Pencarian

Badai Awan Angin 14

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 14


"Kau menyaksikan sendiri kejadian itu?" kata Siauw Hong. "Apa nona Ci menerima lamaran itu?"
"Ketika itu Siauw-ya menotok jalan darahku dan menaruhku di bawah sebuah pohon. Sesudah itu Siauw-ya mengajak nona Ci menjauhi tempat aku diletakkan.
Sekalipun aku tidak mendengar pembicaraan mereka, tetapi aku lihat Siauw-ya memberi cincin pertunangan pemberian Beng Cit Nio. Aku tahu, jika Siauw-ya bertemu seorang gadis yang disukainya, dia boleh memberikan cincin itu pada gadis itu. Pelayan Beng Cit Nio memberitahu aku, saat penyamaran nona Ci ketahuan, dan ingin membunuh nona Ci. Tetapi dia batal membunuh nona Ci saat dia melihat cincin itu!" kata Tik Bwee.
Kebetulan mengenai kejadian ini Han Pwee Eng sudah mengetahuinya langsung. Sedang Kok Siauw Hong baru tahu saat itu
"Ah, kalau begitu masalah ini benar," pikir Kok Siauw Hong. "Aku tidak mengira Ci Giok Hian bisa berubah demikian cepat!"
Berhubung Kok Siauw Hong terus bertanya tentang Ci Giok Hian, tentu saja pelayan ini jadi curiga dan heran.
"Ketika aku pulang setelah mengantarkan Ci Giok Hian ke tempat Beng Cit Nio," melanjutkan Tik Bwee. "Aku lihat 944
wajah Majikanku kehijauan. Tetapi aneh dia tidak memarahiku. Kemarin malam, saat Majikan akan pergi baru dia menotokku!"
"Mungkin Majikanmu tidak suka pada nona Ci, padahal Siauw-yamu dengan nona Ci pasangan yang serasi," kata Kok Siauw Hong.
"Benar, mereka pasangan yang sangat serasi!" kata Tik Bwee. "Majikanku bukan marah karena itu, dia marah karena Siauw-ya bertunangan secara diam-diam. Dia juga marah kepadaku karena aku tidak mau mendengar katakatanya!" kata Tik Bwee yang agak kesal dan cemburu karena Kok Siauw Hong mengatakan nona Ci sangat serasi dengan Siauwyanya. Padahal ucapan Kok Siauw Hong itu diucapkan tanpa sengaja.
"Sudah! Kau jangan terus membicarakan Nona Ci, aku ke mari untuk mencari Ayahku. Majikanmu tidak ada, lalu ke mana Ayahku dibawanya?" kata Han Pwee Eng.
"Pasti ayahmu pergi dengan Majikanku!" kata pelayan itu.
"Memang Ayahku sudah bisa berjalan?"
"Majikanku membawa ayahmu dengan naik kereta. Di balik gunung ada jalan hingga Majikanku tidak perlu lewat jalan air terjun!" kata Tik Bwee.
"Lalu siapa yang membakar rumah Beng Cit Nio?"
"Aku tidak tahu! Semalam aku lihat api berkobar di rumah Beng Cit Nio. Tetapi karena totokanku belum bebas, aku tidak datang ke sana!" kata Tik Bwee.
"Menurutku Seng Cap-si Kouw yang membakar rumah Beng Cit Nio. Mungkin dia juga yang mengusir Beng Cit Nio pergi!" kata Siang-koan Hok.
945 Han Pwee Eng sependapat dengan Siang-koan Hok.
"Nona Han, apa kau tahu ke mana kira-kira nona Ci dan Siauw-yaku pergi" Apakah kau mengetahuinya?" kata Tik Bwee mencoba mencari keterangan.
"Yang aku dengar Siauw-yamu pergi ke Kang-lam!" kata nona Han.
"Apakah nona Ci ikut bersamanya?"
"Barangkali ya, tetapi aku tidak tahu pasti!" kata nona Han.
"Hm! Nona Han, kau tidak perlu menutup-nutupi kepergian mereka! Pasti mereka pergi bersama-sama!" kata Tik Bwee.
Saat itu Tik Bwee tertegun sejenak. Dia memandang jauh ke depan dengan mata kosong.
"Kang-lam itu jauh, kan?" kata Tik Bwee.
Han Pwee Eng mengangguk perlahan, tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Kak Tik Bwee, ini kantung sulammu yang kau titipkan untuk Seng Kong-cu. Aku khawatir aku tidak akan bertemu dengannya. Lebih baik kukembalikan saja, bagaimana?"
Dengan sangat berduka Tik Bwee menerima kantung sulam itu sambil menghela napas panjang.
"Benar, sekarang kantung itu tidak perlu kau berikan kepadanya!"
"Kak, selanjutnya kau mau ke mana" Apa tidak lebih baik kau ikut kami saja?" kata Han Pwee Eng.
"Terima-kasih," kata Tik Bwee. "Tetapi walau tidak tahu apakah Majikanku akan kembali atau tidak, sebagai pelayan aku harus menjaga rumah Majikanku!"
946 Tak lama mereka telah sampai di hutan bambu.
"Nona Han, apa kau mau singgah dulu?" kata Tik Bwee.
"Tidak. Hari mulai gelap, kami harus buru-buru pergi!"
kata Han Pwee Eng. Namun, Han Pwee Eng berpikir.
"Dia pandai sastra dan silat juga cantik. Tetapi nasibnya sangat buruk. Sekarang dia tidak punya tempat untuk berteduh!" pikir Han Pwee Eng.
Dia awasi Tik Bwee yang berjalan ke arah hutan bambu.
Diam-diam nona Han mengelah napas panjang. Mereka langsung meninggalkan hutan bambu. Di tengah jalan Kok Siauw Hong mengeluh.
"Kedatangan kita sia-sia saja, kita hanya mendengar sedikit keterangan dari nona itu," kata Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong sangat mencemaskan keselamatan Han Tay Hiong. Tetapi dia sedikit lega, semula dia mengira akan menghadapi masalah yang menegangkan di depan orang tua itu, ternyata tidak terjadi karena orang tua itu tidak ada.
"Aku akan langsung ke See-lian-san," kata Siang-koan Hok. "Dalam perjalanan aku akan mencari keterangan tentang Ayahmu. Nona Han, sebaiknya kalian bersamasama ke Kimkee-leng?"
Sekilas Han Pwee Eng melirik ke arah Kok Siauw Hong.
"Aku dengar ada beberapa sahabat Ayahku datang ke sana, pasti aku harus ke sana!" kata Han Pwee Eng.
Siang-koan Hok mengangguk.
"Liu Li-hiap banyak anak buahnya, aku rasa dia akan lebih cepat mendapat khabar tentang ayahmu!" kata Siangkoan Hok.
947 "Mudah-mudahan begitu!" kata nona Han.
"Jika kau bertemu dengan beliau, tolong sampaikan terimakasihku terutama mengenai urusan puteriku," kata Siang-koan Hok pada nona Han. "Jika aku sudah tahu tentang ayahmu, akan kuutus orang memberi khabar padamu. Dari See-lian-san dan memang sering ada yang berkunjung ke Kim-kee-leng dan sebaliknya ada yang pergi ke See-lian-san!"
"Ya," kata Han Pwee Eng.
Maka berangkatlah Siang-koan Hok seorang diri ke Seelian-san. Setelah tinggal berduaan Han Pwee Eng berkata pada Kok Siauw Hong.
"Siauw Hong, apakah kau mau pulang ke Yang-cou"
Kalau begitu kita pun harus segera berpisah!" kata Han Pwee Eng.
"Siapa bilang aku mau pulang?" kata Siauw Hong tersentak kaget. "Apa kau tidak dengar tadi Siang-koan Cian-pwee menyuruhku ke mana" Bukankah tadi kau sudah mewakili aku untuk mengabulkan permintaannya untuk bersama-sama ke Kim-kee-leng" Kenapa kau berkata begitu?"
Han Pwee Eng menatap ke arah Kok Siauw Hong.
"Tadi aku hanya bilang aku yang akan ke Kim-kee-leng, itu tidak termasuk kau!" kata Han Pwee Eng.
"Tadi Siang-koan Cian-pwee mengatakan "kalian", berarti kita berdua. Bukan cuma kau sendiri!" kata Kok Siauw Hong.
Wajah Han Pwee Eng berubah merah.
"Apa kau ingin aku memberitahukan...memberitahukan Ayahku, ah jika mengetahui masalah kita, pasti dia akan 948
bertanya panjang lebar. Lalu bagaimana aku harus menjelaskannya?" kata Han Pwee Eng gugup.
Seolah memberi hormat Kok Siauw Hong
membungkukkan tubuhnya ke depan nona Han.
"Pwee Eng, maafkan aku. Dulu aku terlalu ceroboh.
Aku.... aku berbuat salah, aku minta kau memaafkan aku!"
kata Kok Siauw Hong. Ini untuk pertama kali Kok Siauw Hong meminta maaf kepada Han Pwee Eng. Tentu saja nona Han puas sekali.
Perasaan kesalnya perlahan-lahan mulai sirna, walau wajahnya tetap dingin.
"Aku harap kaujangan mengungkit-ungkit lagi masa lalu kita," kata nona Han. "Mengenai masalah pribadi yang menyangkut masalah seumur hidup, memang sudah seharusnya diputuskan oleh masing-masing pribadi. Kau tidak bersalah kepadaku, maka itu tidak perlu minta maaf."
"Walaupun hatimu sangat lapang, aku tetap merasa bersalah kepadamu," kata Kok Siauw Hong.
"Jika tidak mau pulang, kau mau ke mana?" kata Han Pwee Eng dengan wajah memerah.
"Tentu saja aku akan pergi bersamamu ke Kim-kee-leng, malah kau masih bertanya?" kata Kok Siauw Hong sambil tersenyum.
Sebenarnya pertanyaan Han Pwee Eng tadi hanya ingin menguji isi hati pemuda itu, karena rumah pemuda itu tidak begitu jauh lagi dari situ. Jika Kok Siauw Hong masih merindukan nona Ci, pasti dia akan pergi ke Pek-hoa-kok untuk mencari tahu tentang gadis itu. Nona Han tahu, jika mereka akan ke Kang-lam pun, mereka harus lewat Yangcou (Yang-ciu). Mungkin Ci Giok Phang sudah pulang.
Jika pemuda ini pulang dia akan melewati Pek-hoa-kok dan 949
mereka akan bertemu. Dengan demikian dia akan tahu tentang Ci Giok Hian dari kakaknya itu.
"Pwee Eng," kata Siauw Hong. "Izinkan aku menemanimu. Semua yang telah kita alami, anggap saja telah kita lupakan. Bukankah kita.... kita bisa memulai dari awal lagi?"
"Apa maksudmu?" tanya nona Han dengan dingin.
Kok Siauw Hong mengawasi nona Han yang wajahnya kelihatan dingin. Hal ini membuat pemuda ini tertegun.
"Aku cuma ingin menemanimu ke Kim-kee-leng. Aku kira berjalan berdua lebih baik dari pada berjalan sendirian saja..." kata Kok Siauw Hong.
"Di Kim-kee-leng pasti ada Kim-to Lui Piauw, Ong Koan Kun dan yang lainnya," kata Han Pwee Eng.
"Apakah kau tidak takut bertemu dengan mereka?"
Nama orang-orang yang disebutkan nona Han adalah orang yang tempo hari menyerbu ke Pek-hoa-kok. Malah di antaranya pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong.
Khususnya Kim-to Lui Piauw, sahabat Han Tay Hiong.
Jadi jelas karena di sana ada dua pelayan tua keluarga Han, pasti Lui Piauw sudah tahu tentang masalah mereka berdua. Kok Siauw Hong telah dianggap mencampakkan nona Han karena akan menikahi gadis lain. Lui Piauw marah dia datang ke Pekhoa-kok dan bentrok dengan Kok Siauw Hong. Jika saat itu tidak muncul utusan Hong-laymo-li pasti pertarungan akan menjadi hebat bahkan akan terjadi pertumpahan darah. Sekarang orang yang pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong itu ada di Kim-kee-leng.
Kok Siauw Hong sadar dia akan bertemu dengan mereka. Namun demi nona Han yang hatinya mulai beku 950
terhadapnya, dia tidak peduli lagi akan bertemu dengan siapa pun. Dia langsung tertawa.
"Aku bertarung dengan Lui-lo-eng-hiong karena dia membelamu! Jika dia melihat kita datang bersama-sama, pasti dia girang, bahkan tak akan memusuhiku lagi. Mana mungkin dia akan menyusahkan aku, karena tahu kita telah
"rujuk" lagi!" kata Kok Siauw Hong.
Mendengar kata-kata pemuda itu mata Han Pwee Eng langsung melotot.
"Siapa yang sudah rujuk lagi?" kata si nona.
Melihat nona itu sedikit marah. Kok Siauw Hong kelihatan gugup.
"Pwee Eng, tadi aku sudah minta maaf padamu," kata Siauw Hong. "Apa kau tidak bisa memaafkan aku"
Bukankah kita bisa mulai lagi dari awal?"
"Tadi sudah kubilang, bahwa aku tidak menganggapmu bersalah," kata nona Han. "Maka itu kau tidak perlu minta maaf Jika kau mau ikut, silakan saja! Tapi aku harus menjelaskan padamu tentang hubungan kita. Aku minta kau tahu dengan jelas!"
"Maksudmu?" kata Kok Siauw Hong.
"Di antara kita sejak saat ini sudah tidak ada apa-apa lagi!" jawab nona Han.
"Pwee Eng, dulu kita telah dijodohkan untuk menjadi suami-isteri oleh orang tua kita. Tetapi sekarang aku sendiri yang akan......" kata-kata Kok Siauw Hong terhenti sebelum dia mengucapkan kata "melamarmu".....
Itu karena nona Han memotong kata-kata pemuda itu.
"Siauw Hong, aku bukan gadis yang bisa diremehkan begitu saja! Mengenai soal jodoh sejak saat ini dan 951
selanjutnya, jangan kau ungkit-ungkit lagi!" kata Han Pwee Eng tegas.
Sekalipun dia telah memaafkan pemuda itu, namun sakit hatinya masih membekas. Ditambah lagi perubahan atas diri Kok Siauw Hong terjadi saat pemuda ini sudah mengetahui Ci Giok Hian pergi ke Kang-lam bersama Seng Liong Sen, baru pemuda itu buka mulut akan melamar dirinya.
"Hm! Setelah Kak Giok Hian meninggalkanmu, baru kau berbalik padaku!" pikir Han Pwee Eng.
Dia jengkel sekalipun senang karena pemuda itu ternyata mencintainya Tetapi dia pun tidak semudah itu mau menerima kembali pemuda itu.
"Aah, memang aku yang salah," pikir Kok Siauw Hong.
"Aku telah membuat hatinya terluka! Tidak heran dia belum mau menerimaku..."
Maka itu Kok Siauw Hong tidak berani memaksa lagi.
"Pwee Eng, aku salut padamu," kata Siauw Hong.
"Baiklah, aku setuju pada apa yang kau katakan. Tapi hubungan ayah kita bagai saudara saja, benar kan?"
"Lalu kenapa?" kata nona Han.
"Di antara kita sudah tidak ada ikatan apa-apa, tetapi jika sebagai kakak beradik masih bisa, dong?" kata Kok Siauw Hong.
Melihat pemuda itu bersungguh-sungguh nona Han jadi terharu.
"Dalam dua bulan ini kau banyak membantuku, Kok Toako," kata nona Han, "aku sangat berterima kasih padamu. Sudah jangan bicara soal pribadi lagi. Kau seorang pendekar sejati, tentu saja aku bangga menjadi adikmu!"
952 Bukan main girangnya Kok Siauw Hong, dia langsung mengajak Han Pwee Eng untuk bersumpah di depan Tuhan menyatakan sebagai kakak-beradik.
Ketika itu angkatan perang Mongol sudah bergerak ke arah barat, oleh karena itu kota Lok-yang tidak dijaga ketat.
Mereka hanya melihat tentara Mongol yang menjaga pintu kota.
Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menyamar sebagai suami-isteri petani. Sesudah jauh dari kota mereka menyeberangi sungai Huang-hoo. Di sepanjang jalan mereka tidak mendapat gangguan apa-apa.
Selama dua hari perjalanan mereka masih kelihatan canggung. Namun, lambat-laun hilang juga perasaan canggung itu. Mereka saling hormat-menghormati juga saling memperhatikan. Bahkan mereka mulai berani bercanda di sepanjang jalan. Mereka mirip seperti kakakberadik saja.
Suatu hari mereka tiba di perbatasan Ho-lam dan San-tung (Shan-dong). Wilayah ini masuk dalam kekuasaan Kerajaan Kim.
Pada tengah hari mereka sampai di sebuah warung teh yang ada di tepi jalan.
"Kita sudah lelah," kata Siauw Hong pada nona Han.
"Bagaimana kalau kita beristirahat dulu" Di sana ada warung teh barangkali saja ada makanan yang bisa kita makan, bagaimana menurutmu"'
Rata-rata warung-warung teh di wilayah utara menyediakan makanan dan arak. Kok Siauw Hong dan nona Han masuk ke dalam warung. Begitu masuk mereka lihat ada dua orang tamu sedang duduk di warung itu.
Salah seorang berumur 40 tahun, sedangkan yang lain 953
seorang hwee-shio berumur 40 tahun lebih. Tubuh hweeshio itu kekar, tongkat besinya tersandar di meja tak jauh dari tempat duduk mereka.
Setelah diperhatikan Kok Siauw Hong mengenali lelaki muda itu Ih Hua Liong. Melihat Ih Hua Liong yang pernah memfitnahnya Kok Siauw Hong terkejut dan juga girang.
Melihat kedatangan Kok Siauw Hong bukan main kagetnya Ih Hua Liong. Dia tertegun beberapa saat, tidak jadi bicara dengan hwee-shio itu.
Kok Siauw Hong melompat ke arah meja mereka. Tidak lama Kok Siauw Hong sudah ada di hadapan Ih Hua Liong. Melihat Kok Siauw Hong bergerak, Han Pwee Eng pun buruburu berdiri di depan pintu warung. Dia siap membantu Kok Siauw Hong dan bersiaga kalau-kalau pemuda itu melarikan diri.
Melihat kedua tamu yang baru datang itu langsung akan bentrok, pemilik warung teh terkejut sekali. Dia maju dan langsung bicara.
"Oh, rupanya kalian sudah saling mengenal, bagaimana jika kalian duduk bersama. Barangkali nona yang di pintu pun saling mengenal juga. Silakan duduk bersama!" kata pemilik warung.
"Jangan repot-repot!" kata Kok Siauw Hong."Aku mau bicara dulu dengannya, baru pesan makanan!"
Pemilik warung yang sudah berpengalaman itu sudah langsung sadar, bahwa tak lama lagi akan terjadi keributan.
"Baik, karena kalian sudah saling mengenal, silakan bicara baik-baik, jangan mengacau di warungku!" kata pemilik warung.
954 "Jangan khawatir, jika dia baik-baik saja aku tidak akan mengadakan keributan di tempat ini. Jika terpaksa harus bertarungpun, barangmu yang rusak pasti akan aku ganti!"
kata Kok Siauw Hong. Sesudah itu Kok Siauw Hong membentak. "Ih Hua Liong! Kau tidak menduga bisa kebetulan bertemu lagi denganku, bukan" Ternyata dunia ini sempit, ya" Di mana pun kita bisa bertemu lagi!" kata Kok Siauw Hong.
Saat itu Ih Hua Liong sedang berpikir keras. "Benarkah hwee-shio ini orang yang dikatakan Pauw Leng lari dari Siauwlim-si" Jika benar, aku tidak perlu takut pada Kok Siauw Hong!" pikir Ih Hua Liong.
Saat Ih Hua Liong menoleh ke arah hwee-shio itu, dia sedang menunduk sambil minum arak, seolah tidak memperhatikan kedatangan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng.
Melihat sikap hwee-shio itu Ih Hua Liong jadi ragu-ragu, benarkah orang itu yang dimaksud Pauw Leng. Tidak heran kalau dia jadi cemas bukan kepalang. Terpaksa dia tersenyum ke arah Kok Siauw Hong.
"Ya, memang aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," kata Ih Hua Liong. "Apa saudara Kok sudah mendapat khabar tentang Pamanmu" Sekarang aku sedang mencari Suhu!"
"Benar, tapi kenapa hari itu kau bilang aku bersama angkatan perang Mongol, hari itu kau bisa meloloskan diri.
Tapi hari ini kau bertemu lagi denganku!" kata Kok Siauw Hong.
"Aku mohon kau jangan salah paham, hal itu karena aku sangat ditekan oleh pihak Mongol," kata Ih Hua Liong.
955 "Kau bilang kau ditekan, apa bukan sebaliknya, kau malah sangat akrab dengan Iblis Tua dan orang Mongol itu?" kata Kok Siauw Hong.
"Tidak! Aku malah sangat penasaran pada dua Iblis Tua itu!" kata Ih Hua Liong. "Karena Dilis Tua itu tahu aku murid pamanmu, malah banyak bertanya padaku. Aku minta kau jangan salah sangka"
Dengan marah Kok Siauw Hong memukul meja.
"Hm! Kau jangan macam-macam di depanku!" bentak Kok Siauw Hong. "Jika kau tidak bicara jujur jangan kau salahkan aku kasar!"
Wajah Ih Hua Liong jadi muram.
"Kau ingin aku bicarajujur tentang apa?" kata Ih Hua Liong.
"Kenapa kau memfitnah dan ingin mencelakakan aku?"
bentak Kok Siauw Hong. "Aku tidak bermaksud memfitnahmu, cuma mendengar khabar angin saja," kata Ih Hua Liong.
"Dari siapa kau dengar khabar itu?" kata Siauw Hong.
"Dari... .dari seorang anggota Kay-pang!" kata Ih Hua Liong.
"Apa kau kenal dengan anggota Kay-pang itu?" kata Kok Siauw Hong.
"Aku tidak kenal!" kata Ih Hua Liong.
"Hm! Omong kosong!" bentak Kok Siauw Hong.
"Kaulah yang memfitnahku, lebih baik kau terus-terang!
Pertama, kenapa kau memfitnahku" Kedua, kau bersekongkol dengan musuh, apakah Pamanku mengetahui soal ini?"
956 "Kau boleh tidak percaya padaku," kata Ih Hua Liong,
"tetapi guruku Jen Thian Ngo, yang juga pamanmu seorang pendekar sejati!"
Sebenarnya ucapan Ih Hua Liong saat menyebutkan nama Jen Thian Ngo karena dia maksud lain. Jika hweeshio itu teman guruhnya, pasti dia akan membantu Ih Hua Liong. Ternyata ini membawa hasil. Setelah mendengar nama Jen Thian Ngo disebut, hwee-shio itu mendadak bicara.
"Omi To-hud! Berbagai persoalan bisa diurus secara damai. Aku orang beribadah jadi tidak ingin melihat keributan di tempat ini!" kata hwee-shio itu.
"Tay-su, Anda tidak tahu orang ini bersekongkol dengan
"Omitohud! Kalau begitu aku tidak mau ikut campur urusan kalian! Terserah kalian saja, mau ribut atau mau berkelahi! Aku masa bodoh terserah kalian saja!" kata hweeshio itu.
Mendengar ucapan hwee-shio itu Ih Hua Liong kelihatan kecewa sekali.
"Jika benar hwee-shio ini yang dimaksud Pauw Leng, pasti dan tidak akan takut pada siapa pun. Apa aku salah lihat?" pikir Ih Hua Liong. "Jika tidak salah mata, kenapa dia bicara begitu?"
"Ih Hua Liong, kau sedang memikirkan siasat busuk apa lagi" Cepat katakan sejujurnya!" kata Kok Siauw Hong.
"Kurang leluasa bicara di sini, bagaimana kalau kita bicara di luar saja?" kata Ih Hua Liong sambil bangkit akan keluar.
957 Tiba-tiba dia dorong meja di hadapannya sambil menghunus pedang. Kok Siauw Hong pernah bertarung dengan Ih Hua Liong. Dia yakin Ih Hua Liong tidak akan lolos dari tangannya. Saat Ih Hua Liong mengajaknya bicara di luar, Kok Siauw Hong mengangguk. Tidak dia duga kalau Ih Hua Liong menghunus pedangnya. Karena tak siap hampir saja Kok Siauw Hong tertimpa meja makan. Sedang pakaian Siauw Hong basah tersiram kuah yang tumpah ke arahnya.
"Binatang, kau mau kabur ke mana?" bentak Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong mendorong meja itu ke samping hingga air teh tumpah mengenai jubah hwee-shio itu.
"Hm! Sungguh keterlaluan! Mau berkelahi terserah kalian, kenapa kau sampai memukul tubuhku?" bentak hwee-shio itu.
Hwee-shio itu memukul ke arah meja.
"Braak!" meja itu langsung hancur berantakan.
"Heran, aku hanya menumpahkan air teh ke jubahnya, kenapa dia bilang aku memukulnya?" pikir Kok Siauw Hong.
Sesaat Kok Siauw Hong sadar, hwee-shio itu sengaja berpihak pada Ih Hua Liong. Tetapi karena merasa bersalah telah menumpahkan air ke pakaiannya, Kok Siauw Hong segera memberi hormat.
"Maaf! Aku telah membasahi pakaian Tay-su!" kata Siauw Hong.
Sedang Ih Hua Liong yang mau kabur ternyata dihadang oleh Han Pwee Eng. Ih Hua Liong langsung menyerang nona Han dengan jurus Cit-siu-kiam-hoat. Sebenarnya Ih 958
Hua Liong pun belum yakin benar apakah hwee-shio itu memihak kepadanya atau tidak. Jika hwee-shio itu benar hwee-shio yang dimaksud si Maling Kecil Pauw Leng, pasti dia akan menghalangi Kok Siauw Hong yang akan mengejarnya. Jika bukan dia berusaha akan menangkap nona Han yang akan dijadikan sandera.
Di luar dugaan kepandaian nona Han lebih tinggi dibanding kepandaian Ih Hua Liong. Tetapi karena serangan Ih Hua Liong dilakukan secara bertubi-tubi, nona Han kewalahan juga. Tetapi mengalahkan dan menangkap nona itu tidak mudah. Saat serangan Ih Hua Liong yang membuat nona Han mundur. Tetapi nona Han berhasil merobek pakaian Ih Hua Liong dengan pedangnya Untung Ih Hua Liong berhasil kabur, jika tidak tangannya pasti terpotong oleh pedang nona Han. Saat Kok Siauw Hong hendak mengejar, dia terhalang oleh hwee-shio itu. Kok Siauw Hong tidak ingin meladeni hwee-shio itu. Dia kerahkan gin-kangnya untuk mengejar Ih Hua Liong.
Dengan demikian Kok Siauw Hong berhasil mengejar Ih Hua Liong.
Ih Hua Liong langsung menyerang Kok Siauw Hong dengan jurus Cit-seng-cip-hwee (Tujuh Bintang Berkumpu).
"Kok Siauw Hong, jangan keterlaluan mendesakku.
Sekalipun kau gagah tapi ada lagi orang lain yang lebih gagah!" kata Ih Hua Liong.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 34 Melihat Ih Hua Liong nekat mengadakan perlawanan, Kok Siauw Hong tertawa dingin. Dia segera maju dan menyerang ke arah Ih Hua Liong sambil membentak dengan suara keras.
959 "Ilmu Cit-siu-kiam-hoatmu harus kau latih lagi selama sepuluh tahun," kata Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong juga menggunakan jurus yang sama, yaitu jurus Cit-seng-cip-hwee (Tujuh bintang bersatu). Saat menerima serangan dari Kok Siauw Hong, mata Ih Hua Liong jadi silau. Buru-buru Ih Hua Liong melompat mundur.
"Lihat! Ada apa di pakaianmu!" kata Kok Siauw Hong.
Saat Ih Hua Liong menunduk memeriksa pakaiannya, dia lihat di pakaiannya terdapat bekas tujuh buah lubang tusukan pedang Kok Siauw Hong. Melihat pakaiannya itu Ih Hua Liong langsung ciut hatinya
"Luar biasa," pikir Ih Hua Liong. "Ilmu silatnya lihay sekali! Kepandaian bocah ini jauh lebih lihay dibanding dengan Guruku! Jika tadi dia ingin membunuhku, aku sudah tidak bernyawa lagi. Oh, mudah-mudahan hwee-shio itu mau menolongku!"
"Jika kau masih sayang pada nyawamu, lekas katakan!"
bentak Kok Siauw Hong. Ih Hua Liong diam saja. "Tadi dia bilang di antara orang gagah masih ada orang gagah yang lain, apa maksud kata-kata hwee-shio itu" Ih Hua Liong membangkang mungkin karena dia
mengandalkan hwee-shio itu?" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong sudah sejak awal mengetahui bahwa hwee-shio itu berilmu tinggi, tetapi dia yakin Ih Hua Liong tidak akan mampu lolos dari tikamannya. Kok Siauw Hong tidak gentar sekalipun hwee-shio itu lihay, apalagi ada Han Pwee Eng yang pasti membantu dia.
"Cepat katakan!" bentak Kok Siauw Hong.
960 Sekali lagi pedang Kok Siauw Hong bergerak cepat luar biasa, saat itu seolah sukma Ih Hua Liong sudah terbang ke angkasa
"Ba.. .baik.. .akan aku.. .aku katakan!" kata Ih Hua Liong dengan suara terbata-bata.
Saat itu pedang Kok Siauw Hong sudah tertuju ke tenggorokan Ih Hua Liong. Namun, tiba-tiba terlihat sinar berkelebat bagaikan pelangi ke tempat mereka. Ternyata bayangan hwee-shio yang telah melepas jubahnya dan menangkis pedang Kok Siauw Hong.
Pedang Kok Siauw Hong terhajar dan bentrok keras, seolah pedang itu mengenai tembok saja. Namun, jubah hwee-shio itu telah ditembus sehingga meninggalkan bekas tujuh buah lubang pedang Kok Siauw Hong.
Hwee-shio itu tertawa dingin.
"Hm! Kau bisa ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoat. Dengan ilmu itu kau ingin menindas orang! Aku ingin mencoba ilmu silatmu itu, mari!" kata si hwee-shio menantang.
Melihat hwee-shio itu menolongi dirinya, Ih Hua Liong girang bukan kepalang. Ternyata dugaannya tidak salah, bahwa hwee-shio itu hwee-shio yang dimaksud oleh Pauw Leng.
"Tay-su benar!" kata Ih Hua Liong. "Bocah ini perlu dihajar!"
"Ya karena bocah ini berani melawanku, aku harus memberinya pelajaran! Pasti aku akan menghajarnya! Jika kau tidak ada urusan lain di sini, lebih baik kau segera menepi saja!" kata si hwee-shio.
961 Ih Hua Liong segera mundur. Dari tempat yang agak jauh dia mengawasi hwee-shio yang akan menghajar Kok Siauw Hong.
Hwee-shio ini bernama Sah Seng Liu, dia murid Siauwlim. Berhubung sifatnya tamak dan buruk, dia terjerumus ke jalan yang sesat dan banyak melakukan kejahatan.
Duapuluh tahun yang lalu, Sah Seng Liu pernah bersama Kong-sun Khie menimbulkan badai besar di kalangan Kangouw. Dia sering melakukan berbagai kejahatan.
Ketika orang-orang gagah menyerbu ke dusun Suang-kee-po, ketika itu Sah Seng Liu tertangkap oleh su-peknya. Dia dihukum selama sepuluh tahun menghadap ke tembok. Saat itu dia seolah sudah tobat dan selama sepuluh tahun itu, ilmu silatnya jadi bertambah tinggi. Melihat Sah Seng Liu seolah sudah tobat, ketua Siauw-lim-pay menempatkan dia di dalam kelenteng. Selama itu Sah Seng Liu pun bersikap alim. Karena sikapnya itu ketua kelenteng jadi tidak waspada dan tidak menjaganya dengan ketat.
Setengah tahun yang lalu Sah Seng Liu berhasil kabur dari kelenteng Siauw-lim. Dia langsung menemui si Maling Kecil Pauw Leng yang memang sahabatnya.
Begitu sampai Sah Seng Liu diminta bergabung dengan pihak Mongol. Dia setuju bergabung karenajika pihak Siauwlim-si akan menangkapnya, dia akan ditolong oleh Cun Seng Hoat Ong yang ilmu silatnya lihay sekali.
Begitulah, ketika Jen Thian Ngo dan Pauw Leng telah meninggalkan rumah Han Tay Hiong karena mereka hampir dipergoki Han Pwee Eng, Pauw Leng kabur berpisah dengan Jen Thian Ngo.
Di tengah jalan Pauw Leng bertemu dengan Ih Hua Liong yang sedang mencari gurunya, setelah gagal mendapatkan bagian harta dari kedua iblis tua itu. Dari 962
Pauw Leng inilah Ih Hua Liong tahu tentang hwee-shio itu.
Malah Pauw Leng menjelaskan, bahwa Sah Seng Liu pun kenal dengan Jen Thian Ngo. Kebetulan Ih Hua Liong bertemu dengan Sah Seng Liu, tetapi keburu datang Kok Siauw Hong.
Saat Kok Siauw Hong ditegur bahwa dia telah menindas orang yang lemah, pemuda itu balik bertanya.
"Tay-su tidak bertanya dulu, mengapa aku memaksa orang itu! Kau bilang aku berani melawanmu, padahal tanpa sengaja aku membasahi pakaianmu. Maka itu aku minta maaf!'' kata Kok Siauw Hong.
Sah Seng Liu tertawa. "Jubahku jubah pusaka, apa cukup hanya dengan minta maaf lalu urusan jadi beres?" kata Sah Seng Liu.
"Lalu aku harus bagaimana?" kata Siauw Hong.
"Kau harus mengganti jubahku!" kata Sah Seng Liu.
"Baik, aku akan membuatkan jubah baru untukmu!"
"Hm! Gampang saja kau bicara! Mana mungkin kau mengganti jubah pusaka denganjubah baru yang kau buat?"
kata Sah Seng Liu. Mendengar ucapan Sah Seng Liu itu, bukan main kesalnya hati Kok Siauw Hong. Namun, dia mencoba menahan marah.
"Kalau begitu aku harus bagaimana?" kata Kok Siauw Hong.
"Aku ingin kau serahkan pedangmu, dan kau juga harus sujud di kakiku!" kata Sah Seng Liu.
Dihina demikian Kok Siauw Hong tidak tahan sabar lagi.
963 "Hm! Tay-su, rupanya kau sedang mencari gara-gara!
Baik, aku akan meladenimu!" kata Kok Siauw Hong.
Sah Seng Liu tertawa dingin.
"Baik, jika kau mampu menahan toyaku ini, maka aku tidak akan minta ganti apa-apa padamu!" kata Sah Seng Liu.
Ketika itu Han Pwee Eng sudah berada di dekat Kok Siauw Hong, maka itu pemuda itu berbisik pada Han Pwee Eng.
"Pwee Eng, kau awasi Ih Hua Liong, biar aku yang menghadapi Tay-su ini!" kata Kok Siauw Hong.
Melihat Han Pwee Eng mendekati Ih Hua Liong, Sah Seng Liu langsung bicara.
"Aku larang kalian menyentuhnya walau hanya rambutnya saja!" kata Sah Seng Liu.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Huuuh!" Tak lama terlihat toya hwee-shio itu diputar lalu menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Tak lama toya itu juga menyambar ke arah Han Pwee Eng. Satu kali bergerak Sah Seng Liu menyerang kedua lawannya sekaligus.
Han Pwee Eng mencelat menghindari serangan Sah Seng Liu, karena toya itu lewat di bawah kakinya. Pada saat yang bersamaan Kok Siauw Hong pun sudah langsung menyerang Sah Seng Liu dengan jurus Cit-seng-cip-hwee (Tujuh bintang bersatu). Sinar pedangnya berkelebat ke tujuh jalan darah lawan dengan cepat luar biasa.
"Hm, ternyata mutiara di dalam beras juga ingin memancarkan cahayanya!" kata Sah Seng Liu.
Sekalipun Sah Seng Liu berkata begitu, dia tidak berani meremehkan lawannya. Maka itu dia langsung
964 melancarkan serangan maut dengan toyanya. Ketika itu Sah Seng Liu menggunakan jurus Tok-coa-sui-wak (Ular berbisa mencari lubang). Sekalipun jurus ini tidak bisa menyerang ke tujuh jurusan seperti Cit-siu-kiam-hoat, tetapi toya Sah Seng Liu lebih berat. Tak heran jika jalan darah lawan yang tertotok oleh toyanya itu akan binasa. Ujung toya Sah Seng Liu bergerak kian-kemari dan terus mengincar jalan darah Kok Siauw Hong.
Tentu saja Kok Siauw Hong terkejut bukan kepalang.
Terpaksa Kok Siauw Hong mengubah serangannya. Dia gunakan jurus Hian-ciau-hua-sah (Burung mengaduk pasir).
Ujung pedang Kok Siauw Hong menusuk ke jalan darah Hong-hu-hiat lawan. Sah Seng Liu kaget dia langsung menggerakkan toyanya.
"Tang!" Ujung toya Sah Seng Liu berhasil menangkis ujung pedang Kok Siauw Hong, hingga miring ke samping. Kok Siauw Hong kaget tangannya yang memegang pedang terasa sakit sekali.
Saat melihat Ih Hua Liong akan kabur, Han Pwee Eng segera melompat meninggalkan pertarungan, lalu dia gunakan gin-kangnya untuk merngejar Ih Hua Liong.
Sekalipun Ih Hua Liong belum mahir benar
menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat seperti Kok Siauw Hong, namun untuk menghadapi Han Pwee Eng ilmu silatnya itu sudah cukup memadai. Tak lama kedua orang ini sudah terlibat dalam pertarungan yang seru. Walau serangan Han Pwee Eng dilakukan secara bertubi-tubi namun Han Pwee Eng belum mampu mengalahkan Ih Hua Liong.
965 Melihat Ih Hua Liong diserang begitu hebat oleh Han Pwee Eng, bukan main gusarnya Sah Seng Liu.
"Bocah keparat, kau ingin tahu kelihayanku!" bentak Sah Seng Liu.
Toya Sah Seng Liu menyerang ke arah Kok Siauw Hong.
Toya itu berputar bagaikan angin puyuh. Saat itu Han Pwee Eng berada tidak jauh dari tempat pertarungan Kok Siauw Hong dan Sah Seng Liu. Dia lDiat pedang Kok Siauw Hong selalu tertangkis oleh toya Sah Seng Liu yang lihay.
Diam-diam Han Pwee Eng cemas juga. Nona Han menjadi bingung, apakah dia harus membantu Kok Siauw Hong atau membekuk Ih Hua Liong.
Sekarang Sah Seng Liu berada di atas angin, maka itu Ih Hua Liong kelihatan girang sekali.
"Gadis liar!" kata Sah Seng Liu. "Dengar, jika kau melukai Ih Hua Liong, aku akan mencabut nyawa bocah ini agar kau jadi janda seumur hidup!"
Sah Seng Liu mengetahui Han Pwee Eng calon isteri Kok Siauw Hong dari Pauw Leng. Saat itu juga wajah Han Pwee Eng merah, tapi Kok Siauw Hong berteriak pada nona itu.
"Adik Eng, jangan hiraukan kata-katanya, cepat tangkap Ih Hua Liong!" kata Kok Siauw Hong.
"Baik, siapa yang lebih lihay aku atau kalian?" bentak Sah Seng Liu.
Sah Seng Liu pernah dihukum menghadap tembok selama sepuluh tahun di Siauw-lim-si. Selama sepuluh tahun itu dia telah melatih ilmu silatnya hingga mencapai tingkat tinggi. Tidak heran kalau Sah Seng Liu memiliki 966
gin-kang yang lebih lihay dibanding gin-kang Kok Siauw Hong.
Serangan Sah Seng Liu terus berlangsung, angin serangannya terdengar menderu-deru bagaikan badai. Jika Sah Seng Liu menghadapi lawan biasa saja, sejak tadi dia sudah mampu mengalahkan lawannya. Tetapi Kok Siauw Hong masih tetap bisa bertahan dari serangannya itu.
Sekarang Han Pwee Eng sudah berhasil menghadapi Ih Hua Liong. Mereka sudah langsung bertarung dengan hebat.
Nona Han menggunakan jurus Keng-sin-kiam-hoat, dan ini membuat Ih Hua Liong terus terdesak.
Melihat Ih Hua Liong terdesak Sah Seng Liu jengkel.
"Dasar bodoh! Lekas ke mari!" kata Sah Seng Liu pada Ih Hua Liong.
Ih Hua Liong yang terkurung oleh pedang Han Pwee Eng tidak mampu membebaskan diri. Mungkin jika bisa bebas dari kurungan pedang nona Han, dia mampu kabur.
Melihat Sah Seng Liu akan membantu Ih Hua Liong, Kok Siauw Hong menyerang dengan jurus Liok-cut-can-san (Keluar enam kali membabat gunung). Jurus ini agak aneh, sebab dia memiliki tujuh gerakan, enam gerakan menyerang, satu gerakan untuk menjaga diri. Sekalipun jurus ini sangat hebat, tetapi menghadapi Sah Seng Liu serangan ini jadi kurang istimewa.
"Hm! Bagus!" kata Sah Seng Liu.
Sah Seng Liu menggunakan jurus Tiat-soh-heng-kang (Rantai besi mengunci melintang di sungai). Jurus ini kelihatan sangat sederhana, namun daya serangnya sangat dasyat.
967 "Tang!" Terdengar suara bentrokan keras. Suara itu membuat kaget Han Pwee Eng. Dia langsung melirik ke arah Kok Siauw Hong. Saat itu Kok Siauw Hong terlihat terdesak mundur, malah terkurung oleh bayangan toya Sah Seng Liu, sehingga tidak mudah Kok Siauw Hong bisa bebas dari kurungan toya lawan.
Melihat Kok Siauw Hong dalam bahaya, hal itu membuat Han Pwee Eng tidak tinggal diam. Han Pwee Eng langsung menyerang Sah Seng Liu. Sinar pedangnya menyambar ke arah Sah Seng Liu. Dengan jurus Eng-pek-thiang-khong (Elang menyambar dari angkasa) Han Pwee Eng menyerang ke jalan darah Thian-leng-kay.
Tapi serangan ini bisa dihindari oleh Sah Seng Liu, tapi akan membahayakan Han Pwee Eng.
"Bagus! Gadis liar, apa kau datang untuk mengantar nyawamu?" kata Sah Seng Liu.
Dugaan itu benar Sah Seng Liu langsung menggerakkan toyanya dengan jurus Hok-mo Ciang-hoat (Ilmu toya penakluk iblis). Ketika itu dia gunakan jurus Ki-hwee-soh-thian (Mengangkat obor membakar langit).
Ujung toya Sah Seng Liu menyodok ke arah perut Han Pwee Eng ke arah jalan darah Hiat-hai-hiat. Saat menyerang tubuh Han Pwee Eng berada di udara, tampaknya Han Pwee Eng sudah tidak mungkin mengelak dari serangan Sah Seng Liu ini.
Saat itu Kok Siauw Hong pun sedang terdesak hingga tidak mungkin akan menolong nona Han. Dengan wajah pucat-pasi Kok Siauw Hong berseru kaget.
Tetapi pada saat yang bersamaan Han Pwee Eng yang berada dalam bahaya, mengerahkan gin-kangnya. Dia 968
serang toya Sah Seng Liu Nona Han menggunakan tenaga pukulan toya lawan untuk berakrobat ke belakang. Sesudah jauh dari lawan Han Pwee Eng pun turun ke bawah.
Menyaksikan lawan yang dia yakini akan tewas di tangannya, bisa terhindar, hal ini membuat mata Sah Seng Liu terbelalak kaget. Sedikitpun Sah Seng Liu tidak menduga, kalau Han Pwee Eng mampu menggunakan gerakan itu untuk menyelamatkan diri.
Begitu kaki nona Han menginjak tanah, dia langsung menyerang Sah Seng Liu, begitu juga Kok Siauw Hong yang mulai bisa menyerang ke arah Sah Seng Liu.
"Aaah, tidak aku kira adik Eng memiliki gin-kang yang tinggi!" pikir Kok Siauw Hong yang kelihatan cemas sekali.
Setelah muda-mudi ini bergabung, baru nona Han pun mengerti bahwa Kok Siauw Hong ternyata lihay.
"Ah, Kok Toa-ko luar biasa, jika aku yang menghadapi Sah Seng Liu aku bisa celaka!" pikir nona Han.
Mereka lalu bahu-membahu menyerang Sah Seng Liu secara bergantian. Dengan demikian sekarang pertarungan mereka seimbang. Namun, Ih Hua Liong bebas dari bahaya.
Jika tadi Han Pwee Eng tidak mencemaskan keadaan Kok Siauw Hong, dan membantu Kok Siauw Hong pasti dia akan berhasil menangkap Ih Hua Liong. Tetapi ini tidak dilakukannya sehingga Ih Hua Liong lolos.
"Celaka, Ih Hua Liong kali ini lolos lagi!" pikir Kok Siauw Hong.
Sekalipun demikian Kok Siauw Hong puas juga karena dia tahu gadis ini sangat memperhatikan dirinya 969
Ih Hua Liong yang telah bebas dari ancaman Han Pwee Eng, girang bukan kepalang. Tetapi dia tidak langsung kabur, malah tetap tinggal di tempat yang agak jauh dari pertarungan Sah Seng Liu dan dua muda-mudi itu.
Sekarang Ih Hua Liong sudah tahu hwee-shio itu memihak kepadanya. Dia girang menyaksikan Sah Seng Liu mampu menghadapi Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong. Malah Sah Seng Liu masih berada di atas angin.
"Pauw Leng bilang kepandaian Sah Seng Liu hampir sama dengan kepandaian ketua Siauw-lim. Mulanya aku tidak percaya, sekarang ucapan Pauw Leng itu benar sekali!
Biar aku menonton dulu dari jauh. Jika terlihat Sah Seng Liu terdesak, aku akan segera kabur. Aku kira itu pun belum terlambat." pikir Ih Hua Liong.
Ih Hua Liong yang menyaksikan Sah Seng Liu di atas angin, dia yakin Sah Seng Liu akan keluar sebagai pemenangnya. Tetapi dia tidak menyadari kalau Sah Seng Liu justru sedang mengeluh menghadapi dua muda-mudi yang lihay itu. Jangankan membunuh dua lawannya itu, memenangkan pertarungan pun tidak mudah. Gin-kang kedua muda-mudi itu lihay sekali, belum lagi ilmu pedang mereka pun cukup tinggi. Jika Sah Seng Liu lengah bisa j adi dia yang akan terluka oleh kedua muda-mudi itu. Miika itu dia langsung melancarkan serangan hebat dengan maksud agar kedua muda-mudi itu tidak mampu menyerang dirinya
Menghadapi Sah Seng Liu yang lihay, lama-kelamaan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng kelelahan juga.
Melihat lawannya mulai kelelahan, Sah Seng Liu girang sekali. Tetapi Sah Seng Liu tidak berani berbuat ceroboh.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang.
970 "Kung-fu yang hebat, sepuluh tahun lamanya aku tidak ke Tiong-goan, ternyata di sini sudah muncul jago-jago silat muda belia!" kata orang itu.
Sah Seng Liu kaget bukan kepalang. Dia menoleh ke arah suara orang itu. Dari sana tampak seorang tua berjubah hijau berdiri tidak jauh dari mereka. Kedua tangan orang tua itu berada di belakang. Dia sedang asyik menonton pertarungan dan mulutnya tidak hentinya memuji.
Mula-mula Sah Seng Liu kaget. Tetapi melihat orang berjubah hijau itu tidak memihak pada siapa pun, Sah Seng Liu girang juga. Saat itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sedang berkonsentrasi pada pertempuran mereka.
Maka itu mereka tidak melihat dan mendengar suara orang itu. Tak lama orang tua itu berkata nyaring.
"Ilmu Hok-mo-ciang-hoat hwee-shio ini lihay sekali.
Paling sedikit dia telah berlatih selama sepuluh tahun, terutama jurus Ih-kin-keng (Ilmu menggeser urat)." kata orang berjubah hijau itu.
Mendengar ucapan orang tua itu Sah Seng Liu bertambah kaget. Memang benar dia melatih Ih-kin-keng selama sepuluh tahun. Ih-kin-keng itu ilmu simpanan Siauw-lim-pay yang tidak pernah diwariskan kepada orang luar. Tetapi orang tua berjubah hijau sekali lihat dia tahu Sah Seng Liu menguasai ilmu itu. Maka tidak heran Sah Seng Liu begitu terperanjat. Tak lama orang tua itu bicara lagi.
"Ilmu silat kedua muda-mudi ini pun hebat!" kata dia.
"Yang perempuan menggunakan Keng-sin-kiam-hoat, tetapi aku tidak tahu ilmu pedang apa yang digunakan anak muda itu" Aku belum pernah menyaksikan ilmu itu. Anak muda ilmu pedang apa itu?"
971 Kok Siauw Hong sedang bertarung dia tidak
memperhatikan pertanyaan orang tua itu. Tiba-tiba orang tua itu berkata lagi.
"Di kolong langit ini mana ada orang yang berani mengabaikan aku" Ah aneh sekali!" kata orang tua itu.
Mendadak orang tua itu maju selangkah. 'Oh! Sekarang aku mengerti kau sedang terdesak oleh hwee-shio ini hingga sulit bernapas! Baik, silakan kau istirahat dulu. Aku akan mewakilimu melawan hwee-shio ini!" kata orang berjubah hijau itu.
Saat itu baik Kok Siauw Hong mau pun Han Pwee Eng merasakan ada sambaran angin halus ke arah mereka.
Tetapi serangan ini tidak membuat mereka kesakitan, namun mereka terdorong ke belakang sejauh beberapa depa. Mereka pun tidak mampu mengerahkan lwee-kang mereka untuk melawan.
Melihat dua muda-mudi itu mundur Sah Seng Liu kaget bukan kepalang.
"Orang tua, siapa kau" Aku dan kau tidak saling mengenal, kenapa kau ikut campur?" kata Sah Seng Liu.
Orang tua itu tertawa. "Tahukah kau, aku melakukan sesuatu tidak atas dasar salah atau benar! Aku juga tidak menggunakan alasan apa pun. Hm! Kau tidak mengenalku, maka kau harus merasakan pukulanku!" kata orang berjubah hijau itu.
Mendengar ucapan orang berjubah hijau itu, amarah Sah Seng Liu memuncak.
"Baik. Memang baru kali ini aku bertemu dengan orang yang tidak tahu aturan sepertimu! Aku ingin tahu apa tangan kosongmu yang lihay atau toya besiku?" kata Sah Seng Liu.
972 Tiba-tiba bayangan hijau berkelebat cepat luar biasa.
Tahutahu orang tua itu sudah di depan Sah Seng Liu, lalu menyerang Sah Seng Liu.
Ilmu Hok-mo-ciang-hoat sangat lihay jika dalam pertarungan jarak jauh. Tetapi itu akan kurang efektif jika bertarung dari jarak dekat. Tidak heran jika Sah Seng Liu yang diserang lawannya dari jarak dekat jadi kewalahan.
Buru-buru dia melompat mundur. Tetapi tiba-tiba terdengar suara nyaring.
"Sreeet!" Ternyata jubah Sah Seng Liu robek. Dia kaget langsung menyerang dengan jurus Ouw-liong-pa-bwee (Naga hitam mengibaskan ekor). Kebetulan orang tua itu sedang maju ke arahnya. Diduga orang tua itu tidak akan mampu menghindari serangan Sah Seng Liu. Sungguh
mengherankan, ternyata orang tua itu bisa berkelit, dan telapak tangannya menepis toya Sah Seng Liu dengan perlahan.
'Tang!" Ilmu Hok-mo-ciang-hoat jurus ilmu silat keras dari Siauwlim. Tapi orang tua itu berani membentur toya Sah Seng Liu dengan telapak tangannya Sah Seng Liu yang melihatnya membelalakkan mata.
Saat toya Sah Seng Liu membentur tangan orang tua itu, dia merasakan tangannya sakit bukan kepalang. Buru-buru Sah Seng Liu mencelat mundur, sedang orang tua itu tertawa dingin.
"Bagaimana, toyamu atau telapak tanganku yang lihay?"
kata orang tua itu. 973 Sah Seng Liu langsung sadar bahwa orang tua itu sangat lihay. Sah Seng Liu semakin kaget bahkan tangan yang memegang toya terasa semakin sakit.
"Ah, apa orang ini menggunakan ilmu Pek-ok-coan-kang (Memukul benda mengerahkan tenaganya)" Orang tua ini menggunakan ilmu pukulan beracun supaya aku keracunan." pikir Sah Seng Liu.
Duapuluh tahun yang lalu Sah Seng Liu pernah mengenal ilmu silat Pek-ok-coan-kang milik Kong-sun Khie. Sesudah menyaksikan ilmu silat orang tua ini, dia langsung ingat kejadian itu. Dia pun kaget bukan kepalang.
Orang tua itu tertawa dingin.
"Hm! Kau masih belum mau menyerah?" kata orang tua itu. "Kalau begitu rasakan pukulanku sekali lagi!"
Tiba-tiba dia putar tangannya dan langsung menyerang.
Sah Seng Liu segera mencium bau amis dari pukulan itu.
Sah Seng Liu lalu memperhatikan telapak tangan orang tua berjubah hijau itu. Saat melihat telapak tangan orang itu mengkilap, langsung dia berseru.
"Jangan memukul lagi! Air bah menerjang kelenteng Raja Naga! Kita orang sendiri!" kata Sah Seng Liu.
"Siapa kau" Kau berani bilang aku sahabatmu?" kata orang tua itu.
"Aku bernama Sah Seng Liu. Duapuluh tahun yang lalu aku dan Kong-sun Khie bersahabat baik," kata Sah Seng Liu.
Melihat jurus yang digunakan orang itu jurus andalan Kong-sun Khie, maka dia berpikir pasti orang tua itu ada hubungannya dengan Kong-sun Khie.
974 Mendengar keterangan Sah Seng Liu orang tua itu tertegun sejenak.
"Namamu Sah Seng Liu, rasanya pernah kudengar nama itu!" kata orang tua itu. "Tetapi dia bukan seorang hweeshio!"
"Aku murid Siauw-lim-pay yang tidak menjadi pendeta,"
kata Sah Seng Liu memberi penjelasan. "Duapuluh tahun lalu aku terlibat dalam peristiwa di dusun Suang-kee-po.
Oleh karena itu aku tertangkap oleh Su-pehku. Setelah dihukum selama sepukuh tahun menghadap tembok, aku mencukur rambutku menjadi hwee-shio!"
"Hm! Jadi selama sepuluh tahun kau berada di kelenteng Siauw-lim-si?" kata orang tua itu.
"Benar!" jawab Sah Seng Liu.
Orang itu menatap Sah Seng Liu dalam-dalam "Jadi masalah keluarga Suang selama sepuluh tahun li rnkhlr kau tidak mengetahuinya?" kata orang tua itu.
"Benar, aku baru saja kabur dari Siauw-lim-si, tidak heran masalah sepuluh tahun terakhir, aku tidak mengetahuinya," kata Sah Seng Liu dengan jujur.
"Hm, apa pun tidak kau ketahui, tapi kenapa kau bilang kita orang sendiri" Ayo enyah kau dari sini!" bentak orang tua itu.
Tadi orang tua itu bicara baik sekali, tetapi setelah dia mengetahui Sah Seng Liu tidak tahu apa-apa atas kejadian sepuluh tahun terakhir, dia mengusir Sah Seng Liu dengan kasar.
Tentu saja bentakan orang tua itu membuat Sah Seng Liu terperanjat. Saat Sah Seng Liu mau membuka mulut, orang tua itu sudah mengibaskan tangannya
975 "Lekas pergi jangan ganggu urusanku!" kata orang tua berjubah hijau. "Karena aku memandang muka Kong-sun Khie, hari ini kau aku bebaskan! Jika kau tidak pergi dan tidak tahu diri, aku tidak akan sungkan-sungkan lagi!"
Kibasan ujung jubah hijaunya itu membuat Sah Seng Liu agak terdorong ke belakang. Padahal orang tua itu mengibas dengan tenaga lunak sekali. Tadi saat dia mengibas ke arah Kok Siauw Hong dan nona Han, kibasan itu membuat kedua muda-mudi itu terdorong jauh. Karena Sah Seng Liu lweekangnya cukup tinggi hal itu tidak terjadi atas dirinya. Tentu saja akibat dorongan tenaga lunak orang tua itu, Sah Seng Liu pun mundur tiga langkah. Hal itu membuat Sah Seng Liu terperanjat bukan kepalang. Dia mundur dan kabur dengan terbirit-birit.
Sementara itu Ih Hua Liong yang berdiri tidak jauh dari mereka, ketika mendengar bahwa Sah Seng Liu punya hubungan dengan orang tua berjubah hijau, dia girang bukan kepalang. Namun, begitu melihat orang tua itu sifatnya tidak karuan alias angot-angotan, tiba-tiba Ih Hua Liong ingat omongan gurunya. Dia ingat siapa orang tua itu. Maka sebelum Sah Seng Liu kabur dia sudah lebih dulu kabur.
Melihat Ih Hua Liong akan kabur, Kok Siauw Hong melompat mengejarnya.
"Tunggu! Jangan tergesa-gesa mengurus orang itu karena aku ingin bertanya kepadamu!" kata orang tua itu.
Sesudah itu dia menyentil sebuah uang logam ke arah Ih Hua Liong.
'Tring!" Uang logam itu menyambar kea rah jalan darah Hong-huhiat Ih Hua Liong.
976 "Aduuh!" Eh Hua Liong menjerit.
Tubuhnya kemudian lunglai, seketika itu juga Ih Hua Liong langsung roboh.
Saat terkena uang logam Ih Hua Liong sedang lari, jaraknya sekitar seratus langkah lebih dari orang berjubah hijau itu. Tetapi orang tua itu mampu menyambit Ih Hua Liong dengan jitu, kejadian itu membuat Kok Siauw Hong kaget.
Dia jadi tidak enak hati karena orang tua itu ingin bicara dengannya. Tetapi setelah tahu orang tua itu membantu menangkap Ih Hua Liong, Kok Siauw Hong langsung berpikir.
"Orang tua ini aneh sekali. Tapi karena dia telah membantuku lebih baik kuturuti perintahnya," pikir Kok Siauw Hong.
"Nona benarkah kau puteri Han Tay Hiong di Lokyang?"
Han Pwee Eng kaget karena orang tua itu tahu siapa dirinya. Atau mungkin dia asal menebak dari ilmu silat yang dia gunakan saat bertarung dengan Ih Hua Liong, yaitu ilmu silat Keng-sin-kiam-hoatnya.
"Barangkali orang tua ini sahabat Ayahku?" pikir nona Han.
Han Pwee Eng buru-buru mengangguk mengiakan.
"Sudah lama kudengar nama besar ayahmu, yang bergelar Kiam-ciang-siang-coat. Aku yakin ayahmu tidak akan bisa mengalahkan aku, tetapi untuk mengalahkan ayahmu pun tidak gampang!" kata orang tua itu.
Mendengar ucapan orang tua itu Han Pwee Eng tercengang.
977 "Kalau begitu orang tua itu bukan sahabat Ayahku.
Tetapi dari nada bicaranya dia juga tidak bermusuhan dengan Ayahku. Mungkin karena Ayahku terkenal, maka dia ingin menjajal kepandaian Ayahku. Ah, aku tidak peduli siapa dia, yang penting aku harus hormat kepadanya!" pikir Han Pwee Eng.
Orang tua itu mengawasi ke arah Kok Siauw Hong.
"Kau anak siapa?" kata orang tua itu. "Apa ilmu pedangmu itu warisan dari keluargamu?"
"Ayahku almarhum bernama Kok Ju Sih dari Hang-cou.
Ilmu silat pedang ini diajarkan oleh Ibuku!" jawab Kok Siauw Hong.
Orang tua itu manggut-manggut.
"Aku ingat sekarang," kata dia tiba-tiba. "Duapuluh tahun yang lalu aku pernah bertemu dengan ayahmu.
Ketika itu dia baru menikah. Ayahmu itu menantu keluarga Jen. Apakah tadi jurus pedang Cit-siu-kiam-hoatT''
"Benar, Lo-cian-pwee. Tetapi ilmu silatku itu masih rendah," kata Kok Siauw Hong.
Orang tua itu tertawa sejenak.
"Tidak, ilmu pedangmu itu hebat!" kata orang tua itu.
"Itu sungguh di luar dugaanku. Yang aku heran karena ilmu pedang keluarga Jen tidak pernah diturunkan kepada orang lain. Tahun itu aku menemui Jen Thian Ngo, pasti dia pamanmu. Aku desak agar dia mau bertarung denganku.
Tetapi ilmu pedang yang dia gunakan berbeda dengan ilmu pedangmu. Apakah dia menggunakan ilmu pedang palsu untuk membohongiku atau memang dia tidak mahir ilmu Citsiu-kiam-hoat" Apa benar Cit-siu-kiam-hiat hanya diturunkan pada menantu, bukan kepada anak lelaki keluarga Jen?"
978 Kejadiannya memang begitu. Menurut ibu Kok Siauw Hong, karena kakek Kok Siauw Hong mengetahui Jen Thian Ngo tidak berguna, kitab ilmu pedang Cit-siu-kiamhoat diserahkan kepada puterinya, atau ibu Kok Siauw Hong sebagai hadiah pernikahannya. Kok Siauw Hong tidak mengetahui asal-usul kakek dari ibunya itu, maka dia tidak ingin memberitahu orang lain mengenai asal-usul keluarganya.
"Mengenai urusan keluargaku, aku tidak tahu sama sekali. Ketika aku dilahirkan Kakek dari Ibuku sudah meninggal." kata Kok Siauw Hong.
Kelihatan orang tua itu kecewa.
"Aku terlalu banyak bicara soal ilmu silat kalian, hingga aku melupakan urusan yang sangat penting!" kata orang tua itu. "Ada satu urusan yang ingin aku tanyakan kepada kalian!"
"Silakan tanya, jika kami tahu pasti kami akan memberi tahu Lo Cian-pwee. Mohon maaf siapa nama Lo Cianpwee?" kata Kok Siauw Hong.
Orang tua itu tersenyum. Dia tidak menjawab pertanyaan Kok Siauw Hong, tapi dia langsung bertanya pada Han Pwee Eng.
"Nona Han, apa benar kau punya teman bernama Kiong Mi Yun?" kata orang tua itu.
Han Pwee Eng tertegun. "Benar! Apakah Lo Cian-pwee...."
"Ya," memotong orang tua itu. "Aku ayah Kiong Mi Yun. Aku pemilik pulau Hek-hong-to. Namaku Kiong Cauw Bun!"
979 Han Pwee Eng kaget, karena orang tua itu paling ditakuti di kalangan Kang-ouw.
"Bulan lalu aku bertemu dengan Ang Kin, ketua Lima Perkumpulan Besar daerah Huang-hoo," kata Kiong Cauw Bun. "Dia bilang puteriku pernah ada di Ngi Nih Lauw di kota Ouwshia. Kalian bertarung dengan Pouw Yang Hian murid See-bun Souw Ya. Apa benar begitu?"
"Mungkin karena masalah itu Kiong Cauw Bun mencariku?" pikir Han Pwee Eng.
"Puteriku sangat nakal, dia kabur. Sekarang aku sedang mencarinya. Nona Han, apakah kau tahu sekarang dia ada di mana?" kata Kiong Cauw Bun.
"Aku dengan puterimu berpisah di kota Ouw-shia, sampai sekarang aku belum pernah bertemu lagi dengannya. Aku kira Kok Toa-ko mengetahui di mana puteri Lo Cian-pwee itu berada!" kata Han Pwee Eng.
Kiong Cauw Bun mengawasi Kok Siauw Hong yang tampan.
"Barangkali puteriku tertarik kepada pemuda ini" Jika benar begitu, aku harus membunuh puteri Han Tay Hiong ini!" pikir Kiong Cauw Bun.
"Benarkah kau tahu jejak puteriku?" kata Kiong Cauw Bun pada Kok Siauw Hong.
"Aku dan puterimu membantu Kay-pang melaksanakan sebuah tugas. Tetapi karena bertemu dengan pasukan Mongol, kami cerai-berai hingga aku berpisah dengan puterimu. Tapi menurut dugaanku puterimu itu pergi ke Kimkee-leng. Sekarang kami pun mau mencari dia di sana!"
kata Kok Siauw Hong. 980 "Ke gunung Kim-kee-leng" Bukankah itu markas Hong Lay Mo Li?" kata Kiong Cauw Bun.
"Benar," kata Kok Siauw Hong. "Itu memang markas Liu Beng-cu!"
"Apa benar dia akan menemui Hong Lay Mo Li?"
"Aku tidak yakin benar, itu hanya dugaanku saja!
Bersama puteri Lo Cian-pwee pun masih ada kawannya yang ingin ke Kim-kee-leng!" kata Siauw Hong'.
"Siapa dia?" kata Kiong Cauw Bun.
"Namanya Kong-sun Po!"
Mendengar nama itu disebut Kiong Cauw Bun kaget dan girang.
"Kong-sun Po?" kata Kiong Cauw Bun. "Benar, Ang Kin pernah mengatakannya Hari itu selain nona Han masih ada seorang pemuda yang ada di rumah makan itu. Dia berhasil mengalahkan Pouw Yang Hian. Pasti dia Kong-sun Po!
Seharusnya aku sudah bisa menebaknya!"
"Benar," kata Han Pwee Eng. "Apa Lo Cian-pwee kenal dengan Kong-sun Toa-ko?"
Kiong Cauw Bun tertawa. "Benar aku kenal. Saat dia masih kecil aku pernah menggendongnya." kata Kiong Cauw Bun.
Mendengar keterangan itu Han Pwee Eng girang bukan kepalang.
"Oh, kalau begitu bagaimana jika Lo Cian-pwee pergi bersama kami ke Kim-kee-leng?" kata nona Han.
Sebelum dijawab Han Pwee Eng berpikir.
981 "Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po pasangan yang serasi.
Rasanya aku bisa menjadi comblang mereka." pikir Han Pwee Eng.
Sebenarnya ada yang tidak diketahui oleh Han Pwee Eng, bahwa Kiong Mi Yun tunangan Kong-sun Po.
Sedangkan Hong Lay Mo Li musuh besar Kiong Cauw Bun. Maka itu Kiong Cauw Bun menanggapi ajakan Han Pwee Eng dengan sinis.
"Buat apa aku ke Kim-kee-leng?" kata Kiong Cauw Bun.
Mendengar jawaban dengan nada dingin dan sinis itu Han Pwee Eng tertegun.
"Bukankah Lo Cian-pwee hendak mencarinya" Aku kira mereka ada di Kim-kee-leng, pasti Lo Cian-pwee akan bertemu dengan mereka!" kata nona Han.
Wajah Kiong Cauw Bun langsung berubah.
"Puteriku pasti tidak akan ke sana, Kong-sun Po pun tidak harus ke sana. Kecuali.. .kecuali.. ..Hm!" kata Kong Cauw Bun tidak tuntas.
"Kecuali bagaimana?" kata nona Han.
Mendadak kening Kiong Cauw Bun berkerut.
"Hm! Gadis ini belum tahu asal-usulku. Dia mau ke Kimkee-leng. Mengapa aku harus memberi tahu dia?" pikir Kiong Cauw Bun.
"Nona Han kau terlalu banyak bicara!" kata Kiong Caiuw Bun
Mendengar teguran itu wajah nona Han berubah merah.
Kok Siauw Hong pun mulai gusar. "Karena Lo Cian-pwee mau mencari nona Kiong, kami memberitahu Anda mengenai yang kami ketahui. Tetapi jika Lo Cian-pwee tidak mau ke Kim-keeleng, itu terserah Lo Cian-pwee saja!
982 Terus-terang kami bersalah telah mengajakmu ke sana, maka itu kami mohon maaf dan pamit!" kata Kok Siauw Hong.
Ketika itu Kiong Cauw Bun seperti sedang berpikir.
"Kecuali Kong-sun Po, mereka tidak mengetahui asalusulku, jika dia tahu mana mungkin dia akan ke sana?"
pikir Kiong Cauw Bun. "Sebaliknya Mi Yun pun tahu aku sangat benci pada Hong Lay Mo Li. Jadi mana mungkin dia bersama Kong-sun Po ke sana" Seandainya benar ke sana, aku harus segera menyusul untuk mencegah mereka ke sana! Supaya kepergianku ke daerah Kim-kee-leng tidak diketahui oleh Hong Lay Mo Li, maka aku harus membunuh mereka"
Saat itu dalam hati Kiong Cauw Bun bergolak dan terjadi kebimbangan. Tetapi tak lama dia berpikir lagi.
"Anakku dengan mereka bersahabat baik. Jika aku bunuh mereka, anakku pasti membenciku. Kalau begitu akan kukerjai pemuda ini agar dia sakit, dengan demikian mereka tidak jadi ke Kim-kee-leng." pikir Kiong Cauw Bun.
Sekalipun Kok Siauw Hong kurang senang pada Kiong Cauw Bun ini, tetapi karena merasa pernah dibantu melumpuhkan Eh Hua Liong dia memberi hormat.
"Lo Cian-pwee kami pamit!" kata dia.
"Jangan sungkan," kata Kiong Cauw Bun, "aku juga harus berterima kasih karena kalian telah memberitahu jejak puteriku," kata Kiong Cauw Bun.
Kiong Cauw Bun memegang tangan Kok Siauw Hong sambil tersenyum. Kok Siauw Hong sedikit pun tidak curiga dia mengira itu sebagai tanda perpisahan dari Kiong Cauw Bun dengannya.
983 "Kok Lo-tee aku lihat air mukamu kurang bagus, hatihati dan jaga dirimu!" kata Kiong Cauw Bun.
Ucapan itu membuat Kok Siauw Hong tertegun, tapi Kiong Cauw Bun sudah pergi cukup jauh.
"Terima kasih atas pesanmu itu, Lo Cian-pwee!"
Pemuda itu berteriak menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek (Ilmu menyampaikan suara dari jarak jauh). Han Pwee Eng tampak lega karena Siauw Hong masih bisa mengerahkan lwee-kangnya.
"Tadi terus-terang aku mencemaskan keadaanmu," kata si nona, "aku khawatir dia menyerangmu secara gelap!"
Kok Siauw Hong tertawa mendengar Han Pwee Eng begitu perhatian terhadapnya.
"Di Dunia Persilatan, memegang tangan orang untuk menjajal kepandaian seseorang, itu wajar! Dia tahu ilmu silatku masih rendah, dengan tidak menjajalku pun dia sudah tahu. Aku rasa tidak mungkin dia menyerangku, aku tidak bermusuhan dengannya Lihat, bukankah aku baikbaik saja" kata Kok Siauw Hong pada nona Han sambil tersenyum.
Pemuda ini tidak sadar sebenarnya dia dikerjai oleh Kiong Cauw Bun secara diam-diam. Dengan ilmu Cit-satciang yang lihay dia serang pemuda ini, tapi yang diserang tidak merasakannya. Tetapi selang sehari baru reaksi serangan itu akan terasa.
"Kalau begitu, syukurlah," kata nona Han yang puas bukan main. "Mari kita tanya Ih Hua Liong!"
Pemuda itu mengangguk. "Baik, mari kita tanya dia!" kata Kok Siauw Hong.
984 Ih Hua Liong sedang tergeletak tidak berdaya di tanah, Kok Siauw Hong berusaha membebaskan totokannya.
Lama baru dia berhasil membebaskannya
"Aneh! Cara menotoknya sangat aneh!" kata Kok Siauw Hong.
"Kau mampu membebaskan dia itu terhitung luar biasa,"
kata nona Han. "Aku sudah pernah mendengar dari Ayahku cara menotok majikan pulau Hek-hong itu sangat istimewa!"
Selang sesaat wajah Ih Hua Liong mulai biasa kembali.
"Ih Hua Liong, sekarang kau jangan berbuat macammacam lagi. Cepat katakan yang sebenarnya!" kata Kok Siauw Hong.
"Apa yang harus aku katakan?" kata Ih Hua Liong.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Begitu cepat kau lupa. Baik akan kuulangi pertanyaanku. Pertama, mengapa kau memfitnah aku"
Kedua, apakah Pamanku tahu kau bersekongkol dengan bangsa Mongol. Cepat jawab pertanyaanku!" kata Kok Siauw Hong.
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Ih Hua Liong, lalu dia mengertakkan giginya.
"Sekarang aku telah jatuh ke tangamu, maka aku tidak takut bicara sejujurnya padamu. Kedua pertanyaanmu itu bukan dua pertanyaan, tetapi satu pertanyaan saja."
Kok Siauw Hong mendengus dingin.
"Hm! Lekas bicara!" kata Siauw Hong.
"Semua yang aku lakukan atas rencana pamanmu!" kata Ih Hua Liong perlahan.
985 Sekalipun sudah lama Kok Siauw Hong mencurigai sepakterjang pamannya, tetapi sesudah mendengar pengakuan Ih Hua Liong pun Kok Siauw Hong tetap terkejut juga, sehingga nyaris tidak mempercayai ucapan murid Jen Thian Ngo. Dia terdiam beberapa saat lamanya.
"Benarkah apa yang kau katakan itu?" kata Siauw Hong.
"Benar. Sedikitpun aku tidak membohongimu!" kata Ih Hua Liong. "Semua kejadian itu rencana pamanmu. Dia bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek merampok harta Han Tay Hiong, aku ini hanya suruhan mereka!"
"Ketika hari itu terjadi perampokan, aku lihat sendiri Pamanku terluka parah," kata Kok Siauw Hong sedikit kurang yakin pada keterangan Ih Hua Liong.
Mendengar kata-kata Kok Siauw Hong, Ih Hua Liong tertawa dingin.
"Apakah kau pernah memeriksa lukanya" Kejadian itu hanya sandiwara saja!" kata Ih Hua Liong tegas.
Kok Siauw Hong menatapnya dengan tajam.
"Kau tidak ada di tempat kejadian, bagaimana kau bisa mengetahui itu cuma sandiwara?" kata Kok Siauw Hong penasaran.
"Semuanya sudah kami rundingkan masak-masak sebelum perampokan itu terjadi," kata Ih Hua Liong.
"Baiklah, akan kukatakan dengan jujur. Guruku berpurapura terluka parah agar dia ditinggalkan seorang diri. Dia menunggu aku kembali untuk menerima bagiannya!"
"Kau berjanji pada Pamanku akan bertemu di mana?"
tanya nona Han. 986 "Kami berjanji akan bertemu di rumahmu. Tetapi secara kebetulan kalian datang lalu Siang-koan Hok pun datang.
Padahal Pamanku ada di ruang rahasia bawah tanah di rumahmu bersama Pauw Leng. Setelah kalian dan Siangkoan Hok datang, Guruku mengetahui bahwa harta itu telah dirampas kembali. Maka itu dia lalu kabur sebelum aku datang untuk melapor pada Guruku!" kata Ih Hua Liong.
"Jadi kau bertemu dengan Pauw Leng?" tanya Pwee Eng.
Ih Hua Liong mengangguk. "Benar, Pauw Leng yang memberitahuku kejadian di rumahmu itu, sekarang dia juga sedang mencari Guruku!"
kata Ih Hua Liong. Mendengar keterangan itu Kok Siauw Hong bertambah kaget. "Jadi Pauw Leng juga bersekongkol dengan Gurumu?" kata Siauw Hong.
"Benar! Pauw Leng adalah penghubung kami. Diamdiam dia sering berhubungan dengan Cun Seng Hoat Ong dari Mongiol!" kata Ih Hua Liong.
Tampak Kok Siauw Hong berdiri termangu-mangu.
"Tidak kusangka hati manusia sulit diduga?" pikir pemuda itu. "Padahal Pamanku itu orang terkenal, malah tokoh terkemuka di kalangan Kang-ouw. Tapi justru dia bersekongkol dengan musuh!"
Harapan Ih Hua Liong jika dia jujur, Kok Siauw Hong akan mengampuni dia. Itu sebabnya apa yang diketahuinya dikatakannya pada pemuda itu.
"Sebenarnya Pamanmu ingin "membabat rumput sampai ke akar-akarnya". Itu sebabnya dia ingin meminjam tangan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek untuk membunuhmu,"
melanjutkan Ih Hua Liong. "Jika kau ingin membalas 987
dendam, kau harus mencari Guruku! Aku memfitnahmu pun atas rencananya. Maka itu aku mohon ampuni jiwaku."
Saat itu hati Kok Siauw Hong sudah tenang.
"Baiklah, karena kau hanya pesuruh Pjimanku, aku akan mengampuni jiwamu. Tetapi kau tetap akan kuhukum!"
kata Kok Siauw Hong. Tiba-tiba punggung Ih Hua Liong dipukul, pukulan itu menghancurkan tulang pipe Ih Hua Liong.
Ih Hua Liong menjerit kesakitan kemudian pingsan.
Setelah sadar Kok Siauw Hong berkata lagi.
"Kuhilangkan kepandaianmu agar kelak kau tidak melakukan kejahatan. Itu mungkin bermanfaat bagimu kelak!" kata pemuda itu.
"Tidak kusangka, ternyata pamanmu itu jahat sekali,"
kata Han Pwee Eng. "Dulu aku hanya mengira pamanmu tidak cocok dengan Ayahku hanya karena urusan nama di dunia Kang-ouw. Tidak tahunya dia menginginkan harta Ayahku"!"
Kok Siauw Hong mengelah napas.
"Aku malu sekali punya Paman seperti itu. Mari kita berangkat, kita harus buru-buru ke Kim-kee-leng untuk mengungkap kejadian ini. Dengan demikian orang gagah tidak akan tertipu oleh akal Pamanku!" kata Kok Siauw Hong.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 35 Setelah itu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng meninggalkan Ih Hua Liong yang tulang pipenya telah terluka. Mereka berangkat menuju ke Kim-kee-leng. Dalam 988
perjalanan itu kelihatan mereka agak tergesa-gesa.
Keesokan harinya tiba-tiba Kok Siauw Hong mengeluh kurang enak badan. Kemarin dia tidak merasakan apa-apa dan tubuhnya masih sehat. Hari ini dia merasakan dadanya sangat sakit. Melihat langkah kaki Kok Siauw Hong yang mulai goyah, nona Han terkejut sekali.
"Toa-ko air mukamu berubah pucat sekali," kata nona Han. "Lebih baik kita beristirahat saja dulu!"
"Tidak perlu, aku hanya merasa dadaku sedikit sakit.
Mungkin karena terlalu banyak minum air dingin, sebentar lagi juga akan baik sendiri. Hari belum gelap kita masih bisa melanjutkan perjalanan." kata Kok Siauw Hong.
Mereka berjalan lagi beberapa lama. Tapi tiba-tiba Kok Siauw Hong merasakan tubuhnya panas dingin. Dia demam dan giginya gemerutuk menahan dingin.
"Barangkali aku terserang demam!" kata dia pada nona Han. Buru-buru Kok Siauw Hong mengerahkan ilmu Siauwyang-sin-kang untuk mengusir rasa demamnya.
Tetapi dia berteriak kaget.
Saat mengerahkan ilmu itu terasa tubuhnya seperti ditusuk ribuan jarum. Saking sakitnya dia tidak bisa berjalan.
"Rupanya aku sakit tetapi entah sakit apa aku" Ini aneh sekali!" kata Kok Siauw Hong.
Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang.
"Apa kau keracunan?" kata si nona.
"Barangkali bukan, kau jangan banyak curiga," kata Kok Siauw Hong.
Ucapan pemuda itu menyatakan bahwa nona Han mencurigai Kiong Cauw Bun yang melukainya. Sebenarnya 989
Kok Siauw Hong pun mencuriga orang tua itu yang melukai dengan diam-diam. Tetapi dia merasa tidak keracunan, dan tidak ingin nona Han cemas.
Melihat Kok Siauw Hong semakin payah, nona Han segera memapah pemuda itu. Dengan susah payah Han Pwee Eng memapah Kok Siauw Hong ke sebuah rumah milik penduduk setempat.
Sekarang kedua muda-mudi ini telah berada di sebelah selatan sungai Huang-hoo, sedangkan tentara Mongol sudah menyeberang ke sebelah utara. Saat itu hampir semua penduduk di tempat itu sudah mengungsi, hanya tinggal beberapa keluarga saja yang masih tetap bertahan di sekitar tempat itu.
Sudah dua rumah yang didatangi, tetapimereka tidak bersedia menerimanya. Terpaksa Han Pwee Eng memapah Kok Siauw Hong ke sebuah rumah milik seorang petani.
Ternyata rumah itu hanya dihuni oleh seorang petani tua.
Ketika memohon untuk menumpang, nona Han baru tahu orang tua itu bisu dan tuli.
Lama sekali Han Pwee Eng berbicara dengan bahasa isyarat tangan, hingga lelaki tua itu mengerti maksud nona Han. Lelaki tua itu sangat baik, dia bersedia menerima mereka. Sambil berkata ah-ah-uh-uh, pria tua itu menyilakan kedua tamunya itu masuk ke dalam rumahnya.
Han Pwee Eng memapah Kok Siauw Hong ke sebuah kamar.
Di desa itu tidak ada tabib yang bisa dimintai pertolongan. Lelaki tua itu keluar mencari rumput obat yang segera dimasak untuk Kok Siauw Hong. Tidak diduga rumput yang dimasak orang tua itu berkhasiat.
990 Selang beberapa hari, sekalipun tubuh Kok Siauw Hong masih demam, tapi mulai terlihat agak sehat.
Berhari-hari Han Pwee Eng menemani dan merawat Kok Siauw Hong. Hal ini membuat pemuda itu sangat berterima kasih sekali, tetapi juga merasa malu.
Suatu hari Kok Siauw Hong menggenggam tangan nona Han sambil berkata.
"Nona Han, aku minta maaf padamu. Aku bersalah padamu tetapi kau tetap baik kepadaku," kata Kok Siauw Hong.
"Eh, apa kau sudah lupa, kita sudah berjanji tidak akan mengungkit masalah lama. Kau Kakakku, jelas aku harus merawat dan memperhatikanmu. Iyakan?" kata Han Pwee Eng sambil tersenyum manis.
Kok Siauw Hong juga tersenyum, dia senang tetapi kelihatan agak kecewa.
"Rupanya dia hanya mau menjadi adikku, dan tidak mau menjadi isteriku. Tetapi mempunyai adik seperti dia juga aku sudah sangat senang!" pikir Kok Siauw Hong.
"Barangkali aku sudah boleh mengerahkan hawa mumiku, maukah kau membantuku?" kata Kok Siauw Hong.
"Syukur kalau kau bisa mengerahkan hawa murnimu, tetapi bagaimana aku harus membantumu?" kata Han Pwee Eng.
"Akan kuberitahu cara bagaimana kau membantuku,"
kata Kok Siauw Hong. "Aku akan melatih kau ilmu Siauwyan-sinkang. Jika kau tidak mengerti, kau tanyakan saja padaku. Kemudian gunakan cara itu untuk membantu membuka seluruh nadiku!"
991 Tanpa sadar Kok Siauw Hong harus mengajari nona Han ilmu Siauw-yang-sin-kang. Padahal ilmu itu tidak boleh diturunkan kepada orang lain, sekali pun hubungan Kok Siauw Hong dan nona Han agak istimewa.
Dengan demikian Kok Siauw Hong harus menggunakan hawa murninya sendiri. Tapi untuk menyembuhkan lukanya, Kok Siauw Hong harus dibantu oleh orang yang mengerti ilmu Siauw-yang-sin-kang, sebab jika dibantu oleh lwe-kang aliran lain, tidak ada gunanya. Ketika Han Pwee Eng mengetahui Kok Siauw Hong ingin mengajari dia, nona Han senang sekali. Apalagi mereka harus segera pergi ke Kim-kee-leng, maka itu nona Han berharap Kok Siauw Hong segera sembuh.
Setelah Han Pwee Eng mengerti cara membantu Kok Siauw Hong, mereka lalu duduk bersila berhadapan.
Sedangkan telapak tangan mereka beradu satu sama lain.
Nona Han segera mengerahkan tenaga Siauw-yang-sin-kang lewat tangannya..
Tetapi untuk mengerahkan tenaga dalam tingkat tinggi untuk membantu orang lain yang terluka, sangat berbahaya bagi keduanya. Tenaga mereka pun tidak boleh terganggu karena harus terus-menerus disalurkan. Mereka harus berkonsentrasi penuh. Sekalipun ada musuh atau bahaya, mereka harus tetap tidak bergerak, bicara pun tidak boleh.
Dengan tidak terasa hari pun sudah larut malam, sekarang mereka berada dalam saat-saat yang genting. Tibatiba dari kejauhan terdengar suara derap roda kereta dan kaki kuda yang menuju ke arah rumah itu.
Tak lama suara kereta itu berhenti tepat di depan rumah tempat mereka sedang mengerahkan tenaga dalam.
Tak lama terdengar suara ketukan di pintu rumah itu.
992 Lelaki tua bisu tuli itu berjalan akan membuka pintu.
"Kawanku sedang sakit, apa Paman bisa mengizinkan kami beristirahat di rumahmu ini?" kata orang yang baru datang itu.
Tidak seharusnya konsentrasi Han Pwee Eng terpecah, walau suara orang itu dikenalinya.
"Siapa orang yang membawa orang sakit itu ke sini" Ah, bisa kebetulan sekali?" pikir nona Han.
Saat itu orang yang baru datang tidak mengetahui bahwa tuan rumah bisu dan tuli. Maka itu dia mengulangi permohonannya berulang-ulang.
"Kawanku sedang sakit parah, aku mohon Paman bermurah hati dan mau menerima kami bermalam di sini!
Aku pasti akan membalas kebaikan Paman!" kata orang itu.
Karena orang itu bicara terus, akhirnya Han Pwee Eng mengenali orang itu. Dia Beng Teng, pemimpin ekpedisi Houw-wie-piauw-kiok, mungkin sedang mengawal orang sakit. Nona Han ingat saat dia dikawal oleh Beng Teng ke Yang-cou. Sesudah mengenal orang itu, nona Han jadi geli sendiri.
"Beng-cong-piauw-tiam memang pekerjaannya aneh-aneh," pikir Han Pwee Eng. "Dulu mengantarkan aku sang calon pengantin. Sekarang dia mengantarkan orang sakit!
Tetapi siapa orang yang sakit itu?"
Ketika itu Beng Teng yang sudah tahu lelaki pemilik rumah itu bisu, dia berbicara dengan bahasa isyarat.
"Maksudmu kau sudah tidak punya kamar?" kata Beng Teng. "Baiklah, kami istirahat di bagian belakang rumahmu saja. Aku lihat tidak lama lagi akan hujan. Aku mau masak obat, bolehkah aku minta kayumu?"
993 Rumah petani ini sebuah gubuk, jadi tidak heran jika dindingnya banyak yang berlubang. Kebetulan kamar yang ditempati Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng menghadap ke jalan raya. Walau dinding gubuk itu berlubang, nona Han tidak berani memecah perhatiannya untuk mengintai.
Dari suara Beng Teng rupanya lelaki tua itu tetap menolak.
"Oh, jadi kau sudah menerima dua orang yang sakit?"
kata Beng Teng lagi. "Maksudmu aku tidak boleh mengganggu mereka. Aaah sayang, kalau begitu baiklah."
Tidak lama terdengar Beng Teng berjalan dan menyingkap krei sambil berkata pada orang yang sedang sakit yang dikawalnya.
"Tuan Ci, kau sudah merasa agak baikan. Mari kita pergi!" kata Beng Teng.
Orang yang dipanggil tuan Ci cuma merintih kesakitan.
Nona Han agak tersentak mendengar rintihan dan orang yang dipanggil tuan Ci itu. Sebenarnya Nona Han hendak membantu Beng Teng memintakan izin pada lelaki tua itu, agar mereka diizinkan beristirahat di situ. Tetapi sayang saat itu nona Han sedang mengerahkan tenaga muminya untuk membantu penyembuhan Kok Siauw Hong.
Kebetulan saat itu sedang dalam keadaan sangat gawat, hingga Han Pwee Eng tidak berdaya.
Tetapi saat Beng Teng dan orang yang dikawalnya akan meninggalkan rumah itu, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang datang ke arah rumah itu. Han Pwee Eng pun mendengar suara derap kaki kuda itu. Beng Teng kaget, segera dia gendong orang yang sedang sakit itu ke dalam rumah. Saat itu Beng Teng tidak menghiraukan cegahan dari pemilik gubuk itu. Di belakang rumah terdengar suara berkeresek, mungkin Beng Teng sedang menyembunyikan orang sakit itu di balik rumput kering.
994 "Kawanku yang sedang sakit itu meminjam tempat Paman untuk bersembunyi, harap Paman jangan membocorkan hal ini kepada siapa pun!" kata Beng Teng.
Beng Teng seorang yang sangat bijaksana dan disiplin, sekalipun dia memaksa menyembunyikan orang yang dikawalnya, dia tetap memberi tahu dulu tuan rumah.
Saat Beng Teng menggendong orang sakit yang dipanggil tuan Ci melewati kamar nona Han, tanpa sadar nona Han mengintai lewat sebuah lubang. Kebetulan saat itu bulan sedang purnama, cahayanya masuk hingga nona Han bisa melihat orang yang sedang digendong oleh Beng Teng itu.
Nona Han tersentak karena dia mengenali siapa orang yang sedang digendong itu.
"Oh Ci Giok Phang!" pikir Han Pwee Eng.
Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Hampir saja dia berteriak karena kagetnya. Tetapi mendadak dia rasakan telapak tangan Kok Siauw Hong langsung dingin, denyut jantungnya agak kacau. Han Pwee Eng langsung berkonsentrasi, bahkan dia tidak berani bersuara lagi.
Sungguh di luar dugaan Ci Giok Phanglah yang akan dibawa ke gubuk itu oleh Beng Teng. Sesudah menyembunyikan Ci Giok Phang lalu Beng Teng berkata pada lelaki tua pemilik gubuk.
"Paman jangan panik, tutup saja pintunya!" kata Beng Teng.
Sedang Beng Teng sendiri berjalan keluar gubuk, lelaki tua itu menutup pintu seperti anjuran Beng Teng tadi.
Sejak meninggalkan Pek-hoa-kok, nona Han tidak pernah bertemu dengan Ci Giok Phang. Saat ada di Pekhoa-kok Ci Giok Phang baik sekali kepadanya, bahkan Ci 995
Giok Hian ingin menjodohkan Pwee Eng dengan kakaknya itu.
Han Pwee Eng memang terkesan baik pada pemuda ini, tapi bukan jatuh cinta. Kebetulan Ci Giok Phang kakak Ci Giok Hian, sahabat baik nona Han. Saat tahu Ci Giok Phang terluka, nona Han cemas bukan main. Mendengar suara Beng Teng begitu gugup, nona Han bisa menduga musuhnya pasti lihay.
Kok Siauw Hong pun tahu, siapa yang digendong oleh Beng Teng. Tapi saat itu dia sedang berkonsentrasi mengobati dirinya. Tidak heran Kok Siauw Hong tergetar hatinya.
Saat itu Kok Siauw Hong sadar tenaga murninya sudah buyar, dengan demikian nona Han buru-buru
menggenggam tangan Kok Siauw Hong. Nona Han menggelengkan kepalanya agar Kok Siauw Hong tidak menghiraukan keadaan di sekitarnya. Siauw Hong mengangguk mengiakan karena sadar, sesudah sembuh dia bisa membantu Ci Giok Phang. Sesudah itu Kok Siauw Hong berkonsentrasi penuh kembali. Ketika itu Kok Siauw Hong mengkhawatirkan keadaan Han Pwee Eng yang sudah mendengar suara-suara di luar, tentu saja itu berbahaya baginya.
Sedang di luar suara derap kaki kuda yang tadi terdengar masih jauh, sekarang sudah semakin dekat. Tidak lama derap kaki kuda itu berhenti tepat di depan gubuk lelaki tua.
Sesudah tidak terdengar derap kaki kuda sekarang terdengar suara dingin.
"Beng Cong-piauw-thauw, kau tidak mengira kita akan bertemu lagi di sini, bukan" Nah, pekerjaan apa yang sedang Anda kerjakan sekarang?" kata suara dingin itu.
996 Mendengar suara dingin itu hati nona Han tersentak kaget. Suara itu dikenali sebagai suara si Rase Liar An Tak.
Dulu ketika akan ke Yang-cou dikawal oleh Beng Teng, nona Han pernah bertemu dengannya Bahkan nona Han berhasil mencungkil sebelah mata si Rase Liar An Tak.
"Ah, cuma An Tak seorang saja, Beng Teng sudah begitu ketakutan," pikir Han Pwee Eng. "Tapi berdasarkan derap kaki kuda An Tak datang bersama tiga orang kawannya.
Mudahmudahan saja Kok Toa-ko segera pulih, jika tidak Beng Teng dan Ci Giok Phang dalam bahaya!"
Saat itu Beng Teng sadar dia tidak akan mampu mengalahkan si Rase Liar An Tak. Tetapi di dalam karirnya dia sering menghadapi bermacam-macam bahaya, wajahnya tidak terlihat takut atau gentar. Malah terdengar Beng Teng tertawa terbahak-bahak.
"Sudah lama piauw-kiokku ditutup," kata Beng Teng,
"mana mungkin aku masih bisa mencari rejeki dengan cara menjalankan perusahaan ekpedisi lagi!"
Mendengar jawaban Beng Teng si Rase Liar An Tak tertawa.
"Jangan bohong aku dengar kau menerima dewa uang, benar kan?" kata An Tak.
"Saudara An jangan bergurau, pada masa sedang kacau begini mana ada dewa uang datang padaku?" kata Beng Teng.
"Kau salah Beng Teng Piauw-thauw, siapa yang tidak tahu perusahaan dan namamu sangat terkenal di Lokyang?" kata An Tak menyindir.
"Apa kau lupa perusahaanku telah jatuh di tanganmu dan Sri-gala Tua Tan," kata Beng Teng. "Itu sebabnya perusahaanku sudah kututup lama sekali. Mana mungkin 997
aku berbohong. Jika kau tidak percaya kau bisa melihatnya sendiri di Lok-yang. Tetapi aku yakin, pengetahuanmu lebih luas. Sekalipun kau tidak melihatnya tetapi kau pasti sudah mengetahuinya!"
"Aku tahu usahamu kau tutup setelah tentara Mongol datang ke Lok-yang. Maka itu kau tidak bisa membuat perhitungan dengan An Toa-ko!" kata orang yang datang bersama An Tak.
"Sekalipun perusahaanmu sudah tutup, tetapi namamu yang termasyur tetap ada. Berdasarkan nama besarmu itu, maka aku yakin rejeki besarmu tetap datang!" kata teman An Tak yang lain.
"Kereta kuda tuaku sudah rusak, jika kau tidak percaya silakan geledah saj a!" kata Beng Teng.
Ditantang begitu si Rase Liar An Tak tertawa.
"Jangan tergesa-gesa," kata An Tak. "Ada yang ingin aku rundingkan denganmu. Aku harus memperkenalkan kawankawanku ini kepadamu."
Sesudah itu An Tak menunjuk salah seorang kawannya.
"Ini Kim Hiong-cu dari Kim-say-kok (Lembah Singa Emas)......" kata An Tak, tapi sebelum An Tak selesai bicara Beng Teng langsung memotong.
"Kalau begitu pasti yang ini Lo Hiang-cu dari In-ma-coan! Sudah lama kedua Hiang-cu tidak bertemu denganku, namun aku sudah pernah menyerahkan kartu namaku saat akan melewati gunung kalian. Dengan demikian kita punya hubungan baik bukan"'' kata Beng Teng.
Ternyata seorang yang memiliki perusahaan ekpedisi seperti Beng Teng, tidak boleh hanya mengandalkan ilmu 998
silatnya saja, tetapi dia juga harus luas pergaulannya dan juga punya sedikit kharisma di berbagai tempat.
Nama Hiang-cu dari Kim-say-kok itu Kim Hoat, sedang yang dari In-ma-coan bernama Lo Jin Cun. Sarang mereka sangat berdekatan, maka itu mereka punya hubungan baik dan sering berkelana di kalangan Kang-ouw. Ketika Beng Teng diberi tahu nama yang seorang, dia langsung tahu nama temannya yang lainnya
"Jika Anda tidak mengungkit masalah itu, aku malah lupa," kata Lo Jin Cun sambil tertawa terbahak-bahak.
"Benar, karena kita sudah saling mengenal, maka aku ajak An Toa-ko untuk berunding denganmu," sambung Kim Hoat. Sedangkan yang keempat seorang lelaki berumur limapuluh tahun. Dia juga tertawa terbahakbahak.
"Pergaulan Anda sangat luas saudara Beng," kata orang itu. "Tetapi tahukah kau, siapa aku ini?"
Beng Teng memperhatikan orang itu. Saat
memperhatikan pakaian sulam orang itu bergambar ikan yang aneh, seketika Beng Teng ingat sesuatu. Maka itu dia langsung bicara.
"Bukankah Anda Ketua Chu dari perkumpulan Ikan Hiu di
Huang-hoo?" kata Beng Teng.
Sebenarnya pekerjaan Beng Teng hanya di darat, tidak heran dia tidak mengenal orang ini. Tetapi dari gambar sulam di pakaian orang itu, Beng Teng langsung menduga-duga.
Di kamar mereka Han Pwee Eng mendengar kata-kata Beng Teng tersebut.
999 "Hm! Rupanya Chu Tay Peng pun datang ke mari!" pikir nona Han. "Aku kira kepandaian mereka tidak lebih rendah dari An Tak. Pasti mereka semua lihay-lihay!"
Nona Han pernah bertemu dengan Chu Tay Peng di rumah makan Ngi Nih Lauw. Ketika itu Chu Tay Peng salah sangka, dia dikira puteri Kiong Cauw Bun. Tidak heran jika Chu Tay Peng pernah membayari makanan Han Pwee Eng di beberapa rumah makan lainnya.
"Sungguh jeli mata Anda, saudara Beng. Aku kagum sekali!" kata Chu Tay Peng sambil tertawa.
"Baiklah, sekarang masing-masing sudah saling mengenal," kata An Tak. "Sekarang mari bicarakan masalah kita. Pekerjaan Anda mengawal barang, sedang kami bekerja tanpa modal. Tidak heran kadang-kadang kita bisa bentrok satu sama lain. Tetapi aku kira itu bukan dendam, tapi karena kepentingan profesi masing-masing.
Begitu bukan?" "Anda benar saudara An Tak, jika ada petunjuk katakan saja," kata Beng Teng tenang.
"Baik! Memang seharusnya kita bicara blak-blakan tanpa tedeng aling-aling!" kata An Tak. "Kali ini aku ingin membicarakan sebuah transaksi... Bukankah Tuan muda dari Pek-hoa-kok meminta Anda menjadi pengawalnya?"
"Jangan bergurau, saudara An." kata Beng Teng. "Tuan muda dari Pek-hoa-kok berkepandaian tinggi. Mana mungkin dia memintaku untuk menjadi pengawalnya?"
Mendengar ucapan Beng Teng, An Tak tertawa dingin.
"Hm! Jangan lupa, bukankah kau juga pernah mengawal nona Han, puteri Han Tay Hiong?" kata An Tak.
"Kepandaian gadis busuk itu jauh lebih tinggi darimu. Aku tahu benar. Karena Ci Giok Phang terluka berat, maka dia 1000
menyuruhmu mengantarkannya pulang ke Pek-hoa-kok.
Berapa ongkos antar yang kau terima?"
"Sabar. Untuk sementara kita jangan bicara soal uang.
Tetapi aku ingin menasihatimu! Dulu karena kau merebut nona Han, maka matamu dilukai.oleh nona Han! Sekarang kau sudah tahu mengenai kelihayan Ci Giok Phang, tetapi kau masih ingin turun tangan. Aku hanya menasihatimu, kau jangan coba-coba mencari gara-gara dengan keluarga Ci. Semua ini demi kebaikan bagi kalian!" kata Beng Teng.
Wajah An Tak berubah seketika itu juga. Dia mencoba menahan amarahnya. Tak lama dia sudah bicara lagi.
"Jangan kau takut-takuti kami dengan nama besar keluarga Ci dari Pek-hoa-kok!" kata An Tak. "Ini masalah kami, kau tidak perlu menasihati aku!"
"Lalu kalian ingin bicara soal transaksi apa denganku?"
kata Beng Teng. "Aku tidak minta bagian seperti dulu ketika kau mengantar nona Han, tetapi sekarang aku malah akan mengantarkan rejeki untukmu. Tentu ada syaratnya yaitu jika kau mau menyerahkan Ci Giok Phang pada kami!"
kata An Tak. "Mengapa kalian menginginkan Ci Giok Phang" Bisakah kau katakan padaku agar aku tahu apa keinginan kalian itu?" kata Beng Teng.
"Karena kita kenalan lama, tidak masalah aku menjelaskannya kepadamu," kata An Tak. "Sebenarnya yang menginginkan Ci Giok Phang itu bukan kami!"
"Lalu siapa?" kata Beng Teng.
"Jenderal Mongol. Jika kau serahkan dia, kau bisa kaya, bahkan kau akan diberi pangkat! Jika kau ingin terus 1001
membuka usaha ekpedisi di Lok-yang, mereka juga setuju.
Bukankah ini sangat menguntungkan bagimu" Bagaimana, apa kau mau atau tidak?" kata An Tak.
"Oh, sungguh tidak kuduga! Ternyata sekarang kalian telah menjadi kaki tangan bangsa asing! Maaf, aku tidak berminat menjadi pembesar bangsa Mongol. Aku juga tidak ingin kaya bahkan tidak mau bekerja-sama dengan bangsa Mongol. Selama masih ada bangsa Mongol, aku tidak akan membuka perusahaanku lagi. Aku juga tidak tahu di mana Ci Giok Phang sekarang" Bahkan sekali pun aku mengetahuinya, aku tidak akan menunj ukkan pada kalian.
Perbuatan itu sungguh merendahkan leluhur kita!" kata Beng Teng dengan gagah.
Tiba-tiba wajah An Tak berubah kehijau-hijauan karena marah.
"Hm! Rupanya kau tidak ingin menjadi orang kaya, kau malah kau memilih mati!" kata An Tak.
"Saudara Beng jika kau mau bertindak, kau harus melihat gelagat dulu," kata Chu Tay Peng dengan sabar.
"Apa kau tidak pernah mendengar, di mana-mana pasukan Mongol berhasil mengalahkan musuh-musuhnya" Selain mengalahkan bangsa Kim, dia juga akan merebut kekuasaan dari tangan Kerajaan Song. Jenderal Mongol itu baik padamu. Maka itu dia menawarkan rejeki kepadamu.
Tetapi jika kau menolak ajakan itu, kami akan bertindak.
Jika sampai terjadi pertarungan di antara kita, sudah tentu kita tidak bisa ingat hubungan baik kita lagi!"
Jenderal Mongol di Lok-yang sudah tahu bagaimana kemampuan Beng Teng, maka itu dia berusaha akan menarik Beng Teng ke pihaknya. Maka itu An Tak bersama kawankawannya diminta untuk membujuk Beng Teng.
1002 Sampai saat itu mereka belum berani melakukan kekerasan kepada Beng Teng.
"Hm! Sudah jangan banyak bicara lagi! Pikirkan baikbaik olehmu. Jika menurut kau pasti kaya, tapi jika tidak maka nyawamupun akan melayang!" kata An Tak tidak sabar.
"Hm! Bagi seorang lelaki sejati, jika harus mati lalu apa yang harus dipikirkan lagi?" kata Beng Teng dengan gagah.
An Tak gusar bukan kepalang. Dia langsung
mengibaskan senjata andalannya yaitu kipas besi.
Saat itu Chu Tay Peng sudah langsung memberi komando pada kawan-kawannya.
"Cepat kalian cari Ci Giok Phang! Beng Teng tidak akan lolos dari tangan kami!" kata Chu Tay Peng.
"Baik," kata An Tak. "Tadi kami sudah bersikap sangat sabar terhadapmu. Karena kau tidak tahu diri, jangan salahkan kami jika kami kurang sopan padamu!"
Saat itu Lo Jin Cun dan Kim Hoat sudah langsung melaksanakan perintah Chu Tay Peng. Mereka berdua langsung memeriksa kereta milik Beng Teng. Tetapi tidak lama mereka sudah kembali ke tempat itu.
"Kereta itu kosong!" kata Lo Jin Cun. "Jangan heran, mungkin Beng Teng menyembunyikannya di gubuk ini!
Lekas geledah!" kata An Tak.
"Sudah aku katakan aku tidak mengawal dia, jika kalian mau menangkapku tangkaplah. Kalian jangan
menyusahkan petani tua yang bisu dan tuli itu!" kata Beng Teng.
Semula karena Beng Teng mengira yang datang bukan An Tak dan kawan-kawannya, dia mengira akan mampu 1003
mengatasinya Tetapi melihat yang datang An Tak dan kawankawannya, dia jadi mencemaskan keselamatan petani bisu itu.
"Minggir!" bentak An Tak saat melihat Beng Teng mencoba menghalanginya masuk ke dalam gubuk. An Tak menendang pintu gubuk itu.
"Braak!" Saat itu Lo Jin Cun dan Chu Tay Peng sudah
mengepung Beng Teng yang sudah siap adu jiwa Dia tidak ingin menyusahkan petani tua itu.
"Biar mereka geledah tempat ini. Nanti sesudah mereka menemukan Ci Giok Phang baru aku adu jiwa dengan mereka!" pikir Beng Teng.
Tidak lama An Tak dan Kim Hoat sudah masuk ke dalam gubuk, lelaki tua itu sangat ketakutan. Saat An Tak bertanya orang tua itu, dia hanya ah-ah-uh-uh tidak bisa bicara.
"Dia bisu!" kata Beng Teng memberi tahu An Tak.
Beng Teng begitu kaget apalagi Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong yang ada di dalam kamar. Saat itu denyut nadi Kok Siauw Hong sudah mulai normal kembali. Tetapi Khi-kinpat-meh (Nadi) belum terbuka, maka saat gawat pun belum berlalu.
Han Pwee Eng jadi bingung bukan main.
"Jika mereka menerjang masuk ke dalam kamar ini, maka sia-sia usahaku!" pikir Han Pwee Eng.
Orang tua bisu itu tetap menghadang di depan An Tak.
Suara ah-ah-uh-uhnya terus terdengar. Dia kelihatan tenang, sekarang dia sadar, bahwa orang yang masuk ke 1004
dalam gubuknya orang-orang jahat. Tetapi sedikit pun dia tidak merasa takut.
Saat An Tak melihat tumpukan rumput di belakang rumah, dia mengeluarkan perintah.
"Periksa tumpukan rumput itu!" kata An Tak.
"Baik," kata Kim Hoat yang langsung menuju ke tumpukan rumput kering.
Tiba-tiba Beng Teng menyerang ke arah Kim Hoat sambil mendengus keras. Chu Tay Peng yang berdiri di samping Beng Teng, bergerak cepat. Melihat bahu Beng Teng bergerak, Chu Tay Peng langsung mencengkram bahu Beng Teng.
"Lebih baik kau diam!" bentak Chu Tay Peng.
Dengan terpaksa Beng Teng menangkis serangan Chu Tay Peng itu.
"Plaak!" Tubuh Chu Tay Peng bergoyang, Beng Teng pun terhuyung ke belakang tiga langkah. Tangan Beng Teng terasa sakit sekali.
Bersamaan dengan itu An Tak menggerakkan kipas besinya mengancam Beng Teng.
"Jka kau berani bergerak lagi, maka aku tidak akan sungkan-sungkan membunuhmu!" kata An Tak bengis.
Saat itu Beng Teng sudah siap adu jiwa. Mendadak terjadi sesuatu yang sungguh di luar dugaan. Ketika Kim Hoat sedang membungkukkan tubuhnya akan memeriksa rumput kering itu, tiba-tiba Kim Hoat merasakan pinggangnya kesemutan, dia jadi kehilangan keseimbangan tubuhnya. Maka tak ampun lagi Kim Hoat jatuh terlentang.
Rupanya orang tua bisu-tuli itu yang mendorong Kim Hoat.
1005

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekalipun Kim Hoat bukan jago kelas satu, tetapi dia j uga berkepandaian cukup tinggi. Jika dia bisa terdorong jatuh oleh lelaki tua itu, tentu saja membuat An Tak dan kawankawannya terkejut.
Tiba-tiba tubuh An Tak berkelebat, tahu-tahu dia sudah ada di depan lelaki tua itu. Dia arahkan ujung kipas besinya ke jalan darah lelaki tua itu sambil membentak keras.
"Siapa kau?" kata An Tak.
Menyaksikan kejadian itu Beng Teng girang bukan kepalang.
"Tidak kusangka dia ternyata pesilat tinggi. Jika aku bergabung dengannya, maka aku akan sanggup menghadapi keempat orang ini. Sekalipun tidak bisa mengalahkan mereka, tetap ada harapan." pikir Beng Teng.
Sesudah itu Beng Teng berteriak.
"Dia bisu, percuma kau bertanya padanya. Mari kita bertarung saja!" kata Beng Teng.
Lo Jin Cun membangunkan Kim Hoat, mereka
melangkah ke depan lelaki tua itu. Sesudah bisa melihat tegas tiba-tiba Lo Jin Cun berseru keras.
"Bukankah kau Kiauw Song Giam" Sudah bertahuntahun aku mencarimu. Ternyata kau bersembunyi di sini!
Di depanku kau masih berpura-pura bisu dan tuli!" kata Lo Jin Cun.
Lelaki tua itu tertawa "Aku di sini bukan untuk menghindarimu!" kata lelaki tua itu. "Sekarang kita sudah bertemu maka hutang piutang lama harus kita selesaikan!"
Baru saja Kiauw Song Giam usai bicara, Kim Hoat dan Lo Jin Cun langsung menyerang dengan pedang mereka.
1006 Melihat lawan menyerangnya dengan sigap Kiauw Song Giam meraih porok (garpu) yang ada di tumpukan rumput kering itu.
"Bagus ilmu silatmu itu!" kata Song Giam.
Dia putar garpu itu untuk menangkis pedang Lo Jin Cun dengan jurus Hoat-cau-sui-coa (Membabat rumput mencari ular). Pedang Lo Jin Cun tertangkis dengan keras hingga miring. Pada saat yang bersamaan ujung garpu atau porok itu mengarah.ke tenggorokan Kim Hoat. Buru-buru Kim Hoat menangkis ujung garpu itu. Terdengar suara nyaring.
"Trang!" Tangan Kim Hoat kesakitan.
Lo Jin Cun maju sambil membentak. "Hari ini aku harus membalas sebuah pukulanmu!" kata Lo Jin Cun.
Ujung pedang Lo Jin Cun berkelebat ke arah jalan darah Beng-khi-hiat.
Permusuhan Lo Jin Cun dengan Kiauw Song Giam terjadi sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu Lo Jin Cun merampok seorang pedagang di daerah utara yang dikawal oleh para piauw-su. Namun para piauw-su itu tidak mampu melindungi pedagang itu. Pada saat dalam bahaya muncul Kiauw Song Giam yang kebetulan lewat di tempat kejadian.
Saat bertarung dengan Kiauw Song Giam, Lo Jin Cun terkena sepuluh pukulan hingga gigi Lo Jin Cun rontok dua buah. Maka itu dalam sepuluh tahun terakhir Lo Jin Cun berlatih ilmu Pat-sian-kiamhoat (Ilmu pedang delapan dewa) dengan maksud berusaha mencari Kiauw Song Giam untuk membalas dendam.
"Hm! Sekarang kepandaian Lo Jin Cun sudah maju pesat!" pikir Kiauw Song Giam.
1007 Kiauw Song Giam tidak berani menganggap ringan lawannya Tiba-tiba Kiauw Song Giam berseru.
"Ilmu pedangmu hebat, tapi sekarang kau akan merasakan ilmu totokanku!" kata Kiauw Song Giam.
Dengan kepandaiannya yang tinggi Kiauw Song Giam mampu menggunakan garpu sebagai alat totok. Dia arah setiap jalan darah lawan dengan garpunya itu.
Lo Jin Cun kaget menyaksikan kehebatan lawannya itu, sekalipun telah mengubah serangannya, tetapi dia tetap terdesak oleh Kiauw Song Giam. Mendadak dari bagian samping Kim Hoat menyerang, tetapi serangan Kim Hoat berhasil ditangkis.
"Tang!" Pedang Kim Hoat terpental bahkan Kim Hoat pun terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah.
"An Toa-ko, orang tua ini cukup lihay!" kata Kim Hoat.
Saat Kiauw Song Giam sedang bertarung dengan Kim Hoat dan Lo Jin Cun, Beng Teng sudah menghunus golok Ciak-kimto miliknya. Dia langsung bertarung melawan An Tak dan Chu Tay Peng.
Jika satu lawan satu mungkin kepandaian Beng Teng seimbang. Tapi karena dia melawan dua orang jago silat ternama, sudah tentu dia kalah dan mulai terdesak. Sebelah mata An Tak bersinar mengawasi Beng Teng dengan penuh kebencian. Dia ingat matanya yang sebelah dicungkil nona Han ketika dikawal oleh Beng Teng. Karena tidak ada nona Han, kemarahan An Tak yang ingin membalas dendam ditimpakan kepada Beng Teng. Dia menganggap matanya yang sebelah hilang gara-gara Beng Teng yang mengawal nona Han.
1008 Sedangkan Chu Tay Peng ingin menangkap Beng Teng dalam keadaan hidup. Jika berhasil dia berjasa pada jenderal Mongol yang menyuruh mereka membujuk Beng Teng memihak pada bangsa Mongol. Saat Chu Tay Peng mendengar seruan Kim Hoat dia langsung berteriak.
"Saudara An, bantu mereka berdua. Biar aku yang menghadapi dia sendiri!" kata Chu Tay Peng.
An Tak mengundang Lo Jin Cun dan Kim Hoat, maka itu dia merasa tidak enak hati jika dia diam saja.
"Baik. Aku akan menotok jalan darah orang tua itu.
Sesudah itu baru kubantu mereka!" kata An Tak pada Chu Tay Peng.
Ilmu andalan Chu Tay Peng Tiat-sah-ciang (Pukulan pasir besi), tetapi dia juga mahir jurus Tay-kin-na-ciu (Ilmu cengkraman). Dia ingin sekali menangkap Beng Teng.
Chu Tay Peng salah duga, ternyata Beng Teng pun berilmu tinggi, hingga dia mendapat kesulitan untuk menangkap hidup-hidup lawannya. Sesudah bertarung beberapa jurus tidak berhasil, Chu Tay Peng mulai menggunakan jurus maut. Dia maju dan menyerang dengan jurus Tiat-soh-heng-kang (Rantai besi melintang di sungai).
Menghadapi jurus itu Beng Teng benar-benar kewalahan.
Dia merasakan lengannya hampir patah dicengkram oleh Chu Tay Peng, Tiba-tiba Beng Teng menjatuhkan diri, lalu bergulingan beberapa depa jauhnya Chu Tay Peng maju tetapi pada saat yang bersamaan Beng Teng
membentaknya. "Lihat golokku!" kata Beng Teng.
Beng Teng menyambitkan goloknya ke arah Chu Tay Peng. Tentu saja Chu Tay Peng tidak berani menyambut serangan itu. Buru-buru dia berkelit menghindar. Saat itu 1009
Beng Teng sudah bangun kembali. Kini di tangannya sudah memegang dua macam senjata. Tangan kiri memegang perisai, tangan kanan memegang pedang pendek.
Ketika Chu Tay Peng berkelit untuk menghindari serangan Beng Teng, golok itu menyambar ke arah An Tak.
Dengan cepat An Tak mengibaskan kipasnya menangkis golok itu.
'Tang!" Golok Beng Teng terjatuh ke lantai gubuk.
"Chu Toa-ko, hati-hati!" teriak An Tak.
Saat itu serangan Beng Teng datang. Tay Peng mencelat ke belakang untuk menghindari serangan itu.
"Saudara Beng, kau masih belum mau menyerah?" kata Chu Tay Peng. "Aku ingin tahu kau bisa tahan berapa lama. An Toa-ko, jangan cemas. Aku yakin bisa membekuk dia!"
Sekarang kedua orang itu sudah bertarung lagi dengan hebat. Perisai merupakan senjata andalan Beng Teng.
Dengan kedua macam senjata itu Beng Teng pernah melanglang buana dengan bebas. Dengan perisai dia bisa menangkis setiap senjata lawan. Dengan pedang pendeknya dia bisa menyerang lawan. Saat itu Beng Teng menyerang Chu Tay Peng dengan jurus Hoat-cau-sui-coa (Membabat rumput mencari ular). Chu Tay Peng mengelak, dan kakinya menendang jalan darah Beng Teng. Sedang Beng Teng segera menangkis tendangan itu dengan perisainya.
'Tang!" Buru-buru Chu Tay Peng melompat ke belakang. Saat melompat Beng Teng menyerang dengan pedangnya.
Ketika Chu Tay Peng sudah agak jauh dari lawan, dia 1010
memeriksa celananya. Ternyata celana Chu Tay Peng terkena tusukan pedang Beng Teng.
Menyaksikan celananya terkena pedang pendek Beng Teng, Chu Tay Peng sadar betapa lihaynya Beng Teng, maka itu sekarang Chu Tay Peng berhati-hati. Pertarungan berlangsung dengan hebat, sekarang Beng Teng berada di atas angin.
Sementara itu An Tak telah bergabung dengan Kim Hoat dan Lo Jin Cun mengeroyok Kiauw Song Giam. Namun, mereka bertiga tetap harus waspada pada setiap totokan Kiauw Song Giam yang lihay itu.
Sekalipun Kiauw Song Giam gagah tetapi karena menghadapi tiga orang lawan yang cukup lihay, lama kelamaan tenaganya terkuras juga.
Pertarungan di luar kamar Han Pwee Eng dan Kok Siauw Hong terdengar jelas membuat mereka terkejut. Saat itu keringat sebesar kacang hijau terlihat membasahi kening dan wajah Kok Siauw Hong. Napasnya mulai terdengar berat. Itu adalah saat yang paling genting. Jika saat kritis itu lewat maka tenaga Kok Siauw Hong akan pulih kemali.
Han Pwee Eng berusaha mengerahkan lwee-kangnya untuk bisa lebih cepat menembus Khi-kin-pat-meh Kok Siauw Hong.
Saat bertarung pun An Tak memperhatikan ke seluruh ruangan, malah memasang telinganya Saat itu terdengar suara napas Kok Siauw Hong yang sangat berat. Ketika dia memperhatikan kamar itu, dia lihat ada dua bayangan sosok tubuh di kamar itu.
An Tak hanya menduga Ci Giok Phang yang sedang terluka parah disembunyikan di dalam gubuk itu. Setelah melihat dua bayangan orang itu An Tak berpikir.
1011 "Di kamar itu ada teman Ci Giok Phang yang sedang mengobatinya. Jika lukanya telah sembuh, aku akan repot menghadapinya. Lebih baik aku segera masuk
membereskannya sebelum dia sembuh!" pikir An Tak Setelah berpkir begitu An Tak menyerang secara bertubitubi ke arah Kiauw Song Giam, sehingga orang itu harus melompat mundur.
"Saudara Lo dan saudara Kim, kalian tahan tua bangka ini! Aku akan masuk memeriksa kamar, nanti aku membantu kalian lagi!" kata An Tak.
Saat itu Kiauw Song Giam terdesak mundur oleh kedua kawan An Tak. Sekarang An Tak yakin kedua kawannya itu akan mampu menahan orang tua itu.
Maka berjalanlah An Tak menuju ke arah kamar yang dia lihat ada dua bayangan orang itu. Baru saja An Tak ada di depan pintu kamar, ia mendengar suara dingin mengejeknya.
"Hai Rase Liar, apakah belum cukup sebelah matamu picek" Apa kau ingin mata yang satu lagi kucungkil?" kata suara dingin ku.
Bukan main kagetnya An Tak. Tadi dia mengira yang ada di dalam kamar itu Ci Giok Phang yang sedang terluka parah. Dia tidak mengira kalau orang itu Han Pwee EngMata An Tak dicungkil oleh nona Han, maka itu dia kenal benar suara dingin itu suara nona Han. Tiba-tiba dia mundur dua langkah.
Sesudah mundur dua langka tampak An Tak tenang kembali. Ia sudah melihat jelas Han Pwee Eng sedang duduk dengan seorang pemuda yang belum diketahui siapa dia. Mereka berdua sedang menghimpun hawa murni mereka.
1012 Melihat hal itu An Tak jadi girang bukan kepalang.
"Rupanya gadis busuk itu sedang mengobati kekasihnya! Ini kesempatan baik untuk aku membalas dendam!" pikir An Tak.
An Tak menyeka keringat dingin di keningnya, lalu berjalan sambil tertawa terbahak-bahak menuju ke kamar itu.
"Nona Han, aku tidak akan mencungkil matamu, tetapi aku cuma minta kau jadi isteriku!" kata An Tak.
Tiba-tiba An Tak menggerakkan kipas besinya menotok ke arah punggung nona Han. Nona Han gusar bukan kepalang, tapi dia mencoba menahan amarahnya. Ini dia maksudkan agar dia tidak mengganggu konsentrasi Kok Siauw Hong. Saat tahu An Tak akan menotok jalan darah di punggungnya, Han Pwee Eng langsung menghunus pedang dan menangkis totokan itu.
Sebenarnya ilmu silat nona Han lebih tinggi dari An Tak, namun sebelah tangannya sedang menempel dengan tangan Kok Siauw Hong. Malah nona Han pun tidak bisa bangun, karena dia harus tetap pada posisinya semula. Itu sebabnya dia jadi kurang leluasa melakukan perlawanan.
Ketika An Tak dicungkil matanya tempo hari, An Tak belum tahu siapa Han Pwee Eng. Dia hanya mengira nona Han itu gadis biasa-biasa saja. Waktu itu kepandaian An Tak pun berada di bawah nona Han. Karena dia tidak siaga dengan mudah matanya tecungkil oleh nona Han. Oleh karena An Tak pernah dikalahkan oleh nona Han, tidak heran kalau dia jadi agak ngeri terhadap gadis ini. Padahal saat itu sangat menguntungkan dia. Tapi karena dia tidak berani maju lebih dekat, justru memberi kesempatan pada nona Han untuk bernapas.
1013 Sebelah tangan nona Han tetap membantu Kok Siauw Hong menyalurkan hawa murni, sedang tangan kanan yang memegang pedang, siap menghadapi serangan An Tak.
Nona Han menangkis setiap serangan si Rase Liar dengan tidak menoleh, dia hanya mengandalkan pendengarannya dan sambaran angin senjata lawan.
Sekalipun sedang duduk bersila karena ilmu pedang nona Han lihay sekali, dia masih mampu menangkis setiap serangan lawan. Serangan si Rase Liar dilakukan bertubitubi, tapi nona Han hanya menangkis setiap serangan itu.
Saat An Tak berada sangat dekat dengan gadis ini, tiba-tiba Han Pwee Eng menggunakan pedangnya menusuk perut si Rase Liar. Tusukan itu sangat cepat maka itu terdengar suara nyaring.
"Sreet!" Rupanya pakaian An Tak terserang pedang nona Han hingga robek, untung An Tak bisa buru-buru melompat mundur, jika tidak perutnya akan tertikam oleh pedang nona Han.
"Oh, sayang sekali!" kata Han Pwee Eng mengeluh.
Saat itu si Rase Liar An Tak terkejut bukan kepalang.
Tanpa terasa keringat dingin membasahi wajahnya. Saat dia mengawasi ke arah lawannya dia girang bukan kepalang.
"Kenapa aku bodoh sekali!" pikir An Tak. "Gadis busuk ini sedang mengerahkan lwee-kangnya mengobati kekasihnya. Pasti dia tidak bisa melawanku dengan sepenuh tenaga. Kenapa aku harus takut kepadanya" Aku harus segera membereskannya, jika tidak bisa terlambat!"
Dengan sekuat tenaga An Tak mulai melancarkan serangannya lagi. Nona Han mencoba menangkis tetapi 1014
tidak dengan sepenuh tenaga. Ini disadari oleh An Tak, maka itu dia terus menyerangnya dengan sengit.
Sekalipun lwee-kang nona Han lebih tinggi dari An Tak, saat itu nona Han sedang sibuk membantu Kok Siauw Hong. Jika dia mengerahkan seluruh kekuatannya itu akan berakibat buruk bagi Kok Siauw Hong. Maka itu nona Han tidak berani mengambil risiko.
Sekarang kelihatan nona Han mulai tertekan oleh setiap totokan yang dilakukan An Tak.
"Gadis busuk! Sekarang kau tahu bagaimana kelihayanku?" kata An Tak.
Pada saat bersamaan nona Han merasakan hawa hangat tersalur ke tubuhnya melalui telapak tangannya, ini membuat semangat nona Han bangkit. Tiba-tiba terdengar suara keras.
'Tang!" Ternyata nona Han berhasil memapas kipas besi di tangan An Tak. Sedang ujung pedang nona Han mengarah ke mata An Tak yang sebelah lagi.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan karena pedang itu tepat mengenai mata An Tak yang sebelah lagi. Seketika itu juga wajah An Tak berlumuran darah karena mata An Tak berdarah. Ia segera melompat pergi.
"Adik Eng, terima kasih," kata Siauw Hong sambil berdiri.
Saat nona Han dalam bahaya, untung jalan darah Kok Siauw Hong berhasil tertembus. Maka itu dia langsung menyalurkan lwee-kangnya ke tangan nona Han.
Nona Han pun memandang pemuda itu sambil
tersenyum manis. 1015 -o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 36 Kedua muda-mudi itu sangat girang karena mampu melewati saat-saat kritis. Sesudah saling tersenyum Han Pwee Eng berkata pada Kok Siauw Hong dengan suara perlahan.
"Sayang si Rase Liar sudah kabur! Kalau begitu mari kita keluar untuk membantu Beng Teng!" kata Han Pwee Eng.
"Benar. Kita pun harus berterima kasih pada pemilik gubuk ini," kata Kok Siauw Hong.
Saat kedua muda-mudi itu keluar, Beng Teng masih bertarung melawan Chu Tay Peng. Sedangkan Kiauw Song Giam, orang tua yang dikira bisu dan tuli itu pun sedang bertarung melawan Lo Jin Cun dan Kim Hoat. Tetapi saat itu Kiauw Song Giam sudah berada di atas angin. Tidak lama lagi orang tua ini pasti bisa mengalahkan kedua lawannya itu.
Lwee-kang Kiauw Song Giam memang lebih tinggi dibanding kedua lawannya. Setelah An Tak masuk ke dalam kamar, secara tidak langsung An Tak telah memberi kesempatan pada Kiauw Song Giam untuk mengatur napasnya, hingga akhirnya dia bisa mengungguli kedua lawannya itu.
Lo Jin Cun mengira dengan ilmu pedangnya dan dibantu oleh Kim Hoat, dia akan berhasil membalas dendam. Tidak disangka sekarang mereka malah terdesak oleh Kiauw Song Giam. Kini kelihatan Lo Jin Cun mulai cemas. Dia berharap An Tak akan keluar membantu mereka. Tapi betapa kagetnya mereka karena di dalam kamar juga terdengar suara senjata beradu. Itu tandanya An Tak mendapat lawan yang setimpal juga.
1016 Tentu saja hal itu membuat Lo Jin Cun jadi bertambah cemas. Tak lama mereka malah mendengar jeritan kesakitan dari An Tak yang keluar dengan wajah berlumuran darah. Melihat hal itu mereka kaget bukan kepalang.
"Celaka mata An Tak buta!" teriak Kim Hoat.
Sekali pun buta An Tak memiliki gin-kang tinggi. Dia langsung kabur dengan mengandalkan pendengarannya.
Pendekar Guntur 15 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Misteri Kapal Layar Pancawarna 13
^