Pencarian

Mentari Senja 5

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja Bagian 5


"Jadi ?" Ki Ajar Pangukan tertawa. Katanya "Ya. Aku juga ingin
mengetahui apa yang terjadi di padepokan Kiai Banyu
Bening." Manggada dan Laksana pun tersenyum pula. Sementara Ki
Ajar berkata "Marilah. Kita pulang. Kecuali aku dan kalian,
maka yang lain pun ikut pula melihat apa yang terjadi di
padepokan justru pada saat yang genting."
Sebenarnyalah ketika mereka sampai dirumah Ki Ajar
Pangukan, maka ternyata seisi rumah itu telah mendekati
padepokan dari arah yang berbeda-beda. Mereka semuanya
melihat kelima orang utusan Panembahan Lebdagati
meninggalkan padepokan. Mereka semuanya melihat burung-
burung elang itu berputaran mengamati kelima orang yang
meninggalkan padepokan itu.
Dalam pada itu, maka seisi rumah ilupun kemudian telah
mempersiapkan diri. Malam nanti mereka akan pergi ke
padukuhan yang telah disebutkan oleh Ki Pandi. Namun
mereka akan menunggu sampai Ki Pandi datang bersama
kedua ekor harimaunya. "Sampai kapan kita menunggu?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Jika menjelang tengah malam Ki Pandi tidak datang, maka
kita akan meninggalkannya." Ki Sambi Pitulah yang menjawab.
"Baiklah," berkata Ki Ajar Pangukan "kita akan menunggu
sampai menjelang tengah malam."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bukankah Ki Pandi berjanji untuk datang sebelum
senja," bertanya Manggada.
"Kita tidak tahu, apakah Ki Pandi mengalami hambatan
yang sulit diatasi," berkata Ki Lemah Teles.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Memang
segala sesuatu mungkin terjadi. Tetapi jika tidak ada
hambatan apapun, Ki Pandi agaknya tidak akan mengingkari
janjinya. Ketika matahari menjadi semakin rendah, maka cahayanya
yang kemerahan memancar ke puncak pepohonan. Selembar-
selembar awan yang didorong angin mengambang ke utara.
Manggada dan Laksana masih duduk diserambi depan
rumah Ki Ajar Pangukan. Setelah mereka membuat minuman
dan menghidangkannya kepada penghuni rumah itu, maka
kedua anak muda itu telah membawa mangkuk minuman
hangat bagi mereka sendiri di serambi.
"Senja sudah turun," berkata Manggada.
"Mungkin terjadi sesuatu di perjalanan," sahut Laksana
yang mulai menjadi gelisah. Meskipun dirumah itu ada
beberapa orang tua yang berilmu tinggi, namun rasa-rasanya
orang yang paling dekat dengan mereka adalah Ki Pandi. Ki
Pandi pula lah yang membawa mereka kc rumah Ki Ajar
Pangukan. Ki Pandi pulalah yang telah menuntun mereka
memanjat ketataran ilmu mereka yang semakin tinggi. Karena
itu, maka baik Manggada maupun Laksana telah menganggap
bahwa Ki Pandi adalah guru mereka.
Manggada dan Laksana itupun tiba-tiba meloncat bangkit
ketika mereka melihat di antara gcrumbul-gcrumbul perdu dua
ekor harimau yang berjalan perlahan-lahan sambil memandang kedua orang anak muda yang kemudian berdiri di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halaman itu. Dua pasang mata yang berkilat-kilat seperti sorot
permata yang kehijau-hijauan memancar di ketemaraman
senja. "Ki Pandi" desis Manggada.
Dari balik pohon perdu yang tumbuh memagari halaman
rumah itu, Ki Pandi melangkah terbungkuk-bungkuk.
"Aku memenuhi janjiku," berkata Ki Pandi sambil
tersenyum. Namun katanya pula "Tetapi aku terlambat sedikit"
Pintu rumah yang masih terbuka itu terbuka semakin lebar.
Ki Ajar Pangukan yang mendengar nama Ki Pandi disebut,
segera melangkah keluar. "Kau datang pada waktunya," berkata Ki A jar.
"Aku berusaha untuk memenuhi janjiku, meskipun aku
harus berjalan tanpa berhenti," jawab Ki Pandi.
"Sejak kemarin?"
"Tidak. Aku sempat tidur, mandi dan makan."
"Marilah, masuklah. Kedua cucumu itu menunggumu di
serambi sejak tadi," berkala Ki Lemah Teles.
Ki Pandi tertawa, sementara Manggada berkata "Semua
kerja sudah selesai, sehingga kami sempat duduk menunggu
disini." Demikianlah, maka Ki Pandi pun telah duduk bersama
dengan seisi rumah itu. Laksana telah menghidangkan
minuman hangat bagi Ki Pandi, sementara ketela pohon yang
direbus Manggada pun telah masak pula.
Ketika ketela rebus itu dihidangkan, maka Ki Ajar Pangukan
pun berkata, "Marilah. Silahkan makan sebanyak-banyaknya.
Belum tentu besok kita akan sempat makan. Seandainya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sempat, kita belum tahu apakah ada orang yang memberi kita
makan." Demikianlah setelah mereka makan ketela pohon yang
direbus dengan santan dan garam secukupnya, maka mereka
pun segera bersiap-siap untuk pergi.
Sementara itu langit telah menjadi hitam. Lampu minyak
telah dipasang. Tetapi karena semuanya akan pergi, maka
lampu-lampu itupun segera dipadamkannya.
Beberapa saat kemudian, seisi rumah Ki Ajar Pangukan itu
telah berada dalam perjalanan. Mereka merayap maju dalam
kegelapan melalui jalan yang kadang-kadang turun dengan
terjal, kadang-kadang menyusup diantara gerumbul perdu.
Sekali meloncat dan memanjat.
Tetapi mereka tidak tergesa-gesa. Karena itu, maka mereka
berjalan perlahan-lahan, sehingga karena itu, maka mereka
maju dengan lambat. Dua ekor harimau berjalan bersama dengan mereka.
Namun kadang-kadang kedua ekor harimau itu menghilang.
Baru beberapa saat kemudian, muncul kembali dan ikut
berjalan beriring pada jalan setapak yang berbatu padas.
Baru beberapa saat kemudian, mereka sampai di tempat
terbuka. Mereka berada di sebuah jalan kecil yang dapat
mereka lalui menuju ke padepokan yang mereka tuju.
Tetapi mereka tidak pergi ke padukuhan itu. Mereka akan
berada di sekitar sanggar untuk melihat suasana.
Dalam kegelapan mereka pun merayap semakin dekat
dengan padukuhan yang mereka tuju. Seperti yang mereka
duga, bahwa di padukuhan itu juga terdapat sebuah sanggar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dibatasi dengan dinding kayu batang kelapa utuh yang
dipotong rampak dan ditanam berkeliling.
Seperti yang terdapat di padukuhan tempat tinggal Ki
Krawangan, maka didalam sanggar itu terdapat bangunan
khusus untuk menyerahkan korban.
"Kita bermalam disini?"berkata Ki Ajar Pangukan. Lalu
katanya pula "tentu tidak ada orang yang akan memasuki
sanggar ini." Yang lainpun sepakat. Mereka akan bermalam di sanggar
yang terbuka itu. Tetapi sudah tentu bahwa mereka harus
membagi waktu bergantian berjaga-jaga.
Menjelang fajar, yang bertugas berjaga-jaga adalah
Manggada dan Laksana. Perhatian mereka tertarik pada sikap
dua ekor harimau milik Ki Pandi yang menyusul ke sanggar itu.
Kedua ekor harimau itu seakan-akan ingin berbicara kepada
Manggada dan Laksana. Mereka memberikan isyarat yang
agaknya ingin memberitahukan sesuatu.
"Kita bangunkan saja Ki Pandi," desis Manggada.
Laksana mengangguk kecil sambil beringsut dan mendekati
Ki Pandi yang tertidur. Agaknya Ki Pandi memang letih setelah
menempuh perjalanan panjang mengambil kedua ekor
harimaunya. Tetapi Ki Pandi segera bangkit ketika kedua anak muda itu
membangunkannya. -"Ada apa" " bertanya Ki Pandi. "Harimau itu," jawab
Laksana. Ki Pandipun kemudian mendekati kedua ekor harimau yang
seakan-akan berbicara kepadanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu ada sesuatu yang menarik perhatian kedua ekor
harimau itu," berkata Ki Pandi.
"Apa Ki Pandi" " bertanya Laksana.
"Marilah kita lihat," jawab Ki Pandi.
Namun sebelum pergi Ki Pandi telah membangunkan
kawan-kawannya yang masih tidur nyenyak diatas rerumputan. Tetapi Ki Lemah Teles tidur mendekur saja diatas
tempat orang-orang padukuhan itu menyerahkan korban.
Ki Pandipun memberitahukan kepada mereka, bahwa ia
ingin mengikuti kedua ekor harimau yang telah memberikan
isyarat kepadanya untuk mengikutinya.
Ki Pandi pun segera berbenah diri. Manggada dan Laksana
telah dibawanya mengikuti kedua ekor harimaunya yang
berjalan keluar dari sanggar yang kosong itu.
Beberapa saat mereka berjalan di keremangan dini hari.
Dengan sangat berhati-hati mereka berusaha mendekati
padepokan yang masih disaput oleh embun yang tipis.
Ki Pandi mengikuti saja kedua ekor harimaunya yang
menyusup diantara gerumbul-gerumbul liar yang tumbuh di
kaki Gunung. Namun kemudian kedua ekor harimau Ki Pandi itupun
berhenti. Dengan isyarat yang hanya diketahui oleh Ki Pandi
kedua ekor harimau itu nampaknya telah memberitahukan
sesuatu. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Kepada Manggada
dan Laksana ia berbisik, "Kalian tinggal disini saja. Aku akan
bergeser mendekat." Keduanya mengangguk. Jika Ki Pandi sudah mengisyaratkan agar mereka tinggal, maka tentu ada sesuatu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang akan dapat membahayakan mereka. Karena itu, maka
keduanya tidak memaksa untuk mengikutinya.
Dalam pada itu, dengan sangat berhati-hati Ki Pandi
bergerak lebih dekat lagi. Dua ekor harimaunya berjalan
mengendap-endap, seakan-akan sedang merunduk mangsanya. Ketika kedua ekor harimau itu kemudian berhenti dan
mendekam dibelakang sebuah gerumbul, maka Ki Pandi pun
menjadi semakin berhati-hati.
Dengan jantung yang berdebaran, Ki Pandi kemudian
melihat beberapa kelompok orang yang sudah bersiap-siap
dengan senjata datangan menghadap kearah pintu gerbang
padepokan. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Panembahan
Lebdagati ternyata tidak tanggung-tanggung mempersiapkan
diri menghadapi padepokan Kiai Banyu Bening. Agaknya ia
telah mengerahkan pengikut-pengikutnya untuk menyerang
padepokan yang tidak tunduk pada perintahnya itu.
"Ternyata Panembahan Lebdagati benar-benar tidak
menunggu besok atau lusa. Demikian ancamannya tidak
dipatuhi, maka iapun segera datang dengan kekuatan yang
besar. " berkata Ki Pandi didalam hatinya.
Sejenak Ki Pandi termangu-mangu. Agaknya Panembahan
Lebdagati menunggu matahari terbit.
Tetapi Ki Pandi tidak ingin melihat peristiwa yang penting
itu sendiri. Maka iapun segera memberi isyarat kepada kedua
ekor harimaunya agar tetap tinggal disitu.
Ki Pandi sendiri telah beringsut disela-sela gerumbul-
gerumbul perdu mendekati Manggada dan Laksana.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berhati-hatilah. Beritahu Ki Ajar Pangukan dan orang-orang
yang ada di sanggar. Biarlah mereka melihat apa yang akan
terjadi disini. Tetapi merekapun harus berhati-hati. Aku
menunggu mereka disini."
Manggada dan Laksana pun kemudian dengan sangat
berhati-hati meninggalkan tempatnya menuju ke sanggar
padukuhan untuk menjemput Ki Ajar Pangukan dan mereka
yang berada di sanggar itu.
Ketika mereka sampai ditempat Ki Pandi menunggu, langit
sudah menjadi semakin merah. Kabut justru nampak menjadi
lebih tebal menebar di kaki Gunung.
"Kita akan menebar " berkata Ki Pandi "kita akan melihat
apa yang terjadi dari beberapa arah."
Ki Ajar Pangukan mengangguk-angguk. Kabut yang putih
buram mampu melindungi gerak mereka yang memencar itu.
Namun Manggada dan Laksana tetap bersama Ki Pandi dan
kedua ekor harimaunya. Ketika kemudian langit menjadi semakin cerah, maka
Panembahan Lebdagati telah memberikan isyarat kepada
orang-orangnya untuk mulai bergerak. Dengan isyarat bunyi


Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti suara burung kedasih, maka para pengikut
Panembahan Lebdagati itupun mulai bergerak.
Ketika kemudian langit menjadi semakin cerah, maka
Panembahan Lebdagati telah memberikan isyarat kepada
orang-orangnya untuk mulai bergerak. Dengan isyarat bunyi
seperti suara burung kedasih, maka para pengikut
Panembahan Lebdagati itupun mulai bergerak.
Ki Pandi yang bersembunyi didalam semak-semak bersama
Manggada, Laksana dan kedua ekor harimaunya, meskipun
tidak terlalu dekat, dapat melihat gerak para pengikut
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panembahan Lebdagati mendekati padepokan Kiai Banyu
Bening. Namun dalam pada itu, para cantrik Kiai Banyu
Beningpun telah bersiap menunggu kedatangan lawan-lawan
mereka dari balik dinding padepokan. Mereka berdiri diatas
panggungan yang memanjang di belakang dinding padepokan.
Tetapi hal itu sudah diperhitungkan oleh para pengikut
Panembahan Lebdagati, sehingga sebagian dari mereka telah
membawa perisai untuk melindungi diri. Tetapi yang lain yakin
akan dapat menepis serangan anak panah dengan pedangnya.
Sementara yang lain lagi membalut lengan kirinya dengan kain
panjang yang akan dapat dipergunakan sebagaimana sebuah
perisai. Sementara itu, Ki Ajar Pangukan dan orang-orang tua yang
lain yang tinggal dirumahnya, telah berpencar. Mereka
mencoba mengamati keadaan yang terjadi di padepokan itu
sebaik-baiknya. Ketika kemudian matahari terbit, maka para pengikut
Panembahan Lebdagati telah mendekati pintu gerbang
padepokan. Beberapa orang membawa sebatang kayu yang
cukup besar dan panjang yang akan mereka pergunakan
untuk memecahkan pintu. Sementara beberapa orang yang
lain membawa tali ijuk dengan jangkar besi yang diikat
diujungnya. Dalam pada itu, para cantrik dan putut di padepokan Kiai
Banyu Bening telah bersiap. Anak panah telah melekat
dibusurnya. Pada saat yang tepat, anak panah itu akan
meluncur kearah para pengikut Panembahan Lebdagati diluar
dinding. Manggada dan Laksana menjadi berdebar-debar. Meskipun
mereka tidak berada terlalu dekat dengan padepokan, namun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dapat melihat dengan jelas, apa yang terjadi
kemudian. Ketika terdengar aba-aba dari para pemimpin dari
padepokan Kiai Banyu Bening, maka anak panahpun segera
meluncur dari busurnya seperti hujan yang tercurah dari
langit. Namun para pengikut Panembahan Lebdagati telah
bersiap untuk menangkis serangan itu dengan perisai
mereka. Sedangkan yang lain menepis dengan pedang
atau tombak atau senjata yang lain. Sedangkan yang
lain lagi menepis anak panah
itu dengan kain panjang yang mereka ikatkan pada lengan kirinya. Perlahan-lahan para pengikut Panembahan Lebdagati itu bergerak maju.
Mereka terhenti sejenak, ketika mereka sampai pada
jarak jangkau anak panah lawannya, seolah-olah mereka sedang menguji kemampuan mereka menangkis, menepis dan menghindari serangan anak panah
itu. Sementara itu, orang-orang yang membawa sepotong kayu
yang besar dan cukup panjang telah bersiap pula mengambil
ancang-ancang, sedangkan yang lain bersiap untuk melindungi
mereka dari serangan anak panah dan lembing yang tentu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan dilontarkan dari panggungan disebelah menyebelah
regol. Beberapa saat gerak para pengikut Panembahan Lebdagati
memang terhenti, seolah-olah anak panah dan lembing yang
dilontarkan dari belakang dinding padepokan itu mampu
menghentikan serangan mereka.
Namun tiba-tiba saja terdengar teriakan nyaring. Peringatan
untuk dengan cepat menyerang. Teriakan itu bersambut dan
diteriakkan sambung menyambung.
Sejenak kemudian, maka serangan itupun datang seperti
arus banjir bandang. Para pengikut Panembahan Labdagati
itupun berlari-lari sambil berteriak-teriak memekakkan telinga.
Mereka menghambur dengan cepat mendekati dinding
padepokan. Dengan demikian, maka pertempuran antara kedua
kelompok yang besar dari dua lingkungan hitam telah terjadi
dengan sengitnya. Ternyata para pengikut Panembahan Lebdagati tidak
sekedar membiarkan mereka menjadi sasaran. Tetapi
sebagian dari para pengikut Panembahan Lebdagati juga
mempergunakan busur dan anak panah untuk melindungi
kawan-kawan mereka, terutama mereka yang berusaha
memecahkan pintu gerbang.
Sekelompok orang yang memanggul sebatang kayu yang
besar dan panjang itupun kemudian telah berlari-lari dengan
cepat mengarah ke pintu. Sementara itu, sekelompok yang
lain juga berlari-lari melindungi mereka dengan perisai serta
senjata mereka masing-masing agar anak panah yang
meluncur dari panggungan disebelah menyebelah pintu
gerbang itu tidak mengenai sasaran-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapa kuatnya selarak pintu gerbang padepokan itu,
namun dengan hentakan-hentakan yang tidak ada henti-
hentinya, maka se-larak pintu gerbang itupun mulai menjadi
retak. Kiai Banyu Bening yang menyaksikan keadaan selarak
itupun segera memberikan aba-aba, bahva pertahanan terkuat
harus diletakkan disekitar pintu gerbang. Demikian pintu
gerbang terbuka, serta orang-orang yang berada diluar
menyerbu masuk, maka para cantrik itu harus berusaha
menyerang mereka dengan anak panah dan lembing sebelum
mereka terlibat dalam pertempuran seorang melawan seorang.
"Kita harus berusaha mengurangi jumlah lawan sebanyak-
banyaknya." Perintah itu telah menjalar dari seorang cantrik ke cantrik
yang lain, sehingga ketika retak selarak pintu gerbang itu
menjadi semakin parah, sekelompok cantrik telah siap dengan
busur dan anak panah. Sementara itu, yang lainpun telah siap
untuk melemparkan lcmbing-lembing bambu dengan bedor
besi yang tajam. Demikianlah seperti yang telah diperhitungkan, maka
selarak pintu yang rangkap itu masih tidak mampu menahan
hentakan-hentakan yang berulang kali tanpa hitungan itu.
Akhirnya satu diantara kedua selarak pintu itupun telah
patah, sementara selarak yang satu lagi tidak dapat bertahan
terhadap dua hentakan berikutnya.
Sejenak kemudian, maka pintu gerbang itu telah terdorong
dan terbuka. Seperti air yang melimpah, para pengikut Panembahan
Lebdagati mengalir memasuki pintu gerbang yang terbuka itu.
Berdesakan berebut dahulu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teriakan-teriakan nyaring terdengar bagaikan meruntuhkan
langit. Namun dengan tangkasnya para cantrik dari padepokan Kiai
Banyu Bening telah melepaskan anak panah yang sudah siap
terpasang dibusurnya. Terdengar teriakan kesakitan dan
kemarahan sekaligus melengking diantara sorak para pengikut
Panembahan Lebdagati itu.
Beberapa orangpun roboh. Terinjak oleh kaki kawan-
kawannya sendiri. Sementara itu, para cantrik tidak sempat lagi memasang
anak panah pada busurnya ketika orang-orang yang menyerbu
masuk itu berlari-larian menyerang mereka dengan garangnya. Senjata mereka terayun-ayun mengerikan, seperti
tangan-tangan maut yang sedang menggapai nyawa para
cantrik yang sedang bertahan itu.
Pertempuran yang sengit pun tidak terelakkan lagi.
Sementara itu, beberapa orang yang berusaha memanjat tali-
tali yang diikat pada jangkar bumi yang dilontarkan ke bibir
dinding padepokan, mulai berhasil pula. Para cantrik yang
berusaha memotong tali-tali itu, harus menjaga diri mereka
dari sengatan anak panah yang dilontarkan dari luar dinding,
sehingga ada diantara mereka yang terlambat menahan gerak
orang-orang yang sedang memanjat itu.
Dalam waktu yang singkat, maka pertempuranpun telah
menjalar menyusup diantara bangunan-bangunan di padepokan itu. Para cantrik yang berada di panggungan
dibelakang dinding itupun telah berloncatan turun. Mereka
tidak lagi harus bertahan agar orang-orang yang menyerang
padepokan itu tidak dapat memasuki dinding. Tetapi justru
karena pintu gerbang telah terbuka, maka arus serangan itu
tidak tertahankan lagi. Para pengikut Panembahan Lebdagati
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun tidak mau mempersulit diri dengan memanjat tali serta
melemparkan jangkar yang dapat mengait bibir dinding
padepokan. Tetapi mereka berlari-lari menuju ke pintu
gerbang dan masuk kedalamnya tanpa banyak kesulitan.
Para cantrik dari padepokan Kiai Banyu Bening itu berusaha
untuk bertahan sekuat-kuatnya. Dengan pengenalan mereka
yang lebih baik terhadap medan, maka mereka mempunyai
kesempatan lebih baik dari lawan-lawan mereka. Tiba-tiba saja
para cantrik itu seakan-akan menghilang. Namun dengan tiba-
tiba pula mereka datang menyerang dengan garangnya tanpa
diketahui dari mana mereka datang.
Setiap pintu bangunan yang ada di padepokan itu dapat
menjadi sumber malapetaka. Pintu yang tertutup itu tiba-tiba
saja terbuka. Ujung-ujung senjata terjulur dengan cepat
menyambar tubuh mereka. Bahkan sudut-sudut rumah yang
ada dapat menjadi tempat para cantrik menunggu korban
mereka. Meskipun demikian, namun para putut dan cantrik dari
padepokn Kiai Banyu Bening itu mulai merasakan tekanan
yang kuat dari para pengikut Panembahan Lebdagati.
Beberapa orang pengikut Panembahan Lebdagati tidak dapat
dilawan oleh hanya dua orang saja. Bahkan ketika para
pemimpin dari kedua belah pihak mulai saling bertemu, maka
mulai terasa bahwa orang-orang Panembahan Lebdagati
memiliki beberapa kelebihan dari pada putut dan cantrik di
padepokan itu. Dalam pada itu, Kiai Banyu Bening yang masih mencoba
unik melihat ketahanan para pengikutnya mulai menjadi
gelisah. Ia tidak dapat mengingkari kenyataan, ternyata
beberapa orang pengikut Panembahan Lebdagati memiliki ilmu
yang tinggi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiai Banyu Bening memang harus menyadari, bahwa
padepokannya adalah padepokan yang jauh lebih muda dari
para pengikut Panembahan Lebdagati, sehingga karena itu,
maka para pengikut Kiai Banyu Bening pun masih belum akan
dapat mengimbangi kemampuan para pengikut Panembahan
Lebdagati yang meskipun sebagian bukan pengikut- pengikuinya sejak awal ia mulai. Tetapi nama Panembahan
Lebdagati memiliki wibawa tersendiri, sehingga tidak sulit bagi
Panembahan Lebdagati untuk mencari pengikut dan bahkan
kawan-kawan baru dari lingkungan orag-orang berilmu tinggi.
Karena itu, maka Kiai Banyu Bening tidak mempunyai
pilihan lain. Ia harus segera dapat mengatasi kesulitan itu.
"Aku harus bertemu langsung dengan orang yang mengaku
bernama Panembahan Lebdagati itu" berkata Kiai Banyu
Bening didalam hatinya "Jika aku dapat segera

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyelesaikannya, maka aku akan segera dapat mengusir dan
bahkan menghancurkan para pengikutnya."
Dengan beberapa orang terpilih diantara para pemimpin
padepokan itu, maka Kiai Banyu Bening siap menghadapi
orang yang menyebut dirinya Panembahan Lebdagati itu.
Namun dalam pada itu, Kiai Banyu Bening sempat bertanya
kepada seorang yang bertubuh raksasa yang pernah berada di
sanggar saat Ki Pandi memberikan korban setandan pisang,
sehingga Ki Pandi sendiri akhirnya akan dikorbankan?"Dimana
Warana?" Orang bertubuh raksasa itu menggeleng sambil menjawab,
"Sejak tadi aku tidak melihatnya, Kiai."
Namun seorang yang lain menjawab "Bersama sekelompok
cantrik Ki Warana berusaha mempertahankan pintu gerbang
butulan disisi barat. Agaknya sekelompok pengikut http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panembahan Lebdagati berusaha untuk memecahkan pintu
butulan itu." Kiai Banyu Bening mengangguk-angguk. Ia tidak bertanya
lagi. Dibawanya beberapa orang terpilih itu untuk langsung
menghadapi Panembahan Lebdagati.
Dalam pada itu, Panembahan Lebdagati ternyata bersama-
sama dengan beberapa orang tengah mencerai-beraikan
sekelompok cantrik yang semula mengepungnya. Tetapi para
cantrik itu tidak mampu bertahan. Sebagian dari mereka justru
tidak mampu melindungi diri mereka sendiri.
Para cantrik yang memang hampir saja melarikan diri
menghindari itu telah terhimpun kembali ketika mereka
melihat Kiai Banyu Bening sendiri datang untuk menghadapi
Panembahan Lebdagati. Panembahan Lebdagati yang melihat kehadiran Kiai Banyu
Bening telah menyongsongnya sambil tersenyum. Katanya
dengan nada berat, "Selamat bertemu Kiai Banyu Bening. Kita
belum terlalu akrab berkenalan. Tetapi aku tahu pasti bahwa
kau adalah Kiai Banyu Bening."
"Kau siapa?" bertanya Kiai Banyu Bening.
"Kau tidak mengenal aku?" bertanya Panembahan
Lebdagati sambil tersenyum.
"Tidak. Aku tidak mengenalmu." jawab Kiai Banyu Bening.
"Kenapa kita harus berpura-pura. Sebelum kita bertemu,
kau dapat saja tidak percaya bahwa aku adalah Panembahan
Lebdagati. Kau dapat menduga bahwa orang lain memanfaatkan kebenaran nama Panembahan Lebdagati bagi
kepentingannya sendiri. Tetapi setelah kita bertemu dan
berhadapan seperti sekarang ini, seharusnya kau dapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenali aku. Aku adalah Panembahan Lebdagati yang
sebenarnya." "Persetan dengan pengakuanmu. Tetapi kau salah jika kau
menganggap bahwa dengan berlandaskan nama Panembahan
Lebdagati kau dapat menakut-nakuti aku."
Panembahan Lebdagati termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian iapun tertawa "Kau mencoba untuk membesarkan
hatimu sendiri dengan menganggap bahwa aku bukan
Panembahan Lebdagati yang sebenarnya."
"Kau kira aku menjadi ketakutan seandainya Panembahan
Lebdagati itu sekarang datang kemari?"-
Panembahan Lebdagati tertawa semakin keras. Katanya
kemudian "Baiklah. Siapapun aku, tetapi aku tetap pada
tuntutanku. Daerah ini akan aku ambil kembali. Aku sudah
memberimu waktu sepuluh hari. Aku kira waktu itu sudah
terlalu cukup. Karena sampai batas terakhir kau tetap
berkeras, maka aku datang untuk menghukummu."
"Tetapi kau harus melihat kenyataan, bahwa kau datang
untuk mengantarkan nyawamu. Meskipun setelah kau mati,
tentu ada orang lain yang menyebut dirinya Panembahan
Lebdagati." "Baik. Baik "jawab Panembahan Lebdagati "apapun katamu,
tetapi bersiaplah untuk mati."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiai Banyu Bening itupun kemudian telah memberi isyarat kepada putut dan cantrik yang datang bersamanya untuk memencar menghadapi para pengikut Panembahan Lebdagati yang ada di sekitarnya. Dalam pada itu, pertempuran masih berlangsung dimana-mana. Para cantrik memiliki kemungkinan lebih baik dengan memanfaatkan medan. Tetapi secara pribadi
para pengikut Panembahan Lebdagati memiliki ilmu yang
lebih tinggi. Dalam pada itu, maka pertempuran yang terjadi antara Panembahan Lebdagati dan
Kiai Banyu Bening telah menjadi semakin sengit. Keduanya
mulai meningkatkan ilmu mereka. Dengan cepat mereka
berloncatan menyerang dan menghindar. Keduanya memiliki
kelebihannya masing-masing, sehingga pertempuran itu tidak
segera dapat dibayangkan, siapakah yang akan menang dan
siapakah yang bakal kalah.
Panembahan Lebdagati yang bertempur dengan mantap,
tidak terlalu banyak bergerak. Tetapi setiap ayunan
tangannya, seakan-akan tetap menghamburkan angin yang
tajam menusuk kulit. Sementara itu, Kiai Banyu Bening
bertempur dengan tangkasnya. Ia bergerak cepat, sehingga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali-sekali serangannya mampu menyusup pertahanan
Panembahan Lebdagati. "Dengan demikian, baik Panembahan Lebdagati maupun
Kiai Banyu Bening menjadi semakin berhati-hati. Mereka harus
mengakui bahwa lawan mereka adalah orang-orang yang
berilmu tinggi. Panembahan Lebdagati yang semula meragukan tingkat
kemampuan Kiai Banyu Bening sebagaimana Kiai Banyu
Bening yang menganggap bahwa lawannya bukan Panembahan Lebdagati yang sebenarnya, sehingga tataran
ilmunya juga tidak akan terlalu tinggi, harus mengakui bahwa
mereka telah salah hitung. Panembahan Lebdagati harus
mengakui kelebihan Kiai Banyu Bening, sedangkan Kiai Banyu
Bening harus mengakui kelebihan lawannya, apakah ia
Panembahan Lebdagati yang sebenarnya atau bukan.
Dalam pada itu, Ki Ajar Pangukan serta orang-orang yang
tinggal dirumahnya, ternyata tidak mampu melihat apa yang
terjadi didalam lingkungan dinding padepokan. Merekapun
tidak dapat lebih mendekat lagi, jika mereka tidak ingin
terlibat dalam pertempuran itu.
Karena itu, maka yang dapat mereka lakukan adalah
menunggu, apa yang akan terjadi dalam pertempuran yang
melibatkan banyak orang itu.
Manggada dan Laksana yang bersembunyi didalam
gerumbul perdu bersama Ki Pandi dan kedua ekor
harimaunya, mengamati burung-burung elang yang berterbangan diatas padepokan. Dari gerak burung-burung
elang itu, mereka rasa-rasanya dapat menduga, apa yang
telah terjadi di padepokan. Burung-burung yang semula
berterbangan berputar-putar itu, kemudian telah nampak
menjadi gelisah. Burung-burung itu terbang semakin rendah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali-sekali burung-burung itu menukik dalam sekali, bahkan
seakan-akan hilang dibelakang dinding padepokan. Namun
kemudian muncul kembali dan terbang semakin tinggi.
"Burung-burung itu tentu telah melibatkan diri." berkata
Manggada hampir berbisik.
"Ya," sahut Laksana "agaknya pertempuranpun menjadi
semakin sengit. "Burung-burung elang itu cukup berbahaya," desis
Manggada kemudian. Laksana mengangguk kecil. Namun kemudian dahinya
berkerut ketika ia melihat kegelisahan burung-burung itu
menjadi semakin meningkat. Burung-burung itu menyambar-
nyambar dengan cepatnya. Bahkan burung-burung itupun
telah memberikan isyarat tidak saja dengan geraknya, tetapi
burung-burung itu mulai berteriak-teriak dengan suaranya
yang nyaring. Kuku-kukunya yang dipertajam dengan baja
menjadi semakin berbahaya.
"Sayang," berkata Manggada "kita tidak dapat melihat apa
yang terjadi didalam padepokan itu."
"Kita akan mendengar dari Ki Warana," sahut Ki Pandi.
"Bagaimana jika Ki Warana terbunuh dalam pertempuran
itu?" "Mudah-mudahan ada orang lain yang mengambil alih
tugasnya." jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
keduanya nampak menjadi tegang. Sementara itu, burung-
burung elang itupun menjadi semakin sibuk pula.
Sebenarnyalah pertempuran didalam padepokan itu menjadi
semakin sengit. Para cantrik padepokan Kiai Banyu Bening
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar-benar memanfaatkan medan untuk mengimbangi
kelebihan kemampuan lawan-lawan mereka. Sambil bertempur
mereka berlari-larian diantara bangunan yang ada di
padepokan. Namun kemudian kelompok-kelompok yang lain
menyerang dengan tiba-tiba muncul dari balik pintu.
Dengan demikian, maka para pengikut Panembahan
Lebdagati menjadi sangat sibuk menghadapi mereka. Karena
itu, pawang burung-burung elang itu telah melibatkan burung-
burungnya dalam pertempuran.
Bagaimanapun juga, burung-burung elang itu berpengaruh
pula. Kukunya yang dipertajam dengan ujung-ujung baja yang
runcing, sangat berbahaya bagi para cantrik. Kuku-kuku itu
dapat menghunjam ke kulit daging para cantrik jika mereka
gagal menghindar. Dalam pertempuran yang semakin sengit itu, Panembahan
Lebdagati masih saja bertempur melawan Kiai Banyu Bening.
Keduanya bukan saja meningkatkan kemampuan mereka,
tetapi mereka sudah mulai merambah ke tataran ilmu yang
lebih tingi. Kiai Banyu Bening sambil meloncat-loncat disekitar
bangunan yang dikeramatkannya. Sebuah nisan kecil yang
berada diatas lembaran bangunan dari yang agak tinggi.
Bahkan Kiai Banyu Bening seakan-akan selalu menjaga jarak
dengan bangunan itu. Bangunan yang menurut Kiai Banyu
Bening adalah kuburan anak bayinya yang terbunuh didalam
nyala api. Dalam pada itu, Panembahan Lebdagati telah meningkatkan
ilmunya semakin tinggi. Dengan ilmunya Panerabahan
Lebdagati berusaha untuk segera menghentikan perlawanan
Kiai Banyu Bening. Tetapi Kiai Banyu Bening ternyata masih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu mengimbanginya, sehingga dengan demikian maka
pertempuran pun semakin lama menjadi semakin sengit.
Sementara itu pertempuran di padepokan itu masih
berlangsung terus. Korban berjatuhan semakin lama menjadi
semakin banyak. Tubuh yang berbujur lintang bertebaran
dimana-mana. Sebagian masih mengerang kesakitan. Bahkan mereka
masih mencoba merangkak mencari perlindungan dari teriknya
matahari. Namun yang lain sama sekali sudah tidak bergerak
lagi.

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panembahan Lebdagati yang berilmu sangat tinggi itu telah
mengambil keputusan, untuk segera mengakhiri perlawanan
Kiai Banyu Bening. Karena itu, maka ilmunyapun menjadi semakin meningkat
sejalan dengan kemarahan yang semakin menghentak
didadanya. Tetapi Kiai Banyu Bening yang menyadari bahwa para
pengikutnya semakin banyak yang menjadi korban, telah
mengerahkan segenap kemampuannya pula.
Dengan demikian, maka benturan-benturan yang terjadi
diantara keduanya pun menjadi semakin sengit.
Kekuatan dan kemampuan Panembahan Lebdagati yang
memanjat sampai kepuncak, telah mendesak Kiai Banyu
Bening beberapa langkah surut. Namun Kiai Banyu Bening
yang bertempur didekat alas nisan bayinya itu, mampu
menunjukkan kelebihannya pula.
Dalam keadaan yang memuncak itu, maka Panembahan
Lebdagati pun telah merambah ke ilmunya yang jarang ada
duanya. Dengan mengerahkan ilmunya, Panembahan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lebdagati telah menghentakkan kedua tangannya dengan
telapak tangan menghadap kearah Kiai Banyu Bening.
Tetapi Kiai Banyu Bening tanggap akan serangan itu.
Dengan cepatnya Kiai Banyu Bening meloncat berlindung
dibalik nisan kecilnya. Serangan Panembahan Lebdagati itu telah membentur
bangunan alas nisan kecil. Tetapi bangunan itu sama sekali
tidak menjadi goyah. Bahkan dari balik bangunan itu, Kiai
Banyu Bening telah membalas menyerang. Dari tangannya
seakan-akan telah memancar segenggam pasir yang
membara. Panembahan Lebdagati yang melihat serangan itu,
meloncat menghindar. Ia harus menjatuhkan dirinya dan
berguling beberapa kali. Ia sadar, bahwa serangan itu
merupakan serangan yang sangat berbahaya. Sebutir saja
pasir yang membara itu mengenai kulitnya, maka pasir itu
seakan-akan mampu melubangi kulitnya dan membuat liang
pada dagingnya. "Iblis kau, Banyu Bening," desis Panembahan Lebdagati.
"Menyerahlah. Kau akan menjadi korban yang pertama dari
padepokan ini bagi bayiku."
Panembahan Lebdagati tidak menjawab. Namun serangannya telah meluncur kembali dari kedua telapak
tangannya. Sekali lagi Kiai Banyu Bening bersembunyi dibalik bangunan
alas nisan bayinya itu. Namun Panembahan Lebdagati dengan cepat meloncat
mendekat. Ia berusaha untuk tidak memberi kesempatan
kepada lawannya untuk menyerang, karena demikian ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat kemungkinan Kiai Banyu Bening itu menyerang
dengan menaburkan bubuk pasir yang bagaikan membara itu,
Panembahan Lebdagati telah mendahuluinya.
Dengan demikian pertempuran antara kedua orang itu
menjadi semakin seru. Kiai Banyu Bening masih saja
melingkar-lingkar disekitar bangunan alas nisan anaknya.
Namun setiap kali ia menyerang, serangannya pun selalu
gagal. Dalam keadaan yang demikian, maka Panembahan
Lebdagati itu telah mempergunakan kemampuannya yang lain.
Tiba-tiba saja maka Panembahan Lebdagati itu melenting
bangkit pada jarak kurang dari selangkah dihadapan Kiai
Banyu Bening. Kiai Banyu Bening tidak mempunyai kesempatan lagi.
Dengan cepat keris Panembahan Lebdagati telah terhunjam di
dada Kiai Banyu Bening. Kiai Banyu Bening tidak lagi dapat menghindari kenyataan
itu. Ia sempat memandang wajah Panembahan Lebdagati
dengan sorot mata bagaikan membara. Tetapi ketika
Panembahan Lebdagati menarik kerisnya, maka Kiai Banyu
Bening itupun jatuh terkulai ditanah.
Panembahan Lebdagati termangu-mangu sejenak. Dipandanginya tubuh Kiai Banyu Bening yang terbaring
ditanah. "Setan kau," geram Panembahan Lebdagati "kau terlalu
cepat mati, sehingga kau tidak sempat mengagumi
kemampuanku yang tidak ada duanya."
Sementara itu orang-orang yang bertempur di sekitarnya
melihat, bahwa Panembahan Lebdagati telah berhasil
mengakhiri perlawanan Kiai Banyu Bening. Beberapa orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengikut Panembahan Lebdagatipun telah bersorak meneriakkan kemampuannya. Sementara itu, para cantrik dan
pengikut Kiai Banyu Bening menjadi kebingungan. Mereka
tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Tanpa pimpinan
Kiai Banyu Bening, maka para cantrik itu bagaikan lidi tanpa
ikatan. Namun dalam pada itu, beberapa orang yang telah
mengikatkan diri dengan Ki Warana berusaha untuk
menghindar dari pertempuran. Mereka tahu apa yang harus
mereka lakukan. Berlindung dibelakang keadaan medan yang kurang
dipahami oleh para pengikut Panembahan Lebdagati, mereka
berusaha melepaskan diri.
Seorang diantara para cantrik dengan cepat berusaha
menemui Ki Warana yang bertempur justru di bagian belakang
padepokan itu. Ki Warana yang pernah mendapat peringatan
dari Ki Pandi tentang kelebihan Panembahan Lebdagati dan
para pengikutnya, sehingga Ki Warana telah mempersiapkan
diri untuk mengambil langkah-langkah tertentu.
Karena itu, demikian seseorang memberitahukan kepadanya, bahwa Kiai Banyu Bening telah terbunuh, maka
hilanglah beban yang menggantung di pundak Ki Warana
untuk membela padepokan yang pernah dihuninya itu. Karena
itu, maka ia mulai melaksanakan rencananya untuk
meninggalkan padepokan yang sudah tidak mungkin
dipertahankannya lagi itu.
Karena itu, maka Ki Warana itu harus bergerak dengan
cepat sebelum Panembahan Lebdagati mengambil langkah-
langkah sepeninggal Kiai Banyu Bening.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan beberapa orang yang telah mengadakan persetujuan sebelumnya, maka Ki Warana berusaha untuk
mengacaukan medan. Mereka bertempur sambil berlari-lari
seakan-akan tidak menentu. Mereka menyerang dan
menghilang diantara bangunan yang ada.
Irama pertempuran memang terasa meningkat. Justru
setelah Kiai Banyu Bening terbunuh.
Tetapi pada saat itu pula, beberapa orang cantrik telah
membuka pintu gerbang butulan di sisi Timur. Di sisi yang
justru nampak sepi, karena pertempuran yang terjadi di
padepokan itu seakan-akan menghindari tempat ini. Ki Warana
lah yang sengaja mengatur, agar para pengikut Kiai Banyu
Bening itu memancing lawan mereka menjauhi tempat itu.
Irama pertempuran yang menjadi semakin cepat itu
ternyata menjadi isyarat bagi para pengikut Kiai Banyu Bening
yang sependapat dengan Ki Warana. Dengan cepat mereka
telah menuju ke-pintu gerbang butulan disisi Timur itu.
Pada saat itu, terdengar beberapa orang pengikut
Panembahan Lebdagati mertenakkan peringatan kepada para
penghuni padepokan itu agar mereka menyerah.
"Yang menyerah akan mendapat pengampunan serta
kesempatan untuk mengabdi kepada Panembahan Lebdagati "
teriak beberapa orang pengikut Panembahan Lebdagati.
Beberapa orang yang putus-asa memang telah menyerah.
Tetapi mereka yang sependapat dengan Ki Warana telah
berusaha melarikan diri lewat pintu butulan yang telah
terbuka. Para pengikut Panembahan Lebdagati ternyata tidak
mengejar mereka yang melarikan diri bercerai berai. Para
pemimpinnya menganggap hal itu tidak perlu dilakukan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang diantara para pemimpin itu berkata "Biarlah mereka
lari. Mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi. Kita sudah
banyak kehilangan. Jangan ditambah lagi dengan melakukan
hal-hal yang tidak berarti."
Meskipun demikian, beberapa ekor burung elang yang
melayang-layang diudara telah mengamati orang-orang yang
melarikan diri itu. Burung-burung itupun telah memencar pula
sebagaimana orang-orang padepokan yang melarikan diri itu
memencar. Tetapi burung-burung elang itupun akhirnya melepaskan
pengawasan mereka dan kembali ke padepokan.
Ki Ajar Pangukan dan orang-orang yang tinggal bersamanya
itu mengamati pertempuran itu dengan tegang. Mereka
melihat burung-burung elang itu menghambur berterbangan.
Karena itu, maka merekapun telah menduga, bahwa Ki
Warana dan orang-orang yang sependapat dengannya telah
melarikan diri dari padepokan itu.
Mudah-mudahan Ki Warana berhasil," berkata K i Pandi
yang juga dicengkam oleh ketegangan.
Manggada dan Laksana menarik nafas dalam-dalam,
seakan-akan ingin mengurai ketegangan yang mencengkam
jantungnya. "Agaknya Ki Warana sudah keluar dari padepokan lewat
pintu regol butulan." desis Manggada.
"Tetapi apakah Ki Warana selamat?" desis Laksana.
"Mudah-mudahan. Ia adalah orang yang akan meniupkan
udara yang jernih kepada para pengikut Kiai Banyu Bening
yang sesat itu. Karena itu, aku berdoa untuk keselamatannya."
berkata Ki Pandi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk.
Sementara ini, mereka melihat beberapa ekor burung elang
itu telah menukik dan tidak nampak naik ke udara lagi. Bahkan
akhirnya burung-burung elang itu telah tidak nampak lagi
berterbangan diatas padepokan itu.
"Pertempuran telah selesai," berkata Ki Pandi.
"Ya," suara Manggada merendah "kita tidak tahu apa yang
telalr terjadi didalam padepokan itu."
Dalam pada itu, sebenarnyalah Panembahan Lebdagati
telah memerintahkan para pengikutnya untuk memberi
kesempatan kepada para pengikut Kiai Banyu Bening untuk
menyerah. Mereka termasuk dalam rencana Panembahan
Lebdagati untuk memperkuat diri. Pada saat-saat mendatang,
Panembahan Lebdagati tentu akan melakukan kegiatan-
kegiatan dan kerja keras untuk membangun kembali
pengaruhnya di kaki Gunung Lawu itu.
"Tetapi siapa yang mencoba menentang dan berkhianat,
mereka akan dihabisi dengan cara kita," berkata Panembahan
Lebdagati kepada para pengikutnya.
Dalam pada itu, untuk beberapa saat, Ki Ajar Pangukan dan
orang-orang yang tinggal di rumahnya masih menunggu.
Namun kemudian ketika mereka melihat pintu gerbang
padepokan itu ditutup, maka mereka pun mulai beringsut
untuk meninggalkan tempat itu.
Sementara itu dengan tidak terang, matahari telah turun
disisi Barat langit. Rasa-rasanya hari demikian cepatnya
beredar. Ketegangan yang mencengkam agaknya membuat
mereka lupa akan waktu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti yang sudah disepakati, maka merekapun mengendap-endap meninggalkan tempat mereka mengamati
pertempuran yang terjadi di padepokan ini, menuju ke
padukuhan kecil yang tidak terlalu jauh dari padepokan itu,
yang direncanakan akan menjadi landasan pertahanan kedua
Ki Warana. Ketika Ki Pandi, Manggada dan Laksana sampai ke sanggar
di padukuhan kecil itu, ternyata Ki Lemah Teles telah berada
di tempat itu dan berbaring diatas alas yang sering
dipergunakan untuk mengorbankan persembahan.
"Kau sudah ada disini?" bertanya Ki Pandi.
"Malas untuk meneruskan melihat tontonan yang tidak
menarik," berkata Ki Lemah Teles. Lalu katanya pula "aku


Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak melihat apa-apa selain dinding padepokan dan burung-
burung elang. Dari antara daun pintu yang terbuka, aku hanya
melihat orang-orang berlari-larian kacau balau tidak menentu."
"Kau tidak melihat pertunjukan terakhir?" bertanya Ki Pandi.
"Apa" Pembantaian di depanpintu gerbang?"
"Tidak. "jawab Ki Pandi.
"Jadi apa?" bertanya Ki Lemah Teles pula.
"Burung-burung itu mempertunjukkan permainan yang
menarik. Mereka seakan-akan menari diudara mengamati
orang-orang padepokan yang melarikan diri dari, udara."
"Aku sudah sering melihat burung elang memburu anak
ayam. Nah, bukankah kira-kira juga hanya seperti itu?"
"Tidak," jawab Ki Pandi "tidak sekedar menukik menyambar
dan terbang kedahan sebatang pohon yang tinggi."
"Biar saja. Aku akan tidur," jawab Ki Lemah Teles.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi tidak menyahut lagi. Iapun kemudian duduk diatas
rerumputan bersama Manggada dan Laksana.
Sejenak kemudian, maka satu demi satu orang-orang tua
yang tinggal dirumah Ki Ajar Pangukan itu telah datang.
Mereka pun kemudian telah duduk berbincang untuk
menyesuaikan pengamatan mreka atas padepokan yang dalam
waktu kurang dari sehari telah dihancurkan oleh Panembahan
Lebdagati. Mereka sepakat untuk mengambil kesimpulan bahwa Kiai
Banyu Bening tentu sudah terbunuh.
"Orang seperti Kiai Banyu Bening itu tentu tidak akan
mnyerah," berkata Ki Sambi Pitu.
"Ya " Ki Ajar Pangukan mengangguk-angguk "seandainya ia
menyerah, maka ia tentu akan dihabisi pula oleh Panembahan
Lebdagati." "Kami menunggu Ki Warana " berkata Ki Pandi kemudian.
Ki Lemah Teles yang masih saja berbaring ditempatnya
menyahut, "Orang itu sudah mati."
"Dari mana kau tahu?" bertanya Ki Pandi.
"Perang antara orang-orang berilmu hitam biasanya tidak
ada yang tersisa. Yang kalah akan ditumpas sampai habis."
"Tetapi Ki Warana dan orang-orang yang sependapat
dengan pendiriannya akan melarikan diri."
"Tetapi semua akan mati."
Belum lagi bibir Li Lemah Teles terkatub, dari regol sanggar
itu telah muncul tiga orang yang melangkah dengan hati-hati
memasuki sanggar itu. "Ki Warana " berkata Manggada dengan serta merta.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lemah Teles yang berbaring itu tiba-tiba telah bangkit.
Dilihatnya tiga orang melangkah memasuki sanggar itu dalam
keadaan yang letih. Ki Warana sendiri nampaknya telah
terluka meskipun tidak terlalu parah.
"Inikah orang yang kita tunggu?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Ya " jawab Ki Pandi "ternyata Ki Warana selamat"
"Satu kelainan," desis Ki Lemah Teles yang kemudian telah
berbaring lagi ditempatnya sambil berdesis "aku akan tidur."
Ki Warana memandang orang yang berbaring itu dengan
tajamnya. Bagaimanapun juga, ia menganggap bahwa alas
penyerahan korban itu merupakan tempat yang dihormatinya
selama ini. Karena itu, ketika ia melihat orang yang berbaring
diatasnya, maka terasa jantungnya berdegup lebih cepat.
Ki Pandi yang melihat sikap Ki Warana itupun berkata
"Bukankah tempat itu tidak berguna lagi bagimu dan bagi
orang-orang yang telah meninggalkan padepokan?"
Ki Warana menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak
menjawab. Ia sadar, bahwa kedudukannya dalam keadaan
goncang. Ia memerlukan orang-orang yang berilmu tinggi
untuk menolongnya. Pada saat Ki Warana sedang termangu-mangu, maka
terdengar Ki Pandi itupun berkata "Ki Warana, silahkan duduk.
Aku akan memperkenalkan kawan-kawanku ini."
Ki Waranapun kemudian duduk diantara orang-orang tua
itu. Dua orang yang datang bersamanya dengan ragu-ragu
duduk pula bersama mereka.
Ki Pandi pun kemudian telah memperkenalkan kawan-
kawannya kepada Ki Warana, termasuk Ki Lemah Teles yang
berbaring di alas penyerahan korban itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Warana mengangguk hormat kepada mereka sambil
berkata "Terima kasih atas perhatian Ki Sanak terhadap
padepokan kami." "Kami ingin melihat padepokan itu berubah," berkata Ki A jar
Pangukan "hendaknya yang memancar dari padepokan itu
bukan awan yang hitam, tetapi cahaya yang bening dalam arti
yang sebenarnya. Bukan beningnya Kiai Banyu Bening."
Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya "Mudah-mudahan
kami pun sempat mendapatkan cahaya yang bening itu."
"Kenapa tidak" " bertanya Ki Ajar Pangukan.
"Kami terusir dari padepokan itu. Perjuangan untuk
mendapatkan kembali tentu akan menelan korban. Jika korban
itu aku sendiri, maka aku tidak akan pernah mendapatkan apa
yang Ki Ajar katakan cahaya yang bening itu."
"Tetapi bahwa kau mendambakannya, itu adalah satu
langkah awal yang diperhitungkan. Jangan cemas. "Kami akan
bersamamu." Ki Warana mengangguk-angguk. Sementara itu Ki Pandi
pun bertanya, "Ki Warana hanya bertiga?"
"Tidak. Yang lain nanti akan menyusul. Kami melarikan diri
dari padepokan dengan arah yang berbeda-beda untuk
menghindari kemungkinan yang paling buruk." jawab Ki
Warana. "Apakah mereka juga akan datang ke sanggar ini?"
"Ya. Mereka akan datang ke sanggar ini sebelum kita
berbicara dengan orang-drang padukuhan."
Sebenarnyalah, bahwa beberapa saat kemudian, beberapa
orang telah berdatangan. Mereka nampak letih dan kotor.
Beberapa orang diantara mereka terluka. Bahkan ada yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terluka selama mereka berlari meninggalkan padepokan,
karena kuku-kuku baja burung-burung elang yang menyerang
mereka dari udara. Ternyata orang-orang yang sependapat dengan Ki Warana
itu terhitung cukup banyak. Menjelang senja, disanggar yang
tidak terlalu luas itu telah bertebaran orang-orang yang telah
melarikan diri dari padepokan. Ada diantara mereka yang
berbaring diatas rerumputan. A da yang sedang merawat luka-
lukanya dan ada yang duduk-duduk saja sambil tepekur.
Ki Waranalah yang kemudian memberitahukan kepada
orang-orang yang sejalan dengan sikapnya itu siapakah orang-
orang yang sebelumnya tidak mereka kenal itu.
"Mereka akan berjuang bersama kita untuk melawan
Panembahan Lebdagati."
Tetapi seorang di antara mereka ada yang berkata, "Apa
yang dapat mereka lakukan" Sedangkan Kiai Banyu Bening
saja tidak mampu melawan Panembahan Lebdagati."
Ki Lemah Teles yang berbaring itu telah bangkit sambil
berkata "He, aku akan menantangnya berperang tanding."
"He, kau pembual," geram orang yang meragukan
kemampuan orang-orang tua itu "kau akan diremas menjadi
abu oleh Panembahan Lebdagati."
"Iblis kau," Ki Lemah Teles itu segera meloncat turun "aku
pilin lehermu jika kau menghina kami lagi."
"Sudahlah " Ki Ajar Pangukan menengahi "kita belum saling
mengenal, sehingga kita masih belum mengetahui tataran ilmu
kita masing-masing."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu masih akan menjawab. Tetapi Ki Warana
membentaknya "Cukup. Kita harus mengucapkan terima kasih,
bahwa ada orang yang memperhatikan kita sekarang ini."
Orang itu terdiam. Sementara Ki Lemah Teles pun
kemudian telah duduk disebelah Ki Sambi Pitu.
Ki Warana lah yang kemudian berdiri menghadap kepada
orang-orang padepokan yang mengikutinya ke sanggar itu
"Kita akan beristirahat disini. Aku minta kalian bersikap baik.
Kita akan bersama-sama menghadapi Panembahan Lebdagati
dengan para pengikutnya. Kita memang masih ragu, apakah
kita dapat melakukannya. Tetapi lepas dari segalanya, kita
tidak boleh kehilangan akal dan menjadi putus-asa."
Orang-orang padepokan itu terdiam. Meskipun ada diantara
mereka yang meragukan kemungkinan itu, tetapi mereka
masih berusaha menahan diri."
Dalam pada itu, Ki Warana pun kemudian berkata
"Sebaiknya kalian tinggal disini. Aku akan pergi menemui Ki
Bekel untuk membicarakan kemungkinan-kemungkinan lebih
jauh. Aku juga ingin mengusahakan makan bagi kita
semuanya." Orang-orang padepokan itu mengangguk-angguk. Bahkan
beberapa orang berdesis "Kami sudah sangat lapar."
Bersama dengan dua orang, Ki Warana telah meninggalkan
sanggar itu menuju ke rumah Ki Bekel.
Ki Bekel memang terkejut melihat kehadiran Ki Warana
dengan dua orang kawannya yang nampaknya sangat letih itu.
"Ada apa" " bertanya Ki Bekel.
Ki Warana memang sudah dikenal dengan baik oleh Ki
Bekel. Ia sudah sering datang untuk memberikan sesorah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada penghuni padukuhan itu dihari-hari tertentu. Juga
sudah sering datang dalam upacara penyerahan korban
binatang di' malam purnama.
Ki Waranapun kemudian menceriterakan apa yang terdjadi
di padepokan. Dengan nada geram ia Berkata "Kami sekarang
terusir dari padepokan. Jumlah lawan terlalu banyak. Terakhir,
Kiai Banyu Bening telah terbunuh di medan."
"Kiai Banyu Bening terbunuh?" Ki Bekel terkejut. Baginya
Kiai Banyu Bening adalah orang yang memiliki tataran lebih
tinggi dari orang kebanyakan. Ia adalah kekasih Sang Maha
Api dan mendapat tugas untuk menggelarkan kuasa Sang
Maha Api itu diatas bumi.
Ki Warana mengangguk sambil menjawab, "Ya Ki Bekel. Kiai
Banyu Bening berusaha melindungi para pengikutnya. Ia
bertempur seperti seekor harimau yang terluka. Ia
mengorbankan dirinya bagi keselamatan para pengikutnya."
"Lalu, apa yang terjadi sekarang" " bertanya Ki Bekel.
"Ada beberapa kelompok yang berhasil menyelamatkan diri.
Sekarang kami berada di sanggar."
"Kenapa tidak dibanjar saja?"
"Kami belum mendapat ijin Ki Bekel. Jika Ki Bekel tidak
berkeberatan, kami akan pergi ke banjar dan tinggal untuk
sementara dibanjar dan beberapa rumah'yang kosong lainnya,
sebelum kami merebut kembali padepokan kami."
"Bagaimana Ki Warana dapat melakukannya tanpa Kiai
Banyu Bening." "Kami akan berusaha sejauh dapat kami lakukan." jawab Ki
Warana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah Ki Warana. Aku persilahkan Ki Warana dan kawan-
kawan dari padepokan tinggal di banjar. Kami akan mengatur,
dimana saja kalian akan dapat bermalam."
"Tetapi sementara ini Ki Bekel. Sehari-harian kami
bertempur sehingga kami belum sempat makan meskipun di
padepokan kami mempunyai bahan makanan yang melimpah.
Tetapi yang sekarang tentu Derada di tangan Panembahan
Lebdagati." "Baiklah Ki Warana. Jangan cemas. Berapapun jumlahnya
kami akan dapat menjamunya. Tetapi sudah tentu kami
mohon waktu untuk memasaknya."
"Tentu Ki Bekel. Kami tidak akan dapat makan serba
mentah. Sementara itu, kami akan memindahkan kawan-
kawan kami ke banjar padukuhan ini."
Demikianlah, maka Ki Warana pun segera kembali ke
sanggar untuk mengajak kawan-kawannya pergi ke banjar,
sementara Ki Bekel telah memanggil beberapa orang untuk
menyiapkan makan bagi orang-orang padepokan yang untuk
sementara akan berada di banjar padukuhan.
Dalam pada itu ternyata pengaruh Ki Warana di padukuhan
itu cukup besar. Ketika para penghuni padukuhan itu
mengetahui, bahwa padepokan Kiai Banyu Bening sudah
diduduki oleh Panembahan Lebdagati, maka orang-orang
padukuhan itu menjadi sangat kecewa meskipun mereka tidak
tahu kenapa sebenarnya mereka kecewa.
Ketika malam menjadi kelam, orang-orang padepokan telah
berada di banjar. Mereka merasa mendapat tempat yang lebih
baik, sehingga sebagian dari mereka telah tertidur nyenyak di
lantai banjar dengan alas tikar pandan. Jauh lebih baik
daripada mereka berbaring di rerumputan di sanggar.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Ki Pandi sempat memperingatkan Ki Warana, agar
mereka tidak menjadi lengah.
"Panembahan Lebdagati dapat berbuat apa saja. Karena itu,
maka sebaiknya orang-orangmu bergantian mengawasi
keadaan. Mungkin sekali Panembahan Lebdagati menyusul
kalian malam ini." Seperti orang yang baru sadar dari tidur yang nyenyak, Ki
Warana berkata "Terima kasih, Ki Pandi. Aku akan membagi
tugas bagi orang-orangku."
Ki Pandi mengangguk sambil menyahut "Bagus. Hati-
hatilah. Kau sudah melihat sendiri, bahwa para pengikut
Panembahan Lebdagati secara pribadi mempunyai kelebihan
dari orang-orangmu."
Ki Warana memang menyadari akan kelebihan para
pengikut Panembahan Lebdagati dari orang-orang yang
berada di padepokan. Karena itu, maka ketika Ki Warana memerintahkan orang-
orangnya berjaga-jaga di sudut-sudut padukuhan, iapun
berpesan, agar mereka berhati-hati sekali.


Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalian sekali-sekali harus meronda berkeliling. Tetapi
jangan seorang diri. "
Namun ternyata hanya pada malam itu tidak terjadi
sesuatu. Nampaknya Panembahan Lebdagati tidak tergesa-
gesa. Orang-orang yang melarikan diri bercerai berai itu
dianggapnya tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi.
Ketika matahari mulai melemparkan cahaya fajar, maka Ki
Ajar Pangukan minta orang-orang dari padepokan yang
berada di padukuhan itu untuk mulai dengan gerakannya,
memburu orang-orang padepokan yang melarikan diri.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ternyata tidak terjadi sesuatu. Tidak nampak ada
gerakan yang mendatangi padukuhan itu dari arah manapun
juga. "Meskipun demikian, jangan lengah" pesan Ki Ajar
Pangukan kepada Ki Warana.
Hari itu, Ki Warana, Ki Bekel dan Ki Ajar Pangukan serta
orang-orang tua yang tinggal bersamanya telah mengadakan
pembicaraan khusus. Ki Warana telah menyampaikan kepada
Ki Bekel kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di
padukuhan itu. "Pada suatu saat, mungkin Panembahan Lebdagati akan
datang ke padukuhan ini dengan pengikutnya." berkata Ki
Warana. Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Apakah yang dapat
kami lakukan" Seisi padepokan ini akan bersedia melakukan
apa saja. Bahkan mungkin bukan hanya seisi padepokan ini."
"Aku tidak dapat minta bantuan kepada padukuhan yang
lain. Jika hal itu diketahui oleh Panembahan Lebdagati, maka
padukuhan yang memberikan bantuan itu akan dapat
dihancurkan. Sedangkan kami tidak dapat memberikan
bantuan apapun juga. Berbeda dengan padukuhan ini. Kami
memang ada disini. Jika Panembahan Lebdagati datang
kemari, maka kami akan dapat berbuat sesuatu betapapun
lemahnya kami. Sementara itu, saudara-saudara kami ini akan
bersedia membantu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Bekel mengangguk- angguk. Katanya "Baiklah.
Biarlah kami, para penghuni
dari padukuhan ini bersiap-
siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Kami temu tidak akan tinggal diam
seandainya Panembahan Lebdagati itu benar-benar
datang menyerang kalian yang saat kalian berada di
padukuhan kami. Meskipun padukuhan kami bukan padukuhan yang besar, tetapi kami mempunyai laki-
laki dan anak-anak muda cukup banyak. Meskipun kami tidak terbiasa mempergunakan kekerasan, tetapi kami bukanlah laki-laki dan anak-anak muda yang
lemah." "Terima kasih Ki Bekel. Mudah-mudahan kami tidak
menyebabkan padukuhan ini mengalami bencana."
Namun dalam pada itu, Ki Ajar Pangukan, dan kawan-
kawannya dan Ki Warana telah pula membicarakan
kemungkinan yang dapat terjadi. Mereka mempertimbangkan,
manakah yang lebih menguntungkan. Apakah mereka
menyerang padepokan itu atau memancing Panembahan
Lebdagati untuk datang menyerang.
Namun Ki Pandi berpendapat, bahwa lebih baik mereka
memancing agar Panembahan Lebdagati menyerang padukuhan itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan mengalami kesulitan untuk memasuki padepokan
itu," berkata Ki Pandi "pintu gerbang itu tentu sudah semakin
diperkuat. Sementara itu, serangan senjata lontar dari atas
dinding akan dapat mengurangi jumlah kita yang memang
tidak begitu banyak."
Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya, "Aku sependapat
jika Ki Bekel tidak berkeberatan."
"Tidak Ki Warana. Kami sama sekali tidak berkeberatan.
Kami dapat menyiapkan pertahanan sebaik-baiknya." jawab Ki
Bekel. "Baiklah. Jika demikian, maka kita akan memancing agar
Panembahan Lebdagati itu datang kemari." berkata Ki Ajar.
Dengan demikian, maka sejak hari itu, padukuhan itupun
segera mempersiapkan diri. Ki Bekel telah memerintahkan
kepada semua laki-laki dan anak-anak muda yang mampu
turun ke medan pertempuran untuk mempersiapkan senjata
apa saja yang mereka miliki.
"Apakah disini banyak terdapat busur dan anak panah?"
bertanya Ki Ajar Pangukan.
"Ada beberapa," jawab Ki Bekel "ada beberapa orang
penghuni padukuhan ini yang mempunyai kegemaran
berburu." "Kita harus menghimpunnya." berkata Ki Pandi.
"Aku akan melakukannya." jawab Ki Bekel.
Hari itu juga Ki Bekel telah memanggil para bebahu. Mereka
harus mempersiapkan padukuhan itu untuk menghadapi
segala kemungkinan. Mereka harus menghubungi semua laki-
laki dan anak-anak muda di padukuhan itu untuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempersiapkan diri membantu para cantrik dari padepokan
Kiai Banyu Bening yang terdorong keluar dari padepokannya.
Hari itu juga laki-laki sepadukuhan itu telah menyatakan diri
untuk ikut serta berperang jika hal itu benar-benar akan
terjadi." "Bersiap sajalah sebaik-baiknya. Siapkan senjata yang
terbaik yang kalian miliki. Jika Panembahan Lebdagati itu
benar-benar datang, maka kalian tidak lagi sekedar bermain-
main. Tetapi kalian akan berperang. Taruhannya adalah
nyawa kalian." Dengan demikian, maka telah tersusun kekuatan di
padukuhan itu. Ditataran teratas adalah Ki Ajar Pangukan dan
orang-orang yang tinggal bersamanya. Kemudian Ki Warana
dan para penghuni padepokan yang menyingkir ke padukuhan
itu. Tataran yang terakhir adalah para penghuni padukuhan
itu. Ki Ajar dan Ki Pandi telah berpesan mawanti-wanti, agar
laki-laki dari padukuhan itu tidak menghadapi lawan mereka
seorang melawan seorang. Mereka harus selalu berada dalam
kelompok-kelompok kecil untuk melawan para pengikut
Panembahan Lebdagati yang memiliki ilmu yang tinggi.
Setelah susunan pertahanan di pad'ikuhan itu mantap,
maka Ki Warana sudah mendapat isyarat dari Ki Ajar, agar ia
mulai memancing perhatian isi padepokan itu."
"Kita tidak usah pergi jauh" berkata Ki Ajar "kita
manfaatkan burung-burung elang itu."
"Maksud Ki Ajar?" bertanya Ki Bekel.
"Jika kita berkerumun atau berlatih berperang di tempat
terbuka, maka menurut perhitunganku, burung-burung elang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu akan dapat melihatnya. Mereka akan menuntun petugas
sandi Panembahan Lebdagati untuk mengamati kita disini."
Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kita sudah
siap. Kapan saja Panembahan Lebdagati itu akan datang, akan
kami sambut mereka dengan sebaik-baiknya."
"Kepada Ki Warana, Ki Ajar bertanya "Bagaimana dengan
orang-orangmu Ki Warana?"
"Mereka juga sudah siap," jawab Ki Warana.
"Jika demikian, sudah tidak ada lagi yang ditunggu. Kita
akan segera melakukannya." berkata Ki A jar kemudian.
Dengan demikian, maka orang-orang yang berada di
padukuhan itu justru akan memancing burung-burung elang
itu agar melihat mereka dalam kelompok-kelompok yang
langsung memberikan kesan kesiagaan untuk bertempur.
Ki Ajar Pangukan dan kawan-kawannyalah yang kemudian
mengajak orang-orang padukuhan itu serta orang-orang
padepokan untuk berlatih di tempat terbuka. Mereka benar-
benar melakukan latihan sekedarnya untuk memperkenalkan
laki-laki dan anak-anak muda padukuhan itu dengan senjata,
agar mereka yang sama sekali belum pernah memegang
senjata mengerti bagaimana mempergunakannya.
Namun dalam pada itu, ternyata Ki Lemah Teles yang
pernah disebut pembual oleh salah seorang penghuni
padepokan yang melarikan diri itu telah tersinggung lagi.
Orang yang menyebutnya pembual itu lagi yang membuatnya
marah. Ketika Ki Lemah Teles memberikan beberapa petunjuk
kepada orang-orang padukuhan itu tentang mempergunakan
tombak, maka orang itu berdesis "Pembual itu lagi. Apa yang
ia ketahui tentang tombak."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lemah Teles berpaling. Namun orang itu sama sekali
tidak menyingkir. Ia sengaja maju melangkah sambil tertawa.
Katanya, "Kau marah?"
Ki Lemah Teles termangu-mangu sejenak. Ia ingin
mendapat saksi, bahwa bukan ia yang mendahuluinya.
Karena itu, maka dipanggilnya Manggada dengan Laksana
untuk datang kepadanya. Manggada dan kemudian juga Laksana telah melangkah
mendekat. Dengan dahi yang berkerut Manggada bertanya "Ki
Lemah Teles memanggil kami?"
"Ya?"jawab Ki Lemah Teles "aku ingin kalian menjadi saksi,
bahwa bukan aku yang mendahului jika aku bertengkar
dengan orang ini." "Ya," orang Itu dengan wajah tengadah menyahut "Aku
benci pada pembual ini. Ia berbaring diatas alas persembahan.
Ia membual sesuka hatinya, menyombongkan diri dan tidak
tahu malu." "Kau bersungguh-sungguh?" bertanya Manggada.
"Ya. Aku bersungguh-sungguh. Aku ingin ia minta maaf
kepada kami. Terutama karena ia sudah menghina tempat
persembahan itu. Aku akan menunjukkan kepadanya, bahwa
ia tidak perlu membual dan menyombongkan dirinya seperti
itu." "Nah, sudah cukup?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Kau akan mengenal siapakah kami, para cantrik dari
padepokan Kiai Banyu Bening."
Manggada dan Laksana menjadi berdebar-debar, justru
karena mereka mengenal Ki Lemah Teles. Tetapi saat itu,
mereka menjadi heran. Ki Lemah Teles itu tidak menjadi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat marah dan menantang orang itu perang tanding.
Tetapi ia seakan-akan sekedar ingin melayaninya saja.
Dengan nada datar, Ki Lemah Teles itu berkata "Marilah.
Biarlah orang-orang yang sedang berlatih ini menjadi saksi
pula, siapakah yang sebenarnya pembual dan sombong."
Orang itupun segera mempersiapkan diri. Dengan wajah
yang garang ia melangkah mendekati Ki Lemah Teles
selangkah demi selangkah. Kemudian sambil tertawa ia
berkata "Kau akan berlutut dan mohon ampun kepadaku."
Dalam pada itu, Ki Ajar Pangukan dan kawan-kawannya
yang berlatih menebar tidak tahu apa yang dilakukan oleh Ki
Lemah Teles. Mereka menduga bahwa Ki Lemah Teles yang
dikerumuni oleh banyak orang itu sedang memperagakan,
bagaimana mereka harus mempergunakan senjata dengan
cara yang benar dan baik.
Ketika orang itu mulai berloncatan, Ki Lemah Teles masih
saja berdiri termangu-mangu. Ia memperhatikan lawannya
yang menunjukkan kemampuannya bergerak cepat dalam
unsur-unsur gerak yang mendebarkan. Dengan keyakinan
yang tinggi didalam dirinya, maka orang itu berkata lantang
sambil meloncat menyerang "Kalau kau mati, bukan salahku."
Orang-orang yang menyaksikan menjadi berdebar-debar.
Serangan itu datang dengan cepat dan deras.
Orang-orang yang menyaksikan perkelahian itu tiba-tiba
tersentak. Mereka tidak tahu apa yang terjadi. Namun yang
mereka ketahui, tiba-tiba saja orang yang menyerang Ki
Lemah Teles itu terbanting jatuh ditanah.
Wajah orang itu menjadi pucat. Punggungnya serasa akan
patah, sementara itu nafasnya pun menjadi terengah-engah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jangankan orang yang menyaksikan, sedang orang yang
terbanting jatuh itupun tidak tahu apa yang dilakukan oleh Ki
Lemah Teles. Dalam pada itu, Ki Lemah Teles berdiri sambil tersenyum.
Katanya sambil memberi isyarat

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan jari-jarinya "Bangkitlah. Bukankah kita akan menjajagi kemampuan kita"
Kenapa kau malah berbaring disitu" Apakah semalam kau
tidak dapat tidur?" Orang itu menyeringai menahan sakit. Ketika Ki Lemah
Teles mendekat, ia berusaha beringsut sambil berkata
"Jangan, jangan. "Ayo. Bangkitlah."
Orang itu berusaha untuk duduk sambil berdesah kesakitan,
sementara Ki Lemah Teles berkata "Bukankah kau akan
memaksa aku untuk berlutut dan mohon ampun?"
-"Tidak. Akulah yang mohon ampun." jawab orang itu. Ki
Lemah Telespun menyahut "Jangan begitu. Bukankah kau laki-
laki?" "Cukup. Sudah cukup. Sekali lagi aku kau banting seperti
ini, aku tidak akan dapat bangkit kembali. Aku mohon ampun."
Ki Lemah Teles tertawa. Kalanya "Baiklah. Minggirlah, aku
akan menunjukkan kepada saudara-saudara kita ini,
bagaimana kita mempergunakan sebatang tombak."
Orang itu berdiri sambil memegangi pinggangnya.
Kemudian berjalan tertatih-tatih menepi.
Dalam pada itu, maka Manggada dan Laksana yang berdiri
termangu-mangu itupun tersenyum melihat orang itu bergeser
menepi dan kemudian duduk diatas rerumputan sambil
berkali-kali berdesah kesakitan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah tugas kami sudah cukup, Ki Lemah Teles?"
bertanya Manggada. "Apakah kalian juga ingin membuktikan, apakah aku
pembual atau bukan" "
Laksanalah yang tersenyum sambil menjawab, "Lain kali Ki
Lemah Teles." Ki Lemah Teles mengerutkan dahinya. Namun kemudian
iapun tersenyum sambil berkata "Kembalilah ke tempat
kalian." Manggada dan Laksana itupun kemudian telah berlari-lari
kembali ketempatnya. Merekapun sedang memberi petunjuk
bagaimana mempergunakan senjata kepada sekelompok anak
muda dari padukuhan itu. Tiga ampat hari mereka berlatih, ternyata masih belum ada
seekor burung elangpun yang terbang berputaran sampai ke
padukuhan kecil itu. Agaknya Panembahan Lebdagati dan
orang-orangnya terlalu yakin akan kemenangannya, sehingga
mereka tidak merasa perlu untuk mengamati keadaan.
Tetapi justru karena itu, maka Ki Pandi telah mengajak
Manggada dan Laksana untuk mendekati padepokan itu.
"Kita harus berhati-hati," desis Ki Pandi.
Ketika mereka menjadi semakin jauh dari padukuhan, maka
mereka melihat kedua ekor harimau Ki Pandi merangkak
mendekatinya sambil menggosok-gosokkan kepala mereka ke
kaki Ki Pandi. Ki Pandipun kemudian membelai kedua ekor harimaunya.
Namun kemudian ia memberi isyarat agar kedua ekor
harimaunya itu mendahuluia mereka.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Ki Pandi, Manggada dan Laksana telah
bergerak kembali. Mereka semakin lama menjadi semakin
dekat dengan padepokan yang telah ditinggalkan oleh Ki
Warana. Tetapi ketiga orang itupun tertegun ketika dari kejauhan
mereka melihat seekor burung elang yang terbang rendah
mengelilingi padepokan. "Ternyata mereka cukup berhati-hati," berkata Ki Pandi.
"Jika elang itu terbang rendah seperti itu, maka elang itu
tidak akan pernah melihat sisa-sisa orang padepokan yang
sedang berlatih itu." sahut Manggada.
"Kita akan menunggu sampai sepekan. Jika dalam sepekan
tidak ada seekor burung elang yang terbang diatas
padukuhan, maka kita yang akan memancingnya." desis Ki
Pandi. Untuk beberapa saat mereka mengamati burung elang yang
berterbangan itu. Namun beberapa saat kemudian, burung itu
menukik dan hilang dibalik dinding padepokan.
"Biarlah kita pergunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada orang-orang padukuhan mempergunakan senjata. Biarlah mereka lebih
mengenali senjata mereka, karena mereka akan terjun di
arena pertempuran melawan orang-orang yang sudah
berpengalaman." Ketiga orang itu tidak terlalu lama berada ditempat itu.
Ketika kedua ekor harimau Ki Pandi kembali lagi menemuinya,
maka Ki Pandipun telah mengajak Manggada dan Laksana
kembali ke padukuhan, sementara ia memberikan isyarat
kepada kedua ekor harimaunya untuk tinggal di hutan perdu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang luas dilereng Gunung Lawu yang membatasi lingkungan
persawahan dengan hutan lereng gunung.
Di padukuhan, Ki Pandi pun telah memberitahukan apa
yang dilihatnya kepada Ki Ajar Pangukan, Ki Warana dan Ki
Bekel. Untuk sementara burung elang itu tidak akan melihat
kesiagaan mereka. "Kita justru dapat memanfaatkan waktu," berkata Ki Pandi
"dengan pengenalan yang lebih banyak tentang senjata
mereka, maka orang-orangku akan dapat lebih banyak
berbuat disamping mereka yang sudah berpengalaman."
"Ya. Kita akan menunggu sampai sepekan."
Tetapi meskipun tidak ada seekorpun burung elang yang
sempat terbang diatas padukuhan itu, namun kabar tentang
kesiagaan orang-orang padukuhan itu telah tersebar. Orang-
orang dari padukuhan lain yang melihat apa yang dilakukan di
padukuhan itu menjadi saling bertanya. Apalagi ketika
padukuhan itu kemudian telah menutup diri.
Berita yang berkembang dari mulut-ke mulut itu, menyusup
sampai ke pasar. Bahkan kemudian sampai ke telinga pengikut
Panembahan Lebdagati yang memang sering pergi ke pasar
untuk membeli kebutuhan mereka sehari-hari yang telah habis
dalam persediaan mereka. Tetapi Panembahan Lebdagati
memang sering mengirimkan orang untuk berada ditempat
orang banyak agar mereka dapat mendengar jika ada berita
yang berkembang menyangkut padepokannya.
Ternyata bahwa orang yang berada di pasar itu telah
mendengar berita tentang kegiatan sebuah padukuhan yang
kemudian justru telah menutup diri. Menutup jalan-jalan yang
menuju ke padukuhan itu dari segala jurusan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka berita itu telah menjadi laporannya
pula ketika ia kembali ke padepokan.
Panembahan Lebdagati ternyata tertarik pula oleh laporan
itu. Karena itu, maka iapun lelah memerintahkan orang yang
merawat burung-burung elangnya untuk mengamati keadaan.
"Jika burung-burung itu gagal, maka aku akan mengirimkan
beberapa orang langsung untuk melihat. Tetapi jika elang-
elang itu berhasil, maka setidak-tidaknya burung-burung elang
itu akan dapat menuntun orang-orang kita untuk melihat
padukuhan itu. Sebenarnyalah, hari itu juga dua ekor burung elang telah
terbang tinggi. Keduanya berputaran sambil mengamati
padukuhan-padukuhan disekitar padepokan yang telah
diduduki oleh Panembahan Lebdagati itu.
Beberapa kali kedua ekor burung itu berputaran. Mereka
tidak saja berputar-putar disekitar padepokan, tetapi kedua
burung elang itu berputar pada garis lingkaran yang luas.
Sebenamyalah kedua ekor burung itu sempat melihat
orang-orang padukuhan dan orang-orang padepokan Kiai
Banyu Bening yang berhasil melarikan diri itu. Mereka masih
saja berlatih ditempat terbuka tanpa merasa cemas, bahwa
Panembahan Lebdagati akan dapat melihat mereka.
Meskipun demikian, ketika mereka melihat dua ekor burung
elang terbang berputaran di udara, maka mereka pun menjadi
berdebar-debar. "Akhirnya burung-burung itu datang juga," desis Ki Pandi.
"Satu isyarat bahwa kita harus benar-benar siap
menghadapi segala kemungkinan." sahut Ki A jar Pangukan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami akan melihat-lihat kegiatan di padepokan itu,"
berkata Ki Pandi, "setelah mereka melihat kegiatan kita lewat
mata burung elang itu, apakah mereka menunjukkan kegiatan
tertentu." "Tetapi berhati-hatilah. Bahwa mereka telah mengirimkan burung elang itu berarti bahwa mereka telah mulai dengan satu pengamatan khusus terhadap kita disini," pesan
Ki Ajar Pangukan. Ki Pandi mengangguk- angguk. Namun ternyata ia
minta agar Manggada dan Laksana tidak ikut bersamanya. "Aku akan pergi sendiri.
Jika keadaan memungkinkan, kita akan pergi bersama besok."
Manggada dan Laksana mengangguk mengiakan. Mereka selalu menganggap apa
yang dikatakan Ki Pandi seharusnya mereka lakukan. Kecuali
mereka menganggap bahwa orang bongkok itu adalah
gurunya, kedua anak muda itu juga menyadari, bahwa apa
yang dikatakan oleh Ki Pandi itu pada umumnya sangat berarti
bagi mereka. Demikianlah, maka Ki Pandi pun telah berangkat sendiri
untuk melihat padepokan yang telah melepaskan dua ekor
burung elang itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti sebelumnya, ketika Ki Pandi memasuki padang
perdu, maka kedua ekor harimaunya telah menyongsongnya,
menjilat-jilat tangannya dan menggosok-gosokkan kepalanya
pada kaki Ki Pandi. "Berhati-hatilah," desis Ki Pandi sambil mengusap kepala
kedua ekor harimaunya itu.
Kedua ekor harimaunya itu seakan-akan mengerti kata-kata
Ki Pandi sehingga keduanya berjalan merunduk-runduk disela-
sela gerumbul-gerumbul perdu.
Beberapa saal kemudian, Ki Pandi dan kedua ekor
harimaunya telah berada tidak terlalu jauh dari padepokan. Ki
Pandi tidak melihat sesuatu selain pintu gerbang yang tertutup
rapat. Untuk beberapa lama Ki Pandi mengamati padepokan itu.
Tetapi ia tidak melihat kegiatan apapun diluar padepokan.
Sementara itu dinding padepokan itu berdiri tegak dengan
angkuhnya. Membeku di panasnya sinar matahari.
Namun tiba-tiba saja kedua ekor harimaunya menjadi
gelisah. Mereka memandang ke arah yang jauh.
Ki Pandi yang sudah mengenal sifat kedua ekor harimaunya
selalu memperhatikan sikapnya. Ki Pandipun kemudian ikut
pula memandang kearah yang jauh itu.
Dengan ketajaman penglihatannya, maka Ki Pandi pun
melihat titik-titik yang bergerak di kejauhan. Ternyata dua
ekor burung elang yang melayang-layang. Tetapi tidak diatas
padukuhan yang dipergunakan oleh Ki Warana menjadi
pertahanan keduanya itu. Justru diarah yang berlawanan.
Tentu bukan burung elang yang terbang diatas padukuhan
itu," berkata Ki Pandi kepada kedua ekor harimaunya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua ekor harimau itu memandanginya dengan tajamnya,
seakan-akan mereka ingin mengetahui apa yang dikatakan itu.
Kedua ekor burung elang itu semakin lama menjadi
semakin kelihatan jelas. Keduanya terbang langsung menuju
ke padepokan keduanya berputaran beberapa kali.
Ki Pandi lermangu-mangu sejenak. Tetapi kedua ekor
harimaunya nampak semakin gelisah.
Ternyata kemudian, Ki Pandi itu melihat debu yang
mengepul. Beberapa orang penunggang kuda melarikan kuda
mereka dijalan berdebu menuju ke padepokan.
"Siapakah mereka?" bertanya Ki Pandi kepada diri sendiri,
karena ia tidak akan dapat bertanya kepada kedua ekor
harimaunya. Dengan sangat berhati-hati Ki Pandi beringsut mendekat.
Tetapi pada jarak itu, Ki Pandi memang tidak dapat melihat
wajah orang-orang berkuda itu dengan jelas.
Ki Pandi menjadi berdebar-debar ketika Ki Pandi melihat
pintu gerbang itu terbuka perlahan-lahan.
Apalagi ketika ia melihat bahwa beberapa orang telah
berdiri untuk menyambut orang-orang berkuda iiu. Seorang
diantara mereka segera dapat dikenali oleh Ki Pandi meskipun
dari jarak yang agak jauh, karena ia mengenal orang itu
dengan sangat baik. Panembahan Lebdagati sendiri.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Orang-orang berkuda
itu tentu orang yang dihormati, sehingga Panembahan
Lebdagati sendiri harus menyambutnya dipintu gerbang.


Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk beberapa saat lamanya Ki Pandi menjadi tegang. Ia
melihat Panembahan Lebdagati menyambut orang-orang
berkuda itu. Menurut penilaian Ki Pandi, dua orang diantara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang berkuda itu termasuk orang yang penting bagi
Panembahan Lebdagati. Dengan demikian, maka Ki Pandipun mengerti, bahwa
burung elang yang nampak sebagai titik-titik kecil itu adalah
burung elang yang mendapat tugas untuk menjemput dan
menuntun tamu-tamu Panembahan Lebdagati itu sampai ke
padepokan. Ketika kemudian pintu gerbang itu perlahan-lahan ditutup
kembali, maka Ki Pandipun menarik nafas dalam-dalam.
"Apakah mereka datang secara kebetulan, atau Panembahan Lebdagati memang memanggilnya untuk
menyelesaikan orang-orang yang tersisa dari padepokan Kiai
Banyu Bening yang sempat dilihat oleh burung elang itu?"
bertanya Ki Pandi kepada diri sendiri.
Namun bagaimanapun juga, kehadiran beberapa orang
berkuda itu harus menjadi perhatian mereka.
Dengan demikian, maka Ki Pandi berkesimpulan, bahwa
setiap hari sebaiknya dilakukan pengamatan atas padepokan
itu. Ia tidak dapat melakukannya sendiri. Tetapi bergantian
dengan orang-orang tua yang memiliki ilmu yang tinggi untuk
sementara dirumah Ki Ajar Pangukan itu.
Tetapi terasa hari-harinya tinggal besok atau lusa.
Panembahan Lebdagati tentu akan segera datang untuk
menghancurkan orang-orang yang telah berani membuat
persiapan-persiapan yang tentu akan menentangnya.
Meskipun nemikian, ketika hal itu disampaikan kepada Ki
Ajar Pangukan, maka Ki Ajar telah menyetujuinya. Bahkan Ki
Ajar itu menganggap bahwa pengamatan itu harus dilakukan
setiap saat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka orang-orang di padukuhan itu telah
mengadakan pembicaraan khusus untuk mengatur pengamatan terhadap gerak orang-orang padukuhan.
"Waktunya tentu tidak akan lama lagi," berkata Ki Pandi.
Demikianlah, sejak saat itu, maka bergantian orang-orang
dari padukuhan itu mengadakan pengamatan atas padepokan
yang telah dirampas oleh Panembahan Lebdagati. Ki Warana
telah menunjuk orang-orangnya yang terbaik untuk membantu
melakukannya. Terutama di malam hari. Sedangkan disiang
hari pengawasan itu dilakukan oleh orang-orang tua yang
berilmu tinggi, karena mereka harus sangat berhati-hati.
Dalam pada itu, ketika orang-orang padukuhan itu melihat
beberapa ekor burung elang terbang berputar-putar diatas
padukuhan itu, menjadi berdebar-debar. Tidak hanya dua ekor
seperti biasanya. Tetapi lima ekor burung elang.
"Apa yang akan terjadi"," desis Ki Ajar Pangukan.
"Nampaknya mereka menganggap bahwa waktunya sudah
tiba," sahut Ki Pandi.
"Tetapi tentu bukan hari ini," berkata Ki Ajar.
"Sudah terlalu siang untuk memulai sebuah pertempuran.
Agaknya malam nanti mereka akan bergerak." sahut Ki Pandi.
"Ketika mereka menyerang padepokan itu, mereka lakukan
disiang hari. Dengan satu keyakinan untuk menang, mereka
datang dengan dada tengadah. Disiang hari, maka mereka
akan dapat sedikit mengatasi kesulitan medan."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Medan di
padukuhan ini tentu lebih sulit bagi mereka. Karena itu,
menurut pendapatku, mereka akan datang esok menjelang
matahari terbit." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika sekali lagi Ki Warana membuat perhitungan,
manakah yang lebih baik antara bertahan dan menyerang,
maka Ki Ajar berkata "Kita lebih baik bertahan disini.
Panembahan Lebdagati tidak akan menyerang dengan segala
kekuatannya. Tentu masih ada yang akan ditinggalkan di
padepokan. Jika kita yang datang ke padepokan, maka kita
akan berhadapan dengan segenap kekuatan yang ada di
padepokan, selain kita akan mengalami kesulitan untuk
memasuki padepokan itu."
Ki Warana mengangguk-angguk. Katanya "Baik. Kita
mantapkan sikap kita. Kita akan benahan di padukuhan ini.
Tetapi Ki Bekel harus dapat memecahkan persoalan
perempuan dan anak-anak."
"Ada dua tempat pengungsian," sahut Ki Bekel "di banjar
dan dirumahku. Menurut perhitunganku, kedua tempat itu
akan dapat menampung semua perempuan dan anak-anak di
padukuhan ini." "Pengungsian itu harus segera dilakukan," berkata Ki Ajar,
"burung elang itu merupakan isyarat, bahwa mereka akan
segera bergerak. Jika terlambat, maka akibatnya sangat buruk
bagi mereka." "Baiklah," berkata Ki Bekel "aku akan mulai hari ini juga.
Mereka masih mempunyai kesempatan hari ini dan malam
nanti seandainya benar besok menjelang matahari terbit,
Panembahan Lebdagati akan menyerang padukuhan ini."
Sebenarnyalah, Ki Bekel telah memerintahkan para bebahu
untuk mengatur pengungsian perempuan dan anak-anak ke
banjar dan ke rumah Ki Bekel, tetapi Ki Bekel masih berpesan
"Jangan membuat perempuan dan anak-anak menjadi sangat
ketakutan. Mereka harus yakin, bahwa mereka akan mendapat
perlindungan yang baik. Tidak seorangpun diantara para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengikut Panembahan Lebdagati yang akan dapat menginjakkan kakinya di halaman banjar dan halaman
rumahku itu. Demikianlah, maka pengungsian perempuan dan anak-anak
pun segera berlangsung. Bagaimana pun juga para bebahu
berusaha, namun perempuan dan anak-anak itu menjadi
ketakutan. Sementara itu, laki-laki dan anak-anak muda padukuhan itu
nampak hilir mudik membantu perempuan dan anak-anak
mengungsi. Hanya kemudian mereka pun telah dihimpun
dalam kelompok-kelompok yang akan menyalurkan perintah-
perintah sampai ke setiap telinga. Mereka pun telah membagi
lingkungan tugas mereka. Kecuali dalam keadaan yang
khusus. Dalam pada itu, Ki Warana pun telah menentukan tugas
orang-orang yang menyertainya sampai ke padukuhan itu.
Mereka juga terbagi sebagaimana orang-orang padukuhan itu,
sehingga di-setiap kelompok orang-orang padukuhan terdapat
beberapa orang dari padepokan Kiai Banyu Bening.
Selain daripada itu, maka orang-orang padepokan Kiai
Banyu Bening itupun telah berusaha mengenali medan dengan
sebaik-baiknya. Seperti yang pernah mereka lakukan, maka
mereka akan memanfaatkan medan itu untuk mengacaukan
lawan mereka. Namun dalam pada itu, Ki Ajar Pangukan telah
memperingatkan agar orang-orang tua yang tinggal bersamanya itu menjadi sangat berhati-hati.
"Ada orang baru di padepokan," berkata Ki Ajar.
Ki Warana menarik nafas dalam-dalam. Panembahan
Lebdagati sendiri bersama pengikutnya sudah merupakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan yang sangat besar. Apalagi dengan kekuatan baru
meskipun hanya beberapa orang, maka kekuatan Panembahan
Lebdagati akan menjadi sangat besar.
Meskipun demikian, Ki Warana sudah bertekad untuk
melawannya, apapun yang terjadi. Iapun percaya kepada
kemampuan orang-orang tua yang ada diantara mereka,
karena Ki Warana sendiri pernah mengalami benturan
kekuatan. Ki Warana itu merasa dirinya sama sekali tidak
berarti dihadapan orang tua-tua itu.
Dalam pada itu, burung-burung elang yang berputaran di
atas padukuhan itu, ternyata telah diamati oleh beberapa
orang pengikut Panembahan Lebdagati dari kejauhan. Mereka
mendapat kesimpulan bahwa burung elang itu melihat
kekuatan yang cukup besar tersimpan di padukuhan itu.
Apalagi orang-orang padukuhan itu sengaja tidak menyembunyikan diri dari penglihatan burung-burung elang
itu.#160b Namun para pengikut Panembahan Lebdagati itu masih
juga belum dapat menterjemahkan pengertian kekuatan yang
cukup besar itu dengan tepat.
"Berapa banyak orang yang sempat melarikan diri itu?"
bertanya seseorang diantara mereka yang mengamati burung
elang itu. "Saat itu aku berniat untuk mengejar mereka. Tetapi aku
dan kawan-kawanku telah dicegah. Waktu itu kita menganggap bahwa kekuatan yang melarikan diri itu tidak
seberapa." "Sampai sekarang pun aku menganggap bahwa kekuatan
mereka itu memang tidak seberapa." sahut yang lain "jika
burung elang itu memberikan isyarat bahwa kekuatan di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padukuhan itu cukup besar, maka mungkin burung elang itu
juga melihat kesibukan orang-orang padukuhan itu sendiri."
"Salah kita, bahwa kita belum pernah mengirimkan orang
untuk melihat langsung apa yang mereka lakukan. Menurut
kata orang di pasar itu setiap hari mereka mengadakan latihan
di tempat terbuka." "Satu cara untuk menggertak kita." jawab yang tahu "kita
tidak usah menghiraukan kata orang. Jika kita datang ke
padukuhan itu, maka padukuhan itu akan kita hancurkan. Para
penghuninya yang telah membantu, apakah itu berujud
pangan atau alat apapun, akan kita anggap ikut bersalah.
Mereka akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan
kesalahan mereka." "Hanya ada satu macam hukuman yang dapat Kita berikan.
Hukuman mati dengan cara apapun juga."
Sementara itu seorang diantara mereka berkata "Jika saja
di padukuhan itu ada sepuluh atau lima belas gadis yang
bersih. Panembahan Lebdagati akan dapat menghemat
kesibukannya selama limabelas bulan jika ia benar-benar ingin
memulai lagi dengan menyerahkan korban bagi kerisnya."
Namun dengan nada rendah ia melanjutkan, "tetapi sudah
berasa sebenarnya umur Panembahan."
"Apakah kau kira umur dapat menjadi patokan berapa
tahun lagi ia akah hidup didunia ini" Aku yakin, bahwa
Panembahan Lebdagati masih akan dapat menyelesaikan
tugasnya menyerahkan korban sepanjang seratus kali
purnama. Umurnya tentu masih akan mencapai seperempat
abad lagi" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawan-kawannya hanya mengangguk-angguk saja. Tetapi
memang tidak mustahil bahwa seseorang akan mencapai
umur lebih dari seratus tahun.
Beberapa saat kemudian, maka orang-orang itupun segera
meninggalkan tempatnya. Mereka melangkah kembali ke
padepokan sambil mencoba menemukan kesimpulan yang
akan menjadi laporan mereka kepada Panembahan Lebdagati.
Di padepokan, mereka langsung menyampaikah laporan
pengamatan mereka kepada Panembahan Lebdagati. Sehingga Panembahan Lebdagati itupun mengambil kesimpulan, bahwa ia harus segera bertindak.
"Kenapa kau pelihara kecoak-kecoak itu, Panembahan?"
bertanya seorang yang bertubuh tinggi tegap, berkumis
melintang. Salah seorang dari orang-orang berkuda yang
datang ke padepokan itu. "Aku mengira bahwa mereka tidak akan berbuat apa-apa
lagi. Tetapi ternyata mereka sudah siap untuk membunuh
diri."

Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mumpung aku ada disini" berkata orang berkumis tebal itu
"aku akan ikut bersamamu. Mungkin aku akan mendapatkan
sesuatu yang menarik di padukuhan itu?"
"Apa yang kau inginkan?" bertanya Panembahan Lebdagati.
Orang itu tertawa. Katanya "Apa saja yang menarik
perhatian. Tetapi memang mungkin tidak ada apa-apa."
"Kau masih saja liar" desis Panembahan Lebdagati.
"Kau kira watakku dapat berubah."
"Baiklah Ki Lembu Palang. Jika kau mau ikut bersama kami,
marilah." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kapan kau akan pergi ke padukuhan itu?"
"Kapan sebaiknya menurutmu?"
"Besok kita pergi."
"Kenapa besok" Besok aku sudah berjanji untuk mengadu
delapan ekor ayam jantan. Aku memerlukan yang terbaik dari
delapan ekor ayam jantan itu."
"Berjanji kepada siapa" " bertanya Ki Kebo Palang.
"Kepada orang-orangku. Mereka memerlukan hiburan.
Hiburan yang terbaik bagi mereka adalah menonton adu
ayam. Selain hiburan pertarungan itu akan dapat memberikan
dorongan kejantanan mereka di medan pertempuran."
"Kenapa kau menganggap adu ayam lebih penting dari
menyelesaikan kecoak-kecoak yang mengotori pinggan
nasimu?" bertanya Ki Kebo Palang.
Panembahan Lebdagati menarik nafas panjang. Katanya
"Baiklah, besok aku akan pergi ke padukuhan itu. Menurut
orang-orang itu, mereka mempunyai kekuatan yang cukup
besar." "Bukankah orang yang menyebut dirinya Banyu Bening itu
sudah kau bunuh" Yang tersisa tinggallah para pengikutnya
yang berhasil melarikan diri. Itupun jumlahnya tidak terlalu
banyak. Bukankah kau mengatakan begitu?" bertanya Lembu
Palang. "Ya. Jumlah mereka yang melarikan diri memang tidak
terlalu banyak." "Lalu siapa lagi?" bertanya Lembu Palang.
"Mungkin mereka mempengaruhi orang-orang padukuhan
itu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa artinya orang-orang padukuhan itu?"
Panembahan Lebdagati tersenyum. Katanya "Besok kita
pergi. Besok lusa aku akan mengadu ayam itu."
Keputusan itupun segera diberitahukan kepada para
penglkutnya. Panembahan Lebdagati telah memerintahkan
para pengikutnya untuk bersiap-siap. Bahkan Panembahan
Lebdagati sempat berpesan "jangan terlalu merendahkan
lawan kita. Kita akan dapat terjebak dalam kesulitan. Karena
itu, kita bawa kekuatan secukupnya."
Lembu Palang yang mendengar pesan itu sempat tertawa.
Katanya "Kau cukup berhati-hati Panembahan. Tetapi tidak
ada jeleknya orang berhati-hati. Dengan demikian, maka apa
yang dilakukan akan dapat berhasil dengan sempurna. "
"Beberapa kali aku terjebak dalam kesulitan karena aku
menganggap lawanku terlalu kecil. Aku kehilangan kesempatan pertama untuk menjadikan kerisku keris terbaik di
bumi ini. Kemudian kegagalan yang lain telah merenggut
setiap kesempatanku mendapatkan pusaka terbaik."
Tetapi sekarang kau tidak sedang merebut pusaka apapun.
Kau tidak lebih dari sekedar membersihkan gledeg bambumu
dari kecoak-kecoak yang mengotori isinya. Karena itu, kau
tidak perlu terlalupening memikirkan kesiagaan orang-
orangmu yang aku nilai cukup banyak dan memiliki landasan
ilmu yang cukup. Terus terang, tidak ada padepokan manapun
yang akan dapat menandingi kekuatan padepokanmu ini nanti
jika sudah mapan." Panembahan Lebdagati mengangguk kecil. Katanya"Terima
kasih atas pujian itu. Tetapi aku merasa bahwa aku harus
tetap berhati-hati."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lembu Palang tertawa sambil berkata "Bagus. Aku menjadi
semakin kagum melihat sikap dan pendirianmu. Besok aku dan
kawan-kawanku akan ikut bersama kalian."
(Oo-dwkz-mch-oO) http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Arya Manggada V Mentari Senja Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit, ebook : MCH & Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz. info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID 5 PANEMBAHAN Lebdagati mengangguk-angguk sambil
tersenyum. Dengan nada datar ia berkata,"Terima kasih.
Dengan demikian maka tugas kami akan semakin cepat
selesai." "Aku tahu bahwa kau tidak memerlukan kami" berkata
Lembu Palang"orang-orangmu akan dengan cepat dapat
membersihkan sisa-sisa pengikut Kiai Banyu Bening itu. Jika
aku ikut bersamamu sama sekali bukan untuk membantumu.
Tetapi sekedar ingin melepaskan kejenuhan. Kami akan
sedikit terhib ur dengan pekerjaan yang menyenangkan itu."
"Kau memang gila" sahut Panembahan Lebdagati.
"Sudah beberapa lama jari-jari kami tidak menyentuh
darah segar yang mengalir dari luka" berkata Lembu Palang.
"Setan kau" geram Panembahan Lebdagati.
Lembu Palang tertawa. Katanya "Anak-anak kami akan
dapat kehilangan gairah perjuangan mereka jika mereka tidak
mendapat kesempatan untuk membasahi senjata mereka
dengan darah korbannya" berkata Lembu Palang kemudian.
"Terserah kepadamu. Aku harap bahwa kau dan orang-
orangmu mendapatkan apa yang kalian inginkan." berkata
Panembahan Lebdagati "lusa aku akan menyabung ayam.
Orangku baru saja mendapat tiga ekor ayam yang baik.
Sementara itu sudah ada lima ekor ayam yang disiapkan
untuk memasuki arena sabung ayam itu."
Demikianlah, maka seisi padepokan itupun telah bersiap-
siap. Seperti pesan Panembahan Lebdagati, mereka tidak
boleh menganggap lawan mereka kecil.
Tetapi bagaimanapun juga, orang-orang padepokan itu
tidak melihat seorangpun yang harus mendapat perhatian
khusus dari antara mereka yang berhasil melarikan diri dari
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padepokan yang waktu itu dipimpin oleh Kiai Banyu Bening.
Mungki n satu dua orang padukuhan yang bersedia
membantunya memiliki kelebihan. Mungki n Ki Bekel, mungkin
Ki Jagabaya atau yang lain. Namun mereka tidak akan berarti
apa-apa bagi para pengikut Panembahan Lebdagati itu.
Meskipun demikian, menjelang malam, Panembahan
Lebdagati telah memberikan peringatan-peringatan lagi, agar
para pengikutnya itu berhati-hati.
"Besok menjelang fajar kita berangkat. Kita akan mulai
memasuki padukuhan itu setelah matahari terbit. De ngan
demikian, kita tidak akan terjebak oleh keadaa n medan yang
belum kita kenal. Sebagaimana terjadi di padepokan ini, maka
orang-orang yang melarikan diri itu pandai memanfaatkan
medan, karena mereka mengenal jauh lebih baik dari kita."
Para pengikut Panembahan Lebdagati itu memang
mendengarkan peringatan itu, tetapi sebagian besar diantara
mereka menganggap bahwa sikap berhati-hati Panembahan
Lebdagati agak berlebihan.
"Beberapa kali Panembahan Lebdagati kegagalan.
Bayangan yang muram itulah yang membuatnya menjadi
sangat berhati-hati." berkata salah seorang diantara para
pengikutnya. "Tidak ada salahnya Panembahan menjadi sangat be rhati-
hati. Tetapi kitapun harus ingat, bahwa penggraita Panembahan itu sangat tajam. Meskipun Panembahan secara
wadag belum pernah melihat kekuatan lawan, tetapi
Panembahan seakan-akan dapat mengetahuinya. Karena itu,
maka peringatannyatidak boleh kita abaikan." sahut yang lai n,
seorang yang janggutnya sudah mulai nampak menjadi abu-
abu. Dalam pada itu, maka Panembahan Lebdagati pun segera
memperingatkan pula agar mereka beristirahat. sebaik-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baiknya. Terutama mereka yang telah ditunjuk untuk bersama
Panembahan pergi ke padukuhan yang dianggap telah
menantang isi padepokan itu.
Lembu Palang masih saja mentertawakan sikap Panembahan Lebdagati yang terlalu berhati-hati itu. Meskipun
demikian, ia tidak mengatakan apa-apa lagi tentang persiapan
yang nampak ber-sungguh-sungguh itu.
"Hanya untuk membunuh kecoak," desis Lembu Palang.
Malam itu padepokan menjadi sepi. Para pengikut
Panembahan Lebdagati tidak berkeliaran didalam padepokan.
Seperti yang dinasehatkan oleh Panembahan, maka mereka
pun telah berada di pembaringan. Hanya para petugas khusus
sajalah yang justru mulai bersiap-siap untuk menyalakan
perapian, karena sebelum berangkat didini hari, orang-orang
yang akan pergi ke padukuhan itu akan makan lebih dahulu.
Demikianlah, sedikit lewat tengah malam, maka seisi
padepokan itu sudah terbangun. Mereka mulai bersiap-siap
untuk pergi ke padukuhan.
Orang-orang yang tidak dapat ikut serta karena harus
berjaga-jaga di padepokan, merasa menyesal, kenapa mereka
tidak diikut sertakan membantai sisa-sisa pengikut Kiai Banyu
Bening dan orang-orang padukuhan yang dungu, yang telah
berani menentang Panembahan Lebdagati. Mereka menganggap bahwa tugas yang akan dilakukan di padepokan
itu adalah tugas yang ringan dan menyenangkan.
Demikianlah, menjelang fajar, maka Panembahan Lebdagati telah siap untuk berangkat. Telah terdengar suara
kentongan yang memberi isyarat, semua orang yang akan
berangkat harus sudah bersiap dalam kelompoknya masing-
masing. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Ki Pandi serta Manggada dan Laksana
yang sedang bertugas mengawasi padepokan itu sejak lewat
tengah malam, dapat merasakan kegiatan yang meningkat
malam itu. Ketika lewat tengah malam mereka berada
ditempat yang terlindung dibalik gerumbul perdu, mereka telah
melihat bahwa padepokan itu nampak lebih tenang dari
biasanya. Agaknya di halaman padepokan itu terpasang obor
lebih banyak dari malam-malam yang lewat.
Ketika mereka bertiga melihat asap yang mengepul, maka
mereka bertiga mengambil kesimpulan bahwa ada kegiatan di
dapur padepokan itu. Ki Pandi pun segera memerintahkan Manggada dan
Laksana kembali ke padukuhan untuk memberitahukan,
bahwa kemungkinan besar, orang-orang padepokan akan
menyerang pagi itu. "Biarlah padukuhan itu bersiap. Peringatan, agar api di
dapur pun harus segera dinyalakan. Jika pertempuran itu
menelan waktu yang panjang, tenaga kita akan cepat menjadi
susut. Manggada dan Laksana pun. segera kembali ke
padukuhan, sementara Ki Pandi mengawasi kegiatan di
padepokan itu. Manggada dan Laksana yang memberikan laporan kepada
Ki Ajar Pangukan, kepada Ki Warana dan Ki Bekel, telah
menyampaika n pesan Ki Pandi, terutama kepada Ki Bekel,
bahwa api di dapur pun harus segera dinyalakan pula.
Padukuhan itu pun telah menjadi sibuk pula. Ki Warana
telah membangunkan orang-orangnya dan menempatkan
mereka sesuai dengan rencana. Sementara itu, orang-orang
padukuhan pun telah dibangunkan pula tanpa isyarat sama
sekali. Tidak sebuah pun kentingan yang dipukul untuk
memberikan aba-aba. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak-anak muda yang menghadapi di banjar dan di rumah
ki Bekel telah bersiaga pula menghadapi segala kemungkinan,
sehingga dengan demikian maka perempuan dan anak anak-


Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak mengungsi tidak merasa sangat ketakutan.
Mereka yang bertahan di padukuhan itu pun telah bersiaga
sepenuhnya. Anak-anak yang membawa busur telah mempersiapkan anak panah sepenuh endong yang mereka
bawa Yang lain telah mempersiapkan lembing bambu yang
mereka buat sendiri dengan ujung besi yang runcing.
Ketika langit menjadi merah menjelang fajar, maka Ki
Pandi yang mengawasi padepokan itu melihat pintu gerbang
padepokan telah terbuka. Perlahan-lahan sepasukan pengikut Panembahan Lebdagati telah berderap keluar lewat pintu gerbang
padepokan. Ki Pandi pun kemudian telah bergerak perlahan-lahan. Ia
harus mendapat kepastian bahwa pasukan itu memang
bergerak menuju ke padukuhan.
Dalam kegelapan dilandasi dengan ilmunya yang tinggi Ki
Pandi mengamati gerak pasukan itu, sehingga akhirnya ia
yakin, bahwa pasukan itu memang menuju ke padukuhan.
Karena itu, maka Ki Pandi pun segera bergerak dengan
cepat mendahului gerak pasukan yang maju dengan lamban.
Dalam pada itu, langit pun menjadi semakin merah. Ketika
fajar menyingsing, Ki Pandi sudah ada di padukuhan. Kepada
Ki Ajar Pangukan dan orang-orang tua yang tinggal
dirumahnya, kepada Ki Warana dan Ki Bekel, Ki Pandi
memberikan penjelasan tentang gerakan yang telah dilihatnya.
"Kita harus berhati-hati. Panembahan Lebdagati ternyata
telah membawa kekuatan yang besar. Agaknya ia tidak ingin
menganggap kita terlalu kecil."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka orang-orang yang berada di
padepokan itu telah meningkatkan persiapan mereka.
Sebenarnyalah bahwa Panembahan Lebdagati telah
membawa pasukannya menuju ke padukuhan yang telah
berani melakukan persiapan untuk melawannya.
Beberapa saat kemudian, maka pasukan Panembahan
Lebdagati itu telah menjadi semakin dekat. Beberapa puluh
langkah dari dinding padepokan pasukan itu berhenti,
sementara langit menjadi semakin merah.
Tiga orang, diantaranya adalah Panembahan Lebdagati
sendiri telah melangkah mendekati regol padepokan. De ngan
lantang Panembahan Lebdagati yang kemudian berdiri tegak
menghadap ke regol padepokan itu pun berkata "He, siapakah
yang memimpin orang-orang di padepokan ini untuk
menentang kuasaku?" Yang melangkah kepintu regol yang kemudian dibuka
adalah Ki Warana dan dua orang pengikutnya.
"Aku, Warana." "Apakah kau salah seorang pengikut Kiai Banyu Bening?"
bertanya Panembahan Lebdagati.
"Ya. Aku adalah salah seorang pengikut Kiai Banyu
Bening. Aku dan sekelompok kawan-kawan berhasil lolos dari
padepokan itu dan sempat menyusun kekuatan di padukuhan
ini." "Apakah kau tidak ingat, bahwa Kiai Banyu Bening tidak
mampu melawan aku" Apalagi kau dan pengikut-pengikutmu.
Bahkan seandai nya para penghuni padukuhan ini seluruhnya
ikut membantumu, maka dalam waktu sekejap kalian akan
kami tumpas habis. Karena itu, selagi belum terjadi, aku
perintahkan kalian untuk menyerah. Seperti kawan-kawanmu
yang menyerah di padepokan, mereka kami beri kesempatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menunjukkan kesetiaannya jika mereka ingin hidup
untuk waktu yang lebih panjang."
"Panembahan Lebdagati" sahut Ki Warana "kami sudah
bertekad untuk menuntut balas kematian Kiai Banyu Bening.
Karena itu, maka serahkan orang yang bertanggung jawab
atas kematian Kiai Banyu Bening, agar tidak semua orangmu
akan menjadi korban. Jika orang itu kau sendiri Panembahan,
maka kau harus dengan ikhlas menanggung beban tanggung
jawab itu." "Setan kau" geram Panembahan Lebdagati "kau kira kau
siapa dan berbicara dengan siapa., he?"
"Namaku Warana. Aku salah seorang kepercayaan Kiai
Banyu Bening. Ketika kau membunuh Kiai Banyu Bening, aku
tidak menungguinya. Karena itu, ketika aku mendengar kabar
kematiannya, aku bawa orang-orangku menyingkir, karena
aku yaki n bahwa kau akan memburu kami seperti sekarang
ini. Nah, dalam kesempatan inilah, maka kau akan menerima
beban pertanggungan.jawabmu itu."
"Warana, bagaimana mungkin kau dapat mengalahkan
aku, jika Banyu Bening itu saja tidak mampu melakukannya.
Apakah kau memiliki ilmu melampaui tataran ilmu Kiai banyu
Bening?" "Itu bukan soal, Panembahan. Tetapi kau telah melanggar
hak orang lai n. Karena itu, kau harus dihukum."
Lembu Palang ternyata tidak telaten mendengar percakapan itu. Karena itu, maka ia pun melangkah menyusul
Panembahan Lebdagati. Sambil bertolak pi nggang Lembu
Palang itu berteriak "Kalian menyerah atau tidak?"
Ki Warana termangu-mangu sejenak. Sementara itu, Ki
Lemah Teles yang berdiri dibelakang selapis pengikut Ki
Warana sehingga tidak begitu jelas nampak dari tempat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lembu Palang berdiri, telah berdesis "Bukankah itu Lembu
edan ilu?" Ki Sambi Pitu yang berdiri disebclahnya dan melihat
Lembu Palang dari sela-sela kepala orang yang berdiri
didepannya tertawa pendek. Kalanya "Nah, kau akan bertemu
dengan sahabatmu itu. "Menyenangkan sekali. Sudah lama aku rindukan orang
itu. Sekarang aku dapat menemuinya disini."
"Tetapi berhati-hatilah. Umurmu sudah menjadi semakin
tua." pesan Ki Sambi Pitu.
"Iblis kau. Kau kira umur Kebo edan itu tidak bertambah
tua pula?" Ki Sambi Pitu tertawa. Katanya "Bagus. Ternyata
seumurmu masih juga akan mendapat lawan yang seumur.
Bukankah selama ini kau mengembara mencari musuh, agar
kau tetap yakin bahwa ilmumu masih berada, dalam tataran
tertinggi." "Jangan mengigau lagi! Ilmuku memang masih yang
terbaik sekarang ini" jawab Ki Lemah Teles.
Tetapi Lembu Palang sendiri tidak mengira bahwa diantara
beberapa buah kepala yang berderet di belakang Ki Warana
itu terdapat kepala Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu selain
beberapa orang berilmu tingi yang lain. Apalagi orang bongkok
yang sengaja tidak menampakkan dirinya.
Dalam pada itu, Ki Warana pun berteriak pula, "Tidak akan
ada penyerahan. Kami sudah bertekad untuk melawan.
Bahkan membalas dendam atas kematian Kiai Banyu Bening.
Panembahan Lembdagati. Jika kau ingin para pengikutmu
selamat, maka berlututlah dihadapa nku."
Jantung Panembahan Lebdagati bagaikan dihentak dari
tangkai nya. Penghinaan itu tidak dapat dimanfaatkan. Karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, maka ia pun berkata "Bagus. Kau akan menyesal bahwa
kau sudah menghina Panembahan Lebdagati. Orang yang
berani menyebut namanya tanpa arti, sudah pantas untuk
dihukum mati. Apalagi orang yang telah berani menghinanya."
"Apakah ada hukuman yang lebi h berat dari hukuman
mati?" bertanya Ki Warana.
"Jangan bertanya kepadaku. Ingat, apa yang pernah
dilakukan oleh Kiai Banyu
Bening. Ia sering melakukannya. Menjatuhkan
hukuman yang lebi h berat
dari hukuman mati." "Tetapi kau tidak akan
pernah dapat melakukannya
atasku. Di bawah lidahku tersimpan serbuk racun yang
dibalut dengan selaput lemak yang tipis. Jika aku
harus jatuh ketanganmu, maka racun itu akan tertelan.
Dan kau tidak akan dapat menghukumku." "Pengecut yang licik. Jika
kau ingin membunuh diri, kenapa kau ajak pengikut-
pengikutmu sebanyak itu?"
"Mereka adalah pengikut-pengikut setia Kiai Banyu
Bening. "Panembahan" potong Lembu Palang "apakah kita hanya
akan berbicara saja panjang lebar"
"Aku sudah siap" sahut Panembahan itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, berikan aba-aba. Tanganku sudah gatal.
Aku ingin menebas batang ilalang di padukuhan itu dengan
Pendekar Aneh Dari Kanglam 5 Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Kisah Bangsa Petualang 12
^