Pencarian

Badai Awan Angin 17

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 17


"Sebaiknya kau jangan berangkat sendirian!" kata orang she Han itu.
"Apa ilmu silat Beng-shia To-cu tinggi?"
"Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi kawankawanku pernah ke sana. Untung kawanku cuma diusir olehnya. Tapi jika dia sedang gusar maka orang yang berani datang ke pulaunya, dia akan dibunuh. Ketika itu kawanku itu jagoan semua. Tapi Beng-shia To-cu hanya menunjukkan satu jurus ilmu silatnya, dan itu sudah cukup membuat kawankawanku lari. Jelas betapa tinggi ilmu silatnya!" kata Han Kong Sui.
Kelihatan Kok Siauw Hong tidak jerih, hal itu dilihat oleh Han Kong Sui.
"Peta yang menuju ke pulau itu akan kuantarkan padamu. Tapi sebaiknya hal itu kau rundingkan dulu dengan Bun Tayhiap. Ci Giok Hian adik Ci Giok Phang, mustahil Bun Tay-hiap akan tinggal diam?" kata Han Kong Sui.
"Baik, masalah ini akan kubicarakan dulu dengan beliau dan adiknya, nona Ci. Di mana tempat tinggal Bun Tayhiap?" kata Kok Siauw Hong.
"Dia tinggal di kaki Ki-liu-hong di pegunungan Thian-tiok Tengah. Gunung itu ada di luar kota Hang-ciu.
Pemandangan di sana sangat indah. Belum lama dia pindah ke sana. Sedangkan kota Hang-ciu kini sudah berganti 1172
nama menjadi kota Lim-an. Kau pasti tahu Hang-ciu terkenal dengan danau See-ouwnya."
"Aku sudah lama mendengar nama danau itu, hanya aku belum berkesempatan mengunjunginya," kata Kok Siauw Hong.
"Sekarang kau berkesempatan ke sana," kata orang she Han itu. "Dari bagian selatan See-ouw ada jalan menuju ke Kiliu-hong, sampai di sana kau bisa bertanya pada penduduk di mana rumah Bun Tay-hiap. Pasti kau tidak akan tersesat!"
"Terima kasih, Lo Cian-pwee," kata Kok Siauw Hong.
Dengan hati bimbang Kok Siauw Hong melanjutkan perjalanan sedirian. Dia ingat pada nona Ci, saat mereka berdua bersumpah akan sehidup-semati. Tanpa terasa air mata pemuda ini mengalir. Tetapi perlahan-lahan bayangan nona Ci mulai hilang. Timbul bayangan wajah Han Pwee Eng.
"Jika benar dia sudah punya pilihan hatinya, itu pun baik. Dengan demikian jelas sudah satu masalah!" pikir Kok Siauw Hong.
Di sepanjang jalan Kok Siauw Hong tidak mendapat rintangan.
Tak lama pemuda ini sudah sampai di kota Hang-ciu atau kota Lim-an, Ibukota Kerajaan Song Selatan.
Menjelang sore pemuda ini sampai di sebuah penginapan yan terletak di tepi telaga See-ouw. Dia ingat pada seorang penyair bernama Su Tung-po yang menggambarkan danau ini di bawah sinar bulan purnama. Timbul keinginan pemuda ini akan menikmati pemandangan indah danau ini di waktu malam. Esok harinya baru melanjutkan perjalanan.
1173 Selesai makan malam Kok Siauw Hong keluar dari kamarnya. Dia berjalan ke tepi danau. Saat itu rembulan sudah menampakkan diri di langit yang biru.
Di tepi danau banyak perahu sewaan untuk para pelancong. Siauw Hong dilahirkan di lembah sungai Tiangkang, dia mahir mendayung perahu. Dia lalu menyewa sebuah perahu, tapi tukang perahunya tidak ikut, karena dia akan mendayung sendiri. Perahu itu dia sewa semalam suntuk.
Ternyata kedatangan pemuda ini terlalu sore dan hari pun belum larut benar. Banyak perahu yang hilir-mudik sedang penumpangnya terdengar bersyair dan menyanyi maupun tertawa riang.
Kok Siauw Hong sedang kesal. Dia menganggap orang-orang itu tidak tahu diri. Negara sedang dalam bahaya mereka malah bersenang-senang. Karena muak Kok Siauw Hong mendayung perahunya sejauh mungkin dari perahu mereka. Tanpa terasa perahunya berada di tempat yang sunyi.
Ketika itu tanpa terasa juga hari sudah tengah malam.
Saat pemuda ini sedang menikmati keindahan alam, tibatiba dia melihat sebuah sampan meluncur dari suatu arah.
Pendayung perahu itu juga seorang pemuda.
Dia heran ternyata ada pemuda lain yang kegemaranya sama dengan dia. Sesudah perahu itu lewat, disusul dengan munculnya perahu lain. Pendayung perahu itu seorang kakek berbaju putih.
Sesudah dua perahu itu berdekatan, keduanya bertepuk tangan dua kali. Tak lama terdengar mereka tertawa.
"Seng Kong-cu," kata si kakek, "kau seorang yang selalu tepati janji!"
1174 Kok Siauw Hong tertarik, dia bermakud bergabung dengan penumpang kedua perahu itu. Tetapi tiba-tiba suara tawa kedua orang itu terhenti. Pemuda itu melompat ke perahu yang dinaiki kakek itu. Dia mengeluarkan suara tertahan.
"Rupanya mereka mengadakan pertemuan di tempat ini?" pikir Kok Siauw Hong. "Karena mereka melihat aku ada di sini, mereka jadi heran?"
Karena itu pemuda ini jadi ragu-ragu akan menyapa mereka. Dia mengerti jika itu pertemuan rahasia, jelas dia tidak boleh menganggu mereka. Telinga Siauw Hong sudah terlatih. Dia mendengar suara orang bicara.
"Kecuali mengusirnya tidak ada cara lain!"
"Baik, kau turun tangan dulu, nanti dia kubereskan!"
kata si kakek. Kok Siauw Hong kaget saat dia baru memutar
perahunya, pemuda itu sudah melompat ke atas perahunya.
"Siapa kau" Mau apa kau datang ke mari malam-malam begini! Lekas pergi!" kata si pemuda.
Tangan pemuda itu langsung menotok ke tubuh Siauw Hong.
Melihat sikap garang pemuda itu, simpatik Kok Siauw Hong terhadap pemuda itu langsung lenyap.
"Hm! Apa cuma kau yang boleh ke mari! Kau datang ke mari, kenapa aku tdak boleh?" kata Siauw Hong.
Siauw Hong sadar totokan pemuda itu lihay. Dia tangkis serangan itu dengan tangan kirinya. Sedang tangan kanannya dia mencengkram pemuda itu dengan ilmu Kin-na-chiu-hoat. Di atas perahu yang sempit kedua pemuda itu jadi tidak leluasa untuk bergerak..
1175 "Bagus!" kata si pemuda.
Ketika itu totokan jarinya berubah terbuka, telapak tangannya menyerang ke arah Kok Siauw Hong.
Maksudnya untuk menangkis cengkraman Kok Siauw Hong. Kembali dia menotok jalan darah Kok Siauw Hong di lambungnya.
Sekali bergebrak Kok Siauw Hong langsung tahu, berapa tinggi ilmu silat pemuda ini. Memang dia lebih unggul dalam ilmu totoknya.
"Nah, rasakan totokanku!" kata Kok Siauw Hong.
Jari tangannya menyerang dengan cepat bagaikan sebilah pedang. Jurus ini lain dengan Cit-siu-kiam-hoat yang biasa dia gunakan. Hal ini membuat kaget pemuda itu.
"Seer! Week!" Pakaian pemuda itu tersobek oleh totokan Kok Siauw Hong. Kelihatan pemuda itu kaget.
"Seng Kong-cu, jangan lukai dia!" kata si kakek.
"Ilmu silatnya lihay, dia juga she Seng, apakah dia...."
pikir Kok Siauw Hong mengira-ngira.
Dia duga pemuda itu Seng Liong Sen, Kok Siauw Hong langsung membentak.
"Siapa kau?" "Kau mengikuti kami, pasti kau tahu siapa kami"
Seorang pria sejati tidak takut namanya dikenali. Aku Seng Liong Sen!" kata pemuda itu.
Benar dia bernama Seng Liong Sen. Kok Siauw Hong tidak menduga dia akan bertemu dengan pemuda ini di tempat tersebut. Saat Kok Siauw Hong tertegun, tahu-tahu Seng Liong Sen telah menotok jalan darahnya. Tak heran 1176
Kok Siauw Hong pun pingsan dan tercebur ke dalam sungai.
Ketika Kok Siauw Hong siuman dia tidak tahu berapa lama dia pingsan, dan siapa yang menolong dia mengangkatnya dari dalam sungai" Dia tidak tahu karena keadaan di sekelilingnya gelap-gulita. Saat dia meraba-raba dia merasakan ada dinding yang licin. Dia sadar dia ditahan di sebuah kamar tahanan. Tapi dia merasakan tubuhnya tidak basah. Itu berarti pakaiannya sudah ada yang menggantinya.
Kamar itu dikelilingi tembok batu yang kokoh. Di atas kamar hanya terlihat sebuah lubang angin. Dari situ Kok Siauw Hong mencoba mengamatinya. Pintu kamar itu sangat kokoh ditambah lagi pedangnya sudah tak ada di tanganmya.
"Ini tempat apa" Apa ini tempat tinggal Bun Tay-hiap"
Apa kakek itu guru Seng Liong Sen" Aah, tidak mungkin, aku dengar kakek itu memanggilnya kong-cu. Pasti mereka hanya kenalan biasa!" pikir Kok Siauw Hong. "Lalu ini tempat apa?"
"Entah sudah siuman atau belum bocah itu?" tiba-tiba terdengar orang bicara.
Siauw Hong langsung tahu di luar ada penjaga.
"Totokan murid Bun Tay-hiap pasti lihay, aku kira dia baru akan sadar sesudah 1 jam." kata kawannya.
"Ah, kau hanya tahu satu masalah, tapi tidak tahu masalah lainnya. Aku dengar bocah ini lumayan juga. Aku dengar Seng Liong Sen hampir tak sanggup melawannya.
Lwee-kangnya tinggi tidak sampai 12 jam dia akan bebas sendiri." kata yang satunya.
1177 "Tapi Pek Lo-ya-cu berpesan padaku, supaya dia dibiarkan istirahat, kata yang satunya. "Sebentar lagi baru kita tengok supaya dia tidak kaget!"
"Dari pembicaraan kedua orang ini, aku kira orang she Pek itu tidak berniat jahat! Siapa dia" Tapi lebih baik aku memulihkan kesehatanku dulu!" pikir Kok Siauw Hong.
Dia lalu duduk bersemedi mengumpulkan seluruh kekuatannya. Dia terus mengerahkan hawa murninya hingga dia merasa nyaman bukan main. Baru dia akan melanjutkan latihannya, dia dengar dua orang itu bicara lagi. Pembicaraan mereka membuat hati Kok Siauw Hong berdebar-debar.
"Dia dikurung di sini, tapi aku tidak tahu apakah Han Siangya mengetahuinya atau tidak?" kata orang itu.
Kata Han Siang-ya (Perdana Menteri Han) itulah yang membuat Kok Siauw Hong kaget.
Perdana menteri kerajaan Song saat itu bernama Han To Yu.
Dia terkenal sangat korup sering menyalah-gunakan kekuasaan, Juga bodoh hingga kerajaan Song jadi lemah dan kacau.
"Jadi itu maksudnya Han To Yu si dorna jahat itu! Kalau begitu orang she Pek itu bukan orang baik" Karena salah paham aku ditangkap. Kalau begitu orang she Pek itu pengawal Han To Yu. Tetapi jika dia kaki tangan dorna, kenapa Seng Liong Sen berhubungan dengan dia?" pikir Kok Siauw Hong.
Saat Kok Siauw Hong sedang bingung, terdengar orang bertanya.
"Siapa orang yang ditahan di sini?"
1178 "Hamba tidak tahu, kami jaga di sini atas perintah Pek Loya-cu!" kata penjaga itu dengan sikap hormat.
"Hm! Kalian hanya taat pada Pek Lo-ya-cu saja. Tetapi padaku kalian tidak memandang sebelah mata!" kata orang itu.
"Hamba tidak berani, hamba benar-benar tidak tahu!"
"Kalau begitu katakan padaku, siapa yang ditemui oleh Pek Lo-ya di telaga See-ouw?" kata orang itu lagi.
"Su Tay-jin, jika kau sendiri tidak tahu, bagaimana kami mengetahuinya?" kata penjaga itu. "Apakah Han Siang-ya juga tidak memberitahumu, Su Tay-jin?"
"Sejak tua bangka itu datang, semua masalah selalu dibicarakan antara dia dan Han Siang-ya saja. Aku tidak diajaknya berunding. Tetapi jika dia ingin mendapat kedudukan lebih tinggi lagi, itu pun tidak mungkin!" kata Su Tay-jin itu.
"Coba buka pintunya, aku ingin melihatnya!" kata Su Tayjin.
"Tapi...tapi..." dua penjaga itu ragu-ragu.
"Jangan banyak bicara, lekas buka!" kata Su Tay-jin.
"Jika Siang-ya marah aku yang tanggung-jawab!"
Karena takut dua penjaga itu tidak berani membantah lagi.
"Silakan, silakan Su Tay-jin masuk. Barangkali bocah itu belum siuman!" kata si penjaga.
Sesudah memutar kunci pintu pun dibuka. Su Tay-jin melangkah masuk.
1179 "Hm! Aku ingin mengorek keterangan dari bocah ini, apa yang bisa Pek Lo-ya-cu berbuat padaku?" gerutu orang she Su itu.
Kok Siauw Hong pura-pura belum siuman. Dia tunggu sampai orang she Su memeriksa totokan pada tubuhnya, saat itu akan dia serang. Benar saja, saat orang itu memeriksa dirinya, Kok Siauw Hong melompat bangun sambil menotok jalan darahnya. Tapi orang itu pun gesit, dia langsung memukul bahu Kok Siauw Hong.
"Plak!" Bahu Kok Siauw Hong terpukul. Tapi begitu terkena pukulan Siauw Hong kaget, dan merasa sakit. Namun, tangan orang itu pun langsung terkulai kena totokannya.
Sesudah terhuyung sebentar dia menyerang lagi.
"Penjaga! Lekas ke mari!" dia berteriak memanggil penjaga. Dia seorang jago Iwee-kang hanya karena tidak mengira akan diserang, maka dia terserang oleh Kok Siauw Hong. Tapi tak lama orang itupun roboh. Dengan menggunakan kesempatan pintu belum dikunci kembali, Kok Siauw Hong menerobos keluar. Saat penjaga akan masuk membantu orang she Su itu, mereka langsung roboh oleh totokan Kok Siauw Hong.
Segera Kok Siauw Hong melompati tembok dan
sekarang dia ada di sebuah pekarangan, di situ terlihat terdapat semaksemak yang tidak terurus, tidak mirip dari bayangan Kok Siauw Hong, bahwa pekarangan rumah perdana menteri itu pasti indah..
"Kau bisa meloloskan diri, bagaimana dengan kedua penjaga pintu?" kata orang yang mendadak muncul dari sebuah sudut.
1180 Orang itu ternyata si kakek yang ditemui Kok Siauw Hong di perahu tadi malam.
"Mereka telah kubunuh!" kata Siauw Hong.
Sambil membentak Siauw Hong menyerang orang tua yang diperkirakan berilmu tinggi itu. Kakek itu kaget dia mengibaskan ujung bajunya menangkis serangan Siauw Hong.
"Kau bohong! Mungkin kau hanya menotoknya!" kata kakek itu.
Kebutan itu membuat Kok Siauw Hong kaget. Dia tahu kakek itu pasti lihay. Tiba-tiba Kok Siauw Hong merasakan sebuah dorongan hebat, dia terhuyung ke belakang. Kakek itu menggunakan ilmu meminjam tenaga lawan untuk memukul. Dia bergerak menghindar dan langsung menotok ong-hu-hiat lawan.
Kali ini si kakek tidak menghindar seolah dia ingin mencoba kepandaian Kok Siauw Hong. Malah dia juga tidak membalas menyerang Kok Siauw Hong. Saat tangan Kok Siauw Hong mengenai punggung kakek itu, dia merasakan dorongan tenaga yang membuat dia terpental.
Ternyata kakek ini paham ilmu Couw-te-sin-kang (Jurus sakti melindungi tubuh), jurus yang jarang kelihatan di kalangan Kang-ouw.
Setahu Kok Siauw Hong hanya Han Tay Hiong yang menguasai ilmu ini, itu pun dia hanya mendengar cerita ayahnya. Sekarang dia menyaksikan dan merasakan sendiri.
Dia kaget dan yakin bahwa dia tidak akan sanggup melawan kakek itu. Dia memutar tubuh akan kabur. Tapi sudah dihadang oleh kakek itu.
1181 "Kau sudah di sini, kenapa kau mau terburu-buru pergi?"
kata si kakek. Aku kembalikan pedangmu, jika kau penasaran kau boleh mencoba lagi!"
Dengan wajah berubah merah anak muda itu menerima kembali pedangnya.
"Kepandaian Lo Cian-pwee lebih tinggi dariku. Tapi sayang kau maujadi budak kaum dorna! Sekalipun aku bukan tandinganmu, aku akan adu jiwa denganmu!" kata Kok Siauw Hong.
Sesudah itu pemuda ini menggunakan Cit-siu-kiam-hoat menyerang si kakek.
"Ilmu silatmu hebat sekali," kata si kakek. "Pasti kau putera Kok Ju Sih dari Yang-ciu, namamu Kok Siauw Hong, kan?"
Saat itu dia mengibaskan lengan bajunya dan pedang Siauw Hong miring ke samping.
"Jika kau sudah tahu, pasti kau juga tahu keluarga Kok tidak mudah menyerah pada siapa pun!" kata Kok Siauw Hong.
"Kau keliru!" kata si kakek.
"Keliru bagaimana?" kata Kok Siauw Hong.
"Kau kira aku ini siapa?" kata si kakek.
"Bukankah kau pengawal dorna she Han?" kata Siauw Hong.
"Kau benar tempat ini milik Han To Yu, aku ini tamunya bukan pengawalnya seperti kau kira!" Kata si kakelk.
*). Menurut terjemahan Ai Cu she (marga) orang ini she Ciu. Sedang menurut terjemahan Gan KL. orang ini she 1182
Kheng Kheng Tay-jin ini adalah Ciu Coh guru Kong-sun Po dalam versi Ai Cu.
"Kalau begitu kenapa kau tinggal di sini"
"Jika kuceritakan panjang sekali," kata si kakek. "Jika aku ingin mencelakakan kau, tidak perlu aku memakai perangkap. Baik, aku jelaskan padamu. Aku menerima khabar dari Ong To-cu, bahwa kau menyeberangi sungai Tiang-kang diantar oleh Han Kong Sui. Mereka meminta padaku agar aku membantumu!"
Mendengar ucapan orang tua itu Kok Siauw Hong mulai yakin bahwa kakek ini bukan orang jahat. Jika dia orang jahat maka tidak mungkin Ong Uh Teng dan Han Kong Sui memberitahukan tentang kedatangannya.
"Kalau begitu maaf, aku salah paham," kata Kok Siauw Hong.
"Yang harus minta maaf adalah aku!" kata dia. "Tadi malam aku gagal mencegah Seng Liong Sen menotokmu.
Padahal aku sudah mengenalimu dari jurus ilmu pedangmu!"
"Di mana sekarang Seng Liong Sen?"
"Dia sudah pulang, dia datang untuk bertemu denganku atas perintah gurunya," kata si kakek. "Dia tidak tahu bahaya kau menyeberang diantar oleh Han Kong Sui! Kau jangan menyalahkannya!"
"Mana berani aku menyalahkannya." kata Kok Siauw Hong yang penasaran karena dikalahkan oleh pemuda itu.
Si kakek hanya tersenyum saja.
Dengan tak banyak bicara dia ajak Siauw Hong ke kamarnya. Kamar itu kelihatan sederhana sekali. Terdapat sebuah tempat tidur, sebuah meja dan dua buah kursi. Di 1183
atas meja terdapat sebuah khim (kecapi Tionghoa). Di sana tidak ada barang lainnya. Jelas orang tua ini sangat sederhana hidupnya.
"Jika tidak keberatan, bolehkah aku tahu nama Lo Cianpwee?" kata Siauw Hong.
"Namaku Pek Tek, dengan ayahmu aku pernah bertemu sekali!" kata si kakek.
"Maafkan aku ceroboh, Ayahku sudah meninggal lama,"
kata Siauw Hong. "Pantas kau tidak kenal padaku, barangkali ayahmu pun tidak tahu siapa aku ini!" kata Pek Tek.
"Bagaimana Lo Cian-pwee bisa mengenal Ayahku?"
"Bisa dikatakan bukan berkenalan, tapi aku kebetulan bertemu ayahmu di rumah makan di Yang-ciu. Apa ayahmu pernah bilang ada pemuda berbaju putih yang tingkahnya aneh?" kata Pek Tek.
"Benar aku ingat," kata Kok Siauw Hong. "Jadi pemuda gagah yang sedang dicari oleh Ayahku itu ternyata Cianpwee?"
"Usiaku sudah 60 tahun, jadi gelar jago muda itu sekarang cocok untukmu!" kata Pek Tek.
Semasa muda Kok Ju Sih seperti Kok Siauw Hong sekarang. Ayahnya baru terkenal dan siapa pun mengenal dia. Suatu hari Kok Ju Sih masuk ke rumah makan di Yang-ciu. Dia mendapat perhatian tamu di rumah makan itu. Hal itu menarik perhatian seorang pemuda berbaju putih.
Pemuda itu memanggil pelayan ke mejanya dekat jendela. Dia menanyakan tentang diri ayah Kok Siauw Hong. Pelayan menjelaskannya. Anak muda baju putih itu 1184
kelihatan tidak senang. Pemuda berbaju putih itu menyindir, bahwa sangat banyak pendekar gadungan.
Karena cemoohannya diucapkan dengan suara keras, hal itu didengar oleh Kok Ju Sih.
Tentu saja Kok Ju Sih jadi tersinggung.
"Memang aku hanya menyandang nama kosong belaka, pujian dari semua kenalan, maka itu aku jadi malu!" kata Kok Ju Sih.
"Oh, maaf, ternyata Anda yang bernama Kok Ju Sih."
kata pemuda berbaju putih sambil menuang arak ke sebuah cawan. Sesudah itu dia sentil ke arah Kok Ju Sih.
"Ting!" cawan itu meluncur cepat seperti anak panah.
Kok Ju Sih kaget tapi cawan sudah dekat, dia lalu menyentil cawan yang isinya tinggal separuh di tangannya.
"Ah, Anda tamuku! Seharusnya aku yang menyuguhi Anda secawan arak!" kata Kok Ju Sih.
"Trang!" Kedua cawan arak itu bentrok keras, karena cawan Kok Ju Sih lebih ringan, dia terbalik dan isinya menyiram tamutamu di tempat itu hingga mereka kaget semua dan segera menghindar.
Cawan pemuda berhaji! putih itu sekalipun sebagian isinya tumpah karena bentrokan keras itu, tetap melayang ke arah meja Kok Ju Sih. Dengan demil.ian Kok Ju Sih telah kalah sejurus dari pemuda itu. Setelah dikalahkan oleh Kok Ju Sih, pemuda itu jadi canggung, dia berusaha ingin bersahabatdengannya, karena dia pikir mereka tidak bermusuhan.
1185 "Hm! Ternyata kepandaian Kok Siauw-hiap cuma itu.
Kalau begitu aku mohon diri!" kata pemuda itu sambil tertawa.
Sebelum Kok Ju Sih bisa berbuat apa-apa saat dia bangun dari kursinya, ternyata pemuda itu sudah pergi.
Sejak saat itu Kok Ju Sih selalu berusaha mencari pemuda itu. Namun, hingga lewat 20 tahun lamanya, tapi usahanya sia-sia. Dia tidak bisa menemukannya. Sejak saat itu ketika dia sudah punya anak Kok Siauw Hong, Kok Ju Sih mengajari anaknya, bahwa bagaimanapun pandainya seseorang, pasti masih ada yang lebih pandai.
"Jadi Pek Lo Cian-pwee ini ternyata orang yang dicari-cari oleh Ayahku" Sampai akhirnya Ayahku telah meninggal tidak bisa mengikat persahabatan denganmu!"
kata Kok Siauw Hong. "Peristiwa itu membuat aku menyesal karena aku tidak sempat minta maaf kepada ayahmu," kata Pek Tek. "Masih bersyukur aku bertemu denganmu, maka itu aku bisa menebus kesalahanku itu."
"Tidak perlu Lo Cian-pwee sampai begitu sungkan, malah seharusnya akulah yang harus minta maaf padamu,"
kata Siauw Hong. "Tapi masih ada yang akan aku tanyakan pada Lo Cian-pwee!"
"Pasti yang kau ingin tahu kenapa aku ada di sini, kan?"
"Benar! Bagaimana sampai Seng Liong Sen berjanji mengadakan pertemuan dengan Lo Cian-wee?" kata Siauw Hong.
"Semua akan kuceritakan sebentar lagi," kata Pek Tek.
Sesudah itu Pek Tek memanggil seorang anak muda yang dia suruh membebaskan totokan kedua penjaga dan Su Hong.
1186 "Jika mereka menanyakan tentang Kok Siauw-hiap, katakan saja dia tamuku dan jangan ikut campur!" kata Pek Tek pada anak muda itu.
"Baik," kata pemuda itu yang langsung pergi.
"Dia muridku," kata Pek Tek pada Siauw Hong. "Sedang orang yang bernama Su Hong itu pengawal perdana menteri. Sejak kedatanganku Han To Yu baik padaku. Su Hong iri mengira aku ingin merebut kedudukannya padahal aku hanya menumpang tinggal untuk sementara."
"Lo Cian-pwee tak perlu menghiraukan dia" kata Siauw Hong.
"Sudah lama aku mengasingkan diri, aku mau mengabdi di tempat Han To Yu, agar aku bisa menyusun perlawanan terhadap bangsa Mongol yang akan menjajah negara kita ini." Kata Pek Tek.
"Jadi begitu, tapi aku khawatir pemerintah tidak punya keinginan melawan musuh!" kata Kok Siauw Hong.
Sambil mengelah napas Pek Tek mengangguk.
"Kau benar, maka itu Ong Beng-cu dan Bun Tay-hiap meminta agar aku mendekati pihak pemerintah. Bukan saja pemerintah takut pada musuh asing tapi pemerintah berusaha menyelamatkan diri sendiri. Aku dengar malah sukarelawan yang siap melawan bangsa Mongol akan ditumpas oleh pemerintah. Perlu diketahui serangan bangsa Mongol lebih hebat dibanding serangan bangsa Kim dulu.
Dalam keadaan terdesak pasti pemerintah akan melawan.
Dulu bangsa Kim dibantu oleh dorna Cin Kwee yang terkutuk. *) Sekalipun Han To Yu juga seorang dorna, tapi dia berbeda dengan Cin Kwee. Cin Kwe sengaja disusupkan bangsa Kim untuk menghancurkan negara kita. Sedang Han To Yu belum sampai berbuat demikian. Sedang di 1187
dalam negeri pun masih banyak orang-orang yang berjiwa patriot. Jadi aku berada di sini untuk mengajak para patrot melakukan perlawanan terhadap bangsa Mongol!" kata Pek Tek.
"Jadi Lo Cian-pwee ingin menjadi penghubung antara pemerintah dan tentara sukarela," kata Siauw Hong. "Lo Cianpwee ingin membujuk Han To Yu agar mau bekerja sama dengan laskar sukarelawan. Kemudian pemerintah akan mengerahkan angkatan perangnya untuk melawan musuh, bukan untuk menumpas pasukan sukarelawan!"
"Itu maksud kami," kata Pek Tek. "Apa Han To Yu setuju?"
"Tentu tidak semudah itu dia akan menuruti kehendak kami. Tapi sekalipun dia tidak setuju semua usul kami, paling tidak dia akan menerima syarat kami. Maka itu sekarang aku sedang merundingkannya dengan dia." kata Pek Tek.
*). Cin Kwee seorang dorna yang menghasut raja Song sehingga Jenderal Gak Hui yang setia harus dihukum mati tanpa dosa. Cerita ini terdapat dalam roman klasik berjudul
"Gak Hui". "Jadi kedatangan Seng Liong Sen semalam atas perintah gurunya untuk ikut berunding?" kata Siauw Hong.
"Benar, aku sendiri menjadi utusan rahasia Han To Yu untuk mengadakan hubungan dengan orang-orang Kangouw. Han To Yu hanya tahu aku kenal dengan kaum persilatan, dia tidak tahu kalau aku justru utusan orang-orang Kang-ouw. Karena masih dalam perundingan maka Han To Yu belum berani terang-terangan pada pemerintah!" kata Pek Tek.
1188 "Pantas Han To Yu merahasiakannya," kata Siauw Hong.
"Tak lama sesudah Seng Liong Sen pergi datang utusan Ong Uh Teng yang menceritakan tentang Han Kong Sui menyeberangkan kau. Hanya aku belum tahu siapa orangnya. Ternyata orang itu kau." Kata Pek Tek.
"Maaf Lo Cian-pwee hari telah siang, aku tidak boleh lama-lama di sini. Aku punya tugas untuk menemui Bun Tay-hiap, aku mohon diri!" kata Kok Siauw Hong.
"Kau sudah tahu tempat Bun Tay-hiap?"
"Sudah, Han Lo Cian-pwee memberitahuku," kata Kok Siauw Hong.
"Dia tinggal tidak jauh dari sini," kata Pek Tek. "Hanya berjalan setengah hari saja kau akan sampai di sana.
Bagaimana kalau aku menyuruh orangku mengantarmu?"
"Tidak usah," kata Kok Siauw Hong. "Aku bisa mencarinya sendiri!"
Dia berkata begitu sebab dia punya rencana lain. Karena pernah bertarung dengan Seng Liong Sen, dia juga ingin bertemu dengan Ci Giok Hian, maka itu dia tidak ingin ditemani.
"Kalau begitu, baiklah," kata Pek Tek. "Aku dengar Seng Liong Sen dua hari lagi akan bertunangan dengan nona Ci.
Mudah-mudahan karena sesama kaum persilatan kau bisa menghadiri pesta mereka!"
"Ya, aku kenal pada nona Ci, kedatanganku ini sangat kebetulan," kata Siauw Hong.
"Jangan cemas salah pahammu dengan Seng Liong Sen akan segera lenyap," kata Pek Tek. "Para pengembara 1189
seperti kita sulit terhindar dari salah paham dengan orang-orang di sekitar kita."
Pek Tek bicara soal kejadian semalam, sedang Kok Siauw Hong memikirkan masa lalunya dengan nona Ci.
Murid Pek Tek sudah kembali. Dia memperkenalkan diri namanya Giam Cong, murid kedua. Murid pertama Pek Tek bernama Kim Kian.
"Ilmu totokmu lihay, sulit aku membebaskan Su Hong.
Sampai sekarang tenaganya belum pulih juga. Hati-hati siapa tahu dia akan membalas-dendam," kata Giam Cong pada Siauw Hong.
"Baik, aku mohon diri," kata Siauw Hong.
Saat berangkat Giam Cong mengantarkan Kok Siauw Hong. Tapi ketika melewati gunung-gunungan Kok Siauw Hong melihat ada orang sedang mengintai mereka. Sedang dua pengawal yang dirobohkan Siauw Hong tidak berani berbuat apa-apa.
Melihat muka orang yang mengintai itu, Kok Siauw Hong seperti mengenali orang itu, tapi dia lupa siapa"
Begitu keluar dari gedung perdana menteri, Siauw Hong langsung berangkat.
Gunung Thian-tiok terletak di bagian barat bukit Leng-unsan, di kaki bukit terdapat sebuah kelenteng bernama Lengun-sie. Saat Kok Siauw Hong memandang ke tengah danau, di pagi itu dia hanya melihat beberapa perahu saja.
Beda dengan malam hari orang banyak yang pesiar di danau itu.
Saat Kok Siauw Hong sedang menikmati pemandangan yang indah di tepi danau, tiba-tiba sayup-sayup dia mendengar suara kecapi. Suara kecapi itu terdengar memilukan. Saat diperhatikan dia mengetahui suara kecapi 1190
itu datang dari sebuah perahu. Saat diawasi di perahu itu terlihat dua orang perempuan, yang seorang main kecapi sedang yang satunya membakar dupa.
"Aah, mereka sedang pesiar dengan bebasnya," pikir Kok Siauw Hong.
"Kak Tik Bwee, kau sangat pandai main kecapi, makin lama makin bagus!" kata nona yang membakar dupa.
"Aku main kecapi tidak sebaik Kak Tik Khim (maksudnya Ci Giok Hian, Red), apalagi jika dibanding dengan Majikanku," kata nona yang dipanggil Tik Bwee itu.
"Enci Tik Khim yang mana?" kata nona yang membakar dupa.
"Dia nona Ci yang pernah aku ceritakan itu," jawab Tik Bwee.
"Dia pernah menyamar untuk menyelamatkan seseorang. Nama Tik Khim untuknya pemberian Majikanku!"
"Oh, karena semalam ceritamu cuma sebagian-sebagian jadi aku kurang jelas. Bagaimana jika kau sambung ceritamu itu?"
"Kisahnya sampai saat ini belum berakhir, tempat ini pun bukan tempat yang tepat untuk bercerita," kata Tik Bwee.
"Baik, nanti saja setelah pulang kau ceritakan padaku,"
kata nona itu. Kok Siauw Hong terkejut. Dia juga pernah mendengar dari Han Pwee Eng tentang penyamaran Ci Giok Hian di tempat Seng Cap-si Kouw.
1191 "Apakah mereka ini bukan orang yang ada di tempat Seng Cap-si Kouw pikir Siauw Hong. "Dan orang yang mereka bicarakan, bukankah Ci Giok Hian?"
Nona itu memang Tik Bwee, nona yang diam-diam mencintai Seng Liong Sen. Dialah orang pertama yang menyampaikan khabar tentang hubungan Liong Sen dan nona Ci itu. Ketika nona Han memberitahu Siauw Hong, dia tidak mengatakan bahwa nona Ci pernah memakai nama Tik Khim.
Sebenarnya Kok Siauw Hong ingin menemui mereka, tapi tidak jadi karena takut kedua nona itu akan menganggap dia pemuda iseng. Ketika itu dia mendengar Tik Bwee bicara.
"Nona Liong, maukah kau menyanyi untukku" Aku senang karena suaramu merdu!" kata Tik Bwee.
"Kau jangan bergurau," kata nona Liong. "Tapi baiklah, kau iringi dengan permainan kecapimu!"
Sesudah selesai sebuah lagu, Tik Bwee mengelah napas.
"Kenapa kau menghela napas?"
"Tidak apa-apa," kata Tik Bwee.
"Hm! Kau kira aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan" Bukankah kau sedang memikirkan Seng Kongcu?" kata nona Liong.
"Jangan ngaco! Nanti kurobek mulutmu!" kata Tik Bwee.
Saat nona Liong memandang ke tepi danau, dia melihat Kok Siauw Hong sedang berdiri mengawasi mereka.
"Sudah jangan bercanda, lihat ke sana, ada orang sedang mengawasi kita!" kata nona Liong.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1192 "Hm! Aku paling benci pada pemuda hidung belang, lihat saja jika dia berani macam-macam dia akan tahu rasa!"
kata Tik Bwee. "Sudah jangan marah, mari kita dayung ke tempat yang sunyi," kata nona Liong.
Nona Liong meminta agar tukang perahu mendayung perahu itu ke tempat sunyi.
Kok Siauw Hong agak jengkel karena dikira pemuda hidung belang. Dia bisa menyusul kedua nona itu, tapi dia khawatir kedua nona itu akan salah paham lagi. Ditambah lagi dia juga harus segera ke tempat Bun Tay-hiap. Dia membatalkan niatnya menyusul kedua nona itu.
"Tak lama lagi aku akan betemu dengan Giok Hian, dengan demikian semua akan jelas. Kenapa aku harus mengejar mereka?" pikir Kok Siauw Hong. "Tapi perlukah aku menemui Giok Hian?"
Dia melanjutkan perjalanan, tapi tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki. Ternyata dua orang sedang mengejar dia. Kok Siauw Hong kaget, saat diperhatikan dia mengenali pengejarnya itu Su Hong dan yang lainnya berpakaian Wi-su (pengawal istana). Mereka ada yang membawa senjata tombak cagak tiga (Trisula) yang bergelang, hingga suaranya berisik.
"Siauw Hong, apa kau masih kenal padaku?" kata Wi-su itu.
Orang itu orang yang mengintai di gunung-gunungan rumah perdana menteri yang dilihat oleh Kok Siauw Hong.
"Oh, kiranya kau Bong Sian!" kata Siauw Hong.
"Aah, rupanya kau masih mengenaliku, jadi pertemuan kita ini sudah takdir!" kata Bong Sian.
1193 Bong Sian ini orang yang pernah menyerang Pek-hoa Kok, bahkan dia juga pernah bertarung dengan Siauw Hong. Bong Sian terluka oleh Siauw Hong. Rupanya dia dendam pada Siauw Hong.
"Bukankah masalah dulu sudah selesai. Apa Chan It Hoan dan Liok Hong tidak menyampaikannya padamu?"
kata Kok Siauw Hong. Chan It Hoan dan Liok Hong itu dua pelayan Han Pwee Eng. Merekalah yang mengundang Bong Sian untuk ikut menyerang ke Pek-hoa-kok.
"Aku tidak peduli sandiwara apa yang sedang kau mainkan dengan budak she Han itu," kata Bong Sian mengejek. "Tapi luka oleh pedangmu masih membekas.
Bagaimana pun aku ini orang Kang-ouw, aku tidak rela kau lukai begitu saja! Jika kau mau damai boleh saja, asal kau mau kutusuk satu kali!"
"Aku juga sepakat, asal kau mau berlutut dan memanggil kakek tiga kali padaku, aku juga mau mengampunimu!"
kata Bong Sian. Kok Siauw Hong gusar. Dia langsung menantang.
"Silakan kalian berdua maju bersama!" kata Kok Siauw Hong.
Bong Sian sudah dihitung seperti dulu, tapi dia dinilai orang yang serakah mengharapkan kedudukan.
Bong Sian akan maju menyerang tapi dicegah oleh Su Hong.
"Biar aku yang maju lebih dulu," kata Su Hong. "Aku kira yang kau tuntut itu dendam lama, biar aku yang mengadakan perhitungan dulu!"
1194 "Jangan banyak bicara, mau apa kalian. Mau maju bersamapun silakan!" kata Kok Siauw Hong.
"Silakan hunus pedangmu," kata Bong Sian sambil menggosok-gosok kepalannya.
"Jika kau bertarung dengan tangan kosong, mengapa aku harus memakai pedang mengalahkanmu?" kata Siauw Hong. "Ayo maju jangan banyak mulut!"
"Lihat pukulanku!" kata Su Hong.
Su Hong seorang jago pengawal gedung perdana menteri, tentu ilmu silatnya cukup lihay. Langsung dia menyerang, tangannya bergerak memukul dengan keras.
Kok Siauw Hong paham 72 jurus Kim-na-ciu-hoat atau cengkraman, dia bergeser ke kiri, tangan kiri Siauw Hong menahan siku lawan, tangan kanannya menyerang dengan pukulan ke arah muka Su Hong.
"Bagus!" keduanya mulai bertarung dengan hebat.
Pukulan Su Hong berubah-ubah sebentar menggunakan Kim-na-ciu lalu diubah menjadi Toa-sui-pi-ciu.
Ketika pukulan mereka beradu Kok Siauw Hong terdorong ke belakang. Tapi pemuda ini tetap tenang. Kok Siauw Hong agak kaget oleh kehebatan serangan Su Hong ini. Dia hebat sekalipun mungkin sulit untuk mengalahkan Siauw Hong. Tapi Siauw Hong sadar masih ada satu musuh lagi, yaitu Bong Sian. Maka itu Kok Siauw Hong segera berusaha menghemat tenaganya.
Su Hong sudah maju lagi memukul dengan keras. Tapi kali ini Kok Siauw Hong tidak ingin mengadu kekuatan tenaga keras dengan keras. Melihat Kok Siauw Hong banyak menghindar dari serangannya, Su Hong mengira Kok Siauw Hong sudah terdesak.
1195 Saat Kok Siauw Hong menghindari adu tenaga, dia dianggap akan melarikan diri.
"Kau mau lari ke mana?" kata Su Hong.
Tiba-tiba Kok Siauw Hong membalikkan tubuhnya, dengan tidak mempedulikan serangan lawan, Siauw Hong menyerang pada Tay-yang-hiat Su Hong. Jari tangan kanannya bergerak cepat, dia arah le-gi-hiat Su Hong di bagian iganya.
Bong Sian sudah pernah merasakan lihaynya totokan Siauw Hong, maka itu dia memperingatkan kawannya.
"Su-heng, awas totokannya!" kata Bong Sian.
Tapi sudah terlambat Su Hong menjerit kesakitan, dia melompat dua tiga langkah ke belakang. Lalu bersandar pada sebuah pohon hingga dia tidak sampai tergeletak di tanah.
Melihat lawan terkena totokannya, Siauw Hong senang tapi juga heran. Ternyata Su Hong lihay dia tidak sampai roboh. Melihat Su Hong sudah kalah, Bong Sian mengangkat senjatanya.
"Terima seranganku!" kata Bong Sian.
"Tadi sudah kukatakan, kalian maju saja bersamasamajangan sok jagoan!" kata Kok Siauw Hong sambil tertawa.
Wajah Bong Sian berubah merah. Dia gunakan senjata tombak cagaknya menyerang Siauw Hong.
"Jangan banyak mulut!" kata Bong Sian.
"Baik, ayo maju. Aku ingin segera membereskanmu!"
kata Kok Siauw Hong. 1196 Tangan kiri Kok Siauw Hong bergerak memancing, sedang tangan kanannya segera menghunus pedangnya.
Saat dia melompat ke belakang lawan, pedangnya sudah mendahului menyerang dengan jurus Pek-hong-koan-jit (Bianglala menembus matahari), tangan kiri Kok Siauw Hong menyerang dengan jurus Kim-Iiong-hok-houw (Menangkap naga menaklukkan harimau).
Pada saat tombak cagak Bong Sian menusuk, saat tidak mengenai sasaran dia kaget. Dia mundur ke belakang.
"Su Toa-ko, kau tidak kenapa-napa, kan?" kata Bong Sian.
Maksud teriakan ini untuk menanyakan apakah Su Hong tidak terluka, jika tidak sewaktu-waktu bisa diminta bantuannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras.
"Trang!" Bong Sian kaget karena ujung tombak cagaknya kutung sebuah terpapas pedang Kok Siauw Hong yang tajam. Saat itu ujung pedang sudah mengancam ke tubuh Bong Sian.
Tapi tiba-tiba Su Hong sudah melompat maju.
"Bong Toa-ko, jangan takut. Aku tidak apa-apa." kata Su Hong.
Mereka menyerang secara bersama. Kok Siauw Hong kaget, Su Hong yang sudah tertotok masih bisa maju menyerang. Melihat situasi kurang menguntungkan baginya. Siauw Hong memutarkan pedangnya.
Kok Siauw Hong menggunakan jurus Cit-siu-kiam-hoat yang aneh itu. Tapi melawan dua musuh memang tidak mudah. Lama-kelamaan tenaga Kok Siauw Hong
berkurang juga. Untung Bong Sian dan Su Hong agak jerih 1197
mendekat, dengan demikian Siauw Hong masih bisa mengimbangi mereka.
Saat dia sedang terdesak muncul seorang berpakaian tentara, dia seorang perwira perang.
Matanya besar dengan alis tebal, wajahnya keren.
Melihat kedatangan orang itu Su Hong jadi kikuk. Maka itu dia purapura tidak melihatnya. Dia merasa malu karena harus melawan Kok Siauw Hong dengan mengeroyoknya, padahal dia seorang pengawal andalan perdana menteri.
Kok Siauw Hong kaget. Melawan dua musuh saja dia sudah hampir kewalahan. Sekarang diambah seorang lagi.
Tapi karena tidak punya pilihan, Siauw Hong bersikap tenang.
"Aku lihat bocah ini lihay sekali, hentikan sebentar!" kata orang itu pada Bong Sian dan Su Hong.
"Eh, Ciu Tay-jin!" kata Su Hong. "Bocah ini harus kita tangkap, ini perintah dari Siang-ya!"
"Saudara Su, kau salah sangka atas permintaanku," kata orang she Ciu itu. "Aku tidak ingin merebut jasamu, tapi aku ingin menjajal kepandaian bocah ini! Menangkapnya tentu saja harus atas sukanya sendiri. Dengan demikian pemuda ini tidak menganggap perwira negara bodoh semua!"
Wajah Bong Sian dan Su Hong berubah merah karena malu. Mereka langsung mundur. Tapi perwira itu tidak langsung menyerang Kok Siauw Hong.
"Karena kau lelah, istirahat saja dulu!" kata perwira itu pada Siauw Hong.
1198 Siauw Hong marah dia langsung menusukkan
pedangnya, tapi perwira she Ciu itu menghindarinya dengan mudah, tusukan Kok Siauw Hong pun gagal.
"Kenapa kau tergesa-gesa, padahal aku harus bicara dulu dengan mereka," kata orang she Ciu itu.
Melihat lawan tidak bersenjata dan tidak membalas serangannya, Siauw Hong menghentikan serangannya.
Kemudian orang itu menoleh pada Bong Sian dan Su Hong.
"Kalian kembali saja, aku tak mau bocah ini mengira kita akan mengeroyoknya!" kata orang itu.
"Ciu Tay-jin, jika kau sudah berhasil menangkapnya, tolong kami diberi tahu..." kata Su Hong.
"Tentu, jangan khawatir," kata orang itu.
Tanpa banyak bicara lagi Bong Sian dan Su Hong lalu pergi.
Sesudah berdua saja Siauw Hong maju.
"Apa sekarang bisa dimulai?" kata Siauw Hong.
"Kau baru bertarung, kau lari dulu seratus langkah baru kususul," kata orang itu.
"Aha, apa dia akan menyuruhku kabur?" pikir Siauw Hong.
Su Hong pun berpikir begitu.
"Dia disuruh lari seratus langkah baru disusul, bocah itu lihay, jangan-jangan...." kata Bong Sian.
Su Hong memberi isyarat. 1199 "Huss! Jangan bicara sembarangan! Aku yakin kepandaian Ciu Tay-jin tinggi, bocah itu tidak bisa melarikan diri!" kata Su Hong.
"Ayo lari, kenapa kau diam saja?" kata orang itu. "Aku akan mampu menangkapmu!"
"Aku tidak mau kau paksa, mari kita ke bukit sana. Di sana kita bertarung!" kata Siauw Hong.
"Baik!" kata orang itu.
Dengan cepat Siauw Hong menggunakan gin-kangnya.
Sekejap saja dia sudah lari ratusan langkah, tapi dia tidak mendengar ada orang yang mengejarnya. Dia sedikitt raguragu. Dia yakin pasti perwira itu menyuruhnya kabur.
"Hm, Siauw-yang-sin-kangmu hampir sempurna!" kata seseorang secara tiba-tiba.
Tentu saja Kok Siauw Hong jadi kaget sekali.
"Pertandingan gin-kang ini bisa kita anggap seri!" kata perwira itu yang sudah berdiri di samping Kok Siauw Hong.
"Jangan kau permainkan aku, aku tahu kepandaian ginkangmu lebih baik. Sekarang mari kita bertarung!" kata Siauw Hong dengan angkuh.
"Kau angkuh sekali, tapi kali ini aku tidak mau bertarung denganmu"
"Kenapa?" "Bukankah kau putera Kok Ju Sih dari Yang-ciu dan namamu Kok Siauw Hong?" kata orang itu.
Kok Siauw Hong heran orang ini tahu tentang dirinya.
"Benar, lalu kau mau apa?" kata Kok Siauw Hong.
1200 "Keluarga Kok turunan jago silat," kata orang itu. "Aku beruntung bertemu denganmu. Mari kita berkenalan."
Orang itu mengulurkan tangannya, Siauw Hong tahu orang itu ingin menjajal ilmu silatnya. Maka dengan berani Kok Siauw Hong menyambut tangan orang itu. Saat itu Kok Siauw
Hong mengerahkan tenaganya, tapi seolah tidak berpengaruh terhadap orang itu.
Mau tidak mau Kok Siauw Hong jadi kaget bukan kepalang.
"Kepandaianmu jauh lebih tinggi dariku," kata Kok Siauw Hong mengaku.
Orang itu tertawa. "Aku sedang menguji ketajaman mataku," kata orang itu.
"Bukankah kau akan ke tempat Bun Yat Hoan?"
"Kau siapa sebenarnya?" kata Kok Siauw Hong.
"Mungkin kau sudah pernah mendengar nama Kang-lam Ciu Cioh" Itulah aku!" kata orang itu.
"Jadi Anda guru Kong-sun Po?"
"Benar, kau sudah kenal dengan muridku?" kata Ciu Cioh.
"Benar, aku sahabatnya dan pernah bekerja sama, ceritanya panjang," kata Siauw Hong.
"Kau dari Kim-kee-leng" Aku sahabat Hong-lay-mo-li!"
"Benar, aku mendapat tugas dari beliau, kebetulan bertemu dengan Ciu Tay-hiap!" kata Kok Siauw Hong.
Sudah selang beberapa belas tahun yang lalu, Ciu Cioh pernah ikut tentara rakyat pimpinan Sin Gie Cit. Pasukan 1201
ini mundur ke daerah Kang-lam. Pasukan rakyat itu dibentuk oleh paman Ciu Cioh. Sesudah terjadi perang antara pasukan Song dengan Kerajaan Kim, pegawai Kerajaan Song banyak yang korup dan lemah, Ciu Cioh kurang senang, lalu meninggalkan pasukan dan mengasingkan diri.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 44 Zaman kembali berubah, setelah negara Song dikuasai bangsa Kim. sekarang kerajaan Kim diserang oleh bangsa Mongol. Ditambah lagi bangsa Mongol pun berniat menguasai Kerajaan Song yang sudah berada di daerah Selatan Tiongkok. Maka terpaksa Ciu Cioh yang pencinta negara tergerak hatinya.
Saat pemerintah Song membutuhkan tenaga para patriot bangsa, Ciu Cioh ingin menyumbangkan tenaganya membela negara. Lalu dia membentuk kembali pasukan bekas pimpinan Sin Gie Cit. Kemudian pasukan rakyat ini dia satukan dengan pasukan Kerajaan Song. Pasukan ini diberi nama Hui Houw Kun (Pasukan Harimau Terbang).
Karena Sin Gie Cit sudah tua, maka yang maju hanya Ciu Cioh yang masih muda.
Sebagai komandan pasukan utama Kerajaan Song, Ciu Cioh sering datang ke gedung Perdana Menteri Han To Yu.
Dia datang bertemu dengan Kok Siauw Hong saat pemuda itu akan meninggalkan gedung perdana menteri.
"Untung saat aku datang Han To Yu sedang tidur siang,"
kata Ciu Cioh. "Aku menemui Pek Lo-cian-pwee. Dari dia aku tahu tentang dirimu. Saat Pek Lo Cian-pwee tahu Su Hong dan Bong Sian menyusulmu, dia bingung. Lalu meminta aku menyusulmu!"
1202 "Aku tahu kesulitan Pek Lo Cian-pwee," kata Siauw Hong. "Aku sangat berterima kasih hingga aku bisa lolos dari bahaya. Tetapi apakah Ciu Lo Cian-pwee tidak khawatir jika Bong Sian dan Su Hong melapor kepada Perdana Menteri?"
"Aku rasa dia tidak akan berani melaporkan aku," kata Ciu Cioh alias Kheng Ciauw. "Dia sendiri berbohong bahwa apa yang dia lakukan atas perintah Han To Yu.
Malah jika aku tidak mengungkap kebohongannya itu, mereka yang harus bersyukur padaku. Mana berani di depan Han To Yu dia mengorek kesalahanku" Jika aku kembali dan mengatakan bahwa aku tidak bisa mengejarmu, sekalipun dia curiga tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau tidak salah tadi kau menyinggung tentang muridku Kong-sun Po. Bagaimana keadaan dia sekarang?"
Kok Siauw Hong lalu mengisahkan perkenalannya dengan Kong-sun Po, sampai mereka bersama-sama melawan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Mendengar keterangan itu Ciu Cioh girang sekali.
"Kedua Iblis Tua itu termasuk sepuluh jago kalangan Kangouw, tapi kalian berdua mampu mengimbangi mereka. Itu tandanya bahwa muridku sudah maju pelajaran silatnya," kata Ciu Cioh.
"Kepandaian Kong-sun Toa-ko lebih tinggi dariku," kata Kok Siauw Hong. "Dalam pertempuran itu aku hanya sebagai pembantu Kong-sun Toa-ko saja!"
"Kau jangan terlalu merendah. Kok Siauw-hiap," kata Ciu Cioh. "Muridku memang beruntung mendapat latihan dari tiga jago silat utama. Seperti gelombang sungai Tiangkang, dari belakang mendorong yang di depan. Sekarang 1203
anak-anak muda yang menggantikan kami yang sudah tua-tua!"
Kelihatan Ciu Cioh sangat bangga mendengar muridnya sudah mencapai kemajuan.
"Aku berpisah dengan Kong-sun Toa-ko di medan pertemupran dan sampai saat ini belum bertemu lagi dengannya," kata Kok Siauw Hong. "Tapi kami sudah berjanji akan bertemu kembali di Kim-kee-leng!"
"Kau bilang sudah hampir setengah bulan kau di Kim-keeleng, sekarang kau datang ke mari, sedang Kong-sun Po belum sampai ke sana. Jangan-jangan dia mengalami bahaya....?" kata Ciu Cioh.
"Aku yakin tidak terjadi apa-apa pada mereka, ilmu silat Kong-sun Toa-ko tinggi, ditambah lagi dia bersama nona Kiong yang kepandaiannya tidak lemah." kata Kok Siauw Hong.
"Nona Kiong katamu" Siapa dia?" kata Ciu Cioh.
"Apa yang kuketahui nona Kiong itu puteri majikan dari pulau Hek-hong-to. aku dengar ayahnya itu seorang jago silat yang berada di dua pihak dari kelompok orang jahat dan baik..." jawab Kok Siauw Hong.
"Oh, celaka!" "Celaka bagaimana?" kata Kok Siauw Hong. "Aku kira muridku itu sangat ceroboh, mana boleh dia bersedia dinikahkan dengan nona yang telah dijodohkan oleh ayahnya" Soal perjodohan ini sangat dirahasiakan oleh ibu muridku itu. Entah dari mana muridku bisa
mengetahuinya" Barangkali anak iblis itu yang mencari calon suaminya dengan tidak tahu malu, dan
menjelaskannya pada muridku?" kata Ciu Cioh.
1204 "Jadi mereka sudah dijodohkan sejak mereka masih kecil?" kata Kok Siauw Hong yang keheranan dan bingung sekali.
"Benar!" Kemudian Ciu Cioh Cioh mengisahkan riwayat hidup orang tua Kong-sun Po dan nona Kiong. Sesudah mendengar cerita itu Kon Siauw Hong tersenyum.
"Itu kisah orang tua mereka, setahuku nona Kiong itu baik hati..." kata Kok Siauw Hong.
"Maksudmu?" "Sekalipun ayah nona Kiong dari golongan hitam, dia sendiri cukup baik," kata Kok Siauw Hong. "Seperti kata pribahasa : "Siapa yang berdekatan dengan benda yang hitam, maka dia akan menjadi hitam, yang dekat dengan yang merah, diajuga akan menjadi merah". Nona Kiong dekat dengan Kong-sun Toa-ko, aku yakin nona Kiong akan jadi orang yang baik. Lo Cian-pwee jangan khawatir!"
"Tapi aku menyangsikan niat ayah nona itu, aku yakin dia punya maksud tertentu...." kata Ciu Cioh. "Ditambah lagi ibu muridku tidak setuju dengan perjodohan ini, aku sebagai gurunya tentu juga menolak!"
Ciu Cioh bukan orang yang berpikiran kolot, hanya dengan ibu Kong-sun Po dulu pernah terjalin hubungan asmara. Sedang Kok Siauw Hong pun tidak sependapat dengan guru Kong-sun Po ini. Dia pikir jika keduanya sama-sama suka, siapa pun tidak bisa menghalangi perjodohan mereka. Melihat Kok Siauw Hong diam saja, Ciu Cioh langsung berkata lagi.
"Maaf, aku harus segera kembali. Tapi aku ingin tanya apakah kau mau kutitipi barang antaran?" kata Ciu Cioh.
1205 "Barang apa?" "Bukankah kau akan ke tempat guru Seng Liong Sen"
Aku dengar tidak lama lagi dia sudah akan bertunangan.
Aku ingin hadiahku ini kau serahkan kepada Seng Liong Sen sebagian. Sedangkan sebagian lagi untukmu!" kata Ciu Cioh.
"Mana boleh kado untuk Seng Siauw-hiap dibagi dua denganku?" kata Siauw Hong.
"Tapi hadiah ini bisa dibagi dua?"
"Maksud Lo Cian-pwee?"
Segera Ciu Cioh mengeluarkan kadonya berupa gambar orang bersilat, lengkap dengan petunjuk cara menjalankannya. Itu adalah ilmu silat rahasia bernama Tayheng-pat-sek (Delapan Jurus Maha Sakti).
"Bagi yang telah berlatih lwee-kang, jurus-juus ini sangat mudah dipelajari," kata Ciu Cioh. "Ilmu ini pun cocok dijalankan dengan Iwee-kang Siauw-yang-sin-kang yang kau pelajari. Aku ingin kau juga membantu Seng Liong Sen!"
Ciu Cioh pernah mendengar dari Pek Tek, bahwa Kok Siauw Hong dan Seng Liong Sen pernah menjajal kepandaian mereka di atas perahu. Dengan memberi kado itu, Ciu Cioh berharap Kok Siauw Hong dan Liong Sen bisa berlatih bersama, sehingga salah paham di antara mereka akan hilang sendirinya.
Ciu Cioh tidak mengetahui bahwa sengketa yang ada di antara mereka tidak sederhana, karena soal kekasih dan ini merupakan dendam seumur hidup barangkali"
"Baik, akan aku sampaikan padanya. Tetapi aku tidak ingin membagi manfaat dari kado ini!" kata Siauw Hong.
1206 "Kok-lauw-tee, aku orang yang suka berterus-terang,"
kata Ciu Cioh yang kelihatan kurang senang mendengar ucapan Siauw Hong itu. "Apa kau memandang rendah ilmu Tay-hengpat-sek ini, atau kau sungkan padaku karena kau baru kenal denganku?"
"Harap Lo Cian-pwee jangan salah paham," kata Kok Siauw Hong. "Ilmu silat yang Lo Cian-pwee katakan itu merupakan ilmu siat idaman semua orang persilatan. Jika ilmu itu Tayhiap hadiahkan pada boan-pwee, tentu boan-pwee sangat berterima kasih sekali. Tetapi boan-pwee rasa tidak pantas berharap banyak dari Tay-hiap, bukan karena hendak meremehkan atau tidak menghargai hadiah tersebut." kata Kok Siauw Hong.
"Pendapatmu benar juga, kau bisa mengekang perasaan dan setia kawan, itu sikap yang patut dipuji," kata Ciu Cioh.
"Harap Ciu Tay-hiap jangan gusar, bingkisan itu untuk Seng Siauw-hiap khusus, maka lebih baik untuk dia saja!"
kata Kok Siauw Hong. "Mengenai saling tukar ilmu silat, jika dia mau aku bersedia menerima ajakannya!"
"Kau benar, baiklah aku tidak memaksamu," kata Ciu Cioh alias Kheng Ciauw. "Jika kau bertemu dengan Bun Tay-hiap (Bun Ek Hoan) guru Seng Liong Sen, sampaikan salamku pada mereka. Kalau begitu aku pergi, selamat bertemu!"
Sesudah Ciu Cioh pergi dan Siauw Hong sedang sendirian kelihatan dia murung sekali. Dia terus berjalan dan mendaki ke atas gunung, makin tinggi dia berjalan terasa awan semakin tipis. Kok Siauw Hong saat itu seolah berada di tengah lautan awan yang menyelimuti daerah pegunungan.
1207 Tak lama Kok Siauw Hong melihat sebuah puncak gunung, ternyata dia sudah sampai di puncak gunung Kie-liu-hong. Saat itu perasaan Kok Siauw Hong sedang bimbang, dia tidak tahu harus bicara apa jika dia bertemu dengan Ci Giok Hian"
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Di tempat lain Seng Liong Sen pun sedang bingung apa yang dia harus katakan, jika dia bertemu dengan Ci Giok Hian. Sejak dia bertemu dengan Pek Tek di tengah danau, pikiran Seng Liong Sen jadi tidak tentram. Saat itu Seng Liong Sen berhasil menjatuhkan Kok Siauw Hong ke dalam danau, tetapi dia belum tahu pemuda yang jatuh ke danau itu Kok Siauw Hong. Saat dia terserang pukulan Kok Siauw Hong dan dia mendengar peringatan dari Pek Tek agar dia jangan terus bertarung dengan pemuda itu.
Ketika Seng Liong Sen menanyakan siapa pemuda itu, dia diberitahu, bahwa pemuda itu menggunakan pukulan CitSiauwkiam-hoat keluarga Kok dari Yang-ciu. Kata Pek Tek keluarga Kok tergolong orang yang jujur dan lurus.
Ketika itu Seng Liong Sen tidak sempat berkenalan karena dia harus segera melapor pada gurunya. Hari itu juga tanpa menunggu Kok Siauw Hong sadar dari pingsannya Seng Liong Sen telah kembali. Namun demikian di sepanjang jalan pun Seng Liong Sen jadi agak cemas.
"Jangan-jangan dia Kok Siauw Hong!" pikir Seng Liong Sen.
Sambil berjalan dia berpikir terus.
"Jika benar Kok Siauw Hong masih hidup, apa yang harus kulakukan" Apakah aku harus memberi tahu nona Ci?" pikir Seng Liong Sen.
1208 Sebenarnya antara Ci Giok Hian dan dia sudah ada keputusan, tiga hari lagi mereka akan menikah. Tetapi jika pada saat bahagia itu tiba-tiba muncul Kok Siauw Hong, maka suasana bahagia itu akan berubah menjadi kegemparan. Sekalipun tidak terjadi kekacauan, paling tidak akan menimbulkan perasaan kurang enak. Ketika Seng Liong Sen sampai di rumah gurunya, hari telah tengah malam. Saat dia sampai Ci Giok Hian yang tinggal di kamar belakang rumah gurunya sudah tidur.
Seng Liong Sen segera menemui gurunya lalu
melaporkan pertemuannya dengan Pek Tek. Dia mengatakan bahwa perlu waktu untuk membujuk Perdana Menteri Han To Yu, agar dia bersedia melawan musuh.
Guru Seng Liong Sen pun berpendapat sama.
"Semula aku kira kau baru pulang besok, ternyata malam ini juga kau sudah sampai," kata Bun Yat (Ek) Hoan. "Kau mau menemui Giok Hian sekarang?"
"Tidak perlu Suhu, besok saja," kata Seng Liong Sen.
Saat itu Seng Liong Sen masih bimbang entah apa yang harus dia katakan pada Ci Giok Hian.
"Kalau kau tidak ingin bertemt i sekarang, itupun baik.
Apalagi tiga hari lagi kalian sudah menjadi suami-isteri,"
kata Bun Yat Hoan. "Saat pernikahanmu, akan kuumumkan bahwa kau kuangkat menjadi ahli warisku."
"Terima kasih, Suhu," kata Seng Liong Sen.. "Silakan Suhu istirahat aku mohon diri!"
Kelihatan Bun Yat Hoan heran melihat muridnya tidak gembira seperti biasanya.
"Ya, baik. Kau juga harus beristirahat!" kata Bun Ek Hoan.
1209 Sesampai di kamar, Seng Liong Sen tidak bisa tidur. Dia keluar lalu jalan-jalan di tepi gunung. Tak lama ada orang mendekatinya.
"Seng Siauw-hiap, kapan kau pulang?"
Ketika Seng Liong Sen menoleh dia mengenali orang yang menegurnya itu Chan It Hoan. Salah seorang pelayan nona Han Pwee Eng yang ikut mengantarkan Han Pwee Eng pada saat nona Han diantar akan ke Yang-ciu menemui calon suaminya, Kok Siauw Hong.
"Aah, kenapa aku tidak mencari keterangan darinya?"
pikir Seng Liong Sen. Sesudah keributan di Pek-hoa-kok, Chan It Hoan dan Liok Hong bergabung dengan tentara rakyat. Tetapi saat tentara Mongol menyerang, Chan It Hoan terpisah dari induk pasukannya hingga terlunta-lunta sampai di Kanglam. Di sini dia tinggal di rumah Bun Yat Hoan.
Bun Yat Hoan dikenal sebagai pemimpin persilatan di Kanglam. Dia banyak pengikutnya. Sekarang dia sedang berusaha membujuk pihak pemerintah Song untuk melawan musuh. Sementara itu dia juga sedang menghimpun kekuatan rakyat untuk berjuang melawan musuh. Sesudah saling memberi hormat, Chan It Hoan mulai bicara.
"Seng Siauw-hiap, kau baru kembali dari daerah Utara, apa kau sempat mendengar tentang keselamatan nona Han Pwee Eng, majikan kami?" kata Chan It Hoan.
"Ya, aku sudah mendengar. Katanya Nona Han sekarang sudah ada di Kim-kee-leng, di tempat Hong-laymo-li" kata Seng Liong Sen. "Tapi saat aku di sana, Nona Han belum ada di sana! Toa-siok, aku dengar nonamu sudah dijodohkan dengan Kok Siauw Hong dari Yang-ciu, benarkah begitu?"
1210 "Benar, tetapi aku sudah tidak ingin menyebut-nyebut nama pemuda itu lagi!" kata Chan It Hoan.
"Kenapa?" "Dia tidak berbudi dan ingkar janji. Aku senang sebab aku dengar dia telah mati!" kata Chan It Hoan.
"Apa benar begitu" Aku dengar dari seorang sahabatku dia pernah bertemu dengan orang yang mirip dengan Kok Siauw Hong, entah dia atau bukan?" kata Seng Liong Sen.
"Bagaimana rupa orang itu dan di mana temanmu bertemu dia?" tanya Chan It Hoan.
Seng Liong Sen lalu menceritakan keadaan Kok Siauw Hong pada Chan It Hoan, dan berkata.
"Temanku bertemu di telaga See-ouw beberapa hari yang lalu, maka temanku dulu dia pernah bertemu dengan Kok Siauw Hong. Sedang orang itu katanya mirip dengan Kok Siauw Hong," kata Seng Liong Sen. "Kata temanku, jika benar dia Kok Siauw Hong kita harus mengajaknya bergabung melawan musuh!"
Seng Liong Sen sengaja membohongi Chan It Hoan, tapi tak lama Chan It Hoan menjawab.
"Orang yang mirip di dunia ini sangat banyak, tetapi bergaul dengan orang semacam dia, tidak ada gunanya!"
kata Chan It Hoan. Dari ucapan Chan It Hoan ini Seng Liong Sen langsung menerka bahwa orang yang dia temui dan sempat bertarung dengannya itu benar Kok Siauw Hong. Sesudah yakin pemuda itu saingannya, Seng Liong Sen berkata lagi.
"Aku dengar dulu keributan yang terjadi di Pek-hoa-kok gara-gara pemuda itu mencintai nona Ci Giok Hian.
Benarkah begitu?" kata Seng Liong Sen.
1211 "Benar, bocah tidak berbudi itu telah menyia-nyiakan nona kami, maka itu terjadi keributan di Pek-hoa-kok.
Semua itu gara-gara dia mencintai nona Ci yang entah bagaimana berhasil dia jebak! Kemudian dia berpisah dengan Nona Ci. Sekalipun dia sudah mati aku masih membencinya! Aku pikir sebaiknya masalah itu jangan kau ungkit kembali. Kau akan segera menikah dengan Nona Ci, jadi tidak perlu kau memikirkan masalah itu lagi!" kata Chan It Hoan.
Jawaban Chan It Hoan memuaskan Seng Liong Sen. Dia tidak mengira jika Chan It Hoan begitu membenci Kok Siauw Hong.
"Terima kasih, Toa-siok," kata S ;rtg Liong Sen.
Kemudian keduanya berpisah dan Seng Liong Sen masuk ke kamarnya akan tidur. Tetapi sesampai di kamarnya, Seng Liong Sen tetap gelisah. Dia bingung dan berpikir, apakah dia harus memberi tahu nona Ci tentang pertemuannya dengan Kok Siauw Hong atau jangan. Ini yang terus membuat hati Seng Liong Sen bingung bukan main. Sebenarnya bukan Seng Liong Sen saja yang sedang bingung, tapi Ci Giok Hian pun sedang bingung di kamarnya. Pernikahannya dengan Seng Liong Sen hanya tinggal beberapa hari saja. Akhir-akhir ini nona Ci pun sulit tidur. Malam itu pun nona Ci tidak bisa tidur nyenyak. Dia duduk di depan jendela kamarnya meamun sambil bersandar padaj endela. Dia ingat saat dia bersumpah akan sehidupsemati dengan Kok Siauw Hong, tapi sekarang dia akan menikah dengan pemuda lain.
"Tidak kusangka hidup ini akan jadi begini, Kok Siauw Hong kini telah tiada, tetapi bagaimana andaikata dia belum mati?" pikir nona Ci yang agak tersentak sejenak.
"Ya, bagaimana jika dia masih hidup, sedang aku menikah dengan pemuda lain?"
1212 Khabar tentang kematian Kok Siauw Hong itu dia dengar dari orang lain. Memang dia pernah ke lembah tempat Kok Siauw Hong mengalami kecelakaan. Nona Ci pun pernah bertemu dengan salah seorang anggota Kaypang. Dari orang itu dia dengar Kok Siauw Hong terpanah oleh musuh. Tetapi dia belum yakin sekali, karena dia tidak menemukan mayat kekasihnya itu. Hal inilah yang membuat dia mau tidak mau jadi sangsi juga.
"Aaah, siapa tahu anggota Kay-pang yang mau mati itu bicara ngaco dan bagaimana jika Siauw Hong masih hidup?" begitu pikir nona Ci.
Sampai fajar menyingsing Ci Giok Hian belum juga bisa tidur. Semalam penuh Ci Giok Hian tidak memejamkan matanya. Hari pun telah pagi. Burung-burung mulai terdengar berkicau dan melompat-lompat dari dahan ke dahan.
Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk.
"Siapa?" tanya Ci Giok Hian.
"Aku!" kata Seng Liong Sen.
Mendengar suara pemuda itu, Ci Giok Hian tersentak kaget dan girang. Dia segera berjalan dan membukakan pintu kamarnya. Tampak Seng Liong Sen berdiri di depan pintu kamar dan kelihatan agak lesu.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semalam Seng Liong Sen tidak bisa tidur dan, sepagi itu dia langsung menemui nona Ci. Dia tidak mengira kalau nona itu semalam juga tidak bisa tidur seperti dia.
"Hai! Kau sudah pulang" Kapan kau pulang?" kata Ci Giok Hian. "Kau kelihatan pucat, pasti kau kelelahan."
1213 "Aku baru pulang tadi malam," kata Liong Sen. "Karena aku pikir kau sudah tidur, aku tidak ingin mengganggumu.
Baru sekarang aku menemuimu!"
Nona Ci tersenyum. "Sepagi ini kau sudah mencariku, apa ada urusan penting?" tanya Ci Giok Hian.
"Sehari saja aku tidak bertemu denganmu, hatiku merasa tidak enak. Apa aku tidak boleh menemuimu jika tidak ada masalah penting?" kata Seng Liong Sen.
"lih, kau sekarang pandai bergurau! Sejak kapan kau jadi pandai merayu?" kata nona Ci.
"Sebenarnya, memang ada yang ingin aku sampaikan padamu," kata Seng Liong Sen. "Ini khabar gembira lho!"
"Khabar gembira" Khabar apa, tuh" Pasti tentang kau berhasil membujuk Han To Yu, bukan?" kata Ci Giok Hian.
"Bukan! Maksudku masalah pribadi," kata Seng Liong Sen.
"Hm! Kalau begitu katakan saja," kata Ci Giok Hian.
Semula Seng Liong Sen akan langsung membicarakan pertemuannya dengan Kok Siauw Hong, tapi dia agak ragu lalu berpikir akan membicarakan masalah itu lain kali saja.
Maka itu dia mengubah pembicaraannya ke masalah lain.
"Suhu mengatakan di harian bahagia kita beliau akan mengumumkan pengangkatanku sebagai ahliwarisnya di depan para tamu!" kata Seng Liong Sen.
"Bagus, kuucapkan selamat. Dengan demikian kelak kau juga akan menjadi Beng-cu daerah Kang-lam. Ini khabar yang menggembirakan, tapi khabar itu tidak menyangkut mengenai diriku!" kata Ci Giok Hian.
1214 "Kenapa tidak?" kata Seng Liong Sen heran. "Bukankah jika aku jadi Bu-lim Beng-cu daerah Kang-lam, kau juga menjadi nyonya Beng-cu"
"Iih, sembarangan bicara saja! Mana mungkin aku punya rejeki sebesar itu" Bicarakan soal lain saja!" kata Ci Giok Hian dengan wajah merah.
Khabar itu sebenarnya membuat nona Ci girang bahkan dia merasa bangga jika bisa menjadi isteri seorang Beng-cu.
Tetapi tak lama tampak nona Ci termenung.
"Hai! Ada apa denganmu" Kenapa kau diam?" kata Seng Liong Sen.
"Tidak apa-apa," kata nona Ci. "Wajahmu kelihatan muram aku rasa ada yang mengganggu pikiranmu!"
"Kau benar," kata Seng Liong Sen. "Aku ingin mengatakannya padamu, tapi aku mohon kau jangan marah."
"Marah" Kenapa aku harus marah, sebentar lagi kita akan menjadi suami-isteri. Masalah apa pun mana ada yang tidak bisa dibicarakan di antara suami-isteri?" kata Ci Giok Hian.
"Kau benar, dua hari lagi kita resmi menjadi suami-isteri, tetapi sekarang aku justru jadi cemas!" kata Seng Liong Sen.
Ci Giok Hian menatap ke arah wajah calon suaminya itu.
"Apa yang kau cemaskan?" kata Ci Giok Hian.
"Aku khawatir terjadi sesuatu, misalnya ada rintangan...." kata Seng Liong Sen.
"Dari mana datangnya rintangan itu?" kata Ci Giok Hian.
1215 "Maafkan aku jika baru sekarang hal ini aku katakan padamu," kata Seng Liong Sen. "Andai kata sekarang kau bertemu dengan Kok Siauw Hong, apa kau tidak menyesal menjadi isteriku?"
Jantung Ci Giok Hian sejenak berdebar-debar karena terperanjat mendengar pertanyaan dari Seng Liong Sen itu.
"Kita sudah dengar bahwa dia sudah meninggal, bagaimana aku bisa bertemu lagi dengannya?" kata Ci Giok Hian.
"Ya, aku hanya berandai-andai saja," kata Seng Liong Sen. "Seandainya benar dia belum meninggal dan kau bertemu lagi dengannya! Bagaimana pendapatmu?"
Jantung Ci Giok Hian kembali berdebar-debar.
"Liong Sen. kau masih waras kan" Kau jangan ngaco tidak karuan!" kata Ci Giok Hian.
"Tidak, aku tidak bicara ngawur!" kata Liong Sen. "Jika benar dia masih hidup, kau lebih suka pada dia atau padaku?"
Tiba-tiba air mata Ci giok Hian meleleh.
"Kau jangan desak aku, Liong Sen! Kenapa kau berkata begitu" Apakah kau telah melihat dia?" kata Ci Giok Hian.
"Aku juga belum yakin, apakah orang itu dia atau bukan?" kata Seng Liong Sen.. "Tetapi aku memang pernah bertemu dan dan berkelahi dengannya. Orang itu pandai ilmu Cit-siukiam-hoat keluarga Kok! Entah dia atau bukan aku juga tidak tahu" Aku berharap saja agar orang itu bukan dia! Tetapi jika benar orang itu dia, aku juga gembira. Asal kau bahagia, aku pun sudah senang dan aku bersedia mengalah darinya dan kau boleh kembali kepadanya!"
1216 Tanpa disadarinya Ci Giok Hian mengulurkan
tangannya hendak menutup mulut pemuda she Liong itu.
"Sudah... Kau jangan bicara lagi!" kata Ci Giok Hian.
"Apa kau yakin orang itu bukan dia?" kata Liong Sen.
"Orang yang bisa Cit-siu-kiam-hoat bukan hanya Kok Siauw Hong seorang," kata Ci Giok Hian. "Murid Jen Thian Ngo pun aku yakin bisa menggunakan ilmu itu!"
Kata-kata Ci Giok Hian ini sebenarnya hanya untuk menenangkan hatinya yang mulai gelisah, dia penasaran tetapi tidak berani menanyakan tentang orang yang ditemui Seng Liong Sen.
Semula Seng Liong Sen gelisah, ttapi ketika menyaksikan nona Ci tenang dia pun mulai tenang. Malah Seng Liong Sen yakin dia sudah bisa menggantikan kedudukan Siauw Hong di hati gadis ini..
"Jika benar orang itu dia, aku memang rela mengalah demi kebahagiaanmu. Tetapi terus-terang, aku akan menyesal seumur hidup. Sekalipun aku diangkat menjadi Beng-cu di daerah Kang-lam, bagiku tidak ada artinya!"
kata Seng Liong Sen. Tiba-tiba Ci Giok Hian menutup mulut Seng Liong Sen dengan jari tangannya yang mungil.
"Sudah jangan kau bicarakan lagi masalah yang sudah lewat!" kata nona Ci.
"Kau benar, lusa hari pernikahan kita.Tapi kenapa kita harus bicara masalah yang tidak baik kita bicarakan!" kata Seng Liong Sen yang hatinya semakin lega saja.
"Kau masih kelihatan lelah, istirahatlah," kata nona Ci.
Sesudah itu Seng Liong Sen meninggalkan kamar Ci Giok Hian. Setelah Seng Liong Sen pergi, hati Ci Giok 1217
Hian jadi gelisah. Dia mengambil buku untuk menghilangkan kegelisahannya. Tetapi dia tidak bisa berkonsentrasi membaca buku itu. Dia letakkan buku itu dan berjalan keluar kamar. Pikiran nona Ci kacau sekali.
Bagaimana pun dia hendak melupakan Kok Siauw Hong, tetapi dia pernah bersumpah akan sehidup-semati dengannya.
"Selamat pagi nona Ci!" sapa Chan lt Hoan.
"Pagi, Chan Toa-siok," jawab Ci Giok Hian.
Ketika itu sebenarnya Chan It Hoan hendak
menghadang kedatangan Kok Siauw Hong. Semalam sesudah mendengar keterangan dari Seng Liong Sen. dia jadi penasaran. Dia kira Kok Siauw Hong akan menyusul dan datang ke tempat itu. Tapi ternyata justru berpapasan dengan Ci Giok Hian.
"Maafkan aku Nona Ci, aku belum mengucapkan selamat kepadamu," kata Chan It Hoan.
Wajah nona Ci berubah merah, dengan tersipu-sipu nona Ci menyahut.
"Terima kasih Chan Toa-siok, bagaimana keadaan majikanmu nona Han, apa kau sudah mendapat khabar tentang dia?" kata Ci giok Hian.
"Sudah, aku dengar nonaku sudah ada di Kim-kee-leng,"
kata Chan It Hoan sambil tertawa.
"Syukurlah, hubunganku dengan nonamu seperti saudara saja! Sayang dia tidak ada di sini. Chan Toa-siok, apa kau masih marah padaku?" kata Ci Giok Hian.
"Oh tidak! Kejadian di Pek-hoa-kok dulu, terus-terang semua karena kecerobohanku," kata Chan lt Hoan. "Jika 1218
kau tak gusar padaku bagaimana aku marah padamu. Itu semua gara-gara bocah bernama Kok Siauw Hong itu!"
"Terus-terang dia juga tidak bisa disalahkan," kata Ci Giok Hian. "Sudahlah kita tidak perlu membicarakan masalah itu lagi!"
"Aku dengar dia sudah meninggal, jadi benar kenapa aku harus mengungkit-ungkit masalah orang yang telah meninggal?" kata Chan It Hoan.
"Sudahlah," kata nona Ci. "Kita jangan sebut-sebut dia lagi..."
"Memang begitu, tapi sayang..." Chan It Hoan tak meneruskan kata-katanya.
"Sayang bagaimana?"
"Di harian bahagiamu, nona kami tidak bisa hadir untuk mengucapkkan selamat padamu!" kata Chan It Hoan.
"Eeh, ngomong tentang nonamu aku jadi ingat sesuatu dan ingin minta bantuan pada Chan Toa-siok!" kata nona Ci.
"Katakan saja, jangan segan-segan!" kata Chan It Hoan.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa bertemu lagi dengan nonamu atau tidak" Jika kau bertemu dengannya, tolong kau sampaikan titipanku padanya," kata Ci Giok Hian.
Sesudah itu nona Ci mengeluarkan batu giok dari sakunya, lalu benda itu diserahkan pada Chan It Hoan.
Ketika diperhatikan batu giok itu terukir indah sekali, lukisan seekor naga dengan seekor burung Hong. Chan It Hoan kaget melihat benda itu lalu berkata.
1219 "Jika nonaku tahu di hari bahagia itu, dialah yang harus memberimu bingkisan, malah sekarang kau yang memberinya bingkisan ini?" kata Chan It Hoan.
"Serahkan saja benda itu, aku yakin nonamu akan tahu apa maksudnya," kata Ci Giok Hian.
"Baik, aku permisi akan kembali!"
Sesudah nona Ci meninggalkannya sendirian, Chan It Hoan mengamati benda di tangannya itu.
"Eeh, apa maksud nona Ci memberi hadiah ini?" pikir Chan It Hoan.
Pada saat sedang kebingungan dari arah sebuah lereng, kelihatan Kok Siauw Hong berjalan mendatangi. Di sepanjang jalan Kok Siauw Hong memutar otak. Dia bingung apa yang harus dia katakan, jika dia bertemu dengan Ci Giok Hian" Pada saat Kok Siauw Hong itu dia jadi kaget karena bertemu dengan Chan It Hoan di tempat itu.
"Eeh, Chan Toa-siok, apa khabar" Kapan Chan Toa-siok sampai?" kata Kok Siauw Hong.
"Khabar buruk!" kata Chan It Hoan. "Keluarga majikanku berantakan hingga aku harus hidup di pengembaraan!"
"Oh, rupanya Chan Toa-siok masih marah padaku?" kata Kok Siauw Hong.
"Oh, mana berani aku marah padamu, tapi aku ingin bertanya, kau mau apa datang ke mari?" kata Chan It Hoan.
"Aku ingin menemui Bun Tay-hiap dan Seng Siauwhiap," jawab Kok Siauw Hong.
"Kau ingin menemui Seng Liong Sen" Untuk urusan apa?" kata Chan It Hoan.
1220 "Ada sedikit masalah yang harus kubicarakan dengan mereka," kata Siauw Hong.
"Maaf, kunasihati kau! Aku minta kau jangan mencari garagara lagi di tempat ini!" kata Chan It Hoan yang tibatiba saja jadi emosi.
"Aku kira Paman Chan salah paham, untuk apa aku cari gara-gara?" kata Kok Siauw Hong.
"Aku tidak salah paham, kau kira aku tidak tahu"
Terusterang saja kau datang karena kau dengar Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian akan menikah, bukan?" kata Chan It Hoan.
"Masalah itu aku sudah tahu," kata Kok Siauw Hong.
"Tetapi..." "Tapi apa" Kau telah menyusahkan nona kami, apa itu belum cukup" Sekarang kau akan mengacaukan pernikahan nona Ci, begitu?" kata Chan It Hoan tambah sengit.
"Paman Chan, dengar dulu keteranganku. Kedatanganku atas perintah Liok-lim Beng-cu Liu Li-hiap" kata Kok Siauw Hong.
"Oh, jadi kau datang dari Kim Kee-leng?"
"Benar, malah nonamu pun ada di sana!" kata Siauw Hong.
"Jadi kalian bersama-sama dengan Nonaku?" kata Chan It Hoan yang berubah lebih ramah.
"Benar, aku ke Kim-kee-leng bersama nonamu. Dia telah memaafkan kesalahanku, semoga Paman juga begitu!" kata Kok Siauw Hong.
"Kau masih muda, jika kau bisa memperbaiki kesalahanmu, itu bagus sekali," kata Chan It Hoan. "Tapi, 1221
sebelum aku bertemu dengan Nonaku, aku masih belum percaya sepenuhnya keteranganmu."
"Baik, untuk apa aku berbohong pada Paman?" kata Kok Siauw Hong sambil tersenyum.
"Ya, jadi kau akan kembali ke Kim-kee-leng setelah tugasmu selesai?" kata Chan It Hoan.
"Benar," kata Kok Siauw Hong.
"Bagus, kalau begitu harap kau serahkan benda ini pada nonaku!" kata Chan It Hoan sambil menyerahkan batu giok pemberian Ci Giok Hian pada Siauw Hong.
Melihat benda yang diserahkan Chan It Hoan, wajah Kok Siauw Hong berubah serius.
"Dari mana Paman Chan mendapatkan benda ini?" kata Siauw Hong.
"Benda ini bukan hasil curian juga bukan milik nonaku, dari pertanyaanmu itu aku yakin kau tahu asal-usul benda ini?" kata Chan It Hoan.
"Benar aku tahu asal-usulnya, coba Paman jelaskan dari mana benda ini?" kata Siauw Hong.
"Dari nona Ci, dia ingin aku menyerahkannya pada nonaku. Sebaiknya benda itu kutitipkan padamu saja!" kata Chan It Hoan.
Dada Kok Siauw Hong serasa mau meledak, tapi dia mencoba menahan diri. Batu giok itu lalu dia simpan baikbaik.
"Dugaanku benar, pantas aku rasanya mengenali benda itu!" kata Siauw Hong. "Baik, akan kusampaikan benda ini pada nonamu. Katakan pada nona Ci jangan khawatir, pesannya akan kusampaikan sendiri pada nona Han!"
1222 Batu itu disebut "Liong-hong-pwee " atau Perjodohan Naga dan Burung Hong. Batu itu milik keluarga Kok Siauw Hong yang dia berikan kepada Ci Giok Hian sebagai tanda pengikat jodoh mereka.
Di luar dugaan batu itu kini berada di tangan Chan It Hoan, dan diserahkan sendiri oleh Ci Giok Hian untuk diberikan pada Han Pwee Eng. Sekarang benda itu kembali pada pemiliknya. Dari kejadian ini Kok Siauw Hong sadar, bahwa Ci Giok Hian telah memilih pria lain untuk menjadi suaminya. Je!'.snya dia telah memutuskan hubungannya dengan Kok Siauv Hong, dan ingin menjodohkan kembali Kok Siauw Hong dengtu, Han Pwee Eng.
"Nah, sekarang apa kau masih ingin bertemu dengan Bun Tay-hiap?" kata Chan It Hoan.
"Benar, aku harus menyampaikan pesan Liu Li-hiap,"
kata Kok Siauw Hong. "Sesudah bertemu Bun Tay-hiap sebaiknya kau segera kembali, tidak perlu kau temui Seng Liong sen!" kata Chan It Hoan. "Tidak, aku harus menemuinya?" Untuk apa kau temui dia?"
"Aku juga dititipi barang untuk disampaikan kepadanya," kata Siauw Hong.
"Kenapa titipan itu tidak kau serahkan saja pada gurunya?" kata Chan It Hoan.
"Kau benar, baiklah. Tolong antarkan aku menemui Bun Tay-hiap!" kata Kok Siauw Hong.
"Baik, kau tunggu sebentar akan kulihat apakah Bun Tayhiap sudah bangun atau belum?" kata Chan It Hoan.
Jelas dari kata-katanya Chan It Hoan tidak ingin Kok Siauw Hong bertemu dengan Seng Liong Sen, maka itu dia 1223
akan mengatur dulu pertemuan Kok Siauw Hong dengan Bun Tayhiap.
Kok Siauw Hong setuju saja, padahal dia sedang mengemban tugas penting, tapi kenapa pertemuannya harus diatur seolah dia punya tugas rahasia saja. Kok Siauw Hong lalu menunggu. Saat sedang menunggu dia mendengar suara bentakan orang.
"Oh bagus! Ternyata kau menyusulku ke mari!"
Saat Kok Siauw Hong menoleh dia mengenali orang itu Seng Liong Sen.
Rupanya Seng Liong Sen bertemu dengan Kok Siauw Hong tanpa disengaja. Saat itu dia sedang bingung. Dia yakin satu dua hari ini pasti Kok Siauw Hong akan datang menemuinya. Ternyata itu benar. Semula Seng Liong Sen berpikir akan mempertemukan Kok Siauw Hong dengan Ci Giok Hian, seperti janjinya pada nona Ci. Tetapi rasa cintanya pada nona Ci membuat dia bimbang dan batal memenuhi janjinya.
"Aku tidak bisa membiarkan dia merusak kebahagiaan kami!" pikir Seng Liong Sen.
Maka itu dia langsung menegur Kok Siauw Hong dengan kasar. Kok Siauw Hong langsung memberi hormat.
"Aku kira kau salah paham, saudara Seng!" kata Siauw Hong.
Tetapi sebelum menjawab Seng Liong Sen sudah menghunus pedangnya.
"Hm! Kau mata-mata musuh yang lolos dari tangan Pek Locian-pwee, kau ke mari hendak mengelabuiku, bukan?"
kata Seng Liong Sen yang langsung menyerang.
1224 Serangan itu sangat berbahaya ditambah lagi pedang Seng Liong Sen menusuk dengan jurus Keng-sin-pit-hoat ajaran Bun Tay-hiap. Serangan itu bertubi-tubi hingga Kok Siauw Hong terdesak.
"Walau tidak kubunuh dia, paling tidak aku harus mengusirnya agar dia tidak berani datang lagi!" pikir Seng Liong Sen.
Kok Siauw Hong kaget karena diserang oleh Seng Liong Sen. Melihat serangan maut lawan, akhirnya Kok Siauw Hong berpikir.
"Aku tidak boleh mengalah terus," pikir Kok Siauw Hong, "sebab dia kira aku takut kepadanya!"
Dengan cepat Kok Siauw Hong menghunus pedangnya lalu dia menggunakan Cit-siu-kiam-hoat untuk menghadapi serangan Seng Liong Sen ini. Ketika pertama kali bertemu di tengah danau. Kok Siauw Hong tercebur diserang Seng Liong Sen. Dengan demikian Seng Liong Sen mengira dengan mudah akan dapat mengalahkan Kok Siauw Hong.
Tapi Seng Liong Sen kaget, saat Kok Siauw Hong bersungguh-sungguh meladeninya.
"Eh, aneh sekali! Kepandaiannya berbeda sekali dengan tempo hari. Jika aku kalah olehnya, masalah akan jadi kacau sekali!" pikir Seng Liong Sen.
Dengan tak sabar Seng Liong Sen melancarkan serangan hebat ke arah Kok Siauw Hong. Sebaliknya Kok Siauw Hong pun tidak tinggal diam. Dia juga melancarkan serangan hebat. Pedang Kok Siauw Hong meluncur ke arah sasaran. Sedang serangan Liong Sen pun sudah terlanjur dilancarkan. Untuk menangkis serangan Kok Siauw Hong, jelas sudah terlambat. Dada Seng Liong Sen akan tertusuk pedang lawan. Tetapi Kok Siauw Hong tidak berniat 1225
melukainya. Saat ujung pedang hampir mengenai dada lawan, tiba-tiba dia tahan.
"Seng Siauw-hiap, sekarang kau tahu bahwa aku tidak berniat jahat padamu, kan"!" kata Kok Siauw Hong.
Seng Liong Sen pemuda congkak, dinasihati begitu dia kurang senang. Bukan senang diberi hati, tiba-tiba Seng Liong Sen malah melancarkan serangan mendadak. Dia gunakan jurus Pek-hoo-thian-ih (Bangau putih membentangkan sayap). Serangan itu membuat Kok Siauw Hong kaget, dia melompat mundur. Untung ujung pedang Seng Liong Sen hanya mengenai lengannya.
"Aku tidak ingin mencelakaimu, kenapa benar kau ingin mengadu jiwa denganku?" kata Kok Siauw Hong.
Tapi karena serangan-serangan Seng Liong Sen semakin hebat, terpaksa Kok Siauw Hong harus waspada dan membalas serangannya.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Sekembali dari pertemuannya dengan Chan lt Hoan, Ci Giok Hian pun termenung sendiri. Dia anggap sikap Seng Liong Sen akhir-akhir ini agak aneh. Nona Ci menduga, bahwa Chan It Hoan pernah mendengar tentang datangnya Kok Siauw Hong ke tempat itu. Maka itu nona Ci tidak jadi kembali ke kamarnya. Dia berbalik ke tempat tadi. Saat dia sampai kebetulan pertarungan antara Kok Siauw Hong dengan Seng Liong Sen tengah berlangsung. Melihat pertarungan itu Ci Giok Hian langsung berteriak.
"Hentikan! Hentikan!"
Saat itu baik Kok Siauw Hong maupun Seng Liong Sen sedang melancarkan serangan hebat. Melihat kedatangan Ci Giok Hian ini Kok Siauw Hong terperanjat. Begitu pun 1226
serangan Liong Sen, entah tidak bisa dihentikan, atau memang gemas dia menusukkan pedangnya...
"Liong Sen, tahan!" kata Ci Giok Hian.
Ujung pedang Seng Liong Sen meluncur di atas bahu Kok Siauw Hong, ini membuat pakaian Siauw Hong terkena pedang Liong Sen. Untung Kok Siauw Hong tidak terluka.
"Oh, ternyata kalian saling mengenal, maafkan aku!"
kata Seng Liong Sen. "Jadi dia ini saudara Kok, terimalah ucapan selamatku!"
Wajah nona Ci memerah. Jantungnya berdebar dia mencoba menenangkan hatinya.
"Liong Sen, dia adalah Kok Toa-ko yang aku katakan padamu...." kata Giok Hian. "Siauw Hong, aku kira kau ....
kau..." "Ya, kau kira aku sudah mati di CengIiong-kouw, bukan" Memang aku telah hidup kembali setelah mati di Ceng-Iiong
selamat, aku girang," kata nona Ci.
"Selamat, selamat! Kawan lama telah bertemu kembali!
Tapi, apakah kedatanganmu
ini sengaja untuk mencari Giok Hian?" kata Seng Liong Sen yang cemburu bukan main.
Pertanyaan Seng Liong Sen ini membuat Ci Giok Hian tertegun, dia mengawasi Kok Siauw Hong dan ingin mendengar jawaban pemuda itu. Saat itu Kok Siauw Hong merabah ke sakunya, di sana terdapat batu giok yang baru 1227
diterimanya dari Chan It Hoan. Maka itu pemuda ini menjawab tegas.
"Benar, aku sudah tahu Ci Giok Hian ada di sini! Tetapi kedatanganku ke mari dengan dua masalah." kata Kok Siauw Hong. "Aku senang bisa bertemu lagi dengan Nona Ci di sini!"
Melihat sikap dingin Kok Siauw Hong hati Ci Giok Hian terasa pedih sekali.
"Pasti dia membenciku, tetapi bagaimaa aku menjelaskannya pada dia?" pikir Ci Giok Hian.
"Apa kedua urusan yang kau bawa itu?" kata Seng Liong Sen dengan tajam.
"Aku ingin membicarakannya denganmu," kata Kok Siauw Hong. "Pertama, aku akan menyampaikan bingkisan."
Dia lalu menyerahkan kitab ilmu silat pada Liong Sen.
"Ini titipan dari Kang-lam Tay-hiap Ciu Cioh untukmu!
Kemarin secara kebetulan aku bertemu dengan beliau. Dia bilang mungkin dia tidak sempat menghadiri hari bahagia kalian! Maaf, aku sendiri terlambat mengetahui hal itu, hingga aku tidak punya bingkisan untuk kalian!" kata Kok Siauw Hong.
Seng Liong Sen semula akan pura-pura tidak kenal pada Kok Siauw Hong, tetapi secara terus-terang Kok Siauw Hong malah menjelaskannya.
"Terima kasih atas kebaikanmu, Kok-heng," kata Seng Liong Sen. "Kau sahabat nona Ci, jelas kau juga sahabatku.
Apa kau bersedia bermalam untuk ikut merayakan pernikahan kami?"
1228 "Maaf, aku masih punya urusan penting, jadi aku harus segera kembali. Mungkin aku tidak bisa hadir dalam pesta pernikahan kalian," kata Kok Siauw Hong.
"Sayang sekali," kata Seng Liong Sen. "Urusan yang kedua mengenai apa?"
"Aku harus menemui gurumu untuk menyampaikan pesan dari Liu Li-hiap!" kata Kok Siauw Hong.
"Oh, begitu. Baik, mari kuantar kau menemui Guruku!"
kata Seng Liong Sen. "Aku sudah minta bantuan Chan Toa-siok," kata Siauw Hong.
Mendengar Kok Siauw Hong utusan dari Kim-kee-leng, Ci Giok Hian girang sekali.
"Siauw Hong, aku dengar Enci Pwee Eng ada di sana, apa benar?" kata nona Ci.
"Ya, ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu,"
kata Siauw Hong. "Mengenai apa?" tanya nona Ci agak terperanjat.
"Aku dan Pwee Eng merencanakan akan menikah tahun depan, kali ini aku menyesal tidak bisa menghadiri pernikahan kalian. Aku mohon tahun depan kalian suamiisteri bisa datang pada pernikahan kami!" kata Kok Siauw Hong.
Sebenarnya janji menikah itu belum ada di antara Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Kata-kata Kok Siauw Hong itu hanya untuk menentramkan hati Ci Giok Hian agar bisa menikah dengan Seng Liong Sen. Keterangan Kok Siauw Hong ini membuat Ci Giok Hian kaget dan juga girang.
1229 "Memang Han Pwee Eng lebih baik dariku!" kata nona Ci. "Baiklah, tahun depan aku akan datang!"
Sesudah itu nona Ci berpikir.
"Ternyata hati Kok Siauw Hong begitu cepat berubah, semalam aku masih mengenangnya!" pikir nona Ci.
Saat Chan It Hoan muncul, dia kaget menyaksikan ketiga orang yang sedang berkumpul itu.
"Oh, jadi kalian sudah saling mengenal?" kata Chan It Hoan.
"Benar," kata Kok Siauw Hong.
"Sudah kusampaikan mengenai kedatanganmu. Kok Siauwhiap. Harap Seng Siauw-hiap mau mengantarkan tamu gurumu ini!" kata Chan It Hoan.
"Baik," kata Seng Liong Sen.
"Chan Toa-siok, aku kurang enak badan, maukah kau mengantarkan aku?" kata Ci Giok Hian.
"Baik," kata Chan It Hoan.
Terus-terang Chan It Hoan kagum pada nona Ci yang ingin menghindari Kok Siauw Hong, bahkan dia merasa kagum pada Seng Liong Sen yang luhur budi. Tapi sebenarnya keadaannya justru sebaliknya. Kok Siauw Hong menemui Bun Tay-hiap. Saat bertemu guru Seng Liong Sen langsung berkata dengan gembira.
"Namamu dan nama ayahmu sudah lama aku kagumi,"
kata Bun Tay-hiap. "Sekarang aku bertemu denganmu. Kau sebaya dengan muridku Seng Liong Sen, dia banyak membantu urusanku."
"Terima kasih atas pujian Beng-cu, mana berani aku disamakan dengan muridmu!" kata Kok Siauw Hong.
1230 "Jangan sungkan," kata Seng Liong Sen.
"Sekarang, coba kau katakan, kau membawa khabar apa untuk kami?" kata Bun Tay-hiap.
Kok Siauw Hong memberi keterangan tentang keadaan di daerah utara, serta menyampaikan gagasan Liu Li-hiap untuk menghadapi musuh.
"Menurut pendapatku serangan tentara Mongol ke negeri Kim itu, hanya pura-pura. Padahal bangsa Mongol ingin menyerang negeri Song di Selatan. Yang harus kita utamakan adalah menyelamatkan negara Song!" kata Bun Tay-hiap.
"Lo Cian-pwee benar, tapi aku tidak berani mengambil putusan sendiri. Hal ini akan kulaporkan kepada Liu Lihiap dulu." kata Kok Siauw Hong.
"Benar, tapi sebaiknya kau tingal di sini dulu, kami lebih memerlukan tenagamu di sini," kata Bun Tay-hiap.
"Terima kasih, tapi aku harus segera pergi untuk mengurus urusan lain. Aku diperitahkan ke Thay-ouw oleh Liu Li-hiap," kata Kok Siauw Hong.
"Ada yang belum kau ketahui, lusa muridku akan menikah dengan nona Ci. Aku harap kau bisa menunggu sampai pernikahan itu selesai," kata Bun Tay-hiap. "Aku kira Ong Ceecu di Thay-ouw pun tidak bisa datang sendiri ke mari, pasti dia akan mengirim utusannya ke mari."
"Mungkin begitu," kata Siauw Hong. "Padahal Li Bengcu meminta aku bicara langsung pada Ong Cee-cu!"
Dia berbohong pada Bun Tay-hiap karena tidak punya alasan lain. Bun Tay-hiap manggut-manggut, karena berpikir urusan negara lebih utama daripada urusan pribadi.
1231 "Baiklah, aku tidak bisa menahanmu lebih lama di sini,"
kata Bun Tay-hiap. "Sesudah urusanmu selesai, aku harap kau datang lagi ke mari."
"Aku sendiri berharap bisa hadir dan ingin mohon petunjuk dari Tay-hiap," kata Kok Siauw Hong.
"Antarkan tamu kita, Liong Sen," kata Bun Tay-hiap pada muridnya.
Mereka berdua pamit, sampai di kaki bukit, Liong Sen berkata pada Kok Siauw Hong.
"Semula kita salah paham hingga harus bertarung, kemudian kita jadi sahabat. Aku berterima kasih atas kedatanganmu dan kau banyak membantuku!" kata Liong Sen.
Ucapan Liong Sen mengandung dua makna. Pertama terima kasih karena Siauw Hong mengantarkan kitab ilmu silat dari Ciu Cioh, dan kedua terima kasih atas bantuan Kok Siauw Hong yang pura-pura tidak mengerti.
"Tidak perlu sungkan, silakan kembali, semoga kalian hidup bahagia!" kata Kok Siauw Hong.
Dengan demikian mereka berpisah. Kok Siauw Hong berjalan sendiri. Di sepanjang jalan hati Kok Siauw Hong bimbang sekali. Di tengah jalan Kok Siauw Hong mendengar ada suara perempuan.
"Enci Bwee mari kita pulang saja! Kau jangan cari susah sendiri!" kata suara itu.
"Tapi aku ingin membuktikan, apakah khabar itu benar atau bohong!" kata yang lain.
"Jika benar bagaimana dan jika tidak bagaimana?" kata yang pertama.
1232 "Aku juga tidak tahu harus bagaimana?" kata Tik Bwee.
"Tapi sekali lagi aku ingin bertemu dengannya!"
Kok Siauw Hong mengenali kedua perempuan itu, mereka ialah kedua orang gadis yang dia lihat di telaga See-ouw. Salah satunya Tik Bwee, pelayan Seng Cap-si Kouw.
Dari Han Pwee Eng pemuda ini sudah mendengar tentang Tik Bwee. Dia cerdik dan ilmu silatnya tinggi. Tapi cintanya pada Seng Liong Sen dianggap sangat keliru.
Tanpa terasa mereka saling berpapasan, kedua nona itu kaget.
"Liong Cici," kata Tik Bwee. "Apa kau masih kenal padanya, rasanya dia..."
"Ya, betul! Dia pria yang mengintai kita di tepi telaga beberapa hari yang lalu," kata nona Liong.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika itu Tik Bwee memang sedang dongkol, maka itu dia hadang Kok Siauw Hong.
"Mau apa kau mengawasi kami terus" Dasar lelaki ceriwis!" kata Tik Bwee.
Tangan Tik Bwee melayang hendak menampar Kok Aiauw Hong. Melihat serangan Tik Bwee tersebut, Kok Siauw Hong mengelak, tapi Kok Siauw Hong tahu.
Serangan itu cepat luar biasa. Sekarang dia sadar apa yang dikatakan Han Pwee Eng, bahwa nona ini lihay memang benar.
Sadar serangannya tak mengenai sasaran, Tik Bwee terkejut. Saat dia hendak menghunus pedangnya. Kok Siauw Hong langsung menegurnya.
"Pasti kau Enci Tik Bwee bukan" Aku justru ingin menemuimu!" kata Kok Siauw Hong.
"Kau dari mana dan siapa kau?" kata Tik Bwee.
1233 "Aku sahabat nona Han dan nona Ci, bukankah kau yang telah menitipkan sebuah benda untuk seseorang?" kata Siauw Hong.
"Nona Ci yang mana?" kata Tik Bwee dan termenung sejenak.
Tak lama Tik Bwee tersentak dan berkata lagi.
"Oh, ya, pasti maksudmu Enci Tik Khim, bukan?"
"Benar, Tik Khim itu puteri keluarga Ci dari Pek-hoakok. Untuk menolongi ayah dan nona Han dia rela jadi pelayan di rumah Seng Cap-si Kouw. Begitu kan?" kata Siauw Hong.
"Kalau begitu... kau Kok Siauw-hiap dari Yang-ciu!"
kata Tik Bwee. "Benar, aku Kok Siauw Hong," jawab pemuda itu.
Wajah Tik Bwee berubah merah.
"Jadi nona Han telah memberitahumu tentang barang itu?" kata Tik Bwee.
"Benar, barang itu sekarang ada padaku," kata Kok Siauw Hong. "Seharusnya atas permintaan nona Han, kusampaikan barang ini pada yang berhak. Tetapi karena...
Aah karena aku gagal melaksanakan pesan nona Han itu, maka barang itu harus kukembalikan kepadamu!"
Kok Siauw Hong mengeluarkan sebuah dompet dari sakunya yang dia serahkan pada nona Tik Bwee. Nona itu menerima dompet sulam itu dengan wajah merah.
"Bukankah kau dari sana" Apakah dia tidak ada di sana?" kata Tik Bwee ragu-ragu.
"Dia ada di sana, aku juga bertemu dengannya," kata Kok Siauw Hong.
1234 "Kalau sudah bertemu dengannya, kenapa tidak kau serahkan barang itu?" kata nona Liong ikut bicara.
"Aku pikir sebaiknya benda itu tidak aku serahkan padanya," kata Kok Siauw Hong sambil menghela napas panjang.
"Jadi, jadi benar khabar yang aku dengar itu?" kata Tik Bwee yang segera sadar apa maksud kata-kata Kok Siauw Hong itu.
"Benar, mereka akan menikah," kata Kok Siauw Hong.
Nona Liong mengira mendengar khabar itu, Tik Bwee akan menjerit histeris atau jatuh pingsan. Tetapi malah tidak. Tik Bwee tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Nona Liong segera mendekatinya.
"Enci Bwee, kau tidak apa-apa?"
"Tidak. Malah aku gembira sekali!" kata Tik Bwee.
"Kalau begitu kedatangan kita ini tepat sekali!"
Melihat otak Tik Bwee mulai kurang beres nona Liong jadi cemas.
"Sebaiknya kita tidak ke sana, Enci Bwee!" kata nona Liong.
"Kenapa tidak, "kata Tik Bwee. "Majikan muda menikah kita sebagai pelayannya kenapa tidak ikut hadir?"
"Kasihan," pikir Kok Siauw Hong. "Dia masih muda dan cantik, lalu jadi pelayan dan jatuh cinta pada majikan mudanya. Tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan saja, hingga nasib nona ini semakin buruk! Aku saja kehilangan Giok Hian begitu terkejut, apalagi dia?"
"Sangat banyak rasa kecewa pada manusia, jika kita berhasil mengatasinya dan tidak memikirkannya, pasti hati kita akan lega kembali. Memang seperti kata Enci Liong, 1235
sebaiknya kalian tidak ke sana!" kata Kok Siauw Hong.
"Maafkan aku karena lancang menasihatimu, padahal kita baru berkenalan."
"Siapa bilang aku akan berduka jika ke sana, dia keponakan majikanku. Apa salahnya jika aku menghadiri pesta pernikahannya?" kata Tik Bwee.
"Maafkan aku, Enci Tik Bwee," kata Siauw Hong yang kaget karena dia dimarahi nona tersebut.
Buru-buru Siauw Hong meninggalkan kedua nona itu.
Sesudah tinggal berduaan nona Liong berkata pada Tik Bwee.
"Pemuda she Kok itu sangat simpatik, bicaranya terusterang," kata nona Liong.
"Hm! Dari bicaramu kau tertarik padanya, kan" Hati-hati jika kau bertemu seorang lelaki. Kita kenal mukanya, belum tentu kau kenal hatinya. Semua lelaki hatinya palsu.
Ditambah lagi kau juga baru kenal dia!" kata Tik Bwee.
"Siapa yang bilang aku menyukai dia?" kata nona Liong.
"Hanya aku pikir nasihatnya tadi memang masuk akal. Enci Bwee apa benar kau mau ke sana?"
"Aku memang mau ke sana, jika kau takut aku berbuat onardi sana, sebaiknya kau jangan ikut aku. Lebih baik kau pulang lebih dulu!" kata Tik Bwee.
"Kau jangan bilang begitu, hubungan kita bagaikan hubungan saudara. Jika kau tidak mau mendengar nasihatku, baiklah. Tapi aku tetap akan menemanimu ke sana!" kata nona Liong.
"Enci Liong, ternyata hanya kau yang tahu isi hatiku, kau adalah sahabat sejatiku!" kata Tik Bwee.
1236 Di benak nona Liong mirip dengan pendapat Kok Siauw Hong. Tik Bwee dianggap gampang jatuh cinta, tapi pada pemuda yang salah dan tidak mencintainya, walau sebenarnya tidak demikian.
Semula Tik Bwee dijual ke keluarga Seng. Dia dibesarkan bersama Seng Liong Sen. Saat masih kecil mereka belum tahu apa-apa. Maka itu saat bermain-main mereka bermain wajar dan tidak membedakan pelayan dan anak majikan.
Pada suatu hari. Seng Liong Sen mengajak Tik Bwee bermain jadi pengantin. Saat itu Liong Sen berumur 14
tahun, sedang Tik Bwee baru 12 tahun. Tapi Tik Bwee cerdas apa artinya pengantin, maka dia menolak ajakan Seng Liong Sen itu.
"Kau anak majikanku dan aku hanya pelayan, tidak mungkin kita jadi pengantin," kata Tik Bwee.
"Siapa bilang tidak bisa! Nanti akan kukatakan pada Bibi bahwa aku akan menikahimu!" kata Liong Sen.
"Jangan! Kau jangan lakukan itu, nanti aku dipukul oleh Cap-si Kouw!" kata Tik Bwee.
"Jika Bibi memukulimu, kita kabur bersama-sama saja,"
kata Seng Liong Sen. "Kita pulang sesudah menikah, apa yang bisa dia lakukan pada kita?"
"Benarkah kau ingin menikahiku?" kata Tik Bwee kaget dan girang.
"Demi Tuhan, jika aku membohongimu lebih baik aku mati di......." kata Seng Liong Sen.
Tik Bwee segera menekap mulut Liong Sen dengan tangannya. "Jangan bersumpah, asal aku tahu kau mencintaiku aku senang. Kau jangan bilang pada Bibimu 1237
aku akan menunggu sampai kau menikahiku!" kata Tik Bwee.
Tidak lama kemudian Seng Liong Sen dikirim ke Kanglam untuk belajar silat pada Bun Tay-hiap. Dia pergi selama sembilan tahun, dia baru pulang dua kali. Tetapi saat Seng Liong Sen berumur 19 tahun, Tik Bwee berumur 17 tahun.
Tetapi saat pulang, Seng Liong Sen tidak pernah menyinggung masalah pribadi mereka, sekalipun Liong Sen tetap akrab dengan Tik Bwee.
Sebagai pelayan tentu saja Tik Bwee tidak berani menegur majikan mudanya. Apalagi mengenai soal pribadi mereka. Hal ini mungkin karena Tik Bwee seorang gadis yang tinggi hati. Tik Bwee tetap ingat janji Seng Liong Sen yang akan menikahinya. Dia mengira Seng Liong Sen tidak menyinggung soal itu, karena dia belum selesai belajar silat.
Ketika Seng Liong Sen pulang untuk kedua kalinya, ternyata ia datang berbarengan dengan Ci Giok Hian ke tempat Seng Cap-si Kouw. Sedangkan Tik Bwee tetap mengharap dan tetap menunggu khabar baik dari pemuda itu.
Ketika itu Tik Bwee tidak tahu asal-usul Ci Giok Hian yang oleh majikannya disuruh menyelamatkan HanTay Hiong. Saat nona ini bertemu dengan Seng Liong Sen, pemuda ini tahu bahwa nona Ci berasal dari Pek-hoa-kok.
Melihat kecantikan nona Ci yang berasal dari keluarga terkenal, Seng Liong Sen jatuh cinta pada nona Ci. Dia telah melupakan Tik Bwee yang mencintainya.
Tik Bwee masih ingat pada saat dia menolak, ketika diajak main cinta atau jadi pengantin oleh Seng Liong Sen.
Malah Liong Sen pernah bilang, rambut Tik Bwee bagus.
Suatu hari dia membelikan cermin dan sebuah dompet yang diberikan kepada Tik Bwee. Cermin itu oleh Tik Bwee 1238
selalu disimpan, sampai suatu hari Seng Liong Sen pergi ke Kang-lam untuk berguru.
Saat tahu Liong Sen mencintai Ci Giok Hian, harapan Tik Bwee berakhir sudah. Dia berpikir tidak mungkin lagi merebut cinta pemuda itu. Maka itu dia berniat mengembalikan dompet itu pada Liong Sen, dengan harapan bahwa pemuda itu akan ingat masih ada seorang pelayan yang mencintainya.
"Hm, dia sudah menemukan calon isteri yang cantik, masakan dia masih ingat padaku," pikir Tik Bwee.
Tetapi rasa cemburunya tiba-tiba timbul.
"Mereka baru akan melangsungkan pernikahannya lusa,"
kata Tik Bwee pada nona Liong. "Jadi kita tiak perlu tergesagesa ke sana! Kita akan datang tepat pada harian nikah mereka.
"Baiklah," kata nona Liong.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 45 Hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian pun tiba. Suasana di rumah pendekar Bun di Kang-lam ramainya luar biasa. Sebenarnya saat itu keadaan negara sedang kacau, tapi karena yang mengadakan pesta seorang Beng-cu wilayah Kang-lam, tidak urung orang-orang gagah dari berbagai penjuru berdatangan ke Kang-lam untuk menghadiri pesta pernikahan itu.
Sesudah Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian selesai melakukan upacara pernikahan, Bun Tay-hiap langsung 1239
mengumumkan pengangkatan Seng Liong Sen sebagai Ciangbun-jin atau Akhli-waris partai.
Selesai pengumuman para pendekar berdatangan mengucapkan selamat pada Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian. Betapa girangnya Seng Long Sen hari itu. Tetapi dia tidak sadar kalau di antara tamunya ada seorang gadis yang sangat berduka atas kejadian itu.
Saat upacara sedang berlangsung pun Tik Bwee gadis malang itu akan menerobos masuik, tapi tidak jadi.
"Biar kuberi mereka kesempatan, ditambah lagi aku pun tidak ingin menyaksikan upacara pernikahan mereka!" pikir Tik Bwee.
Saat nona Liong melihat Tik Bwee ragu-ragu dan tidak jadi masuk ke ruang pesta, nona Liong berpikir bahwa Tik Bwee sudah mengubah niatnya, maka dia pun
menasihatinya. "Sekarang sudah terjadi pernikahan mereka, sebaiknya kita pergi saja. Jangan cari masalah!" kata nona Liong.
"Jangan terburu-buru, aku ingin menemui dia. Aku ingin tahu sikapnya terhadapku!" kata Tik Bwee.
Mendengar kawannya akan tetap berada di tempat itu nona Liong berpikir.
"Tik Bwee sudah lama tinggal di rumah Seng Cap-si Kouw. Diajuga sudah ketularan sifat majikannya. Jika aku yang mengalami hal itu hanya ada dua pilihan, aku bunuh Seng Liong Sen atau aku bersikap masa bodoh dan mencari laki-laki lain!" pikir nona Liong. "Untuk apa mencari susah sendiri?"
Rupanya nona Liong ini pun seorang yang aneh, pikirannya juga aneh seperti Tik Bwee. Sesudah menerima 1240
ucapan selamat Seng Liong Sen menyuguhi arak pada semua tamunya. Ketika itu adik seperguruan Seng Liong Sen menemui Bun Tay-hiap.
"Su-heng, di luar ada dua orang nona! Salah seorang mengaku masih keluarga Su-heng!" kata adik seperguruan Seng Liong Sen.
"Siapa namanya?" tanya Seng Liong Sen.
"Dia bilang Tik Bwee!"
Mendengar nama itu Bun Tay-hiap tertegun dan merasa heran, sedangkan Seng Liong Sen langsung tertawa terbahakbahak.
"Ternyata pelayan Bibiku yang datang, sungguh dia berani mati. Sekarang sediakan tempat duduk untuknya, tapi jangan biarkan dia masuk ke ruang dalam!" kata Seng Liong Sen.
Mendengar kata-kata muridnya itu Bun Tay-hiap langsung bicara.
"Dalam pesta pernikahanmu tak seorang pun famili dari perempuan datang ke mari. Sekarang ada pelayan bibimu, kenapa tidak kau undang dia masuk" Lalu nona yang satunya itu siapa?" kata Bun Tay-hiap.
Kelihatan Bun Tay-hiap kurang senang pada sikap muridnya itu. Jika hari itu bukan pesta pernikahannya, mungkin Seng Liong Sen akan dimarahinya.
"Yang seorang mengaku she Liong, dia bilang masih famili Suhu!" kata murid Bun Tay-hiap.
"Nona she Liong" Apakah dia puteri Liong Pek Giam?"
kata Bun Tay-hiap. "Benar, Su-hu! Dia bilang dari Liong-giam-kwan!"
1241 "Kalau begitu lekas undang masuk!" kata Bun Tay-hiap.
Rupanya ayah nona Liong sahabat lama Bun Tay-hiap.
"Baik, Su-hu!" Tak lama murid Bun Tay-hiap sudah kembali bersama nona Liong dan Tik Bwee. Kedatangan dua nona ini tentu saja membuat Seng Liong Sen kaget. Dia khawatir katakatanya tadi didengar oleh Tik Bwee dan nona temannya, Tiba-tiba dia berpikir.
"Aah, dia hanya seorang pelayan kenapa aku harus takut?" pikir Seng Liong Sen.
Kata-kata Seng Liong Sen tadi memang didengar oleh Tik Bwee sekalipun hanya samar-samar. Hal ini membuat Tik Bwee panas hatinya. Ditambah lagi Tik Bwee telah bertahuntahun ikut Seng Cap-si Kouw. Tidak heran jika sifat majikannya sudah nempel dalam sifatnya. Sekalipun dia merasa dendam, tapi saat dia masuk ke ruang tengah sikapnya tenang dan biasa-biasa saja.
Saat Tik Bwee dan nona Liong masuk, hadirin tampak terkejut. "Aah, tidak kusangka pelayan keluarga Seng ini begini cantik dan sikapnya agung sekali?" pikir salah seorang tamu.
Melihat kedua nona itu sudah masuk Bun Tay-hiap bangun untuk menyambut mereka.
"Hai, kau sudah dewasa Thian Hiang, aku hampir-hampir tidak mengenalimu," kata Bun Tay-hiap kepada nona Liong. "Ketika kau masih kecil aku pernah menimangmu."
Sikap nona Liong Thian Hiang demikian lembut, dia memberi hormat pada Bun Tay-hiap.
1242 "Ayahku selalu ingat pada Paman, hanya...." nona Liong tidak meneruskan bicaranya. Kelihatan matanya merah dan dia menangis.
"Ah, aku lupa menanyakan tentang ayahmu, apakah dia baik-baik saja?" kata Bun Tay-hiap.
"Tahun yang lalu Ayahku telah meninggal, selain keadaan negara sedang kacau, kami juga tidak tahu Paman tinggal di mana" Maka aku tidak mengirim khabar duka itu pada Paman Bun. Untung aku bertemu dengan Kak Tik Bwee dan datang kemari. Dengan demikian aku bisa mengucapkan selamat. Kebetulan Paman sedang menikahkan muridmu." kata Liong Thian Hiang.
Menyampaikan khabar duka dan ucapan selamat sebenarnya tidak tepat. Tapi karena ayah nona Liong sahabatnya, maka nona Liong termasuk keponakannya, Bun Tay-hiap tersenyum dan berkata dengan ramah.
"Kau sudah dewasa, sedangkan ayahmu pun sudah berusia lanjut. Hari ini hari pernikahan muridku. Mari aku kenalkan kalian dengan kedua mempelai," kata Bun Tayhiap ramah. "Tapi siapakah nona ini?"
"Nona ini she Yo, mungkin Paman pernah melihat dia, sebab dia tetangga kami," kata nona Liong.
Bun Tay-hiap mencoba mengingat-ingat, akhirnya dia tertawa.
"Aku sudah tua, memang aku ingat kalian punya tetangga bermarga Yo," kata Bun Tay-hiap.
"Aku hanya seorang pelayan, mana berani aku berkenalan dengan Bun Tay-hiap. Kedatanganku untuk melayani majikan mudaku," kata Tik Bwee.
1243 "Kau jangan sungkan nona, aku dengar kau pernah tinggal bersama-sama dengan Seng Liong Sen. Jadi tidak heran kalau kau seperti kakak beradik saja," kata Bun Tayhiap. "Silakan kalian temui mereka!"
Seng Liong Sen merasa kurang senang oleh kedatangan Tik Bwee, tetapi karena gurunya mengatakan nona Liong saudara angkat Tik Bwe dan ayah nona Liong sahabat baik gurunya, terpaksa Liong Sen harus menyambut kedua nona itu dengan baik.
"Tuan-muda, Nona Ci, hamba datang untuk mengucapkan selamat bahagia pada kalian. Entah majikan muda masih sudi dilayani olehku atau tidak?" kata Tik Bwee.
"Jangan sungkan Enci Bwee, mana berani aku menganggapmu sebagai pelayan kami," kata nona Ci.
"Dulu lain, ketika kau datang dan menyamar jadi pelayan kau saudara angkatku, tetapi sekarang sudah lain,"
kata Tik Bwee. "Sekarang kau adalah majikan perempuanku!"
"Aah, Enci Bwee kau jangan bergurau, aku jadi tidak berani menerima arak yang kau suguhkan padaku," kata Ci Giok Hian.
"Benar, kau pernah tinggal di rumah Bibi bersamaku.
Kita seperti kakak beradik saja. Mulai sekarang kau jangan menyebut bahwa kau seorang pelayan lagi!" tambah Seng Liong Sen.
"Hm! Dulu aku akan kau jadikan isterimu, sedang tadi kau anggap aku ini pelayan. Karena aku datang bersama Enci Liong, kau bilang aku saudaramu!" pikir Tik Bwee.
1244 Sekalipun dia sangat jengkel pada Seng Liong Sen, tapi sikap Tik Bwee saat itu tetap tenang dia tunjukkan seolah saat itu dia sangat berterima kasih pada pemuda itu.
"Terima kasih majikan muda, aku tidak akan melupakan kebaikanmu seumur hidupku," kata Tik Bwee.
"Enci Bwee kenapa kau bicara begitu" Silakan duduk dan minum," kata Seng Liong Sen.
Kelihatan pemuda ini girang karena berpikir. Tik Bwee seorang gadis yang tahu diri dan tidak berharap memjadi isterinya.
"Seng Siauw-hiap aku dengar Enci Bwee lama tinggal bersamamu," kata nona Liong. "Maka ijinkanlah aku menyuguhimu masing-masing secawan arak kepada kalian!"
"Nona Liong jangan sungkan," kata Seng Liong Sen.
Kemudian Seng Liong Sen asyik bicara dengan nona Liong hingga dia mengabaikan Tik Bwee.
Saat tak ada yang memperhatikan dirinya, diam-diam Tik Bwee menuang secawan arak dari pocinya dengan dialingi lengan bajunya.
Ketika itu Seng liong Sen baru saja minum arak bersama Liong Thian Hiang. Tiba-tiba Seng Liong Sen ingat pada Tik Bwee.
"Sekarang giliranmu, Enci Bwee. Mari minum araknya!"
kata Seng Liong Sen. "Terima kasih Tuan-muda, kuucapkan semoga kalian berdua panjang umur," kata Tik Bwee.
Tik Bwee menyerahkan cawan araknya pada Liong Sen, sedang cawan kosong di tangan Seng Liong Sen dia ambil.
1245 "Terima kasih, hamba tidak berani menerima arak suguhan Tuan-muda, biar aku yang menuang arak itu sendiri," kata Tik Bwee.
Dia menuang arak dari poci ke cawan yang dia ambil dari tangan Seng Liong Sen dan langsung meminumnya.
"Enci Bwee, kenapa kau masih menganggap dirimu seorang pelayan" Padahal sudah kubilang. Kau jangan lagi menyebutnyebut kau seorang pelayan!" kata Seng Liong Sen.
"Baik, sekarang aku menurut, silakan Toa-ko minum araknya!" kata Tik Bwee.
"Nah, itu baru benar," kata Seng Liong Sen.
Dia angkat cawan pemberian Tik Bwee yang langsung diminum sampai habis. Saat Seng Liong Sen mengawasi ke arah Tik Bwee, mata nona Tik Bwee kelihatan hampa.
"Aah, rupanya dia belum bisa melupakan aku?" pikir Seng Liong Sen.
Memang saat masih kecil Tik Bwee sering memanggil Seng Liong Sen dengan panggilan mesra, "Toa-ko". Ci Giok Hian yang menyaksikan adegan aneh antara suaminya dengan nona Tik jadi heran.
"Kenapa dia bertukar cawan dengan suamiku, dan kenapa dia tidak menyuguhiku secawan arak?" pikir Ci Giok Hian.
Kecurigaan nona Ci bertambah besar. Segera diambilnya cawan kosong bekas Seng Liong Sen, lalu diisi arak. Dia hampiri Tik Bwee
"Enci Bwee, biar aku mewakili suamiku membalas suguhan arakmu tadi!" kata Ci Giok Hian.
1246 "Aah, aku tidak berani menerima kehormatan ini," kata Tik Bwee.
Sesudah cawan itu berada di tangannya tiba-tiba tangan Tik Bwee gemetaran dan...
"Prang!" Cawan itu jatuh ke lantai hingga hancur berantakan.
Dengan wajah merah Tik Bwee berkata pada Ci giok Hian.
"Maaf, aku tidak berani minum lagi, barangkali aku sudah mabuk!" kata Tik Bwee.
"Kau baru minum sedikit, mana mungkin sudah mabuk?" kata Ci Giok Hian.
"Terus-terang, aku jarang minum arak. Jika kau tidak percaya tanya saja suamimu," kata Tik Bwee.
"Liong Sen, apa kau juga mabuk?" kata nona Ci.
Dia pegang tangan suaminya yang segera digenggamnya erat-erat sambil mengerahkan Iwee-kang, tentu saja Liong Sen pun bereaksi menahan gempuran isterinya itu.
"Tidak! Aku tidak mabuk," kata Seng Liong Sen.
"Kau memang tidak mabuk, tapi justru aku yang agak pening dan sedikit mabuk," kata Ci Giok Hian.
Para tamu tertawa saat mendengar kata-kata Ci Giok Hian itu. Malah ada yang menggoda dan mengatakan masih sore pengantin perempuan sudah mau masuk ke kamar tidur. Tapi yang lain menambahkan.
"Sudah, kita memang sudah terlalu lama di sini. Biarkan mereka istirahat!" kata sang tamu.
Tiba-tiba Tik Bwee bicara lagi.
1247 "Toa-koku," kata Tik Bwee. "Aku tidak membawa bingkisan, maka itu terimalah dompet ini!"
Saat melihat dompet itu. Seng Liong Sen terperanjat.
"Kau tidak perlu memberi bingkisan, kau bawa pulang saja!" kata Seng Liong Sen.
Mendengar ucapan Seng Liong Sen, Tik Bwee merobek dompet itu hingga kaca yang ada di dalam dompet itu jatuh ke lantai.
Amarah Pedang Bunga Iblis 4 Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Petualang Asmara 8
^