Pencarian

Patung Emas Kaki Tunggal 9

Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 9


yang tak ternilai harganya, diatas kursi kebesaran bercokol
seorang perempuan pertengahan umur yang berpakaian
mewah dan perlente, tak usah disangsikan lagi bahwa
perempuan ini Gwat hoa Hujin adanya.
Usia Gwat hoa Hujin kelihatan baru empat puluh, rambut
kepalanya tersanggul, menggunakan jubah panjang warna
putih yang terbuat dari sutra kembang, wajahnya cantik
mengandung wibawa, sikapnya angker dan agung, benar
benar orang menaruh hormat dan tunduk kepadanya.
Di belakangnya berdiri dua perempuan berpakaian seperti
Jip Hoat, usia mereka tiga puluhan, mereka adalah Hui Kak
dan Coa Ping, dipanggung sebelah kiri berdiri seorang laki laki
pertengahan umur, sikapnya garang gagah, mukanya
bercambang bauk tebal warna hitam, berpakaian Bucu (kaum
persilatan) mengenakan sepatu panjang, pinggangnya
menyoren pedang panjang, jelas bahwa orang inilah yang
bernama Tam Kiam. Biasanya Koan San gwat amat sombong, namun ia tertekan
oleh sikap agung dan wibawa sinar mata Gwat hoa Hujin, air
mukanya mengunjuk sikap hormat, segera ia bersoja, serta
berseru "Cayhe, Bing " Jian li menghadap Hujin!"
Hampir suji ia memperkenalkan nama aslinya sebagai Bing
tho ling cu Koan San gwat, Tay Su, Jing Tho dan Sui Ki, yang
mengintil dibelakangnya menarik napas lega.
Sikap Gwat hoa Hujin amat tawar, tidak menunjukkan
sesuatu reaksi, salah satu perempuan yang berada
dibelakangnya membentak sambil melotot. "Kenapa tidak
berlutut" " Berdiri alis Koan San gwat, timbul sikap pongahnya,
serunya angkat dada : "Kenapa aku harus berlutut" "
Perempuan itu menegur, baru saja hendak mengumbar
amarah, mendadak Gwat hoa Hujin mengulap tangan serta
berkata perlahan. "Hwi Kik! Tidak perlu cerewet, dia baru
datang sebelum paham tata krama disini, kelak harus
diajaikan padanya." "Bing jian li! coba kau maju lebih dekat!"
Koan San gwat maju beberapa tindak, terpaut setengah
tumbak dari kaki tangga di depan panggung, dengan cermat
Gwat hoa Hujin mengamat amati sebentar lalu manggut
manggut ujarnya "Ehm, perawakkanmu kekar dan gagah, Tay
Su mengatakan tulisanmu amat bagus, tadi Jip Hoatpun
mengatakan dengan pedangmu kau berhasil mengalahkan Sui
Ki dan Jing Tho, kelihatannya kau serba pandai dalam ilmu
sastra dan ilmu silat!"
Suaranya merdu, namun mengandung wibawa yang tidak
boleh dibangkang, namua bagi Koan San gwat hal ini tidak
dianggapnya, dengan tertawa sombong ia berkata "Cayhe
sekolah belajar kungfu kepalang tanggung pujianmu ini
sungguh tidak berani kuterima."
"Bing Jing li," seru Jip Hoat gugup melihat sikapnya yang
kurang ajar, "Mana boleh kau bicara kasar dengan Hujin" "
Koan San gwat anggap lupa pesan tadi tanyanya dengan
pongah: "Bagaimana aku harus bicara?"
Seau sudah tahu" "
"Ya, pernah kudengar:"
Jip Hoat menjadi gugap dan membanting kaki, sebalikanya
Gwat hoa Hujin tertawa, katanya : "Hoat! Kaupun tidak usah
turut campur, sikapnya terang tidak mau tunduk, kalau tidak
tunduk tentu ada alasannya, sebab sampai detik ini, kalian
tiada berhasil membuatnya takluk"."
Kali ini bicara lebih lembut dan halus, tidak mengandung
wibawa sewajarnya, karuan Jip Hoat dan lain lain menjadi
heran dan tercengang. Sembari tertawa berkata pula Gwat hoa Hujin : "Ketujuh
pembantuku ini memiliki semacam kepandaian, yang berbeda
mungkin kau sudah tahu ?"
"Ya, pernah kudengar."
"Nama mereka ditentukan sesuai dengan kepandaian
masing masing, aku menganggap mereka ahli ahli didalam
dunia ini, namun kudengar kau lebih unggul dari mereka ?"
Koan San gwat rikuh katanya tertawa kikuk : "Terima kasih
akan pujian yang berkelebihan ini Yang benar aku pernah
menulis beberapa huruf, sebalikanya gaya tulisan Su sinseng
amat kuat dan bagus, nila nila karyanya itu betapapun tidak
memadai!" Gwat hoa Hujin berpaling kesamping Tay Su menjadi gugup
dan berkeringat, katanya tersipu sipu : "Hujin! Bing lote
memerlukan latihan yang lebih matang, padahal bakat bakat
dan kepandaiannya amat hebat, bila berlatih beberapa
lamanya pasti dapat melampaui hamba ?"
"Maka itu! Dengan latihannya dalam usia begini muda, aku
percaya tiada tandingannya diseluruh kolong langit, terhadap
nya kau merendah kuduga penilaian mu tentu tidek meleset!
Mengenai kekalahan Sui Ki dan Jing Tho ?"
Bergegas Sui Ki tampil kedepan katanya, membungkuk
"Ilmu pedang Bing lote benar benar hebat ?"
Gwat hoa Hujin tersenyum tanyanya. "Yang kutanyakan
bukan soal pedang, dalam bidang ini kalian memang jauh ?"
Sui Ki mengkeretekan leher, sahutnya tertawa. "Dalam
bidang musik dan catur sebetul nya kami belum pernah
bertanding, namun dalam percakapan Bing lote dapatlah
dinilai sampai dimana tingkatnya ?"
"Baik, kau tidak usah banyak omong, aku hanya heran,
kalian biasanya tidak mau tunduk pada orang lain, kenapa
terhadap anak muda ini belum bertanding sudah mengaku
asor" " Kata kata terakhir suaranya menjadi ketus dan kereng
penuh wibawa, karuan Sui Ki, Jing Tho dan lain lain mencelos
hatinya, bergegas Tay Su tampil kedepan serta katanya:
"Hamba sekalian melihat Bing lote punya bakat yang luar
biasa dan merupakan pilihan yang tiada bandingannya, maka
kami ingin mengundangnya kemari untuk dihadapkan kepada
Hujin!" "Apa persoalannya begitu saja?" jengek Gwat hoa Hujin,
"Kalian memujinya setinggi langit, aku jadi kurang percaya,
Tan Kiam cobalah kau gebrak beberapa jurus dengan dia. Tam
Kiam yang berpakian Busu segera mengiakan sambil menjura,
dari pinggangnya ia melolos sebilah pedang panjang, batang
pedangnya bersinar hijau gelap, kelihatannya tidak menyolok,
cuma bentuknya kelihatan kuno!
Koan San gwat melengak, katanya " Aku kemari bukan
untuk bertanding pedang."
Gwat hoa Hujin melirikanya, tanyanya:"Lalu untuk apa kau
kemari!" Saking gelisah muka Tay Su basah oleh keringat, Koan San
gwat melihat kelakuan orang gagap dan kuatir, maka dengan
tawar ia berkata: "Tay Su sianseng mengundangku kemari
untuk berkenalan dengan beberapa orang kosen!"
Tay Su kelihatan bernapas lega, cepat ia menimbrung
"Hamba mematuhi petunjuk Hujin, tidak berani sembarangan
memberi keterangan keadaan di sini kepadanya, namun
betapa sulit mendapat seseorang seperti Bing lote yang
berbakat dan bertulang begitu bagus, sengaja kuundang
kemari ingin kuperkenalkan dengan Hujin "."
Gwat hoa Hujin mendengus, katanya:
"Jadi tadi kau ngapusi aku ?"
Gemetar badan Tay Su, lekas Jing Tho menyela: "Tay Su
tidak ngapusi Hujin, dia memberi pesan setelah kami, bertemu
dengan Bing lote, baru akan menjelaskan keadaan disini
kepadanya, hal ini sudah kami terangkan kepada Bing lote!"
Gwat hoa Hujin beralih kepada Koan San gwat tanyanya:
"Kalau kau sudah tahu kenapa tidak ingin diuji menurut
ketentuan" " "Ujian apa?" tanya Koan San gwat melengak.
"Sute kenapa kau begitu pelupa," lekas Jing Tho berseru.
"Bukankah tadi sudah kuberitahu, untuk menetap di Khong
ham kiong diharuskan mempunyai suatu kepandaian khusus,
Hujin menyuruh Tam Kiam bertanding pedang dengan kau
merupakan salah satu ujian bagi kau."
Melihat tampang orang yang harus dikasihani, Koan San
gwat jadi kasihan. Untuk membongkar bualannya, segera ia
tertawa, katanya. "Kiranya begitu, aku tidak jelas, tadi hanya
kudengar katanya harus adu senjata, tidak dijelaskan soal
ujian segala. Dan lagi aku kemari bukan untuk adu jiwa, tanpa
sebab kenapa harus menggerakkan senjata" " Sikap acuh tak
acuh amat takabur, karuan Gwat hoa Hujin dongkol,
hidungnya mendengus. "Mari silahkan!" Tam Kiam merangkap kedua tangan lalu
bergaya, pedangnya melintang menunggu serangan Koan San
gwat. Melihat gaya kuda kuda orang Koan San gwat jadi
melongo dan terkejut, karena gaya kuda kuda itu amat
dikenalnya, itulah gaya permulaan dari Siu la kiam hoat jurus
pertama. Siu lo jit sek adalah bekal kepandaian Cia Ling im yang
diajarkan pekli Put ping ilmu pedang tunggal perguruan
mereka rahasia, dari mana orang inipun dapat
mempelajarinya" Tapi justru selanjutnya belum lagi
dilancarkan jadi belum berani memastikan.
Perlahan lahan Koan San gwat melolos Pek hong kiam,
dibawah sinar pancaran pedangnya yang menyilaukan mata,
dilihatnya rona wajah Gwat hoa Hujin berubah.
Melihat Koan San gwatpun sudah melolos, segera Tam
Kiam berkata enteng "Silahkan Bing heng memberi petunjuk!"
Untuk membuktikan jurus jurus pedang orang adalah Siu lo
kiam hoat, Koan San gwat menjawab sambil geleng kepala :
"Tidak Silahkan Sianseng mulai!"
Tam Kiam tidak sungkan lagi, pedang diangkat kedepan,
sebelah kakinya maju selangkah terus menyerang. Gaya
serangannya tidak salah persis dengan tipu tipu pedang Siu lo
jit sek, jurus pertama adalah Hau jan cu jiu yang berbeda
hanyalah batang pedangnya tidak merembes gulungan asap
tebal serta suara seperti jeritan setan neraka, namun perbawa
dan kekuatan nya jauh lebih besar.
Tiada pilihan bagi Koan San gwat terpaksa harus keluarkan
ajaran Tay lo kiam hoat untuk melayani, Pek hong kiam
bergerak dengan jurus Kao kun sip ting.
Dua jalur hawa seketika berputar dan saling bentrok
dengan hebatnya, namun benrokan kali ini tidak
mengeluarkan suara, namun kejap lain tahu tahu kedua pihak
mental mundur berpencar. Koan San gwat menarik napas lega, diam diam merasa
beruntung. Karena Siu lo jit sek dibawah permainan Tam Kiam
hakikatnya jauh lebih hebat dan besar kekuatannya dari Cia
ling im tempo hari, namun karena tiada asap tebal menutupi
udara hingga mengelabui pandangan mata, maka ia melihat
jelas gerak perubahan ilmu pedang lawan, justru Tay lo su sek
memang diciptakan khusus untuk mematahkan dan mengatasi
segala gerak perubahan rumit dari siu lo su sek, maka
beruntung ia dapat menandingi jurus pertama tadi.
Tapi lain pandangan mereka yang menonton, kecuali Gwat
hoa Hujm, termasuk Tam Kiam sendiripun mengeluarkan
sorak pujian malah Jing Tho, Siu Ki dan Tay Su bertiga
memberi reaksi lebih hebat lagi.
Hening sejenak, Tam Kiam mulai melancarkan jurus kedua,
yang dilancarkan adalah jurus pedang dari Siu lo kiam hoat
pula yaitu Siu hun toh pek.
Tanpa ayal atau ragu sedikitpun Koan San gwat melawan
dengan jurus San gak eng si. Hawa pedang saling gubat dan
untuk kedua kalinya, kali ini Koan San gwat tidak kelihatan
enak dan enteng seperti jurus pertama, lwekang Tam Kiam
masih diatas kemampuan Cia Ling im, kekuatan lwekangnya
yang hebat menggerakan pedangnya dengan berat hingga
menekan amat hebat, hampir saja ia tidak kuasa bergerak,
untunglah San gak eng si merupakan jurus pertahanan yang
maha ampuh, ia berhasil menangkis dan mengatasi jurus
serangan lawan Tam Kiam menarik pedang lalu mundur dua
langkah, air mukanya menunjukan yang sulit dilukiskan.
Demikian juga Gwat hoa Hujin tidak menguasai ketegangan
hatinya, tak tertahan hidungnya bersuara keheranan.
Sejenak Koan San gwat mengatur napas dan
mengembalikan semangat, tiba tiba ia bergerak lebih dulu,
mendadak Pek hong kiam memancarkan cahaya lebih terang
dan melebar dengan kecepatan kilat beruntun mendesak maju
melancarkan dua jurus serangan sekaligus, yaitu Si jit tang
sang seng dan Pek hong koan ju. Kedua jurus ilmu pedang ini
termasuk tipu penyerangan yang maha dasyat namun
tindakannya ini justru melanggar kebiasaannya.
Tempo hari waktu berhadapan dengan Cia Ling im, ia
menunggu pihak lawan menyerang lebih dulu, baru ikut
bergerak menyesuaikan gerak serangan musuh. Dalam
prakteknya Tay lo su sek memang harus demikian, karena
keempat jurus ilmu pedang berinti ketenangan untuk
mengatasi gerakan, terutama untuk mengatasi rangsakan
musuh lalu manyusup lobang kelemahan lawan dan
memunahkan serangan lawan.
Akan tetapi Koan San gwat tidak mau mematuhi ketentuan
itu, serangan pedang Tam Kiam kelihatannya tidak
menunjukan lubang kelemahan yang diharapkan kalau dia
harus menunggu orang menyerang, terpaksa dia harus
bertahan dan membela diri belaka, kalau tidak kuat bertahan
berarti dirinya bisa kalah secara konyol.
Bekal lwekang yang dimiliki Tam Kiam, bagaimana juga
Koan San gwat tidak akan mampu melawannya, kecuali ia
menyerang lebih dulu, tindakkan ini secara untung untungan
belaka. Jurus Si jit tang eng merupakan serangan menyeluruh yang
amat dahsyat, lekas Tam Kiam angkat pedang mentabirkan
cahaya pedang yang amat kokoh didepan badannya, laksana
lapisan mega membendung sinar matahari, sehingga serangan
Koan San gwat seluruhnya dibendung dan dipunahkan.
Namun jurus kedua Pek hong koan jit merupakan titik
serangan yang dirobah menjadi tusukan lurus, serangannya
teramat cepat lagi sehingga Tam Kiam tidak sempat lagi
merubah gerakkan permainan pedangnya untuk menghadapi
tusukkan lawannya, tusukkan lawannya bagaikan airbah yang
dilandasi ketajaman Pek hong kiam yang menembus
pertahanan cahaya tabir pedangnya.
"Trang!" dua senjata sakti itu saling bentur dengan keras
sekali sehingga memercikkan kembang kembang api yang


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat terang. Koan San gwat tergentak mundur selangkah, telapak
tangannya terasa pedas dan kesemutan, sekuatnya ia
memegang kencang senjatanya supaya jangan sampai
terlepas jatuh, namun rona wajahnya tampak terkejut
keheranan, yang dikejutkan bukan gaya permainan pedang
lawan namun, adalah kehebatan lwekangnya yang amat aneh
sekali. Jelas bahwa tusukkan pedang Koan San gwat sudah
berhasil menembus kelemahan lawan sungguh tidak terpikir
olehnya pada saat yang sangat kritis itu Tam Kiam masih
mampu menyalurkan kekuatan lwekangnya di batang
pedangnya sehingga pedang kuno yang sakti itu berubah
menjadi semacam besi sembrani, dan keluarlah tenaga sedot
yang amat besar, maka Pek hong kiam tersedot balik dan
membentur batang pedang lawan dengan keras.
Pedang lawan yang berwarna hijau gelap itu memang
kelihatannya aneh, bentrokkan yang begitu kerasnya dengan
pedang Pek hong kiam tapi tidak mendapat cidera sedikitpun,
malah mengeluarkan daya sentulan yang amat keras pula,
sehingga pedangnya hampir terlepas dari pegangannya.
Keadan Tam Kiam begitu tidak runyam, pedang panjangnya
teracung tinggi lalu menukik terus berputar dan masuk
kedalam serangkanya dengan berdiri tegak, lalu ia menghadap
kearah Koan San gwat dan menjura, serta katanya "Ilmu
pedang Bing heng memang teramat hebat, hamba bukan
tandingan!" Koan San gwat melengak, dalam gebrak yang berlangsung
tadi, jelas dirinyalah yang berada dipihak yang kalah, kenapa
orang itu mengaku kalah. Sejenak ia berpikir akhirnya ia
teringat akan pesan Jing Tho, bahwa Tam Kiam akan
membantu dirinya, bukan mustahil orang sengaja mengalah
kapadanya. Dapatkah aku menerima kebaikannya" Segera
Koan San gwat berkata tertawa dingin: "Sianseng terlalu
sungkan pedangku tidak sampai lepas, aku sudah mendapat
muka ?" Tam Kiam tertawa ngeri tanpa bersuara lagi.
Seg?ra Jip Hoat tampil kedepan, serunya "Bing heng, tidak
kira ilmu pedangmu begitu lihay, kecuali Hujin, Tam Kiam
biasanya mengagulkan ilmu pedangnya, namun kau berhasil
mengalahkan dia ?" "Aku mengalahkan dia?" teriak Koan San gwat.
"Tidak salah," ujar Jip Hoat cekikikan, "Kalau dia tidak
menggunakan Ceng so kiam sudah pasti tusukan pedangmu
mungkin sudah mengenai kepalanya! Hal ini membuktikan
bahwa ilmu pedangmu berada diatas tingkatannya, boleh
dikata ahli pedang nomor wahid diseluruh jagat ?"
Sampai disini ia sadar ucapannya sudah keliru, lekas ia
m?nambahkan "Sudah tentu yang kumaksud kecuali Hujin ?"
Maka Gwat hoa Hujin berbicara "Jip Hoat! Kau salah lagi!
Mungkin aku bisa mengalahkan dia dengan lwekang. namun
bila dinilai permainan pedangnya, aku sendiri belum unggul
melawan Tam Kiam, mana mungkin aku dapat mengalahkan
dia!" kata kata ini membuat semua orang jadi melongo, cuma
Koan San gwat kelihatan heran, karena seluruh perhatiannya
tumplek pada nama Ceng so kiam yang berada ditangan Tan
Kiam itu. Diwaktu Koan San gwat menerima Pek hong kiam dari Oen
Kiau, orang tua itu pernah menjelaskan kepada Kaon San
gwat kecuali Pek hong kiam yang sakti ini diatasnya masih ada
Ci seng, Ceng so kiam dan lain lainnya yang kesaktiannya
melebihi Pek hong kiam, sungguh tidak nyana ternyata Ceng
so kiam berada ditangan Tam Kiam "
Kalau demikian jurus Pek hong koan jit tadi memang benar
benar membuat lawan sukar untuk menandingi serangan
pedangnya, bahwa Tan Kiam bisa selamat dari tusukkan
pedangnya tidak lain karena ia mengandalkan dari
keampuhannya Ceng so kiam, tidak heran kalau dia mau
mengaku kalah. Sementara itu tampak Gwat hoa Hujin mengulum senyum
lebar, katanya: "Bing Jian li, sejak saat ini kau sudah termasuk
salah satu penghuni Khong ham kiong kita!"
"Tidak!" teriak Koan San gwat tegas, "Aku " ..tidak
mungkin ?" "Kenapa tidak mungkin" "
"Aku tidak mungkin menjadi pembantu Hujin?"
"Sudah tentu aku tahu kau berbakat dan mempunyai ilmu,
jabatan pembantu sudah tentu merendahkan derajatmu,
benar tidak" " "Bukan begitu maksudku."
"Aku maklum akan maksudmu, kau punya kepandaian
mencakup berbagai bidang, kedudukan kecil tidak akan
memuaskan hatimu, namun kau perlu berpikir secara obyektif,
kau hanya unggul dalam bidang permainan pedang, kecuali
dari itu seperti memetik harpa main catur, dan menggambar
" Cukup meletihkan untuk kau pelajari, anak muda kau
bersikap tinggi hati adalah baik, tapi kalau berkelebihan
akhirnya akan menjadi sombong dan ponggah ?"
Berkerut alis Koan San gwat mendengar komentarnya, baru
saja hendak bicara Gwat Hujin melanjutkan lagi, "Aku tahu
kau belum puas aku jadi kehilangan akal, tapi" aku memang
ketarik akan bakat dan kepandaianmu, begini saja, kau
kuangkat sebagai Hu hoat Su cia (duta pelindung) Khong ham
kiong kita ketujuh pembantuku ini kuserahkan kepada kau
bisa untuk memimpinnya, bagaimana sudah puas belum!"
Melihat Koan San gwat masih ingin menolak, lekas Jip Hoat
menimbrung: "Bing heng te! Begitu tinggi penghargaan Hujin
kepadamu mungkin kami bertujuh tidak terpandang dalam
matamu, tapi dapat selalu mendampingi Hujin, setiap saatkan
dapat mohon petunjuknya berapa besar manfaat yang kau
peroleh?" sembari bicara ia mengedipkan mata seperti
membujuk dia lekas menerima anugrah ini. Begitu pula Tay Su
dan lain lain mengunjuk rasa kuatir.
Koan San gwat menjadi geli, kalau urusan berlarut, kapan
ia bisa menyelesaikan tujuannya, akhirnya ia nekad, katanya
bergelak apapun lantang: "Bicara memang begitu, bagaimana
pun tinggi jabatanku tetap sebagai orang bawahan, aku tidak
Paham dalam hal apa Hujin memberi manfaat diriku ?"
Berubah air muka Jip Hoat, teriakanya "Bing lote! Gila kau!
Jangan kau kurang ajar terhadap Hujin ?"
Koan San gwat tertawa lebar tanpa bersuara.
Diluar dugaan Gwat hoa Hujin malah tersenyum manis,
katanya: "Dalam hal ini tidak bisa salahkan dia, keadaan
sudah berlarut, kalau aku tidak menunjukan sejurus dua
permainan, memang sulit menundukan dia. Anak muda,
menurut kau dalam bidang apa kau lebih unggul untuk
bertanding dengan aku?"
"Aku tahu Hujin punya kemampuan apa maka sulit
menjawab pertanyaan ini!"
Gwat hoa Hujin tertawa katanya: "Judul apapun yang kau
ajukan pasti kuladeni!"
Amat sombong, tapi sikap Koan San gwat tebih pongah
katanya bergelak tertawa: "Apa yang Hujin bisa! Aku yakin
dapat mencobanya." Baru sekatang Gwat hoa Hujin tretegun dalam Khong ham
kiong baru pertama ini ia mendengar orang bicara demikian
kepadanya tujuh orang lainnya juga berdiri menjublek sepihak,
mereka kuatir akan keselamatan Koan San gwat, dilain pihak
merekapun takjup oleh kesombongannya, tak tahu apa yang
harus mereka lakukan "
-oo0dw0oo- Jilid 18 Terdengarlah gwat hoa Hujin berkata tertawa : "Bagus
sekali, mungkin kau memang serba bisa, maka berani takabur,
Khong ham kiong memiliki tujuh kepandaian biar
kuperlihatkan satu diantaranya saja. Jing Tho! Keluarkan
harpa dan siapkan pertandingan!"
Jing Tho mengiakan bergegas kepojok mengeluarkan
sebuah harpa, setelah membuka kain sutra, dikeluarkannya
sebuah alat musik yaitu harpa model kuno diletakan dibawah
panggung batu, terus mengundurkan diri.
Lemah gemulai pelan pelan Gwat hoa Hujin bangkit lalu
melangkah turun kedekat harpa, katanya tertawa: "Untuk
bertanding main harpa tidak perlu susah susah dengarkan saja
petikan harpaku sampai selesai, bila tidak terpengaruh
sedikitpun, baru aku mau percaya kau sebagai pemetik harpa
nomor satu tanpa tandingan diseluruh jagat ?"
"Urusan sudah terlanjur, tidak mungkin dirinya mundur,
terpaksa Koan San gwat harus menghadapi kenyataan. Sejak
kecil ia sudah mendapat bimbingan Tokko Bing, tentang musik
bakatnya memang cukup berbobot, apalagi menghadapi
seorang ahli dalam bidang ini, sekali jiwa lena bisa celaka,
seorang ahli lwekang dapat menyalurkan tenaga dalam
permainan alat musiknya, melukai orang tanpa membawa
bekas " Tapi Koan San gwat tidak kelihatan takut. Pertama dia
percaya bahwa Gwat hoa Hujin tiada niat mencabut jiwanya,
kedua nada musik dapat melukai orang karena
membingungkan alam pikiran orang itu lalu menguasai
sanubari dan semua gerak geriknya. Asal dapat mendengar
seperti tidak mendengar, tentu ia tidak akan terpengaruh oleh
segala suara yang mengelabui semangatnya.
Maka segera ia duduk bersimpuh, kedua telapak tangan
diletakkan di atas kedua lutut nya seperti hwesio yang semedi,
matanya di picingkan lalu katanya: "Silahkan Hujin mulai!"
Gwat hoa Hujin tersenyum melihat gaya dudukanya itu,
katanya perlahan "Kelihatanya kau mamang ahli dalam bidang
ini, awas yaa!" Seiring dengan kata katanya, jari jarinya yang runcing halus
sudah mulai memetik senar harpa, begitu suara senar
berbunyi, badan Koan San gwat seperti tersentak perlahan
diam diam ia terkejut, terasa irama harpa ini luar biasa, seolah
olah ujung jarum yang runcing menusuk telinga meski tidak
terasa sakit, namun babak selanjutnya sulit dikatakan. Gwat
hoa Hujin memperhatikan reaksi nya , iapun sangat heran,
karena selentikan senarnya yang pertama, jarang ada orang
yang kuat bertahan, sebalikanya anak muda dihadapannya ini
hanya mukanya saja yang mengkeret sedikit, badan sedikitpun
tidak bergeming. Sesaat ia menjublek, tiba tiba hatinya mangkel, seolah olah
wibawa dan keagungannya tergempur, beruntun jari jarinya
segera bergerak, irama musik yang mengalun panjang dan
tinggi" Semula Koan San gwat terpengaruh oleh gelombang musik
itu, namun belakangan ia makin tenang dan akhirnya seperti
tidak mendengar sama sekali, mengulum senyum manis
malah. Bukan saja keadaan ini membuat Gwat hoa Hujin melengak
heran dan kaget, Jing Tho yang menonton disebelah
sampingpun tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Diantara
tujuh bawahan Gwat hoa Hujin hanya dia seorang yang bahwa
irama yang dipetik Gwat hoa Hujin adalah gelombang musik
pembunuhan yang tiada taranya diadunia ini, meski beliau
belum mengerahkan seluruh kemampuannya, tapi taraf yang
diperlihatkan ini sudah bukan olah olah hebatnya.
Namun anak muda ini bukan saja tidak terluka, malah
seolah olah sedang menikmati musik yang mengasikan
pendengaran, tersenyum senyum lagi. Hanya satu
penjelasannya bahwa anak muda ini memang benar benar
seorang ahli dalam bidang musik, seorang yang berbakat
tinggi dan orang kosen pula dalam pedang.
Hilang senyum tawa yang terkumpul di wjah Gwat hoa
Hujin, rona wajahnya amat serius dan kelam, jarinya bergerak
semakin cepat seperti menari saja diatas senar. Tiba tiba
gema suara rendah berat dan kuat berkumandang semakin
keras dan bertenaga. Diantara tujuh pembantu itu, kecuali
Jing Tho, semua sudah menutup kuping, tidak berani
mendengar lebih lanjut. Koan San gwat duduk tenang seperti tidak terjadi apa apa,
ketenangan dan senyuman nya makin mengobarkan marah
Gwat hoa Hujin, kulit mukanya yang putih halus makin merah
padam dan matanya memancarkan napsu membunuh yang
terkobar, kelima jari nya tertekuk bersama, ia sudah siap
bergaya untuk menjentik senar senar diatas harpa di
depannya. Saking kejut tak tahan Jing Tho menjerit kuatir: "Hujin
jangan !" Bentak Gwat hoa Hujin dengan amarah yang meluap luap:
"Memangnya aku harus mengaku kalah terhadap bocah
sekecil ini" " Sudah tentu Jing Tho tidak berani menjawab, Gwat hoa
Hujin mendengus, jari jari dilanjutkan menjentik senar.
Agakanya dia sudah berkeputusan untuk gugur bersama,
tindakan yang nekad. Wajah Jing Tho pucat pasi, ia menunggu gelombang suara
yang mengandung pembunuhan itu berkumandang " tapi
tunggu punya tunggu sekian lamanya, masih belum terdengar
suara yang dinanti nantikan, keruan ia jadi heran cepat ia
angkat kepala memandang kearah Gwat hoa Hujin, tampak
orang duduk menjublek tak bergerak.
Ternyata disaat ia siap menjentik senar yang menentukan,
senar dihadapannya tiba tiba putus sendiri, putusnyapun
aneh, putus tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Terlongong sekian lamanya, mendadak berubah air muka
Gwat hoa Hujin, lekas tangan nya menuding keluar pintu,
tujuh pembantu nya paham apa maksud tudingan itu, cepat
sekali mereka melejit terbang keluar.
Baru saja mereka tiba diambang pintu, didengarnya suara
lantang yang keras berkata tertawa: "Aku ini tamu yang tidak
diundang kenapa mencapaikan kalian menyambut
kedatanganku!" Tujuh pembantu itu terkejut, serta merta mereka berhenti,
segera Jip Hoat beteriak "Si Bungkuk yang tiba!"
Baru suaranya berbunyi, diambang pintu muncul seorang
tua bungkuk yang berperawakan besar, selebar mukanya
merah menyala, tertawa terkekeh kekeh, sekali ulur tangan ia
jewer pipi Jip Hoat, katanya: "Budak tidak punya aturan,
apakah kau sesuai memanggil aku Si Bunguk segala?"
Meski sakit Jip Hoat cuma mengerutkan alis, namun ia tidak
berani meronta.

Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gwat hoa Hujin menarik muka, katanya dingin "Tho ong
berlakulah yang genah, jangan kau bersikap seperti mereka!"
Orang tua bungkuk bergelak tawa sambil melepas serunya:
"Bagus! Bagus Hujin ada perintah, mana berani tidak dengar!"
Sambil mengusap pipinya segera Jip Hoat minggir
kesamping, matanya mendelik.
Terdengar Gwat hoa Hujin berkata dingin, "Dari mana
hasrat Tho ong untuk datang kemari" "
"Kudengar Hujin sakit, Losiu meluruk jauh ke ci ta bok ho
diperbatasan Tibet, untuk meminta obat sumber air sakti ?"
"Terima kasih akan jerih payahmu, penyakitku sudah
sembuh lama!" "Dari bawah puncak Losiu mendengar Hujin memetik harpa
dengan lwekang yang hebat, jelas memang sudah
memperoleh obat mustajap, agakanya jerih payah Losiu ini sia
sia ?" Gwat hoa Hujin menarik muka, katanya "Jerih payahmu
mengambil sumber air sakti kuterima dengan tulus hati, cuma
Tho ong ?" "Hujin menyalahkan Losiu kenapa memutus kesenangan
Hujin ?" Gwat hoa mendengus sambil bersungut gusar.
Orang tua bungkuk berseri tawa, katanya " Kuharap Hujin
memberi maaf, sudah lama Losiu mendengar Hujin ahli
pemetik harpa, sungguh beruntung dapat menikmati buaian
musik yang mengisikan sehingga hati terasa gatal, tak
tertahan lantas bersenandung untuk mengiringi ?"
Melotot mata Gwat hoa Hujin lalu berpaling kearah Koan
San gwat katanya gegetun: "Aku sudah menduga seorang
membuat gara gara, kalau tidak mana bisa bocah ini kuat
melawan petikan ?" Ucapan ini menyentak, sadarkan ketujuh pembantunya itu,
demikian pula Koan Sin gwat paham sekarang.
Ternyata disaat Gwat hoa Hujin memetik tadi, tusukan
irama yang tajam seperti ujung jarum sungguh membuatnya
menderita bukan main, namun sampai babak terakhir lapat
lapat mendengar sebuah senandung yang amar lirih dan jelas
terngiang dipinggir kupingnya, nada senandung ini enteng
nyaman dan lembut, sehingga petikan harpa yang keras
menusuk itu berubah menjadi gelombang halus, sehingga
perpaduan kedua suara ini begitu mengasikan, maka raut
mukanya lantas menampilkan senyum dikulum. Waktu itu ia
pun heran dan tidak tahu duduk perkara sebenarnya, kini
setelah dikatakan oleh orang tua bungkuk ini, baru dia tahu
bahwa dirinya mendapat bantuan yang berarti dari orang tua
ini tak tahan segera ia dengan perasaan penuh terima kasih.
Diam kiam ia merasa kagum dan takluk terhadap lwekang
orang yang ampuh dan tinggi itu.
Berkatalah siorang tua bungkuk: "Dari irama harpa Hujin
yang semula lembut itu, Lo siu merasakan napsu membunuh
Hujin semakin besar, terpaksa Losiu memberanikan diri"
"Kau memberanikan diri menggerit putus senar harpaku!"
demikian tukas Gwat hoa Hujin dingin.
"Ya karena Hujin sudah marah besar dan hendak
menggunakan Cun thian sin mo Losiu maklum tidak kuat
menandingi gempuran hebat itu, terpaksa aku bertindak lebih
dulu!" "Tho ong terlalu sungkan, Cun thian im memang lihay ,
namun aku tahu belum mampuh membuat kau cidera"."
"Jangnlah terbawa nafsu Losiu tidak ingin membuat gara
gara dengan Hujin, Cun thian im itu banyak menguras tenaga
dan hawa murni, apalagi penyakit Hujin baru sembuh kenapa
harus mengorbankan jiwa orang dengan sia sia!"
Semestinya Gwat hoa Hujin hendak mengumbar adatnya,
tapi agakanya ia gentar terhadap orang tua bungkuk ini, maka
akhirnya ia bersabar, katanya "Ya, memang ada. Tentang
urusan yang paling ingin diketahui Hujin, Losiu sudah
meadapat sedikit sumber penyelidikan."
Berubah hebat wajah Gwat hoa Hujin, cepat ia ulapkan
tangan menyuruh tujuh pembantunya keluar. Lekas Jing Tho
menghampiri Koan San gwat serta hendak menariknya ke luar.
Tapi sibungkuk berseru mencegah, seru nya "Biar dia tetap di
sini!" Koan San gwat sudah berkesan baik terhadap orang tua
bungkuk ini, diam diam dia sudah maklum bahwa sibungkuk
ini tentu bukan orang sembarangan orang.
Dari pertandingan pedang melawan Tam Kiam tadi Koan
San gwat menginsafi bahwa penghuni Khong ham kiong rata
rata berkepandaian tinggi, terutama Gwat hoa Hujin, entah
berapa lipat lebih tinggi kepandaiannya. Untunglah sibungkuk
telah membantunya secara diam diam melawan petikan
harpanya, sehingga ia kuat bertahan. Adalah lebih hebat pula
sibungkuk ini, dari kejahuan ia kuat menggetarkan putus
senar harpa Gwat hoa Hujin, dari sini dapatlah dinilai bahwa
ilmu kepandaiinnya benar benar sulit diukur, Tidaklah heran
kalau ketujuh pembantu Khong ham kiong menaruh hormat
dan jerih terhadapnya. Namun yang betul betul mengetuk sanubari Koan San gwat
adalah kata kata terakhir si bungkuk ini. Semula ia hanya
mengatakan urusan penting yang amat ingin diketahui dan
bersangkut paut dengan Gwat hoa Hujin. Sementara Gwat hoa
Hujin segera menyuruh para pembantunya keluar, dari sini
dapatlah dabayangkan bahwa urusan ini amat rahasia, namun
sibungkuk justru menyuruh dirinya tetap tinggal "
Gwat hoa Hujin juga tidak mengerti, ini hanya melorot dan
bertanya. "Kenapa dia harus tetap tinggal disini" "
Si bungkuk tertawa, katanya "Sudah tentu Losiu punya
alasan, kerena persoalan yang Bu jin ketahui, bocah ini bisa
memberi keterangan, malah jauh lebih jelas dari apa yang
Losiu ketahui!" "Bohong!" sentak Gwat hao Hujin tidak percaya, "Baru saja
dia naik ke ?" "Kenapa Hujin tidak dengar dulu penjelasanku baru
memberi keputusan." "Baik! Katakanlah!"
Si bungkuk mengelus jenggot kambingnya, lalu berkata
pelan pelan: "Pertama Losiu akan menyampaikan sebuah
berita duka kepada Hujin. Bahwa orang yang ingin ketahui
jejaknya sudah meninggal di Khong ay san dua puluh tahun
yang lalu ?" Berkerut kerut wajah Gwat hoa Hujin, sedapat mungkin ia
menahan perasaan hatinya, akhirnya tercetus pertanyaan
gemetar: "Apakah benar?"
Si bungkuk manggut manggut, dari dalam bajunya ia
mengeluarkan kutungan gelang jade, katanya sambil
mengacung kedepam "Hal ini pasti tidak salah, untuk
membuktikannya Losiu pernah berkunjung ketempat
makamnya kukeduk kuburan dan kubongkar peti mati nya,
tulang belulang sudah tiada."
Gwat hoa Hujin menerima kutungan gelang itu, lalu di elus
elus dan diamati dengn seksama. kelopak matanya lambat
laun mengembang air mata, katanya dengan hambar "Aku
tahu dia tidak dapat hidup lama, waktu meniggalkan aku, luka
lukanya cukup berat"
Rona wajah Koan San gwat tiba tiba berubah, maju
selangkah ia berkata. "Hujin! kutungan gelang ditanganmu
bolehkah aku melihatnya" "
"Minggir kau!" bentak Gwat hoa Hujin gusar, "Jangan kau
cerewet!" Si bungkuk tertawa, katanya: "Anak muda! Urusan ini tiada
bagianmu, tunggulah sebentar ada urasan lain yang perlu
penjelasan mu !" Koan San gwat membandel, katanya: "Tidak! Aku harus
memeriksanya sebab ?"
Gwat hoa Hujm sudah penarik muka dan hampir
mengumbar nafsunya, si bungkuk mengerutkan alis, katanya:
"Anak muda! kenapa kau harus memeriksanya" "
"Karena kuingat dulu akupun memilik benda yang hampir
sama dengan itu!" Gwat hoa Hujin dan sibungkuk tertegun Gwat hoa bertanya
"Dimana" "
"Entahlah, waktu aku berusia sembilan, guruku
menyimpannya, selanjutnya tidak pernah dikembalikan
kepadaku. Sekarang mungkin masih ada pada guruku ?"
"Siapa gurumu" Dimana dia sekarang" " desak sibungkuk
lebih lanjut. "Guruku adalah Bing tho ling cu Tokko Bing, sekarang "
jejakanya menghilang" Hampir ia menjelaskan jejak Tokko
Bing, untung segera mengubah kata katanya, sebab ia tahu
bahwa gurunya tidak sudi diganggu oleh sembarangan orang.
Si bungkuk menatap mukanya dengan tajam, sementara
sikap Gwat hoa Hujin menjadi lemah lembut, segera ia
angsurkan potongan gelang serta berkata "Coba kau lihat!
Apakah mirip dengan milikmu itu" "
Koan San gwat mengulur tangan menerima, gelang jade itu
terlalu lama terpendam dalam tanah, sehingga kelihatan kotor
dan guram, setelah digosok mengkilap lapat lapat masih
kelihatan lukisan irisan berlingkar lingkar. Setelah memeriksa
sekian lamanya, ia kembalikan kepada Gwat hoa Hujin serta
berkata "Bentukanya hampir sama, tapi agak berbeda dengan
milikku itu ?" Wajah Gwat hoa Hujin kelihatan tegang teriakanya:
"Apanya yang berbeda" Coba terangkan" "
Koan San gwat tidak tahu kenapa orang bersikap begitu
aneh, setelah berpikir ia menjelaskan : "Aku sudah lupa, tapi
gelang jadeku itu terukir pemandangan gunung, diujung atas
nya terdapat bulan sabit! Tidak sama ukiran melingkar ini ?"
Mulut Gwat hoa menjerit tertahan, tubuhnya tergeliat dan
gemetar, Koan San gwat jadi heran, tanyanya : "Hujin, kenapa
kau" " Gwat hoa berusaha menenangkan perasaannya, katanya
pelan pelan sambil menggeleng: "Tidak apa apa! Lanjutkan
penjelasanmu, dari mana kau peroleh gelang jade itu" "
"Aku kurang terang, kuingat sejak kecil sudah tergantung
dileherku, waktu kecil dulu aku tidak paham apa maksud
ukiran kembang disebelah bawahnya sampai usiaku genap
sembilan tahun, mendadak, teringat olehku namaku adalah
Koan San gwat, bukan mustahil ada hubungannya dengan
gambar ukiran itu. Waktu kutanyakan hal ini kepada Suhu
menjadi marah besar dan memaki aku lalu merampas gelang
jade itu, sejak itu tidak pernah dikembalikan lagi kepadaku!"
"Bukankah kau bernama Bing Jian li, kenapa ganti nama
Koan San gwat segala!" tanya Gwat hoa Hujin heran.
Kon San gwat merandek sebentar, lalu sahutnya "Tay Su
mengganti namaku sementara waktu!"
Gwat hoa Hujin tidak pedulikau penjelasannya, tanyanya
lebih lanjut: "Adakah gurumu menjawab pertanyaanmu" "
"Tidak! Dia hanya suruh aku jangan berpikir sembarangan!"
"Apakah kau memang she Koan" Bagaimana sal usulmu
?" "Entah! Sejak kecil aku ikut Suhu, sedikitpun tidak tahu
menahu tentang asal usulku, nama Koan San gwat adalah
pemberian Suhu pula!"
"Kenapa Suhumu memberi nama itu kepada kau?"
"Mana aku tahu!" sahut Koan San gwat geleng kepala.
"Kenapa kau tidak tahu apa apa." hardik Gwat hoa Hujin
uring uringan. "Memang aku tidak tahu. Suhu mengajarkan ilmu
kepadaku, tapi tidak mau memberitahu asal usulku, cuma
dikatakan bahwa aku anak yatim piatu, sejak kecil sudah
diasuh dan dibesarkan beliau."
"Berapa umurmu tahun ini" "
"Tahun ini dua puluh enam!"
Gwat hoa Hujin menekuk jari menghitung hitung, air mata
menetes deras, katanya perlahan : "Tidak salah! Duapuluh
enam tahun. Aku matipun dia masih membenci aku!"
Sibungkuk berseru sambil menepuk belakang lehernya :
"Sungguh kebetulan! Aku hampir tidak percaya, didunia ini
ada kejadian sedemikian kebetulan ?"
"Tho ong," ujar Gwat hoa Hujin angkat kepala, "Soal itu
harus ditanyakan biar jelas."
"Tidak usah tanya! Aku berani tanggung tidak salah lagi!"
"Tidak! Aku merasa kita hati hati. Perasaanku amat risau
dan gundah, dan lagi ?"
Sibungkuk manggut manggut, katanya "Losiu paham,
silahkan Hujin menyingkir dulu, setelah Losiu mencari tahu
dan memang cocok dengan kabar yang kuperoleh diluaran,
baru akan kusampaikan kepada Hujin mengenai kejadian dulu
apakah perlu juga kukataan" "
"Kalau tidak salah!" demikian kata Gwat hoa Hujin setelah
berpikir sebentar, "Silahkan Tho ong menyampaikannya, meski
sekarang aku tidak punya beban dan kekuatiran apa namun
bila urusan lama disinggung pula betapapun rada ?"
"Hal itu Losiu tahu, Hujin silahkan!"
Sekilas Gwat hoa pandang Koan San gwat lagi, lalu pelan
pelan masuk kedalam. Koan San gwat keheranan dibuatnya, setelah Gwat hoa
Hujin tidak kelihatan, berkatalah sibungkuk dengan kereng.
"Anak muda! Duduklah kau! Losiu akan bercerita sebuah kisah
lama kepadamu. Cerita ini mungkin ada hubungannya dengan
kau, kau harus mendengar dengan cermat!"
Koan San gwat tidak tahu permainan apa yang hendak
dilakukan orang, namun melihat sikap kerengnya itu, terpaksa
ia duduk di lantai, siap mendengarkan ceritanya. Sibungkuk
menengadah sebentar lalu meaarik napas panjang dan mulai
bercerita "Kisah ini harus diamulai sejak tiga puluh tahun yang
lalu, waktu itu Losiu masih muda, baru lima puluhan?"
Mendengar orang berusia lima puluh masih di katakan
muda, hampir saja Koan San gwat tertawa. Lekas si bungkuk
melototkan mata, katanya: "Jangan tertawa! Meski sudah
berusia lima puluh namun rambut Losiu masih hitam pekat,
kelihatan tidak lebih tua dari kau, kenapa tidak terhitung muda
" Ah kenapa aku ngelantur, baiklah kumulai saja.. Tiga puluh
tahun yang lalu, Lohu berkenalan dengan seorang sahabat,
temanku itu jauh lebih hebat dari aku, ilmu sastra atau ilmu
silat sama sama hebat melebihi orang lain. Usianyapun baru
tiga puluhan begitu bertemu dengan Lohu lantas menjadi
sahabat kental. Waktu itu Losiu punya dua musuh buyutan
kedua musuh buyutan ini terdiri suami istri, meski usia mereka
rada muda dari aku, namun kepandaian silatnya tidak lebih


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

asor dari Losiu, sejak mula sampai yang terakhir Losiu sudah
bertanding puluhan kali dengan mereka belum pernah
sekalipun aku bisa mengalahkan mereka!"
Koan San gwat menahan geli, katanya "Cianpwe tidak kenal
putus asa selalu mengajak mereka bertanding, keberanian itu
sungguh harus dipuji!"
"Losiu seorang diri menghadapi mereka berdua, sudah
tentu tidak akan terima."
"Kenapa Caianpwe tidak mencari pembantu" "
"Siapa bilang Losiu tidak punya pikiran demikian" Cuma
dunia seluas ini, untuk mencari pembantu yang setingkat
dengan Losiu, betapa sulitnya" "
Dalam hal ini Koan San gwat percaya, selama tiga puluh
tahun ini betapapun pesat kemajuan kepandaiannya tidak
mungkin mencapai tingkatan yang lebih unggul dari kedua
lawannya. Melihat orang tidak menyela, sibungkuk segera
meneruskan: "Lohu mengembara menjelajah dunia, akhirnya
memperoleh seorang yang dapat kujadikan pembantu yang
ampuh betapa girang hatiku tidak perlu kulukiskan, segera
kubawa dia dan menantang mereka suami istri?"
Semakin ketarik Koan San gwat dibuatnya tanyanya
"Bagaimana akhirnya" "
"Akhirnya pertandingan itu tidak jadi!"
"Kenapa" "
"Diwaktu kami meluruk kerumahnya, kebetulan suaminya
tidak berada dirumah!"
"Semula Losiu hendak mengajakanya berduel satu lawan
satu, tak kira temanku itu sekali bicara dengan perempuan itu
satu sama lain ternyata cocok."
"Kalau begitu cianpwe dirugikan, kalau mereka menjadi
intim, bila suaminya kembali bukankah cianpwe bakal
menghadapi mereka bertiga" "
Ternyata si bungkuk menjadi marah, katanya uring uringan
"Anak muda, kalau kau tidak ingin mendengar ceritaku, Losiu
tidak akan melanjutkan."
"Justru wanpwe amat ketarik, sehingga merasa kuatir bagi
cianpwe!" "Sudah tentu kawanku itu tidak akan bertolak belakang
membantu musuh, kami bicara sambil menunggu suaminya
kembali, baru akan bertanding satu lawan satu, maka Lohu
berdua menunggu sampai satu bulan"."
"Apakah suaminya kembali" "
"Kalau suaminya kembali, urusan tidak bakal berlarut dan
gampang diselesaikan."
"Apakah terjadi peristiwa lain" "
"Kita menunggu satu bulan, suami perempuan itu tidak
kembali, namun ia menerima sepucuk surat suaminya, karena
mendadak kebentur urusan amat penting dia harus pergi
ketempat yang jauh, kapan pulang belum dapat ditentukan.
Sudah tentu kami tidak bisa menunggunya terus dirumahnya
itu, terpaksa kami berpamitan, siapa tahu setelah mengalami
pergaulan yang amat intim selama satu bulan ini, kawanku itu
ternyata jatuh hati pada perempuan itu, berat untuk berpisah,
waktu itu ia terpaksa ikut Losiu pergi, beberapa hari
kemudian, ia kembali kerumah perempuan itu!"
Kali ini Koan San gwat tidak menyela bicara, ia mandengar
dengan penuh perhatian, tak nyana si bungkuk juga berhenti
bicara. Setelah tunggu punya tunggu, tak tahan Koan San
gwat bertanya "Akhirnya bagaimana" "
Si bungkuk menghela napas, ujarnya "Bagaimana keadaan
mereka Losiu kurang jelas, karena secara kebetulan Losiu
memperoleh sebuah i kip buku ilmu silat, aku getol berlatih
dan menggembleng diri di Tay Ceng san, tempat kediamanku,
tiga tahun lamanya aku memperdalam ilmuku baru sempurna,
lalu aku meluruh kerumah suami istri itu, baru aku tahu apa
yang terjadi selama tiga tahun ini ?"
"Apa yang terjadi"
"Pergaulan kawanku dengan perempuan itu terlalu erat
bebas, akhirnya mereka tidak bisa mengendalikan diri,
perempuan hamil ?" "Suaminya tidak kembali selama itu" "
"Tidak! Tapi mengirim surat pula, katanya tak lama lagi ia
bakal pulang!" "Wah urusan bakal berabe, bagaimana perempuan itu
menyelesaikan persoalan ini" "
"Memang mereka sedang kehabisan akal dan tidak tahu
apa yang harus dilakukan kebetulan aku tiba, mereka mohon
bantuan ku untuk mengatasi kesulitan ini."
"Cianpwe memberi saran apa kepada mereka" "
"Losiu punya saran baik apa" Aku tanya kepada perempuan
itu siapa sebenarnya yang dia cintai, kalau dia cintai kawanku
itu, jangan sangsi lagi ikut kawanku dan minggat ketempat
jauh, atau sebalikanya segera putuskan hubungan kalian,
mumpung bocah itu belum lahir gugurkan saja habis perkara,
tunggulah suamimu pulang dengan tentram!"
"Ya, memang hanya cara itu saja yang baik, bagaimana
keputusan perempuan itu!"
"Ai, dalam dunia ini memang tiada yang abadi, tiada
sesuatu yang sempurna! Waktu suaminya pulang dari luar
lautan, tahu istrinya hilang sudah tentu tidak bepeluk tangan
segera ia keluar mencari kemana mana, seluruh pelosok dunia
telah diobrak abrikanya, kira kira setahun kemudian jerih
payahnya tidak sia sia, waktu itu anak yang dilahirkan dari
hubungan gelap itu sudah berusia lima bulan ?"
Koan San gwat menjadi tegang, tanyanya: "Setelah ketemu
bagaimana" " "Bagaimana lagi, sudah tentu terjadi perkelahian yang
sengit, sayang waktu itu Losiu tidak hadir, sehingga tidak bisa
nonton pertempuran yang benar benar hebat dan ramai!"
"Akhir pertempuran adu jiwa itu, siapa yang menang" "
"Ilmu silat kawanku amat tinggi, meski suaminya itu diluar
lautan mendapat pengalaman aneh, namun belum mampu
mengalahkan dia, disaat elmaut mengancam, perempuan itu
mendadak sadar akan hubungan kasih suami istri, ternyata ia
turun tangan mengeroyok kawanku itu!"
"Hati seorang perempuan memang suka dijagai, sungguh
luar biasa?" "Ya, maka Losiu beruntung dikaruniai bentuk badan jele ini,
selama hidupku aku tidak bakal dibikin susah oleh urusan cinta
tetek bengek begitu ?"
"Akhirnya bagaimana" "
"Kawanku tidak menduga perempuan yang dicintainya
bakal melawan dirinya, meski ia tidak sudi turun tangan
didalam keadaan serba runyam begitu, akhirnya ia membawa
orok yang belum satu tahun turun gunung dengan
mendongkol ?" Melihat orang menghentikan ceritanya Koan San gwat jadi
getol, tanyanya "Cerita ini habis sampai disitu saja" "
"Sudah tentu belum berakhir, tapi kejadian selanjutnya
Losiu sendiri juga kurang jelas, yang kutahu bahwa suami istri
itu rujuk kembali, menetap ditempat ini, dua tahun kemudian
mereka melahirkan lagi, beberapa tahun kemudian suaminya
itu meninggal dunia sementara perempuan itu masih tetap
tinggal disini, mengasuh dan membesarkan putranya, dengan
bekal kepandaiannya, ia menerima beberapa pembantu
pilihan, menetap di sini untuk menghabiakan waktu ?"
"Aku tahu perempuan yang kau maksud adalah Gwat hoa
Hujin, bagaimana jejak kawanmu" "
"Dengan amarah yang meluap luap ia pergi, selanjutnya
tidak terdengar kabar beritanya, Losiu pernah mencarinya
kemana mana tapi seperti batu kecemplung dilautan, hingga
beberapa waktu yang lalu, secara kebetulan karena suatu
urusan Losiu lewat di Khong ay san, baru kudapat berita
mengenai kawanku itu, ternyata setelah pergi, kawanku,
menetap di tempat itu, tidak lama kemudian diapun
meninggal, mereres diri, sementara putranya diserahkan
kepada seorang pelajar dan dibawa pergi ?"
"Orang macam apa pelajar itu?" tanya Koan San gwat
tegang. "Kejadian sudah terlalu lama, orang orang yang menetap
disekitarnya sudah lupa, mereka hanya tahu bahwa pelajar itu,
secara kebetulan lewat disana, namun berhubungan sangat
kental dengan temanku itu, lima enam hari kemudian temanku
itu meninggal, setelah pelajar itu mengurus penguburannya
sampai selesai baru tinggal pergi membawa bocah itu, tanpa
meninggalkan nama memberi tahu tempat tinggal?"
Koan San gwat kecewa, katanya: "Apakah pelajar itu tidak
menunjukkan sesuatu yang luar biasa pada dirinya!"
"Ada! Orang memberitahu kepadaku bahwa jari tangan kiri
pelajar itu ada enam!"
"Benar! Itulah guruku!" teriak Koan San gwat.
"Jadi kaulah orok kecil yang dibawa oleh temanku itu!"
sibungkuk berteriak. KoanSan gwat amat haru, perasaannya bergolak, tak tahu
bagaimana harus membuka mulut. Sesaat kemudian bara si
bungkuk berkata "Begitu kudengar kau memiliki sebuah
gelang jade, lantas kuduga kemungkinan ini gelang jade ini
memang sepasang, yang satu terukir bulan, dan yang lain
diukir kembang seruni, semua milik Gwat hoa Hujin, ukiran
melingkar itu adalah nama mereka berdua, Gwat hoa Hujin
bernama Se Ciu kiok, kawan ku itu " anu ayahmu bernama
Bun Sin Gwat. Le Cia kiok bergelar Gwat hoa Hujin, nama
untuk mengenang ayahmu ?"
Koan San gwat terlongong sekian lama baru berkata sambil
mengalirkan air mata: "Jadi seharusnya aku she Ban, kenapa
guruku mengganti namaku menjadi Koan San gwat" "
"Untuk itu kau harus bertanya langsung kepada gurumu."
"Tidak perlu ditanyakan lagi," tiba tiba Gwat hoa Hujin
menerobos masuk sambil berlinang air mata. "Aku tahu, Sin
gwat tentu benci kapadaku, diapan tidak suka putranya kelak
bertemu dengan aku, maka nama anak nya sendiripun ia
ganti, Koan San gwat (hubungan gunung dan bulan) jelas di
ibaratkan bahwa asal usul bocah itu ada hubungannya dengan
gunung dan rembulan, dia membawa potongan gelangku
kedalam liang kubur " tentu ingin melupakan aku sama sekali
?" Si bongkok tertawa ringan, katanya : "Hujin! Segalanya
sudah jelas, kalian ibu beranak silahkan bicara baik baik! Losiu
harus mengundurkan diri!" habis berkata ia goyang tubuh
melesat terbang keluar. Cepat Gwat hoa Hujin berseru: "Tho ong Terima kasih!
Harap kau suka duduk dulu diruang sebelah, sebentar aku
harus menjamu secawan arak pada kau."
"Sudah tentu!" seru si bungkuk tua sambil tertawa lebar,
"Kau suruh aku pergi, aku tidak akan pergi! Beruntung hari ini
aku bertemu dengan putra Sin gwat akupun perlu berkumpul
dengan dia!" Setelah dia pergi, tinggal Gwat hoa Hujin dan Koan San
gwat saling berhadapan, hati mereka dirasuk haru yang tidak
tertahan lagi, mereka terbungkam sekian lamanya, tak tahu
apa yang harus dibicarakan. Akhirnya Gwat hoa Hujin
bersuara perlahan lahan "Nak! Sudikah kau memanggil aku
ibu" " Dengan kebanjiran air mata lekas Gwat hao Hujin maju
memeluknya erat erat, sambil mengelus rambutnya, ia berkata
lemah lembut dan penuh kasih sayang: "Nak! Sungguh aku
tidak kira bisa jumpa dengan kau, dua puluh lima tahun
sudah, waktu kau pergi, kau baru berusia setengah tahun,
tidak heran kita tidak saling kenal, mari biar kulihat, seperti
siapa kau sebenarnya" "
Sembari berkata dia angkat muka Koan San gwat dengan
kedua tangannya, serta di amat amati dengan seksama,
sesaat kemudian berkata pula kalem. "Matamu seperti ayah,
demikian juga hidungmu, hanya alismu seperti aku bentuk
mukamu kombinasi dari kami berdua. Aku sungguh bodoh,
kenapa waktu bertemu tadi sedikitpun aku tidak teringat akan
hal ini.. ai, waktu memang sudah terlalu lama, kesan ayahmu
sudah makin pudar dalam benakku, adakalanya aku
memejamkan mata, seolah olah kulihat dia berdiri
dihadapanku, begitu aku membuka mata bayangan lantas
hilang menghilang begitu saja, sehingga aku sulit mengingat
bentuk mukanya lagi ?" lalu dielus elus pula kepala Koan San
gwat, katanya: "Nak! Asal usulmu sekarang sudah terang, tiba
waktunya kau mengganti she dan nama!"
Entah kenapa tiba tiba rasa benci dalam benak Koan San
gwat, mendadak ia meronta lepas dari pelukan ibunya,
serunya : "Tidak kupikir nama itu adalah maksud ayah sendiri!
Lebih baik kita tetap mematuhi kehendaknya saja!"
Gwat hoa Hujin melengak, lalu katanya menghela napas :
"Begitu baik! Sampai ajal ayahmu masih membenci aku!
Apakah kaupun membenci aku?"
Koan San gwat tidak mampu menjawab selama dua puluh
tahun belum pernah ia memikirkan asal usul dirinya, kini
mendadak harus mengakui seorang ibu, dia masih bingung
bagaimana perasaan hatinya sekarang.
Waktu Jin Tho bertujuh dipanggil masuk kedalam
balairung, mereka terkejut dan heran akan sikap dan kelakuan
Gwat hoa Hujin yang berdiri dekat dengan Koan San gwat
mereka melihat sebelah tangan Gwat hoa Hujin, pegang
pundak Koan San gwat, sementara si tua bungkuk
menunjukan mimik aneh. Pandangan Gwat hoa Hujin menyapu ke tujuh
pembantunya, katanya: "Coa Ping, kau paling lama ikut aku,
terhadap peristiwa yang lalu kau paling jelas, aku pernah
bercerita secara sembunyi sembunyi kepada yang lain bukan
?" Coa ping ketakutan ratapnya "Mana hamba berani ?"
"Kau tidak usah takut! Aku tidak akan menghukum kau aku
cuma tanya pernah kau berbicara rahasia aku itu?"
Dengan ketakutan akhirnya Coa Ping mengaku "Diwaktu
mengobrol, mungkin hamba pernah bicara sedikit dengan Jip
Hoat dan Hwi Kak ?" "Perkara sudah sampai ditelinga Jip Hoat budak cerewet ini,
mana bisa dirahasiakan. Aku percaya ketujuh orang ini sudah
tahu semua." Demikian si bungkuk menyela bicara.
Keruan ketujuh pembantu itu tercekat hatinya, terutama Jip
Hoat menjadi pucat mukanya, namun sedikitpun Gwat hoa
Hujin tidak memperlihatkan rasa gusar, katanya dengan muka
jengah "Kalian tidak perlu takut kalau kalian sudah tahu


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengalamanku yang lalu, maka tidak perlu banyak penjelasan
lagi, kalian tahu kecuali ilmu silat aku masih mempunyai
seorang putra yang hilang pada dua paluhan tahun yang lalu
?" Ketujuh pembantunya saling pandang, tidak tahu apa
makaudnya. Segera sibungkuk tua menimbrung: "Sekarang putranya itu
sudah ketemu dia inilah?" sembari bicara ia menunjuk Koan
San gwat. Berubah air muka ketujuh pembantu saking terperanjat
Gwat hoa Hujin menjadi kikuk.
Setelah menjublek sekian lama akhirnya Jip Hoat berteriak :
"Aduh! Bing hengte! Jadi kau adalah Toa kongou " payah,
payah! Kalau begitu selanjutnya aku tidak bisa panggil Bing
hengte?" Koan San gwat berseru"Aku bernama Koan San gwat ?"
"Apa" Koan San gwat" " Jip Hoat tercengang dibuatnya.
Koan San gwat manggut manggut.
"Benar!" Gwat hoa Hujin menegas, "Tay Su kau tidak usah
kuatir, kau mengganti namanya untuk mengelabui aku,
sungguh besar nyalimu, tapi kali ini aku boleh ampuni
dosamu." Sampai disini tiba tiba raut mukanya menjadi
tegang, perlahan mengguman: "Koan San gwat! Koan San
gwat " Jadi Koan San gwat yang selalu digaukan oleh Ceng
Ceng adalah kau" "
"Benar! Aku kemari untuk mencarinya!" sahut Koan San
gwat. "Darimana kau tahu bila dia berada disini" "
Koan San gwat ragu ragu untuk menjelaskan.
"Tidak apa apa nak!" ujar Gwat hoa Hujin, "Katakan saja,
hari ini aku bisa menemukan kau, perkara apapun boleh ku
kesampingkan!" "Peng Kiok jin Toanio yang membawa kemari," terpaksa
Koan San gwat menjelaskan.
Berubah air muka Gwat hoa Hujin, Tay Su tampil
menjelaskan "Hujin! Tujuan Peng Kiok jin memang baik,
melihat nona Thio menerjang naik keatas gunung, waktu itu
kebetulan penyakit jantung Hujin sedang kumat, ilmu
pengobatan nona Thio memang lihay dengan resep obatnya
penyakitnya Hujin bisa disembuhkin oleh ?"
"O," seru si bungkuk heran, "Nona kecil itu ternyata mampu
menyembuhkan penyakit lama Hujin, sungguh harus dipuji!"
"Beruntung Siautitpun pernah ditolong dua kali olehnya ?"
demikian timrung Koan San gwat.
"Hubungan kalian cukup intim bukan, kalau, tidak kenapa
sejauh itu kau meluruk kemari hendak mencari dia!" Demikian
goda si bungkuk itu. Koan San gwat tidak menjawab, Tay Su pula yang bersuara
: "Nona Thio amat cinta dan merindukan Koan kongcu, sering
dalam tidurnya ia mengigau namanya?"
"Tidak salah lagi. Bocah ini memper (mirip) bapakanya,
paling menonjol dikalangan perempuan, kawanku punya
keturunan, sungguh aku situa bangka ini girang setengah mati
?" Tiba riba dilihatnya air muka Gwat hoa Hujin ganjil, cepat ia
hentikan tawanya serta bertanya: "Hujin! Kenapa kau murung
jadinya! Putramu sudah kembali keharibaan, malah membawa
calon istri yang cantik lagi ?"
Perlahan lahan Gwat hoa Hujin menghela napas, mulutnya
terkanciig, demikian juga sikap ketujuh pembantunya ikut
prihatin dan menunduk diam, karuan keadaan janggal mem
buat si bongkok tua daun Koan San gwat heran dan tidak
mengerti. Tak tahan si bongkok tua mendesak "Hujin, apakah yang
terjadi sebetulnya" "
"Kelak saja dibicarakan!" demikian ujar Gwat hoa pelan
pelan, "Tho ong! Aku pernah mengundang kau makan minum,
sekarang juga boleh dimulai, Hwi Kak keluarkan Pek ho a lok
yang tersimpan digudang kamar satu guci, Jip Hoat pergilah
menyiapkan makanan!"
Kedua perempuan itu mengiakan bersama sama terus
mengundurkan diri melaksanakan perintah.
Sementara Coa Ping mendekati Koan San gwat, karanya
rada terpengaruh oleh perasaan harunya: "Kongcu! Tentu kau
tidak ingat aku lagi. Waktu kecilmu akulah yang sering
membopongmu!" "Waktu itu dia berusia lima bulan, mana mungkin bisa ingat
kepada kau!" demikian ujar si bongkok tua dengan riang
gembira. "Kongcu, kau tumbuh demikian besar dan kekar, lebih
tegap dari Ban loya dulu, apakah Ban loya baik"."
Gwat hoa menarik muka, sentakanya: "Coa Ping! Jangan
cerewet!" Si bongkok menghela napas, katanya". "Coa ping! Ban loya
sudah meninggal !" Kesilat Coa Ping mendengar berita duka ini, kelopak
matanya mengembang air mata, katanya tetharu: "Sudah
meninggal" Ban loya begitu baik hati, kenapa tidak hidup
lebih tua beberapa tahun lagi! Bila beliau masih hidup sampai
sekarang betapa menyenangkan?"
"Coa Ping!" Bentak Gwat hoa Hujin, menggebrak meja,
"Berani mati kau ?"
"Ya Hujin!" sahut Coa Ping sambil menyeka air mata,
suaranya gametar "Hamba memang" kurang sopan. Setelah
hamba melihat Kongcu, hatiku amat senang."
"Hujin, kenapa kau salahkan dia?" demikian bujuk si
bungkuk dengan suara lembut, "Dulu Sin gwat amat baik
terhadapnya adalah jamak kalau dia kasih kepada bocah ini,
anak muda, tiada halangannya kau memanggil suci
kepadanya. Karena dulu pernah berkelakar hendak menerima
dia sebagai murid. Kalau kau ingin tahu perihal ayahmu boleh
kau minta penjelasannya dia lebih jelas dari aku."
Memang Koan San gwat simpatik terhadap perempuan ini,
dengan hormat ia menyapa "Suci!"
"Kongcu terlalu sungkan, mana hamba berani terima." Kata
Coa Ping sambil menekuk dengkul.
"Anak muda! Aku berhasil menemukan ibu kandangmu cara
bagaimana kau hendak menyatakan terima kasih kepadaku ?"
"Cianpwe ?" tersipu sipu Koan San gwat berlutut.
"Cianpwe apa" Ayahmu adalah sahabat kentalku, cukup
panggil paman saja."
"Paman!" Si bungkuk lekas menarikanya bangun, tanya: "Anak baik,
jangan berlaku bodoh, paman hanya berkelakar dengan kau,
bagaimana latihan silatmu" bungkuk tua tidak berguna seperti
aku ini ingin memberi ajaran kepada kau !"
Gwat hoa Hujin tertawa, timbrungnya "Ilmu pedang Tam
Kiam bukan tandingannya, silahkan Tho ong membeli
bimbingan?" "Putra Sin gwat masa tidak jempol" Aku tidak punya ahli
waris, kecuali dia siapa lagi yang mau kuberi ajaran silatku
yang rendah ini, harap Hujin jangan marah, putramu yang lain
itu aku justru kurang senang ?"
Sedikit berubah air muka Gwat hoa Hujin. Si bungkuk
segera menyambung "Hujin, sama sama putramu, kalau aku
berat sebelah namun kau tidak boleh berat sebelah!"
"Aku tahu kau masih membenci Liu Ih yu" demikian ujar
Gwat hoa Hujin! "Aku Pek Thio kun memang musuh buyutnya. Tak mungkin
aku bicara demi kebaikannya."
"Orangnya sudah meninggal, apanya lagi yang dapat kau
benci" " "Sudah mati ya sudah, tapi aku tidak suka melihat tampang
putranya yang sama dengan bapakanya!"
"Kalau begitu silahkan kau membimbing putraku yang ini,
soal ilmu pedang kau tidak perlu jerih payah, cuma dalam
bidang tenaga saja, ia masih kurang, jika kau sudi
mengajarkan Kay san kun hoat kepadanya, cukup menjadi
bekal hidupnya." "Masa perlu dikatakan lagi! Kepandaian ku akan kuajarkan
seluruhnya sampai akar akarnya, bagaimana juga dia tidak
boleh kalah dengan bocah she Liu itu!"
Gwat hoa Hujin tidak bersuara, sebentar ia berpikir,
mendadak berkata : "Tho ong! Seharusnnya ada persoalan
lain yang hendak kau beritahu kepadaku, dan lagi urusan ini
ada sangkut pautnya dengan bocah ini!"
Sejenak Pek Thi hun melengak, sahut nya tersekat "Ti "
tidak." "Bohong! Sebelum ini kau belum tahu bila dia putra Sin
gwat, namun kau menyuruh dia tetap tinggal, dari sini ?"
"Ya, memang begitulah Lohu mengenai urusan kedua yang
kau suruh aku menyelidiki"
"Apa! Jadi kau sudah tahu jejak orang itu" "
"Ya, sebetulnya aku tidak sudi turut campur urusan ini, tapi
kau mencurigai Sin gwat wafat sudah dua puluh lima tahun,
kecurigaan itu sudah tersapu bersih, maka akupun tidak perlu
banyak urusan lagi."
"Apakah kau tidak sudi membantu sedikit kesulitanku?"
tanya Gwat hoa Hujin menarik alis.
"Bukan membantu kau, tapi membantu Lau Ih ya. Apa lagi
urusan ini ada sangkut pautnya dengan bocah ini, maka aku
lebih tidak sudi mengatakan! coba kau pikir, apakah putra Sin
gwat bisa membantu kesulitan Lau Ih yu" "
"Bu, paman Pek, persoalan apakah yang sedang kalian
debatkan" " tanya Koan San gwat.
"Anak muda! Jangan kau banyak urusan. Bapakmu
meninggal membawa dendam derita, meski kau tidak perlu
membalas dendam namun pantaskah kau mencelakai jiwa
orang yang membalaskan dendam bapakmu" "
"Sebetulnya bagaimana persoalannya?" tanya Koan San
gwat. Gwat hoa Hujin mendelik mencegah Pek thi hun membuka
mulut, lalu katanya: "Nak pamanmu sudah menjelaskan duduk
perkara dulu, ayahmu adalah Ban Sin gwat, Lau Ih yu adalah
suamiku berdiri pada posisimu sekarang, kau membela Lau Ih
yu tidak" " Koan San gwat berpikir sebentar, sahut nya "Kupikir tidak
perlu aku membencinya sebab perbuatan dan sepak
terjangnya cukup dimengerti"
"Bocah keparat!" teriak Pek Thi hun. "Ceritaku tadi belum
selesai seluruhnya, ketahuilah di waktu ayahmu pergi dia
terluka parah, Liu Ih yu menusuk secara licik Coa ping melihat
kejadian itu!" Berubah air muka Koan San gwat. Sementara Gwat hoa
Hujin melirik kearah Coa ping dan jengeknya. "Coa ping kau
lagi yang cerewet!" "Ya ?" Coa ping mengiakan dengan muka pucat, "Soalnya
pek loyacu mendesak hamba untuk mengatakannya"
"Seharusnya kau bicara secara gamblang!" damprat Gwat
hoa Hujin. Coa ping menjadi gugup, katanya "Belum sempat hamba
bicara habis, Hujin dan Loya keburu datang, selanjutnya pek
loya tidak pernah menanyakan lagi!"
"Kalau begitu hari ini kau harus sejelas nya, kebetulan
Kongcupun berada disini ?"
Coa ping menenangkan hati lalu katanya pelan "Waktu
terjadi perkelahian sengit itu ilmu pedang Ban loya kelihatan
amat tinggi, sehingga Lau terdesak mundur berulang ulang,
akhirnya Hujin keluar dan terjun diantara mereka, karena
kuatir tusukan pedangnya mengenai Hujin Ban loya
menariknya saat itu Loya kebetulan menyerang dengan
sebuah tusukan dan melukai pundak Ban loya. Sekecap pun
Ban loya tidak bersuara, melempar pedang merebut Kongcu
dari gendongannu terus tinggal pergi!"
Pek Thi hun menyeringai dingin mendengar penjelasan ini.
Gwat hoa Hujin segera menghadapi Koan San gwat serta
bertanya: "Kau percaya akan uraiannya itu" "
Koan San gwat manggut manggut Pak Thi hun semakin
gusar teriakanya: "BanSin gwat tidak mungkin mati karena
gusar, tusukan pedang itupun tak bisa membuat ajal. Karena
sedih dan berduka, apalagi membawa luka berat menempuh
perjalanan jauh tanpa istirahat, darah mengalir terlalu banyak,
berapa sebab itulah hingga dia menemui ajal nya."
Tiba tiba Gwat hoa Hujin menghela napas, ujarnya "Kecuali
Ban Sin gwat bangkit kembali dari liang kubur untuk memberi
penjelasan kepada kalian, kalau tidak selamanya kalian tidak
akan paham sebab kematiannya yang sebenarnya!"
"Maksudmu kematiannya itu karena sebab lain" " Pek Thi
hun menegas. "Benar! Sebab utama karena berduka, tapi sebab dari
dukanya itu bukan seperti yang kalian bayangkan, dia berduka
karena dia kalah. Tho ong, kau yang paling menyelami
wataknya, dapatkah dia mendapat penghinaan begitu rupa" "
"Ya, dia meninggal karena hatinya hancur, kalau kau
mengatakan sebab dukanya itu karena kekalahannya, itulah
karena kau pula yang menyebabkan, kau membuatnya patah
arang." Gwat hoa Hujin menggeleng, katanya:
"Tidak, dalam permainan asmara dia sebagai pemenang,
dalam ilmu pedang, dia dipihak yang kalah, aku bukan bual,
perasaanku waktu itu, mengharapkan Sin gwat dapat
membunuh Lau Ih yu ?"
"Lalu kenapa kau terjun dalam pertempuran itu" " teriak
Pek Thi hun. "Karena aku harus menolong Sin gwat!"
Pek Thi hun menjublek. Koen San gwat pun menjublek
mematung. Kata Gwat hoa Hujin meneruskan "Mungkin kalian tidak
percaya, kalau waktu itu aku tidak lekas menerjang
menerjunkan diri dalam gelanggang, Sin gwat pasti menemui
ajalnya saat itu juga. Karena jurus yang dimainkan Lau Ih yu
amat lihay, perbawanya dapat mencapai kemenangan dalam
posisi yang terdesak, karena aku mendesak ditengah mereka,
sehingga ujung pedangnya menceng sedikit, maka Sin gwat
cuma tertusuk pundak nya!".
Pek Thi hun masih kurang percaya, katanya : "Jadi ilmu
silat Sin gwat lebih asor dibanding Lau Ih yu sulit dipercaya!"
"Ilmu pedang Sin gwat sudah mencapai puncak
kesempurnaannya, seperti pula orang nya, didalam nilai nilai
tertentu dia lebih unggul dari Lau Ih yu maka ilmu pedangnya


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu dapat mengalahkan musuh tapi tidak bisa melukai musuh
?" "Tidak Salah! Sering San gwat berkata, ilmu pedang adalah
ilmu kebaikan, ilmu cinta kasih memang ilmu pedangnya
termasuk pedang yang bijaksana yang mengenal cinta kasih
terhadap sesamanya"."
"Justru karena watak dan perangainya itulah yang
menundukan sanubariku sehingga aku minggat bersamanya.
Kalau kita bicara kesucian atau cinta kasih, maka janganlah
kita bertempur mempertaruhkan jiwa, menaruh cinta kasih
dan bijaksana terhadap musuh berarti berbuat kejam terhadap
diri sendiri. Ilmu pedang Liu Ih yu justru mengutamakan
kekejaman dan culas, waktu berkelali, meski Sin gwat menang
juga tidak akan mampu merobohkan dia!"
Pek Thi hun terbungkam sekarang. Berkata pula Gwat hoa
Hujin: "Maka kesudahan dari pertempuran waktu itu Sin gwat
maklum bahwa dia sudah kalah, waktu dia pergi dia
membuang senjatanya. Bagi seorang ahli pedang, itu berarti
bahwa selama hidup ini dia tidak akan menggunakan pedang
lagi. Koan San gwat tetap bersikap wajar, katanya: "Kalah satu
kali terhitung apa" Bangkit kembali dan ajak berkelahi satu
kali lagi!" Gwat hoa Hujin tertawa getir, ujarnya "Pek tho cu boleh
punya pambek demikian, tapi tidak demikian bagi ayahmu,
kecuali dia membuang ajaran ilmu pedangnya semula, berlatih
pula dari semula, berlatih dari permulaan ilmu pedang yang
bisa membunuh orang. Kalau tidak betapapun tinggi ilmu
pedangnya sampai setinggi langit umpamanya, kalau dia tidak
membunuh orang, orang sebalikanya ingin membunuh dia!"
Akhirnya Pek Thi hun menghela napas, uarnya "Waktu itu
tidak seharusnya kau tampil kedepan, biar dia ajal tertusuk
oleh pedang Liu Ih yu, keadaan mungkin jauh lebih baik!"
Jelas ia percaya akan keterangan Gwat hoa Hujin. Bahwa
kejadian memang seperti apa yang diuraikan itu, Gwat hoa
Hujin tertawa rawan, katanya : "Memang, maka dia begitu
benci terhadap aku, benci kerena aku menolong dia, dia lebih
rela mati tertusuk pedang, betapapun tidak sudi mendapat
pengampunan musuh!" Koan San gwat belum paham, katanya " Itupun belum
terhitung minta pengampunan!"
"Nak! Kau masih belum paham sebagai ahli pedang seperti
ayahmu dan Lau Ih yu, setelah melancarkan satu jurus kecuali
punya maksud merubah ditengah jalan kekuatan luar tidak
mampu mengganggu tekad mereke. Maka tusukan Lau Ih yu
yang menceng itu karena aku terjun kedalam gelanggang!
Jadi kau jangan salah paham bahwa tusukan itu memang
sengaja dimencengkan kerena takut melukai aku!"
"Kalau dia tidak takut melukai kau, kenapa ujung
pedangnya menceng?" tanya Koan San gwat.
"Begitu melihat aku tampil melindungi nya, maka dia
paham maksudku bahwa aku tidak rela dia membunuh
ayahmu, meski dia amat membenci ayahmu, namun demi aku
maka dia mengabaikan kesempatan yang paling baik itu.
Sudah tentu ayahmu pun paham akan hal ini, maki ia
membuang senjatanya dan pergi tanpa bersuara " waktu aku
mendapat kabar kematiannya ayahmu sedikitpun aku tidak
terpengaruh, aku paham bahwa waktu itu sebetulnya dia
sudah meninggal." Koan San gwat bungkam sekian lamanya akhirnya ia
menyeletuk "Apakah ilmu pedang Lau Ih yu itu ada ahli
warisnya." "Ada!" cepat Pek Thi hun menjawabnya: "Putranya yang
bernama Lau yu hu!" "Tho ong!" ujar Gwat hoa Hujin sambil mengawasinya.
"Apakah kau ingin mereka dua saudara bentrok dan
bertanding sekali lagi" "
Pek Thi hun hanya tertawa tidak bersuara. Sebalikanya
Koan San gwat menjawab dengan tegas. "Bu! Hal itu tidak
bisa terhindar lagi. Tapi legakan hatimu, asal aku menang,
pertandingan ini tidak akan terjadi banjir darah. Meski aku
tidak sempat mendapat kan warisan ilmu pedang ayah yang
menempuh cinta kasih dan bijaksana itu, tapi aku mewarisi
watak dan peranggainya yang bajik dan penuh kasih sayang
terhadap sesamanya!"
"Bagus!" Pek Thi hun menggembor ketus dengan
bersemangat. "Memang kau putra Sin gwat sejati! Hujin
apakah anjing kecilmu itu punya pambek demikian" Anak baik
sungguh kau membuat paman mati kegirangan."
Gwat hoa Hujin menghela napas, katanya pelan pelan:
"Nak, kau " baru setengah hari Khong han kiong seolah olah
seperti milik mu sendiri!"
"Sudah tentu! Tempat ini memang milik San gwat, kini
harus diwarisi olehnya.."
Gwat hoa Hujin mendelu, katanya menggeleng: "Adikmu
mungkin tidak sebanding kau tapi usianya lebih muda kau
harus mengasuhnya." Membeku wajah Koan San gwat kata nya "Bu! Aku tidak
punya adik!" Gelap air muka Gwat hoa Hujin, namun ia bungkam seribu
bahasa, sekian lama mereka berdiam diri, akhirnya bersuara
lagi: "Baiklah! Sementara kita tidak usah membicarakan ini.
Kini kuminta kau menjelaskan tentang orang itu!"
"Siapa" " tanya Koan San gwat heran.
"Sudah tentu orang yang membunuh Lau ih yu!"
Berubah air muka Koan San gwat.
"Lau Ih yu mati dibunuh orang," demikian tutur Gwat hoa
Hujin. Hal itu terjadi dua puluh tahun yang lalu, kebetulan
kami sedang bertamasya sekitar Bing kang, disana kau
bentrok dengan seorang berkedok, ilmu pedang orang itu
aneh sekali, bergerak baru tujuh jurus, Lau Ih yu tertabas
kutung lengan kirinya, begitu pulang gunung lantas
meninggal. Sejak kejadian itu aku mencari tahu kemana
mana, namun tidak berhasil. Soalnya aku tidak kenal
wajahnya, terpaksa main selidik bersumber dari permainan
pedangnya." Koan San gwat melongo, katanya:"Bagaimana aku bisa
tahu" " Pek Thi hun sertawa katanya tandas "Kau pasti tehu,
karena kau pernah melawan ilmu pedangmu itu, ditas Bu San
sekali, menghadapi Tam Kiam sekali lagi, dua kali kau
menang." Gwat hoa Hujin menyambung : "Beberapa jurus ilmu
pedang itu aku pernah melihatnya, samar samar, masih
kuingat sebagian, sekembaliku lantas kuajarkan kepada Tam
Kiam, siapa yang kau temui di Bu san" "
-oo0dw0oo- JILID 19 MENDENGAR YANG DIPERSOALKAN adalah Siu lo jit sek,
Koan San gwat melengak, heran bahwa peristiwa itu Sin li
hong di Bu san bagaimana PekThi hun bisa tahu"
Melihat anakanya tenggelam dalam keraguan Gwat hoa
Hujin kecewa, katanya : "Nak.. mungkin kau tidak ingin
memberitahu, aku pun tidak memaksa!"
"Tidak!" Bukan aku tidak mau mengatakan, tapi aku belum
jelas siapa sebenarnya yang membunuh Lau Ih yu, menurut
apa yang kutahu, diatas dunia ini yang bisa menggunakan
ilmu pedang ada beberapa orang ?"
"Orang dari barisan Dewa, iblis dan setan dalam Liong hwa
hwe banyak yang mempelajari ilmu pedang itu!"
Gwat hoa Hujin makin heran dan ketarik katanya : "Liong
hwa hwe" Apa pula dewa iblis dan setan itu" "
Kian San gwat tahu bila dijelaskan satu persatu betapa
panjang dan memakan waktu, maka setelah berpikir ia
berkata "Bu! Kau tidak perlu tanya sebanyak itu! Cukup sal
kau melukiskan perawakan orang berkedok pada dua puluh
tahun yang lalu, mungkin aku tahu siapa dia" "
"Perawakan orang itu tidak terlalu tinggi suaranya serak
kasar, sulit kutentukan dia laki atau perempuan, namun dari
gerak gerik dan tingkah lakunya, mungkin kaum hawa!"
Koan San gwat melengak, pikirnya, Kaum hawa dalam
Liong hwa hwe yang bisa melancarkan Siau lo jit sek tidak
banyak, apalagi dua puluh tahun yang lalu, Lim Hiang ting
belum setingkat duduk dalam barisan dewa, sementara Li Sik
hong tidak pernah mempelajari ilmu pedang itu, sedang Liu Ih
yu masih gadis kecil! Sedang Sebun Bu yam pun tidak
mungkin, sulit menentukan siapa sebenarnya perempuan itu.
Melihat orang masih termenung sekian lamanya, Gwat hoa
Hujin mendesak:"Sudah terpikir alehmu siapaka dia" "
"Sulit ditentukan, meski aku tahu ada beberapa
perempuan, tapi mereka jelas tidak mungkin ?"
Pek Thi hun mempertegas "Benar!" Beberapa orang
perempuan, itu meski ilmu silatnya cukup baik, tapi tidak
mungkin lebih kuat dari Lau Ih yu!"
"Paman Pek! kau kenal beberapa orang itu" "
"Mana bisa aku kenal mereka" "
"Lalu dari mana kau tahu perbuatan Siau tit di Bu san" "
"Aku mendapat tahu dari orang, orang itu boleh dikata
seorang sahabatku! Dia tahu jelas tentang dirimu, waktu aku
menanyakan persoalan ini kepadanya, dia menyinggung kau
kepadaku, katanya cuma kau seorang saja yang tahu. Semula
aku tidak kenal siapa kau, cuma waktu berada di bawah
gunung kulihat kau naik kemari menunggang unta putih ?"
"Siapakah kawanmu itu" " tanya Koan San gwat heran.
"Kuberi tahu sekarang tidak menjadi soal dia adalah
Hweshio tua!" "Go hay ci hang!" Koan San gwat berteriak.
"Kepala gundul itu pandai membadut, dengan watakanya
yang edan edanan itu berani menggunakan Suci macam itu" "
"Hweshio tua ini memang aneh, setiap kejadian tentu ada
bagiannya, orang macam apakah dia" "
"Aku sendiri kurang jelas, kita berkenalan setelah berkelahi.
Pada suatu hari dia melancong ke Tay ceng san, tempat
kediamanku dia hendak mencuri sumber air hidup mujarab
kembali miliku, sudah tentu tidak kuberi ijin, akhirnya
berkelahi. Begitu Kay san kun kang bentrok dengan Tau lik
kim kong ciangnya, dia tergetar luka dalam, namun aku rasa
dia orang baik, maka kuberi pengobatan, sejak itu terjalinlah
hubungan kental, dia memanggil aku sibungkuk, aku
memanggilnya kepda gundul "
Gwat hoa Hujin tidak sabar, selanya "Tho ong! Persoalan
belum selesai!" "Apa yang kutahu hanya begitu saja, sisanya kau tanya
kepada putramu." demikian ujar Pek Thi hun Gwat hoa Hujin
berpaling kearah Koan San gwat menggeleng, katanya"Aku
juga kurang jelas, beberapa perempuan yang kukenal itu
mahir beberapa gerakan ilmu pedang itu lwekangnya jelas
tidak memadai untuk mengidahkan Liu Ih yu!"
Gwat hoa Hujin memejamkan mata, merenung sebentar,
mendadak ia berseru "Bukan saja lwekang orang berkedok itu
amat tinggi, usianya pun sudah cukup tua, badannya kurus
kering seperti kayu, kulitnya hitam ?"
"Tahu aku sekarang!" teriak Koan San gwat, tentu dia
adanya !" "Siapa dia?" tanya Gwat hoa Hujin tersipu sipu.
Koan San gwat serba sulit teringat olehnya akan Mo li Oen
Kiau, menurut bentuk yang digambarkan, jelas menyerupai
keadaannya, tapi agakanya kurang tepat dan tidak mungkin
pula, Oen Kiau mengasingkan diri puluhan tahun lamanya
mana mungkin keluyuran di luar melukai orang" "
"Siapakah dia?" desak Gwat hoa gugup "Teringat olehku
seorang Cianpwe, tapi selamanya dia tidak pernah keliaran,
lebih tidak mungkin mengikat permusuhan dengan orang ?"
"Jangan urus begitu banyak" Gwat hoa Hujin naik pitam,
"Beritahu dimana dia tinggal, biar kucari dia, asal aku
berhadapan dengan dia, tentu aku tahu apakah dia orang
yang dulu berkedok itu!"
Koan San gwat melengak. katanya "Bu! Harap kau maafkan
aku ?" "Kenapa?" teriak Gwat hoa Hujin mendelik, "masa kau
tidak mau beritahu kepadaku" "
"Tidak, aku pernah mendapat bantuan yang berharga dari
dia, pernah berjanji supaya tidak membocorkan tempat
pengasingannya kepada orang lain, dan lagi tempat itu amat
tersembunyi tak pernah diinjak manusia, meski kukatakan,
belum tentu kau bisa menemukan tempat itu!"
Berubah air muka Gwat hoa Hujin, tapi akhirnya ia
manghela napas, katanya: "Nak aku tahu apa maksudmu
sebenarnya, tapi akut tidak hak memaksa kau untuk
mengadakannya cukup asal aku tahu adanya orang itu, pasti
aku akan berusaha menemukan dia."
"Tidak! Bu, Harap kau percaya kepadaku, aku pernah
bersumpah kepada Cianpwe itu, aku tidak boleh ingkar janji,
tapi aku bisa berjanji kepada kau akan menyelidiki peristiwa
itu sampai terang duduk perkaranya"
"Bagaimana rencanamu" "
"Aku akan menghadap Cianpwe itu sekali lagi, akan
kutanyakan padanya apakah pernah terjadi peristiwa itu" "
"Kalau benar" "
"Akan kuminta dia keluar membuat penelesaian dengan
kau!" "Bila sampai bergebruk, pihak mana yang kau bantu" "
"Pihak manapun tiada yang kubantu!"
"Bila kau melihat aku bukan tandinganya, kaupun tidak sudi
membantu" " "Benar!" sahut Koan San gwat mendelu "Bu, kau menuntut
balas bagi suamimu, aku terhitung apa?" Gwat hoa Hujin
menarik napas, katanya : "Tindakanmu memang betul, aku
tidak bisa mohon terlalu benyak kepadamu!"
Berkerut muka Koan San gwat, katanya dengan suara
rendah berat: "Bu! Kalau kau terbunuh aku akan menuntut
balas bagi kau hanya dalam keadaan demikian baru aku punya
alasan untuk turun tangan."
Pek Thi hun menggebrak meja, serunya: "Bocah bagus!
Budi dan dendam berbeda tegas, benar benar sepak terjang
seorang laki laki sejati, sahabatku akan meram dialam baka."
Mendengar orang menyinggung ayahnya almarhum, Koan
San gwat tak tahu bagaimana perasaan hatinya, sebelum jelas
akan asal usulnya sendiri tidak timbul perasaan apa apa, kini
terasa kesunyian mencekam sanubarinya Jip Hoat melangkah


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk sambil membawa sebuah keranjang bersusun, dari
dalam keranjang makanan ia keluarkan tujuh delapan macam
masakan dijajar diatas meja, serta katanya lirih kepada Gwat
hoa Hujin "Sebentar Kongcu akan tiba"
"Siapa sruh kau memberitahu dia!" damprat Pek Thi hun,
"Bintang kecil itu membuat orang mual dan muntah muntah
belaka!" Gwat hoa Hujin mengerut alis, omelnya "Jip Hoat, kau
memang banyak tingkah, apa kau tidak tahu bila Tho ong
tidak cocok dengan dia!"
"Hwi kak yang memberitaku kepadanya, hamba tak berhasil
mencegahnya!" "Hujin! Lekas suruh orang merintangi bocah itu kemari,
kalau tidak Lohu akan pergi !"
Gwat hoa Hujin mengerut kening, katanya "Tho ong !
Pandanglah muka Sin gwat, bersabarlah sementara waktu!"
Belum Pek Thi hun menjawab, dari luar pintu sudah
kumandang suara dingin : "Bu! Biarkan saja tua Bungkuk itu
pergi!" seiring suaranya, diambang pintu berkelebat masuk
seorang pemuda yang mengenakan jubah berbulu, pinggang
menyoren pedang, sikapnya angkuh dan sombong sekali.
Koan San gwat tahu, bocah ini adiknya yang bernama Lau
Yu hu, maka dia mengawasinya penuh perhatian, usianya
lebih muda, berparas cakap ganteng alisnya panjang lentik,
membusung dada bertingkah takabur.
"Yu hu!" segera Gwat hoa Hujin membentak, " Tidak tahu
aturan terhadap tamu!"
Lau Yu hu menjengek dingin: "Selamanya Khong ham kiong
tidak menerima tamu liar!"
"Binatang kecil!" damprat Pek Thi hun "Kau bicara dengan
siapa" " Lau Yu hu melotot, sahutnya dingin : "Sudah tentu
terhadap kau Bungkuk tua!"
Keruan Pek Thi hun. berjingkrak marah, seperti kebakaran
jenggot, teriakanya beringas "Binatang, kupandang kau
sebagai bocah ingusan, kalau tidak sekali pukul biar hancur
lebur!" "Bungkuk tua!" ejek Lau Yu hu tertawa terkekeh kekeh,
jangan tidak tahu malu di Khong han kiong jangan
mengagulkan diri sebagai Cianpwe segala!"
Melihat putranya terlalu kurang ajar Gwat hoa Hujin marah
serunya menggebrak meja "Yu hu! masih ada ibumu dalam
matamu" " Sikap Lau Yu bu makin pongah, matanya melirik kearah
Koan San gwat, katanya : "Bu! Kau punya seorang putra lagi,
masakah peduli sama putramu ini ?"
Gwat hoa Hujin tertegun diam.
Lau Ya hu mendapat angin, jengeknya "Dia ini putramu
yang tersayang lihatlah betapa gagah tampangnya, Bu!
Penyakit rindumu sekian tahun sudah terobati ?"
Saking marah Gwat hoa Hujin gemetar dan berkeringat
dingin, sepatah katapun tidak mampu diucapkan lagi.
Mendadak Pek Thi hun bergelak tertawa serunya: "Hujin!
Lau Ih yu punya putra macam ini, suatu hal yang patut
dibanggakan juga !" "Tutup mulutmu!" hardik Lau Yu bu, "Jangan kau
menyinggung nama ayahku, ayah ku mati lantaran kalian ?"
"Binatang kecil!" damprat Pek Thi hun "Kau mengoceh
apa?"" "Jangan kau kira aku tidak tahu, aku tahu lebih jelas dari
kalian!" Mendadak Gwat hoa Hujin melonjak berdiri,
tangannya menuding Lau Yu hu dampratnya dengan suara
gemetar, "Kau paham apa" katakan coba kau katakan!"
Lau Yu hu menyeringai dingin, ujarnya: "Bu, urusan
menyangkut dirimu masa kau tidak Paham, kalau akU yang
membeber borokmu, Kurang enak rasanya, lebih baik
menutup borok sendiri saja supaya ?"
Mendadak Gwat hoa Hujin menyemburkan darah segar,
orangnyapun meloso duduk kehabisan tenaga lekas Jip Hoat
memayangnya tapi didorong pergi.
"Baik ?" katanya dengan suara lirih dan pedih, "Yu hu!
Diwaktu ayah mu meninggal kau baru berusia empat tahun,
dengan jerih payah aku mengasuh kau sampai besar, tak
nyana beginilah imbalan sikapmu yang kurang ajar ?"
Lau Yu hu berdiri diam sambil menyeringai dingin.
Koan San gwat tidak tahan lagi, hardik nya dengan keras:
"Bedebah! Anak durhaka. Hayo berlutut!"
Lau Yu hu melirik mata, jengekanya dingin. "Jangan
berkaok kaok terhadapku, walau kau lebih besar dari aku,
dilahirkan satu ibu lagi, tapi aku tidak punya kakak semacam
dirimu." "Siapa sudi menjadi abangmu!" damprat Koan San gwat
gusar. "Baik sekali, lalu berdasar apa kau suruh akan berlutut!"
"Akan kuajarkan kepadamu bagaimana menjadi manusia
yang tahu aturan, supaya kau tahu menghormati ibumu!"
demikian damprat Koan San gwat marah.
Lau Yu hu tertawa sambil menuding Gwat hoa Hujin,
katanya "Dia ini ibumu, tapi bukan ibuku, karena kau hanya
dari hubungan cinta murni yang serong, sedangkan aku "
Hahaha " aku terpaksa harus lahir setelah dia mengingkari
suaminya ?" Pek Thi hun tidak kuasa mengekang amarahnya lagi, sambil
menggebrek meja, ia melompat bangun, lekas Lau Yu hu
merogoh secarik kain sutra dari kantong bajunya terus
dibuang ketanah, serunya "Pek tho cu!"
"Inilah surat berdarah peninggalan ayahku, secara diam
diam ia serahkan kepada Hwi kak, waktu aku berusia lima
belas tahun, baru diserahkan kepadaku, setelah kalian melihat
surat berdarah itu, tentu paham sebab musabab tingkah
lakuku hari ini!" Koan San gwat melengong, ia membungkuk hendak
menjemput kain sutra itu, lekas Lau Yu hu mencabut pedang
seraya berteriak "Nanti dulu!" Sinar pedang berkelebat
dihadapan Koan San gwat, mendesakanya mundur selangkah.
Kata Lau Yu hu kemudian sambil menarik pedang: "Setelah
persoalan kami diselesaikan belum tarlambat kau
membacanya!" "Ada persoalan apa diantara kita" " tanya Koan San gwat
heran. "Meski kita belum pernah ketemu selama ini, tapi
pertempuran hari ini sudah diatur oleh kodrat, sejak aku tahu
adanya orang macam kau ini, aku selalu menunggu datangnya
hari ini!" "Apakah dalam surat peninggalan ayahmu ada menyuruh
kau bertanding melawan aku" "
"Tidak! Bukan saja ayahku tidak menyuruh aku mengajak
kau bertanding, malah dia menganjurkan aku mencari kau,
merubah permusuhan menjadi persaudaraan, beliau suruh aku
anggap kau sebagai saudara kandung sendiri ?"
"O," Koan San gwat melengak heran.
Lau Yu hu menyeringai dingin, katanya.
"Aku menantang kau karena alasan pribadiku, selama
hidupku aku hanya berkeinginan mencari dua orang untuk
bertanding, beruntung kedua orang ini ternyata gabung
menjadi satu, keduanya terpusat pada dirimu seorang ?"
Penjelasan ini makin membingungkan Koan San gwat,
segera ia melolos Pek hong kiam serunya "Berkelahi ya
berkelahi! Dua orang atau satu orang apa segala ?"
Lau Yu hu mendengus "Soal ini harus dibicarakan dulu biar
jelas, kedua orang yang kumaksud adalah putra Ban hin gwat
yang di lahirkan ibuku, karena orang yang belum pernah
dilihatnya itu.. sehingga diriku tiada kedudukan dalam relung
hati ibuku ?" Kebetulan Gwat hoa Hujin siuman, mendengar kata kata
putranya segera ia berteriak: "Yu hu! Kau membual apa,
beberapa tahun ini, sikapku masih kurang baik terhadap kau"
" "Baik atau tidak persoalan ini," demikian jengek Lua Yu hu,
"Beberapa tahun ini kecuali Ban Sin gwat dan putra yang baru
hari ini kau temukan, pernah kau memikirkan orang lain" "
Gwat hoa Hujin tercengeng. Lau Yu hu tertawa dingin,
berkata kepada Koan San gwat "Orang kedua yang hendak
aku cari Koan San gwat, sungguh kebetulan kaulah orangnya."
"Kenapa" Aku membuat kesalahan kepadamu."
Terbayang rasa kebencian pada tawa sinis Lau Yu hu,
katanya bengis : "Meski kita baru bertemu hari ini, namun
namamu tidak asing lagi bagiku, boleh dikata setiap hari aku
mendengar namamu empat lima kali dari mulut Ceng Ceng.
Meski aku mengorek hatiku dihadapannya dia tidak pernah
melupakan Koan toakonya, pernah aku bersumpah pada diri
ku sendiri, asal aku ketemu Koan San gwat aku akan
bertempur ?" Baru sekarang Koan San gwat paham duduk persoalannya,
Tay Su berjerih payah mengganti namanya menjadi Bing Jan li
kenapa Jinhg Tho bertiga minta dirinya jangan membicarakan
dan jangan membocorkan asal usuluya yang sebenarnya,
ternyata semua itu hanya untuk menghindari pertikaian.
Koan San gwat menghela napas, ujarnya: "Lau Yu hu, aku
tidak keberatan menempur kau, tapi tidak karena dua alasan
yang kau kemukakan tadi. Aku tidak ingin merebut kedudukan
direlung hati ibu, lebih tidak sudi mengadu jiwa hanya demi
seorang perempuan ?"
Lau Yu bu merasa terpukul, serunya berkaok kaok: "Demi
alasan apa ?" Koan San gwat berkata dengan kereng "Karena kau putra
Lau Ih yu, maka kutempur kau, tapi hari ini aku menempurmu
untuk menghajar adat kepada kau sebagai putra yang durhaka
kepada ibunya"."
Sikapnya yang kereng penuh wibawa membuat Lau Yu hu
jeri, namun kilas lain sikapnya kembali congkak, teriakanya
sambil mengayun pedang "Peduli apa alasanmu, yang terang
kalau bukan kau biar aku yang mampus! Marilah ." menerjang
terus menusuk. Koan San gwat menangkis serunya keras "Kau salah, hari
ini kau berhasrat membunuh aku, aku tidak akan membunuh
kau. Dulu pedang bajik ayahku mangalah kepada ayahmu,
hari ini aku tidak akan membuatmu cidera."
Amarah Lau Yu hu berkobar, tiba tiba pedangnya terayun
membacok, teriakanya keras "Kentut jangan pura pura bajik,
kalau bapakmu orang baik, tidak pantas dia merebut istri
orang ?" Koan San gwat merah mendengar ocehannya, sekali lagi
dia menangkis dengan pedang, kini mulai dia balas menyerang
dengan ilmu pedangnya, pertempuran berlangsung dengan
seru. Permainan ilmu pedang Lau Yu hu amat aneh, kekuatan
pergelangan tangannya amat besar. Biasanya Koan San gwat
membanggakan tenaganya yang besar, namun ia merasa
berat menghadapi rangsakan lawan yang bertubi tubi terpaksa
ia keluarkan Tay lo kiam sek untuk melawan.
Tay lo kiam hoat diciptakan khusus untuk menghadapi Siu
lo kiam hoat, tapi untuk melawan ilmu pedang lain juga
mempunyai wibawa yang besar, Kas kun sip ting. San gak eng
si, dua jurus pertahanan sekokoh gunung dengan mudah
menghalau seluruh rangsakan dahsyat lawan. Akhirnya
terdengar ia membentak laksana geledek, tangannya terayun
melancarkan pek jon koan ji, Pek Hong kiam memancarkan
cahaya cemerlang seluas satu tumbak sekitar badannya, Lau
Yu hu terbendung didalam tabir cahaya terang itu.
Agakanya Lau Yu hu tidak menyangka serangan lawan
begitu dahsyat dan ganas pula sejenak ia terpaku, sesaat ia
bingung bagaimana harus melawan. Pada saat gawat itu
terdengar jeritan kuat r Gwat hoa Hujin, sebetulnya Koan San
gwat tidak berniat melukai Lau Yu hu, maka disaat sinar
pedangnya mengenai badan Lau Yu hu, segera ia hentikan
permainannya serta membentak, dengan suara tendah:
"Lemparkan pedangmu" "
Mendadak Lau Yu hu tertawa dingin, pedang panjang
berwarna merah gelap di tangannya itu menyandal keatas
mengeluarkan gentakan tenaga yang maha dahsyat, Pek hong
kiam Koan San gwat dihantamnya jatuh.
Berhasil melucuti senjata lawan, pedang Lau Yu hu
berputar lalu menukik turun menusuk balik. Keruan kejut Koan
San wat bukan kepalang, lekas berusaha menarik Pek hong
kiam untuk membela diri, namun pedangnya tidak bisa
bergeming seperti tersedot kekuatan yang maha besar, tanpa
mengenal kasihan pedang Lau Yu hu menusuk tiba, terpaksa
Koan San gwat melepaskan senjata dan memiringkan tubuh
berkelit. "Rebahlah kau!" bentak Lau Yu hu. Pedangnya berputar
satu lingkaran, terbitlah cahaya merah berlapis lapis laksana
sebuah jala yang terkembang lebar menungkup ke seluruh
badan Koan San gwat. Koan San gwat bertangan kosong, dengan sepasang
kepalan sudah tentu tidak mampu melawan, apalagi ia tahu
pedang ditangan Lau Yu hu adalah pedang pusaka, betapa
tajam pedang sakti itu. meski hawa pelindung badan
betapapun sakti dan tinggi, takkan mungkin dapat melawan
ketajaman pedang pusaka itu, terpaksa ia memejamkan mata
menghela napas menunggu ajal.. ..
Disaat yang amat genting tulah, dari sebelah samping
melesat sesosok bayangan menerjang ketengah gelanggang
sembari membawa taburan cahaya hijau, maka terdengarlah
suara gemerinting yang keras, cahaya hijau itu tepat
menangkis pedang Lau Yu hu, sekaligus menyelamatkan jiwa
Koan San gwat. Koan San gwat membuka mata kembali dengan rasa kejut
dan heran seperti baru sadar dari mimpi, ternyata yang
menubruk datang menolong dirinya bukan lain adalah Tam
Kiam, salah satu dari tujuh pembantu Khong ham kiong.
Tampak rona Lau Yu hu menampilkan amarah yang tidak
tertahankan, dampratnya bengis: "Tam Kiam! Sungguh besar
nyalimu!" Tanpa bersuara Tam Kiam tarikan pedang di tangannya
memancarkan cahaya hijau menubruk kearah Lau Yu hu. Lau
Yu hu terkekeh kekeh dingin, cahaya merah gelap dari
pancaran sinar pedangnya mendadak muncul menjadi satu,
lekas menerjang kedalam lingkaran cahaya hijau. Maka
terjadilah cahaya merah terpecah berhamburan, dibarengi


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

darah muncrat kemana mana.
Badan Tam Kiam tertebas kutung menjadi dua sebatas
pinggang, gerak pedang Lu Yu hu belum berhenti sampai
disitu saja, pedang ditangannya yang menyala merah gelap itu
mengejar datang menabas leher Koan San gwat.
Maka terdengarlah bentakan dan jerit kaget yang riuh
didalam balairung itu. Serempak Jing Tho, Sui Ki, Tay Su dan
lain lain bergerak, ingin menolong Kon San gwat.
Lau Yu hu tidak peduli, beruntun pedangnya berpencar
keberbagai arah, sekaligus perang empat orang penyerbu ini
dengan empat kali tabasan pedang. Diantara penyerang, Gwat
hoa Hujin bergerak paling cepat.
Pek Thi hun ikut merangsak pula.
Luncuran Gwat hoa Hujin tiba lebih dulu, sebelah
lengannya dikebutkan, lengan bajunya menggulung kedepan
mengubat batang pedang Lau Yu hu terus ditarik ke samping.
Sementara itu Pek Thi hun juga menubruk tiba, kontan
kepalanya menjotos dua kali ditubuh Lau Yu hu, sehingga
munduy sempoyongan dua tindak.
Lau Yu hu menyeringai dingin, desisnya "Bagus! Kalian
barmusuhan denganku!"
"Yu hu!" suara Gwai hoa Hujin gemetar, "Kau ?""
Tanpa bicara Lau Yu hu putar tubuh terus melesat pergi
lewat pintu. Pek Thi hun mengajar tiba dibelakag nya terus melompat
tinggi pula hinggap menghadang jalan larinya, begitu kakinya
menginjak tanah sementara kepalan tangannya menggenjot
pula, kekuatan angin pukulannya menahan daya luncuran
tubuh Lau Yu hu, seketika ia berdiri dan tidak mampu maju
lebih lanjut. Lau Yu hu mundur dua langkah, matanya memancarkan
dingin dan sadis, seringai nya dingin "Setan bungkuk! Apa
keinginanmu" " "Akan kubunuh binatang cilik macam ini!" desis Pek Thi
hun. "Betul! Mumpung pihak kalian lebih banyak lekaslah bunuh
aku saja, kelak kalian akan mendapat bagian yang setimpal."
"Kentut!" damprat Pek Thi hun, "Untuk menjegal binatang
macam tampangmu segampang membalikan telapak tangan,
masa perlu dibantu orang."
"Setan bungkuk!" teriak Lau Yu hu sambil bergelak
tertawa. "Jangan takabur, kalau kau punya kemampuan, tidak
bakal kau terjungkal ditangan ayahku. Meski aku belum
setaraf dengan ayahku almarhum, tapi bila satu lawan satu,
masakan aku gentar menghadapi si bungkuk tua macam
tampangmu." Bukan kepalang gusar Pek Thi hun "Wut" kepalannya
menjotos kedepan, angin pukulannya deras menerpa kedepan,
lekas Lau Yu hu berkisar minggir menghindari tenaga pokok
berbarengan kedua tangannya terpencar dari atas dan bawah
menggencet ketengah. Seketika Pek Thi hun melongo dan tersurut mundur,
serunya : "Binatang! Kepandaian yang kau pelajari darimana
ini" " Lau Yu hu menyeringai dingin tanpa meladeni ocehan
orang, kedua telapak tangannya menari seperti kupu kupu,
kejap saja beruntun sudah melancarkan puluhan pukulan
tangan yang lihay dan aneh.
Serentetan pukulan aneh yang lihay. Ini bukan hanya
perobahan yang sulit diselami malah kecepatan gerak amat
mengejutkan. Beruntun Pek Thi hun harus berkelit dan menghindar,
syukur dapat melayani rangsakan lawan dengan selamat,
suatu kesempatan ia melancarkan pula sebuah pukulan,
kelihatannya pukulan ini bisa saja tidak mengandung
kekuatan, namun disaat ia melancarkan pula pukulan ini mimik
mukanya sangat prihatin seperti urat syarafnya menjadi
tegang. Namun Lu Yu hu menyambutnya dengan senyum dikulum,
jengekanya "Tua bangka! Keluarkan seluruh kepandaian
simpanan mu" mulut bicara badan tidak menunjukan reaksi.
Diwaktu pukulan Pek Thi hun terpaut dua kaki didepan
badannya, baru kekuatan tenaganya dikerahkan, maka
terdengar sebuah ledakan dahsyat seperti gempa bumi.
Seiring dengan suara keras ini, Lau Yu hu roboh celentang
datar ditanah, hingga kekuatan pukulan dahsyat laksana
gugur gunung itu menyerempet hidungnya, sisa kekuatan
yang menyerang kedepan menerjang tembok pagar hingga
jebol, balairung yang besar itu sampai hureg.
Cepat sekali kedua tangan Lau Yu hu menekan tanah,
badannya mencelat kedepan menubruk lawan, kedua kaki
terpentang, seperti gunting layakanya menggunting kedua
kaki Pek Thi hun. Agaknya Pek Thi hun tidak menduga lawan kecil ini bisa
menggunakan jurus aneh dan lucu ini, sesaat ia kehilangan
akal, kedua kakinya dililit dan keras, ia tidak mampu berdiri
tegak pula, badannya roboh kesamping. Beruntung ia
terguling guling lima enam tumbak jauhnya baru
mengendalikan badannya. Sigap sekali Lau Yu hu sudah melejit badan berdiri tegak
lebih dulu melihat Pek Thi hun mampu merangkak bangun
tanpa kurang suatu apa, air mukanya menampilkan rasa heran
dan terkejut, tapi wajahnya masih mengulum senyum ejek
dan menghina, katanya: "Bungkuk tua! Ilmu kekerasan
badanmu ternyata sudah sempurna, kau mampu menerima
serangan Kim Kiau Cian tui (guntingan kaki naga laut mas )
?" Pek Thi hun mengeretak gigi, jenggot dan rambut
kepalanya berdiri dan berkembang seluruh tulang badanya
berbunyi keretekan, jelas ia memusatkan tenaga mengerahkan
lwekang yang lihay. Gwat hoa Hujin menjadi terbelak, teriaknya: "Tho ong!
pandanglah mukaku, ampunilah jiwanya?"
"Dia mampu menedang Lohu berarti tahu akan dosa
dosanya, tapi sengaja melakukannya. Banyak yang harus
dibanggakan atas dirinya!" begitulah jengek Pek Thi hun
saking gusar. "Tho ong!" Gwat hoa Hujin semakin gelisah, "betapapun
usianya masih muda, apa kau tidak pandang mukaku ?"
"Jadi ditendang tanpa diberi kesempatam membalas ?"
"Yu hu!" segera Gwat hoa Hujin berseru kepada putranya,
"Lekas minta maaf kepada paman, mintalah pengampunannya
ketahuilah Poh giok kun kang paman Pek sudah mencapai
sekali jotos meremukan batu gunung.. Bagaimana juga kau
bukan tandingannya!" nada perkataannya mengandung
permohonan yang amat dikasihani, disamping itu secara
langsung ia beberkan rahasia ilmu pukulan Pek Thi hun
kepada putranya. Tak nyana sikap Lau Yu hu lebih pongah ujarnya "Putra Lau
Ih yu hanya tahu mengadu jiwa, pantang minta maaf kepada
lawan!" "Hujin!" teriak Thi hun, "Kau sudah dengar sendiri, jangan
kau salahkan Lohu bertangan gapah!" lenyap suaranya,
kepalannya sudah menjotos kedepan. Gaya pukulan kali isi
kelihatan lebih mantap dan tenang, pukulan nya tidak
membawa kesiur angin atau suara.
Lahirnya La Yu hu bersikap takabur, sebenarnya ia
menginsafi bahwa pukulan Pek Tai hun amat lihay, belum lagi
serangan musuh melayang tiba ia sudah bersiap lebih dulu,
kedua tangan menyentuh ujung kakinya, ia biarkan punggung
sendiri terbuka dan kena pukulan dahsyat lawan.
Gaya perlawanan yang lucu dan aneh ini membuat hadirin
melongo heran, sementara kepalan Pek Thi hun sudah telak
mengenai punggungnya, namun ia merasa pukulannya
menjotos diatas tumpukan bulu bulu burung yang empuk
sedikitpun tidak menimbulkan daya perlawanan apa apa.
Sementara badan yang tertekuk membundar seperti bola itu
menggelundung jauh diatas tanah terdorong oleh kekuatan
angin pukulan yang dahsyat itu.
"Bagus sekali anak muda!" teriak Pek Thi hun, "Hebat juga
kepandaianmu, mari rasakan lagi dua pukulanku ini!"
Belum lagi pukulannya dilancarkan, tahu tahu Lan Yu hu
melenting keudara setinggi satu tumbak, samentara cahaya
merah membara ditangannya terus menungkrup keatas batok
Pek Thi hun. Ternyata disaat ia menggelundung di tanah itu, sekaligus ia
menjemput pedang panjangnya yang tadi digulung jatuh oleh
lengan baju Gwat hoa Hujin, ia insaf bahwa kekuatan pukulan
Pek Thi hun bukan olah olah hebatnya, maka kali ini ia
merangsak lebih dulu Pek Thi hun tertawa panjang, nadanya
dingin dan menusuk kuping, secepat kilat pukulannya
dilancarkan lagi. Ditengah udara Lau Yu hu angkat pedang
dan mengayunnya, membundar, maksudnya hendak
menuntun kekuatan tenaga pukulan lawan kesamping serta
memunahkannya. Siapa duga pukulan Pek Thi hun kali ini hanya gertak
sambal belaka, sehingga ayunan pedangnya tidak membawa
saluran tenaga yang berarti. Baru saja Liu Yu hu menginsafi
kesalahannya, merubah gerak pedang jelas tidak keburu lagi,
terpaksa ia kertak gigi pedangnya terayun kedepan sementara
tubuhnya meluncur turun menusuk Pek Thi hun.
Kesempatan yang bagus ini, Pek Thi hun menghardik
laksana geledek : "Menggelindinglah!" pukulan tanganpun
menyongsong kedepan. Begitu keras dan hebat angin pukulannya, sehingga badan
Lua Yu hu yang terapung dan meluncur turun itu diterjang
membal balik ketengah udara pula, tapi dia sendiripun
menghadapi elmaut. Tusukan pedang Lau Yu hu mengadu jiwa, belum lagi
menusuk tiba pedangnya memancarkan kabut merah
sepanjang lima kaki, kabut merah ternyata menembus
kekuatan angin pukulannya dan menyapu keras melanda
badannya. Untung Pek Thi hun siaga dan bermata jeli, begitu pukulan
dilancarkan, sebat sekali kakinya menyurut mundur, kabut
merah itu hanya menyapu disebelah bawah dagunya
memapas jenggot panjangnya.
Sementara Lau Yu hu kena telak oleh jotosan, untung ia
berada di tengah udara daya pukulan yang mengenai
badannya sudah banyak berkurang kekuatan, namun demikian
badannya terbang seperti layang layang putus benang
melampaui pagar tembok, sedetik sebelum badannya
melewati tembok, ia masih sempat mengayun pedangnya
kedepan. Kekuatan babat pedang yang ampuh itu membuat
tembok tebal dan kokoh itu gugur berlubang besar, dari
lubang besar inilah tubuhnya jatuh keluar.
Agakanya Pek Thi hun belum puas dengan menggerung
seperti harimau kelaparan ia memburu keluar, Koan San gwat
dan Gwat hoa Hujin menyusul dibelakangnya. Tampak Liu Yu
hu merayap bangun dengan susah payah dari runtuhan
tembok, ujung mulutnya melelehkan darah segar.
"Binatang cilik!" hardik Pek Thi hun, "Kau tidak boleh
diampuni!" kedua kepalan tangan siap dihantamkan tiba tiba
sesosok bayangan meledat datang menghadang didepannya.
Melihat penghadang ini adalah Koan San gwat, Pek Thi hun
semakin berjingkrak gusar "Anak muda! Apa apaan
kelakuanmu ini" "
"Paman!" ujar Koan San gwat kalem. " Harap lepaskan saja
dia!" "Apa" " terjak Pek Thi hun, "Kaupun ingin melepas dia" "
"Ya! Ayahku meninggal dengan tekanan batin karena kalah
dibawah pedang Lau Ih yu, kalau kau bunuh dia, ayahku tidak
bisa meram dialam baka!"
Pek Thi hun menjadi heran dan tidak mengerti, serunya :
"Bagaimana maksud ucapanmu ini" "
Berkatalah Koan San gwat dengan lantang dan prihatin:
"Kekalahan yang memalukan dibawah pedang harus ditebus
dengan pedang pula. Lau Ih yu sudah mati, untung ada
keturunannya ini, kalau aku tidak dapat mengalahkan dia
dengan ilmu pedang! Maka aku menjadi anak yang durhaka
terhadap mendiang ayahku!"
Baru sekarang Pek Thi hun mengerti keruan maksud
perkataannya, namun matanya terbelalak dan bertanya "Kau
mampu" " "Waktu kami saling gebrak tadi kaupun sudah
menyaksikan, bukan karena ilmu pedangku tidak mampu
menandinginya, cuma pedangnya itu amat aneh! Bila gebrak
lagi untuk kelanjutannya, aku akan jauh lebih hati hati dan
waspada ?" Terpaksa Pek Thi hun menurunkan kepalannya, ujarnya
menghela napas "Baiklah! Kuterima permohonan! Tapi bocah
keparat ini amat culas dan berbahaya, kalau kau di rubuhkan
oleh dia, jangan kau salahkan aku!"
Koan San gwat tertawa enteng, ujarnya: "Siauit tahu!
Bagaimana juga tidak akan menyalahkan kau orang tua."
Lau Yu hu menenteng pedang menunggu kesempatan
untuk bertarung dengan Koan San gwat.
Tak nyana Koan San gwat hanya tersenyum saja, katanya:
"Kau sudah terluka, meski aku dapat mengalahkan kau tiada
artinya lagi, lebih baik kutunggu setelah luka lukamu sembuh
barulah diadakan pertandingan yang benar benar adil!"
Lau Yu hu tidak bersuara lagi, putar tubuh terus tinggal
pergi, baru melangkah lima enam langkah badannya tampak
terhuyung sempoyongan hampir roboh. Gwat hoa Hujin
hendak memburu maju memayangnya, tapi ia acungkan
pedang mengancam katanya: "Jangan sentuh aku!"
Gwat hoa Hujin melengak, ujarnya, "Yu hu " kau " ibumu
sendiri sudah kau tidak pandang lagi"."
Air mata tak terbendung lagi membasahi kedua pipi Gwat
hoa Hujin, saking haru ia sampai tidak kuasa mengeluarkan
suara. Lau Ya hu kendalikan darah yang menerjang naik kerongga
dada, teriakanya terbatuk batuk "Hwi Kak! Kemari payang
akan turun gunung" "
Hwi kak bermuram durja, sambil mengiakan ia memburu
maju cepat ia raih lengan nya, katanya "Kongcu! Kau hendak
turun gunung?" Lau Yu ha mendengus, sahutnya "Sudah tentu harus turun
gunung bisakah aku menetap ditempat ini pula" "
"Yu hu!"tenak Gwat hoa Hujin, "Kenapa kau bicara macam


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu?" "Tempat ini memang sarang rahasia Ban Sin gwat bersama
kau, kenapa aku orang she Lau menetap disini" "
Saking marah Gwat hoa Hujin membanting kaki dan
menangis sesenggukan. Sementara Hwi Kak sudah memayang
Lau Yu hu turun gunung tanpa menoleh pula Setelah mereka
pergi jauh, tak tahan Gwat hoa Hujin ingin memburu dan
memanggil nya pulang, cepat Jing Tho membujuk dengan
lemah lembut "Hujin! Biarlah dia pergi! Dia pergi bukan
lantaran tega meninggalkan engkau!"
"Apa maksudmu" "
"Karena nona Thio!"
Tergetar badan Gwat hoa Hujin, ia ber paling kearah Koan
San gwat, katanya menggeleng pelan "Ai Nak! Kenapa kau
justru Koan San gwat."
Koan San gwat paham, tapi ia tak dapat berbuat apa apa.
Pek Thi hun kelihatan senang: "Hujin." katanya, "Putra
yang selalu kau kenang sudah ketemu, kehilangan seorang
putra mendapat ganti seorang putra, terhadap kau ganti
mengganti ini tiada ruginya. Malah putramu yang ini jauh lebih
baik dari putramu yang satu itu ?"
"Tho ong!" ujar Gwat hoa Hujin menyeka air mata, "Kau
tidak paham, dalam sanubari seorang ibu, putra putri mana
bisa tukar menukar seperti barang layakanya ?"
"Jadi kau tidak mau mengakui putramu yang ini" "
"Tidak! Tho ong! Kau salah mengerti!" Sahut Gwat hoa
Hujin cepat, "Terhadap putraku yang kembali setelah berpisah
sekian lamanya betapa senang hatiku, tapi akupun amat berat
kehilangan Yu hu, sebab diapun anak kandungku sendiri."
Pek Thi hun melongo sekian lamanya, akhirnya ia menarik
napas sambil meraba jenggotnya yang putus "Memang Lohu
tidak tahu, untung aku ini sebatang kara, tidak punya
tanggungan keluarga jadi tidak perlu memeras keringat
memikirkan segala tetek bengek itu, marilah kita masuk saja
kita baca surat peninggalan Lau Ih yu, pesan apa yang dia
tulis kepada putranya!"
Gwat hon Hujin masih menjublek mendelong ke bawah
gunung, air mata masih bercucuran dari kelopak matanya. Hwi
Kak dan Lau Yu hu sudah tidak kelihatan bayangan nya,
dengan rawan dan hambar ia masih menjublek sekian
lamanya akhirnya tangannya tekan pundak Koan San gwat,
pelan pelan ia ajak putranya kembali ke balairung.
Kain sutra yang dilempar Lau Yu hu masih menggeletak di
lantai, warna kain sutra itu sudah luntur dan menguning, jelas
sudah sekian tahun tersimpan tak pernah disentuh tangan
manusia. Pandangan semua orang tertuju kearah kain sutra itu,
semua menunduk tanpa ada seorangpun yang bergerak untuk
menjemput nya. Pek Thi hun yang berangasan kurang sabar untuk lekas
mengetahui isi surat itu, terpaksa ia suruh Koan San gwat,
katanya : "Hiantit! Coba kau saja yang membacanya."
Dengan rawan Gwat hoa Hujin birkata getir: "Aku tidak
suka melihatnya, kau bacakan saja." Jing Tho, Sui Ki berlima
segera bergerak hendak meninggalkan balairung itu. Lekas
Gwat hoa menambahkan: "Kejadian dulu kalian kalian sudah
tahu, tak usah kalian menyingkir, kalian boleh mendengar!"
Sui Ki berlima menghentikan langkah dan mengurungkan
niatnya keluar. Dari sinilah dimengerti betapa besar keinginan
mereka untuk mengetahui pesan yang tertera didalam kain
sutra peninggalan Lau Ih yu itu.
Pelan pelan Koan San gwat membeber kain sutra itu lalu
dibaca lantang perlahan lahan "Disampaikan kepada anak Yu
untuk diketahui" Aku sudah akan mati! Sebab musabab
kematianku sulit diselami orang lain, sebenar nya hatiku tidak
bisa tentram karena marah, dan sedih dan penasaran!" Kalau
membicarakan pengalaman dulu, menambah perih dan
membangkitkan amarah belaka! Untuk ini anakku boleh
bertanya kepada Hwi kak, dia tahu jelas semua seluk beluk
peristiwa ini, sedemikian setianya kepadaku, tentu dia bisa
Pedang Tanpa Perasaan 10 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Naga Naga Kecil 1
^