Pencarian

Badai Awan Angin 15

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 15


"Angin kencang, cepat lari!" teriak An Tak dari luar.
Baru saja suara An Tak sirna dari dalam kamar muncul Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Betapa kagetnya Lo Jin Cun dan Kim Hoat. Saat itu pun terdengar suara bentakan Kiauw Song Giam.
"Tinggalkan senjata kalian, cepat enyah dari sini!" kata Kiauw Song Giam.
Mendadak Kiauw Song Giam menggerakkan garpunya, disusul oleh dua suara benturan keras. Ternyata dia berhasil memukul senjata kedua lawannya. Saat bergerak lagi, Lo Jin Cun dan Kim Hoat sudah ada dalam jinjingannya. Saat itu Song Giam seolah sedang menjinjing dua ekor ayam saja. Kemudian kedua orang itu dilemparkan keluar pagar gubuknya.
Sekali pun tubuhnya terlempar dan jatuh namun kedua orang itu tidak terluka Mungkin Kiauw Song Giam tidak ingin menanam permusuhan lebih dalam dengan mereka.
Begitu bangun kedua orang itu langsung kabur terbirit-birit.
Chu Tay Peng pun berniat kabur, namun dia tidak seberuntung kedua orang tadi. Saat itu nona Han segera membentak.
1017 "Srigala tua ini sangat menyebalkan, jangan biarkan dia lolos!" kata si nona.
Setelah Chu Tay Peng berhasil mendesak Beng Teng hingga mundur, dia segera lari ke arah pintu gubuk. Tibatiba sebuah bayangan melesat dan menghadang di depannya.
Ternyata itu bayangan Kok Siauw Hong yang baru sembuh. Dengan sigap Kok Siauw Hong mampu menusuk jalan darah Chu Tay Peng dan menendang ke dalam lagi.
"Tinggalkan dia dulu, kita lihat keadaan Ci Toa-ko.
Sesudah itu baru kita urus dia!" kata nona Han.
Begitu melihat Han Pwee Eng muncul tertawalah Beng Teng.
"Nona Han, tidak kusangka kau ada di sini!" kata Beng Teng. "Ah, kau juga ada di sini Kok Siauw-hiap!"
Kemudian Beng Teng mengeluarkan Ci Giok Phang dari tumpukan rumput kering. Sesudah itu dia tarik tubuh Chu Tay Peng ke tumpukan rumput kering itu.
Wajah Ci Giok Phang kelihatan pucat-pasi. Matanya tertutup rapat Ketika dia disembunyikan di bawah tumpukan rumput kering dia jadi susah bernapas. Maka itu dia pingsan.
Kiauw Song Giam memeriksa nadi Ci Giok Phang.
"Jangan cemas dia pingsan karena sesak napas ketika disembunyikan di bawah tumpukan rumput kering. Kok Siauwhiap tolong kau lancarkan aliran darahnya!" kata Kiauw Song Giam.
Saat itu Kok Siauw Hong sedang melamun.
"Aku sudah bertemu dengan Giok Phang, tapi entah di mana Giok Hian?" pikir Kok Siauw Hong. "Benarkah dia 1018
ke Kang-lam bersama Seng Liong Sen" Tahukah Ci Toa-ko tentang kepergian adiknya itu" Jika dia tidak tahu, apakah aku harus memberitahunya?"
Mendengar permintaan Song Giam, dia tersentak kaget.
"Benar aku harus segera menyadarkan Ci Giok Phang."
pikir Siauw Hong. Siauw Hong sudah tahu tentang Ci Giok Hian, Namun karena mereka telah memadu cinta bertahun-tahun, sudah tentu dia tidak bisa melupakannya begitu saja.
Segera dia gunakan Siauw-yang-sin-kang untuk melancarkan jalan darah Ci Giok Phang. Tak lama Ci Giok Phang pun sadar kembali. Saat sadar dia lihat nona Han bersama Kok Siauw Hong. Rupanya karena kaget dia tertegun dan melongo sejenak.
"Ci Kong-cu, untung ada Kok Siauw-hiap dan nona Han menolong kita. Apa kau bisa dengar kata-kataku?" kata Beng Teng.
"Terima kasih Siauw Hong, akhirnya kalian bisa bertemu juga!" kata Ci Giok Phang. "Tapi tahukah kalian ke mana perginya Giok Hian?"
Suara Giok Phang masih lemah, rupanya dia terpaksa bicara.
"Beristirahatlah dulu Ci Toa-ko," kata Kok Siauw Hong.
"Sesudah kau agak sehat baru kita bicara!"
Tiba-tiba Kiauw Song Giam berkata. "Sekarang giliranku!" kata dia.
Dia pegang tangan Ci Giok Phang yang segera memejamkan matanya dan tertidur. Song Giam
menggunakan ilmu istimewa hingga membuat Giok Phang tidur lelap, tetapi tidak membahayakan bagi Giok Phang.
1019 Dia angkat tubuh pemuda itu yang segera dibawa masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur.
"Dia akan tidur selama tiga jam. Kebetulan aku punya ginseng yang usianya sudah tua. Aku akan memasaknya, sesudah dia siuman akan kuberikan kepadanya." kata Song Giam.
Sesudah itu mereka meninggalkan kamar itu. Mereka berbuat begitu agar tidak mengganggu Giok Phang yang sedang tertidur lelap. Mereka lalu berbincang-bincang di halaman depan gubuk.
"Beberapa hari ini aku telah merepotkan Paman," kata Siauw Hong. "Tidak tahunya Paman adalah Bu-lim Cianpwee!"
"Paman, kau memiliki ilmu silat yang tinggi,"
menyambung Han Pwee Eng. "Kenapa Paman berpurapura bisu dan tuli" Bahkan Paman hidup menyendiri?"
Sambil mengelah napas Kiauw Song Giam lalu berkata.
"Aah, aku telah melakukan kesalahan pada salah satu anak buah seorang Iblis Besar. Karena sadar tidak sanggup melawan Iblis Besar itu, aku terpaksa berpura-pura tuli dan bisu untuk menghindarinya. Namun, karena kejadian malam tadi itu, aku tidak bisa menghindar lagi darinya!"
kata Kiauw Song Giam. "Paman kami akan tutup mulut dalam masalah ini, tapi bolehkah kami tahu, siapa Iblis Besar itu?" kata Kok Siauw Hong.
Kiauw Song Giam menghela napas.
"Dia jarang muncul di Tiong-goan. Jika kuberi tahupun kalian tidak akan mengetahuinya. Sebab jika kuberi tahu 1020
juga kalian tidak akan mengenalnya!" kata Kiauw Song Giam. "Maka lebih baik tidak kuberitahu!"
Han Pwee Eng tersentak. "Dia sudah muncul bahkan barangkali sudah ada di daerah sekitar sini!" kata nona Han.
Mendengar ucapan Han Pwee Eng kelihatan Song Giam sedikit kaget.
"Nona Han sudah tahu siapa dia, bahkan kau bilang orang itu sudah berkeliaran di sekitar tempat ini! Apa kau pernah bertemu dengannya?" kata Song Giam.
Kok Siauw Hong pun terkejut.
"Eh, Pwee Eng, dari mana kau tahu tentang itu"
Sebenarnya siapa Iblis Besar itu?" kata Siauw Hong.
"Justru aku ingin memohon petunjuk dari Paman Kiauw," kata si nona "Tadi aku lihat telapak tangan Ci Toako berwarna hitam. Dia terluka oleh ilmu pukulan apa?"
Sekarang Kok Siauw Hong sadar saat mendengar keterangan nona Han itu.
"Barangkali Ci Toa-ko terkena pukulan Cit-sat-ciang.
Mungkin maksud Pwee Eng Iblis Besar itu Kiong Cauw Bun!" kata Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong sadar karena dia pernah dikerjai oleh Kiong Cauw Bun, hanya saja lukanya tidak separah Ci Giok Phang. Karena Kiauw Song Giam mampu
mengobatinya, dia yakin orang tua inipun akan bisa mengobati Ci Giok Phang.
"Pasti luka Ci Toa-ko lebih parah dari lukaku," pikir Siauw Hong. "Pantas dia bilang sudah tidak bisa menghindari Iblis Besar itu"'
1021 "Rupanya kalian semua sudah tahu, maka tidak ada halangannya aku memberitahu kalian. Dulu aku terlalu usil mencampuri masalah orang lain. Tahun lalu dijalan Lo-see aku lihat ada seorang laki-laki sedang menindas seseorang.
Aku turun tangan melukai orang itu. Sesudah itu aku baru tahu bahwa dia anak buah pulau Hek-hong. Pemilik Hekhong-to itu kejam, dia suka membela anak buahnya. Jika ada yang berani menyusahkan anak buahnya, maka dia akan dibunuh tanpa ampun!" kata Kiauw Song Giam.
"Paman jangan cemas, aku siap membantu Paman agar bisa terlepas dari masalah ini," kata nona Han.
Nona Han berkata begitu karena dia pikir sahabat Kiong Mi Yun. Jika dia memohon pada nona itu, barangkali ayahnya bisa menyelesaikan masalah itu.
"Tuan Beng, di mana kau bertemu dengan Ci Toa-ko"
Bagaimana kau bisa jadi pengawalnya?" kata Kok Siauw Hong.
"Aku bertemu dia bersama seorang gadis di tengah perjalanan. Saat itu Tuan Ci sudah terluka, dia tidak bisa berjalan walau masih mengenaliku. Nona itu yang menyuruhku membawanya pulang ke Pek-hoa-kok!" kata Beng Teng.
"Siapa nama gadis itu?" tanya Siauw Hong. Di dalam benak Kok Siauw Hong berpikir. "Tidak mungkin dia Ci Giok Hian, kalau dia pasti Beng Teng kenal padanya!" pikir Siauw Hong.
"Nona itu galak sekali, dia tidak memberitahu namanya!" kata Beng Teng.
"Bagaimana galaknya nona itu?" kata Siauw Hong.
"Nona itu mengeluarkan serenceng mutiara. Karena aku kira dia ingin menjual mutiara itu, lalu kukatakan padanya 1022
saat kacau seperti ini, tidak mudah menjualnya dan mutiara itu ditaksir sekitar seribu tail emas. Tetapi saat perang seperti sekarang, mungkin sulit mencari pembelinya. Jika ada yang mau membeli pun, pasti harganya akan ditekan semurahmurahnya. Maksudku saat itu lebih baik dia tidak menjual mutiara itu. Aku katakan kepadanya, j ika dia membutuhkan sedikit uang perak, aku bersedia memberinya. 'Aku tahu kau punya usaha ekpedisi dan banyak kenal dengan para pedagang mutiara,' kata nona itu.
'Orang lain tidak bisa menjual mutiara ini, tetapi kau pasti bisa! Sekalipun separuh harga tidak jadi masalah.' Aku bilang padanya, dia tidak benar, tapi sungguh sayang mutiara seribu tail emas harus dijual begitu murah." kataku.
Setelah berhenti sejenak Beng Teng melanjutkan ceritanya
"Mendadak nona itu bilang, bahwa mutiara itu akan diserahkan kepadaku," kata Beng Teng. "Mutiara itu kata nona itu hanya sebagai uang muka untuk biaya aku mengantarkan Ci Giok Phang sampai di rumahnya. Jika Ci Giok Phang selamat, maka mutiara itu menjadi milikku, tetapi jika gagal dan di tengah jalan terjadi sesuatu atas diri Ci Kong-cu, nona itu akan membunuhku! Kata dia nyawaku untuk pengganti nyawa Ci Kong-cu. Kemudian dia serahkan serenceng mutiara itu kepadaku. Dia tidak menunggu apakah aku setuju atau tidak menjalankan tugas itu!"
Han Pwee Eng sudah tahu berapa tinggi kepandaian Beng Teng.
"Kepandaian Beng Teng cukup tinggi, tetapi nona itu begitu galak hingga berani mengancam Beng Teng, aku yakin kepandaian nona itu tinggi!" pikir nona Han.
Ketika itu Han Pwee Eng menduga siapa gadis itu. Beng Teng kelihatan murung, dia menarik napas sambil melanjutkan.
1023 "Aku sudah lama kenal dengan Ci Kong-cu, jadi sekalipun tanpa dibayar aku bersedia mengantarkan Ci Kong- cu! Saat aku menolak pemberiannya, nona itu marah-marah. Kemudian melesat pergi meninggalkan aku.
Aku coba mengejarnya, tapi tidak berhasil. Bahlan dari jauh terdengar suara nona itu. Dia menggunakan ilmu Coan-imjip-pek. 'Aku tahu kau pernah mengantar nona Han ke Yang-cou dan dibayar 2000 tail emas. Jika serenceng mutiara itu sudah cukup sebagai bayaran aku senang.
Tetapi jika kurang aku bersedia menambah biayanya.
Tetapi jika di tengah jalan terjadi sesuatu, ingat aku tidak sebaik keluarga Han! Selain mutiara itu akan kuambil kembali, nyawamu pun akan kucabut!' Nah, coba kalian bayangkan, apa nona itu tidak galak?" kata Beng Teng.
"Mungkin Beng Teng tidak kenal pada Ci Giok Hian, namun nona Ci tidak segalak itu!" pikir Kok Siauw Hong.
"Nona itu berwajah bulat, umurnya dua tahun lebih muda dariku, betul kan?" kata Han Pwee Eng.
"Benar!" kata Beng Teng.
"Ah bodoh benar aku, kenapa aku tidak menerkanya.
Dia pasti nona Kiong Mi Yun!" kata Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong salah duga, karena Kiong Mi Yun berjalan bersama Kong-sun Po, lagi pula jika Ci Giok Phang dilukai oleh ayahnya, apa mungkin nona Kiong akan membiarkannya"
Han Pwee Eng tertawa. "Sifat Kiong Mi Yun memang seperti itu... .Tetapi masalah ini malah membuat aku bingung?" kata nona Han.
"Jangan bingung, sebentar lagi pasti kita akan mengetahuinya," kata Kok Siauw Hong.
1024 "Kau benar, sesudah Ci Toa-ko sadar, kita bisa menanyakannya!" kata nona Han.
Saat itu Ci Giok Phang sudah tidur selama dua jam, sejam lagi dia akan bangun.
"Karena tidak ada yang akan kita kerjakan, mari kita tanya Chu Tay Peng!" kata nona Han.
Kok Siauw Hong mengangguk dia segera menyeret Chu Tay Peng dan membebaskan totokannya.
"Nona Han, aku pernah baik padamu maka ampunilah jiwaku," kata Chu Tay Peng.
"Pernah berbuat baik bagaimana dia padamu, Pwee Eng?" kata Kok Siauw Hong.
Han Pwee Eng tertawa geli.
"Saat aku pulang dari Pek-hoa-kok dulu, aku melewati kota Ouw-shia. Lima perkumpulan sungai Huang-hoo mengira aku ini Kiong Mi Yun, mereka berupaya mengambil perhatianku. Dia menjadi wakil mereka. Dia pernah menjamuku di rumah makan Ngih Nih Lauw." kata nona Han.
Kok Siauw Hong memang pernah mendengar tentang kejadian di rumah makan itu, tetapi dia tidak tahu siapa orang-orang itu. Sesudah mendengar keterangan nona Han, Kok Siauw Hong tertawa.
"Oh begitu! Dia membayarimu makan, tetapi dia minta agar jiwanya kau ampuni, Itu artinya kau akan rugi sekali!"
kata Siauw Hong. Chu Tay Peng kelihatan ketakutan.
"Aku tahu salah, tetapi...itu juga masalah di rumah makan itu!" kata Chu Tay Peng.
1025 "Apa maksud ucapanmu itu?" kata nona Han.
"Ketika itu Pouw Yang Hian menggunakan pukulan Huahiat-to melukai ketua Ang Kin. Untung Kong-sun Po mengobatinya. Tetapi ketua yang lain tidak ada di tempat, maka Kong-sun Po tidak menolongi mereka. Kami berusaha mencari Kong-sun Po, tapi cuma bertemu dengan nona Kiong Mi Yun. Ketika kami memohon padanya, dia berjanji akan mengundang Kong-sun Po. Tetapi kami tidak tahu apakah nona Kiong tidak bertemu atau Kong-sun Po yang tidak mau mengobati ketua itu. Mereka tidak datang lagi ke Ouw-shia!" kata Chu Tay Peng.
Sesudah mengawasi nona Han maka Chu Tay Peng pun melanjutkan ceritanya.
"Racun Hua-hiat-to harus diobati sebelum lewat setahun.
Selewat itu tidak bisa diobati lagi, kecuali kami menurut pada See-bun SouwYa. Bulan lalu kami semakin cemas, tiba-tiba muncul ayah Kiong Mi Yun. Dia minta agar kami mencarikan puterinya. Jika gagal maka kami akan dibunuhnya. Maka itu kami tidak punya pilihan, terpaksa kami harus..."
Baru sampai di sini nona Han langsung mengerti.
"Kalian lalu mencari See-bun Souw Ya dan menjadi anak buahnya..." kata nona Han.
"Apa boleh buat, karena cuma dia yang bisa mengobati kami. Kami jugajadi tidak takut lagi pada Kiong Cauw Bun karena See-bun Souw Ya akan melindungi kami," kata Chu Tay Peng.
"See-bun Souw Ya kaki tangan bangsa Mongol," kata Siauw Hong. "Jika kau bergabung dengannya itu berarti menjadi budak bangsa asing! Lelaki sejati boleh mati, tetapi jangan menjadi budak asing. Kau mengerti?"
1026 "Ya, aku mengerti" kata Chu Tay Peng. "Terima kasih atas nasihatmu itu. Aku memang telah berbuat salah!"
Apakah ucapannya itu tulus semua tidak ada yang tahu.
"Melihat kematian seperti kembali ke asal, hanya dapat dilakukan orang gagah," kata nona Han. "Mana mungkin dia bisa menjadi orang baik. Untuk apa kau menasihatinya, Kok Toa-ko?"
Sesudah itu nona Han berpikir.
"Jika kelima ketua di daerah Huang-hoo bergabung dengan Iblis Tua, itu akan menjadi malapetaka besar. Aku harus berusaha menyelamatkan mereka!" pikir nona Han.
"Kau tidak tega saudara-saudaramu celaka. Itu berarti kau masih berjiwa ksatria. Tetapi jalan yang kau tempuh itu salah! Karena itu kau menjadi pengkhianat. Padahal sebenarnya racun itu bisa disembuhkan tanpa bantuan See-bun Souw Ya!" kata Han Pwee Eng.
Mendengar noan Han bersikap lembut, Chu Tay Peng girang.
"Tolong nona beri petunjuk," kata Chu Tay Peng. "Jika saudara-saudara kami bisa diselamatkan, mana mungkin kami bersedia jadi kaki tangan pengkhianat!"
"Sekarang masih ada waktu dua tiga bulan lagi, kan?"
kata nona Han. "Benar," kata Chu Tay Peng.
"Kalau begitu masih ada waktu," kata nona Han.
"Lalu siapa yang bisa mengobati saudara-saudara kami itu?" kata Chu Tay Peng.
"Tentu saja Kong-sun Po yang kalian cari itu!" kata nona Han. "Sekarang barangkali mereka sudah ada di Kim-kee-1027
leng. Segera kau ke sana pasti kau akan bertemu dengannya!"
Walau Kok Siauw Hong cerdas tapi terlalu emosi hingga mencaci orang she Chu itu.
"Kami akan ke Kim-kee-leng, kau boleh ikut kami.
Asalkan kalian bersedia tunduk pada Bu-lim Beng-cu, aku yakin Kong-sun Po bersedia mengobati saudara-saudaramu itu!" kata Kok Siauw Hong ikut bicara.
Chu Tay Peng girang dia mengucapkan terima kasih berulang-ulang.
"Sebentar lagi Ci Toa-ko akan bangun, mari kita tengok dia!" kata Kok Siauw Hong.
Di luar gubuk hanya tinggal Chu Tay Peng dan Kiauw Song Giam karena Han Pwee Eng, Kok Siauw Hong dan Beng Teng masuk menengoki Ci Giok Phang.
Saat masuk Ci Giok Phang baru saja bangun dari tidurnya. Han Pwee Eng segera memberi obat gin-seng. Ci Giok Phang langsung meminumnya. Kelihatan dia tertegun dan sedang memikirkan sesuatu.
Han Pwee Eng tidak ingin pemuda itu berduka, dia tersenyum dan berkata.
"Ci Toa-ko tidak diduga, kita bisa bertemu di sini," kata nona Han. "Ci Toa-ko siapa yang melukaimu?"
"Lelaki tua berjubah hijau," sahut Ci Giok Phang.
"Kiranya dia," kata nona Han ternyata dia tidak salah menduga
Orang yang melukai Ci Giok Phang itu Kiong Cauw Bun. "Kenapa dia melukaimu, Toa-ko?" kata nona Han.
Sebelum Ci Giok Phang menjawab Kok Siauw Hong ikut bertanya.
1028 "Bukankah Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun bersamamu?" kata Kok Siauw Hong.
Sambil bertanya Kok Siauw Hong berpikir.
"Jika Kong-sun Po dan Mi Yun bersama Ci Toa-ko, pasti pesilat manapun tidak akan mudah melukainya. Sekalipun Kiong Cauw Bun akan mampu mereka hadapi."
"Kenapa nona Kiong membiarkan ayahnya melukaimu?"
tanya nona Han. Ci Giok Phang menghela napas panjang.
"Aaah! Padahal kami bersama-sama menerjang kepungan tentara Mongol. Kami juga berjalan bersamasama. Ketika itu kami ada di penginapan di sebuah kota kecil. Saat itulah lelaki tua berjubah hijau muncul.
Kebetulan Kong-sun Po dan Mi Yun sedang pergi. Di situ hanya aku sendirian. Mengapa orang itu melukaiku, aku juga tidak tahu?"
"Jadi tanpa bicara dulu dia langsung melukaimu?" kata nona Han.
"Dia bicara dulu denganku, dan aku tetap heran..."
Ci Giok Phang kemudian menceritakan pengalamannya.
Mereka berhasil menerjang dari kepungan tentara Mongol.
Hari itu mereka lalu bermalam di sebuah penginapan di kota kecil.
Begitu sampai dan sudah mendapat penginapan Kiong Mi Yun mengajak Kong-sun Po berbelanja pakaian baru untuk mereka. Itu sudah menjadi kebiasaan seorang nona muda. Maka itu Ci Giok Phang hanya sendirian di penginapan itu.
1029 Hari itu cuaca sangat cerah. Kong-sun Po tidak membawa payung besinya karena dia anggap kurang bebas.
Payung besi itu dia tinggalkan di penginapan.
Ci Giok Phang menunggu di penginapan. Tidak terasa haripun berubah menjelang senja.
"Terlalu mereka itu, mungkin hari ini merupakan hari pertama mereka bisajalan-jalan berduaan saja!" pikir Ci Giok Phang geli. "Terlalu aku ditinggalkan sendirian!"
Tiba-tiba Ci Giok Phang kaget karena ada suara desiran angin. Ketika diperhatikan ternyata sebuah batu kecil menerobos ke dalam kamarnya lewat jendela.
Kebetulan ketika itu Ci Giok Phang duduk dekat payung Kong-sun Po. Dia sambar payung itu dan menangkis batu yang meluncur ke arahnya itu.
'Tang!" Batu kecil itu hancur saat berbenturan dengan payung itu. Sedang tangan Ci Giok Phang pun terasa sakit.
"Plak!" Payung besi itu tanpa disadarinya jatuh ke lantai kamarnya. Betapa kagetnya pemuda she Ci ini, dia langsung menghunus pedangnya.
Tiba-tiba Ci Giok Phang mendengar suara pujian.
"Sungguh payung yang sangat istimewa!" kata suara itu. Ci Giok Phang menoleh ke kiri dan ke kanan mencari asal suara tersebut.
"Jangan takut, aku tidak akan melukaimu! Jika aku mau kau sudah mati tergeletak di lantai!" kata suara itu lagi.
Ci Giok Phang agak tenang, dia masukkan pedangnya ke sarungnya.
1030 "Siapa Lo-cian-pwee ini?" kata Ci Giok Phang.
"Jangan tanya siapa aku! Beranikah kau ikut aku" Aku ingin bicara denganmu!" kata suara itu.
"Karena merasa tidak leluasa bicara di penginapan, dia mengajakku ke suatu tempat. Jika dia akan melukaiku mungkin seperti katanya, aku sudah terluka!" pikir Ci Giok Phang.
Ci Giok Phang penasaran dia ingin tahu siapa orang itu, maka itu tanpa pikir panjang dia melompat lewat jendela dan mencelat ke atas genting penginapan itu.
Di bawah remang-remang sinar rembulan Ci Giok Phang melihat bayangan orang itu berada di sudut bagian utara.
Ci Giok Phang mengerahkan gin-kang Pat-pou-kan-siam (Delapan langkah mengejar tonggeret). Dia tidak berhasil mengejar orang itu. Ci Giok Phang hanya melihat bayangan hijau berkelebat di depannya.
Mereka kejar-kejaran sesampai di tempat yang sunyi, baru orang itu berhenti berlari. Ketika diperhatikan ternyata dia seorang lelaki tua berjubah hijau.
Ci Giok Phang memberi hormat.
"Lo Cian-pwee punya petunjuk apa, bisa dikatakan sekarang?" kata Giok Phang.
Lelaki berjubah hijau itu tidak menjawab. Dia perhatikan pemuda she Ci itu dengan seksama.
"Wajahnya tidak mirip Kong-sun Po, dia mirip ibunya!"
pikir orang tua itu. Ternyata orang itu Kiong Cauw Bun. Dia kira pemuda she Ci itu Kong-sun Po.
1031 "Benarkah ada seorang nona bernama Kiong Mi Yun bersamamu?" kata Kiong Cauw Bun.
"Benar, apa Lo Cian-pwee mencari dia?" kata Ci Giok Phang.
"Aku sudah bertemu denganmu, tidak perlu tergesagesa," kata Kiong Cauw Bun. "Tetapi ada yang akan aku tanyakan padamu."
"Mengenai apa, katakan saja," kata Ci Giok Pang.
"Kalian mau ke Kim-kee-leng, benarkah begitu?" tanya Cauw Bun.
"Benar," jawab pemuda she Ci ini. "Kami memang akan ke sana!"
Dia tidak mengetahui kalau orang tua itu ayah Kiong Mi Yun. Maka itu dia menjawab dengan jujur apa yang ditanyakannya.
Mendengar jawaban itu kening orang tua itu berkerut.
"Kau mau menemui Hong-lay-mo-li. Apa kau mengaguminya?" kata Kiong Cauw Bun lagi.
"Dia gagah dan berjiwa ksatria," kata Giok Phang setelah tertegun sejenak. "Orang gagah menghormatinya. Jika tidak demikian mana mungkin dia menjadi Bu-lim Eng-hiong bagian Utara?"
"Dia mengagumi Hong-lay Mo-li, bagaimana sikapnya jika aku panggil dia menantu" Aah, aku tidak boleh memberitahunya. Aku dengar dia berguru pada Ciu Cioh suami isteri dan mereka punya hubungan sangat erat dengan Honglaymoli. Sedangkan Ciu Cioh musuh besarku!
Jika kubiarkan dia hidup, kelak dia akan jadi bahaya bagiku!"
1032 Kiong Cauw Bun berniat membunuh pemuda yang dikiranya Kong-sun Po ini.
Kiong Cauw Bun mencari Kong-sun Po selain untuk perjodohan puterinya, tapi yang terpenting dia tahu Kongsun Po memiliki kitab racun keluarga Suang. Tetapi Kiong Cauw Bun hanya punya anak perempuan satu-satunya.
Maka itu dia harus memikirkan masa depan anaknya itu.
"Ada satu pertanyaan lagi, jawablah denganjujur!" kata Kiong Cauw Bun. "Apa kau bersedia?"
"Boan-pwee tidak pernah berbohong," kata Ci Giok Phang. Kiong Cauw Bun mengangguk.
'Bagus! Kalau begitu katakan sejujurnya, apakah kau menyukai nona Kiong Mi Yun" Apa kau dengan setulus hati akan menikahinya?" kata Kiong Cauw Bun.
Mata Ci Giok Phang terbelalak seketika itu juga.
"Bicara apa ini" Jangan-jangan orang ini pikun?" pikir Ci Giok Phang.
Tetapi dia sudah berjanji akan menjawab sejujurnya, maka Ci Giok Phang pun menjawab sesuai dengan janjinya tadi.
"Maaf, mengenai pertanyaan Lo Cian-pwee tadi, sedikit pun aku tidak pernah memikirkannya," kata Ci Giok Phang. "Aku dan nona Kiong cuma teman biasa. Aku tidak bilang suka atau tidak suka, apalagi soal menikahinya!"
Jika saja Ci Giok Phang menjelaskan hubungan Kongsun Po dengan Kiong Mi Yun, maka salah paham itu tidak perlu terjadi. Karena dia menganggap itu masalah pribadi antara Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun, dia anggap tidak pantas menceritakannya.
1033 Saat mendengar jawaban Ci Giok Phang tersebut, Kiong Cauw Bun berpikir.
"Dia tidak mencintai puteriku, kenapa dia kubiarkan hidup?" pikir orang tua ini.
Saat melihat wajah Kiong Cauw Bun berubah, Ci Giok Phang terkejut bukan kepalang.
"Apa masih ada yang akan ditanyakan oleh Lo Cianpwee?" kata Giok Phang.
"Cukup! Dan sambutlah pukulanku!" kata Kiong Cauw Bun dengan bengis.
Saat itu Kiong Cauw Bun langsung memukul. Ci Giok Phang kaget, tapi dia mengira orang tua itu ingin menjajal ilmu silatnya. Maka itu Ci Giok Phang tidak menghunus pedangnya, tapi menangkis serangan itu dengan tangan kosong.
Saat diserang dengan jurus Cit-sat-ciang seketika itu Ci Giok Phang rebah dan pingsan tidak sadarkan diri.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Masih tersedia buku-buku terbitan "MARWIN"
1. Perkawinan Khong Beng Rp 16.000.-
2. Cun Ciu Ngo Pa hard cover Rp 70.000.-
3. San Pek Eng Tay Rp 12.000.-
4. Cie Hong Kiam Rp 20.000.-
5. Riwayat Semarang Rp 60.000.-
6. Tong See Han Rp 20.000.-
7. Hari Raya Tionghoa Rp 35.000.-
8. Beng Ciang Hong In Lok 1 Rp 35.000.-
1034 9. Beng Ciang Hong In Lok 2 Rp 45.000.- juga tersedia: Po Kiam (Pedang) asli buatan He-bei (He-pei) Tiongkok Perbuah Rp 200.000.- tambah ongkos kirim.
Hubungi "Marwin" atau "Klasik" Tip. (021) 7562265 -
o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o-
Jilid Keempat BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ
Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan.
Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol).
1035 BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Diceritakan kembai oleh : marcus A.S.-
MARWIN Penerbitan & Percetakan
Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh
: Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 2005
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 37 Sesudah melukai Ci Giok Phang, Kiong Cauw Bun tercengang, karena saat keduanya mengadu pukulan, dia sadar Ci Giok Phang tidak mahir menggunakan ilmu beracun keluarga Suang. Malah pemuda itu justru menggunakan lweekang aliran lurus. Lwee-kang itu sangat berbeda dengan jurus ilmu silat aliran sesat milik keluarga Suang. Di otak Kiong Cauw Bun langsung bergolak berbagai pertanyaan yang tidak dimengerti olerhnya.
"Apakah ilmu beracun keluarga Suang sudah jatuh ke tangan orang lain?" begitu pikir Kiong Cauw Bun. "Aaah.
barangkali bocah ini bukan Kong-sun Po?"
Kiong Cauw Bun langsung menggeledah tubuh Ci Giok Phang, tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa di tubuhnya.
Dia ingin membunuh Kong-sun Po, karena pikirnya Kongsun Po menguasai ilmu racun keluarga Suang, sebab pikir Kiong Cauw Bun, jika Kong-sun Po masih hidup, kelak pemuda itu bisa menjadi ganjalan baginya. Ditambah lagi 1036
ilmu racun keluarga Suang mampu mengatasi ilmu Cit-sat-cicmg miliknya.
Sesudah tahu yang dia lukai bukan Kong-sun Po, Kiong Cauw Bun tidak jadi membunuh pemuda itu. Tiba-tiba Kiong Cauw Bun dikejutkan oleh suara seruling dari tempat jauh. Suara seruling itu disusul oleh suara siulan panjang.
"Aaah, aku tidak boleh bertemu dengan mereka!" pikir Kiong Cauw Bun.
Kiong Cauw Bun tahu orang yang meniup seruling itu ialah Bu-lim-thian-kiam Tam Yu Cong, sedang yang bersiul panjang pasti Siauw-auw-kan-kun Hwa Kok Han. Dia tahu Hwa Kok Han suami Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw, kepandaian Hwa Kok Han lebih tinggi dari isterinya.
Sedangkan Bu-lim-thiankiam Tam Yu Cong seorang pesilat tangguh dari Kerajaan Kim, kepandaiannya pun tidak di bawah kepandaian Hwa Kok Han.
Kedua orang ini sangat dihormati dan disegani oleh Kiong Cauw Bun, dia yakin jika satu lawan satu pun, mungkin dia bukan tandingan mereka. Sekarang mereka malah berdua.
Kiong Cauw Bun buru-buru kabur meninggalkan Ci Giok Phang yang terluka-parah. Dia tidak mau tahu apakah Ci Giok Phang masih hidup atau sudah mati.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Sesudah mengisahkan bagaimana dia dilukai oleh Kiong Cauw Bun yang disebut sebagai lelaki berjubah hijau. Ci Giok Phang melirik ke arah piauw-su Beng Teng.
"Aku pingsan karena terpukul oleh lelaki tua itu. Saat aku sadar aku lihat di sisiku ada Kiong Mi Yun. Dia kelihatan gugup dan kebingungan. Dia tidak tahu bagaimana menolongku. Tak lama kemudian muncul Beng 1037
Cong-piauw-thauw. Apa yang terjadi selanjutnya dia yang tahu," kata Ci Giok Phang sambil menunjuk pada Beng Teng.
Setelah mendengar keterangan dari Ci Giok Phang, nona Han Pwee Eng mengangguk mengerti.
"Pasti ayah Kiong Mi Yun salah mengenali orang. Dia kira Ci Toa-ko itu Kong-sun Po!" kata Han Pwee Eng sambil tertawa.
"Benar, mungkin begitu!" kata Ci Giok Phang. "Ketika dia muncul saat itu aku sedang duduk dekat payung milik Kong-sun Po. Pantas saja dia salah paham!"
Ci Giok Phang tetap curiga.
"Heran, kenapa dia ingin membunuh Kong-sun Po?"
kata Ci Giok Phang. "Mengenai hal itu terjadi aku juga tidak mengetahuinya,"
kata Han Pwee Eng. "Kemarin kami juga bertemu dengannya. Dia menanyakan tentang Kong-sun Po pada kami dengan melit sekali! Ketika kami katakan bahwa Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun pergi ke Kim-kee-leng, dia tidak percaya! Kelihatan dia kurang senang mendengar nama Hong-lay-mo-li kami sebut-sebut. Malah Kok Toa-ko pun dikerjainya!"
Sesudah mendengar keterangan dari Han Pwee Eng, Ci giok Phang langsung berpikir.
"Dulu mereka akan memutuskan pertunangan hingga menimbulkan badai besar. Belum beberapa bulan saja mereka sudah mesra kembali. Masalah di dunia memang sulit diduga!" pikir Ci Giok Phang ingat lelakon nona Han dan Kok Siauw Hong.
1038 Dia agak heran dan sedikit iri hati pada saat mendengar nona Han memanggil Kok Siauw Hong dengan sebutan
"Kok Toa-ko". Setelah melirik ke arah nona Han dia langsung bicara lagi.
"Mengenai semua pengalamanku sudah aku ceritakan.
Sekarang aku ingin bertanya, apakah kalian tahu ke mana adikku?" kata Ci Giok Phang.
Mendengar pertanyaan Ci Giok Phang, tentu saja Kok Siauw Hong jadi tidak enak hati. Dia berpikir sendiri.
"Apakah harus kuberi tahu dia, bahwa adiknya pergi bersama lelaki lain ke Kang-lam?" pikir Kok Siauw Hong.
"Terus-terang aku tidak bertemu dengan adikmu, tetapi aku dengar sedikit khabar tentang dia," kata Kok Siauw Hong.
"Apa yang kau ketahui tentang adikku itu?" kata Ci Giok Phang.
"Aku dengar dari Tu Si Siok, katanya Giok Hian pergi ke Kang-lam," kata Kok Siauw Hong.
Sengaja Kok Siauw Hong tidak menjelaskan apa yang diketahuinya, dia khawatir Ci Giok Phang emosi. Maksud Kok Siauw Hong, jika Ci Giok Phang bertemu dengan Tu Hok, dia bisa menanyakannya sendiri padanya.
"Memang dia bilang dia mau pulang ke Pek-hoa-kok.
Aneh sekali, kenapa dia pergi ke Kang-lam" Padahal kami tidak punya sanak di sana?" pikir Ci Giok Phang. "Entah apa alasan Giok Hian?"
Saat itu cuaca sudah terang. Ci Giok. Phang sedang termangu.
1039 "Ci Toa-ko, kau sudah mulai kelihatan sehat," kata Kok Siauw Hong, "mari kita pergi ke Kim-kee-leng bersamasama!"
"Saat ini Ci Toa-ko belum sembuh benar, jika kita ke Kimkee-leng kau bisa beristirahat dengan baik di sana." kata nona Han.
"Aku tidak akan ke sana, aku mau pulang dulu!" kata Ci Giok Phang. "Maaf aku tidak ikut bersama kalian!"
"Memang wajar jika Ci Toa-ko rindu pada rumahnya.
Tetapi dari sini ke Kim-kee-leng jaraknya lebih dekat. Lebih baik Ci Toa-ko beristirahat dulu di Kim-kee-leng, setelah sehat benar, baru pulang," kata Kok Siauw Hong.
"Jika benar adikku pergi ke Kang-lam, dia pasti singgah dulu di Pek-hoa-kok. Siapa tahu aku bisa bertemu dengannya. Aku sudah agak sehat tidak masalah aku pulang dulu!" kata Ci Giok Phang.
"Baiklah." kata nona Han. "Ci Toa-ko pulang dulu, sesudah sehat baru kau ke Kim-kee-leng, itu pun sama saja!"
Sebenarnya alasan Ci Giok Phang telah diketahui oleh nona Han. Dia tahu pemuda itu mencintai dirinya. Maka itu pemuda itu mencari alasan untuk tidak berjalan bersama-sama mereka. Sesudah itu Ci Giok Phang bangun dan coba berjalan. Ternyata bisa. Kemudian mereka keluar.
Sampai di depan Kok Siauw Hong berkata pada Kiauw Song Giam.
"Kiauw Lo Cian-pwee, maaf kami telah merepotkanmu!
Mungkin rumah ini sudah tidak layak ditempati lagi" Kiong Cauw Bun itu ayah nona Kiong Mi Yun. Aku kenal dengan nona Kiong, malah Pwee Eng dengannya seperti kakakberadik. Sekarang nona Kiong mungkin sudah ada di Kim-keeleng. Lebih baik Cian-pwee ke sana bersama kami.
1040 Di sana kita minta bantuan nona Kiong untuk menyelesaikan pertikaian Lo Cian-pwee dengan ayahnya.
Bagaimana?" kata Kok Siauw Hong.
"Baiklah, Liu Beng-cu dan suaminya orang gagah yang sudah lama kudengar namanya. Tetapi aku belum punya kesempatan bertemu dengan mereka. Sekarang kesempatan itu ada. Mengapa aku tidak mau. Sekalipun nona Kiong tidak mau membantuku, di sana rasanya lebih aman jika aku di sana!" kata Kiauw Song Giam.
"Benar," kata Kok Siauw Hong sambil tertawa.
"Sekalipun Kiong Cauw Bun dibantu oleh iblis lain, mereka tidak akan berani ke sana! Mungkin di sana sudah ada Kong-sun Po maupun nona Kiong!"
Sesudah itu diambil keputusan, Beng Teng akan mengantar Ci giok Phang ke Pek-hoa-kok yang lain ke Kimkee-leng.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Kejadian di dunia ini sulit diduga. Ketika Kiong Mi Yun bertemu dengan Kong-sun Po, sekalipun mereka sudah dijodohkan oleh orang tuanya, tetapi nona Kiong Mi Yun tidak begitu menyukai Kong-sun Po. Setelah mereka bergaul lama sekarang Kiong Mi Yun benar-benar jatuh cinta. Sekalipun nona Kiong agak jengkel oleh sikap Kongsun Po yang ketololtololan. Tetapi nona Kiong senang karena pemuda itu lugu dan jujur. Tidak heran kalau nona Kiong jatuh hati pada pemuda itu.
Seperti kata Ci Giok Hian bahwa Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun sedang berbelanja. Selesai berbelanja mereka singgah di toko pakaian. Di toko itu nona ini menemukan dua buah pakaian yang cocok dengan tubuhnya. Dia langsung ganti pakaian di toko itu. Pemilik toko pakaian itu 1041
seorang nenek. Dia meminjamkan kamarnya pada nona Kiong untuk berganti pakaian.
Saat nona Kiong keluar dari kamar, nenek itu langsung berkata, "Oh, cantiknya! Kau seperti nona pengantin saja!"
kata nenek itu. Mungkin nenek ini memuji nona Kiong karena dia menginginkan harga pakaian yang dijualnya jadi mahal.
Wajah nona Kiong berubah merah.
"Aku sudah ditunangkan dengan Kong-sun Po, tetapi pemuda itu seperti tidak mengetahuinya. Apakah perlu aku memberi tahu dia"'' pikir nona Kiong.
"Nenek, kau ngawur saja!" kata nona Kiong.
Dia menegur nenek itu tetapi sebenarnya dia girang sekali. Saat meninggalkan pulau Hek-hong, dia membawa beberapa butir emas sebesar-besar kelereng. Dia berikan sebutir pada nenek itu sebagai tanda pembayaran dua buah pakaian itu. Padahal emas itu cukup untuk ditukar dengan sepuluh buah pakaian. Sudah tentu nenek itu girang dan mengucapkan terima kasih.
Di kota kecil itu terdapat sebuah rumah makan yang letaknya di tepi sungai. Rumah makan itu cukup besar dan mewah. Saat kedua muda-mudi ini melewati rumah makan itu, mereka mencium aroma masakan yang harum.
"Hampir setengah bulan ini kita hanya makanan kering, hari ini kita bisa menikmati makanan lezat. Bagaimana kalau kita singgah di rumah makan ini?" kata nona Kiong.
"Lebih baik jangan, sekarang Ci toa-ko sedang ada di penginapan sendirian," kata Kong-sun Po memberi alasan.
"Sesudah makan nanti kita bawa makanan untuk Ci Toako, jika kita pulang dan mengajaknya ke mari itu akan 1042
sangat merepotkan, ditambah lagi kau harus membawa-bawa payungmu, juga buntalan pakaian kita! Bukankah itu tidak enak dilihat?" kata Kiong Mi Yun.
Kong-sun Po tersenyum sambil manggut.
"Baik, aku menurut saja. Tapi ingat kau jangan terlalu banyak minum arak!" kata Kong-sun Po.
"Baik," kata Kiong Mi Yun.
Mereka masuk ke rumah makan dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Ketika pelayan menghampiri, langsung mereka memesan makanan dan arak. Sesudah meneguk beberapa cawan arak Kiong Mi Yun mengajak Kong-sun Po bicara.
"Makanan dan arak di sini lebih enak dibanding di rumah makan Ngih Nih Lauw!" kata Kiong Mi Yun.
Kong-sun Po tertawa. "Karena beberapa hari kurang makan apapun akan lezat rasanya," kata Kong-sun Po.
Pada zaman Song seorang puteri hartawan tidak pernah keluar rumah. Di daerah Utara pun tidak sekolot itu, tapi mereka pun jarang keluar rumah.
Sekarang ada seorang nona cantik makan di rumah makan. Hal ini mereka anggap melanggar adat-istiadat masa itu. Tidak heran jika kehadiran mereka telah menarik perhatian semua pengunjung di rumah makan itu. Walau nona Kiong tampak santai-santai saja, tapi Kong-sun Po merasa tidak enak hati.
Saat itu Kiong Mi Yun sudah minum beberapa cawan arak, wajahnya sudah kemerahan. Hal ini jelas menambah kecantikan nona ini. Malah kelihatan nona Kiong mulai agak mabuk dan bicara.
1043 "Kong-sun Toa-ko, kau bilang ayahmu telah meninggal, benarkah begitu?"
"Ya!" kata Kong-sun Po.
"Tapi ibumu masih hidup, kan?"
"Benar, Ibuku sekarang tinggal di kelenteng Kuang-beng-si bersama beberapa Lo Cian-pwee," kata Kong-sun Po.
"Apakah ibumu pernah menceritakan tentang masa kecilmu?" tanya nona Kiong.
Kong-sun Po memang sudah tahu ayahnya itu seorang penjahat besar, masa kecilnya pun merupakan pengalaman getir baginya. Saat dia mendengar pertanyaan nona Kiong, dia mengerutkan keningnya.
"Ibuku tidak pernah cerita apa-apa. mungkin karena aku tidak pernah menanyakannya," kata Kong-sun Po.
"Kenapa?" Sesudah meneguk arak Kong-sun Po menjawab.
"Masa kecilku itu sangat menyedihkan, untuk apa aku mengungkitnya lagi!" kata Kong-sun Po.
Mendengarjawaban itu Kiong Mi Yun tertegun.
"Pengalaman masa kecil yang menyedihkan, jadi kau juga tidak tahu tentang...."
Tapi kata-kata nona Kiong tidak lanjut karena Kong Sun Po memotongnya.
"Kau sudah tahu semuanya untuk apa kita ungkit lagi soal itu?" kata Kong-sun Po.
Kiong Mi Yun tersenyum. "Yang kumaksud bukan tentang masa kecilmu itu, tapi masalah lain," kata nona Kiong sambil tersenyum.
1044 "Mengenai masalah apa?" tanya Kong-sun Po.
"Masalah....Aah, masalah....Ya, misalnya masalah yang menarik hati atau yang menggelikan," sahut nona Kiong.
Mendengar ucapan nona Kiong tergagap-gagap Kongsun Po tertegun dan keheranan.
"Biasanya dia bicara blak-blakan, kenapa dia bicara gagap dan tersendat-sendat. Kenapa dia tidak berani berterusterang?"pikir Kong-sun Po.
Melihat pemuda itu bengong, Kiong Mi Yun malah tertawa. "Kau tidak ingat?" kata si nona.
"Bukan begitu, tetapi aku tidak tahu apa maksudmu,"
kata Kong-sun Po. "Misalnya.... Misalnya ketika kau masih kecil, apakah kau punya kakak atau adik. Atau mungkin yang lebih dekat dari kakak dan adik, tetapi kau sudah lupa mengenai mereka. Apa ibumu tidak pernah bercerita?" kata nona Kiong.
Pembicaraan nona Kiong yang berputar-putar itu sebenarnya karena dia ingin tahu, apakah Kong-sun Po sudah dijodohkan dengan seseorang atau belum" Tidak heran bukan jadi jelas malah hal ini membuat pemuda itu bingung bukan main.
"Aah, nona Kiong terlalu banyak minum arak," pikir Kong-sun Po. "Pantas bicaramu makin ngawur!"
Kong-sun Po tertawa geli.
"Ci Toa-ko barangkali mengkhawatirkan keadaan kita, lebih baik kita buru-buru pulang," kata Kong-sun Po lagi.
"Aku belum puas minum, oh jadi kau takut aku mabuk ya?" kata si nona.
1045 Tiba-tiba terdengar suara gaduh.
"Tangkap pencopet! Tangkap copet!" teriak orang itu.
Salah seorang tamu di rumah makan itu dompet uangnya disambar seorang copet. Barangkali pencopet itu belum akhli, hingga ketahuan, dan terpaksa dia kabur.
Beberapa orang tamu ikut mengejar copet itu. Karena ketakutan pencopet itu melemparkan dompet yang dicurinya. Saat itu Kiong Mi Yun bangun dari kursinya.
Dia meletakkan sebutir uang emas di meja.
"Tolong kau bayar makanan kita Toa-ko, aku mau pergi dulu sebentar. Kau tunggu saja di penginapan!" kata nona Kiong.
"Dompet itu sudah kukembalikan, jangan sakiti aku!"
teriak pencopet itu. Tamu yang kehilangan dompet itu langsung menghitung uangnya, ternyata uangnya tidak berkurang. Maka itu dia berteriak pada tamu lain.
"Sudah! Sudah biarkan dia pergi!" katanya.
Kiong Mi Yun malah mengejar pencopet itu. Para tamu itu keheranan menyaksikan si nona ikut mengejar copet itu.
Kelihatan nona itu berlari cepat sekali.
Kong-sun Po kaget. Dia ingin mencegah nona Kiong, tapi sudah terlambat. Saat dia akan mengejar nona Kiong, dia ingat harus membayar dulu makanan yang mereka santap. Dia cemas sekali dan berpikir.
"Aah, karena terlalu banyak minum arak dalam keadaan mabuk Kiong Mi Yun akan membuat masalah!" pikir Kong-sun Po.
Merasa sudah tertinggal jauh Kong-sun Po akhirnya tidak jadi mengejar nona Kiong. Dia langsung berpikir.
1046 "Aku rasa dia tidak mabuk terlalu parah," pikir pemuda ini. "Tidak mungkin dia tidak bisa pulang sendiri ke penginapan. Lebih baik aku pulang seperti katamya, aku tunggu di penginapan saja!"
Kong-sun Po kembali ke penginapan. Saat sampai dia tidak melihat Ci Giok Phang di kamarnya. Tidak lama pemilik penginapan menemuinya.
"Kebetulan!" kata Kong-sun Po. "Aku akan bertanya padamu. Tuan. Ke mana perginya temanku?"
"Sebaliknya aku ingin bertanya padamu, kalian ini siapa?" kata pemilik penginapan sambil mengawasi tamunya.
"Bukankah sudah kami bilang, kami para pengungsi dari Lok-yang, mau ke selatan untuk mencari famili kami,"
jawab Kong-sun Po. Pemilik penginapan menatap pemuda itu.
"Tetapi kawanmu itu bisa melompat tinggi lewat jendela," kata pemilik penginapan. "Aku kira kalian bukan pengungsi biasa!"
"Eeh, kenapa Ci Toa-ko memperlihatkan kepandaiannya di tempat umum?" pikir Kong-sun Po dengan wajah tetap tenang.
"Dia mantan piauw-su dari Houw-wie-piauw-kiok di Lokyang, pasti mereka bisa ilmu silat. Karena tentara Mongol menyerang Lok-yang, pemilik ekpedisi itu menutup usahanya dan mengungsi. Apa dia melompat ke atas genting?" kata Kong-sun Po.
"Oh, jadi kalian bekas piauw-su?" kata pemilik penginapan itu. "Maaf, aku tidak melihat orang yang dikejarnya. Sekarang aku sudah tahu siapa kalian ini!"
1047 Semula barangkali pemilik penginapan mengira tamutamunya itu orang jahat, sesudah tahu mereka bekas piauwsu hatinya jadi lega. Sebenarnya Kong-sun Po tidak pernah berbohong, tetapi karena terpaksa kali ini dia melakukannya.
"Baiklah, akan kutunggu dia. Nanti akan kutanyakan siapa yang dikejarnya?" kata pemuda ini.
Pemilik penginapan itu kelihatan puas, dia langsung pergi. Kong-sun Po masuk ke kamar dan menguncinya.
Setelah itu dia memeriksa kamar dan melihat ada pecahan batu atau genting yang masih melekat di payung besinya.
Kong-sun Po mengerutkan dahinya.
"Hari ini aku menemukan dua kejadian aneh. Pertama Mi Yun yang pergi mengejar pencopet. Kedua, Ci Toa-ko mungkin telah bertarung dengan orang. Kemudian dia terpancing dan mengejar lawannya?" pikir Kong-sun Po.
"Aah, lebih baik aku tunggu saja sampai mereka kembali ke sini!"
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Kiong Mi Yun yang mengejar pencopet itu sudah sampai di tepi sungai, nona Kiong langsung membentak.
"Tio Keng! Apa kau tidak mau berhenti?" kata nona Kiong.
Orang itu menoleh sambil tertawa.
"Maafkan aku. Nona Kiong!" kata Tio Keng.
Mata nona Kiong mendelik ke arahnya.
"Hm! Kau tidak berguna jadi pencopet segala!"
1048 Nona Kiong mengenali Tio Keng karena orang itu pegawai ayahnya.
"Jika aku tidak berbuat begitu, bagaimana aku bisa memancingmu agar kau mau keluar dari penginapan?" kata Tio Keng.
"Mau apa kau memancingku ke luar?" kata si nona.
"Apakah Ayahku sudah sampai ke mari?" kata Kiong Mi Yun.
"Benar, To-cu sudah sampai, Nona!" kata Tio Keng.
Kiong Mi Yun kaget tetapi juga girang.
"Sekarang Ayahku ada di mana" Cepat bawa aku menemuinya!" kata si nona.
Sebelum menjawab permintaan nona itu, Tio Keng balik bertanya.
"Nona, siapa pemuda yang duduk makan bersamamu?"
kata Tio Keng. "Kenapa kau ingin tahu siapa dia?" kata si nona.
"Hm! Aku tahu!" kata Tio Keng.
"Siapa?" tanya si nona.
"Bukankah dia Kong-sun Kong-cu" Iya, kan" Nona kau tidak tahu, To-cu sedang mencarinya!" kata Tio Keng.
"Dia belum tahu siapa aku, kau jangan sembarangan memanggilnya! Tetapi Ayahku sudah tahu aku bersamanya.
Kenapa Ayah tidak datang bersamamu?" kata nona Kiong.
"To-cu tidak tahu kalian ada di rumah makan itu, dia menyuruhku mencarimu. Malah beliau juga mencari kalian ke penginapan-penginapan!" kata Tio Keng sambil tertawa.
1049 "Baik, kalau begitu aku harus segera ke penginapan menunggu Ayahku!" kata si nona.
Saat nona Kiong akan meninggalkannya, Tio Keng malah memanggilnya.
"Tunggu sebentar, nona Kiong!" kata Tio Keng.
"Kau mau bicara apa lagi, lekas katakan!" kata si nona.
"To-cu sudah mengetahui tentang kalian dari Chu Tay Peng dan kawan-kawannya. Tetapi entah dari mana ayahmu bilang kau dan Louw-ya (calon suami nona Kiong) mau ke Kim-keeleng. Maka itu di sepanjang jalan wajah To-cu jadi kurang sedap dilihat! Dia bilang kalau begitu aku takut.... takut..."
"Kau takut apa" Oh, kau takut Ayahku akan membunuh Kong-sun Po?" kata nona Kiong.
Tio Keng mengangguk mengiakan.
"Benar, malah aku takut kau juga tidak akan luput dari hukuman ayahmu! Itu sebabnya aku mencarimu dengan diamdiam untuk memberitahumu! Aku harap kau pulang ke penginapan dan jangan bersama-sama dengan Kouw-ya!
Kita lihat dulu bagaimana Kouw-ya dihukum oleh ayahmu, baru kau temui ayahmu!" kata Tio Keng.
Sesudah mendengar keterangan dari Tio Keng bukan main terkejutnya nona Kiong.
"Baik, terima kasih," kata nona Kiong. "Tetapi aku tetap harus kembali ke penginapan!"
Kiong Mi Yun langsung meninggalkan Tio Keng, karena dia khawatir ayahnya akan melukai Kong-sun Po.
Di penginapan Kong-sun Po menunggu kedatangan dua kawannya dengan cemas. Nona Kiong pergi sudah cukup 1050
lama. Ketika nona Kiong sudah kembali, Kong-sun Po sedikit lega.
"Eh, kau ini memang sering usil dan mau ikut-campur urusan orang lain saja! Apa kau berhasil mengejar pencopet itu?" kata Kong-sun Po.
"Jangan kau pedulikan pencopet itu," kata Kiong Mi Yun. "Tadi saat kau pulang apa kau bertemu dengan seseorang?"
"Tidak," jawab Kong-sun Po. "Tapi entah ke mana Ci Toako. Lihat ini!"
Dia menunjukkan payung besinya.
"Kelihatannya payungku ini terkena batu bata yang disambitkan seseorang, mungkin Ci Toa-ko mengejar orang itu!" kata Kong-sun Po menyambung ceritanya.
Kiong Mi Yun sedikit terperanjat karena tahu siapa orang yang menyambit Ci Giok Phang itu.
"Pasti orang itu Ayahku!" pikir Kiong Mi Yun.
"Mungkin Ayahku mengira Ci Toa-ko itu Kong-sun Po!"
Tetapi nona Kiong merasa canggung untuk menjelaskan bahwa orang yang dilihat oleh Ci Giok Phang itu ayahnya.
Akhirnya nona Kiong tertawa.
"Baiklah, kau tunggu di sini dulu biar aku yang mencari Ci Toa-ko!" kata nona Kiong.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil berkata.
"Tidak, kita pergi bersama-sama saja!" kata pemuda itu.
"Jangan! Jangan! Biaraku saja yang mencarinya, kau....
kau tidak boleh ikut denganku!" kata si nona.
Kong-sun Po tertegun. Dia awasi Kiong Mi Yun dengan mata terbelalak. Karena nona Kiong menolak pergi 1051
bersama, pemuda ini akhirnya menurut. Dia tetap menunggu di penginapan.
Kiong Mi Yun langsung pergi akan mencari Ci Giok Phang, dia khawatir jika bertemu dengan ayahnya akan bentrok. Dugaan nona
Kiong memang benar, tak lama sesudah sampai di luar kota dia sudah melihat Ci Giok Phang tergeletak di tepi jalan. Nona ini kaget bukan kepalang, dia papah Ci Giok Phang dengan perasaan cemas.
"Ci Toa-ko, siapa yang melukaimu" Bagaimana keadaanmu?" kata nona Kiong.
Mengetahui ada yang memapah dan bertanya Ci Giok Phang membuka matanya. Dia langsung mengenali nona Kiong. Tetapi mulutnya tidak bisa bicara. Sebenarnya Kiong Mi Yun sudah tahu, siapa yang melukai pemuda itu.
Ci Giok Phang terluka oleh pukulan Cit-sat-ciang ayahnya.
Muka Ci Giok Phang tampak kehitaman terutama di tengah kedua alisnya. Dia bertanya karena berharap Ci Giok Phang tidak parah terkena pukulan itu.
Sekarang nona Kiong sadar Ci Giok Phang terkena pukulan sangat parah, ini membuat hati nona Kiong berdebar-debar.
"Dugaanku tak salah, Ayah salah duga. Dia kira Ci Toako itu Kong-sun Toa-ko. Oh, apa yang harus kulakukan?"
pikir Kiong Mi Yun bingung.
Sekalipun nona Kiong pernah berlatih Cit-sat-ciang, namun Iwee-kangnya masih lemah, maka itu dia tidak bisa memunahkan racun pukulan itu. Nona Kiong cemas bukan kepalang, dia juga mencemaskan keselamatan Kong-sun Po. Dia bingung dan bimbang, apakah dia harus kembali memberitahu Kong-sun Po agar pergi dari penginapan, atau 1052
menolong Ci Giok Phang dulu yang keracunan. Nona Kiong yakin, setelah ayahnya tahu dia salah melukai orang, pasti dia akan mencari Kong-sun Po. Jadi keberadaan Kong-sun Po di penginapan itu sangat berbahaya. Jika dia pergi ke penginapan, bagaimana dengan Ci Giok Phang"
Ketika dada pemuda itu dia raba, dia senang karena denyut jantung pemuda itu masih berdenyut. Nona Kiong girang bukan kepalang.
"Luar biasa lwee-kang Ci Toa-ko, sekalipun telah terluka oleh pukulan Ayahku, tapi dia masih hidup dan bisa tertolong," pikir nona Kiong. "Tapi jika aku ke penginapan mencari Kong-sun Toa-ko, lalu siapa yang menjaga dia?"
Tanpa ada yang menjaga Ci Giok Phang tidak mungkin nona Kiong meninggalkan pemuda itu begitu saja.
Saat itu mendadak ada seekor kuda putih sedang dilarikan cepat sekali. Ketika diperhatikan penunggang kuda putih itu seorang nona. Nona Kiong memperhatikan penunggang kuda putih itu, dia seperti mengenalinya.
Tetapi saat itu nona Kiong sedang bingung sekali, dia jadi lupa siapa nona itu" Di mana dia pernah melihatnya"
Ditambah lagi kuda putih itu dilarikan dengan cepat, dalam sekejap saja sudah tidak kelihatan bayangannya lagi.
Sayang lari kuda itu cepat sekali dengan demikian nona Kiong tidak sempat memanggil nona yang naik kuda itu.
Tetapi tak berapa lama muncul lagi seekor kuda berlari cepat. Sekarang penunggangnya seorang pria tampan. Saat melihat Kiong Mi Yun sedang menunggui Ci Giok Phang, penunggang kuda itu melihatnya.
Segera dia turun dan menghampiri mereka.
"Eh, bukankah dia Ci Kong-cu?" kata penunggang kuda itu.
1053 Ci Giok Phang mengangguk, sedang Kiong Mi Yun girang karena ada yang kenal dengan Ci Giok Phang.
Sesudah nona Kiong bertanya pada orang itu, dia segera mengetahui bahwa orang itu bernama Beng Teng. Nona Kiong merogoh sakunya, lalu dia melemparkan serenceng mutiara ke arah Beng Teng, dan mengatakan bahwa itu sebagai biaya mengantarkan Ci Giok Phang ke Pek-hoakok. Sesudah itu nona Kiong buruburu pergi ke penginapan.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 38 Sementara itu Kong-sun Po yang ada di penginapan sendirian sedang menunggu Kiong Mi Yun dan Ci Giok Phang kembali. Hati pemuda ini cemas bukan main.
Kepergian nona Kiong sudah cukup lama. Ketika mendengar ada orang yang mengetuk pintu kamarnya perlahan-lahan, Kong-sun Po girang.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mi Yun, kau sudah kembali?" kata pemuda itu. Dia menghampiri pintu kamar akan membukakan pintu, namun saat pintu terbuka mata Kong-sun Po terbelalak. Ternyata orang itu bukan Kiong Mi Yun, tapi seorang nona yang tidak dikenalnya. Nona itu sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Begitu melihat nona yang tidak dikenalnya dia jadi heran.
"Siapa kau?" kata Kong-sun Po.
Nona itu tersenyum manis.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku, bukankah kau yang bernama Kong-sun Po?" kata nona itu.
"Benar," kata Kong-sun Po sambil mengangguk. "Mohon tanya nona ini siapa?"
1054 "Jangan banyak bertanya, kau harus segera meninggalkan tempat ini," kata nona itu.
Kong-sun Po tertegun. "Kenapa aku tidak boleh bertanya, aku..."
Nona itu mengerutkan alisnya, kelihatan dia tidak sabar ketika melihat Kong-sun Po ayal-ayalan.
"Hm! Kau terlalu rewel, tahukah kau, mertuamu ingin membunuhmu?" nona itu menjelaskan tanpa menunggu Kong-sun Po selesai bicara.
Mendengar keterangan itu Kong-sun Po terperanjat bukan kepalang. Dia tatap nona itu dengan mulut ternganga, sesaat kemudian baru bicara.
"Mana aku punya mertua" Dari mana datangnya mertuaku itu?" kata Kong-sun Po kebingungan.
Sekarang giliran nona itu yang melongo keheranan. Dia perhatikan pemuda yang ada di depannya itu.
"Sebelum kau membukakan pintu untukku, tadi kau kira aku Kiong Mi Yun, kalau begitu pasti kau bersamanya. Iya kan" Bukankah kau sekarang sedang menunggui dia di sini?" kata nona itu.
"Benar! Lalu kenapa?"
Nona itu tertawa mendengar pertanyaan itu. "Jangan bohongi aku, aku sudah tahu hubunganmu dengan Kiong Mi Yun!" kata nona itu.
Kelihatan Kong-sun Po kurang senang. "Apa maksudmu" Hubungan apa" Harap nona jangan bicara sembarangan!" kata Kong-sun Po. "Dia dan aku hanya hubungan antara kawan saja. Jika kau sedang mencarinya, silakan masuk kau tunggu dia di sini!"
1055 "Terlalu, apa dia ini sinting?" pikir Kong-sun Po. "Dia pasti kawan Mi Yun, saat melihat aku berduaan dengan Mi Yun dia salah sangka!"
Nona itu tertawa cekikikan.
"Hm! Aku tahu sekarang! Rupanya Mi Yun belum bicara terus-terang kepadamu!" kata nona itu.
"Mengenai apa?" kata Kong-sun Po bertambah heran.
"Orang tua kalian bersahabat baik, sejak kecil kalian sudah ditunangkan saat umurmu baru satu tahun, sedangkan Mi Yun baru lahir. Kemudian terjadi penyerbuan ke perkampungan Keluarga Suang. Ayah Kiong Mi Yun bersama keluargamu pindah ke seberang lautan, kalian putus hubungan. Maka itu kau tidak tahu masalah ini!" kata nona itu.
"Nona, kita tidak saling mengenal, dari mana kau tahu begitu jelas tentang hubungan keluarga kami?" kata pemuda itu kurang yakin.
"Jika aku ceritakan akan panjang sekali, sedang kau harus segera pergi dari sini, jika tidak pasti celaka!" kata nona itu.
"Baik, aku anggap kata-katamu itu benar," kata Kongsun Po, "tapi katakan, kenapa mertua lelakiku ingin membunuhku?"
"Kau tidak yakin pada ucapanku" Sesudah kau berada di Kim-kee-leng dan bertemu dengan Hong-lay-mo-li, kau akan tahu semuanya! Aku yakin Kiong Mi Yun tidak akan kemari lagi. Kunasihati kau agar jangan jalan bersamanya.
Aku tidak perlu banyak bicara, cepat kau pergi!" kata nona itu.
1056 Kemudian nona itu membalikkan tubuhnya dan
langsung pergi tanpa menghiraukan Kong-sun Po yang bengong keheranan.
"Tunggu, Nona! Aku ingin tahu, siapa ayah nona Kiong itu?" kata Kong-sun Po.
Tanpa menoleh lagi nona itu menjawab.
"Rupanya kau tidak percaya keteranganku! Nama ayah Kiong Mi Yun itu Kiong Cauw Bun! Majikan pulau Hekhong. Dia mahir ilmu Cit-sat-ciang dan Tan-ci-sin-thong.
Nah, kau puas bukan?" kata si nona.
Saat itu nona itu sudah jauh tapi dengan menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek dia berkata lagi.
"Jika kau tidak percaya pada kata-kataku, berarti kau menunggu kematian! Aku tidak mau menemanimu mati!
Oh, ya! Aku hampir lupa mengingatkanmu! Jika mau ke Kim-keeleng, kau jangan lewat jalan raya, karena Kiong Cauw Bun menunggumu di sana!" kata nona itu.
Saat itu nona itu sudah jauh sekali, hampir setengah li jauhnya. Maka itu Kong-su Po kagum oleh kepandaian nona itu.
"Dia sebaya dengan Mi Yun," pikir Kong-sun Po.
"Tetapi nona ini Iwee-kang dan gin-kangnya sangat tinggi!"
Sebenarnya Kong-sun Po kurang yakin pada keterangan nona itu, dia agak yakin karena nona itu tahu kejadian di perkampungan Keluarga Suangjuga tentang Kiong Mi Yun.
"Heran dari mana dia tahu aku dan Mi Yun akan ke Kimkee-leng" Tetapi aku yakin dia tidak bergurau. Aku tidak kenal dia, untuk apa dia bergurau denganku?" pikir Kong-sun Po.
1057 Saat Kong-sun Po masih ragu pergi atau jangan, mendadak dia mendengar dari kejauhan suara seruling dan siulan, begitu mendengar suara-suara itu Kong-sun Po girang.
"Rupanya Hwa Siok-siok (Paman Hwa) dan Tam Siok-siok datang, jadi aku tidak periu ke Kim-kee-leng dan aku akan tahu apakah benar atau bohong nona itu?" pikir pemuda ini.
Kong-sun Po dengan Tam Yu Cong dan Hwa Kok Han sering bertemu di kelenteng Luang-beng-si. Itu sebabnya dia sangat kenal pada kedua orang itu.
Kong-sun Po langsung menyambar payung besinya, dia melompat lewat jendela. Kebetulan saat itu pemilik penginapan melihatnya hingga matanya terbelalak karena kaget.
"Untung sewa kamar mereka sudah lunas, jadi aku tidak rugi," kata pemilik penginapan.
Dengan menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek Kong-sun Po memberitahu pemilik penginapan.
"Tuan, jika kedua temanku kembali, beri tahu mereka agar mereka menyusulku ke tempat tujuan. Aku menunggu mereka di sana!" kata Kong-sun Po.
Saat pemilik penginapan itu menengadah ke atas genting, dia sudah tidak melihat Kong-sun Po lagi.
"Aah, setankah dia" Begitu cepat dia menghilang?"
pikirnya. Tak lama Kong-sun Po sudah sampai di luar kota. Dia lihat Siauw-auw-kcm-kun dan Bu-lim-thian-cun sudah ada di sana.
Mereka bertemu dan girang bukan kepalang.
1058 "Aku dengar kau mengantarkan harta untuk para pejuang, dan dirampok di tengah jalan. Aku sangat mencemaskan kalian. Maka aku ke mari. Oh, ya bagaimana kau bisa ada di sini?" kata Siauw-auw-kan-kun Hwa Kok Han.
"Paman Hwa, apa kau sudah ke Lok-yang?" kata Sun Po.
"Sebenarnya aku ingin menemui Liok Pang-cu, tapi Lokyang sudah jatuh ke tangan musuh," kata Hwa Kok Han. Markas cabang di sana pun sudah musnah. Maka aku pikir mengapa aku harus ke sana" Aku bertemu Bong Cian di Ciaklo-san. Dia yang mem-beritahu aku mengenai kau telah dirampok!" kata Hwa Kok Han.
"Aku mewakili para pejuang di See-lian-san, dan berhasil merampas kembali harta itu," kata Tam Yu Cong. Ketika itu aku bertemu dengan kawanmu Kok Siauw Hong. Dia bilang kau akan ke Kim-kee-leng, Benar begitu?"
Dia senang mendengar Kok Siauw Hong ternyata selamat.
"Benar, apa kedua Siok-siok (Paman) juga mau ke sana?"
"Aku mendapat tugas menyambut Tam Siok-siokmu,"
kata Hwa Kok Han. "Ternyata dia tidak butuh bantuanku, karena semua masalah itu sudah beres dan ini semua kuketahui dari Bong Cian, maka itu aku menyusul ke mari.
Tapi karena Paman Tam mengundangku ke See Lian San, maka aku baru akan kembali setengah tahun lagi. Nanti jika kau bertemu dengan Kouw-kouwmu (Bibimu) beritahu dia tentang kepergianku ini!"
"Baik, Paman." "Aku dengar dari Siauw Hong, kau dan Ci Giok Phang terkepung musuh. Apakah dia masih bersamamu?" kata Tam Yu Cong.
1059 "Semula ya, tetapi saat kami kembali ke penginapan dia telah menghilang," kata Kong-sun Po.
"Bagaimana dia bisa menghilang?" kata Tam Yu Cong.
Melihat Kong-sun Po bingung, Hwa Kok Han berkata pada pemuda itu.
"Kau menemui masalah apa, katakan pada kami!" kata Hwa Kok Han.
"Memang, aku sedang menghadapi suatu masalah yang sangat aneh," kata Kong-sun Po.
"Katakan saja, masalah apa?" kata Tam Yu Cong.
"Aku ingin bertanya pada Paman berdua, sebenarnya siapa Kiong Cauw Bun itu"
"Kenapa kau tanyakan tentang dia?" kata Hwa Kok Han.
"Ada seseorang mengatakan, mengatakan......" ucapan Kong-sun Po tidak tuntas.
"Katakan, dia bilang apa?" kata Hwa Kok Han.
Wajah Kong-sun Po kemerah-merahan.
"Dia bilang majikan pulau itu adalah...adalah...eh punya hubungan denganku. Maka itu aku ingin tahu hal yang sebenarnya!" kata Kong-sun Po.
Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong menghela napas.
"Sebenarnya ibumu tidak ingin kau tahu masalah ini,"
kata Tam Yu Cong, "tetapi karena sekarang sudah ada orang yang memberitahumu, maka kami harus
menjelaskannya padamu, agar kau tidak bingung. Baik akan kuberitahu. Benar dia adalah mertuamu!"
Kong-sun Po kaget dan langsung bertanya.
"Kenapa Ibuku tidak pernah bilang tentang hal itu?"
1060 "Mertuamu itu orang jahat! Saat kau berumur satu tahun, ayahmu yang mempertunangkan kau dengan puterinya.Tetapi ibumu tidak setuju, itu sebabnya kau tidak diberitahu." kata Tam Yu Cong.
Kong-sun Po melongo, dia ingat semua
pertanyaanpertanyaan Kiong Mi Yun yang aneh itu.
Sekarang dia baru mengerti semuanya.
"Pantas berulang-ulang dia bertanya tentang ayahnya.
Berbagai pertanyaan dia ajukan padaku. Rupanya dia ingin tahu apakah aku tahu tentang pertunangan itu atau tidak"
Tadi di rumah makan pun samar-samar dia menanyakan masalah itu. Apa yang dia katakan memang benar. Tetapi kenapa dia mencariku hanya untuk menanyakan masalah itu?" pikir Kong-sun Po.
Saat Kong-sun Po sedang berpikir, Hwa Kok Han bertanya padanya.
"Siapa yang memberitahumu?"
"Seorang nona yang tidak kukenal," jawab pemuda itu.
Dia menceritakan tentang bentuk dan rupa nona itu.
"Apa Paman kenal dia?" tanya Kong-sun Po.
Sesudah berpikir sejenak Hwa Kok Han baru menjawab.
"Jika dari tingkatan tua mungkin aku kenal, tetapi karena dia masih muda aku tidak mengenalnya. Dari ceritamu aku kira nona itu bermaksud baik padamu!" kata Hwa Kok Han.
"Dia bilang apa lagi?" tanya Tam Yu Cong.
"Katanya Kiong Cauw Bun ingin membunuhku!" kata Kong-sun Po.
1061 "Jadi dia bilang Kiong Cauw Bun akan membunuhmu"
Sudah tentu hal itu jangan kau percaya sepenuhnya, dan boleh juga kau percayai. Sebaiknya kau ikut saja bersama kami!" kata Tan Yu Cong.
"Kiong Mi Yun dan Ci Toa-ko belum ketahuan ada di mana, masakan aku tinggalkan mereka begitu saja?" kata pemuda itu.
"Aku khawatir justru Ci Giok Phang sudah bertemu dengan Kiong Cauw Bun! Saudara Tam kebetulan kau ada di sini, mari kita singkirkan Kiong Cauw Bun si bedebah itu!" kata Hwa Kok Han.
Kong-sun Po kelihatan kaget.
"Mi Yun sangat baik padaku, jika ayahnya dibunuh bagaimana aku bisa menemuinya lagi?" pikirnya.
"Dia sudah duapuluh tahun kabur ke seberang lautan, apakah kejahatannya dulu tidak bisa kita ampuni?" kata Kong-sun Po.
Hwa Kok Han tertawa terbahak-bahak.
"Jadi kau akan memintakan ampun bagi mertuamu?"
kata Hwa Kok Han geli. Tapi sesudah itu dia berhenti tertawa dan berkata serius.
"Ibumu tidak menghendaki kau menikahi gadisnya, maka itu kau boleh menganggap dia bukan mertuamu!"
kata Hwa Kok Han. "Harap Paman jangan mentertawakan aku, aku hanya bicara mengenai masalah sebenarnya saja," kata Kong-sun Po.
"Benar, berbuat kebajikan bagi orang lain memang diperbolehkan!" kata Tam Yu Cong. "Baiklah, jika kami 1062
sudah bertemu akan kami lihat, apaka dia sudah tobat atau belum" Semua itu akan kami pertimbangkan!"
Sesudah itu mereka bertiga mengerahkan gin-kang memeriksa seputar tempat itu. Jaraknya sekitar sepuluh li persegi. Ternyata Kiong Cauw Bun tidak mereka temukan, mungkin sudah pergi.
Tetapi dalam usahanya mencari Kiong Cauw Bun, mereka memperoleh keterangan yang berharga. Mereka dengar Beng Teng telah menyewa sebuah kereta dari seorang petani. Dia membawa Ci Giok Phang pergi ke Pekhoa-kok. Keterangan itu diperoleh dari petani yang menjual keretanya pada Beng Teng.
"Sekarang legakan hatimu, Beng Teng telah mengantarkan Ci Giok Phang pulang ke rumahnya," kata Hwa Kok Han. "Sekarang kau mau ke Kim-kee-leng atau ikut bersama kami?"
Kong-sun Po tahu makna ucapan Hwa Kok Han, jika dia ikut bersama mereka, maka dia tidak perlu takut pada Kiong Cauw Bun. Tetapi Kong-sun Po justru berpendapat lain.
"Maaf, aku sudah berjanji pada Ci Toa-ko akan bertemu di Kim-kee-leng. Jadi aku tidak bisa pergi bersama Paman sekalian!" kata pemuda itu.
"Kita memang harus menepati janji, kalau begitu aku tidak memaksa. Baiklah," kata Hwa Kok Han.
"Seorang pemuda kepandaiannya perlu diasah," kata Tam Yu Cong menambahkan. "Jika tidak pernah menghadapi badai dia tidak akan maju. Tapi ingat Kiong Cauw Bun itu lihay. Aku sendiri satu lawan satu belum tentu menang! Jika kau bertemu dan bertarung dengannya, kau pasti akan terluka. Oleh karena itu jika kau akan ke 1063
Kim-kee-leng, hindari jalan raya. Kau pilih sajajalan setapak supaya tidak bertemu dengannya."
"Baik Paman Tam!"
Kong-sun Po berpikir kata-kata Tam Yu Cong hampir sama dengan ucapan nona yang memperingatinya. Sesudah itu kedua orang tua itu meninggalkan Kong-sun Po sendirian. Sesudah berada sendirian Kong-sun Po mulai bingung dan pikirannya kacau.
Sebenarnya dia berkeras ke Kim-kee-leng bukan karena Ci Giok Phang, tapi demi Kiong Mi Yun. Dia tahu Ci Giok Phang sudah diantar pulang, hatinya lega sekali. Sedang dia janji pada Kiong Mi Yun akan menunggu di penginapan.
Sekarang dia tidak ada di sana, bukankah itu ingkar janji.
"Ayahku jahat, dia mencelakai Ibuku, maka tidak heran jika Ibu sangat membenci Ayah juga kawan-kawannya!
Tetapi Mi Yun gadis yang baik, mana boleh disamakan dengan ayahnya" Tetapi Ibuku tidak setuju aku menikah dengan gadis sahabat Ayah. Bagaimana aku harus melawan kehendak Ibuku?" pikir Kong-sun Po. Hati pemuda ini benar-benar kacau.
"Bukankah almarhum Ayahku juga seorang penjahat besar" Jika orang lain menganggapku anak penjahat besar, aku harus bagaimana" Pokoknya jangan pedulikan omongan orang lain. Aku boleh tidak menikahi nona Kiong, tetapi paling tidak aku harus menganggap dia sebagai sahabat baikku agar aku tidak mengecewakannya!"
pikir Kong-sun Po. Kong-sun Po sudah berjanji akan ke Kim-kee-leng bersama Kiong Mi Yun, tetapi tadi Tam Yu Cong maupun Hwa Kok Han melarang dia mengambil jalan raya. Jika dia mengambil jalan setapak belum tentu dia akan bertemu dengan Kiong Mi Yun, maka itu terpaksa Kong-sun Po 1064
akan menunggu nona Kiong Mi Yun di dekat penginapan, karena dia berjanji akan kembali mencari Kong-sun Po ke penginapan. Baru sesudah bertemu nona itu mereka akan mengambil jalan kecil menuju ke Kimkee-leng.
Sesudah ditunggu sekian lama Kiong Mi Yun belum juga kembali.
Saat Kong-sun Po bertemu Tam Yu Cong dan Hwa Kok Han, nona Kiong sudah kembali ke penginapan. Sesudah menyerahkan Ci Giok Phang agar dikawal sampai ke Pek-hoakok, nona Kiong langsung kembali ke penginapan.
Begitu melihat nona Kiong pemilik penginapan langsung memberi tahu nona Kiong.
"Kawanmu sudah pergi, dia bilang nona langsung saja ke tempat tujuan, dia menunggu di sana!" kata pemilik penginapan.
"Aaah, pasti dia ke Kim-kee-leng?" pikir nona Kiong.
Karena penasaran Kiong Mi Yun bertanya pada pemilik penginapan.
"Kenapa dia meninggalkan aku, apakah dia bilang padamu?" kata Kiong Mi Yun.
"Dia tidak bilang apa-apa," kata pemilik penginapan.
Melihat sikap pemilik penginapan dianggap aneh, Kiong Mi Yun menyerahkan uang emas padanya.
"Kau pasti tahu sebabnya, katakan apa sebabnya dia meninggalkan aku jika kau beri tahu satu tail emas untukmu!" kata Mi Yun.
Melihat uang emas itu pemilik penginapan kelihatan terbelalak matanya.
"Terus terang kawanmu itu pergi bersama seorang nona,"
kata pemilik penginapan. 1065 Nona Kiong tertegun. "Seperti apa nona itu?"
"Dia cantik tapi tidak kulihat jelas, larinya cepat sekali!"
kata pemilik penginapan. "Sekalipun kau tidak melihat jelas, tapi potongan orang itu kau ketahui bukan" Apakah wajah nona itu bulat dan tubuhnya ramping?" kata Kiong Mi Yun.
Pemilik penginapan berpikir sejenak, baru menyahut.
"Benar begitu, barangkali nona itu kawanmu?"
"Benar, aku kenal dia!" kata Kiong Mi Yun. "Terima kasih!"
Dia tinggalkan penginapan itu. Saat itu dia ingat pada gadis yang naik kuda saat dia bersama Ci Giok Phang di tepi jalan. Ketika itu nona Kiong merasa mengenali nona itu, karena sedang bingung dia tidak ingat siapa nona itu"
Saat dia sudah mulai tenang, akhirnya dia ingat pada nona itu.
"Pasti dia nona Wan dari pulau Beng-shia-to!" pikir nona Kiong.
Pulau Beng-shia-to terletak di Tong-hay (Laut Timur), tapi letaknya berjauhan dengan Hek-hong-to. Majikan pulau itu bernama Wan Ceng Liong, dia kawan baik ayah nona Kiong. Wan Ceng Liong berilmu tinggi. Kata ayahnya, dia bisa menguasai Cit-sat-ciang juga berkat bantuan orang she Wan itu.
Puteri Wan Ceng Liong bernama Wan Say Eng. Karena puteri satu-satunya, tidak heran kalau Wan Say Eng disayang oleh ayahnya.
Wan Ceng Liong sering berkunjung ke Hek-hong-to.
Suatu hari dia datang bersama puterinya, itu lima tahun yang lalu. Usia nona Kiong saat itu sebaya dengan nona 1066
Wan, mereka baru berumur 15 tahun. Mereka hanya berkumpul selama tiga hari tiga malam. Tidak heran saat melihat nona berkuda putih itu, nona Kiong seperti mengenalinya.
"Pasti Kakak Wan, dia tahu Ayahku datang ke Tionggoan, maka itu dia suruh Kong-sun Toa-ko pergi! Dia sangat cerdas, aku rasa dia menganjurkan Kong-sun Toa-ko mengambil jalan kecil!" pikir nona Kiong.
Dugaan nona Kiong tentang Wan Say Eng memperingati Kong-sun Po tidak salah, tetapi dia heran kenapa saat di jalan dia tidak menemuinya. Nona Kiong berpikir barangkali Wan Say Eng sudah lupa padanya.
Kong-sun Po berpesan dia langsung ke tujuan, tetapi tidak memberitahu jalan mana yang dia tempuh, jalan besar atau jalan kecil" Karena itu Kiong Mi Yun mengira untuk menghindari ayahnya Kong-sun Po melewati jalan setapak, maka itu Kiong Mi Yun pun mengambil jalan kecil.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Ketika itu Kong-sun Po terus menunggu kedatangan nona Kiong di tepi jalan. Sampai hari sudah siang Kiong Mi Yun tidak muncul-muncul. Tentu saja Kong-sun Po cemas bukan main.
"Apa dia terhalang sesuatu" Atau dia sudah langsung ke Kim-kee-leng?" pikir Kong-sun Po.
Bosan menunggu akhirnya Kong-sun Po mengambil putusan kembali lagi ke penginapan. Melihat kedatangan pemuda ini pemilik penginapan memberi keterangan.
"Semalam temanmu datang, tetapi sekarang sudah pergi lagi!" katanya.
1067 "Apakah dia meninggalkan pesan?" tanya Kong-sun Po yang hatinya agak lega.
"Sekira sejam sesudah Tuan pergi, dia pulang. Langsung kusampaikan pesan Tuan kepadanya. Dia pun langsung pergi tanpa meninggalkan pesan apa-apa!" kata pemilik penginapan.
"Aku sudah berjanji akan menunggu dia di tengah jalan, pasti dia lewat jalan besar!" pikir Kong-sun Po. Setiba di tempat sepi dia kerahkan gin-kangnya untuk menyusul nona Kiong. Lari pemuda itu begitu cepat hingga membuat orang yang berlalu-lintas terkejut dan heran.
Tapi sesudah berlari cukup lama, pemuda itu belum juga berhasil menyusul nona Kiong. Ketika Kong-sun Po sudah mulai kelelahan, mendadak dia melihat bayangan seorang gadis berkelebat di rimba di tepi jalan. Kong-sun Po tertegun dia menghentikan larinya. Ketika diawasi dia mengenali nona itu yang memperingati dia agar segera meninggalkan penginapan. Dia susul nona itu.
"Eeh, kau! Kenapa kau ada di sini?" tanya pemuda itu.
Nona itu menyahut seperti Kong-sun Po menyapanya.
"Eeh kau! Kenapa kau tidak menuruti nasihatku?"
katanya. "Kau lewat jalan ini, apa kau melihat nona Kiong?" kata Kong-sun Po.
"Dia tahu ayahnya datang, jadi dia harus ikut dengan ayahnya," kata nona itu. "Jika tidak demikian, pasti dia bersembunyi! Mana berani dia lewat jalan ini?"
"Dia sudah berjanji denganku, lagipula dia bernyali besar, pasti dia lewat jalan ini!" kata Kong-sun Po.
1068 Seperti dugaan Kiong Mi Yun nona itu memang benar Wan Say Eng. Dia akhirnya tertawa.
"Oh, jadi kau mengejarnya sampai kau berkeringat.
Tidak kukira ternyata kau seorang pria sejati dan setia-kawan!" kata Wan Say Eng.
Kong-sun Po menyeka keringatnya, wajahnya berubah merah.
Wan Say Eng tertawa lagi.
"Aku jadi iba padamu, memang aku melihatnya, tetapi dia tidak lewat jalan ini," kata Wan Say Eng.
"Dia lewat jalan mana?" tanya pemuda itu.
"Saat aku lihat dia sedang berdiri di tepi jalan," kata Say Eng, "tetapi bukan mengambil jalan ini. Di samping dia ada seorang pemuda tergeletak di tepi jalan, luka pemuda itu sangat parah. Aku lihat dia sedang berusaha mengobati pemuda itu."
"Kapan?" "Semalam, saat aku pergi ke kota mencarimu di penginapan!" kata Wan Say Eng.
Kelihatan Kong-sun Po kecewa.
"Pasti dia menemukan Ci Toa-ko dalam keadaan terluka parah, lalu dia menyuruh Beng Teng mengantarkan pemuda itu ke Pek-hoa-kok, dan kembali mencariku," pikir Kong-sun Po.
"Siapa pemuda yang terluka itu?" tanya Wan Say Eng.
"Temanku marga Ci!" kata Kong-sun Po. "Apakah kalian tinggal bersama dia di penginapan?" tanya Say Eng.
1069 "Ya." "Jadi benar!" kata Say Eng.
"Apa yang benar?" tanya Kong-sun Po.
"Pasti Kiong Cauw Bun mengira pemuda itu kau! Maka dia
lukai pemuda itu!" kata Wan Say Eng.
Walau Kong-sun Po sudah menduga, tetapi dia tetap kaget.
"Setahuku Ci Toa-ko terluka parah, Beng Teng mengantarkannya ke Pek-hoa-kok. Sungguh celaka, ternyata dia terluka karena orang mengira dia itu aku!" pikir Kong-sun Po.
Wajah Kong-sun Po berkeringat.
"Bagaimana keadaan lukanya, apa kau melihatnya?"
"Aku tidak melihatnya, dia terkena pukulan Cit-sat-ciangl"
kata Wan Say Eng. Kong-sun Po sudah mendengar dari Tam Yu Cong bagaimana lihaynya pukulan Cit-sat-ciang itu. Begitu mendengar Ci Giok Phang terluka oleh pukulan itu, dia bertambah kaget.
"Menurutmu bagaimana" Apakah jiwanya bisa tertolong?" kata Kong-sun Po.
"Kecuali Iwee-kang temanmu bisa melawan Iwee-kang Kiong Cauw Bun, dia akan selamat. Sebaliknya jika tidak maka jiwanya tidak akan tertolong!" kata Wan Say Eng.
Ucapan nona Wan itu bermaksud mengatakan bahwa jiwa Ci giok Phang sulit diselamatkan.
1070 Tampak Kong-sun Po bertambah cemas.
"Tidak kusangka aku malah menyeret Ci toa-ko dalam masalah ini! Lalu aku harus bagaimana?" kata pemuda itu.
Wan Say Eng tertawa. "Lebih baik kau jangan pedulikan orang lain," kata Wan Say Eng. "Cepat pergi, jika tidak nyawamu akan melayang!"
"Terima kasih atas maksud baikmu, tapi...." Ucapan Kong-sun Po tidak tuntas.
Wan Say Eng tertawa lagi.
"Tapi hatimu masih bergelora, dan kau ingin tetap menunggu Kak Mi Yun dijalan ini, kan?" kata Wan Say Eng.
Wajah Kong-sun Po berubah merah.
"Nona jangan mentertawakan aku," kata pemuda itu.
"Kalau begitu, demi Kak Mi Yun kau harus menghindari ayahnya!" kata Wan Say Eng."Jika tidak kau akan mati dan hal itu akan menyebabkan Kak Mi Yun berduka seumur hidupnya," kata Wan Say Eng.
"Belum tentu ayah Mi Yun mampu memukulku hingga binasa?" pikir Kong-sun Po.
"Mati dan hidup itu takdir! Jika dia bermaksud membunuhku percuma saja aku menghindarinya. Nona aku belum tahu namamu, aku yakin kau kawan Mi Yun, kan?"
"Namaku Wan Say Eng, aku juga tidak tahu apakah aku ini sahabatnya atau bukan. Beberapa tahun yang lalu aku menjadi tamunya. Aku senang bermain dengannya." kata Wan Say Eng.
"Aaah, aku jadi heran," kata Kong-sun Po.
1071 "Apa yang kau herankan?" kata Wan Say Eng.
"Katamu kau kawan baiknya, tetapi kenapa ketika kau melihat dia sedang menolongi Ci Toa-ko, kau malah tidak menemuinya?".
Mendengar pertanyaan itu Wan Say Eng tertawa. "Kak Mi Yun sangat cerdik, kau tidak secerdik dia! Hingga tentang hal itu kau tidak bisa menerkanya.'" kata Wan Say Eng.
Wajah Kong-sun Po lagi-lagi merah. "Memang aku bodoh," katanya. Wan Say Eng tersenyum.
"Itu demi dirimu" kata nona Wan.
"Demi aku?" Mendadak Kong-sun Po sadar langsung berseru.
"Ooh, betul! Sekarang aku mengerti. Karena kau melihat majikan pulau Hek-hong melukai temanku, kau takut dia akan mencariku, sehingga kau tidak punya waktu untuk menemuinya...." kata Kong-sun Po.
"Masih ada satu sebab lain, tetapi jika kau tidak bisa menebaknya itu bukan berarti kau bodoh, lho!"
"Apa sebabnya?"
"Aku ingin mengadu otak dengan Kak Mi Yun. Dulu aku selalu kalah olehnya. Tetapi kali ini aku harus menang.
Terusterang aku telah menyuruh orang memberikan kuda putihku kepadanya" kata Wan Say Eng.
Sebenarnya saat bertemu pun Kong-sun Po ingin menanyakan ke mana kuda nona itu. Sekarang dia tahu kuda itu diberikan pada Mi Yun.
"Aah, aku tahu Mi Yun itu nakal, tetapi tidak tahunya nona ini jauh lebih nakal dari Mi Yun!" pikir Kong-sun Po.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1072 "Kau berikan kudamu padanya, tetapi kau sendiri tidak tahu dia mengambil jalan mana" Mana mungkin orangmu itu akan menemukan dia?" kata Kong-sun Po.
"Kau terlalu banyak bertanya, tetapi tidak apa. Orang yang kusuruh mengantarkan kudaku itu pelayannya. Yaitu pencopet yang kalian lihat di rumah makan."
"Oooh, begitu! Pantas kemarin dia tergesa-gesa mengejar pencopet itu!" kata pemuda ini.
"Tadi kau bertanya, kenapa aku mau memberikan kuda putihku padanya, kan" Semua aku lakukan agar dia berpikir, hingga permainan ini jadi lebih seru!" kata Wan Say Eng.
Kong-sun Po tetrtawa terpingkal-pingkal karena geli.
"Kenapa kau tertawa" Mentetawakan aku, seperti anak kecil saja!" kata Wan Say Eng.
"Benar, kau mirip Mi Yun, kalian seperti anak-anak!"
Tiba-tiba wajah Wan Say Eng berubah serius.
"Baik aku sekarang mau bicara serius. Aku kira sampai sekarang ayah nona Kiong belum pernah melihatmu! Aku dengar dia hanya melihatmu saat kau berumur satu tahun,"
kata Wan Say Eng. "Benar kan?"
"Benar," kata pemuda itu. "Lalu kenapa?"
"Sekarang berikan payungmu itu padaku," kata Wan Say Eng.
"Memang kenapa?"
"Dia tidak mengenalimu, namun dia tahu kau punya payung. Jika payung itu ada di tanganku, tidak masalah kau bertemu dengan dia." kata Wan Say Eng.
1073 Kong-sun Po menggelengkan kepala.
"Maaf, payung pusaka ini tidak bisa kuberikan padamu."
Kata pemuda itu. "Hm! Kau takut payung itu kuambil, kan?"
Pemuda itu menggelengkan kepalanya.
"Bukan karena itu, tapi kalau aku takut dikenali karena payung itu, maka artinya aku bernyali kecil!" kata Kong-sun Po.
"Aah, kiranya kau pemberani dan gagah. Nah, berikan payung itu padaku, boleh kan?" kata si nona.
"Aku tidak berani menerima pujianmu," kata Kong-sun Po.
Mata nona itu terbelalak.
"Kau ini bagaimana sih" Ini tidak boleh, itu tidak boleh!
Bilang saja kau tidak mau memberikan payungmu itu. Tapi sekarang... aku harap kau anggap aku sebagai temanmu, berikan payung itu padaku! Jika kau bertemu dengan ayah Mi Yun, kau lawan dia dengan tangan kosong. Dengan demikian kau tidak akan dicemoohkan bernyali kecil.
Begitu kan maumu?" Kelihatan pemuda ini jadi serba-salah.
"Ucapan seorang ksatria harus bisa dipercaya, kecuali kau anggap aku bukan temanmu!" kata nona Wan.
Ucapan nona ini membuat hati Kong-sun Po panas bukan main.
"Baik, payung ini akan kuberikan padamu!" kata Kongsun Po. Dia memberikan payung itu pada nona Wan yang diterimanya oleh nona Wan sambil tertawa.
"Terima kasih," kata nona Wan.
1074 Mendadak terdengar suara toya menyentuh tanah. Maka berkatalah Wan Say Eng.
"Sekarang aku ingin bermain-main dengan ayah Mi Yun, sementara kau menghadapinya, aku akan bersembunyi!"
kata nona Wan. "Baik," kata Kong-sun Po.
Kong-sun Po menganggap nona Wan takut pada ayah Mi Yun, maka dia mengangguk mengiakan.
"Cepat kau bersembunyi!" kata pemuda itu.
"Ingat! Menghadapi dia kau jangan menggunakan ilmu racun melawan racun!" pesan nona Wan yang menggunakan ilmu Coan-im-jip-pek.
Selang sesaat muncul seorang lelaki tua berjubah hijau, dia membawa-bawa toya yang mengkilap. Kong-sun Po langsung tahu itu pasti ayah Mi Yun. "Ci Toa-ko terluka olehnya, entah masih hidup atau sudah mati" Tetapi dia ayah Mi Yun!" pikir Kong-sun Po.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 39 Pada saat Kong-sun Po kebingungan bagaimana menghadapi Kiong Cauw Bun, lelaki berjubah hijau itu sudah berdiri di depannya. Kiong Cauw Bun terus mengamati pemuda ini dengan sorot mata tajam. Hal itu membuat bulu roma Kong-sun Po berdiri dan tubuhnya merinding. Kiong Cauw Bun seorang jago tua dunia persilatan, sekali lihat dia langsung tahu pemuda yang ada di hadapannya itu memilik Iwee-kang yang tinggi.
Kelihatan jago tua ini terperanjat.
"Dia masih muda, tetapi aku kira lwee-kangnya tinggi.
Mungkinkah dia ini Kong-sun Po?" pikir Kiong Cauw Bun.
1075 Pemuda itu berusaha menekan amarah yang ada di rongga dadanya. Dia awasi Kiong Cauw Bun dengan tajam.
"Lo Cian-pwee, Anda punya petunjuk apa?" kata Sun Po.
"Kelihatan kung-fumu lumayan, siapa gurumu?" tanya Kiong Cauw Bun.
"Boan-pwee (aku yang rendah, red) hanya berlatih kungfu biasa saja," jawab Kong-sun Po, "jika kuberitahukan padanya, itu hanya akan menghina Guruku saja!"
"Hm! Siapa kau?" bentak Kiong Cauw Bun sambil mendengus.
"Aku hanya kebetulan lewat," jawab pemuda itu. "Siapa Lo Cian-pwee?"
"Aku Kou-hun-su-cia! (Malaikat Pencabut Nyawa)"
jawab Kiong Cauw Bun dingin. "Siapapun yang bertemu denganku, pasti sial!"
"Aku punya kawan bermarga Ci, apa Lo Cian-pwee pernah bertemu dengannya?" tanya Kong-sun Po.
"Ya, aku bertemu dengannya. Dia sudah binasa oleh sebuah pukulanku!" jawab Kiong Cauw Bun.
Tanpa disadarinya, Kong-sun Po mengertakkan gigi sambil berkata dengan suara dingin.
"Hek-hong To-cu, kau dengan dia tidak bermusuhan, kenapa kau lukai dia?"
Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak.
"Jika Lo-hu membunuh orang, tidak perlu ada alasannya," kata Cauw Bun. "Kau sudah tahu siapa aku, kenapa masih bertanya" Karena itu kau harus mampus!
Cepat beri tahu namamu. Mungkin kau akan kuampuni!"
1076 "Jika kau bertanya dengan baik-baik, aku akan memberi tahumu! Seorang ksatria boleh kau bunuh tetapi tidak boleh dihina!" kata Kong-sun Po.
Wajah Kiong Cauw Bun berubah.
"Sekalipun kau tidak memberitahu, aku sudah tahu!
Terimalah pukulanku!" kata Kiong Cauw Bun.
Kiong Cauw Bun langsung menyerang, sedang Kong-sun Po pun sudah siap sejak tadi. Serangan Cauw Bun dia tangkis dengan jurus Tay-hang-pat-sek (Delapan jurus cengkraman), dia kerahkan dengan Iwee-kang yang diajarkan Beng Beng Tay-su.
"Buum!" Terdengar suara benturan keras sekali. Kong-sun Po terhuyung-huyung ke belakang tiga langkah. Tubuh Kiong Cauw Bun pun bergoyang. Saat Kiong Cauw Bun mengawasi ke arah pemuda itu, dia lihat wajahnya biasa saja. Sama sekali tidak ada gejala keracunan. Kiong Cauw Bun terkejut bukan kepalang bahkan heran luar biasa.
Kiong Cauw Bun terkenal angkuh, maka itu pada anak muda dia tidak mengerahkan tenaga sepenuhnya. Tetapi dia gunakan delapan bagian tenaganya yang beracun. Ini dilakukannya karena dia tahu pemuda ini memiliki Iweekang yang tinggi.
Saat menyerang dia yakin Kong-sun Po akan binasa, atau paling tidak pemuda itu akan terluka parah. Dia heran jangankan mati atau terluka, roboh pun anak muda itu tidak.
Dia berlatih di seberang lautan sekian lama, dia mengira kepandaiannya sudah melebihi Hong-lay-mo-li dan suaminya, juga Tam Yu Cong. Tidak tahunya baru 1077
menghadapi anak muda yang tidak dikenalnya tubuhnya sudah bergoyang.
Hal yang membuat heran, dia tidak tahu ilmu apa yang digunakan anak muda ini. Walau pengalamannya luas, tapi heran dia tidak tahu pukulan apa itu.
Ilmu Tay-hang-pat-sek itu ilmu silat milik Keluarga Suang. Ilmu ini tidak pernah diturunkan pada orang lain.
Ilmu ini ciptaan kakek Kong-sun Po dan diukir didinding ruang rahasia. Oleh karena itu hanya Kong-sun Po dan ibunya yang tahu. Kemudian ibu Kong-sun Po menurunkan ilmu itu pada Ciu Cioh.
Kong-sun Khie dan Kiong Cauw Bun sahabat baik.
Tetapi Kong-sun Khie tidak mengetahui tentang ilmu silat itu. Tidak heran jika Kiong Cauw Bun pun tidak diberitahu oleh ayah Kong-sun Po.
Sedangkan Iwee-kang yang digunakan pemuda itu, Beng Beng Tay-su yang mengajarinya. Lwee-kang itu Iwee-kang aliran Buddha. Sesudah Beng Beng Tay-su menguasai tenaga dalam itu, dia jarang berkelana. Malah dia tidak pernah menggunakan Iwee-kang itu.
Sesudah melongo sekian lama, Kiong Cauw Bun berpikir.
"Apa aku salah lihat lagi" Barangkali bocah ini bukan Kong-sun Po" Dia masih muda, tapi kepandaiannya demikian tinggi. Sepuluh tahun lagi kepandaiannya bisa berada di atasku. Aaah, aku tidak peduli apakah dia Kongsun Po atau bukan, aku harus membunuhnya!" pikir Kiong Cauw Bun.
"Bocah, terimalah pukulanku lagi!" kata Kiong Cauw Bun yang sudah berpikir matang akan membunuh pemuda ini.
1078 Tampak Kiong Cauw Bun menggerakkan tongkatnya.
Dia serang semua jalan darah Kong-sun Po yang berbahaya. Ilmu totok Kiong Cauw Bun sangat terkenal, sekali totok mampu menyerang ke tujuh jalan darah lawan.
"Sungguh kejam ilmu totokmu itu!" bentak Kong-sun Po.
Dengan cepat pemuda ini menghindar dari setiap totokan lawan, sekaligus dia melancarkan sebuah pukulan keras.
Saat masih kecil Kong-sun Po digembleng oleh tiga guru silat yang mahir. Ilmu totok dia pelajari dari ayah Honglaymo-li, ilmu totok itu bernama Keng-sin-ci-hoat (Ilmu jari mengejutkan dewa). Ilmu ini sangat tinggi hingga ilmu totok Kiong Cauw Bun sulit menembusnya.
Sayang Kong-sun Po tidak sungguh-sungguh, dia tak berani menggunakan Keng-sin-ci-hoat, padahal tenaga dalamnya kalah oleh Kiong Cauw Bun. Malah ketua pulau Hek-hong ini menyerang dengan sekuat tenaga. Maka itu Kong-sun Po agak terdesak. Saat pemuda itu melancarkan serangan, Kiong Cauw Bun menangkis dengan toyanya.
"Plaak!" Seketika itu juga pemuda itu roboh. Kiong Cauw Bun jadi bingung menerka siapa pemuda ini. Jika Kong-sun Po menggunakan Tan-sin-cihoat dia akan tahu siapa pemuda itu.
Saat dia periksa toyanya agak cacat hingga membuat Kiong Cauw Bun kaget. Tapi tiba-tiba dia tertawa.
"Hai bocah kau bisa kabur ke mana?" katanya. 1079 Saat akan roboh ke tanah, Kong-sun Po menggunakan jurus Leehi-ta-teng (Ikan lele meletik). Tetapi pada saat yang bersamaan tongkat Kiong Cauw Bun mengarah ke kepala pemuda itu. Saat itu
diduga pemuda ini akan binasa. Tiba-tiba terdengar suara seruan.
"Paman Kiong hentikan!" kata suara itu.
Wan Say Eng muncul dari dalam rimba. Melihat nona Wan muncul Kiong Cauw Bun tersentak kaget.
"Ooh, nona Wan, bagaimana kau bisa ada di sini?" kata Kiong Cauw Bun.
"Paman Kiong, kenapa kau berkelahi dengan kawanku"
Aku sedang berjalan bersamanya," kata nona Wan.
"Oh, jadi dia ini temanmu" Tadi kau bersembunyi di mana" Mengapa kau tidak segera memberitahu aku?" kata Kiong Cauw Bun. Wan Say Eng malah tertawa.
"Aku bersembunyi karena ingin melihat kung-funya!
Bagaimana menurutmu Paman Kiong, buruk atau lumayan?" kata nona Wan.
"Hm! Lumayan, sungguh lumayan. Siapa nama temanmu itu?"
"Namanya Ciu Chu Kang," kata nona Wan berbohong.
"Paman, dia tidak bersalah padamu, kenapa kau tega ingin membunuhnya?"
Kong-sun Po merasa geli karena nona Wan sembarangan saja memberinya nama. Tetapi hatinya berguncang.
"Nama kecilku Khi Ok (Kejahatan lenyap), Ibuku yang memberi nama begitu. Sekarang nona Wan memberi nama 1080
Chu Kang (Membasmi kejahatan). Khi Ok dan Chu Kang sama artinya. Eh, apa barangkali dia tidak sembarangan memberi nama padaku, tapi barangkali ada maksudnya?"
pikir Kong-sun Po. "Aneh sekali nama temanmu itu?" kata Kiong Cauw Bun. "Karena aku memandang mukamu, maka aku tidak akan membunuhnya! Tetapi kalian harus bicara terus-terang padaku!"
Wan Say Eng cemberut. "Kenapa sih. Paman Kiong begini garang! Baik, Paman mau bertanya apa?" kata nona Wan.
"Kemarin aku melukai orang, dia bilang temannya. Apa kau tahu itu?"
Sebelum menjawab Wan Say Eng balik bertanya. "Tahu apa?" kata nona Wan.
"Benar tidak kata-katanya" Lalu siapa orang itu?" kata Kiong Cauw Bun.
"Dia temanku, kenapa aku harus berbohong," kata Sun Po. Wan Say Eng tertawa,
"Aku tahu, orang itu tuan muda Pek-hoa-kok, namanya Ci Giok Phang, terus-terang dia temanku juga. Jelas karena dia temannya jadi temanku juga!" kata nona Wan.
Wan Say Eng ingin bilang, dia kenal dulu Ci Giok Phang, baru dia kenal dengan pemuda ini. Kata-kata nona Wan ini ingin membebaskan Kong-sun Po dari kesulitan.
Di balik ucapannya itu dia juga ingin menyatakan, bahwa dia dengan Kong-sun Po punya hubungan istimewa. Saat nona Wan menyebut nama Ci Giok Phang, dia heran.
1081 "Dia masih muda tapi pengetahuannya tentang Dunia Persilatan sangat luas. Dia banyak mengenal tokoh persilatan," pikir Sun Po.
Sebenarnya Kiong Cauw Bun mulai curiga dan kurang senang atas kebohongan nona ini, tapi tidak dia ungkapkan.
"Baiklah, karena kau bilang orang she Ci itu temanmu, benarkah kalian pernah bersama-sama dengan puteriku di penginapan" Apa kalian juga tinggal di sana bersamasama?"
"Tentu saja tidak, kami punya pasangan masing-masing, jadi tidak sekamar," kata Wan Say Eng.
Kemudian nona ini tersenyum malu-malu.
"Hm, nona ini pandai bersandiwara, pasti Kiong Cauw Bun akan pusing menerkanya!" pikir Kong-sun Po.
Benar saja Kiong Cauw Bun kaget dan pusing sekali.
"Jadi lelaki yang dicintai puteriku itu orang she Ci yang aku lukai, bukan Kong-sun Po. Aah, masa bodoh! Yang penting aku harus lalui jejak puteriku pergi ke mana dia!"
pikir Kiong Cauw Bun. "Kau tahu ke mana puteriku pergi?"
"Tentu aku tahu, Kak Mi Yun akan ke Kim-kee-leng, bahkan aku juga tahu jalan yang dilaluinya," kata nona Wan. "Ke mana?"
"Ke sana!" kata nona Wan sambil menunjuk ke arah barat. "Dia mengambil jalan kecil, cepat Paman kejar dia!"
kata nona Wan. Dia tatap Wan Say Eng dengan tajam. "Benarkah" Kau tidak membohongiku?" kata Kiong Cauw Bun menegaskan.
1082 "Kalau Paman Kiong tidak percaya, ya sudah!" kata nona Wan manja. "Malah Tio Keng pelayanmu juga sedang menuju ke jalan itu! Paman boleh mengejarnya, dalam sejam kau akan bertemu dengannya. Maka saat itu Paman akan percaya bahwa aku tidak membohongimu!"
Kiong Cauw Bun membalikkan badannya akan pergi. Itu memang yang diharapkan oleh nona Wan. Tetapi tiba-tiba Kiong Cauw Bun berbalik lagi. Ini membuat nona Wan kaget bukan kepalang.
"Ada apa lagi, Paman?" tanya si nona agak gugup sedikit.
"Aku lupa bertanya, sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan bocah she Ciu ini?" kata Kiong Cauw Bun.
Wajah nona Wan kemerah-merahan.
"Paman, kok kau masih bertanya sih! Apa Paman belum percaya?" kata nona Wan.
"Sungguh aku tidak bergurau, aku cuma ingin tahu kepastian saja!" katanya.
Rupanya yang ada di benak Kiong Cauw Bun ini sangat jahat, jika hubungan nona Wan dan pemuda itu biasa-biasa saja, dia ingin membunuh pemuda itu.
Tampak Wan Say Eng cemberut.
"Paman Kiong ini bagaimana sih" Aku tidak tahu bagaimana harus mejelaskannya pada Paman. Terus-terang aku sendiri bingung. Sebenarnya kami berdua ini apa, teman biasa atau ... Aaah, aku tidak tahulah! Tapi Ayah menyuruhku membawa dia ke pulau Beng-shia-to untuk menemuinya. Jika Paman ingin tahu lebih jelas, lebih baik Paman tanyakan saja pada Ayahku!" kata nona Wan.
1083 Kelihatan Kiong Cauw Bun agak kaget.
"Rupanya ayah nona ini ingin menjadikan pemuda ini menantunya. Apa benar begitu" Kalau begitu aku tidak boleh mengganggunya!" pikir Kiong Cauw Bun.
"Hm!" Kiong Cauw Bun mendengus dingin. "Aku telah melukai Ci Giok Phang, teman kalian. Sedangkan tadi temanmu ini ingin membuat perhitungan denganku. Oleh karena itu aku harus bertanya padanya."
Lalu dia awasi Kong-sun Po. "Saudara Ciu, apa kau masih ingin menuntut balas padaku?" kata Kiong Cauw Bun.
Buru-buru nona Wan menggoyang-goyangkan
tangannya. Tetapi Kong-sun Po yang masih gusar malah menjawab.
"Jika temanku mati dan sekarang belum bisa membalaskan sakit hatinya, kelak pasti aku akan membuat perhitungan denganmu!" kata Kong-sun Po.
Kiong Cauw Bun tertawa dingin.
"Dia terluka oleh pukulan Cit-sat-ciangku, mana mungkin dia masih hidup" Baik, aku terima tantanganmu itu!" kata Kiong Cauw Bun.
Mendadak nona Wan tertawa. Mendengar tawa itu Kiong Cauw Bun tampak keheranan. Dia tatap nona itu dengan tajam.
"Kenapa kau tertawa?" kata Kiong Cauw Bun.
"Paman Kiong jangan bicara begitu, karena aku tidak yakin dengan satu pukulan Paman akan mampu
membinasakan pemuda she Ci itu!" kata nona Wan.
"Apakah Paman melihat sendiri dia telah mati?"
1084 "Sekalipun aku tidak melihatnya, namun dia terluka oleh Cit-sat-ciangku. Aku yakin dia tidak akan bisa hidup sebulan lagi!" kata Kiong Cauw Bun.
Wan Say Eng tertawa. "Paman Kiong, kau barangkali sudah lupa. Ayahku dapat mengobati racun pukulan Cit-sat-ciang! Aku memang belum begitu mahir, namun aku juga dapat
menyelamatkannya!" kata nona Wan.
Kiong Cauw Bun langsung tahu maksud ucapan nona Wan itu. Dia langsung tertawa terbahak-bahak.
"Ha, ha, ha bagus! Bagus sekali. Dengan demikian Saudara Ci tidak harus membalas dendam lagi padaku.
Baiklah kita hapus saja permusuhan ini!?" katanya.
Sesudah itu dia membalikkan tubuhnya dengan tanpa menoleh lagi dia berlalu. Sesudah Kiong Cauw Bun pergi, Kong-sun Po berkata pada nona Wan.
"Nona Wan, aku ingin menanyakan dua hal padamu.
Aku minta kau jawab dengan jujur!" kata Kong-sun Po.
"Hm! Kau curiga aku bohong?" kata nona Wan sambil tersenyum.
"Kau beritahu jalan yang ditempuh oleh nona Kiong, bukankah kau membohongi Kiong Cauw Bun?" kata Kongsun Po. Nona Wan tersenyum.
"Aku tidak bohong!" kata si nona.
Mendengarjawaban itu Kong-sun Po terkejut bukan kepalang.
"Mi Yun menempuh jalan kecii, kau beritahu ayahnya, bukankah itu... itu..." pemuda itu gugup seketika.
1085 "Kau kelihatan gugup, jangan lupa aku sudah menghadiahkan kuda putihku padanya" Kusuruh Tio Keng memberikannya pada Kak Mi Yun!" kata nona Wan.
Sesudah berpikir sejenak dia mengangguk.
"Kau benar, karena Mi Yun naik kuda maka ayahnya tidak
akan dapat mengejarnya," kata pemuda itu.
"Kuda itu kuda jempolan," kata nona Wan. "Mana mungkin ayah Mi Yun bisa mengejarnya Nah, sekarang kau tidak perlu panik. Dia tidak akan bisa mengejar puterinya, kau juga tidak akan bisa mengejarnya. Nanti di Kim-keeleng baru kalian bertemu dengannya!"
"Mi Yun pasti selamat, maka itu aku tidak perlu tergesa gesa menyusul dia. Aku....aku..."
Wan Say Eng tersenyum. "Kau kenapa" Oh, ya tadi kau akan menanyakan satu hal lagi!" kata nona Wan. "Apa itu?"
"Benarkah kau bisa memunahkan racun Cit-sat-ciang!"
"Benar! Kau kira aku membohongi ayah Mi Yun?"
"Nona Wan maukah kau membantuku?"
"Kau ingin aku mengobati Ci toa-komu?"
"Benar, bukankah kau bilang dia itu temanmu juga?"
Wan Say Eng menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau tidak curiga aku berbohong?"
"Jadi benar kau kenal Ci Giok Phang?" kata Kong-sun Po sambil tertawa.
1086 Wan Say Eng mengangguk. "Benar, tapi aku sedikit berbohong!"
"Bohong sedikit, apa maksudmu?"
"Aku cuma kenal dengan adiknya. Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan adiknya!" kata nona Wan.
Kong-sun Po kaget juga girang.
"Kau kenal Ci Giok Hian" Dari Giok Phang aku dengar dia mau pulang, tapi kakaknya curiga dia tidak pulang.
Sesudah berpisah di rumah keluarga Han. Di mana kau bertemu dengan dia?" kata Kong-sun Po.
"Aku bertemu di kota Liu-hoo, dia jalan bersama seorang pemuda," kata nona Wan menjelaskan.
"Kota Liu-hoo! Jadi mereka akan ke Kang-lam. Apa kau kenal siapa pemuda yang menyertainya?" kata Kong-sun Po.
Kong-sun Po heran calon suami nona Ci, Kok Siauw Hong, selalu bersamanya. Tapi ia tahu Kok Siauw Hong terkena panah musuh, lalu pemuda yang bersama nona Ci itu siapa" Begitu yang ada di benak Kong-sun Po saat itu.
"Aku tahu, nama pemuda itu Seng Liong Sen, dia murid Kang-lam Bu-lim Beng-cu (Ketua Kaum Persilatan Kanglam), namanya Bun Ek Hoan!" kata nona Wan.
"Sebenarnya aku hanya kenal dengan Liong Sen, sesudah bertemu mereka di Liu-hoo, baru aku tahu nona itu bernama Ci Giok Hian!"
Pemuda ini tertegun. "Aneh sekali, bagaimana dia bisa berjalan bersama-sama Seng Liong Sen?" kata Kong-sun Po.
Wan Say Eng tertawa. 1087 "Eh, kau jangan usil urusan orang lain! Kenapa, memang nona Ci tidak boleh bersama Seng Liong Sen" Memangnya ada hubungan apa denganmu?" kata nona Wan.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya, dia bertanya begitu karena merasa aneh saja.
"Sudah kita bicarakan masalah lain saja," kata pemuda itu.
"Maukah kau mengobati Ci Giok Phang?"
Wan Say Eng tersenyum. "Kau setia kawan pada temanmu, tapi...."
"Tapi kenapa?" "Terus-terang aku bukan usil pada urusan orang lain,"
kata nona Wan. "Aku membantumu agar kau terhindar dari tangan jahat! Tahukah apa sebabnya?"
"Aku tidak tahu!" kata pemuda itu jujur.
"Itu demi Kak Mi Yun, lho!"
Pemuda itu mengangguk. "Nona Wan, menolong seseorang itu satu perbuatan yang bijaksana, aku mohon kau mau menolong Ci Giok Phang!" kata Kong-sun Po.
"Membantu sih boleh, tapi bagaimana kau membalas kebaikan itu?" tanya Wan Say Eng.
Pertanyaan nona Wan itu membuat Kong-sun Po jadi melongo. Karena jujur dan lugu, dia tidak tahu kalau membantu orang lain itu harus ada balasannya.
1088 "Ya, jika kau membantu menyelamatkan Ci Toa-ko, nanti jika kau butuh tenagaku aku akan membantumu dengan tidak menghiraukan nyawaku!" kata Kong-sun Po.
"Aku tidak butuh balasan begitu," kata nona Wan. "Aku tidak ingin sampai kau mengorbankan nyawamu."
Kong-sun Po tertegun. "Kalau begitu, bagaimana aku harus membalas budimu?"
"Aku hanya ingin kau mengabulkan satu permintaanku saja," jawab nona Wan.
"Mengenai apa?" kata Kong-sun Po.
Wan Say Eng tersenyum manis.
"Sayang sekarang belum terpikir olehku," kata nona Wan. "Nanti baru akan kuberitahukan padamu!" Pemuda itu mengerutkan keningnya.
"Aah, bagaimana jika aku tidak bisa melaksanakan permintaanmu itu?"
"Jangan resah, karena aku tidak akan menyuruhmu melakukan hal yang melanggar perikemanusiaan. Malah aku pikir kau akan mampu melaksanakannya!" kata Wan Say Eng.
Mendengar keterangan itu legalah hati Kong-sun Po.
"Baik, kalau begitu aku kabulkan!" kata dia.
Wan Say Eng tersenyum. "Bagus. Sekarang juga kita ke Pek-hoa-kok! Tapi ini akan menghalangimu untuk segera bertemu dengan Kak Mi Yun!" kata nona Wan menggoda.
Wajah Kong-sun Po langsung merah.
1089 "Nona Wan jangan bergurau. Aku akan menemanimu ke Pek-hoa-kok dulu." Kata pemuda itu.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekalipun dia berkata begitu otaknya berpikir lain.
"Aku yakin pasti Mi Yun cemas, jika sampai di Kim-keeleng dia tidak bertemu aku. Tetapi jika dia mengerti pasti dia tidak akan menyalahkan aku tidak tepat janji!" pikir Kong-sun Po.
Tiba-tiba Wan Say Eng masuk ke dalam hutan, tak lama ketika kembali di tangannya tergenggam payung pusaka milik Kong-sun Po.
"Nih, payungmu! Baik kita berangkat," kata nona Wan.
"Payung ini sudah kuberikan untukmu, lho!" kata pemuda
itu. Wan Say Eng tertawa geli.
"Hi, hi, hi, dasar bodoh! Kau kira aku sungguh-sungguh menginginkan payungmu" Terus-terang payung itu aku minta darimu agar Kiong Cauw Bun tidak mengetahui kau ini Kong-sun Po, lho!" kata nona Wan.
"Ooh, begitu!" kata Kong-sun Po sambil tersenyum.
Baru berjalan belum lama Wan Say Eng tertawa. "Saat aku bicara dengan ayah Kak Mi Yun, pasti kau curiga aku berbohong. Namun, ada satu kata-kataku yang justru tidak kau tanyakan apa aku bohong atau tidak?" kata nona Wan.
Kong-sun Po tercengang. "Kata-kata yang mana?"
"Waktu kubilang aku akan membawamu menemui Ayahku!"
1090 "Mengenai hal itu, aku tidak perlu bertanya," kata Kongsun
Po sambil tertawa. "Kenapa?" tanya si nona.
"Karena aku tahu ucapanmu itu untuk membohongi Kiong
Cauw Bun, ya kan?" Mata Wan Say Eng melirik ke arah pemuda itu.
"Oh Ya! Bagaimana kalau itu benar?"
"Nona Wan kau benar-benar pandai bergurau!" kata Kongsun Po. "Kenapa kau anggap aku bergurau?"
"Karena aku tidak kenal ayahmu, sedang ayahmu juga tidak kenal padaku. Mana mungkin kau ajak aku menemuinya?" kata pemuda ini.
"Tahukah kau kenapa aku pergi meninggalkan pulau datang ke tempat ini?" kata nona Wan.
Kong-sun Po menatap wajah nona Wan sambil
tersenyum. "Aku kira kau juga sama dengan Mi Yun, kau kabur dari rumahmu," kemudian Kong-sun Po berpikir sejenak.
"Kalian sama nakalnya, aku yakin tebakanku tidak salah, kan?"
"Jika kukatakan, ayahku yang menyuruhku mencarimu dan membawanya pulang, kau percaya tidak?" kata nona Wan.
Kong-sun Po tertawa terbahak-bahak.
1091 "Mana ada urusan seperti itu" Sudah, sudah aku harap kau jangan menggodaku terus!" kata Kong-sun Po.
Kong-sun Po sama sekali tidak mengira kalau kali ini nona Wan bicara sungguh-sungguh. Ucapan yang terakhir Kong-sun Po membuat nona Wan agak kecewa.
"Dia kira aku bergurau, di hatinya pasti dia tidak rela ikut aku pulang. Sekalipun aku berhasil menyuruh dia menepati janji ikut aku pulang, namun tidak ada gunanya."
Nona Wan jadi geli. "Kelihatannya kali ini aku akan kalah lagi dari Kak Mi Yun!"
Kejadian lima tahun yang lalu terbayang kembali olehnya. Ketika itu dia bersama ayahnya berkunjung ke Hek-hong-to. Usia nona Wan dan Mi Yun sebaya, mereka juga cocok dan sering bermain bersama-sama. Saat itu mereka baru berumur limabelas tahun. Mereka berdua dimanja oleh orang tua mereka masing-masing. Tidak heran keduanya punya sifat tidak mau saling mengalah dan selalu ingin menang sendiri.
Suatu hari nona Kiong mentertawakan nona Wan tidak bisa berdandan seperti gadis desa. Rupanya Kiong Mi Yun pernah ikut ayahnya ke daratan Tiongkok, sehingga tahu keadaan nona-nona di kota besar, sedang nona Wan tidak pernah meninggalkan pulau Beng-sia-to. Saat itu nona Wan sadar kalau nona Kiong menganggap rendah dirinya.
Suatu hari Kiong Mi Yun sadar nona Wan tidak mengerti, lalu dia menunjuk ke kolam di kolam itu ada itik sedang berenang.
"Gadis desa itu sama dengan itik yang buruk itu. Kau mengerti kan?" kata nona Kiong.
Karena kesal Wan Say Eng menangis.
1092 Suatu saat nona Kiong mengajak Wan Say Eng mengadu kungfu. Nona Wan kalah oleh nona Kiong hingga nona Kiong puas. Tapi nona Wan tidak mau kalah, dia bilang bahwa ayah nona Kiong menguasai ilmu silat Cit-sat-ciang karena diajari oleh ayahnya. Soal ini akhirnya diketahui oleh Kiong Cauw Bun dan memarahi puterinya hingga menangis. Setiap kali nona Wan selalu kalah dari nona Kiong, hal itu membuat Wan Say Eng sangat penasaran sekali. Untung mereka tidak mengingat kekalahan itu sebagai dendam. Maka tetap mereka itu bersahabat baik.
Namun, nona Wan ingin bisa mengalahkan nona Kiong.
Suatu hari Wan Say Eng berlatih ilmu Kim-sia-ciang-hoat (Ilmu pukulan pelangi emas) dengan ayahnya. Nona Wan kelihatan tidak bersemangat.
Ayah nona Wan tertawa dan menghampiri puterinya.
"Nak, bukankah kau ingin mengalahkan Mi Yun, jika kau mahir Kim-sia-ciang-hoat maka dengan mudah kau bisa mengalahkannya!" kata sang ayah. "Sebaiknya kau rajin berlatih!"
Nona Wan tetap murung. Ayahnya tertawa.
"Tidak berguna walau aku menang dari Mi Yun, karena katanya wajahku buruk! Benarkah aku buruk?" kata Wan Say Eng.
"Siapa bilang puteriku jelek?" kata ayahnya.
"Mi Yun yang bilang," sahut Wan Say Eng. Ayahnya tertawa.
"Kau tidak tahu kalau wajahmu cantik sekali," kata ayahnya. Kau lebih cantik dari dia! Ayah sering melihat nonanona lain, tapi tidak secantik kau!"
1093 "Aku tidak percaya, selain Kak Mi Yun tak ada gadis yang cantik!" kata nona Wan.
"Kau tidak percaya kau cantik" Baik, jika kau sudah menguasai ilmuku, kau boleh pesiar ke Tiong-goan. Di sana kau akan bisa membuktikan, bahwa ayahmu ini tidak bohong bahwa kau cantik!" kata ayahnya.
Selang beberapa tahun Wan Say Eng terus berlatih dengan ayahnya. Suatu hari ayahnya berkata kepadanya.
"Say Eng, tahun ini umurmu sudah 19 tahun. Iya kan?"
"Kalau ya, kenapa?"
Tapi mendadak nona Wan ingat ucapan ibunya pada ayahnya.
"Tahun ini Say Eng sudah 19 tahun, apa kau lupa dia sudah pantas dicarikan jodoh!" kata ibunya.
"Justru aku sedang memikirkannya, anak siapa yang cocok dengan puteri kita" Aku tidak ingin dia akan jadi
"sekuntum bunga yang dicocokkan di tumpukan tahi sapi","
kata ayahnya. Ibu nona Wan tertawa. "Kau terlalu memuji kecantikan puterimu sendiri," kata ibu Wan Say Eng.
Ayahnya pun tertawa. "Siapa yang memuji puteriku sendiri" Dia anak kita, kau juga bagian darinya kan?" kata ayahnya.
Ingat pembicaraan orang tuanya semalam, Wan Say Eng tampak kemerah-merahan.
"Apakah Ayah ingin aku mencari jodoh?" pikir nona Wan.
1094 Dia tidak tahu masalah di luaran, tapi dia tahu gadis seperti dia sudah harus dijodohkan dan menikah.
"Sekarang kau sudah dewasa," kata ayahnya. "Sekalipun kepandaianmu belum tinggi sekali, tapi sudah sama dengan kepandaian Mi Yun. Bukankah kau ingin mengalahkannya"
Apa perlu kita coba dulu?"
Wan Say Eng tertawa dingin.
"Ayah, kau masih ingat masalah itu. Kami sama-sama sudah dewasa, mana mungkin aku berkelahi dengannya?"
kata Wan Say Eng. Ayahnya tertawa. "Memang aku tidak ingin kau berkelahi dengannya,"
kata ayah nona Wan. "Aku hanya ingin memberimu pekerjaan yang sulit. Jika kau bisa mengerjakannya, berarti kau sudah menang darinya. Tugas yang akan kuberikan ini merupakan permainan yang mengasyikkan, apa kau mau melakukannya?"
Pedang Pembunuh Naga 6 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Nona Berbunga Hijau 3
^