Patung Emas Kaki Tunggal 5
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 5
namun permainan cambuk nya yang hebat itu dapat
merintangi rangsakan lawan beginilah pergi datang mereka
saling menyerang dengan serunya sampai puluhan jurus.
S i kurus Ban li bu in masih ungkang ungkang di atas batu
sambil menghirup araknya, terdengar ia menggoda : "Gendut!
Semakin lama kau mak in tidak berguna, di Siau se thian kau
diusil orang, untuk ini alasan cukup setimpal, hati ini kau kau
dipermainkan gadis cilik serunyam ini, benar benar
memalukan, menurut hematku lebih baik kepalamu ditumbuk
keatas batu gunung saja biar mampus!"
Karuan It lun bing gwat berkaok kaok teriaknya "Ban li!
Jangan kau ngoceh belaka, soalnya Lohu tidak melukai gadis
cilik ini, kalau tidak cukup sejurus saja sudah kutamatkan
riwayatnya"." Setelah menenggak araknya Ban li bu in , berseru
tertawa : "Menghadapi seorang nona cilik, tidak malu kau
bicara demikian, memangnya kau ingin menggunakan Thay im
ciang yang jahat. Kini sudah sembilan belas jurus, masih
sejurus lagi, bila kau tidak berhasil akan kulihat cara
bagaimana kau akan tampil dihadapan orang banyak!"
Mendengar seruan ini cepat It lun bing gwat menerobos
keluar dan melompat mundur ujarnya menghela nafas: "Nona
cilik! Kau membuat Lohu celaka, sengaja kau menggunakan
akal mempermainkan aku, Lohu sudah terdesak sehingga
tidak nyangka hari ini jiwaku bakal melayang ditanganmu!"
Lok Sian hong tercengang, serunya : "Aku tidak bermaksud
membunuhmu." "Selama bertanding dengan orang, Lohu pantang dari dua
puluh jurus sebaliknya aku harus bubuh diri saja, sekarang
kita sudah mencapai jurus kesembilan belas masih sejurus
belum tentu aku mampu meringkasnya kau" ai sudahlah,
Lohu tidak ingin dikalahkan gadis cilik lebih baik kuturuti
nasihat setan kurus menumbuk kan gunung saja!"
Habis berkata ia putar tubuh terus menerjang kearah batu
besar di belakangnya. Kaget Lok Siau hong bukan kepalang,
tak terduga olehnya jiwa orang tua ini demikian keras dan
ketus, cepat ayun cambuk hendak menggulungnya kembali, di
luar perhitungan gerakan si orang tua terama, "Blang" telak
sekali kepalanya sudah menumbuk batu.
Sungguh aneh bin ajaib benturan keras itu ternyata tidak
membuat kepalanya pecah malah badannya terpental balik
dan sekali raih ia pegang ujung cambuk Lok Siou hong,
sementara tangan yang lain menekan pundaknya, serunya
sambil bergelak tawa: "Nona cilik, kali ini berhasil kutangkap
kau, mari keatas makan daging panggang."
Seperti bola yang tertendang badannya mencelat naik
keatas batu besar yang tinggi itu meski membawa Lok Siau
hong gerak geriknya masih sedemikian enteng dan gasiran,
tapi baru saja ujung kakinya menginjak ujung batu, tiba tiba ia
menjerit keras lekas ia lepaskan Lok Siau hong yang
dikempitnya. Dengan tenang dan cermat Koan San gwat mengikuti
pertarungan mereka, ia tahu ilmu Silat kedua orang tua ini
sudah mencapai tingkat tinggi, dan lagi dari mulut Ban li bu in
tadi ia mendengar disebutnya Siau se thian, lebih meyak inkan
pula dan dugaannya bahwa mereka adalah tokoh tokoh yang
terdaftar diatas Hong sin pang dari sekian banyak anggota
Liong hwa hwe yang serba misterius.
Lok Siau hong jelas bukan tandingan orang, cuma dalam
pertarungan ini It hin bing gwat tidak mengerahkan tenaga
dalamnya, ia tahu permainan cambuk Lok Siau hong pasti
dapat melayani dengan baik maka ia tidak bersedia membantu
orang. Meski akhirnya Lok Siau hong teringkus, ia masih berlaku
tenang karena ia tahu jiwa cewek itu tidak bakal terancam tapi
dikala Lok Siau hong terbanting jatuh di atas batu besar,
badannya terjerumus masuk jurang yang dalam, baru
sekarang ia kaget, tepat ia melompat kedepan menangkap
gagang cambuk serta menarik sekuatnya, untung jiwanya
dapat di selamatkan. Sambil memegangi sebelah tangan It hun bing gwat berdiri
menjublek diatas batu, sebaliknya Koan San gwat gusar,
bentaknya. "Tua bang, kau tidak tahu malu terhadap gadis
cilik kau bertindak secara keji."
Dengan bingung It hun bing gwat turun dari aras batu,
katanya dengan lesu : "Terserah apa yang hendak kau
katakan! kau ingin berbuat apa kepadaku! Lakukan saja!"
Ban li bu in kelihatan sangat heran, dengan suara penuh
prihatin ia bertanya "Bing gwat, kenapa kau, jelas kau sudah
berhasil, kenapa kau lepas dia pula ditengah jalan."
It hun bing gwat menunduk murung tanpa bersuara,
sebaliknya Lok Siau hong tidak menyadari betapa berbahaya
dirinya tadi, dengan riang ia berseru tertawa: "Koan toako.
Aku menggunaka duri Ling coa diujung cambuk
menusuknya"." Konta Ban li bu in berjingkrak sambil meletakan guci
araknya terus melompat turun teriaknya gusar : "Walaupun
sikap gendut terhadapmu kurang sopan, maksudnya tidak
jahat terhadap kau kenapa kau gunakan akal licik, apa kau
ingin membunuhnya?" Lok Siau hong melengak gusar, semprotnya
"Siapa ingin membunuhnya."
Ban li bu in menggerung serunya : "Bila gendut berkelahi
dengan orang, batasnya dua puluh jurus bila melampaui
batas, dia rela menempuh jalan kematian, sejurus saja
sebetulnya kau tidak mampu melawan dia. Tapi dia suka
kelekar, maka sengaja dia memberi hati kepada kau, tepat
pada jurus kedua puluh baru menundukkan kau, paling dia
paksa kau makan daging panggang itu, sebaliknya kau pakai
akal licik sehinga melampaui batasnya?"
"Kan dia yang membuat undang undang busuk itu, ada
sangkut paut apa dengan aku," demikian jengek Lok Siau
hong, "Kau menuduh aku menggunakan akal licik, cara dia
meringkus aku tadi apakah tidak menggunakan akal licik."
Mulut Ban li bu in seperti disumbat, terdengar It hun bing
gwat menghela napas, ujar nya: "Sudahlah Kurus! terlanjur
banyak bicara tak berguna, aku sendiri yang harus disalahkan
kenapa guyon, akhirnya jiwa sendirilah yang harus
kupertaruhkan!" "Bing gwat!" ujar Ban li bu in dengan haru dan sedih!
"Kematianmu sia sia aku ikut penasaran ?"
"Takdir sudah menentukan begini, apa gunanya penasaran,
bila Sian pang dihidupkan pula masa jayanya,
tergantung kepada mu saja " ai. Sungguh tidak punya nyana
setelah kita rancang bersama sekian lama, dikala tujuan
hampir tercapai, aku harus menerima nasibku yang malang
ini".." Mendengar orang menyinggung, Siau pang, Koan San gwat
menyeletuk: "Tadi kutanya apakah kalian tokoh tokoh yang
terdaftar dalam Siang pang kalian pura pura tidak tahu,
kenapa sekarang mengelu malah apa sebetulnya yang
terjadi?" It lun bing gwat melirik kepadanya, ujar nya: "Bocah! kau
sudah tahu tidak perlu kau banyak tanya!"
"Aku tidak tahu, aku cuma pernah dengar kedua nama itu,
maka aku ingin bertanya supaya paham seluk beluknya,"
demikian sahut Koan San gwat.
"Tapi kami bisa menjelaskan kepada kau memang mulanya
kami orang orang yang bercokol disana, karena suatu
peristiwa nama kami sudah tercoret dalam daftar itu, sebelum
nama kami direhabiliir ( dipulihkan ) tiada hak kamu
mempersoalkan hal ini."
Koan San gwat tercengang tanyanya sesaat kemudian:
"Apakah kau betul betul membunuh diri?"
"Apakah urusanku ini boleh dianggap kelakar belaka?"
semprot It hun bing gwat.
Setelah berpikir Koan San gwat bertanya "Apakah tiada
jalan untuk menambal kesalahan ini ?"
"Meski ada, apa kau kira lohu sudi memerimanya."
"Kalau begitu coba kau jelaskan."
"Kalau lohu tidak ingin mati maka selama hidup ini lohu
harus patuh terhadap setiap petunjuk dan perintah nona culik
ini, coba kau piker apakah aku harus menjadi kacungnya ?"
"Aku tidak perlu kau patuh dan tunduk padaku, urusan
batal saja!" "Tidak bisa Lohu harus tunduk pada sumpah, hal ini tiada
sangkut pautnya dengan kau
"Kalau begitu jadi tiada jalan keluar untuk menolong
jiwamu?" It lun bing gwat dan Ban ii bu in saling pandang dengan
mendelu dan murung, sekian lama mereka bungkam seribu
basa. Maka berkata Lok Siau hong: "Kalau kau harus mampus
kenapa menjublek saja?"
Sahut It lun bing gwat dengan suara lirih, "Lohu sedang
menunggu saat untuk melaksanakan suatu urusan demi
kepentingan, inipun salah satu dari aturan yang menjadi
sumpahku! Bila orang mampu bertahan dua puluh jurus, Lohu
tidak bisa mematuhi perintahnya selama hidup, maka aku
harus mewak ili dia melakukan suatu pekerjaannya, baru aku
bunuh diri !" "Kau memang aneh, untuk mati saja toh menggunakan
cara yang berbelit belit"
It hun bin gwat marah serunya. "Kau kira urusan ini
gampang dilaksanakan" Padahal dalam jagat ini jarang ada
orang yang mampu bertahan dua puluh jurus melawan
kepandaian silatku, kalau kau tidak becus Lohu mana bisa
tipu?" "Jadi ilmu silatmu sudah mencapai taraf yang tiada
tandingan di seluruh dunia ya!"
"Tidak, tapi kalau gebrak benar benar dengan
mengerahkan seluruh kekuatan yak in dalam dua puluh jurus
Lohu dapat menang, kalau menang tak perlu diributkan kalau
tentu jiwaku tak akan selamat. Maka sengaja aku main main
dengan sumpahku itu sungguh tidak nyana hari ini perahu
terjungkal didalam selokan?"
Tiba tiba tergerak hati Koan San gwat, cepat ia berbisik
dipinggir telinga Lok Siau hong, Lok Siau hong tersenyum
girang lalu manggut manggut, katanya kepada It lun bing
gwat: "Katamu kau hendak melakukan sesuatu untukku,
apakah urusan itu ada batasnya?"
"Tidak ada batasnya, apapun akan ku laksanakan sekuat
tenagaku, bila benar benar tidak mampu akan kutebus dengan
kematian?" "Kurasa tidak perlu, urusan yang kuajukan ini sangat
gampang, maka kau harus dengar baik baik."
It lun bing gwat menunggu dengan sikap sungguh sungguh
dan perihatin, Ban li bu in pun mendengar dengan tegang,
maka sepatah demi sepatah Lok Siau hong berseru : "Aku
minta kau menghargai jiwa ragamu sendiri, kalau tidak
terpaksa kularang kau sembarangan mencari kematian?"
It lun bing gwat, melongo sekian lama, lalu memburu maju
dan berseru gugup: "Tidak boleh begitu, hal ini bertentangan
dengan kehendak hatiku sendiri, aku tidak bisa menerima
permintaanmu ini." "Jangan kau lupa, kau sendiri yang membuat aturan itu,
tugasmu hanya menerima perintah dan tiada hak menolak
atau membangkang, untuk selanjutnya, kau harus makan
minum dan hidup seperti biasa sampai hari tua."
It lun bing gwat terlongong, akhir nya berkata lesu :
"Budak kecil kau memang lihay, terpaksa aku harus
menghamba kepadamu selama hidup dan mendengar
perintahmu?" "Apakah kusuruh kau melakukan apapun kau tidak boleh
membangkang?" "Benar," sahut It lun bing gwat manggut manggut, "Ini
berarti aku mengikat diriku dengan ludahku sendiri, selama
hdup aku tidak akan bebas dari belenggu ini."
"Baik! Kalau begitu aku ingin kau menjelaskan seluk beluk
Liong hwa hwe dan Hong sing pang itu."
Berubah air muka It lun bing gwat, mulutnya ternganga tak
bisa bicara. "Perintah pertama sudah akan kau bangkang ya!" dengus
Lo Siau hong kereng. It lun menghela napas panjang, baru ia hendak membuka
mulut, Ban li bu in segera berteriak: "Gendut! Bila kau buka
mulut, maka aku akan melabrakan, karena itulah kewajiban,
aku tidak hiraukan persahabatan kita selama puluhan tahun
lagi." It lun bing gwat rertawa getir, katanya. "Ban li heng, lebih
baik kau bunuh aku saja, supaya aku tidak menderita dalam
melanjutkan hidup ini!"
Ban li bu in angkat telapak tangan nya yang berwarna
kuning emas, It lun bing gwat pejamkan mata dengan tenang
ia menunggu kematian. Lok Siou hong cepat berseru: "Hai
kenapa kau tidak melawan!"
"Kalau Kim hud ciang si kurus dilancarkan aku tidak akan
bisa hidup lagi, perlu apa aku melawan?"
Lok Siou hong tidak percaya, tanyanya "Apakah dia lebih
lihay dari kau?" "Tidak!" Ban li malah yang menjawab, "Thay im ciang
sigendut dapat juga membunuh ku dalam satu gebrak hingga
mampus bersama, tapi aku yak in ia tidak akan berbuat
demikian, karena aku berkewajiban membunuh dia, sebaliknya
dia tiada hak buat membunuh aku."
Lok Siou hong jadi serba salah, cepat Koan San gwat
memberi tanda kepadanya, cepat iapun berkata: "Anggap
batal, aku tarik kembali perintahku tadi, kini kuminta kau ikut
kami meninggalkan tempat ini."
It lun angkat pundak dan menurut saja tanpa bersuara lagi.
Sebaliknya Ban li naenjengek dingin: "Jangan kau kira
dengan membawa sigendut ke lain tempat lantas bisa
mengompres keterangannya. Aku tidak akan melepas dia,
kemana dia pergi kesitu aku datang, setiap waktu ku awasi
gerak geriknya!" "Kalau aku perintahkan mengusir kalian pergi bagaimana?"
ejek Lok Siau hong, "Kalau benar benar harus berkelahi
kekuatan kedua belah pihak berimbang, akhirnya gugur
bersama!" Lok Siau hong kewalahan, terpaksa ia minta bantuan Koan
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
San gwat untuk menentukan langkah selanjutnya.
Agaknya Koan San gwat juga kehabisan akal, setelah
termenung sesaat baru ia berkata: "Baiklah, sementara waktu
biar ikut kita, kelak kita bicarakan lebih lanjut."
Karena ribut ribut ini mereka sudah menghabiskan banyak
waktu, terpaksa mereka putar balik turun gunung, meski
kedua orang tua gendut gering (kurus) ini berjalan kaki,
namun langkah mereka ternyata, tidak kalah cepat dengan lari
kuda dan unta. Waktu mereka sampai dipenginapan Lu Bu wi sudah gelisah
menunggu mereka cepat ia memburu datang terus menyeret
Koan San gwat kesamping tanyanya: "Orang macam apakah
kedua orang itu?" "Harap jangan tanya, apakah bantuan kalian sudah tiba."
"Sudah tiba empat orang, Losiu sudah perintankan mereka
bekerja sesuai dengan pesan Ling cu!"
Koan San gwat merenung sejenak, lalu berkata: "Bagus!
Hari ini kita lanjutkan wilayah Su cwan, kupercaya kalian tentu
sudah tidak sabar menunggu bukan!"
Selama perjalanan Lok Siau hong, Lau Sam thay dan Lu Bu
wi bungkam, dengan penuh perhatian mereka mencongklang
kuda mengintil dibelakang Koan San gwat yang menunggang
unta, sementara It lun dan Ban li berlari dipaling belakang.
Rombongan mereka hari itu tiba dibawah Kiam bun san,
unta sakti yang menuntun jalan tiba tiba mengebaskan
ekornya membelok kesebuah jalan kecil yang menembus ke
atas gunung. Ban li kelihatan gelisah, cepat ia memburu
kedepan menghadang jalan seraya berseru : "Kau tahu tempat
apa yang hendak kau tuju?"
"Aku tidak tahu tempat apa di sana, tapi aku tahu di sana
ada orang yang sedang kucari!" demikian jawab Koan San
gwat tersenyum. Ban li tercengang, serunya serak : "Kau hendak mencari
siapa?" "Seorang yang menggelari dirinya Thian ki mo kun!"
Pucat air muka Ban li bu in, suaranya tersendat "Kau punya
hubungan kental dengan dia ?"
"Mesti pernah bertemu sekali, hubungan kental sih tidak.
Aku kemari hendak menyelesaikan perhitungan kita yang
belum selesai, dan lagi akupun ingin memecahkan beberapa
persoalan yang sangat mencurigakan?"
"Tidak! Bocah bagus! Beberapa nama yang kau sebut
tempo hari tidak akan dapat kau temukan di sana!"
Sejenak Koan San gwat tertegun, dilain saat ia berkata
sambil tersenyum : "Aku tahu tapi hanya Thian ki mo kun
seoranglah yang mampu memberikan penjelasan dan jawaban
kepadaku." Ban li manggut manggut, katanya : "Memang benar, tapi
kau masuk pintu besar sarang iblis itu, jangan harap kau bisa
keluar pula!" "Untuk ini tidak perlu kau pusing bagi diriku, aku tidak
minta kau ikut dalam perjalanan ini, boleh silahkan tinggal
pergi." Ban li bersungut duka, sesaat ia menyingkir lalu
berpandangan dengan It lun. Urusan sudah ketelanjur
terpaksa harus menurut saja.
Di bawah petunjuk sang unta Koan San gwat memanjat
kepuncak gunung, perjalanan nanjak ini rada sempit tapi
banyak juga banyak cabang, begitu rumit simpang siur seperti
sarang laba laba saja, tapi unta sakti itu seperti sudah kenal
jalan, dengan enak saja ia berlenggang maju, setelah belak
belok akhirnya mereka tiba didepan sebuah hutan gelap.
Entah kapan tahu tahu seorang paderi gundul bertubuh kurus
kering tinggal kulit pembungkus tulang berkulit hitam dengan
kedua biji mata berkilat kilat menghadang didepan jalan
masuk sambil merangkap kedua tangan.
Dari atas tunggangannya Koan San gwat menjura serta
menyapa "Toa suhu, harap memberi jalan!"
"Omitohud!" sabda sipadri tua sambil pejamkan mata,
"derita tiada ujung pangkal, kembalilah mencapai tepian, Siau
sekalian harap sampai disini saja."
Koan San gwat tidak hiraukan ucapannya, katanya tertawa
: "Apakah Toa suhu sekomplotan dengan pemilik hutan ini?"
"Pinceng orang beribadah, mana boleh sekomplotan
dengan mereka," sahut padri tua itu sambil menghela napas.
"Lalu untuk apa Toa suhu mencegat jalan kami?"
Padri tua menuding It lun dan Ban li katanya : "Karena
kedua sahabat lama inilah maka Pinceng membujuk kalian
supaya kembali saja"."
"Kepala gundul!" sela Ban li sambil tertawa dingin, "Jangan
kau pura pura saleh peristiwa dulu karena gara garamu, walau
kejadian sudah berselang sepuluh tahun, tapi kami masih
ingat akan kebaikanmu itu, kini kau masih pura pura berhati
baik seperti kucing menangisi tikus belaka!"
Berubah sikap paderi tua katanya pelan : "Terhadap
kejadian pencoretan nama dulu agaknya kalian masih dendam
sampai sekarang?" It lun yang selama ini pendiam tak tahan lagi, dengan
marah marah ia menyemprot : "Sudah tentu! Beberapa tahun
ini kau berusaha tekun maksudnya untuk memainkan nama
baik kami diatas daftar Hong sio pang baru setelah itu kami
akan membuat perhitungan dengan kau kepala gundul."
"Merindukan hidup kembali, nama terkekang terlibat
keuntungan adalah belenggu kehidupan dengan susah payah
Lolap mengeluarkan kalian dari lautan derita, kehidupan yang
bebas betapa menyenangkan, kenapa kalian tidak insaf dan
sesat pikiran malah."
"Cis! Enak benar bicaramu," damprat Ban li bu in, "Kenapa
kau sendiri tidak mengundurkan diri?"
Perasaan si padri kembali tenang, sahutnya : "Lolap
berjanji dan pernah bercita cita hendak memberi keinsafan
kepada seratus delapan anggota, bila sehari tugas ini belum
selesai seharipun Lolap tidak akan merasa tentram?"
"Sudahlah !" ujar Ban li uring uringan, "Sebal bicara deagan
kau, lekas menyingkir saja !"
Paderi tua tertegun serunya : "Andikata kalian tidak sudi
mendengar nasehat Lolap, juga tidak perlu ikut masuk kesana,
bila sampai terjeblos lagi di dalam maka selamanya kau akan
tenggelam dan tidak akan mampu menitis kembali."
"Kepala gandul!" damprat Ban li berjingkrak gusar, "Urusan
kami tidak usah kau turut campur kau mau menyingkir tidak?"
"Ai, nasehat baikku sudah habis kuucapkan kalau kalian
tetap tidak mau dengar Lolappun tidak bisa apa apa demi
menanam kebaikan dengan sahabat lama baiklah Lolap
mengantar perjalanan kalian selintas,"
Habis berkata ia membalik tubuh terus melangkah lebar
kedalam hutan, jubah kasar nya yang longgar dan kedodoran
melambai tertiup angin, bersamaan dengan itu seluruh
seketika memancarkan cahaya kuning mas, sehingga hutan
lebar yang gelap pekat itu menjadi terang benderang seperti
di siang hari bolong, tampak sepajang jalan masuk kini tulang
belulang manusia berserakan dimana mana.
Ban li memandang kepada It lun dengan berubah mukanya,
serunya kejut: "Tidak nyana kepala gundul ini sempurna
melatih Kong bing hoat su."
Koan San gwat kaget dan heran, tanya nya: "Siapakah
Hweaio tua ini, begitu hebat lwekangnya?"
"Dia bernama Co hay ci hang (mengarungi lautan derita)
soal yang lain tidak usah kau banyak tanya lagi."
Koan San gwat memang tidak banyak tanya lagi, unta
dikeprak lekas lekas mengejar kearah sipadri tua yang lain
lainpun membuntut dibelakangnya.
Hutan lebat ini ternyata tidak dalam, tak lama kemudan
mereka sudah menembus keluar, cuma dikala berada dihutan
tadi, mereka merasa hawa dingin menjalar keseluruh tubuh,
bila mereka telah tiba di ujung hutan padri tua tadipun sudah
tidak kelihatan bayangannya.
Dengan keheranan Ban li berkata: "Untung kepala gundul
itu menunjuk jalan, kalau tidak mana kita bisa selamat lewat
Hek sa mo lim ini, sungguh tidak nyana Thian ki si iblis tua itu
makin lama semakin lihai!"
"Iblis tua" Maksudmu Thian ki mo kun seorang iblis tua?"
tanya Koan San gwat heran.
"Bukankah kau pernah ketemu dia?" balik tanya Ban li
heran. "Tidak salah, tetapi Thian ki mo kun yang kutemui adalah
seorang pemuda, nama nya Ki Houw !"
Berubah air muka It lun dan Ban li lama mereka
terbungkam, Koan San gwat tidak tahu kenapa mereka
membisu diri, tapi didepan sudah dilihatnya sebarisan
bangunan rumah yang tegak menjulang ditaburi kabut tebal,
ia segan banyak tanya, unta dikeprak lalu membedal menuju
kearah itu. Waktu mereka tiba didepan deretan rumah itu mereka
dihadang sebuah pigura besar tiggi, diatas pigura terukir
empat huruf "Thian ki piat hu" yang berwarna kuning emas
menyala. Dikedua pinggirannya terdapat dua deret syair
panjang, Koan San gwat mendengus mengejek membaca
kedua bait syair yang takabur dan ugal ugalan maknanya.
Tepat pada saat itu pintu gapura terbuka dari dalam pintu
beruntun keluar sebarisan anak anak kecil seragam hijau,
usianya diantara dua tiga belasan, laki dan perempuan terbagi
rata, seorang bocah yang memimpin segera bertanya dengan
sikap pongah "Kalian setan gentayangan dari mana berani
masuk kemari?" Walau usia bocah ini masih kecil, tapi cara bicara terlalu
kurangajar, kalau Koan San gwat tidak ambil peduli, Lok Siau
hong naik pitam, kontan ia ayun cambuknya dan melecut
keras mengenai pipi bocah laki laki itu.
Dihajar pecut seketika berubah air muka sibocah,
bentaknya bengis: "Perempuan busuk, berani kau pukul aku!"
Sebat sekali tiba tiba tubuhnya berkelebat seperti bayangan
setan menerjang tiba, sudah tentu Lok Siau hong tidak
nenduga, sehingga orang berhasil melesat tiba didepan
badannya, pecut tidak sempat ditarik kembali pula, terpaksa ia
gunakan kepalan tangan yang lain menggenjot kepala
sebocah. Maka terdengarlah bocah itu membentak keras:
"Menggelindinglah turun!"
Tiba tiba tubuhnya mengkeret kebawah menghindar
jotosan Lok Siau hong berbareng ia julurkan sebuah kakinya
menendang kaki kudanya, "Krak krak" beruntun dua kali suara
patah kaki belakang kuda tunggangan Lok Siau hong disapu
patah, karena kesakitan kuda itu berbenger panjang, Lok Siau
hong terjengkang jatuh. Tatkala itu Li lun sudah mendesak maju, sekali ulur telapak
tangannya telak sekali menggaplok kepunggung sibocah,
mulut pun membentak: "Iblis kecil kurang ajar berani kau
mengumbar adat dihadapanku."
Pukulan telapak tangannya ini teramat lihay dan ganas
sekali, kontan bocah laki laki itu membuka mulut
menyemburkan darah segar badannyapun mencelat terbang
setombak lebih, "bluk" terbanting keras den jiwanya pun
melayang. Barisan bocah bocah kecil itu seketika gempar semua
berlari mulur rada jauh. Saat mana kebetulan Lok Siau hong baru melompat
bangun, melihat bocah laki laki itu dipukul mampus oleh Ban li
bu in, ia jadi gusar, sentaknya: "Kau tua bangka ini, kenapa
kau melukai orang?" "Nona cilik," ujar It lun menghela napas, "Karena
selanjutnya Lohu terkekang olehmu, terpaksa harus selalu
melindungi keselamatan, kalau tadi Lohu tidak cepat turun
tangan, mungkin jiwamu sudah melayang karena keganasan
iblis kecil itu?" Belum lagi Lok Siau hong sempat bicara, dari dalam pintu
muncul pula sebaris orang yang keluar adalah laki dan
perempuan yang cukup dewasa, mereka mengunjuk rasa
gusar. Jumlah barisan itu hanya sembilan orang laki
perempuan bercampur aduk, mereka punya pertanda khusus
yaitu selebar muka mereka diselubungi hawa kebengisan, jelas
bahwa mereka bukan orang baik.
Terutama laki laki yang menjadi pemimpin mereka paling
jelek dan culas, jidatnya gundul tumbuh uci uci sebesar kepel
tangan, dengan gerungan gusar ia membentak it lun dan Ban
li: "Kiranya kalian dua mestika yang di keluarkan dari daftar
nama, sungguh besar nyali, berani membuat keributan di Phiat
hu, agaknya sudah bosan hidup ya!"
It lun angkat kepala menegadah kelangit, sedikitpun ia
tidak hiraukan ocehan orang. Ban li pun hanya mendengus
hidung tanpa bersuara, mukanya mengunjuk senyum ejek
menghina. Laki laki itu berteriak pula: "Kenapa kalian tidak bicara?"
It lun lantas berdaling kepada Koan San gwat, serunya:
"Bocah, kaulah yang ingin meluruk kemari, kini saatnya kau
bicara?" Belum lagi Koan San gwat memberi reaksinya, laki laki itu
sudah berteriak lagi: "Aku sedang bertanya kepada kau
berdua!" Tiba tiba It lun mengunjuk rasa gusar, jengeknya "Meski
nama kami sudah tercoret dari daftar, kami tidak sudi bicara
dengan hamba iblis yang rendah!"
"Keparat" maki laki laki itu berjingkrak. "Kau pongah apa"
Apakak kita tidak termasuk tokoh tokoh dalam daftar nama
itu?" It lun tersenyum ujarnya : "Enak benar kedengarannya
sayang kalian sepuluh orang baru memperoleh satu
kedudukan, bilamana hendak angkat bicara dengan kami,
maka pentolan kalian yang harus bicara dengan kami."
Semakin berkobar amarah laki laki itu, teriaknya : "Lotoa
sedang ada urusan didalam!"
"Kalau begitu kami tidak sudi melayani kau !" jengek It lun
sambil menjebirkan bibir.
Baru saja laki laki itu buka mulut hendak berkaok kaok lagi,
Ban li segera menyela sambil menarik muka, katanya "
Diantara Sip toa cu hun (sepuluh sukma gentayangan), aku
hanya kenal rasul baju ungu, jangan kau kira karena kami
sudah tercoret namanya lantas berani main tingkah terhadap
kami, kalau sampai terjadi keributan, kalian sendiri yang
menanggung akibatnya !"
Ancaman ini membawa reaksi diluar dugaan, meski laki laki
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu memperhatikan rasa gusar yang meluap luap tapi tidak
berani bersahut lagi, demikian juga lainnya, cuma mata
mereka melotot semakin besar dan berapi api.
Ban li malah tertawa dan berkata kepada Koan san gwat :
"Bocah! Nama asli keparat itu adalah Tok kak se (badak
tanduk tunggal), kau tahu sebabnya?"
Koan San gwat tidak bersuara, malah Lok Siau hong balas
bertanya : "Kenapa?"
"Karena jidatnya tumbuh sebutir uci uci besar, keras dan
runcing lagi, persis dengan tanduk badak itu, maka ia
memperoleh julukan yang membanggakan itu."
"Tapi kenapa sekarang tinggal tembong nya saja?" tanya
Lok Siou hong, sambil melirik kemuka orang.
Sambil tersenyum geli agaknya Ban li memang sedang
menunggu pertanyaan ini lintas menjawab : "Itulah kisah
yang sangat lucu, dalam perjamuan besar besaran, diantara
hadirin ada sepuluh orang mengadakan lomba membunuh
kerbau, akibatnya tanduk tunggal diatas jidatnya itu dicabut
sampai copot dari tempatnya. Tahukah kau siapakah
pemberani yang mencopot tanduK itu?"
"Tentu kau adanya!" Lok Siau hong sambil membelalakan
mata. Ban li terbahak bahak, serunya: "Nona cilik, kau pintar
benar, sekali tebak kena dengan jitu?"
Saking gusar laki laki itu pucat pias, bekas tembong diatas
mukanya itu malah berwarna merah membara, sekian lama ia
menahan sabar kini tidak tahan lagi, dengan bengis ia
berteriak "Ling Sam kui! kau terlalu menghina orang!"
Ban li juga balas berteriak dengan beringas: "Berani kau
menyebut nama asli Lohu, kau tahu, apa dosamu?"
Bermula laki laki itu tertegun, akhirnya ia nekad, serunya:
"Kau orang yang sudah di usir, memang nama aslimu kiranya
tidak menjadi soal?"
Ban li terkekeh kekeh dingin jengeknya "Bagus! Sekian
lama Lohu maninggalkan Perserikatan ini, kiranya aturan boleh
dirubah sesuka hati, untunglah Thian ki Piat hu justru tempat
perundang undang, nanti Lohu akan cari orang untuk
menanyakan hal ini secara jelas!"
Berubah hebat air muka laki laki itu, dengan kalap ia melejit
sambil ayun kepalan menonjok muka Ban li bu in, Ban li bu in
diam saja ditempatnya, tidak berkelit dan tidak balas
menyerang, mandah dirinya dihantam.
Begitu kepalan lawan mengenai dadanya terdengarlah
suara keras, kontan laki laki itu tergentar mundur beberapa
tindak malah, terdian temannya yang lainnya pun segera siap
siaga. "Wah, kalian handak berontak ya!" It lun segera
membentak maju. Bentaknya ini laksana geledak mengguntur semua orang
melengak dan kuncup nyalinya, semua menghentikan langkah.
Laki laki pertengahan umur itu berteriak : "Para kerabat,
kedua tua bangka ini berani terobos masuk kesini membawa
orang luar pula, dia sudah melanggar pantangan kita, mari
kita menghajarnya, pasti tidak melanggar aturan."
Mendengar anjuran ini teman temannya bergerak lagi
Sekonyong konyong dari dalam pintu berkelebat keluar
sesosok bayangan, yang muncul ini berpakaian sastrawan
berusia pertengahan umur juga, jubahnya ungu, berhidung
betet bermata bundar, wajah nya mengunjuk kekerasan
hatinya. Karena munculnya sastrawan ini, orang yang mulai
bergerak itu menghentikan aksi nya, laki laki pertengahan
umur, cepat maju memapak seraya berkata : "Toako,
kebetulan kau tiba, dua tua bangka ini datang membikin onar
dia membunuh salah seorang Tong cu penjaga pintu,?"
Muka Ban li mendengus, serunya : "Rasul ungu, kau masih
kenal kami?" Sastrawan itu unjuk senyum lebar, katanya : "Kalian adalah
pahlawan dalam serikat kita, meski karena sedikit pertikaian
sampai rercoret namanya, tapi para kerabat masih segan
terhadap kalian, kedudukan kalian masih kosong dan
menunggu untuk dijabat kembali, kita semua percaya
adakalanya kalian akan memulihkan kedudakan dan jabatan
ini?" Ban li mengunjuk tawa lebar, katanya :
"Kalau begitu, agaknya kami dua dua tua bangka belum
menemui jalan buntu sehingga tiada tempat untuk
menempatkan diri kami!"
Rasul ungu tersenyum, katanya: "Anggapan yang tidak
benar, siapapun bila sudah tercantum dalam daftar Hong sio
pang selama hidup menjadi tokoh diagungkan didalam Liong
hwa hwe, kalian sudah memendam diri dan memperdalam
ilmu sekian tahun, kuduga tentu sudah punya persiapan untuk
kembali bukan?" "Ah, kau terlalu mengumpat saja" ujar Ban li, "Walau kami
ada sedikit kemajuan, kami belum kuat menyambut Lui Sam ki
itu!" "Kalian sangat merendah diri, untunglah pertemuan besar
sudah menjelang percaya kalian akan memberi pertunjukan
yang mengejutkan." demikian umpat si rasul ungu.
Mendadak it tun menyela, jengeknya: "Tapi Tok kak se
berani menyebut nama asliku kalau begitu sip toa yu bun
kalian lebih sukses dari Sian pang kami, sejajar dengan para
Hwe cu. Kurasa kalian agak tergess gesa, bagaimanapun
kalian baru boleh mengumumkan berita girang ini pada
pertemuan yang akan datang!"
Rasul ungu kelihatan terkejut, tanyanya "Lohu, apa benar
demikian?" Laki laki pertengahan umur gelagapan, sahutnya "Mereka
menghina orang diluar batas sengaja mengorek boroku buat
olok olok ?" Rasul ungu menarik muka, desisnya: "Lo kau memang
ceroboh! Dulu Hu lo maksudnya Ban li membunuh sapi
mencopot tanduk tidak lah permainan yang diijinkan oleh Hwe
cu, meski hatimu tidak senang, mana boleh kau salahkan Hun
lo, karena itulah permohonan langsung?"
Pucat pias wajah laki laki pertengahan. Sambil unjuk seri
tawa segera rasul ungu menjura kepada Ban li, katanya:
"Sudilah kiranya Hun lo memberi ampun kali ini?"
Ban li tertawa dingin ujarnya: "Waktu nama kita dicoret,
siapa yang memberi maaf kepada kami" Apalagi disini adalah
Thian ki hiat hu, konon Mo kun sudah ajal."
"Benar! Mo kun sudah berangkat ke alam baka, kini
putranya yang melanjutkan jabatan beliau." Demikian rasul
menjelaskan Ban li menghela napas, ujarnya: "Bila Liong hwa
hwe dibuka lagi, mungkin banyak diganggu oleh muka muka
baru !" "Cuma tujuh belas orang sudah ajal, mereka sudah
mencalonkan penggantinya kebanyakan adalah anak murid
perguruan mereka, yang jelas kepandaian dan kemampuan
mereka lebih asor, maka dapatlah diduga pertemuan
mendatang akan jauh lebih ramai."
Tanya Bangli : "Bagaimana calon Mo kun yang baru ini bila
dibandingkan Ki loji" bisakah dia melompat keurutan Sian
pang dan ikut merebut jabatan Hwe cu?"
Rasul ungu menjelaskan dengan bangga: "Mo kun yang
baru ini lebih gagah dalam segala bidang kiranya tidak lebih
asor dari Mo kun yang sudah ajal, untuk jabatan Su tay hwe
cu pasti beliau bisa memperolehnya."
"Maka nya kalian berani mengagulkan diri saat mana
kedudukan jadi sederajar, tak heran To kak se bersikap
pongah memanggil nama asli Lohu, kiranya kalian memang
sudah mempersiapkan diri!"
Berubah air muka Rasul ungu, katanya : "Apakah Hun lo
benar benar tidak sudi memberi ampun?"
"Lohu tidak kuasa untuk memberi keputusan, silahkan
tanyakan langsung kepada Mo kun kalian"
-oo0dw0oo- Jilid 10 Rasul ungu menghela napas, apa boleh buat ia berpaling
sambil angkat pundak, katanya "Losu ! silahkan kau
mengambil keputusan sendiri!"
Pucat muka laki laki pertengahan umur ratapnya:"Toako,
hanya karena urusan sekecil ini, tega kau memaksa adikmu
mati?" Rasul ungu menghela napas, katanya: "Kakakmu yang
bodoh ini sudah tiada tenaga membelamu lagi, kau yang
mencari penyakit sendiri".."
"Kenapa kau tidak tanya Mo kun," teriak laki bertenghan
umur: "Mungkin dia?"
"Tiada guna," tukas Rasul ungu, "Belum lama Mo kun
menjabat kedudukan ini, saat nya dia menegakan
kewibawaan, mana boleh karena kesalahanmu ia melanggar
undang undang dan merubah haluan, kalau kejadian diketahui
olehnya, dosamu lebih berat, lebih baik kau mencari putusan
yang lebih ringan saja !"
Laki laki pertengahan umur membanting kaki, teriaknya
"Tidak jadi soal aku mati, tapi putusan hak ini mengutamakan
keadilan. Kedua tua bangka ini meluruk kemari sambil
membawa orang luar, bukankah dia melanggar hukum yang
lebih besar, aku akan menunggu setelah melihat mereka
dihukum baru aku mati dengan meram."
Rasul ungu berpaling kearah It lun dan Ban li,
pandangannya mengunjuk tanda tanya.
Kata Ban li tersenyum "Rasul sedang menunggu apa?"
"Menunggu penjelasan kalian!"
"Rasul! kau pernah menghadiri dua kali pertemuan besar,
kenapa soal aturan kau semakin bingung, meski ada persoalan
perlu kami lapor kepadamu?"
Berubah air muka Rasul ungu, katanya berpaling "Losu!
Kau sudah dengar nama dan kedudukan, kakakmu tidak
membelamu lagi". cuma kau tidak usah kuatir, mengingat
hubungan kita selama beberapa tahun ini, aku pasti
memperjuangkan keadilan ini."
Laki laki pertengahan umur bungkam tak bersuara, setelah
Rasul ungu mendesaknya, tiba tiba ia jejak kedua kakinya
badan nya melejit jauh kedepan sana berusaha melarikan diri.
Sekali lompat tiga empat tombak tubuhnya melesat lewat atas
kepala Koan San gwat dan lari bagai burung yang ketakutan
daya terbangnya amat pesat sekali, tapi begitu kedua kakinya
hinggap ditanah mendadak langkahnya terhuyung huyung
kedepan terus roboh terkapar dan tidak bernyawa lagi.
Waktu Rasul ungu memburu kesana dilihatnya tujuh lobang
indranya sama mengeluarkan darah segar, punggungnya
tertancap tiga duri hitam, seketika berubah air mukanya
sesaat ia berdiri terlongong.
Sebuah suara berseru dingin dari dalam pintu : "Siau It
ping! Bagus benar didikan mu terhadap para saudaramu!"
Koan San gwat kenal suara Ki Houw, baru saja ia hendak
bersuara, dilihatnya Ban li memberi pelirikan mencegah ia
bersuara. Siau It pang adalah nama dari Rasul ungu itu, dengan
tergopoh gopoh ia balik dan berdiri tegak di pinggir pintu,
sedunya lirih: "Hamba menunggu putusan Mo kun!"
Terdengar tawa dingin dari dalam pintu, katanya :
"Sekarang aku tidak ada waktu buat cerewet dengan kalian,
selanjutnya kau harus memberi gemblengan dan ujian berat
terhadap sisa temanmu itu, kalau masih ada keparat yang
takut mati, kaulah yang harus bertanggungjawab seluruhnya!
Bawa para tamu!" Rasul ungu mengiakan, teman temannya yang lain
mengunjuk rasa takut yang berlebihan.
Hati Koan San gwat teegerak lagi, dari percakapan yang
singkat ini, selapis ia lebih paham tentang berbagai persoalan
Liong hwa hwe tapi timbul pula pertanyaan pertanyaan lain
yang lebih penting lagi. Terutama pemuda yang bernama Ki houw itu, agaknya
memegang satu kekuasaan besar sehingga bawahannya yang
terkenal kejam dan bengis bengis itu tunduk dan takut
kepadanya. Demikian juga Lok heng kun, Lok siang kun dan Liu ju yang
patuh pula akan perintahnya, sebetulnya apakah yang terjadi"
Kalau Liong hwa hwe merupakan organisasi jahat yang
memupuk banyak dosa. Maka gurunya yang berbudi , serta
Hwe thian ya ce Peng kiok jin dan kedua kakek tua ini It lun
dan Ban li mereka bukan orang jahat, tapi kenyataan pun
terdaftar sebagai anggota.
Kalau merupakan perserikatan dari kaum cendikia dan
pendekar, sepak terjang Ki houw yang serba menyeleweng ini
jelas adalah seorang durjana yang harus ditumpas, mana bisa
dia menempati kedudukan yang begitu penting"..
Dalam pada itu Rasul ungu sudah membalik serta berkata
sambil menjura : "Mo kun mempersilah kan para tamu masuk
kedalam!" Baru saja Ban li angkat langkah, tiba tiba Koan San gwat
membentak : "Nanti dulu! suruh Ki Houw keluar menyambut."
Berubah air muka Rasul ungu, serunya mendelik: "Siapa
kau" Berani kau kurang ajar?"
"Kau tanya kepada Ki Houw, dia tahu siapa aku." Kata Koan
San gwat sambil merogoh Bing tho ling, sekali ayun, "Tang"
sekeping lencana kebesarannya itu melesak kedalam daun
pintu besar di dalam sana, lalu dengan suara yang lebih
lantang ia berseru ke arah dalam. "Ki Houw aku tidak perduli
apa kedudukanmu disini, hari ini aku kemari sebagai Bing tho
ling cu untuk menyelesaikan perjanjianmu di Tay san koan
tempo hari kau ingkar janji sudah sepantasnya kau keluar
mohon maaf kepadaku!"
Suasana dalam pintu sunyi senyap Koan San gwat makin
gusar, teriaknya : "Unta terbang! Kau hendak pamer apa
sebagai Bang tho ling cu yang besar dan agung memangnya
aku harus menghadap kedalam ."
Rasul Ungu menunjuk rasa gusar, baru saja ia mengulur
tangan hendak mengeluarkan Bing tho ling dari dalam pintu
mendadak terdengar perintah Ki Houw: "Jangan disentuh!"
perintahkan mengatur barisan kebesaran, Pun coh hendak
keluar. Seketika Rasul ungu mengunuk rasa heran dan tidak
mengerti, sekilas ia pandang Koan San gwat, agaknya ia
kurang paham akan asal usul pemuda yang garang ini tapi ia
tidak berani ayal, lekas ia mengeluarkan dua papan baru jadi
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"plak, plak, plak!" beruntun ia membunyikan enam kali tiada
ketukan. Koan San gwat dan Lok Siau hong sudah pernah dengar
apa apa yang dinamakan Hun Pan liuk con yaitu pertanda
kedatangan Thian ki mo kun.
Sementara sip tau su hun semua berdiri dengan
meluraskan kedua tangan. Hanya Koan San gwat yang masih
tertawa, dengusnya "Pertunjukan tengik dan bermuka muka
belaka!" Rasul ungu melirik kearahnya, tapi tidak berani
bersuara. Dari dalam pintu kembali muncull barisan bocah bocah kecil
tadi, karena kurang satu, pembagian laki perempuan ganjil
dan kurang rajin kelihatannya.
Tapi keadaan dalam pintu masih hening lelap, Ki Hau tidak
kunjung keluar. Setelah menunggu sebentar Koan San gwat menjadi hilang
sabar, teriaknya: "Unta terbang! Kau masih hendak pamer
kekuatan apa lagi?" "Koan San gwat!" terdengar Ki Hou menyahut dingin
"Bersabarlah, tempat ini jangan kau banding Sip yang san
ceng, segala gerak gerik disini harus mementingkan jabatan
dan aturan!" "Adanya barisan tetek bengek ini menunjuk jabatanmu
sudah cukup besar, masih main ulur waktu apa lagi?"
Ki Houw tidak hiraukan dia lagi, tiba tiba ia berteriak lebih
keras: "Siau It ping, kihitung dari satu sampai sepuluh, bila
kau belum bisa menyelesaikan tugasmu, terpaksa kepalamu
lah yang harus menebus dosamu!"
Rasul ungu mengunjuk rasa bingung dan gelisah kepalanya
celingukan kian kemari, tidak tahu dimana letak kesalahan,
sementara hitungan dari dalam sudah dimulai, setiap hitungan
laksana pentung besi mengetuk ulu hatinya. Dikala hitungan
sampai angka enam keringat dingin sudah membasah kuyup
seluruh badannya, para Yu hun yang lainnyapun ikut menjadi
tegang dan menanti perkembangan selanjutnya.
Dari dalam pintu terdengarlah hitungan angka "Sembilan"
tiba tiba tergerak hati Rasul ungu, sebat sekali ia melesat
terbang kesaping seorang bocah perempuan, telapak
tangannya mengeprak kebatok kepalanya. Disaat jazat
perempuan itu terkapar roboh, kebetulan terdengar hitungan
angka "Sepuluh" dari dalam pintu.
Koan San gwat dan Lok Siau hong beramai melongo, dari
dalam pintu kelihatan bayangan Ki Houw sedang melangkah
keluar, ia mengenakan pakaian kebesaran sutra bersulam
indah, sikapnya jauh berlainan dengan tingkah laku waktu
berada di Si yang san ceng tempo hari.
Tiba di tengah barisan itu tersenyum sembari kerkata:
"Untung kau bertindak cekatan kalau tidak mayat ditanah ini
mungkin kau sendiri adanya!" sambil bicara tangannya
menuding mayat perempuan cilik yang hancur batok
kepalanya, sikapnya wajar seperti tidak terjadi apa apa.
Koan San gwat tidak kuasa mengendalikan amarah lagi,
teriaknya keras : "Ki Houw! Kau " bukan manusia"."
"Saudara terlalu mengumbar napsu, kejadian ini tidak bisa
salahkan aku, aku sudah merendahkan permintaanku"."
Saking marah Koan San gwat tidak kunjung mengeluarkan
suara, telunjuknya masih menuding orang, sementara bibirnya
bergerak gerak. Ki Houw acuh tak acuh, ujarnya: "Sesuai jabatanku
sekarang, seharusnya perlu delapan pasang barisan anak
kecil, tapi satu sudah terbunuh sehingga Propesi seharusnya
lengkap menjadi ganjil aku menurunkan perintah membunuh
satu diantaranya supaya klob, hal ini sudah merendahkan
derajat, jadi kalau diusut kalian yang harus berranggung
jawab." It lun bin gwat garuk garuk lalu bersuara: "Soalnya
terpaksa Lohu membunuh salah seorang barisan Mo kun,
karena dia melancarkan Thian mo ci (jari iblis langit) terhadap
Nona Lok"." "Memang setimpal kematiannya itu, tapi apa Bing gwat
tidak terlalu mencampuri tetek bengek ini." sindir Ki Houw.
It Iun batuk batuk lagi, lalu katanya:" Mati hidup nona Lok
secara langsung menyangkut kepentingan Lohu, tindakan
Lohu tadipun demi urusan besar dibelakang hari sebab sampai
sekarang Lohu belum memperoleh ahli waris, jikalau sampai
ajal, mungkin jabatan di Sian Pang menjadi kosong."
"Cara bagaimana Bing gwat yang bisa mengikat hubungan
mati hidup dengan nona cilik ini?"
"Kau jangan ngaco belo!" semprot Lok Siau hong gusar,
"Dalam suatu pertandingan dia kukalahkan maka harus patuh
dan mendengar perintahku!"
Ki Houw bersuara heran, "Ada kejadian begitu" Mungkin
usia Bing gwat yang sudah terlalu lanjut, lwekangnya sudah
susut, tidak seperti dulu"."
Kata Bing gwat sambil menahan gelora harunya "Kekalahan
Lohu tiada hubungan dengan lwekang semua ini sudah
ditakdirkan oleh Thian! Mo kun tidak usah membakar
amarahku, dalam Liong hwa hwe kelak, Lohu akan beri
kesempatan mohon petunjuk pada Mo kun, tapi sekarang
Lohu tidak akan terjebak dalam tipu daya Mo kun!"
"Memang Bing gwt yang tidak malu sebagaai lombok tua
yang pedas, maksud baik ku menjadi sia sia belaka, dalam
Liong hwa hwe yang akan datang semestinya Pui cun akan
mencalonkan dua sahabat baikku!"
It tun melengos tidak meladeninya lagi. Terpaksa Ki Houw
berpaling kepada Koan San gwat serta berkata : "Sungguh aku
harus minta maaf karena tidak hadir dalam perjanjian di Tay
San Koan, tapi istriku sudah mewakili aku, sedikit banyak
sudah menberi pertanggungan jawabku, ilmu sakti saudara
memang tiada bandingan, sungguh harus dipuji hari ini
saudara meluruk kemari, entah ada petunjuk apa?"
"AKU TUNTUT pertanggungan jawabmu tentang lencana
Unta terbangmu." "Bukankah aku suduh patuh akan permintaan mu, sebelun
kami menentukan menang dan kalah aku tidak akan
menggunakan Lencana Unta terbangku."
"Bagaimana pula perhitungan Puluhan jiwa murid Cong lam
pay?" "Itu adalah urusan istriku dengan pihak Ciong lam pay tiada
sangkut pautnya dengan aku dan kau !"
"Siapa bilang tiada sangkut pautnya. Aku sudah menerima
permintaan pihak Ciong lam pay untuk menuntut balas bagi
anak murid mereka." "Saudara memang suka campur urusan orang lain. Kalau
begitu kau harus membuat perhitungan dengan istriku,
sekarang istriku sedang menunaikan tugasnya tidak bisa
melayani kau, apakah saudara sudi menunggu beberapa hari?"
Koan san gwat melengak, sikap Ki Houw tenang dan dingin
"Tidak lama, dalam waktu yang pendek tentu kami akan
memberi keputusan kepada saudara, dan lagi persoalan
lencana kami beduapun perlu dibereskan sekalian."
Koan San gwat menerawang bagaimana ia lantas
menghadapi keadaan selanjutnya. Terdengar Ki Houw sudah
mengajukan pertanyaannya lebih dulu : "Dari jauh saudara
meluruk kemari, bukankah kau hendak mencari jawabanku ?"
"Benar," sahut Koan San gwat manggut. "Apa itu Siau se
thian, Liong hwa hwe dan Hing sin peng segala, bisakah kau
member penjelasan selengkapnya kepadaku ?"
"Sudah tentu boleh! Tapikau harus member tugas umumku
lebih dulu !" "Tugas apa?" Kata Ki Houw sambil menuding tangannya. "Orang orang
yang tiada sangkut pautnya dengan urusan ini harus disapu
bersih. Saudara sendiri yang membereskan atau aku yang
mewakili kau!" orang yang di tunjuk adalah Lu Bu wi dan Lau
Sam thay, biji matanya memacarkan napsu membunuh.
Karuan kaget Koan San gwat bukan main, cepat mundur
beberapa langkah menghadang didepan mereka.
Rasul ungu pimpin delapan saudaranya meluruk maju
mengurung mereka. "Sret!" Siau It ping mengeluarkan
sebatang kipas sempit dari lengan bajunya, sambil merangkap
tangan ia member hormat kepada Koan San gwat katanya :
"Harap tuan menyingkir saja !"
Koan San gwat mendengus, dari punggung unta ia
turunkan patung mas nya, sambil melintangkan di depan dada
ia berkata : "Mereka adalah sahabatku, kalau saudara hendak
menghadapi mereka, terlebih dahulu harus menghadapi aku?"
Dari samping Ki Houw tidak memperlihatkan reaksi apa
apa, beberapa kali Rasul ungu berpaling kearahnya, namun ia
tetap diam saja terpaksa ia ambil keputusan sendiri " "Kalau
tuan berkata begitu, terpaksa aku yang rendah mohon maaf
terlebih dulu !" Koan San gwat acungkan paturg masnya sambil tertawa,
katanya "Silahkan orang she Koan berani meluruk kemari
memang sudah bertekad untuk mati, cuma aku tidak nyana
apa yang dinamakan Hwi tho ling cu kira nya seorang
pengecut yang suka menyembunyikan diri dan penakut ?"
Berubah air muka Ki Houw, tapi ia tidak bersuara. Rasul
ungu tiba tiba menggerakkan kipas merangsak maju, kipasnya
mengetuk dada Koan San gwat, lekas Koan San gwat dorong
patung emasnya kedepan "Trang" kipas tersampok balik.
Tersentak Rasul ungu dibuatnya, teriaknya. "Sungguh
hebat kekuatan saudara."
Belum lenyap suranya kipasnya bekembang dan mendadak
tertutup pula, sekonyol konyong menutuk, tiba tiba memapas,
tahu tahu memotong mendadak menusuk pula, kipasnya
mempertunjukan tipu permainan empat macam senjata tajam
yang berlainan, yaitu pedang golok, potlot dan gantolan,
banyak perubahan dan sulit diraba seluk beluknya.
Dengan patung naasnya yang berat Koan San gwat
menghadapi serbuan lawan dengar tenang dan mantap,
patung emas berkaki satu yang berat dapat diputar dan di
mainkan seperti sebatang dahan pohon ringan, tiga puluh
jurus sudah berselang, keadaaa masih seru dan belum ada
salah satu pihak yang menunjuk kelemahan.
Agaknya Rasul ungu menjadi tidak sabar tiba tiba ia
berpaling dan memberi aba aba "Kalian jangan nganggur saja"
Dari barisan temannya segera melompat keluar dua
perempuan pertengahan umur, seorang bersenjata tongkat
gaman, seorang yang lain adalah sebilah pedang. Kedua dua
nya melompat ketengah gelanggang siap mengeroyok.
"Goblok" tiba tiba Rasul ungu berteriak gusar. "Siapa suruh
kalian bantu aku!" Semula kedua perempuan itu melongo, tapi sekilas berpikir
mereka lantas paham, orang yang menggunakan tongkat
lantas menerjang ke sana mengemplang batok kepala Lau
Sam thay dengan tongkatnya, daya serangannya sungguh
hebat, sementara seorang yang lain menusuk kearah Lu Bu
wi. Sejak tadi Lau Sam thay sudah siap tempur, merasakan
situasi amar serius, maka begitu tongkat lawan mengemplang
tiba kontan ia membarengi dengan bacokan goloknya.
Terdengar suara gamerentang dari gelang tembaga diatas
goloknya itu. "Trang!" sejalur kekuatan yang maha dahsyat
menerjang dirinya, meski goloknya tembaga tidak kutung, tapi
tidak kuasa memeganginya lagi, gaman nya terbang dari
cekatannya. Dipihak lain, keadaan Lu Bu wi justri lebih mending, meski
ia bertangan kosong jelek jelek seorang Ciangbunjin suatu
aliran pedang pengalaman tempurnya cukup luas, dari gaya
permainan pedang lawan, ia dapat mengukur bahwa ilmu
pedang Perempuan pertengahan umur ini belum mencapai
taraf yang sempurna. Maka dia tidak menghindar dari daya
serangan lawan, lekas ia doyongkan atas tubuhnya
kebelakang menghindari pedang lawan, berbareng tangannya
berputar balik, dengan kedua jari tangannya menutuk sendiri
tulang penyerangnya itu. Perempuan itu tidak kira bila permainan lawan begitu
lincah, cepat ia merubah tusukkan menjadi tabasan
maksudnya hendak memapas jari musuh, akan tetapi gerakan
Lu Bu wi lebih cepat setindak, Kedua jarinya menyelonong
lebih cepat, telah menjuwil urat nadinya. Perempuan itu
merasa seluruh badan kesemutan, pedang yang dipegangnya
mencelat dan berpindah ketangan Lu Bu wi.
Dua yu hun ( sukma gentayangan ) yang menyergap satu
menang dan yang lain roboh sudah ada hubungan erat
dengan kedua lawan mereka, tapi bagaimana juga situasi
banyak mempengaruhi keadaan. Kalau perempuan,
bertongkat mau melukai musuh, tapi niatnya tidak terlaksana
Lu Bu wi mampu melukai lawan tapi tidak dilaksanakan.
Berubah air mula Ki Houw, bentaknya beringas: "Gentong
nasi semua!" Beberpa patah kata itu menbuat anak buahnya mengkerut,
Rasul ungu lantas terus menempur Koan San gwat segera
berhenti mundur kebelakang tak bergerak lagi Ki Houw
tertawa dingin, jengeknya: "Siau it ping! Dengan kepandaian
cakar ayam kalian, entah bagaimana Sip tay yu hun bisa
terpilih dalam kedudukan sekarang."
Membuka muka rasul ungu, sahutnya tersekat, "Lapor Mo
kun! kami bersepuluh tamat dari satu perguruan, masing
masing mempelajari ilmu tunggal, Tok kak se rada kuat"
delapan yang lain "."
"Kau masih mending, yang boleh dikata gentong nasi
melulu!" dengus Ki Houw.
Rasul ungu bersikap takut takut sahut nya: "Suhu
almarhum meninggal terlalu pagi sembilan sute dan sumoay
terpaksa aku yang menghajar mereka, hamba sendiri yang
tidak becus mendidik mereka."
"Aku tidak peduli urusanmu, maka aku jadi curiga
bagaimana dulu kalian bisa terpilih dan bercokol dalam
kedudukan sekarang!"
"Kami Suheng sumoay meyakinkan barisan yang harus
dilancarkan bersama pada waktu itu kami lulus ujian yang
dilakukan oleh para Hwe cu, karena itulah secara beruntung.."
"O, jadi begita duduk perkaranya. Coba sekarang kalian
pertontonkan kepadaku."
Rasul ungu serba sulit, sahutnya : "Tok kak se dihukum
mati oleh Mo kun, sepuluh kurang satu, barisan ini jadi
goncang dan tidak bisa dikembangkan dengan sempurna!"
Ki Houw diam sebentar lalu berkata Sambil manggut
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
manggut: "Ya batalkan sudah, biar kucari orang menempel
kekuranganmu itu." Baru sekarang perasaan Sip tay yu hun tadi longgar dan
lega pula. Sekarang Ki Houw bicara dengan Koan San gwat, "agaknya
kau menyaksikan bahwa aku tidak berani menempar kau.."
"Berani atau tidak, hatimu sendiri dapat menjawab!"
Wajah Ki Houw berselubung hawa kelabu desinya sinis :
"Hari ini aku tidak akan menantang berkelahi! Tapi bukan
karena takut pada kau, sebab apa aku tidak bisa menjelaskan,
tapi boleh silahkan kau tanya mereka berdua." dengan
telunjuk ia tuding Ban li dan It lun.
It lun segera memberi kesaksian: "Benar Mo kun punya
kesulitan sehingga ia tidak leluasa.bertading ini."
"Mungkin kalian tahu trik kelemahan ku ini, maka berani
menerobos kemari membawa orang luar menbuat keributan
lagi." Cepat It lun menjelaskan, "Mo kun jangan sembarangn
menuduh, bukan Lohu berdua yang membawa orang luar
kemari, sebaliknya kami diseret orang kemari!"
"Membual belaka! keculi kalian siapa dapat menemukan
tempat ini!" damprat Ki Houw.
"Aku!" sahut Koan San gwat lantang, "Akulah yang
menemukan tempat ini, dan aku yang membawa mereka
kesini!" Ki Houw tidak percaya, terpaksa Koan San gwat
menjelaskan, katanya menunjuk untanya : "Mau percaya tdak
terserah! Aku dibawa kemari olehnya, dia dibawa Khong Ling
ling. Ketahuilah untaku ini mempunyai kemampuan yang luar
biasa, yaitu pandai menguntit jejak orang, meski kau berada
jauh ribuan li, bila pernah mencium bau badan orang itu. Pasti
dapat ditemukan jejak orang itu"."
Ki Houw tersenyum ejek:" Memangnya dia dapat
membedakan alat alat rahasia dan seluk beluknya, sehingga
mampu melewati hutan gelap dan tiba disini dengan selamat?"
Untuk pertanyaan ini Koan San gwat tertegun dan sedang
berpikir apakah perlu menjelaskan, Ban li sudah mewakili dia,
serunya "Bukan begitu kejadian sesuguhnya Go hay ci heng
menggunakan Kong ting hoa sin, menuntun kami melewati
hutan pekat itu." "Hwesio keparat itu, begitu besar nyali nya!" maki Ki houw
mengeretak gigi. "Kalau Mo kun penasaran silahkan mencari perhitungan
padanya!" demikian sindir Ban li.
"Cepat atau lambat pasti akan datang hari yang kunanti ini
" desis Ki houw. Karena Hwesio tua itu pernah membantu dirinya secara
diam diam, dalam hati ia berterima kasih, masa ia segan
menjelaskan kepada Ki Houw kini setelah mendengar Ban li
menjelaskan dengan nada mengadu domba Koan San gwat
jadi merasa jijik dan memandang rendah martabat siorang tua
ini, rasa simpatiknya semua tersapu bersih, maka dengan
amarah meluap ia berteriak: "Ki Houw! Urusan Liong hwa
hwe, sebenarnya kau mau menjalankan tidak?"
"Sudah tentu ingin kujelaskan! Soalnya apakah kau suka
mendengarkan?" "Dari tempat ribuan li aku meluruk kemari, tujuanku
hendak membongkar teka teki ini kenapa tidak suka dengar?"
Sambil menuding Lu Bu wi dan Lau Sam thay, Ki Houw
berseru: "Kalau begitu kau harus melenyapkan mereka lebih
dulu!" "Tidak mungkin!"
"Kalau begitu aku tidak bisa menjelaskan!" ujar Ki Houw
angkat pundak. "Menurut aturan orang luar yang mengetahui
seluk beluk ini harus dibunuh!"
"Pembual! Aku bukan orang Liong hwa hwe, kenapa kau
sudi memberitahukan aku?"
"Kau lain! kau ahli waris Tokko Bing, cepat atau lambat kau
pasti tercantum didalam Pang?"
"Kau salah!" tukas Koan San gwat. "Aku tidak akan menjadi
anggota namakupun tidak akan tecantum disana. Kalau aku
perihatin akan seluk beluk hal ini adalah karena guruku. Meski
aku tidak tahu menahu tentang Liong hwa hwe, tapi sepak
terjang yang misterius dan aturan aturan yang kejam dapat di
pastikan, bahwa Liong hwa hwe adalah kumpulan setan"."
Ki Houw tertawa tebar, ujarnya : "Lebih baik jangan kau
berpandangan cupat, masuk atau tidak kedalam daftar bukan
kau yang putuskan. Banyak anggota Liong hwa hwe yang
tidak ingin tercantum namanya namun mereka tidak berani
menolak, malah yang namanya tercoretpun akan berusaha
memulihkan nama baiknya, umpamanya mereka berdua?"
Koan San gwat bertanya, "Benarkah begitu?"
"Benar." It lun menyahut lirih : "Lohu memang tidak rela,
namun terpaksa harus jadi anggota. Setelah nama kami
tercoret kami masih giat berlatih dan memperdalam ilmu,
tujuan untuk kembali memperoleh kedudukkan diatas Pang,"
"Kenapa begitu?" tanya Koan San gwat heran.
Mulut It lun sudah terbuka sekian saat akhirnya ia
menyahut perlahan : "Lohu ingin menjawab pertanyaan ini
tapi Lohu tidak tahu kenapa?"
Kata Koan San gwat kurang percaya : "Mana ada aturan
demikian didunia ini".."
"Kalau kau terjun didalam, kau akan paham sendiri !"
Koan San gwat hendak mengajukan pertanyaan lagi, Ki
Houw sudah menyela dengan tidak sabar, "Sebetulnya
bagaimana keputusanmu?"
Maka Koan San gwat ambil putusan tegas, sahut : "Aku
ingin mendengar seluk beluknya, kedua arang ini akulah yang
bertanggung jawab! Mereka pasti tidak akan membocorkan
rahasia"." "Warga Liong Hwa hwe hanya boleh bertanggung jawab
kepada dirinya sendiri."
Tapi dengan congkak Koan San gwat berkata "Segala
urusan pasti ada asal mula nya menurut angapanku aturan
aturan tengik itu perlu diganti saja."
"Bagus" puji Ki Houw. "Tekadmu patut dipuji, agaknya aku
harus memberi kelonggaran kepada kau, mari silakan, kita
bicara didalam saja."
Rasul ungu tiba tiba berkata: "Mo kun kedudukan dan batas
batas aturan tidak memberi peluang untuk kau memutuskan
hal ini." Mendelik mata Ki Houw dampratnya: "Sian it ping! Apakah
kau sedang bicara dengan aku ?"
Rasul ungu gemetar dan tergagap tak mampu menjawab
cepat Ki Houw angkat tangan menyilahkan tamunya, sinar
matanya memancarkan hawa membunuh. Koan San gwat
hanya tersenyum saja katanya: "Jangan main licik, anggapmu
aku tidak tahu maksud hatimu?"
"Syukur bila kau paham! silahkan" lalu ia mendahului
melangkah masuk kedalam pintu, kedua baris bocah bocah
kecil itu menguntit dibelakangnya, terakhir tinggal si Rasul
ungu itu yang masih menunggu diambang pintu.
Lu bi wi berkata: "Ling cu! Losiu kuatir didalam diatur tipu
daya untuk menjebak kita!"
"Memang! tapi maju lebih selamat dan pada mundur!"
sahut Koan San gwat. "Apa maksud ucapan Ling cu?" bertanya Lu Bu wi tidak
mengerti. Kata Koan San gwat: "Aku menyesal membawa kalian
berdua masuk kedalam pertikaian ini, tapi urusan sudah
terlanjur, meski sekarang masih ada kesempatan mundur, tapi
mereka pasti tidak tinggal diam, mereka di pihak gelap kita
menjadi empuk belaka, ada istilah lebih baik nekad menerjang
masuk, mari kita lihat apa sih yang terdapat didalam sana?"
"Kalau begitu terserah perintah Ling cu," kata Lu bu wi.
Lau Sam thay menimbrung: "Jiwaku ditolong oleh Ling cu,
selanjutnya apa yang Ling cu ingin lakukan bolehlah"."
Dengan langkah lebar Koan San gwat mendahului masuk
kedalam pintu, unta sakti juga mau ikut, segera Koan San
gwat menepuk lehernya seraya berkata : "Sahabat tua, kau
tunggu saja disini, jikalau aku tidak bisa ke luar, kau tahu
bagaimana kau harus berbuat bukan?"
Unta sakti manggut manggut. Maka rombongan mereka
lantas lenyap dibalik pintu.
Di dalam ruang pendopo yang amat luas, banyak orang
sedang duduk berkeliling, mereka duduk berhadapan satu
sama lain . Lok Saiu hong duduk disamping Koan San gwat,
sebelahnya Lu Bu wi dan Lau Sam thay, dibelakang mereka
duduk pula Ban li bu in dan It lun bing gwat, mereka duduk
setengah bundar. Dihadapan mereka Ki Houw, hanya Rasul ungu yang berdiri
tegak di dampingnya, setelah hening sejenak, Ki Houw mulai
buka suara, katanya : "Apa saja yang ingin kau ketahui?"
Koan San gwat berpikir sebentar lalu bertanya "Dimanakah
Siau se thian berada?"
Di puncak Sin li hong di gunung Bu san dalam kabut mega
nan putih!" "Apakah guruku juga ada di sana?"
"Sudah tentu! Dia sudah satu Hwe cu periode yang lalu."
"Untuk apa dia berada disana?"
"Menikmati hidup bahagia."
"Apa gerangan yang terjadi dengan Liong hwa hwe?"
"Sebuah serikat atau organisasi yang sangat rahasia dan
menakjupkan, anggotanya segala golongan dari tokoh tokoh
silat aneh berbagai tempat, hanya beberapa gelintir orang
punyu nama, di Kangouw, umpamanya gurumu adalah salah
satu diataranya?" "Masih ada siapa lagi ?"
"Hal itu tidak bisa kujelaskan!"
"Apa pula yang terjadi dengan Hong sin pang ?"
"Liong hwa hwe ada seratus delapan anggota, terbagi Sian
( dewa ), Mo ( iblis ) dan Kui (setan ) san pang (tiga tingkat).
Sian pang ada tiga puluh enam, Mo pang ada tujuh puluh dua,
kedua pang jni dinamakan Hong sin pang. Masih ada lagi wakil
pang. Ia yang disebut Kui pang, para petugas macam Sip cay
yu hun dan lain lain itu termasuk anggota Kui pang".."
Apa yang didengarnya persis dan hampir sama dengan
dugaan Koan San gwat semula, maka ia bertanya lebih
mendalam: "Bagaimana membedakan Mo pang dan Kui pang
?" "Menurut kepandaian silat mereka, yang berkepandaian
tinggi masuk daftar Siang pan, kalau sedang masuk Mo pang,
kalau lebih jelek lagi Kui pang, tapi dalam hal ini ada batas
yang cukup keras. Liong hwa hwe membuka rapat anggota
setiap dua puluh tahun sekali, pada waktunya tentu terjadi
banyak perubahan, misalnya ada anggota Sian pang yang
melorot, ada pula anggota Mo pang yang naik pangkat?"
"Kau sendiri ditingkat mana?"
"Aku disebut Thian ki mo kun, sudah tentu berkedudukan di
Mo pang, malah aku menjadi pemimpin dari kawanan iblis ini,
bagi seluruh warga Mo pang, aku punya hak kuasa yang tak
dapat dilawan mereka."
"Ibuku, bibi dan pamanku adakah juga termasuk tingkat Mo
pang?" tiba tiba Lok Siau hong menyeletuk.
"Benar, maka mereka pun harus perintahku."
"Kalau Ouw hay it siu bagaimana?"
"Dia termasuk tokoh dalam Sian pang!"
Lok Siau hong mendengus, jengeknya menjebi bibir :
"Manusia keparat yang tidak becus itu juga bercokol di Sian
pang?" Ki Houw tertawa besar, ujarnya : "Benar, maka tadi
kukatakan Mo belum tentu lebih rendah dari Sian. Kehidupan
kaum iblis semestinya jauh lebih menyenangkan dari alam
kedewaan, kalian sudah melihat dua bait syair diatas pintu
gerbang itu bukan, itu lebih membuktikan bahwa ucapanku
bukan bualan belaka."
Koan San gwat merenung lalu tanyanya pula : "Kecuali
punya hak kuasa di Mo pang, dapatkah kau mengurus orang
lain?" "Dalam hal ini perlu kujelaskan, kecuali kedudukan mereka
dalam Mo pang akupun menjadi Si hoat ciang sing ( pelaksana
hukum) dalam Hong sin pang, maka semua tokoh tokoh dalam
Sian dan Mo aku dapat bertindak terhadap mereka, cuma
terhadap tokoh tokoh dalam Sian pang sedikit banyak aku
berlaku rada sungkan ?"
"Apakah guruku iuga dapat kau kekang dengan jabatanmu
itu?" Sedikit berubah air muka Ki houw, sahutnya tersekat
"Tidak! Kedudukannya sebagai Hwe cu, tingkat ini sejajar
dengan aku, siapapun tiada hak mengurusi orang lain!"
Mendadak it lun bing gwat menyeletuk bicara: "Tapi Hwe
cu punya hak membatasi segala gerak gerikmu bila perlu
kaupun harus mendengar perintah Hwe cu."
Ki Houw kelihatan marah serunya: "Liong hwa hwe yang
akan datang, aku punya banyak kesempatan untuk merebut
kedudukan Hwe cu itu, tatkala itu aku tidak akan dicemooh
dan dirintang oleh mereka."
Tiba tiba Koan San gwat meninggikan suaranya bertanya :
"Siapakan pendiri Liong hwa hwe ini?"
Berubah air muka Ki Houw, It lun dan lain lain, malah Ban li
lebih emosi teriaknya bengis : "Bocah keparat! Kau dilarang
tanya hal itu!" Koan San gwat jadi heran, katanya : "Apakah benar tidak
boleh tanya hal itu?"
"Benar." Ki Houw dengan muka kelam. "Ini larangan yang
paling keras, sekarang kau sudah belum masuk anggota,
maka kau tidak terhukum, kau sudah melanggar larangan
paling besar!" "Kulau begita ganti pertanyaan lain, Kuasa yang paling
tinggi dalam Hong sin pang?"
Sejenak ragu ragu akhirnya Ki Houw menjawab : "Su tay
hwe cu. Mereka tidak punya kuasa kupersilakan renungkan
arti dari pada kedua hurup "Thian ki" itu."
Koan San gwat mengejek dengan seringai dingin, katanya :
"Jadi hak kuasamulah yang tertinggi di Siau se thian !"
Benat! "sahut Ki Houw takabur, "Kecuali Thian gwat Thian
(langit diluar langit) ?"
Koan San gwat melanjutkan : "Apa yang dinamakan Thian
gwat thian?"
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berubah pula air muka Ki Houw, seolah olah sudah
melanggar suatu kesalahan paling besar, kedua matanya
jelalatan celingukan kian kemari, demikian juga It lun dan Ban
li sama berubah pucat dan gemetar, mereka pasang kuping
mendengar apa apa dengan cermat.
Sesaat kemudian ditengah angkasa sayup sayup
berkumandang irama musik yang mengalun tinggi merusak
pendengaran. Tersipu sipu Ki Houw melorot turun berlutut demikian juga
Rasul ungu seluruh tubuhnya ikut mendekam dilantai,
kepalapun tidak berani bergerak.
Irama musik itu semakin jelas dan dekat, hidung semua
orang sudah mengendus wangi semerbak. Koan San gwat dan
lain lain hanya tercengang, ditempatnya.
It lun bing gwat dan Ban Ii bu berdiri tegak meluruskan
tangan, badannya gemetar keras seperti kedinginan.
Selang sejenak pula, tampak bayangan berkelebat
diambang pintu, masuklah sepasang dayang kecil yang
menggelung rambutnya dikedua pinggir kepalanya wajah
mereka ayu rupawan, setiap orang menentang lampion
berkaca yang memancarkan cahaya terang benderang.
Dibelakang dua dayang kecil yang seraya pula, masing
masing menyanggul sebuah anglo berbentuk binatang, dari
hidung ini mengepul keluar asap wangi warna hijau. Dan yang
terakhir masuk pula seorang dara cantik rupawan
mengenakan pakaian yang molek dan cemerlang, langkahnya
enteng dan lembut tak bersuara, gayanya lemah gemulai
mempesonakan. Pakaian yang dikenakan dara ini terbuat dari bila burung
merak yang halus dan warna warni sangat menyolok dan
indah. Sehingga tindak tanduknya bak umpama dewi
kahyangan sedang berlenggang turun memperlihatkan
keagungannya. Begitu berada ditengah pendopo melihat Koan San gwat
duduk tegak, dara itu mengerut alis, dengan suara yang
menyedot sukma ia bertanya : "Siapakah dia ini?"
Sambil berlutut Ki Houw menjawab : "Dia ahli waris Tokko
Bing!" "Ahli waris Tokko Bing?" tanya gadis itu menegas,
"Siapakah TokkoBing?"
Kejadian diluar dugaan dan menegangkan urat syiraf, ia
tahu akan kedudukan gadis itu tentu sangat tinggi, maka
segera ia mendahului menjawab, "O, kiranya Ui ho"." ujar si
gadis, "Hebat benar dia memilih akhli waris."
Ucapan yang terakhir ditujukan kepada Koan San gwat,
sementara kedua matanya pelirak pelirik dari atas kebawah
mengawasi Koan San gwat, saking risi Koan San gwat balas
bertanya, "Siapa kau?"
Gadis itu tertawa nyaring, katanya. "Pertanyaan ini kurang
hormat!" "Usiaku tidak terpaut banyak dengan kau selamanya belum
kenal lagi, tidak perlu aku sungkan dan rikuh terhadap kau."
Gadis itu tersenyum lebar, ujarnya, "Bukankah kau hendak
bertanya Thian gwat thian, Aku inilah?"
Jawabannya ini sudah diduga oleh Koan San gwat,
munculnya gadis ini di luar dugaannya Liong Hwa hwe, Hong
sin pang, Siau se Thian dan nama nama lain sudah cukup
membuat kepalanya pusing, untunglah hari ini ia memperoleh
jawaban seluruhnya, namun diluar dugaan muncul lagi
seorang Thian gwat thian, inilah sikap dan kelakuan Ki Houw
dan lain lain menunjuk bahwa kedudukan gadis ini sangat
tinggi atau istimewa. Sementara itu gadis itu sudah berpaling
kearah Ki Houw katanya sambil tertawa manis "Mo kun
mengundang kami, entah ada petunjuk apa?"
Ki Houw berlutut kaku dilantai, suaranya gemetar: Hamba
ceroboh, usil lagi sehingga membuat kaget tuan putri?"
Gadis itu bersuara dalam tengorokan lalu katanya. "Jadi
hanya karena usil maka Mo kun mengundang kemari?"
Pucat pasi muka Ki Houw, ratapnya dengan ketakutan,
"Berat ucapan Sian cu bukan begitu maksud hamba."
Tiba tiba sigadis muka, katanya bersungut : "Aku tidak
peduli apa maksudmu! Untung kau sebagai pelaksana hukum,
hukuman apa harus dijatuhkan terhadap orang orang yang
suka melanggar aturan dan disiplin kau paling apal! Silahkan
kau putuskan sendiri!"
Biasanya sikap Ki Houw terhadap orang lain galak dan
takabur, namun dihada pan gadis ini, ternyata bertekuk lutut
tak berani bergeming, mukanya pun pucat pias seperti mayat,
serunya gemetar : "Hamba akan mengutungi sabelah tangan
saja, bagaimana menurut Sian cu?"
Gadis itu tersenyum, ujarnya : "Bukankah putusan sudah
kuserahkan kepada kau kenapa harus tanya lagi kepadaku!"
Ki Houw kertak gigi, jari tangannya dirangkap terus
mengetuk kesiku tangan yang lain, tempat yang diarah adalah
urat pencacad tepat disaat ujung jarinya hampir mengenai
sasarannya, gadis itu mendadak membentak : "Tahan!"
Ki Houw merasa lega seperti memperoleh pengampunan,
dengan haru ia pandang sekilas kearah segadis.
Gadis iti. tertawa cekikikan katanya: "Pertemuan besar
sudah menjelang kalau sekarang lenganmu cacad tentu
membawa pengaruh besar terhadap para kerabat di Mo pang
kalian, mungkin mereka mengatakan hukuman ini kurang
adil." "Terima kasih sian cu" seru Ki Houw girang.
Tapi gadis ku menarik muka, katanya kereng "Jangan
sangka bahwa aku ampuni kau, undang undang harus
dilaksanakan secara ke keras dan tidak mengenal belas
kasihan baru semua orang akan menaruh hormat dan patuh.
Maka hukuman putusan lengan boleh dilaksanakan setelah
pertemuan besar itu berlangsung!"
"Hamba menerima hukuman dengan setulus hati,
mempunyai tangan kalau tidak dimanfaatkan adalah
merupakan suatu siksaan. Lalu bagaimana kau akan
mengembalikan dirimu". bagaimana pula aku tahu bahwa
sebelum pertemuan besar itu kau benar benar tidak
melanggar laranganku?"
Seketika Ki Houw mengunjuk rasa bingung dan serba sulit,
tanyanya: "Bagaimana menurut maksud Sian cu?"
"Begini saja!" ujar gadis itu setelah berpikir sebentar, untuk
sementara kau serahkan saja padaku, nanti setelah waktunya
tiba akan kuserahkan kembali kepada kau."
Sikap Ki Houw seperti sangat menderita, namun ia tidak
berani membangkang, terpaks ia mengiakan, Koan San gwat
keheranan dan tak habis mengerti, hanya karena menyebut
Thian gwat thian tiga huruf Ki Houw harus memperoleh
ancaman berat. Peraturan itu memang cukup kejam, apalagi
lengan merupakan salah satu anggota badan yang penting,
gadis itu berkata hendak menyimpanya sementara waktu,
akan dikembalikan pula setelah waktunya tiba, ini betul betul
merupakan suatu kejadian yang aneh dan jarang terlihat maka
dengan mendelong ia mengawasi, bagaimana cara orang akan
bekerja. Terdengar sigadis tertawa nyaring lalu bertanya: "Kau
suduh siap belum?" Lekas Ki Houw menekuk lengan kirinya, gadis itu memberi
tanda dengan kedipan mata salah seorang dayang membawa
lampion maju kedepan Ki Houw melolos seutas benang warna
merah amat kecil, lalu mengikat lengan Ki Houw dengan
benang merah itu. Baru sekarang Koan San gwat paham duduk persoalannya
hatinnya: "Kiranya disimpan demikian, gadis ini berjiwa
sempit, daripada dihukum siksa demikian lebih baik dikuntungi
saja lengannya kan beres."
Soalnya benang merah itu sangat kecil getas, dan sedikit
bergerak pasti putus, diikat kencang dan ditali pati lagi, tak
mungkin dibuka" benang sekecil itu tentu tidak kuasa
membelenggu sebuah lengan, maka dia paham betapa besar
tenaga belenggu dari seutas benang sekecil itu serta
artinya. .." Setelah memberi hukuman kepada Ki Houw, gadis itu
mendekat kedepan It lun dan Ban li, katanya tertawa
"Kusampaikan selamat kepada kalian, hari baik kailan sudah
hampir tlba !" "Sampai pada waktunya, mohon bantuan Siang cu yang
berharga !" demikian sabda Ban li sambil menjura.
"Kau terlalu sungkan, aku tidak berguna yang penting
kalian sendirilah yang harus berusaha, tapi akan kuberi
kelonggaran kepada kalian, sehingga nama kalian dapat
dicantumkan lagi diatas daftar dan menghadapi i rintangan
yang tidak berarti."
"Terima kasih Sian cu!" seru It lun bin gwat dengan haru.
Sambil tertawa halus gadis itu maju ke depan Koan San
gwat, kedua biji matanya yang bening laksana jamrud dengan
tajam mengawasi Koan San gwat rada lama kemudian baru
mulutnya mendesis perlahan "Em, baik sekali! Sikapnya
gagah dan perkasa, melebihi Ui ho, tak heran dia selalu
memuji terhadap ahli warisnya, kalau tidak, sejak dulu,
seharusnya aku sudah menjenguk kau !"
Meski Koan San gwat tahu bahwa gadis ini berkedudukan
luar biasa sikapnya yang agung dan tindak tanduknya yang
tegas, kata katanya seolah olah menjadikan dirinya sebagai
angkatan muda belaka, sudah tentu hati nya kurang senang,
maka dengan muka keteng ia bertanya lagi : "Hai, siapa
namamu?" Gadis itu rada melengak agaknya selama hidupnya belum
pernah ia menghadapi, sikaP karang ajar seperti ini, It lun
bing gwat segera berkata : "Bocah, jangan kau berkata kasar
terhadap Sian cu?" Gadis itu mengulapkan tangan, katanya tersenyum manis :
"Tidak jadi soal. Dia belum terhitung orang dalam, tak perlu
dikekang oleh aturan aturan dan lagi aku suka ada seseorang
bicara sama derajat dengan aku". aku bernama Liu Ih yu!"
Dengan sikap wajar dan tenang Koan San gwat berkata :
"Aku harus panggil Sio cia atau Hujin?"
Merah wajah Lio Ih yu, sahutnya : "Soal ini tidak perlu
kujawab !" Kata Koan San gwat tawar : "Hanya sekedar menyusuaikan
panggilan saja, kenapa tidak usah" Kalau langsung memanggil
nama rasanya rada rikuh, kalau aku harus memanggil Sian cu
seperti orang lain, aku tidak sudi."
"Hm, baru pertama kali ini kudengar orang mengeritik aku."
"Ya, dikata agung kau belum setaraf, dikata dewi kau
belum setimpal" ?"Dari penilaian apa kau bilang aku tidak setimpal?" tanya
Liu Ih yu. Koan San gwat menunjuk keempat dayang itu, katanya :
"Keluarga dewa mengutamakan kebesihan dan kesucian yang
tinggi, mana ada tontonan seperti itu."
"Orang menjadi dewa belum tentu seperti Li Ti koay
menjadi pengemis, bukan kah dewi Koan im sendiripun
membawa pembantu yang dinamakan Sian jay dan Liong li.
Menurut hematku aturanku ini tidak keterlaluan !"
Koan San gwat jadi sebal diajak debat secara langsung ia
bertanya "Bisakah kau menjelaskan apa yang terjadi dengan
Thiaa gwat thian?" "Suatu badan yang lebih tinggi dari Hong sin pang!
termasuk kami suheng moay tujuh orang!"
"Apa pula hubungan Thian gwat thian dengan Liong hwa
hwe?" "Kami bertujuh yang mendirikan Liong hwa hwe, calon
Hong sin pang kami pula yang memilih"."
Koan San gwat manggut manggut ujarnya "Aku paham
sekarang. Liong hwa hwe berpusat di Siau se thia, dan kalian
menamakan diri sebagai Thian gwat thian, diatas Hong sin
pang, jadi kalian dewa diantara dewa,"
"Uraianmu hanya benar separo," tukas Liu Ih yu. "Diantara
Thian gwat thian hanya adalah tiga orang dewa diantara
dewa, tiga yang lain adalah iblis diantara iblis, dan satu lagi
setan diantara setan, maka Hong sin pang pun terbagi atas
"Dewa", "Iblis", "Setan" tiga tingkat."
Tak tertahan Koan San gwat bertanya pula "Bagaimana
azasi tujuan kalian mendirikan Liong hwa hwe ini?"
Liu Ih yu tersenyum manis katanya: "Pertanyaan ini aku
tidak mampu menjawabnya."
Koan San gwat kecewa, ujarnya "Lalu siapa yang bisa
menjawab?" Liu Ih yu berpikir sebentar lalu menjawab. "Persoalan di
Sian pang harus tanya kepada dewa diantara dewa, persoalan
di Mo pang tanya kepada iblis diantara iblis"."
Cepat Koan San gwat bertanya pula "Kau termasuk bagian
yang mana?" "Orang memanggil aku Sain cu, menurut pendapatmu aku
termasuk bagian yang mana?"
"Kalau begitu baiklah aku bertanya soal yang ada sangkut
paut dengan Sian Pang saja bolehkan ?"
"Tidak boleh!" Lin Ih yu geleng kepala. "Dewa diantara
dewa ada tiga orang, aku hanya nomor dua kalau hanya
urusan sepele sih aku boleh menjawab, kalau urusan yang
lebih penting lagi, terpaksa harus bertanya kepada Suciku!"
"Dimana ia berada?"
"Tentunya di Siau se thian, api kau tidak mungkin bisa
bertemu dengan dia kecuali disaat Liong hwa hwe dibuka dia
akan tnrun dan hadir serta berhadapan dengan semua
hadirin." "Kapan pertemuan besar itu diadakan?""
"Tanggal sembilan belas bulas sembilan". "Apakah kau
akan datang?" "Ya, aku akan datang, karena aku ingin bertemu dengan
guruku." "Baiklah, kami bertemu pula pada waktu itu. Meski kau
bukan orang dalam, ambil lah tanda pengenalku ini segala
rintangan tiada menjadi persoalan bagi kau, sekarang harus
kembali," lalu dari ikat pinggangnya ia melepas sebentuk
mainan kalung terbuat dari batu jade terus diangsurkan, tanpa
sungkan Koan San gwat menerimanya, sekali berkelebat
badan Lin Ih yu tiba tiba lenyap dari depan matanya.
Demikian juga kempat dayang kecil itupun ikut lenyap.
Sekian lama Koan San gwat duduk terbengong seperti
orang linglung, sementara itu Ki Houw merangkak bangun dari
lantai, karena lengannya terikat benang maka gerak geriknya
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sangat lamban dan hati hati sekali, seolah olah takut kalau
benang itu putus. Dengan mendelik ia mengawsai mainan
kalung kalung ditangan Koan San gwat, matanya
memancatkan dendam sakit hati yang berlimpah limpah.
Terdengar Ban li bersuara, dengan rasa iri "Bocah,
sungguh besar rejekimu, kau berkesempatan jumpa dengan
Sian cu, malah Liong hwa giok pwe miliknya itu diberikan
kepada kau?".."
"Apa gunanya Giokpwe ini?" tanya Koan San gwat tidak
mengerti. Bang li menjelaskan. "Giokpwe taau merupakan simbul
kebesaran tertinggi, hak kekuasaannya teramat besar, seluruh
tokoh Hong sin pang harus patuh dan tunduk akan
perintahmu, sampai gurumu sendiripun tidak terkecuali!"
Koan San gwat, kurang percaya : "Hanya sebuah Goik gu
ini masa mengandung kebesaran sedemikian besarnya?"
"Melihat Giok hu atau simbul kebesaran itu berarti
berhadapan langsung dengan Sian cu!"
Koan San gwat terlngong sebentar, lalu menghitung waktu,
katanya "Hari ini tanggal Sembilan, sisa waktu tinggal sepuluh
hari, dapatkah kita menyusul tiba pada saatnya ?"
"Waktu masih cukup lama asal kita melakukan perjalanan
lewat darat dan tak sudah sepuluh hari kita sudah tiba di Bu
san," demikian Ban li menjelaskan pula "Waktu memang
masih cukup panjang tapi jangan ayal ayalan, kalau kau tiada
urusan lain sekarang juga kita harus berangsur, toh
pertanyaan yang ingin kau ketahui sudah cukup kau ketahui,
pertanyaan yang lain ku kira tiada orang yang bisa menjawab
lagi?" demikian It lun ikut menimbrung.
Koan San gwat merenung sebentar lalu berkata kepada Ki
Houw "Apakah kau juga hadir dalam Liong hwa hwe nanti?"
Ki Houw menjengek gusar : "Kau sudah tahu masih tanya
segala, sebagai pertolan Mo pang, mustahil bila aku tidak
hadi." "Baik sekali! Tiba saatnya kuperintahkan kau bawa Khong
Ling ling, pertikaiannya dengan pihak Ciong lam pay harus
kuselesaikan!" Ki Houw bermuka masam, sahutnya dingin : "Berdasar apa
aku harus dengar perintah mu!"
Koan San gwat anggap Giok hu pemberian Liu Ih yu, Ki
Houw bungkam dan tak tunduk tidak berani bersuara lagi,
kata Koan San gwat tertawa : "Disamping soal itu, kau harus
bertanggung jawab pula pada dua urusan lain!"
Ki Houw kertak gigt, desisnya : "Sekarang kau bisa main
kuasa, coba katakan!"
Koan San gwat dengan sikap sungguh sungguh : "Pertama,
sebelum tiba saatnya pertemuan besar itu, Giok hu
ditanganmu itu tidak berlaku lagi, tatkala itu?""
"Tatkala itu aku akan mencarimu, untuk membuat
perhitungan, " tukas Koan San gwat "Kau harus siap
membereskan persoalan kita!"
"Lalu bawa orang orangnya keluar dari pendopo besar ini
langsung keluar dari Thian ki piat hu, alat rahasia dan segala
aral rintang yang terdapat d? hutan pekatpun sudah ditarik
semua, maka dengan gampang mereka bisa melintas lewat
dan sampai diluar dengan selamat."
"Untung Giok hu itu melindungi kita kalau tidak jalan
kembali ini entah harus menghadapi bahaya apa saja?"
begitulah ujar Bin li sambil menghela napas lagi.
Mendadak tergerak hati Koan San gwat, tanyanya: "Masih
ada sebuah pertanyaan, apa boleh kuajukan?"
"Kau membawa Giok hu itu, kan kuasa memerintah kami
melakukan apapun yang kau inginkan!" sahut Ban li tertawa.
"Main perintah aku tidak berani. Aku hanya teringat suatu
kejadian aneh, tadi Ki Houw ketelanjuran mengatakan Thian
gwat thian, tak lama kemudian Lan Ih yu lantas muncul
bagaimana dia tahu secepat itu?"
Ban li menjawab hidmat: "Ini, Lohu tidak tahu, tapi ketiga
huruf itu tidak boleh sembarangan diucapkan, hanya di Liong
hwa hwe saja boleh bicara secara bebas, kalau sebaliknya
hukumannya adalah mati, dalam Hong sin pang, lapis
mengendalikan lapis, jadi yang bawah selalu digencet dari
atas, gerak gerik harus hati hati, maka rahasia ini bisa
dikendalikan sampai lama ?"
Koan San gwat mengeleng kepala katanya: "Maksudku
dengan cara bagaimana Liu Ih yu bisa kebetulan datang !"
Berubah air muka Ban li, sahutnya "Hal ini Lohu benar
benar tidak tahu, seluruh anggota Liong hwa hwe selamanya
tidak berani menyinggung ketiga huruf itu, karena
hukumannya berat. Para Sian cu seolah olah setiap waktu
selalu mengontrol dan mengawasi segala gerak gerak kita"."
Koan Sangwat uring uringan, katanya:
"Mereka hanya bertujuh mana mungkin dapat
mengendalikan ratusan orang "."
Ban li gemetar dan berubah pucat, sahut nya: Maaf Lohu
tidak berani banyak bicara kau dilindungi oleh Giok hu itu,
sebaliknya Lohu masih ingin hidup beberapa tahun lagi."
Terpaksa Koan San gwat tidak banyak tanya lagi, setelah
mereka tahu meninggalkan sarang iblis itu, lalu ia berkata
kepada Lu Bu wi: "Khong Ling ling tiada disini segala rencana
yang kita atur itupun tiada gunanya lagi harap Ciangbunjin
mengumpulkan seluruh anak murid kalian, mau membuat
rencana lain," lalu ia tarik Lu Bu wi kesamping diajak bicara,
kelihatannya Lu Bu wi mengalami kesulitan.
Maka Koan San gwat berkata : "Ciangbunjin, tidak usah
kuatir, aku sudah berpesan kepada Ki Houw, mereka pasti
tidak akan berani bertindak terhadap kalian."
Lu Bu Wi mangut mangut terus membalikkan tubuh tinggal
pergi, Lau Sam thay ikut bersamanya.
Lok Siau hong yang suka usil ini bertanya : "Koan toako
apa yang tsdi kau rundingkan dengan mereka?"
Koan san gwat tertawa tawa ujarnya "Hal ini tidak boleh
bocorkan, Liong hwa hwe selalu bertindak misterius, maka aku
pun perlu berlaku ketat dan main sembunyi untuk menghadapi
mereka bila sampai waktunya pasti kita bisa memperoleh
perlindungan!" Lok Siau hong jadi mangkel sambil membanting kaki ia
berlari berjalan didepan seorang diri.
Tanggal sembilan belas bulan Sembilan, Tabir misteri di
puncak Sin li hong akan segera tersingkap, disaat pertemuan
besar yang serba misterius itu Koan San gwat menunggu unta
saktinya di sampingnya Lok Siau hong bercokol dipunggung
kuda, mereka berjalan pelan pelan dibawah petunjuk It lun
dan Ban li yang jalan di muka jalan pegunungan sunyi senyap,
lewat jalan yang berliku liku tidak rata itu hanya terdengar
derap kaki kuda tunggangan Lok Siau hong membelah
kesunyian dialam pegunungan.
Sepanjang jalan ini, banyak orang aneh yang bertindak
tanduk aneh mereka jumpai ia tahu betapa penting dan
gentingnya peretemuan besar itu, maka Lu Bu wi dan Lau San
thay ia tugaskan dalam urusan lain, karena ikut akan
merupakan beban saja, malah sebelumnya ia sudah mengatur
rencana yang cukup baik, bila perlu rencana ini dapat
membawa banyak bantuan bagi mereka.
-oo0dw0oo- Jilid 11 SEMAKIN menanyak tinggi perjalanan semakin sukar, angin
pegunungan menghembus semangkin keras, It lun dan Ban li
melangkah mangkin cepat lagi, unta sakti dapat berlenggang
seenakanya saja tanpa kepayahan adalah kuda Lok Siau hong
mangkin ketinggalan jauh, napas sudah engos engosan kuda
itu tidak kuasa berjalan ditempat sukar.
Koan San gwat lantas berseru kearah depan: "Cianpwe
mohon berjalan pelan pelan saja?"
Ban li berteriak dengan gelisanh. "Liong hwa hwe akan
dibuka nanti lohor, sekarang hampir setengah hari kalau
terlambat kita tidak bisa masuk, harapan kita selama
beberapa tahun akan menjadi nihil sama sekali."
Terpaksa Koan San gwat berkata kepada Lok Siau hong,
"Tinggalkan kudamu, duduklah dibelakangku "
Memang Lok Siau hong sudah mangkel menghadapi
kudanya yang bandel ini, dengan tertawa riang segera ia
melompat naik kepunggung unta dan duduk dibelakang Koan
San gwat, kedua tangannya menyikap pinggang orang.
Meski ditambah satu orang lagi, langkah unta sakti masih
ringan dan cepat laksana terbang, dua orang didepan itu
malah berlari makin kencang.
Waktu matahari tepat bercokol ditengah cakrawala
merekapun sudah tiba didepan sebuah papan baru besanyang
berdiri tegak di pinggir jalan, diatas batu diukir tiga huruf yang
bercoret indah dan dalam, ketiga huruf itu berbunyi "Siau ae
thian!". Kecuali dua barisan anak anak kecil berdiri jajar terbagi
dua, seorang whesio berdiri tegak ditengah jalan, whesio ini
bukan lain adalah Go hai ci hang yang telah menuntun mereka
memasuki hutan pekat di Kiam bun san tempo hari. Sambil
menghela napas lega Ban li berkata: "Untung belum
terlambat!" Memandang kearah mereka Go hay cu hang berkata sambil
menarik napas: "Baru saja Lolap bersyukur kukira kalian sudah
melihat keseluruhannya, siapa tahu ternyata masih"."
"Kepala gundul." tukas Ban li dingin : "Tak usah kau umbar
budi darmamu terhadap kami, memang kami sengaja
menjebloskan diri! nanti malah kami mengharap kau memberi
kelonggaran atau bila sebalikanya kami mohon supaya kau
suka mempersembahkan demi arwah kami!"
Go hai chiang menghela napas tanpa bersuara, matanya
beralih kearah Koan San gwat dan Lok siau hong, "untuk apa
kalianpun datang kemari?"
Koan San gwat sudah merasa simpati padanya, lekas saja
ia berkata "Wanpwe datang untuk tambah pengalaman!"
"Omitohud! Tempat terlarang ini paling banyak
memusingkan kepala, kenapa kalian mencari kesukaran
malah!" "Baik buruk tergantung mulut berkata, kesulitan karena
tingkah laku yang suka ugal ugalan, soalnya wanpwe tidak
dapat mengendalikan diri, aku ingin menyelidiki beberapa hal
yang mencurigakan, terpaksa kami ikut menerobos
kemari!" demikian. "Gampang masuk kedalam pintu, keluar sesulit manyat
langit. Kebetulan Lolap ditugaskan menyambut tamu, kuberi
nasehat kepada kalian berdua lekaslah kembali saja, persoalan
dunia ini memang".."
Cepat Koan San gwat menyambung. "Ti dak seperti
kehidupan bebas para dewata Harap loa suhu suhu memberi
jalan!" "Dengan baik hat Lelap menasehati kalian tapi kalian masih
berkukuh terpaksa kujalani aturan disiplin disini."
"Kepala gundul! Jangan kau banyak cingcong, mereka
membawa Giok hu milik Sian cu, berani kau melarang mereka
masuk?" Ban berseru gusar.
Terpaksa Koan San gwat keluarkan Giok hu dan
diangsurkan kedepan, Go hay ci hang, berubah air mukanya,
katanya menghela napas panjang : "Ai, takdir menghendaki
demikian, buat apa kau banyak kata lagi. Mari, silakan !"
sembari berkata ia membungukan tubuh lalu menyingkir
kesamping. Lekas Koan San gwat membalas hormat. Anak
anak kecil laki perempuan itupun ikut menjura hormat. Maka
terdengarlah musik mengalun mengiringi perjalanan mereka
yang dipimpin dua anak kecil laki perempuan yang membawa
taburan kembang. "Untuk apa itu?" tanya Koan San gwat melengak.
"Kalian ada membawa Giok hu milik Sian cu maka termasuk
tamu agung dalam pertemuan besar ini, menurut aturan
taburan kembang harus menunjuk jalan diiringi alunan musik
gembira. Silakan!" Koan San gwat mengatakan sambil
menyatakan terima kaih, lalu sambil menarik untanya ia
mendahului melangkah kedepan menerobos kabut tebal yang
mengembangkan di jalan berliku, tak berapa lama kemudian
tiba tiba pandangan mereka menjadi lebar dai terang, kabut
dan mega hilang sama sekali, kiranya mereka sudah dipinggir
lapangan luas. Dilapangan besar ini hadir banyak terdiri dari berbagai rupa
dan golongan, kebanyakan berusia lanjut atau pertengahan
umur hanya beberapa pemuda yang hadir, mereka terbagi
beberapa kelompok dan sedang mengobrol atau tercakap
cakap, entah duduk entah berdiri.
Dilapangan besar sudah berderet meja kursi yang sudah
siap ditaruh makanan dan buah buahan yang aneh, perjamuan
belum di mulai, maka meja meja itu masih penuh dan
lengkap. Banyak pelayan pelayan kecil laki perempuan berpakaian
seragam yang hilir mudik mempersilahkan para hadirin
menempati meja kursi itu.
Karena mendengar iringan musik, semua hadirin kaget dan
menoleh heran dengan pandangan aneh dan sikap yang lucu.
Koan San gwat bersikap wajar dengan sorot matanya ia
menjelajah keseluruh pelosok, tiba tiba dilihatnya Peng Kiok
jin Lok Heng kun, Lok Siang kun dan Liu Ju yang berkumpul
dengan beberapa orang pertengahan umur lainnya, entah apa
yang mereka bicarakan dengan bisik bisik. Tergerak hati Koan
San gwat, baru saja ia hendak menghampiri, lekas Peng Kiok
jin memberi syatat dengan kelapan tangan merintangi
maksudnya. Demikian juga Lok Sian hong d?delik? oleh Lok Hang kun
sehingga tidak berani banyak bertingkah, dengan uring
uringan ia menggerutu : "Kenapa ibu tidak hiraukan aku lagi?"
"Mana aku tahu, tapi kukira mereka punya alasan, sekarang
tak usah kau gelisah, nanti kalau ada kesempatan tanyakan
kepada mereka"." Saat mana mereka sudah tiba dihadapan
sebuah meja batu, Koan San gwat melompat turun, di sini
Koan San gwat dibuat melongo dan kaget, karena tidak jauh
disebelah sana dilihatnya Thio Hun cu juga sedang menduduki
sebuah meja tersendisi, dengan nanar matanya sedang
mengawasi diri nya. Tampak oleh Koan San gwat air muka Thio Hun cu pucat
dan badannya rada kurus namun semangatnya kelihatan lebih
menyala kulit mukanya yang kekuning kuarngan itu kelihatan
bersemu merah setelah saling berpandangan sekian saat,
akhirnya Koan San gwat maju menyapa : "Paman Thio!
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bagaimana kau pun disini?"
Thio Kun cu bergelak tawa ujarnya: "Hah kiranya kau
adanya, sejak tadi kuamat amati kau, kelihatannya mirip tapi
aku belum yakin"."
Koan San gwat melongo, tanyanya : "Paman! Kami
berpisah baru setahun lebih, apakah Siautit ada banyak
perobahan?" "Perubahan sih tidak begitu besar, cuma aku sulit percaya
kau masih bidup?" kalau begitu, nenek tua di Kun lun san
itu memang cukup lihay?"
Koan San gwat terlongong sejenak lalu katanya
"Kepandaian pengobatan Soat lo Thay thay memang cukp
lihay, setelah makan waktu satu tahun baru berhasil
menyembuhkan seluruh penyakitku?"
Thio Hun cu bersuara dalam tenggorokan wajahnya
menunjuk mimik yang aneh dan lucu, lalu dengan sikap acuh
tak acuh ia bertanya: "Dimana Ceng ji" Kenapa kau tidak ikut
kemari?" Menyinggung Thio Ceng Ceng Koan San gwat jadi
melengak, betapa besar cinta gadis itu terhadap dirinya,
sebalikanya selama perjalanan dirinya terlalu sibuk memikirkan
persoalan Liong bwa hwe jarang sekali ia teringat dan
memikirkan keselamatannya, kini setelah ditanyakan baru ia
benar benar merasa menyesal, setelah berpikir ia baru
menyahut: "Adik Ceng beberapa waktu yang lalu sudah
berpisah dengan aku, entah kemana dia pergi?"
Sikap Thio Hun cu masih tenang dan wajar, katanya "O,
bukankah dia begitu terpincut kepada kau" Terhadap ayah
kandung nya sendiripun dia berani membangkang dan
mendurhakai, bagaimana mungkin dia rela berpisah dengan
kau?" Koan San gwat jadi mendongkol, suaranya meninggi dan
ketus, katanya "Justru gara gara paman pula sehingga adik
Ceug nekad meninggalkan aku?"
Thio Han cu tertawa sambil menggelengkan kepala,
katanya : "Masa terjadi hal demikian, setahun yang lalu dia
sudah mengakui aku ayah kandungnya ini"."
Persoalan lama itu Koan San gwat tahu jelas, maka melihat
sikap dingin Thio Hun cu ia kurang senang, debatnya : "Meski
adik Ceng mengingkari maksud dan kehendak paman, tulisan
yang dia tinggalkan untuk paman kan sudah menjelaskan
secara gamblang, semestinya paman mamaafkan dia?""
"Bukan soal memberi maaf, soalnya aku anggap urusan
sudah terlanjur, apa itu hubungan kandung sedarah daging,
kenyataan palsu belaka, yang paling penting dan diutamakan
bagi anak gadis sekarang bukan lain adalah pujaan hatinya,
dengan susah payah orang tuanya mengasuh dan
membimbingnya menjadi besar, setelah besar rela minggat
dengan seorang laki laki yang bara saja dikenalnya, budi
kebaikan orang tuanya, sudah dilupakan sekali, anak
perempuan diseluruh kolong langit kebanyakan demikian,
maka akupun tidak perlu merasa sedih bagai urusan anak
Ceng lagi!" Karuan merah muka Koan san gwat, ucapan Thio hun cu
terang sepihak dan berat sebelah, namun apa yang diucapkan
menang ada benarnya, setelah termenung sebentar akhirnyi
Koan San gwat menjawab: "Asal paman sudi mengingat
perjodohan paman dengan bibi diwaktu muda dulu, maka
semestinya kau ikan merasa iba dan simpati akan nasib adik
Ceng sekarang?" Berubah air muka Thio Hun cu, katanya: "Terhadap
pengalamanku dulu agakanya kau sudah tahu semunya?"
"Benar Soa lo Thay thay sudah mengakui adik Ceng
sebagai cucunya malah seluruh kepandaian keluanga Soat
sudah beliau ajarkan kepada adik Ceng".
Kecuali ilmu pengobatan, kepandaian lain keluanga Soat
lumayan saja tiada perlu dibanggakan" oh, tadi kau katakan
anak Ceng lari pergi lantaran aku sebetulnya apakah yang
terjadi?" "Seharusnya tanya kepada paman sendiri, apa saja yang
paman lakukan selama bulan bulan lalu?"
"Tiada apa apa yang kulakukan!"
Sesaat Koan San gwat tidak berani memastikan bahwa
kejadian itu memang perbuatan Thio Hun cu, maka dengan
menekan sabar ia bertanya lebih lanjut: "Apakah dalam waktu
dekat ini paman bertanding keberbagi partai golongan besar?"
"Tidak salah! bertanding, aku cuma memilih beberapa
diantaranya untuk jalan jalan saja!"
"Jadi betul kalau begitu!"
"Betul atau tidak apa segala, coba jelaskan lebih lanjut!"
"Mencelakai para Ciangbunjin dari berbagai partai dan
golongan besar, merebut barang pusaka atau buku rahasia
pelajaran silat mereka ?"
"Uraiamu kedengarannya seperti menusuk kuping, duduk
perkara sebenarnya tidak begitu penting dan seberat apa yang
kau katakan?" "Anak murid berbagai partai dan golongan itu tersebar luas
mencari jejak paman"."
"Silahkan kau pergi mencari kabar pula, para Ciangbunjin
itu sudah kembali, malah memperoleh hasil yang baik dan
bermanfaat bagi mereka, perbuatanku itu bertujuan baik dan
menguntungkan mereka?"
Sambil menahan amarah Koan San gwat menekankan
"Tiong sian Taysu dari Siauw lim si diracun hingga lumpuh,
Thian Ki Totiang dari Butong mati keracunan, apakah
perbuatan paman itu baik dan menguntungan mereka ?"
"Hal itu ada sebab musabab lainnya, kalau kau tidak
percaya silahkan kau meluruk kesana dan tanyakan sendiri,
merek sudah memilh Ciang bunjin yang baru, asal mereka
membaca surat warisan kedua tokoh itu, pasti mereka tidak
akan benci kepadaku!"
Melihat orang bicara dengan tenang dan mantap Koan San
gwat ragu ragu dan tertegun sesaat kemudian ia bersuara
pula: ?""Lalu peristiwa yang menyangkut pihak Bu khek kiam
pay dari Im san, cara bagaimana paman memberi
penjelasan?" Thio Hun cu membalikan matanya, dengusnya "Apa itu Bu
Khek kiam pay dari Im san bahwasannya aku belum dengar
adanya golongan pedang itu ?"
Koan San gwat berkata gusar. "Disana ?" memperkosa
putrid terkecil Ciang bun jin Im Siok kun yang bernama Im Le
hoa, gadis itu kau guna guna, sedang tekun dan penuh kasih
mesra menunggu kedatanganmu?"
"Bohong!" sentak Thio Han cu dengan berubah marah,
"Kau anggap apa aku ini?"
"In Siok kun teramat benci ketulang sumsummu, apakah
kejadian ini hanya tipuan belaka?"
"Selamanya aku belum pernah melihat Im Siok kun, dan
tak mungkin aku Melakukan perbuatan lakanat macam itu,
mungkin mereka salah melihat orang.
"Menurut apa yang digambarkan Im Siok kun aku yakin
bahwa orang itu memang benar kau adanya."
Thio Hun cu berpikir sebentar lalu katanya: Urusan ini
masih banyak segi liku liku nya yang harus kuselidiki, nanti
sebentar mungkin bisa dibikin jelas ". sungguh tidak nyana
terjadi peristiwa macam itu, kelihatan nya, memang tahu,
orang tahu muka tidak tahu hatinya?"
Koan San gwat tertegun dibuatnya, tanyanya: "Pa?"man,
apakah yang telah terjadi?"
Sekarang jangan banyak tanya, cepat atau lambat aku pasti
akan menyelesaikan urusan ini" . jadi karena urusan ini anak
Ceng?" "Benar!" sahut Koan San gwat manggut, "Urusan ini
merupakan pukulan berat bagi sanubari adik Ceng, dengan
nekad dan marah marah ia tinggal pergi, begitu saja katanya
hendak mencari paman"."
"Buset! "dengus Thio Hun cu, "Terhadap ayah sendiripun ia
kurang pengertian," berhenti sejenak lalu ia bertanya pula
"Kalau kaupUn membiarkan dia pergi begitu saja ?"
"Tidak! Hwi thian ya ce Peng Kiok jin cianpwe ada ikut dan
memberi perlindungan. Akulihat Peng cianpwe juga ada disini,
sebentar nanti akan kutanyakan, dimana sekarang adik Ceng
berada?" "Sabar! Sabar!" ujar Thio Hun cu geleng kepala, "Masih
banyak urusan yang harus di selesaikan, sementara tak usah
perdulikan urusan kecil itu!"
Koan San gwat bertanya : "Untuk apa paman kemari" Apa
kau pun sudah menjadi anggota Liong hwa bwe?"
"Boleh dikatakan demikian," sahut Thio Hun cu, "Sekarang
aku belum menjadi anggota nanti sebentar akan. "jangan
bicara soal ini! kau sendiri sudah tiba disini, tentu kau tahu
tidak boleh sembarangan omong tentang persoalan itu, duduk
dan menontonlah dengan tenang" kau akan paham
sendirinya." Bimbang Koan San gwat dibuatnya, duduk menepekur
sebentar, tiba tiba didengarnya suara gendrang dipukul
bertalu talu, suasana seketika menjadi sepi dan hening, semua
berdiri meluruskan tangan, wajah kelihatan tegang dan
hikmat. Thio Han cu ikut berdiri, dengan lirikan mata ia memberi
isyatat kepada Koan San gwat supaya ia berdiri, terpaksa ia
menurut. Diatas panggung batu besar ditengah lapangan
berdiri dua baris anak anak kecil laki perempuan berseragam
mewah dan perlente, salah seorang anak perempuan dengan
nada melengking suaranya yang tinggi memberi
pengumuman: "Liong hwa hwe dimulai, harap para hadirin
berdiri menurut urutan masing masing supaya diabsensi!"
Hadirin bergerak serabutan tanpa suara dalam sekejap
mereka sudah berkelompok sendiri sendiri terdiri dari tiga
barisan. Waktu Koan San gwat menjelajah pandang, tampak dalam
barisan Sian pang ia hanya kenal Ouw hay ih siu pok iang cun
saja. Demikian juga dalam kelompok Mo pang yang dikenal
hanya Lok Heng kun dan Liu Jiu yang bertiga. Sementara Hwi
thian ia ca Peng Kiok jin berada dalam Kui pang, Sip tha yu "
yang kelihatan hanya si Rasul ungu Siau It ping.
Suara lengking anak perempuan itu terdengar pula: "Para
pimpinan dari barisan silahkan keluar mengabsen anggotanya"
Tampak Go hay ci hang melayang turun dari luar lapangan
dan berseru paling dulu dengan suara rendah kuat "Kecuali
dua Ling cu yang tercantum, dan dua calon penggantinya,
Sian pang hadir selurahnya!"
Anak perempuan itu bertanya pula "Calon penggantinya
apa sudah tiba?" Go hay ci hang menjawab "Dua orang tercoret untuk
diganti, serta tiga calon yang mendaftarkan diri semuanya
hadir!" Anak perempuan itu menepukan tangan nya kebawah dari
gombrong lengan bajunya mengepul segulung asap yang
terhembus angin terus naik ketengah udara, lama kelamaan
asap itu membentuk sebuah huruf "Sian", seperti digantung
ditengah udara layakanya asap itu berhenti tidak sampai
buyar, warnanya hijau pupus.
Ki Houw mengenakan pakaian serba putih, sebuah
tangannya masih tertekuk dan terikat, memasuki gelanggang
dari jurusan lain, seirunya lantang: "Mo pang hadir
seluruhnya!" Seperti yang pendahulu, anak perempuan itu melepaskan
segumpal asap warna merah yang mengepul tinggi menjadi
huruf "Mo" Terdengar Ki Houw berseru pula: "Pimpinan Mo pang
mohon diberi ijin membuka ikatan benang merah, supaya
dapat memimpin barisan menyambut kedatangkan para Sian
cu!" Tanpa bersuara anak perempuan itu mendongak kelangit,
seolah olah sedang menunggu petunjuk, sekejap kemudian
baru terdengar ia menjawab dengan suara bocah: "Ijin
diberikan!" "Terima kasih akan kemurahan hati Sian cu!" seru Ki Houw
sambil membungkuk tubuh, air mukanya kelihatan lega.
Di waktu ia meluruskan badan pula tangan yang tertekuk
itupun sudah turun lutut cuma tidak bisa lempang, mungkin
karena tertekuk terlalu lama.
Dari luar lapangan sebelah samping meluncur masuk
seorang perempuan berpakaian serba hitam, raut mukanya
tertutup cadar hitam pula, dari rambutnya yang panjang serta
porongan tubuhnya yang langsing gemulai tentu orang tahu
bila dia seorang perempuan.
Sambil membungkukkan tubuh ia berseru : "Anggota Kui
pang seluruhnya berjumlahsembilan puluh dua orang! Siap
menunggu perintah !"
Anak perempuan itu mengerutkan alisnya: "Kenapa tidak
dibikin genap seratus."
Perempuan berkedok membungkuk lagi serta menjawab
hormat: "Sulit mencari orang!"
Anak perempuan itu mendongak kelangit lagi, sebentar
kemudian baru berkata: "Di ijinkan hadir, di perintahkan untuk
bikin genap selekasnya."
"Terima kasih akan kemurahan hati Sian cu!" perempuan
berkedok itu menyahut riang.
Jantung Koan San gwat berdebar keras, pikirnya Liong hwa
hwe ternyata sangat mengesankan, anak perempuan itu
usianya masih kecil, latihan lwekangnya ternyata sudah
mencapai tingkat tinggi. Hanya menepuk tangan
mengeluarkan asap yang berkumpul sehingga tidak sampai
buyar, jelas ia menggunakan ilmu khikang dari aliran lwekeh
yang hebat. Di dalam sari hawa murni dari pusar disalurkan ke
jalan darah Thian kim maka warnanya menjadi hijau. Kalau
melalui urat darah dan dilandasi dari jantung mengepul warna
merah. Sebalikanya kalau dikepulkan dari pori pori kulit maka
warnanya berubah hitam. Anak perempuan kecil yang berusia dua belas dapat
membentuk tiga warna asap, benar benar tidak boleh
dipandang ringan, setiap kali ia menghadapi kesulitan dan
tidak dapat memberi jawaban lalu mendongak ke langit,
menerima petunjuk, mungkinkah orang yang memberi
petunjuk itu benar berada diatas awang awang yang diselimuti
mega tebal itu" Sedang ia bertanya tanya dalam hati, anak perempuan itu
sudah berseru lantang ke atas langit "Harap para Hwe cu
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
turun ke panggung memimpin upacara besar!"
Maka terdengarlah irama musik mengalun halus ditenagah
udara, semakin tegang hati Koan San gwat. Sebab ia tahu
bahwa gurunya termasuk salah satu Hwe cu, sebentar lagi ia
bakal melihat beliau. Awan tebal ditengah udara ini tiba tiba tersibak kesamping
dan tampaklah sebuah lubang, dari lubang itu beruntun
melayang turun empat orang badannya meluncur dengan
lambat lambat saja, kain baju mereka melambai terhembus
angin, seolah olah malaikat yang turun dari langit.
Sebagai seorang ahli segera Koan San gwat tahu bahwa
ginkang keempat Hwe cu ini sudah mencapai tingkat yang
paling sempurna, mereka kuat mengepos napas
mengembangkan tubuh, seringan mungkin.
Keempat orang itu melayang turun pelan pelan, dikala
hampir tiba diatas panggung, Koan San gwat membuka lebar
matanya, ia hendak mencari gurunya diantara keempat orang
itu, namun ia menjadi kecewa. Keempat orang itu
pertengahan umur dua diantaranya mengenakan baju panjang
warna hijau, wajahnya putih bersih, rambutnya dan
jenggotnya masih hitam gelap, seorang yang lain mengenakan
jubah merah, jambang hitam tebal, sikapnya kereng, seorang
lagi mengenakan pakaian hitam, badannya kurus kering tanpa
berjenggot" Tokko Bing tidak ada diantara mereka, seluruh hadirin
saling berbisik dan suasana rada ribut, agakanya hal ini diluar
dugaan hadirin. Anak perempuan itu segera membentak: "Hwe cu tiba
dilarang ribut! Yang melanggar dihukum sesuai aturan !"
Seketika sirap dan tenang di bawah panggung, dua barisan
anak kecil diatas panggung serempak membungkuk tubuh
menunduk kepala, demikian jaga anak perempuan yang
mengeluarkan perintah itu ikut membungkuk serta katanya :
"Hamba beramai menyambut kedatangan para Hwe cu!"
Salah seorang laki laki baju hijau berseru : "Terima kasih!
Membikin repot Ling koh saja ?"
Anak perempuan yang dipanggil Ling koh tersenyum lebar
iapun mengundurkan diri kesamping.
Semua hadirin dibawah panggung membungkuk tubuh
serta berseru lantang : "Hormat kepada yang mulia para Hwe
cu." Laki laki baju hijau menyambut pemberian hormat ini,
sahutnya tertawa : "Terimakasih akan perhatian saudara
saudara sekalian" sang waktu berjalan dengan cepat, tanpa
terasa dua tahun sudah berselang, saudara baik baik saja
selama berpisah?" terdengar pula menyahut bersama dari
bawah panggung : "Berkat kebijaksanaan para Hwe cu!"
Dengan tujuan laki laki berbaju hijau menjelajah keseluruh
lapangan, katanya: "Para sahabat lama dalam Liong hwa hwe
kini sudah tidak lengkap lagi, patah tumbuh hilang berganti,
beruntung para ketua yang sudah lanjut mangkat punya
penerus, generasi muda jauh lebih perkasa. Demikian pula
para sahabat yang baru saja menjadi anggota kulihat tidak
kalah pula gagah dan Perwiranya, Losiu berani merasa
beramat beruntung dan bersyukur pula !" Dari berbagai
pelosok lapangan dibawah Panggung terdengar penyahut
yang tidak rata: "Terima kasih akan perhatian Hwe cu !"
Laki laki baju hijau tertawa lebar, kata nya
pula?""Perempuan hari, ada sedikit perubahan, soalnya terjadi
dalam keadaan mendadak sehingga Losiu belum sempat
mengumumkan, adanya kesempatan ini baiklah kita saling
beramah tamah satu sama lain, Ketua Hwa cu kali ini Ut ho
Siang jin berhalangan hadir karena suatu keperluan,, terpaksa
Losiu mengundang Kih Cu seng untuk menjabat sementara?"
Tiba tiba Koan San gwat berteriak : "Suhu pergi kemana?"
Semua hadiran melengak demikian juga laki laki baju hijau
tercengang, sekilas, ia melirik dengan pandangan penuh tanda
tanya karena tak tahu asal usul Koan San gwat. Anak
Ilmu Ulat Sutera 13 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 31
namun permainan cambuk nya yang hebat itu dapat
merintangi rangsakan lawan beginilah pergi datang mereka
saling menyerang dengan serunya sampai puluhan jurus.
S i kurus Ban li bu in masih ungkang ungkang di atas batu
sambil menghirup araknya, terdengar ia menggoda : "Gendut!
Semakin lama kau mak in tidak berguna, di Siau se thian kau
diusil orang, untuk ini alasan cukup setimpal, hati ini kau kau
dipermainkan gadis cilik serunyam ini, benar benar
memalukan, menurut hematku lebih baik kepalamu ditumbuk
keatas batu gunung saja biar mampus!"
Karuan It lun bing gwat berkaok kaok teriaknya "Ban li!
Jangan kau ngoceh belaka, soalnya Lohu tidak melukai gadis
cilik ini, kalau tidak cukup sejurus saja sudah kutamatkan
riwayatnya"." Setelah menenggak araknya Ban li bu in , berseru
tertawa : "Menghadapi seorang nona cilik, tidak malu kau
bicara demikian, memangnya kau ingin menggunakan Thay im
ciang yang jahat. Kini sudah sembilan belas jurus, masih
sejurus lagi, bila kau tidak berhasil akan kulihat cara
bagaimana kau akan tampil dihadapan orang banyak!"
Mendengar seruan ini cepat It lun bing gwat menerobos
keluar dan melompat mundur ujarnya menghela nafas: "Nona
cilik! Kau membuat Lohu celaka, sengaja kau menggunakan
akal mempermainkan aku, Lohu sudah terdesak sehingga
tidak nyangka hari ini jiwaku bakal melayang ditanganmu!"
Lok Sian hong tercengang, serunya : "Aku tidak bermaksud
membunuhmu." "Selama bertanding dengan orang, Lohu pantang dari dua
puluh jurus sebaliknya aku harus bubuh diri saja, sekarang
kita sudah mencapai jurus kesembilan belas masih sejurus
belum tentu aku mampu meringkasnya kau" ai sudahlah,
Lohu tidak ingin dikalahkan gadis cilik lebih baik kuturuti
nasihat setan kurus menumbuk kan gunung saja!"
Habis berkata ia putar tubuh terus menerjang kearah batu
besar di belakangnya. Kaget Lok Siau hong bukan kepalang,
tak terduga olehnya jiwa orang tua ini demikian keras dan
ketus, cepat ayun cambuk hendak menggulungnya kembali, di
luar perhitungan gerakan si orang tua terama, "Blang" telak
sekali kepalanya sudah menumbuk batu.
Sungguh aneh bin ajaib benturan keras itu ternyata tidak
membuat kepalanya pecah malah badannya terpental balik
dan sekali raih ia pegang ujung cambuk Lok Siou hong,
sementara tangan yang lain menekan pundaknya, serunya
sambil bergelak tawa: "Nona cilik, kali ini berhasil kutangkap
kau, mari keatas makan daging panggang."
Seperti bola yang tertendang badannya mencelat naik
keatas batu besar yang tinggi itu meski membawa Lok Siau
hong gerak geriknya masih sedemikian enteng dan gasiran,
tapi baru saja ujung kakinya menginjak ujung batu, tiba tiba ia
menjerit keras lekas ia lepaskan Lok Siau hong yang
dikempitnya. Dengan tenang dan cermat Koan San gwat mengikuti
pertarungan mereka, ia tahu ilmu Silat kedua orang tua ini
sudah mencapai tingkat tinggi, dan lagi dari mulut Ban li bu in
tadi ia mendengar disebutnya Siau se thian, lebih meyak inkan
pula dan dugaannya bahwa mereka adalah tokoh tokoh yang
terdaftar diatas Hong sin pang dari sekian banyak anggota
Liong hwa hwe yang serba misterius.
Lok Siau hong jelas bukan tandingan orang, cuma dalam
pertarungan ini It hin bing gwat tidak mengerahkan tenaga
dalamnya, ia tahu permainan cambuk Lok Siau hong pasti
dapat melayani dengan baik maka ia tidak bersedia membantu
orang. Meski akhirnya Lok Siau hong teringkus, ia masih berlaku
tenang karena ia tahu jiwa cewek itu tidak bakal terancam tapi
dikala Lok Siau hong terbanting jatuh di atas batu besar,
badannya terjerumus masuk jurang yang dalam, baru
sekarang ia kaget, tepat ia melompat kedepan menangkap
gagang cambuk serta menarik sekuatnya, untung jiwanya
dapat di selamatkan. Sambil memegangi sebelah tangan It hun bing gwat berdiri
menjublek diatas batu, sebaliknya Koan San gwat gusar,
bentaknya. "Tua bang, kau tidak tahu malu terhadap gadis
cilik kau bertindak secara keji."
Dengan bingung It hun bing gwat turun dari aras batu,
katanya dengan lesu : "Terserah apa yang hendak kau
katakan! kau ingin berbuat apa kepadaku! Lakukan saja!"
Ban li bu in kelihatan sangat heran, dengan suara penuh
prihatin ia bertanya "Bing gwat, kenapa kau, jelas kau sudah
berhasil, kenapa kau lepas dia pula ditengah jalan."
It hun bing gwat menunduk murung tanpa bersuara,
sebaliknya Lok Siau hong tidak menyadari betapa berbahaya
dirinya tadi, dengan riang ia berseru tertawa: "Koan toako.
Aku menggunaka duri Ling coa diujung cambuk
menusuknya"." Konta Ban li bu in berjingkrak sambil meletakan guci
araknya terus melompat turun teriaknya gusar : "Walaupun
sikap gendut terhadapmu kurang sopan, maksudnya tidak
jahat terhadap kau kenapa kau gunakan akal licik, apa kau
ingin membunuhnya?" Lok Siau hong melengak gusar, semprotnya
"Siapa ingin membunuhnya."
Ban li bu in menggerung serunya : "Bila gendut berkelahi
dengan orang, batasnya dua puluh jurus bila melampaui
batas, dia rela menempuh jalan kematian, sejurus saja
sebetulnya kau tidak mampu melawan dia. Tapi dia suka
kelekar, maka sengaja dia memberi hati kepada kau, tepat
pada jurus kedua puluh baru menundukkan kau, paling dia
paksa kau makan daging panggang itu, sebaliknya kau pakai
akal licik sehinga melampaui batasnya?"
"Kan dia yang membuat undang undang busuk itu, ada
sangkut paut apa dengan aku," demikian jengek Lok Siau
hong, "Kau menuduh aku menggunakan akal licik, cara dia
meringkus aku tadi apakah tidak menggunakan akal licik."
Mulut Ban li bu in seperti disumbat, terdengar It hun bing
gwat menghela napas, ujar nya: "Sudahlah Kurus! terlanjur
banyak bicara tak berguna, aku sendiri yang harus disalahkan
kenapa guyon, akhirnya jiwa sendirilah yang harus
kupertaruhkan!" "Bing gwat!" ujar Ban li bu in dengan haru dan sedih!
"Kematianmu sia sia aku ikut penasaran ?"
"Takdir sudah menentukan begini, apa gunanya penasaran,
bila Sian pang dihidupkan pula masa jayanya,
tergantung kepada mu saja " ai. Sungguh tidak punya nyana
setelah kita rancang bersama sekian lama, dikala tujuan
hampir tercapai, aku harus menerima nasibku yang malang
ini".." Mendengar orang menyinggung, Siau pang, Koan San gwat
menyeletuk: "Tadi kutanya apakah kalian tokoh tokoh yang
terdaftar dalam Siang pang kalian pura pura tidak tahu,
kenapa sekarang mengelu malah apa sebetulnya yang
terjadi?" It lun bing gwat melirik kepadanya, ujar nya: "Bocah! kau
sudah tahu tidak perlu kau banyak tanya!"
"Aku tidak tahu, aku cuma pernah dengar kedua nama itu,
maka aku ingin bertanya supaya paham seluk beluknya,"
demikian sahut Koan San gwat.
"Tapi kami bisa menjelaskan kepada kau memang mulanya
kami orang orang yang bercokol disana, karena suatu
peristiwa nama kami sudah tercoret dalam daftar itu, sebelum
nama kami direhabiliir ( dipulihkan ) tiada hak kamu
mempersoalkan hal ini."
Koan San gwat tercengang tanyanya sesaat kemudian:
"Apakah kau betul betul membunuh diri?"
"Apakah urusanku ini boleh dianggap kelakar belaka?"
semprot It hun bing gwat.
Setelah berpikir Koan San gwat bertanya "Apakah tiada
jalan untuk menambal kesalahan ini ?"
"Meski ada, apa kau kira lohu sudi memerimanya."
"Kalau begitu coba kau jelaskan."
"Kalau lohu tidak ingin mati maka selama hidup ini lohu
harus patuh terhadap setiap petunjuk dan perintah nona culik
ini, coba kau piker apakah aku harus menjadi kacungnya ?"
"Aku tidak perlu kau patuh dan tunduk padaku, urusan
batal saja!" "Tidak bisa Lohu harus tunduk pada sumpah, hal ini tiada
sangkut pautnya dengan kau
"Kalau begitu jadi tiada jalan keluar untuk menolong
jiwamu?" It lun bing gwat dan Ban ii bu in saling pandang dengan
mendelu dan murung, sekian lama mereka bungkam seribu
basa. Maka berkata Lok Siau hong: "Kalau kau harus mampus
kenapa menjublek saja?"
Sahut It lun bing gwat dengan suara lirih, "Lohu sedang
menunggu saat untuk melaksanakan suatu urusan demi
kepentingan, inipun salah satu dari aturan yang menjadi
sumpahku! Bila orang mampu bertahan dua puluh jurus, Lohu
tidak bisa mematuhi perintahnya selama hidup, maka aku
harus mewak ili dia melakukan suatu pekerjaannya, baru aku
bunuh diri !" "Kau memang aneh, untuk mati saja toh menggunakan
cara yang berbelit belit"
It hun bin gwat marah serunya. "Kau kira urusan ini
gampang dilaksanakan" Padahal dalam jagat ini jarang ada
orang yang mampu bertahan dua puluh jurus melawan
kepandaian silatku, kalau kau tidak becus Lohu mana bisa
tipu?" "Jadi ilmu silatmu sudah mencapai taraf yang tiada
tandingan di seluruh dunia ya!"
"Tidak, tapi kalau gebrak benar benar dengan
mengerahkan seluruh kekuatan yak in dalam dua puluh jurus
Lohu dapat menang, kalau menang tak perlu diributkan kalau
tentu jiwaku tak akan selamat. Maka sengaja aku main main
dengan sumpahku itu sungguh tidak nyana hari ini perahu
terjungkal didalam selokan?"
Tiba tiba tergerak hati Koan San gwat, cepat ia berbisik
dipinggir telinga Lok Siau hong, Lok Siau hong tersenyum
girang lalu manggut manggut, katanya kepada It lun bing
gwat: "Katamu kau hendak melakukan sesuatu untukku,
apakah urusan itu ada batasnya?"
"Tidak ada batasnya, apapun akan ku laksanakan sekuat
tenagaku, bila benar benar tidak mampu akan kutebus dengan
kematian?" "Kurasa tidak perlu, urusan yang kuajukan ini sangat
gampang, maka kau harus dengar baik baik."
It lun bing gwat menunggu dengan sikap sungguh sungguh
dan perihatin, Ban li bu in pun mendengar dengan tegang,
maka sepatah demi sepatah Lok Siau hong berseru : "Aku
minta kau menghargai jiwa ragamu sendiri, kalau tidak
terpaksa kularang kau sembarangan mencari kematian?"
It lun bing gwat, melongo sekian lama, lalu memburu maju
dan berseru gugup: "Tidak boleh begitu, hal ini bertentangan
dengan kehendak hatiku sendiri, aku tidak bisa menerima
permintaanmu ini." "Jangan kau lupa, kau sendiri yang membuat aturan itu,
tugasmu hanya menerima perintah dan tiada hak menolak
atau membangkang, untuk selanjutnya, kau harus makan
minum dan hidup seperti biasa sampai hari tua."
It lun bing gwat terlongong, akhir nya berkata lesu :
"Budak kecil kau memang lihay, terpaksa aku harus
menghamba kepadamu selama hidup dan mendengar
perintahmu?" "Apakah kusuruh kau melakukan apapun kau tidak boleh
membangkang?" "Benar," sahut It lun bing gwat manggut manggut, "Ini
berarti aku mengikat diriku dengan ludahku sendiri, selama
hdup aku tidak akan bebas dari belenggu ini."
"Baik! Kalau begitu aku ingin kau menjelaskan seluk beluk
Liong hwa hwe dan Hong sing pang itu."
Berubah air muka It lun bing gwat, mulutnya ternganga tak
bisa bicara. "Perintah pertama sudah akan kau bangkang ya!" dengus
Lo Siau hong kereng. It lun menghela napas panjang, baru ia hendak membuka
mulut, Ban li bu in segera berteriak: "Gendut! Bila kau buka
mulut, maka aku akan melabrakan, karena itulah kewajiban,
aku tidak hiraukan persahabatan kita selama puluhan tahun
lagi." It lun bing gwat rertawa getir, katanya. "Ban li heng, lebih
baik kau bunuh aku saja, supaya aku tidak menderita dalam
melanjutkan hidup ini!"
Ban li bu in angkat telapak tangan nya yang berwarna
kuning emas, It lun bing gwat pejamkan mata dengan tenang
ia menunggu kematian. Lok Siou hong cepat berseru: "Hai
kenapa kau tidak melawan!"
"Kalau Kim hud ciang si kurus dilancarkan aku tidak akan
bisa hidup lagi, perlu apa aku melawan?"
Lok Siou hong tidak percaya, tanyanya "Apakah dia lebih
lihay dari kau?" "Tidak!" Ban li malah yang menjawab, "Thay im ciang
sigendut dapat juga membunuh ku dalam satu gebrak hingga
mampus bersama, tapi aku yak in ia tidak akan berbuat
demikian, karena aku berkewajiban membunuh dia, sebaliknya
dia tiada hak buat membunuh aku."
Lok Siou hong jadi serba salah, cepat Koan San gwat
memberi tanda kepadanya, cepat iapun berkata: "Anggap
batal, aku tarik kembali perintahku tadi, kini kuminta kau ikut
kami meninggalkan tempat ini."
It lun angkat pundak dan menurut saja tanpa bersuara lagi.
Sebaliknya Ban li naenjengek dingin: "Jangan kau kira
dengan membawa sigendut ke lain tempat lantas bisa
mengompres keterangannya. Aku tidak akan melepas dia,
kemana dia pergi kesitu aku datang, setiap waktu ku awasi
gerak geriknya!" "Kalau aku perintahkan mengusir kalian pergi bagaimana?"
ejek Lok Siau hong, "Kalau benar benar harus berkelahi
kekuatan kedua belah pihak berimbang, akhirnya gugur
bersama!" Lok Siau hong kewalahan, terpaksa ia minta bantuan Koan
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
San gwat untuk menentukan langkah selanjutnya.
Agaknya Koan San gwat juga kehabisan akal, setelah
termenung sesaat baru ia berkata: "Baiklah, sementara waktu
biar ikut kita, kelak kita bicarakan lebih lanjut."
Karena ribut ribut ini mereka sudah menghabiskan banyak
waktu, terpaksa mereka putar balik turun gunung, meski
kedua orang tua gendut gering (kurus) ini berjalan kaki,
namun langkah mereka ternyata, tidak kalah cepat dengan lari
kuda dan unta. Waktu mereka sampai dipenginapan Lu Bu wi sudah gelisah
menunggu mereka cepat ia memburu datang terus menyeret
Koan San gwat kesamping tanyanya: "Orang macam apakah
kedua orang itu?" "Harap jangan tanya, apakah bantuan kalian sudah tiba."
"Sudah tiba empat orang, Losiu sudah perintankan mereka
bekerja sesuai dengan pesan Ling cu!"
Koan San gwat merenung sejenak, lalu berkata: "Bagus!
Hari ini kita lanjutkan wilayah Su cwan, kupercaya kalian tentu
sudah tidak sabar menunggu bukan!"
Selama perjalanan Lok Siau hong, Lau Sam thay dan Lu Bu
wi bungkam, dengan penuh perhatian mereka mencongklang
kuda mengintil dibelakang Koan San gwat yang menunggang
unta, sementara It lun dan Ban li berlari dipaling belakang.
Rombongan mereka hari itu tiba dibawah Kiam bun san,
unta sakti yang menuntun jalan tiba tiba mengebaskan
ekornya membelok kesebuah jalan kecil yang menembus ke
atas gunung. Ban li kelihatan gelisah, cepat ia memburu
kedepan menghadang jalan seraya berseru : "Kau tahu tempat
apa yang hendak kau tuju?"
"Aku tidak tahu tempat apa di sana, tapi aku tahu di sana
ada orang yang sedang kucari!" demikian jawab Koan San
gwat tersenyum. Ban li tercengang, serunya serak : "Kau hendak mencari
siapa?" "Seorang yang menggelari dirinya Thian ki mo kun!"
Pucat air muka Ban li bu in, suaranya tersendat "Kau punya
hubungan kental dengan dia ?"
"Mesti pernah bertemu sekali, hubungan kental sih tidak.
Aku kemari hendak menyelesaikan perhitungan kita yang
belum selesai, dan lagi akupun ingin memecahkan beberapa
persoalan yang sangat mencurigakan?"
"Tidak! Bocah bagus! Beberapa nama yang kau sebut
tempo hari tidak akan dapat kau temukan di sana!"
Sejenak Koan San gwat tertegun, dilain saat ia berkata
sambil tersenyum : "Aku tahu tapi hanya Thian ki mo kun
seoranglah yang mampu memberikan penjelasan dan jawaban
kepadaku." Ban li manggut manggut, katanya : "Memang benar, tapi
kau masuk pintu besar sarang iblis itu, jangan harap kau bisa
keluar pula!" "Untuk ini tidak perlu kau pusing bagi diriku, aku tidak
minta kau ikut dalam perjalanan ini, boleh silahkan tinggal
pergi." Ban li bersungut duka, sesaat ia menyingkir lalu
berpandangan dengan It lun. Urusan sudah ketelanjur
terpaksa harus menurut saja.
Di bawah petunjuk sang unta Koan San gwat memanjat
kepuncak gunung, perjalanan nanjak ini rada sempit tapi
banyak juga banyak cabang, begitu rumit simpang siur seperti
sarang laba laba saja, tapi unta sakti itu seperti sudah kenal
jalan, dengan enak saja ia berlenggang maju, setelah belak
belok akhirnya mereka tiba didepan sebuah hutan gelap.
Entah kapan tahu tahu seorang paderi gundul bertubuh kurus
kering tinggal kulit pembungkus tulang berkulit hitam dengan
kedua biji mata berkilat kilat menghadang didepan jalan
masuk sambil merangkap kedua tangan.
Dari atas tunggangannya Koan San gwat menjura serta
menyapa "Toa suhu, harap memberi jalan!"
"Omitohud!" sabda sipadri tua sambil pejamkan mata,
"derita tiada ujung pangkal, kembalilah mencapai tepian, Siau
sekalian harap sampai disini saja."
Koan San gwat tidak hiraukan ucapannya, katanya tertawa
: "Apakah Toa suhu sekomplotan dengan pemilik hutan ini?"
"Pinceng orang beribadah, mana boleh sekomplotan
dengan mereka," sahut padri tua itu sambil menghela napas.
"Lalu untuk apa Toa suhu mencegat jalan kami?"
Padri tua menuding It lun dan Ban li katanya : "Karena
kedua sahabat lama inilah maka Pinceng membujuk kalian
supaya kembali saja"."
"Kepala gundul!" sela Ban li sambil tertawa dingin, "Jangan
kau pura pura saleh peristiwa dulu karena gara garamu, walau
kejadian sudah berselang sepuluh tahun, tapi kami masih
ingat akan kebaikanmu itu, kini kau masih pura pura berhati
baik seperti kucing menangisi tikus belaka!"
Berubah sikap paderi tua katanya pelan : "Terhadap
kejadian pencoretan nama dulu agaknya kalian masih dendam
sampai sekarang?" It lun yang selama ini pendiam tak tahan lagi, dengan
marah marah ia menyemprot : "Sudah tentu! Beberapa tahun
ini kau berusaha tekun maksudnya untuk memainkan nama
baik kami diatas daftar Hong sio pang baru setelah itu kami
akan membuat perhitungan dengan kau kepala gundul."
"Merindukan hidup kembali, nama terkekang terlibat
keuntungan adalah belenggu kehidupan dengan susah payah
Lolap mengeluarkan kalian dari lautan derita, kehidupan yang
bebas betapa menyenangkan, kenapa kalian tidak insaf dan
sesat pikiran malah."
"Cis! Enak benar bicaramu," damprat Ban li bu in, "Kenapa
kau sendiri tidak mengundurkan diri?"
Perasaan si padri kembali tenang, sahutnya : "Lolap
berjanji dan pernah bercita cita hendak memberi keinsafan
kepada seratus delapan anggota, bila sehari tugas ini belum
selesai seharipun Lolap tidak akan merasa tentram?"
"Sudahlah !" ujar Ban li uring uringan, "Sebal bicara deagan
kau, lekas menyingkir saja !"
Paderi tua tertegun serunya : "Andikata kalian tidak sudi
mendengar nasehat Lolap, juga tidak perlu ikut masuk kesana,
bila sampai terjeblos lagi di dalam maka selamanya kau akan
tenggelam dan tidak akan mampu menitis kembali."
"Kepala gandul!" damprat Ban li berjingkrak gusar, "Urusan
kami tidak usah kau turut campur kau mau menyingkir tidak?"
"Ai, nasehat baikku sudah habis kuucapkan kalau kalian
tetap tidak mau dengar Lolappun tidak bisa apa apa demi
menanam kebaikan dengan sahabat lama baiklah Lolap
mengantar perjalanan kalian selintas,"
Habis berkata ia membalik tubuh terus melangkah lebar
kedalam hutan, jubah kasar nya yang longgar dan kedodoran
melambai tertiup angin, bersamaan dengan itu seluruh
seketika memancarkan cahaya kuning mas, sehingga hutan
lebar yang gelap pekat itu menjadi terang benderang seperti
di siang hari bolong, tampak sepajang jalan masuk kini tulang
belulang manusia berserakan dimana mana.
Ban li memandang kepada It lun dengan berubah mukanya,
serunya kejut: "Tidak nyana kepala gundul ini sempurna
melatih Kong bing hoat su."
Koan San gwat kaget dan heran, tanya nya: "Siapakah
Hweaio tua ini, begitu hebat lwekangnya?"
"Dia bernama Co hay ci hang (mengarungi lautan derita)
soal yang lain tidak usah kau banyak tanya lagi."
Koan San gwat memang tidak banyak tanya lagi, unta
dikeprak lekas lekas mengejar kearah sipadri tua yang lain
lainpun membuntut dibelakangnya.
Hutan lebat ini ternyata tidak dalam, tak lama kemudan
mereka sudah menembus keluar, cuma dikala berada dihutan
tadi, mereka merasa hawa dingin menjalar keseluruh tubuh,
bila mereka telah tiba di ujung hutan padri tua tadipun sudah
tidak kelihatan bayangannya.
Dengan keheranan Ban li berkata: "Untung kepala gundul
itu menunjuk jalan, kalau tidak mana kita bisa selamat lewat
Hek sa mo lim ini, sungguh tidak nyana Thian ki si iblis tua itu
makin lama semakin lihai!"
"Iblis tua" Maksudmu Thian ki mo kun seorang iblis tua?"
tanya Koan San gwat heran.
"Bukankah kau pernah ketemu dia?" balik tanya Ban li
heran. "Tidak salah, tetapi Thian ki mo kun yang kutemui adalah
seorang pemuda, nama nya Ki Houw !"
Berubah air muka It lun dan Ban li lama mereka
terbungkam, Koan San gwat tidak tahu kenapa mereka
membisu diri, tapi didepan sudah dilihatnya sebarisan
bangunan rumah yang tegak menjulang ditaburi kabut tebal,
ia segan banyak tanya, unta dikeprak lalu membedal menuju
kearah itu. Waktu mereka tiba didepan deretan rumah itu mereka
dihadang sebuah pigura besar tiggi, diatas pigura terukir
empat huruf "Thian ki piat hu" yang berwarna kuning emas
menyala. Dikedua pinggirannya terdapat dua deret syair
panjang, Koan San gwat mendengus mengejek membaca
kedua bait syair yang takabur dan ugal ugalan maknanya.
Tepat pada saat itu pintu gapura terbuka dari dalam pintu
beruntun keluar sebarisan anak anak kecil seragam hijau,
usianya diantara dua tiga belasan, laki dan perempuan terbagi
rata, seorang bocah yang memimpin segera bertanya dengan
sikap pongah "Kalian setan gentayangan dari mana berani
masuk kemari?" Walau usia bocah ini masih kecil, tapi cara bicara terlalu
kurangajar, kalau Koan San gwat tidak ambil peduli, Lok Siau
hong naik pitam, kontan ia ayun cambuknya dan melecut
keras mengenai pipi bocah laki laki itu.
Dihajar pecut seketika berubah air muka sibocah,
bentaknya bengis: "Perempuan busuk, berani kau pukul aku!"
Sebat sekali tiba tiba tubuhnya berkelebat seperti bayangan
setan menerjang tiba, sudah tentu Lok Siau hong tidak
nenduga, sehingga orang berhasil melesat tiba didepan
badannya, pecut tidak sempat ditarik kembali pula, terpaksa ia
gunakan kepalan tangan yang lain menggenjot kepala
sebocah. Maka terdengarlah bocah itu membentak keras:
"Menggelindinglah turun!"
Tiba tiba tubuhnya mengkeret kebawah menghindar
jotosan Lok Siau hong berbareng ia julurkan sebuah kakinya
menendang kaki kudanya, "Krak krak" beruntun dua kali suara
patah kaki belakang kuda tunggangan Lok Siau hong disapu
patah, karena kesakitan kuda itu berbenger panjang, Lok Siau
hong terjengkang jatuh. Tatkala itu Li lun sudah mendesak maju, sekali ulur telapak
tangannya telak sekali menggaplok kepunggung sibocah,
mulut pun membentak: "Iblis kecil kurang ajar berani kau
mengumbar adat dihadapanku."
Pukulan telapak tangannya ini teramat lihay dan ganas
sekali, kontan bocah laki laki itu membuka mulut
menyemburkan darah segar badannyapun mencelat terbang
setombak lebih, "bluk" terbanting keras den jiwanya pun
melayang. Barisan bocah bocah kecil itu seketika gempar semua
berlari mulur rada jauh. Saat mana kebetulan Lok Siau hong baru melompat
bangun, melihat bocah laki laki itu dipukul mampus oleh Ban li
bu in, ia jadi gusar, sentaknya: "Kau tua bangka ini, kenapa
kau melukai orang?" "Nona cilik," ujar It lun menghela napas, "Karena
selanjutnya Lohu terkekang olehmu, terpaksa harus selalu
melindungi keselamatan, kalau tadi Lohu tidak cepat turun
tangan, mungkin jiwamu sudah melayang karena keganasan
iblis kecil itu?" Belum lagi Lok Siau hong sempat bicara, dari dalam pintu
muncul pula sebaris orang yang keluar adalah laki dan
perempuan yang cukup dewasa, mereka mengunjuk rasa
gusar. Jumlah barisan itu hanya sembilan orang laki
perempuan bercampur aduk, mereka punya pertanda khusus
yaitu selebar muka mereka diselubungi hawa kebengisan, jelas
bahwa mereka bukan orang baik.
Terutama laki laki yang menjadi pemimpin mereka paling
jelek dan culas, jidatnya gundul tumbuh uci uci sebesar kepel
tangan, dengan gerungan gusar ia membentak it lun dan Ban
li: "Kiranya kalian dua mestika yang di keluarkan dari daftar
nama, sungguh besar nyali, berani membuat keributan di Phiat
hu, agaknya sudah bosan hidup ya!"
It lun angkat kepala menegadah kelangit, sedikitpun ia
tidak hiraukan ocehan orang. Ban li pun hanya mendengus
hidung tanpa bersuara, mukanya mengunjuk senyum ejek
menghina. Laki laki itu berteriak pula: "Kenapa kalian tidak bicara?"
It lun lantas berdaling kepada Koan San gwat, serunya:
"Bocah, kaulah yang ingin meluruk kemari, kini saatnya kau
bicara?" Belum lagi Koan San gwat memberi reaksinya, laki laki itu
sudah berteriak lagi: "Aku sedang bertanya kepada kau
berdua!" Tiba tiba It lun mengunjuk rasa gusar, jengeknya "Meski
nama kami sudah tercoret dari daftar, kami tidak sudi bicara
dengan hamba iblis yang rendah!"
"Keparat" maki laki laki itu berjingkrak. "Kau pongah apa"
Apakak kita tidak termasuk tokoh tokoh dalam daftar nama
itu?" It lun tersenyum ujarnya : "Enak benar kedengarannya
sayang kalian sepuluh orang baru memperoleh satu
kedudukan, bilamana hendak angkat bicara dengan kami,
maka pentolan kalian yang harus bicara dengan kami."
Semakin berkobar amarah laki laki itu, teriaknya : "Lotoa
sedang ada urusan didalam!"
"Kalau begitu kami tidak sudi melayani kau !" jengek It lun
sambil menjebirkan bibir.
Baru saja laki laki itu buka mulut hendak berkaok kaok lagi,
Ban li segera menyela sambil menarik muka, katanya "
Diantara Sip toa cu hun (sepuluh sukma gentayangan), aku
hanya kenal rasul baju ungu, jangan kau kira karena kami
sudah tercoret namanya lantas berani main tingkah terhadap
kami, kalau sampai terjadi keributan, kalian sendiri yang
menanggung akibatnya !"
Ancaman ini membawa reaksi diluar dugaan, meski laki laki
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu memperhatikan rasa gusar yang meluap luap tapi tidak
berani bersahut lagi, demikian juga lainnya, cuma mata
mereka melotot semakin besar dan berapi api.
Ban li malah tertawa dan berkata kepada Koan san gwat :
"Bocah! Nama asli keparat itu adalah Tok kak se (badak
tanduk tunggal), kau tahu sebabnya?"
Koan San gwat tidak bersuara, malah Lok Siau hong balas
bertanya : "Kenapa?"
"Karena jidatnya tumbuh sebutir uci uci besar, keras dan
runcing lagi, persis dengan tanduk badak itu, maka ia
memperoleh julukan yang membanggakan itu."
"Tapi kenapa sekarang tinggal tembong nya saja?" tanya
Lok Siou hong, sambil melirik kemuka orang.
Sambil tersenyum geli agaknya Ban li memang sedang
menunggu pertanyaan ini lintas menjawab : "Itulah kisah
yang sangat lucu, dalam perjamuan besar besaran, diantara
hadirin ada sepuluh orang mengadakan lomba membunuh
kerbau, akibatnya tanduk tunggal diatas jidatnya itu dicabut
sampai copot dari tempatnya. Tahukah kau siapakah
pemberani yang mencopot tanduK itu?"
"Tentu kau adanya!" Lok Siau hong sambil membelalakan
mata. Ban li terbahak bahak, serunya: "Nona cilik, kau pintar
benar, sekali tebak kena dengan jitu?"
Saking gusar laki laki itu pucat pias, bekas tembong diatas
mukanya itu malah berwarna merah membara, sekian lama ia
menahan sabar kini tidak tahan lagi, dengan bengis ia
berteriak "Ling Sam kui! kau terlalu menghina orang!"
Ban li juga balas berteriak dengan beringas: "Berani kau
menyebut nama asli Lohu, kau tahu, apa dosamu?"
Bermula laki laki itu tertegun, akhirnya ia nekad, serunya:
"Kau orang yang sudah di usir, memang nama aslimu kiranya
tidak menjadi soal?"
Ban li terkekeh kekeh dingin jengeknya "Bagus! Sekian
lama Lohu maninggalkan Perserikatan ini, kiranya aturan boleh
dirubah sesuka hati, untunglah Thian ki Piat hu justru tempat
perundang undang, nanti Lohu akan cari orang untuk
menanyakan hal ini secara jelas!"
Berubah hebat air muka laki laki itu, dengan kalap ia melejit
sambil ayun kepalan menonjok muka Ban li bu in, Ban li bu in
diam saja ditempatnya, tidak berkelit dan tidak balas
menyerang, mandah dirinya dihantam.
Begitu kepalan lawan mengenai dadanya terdengarlah
suara keras, kontan laki laki itu tergentar mundur beberapa
tindak malah, terdian temannya yang lainnya pun segera siap
siaga. "Wah, kalian handak berontak ya!" It lun segera
membentak maju. Bentaknya ini laksana geledak mengguntur semua orang
melengak dan kuncup nyalinya, semua menghentikan langkah.
Laki laki pertengahan umur itu berteriak : "Para kerabat,
kedua tua bangka ini berani terobos masuk kesini membawa
orang luar pula, dia sudah melanggar pantangan kita, mari
kita menghajarnya, pasti tidak melanggar aturan."
Mendengar anjuran ini teman temannya bergerak lagi
Sekonyong konyong dari dalam pintu berkelebat keluar
sesosok bayangan, yang muncul ini berpakaian sastrawan
berusia pertengahan umur juga, jubahnya ungu, berhidung
betet bermata bundar, wajah nya mengunjuk kekerasan
hatinya. Karena munculnya sastrawan ini, orang yang mulai
bergerak itu menghentikan aksi nya, laki laki pertengahan
umur, cepat maju memapak seraya berkata : "Toako,
kebetulan kau tiba, dua tua bangka ini datang membikin onar
dia membunuh salah seorang Tong cu penjaga pintu,?"
Muka Ban li mendengus, serunya : "Rasul ungu, kau masih
kenal kami?" Sastrawan itu unjuk senyum lebar, katanya : "Kalian adalah
pahlawan dalam serikat kita, meski karena sedikit pertikaian
sampai rercoret namanya, tapi para kerabat masih segan
terhadap kalian, kedudukan kalian masih kosong dan
menunggu untuk dijabat kembali, kita semua percaya
adakalanya kalian akan memulihkan kedudakan dan jabatan
ini?" Ban li mengunjuk tawa lebar, katanya :
"Kalau begitu, agaknya kami dua dua tua bangka belum
menemui jalan buntu sehingga tiada tempat untuk
menempatkan diri kami!"
Rasul ungu tersenyum, katanya: "Anggapan yang tidak
benar, siapapun bila sudah tercantum dalam daftar Hong sio
pang selama hidup menjadi tokoh diagungkan didalam Liong
hwa hwe, kalian sudah memendam diri dan memperdalam
ilmu sekian tahun, kuduga tentu sudah punya persiapan untuk
kembali bukan?" "Ah, kau terlalu mengumpat saja" ujar Ban li, "Walau kami
ada sedikit kemajuan, kami belum kuat menyambut Lui Sam ki
itu!" "Kalian sangat merendah diri, untunglah pertemuan besar
sudah menjelang percaya kalian akan memberi pertunjukan
yang mengejutkan." demikian umpat si rasul ungu.
Mendadak it tun menyela, jengeknya: "Tapi Tok kak se
berani menyebut nama asliku kalau begitu sip toa yu bun
kalian lebih sukses dari Sian pang kami, sejajar dengan para
Hwe cu. Kurasa kalian agak tergess gesa, bagaimanapun
kalian baru boleh mengumumkan berita girang ini pada
pertemuan yang akan datang!"
Rasul ungu kelihatan terkejut, tanyanya "Lohu, apa benar
demikian?" Laki laki pertengahan umur gelagapan, sahutnya "Mereka
menghina orang diluar batas sengaja mengorek boroku buat
olok olok ?" Rasul ungu menarik muka, desisnya: "Lo kau memang
ceroboh! Dulu Hu lo maksudnya Ban li membunuh sapi
mencopot tanduk tidak lah permainan yang diijinkan oleh Hwe
cu, meski hatimu tidak senang, mana boleh kau salahkan Hun
lo, karena itulah permohonan langsung?"
Pucat pias wajah laki laki pertengahan. Sambil unjuk seri
tawa segera rasul ungu menjura kepada Ban li, katanya:
"Sudilah kiranya Hun lo memberi ampun kali ini?"
Ban li tertawa dingin ujarnya: "Waktu nama kita dicoret,
siapa yang memberi maaf kepada kami" Apalagi disini adalah
Thian ki hiat hu, konon Mo kun sudah ajal."
"Benar! Mo kun sudah berangkat ke alam baka, kini
putranya yang melanjutkan jabatan beliau." Demikian rasul
menjelaskan Ban li menghela napas, ujarnya: "Bila Liong hwa
hwe dibuka lagi, mungkin banyak diganggu oleh muka muka
baru !" "Cuma tujuh belas orang sudah ajal, mereka sudah
mencalonkan penggantinya kebanyakan adalah anak murid
perguruan mereka, yang jelas kepandaian dan kemampuan
mereka lebih asor, maka dapatlah diduga pertemuan
mendatang akan jauh lebih ramai."
Tanya Bangli : "Bagaimana calon Mo kun yang baru ini bila
dibandingkan Ki loji" bisakah dia melompat keurutan Sian
pang dan ikut merebut jabatan Hwe cu?"
Rasul ungu menjelaskan dengan bangga: "Mo kun yang
baru ini lebih gagah dalam segala bidang kiranya tidak lebih
asor dari Mo kun yang sudah ajal, untuk jabatan Su tay hwe
cu pasti beliau bisa memperolehnya."
"Maka nya kalian berani mengagulkan diri saat mana
kedudukan jadi sederajar, tak heran To kak se bersikap
pongah memanggil nama asli Lohu, kiranya kalian memang
sudah mempersiapkan diri!"
Berubah air muka Rasul ungu, katanya : "Apakah Hun lo
benar benar tidak sudi memberi ampun?"
"Lohu tidak kuasa untuk memberi keputusan, silahkan
tanyakan langsung kepada Mo kun kalian"
-oo0dw0oo- Jilid 10 Rasul ungu menghela napas, apa boleh buat ia berpaling
sambil angkat pundak, katanya "Losu ! silahkan kau
mengambil keputusan sendiri!"
Pucat muka laki laki pertengahan umur ratapnya:"Toako,
hanya karena urusan sekecil ini, tega kau memaksa adikmu
mati?" Rasul ungu menghela napas, katanya: "Kakakmu yang
bodoh ini sudah tiada tenaga membelamu lagi, kau yang
mencari penyakit sendiri".."
"Kenapa kau tidak tanya Mo kun," teriak laki bertenghan
umur: "Mungkin dia?"
"Tiada guna," tukas Rasul ungu, "Belum lama Mo kun
menjabat kedudukan ini, saat nya dia menegakan
kewibawaan, mana boleh karena kesalahanmu ia melanggar
undang undang dan merubah haluan, kalau kejadian diketahui
olehnya, dosamu lebih berat, lebih baik kau mencari putusan
yang lebih ringan saja !"
Laki laki pertengahan umur membanting kaki, teriaknya
"Tidak jadi soal aku mati, tapi putusan hak ini mengutamakan
keadilan. Kedua tua bangka ini meluruk kemari sambil
membawa orang luar, bukankah dia melanggar hukum yang
lebih besar, aku akan menunggu setelah melihat mereka
dihukum baru aku mati dengan meram."
Rasul ungu berpaling kearah It lun dan Ban li,
pandangannya mengunjuk tanda tanya.
Kata Ban li tersenyum "Rasul sedang menunggu apa?"
"Menunggu penjelasan kalian!"
"Rasul! kau pernah menghadiri dua kali pertemuan besar,
kenapa soal aturan kau semakin bingung, meski ada persoalan
perlu kami lapor kepadamu?"
Berubah air muka Rasul ungu, katanya berpaling "Losu!
Kau sudah dengar nama dan kedudukan, kakakmu tidak
membelamu lagi". cuma kau tidak usah kuatir, mengingat
hubungan kita selama beberapa tahun ini, aku pasti
memperjuangkan keadilan ini."
Laki laki pertengahan umur bungkam tak bersuara, setelah
Rasul ungu mendesaknya, tiba tiba ia jejak kedua kakinya
badan nya melejit jauh kedepan sana berusaha melarikan diri.
Sekali lompat tiga empat tombak tubuhnya melesat lewat atas
kepala Koan San gwat dan lari bagai burung yang ketakutan
daya terbangnya amat pesat sekali, tapi begitu kedua kakinya
hinggap ditanah mendadak langkahnya terhuyung huyung
kedepan terus roboh terkapar dan tidak bernyawa lagi.
Waktu Rasul ungu memburu kesana dilihatnya tujuh lobang
indranya sama mengeluarkan darah segar, punggungnya
tertancap tiga duri hitam, seketika berubah air mukanya
sesaat ia berdiri terlongong.
Sebuah suara berseru dingin dari dalam pintu : "Siau It
ping! Bagus benar didikan mu terhadap para saudaramu!"
Koan San gwat kenal suara Ki Houw, baru saja ia hendak
bersuara, dilihatnya Ban li memberi pelirikan mencegah ia
bersuara. Siau It pang adalah nama dari Rasul ungu itu, dengan
tergopoh gopoh ia balik dan berdiri tegak di pinggir pintu,
sedunya lirih: "Hamba menunggu putusan Mo kun!"
Terdengar tawa dingin dari dalam pintu, katanya :
"Sekarang aku tidak ada waktu buat cerewet dengan kalian,
selanjutnya kau harus memberi gemblengan dan ujian berat
terhadap sisa temanmu itu, kalau masih ada keparat yang
takut mati, kaulah yang harus bertanggungjawab seluruhnya!
Bawa para tamu!" Rasul ungu mengiakan, teman temannya yang lain
mengunjuk rasa takut yang berlebihan.
Hati Koan San gwat teegerak lagi, dari percakapan yang
singkat ini, selapis ia lebih paham tentang berbagai persoalan
Liong hwa hwe tapi timbul pula pertanyaan pertanyaan lain
yang lebih penting lagi. Terutama pemuda yang bernama Ki houw itu, agaknya
memegang satu kekuasaan besar sehingga bawahannya yang
terkenal kejam dan bengis bengis itu tunduk dan takut
kepadanya. Demikian juga Lok heng kun, Lok siang kun dan Liu ju yang
patuh pula akan perintahnya, sebetulnya apakah yang terjadi"
Kalau Liong hwa hwe merupakan organisasi jahat yang
memupuk banyak dosa. Maka gurunya yang berbudi , serta
Hwe thian ya ce Peng kiok jin dan kedua kakek tua ini It lun
dan Ban li mereka bukan orang jahat, tapi kenyataan pun
terdaftar sebagai anggota.
Kalau merupakan perserikatan dari kaum cendikia dan
pendekar, sepak terjang Ki houw yang serba menyeleweng ini
jelas adalah seorang durjana yang harus ditumpas, mana bisa
dia menempati kedudukan yang begitu penting"..
Dalam pada itu Rasul ungu sudah membalik serta berkata
sambil menjura : "Mo kun mempersilah kan para tamu masuk
kedalam!" Baru saja Ban li angkat langkah, tiba tiba Koan San gwat
membentak : "Nanti dulu! suruh Ki Houw keluar menyambut."
Berubah air muka Rasul ungu, serunya mendelik: "Siapa
kau" Berani kau kurang ajar?"
"Kau tanya kepada Ki Houw, dia tahu siapa aku." Kata Koan
San gwat sambil merogoh Bing tho ling, sekali ayun, "Tang"
sekeping lencana kebesarannya itu melesak kedalam daun
pintu besar di dalam sana, lalu dengan suara yang lebih
lantang ia berseru ke arah dalam. "Ki Houw aku tidak perduli
apa kedudukanmu disini, hari ini aku kemari sebagai Bing tho
ling cu untuk menyelesaikan perjanjianmu di Tay san koan
tempo hari kau ingkar janji sudah sepantasnya kau keluar
mohon maaf kepadaku!"
Suasana dalam pintu sunyi senyap Koan San gwat makin
gusar, teriaknya : "Unta terbang! Kau hendak pamer apa
sebagai Bang tho ling cu yang besar dan agung memangnya
aku harus menghadap kedalam ."
Rasul Ungu menunjuk rasa gusar, baru saja ia mengulur
tangan hendak mengeluarkan Bing tho ling dari dalam pintu
mendadak terdengar perintah Ki Houw: "Jangan disentuh!"
perintahkan mengatur barisan kebesaran, Pun coh hendak
keluar. Seketika Rasul ungu mengunuk rasa heran dan tidak
mengerti, sekilas ia pandang Koan San gwat, agaknya ia
kurang paham akan asal usul pemuda yang garang ini tapi ia
tidak berani ayal, lekas ia mengeluarkan dua papan baru jadi
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"plak, plak, plak!" beruntun ia membunyikan enam kali tiada
ketukan. Koan San gwat dan Lok Siau hong sudah pernah dengar
apa apa yang dinamakan Hun Pan liuk con yaitu pertanda
kedatangan Thian ki mo kun.
Sementara sip tau su hun semua berdiri dengan
meluraskan kedua tangan. Hanya Koan San gwat yang masih
tertawa, dengusnya "Pertunjukan tengik dan bermuka muka
belaka!" Rasul ungu melirik kearahnya, tapi tidak berani
bersuara. Dari dalam pintu kembali muncull barisan bocah bocah kecil
tadi, karena kurang satu, pembagian laki perempuan ganjil
dan kurang rajin kelihatannya.
Tapi keadaan dalam pintu masih hening lelap, Ki Hau tidak
kunjung keluar. Setelah menunggu sebentar Koan San gwat menjadi hilang
sabar, teriaknya: "Unta terbang! Kau masih hendak pamer
kekuatan apa lagi?" "Koan San gwat!" terdengar Ki Hou menyahut dingin
"Bersabarlah, tempat ini jangan kau banding Sip yang san
ceng, segala gerak gerik disini harus mementingkan jabatan
dan aturan!" "Adanya barisan tetek bengek ini menunjuk jabatanmu
sudah cukup besar, masih main ulur waktu apa lagi?"
Ki Houw tidak hiraukan dia lagi, tiba tiba ia berteriak lebih
keras: "Siau It ping, kihitung dari satu sampai sepuluh, bila
kau belum bisa menyelesaikan tugasmu, terpaksa kepalamu
lah yang harus menebus dosamu!"
Rasul ungu mengunjuk rasa bingung dan gelisah kepalanya
celingukan kian kemari, tidak tahu dimana letak kesalahan,
sementara hitungan dari dalam sudah dimulai, setiap hitungan
laksana pentung besi mengetuk ulu hatinya. Dikala hitungan
sampai angka enam keringat dingin sudah membasah kuyup
seluruh badannya, para Yu hun yang lainnyapun ikut menjadi
tegang dan menanti perkembangan selanjutnya.
Dari dalam pintu terdengarlah hitungan angka "Sembilan"
tiba tiba tergerak hati Rasul ungu, sebat sekali ia melesat
terbang kesaping seorang bocah perempuan, telapak
tangannya mengeprak kebatok kepalanya. Disaat jazat
perempuan itu terkapar roboh, kebetulan terdengar hitungan
angka "Sepuluh" dari dalam pintu.
Koan San gwat dan Lok Siau hong beramai melongo, dari
dalam pintu kelihatan bayangan Ki Houw sedang melangkah
keluar, ia mengenakan pakaian kebesaran sutra bersulam
indah, sikapnya jauh berlainan dengan tingkah laku waktu
berada di Si yang san ceng tempo hari.
Tiba di tengah barisan itu tersenyum sembari kerkata:
"Untung kau bertindak cekatan kalau tidak mayat ditanah ini
mungkin kau sendiri adanya!" sambil bicara tangannya
menuding mayat perempuan cilik yang hancur batok
kepalanya, sikapnya wajar seperti tidak terjadi apa apa.
Koan San gwat tidak kuasa mengendalikan amarah lagi,
teriaknya keras : "Ki Houw! Kau " bukan manusia"."
"Saudara terlalu mengumbar napsu, kejadian ini tidak bisa
salahkan aku, aku sudah merendahkan permintaanku"."
Saking marah Koan San gwat tidak kunjung mengeluarkan
suara, telunjuknya masih menuding orang, sementara bibirnya
bergerak gerak. Ki Houw acuh tak acuh, ujarnya: "Sesuai jabatanku
sekarang, seharusnya perlu delapan pasang barisan anak
kecil, tapi satu sudah terbunuh sehingga Propesi seharusnya
lengkap menjadi ganjil aku menurunkan perintah membunuh
satu diantaranya supaya klob, hal ini sudah merendahkan
derajat, jadi kalau diusut kalian yang harus berranggung
jawab." It lun bin gwat garuk garuk lalu bersuara: "Soalnya
terpaksa Lohu membunuh salah seorang barisan Mo kun,
karena dia melancarkan Thian mo ci (jari iblis langit) terhadap
Nona Lok"." "Memang setimpal kematiannya itu, tapi apa Bing gwat
tidak terlalu mencampuri tetek bengek ini." sindir Ki Houw.
It Iun batuk batuk lagi, lalu katanya:" Mati hidup nona Lok
secara langsung menyangkut kepentingan Lohu, tindakan
Lohu tadipun demi urusan besar dibelakang hari sebab sampai
sekarang Lohu belum memperoleh ahli waris, jikalau sampai
ajal, mungkin jabatan di Sian Pang menjadi kosong."
"Cara bagaimana Bing gwat yang bisa mengikat hubungan
mati hidup dengan nona cilik ini?"
"Kau jangan ngaco belo!" semprot Lok Siau hong gusar,
"Dalam suatu pertandingan dia kukalahkan maka harus patuh
dan mendengar perintahku!"
Ki Houw bersuara heran, "Ada kejadian begitu" Mungkin
usia Bing gwat yang sudah terlalu lanjut, lwekangnya sudah
susut, tidak seperti dulu"."
Kata Bing gwat sambil menahan gelora harunya "Kekalahan
Lohu tiada hubungan dengan lwekang semua ini sudah
ditakdirkan oleh Thian! Mo kun tidak usah membakar
amarahku, dalam Liong hwa hwe kelak, Lohu akan beri
kesempatan mohon petunjuk pada Mo kun, tapi sekarang
Lohu tidak akan terjebak dalam tipu daya Mo kun!"
"Memang Bing gwt yang tidak malu sebagaai lombok tua
yang pedas, maksud baik ku menjadi sia sia belaka, dalam
Liong hwa hwe yang akan datang semestinya Pui cun akan
mencalonkan dua sahabat baikku!"
It tun melengos tidak meladeninya lagi. Terpaksa Ki Houw
berpaling kepada Koan San gwat serta berkata : "Sungguh aku
harus minta maaf karena tidak hadir dalam perjanjian di Tay
San Koan, tapi istriku sudah mewakili aku, sedikit banyak
sudah menberi pertanggungan jawabku, ilmu sakti saudara
memang tiada bandingan, sungguh harus dipuji hari ini
saudara meluruk kemari, entah ada petunjuk apa?"
"AKU TUNTUT pertanggungan jawabmu tentang lencana
Unta terbangmu." "Bukankah aku suduh patuh akan permintaan mu, sebelun
kami menentukan menang dan kalah aku tidak akan
menggunakan Lencana Unta terbangku."
"Bagaimana pula perhitungan Puluhan jiwa murid Cong lam
pay?" "Itu adalah urusan istriku dengan pihak Ciong lam pay tiada
sangkut pautnya dengan aku dan kau !"
"Siapa bilang tiada sangkut pautnya. Aku sudah menerima
permintaan pihak Ciong lam pay untuk menuntut balas bagi
anak murid mereka." "Saudara memang suka campur urusan orang lain. Kalau
begitu kau harus membuat perhitungan dengan istriku,
sekarang istriku sedang menunaikan tugasnya tidak bisa
melayani kau, apakah saudara sudi menunggu beberapa hari?"
Koan san gwat melengak, sikap Ki Houw tenang dan dingin
"Tidak lama, dalam waktu yang pendek tentu kami akan
memberi keputusan kepada saudara, dan lagi persoalan
lencana kami beduapun perlu dibereskan sekalian."
Koan San gwat menerawang bagaimana ia lantas
menghadapi keadaan selanjutnya. Terdengar Ki Houw sudah
mengajukan pertanyaannya lebih dulu : "Dari jauh saudara
meluruk kemari, bukankah kau hendak mencari jawabanku ?"
"Benar," sahut Koan San gwat manggut. "Apa itu Siau se
thian, Liong hwa hwe dan Hing sin peng segala, bisakah kau
member penjelasan selengkapnya kepadaku ?"
"Sudah tentu boleh! Tapikau harus member tugas umumku
lebih dulu !" "Tugas apa?" Kata Ki Houw sambil menuding tangannya. "Orang orang
yang tiada sangkut pautnya dengan urusan ini harus disapu
bersih. Saudara sendiri yang membereskan atau aku yang
mewakili kau!" orang yang di tunjuk adalah Lu Bu wi dan Lau
Sam thay, biji matanya memacarkan napsu membunuh.
Karuan kaget Koan San gwat bukan main, cepat mundur
beberapa langkah menghadang didepan mereka.
Rasul ungu pimpin delapan saudaranya meluruk maju
mengurung mereka. "Sret!" Siau It ping mengeluarkan
sebatang kipas sempit dari lengan bajunya, sambil merangkap
tangan ia member hormat kepada Koan San gwat katanya :
"Harap tuan menyingkir saja !"
Koan San gwat mendengus, dari punggung unta ia
turunkan patung mas nya, sambil melintangkan di depan dada
ia berkata : "Mereka adalah sahabatku, kalau saudara hendak
menghadapi mereka, terlebih dahulu harus menghadapi aku?"
Dari samping Ki Houw tidak memperlihatkan reaksi apa
apa, beberapa kali Rasul ungu berpaling kearahnya, namun ia
tetap diam saja terpaksa ia ambil keputusan sendiri " "Kalau
tuan berkata begitu, terpaksa aku yang rendah mohon maaf
terlebih dulu !" Koan San gwat acungkan paturg masnya sambil tertawa,
katanya "Silahkan orang she Koan berani meluruk kemari
memang sudah bertekad untuk mati, cuma aku tidak nyana
apa yang dinamakan Hwi tho ling cu kira nya seorang
pengecut yang suka menyembunyikan diri dan penakut ?"
Berubah air muka Ki Houw, tapi ia tidak bersuara. Rasul
ungu tiba tiba menggerakkan kipas merangsak maju, kipasnya
mengetuk dada Koan San gwat, lekas Koan San gwat dorong
patung emasnya kedepan "Trang" kipas tersampok balik.
Tersentak Rasul ungu dibuatnya, teriaknya. "Sungguh
hebat kekuatan saudara."
Belum lenyap suranya kipasnya bekembang dan mendadak
tertutup pula, sekonyol konyong menutuk, tiba tiba memapas,
tahu tahu memotong mendadak menusuk pula, kipasnya
mempertunjukan tipu permainan empat macam senjata tajam
yang berlainan, yaitu pedang golok, potlot dan gantolan,
banyak perubahan dan sulit diraba seluk beluknya.
Dengan patung naasnya yang berat Koan San gwat
menghadapi serbuan lawan dengar tenang dan mantap,
patung emas berkaki satu yang berat dapat diputar dan di
mainkan seperti sebatang dahan pohon ringan, tiga puluh
jurus sudah berselang, keadaaa masih seru dan belum ada
salah satu pihak yang menunjuk kelemahan.
Agaknya Rasul ungu menjadi tidak sabar tiba tiba ia
berpaling dan memberi aba aba "Kalian jangan nganggur saja"
Dari barisan temannya segera melompat keluar dua
perempuan pertengahan umur, seorang bersenjata tongkat
gaman, seorang yang lain adalah sebilah pedang. Kedua dua
nya melompat ketengah gelanggang siap mengeroyok.
"Goblok" tiba tiba Rasul ungu berteriak gusar. "Siapa suruh
kalian bantu aku!" Semula kedua perempuan itu melongo, tapi sekilas berpikir
mereka lantas paham, orang yang menggunakan tongkat
lantas menerjang ke sana mengemplang batok kepala Lau
Sam thay dengan tongkatnya, daya serangannya sungguh
hebat, sementara seorang yang lain menusuk kearah Lu Bu
wi. Sejak tadi Lau Sam thay sudah siap tempur, merasakan
situasi amar serius, maka begitu tongkat lawan mengemplang
tiba kontan ia membarengi dengan bacokan goloknya.
Terdengar suara gamerentang dari gelang tembaga diatas
goloknya itu. "Trang!" sejalur kekuatan yang maha dahsyat
menerjang dirinya, meski goloknya tembaga tidak kutung, tapi
tidak kuasa memeganginya lagi, gaman nya terbang dari
cekatannya. Dipihak lain, keadaan Lu Bu wi justri lebih mending, meski
ia bertangan kosong jelek jelek seorang Ciangbunjin suatu
aliran pedang pengalaman tempurnya cukup luas, dari gaya
permainan pedang lawan, ia dapat mengukur bahwa ilmu
pedang Perempuan pertengahan umur ini belum mencapai
taraf yang sempurna. Maka dia tidak menghindar dari daya
serangan lawan, lekas ia doyongkan atas tubuhnya
kebelakang menghindari pedang lawan, berbareng tangannya
berputar balik, dengan kedua jari tangannya menutuk sendiri
tulang penyerangnya itu. Perempuan itu tidak kira bila permainan lawan begitu
lincah, cepat ia merubah tusukkan menjadi tabasan
maksudnya hendak memapas jari musuh, akan tetapi gerakan
Lu Bu wi lebih cepat setindak, Kedua jarinya menyelonong
lebih cepat, telah menjuwil urat nadinya. Perempuan itu
merasa seluruh badan kesemutan, pedang yang dipegangnya
mencelat dan berpindah ketangan Lu Bu wi.
Dua yu hun ( sukma gentayangan ) yang menyergap satu
menang dan yang lain roboh sudah ada hubungan erat
dengan kedua lawan mereka, tapi bagaimana juga situasi
banyak mempengaruhi keadaan. Kalau perempuan,
bertongkat mau melukai musuh, tapi niatnya tidak terlaksana
Lu Bu wi mampu melukai lawan tapi tidak dilaksanakan.
Berubah air mula Ki Houw, bentaknya beringas: "Gentong
nasi semua!" Beberpa patah kata itu menbuat anak buahnya mengkerut,
Rasul ungu lantas terus menempur Koan San gwat segera
berhenti mundur kebelakang tak bergerak lagi Ki Houw
tertawa dingin, jengeknya: "Siau it ping! Dengan kepandaian
cakar ayam kalian, entah bagaimana Sip tay yu hun bisa
terpilih dalam kedudukan sekarang."
Membuka muka rasul ungu, sahutnya tersekat, "Lapor Mo
kun! kami bersepuluh tamat dari satu perguruan, masing
masing mempelajari ilmu tunggal, Tok kak se rada kuat"
delapan yang lain "."
"Kau masih mending, yang boleh dikata gentong nasi
melulu!" dengus Ki Houw.
Rasul ungu bersikap takut takut sahut nya: "Suhu
almarhum meninggal terlalu pagi sembilan sute dan sumoay
terpaksa aku yang menghajar mereka, hamba sendiri yang
tidak becus mendidik mereka."
"Aku tidak peduli urusanmu, maka aku jadi curiga
bagaimana dulu kalian bisa terpilih dan bercokol dalam
kedudukan sekarang!"
"Kami Suheng sumoay meyakinkan barisan yang harus
dilancarkan bersama pada waktu itu kami lulus ujian yang
dilakukan oleh para Hwe cu, karena itulah secara beruntung.."
"O, jadi begita duduk perkaranya. Coba sekarang kalian
pertontonkan kepadaku."
Rasul ungu serba sulit, sahutnya : "Tok kak se dihukum
mati oleh Mo kun, sepuluh kurang satu, barisan ini jadi
goncang dan tidak bisa dikembangkan dengan sempurna!"
Ki Houw diam sebentar lalu berkata Sambil manggut
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
manggut: "Ya batalkan sudah, biar kucari orang menempel
kekuranganmu itu." Baru sekarang perasaan Sip tay yu hun tadi longgar dan
lega pula. Sekarang Ki Houw bicara dengan Koan San gwat, "agaknya
kau menyaksikan bahwa aku tidak berani menempar kau.."
"Berani atau tidak, hatimu sendiri dapat menjawab!"
Wajah Ki Houw berselubung hawa kelabu desinya sinis :
"Hari ini aku tidak akan menantang berkelahi! Tapi bukan
karena takut pada kau, sebab apa aku tidak bisa menjelaskan,
tapi boleh silahkan kau tanya mereka berdua." dengan
telunjuk ia tuding Ban li dan It lun.
It lun segera memberi kesaksian: "Benar Mo kun punya
kesulitan sehingga ia tidak leluasa.bertading ini."
"Mungkin kalian tahu trik kelemahan ku ini, maka berani
menerobos kemari membawa orang luar menbuat keributan
lagi." Cepat It lun menjelaskan, "Mo kun jangan sembarangn
menuduh, bukan Lohu berdua yang membawa orang luar
kemari, sebaliknya kami diseret orang kemari!"
"Membual belaka! keculi kalian siapa dapat menemukan
tempat ini!" damprat Ki Houw.
"Aku!" sahut Koan San gwat lantang, "Akulah yang
menemukan tempat ini, dan aku yang membawa mereka
kesini!" Ki Houw tidak percaya, terpaksa Koan San gwat
menjelaskan, katanya menunjuk untanya : "Mau percaya tdak
terserah! Aku dibawa kemari olehnya, dia dibawa Khong Ling
ling. Ketahuilah untaku ini mempunyai kemampuan yang luar
biasa, yaitu pandai menguntit jejak orang, meski kau berada
jauh ribuan li, bila pernah mencium bau badan orang itu. Pasti
dapat ditemukan jejak orang itu"."
Ki Houw tersenyum ejek:" Memangnya dia dapat
membedakan alat alat rahasia dan seluk beluknya, sehingga
mampu melewati hutan gelap dan tiba disini dengan selamat?"
Untuk pertanyaan ini Koan San gwat tertegun dan sedang
berpikir apakah perlu menjelaskan, Ban li sudah mewakili dia,
serunya "Bukan begitu kejadian sesuguhnya Go hay ci heng
menggunakan Kong ting hoa sin, menuntun kami melewati
hutan pekat itu." "Hwesio keparat itu, begitu besar nyali nya!" maki Ki houw
mengeretak gigi. "Kalau Mo kun penasaran silahkan mencari perhitungan
padanya!" demikian sindir Ban li.
"Cepat atau lambat pasti akan datang hari yang kunanti ini
" desis Ki houw. Karena Hwesio tua itu pernah membantu dirinya secara
diam diam, dalam hati ia berterima kasih, masa ia segan
menjelaskan kepada Ki Houw kini setelah mendengar Ban li
menjelaskan dengan nada mengadu domba Koan San gwat
jadi merasa jijik dan memandang rendah martabat siorang tua
ini, rasa simpatiknya semua tersapu bersih, maka dengan
amarah meluap ia berteriak: "Ki Houw! Urusan Liong hwa
hwe, sebenarnya kau mau menjalankan tidak?"
"Sudah tentu ingin kujelaskan! Soalnya apakah kau suka
mendengarkan?" "Dari tempat ribuan li aku meluruk kemari, tujuanku
hendak membongkar teka teki ini kenapa tidak suka dengar?"
Sambil menuding Lu Bu wi dan Lau Sam thay, Ki Houw
berseru: "Kalau begitu kau harus melenyapkan mereka lebih
dulu!" "Tidak mungkin!"
"Kalau begitu aku tidak bisa menjelaskan!" ujar Ki Houw
angkat pundak. "Menurut aturan orang luar yang mengetahui
seluk beluk ini harus dibunuh!"
"Pembual! Aku bukan orang Liong hwa hwe, kenapa kau
sudi memberitahukan aku?"
"Kau lain! kau ahli waris Tokko Bing, cepat atau lambat kau
pasti tercantum didalam Pang?"
"Kau salah!" tukas Koan San gwat. "Aku tidak akan menjadi
anggota namakupun tidak akan tecantum disana. Kalau aku
perihatin akan seluk beluk hal ini adalah karena guruku. Meski
aku tidak tahu menahu tentang Liong hwa hwe, tapi sepak
terjang yang misterius dan aturan aturan yang kejam dapat di
pastikan, bahwa Liong hwa hwe adalah kumpulan setan"."
Ki Houw tertawa tebar, ujarnya : "Lebih baik jangan kau
berpandangan cupat, masuk atau tidak kedalam daftar bukan
kau yang putuskan. Banyak anggota Liong hwa hwe yang
tidak ingin tercantum namanya namun mereka tidak berani
menolak, malah yang namanya tercoretpun akan berusaha
memulihkan nama baiknya, umpamanya mereka berdua?"
Koan San gwat bertanya, "Benarkah begitu?"
"Benar." It lun menyahut lirih : "Lohu memang tidak rela,
namun terpaksa harus jadi anggota. Setelah nama kami
tercoret kami masih giat berlatih dan memperdalam ilmu,
tujuan untuk kembali memperoleh kedudukkan diatas Pang,"
"Kenapa begitu?" tanya Koan San gwat heran.
Mulut It lun sudah terbuka sekian saat akhirnya ia
menyahut perlahan : "Lohu ingin menjawab pertanyaan ini
tapi Lohu tidak tahu kenapa?"
Kata Koan San gwat kurang percaya : "Mana ada aturan
demikian didunia ini".."
"Kalau kau terjun didalam, kau akan paham sendiri !"
Koan San gwat hendak mengajukan pertanyaan lagi, Ki
Houw sudah menyela dengan tidak sabar, "Sebetulnya
bagaimana keputusanmu?"
Maka Koan San gwat ambil putusan tegas, sahut : "Aku
ingin mendengar seluk beluknya, kedua arang ini akulah yang
bertanggung jawab! Mereka pasti tidak akan membocorkan
rahasia"." "Warga Liong Hwa hwe hanya boleh bertanggung jawab
kepada dirinya sendiri."
Tapi dengan congkak Koan San gwat berkata "Segala
urusan pasti ada asal mula nya menurut angapanku aturan
aturan tengik itu perlu diganti saja."
"Bagus" puji Ki Houw. "Tekadmu patut dipuji, agaknya aku
harus memberi kelonggaran kepada kau, mari silakan, kita
bicara didalam saja."
Rasul ungu tiba tiba berkata: "Mo kun kedudukan dan batas
batas aturan tidak memberi peluang untuk kau memutuskan
hal ini." Mendelik mata Ki Houw dampratnya: "Sian it ping! Apakah
kau sedang bicara dengan aku ?"
Rasul ungu gemetar dan tergagap tak mampu menjawab
cepat Ki Houw angkat tangan menyilahkan tamunya, sinar
matanya memancarkan hawa membunuh. Koan San gwat
hanya tersenyum saja katanya: "Jangan main licik, anggapmu
aku tidak tahu maksud hatimu?"
"Syukur bila kau paham! silahkan" lalu ia mendahului
melangkah masuk kedalam pintu, kedua baris bocah bocah
kecil itu menguntit dibelakangnya, terakhir tinggal si Rasul
ungu itu yang masih menunggu diambang pintu.
Lu bi wi berkata: "Ling cu! Losiu kuatir didalam diatur tipu
daya untuk menjebak kita!"
"Memang! tapi maju lebih selamat dan pada mundur!"
sahut Koan San gwat. "Apa maksud ucapan Ling cu?" bertanya Lu Bu wi tidak
mengerti. Kata Koan San gwat: "Aku menyesal membawa kalian
berdua masuk kedalam pertikaian ini, tapi urusan sudah
terlanjur, meski sekarang masih ada kesempatan mundur, tapi
mereka pasti tidak tinggal diam, mereka di pihak gelap kita
menjadi empuk belaka, ada istilah lebih baik nekad menerjang
masuk, mari kita lihat apa sih yang terdapat didalam sana?"
"Kalau begitu terserah perintah Ling cu," kata Lu bu wi.
Lau Sam thay menimbrung: "Jiwaku ditolong oleh Ling cu,
selanjutnya apa yang Ling cu ingin lakukan bolehlah"."
Dengan langkah lebar Koan San gwat mendahului masuk
kedalam pintu, unta sakti juga mau ikut, segera Koan San
gwat menepuk lehernya seraya berkata : "Sahabat tua, kau
tunggu saja disini, jikalau aku tidak bisa ke luar, kau tahu
bagaimana kau harus berbuat bukan?"
Unta sakti manggut manggut. Maka rombongan mereka
lantas lenyap dibalik pintu.
Di dalam ruang pendopo yang amat luas, banyak orang
sedang duduk berkeliling, mereka duduk berhadapan satu
sama lain . Lok Saiu hong duduk disamping Koan San gwat,
sebelahnya Lu Bu wi dan Lau Sam thay, dibelakang mereka
duduk pula Ban li bu in dan It lun bing gwat, mereka duduk
setengah bundar. Dihadapan mereka Ki Houw, hanya Rasul ungu yang berdiri
tegak di dampingnya, setelah hening sejenak, Ki Houw mulai
buka suara, katanya : "Apa saja yang ingin kau ketahui?"
Koan San gwat berpikir sebentar lalu bertanya "Dimanakah
Siau se thian berada?"
Di puncak Sin li hong di gunung Bu san dalam kabut mega
nan putih!" "Apakah guruku juga ada di sana?"
"Sudah tentu! Dia sudah satu Hwe cu periode yang lalu."
"Untuk apa dia berada disana?"
"Menikmati hidup bahagia."
"Apa gerangan yang terjadi dengan Liong hwa hwe?"
"Sebuah serikat atau organisasi yang sangat rahasia dan
menakjupkan, anggotanya segala golongan dari tokoh tokoh
silat aneh berbagai tempat, hanya beberapa gelintir orang
punyu nama, di Kangouw, umpamanya gurumu adalah salah
satu diataranya?" "Masih ada siapa lagi ?"
"Hal itu tidak bisa kujelaskan!"
"Apa pula yang terjadi dengan Hong sin pang ?"
"Liong hwa hwe ada seratus delapan anggota, terbagi Sian
( dewa ), Mo ( iblis ) dan Kui (setan ) san pang (tiga tingkat).
Sian pang ada tiga puluh enam, Mo pang ada tujuh puluh dua,
kedua pang jni dinamakan Hong sin pang. Masih ada lagi wakil
pang. Ia yang disebut Kui pang, para petugas macam Sip cay
yu hun dan lain lain itu termasuk anggota Kui pang".."
Apa yang didengarnya persis dan hampir sama dengan
dugaan Koan San gwat semula, maka ia bertanya lebih
mendalam: "Bagaimana membedakan Mo pang dan Kui pang
?" "Menurut kepandaian silat mereka, yang berkepandaian
tinggi masuk daftar Siang pan, kalau sedang masuk Mo pang,
kalau lebih jelek lagi Kui pang, tapi dalam hal ini ada batas
yang cukup keras. Liong hwa hwe membuka rapat anggota
setiap dua puluh tahun sekali, pada waktunya tentu terjadi
banyak perubahan, misalnya ada anggota Sian pang yang
melorot, ada pula anggota Mo pang yang naik pangkat?"
"Kau sendiri ditingkat mana?"
"Aku disebut Thian ki mo kun, sudah tentu berkedudukan di
Mo pang, malah aku menjadi pemimpin dari kawanan iblis ini,
bagi seluruh warga Mo pang, aku punya hak kuasa yang tak
dapat dilawan mereka."
"Ibuku, bibi dan pamanku adakah juga termasuk tingkat Mo
pang?" tiba tiba Lok Siau hong menyeletuk.
"Benar, maka mereka pun harus perintahku."
"Kalau Ouw hay it siu bagaimana?"
"Dia termasuk tokoh dalam Sian pang!"
Lok Siau hong mendengus, jengeknya menjebi bibir :
"Manusia keparat yang tidak becus itu juga bercokol di Sian
pang?" Ki Houw tertawa besar, ujarnya : "Benar, maka tadi
kukatakan Mo belum tentu lebih rendah dari Sian. Kehidupan
kaum iblis semestinya jauh lebih menyenangkan dari alam
kedewaan, kalian sudah melihat dua bait syair diatas pintu
gerbang itu bukan, itu lebih membuktikan bahwa ucapanku
bukan bualan belaka."
Koan San gwat merenung lalu tanyanya pula : "Kecuali
punya hak kuasa di Mo pang, dapatkah kau mengurus orang
lain?" "Dalam hal ini perlu kujelaskan, kecuali kedudukan mereka
dalam Mo pang akupun menjadi Si hoat ciang sing ( pelaksana
hukum) dalam Hong sin pang, maka semua tokoh tokoh dalam
Sian dan Mo aku dapat bertindak terhadap mereka, cuma
terhadap tokoh tokoh dalam Sian pang sedikit banyak aku
berlaku rada sungkan ?"
"Apakah guruku iuga dapat kau kekang dengan jabatanmu
itu?" Sedikit berubah air muka Ki houw, sahutnya tersekat
"Tidak! Kedudukannya sebagai Hwe cu, tingkat ini sejajar
dengan aku, siapapun tiada hak mengurusi orang lain!"
Mendadak it lun bing gwat menyeletuk bicara: "Tapi Hwe
cu punya hak membatasi segala gerak gerikmu bila perlu
kaupun harus mendengar perintah Hwe cu."
Ki Houw kelihatan marah serunya: "Liong hwa hwe yang
akan datang, aku punya banyak kesempatan untuk merebut
kedudukan Hwe cu itu, tatkala itu aku tidak akan dicemooh
dan dirintang oleh mereka."
Tiba tiba Koan San gwat meninggikan suaranya bertanya :
"Siapakan pendiri Liong hwa hwe ini?"
Berubah air muka Ki Houw, It lun dan lain lain, malah Ban li
lebih emosi teriaknya bengis : "Bocah keparat! Kau dilarang
tanya hal itu!" Koan San gwat jadi heran, katanya : "Apakah benar tidak
boleh tanya hal itu?"
"Benar." Ki Houw dengan muka kelam. "Ini larangan yang
paling keras, sekarang kau sudah belum masuk anggota,
maka kau tidak terhukum, kau sudah melanggar larangan
paling besar!" "Kulau begita ganti pertanyaan lain, Kuasa yang paling
tinggi dalam Hong sin pang?"
Sejenak ragu ragu akhirnya Ki Houw menjawab : "Su tay
hwe cu. Mereka tidak punya kuasa kupersilakan renungkan
arti dari pada kedua hurup "Thian ki" itu."
Koan San gwat mengejek dengan seringai dingin, katanya :
"Jadi hak kuasamulah yang tertinggi di Siau se thian !"
Benat! "sahut Ki Houw takabur, "Kecuali Thian gwat Thian
(langit diluar langit) ?"
Koan San gwat melanjutkan : "Apa yang dinamakan Thian
gwat thian?"
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berubah pula air muka Ki Houw, seolah olah sudah
melanggar suatu kesalahan paling besar, kedua matanya
jelalatan celingukan kian kemari, demikian juga It lun dan Ban
li sama berubah pucat dan gemetar, mereka pasang kuping
mendengar apa apa dengan cermat.
Sesaat kemudian ditengah angkasa sayup sayup
berkumandang irama musik yang mengalun tinggi merusak
pendengaran. Tersipu sipu Ki Houw melorot turun berlutut demikian juga
Rasul ungu seluruh tubuhnya ikut mendekam dilantai,
kepalapun tidak berani bergerak.
Irama musik itu semakin jelas dan dekat, hidung semua
orang sudah mengendus wangi semerbak. Koan San gwat dan
lain lain hanya tercengang, ditempatnya.
It lun bing gwat dan Ban Ii bu berdiri tegak meluruskan
tangan, badannya gemetar keras seperti kedinginan.
Selang sejenak pula, tampak bayangan berkelebat
diambang pintu, masuklah sepasang dayang kecil yang
menggelung rambutnya dikedua pinggir kepalanya wajah
mereka ayu rupawan, setiap orang menentang lampion
berkaca yang memancarkan cahaya terang benderang.
Dibelakang dua dayang kecil yang seraya pula, masing
masing menyanggul sebuah anglo berbentuk binatang, dari
hidung ini mengepul keluar asap wangi warna hijau. Dan yang
terakhir masuk pula seorang dara cantik rupawan
mengenakan pakaian yang molek dan cemerlang, langkahnya
enteng dan lembut tak bersuara, gayanya lemah gemulai
mempesonakan. Pakaian yang dikenakan dara ini terbuat dari bila burung
merak yang halus dan warna warni sangat menyolok dan
indah. Sehingga tindak tanduknya bak umpama dewi
kahyangan sedang berlenggang turun memperlihatkan
keagungannya. Begitu berada ditengah pendopo melihat Koan San gwat
duduk tegak, dara itu mengerut alis, dengan suara yang
menyedot sukma ia bertanya : "Siapakah dia ini?"
Sambil berlutut Ki Houw menjawab : "Dia ahli waris Tokko
Bing!" "Ahli waris Tokko Bing?" tanya gadis itu menegas,
"Siapakah TokkoBing?"
Kejadian diluar dugaan dan menegangkan urat syiraf, ia
tahu akan kedudukan gadis itu tentu sangat tinggi, maka
segera ia mendahului menjawab, "O, kiranya Ui ho"." ujar si
gadis, "Hebat benar dia memilih akhli waris."
Ucapan yang terakhir ditujukan kepada Koan San gwat,
sementara kedua matanya pelirak pelirik dari atas kebawah
mengawasi Koan San gwat, saking risi Koan San gwat balas
bertanya, "Siapa kau?"
Gadis itu tertawa nyaring, katanya. "Pertanyaan ini kurang
hormat!" "Usiaku tidak terpaut banyak dengan kau selamanya belum
kenal lagi, tidak perlu aku sungkan dan rikuh terhadap kau."
Gadis itu tersenyum lebar, ujarnya, "Bukankah kau hendak
bertanya Thian gwat thian, Aku inilah?"
Jawabannya ini sudah diduga oleh Koan San gwat,
munculnya gadis ini di luar dugaannya Liong Hwa hwe, Hong
sin pang, Siau se Thian dan nama nama lain sudah cukup
membuat kepalanya pusing, untunglah hari ini ia memperoleh
jawaban seluruhnya, namun diluar dugaan muncul lagi
seorang Thian gwat thian, inilah sikap dan kelakuan Ki Houw
dan lain lain menunjuk bahwa kedudukan gadis ini sangat
tinggi atau istimewa. Sementara itu gadis itu sudah berpaling
kearah Ki Houw katanya sambil tertawa manis "Mo kun
mengundang kami, entah ada petunjuk apa?"
Ki Houw berlutut kaku dilantai, suaranya gemetar: Hamba
ceroboh, usil lagi sehingga membuat kaget tuan putri?"
Gadis itu bersuara dalam tengorokan lalu katanya. "Jadi
hanya karena usil maka Mo kun mengundang kemari?"
Pucat pasi muka Ki Houw, ratapnya dengan ketakutan,
"Berat ucapan Sian cu bukan begitu maksud hamba."
Tiba tiba sigadis muka, katanya bersungut : "Aku tidak
peduli apa maksudmu! Untung kau sebagai pelaksana hukum,
hukuman apa harus dijatuhkan terhadap orang orang yang
suka melanggar aturan dan disiplin kau paling apal! Silahkan
kau putuskan sendiri!"
Biasanya sikap Ki Houw terhadap orang lain galak dan
takabur, namun dihada pan gadis ini, ternyata bertekuk lutut
tak berani bergeming, mukanya pun pucat pias seperti mayat,
serunya gemetar : "Hamba akan mengutungi sabelah tangan
saja, bagaimana menurut Sian cu?"
Gadis itu tersenyum, ujarnya : "Bukankah putusan sudah
kuserahkan kepada kau kenapa harus tanya lagi kepadaku!"
Ki Houw kertak gigi, jari tangannya dirangkap terus
mengetuk kesiku tangan yang lain, tempat yang diarah adalah
urat pencacad tepat disaat ujung jarinya hampir mengenai
sasarannya, gadis itu mendadak membentak : "Tahan!"
Ki Houw merasa lega seperti memperoleh pengampunan,
dengan haru ia pandang sekilas kearah segadis.
Gadis iti. tertawa cekikikan katanya: "Pertemuan besar
sudah menjelang kalau sekarang lenganmu cacad tentu
membawa pengaruh besar terhadap para kerabat di Mo pang
kalian, mungkin mereka mengatakan hukuman ini kurang
adil." "Terima kasih sian cu" seru Ki Houw girang.
Tapi gadis ku menarik muka, katanya kereng "Jangan
sangka bahwa aku ampuni kau, undang undang harus
dilaksanakan secara ke keras dan tidak mengenal belas
kasihan baru semua orang akan menaruh hormat dan patuh.
Maka hukuman putusan lengan boleh dilaksanakan setelah
pertemuan besar itu berlangsung!"
"Hamba menerima hukuman dengan setulus hati,
mempunyai tangan kalau tidak dimanfaatkan adalah
merupakan suatu siksaan. Lalu bagaimana kau akan
mengembalikan dirimu". bagaimana pula aku tahu bahwa
sebelum pertemuan besar itu kau benar benar tidak
melanggar laranganku?"
Seketika Ki Houw mengunjuk rasa bingung dan serba sulit,
tanyanya: "Bagaimana menurut maksud Sian cu?"
"Begini saja!" ujar gadis itu setelah berpikir sebentar, untuk
sementara kau serahkan saja padaku, nanti setelah waktunya
tiba akan kuserahkan kembali kepada kau."
Sikap Ki Houw seperti sangat menderita, namun ia tidak
berani membangkang, terpaks ia mengiakan, Koan San gwat
keheranan dan tak habis mengerti, hanya karena menyebut
Thian gwat thian tiga huruf Ki Houw harus memperoleh
ancaman berat. Peraturan itu memang cukup kejam, apalagi
lengan merupakan salah satu anggota badan yang penting,
gadis itu berkata hendak menyimpanya sementara waktu,
akan dikembalikan pula setelah waktunya tiba, ini betul betul
merupakan suatu kejadian yang aneh dan jarang terlihat maka
dengan mendelong ia mengawasi, bagaimana cara orang akan
bekerja. Terdengar sigadis tertawa nyaring lalu bertanya: "Kau
suduh siap belum?" Lekas Ki Houw menekuk lengan kirinya, gadis itu memberi
tanda dengan kedipan mata salah seorang dayang membawa
lampion maju kedepan Ki Houw melolos seutas benang warna
merah amat kecil, lalu mengikat lengan Ki Houw dengan
benang merah itu. Baru sekarang Koan San gwat paham duduk persoalannya
hatinnya: "Kiranya disimpan demikian, gadis ini berjiwa
sempit, daripada dihukum siksa demikian lebih baik dikuntungi
saja lengannya kan beres."
Soalnya benang merah itu sangat kecil getas, dan sedikit
bergerak pasti putus, diikat kencang dan ditali pati lagi, tak
mungkin dibuka" benang sekecil itu tentu tidak kuasa
membelenggu sebuah lengan, maka dia paham betapa besar
tenaga belenggu dari seutas benang sekecil itu serta
artinya. .." Setelah memberi hukuman kepada Ki Houw, gadis itu
mendekat kedepan It lun dan Ban li, katanya tertawa
"Kusampaikan selamat kepada kalian, hari baik kailan sudah
hampir tlba !" "Sampai pada waktunya, mohon bantuan Siang cu yang
berharga !" demikian sabda Ban li sambil menjura.
"Kau terlalu sungkan, aku tidak berguna yang penting
kalian sendirilah yang harus berusaha, tapi akan kuberi
kelonggaran kepada kalian, sehingga nama kalian dapat
dicantumkan lagi diatas daftar dan menghadapi i rintangan
yang tidak berarti."
"Terima kasih Sian cu!" seru It lun bin gwat dengan haru.
Sambil tertawa halus gadis itu maju ke depan Koan San
gwat, kedua biji matanya yang bening laksana jamrud dengan
tajam mengawasi Koan San gwat rada lama kemudian baru
mulutnya mendesis perlahan "Em, baik sekali! Sikapnya
gagah dan perkasa, melebihi Ui ho, tak heran dia selalu
memuji terhadap ahli warisnya, kalau tidak, sejak dulu,
seharusnya aku sudah menjenguk kau !"
Meski Koan San gwat tahu bahwa gadis ini berkedudukan
luar biasa sikapnya yang agung dan tindak tanduknya yang
tegas, kata katanya seolah olah menjadikan dirinya sebagai
angkatan muda belaka, sudah tentu hati nya kurang senang,
maka dengan muka keteng ia bertanya lagi : "Hai, siapa
namamu?" Gadis itu rada melengak agaknya selama hidupnya belum
pernah ia menghadapi, sikaP karang ajar seperti ini, It lun
bing gwat segera berkata : "Bocah, jangan kau berkata kasar
terhadap Sian cu?" Gadis itu mengulapkan tangan, katanya tersenyum manis :
"Tidak jadi soal. Dia belum terhitung orang dalam, tak perlu
dikekang oleh aturan aturan dan lagi aku suka ada seseorang
bicara sama derajat dengan aku". aku bernama Liu Ih yu!"
Dengan sikap wajar dan tenang Koan San gwat berkata :
"Aku harus panggil Sio cia atau Hujin?"
Merah wajah Lio Ih yu, sahutnya : "Soal ini tidak perlu
kujawab !" Kata Koan San gwat tawar : "Hanya sekedar menyusuaikan
panggilan saja, kenapa tidak usah" Kalau langsung memanggil
nama rasanya rada rikuh, kalau aku harus memanggil Sian cu
seperti orang lain, aku tidak sudi."
"Hm, baru pertama kali ini kudengar orang mengeritik aku."
"Ya, dikata agung kau belum setaraf, dikata dewi kau
belum setimpal" ?"Dari penilaian apa kau bilang aku tidak setimpal?" tanya
Liu Ih yu. Koan San gwat menunjuk keempat dayang itu, katanya :
"Keluarga dewa mengutamakan kebesihan dan kesucian yang
tinggi, mana ada tontonan seperti itu."
"Orang menjadi dewa belum tentu seperti Li Ti koay
menjadi pengemis, bukan kah dewi Koan im sendiripun
membawa pembantu yang dinamakan Sian jay dan Liong li.
Menurut hematku aturanku ini tidak keterlaluan !"
Koan San gwat jadi sebal diajak debat secara langsung ia
bertanya "Bisakah kau menjelaskan apa yang terjadi dengan
Thiaa gwat thian?" "Suatu badan yang lebih tinggi dari Hong sin pang!
termasuk kami suheng moay tujuh orang!"
"Apa pula hubungan Thian gwat thian dengan Liong hwa
hwe?" "Kami bertujuh yang mendirikan Liong hwa hwe, calon
Hong sin pang kami pula yang memilih"."
Koan San gwat manggut manggut ujarnya "Aku paham
sekarang. Liong hwa hwe berpusat di Siau se thia, dan kalian
menamakan diri sebagai Thian gwat thian, diatas Hong sin
pang, jadi kalian dewa diantara dewa,"
"Uraianmu hanya benar separo," tukas Liu Ih yu. "Diantara
Thian gwat thian hanya adalah tiga orang dewa diantara
dewa, tiga yang lain adalah iblis diantara iblis, dan satu lagi
setan diantara setan, maka Hong sin pang pun terbagi atas
"Dewa", "Iblis", "Setan" tiga tingkat."
Tak tertahan Koan San gwat bertanya pula "Bagaimana
azasi tujuan kalian mendirikan Liong hwa hwe ini?"
Liu Ih yu tersenyum manis katanya: "Pertanyaan ini aku
tidak mampu menjawabnya."
Koan San gwat kecewa, ujarnya "Lalu siapa yang bisa
menjawab?" Liu Ih yu berpikir sebentar lalu menjawab. "Persoalan di
Sian pang harus tanya kepada dewa diantara dewa, persoalan
di Mo pang tanya kepada iblis diantara iblis"."
Cepat Koan San gwat bertanya pula "Kau termasuk bagian
yang mana?" "Orang memanggil aku Sain cu, menurut pendapatmu aku
termasuk bagian yang mana?"
"Kalau begitu baiklah aku bertanya soal yang ada sangkut
paut dengan Sian Pang saja bolehkan ?"
"Tidak boleh!" Lin Ih yu geleng kepala. "Dewa diantara
dewa ada tiga orang, aku hanya nomor dua kalau hanya
urusan sepele sih aku boleh menjawab, kalau urusan yang
lebih penting lagi, terpaksa harus bertanya kepada Suciku!"
"Dimana ia berada?"
"Tentunya di Siau se thian, api kau tidak mungkin bisa
bertemu dengan dia kecuali disaat Liong hwa hwe dibuka dia
akan tnrun dan hadir serta berhadapan dengan semua
hadirin." "Kapan pertemuan besar itu diadakan?""
"Tanggal sembilan belas bulas sembilan". "Apakah kau
akan datang?" "Ya, aku akan datang, karena aku ingin bertemu dengan
guruku." "Baiklah, kami bertemu pula pada waktu itu. Meski kau
bukan orang dalam, ambil lah tanda pengenalku ini segala
rintangan tiada menjadi persoalan bagi kau, sekarang harus
kembali," lalu dari ikat pinggangnya ia melepas sebentuk
mainan kalung terbuat dari batu jade terus diangsurkan, tanpa
sungkan Koan San gwat menerimanya, sekali berkelebat
badan Lin Ih yu tiba tiba lenyap dari depan matanya.
Demikian juga kempat dayang kecil itupun ikut lenyap.
Sekian lama Koan San gwat duduk terbengong seperti
orang linglung, sementara itu Ki Houw merangkak bangun dari
lantai, karena lengannya terikat benang maka gerak geriknya
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sangat lamban dan hati hati sekali, seolah olah takut kalau
benang itu putus. Dengan mendelik ia mengawsai mainan
kalung kalung ditangan Koan San gwat, matanya
memancatkan dendam sakit hati yang berlimpah limpah.
Terdengar Ban li bersuara, dengan rasa iri "Bocah,
sungguh besar rejekimu, kau berkesempatan jumpa dengan
Sian cu, malah Liong hwa giok pwe miliknya itu diberikan
kepada kau?".."
"Apa gunanya Giokpwe ini?" tanya Koan San gwat tidak
mengerti. Bang li menjelaskan. "Giokpwe taau merupakan simbul
kebesaran tertinggi, hak kekuasaannya teramat besar, seluruh
tokoh Hong sin pang harus patuh dan tunduk akan
perintahmu, sampai gurumu sendiripun tidak terkecuali!"
Koan San gwat, kurang percaya : "Hanya sebuah Goik gu
ini masa mengandung kebesaran sedemikian besarnya?"
"Melihat Giok hu atau simbul kebesaran itu berarti
berhadapan langsung dengan Sian cu!"
Koan San gwat terlngong sebentar, lalu menghitung waktu,
katanya "Hari ini tanggal Sembilan, sisa waktu tinggal sepuluh
hari, dapatkah kita menyusul tiba pada saatnya ?"
"Waktu masih cukup lama asal kita melakukan perjalanan
lewat darat dan tak sudah sepuluh hari kita sudah tiba di Bu
san," demikian Ban li menjelaskan pula "Waktu memang
masih cukup panjang tapi jangan ayal ayalan, kalau kau tiada
urusan lain sekarang juga kita harus berangsur, toh
pertanyaan yang ingin kau ketahui sudah cukup kau ketahui,
pertanyaan yang lain ku kira tiada orang yang bisa menjawab
lagi?" demikian It lun ikut menimbrung.
Koan San gwat merenung sebentar lalu berkata kepada Ki
Houw "Apakah kau juga hadir dalam Liong hwa hwe nanti?"
Ki Houw menjengek gusar : "Kau sudah tahu masih tanya
segala, sebagai pertolan Mo pang, mustahil bila aku tidak
hadi." "Baik sekali! Tiba saatnya kuperintahkan kau bawa Khong
Ling ling, pertikaiannya dengan pihak Ciong lam pay harus
kuselesaikan!" Ki Houw bermuka masam, sahutnya dingin : "Berdasar apa
aku harus dengar perintah mu!"
Koan San gwat anggap Giok hu pemberian Liu Ih yu, Ki
Houw bungkam dan tak tunduk tidak berani bersuara lagi,
kata Koan San gwat tertawa : "Disamping soal itu, kau harus
bertanggung jawab pula pada dua urusan lain!"
Ki Houw kertak gigt, desisnya : "Sekarang kau bisa main
kuasa, coba katakan!"
Koan San gwat dengan sikap sungguh sungguh : "Pertama,
sebelum tiba saatnya pertemuan besar itu, Giok hu
ditanganmu itu tidak berlaku lagi, tatkala itu?""
"Tatkala itu aku akan mencarimu, untuk membuat
perhitungan, " tukas Koan San gwat "Kau harus siap
membereskan persoalan kita!"
"Lalu bawa orang orangnya keluar dari pendopo besar ini
langsung keluar dari Thian ki piat hu, alat rahasia dan segala
aral rintang yang terdapat d? hutan pekatpun sudah ditarik
semua, maka dengan gampang mereka bisa melintas lewat
dan sampai diluar dengan selamat."
"Untung Giok hu itu melindungi kita kalau tidak jalan
kembali ini entah harus menghadapi bahaya apa saja?"
begitulah ujar Bin li sambil menghela napas lagi.
Mendadak tergerak hati Koan San gwat, tanyanya: "Masih
ada sebuah pertanyaan, apa boleh kuajukan?"
"Kau membawa Giok hu itu, kan kuasa memerintah kami
melakukan apapun yang kau inginkan!" sahut Ban li tertawa.
"Main perintah aku tidak berani. Aku hanya teringat suatu
kejadian aneh, tadi Ki Houw ketelanjuran mengatakan Thian
gwat thian, tak lama kemudian Lan Ih yu lantas muncul
bagaimana dia tahu secepat itu?"
Ban li menjawab hidmat: "Ini, Lohu tidak tahu, tapi ketiga
huruf itu tidak boleh sembarangan diucapkan, hanya di Liong
hwa hwe saja boleh bicara secara bebas, kalau sebaliknya
hukumannya adalah mati, dalam Hong sin pang, lapis
mengendalikan lapis, jadi yang bawah selalu digencet dari
atas, gerak gerik harus hati hati, maka rahasia ini bisa
dikendalikan sampai lama ?"
Koan San gwat mengeleng kepala katanya: "Maksudku
dengan cara bagaimana Liu Ih yu bisa kebetulan datang !"
Berubah air muka Ban li, sahutnya "Hal ini Lohu benar
benar tidak tahu, seluruh anggota Liong hwa hwe selamanya
tidak berani menyinggung ketiga huruf itu, karena
hukumannya berat. Para Sian cu seolah olah setiap waktu
selalu mengontrol dan mengawasi segala gerak gerak kita"."
Koan Sangwat uring uringan, katanya:
"Mereka hanya bertujuh mana mungkin dapat
mengendalikan ratusan orang "."
Ban li gemetar dan berubah pucat, sahut nya: Maaf Lohu
tidak berani banyak bicara kau dilindungi oleh Giok hu itu,
sebaliknya Lohu masih ingin hidup beberapa tahun lagi."
Terpaksa Koan San gwat tidak banyak tanya lagi, setelah
mereka tahu meninggalkan sarang iblis itu, lalu ia berkata
kepada Lu Bu wi: "Khong Ling ling tiada disini segala rencana
yang kita atur itupun tiada gunanya lagi harap Ciangbunjin
mengumpulkan seluruh anak murid kalian, mau membuat
rencana lain," lalu ia tarik Lu Bu wi kesamping diajak bicara,
kelihatannya Lu Bu wi mengalami kesulitan.
Maka Koan San gwat berkata : "Ciangbunjin, tidak usah
kuatir, aku sudah berpesan kepada Ki Houw, mereka pasti
tidak akan berani bertindak terhadap kalian."
Lu Bu Wi mangut mangut terus membalikkan tubuh tinggal
pergi, Lau Sam thay ikut bersamanya.
Lok Siau hong yang suka usil ini bertanya : "Koan toako
apa yang tsdi kau rundingkan dengan mereka?"
Koan san gwat tertawa tawa ujarnya "Hal ini tidak boleh
bocorkan, Liong hwa hwe selalu bertindak misterius, maka aku
pun perlu berlaku ketat dan main sembunyi untuk menghadapi
mereka bila sampai waktunya pasti kita bisa memperoleh
perlindungan!" Lok Siau hong jadi mangkel sambil membanting kaki ia
berlari berjalan didepan seorang diri.
Tanggal sembilan belas bulan Sembilan, Tabir misteri di
puncak Sin li hong akan segera tersingkap, disaat pertemuan
besar yang serba misterius itu Koan San gwat menunggu unta
saktinya di sampingnya Lok Siau hong bercokol dipunggung
kuda, mereka berjalan pelan pelan dibawah petunjuk It lun
dan Ban li yang jalan di muka jalan pegunungan sunyi senyap,
lewat jalan yang berliku liku tidak rata itu hanya terdengar
derap kaki kuda tunggangan Lok Siau hong membelah
kesunyian dialam pegunungan.
Sepanjang jalan ini, banyak orang aneh yang bertindak
tanduk aneh mereka jumpai ia tahu betapa penting dan
gentingnya peretemuan besar itu, maka Lu Bu wi dan Lau San
thay ia tugaskan dalam urusan lain, karena ikut akan
merupakan beban saja, malah sebelumnya ia sudah mengatur
rencana yang cukup baik, bila perlu rencana ini dapat
membawa banyak bantuan bagi mereka.
-oo0dw0oo- Jilid 11 SEMAKIN menanyak tinggi perjalanan semakin sukar, angin
pegunungan menghembus semangkin keras, It lun dan Ban li
melangkah mangkin cepat lagi, unta sakti dapat berlenggang
seenakanya saja tanpa kepayahan adalah kuda Lok Siau hong
mangkin ketinggalan jauh, napas sudah engos engosan kuda
itu tidak kuasa berjalan ditempat sukar.
Koan San gwat lantas berseru kearah depan: "Cianpwe
mohon berjalan pelan pelan saja?"
Ban li berteriak dengan gelisanh. "Liong hwa hwe akan
dibuka nanti lohor, sekarang hampir setengah hari kalau
terlambat kita tidak bisa masuk, harapan kita selama
beberapa tahun akan menjadi nihil sama sekali."
Terpaksa Koan San gwat berkata kepada Lok Siau hong,
"Tinggalkan kudamu, duduklah dibelakangku "
Memang Lok Siau hong sudah mangkel menghadapi
kudanya yang bandel ini, dengan tertawa riang segera ia
melompat naik kepunggung unta dan duduk dibelakang Koan
San gwat, kedua tangannya menyikap pinggang orang.
Meski ditambah satu orang lagi, langkah unta sakti masih
ringan dan cepat laksana terbang, dua orang didepan itu
malah berlari makin kencang.
Waktu matahari tepat bercokol ditengah cakrawala
merekapun sudah tiba didepan sebuah papan baru besanyang
berdiri tegak di pinggir jalan, diatas batu diukir tiga huruf yang
bercoret indah dan dalam, ketiga huruf itu berbunyi "Siau ae
thian!". Kecuali dua barisan anak anak kecil berdiri jajar terbagi
dua, seorang whesio berdiri tegak ditengah jalan, whesio ini
bukan lain adalah Go hai ci hang yang telah menuntun mereka
memasuki hutan pekat di Kiam bun san tempo hari. Sambil
menghela napas lega Ban li berkata: "Untung belum
terlambat!" Memandang kearah mereka Go hay cu hang berkata sambil
menarik napas: "Baru saja Lolap bersyukur kukira kalian sudah
melihat keseluruhannya, siapa tahu ternyata masih"."
"Kepala gundul." tukas Ban li dingin : "Tak usah kau umbar
budi darmamu terhadap kami, memang kami sengaja
menjebloskan diri! nanti malah kami mengharap kau memberi
kelonggaran atau bila sebalikanya kami mohon supaya kau
suka mempersembahkan demi arwah kami!"
Go hai chiang menghela napas tanpa bersuara, matanya
beralih kearah Koan San gwat dan Lok siau hong, "untuk apa
kalianpun datang kemari?"
Koan San gwat sudah merasa simpati padanya, lekas saja
ia berkata "Wanpwe datang untuk tambah pengalaman!"
"Omitohud! Tempat terlarang ini paling banyak
memusingkan kepala, kenapa kalian mencari kesukaran
malah!" "Baik buruk tergantung mulut berkata, kesulitan karena
tingkah laku yang suka ugal ugalan, soalnya wanpwe tidak
dapat mengendalikan diri, aku ingin menyelidiki beberapa hal
yang mencurigakan, terpaksa kami ikut menerobos
kemari!" demikian. "Gampang masuk kedalam pintu, keluar sesulit manyat
langit. Kebetulan Lolap ditugaskan menyambut tamu, kuberi
nasehat kepada kalian berdua lekaslah kembali saja, persoalan
dunia ini memang".."
Cepat Koan San gwat menyambung. "Ti dak seperti
kehidupan bebas para dewata Harap loa suhu suhu memberi
jalan!" "Dengan baik hat Lelap menasehati kalian tapi kalian masih
berkukuh terpaksa kujalani aturan disiplin disini."
"Kepala gundul! Jangan kau banyak cingcong, mereka
membawa Giok hu milik Sian cu, berani kau melarang mereka
masuk?" Ban berseru gusar.
Terpaksa Koan San gwat keluarkan Giok hu dan
diangsurkan kedepan, Go hay ci hang, berubah air mukanya,
katanya menghela napas panjang : "Ai, takdir menghendaki
demikian, buat apa kau banyak kata lagi. Mari, silakan !"
sembari berkata ia membungukan tubuh lalu menyingkir
kesamping. Lekas Koan San gwat membalas hormat. Anak
anak kecil laki perempuan itupun ikut menjura hormat. Maka
terdengarlah musik mengalun mengiringi perjalanan mereka
yang dipimpin dua anak kecil laki perempuan yang membawa
taburan kembang. "Untuk apa itu?" tanya Koan San gwat melengak.
"Kalian ada membawa Giok hu milik Sian cu maka termasuk
tamu agung dalam pertemuan besar ini, menurut aturan
taburan kembang harus menunjuk jalan diiringi alunan musik
gembira. Silakan!" Koan San gwat mengatakan sambil
menyatakan terima kaih, lalu sambil menarik untanya ia
mendahului melangkah kedepan menerobos kabut tebal yang
mengembangkan di jalan berliku, tak berapa lama kemudian
tiba tiba pandangan mereka menjadi lebar dai terang, kabut
dan mega hilang sama sekali, kiranya mereka sudah dipinggir
lapangan luas. Dilapangan besar ini hadir banyak terdiri dari berbagai rupa
dan golongan, kebanyakan berusia lanjut atau pertengahan
umur hanya beberapa pemuda yang hadir, mereka terbagi
beberapa kelompok dan sedang mengobrol atau tercakap
cakap, entah duduk entah berdiri.
Dilapangan besar sudah berderet meja kursi yang sudah
siap ditaruh makanan dan buah buahan yang aneh, perjamuan
belum di mulai, maka meja meja itu masih penuh dan
lengkap. Banyak pelayan pelayan kecil laki perempuan berpakaian
seragam yang hilir mudik mempersilahkan para hadirin
menempati meja kursi itu.
Karena mendengar iringan musik, semua hadirin kaget dan
menoleh heran dengan pandangan aneh dan sikap yang lucu.
Koan San gwat bersikap wajar dengan sorot matanya ia
menjelajah keseluruh pelosok, tiba tiba dilihatnya Peng Kiok
jin Lok Heng kun, Lok Siang kun dan Liu Ju yang berkumpul
dengan beberapa orang pertengahan umur lainnya, entah apa
yang mereka bicarakan dengan bisik bisik. Tergerak hati Koan
San gwat, baru saja ia hendak menghampiri, lekas Peng Kiok
jin memberi syatat dengan kelapan tangan merintangi
maksudnya. Demikian juga Lok Sian hong d?delik? oleh Lok Hang kun
sehingga tidak berani banyak bertingkah, dengan uring
uringan ia menggerutu : "Kenapa ibu tidak hiraukan aku lagi?"
"Mana aku tahu, tapi kukira mereka punya alasan, sekarang
tak usah kau gelisah, nanti kalau ada kesempatan tanyakan
kepada mereka"." Saat mana mereka sudah tiba dihadapan
sebuah meja batu, Koan San gwat melompat turun, di sini
Koan San gwat dibuat melongo dan kaget, karena tidak jauh
disebelah sana dilihatnya Thio Hun cu juga sedang menduduki
sebuah meja tersendisi, dengan nanar matanya sedang
mengawasi diri nya. Tampak oleh Koan San gwat air muka Thio Hun cu pucat
dan badannya rada kurus namun semangatnya kelihatan lebih
menyala kulit mukanya yang kekuning kuarngan itu kelihatan
bersemu merah setelah saling berpandangan sekian saat,
akhirnya Koan San gwat maju menyapa : "Paman Thio!
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bagaimana kau pun disini?"
Thio Kun cu bergelak tawa ujarnya: "Hah kiranya kau
adanya, sejak tadi kuamat amati kau, kelihatannya mirip tapi
aku belum yakin"."
Koan San gwat melongo, tanyanya : "Paman! Kami
berpisah baru setahun lebih, apakah Siautit ada banyak
perobahan?" "Perubahan sih tidak begitu besar, cuma aku sulit percaya
kau masih bidup?" kalau begitu, nenek tua di Kun lun san
itu memang cukup lihay?"
Koan San gwat terlongong sejenak lalu katanya
"Kepandaian pengobatan Soat lo Thay thay memang cukp
lihay, setelah makan waktu satu tahun baru berhasil
menyembuhkan seluruh penyakitku?"
Thio Hun cu bersuara dalam tenggorokan wajahnya
menunjuk mimik yang aneh dan lucu, lalu dengan sikap acuh
tak acuh ia bertanya: "Dimana Ceng ji" Kenapa kau tidak ikut
kemari?" Menyinggung Thio Ceng Ceng Koan San gwat jadi
melengak, betapa besar cinta gadis itu terhadap dirinya,
sebalikanya selama perjalanan dirinya terlalu sibuk memikirkan
persoalan Liong bwa hwe jarang sekali ia teringat dan
memikirkan keselamatannya, kini setelah ditanyakan baru ia
benar benar merasa menyesal, setelah berpikir ia baru
menyahut: "Adik Ceng beberapa waktu yang lalu sudah
berpisah dengan aku, entah kemana dia pergi?"
Sikap Thio Hun cu masih tenang dan wajar, katanya "O,
bukankah dia begitu terpincut kepada kau" Terhadap ayah
kandung nya sendiripun dia berani membangkang dan
mendurhakai, bagaimana mungkin dia rela berpisah dengan
kau?" Koan San gwat jadi mendongkol, suaranya meninggi dan
ketus, katanya "Justru gara gara paman pula sehingga adik
Ceug nekad meninggalkan aku?"
Thio Han cu tertawa sambil menggelengkan kepala,
katanya : "Masa terjadi hal demikian, setahun yang lalu dia
sudah mengakui aku ayah kandungnya ini"."
Persoalan lama itu Koan San gwat tahu jelas, maka melihat
sikap dingin Thio Hun cu ia kurang senang, debatnya : "Meski
adik Ceng mengingkari maksud dan kehendak paman, tulisan
yang dia tinggalkan untuk paman kan sudah menjelaskan
secara gamblang, semestinya paman mamaafkan dia?""
"Bukan soal memberi maaf, soalnya aku anggap urusan
sudah terlanjur, apa itu hubungan kandung sedarah daging,
kenyataan palsu belaka, yang paling penting dan diutamakan
bagi anak gadis sekarang bukan lain adalah pujaan hatinya,
dengan susah payah orang tuanya mengasuh dan
membimbingnya menjadi besar, setelah besar rela minggat
dengan seorang laki laki yang bara saja dikenalnya, budi
kebaikan orang tuanya, sudah dilupakan sekali, anak
perempuan diseluruh kolong langit kebanyakan demikian,
maka akupun tidak perlu merasa sedih bagai urusan anak
Ceng lagi!" Karuan merah muka Koan san gwat, ucapan Thio hun cu
terang sepihak dan berat sebelah, namun apa yang diucapkan
menang ada benarnya, setelah termenung sebentar akhirnyi
Koan San gwat menjawab: "Asal paman sudi mengingat
perjodohan paman dengan bibi diwaktu muda dulu, maka
semestinya kau ikan merasa iba dan simpati akan nasib adik
Ceng sekarang?" Berubah air muka Thio Hun cu, katanya: "Terhadap
pengalamanku dulu agakanya kau sudah tahu semunya?"
"Benar Soa lo Thay thay sudah mengakui adik Ceng
sebagai cucunya malah seluruh kepandaian keluanga Soat
sudah beliau ajarkan kepada adik Ceng".
Kecuali ilmu pengobatan, kepandaian lain keluanga Soat
lumayan saja tiada perlu dibanggakan" oh, tadi kau katakan
anak Ceng lari pergi lantaran aku sebetulnya apakah yang
terjadi?" "Seharusnya tanya kepada paman sendiri, apa saja yang
paman lakukan selama bulan bulan lalu?"
"Tiada apa apa yang kulakukan!"
Sesaat Koan San gwat tidak berani memastikan bahwa
kejadian itu memang perbuatan Thio Hun cu, maka dengan
menekan sabar ia bertanya lebih lanjut: "Apakah dalam waktu
dekat ini paman bertanding keberbagi partai golongan besar?"
"Tidak salah! bertanding, aku cuma memilih beberapa
diantaranya untuk jalan jalan saja!"
"Jadi betul kalau begitu!"
"Betul atau tidak apa segala, coba jelaskan lebih lanjut!"
"Mencelakai para Ciangbunjin dari berbagai partai dan
golongan besar, merebut barang pusaka atau buku rahasia
pelajaran silat mereka ?"
"Uraiamu kedengarannya seperti menusuk kuping, duduk
perkara sebenarnya tidak begitu penting dan seberat apa yang
kau katakan?" "Anak murid berbagai partai dan golongan itu tersebar luas
mencari jejak paman"."
"Silahkan kau pergi mencari kabar pula, para Ciangbunjin
itu sudah kembali, malah memperoleh hasil yang baik dan
bermanfaat bagi mereka, perbuatanku itu bertujuan baik dan
menguntungkan mereka?"
Sambil menahan amarah Koan San gwat menekankan
"Tiong sian Taysu dari Siauw lim si diracun hingga lumpuh,
Thian Ki Totiang dari Butong mati keracunan, apakah
perbuatan paman itu baik dan menguntungan mereka ?"
"Hal itu ada sebab musabab lainnya, kalau kau tidak
percaya silahkan kau meluruk kesana dan tanyakan sendiri,
merek sudah memilh Ciang bunjin yang baru, asal mereka
membaca surat warisan kedua tokoh itu, pasti mereka tidak
akan benci kepadaku!"
Melihat orang bicara dengan tenang dan mantap Koan San
gwat ragu ragu dan tertegun sesaat kemudian ia bersuara
pula: ?""Lalu peristiwa yang menyangkut pihak Bu khek kiam
pay dari Im san, cara bagaimana paman memberi
penjelasan?" Thio Hun cu membalikan matanya, dengusnya "Apa itu Bu
Khek kiam pay dari Im san bahwasannya aku belum dengar
adanya golongan pedang itu ?"
Koan San gwat berkata gusar. "Disana ?" memperkosa
putrid terkecil Ciang bun jin Im Siok kun yang bernama Im Le
hoa, gadis itu kau guna guna, sedang tekun dan penuh kasih
mesra menunggu kedatanganmu?"
"Bohong!" sentak Thio Han cu dengan berubah marah,
"Kau anggap apa aku ini?"
"In Siok kun teramat benci ketulang sumsummu, apakah
kejadian ini hanya tipuan belaka?"
"Selamanya aku belum pernah melihat Im Siok kun, dan
tak mungkin aku Melakukan perbuatan lakanat macam itu,
mungkin mereka salah melihat orang.
"Menurut apa yang digambarkan Im Siok kun aku yakin
bahwa orang itu memang benar kau adanya."
Thio Hun cu berpikir sebentar lalu katanya: Urusan ini
masih banyak segi liku liku nya yang harus kuselidiki, nanti
sebentar mungkin bisa dibikin jelas ". sungguh tidak nyana
terjadi peristiwa macam itu, kelihatan nya, memang tahu,
orang tahu muka tidak tahu hatinya?"
Koan San gwat tertegun dibuatnya, tanyanya: "Pa?"man,
apakah yang telah terjadi?"
Sekarang jangan banyak tanya, cepat atau lambat aku pasti
akan menyelesaikan urusan ini" . jadi karena urusan ini anak
Ceng?" "Benar!" sahut Koan San gwat manggut, "Urusan ini
merupakan pukulan berat bagi sanubari adik Ceng, dengan
nekad dan marah marah ia tinggal pergi, begitu saja katanya
hendak mencari paman"."
"Buset! "dengus Thio Hun cu, "Terhadap ayah sendiripun ia
kurang pengertian," berhenti sejenak lalu ia bertanya pula
"Kalau kaupUn membiarkan dia pergi begitu saja ?"
"Tidak! Hwi thian ya ce Peng Kiok jin cianpwe ada ikut dan
memberi perlindungan. Akulihat Peng cianpwe juga ada disini,
sebentar nanti akan kutanyakan, dimana sekarang adik Ceng
berada?" "Sabar! Sabar!" ujar Thio Hun cu geleng kepala, "Masih
banyak urusan yang harus di selesaikan, sementara tak usah
perdulikan urusan kecil itu!"
Koan San gwat bertanya : "Untuk apa paman kemari" Apa
kau pun sudah menjadi anggota Liong hwa bwe?"
"Boleh dikatakan demikian," sahut Thio Hun cu, "Sekarang
aku belum menjadi anggota nanti sebentar akan. "jangan
bicara soal ini! kau sendiri sudah tiba disini, tentu kau tahu
tidak boleh sembarangan omong tentang persoalan itu, duduk
dan menontonlah dengan tenang" kau akan paham
sendirinya." Bimbang Koan San gwat dibuatnya, duduk menepekur
sebentar, tiba tiba didengarnya suara gendrang dipukul
bertalu talu, suasana seketika menjadi sepi dan hening, semua
berdiri meluruskan tangan, wajah kelihatan tegang dan
hikmat. Thio Han cu ikut berdiri, dengan lirikan mata ia memberi
isyatat kepada Koan San gwat supaya ia berdiri, terpaksa ia
menurut. Diatas panggung batu besar ditengah lapangan
berdiri dua baris anak anak kecil laki perempuan berseragam
mewah dan perlente, salah seorang anak perempuan dengan
nada melengking suaranya yang tinggi memberi
pengumuman: "Liong hwa hwe dimulai, harap para hadirin
berdiri menurut urutan masing masing supaya diabsensi!"
Hadirin bergerak serabutan tanpa suara dalam sekejap
mereka sudah berkelompok sendiri sendiri terdiri dari tiga
barisan. Waktu Koan San gwat menjelajah pandang, tampak dalam
barisan Sian pang ia hanya kenal Ouw hay ih siu pok iang cun
saja. Demikian juga dalam kelompok Mo pang yang dikenal
hanya Lok Heng kun dan Liu Jiu yang bertiga. Sementara Hwi
thian ia ca Peng Kiok jin berada dalam Kui pang, Sip tha yu "
yang kelihatan hanya si Rasul ungu Siau It ping.
Suara lengking anak perempuan itu terdengar pula: "Para
pimpinan dari barisan silahkan keluar mengabsen anggotanya"
Tampak Go hay ci hang melayang turun dari luar lapangan
dan berseru paling dulu dengan suara rendah kuat "Kecuali
dua Ling cu yang tercantum, dan dua calon penggantinya,
Sian pang hadir selurahnya!"
Anak perempuan itu bertanya pula "Calon penggantinya
apa sudah tiba?" Go hay ci hang menjawab "Dua orang tercoret untuk
diganti, serta tiga calon yang mendaftarkan diri semuanya
hadir!" Anak perempuan itu menepukan tangan nya kebawah dari
gombrong lengan bajunya mengepul segulung asap yang
terhembus angin terus naik ketengah udara, lama kelamaan
asap itu membentuk sebuah huruf "Sian", seperti digantung
ditengah udara layakanya asap itu berhenti tidak sampai
buyar, warnanya hijau pupus.
Ki Houw mengenakan pakaian serba putih, sebuah
tangannya masih tertekuk dan terikat, memasuki gelanggang
dari jurusan lain, seirunya lantang: "Mo pang hadir
seluruhnya!" Seperti yang pendahulu, anak perempuan itu melepaskan
segumpal asap warna merah yang mengepul tinggi menjadi
huruf "Mo" Terdengar Ki Houw berseru pula: "Pimpinan Mo pang
mohon diberi ijin membuka ikatan benang merah, supaya
dapat memimpin barisan menyambut kedatangkan para Sian
cu!" Tanpa bersuara anak perempuan itu mendongak kelangit,
seolah olah sedang menunggu petunjuk, sekejap kemudian
baru terdengar ia menjawab dengan suara bocah: "Ijin
diberikan!" "Terima kasih akan kemurahan hati Sian cu!" seru Ki Houw
sambil membungkuk tubuh, air mukanya kelihatan lega.
Di waktu ia meluruskan badan pula tangan yang tertekuk
itupun sudah turun lutut cuma tidak bisa lempang, mungkin
karena tertekuk terlalu lama.
Dari luar lapangan sebelah samping meluncur masuk
seorang perempuan berpakaian serba hitam, raut mukanya
tertutup cadar hitam pula, dari rambutnya yang panjang serta
porongan tubuhnya yang langsing gemulai tentu orang tahu
bila dia seorang perempuan.
Sambil membungkukkan tubuh ia berseru : "Anggota Kui
pang seluruhnya berjumlahsembilan puluh dua orang! Siap
menunggu perintah !"
Anak perempuan itu mengerutkan alisnya: "Kenapa tidak
dibikin genap seratus."
Perempuan berkedok membungkuk lagi serta menjawab
hormat: "Sulit mencari orang!"
Anak perempuan itu mendongak kelangit lagi, sebentar
kemudian baru berkata: "Di ijinkan hadir, di perintahkan untuk
bikin genap selekasnya."
"Terima kasih akan kemurahan hati Sian cu!" perempuan
berkedok itu menyahut riang.
Jantung Koan San gwat berdebar keras, pikirnya Liong hwa
hwe ternyata sangat mengesankan, anak perempuan itu
usianya masih kecil, latihan lwekangnya ternyata sudah
mencapai tingkat tinggi. Hanya menepuk tangan
mengeluarkan asap yang berkumpul sehingga tidak sampai
buyar, jelas ia menggunakan ilmu khikang dari aliran lwekeh
yang hebat. Di dalam sari hawa murni dari pusar disalurkan ke
jalan darah Thian kim maka warnanya menjadi hijau. Kalau
melalui urat darah dan dilandasi dari jantung mengepul warna
merah. Sebalikanya kalau dikepulkan dari pori pori kulit maka
warnanya berubah hitam. Anak perempuan kecil yang berusia dua belas dapat
membentuk tiga warna asap, benar benar tidak boleh
dipandang ringan, setiap kali ia menghadapi kesulitan dan
tidak dapat memberi jawaban lalu mendongak ke langit,
menerima petunjuk, mungkinkah orang yang memberi
petunjuk itu benar berada diatas awang awang yang diselimuti
mega tebal itu" Sedang ia bertanya tanya dalam hati, anak perempuan itu
sudah berseru lantang ke atas langit "Harap para Hwe cu
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
turun ke panggung memimpin upacara besar!"
Maka terdengarlah irama musik mengalun halus ditenagah
udara, semakin tegang hati Koan San gwat. Sebab ia tahu
bahwa gurunya termasuk salah satu Hwe cu, sebentar lagi ia
bakal melihat beliau. Awan tebal ditengah udara ini tiba tiba tersibak kesamping
dan tampaklah sebuah lubang, dari lubang itu beruntun
melayang turun empat orang badannya meluncur dengan
lambat lambat saja, kain baju mereka melambai terhembus
angin, seolah olah malaikat yang turun dari langit.
Sebagai seorang ahli segera Koan San gwat tahu bahwa
ginkang keempat Hwe cu ini sudah mencapai tingkat yang
paling sempurna, mereka kuat mengepos napas
mengembangkan tubuh, seringan mungkin.
Keempat orang itu melayang turun pelan pelan, dikala
hampir tiba diatas panggung, Koan San gwat membuka lebar
matanya, ia hendak mencari gurunya diantara keempat orang
itu, namun ia menjadi kecewa. Keempat orang itu
pertengahan umur dua diantaranya mengenakan baju panjang
warna hijau, wajahnya putih bersih, rambutnya dan
jenggotnya masih hitam gelap, seorang yang lain mengenakan
jubah merah, jambang hitam tebal, sikapnya kereng, seorang
lagi mengenakan pakaian hitam, badannya kurus kering tanpa
berjenggot" Tokko Bing tidak ada diantara mereka, seluruh hadirin
saling berbisik dan suasana rada ribut, agakanya hal ini diluar
dugaan hadirin. Anak perempuan itu segera membentak: "Hwe cu tiba
dilarang ribut! Yang melanggar dihukum sesuai aturan !"
Seketika sirap dan tenang di bawah panggung, dua barisan
anak kecil diatas panggung serempak membungkuk tubuh
menunduk kepala, demikian jaga anak perempuan yang
mengeluarkan perintah itu ikut membungkuk serta katanya :
"Hamba beramai menyambut kedatangan para Hwe cu!"
Salah seorang laki laki baju hijau berseru : "Terima kasih!
Membikin repot Ling koh saja ?"
Anak perempuan yang dipanggil Ling koh tersenyum lebar
iapun mengundurkan diri kesamping.
Semua hadirin dibawah panggung membungkuk tubuh
serta berseru lantang : "Hormat kepada yang mulia para Hwe
cu." Laki laki baju hijau menyambut pemberian hormat ini,
sahutnya tertawa : "Terimakasih akan perhatian saudara
saudara sekalian" sang waktu berjalan dengan cepat, tanpa
terasa dua tahun sudah berselang, saudara baik baik saja
selama berpisah?" terdengar pula menyahut bersama dari
bawah panggung : "Berkat kebijaksanaan para Hwe cu!"
Dengan tujuan laki laki berbaju hijau menjelajah keseluruh
lapangan, katanya: "Para sahabat lama dalam Liong hwa hwe
kini sudah tidak lengkap lagi, patah tumbuh hilang berganti,
beruntung para ketua yang sudah lanjut mangkat punya
penerus, generasi muda jauh lebih perkasa. Demikian pula
para sahabat yang baru saja menjadi anggota kulihat tidak
kalah pula gagah dan Perwiranya, Losiu berani merasa
beramat beruntung dan bersyukur pula !" Dari berbagai
pelosok lapangan dibawah Panggung terdengar penyahut
yang tidak rata: "Terima kasih akan perhatian Hwe cu !"
Laki laki baju hijau tertawa lebar, kata nya
pula?""Perempuan hari, ada sedikit perubahan, soalnya terjadi
dalam keadaan mendadak sehingga Losiu belum sempat
mengumumkan, adanya kesempatan ini baiklah kita saling
beramah tamah satu sama lain, Ketua Hwa cu kali ini Ut ho
Siang jin berhalangan hadir karena suatu keperluan,, terpaksa
Losiu mengundang Kih Cu seng untuk menjabat sementara?"
Tiba tiba Koan San gwat berteriak : "Suhu pergi kemana?"
Semua hadiran melengak demikian juga laki laki baju hijau
tercengang, sekilas, ia melirik dengan pandangan penuh tanda
tanya karena tak tahu asal usul Koan San gwat. Anak
Ilmu Ulat Sutera 13 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 31