Pencarian

Rahasia Istana Terlarang 1

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 1


" Rahasia Istana Terlarang
Karya: Wo Lung-shen Terjemahan: Tjan I.D Jilid 1 Dalam cerita "Bayangan Berdarah" dikisahkan bahwa Siauw Ling telah turun kebawah
tebing untuk mencari jamur batu berusia seratus tahun.
Pada saat itulah tiba-tiba musuh yang amat tangguh telah menyerang datang sehingga
melibatkan si Raja obat Bertangan Keji serta Sang Pat dalam pertempuran yang amat
sengit. Tu Kioe yang diserahi tugas untuk melayani uluran tali senar disisi gua, merasa amat
gelisah dan kuatir sekali menghadapi kejadian tersebut, apa lacur Siauw Ling yang berada
dibawah tebing tak kunjung datang juga
Sementara itu ia merasa kuatir bercampur tegang akhirnya mengambil keputusan untuk
menerjunkan diri kegelanggang pertempuran tiba-tiba tali senar yang berada
digenggamnya bergetar keras hal ini menandakan bahwa Siaw Ling telah menemukan
jamur batu tersebut dan siap naik keatas.
Tu Kioe merasa amat kegirangan, sepasang tangannya dengan kerahkan segenap
tenaga yang dimilikmya segera menarik tali senar tersebut keatas.
Rupanya Siaw Ling yang berada dibawah tebingpun mengetehui bahwa rekan-rekannya
yang berada diatas tebing telah berjumpa dengan musuh tangguh, tangan maupun
kakinya lkut bekerja keras untuk membatu mempercepat daya tarik tali senar dari Tu Kioe
Dalam pada bentrokan senjata yang berkumandang diarah belakang semakin nyaring,
jelas pertarungan yang berlangsung makin lama semakin seru dan Sang Pat mulai tak
sanggup mempertahankan diri. Sambil bertarung ia mundur terus kebelakang.
"Toako, apakah kau telah naik?" tiba-tiba terdengar Tu Kioe berseru dengan nada
girang. "Akn telah naik keatas tebing" jawab Siaw Ling.
Kiranya Tu Kioe yang berwajah adorn sebenarnya memiliki hati yang hangar, ia tahu
Sang Pat sedang melangsungkan pertarungan sengit maka ia tak berani memandang
kearah saudaranya itu, sementara posisi Sianw Ling pun amat berbahaya. maka iapun
tidak berani memandang kearah sianak muda tersebnt.
Menanti Siauw Ling telah tiba diatas tebing dengan selamat ia baru diangkat kepala
menatap saudara tuanya ini. seraya menjura ujarnya :
"Toako, keadaanmu baik-baik saja bukan, Selesai bicara ia sambar senjata pit bajanya,
kemudian merogoh pula gelang pelindung tangannya dan melancarkan sebuah se-rangan
gencar kearah musuh. Braaaak ! cahaya tajam berkilauan, dari sisi kalangan telah menyambar sebilah golok
menangis datangnya aucaman itu.
Tu Kioe segera putar gelang pelindung tangannya Traang traaang.. secara beruntun ia
menyapu datangnya serangan berantai dari beberapa macam senjata sajam.
Pada saat inilah Tu Kioe baru puuya ke-sempatan untuk menyaksikan keadaan situasi
dihadapannya. Lampu lantera yang ditinggalkan kedua orang dayang itu masih memancarkan cahaya
tajam sehingga pemandangan disana dapat terlihat jelas.
Tampaklah empat orang pemuda berbaju biru dengan bersenjatakan golok, pedang.
papan baja serta tombak berdiri dengan angker-nya disitu.
Empat macam senjata dengan keistimewaan yang berbeda menyerang datang secara
berbareng diantaranya dibumbuhi kerja sama, hal ini membuat Sang Pat yang memiliki
ilmu silat amat liheypun tidak sanggup untuk menghadapi keempat orang itu sekaligus.
"Loo-jie" terdengar Sang Pat berseru, "gantikanlah posisiku, aku hendak cari peluang
untuk membalut lukaku".
Permainan senjata pit baja ditangan kanan Tu Kioe serta gelang perak ditangan kirinya
tiba-tiba diperketat. ia disambut separuh ancaman yang menggulung datang.
Mengambil kesempatan itu Sang Pat me-loncat keluar dari kalangan dan
menghembuskan napas panjang.
Toako. apakah kau telah mendapatkan jamur batu berusia seribu tahun?"" tanyanya.
"Aku telah mendapatkannya".
Sang Pat pun segera merobek pakaian sen diri untuk membalut luka yang meuganga di
lengan sebelah kirinya. "Apakah lukamu parah sekali?"" bisik Sianw Ling seraya mengatur pernapasan.
"Lengan kamu terkena bacokan golok lawan namun tidak terlalu parah, aku rasa luka
dikaki kirikulah yang rada berat!"
Siauw Ling alihkan sinar matanya. sedikupun tidak salah kaki kiri Sang Pat penuh
berlumuran darah", bahkan darah segar mengucur keluar tiada hentinya. Tanpa terasa ia
menghela napas dan bertanya
"Bagaimana keadaan kakimu ?"
"Harap toako legakan hati, Iuka ini tidak sampai mempengaruhi otot serta tulang".
Sementara kedua orang itu sedang bercakap cakap tiba tiba terdengar suara dengusan
berat berkumandang datang.
Tanpa berpaling Sang Pat berkata :
"Saudara Tu telah terluka orang yang menggunakan tombak itu paling ganas dalam
melancarkan seranganuya jurus serangan yang ia miliki mempunyai perubahan yang
sangat banyak dan sukar diraba sebelumnya*".
Siauw Ling alihkan sinar matanya ketengah, sedikitpun tidak salah diatas kaki kiri Tu
Kioa tampak muncul sebuah yang amat besar darah segar mengucur keluar tiada
hentinya, jelas luka yang ia derita amat parah sekali. "Saudara Tu. harap segera
mengundurkan din kebelakang. biarlah aku yang bendung serangan musuh" seru Siauw
Ling sambil menghembuskan napas panjang.
Ditengah bentakan keras pedang panjangnya telah diloloskan dari dalam sarung.
Tu Kioe mengerti bahwa kepandaian silat yang dimiliki saudaranya ini amat lihay sekali,
laksana kilat ia mundur dua Iangkah kebelakang, kemudian merobek secarik kain dan
membalut mulut lukanya, "Sauw Ling getarkan tangan kanannya" sang pedang dnringi desiran angin tajam segera
menggulung keatas, laksana kilat ia sampok miring keempat bilah senjata tajam itu.
EmpAt orang pemuda berbaju biru itu menggunakan empat macam senjata yang
berbeda tapi melakukan serangan dengan kerja sama yang luar biasa, ketika golok
tersebut kena taugkis, papan besi dengan cepat menyusnl datang. Terutama sekali adalah
senjata Lian Cu-Ciang bagaikan ular sakti menembusi gua, sering kali dengan
mengimbang serangan pemuda itu yang bersenjatakan pedang
itu menyusul datang. Siauw Ling yang saling bergebrak sebanyak beberapa jurus melawan orang-orang itu
dapat merasakan kekuatan yang dahsyat dibalik serangan mereka, diam diam pikirnya
didalam hati. "Tidak kalau sepasang pedang dari Ticng chiu pada terluka dibawah ujung tombak
orang itu. jurus serangan yang dia gunakan memang aneh sakti dan ganasnya luar biasa.
Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya tiba-tiba permainan pedangnya diperketat.
Dalam sekejap mata bunga-bunga pedang berhamburan diangkasa mengurung seluruh
lorong batu itu. Telapak kirinya melancarkan ilmu telapak kilat berantai Lian Huan San Tian Ciang Hoat
ajaran Lam It Kong untuk bekerja sama dengan gerakan pedangnya, dengan demikian
serangan gencar dari keempat orang itupun berhasil dibendnng.
Terdengar suara dari si raja obat berta-ngan keji berkumandang datang.
"Sandara Tn, apakah Siauw Liang ThaihiaP telah naik?""
"Sudah?" "Apakah berhasil mendapatkan jamur batu berusia seribu tahun!"
"Untung sekali tidak sampai mengecewakan dirimu" sahut Siauw Ling dengan cepat.
"Loohu telah berjumpa dengan musuh tangguh yang belum pernah kujumpai selama
hidupku!". "Bagaimana ?" sela Sang Pat. "Apakah Yok-Ongpun telah menderita luka ?"
"Cuma dua buah luka dikulit luar belakang, tidak terhitung seberapa ?"
Setelah merandek sejenak sambungnya :
"Sekalipun Loohu telah menderita luka, namun aku masih punya kemampuan untuk
melanjutkan pertarungan" .
Serangan-serangan balasan dari Siauw Ling kendati dilancarkan dengan amat
dahsyatnya tetapi berjumpa dengan serangan gencar hasil kerja sama keempat orang itu.
keadaannya berbahaya. Pihak lawan masih sanggup melancarkan serangan serangan
balasan dibalik pertahanannya yang kuat
Sementara itu setelah selesai membalut Iukanya dan mengatur napas beberapa saat.
Sepasang pedagang dari Tiong Chin kembali menggerakkan senjata tajamnya untuk
menyerang kembali kearah inusuh-musuhnya.
"Toako, ilmu silat yang dimiliki orang ini rupanya berhasil dari satu aliran yang sama,
setiap jurus yang digunakan amat kejit dan ganas,
Toako tak usah berlaku sungkan-sungkan lagi terhadap diri mereka," sernnya keras-ke
ras. "Sedikitpun tidak salah," pikir Siauw Ling. "Apabila aku tidah melukai beberapa orang
dalam serangan kali ini, mungkin sulit bagi kita beberapa orang untuk menerjang keluar
dari istana batu digunung Wu-san ini "
Karena berpikir demikian, jurus jurus serangan mematikanpun segera dilancarkan.
Nampak cahaya pedang yang berkilauan memegangi seluruh angkasa, laksana kilat
menyambar kearah depan, Pemuda berbaju biru yang bersenjatakan papan baja itu mendadak melepaskan
senjatanya, sang badan mnndur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan, dan
akhirnya ia roboh terjengkang keatas tanah.
Setelah badannya roboh keatas tanah, darah segarpun mengucur lewat mulut luka di
depan dadanya. Kiranya dada orang itu berhasil disambar. robek oleh babatan kilat Siauw Linp yang di
lancarkan amat cepat, isi perutnya kontan hancur berantakan dau jiwanyapun melayang
saat itu juga. Sementara itu Sepasang pedang dari Tiong Chiu sebetulnya bermaksud membantu
Siauw Ling namun tubnh mereka dengan cepat terdesak mundur kembali terkena desakan
bawa pedang Siauw Ling yang maha dahsyat.
Setelah berhasil membinasakan seorang pemuda berbaju biru. Siauw Ling membentak
keras: "Majikan kalian telah mengadakan perjanjian dengan diriku, dalam batas waktu satu
jam la tidak akan melancarkan serangan bokongan. Sungguh tak nyana dia adalah
seorang manusia rend"ah yang tidak pegang janji" Hmmm! kalau kalian semua tidak
segera menghentikan serangan jangan salahkan kalau aku Siauw Ling akan bertindak
kejam dan telengas terhadap diri kalian semua."
Ditengah bentakan keras gerakan pedangnya secara beruntun beberapa kali, kembali
sipemuda berbaju biru yang bersenjatakan pedang itu terluka diujung pedang Siauw Ling,
badannya terjengkang keatas tanah.
Tusukan pedang sianak muda tersebut kali mi telah menembusi dada lawannya,
tusukan maut itu seketika mencabut selembar jiwanya.
Sang Pat yang selama ini menyaksikan jalannya pertempuran dari sisi kalangan tibatiba
teringat suatu hal pikirnya,
"Beei.,.sungguh aneh sekali, kenapa tidak kedcngaran suara jeritan kesakitau dikala
tnbuh mereka termakan oleh pedang?"
Timbul rasa curiga dalam hatinya, segera bisiknya kepada diri Tu Kioe:
*"Hey Loo Jie! apakah kau menemukan puia tanda tanda aneh yang patut dicurigai?"
"Bagian mana yang tidak beres?"
"Selama beberapa orang iui melakukau pertempnran sengit melawan diri kita kecuali
terdeugar beberapa kali suara teriakan yang aneh, apakah kau pernah mendengar mereka
mengucapkan sesuatu?"
"Sama sekali tidak kedengaran."
Serangan Sianw toako amat lihay dan dahsyat secara beruntun ia berbasil melukai dua
orang namun kedua orang itu sama sekali tidak memperdengarkan suara teriakan ataupun
jeritan ngeri, apakah hal ini tidak aneh?"
"Sedikitpnn tidak salah, kejadian ini memang patut dicurigai.,.."
Sementara kedua orang itu terlibat dalam pembicaraan yang serius, kembali seorang
pemuda berbaju biru roboh binasa termakan sambaran pedang dari Siauw Ling,
Pada saat itu diantara ernpat orang pemuda berbaju biru ada tiga orang sudah mati
binasa, kini hanya tersisa sang pemuda bersenjata tombak ssja yang masih melangsung
kan pertempuran sengit. Setelah membunnh tiga orang, dalam Lati Siauw Ling timbul perasaan tidak tega, ia
tidak ingin membunuh lebih banyak lagi. Maka dari itu gerakan pedang ditangannya makin
diperketat, la terhadap pemuda bersenjatakan tombak itu bisa tahn diri dan segera
mengundurkan diri. Siapa sangka orang itu benar-benar bandel dan tidak punya rasa takut, sekalipun
serangan gencar yang dilancarkan Siauw Ling te lah mcmaksa gerakan tubuhnya jadi
terkekang dan kacau tidak keruan, namun ia tetap keras kepala tak mau mengudurkan
diri. "Toako!" Sang Pat segera berseru dengan nada lirih." Aku 1ihat manusia yang ada
dalam istana batu digunung Wu-san ini amat kukoay sekali bukan saja mereka bersantap
binatang berbisa untuk melanjutkan hidup ilmu silat yang manunggal, aku pikir mereka
pasti bukan manusia-manusia baik. Pada saat ini keadaan kita sangat krisis dan berbahaya
sekali, harap toako jangan mengulur waktu Iebih jaah. "!"
"Ucapan saudara Sang Pat tidak salah."
Serangan telapak ditangan kirinya makin diperketat membendung seluruh ancaman
yang datang dari ujung tombak lawan dan tangan kanannya dengan jurus In-pon-gwatkong
atau awan membuyar cahaya rembulan cemerlang membabatkan pedangnya
kedepan "Breet "." pakaian bagian dada pemuda itu robek, Siauw Ling tidak tega untuk
mendesak lebih jauh, dan ia tarik kembali serangannya.
Tampak pemuda berbaju biru itu mundur kebelakang dengan sempoyongan, tapi
secara tiba2 tombaknya digetarkan langsung mengarah ke depan lawannya.
Mimpipun Siauw Ling tidak mengira kalau ia masih sanggup melancarkan serangan
yang demikian dahsyat setelah menderita luka parah hampir saja tubuhnya termakan oleh
bokongan lawan. Tak kuasa lagi ia naik pitam, pcdangnya disapu keluar, kakinya dari
posisi Tiong Kiong mendesak kemuka setelah menyampok miring tombak berantai tadi
senjatauya langaung membabat ketubuh lawan
Terasa cahaya tajam berkilauan memenuhi angkasa, darah segar memercik keempat
penjuru dan lengan kanan pemuda itu mental dibabat putus jadi dua bagian.
"Sampai matipun orang ini tak akan sadar, tak boleh kita biarkan dia hidup lebih Jauh."
tukas Tu Kioe. Senjata Pit bajanya ditotok kedepan menusuk ulu hati oraug itu, kontan pemuda
berbaju biru itupun menemui ajalnya.
"Aaai sungguh tak kusangka keempat orang ini merupakan manusia-manusia yang tak
takut mati." keluh Siauw Ling seraya gelengkan kepalanya berulang kali.
Sang Pat mendehem ringan, sebenarnya ia mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya
ia batalkan niatnya itu. Sekali tendang Tu Kioe menyingkirkan mayat orang tadi. serunya :
"Mari kita segera herangkat : Kita lihat bagaimana keadaan dari si Raja Obat Bertangan
Keji." tanpa menanti jawaban orang lain lagi, ia memburu kedepan lebih dulu.
Siauw Ling dengan menenteng pedang ber-jalan ditengah, sedangkan Sang Pat
menguntil dibelakang sianak muda itu.
Setelah melewati sebuah tikungan, terdengar angin pukulan menderu-deru memenuhi
angkasa. Tatkala mereka alihkan sinar matanya ke arah kalangan, terlihat si Raja Obat bertangan
Keji dengan tangan kosong sedang melangsungkan pertarungan seru melawan dua orang
kakek tua yang rambutnya telah beruban semua.
Kedua orang kakek tua ini, yang satu bersenjatakan Hud-tim sedang yang lain
bersenjatakan pedang, serangan serangan yang mereka lancarkan amat ganas dan lihay
Berada dibawah kurungan Hud-tim serta pedang lawan, Tok Chiu Yok Ong memberikan
perlawanan sengit, ia gunakan kepandaian merampas senjata dengan tangan kosong yaug
diinngi oleh ilmu Kie Nah Jiauw memaksakan diri untuk bertarung seimbang.
Namun bagaimanapun juga posisinya amat kritis dan berbahagia sekali sepasang
telapaknya tidak berani bergerak lambat, setiap serangan dibalas dengan serangan,
demikian repot siraja obat ini sampai-sampai ia tidak .sempat untuk menggunakan ilmu
melepaskan racunnya yang amat liehay.
"Saudaraku, avoh cepat mundur !" tiba-tiba terdengar suara Siauw Ling berseru sambil
mengayunkan pedangnya kedepan.
Selama ini Tu Kioe menaruh perasaari antipatik terhadap diri Tok Chiu Yok Ong pada
waktu itu juga ia sedang mempertimbangkan dia perlukah turun tangan membantu siraja
obat itu atau jangan. Kini mendengar seruan dari Siauw Ling, dengan cepat badannya
menyingkir kesamping. Siauw Ling getarkan pedang panjangnya, dengan gerakan "Chan Liong Ing Hong" atau
Mennnggang Naga Memancmg burung Hong ia sambut datangnya ancaman dan senjata
Hud-tim tersebui^ "Cayhe bantu diri Yok Ong untuk menghadapi manusia manusia jahanam ini!"
Tok Chiu Yok Ong bungkam dalam seribu bahasa, sepasang telapaknya diperketat dan
dengan kerahkan segenap tenaga yang di-milikinya mcughadapi sikakek bersenjata
pedang tersebut. Kiranya keadaan siRaja Obat Bertangan Keji pada waktu itu Sudah payah sekali. Ia
telah merasa dirinya tidak tahan untak melanjutkan pertarungan, mungkin dalam sepuluh
gebrakan lagi tubuhnya bakal terluka ditangan lawan, maka kehadiran Siauw Ling tepat
pada saatnya dan segera membantu dia untuk menghadapi kakek tua bersenjatakan Hud
tim itu, bagi Yok Ong boleh dikata me rupakan suatu bantuan yang sangat besar.
Tetapi dengan dasar wataknya yang sombong dan tinggi hatinya ia merasa berterima
kasih hanya perasaan tersebut tidak sampai di utarakannya keluar.


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Ling yang membuat datangnya serangan Hud tim dan kakek tua berambut putih
itu, dengan cepat merasakan bahwa dia kehebatannya amat sederhana sekali dan seolah
olah gampang dihadapi, namun setelah saling bergebrak ia baru tahu bahwa kelihayan
lawan justru terletak pada kelembekan serat dari senjata Hud-tim iiu. benar-benar emas
yang lembek sebeatar berubah jadi keras sebentar mengembang dan sebentar merapat,
hal ini merupakan suatu aneaman yang berbahaya sekali.
Diam-diam Siauw Ling berpikir didalam hatinya:
Permaianan Hud tim orang ini begitu gampang, aku rasa ilmu silat yang di miliki sikakek
tua bersenjatakan pedang itu pun tidak jelek. Siraja Obat Bertangan Keji dapat
mempertabankan diri selama ini dibawah orang sealiran kedua orang itu, kejadian ini betul
betul luar biasa sekali."
Otaknya berputar gerakan tangannya sama sekali tidak mengendor, tiba-tiba ia
percepat daya serangan pedangnya, dengan sikakek ber senjatakan Hud tim tersebut
dilangsungkan-uya suatu pertarungan kilat yang saling memperbutkan posisi lebih
menguntungkan. Sejak Siauw Ling turnn tangan mengurangi daya tekanan pada dirinya, siraja Obat
Bertangan Kejipun merasakan beban yang ia pjkul semakm enteng. Ia mulai sempat putar
Otaknya untuk menghadapi serangan serangan musuh
Ia merasa apabila pertarungan cara begini dilangsungkan lebih jauh, sulit baginya
untuk menentukan siapa kalah, maka secara tiba-tiba gerakan serangannya berubah, ia
mendesak musuhnya semakin gencar dan semakin hebat,
Ditengah berlangsungnya pertarungan sengit, tiba tiba terdengar suaranya nyaring
yang mirip dengan suara suitan berkumandang datang memecahkan kesunyian. Serangan
kedua orang kakek tua itu semakin diperketat, setelah mengirim dua buah serangan
gencar tiba-tiba mereka meloncat mundur kebelakang."
Menyaksikan tindakan mereka si Raja Obat Bertangan keji segera berpikir didalam hatinya,
"Bayangan berdarah."
"Entah kedua orang mi sedang mempersiapkan rencana keji apa lagi mencelakai
kamu?" Sementara ia masih berpikir, tampaklah kedua orang kakek berambut putih itu putar
badan dan berlaln dari sana, dalam sekejap bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak ber
bekas Memandang bayangan punggung kedua orang itu yang mulai lenyap dari pandangan,
Tok Chiu Yok Ong bergnmam seorang din.
"Tidak sebarusnya mereka berdua melarikan diri dari sini dalam keadaan yang begitu
mengenaskan" " Perkataan ini seakan akan diutarakan bagi diri, namun mirip pula sedang bertanya
kepada orang lain. To Kioe segera tertawa dingin
"Tentu saja hal ini disebabkan mereka sadar bahwa kepandaian silat yang mereka miliki
bukan tandingan toako kami, maka melihat posisi yang tidak menguntungkan mereka
segera melarikan diri," sambungnya cepat,
Sinar mata Sang Pat berputar memandang sekejap suasana disekiiar sana, ia melihat
ada dua orang pemuda berbaju biru menggeletak dilorong sebelah kiri. jelas sebelum
kehadiran kedua orang tua itu, kedua orang pemuda lersebut telah menyerang Tok-chiu
Yok-ong lebih dahulu namun mereka berhasil dirobohkan oleh siraja obat mi.
"Apakah kedua orang pemuda berbaju biru ini sudah modar semua?"
"Mereka belum modar cuma luka yang di derita sangat parah, sebelum kehadirau kedua
orang kakek tua itn, mereka berdua telah melancarkan serangan bokongan terhadap diri
loohu." "Jadi kalau begitu, mereka berdua telah terluka ditangan Yok Ong?" "Sedikitpun tidak
salah." "Bagaimanakah keadaan luka mereka" apakah masih btsa digunakan untuk
melakukan perjalanan "Aku rasa sudah tak mungkin lagi".
Kedua orang kakek tadi mengundurkan diri dengan langkah tergesa gera, babkan
sepatah katapun tidak diucapkan, aku rasa mereka pasti mempunyai rencana keji yang
lain, kita tak boleb berdiam terlalu lama di sini, ayoh cepat bcrangkat," tiba-tiba Tu Kiou
menyela. Tanpa menunggu jawaban orang lain, ia berjalan lebih dahulu kearah depan.
Setelah melewati dua buah tikungan, tiba tiba dari arah depan herkumandang datang
suara teguran yang sangat dingin:
"Anak buahku tidak mendengarkan perintah dan melancarkan serangan bokongan
kepada kalian secara diam diam, kini cayhe telah tangkap mereka semua untuk dijatuhi
bukuman. Nah, cuwi sekalian boleh segera berlalu dari sini tanpa hadangan?"
Ia merandek sejenak, kemudian sambnng nya:
"Pada saat ini batas waktu satu jam telah habis, tetapi berhubung anak buahku
mengingkari janji dengan melancarkan serangan bokongan lebih dahulu, maka cayhepun
akan langgar kebiasaan dengan memberi perpanjangan waktu selama seengah jam buat
kalian, apabila didalam setengahjam mendatangi cuwi sekalian masih berada dalam istana
batuku, janganlah salahkan kalau cayhe terpaksa akan melancarkan serangan bokongan
untuk merobohkan kalian semua."
"Sayang sekali sebagian besar anak buahmu telah mati binasa ditangan kami," teriak
Sang Pat. "Semestinya aku harus membalaskan dendam bagi mereka." sahut orang itu dengan
suara yang dingin. "Tapi mengingat mereka turun tangan dengan melanggar peraturan,
maka anggap saja mereka memang sudah di takdirkan hams mati."
Sementara Siauw Ling ingin buka snara, orang itu telah berkata kembali lebih jauh:
"Batas waktu yang kuberikan kepada kalian hanya setengah jam, apakah kalian suka
mendengarkan perkataan atan tidak untuk segera meninggalkan tempat ini terserah pada
keputusan sendiri, apabila kalian tidak percaya lagi, dengan menenteng pedang ia segera
berlalu dari Sana. Dalam dugaan beberapa orang itu semua dalam perjalanan keluar dan lorong tak bisa
dihindari lagi pertarungan-pertarungan sengit pasti akan ditemui, siapa sangka apa yang
terjadi kemudian ternyata jauh diluar dugaan siapapun juga. serombongan jago jago lihay
mi berhasil keluar dari istana batn tanpa mengalami rintangan apapun juga"..
Baru saja mereka berempat melangkah keluar dari depan gua tersebut, mendadak
diiringi suara yang amat keras pintu batu itu menutup sendiri rapat-rapat.
"Aneh".suagguh sekali.." terdengar Sang Pat bergumam sambil menghembuskan
napas panjang. "Persoalan apa yang aneh?" tanya Tu Kioe.
"Seumpama kata ia tidak mau menggerak kan alat rahasia yang ada didalam lorong itu
untuk membuka pintu batu yang menghalangi jalan pergi kita, bukankah kita bakal
terkurung?" entah apa sebabnya majikan istana batu ternyata suka melepaskan diri kita
dengan begitu gampang."
"Mungkin saja dia adalah seorang koencu yangmemegang janji," kata Siauw Ling mem
berikan pendapatnya. "Haa. .haaa.. jadi toako benar-benar mempercayai perkataannya itu?"
"Apabila ia tidak mau membuka pintu batu yang amat besar itu, kita segera akan
terkurung didalam goa tersebut Tetapi apa sebabnya ia sudab membukakan pintu bagi
kita keluar" bukakah hal ini menunjukkan bahwa tiada maksud untuk menyalahi kita?"
"Kalo menurut pandangan siauwte jauh berbeda sekali," ujar Tu Kioe. "Aku rasa
majikan istana batu itu telah melepaskan jagoan kelas wahidnya untuk bergebrak dengan
kami, dalam hasil pertarungan tersebut ia merasa bahwa kekuatan kita luar biasa sekali.
Apabila ia bersikeras menahan kita didalam istana batunya ada kemungkinan bakal
menimbulkan hawa gusar kami sekalian. Maka dari itu untuk menghindanri kebancuran
total, dengan sukarela ia telab melepaskan kita semua.
Siauw Ling ada maksud menimbrung. tiba tiba To Chiu Yok Ong mengulurkan
tangannya kedepan sambil berkata:
"Siauw heng, bukankah kau berhasil mendapatkan jamur batu berusia seribu tahun"
coba perlibatkan kepada loohu!"
Siauw Ling merogob kedalam sakunya ambil keluar segenggam jamur batu itu
kemudian diangsurkan kedepan.
Dengan cepat Si Raja Obat Bertangan Kejl I menyambut jamur batu tersebut,
diperiksanya sejenak dibawah sorotan sinar bintang yang redup, lalu serunya penuh
kegirangan: "Aaah, sedikitpun tidak salah"memang benda inilah yang kucari cari selama ini."
Jamur-jamur segera dimasukkan kedalam sakunya, kemudian mengulurkan tali gannya
dan bertanya : "Masih ada ?" "Haa haa kenapa" Apakah segenggam masih tidak cukup ?" tegur Sang Pat
sambil tertawa terbabak-bahak.
"Penyakit yang diderita puteriku sangat parah. hanya segenggam jamur batu mana
cukup untuk menyembuhkan sakitnya."
Siauw Ling tidak mengucapkan sepatah katapun, kembali ia meraup segenggam jamur
batu dan diangsurkan kepadanya.
Tok Chiu Yok Ong menerima jamur-jamur tadi, setelah diperiksa sejenak segera
dimasukkan kedalam sakunya, kali ia tidak ulurkan tangannya untuk minta kembali.
Demikianlah mereka berempatpun segera balik kedalam perahu mereka.
Suasama dalam ruang perahu terang benderang oleh cahaya lampu, pemilik perahu
sedang menanti kedatangan mereka di dalam ruang, tatkala menyaksikan keempat orang
itu kembali , ia segera menjura dan berlalu dari situ.
"Loohu tiada maksud memperlihatkan permainan setan, aku cuma mengajak kalian
bertiga merundingkan persoalan ini "
"Baiklah ! Sekarang boleh kau utarakan bantuan apa lagi yang kau butuhkan dari
kami." "Sewaktu loohu sedang bekerja untuk menyembuhkan penyakit puteriku yang sudah
diderita selama banyak tahun, terpaksa perahu tuan harus kupinjam, dan kalian
hertigapun tak bisa beristirahat didalam ruang perahu ini
"Ouw kiranya cuma persoalan ini saja."
"Harapan anda suka maafkan diri loohu, dan semoga sudi mengabulkan permintaanku
ini." "Berapa lama yang kau butuhkan ?" sela Tu Kioe dingin.
"Apabila dimulai sejak sekarang, maka paling cepatpun harus digunakan sampai besok
sore " "Pada waktu itupun kami sudah akan mendarat." sela Sang Pat.
"Apabila kalian bertiga tidak suka mengijinkan, loohu serta siauw-li segera akan
tinggalkan perahu ini untuk mencari tempat lain yang tenang serta terpencil."
"Tak usah Yok Ong bersusah payah, silahkan pakai ruang perahu ini." kata Siauw Ling
cepat. Tanpa menanti jawaban ia Iangsung berjalan keluar dari ruangan. disusul sepasang
pedagang dari Tiang Chiu dibelakangnya.
Laksana kilat Tok Chiu Yok Ong menutup pintu serta jendela yang ada dalam perahu itu
mem"buat seluruh ruangan tirtutup rapat dan sedikit lubangpun tak ada.
Siauw Ling serta sepasang pedagang dari Tiong Chiu setelah keluar dari ruang perahu
segera duduk bersila diatas geladak dan pejamkan mata mengatur pernapasan.
Fajar mulai menyingsing, sinar sang sur-ya yang berwarna keemas-emasan mulai me
mancar dan ufuk timur. Tiba-tiba tampak pemilik perahu lari menghampiri mereka seraya bertanya :
"Toa-ya sekalian, perahu ini hendak dijalankan menuju kemana ?" ^
"Angkat jangkar dan balik ketempat semula."
"Kita kembali lagi ?" tanya pemilik perahu itu tertegun.
"Sedikitpun tidak salah." Tu Kioe menanggapi dengan nada dingin.
Pemilik perahu itu melirik sekejap kearah ketiga orang itu, ia tidak berani berbicara lagi,
buru-buru putar badan berlalu. Perahu pun segera putar arah ditengah selat tersebnt
dengan cepat mereka berlayar keluar dari selat Sam Nia.
Sang Pat adalah seorang jagoan yang cermat, walaupun ia sedang duduk bersila di atas
geladak, namun sepasang matanya terus menerus mengawasi gerak gerik dalam ruangan.
Sedangkan pemilik perahn itu diam-diam merasa tercengang menyaksikan tingkah laku
ketiga orang itu, pikirnya ;
"Sungguh aneh sekali, ruang perahu yang nyaman ditinggalkan sebaliknva malah duduk
berkerumun diatas geladak dan membiarkan tubuhnya terhembus angin tersengat
panasnya matahari ..ketiga orang ini benar-be-nar manusia kukoay?"
Setiap kali bertemu dengan wajah Tu Kioe yang dingin bagaikan es, hatinya kebat bebit
tidak karuan, tentu saja ia tidak berani banyak bertanya.
Ketika tengah hari sudah lewat, pintu ruang perahu itu baru tampak terbuka disusul
Tok Chiu Yok Ong munculkan din dengan langkah yang amat lambat.
Seluruh tabuhnja basah kuyup oleh keringat wajahnya lesu dan kecapian seakan akan
baru saja menyelesaikan suatu pertarungan sengit, setelah tiba dihadapan ketiga orang
itu, ia segera jatuhkan diri duduk di geladak.
Tu Kioe melirik sekejap kearah Si Raja Obat Beriangan Keji, sementara dalam hati
pikirnya "Kalau aku ingin membinasakan dirinya pada saat ini, perbuatanku ini bisa kulakukan
amat gampang sekali bagaikan membalik telapak sendiri .."
"Yok Ong, bagaimana keadaan puterimu?" tanya Siauw Ling setelah mendebem rmgan.
"Loohu telab berhasil seluruh urat nadi dalam tubuhnya," jawab Tok Chiu Yok Ong
seraya mengangguk lemah. "Dan kini ia telah makan obat pada saat ini pnteriku sedang
tertidur dengan nyenyaknya."
Selesai bicara sepasang matanya dipejamkan dan mengatur pernapasan kembali.
Dalam pada itu perahu meluncur kedepan dengan lancarnya mengikuti aliran air sungai,
tampak tebing-tebing curam yang tinggi menjulang keangkasa dalam sekejap mata telah
ditinggalkan jauh dibelakang.
Sang surya makin condong kearah barat, pe rahu yang mereka tumpangi telab hampir
keluar dari selat Sam Nia.
Tenaga Iwekang yang dimiliki siraja Obat Bertangan Keji amat sempurna, setelah
mengatur pernapasan hampir satu jam lamanya seluruh tenaganya telah pulih kembali
seperti sedia kala, iapun membuka sepasang matanya menyapu sekejap ketiga orang itu
ke-rnudian ujarnya: "Siauw-heng, loohu masih ada satu permintaan yang kurang sesuai ingin kutanyakan
kepada dirimu, entah sudikah kiranya kalian bsrtiga mengabulkannya?"
"Apabila permintaanmu kurang sesuai, lebih baik tak usah diutarakan saja sela Tu
Kioe," Daripada kalan kami tolak nanti, Yok Ong tentu merasa bersedih hati."
Tok Chiu Yok Ong kontan mengerutkan sepasang alisnya.
"Loohu dengan maksud baik hendak ajak kalian bertiga merundingkan satu persoalan,
katanya "kalau kalian tidak mengabulkannya, bukankah hal ini sama artinya memaksa
loohu," "Persoalan apa ?" sela Siauw Ling.
"Berkat bantuan obat mujarab dari Sianw Heng, keadan siauw li pun semakin membaik
dan punya harapan untuk hidup lebih jauh-Tetapi setelah menderita sakit dalam puluh an
tahun, hawa murni dalam tubuhnya boleh dibilang sudah buyar sama sekali. apabila harus
dirawat secara perlahan-lahan mungkin akan makan waktu yang lama. Meninjau situasi
Bu-lim yang amat kacau pada saat ini ingin sekali loohu pmjam perahu ini selama tujuh
hari, menanti kesehatan puteriku telah pulih kembali, kita baru mendarat. Entah
bagaimana menurut pendapat anda ?"
"Soal itu kau urusan pribadi Yok Ong sendiri, apa gunanya kau ajak kami untuk
berunding?" seru Sang Pat sambil tertawa.
"Loohu ada maksud mohon bantuan kalian bertiga, maka dari itu terpaksa aku harus
ajak kalian untuk berunding."
"Kalau anda ingin mobon bantuan kami, lebih baik Yok Ong terangkan dulu masalah
sampai jelas kemudian akan kita tinjau dulu perlukah kembali membantu dirimu atau tidak
?" "Umpama kata kalian bertiga tidak setuju bukankah pembicaraan loohu sia-sia belaka."
"Jadi maksud Yok Ong, kau hendak paksa kami untuk mengabulkan permintaanmu
itu9" Ujar Tu Kioe ketus.
Si Raja Obat Bertangan Keji tertawa kering
"Apabila kalian bertiga tidak setnju. hal ini sama artinya telah menjerumuskan kembali
puteriku kelembah kematian, usaha Siauw Thaihiap dengan menempuh bahaya
mengambil jamur batu berusia seribu tahun pun akan merupakan usaha yang sia-sia
Saja." Sang Pat mengerling tncnyapu sekejap ke adaan disekeliling tempat itu, Ialu sambil
tertawa ujarnya : "Pada saat dan keadaan seperti ini lebih baik Yok Ong jangan menggunakan akal busuk
lagi untuk menipu kami, berbicara putar kayuh macam begini tiada berguna sama sekali,
lebih baik utarakan saja maksudmu secara terus terang dan blak-blakan."
"Baiklah ! Tatkala loohu sedang mengobati puteriku, waktu itulah tiada bertenaga sama
sekali untuk menghadapi serangan apabila ada orang menaiki perahu membokong diriku
bukankah jiwa kami berdua bakal runyam maka dari itu aku harap kalian bertiga suka
bertindak sebagai pelindung kami."
"Hm! Apa yang Yok Ong pikirkan dan lakukan semuanya demi kepentingan diri pribadi.
jengek Tu Kioe dingin. "Kami tiga bersaudara "
"Ular tanpa kepala tak akan jalan, burung tiada sayap tak akan terbang, aku rasa diantara
kalian bertiga tentu ada seorang yang bertindak sebagai pemimpin bukan?"
"Tentu saja dia adalah Liong Tauw toako kami."
"Apabila kalian berdua sudah tahu kedudukan sendiri dan tidak pnnya kek asaa untuk
turut berbicara, lebih baik kurangi sedikit pembicaraan kalian dari pada mengacaukan
situasi serta masalah yang se-benarnya."
"Yok Ong sedang memaksa kami " Atau-kah mohon bantuan dari kami ?" tegur Siauw
Ling. "Pertanyaan ini sulit sekali untuk dijavvab selama hidupku belum pernah loohu
memehon kepada orang lain."
"Kalau Yok Ong tiada maksud memohon dus berarti kau hendak menggunakan


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekerasan untuk memaksa kami, baiklah ! Akan cayhe layani sampai kemauanmu itu",,."
"Jadi sudah kau kabulkan permintaanku itu " tanya Tok Chiu Yok Ong sambil tertawa.
"Tidak setuju !"
Tok Chiu Yok Ong segera menarik kembali senyuman yang menghiasi bibirnya.
"Aaai Seandainya pada saat loohu sedang mengatur pernapasan tadi kalian totok jalan
darahkn, niscaya loohu sudah roboh tanpa memberikan perlawanan barang sedikitpun
jua." "Sekalipun kami ada maksud membinasakan dirimupun, mungkin bukan suatu
pekerjaan yang gampang." sambung Tu Kioe tidak tahan lagi.
"Tidak salah, maka dari itulah loohu merasa sayang bagi kalian bertiga."
"Seorang lelaki sejati tidak akan melancarkan serangan bokongan dikala orang lain
tidak siap lagipula pada saat inipun belum terhirung lambat untuk turun tangan
membinasakan dirimu."
"Sudah terlalu lambat, seandainya ketika itu kalian bertiga turun tangan melukai diri
loohu, pada saat ini ten:u saja tiada persoalaan yang bisa dirundingkan lagi, tapi sayang
saribu kali sayang kesempatan yang sangat baik itu telah kalian buang dengan percuma"
Air muka Sang Pat berubah jadi serius.
"Kalau kudengar dari nada pembicaraan Yok Ong, agaknya kau hendak
menggunakankekerasan untuk menahan kami tetap berada disini ?"
"Kalian bertiga telah melaknkan suatu kesalahan yang amat besar, yaitn tidak
seharusnya duduk bersanding dengan diriku "
"Apa" Jadi kau telah meracuni tubuh kami bertiga "!" tukas S auw Ling dengan mata
melotot. "Bukankah sudah sering kali loohu memberitahnkan kepada kalian bertiga bahwa aku
mempunyai kepandaian untuk meracuni orang lewat sentuhan badan ?"
"Cayhe merasa rada kurang percaya." sent Sang Pat.
"Kalau tidak percaya, apa sebabnya tidak kau coba sendiri benar atau tidaknya
perkataanku itu ?" Tang Pat salurkan hawa murninya mengeIilingi seluruh badan, sedikitpun tak salah, ia
merasakan tubuhnya sudah keracuanan, hawa amarahnya langsung berkobar dalam
rongga dadanya. "Bagus" bagus sekali! kau telah melepaskan racnn keji kedalam tubuh kami bertiga,
jangan salahkan kalau kami bertigapun akan menggunakan tindakan yang paling keji
untuk menghadapi dirimu, Loo-jie! terjang ke dalam ruang perahu dan kita bunuh dulu
budak tersebut?" Tu Kioe meloncat bangun senjata pit baja yang terselip pada pinggangnya segera
dicabnt keluar dan berjalan menuja kearah ruang perahu.
"Borhenti!" hardik si Raja obat bertangan "keji sambil tertawa dingin.
Tiba-tiba Sang Pat lintangkan badannya menghadang jalan pergi. Tok Chiu Yok Ong,
serunya. "Apabila Yok Ong punya keyakinan bisa merobohkan aku orang she Sang dalam sebuah
serangan, mungkin masih ada harapan bagimu untuk menyelamaikan selembar jiwa
putrimu." Siauw Ling pun berseru sambil tertawa di agin.
"Sungguh tak kusangka sama sekali tabiat dan watak yok ong adalah demikian
rendahnya. "bila yok ong berani memperlihatkan permainan setan lagi kali ini, tak usah orang lain
naik yang keatas perahu untuk membokong kalian berdua, cayhe lah akan turun tangan
lebih duluan," ancamnya dingin.
"Loohu sama sekali tidak jeri terhadap kalian bertiga."
Walaupun jawaban dari jawaban si Raja Obat Bertangan Keji masih kedengaran ketus
dan atos, namun ia mengerti bahwasanya kepandaian silat yang dimilikinya masih bukan
tandingan ketiga orang itu.
Tampak Sang Pat pejamkan matanya mengatur pernapasan beberapa saat lamanya,
kemudian membuka mata dan mengangguk.
"Ehmmm, tidak salah obat itu memang obat penawar?" katanya.
Secara beruntun Siauw Ling serta Tu Kioe pun masing-masing menelan sebutir pil, Ialu
salurkan hawa murninya bekerja sama dengan daya menggeram ditubuh mereka.
"Selama hidup belum pernah loohu melakukan tindakan seperti ini hari". Terdengar Tok
Chiu Yok Ong bergumam "Setelah melepaskan racun keji, sebelum tujuannya tercapai
telah kupersembahkan obat penawaran nya."
"Keadaan situasi yang memaksa kau harus berbuat demikian, tentu saja terpaksa Yok
Ong harus menurut," Tu Kioe.
Tiba-tiba Tok Chiu Yok Ong berjalan masuk kedalam ruang perahu dengan langkah
lebar, setelah membopong tubuh puterinya ia berjalan keluar dari dalam ruangan. Ujarnya
sambil menatap wajah Siauw Ling tajam ta jam:
"Loohu sama sekali tidak terdesak oleh keadaan kalian bertiga, aku mempersembahkan
obat penawarnya tersebut buat kalian hal ini disebabkan semangat serta kegagalan Siauw
tayhiap yang luar biasa"."
Siauw Liang membungkam, sinar matanya perlahan lahan dialihkan keatas tubuh puteri
Si Raja Obat yang kurus kering tinggal kulit membungkus tulang itu, tiba tiba muncu1
perasaan tidak tega dari dalam hatinya. la menghela napas panjang dan berkata:
"Sandaraku berdua, kalau kita ingin menolong orang tolonglah sampai akhir, bukankah
kita sudah menolong dia untuk mendapatkan obat mujarab itu kepapa tidak sanggupi pula
untuk melindungi keselamatan mereka selama tujuh hari" entah bagaimana menurut pen
dapat kalian berdua."
Sang Pit garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, kemudian menjawab.
"Siauw-te sekalian akan menyanggupi seluruh perintah dari toako, apabila toako me
mang merasa seharusnya kita lindungi mereka berdua selama tujuh hari, kamipun tidak
akan menolakl" "Kalau nasib putriku tidak jelek, dan ia belum ditakdirkan untuk mati, kesempatan
untuk hidup pasti tetap ada ditangannya.
Loohn tidak berani merepotkan kalian bertiga," sela siraja obat bertangan keji.
"Mati hidup putrimu merupakan suatu masalah yang amat besar. Yok Ong! apa
gunanya kau mengumbar napas karena persoalaan yang sepele?"
"Liong-tauw toako telah menyangupi untuk melindungi keselamatan kalian ayah dan
anak berdua selama tujuh hari, Yok Ong sekalipun kau tidak maupun harus mau," seru Tu
Kioe pula. * "Loohu tidak ingin kalian tolak perminta anku itu, namun loohupun tidak ingin
menerima budi kalian dengan begitu saja."
"Jadi bagaimana menurat pendapat Yok Ong?"
"Kalau kalian bertiga benar ada maksud untuk melindungi kami ayah dan anak sela ma
tujuh hari, maka loohu harus pula memberi suatu benda sebagai balas jasa, apabila kalian
bertiga s u d i menerimanya".maka Loohu akan berdiam diatas perahu ini selama tujuh
hari, tapi kalau kalian tolak pemberian ini, sekarang juga loohu akan angkat kaki dan
berlalu dari sini." Mendengar ucapan tersebut, Siauw Ling jadi keheranan, pikirnya,
"Sungguh aneh tingkah laku serta tabiat orang ini, tadi kami tidak mau gunakan
kekerasan untuk memaksa, sekarang setelah kita sanggupi diapun paksa kami nntuk
menerima balas jasanya"aaai benar-benar seorang manusia kukoay."
Berpikir sampai disitu, ia Iantas berkata:
"Baiklah, apabila Yok Ong memang ada maksnd memberi sesuatu kepada kami sebagai
balas jasa, berikanlah benda itn setelah batas waktu tujuh hari telah lewat."
"Baik, kalau begitu kita tetapkan dengan janji demikian saja," seru Yok Ong.
Ia lantas membopong puterinya dan berjalan masuk kembali kedepan ruang perahu.
Sepeninggalnya siraja obat bertangan keji"
Siauw Ling segera berkata lirih kepada se pasang pedang dari Tiong Chiu.
"Setelah kita menyetujui nntuk melindungi keselamatan mereka berdua selama tnjuh
hari-sudah sepantasnya kajau kita bekerja dengan sangat hati-hati, jangan punya pikiran
gega-bah atau menggantingkan urusan orang lain."
"Toako, bukankah perahu ini sedang berlayar ditengah sungai, darimana datangnja
musuh yang akan mengganggu dirinya" Siraja obat bertangan keji itu memang terlalu
berhati-hati dalam seiiap gerak geriknya,"omel Tu Kioe, .
"Walaupun ucapanmu sekali, namun bagaimanapun juga kita harus mengadakan sedikit
persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan."
"Satu-satunya musuh yang ada kemungkinan besar datang mengganggu adalah jago
jago dari istana batu digunung".Wu san," ujar Sang Pat memberikan peodapatnya.
"Kecuali mereka, aku rasa tak mungkin ada orang lain yang datang mencari gara-gara."
Setelah merandek sejenak, sambungnya : "Hanya saja, apabila mereka ada maksud untuk
mengejar dan membokong kita, lain apa sebabnya merekapun sudi melepaskan kita keluar
dari istana batu itu " Maka aku rasa hal inipnn tipis sekali kemungkinannya" Tiba-tiba
terdengar suara Tok Chin Yok Oug berkumandang datang dari dalam ruang perahu.
"Msnurut pandaugan loohu. didalam istana batu digunung Wu san telah terjadi
perubahan besar, majikan istana batu tidak akan punya banyak waktu untuk mengejar
kita sekalian." Itu waktu tengah hari telah menjelang, tiba-tiba sambil bergendong tangan Siauw Ling
berdiri diatas geladak memperlihatkan pemandangan disekeliling sungai, tiba-tiba si Raja
Obat Bertangan Keji muncullah dari dalam ruang perahu.
"Besok tatkala sang surya muucal diufuk timur, siauwte telah dapat meninggalkan pe
rahu itu, dan perjanjian tujuh hari yang kita tetapkan pun akan berakhir." ujarnya.
"Kalau keadaan sakit putrimn yang belum seaibuh. diperpanjang dua tiga hari lagipun
tidak mengapa." Siauw Ling menanggapi.
Selama beberapa hari belakangan ini, rasa permusuhan antara Tok Chiu Yok Ong
dengan Siauw Ling sudah banyak lenyap, hubungan mereka berduapun mulai terjalin
rapat. "Tidak perlu. semua urat nadi puteriku teIah berbasil kutembusi, keadaan sakitnyapuu
sudah makin sembuh, asal loohu berhasil membawa dia untuk berdiam disuatu tempat
yang sunyi dan terpencil lalu dengan meng-gunakan segala kemampuanku serta obat
mujarab yang kumiliki akan kudidik dirinya agar makin kuat aku hendak memeeahkan
rekor dunla persilatan dengan mendidiknya jadi seorang jagoan yang paling liehay didalam
Bu-lim dalam tiga tahun mendatang."
"Semoga harapan Yok Ong bisa terpenuhi dan cayhe pun bisa ikut merasakan hasil
karyamu itu." Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba tampaklah dui buah perahu cepat
meluncur datang dengan kenCangnya.
"Kehadiran kedua buah perahu cepat itu rada sedikit kurang beres, harap Siauw Taihiap
bisa bersikap lebih hati hati" seru Tek Chiu Yok Ong dengan cepat.
Sianw Ling alihkan sinar matanya kearah tepi snngai tampaklah diatas setiap perahu
cepat itu duduklah dua orang jagoan.
Seorang pegang kemudi sedang orang yang kedua berdiri diujung perahu, empat
pasang mata sama sama dialihkan kearah perahu besar.
Tampaklah kedua buah perahu kilat tadi mengelilingi perahu besar itu batu kali, tibatiba
mereka putar arah dan berlalu dari situ.
Dari gerak gerik perahu perahu itu, Siauw Ling menemukan bahwasanya keadaan
kurang beres, segera pikirnya didalam hati :
"Dalam enam hari belakangan ini beruntung sekali tak ada kejadian yang menimpa
kami, masa pada hari yang terakhir bisa ter jadi sesuafu yaug tidak -diinginkan" tempat ini
dekat sekali letaknya dengan kota Koei
Chiu, mungkinkah kedna baah perahu cepat itu adalah mata-mata yang dikirim pihak
perkampungan Pek Hoa San-cung ?"
Belum habis ia berpikir, tampaklah kedua buah perahn cepat tadi putar arah kembali
dan kali ini langsung meluncur kearah perahu besar.
Sang Pat maupun Tu Kiou rupanya sudah melihat pula akan kehadiran perahn-perahn
cepat yang tidak diundang itu, buru-buru ke dua orang itu mendekati Siauw Ling sambil
berbisik : "Aku lihat gerak gerik kedua perahu cepat itu ada sedikit tidak beres,"
"Apabila mereka datang untuk mencari gara-gara dengan kita, loohu berharap mereka
bisa cepat-cepat turun tangan." bisik si Raja Obat Bertangan keji.
"Mengapa " " "
"Sebab dua jam kemudian loohu harus bekerja keras lagi untuk melakukan pemusatan
Urat nadi putriku yang terakhir kalinya. pasta saat itu tiada kesempatan bagiku untuk
membantu kalian bertiga,"
Barn saja ucapan itu selesai diutarakan sampan kecil itu teiah mendekatiperahu me
reka Menyaksikan perbuatan itu dalam hati Siauw Ling berpikir.
"Ditengah siang hari bolong .. besar nyali orang ini !"
Dalam pada itu tampaklah lelaki kekar tersebut dengan sepasang matanya yang tajam
perlahan lahan menyapu sekajap wajah Siauw Ling sekalian, kemudian menegur.
"Sudah lama benar perahu cuwi sekalian sauh ditempat ini !"
"Siapakah anda " begitu tak tahn sopan dalam melakukan pembjcaraan dengan orang
lain" seru Tu Kioe. Orang itu te tawa dingin.
"Aku sedang bertanya, bukannya menjawab siapa suruh anda balik bertanya?"
hardiknya. "Selama hidup belum pernah kami sudi menjawab pertanyaan orang 1"
"Heee heee tapi ini hari terpaksa kalian harus melanggar kebiasaan tersebut."
"Hemm, belum tentu demikian."
"Bangsat. siapa kau " besar benar bacot-mu !"
Tu Kioe pun mulai naik pitam oleh si-kap kasar itu.
"Tutup bacotmu bangsat" terlaknya. "Kalau berani banyak cingcong lagi disini, ku-usir
kau dari atas perahu ini."
"Hooo. hooo ,"hooo"..kenapa tidak kau coba ?"
Sekonyong konyong Tu Kioe menerjang maju kedepan, telapaknya berputar siap
melancarkan serangan, namnn pada saat itulah Siauw Ling membentak keras : "Jangan
gegabah " Tu Kioe tarik kembali hawa murninya> Sang badan yang sedang menerjang kemukapun
segera ditarik kembali keposisi semula.
Siauw Ling memandang sekejap kearah lelaki itu, lalu bertanya :
"Apa maksud kedatangan anda keperahu kami " dapatkah anda menjelaskan " "
Lelaki kekar itu memperhatikan sekejap tubuh Siauw Ling dari atas hingga kebawah
menyaksikan sianak muda itu gagah dan perkasa ia tidak berani memandang enteng,
buru-buru menjura dan berkata.
"Tolong tanya siapakah nama besar anda
"Siauw-te Siauw Ling."
Lelaki itu tertegun sejenak kemudian selanya kembali.
"Sudah lama kukagumi nama besar anda sungguh beruntung ini hari kita bisa saling
berjumpa." Dan siapakah nama sahabat sendiri ?"
"Seorang prajurit kecil yang tidak ternama sekalipun diutarakan mungkin Siauw tayhiap
pun tidak kenal," Jilid 2 MENDENGAR jawaban tersebut, dalam hati Sang Pat berpikir, "Keparat cilik ini benar
benar licik. Ia telah berhasil menipu nama besar toako ia sendiri tak mau menyebutkan
namanya." Segera ia mendehem dan berkata, "Ditengah malam gelap pasang lampu, memukul
genta genta dengan Suara. Kepandaian sahabat betul betul luar biasa sekali."
"Siapa anda?" sinar mata lelaki kekar itu segera dialihkan keatas wajah Sang Fat
"Loo-toa dari sepasang pedagang dari Tiong Chie, Sang Pat adanya, mereka masih
tidak takut dicemooh orang. jual beli dilakukan tiap kali secara adil selamanya yang tua
tak pernah menipu yang muda dan yang muda tidak mengganggu yang tua. Seharusnya
andapun menyebutkan nama anda sendiri.
"Hmmm". tauke besar, sudah lama kudengar nama gede dari Tiong Chin Siang Ku
dalam melakukan perdagangan selamanya sukses dan berhasil, kekayaan yang berhasil
dikumpulkan melebihi semua negeri"."
"Hey, kami sedang bertanya siapa namamu!" tukas Tu Kioe ketus. "Kalau telingamu
Sudah kapokan, suruh orang Iain saja yang berbicara dengan kami"."
Sinar mata lelaki kekar itu beralih keatas wajah Tu Kioe kemudian membacot lagi
"Nada ucapan anda tidak sedap didengar, aku rasa kau pastilah tauke kedua dari Tiong
Chiu Siang Ku yang disebut pit besi berwa-jah dingio Tu Kioe adanya."
"Sedikitpun tidak salah, cayhelahTu Kioe."
"Sebatang pit baja serta sebuah gelang Perak perlindungan tangan dari tauke sudah
lama tersohor dalam dunia persilatan. sayang sekali belum sempat bagiku untuk mohon
petunjukmu." "Ehmm, pengetahuan anda sungguh luas sekali. tahukah kau siapa diri loohu?" sela Tok
Chiu Ong. Lelaki itu memperhatikan sekejap wajah Si raja obat bertangan keji, kemudian
menjawab, "Walaupun tubuh sehat kurus kering dan kecil, namun jelas kau adalah
seorang jagoan yang punya nama besar dalam dunia persilatan."
"Tak usah kau puji puji dan loohu, kalau kau tidak sanggup menyebutkau nama loohu "
Menggunakan kesempatan tatkala Tok Chiu Yok Ong sedang mengucapkan kata ka ta
itu mendadak lelaki kekar tadi berbisik Iirih ke arah diri Siauw Ling.
"apabila cuwi sekalian sudi menolong diri cayhe, aku pasti akan membalas budi
kebaikan kalian ini. Sekalipun ucapan tersebut diutarakan dengan nada yang amat lirih, tetapi berhubung
jarak mereka berdekatan maka balk Siauw Ling maupun sepasang pedagang dari Tiong
Chiu dapat mendengar amat jelas sekali. Pe-rnbahan yang terjadi diluar dugaan ini bukan
saja membuat Siauw Ling jadi bingung, bimbang dan berdiam melongo-longo, sekalipun
sepasang pedagang dari Tiong chiu yang sudah berkelana didalam dunia persilatan serta
mempunyai pengetahnan yang amat luaspun dibikin tertegun sehingga berdiri melongo
dengan mata terbelalak lebar, untuk beberapa saat lamanya mereka tak sangggup


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengucapkan sepatah katapun.
Tatkala lelaki kekar itn tidak mendengar jawaban dari Siauw Ling, sinar matanya segera
dialihkan keatas wajah sepasang pedagang dan Tiong Chiu dan ujarnya.
"Apabila kalian berdua suka menolong caybe rela membayar dengan suatu nilai yang
tinggi." "Berapa besar yang akan kau bayar?" ta nya Sang Pat tanpa sadar.
"Sebuah lukisan asli dari Malaikat Lukisan Si Thian Too."
"Ehmm. harganya bagus sekali. terima tawaran itu"."
Berbicara sampai disitu. mendadak Si sie-poa emas menutup mulutnya kembali. ia me
rasa dirinya sudah salah bicara, maka sambil berpaling kearah Siauw Ling dan tertawa
jengah katanya, "Aaai".! Siauwte sudah berjanji tidak melakukan perdagangan lagi, tapi
setelah berjumpa dengan suatu tawaran yang tinggi tanpa sadar penyakit lamaku kambuh
lagi, harap toako jangan marah."
"Bukankah kau sudah sanggupi permintaannya?" Pikir Siauw Ling dalam hati. "Buat apa
kau tanyakan pula persoalan itn kepada ku" Bukankah perbuatanmu ini hanya suatu
perbuatan yang tak berguna"
Walaupun dalam hati berpikir demikian diluaran ia menjawab, "Urusan sudah jadi
begini, tanyakan saja dia punya kesulitan apa
Lelaki kekar yang berdiri diatas sampan cepat Iainnya, supaya sudah melihat gelagat
yang kurang baik, tiba-tiba ia enjotkan ba-dannya melayang keatas perahu besar,
tegurnya dingin, "Kita harus berlalu?"
Tangan kanannya berkelebat mencengkeram bahu lelaki yang telah berada di atas
perahu besar duluan itu Tahan!" Bentak Sang Pat dengan alis berkerut.
Dalam pada itu lelaki kekar yang berada diatas perahu besar duluan itu sama sekali
tidak melancarkan serangan balasan terhadap datangnya ancaman, ia berkelit kesamping:
dan mengundurkan diri kesisi tubuh sepasang pedagang dari Tiong chiu
Sang Pat melangkah dua tindak kedepan, ia lepaskan lelaki kekar yang berada diatas
perahu besar lebih duluan itu untuk bersembunyi dibeiakaog, kemudian sambil
mencengkeram lelaki yang kekar datang kebelakang.
tegurnya" "Ditengah siang hari bolongpun kau berani turun tangan melukai orang"."
"Siapa suruh kau mencampuri urusan orang lain," teriak lelaki itu amat gusar.
Sreeet".! sebuah totokan telah dilepaskan kedepan
Dengan keras lawan keras Sang Pat menyambut datangnya serangan itu, lalu berseru.
"Apakah anda benar-benar ada maksud hendak ajak diriku berkelahi?"".
Dari bentrokan kekerasan yang baru saja terjadi lelaki kekar itu sudah menyadari
bahwasanya ia telah berjumpa dengan musuh tangguh, bukannya melayani serangan
musuh lebih jauh, ia putar badan melayang kembali keatas perahunya sendiri
Memandang bayangan punggung lelaki kekar itu, Sang Pat berguman seorang diri.
"Aneh". sungguh heran sekali". aku rasa jual beli ini tidak akan beruntung dengan
begitu gampang"."
Dalam pada itu lelaki kekar itu tadi secara tiba-tiba mengusap keatas wajahnya sendiri
melepaskan sebuah topeng yang terbuat dari kulit manusia, dengan demikian wajah
aslinya segera terlihat didepan mata.
Orang itu punya sepasang mata yang gede dengan alis tebal, wajah persegi dan
mulutnya lebar, usianya kurang lebih lima puluh tabunan.
Tui-Chiu-Yok-Ong memperhatikan sekejap wajah lelaki kekar itu tiba-tiba ia berkata,
"Kembali anda akan kebobolan uangnya!"
"Apakah ada yang tidak beres?" tanya lelaki itu rada tercengang.
"Kalau kutinjau dari raut wajah, jelas menbuktikan bahwa kau telah keracunan hebat.
masa kau merasa keberatan untuk mengeluarkan sedikit ongkos guna pengobatan"
"Dari mana kau bisa tahu kalau aku keracunan hebat?" Kembali lelaki itu bertanya
dengan nada tetawa. "Loohu menyadari bahwa sepasang mata-kn belum rabun. ababila cuma melibat tandatanda
orang yang keracunan pun tidak becus buat apa aku melakukan perjalanan lagi didal
m dunia persilatan?"
"Sebenarnya siapakah anda" Kita tidak pernah saling kenal mengenal dari mana kau
bisa tahu kalau aku telah keracunan hebat dalam sekilas pandang saja!"
"Dia bernama si Raja Obat Bertangan Keji Siauw Ling memperkenalkan. "Dialah tabib
nomor satu dalam dunia persilan ini."
"Ouw". kiranya kaulah yang disebut si Raja Obat bertangan Keji."
Lelaki kekar itu menjura. "Maaf, apabila cayhe kurang hor-mat dalam sikapku tadi.
Tiba-tiba ia putar dan berkelebat masak kedalam ruang perahunya.
Sepeninggal si Raja Obat, Sang Pat tersenyum, terdengar ia berkata, "Jual beli ini telah
kami terima, tetapl siapakah diri anda" Aku rasa sudah sampai pada waktunya bagimu
untuk bicara terus terang."
"Aai". Cayhe bernama Si Ching"."
Tiba-tiba terdengar Siauw Ling membentak keras, ditengah berkelebatnya cahaya
pedang". trang, sebatang asak panah telah disampok rontok.
"Suatu ilmu pedang yang amat dahsyat " suara pujian yang sangat nyaring menggema
datang dari arah depan. Tatkala Sang Pat mendongaK, tampak empat buah sampan cepat sedang bergerak
mendekat". diatas ujung sampan berdirilah empat orang lelaki kekar, dua orang
mencekal senjata dan dua orang menbekal gendewa "Saudara berdua, cepat bawa dia
masuk kedalam ruang perahu." teriak Siauw Ling.
Belum habis ia berseru, terdengarlah desiran angin tajam menderu-deru, serentetan
anak panah meluncur datang bagaikan hujan Siauw Ling segera putar pedangnya
Keempat penjuru". trang! trang! trang " keempat anak panah seketika terpukul rontok.
Sang Pat menjinjing bajunya ambil keluar sie-poa emasnya, ditengah berkelebatnya
cahaya tajam iapun berhasil memukui rontok dua batang anak panah yang berada
disisinya Tu Kioe pun ambil keluar senjata pit baja serta gelang pelindung badannya
semectara dalam hati ia berpikir: "Aku harus berusaha untuk mendapat diatas sampan
mereka, dengan demikian mere-ka baru bisa dilukai "
Siapa sangka ketika sampan sampan kecil itu tiba kurang lebih tiga tombak disisi
perahu besar, mendadak mereka berhenti bergerak dan tidak maju lebih mendekat lagi.
"Tahan!" tiba dan atas sampan kecil sebelah kanan berkumandang datang suara
bentakan. Bersamaan dengan bergemanya bentakan tadi, hujan anak panah yang dilepaskan dari
atas sampan kecil itu segera berhenti.
Diam-diam Siauw. Ling berbisik kepada Sang Pat serta Tu Kioe.
"Mereka sudah membentuk barisan segi tiga untuk melancarkan serangan hujan panah
kepada kita, tidaklah menguntungkan bagi kita untuk melakukan perlawanan dari ujung
perahu cepat masuk kedalam ruang perahu dan cari akal untuk menghadapi mereka."
"Entah orang-orang itu beraSal dari mana" iata Tu Kioe. "Mereka berhasil
mengumpulkan begitu banyak sampan-sampan cepat di atas permukaan sungai yang
demikian luas. serta mendatangkan begitu banyak pemanah jelas hal ini menunjukkan
bahwa mereka bukanlah jago-jago Bu-lim biasa, melainkan suatu perkumpulan perampok
yang biasanya memang beroperasi diatas sungai."
Dalam pada itu terdengar lelaki kekar yang ada diatas sampan cepat sebelah kanan
telah membentak kembali, "Siapakah pemimpin diatas perahu?"
"Sudahkah anda menyaksikan sendiri keadaan situasi yang terbentang dewasa ini?"
Perlahan lahan sinar mata Siauw Ling ber putar memandang sekejap keempat peujuru
lalu menjawab ; "Sudah kulihat dengan jelas sekali. Hmm cuwi sekalian tidak lebih hanya mengandalkan
beberapa orang pernah serta posisi segi tiga untuk menggertak orang belaka."
"Hm, 8eandainya diujung anak panah aku sulut apj kemudian dipanahkan keperahu
anda, tahukah kamu semua bagaimana keadaannya pada saat itu?"
Ancaman ini membuat Siauw Ling tertegun seketika itn juga, diam-diam pikirnya,
"Sunggah Iihay ancaman yang mereka ka takan barusan, seumpama kata mereka benarbenar
memanahkan anak-anak panah berapi keatas perahu, niscaya keadaan kami bakal
runyam," Dalam pada itu dibawah perlindungan Sang Pat serta Tu Kioe, Si Ching telah
menngundurkan diri kedalam perahu. sedangkan Sang Pat tetap berjaga-jaga didepan
pintu ruang perahu siap menyambut Siauw Ling. Terdengar lelaki nu berkata kembali:
"Bagus! Rupanya sebelum bertemu dengan peti mati kalian tidak akan mengucurkan air
mata, akan kusuruh kalian rasakan kelihayan kami"."
"Berikan sedikit kelihayan pada mereka?"
Pemanah pemanah itu mengiakan, dari sarung panah mereka segera bersiapan
sebatang panah yang bentuknya istimewa sekali.
Seorang lelaki kekar mengambil keluar sebuah obor disulutnya keujung anak panah
tersebut, api segera berkobar diatas ujung anak panah dan diiringi desiran angin tajam
anak panah api tadi dengan cepat meluncur keatas perahu.
Anak panah itn entah terbuat dari bahan apa, sekalipun meluncur datang dengan
menembusi angkasa namun kobaran api pada ujung anak panah tersebut sama sekali
tidak padam. Siauw Ling kebaskan pedangnya kedepan. Pletak! Anak panah berapi tadi segera
terpukul rontok ke dalam air,
Daya bakar dari api tersebut sungguh lihay sekali. sekalipun anak panah tadi sudah
terjatuh kedalam air, namun api masih ber-kobar beberapa saat lamanya diatas permuka
an air untuk kemudian baru padam dengan sendirinya.
"Ooouw". sungguh lihay sekali," pikir Siauw Ling.
Terdengar lelaki kekar itu berkata kembali.
"Ditinjau dari kecepatan gerak anda dikala mencabut pedang, kemudian ketepatan
dalam merontokan anak panah tersebut, aku yakin anda pastilah seorang jagoan yang
punya nama besar dalam dunia persilatan. Tetapi seumpama kata aku perintahkan
delapan orang pemanah untuk bersama-sama melepaskan anak berapi secara beruntun
dari tiga penjuru, sekalipun anda memiliki gerakan pedang yang cepat, tak mungkin bukan
bagimu untuk merontokanseluruh anak panah berapi yang kami lepaskan kerah perahu
kalian" asal kan salah satu saja diantara anak-anak panah berapi kami berhasil mengenai
diatas perahu anda, niscaya perahu kalian bakal terbakar dengan hebatnya dan didalam
sekejap mata. seluruh perahu akan berubah jadi lautan api kemudian perlahan lahan
tenggelam kedasar sungai."
walaupun Siaaw Ling adalah seorang manusia yang cerdik namun berhubung apa yang
diucapkan plhak lawan adalah merupakan suatu kejadian yang masuk diakal, maka untuk
beberapa saat lamanya ia tak sanggnp mengucapkan sepatah katapun jua.
Sang Pat yang berada disana segera berbisik lirih, "Situasi yang kita hadapi sekarang
walaupun sangat bahaya, namun jangan sampai kita kalah wibawa, apabila Tok Chiu Yok
Ong suka turun tangan serentak, dengan ke kuatan kita berempat dan masing-masmg me
ngarab sebuah sampan musnh, rasanya bukankah suatu pekerjaan yang terlalu sulit untuk
menghancurkan mereka dengan gerakan yang cepat. Rupanya orang yang bicara dan atas
sampan sebelah kanan itu merupakan pemimpin dari keempat buah sampan cepat
tersebut,llmu silat yang ia milikipun tentu lihay sekali, biarlah toako yang menghadapi
dirinya, sedang Siauw-te sekalian serta Tok Chiu Yok Ong akan menghadapi manusia
manusia ynng perada diatas ketiga buah sampan lainnya."
Perkataan tersebut diucapkan dengan suara yang amat lirih, ditambah pnla ombak
sedang menggulung keras, dan keempat buah sampan cepat itu berlabuh kurang lebih
tiga tombak dilnar perahu mereka, maka Sekalipun pihak lawan dapat menyaksikan bibir
Sang Pat berkemak kemik namun tidak kedengaran apa yang sedang ia ucapkan.
Siauw Ling pun berbisik lirih.
"Anak panah yang mereka perslapkan sangat istimewa sekali bentuknya dan
mempunyai daya bakar yang sangat kuat". biarlah Siawte saja yang mengadakan kontak
dengan dia, kemudian akan kusampaikan kepada toako kami Nah, sahabat, silahkan kau
membuka harga agar kamipun bisa menawar dengan lebih leluasa". asal penawar tidak
tinggi, pasti akan kami kabulkan permainan kalian!"
Lelaki itu tertawa dingin lain berseru, "Pertama, serahkan dulu penghianat yang telah
kalian lindungi itu "
"Persoaian ini gampang sekali diselesaikan. situasi yang kami hadapi amat berbahaya
sekalipun orang itn suka membayar dengan harga yang tinggi, jual bell ini sudah pasti
kamilah yang menderita rugi.
"Hemm, tak nyana kau masih sedikit tahu diri!"
Satu saja diantara anak anak panah itu bersarang diatas perahn kita, niscaya perahu
kita bakal terancam mara bahaya."
Keadaan situasi telah berubah jadi begini terpaksa kita harus berpesan kepada Cioe
Soen sekalian agar siapkan air untuk menolong api.
"Mereka tidak kenal ilmu silat, bukankah korban yang berjatuhan akan semakin banyak.
"Sekalipun ada diantara mereka yang terpaksa jatuh korban. apa yang bisa kita
bicarakan lagi?"?"
"Baiklah akn turuti saja kemauanmn, Nah pergilah menghadap Yok ong dan rundingkan
persoalan ini dengan dirinya, coba kita lihat apakah ia punya pendapat lain atan tidak."
"Tok Chiu Yok ong menaruh rasa hortnat terhadap dirimu, Siauw te rasa apa yang kau
ucapkan tidak akan ditampik olehnya. Urusan dalam menghadapi orang ini serahkan saja
kepada diri siauw te. Siauw Ling termenung sejenak, akhirnya ia mengjngguk.
"Baiklah ?". Dengan langkah lebar ia segera berjalan" masuk kedalam ruang perahu.
Sang Pat pun sudah menyimpan kembali senjata sie-poa Masnya, dengan langkah lebar
ia berjalan keluar, setelah menjurah kearah lelaki yang ada disebelah kanan perahu
tegurnya. "Sahabat, siapakah namamu
Orang itu tidak menjawab, sebaliknya malah balik bertanya dengan nada dingin.
"Diantara kalian berdua, sebenarnya siapakah yang bertindak sebagai pemimpin.?"
"Dia adalah toako kami tentu saja dialah pemimpin kami."
Lelaki kekar itu segera tertawa dingin.
"Apabila anda memang merasa bahwa kau bukan pemimpin diatas perahu, lebih balk
suruhlah Liong tauw toako kalian untuk tampil kedepan mengadakan pembicaraan "
"Haaaa. haaa". dia adalah Liong tauwtoo kami, sudah sepantasnya kalau dia tidak sudi
mengadakan pembicaraan dengan segala". manusia kurcaei
"!t^ah, sahabat silahka sebut dahulu namamu agar dalam pembicaraan selanjutnya kita
bisa salmg menyebut dengan leluasa."
"Cayhe siular air Tong Peng.
"Ooouw". kiranya Tong heng, selamat berjumpa, selamat berjumpa."
Rupanya Sang Pat sengaja hendak mengulur waktu maka ia selalu saja mengajak orang
itu berbicara yang bukan bukan
Terdengar Tong Peng berkata kembali dengan nada dingin.
"Kedua aku minta cuwi sekalian suka mengikuti diri cayhe untuk menjumpai Koen eu
kami." "Koen-cu kalian?"." Sanya Sang Pat sambil tersenyum
"Tidak salah, Koen-cu kami belum lama munculkan diri dalam duniapersilaian, maka
jarang sekali orang Bu-lim yang mengetahui akan dirinya
"Oooouw". kiranya begitu tidak aneh kalau cayhe belum pernah mendengar akan
nama Koen cu kalian."
"Dikala cnwi sekalian pergi mengnnjungi Koen-cu kami, semua senjata tajam harus di
tanggalkan dan tangan serta badan kalian harus diborgol."
"Empat kali dua jadi delapan, dua kali lima jadi sepulah.".wah". rugi". rugi" teriak
Sang Pat sambil pukul pulang pergi biji-biji sie-poanya.
"Syarat yang kami ajukan cuma dua, sudikah kalian menyanggupi atau tidak harap
segera diputuskan." seru Tong Peng gusar-"Kalau kalian sengaja mengulur waktu lagi.
jangan salahkan kalau kami bertindak kejam"
"Tidak sulit bagi kami untuk menjumpai Koen-cn kalign, tapi kalau kami suruh pakai
borgol". wah". wah". kan kurang sedap dipandang, emangnya kami orang buronan?"
"Barang siapa yang bertemu dengan Koen cu kami untuk pertama kalinya, dia harus
mengenakan borgol dibadan."
"Kaupun akan menggunakannya jnga"
"Anggota istana tentn saja tidak perlu memakai borgol.
Sang Pat berpaling sekejap kearah ruang perahu, melihat tiada gerakan apapun.
terpaksa ia menyambung leoih jauh.
"Untuk menghadapi masalah seperti ini, terpaksa keputuasnnya harus menunggu Liong
tauw toako kami"."
"Tidak bisa diterima!" mendadak terdengar Siauw Liang berteriak keras dis.isul
munculkan diri dalam ruang perahu, dengan langkah lebar.
Tidak bisa diterima" berarti kalian mencari kematian buat diri sendiri!" bentak Tong
Peng semakin naik pitam. "Tak usah anda cemaskan, sekalipun ingin mati kami tak akan sudi mati ditengah
sungai." "Hmmmmmmmm! cayhe tiiada waktu lagi bagiku untuk mengajak kalian bicara yang
tak berguna itu, mau atau tidak mau harus cepat diputuskan kalau kalian coba mengulur
waktu lagi, jangan salahkan kalau aku akan segera perintahkan mereka untuk melepaskan
panah-panah berapi Dalam puda itu Siauw Ling telah berjalan menuju keujung perahu, bisiknya kepada diri
Sang Pat, "Tok Chiu Yok Ong telah menyanggupi rencana kita, dewasa ini masalah yang
penting adalah bagaimana caranya mendekatkan perahu kita dengan keempat buah
sampan tersebut, namun yang paling penting begitu bergerak kita harus sukses dalam
penye rangan " "Dewasa ini jarak perahu kita dengan sampan mereka mencapai tiga tombak lebih, asal
kita bisa lima depa lagi niscaya tiada kesulitan bagi kita untuk mendarat diatas sampansampan
tersebut." Tiba-tiba terdengar Ular.Air Tong Peng berteriak keras
Sudah seiesaikan perundingan kalian berdua cayhe tidak punya kesabaran lagi untuk


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunggu." "Tong-heng. bagimana kalau kau menunggu sejenak lagi?"
"Cayhe akan menghitung dari angka satu sampai sepuluh. kalau kalian berdua belum
juga berhasil mengambil keputuSan maka cayhe segera akan melepaskan panah-panah
berapi." Tiba-tiba ia angkat tangan kanannya dan membuat gerakan satu lingkaran atas kepala.
Siauw Ling alihkan sinar matanya kearah sampan tersebut, tampaklah dengan buah
gendewa yang ada dikeempat sampan tadi telah direntangkan lebar lebar siap melepaskan
anak panah yang telah dipersiapkaa diatas-nya, sementaia lelaki bersenjata tombak yang
berada disisi pemanah-pemanah tersebut mulai menyambut api.
Asal Tong Peng menurunkan perintahnja, maka delapan anak panah berapi dengan
seketika akan meluncur kearah perahu,
Menyaksikan ancaman tersebut. Sang Pat mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Kalau ditinjau dari situasi yang kita hadapi sekarang terpaksa kita harus menerjang
kearah mereka dengan menempuh bahaya"." keluhnya.
Terdengar Tong Peng sudah niulai menghitung "satu". dua". tiga,". empat"." dan
mencapai angka ketujuh "Aku menerjang dulu keatas sampan yang ditumpangi manusia she Tong itu." bisik
Siauw Ling sambil diam-diam mengempos hawa murninya mengelilingi seluruh badan.
"Toako hendak turun tangan lebih dulu?"
Pada waktu si Ular Air Tong Peng telah menghitung sampai angka kesembilan, baru
saja angka kesepuluh hendak meluncur keluar dan mulutnja, tiba-tiba Siauw Ling
membentak keras, "Tutup mulut"
"Ada urusan apa?" tanya Tong Peng ter-tegun.
Siauw Ling bersuit nyaring, ia enjotkan badannya melayang dua tombak ketengah
angkasa, setelah berpurar satu lmgkaran di udara laksana kilat badannya menubruk
kearah Tong Peng. Melibat datangnya tubrukan, Tong Peng membentak keras, tombak panjang
ditangannya segera mentisuk kearah depan.
Dtikuti anak-anak panahpun berdesiran memenuhi seluruh angkasa, delapan batang
anak panab berapi duringi percikan bunga- bunga api meluncur kearah perahu besar
tersebut secara berbareng"."
Gerakan tubuh Siauw Ling cepat kilat, dalam sekejap mata ia sudah mendekati sampan
kecil itu pedangnya menjejak kebawah menyingkir datangnya tombak setelah berhasil
melayang turun diujung perahu, pedang yang menempel diatas tombak langsung.
msmbabat kearah bawah Tong Peng miringkan badannya kesamping, Sementara seorang lelaki kekar bersenjata
tombak pula ayunkan senjatanya bagaikan sebuah toya mengancam pinggang lawan.
Kiranya, setelah kehadiran Siauw Ling di atas sampan mereka, berhubung senjata
tomb;iknya terlalu panjang sulit baginya untuk menyerang secara gencar, maka terpaksa
ia menyapu pinggang uijsuh untuk mende-sak si anak muda itu mundur kebelakang.
Siauw Ling salurkan hawa murmnya kearah kaki, kuda-kudanya diperkuat dan sang
pedang bergetar kedepan memaksa si ular air Tong Peng harus menymgkir kesamping.
Menggunakan kesempatan itulah Siauw Ling bergeser kearah depan, telapak kirinya
laksana kilat melepaskan sebuah babatan kilat menghantam dada lelaki bersenjata tombak
itu, Segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan diiringi desiran angin tajam
langsung menerjang kedepan.
Panjang sampan yang tidak lebih satn tombak dengan lebar hanya beberapa depa, dan
hadirnya empat orang diujung perahu maka ruangan kosong jadi amat terbatas.
Menyaksikan datangnya serangan Siauw Ling amat dahsyat, tidak sempat bagi lelaki kekar
itu untuk menghindarkan din, terpaksa ia berkelit kesamping guna meloloskan diri dari
ancaman. Bruk".! terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat bersarang telak diatas
bahunya, ia mendengus berat dan tak kuasa lagi badannya tercebur kedalam sungai.
Setelah melepaskan sebuah babatan tersebut kelima jari tangan kiri Siauw Ling
bagaikan sebuah jepitan langsung mencengkeram keatas tombak panjang lawan.
Tubuh lelaki itu termakan lebih dulu oleh hantaman lawan diikuti sapuan tombaknya
baru tiba, dengan sendirinya tenaga serangan yang menyertaipun jauh lebih berkurang.
Kedua buah jurus serangan ini dilancarkan dengan menggunakan segenap tenaga yang
dimilikinya, bukan kepalang dahsjat nserta kejinya.
Lelaki yang berada disebelah kiri tak sanggup menghindarkan diri, bahu kirinya segera
termakan oleh gempuran lawan, membuat badannya tak kuasa lagi tercebur kedalam
sungai, sementara orang yang ada diperahu tersentak mundur sejauh dua langkah
kebelakang tatkala menyambut serangan Sang Pat dengan keras lawan keras
Sang Pat mendesak kedepan lebih jauh, sebuah tendangan kilat segera dilepaskan".
Dalam menghadapi serangan yang dekat, tak leluasa bagi lelaki bersenjata tombak itu
untuk melancarkan serangan, tatkala menyambut datangnya serangan dari Sang Pat tadi,
idarah panas di dalamr ongga dadanya lelaki ini telah bergolik keras, dan napasnya
terengah-engah kini menyaksikan datangnya tendangan kilat buru-buru ia melompat
mundur kebelakang. Apa Iacur kakinya menginjak ditempat kosong maka tak ampun lagi badannya tercebur
kedalam sungai. Walaupun kedua orang bersenjata tombak itu berhasil didesak hingga terjun kedalam
sungai oleh serangan berantai Sang Pat, namun dengan kejadian ini cukup waktu bagi
kedua orang pemanah yang ada diatas sampan itu untuk mencabut keluar goloknya
menghadapi serangan musuh.
Suatu pertempuran sengit antara Sang Pat melawan kedua orang itupun berlangsung
dengan serunya. Siauw Ling yang mengawasi situasi kalangan dapat menyaksikan bahwa
telah berhasil menguasai kalangan, kedua orang lelaki itu kena terkurung dibawah sen
jata sie-poa emajnya hingga tiada bertenaga untuk melancarkan serangan balasan. Justru
keadaan dari Leng Bian Tiiat Pit Tu Kioe lah yang paling bahaya.
Kiranya tatkala S:ing Pat meloncat kearah Sampan kecil itu. Tok Chiu Yok Ong seita Tu
Kioe yang berada didalam ruang perahu pun sama-sama lari keluar kegeladak dan secara
terpisah menyerang dua buah sampan
Setelah tubuhnya tiba diatas sampan, sepasang telapak Tok Chiu Yok Ong telah di
lancarkan berbareng menghantam dua orang bersenjatakan tombak itu,
Dua gulung tenaga yang maha dahsyat secara terpisah mengancam musuh musuhnya.
Dengan lweekang yang amat sempurna di tambah pula serangan itu dilancarkan
dengan segenap tenaga, belum sempat kedua orang musuhnya putar tombak badan
mereka telah terdesak mundur dua langkah kebelakang.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Si Raja Obat Bertangan Keji
melayang turun keatas sampan, tangan kirinya melancarkan serangan kembali
menghantam pemanah yang ada disana sementara telapak kanannya menghantam
pergelangan kiri dan kanan
Inilah salah satu yang paling diandalkan yaitu Gulungan Ombak berlapis lapis ketika
telapak kanannya bersarang dipergelangan kiri lawan, berlapis lapis tenaga Iwe kangnya
acara berbareng menerjang tubuh musuh.
Pemanah tersebut tidak sampai untuk meloloskan goloknya lagi, terpaksa ia sambut
datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
Tenaga dalam Tok Chiu Yok Ong amat sempurna, tentu saja orang itu bukan
tandingannya,dengan terjadinya bentrokan dahsyat badannya tergentar mundur dua
langkah kebelakang. Siapa sangka baru saja ia berhasil berdiri tegak. segulung tenaga pukulan lapisan kedua
menghantam kembali dadanya dengan cepat senjata tersebut berhasil di-rampas oleh
Siauw Ling, Dalam sekejap mata itulah dikala Siauw Ling berhasil merampas sebatang tombakterdengar
jeritan yang menyayat hati berkumandang memenuhi angkasa, si Ular air Tong
Peng membentak keras lalu ikut terjun pula kedalam sungai.
Kiranya pedang Siauw Ling yang menempel diatas tombak lawan telah membabat ke
arah bawah. maka tidak sempat lagi Tong Peng untuk menghindari diri dan babatan
lawan, kontan lengan kirinya kena terbabat putus jadi dua bagian. rasa sakit yang tak
terkirakan membuat dia harus meninggalkan sampan dan terjun kedalam sungai.
Dalam sekejap mata Siauw Ling telah berhasil merobohkan dua orang musuhnya, ia
tidak berdiam sampai disana, pedangnya berputar kencang dengan jurus Burung merak
Pentang sayap laksana sebuah kilatan gantur senjata tajam itu langsung membabat
kearah dua orang pemanah yang berada pula diatas sampan itu.
Kedua orang pemanah itu merasa terperanjat tatkala mendengar jeritan ngeri dari
rekannya, dalam keadaan seperti ini tiada kesempatan lagi bagi mereka untuk melepaskan
panah-panah berapi kearah perahu.
Gerakan pedang Siauw Ling cepat bagaikan sambaran kilat, belum sempat kedua itu
memberikan perlaWanan, sang pedang telah meluncur tiba.
Dalam keadaan yang terdesak, tidak sempat lagi bagi kedua orang lelaki itu untuk
mencabut keluar goloknya, dengan gendewa sebagai senjata mereka tangkis datangnya
babatan lawan. Bluuuummm".! Bluuummm".! Otot kerbau yang kuat diatas gendewa tersebut segera
terbabat putus jadi dua bagian.
Melihat gendewa patah, dua orang itu cabut keluar goloknya.
Siauw Ling miringkan badan kesamping Ialu mendesak kedepan sebuah tendangan kilat
membuat seorang lelaki tercebur kedalam sangat, pedang ditangan kanan bergetar keras,
dengan gerakan menembus awan merengut rembulan ujung pedangnya menembusi ulu
hati orang itu. Dalam waktu yang amat singkat, empat orang musuh yang berada diatas sampan ter
sebut tetap berhasil dipaksa Siauw Ling ter jun keadaan sungai dan mati binasa.
Tatkala ia berpaling, tampaklah diatas ke tiga buah sampan yang lainpun sedang
berlangsung suata pertempuran yang maha seru.
Kiranya ketika Siauw Ling turun tangan tadi. Sang Pat pun segera ikut rurun tangan
Sie-doa emas ditangan kanannya diputar sedemikan rupa untuk melindungi badan dan
langsung meloncat keatas sampan nomor dua dari sebelah kanan
Tenaga kail ini telah menggunakan hawa murni yang dimilikinya, gerakan tubuhnya
cepat laksana sambaran kilat dan luar biasa lihaynya.
Tindakan Siauw Ling dalam merampas sampan kecil Itu telah mempertinggi
kewaspadaan para jago yang ada di ketiga sampan lainnya, melihat Sang Pat meloncat
datang. dua orang lelaki bersenjata tombak segera menyongsong kedatangannya dengan
tusukan kilat Terasalah segulung tenaga tarikan yang maha dahsyat mendorong badan lelaki itu
hingga terhuyung maju kedepan.
Dengan kejadian ini, secara kebetulan pula ia telah sambut datangnya hantaman
tornbak dari rekannya vang ada disebelah kiri, maka tak ampun bahu kanannya terhajar.
Dasarnya lelaki itu sudah tak kuat mempertahankan diri, terhajar pula oleh tombak
rekannya sendiri, kontan tulang bahunya hancur dan diiringi dengusan berat tubuhnya
terjungkal kedalam snngai.
Tok Chiu Yok Ong melanjutkan serangan nya senjata tombak hasil rampasannya di
sapn kedepan deng,an dahsyat, pemanah serta lelaki kekar bersenjatakan tombak yang
masih ketinggalan diatas sampan tentu saja tak sanggup mempertahankan diri, mereka
terdesak hebat dan akhirnya mencelat keluar dari sampan
Melihat musuhnya telah roboh semua Tok Chiu Yok Ong tertawa terbahak-bahak ia
jungkir balikkan sampan itu hingga tenggelam dan ia sendiri melayang balik keperahu
Dikala Tok Chiu Yok Ong meloncat balik keatas perahu itulah Siauw Ling pun telah
menenggelamkan sampan hasil rampasannya dan melayang kearah sampan Iain dimana
Tu Kioa masih terlibat dalam pertarungan sengit.
Dalam pada senjata pit baja dari Tu Kioe telah berhasil merobohkan salah seorang
musuhnya, kemudian melanjutkan pertarungan melawan ketiga orang sisanya.
Sebelum Siauw Ling berhasil melayang tiba diatas sampan, pedangnya bergerak ce-pat
sebuah lengan dari seorang pemanah melayang jadi dua baglan.
Melihat kehadiran toakonya semangat Tu Kioe makin berkobar. Ia membentak keras
dan senjata pitnya kembali melukai seorang musuh
Dua orang sisanya tatkala melihat gelagat tidak menguntungkan segera putar badgn us
tnk melaukan dm, namun sebelum orang itu sempat terjun kedalam air, sebuah pukulan
udara kosong yang dilepaskan Siauw Ling telah bersarang diatas punggungnya, di iringi
muncratan darah segar orang itu menemui ajalnya didalam snngai,
Sedangkan pemanah terakhir ltupun berhasil dilukai oleh Tu Kio, dengan demikian
semua musuhpun berhasil dibasmi habis.
Tu Kioe simpan kembali senjatanya. setelah menenggelamkan sampan kecil tersebut
bersama-sama Siauw Ling mereka kembali keatas perahu.
Dua orang lelaki kekar yang sedang melangsungkan pertarungan sengit melawan Sang
Pat buru-buru putar badan melarikan diri tatkala menyaksikan seluruh rekannya sudah
mati binasa semua. melihat mnsuhnya lari Sang Pat pun segera menjalankan sampan kecil
tadi mendekati perahu besar, terdengar ia berseru sambil tertawa.
"Ada baiknya kita tinggalkan sampan tersebut buat kita pakai, mungkin sampan ini
berguna sekali bagi kita kelak."
Sementara itu Siauw Ling melakukan pemeriksaan diatas perahu mereka, kerugian
yang diderita ternyata tidak begitu parah seperti apa yang diduga semula, kecuali
sebagian geladak terbakar serta sebuah layar tumbang hanya dua orang pelaut saja yang
terluka, boieh dibilang kerugian tersebut merupakan sebuah kerugian yang enteng.
Si Ching berdiri didepan ruang perahu. menyaksikan ilmu silat para jago yang sangat
lihay dalam hati ia merasa kagum bercampur takut, ia tahu para pemanah dan keempat
sampan cepat yang berhasil melarikan diri pasti akan meloporkan kejadian ini kepada
koencu mereka dan persoalanpun akan berlangsung makin besar
Segera ia menghela napas panjang, ujar nya.
"Cayhe merasa amat certerima kesih sekali buat budi pertolongan cuwi sekalian, hanya
saja dsngan perbuatan kalian ini maka tanpa disengaja cuwi semua telah mengikat tali
permusuhan dengan Su Hay Koen-cu, ke jadian ini membuat cayhe merasa amat ber
sedih hati"." Semua orang tidak ada yang mengomentari perkataan tersebut, terdengar si Raja obat
bertangan keji berseru lantang.
"Pasang layar dan lanjutkan perjalanan!"
"Kita mau berlayar kemana?" tanya Cioe Soen sambil munculkan diri dari tempat per
sembunyian." "Rapatkan perahu ketapl sungai" perintah Siauw Ling." Kami semua tidak begitu
mengerti tentang kepandalan didalam air, seumpama kita bertemu kembali dengan musuh
tangguh, akan kami layani serbuan mereka itu diatas daratan."
Cioe Soen mengiakan, ia keluar dari ruang perahu dan segera memerintahkan anak
buah nya untuk bekerja. Dalam pada itu Tok-Cbiu-Yok Ong melirik sekejap kearah Siauw Ling, bibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud itu dibatalkan.
Sang Pat memperhatikan pula wajah Si Ching kemudian berkata, "Penawaran yang
anda ajukan terlalu tinggi, sedang aku Sang Pat tanpa berpikir panjang telah menerima
jual bel ini, kalau di-hitung hitung sekarang waaahhh". lebih banyak ruginya dari pada
beruntung." "Lukisan yang ditinggalkan simalaikat pe lukis Si Thian Too cuma sebuah lukisan Giok-
Sian-Cu serta separnh buah lukisan "Bulan bertaburkan bintang" entah lukisan manakah
yang telah anda ajukan sebagai pembayaran kepada kami?" tanya Tu Kioe.
"Lukisan Dewi Kumala serta Bulau Ber-taburan bintang Itu sudah beredar didalam
dunia persilatan. dunanakah benda itu sekarang cayhe sendiri pun tidak tahu Dua benda
yang cayhe maksudkan pun bukah lukisan Dewi Kumala maupun Bulan Bertaburan
bintang itu." "Hmm" Si Thian Too cuma meninggalkan lukisan itu belaka, bila kau memang tiada
memiliki kedua buah lukisan tersebut bukan kah berarti kamu ada maksud mengajak kami
Sepasang pedagang dan Tioug Cu untuk bergurau"."
Sang Pat goyangkon tangannya mengbalangi Tu Kioe bicara lebih jauh.
"Anda bernama si Ching?"
"Sedikitpun tidak salah."
"Kalau begitu kau berasal satn marga de ngan Si Thian Too?"
"Aaaaa.!" Orang itu menghela napas pan Jang." Bicara terus terang saja Si Thian Too
sang malaikat lukisan tersebut bukan Iain adalah engkongku sendiri."
"Bocah keparat, pandai benar kau ngoceh yang tidak karuan." hardik Tu Kioe dingin.
"Setiap orang umat Bu-lim ada tahu semua kalau Si Thian Too tidak pernah beristri
selama hidupnya, sudahlah tak usah kau ajak kami Tiong Chiu Siang Ku untuk bergurau,
apabila seseorang tidak beristeri dari mana hidupnya anak?""
"Sahabat". Sang Pat pun ikut berbicara sambil tertawa, "Sepasang mata kami Tiong
Chiu Siong Ku tidak pernah kemasukan sebutir pasirpun, kalau kau bermaksud, hendak
bikin onar disini, maka rencanamu pasti menemui kegagalan total."
?"Cuwi sekalian cuma tahu satu tidak tahu dua. sekalipun pada waktu itu Si Thian Too
tidak beristri"."
Mendadak ia membungkam. "Sahabat, bila ia tidak beristeri dan tidak punya pula gundik, dan mana pula munculnya
anak" Tapi kau boleh teruskan perkataanmu itu lebih jauh "
"Aaai".! Sebetulnya kejadian ini merupakan suatu rahasia besar dalam dunia persilatan
dan rahasia ini sudah tersimpan selama hamplr seratus tahun lamanya, dewasa ini kecuali
cayhe seorang mungkin dikolong langit sudah tak ada orang yang mengetahui nya lagi."
"Eeei". sebenarnya apa yang telah terjadi tukas Sang Pat dengan alis berkerut, "aku
harap kau jangan jual iagak dengan bicara mencla menclc lagi."
"Aaai".! sekalipun cuwi sekalian menaruh budi pertolongan kepada kami, namun suruh
anak cucu keluarga Si untuk membicarakan kejadian kakeknya, sedikit banyak sulit bagi
cayhe untuk buka suara."
"Sekalipun kau ntarakan keluarpun belutn tentu kami suka percaya."
"Apalagi membicarakan peristiwa yang sudah terjadi seratus tahun berselong, apa sih
halangannya?" sambung Sang Pat,
"Aaai"baik aku bicara". aku bicara."
"Tidak salah, Si Thian Too tidak pernah beristri, tetapi cuwi sekalian tentu sudah


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar bukan kisah permainan cintanya dengan beberapa orang gadis" Kecuali
dengan Dewi Kumala yang mengakibatkan kisah cinta yang begitu sedih dan penuh
kedukaan. iapun pernah membuat tragedi cinta dengan seorang gadis yang tidak dikenal
orang. sehingga dalam kenyataan sebetulnya ia telah beristri."
Sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat dua titik air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya lalu sambungnya lebih jauh, "Perempuan itu hanyalah seorang gadis
dusun yang amat sederhana dan tidak cantik barang sedikltpun, tetapi ia begitu bersikeras
mencintai simalaikat lukisan ini sehingga akhirnya meninggalkan keturunan bayinya."
Beberapa patah kata Ini membuat para ja-go mendengarkannya dengan terpesona,
bahkan Si Raja obat Bertangan Keji yang selalu bersikap acuh pun saat ini tertarik juga
hatinya. Sang Pat memenuhi sebuah cawan dengan air teh kemudian diangsurkan kehadapan Si
Ching, katanya, "Si heng nilai dari cerita rahasia ini mungkin jauh diatas lukisan Devvi
Kumala minumlah dahulu kemudian baru meneruskan ceritamu! perduli jual beli ini untung
atau rugi kami tetap akan menerimanya."
Si Ching buka matanya menyapu sekejap Wajah Siauw Ling sekalian, lalu ujarnya,
"Siapa yang mau percaya bahwa manusia sederhana macam diriku, ini sebetulnya adalah
keturunan dari simalaikat lukisan Si Thian Too yang tersohor baik dalam lukisan maupun
ilmu silat itu?" Si Raja Obat Bertangan Keji mendehem, "Bakat sang ayah belum tentu dapat
diturunkan kepada sang anak, kejadian ini merupakan suatu hal yang luar biasa, cukup
ditinjau dari raut wajah anda telah menunjukkan bahwa kau adalah keturunan manusia
luar biasa, maka tak usahlah bersedih hati karena masalah ini." Katanya.
Si Ching melirik sekejap kearah siraja obat. menjumpai badannya kecil lagi kurus
namun kekar dan berotot hatinya rada bergerak, burn buru sahutnya, "Terima kasih atas
petunjukmu." ia teguk air teh secawan kemudian melanjutkan, "mungkin disebabkan
nama besar si Thian Too dimasa hidupnya terlalu cemerlang dan permainan cintanya
terlalu banyak, ternyata keturunannya harus mewariskan kesederhanaan dari ibunya"."
Terdengar suara helaan napas sedih tiba-tiba berkumandang datang menukas kisah
tersebut; "OoOuw". sungguh kasihan, sungguh patut dikasihani. Si Thian Too benar boleh
disebut sebagai macusia yang paling tidak berpe rasaan dikolong langit."
Mendengar suara itu, si Raja Obat Berta-ngan Keji jadi terperanjati baru burn ia
berpaling sambil berseru.
"Bocah, sejak kapan kau terbangun dari tidurmu?"?"."
"Aku sudah mendusin lama sekali, kisah cinta Si Thian Too tersebut telah kudengar
semua dengan amat jelas."
Sang Pat pun menghela napas panjang.
"Sebuah lukisan Sang Surya ditengah Pancuran air dingin sudah cukup membahagiakan
kehidupan kalian ibu dan anak sepan-jang hidup sayang seribu kali sayang mereka tidak
dapat, menilai lukisan dari Thian Too ini," gumamnya.
Kaum pedagang cuma tahu keuntungan dan. tidak kesusahan orang, kalian sepasang
pe-dagang dari Tiong Chiu cuma tahu intan permata, lukisan kenamaan serta kekayaan
yang tak ternilai dan namun tidak tahu betapa susah dan menderitanya gadis dusun itu, ia
tak mau menjual lukisan tersebut karena benda itu dipandang sebagai hasil karya
kekasihnya karena hanya benda itulah yang bisa menghibur hatinya yang sedih kembali
gadis itu berkata, Sang Pat tertegun, akhirnya ia mengangguk,
"Perkataau nona sedikitpun tidak salah."
Dalam pada itu Si Ching telah menghela napas dan menyambung kata katanya,
"Setelah gadis dusun itu meninggal dunia, maka putranya dengan membawa lukisan
tersebut mulai pergi mencari kabar berita ayahnya sesuai dengan pesan ibunya sesaat
meninggal dunia. sepuluh". tahun telah lewat dengan cepatnya, namun tiada kabar
beritanya sama sekali yang berhasil didapatkan,
perjuangan selama sepnluh tahun membuat badannya makin lemah. Terpaksa ia
berdiam didalam sebuah kota, ia sadar bahwa dalam
kehidupannya kali ini ia mungkin tak dapat memenuhi harapan ibunya, maka terpaksa
ia berdiam disana dan membuka sebuah kedai
kecil, ternyata dagangannya disana amat maju sekali, setelah berhasil mengumpulkan
uang yang cukup akhirnya ia kawin dan punya
anak"." la merandek sejenak kemudian menambahkan -
"Dan orang itu adalah cayhe"."
"Sang Pat memenuhi kembali cawan orang itu dengan air teh, ujarnya sambil tertawa,
"Jangan gugup, berceritalah perlahan lahan cayhe sekalian masih punya kesabaran
untuk mendengarkan kisah anda lebih lanjut."
"Tatkala cayhe berusia lima belas tahun, penyakit ayahku kambuh dan makin hari
semakin parah "Si Ching melanjntkan kembali kisahnya Beliau panggil cayhe kedepan
pembaringannya dan mengisahkan cerita tersebut kepadaku, kemudian menyerahkan pula
lukisan tadi kepada diri cayhe, tiga hari kemudian beliau meniggalkan dunia.
"Setelah mendengar cerita tersebut dan ayahku, cayhepun berganti tujuan dengan
mempelajari llmu silat selama beberapa waktu, dua tahun kemudian cayhe pun terjunkan
diri kedalam dunia persilatan. Ketika pertama kali aku tinggalkan rumah usiaku masih
amat muda. tapi kini setengah abad.sudah lewat.
"Kebaktianmu serta susah payahmu selama ini sudah cukup membuktikan akan
ketulusan hatimu.-"."
"Sebagai putra manusia sudah selayaknya berbuat demikian, tindakku ini tidak bisa di
katakan sebagai kebaktian"."
Ia menghela napas dan melanjutkan.
"Cayhe telah membuang waktu puluhan tahun lamanya dalam dunia persilatan, namun
gagal untuk menjumpai kakekku, walau
pnn begitn cayhe telah berhasil mendengar sedikit banyak kisah mengenai mendiang
kakekku"." "Peristiwa mengenai Si Thian Too sudah berlangsung seratus tahun berselang," pikir
Sang Pat. "Ketika ayahmu mulai mencari jejak orang tuanya, mungkin dia sudah wafat,
apalagi dirimu". sekalipun kau jelajahi seluruh kolong langit pun tak akan berhasil
menjumpai dirinya," Terdengar Si Ching melanjutkan kembali ceritanya.
"Dalam hati, cayhe sadar bahwa kemungkinan besar kakekku sudah wafat, tetapi
akupun mengharapkan dengan kepandaian silatnya yang sempurna serta kekuatan
badannya yang luar biasa membuat usianya lebih panjang dari orang biasa sekalipun tidak
berhasil menjumpai orangnya Paling sediki dapat menemukan tempat kubnrannya."
"Mennrnt apa yang siawte ketahui. kubnran Si Loocianpwe terletak digunung Boe It
San"." sela Sang Pat.
"Sedikitpun tak salah, letaknya memang di puncak gunung Boe It San. Setelah cayhe
berhasil mendapatkan kabar benta ini maka be-srangkatlah cayhe kepuncak gunung itu,
tam-paklah puncak gunung gundul yang, sangat kelimis dan sama sekali tiada tandatanda
yang menunjukkan disitu pernah didiami oleh seorang malaikat lukisan. Diatas
puncak Sian Cu Hong cayhe berdiam tiga malam dan selama itu kuiakukan pecarian besarbesaran
setia.p batu gunung kubongkar dan kuteliti namun sama sekali tidak kujumpai
sesuatu tanda apapnn juga"."
"Kisah cerita mengenai simalaikat lukisan Si Thian Too walaupun telah tersiar luas
dalam kalangan dunia persilatan nauiun sepan Jang hidupnya jarang sekali berhubungan
dengan orang iainsehingga aku rasa duduk perkara yang. sebenarnya jarang diketahui
orang," ujar Sang Pat.
"Tiga hari kemudian, cayhe tinggalkan puncak Sian cu Hong dan terjun kembali di
dalam dunia persilatan guna melaniutkan pencarianku, akhirnya aku telah berhasil menda
patkan suatu rahasia."
Kabar berita mengenai Si Loo-cianpwee banyak pula yang cayhe dengar, dapatkah Si
heng mengisahkan bahan-bahan yang kan butuhkan?"?"
"tentu saja akan kuceritakan".
Ia mendongak dan menghela napas sedih, sambungnya-
"Cayhe telah mendapatkan suatu rahasia yang mengatakan bahwa setelah kematian
kakekku, kecuali beliau telah meninggalkan sebuah lukisan dewi kumala serta separuh
lukisan Rembulan diantara bintang yang bertaburan, serta sudah meninggalkan sejilid
kitab, ilmu silat yang disebut "Thian-too bee liok," entah kitab itu diambil siapa sehmgga
akhirnya". telah". terjatuh ketangan Poei Cong Paiow Pacu dari Telaga tong-ting Auw.
Mendengar kabar berita ini tentu saja cayhe segera berangkat kesana untuk mencari tahu
tentang kabar berita ini. Maka jadilah cayoe seorang penyamun kecil didalam markas
besar para penyamun yang bermangkal ditelaga Tong-ting auw itu "
Apakah kau berhasil menemukan kembali kitab ilmu silat Thian Too Bee Liok
peninggalan mendiang kakekmu!" tiba-tiba Siauw Ling menyela.
Si Ching gelengkan kepalanya berulang kali.
"Hingga dewasa ini cayhe belum berhasil mendapatkan titik titik tanda yang
menunjukkan letak yang membuat hati cayhe menaruh curiga.
"Persoalan apa?" tanya Sang Pat "Ilmu silat yang dimiliki Poei Cong Cayhe dan markas
telaga Ton-ting-auw kian bertambah hebat, sehingga akhirnya
jauh lebih dari ayahnya berpuluh pnluh kali lipat. Padahal ilmu silat yang dimiliki Sauw
saycu adalah ilmu silat keluarga, sekalipun ia hebat tidak seharusnya diantara avah dan
anak bisa terpaut begitu jauh, maka menaruh curiga bahwa dibalik persoalan ini pasti ada
sebab-sebab tertentu."
"Bukankah Poei Cong Piauw dari telaga Tong ting-auw sudah mati sepuluh tahun
lamanya?" tanya Sang Pat.
Jilid 3 Sedikitpun tidak salah, segera tiba-tiba pada sepuluh tahun berselang Poei Cong Piauw
Pacu meninggalkan dunia, menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan
mengatakan bahwa ia menderita penyakit aneh dan dalam semalaman telah menemui
ajalnya. Padahal kejadian itu tidak lain hanya alasan yang disiarkan keluarga Poei saja
untuk menutup-nutupi tabir kematian Poei Cong Piauw Pacu yang sebenarnya. Sebab
dalam kenyataan Poei Loo caycu mati karena dibunuh orang ditengah malam buta, dan
sang pembunuhnya telah lenyap tak berbekas. "Siapakah pembunuhnya?"
"Hingga dewasa ini sang pembunuh masih belum berhasil ditemukan. aku lihat
persoalan ini mungkin sulit diselidiki hingga menjadi jelas."
"Aaaai". " orangnya mati kekuasaanpun musnah. sejak kematian Poei Cong Piauw pacu
kekayaan telaga Tong-ting-auw pun ikut lenyap dan peredaran dunia persilatan "
Mendengar perkataan itu Si Ching segera menggeleng.
"Setelah Loocay-cu mati, semestinya sauw cay co akan menggantikan kedudukannya
sebagai Cong Piauw Pacu, namun ternyata ia mengumumkan untuk membubarkan markas
besar yang ada ditelaga Tong-ting, dalam kenyataan bukan makin lemah pengaruhnya
justru diam-diam semakin dahsyat, Sauw caycu pnnya kecerdikan yang luar biasa, ilmu
silat nya jauh diatas kepandaian ayahnya, diluaran kekuatan dari telaga Tong-ting
memang sudah buyar, padahal secara diam-diam ia memupuk kekuatan semakin bebat.
Justru karena kecerdikannya imlah kekuatan besar yang ia mitiki tidak sampai diketahui
oteh oraig orang dunia persilatan "
"Oooouw". benarkah telah terjadi peristi-wa ini" sekarang Poei sauw caycu berada
dimana?" "Poei Sauw caycu bukan lain adalah Su-hay Koen-cu yang digembar-gemborkan saat
ini." "Aaah, suatu kejadian yang benar-benar berada diluar dugaan."
"Entah siapa saja yang telah membocorkan rahasiaKU, akhirnya jejak cayhe konangan
dan segera ditangkap untuk dihadapkan kepada sang Koen-cu. ia paksa aku menelan
sejenis racun yang lambat sekali daya kerjanya, apa bila bukan ditolong oleh cuwi
sekalian, mungkin pada saat ini aku sudah dibuang ke dalam sungai.
"Ooouw kiranya begitu, silahkan kau mengatur pernapasan dengan hati lega, kami
sekalian akan berusaha melindungi dirimu dengan segenap tenaga."
"Tidak bisa jadi, tatkala Koencu paksa aku menelan obat racun iapun menolak jalan
darahku, maka aku duga sebab mereka tak mau membinasakan diriku adalah disebabkan
aku masib punya suatu nilai yang bisa mendatangkan keuntungan bagi mereka"."
"Tidak mengapa. loolap punya kemampuan untuk memunahkan racun yang mengeram
dalam tubuhmu," tiba-tiba si Raja Obat Bertangan Keji menyela.
"Kalau begitu cayhe mengucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu."
Sambil berkata Si Ching segera bangun berdiri dan menjura kearah siraja obat tersebut.
"Tak usah sungkan," Tok Chlu Yok Ong segera balas memberi hormat. "Kalau kau bisa
memberitahukan obat racun apakah yang ia berikan kepa-damu, hal ini tentu jauh lebih
baik. Tetapi kalau tak dapat menerangkan, terpaksa aku harus membuang tenaga lebih
banyak untuk melakukan pemeriksaan " Menyaksikan tingkah laku sang raja obat
tersebut. diam-diam Siauw Ling berpikir dalam hatinya.
"Rupanya waktu orang ini sudab mengalami banyak perubahan."
Sementara itu terdengar Si Ching mengbela napas panjang dan berkata.
"Bukan saja aku telah dipaksa untuk menelan racun, bahkan aku telah menderita luka
dalam yang sangat parah"." Tok Chiu Yok Ong tertawa hambar. "Asalkan pada saat itu
kau belum mati, Loolap percaya masih sanggup untuk menyelamatkan selembar jiwamu,"
katanya. Tiba-tiba dari luar ruang perahu terdengar Cioe Soen berteriak penub kecemasan:
"Thay ya sekalian". aduuuuuunh celaka". aduh celaka".
"Apa yang terjadi?" tanya Sang Pat sambil loncat keluar dari ruang perahu.
"Delapan buah sampan cepat sedang menguntit perahu kita!"
Sang Pat segera alihkan sinar matanya ka belatarg, sedikit pur tidak salah tampaklah
delapan buah sampan laksana sambaran kilat sedang meluncur datang dengan cepatnya,
segera ia berseru, "Jangau gugup. beritahu kepada semua anak buahmu agar tenangkan
hati. musuh yang mengejar datang akan kami hadapi."
Sementara ia berbicara, Sianw Ling, Tu Kioe, serta Tok Chiu-Yok-Ong sekalian telah
saling susnl keluar dari ruangan perahu.
Sungguh cepat gerakan kedelapan buah sampan itu, dalam sekejap mata mereka sudah
berada sangat dekat sekali dengan perahu besar yang ditumpangi beberapa orang
jago itu Mendadak kedelapan buah sampan tadi memisah diri, laksana kilat mengurung perahu
besar Itu rapat-rapat. Dalam pada itu perahu nelayan yang sedang berlayar diatas sungai amat banyak, tetapi
setelah melihat kehadiran kedelapan buah sampan cepat itu, mereka sama-sama
menyingkir diri. Melihat keadaan yang terbentang! didepan matanya. Siauw Ling kerutkan sepasang alis
nya, diam-diam ia berpikir, "Kedelapan buah sampan ini telah menyebar di delapan arah,
seandainya mereka serentak melepaskan panah-panah berapi, mungkin rada sulit bagi
kita untuk menghadapinya"
Sinar matanya perlahan-lahan menyapu ke depan, tampak diatas geladak kedelapan
buah sampan tadi masing-masing berdiri empat orang boe-su berbaju ketat warna biru,
di-tangan para boe-su sudah tercekal sebilah tombak panjang
Terdengar dari dalam ruang perahu. berkumandang datang suara dari Si Ching, "Para
boe-su yang berada diatas beberapa buah sampan cepat itu merupakan anggota pasukan
pengawal berbaju biru yang paling dipercaya oleh Su Hay Koen-cu. rupanya Su Hay Koencu
akan datang sendiri kemari untuk mengbadapi musuh."
"Kalau begitu amat bagua sekali, menangkap penyamun harus menawan rajanya lebih
dulu, Kalau Su Hay Koen-cu benar-benar akan muncnl sendiri kemari, itulah berarti telah
memberi kesempatan bagi kita untuk me nundukkan mereka." sabut Sang Fat pula.
Tiga puluh dua orang boe-su berbaju biru yang ada diatas kedelapan buah Sampau itu
sama-sama berdiri tegak dengan angkernya, enam puluh empat buah senjata sama-sama
di-dicurahkan keatas perahu besar yang ditumpangi Siauw Ling sekalian, walaupun begitu
namun tak terdengar sedikit suarapun,
Sekilas pandang saja" siapapun tahu kalau beberapa orang ini telah memperoleh
Pendidikan yang sangat ketat.
Tiba-tiba Tok Cbiu Yok Ong memperendah suaranya dan berkata kepada Siauw Ling,
"Tempat dimana perahu kita berada saat ini terletak rada jauh dari tepi pantai, apabila
kita harus melakukan pertempuran diatas air sedikit banyak dalam hati kita akan muucul
tiga bagian rasa jeri. Menurut pendapat loo-hu, lebih baik sekali hantam kita hajar ko-car
kacir perahu-perahu sampan itu mumpung Su Hay Koen-cu belum tiba, setelah itu kita
mendarat dan melangsungkan pertarungan dengan mereka diatas daratan, entah
bagaimana menurut pendapatmu"
belum sempat Siaow Ling menjawab, si Leng Bin Thiat, Pit Tu Kioe telah menim-brung
dengan suara-yang dingin, "Sepanjang pesisir sungai merupakan daerah kekuasaan
perkampungan Pek Hoa San Cnng, apabila kita mendarat maka pertama-tama yang akan
kita temui dahulu adalah serbuan dari para boe-su perkampungan Pek Jioa San Cung"."
Tiba-tiba Sang Pat menepuk perutnya yang gendut. bergumam seorang diri, "Aneh".!
Sungguh aneh sekali daerah sekitar tempat ini adalah- daerah kekuasaan perkampungan
Pek Hoa San Dung, secara ba-gaimana Su Hay Koen-cu yang terang-terangan bukan
merupakan suatu kekuatan penyamun biasa dibiarkan berlalu lalang dengan bebasnya"
Bukankah Shen Bok Hong punya mata-mata yang paling liehay" Tentu ia sudah tahu akan
kekuatan tersebut, tapi, apa sebabnya ia tidak ambil tindakan sedikit". pun tak
membunuh Raja Obat Bertangan Keji. Setelah diungkap thjeng heng, louhu sendiripun
merasa sedikit rasa tercengang."
"Yok Ong bukankah kau punya hubungan yang akrab sekali dengan Shen Bok Hong
Terhadap watak serta tabiatnya kau pasti mengerti sangat jelas bukan?" jengek Tu Kioe
dingin. "Dengan tabiat yang dimiliki Shen Bok Hong tentu saja dia tidak akan mengijinlan
kekuatan dari Su Hay Koan-cu berlalu lalang diatas sungai sekitar daerah Koei Chin, apa
lagi bertindak semaunya macam begini."
"Tetapi kenyataannya sekarang"."
"Justru karena itulah loohu sendiripun merasa tercengang"."
Tiba-tiba terdengar suara terompet yang ditiup kencang-kencang berkumandang
datang dan memecahkan kesunyian yang mencekam disekeliling sungai.
Siauw Ling sekalian mengira kedelapan sampan itu segera akan melancarkan serangan


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahsyat kearah mereka, semua orang segera mengempos hawa murninya tengah
mempersiapkan diri guna menghadapi serangan, musuh.
Namun kedelapan buah sampan itu tetap berhenti ditempatnya semula. sedikitpun tidak
menunjukkan tanda-tanda apabila mereka hendak melancarkan serbuan.
Pada saat semua orang sedang diliputi rasa heran itulah, suara Si Ching berkumandang
keluar dari dalam ruang perahu, "Su Hay Koen-cu telah tiba!"
Siauw Ling angkat kepalanya, sedikitpun tidak salah, dari permukaan sebelah selatan
perlahan-lahan meluncur datang sebuah perahu besar yang berlayar warna warni.
Berhubung perahu itu amat besar sekali-maka sepintas lalu terlihatlah gerakan lajn-nya
amat lambat, namun dalam kenyataan cepatnya luar biasa, dalam sekejap mata saja telah
tiba empat lima tombak dihadapan mereka.
Tampaklah dua buah sampan yang cepat menyingkir kedua belah samping dan
memberikan sebuah tempat buat perahu pemimpinnya.
"Oow".! sungguh besar perahu ini," pikir
Sang Pat setelah memandang sekejap perahu tersehut.
Terdengar suara Si Ching yang ada didalam ruang perahu berkumandang kembali,
"Diatas perahu raksasa itu semuanya ada lima buah tiang layar yang masing-masing
tergantung sebuah layar warna murni, coba kalian lihat pada saat ini berapa buah layar
yang telah dipasang?"
Sang Pat perhatikan tiang layar perahu itu, tampaklah diatas sebuah tiang berwarna
putih tersebut sebuah layar warna putih maka ia lantas menjawab, "Hanya tergantung
sebuah layar berwarna putih."
"Kalau begitu keadaannya masih rada baikan".
Terdengar dari atas perahu berpanca warna itu berkumandang datang dua tiupan
terompet disusul suara tambur dan genta di-bunyikan bertalu- talu.
"Kurang ajar" maki Tu Kioe sehabis menyaksikan kejadian itu. "Lagaknya sih mirip
seorang Koen-cu sungguhan". hmmna! Sungguh menjemukan."
"Orang ini menggunakan Su-hay Koencu sebagai gelarnya, pengaruh serta kekuatannya
tentu luar biasa sekali." sambung Siauw Ling.
Dalam pada itu pintu ruang perahu ber-pauca warna itu perlahan-lahan terbuka, disusul
munculnya sederet orang bocah lelaki berbaju kuning dengan menggempol pedang
dipunggung. Dibelakang empat orang bocah berbaju kuning itu, mengikuti seorang toojin berjubah
pat kwa dan mencekal sebuah Hud tin.
"Kalau ditinjau dandanan orang ini, mungkin dialah Su-Hay Koencu pribadi." pikir Siauw
Ling itu sesudah tiba diujung perahu raksasanya.
Empat orang bocah berbaju kuning itu segera memisahkan diri jadi dua rombongan dan
berdiri dikedua belah samping.
Siauw Ling memperhatikan sekejap wajah. Toojien itu. tampak dia punya raut wajah
seperti kuda dengan lima jalur jenggot pada janggutnya, jubah yang dikenakan
bersulamkan gambar pat kwa sehingga dandanannya kelihatan seram dan mengerikan.
Tampak ia mengebaskan Hud tim yang di cekal ditangan, lalu sambil menatap Siauw
Ling sekali ujarnya, "Diantara cuwi sekalian, siapakah yang bisa ambil keputusau untuk
berbicara dengan pinto."
Sang Pat melirik kearah Siauw Ling sementara si anak muda itu melirik kearah si Raja
Obat Bertangan Keji tosu ini berwajah licik dan agaknya punya banyak akal," bisik Tok Chiu "Yok Ong lirih.
"Sedangkan Siauw tay-biap adalah seorang Koen cu, maka kurasa dalam adu silat lidah
kau masih bukan tandingannya, lebih baik suruh Sang-heng saja yang menghadapi dahulu
orang itu." "Baik! kalau begitu aku harus merepotkan diri saudara Sang."
Sang Pat tersenyum, perlahan-lahan ia tampil kedepan dan menegur menjura,
"Tootiang, ada persoalan apakah mencari kami?"?"
"Siapa nama anda?" tanya Tootiang itu sambil menatap wajah Sang Pat tajam-tajam.
Angrek Tengah Malam 4 Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Tokoh Besar 4
^