Pencarian

Sembilan Pusaka Wasiat Dewa 2

Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear Bagian 2


menerima balasanmu".
"Heh"heh"heh"Golok ini sudah di keluarkan, artinya hanya bisa di sarungkan
oleh tumbal darah kalian"Heaaaattt?" Segera Thian Bu Tek berseru nyaring
dan goloknya berkelebat cepat mengarah pada kedua gadis tersebut. Dalam
waktu singkat saja mereka bertiga sudah terlibat pertempuran yang dahsyat dan aneh.
Golok itu berputar-putar mengelilingi pemuda tersebut. Sedangkan sinar pedang dan payung serta pukulan-pukulan ke dua gadis tersebutmenggempur hebat dari jarak yang agak sedikit jauh.
Dalam waktu singkat saja limapuluh jurus telah mereka lewati. Dan sebentar
saja telah memasuki tahap puncak. Er Yong segera memindahkan pedang ke
tangan kiri sambil mamainkan jurus Titisan Dewa Angin sementara tangan
kirinya penuh dengan pengerahan Ajian Cakra Bayu yang dahsyatnya bukan
kepalang. Sementara itu Giok Hui menyalurkan kekuatan Ajian Gelap Sewu di ujung
pedangnya dan tangan kiri tetap mengerahkan kekuatan tertinggi dari Ajian
Lebur Samudra. Tanpa di beri aba-aba, kedua gadis itu seperti sehati saja, menyerang dari kedua sisi kanan dan kiri yang segera di sambut oleh sepasang Golok Iblis yang
mengaum-ngaum dahsyat.
"Zi ing"..Ci i t"..BLARRR?".BLAARRRR!" Pancaran sinar yang memekakkan
telinga dan menyilaukan mata terjadi saat kekuatan-kekuatan tersebut beradu.
Tampak dua sosok tubuh terlempar sambil memuntahkan darah segar. Dua
gadis itu terluka parah. Sementara tubuh Thian Bu Tek juga tertanam dalam
tanah sampai di lutut.
"Hehehe"masihkah kalian hendak melawan?"" Suara Thian Bu Tek terdengar
sambil mengejak.
"Huh, Golok Iblis yang jahat, sudah waktunya untuk di musnahkan"." Tiba-tiba terdengan suara yang lembut. Sesosok bayangan telah berdiri di hadapan Thian Bu Tek.
"Siapa kau?" Tanyanya dengan marah.
"Aku, Aku datang untuk memusnahkan Golok Iblis, akhh"sayang aku sedikit
terlambat." Pemuda yang bukan lain adalahh Sian Lee itu menjawab dengan
suara menyesal sambil memandang ke arah dua gadis tersebut yang
memandang kepadanya dengan girang.
"Lee-Koko!!!" Serempak mereka berseru hampir bersamaan. Sian Lee membalas
menatap mereka berdua dengan tersenyum.
"Masih bisakah kalian bertahan sebentar?"
Kedua gadis itu mengangguk perlahan.
Sian lee segera memandang lagi Thian Bu Tek didepannya itu dan berkata
dengan suara lembut:
"Sadarlah, dan berikan senjata itu untuk di musnahkan. Pusaka itu akan
berbahaya bagimu karena kau bukanlah pewaris sahnya. Jika kau tetap
melanjutkan menggunakannya, kau akan hancur sendiri"
"Huh, siapa kau yang berani memerintahku"makan ini"!" Tiba-tiba tangan
Thian Bu Tek bergerak cepat melemparkan kedua senjata tersebut ke arah dada dan perut Sian Lee"
"AWAAAssss?" Terdengar teriakan dari Er Yong yang khawatir, yang di kuti
seruan tertahan dari Giok Hui serta para tokoh-tokoh yang hadir.
Jarak yang begitu dekat itu sangat susah untuk menghindar sehingga tidak
sampai satu detik kedua ujung Golok itu telah menancap di dada dan perutnya.
Semua orang menahan nafas sambil menunggu. Namun aneh, tidak ada jeritan
kesakitan dari mulun Sian Lee. Ketika semua orang memandang lebih teliti.
Mereka di kejutkan oleh suatu keaneha.
Betapa tidak" Kedua Golok itu menembus sampai ke belakang tubuh si pemuda
tapi tidak membunuhnya. Justru saat itulah keluar asap hitam berbau amis yang sangat banyak dari tubuh pemuda tersebut tepat di tempat tembusnya kedua
golok iblis itu.
Sesosok bayangan melesat memasuki arena dan langsung menyambar sepasang
Golok yang keluar dari tubuh Sian Lee sebelum ada seorangpun mencegahnya.
Semua orang terkejut dan memandang penuh selidik. Mereka melihat seorang
pria asing yang bertopi aneh telah berdiri di tengah-tengah panggung.
Pria itu mengangkat kedua tangannya dan membenturkan kedua pusaka
tersebut. Terdengar seruan nyaring dan kedua pusaka itu yang telah berwarna putih, lenyap dari kedua tangannya.
Saat asap hitam yang keluar dari tubuh Sian Lee lenyap, lukanya kembali seperti sedia kala,hanya tubuhnya saja yang berkeringat. Pria itu membalikkan tubuh dan menghadap Sian Lee.
?"Orang muda aku adalah Paksi Pamungkas, julukanku Batara Angin Pencabut
Nyawa, Aku mengejar murid murtad ini yang mencuri pusaka kami, dan berkat
pertolonganmu ke dua golok ini bahkan sudah di bersihkan unsur jahatnya oleh darah gaib."
"Darah Gaib" Aku tak mengerti paman!" Tanya Sian Lee heran.
"Itulah yang mengherankanku, Ilmu darah Gaib adalah ilmu terlarang yang
hanya di warisi oleh para leluhur Kerajaan Atas Angin, hem"apakah kau
menguasai dua ilmu yang di sebut Ajian Tapak Begawan Pamungkas dan Ajian
Cakra Pancasona?" Kembali Paksi pamungkas bertanya.
"Benar paman, aku menguasai ke dua ilmu itu?"
"Pantas".pantas"ketahuilah anak muda, perpaduan kedua ilmu itu, bila sudah
mencapai tingkat yang paling tinggi akan membuat pemiliknya memiliki Ilmu
Darah gaib yang tanpa tanding. Banyak sekali kegunaan ilmu itu, kau harus hati-hari karena ilmu itu sangat dahsyat sekali" Sesudah itu pria tersebut berpaling mendekati Er Yong.
"Suhu"aku tidak bisa bergerak, racun golok itu sangat hebat." Er Yong berkata pada pria itu.
"Jangan khawatir, hanya pemuda itu yang bisa menyembuhkanmu, tapi?"
Mendadak dia terdiam.
"Tapi apa guru?" Er Yong balas menatap gurunya yang justru menatap ke arah
Giok Hui yang saat itu juga memandang pada mereka dan mendengar kata-
katanya. "Tampaknya hatimu harus sedia berbagi, karena gadis itu juga terluka
sepertimu?"
Kedua gadis itu saling menatap lama, kemudian keduanya saling
menganggukkan kepala sambil tertunduk.
Sementara itu Sian Lee tidak mendengar percakapan ketiga orang itu karena dia telah menghadap ke arah Thian Bu Tek, sementara ke dua datuk sesan Bu Tek
To Kui dan Bu Tek Pian Sian Li sudah tidak nampak lagi di situ.
"Huh, kau mau bunuh, bunuhlah"kau kira aku takut mati. Kau tidak lebih
hanyalah seorang pengecut yang berlagak di hadapan lawan yang sudah tidak
berdaya." Seru Thian Bu Tek pada Sian Lee.
"Huh, manusia sepertimu layak mampus, tapi aku merasa kasihan jika kau harus mati menggenaskan. Biarlah paman ini membawamu pulang, tapi semua ilmumu
harus lebih dahulu di hilangkan." Tak seorangpun melihat bayangannya
bergerak, tiba-tiba Thian Bu Tek menjerit dan terlempar. Dia coba bangkit
sambil mengerahkan tenaga, tapi semua tenaganya telah musnah.
Sian Lee kemudian membalikkan badan dan berkelebat lenyap dari tempat itu
sambil membawa Er Yong dan Giok Hui.
"Paman silahkan bawa, pengkhianat itu?"
TAMAT Note: Bagaimanakah nasib Er Yong dan Giok Hui" Apa yang terjadi saat
munculnya datuk datuk sesat maha sakti yang mencoba mengambil alih Sian
Thian San" Semua ini akan di jawab dalam petualangan Sian Lee di seri ke 3.
Seri 3. Munculnya Jit Cu kiong (Istana Mustika Matahari)
Langit mendung, awan hitam berarak yang di ikuti guntur sabung menyabung
menutupi sebuah lembah tak bernama yang terletak di tempat yang paling utara dari pegunungan Himalaya.
Terpencil, di antara jurang-jurang yang curam dan yang sangat sukar di datangi manusia biasa, tampak empat buah kuburan berukuran masing-masing
berukuran 20-an meter dengan berbagai bentuk yang aneh-aneh tampak berdiri
di antara ribuan tulang-tulang tengkorak manusia yang tinggi membentuk
sebuah bukit. Di tengah-tengah empat kuburan tersebut berdiri berhadapan
enam orang. Empat di antaranya tampak sangat tua sekali. Bentuk tubuh
mereka yang ganjil memiliki perbawa hawa iblis yang menakutkan.
Di hadapan mereka tampak dua orang pemuda dan pemudi yang berparas
tampan dan cantik sekali sedang bersila dalam posisi yang aneh. Tubuh mereka melayang dengan kepala di bawah. Punggung saling membelakangi. Sementara
mereka berdiam diri sambil mengerahkan tenaga pada puncaknya, tiba-tiba
terdengar pekikan yang aneh dari antara keduanya, satu tangan mereka di
rentangkan ke samping, tangan yang lain di ulurkan menyentuh telapak dua di antara ke-empat kakek yang segera bersila menyambut tangan mereka dengan
kepala di bawah dan tangan yang juga terulur menempel pada tanga mereka.
Sedangkan dua kakak ganjil yang lain melayang di atas sambil memegang ke
dua kaki pemuda dan pemudi tersebut.
Tampak asap mengepul dari tubuh mereka. Sekeliling tubuh mereka menyebar
hawa tenaga sakti yang amat kuat dari ke empat kakek ganjil tersebut yang
berputaran di sekeliling sepasang pemuda tersebut.
Keadaan ini berlangsung hampir dua jam. Saat semua telah mencapai titik
puncak yang paling kritis dari pengerahan tenaga dalam mereka, tiba-tiba
keempat kakek tersebut membentak keras. Tubuh mereka mencelat mundur.
Masing-masing terlempar ke arah empat kuburan yang membuka dengan
sendirinya serta menyambut tubuh mereka.
Sementara sepasang muda-mudi itu berputaran seperti gazing. Tiba-tiba
terdengar teriakan mereka yang membahana. Di saat itulah tubuh keduanya
terpisah ke dua arah yang berbeda. Yang wanita melesat ke atas sambil
melakukan gerakan-gerakan aneh memainkan ilmu silat tingkat tinggi bagaikan elang yang menyambar-nyambar, sedangkan yang pria menembus ke dalam
bumi sehingga membuat lubang yang sangat dalam, beberapa saat kemudian
dia muncul lagi sambil melakukan gerakan silat yang anehdan dahsyat.
Gerakannya kokoh dan selalu menyambar-nyambar dengan cepat sehingga
tubuhnya berpindah-pindah tanpa terlihat bayangannya.
Tak lama kemudian keadaan diam, tenang. Kedua orang yang melesat ke atas
dan yang menembus ke bumi tersebut seolah-olah hilang tanpa bekas. Tanah
yang berlubang itupun sudah menutup kembali dengan sendirinya, seolah-olah
tidak pernah terjadi apa-apa.
Namun beberapa saat kemudian terdengar suara tertawa yang mengidikkan.
Keempat pintu kuburan terbuka lagi dan keempat kakek ganjil yang sakti itu
telah keluar. Sesaat terdengar suara salah satu dari antara mereka:
"Heheheheheh"akhirnya tidak sia-sia juga kita membuang tenaga selama lima
tahun ini. Keluarlah kalian untuk menerima perintah"!"
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba di hadapan keempat kakek tersebut
muncul kabut kemerahan dan kebiruan yang amat pekat. Setelah kabut tersebut sirna, di hadapan mereka muncul kedua muda-mudi tadi.
Si pemuda berusia 22 tahun, berparas tampan dengan mata yang besar. Sinar
matanya mencorong tajam berwarna merah darah itulah perbawa dari ilmu arian Kitab Bumi. Sedangkan si wanita berusia 19 tahun, sangat cantik dengan tubuh yang padat menggiurkan, matanya yang lentik itu bersinar-sinar kebiruan bagai samudra, yang juga merupakan perbawa dari ilmu Tarian Kitab Langit.
"Selama dua-puluh tahun kami menyembunyikan diri sambil terus melatih dan
menggabungkan semua ilmu kami dengan ilmu dalam kitab Thian Tee Kek Sian
Ciang (Pukulan Dewa Kutub Langit & Bumi) sehingga terciptalah Thian-Te Kip-Kwi-Li-Ciang (Tarian Kitab Iblis Langit Bumi). Sekarang dengan tambahan
tenaga dari kami, maka kemampuan kalian masing-masing sudah setara dengan
tiga orang diantara kami kalau bergabung. Rasanya tiada lagi orang yang akan sanggup mengalahkan kalian dengan mudah".hahahahahahahah?"
Sang pria kemudian mewakili sumoinya bertanya: "Terima kasih atas petunjuk
su-wi suhu, selama hidup kami pasti takkan melupakan budi kebaikan su-wi
suhu" Salah satu dari ke-empat kekek ganjil tersebut menyahut dengan suara kereng dan mengejek:
"Hah, ketahuilah"dengan sempurnanya melatih ilmu Thian-Te Kip-Kwi-Li-Ciang tersebut, maka dalam tubuh kalian juga sudah mendekam racun jahat yang tak
akan bisa di sembuhkan oleh obat apapun sehingga memperpendek umur kalian
sampai pada umur 30 tahun, lewat dari itu jika kalian tidak mendapat
penawarnya, kalian akan mati menggenaskan. Tapi jika sebelum mencapai umur
tersebut kalian telah mampu menjalankan tugas yang kami perinthkan, maka
kalian akan mendapat penawarnya, kalau kalian menolak, walau kalian mampu
membunuh kami sekalipun, kalian tidak akan mendapatkan obatnya." Selesai
berkata demikian, ke-empat kakek tersebut menatap sepasang muda-mudi itu
yang sangat terkejut.
"Suheng, apa maksudnya ini"..." Tanya si gadis dengan sinar mata yang tajam bergantian ke arah ke-empat orang tersebut dan ke arah suhengnya.
"Entahlah sumoi, ternyata mereka telah menipu kita selama ini?" Suaranya
dingin dan datar. Sedangkan sepasang matanya bersinar-sinar aneh
menakutkan, tapi dengan tenang dia menyahut:
"Kalau boleh tahu kami tahu apa maksud su-wi suhu melakukan hal ini kepada
kami?""
"Heemmm, sejak semula di antara kita tidak ada ikatan guru dan murid, kami
mengambil kalian untuk mewarisi semua ilmu silat kami agar kalian dapat
mengerjakan keinginan kami untuk membalaskan dendam kami kepada musuh-
musuh kami serta menghancurkan sepuluh partai besar, enam perkampungan
dan tigapuluh enam perkumpulan dari golongan putih yang ada sekarang untuk
menguasai dunia persilatan, dan kalian tidak memiliki pilihan lain".hahahahah"
Kedua muda-mudi tersebut saling pandang dengan tatapan mata marah dan
bersinar-sinar aneh, namun mereka hanya diam saja. Sampai keempat kakek
tersebut mengundurkan diri kembali ke dalam kuburan mereka masing-masing,
merekapun hanya diam saja. Kemudian dengan tanpa suara pemuda itu berlalu
dari tempat itu. Di kuti oleh sang gadis yang juga berlalu ke arah lain.
---000--- Seorang gadis bermata biru seperti samudra duduk dengan tenang di atas
sebuah keledai telinga panjang yang berjalan perlahan dengan langkah satu-
satu. Wajah sang gadis maupun keledainya nampak letih, rupanya mereka baru
saja menempuh perjalanan yang jauh sekali
"Harap nona berhenti sebentar?" Seorang pria cebol yang aneh telah berdiri
menghadang sambil kedua tangannya bergerak kearah kepala keledai tersebut.
Tak terdengar suara apapun, tiba-tiba saja keledai itu meleguh dan terbanting ke tanah, sementara gadis itu sudah melompat sambil membentak marah:
"Kau"kau"Mengapa kau membunuh tungganganku yang tidak bersalah"..."
Suara gadis itu meski terdengar marah namun tetap saja lembut dan enak di
dengar" "Hehehe, aku Tai Thouw Kwi (Setan Berkepala Besar) Bo Thong, jagoan nomor
tiga dari Lima Iblis Langit, asal aku suka, siapapun tak nanti dapat
menghalangiku "melihat kecantikanmu, maka mulai sekarang engkau akan ku
jadikan permaisuriku" Orang cebol itu tampak jumawa sekali, sambil berkata
demikian matanya berkilat-kilat menatap si gadis dengan penuh nafsu.
"Bagus, engkau mau mengandalkan nama 5 Iblis Langit untuk mencari perkara
denganku, kau akan menyesal seumur hidupmu" Sekali tangannya bergerak,
selarik sinar kebiruan yang lembut dari Ilmu Tarian Kitab Iblis Langit, keluar perlahan dari jarinya mengarah ke dada orang cebol tersebut. Tiada suara, tiada perbawa tenaga yang dahsyat. Tak heran Tai Thouw Kwi hanya pandang
sebelah mata. "Hohoho, gadis muda yang sombong, jika dalam tiga jurus aku tak dapat
membekukmu, aku akan menyembah di kakimu?" Seru si iblis Kepala Besar itu
dengan sombongnya. Tangannya di angkat dengan enteng, menepis pukulan
lawan dengan mulut tersenyum-senyum sinis. Hasilnya sunguh luar biasa. Tubuh si setan kerdil itu mencelat tiga kali lebih cepat dari datangnya serangan lawan.
Tubuhnya menghantam pepohonan sampai pohon ke tiga baru berhenti dan
terbanting ke tanah dengan mata mendelik. Ternyata dia telah terluka sangat dalam dan parah.
Ke duapuluh sembilan anak buah Thai thouw kwi terbeliak kaget sama sekali.
Tak di sangka, majikan mereka yang telah malang-melintang puluhan tahun
hampir tanpa tanding ini di bikin mencelat dan semaput hanya dalam
segebrakan saja. Pastilah wanita ini adalah dewi yang turun dari khayangan
untuk memberi pelajaran pada mereka. Serentak mereka melemparkan senjata
ke tanah dan berlutut menyembah si gadis.
"Mohon Sian-Li maafkan kami yang tidak tahu tingginya gunung dalamnya laut
sehingga berani mengganggu ketenangan Sian-Li, mulai sekarang kami tunduk
dan mengabdi pada Sian Li"
Gadis itu yang tadinya sangat marah, tiba-tiba tersenyum aneh, suatu rencana besar tersirat di kepalanya. Entah apa itu, tapi hasilnya pasti jauh lebih baik daripada hanya membunuhi mereka saja.
---000--- Hari itu langit tampak bersinar cerah. Suara burung berkicauan memenuhi langit di sekitar puncak Sian thian San (Puncak Para Dewa). Namun pemandangan
yang cerah ini di pecahkan oleh berkelebatnya bayangan seorang pemuda yang
memondong dua orang gadis muda yang bukan main cantik wajah mereka dan
juga memiliki tubuh yang indah menggiurkan, apalagi dengan baju merah dan
putih yang mereka kenakkan, bagaikan bidadari yang turun dari khayangan.
Pemuda tersebut berwajah tampan dengan alis mata yang gagah seperti golok.
Sinar matanya tampak biasa, namun halus dan tajam tanda menyimpan rahasia
kekuatan yang dahsyat dan sempurna tiada tara.
Siapakah pemuda ini adanya" Dan siapakah kedua gadis tersebut"
Pemuda itu bukan lain adalah Sian Lee, sedangkan kedua gadis yang dibawanya itu adalah Im Hong Sian Li (Bidadari Angin Dingin), Hong Er Yong, dan Lian Giok Hui. Mereka berdua masih dalam pengaruh hawa keji dari Sepasang Golok Iblis.
"Jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) dari manakah berani memasuki puncak
terlarang ini tanpa izin?" Tiba-tiba terdengar suara yang tenang dan berwibawa menyambut kedatangan Sian Lee, di lain saat tampak enam bayangan
berkerudung hitam berkelebat mengurungnya.
Sian Lee terkejut dan mengerutkan kening melihat para penghadang ini, segera dia menurunkan kedua gadis dalam pondongannya "Hemm, lo-enghiong, kita
tidak pernah bertemu, seharusnyalah aku yang bertanya siapa kalian yang
berani menghalangiku karena aku adalah pemilik tempat ini?"
Seorang yang berada di tengah segera menyahut dengan suara penuh teguran:
"Hohoho, bocah lancang, kami adalah enam dewa pelindung puncak Sian-Thian-
san ini, sedangkan engkau, mau apa engkau datang kemari sambil membawa
dua orang gadis yang tertotok, hemmm"pasti engkau mau melampiaskan nafsu
bejatmu bukan"sayangnya engkau bertemu dengan kami, dan kalau kau tidak
melepaskan kedua gadis itu, kami akan memberimu hukuman?"
Sian Lee mengerutkan keningnya dan berpikir dalam hati: "Terlalu! Masa dia di tuduh penjahat pemetik bunga" enam dewa" Apa-apaan ini" Hem apakah Lo-jin
yang mengirim mereka ke mari, ada baiknya biar ku coba mereka?" hatinya jadi gembira dan mulutnya tersenyum aneh. Tanpa banyak bicara, tangan kanannya
nya bergerak menjadi sembilan bayangan dengan dua jari menotok tanpa
mengeluarkan suara kearah dada orang berkerudung hitam yang berbicara
dengannya tersebut, sementara tangan kirinya bergerak ke arah kerudung yang di pakai lawan.
Sengaja dia mengerahkan setengah bagian tenaganya dan menyerang dengan
salah satu jurus dari ilmu Tarian Jari Sembilan Dewa , karena dia melihat
tatapan orang berkerudung tersebut sangat lembut, tanda memiliki tenaga
dalam yang sempurna.
Orang berkerudung itu terkejut melihat serangan yang aneh dan dahsyat ini, dia tidak mendengarkan suara, tapi dirinya seperti di tindih oleh kekuatan yang sangat dahsyat, tapi tidak menjadi gugup. Dalam sekejap tubuhnya berputar
setengah lingkaran ke kiri dan tangan kanannya dengan jari terbuka tiba-tiba keluar ledakan keras seperti petir menciptakan perisai seluas dua jengkal
menyambut totokan pemuda itu sekaligus menghadang serangan tangan kiri
yang mencoba menarik kerudungnya, sementara tangan kirinya berubah seperti
ribuan bayangan banyaknya menyerang dengan cepat ke tigapuluh dua titik


Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penting di tubuh lawan.
Sian Lee kagum bukan main. Itulah jurus pertama dari ilmu Seng Hip Lui Sian Ciang (Telapak Dewa Petir Pemutar Bintang) yang amat dahsyat, dan kakek ini memainkannya hampir sama baik dengannya, tampaknya tingkat yang di miliki
kakek ini masih di atas dari kepandaian ketua Siauw Lim Pai, Khong Bhok
Hwesio. Tangannya kirinya tidak berhenti mengarah ke kerudung lawan, sementara
tangan kanannya dengan gerakan memutar setengah lingkaran yang aneh,
tahu-tahu sudah menotok kaku tangan kiri kakek itu yang sedang menyerang
tigapuluh dua titik penting di tubuhnya.
"Ai i i hhhhh?", "Tak mungkin"...bagaimana engkau bisa mematahkan jurus ini?"
Terdengar seruan-seruan kaget dari kakek itu yang segera meloncat mundur,
bahkan dari ke lima orang berkerudung yang menonton dari samping. Serentak
mereka bergerak dan sudah mengurung pemuda tersebut.
"Lo-cianpwe, tentu saja aku bisa mematahkannya karena aku juga memiliki ilmu tersebut, lihat ini?" Berkata demikian, Sian Lee mulai memainkan jurus-jurus dari ilmu Seng Hip Lui Sian Ciang dengan dahsyat dan sempurna, bahkan
keenam kakek tersebut sangat terkejut saat Sian Lee memainkan secara lengkap jurus ke-satu sampai ke-tujuh dari Pat Sian Giam Lie Ciang (Tarian Maut Delapan Dewa).
Saat pemuda itu selesai memainkan ilmu tersebut, serentak keenam orang itu
melepaskan kerudung mereka masing-masing dan berlutut di depan pemuda itu.
Tampaklah wajah tiap orang yang rata-rata berusia empatpuluh sampai
limapuluh tahun di hadapannya.
"Selamanya Ilmu Pat Sian Giam Lie Ciang hanya memiliki satu pewaris yang
menguasai secara lengkap, maafkan kami yang tidak mengenal It-Thian-Sian,
kami sudah lama menanti di sini?" Sahut yang paling tua, namun sebelum dia
melanjutkan, Sian Lee sudah memotongnya: "Eh, paman, apakah kalian semua
di kirim oleh Lo-jin?" Keenam orang itu serentak mengangguk.
"Paman sekalian, aku masih harus menyembuhkan kedua gadis itu yang terkena
hawa Iblis Sepasang Golok Iblis, harap paman sekalian bersabar, setelah ini nanti kita bicara lagi. Tanpa menanti jawaban mereka, Sian Lee sudah
melangkah dan kembali memondong kedua gadis itu yang dalam keadaan
lemah. Di lain saat, tubuhnya berkelabat lenyap ke dalam bangunan Sian Thian San tersebut.
Pemuda tersebut meletakkan kedua orang gadis ini di atas kedua tempat tidur batu pualam dingin yang berdekatan. Sejenak dia termenung memandangi
kedua gadis itu tanpa tahu harus berbuat apa. Kedua gadis itu terkena pengaruh yang aneh dari sepasang senjata aneh yang datang dari tanah seberang.
Pendekar dari tanah seberang yang bernama Paksi pamungkas-pun hanya
mengatakan bahwa dialah yang bisa menyembuhkan kedua gadis itu, tapi tidak
mengatakan bagaimana caranya.
Ada setengah jam dia termenung, tanpa di sadarinya, ke dua gadis itu telah
siuman dan memandangnya tanpa bersuara. Tiba-tiba suara Giok Hui yang
merdu memecahkan keheningan:
"Lee-ko, mengapa engkau diam saja, apakah yang menggundahkan hatimu"..."
"Eh..oh..kalian berdua sudah sadar"..." Mukanya jadi merah, saat di dapatinya ke dua gadis itu memandanginya, "Bagaimana dengan kondisi kalian" Apa yang
kalian rasakan?"
"Kami baik-baik saja meskipun kami tidak bisa mengerahkan tenaga, agaknya
kami telah kehilangan tenaga murni dan tidak bisa bersilat lagi?" Seru gadis itu sedih, sehingga matanya berkaca-kaca hal mana membuat Sian Lee terharu dan
tidak tega"
"Kau tenanglah Hui-moi, nanti kalau sudah sembuh, aku akan mintakan Lo-jin
untuk mengambil kalian sebagai murid?"
"Ada satu cara?" Tiba-tiba Er Yong menyahut pelan, setengah berbisik
"Eh, benarkah Yong-Moi" Apakah engkau tahu?"" Sian Lee dan Giok Hui
memandang ke arah Er yong dengan penuh tanda tanya. Apalagi Giok Hui,
mengetahui kalau ada obat yang bisa menyembuhkannya, segera dia mendesak
Er Yong yang menatap mereka berdua bergantian dengan tatapan ragu.
Mukanya yang cantik itu tampak merah karena jengah sehingga dia berpaling ke kanan.
"Lee-ko, rahasia penyembuhan ini terkait dengan rahasia kami para wanita,
bisakah engkau keluar sebentar, ada yang perlu ku rundingkan dengan Giok Hui-cici" Tapi ku mohon engkau jangan mendengar pembicaraan kami".." Tatap
gadis itu dengan suara penuh permohonan.
"Baiklah, aku akan keluar sebentar, sepuluh menit lagi aku akan kembali."
Berkata demikian, pemuda itu melangkah keluar dari kamar batu pualam
tersebut. Sian Lee berdiri di luar kamar sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak
gatal. Beberapa saat kemudian terdengar suara panggilan dari dalam kamar
batu, segera dia masuk ke dalam.
"Lee-ko, sebelum engkau menyembuhkan kami, cobalah engkau jawab dengan
jujur pertanyaan kami. Apakah ada di antara kami yang kau sukai?" Er yong
bertanya perlahan sambil menatap tajam pemuda itu, demikian juga Giok Hui.
"Eh, ini"ini"." Me"mengapa kalian bertanya begitu, apa hubungannya dengan
kesembuhan kalian" Tanya Sian Lee gagap. Bagaimanapun juga, hatinya benar-
benar kaget. Kalau dia harus menjawab ke dua gadis itu di dua tempat berbeda, lain lagi ceritanya, tapi ini di hadapan keduanya sekaligus, bagaimana dia gak khaki!
"Kami dalam keadaan sekarat, tentu saja jawabanmu sangat penting artinya
untuk sesembuhan kami, sekarang kau jawablah dengan jujur, bagaimanakah
perasaanmu terhadap kami?" Kembali Er yong menimpali.
Setelah termenung sebentar, maka sambil menarik nafas panjang Sian Lee
menjawab perlahan: "Sesungguhnya memang harus ku akui, bahwa aku suka
pada Yong-moi, tapi juga sayang pada Hui-moi, kalian semua sangat berarti di hatiku sehingga sukar bagiku untuk memilih"lagipula aku belum ingin menikah karena ada tugas yang harus di selesaikan ." Dia terdiam sejenak mengambil
nafas, "nah"sudah ku katakan dengan terus terang, terserah apa pendapat
kalian." Sian Lee merasa lega di hatinya. Raasanya semua beban yang di tahan dalam
dada telah bebas. Tapi dia mengerutkan kening saat melihat Er Yong
memalingkan wajahnya yang memerah sambil berkata pada Giok Hui: "Hui-cici,
engkau sudah dengar bukan, pemuda mata keranjang ini ingin sekali panah
mendapatkan dua ekor burung dara, sekarang terserah padamu?"!"
"Oh, Yong-moi, bukan begitu maksudnya?" Sian Lee jadi gak enak dan pucat"
dan kepalanya menunduk, tidak tahu harus bilang apa.
"Lee-koko, tahukah kau kalau kami berdua juga tidak menolakmu" Cuma kami
masih ragu apakah engkau mau dan sanggup menjaga kami berdua" Kalau bisa
berbagi adil dengan kami, maka tidak ada masalah lagi, begitu juga dengan
penyakit kami ini."
Kepala yang tadinya tertuntuk malu, tiba-tiba terangkat dengan wajah yang
penuh tanda Tanya. Mulutnya hendak bertanya, tapi hakekatnya tidak perlu lagi, karena tatapan kedua gadis itu sudah menjawab semuanya. Meskipun Sian Lee
adalah seorang yang bodoh, tapi masakkan dia tidak mengerti arti perkataan
wanita-wanita itu. Boleh di kata ini adalah keputusan yang mungkin luar biasa bagi kedua gadis itu tapi juga keberuntungan baginya.
Hanya masih ada satu tanda Tanya dalam pikirannya. Namun Er yong seperti
mengerti, lalu menjawab: "Menurut, suhu Paksi Pamungkas, pengaruh hawa iblis dalam darah kami hanya bisa di tawarkan oleh darah gaib dari pemilik Ajian
Tapak Begawan Pamungkas dan Ajian Cakra Pancasona. Dan kalau itu terjadi,
berarti kami tidak mungkin bisa menikah dengan orang lain kecuali pemilik darah gaib tersebut, karena hanya orang itulah yang bisa memiliki serta menyentuh tubuh kami.
Sian Lee terkejut, dia tidak habis pikir kalau ada kejadian se aneh itu. Tapi dia merasa kasihan pada ke dua gadis itu, jika dia menyanggupi permintaan
tersebut, bukankah berarti dia telah membelenggu mereka.
"Lee-koko, engkau jangan kwatirkan kami, jika engkau memang mencintai kami, kamipun rela bersama denganmu selamanya, hanya janganlah kau permainkan
ketulusan hati kami"!" kembali Giok Hui menambahkan.
Sian Lee terharu mendengar ini. Dia tidak punya jalan lain, akhirnya di mulailah pengobatan terhadap kedua gadis itu dengan menggunakan darahnya.
Pengobatan yang aneh, karena darah gaibnya itu bukan di salurkan melalui
mulut atau bagian yang lain, melainkan hanya melalui bagian yang paling
sensitiv dan paling rahasia dari wanita.
---000--- Sian Lee berkelebat keluar, di dapatinya keenam orang tadi masih berdiri di luar sambil menantikannya. Segera dia bertanya pada kekek yang paling tua:
"Baiklah paman, sekarang jelaskan kepadaku apa arti semua ini" Dan apa
maksud kalian menyebutku It thian Sian?"
"Harap It thian Sian membaca surat dari Lo-jin ini!" Segera orang itu
menyerahkan sesampul surat yang terbuat dari kulit beruang yang sudah di
awetkan. Jelas di situ tulisan tangan Lo-jin yang amat di kenalnya. Dengan
mengerutkan keningnya, dia membaca sampai habis kemudian mengangguk-
angguk. "Baiklah, Lo-jin mengatakan bahwa kalian memang di persiapkan untuk
membantuku mempertahankan Sian Thian San dari serangan musuh yang amat
tangguh tapi beliau tidak menjelaskan musuh yang bagaimanakah itu?""
Kakek itu segera menjelaskan: "Limapuluh tahun yang lalu, Lo-jin pernah
mengalahkan lima gembong dunia hitam yang merajalela. Yang empat orang
pertama adalah Thian Tee Bong Su-kwi (Empat Iblis Kuburan Langit Bumi) yang akhirnya di buang dan di asingkan sampai jauh ke pegunungan Himalaya,
sedangkan yang satu lagi, adalah Mo-Kauw Kaucu, Kian Kun Mo Ong Cui Ho
Meng, yang di usir ke Persia. Lo-jin baru mendapat tahu gerakan Thian Tee
Bong Su-kwi selama tiga bulan ini yang berencana untuk mengambil alih Sian
Thian San untuk di jadikan pusat kebangkitan dari partai mereka, sedangkan
dari Mo-Kauw sendiri belum jelas, itu sebabnya Lo-jin memanggil kami kembali untuk membantu kongcu?"
Setelah merenung sejenak, akhirnya dia berkata: "Baiklah, kalau begitu saya menerima tugas ini, mulai sekarang, para paman ini akan memakai julukan
Tujuh Dewa Bumi Pelindung Sian thian San. Satu lagi yang perlu di ingat, jangan menyebutku dengan sebutan kongcu, para paman lebih tua dari saya, itulah
sebabnya para paman harap menyebut saya Lee-ji (Anak Lee) saja."
"Bila itu kemauan ananda Sian Lee kami setuju, tapi bila di luar kami tetap harus menyebutmu dengan gelar sebenarnya, untuk menegakkan wibawa Sian Thian
San. Oh ya, kami hanya berenam, mengapa kongcu katakana bertujuh"
Siapakah pewaris Hong Liong Hwee Sian Ciang?"
"Oh, dia adalah muridku, seorang anak kecil berusia sebelas tahun, namanya
Beng Sian, tapi tenaga dan kepandaiannya hampir tidak selisih jauh dari paman berenam hanya dia masih kurang pengalaman. Untuk saat ini dia akan ikut
denganku terus sampai dia bisa mandiri."
"Satu lagi, harap paman mengutus orang ke bukit Pek In Kok san (bukit Awan
Putih), untuk menjemput Beng Sian, katakan bahwa aku memanggilnya ke mari.
Selama tiga bulan ke depan ini kita perlu berbenah diri tidak perlu melakukan pergerakan apapun, aku akan tinggal untuk sementara baru kemudian akan
melanjutkan penyelidikan.
Demikianlah sejak saat itu Sian Lee, tinggal di Berdiam selama tiga bulan di Sian Thian San sambil menyempurnakan ilmu dari keenam pelindung tersebut. Di
samping itu dia menyuruh mereka mengumpulkan enambelas murid pilihan
mereka dan dia sendiri juga yang melatih mereka secara khusus dengan Ilmu
Pat Sian Pek Kut Jiauw yang terdiri dari delapan jurus. Ilmu ini dia gubah dari Pat he Pek Kut Jiauwnya Siluman Bongkok, dia merasa sayang jika ilmu yang
aneh ini hilang begitu saja, namun Ilmu ini sudah di sempurnakan dan di
hilangkan sifat-sifat kejinya, sehingga menjadi lebih dahsyat.
---000--- Tiga bulan berlalu dengan sangat cepat. Ternyata tidak sedikit juga kejadian-kejadian baru baru yang menghebohkan di dunia persilatan. Setelah di basminya Thian Bu Tek atau Pangeran Ragakaca sang pemegang Sepasang Golok Iblis,
dunia persilatan kembali di gemparkan oleh kematian menggenaskan para
murid-murid lima partai besar dari Siauw Lim Pai, Kun Lun Pai, Cing Ling Pai, Bu Tong Pai dan Thai San Pai.
Peristiwa yang menggeparkan ini sangat mengganggu ketenangan dunia
persilatan dan meresahkan setiap orang. Peristiwa kehancuran Khong Tong pai, Cing San Pai, Go Bie Pai dan Hoa San Pai di tangan Sepasang Golok Iblis dan begundalnya dulu sudah merupakan pukulan yang berat bagi golongan putih,
sekarang ditambah lagi dengan peristiwa ini, benar-benar merupakan keresahan yang makin memperburuk wibawa golongan putih. Apalagi kematian para murid
partai-partai ternama ini di ikuti pula dengan hilangnya salah satu kitab pusaka pegangan perguruan mereka. Tak pelak lagi, partai-partai tersebut yang tadinya tidak melibatkan diri dengan urusan-urusan di luar partai, sekarang turun
gunung dan mulai mengadakan penyelidikan yang ketat dan hasilnya sungguh
mengejutkan. "Sian Thian San!" Nama ini bergema di berbagai penjuru, sebagai penyebab
semua kekacauan ini. Banyak bukti-bukti dan saksi mata yang menguatkannya
sehingga tidak dapat menghindar. Hanya saja, nama Sian Thian San adalah
suatu nama yang agung dan penuh misteri yang tersimpan selama ratusan
tahun, siapakah yang berani menyantroninya"." Tidak ada jalan lain, isu yang menghebohkan ini akhirnya memancing munculnya para tokoh-tokoh tua
simpanan dari berbagai partai besar ini yang telah lama mengasingkan diri dari dunia persilatan untuk keluar mempertahankan wibawa mereka. Mereka harus
mencari keadilan, tapi mereka juga sadar bahwa itu tidak mudah karena yang
mereka akan hadapi adalah Sian Shian San. Cuma, benarkan Sian Thian San
pelaku dan sumber dari semua malapetaka ini" Mereka masih belum yakin
seratus persen.
Sudah satu bulan Sian Lee mengadakan penyelidikan. Namun sampai sejauh ini
dia belum menemukan titik terang siapa yang begitu kurang ajar berani
menggunakan nama Sian Thian San untuk mengacau. Gerakan ini begitu rapi
dan terorganisir dengan baik.
Sore itu Sian Lee sendirian mendaki puncak Thai San Pai. Kedatangannya ke
puncak itu adalah untuk menyelidiki adanya gerakan rahasia yang akhirnya
menuntunnya sampai di bawah kaki. Dengan lenggang seenaknya dia berjalan
dengan kepala tertunduk. Namun tidak begitu lama, telinganya menangkap
gerakan pertarungan dari arah depan, segera dia berkelebat menyembunyikan
dirinya sambil terus mendekati sumber suara tersebut. Dari persembunyiannya, dia melihat seorang gadis berusia limabelas tahun, sedang duduk di atas sebuah tandu dengan sikap yang jumawa sekali. Jubahnya panjang dengan gambar
Matahari dan Bulan bersilang di dadanya. Di sampingnya tampak dua orang
pemuda yang berdiri tenang.
Sementara tak jauh dari situ, tampak dua orang kakek yang lain. Yang satu
berusia enam puluh sedangkan yang satu sebaya dengan yang pertama dan
sedang duduk bersila di atas sebuah batu. Dia segera mengenal kakek yang
berusia enampuluh itu sebagai Thai Yang Siansu, yaitu ketua Thai San Pai
sendiri, tapi yang sedang bersila itu dia tidak tahu. Mereka tampaknya sedang mengamati pertarungan itu dengan wajah serius dan khawatir. Di hadapan
mereka tampak dua orang pemuda yang sama usia, bertarung dengan sengit
sekali. Sekejap Sian Lee mengamati pertarungan itu, dia terkejut karena salah satu dari pemuda itu menggerakkan sepasang pedang dengan cara yang amat aneh.
Sinar pedangnya bergulung-gulung membentuk lingkaran-lingkaran tanpa akhir
yang mengurung lawan dengan ketat sekali. Dia kagum karena tampaknya itulah Thai Kek Kiam sut yang telah di kuasai dengan sangat mahir sekali. Tapi setelah di amati, pemuda yang menjadi lawannya juga bukan lawan empuk karena ilmu
pedangnya itu adalah PakThian Hui Sian Kiam (Pedang Dewa Terbang ke Langit
Utara), salah satu dari sembilan pusaka Wasiat Dewa yang sedang di carinya.
Tampak pertarungan itu, walaupun pemuda yang menggunakan Thai Kek Kiam
Sut itu cukup hebat, namun lambat laun, setelah lewat delapanpuluh jurus,
mulailah daya serangnya berkurang.
"Hahaha"Thai Kek Siansu, sungguh hebat engkau bisa melatih pewarismu
dengan ilmu Thai Kek kiam sut yang sudah lapuk itu, namun kau harus ingat! Di atas langit masih ada langit. Lihatlah ilmu pedang PakThian Hui Sian Kiam
ciptaan ayahku itu akan menghancurkan kebesaran partaimu, kecuali engkau
tunduk dan mengakui keberadaan kami, maka partaimu akan selamat..." Gadis
di tandu itu mengejek dengan seenaknya.
"Huh, bocah tidak tahu adat, katakan pada ayahmu, mengapa dia begitu
pengecut mengutus anak bau kencur sepertimu untuk membuat kekacauan. ?"
Yang membalas ini adalah Thai yang Siansu.
Sian Lee mengerutkan keningnya. Tahulah dia apa yang terjadi, ternyata
pemuda yang memainkan PakThian Hui Sian Kiam itu adalah rombongan dari si
gadis yang jumawa tersebut dan agaknya merupakan murid dari seorang tokoh
yang telah berhasil mendapatkan salah satu dari Sembilan Pusaka Dewa.
Hatinya gembira sekali karena akhirnya dia menemukan jejak ilmu itu, namun
saat itulah dia mendengar suara sang gadis:
"Suheng, berhenti bermain-main, segera selesaikan pemuda goblok itu?"
"Baik Niocu" Saat itulah pedangnya berkelebat amat cepat. Pemuda yang di
sebut suheng oleh gadis itu telah mengerahkan jurus terakhir dari PakThian Hui Sian Kiam yang dahsyat.
Sial Lee memperhatikan, ternyata pemuda itu baru menguasai PakThian Hui Sian Kiami tidak sampai setengah saja. Namun demikian, pemuda yang menjadi
lawannya itu hampir tidak sanggup lagi melawan dan tampaknya akan segera
kalah dalam dua jurus di muka. Segera Sian Lee berbisik dengan ilmu "mengirim suara Jarak Jauh" ke telinga pemuda itu. Saat itu semua orang melihat pemuda yang telah terdesak itu tiba-tiba memejamkan mata sambil menggigit bibirnya.
Hasilnya hebat sekali, keadaan pertarungan berobah, karena secara aneh
pemuda itu dapat menangikis dan meloloskan diri dari setiap serangan
mematikan yang dahsyat dari PakThian Hui Sian Kiam. Padahal pemuda itu
hanya memainkan gerakan-gerakan dasar dari Thai Kek Kiam Sut yang
sederhana, ternyata dapat di pakai membendung ilmu pedang lawan yang
sangat hebat. Hal itu membuat si gadis penasaran, namun tidak bisa berbuat
apa-apa. Bahkan Thai Yang siansu serta Thai Kek siansu juga heran.
Pertarungan kembali berlangsung dengan keadaan yang amat aneh itu hingga
tigapuluh jurus, sampai akhirnya sang gadis membentak sengit: "Hentikan
pertarungan, kita pulang"!" Saat itu sang suheng memperhebat serangan dan
kemudian melompat mundur dengan wajah penasaran. Namun pemuda itu tetap
bergerak memainkan ilmu Thai Kek Kiam sut itu seorang diri tanpa
memperdulikan lawannya lagi.
"Thai Kek Siansu, masalah ini belum selesai, bila tiba waktunya ayahku dan Toa-ciciku yang sakti pasti akan meluruk ke mari untuk menyelesaikan hutang lama ini"." Dalam sekejap rombongan itu telah berlalu.
Pemuda itu masih terus bersilat dengan mata yang tertutup rapat. Thai Yang
siansu memburu ke arahnya dengan penasaran dan hendak berkata sesuatu
untuk menghentikannya, namun Thai Kek Siansu segera menepuk pundaknya
dari belakang. "Biarkan dia, jangan di ganggu! Dia sedang mengalami penyempurnaan dari
seorang sakti."
Thai Yang siansu terdiam sambil memandang ke sekeliling. Namun dia tidak
menemukan siapa-siapa. Saat dia melihat ke arah susioknya, di lihatnya mata sang susiok tertuju pada kumpulan pohon bambu di sebelah kanan. Segera dia
melesat ke sana untuk melihat, tapi dia tidak menemukan siapa-siapa selain dua buah benda yang melayang perlahan ke arahnya. Yang sebuah adalah daun
sebesar telapak tangan bertulisan sesuatu, dan yang lain adalah sebuah kitab.
Segera dia menangkap kedua benda tersebut, namun dia terkejut karena
tangannya bergetar keras. Di sampul kitab itu tertulis dengan tulisan yang gagah
"Cui Beng Sian Kiam Ciang" (Pukulan Pedang Dewa Pengejar Roh), ini salah satu kitab pusaka persilatan. Thai Kek siansu juga sangat terkejut melihat kitab ini.
Sedangkan di atas daun tersebut tertulis beberapa kata:
"Maaf atas kekurang sopananku Thai Yang-Ciangbunjin, lain waktu cahye pasti akan mampir mengantar salam dari Lo-jin. Kitab ini telah memilih sobat muda itu. Tertanda: Sian Thian San"
Thai Yang siansu terpaksa kembali ke tempat susioknya dengan langkah lesu.
Sementara si pemuda telah berhenti dan membuka mata. Segera dia berseru:
"Akh, susiok, sayang wajahnya tidak sempat ku lihat"dia bergerak seperti
angin." "Orang muda yang luar biasa, entah siapa dia?" Hakekatnya dia tidak bergerak seperti angin, melainkan telah mencapai tingkatan "mendahului angin dan
bayangan" satu tingkat di bawah "menjejak cahaya" yang mungkin hanya di miliki oleh para dewa saja?" Desah Thak Kek siansu perlahan.
"Susiok, di daun ini tertanda "SianThian San", apakah pemuda yang susiok lihat itu mengenakan rompi kulit harimau putih?"
"Benar, tahukah kau siapa dia?" Tanya Thai Kek siansu.
"Dia pendekar yang baru muncul dengan julukan "Pengelana Tangan Sakti" tidak ada yang tahu sampai di mana ketinggian ilmu silatnya, Hemm, kalau benar dia, mungkin saja kekacauan dunia persilatan ini akan dapat di atasi?" Sehabis
berucap, Thai Yang siansu menghela nafas panjang sambil memandang kepada
pemuda tampan di hadapannya. "Kang-ji, Kau terimalah kitab ini dan mohon
susiok memberi petunjuk. Ilmu ini adalah salah satu dari sembilan Ilmu pilihan dunia persilatan, kau sangat beruntung.?"
---000--- Sian Lee berlari menuruni puncak Thai San Pai dengan penuh tanda Tanya.
Siapa adanya gadis remaja dan pemuda yang mengerti ilmu PakThian Hui Sian
Kiam tersebut. Dia mengerahkan tenaganya ke seluruh tubuh dan di lain saat dia telah mengerahkan ilmu "Menjejak Angin, Mengejar Cahaya", tubuhnya melesat


Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagai asap ke arah Timur.
Sekian lama dia berlari, namun belum juga dia menemukan di mana adanya
gadis remaja dan rombongannya tadi. Akhirnya dia berhenti di pinggir sebuah sungai Yang Cu-Kiang yang cukup lebar. Tiga perahu besar berhenti di tengah-tengah sungai tersebut. Dari bendera yang berkibar, dia membaca tulisan "Jit-Cu-Kiong" atau "Istana Mustika Matahari".
Perhatiannya segera beralih ke tempat lain. Sekitar limapuluh tombak dari
tempatnya berdiri, matanya menangkap suasana yang tidak mengenakkan.
Segera tubuhnya melasat ke sana. Dilihatnya puluhan mayat bergelimpangan di mana-mana. Hatinya sedih melihat kekejaman ini. Tubuhnya melesat ke depan.
Tak berapa lama dia mendengar suara desingan senjata tajam dan hawa
pukulan yang dahsyat saling beradu.
Dia terkejut! Ini bukan pertandingan biasa, tapi pertandingan antara dua orang ahli silat tingkat tinggi, dan tingkat mereka jauh di atas rata-rata pada
ciangbunjin sembilan partai besar.
Pedang terbang yang menyambar-nyambar bagaikan kilat mengurung lawan itu
di gerakkan oleh seorang gadis muda berusia sembilan belas tahun yang amat
cantik dan berperawakan bukan seperti orang tionggoan. Sedangkan lawan yang di hadapinya ternyata tak kalah hebatnya. Tubuhnya bergerak seperti orang
menari dengan ratusan hawa panas-dingin yang tajam dan mengerikan keluar
dari sekeliling tubuhnya, menangkis dan bahkan balas menyerang lawan dengan dahsyat.
"Hahaha"nona Im, kau sungguh hebat sekali. Aihh, sebenarnya pertempuran ini tidak perlu di teruskan. Jika saja engkau mau bergabung dengan kami, tentu kita akan menjadi lebih kuat untuk menaklukkan musuh kita"bagaimana?"
"Huh, engkau pengkhianati kami dan membawa lari pusaka perguruan, serta
membunuhi para pengikutku, sekarang seenaknya engkau mengajukan
penawaran"makan pedangku" Tampak gadis itu amat marah. Di saat itu
pedangnya bergerak lebih cepat lagi. Namun pemuda itupun tidak tinggal diam.
Diapun segera meningkatkan pengerahan ilmunya sampai tingkat yang lebih
tinggi. Melihat hal ini, Sian Lee terkejut. Kedua orang itu memiliki tingkat kekuatan maupun penguasaan ilmu yang sama, jika mereka tidak di pisahkan sekarang,
takutnya hanya akan berakhir dengan parah antara keduanya. Segera tubuhnya
melesat dengan sebat ke arah pertarungan. Dengan mengerahkan Thian Kin
Hong Sian Ciang (Telapak Dewa Angin Pelentur Langit) dan Bu Eng In Sian
Ciang (Telapak Dewa Awan Tanpa Bayangan), tubuhnya menyusup bagaikan
awan di antara kedua orang tersebut.
Kedua orang ini terkejut bukan main karena tiba-tiba saja suatu kekuatan yang amat dahsyat menangkis semua serangan mereka dan mendorong mereka untuk
mundur. Sambil berseru keras mereka menarik tenaganya dan melompat
mundur. "KAU"!!!" Si pemuda terkejut setengah mati saat melihat pemuda yang
memisahkan mereka. Tubuhnya tergetar sesaat.
"Yah, aku"apakah kita pernah bertemu?" Tanya Sian Lee heran dengan
keterkejutan lawan.
"Hemm, Engkau tidak mengenalku, tapi aku sangat mengetahui dirimu?" Belum
selesai perkataannya, tubuhnya sudah melesat mengarah ke arah perahunya.
Sian lee terkejut. Namun saat dia hendak bertanya kepada si gadis, tiba-tiba di lihatnya si gadis juga telah membalikkan tubuhnya untuk berlalu dari situ.
"Hei i , nona tunggu"!" Terpaksa Sian Lee melompat mengejar. Si gadis terkejut karena tiba-tiba pemuda itu sudah menghadang di depannya.
"Apa maumu"...mengapa engkau menghadangku?"" Suara si gadis terdengar
halus dan lembut meskipun tampak menyembunyikan perasaannya.
"Maaf nona, aku tidak bermaksud buruk. Namaku Sian Lee, aku kebetulan lewat di tempat ini dan melihat kalian sehingga menghentikan pertarungan hidup mati kalian"apakah tidak keberatan jika aku mendapat penjelasan?"
Si gadis tersenyum. Hanya sebuah senyum saja, namun hakikatnya tidak ada
pria normal manapun yang bisa tahan dengan senyum seperti itu. Tak terkecuali Sian Lee. Matanya terbeliak terpesona saat memandangi kecantikan gadis itu.
"Baiklah, namaku Cui Im Yan, aku sudah tahu siapa engkau, asal kau tidak
ceriwis seperti pemuda tadi, akupun suka meladenimu." Berkata demikian gadis itu kemudian melanjutkan perjalanannya dengan berlari cepat. Sian Lee terkejut mendengarnya. Segera dia mengikuti dan mensejarkan langkanya.
"Nona Cui, apakah hubunganmu Mo-Kauw Kaucu Cui Ho Meng?"
"Beliau adalah kakekku" Jawabnya singkat. Namun ini saja sudah cukup
membuat Sian Lee mengerti semua keadaan. Ternyata gadis ini adalah orang
Mo-Kauw yang telah di usir oleh Lo-jin puluhan tahun lalu. Banyak
pertanyaannya, tapi diapun segera paham keadaan dan menyimpannya dalam
hati dulu. Segera dia mengalihkan pertanyaannya ke lain:
"Baru saja aku bertemu dengan serombongan gadis remaja dan pemuda yang
memainkan ilmu pedang yang sama seperti yang nona Cui mainkan"apakah kau
mengenalnya"
"Akh...ternyata kau sudah bertemu dengan adikku Cui Im Cu"di manakah
mereka?" Gadis itu terkejut dan balik bertanya.
"Aku melihat dia mengacau di Thai San Pai, jadi aku memberi pelajaran
kepadanya. Sayangnya aku tidak tahu di mana dia sekarang." Maka sian Lee
menceritakan peristiwa yang baru saja dia saksikan di puncak Thai San pai.
"Anak itu ternyata masih juga beradat keras"kalau terjadi ke salah pengertian dengan Ciangbunjin Thai San Pai, bukankah akan repot" Aku harus memberi
pelajaran pada anak itu." Katanya dengan suara kesal. Sian Lee hanya diam
saja. "Maaf nona Cui, apa maksudmu kesalah pahaman, dan kalau tidak salah, tadi
nona mengatakan sudah mengenalku, darimana nona mengetahui?""
Gadis itu tersenyum simpul. Manis sekali. "Kau adalah pendekar muda yang baru muncul dengan julukan Pengelana Tangan Sakti dari Sian thian San. Sampai saat ini tidak seorangpun tahu sampai di mana kehebatanmu, dan kau sangat susah
di temui, bahkan kau di kabarkan sama seperti dewa yang berdiam di antara
manusia untuk menolong mereka, benar tidak tebakanku?""
"Akh"mengenai nama julukanku, memang orang menyebutku demikian, tapi
soal kehebatan, kurasa nona terlalu melebih-lebihkan. Aku hanyalah pemuda
biasa?" "Ya"ya, pemuda biasa yang namanya sudah menggetarkan seluruh penjuru
persilatan"bahkan Pelindung kanan dari Jit cu Kiong-pun tak berani
memperpanjang masalah denganmu?" Gadis itu terus mendesak sambil
tersenyum. Sian Lee menarik nafar panjang. Dia tidak habis mengerti, siapa yang
menyebarkan isu-isu seperti itu di dunia kang-ouw. Namun dia kemudian terus bertanya:
"Siapakah pemuda yang bertarung dengan nona tadi?"
"Bangsat yang tadi bertarung denganku itu adalah Po Tee Giok, dia masuk ke
dalam partai kami tiga bulan lalu dan menjadi orang kepercayaan kakek, tapi ternyata dia adalah seorang pengkhianat karena dialah Pelindung kanan dari Jit Cu Kiong. Sepuluh hari lalu dia melarikan pusaka ilmu rahasia Kian Kun Sin Kang kami. Sukur dia belum menguasai ilmu tersebut dengan baik. Kalau sudah, tentu akan sulit bagi kami untuk menandinginya. Tapi aku harus tetap mengejarnya."
"Mengapa kakek kalian tidak mengejar sendiri dan merebut kembali kitab pusaka tersebut serta menghukum murid murtad itu..?" Kata Sian Lee sedikit penasaran.
"Puluhan tahun yang lalu Kakeku di kalahkan oleh seorang sakti dari Sian Thian San dan di paksa kembali ke Persia. Tadinya beliau ingin membalas setelah
memperdalam ilmunya, namun dia mengurungkan niat tersebut saat usianya
terus bertambah dan saat dia mengetahui suatu peristiwa besar akan terjadi di Tionggoan ini. Sepuluh hari lalu dia terluka parah oleh bokongannya yang licik dari Po tee Giok. Kekuatan kami berkurang, sehingga kami sulit untuk
menempurnya. Kedatangan kami kembali ke tionggoan ini sebenarnya di
sebabkan adanya berita rahasia dari mata-mata kami tentang adanya
pergerakan rahasia yang bergerak untuk menguasai wilayah Tionggoan ini. Kami belum berhasil mengetahui dengan jelas siapa mereka, tapi satu-satunya yang kami tahu ialah bahwa mereka memiliki bantuan kuat dari tokoh-tokoh silat dari suatu negeri di seberang lautan yang di sebut Jawadwipa. Bahkan mereka telah memiliki orang-orang yang telah di seludupkan di semua partai besar dan
perkumpulan yang ada di tanah sentral ini"."
Sian Lee terkejut sekali. Dalam hati dia berpikit: Ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak di duganya. Dia tahu bagaimana kehebatan orang-orang dari negeri seberang itu karena salah satu dari lo-cianpwe yang mengajarinya ilmu silat berasal dari sana. Apakah ini yang di maksud orang tua itu saat mengatakan
bahwa dirinya akan memikul tugas yang berat"
"Saat mendatangi partai-partai besar yang ada, kami hanya bermaksud
menyelidiki keberadaan orang-orang yang di susupkan oleh Jit Cu Kiong saja dan tidak ada maksud lain. Hanya saja kami tidak bisa terang-terangan mengatakan pada para ciangbunjin partai-partai tersebut tentang keadaan yang sedang
terjadi karena mereka takkan percaya pada Mo-Kauw." Kembali gadis itu
menjelaskan. Tak terasa mereka telah berjalan cukup jauh hingga sampailah mereka berdua di sebuah hutan yang lebat. Saat itu langkah mereka berdua terhenti. Di sekeliling mereka tampak bermunculan bayangan-bayangan yang segera mengepung
tempat itu dengan senjata terhunus. Jumlah mereka tidak kurang dari lima
orang. Sian Lee mengernyitkan keningnya. Kemunculan mereka ini sebenarnya tidak
mengagetkan bagi Sian Lee karena dengan kepandaiannya yang sangat tinggi,
bila dia berkonsentrasi, tiada satu gerakanpun yang bisa lolos darinya dalam jarak tigapuluh li.
Yang mengagetkannya ialah karena orang-orang itu sangat di kenalnya dan
mereka bukanlah orang-orang sembarangan. Di tambah lagi keadaan mereka
tampak aneh sekali dengan pakaian serta jubah yang awut-awutan dn mata
merah. Mereka adalah Ketua Siauw Lim Pai, Khong Bok Hwesio; Ketua Kun Kun
Pai, Pek I cinjin; Ketua Bu Tong Pai; Thian In Kiam Ong; Ketua Cing Ling Pai, Bu Eng Sianjin; serta Ketua Kai Pang Sian Tung Sin Kai.
Namun demi dilihat adanya Khong Bok Hwesio, Sian Lee coba tersenyum dan
segera menyapanya: "Apa kabar Khong Bok Losuhu" Baik-baikkah selama ini?"
Hwesio itu tersenyum aneh dengan mata mencorong kemerahan, "Sangat baik
Sian-sicu, cuma ada banyak kejadian aneh yang menuntut pertanggungjawaban
sicu?" hanya itu saja. Tiada yang lain. Siapapun tahu itu tidaklah cukup di pakai sebagai alasan untuk suatu pertempuran yang membuang nyawa, namun siapa
yang mau peduli" Meski Sian Lee mau jawaban yang lebih juga terpaksa hanya
bisa tersenyum masam. Karena tubuh ke lima orang itu sudah bergerak
menyerangnya dengan dahsyat.
Anehnya, hanya Sian Lee yang mereka serang. Sedikitpun mereka tidak
berusaha menyentuh Cui Im Yan. Bahkan melirikpun tidak.
Begitu bayangan ke lima orang itu bergerak, liba sinar senjata yang dahsyat juga bergerak. Sian Lee-pun bergerak. Entah siapa yang lebih cepat, tapi semua
berakhir begitu saja. Tak ada suara keluhan maupun teriakan kesakitan,
hakekatnya Cui Im Yan yang menyaksikanpun di buat tertegun dan berdecak
kagum. Tak habis pikir membayangkan kalau ada manusia yang mampu
bergerak sebegitu cepat seperti itu, tapi dia tidak bisa berpikir banyak karena kenyataan sudah terpampang di hadapannya.
Pemuda itu berjalan perlahan menuju ke arahnya.
"Mereka menyerangku hanya mengandalkan kecepatan tanpa jurus silat.
Serangan yang sangat berbahaya karena entah aku menghindar atau tidakpun
mereka tetap akan menjadi korban senjata kawan yang tidak bias di kendalikan.
Tampaknya pikiran mereka di kuasai oleh ilmu I Hun to Hoat tingkat tinggi dan racun perampas ingatan. Itu sebabnya mereka bertindak liar sehingga mudah
bagiku untuk menotok mereka."
"Apa yang akan kau lakukan pada mereka?" Tanya gadis itu sambil memandang
pemuda di hadapannya. Terbersit rasa kagum yang tidak bisa di sembunyikan
dari tatapan matanya.
Sian Lee tersenyum. "Apa nona punya sebuah mangkok?"
"Ada?" Cui Im Yan lalu mengeluarkan sebuh mangkok dari buntelan pakaiannya
dan menyerahkannya pada pemuda tersebut.
Sian Lee mengambil mangkok yang di sodorkan lalu menggigit ujung jari dan
mengeluarkan darahnya di atas mangkok tersebut sampai setengah. Cui Im Yan
hanya memandangi saja dengan heran. Setelah itu Sian Lee bergerak cepat
meminumkan darahnya ke pada kelima ciangbunjin tersebut. Selang lima menit
saat khasiat darah gaib itu mulai bekerja dia membebaskan totokan mereka.
Kelimanya segera duduk bersila mengatur jalan darah untuk menetralisir hawa di tubuh mereka yang menjadi panas seperti bara api.
Melihat keadaan telah tenang, Sian Lee melepas pengawasan terhadap keadaan
di sekelilingnya. Namun tanpa disadari oleh, dua pasang mata yang bersinar
lembut dan luas saling pandang sambil menatap tak berkedip ke arah mereka.
Saat itu terjadi pembicaraan rahasia di antara keduanya.
"Anak itu menguasai Ajian Cakra Pancasona dan Tapak Begawan Pamungkas"!
Apakah kakek usil itu juga sudah sampai di tempat ini?" Bisik yang se orang ke pada rekannya dengan ilmu mengirim suara.
"Tampaknya demikian, tapi apalah artinya, dia toh masih sangat muda?" jawab yang satu, juga menggunakan ilmu mengirim suara jarak jauh.
"Benar masih muda, tapi tidakkah kau lihat getaran tenaga yang di pancarkan oleh matanya, kekuatannya jauh lebih hebat dari Po Tee Giok, bahkan tidaklah di bawah kita berdua"Kemungkinan dia setara dengan guru kita Ki Reksa
Sadewa?" "Kau benar kakang...hebat, walau kita sudah berlatih sekian tahun dengan
menggunakan berbagai benda-benda mujizat untuk meningkatkan tenaga
dalam, tak nyana masih ada juga tokoh yang bisa menandingi, dan lagi masih
sangat muda?"
---000--- Di tempat yang lain, Puncak Bu Tong Pai"
Mayat berserakan di mana-mana. Pertempuran yang besar tampaknya baru saja
terjadi, bahkan pertarungan yang lain masih sementara berlangsung antara
empat orang. Di undakan tangga aula bangunan Bu Tong Pai, tampak lima
orang sedang duduk bersila karena luka dalam. Mereka adalah para pengurus
utama Bu Tong Pai yang telah terluka dalam.
Di sisi sebelah sini tampak seorang pemuda berpakaian siucai dengan sepasang senjata Poan-koan-pitnya yang hebat masih sedang menempur dua orang aneh
yang sakti. Mereka adalah Siluman Elang Sakti dan Siluman Ular Sungai Kuning.
Sedangkan di sisi yang lain seorang pemuda berpakaian putih yang lain,
bergerak dengan jurus-jurus dahsyat bagaikan Rajawali menyambar, dengan
sepasang trisula pendek, juga sedang menempur hebat dua orang manusia aneh
yaitu Sepasang Siluman Tengkorak Biru.
Pemuda yang pertama bukan lain adalah Kai Ong yang bersenjatakan sepasang
pit dengan ilmu Hong In Sian Pit Ciang yang sakti. Sedangkan pemuda yang
kedua adalah Liem Kun, murid Hoa San Pai yang mewarisi Kim Tiauw Sian Kang
yang dahsyat. Pertarungan itu masih terus berlangsung dengan seimbang dan dahsyat, tiba-
tiba terdengar suara mengguntur yang dahsyat di keempat penjuru: "Hohoho"
empat Siluman yang terkenal tidak sanggup menyingkirkan dua orang pemuda
yang tidak ternama" Sungguh mengherankan."
Suara tersebut menyerang dengan hebat ke arah Kai Ong dan Liem Kum.
Otomatis konsentrasi mereka terganggu. Di tempat itu tampak dua orang kakek tua bersorban yang berperawakan aneh, logatnya waktu berbicara, tampak
seperti bukan penduduk asli tionggoan.
Kai Ong dan Liem Kun bersiaga meningkatkan kewaspadaan. Saat itu tiga
bayangan berkelebat tiba dari bawah bukit. Tampak dua orang gadis yang amat cantik serta seorang anak berusia sebelas tahun telah berdiri dekat dengan
tempat pertempuran tersebut sambil memandang ke arah kedua kakek
bersorban terdebut.
"Hui-cici, tampaknya kedua kakek ini sekomplotan dengan kedua nenek
bersorban biru dan hijau tadi. Apa perlu kita lumpuhkan mereka sekalian?" Suara gadis itu perlahan dan lembut, namun anehnya suara itu dapat terdengar jelas oleh keempat orang yang sedang bertarung tersebut.
Dua orang kakek aneh tersebut terkejut dan melirik sekilas ke arah gadis-gadis yang baru datang itu. Tentu saja mereka mengerti apa arti perkataan gadis
berbaju putih itu karena nenek bersorban biru dan hijau yang di maksud pastilah Nini Naga Hijau dan Nini Racun Hitam, rekan mereka yang membantu
penyerbuan ke Cing Ling pai. Dan tampaknya kedua orang itu telah tertawan
musuh. "Yong-moi, mari kita Bantu mereka"tawan saja hidup-hidup?" Seru si gadis
yang di panggil Hui-cici itu yang langsung menyerbu ke dalam gelanggang
pertempuran di ikuti oleh gadis yang satu lagi.
Pertempuran antara kedua kakek bersorban tersebut melawan Hui Giok dan Er
Yong berlangsung dengan sangat ramai. Apalagi saat Er Yong meningkatkan
ilmunya dengan menggabungkan permainan Hok Mo Cap Sha Kiam Sut dengan
Jurus Titisan Dewa Angin serta di selingi Ajian Cakra Bayu yang merampas
semangat lawan. Lawannya si kakek bersorban merah keteteran dan terkejut.
Ini sama sekali tidak di sangkanya ada orang yang dapat memainkan Ilmu dari para penguasa Kerajaan Atas Angin yang dahsyat tersebut.
Selang sepuluh jurus kemudian terpaksa Si kakak bersorban merah itu harus
mengakui keunggulan Er Yong. Pada jurus ke tigapuluh delapan, ajian Cakra
Bayu bersarang telak di dada kakek bersorban merah itu yang langsung
terlempar dengan dada hangus dan tenaga musnah.
Sementara itu di saat yang sama, Giok Hui juga telah meningkatkan permainan silatnya sampai pada kekuatan puncak dari Ajian Gelap Sewunya yang sakti,
meski demikian ternyata kakek bersorban kuning yang menjadi lawannya itu
masih mampu menahan pukulannya. Segera dia meloncat ke atas. Dari atas
tangannya bergerak-gerak melancarkan Ajian Lebur Samudra, tangannya
bersinar biru seketika itu juga. Si kakek bersorban kuning sama sekali tak
menyangka akan adanya pukulan yang di takuti rimba hitam ini, namun
terlambat. Baru saja kakek itu berseru kager, tubuhnya seudah di lingkupi
cahaya kebiruan yang menyerap habis seluruh tenaganya dalam sekejap.
Melihat akan hal ini empat siluman yang di layani oleh Kai Ong dan Liem Kun jadi surut nyali mereka. Segera mereka membanting sesuatu ke tanah yang
menimbulkan asap tebal. Di lain saat, mereka telah lenyap sambil membawa
tubuh kedua kakek aneh bersorban itu.
Segera Kai Ong dan Liem Kun mendekati kedua gadis itu sambil tersenyum.
Sedangkan kelima wakil dari bu Tong Pai itupun mendekati dan mengucapkan
terima kasih pada mereka. Berlima.
Kai Ong yang sudah pernah bertemu dengan Hui Giok sebelumnya, sangat
gembira ketika melihat gadis itu lagi, segera dia menyapa sang gadis:
"Ahh, selamat bertemu lagi nona Lian Giok Hui, apa kabar selama ini?"
"Baik saudara Kai Ong"Eh bagaimana kalian berdua bisa sampai di tempat ini?"
Balas Giok Hui sambil tersenyum simpul.
"Saya kebetulan bertemu dengan saudara Liem Kun ini dalam perjalanan. Beliau inilah yang memberitahu kepadaku mengenai adanya penyerbuan rahasia dari
para tokoh golongan sesat tersebut?"
Semua mata kini di arahkan pada Liem Kun. Merasa dirinya di pandangi, mau
tak mau Liem Kun akhirnya angkat suara juga: "Kemarin aku sedang beristirahat di kelenteng Kwan Im Bio. Saat aku terbaring di atas palang atap, bayangan
keempat Siluman ini muncul dan membuat rencana mereka. Bahkan menyebut-
nyebut nama Jit Cu Kiong (Istana Mustika Matahari) dan juga nama Sian Thian San"
"Eh apa yang mereka katakan tentang Sian Thian San?"" Tiba-tiba Er Yong
bertanya lebih lanjut dengan nada penasaran.
"Entahlah nona, meraka tidak menyebutkan banyak, hanya katanya?"Sian Thian
kosong, segera selesaikan?""
"Ai ihhh, Saudara Liem, informasi anda sangat berharga sekali, saying kami tidak bias menemani lebih lama, jika ada waktu datanglah ke Sian Thian San"permisi"
Lian Giok Hui berseru sambil bersoja kea rah mereka semua di ikuti oleh Er Yong dan Beng Sian. Sesaat kemudian mereka telah membalikkan tubuh tanpa banyak
bicara dan melesat meninggalkan tempat itu.
---000--- Sian Lee memandangi gadis cantik bermata biru di depannya itu sambil berdecak kagum. Belum pernah dia melihat seorang gadis yang memiliki mata yang
bersinar biru seperti samudra lepas itu.
Tadinya setelah menyelamatkan para ciangbunjin partai-partai besar yang ada, dia terpisah dengan Cui Im Yan yang membawa darahnya untuk di minumkan
pada ayahnya. Dalam perjalanan Sian Lee bertemu dengan gadis bermata
kebiruan ini yang sedang di keroyok oleh orang-orang Jit Cu Kiong. Segera dia menurunkan tangan membantu mengusir enam panglima Jit Cu Kiong dan
semua pengikutnya.
"Nona, mengapakah engkau berurusan dengan Jit Cu Kiong?"
Gadis itu terdiam. Hanya memandang kepadanya dengan sinar mata yang aneh.
Sekian lama tanpa suara. Tiba-tiba dia menarik nafas panjang.
"Maukah engkau berteman denganku?" Pertanyaan yang aneh. Hakekatnya
jawaban ini tidak berhubungan dengan pertanyaan yang di tanyakan oleh Sian
Lee. Namun demikian, Sian Lee melihat sesuatu yang lain di mata itu. Sesuatu yang sangat menyedihkan dan tidak dapat di obati oleh yang lain selain seorang sahabat. Gadis itu sedang kesepan.
"Tentu saja mau, aku mempunyai banyak kawan dan sahabat. Bila di tambah
dengan kau, bukankah sangat bagus sekali?""
"Apakah kau sungguh-sungguh?" Kembali pertanyaan itu di ucapkan. Kali ini
dengan mata yang tajam yang coba menjenguk isi hatinya yang terdalam. Sian
Lee diam. Dia tidak menjawab dengan jawaban seperti pertanyaan yang
sebenarnya tidak perlu di tanyakan. Hakekatnya diapun hanya tersenyum, suatu senyuman yang sederhana, yang keluar dari hatinya yang paling dalam, tapi
tanpa di ketahuinya telah merubah hati seorang Iblis wanita maha sakti yang menjadi tangan kiri dari Jit Cu Kiong, Lo Thian Sian Li (Bidadari Pengacau


Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Langit). "Tapi jika aku adalah musuhmu, masih maukah engkau berkawan denganku?""
Kembali mata itu mencoba menyelidiki kedalaman hatinya.
"Nona, kalau seorang mau berkawan denganku, tidak perduli siapa dia, asalkan dia baik padaku dan tidak merugikanku, maka tiada alasan bagiku untuk
menjauhinya?"
Gadis itu termenung beberapa saat. Kepalanya tertunduk tanpa berkata apapun.
Ketika dia mengangkat wajahnya, dilihatnya pemuda itu sedang memandangnya
dengan penuh kasih. Segera dia akan mengatakan sesuatu, namun saat itulah
seseorang melayang mendekat ke arah mereka:
"Sumoi, apa yang kau lakukan" Apakah kau sudah lupa akan sumpahmu?""
"KAUUU?" Sian Lee terkejut melihat pemuda ini. Karena pemuda ini bukan lain adalah Po Tee Giok. Pemuda itu memandangnya sambil tersenyum-senyum.
Saat wajahnya di alihkan ke arah gadis itu, tampak raut wajah yang cantik itu membesi dengan tatapan dingin.
"Akhh, ternyata tadi kau hanya bersandiwara untuk menipuku?" kata Sian Lee
dengan suara yang penuh penyesalan
"Sekarang kau tahu siapa aku" Aku adalah Pelindung kiri Jit Cu Kiong Lo Thian Sian Li, Lie Fu Lan?" Tanyanya dengan sinar mata mencorong. Sian Lee melihat ini, tapi tatapan itu masih sama seperti tadi, tatapan menyelidik, walaupun sekarang penuh bertenaga.
Segera dia mengerahkan tenaganya untuk mengirimkan suara jarak jauh ke
telinga gadis itu: "Lan-moi, kau tetap sahabatku" dan itu tidak akan berubah?"
Sekilas tampak seurat senyum cerah di wajah gadis itu. Tapi tidak lama. Namun itu cukup bagi Sian Lee untuk memahami hati gadis itu. Saat itulah terdengar bentakan dari Po Tee Giok yang memberi aba-aba kepada sumoinya untuk mulai
menyerang Sian Lee dengan ilmu gabungan mereka.
"Kau pergilah, Sian Thian San akan di serbu, jangan habiskan waktu di sini"kau harus melukai aku supaya akupun tidak perlu menyerbu ke sana?" Tiba-tiba
suara halus itu terdengar di telinga Sian Lee.
Sian Lee berkonsentrasi melihat serangan mereka yang menebarkan hawa
mujizat. Si gadis menyerang dari atas, sedangkan sang pria menyerang dari
bawah. Hebatnya, hawa yang di keluarkan dari tangan mereka bagaikan kabut
tipis yang menyerang atas bawah, sehingga menghambat pergerakan tangan
maupun kakinya.
Diam-diam dia terkejut karena ini mengingatkan dia terhadap salah satu Ilmu dari Sembilan Pusaka Dewa yang sedang di carinya, Thian Tee Kek Sian Ciang
(Pukulan Dewa Kutub Langit & Bumi). Ternyata ilmu ini jatuh pada mereka berdua.
Sian Lee tidak mau mengambil resiko. Segera dia kerahkan tenaganya dan
tubuhnya melesat kedepan melancarkan pukulan dengan jurus Kwi Jian Pian Tee Sian Ciang (Telapak Dewa Bumi Merantai Ribuan Iblis) yang dahsyat.
Ribuan bayangan telapak dengan hawa mujizat saling tindih di udara, saat
pukulan dan tapak mereka bertiga saling beradu. Sian Lee kagum bukan main.
Diantara semua yang menguasai ilmu-ilmu dari Sembilan Pusaka Dewa, inilah
yang terhebat yang pernah dia hadapi.
Namun Sian Lee bukanlah anak kemarin sore yang baru belajar silat. Benar kata Cui Im Yan bahwa tidak ada yang mengetahui kedalman ilmu silatnya. Inipun
terbukti. Tigapuluh jurus mereka bertarung, tapi tak satupun tanda bahwa Sian Lee kewalahan.
Akhirnya dia mengerahkan Tarian Jari Sembilan Dewa yang dahsyat untuk
mencecar lawan. Tanpa di sadari keduanya, tiba-tiba Lie Fu Lan terlempar ke belakang dan memuntahkan darah segar dan pingsan. Sedangkan Po Tee Giok
jatuh terduduk dengan kedua tangan tergantung lemas di kanan-kiri. Segera dia menggerakkan kakinya dengan ilmu meringankan tubuh, dia lari dari tempat itu sambil matanya melirik sekejab ke arah sumoinya sambil berkata dalam
hati:"aku akan balaskan dendammu sumoi?".
Sementara itu Sian Lee segera menyambar tubuh si gadis yang pingsan dan di
bawa lari dari tempat itu dengan kecepatan yang sulit di ikuti oleh mata orang berilmu tinggi sekalipun, "Menjejak Awan, Mengejar Cahaya?".
______________________________
Seri 4. Hancurnya Sian Thian San (Bagian Awal)
"JDDAAAAAAAAAARRRR".."
Suara ledakan yang membahana terdengar di kejauhan. Asap dan api mengepul
tinggi terlihat sangat mengerikan menyapu dan membumi-hanguskan semua
yang ada di puncak tersebut.
Alam menjadi sunyi. Semua mata dari delapan penjuru tertuju pada puncak
tersebut. Kekagetan, ketakutan dan kesedihan semua membayang di wajah
mereka yang melihat dari kejauhan. Apalagi saat mereka mengetahui dari mana datangnya suara yang dahsyat tersebut.
"SIAN THIAN SAN HANCUR!"SIAN THIAN SAN HANCUR!..." Teriakan itu
sungguh sangat mengejutkan bagi siapapaun yang mendengarnya.
Benarkah Sian Thian San hancur" Benarkah Legenda Para Dewa Pelindung Bulim
sudah berakhir. Siapapun takkan percaya. Dan siapapun takkan bisa percaya.
Namun yang nampak di depan mata ini bukan hanya suatu khayalan. Semua
mata dapat melihat dengan jelas. Jauh di ketinggian puncak sana, Sian Thian San sedang terbakar dan masih terbakar"
---000--- Sesaat setelah terjadinya ledakan di puncak itu, sesosok bayangan melesat
sangat sepat. Kecepatannya tak terkira. Melebihi angin, secepat cahaya" Ilmu
"Menjejak Angin, Mengejar Cahaya" itu di kerahkan sampai pada tingkat paling tinggi yang bisa di kuasainya, menuju ke puncak Sian thian San.
Beberapa menit kemudian, tampak bayangan-bayangan yang lain melesat naik,
menuju ketinggian puncak tersebut. Dalam sekejap mereka tiba di atas. Namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Nampak hanya berdiri saja seperti patung.
Di hadapan mereka tampak pemandangan yang menyedihkan. Semua bangunan
yang ada telah rata dengan tanah. Tidak satupun yang tersisa.
Tampak seorang pemuda berpakaian putih dengan rompi kulit harimau putih
berdiri di tengah-tengah reruntuhan seperti patung. Matanya memandang
kedepan dengan sinar mata mencorong tajam. Di hadapannya tampak enam
mayat bergelimpangan dengan tubuh yang hampir hancur. Mereka adalah
keenam dewa Peindung Sian stain San yang telah mati. Sementara di samping
pemuda tersebut tampak seorang gadis yang amat cantik terduduk sambil
menangis tanpa mengeluarkan suara.
Matanya yang bersinar kebiruan itu sangat indah. Siapapun pasti akan terpesona memandangnya. Tapi kini gadis itu menangis. Mengiringi semua kesedihan yang ada di sekitarnya.
"Akhh Lee-ko, kalau saja perjalananmu tidak tertunda karena mengobatiku,
tentu tidak begini jadinya"kau"kau bunuh sajalah aku untuk menebus dosa
ini?" Suara gadis itu terdengar amat memilukan"
Tiada jawaban dari pemuda di sampingnya. Bahkan bergerakpun tidak. Maka
tanpa pikir panjang sang gadis bermata biru itupun tidak tahan lagi. Segera dia angkat kedua tangannya sambil menggerakkan kekuatan tertinggi dari Thian-Te Kip-Kwi-Li-Ciang (Tarian Kitab Iblis Langit Bumi) yang dahsyat, dia memukul ke arah kepalanya.
Sesaat lagi tangan itu pasti menguraikan isi kepalanya yang cantik. Namun saat tinggal beberapa inci dari batok kepalanya, tiba-tiba tangan itu terhenti dan tidak dapat maju lagi. Dua orang telah berdiri di sampingnya, tangan seorang
memegang tangan yang lain. Gadis ini heran siapa kedua gadis yang berani
menahannya itu. Selagi dia hendak memberontak, sekejap kemudian dia
mengurungkan niatnya tersebut.
Matanya tertuju ke depan sana. Tepat di tengah-tengah di antara reruntuhan
tersebut tampak sebuah meja batu bulat berdiameter lima meter yang terbagi
sembilan bagian besar dengan sembilan warna. Tampak bayangan samar-samar
di atasnya dua orang kakek yang sudah tua sekali namun sedang berdiri
berhadapan tanpa bergerak. Tidak seorangpun mengenal mereka, kecuali Sian
Lee. Karena mereka adalah gurunya serta kakek aneh yang telah mewariskan
tiga ilmu silat sakti kepadanya.
Selagi mereka memandangi meja batu bulat tersebut, tampak tubuh Sian Lee
melayang kearah meja tersebut dan berdiri di tengah-tengahnya dengan mata
tertutup. Sesaat kemudian terlihat bayangan tubuhnya di tengah-tengah kedua orang kakek tersebut yang menyerangnya dengan berbagai gerakan silat yang
amat cepat dan dahsyat. Sian Lee juga menyambutnya dengan memainkan
delapan jurus Ilmu silat yang aneh sekali dengan sangat cepat dan dahsyat tak terkira bahkan berganti-ganti dengan ilmu lain yang aneh. Hakekatnya
merekapun belum pernah melihat ilmu yang aneh dengan perbawa yang dahsyat
seperti ini. "Ai kh...itu Pat Sian Giam Lie Ciang...tapi mengapa begini aneh"..." Sahut
seorang anak kecil berusia sebelas tahun dengan wajah keheranan bercampur
takjub. Dia adalah Beng Sian, murid tunggal dari Sian Lee.
Tentu saja Beng Sian tidak tahu bahwa saat itu Sian Lee sedang mengerahkan
semua jurus ilmu silat yang di ketahuinya termasuk tiga ilmu sakti warisan si kakek aneh itu untuk melawan kedua orang tua itu.
Tubuh mereka bergerak dengan sangat cepat sehingga sulit di ikuti mata ahli silat sekalipun. Sekitar tiga puluh menit lamanya Sian Lee bersilat dengan
gerakan-gerakan ilmu silat yang tinggi dan dahsyat, samar-samar dia
mendengar suara bergema di telinganya secara bergantian. Ternyata itu adalah suara dari kedua kakek tersebut yang bergantian memberinya petunjuk. Makin
lama-gerakannya makin berkurang bahkan akhirnya berada dalam keadaan diam
sama sekali sedangkan kedua kakek itu tetap bergerak dengan gerakan yang
amat cepat, bahkan kadang-kadang menghilang.
Pertarungan ini sebenarnya adalah berkah yang besar buat Sian Lee. Tanpa di sadarinya, dengan menggabungkan semua pengetahuan ilmu silat yang di
milikinya sehingga setelah hampir lima jam pertempuran dengan berbagai
petunjuk dari kedua kakek tersebut, dia telah memasuki pemahaman dasar baru yang lebih tinggi atas semua jenis ilmu silat berkat bantuan dari kedua orang kakek tersebut.
Kalau tadi dia bergerak sangat cepat seperti kedua kakek itu sehingga dia
hampir kewalahan, namun semakin lama dia bergerak dia semakin memahami
inti berbagai pergerakan, kecepatan, tenaga, perhitungan semua dasar ilmu silat yang di mainkan oleh kedua kakek tersebut. Semakin lama gerakannya makin
terarah dan sederhana hingga akhirnya mencapai tahap berdiam diri. Namun
tampaknya saja dia berdiam karena sesungguhnya dia sedang bergerak dalam
kecepatan yang amat sukar di ikuti mata para ahli sekalipun untuk menghadapi serangan kedua kakek tersebut.
Inilah tingkatan tertinggi dalam ilmu silat. Dalam keadaan ini Sian Lee bergerak namun seperti tidak bergerak, diam seperti tidak diam, bergerak dengan ribuan jurus tapi nampak seperti tanpa jurus, bertenaga namun tampak seperti tanpa tenaga.
Tak lama kemudian ketiganya berhenti. Sinar warna-warni yang tadi melingkupi tubuh Sian Lee sirna. Meja Batu Bulat itu telah hancur tak berbekas. Tampak wajah Sian Lee segar dan bersinar-sinar, sedangkan kedua kakek itu nampak
letih. Sian Lee segera berlutut di hadapan kedua orang tersebut: "Lo-Jin, Lee-ji sujud menghadap kau orang tua...Lee-ji tidak mampu menjaga keutuhan Sian Thian
Sian dengan baik..." Pemuda itu berlutut dengan kepala tertunduk sedih.
"Jangan sedih anakku! jauh sebelumnya, peristiwa ini sudah di ramalkan oleh para almarhum tetua di Sian thian San ini. Namun ramalan itu juga
menyebutkan bahwa dari tengah-tengah kehancuran Sian Thian San akan
muncul sang tunas dewa yang akan mempersatukan dua aliran ilmu ke dewaan
yang kelak akan menghancurkan kekuatan jahat yang akan merajalela di dunia
persilatan."
Semua terdiam. Peristiwa ini sungguh mengejutkan. Namun mereka tetap diam
menatap bibir kakek itu sambil terus menunggu.
"Sian Thian San adalah lambang kebanggaan,perlindungan dan keadilan.
Limaratus tahu yang lalu, ada dua kekuatan besar yang muncul di atas dunia ini.
Yang pertama adalah Sian Thian San di daratan cina ini, dan kedua Istana Atas Angin di sebuah negeri seberang yang di sebut JawaDwipa. Kedua kekuatan ini merupakan simbol dan lambang kewibawaan dunia persilatan pada masanya dan
bahkan masa-masa sesudahnya. Tapi Seratus tahun yang lalu, terjadi bencana di Kerajaan Atas Angin. Karena salah seorang pemimpinnya memberontak dan
membebaskan para tahanan abadi dari istana tersebut kemudian meloloskan diri dan mendirikan Istana tandingan yang di sebut "Istana Mustika Langit"... Kakek itu kemudian terdiam sesaat.
"Istana sesat itu bergerak secara rahasia. Bahkan mereka memiliki ilmu-ilmu mujizat yang amat hebat. Tak kalah dengan para penghuni Istana Atas Angin
sendiri. Mereka bahkan hampir menguasai istana itu kalau saja tidak muncul
sahabatku ini, si Kakek Sakti Penunggang Jagat yang meredam kekuatan
mereka. Namun demikian, Kekuatan Istana Mustika Langit ini tidaklah musnah, bahkan tokoh sakti yang saat ini memimpin Istana tersebut memiliki ilmu yang amat mengerikan dan dahsyat bahkan boleh dikata seimbang dengan kami. Dia
berumur empatpuluh tahun dan memiliki julukan "Maharaja Mustika Langit"..."
"Maaf Lo-cianpwe, siauw-tit hanya ingin tahu, apakah hubungannya mereka
dengan Jit Cu Kiong?" Tiba-tiba Hui Giok bertanya. Hakekatnya pertanyaan ini ingin juga di dengar oleh semua orang, maka merekapun lebih memperhatikan
lagi. "Keduanya setali tiga uang, berasal dari akar yang sama. Hanya saja Jit Cu
Kiong (Istana Mustika Matahari) sengaja di bangun di daratan tionggoan ini dan di kepalai oleh tiga murid terpandai dari si Maharaja Mustika Langit. Mereka adalah Si Penunggang Angin, Si Penghancur Bumi . Tujuan mereka ialah
menghancurkan Sian Thian San, Istana Atas Angin dan menguasai dunia
persilatan serta membentuk dunia baru yang berdasarkan ideologi mereka..."
"Eh, bukankah ada tiga, siapakah yang satu lagi" Liem Kun bertanya dengan
suara penasaran.
Kakek itu tersenyum. Tapi matanya di arahkan kepada salah satu dari antara
mereka, yakni si cantik Lie Fu Lan. Demi mendapat tatapan tajam dari sang
kakek, si gadis tak kuasa menahan, akhirnya dia menundukkan kepalanya dan
berkata dengan suara perlahan:
"Itu...aku adanya, ya...akulah si Dewi Pengacau langit dari Jit Cu Kiong..."
"Ii khh...kalau begitu kau memata-matai kami?" Lu Kong Ci berteriak marah
sambil bersiap untu menyerang. Begitu juga teman-teman yang lainnya.
Namun sebelum mereka berbuat apapun, Sian Lee sudah menarik Fu Lan ke
sampingnya. "Jangan ganggu dia, sekarang dia bagian dari kita..." Katanya sambil menatap tersenyum.
"Tapi..?" Kembali Kong Ci menyahut, tanda tak mengerti.
"Percayalah Lu-heng, jika dia seperti yang kau pikirkan, kedua-suhu pasti takkan membiarkannya."
Lu Kong Cu terhenyak, dia pikir benar juga. Akh masa hal sesepele itu saja tidak terpikirkan olehnya. Diam-diam dia menjadi malu dan mengangguk-angguk
diam. Kakek itu juga terdiam. Begitu pula kakek aneh di sebelahnya. Sampai lama
tiada seorangpun yang bersuara. Hening....
Siapapun juga sedang tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Terlalu
banyak kejutan yang mereka alami dan dengarkan. Semua mulai tertunduk dan
menilai diri serta kemampuan masing-masing.
Entah berapa lama keadaan seperti ini. Tiba-tiba suara mereka di pecahkan oleh suara lembut si kakek aneh:
"Mulai saat ini kalian akan menghadapi lawan-lawan yang lebih tangguh, itu
sebabnya kami berdua akan mematangkan semua ilmu dewa yang telah kalian
pelajari agar dapat di gunakan dengan sempurna. Asal kalian bertujuh berlatih dengan tekun, dan dengan tingkat yang kalian miliki di tambah pil dewa, rasanya tidak akan lebih dari sebulan kalian akan mendapat banyak kemajuan."
Mendengar akan hal ini, ketujuh orang yang berdiri di belakang Sian Lee ini lalu menjatuhkan diri berlutut dan berterima kasih. Demikianlah Kai Ong dengan
Hong In Sian Pin Ciangnya, Lu Kong Ci dengan Cui Beng Sian Kiam ciangnya,
Lian Hui Giok dengan Hok Mo Cap Sha Ciangnya, Cui Im Yan dengan Pak thian
Sian Hui Kiamnya, Liem Kun dengan Kim Tiauw Sian Kangnya, Hong Er Yong
dengan Thian Liong Sip Pat Kiamnya, Lie Fu Lan dengan Thian Tee Kek Sian
Ciangnya, Dan terakhir, seorang pemuda yang berada di bagian paling belakang.
Pemuda ini tidak terlalu tampan. Namun tubuhnya tegap dan kokoh bagai batu
karang. Semua orang memandangnya dengan heran karena hakekatnya tidak ada orang
yang mengenalnya. Namun setelah pemuda itu memperkenalkan diri, ternyata
dia adalah Tio Kim Jin dari keluarga Tio pewaris ilmu Lam Tee Sian Hui To
(Golok Terbang Dewa Bumi Selatan), salah satu dari Sembilan Pusaka Wasiat
Dewa yang dahsyat.
Selama sebulan penuh mereka di haruskan bersamadi dan berlatih silat melalui daya pikiran. Cara melatih ilmu seperti ini sangat aneh dan berbahaya sekali karena tubuh mereka tidak bergerak dan tidak makan hanya pikiran mereka
yang berkerja sesuai dengan arahan-arahan dari kedua kakek sakti tersebut,
namun ternyata setelah di lewati, ternyata membawa hasil yang besar sekali.
Walau hanya satu bulan, namun hasil yang mereka telah capai adalah sama
dengan hasil latihan empat puluh tahun. Apalagi di tambah dengan pil dewa
penambah tenaga.
---000--- Sian Lee mengajak Beng Sian meninggalkan puncak yang telah hancur itu.
Meninggalkan ke tujuh rekan-rekannya bersama kedua orang gurunya yang
akan melatih dan memperdalam ilmu mereka. Hanya sekejap saja tubuhnya
telah berada di bawah dari puncak Sian Thian San tersebut. Keadaannya sangat jauh berbeda dengan beberapa jam sebelumnya. Dengan adanya pemahaman
baru dalam ilmu silatnya, dia sesungguhnya telah menjadi seorang mahaguru
yang sangat sukar di cari tandingannya.
"Kongcu...!" Tampak seorang pemuda memanggil Sian Lee dengan tubuh
gemetar dan mata penuh air mata. Pemuda itu datang bersama keempat
rekannya. Sekejap kemudian pemuda itu berlutut, di kuti oleh rekan-rekannya yang berlutut juga di sampingnya. Mereka adalah lima dari enambelas pengawal yang sempat selamatkan diri dari penyerbuan.
"Bangunlah, dan ceritakan apa yang terjadi?" Sian Lee tetap tenang dan
menyuruh mereka berdiri.
Sejenak keempat orang itu berdiri dengan kepala tertunduk. "Kami tiba-tiba di serang oleh tigabelas orang kakek bersorban yang amat sakti. Kepandaian
mereka tidaklah di bawah dari enam Pelindung bahkan mungkin setingkat di
atas enam pelindung. Terjadi pertempuran yang dahsyat selama setengah hari, tapi kemudian enam pelindung dan kami juga tidak dapat bertahan. Saat mereka memasang peledak di sekeliling puncak, pelindung ke-enam sempat
melemparkan kami ke bawah sebelum akhirnya dia mati terkena pukulan yang
dahsyat." "Sekarang apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Sian Lee dengan penuh selidik pada mereka.
"kong-cu, kami ingin terus mengabdi. Namun kami kawatir kalau tenaga kami
hanya akan merepotkan kongcu saja"!" Kembali jawab pemuda itu dengan suara
kaku dan setengah menyesal.
"Hemm, mendekatlah, aku akan membantu kalian..." Tiba-tiba tubuhnya
berkelebat mengelilingi ke lima pengawal tersebut. Tangannya bergerak ke arah tubuh mereka masing-masing sambil menotok seluruh nadi penting di tubuh
mereka. Setelah itu dia menyuruh Beng Sian mengambil mangkok besar. Di
lukainya ujung jari tangannya dan mendorong keluar darahnya dengan
tenaganya. Setelah itu dia mulai meminumkan datah tersebut kepada mereka
berlima. Dan menyuruh mereka bersamadi sambil saling menempelkan tangan
selama enam jam.
"Setelah bersemedi selama satu hari satu malam, maka kekuatan kalian akan
meningkat duapuluh kali lipat dari sebelumnya. Tubuh kalian juga kebal dengan racun. Asal kalian rajin berlatih, kalian akan menjadi jago-jago yang pilih tanding. Aku mau kalian menyebar dan menghimpun kekuatan. Bila tiba saatnya Sian Thian San akan bangkit lagi untuk menggempur musuh, aku akan sangat
membutuhkan bantuan kalian. Hanya ingat! Jauhi kejahatan dan jalan-jalan
sesat." Setelah berkat demikian Sian Lee dan Beng Sian lenyap dari tempat tersebut
menuju ke arah selatan. Tujuan mereka hanya satu, mencari jejak ketigabelas tokoh penyerbu Sian Thian San dan istana Jit Cu kiong.
---000--- "Hahahahahaha.... akhirnya Sian Thian San hancur juga...Rasakan
pembalasanku...!" Po Tee Giok berdiri di atas singasana Istana Jit Cu Kiong sambil tertawa senang. Ambisinya untuk menghancurkan Sian Thian San dan
menguasai dunia persilatan akan segera terwujud.
Di hadapannya tampak empat orang kakek aneh. Mereka bukan lain adalah
Thian Tee Bong Su-kwi (Empat Iblis Kuburan Langit Bumi). Mata mereka
memandang ke arah pemuda tersebut dengan sinis.
"Huh, apa yang kau sorakki" Perjuangan kita masih jauh dari keberhasilan.?"
Seru orang tertua.
Po Tee Giok terdiam. Matanya memandang dengan sinar tajam ke arah mereka.
"Dunia kang-ouw sekarang telah kehilangan pegangan mereka yang paling di
harapkan. Kalau aku tidak gembira menyambut hal ini, lantas Su-Wi suhu suruh aku harus bagaimanakah"..."
"Ini memang hasil yang bagus, namun belumlah merupakan kemenangan. Masih
ada musuh-musuh tangguh yang harus di hadapi"dan mereka sekarang sudah
menyadari keberadaan kita. Setidaknya haruslah ada ada rencana yang matang
untuk menghadapi serangan balik mereka?"
Pemuda itu mengerutkan kening. Dia hendak bicara, namun di urungkan juga
karena di sampingnya tiba telah berdiri dua orang kakek dan nenek yang
berperawakan aneh, serta seorang pemuda bertampang asing yang lebih tua
lima tahun darinya. Segera Po Tee Giok menjatuhkan diri berlutut.
"Murid Poo Tee Giok menghadap guru berdua"serta suheng.?"
Perawakan Kakek dan nenek tersebut tidak seperti orang pribumi kebanyakan.
Pakaian merekapun aneh bentuknya dan tampak seperti dari golongan ningrat
berdarah biru. Namun yang menarik dari mereka adalah sinar mata mereka yang amat lembut.
Sinar mata seperti ini adalah tanda orang yang sudah mencapai tingkat tenaga dalam yang amat sempurna. Sementara bersujut, Po Tee Giok mendengar suara
nenek itu: "Po Tee Giok, benar apa yang di katakan keempat gurumu itu, masih banyak


Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tugas yang harus kau kerjakan utuk mencapai keberhasilan. Suhengmu ini baru saja kembali dari Istana Mustika langit di Jawadwipa. Mulai sekarang dia akan memperkuat kekuatanmu di tempat ini."
"Baik subo, namun sangat di sayangkan, sumoi telah terluka parah saat
bertanding dengan si bangsat Sian Lee, dan sekarang dia lenyap tidak tahu
kemana"...suatu saat nanti, aku akan membalas sematian sumoi..." Suara Po
Tee Giok terdengar penuh kemarahan.
"Jangan khawatir, suhengmu akan menyelidiki masalah ini. Namun kau,
segeralah bersiap. Jika enam Panglima Iblis dari Istana Mustika Langit dan
empat Putri Gaib telah tiba, kita akan segera bergerak besar-besaran untuk
menyempurnakan kekuasaan kita di tionggoan ini." Kali ini si Kakek yang
menjawab sambil terkekeh-kekeh.
"Maaf suhu, seberapa hebatkah kepandaian mereka dan berapa lama lagikah
kita harus menunggu?" Kembali Po Tee Giok bertanya penasaran.
Tampak kakek itu menarik nafas panjang dan menjawab:
"Hemmn, Enam panglima Iblis mungkin setingkat dengan kepandaianmu saat
ini, tapi ke-empat Putri Gaib adalah putri-putri pelindung Istana Mustika Langit yang sangat sakti. Satu orang saja dari mereka setingkat di atas suhengmu dan hampir menyamai kepandaian kami sendiri. Paling lambat mereka akan tiba satu setengah bulan lagi, oleh karena itu pergunakanlah waktu yang singkat ini untuk terus berlatih memperdalam ilmumu."
"Baik suhu, tapi ada satu lagi yang menjadi pertanyaanku, bukankah kekuatan kita sudah cukup untuk menggempur para jago dari berbagai di tionggoan ini, kalaupun hanya sisa-sisa manusia-manusia tak berguna dari Sian Thian San
termasuk si bangsat yang menamakan diri Pengelana Tangan Sakti itu,
bukankah suhu dan subo sendiri bisa menghadapinya?"
"Hemmn, engkau terlalu menganggap enteng lawan, kami sudah melihat seperti
apa adanya pemuda yang kau maksudkan itu, dalam hal ilmu silat mungkin kami masih sanggup menandinginya, tapi dia telah menguasai ilmu rahasia Darah
Gaib yang sangat sakti. Sekuat apapun kami tetap tidak akan dapat
menandinginya. Satu-satunya jalan ialah mencoba ilmu baru ciptaan Maharaja
Mustika Langit yang khusus di ajarkan pada empat Putri Gaib."
---000--- Waktu satu bulan setengah berjalan begitu cepat.
Sian Lee sedang termenung di atas batu karang di tepi laut Po-Hai. Pikirannya berkecamuk. Penyelidikannya selama satu bulan ini telah membawanya
menyadari bahwa lawan-lawan yang akan mereka hadapi bukanlah lawan yang
enak. Sampai lama dia termenung, tiba-tiba, tubuhnya bergerak. Dalam kecepatan
yang amat mengagumkan tubuhnya seolah menghilang dari tempat berdirinya.
Saat itu juga tidak terdengar suara apapun. Tiba-tiba batu karang yang di
dudukinya tadi berhamburan dan sirna bagaikan debu di tiup angin. Diam-diam Sian Lee terkejut sekali segera dia memandang ke arah datangnya serangan
tersebut. Dia terkejut sekali karena di depannya telah berdiri tiga orang gadis yang cantik dengan dandanan minim. Ketiga gadis ini tak kalah cantiknya dengan gadis-gadis yang pernah di temuinya. Hanya saja dari raut wajah, dan bentuk pakaian mereka, dia dapat menduga tentu mereka dari daratan yang sama dengan si
Kakek Aneh yang mengajarkannya tiga ilmu sakti. Segera dia menyapa mereka:
"Maafkan cahye yang tidak tahu kehadiran nona sekalian sehingaga tidak
menyambut dengan selayaknya...siapakah adanya nona bertiga ini?"
Gadis yang di tengah tersenyum manis dan berbicara dengan bahasa yang kaku
namun suaranya merdu: "Maaf tuan, kami baru tiba di daratan cina ini. Namaku Tara Gita, ini adik-adik seperguruanku Tara Ningrum dan Tara Murti. Masih ada lagi kakak kami yang paling tua Tara Shinta, sayangnya dia sudah mendahului kami bersama keenam pengawal kami untuk bertemu dengan paman dan bibi
guru kami."
Setelah tersenyum sejenak, kembali gadis manis yang bernama Tara Gita itu
melanjutkan: "Kami melihat tuan termenung, sehingga adikku telah lancang
menjahili tuan. Sekali lagi kami mohon maaf."
"Akhh, tidak apa-apa, jika kalian tidak bermaksut merugikan orang lain, maka lupakan saja kejadian tadi." Sian Lee sudah menemukan ketenangannya dan
segera membalas sambil tersenyum.
"Terima kasih tuan, anda baik sekali. Aku melihat tuan bisa menghindari
serangan dengan begitu mudah, apa tuan termasuk salah satu pendekar
terhebat di tanah cina ini?"
Pertanyaan ini membuat Sian Lee melengak dan tersipu-sipu.
"Hahaha, kalau hanya kepandaian sepertiku, mana ada harganya untuk di
golongkan Pendekat Terhebat...masih banyak yang lain lagi."
Ke tiga gadis itu saling menatap dengan sinar mata kagum. Tak di sangka baru saja mereka turun dari kapal, sudah bertemu dengan seorang jago yang mereka percayai ilmunya pasti tidaklah di bawah kepandaian mereka perorangan.
Otomatis timbul rasa hormat mereka.
"Hemmn, sebenarnya kami masih ingin berbincang lama, namun waktu kami
terbatas, lain kali saja kita bertemu lagi, kami mohon diri." Selesai berkata demikian, mereka tersenyum dan berkelebat dari tempat itu.
Seri 4. Hancurnya Sian Thian San, Bagian akhir.
Sian Lee terhenyak. Heran dia, mengapa banyak sekali orang-orang asing dari JawaDwipa datang ke daratan Tionggoan ini. Bahkan kepandaian merekapun
tidaklah rendah. Apakah mereka bagian dari Istana Mustika Langit" Diam-diam dia mulai khawatir sampai akhirnya dia mendesah: "Akh, lawan begini banyak, bagaimana menghadapinya?"
"Hihihi...kau memiliki ilmu maha sakti, masakkan engkau takut?" Tiba-tiba
sebuah suara yang amat merdu menimpali desahannya. Sian Lee terkejut sekali.
Bagaimana mungkin dia tidak mendengar ataupun mendeteksi kehadiran
seseorang dalam jarak tigapuluh li dari tempatnya, diam-diam dia menyesal atas keteledorannya.
Kali ini dia lebih tekejut lagi, karena orang yang mengeluarkan suara itu adalah seorang gadis yang amat cantik dan ayu bukan main. Dia terpesona! Gadis ini begitu cantik, setelah di amati tampaknya wajah gadis itu mirip-mirip ketiga gadis tadi namun juga tidak mirip. Dengan pakaian yang putih dari bahan halus seperti gadis-gadis daratan lainnya, bahkan yang ini lebih cantik lagi dengan tubuh yang indah. Gadis itu duduk di bawah pohon yang tak jauh dari situ.
"Nona ini...?"
"Aku adalah Sim Sian Li...di negeri Jawa Dwipa aku di kenal sebagai Rara Ayu, aku murid kakek Aneh Penunggang Jagat...?" Belum selesai Sian Lee bertanya, bibir manis yang merekah dari gadis itu telah memotong pembicaraannya
bahkan memberi jawaban dengan lancar. Tentu saja dia tertegun dan makin
terpesona memandang bibir tersebut.
Kembali gadis itu melanjutkan: "Aku mengenal tentang dirimu dari guruku,
bahkan katanya kaupun telah mewarisi tiga jenis ilmu rahasia dari Istana Atas Angin kami?"
"Akh...nona, sebenarnya akupun tak menyangka namun..."
"Bagus, sekarang sambut seranganku..." Kembali gadis itu memotongnya sambil tubuhnya bergerak seebat dengan kedua tangan bergerak cepat mengeluarkan
serangan yang dahsyat dengan jari-jari mungilnya yang mengeluarkan hawa
pedang yang menggiriskan.
Diam-diam Sian Lee mendongkol juga dengan gadis ini. Datang-datang langsung menyerang. Tapi apa boleh buat, serangan itu sangat dahsyat, jika dia mandek saja, akan tidak baik buatnya. Segera dia bergerak mengikuti arah serangan
lawan sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya. Di lain saat terjadilah pergantian jurus yang amat cepat dan dahsyat.
Berkali-kali sang gadis mengeluarkan ilmu-ilmunya yang aneh, namun Sian Lee juga menandinginya dengan ilmu-ilmu yang tak kalah aneh lagi. Akhirnya gadis itu berhenti.
"Huh, kalau engkau hanya bisa memakai tiga ilmu warisan guruku, bukankah
engkau terlalu memandang rendah diriku" Kalau begitu sambut Ajian Batara
Naga Mas yang satu ini..Heaaaahhhh"
Serangan yang satu ini luar biasa sekali. Segala sesuatu yang bergerak sejauh empat tombak seperti dari tempat itu seperti berhenti bergerak. Sian Lee pun terkejut di buatnya. Pukulan itu di lakukan dalam jarak dua tombak. Datangnya juga amat cepat melebihi angin.
Tak berani ayal, Kaki Sian Lee tertancap di tanah sebatas lutut. Tubuhnya
terdiam dalam keheningan, namun pengaruh hawa yang keluar dari tubuhnya
amat kuat melawan pengaruh dari Ajian Batara Naga Mas tersebut.
Dalam keadaan diam itulah, sesungguhnya tubuh Sian Lee sedang bergerak
dengan kecepatan yang amat mengagumkan sambi mengeluarkan Ajian Tapak
Begawan Pamungkas untuk menahan ajian sang gadis.
Tidak ada ledakan yang terjadi akibat pertemuan kedua tenaga dahsyat
tersebut. Terjadi ledakan yang mat keras di iringi debu yang mengepul tinggi, setelah itu angin bertiup kencang dan semuanya tampak tenang dan mereka
saling mengawasi dengan penuh selidik. Ternyata sesaat sebelum kedua pukulan mereka bertemu, keduanya segera menghentakkan pukulan mereka sehingga
berbelok menghantam tanah di depan mereka.
Hal ini luar biasa sekali. Kalau tenaga dalam mereka tidak amat kuat, mereka pasti akan terluka dlam. Biasanya hanya para tokoh angkatan tua yang tenaga dalamnya sudah sempurna saja yang bisa melakukannya. Gadis itupun
tersenyum. Sian Lee-pun ikut tersenyum. Saat tubuh mereka berkelebat lenyap, di tempat mereka berdiri telah membentuk lubang sedalam dua meter.
---000--- Puncak Siong San, dimana Siauw Lim Pai telah berdiri dengan megahnya selama ratusan tahun tampak tegang. Tak seorangpun tahu, tiba-tiba lonceng besar
yang terdapat di tengah-tengah pendopo lenyap tanpa bekas.
Tak seorangpun tahu siapa yang mengambilnya. Ini membayangkan betapa
tingginya ilmu pencuri tersebut.
Hari itu Siauw Lim Pai kedatangan tamu. Tamu ini bukan sembarang tamu.
Khong Bhok Hwesio sendiri yang menyambutnya di iringi oleh seluruh jago-jagi Siauw Lim Pai yang ada serta tak kurang dari seratus limapuluh orang.
Siapa tamu istimewa yang mendapat penyambutan istimewa ini" Mereka tak lain tak bukan adalah empat orang gadis cantik bersama seorang pemuda tampan
yang bukan lain adalah Po Tee Giok sendiri.
Di belakang mereka tampak duaratus orang yang di pimpin oleh enam orang
berpakaian panglima perang yang aneh sekali.
"Khong Bhok Hwesio, aku Po Tee Giok ketua Jit Cu Kiong memerintahkan kau
untuk tunduk di bawah perintah kami. Kalian takkan punya jalan mundur selain mengabdi kepada Istana Mustika Matahari. Kalau kalian menolak, kami akan
membumi hanguskan puncak Siong-san ini sama seperti Sian Thian San..."
terlihat senyum menyeringai dari Po Tee Giok yang pongah dan angkuh.
"Omitohud..., sicu terlalu memandang rendah Siauw Lim Pai kami ini.
Bagaimanapun juga Siauw Lim Pai di puncak ini adalah lambang kejayaan
ratusan tahun...kami takkan tunduk di bawahperintah siapapun juga." Sahut
Khong Bhok Hwesio dengan tenang.
"Kalau begitu aku rasa kita tidak perlu banyak bicara karena kalian sendiri yang mencari mati!..." teriak Poo Tee Giok, segera dia membari aba-aba. Serentak seluruh anak buahnya menyerbu sehingga terjadilah pertempuran yang seru.
Korban mulai berjatuhan, namun paling banyak dari pihak siauw Lim Pai.
Kenyataannya seluruh pertempuran yang terjadi adalah berat sebelah karena
lawan terlalu kuat. Hanya ada beberapa tokoh Siauw Lim Pai dari angkatan tua yang boleh bertahan sama kuat, tapi itupun tidak lama.
Tidak sampai tengah hari pertempuran terhenti. Tampak para hwesio Siauw Lim Pai tergeletak dengan luka-luka dan banyak yang mati. Beberapa tokohnya
tampak duduk bersila untuk memulihkan luka dalam mereka.
"Hahaha...bagaimana Khong Bhok Hwesio, masihkan engkau berkeras untuk
tidak mau tunduk di bawah Jit cu Kiong?" Kembali terdengar suara Po Tee Giok yang di ringi tawa menyeringai.
"Omitohudi...keputusan kami sudah bulat. Apapun yang terjadi kami tidak akan menyerah..."
"Bangsat hidung kerbau keras kepala, matilah..." Sangking gusarnya, Po Tee
Giok tak dapat menahan dirinya lagi. Matanya berkilat kemerahan. Satu pukulan bentuk bola tenaga yang amat dahsyat di lancarkan. Sudah tentu pukulan ini
amat hebat dan tidak dapat di tahan oleh hwesio yang sudah lemah tersebut.
Khong Bhok Hwesio memejamkan mata menunggu kematian...
Namun kematian itu tak kunjung datang juga. Sesaat pukulan itu akan
menghantam Khong Bhok Hwesio, tiba-tiba tampak sepasang tangan halus yang
bertenaga amat kuat menangkis pukulan tersebut.
Tangan tersebut amat lincah. Tidak ada bunyi yang di timbulkan saat pukulan Po Tee Giok bertemu dengan tangan halus itu. Ajaib, karena tangan itu tidak
hancur, melainkan bergerak menangkap bola pukulan tersebut dan dengan
entengnya membelokkan ke arahnya ke pohon terdekat.
"Dhuaaaaaarrrr....." Pohon tersebut hancur berkeping-keping. Po Tee Giok
melengak kaget, sekejap dia memperhatikan bayangan seorang gadis yang amat
cantik. "Kau..." Po Tee Giok terkejut saat melihat seorang gadis yang dapat menyambut pukulannya. Namun bukan ke arah sang gadis tersebut saja sumber
keterkejutannya, melainkan pada pria yang berdiri di samping gadis tersebut.
Dia sangat mengenal sekali pria tersebut...
---000--- Sementara penyerangan di puncak Siong San terjadi, gerakan yang lain juga
terjadi di tempat yang cukup jauh dari situ, yaitu di Bu Tong San. Tiga belas orang bersorban warna-warni di pimpin oleh si Penunggang Angin menyerang
Bu Tong Pai yang saat itu sedang tidak siap.
Pertempuran itupun tidak lama. Para penyerang terlalu tangguh, sementara para pemimpin teras Bu Tong Pai tidak berada di tempat. Syukurlah di saat-saat yang genting muncul tujuh orang yang memberi bantuan sehingga menyelamatkan Bu
Tong Pai dari kehancuran. Mereka tidak lain adalah Kai Ong dan kawan-kawan
yang baru saja turun dari Sian Thian San dan sedang mencari Sian Lee.
Terjadi pertempuran yang dahsyat antara tokoh-tokoh sakti jaman itu.
Gerombolan Jit Cu Kiong tidak menyangka jika mereka akan mendapat
perlawanan yang demikian hebat.
Si Penunggang Angin yang melihat Lie Fu Lan, sumoi-nya berada di antara ke
tujuh orang tersebut segera bergerak menghampiri sambil berseru:
"Sumoi, apa maksudmu" Mengapa kau membantu pihak musuh?"
"Kok suheng, maafkan aku, sekarang aku tidak berpihak pada Jit Cu Kiong
lagi..." Seru Fu Lan sambil tersenyum ke arah Si Penunggang Angin yang
ternyata adalah she Kok tersebut.
Gadis ini tersenyum. Manis sekali, yah, hakekatnya tidak pernah sang suheng melihat senyuman cerah dari sang sumoy. Diam-diam dia heran.
"Sumoi tahukah kau bahwa subo juga ada di sini?"
"Aku tahu suheng, aku dapat merasakan hawa pembunuhnya!" Sahut si gadis
tenang. "Hik..hik..hik, kalau kau sudah tahu mengapa kau tidak segera berlutut dan
memberi melapor?" Tiba-tiba muncul sebuah bayangan si nenenek aneh yang langsung berdiri di hadapan Fu Lan.
"Maafkan murid yang tidak berbakti, subo! Tapi murid tidak lagi bisa mengikuti Jit cu Kiong..." Kali ini Fu Lan berbicara dengan kepala tertunduk.
"Bagus, kalau kau tidak sehaluan lagi, matilah...!" Kata si nenek dengan suara geram. Segera dia mengangkat tangan hendak memukul, namun dua buah
bayangan lain bergerak di menghalangi di depannya.
"Lan-moi, biar kami saja yang melawan mereka..." Menyusul Lian Giok Hui dan Hong Er Yong yang telah menghadang dengan senjata terhunus di tangan.
"Siapa kalian?" Nenek itu bertanya dengan ketus sambil memandang dengan
mata berkilat. "Tidak perlu tahu siapa aku, kalau engkau hendak menyusahkan Lan-moi, aku
takkan membiarkanmu..." Giok Hui segera bergerak menyerang sambil
mengerahkan jurus Thian Liong Sip Pat Kiam Sut-nya.
Nenek itu mendengus melihat serangan lawan. Diam-diam dia terkejut karena
lawannya yang masih muda ini ternyata memiliki ilmu yang dahsyat. Segera dia mengerahkan salah satu ilmu tongkat paling saktinya yaitu "Ilmu Seribu Tongkat Menyengat Dewa" .
Gerekan-gerakannya aneh. Tak kalah anehnya dengan Thian Liong Sip Pat Kiam
Sut dari Giok Hui. Dengan ini mereka bertempur sebanyak limapuluh jurus
dengan imbang. Sementara Si Penunggang Angin kemudian di hadapi oleh Hong Er Yong yang
mencecarnya dengan kedahsyatan ilmu pedangnya yang di mainkan bergantian
menggunakan payungnya serta pedang tipis pendek di tangan kiri. Walaupun
memiliki ilmu-ilmu yang sakti, namun Si Penunggang Angin tak mampu berbuat
banyak untuk mengalahkan lawannya karena Er Yong juga telah mengerahkan
kedua ilmu pedang "Sepuluh Jurus Titisan Dewa Angin" dan "Hok Mo Cap Sha
Kiam Sut" dengan dahsyat.
Di sebelah, Lian Giok Hui juga berkutat keras dengan si nenek aneh yang sakti.
Pengerahan "Thian Liong Sip Pat Kiam Sut" yang di lambari "Ajian Lebur
Samudra" serta "Ajian Gelap Sewu" membuat sang nenek tidak mampu
mendesak lebih. Karena dia tahu kedahsyatan Ilmu Lebur Samudra yang mampu
menghilangkan tenaga lawan, apa lagi Ajian Gelap Sewu yang memiliki perbawa menggidikkan sangking dahsyatnya.
Sementara Fu Lan telah mengundurkan diri dan bergabung dengan Kai Ong
bersama rekan-rekan lainnya untuk menahan gempuran tiga belas kakek sakti
bersorban yang sakti. Ternyata dengan kepandaian mereka sekarang, tidak
susah takut akan kalah.
Akhirnya, karena tidak melihat jalan keluar yang lebih baik, maka pihak Jit cu Kiongpun akhirnya mengundurkan diri.
---000--- "Mau apa kau di sini?" Kembali suara Po Tee Giok membentak.
"Huh, Po Tee Giok, engkau membuat onar di mana-mana, kalau aku tidak
melenyapkanmu, akan sulit rasanya membayangkan lebih banyak korban yang
akan berjatuhan sebagai hasil pekerjaanmu yang penuh kelicikan..." Sian Lee menyahut dengan tenang, namun matanya berkilat-kilat manahan emosi.
"Bangsat, apa kau kira aku takut padamu, huh, kau rasakan kesaktian empat
Putri Gaib?" Sesudah demikian, dia memberi tanda pada keempat putri gaib
untuk maju. Keempat putri itu memandang pada Sian Lee sejenak. Tiba-tiba Tara Gita
bersuara: "Tuan, sayang pertemuan kita kedua ini sebagai musuh...?"
"Benar...sangat di sayangkan sekali, namun apa boleh buat, aku tak dapat
membiarkan kejahatan merajalela..."
"Baik, kalau begitu kami berempat tidak sungkan lagi"
"Silahkan..." Jawab Sian Lee singkat. Namun saat keempat gadis itu hendak
bergerak menyerang, tiba-tiba bayangan Sim Sian Li mendahului menyerang:
"Huh, apak kalian pikir aku hanya patung"..."
Sejenak keempat gadis itu memendang ke arah Rara Ayu dengan pandangan
mata menyelidik.
"Eh, apakah engkau murid istana Atas Angin yang berjuluk Putri Awan dan
Angin?" Tanya Tara Shinta.
"Tak usah banyak bicara, lihat pukulan...." Berkata demikian, Rara Ayu sudah menyerang dengan jurus-jurus yang mematikan dan dahsyat. Dengan begitu
pertempuran empat lawan satupun terjadi dengan amat hebat.
Sian Lee membiarkan saja karena dia percaya akan kepandaian Rara Ayu.
Matanya terus memandang Po Tee Giok dengan tajam. Perlahan-lahan dia
melangkah mendekati pemuda tersebut. Saat itu di samping Po Tee Giok telah
muncul seorang kakek yang berperawakan seperti pembesar. Di lihat dari
dandanannya, Sian Lee berani memastikan bahwa kakek ini pasti datang dari
daerah yang sama dengan Kakek Penunggang Jagad.
"Orang muda semangatmu besar, namun kau bukan tandinganku,
menyingkirlah..." Katanya sambil mengibaskan tangannya ke arah muka Sian
Lee. Kontan serangkum angin yang amat dahsyat menyerang Sian Lee...
Sian Lee tersenyum. Namun tangannya tidak tinggal diam. Dia menggerakkan
tanganya di kibaskan ke arah serangan kakek tersebut. Terjadi benturan tenaga kasat mata. tapi kakek itu terkejut karena tenaganya seolah-olah lenyap di telan samudra yang luas.
"Bagus anak muda, kau sambutlah Ajian Brajakirana-ku!"
Dari tangan kakek itu melesat sebuah sinar biru kehitam-hitaman sebesar jari kelingking. Sinar itu bergerak tidak terlalu cepat, namun dahsyatnya bukan
kepalang. Dari tempat Sian Lee berdiri, dia merasakan tenaga pukulan lawan
yang aneh karena hawa pukulan itu membekukan semua gerakannya sehingga
dadanya terasa sesak.
Keadaan ini berlangsung sangat cepat, namun walau demikia Sian Lee bukan
petarung kemarin sore. Hanya dalam sekejap saja, segera Sian Lee sadar
bahaya dari pukulan tersebut. Segera dia mengempos semangatnya sambil
mengerahkan Ajian Tapak Begawan Pamungkas dengan delapanpuluh persen
tenaga Iweekangnya.
"Bleeedaaarrrrrr!...." Terjadi benturan tenaga yang dahsyat, pijaran bunga api menyilaukan mata berpendar dalam jarak empat tombak. Keduanya tak
bergeming. Namun semua orangpun tahu dan dapat meihat betapa sepasang
kaki kakek itu telah melesak sejengkal kedalam tanah sedangkan dari sudut
bibirnya mengalir setetes darah segar.
Po Tee Giok terkejut melihat akan hal ini. Segera tubuhnya melesat cepat ke depan sambil tangan kanannya mengerahkan tingkat tertinggi dari Thian-Te Kip-Kwi-Li-Ciang menghantam dada sedangkan tangan kirinya mengerahkan ilmu
Ajian Brajakirana yang dahsyat memukul ke arah perut.
Tapi walau secepat apapun dia bergerak, tetap bukanlah lawan Sian Lee yang
berpuluh kali lipat lebih lihai darinya. Sedangkan kakek itu saja tidak sanggup melawannya.
Pukulan Po Tee Giok tepat bersarang di dada dan perut Sian Lee, namun sedetik itu juga Po Tee Giok merasakan tangannya amblas menembus tubuh lawan.
Segera jeritan ngeri keluar dari tubuhnya. Namun saat itu juga tubuhnya telah terlempar sejauh lima tombak kebelakang dan pingsan.
Sementara kakek aneh itu yang melihat Po Tee Giok terlempar, segera melesat dengan cepat menangkap tubuhnya dan melarikan diri dari situ sambil
meninggalkan rekan-rekannya yang lain.
Di sisi lain pertarungan antara Sim Sian Li melawan keempat Putri Gaib telah mencapai pada puncaknya. Gerakan mereka amat cepatnya saling susul
menyusul. Sian Li terkejut dengan gerakan ilmu lawan yang saling membantu
dengan amat rapat sekali.
Keempat Putri Gaib sendiri telah mengerahkan ilmu mereka yang paling dahsyat yaitu "Ajian Petaka Iblis" yang sarat dengan hawa kematian mengerikan yang
dahsyat. Tubuh mereka bergerak bagaikan bayangan-bayangan iblis yang


Sembilan Pusaka Wasiat Dewa Pengelana Tangan Sakti Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang dari berbagai penjuru. Sedangkan tubuh Sim Sian Li sendiri tidak
terlihat. Hanya bayangan jari Pedang yang bergerak bagai jarum bertaburan di seluruh tubuhnya. Kemana saja bayangan pedang itu bergerak, maka tampak
pula bayangan-bayangan iblis itu hancur satu per satu.
Satu jam berikutnya kembali tersisa empat gadis itu saja. Di wajah mereka
tampak cahaya keletihan. Begitu juga dengan Sim Sian Li. Gadis itu terlalu
banyak mengerahkan tenaga. Walau demikian bibirnya yang mungil itumasih
tetap tersenyum menghadapi pengeroyokan lawan-lawannya.
Akhirnya Empat bayangan Putri Gaib-pun bergerak merapat sambil berpegangan
tangan membentuk lingkaran. Sim Sian Li terhenyak melihat hal ini. Namun
belum sempat dia membuka mulut mengucapkan sesuatu, tiba-tiba tubuh
keempat gadis lawannya itu berputaran seperti gasing dengan apat cepatnya
sehingga menimbulkan pusaran iblis berhawa panas yang amat dahsyat.
Inilah tingkat terakhir dari "Ajian Petaka iblis". Jarak lima tombak dari keempat gadis itu tidak terlepas dari daya sedotan yang amat kuat dari ilmu tersebut.
Semua benda-benda yang tersedot kedalam pusarannya langsung hancur
menjadi abu. Sim Sian Li atau Rara Ayu terkejut sekali dan tak dapat menahan untuk tidak terseret ke dalam pusaran penghancur tersebut. Namun saat tubuhnya
melayang ke arah pusaran, segera ia mengerahkan salah satu ilmu tertingginya yaitu "Ajian Lembu Sekilan" seangkan tangannya memukul kedepan dengan
"Ajian Batara Naga Mas" tingkat terakhir.
"Hai i i i itttt......", " Daaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrr....", "Ai kh...!"
Terdengar suara ledakan yang amat kuat. Keempat Putri Gaib terlempar arah
keempat penjuru dengan memuntahkan darah segar yang banyak. Mereka
terluka dalam yang akan segera merengut nyawa mereka.
Sementara di tengah bekas-bekas pusaran penghancur yang mulai memudar itu,
tampak sesosok bayangan melayang bagai daun yang jatuh dari pohonnya,
pingsan!. Tiada sepotong benangpun melekat di badannya. Semuanya hancur.
Untung saja dia menguasai Ajian Lembu Sekilan yang membuatnya kebal. Kalau
tidak sedari tadi tubuhnya sudah pasti hancur lebur.
"Li-Moi....!" Sian Lee berseru tertahan dan memburu menangkap tubuh gadis
yang polos yang pingsan dalam keadaan tanpa pakaian tersebut. Saat dia
memeluknya, tubuh tersebut tampak lemah sekali seperti tidak bertenaga.
---000--- Bagaimanakah keadaan Sim Sian Li" Seberapa kuatnyakah Ajian Lembu Sekilan
mampu menahan gempuran Ajian Petaka Iblis" Bagaimana kelanjutan
petualangan para jago muda ini" Dan bagaimana kisah asmara antara Sian Lee
dan para gadis-gadis cantik tersebut..." Nantikan kisah selanjutnya.
Document Outline
Pengelana Tangan Sakti
Seri 2. Pusaka Golok Iblis dari Tanah Seberang
Seri 3. Munculnya Jit Cu kiong (Istana Mustika Matahari)
Seri 4. Hancurnya Sian Thian San (Bagian Awal)
Seri 4. Hancurnya Sian Thian San, Bagian akhir.
Pendekar Sakti 5 Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D Tujuh Pedang Tiga Ruyung 3
^