua orang kepercayaannya ke gunung See-lian-san menemui Souw Goan Tiak. Kedua utusan itu memberitahukan bahwa harta Siang-koan Hok dititipkan 859
kepada Han Tay Hiong di Lok-yang. Di luar dugaan tentara Mongol benar-benar datang menyerbu ke wilayah Tionggoan.
Kebetulan Souw Goan Tiak dan Liu Ceng Yauw punya hubungan baik. Souw Goan Liak minta bantuan Bu-lim Bengcu
Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw untuk mengambil harta itu di rumah Han Tay Hiong.Mereka sepakat akan bertemu di rumah Han Tay Hiong. Karena Hong-lay-mo-li ini tahu Siang-koan Po Cu puteri Siang-koan Hok, maka Hong-lai-mo-li lalu mengutus Siang-koan Po Cu bersama suaminya ke rumah Han Tay Hiong untuk bertemu dan membantu Souw Goan Tiak membawa harta itu.
Sesudah mendengar keterangan Siang-koan Po Cu, Kok Siauw Hong tertegun. Sekarang dia tahu tentang asal-usul harta di rumah Han Tay Hiong itu.
"Oh pantas Han Pwee Eng tidak tahu soal harta itu.
Rupanya Paman Han tiak memberitahunya karena ini masalah besar?" pikir Kok Siauw Hong.
Kelihatan Siang-koan Po Cu gelisah bukan main. Tibatiba dia berkata seperti putus asa.
"Harta sudah dirampok tentara Mongol, sedang utusan Souw Goan Tiak pun tidak muncul, lalu kita harus bagaimana sekarang?" kata Siang-koan Po Cu.
"Aku lihat dua Iblis Tua itu sudah terluka, merekalah yang membawa harta itu menuju ke arah barat. Kereta yang mengangkut harta itu kelihatan berat hingga jalannya lambat. Jika kita kejar, aku yakin mereka bisa kita kejar!"
kata Kok Siauw Hong. Cong Siauw Hu tertegun. Sedang Kok Siauw Hong berpikir.
860 "Kedua Iblis Tua sudah terluka, jika aku bergabung dengan suami-isteri ini rasanya bisa mengalahkan mereka!
Jika tidak sanggup pun, aku sudah tahu jejak mereka. Bila aku pergi mencari bala-bantuan, siapa tahu bisa merebut kembali harta itu?" pikir Kok Siauw Hong.
"Sesudah merebut kota Lok-yang, angkatan perang Mongol menuju ke selatan. Yang mengherankan malah kedua Iblis Tua itu" Mengapa sesudah mereka berhasil merampok harta mereka tidak kembali ke Lok-yang"
Seharusnya mereka bergabung dengan angkatan perang Mongol di Lok-yang. Tetapi dia malah menuju ke arah barat!" kata Cong Siauw Hu.
"Mengapa harus kita hiraukan dia mau ke selatan atau ke barat. Malah itu akan memudahkan kita merebut harta itu kembali. Mari kita kejar mereka!" kata Siang-koan Po Cu.
Sesudah itu mereka langsung menaiki kuda masingmasing dan memacunya bersama-sama. Kuda mereka dilarikan dengan cepat ke arah barat. Mereka belum tahu kalau di depan mereka juga ada penunggang kuda yang sedang mengejar rombongan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek itu. Pemuda itu adalah Ih Hua Liong.
Rupanya luka Ih Hua Liong tidak parah, sesudah luka itu diobati darahnya langsung berhenti mengalir. Dia berusaha memacu kudanya mengejar para pembawa harta hasil rampokan itu. Setiap saat Ih Hua Liong menoleh ke belakang, dia khawatir Kok Siauw Hong dan sepasang suami isteri itu mengejarnya.
"Sekalipun aku gagal menipu Cong Siauw Hu dan isterinya, tetapi beruntung aku selamat! Sesudah mendapat bagian dari hasil rampokan itu, aku akan bersembunyi di suatu tempat. Dengan demikian aku bisa hidup senang."
pikir Ih Hua Liong. 861 Jen Thian Ngo bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek untuk merampok harta itu. Sesudah berhasil merampok harta itu, dia dijanjikan akan mendapat serengah bagian dari harta itu. Karena harus menipu orang Kay-pang dan para pejuang, maka dia tidak bisa datang sendiri meminta bagiannya. Maka itu dia mengirim muridnya yang bernama Ih Hua Liong menemui kedua rekan kerjanya itu dengan maksud meminta bagiannya.
Berhubung rombongan itu sudah lebih dulu berangkat menuju ke arah barat, maka Ih Hua Liong terpaksa harus memacu kudanya lebih cepat agar bisa menyusul rombongan itu.
Baru sesudah hari keenam Ih Hua Liong bisa menyusul rombongan See-bun Souw Ya cs ini. Sesudah tersusul oleh Ih Hua Liong rombongan See-bun Souw Ya diperintahkan beristirahat di tengah jalan di samping sebuah gunung. Di sebelah kiri terdapat hutan dan sebuah sungai. Kebetulan di tepi jalan itu terdapat sebuah warung teh. Di antara mereka ada yang beristirahat di kedai teh sambil minum teh. Ada juga yang hanya beristirahat melepas lelah.
Ketika itulah Ih Hua Liong mengajukan permohonan gurunya pada See-bun Souw Ya.
"Sudah aku katakan dari semula," kata See-bun Souw Ya. "Bahwa harta itu harus aku bawa ke Ho-lim dan diserahkan kepada Cun Seng Hoat Ong, atau Kok-su Mongol. Sudah itu Kok-su itu akan memberi hadiah sebagian dari harta itu untuk kita. Baru harta itu dibagi dua secara adil!"
"Bukan aku serakah," kata Ih Hua Liong dengan suara perlahan. "Tapi aku pikir harta yang begitu banyak sebaiknya sebagian kita sembunyikan. Aku kira Kok-su itu pun tidak akan mengetahui jumlah sebenarnya dari harta itu. Bukankah itu lebih baik"
862 See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak.
"Tidak kusangka ternyata kau punya ide derrukian," kata See-bun Souw Ya.
Dengan suara tetap perlahan Ih Hua Liong berkata lagi.
"Aku kira ideku itu sangat bermanfaat bagi kita semua.
Kasihanilah aku yang terluka demi harta ini!" kata Ih Hua Liong.
Mendengar percakapan itu Chu Kiu Sek menyela.
"Eh, bagaimana kau bisa terluka demikian" kata Chu Kiu Sek. "Parahkan lukamu itu?"
See-bun Souw Ya pun tersenyum sambil berkata lagi.
"Jika dia terluka parah mana mungkin dia bisa menyusul kita" Dia cuma mencari alasan saja!" kata See-bun Souw Ya.
Ih Hua Liong sedikit kurang senang mendengar ucapan See-bun Souw Ya, tapi karena mereka masih bicara dengan nada lunak dia memberanikan diri untuk bicara lagi.
"Aku harap Lo Cian-pwee lebih berlapang dada dan bijaksana," kata Ih Hua Liong. Sebenarnya lukaku ini tidak parah. Tetapi jika aku tidak segera melarikan diri, mungkin bukan luka saja tetapi nyawaku pun akan melayang di tangan Kok Siauw Hong!"
Mendengar keterangan Ih Hua Liong itu See-bun Souw Ya terkejut.
"Apa" Kok Siauw Hong belum mampus?" kata See-bun Souw Ya dengan gemas sekali.
"Dia belum mati," kata Ih Hua Liong, "karena tidak puas ada kemungkinan dia mengejarku sampai ke mari"
863 Chu Kiu Sek tertawa. "Oh, jadi kau kabur ke mari untuk berlindung karena ketakutan, bukan ?" kata Chu Kiu Sek sinis.
Ucapan Chu Kiu Sek itu keras dan tajam hingga Ih Hua Liong akhirnya diam tidak menyahut.
Sebaliknya See-bun Souw Ya kelihatan geram sekali, sambil mengepalkan tangannya dia berkata.
"Dia berani datang ke mari?" katanya.
"Benar, dia tidak seorang diri Lo Cian-pwee!"
"Bersama siapa dia?" tanya See-bun Souw Ya.
"Dia bersama sepasang suami isteri." jawab Ih Hua Liong.
"Siapa suami isteri itu?" tanya See-bun Souw Ya.
"Suami isteri itu datang dari Kim-kee-leng, mereka bernama Cong Siauw Hu dan Siang-koan Po Cu. Aku bertemu dengan mereka di tengah jalan. Semula aku ingin membohongi mereka dan membawanya kemari agar Lo Cian-pwee bisa menangkap mereka. Jika Lo Cian-pwee berhasil menangkapnya, ini jasa bukan kecil bagi pihak Mongol.
Sungguh di luar dugaan tiba-tiba muncul Kok Siauw Hong. Karena itu rencanaku itu jadi gagal." kata Ih Hua Liong.
Ketika itu See-bun Souw Ya mendengarkan keterangan Ih Hua Liong dengan penuh perhatian, tetapi tiba-tiba dia menyela.
"Coba kau ulangi, siapa nama perempuan itu?" kata See-bun Souw Ya.
864 "Namanya Siang-koan Po Cu," kata Ih Hua Liong mengulangi keterangannya.
"Tahukah kau, ada urusan apa suami isteri itu berada di sana?"
"Sayang aku tidak bertanya pada mereka, tetapi mereka sangat memperhatikan harta yang kita rampok ini.
Mungkin kedatangan mereka karena harta itu!" kata Ih Hua Liong.
Mendadak See-bun Souw Ya menepuk pahanya sambil menghela napas.
"Aaah, sayang, sungguh sayang sekali!"
"Apa yang sayang, Lo Cian-pwee?" tanya Ih Hua Liong.
"Sayang kau tidak berhasil membohongi mereka hingga mereka tidak bisa diajak ke mari. Jika kita berhasil menangkap mereka itu bukan jasa yang kecil!" kata See-bun Souw Ya.
Mata Ih Hua Liong terbelalak. Dia tidak mengerti, mengapa See-bun Souw Ya berkata begitu.
"Aku rasa Cong Siauw Hu dan isterinya itu bukan tokoh yang sangat penting. Mengapa See-bun Souw Ya begitu menaruh perhatian pada mereka?" pikir Ih Hua Liong.
Maka itu Ih Hua Liong mengajukan pertanyaan pada See-bun Souw Ya.
"Kenapa begitu?" kata Ih Hua Liong.
"Kau belum tahu, Siang-koan Po Cu itu puteri Sian-koan Hok," kata See-bun Souw Ya.
Ih Hua Liong menganggukkan kepalanya sekalipun yang dia ketahui bahwa Siang-koan Hok adalah wakil Kok-su 865
Mongol, yang lainnya dia tidak tahu. Maka itu dia jadi tercengang.
"Ah, kiranya Siang-koan Po Cu puteri Siang-koan Cianpwee! Tidak kusangka! Tetapi seandainya kita tangkap mereka, bukankah itu akan menyebabkan Siang-koan Cianpwee tersinggung"'
See-bun Souw Ya mendengus dingin.
"Hm! Rupanya banyak masalah yang tidak kau ketahui,"
kata See-bun Souw Ya. "Sayang aku lupa memberitahumu.
Tetapi aku ingin bertanya lagi, apa kau punya ide lain untuk membohongi mereka hingga mau diajak ke mari?"
Mengapa See-bun Souw Ya begitu memperhatikan suamiisteri itu, ternyata ada sebabnya. Rupanya Cun Seng Hoat Ong mulai mencurigai Siang-koan Hok punya rencana besar. Sekalipun Siang-koan Hok berhasil menitipkan hartanya dengan diam-diam di rumah Han Tay Hiong. Ternyata rahasia itu bocor ke telinga Cun Seng Hoat Ong. Sesudah mengetahui rahasia ini Cun Seng Hoat Ong mengutus See-bun Souw Ya untuk menyelidiki masalah ini.
Selain diberi tugas hkusus agar See-bun Souw Ya merebut harta Siang-koan Hok, tugas terpenting adalah untuk menghimpun berbagai bukti kesalahan Siang-koan Hok.
Sekarang seluruh harta telah direbut. Tetapi bukti kesalahan Siang-koan Hok belum lengkap. Sekalipun harta itu sudah diketahui milik Siang-koan Hok, tapi karena benda itu benda mati, maka harta itu tidak bisa dimintai keterangan.
Maka itu See-bun Souw Ya berambisi menangkap Siangkoan Po Cu, puteri Siang-koan Hok. Dengan sandera istimewa jelas Siang-koan Hok bisa dipaksa mengaku, demi menyelamatkan puterinya Tentang harta itu Siang-koan Hok pun akan mengakuinya
866 "Bagaimana, kau punya ide?" kata See-bun Souw Ya kepada Ih Hua Liong.
"Tetapi mereka telah membongkar rahasiaku, mana mungkin aku menemuinya lagi!" kata Ih Hua Liong.
See-bun memandang ke arah Chu Kiu Sek, maksudnya akan menyuruh Chu Kiu Sek menangkap suami-isteri itu, tetapi Chu Kiu Sek langsung memberikan tanggapan.
"Tidak bisa!" "Apa yang tidak bisa?" kata See-bun Souw Ya.
Chu Kiu Sek memandang ke arah See-bun Souw Ya.
"Saudara See-bun, benarkah kau dan Ih Lo-tee akan pergi menangkap suami isteri itu?" kata Chu Kiu Sek. See-bun Souw Ya mengangguk.
"Aku pikir begitu," kata See-bun Souw Ya, "tetapi jika saudara Chu tidak yakin akan berhasil menangkap mereka, ya, sudahlah!"
Chu Kiu Sek memikirkan kepentingan sendiri. Dia khawatir See-bun dan Ih Hua Liong bertemu dengan Kok Siauw Hong yang kepandaiannya tidak rendah. Mengenai kedua suami isteri itu pun Chu Kiu Sek pernah mendengarnya. Itu alasannya, mana mungkin See-bun berhasil menangkap mereka. Selain itu Chu Kiu Sek khawatir harta itu akan dicaplok sendiri oleh See-bun.
"Kau licik tetapi aku juga tidak bodoh," pikir Chu Kiu Sek. "Jika kau yang mengangkut harta supaya kau yang mendapat jasa dan kau suruh aku mempertaruhkan nyawa melawan mereka! Dasar sial!"
Kemudian Chu Kiu Sek berkata pada See-bun Souw Ya.
"Saudara See-bun, kepandaianmu lebih tinggi dariku.
Maka aku tidak yakin bisa menangkap mereka bertiga.
867 Sebaiknya kau saja yang ke sana menangkap mereka!" kata Chu Kiu Sek.
See-bun Souw Ya mengerutkan dahinya.
"Mana mungkin aku yang ke sana meninggalkan kau mengawal harta itu!" pUcir See-bun Souw Ya.
Tiba-tiba dia berkata lagi.
"Oh ya tadi kau bilang mereka pasti mengejar kita bukankah begitu Ih Lo-tee?" kata See-bun Souw Ya.
Ih Hua Liong mengangguk. "Lalu apa rencanamu?" tanya Chu Kiu Sek.
"Kita perlambat saja perjalanan kita agar mereka bisa mengejar kita!" kata See-bun Souw Ya.
"Tapi itu cuma dugaanku saja," kata Ih Hua Liong,
"benar tidaknya aku tidak berani memastikannya!"
"Kalian boleh beristirahat lebih lama!" teriak See-bun Souw Ya pada tentara Mongol.
See-bun Souw Ya membuat pasukan berkuda Mongol girang bukan main. Mereka kembali berlarian ke arah hutan mencari tempat yang teduh, lalu beristirahat tidur-tiduran di atas rumput.
See-bun Souw Ya mencoba menunggu kedatangan ketiga orang yang jadi sasarannya itu. Tetapi sampai matahari mulai condong ke arah barat, belum juga tampak orang-orang yang ditunggunya itu. Saat See-bun Souw Ya akan memberi abaaba untuk berangkat, mendadak terdengar suara seruling yang sangat merdu.
See-bun Souw Ya memandang ke arah suara seruling itu.
Di sana dia lihat seseorang yang berpakaian seperti seorang sastrawan, berumur sekitar limapuluhan. Orang itu sedang 868
meniup seruling sambil berjalan dengan santai ke arah mereka.
Sebenarnya di warung teh banyak tentara Mongol, tetapi sastrawan ini tidak gentar sedikit pun, malah seolah dia tidak melihat mereka. Dia langsung masuk ke dalam warung teh, kemudian menyimpan serulingnya
Sastrawan itu masuk ke dalam warung teh tersebut.
"Permisi, numpang duduk!" kata sastrawan itu.
Mata tentara Mongol mendelik ke arah sastrawan itu.
Melihat akan terjadi keributan See-bun Souw Ya sudah langsung memberi perintah.
"Kalian sudah lama minum teh di sini, berikan saja tempat dudukmu pada orang itu!" kaa See-bun Souw Ya.
See-bun Souw Ya sangat berpengalaman. Begitu melihat sastrawan itu dia menduga orang itu bukan orang sembarangan.
"Kelihatannya orang ini luar biasa, matanya bersinar, napasnya tenang. Mungkin dia seorang sastrawan biasa, tetapi dia seorang pesilat tinggi!" pikir See-bun Souw Ya.
Orang itu duduk di kursi yang diberikan tentara Mongol itu kepadanya. Sebelum duduk dia sempat memberi hormat kepada See-bun Souw Ya. Itu sebagai tanda terima kasihnya.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesudah itu dia duduk dengan tenang, tak lama pelayan menyuguhkan teh padanya. Sesudah menikmati teh yang disajikan pelayan, tiba-tiba dia memuji minumannya.
"Teh yang harum dan nikmat, sungguh nikmat!"
katanya. Seorang tentara Mongol mentertawakannya.
869 "Teh ini pahit sekali, bagaimana kau bilang teh ini nikmat?" kata prajurit Mongol itu.
"Teh yang harum dan baik tentu saja rasanya pahit," kata sastrawan itu. "Karena sehabis pahit akan datang rasa manis, sungguh baik sekali," kata sastrawan itu.
Mendengar kata-kata sastrawan itu See-bun Souw Ya langsung tergerak hatinya. Dia mendekati sastrawan itu.
"Tuan benar-benar seorang sastrawan sejati. Hari ini aku beruntung bisa berjumpa dengan Anda. Bagaimana jika kita jadi sahabat satu sama lain?" kata See-bun Souw Ya.
Sastrawan itu tertawa terbahak-bahak.
"Kau mau bersahabat denganku, memang itu yang kuharapkan! Terus-terang, hari ini aku sedang kesulitan tidak punya uang sama sekali. Maukah Anda membayari teh yang aku minum ini?" kata sastrawan itu.
"Benarkah dia seorang sastrawan atau bukan" Lalu bagaimana aku mengujinya?" pikir See-bun Souw Ya.
Selesai berpikir dia langsung berkata pada sastrawan itu.
"Ah, Anda bergurau mengatakan tidak punya uang!"
kata See-bun Souw Ya. Sastrawan itu melotot. "Jadi kau tidak bersedia membayariku?" kata sastrawan itu.
"Oh, jangan salah mengerti! Aku bersedia membayari Anda! Jangankan hanya membayarimu minum teh, aku pun siap mem-bayarimu minum arak! Tetapi sayang warung ini tidak menjual arak! Bagaimana apakah Anda bersedia melakukan perjalanan bersama kami" Malam ini pasti kita akan sampai di sebuah kota. Kita akan minum 870
arak di sana sampai mabuk!" kata See-bun Souw Ya tersipusipu.
"Aku senang dan berterima kasih atas ajakan Anda tetapi sayang aku tidak punya waktu!" kata sastrawan itu kelihatan malas-malasan.
"Sayang sekali!" kata See-bun Souw Ya.
"Kita cuma kebetulan bertemu di sini, lalu apa yang harus disayangkan?" kata sastrawan itu. See-bun Souw Ya tersenyum.
"Kau sangat pandai meniup seruling," kata See-bun Souw Ya "Suara serulingmu merdu dan menyedapkan di telinga. Hari ini kita harus berpisah dan entah kapan lagi bisa bertemu kembali. Bagaimana kalau Anda meniup serulingmu untukku?"
Sastrawan itu tertawa mendengar See-bun Souw Ya meminta dia meniupkan sebuah lagu untuknya
"Baiklah, karena Anda membayari teh yang kuminum, sudah pasti aku akan meniup seruling membawakan sebuah lagu untuk Anda!" katanya.
Pendekar Laknat 13 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Duri Bunga Ju 12
^