Pencarian

Pusaka Tongkat Sakti 2

Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang Bagian 2


kepada Han Cubeng yang segera menerimanya dengan hati lega.
"Terimakasih, tuan muda. Terimakasih . . ." katanya sambil membungkuk-bungkuk.
"Nanti sore, aku akan pergi kerumahmu. Aku akan
melihat-lihat keadaan rumah dan tanah yang kau jadikan barang jaminan itu. Mengerti?"
"Silahkan, silahkan. Hamba akan menanti kedatangan tuan muda dengan segala kehormatan" sahut Han Cubeng dan setelah berkali-kali mengucapkan terimakasih, ia lalu berpamit sambil berkali-kali membungkuk memberi hormat.
Uang lima tail perak itu dikepalnya erat-erat karena takut tercecer jatuh diperjalanan. Ia berjalan setengah berlari, akan tetapi sebelum ia menuju kegubuknya ia mampir dulu
kerumah tukang obat dimana ia membeli obat untuk istrinya serta tak lupa pula sekalian membeli sekati gandum. Akan tetapi, alangkah hancur dan luluhnya perasaan hati orang tua malang ini ketika tiba digubuknya, ia dapatkan istrinya sudah tak bernyawa lagi, ramai ditangisi Kimlan dan Hayhauw . . .
Lemaslah seluruh tubuh Han Cubeng, sepasang kakinya seakan-akan tak kuat lagi menahan beban tubuhnya yang sebenarnya sudah kurus kering itu. Ia jatuh duduk diatas lantai tanah tak jauh dari bale-bale pembaringan raga istrinya.
Obat dan sekati gandum yang dibelinya tadi, yang dibawanya dalam genggaman tangannya, jatuh berserakan. Untuk
seketika lamanya orang tua ini bengong dan terpaku, dan perlahan-lahan kedua belah pipinya yang cekung itu tampak basah oleh air mata . . .
Ketika Han Cubeng sudah dapat menguasai perasaan
hatinya, orang tua ini kembali merasa terbentur kepada kesulitan, kesulitan akan keuangan yang dibutuhkan lebih besar lagi, untuk membiayai penguburan jenazah istrinya . . .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tuan muda Ceng Kunhi mendatangi gubuk tempat tinggal keluarga Han itu dengan dikawal dua orang tukang pukulnya.
Betapapun juga anak muda ini merasa mencelos juga hatinya ketika kedatangannya disambut oleh keluarga miskin ini dengan isak tangis.
"Tuan muda, alangkah malangnya nasib hamba ini . . ."
kata Han Cubeng yang maksudnya hendak menyambut
tamunya itu, akan tetapi ia tak mampu melanjutkan kata-katanya karena kedukaan hatinya membuat ia sangat sedih sehingga selanjutnya yang terdengar hanya suara tangisnya, yang agguguk. Orang tua ini duduk bersimpuh dihadapan tuan muda itu, tangisnya benar memilukan. Disisi kanan kirinya duduk bersimpuh pula Kimlan dan Hayhauw, yang juga
menangis tak kalah sedihnya. Mereka duduk bersimpuh diatas lantai tanah oleh karena didalam rumah keluarga yang malang itu ternyata sudah tidak terdapat alat-alat rumah tangga yang dapat dijadikan tempat duduk, kecuali sebuah bale-bale bambu yang mana diatas membujur kaku mayat istri Han Cubeng.
Ceng Kunhi menyaksikan suasana yang penuh kedukaan itu sambil berdiri terpaku dan membisu. Dan yang paling menarik perhatian dari tuan tanah ini, bukan kemiskinan atau kedukaan yang terdapat dalam gubuk itu, melainkan yang paling menarik perhatiannya, yang membuat sepasang mata dijulingkan menatap lama-lama ialah nona Han Kinlam.
Biarpun anak dara itu hanya mengenakan baju tambalan, kulit tubuh dan mukanya agak hitam karena setiap hari bekerja disawah dibawah teriknya sinar matahari dan biarpun pada saat itu kelopak dari sepasang matanya agak bengkak disebabkan terlalu banyak menangis, akan tetapi
kecantikannya yang asli dan wajah masih tampak nyata. Entah yang menarik hati tuan muda Ceng Kunhi dan justru karena inilah pula yang membuat ia memerlukan datang kemari, katanya saja hendak melihat tanah dan gubuk yang dijadikan barang jaminan dari uang yang Han Cubeng pinjam tadi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padahal sebenarnya ia ingin melihat anak dara itu yang tadi didengarnya dari keterangan Han Cubeng sendiri.
Kemudian putra tuan tanah ini melirik dengan mata
julingnya kearah dua pengawal yang berdiri dikanan kirinya dan lirikan yang penuh arti dapat dimaklumi oleh dua tukang pukul itu sehingga mereka mengangguk sambil menyengir kuda.
"Han lonunghu, aku tutut berduka cita sedalam-dalamnya atas kematian istrimu ini," kata Ceng kunhi kemudian dan setelah ia merogoh saku bajunya yang mewah dan terbuat dari kain sutra mahal, ia lalu mengeluarkan uang sejumlah dua puluh tail perak yang segera disodorkan kepada Han Cubeng ia berkata juga. "Han lonunghu, terimalah sumbanganku ini untuk keperluan mengurus mayat istrimu. Rawat dan kuburlah baik-baik sebagaimana mestinya dan kalau masih kekurangan, kau boleh datang kerumahku dan akan kutambah lagi".
Dengan matanya yang merah karena tangis untuk sejenak Han Cubeng hanya melihat ketelapak tangan tuan muda yang menyodorkan uang itu, sikapnya ragu-ragu tatkala ia berkata.
"Tuan muda, biarpun sesungguhnya sangat membutuhkan uang untuk mengurus penguburan mayat istriku, akan tetapi bagaimana hamba berani menerima kebaikan tuan muda yang lebih besar lagi, karena tanah sekeping dan gubuk butuh yang hamba pertanggungkan tadi, mana bisa cukup untuk . . ."
"Ah, sudah. Kau tak usah pusingkan hal itu Han
lonunghu!" Ceng kunhi menukas perkataan orang tua yang belum habis itu. "Segala urusan ada dibelakang, untukmu tentu saja aku dapat mempertimbangkan baik-baik. Nah, terimalah" ia mengangsurkan uang ditelapak tangannya lebih maju sehingga begitu dekat didepan hidung Han Cubeng.
Orang tua sedang berduka sehingga pada saat mana ia tak sempat mempergunakan otaknya, untuk mengadakan
pertimbangan. Yang terpikir hanya uanglah yang justru sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibutuhkan yang otomatis membuat ia segera menerima uang itu dengan kedua telapak tangannya yang gemetar. Dan dari sela-sela bibirnya yang juga gemetar berulang-ulang mendesiskan ucapan
"Terimakasih . . . terimakasih . . . terimakasih . . ."
Tak lama kemudian Ceng Kunhi bersama dua orang tukang pukulnya segera meninggalkan tempat dan tentu saja setelah mata juling dari tuan muda ini memandang pula tajam-tajam kepada Kimlan.
Sudah lazim dan sering terjadi didunia ini apabila seseorang dalam keadaan terdesak oleh kebutuhan uang tiba-tiba saja ada orang yang menyodorkan bantuan, bukan mustahil kalau ia segera menerimanya tanpa banyak pikir lagi. Tanpa memperdulikan bahwa orang yang memberikan bantuan itu macam apa dan tanpa berpikir bagaimana kelak untuk
membayarnya. Yang terpikir hanya penolongnya itu benar-benar adalah seorang baik hati . . . ! Demikianlah halnya yang dialami Han Cubeng sungguhpun orang tua ini merasa heran akan kebaikan tuan muda itu yang jauh berbeda dari keadaan dan wataknya yang biasa akan tetapi dengan begitu saja ia lalu menganggap bahwa tuan muda itu benar-benar adalah sangat berbudi dan baik hati. Keadaan yang menekan hati dan pikiran membuat ia lupa bahwa Ceng Kunhi adalah keturunan dari keluarga bangsawan berupa tuan tanah pemeras, dan penindas rakyat jelata yang tak mungkin akan memberikan pertolongan begitu saja kalau dalam perhitungan tak akan mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda atau kalau tidak ada maksud tertentu yang dikandung dalam hati iblisnya.
Dapatlah diceritakan dengan singkat, bahwa Han Cubeng dapat mengubur jenazah istrinya dengan disertai upacara-upacara, adat sebagaimana mestinya dengan mendapat
bantuan dari para tetangga-tetangganya. Tiga hari kemudian setelah itu pada suatu senja Han Cubeng didatangi oleh seorang tukang pukul yang menyampaikan panggilan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuan muda Ceng Kunhi kepadanya. Segera Han Cubeng dapat, menerka bahwa panggilan ini pasti, bertalian dengan uang yang dipinjamkan, sungguhpun pikirannya bingung namun betapapun juga mesti pergi menghadap kepada tuan muda itu.
Han Kimlan dan Han Hayhauw menanti ayahnya itu dengan hati agak cemas oleh karena sampai waktu hampir magrib dan cuaca remang-remang mulai menggelap, orang tua itu masih belum kelihatan pulang. Kimlan merasakan hatinya berdebar aneh, seakan-akan dara ini sudah mendapat bisikan firasat buruk. Akan tetapi kedua kakak beradik ini merasa berlega hati tatkala kemudian, setelah cuaca gelap melingkupi bumi Han Cubeng datang.
"Ayah baru datang . . . ?" sapa Kimlan menyambut.
"Mengapa ayah pergi begitu lama . . . ?" kata-kata ini diucapkan oleh Han Hayhauw sehingga pertanyaan lebih mendekatnya tegoran dan penyesalan.
Namun Han Cubeng seakan-akan tidak memperdulikan
sambutan dan teguran dari putra dan putrinya itu melainkan ia langsung saja memasuki rumah gubuknya yang hanya
diterangi oleh sinar lampu pelita yang kelap kelip, kemudian ia membantingkan pantatnya berduduk dibale-bale sehingga bale-bale itu mengeluarkan suara berderak hampir ambruk! Air mukanya begitu kusut dan pucat, sepasang matanya
mendelong mengawasi sebuah sudut gubuk yang gelap gulita.
Sikap orang tua ini benar-benar membuat kedua anaknya tercengang, terutama Kimlan yang sudah dapat berpikir dia seperti sudah dapat menduga apa yang dialami oleh ayahnya selama berkunjung digedung tuan tanah itu, sehingga dara ini cepat menubruk pangkuan orang tua itu dan suaranya lirih tatkala bertanya.
"Ayah, apakah yang terjadi kepadamu" Mungkinkah putra tuan tanah itu menuntut pembayaran hutang dari kita dengan kekejaman?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlahan-lahan Han Cubeng menoleh dan memandang
kepada putrinya, dan suaranya terdengar parau tatkala berkata setelah terlebih dahulu menghela nafas panjang.
"Dugaanmu sangat tepat, Lanji (anak Lan). Memanglah hutang kita ditagih dengan cara kejam, sungguh tak kusangka sama sekali bahwa kebaikan yang kita terima tempo hari harus ditebus dengan suatu pengorbanan . . . "
Pengorbanan" Pengorbanan apakah yang ayah
maksudkan" Katakanlah . . . tanya Kimlan mendesak dan hati dara ini sudah demikian, gelisah.
"Tuan muda akan membebaskan segala hutang-hutang
kita, akan dikembalikan lagi sawah kita dan kita akan diangkat dari lembah kerudinan ini asal . . . aku suka menyerahkan dirimu kepadanya . . . "
"Apa . . . " Kimlan setengah terpekik dan sepasang
matanya yang jeli membelalak terhadap ayahnya. Tapi bagaimana putusanmu yang kau berikan . . . "
Ayah itu menghela nafas sekali lagi. Aku sedah
menjelaskan kepadanya, bahwa kau sudah ditunangkan
sambil kuterangkan pula bahwa tunanganmu itu ialah Ong Huli. Akan tetapi tuan muda itu tidak mau mengerti alasan ini dan secara sinis sekali ia menyatakan bahwa pertunanganmu dapat dibatalkan, dan terhadap tunanganmu katanya ia sendiri yang bertanggung jawab akan membereskannya. Ah, benar-benar sulit bagiku memberi putusan kepadanya. Untuk menyetujuinya kau sudah bertunangan dengan Ong Huli, sekali pun belum, aku Han Cu Beng biarpun miskin akan tetapi masih mempunyai rasa harga diri sehingga mana sudi
menyerahkan putriku sebagai pembayar hutang! Untuk hal celaka ini, tuan muda memberi kelonggaran selama tiga hari .
. . " Hampir tidak terdengar lagi oleh Kimlan kata-kata ayahnya itu. Pikirannya tidak karuan sedih bingung dan takut menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu serasa mengaduk-aduk dibenaknya kesedihan ditinggal mati oleh ibunya masih menyesaki rongga dadanya kini tiba-tiba ditambah lagi lain macam kesedihan membuat rongga dadanya semakin sesak gengap. Jangankan ia sudah
bertunangan, sekalipun belum, mana sudi menyerahkan kehormatan dirinya kepada tuan muda Ceng Kunhi yang mempunyai bentuk wajah kulit untuk dipandang dan pula jangankan hanya untuk dijadikan alat pelepas nafsu sebagai mana pernah dialami oleh gadis-gadis lain yang pernah didengar dan diketahuinya sehingga benar-benar seperti nasib tebu yang manis sepah dibuang meskipun ia dikawin dan dijadikan istri resmi ia tidak sudi! Namun kalau terang-terangan, ia menolak sudah dapat membayangkan, apa yang bakal dilakukan oleh tuan tanah itu sebagai akibatnya. Itulah sebabnya maka ia menjadi demikian sedih bingung dan takut sehingga apa yang ia mampu lakukan selanjutnya tak lain kecuali menangis tersedu-sedu diatas pangkuan ayahnya.
Rambut kepala gadis itu dielus-elus oleh ayahnya sambil berkali-kali menghela nafas. Adapun Han Hayhauw sibocah yang baru berumur sepuluh tahun itu yang sejak tadi tinggal membisu dan mendengar perkataan-perkataan ayah dan
cicinya sehingga sedikitnya ia maklum juga tentang kesulitan yang mereka hadapi, akan tetapi biarpun ia memiliki otak cerdas, namun kecerdasan ini tak dapat dipergunakan untuk mencampuri masalah yang menjadi persoalan orang tua, dan dewasa. Bocah ini hanya dapat menurut bersedih dan
bingung, bahkan hatinya merasa sangat marah sekali
terhadap tuan muda Ceng Kunhi yang dianggapnya menjadi gara-gara dari segala kejadian celaka ini.
Sungguhpun mereka diberi kelonggaran selama tiga hari, akan tetapi apa yang mereka dapat perbuat dari kekuasaan tuan muda itu" Kimlan mesti menyerah diri untuk memuaskan nafsu hati tuan muda itu" Jelas dara ini tidak mau, juga ayahnya tidak menyetujuinya. Habis bagaimana . . . " Ah, betapapun juga akibatnya sama memenuhi keinginan tuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda, itu bagi Kimlan berarti menghadapi peristiwa yang lebih mengerikan dari pada maut dan sebaliknya jika ia menolak maka sudah dapat dibayangkan akibat yang lebih celaka, minggat jangan harap, karena selain tak bisa lolos dari jaringan pengawasan pihak tuan muda itu yang sudah
mengerahkan mata-matanya dan mempersiapkan tukang
pukul! Juga dimana-mana tempat, terdapat tuan tanah yang sama jahatnya dengan tuan besar Ceng Lobin dan tuan muda seperti Ceng Kunhi, yang mengandalkan pengaruh
kekayaannya berbuat sewenang-wenang.
Akan tetapi baru saja berselang satu hari dari apa yang disebut kelonggaran dari tuan muda bagi keluarga Han Cubeng itu tiba-tiba Ceng Kunhi sudah muncul bersama seorang komandan gendut bermuka bopeng, tiga orang
tukang pukul berikut sejumlah serdadu yang mengirim sejumlah penduduk dusun yang sebagaimana sudah
diceritakan bahwa hari itu terjadi operasi pengumpulan tenaga dan tuan muda Ceng itu giat sekali membatu sebagai
petunjuk. Tentu jadi Ceng Kunhi sebelum mendatangi gubuk Han Cubeng terlebih dahulu ia sudah menangkap Ong Heli tunangan Kimlan dengan istilah kena ditarik kerja bakti dan pemuda dusun she Ong itu terdapat diantara mereka yang digiring dan dikawal oleh serdadu-serdadu itu, sehingga mereka beda seperti tawanan.
Han Cubeng sudah mengetahui bahwa pada hari itu
diadakan gerakan pengumpulan tenaga untuk kerja paksa dan kedatangan tuan muda bersama rombongan komandan
gendut bopeng itu sudah dimakluminya sebagai penukar baginya maka ia sengaja beserta Kimlan dan Hayhauw
menyambut kedatangan orang yang kusen itu didepan
gubuknya sambil memberi hormat sedalam-dalamnya.
"Selamat siang tuan muda dan para ciangkun sekalian".
Han Cubeng memberi salam sambil menjura dan
penghormatan sedemikian terhormat dari orang tua ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Ceng Kunhi hilang kegalakannya. Ia mengangguk-angguk sambil bibirnya tersenyum manis, dan mata julingnya mebidik kearah Kimlan yang menunduk ketakutan. Sementara Be Kunbu menyengir bangga karena ia disebut ciangkun (perwira) oleh orang tua itu dan sebagaimana biasa selaku petugas yang mentaati perintah kaisar dan ini melihat seorang anak dara yang menimbulkan nafsu birahinya, berdiri dibelakang orang tua itu, lalu si gendut bopeng ini mengeluarkan gertakan sambil berkata kepada tuan muda yang giat membantunya.
"Ceng kongcu (tuan muda Ceng), orang kampung ini
biarpun sudah agak tua, akan tetapi tenaganya masih cukup kuat buat membangun negara, maka baik ditarik saja".
"Memang demikian semestinya", kata Ceng Kunhi. Akan tetapi demi persahabatan kita, aku minta bahwa terhadap orang tua ini kau mengadakan pengecualiaan oleh karena selain ia penggarap sawah kami yang paling rajin, yang terutama sekali ia adalah calon mertuaku.
"Keparat . . . !" hati Han Cubeng memaki ketika
mendengar ucapan situan muda yang tidak tahu malu itu.
Kimlan menutupi muka dengan telapak tangannya, hatinya yang sedih pikirannya yang bingung ditambah rasa sebal mendengar ucapan si mata keranjang yang sangat menusuk perasaan itu, membuat anak dara ini seketika itu juga jadi menangis.
Be Kunbu si komandan itu ketawa bergelak "Ceng kongcu, kionghi, kionghi (selamat, selamat). Jangan lupa aku mesti kau undang untuk menenggak arak kebahagiaan. Ha-ha-ha . .
. !" "Pasti, pasti . . . . . !" saut si tuan muda sambil nyengir dan membusungkan dada.
"Tidak! Hal ini masih belum dapat dikatakan pasti, sebab, sebagaimana pernah kuterangkan bahwa putriku ini sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditunangkan!" Han Cubeng menukas dengan berani karena hati orang tua ini merasa amat muak melihat lagak tengik dari sikongcu hidung belang itu.
"Mengapa tidak pasti?" mata Ceng Kunhi menyureng
memandang kepada calon mertuanya dan amat lucu sekali ketika ia memandang demikian, manik-manik matanya yang tak normal terkumpul disudut kelopak mata sehingga
mengepit pangkal hidungnya. "Pemuda kampung she Ong itu akan diberangkatkan hari ini juga menuju pembangunan raksasa, dengan begini berarti pertunangan dengan putrimu menjadi batal dengan sendirinya" Dan dengan begini pula bukanlah berarti menerima gagasanku. Ha-ha-ha . . . !" Ceng Kunhi ketawa penuh kemenangan.
Kagetlah hati Han Cubeng dan Kimlan, mendengar ini dara yang merasakan nasibnya malang itu lalu membukakan
telapak tangan yang tadi menutupi mukanya dan matanya yang sayu mencari-cari kalau diantara rombongan tawanan itu benar-benar terdapat tunangannya. Dari rombongan mana terlihat seorang pemuda melompat dan berlari hendak menuju kearah tuan muda, pemuda ini adalah Ong Huli, tunangan Kimlan yang menjadi nekat karena dirinya ditarik kerja paksa atas tudingan jari telunjuk putra tuan tanah itu kini ia baru sadar bahwa situan muda keparat itu hendak merampas gadis tunangannya. Betapa marahnya hati pemuda ini dapatlah dibayangkan, sehingga ia melupakan kelemahan dirinya, maka segera nekat sekali ia berlari hendak menyerang tuan muda itu. Akan tetapi jauh sebelum maksudnya tercapai, ia telah dihadang oleh seorang serdadu yang mengirim tamparan disertai tendangan. Oleh karena Ong Huli tidak mengerti ilmu silat karena tiada dannya itu hanya mengandalkan kemarahan hati sehingga ia membabi buta, maka tak ampun lagi tabokan serdadu itu mampir dipipi kirinya dan tendangan menghantam dibagian lambungnya. Ong Huli terbanting dan roboh, kepalanya sangat pening dan lambungnya ia rasakan sakit bukan main sehingga ia sudah ditanah sambil merintih-rintih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini Kimlan menjerit dan tiba-tiba tubuhnya terkulai roboh dalam keadaan diri tak sadar. Han Hayhauw cepat memeluk tubuh cicinya dengan maksud mencegah tubuh dara malang itu jangan sampai terbanting ditanah, akan tetapi tenaga bocah yang baru berumur sepuluh tahun ini ternyata tak kuat menahan daya berat tubuh cicinya yang terkulai itu, sehingga bocah ini turut jatuh dan tubuhnya tertindih oleh tubuh Kimlan yang pingsan itu.
"Tuan muda! Inilah yang kemarin kau sebutkan
pertanggungan jawab untuk membereskan pertunangan yang sudah mengikat putriku itu! Hm, kau sungguh keji" kata Han Cubeng yang tiba-tiba timbul keberanian hatinya sehingga ia berani mengucapkan kata-kata berupa makian terhadap tuan muda itu. Memanglah seseorang kalau saking duka bingung takut serta merasa dirinya benar-benar terpepet, maka ada kalanya timbullah keberaniannya.
Biasanya Ceng Kunhi jangankan dimaki, sedangkan kalau mendapatkan peristiwa yang hanya tidak menyenangkan hatinya saja sudah cukup membuatnya marah sekali dan ia segera dan ia segera menyuruh tukang pukul tukang pukulnya yang selalu mengawalnya memberi hajaran terhadap orang itu. Akan tetapi, kini aneh sekali dimaki oleh orang tua ia hanya ketawa dan lalu ia berkata dengan nada sinis:
"Orang tua she Han kau jangan salah tumpa dan berlaku bodoh dengan sesungguhnya hendak kuangkat kau dan anak-anakmu dari lembah kemiskinan, tetapi mengapa bukannya kau berterimakasih malah memakiku keji" Ah, benar-benar kau orang tua tak tahu diuntung. Pendeknya, waktu yang kuberikan masih ada dua hari dan selama mana berpikirlah baik-baik. Aku tunggu kabar baik darimu, tanpa banyak alasan."
Setelah mengucapkan perkataan yang bersifat mengancam ini, akhirnya tuan muda itu mengajak rombongannya
meninggalkan tempat itu. Si komandan gendut bopeng dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiga tukang pukul berjalan mengiringi si tuan muda dari belakang mereka, terdengarlah suara bentakan-bentakan dan makian-makian dari para serdadu yang mencegah para orang-orang sial yang kena ditarik kerja paksa itu. Adapun Ong Huli yang masih meringkuk ditanah, segera dipaksa bangun dan lengannya ditarik oleh seorang serdadu sehingga dalam keadaan yang sangat terpaksa pemuda itu dapat juga bangun berdiri. Akan tetapi segera ia teruyung-huyung akan jatuh lagi hanya baiknya dua orang senasibnya segera merangkul dan memapahnya, sehingga ia dapat ikut serta dalam rombongan orang-orang sial itu yang berjalan maju perlahan-lahan, diiringi bentakan-bentakan dan makian-makian serta suara lecutan cambuk dari para serdadu yang mengawal dan
memboyong mereka. Han Cubeng masih berdiri mematung. Sepasang matanya seakan-akan mengeluarkan sinar api ketika pandangannya mengikuti kepergian situan muda pembawa celaka itu, akan tetapi mata orang tua ini kemudian berubah menjadi sayu dan perlahan-lahan menitikkan air mata kesedihan ketika melihat kawan-kawan sekampung dan terutama melihat calon
menantunya diboyong dan akan dikirim kedaerah proyek pembangunan raksasa, dimana malaikat elmaut selalu
mananti. Orang tua ini kemudian seperti baru sadar ketika ia mendengar suara panggilan Han Hayhauw yang ketika itu masih terlentang ditanah dan memeluki cicinya yang pingsan.
Cepat Han Cubeng memangku tubuh putrinya dan dibawanya kedalam gubuknya lalu diletakkan diatas bale-bale
pembaringan. "Ayah kenapa dan bagaimana cici ini?" Han Hayhauw
bertanya dengan penuh kekuatiran.
"Tidak apa, ia hanya pingsan karena tak tahan menguasai penderitaan hatinya" sahut si ayah sambil berusaha
menyadarkan putrinya. Bocah itu menarik nafas lega dan berkata lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah serdadu-serdadu tadi sangat jahat, aku lihat calon Cihu tadi ditempling dan ditendangnya. Calon Cihu Ong bersama kawan-kawannya akan dibawa kemana oleh serdadu-serdadu itu ayah?"
Han Cubeng maklum bahwa bocah yang baru sepuluh
tahun umurnya itu belum dapat mengerti akan situasi dan nasib rakyat jelata dari suatu negara yang dijajah, maka secara singkat ayah ini menerangkan bahwa mereka yang diboyong tadi, termasuk calon cihu sibocah, ditarik kerja paksa sambil dijelaskan pula betapa mereka yang diboyong itu tak mungkin dapat kembali lagi. Akhirnya ayah itu menambahkan.
"Serdadu-serdadu itu memang jahat, akan tetapi jauh lebih jahat lagi situan muda she Ceng itu, selain ia penjilat pantat penjajah sehingga banyak bangsa sendiri menjadi korban dihadiahkan terhadap kepentingan pemerintah penjajah yang lazim, juga seperti kau sendiri tahu dan lihat, dengan mempergunakan pengaruh kekayaannya, betapa dia
menimpakan kesulitan kepada kita."
Han Hayhauw bediam untuk seketika lamanya sambil
sepasang matanya yang bersinar tajam itu berkedip-kedip.
Agaknya bocah ini diam-diam sedang memahami dan
menganalisa kata-kata ayahnya dan sejak itu tumbuhlah rasa dendam terhadap si tuan muda she Ceng dilubuk hati bocah ini.
Pada hari itu barisan operasi pengumpulan tenaga yang bergerak didusun Ho-leng-chun berhasil mengumpulkan tak kurang dari seratus orang pekerja paksa dan pada sore hari itu mereka diberangkatkan. Seperti biasa pula, akibat dari operasi biadab ini disusul dengan mengambangnya mayat-mayat wanita yang membunuh diri karena tak kuasa
menanggung rasa malu setelah dirinya ternoda oleh
gangguan-gangguan orang-orang berhati iblis itu,
menggantungnya mayat orang-orang lelaki yang putus asa dan lain-lain pandangan yang mengerikan pula. Hanya wanita-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang kebetulan menjadi putri atau istri para hartawan yang banyak mempunyai uang sogok sajalah yang selamat tidak terganggu. Adapun nona Han Kimlan yang tinggal selamat dan tidak terganggu merupakan hak pengecualiaan.
Oleh karena ia mendapatkan hak dispensasi istimewa dari tuan muda Ceng Kunhi sungguhpun keadaan ini hanya berlaku untuk sementara waktu. Yaitu dua hari . . .
Adapun pada keesokan harinya, kebingungan Han Cubeng makin bertambah-tambah. Sejak pagi hari ia kehilangan Kimlan, tadinya ia menyangka bahwa anaknya itu pergi kesungai mencuci pakaian seperti biasa, akan tetapi sampai menjelang waktu tengah hari yang dinanti belum juga muncul, ayah ini sudah mulai menaruh curiga kalau-kalau . . . . . . . .
-o0odwo0o- Jilid III Maka ia bersama Hayhauw lalu pergi mencari keseluruh pelosok kampung. Setiap orang ditanyanya kalau-kalau melihat putrinya itu, namun jawaban yang selalu diperolehnya hanya menyebabkan pikiran yang bingung membuat hati makin cemas dan gelisah. Beberapa orang kenalannya
membantunya pula secara beramai-ramai disepanjang sungai yang tak berapa jauh letaknya dari dusun itu, usaha ini dilakukan sampai matahari sudah hampir surup dibarat, akan tetapi hasilnya hampa belaka. Han Cubeng segera berlari kegubuknya untuk melihat barangkali saja Kimlan sudah ada disitu, tetapi ternyata tiada. Orang tua ini menjatuhkan diri diatas bale-bale, sambil berkeluh kesah karena benar-benar ia sudah merasa putus asa. Han Hayhauw duduk bersandar diambang pintu seluruh tubuhnya dirasakan demikian lesu karena selain kebingungan seperti ayahnya sehabis mencari cicinya sejak tengah hari juga perutnya lapar. Tiba-tiba Han
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cubeng bangkit dan mengajak bocah ini pergi menghadap tuan muda untuk melapor hal ini.
Kebetulan sekali ketika itu ayah dan anak ini tiba didepan rumah gedung tuan tanah Ceng si tuan muda itu sendiri sedang makan angin dihalaman depan yang segera
menyambutnya dengan muka berseri-seri karena mengira bahwa kedatangan mereka akan menyampaikan kabar baik.
Akan tetapi setelah orang tua ini menceritakan sambil setengah menangis dan suara terputus-putus bahwa Kimlan sejak pagi hari menghilang bukan main kemarahan Ceng Kunhi.
"Bangsat tua penipu. Tentu kau sendiri yang
menyembunyikan, kau hendak mengakalikukah?"
"Hamba tidak bohong tuan muda. Hamba berani disumpah
. . ." Han Cubeng tidak sempat mengadakan pembelaan lebih lanjut karena tiba-tiba sebuah tamparan dari si tuan muda yang marah itu menghantam pipi kompongnya. Perlu diketahui bahwa Ceng Kunhi, pernah belajar silat para tukang pukulnya, sehingga tamparannya cukup kuat, membuat orang tua itu jadi sempoyongan.
"Tua bangka hina dina kau berani main-main dengan tuan mudamu?" Maki tuan muda itu dan saking gemas dan
marahnya, kaki kanannya diayun mengirim tendangan.
"Duuuk" Dan Han Cubeng kena dihantam tendangan itu, membuat orang tua ini segera mendekap dadanya terhuyung-huyung sebentar dan tubuhnya lalu roboh ditanah Han Hayhauw menjerit dan menubruk ayahnya, bocah ini mencoba membangunkan ayahnya sambil menangis.
"Ampun tuan muda . . . Kasihanilah hamba . . . hamba . . .
hamba akan akan men . . . cari lagi . . ." meskipun dadanya dirasakan sakit bukan main dan membuat nafasnya amat sesak, orang tua itu masih dapat meratap mohon ampun dengan suara terputus-putus. Ia berusaha untuk bangun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil meringis-ringis dan akhirnya setelah susah payah sekali inipun dibantu oleh Han Hayhauw ia dapat juga berdiri sambil sepasang tangannya memegangi pundak bocah itu sebagai penahan supaya tubuhnya tidak roboh lagi.
"Enyahlah dari sini! Tapi awas, kalau besok kau masih berani main gila lagi!" demikian bentakan dan ancaman dari Ceng Kunhi yang mengusir orang tua malang itu.
"Hamba mengerti, hamba mengerti tuan muda," sahut Han Cubeng sambil mendorong pundak anaknya supaya berjalan.
Bocah itu maklum, ia maklum akan maksud ayahnya, akan tetapi sebelum ia melangkah ia menatap tajam terhadap tuan muda itu. Ia memperhatikan bentuk wajah manusia yang menimpakan kemalangan itu dan dari dalam dadanya
timbullah hawa panas yang membuat seluruh tubuh serasa terbakar, yaitu hawa yang yang timbul dari hati yang marah dimana api dendam mulai menyala!
Jarak gubuk Han Cubeng dari gedung tuan muda itu jauh juga, sehingga orang tua yang berjalan sambil setengah dipajang oleh anaknya itu sebentar-sebentar mesti berhenti mengaso, dadanya yang tipis kurus demikian nyeri akibat tendangan si tuan muda tadi, dan nafasnya terasa semakin dengan Tak hentinya orang tua ini menekan-nekan dadanya, juga pipinya yang ditampar tadi, sebentar-sebentar diurut-urut, dan ternyata pipi yang kempot itu kini membengkak serta berwarna biru menghitam.
Dan ketika mereka berjalan mendaki sebuah tanjakan, Han Cubeng benar-benar tak kuat lagi melangkahkan kakinya.
Pipinya yang bengkak membuat kepalanya sangat pening, rasa nyeri didadanya makin menjadi dan nafasnya terengah-engah hampir habis. Orang tua itu duduk sambil punggungnya disandarkan kesebatang pohon sambil matanya dimeramkan, keadaannya payah sekali.
"Ayah . . ." Hayhauw memanggil ayahnya, bukan main
bingung dan cemasnya hati bocah ini melihat keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayahnya yang sedamikian parahnya itu. Kalau saja tenaganya cukup kuat, ia akan menggendong saja tubuh ayahnya supaya bisa cepat sampai digubuknya. Namun ia takkan kuat
menggendong, apalagi tubuh sendiripun sudah demikian penat dan lesu. Ia tidak tahu harus berbuat bagaimana untuk menolong ayahnya, ia hanya memanggil ayahnya saja tanpa dapat meneruskan ucapannya lagi.
Orang tua itu membuka matanya dan memandang kepada
bocah yang duduk disisinya, dan Hayhauw dapat melihat bahwa kedua mata ayahnya bekaca-kaca seakan-akan hendak berkata, namun agaknya sulit sekali suara keluar dari mulut itu dan apa yang terdengar hanya suara rintihan.
Tiba-tiba Han Cubeng terbatuk-batuk dan batuknya ini demikian gencar sehingga punggungnya yang semula
disenderkan kebatang pohon, kini terlepas dan tubuh yang kurus itu jadi rebah ditanah dalam keadaan miring serta meringkuk-ringkuk sedemikian rupa disebabkan gencarnya dari batuknya. Dengan penuh rasa iba hati dan bingung Hayhauw mempergunakan sepasang tangannya mengurut-ngurut dada serta punggung ayahnya, dengan harapan
perbuatannya ini dapat meredakan batuk ayahnya. Akan tetapi batuk orang tua itu makin tambah gencar sehingga tubuhnya makin melingkar-lingkar dan akhirnya serangan batuk itu baru berhenti setelah dari mulut orang tua ini banyak
memuntahkan darah. "Ayah, ayah . . .!" Hayhauw memanggil-manggil dengan suara sesambat sambil mempergunakan bajunya ia
membersihkan darah yang melumuri mulut dan pipi ayahnya.
Akan tetapi orang tua diam saja dan kemudian ia baru tahu bahwa ayahnya itu pingsan. Meskipun bingung bukan main, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya membuat Hayhauw ingat betapa akal untuk membawa ayahnya kegubuknya.
Serta merta bocah ini meninggalkan ayahnya dan ia berlari menuju rumah penduduk yang terdekat dan kepada mereka ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
minta pertolongan untuk membawa orang tuanya.
Demikianlah, dengan diusung dua orang penduduk yang diminta bantuannya oleh Hayhauw tadi, Han Cubeng tiba digubuknya dalam keadaan masih tak sadarkan diri.
Cuaca berangsur-angsur menjadi gelap. Api pelita yang suram didalam gubuk itu menyinari tubuh Han Cubeng yang rebah terlentang diatas bale-bale, mukanya demikian pucat pasi, hanya tarikan nafasnya yang tersendat-sendat itulah saja menandakan bahwa orang tua itu masih hidup. Han Hayhauw duduk disisinya mendagu, matanya menatap kewajah ayahnya yang membuat hatinya amat cemas dan kuatir. Perut bocah ini yang tadi lapar kini perasaan mana yang tidak terasa lagi, bukan diisi nasi, melainkan perutnya dipenuhi air gentong yang ia minum sekenyang-kenyangnya tadi. Sementara cicinya Kimlan, yang selalu diharap-harap oleh bocah ini, sampai kini belum kembali. Demikian berat kedukaan yang menindih batin bocah ini dan ketika melihat betapa keadaan ayahnya yang sejak tadi pingsan sampai kini belum juga siuman, membuat ia tak tertahan lagi terisak-isak menangis. Suasana dalam begitu sunyi senyap, tiada terdengar suara daun-daun dipohon berkeresakan karena tiada angin berhembus, binatang jangkrik dan belalang yang biasanya berbunyi ramai
mengiringi suasana malam juga kini tak terdengar. Begitu sepi, lengang, seakan-akan semuanya turut berduka akan penderitaan yang ditanggung oleh Hayhauw.
Akhirnya lengan Han Cubeng kelihatan bergerak perlahan, seiring pelupuk matanya terbuka perlahan-lahan dan dari mulutnya terdengar mengeluarkan suara keluhan panjang.
Hayhauw menahan isaknya dan ia mengantarkan wajahnya kewajah ayahnya sambil menyebut
"Ayah . . ." Mata orang tua itu memandang kewajah anaknya dan
tangan kanannya bergerak perlahan mengusap-usap kepala bocah itu dengan penuh kasih sayang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hauw-ji (anak Hauw) cicimu masih belum pulang . . .?"
suaranya demikian parau dan pesat ketika orang itu bertanya demian.
Begitu sadar dari pingsannya dan ayah ini segera tanya tentang Kimlan, menandakan bahwa ayah ini perasaannya lebih berat kepada putrinya dari pada penderitaan sendiri, membuat Hayhauw yang mendengarnya segera menggigit
bibir untuk menahan perih dihatinya yang seakan-akan disayat-sayat. Dan untuk menjawab pertanyaan ayahnya tadi, karena mulutnya tidak mampu mengucapkan perkataan
disebabkan rasa pilu dari kalbunya seakan-akan menyumbat kerongkongannya, maka Hayhauw hanya dapat memberikan penyahutan melalui gerakan kepalanya yang digelengkan.
Han Cubeng menghela nafas putus asa. Lalu terdengar ia mengeluh.
"Oh, Thian yang maha Agung . . . Kedosaan apakah yang telah dilakukan oleh hambaMu ini, maka hamba mesti
mengalami cobaanMu yang seberat ini . . ."
Mendengar keluhan ayahnya ini, Hayhauw tak kuat lagi menahan rasa pilunya, sehingga tangannya segera merangkul dan kepalanya diletakkan diatas dada ayahnya, ia menangis.
Ketika itu tiba-tiba, diluar gubuk terdengar suara orang ribut bercakap-cakap dan terdengar pintu diketuk. Han Hayhauw terkejut dan dalam sangkaan bocah ini bahwa mereka yang mendatangi gubuknya itu adalah si tuan muda Ceng Kunhi bersama tukang pukulnya hendak menghajar ayahnya lagi. Tentu saja bocah ini menjadi sangat
kebingungan dan ketakutan sehingga karenanya, tangisnya jadi terhenti dengan sendirinya.
Suara ketukan kepada daun pintu gubuk makin keras dan kini disertai dengan suara memanggil-manggil.
"Han lopek, buka pintu! Kami datang membawa Kimlan . .
.!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah yakin bahwa orang-orang diluar gubuk itu bukan rombongan si tuan muda yang sangat ditakuti, apalagi mendengar bahwa mereka datang membawa cicinya, serentak Han Hayhauw melompat dan membukakan pintu. Han Cubeng mencoba memaksakan dirinya hendak bangkit, akan tetapi tak kuasa, maka ia rebah lagi dalam keadaan miring menghadap kearah pintu. Hanya matanya saja bersinar-sinar
mencerminkan bahwa hati orang tua ini begitu kegirangan mendengar Kimlan datang.
Setelah daun pintu dibukakan, tampaklah oleh Hayhauw beberapa orang berjalan masuk sambil menggotong sesosok tubuh yang basah dan kaku. Dan setelah mengetahui bahwa tubuh yang digotong benar itu adalah benar-benar tubuh cicinya yang sudah menjadi mayat, pecahlah kesepian malam oleh melengkingnya suara jeritan dan tangisan dari bocah ini.
"Kimlan . . .!" Hanya sekian suara yang terdengar keluar dari mulut Han Cubeng. Selanjutnya orang tua ini tak bersuara lagi, anggota tubuhnya tak bergerak, matanya melotot, mulutnya terbuka dan napasnya berhenti. Ternyata jantung ini sudah menderita luka hebat akibat tendangan Ceng Kunhi tadi, ketika ia melihat putrinya sudah kaku kejang pertanda sudah menjadi mayat, maka saking kaget dan dukanya
membuat jantungnya menjadi pecah dan langsung
mendatangkan kematian. Ah, sungguh hebat kedukaan yang diderita Han Hayhauw.
Baru saja tiga hari yang lalu ia ditinggalkan oleh ibunya, kini cici dan ayahnya secara sekaligus meninggalkannya pula.
Tiada sanak tiada kandung, kini benar-benar ia hidup didunia ini hanya sebatang kara. Semalam suntuk Han Hayhauw terus menangis dan kelakuannya seperti orang gila, sebantar ia menubruk ayahnya yang mekin lama makin dingin dan kaku, sambil sipangil-panggil dan diguncang-guncangnya. Dan pada lain saat ia memeluki tubuh cicinya yang kaku kejang, hati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil bocah ini protes dan mengutuk kepada tuhan yang dianggapnya tidak adil dan kejam.
Beberapa orang yang membawa mayat Kimlan tadi terus menemani Han Hayhauw sampai keesokan paginya dan tentu saja mereka ini sepanjang malam tak putus-putusnya
menghibur si bocah, yang saking sedih dan dukanya, seakan-akan sudah menjadi gila itu.
Begitulah, dengan singkat dapat diceritakan bahwa
keesokan paginya, berkat bantuan dari bekas kawan
mendiang Han Cubeng, termasuk orang-orang yang membawa mayat Kimlan semalam, maka mayat Han Cubeng dan Kimlan dikubur baik-baik, sungguhpun tanpa disertai upacara sebagaimana mestinya. Cara penguburan itu dibuat
sedemikian rupa atas kehendak Hayhauw, yaitu disisi kiri kuburan Kimlan, ditengah-tengah penguburan ibunya yang sudah ada dan disisi sebelah kanan, kuburan ayahnya.
Baru kemudian Hayhauw mengetahui dari cerita orang-
orang pembawa mayat cicinya itu bahwa tubuh Kimlan yang sudah menjadi mayat mereka ketemukan jauh dihilir sungai.
Jelaslah Kimlan membunuh diri dengan jalan mencemplungkan dirinya kedalam sungai, agaknya cara yang ditempuhnya itulah merupakan jalan satu-satunya bagi gadis itu untuk melepaskan diri daripada kesulitan yang dihadapinya.
Han Hayhauw sangat berterimakasih sekali terhadap
mereka yang telah memberikan bantuan besar itu dan dengan sendirinya ia merasa berutang budi yang terhingga besarnya terhadap mereka. Apalagi ketika ia mendapat ajakan-ajakan dari mereka yang menaruh belas kasihan kepadanya supaya ia mau tinggal bersama mereka makin beratlah penanggungan hutang budi dirasakan oleh anak yang sebatang kara ini, sehingga atas kebaikan mereka yang setulus-tulusnya membuat ia tidak berani menerimanya. Han Hayhauw ingat kepada peribahasa yang selalu diucapkan oleh mendiang ayahnya bahwa hutang uang dapat dibayar sedangkan hutang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
budi sulit untuk menulisnya, Dan kenyataan Han Hayhauw sudah maklum, baru hutang uang ayahnya kepada si tuan muda jahat, yang biarpun tidak secara langsung tapi jelas merupakan pembunuh ayah dan cicinya, sehingga dihatinya kini tersimpan dendam yang sangat besar, tak dapat dibayar.
Apalagi hutang budi yang selalu dikatakan ayahnya itu tentu lebih sulit lagi untuk membuat imbalannya, Itulah sebabnya Hayhauw tidak dapat menerima lebih banyak lagi kebaikan-kebaikan dari mereka yang berhati mulia, itu karena ia kuatir bakal tak dapat membalas.
Dan pada sore harinya orang-orang yang menaruh kasihan kepada Hayhauw merasa kehilangan si bocah malang itu.
Mereka mencari ubek-ubekan seperti mereka mencari Kimlan kemarin dan hasilnya sia-sia belaka. Akhirnya mereka bertemu dengan tuan muda bersama tiga tukang pukulnya mendatangi gubuk bekas kelurga Han tinggal itu, agaknya tuan muda ini hendak menagih kepastian dari orang tua yang pernah ditolongnya itu. Akan tetapi setelah tuan muda ini mendengar keterangan dari orang-orang kampung yang ditanyainya, bukan main sedih hatinya. Sedih bukan karena berduka atas kematian Cubeng dan Kimlan, melainkan ia sedih disebabkab uang yang ia telah lepas sebagai umpan untuk maksud kejinya, jadi amblas begitu saja. Memang beginilah kalau seorang yang otak dan hatinya sudah ditunggangi pengaruh materil, kalau orang mati disebabkan perbuatan atau gara-garanya, itu bukan apa-apa, jangankan disedihkan,
dipikirkanpun tidak. Akan tetapi sebaliknya kalau ia rugi atau kehilangan uang sedikit saja, maka ia sedih bukan main.
Seakan-akan kehilangan sebagian dari harta kekayaannya yang berlimpah-limpah, bahkan dapat juga dikatakan seakan-akan kehilangan separuh nyawanya,
oooooooodwOkzoooooooo

Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemanakah Han Hayhauw, si bocah malang itu" Anak kecil sudah sudah sebatang kara dan mengalami siksaan batin yang luar biasa hebatnya, benar-benar harus dikasihani.
Sejak penguburan mayat ayah dan cicinya selesai, anak itu begitu melangsa hatinya, membuat ia tiba-tiba merasa tidak betah berdiam didusun Ho-leng-cun. Betapa tidak oleh karena manakala ia melihat keadaan gubuknya yang kini menjadi sunyi, terbayanglah didepan matanya peristiwa-peristiwa yang sangat mengenaskan. Ditambah lagi perasaan takut akan si tuan muda Ceng Kunhi yang menurut hematnya pasti akan menuntut segala kerugian terhadap dirinya. Itulah sebabnya, maka ia dengan berdiam-diam dan tidak berpamit kepada siapapun, pada hari itu juga ia lalu pergi meniggalkan kampung halamannya, yang semula sebelum terjadi
malapetaka, begitu ia cintai dan ia merasa amat betah tinggal disitu.
Ia pergi tanpa perhitungan dan tanpa mempunyai arah tujuan, karena pikirannya sudah sedemikian gelap, sehingga baginya dunia ini sudah menjadi kosong melompong. Tiada bekal yang dibawa karena dari gubuknya tiada sesuatu yang dapat dijadikan bekal. Hanya rasa dendam kesumat sajalah yang ia bawa dilubuk hatinya dan justru rasa dendam inilah yang mendorongnya sehingga ia masih mempunyai
kemampuan hidup. Kalau menurutkan perasaan hati yang dipenuhi kedukaan, memang ia mati saja menyusul ibu, ayah dan cicinya. Tetapi rasa dendam dihatinya mencegah ia sampai berputus asa, bahkan merupakan semacam dorongan bahwa ia harus hidup, hidup yang penuh semangat dan mempunyai tekad, sampai ia dewasa dan bertenaga kuat supaya kelak ia dapat kembali lagi kekampung halamannya untuk menjumpai sijahat Ceng Kunhi, kepada siapa ia akan mengadakan perhitungan untuk melampiaskan rasa
dendamnya. Ia selalu ingat akan dongeng mendiang ayahnya bahwa didunia ini banyak terdapat pendekar-pendekar gagah perkasa dan kepergiannya ini memanglah ia mempunyai tekad
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak mencari pendekar-pendekar yang seperti sering diceritakan mendiang ayahnya itu. Ia hendak minta
pertolongan kepada pendekar itu supaya membalaskan
dendam dihatinya terhadap sijahat Ceng Kunhi berikut tukang pukul tukang pukulnya yang ia tahu sering menganiaya dan membunuh orang-orang kampung semau-maunya.
Akan tetapi, setelah ia mengikuti sepasang kakinya yang melangkah separan-paran sampai tiga hari dan ia sendiri tidak tahu bahwa sudah berapa jauh ia meninggalkan kampung halamannya dan entah kini ia berada dimana, tiba-tiba tubuhnya yang payah kepenatan ia rasakan tak karuan rasa.
Tubuhnya sebentar terasa panas seperti dibakar dan pada saat lainnya mendadak berubah menjadi dingin seperti terbenam dibawah tumpukan salju dan membuat seluruh tubuhya menggigil, padahal saat mana waktu tengah hari dan matahari justru sedang memancarkan cahaya teriknya.
Han Hayhauw tidak tahu bahwa sebenarnya ia sudah jatuh sakit karena masuk angin. Selama tiga hari itu ia tak pernah makan apa-apa, perutnya hanya diisi air melulu yang diteguknya dari sungai-sungai atau danau-danau sebagai penghilang rasa dahaga dan sekaligus pula penghilang rasa lapar diperutnya. Ditambah lagi cara tidurnya yang tidak teratur, dimana saja ia menggeletakkan diri diemper rumah atau dikolong jembatan, asal dapat melepas keletihan yang melesui tubuhnya dan melupakan untuk sementara kedukaan yang selalu menjungkupi pikiran dan hatinya. Pakaiannya yang sudah bertambalan jadi demikian kotor dan dekil, sehingga keadaan bocah ini benar-benar seperti jembel, hanya saja meskipun perutnya terasa lapar ia masih mempunyai
keangkuhan untuk minta-minta.
Dan pada hari yang ketiga itu benar-benar Han Hayhauw sudah tak dapat mengatasi kepayahan yang menguasai
seluruh tubuhnya. Tubuhnya yang sebentar panas sebentar dingin membuat kepalanya sakit berdenyut-denyut dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penglihatannya kabur dan berkunang-kunang, apa yang terlihat disekelilingnya seperti berputar-putar. Akan tetapi anak ini benar-benar memiliki kekerasan hati yang luar biasa, sesungguhnya sudah payah sekali, ia masih terus memaksa diri untuk terus berjalan, sungguhpun ia sendiri tidak tahu bahwa perjalanan susah payah yang ditempuhnya ini akan menuju kemana"
Tubuh terhuyung-huyung karena langkah-langkah kakinya sudah demikian terseok-seok, matanya yang mendatangkan penglihatan seperti berputar-putar terpaksa dipejamkan, tangan kanannya digerak-gerakkan supaya ia tidak sampai menabrak sesuatu, sedangkan tangan kirinya ditekan-tekankan keperutnya yang perih dan lapar. Namun akhirnya ia harus menyerah juga terhadap serangan yang memayahkan itu, tubuhnya yang kecil dan kurus itu tak kuat lagi berjalan dan ia terguling roboh dipinggir jalan yang sunyi. Mulutnya mengeluarkan suara rintihan kecil dan sesumbat kepada ibu, ayah dan cicinya.
Kedua tangannya menekan-nekan kepalanya yang amat
sakit seperti isi kepala itu ditusuk-tusuk ribuan jarum. Kedua kakinya diangkat keatas sehingga lututnya merapat kedada membuat perutnya seperti dilipat dan ditekan oleh kedua pahanya, untuk menahan rasa perih diperutnya. Kemudian dalam keadaan tubuh meringkuk seperti demikian dipinggir jalan, anak ini tak tahu apa-apa lagi. Pingsan, kalau saja Hayhauw dapat merasakan, alangkah nikmatnya pingsan itu, lenyap bingung dan duka, lenyap pula rasa pusing
dikepalanya, bahkan rasa lapar yang tadinya mendatangkan rasa sakit dan perih diperutnya, kini lenyap dan apa yang terasa hanyalah kekosongan belaka.
Tentu saja Han Hayhauw tidak tahu betapa kemudian
dijalanan itu dipinggir mana ia meringkuk pingsan, berjalan lewat seorang kakek yang mengenakan jubah serba putih dan ditangannya memegang sebuah tongkat. Kakek ini segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghentikan langkah kakinya tatkala dilihatnya dipinggir jalan meringkuk seorang anak kecil dalam keadaan demikian mengenaskan, sambil berjalan berjalan mendekati kakek in menggeleng-gelengkan kepala dan dari mulutnya terdengar keluhan yang merupakan ratapan.
"Ya Tuhan, kesenangan apakah yang pernah Kau berikan kepada anak ini sehingga sekarang dia harus menderita sehebat itu . . .?"
Kemudian kakek tua ini yang berambut panjang dan yang digelungkan keatas kepala dan diikat dengan sehelai pita putih, membungkuk dan mengangkat tubuh Hayhauw
kepundaknya, dan sambil membawa anak malang yang masih pingsan itu, tahu-tahu sikakek berkelebat menghilang.
Perlu segera diperkenalkan kepada para pembaca yang budiman bahwa kakek itu adalah Tiong Sin Tojin, seorang tosu yang tak henti-hentinya menghubungi tokoh-tokoh kangouw untuk melakukan perjuangan mengusir penjajah, akan tetapi, sebagaimana sudah diterangkan dibagian permulaan dalam cerita ini, pihak penjajah terlalu kuat dan memang belum waktunya untuk ditumbangkan, maka perjuangan Tiong Sin Tojin bersama kawan-kawannya selalu mengalami kegagalan.
Begitulah pada hari itu, Tiong Sin Tojin baru saja habis melakukan pengacauan dan serbuan bersama-sama kawannya dikota Goan peng dan sial sekali mereka kena dilabrak habis-habisan oleh bala tentara Mongol sehingga beberapa orang kawannya gugur dan tosu ini berhasil meloloskan diri sambil membawa rasa sedih dihatinya. Menyadari bahwa pemerintah penjajah belum waktunya ditumbangkan dan dengan demikian berarti pula saatnya belum tiba untuk melakukan
pemberontakan, maka tosu yang berjiwa patriot ini lalu mengambil keputusan mrngundurkan diri buat sementara dan kembali ketempat pemukimannya di gunung Ngotaysan. Dan dalam perjalanannya menuju tempat itulah, Tiong Sin Tojin melihat Han Hayhauw meringkuk pingsan dipinggir jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiong Sin Tojin memiliki ilmu silat tongkat yang amat lihay dan karenanya, disamping namanya yang cukup terkenal sebagai pendekar gagah perkasa pelindung golongan
tertindas, kakek ini oleh orang-orang kangouw dijuluki Sitongkat Tojin atau Tosu bertongkat sakti. Tiong Sin Tojin belum pernah mempunyai murid, maka ketika melihat
keadaan Hayhauw yang sangat menyedihkan itu ia menjadi kasihan dan menolongnya. Apalagi setelah mendapat
kenyataan bahwa sebenarnya anak itu mempunyai bakat yang amat baik sekali sehingga menimbulkan hasrat baginya untuk mewariskan kepandaiannya kepada generasi muda, maka ia lalu mengambil anak itu dan dibawanya kegunung Ngotaysan, dijadikan murid tunggalnya.
Han Hayhauw sangat berterimakasih sekali setelah sakitnya sembuh berkat pertolongan dan perawatan tosu itu. Kemudian hati anak ini jadi girang bukan kepalang ketika ia mendengar pernyataan bahwa ia diambil sebagai murid tunggal Tiong Sin Tojin, keinginan atau cita-citanya yang dibawanya dari kampung halamannya sekarang ternyata tercapai. Kalau pada malaman kematian ayah dan cicinya ia pernah memprotes dan mengutuk bahwa Thian tidak adil, maka sekarang ia benar-benar memuji bahwa Thian itu memang Maha Adil.
Segera ia berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin dan secara singkat ia menceritakan malapetaka yang menimpa dirinya.
Dan akhirnya ia memohon kepada kakek itu untuk
membalaskan sakit hati terhadap si laknat Ceng Kunhi.
Tiong Sin Tojin mengelus-ngelus kumis dan jenggotnya yang sudah sebagian berwarna putih dan ketika ia mendengar permohonan anak itu, menghela napas lalu berkata.
"Hayhauw, tentang pembalasan sakit hati itu adalah
menjadi kewajiban sendiri untuk melaksanakan. Sangat tidak tepat kalau kau minta aku turun tangan karena urusan dendam kesumat ini sama sekali tak ada sangkut pautnya denganku. Kewajibanku hanya mendidikmu, maka untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melaksanakan kemauan hatimu, belajarlah kau dengan rajin dan tekun supaya kelak, selain kau dapat melaksanakan perhitungan dengan musuh besarmu, juga sangat kuharapkan bahwa kau dapat menjadi seorang yang sangat berguna bagi bangsa dan tanah air."
Demikianlah, sejak saat itu Han Hayhauw mempelajari ilmu silat tongkat dari suhunya yang berkepandaian tinggi. Ia belajar dengan rajin dan tekun serta penuh kesungguhan hati.
Selama ia belajar, beberapa kali suhunya meninggalkannya turun gunung sehingga ia berdiam seorang diri dipegunungan Ngotaysan itu, dan biarpun ia merasa kesunyian akan tetapi ia dapat melupakan perasaan kesepiannya sambil terus berlatih dengan giat. Maka setiap kali suhunya datang menjadi girang melihat kemajuan yang telah dicapainya begitu pesat, dan ia lalu mendapat tambahan pula tingkat pelajaran silat yang lebih tinggi. Han Hayhauw sendiri sampai tak menyadari bahwa makin lama ilmu silat yang diwariskan dari suhunya makin tinggi dan ia sudah dapat menguasainya dengan sempurna. Perubahan pada tubuhnya yang kini menjadi tegap kekar seiring dengan usianya yang meningkat dewasa, juga seakan tak disadari pula.
Memang Han Hayhauw sekarang bukan lagi Han Hayhauw
dulu yang merupakan seorang bocah lemah dan
kebecusannya hanya menangis. Han Hayhauw sekarang telah merupakan seorang pemuda tampan dan telah mewarisi
hampir seluruh kepandaian Tiong Sin Tojin, yaitu selain ilmu silat tongkat yang amat lihay dan yang selalu dimainkan oleh tangan kanannya, juga tangan kirinya telah mewarisi semacam ilmu pukulan yang oleh gurunya dinamakan Phaciok-seng-hua-ciang atau ilmu pukulan Menggempur batu menjadi tepung dan ketika melatih ilmu pukulan ini, entah sudah berapa batu gunung yang besar menjadi hancur seperti tepung dihantam oleh hawa Iwekang yang dilancarkan melalui telapak tangan kiri Hayhauw. Disamping menerima
gemblengan lahir yang merupakan kekuatan dan ketangguhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri, Hayhauw menerima pula gemblengan batin sehingga ia kini berbatin kuat, dapat menakan dan mengalahkan segala perasaan yang timbul dari hati yang selalu dipenuhi napsu dan dapat mempegunakan daya pikir dari otak dengan penuh pertimbangan yang masak.
"Hayhauw, sudah waktunya kau turun gunung dan kau
mulai boleh menempuh hidup baru didunia ramai, yah ramai oleh segala keributan dan kegaduhan yang diperbuat oleh manusia. Kalau kau sekarang turun gunung, waktunya justru sangat tepat sekali oleh karena dewasa ini, dimana-mana rakyat jelata yang selama hidupnya tertindas, sudah mulai menggalang persatuan untuk mengusir penjajah dari bumi kita. Ketahuilah olehmu, muridku, bahwa sekarang adalah masa kebangkitan si lemah untuk membela hak-hak azasi bangsa dan negara. Waktu seperti saat ini justru sudah lama sangat kunantikan, yakni saat kebangkitan rakyat jelata yang cinta tanah air, untuk mengusir penjajah dari tanah air, mengikis habis pemimpin-pemimpin gadungan dan kurcaci-kurcaci laknat yang selalu menindas dan menyusahkan kita, rakyat jelata. Hayhauw, ceburkanlah dirimu kedalam kancah revolusi perjuangan rakyat ini. Tunaikanlah dharmabaktimu selaku patriot sejati pembela nusa dan bangsa."
Han Hayhauw dengan penuh khidmat berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin yang rambut kumis dan jenggotnya kini sudah putih semua itu. Tentu saja anak muda ini menjadi gembira bahwa suhunya sudah membolehkan turun gunung, dan
nasehat serta anjuran dari kakek itu membuat seluruh tubuh anak muda ini terasa puas karena dibakari api semangat yang berkobar didalam dadanya.
"Suhu, nasehat suhu akan teecu jadikan obor bagi
perjuangan, mudah-mudahan teecu benar-benar dapat
menunaikan tugas mulia ini sebagaimana yang suhu
harapkan", kata Hayhauw dengan penuh semangat dan tiba-tiba anak muda ini teringat akan dendam kesumatnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah terpendam selama delapan tahun didalam dadanya
"Suhu, teecu mohon bertanya, bahwa bagaimanakah
pendapat suhu tentang sakit hati teecu terhadap putera si tuan tanah yang pernah teecu terangkan dahulu" Bolehkah teecu mengadakan perhitungan terhadapnya?"
"Sudah tentu boleh! Terserah kepada apa yang akan kau perbuat terhadap musuh besarmu itu, asal saja kau mesti selalu ingat bahwa pekerjaan apapun juga yang kau lakukan, kerjakanlah dengan hati bersih, dengan semangat besar, dan dengan kesadaran sepenuhnya bahwa apa yang kau kerjakan itu tidak berlawanan dengan kebajikan dan keadilan.
Tegasnya, asal kau tak lupa bahwa kau mempelajari ilmu untuk bertugas sebagai pemberantas kejahatan dan pembela silemah yang tertindas.
"Teecu paham akan segala wejangan yang suhu berikan.
Tapi maaf suhu, teecu sekali lagi minta penjelasan mengenai tuan tanah. Teecu masih ingat bahwa tuan tanah didusun teecu itu yaitu tuan besar Ceng Lobin sering berbuat sewenang-wenang terhadap penduduk kampung sehingga
hampir semua penduduk termasuk orang tua teecu, menderita kesengsaraan dibuatnya. Apakah tuan besar she Ceng itu dapat juga disebut golongan jahat dan patutkah diberantas?"
Bibir dibalik kumis puti Tiong Sin Tojin tampak
menyunggingkan senyumam tatkala orang tua ini memberi penyahutan.
"Hayhauw, sudah bukan jamannya lagi kalau sekarang
menyebut tuan tanah dengan istilah tuan besar, dan lebih tepat kalau kita sekarang menamakannya lintah darat! Sudah barang tentu lintah darat - lintah darat termasuk penghisap darah rakyat jelata, terutama kaum tani, malah mereka umumnya menjadi antek-antek penjajah atau lebih tepat pula disebut anjing-anjing penjilat pantat penjajah. Maka mereka bukan lagi patut diberantas, bahkan seharusnya mereka dikikis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
habis bersamaan dilenyapkannya kaum penjajah dari
permukaan bumi ini!"
Akhirnya Tiong Sin Tojin mengangkat muridnya yang sejak tadi berlutut dihadapannya itu dan akhirnya sekali lagi kakek ini berkata.
"Nah, muridku, berangkatlah kau sekarang juga dan aku sendiripun akan berangkat. Biarpun setelah turun gunung ini perjalanan kita berpisah, tapi tekad dan perjuangan kita sama dan mungkin pada suatu waktu kelak kita akan bertemu lagi.
Aku tak dapat memberi sesuatu bekal bagi perjalananmu, hanya tongkatku ini sajalah kuberikan kepadamu supaya kau selalu ingat akan segala pesan-pesanku. Terimalah, muridku!"
Han Hayhauw menerima tongkat besi pemberian suhunya dengan kedua tangannya dan sikapnya penuh hormat sambil mengucapkan terimakasih atas segala kebaikan yang ia telah terima dari suhunya selama delapan tahun itu. Sungguhpun ia maklum bahwa perkatan suhunya tadi adalah merupakan ucapan terakhir dan melihat tanda-tanda bahwa kakek itu akan segera berangkat, namun tak urung ia memberanikan hati dan bertanya.
"Tongkat suhu diberikan kepada teecu. Maka suhu sendiri menggunakan senjata apakah?"
Tiong Sin Tojin menghela napas karena bangga hatinya mendapat kenyataan bahwa muridnya itu sangat
memperhatikan terhadap dirinya, maka ia menyahut sambil tersenyum.
"Tak usah kau pusingkan soal seremeh ini muridku,
pergunakanlah baik-baik dan sebagai mana mestinya tongkat itu dalam menjalankan dharmabaktimu. Aku sendiri bisa mencari tongkat lain lagi. Nah, cepatlah kau berkemas, bawalah pakaian-pakaian yang kau perlukan. Aku berangkat lebih dulu! Selamat berpisah, selamat berjuang dan sampai kita berjumpa kembali, muridku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Hayhauw segera berlutut pula sebagai penghormatan yang terakhir terhadap gurunya, yang sudah lenyap dari situ sungguhpun kata-katanya masih bergema ditelinganya. Kakek itu sudah pergi dengan gerakan secepat kilat.
Pemuda murid tunggal Tiong Sin Tojin itu lalu memasuki sebuah pondok bambu sederhana yang selalu menjadi tempat tinggalnya selama delapan tahun ini. Diambilnya dua stel pakaian berwarna putih ditambah satu stel yang penuh tambalan seperti baju pengemis. Biarpun semula ia merasa ragu pakaian penuh tambalan ini akan tetapi tak urung dibungkusnya juga dalam satu buntalan, dengan pikiran barangkali saja pada suatu waktu ada gunanya. Buntalan pakaian itu diikat dibelakang punggungnya dan sambil tongkat pemberian suhunya dipegang ditangan kanan, mulailah ia berjalan meninggalkan pegunungan Ngotaysan.
oooooooodwOkzoooooooo Yang pertama-tama menjadi tujuan Han Hayhauw adalah dusun Ho-leng-cun, dusun kampung halamannya, dimana ia ingin melihat perkembangan jaman setelah delapan tahun lamanya ditinggalkan. Ia ingin melihat kuburan ayah, ibu, dan cicinya, dan terutama sekali ia ingin melampiaskan rasa dendam kesumatnya terhadap si juling, sianak tuan tanah Ceng Kunhi. Sepanjang jalan perjalanan sering bertanya kepada orang-orang yang dijumpainya tentang letak dusun yang menjadi tujuannya itu sehingga biarpun perjalan yang ditempuhnya ini masih sangat asing baginya, namun ia tidak sampai sesat dijalan.
Benar saja sebagaimana yang diceritakan suhunya bahwa dimana-mana Han Hayhauw melihat orang berkompromi dan dari percakapan mereka yang ia dengar jelaslah bahwa mereka sedang menumpuk semangat dan menggalang
kesatuan untuk mengadakan gerakan aksi revolusi dan ia mendengar pula bahwa yang mula-mula mencetuskan api
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
revolusi ini adalah seorang bernama Cue Goan Ciang dan api yang dicetuskan ini menyala dan berkobar disegenap pelosok.
Akan tetapi ketika saat suatu hari Han Hayhauw melewati sebuah dusun ia merasa heran sekali bahwa penduduk dusun ini sama sekali tidak nampak gejala-gejala bangkit berevolusi.
Tetapi keheranan pemuda ini kemudian lenyap dan terganti oleh penasaran gemas dan marah yang merangsang dihatinya setelah mengetahui bahwa dusun ini jauh terpencil dari pergaulan ramai dan keadaan penghidupan para penduduk dusun ini secara mutlak berada didalam tangan seorang tuan tanah yang seakan-akan raja tak bermahkota didusun itu.
Justru karena dan kekuasaan tuan tanah inilah membuat para penduduk dusun tersebut yang rata-rata lemah dan miskin menjadi takut untuk ikut serta menegakkan gerakan revolusi seperti saudara saudara mereka dilain tempat.
Han Hayhauw merasa tertarik sekali hatinya untuk
menyelidiki situasi dusun, ini secara mendalam. Maka pada waktu malamnya dengan mempergunakan kepandaian yang tinggi, pemuda ini coba mengintip bagian dalam gubuk-gubuk para penduduk itu baik mengintip melalui celah dinding maupun melalui atap-atap genteng yang disingkapnya secara hati-hati. Betapa keadaan para penduduk, yang dilihatnya secara diam-diam itu benar-benar membuat anak muda ini jadi turut sedih dan ngenes. Keadaan mereka begitu meskipun pada sebuah gubuk, didapati seorang anak kecil merengek-rengek menangis minta makan pada ibunya yang rebah sambil merintih sakit sedang ayah dari anak itu, bertubuh kurus kering hanya dapat menghibur anaknya, dengan perkataan,
"besok saja kau makan lagi anakku sayaang" Makanan untuk hari sudah habis mudah-mudahan ayahmu dapat pinjaman, gandum dari tuan besar Li suapaya kau besok boleh makan sekenyang-kenyangnya. Sekarang, kau tidurlah hari sudah jauh malam tangismu mengganggu ibumu yang sedang sakit .
. ." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemandangan ini saja sudah menyayat hati Hayhauw,
belum lagi pemandangan-pemandangan lainnya yang
kesemuanya mengingatkan kepadanya akan keadaan semasa ia masih kecil.
Bok li cun, demikianlah nama dusun in, berpenghuni terdiri dari kurang lebih dua puluh lima keluarga. Dan pekerjaan mereka sehari-hari ialah menjadi buruh tani penggarap sawah yang menjadi milik dari seorang hartawan atau tuan tanah yang bernama Li Samlay. Sebagaimana umumnya kaum feodal yang menumpuk kekayaannya hasil dari pemerasan tenaga dan pengisapan darah rakyat jelata, demikian tuan tanah she Li ini yang menguasai dusun Bok li cun ini, sudah bukan merupakan persoalan yang mengherankan lagi kalau
penduduk disini berkeadaan sangat menyedihkan. Lebih celaka lagi karena yang menjadi keapala kampung dusun ini bukan lain ialah si tuan tanah itu sendiri, sehingga rakyat begitu tunduk dan patuh akan segala peraturan dan perintah yang dikeluarkannya. Ketika mendengar bahwa api revolusi telah meletus dan pemberontakan timbul dimana-mana, tuan tanah Li ini maklum akan bahasa yang mengancam
terhadapnya, maka segera mengadakan provokasi kepada rakyat Bok li cun disertai ancaman bahwa apabila mereka berani mencoba menerbitkan huru-hara akan dilaporkan kepada pengusaha penjajah dan akibatnya mereka tahu sendiri! Itulah sebabnya mengapa rakyat didusun ini sama sekali tidak berani berkutik dan tinggal diam dibawah tekanan sikepala kampung feodal.
Segera terbitlah dihati Hayhauw keinginan untuk menolong penduduk dusun ini. Akan tetapi sesaat ia merasa ragu, dengan cara bagaimanakah untuk menolongnya" Mereka
sudah jelas memerlukan pertolongan berupa uang atau bahan makanan, dan kesemuanya itu darimanakah harus
diperolehnya" Hayhauw yang baru "turba" dan masih belum berpengalaman merasa bingung untuk melaksanakan
keinginan hatinya ini, sehingga untuk sesaat lamanya ia hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebingungan dan hatinya pilu. Kemudian ia teringat akan ucapan gurunya bahwa dikalangan kangouw berlaku semacam peraturan, bahwa apabila seorang pendekar perantau
kekurangan ongkos dalam perjalanannya, ia boleh pinjam uang kepada seorang hartawan kikir dan tentu saja cara pinjam uang ini harus dilakukan dengan jalan . . . mencuri.
"Ah, apa salahnya kalau aku pinjam uang dari si tuantanah Li dan dibagi-bagikan kepada mereka ini," demikian pikir Hayhauw dan wajahnya berseri-seri.
Demikian, dikegelapan malam itu Hayhauw mencari si
tuantanah Li untuk mencarinya tidak berapa sukar oleh karena rumah si tuantanah itu tentu merupakan bangunan gedung yang paling mewah dan justru rumah gedung kepala kampung Li didusun itu hanya satu-satunya dan letaknya agak jauh terpisah dari kelompok gubuk-gubuk butut para penduduk.
Dengan mudah Hayhauw dapat memasuki pagar halaman
gedung yang disekitarnya banyak dipasangi lampu-lampu teng sehingga keadaan disitu sangat terang bende-rang. Dua penjaga malam yang duduk melenggut dimuka gedung itu segera dibikinnya tidak berdaya setelah pemuda ini
menimpukkan dua butir batu kerikil yang menotok jalan darah mereka dan dengan mempergunakan ginkangnya yang
membuat tubuhnya ringan dan gesit seperti ge-rakan burung walet, pemuda ini segera melayang keatas genteng dan darimana ia mengintip kebawah. Giranglah hati Hayhauw ketika melihat keadaan dalam rumah itu demikian sunyi dan lebih girang lagi hati pemuda ini setelah mendapat kenyataan bahwa dari atas genteng di mana dia mengintip itu, adalah dibawahnya justru ruangan tidur sikepala kampung itu. Tak urung juga dada pemuda ini jadi berdebar karena pekerjaan mencuri ini baru sekali inilah ia lakukan selama hidupnya.
Akan tetapi terdorong oleh keinginan menolong silemah yang menderita, ia menekan debaran didadanya dan memberanikan diri sehingga pada lain saat ia sudah melompat kebawah melalui lobang genteng yang dibukanya. Kedua kakinya tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerbitkan suara sedikitpun ketika ia menjatuhkan diri didalam kamar yang terang benderang diterangi lampu teng itu. Sambil menahan napas ia cepat menghampiri tempat tidur yang ditutupi kelambu dan dari mana terdengar suara dengkur yang menggeros-geros.
Wajah Hayhauw segera menjadi merah karena jengah
sendiri ketika setelah ia menyingkap kain kelambu ia melihat seorang lelaki tua berperut gendut sedang tidur nyenyak sambil berpelukan dengan seorang wanita yang masih muda.
Hayhauw segera dapat menduga bahwa laki-laki tua itu tentu ialah si tuan tanah Li bersama istri atau gundiknya, baiknya mereka tidur begitu nyenyak seperti babi sehingga ia tidak terpergok dan supaya lebih aman bagi pekerjaannya yang akan dilakukan, Hayhauw lalu mempergunakan ujung
tongkatnya untuk menotok jalan darah di tubuh laki-laki dan wanita itu sehingga makin nyenyaklah mereka tidur. Cepat Hayhauw membuka lemari yang terdapat disudut kamar itu dan kebetulan sekali setelah digeratakinya, isi lemari itu selain pakaian-pakaian mewah juga agaknya disitu dijadikan pula tempat penyimpanan uang. Tiga buah kantong yang cukup besar segera dibuka dan ketika diperiksa ternyata berisi uang emas dan perak.
Hayhauw bersorak gembira didalam hati dan gerakannya seperti seorang maling ulung, tali pengikat kantong itu cepat dibetulkan dan disambarnya ketiga kantong itu lalu dikepitnya ternyata berat juga. Lalu ia mengenjot tubuh dan pada lain saat ia sudah berada diatas genteng pula. Hayhauw tidak cepat turun kebawah melainkan ia ingin melihat dan
memeriksa bagian gudang makanan dari tuantanah ini.
Begitulah setelah melompat-lompat seperti kucing diatas genteng dan wuwungan akhirnya ia tiba disebuah gedung yang letaknya dibelakang gedung itu dan walaupun keadaan disitu gelap, akan tetapi matanya yang sudah terlatih dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menilai dengan jelas bahwa gedung itu berisi gandum bertumpuk-tumpuk.
"Ah, rakyat menderita dan kelaparan, tapi gandum disini bertumpuk-tumpuk sampai membusuk" hati Hayhauw menggerutu akhirnya, tubuh pemuda ini melayang turun dan terus berlari menuju kelompok rumah-rumah penduduk yang hendak ditolongnya.
Ketika sudah sampai ditempat yang gelap ia mengendorkan larinya dan berjalan biasa dengan menghela napas lega. Tiba-tiba ia merasakan ada angin menyambar dari belakangnya.
Hayhauw maklum bahwa ia diserang dari belakang maka cepat berkelit kesamping akan tetapi bersamaan dengan itu ia amat terkejut. Tahu-tahu sebuah kantong yang dikempitnya telah menghilang setelah ia rasakan sebuah renggutan merampas kantong itu. Cepat ia membalikkan tubuh sambil tongkatnya melintang didepan dada untuk menjaga segala kemungkinan. Dan dilihatnya bahwa dihadapannya kini berdiri seorang muda bertubuh kecil ramping dan berpakaian hitam serta ditangan kirinya tampak terayun-ayun kantong yang dirampasnya tadi sedangkan dikanannya kelihatan mencekal sebatang pedang yang tajam, sikapnya gagah bahkan bagi penglihatan Hayhauw, penuh ancaman.
Hayhauw mengira bahwa orang ini adalah salah seorang penjaga gedung si tuan tanah yang datang mengejarnya. Ia menunggu reaksi dari orang itu lebih lanjut, akan tetapi sungguh heran orang itu tidak segera memperlihatkan sesuatu gerakan, sehingga sesaat lamanya mereka hanya berdiri saling berhadap-hadapan sambil sama-sama diam dan membisu.
"Sahabat! Maaf, aku lancang mengganggumu dan kuminta kerelaan hatimu untuk membagi hasil curianmu yang
sekantong ini" terdengar orang itu berkata dan alangkah lega dan herannva hati Han Hayhauw mendengar ucapan ini. Lega, karena orang yang memergoki perbuatannya ini ternyata bukan si pengejar yang hendak menangkapnya melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang segolongan dan apa yang membuatnya heran ialah bahwa setelah mendengar suara perkataan orang itu dapat diketahui bahwa orang itu adalah seorang wanita.
Timbullah sifat kejenakaan Hayhauw dan ingin menggoda wanita pencuri itu. lalu ia pura-pura membentak.
"Ah, kau mau enaknya saja, minta bagi hasil segala seakan kita mengadakan perseroan. Mengapa engkau tidak
mengambil sendiri saja dari gedung si hartawan itu?"
"Oleh karena kau maling tamak tiga kantong uang dari lemari hartawan itu sudah kau sikat semua, maka selayaknya kalau aku minta bagi hasil dan yang sekantong ini menjadi bagianku."
Maklumlah Hayhauw bahwa kiranya orang itu sudah
memasuki pula kegedung si tuantanah tadi hanya keburu dimasuki olehnya. Dalam cuaca segelap itu Hayhauw masih dapat melihat dengan jelas bahwa wanita yang berpakaian seperti laki-laki itu, berwajah cantik dan aneh sekali ketika matanya bertemu dengan sinarmata wanita itu, hatinya mendadak berdebar aneh. Ia makin tertarik dan hendak mengenalnya lebih lagi serta ingin mengetahui bahwa wanita muda yang dilirik tukang maling ini sudah bersuami ataukah masih . . . gadis. Maka ia lalu mempergunakan kecerdikannya untuk memancing sambil berkata.
"Aku rela memberikan kepadamu uang sekantong itu asal saja kau pergunakan untuk keperluan sosial dan tidak dijadikan untuk kepentingan sendiri. Untuk hal ini, maukah kau berjanji. nyonya?"
Perkataan "nyonya" sengaja diucapkan dengan tekanan suara sedemikian rupa, agar dapat menarik perhatian orang yang dipancingnya. Dan ternyata siasatnya berhasil karena tiba-tiba wanita itu mendesis.
"Ciiiihhh! Siapa sudi aku disebut nyonya . . . . . !"
Ketahuilah bahwa nonamu ini bukan maling biasa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandalkan hidupnya dari penghasilan maling! Melainkan aku secara terpaksa sekali mengadakan pinjaman uang dari para tuan tanah untuk membiayai perkumpulanku."
Hayhauw tersenyum kecil karena siasatnya secara sekaligus telah berhasil mendapatkan dua kenyataan. Dan aneh sekali, debaran didadanya semakin samer setelah mengetahui bahwa wanita itu, seperti pengakuannya tadi, masih gadis.
"Maaf nona kalau aku bertanya lebih jauh. Bolehkah aku ikut tahu perkumpulan apakah yang kau nyatakan barusan?"
Terdengar gadis ini menjawab dengan suara ketus.
"Kau orang yang baru bertemu denganku kali ini tidak boleh campur tahu mengenai perkumpulan yang kumaksudkan
. . . ." "Oh, perkumpulan rahasia rupanya"!" tukas Hayhauw.
"Benar! karena perkumpulan rahasia maka kau sebagai orang luar sama sekali tidak boleh tau sungguhpun aku sangat berterimakasih sekali kepadamu atas kerelaan sumbanganmu ini. Dan sebaliknya, dua kantong uang hasil curianmu itu kau hendak pergunakan untuk apakah?"
Mendengar pertanyaan ini Hayhauw segera teringat
pekerjaan yang belum selesai, maka ia segera menjawab.
"Uang yang ku"pinjam" ini akan kubagi-bagikan kepada para penduduk yang sangat memerlukan bantuan. Kalau kau mau, marilah kita kerjasama!" Setelah berkata demikian ia lalu memutar tubuh dan berlari menuju kelompok gubuk penduduk yang hendak ditolongnya tadi.
Agaknya si gadis ini ingin membuktikan ucapan simaling yang baik hati itu, maka iapun berlari mengikuti sianak muda dan segera ia mendapat kenyataan, benar saja bahwa anak muda itu membagi-bagikan uang yang dua kantong tadi dengan jalan memasukkannya uang-uang itu melalui lobang-lobang atap atau celah-celah dinding bobrok. Agaknya gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itupun sangat tertarik hatinya sehingga ia segera membantu pekerjaan Han Hayhauw, maka dalam waktu sebentar saja uang yang dua kantong habis dibagikan secara merata keseluruh gubuk-gubuk yang terdapat didusun itu. Bahkan bukan itu saja pekerjaan yang mereka lakukan, karena setelah uang yang dua kantong itu habis, Hayhauw lalu berlari kegedung tuan tanah Li dan mengambil beberapa karung gandum yang diangkutnya dalam beberapa kali berlari bolak balik sementara gadis itu mendapat tugas membagi-bagikan kedalam setiap gubuk dengan jalan seperti memasukkan uang-uang tadi. Kerjasama mereka begitu cepat serta dilakukan secara diam-diam, seakan-akan mereka sudah mengadakan rencana bersama lebih dulu.
"Nah Selesailah pekerjaan kita, nona. Kuucapkan banyak terimakasih atas bantuanmu" ujar Hayhauw setelah membagikan gandum itu beres. Ia menyusut peluh dijidatnya karena capek setelah beberapa kali mengangkut gandum tadi, dan matanya menatap wajah gadis itu yang dalam
penglihatannya tampak makin cantik saja, sehingga makin gencarlah debaran didadanya.
Gadis itupun menyeka peluhnya dan bibirnya yang mungil menyunggingkan senyuman manis tatkala berkata.
"Saudara dengan sejujurnya aku puji usahamu yang mulia ini. Tak usah kau berterima kasih terhadapku, karena sejak tadi kau telah memberi upah lebih dari cukup terhadapku, yakni memberi hasil sekantong uang ini. Sekarang baiklah kita berpisah dan maaf, aku pergi lebih dahulu!" Demikianlah cepat gerakan gadis itu, baru saja ucapannya selesai dan sebelum Hayhauw coba menahannya barang sebentar lagi, ia sudah menghilang dikegelapan malam.
Untuk sejenak Hayhauw yang ditinggalkan jadi terpaku seperti terkesima. Begitu hebat ginkang dari gadis itu dan tentu ia memiliki ilmu silat yang hebat pula. Apa yang menyebabkan hati anak muda itu amat menyesal ialah karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum berkenalan dengan gadis itu. Ia belum tahu siapakah nama gadis yang sudah membikin dadanya berdebaran itu! Ia segera berlari hendak mengajar dan mengikuti arah kemana gadis itu pergi tadi, akan tetapi ketika ia berlari sampai jauh diluar dusun Bok li cun dan hanya kegelapan malam saja yang dilihatnya, ia jadi menghela nafas putus-asa dan menyesal.
Waktu itu malam sudah lewat pertengahannya dan tiba-tiba saja Han Hayhauw merasa ngantuk. Anak muda ini lalu mencari pohon besar yang berdaun rimbun untuk dijadikan tempat tidurnya sebagai mana biasa ia sering tidur cabang-cabang pohon disepanjang perjalanan semenjak ia turun gunung. Sungguhpun ia sudah merasa ngantuk benar, akan tetapi matanya tidak dapat segera dipejamkan, ia duduk diatas cabang pohon sambil melamun.
Bayangan gadis tadi seakan-akan selalu bermain-main didepan matanya. Ia amat tertarik oleh gadis yang baru dijumpainya itu sehingga tak habisnya ia mengagumi dan juga tak habis-habisnya ia menyesali diri sendiri mengapa ia tadi begitu bodoh tidak memperkenalkan diri dan menanyakan nama gadis yang terus terang saja ia mengakui bahwa kuncup bunga asmara dilubuk hatinya sudah mulai berkembang karenanya! Han Hayhauw menghela napas panjang sambil menundukkan menyembunyikan kepalanya didalam pelukan kedua tangannya yang merangkul lutut. Disandarkannya pada batang pohon besar itu dan akhirnya dapat juga ia tertidur dalam keadaan duduk. Bahkan dalam tidurnya ia bermimpikan gadis tadi . . .
Kokok ayam hutan dan kicau burung-burung yang ramai selalu membuat Han Hayhauw segera menyudahi tidurnya yang selalu digoda mimpi itu. Ternyata fajar mulai
menyingsing maka anak muda ini lalu meloncat turun dari tempat tidurnya dan melanjutkan perjalanannya.
Kalau saja Han Hayhauw kembali kedusun Bok li cun pada waktu fajar itu tentu ia akan menyaksikan kegirangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi didusun itu. Li samlay, kepala kampung yang merajai dusun terebut ribut kalang kabut setelah mengetahui kecurian tiga kantong uangnya. Dicaci makinya habisan-habisan para penjaga dan tukang pukulnya dan sumpah serapahnya makin menghebat ketika diketahuinya pula bahwa simpanan gandum didalam gudangnya telah banyak berkurang. Dan kegemparan terjadi pula diantara penduduk dusun, para penduduk yang hidupnya penuh penderitaan ini merasa bingung, heran disertai rasa kegirangan yang luar biasa oleh karena begitu pagi-pagi mereka bangun dari tidurnva tahu-tahu mereka dapatkan di dalam gubuk-gubuk mereka sejumlah uang emas dan perak, ditambah pula tidak kurang dari sepuluh kati gandum.
Mereka heran dan bingung disebabkan mereka tidak
mengerti uang dan gandum itu datang dari mana akan tetapi yang pasti hal ini tentu saja yang membuat mereka jadi girang sekali. Betapa tidak gandum yang kira-kira sepuluh kati dapat mereka makan sekenyang-kenyangnya, dan cukup untuk
selama lima hari. Dan adanya, uang emas dan perak itu, jangankan mereka pernah memiliki uang emas dan perak sebanyak itu sedang dalam mimpipun belum dan sekarang seakan-akan mereka merasa mendadak kaya dan kekayaan ini berarti penyambung nyawa bagi keluarga mereka untuk beberapa bulan lamanya. Seakan-akan mendapat komando bahwa pada waktu sepagi buta itu didalam gubuk masing-masing para penduduk yang mendapat rejeki nomplok itu lalu sama menjatuhkan diri berlutut dan memuji nama tuhan yang maha murah yang telah mengirim "Malaikat" utusan untuk menolong mereka.
Mereka sama sekali tidak pernah menduga atau mendengar bahwa diatas atap gubuk mereka yang telah banyak bocor, itu pada waktu semalam melayang-layang bayangan dua sosok tubuh yang amat gesit dan ringan memasuk-masukkan
hadiah-hadiah itu kedalam gubuk yang bobrok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demi setelah mereka dapatkan rejeki itu yang berarti bahwa hari-hari kehidupan yang mereka hadapi tidak terlalu gelap seperti apa yang selama ini mereka selalu alami, membuat semangat mereka yang tadinya melempem
serempak menjadi bangkit. Api perjuangan yang sudah mulai berkobar dimana-mana akhirnya menggugah dan membakar semangat mereka.
Tuan tanah Li Samlay yang selama ini menindas dan
memeras mereka dan selalu mereka takuti, kini semangat dan keberanian mereka bangkit, setelah mereka berkompromi tercapailah kebulatan tekad untuk tidak mau mematuhi segala perintah, menentang dan bahkan mengganyang si tuan tanah Li Samlay, seiring dengan irama perjuangan yang mengusir penjajah durhaka dan mengikis habis segala macam antek-anteknya.
Terjadinya kebangkitan semangat juang bagi penduduk dusun Bok li cun ini sungguh sesuai dan tepat dengan makna pribahasa kuno yang menyatakan bahwa rakyat akan dapat berjuang secara gagah berani dan jorjoran kalau perut mereka kenyang. Sebaliknya kalau perut rakyat lapar bagaimana akan mampu berjuang dan bertempur menghadapi lawan
sedangkan untuk berjalan saja tubuhnya terhuyung-huyung lesu dan langkah kakinya gontai terseok-seok.
ooooooodwoOookzoooooo Setelah melakukan perjalanan kurang lebih sebulan dan tentu saja selama diperjalanan ia selalu mengulurkan tangan melakukan pertolongan setiap kali dijumpainya peristiwa-peristiwa yang merugikan dan menggencet si lemah akhirnya pada suatu hari sampailah ia didusun Bu leng cun, kampung halamannya yang selalu mendatangkan kenang-kenangan getir selama ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertama-tama yang dikunjunginya adalah pusara dari ayah, ibu, dan cicinya. Sungguh, batin Hayhauw sudah kuat berkat gemblengan suhunya, akan tetapi ketika ia berlutut sambil menghadapi tiga buah pusara yang menjejer itu walaupun ia sudah berusaha menekan perasaan batinnya sedapat
mungkin, tak urung dari kedua mata menitikkan air mata kesedihan. Malapetaka yang terjadi delapan tahun yang lalu kembali menggores kalbunya.
Lama juga ia seorang diri berada dikuburan itu, rumput alang-alang yang tumbuh sejak delapan tahun diatas tiga buah pusara yang tidak terurus itu, dibabat dan dicabutinya sampai bersih. Wajah ayah, ibu, dan cicinya terbayang di ruang matanya, dan aneh sekali, diantaranya tiga bayangan yang amat di cintainya itu, muncul pula sebuah bayangan lain yang juga dengan diam-diam sudah dicintainya, yakni bayangan gadis yang secara kebetulan dijumpainya didusun Ho leng cun . . .
Keadaan ditempat itu sedemikian sunyi dan tenang.
Kesunyian mana benar-benar mendatangkan pilu kalau
mengingat bahwa hidup didunia ini sudah sebatangkara. Akan tetapi kesunyian itu akan menjadi sebaliknya, mendatangkan perasaan senang dan romantis andai kata tiba-tiba gadis yang sudah menawan hatinya itu datang saling berkenalan
selanjutnya bercakap-cakap dengan hati dipenuhi perasaan mesra. Ternyata tanpa disadarinya, sambil duduk dibawah sebatang pohon kayu dan kedua tangannya menompang
dagu, Hayhauw asyik melamun . . .
Tiba-tiba kesepian yang menjadikan Hayhauw melamun itu dirobek oleh suara teriak-teriakan gaduh dan biarpun suara ini datang dari tempat jauh, akan tetapi cukup mengejutkan bagi Hayhauw sehingga anak muda ini tersentak dari lamunannya.
Diperhatikannya suara gaduh itu dari mana datangnya dan biarpun sudah delapan tahun meninggalkan dusun ini namun ia masih cukup ingat dan mengenal letak-letak perumahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kampung halamannya. Segera ia dapat menduga bahwa suara gaduh itu datangnya dari arah tempat tinggal tuan tanah Ceng Lobin.
Teringat kepada tuan tanah ini Hayhauw segera teringat pula kepada tuan muda Ceng Kunhi, si mata juling musuh besarnya, yang barusan selagi ia asyik melamun seakan-akan dilupakannya. Darah anak muda ini tiba-tiba mendidih dan setelah beranjak dari tempat duduknya, tubuhnya lalu berkelebat menuju kearah dimana gedung tuan tanah Ccng Lobin.
Selama delapan tahun Han Hayhauw meninggalkan dusun Ho leng cun, telah banyak perubahan didusun ini. Tuan tanah Ceng sudah mulai tua dan sudah tidak dibantu putera tunggalnya karena tuan muda Ceng Kunhi pada tiga tahun yang lalu sudah menikah dengan puteri seorang hartawan dikota Cintok bernama Lo Binkong dan si tuan muda itu tinggal bersama isteri dan mertuanya.
Kemudian penduduk dusun Ho leng cun mendapat kabar
bahwa mertua Ceng Kunhi yakni Lo Binkong diangkat menjadi gubernur dan menjabat kedudukan itu dikota Thaygoan sebagai pengganti gubernur lama yang sudah meninggal dunia.
Adapun Ceng Kunhi yang ketika itu sudah memiliki ilmu silat tinggi setelah berguru kepada seorang hwesio bayaran kawan karib mertuanya dikota Cintok, berkat mertuanya ia mendapat kedudukan tinggi pula, yaitu menjabat pangkat selaku panglima-muda dalam Pasukan Garuda penjaga
keamanan kota Thaygoan dan sekaligus merangkap sebagai barisan pelindung gubernur Lo Binkong.
Biarpun usianya makin bertambah tua dan tidak dibantu lagi oleh puteranya, akan tetapi tuan tanah Ceng Lobin masih tetap aktif untuk memperkaya dirinya yang sudah kaya raya yakni kekayaan yang dikeruk dari hasil banting tenaga dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cucur peluh para penduduk dusun Ho leng cun yang
dikuasainya. Dan pada waktu yang paling akhir, setelah mendengar pemberontakan yang dipimpin oleh Coe Goan Ciang dan timbul pula pemberontakan dimana-mana yang selain
mengganyang pemerintahan Mongol juga mengganyang para tuan tanah, Ceng Lobin dengan sendirinya merasa terancam, dan karena merasa para tukang pukul yang lima orang itu kurang kuat untuk menjaga keselamatannya, maka tuan tanah ini lalu minta bantuan kepada puteranya yang segera mengirim seregu pasukan dan kebetulan sekali pasukan yang seregu ini dikepalai oleh seorang komandan yang sudah lama dikenalnya, yaitu komandan bertubuh gendut dan bermuka bopeng yang pernah mengepalai barisan pengumpul tenaga kerja paksa didusun ini dan pembaca tentu masih ingat nahwa komandan ini bernama Be Kunbu. Makin celakalah nasib para penduduk setelah adanya pasukan iblis yang didatangkan tuan tanah ini.
Akan tetapi para penduduk yang tadinya hanya merupakan kelompok manusia lemah dan merupakan makanan empuk
bagi si tuan tanah dan para anjing-anjingnya, setelah mendengar perjuangan yang dipelopori oleh Coe Goan Ciang, semangat dan jiwa mereka sudah bangkit seirama dengan kebangkitan saudara-saudara mereka disegenap tanah air.
Apalagi sekarang penduduk Ho leng cun ini banyak terdiri para kaum muda yang usia mereka hampir rata-rata sepantar dengan Hayhauw. Maka darah muda mereka jadi panas dan mendidih dibakar oleh api revolusi membuat mereka sangat berani menentang dan melawan segala perbuatan biadab dari para oknum pengganggu dan penindas mereka.
Mereka maklum bahwa para orang tua mereka mewariskan kemiskinan dan kesengsaraan kepada mereka, adalah
disebabkan perbuatan tuan tanah Ceng. Mereka masih dan selalu ingat bahwa ayah, paman, atau kakak mereka ditarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerja paksa pada delapan tahun yang lalu dan sampai kini tidak kembali dan sama sekali tiada kabar beritanya, biarpun maklum bahwa Be Kunbu yang menjalankan perintah dari atasan sehingga hal itu tidak dapat terlalu mempersalahkan kepadanya, akan tetapi kalau mengingat betapa dia dan anak buahnya melakukan perbuatan biadap mengganggu ibu-ibu atau cici-cici mereka sehingga banyak yang melakukan perbuatan nekat mengakhiri hidup mereka tak kuasa
menanggung rasa malu, maka hal inilah yang justru
mendatangkan rasa sakit hati mereka terhadap komandan gendut bopeng itu.
Lebih-lebih rasa sakit hati mereka terhadap tuan muda Ceng Kunhi karena putera tuan tanah inilah yang menunjuk-nunjuk ketika gerakan operasi pengumpulan tenaga. Akan tetapi sekarang, karena si tuan muda bermata juling dan berwajah setan itu tidak ada didusun Ho leng cun, maka rasa sakit hati para penduduk jadi ditimpahkan seluruhnya kepada tuan tanah Ceng Lobin, karena mereka yakin bahwa kegiatan si tuanmuda itu sudah tentu atas persetujuan atau titah dari Ceng Lobin, maka sudah semestinya bahwa situa bangka itu mereka tuntut pertanggunganjawabnya.
Ceng Lobin melihat gejala-gejala bahwa penduduk dusun akan memberontak, maka ia segera menggerakkan tukang pukul dan pasukan pengawalnya untuk menumpas. Akan
tetapi, seperti sudah diterangkan bahwa para kaum muda penduduk dusun sekarang bukan lagi merupakan kelompok manusia-manusia lemah, melainkan telah merupakan patriot-patriot yang berjiwa dan bersemangat gagah, maka setiap kali mendapatkan aksi dari anjing peliharaan tuan tanah itu, secara gagah berani lalu mengadakan reaksi untuk
menimpalinya sehingga oleh karena ini, timbullah bentrokan-bentrokan dan yang mendatangkan akibat jiwa melayang dan darah bercucuran dikedua pihak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi setiap terjadi bentrokan atau pertempuran, selalu dipihak para penduduklah yang lebih banyak menderita kerugian, oleh karena selain mereka rata-rata tidak pandai silat dan hanya memiliki semangat serta keberanian belaka, juga disebabkan tiadanya pimpinan. Namun walaupun
demikian semangat mereka tak jadi patah karenanya, antara mereka dan mereka tak putusnya berunding dan tekat mereka tetap bulat untuk melawan si tuan tanah berikut antek-anteknya sampai kikis habis. Untuk membela hak kebebasan dan kemerdekaan ini, untuk melepaskan diri dari penindasan, biarpun harus mengorbankan nyawa, mereka rela.
Melihat betapa secara terang-terangan para penduduk memberontak tuan tanah Ceng marah sekali dan segera ia perintah para anteknya untuk membumihanguskan gubuk-gubuk bobrok kaum pemberontak itu, supaya mereka kapok dan minta ampun. Demikian jalan pikiran Ceng Lobin dan betapapun juga ia masih mengharapkan para penduduk itu akan mau tunduk lagi dibawah kakinya, oleh karena kalau tanpa tenaga mereka yang merupakan penggarap-penggarap sawah ladang dan budak-budaknya, ia merasakan hidupnya berabe juga.
Akan tetapi kenyataannya para penduduk yang dikerasi itu benar-benar jadi makin merasa sakit hati dibuatnya, mereka terpaksa membawa para orang tua dan sebagai pembalasan dibakarnya gubuk-gubuk mereka itu, mereka membabat habis gandum-gandum yang sudah menguning disawah milik Ceng Lobin dan diangkut ketempat pengungsian sehingga dengan demikian, selain mereka mendapat ganti harga gubuk mereka yang sudah dibumihanguskan itu dengan harga gandum, juga gandum itu dapat mereka gunakan sebagai bekal perjuangan mereka. Bahkan mereka jadi bertekad untuk membakar
gedung siuan tanah itu sebagai pembalasan yang setimpal.
Demikianlah terjadi pada suatu hari, para pejuang gagah berani yang oleh kaum penindas dicap pemberontak ini telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan secara berbondong menuju ketempat gedung Ceng Lobin. Mereka ini terdiri dari limapuluh orang, yang terbanyak adalah pemuda-pemuda, akan tetapi beberapa orang sudah tua serta beberapa anak tanggung ternyata tak mau
ketinggalan. Wajah mereka rata-rata menunjukkan kesungguhan tekad mereka dan mata mereka agak merah mencerminkan bahwa hati mereka dipenuhi hawa amarah yang seakan-akan
sanggup membakar jagat. Senjata yang mereka bawa
bermacam-macam, seperti cangkul, golok, linggis, bambu runcing, alu, martil kampak dan lain-lain lagi yang kesemuanya menyatakan bahwa rombongan pejuang ini


Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdiri dari kaum tani dan miskin.
Ketika mereka tiba didepan gedung Ceng Lobin, segera mereka mengambil posisi mengurung. Akan tetapi untuk beberapa saat mereka agaknya merasa ragu-ragu sehingga mereka hanya berdiri tegak diluar pagar pekarangan yang terbuat dari ruji-ruji kayu yang kokoh kuat! Yang membuat mereka ragu ialah, keadaan gedung itu demikian sepi seakan-akan kosong, tak seorangpun penjaga yang kelihatan batang hidungnya. Akan tetapi kemudian secara tiba tiba sekali, seorang diantara mereka mempelopori kawan-kawannya
berseru keras. "Serbuuu . . . !"
-o0odwookzo0o- Jilid IV Ia sendiri membuka pintu pagar yang sudah diikat dengan rantai besi dan ternyata ia tidak kuat membukanya, akan tetapi lima orang yang telah terbangun semangat mereka oleh pelopor ini segera maju membantunya. Pintu pagar itu didorong dan ditarik secara berbareng sehingga dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan suara keras pintu pagar itu jebol dan roboh.
Suara ambruknya pintu pagar yang gaduh ini seakan-akan menambah semangat kawan-kawan lainnya, sehingga mereka ini memasuki pekarangan gedung itu tidak melalui pintu pagar, melainkan mereka memanjat dan meloncati pagar itu, maka secara serempak sambil bersorak-sorak dan senjata mereka diangkat keatas kepala, mereka berlari melewati pekarangan dan menyerbu gedung itu. Pintu gedung yang besar terbuat dari papan tebal itu mereka gedor dan dibuka secara paksa, begitu juga daun-daun jendelanya mereka dobrak. Dan sebelum mereka berhasil membuat jalan untuk memasuki kedalam gedung itu tiba-tiba pintu jendela itu terbuka dari dalam disusul lima bayangan menyambar keluar dan pada detik itu juga terdengarlah jeritan dari lima orang penyerbu, tahu-tahu ini sudah roboh mandi darah. Ternyata yang menyambar keluar itu adalah lima orang tukang pukul dan setelah melihat betapa dalam segebrakan saja lima orang kawan mereka dibikin roboh oleh kawanan anjing pemakan najis situan tanah itu, mereka jadi marah sekali dan lalu mengeroyoknya. Akan tetapi kepandaian dari lima orang tukang pukul itu terlalu hebat bagi mereka, maka pada detik berikutnya kembali lima orang kawan mereka menjerit ngeri dan roboh.
Namun kawanan penyerbu itu tidak gentar dibuatnya,
dengan gigih dan sambil berteriak-teriak untuk menambah semangat mereka terus mengadakan perlawanan secara
gagah berani, agaknya mereka sudah menjadi nekad dan rela sekalipun mereka tewas dalam pertempuran ini, mereka maka maju terus pantang mundur.
Pada saat itu, tiba-tiba dari arah belakang pula penyerbu itu terdengar sorak-sorai dari serombongan orang yang entah darimana datangnya, tahu-tahu mereka sudah muncul dan senjata-senjata mereka lalu membabat tubuh-tubuh dari kawanan para penyerbu itu. Ternyata serombongan orang yang baru datang ini bukan lain adalah seregu bala tentara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dipimpin oleh sikomandan gendut bopeng Be Kunbu itu.
Jelaslah bahwa Ceng Lobin telah dapat menduga datangnya penyerbuan ini, maka untuk menyambutnya ia sudah
mengatur begundal-begundalnya sedemikian rupa. Lima tukang pukulnya sudah memapaki penyerbu itu secara
langsung dari depan dan segera bala tentara sewaan yang dipimpin oleh Be Kunbu yang sudah banyak pengalaman bertempur, mengepung dari belakang sehingga dengan
demikian, benar-benar kawanan penyerbu itu jadi tergencet dan dalam waktu sebentar saja tidak kurang dari tiga puluh orang kawan-kawan mereka sudah terkapar ditanah tewas atau menderita luka parah. Kini Ceng Lobin menampakkan dirinya yang gemuk itu diambang pintu gedungnya dan hartawan laknat ini ketawa bekakkan ketika dilihatnya kawanan pemberontak begitu mudah dibabat dan
dijungkalkan oleh senjata-senjata ditangan para cecunguk sewaannya.
"Hahaha ... ! Bagus! Babat semua! Bikin mampus semua bangsat-bangsat pemberontak membahayakan negara ini!
Hayo, kirim keneraka semua! Hahaha ... !" Demikian Ceng Lobin gembar-gembor sambil terus ketawa bekakakan seakan-akan pertempuran yang terjadi didepan matanya itu
merupakan pesta pora yang menggembirakan hatinya.
Akan tetapi kemudian ketawa iblisnya siperut gede ini tiba-tiba terhenti ketika dilihatnya sesosok bayangan putih yang gesit sekali gerakannya tahu-tahu berkelebatan kian-kemari diantara kegaduhan pertempuran itu. Setiap kali bayangan putih itu berkelebat, menjerit dan robohlah seorang perajurit dan sepuluh kali bayangan putih itu bergerak dalam waktu yang cepat, tahu-tahu seregu perajurit itu sudah terjungkal semuanya. Ceng Lobin tidak percaya kepada penglihatan matanya sendiri dan ia menganggap bahwa bayangan putih yang hebat dan luar biasa gerakannya itu hanya terjadi karena khayalannya sendiri, maka dengan mulut ternganga dibukanya kedua matanya lebar-lebar untuk melihatnya lebih tegas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika itu, bayangan putih tadi sudah berkelebat pula membuat tiga kali gerakan berturut-turut dan akibatnya benar-benar membuat tuan tanah ini kaget bukan main, karena dilihatnya tiga orang tukang pukulnya sudah terjungkal mampus.
"Setan ... ! Ada setan putih disiang hari bisik Ceng Lobin dengan muka pucat dan ia jadi begitu ketakutan, maka cepat ia memutar tubuh gemuknya dan tubuh yang bundar itu seperti menggelundung ketika ia lari terbirit-birit kedalam gedungnya.
Pembaca kiranya sudah dapat menebak bahwa bayangan
putih yang bergerak hebat luar biasa cepatnya yang datang membantu kawanan penyerbu, yang dalam waktu sedemikian cepat telah merobohkan sepuluh orang perajurit berikut tiga orang tukang pukul secara begitu mudah dan yang membuat tuan tanah merasa ketakutan setengah mampus, bukan lain ialah Han Hayhauw adanya.
Pemuda itu tiba ditempat itu sungguh tepat pada
waktunya, kalau tidak, atau terlambat sedikit saja, agaknya benar-benarlah kawanan penyerbu itu akan tewas semuanya.
Han Hayhauw segera dapat memilih mana kawan dan lawan, maka dengan secara cepat dan tepat ia segera turun tangan.
Ia mengerahkan ginkangnya yang benar-benar hebat sehingga tubuhnya gesit berkelebatan seperti gaya seekor naga putih mengamuk. Dengan ujung tongkatnya ia membagikan totokan kepada sepuluh orang prajurit itu dan ia bekerja begitu cepat, hal ini bukan ia hendak memamerkan kepandaiannya akan tetapi ia bekerja memburu waktu supaya korban yang jatuh dipihak penyerbu tidak lebih banyak lagi.
Betapapun juga Hayhauw tidak mempunyai hati kejam
terhadap perajurit penjajah itu sehingga ia tidak berlaku telongas, melainkan ia hanya menyerang dengan totokan saja tanpa membahayakan jiwa mereka. Akan tetapi kalau terlalu dan para tukang pukul yang ia ketahui kekejaman mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sering menganiaya para penduduk yang sampai saat ini masih diingatnya. Hayhauw marah sekali dan itulah sebabnya maka ketika ia menyerang tiga tukang pukul tadi, ia melancarkan serangan yang mematikan.
Sementara itu terjadilah perubahan dipihak para penyerbu, kalau tadinya ia sudah terdesak demikian hebat dan melihat dalam waktu sebentar saja kawan-kawan mereka sudah
banyak yang roboh, menyebabkan hati mereka amat cemas dan bingung sehingga semangat juang mereka jadi
mengendur sendirinya. Akan tetapi, setelah melihat betapa kawan-kawan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan roboh berjungkalan tanpa mereka ketahui apa sebabnya oleh karena gerakan Hayhauw cepat luar biasa sehingga tak sempat terlihat oleh mereka, maka sebelum maklum apa yang telah terjadi, namun sudah barang tentu peristiwa ini membuat hati mereka menjadi girang dan semangat mereka yang tadi sudah mengendur tiba-tiba bangkit pula. Maka dengan penuh kegemasan dan marah mereka segera
mencincang dan menggebuki tubuh-tubuh lawan yang sudah tak berdaya itu.
Be Kunbu merasa heran sekali ketika melihat betapa anak buahnya berjungkalan dan kini dibikin pergedel oleh para penyerbu itu, namun karena sikomandan ini mempunyai penglihatan tajam segera dapat melihat seorang pemuda berpakaian putih yang ketika itu sedang merobohkan tiga orang tukang pukul tadi. Sambil mengerang nyaring seperti harimau saking murkanya komandan ini lalu menubruk dan golok besarnya dibabatkan ketubuh pemuda baju putih itu.
Tatkala mana Han Hayhauw baru saja merobohkan tiga
orang tukang pukul lainnya yang agaknya mereka ini marah sekali melihat kematian tiga orang kawannya, sudah
menghampiri dan menyerang dari kanan kiri. Hayhauw
memiliki kewaspadaan serta pendengaran luar biasa tajamnya, maklum bahwa selain dua tukang pukul menyerang dari kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampingnya, juga ia maklum pula bahwa terdapat lagi seorang yang menyerarg dari arah belakang. Pemuda yang memiliki kecerdikan sejak kecil ini sudah menyediakan akal sempurna untuk menghadapi tiga serangan yang datangnya dalam waktu bersamaan ini, sambil berseru keras tiba-tiba tubuh anak muda ini mencelat ke udara dan karena ini, membuat ketiga penyerangnya tadi yang mempunyai arah sasaran yang sama jadi menyerang tempat kosong dan bahkan senjata mereka saling beradu dengan dahsyat sekali. Karuan saja Be Kunbu dan dua orang tukang pukul itu kaget bukan main, baiknya mereka cepat menarik senjata masing-masing dan kalau tidak, sangat mungkin tubuh mereka menjadi arah sasaran senjata kawan sendiri.
Ketika itu tubuh Hayhauw yang mumbul keudara sudah
membikin gerakan jungkir balik (poksay) dan dengan kedua kaki diatas dan kepala dibawah, seiring tubuhnya meluncur turun, tongkatnya mengirim serangan kearah kepala ketiga orang itu secara sekaligus. Benar-benar serangan dari anak muda itu begitu cepat, dahsyat dan mematikan. Inilah serangan yang disebut gerak tipu Soan-hong sauw-siat atau Angin taufan menyapu salju. Ketiga orang yang diserangnya itu tatkala mana sebenarnya masih belum hilang dari rasa kaget mereka, dan kini mendadak terdengar suara keras seperti benda dipukul dan tahu-tahu seorang tukang pukul terjungkal dengan kepala pecah serta hampir bersamaan dengan itu, Be Kunbu menjerit ngeri, tubuhnya yang gemuk bulat terhuyung-huyung sebentar dan lalu jatuh tersungkur disertai suara berdebum keras. Ternyata kepala tukang pukul tadi telah pecah dihantam tongkat Hayhauw, Be Kunbu dapat menyelamatkan kepalanya karena komandan ini cepat berkelit akan tetapi justru karena kelitannya ini, ujung tongkat ditangan Hayhauw jadi menyodok pundaknya sehingga tulang pundak itu patah dan remuk.
Kedua tubuh yang baru saja roboh karena serangan
Hayhauw itu lalu dijadikan rebutan kawanan penyerbu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini benar benar sudah pulih semangat mereka, tubuh tukang pukul yang sudah tidak bernyawa lagi karena kepalanya pecah kembali dihujani senjata dan gebukan oleh mereka. Demikian pula tubuh Be Kunbu yang gemuk itu di bak-bik-buk, secara gencar sehingga sikomandan yang sebenarnya hanya pingsan itu, akhirnya sampai ajalnya. Be Kunbu mati bukan saja dicacah dan digebuki oleh para penyerbu yang merasa dendam kepadanya, juga tubuh gendut yang kini sudah menjadi mayat itu menjadi basah dihujani ludah oleh para pembencinya.
Hanya tukang pukul seorang lagi saja dapat
menyelamatkan diri dari serangan Hayhauw. Tukang pukul ini memang adalah menjadi komandan dari keempat orang
tukang pukul yang sudah mampus tadi sehingga tentu saja kepandaiannya lebih tinggi dari pada kawan-kawannya. Akan tetapi betapapun tinggi kepandaian yang dimilikinya, ketika dilihat kehebatan pemuda baju putih itu yang telah membikin semua kawannya mampus, hati tukang pukul itu otomatis merasa jerih dan timbullah watak pengecutnya. Maka ketika dilihatnya tongkat sipemuda yang setelah menyodok pundak Be Kunbu tadi menyambar langsung kearah dadanya, ia sama sekali tak berani menggunakan senjatanya menangkis, melainkan cepat ia membuat gerakan Ouw liong coan siut (Naga hitam membalikkan tubuh), tubuhnya berjumpalitan kebelakang tiga kali jungkiran dan setelah itu ia berlari cepat memasuki kedalam gedung majikannya.
Ketika itu Han Hayhauw sudah berdiri pula diatas tanah dan melihat tukang pukul itu melarikan diri, ia segera membentak
"Anjing tuan tanah! Kau hendak minggat kemanakah?"
Tangan kirinya dengan jari-jari terbuka bergerak kearah punggung tukang pukul itu.
Sebenarnya tukang pukul itu sudah merasa lega hati dapat menjauhkan diri dari pemuda lihay itu dan melarikan diri mencari selamat akan tetapi sebelum ia sempat masuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedalam gedung majikannya, dimana tiba-tiba ia merasakan punggungnya didorong oleh suatu tenaga amat dahsyat sehingga tubuhnya mental kedepan dan menumbuk dinding tembok gedung itu. Setelah mana tubuh orang ini lalu mental lagi kebelakang dan kemudian terguling dalam keadaan terlentang tak berkutik. Ternyata nyawanya telah melayang menyusul nyawa kawan-kawannya. Serempak tubuh ini
menjadi sasaran kemarahan dari para penyerbu pula.
Sementara kawan-kawan yang lainnya pula, setelah melihat tiada musuh yang masih hidup lalu menyerang masuk
kedalam gedung sambil berteriak-teriak.
"Sisetan she Ceng tadi kulihat masuk kesini .... !"
"Cari sampai dapat .... !"
"Bunuh mampus saja manusia laknat penindas itu."
"Jangan dibunuh! Hukum picis saja ....."
Demikian sambil berteriak-teriak hiruk pikuk mereka menyerbu dalam gedung itu. Setiap ruangan atau kamar digeledah. Lemari-lemari mereka robohkan, tempat tidur "
tempat tidur mereka obrak abrik dan gulingkan untuk mencari tuan tanah itu. Dan setelah segala perabot rumah tangga yang serba indah dan mewah didalam gedung itu menjadi porak poranda, akhirnya Ceng Lobin dapat mereka temukan juga dari tempat prsembunyiannya yaitu sebuah kamar rahasia bawah tanah.
Sebelum tempat persembunyian Ceng Lobin mereka
temukan mereka sudah sama menyangka bahwa sihartawan laknat itu sudah kabur, melalui pintu belakang dan beberapa orang sudah mengejarnya kesana. Akan tetapi ketika salah seorang menggentak gentakkan kakinya di atas lantai, dan lantai itu ternyata berbunyi menandakan bahwa dibawah kosong, ia menjadi curiga dan begitulah bersama kawan kawannya, dengan menggunakan linggis, cangkul, martil, dan lain-lainnya lagi lantai itu dibongkar dan kemudian ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibawah situlah situan tanah didapatkan. Beberapa orang segera terjun kebawah dan menubruk tuan tanah itu. Bukan main rasa takut Ceng Lobin melihat kemarahan rakyat jelata ini cepat bertekuk lutut sambil meratap setengah menangis minta ampun, tubuhnya yang gendut menggigil bagaikan diserang demam mendadak.
Akan tetapi para penyerbu yang benar benar sudah merasa marah dan gemas itu sama sekali tak menggubris segala ratap tangis dari manusia yang sudah bertahun tahun mereka benci itu. Sebuah kemplangan dari sebatang alu mengetok kepala bundar itu dan situan tanah menjerit kesakitan. Lain lain serangan menyusul pula disertai sumpah serapah dan hujan ludah dari mereka.
"Seret dia keluar ..." Seseorang diantara mereka terdengar memberi komando dan demikianlah kaki tangan dan tubuh situan tanah yang sebesar kerbau kebiri direjeng oleh beberapa orang dan mereka tidak sempat berpikir lagi untuk mencari jalan keluar, melainkan mereka mencari jalan yang paling mudah saja, yaitu secara beramai-ramai tubuh Ceng Lobin mereka ayun ambingkan dan setelah berseru.
"Satu, dua, tiga ...!" maka tubuh situan tanah itu mereka lemparkan keatas dan persis melalui lobang lantai yang mereka bongkar tadi, tubuh itu mumbul keudara seperti sebuah balon besar ditiup angin. Ceng Lobin menjerit jerit seperti seekor babi disembelih dan suara jeritan ini segera berhenti tatkala tubuhnya terbanting diatas lantai dan suaranya berdebuk keras.
Beberapa orang yang tidak turut masuk kedalam lubang lantai tadi dan mereka sengaja menanti disitu segera merejengi kaki dan tangan situan tanah yang sudah diam tak berkutik lagi itu. Tubuh Ceng Lobin lalu mereka seret dibawa keluar sambil bersorak-sorak tanda bahwa hati mereka puas dan gembira. Dan ketika mereka sampai diluar gedung, untuk sejenak mereka jadi melupakan apa yang akan mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakukan terhadap tubuh tuan tanah sebagai pelampias kemarahan dan kegemasan hati mereka. Mereka berdiri terpaku sambil mata mereka terbelalak lebar karena apa yang mereka lihat benar-benar membuat mereka tercengang tak kepalang sehingga mereka jadi demikian terkesima.
Apakah yang mereka lihat di pekarangan gedung dimana tadi ia bertempur itu" Bagi penglihatan mereka hanya berupa dua bayangan putih dan hitam berkelebat kian kemari mengaburkan pandangan mata mereka, seakan-akan dua ekor naga putih dan hitam sedang bertarung hebat.
Apakah yang terjadi sebenarnya ditempat itu" Baiklah kita kembali melihat keadaan Han Hayhauw, yang telah
merobohkan ketiga lawannya yang terakhir tadi, pemuda ini hendak ikut masuk bersama para penyerbu kedalam gedung situan tanah, ia akan mencari seorang manusia yang dianggap menjadi musuh besarnya, yaitu Ceng Kunhi yang selalu diingatnya, bermata juling, berwajah buruk seperti muka setan. Akan tetapi baru saja sepasang kakinya bergerak hendak segera memasuki gedung itu, tiba-tiba mendengar suara bentakan menggeladak dari arah belakangnya.
"Bedebah! Siapakah yang berani membuat kekacauan
digedung ini .... "!"
Han Hayhauw membatalkan maksudnya seraya cepat
memutar tubuh dan ia dapatkan dihadapannya berdiri sambil bertolak pinggang seorang hwesio bertubuh tinggi kekar yang entah dari mana datangnya. Wajah hwesio itu nampak amat bengis dengan kumis dan jenggotnya yang hitam panjang seperti Kwan Kong atau seorang tokoh dalam cerita Sam Kok, sungguh berlawanan dengan kepalanya yang gundul klimis.
Pedang Berkarat Pena Beraksara 15 Pedang Bengis Sutra Merah ( Tan Ceng In) Karya See Yan Tjin Djin Istana Pulau Es 3
^