Pencarian

Badai Awan Angin 7

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 7


Tadi saat dia girang bukan main dan berkata, "Paman Han bukan pembunuhnya!" tiba-tiba dia mendengar suara dengusan itu. Dia pikir orang itu menganggap dia ini ceroboh. Dia yakin saat dia gunakan ilmu menyampaikan suara, orang itu pasti mendengar suaranya.
"Ah, barangkali aku terlalu tegang!" pikir Kong Siauw Hong. Bisa jadi aku salah dengar. Mungkin itu suara burung malam, jika ada orang pasti dia akan menampakkan diri!" pikir Kok Siauw Hong.
Dia kembali ke tempat semula. Dia tutup lubang air itu agar racunnya tak mengalir ke sungai, karena bisa meracuni 437
semua makhluk hidup di sungai itu. Baru kemudian dia berjalan menuju ke rumah nona Han.
Saat itu nona Han sedang duduk melamun. Dia awasi rumahnya yang sudah hancur luluh. Dia anggap itu merupakan sebuah mimpi buruk yang tidak dia duga sejak awalnya-Sudah duapuluh tahun dia tinggal di rumah itu.
Para pelayannya sangat baik kepadanya. Dia juga banyak menanam bunga. Pada masa kecilnya dia sangat gembira bermain di taman bunga dan menangkap kupu-kupu.
Setelah dewasa ia berlatih pedang di sana. Sekarang semua telah berubah. Semua telah sirna.
Dia masih ingat saat ayahnya mengantarkan dia naik kereta dan menyuruh Chan It Hoan dan Liok Hong bersama para piauw-su yang disewa ayahnya
mengantarkannya ke Yang-cou untuk menikah. Ayahnya mengucapkan selamat jalan.
Hanya tiga bulan saja perubahan telah datang.
Rumahnya terbakar, para pelayannya dibantai. Sedang sang ayah entah di mana. Saat dia perhatikan rumahnya yang terbakar rasanya ia ingin menangis. Dulu dia hidup senang bersama ibu dan ayahnya, setelah ibunya tiada harapannya hanya pada ayahnya. Sekarang sang ayah entah di mana"
Harapan lain adalah pada Kok Siauw Hong calon suaminya. Dulu dia tidak merasakan lelaki itu sebagai kekasihnya. Ketika itu dia masih kecil. Setelah dewasa dan diberitahu oleh ayahnya, dia hanya melihat lelaki itu dari jarak cukup jauh. Sekalipun dia belum pernah bicara berduaan, seluruh cintanya dia tumpahkan kepada pemuda itu. Tak diduga ada musibah, pertunangannya dibatalkan oleh Kok Siauw Hong. Semua itu di luar dugaan nona Han.
Dua orang yang sangat dia cintai yaitu ayahnya dan pemuda itu. Tapi sekarang mungkin ayahnya akan 438
bersamanya lagi, tapi Kok Siauw Hong sudah menjadi milik orang lain.
Langit biru, rembulan pun terang cahayanya. Dia menengadah ke atas dan menggumam.
"Entah aku akan terombang-ambing sampai kapan?"
katanya. Saat itu sudah hampir subuh, rumah sudah tak bisa diharapkan lagi, sedangkan Kok Siauw Hong pun tidak kelihatan kembali. Sudah beruang-ulang nona Han akan meninggalkan tempat itu. Tapi selalu dia batalkan dan berpikir.
"Dia bilang mau kembali, aah coba kutunggu sebentar lagi!" begitu dia berpikir.
Tiba-tiba nona Han tersentak.
"Mengapa aku mempercayainya" Mengapa aku malah berharap kepadanya?" pikir nona Han.
Dia tahu kedatangan pemuda itu ke rumahnya untuk membatalkan pertunangan mereka Namun, dia tidak benci kepada Kok Siauw Hong, hanya rasa dongkolnya belum hilang seluruhnya Tapi dia merasa terhina dan kehilangan muka. Meskipun demikian dia bisa memaafkan Ci Giok Hian yang sakling mencintai itu. Tapi dia tidak bisa meaafkan Kok Siauw Hong yang telah menyinggung perasaan hatinya. Tapi saat dia bertemu dengan Kok iauw Hong di rumahnya, sungguh di luar dugaan, ternyata Kok Siauw Hong tidak menghina dia seperti dugaannya Malah pemuda itu sangat menghormatinya. Dia tahu hal itu dari gerak-gerik pemuda itu terhadapnya Sikap dan tutur bahasanya baik. Selain itu pemuda itu pun melindungi dia mati-matian dari bahaya. Bukan saja membantu mengusir 439
Chu Kiu Sek, tapi pada saat melihat rumahnya terbakar dia juga bersimpati.
Nona Han tahu itu bukan cinta, tapi harus dia akui Kok Siauw Hong masih berperasaan dan berbudi. Tetapi semua itu hanya kasih terhadap seorang teman. Nona Han menganggap tindakan pemuda itu sangat terpuji, seorang pemberani yang berani menemui ayahnya, sekalipun risikonya dia bakal dimaki-maki bahkan dibunuh oleh ayahnya.
Perlahan-lahan kesan buruknya terhadap pemuda itu mulai sirna. Tiba-tiba dia menganggap pemuda itu mirip ayahnya bertanggungjawab, hingga ia berharap pemuda itu akan segera kembali menemuinya.
Benarkah dia mirip ayahnya Atau sekarang dia butuh kasihsayangnya"
"Tidak! Tidak!" begitu dia pikir. "Aku hanya mengharap dia segera kembali karena aku ingin tahu di mana Ayahku berada sekarang" Dari orang yang dikubur itu, pasti dia sudah mendapat keterangan. Dia bilang dia akan kembali memberitahuku?"
Begitu nona Han berpikir.
Saat dia menunggu kedatangan Kok Siauw Hong sambil melamun, mendadak nona Han mendengar suara yang mencurigakan. Saat nona Han menengadah dia melihat sesosok bayangan hitam turun dari atas tembok.
Ketika itu nona Han mengira orang yang datang itu Kok Siauw Hong, dia akan berkata, "Kau sudah kembali!"
Tetapi pertanyaannya terhenti seperti tersumbat di kerongkongannya. Setelah diawasi nona Han tahu orang itu bukan Kok Siauw Hong! Dia seorang lelaki asing yang 440
umurnya diperkirakan sekitar 40 tahun. Wajahnya tampak pucat seperti berpenyakitan.
"Siapa kau?" kata nona Han yang kaget bukan kepalang.
"Nona, kau jangan kaget!" kata lelaki itu. "Mari ikut aku!"
Sekalipun wajahnya tak berperasaan, namun suaranya sangat lembut, kelihatan dia tidak berniat jahat.
"Mengapa aku harus ikut denganmu?" tanya nona Han.
"Jika kau ikut aku, kau akan bertemu dengan ayahmu!"
jawab lelaki itu. Mendengar jawaban itu Han Pwee Eng kaget bercampur girang.
"Apa Ayahku... .Dia belum mati! Di mana dia?" kata nona Han.
"Ya, dia belum mati! Jika sudah mati untuk apa aku mengajakmu menemuinya" Sudah jangan banyak bicara mari ikut aku!" kata lelaki itu.
Han Pwee Eng bukan anak kecil lagi, jadi mana mungkin dia percaya begitu saja padanya dan mana mungkin dia langsung mau ikut dengannya, karena lelaki itu asing baginya
"Sebenarnya kau ini siapa?" kata nona Han.
Orang itu malas banyak bicara. Lalu dia tunjukkan jari tangannya. Di salah satu jari tangan lelaki itu terlihat sebuah cincin yang sangat dikenali oleh nona Han. Batu cincin itu berwarna merah. Sesudah melihat cincin itu nona Han agak senang.
"Walaupun kau tidak kenal padaku, tetapi aku kira kau mengenali cincin ini, bukan?" kata lelaki itu.
441 Nona Han girang dia yakin lelaki itu utusan ayahnya.
Cincin bermata merah itu adalah cincin kesayangan Han Tay Hiong. Pada akhir-akhir ini ayah nona Han sering memakainya dan cincin itu tidak pernah lepas dari jarinya.
Nona Han ingat cincin itu hadiah dari teman ayahnya.
Ketika itu teman ayahnya pamit, setelah dia pergi ayahnya bercerita tentang cincin itu pada nona Han.Saat ayahnya terluka oleh pukulan Chu Kiu Sek, ayahnya terbaring di tempat tidur tak bisa bergerak. Saat itu datang seorang pria yang mengaku bernama Siang-koan Hok. Nona Han tidak kenal lelaki itu, tapi ayahya senang karena baru bertemu dengan teman lama itu. Tamu itu dijamu oleh ayahnya.
Pria itu bermalam semalam di rumah Han Tay Hiong, orang itulah yang memberi ayahnya cincin bermata merah itu.
'Cincin ini terbuat dari emas hitam, tapi yang paling berharga batu merahnya, batu itu disebut batu Thian-simCiok (Batu hati Langit). Di dunia hanya terdapat di Kun-lunsan. Batu merah memang bermacam-macam tapi batu ini hanya ada di puncak Kun-lun. Hanya orang yang ilmu silatnya tinggi yang mampu naik ke puncak Kun-lun dan bisa mendapatkan batu ini!" kata ayahnya
'Apa batu itu ada manfaatnya bagi manusia"' tanya nona Han waktu itu. 'Tentu ada khasiatnya, bisa menjadi obat.
Batu ini mengandung hawa panas hingga dapat melawan racun yang sifatnya dingin. Hanya khasiatnya mengobati dengan pelahan-lahan." Kata ayahnya.
Ayah nona Han sejak saat itu selalu memakai cincin itu.
Saat ini dia lihat cincin kesayangan ayahnya itu ada di tangan lelaki yang wajahnya berpenyakitan itu. Oleh karena lelaki itu mengenakan cincin yang biasa dipakai oleh ayahnya, maka nona Han yakin bahwa orang itu' utusan ayahnya'. Maka itu nona Han jadi tak ragu-ragu lagi.
442 Sesudah menunjukkan cincin, lelaki itu berbalik lalu pergi. Terpaksa nona Han mengikutinya. Lelaki bertampang penyakitan itu ternyata gin-kangnya tinggi.
Saat dijalan yang berbatu di pegunungan ia bisa berjalan cepat laksana terbang.Nona Han terpaksa menggunakan gjn-kang Pat-poukan-tan sehingga dia bisa
mengimbanginya. "Apa ayah ada di sini" Tapi di gunung ini tak ada rumah?" pikir nona Han.
Dia mempercepat larinya menyusul lelaki itu.
"Bagaimana keadaan Ayahku" Sekarang di mana dia?"
tanya nona Han. "Kau jangan banyak tenaga supaya tidak buang waktu.
Ikuti saja aku! Kau akan segera tahu di mana ayahmu berada." katanya.
Gin-kang nona Han belum sempurna, tak heran jika dia jadi tertinggal jauh dari lelaki itu.
"Dia benar, setelah bertemu Ayah semuanya akan jadi jelas. Mengapa aku harus gugup?" pikir nona Han.
Gunung itu tidak tinggi tapi berbahaya, banyak jurang dan lembah yang curam. Tak lama mereka sudah sampai di puncak gunung itu. Di depan mereka sudah tidak ada jalan lagi, tebing kelihatan bagaikan sebuah tembok kota. Di tempat itu ada batu besar mirip sebuah pelataran, di bagian baratnya terdapat air terjun. Pemandangan di tempat itu sangat indah.
"Apa maksudnya dia membawaku ke tempat ini?" pikir nona Han.
Tak lama lelaki itu melompat lalu masuk melewati air terjun. Rupanya di balik air terjun itu terdapat sebuah goa.
443 Nona Han ikut melewati air terjun itu. "Oh ternyata di sana masih ada jalan tembus," pikir nona Han.
Untung air terjun itu tidak besar hingga tidak membasahi pakaian nona Han, ditambah lagi dia melompat dengan cepat Dari jauh baru nona Han melihat sebuah lembah, di sana ternyata ada sebuah rumah.
"Tak kusangka di balik air terjun terdapat lembah. Tapi rumah batu itu baru dibuat, jika tidak mengapa Ayahku tak pernah bilang ada rumah di sini?" pikir nona Han.
Gunung itu letaknya tak jauh dari rumah nona Han.
Sejak kecil si nona sering bermain di situ bersama para pelayannya. Tapi dia dan para pelayan tak ada yang tahu kalau di balik air terjun ada jalan menuju ke lembah itu. Dia heran tapi tak banyak bicara.
Lelaki itu mengajak nona Han menuju ke rumah batu itu. Sampai di sana lelaki itu mengetuk pintu rumah batu tiga kali. Tidak lama pintu rumah itu terbuka. Seseorang menyembulkan kepalanya. Orang itu bermata sipit seperti mata tikus. Dia melirik ke arah nona Han lalu tertawa terkekeh sambil berkata, "Oh ternyata Ji Su-ko (Kakak Seperguruan kedua) yang datang. Wah nona ini cantik sekali!" katanya.
Nona Han langsung membentak.
"Jangan bicara sembarangan, cepat buka pintunya!" kata si nona.
Melihat lelaki bermata seperti mata tikus itu nona Han langsung sebal. Apalagi tingkah lelaki itu agak ceriwis. Tapi segera bertemu dengan ayahnya, dia tidak mau ribut. Dia langsung masuk. Sampai di dalam rumah dia tidak melihat ada orang lain. Dia langsung tersentak dan berpikir.
444 "Celaka, ini perangkap!" pikir nona Han baru sadar.
"Jika lelaki itu utusan Ayah sedang merawat luka di tempat ini, tak mungkin lelaki tadi berani berbuat ceriwis. Lagi pula dia pernah bilang "Membawa" bukan mengajak, ini pasti tidak beres...." Dia mulai waspada.
"Barangkali Ayah terperangkap oleh musuh?" pikir nona Han. "Tapi bagaimana cincin kesayangannya bisa berada di tangan lelaki itu" Tapi bagaimana mereka tahu cincin itu bisa dijadikan "tanda" pengenal ayahnya untuk membohongiku?"
Saat itu nona Han yang berjalan mengikuti lelaki berwajah penyakitan sudah tiba di sebuah lorong.
"Nona Han, ayahmu ada di kamar itu!" kata lelaki berpenyakitan itu pada Han Pwee Eng.
Han Pwee Eng melihat di sana ada sebuah rumah dan lentera menyala agak remang-remang.
"Aku sudah sampai di sini! Apapun yang terjadi akan kuhadapi!" pikir nona Han.
la langsung memanggil. "Ayah! Ayah!" "Jangan ribut, barangkali ayahmu sedang tidur," kata lelaki berpenyakitan itu.
Mendadak dari sebuah sudut berdiri seseorang yang mengenakan topi lebar. Semula nona Han tak
memperhatikannya. Ketika melihat lelaki itu dia terkejut.
"Toa Su-ko buka pintunya, biar nona ini menemui ayahnya!" kata si penyakitan.
"Heran! Jika Ayah sedang merawat sakitnya, mengapa kamarnya dikunci. Dia mirip seorang tawanan saja!" pikir nona Han.
445 Tak lama pintu kamar itu terbuka.
"Silakan!" kata lelaki bertopi pada nona Han.
Nona Han tersentak karena di bawah sinar lentera yang remang-remang ia mengenali lelaki itu, Pouw Yang Hian.
Nona Han pernah bertemu dengannya di rumah makan
"Ngi Nih Lauw", malah nona Han pernah bertarung dengannya di rumah makan itu bersama Kiong Mi Yun.
Pouw Yang Hian inilah yang melukai orang-orang Chu Tay Peng, atau perkumpulan di daerah sungai Huang-hoo menggunakan pukulan Hua-hiat-to. Bukan main kagetnya nona Han saat itu.
"Bagus, beraninya kau membohongiku!" bentak nona Han.
Nona Han langsung menyerang ke arah Pouw Yang Hian, sebaliknya Pouw Yang Hian segera membalikkan tangannya dan mencengkeram lengan nona Han. Pada saat yang bersamaan lelaki berwajah penyakitan yang sejak tadi berdiri di belakang nona Han, ikut menyerang bahu nona Han. Nona Han terdorong ke dalam kamar. Keadaan di dalam kamar sangat gelap, nona Han hampir menubruk seseorang yang ada di dalam kamar itu. Akhirnya nona Han membentur dinding kamar itu.
Tak lama terdengar pintu kamar itu ditutup dari luar.
"Dasar perempuan liar!" Pouw Yang Hian mencaci. "Di sini kau masih berani melawan, jika bukan karena perintah guruku kau sudah kubunuh!"
Tadi saat dia membalikkan tangan hendak mencengkram nona Han, dada Pouw Yang Hian tertotok tepat pada jalan darah Meng-khie-hiat oleh nona Han. Sekalipun lelaki penyakitan telah membebaskan totokannya, tapi rasa 446
sakitnya masih terasa oleh Pouw Yang Hian.
Nona Han tak peduli pada cacian itu. Dia membungkuk memperhatikan orang yang hampir tertabrak olehnya itu.
Sejak kecil nona Han sudah belajar melihat di tempat gelap.
Bukan main kagetnya nona Han hingga saat itu dia nyaris pingsan. Orang itu adalah Han Tay Hiong, ayahnya. Sejak awal dia sudah menduga ayahnya terluka. Orang tua itu sekarang tergeletak di lantai, entah masih hidup atau sudah mati"
"Ayah! Ayah!" nona Han memanggil. Han Pwee Eng mengulur tangannya yang gemetar ke arah ayahnya.
Perlahan-lahan orang itu mencoba bangun.
"Kaukah, anakku Eng?" kata Han Tay Hiong.
"Benar, Ayah!" jawab nona Han.
Legalah hati nona Han saat mendengar suara ayahnya itu. Ternyata ayahnya memang terluka parah, tapi tidak separah yang dia duga. Han Pwee Eng segera memeluk ayahnya. Rasa kaget, girang dan duka bercampur-aduk.
Girang karena dia masih bisa bertemu dengan ayahnya Berduka karena ayahnya yang berilmu tinggi, sekarang tergeletak tidak berdaya.
Sekarang mereka berada dalam sebuah kamar yang gelap dan dijaga ketat. Tak mudah mereka bisa lolos dari tempat itu. Saat itu seakan nona Han sedang bermimpi buruk.
Mereka saling berpelukan dan nona Han hanya bisa menangis sedih.
Mendadak lelaki berpenyakitan berkata ke arah kamar.
"Nona Han, aku tidak bohong kan" Aku berjanji akan mempertemukan kau dengan ayahmu. Sekarang kalian sudah bertemu, bukan girang malah kau menangis! Legakan 447
hatimu, kami tidak akan mencelakakan kalian." kata lelaki itu.
Tak lama terdengar lagi ia bicara dengan Pouw Yang Hian.
"Guru berpesan, kita tidak boleh menghina mereka. Toa Suko aku akan melapor dulu pada Guru!" kata lelaki itu.
Pouw Yang Hian mendengus.
"Hm! Aku sudah tahu, apa kau anggap aku ini bodoh, ya?" kata Pouw Yang Hian.
"Aku cuma khawatir Toa Su-ko tidak bisa mengendalikan diri," kata lelaki itu sambil tertawa. "Jika sudah tahu ya sudah, aku pamit dulu!"
Saat nona Han ingin menghibur ayahnya Han Tay Hiong mendahuluinya
"Nak, di depan musuh kau jangan menangis," kata Han Tay
Hiong. "Ya, Ayah," jawab si nona perlahan.
"Eng, apa kau terluka?"
"Tidak! Bagaimana keadaanmu?" Han Tay Hiong tertawa
getir. "Kau sudah datang Ayah tidak akan mati!" kata Han Tay Hiong.
Jawaban itu menyimpang dari pertanyaan nona Han hingga nona Han jadi heran.
448 "Mengapa Ayah tak mau bilang tentang lukanya" Malah dia bilang aku datang dia tidak akan mati. Apa maksudnya?" pikir
nona Han. "Anak Eng, kau sudah pulang ke rumah kita?"
"Ya, semalam. Aku di sana bertemu dengan Chu Kiu Sek."
Han Tay Hiong terkejut "Kau tidak pulang sendiri, kan" Di mana Kok Siauw Hong?"
Han Tay Hiong tidak tenang, dia khawatir 'menantunya'
celaka oleh Chu Kiu Sek. "Dia membantuku mengusir Chu Kiu Sek," jawab nona Han. "Sekarang dia ada di markas Kay-pang. Setelah dia pergi
datang lelaki berpenyakitan menipuku sehingga aku bisa bertemu dengan Ayah." kata nona Han.
Han Tay Hiong menarik napas lega.
"Kok Siauw Hong seorang pemuda yang baik budi dan setia, Ayah tidak salah memilihnya untukmu. Sekarang keadaan sedang kacau-balau, ditambah lagi kalian baru menikah. Tapi aku senang dia mau menemanimu pulang untuk menemui ayah. Ah! Sebenarnya ayah ingin setelah kalian menikah, kau jangan pulang dulu. Mungkin kalian sudah rindu pada ayah dan begitu cepat kau pulang. Kalian sangat berbakti ayah tidak menyalahkan kalian berdua!"
kata Han Tay Hiong. Jelas Han Tay Hiong mengira mereka telah menikah, dan pulang untuk menengokinya. Dia tidak tahu telah 449
terjadi peubahan yang sangat besar atas diri puterinya, bahwa pertunangannya telah dibatalkan oleh pihak lakilaki. Malah nona Han dan pemuda Kok datang ke Lokyang pun tidak bersama-sama. Malah kedatangan Kok Siauw Hong justru akan membatalkan perjodohan dengan puterinya.
Wajah Han Pwee Eng merah, dia malu dan berduka.
Untung tempat itu gelap sehingga perubahan pada wajah nona Han tak kelihatan oleh ayahnya Nona Han khawatir ayahnya akan berduka jika tahu apa yang terjadi sebenarnya, dan ini pasti akan berpengaruh pada luka ayahnya. Oleh karena itu nona Han tak berani menceritakan kejadian sebenarnya pada ayahnya. Sesaat kemudian nona Han bicara lagi.
"Ayah! Siapa yang melukaimu?" tanya nona Han.
"Bagaimana keadaan luka Ayah sekarang?"
"Ayah dilukai oleh seorang Iblis Tua, dia menggunakan pukulan Hua-hiat-to!" jawab Han Tay Hiong. "Hm! Jika saat itu Ayah bisa bergerak dengan leluasa walau racun dingin di tubuh ayah belum punah, tapi pukulan Hua-hiatto itu tidak akan bisa melukai ayah!"
Mendengar keterangan ayahnya nona Han terkejut bukan kepalang.
"Dengan pukulan Hua-hiat-to, Ayah pasti menderita sekali?" kata nona Han.
Han Tay Hiong malah tertawa.
"Kau tidak perlu cemas!" kata ayahnya. "Tidak salah Huahiat-to memang lihay. Kecuali ayahmu sudah tak ingin hidup, maka baru Hua-hiat-to bisa merenggut nywa ayah...."
450 Tapi mendadak Han Tay Hiong keheranan, lalu dia langsung bertanya.
"Nak, bagaimana kau tahu tentang Hua-hiat-to?"
Han Pwee Eng balik bertanya.
"Ayah Iblis tua yang melukai Ayah itu bernama See-bun Souw Ya, kan?"
Mata Han Tay Hiong terbelalak karena herannya "Benar!
Bagaimana kau bisa mengetahui tentang Iblis Tua itu?"
"Lelaki yang memelihara bewok dan menjaga kamar ini adalah Pouw Yang Hian, muridnya! Ketika aku akan pulang ke Lok-yang, di tengah jalan aku bertemu dengannya. Dia berhasil melukai lima Hiang-cu dari lima perkumpulan di daerah Huang-hoo!" kata Han Pwee Eng.
Tapi pada saat yang bersamaan, Pouw Yang Hian yang berjaga di luar kamar membentak dengan sengit.
"Sementara ini aku tidak akan menyentuhmu, perempuan binal! Tetapi kau pasti tidak akan bisa lolos dari tanganku! Hm! Masih ada bocah busuk bernama Kong-sun Po, jika dia tertangkap, akan kusiksa dia untuk melampiaskan kedongkolanku!" kata Pouw Yang Hian dari luar kamar. Han Tay Hiong membentak gusar bukan main.
"Kau berani menghina puteriku" Begitu aku keluar, yang pertama-tama aku akan membunuhmu! Saat aku terluka kau kira aku tak bisa berbuat apa-apa" Hm! Untuk membunuhmu gampang sekali seperti aku membalikkan telapak tanganku saja!" kata Han Tay Hiong.
Tiba-tiba Han Tay Hiong menyentil ke arah pintu. Pouw Yang Hian yang saat itu sedang mencuri dengar pembicaraan mereka, seketika itu telinganya berdengung keras sekali. Bukan main kagetnya Pouw Yang Hian. Dia langsung diam dan berpikir.
451 "Padahal si tua sudah terluka oleh pukulan Hua-hiat-to guruku, tapi tetap saja lwee-kangnya sangat tinggi. Aku tak boleh meremehkan dia!" pikir Pouw Yang Hian yang wajahnya berubah jadi pucat-pasi. "Apa guruku akan membunuh atau melepaskannya, aku belum tahu pasti"
Lebih baik aku jangan membuat dia gusar!"
Setelah memberi pelajaran pada Pouw Yang Hian, Han Tay Hiong berbisik pada puterinya
"Tadi aku dengar dia menyebut nama Kong-sun Po, siapa dia?" tanya Han Tay Hiong.
"Aku bertemu dengannya di sebuah rumah makan bernama "Ngih Nih Lauw". Katanya dia putera Kong-sun Khie. Pouw Yang Hian dikalahkan olehnya," sahut Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong tertegun. "Duapuluh tahun yang lalu Kong-sun Khie adalah seorang penjahat besar yang sangat kejam! Sedangkan Kong-sun Po puteranya, maka kunasihatkan pada kalian suami-isteri, kalian jangan bergaul dengannya!" kata Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong mengira pertemuan Pwee Eng dengan Kong-sun Po terjadi pada saat puterinya ini berjalan bersama Kok Siauw Hong. Maka itu dia berkata begitu.
Sedangkan nona Han tidak ingin ayahnya mengetahui apa yang telah dia alami, maka itu dia langsung mengangguk mengiakan keinginan ayahnya itu. Tapi hatinya sebenarnya bimbang dan dia berpikir.
"Entah bagaimana keadaan Nona Kiong sekarang" Dia sedang mencari Kong-sun Po, sudah bertemu atau belum"
Kong-sun Po memiliki ilmu untuk memunahkan Hua-hiat-452
to. Jika dia datang ke mari, pasti dia akan bertarung dengan See-bun Souw Ya" pikir nona Han.
"Dari mana kau tahu tentang See-bun Souw Ya?" tanya ayahnya dengan suara perlahan.
"Dia juga yang memberitahuku tentang See-bun Souw Ya itu!" jawab nona Han.
"Jadi dia yang memberitahumu?"
"Benar Ayah! Aku juga heran..."
"Kenapa kau heran?" tanya Han Tay Hiong.
"Aku dengar See-bun Souw Ya tinggal di Kwan-gwa (Di luar perbatasan). Ketika berada di kota Ouw-shia, Pouw Yang Hian mengalahkan lima perkumpulan daerah Huang-hoo. Dia bilang gurunya akan mulai beraksi di daerah Tiong-goan. Ketika itu dia bilang gurunya masih ada di Kwan-gwa. Bagaimana dengan mendadak dia jadi ada di sini" Ini tempat apa Ayah" Aku kira rumah batu ini sudah lama ada di tempat ini. tapi aneh malah kita tidak tahu"
Apa ini tempat tinggal See-bun Souw Ya" Atau orang lain yang bersekongkol dengannya?" kata Han Pwee Eng.
"Kau benar, nak. Rumah batu ini memang sudah lama ada di sini! Sudah lama Ayah tahu, tapi aku melarang pegawai kita memberitahumu!" kata Han Tay Hiong.
Han Pwee Eng tercengang ketika mendengar keterangan ayahnya itu.
"Kenapa Ayah?" Han Tay Hiong menghela napas panjang.
"Ya, kalau Ayah ceritakan ceritanya panjang sekali,"
kata Han Tay Hiong. "Saat ini lebih baik kau tidak perlu tahu dulu! Sepengetahuanku See-bun Souw Ya kenal baik 453
dengan pemilik rumah batu ini. Ini sungguh-sungguh di luar dugaan Ayah!"
Nona Han tidak habis pikir dia tercengang mengapa ayahnya tak memperbolehkan ia tahu tentang pemilik rumah batu tersebut. Tapi saat itu mendadak di atas mereka terdengar suara. Han Pwee Eng menengadah. Kelihatan sebuah keranjang diturunkan lewat lubang di atas kamar mereka. Keranjang itu tepat jatuh ke meja batu. Ketika keranjang itu diperiksa keranjang itu berisi berbagai makanan. Han Pwee Eng mengeluarkan semua isi keranjang itu dan meletakkannya di atas meja
"Ayah ini arak dan daging, aku tidak tahu apakah makanan ini beracun atau tidak?" kata nona Han.
"Jangan terlalu curiga!" kata Han Tay Hiong pada puterinya "Jika si Iblis Tua hendak membunuh kita, dia tidak perlu berbuat begitu. Dia gunakan saja pukulan Huahiat-to, beres. Nak, barangkali kau sudah lapar, kau makan saja dulu!"
Han Pwee Eng mengambil sebuah paha ayam, tapi tak langsung dia makan malah dia bertanya
"Mengapa Ayah tidak makan?"
Tiba-tiba muncul cahaya dari atas, nona Han segera menengadah. Tampak dari lubang di atas kamaar batu itu kelihatan seraut wajah seseorang, sepasang matanya agak keputih-putihan dan terus menatap ke arahnya. Dia mengintai lewat sebuah jendela kecil di atas kamar itu.
Nona Han melihat wajah orang itu dingin tidak berperasaan.
"Eeeh!" jerit Han Pwee Eng tanpa sadar.
Orang itu terdengar bicara.
454 "Nona kecil, jangan takut! Kata-kata ayahmu itu benar, aku tidak menaruh racun pada makanan itu dan aku tidak ingin mencelakakan kalian berdua! Lebih baik sekarang kau nasihati ayahmu agar dia mau makan." kata orang itu.
"Oh, dia pasti See-bun Souw Ya!" pikir nona Han yang baru tahu sesudah mendengar orang itu bicara.
"Kau tua bangka pembohong!" kata Han Tay Hiong.
"Kau bujuk dan kau tipu puteriku ke mari, sebenarnya kau mau apa" Hm! Jangan kau kira aku akan takluk padamu!"
See-bun Souw Ya tertawa. "Han Tay Hiong, aku ini orang baik, aku telah mempertemukan kalian ayah dan anak, bukan berterima kasih malah kau marah padaku! Sekarang puterimu ada di sisimu, kau pasti tidak ingin mati lagi, kan" Sekarang lebih baik kau makan, sesudah makan kita bisa berbincangbincang. Tak lama lagi akan datang kawan lama, sesudah kau makan kenyang kita bisa berunding."
Sesudah itu See-bun Souw Ya bergeser, sekarang kelihatan wajah orang lain. Han Tay Hiong mengenalinya itulah Chu Kiu Sek. Han Tay Hiong mendengus dingin.
"Hm! Kalian boleh maju bersama paling-paling aku mati!" kata Han Tay Hiong.
Chu Kiu Sek tertawa dingin.
"Han Tay Hiong semula aku akan mmbalas dendam padamu, tapi aku tak sangka kau begitu tak berguna!" kata Chu Kiu Sek. "Saat aku datang ke rumahmu, kau sudah terluka oleh See-bun Souw Ya, dan dia tak ingin kau mati!
Oleh sebab itu karena aku memandang mukanya, baik kita sudahi saja permusuhan kita itu sampai di sini. Aku mau lihat apa kau tahu diri atau tidak?"
455 "Baik, terima kasih pada kalian yang telah menjamuku,"
kata Han Tay Hiong. Dia langsung meneguk arak dan menyantap daging.
Sesudah makan baru dia berkata lagi.
"Sekarang aku sudah makan, apa rencana kalian. Apa kalian akan menggunakan kekerasan, silakan aku tidak takut!" kata Han Tay Hiong.
See-bun Souw Ya tertawa dingin.
"Tidak! Aku tak akan berbuat begitu, hanya jika sekarang aku bebaskan kau, kuberitahu kau, para orang gagah di kalangan Kang-ouw dari golongan luruspun akan mencelakaimu!" kata See-bun Souw Ya sambil tertawa dingin.
Suara tawa See-bun Souw Ya terdengar menyeramkan, hingga membuat bulu kuduk nona Han merinding. Tak lama jendela kecil itu tertutup kembali.
"Ayah," kata nona Han. "Seperti pepatah mengatakan,
"selama gunung masih hijau, kita jangan takut tidak ada kayu". Berdasarkan kepandaian Ayah, asalkan Ayah tidak ingin mati, pasti masih ada kesempatan!"
Han Tay Hiong meneguk arak, kemudian ia
menggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 17 Melihat ayahnya menggelengkan kepala, Han Pwee Eng heran. Dia tidak tahu apa yang ada di benak ayahnya saat itu, Kemudian nona Han berpikir.
"Aku dengar See-bun Souw Ya ingin merajai Dunia Persilatan, jadi sangat wajar jika dia tidak akan melepaskan 456
Ayah. Tetapi kenapa Ayah kelihatan begitu berduka?" kata nona Han.
"Aku berduka bukan karena dia," kata ayahnya.
Nona Han jadi tertarik ia langsung bertanya.
"Benarkah Ayah dengan pemilik rumah batu itu bersahabat?" kata si nona.
Wajah Han Tay Hiong berubah. Dia mengangguk, sesaat kemudian baru menjawab.
"Benar," kata ayahnya. "Memang Ayah pernah bersahabat dengannya."
"Kemudian Ayah ribut dengannya sehingga jadi putus hubungan persahabatan itu," kata nona Han.
Ayahnya diam. "Ayah sangat menjunjung tinggi persahabatan. Pasti ada sebabnya Ayah ribut dengan orang itu, hingga mereka putus hubungan?" pikir nona Han.
Tak lama Han Tay Hiong bicara lagi.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang sangat mendukakan hati Ayah, karena Ayah telah membuat kau susah! Luka Ayah terkena pululan Siu-lo-imsatkang belum sembuh, sekarang ditambah lagi ayah terluka oleh pukulan Hua-hiat-to See-bun Souw Ya. Jika ayah ingin membawamu pergi dari sini, itu sulit sekali. Tapi katakatamu tadi ada benarnya. Sebelum kita jadi putus asa lebih baik kita tetap hidup mungkin kita masih bisa lolos?" kata ayahnya.
"Kalau begitu aku lega, Ayah!" kata nona Han.
Han Tay Hiong menatap puterinya.
"Eng, tadi kau bilang Kok Siauw Hong ke markas cabang Kay-pang. Dia pergi atas kemauan sendiri atau Lauw Kan 457
Lu yang datang ke rumah kita untuk menyelidiki keadaan, lalu mengajak Kok Siauw Hong ke markas cabang Kaypang?" kata Han Tay Hiong.
"Ayah benar, Lauw Kan Lu yang mengajak Kok Siauw Hong pergi ke markas cabang. Bukan cuma Lauw Kan Lu tapi juga
Liok Kun Lun datang ke rumah kita, Ayah!" kata nona Han menjelaskan.
Han Tay Hiong mengerutkan keningnya.
"Hm! Liok Kun Lun juga datang, kalau begitu mereka cukup menghargaiku!" kata Han Tay Hiong..
Nada bicara Han Tay Hiong terdengar sangat gusar. Ini membuat nona Han heran.
"Eh rupanya Ayah kurang senang mendengar mereka datang ke rumah melakukan penyelidikan?" pikir nona Han.
Sesaat kemudian nona Han bicara lagi.
"Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu..."
Han Pwee Eng tak melanjutkan kata-katanya.
"Tentang apa?" tanya ayahnya.
"Mungkin aku telah melakukan kekeliruan besar, mohon Ayah memaafkan aku," kata nona Han. Ayah si nona menatapnya.
"Tentang apa, katakan saja. Ayah tidak akan memarahimu!'
"Aku telah menyerahkan semua harta Ayah pada Liok Kun Lun, aku mewakili Ayah menyumbang para pejuang yang akan
458 melawan bangsa Mongol!" kata nona Han.
Han Tay Hiong mengerutkan dahinya.
"Kau atas namakan Ayah menyumbangkan harta itu?"
Han Pwee Eng tertegun sejenak.
"Bukankah harta itu milik keluarga kita, Ayah?" kata nona
Han. Tapi tak lama nona Han berpikir.
"Jika tak ada perang ini, aku juga tidak tahu Ayahku begitu
kaya. Apa harta itu bukan milik Ayahku?" pikir nona Han.
Pada saat yang bersamaan Han Tay Hiong bicara.
"Kau memang salah, anakku! Semua harta itu bukan milik Ayah, tapi titipan orang!" kata ayahnya.
Ketika mendengar kata-kata ayahnya, nona Han terkejut bukan kepalang.
"Oh celaka! Kalau begitu bagaimana kita bertanggungjawab pada pemilik harta itu" Lalu milik siapa harta itu, Ayah?"
"Dia kawan baikAyah," jawab Han Tay Hiong. "Tapi itu juga bukan harta miliknya! Dia akan gunakan harta itu untuk suatu urusan besar!"
Ketika itu Han Tay Hiong sedang berpikir, dia akan memberitahu siapa kawannya itu atau tidak pada nona Han" Tapi mendadak dia tersentak dan berbisik.
"Anak Eng, coba kau perhatikan, di luar ada orang yang datang ke mari..." bisik Han Tay Hiong.
459 Nona Han mencoba berkonsentrasi, dia memang mendengar langkah kaki tapi makin lama langkah itu makin menjauh.
"Ayah benar, ada orang yang mendengarkan pembicaraan kita," bisik nona Han. "Ayah, jika ada rahasia yang orang lain tidak perlu tahu, lebih baik Ayah jangan mengatakannya. Aku kira gin-kang orang itu sangat tinggi, jika bukan See-bun Souw Ya pasti Chu Kiu Sek!"
Mendadak Han Tay Hiong tertawa terbahak-bahak, lalu dia berkata dengan suara keras.
"Anakku, apa yang kau lakukan itu sangat tepat!
Walaupun harta itu bukan milik kita, tapi kau sudah menyumbangkannya untuk para pejuang yang melawan pasukan Mongol! Aku rasa tindakanmu itu tepat dengan keinginan In-kong (Tuan penolong) kita!" kata Han Tay Hiong.
Nona Han sadar kata-kata ayahnya itu ditujukan pada See-bun Souw Ya.
"Kata-kata Ayah tadi pasti akan membuat si Iblis Tua itu pingsan saking jengkelnya. Mudah-mudahan kata-kata Ayahku itu keluar dari lubuk hati Ayahku dengan sejujurnya." pikir nona Han.
Tak lama ayahnya berbisik.
"Nak, kau jangan ragu, kata-kata Ayah tadi itu bukan hanya untuk menyenangkan hatimu..." kata ayahnya.
Mendengar kata-kata ayahnya bukan main girangnya nona Han.
"Apakah benar niat kawan Ayah itu sama dengan yang aku lakukan?" tanya nona Han.
460 "Harta itu dia tinggalkan untuk sekelompok orang, maka Ayah pikir dia juga tidak akan menyalahkan kita!" kata ayahnya.
Han Tay Hiong berpendapat bahwa kawannya itu pun rela uangnya dipakai untuk berjuang melawan bangsa Mongol.
Nona Han sadar di balik dinding ada orang sedang menguping, maka itu dia tahu ayahnya kesulitan untuk memberi penjelasan dengan leluasa. Maka itu si nona lalu menulis di tangan ayahnya.
"Siapa orang itu?"
Han Tay Hiong juga menulis di telapak tangan nona Han. "Siang-koan Hok."
"Kiranya dia" Ayah bagaimana dia bisa demikian baik kepada Ayah?"
Han Tay Hiong menghela napas panjang.
"Karena hanya Ayah yang tahu kelakuannya pada orang lain. Nak, jika kau berhasil lolos dari sini, kau jangan beritahu kalau Ayahmu ini sahabatnya!" kata ayahnya.
"Baik, Ayah!" Nona Han tahu ayahnya tak ingin rahasia harta itu bocor. Saat tahu orang itu Siang-koan Hok, nona Han langsung ingat pada batu cincin bermata merah itu.
"Ayah, tahukah mereka tentang cincin itu?"
"Tidak! Mereka tidak tahu cincin itu hadiah dari siapa"
Tapi See-bun Souw Ya tahu bahwa cincin itu berkhasiat untuk mengobati luka kena racun, dan tahu namanya Thian-simciok," kata ayahnya.
461 "Setelah cincin itu tidak ada pada Ayah, apa Ayah merasa kurang nyaman?"
Han Tay Hiong tertawa "Separuh tubuh Ayah yang lumpuh kini sudah sembuh sampai delapan bagian, jadi tidak begitu masalah cincin itu lenyap dari tangan ayah." kata ayahnya.
"Ayah, See-bun Souw Ya membunuh semua pelayan kita Tapi kenapa dia tidak mengambil harta kita itu?"
Han Tay Hiong tertawa "Ayah sulit dilukai olehnya," kata ayahnya. "Saat Ayah diserang dengan Hua-hiat-to, Ayah pun berhasil melukai dia dengan sebuah pukulan!"
Nona Han mengangguk. "Jadi dia juga terluka?"
"Saat itu masih ada orang lain di rumah kita. Sekalipun orang itu menginginkan Ayah tertangkap oleh See-bun Souw Ya, tapi dia juga tetap melindungi Ayah agar tidak binasa. Orang itu tidak berminat pada harta kita itu. Setelah Ayah terluka, dia desak See-bun Souw Ya agar membawa Ayah ke mari. Saat itu See-bun Souw Ya pun telah terluka.
Ayah pikir dia juga khawatir orang-orang Kay-pang akan datang ke rumah kita. Ditambah lagi orang itu terus mendesak, dan membuat See-bun Souw Ya tak berani lama-lama di rumah kita. Dia batal membawa harta itu."
Mendengar keterangan itu nona Han berpikir.
"Orang yang dimaksud "orang itu" pasti si pemilik rumah batu ini," pikir nona Han. "Orang itu bisa memaksa See-bun Souw Ya dan mau menurut. Aku yakin kepandaiannya lebih tinggi dari See-bun maupun Chu Kiu Sek. Aku 462
sekarang cuma berharap Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po sudah sampai di rumahku!"
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Saat itu Kong-sun Po maupun Kiong Mi Yun memang sudah sampai di rumah keluarga Han.
Malam itu sesudah Kiong Mi Yun berhasil mencuri arak obat Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciu, mereka langsung kabur dan mereka melanjutkan perjalanan ke Lok-yang dengan kudakuda curiannya. Nona Kiong masih belum sadar, bahwa Han Toa-ko yang dicintainya itu sebenarnya seorang nona.
Kong-sun Po tidak setuju temannya mencuri arak dan kuda itu, tapi karena Kiong Mi Yun mengatakan bahwa semua yang dia lakukannya itu untuk menyelamatkan nyawa orang, maka Kong-sun Po menurut saja. Kong-sun Po memang pernah mendengar bahwa Han Tay Hiong seorang Bu-lim Beng-cu, tapi dia tidak tahu kalau orang she Han ini mempunyai seorang puteri tunggal yaitu Han Pwee Eng. Tak heran kalau Kong-sun Po pun seperti Kiong Mi Yun, dia menganggap Han Pwee Eng itu seorang pria.
Saat dia bertemu dengan Han Pwee Eng di rumah makan "Ngih Nih Lauw" kesan Kong-sun Po terhadap nona Han sangat baik. Setelah dia tahu dari nona Kiong bahwa Chu Kiu
Sok sedang mencari :Han Toa-ko", maka dia merasa bahwa dia harus membantu dan menyelamatkan sahabat barunya itu dari ancaman bahaya.
Sekalipun mereka berdua melakukan perjalanan bersama, dan makan bersama bahkan bermalam di penginapan yang sama, namun cinta Kiong Mi Yun tetap tertuju pada Han Pwee Eng. Nona Kiong menganggap 463
nona Han lebih pantas jadi suaminya dibandingkan dengan Kong-sun Po, tunangannya sejak kecil. Nona Kiong pun menganggap "Han Toa-konya" itu lebih tampan, romantis dan pandai bicara. Tetapi tanpa disadarinya dia juga mulai tertarik kepada Kong-sun Po yang lugu dan jujur. Dia anggap Kong-sun Po ini sangat menarik.
Hari itu mereka sudah sampai di desa atau rumah keluarga Han. Saat itu nona Kiong bicara pada kawan seperjalanannya.
"Kong-sun Toa-ko, aku selalu mengelabuimu, hal itu membuat aku jadi merasa tidak enak hati," kata nona Kiong.
Kong-sun Po tertegun. "Apa?" Wajah Kiong Mi Yun berubah kemerah-merahan.
"Kuucapkan terima kasih padamu, kau telah menemaniku di perjalanan hingga sampai di sini," kata nona Kiong. "Sebenarnya aku harus berterus-terang kepadamu, namun....aku tidak tahu harus bagaimana aku mengatakannya....."
Kong-sun Po keheranan. "Aneh dia ini, tiba-tiba dia bersikap seperti seorang gadis saja?" pikir Kong-sun Po.
Tak lama nona Kiong melanjutkan bicaranya.
"Aku minta kau menemaniku, padahal itu sikapku yang sangat egois...." katanya.
Kong-sun Po tercengang. "Maksudmu?" Kiong Mi Yun menundukkan kepalanya.
464 "Maksudku agar kau melindungiku di sepanjang jalan.
Aku...aku...aku sangat menyukai Han Toa-ko...."
Kong-sun Po tertawa terbahak-bahak.
"Oh begitu" Aku juga suka pada Han Toa-ko. Dia temanmu, dan dia juga temanku, pasti aku bersedia mengantarmu sampai di sini!" kata Kong-sun Po.
Kiong Mi Yun tersenyum. "Sesudah bertemu dengan Han Toa-ko, baru aku akan bicara terus-terang kepadamu. Tetapi bagaimana jika dia tahu aku ini tunangan Kong Sun Po" Terus-terang aku lebih menyukai Han Toa-ko" Lalu apa yang akan terjadi kelak?"
pikir Kiong Mi Yun. Tak mereka kira begitu sampai di rumah keluarga Han, mereka mel ihat rumah keluarga Han itu telah terbakar hangus, di sana tidak ada seorang pun yang masih hidup.
Menyaksikan rumah keluarga Han sebagian besar telah musnah, Kiong Mi Yun kaget bukan kepalang.
"Bagaimana nasib Han Toa-ko" Apa dia celakai di tangan si Iblis Tua itu?" pikir nona Kiong.
"Han Toa-ko! Han Toa-ko!" Kiong Mi Yun memanggilmanggil diikuti oleh Kong-sun Po.
Pada saat yang bersamaan terdengar suara seseorang dan suaranya serak seperti suara burung gagak.
"Kalian sedang mencari siapa?"
Kiong Mi Yun menoleh. Kelihatan seorang nenek tua sudah berdiri di tempat itu Nenek itu berpakaian indah.
Wajahnya tersenyum-senyum anggun. Tapi suaranya menyeramkan sekali.
Kong-sun Po terkejut. 465 "Dari mana munculnya nenek ini" Sepertinya dia muncul begitu saja, seolah keluar dari dalam tanah?" pikir Kong-sun Po.
Ketika diperhatikan selain pakaian nenek itu indah, pakaian itu pun bersih sekali. Jelas dia masuk lewat dari pintu depan. Sedangkan Kong-sun Po pernah berlatih ilmu
"Teng-hong-panpeng" (Mendengar suara angin dan membedakan suara senjata). Tapi heran pemuda ini sedikitpun tidak mendengar dan merasa ada orang yang datang ke tempat itu. Itu membuktikan bahwa nenek itu berilmu tinggi sekali.
"Aku sedang mencari Han Toa-ko," kata Kiong Mi Yun.
"Apa Nenek Ibunya?"
Nenek itu mendengus dan suaranya dingin.
"Hm! Isteri Han Tay Hiong sudah lama meninggal dunia, mana mungkin ibu anak itu muncul lagi di sini?"
katanya. "Maaf, boan-pwee (saya yang rendah) salah menduga, Nek!" kata Kiong Mi Yun. "Kalau begitu Nenek mungkin familinya?"
Nenek itu berbalik bertanya.
"Apa hubunganmu dengan keluarga Han?" katanya.
"Aku saudara angkat Han Eng Toa-ko," jawab Kiong Mi Yun sejujurnya.
"Siapa Han Eng Toa-ko itu?" tanya nenek itu keheranan.
"Dalam keluarga Han Tay Hiong tidak ada orang yang bernama Han Eng! Apa dia salah seorang pelayannya?"
"Han Eng itu putera Han Tay Hiong, bukan pelayannya," kata Kiong Mi Yun.
Tapi otak Kiong Mi Yun pun langsung bekerja.
466 "Rupanya Nenek ini mengenal dengan baik keluarga Han, tetapi kenapa dia sampai tidak mengetahui siapa Han Toa-ko" Heran sekali"!" pikir nona Kiong.
Nenek itu tertegun tiba-tiba dia seolah ingat sesuatu.
"Aah! Aku bodoh sekali, mungkin puteri Han Tay Hiong menyamar jadi seorang pria. Aku kira orang yang dimaksud oleh orang ini ya nona Han" Begitu sempurnanya penyamaran Nona Han Pwee Eng, dua bocah ini bisa dikelabuinya!" pikir si nenek.
Tapi nenek ini tidak mau membuka rahasia.
"Oh, jadi yang kau maksud itu Tuan-muda keluarga Han?" kata si nenek. "Ada urusan apa kalian mencari dia?"
"Aku dengar Han Toa-ko punya musuh besar, kedatangan kami ke mari, justru kami ingin membantu dia,"
kata Kiong Mi Yun dengan terus-terang.
"Apa kau tahu siapa musuh besar mereka itu?" tanya si nenek.
"Ya, aku tahu. Namanya kalau tak salah Chu Kiu Sek!
Maka aku ingin tahu Nek, apakah Han Toa-ko telah dicelakai olehnya atau belum?" kata Kiong Mi Yun.
"Coba kau beritahu aku, guci yang kau bawa-bawa itu apa isinya?" tanya si nenek.
"Arak!" jawab Kiong Mi Yun.
"Mengapa dari tempat begitu jauh kau membawa-bawa arak itu, apakah arak itu berkhasiat?" tanya si nenek.
Kong-sun Po ingin mencegah agar nona Kiong tidak memberitahu tentang arak itu, tapi sudah terlambat.
467 "Ini arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-ciul Khasiatnya untuk mengobati orang yang terkena racun dingin!" kata nona Kiong dengan jujur.
Nona Kiong mengira nenek itu masih famili keluarga Han, selain itu dia juga berpikir toh ada Kong-sun Po yang akan melindunginya, andai kata nenek itu ingin berbuat jahat kepadeanya. Dia yakin Kong-sun Po akan mampu mengatasi nenek ini. Karena dia tidak takut maka dia bicara terus-terang.
"Jadi kau ingin memberikan arak itu pada Han Toakomu, ya" Rupanya kau takut Han Toa-komu terkena pukulan Siu-loim-sat-kang?" kata si nenek.
"Benar," jawab nona Kiong sambil mengangguk.
Mendadak si nenek tertawa.
"Kau jangan mencari dia, serahkan saja arak itu kepadaku!" katanya.
Pada saat yang bersamaan tubuh si nenek berkelebat, tahu-tahu dia sudah ada di samping nona Kiong, Kiong Mi Yun kaget bukan kepalang, dia akan mundur tapi sudah terlambat.
"Mau apa kau?" bentak Kiong Mi Yun.
Tiba-tiba Mi Yun merasakan telapak tangannya sakit, tanpa dia sadari guci arak di tangannya itu sudah berpindah tangan ke tangan si nenek. Tapi nona Kiong tidak tinggal diam dia langsung menyerang nenek itu. Untuk menangkis serangan nona Kiong, si nenek mengibaskan lengan bajunya.
"Seer! Weeeek!"
468 Lengan baju si nenek robek tetapi nona Kiong pun terhuyung ke belakang beberapa langkah jauhnya. Si nenek mendengus dingin.
"Hm! Rupanya kau puteri dari pulau Hek-hong-to, sedang ilmu Cit-sat-ciangmu belum sempurna benar!" kata si nenek.
Mata si nenek memang tajam, saat dia lihat serangan Kiong Mi Yun, dia langsung tahu jurus apa yang digunakan oleh nona Kiong tersebut saat itu. Si nenek pun langsung tahu kalau Kiong Mi Yun seorang gadis. Ucapan nenek ini membuat Kong-sun Po kaget, sebab selama dalam perjalanan, sama sekali dia tidak tahu kalau teman seperjalanannya itu ternyata seorang nona.
"Nenek ini benar, pukulan nona Kiong itu milik majikan pulau Hek-hong, tetapi apa benar saudara Kiong ini seorang gadis?" pikir Kong-sun Po.
Selain penasaran Kong-sun Po pun kaget, padahal dia begitu dekat dengan nona Kiong. Tapi mengapa dia tidak bisa mencegah nenek itu menyerang kawannya itu. Dia juga tidak bisa menghalangi nenek itu saat si nenek merebut guci arak di tangan nona Kiong. Saat dia tahu guci itu sudah berpindah tangan, dia kaget bukan kepalang.
"Nenek ini lihay sekali, kepandaiannya pun tidak berada di bawah kepandaian Chu Kiu Sek?" pikir Kong-sun Po.
Sebenarnya bisa saja Kong-sun Po membantu si nona, pada saat nona Kiong menyerang nenek itu. Tetapi karena Kong-sun Po terkejut oleh kata-kata si nenek, dia juga melihat nenek tidak berniat melukai nona Kiong, dia jadi ragu-ragu. Tahu si nenek telah membongkar rahasia penyamarannya, nona Kiong malu sekali hingga wajahnya berubah merah.
469 "Kakak Kong-sun, apa kau tak mau membantuku?" kata nona Kiong.
Kong-sun Po sadar. Dia langsung memberi hormat.
"Lo-cian-pwee tunggu dulu!" kata Kong-sun Po. "Tolong jelaskan dulu...."
"Mengapa aku harus meladeni dan menjelaskan padamu?" kata nenek itu ketus.
Dia langsung pergi. Begitu si nenek bergerak, Kong-sun Po langsung menghadang di depan nenek itu.
"Maaf Lo-cian-pwee, semua masalah bisa kita bicarakan dengan baik-baik," kata Kong-sun Po, "harap Lo-cian-pwee bersabar sedikit!"
Kong-sun Po memberi hormat pada si nenek, namun saat itu sengaja dia menyerang dengan jurus Tay-hang-pal-sek (Delapan jurus lingkaran). Wajah Kong-sun Po sangat lugu, pakaiannya pun sangat sederhana, dia lebih mirip seorang pemuda desa. Tidak heranjika si nenek jadi agak meremehkan pemuda desa ini. Tiba-tiba si nenek merasakan sebuah serangan yang dasyat menerjang ke arah dadanya. Hal ini membuat si nenek jadi sesak napas. Mau tidak mau dia harus menghentikan langkah kakinya.
Sekalipun tidak sampai terluka tetapi serangan itu membuat dia terkejut.
"Hai! Siapa kau?" bentak si nenek. "Bocah ini tampangnya biasa-biasa saja, tapi kepandaiannya lumayan juga," pikir si nenek.
"Kami berdua sahabat Han Toa-ko," kata Kong-sun Po menjelaskan. "Maaf bukan kami tidak percaya pada Lo-cianpwee. Tapi kami memang ingin bertemu dengannya.
470 Lebih baik kami yang menyerahkan arak itu kepadanya!
Kami tidak berani merepotkan Nenek, tolong beritahu saja di mana dia?"
Kong-sun Po bicara dengan tata-krama dan sangat sopan, tapi si nenek menyahut dengan ketus.
"Mengapa aku harus memberitahumu. Hm! Aku tahu kepandaianmu lumayan, tetapi kau tidak akan dapat mengalahkan aku!" kata nenek itu.
Kiong Mi Yun maju sambil membentak.
"Siapa kau" Cepat katakan!" kata nona Kiong.
Nenek itu sudah langsung menyerang Kong-sun Po yang saat itu langsung menangkis dengan jurus Tay-hang-pat-sek.
Saat itu Kiong Mi Yun sudah langsung menghunus pedang dan menyerang ke arah punggung si nenek.
"Aku menghormatimu sebagai Lo-cian-pwee, tetapi kau malah tidak tahu aturan!" bentak Kiong Mi Yun. "Sekarang aku tidak akan sungkan-sungkan lagi terhadapmu!"
Kong-sun Po menyerang dari depan sedangkan Kiong Mi Yun dari arah belakang nenek itu. Saat itu si nenek sepertinya dalam bahaya. Tetapi tiba-tiba dia melancarkan dua serangan yang bersamaan, ke depan maupun ke belakang. Kong-sun Po merasakan serangan hebat ke arahnya. Hal ini membuat pemuda itu harus membalikkan badan. Kesempatan ini langsung digunakan oleh si nenek untuk pergi, namun ujung pedang nona Kiong hampir saja mengenai punggung si nenek. Namun, dengan mudah si nenek menghindar dari serangan nona Kiong yang sangat ganas itu. Malah tangkisa si nenek membuat ujung pedang Kiong Mi Yun berbalik arah, dan mengarah ke Kong-sun Po. Untung nona Kiong bisa segera menarik serangannya.
471 "Ada apa Kong-sun Toa-ko?" tanya si nona dan alisnya berkerut.
Kong-sun Po agak tercengang saat mengetahui nona ini tidak roboh oleh serangan si nenek.
"Tidak apa-apa, apa kau tidak terluka?" tanya pemuda itu penuh perhatian.
Nona Kiong menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Ayo kita kejar dia!" kata si nona.
Tadi nenek itu mengerahkan dua pukulan yang berbeda, keras dan lunak. Tenaga yang keras untuk mendorong Kong-sun Po, sedangkan tenaga yang lunak untuk menarik nona Kiong. Tidak heran kalau ujung pedang Kiong Mi Yun nyaris saja mengenai Kong-sun Po.
Mereka langsung mengejar si nenek. Tak lama mereka sampai di sebuah gunung. Sekalipun sedang membawa guci arak yang berat nenek itu bisa berlari cepat.
"Jika dia lari di tempat yang rata, sulit kita mengejarnya," kata Kong-sun Po pada nona Kiong.
Gin-kang Kiong Mi Yun tidak berada di bawah Kongsun Po. Tak lama keduanya berhasil menyusul si nenek.
Nenek itu mendengus dengan dingin.
"Hai apa kalian mau mencari mati?" bentak si nenek.
Tiba-tiba tubuhnya berbalik, kali ini dia melancarkan dua serangan seperti tadi. Pemuda itu sudah siap dia kerahkan jurus Sih-ni-ciang-hoat (Ilmu pukulan tenaga lunak) untuk menangkis serangan si nenek ini. Ini adalah jurus yang dia pelajari dari Beng Beng Tay-su. Melihat pemuda itu bisa mengatasi serangannya nenek ini berpikir.
"Bocah ini sulit dilayani. Dia juga gabung dengan puteri Kiong Cau Bun. Sekalipun mereka tidak akan mampu 472
mengalahkan aku, tapi aku akan sulit mempertahankan guci arak ini!" pikir si nenek.
Jarak mereka sekarang agak jauh tapi Kiong Mi Yun yang bernapsu ingin merebut guci arak itu, telah melesat mendahului Kong-sun Po. Melihat nona Kiong mendatangi nenek itu mengerutkan dahinya. Segera dia papak kedatangan nona
Kiong dengan jarinya menotok jalan darah si nona.
Bukan main cepatnya totokan itu, Kiong Mi Yun tidak sempat mengelak maupun menangkis serangan itu.
Saat tubuh Kiong Mi Yun roboh ke belakang, kebetulan Kong-sun Po tiba dari belakang si nona. Tubuh nona Kiong jatuh ke dalam pelukan pemuda itu. Begitu terpeluk oleh pemuda itu, nona Kiong kaget bukan kepalang. Wajahnya langsung merah, karena sekarang pemuda itu sudah tahu bahwa dia sebenarnya seorang nona.
"Jalan darah Meng-khie-hiati" bisik si nona kepada Kong-sun Po, dia memberi tahu Kong-sun Po, jalan darahnya yang ditotok oleh si nenek.
Kong-sun Po segera membebaskan totokan di jalan darah yang disebutkan si nona.
"Apa kau terluka?" tanya pemuda itu lembut penuh rasa khawatir dan perhatian.
Setelah bebas dari totokan nona Kiong mendorong pemuda yang sedang memeluknya itu. Wajah nona Kiong pun merah sekali karena malu.
"Jangan banyak bertanya, kejar dia! Sekalipun kita bukan lawan dia tapi kita harus tahu tempat tinggalnya!" kata nona Kiong.
473 Rupanya nenek agak segan kepada ayah nona Kiong, oleh karena itu dia telah menyerang nona Kiong dengan perlahan dia tidak berani melukai nona ini.
"Tapi kau.... sendirian ..." kata Kong-sun Po terputus-putus agak ragu meninggalkan nona Kiong sendiri saja.
Rupanya Kong-sun Po mencemaskan keadaan nona Kiong, dia mengira nona itu telah terluka.
"Jangan kau cemaskan diriku, aku tidak terluka!" kata si nona. "Tinggalkan aku di rumah Han Toa-ko, kau kejar dia.
Aku sendiri tidak takut, masakan ada orang yang berani memakanku?"
Pemuda itu tahu nona Kiong berkepandaian tinggi, kecuali jika nona Kiong harus melawan pesilat tangguh seperti Chu Kiu Sek. selain itu dia akan sanggup membela diri.
"Baik, kau sembunyi sampai aku kembali!" kata pemuda itu.
"Jangan cerewet, cepat kejar dia!" kata si nona.
Mulut nona Kiong bicara agak kasar namun hatinya sangat berterima kasih kepada pemuda yang penuh perhatian terhadapnya itu. Kong-sun Po langsung lari mengejar si nenek, sedangkan Kiong Mi Yun berjalan ke rumah keluarga Han.
Setiba di rumah yang sudah sebahagian terbakar itu, nona Kiong bertambah risau dan pikirannya bertambah kacau.
"Mungkin Han Toa-ko bertemu dengan musuh yang tangguh. Eh, ada kuburan baru, entah siapa yang di kubur di tempat ini" Oh, mudah-mudahan bukan Han Toa-ko?"
pikir Kiong Mi Yun. 474 Dia berdiri tegak dan tertegun cukup lama.
"Sekarang Kong-sun Toa-ko sudah tahu tentang diriku.
Perlukah kuberitahu dia tentang perjodohan itu" Aaah!
Garagara nenek itu aku jadi canggung berada di dekatnya.
Aku susah buka mulut!" pikir nona Kiong.
Sejak masih di dalam kandungan ibunya, ayah nona Kiong telah menjodohkan dia dengan Kong-sun Po. Tetapi pemuda itu rupanya belum tahu mengenai masalah ini.
Ditambah lagi nona Kiong sudah jatuh cinta kepada "Han Toa-ko" alias Han Pwee Eng yang menyamar menjadi seorang pria.
Untung di rumah keluarga Han yang terbakar masih tersisa beberapa buah kamar yang selamat dari jilatan sang api.
"Tadi Kong-sun Toa-ko menyuruhku bersembunyi, lebih baik aku turuti permintaannya," pikir nona Kiong. "Akan kupilih sebuah kamar untuk isterihat, jika dia datang pun pasti dia akan memangil dan mencariku?"
Dia mencari buah kamar yang dia anggap cocok baginya.
Setelah melewati sebuah ruang dia sampai di sebuah kamar. Kain jendelanya masih tertutup rapat. Dari kamar itu tercium aroma yang sangat harum. Kiong Mi Yun tersentak.
"Eh wangi dupa, apa di kamar ini ada orangnya?" pikir nona Kiong.
Dia berjalan perlahan-lahan ke pintu kamar itu, lalu dia dorong pintunya perlahan-lahan. Saat pintu itu terbuka ternyata di dalam kamar itu tidak ada orang. Namun, mata nona Kiong terbelalak ketika menyaksikan keindahan kamar itu. Di kamar itu terdapat sebuah tempat tidur dari 475
kayu dan diukir indah sekali, lemari pajang dan cermin besar terbuat dari tembaga yang telah digosok hingga mengkilap. Di atas meja hias tampak tergantung beberapa buah lukisan dan syair. Tapi kamar itu kosong. Kiong Mi Yun sadar bahwa itu kamar seorang nona.
"Kamar siapa ini" Apakah ini kamar kakak atau adik Han Toa-ko" Tetapi saat aku bertemu dengannya dia tidak pernah bilang kalau dia punya seorang kakak atau adik lelaki. Ah, aku tidak peduli itu! Tetapi ini kamar siapa"
Masa bodoh aku mau istirahat di sini!" pikir nona Kiong.
Sebagai seorang gadis tentu saja nona Kiong menyukai kamar yang harum dan indah itu. Kiong Mi Yun pun tertarik pada syair yang bergantungan di dinding kamar, dan mulai membacanya.
Pandang depan dan belakang.
Hanya kabut belaka, Hari yang gelap. Amhom dimhom ,enderi-deru.
Duduk termenung seorang diri.
Mengenang masa lampau, Itu merupakan takdir. Bukan kemauan manusia.

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampak api berkobar. Suara anak panah pedang dan golok mendesir, dan berkelebat.
Hati bergelora, air matapun bercucuran.
Syair itu ciptaan penyair zaman Lam Song (Dinasti Song Selatan, Red), nama penyairnya Tio Lan Ouw. Selesai 476
membaca kelihatan nona Kiong tidak mengerti maksud sajak itu. Saat dia membaca bagian bawah syair itu, dia tercengang. Bunyi tulisan itu demikian :
Eng Li (Anak perempuan Eng) belajar syair harus mencontoh semangat penyair Tio Kan Ouw
Tio Kan Ouw hidup pada zaman Dinasti Song Selatan, yaitu pada masa kaisar Song Kauw Cong memerintah di kerajaan Song. Tio Kan Ouw seorang sarjana sastra. Pada masa itu banyak pejabat istana Kerajaan Song yang korup dan melakukan berbagai kejahatan. Melihat kejadian itu Tio Kan Ouw sangat gusar. Kemudian dia menulis syair tersebut di atas. Nona Kiong tidak mengerti isi sajak itu, tetapi dia mengerti apa maksud tulisan di bawah ajak itu.
"Nama nona Han yang tertulis di sajak itu juga bernama Eng seperti nama Han Toa-ko?" pikir Kiong Mi Yun.
Nona Kiong mulai curiga tetapi dia tidak berani berpikir ke arah sana. Tiba-tiba dia melihat segulung kertas. Lalu kertas itu dia ambil dan dia buka gulungannya. Ternyata gulungan itu sebuah gulungan lukisan seorang pria tampan.
"Rupanya Nona Han tidak menyukai lukisan ini?" pikir nona Kiong. "Tidak heran kalau lukisan ini dia buang begitu saja, lalu dia injak-injak. Heran mengapa dia sangat benci pada lukisan ini?"
Dia amati dengan teliti lukisan itu. Lukisan itu menggambarkan seorang pemuda tampan, di pinggang pemuda itu tergantung sebilah pedang. Rupanya pemuda itu seorang kaum Rimba Persilatan. Nona Kiong tertawa.
"Hm! Aku kira Nona Han mencintai pemuda ini dengan diam-diam, tapi si pemuda barangkali mencintai nona lain sehingga Nona Han membencinya?" pikir Kiong Mi Yun.
477 Memang nona Kiong tidak mengetahui dengan jelas, itu sebenarnya kamar Han Pwee Eng. Setelah nona Han menyerahkan semua harta milik ayahnya kepada ketua pengemis cabang Lok-yang, dia sempat masuk ke kamar itu.
Pada saat dia sedang duduk di tepi ranjang, dia melihat lukisan Kok Ju Sih, ayah Kok Siauw Hong saat masih muda. Tentu saja gambar itu agak mirip dengan gambar wajah Kok Siauw Hong. Lukisan itu hadiah dari ayah Kok Siauw ong kepada ayah nona Han. Lalu gambar itu oleh Han Tay Hiong dihadiahkan kepada anaknya, alasan Han Tay Hiong karena lukisan itu mirip lukisan Kok Siauw Hong. Nona Han ingat lukisan itu diberikan ayahnya pada saat dia akan berangkat ke Yang-cou. Saat nona Han melihat lukisan itu sepulang dari Yang-cou, hatinya jadi kesal. Dia lemparkan lukisan itu ke lantai dan terus dia injak-injak di lantai. Nona Han sekarang sedang terkurung di kamar batu, dia tidak mengira kalau sahabat barunya, nona Kiong akan masuk ke kamar tidurnya
"Eh, siapa Nona Han ini" Mengapa dia pun bernama Eng" Apa dia kakak atau adik Han Toa-ko" Lalu siapa yang ada di dalam lukisan ini?" begitu nona Kiong berpikir.
Akhirnya nona Kiong jadi tidak tenang, dia berharap agar Kong-sun Po bisa segera kembali.
Selang beberapa saat Kiong Mi Yun terssentak kaget karena dia mendengar suara langkah kaki seseorang di luar kamar itu. Keberulan langkah kaki itu terdengar sedang mendatangi ke arah kamar itu. Mendengar langkah kaki itu, nona Kiong girang. Dia kira itu langkah kaki Kong-sun Po yang sudah kembali setelah mengejar musuh. Tetapi dia kaget karena dia tahu, bila orang itu pemuda she Kong-sun yang sudah kembali, pasti dia akan memanggil-manggil namanya. Sedangkan orang yang sekarang berjalan ke arah kamar itu tidak memanggil namanya" Nona Kiong 478
langsung sadar pada adanya bahaya! Tiba-tiba langkah kaki itu berhenti di depan kamar itu. Tak lama terdengar seolah ada orang yang sedang membuka peti atau lemari dengan paksa. Kemudian, langkah kaki itu terdengar lagi. Malah sekarang langkah kaki itu terdengar jelas menuju ke kamar tempat nona Kiong sedang bersembunyi.
Kesehatan nona Kiong belum pulih benar. Lukanya bekas totokan si nenek tadi masih terasa sakit. Sekalipun totokan itu telah dibebaskan oleh Kong-sun Po, tetapi tenaga nona Kiong belum pulih benar sama sekali.
"Jika yang datang itu musuh besar Han Toa-ko, apa yang harus aku lakukan?" pikir nona Kiong.
Dia seorang nona pemberani tapi dia juga sadar, sekalipun Han Tay Hiong yang berilmu tinggi sulit menghadapi musuh besarnya itu. Dia jadi cemas jika benar yang datang itu musuh keluarga Han, dia juga bisa celaka karena ada di tempat itu. Tiba-tiba nona Kiong mendengar orang itu bicara sendiri.
"Heran di mana disimpannya harta orang she Han ini"
Apa aku salah informasi?" kata orang itu.
Itu suara seorang lelaki yang sudah berumur lanjut.
"Dia datang untuk mencari harta milik keluarga Han, sekalipun bukan musuh, tapi pasti orang ini orang jahat?"
pikir nona Kiong. Langkah kaki itu semakin semakin dekat ke kamar itu, Kiong Mi Yun bingung untuk mencari tempat bersembunyi.
Tapi dia cerdas, langsung dia masuk ke kolong ranjang yang kebetulan sepreinya panjang sampai ke lantai. Baru saja dia masuk ke kolong ranjang, nona Kiong sudah mendengar suara pintu kamar itu didorong dengan paksa dari luar.
479 "Kamar ini bagus sekali," kata orang itu, "pasti ini kamar puteri Han Tay Hiong yang bernama Han Pwee Eng!"
Orang itu bicara sambil tertawa dingin.
Nona Kiong kaget ketika dia mendengar ucapan orang itu, apalagi saat menyebut nama Han Pwee Eng.
"Kiranya puteri Han Tay Hiong itu bernama Han Pwee Eng!" pikir nona Kiong.
Diam-diam nona ini menyingkap kain seprei lalu mengintai ke luar. Kelihatan orang itu sedang mendekati sebuah meja dan mengambil lukisan yang tadi dilihat oleh nona Kiong.
"Hm!" orang itu mendengus sinis. "Gadis busuk ini ternyata tidak tahu malu juga! Dia masih memikirkan kekasihnya sehingga hampir gila! Orang tidak menyukai dia tetapi dia justru perempuan yang tebal mukanya dan tidak tahu malu! Sampai sekarang dia masih menyimpan lukisan keponakanku ini di kamarnya. Untung keponakanku tidak jadi menikah dengannya!"
"Brak!" dia melemparkan lukisan itu ke lantai.
Orang itu adalah Jen Thian Ngo, paman Kok Siauw Hong. Setelah mendengar kata-kata orang itu nona Kiong Mi Yun jadi sangat berduka memikirkan nona Han itu.
"Sepertinya dia masih termasuk famili dari pihak lelaki, kenapa orang ini sangat senang kalau pertunangan keponakannya dengan nona Han dibatalkan" Eh, malah dia juga mencaci nona Han dengan keji. Aneh sekali! Dia datang dengan niat mengambil harta orang. Hm! Pasti tua bangka ini bukan orang baik-baik!" pikir nona Kiong.
Sebaliknya Jen Thian Ngo berpkir lain lagi.
480 "Tidak mungkin Han Tay Hiong menyimpan harta itu di kamar anak perempuannya," pikir Jen Thian Ngo. "Tapi tidak ada salahnya aku menggeledah kamar ini agar aku tidak jadi penasaran...."
Di kamar itu hanya ada rak buku dan dua buah peti.
Kedua peti itu masih terkunci rapat. Dia gunakan tenaga dalamnya untuk menarik kunci peti itu.
"Brak!" Kedua kunci gembok itu rusak hingga peti bisa dibuka.Setelah memeriksa isi kedua peti itu, terdengar orang itu membentak keras.
"Sial! Isinya hanya buku dan lukisan! Gadis busuk ini kurang rajin belajar kung-fu, malah dia belajar sastra! Apa dia ingin jadi sarjana wanita?" kata Jen Thian Ngo kesal bukan main.
Nona Kiong senang mendengar bahwa isi peti itu bukan harta, sekarang nona Kiong tahu orang itu tidak menemukan harta yang dicarinya. Tapi saat dia melihat lelaki itu menarik kunci gembok, nona Kiong sadar orang ini berilmu tinggi.
Setelah tidak menemukan yang dicarinya, Jen Thian Ngo masih menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari sesuatu.
"Celaka! Pasti dia akan memeriksa ke kolong ranjang!"
pikir nona Kiong. Tiba-tiba Mi Yun mendengar ada orang berteriakteriak....
"Nona Han! Nona Han di mana kau?"
Jen Thian Ngo kaget bukan kepalang. Saat dia akan meninggalkan kamar itu, orang itu sudah berdiri di depan 481
kamar itu. Dia juga kaget melihat Jen Thian Ngo ada di tempat itu.
"Eh! Paman juga ada di sini?" kata pemuda itu.
"Kok Siauw Hong!" kata Jen Thian Ngo.
Ternyata pemuda itu adalah Kok Siauw Hong. Setelah dari markas Kay-pang dia langsung akan menemui Han Pwee Eng lagi di rumah si nona.
"Paman juga ke mari?" kata keponakannya.
"Setelah kau pergi aku khawatir kau tidak akan mampu menghadapi Han Tay Hiong!" kata Jen Thian Ngo. "Maka itu kau aku susul ke mari!"
"Terima kasih atas perhatian Paman, tapi aku sendiri belum pernah bertemu dengan Paman Han. Rupanya dia bertemu dengan musuh besarnya. Paman sudah
menemukan apa, barusan aku dengar suara gaduh di kamar ini?"
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 18 Jen Thiang Ngo agak gugup ditanya begitu oleh keponakannya. Wajahnya berubah merah, maka buru-buru dia menjawab pertanyaan keponakannya itu. Tapi ia bicara seolah tanpa dipikir lagi.
"Aku ke mari untuk menyelidiki hubungan Han Tay Hiong dengan Siang-koan Hok. Mereka sudah berhubungan lama, jadi aku datang untuk mengungkapkan hubungan mereka dan hubungannya dengan bangsa Mongol. Aku ingin punya bukti!" kata Jen Thian Ngo.
"Oh begitu?" kata Kok Siauw Hong. "Mula-mula Paman mengadakan penyelidikan di rumah ini, setelah berhasil 482
Paman akan mengundang kaum Rimba Persilatan untuk menyerbu ke tempat ini, begitu maksud Paman?"
Dengan agak gugup Jen Thian Ngo mengangguk.
"Begitu maksudku!" katanya.
Kiong Mi Yun dongkol sekali mendengar jawaban lelaki tua itu. Dia tahu orang itu berbohong pada anak muda itu.
"Hm! Dia tidak tahu malu! Dia membohongi keponakannya sendiri. Jelas dia datang ke mari mau mencuri harta orang.
Tapi malah dia menuduh orang lain bersekongkol dengan bangsa Mongol!" pikir si nona.
Tak lama terdengar Jen Thian Ngo melanjutkan bicaranya.
"Siauw Hong, apa kau tidak percaya kepadaku"
Mengapa kau masih memanggil Paman kepadanya?" kata Jen Thian Ngo.
Pemuda itu tidak menjawab malah dia bertanya.
"Apa Paman telah menemukan sesuatu?" kata Kok Siauw Hong.
"Belum! Tolong kau bantu aku mencarinya, mungkin rahasia itu dia selipkan di salah satu buku-buku ini!" kata Jen Thian Nge.
"Tidak perlu Paman mencarinya lagi," kata Kok Siauw Hong.
Jen Thian Ngo tertegun kelihatan dia agak keheranan.
"Kenapa?" "Karena aku sudah tahu rahasia itu!" jawab Kok Siauw Hong.
483 Kelihatan Jen Thian Ngo girang bukan main. "Rahasia apa itu" Coba kau berikan pada Paman!" katanya.
"Sepotong surat kulit kambing bertulisan bahasa Mongol, tetapi sekarang benda itu tidak ada di tanganku!" kata Kok Siauw Hong pada pamannya.
"Di mana surat itu sekarang" Siapa yang mengambil dari tanganmu?" kata Jen Thian Ngo.
Kok Siauw Hong balik bertanya dan berkata begini.
"Han Tay Hiong mungkin sudah dicelakakan oleh musuh besarnya, rumahnya terbakar habis, sedang keberadaan dia belum diketahui. Jika Paman memperoleh rahasia Paman Han itu, lalu apa yang hendak Paman lakukan?" kata Kok Siauw Hong.
"Dengar Kok Siauw Hong! Kau jangan terjebak oleh siasat Han Tay Hiong. Ini siasat dia sendiri. Dia bunuh semua pelayan dan dia bakar rumahnya agar kalian percaya, bahwa dia dicelakakan oleh musuh besarnya!
Dengan demikian kalian jadi tidak waspada!" kata Jen Thian Ngo.
"Hm! Pendapat Paman juga sama dengan pendapat Liok Pang-cu dari Kay-pang!" kata Kok Siauw Hong.
Jen Thian Ngo agak terperanjat.
"Jadi Liok Kun Lun pun datang ke mari?" kata Jen Thian Ngo agak kaget dan heran.
"Ya, malah surat dari kulit kambing itu pun telah aku serahkan kepadanya." kata Kok Siauw Hong.
"Hm! Kau sudah melihat surat bertulisan bahasa Mongol itu! Jadi kau tidak akan ragu-ragu lagi. tapi aneh kau masih kelihatan ragu-ragu?" kata Jen Thian Ngo pada Kok Siauw Hong.
484 "Paman benar, aku tidak berpikir seperti Paman," kata Kok Siauw Hong.
Wajah Jen Thian Ngo tampak berubah. "Kalau begitu aku harus mendengar pendapatmu?" kata Jen Thian Ngo.
"'Aku tidak berani memberi pendapat apa-apa, tapi aku telah menemukan sebuah bukti baru," sahut Kok Siauw Hong.
Jen Thian Ngo mengerutkan dahinya.
"Bukti baru apa lagi?" kata Jen Thian Ngo.
"Semua pelayan di rumah Paman Han tewas karena diserang oleh pukulan tangan beracun," kata Siauw Hong.
"Sepengetahuanku PamanHan tak belajar ilmu racun!"
Mendengar keterangan ini Jen Thian Ngo jadi tertegun.
"Ah, kau jangan mudah dikelabui olehnya, siapa tahu Han Tay Hiong menyuruh orang lain yang bisa pukulan itu untuk membunuh semua pelayannya! Dari omonganmu tadi, aku kira kau masih menaruh hati kepada Nona Han, ya Siauw Hong?"
Begitulah dia tegur keponakannya itu. Tetapi Kok Siauw Hong menanggapinya dengan dingin.
"Paman, menurut pendapatku. Paman terlalu menyudutkan Nona Han!" kata Kok Siauw Hong.
Wajah Jen Thian Ngo berubah jadi tidak sedap dipandang. "Kau sudah menemukan surat rahasia itu, lalu bagaimana pendapatmu?" tanya sang paman.
"Pendapatku tidak sama dengan pendapat Paman," kata Kok Siauw Hong. "Menurut pendapatku pasti ada orang lain yang sengaja mengacau di rumah Paman Han untuk menjebak Paman Han supaya dimusuhi oleh semua pejuang tanah air!"
485 Jen Thian Ngo tertawa dingin.
"Jika pendapatmu demikian, berarti kau boleh menikahi puterinya. Pertunanganmu tidak perlu kau batalkan!" kata Jen Thian Ngo agak ketus setengan menyindir.
"Urusan perjodohanku dengan nona Han, itu masalah lain, itu soal pribadi! Tetapi aku yakin Paman Han bukan seorang pengkhianat!" jawab Kok Siauw Hong dengan tegas.
"Hm!" Jen Thian Ngo mendengus. "Han Tay Hiong orang baik, sedang puterinya cantik dan lihay, lalu mengapa kau mau membatalkan perjodohanmu dengannya?"
"Itu urusanku, dan Paman tidak perlu ikut campur!" kata Kok Siauw Hong agak jengkel. "Tapi supaya Paman tidak mengira aku membohongi Paman Han dan puterinya, aku akan mem-beritahu Paman tentang satu hal!"
"Mengenai masalah apa?" tanya Jen Thian Ngo.
"Aku menemukan benda-benda lain di rumah Paman Han ini," kata Kok Siauw Hong.
Wajah Jen ThianNgo kelihatan tegang.
"Maksudmu barang apa?" tanya Jen Thian Ngo.
"Harta yang tidak ternilai harganya. Tetapi nona Han telah menyumbangkan harta itu kepada para pejuang,"
jawab Kok Siauw Hong. Jen ThianNgo menyeka keringatnya yang membasahi kening dan sekujur tubuhnya. Lalu dia bertanya lagi.
"Di mana Nona Han sekarang?"
"Dia berjanji menunggu aku di sini, tetapi sekarang dia tidak ada entah ke mana?" sahut Kok Siauw Hong.
486 "Oh, jadi dia tidak membawa harta itu dan menyerahkan harta itu kepada para pejuang?" kata Jen Thian Ngo.
"Tidak! Dia minta Liok Pang-cu dari Kay-pang untuk mewakili keluarganya mengantarkan semua harta itu pada para pejuang! Saat ini Liok Kun Lun ada di markas cabang Kay-pang. Jika Paman tidak percaya, silakan Paman lihat sendiri di sana! Paman sahabat Lauw Kan Lu dan juga kenal pada Liok Pang-cu, tidak ada salahnya jika Paman pergi ke sana. Jika Paman mau ke sana, Paman harus secepatnya, karena besok mereka sudah akan berangkat!"
kata Kok Siauw Hong. "Untuk mengantar harta itu pada para pejuang pasti Liok Kun Lun akan minta bantuan pada orang lain?" pikir Jen Thian Ngo.
Kemudian dia berkata pada Kok Siauw Hong.
"Soal harta itu soal kecil," kata Jen Thian Ngo seolah meremehkan soal harta itu. "Tetapi mengenai persekongkolan Han Tay Hiong dengan bangsa Mongol itu yang harus aku selidiki sampai tunas. Baik aku akan ke sana menanyakannya pada Liok Pang-cu! Kau mau ikut bersamaku atau tidak?"
"Maaf, aku tidak bisa menemani Paman ke sana!"
"Hm! Jadi kau mau menunggui Nona Han di sini" Baik, aku pergi dulu!" kata Jen Thian Ngo dengan dingin.
Lalu ia meninggalkan Kok Siauw Hong.
Sepeninggal pamanya, Kok Siauw Hong menggumam.
"Hm! Pantas Ibu sering ribut dengan Paman ini, dia sangat egois. Barangsiapa yang tidak sependapat dengannya pasti orang itu dia cap sebagai penjahat!" kata Kok Siauw Hong.
487 Saat KokSiauw Hong mengawasi ke seluruh ruangan itu, dia melihat banyak sekali berbagai lukisan yang bertebaran di lantai kamar itu.
"Eh, ini semua lukisan yang sangat berharga. Mengapa Paman Jen membongkar peti harta milik orang sembarangan saja" Dia tidak mengerti barang seni yang mahal harganya, dan dia campakan barang itu begitu saja!"
kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong segera membereskan lukisan-lukisan itu. Ketika melihat lukisan Kok Ju Sih, dia tertegun karena lukisan itu mirip dengan dirinya.
"Eh! Bagaimana Nona Han bisa mempunyai lukisanku ini?" pikir Kok Siauw Hong dengan mata terbelalak. Pada saat Kok Siauw Hong sedang membungkuk, wajahnya terlihat oleh Kiong Mi Yun yang sedang bersembunyi di kolong ranjang.
"Ah, dia orang yang ada di dalam lukisan itu!" pikir nona Kiong.
Sudah lama nona Kiong bersembunyi di kolong ranjang, dia mulai merasa pegal dan tidak enak karena kolong ranjang itu agak sumpek dan sempit baginya.
"Sekalipun dia tidak setia kepada nona Han, tapi dia baik pada keluarga Han. Jika aku keluar dan menemuinya lalu kuceritakan hubunganku dengan Han Toa-ko, pasti dia tidak akan melukaiku. Tapi sekarang aku sedang menyamar jadi seorang pria. Bagaimana jika dia bertanya mengapa aku ada di kamar nona Han" Apa yang harus aku jawab?"
pikir nona Kiong sedikit bingung.
Sesudah Kok Siauw Hong memperhatikan lukisan itu dengan teliti, baru dia tahu bahwa itu lukisan ayahnya bukan lukisan dirinya. Dia tertawa sendiri.
488 "Pantas Ibu bilang aku mirip dengan Ayah! Ketika Ayah masih muda dia memang mirip denganku. Jika tidak kuteliti lukisan ini aku akan mengira ini lukisanku. Pasti dulu Ayah menghadiahkan lukisan ini kepada Paman Han.
Sekarang Paman Han entah ada di mana" Ini lukisan peninggalan Ayahku aku tidak boleh menyia-nyiakannya!"
kata Kok Siauw Hong. Dia gulung lukisan itu lalu dia masukkan ke dalam saku bajunya. Sementara itu hari pun sudah mulai senja, ini membuat Kok Siauw Hong agak gugup.
"Apa Pwee Eng tidak senang kepadaku, lalu dia pergi begitu saja" Tapi mengapa sampai sekarang dia belum kembali juga" Sedangkan Giok Hian dan kakaknya yang membawa arak obat untuk Paman Han, juga belum juga datang" Padahal kata Ibu mereka mengikutiku ke Lok-yang.
Sekalipun kereta itu berjalan sangat lambat, tapi seharusnya mereka sudah sampai di sini?" kala Kok Siauw Hong bingung dan keheranan.
Mendengar keluhan pemuda itu nona Kiong yang bersembunyi di kolong ranjang tersentak.
"Jadi Kakak beradik yang kurebut guci araknya itu rupanya kawan baiknya?" pikir nona Kiong. "Jika mereka berdua sudah sampai di tempat ini, pasti aku akan bertemu dengan mereka?"
Kiong Mi Yun menarik napas panjang dan berpikir lagi.
"Seandainya sekarang aku keluar dari kolong ranjang ini, dia belum tentu bisa menghalangi aku! Tapi, jika aku tidak mau bicara dengannya, bagaimana aku bisa tahu keadaan Han Toa-ko sekarang?" pikirnonaKiong
Hati Kiong Mi Yun jadi kebat-kebit, dia khawatir jika dia terus bersembunyi, kelak dia akan bertemu juga dengan 489
kedua kakak beradik itu. Dia memutuskan akan keluar untuk menanyakan tentang Han Toa-ko-nya kepada Kok Siauw Hong. Tapi dia sedikit agak ragu-ragu juga.
Saat Jen Thian Ngo berada di kamar itu, perhatian Kok Siauw Hong hanya tertuju kepada Jen Thian Ngo yang sedang mencari harta milik Han Tay Hiong. Tidak heran jika pemuda ini tidak mendengar suara napas Kiong Mi Yun yang sedang bersembunyi di kolong ranjang. Bahkan pada saat mereka berbincang Kok Siauw Hong pun tidak sadar kalau di kamar itu ada orang ketiga.
Saat dia sudah sendirian seperti sekarang. Kok Siauw Hong sudah bisa mendengar suara napas nona Kiong itu.
Tapi pemuda itu sengaja berpura-pura tidak tahu, dia terus waspada. Dia lihat kain seprei itu bergerak-gerak.
Kok Siauw Hong seorang pemuda jujur, dia tidak ingin langsung menyerang orang yang belum tentu musuh. Tapi dia juga tidak berani menyingkap kain seperei itu
"Eh, siapa yang bersembunyi di kolong ranjang ini?"
pikir Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong ingin menggoda dan dia juga ingin tahu aiapa orang itu. dia langsung berkata seorang diri.
"Pamanku telah membuat kamar ini jadi berantakan, aku harus segera merapikannya kembali!" kata Kok Siauw Hong.
Dia langsung mengambil sebuah baskom berisi air dan mendadak dia menyiramkan air di baskom itu ke kolong ranjang tempat Kiong Mi Yun bersembunyi. Nona Kiong tidak menduga pemuda itu akan menyiramkan air di baskom itu, dia kaget bukan kepalang. Seketika itu juga dia berteriak.
"Aduh!" 490 Kiong Mi Yun langsung merangkak keluar dari kolong ranjang itu. Dia gusar bukan main karena pakaiannya jadi basah kuyup.
Kok Siauw Hong tercengang, ternyata yang keluar dari kolong ranjang itu seorang pemuda tampan. Kok Siauw Hong langsung membentak.
"Siapa kau" Mengapa bersembunyi di situ?" kata Kok Siauw Hong.
"Keterlaluan!" kata Kiong Mi Yun kesal bukan main.
Dia langsung mengayunkan tangan hendak menampar muka Kok Siauw Hong. Sejak kecil memang nona Kiong sangat dimanja, tadi ketika Kok Siauw Hong menyiram dia dengan sebaskom air hingga pakaiannya jadi basah kuyup, jelas dia marah bukan main. Sebenarnya tadi dia ingin berkenalan dengan Kok Siauw Hong dan sekalian ingin menanyakan tentang Han Toa-konya ada di mana" Tetapi sekarang kemarahannya telah memuncak dan dia jadi lupa soal itu.
Saat tangan nona Kiong melayang ke mukanya, Kok Siauw Hong menundukkan kepalanya. Kemudian dia ulur tangannya untuk mencengkram tangan nona Kiong. Mana mau nona Kiong membiarkan tangannya dicengkram lawan, dia putar tubuhnya dan dia ulurkan jari tangannya untuk menotok ke jalan darah Meng-khie-hiat pemuda itu.
Kok Siauw Hong menghindar sambil balas menyerang.
Nona Kiong kaget melihat kelihayan pemuda ini.
"Eh ilmu silatnya cukup tinggi!" pikir Kiong Mi Yun.
Nona Kiong terpaksa mundur, tapi tidak dia sadari dia mendekati ranjang tadi hingga jadi terdesak.
491 "Jurus pemuda ini aneh sekali?" pikir nona Kiong.
"Murid siapa dia ini?"
Tanpa disadari oleh nona Kiong karena pakaian bagian atasnya yang basah-kuyup, payu dara nona Kiong jadi kelihatan menonjol dan jelas sekali. Melihat hal itu Kok Siauw Hong jadi curiga dia mengira lawannya ini pasti seorang nona
"Cepat katakan, siapa kau?" bentak Kok Siauw Hong.
"Jika kau tidak mau menjawab aku tidak akan segan-segan lagi melukaimu!"
Bersamaan dengan bentakan itu dia serang kepala nona Kiong. Nona Kiong menunduk maksud Kiong Mi Yun akan menghindar dari serangan itu. Tapi jari tangan Kok Siauw Hong sudah mengarah ke kening nona Kiong.
Sekarang nona Kiong tidak sempat lagi berkelit maupun mundur karena dia terhalang oleh ranjang. Tangan Kok Siauw Hong berhasil menjepit kain pengikat rambut nona Kiong hingga pengikat rambut itu terlepas. Seketika itu rambut nona Kiong yang panjang itu pun langsung terurai.
Karena takut jalan darah di keningnya tertotok, terpaksa nona Kiong mundur dan...
"Buum" Ia jatuh terlentang ke atas tempat tidur. Saat itu Kok Siauw Hong sudah menarik serangannya. Dia tidak bermaksud mencelakakan nona itu, dia hanya ingin tahu siapa orang itu sebenarnya.
Kiong Mi Yun yang terbuka rahasianya jadi malu, dia tutupi wajahnya sambil berteriak-teriak.
"Kau...Kau... kau tidak tahu malu! Kau... berani menghinaku!" katanya.
492 Kok Siauw Hong tertegun, langsung dia memberi hormat kepada nona Kiong.
"Maafkan, aku tidak tahu kalau kau seorang gadis!" katai Kok Siau Hong. "Jika kau anggap aku tudak sopan mohon kau maafkan aku. Di lemari pakaian itu aku kira ada pakaian Nona Han, kau boleh pilih dan ganti pakaianmu yang basah itu!" kata Kok Siauw Hong.
Sesudah itu Kok Siauw Hong berjalan keluar dari kamar itu untuk memberi kesempatan pada nona Kiong berganti pakaian dan menutup pintu kamar itu.
Melihat pemuda itu sangat sopan dan tudak mengganggu dirinua, kemarahan nona Kiong pun perlahan-lahan reda juga.
"Sekalipun dia tidak setia kepada nona Han, tapi dia pria yang sopan, dan tahu aturan," pikir nona Kiong.
Kiong Mi Yun membuka lemari pakaian itu, dia memilih dan mengambil salah satu pakaian itu. Kemudian dia buruburu mengenakannya. Begitu selesai berpakaian dan mengaca, nona Kiong berteriak.
"Sekarang kau boleh masuk!" kata nona Kiong.
Kok Siauw Hong mendorong pintu kamar itu dan dia pun masuk. Dia terbelalak menyaksikan nona Kiong yang cantik ketika berpakaian seperti wanita. Tapi Kok Siauw Hong tidak berani lama-lama memperhatikan nona itu. Dia memberi hormat pada Kiong Mi Yun.
"Mengapa Nona bersembunyi di kolong ranjang?" kata pemuda itu sambil tersenyum manis.
493 "Aku ke mari untuk mencari Han Toa-ko!" kata nona Kiong Mi Yun. "Kau calon menantu keluarga Han, bukan"
Pasti kau tahu di mana dia sekarang?"
Kok Siauw Hong tertegun seketika lamanya.
"Di mana kau kenal dengan Han Toa-komu itu?" kata Kok Siauw Hong.
"Di tengah perjalanan. Dia sangat baik kepadaku, sekalipun kami baru berkenalan tapi sudah seperti saudara saja," kata nona Kiong.
Kemudian Kiong Mi Yun menceritakan pengalamannya dengan Han Pwee Eng di rumah makan "Ngih Nih Lauw"
Mendengar cerita itu, Kok Siauw Hong yakin nona ini mengira Han Pwee Eng seorang pria.
"Nona aku bicara terus-terang padamu, di rumah Paman Han tidak ada anak lelaki yang bernama Eng, karena Paman Han hanya mempunyai seorang puteri, namanya Han Pwee Eng!"
Kiong Mi Yun tersentak kaget.
"Jadi pemilik rumah ini Han Tay Hiong?" kata si nona.
"Benar!" "Han Toa-ko bilang Han Tay Hiong itu ayahnya. Jadi mana mungkin dia sembarangan mengaku orang lain sebagai ayahnya?" kata si nona.
Kok Siauw Hong tersenyum.
"Paman Han hanya punya seorang puteri, dia tidak punya anak lelaki!"
Kiong Mi Yun tertegun lama sekali, baru dia bicara lagi.
"Jadi Han Toa-ko itu Nona Han Pwee Eng" Dia...
Mengapa dia membohongiku?"
494 "Maaf, aku boleh tahu siapa nama Nona?"
"Kiong Mi Yun!" kata si nona. Kok Siauw Hong tertawa.
"Nona Kiong, tadi kau juga berdandan seperti pria. Pada saat sedang kacau seperti sekarang ini, tentu bagi seorang nona tidak leluasa melakukan perjalanan jauh seorang diri.
Maka dia harus menyamar dan berpakaian seorang pria, itu wajar saja, Nona Kiong!" kata Kok Siauw Hong menjelaskan.
Setelah sekian lama termenung, hati nona Kiong mulai tenang. Sekalipun dia kelihatan agak kecewa. Dia tidak berduka, sekarang malah dia telah menemukan jawaban tekateki yang pelik di benaknya selama ini. Akhirnya dia jadi geli sendiri.Tapi dia tahan tawannya hingga dia kelihatan cantik sekali.
"Selama ini aku selalu mempermainkan orang. Sekarang akulah yang dipermainkan oleh Han Toa-ko, aku mendapat balasan yang setimpal!" pikir nona Kiong Tanpa sadar dia tertawa sendiri.
"Mataku sudah lamur," kata Kiong Mi Yun, "kiranya dia juga sama seperti aku, dia seorang nona. Tetapi jika benar dia nona Han aku harus membelanya. Kami berkumpul hanya dalam dua hari, aku tahu dia akhli silat dan sastra.
Dia tunanganmu, mengapa kau tidak menyukainya?"
Sedikitpun Kok Siauw Hong tidak menyangka kalau Kiong Mi Yun akan bicara begitu.
"Aku...aku sangat menghormati Nona Han, tetapi ..
..Aaah! Urusan pria dan wanita memang sulit untuk dijelaskan..." kata Kok Siauw Hong agak gugup.
495 "Apa karena kau terpengaruh oleh kata-kata Pamanmu itu?" desak Kiong Mi Yun. "Terus-terang aku bilang padamu, pamanmu itu bukan orang baik-baik!"
"Dari mana kau tahu Pamanku itu bukan orang baikbaik?" tanya Kok Siauw Hong.
Tapi pemuda ini pun berpikir sendiri.
"Dia sudah lama bersembunyi di kolong ranjang itu, masakan gerak-gerik Pamanku lepas dari pengamatannya?"
pikir pemuda ini. Sedangkan Kiong Mi Yun tertawa mendengar
pertanyaan pemuda itu. "Pamanmu itu membohongimu. Akan kuberitahu kau hal yang sebenarnya. Dia ke mari untuk mencari harta keluarga Han!" kata Kiong Mi Yun.
Kok Siauw Hong terkejut. "Ibuku memang benci pada Pamanku ini, tetapi Ibu bilang Pamanku itu seorang pria sejati. Tapi tidak kusangka dia ternyata seorang yang budinya rendah dan tamak!
Tetapi walaupun Ibu itu adiknya tetapi dia tidak tahu
"belang" kakaknya itu. Sedang nona ini tidak bermusuhan dengan Pamanku, tidak mungkin dia ingin memfitnah orang lain secara sembarangan. Aku duga Paman Jen sangat licik!" pikir Kok Siauw Hong.
"Aku heran, mengapa pamanmu itu sangat benci kepada Han Tay Hiong dan puterinya" Tapi jika kau ingin mengambil hati pamanmu, dan kau batalkan
pertunanganmu dengan Nona Han, terus terang aku katakan, kaulah yang bersalah!" kata nona Kiong melanjutkan.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

496 Kiong Mi Yun ternyata seorang yang berhati baik dan penuh kasih. Sesudah dia tahu Han Toa-konya adalah Han Pwee Eng, tetapi dia tetap baik. Dia juga terkesan baik terhadap Kok Siauw Hong.
"Jadi Han Toa-ko seorang nona seperti aku, kami tidak bisa jadi suami-isteri. Tapi aku harap dia bisa menikah dengan pria yang baik. Orang she Kok ini kelihatan baik, jika jodoh mereka berlanjut aku girang sekali!" pikir nona Kiong.
Kok Siauw Hong tertawa. "Perjodohan seseorang urusan pribadi, urusanku dengan nona Han tidak bisa aku jelaskan dengan dua tiga patah kata, lebih baik kita tidak membicarakan soal itu lagi, jangan kau ungkit lagi masalah itu!" kata Kok Siauw Hong.
Kiong M Yun tertawa. "Hm! Kau bilang jangan diungkit, ketahui olehmu mengenai sifatku, jika belum jelas aku tidak akan puas.
Pemutusan perjodohan itu akan membuat nona Han sengsara seumur hidupnya. Aku ingin bertanya padamu, di mana letak kekurangan dari nona Han itu hingga kau tidak menyukainya?" kata nona Kiong penasaran.
Kok Siauw Hong benar-benar kewalahan.
"Aku tidak pernah bilang nona Han punya kekurangan,"
kata pemuda ini. "Terus-terang aku menghormatinya. Tapi ketahui olehmu soal jodoh tidak bisa dipaksa, aku hanya bisa mengaku bersalah kepadanya untuk selama-lamanya..."
Kiong Mi Yun tertegun dan perlahan-lahan dia mulai menyadari kedudukan pemuda itu.
"Apa kau punya kekasih lain?" tanya Kiong Mi Yun.
Kok Siauw Hong mengangguk.
497 "Apakah kekasihmu itu nona yang bernama Ci Giok Hian?"
"Dari mana kau tahu soal itu?" tanya Siauw Hong.
Kiong Mi Yun tersenyum. "Tadi ketika kau bergumam kau menyebut-nyebut namanya, aku sudah mendengar semuanya," kata Kiong Mi Yun.
Wajah Kok Siauw Hong merah.
"Benar, aku ada di sini sedang menunggu kedatangan mereka. Dia dan Nona Han bersahabat baik," kata Kok Siauw Hong.
"Aku mencuri arak mereka, tapi arak itu telah direbut lagi oleh nenek itu. Jika mereka datang aku akan bertemu dengan mereka. Bagaimana aku bisa
mempertanggungjawabkan guci arak mereka itu?" pikir nona Kiong "Atau lebih baik aku menyingkir saja dari sini?"
Tiba-tiba nona Kiong ingat pada Kong-sun Po.
"Apa yang dikatakan Kok Siauw Hong memang benar, jodoh tidak bisa dipaksa! Aku jatuh cinta kepada Han Toako, tidak kusangka ternyata dia seorang nona juga! Apa jodohku memang harus pada...."
Mendadak wajah nona Kiong kemerah-merahan. Dia sedikit jengah karena ingat pada Kong-sun Po. Hingga akhirnya dia mencemaskan keadaan Kong-sun Po tersebut.
"Kenapa sampai sekarang dia belum kembali juga?" pikir nona Kiong..
Saat Kiong Mi Yun sedang mencari alasan untuk pergi, malah Kok Siauw Hong justru berkata kepadanya.
498 "Nona Kiong, tadi kau bertanya ke mana Nona Han pergi" Sekarang aku bertanya padamu, saat kau tiba di sini apa di sini sudah tidak ada orang lain?"
"Saat kami ada di sini. datang seorang nenek yang mengatakan dia tahu di mana nona Han berada," kata Kiong Mi Yun. "Sialnya nenek itu merebut barang milik kami. Temanku sedang mengejar nenek itu, tetapi sampai sekarang dia belum kembali lagi..."
Nada suara nona Kiong sangat khawarir. Mendengar keterangan singkat nona Kiong, wajah Kok Siauw Hong berubah jadi serius sekali.
"Apa wanita tua itu cantik dan anggun dan dia mengenakan pakaian yang indah?" kata Kok Siauw Hong Nona Kiong tersenyum geli.
"Dia memang cantik, pakaiannya indah. Tapi sayang wajahnya sudah keriput, maka aku bilang dia si nenek tua.
Dia menarik, aku yakin saat masih muda dia memang seorang wanita cantik. Oh ya, apa kau tertarik pada wanita cantik atau tidak" Aku kira Kakak Han sangat cantik!
Kau..." Nona Kiong ingin bergurau dengan Kok Siauw Hong, tapi saat melihat wajah Kok Siauw Hong nona Kiong jadi heran.
"Hai, kenapa kau" Apa kau kenal dengan nenek itu?"
kata si nona. Rupaya Kok Siauw Hong terkenang masa lalunya, saat dia datang ke rumah keluarga Han. Mereka mengalami musibah. Saat itu untuk pertama kali Kok Siauw Hong bersama ayahnya datang ke rumah keluarga Han di Lokyang. Dia baru berumur sembilan tahun, Han Pwee Eng pun baru berumur empat tahun. Karena nona Han masih 499
kecil Kok Siauw Hong tidak mau bermain dengannya. Dia bermain-main dengan anak tetangga keluarga Han. Setiap hari dia pergi ke gunung di belakang rumah keluarga Han bersama teman-teman sebayanya itu. Mereka memancing, menangkap burung, memetik bunga liar dan sebagainya.
Pada suatu hari saat Kok Siauw Hong sedang bermain bersama kawan-kawannya, Kok Siauw Hong mendadak melihat burung berbulu indah. Burung itu bertengger di sebuah pohon. Di bawah pohon itu ada sungai yang airnya deras. Kawan Kok Siauw Hong mengatakan, burung itu burung berkicau dan sangat bagus. Kok Siauw Hong tertarik dia ingin menangkapnya.
"Akan kutangkap burung itu, kawan!" kata Kok Siauw Hong. "Jika tertangkap akan kuhadiahkan pada kalian!"
"Burung itu liar dan sulit ditangkap," kata kawannya.
Kok Siauw Hong tersenyum.
"Di atas pohon pasti ada sarangnya, aku akan naik aku yakin ada anak burung yang belum bisa terbang!" kata Kok Siauw Hong.
"Jangan, pohon itu sangat tinggi!" kawan-kawannya mencegahnya.
Kok Siauw Hong seorang anak pemberani, dia
perhatikan pohon itu sambil manggut-manggut.
"Aku punya akal untuk memanjat pohon ini!" katanya.
Di situ dia melihat sebuah batu besar cukup tinggi.
"Aku akan melompat ke batu besar dan meraih cabang pohon itu lalu aku naik," katanya.
"Jangan, bagaimana kalau kaujatuh" Kami akan disalahkan oleh Paman Han..." kata kawan-kawannya.
500 Kok Siauw Hong tidak menghiraukan nasihat
temantemannya itu. Dia melompat ke batu besar dan berusaha meraih cabang pohon. Sekalipun masih kecil ginkang Kok Siauw Hong sudah lumayan. Di luar dugaan sesudah berhasil meraih cabang pohon itu, rupanya cabang pohon itu telah rapuh dan tidak sanggup menahan berat badan Kok Siauw Hong. Tak ampun lagi dahan itu patah dan Kok Siauw Hong pun terjatuh, untung jatuhnya tidak jatu di atas batu, tapi Kok Siauw Hongjatuh ke dalam sungai yang airnya deras itu. Mau tak mau Kok Siauw Hong terbawa hanyut.
Kedua kawan Kok Siauw Hong kaget, mereka mau menolong tidak berani, akhirnya mereka berdua kabur.
Untung Kok Siauw Hong dibesarkan di Yang-cou. Kota itu berdekatan dengan sungai Tiang-kang (Chang-ciang). Dia bisa berenang tapi arus sungai sangat deras, hingga dia tidak bisa bertahan didalam air. Pada detik yang sangat berbahaya terdengar suara orang.
"Sambut ini!" Kiranya di tepi sungai itu berdiri seorang perempuan cantik. Dia melemparkan angkinnya ke arah Kok Siauw Hong. Tak berpikir panjang Kok Siauw Hong meraih angkin itu. Tak lama dia merasa tubuhnya terangkat dari dalam sungai, dan dia
sudah langsung berdiri di depan perempuan cantik itu.
Perempuan itu menatapnya tajam.
"Kau masih kecil, kung-fumu lumayan. Apa kau putera Han Tay Hiong?" tanya perempuan itu.
"Bukan, Ayahku Kok Ju Sih." kata Kok Siauw Hong.
"Bibi kenal pada Han Tay Hiong?"
Perempuan cantik itu mengelah napas panjang.
501 "Sudah lama aku tak pernah bertemu dengannya, apakah dia tak punya anak lelaki?"
"Tidak! Paman hanya punya anak perempuan," kata Siauw Hong. "Namanya Han Pwee Eng!"
Perempuan itu manggut-manggut.
"Namanya Pwee Eng?" kata dia.
Dia menunduk kelihatan sedang berpikir.
"Rumah Paman Han tidak jauh dari sini, bagaimana jika Bibi ikut aku ke rumahnya?"
"Tidak. Aku tidak ingin menemuinya," kata perempuan itu. "Jika kau pulang kau jangan beritahu bahwa kau telah bertemu denganku!"
"Kenapa?" tanya Kok Siauw Hong.
"Kau masih kecil jangan banyak bertanya," katanya.
Sesudah itu dia obati luka di kaki Kok Siauw Hong, sambil
tertawa dia bilang. "Nak kau sangat nakal, lebih baik kau bohongi ayah dan Paman Han supayakau tidak dimarahi oleh mereka. Jangan bilang kau bertemu denganku," katanya.
"Baik, Bi," kata Siauw Hong.
Kemudian wanita itu berjalan pergi. Saat itu dia ingat ayahnya bilang, dia tak boleh main jauh-jauh karena akan segera pulang.
Saat itulah Kok Siauw Hong terperanjat.
"Wanita itu benar, aku harus membohongi Ayah dan Paman Han," pikir Kok Siauw Hong.
502 Saat pulang pakaian Kok Siauw Hong kotor, dia takut ayah atau pelayan Han Tay Hiong akan melihatnya. Maka itu dia berjalan lewat pintu samping dengan mengendapendap dan melintasi kamar HanTay Hiong. Kebetulan Han Tay Hiong sedang bicara dengan isterinya
"Aku lihat Siauw Hong lumayan, maka dia akan kujodohkan dengan puteri kita," kata Han Tay Hiong.
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Anak itu agak liar aku takut tidak cocok dengan puteri kita," kata isteri Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong tertawa sambil berkata.
"Anak lelaki memang begitu, mereka lebih nakal dibanding anak perempuan, tapijikasudah dewasa belum tentu ia nakal, lho!" kata suaminya.
"Ya, jika kau merasa setuju aku pun tidak keberatan,"
kata isterinya. "Kau juga tahu selama ini aku menurut saja..."
Han Tay Hiong mengelah napas.
"Ya, memang adatku sangat jelek. Selama ini pasti kau hidup tertekan..." kata Han Tay Hiong.
Nyonya Han tersenyum. "Tidak! Aku puas karena kau menyukaiku!" kara nyonya Han pada suaminya.
"Aku harap kau bahagia dan gembira, tapi beberapa hari ini, aku lihat kau murung seolah punya masalah, iya kan?"
kata suaminya Nyonya Han mengelah napas.
503 "Yaah. Ketika Tek Hian sedang memetik daun teh, dia sempat melihat seorang wanita di dalam rimba. Gerak-gerik wanita itu mencurigakan, saat terlihat oleh Tek Hian dia langsung menghilang..."kata isterinya.
"Kau curiga itu dia?" kata Han Tay Hiong.
"Aku takut dia akan mengganggu kita," kata isterinya.
"Jika kau tak suka aku akan mengusirnya!" kata Han Tay Hiong.
"Jangan! Kau jangan ganggu dia, aku takut....!" kata nyonya Han.
Begitulah Kok Siauw Hong tanpa sengaja mendengar pembicaraan itu. Kok Siauw Hong kaget karena dia akan dijodohkan dengan Han Pwee Eng.
"Nona itu rambutnya dikepang, dari hidungnya selalu keluar ingus, sangat menjijikan! Jika dia jadi isteriku aku tidak mau!" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong tahu pasti suami isteri itu sedang membicarakan perempuan yang baru saja menolong dia dari dalam sungai.
"Jika Bibi Han tidak menyukai perempuan itu, Paman Han akan mengusirnya. Apakah dia wanita jahat"!
Mengapa dia melarang aku memberitahu Paman Han tentang pertemuannya denganku" Tapi dia telah menyelamatkan aku dari bahaya. Sekalipun dia jahat aku tetap harus memegang janjiku tidak akan memberitahu Paman Han!" pikir Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong segera menyelinap ke kamarnya. Saat dia masuk, Kok Siauw Hong melihat ayannya ada di kamarnya sedang duduk. Bukan main kagetnya Kok Siauw Hong ketika itu. Ayahnya mengawasi dia sambil betanya.
504 "Dari mana kau?"
"Habis bermain-main di sungai!" kata Siauw Hong. "Kau jatuh, ya?"
"Ya, untung ada orang yang menolongiku," kata Kok Siauw Hong.
"Siapa?" "Ayah aku hanya akan memberitahu Ayah saja, tapi Ayah harus berjanji tidak akan memberitahu Paman Han,"
kata Kok Siauw Hong. "Kenapa begitu?" tanya ayahnya.
"Karena aku sudah berjanji pada orang itu!"
Ayahnya tersenyum, dan berkata
"Baiklah, katakan saja," kata ayahnya. Kok Siauw Hong tidak pernah berbohong, maka itu semua dia ceritakan semuanya pada ayahnya apa yang dia alami tadi.
Setelah mendengar cerita dari anaknya Kok Ju Sih menghela napas.
"Jadi kau bertemu dengan seorang wanita, baik Ayah berjanji tak akan memberitahu Paman Han. Lekas kau ganti pakaian!" kata ayahnya.
"Ayah, apa kau tahu siapa wanita itu" Apakah dia orang jahat atau orang baik, Ayah?" tanya Kok Siauw Hong.
Ayah Siauw Hong hanya bilang begini.
"Sudahlah, kau masih kecil, jangan usil," kata ayahnya.
"Ayah telah menjodohkan kau dengan Nona Han, kau jangan memalukan Ayah. Sudah jangan nakal"
Setelah dia bertunangan dengan nona Han, ibu nona Han meninggal dunia. Enam tahun kemudian saat Kok 505
Siauw Hong sudah berumur 16 tahun, ayahnya meninggal.
Siapa wanita itu dia jadi tidak tahu namanya.
"Hari ini Nona Kiong bertemu dengan wanita itu, pasti dia wanita yang menyelamatkan aku dulu?" pikir Kok Siauw Hong. "Itu sudah belasan tahun yang lalu, pasti wanita itu sekarang sudah tua sekarang?"
Saat itu nona Kiong sedang menatapnya dan langsung menegurnya lagi.
"Hai! Apa yang sedang kau pikirkan" Aku yakin kau tahu siapa nenek itu?" kata nona Kiong.
Kok Siauw Hong tersentak dari lamunannya.
"Aku pun tak tahu siapa nenek itu" Jika dia bilang dia tahu di mana Nona Han, pasti dia tak bohong!" kata Kok Siauw Hong.
Saat itu tenaga nona Kiong telah pulih kembali. Dia ingin menghindar dari Ci Giok Hian dan kakaknya.
Ditambah lagi dia sedang mencemaskan keselamatan Kongsun Po.
"Aku tahu ke mana nenek itu pergi! Kita harus segera ke sana untuk mencarinya," kata nona Kiong.
"Baik," kata Kok Siauw Hong. "Mari kita pergi bersamasama ke sana!"
Di sepanjang jalan mereka tak melihat Kong-sun Po, mreka sampai di depan air terjun. Saat melihat air terjun itu Kok Siauwe Hong berpikir.
"Pantas air sungai itu deras, ternyata di sini ada air terjun, jadi sumber sungai itu dari sini?" pikir Kok Siauw Hong.
Sesudah itu dia mengawasi ke sekitarnya.
506 "Menurut nona Kiong nenek itu bilang dia kenal keluarga Han. Pasti dia tinggal di sekitar tempat ini! Karena tidak mau berhubungan dengan keluarga Han, maka dia tidak tinggal di desa, tapi dia tinggal di gunung ini"
Anehnya di sini tidak ada rumah, dan jalannya pun buntu.
Di mana dia tinggal?" pikir Kok Siauw Hong.
Nona Kiong cemas bukan main karena jalan itu buntu.
Mereka hanya melihat air terjun. Dia bingung bukan main.
"Heran" Ke mana perginya Kakak Kong-sun?" pikir nona Kiong.
Kemudian dia memanggil-manggil nama Kong-sun Po.
"Kong-sun Toa-ko, di mana kau?" teriak si nona. Tapi tidak ada jawaban selain deru suara air terjun itu. "Sudah tidak ada jalan lagi, lebih baik kita kembali ke rumah keluarga Han. Jika dia tidak menemukan nenek itu, pasti dia kembali akan mencariku?" kata nona Kiong.
Kok Siauw Hong pun berpikir begitu.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Mereka tidak tahu saat itu justru Kong-sun Po berada di balik air terjun itu. Di dalam goa itu dia bertemu dengan musuh yang tangguh sekali. Ini untuk pertama kalinya dia bertemu musuh hebat sejak dia berkelana di Dunia Persilatan.
Saat Kong-sun Po sedang mengejar si nenek yang mengambil guci arak obat itu, dia agak tertinggal karena tadi harus membebaskan totokan si nenek pada Kiong Mi Yun. Saat dia sampai ke air terjun, nenek itu sudah tidak kelihatan lagi.
Kong-sun Po tercengang lalu berpikir.
507 "Jelas aku melihatnya dia lari ke arah sini, bagaimana mendadak bisa hilang" Ke mana perginya nenek tua itu?"
pikir Kong-sun Po bingung bukan main. "Apa dia bersembunyi di balik air terjun ini?"
Dia belajar silat pada Ciu Cioh selama delapan tahun.
Kebetulan gurunya itu pandai sekali berenang. Karena dia yakin nenek itu tidak bisa bersembunyi di sekitar tempat itu, kecuali di balik air terjun, maka dia jadi penasaran sekali.
"Dia bisa masuk ke air terjun, mengapa aku tidak bisa?"
begitu pikir Kong-sun Po.
Dengan jurus Burung Walet Menembus Tirai, dia melompat ke balik air terjun itu. Sesudah melewati air terjun, dia menemukan sebuah terowongan atau jajan goa.
Keluar dari goa, dia sampai di sebuah lembah yang sangat indah. Ketika dia menengadah, dia melihat ada sebuah rumah batu hingga Kong-sun Po jadi girang sekali.
"Kiranya nenek itu kabur ke tempat ini?" pikir Kong-sun Po yang wajahnya jadi berseri-seri.
Saat Kong-sun Po sedang berpikir, bagaimana caranya dia harus menemui nenek itu" Kong-sun Po mendengar suara orang yang suaranya sudah sangat dia kenal.
"Suhu, itu bocah yang bertarung denganku," kata orang itu.
Pada saat Kong-sun Po menoleh ke samping, dia melihat seorang tua sedang berjalan dengan orang yang bicara tadi.
Orang tua yang rambutnya sudah putih itu menatap ke arah Kong-sun Po. Sedang di samping orang itu, ada pemuda yang memelihara bewok. Orang itu tidak lain dari Pouw Yang Hian yang pernah bertarung dengannya.
Sebenarnya Kong-sun Po sedang mencari si nenek, tidak dia kira dia akan bertemu dengan Pouw Yang Hian dan 508
See-bun Souw Ya, guru si bewok ini. Bukan main kagetnya pemuda ini ketika itu.
Saat itu See-bun Souw Ya sedang menatap dengan tajam ke arah Kong-sun Po, lalu mendengus dengan suara dingin sekali.
"Hm! Jadi kau bocah yang telah memusnahkan ilmu silat muridku itu?" kata See-bun Souw Ya.
"Benar," kata Kong-sun Po dengan gagah. "Dia menggunakan ilmu Hua-hiat-to untuk mencelakai orang lain, maka kumusnahkan ilmunya itu! Lalu kau mau apa?"
See-bun Souw Ya tertawa dingin.
"Baik! Aku dengar kau juga mahir ilmu Hua-hiat-to, apa benar" Aku ingin menjajal kepandaianmu itu!" kata See-bun Souw Ya dengan suara dingin.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 19 Mendengar dia ditantang, Kong-sun Po terpaksa bersikap waspada. Dia mengawasi orang tua yang rambutnya sudah ubanan dan matanya pun sudah keputih-putihan.
"Ilmu Hua-hiat-to yang kau sebutkan itu ilmu beracun dari aliran sesat!" kata Kong-sun Po. "Jika orang berhasil menguasai ilmu itu hingga sempurna, apa yang harus dibanggakan" Muridmu menindas orang dengan ilmu itu, masih bagus aku tidak membunuhnya!"
Pouw Yang Hian yang berada di belakang gurunya dengan gusar membentak.
"Kau pandang ilmu silatku rendah! Sekarang di hadapan Guruku kau tak mau mengaku bersalah. Aku kira kau 509
hanya berani pada orang yang ilmu silatnya lebih rendah darimu saja!" kata Pouw Yang Hian.
"Kau sudah mengatakannya itu sama saja!" kata Kongsun Po. "Tapi aku kira kau tidak mengerti maksudku. Hari itu aku bilang padamu, aku memang kurang menghargai pada orang yang menggunakan ilmu beracun itu! Belum berhasil menguasai ilmu itu sudah jok sudah pamer. Katakataku itu tidak aku tujukan pada kalian, guru dan murid!"
Sebenarnya ucapan Kong-sun Po tempo hari memang ditujukan pada keduanya.
See-bun Souw Ya tertawa dingin
"Kau pandang rendah Hua-hiat-to, tapi kenapa kau juga mempelajarinya?" katanya dingin.
"Karena aku tahu ada orang yang belajar ilmu ini, aku pun belajar agar aku tahu ilmu racun untuk melawan racun!" jawab Kong-sun Po.
"Aku belajar ilmu itu dan aku ingin tahu, bagaimana kau bisa melawan ilmu racuinku dengan ilmu racunmu. Aku ingin tahu siapa yang lebih lihay di antara kita berdua?"
kata See-bun Souw Ya. Tiba-tiba orang tua itu menyerang dan suara serangannya terdengar hebat sekali. Kemudian tercium bau amis yang mampu membuat kepala orang pening, walaupun tidak sebau amis pukulan Pouw Yang Hian.
Ketika melihat serangan See-bun Souw Ya, tentu saja Kong-sun Po tersenttak kaget bukan main.
"Hm! Si Iblis Tua ini telah menguasai ilmu itu sampai tingkat yang ke delapan," pikir Kong-sun Po. "Dia hebat, mungkin kepandaiannya di atas kepandaianku?"
510 Buru-buru Kong-sun Po menangkis serangan itu. Dia juga sudah menguasai ilmu itu sampai tingkat delapan. Saat serangan beradu tampak tubuh See-bun Souw Ya bergoyanggotang, sedangkan Kong-sun Po terhuyunghuyung mundur ke belakang sejauh tiga langkah.
See-bun Souw Ya merasakan telapak tangannya ngilu, sebaliknya Kong-sun Po merasakan seolah sebelah tangannya tak bisa dia gerakkan. Jika kedua lawan sudah sama-sama sampai tingkat delapan, apalagi lwee-kang See-bun Souw Ya lebih tinggi, tak heran kalau Kong-sun Po jadi kalah setingkat. Untung hanya sekejap tangan Kong-sun Po sudah pulih kembali.
See-bun Souw Ya yang tangannya ngilu buru-buru mengerahkan hawa murninya untuk memulihkan jalan darahnya. Dia sadar jika tidak segera bertindak racun yang ada di telapak tangannya akan menjalar ke seluruh tubuhnya.
Menyaksikan lawannya tidak keracunan See-bun Souw Ya terperanjat juga. "Ilmu Hua-hiat-to bocah ini lebih hebat dariku. Untung lwee-kangku lebih tinggi darinya, kalau tidak aku bisa celaka di tangannya?" pikir See-bun Souw Ya.
See-bun Souw Ya sudah berpengalaman luas. Begitu tahu lawannya tangguh dia jadi waspada dan berpikir akan menggunakan siasat untuk menghadapi anak muda ini.
Segera dia menyerang Kong-sun Po, tapi pemuda itu juga menangkis serangan itu. Tak lama mereka sudah bertarung dengan hebat sekali. Tanpa terasa mereka sudah bertarung lewat seratus jurus lebih. Sekujur tubuh Kong-sun Po mandi keringat. Tapi dia masih bisa bertahan, hal itu tentu saja membuat See-bun Souw Ya kaget bukan kepalang.
511 "Bocah ini hebat sekali! Jika kali ini aku tidak bisa mengalahkannya, kelak dia bakal jadi lawanku yang paling tangguh!" pikir See-bun Souw Ya.
Sebaliknya Kong-sun Po berpikir lain.
"Apakah Mi Yun masih ada di rumah keluarga Han atau tidak" Mudah-mudahan dia tidak ke mari. Si Iblis Tua ini lihay luar biasa!" pikir Kong-sun Po.
Tanpa terasa hari pun mulai senja.
Kong-sun Po tidak mengetahui jika saat itu nona Kiong justru berada di balik air terjun.
Pada saat bersamaan seorang pemuda dan pemudi tiba di rumah keluarga Han yang telah hancur terbakar.
Mereka adalah Ci Giok Phang dan Ci Giok Hian.
Malam setelah guci arak mereka dirampas oleh Kiong Mi Yun, dengan sangat gusar mereka melakukan pengejaran.
Namun, usaha mereka sia-sia saja. Sebenarnya lenyapnya guci itu tidak menjadi masalah bagi mereka berdua, karena arak itu bisa membuat lagi, sekalipun membuatnya butuh waktu dua tahun. Ci
Giok Hian sangat kesal lantaran kehilangan guci arak itu, bini itu harus mengubah semua rencananya.
Arak Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu itu akan mereka hadiahkan kepada Han Tay Hiong untuk mengobati lukanya. Mereka berharap jika Han Tay Hiong diberi arak obat itu, tentu orang tua itu tidak akan begitu gusar kepada Kok Siauw Hong yang membatalkan pertunangan dengan puterinya itu. Tapi sekarang arak itu lenyap. Jelas rencana dia akan kandas. Padahal kekasihnya, Kok Siauw Hong sudah lebih dahulu datang ke Lok-yang untuk membatalkan perjodohannya dengan nona Han. Mana mungkin harus menunggu dua tahun lagi baru mengantarkan arak obat itu"
Pendekar Super Sakti 10 Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Alap Alap Laut Kidul 4
^