Pencarian

Pusaka Tongkat Sakti 3

Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang Bagian 3


Sikapnya amat garang dan matanya yang melotot menatap Hayhauw yang diam-diam menelitinya. Dipinggangnya
tergantung sebatang pedang yang sarungnya dihiasi ukir-ukiran indah sekali dan yang sangat menarik perhatian anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda ini, ialah bahwa hwesio itu mengenakan jubah warna hitam.
Hwesio yang belum dikenal oleh Hayhauw ini bukan lain ialah To Tek Hosiang yang pernah mewariskan ilmu
pedangnya kepada Ceng Kunhi dikota Cintok. To Tek Hosiang adalah seorang hwesio keluaran dari Siauwlimpay dan oleh karena ia telah melakukan penyelewengan, maka oleh cabang-persilatan tersebut ia diusir dan bahkan tidak diakui pula sebagai anggota Siauwlimpay. Hwesio yang diusir ini lalu minggat setelah mencuri Im-yang-kiam, sebatang pedang yang menjadi barang pusaka Siauwlimpay pada masa itu dan dibawanya serta dijadikan genggaman dalam petualangannya dimana ia banyak melakukan kejahatan-kejahatan yang merugikan rakyat jelata, terutama menculik dan memperkosa gadis-gadis atau wanita-wanita muda selalu menjadi
kegemarannya. Hal ini tentu saja menyebabkan sesepuh Siauwlimpay yang pada masa itu dipegang oleh Tianjin Hosiang menjadi sangat marah sekali dan segera menyuruh beberapa orang anak muridnya pergi mencari dan
menghukum hwesio durjana itu, selain untuk membersihkan nama Siauwlimpay, juga untuk mengambil kembali pedang pusaka Im-yang-kiam. Tidak saja para hwesio murid dari Tianjin Hosiang pergi mencarinya, bahkan mereka ini minta bantuan para hwesio rekan-rekan mereka diberbagai tempat, akan tetapi oleh karena To Tek Hosiang selain berkepandaian tinggi juga sangat licin sehingga sangat sulit untuk ditangkap dan demikianlah sampai sebegitu lama Hwesio murtad ini selalu bebas melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk.
Dan ketika To Tek Hosiang merantau kekota Cintok, ia telah berkenalan dengan seorang hartawan bernama Lo Binkong dan tentu saja dari perkenalan ini sihwesio buronan tidak sedikit mendapat keuntungan berupa uang sebagai keeratan persahabatan dari hartawan she Lo itu. Dan pada ketika itulah Ceng Kunhi yang sudah menjadi menantu Lo Binkong, berguru kepada To Tek Hosiang. Sungguhpun Ceng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kunhi berguru kepada hwesio ini hanya tak lebih setahun, tetapi berkat ilmu silat To Tek Hosiang yang tinggi, maka ia sudah dapat mewarisi ilmu pedang yang cukup dibuat
andalan. Setelah Lo Binkong pindah kekota Thaygoan dimana ia menjabat pangkat gubernur dan Ceng Kunhipun mengikutinya dan kemudian seperti sudah diceritakan dibagian depan, berkat bantuan mertuanya, putera tunggal dari tuan tanah Ceng Lobin yang menjadi "raja" didusun Ho leng cun itu telah menjadi panglima muda pasukan Garuda.
To Tek Hosiang sering pula berangasan kepada mereka sambil menambahkan pelajaran kepada Ceng Kunhi sehingga ilmu pedang yang dimiliki oleh panglima muda ini makin matang.
Kemudian sampailah kepada hal yang menyebabkan To Tek Hosiang pada hari itu datang didusun Holengcun. Bahwasanya Ceng Kunhi yang melihat keadaan akhir-akhir ini makin genting, pemberontakan timbul, diantara menentang
pemerintah kerajaan Mongol berbareng para tuan tanahpun ikut terancam, putera yang mempunyai rasa bakti terhadap orang tuannya ini, merasa kuatir akan keselamatan ayahnya maka ia lalu minta pertolongan To Tek Hosiang untuk pergi kedusun Holengcun disertai pesan bahwa ayahnya itu
sebaiknya pindah dengan segera kekota Thaygoan.
"Suhu perlukah aku menitah pasukan bala tentara untuk mengawasi suhu dalam perjalanan menjemput ayah ini?"
tanya Ceng Kunhi minta pendapat gurunya.
To Tek Hosiang yang berwatak sombong menjadi kurang senang mendengar pertanyaan muridnya ini. Sambil
mempelembungkan dada hwesio ini menjawab "Kunhi, apakah kau tidak percaya kepada kepandaian gurumu ini maka hanya untuk menjemput ayahmu saja mesti dikawani bala tentara segala?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Kunhi maklum akan watak gurunya dan betapapun
juga ia memang sudah percaya akan kepandaian hwesio itu sehingga kepindahan ayahnya dari dusun kekota Thaygoan tidak perlu terlalu dikuwatirkan apalagi kalau ingat bahwa selain gurunya yang akan menjamin keselamatan ayahnya juga masih terdapat lima orang tukang pukul yang
mengawalnya lima orang tukang pukul yang sudah maklum amat jagoan itu.
Begitulah To Tek Hosiang pergi seorang diri kedusun Holengcun dan tentu saja setelah ia menerima sejumlah uang untuk ongkos jalan dari muridnya itu. Dari kota Thaygoan kedusun Holengcun jauh juga dan kalau ditempuh dengan jalan kaki biasa harus memakan waktu kurang lebih sepuluh hari. Akan tetapi oleh karena To Tek Hosiang melakukan perjalanan secara tergesa-gesa dan tentu harus mengerahkan ilmu lari cepat yang sangat tinggi maka dalam empat hari saja ia sudah tiba ditempat tujuannya. Ia tidak terlalu sulit untuk mencari dusun, holengcun oleh karena semenjak Ceng Kunhi menjadi muridnya Hwesio ini sudah pernah mampir satu kali dan memperkenalkan diri sebagai guru dari sipanglima muda kepada tuan tanah Ceng Lobin. Tentu saja hasil dari perkenalan ini ia menerima hadiah yang memadati kantong jubah hitamnya.
Adapun ketika To Tek Hosiang tiba digedung tuan tanah Ceng Lobin bukan main kagetnya hati hwesio ini tatkala dilihatnya bahwa dipekarangan gedung itu banyak tubuh-tubuh menggeletak terkapar dan diantaranya ia lihat pula terdapat pula beberapa orang prajurit kerajaan. Sementara telinganya mendengar suara sorak-sorak gaduh dari dalam gedung yang pintu dan jedelanya sudah rusak berantakan itu.
To Tek Hosiang segera dapat menarik kesimpulan bahwa gerombolan pemberontakan yang menyerbu gedung
sahabatnya ini. Pada saat itu ia melihat seorang pemuda yang berpakaian serba putih hendak berlari memasuki gedung ia menduga bahwa pemuda itu pasti yang memimpin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontakan ini maka ia segera mengejar dan membentak seperti tadi.
Biarpun Han Hayhauw belum mengenalnya akan tetapi
melihat sikap galak dan marah dari hwesio berjubah hitam itu ia segera dapat menduga bahwa orang ini pasti adalah seorang antek dari pemerintah penjajah maka tanpa memberi hormat pemuda gagah ini lalu memberikan jawaban yang wajar dengan suara tegas.
"Yang membikin kekacauan disini adalah rakyat jelata yang menuntut balas terhadap kejahatan situan tanah."
Kedua mata To Tek Hosiang terputar tanda bahwa hatinya marah. "Dan kau adalah pemimpin dari gerombolan anjing-anjing pemberontak yang menimbulkan keributan ini"
"Aku bukan pemimpin! Akan tetapi aku selaku bangsa Han dan rakyat yang selama hidupnya ditindas oleh kaum
bangsawan merasa wajib turut serta dalam pergerakan ini?"
"Jawabanmu sungguh gagah, anak muda" kata To Tek
Hosiang sambil senyum mengejek. "Akan tetapi sadarkah engkau, bahwa kekacauan yang kau dan kawan kawanmu
perbuat ini berarti suatu pelanggaran besar terhadap peraturan negara?"
Han Hayhauw mengeluarkan suara dari hidung balas
mengejek. "Huhh! Peraturan negara penjajah" bah ... !
Peraturan gila, peraturan yang selalu mendatangkan
kecelakaan bagi rakyat jelata. Peraturan yang mengeluarkan segala pajak gila yang mencekik leher rakyat, peraturan yang melindugi kedudukkan kaum bangsawan dan tuan tanah. Aku, atas nama kawan-kawanku dan segenap rakyat jelata
memang menyadari bahwa gerakan aksi perjuangan ini adalah melanggar peraturan pemerintah penjajah, bahkan dengan jalan ini kami hendak menjebol peraturan lapuk dari pemerintah penjajah yang sudah berada diambang pintu keambrukan ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali, To Tek Hosiang memperlihatkan senyum
mengejek. "Aku puji kelancanganmu berpidato, anak muda tetapi dapatkah dibenarkan perbuatan mengacau, menggedor rumah orang seperti perbuatan perampok ini?"
"Betapa tidak! tentu saja dibenarkan karena perbuatan kami ini sesuai dengan irama perjuangan untuk mengusir penjajah laknat mengganyang kaum bangsawan dan mengikis habis semua srigala berkulit kambing yang menjadi antek-anteknya penjajah. Kamu boleh mengatakan perbuatan kami ini seperti perampok sebagaimana kamipun dapat mengatakan bahwa perbuatan sipenjajah berikut semua antek anteknya juga seperti perampok, bahkan lebih jahat dari perbuatan perampok."
To Tek Hosiang yg hidupnya lebih banyak mendekati kaum bangsawan dan bahkan gubernur Lo Binkong sudah menjadi sahabatnya, muridnya sudah menjadi panglima muda
"pasukan garuda" dan sudah menerima kebaikan hati tuan tanah Ceng Lobin, sedangkan betapa penderitaan rakyat jelata sama sekali tidak pernah ia pusingkan. Maka sudah barang tentu pendirian hwesio ini lebih banyak condong terhadap mereka dan bahkan ia merasa wajib membela mereka. Ketika mendengar betapa lancang dan blak-blakannya ucapan sianak muda dihadapaanya itu dadanya ia rasakan panas sekali sehingga ia segera membetak.
"Bangsat kecil ternyata kau adalah seorang pemberontak yang berbahaya terimalah hukuman!" tahu-tahu hwesio ini sudah mencabut pedangnya dan secara cepat sekali ia mengirim serangan kepada Hayhauw.
Hayhauw cukup waspada dan memang anak muda ini
sudah bersiap siaga akan kemungkinan yang dihadapinya.
Cepat ia menggerakkan tongkat ditangannya menangkis sehingga seketika itu terdengar suara nyaring dari beradunya kedua senjata itu dan akibat dari tangkisannya ini, pedang ditangan si hwesio mental kembali dan To Tek Hosiang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloncat mundur karena kaget. Telapak tangannya yang memegang gagang pedang terasa sakit dan pedas bahkan seluruh lengan kanannya ia rasakan tergetar dan kesemutan.
Cepat ia memeriksa pedangnya dan ternyata tidak rusak, lalu pandangannya dialihkan kepada sianak muda yang tidak disangkanya memiliki tenaga sangat hebat itu.
"Sabar, jangan menggerakkan pedang dulu, hwesio
setengah tua! Aku ingin bertanya, kau siapa dan mempunyai hak apa sehingga kau bertindak seakan-akan mau menjadi hakim sendiri?"
"Sudah tentu aku berhak menjadi hakim sendiri terhadap cecunguk pemberontak! Apalagi kau. To Tek Hosiang yang menjadi guru Ceng Kunhi, melihat kejahatan dan kawan-kawanmu perbuat terhadap ayah dari muridku ini, sudah seharusnya aku bertindak sebagai hakim!" Setelah berkata demikian, karena benar-benar sudah tak dapat menahan kesabarannya lagi, To Tek Hosiang mengirim serangan pula dengan gerak cepat.
Han Hayhauw cepat berkelit dan sambil berkelit ini ia masih sempat berkata.
"To Tek Hosiang, kalau kau berbangsa Mongol tidak heran menentang pergerakan kami ini. Akan tetapi nyatanya kau bangsa Han yang menentang perjuangan bangsanya sendiri, kau adalah bangsa Han munafik! Dan justru manusia-manusia munafik macam kau inilah harus digilas oleh roda perjuangan!
Bagus, kau datang sendiri mengantarkan nyawa."
Bukan saja dada menjadi panas, bahkan saking marahnya mendengar makian anak muda itu To Tek Hosiang merasakan seluruh isi perutnya menjadi panas pula. Maka setelah serangan yang pertama tadi hanya menyambar angin karena anak muda itu berkelit, ia lalu melancarkan serangan susulan, ujung pedangnya ditunjukkan kedada Hayhauw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari beradunya pedang dengan tongkatnya tadi Han
Hayhauw maklum bahwa hwesio ini memiliki tenaga Iwekang yang tak boleh dipandang ringan. Begitu pula sambaran pedang yang baru saja dikelitnya, yang mengeluarkan suara bersiut, membuat ia tambah maklum bahwa ilmu pedang si hwesio bukan ilmu pedang sembarangan. Dan kini melihat tusukan pedang kedadanya, ia cepat berkelit pula sambil melompat kekanan. Sikapnya sangat tenang dan anak muda ini cukup maklum dengan ketangguhan lawan sehingga mesti menghadapi dengan waspada dan hati-hati. Akan tetapi gerakan To Tek Hosiang benar-benar cepat, biarpun serangan yang ditujukan kearah dada lawan mudanya itu dapat
dielakkan, namun pedangnya terus diputarkan sedemikian cepat dan tahu-tahu pedang itu mengirim serangan langsung kebawah dan hendak membabat sepasang kaki Hayhauw. Dan pemuda itupun tidak mau kalah aksi, ia memperlihatkan juga ketangkasan dan kecepatannya. Dengan satu gerakan ringan ia berhasil melompat keatas untuk menghindarkan sepasang kakinya dari babatan pedang dan sebelum kakinya turun kembali ia membarengi dengan sambaran tongkatnya yang disapukan kearah iga lawan dalam gerak tipu sinar kilat menyambar pagoda.
To Tek Hosiang juga cepat berkelit lalu menyerang lagi.
Hwesio ini memiliki ilmu pedang dari cabang Siauwlim yang luar biasa sekali kuat dan ganasnya. Selama dalam
petualangannya ia belum pernah dikalahkan orang dan setelah ia bertempur selama tiga puluh jurus dan selalu ia lancarkan serangan-serangan yang serba mematikan terhadap anak muda yang kini dihadapinya maka bukan kepalang herannya ketika ia melihat betapa pemuda ini dapat menghadapinya dengan baik bahkan dapat mengimbangi serangan-serangannya.
Pertempuran ini berjalan sangat cepat oleh karena
keduanya sama mempergunakan ginkang sehingga gerakan mereka sama gesit dan cepat seperti kelincahan dua ekor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
naga bertempur. Dikala itulah orang-orang yang menyeret tubuh tuan tanah Ceng Lobin keluar dari dalam gedung dan mereka terpaku kesima menyaksikan hebatnya pertempuran ini.
Kalau hendak diukur kepandaiannya antara Han Hayhauw dan To Tek Hosiang memang sukar dipastikan maka yang lebih unggul oleh karena cabang persilatan mereka memang berlainan. Masing-masing mempunyai gerak tipu sediri dan memiliki keistimewaan masing-masing pula. Tentu saja Han Hayhauw yang baru turun gunung kalah pengalaman dan kalah latihan. Sebaliknya jelas nampak dari gerakan tubuh mereka bahwa anak muda itu masih menang, dalam hal
ginkang sedangkan tenaga dalam mereka agaknya seimbang.
Seru dan sangat menegangkan berlangsungnya pertempuran ini. Yang seorang adalah pemuda gagah perkasa yang
berjuang melawan penjajah dan yang seorang lagi adalah penjilat penjajah sehingga biarpun mereka baru saja bertemu akan tetapi sudah terang terhadap lawannya sama
menganggap musuh besar maka tak mengherankan kalau
mereka ini bertempur mati-matian. Pada satu saat To Tek Hosiang tampak terdesak mundur dan pada lain saatnya pula kelihatan Han Hayhauw yang dirangket lawannya. Baiknya pekarangan gedung itu cukup luas sehingga mereka dapat bertempur dengan leluasa, meskipun tubuh-tubuh yang masih berkaparan sebagai kurban dari pertarungan tadi kadang-kadang mengganggu langkah-langkah kaki mereka. Bahkan pada suatu kali tubuh To Tek Hosiang jatuh terjungkal karena kakinya menyandung tubuh yang tergeletak dibawahnya dan saking kagetnya pedangnya terlepas dari tangannya akibat benturan tongkat Hayhauw. To Tek Hosiang cepat
mempergunakan gerak tipu Lay-luta-cun atau Keledai malas bergulingan, tubuhnya bergulingan sedemikian rupa diatas tanah karena ia menyangka bahwa lawannya akan mengirim serangan selagi kedudukan dirinya amat sulit dan berbahaya.
Akan tetapi nyatanya ia kecele sendiri. Hayhauw cukup gagah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mau mengirim serangan selagi lawannya dalam posisi sulit, sungguhpun peristiwa mana benar-benar merupakan kesempatan baik baginya. Hal ini disebabkan Hayhauw sangat mematuhi nasehat suhunya bahwa apabila kedudukan lawan dalam keadaan sulit dan lemah yang bukan disebabkan langsung oleh serangannya, tidak boleh diserang. Oleh karena demikian ucapan suhunya yang selalu diingatnya itu, menjatuhkan serangan maut terhadap lawan yang tak
berdaya, adalah bukan perbuatan orang gagah. Itulah sebabnya ketika Hayhauw melihat betapa terjungkalnya tubuh To Tek Hosiang, bukan dikarenakan serangannya, justru karena tersandung, maka ia tidak mau menyerangnya.
"Ambillah kembali pedangmu, mari pertempuran kita
lanjutkan!" katanya sambil berdiri dan tongkatnya dilintangkan didepan dada, memberi kesempatan kepada lawannya untuk bangun dari bergulingan dan mengambil pedangnya yang menggeletak itu.
Diam-diam To Tek Hosiang merasa kagum akan kegagahan anak muda lawannya itu, tetapi berbareng hatinya merasa penasaran sekali oleh karena dengan demikian ia merasa dipandang rendah oleh lawannya. Cepat ia memungut
pedangnya dan begitulah selanjutnya, mereka meneruskan pertempuran yang seru dan mati-matian.
Setelah pertempuran itu berlangsung sampai seratus jurus, To Tek Hosiang mau tak mau harus mengakui keunggulan lawannya yang masih muda itu Hwesio ini sudah merasakan tenaganya makin lemah, tubuhnya sudah mandi keringat yang membasahi jubah hitamnya dan napasnya sudah ngos-ngosan. Sebaliknya Hayhauw masih segar bugar dan
serangan-serangannya makin gencar dan rapat sungguhpun peluhnya sudah mulai keluar membasahi keningnya.
Betapapun Hayhauw tak dapat mungkir bahwa inilah
pertempuran terhebat yang pernah ia alami dan To Tek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hosiang adalah lawan terhebat baginya sehingga ia harus mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya.
Biarpun sudah merasa bahwa makin lama makin lemah dan kewalahan menghadapi serangan-serangan lawan yang makin gencar, akan tetapi hal ini justru membuat sihwesio makin merasa penasaran. Sepanjang pengalamannya, belum pernah ia bertempur sampai melewati seratus jurus dan justru ia sendiri yang kewalahan. Ah, sungguh memalukan sekali kalau tak dapat mengalahkan sigembong gerombolan pemberontak yang masih ligat ini, pikirnya. Begitulah To Tek Hosiang memainkan pedang ditangan makin nekad sambil
mengeluarkan jurus-jurus yang sangat lihay dan ketika sampai kepada jurus yang seratus tiga puluh, tatkala mana ia sudah merasa lelah sekali, ia lalu mengeluarkan kepandaiannya yang paling diandalkan, yaitu tingkat tertinggi dari Siauwlim-kiamhoat yang dipelajarinya. Sambil menggereng keras seperti harimau murka To Tek Hosiang melancarkan serangan yang benar-benar hebat dan mengerikan, dalam segebrakan
pedangnya membuat empat macam gerak tipu sekaligus.
Mula-mula pedangnya disabetkan kearah kaki dengan gerakan dari kanan kekiri dan menyusul dari kiri pedangnya
menyambar dengan gerakan nyerong keatas pada detik
berikutnya pedang itu disabetkan ke kiri secara mendatar dan paling akhir, setelah pedang itu ditarik kembali, tiba-tiba dengan cepat kilat, sambil majukan kakinya dan lompatan kedepan, pedang itu meluncur kedepan menusuk bagian ulu hati lawan.
Serangan yang luarbiasa hebat dan cepatnya ini ialah yang disebut gerak tipu Naga sakti - mengarungi - lautan. Kalau yang menghadapi serangan ini adalah seorang yang kurang tinggi tingkat ilmu silatnya dan tidak mempunyai ketabahan hati, sulitlah baginya untuk menyelamatkan diri, sedikitnya ia menjadi korban salah satu dari keempat jurus tendangan beruntun itu. Tiga macam serangan yang terdahulu
sebenarnya hanya berupa tipu daya untuk mengacaukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perhatian lawan, sedangkan yang paling berbahaya adalah serangan yang terakhir, serangan yang dilakukan diluar dugaan lawan yang hanya menjaga tiga macam serangan duluan yang memang nampaknya lebih berbahaya.
Akan tetapi, biarpun pengalaman Han Hayhauw masih
mentah, baiknya ia cukup matang dalam gemblengan
sehingga selain ilmu tongkatnya amat tangguh untuk
menghadapi serangan-serangan lawan, juga ia selalu berlagu hati-hati dan tidak mau memandang rendah terhadap setiap gerakan lawannya. Maka ketika ia melihat betapa serangan pedang To Tek Hosiang menyerampang kakinya ia berhasil memunahkannya dengan sedikit loncatan lalu ia
mendoyongkan tubuhnya kesebelah kiri sehingga sabetan pedang yang menyerong keatas hanya berlalu seperti garis miring persis disisi tubuhnya yang didoyongkan. Kemudian tatkala pedang lawan itu datang pula hendak menebas lehernya, pedang itu hanya bersiut menyambar angin dan ujungnya persis lewat sejauh sejengkal didepan tenggorokan setelah ia membuat gerakan menjengkang kebelakang sambil kakinya mundur dua tindak. Disebabkan Hayhauw mundur dua tindak inilah maka To Tek Hosiang ketika mengirim tusukan pedangnya yang mematikan kearah ulu hati lawannya, ia mesti membarengi melompat dua langkah kedepan untuk mengejar. Akan tetapi ketika itu Hayhauw ternyata sudah menjaga dadanya dengan tongkatnya dalam gerak tipu
Sianjin-yauw-san (Sang Dewa mengebatkan kipas).
Tongkatnva yang dipegang secara tegak digoyang-goyangkan kekanan kiri sehingga benar-benar ia seperti mengipasi dirinya dengan tongkat itu dan pedang To Tek Hosiang jadi terpukul kesamping. Pada saat itulah pemuda ini melihat kesempatan baik dan tahu-tahu ujung tongkatnya menyodok dada To Tek Hosiang.
Bukan main kagetnya hwesio itu setelah mendapat
kenyataan bahwa serangan-serangannya dapat dipunahkan oleh lawannya begitu mudah, padahal ia tadi sudah merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti bahwa gerak tipu yang dikeluarkannya itu akan membikin lawannya roboh. Malah kini tahu-tahu tongkat anak muda itu menyodok dadanya sehingga ia merasa kaget dan gugup, meskipun ia sempat miringkan tubuhnya namun ujung tongkat itu masih saja membentur iganya. To Tek Hosiang mengerang menahan sakit dan tubuhnya sempoyongan
kebelakang. Hayhauw cepat memburu dan hendak
menghabiskan riwayat hwesio munafik itu, akan tetapi bukan main rasa kagetnya hati anak muda ini ketika tiba-tiba sekali dan diluar dugaannya hwesio itu membalikkan tubuh dan tangan kirinya bergerak dari mana menyambar senjata rahasia mengarah kepada dirinya. Hayhauw cepat menjatuhkan diri sehingga senjata rahasia yang disambitkan oleh hwesio secara curang itu berdesingan lewat diatas tubuh nya. Cepat ia bangkit kembali, saking gemasnya ia memaki.
"Hwesio keparat, kau curang ...... !"
"Dalam pertempuran menghadapi musuh tiada hal yang
dapat disebut adil atau curang. Yang terutama siapa yang merobohkan lawan dialah yang menang!" To Tek Hosiang membantah dan tangan kirinya setelah merogoh saku, tiba-tiba menyambitkan pula tiga batang piauw (senjata rahasia) kearah Hayhauw.
Kalau menurut peraturan dunia persilatan setiap membuka serangan terhadap lawan, apalagi menyambitkan senjata rahasia yang terhitung senjata gelap, harus memberi peringatan terlebih dulu agar supaya pihak lawan bersedia, inilah perbuatan jantan dari seorang gagah. Tidak seperti hwesio ini yang baik membuka serangan dengan pedangnya maupun menyambitkan senjata rahasia itu tanpa memberi peringatan apapun seakan-akan ia hendak menjatuhkan lawannya secara membokong, hal ini dianggap oleh orang-orang kangouw sebagai satu perbuatan curang dan pengecut, memanglah hwesio ini adalah seorang hwesio berakhlak bejat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga kecurangan dan kelicikanlah yang paling
diutamakan. Tiga batang piauw yang dilepaskan secara licik oleh hwesio itu kini mengarah kepada tiga sasaran yang mematikan terhadap Hayhauw dan pemuda ini dapat mematahkan
serangan itu dengan gaya dan sikap yang mengagumkan.
Serangan yang diluar dugaan seperti tadi ia dapat
memunahkannya dengan mudah, apalagi sekarang serangan itu terlihat oleh matanya. Sambaran piauw yang mengarah bagian tenggorokkannya ia tangkis dengan tongkatnya sehingga senjata rahasia itu terpukul menceng, juga piauw yang menyambar kearah selangkangannya telah dibikin terpental keudara oleh tendangan kakinya dan piauw yang ketiga, yang diarahkan kedadanya, setelah ia menggeserkan tubuhnya sedikit kesebelah kanan ia mengulur tangan kirinya dan piauw itu ditangkapnya. Dengan piauw ini segera ia sambitkan kembali terhadap pemiliknya dengan gerakan tangan kirinya seperti mendorong kedepan sambil berseru.
"Terimalah kembali senjata milikmu ini!" Hwesio itu tidak mau kalah aksi. Senjata piauw yang disambitkan kembali oleh lawannya itu ia terima dengan jepitan dua jari tangan kirinya sambil ketawa mengejek dan agaknya ia hendak
menyambitkan kembali kepada lawannya, akan tetapi tiba tiba hwesio ini menjerit bersamaan dengan tubuhnya yang tinggi kekar itu terpental kebelakang seperti dilemparkan tenaga raksasa dan menghantam pagar. Bersamaan dengan
gaduhnya suara pagar yang ambrol dan bobol itu tubuh hwesio secara dahsyat sekali terbanting diatas tanah dalam keadaan terlentang. Han Hayhauw cepat memburu dan ketika ia melihat dari dekat betapa dari lubang telinga, hidung dan mulut hwesio itu mengalirkan darah dan tubuhnya tidak berkutik menandakan bahwa lawannya tak bernyawa lagi, sambil menyusut keringat pemuda ini menarik napas lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata To Tek Hosian telah salah sangka, tadi ia hanya mengira bahwa bergeraknya tangan kiri Hayhauw hanya untuk menyambitkan senjata piauw saja, tidak tahunya justru sambil bergerak menyambitkan piauw itu, sekaligus Hayhauw
melancarkan pukulan Pha-ciok-seng-hun-ciang yang
menghantam dada To TeK Hosiang sehingga tak ampun lagi tubuh hwesio itu terpental dan menabrak pagar dan seketika itu juga jiwanya melayang.
Sesungguhnya kalau Hayhauw menghendaki sejak tadi ia sudah dapat merobohkan lawannya dengan pukulan ampuh ini. Akan tetapi oleh karena ia tidak mau berlaku curang, maka ia hanya mengandalkan ilmu tongkatnya saja untuk
menghadapi lawannya. Dan akhirnya, setelah ia mendapat kenyataan betapa curang dan licik adanya perbuatan hwesio itu, maka sebagai balasan ia secara terpaksa sekali melancarkan ilmu pukulan simpanannya itu.
Terdengarlah suara sorak-sorak gembira dan puas melihat kemenangan anak muda ini dan Hayhauw seakan-akan baru sadar bahwa ia barusan bertempur mati-matian justru adalah untuk membela dan membantu kawanan penyerbu yang kini bersorak itu.
Sambil mengebut-ngebutkan debu yang mengotori baju
putihnya, pemuda ini lalu berjalan menghampiri mereka dan mereka yang dihampiri itu tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut dihadapannva sambil memberi hormat.
"Inkong! Kami yang rendah banyak menghaturkan banyak terimakasih atas pertolongan Inkong karena kalau tidak ada Inkong yang mulia sudah pasti sekarang kami sudah menjadi setan-setan penasaran!" Terdengarlah perkataan salah seorang dari mereka. Orang ini sudah tua dan berlutut paling dekat didepan Han Hayhauw.
Han Hayhauw cepat membangunkan orang tua itu sambil berkata "Paman, Berdirilah! Jangan banyak peradatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadapku dan jangan menyebutku Inkong (tuan penolong) segala macam."
Orang itu berdiri setengah membungkuk dihadapan
Hayhauw dan matanya bersinar-sinar ketika menatap
penolongnya. Ketika itu Hayhauw melihat orang-orang dibelakang orang tua itu masih tetap berlutut sehingga anak muda yang tak dapat menerima penghormatan demikian
besar dari mereka ini cepat berkata.
"Saudara-saudaraku, kuminta kalian berdiri. Aku bukan dewa maka tak perlu kalian bersikap seperti itu."
Seiring dengan berdirinya mereka berangsur-angsur orang tua tadi dengan sikapnya tetap menghormat, terdengar berkata.
"Inkong, betapa kami takkan menganggap Inkong sebagai dewa, karena sesungguhnya Inkong adalah dewa penolong kami ..."
"Paman, sekali lagi kuminta kau jangan menyebut Inkong!"
Hayhauw cepat menukas. "Sebut saja namaku Han Hayhauw dan anggaplah bahwa aku ini anak atau keponakanmu dan juga sebagai saudara atau kawan bagi semua saudara-saudara yang hadir disini, oleh karena sebenarnya aku sendiri justru adalah anak disini juga."
Mendengar pernyataan ini semua sama tercengang heran.
Terutama orang tua tadi, memandang dan menyidik-nyidik wajah Hayhauw sambil menyerong-nyerongkan mata tuanya yang sudah kurang awas itu. Dan kerena terbata-bata tatkala menegasi.
"Inkong ... Inkong ... oh, kau ... ini bernama Han
Hayhauw" Bukankah kau putra dari Han ..." ia lalu
memandang kelangit sambil keningnya yang sudah keriput dikerut-kerutkan. Agaknya orang tua ini berpikir keras untuk mengingat-ingat akan nama dari keluarga Han yang sudah dilupakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayahku adalah Han Cubeng yang sudah meninggal
delapan tahun yang lalu, mungkin paman mengenalnya,"
Hayhauw menerangkan. Tiba tiba orang tua itu menubruk dan memeluk Hayhauw sambil berkata dengan suara yang dipenuhi keharuan hati.
"Oh, Thian Yang Maha Kuasa ... ! jadi ... jadi kau ini putra mendiang Han Cubeng ... "! Kau ... kau sianak yang telah menghilang ... ?"
Mata orang tua itu tampak berlinang-linang dan suaranya melebihi kegembiraan suara Hayhauw tatkala ia memberi penjelasan.
"Aku situa bangka ini adalah Ong Tiam dan sebenarnya ...
kalau tidak ada kesialan yang menggagalkan, aku dengan orang tuamu adalah pernah cinkhe (besan) ..."
Luka dihati Han Hayhauw yang belum sembuh seakan-akan mengeluarkan darah lagi tatkala mendengar ucapan orang tua itu. Seketika itu terbayanglah diruang matanya betapa ayahnya dipukul dan ditendang oleh Ceng Kunhi sehingga ayahnya mati. Dan ia masih ingat benar bahwa ketika kehilangan cicinya, banyak orang membantu mencarinya dan ketika mayat cicinya dibawa oleh mereka itu, salah seorang diantara mereka ialah orang tua yang kini memeluknya ini yaitu orang tua, ayah dari calon cihunya Ong Huli.
"Maafkanlah aku paman, kalau sejak tadi aku berlaku kurang hormat terhadap paman," ujar Hayhauw dan serta merta anak muda ini berlutut dihadapan orang tua bekas calon mertua cicinya itu. Kini orang tua ayah dari Ong Huli itulah yang menjadi kerepotan membangunkan anak muda ini sementara kawan-kawan dari orang tua she Ong yang
patriotik itu tatkala mana sudah datang! dan merubungi Hayhauw dan mereka ternyata adalah teman-teman Hayhauw bermain sama-sama masih kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayhauw, sungguh kami sama sekali tak menyangka
bahwa kami akan dapat bertemu kembali denganmu pada hari ini dan ternyata sekarang kau begini gagah perkasa, benar benar kami sangat bersyukur. Hauw, kata orang tua itu dengan suara lirih yang selanjutnya bertanya tentang kemana menghilangnya. Hayhauw menceritakan bahwa ia beruntung sekali telah diangkat murid oleh Tiong Sin Tojin dan anak muda ini selanjutnya menyatakan apa yang menjadi tekad hatinya datang kekampung halamannya "Aku hendak
membuat perhitungan terhadap sikeparat Ceng Kunhi. Adakah paman dan kalian, tadi dapat membekuk batang leher sisetan juling itu?" tanyanya kemudian matanya yang bersinar tajam ditatapkan terhadap mereka yang merubunginya seakan-akan minta kepastian.
Ong Tiam menghela napas tatkala memberi keterangannya.
"Sayang dia telah pindah."
"Pindah kemana ... ?" tukas Hayhauw tak sabar karena saking kecewa hatinya mendengar bahwa musuh besarnya telah pindah.
Ong Tiam menelan liur tatkala melanjutkan bicaranya yang terputus itu. "Sejak dia pindah kekota Cintok dia tinggal bersama mertuanya Lo Binkong. Kemudian kudengar kabar bahwa Lo binkong menjadi congtok atau gubernur dikota Thaygoan dan Ceng Kunhi menjadi panglima muda dalam pasukan garuda dan bertugas dikota tersebut juga ..."
"Keparat, jahanam ... !" geram hati Hayhauw tak
terkatakan. Giginya berkeratukan kedua tangannya dikepalkan dan matanya seperti mengeluarkan sinar api tatkala dilirikkan, kearah dimana mayat To Tek Hosiang terkapar. Sebelum bertempur tadi ia mendengar pengakuan dari pendeta munafik itu bahwa Ceng Kunhi menjadi muridnya. Kalau ternyata dia kabur ... aku mesti cepat pergi ke Taygoan pada saat ini juga.
"Nanti dulu Hayhauw, kuminta kau jangan begitu tergesa-gesa." Ong Tiam berkata dengan suara sabar. "Betapapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga kami masih perlu bantuan darimu. Bagaimanakah
pendapat dan saranmu mengenai manusia kejam yang telah kami bekuk itu dan harta yang ditinggalkannya?"
Han Hayhauw tak segera menjawab kini, ia berpaling dan menatap kearah ambang pintu gedung dengan sorot mata penuh kebencian, dimana terdapat tubuh Ceng Lobin
menggeletak seperti kerbau mati. Hatinya yang dipenuhi rasa dendam membuat ia seakan-akan tak sadar akan apa yang diucapkannya.
"Pendapatku mengenai perjuangan kalian ini sangat
kusetujui dan aku benarkan. Tentang manusia laknat she Ceng itu, kalau belum mati harus dibikin mati dan tentang harta haram peninggalannya bakar saja sekalian berikut rumahnya."
Terdengarlah teriak-teriakan sambutan dari kawan kawan Ong Tiam.
"Yah, benar! Bakar saja harta haram berikut gedungnya sebagai pembalasan kita .... !"
"Mayat situan tanah itu hanyutkan saja ke sungai ..."
"Juga mayat sihwesio munafik pembela penjajah dan kaum bangsawan itu ... !"
"Juga bangkai para antek anteknya yang biadap mereka melebihi iblis kita jadikan saja umpan buaya disungai ... !"
"Jangan! Bangkai-bangkai mereka semua jangan dilempar kesungai lebih baik dibakar saja sekalian dengan rumahnya
..." Begitu hiruk pikuk teriakan teriakan mereka yang
mencerminkan betapa besarnya rasa marah dan dendam
dihati mereka dan ucapan luapan mereka itu agaknya benar-benar akan dilaksanakan demi kepuasan hati mereka kalau saja mereka tidak mendapat saran dari Hayhauw lebih lanjut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara saudaraku, aku maklum betapa kegemasan kalian terhadap mereka yang menjadi musuh kita paling dekat ini.
Akan tetapi hendaknya kita sadar bahwa kita jangan ingkar dan sifat-sifat perikemanusiaan adalah sifat-sifat dari mereka selagi hidup untuk mana kita telah menjatuhkan hukuman yang setimpal terhadap mereka yaitu membunuhi mereka sebagai penghenti perkembangan-perkembangan sifat buruk hidup mereka, hukuman yang kita jatuhkan ini sudah lebih daripada cukup. Adapun tubuh-tubuh mereka hanya
merupakan jasat kasar yang tak berdosa sehingga tak layaklah kalau kita melampiaskan rasa benci, marah dan dendam kita terhadap jasad-jasad itu. Kembalikanlah jasad-jasad itu kepada asalnya, asal tanah harus kembalikan kepada tanah."
Semua orang yang mendengar kata-kata anak muda itu
pada melongo, mereka seperti sekelompok anak murid yang menerima pelajaran dari guru ahli filsafat. Pada hal Han Hayhauw mengucapkan perkataan itu tak lebih hanya meniru ujar-ujar gurunya ketika memberikan gemblengan batin.
"Benar-benar kau adalah seorang muda yg selain gagah perkasa juga bijaksana dan mulia Hayhauw" Ong Tiam memuji dengan sejujurnya
Han Hayhauw cepat mengelakkan pujian ini sambil berkata.
"Maaf tak dapat lama-lama aku beserta kalian. Aku hendak segera pergi ke Taygoan. Selamat berjuang dan semoga perjuangan kita rakyat jembel yang selama hidupnya selalu tertindas ini mencapai sukses besar."
"Hayhauw, tidak dapatkah kau menunda kepergianmu
barang sehari dua hari?" Ong Tiam cepat menjelak tatkala melihat pemuda itu sudah mulai melangkahkan kakinya.
"Terimakasih paman biarlah kelak kalau perjuangan kita sudah selesai dan bila hajat masih dikandung badan aku pasti kembali kekampung halamanku ini jawab Hayhauw" dan baru kinilah mereka lihat anak muda itu tersenyum. Hayhauw memberi hormat terhadap mereka terutama kepada Ong Tiam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mereka ini walaupun dengan perasaan berat terpaksa melepaskan kepergian pahlawan mereka sambil balas
menghormat pula. Lalu Hayhauw membalikkan tubuh, akan pergi pemuda ini tiba-tiba membalik pula menghadap kepada mereka dan bertanya kepada Ong Tiam.
"Paman, hampir aku lupa bertanya, bagaimana khabar
dengan Ong Huli koko yang dahulu ditarik kerjapaksa itu ?"
Ternyata pemuda ini masih ingat akan nasib calon suami cicinya.
Orangtua itu seperti diingatkan lagi kepada puteranya, sehingga ia menghela napas dalam sambil menggelengkan kepala dan katanya lemah "Seperti juga yang lain-lain, dia hanya sering datang dalam impianku ..."
"'Baiklah paman, aku sekalian hendak membuat
perhitungan bagi sakit hatimu dan juga bagi kalian yang pernah dibikin sakit hati oleh sisetan bermata juling itu!"
Dan semua orang jadi melongo karena mereka tak sempat melihat bagaimana anak muda itu pergi. Yang tampak oleh mereka hanya berkelebatnya bayangan putih dan tahu-tahu anak muda itu sudah menghilang dari penglihatan mereka.
Sepeninggalnya Hayhauw, mereka ini lalu sibuk mengurus kawan-kawan mereka yang terluka maupun yang sudah
tewas, demikian juga kurban-kurban dari lawan sesuai dengan pesan Hayhauw, mereka urus sebagaimana mestinya dan ketika mereka mengusung mayat To Tek Hosiang, Ong Tiam mengambil pedang bekas senjata hwesio itu dan ia merasa tertarik akan kebagusan dan ketajaman pedang tersebut
"Pedang bagus, pedang bagus", kata Ong Tiam sambil
memperhatikan pedang yang dibolak-balikkan ditangannya, sementara kawan-kawannyapun merubung dan
mengaguminya. "Sayang pedang sebagus ini tiada berguna bagi kita lantaran kita tak dapat mempergunakannya. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja pedang ini menjadi senjata Hayhauw, tentu akan cocok.
Sayang sekali dia tidak membawanya."
"Kalau begitu baiklah pedang itu serahkan saja kepadaku, paman!"
Kata-kata ini membuat semua orang menoleh kepada orang yang mengucapkannya dan sekali lagi mereka melongo karena tahu Hayhauw yang tadi sudah pergi secara gaib, kini telah berada disitu lagi secara gaib pula.
Ong Tiam yang sudah maklum akan keluarbiasaan anak
muda itu lalu mengangsurkan pedang itu berikut sarungnya kepada Hayhauw sambil berkata.
"Bagus, kau telah kembali lagi. Nah, bawalah pedang ini".
Hayhauw yang memang kembali lagi sengaja hendak
membawa pedang bekas senjata To Tek Hosiang yang sudah diketahuinya adalah sebilah pedang pusaka terbukti bahwa pedang itu tidak rusak sedikitpun setelah berkali-kali dibentur oleh tongkatnya tadi. Ia telah lupa untuk membawanya dan sekarang ia sengaja datang lagi untuk mengambilnya, maka segera diterimanya pedang itu diangsurkan kepadanya segera diterimanya dengan sikap hormat sambil mengucapkan
terimakasih. "Mudah-mudahan pedang ini setelah berada ditanganku akan mendatangkan manfaat".
"Pedang yang bagus berada ditangan seorang yang pandai tentu akan mendatangkan manfaat ..." Ong Tiam menggarami dan orang tua ini seperti berkata kepada diri sendiri karena sebelum ucapannya habis, Hayhauw ternyata sudah
menghilang pula. "Hebat ..." terdengar seorang diantara mereka berseru memuji kehebatan Hayhauw itu.
"Dia tentu telah menjadi pendekar sakti!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lebih tepat ia dinamakan pendekar gaib, karena datang dan perginya dia sangat gaib ... !"
"Semoga Thian Yang Maha Kuasa akan selalu melindungi dia dalam perjuangannya!" kata-kata yang berupa doa-restu ini keluar dari mulut Ong Tiam.
ooooooooOdwOoooooooo Pedang Im-yang-kiam disarung dipinggang dan tongkatnya tetap dipegang dalam tangan kanannya erat-erat, Han Hayhauw berlari cepat meninggalkan dusun Ho-leng-cun, hati anak muda ini merasa bangga karena sedikitnya ia telah membantu perjuangan teman-teman sekampung halamannya.


Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan Hayhauw tentu akan merasa lebih bangga lagi kalau saja ia mengetahui bahwa ia telah memberikan bantuan besar terhadap Siauwlimpay dengan dibunuhnya To Tek Hosiang yang kini pedangnya dibawanya itu.
Hayhauw ingin cepat-cepat sampai dikota Thaygoan untuk mencari Ceng Kunhi yang sudah didengarnya bahwa musuh besarnya itu yang sekarang telah menjadi panglima muda dalam pasukan penjajah.
"Keparat! Waktu dulu saja setan juling itu sudah begitu ugal-ugalan, apalagi sekarang setelah menjadi tentara dan berpangkat tinggi pula, tentu sepak terjangnya terhadap rakyat jelata akan lebih biadap ... !" demikian Hayhauw mengutuk didalam hatinya yang dipenuhi rasa kecemasan tak terhingga membuat sepasang kakinya berlari semakin cepat menuju kekota Thaygoan.
Berkat gemblengan Tiong Sin Tojin yang luar biasa
membuat Hayhauw memiliki kekuatan seperti kuda, ia dapat terus berlari cepat dua hari dua malam tanpa pernah berhenti sehingga kini ia sudah menempuh perjalanan lebih dari separuhnya. Akan tetapi betapapun kekuatan yang dimiliki Hayhauw, setelah berlari secara "non stop" selama dua hari dua malam akhirnya pada hari yang ketiga ia merasakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya sangat lelah dan perutnya terasa lapar sehingga ia mesti berhenti untuk mengaso dan mencari makanan untuk mengisi perutnya.
Begitulah ketika ia memasuki sebuah hutan, setelah ia duduk sebentar diatas pohon tua yang sudah roboh, anak muda ini lalu mencari buah buahan dihutan ini untuk pengisi perutnya. Hayhauw sejak kecil sudah terlalu biasa menahan perut lapar dan bahkan selama tinggal di Ngotaysan oleh gurunya ia dilatih supaya tidak terlalu memanjakan perutnya, maka setelah ia makan beberapa butir buah-buahan sudah cukup membuat kesegaran tubuhnya pulih kembali dan
perutnya dapat ditahan takkan minta diisi selama dua hari.
Setelah perutnya kenyang oleh buah-buahan yang
dimakannya, ia duduk pula dibatang pohon tadi, ia memberi kesempatan kepada alat pencernakan didalam perutnya untuk menggiling lumatkan makanan yang barusan ditelannya. Hal ini Hayhauw mentaati perintah dari suhunya bahwa apabila sehabis perut diisi, situbuh tak boleh melakukan pergerakan berat dan sebaiknya duduk beristirahat sebentar agar alat pencernakan dapat bekerja dengan sempurna dan kalau alat pencernakan tak dapat bekerja secara sempurna disebabkan karena pergerakan tubuh terlalu banyak memakan tenaga, maka akan menimbulkan rasa sakit perut. Inilah sebabnya Hayhauw tak cepat berlari lagi melanjutkan perjalanannya dengan segera, melainkan ia duduk dibatang pohon yang sudah tumbang itu sambil memperhatikan kebagusan pedang dan sarung senjata bekas gegaman hwesio yang dibolak balikkan oleh kedua tangannya. Sarung pedang itu terbuat dari kayu tua berwarna hitam dan ukirannya berbentuk seekor naga dengan mulutnya yang terbuka lebar merupakan mulut dan sarung pedang itu. Ukir-ukirannya indah dan halus tanda bahwa sipembuatnva adalah seorang ahli. Adapun pedangnya terbuat dari pada baja murni dan bersinar kehijau-kehijauan serta mengeluarkan hawa dingin menandakan bahwa senjata ini adalah pedang mustika yang sangat ampuh. Gagangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbuat dari bahan yang sejenis dengan sarungnya dan terukir indah berbentuk kepala naga. Dibawah gagang ini, yaitu dipermukaan batang hulu pedang terdapat ukiran berupa tiga huruf dan karena Hayhauw mendapat sedikit pelajaran pula dari suhunya dalam hal tulis dan baca sungguhpun secara terbatas namun cukup membuat anakmuda ini tidak terlalu buta huruf, maka ia dapat membacanya tiga huruf itu yang berbunyi Im-yang-kian.
Adapun yang membuat Hayhauw merasa tertarik akan
pedang ini sehingga setelah ia pergi dan segera kembali kedusun Ho-leng-cun untuk mengambilnya, bukan saja ia sudah maklum bahwa pedang ini bukan sembarang pedang akan tetapi ia ingin mempelajari ilmu tongkat dengan mempergunakan pedang yang bagus itu dan memanglah ilmu tongkat dan ilmu pedang dalam semua pergerakkannya
banyak persamaan. Hayhauw lalu bangkit dari batang pohon yang didudukinya dan berdiri tegak sambil pedang itu dipegang dalam tangan kanannya. Tangan yang biasa menggenggam tongkat besi yang berat kini Hayhauw merasakan pedang itu terlampau ringan baginya. Ketika itu ia hendak mulai mempelajari ilmu tongkat dengan mempergunakan pedang itu sebagai
pengganti tongkatnya dan kelak kalau ternyata pedang lebih cocok dan lebih praktis, untuk selanjutnya ia akan mengganti senjata tongkatnya dangan pedang itu.
Akan tetapi tiba-tiba Hayhauw seperti mendapat bisikan dari hati kecilnya yang menyebabkan ia batal untuk belajar silat dengan pedang yang sudah betada ditangannya itu dan maksud akan mengganti tongkat dengan pedang seperti yang barusan ia inginkan, segera dibuangnya jauh-jauh. Bisikan dari hatinya tadi membuat Hayhauw sadar bahwa kalau ia
mengganti tongkat dengan pedang, sama halnya ia
mendurhakai gurunya. Bukankah gurunya mewariskan
kepandaian kepadanya berupa ilmu tongkat dan bukan ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang. Bahkan senjata tongkat gurunya itu diberikan pula kepadanya, sehingga tongkat tersebut biarpun hanya berupa besi tua akan tetapi baginya sama artinya dengan senjata pusaka. Sedangkan pedang itu, biarpun bagus dan jelas adalah senjata mestika, akan tetapi diperolehnya berasal dari seoreng hwesio munafik penjilat penjajah, maka siapa tahu kalau pedang itu mempunyai riwayat hitam"
Itulah sebabnya maka Hayhauw segera membatalkan
maksud yang hampir saja membuat ia seakan-akan
menghianati gurunya. Lalu pedang itu dimasukkan kembali kedalam sarungnya dan disoren kedalam sarungnya dan segera disoren dipinggangnya. Setelah ia mengambil dan menggenggam kembali tongkat pemberian gurunya, ia
berjalan perlahan untuk segera mulai neneruskan
perjalanannya pula. Tangan kirinya secara tak disengaja menggenggam gagang pedangnya, ia tak tahu apa gunanya membawa pedang itu kini, tetapi kalau pedang yang sebagus ini dibuang begitu saja. terang ia merasa amat sayang.
Hutan yang dilaluinya itu amat sunyi dan teduh Han
Hayhauw berjalan perlahan sambil kepalanya ditundukkan, otaknya tak luput dari memikirkan akan kegunaan apakah dengan pedang yang dibawanya itu, ia menyesal, mengapa ia telah sengaja membawa pedang yang kini tak lain hanya tambah merepotkannya ini. Mungkin karena otaknya terlalu memikirkan pedang itu, tiba-tiba saja anak muda ini jadi teringat kepada seorang yang bersenjata pedang yang pernah dijumpainya pada malam gelap didusun Bok-li-cun beberapa hari yang lalu, orang yang bersenjata pedang yang selalu mendebarkan dada bila diingatnya kembali dan membuat ia selalu bertanya-tanya didalam hati, siapakah gadis gagah dan cantik yang sudah menggait jantungnya ... " Kini ia kembali teringat pula kepada dara itu, ah, kalau saja pedang yang sebagus ini diberikan kepadanya, tentu ia akan lebih gagah, lebih cantik dan aku ... lebih cinta kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, barangkali aku sudah menjadi gila!" Hayhauw memaki kepada diri sendiri sambil tangan kirinya dipukulkan kekeningnya dan ia lalu mempercepat tindakan kakinya. Akan tetapi makin celaka, makin cepat ia berjalan tambah jelaslah bayangan gadis itu seolah-olah menghadang didepan
matanya. Bahkan kini perasaannya seolah-olah ia melihat wajah gadis itu muncul dimana-mana, ditempat-tempat yang dilaluinya. Wajah yang jelita dan gagah itu terbayang disela-sela daun-daun yang hijau dan diantara kembang merah indah.
"Celaka! Benar-benar aku sudah mabuk kepayang!" Sekali lagi Hayhauw memaki dirinya dan untuk melepaskan diri dari bayangan yang selalu menggoda hatinya dan yang seolah-olah menghadang didepannya itu, ia segera berlari cepat seperti terbang. Dan ketika ia sudah diluar dari hutan itu dan berada disebuah jalanan kecil, ia menghentikan larinya ketika didepannya dihadang, bukan oleh bayangan gadis yang sudah membuatnya mabuk kepayang, tapi kini benar-benar dihadang oleh tiga orang hwesio yang mengenakan jubah serba putih dan senjata yang kelihatan tersembul dibelakang punggung mereka sama pula. Yaitu senjata pedang. Hanya umur mereka yang berlainan, yang seorang setengah tua, yang kedua sedikit lebih muda dan yang ketiga masih sangat muda kira-kira hampir sepantar dengan Han Hayhauw.
"Sahabat yang didepan, kalau kau ingin melanjutkan
perjalananmu dengan selamat, serahkan pedang yang
tergantung dipinggangmu kepada kami!" Hwesio yang paling muda itu mengeluarkan ancaman sambil maju kedepan
mendekati Hayhauw. Han Hayhauw mengerutkan kening tanda bahwa hati anak muda ini merasa kurang senang mendengar perkataan dan sikap hwesio muda yang dianggapnya kurang sopan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hwesio muda, ada sangkut paut apakah antara aku
denganmu maka begitu bertemu seakan-akan kau mengajak berkelahi"!" ia membalas dengan nada ketus.
-o0odwookzo0o- Jilid V Melihat gejala yang dapat membuat situasi menjadi buruk ini hwesio yang paling tua cepat maju dan berkata kepada Hayhauw sambil memberi hormat.
"Maaf sicu (tuan yang gagah) atas kekasaran suteku ini.
Kami sebenarnya sangat tertarik sekali dengan pedang yang kau bawa itu. Dan kalau boleh kami ingin melihat keadaan pedang itu."
Han Hayhauw balas menghormat dan rasa kurang senang dihatinya segera lenyap setelah mendapatkan sikap merendah dan ramah dari hwesiotua itu.
"Losuhu tentu saja aku takkan merasa keberatan sedikitpun kalau saja hanya untuk mem perlihatkan pedang ini terhadap kalian, asal saja aku mendapat keterangan terlebih dahulu, ada hubungan apakah antara kalian dengan pedang ini?"
"Omitohud . . . ! Sicu sungguh murah hati," ujar hwesiotua itu. "Baiklah kami memperkenalkan, kami bertiga lebih dahulu bahwa pinceng ini orang menyebutku To Bi Hosiang, suteku ini To Gi Hosiang dan suteku yang paling muda ini To Li Hosiang. Kami bertiga merupakan penghuni kuil Lianhoksi dan kami mendapat tugas dari sesepuh kami ketua Siauwlimpay untuk mencari seorang rekan kami yang menyeleweng dan membawa kabur pedang pusaka. Dan sekarang pinceng lihat pedang itu dibawa olehmu, maka itulah sebabnya pinceng minta untuk melihat dan memeriksa pedang itu supaya kami mendapat ketegasan bahwa benarkah pedang itu adalah Imyang-kiam pokiam yang kami cari ataukah bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpikat juga hati Hayhauw mendengar disebutnya nama pedang itu ia menjawab dengan sejujurnya.
"Memang pedang ini adalah Imyangkian. Akan tetapi dapatlah losuhu menerangkan siapakah namanya rekan
losuhu yang dikatakan nyeleweng itu?"
Pengakuan pemuda itu membuat ketiga orang hwesio
mengeluarkan seruan tertahan saking girangnya hati mereka dan kemudian To Bi Hosiang cepat memberi jawaban.
"Rekan kami yang sudah dikeluarkan dari keanggautaan partai kami dan selama ini menjadi buronan kami itu ialah To Tek Hosiang. Kalau boleh pinceng bertanya, mempunyai hubungan apakah antara sicu dan To Tek Hosiang sehingga pedang pusaka Im-yang-kiam itu kini berada pada sicu?"
Hayhauw kini maklum bahwa ketiga hwesio itu tidak
mengandung maksud jahat, maka dengan singkat segera menuturkan pertemuannya dengan To Tek Hosiang, betapa ia bertempur dan terpaksa menjatuhkan tangan maut terhadap hwesio itu demi membela perjuangan rakyat jelata sehingga ia membawa pedang itu.
"Omitohud . . . ", sekali lagi To Bi Hosiang memuji kebeseran nama Budha. "Pinceng atas nama sesepuh Siauwlimpay dan sekalian atas nama seluruh para anggotanya, pinceng mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan sicu yang telah memberi hukuman terhadap manusia sesat yang menodai nama partai kami. Lebih-lebih kami bersyukur setelah mendapat kenyataan bahwa pedang pusaka itu berada pada sicu maka pinceng minta dengan segala hormat supava sicu sudi menyerahkannya dan akan kami kembalikan lagi kepada sesepuh kami yang tentu akan sangat berterimakasih terhadap sicu."
Biarpun Hayhauw sudah yakin bahwa pedang itu menjadi hak mutlak mereka dan ia sendiri wajib mengembalikannya, akan tetapi masih merasa ragu akan kejujuran tiga hwesio
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kini berada didepannya itu. Ia sangsikan akan pendirian dan mentalitas ketiga hwesio itu, apakah mereka golongan pro atau anti perjuangan seperti To Tek Hosiang. Maka untuk memberi keyakinan yang lebih jelas, berkat kecerdikannya ia tidak segera menyerahkannya pedang yang mereka minta itu, melainkan ia bertanya.
"Losuhu, kenalkah losuhu dengan Ceng Kunhi . . . ?"
To Bi Hosiang nampak heran mendengar pertanyaan
sipemuda yang tiba-tiba menyimpang dari persoalan semula itu. Tapi ia menjawab. "Pinceng kenal sih tidak, hanya pinceng tahu bahwa Ceng Kunhi adalah panglima muda dalam pasukan garuda yang menjaga kota Taygoan."
"Benarkah Ceng Kunhi adalah murid dari To Tek Hosiang . .
. ?". Hal itu pinceng pernah dengar juga tapi baik To Tek Hosiang yang sudah dipecat dan tidak diakui sebagai anggota Siauwlimpay maupun Ceng Kunhi yang kami tidak tahu
menahu sebagai murid dari siapa, kesemuanya tiada sangkut pautnya dengan kami.
Hayhauw bertanya lagi lebih mendesak. Losuhu sebagai bangsa Han, bagaimanakah pendapat losuhu mengenai sikap Ceng Kunhi yang menghambakan dirinya kepada penjajah asing, dan perjuangan rakyat jelata yang kini sudah berkobar dimana-mana untuk mengusir penjajah losuhu membenarkan pihak yang manakah?"
To Bi Hosiang saling pandang dengan kedua sutenya.
Sesaat kemudian hwesio tua itu lalu memberi jawaban kepada Hayhauw. Maaf sicu, hal ini adalah masalah politik negara, kami tak dapat menyatakan betapa pendapat kami pada tempat yang tidak semestinya ini. "Untuk mendapat penjelasan, sicu kami undang kekuil kami dan disana ketua kami tentu akan memberi keterangan yang sejelasnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cerdik dan waspada juga hwesiotua ini, dikira Hayhauw.
Dan betapapun juga dari hasil wawancara ini dapatlah Hayhauw menarik kesimpulan bahwa ketiga hwesio itu adalah golongan pro-perjuaagan. Buktinya, mereka sama sekali tidak kelihatan marah ketika ia tadi menuturkan tentang dibunuhnya To Tek Hosiang dalam membantu perjuangan rakyat jelata.
Kalau mereka terdiri dari golongan kontra-perjuangan, tentu sedikitnya mereka akan memperlihatkan reaksi. Sungguhpun demikian namun Hayhauw masih belum merasa cukup puas, ia ingin mengetahui secara lebih mendalam pula bahwa benarkah tiga hwesio itu adalah dari Siauwlimpay ataukah hanya pura-pura saja dengan maksud hendak merebut
pedang Im-yang-kiam" Dan untuk mengetahui mereka itu benar dari Siauwlimpay atau bukan, jalan satu-satunya harus menyaksikan permainan pedang mereka, maka ia lalu
menyatakan gagasan hatinya ini.
"Losuhu, pedang Im-yang-kiam ini kalau benar menjadi barang pusaka dari Siauwlimpay maka, sewajibnya aku mengembalikannya kepada yang berhak.
Tetapi sebelum pedang ini kuserahkan kepadamu, losuhu harus dapat memenuhi dua macam syarat yang kukemukakan, bersediakah . . . ?"
"Demi untuk membela pedang Im-yang-kiam, syarat apapun yang sicu ajukan tentu akan pinceng penuhi, asal syarat itu tidak melanggar kebajikan serta, perikemanusiaan.
Katakanlah." "Syarat pertama, losuhu dan kawan-kawanmu harus berjanji bahwa lepas dari soal politik negara, kalian mesti membantu menangkap Ceng Kunhi, kalau saja aku sendiri tak berhasil membekuk batang leher manusia keparat itu.
Kembali To Bi Hosiang saling pandang dengan kedua
sutenya. Betapapun juga bagi para hwesio ini, syarat pertama yang diajukan oleh anak muda itu merupakan pekerjaan berat.
Betapa tidak, mereka maklum bahwa Ceng Kunhi adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panglima muda yang mempunyai bala tentara bukan sedikit.
Akan tetapi, meskipun secara rahasia hwesio Siawlimpay yang berdiam dikuil Lianhoksi itu sebenarnya justru adalah pendeta-pendeta berjiwa patriot dan secara diam-diam mereka memberi bantuan yang tak kecil artinya terhadap kesatuan rakyat Tionggipay, maka sungguhpun To Bi Hosiang tidak berani terus terang menyatakan kesediaannya menerima syarat pertama dari anak muda itu namun secara cerdik ia memberikan penyautan.
Kami berjanji akan membantu sedapat mungkin sicu. Asal saja dalam hal ini kami diberi perkenaan oleh ketua kami dikuil Lianhoksi To Gun Hosiang."
"Bagus atas kesediaanmu, sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih. Mudah-mudahan To Gun losuhu dapat diminta pengertiannya dalam hal ini ujar Hayhauw dengan hati puas.
Oleh karena mendengar ucapan To Bi Hosiang itu saja dapatlah segera ia menduga bahwa hwesio itu sedikitnya menyimpan rasa benci terhadap Ceng Kunhi, musuh besarnya.
"Sekarang syarat kedua, Losuhu tentu maklum bahwa sehingga pedang Im-yang-kiam berada padaku ini adalah nyawa menjadi taruhanku ketika aku bertempur dengan To Tek Hosiang. Jelaslah, kubuatkan pedang ini secara susah payah, maka sebagai imbalannya losuhu harus susah payah pula mendapat pedang ini dariku."
"Jadi . . . kau menghendaki pedang itu kurebut darimu melalui pertempuran?" tanya To Bi Hosiang sambil dikerutkan.
"Begitulah, losuhu!" Hayhauw mengiakkan pertempuran kumaksudkan bukanlah pertempuran mati-matian secara musuh. Melainkan adalah pertempuran pibu sebagai pembuka persahabatan. Bukankah orang-orang gagah sering
mengatakan bahwa melalui pibu dapatlah orang saling mengenal golongan masing-masing?" Dan taruhannya adalah pedang Imyangkian ini".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sungguh berwatak gagah sicu, akan tetapi cara bagaimanakah pibu yang kau kehendaki?"
"Maaf losuhu bukan sekali-kali aku menyombong diri akan pibu yang kuminta ini. Aku tak lebih hanya mohon sedikit pelajaran dari samwi sekalian."
Jawaban yang merendah dari pemuda itu, dapat dimaklumi oleh To Bi Hosiang bahwa dia bertiga ditantang secara sekaligus oleh anak muda itu sehingga dengan diam-diam, hwesio menganggap anak muda itu sangat sombong. Namun sebagai seorang pendeta yang mengutamakan kesabaran hati To Bi Hosiang tak mengutarakan perasaan menghadapimu seorang"
"Benar, losuhu. Dan ketentuannya, apabila aku kalah sudah logis pedang Im-yang-kiam ini kuserahkan kepada kalian.
"Akan tetapi jika pihak kami yang kalah?" To Bi Hosiang coba memancing.
"Tetap kuserahkan juga pedang ini kepada kalian dan betapapun juga mana ada harapan aku dapat menangkan kalian bertiga?"
To Bi Hosiang menghela napas. "Baiklah sicu. Biarpun sesungguhnya kami merasa kurang pantas maju bertiga namun karena hal ini menjadi syarat yang kau ajukan dan demi membela Im-yang-kiam, baiklah kami maju bertiga memperlihatkan kebodohan kami, hitung-hitung kami merebut pedang itu dari To Tek Hosiang, sendiri. Tapi ingatlah sicu bahwa hal ini bukan sekali-kali sebagai bibit permusuhan.
Han Hayhauw tersenyum dan menggarami "Losuhu
bukankah tadi sudah kukatakan bahwa pibu adalah sebagai pembuka persahabatan" Nah, kupersilahkan samwi mulai maju."
Betapapun juga To Bi Hosiang menjadi penasaran.
"Jangankan kami maju bertiga, sedang aku seorang saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapimu belum tentu kau menang anak muda
sombong". Demikian hwesio tua ini berkata didalam hatinya, dan setelah ia memberi isyarat kepada kedua sutenya, ia berkata pula terhadap pemuda penantangnya itu: "sicu, pinceng tentukan bahwa batas pibu ini, selama seratus jurus dan kami bertiga akan berusaha mengambil pedang Im-yangkiam dari pinggangmu. Jikalau pedang itu selama seratus jurus ternyata tak dapat kami ambil maka kami kalah menerima kalah. Akan tetapi bagaimana seandainya kami sampai salah tangan dan pedang kami secara tak sengaja melukai dirimu?"
Han Hayhauw tersenyum "aku terima batasan yang losuhu tentukan dan terima kasih atas kekhawatiran nyasarnya pedang yang memang tak bermata itu. Tetapi percayalah bahwa selama seratus jurus aku akan menjaga pedang Imyang-kiam dan diriku baik-baik."
"Bagus!" seru To Bi Hosiang dan ketika mana ketiga hwesio itu telah menghunus pedang mereka dan membuat gerakan mengurung. Adapun Hayhauw juga sudah siap siaga tangan kiri menyekal erat-erat gagang pedang Im-yang-kiam yang tergantung di pingganya dan tongkat ditangan kanannya sudah disilangkan didepan dada, menanti datangnya
serangan. To Bi Hosiang maklum bahwa anak muda itu tak mau
menyerang lebih dulu, sambil berseru "sicu kami mulai menyerang. Awaslah pedang!" hwesio tua ini lalu
menyabetkan pedangnya kearah leher Hayhauw sebagai
pembuka serangan. Melihat datangnya sambaran pedang yang amat cepat dan kuat ini, diam-diam Hayhauw harus mengakui bahwa lawan-lawannya benar-benar memiliki kepandaian tinggi dan ia harus berlaku hati-hati untuk menghadapinya. Maka tanpa berlaku segan-segan lagi ia gerakkan tongkatnya, dan menangkis dengan gerakan tongkat menentang. To Bi Hosiang ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa betapa pedangnya terbentur oleh tongkat sianak muda itu, dan seakan-akan tertendang kembali, merasa kaget dan maklum bahwa anak muda itu memiliki tenaga Iweekang yang amat kuat, maka ia lalu menggerakkan pula pedangnya dengan cepat melancarkan serangan susulan, ditiru oleh kedua sutenya sehingga tak lama kemudian Hayhauw di keroyok oleh tiga batang pedang yang digerakkan, secara hebat.
Kalau mau dibandingkan kepandaian To Bi Hosiang dengan To Tek Hosiang, maka To Bi Hosiang adalah lebih bawah dua tingkat. Akan tetapi oleh karena To bi Hosiang kini maju bertiga, maka betapapun juga mereka merupakan lawan berat bagi Hayhauw. Mereka mengurung dan mengeroyok anak
muda itu dari tiga jurusan. Kalau yang seorang memancing dari depan maka yang seorang lagi berusaha untuk merampas pedang Im-yang-kiam dari pinggang Hayhauw. Baiknya
Hayhauw berginkang tinggi sehingga ia dapat berlaku gesit selain ia dapat mematahkan serangan-serangan pedang lawan dengan tongkatnya yang digerakkan secara luar biasa, juga ia dapat pula mengirim serangan balasan tak kurang hebatnya.
Demikianlah, dalam waktu sebentar saja, pertarungan satu lawan tiga itu sudah mencapai kebabak lima puluh jurus dan selama mana puaslah hati Hayhauw karena kini ia sudah dapat menyaksikan pergerakan dan perkembangan ilmu
pedang dari ketiga lawannya. Sekarang jelaslah baginya bahwa ketiga hwesio itu adalah benar-benar dari Cabang Siauwlimpay, karena ilmu pedang yang dimainkan sedikitpun tak beda dengan ilmu pedang yang dimainkan oleh To Tek Hosiang yang pernah dihadapi pada tiga hari yang lalu, sehingga sesudah mendapatkan keyakinan ia merasa rela untuk menyerahkan pedang Im-yang-kiam kepada mereka.
Sebaliknya ketiga hwesio itu terutama To Bi Hosiang merasa penasaran sekali karena sesudah lima puluh jurus, belum juga usaha mereka berhasil. Jangankan, untuk merenggut pedang Im-yang-kiam dari pinggang anak muda itu, sedangkan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendekati saja teramat sulit disebabkan pertahanan tongkat yang dipermainkan oleh anak muda itu sangat kuat, bagaikan benteng baja yang kokoh. Oleh karena itu To Bi Hosiang segera memberi isyarat kepada sutenya, maka ketiganya segera mengeluarkan tipu-tipu pedang Siauwlim kiamhoat yang amat lihay dan mengepung lebih rapat serta merangsak anak muda itu dengan serangan-serangan pedang mereka lebih gencar. To Bi Hosiang, yang sudah sesumbar tadi bahwa ia bersama dua sutenya akan merebut pedang Im-yang-kiam dalam seratus jurus, akan memalukan sekali kalau
omongannya ini tidak sampai terlaksana, maka itulah sebabnva ketiga hwesio ini sama mengambil keputusan bahwa dalam sisa waktu yang lima puluh jurus lagi ini mereka hendak benar-benar membuktikan perkataan To Bi Hosiang tadi.
Melihat perubahan serangan dari ketiga lawannya Hayhauw maklum bahwa kini ia tidak boleh bersikap bertahan saja.
Disamping mempertahankan nama dan Im-yang-kiam yang mereka akan rebut dalam lima puluh jurus yang mendatang ini, juga ingin memperlihatkan kelihaiyannya terhadap mereka terutama terhadap To Bi Hosiang yang tadi pernah sesumbar.
Maka bagi anggapan Hayhauw hwesio tua terlalu memandang rendah terhadap dirinya. Tiba-tiba pemuda ini berseru keras dan tubuhnya yang dikurung rapat oleh ketiga lawannya lalu meloncat keatas dan menerjang dari atas dengan tongkatnya kearah kepala To Bi Hosiang yang gundul kelimis itu. Dalam sekejap mata saja anak muda ini sudah dapat mengimbangi perubahan serangan para lawannya. Kalau tadi ia memang sengaja hanya bertahan saja dengan memainkan ilmu
tongkatnya bagian yang lambat untuk menghemat tenaga dan napas, adalah sekarang telah mengeluarkan ilmu tongkatnya yang bersifat menyerang disertai gerakan-gerakan yang gesit dan ginkangnya yang hebat, sehingga kini dialah yang menyerang karena sambil tubuhnya berkelebat kian kemari, ia dapat memecahkan kepungan ketiga lawannya, dan
menyerang mereka berganti-ganti! Akan tetapi ketiga hwesio
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauwlimpay dari kuil Lionhoksi itu bukanlah orang-orang lemah, selain memiliki ilmu kepandaian tinggi dan keuletan yang luar biasa, mereka juga mempunyai pengalaman tempur yang luas, hingga tidak mudah dibuat kecil begitu saja oleh perubahan gerakan Hayhauw. Biarpun sudah berpencar dan kedudukan mereka tidak bersifat mengurung lagi, namun karena Hayhauw harus menyerang ketiga tiganya secara bergantian, maka datangnya serangan itu berkurang cepatnya sehingga mereka tidak terlalu terdesak dan masih dapat menangkis dengan baik, hanya saja mereka kini agak sulit untuk balas menyerang disebabkan gerakan anak muda itu benar-benar melebihi kecepatan mereka.
Pertempuran hanya tinggal tiga puluh Iur jurus lagi dari pada batas yang sudah ditentukan oleh To Bi Hosiang tadi dan Hayhauw merasakan bahwa ketiga hwesio itu luarbusa
uletnya. Biarpun sekarang ia menjadi pihak penyerang, namun serangan-serangannya selalu dapat dipatahkan lawan dan kalau terus-terusan begini, maka dia sendirilah yang akan jadi payah kehabisan tenaga karena ia harus mengeluarkan tenaga tiga kali lipat dari pada tenaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lawannya. Maka ia lalu mencari akal dan berkat kecerdikannya ia segera mendapatkan siasat, tiba-tiba ia berubah lagi gerakan serangannya.
Kini ia tidak lagi, menyerang secara bergantian kepada tiga orang lawannya, melainkan mendesak To Li Hosiang, hwesio paling muda yang sudah diketahuinya paling lemah diantara ketiga hwesio itu. Ia merangsak terus serta mengirim serangan langsung bertubi-tubi, kepada To Li Hosiang. Hwesio muda ini yang tidak menyangka akan mendapat serangan bertubi-tubi, karena tadinya anak muda itu hanya memberi bagi sesekali atau sejurus serangan lalu berpindah menyerang yang lain, menjadi sibuk sekali. Setelah dapat dan berhasil menangkis tiga kali, serangan berturut-turut, serangan keempat, yang dilakukan luar biasa dan cepat seskali, tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat ia tangkis sehingga pundak kanannya kena ditotok oleh ujung tongkat sianak muda yang hebat itu.
To Li Hosiang terhuyung kebelakang dan pedangnya
terlepas dari pegangan tangannya yang menjadi lumpuh.
Dengan meringis kesakitan hwesio muda ini lalu melompat keluar dari kalangan pertempuran karena tangan kanannya terkulai lumpuh tak dapat digerakkan lagi.
To Bi Hosiang dan To Gi Hosiang melihat To Li Hosiang diluar kalangan sambil meringis, tanda bahwa dia mengaku kalah, menjadi tercengang dan mereka sangat menyesal sekali tak dapat membela sute mereka disebapkan serangan sianak muda yang berubah secara tiba-tiba itu tak mereka sangka sehingga To Li Hosiang kena ditotok. Disamping merasa kagum akan kelihayan pemuda itu pun sangat merasa
penasaran sehingga mereka mengirim serangan-serangan yang sangat nekat seakan-akan mereka lupa bahwa
pertempuran itu hanya berupa pibu. Akan tetapi, dengan mengeroyok bertiga saja mereka tak mampu mendesak
Hayhauw, jangankan untuk merenggut pedang Im-yang-kiam dari pegangan sianak muda sedangkan pedang mereka satu kalipun belum sempat menyentuh pakaian lawan yang masih sangat muda namun demikian lihay, maka apalagi kini mereka maju hanya berdua dan biarpun serangan-serangan mereka dapat dikata setengah kaIap, namun mereka harus mengaku bahwa sianak muda itu benar-benar sangat tangguh.
Dalam jurus yang kedelapan puluh lima, To Gi Hosiang berhasil mengeluarkan tangannya dan hendak merenggut pedang Im-yang-kiam. Ia melakukan hal ini dari belakang sianak muda, yang tengah meladeni rangsakan To Bi Hosiang, sehingga anak muda itu tampak lengah. Ketika tangan kirinya sudah hampir menangkap sarung pedang Im-yang-kiam yang segera akan ditariknya supaya talinya yang membelit dipinggang Hayhauw menjadi putus, sedangkan pedang yang ditangan kanannya mengambil posisi mengancam, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguh diluar sangkaannya sama sekali bahwa ketika itu tongkat sianak muda setelah dipergunakan menangkis pedang To Bi Hosiang yang ada didepannya, telah diputarkan secara langsung kearah belakang dan membentur pedang bersamaan tangan kirinya yang dimiringkan menyabet kesamping. Benar-benar Hayhauw seperti mempunyai mata dibelakang
tubuhnya, ia dapat melakukan gerakan yang tepat untuk mematahkan serangan lawan dari belakang, sehingga To Gi Hosiang sangat terkejut ketika pedangnya dibentur oleh tongkat, tangan kirinya cepat ia tarik kembali karena kalau tidak, besar kemungkinan tulang lengannya akan menjadi patah disabet pukulan sianak muda yang sudah diketahuinya memiliki tenaga Iwekang luar biasa kuatnya itu.
To Gi Hosiang cepat melompat mundur karena kuatir
bahwa lawan muda itu akan menyusul dengan serangan yang tak terduga dan benar saja ketika itu Hayhauw telah memutar tubuh cepat sekali dan tongkatnya tahu-tahu menyambar mengarah lambung. Meskipun To Gi Hosiang sudah menduga namun tak urung menjadi gugup juga, ia cepat menangkis dengan pedangnya akan tetapi pedang itu hanya menangkis tempat kosong karena tahu-tahu tongkat pemuda itu sudah pindah arah dan kini dengan gerakan mencongkel mengancam selangkangnya. Ia cepat meloncat untuk menghindarkan selangkangannya dari serangan yang berbahaya itu, akan tetapi justru karena ia meloncat, maka ujung togkat Hayhauw jadi menyentuh tulang dengkul kaki kirinya. Sambil mengaduh kesakitan To Gi Hosiang jatuh dalam keadaan duduk dan ternyata dengkul kirinya terkilir mendatangkan rasa sakit bukan main.
Setelah berhasil membuat To Gi Hosiang tak berdaya, Hayhauw cepat menghadapi To Bi Hosiang pula yang memang memiliki kepandaian paling tinggi, sehingga sampai jurus yang kesembilan puluh lima, hwesio itu masih dapat bertahan.
Sesungguhnya ketika itu To Bi Hosiang suda merasa payah karena setelah kedua kawannya kalap dan ia sendiri terus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didesak secara hebat, betapa mungkin ia dapat membuktikan omongan takaburnya tadi dalam waktu yang hanya tinggal lima jurus lagi saja itu. Oleh karena itu tanpa mempedulikan perasaan malunya, hwesio tua ini cepat melompat menjauhi serangan Hayhauw sambil berkata nyaring.
"Sicu, tahan tongkatmu! Pinceng mengaku kalah".
Han Hayhauw menghentikan permainan tongkatnya dan
memandang kepada To Bi Hosiang yang sudah berdiri agak jauh didepannya.
"Losuhu aku yang muda merasa berterima kasih sekali karena ternyata samwi sangat murah hati dan banyak
mengalah". To Bi hosiang menghela napas. Setelah menyarungkan
pedangnya kembali dan setelah menyusut keringat yang membasahi wajah dan kepala gundulnya, sambil tubuh agak dibungkukkan berkata: "Sicu, ilmu tongkatmu benar-benar sangat hebat dan dilihat dari perkembangannya sungguh sama dengan ilmu tongkat Tiong Sin Tojin! Mungkinkah kau adalah murid tunggalnya sebagaimana kata orang tua itu ketika beberapa hari yang lalu dia mampir kekuil kami?".
Pertanyaan dan pernyataan hwesio tua itu pada Hayhauw berdebar girang, "Jadi, losuhu kenal dengan Tiong Sin Tojin . .
. ?" tanyanya segera dengan wajah berseri.
"Pinceng bukan saja kenal, bahkan orang tua gagah itu adalah seorang kawan seperjuangan kami!"
Gembira hati Hayhauw tak terkatakan maka serta merta ia bertindak kedepan dan sambil mengayunkan pedang Im-yangkiam kepada hwesio itu yang sudah jelas baginya adalah merupakan orang segolongan atau sehaluan, sehingga ia tak perlu mesti bersangsi lagi seperti semula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Losuhu, terimalah pedang pusaka ini yang menjadi hak Siauwlim ini. Maafkanlah atas kelancangan dan
kekurangajaranku barusan."
Dengan sikap yang penuh hormat To Bi Hosiang menerima pedang dengan kedua tangannya dan ketika itu To Gi Hosiang yang pundak dan tangan mereka sudah sembuh pengaruh totokan tongkat Hayhauw tadi sudah berdiri dikedua sisi suheng mereka, dan mereka sama-sama bersikap hormat tatkala pedang Im-yang-kiam diterima oleh To Bi Hosiang.
"Sicu, pinceng atas nama cabang persilatan Siuawlim mengucapkan beribu-ribu terimakasih atas kemulyaan
hatimu", ujar To Bi Hosiang sambil kedua tangannya menggenggam erat-erat pedang Im-yang-kiam yang di
palangkan didadanya, seakan-akan takut direbut orang lagi.
"Dan kalau pineng boleh mengetahui benarkah bahwa sicu ini murid tunggal Tiong Sin Tojin sitongkat sakti dari Ngotaysan .
. . ?" "Tak salah, Losuhu, dan namaku yang rendah adalah Han Hayhauw, sehingga losuhu tak perlu menyebutku dengan sebutan sicu-sicuan segala! Maaflah karena baru sekarang aku memperkenalkan nama yang tiada artinya ini!".
To Bi Hosiang tersenyum sambil mengangguk-angguk.
"Hebat-hebat! sitongkat sakti telah mempunyai seorang murid yang begini gagah perkasa dan gagah berani, benar-benar kami merasa bangga dan berarti pihak kita telah ditambah satu tenaga yang kuat bagi perjuangan yang kita sedang hadapi!"
Akhirnya, atas ajakan To Bi Hosiang, Hayhauw mengikuti ketiga hwesio yang berjalan menuju kekuil Lianhoksi.
Disepanjang perjalanan Han Hayhauw banyak mendengar cerita To Bi Hosiang tentang letak kuil Lianhoksi diluar kota Thaygoan tentang pergerakan Tiong Gi pay dan tentang Ceng Kunhi yang selain bertindak selaku panglima muda dalam
"Pasukan Garuda", juga merangkap sebagai algojo yang amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejam sehingga panglima muda she Ceng itu mendapat
julukan Cioliamlo atau Simalaikat Elmaut tertawa!
Segala yang dituturkan oleh To Bi Hosiang tentu saja merupakan tambahan pengertian baru bagi Hayhauw yang masih belum berpengalaman, dan ketika anak muda ini mendengar betapa watak Ceng Kunhi yang menjadi musuh besarnya, membuat ingin cepat-cepat sampai dikota
Thaygoan! Ia merasa tak sabaran berjalan-jalan dengan ketiga hwesio yang melangkahkan kaki mereka secara lenggang kangkung itu, maka ia lalu mengajak mereka berjalan sambil berlari. Dan begitulah empat orang itu berlari seperti membalap, dan kenyataannya ketiga hwesio itu jadi
kepayahan dan tertinggal jauh oleh anak muda itu,
sungguhpun mereka sebenarnya sudah mengerahkan segenap ilmua lari cepat yang mereka miliki.
Demikianlah, dua hari kemudian keempat orang itu sudah sampai dikuil Lianhoksi. Kuil ini bangunannya tidak seberapa besar dan letaknyapun amat terpencil dari kelompok
perumahan penduduk. Disebelah kanannya terdapat sebuah hutan kecil yang banyak ditumbuhi pohon cemara,
dibelakangnya merupakan tanah lembah dan disebelah kirinya terbentang luas tanah sawah gersang dibakar musim
kemarau. Adapun didepan kuil Lianhoksi itu terdapat sebuah jalan yang kalau orang terus mengikuti jalan ini kearah timur, maka akan sampai dikota Thaygoan. Jalan ini sebenarnya merupakan jalan raya yang amat hidup karena sering dilalui para penduduk dusun sekitarnya yang membawa hasil
pertanian mereka untuk dijual dikota Thaygoan. Akan tetapi Hayhauw bersama tiga hwesio tiba disitu, keadaan jalan raya ini amat sunyi, tidak kelihatan orang berlalu lalang disebabkan gentingnya suasana dalam pergolakan. Penduduk dusun sekitarnya sudah pergi mengungsi kedaerah pedalaman, hanya para hwesio penghuni kuil Lianhoksi itu saja yang masih tetap tinggal disitu, bahkan para hwesio ini masih dapat bebas berlalu lalang kian kemari, malah kedalam kota Thaygoan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimana penduduk umumnya selalu dicurigai oleh pihak
"Pasukan Garuda", para hwesio dari kuil Lianhoksi ini dapat keluar masuk kota tanpa mendapat gangguan.
Selaku ketua Lianhoksi adalah seorang hwesio yang sudah tua bernama To Gun Hosiang. Adapun pendeta-pendeta
bawahannya adalah To Lek Hosiang situkang sesapu. To Gi Hosiang situkang masak dan ketiga hwesio lainnya yang pembaca sudah mengenalnya, yaitu To Bi, To Li, dan To Gi Hosiang, yang mempunyai tugas bergerak diluaran. Tiga hwesio yang belakang ini sering mendatangi para hartawan dikota Thaygoan untuk minta derma dengan alasan yang mereka kemukakan untuk membiayai kuil Lianhoksi. Oleh karena sikap mereka tampak netral, maka sampai begitu lama mereka belum dicurigai oleh pihak pembesar penjajah setempat, bahkan para balatentara Mongol sangat
menghormat terhadap biarawan-biarawan dari Lianhoksi ini, padahal pada lahirnya saja mereka bersikap seperti netral, seperti tidak turut campur dengan segala urusan dunia, sedangkan keadaan sebenarnya, hwesio-hwesio dari cabang Siauwlimpai ini rata-rata memiliki jiwa patriot yang gagah dan tentu saja dalam perjuangan yang sedang berkecamuk itu mereka memihak perjuangan rakyat jelata. Mereka merupakan tokoh-tokoh pendukung dan pembantu yang aktif sekali bagi kesatuan Tiong-gi-pay, yang hasil derma sebagian besar mereka sumbangkan kepada perkumpulan pejuang itu. Hanya keaktifan mereka dilakukan sedemikian aktif dan rapi, sehingga itulah sebabnya mereka selama ini belum dicurigai oleh pihak pemerintah penjajah. Hanya waktu paling belakang saja, selelah kesatuan Tiong gi pay nampak makin kuat dan sudah beberapa kali menyerbu dan mengancam kota Taygoan sehingga mengakibatkan kerugian tak sedikit bagi pihak
"Pasukan Garuda", maka pemerintah penjajah setempat secara diam-diam mulai mengadakan pengawasan terhadap gerak-gerik para hwesio penghuni kuil Lianhoksi itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu depan kuil Lianhoksi tertutup rapat ketika Hayhauw yang dibawa oleh To Bi Hosiang tiba disitu. To Bi Hosiang mengajak anak muda itu masuk dari pintu belakang dan ketika mereka melalui samping kuil tersebut, Hayhauw mendengar dari dalam kuil suara orang membaca liamkeng (doa).
"Toasuhu dan kawan kawan sedang sembahyang, silahkan kau duduk disini sebentar" kata To Bi Hosiang yang mempersilahkan Hayhauw menunggu diruang dapur. Dan
pada saat selanjutnya Hayhauw duduk diruangan dapur itu seorang diri, karena ketiga hwesio yang datang bersamanya tadi telah memasuki kuil dan agaknya mereka turut
sembahyang. Hayhauw merasa terlalu lama duduk menunggu disitu,
sedangkan hatinva ingin cepat-cepat mencari Ceng Kunhi musuh besarnya.
"Daripada aku berdiam diri lama-lama sehingga membuang waktu percuma, lebih baik aku pergi jalan-jalan dulu kekota Thaygoan, barangkali saja aku bisa menemukan sisetan bermata juling!" demikian anak muda itu berkata didalam hatinya sendiri, tetapi untuk sesaat ia merasa ragu oleh karena sudah dapat menduga, bahwa memasuki kota
Thaygoan bukanlah suatu hal yang mudah, tentu ia akan banyak menemukan kerewelan-kerewelan dari bala tentara yang menjaga ketat kota tersebut, merupakan seorang yang masih sangat asing, sehingga dirinya sudah tentu takkan lepas lari pada kecurigaan! Bagaimana akal . . . " Berkat kecerdikan yang dimilikinya sejak kecil segera ia mempunyai akal.
Demikianlah, sebelum ia pergi meninggalkan ruangan dapur kuil Lianhoksi itu, terlebih dulu ia pakai baju penuh tambalan yang dibekalnya dari Ngotaysan. Buntalan pakaiannya ia tinggalkan diatas bangku bekas tempat duduknya sebagai tanda bagi para hwesio bahwa ia akan kembali lagi kesitu kalau para hwesio itu mencarinya. Dari kuil Lianhoksi ia berjalan menelusuri jalanan yang mengarah ketimur. Sebelum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia memasuki kota Thaygoan, wajah dan rambutnya dikotori debu dan ikatan rambutnya sengaja dilepaskan sehingga rambut yang kotor itu riap-riapan menutupi wajahnya yang kotor pula. Benar-benar ia sangat mirip jembel yang jorok!
Benar saja siasat ini berhasil seperti apa yang ia kehendaki.
Dengan pura-pura gila dan ngacobelo sambil memukul mukul batu-batu koral dengan ujung tongkatnya, anak muda yang cerdik dan memiliki keberanian luar biasa ini dapat berjalan memasuki kota dengan seenaknya dan para prajurit yang menjaga sama sekali tidak mengacuhkannya! Sambil ketawa ia hahehe mulut "gilanya" memaki maki "sikeparat! juling" dan kemudian la menukil sebuah arca singa-singaan hingga hancur. Yang membuat arca batu singa-singaan, bukan oleh pukulan tongkatnya. melainkan oleh pukulan Pha Cok seng!
hun ciang yang dilancarkan oleh tangan kirinya secara diam diam dan inilah kemudian yang menarik perhatian seorang komandan penjaga yang menaruh curiga serta menganggap satu penghinaan bagi panglima mudanya. Dari komandan inilah Hayhauw jadi dapat memancing dimana adanya musuh besarnya dan bagaimana kejadian yang dialaminnya oleh Han Hayhauw selanjutnya, betapa ia dikeroyok oleh para perwira
"pasukan! Garuda" dan berhadapan dengan Kulangcha si panglima tua yang bersenjatakan bulan bintang yang berhasil dipermainkannya itu dan akhirnya disebabkan ia tidak dapat menjumpai musuh besar yang dicarinya betapa kemudian ia
"melarikan diri", dikejar oleh Kulangcha dan disusuli oleh Ceng Kunhi yang menunggang kuda sebagaimana pertama dalam cerita ini. Pembaca tentu belum lupa, bukan"
oooooocoOdwOoooocooo Ceng Kunhi terus membalapkan kudanya mengejar dan
hatinya terus bertanya-tanya "Siapakah jembel muda lihay yang tak mau memberitahukan namanya itu " Dan mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara sangat kurangajar berani menghina dan mencari nya
....... " " Kemudian Kulangcha yang berlari duluan dapat disusulnya dan napas panglima tua bangsa Mongol itu sudah terengah-engah sehingga kemudian panglimatua ini lalu di "bonceng"
oleh Ceng Kunhi dan benar benar kuda tungganngan itu kuat luarbiasa, biarpun ditunggangi oleh dua orang, ia masih kuat berlari cepat seperti terbang, sungguhpun dari mulut dan lobang hidung nya sudah mengeluarkan busa putih.
Ketika itu Hayhauw sucah tiba pula dikuil Lianhoksi dan ia mendapat kenyataan bahwa para hwesio masih belum ada yang keluar. Dari dalam kuil masih terdengar suara liankeng yang penuh khidmat. Hayhauw tidak berani membuat berisik dan oleh karena ia merasakan badannya amat gerah, maka setelah mengambil buntalan pakaiannya ia lalu mencari tempat mandi untuk membersihkan tubuhnya yang bau
keringat serta wajah dan rambutnya yang sengaja dikotori debu tadi. Akan tetapi disekitar kuil itu ternyata ia tidak menemukan kamar mandi, dan kemudian ia melihat bahwa dari belakang kuil tersebut terdapat sebuah jalan kecil menurun kearah lembah. Seperti ada yang menunjukkan, maka Han Hayhauw lalu mengikuti jalan itu dan setelah berjalan jauh menuruni lembah, kemudian ternyata didasar lembah yang dalam itu ia dapatkan sebuah gubuk keci1
tempat pemandian yang airnya bersumber dari sebuah lubang didinding tebing jurang itu. Airnya begitu jernih dan sejuk sehingga Hayhauw setelah mandi disitu merasakan tubuhnya sangat segar. Ia sekalian pula mencuci pakaian yang sudah kotor. Ya, sejak ia turun gunung, baru kali inilah ia mencuci pakaian. Sambil menunggu cuciannya kering dibawah jemuran matahari, ia duduk dibawah sebatang pohon sambil
merasakan kemendongkolan hatinya oleh karena tadi ia tidak sempat bertemu dengan musuh besarnya. Pikirannya bekerja keras untuk mencari akal bagaimana ia bisa mencari Ceng Kunhi sampai bertemu tanpa menjumpai banyak rintangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari "batu-batu koral" yang tak berguna itu. Akan tetapi sebelum akal yang dicarinya itu diperoleh, tiba-tiba jalan pikirannya membelok kelain arah jadi menyeleweng
melamunkan dara jelita yang selama ini sudah membuat hatinya selalu gandrung sampai tersengsam. Lagi-lagi wajah dara itu terbayang didepan matanya, tersenyum manis kepadanya membuat hatinya seperti dikitik-kitik. Anteng dan asyik ia melamunkan dara yang sudah merenggut hatinya itu, dan memanglah lagi seorang pemuda yang baru mengangkat dewasa seperti Hayhauw tak ada kenikmatan sehingga anteng dan asyik seperti terpukau dari pada melamunkan dara yang dicintainya, sungguhpun cintanya itu hanya baru berupa cinta sepihak belaka.
Angin d lembah itu bersilir-silir perlahan dan seperti biasa, apabila seorang habis mandi diwaktu tengah hari dimusim panas, mula-setelah baru rnandi memang ia rasakan segar, tetapi kemudian rasa segar itu lalu berubah menjadi lesu, ditambah lagi tiupan angin yang bersilir-silir, maka agaknya sudah menjadi sifat alam kalau orang itu didatangi perasaan mengantuk. Demikianlah apa yang dialami oleh Hayhauw ketika itu, lamunan yang tengah ia nikmati itu sudah beberapa kali diganggu oleh kuapan matanya perlahan-lahan mulai menyipit seakan akan kelupak matanya merasa berat diganduli perasaan mengantuk yang merangsangnya. Ditambah lagi sejak turun gunung memang Hayhauw boleh dibilang sangat kurang tidur, maka tanpa dapat dikuasai pula akhirnya ia tenggelam dalam kepulasan, tidur nyenyak sambil punggung dan kepalanya disandarkan sebatang pohon. Entah berapa saat lamanya ia tertidur, suasara yang sepi jempling sedikitpun tak terusik suara gaduh dan ribut yang terjadi diatas lembah curam itu, yaitu kegaduhan dan keributan yang terjadi didalam kuil Lianhoksi selama Hayhauw tidur lelap.
Kulangcha vang dibonceng oleh Ceng Kunhi menunggang kuda yang melakukan pengejaran terhadap Hayhauw tadi, akhirnya sampailah didepan kuil Lianhoksi. Mereka tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani melakukan pengejaran terus karena maklum bahwa apabia mereka terus mengejar sampai jauh kedalam
pedesaan, bahaya sekali. Maka Ceng Kunhi menghentikan kuda tunggangannya persis didepan kuil itu. Mereka
meragukan bahwa pemuda lihay tadi berlari terus menuju kepedesaan sangat mungkin ia mampir dan sembunyi didalam kuil ini, demikian pikir kedua panglima itu menduga-duga.
Apalagi para hwesio penghuni kuil Lianhoksi itu pada waktu paling akhir sudah berada dibawah pengawasan mereka, sudah diincar bahwa para pendeta yang selama ini kelihatan bersikap netral dan "non aktip" itu, harus dicurigai.
Berdasarkan kecurigaan inilah, mereka merasa berhak untuk menggeledah seisi kuil itu, dengan alasan yang utama mencari si-pengemis muda lihay yang telah membuat kekacauan tadi.
Ceng Kunhi dan Kulangcha turun dari kuda dan keduanya segera mengetuk daun pintu itu. Berkali kali mereka mengetuk, tetapi sampai beberapa saat lamanya mereka menanti dan pintu itu belum juga dibukakan, hilanglah sabar mereka sehingga akhirnya mereka menggedor pintu itu dengan menggunakan kaki-kaki mereka yang bersepatu.
Namun belum juga pintu itu dibukakan orang dari dalamnya.
Ketika itu para serdadu yang tadi mengikuti Kulangcha mengejar, telah tiba disitu. Mereka yang tiba hanya sebagian saja, karena yang sebagian lagi mogok ditengah jalan, tak kuat berlari dari kota Thaygoan kekuil Lianhoksi yang jauhnya kurang lebih duapuluh li itu. Sedangkan yang mampu berlari sehingga sampai dikuil tersebut, mereka sudah payah keadaannya, nafasnya hampir habis.
Kulangcha marah sekali karena pintu kuil itu belum juga dibuka, dan ketika ia melihat bahwa para serdadu anak buahnya sudah datang, segera ia mengeluarkan perintah untuk mengurung kuil tersebut sehingga dalam sekejap saja seputar kuil Lianhoksi sudah dikurung oleh para serdadu.


Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Kunhi dan Kulangcha menendang-nendang lagi daun pintu kuil sambil mulut mereka berteriak-teriak: "Buka pintu!
Buka! Kami panglima dari Pasukan Garuda datang . . . !"
Dan, akhirnya pintu itu terbuka juga bersamaan munculnya To Lek Hosiang. Hwesio situkang sapu yang berbadan tinggi kurus dan sepasang matanya yang sipit itu nampak lemah lembut akan tetapi beisinar tajam sekali. Begitu tajam dilihatnya bahwa yang berdiri dihadapannya adalah dua orang panglima dari "Pasukan Garuda", To Lek Hosiang sambil berseri lalu membungkukkan tubuh sedikit dan tangannya terangkat kedada sebagai penghormatan untuk menyambut kedatangan kedua tamu yang nampak marah-marah itu.
"Oh, kiranva yang datang adalah jiwi ciang kun. Maaf-maaflah atas kelambatan pinceng membukakan pintu
sehingga membuat jiwi ciangkun lama menantinya"
"Memang kami sudah lama menanti, hampir saja hilang sabar dan akan kami dobrak pintu ini!" Ujar Ceng Kunhi, yang bukan saja tidak membalas penghormatan hwesio itu, malah perkataan yang diucapkannya sangat kasar dan bernada dingin.
Maklum bahwa panglima muda itu adalah seorang yang
berwenang dan sering melakukan wewenangnya secara
sewenangnya. To Lek Hosiang makin membungkukkan
tubuhnya sambil bersoja-soja dan irama katanyapun halus sekali tatkala ia mengucapkan.
"Maaf, maaf. Pinceng yang sudah tua dan pikun ini mengaku telah membuat kepala yang sangat besar. Akan tetapi bolehkah pinceng mengetahui maksud kunjungan jiwi yang terhormat ini!"
Kulangcha menjawab tegas. "Losuhu, kami akan memeriksa kuil ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
To Lek Hosiang nampak kaget. "Akan jiwi periksa kuil kami ini" Pinceng takkan merasa keberatan, asal saja terlebih dahulu pinceng ketahui alasan yang menjadi dasarnya."
"Kami sedang mengejar seorang pemuda buronan yang telah membuat kekacauan dikota, dan pada sangkaan kami dia bersembunyi didalam kuil ini!" Kulangcha menerangkan.
To Lek Hosiang mengerutkan kening ketika memberi
keterangan yang sesungguhnya.
"Harap jiwi percaya bahwa didalam kuil ini tidak ada seseorang dari luar kecuali para pendeta tetap penghuni kuil ini yang tentu jiwi sudah mengenalnya. Sesungguhnya orang yang jiwi cari itu sama sekali tidak pinceng lihat."
Memang To Lek Hosiang benar-benar tidak pernah melihat orang luar yang memasuki kuil itu, karena ketika Hayhauw yang datang bersana tiga kawannya tadi ia sedang
sembahyang bersama ketua kuil dan seorang kawannya lagi pendeta si juru dapur didalam kamar khusus tempat
sembahyang. Sedangkan To Bi Hosiang bertiga masuk tadi belum sempat menceritakan apa-apa karena mereka terus turut sembahyang. Inilah sebabnya maka apa yang dikatakan hwesio itu terhadap Kulangcha dan Ceng Kunhi adalah keterangan yang sebenarnya.
"Betapapun juga, kami akan memeriksa kuil ini!" kata Ceng Kunhi keras dan panglima muda ini tanpa mengacuhkan To Lek Hosiang yang masih berdiri diambang pintu seakan-akan menghedakinya, lalu bertindak memasuki kuil dan agaknya ia sengaja akan menendang. Hwesio itu cepat melangkah
mundur dan kemudian ia berdiri lagi dimulut pintu yang menuju ruangan tengah, yaitu ruangan khusus tempat
sembahyang. Dan ketika Ceng Kunhi yang dibuntut oleh Kulangcha
hendak masuk keruangan sembahyang itu secara paksa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hwesio itu melintangkan tangannya kekanan kiri sambil berkata dengan nada tetap halus.
"Maaf ciangkun, untuk sementara pinceng tak mengijinkan jiwi memasuki ruangan sembahyang ini! Ketua kuil bersama-sema kawan pinceng sedang bersembahyang dan tak boleh diganggu. Kalau dapat, pinceng minta dengan hormat, harap jiwi sabar menanti sebentar, sampai selesai mereka
sembahyang". Karuan saja cegahan hwesio ini membuat kedua perwira tinggi makin curiga dan memperkuat sangkaan mereka bahwa didalam ruangan itu pasti bersembunyi pemuda yang mereka kejar. Melihat pintu yang menjurus ruangan sembahyang itu tidak tertutup dan hanya dialingi kain muili (tirai), Ceng Kunhi sama sekali tak mau mengindahkan perintah To Lek Hosiang.
Secara kasar sekali ia menampar tangan kanan To Lek Hosiang yg dihalangkan itu dan dengan cepat ia melompat masuk. Akan tetapi gerakan To Lek Hosiang lebih cepat lagi, tangan kanannya yang ditampar tadi segera diputarkan kebawah dan menangkap lengan kiri panglima muda itu yang lalu digentakkannya kedepan sehingga tubuh Ceng Kunhi jadi tertarik mundur kembali dalam keadaan setengah terhuyung.
Bersama dengan itu Kulangcha juga tidak tinggal diam, panglima tua ini telah menggerakkan tubuhnya, mencoba masuk pula melalui jalan disebelah kiri tubuh To Lek Hosiang, bahkan sambil menyerobot masuk tangan kirinya mengirim serangan berupa totokan kearah lambung pendeta itu. Akan tetapi To Lek Hosiang cukup waspada, maklum, bahwa
panglima bangsa Mongol itu hendak memaksa masuk sambil mengirim serangan keji. Ia segera menggerakkan tangan kirinya, dengan telapak tangan miring disabetkannya kebawah dan tepat sekali pergelangan tangan Kulangcha yang
mengirim totokan itu dapat dihantamnya bersamaan tangan kanan To Lek Hosiang dengan menggunakan ibu jarinya yang menjadi kaku keras seperti baja menotok jalan darah Ceng pekhiat dipinggang panglima itu sehingga pada detik itu juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kulangcha menjerit kesakitan dan tubuh jatuh meloso kelantai. Ternyata sambungan tulang dipergelangan
tangannya telah menjadi teklok dan tubuhnya lemas tak berdaya, karena Ceng pekhiat yang ditotok oleh ibu jari To Lek Hosiang itu adalah jalan darah yang melumpuhkan seluruh tubuhnya. Kulangcha meringkuk dilantai tak berdaya, sambil matanya mendelik marah panglima yang mempunyai nama julukan Goatsong Taysu ini tengah mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan kelumpuhan yang memasuki
tubuhnya. Hal ini bukan disebabkan bahwa ilmu kepandaian Kulangcha kalah oleh hwesio itu, melainkan ia terlalu memandang rendah terhadap pendeta situkang sesapu, itu sehingga ia kurang waspada serta samasekali tak menyangka bahwa To Lek Hosiang akan dapat balas menyerang dengan totokan yang secepat itu, sehingga dengan malu dan marah ia mesti menerima akibat dari kecerobohan sendiri.
"Maaf, jiwi ciangkun, atas kekerasan yang terpaksa pinceng lakukan ini "ujar To Lek Hosiang dan nada katanya tetap sehalus tadi.
Akan tetapi ketika itu Ceng Kunhi sudah marah sekali. Tadi ketika tangannya dihentakkan oleh To Lek Hosiang ia sudah maklum bahwa tenaga kepala gundul itu besar sekali sehingga tubuhnya setengah terhuyung dan kalau tak cepat ia
menguasai keseimbangan tubuhnya, nyaris jatuh terjengkang.
Adapun kini setelah dilihatnya betapa Kulangcha meringkuk lemas akibat totokan dan mendengar perkataan To Lek Hosiang yang bagi telinganya terasa menyindir, maka panglima muda yang sejak dulunya tak pernah menerima perlakuan kasar dari orang lain ini menjadi murka sekali dan tahu-tahu ia sudah mencabut pedang yang gagangnya dilapisi emas murni itu.
"Hwesio kurang ajar! Tidak tahukah kau sedang
berhadapan dengan siapa"!" Ceng Kunhi menghardik sambil menodongkan pedangnya kepada hwesio itu dan sepasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matanya melotot sehingga manik mata yang tak normal itu makin menjuling.
"Pinceng tahu bahwa pinceng sedang berhadapan dengan para perwira tinggi yang penuh wewenang, tapi sayang sekali mempunyai langkah yang kasar dan tidak sopan!" sahut hwesio itu, dan betapa besar kesabaran yang dimilikinya, hwesio ini tak urung menjadi panas juga hatinya.
"Kau sudah tahu bahwa kami mempunyai penuh
wewenang, tetapi mengapa kau berani melarang maksud kami" Ketahuilah, segala sesuatu yang berada diwilayah Thaygoan adalah menjadi kekuasaan kami dan kami
berwenang untuk mengawasi dan memeriksanya, termasuk kuil ini! Tahukah engkau, hukuman apa terhadap siapa yang berani menentangnya?" Dengan menonjolkan pengaruh kedudukannya Ceng Kunhi mengancam.
"Hukuman apa pinceng tidak tahu! hanya yang pinceng tahu ialah jangankan para panglima dari sebuah pasukan, biar kaisar sekalian yang wewenangnya paling besar, tak berhak untuk mengganggu para ulama yang sedang sembahyang."
Jawaban To Lek Hosiang ini memang sangat mengenai,
sehingga hati Ceng Kunhi merasa tersinggung karena merasa dihina, maka karuan saja kemarahannya jadi meluap.
"Keledai gundul, kalau kau katakan kaisar tak berhak mengganggu, maka pedangku yang tidak bermata inilah mempunyai hak penuh!" teriaknya menggeledek sambil pedangnya digerakkan mengirim serangan kilat.
Melihat dirinya diserang hwesio ini mengebutkan lengan bajunya yang lebar dan panjang menangkis dan ia masih sempat berkata.
"Omitohut . . . ! Beginilah kalau seorang yang dirinya merasa penuh wewenang, sehingga berbuat hanya
menurutkan suara hati yang dipenuhi hawa nafsu dan
mengandalkan pengaruh kedudukan dan sedikit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaiannya, tanpa mempertimbangkan dari otak yang sehat!"
Ceng Kunhi makin marah dan terus menerjang tambah
sengit. Ilmu pedang Siauwlim-kiam-hoat warisan To Tek Hosiang yang dimainkan memang cukup hebat. Ditambah lagi mempunyai hati kejam selaku algojo sehingga ia mendapat julukan si Malaikat Elmaut tertawa, maka sedikitpun ia tak merasa segan untuk membunuh hwesio itu didalam kuil Lianhoksi yang oleh umum dipandang suci. Sebaliknya biar To Lek Hosiang adalah tukang sesapu, akan tetapi kepandaiannya justru tak boleh dipandang rendah. Apalagi kalau ia memegang senjata istimewanya, yaitu seikat sapu lidi yang biasa dipergunakan untuk menyapu halaman, ia dapat
menandingi lawan yang bersenjatakan apapun oleh karena sesungguhnya ilmu kepandaian yang dimiliki oleh To Lek Hosiang hanya berbeda setingkat lebih bawah dari ilmu kepandaian To Gun Hosiang ketua kuil Lianhoksi. Maka biarpun kini senjata istimewanya tak berada ditangannya, hwesio ini dapat melayani Ceng Kunhi yang menggerakkan pedangnya secara sengit itu. Ia hanya mengandalkan
sepasang lengan jubahnya untuk menangkis atau balas menyerang dan yang mengagumkan sekali ialah, biarpun tubuhnya bergerak kian kemari untuk menghindarkan diri dari serangan pedang lawan, namun sepasang kakinya tak pernah ingkar dari tempat dimana dia berinjak, sehingga dengan demikian mencerminkan bahwa ia tetap menjaga pintu
ruangan sembahyang itu dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ceng Kunhi merasa penasaran sekali karena berkali-kali ia melakukan serangan dan tujuan serangannya justru mau membunuh hwesio itu, namun kenyataannya setiap kali pedangnya kena sampokan lengan jubah yang hanya terbuat dari pada kain kasar itu, bukannya lengan jubah itu terbabat, bahkan justru membuat pedangnya membalik terpental dan ia rasakan tenaga sampokan itu kuat sekali. Selanjutnya makin sengit dan hebatlah ia mengamuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan bertubi-tubi dilancarkan oleh Ceng Kunhi dengan pedangnya, hanya diganda ketawa saja oleh hwesio itu.
Biarpun hwesio itu tidak berpindah dari tempat berdirinya, akan tetapi justru merupakan sebuah patung yang sukar diserang, sehingga membuat panglima itu makin gemas dan penasaran. Setelah panglima muda itu menyerang lebih empat puluh jurus dan selama mana tanpa hasil, tiba-tiba hwesio itu berseru keras, ketika itu lengan jubah tangan kirinya telah membelit pedang bersamaan tangan kanannya mendorong tubuh Ceng Kunhi yang tanpa ampun lagi jadi terpelanting dan roboh mencium lantai sedangkan pedang itu telah pindah tangan.
"Bagus Lekte (adik Lek)! Serahkan pedang itu kepadaku!"
tiba-tiba terdengar suara yang berpengaruh sekali dari belakang To Lek Hosiang. Hwesio ini Cepat membalik dan ternyata bahwa To Gun Hosiang, ketua kuil Lianhoksi telah berdiri diambang pintu yang dijaganya dengan perasaan penuh tanggung jawab tadi.
Sambil menjura dengan penuh hormat, To Lek Hosiang lalu serahkan pedang rampasannya itu kepada To Gun Hosiang yang menerimanya, sambil memandang tajam kepada gagang pedang yang dilapisi emas murni itu. Kemudian setelah melihat tubuh Kulangcha masih meringkuk dan belum dapat memulihkan keadaan tubuhnya yang diserang lumpuh akibat totokan To Lek Hosiang tadi, To Gun Hosiang berkata: "Lekte, tolonglah keadaan panglima tinggi yang kita hormati itu!"
To Lek Hosiang menurut dan setelah menepuk satu kali dipunggung Kulangcha, maka panglima tua ini serta merta dapat bangkit sendiri dan sungguhpun kelumpuhannya sudah lenyap, tapi ia masih meringis menahan rasa sakit
dipergelangan tangannya yang sudah mulai membengkak itu, sehingga ia tidak berani berbuat sesuatu, hanya dari sepasang matanya saja seakan-akan menyorotkan sinar api karena kemarahan yang ditahannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatkala mana To Gun Hosiang berkata pula. "Tadi pinceng dengar bahwa jiwi ciangkun hendak memeriksa kuil ini, sekarang pinceng sudah selesai sembahyang maka pinceng persilahkan . . ."
Sambil menyusut darah yang mengucur dari lubang
hidungnya akibat mencium lantai tadi Ceng Kunhi memandang kepada Kulangcha yang masih meringis-ringis. Untuk sejenak mereka saling pandang seakan-akan merasa ragu. Kemudian Kulangcha yang lebih cerdik dan waspada segera
mengeluarkan perintah kepada beberapa orang serdadunya yang sejak tadi menjaga dan mengurung diluar kuil dan begitulah, lima orang prajurit dengan senjata siap ditangan, mulai melakukan penggeledahan. Setiap pelosok diperiksa, setiap apa yang menghalangi dan dicurigai diungkap-ungkap, sungguhpun serdadu penggeledah itu bersikap garang, akan tetapi mereka tak berani berlaku kurang ajar oleh karena melihat sikap para hwesio penghuni kuil Lianhoksi yang berjumlah enam orang itu, yang selalu mengawasi mereka selama mereka melakukan penggeledahan, membuat bulu tengkuk mereka berdiri karena maklum bahwa para hwesio itu rata-rata memiliki kepandaian tinggi.
Penggeledahan selesai dan Kulangcha menerima laporan dari seorang serdadu bahwa anak muda yang dicarinya benar benar tiada. Kembali Kulangcha dan Ceng Kunhi saling pandang dan wajah mereka berubah merah karena kecewa dan malu, sehingga mau tak mau akhirnya mereka terpaksa menjura terhadap To Gun Hosiang sambil mengucapkan maaf.
Sambil tersenyum manis To Gun Hosiang berkata "jiwi ciangkun, pinceng puji akan ketelitian kalian ini, membuktikan bahwa kalian sangat waspada sehingga pihak kamipun tak luput dari kecurigaan kalian. Hanya sangat pinceng sesalkan bahwa kalian telah berlaku terlalu kasar dan tidak
mengindahkan tata tertib yang berlaku didalam kuil ini sehingga kalian tidak memiliki disiplin kemiliteran, maka kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal ini sampai terdengar oleh kaisar, bukanlah jiwi sebagai perwira tinggi akan mendapat kecaman yg tidak enak sekali"
Cengciamkun, terimalah kembali senjatamu ini dan setelah ternyata kecurigaan kalian yang ditimpakan kepada kami tidak terbukti, maka pinceng harap lain kali jiwi jangan mengganggu ketentraman kuil kami lagi"
Sambil berkala demikian, To Gun Hosiang menyerahkan kembali pedang yang bergagang emas itu kepada pemiliknya dan ketika itu ia mengasurkan senjata itu ia sodorkan gagangnya kepada Ceng Kunhi sementara ia sendiri
memegang ujung pedang yang runcing dan tajam itu. Dengan kepala tunduk Ceng Kunhi menerima pedangnya dan segera dimasukkan kedalaam sarungnya dan akhirnya, tanpa
mengatakan minta diri baik Ceng Kunhi maupun Kulangcha, segera berjalan keluar kuil dan menyengklak kuda yang mereka berdua tunggangi tadi yang lalu, dikeprakkan sehingga kuda itu lantas berlari membawa mereka kekota Taygoan. Betapa mendongkol dan malu rasa hati kedua panglima ini, karena perkataan dari To Gun Hosiang yang terakhir benar-benar sangat menusuk telinga dan hati kecil mereka.
Kalau Ceng Kunhi dan Kulangcha meninggalkan kuil
Lianhoksi dengan cepat, adalah para serdadu berjalan-jalan mungkin disebabkan mereka ini masih merasa letih sehabis berlari sekuat tenaga ketika mereka tadi. Bahkan kurang lebih sepuluh orang diantara mereka, masih tinggal berdiri merubung dikuil itu sambil berbicara berbisik-bisik. To Lek Hosiang yang ada diambang pintu merasa curiga melihat mereka, dan lalu menegurnya "pemimpin kalian sudah pergi, tetapi kalian masih berdiam merubung disini, mau tunggu apa lagi?"
Mendengar teguran ini para serdadu itu jadi kurang senang dan memang dihati mereka sedikitnya menyimpan dendam terhadap To Lek Hosiang setelah menyaksikan betapa kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pe-mimpin mereka tadi dibikin tidak berdaya oleh hwesio ini.
Sebentar mereka saling pandang antara kawan sendiri dan telah berunding tiba-tiba mereka sama memungut batu lalu disambitkan, kepada hwesio itu. Karuan saja To Lek Hosiang menjadi marah cepat ia menyambar seikat sapu lidi yang biasa dipakainya membersihkan halaman, yang disimpannya
dipinggir pintu kuil. Seakan-akan ia tidak menghiraukan batu-batu yang menghujani tubuhnya, ia lalu menggerak-gerakan sapulidi dipekarangan dimana memang terdapat juga batu-batu koral sehingga nampaknya ia sedang menyapu
pekarangan itu, sambil mulutnya mengomel.
"Bedebah! Anjing-anjing buruk ini sungguh tak tahu diri . . .
!" Dan hebat sekali, sapu lidi yang digerak-gerakkannya seperti biasa ia sedang menyapu pekarangan itu, membuat batu-batu koral yang tersentuh oleh ujung sapulidi itu jadi beterbangan dan balas menghujani para serdadu itu. Inilah salah satu keistimewaan To Lek Hosiang dalam permainan sapulidinya, batang -batang sapu lidi itu dapat menjadi kaku dan keras seperti kawat baja sehingga batu-batu koral yang
"disapunya" jadi berterbangan seperti disambitkan oleh tenaga yang kuat, maka para serdadu itu segera ribut berkaok-kaok kesakitan karena tubuh dan kepala mereka, dibentur oleh batu-batu yang disambitkan secara luar biasa itu. Mereka tak kuasa melindungi diri maka segera mereka lari tunggang langgang sambil mengaduh-aduh karena tubuh dan kepala mereka yang benjol mereka rasakan sakit bukan main. Mereka lari kabur diiringi oleh suara ketawa To Lek Hosiang yang terkekeh-kekeh.
Adapun Ceng Kunhi ketika sampai dimarkas dan memeriksa pedangnya, barulah dengan terkejut sekali ia melihat bahwa ujung pedangnya hilang sebagian seperti dipatahkan. Ia teringat bahwa tadi ketika memberikan pedang ini, pendeta ketua Lianhoksi yang kelihatannya alim dan lemah lembut itu memegang ujung pedang, maka teringat betapa hebatnya tenaga hwesio tua yang baru memegang saja sudah dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mematahkan ujung pedang yang terbuat dari baja tulen itu, dapatlah diukur betapa tingginya ilmu kepandaian hwesio tua itu. Menghadapi To Lek Hosiang saja ia sudah tidak berdaya, apalagi kalau hwesio tua ketua kuil itu turun tangan, sehingga insaflah ia sekarang bahwa tadi memang ia telah berbuat terlalu kasar. Dan diam-diam Ceng Kunbi merasa bersyukur bahwa hwesio-hwesio itu tidak bermaksud mencelakakannya, maka ia mengambil keputusan untuk tutup mulut dan tidak menceritakan peristiwa yang amat memalukan ini kepada orang lain.
Setelah mengantar dengan pandangan matanya betapa
kawanan serdacu tadi lari pergi berserabutan, To lek Hosiang lalu masuk kedalam kuil dan menutup kembali pintunya. Ia menuju keruang sembahyang, dimana ia lihat bahwa kawan-kawannya sedang duduk merubung menghadapi ketua mereka yang ketika itu sedang memeriksa Im-yang-kiam yang baru saja diterimanya dari To Bi Hosiang yang lalu duduk disisi kawannya dan suasana diruangan itu begitu tenang dan tenteram, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa padahal barusan disitu sudah tejadi suatu peristiwa yang cukup menegangkan hati.
"Kita benar-benar harus berterimakasih kepada anak muda murid Tiong Sin Tojin yang sudah "mengembalikan" pedang pusaka ini, sehingga pedang Im-yang-kiam tidak dibawa nyeleweng berlarut-larut oleh bekas kawan kita yang sesat itu". Demikian keheningan yang menentramkan diruangan itu kemudian terpecah oleh To Gun Hosiang yang seakan-akan berkata pada diri sendiri. Setelah diperiksanya dengan seksama dan setelah mendapat kenyataan bahwa pedang itu adalah Im-yang-kiam maka senjata pusaka itu lalu
dimasukkan kedalam sarungnya kembali diletakkan
pangkuannya, lalu bertanya kepada To Bi Hosiang. "Bite (adik Bi), dimanakah sekarang anak muda yang kau ceritakan tadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entah. Tadi, siauwte persilahkan dia duduk didapur, tapi barusan siauwte lihat tak ada", sahut To Bi Hosiang.
To Gun Hosiang menghela napas. "Sungguh sangat disayangkan kalau dia sudah pergi lagi sebelum aku bertemu dengannya" ujarnya dengan nada menyesal. Dan ia menundukkan kepalanya, matanya kembali ditatapkan kearah pedang Im-yang-kiam yang berada diatas pangkuannya.
Kembali suasana diruangan itu dipenuhi kelenggangan yang menentramkan.
Tadi sudah diceritakan bahwa Han Hayhauw dibawa oleh To Bi Hosiang kesitu, dan kemudian pemuda itu pergi kekota Thaygoan sampai akhirnya kembali lagi dan terus pergi mandi dilembah sekalian mencuci pakaian dan tertidur, bahkan ketika Ceng Kunhi dan Kulangcha yang mengejar dan sampai dikuil Lianhoksi, para hwesio itu masih bersembahyang. Memang mereka sedang bersembahyang, akan tetapi disamping
Pendekar Cacad 10 Pendekar Pengejar Nyawa Karya Khu Lung Pahlawan Harapan 4
^