Pencarian

Golok Bulan Sabit 12

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 12


sehingga sama sekali tidak membuat tubuhnya menjadi cedera.
Tapi kemudian keempat orang budak pedang itupun melancarkan sebuah serangan balasan,
belum lagi serangan mereka mengenai tubuh, dia sudah kena didesak mundur berulang kali,
untung Ting Peng menggerakkan golok saktinya sehingga serangan tersebut berhasil ditahan
olehnya. Sekarang, kalau dilihat dari gerak serangan pedang Cia sianseng" sudah jelas tidak berada
dibawah keampuhan serangan maut dari ke empai orang budak pedang itu, tapi Ah ku ternyata
berani menyongsong serangan tersebut dengan ayunan kepalannya.
Betul kepalan itu dikalungi sarung jari tangan yang terbuat dari baja, namun kekuatan dari
serangan pedang tersebut sanggup merobohkan sebuah bukit karangpun, bagaimana mungkin
ayunan tinju itu mampu untuk membendungnya?"
Siapa pun menganggap Ah ku sudah bosan hidup, bahkan Siau hiang sendiri pun berpendapat
demikian. Akan tetapi paras muka Cia sianseng justru berubah hebat, bahkan dengan suatu gerakan
yang amat cepat dia menarik kembali senjatanya ke belakang.
Hanya saja ayunan kepalan dari Ah ku tersebut bukan suatu serangan yang bisa memaksa
orang untuk menarik kembali ancamannya ditengah jalan.
Baru saja pedangnya ditarik sampai setengah jalan, dia sudah kena dihajar oleh ayunan
kepalan Ah ku, "Traang!" pedangnya segera terlepas dari tangan, menyusul kemudian kepalan itu
langsung menyambar tubuh Cia sianseng,
Tubuh Cia sianseng mundur terus kebelakang, tadi dia kurang cepat sehingga bahu kena
tersapu telak dan badannya langsung meluncur ke belakang.
Tiba-tiba Ah ku membuka genggaman tangannya, sekilas cahaya tajam menyambar lewat,
pisau terbang milik Li Tham hoa yang berada ditangannya telah melejit ke udara dan langsung
menyambar tenggorokan dari Cia sianseng.
Waktu itu Cia sianseng sudah kena ditinju sampai isi perutnya bergoncang, apalagi ditambah
dengan ayunan pisau terbang tersebut, sekalipun dia punya nyawa rangkap juga bakal habis.
Untung saja nasibnya pada hari itu masih terhitung lumayan juga.
Yang dimaksudkan sebagai bernasib baik adalah dia bisa lolos dari ancaman kematian
tersebut. Disaat yang paling kritis itulah, muncul seorang yang membantunya memukul rontok pisau
terbang tersebut dengan ayunan pedang, sebaliknya Cia sianseng pribadi justru kena menumbuk
diatas dinding keras-keras.
Masih untung punggungnya yang menumbuk lebih dulu kemudian tubuhnya merosot ke
bawah, dia masih sanggup berdiri tegak di tempat, tapi wajahnya telah memucat dan darah
meleleh membasahi ujung bibirnya,
Ah ku cuma melepaskan satu pukulan, dia justru terkena sebanyak dua kali, selain pukulan
langsung dan sekali lagi tumbukan punggung diatas dinding.
Orang yang membantunya memukul rontok pisau terbang itu adalah Cia Siau giok.
Dengan pedang ditangan, ia memandang wajah pembantunya dingin.
Cia sianseng harus menarik napas panjang sebelum mampu berbicara, katanya dengan
kepala tertunduk. "Nona, kau sudah keluar, hamba benar-benar tak becus"
"Hmm, kau benar-benar memalukan" seru Cia Siau giok sambil tertawa dingin, mentangmentang
seorang congkoan dari Sin kiam san ceng, nyatanya kena dibikin keok oleh seorang kusir
kereta, padahal diluar sudah tersiar kata yang mengatakan golok sakti bila muncul, pedang sakti
tak akan bersinar, setelah peristiwa hari ini, orang pasti akan menganggap demikianlah keadaan
yang sebenarnya!" Cia sianseng tertawa getir.
"Hamba yakin kalau ilmu silat yang kumiliki masih tidak kalah dengan kepandaian silat yang
dimiliki kusir kereta itu, tadi aku hanya salah menggunakan jurus serangan, dengan mengeluarkan
jurus serangan yang bernama San hi ciat lay (hujan bukit bakal turun) tersebut, sebetulnya aku
bermaksud untuk mendesaknya agar mundur teratur ke belakang, setelah itu aku akan
melanjutkan dengan jurus pembunuh lainnya yang telah kupersiapkan secara matang, siapa tahu
dia tak cuma termakan oleh desakan ku itu untuk mundur, sebaliknya malah memaksa maju ke
depan dan melakukan suatu pertarungan adu keras lawan keras, Tindakannya ini sungguh diluar
dugaanku sama sekali."
Setelah mendengar penjelasan tersebut. Siau hiang baru tahu mengapa Cia sianseng tidak
sanggup menghadapi serangan Ah ku dalam gebrakan yang pertama saja.
Rupanya serangan pedang yang kelihatannya amat dahsyat dan sangat mengerikan itu tidak
lebih cuma suatu jurus serangan tipuan belaka, sementara serangan mematikan yang sebenarnya
justru disembunyikan dibalik ancaman tersebut"
Kalau dilihat dari jurus serangan lawan yang begitu dahsyat dan mengerikan, siapa pun tak
akan menyangka kalau jurus serangan semacam itu sebenarnya hanya suatu jurus serangan
tipuan belaka. Oleh sebab itu, bisa diduga entah berapa banyak manusia yang sudah dibikin keok dalam
jurus serangan mana. Atau dengan perkataan lain, bisa jadi serangan itu merupakan suatu jurus serangan yang tak
pernah meleset. Hanya sayang nasib Cia sianseng dalam hal ini tampaknya kurang baik, sebab dia telah
bertemu dengan seorang lawan yang amat tangguh sekali seperti Ah ku"
Ah hu adalah seorang manusia ulung tak pernah mengenal arti mundur, dia hanya tahu maju
terus pantang mundur, bayangkan saja bagaimana mungkin ia tak sial bila bertemu manusia
macam begini" ooo0ooo SIAU LI SI PISAU TERBANG PARAS muka Cia Siau giok dilapisi oleh hawa dingin yang sangat menggidikkan hati, bahkan
diapun telah melakukan suatu tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya semenjak
perkampungan Sin kiam san ceng didirikan.
Tangan kanannya diayunkan ke muka dan "Plaaak, plook!" wajah Cia Sianseng telah
bertambah dengan dua buah bekas telapak tangan yang merah membara.
Padahal Cia sianseng adalah manusia yang amat berkuasa di dalam perkampungan Sin kiam
san ceng. Sekalipun kedudukannya tidak lebih tinggi dari Cia Siau giok, namun selisihnya tidak banyak,
namun kenyataannya Cia Siau giok telah menamparnya dua kali di depan mata umum.
Dari balik mata Cia sianseng segera mencorong sinar amarah yang berkobar-kobar, sekalipun
Cia Siau giok baru saja menyelamatkan jiwanya, tapi ke dua buah tamparan tersebut sama artinya
dengan merontokkan martabat serta harga dirinya, membuat ia tak bisa mengangkat kepalanya
lagi untuk selamanya. Bila seseorang yang terbiasa dengan harga diri dan segala kehormatan, bila tiba-tiba
kehormatannya disinggung orang maka keadaan tersebut jauh lebih baik mati daripada hidup.
Yaa, siapakah yang akan tahan bila kehormatannya diinjak-injak orang diha-dapan umum.
Oleh sebab itu Cia sianseng menunjukkan sikap melawan terhadap Cia Siau giok, kendatipun
mati hidupnya sudah menyatu dengan perkampungan Sin kiam san ceng, meninggalkan
perkampungan tersebut sama artinya dengan kehilangan segala pegangan dan melawan Cia Siau
giok berarti dia harus meninggalkan perkampungan Sin kiam san ceng, namun ia tidak ambil
perduli terhadap segala sesuatunya itu.
Sekalipun ia tetap tinggal diperkampungan Sin kiam san ceng, keadaannya tak akan berbeda
dengan sesosok mayat hidup, sama sekali tak punya kebebasan.
Cia Siau giok sendiri bersikap seolah-olah tidak melihat akan sikap melawannya, dia masih
tetap berwajah sedingin es, tetap bersuara dingin dan kaku.
"Cia Sin, kuberikan kedudukan congkoan tersebut kepadamu, menyuruh kau mengurusi
segala persoalan besar atau pun kecil yang ada dalam perkampungan ini, kesemuanya itu karena
aku menghargai engkau, tapi akhirnya apa saja yarg telah kau lakukan.
Ucapannya yang keras dan tajam seolah-olah membuat Cia sianseng terperana, dia berdiri
tertegun untuk beberapa saat, kemudian baru katanya pelan:
"Aku kalah ditangan orang, hal ini memang disebabkan ketidak mampuanku, tapi aku toh
sedang menjalankan tugas!"
"Heeehhh.....heeehhh.. ...heeehhhh..... .. kau sedang menjalankan tugas apa?" jengek Cia
Siau giok sambil tertawa dingin. "kau hanya bisa memamerkan kegagahanmu di depan pintu,
bersilat lidah, berdebat, sungguh memalukan?" "
Sekali lagi Cia sianseng membusungkan dadanya, lalu sambil memberanikan diri katanya:
"Aku tidak suka mencari gara-gara, apalagi mengajak orang lain berkelahi, akan tetapi. ."
Tetapi kenapa" Ayo katakan?"
Kembali Cia sianseng tertegun sejenak, kemudian baru berkata:
"Karena kau pernah berkata, bila Ting Peng datang, pertama-tama harus memberi kabar dulu
kepadamu. kemudian berusaha untuk menahan orang tersebut di depan pintu, menghalangi
sampai kemunculanmu untuk menyambut kedatangannya"
Suatu pengungkapan yang segar dan sangat aneh, mengapa Cia Siau giok harus berbuat
demikian" Apakah dia mempunyai suatu rahasia yang takut diketahui orang lain dan perlu
disembunyikan dulu agar tiada terlihat oleh Ting Peng"
Tapi dengan demikian, hal itupun telah menjelaskan apa sebabnya Cia sianseng selalu
menghalangi kepergian Ting Peng dan sengaja mencari gara-gara untuk menimbulkan keributan.
Sebenarnya dia, termasuk seseorang yang beriman tebal, tapi kenyataannya hari ini hanya
dikarenakan ribut dengan Siau hiang dia telah menjadi marah dan berakibatkan terjadinya
pertarungan. Ternyata dia sengaja berbuat demikian untuk mencegah Ting Peng masuk, agar Cia Siau giok
yang berada didalam mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan diri dan menyingkirkan halhal
yang tidak seharusnya terlihat oleh Ting Peng.
Berita kedatangan Ting Peng sudah diketahui anggota perkampangan sejak kemunculan
kereta tersebut dipantai seberang tapi kenyataan mereka membutuhkan waktu yang cukup lama
sebelum Cia Siau giok bisa munculkan diri, dari sini dapat disimpulkan kalau pekerjaan mereka itu
membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Setelah menyingkap rahasia tersebut, Cia sianseng melirik sekejap ke arah kereta, wajahnya
menunjukkan rasa puas karena berhasil membalas dendam.
Sebetulnya dia ingin sekali bersikap setia kepada Cia Siau giok dan membenci Ting Peng, tapi
disebabkan Cia Siau giok telah menampar wajahnya, maka diapun segera berpaling ke arah Ting
Peng . Melihat sikap maupun mimik wajahnya sekarang, tampaknya dia ingin melenyapkan Cia Siau
giok dari muka bumi dan tak segan-segannya untuk menyingkap lebih banyak rahasia untuk Ting
Peng. Akan tetapi diapun seorang yang banyak curiga dan bersikap waspada, bila ia sudah
mengambil suatu keputusan, maka pertama-tama yang dipersiapkan dulu adalah mencegah usaha
Cia Siau giok untuk melakukan pembunuhan untuk membungkamkan mulutnya.
Itulah sebabnya mata yang sebelah terus menerus mangawasi tangan Cia Siau giok.
Betul juga, tangan Cia Siau giok sudah mulai meraba gagang pedang, padahal tangan itu
sebenarnya terulur Ke bawah.
Setelah memapas jatuh pisau terbang Ah ku dia telah mengembalikan pedangnya kedalam
sarung, malah dengan tangan itu juga dia menampar wajah Cia sianseng.
Sekarang tangannya itu sudah meraba gagang pedangnya lagi, tentu saja Cia sianseng
menjadi amat tegang, bahkan telah melakukan persiapan yang cukup matang.
Kini tubuh Cia siau giok sudah mulai bergerak, bergerak dengan sangat cepatnya.
Setelah berputar selingkaran, dia berputar kembali dihadapan muka Cia sianseng.
Menyusul kemudian... "Plaaak, plaaakk.. !" dua tamparan keras bersarang kembali diatas
wajahnya. Dua bekas telapak tangan muncul kembali diwajah Cia sianseng, sebetulnya telapak tangan
Cia Siau giok tidak besar tapi setelah dua buah bekas telapak tangan berjajar disatu pipi, hampir
seluruh wajahnya tertutup oleh bekas tangan yang membengkak itu.
Tak heran kalau paras muka Cia sianseng yang sebetulnya pucat pias, kini telah berubah
menjadi merah membara. Hanya saja, setelah Cia sianseng terkena tamparan kali ini, dia hanya berdiri tertegun saja
sama sekali tak berkutik.
Dia bukan dibikin tertegun karena kaget dengan gerakan tubuh Cia Siau giok yang cepat.
Walaupun gerakan tubuh Cia Siau giok sangat cepat, dia yakin masih mampu untuk
menghindarinya, bahkan masih mempunyai kekuatan untuk melancarkan serangan balasan.
Pertama kali tadi ia bisa terkena dua kali tamparan, karena dia sama sekali tidak menduga
kalau Cia Siau giok akan menamparnya.
Tapi kali ini dia justru cuma berdiri tenang ditempat tanpa bergerak barang sedikit pun jua,
bahkan wajahnya malah dijulurkan ke muka, seolah-olah menunggu Cia Siau giok datang untuk
menjagalnya. Ketika Cia Siau giok mencapai didepan tubuhnya tadi, tangannya masih memegang diatas
gagang pedang, akhirnya dia cuma menempeleng wajahnya dengan tangan kanan, lalu
menyimpan kembali pedangnya kedalam sarung.
Alasan apakah yang membuat dia dari liar dan buas menjadi lembut dan penurut"
Hal ini tak lain dikarenakan Cia Siau giok yang telah mencabut keluar pedangnya telah
berputar dulu satu lingkaran. .
Sewaktu tubuhnya bergerak tadi pedangnya telah diloloskan dari sarung, tapi dia bukan
menubruk Cia sianseng lebih dulu, melainkan menerkam kereta kuda.
Kereta kuda itu tak lain adalah kereta kuda yang ditumpangi oleh Ting Peng.
Setibanya didepan kereta, pedangnya segera digetarkan untuk menyingkap tirai di depan
jendela, menyusul kemudian dia membuka pintu kereta dan menerobos masuk ke dalam.
Semula Cia sianseng mengira dia hendak beradu jiwa dengan Ting Peng, tapi dengan cepat
Cia Siau giok telah menerobos keluar lagi.
Dia menerobos keluar melalui kereta di sebelah yang lain..
Sewaktu masuk tidak menutup pintu, setelah keluar pun tidak menutup dulu, pintu tersebut
masih terpentang lebar, dengan cepat terlihat keadaan dalam ruangan kereta yang megah mewah.
Tapi disitu tak nampak seorang manusia pun.
"Ting Peng tidak berada disana, juga tidak kelihatan seorang manusia pun.
Rupanya kereta tersebut hanya sebuah kereta kosong, sejak kereta itu naik ke atas perahu,
sepasang mata Cia sianseng tak pernah bergeser dari kereta tersebut, dia tak pernah melihat ada
seorang manusia pun yang keluar dari situ.
Dari sini terbukti sudah, sejak awal sampai sekarang, Ting Peng tidak berada dalam kereta itu,
rupanya setelah ribut sekian lama, yang disambut kedatangannya hanya sebuah kereta kosong.
Saat itulah Cia sianseng baru tahu kalau dia telah melakukan suatu kesalahan yang besar, dia
memang pantas dipukul, itulah sebabnya dengan hati yang rela ia menerima tamparan untuk ke
dua kalinya. ooo0ooo ADAPUN tujuan Cia sianseng membuat keributan adalah untuk mencegah Ting Peng yang
berada diatas kereta memasuki perkampungan tersebut, kini Ting Peng tak ada di kereta, paling
banter Cia sianseng cuma membuat gara-gara dengan percuma, sesungguhnya dia sama sekali
tidak melalaikan kewajiban.
Tapi, mengapa dia mengaku salah dengan cepat dan rela dirinya ditempeleng"
Dalam hal ini, mau tak mau kita harus akui keunggulannya untuk memutar otak secara cepat. .
Kereta itu datang dari luar, sedang Cia Siau giok datang dari dalam perkampungan, Cia
sianseng yang mengawasi kereta tersebut terus meneruspun tidak pernah menduga kalau kereta
tersebut kosong. mengapa Cia Siau giok yang baru keluar segera tahu akan hal itu"
Mungkinkah dia mempunyai kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang terjadi jauh
sebelumnya. Cia sianseng sangat memahami kemampuan dari Cia Siau giok, meskipun gadis itu memiliki
kepandaian yang besar, akan tetapi tak memiliki kemampuan tersebut, kalau tidak dia pun tak
bakal bersikap begitu gugup dan gelagapan, bila ia bisa menduga kalau Ting Peng hanya keluar
sebentar untuk segera kembali lagi, dia pun tak akan bersusah payah untuk mengeluarkan segala
macam permainannya yang tidak mudah diberesi itu.
Ternyata Cia Siau giok mengetahui lebih dulu daripada Cia sianseng bahwa kereta itu kosong.
Satu-satunya keterangan yang bisa memecahkan teka-teki ini adalah Ting Peng telah
menyusup kedalam perkampungan lebih dahulu.
Bila menyeberangi sungai merupakan satu-satunya jalan tembus untuk memasuki
perkampungan Sin kiam san ceng, sudah pasti Ting Peng tak mungkin bisa masuk kedalam
perkampungan itu. Hanya sayangnya, satu-satunya jalan tembus tersebut hanya sengaja mereka siarkan kepada
orang luar. padahal masih ada jalan untuk bisa memasuki perkampungan Sin kiam san ceng.
Celakanya jalan tembus yang sebenarnya teramat rahasia itu ternyata berhasil ditemukan Ting
Peng. Cia sianseng bertindak sebagai seorang congkoan, terpaksa harus mengakui kebodohan
sendiri. Sebetulnya Cia Siau giok ingin membunuh Cia sianseng, asal ia masih memperlihatkan sikap
melawannya, maka jurus pedangnya yang sangat lihay beserta ke tujuh belas macam senjata
rahasianya yang sakti akan digunakan seluruhnya.
Jarang sekali ada jago persilatan yang mengetahui kalau dalam sakunya tersedia begitu
banyak senjata rahasia, sekalipun Cia sianseng sendiri juga paling banter hanya tahu kalau dia
bisa mengeluarkan tujuh delapan macam saja.
Tahu kalau tujuh delapan macam senjata rahasia itu setiap macamnya dapat merenggut
nyawa manusia, tapi tidak tahu kalau sepuluh macam lainnya justru empat lima kali lipat lebih
lihay. Kalau bukan begitu, sebagai seorang gadis muda, bagaimana mungkin dia bisa berubah
menjadi Giok Bu sia dan memimpin Lian im cap si sat seng untuk menteror dunia persilatan.
Sikap rela untuk menerima kematian di saat terakhir, coba kalau dia berani memperlihatkan
sikap melawan terhadap Cia siau giok, mungkin saat ini nyawanya sudah putus.
Justru kerena dia memberikan kepalanya untuk dipenggal, nyawanya malah selamat dari
ancaman maut. "Sudah kau sadari bahwa kau telah berbuat kesalahan?" Cia Siau giok menegur dengan suara
dingin. "Yaa, hamba memang pantas untuk mati! sahut Cia sianseng dengan ketakutan.
Berbicara soal tingkat kedudukan dalam keluarga Cia sianseng semestinya Cia sianseng
adalah adik famili dari Cia Siau hong atau paman dari Cia Siau giok sendiri.
Tapi soal susunan tingkat dalam keluarga dinilai sudah usang pada jaman itu, lambat laun
penganutan makin berkurang sehingga meski masih ada hubungan famili, kalau sudah jauh
hubungannya akan semakin kecil pula perhatiannya.
Tingkat kedudukan dalam keluarga telah terpengaruh sama sekali oleh tingkat sosial, kecuali


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa keluarga yang ikatan familinya masih amat dekat sehingga mau tak mau harus
dihormati, selebihnya sudah tidak masuk dalam daftar lagi.
Mencari anak keturunan dari famili jauh untuk dijadikan pembantu pun bukan suatu kejadian
aneh pada waktu itu, sebab mencari pekerjaan pada waktu itu pun harus di buat dari silsilah
keluarganya, maka walaupun Cia sianseng menjadi anak buah, diapun merasa rela sekali.
Setetah mendengus dingin, kembali Cia Siau giok berkata:
"Butiran kepala anjingmu masih bisa bercokol diatas tengkukmu, dikarenakan kau masih tahu
diri, mengerti kalau kau pantas untuk mampus, hmm coba kalau tidak begitu.."
Maksud dari perkataan itu, masih untung otaknya dapat bekerja keras dan segera mengetahui
kesalahan sendiri, coba kalau tidak maka..
Keadaan Cia sianseng sekarang betul-betul mengenaskan sekali, dia membungkukkan
badannya seperti udang yang sudah matang, sahutnya dengan suara gemetar:
"Benar, benar, hamba sama sekali tak menyangka kalau Ting Peng sedang memerankan
permainan combret emas melepaskan diri dari kulitnya, padahal dahulu dia tak pernah
meninggalkan keretanya!"
"Aaaii, bukan cuma kau saja yang tak menduga" kata Cia Siau giok sambil menghela napas.
"bahkan aku pun sama sekali tak menyangka kalau dia merubah kebiasaannya secara tiba-tiba!"
Siau hiang yang berada disampingnya pun ikut tertawa, katanya:
"Hal ini sesungguhnya bukan merupakan kebiasaan dari kongcu kami, padahal dia paling
benci untuk menunggang kereta, meskipun ini nampaknya sangat indah dan mewah, tapi kalau
duduk terus didalamnya maka lama kelamaan akan terasa kesal dan bosan, pada hakekatnya
merupakan sesuatu siksaan batin, oleh sebab itu dia tak pernah mengundang orang lain untuk
naik kereta bersama, karena dia kuatir orang lain akan mengetahui juga kalau naik kereta itu tak
enak!" "Kalau toh naik kereta tidak enak mengapa sepanjang hari dia duduk melulu dalam
keretanya?" "tanpa terasa Cia Siau giok bertanya.
Dia mengharapkan orang lain menganggapnya duduk dengan nyaman, mengira hal ini sebagai
kebiasaannya, sebagai perlambangnya, dimana kereta itu berada, disitu orangnya berada,
kemudian bilamana keadaan dirasakan perlu dan dia harus meninggalkan kereta untuk melakukan
suatu tugas rahasia, orang tak akan menduga sampai ke sini"
Cia Siau giok maupun Cia sianseng berdua sama-sama merasakan pipinya seperti ditampar
orang. Paras muka Cia sianseng lebih merasa lagi, walaupun Cia Siau giok tidak kena tampar, namun
wajahnya pun mulai memerah juga.
ooo0ooo SEMUA rasa mangkel Cia Siau giok terpaksa dilampiaskan semua ke atas kepala Cia
sianseng, katanya tiba-tiba dengan dingin:
Dalam hal dia menggunakan kereta kosong untuk memerankan siasat kim cian tou ku
(comberet emas melepaskan diri dari kulit) aku memang tak bisa menyalahkan tapi dari tepi sungai
sampai naik ke perahu dan tiba dipantai seberang, ternyata kau belum juga tahu kalau kereta
tersebut adalah sebuah kereta kosong, inilah kesalahanmu yang pantas dihukum mati!
"Nona, kau toh mengerti juga" rengek Cia Sianseng dengan wajah memelas, selamanya Ting
toaya tak pernah mengijinkan orang lain untuk mendekati keretanya!"
Itupun suatu kenyataan!" Tapi Cia Siau giok segera tertawa dingin, katanya cepat:
"Alasan tersebut tidak berlaku untukmu, kau adalah seorang congkoan, seharusnya kau
berdaya upaya untuk mencari akal dan menyelidiki hal itu, keteledoranmu ini merupakan dosa
yang besar, bagaimana pun kau ingin melepaskan diri, jangan harap bisa lolos dari kesalahan
tersebut!" "Hamba tahu salah! "Cia sianseng menundukran kepalanya semakin rendah.
Cia Siau giok menghela napas panjang, katanya lagi:
"Sekarang baru mengaku salah apa gunanya, Ting Peng telah melakukan perjalanan keliling di
seluruh perkampungan, bahkan dia keluar dengan membawa dua orang!"
"Dia masuk melewati jalan yang mana" tanpa terasa Cia sianseng bertanya dengan persaaan
hati bergetar keras. Dengan perasaan mendongkol Cia Siau giok segera berseru:
"Kalau kau bertanya kepadaku, maka aku harus bertanya kepada siapa?"
Cia sianseng merasa benar-benar terbentur pada batunya, dia pun tahu pertanyaan itu sama
artinya dengan suatu pertanyaan yang tak berguna, bisa mengetahui Ting Peng masuk melewati
jalan yang mana, tanda bahaya tentu sudah dibunyikan didalam perkampungan.
Terpaksa dengan wajah tersipu-sipu dia berkata:
"Entah dia telah berkunjung kemana saja"
"Semua tempat tempat yang tak boleh di kunjungi, telah dikunjungi semua olehnya"
"Bagaimana mungkin dia bisa menemukan tempat itu?"
"Ada orang yang bertindak sebagai petunjuk jalan baginya, dengan petunjuk orang itu, tempat
mana lagi yang tak bisa dikunjungi?"
Siapa" Aah, mustahil, orang dari perkampungan pun tidak akan mengetahui tempat itu."
Cia Siau giok tertawa dingin.
"Heeehh...heeeehhhh...heeehhh... tapi ada dua orang yang mengetahui keadaan yang
sesungguhnya telah bekerja sama dengannya, bila begitu halnya tentu saja keadaannya berbeda.
Tapi hanya dua orang yang mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, yang seorang
adalah nona sendiri!"
Tentu bukan aku bukan?"
Tentu saja, tentu saja!" buru-buru Cia sianseng berseru, "tapi orang kedua adalah hamba
sendiri!" Kalau bukan aku, sudah barang tentu kau, sebab disini tiada orang ke tiga!"
Nona, kau jangan bergurau, buru-buru Cia sianseng berseru dengan hati gugup, masa hamba
akan bersekongkel dengan orang luar" "
"Aku tak akan menuduhmu yang bukan-bukan."
"Belum sempat Cia sianseng memberikan bantahan apa pun, Cia Siau giok telah
menyambung lebih jauh. "Kau telah terkena siasat memancing harimau turun gunungnya, bahhan terkururg disini,
sedangkan gentong-gentong nasi didalam pun sedang ribut membubarkan diri, tak seorang pun
yang tahu kalau Ting Peng sudah masuk ke dalam, bukankah hal ini sama artinya dengan menjadi
penunjuk jalan baginya?"
Cia sianseng hanya bisa menarik napas panjang-panjang, hal ini bukan kesalahannya, tapi bila
terjadi sesuatu m:aka semuanya itu menjadi tanggung jawab dari seorang congkoan.
Cia Siau giok bisa saja melimpahkan semua pertanggungan jawab tersebut kepadanya, tapi ia
tak dapat melimpahkan pertanggungan jawabnya kepada siapapun, sebab penjagaan dalam
perkampungan menjadi tanggung jawabnya.
Di hari-hari biasa dia selalu menganggap dirinya paling hebat, tak pernah terjadi suatu
persoalan apa pun, sungguh tak disangka hari ini bukan saja sudah dipecundangi orang, bahkan
betul-betul dipecundangi habis-habisan.
Kini, suaranya sudah turut berubah, dengan suara yang parau dia bertanya:
"Entah dua orang yang mana yang telah dibawa pergi olehnya?"
Dari mimik wajah Cia Siau giok, dia tahu kalau dua orang itu pasti merupakan dua orang yang
penting sekali artinya, tapi diam-diam ia berdoa, moga-moga saja kedua orang tersebut bukan dua
orang tersebut. Kalau tidak, ia lebih suka mati terbunuh di tangan Cia Siau giok sedari tadi.
Siapa tahu jawaban dari Cia Siau giok justru merupakan jawaban dari apa yang tak ingin di
dengarnya: (Bersambung ke Jilid 24) Jilid : 24 DUA ORANG itu adalah dua orang yang kau bawa pulang kemarin, oleh sebab itu kau boleh
memikirkan akibatnya! Tiba-tiba saja Cia sianseng merasakan sepasang kakinya menjadi lemas, seandainya dia tidak
secara kebetulan berdiri ditepi dinding sehingga tangannya dengan cepat bisa berpegangan diatas
dinding, hampir saja tubuhnya terjengkang keatas tanah.
Sekarang, ia sama sekali tidak merasa berterima kasih lagi atas budi Cia Siau giok yang tidak
membunuhnya tadi, sebab dia menemukan kalau penghidupan selanjutnya akan dilalui dengan
penuh kesusahan dan kesulitan yang memusingkan kepala.
Siau hiang telah naik ke kereta lagi, Ah ku pun telah memutar keretanya, tugas mereka telah
selesai dan sekarang harus berlalu dari tempat tersebut.
"Adik cilik, apakah kau hendak pergi?" "Cia Siau giok segera menegur sambil tertawa.
"Benar", jawab Siau hiang. Setelah mengganggumu setengah harian lamanya, sekarang kami
harus minta diri." "Apakah kau tak ingin tahu Ting kongcu telah pergi kemana" Dan bagaimana caranya kalain
baru bisa bersua dengannya?" tanya Cia Siau giok lagi sambil tertawa.
"Tidak usah, kongcu telah berpesan kepada kami bagaimana caranya untuk bersua muka
nanti!" "Itu mah kalau dia pergi seorang diri, sekarang dia harus membawa serta dua orang untuk
meninggalkan tempat ini, sudah jelas gerak-geriknya tak akan leluasa, rencana tersebut harus
dirubah, oleh sebab itu dia suruh aku menyampaikan pesan ini kepada kalian. . . ."
"Kalau begitu terima kasih lebih dulu, apa pesan kongcu kami?" buru-buru Siau hiang
bertanya. Cia Siau giok tertawa. Walaupun Ting toako membawa pergi dua orang dari sini, tapi aku telah berhutang budi
kepadanya, oleh sebab itu diantara kami tidak terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan, kami
tetap masih berpisah secara baik-baik!"
"Aku percaya, sebab bila sampai terjadi keributan di dalam sana, kongcu pasti akan keluar
melalui pintu depan, tiada orang yang mampu menghalanginya!"
Cia Siau giok cuma tertawa, dia tidak dibikin tak senang hati oleh perkataan tersebut, cuma
katanya lagi: "Diantara kita memang tak punya dendam sakit hati apapun, buat apa mesti ribut sampai ada
darah yang bercucuran" Lagi pula Ting toako adalah tuan penolongku, masa aku akan bersikap
kurang ajar kepadanya!"
"Cia siocia sebenarnya apa yang dikatakan kongcu kami?" tak sabar Siau hiang menukas.
"Ting toako berpisah denganku dalam suasana riang" kembali Cia siau giok berkata sambil
tertawa, "sebaliknya kalian malah ribut dan bertarung sendiri di muka pintu, hal ini sedikit banyak
membuat aku yang menjadi tuan rumah seperti kehilangan muka, oleh sebab itu bila kau
menginginkan jawaban dari mulutku, paling tidak kau pun harus membuat aku tak sampai
kehilangan muka. Apa yang kau hendaki sehingga tak sampai kehilangan muka?"
Cia Siau giok tertawa. "Itulah persoalanmu sendiri, masa kau malah bertanya kepadaku" Menurut pendapatmu
bagaimana kau harus berbuat untuk menyatakan rasa penyesalanmu itu?"
Siau hiang menyaksikan sepasang matanya memandang terus tenggorokan Cia Sianseng
dimana darah masih menetes keluar tiada hentinya, itulah akibat dari ayunan pisau terbang yang
dilemparkan Ah ku. Untung saja pisau terbang tersebut kena dipukul rontok oleh pedang Cia Siau giok, kalau tidak
maka Cia Sianseng akan menjadi salah satu korban pisau terbang milik Siau li hui to setelah yang
empunya mati seratus tahun berselang.
Pisau terbang itu masih tergeletak diatas tanah, walaupun Cia siau giok tidak memandangnya,
namun pengharapan yang menghiasi wajahnya, tak bisa mengelabuhi siapa saja.
Maka sambil tertawa Siau hiang berkata lagi:
"Nona Cia, walaupun pisau terbang yang dilemparkan Ah ku hanya melukai kulit leher dari
congkoan kalian, tapi pisau terbang itu dirontokan olehmu, kami pun tidak berhasil meraih
keuntungan apa-apa, sebaliknya pihak kalian pun tidak menderita kerugian yang terlampau besar,
bukan kah begitu!" Maksudmu aku tidak seharusnya mencampuri urusan ini"
Aku tidak berani mengatakan demikian", sahut Siau hiang sambil tertawa ringan, aku hanya
bilang setelah nona Cia turun tangan, kami yang menjadi bawahan mana berani ribut denganmu"
Pisau terbang itu rontok ditanganmu, maka kamipun tak berani mengambilnya kembali, sebab
kami telah berjanji kepada Cia Congkoan, bila dia sanggup menerima serangan itu maka pisau
terbang akan kuberikan kepadanya, sekarang pisau itu berhasil dirontokkan nona Cia, terpaksa
kami pun hadiahkan pisau tersebut untuk nona Cia.
Tak terlukiskan rasa gembira Cia Siau giok setelah mendengar perkataan itu. memang itulah
tujuannya yang terutama, dia sengaja mencari alasan lain padahal tujuannya adalah untuk
mendapatkan pisau terbang tersebut.
Sekarang Siau hiang menghadiahkan pisau tersebut kepadanya, bagaimana mungkin hatinya
tak senang", Hanya diluaran saja dia harus berlagak menolak.
Sambil menarik muka, dia segera berseru:
"Omong kosong, siapa yang kesudian dengan sebilah pisau terbang rongsokan macam
begitu?" "Hanya kami orang-orang dari keluarga Liong yang boleh mengucapkan perkataan tersebut,:
kata Siau hiang dengan wajah serius, "sebab makco dari keluarga Liong kami Lim Si ing pernah
memperingatkan anak cucunya agar jangan mencari nama dengan mengandalkan pisau terbang
milik Siau li huito, kecuali kami, siapakah yang berani memandang rendah pisau tersebut,
bukankah ayahmu Cia tayhiap pun pasti akan bersikap sangat menghormati bila menjumpai pisau
terbang tersebut?" Betapapun binal dan tak tahu aturannya Cia Siau giok, ternyata ia menerima teguran tersebut
tanpa membantah. Sebab Siau hiang she Liong Siau hiang boleh memandang remeh nilai dari pisau terbang Li
Sin huan, sebab dia cukup berhak untuk berbuat demikian.
"Selain dia, orang lain memang tak berani bersikap kurang sopan terhadap pisau terbang itu.
Walaupun Li Sin huan sudah mati banyak tahun, namun keturunannya atau cucu muridnya
masih tetap berkelana dan melakukan pekerjaan budiman untuk meneruskan cita-cita luhurnya,
mereka cukup mengetahui betapa sulitnya leluhur mereka dalam memupuk nama baik, oleh sebab
itu mereka bersumpah tak akan mencari nama, melainkan muncul dengan wajah yang berbedabeda
untuk menolong umat manusia.
Mereka semua adalah pendekar pendekar sejati yang berjiwa besar, dan lagi ilmu pisau
terbang mereka sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, mereka tidak memerlukan pisau
terbang sungguhan, hanya selembar daun atau kayupun bahkan selembar kertas main dari bocah
pun, ditangan mereka benda-benda tersebut dapat memperlihatkan kehebatannya.
Selama banyak tahun ini, seringkali ditemukan kaum jahanam dan manusia laknat ataupun
manusia munafik yang berlagak baik, ditemukan tewas diujung senjata yang beraneka ragam,
mereka tewas tanpa menimbulkan sedikit suara pun.
Sekalipun siapa saja tak bisa membuktikan kalau perbuatan itu dilakukan oleh keturunan Li Sin
huan, namun siapapun tak bisa membuktikan kalau bukan.
Siau li hui to sudah dianggap manusia suci dalam dunia persilatan, oleh karena itu tak heran
kalau Cia Siau giok merasa agak kuatir setelah mendengar perkataan tersebut.
Sebab selama banyak tahun ini, hanya mereka yang bertindak menuruti cara hidup Li Sin huan
saja yang dianggap sebagai pendekar sejati, asal ada orang yang menjelek-jelekkan Li Sin huan,
dia pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Cia Siau giok yang ditegur sama sekali tak berani mengumbar amarahnya, hanya wajahnya
segera berubah menjadi sama sekali tak berperasaan, serunya sambil tertawa dingin.
"Hmmm, siapa yang kesudihan dengan pisau mu itu!"
Siau hiang tertawa. "Pisau itu memang mahal artinya, kecuali dapat dijadikan sebagai barang kenangan, dari pisau
itu pun bisa ditemukan sebab-sebab mengapa Li Sin huan menjadi jagoan yang tak terkalahkan
didunia ini, Cuma ketika Ah Ku toasiok menyerang anggota perkampunganmu dengan pisau
terbang, nona Cia berhasil mematahkan serangannya, kalau dihitung-hitung kami sudah kena
dipecundangi, bila nona menahan pisau tersebut, maka nama baik perkampungan Sin kiam san
ceng pun tak akan mendapat kerugian apa-apa"
Sekarang Cia Siau giok baru tertawa, katanya dengan cepat:
"Nah, ucapan tersebut baru dirasakan agak enak untuk didengar"
"Sekarang, apakah Cia sioucia sudah bersedia untuk memberitahukan kepadaku apa pesan
dari kongcu?" Cia Siau giok tertawa. "Dia bilang dimana kalian harus bertemu, disitulah kalian menunggu, perkampungan Sin kiam
san ceng tak akan bisa mengurung dirinya!"
Beberapa patah perkataan itu sedikit banyak bernada mempermainkan, sebab diucapkan atau
tidak, keadaan tetap sama saja, bahkan kemungkinan besar Ting peng tidak memberikan pesanan
apa2, sebaliknya gadis itulah yang mengarang sendiri, namun terhadap kenyataan hal mana
memang tidak mendatangkan pengaruh ataupun perubahan apapun jua.
Ternyata Siau hiang tidak kelihatan gusar, setelah mengucapkan terima kasihnya berulang
kali, dia naik kedalam kereta dan menitahkan kepada Ah-ku untuk berangkat.
Cia Siau giok kelihatan gembira sekali, dia segera memungut pisau terbang tersebut dan
diperiksanya setengah harian dengan sangat berhati-hati, kemudian senyuman yang menghiasi
wajahnya kian bertambah tebal. Pisau tebang itu memang pisau terbang yang berharga sekali,
terutama tulisan "Li" diatas tubuh pisau tersebut, hal ini membuktikan kalau pisau mana
merupakan pisau terbang yang sering kali digunakan Li sin huan sendiri.
Cia sianseng turut berjalan mendekat.
Sambil menahan malu dia ikut memeriksa sejenak pisau terbang itu, kemudian baru bertanya:
Nona, setwaktu Ting Peng membawa pergi kedua orang itu, apakah dia pun membawa serta
pedang tersebut?" Tidak, walaupun Ting Peng lihay, dia masih belum memiliki kepandaian untuk masuk ke
gudang mestika!" Aaaah, kalau begitu bagug sekali, seru Cia sianseng cepat, untung saja gudang mestika kita
tetap utuh, senjata kenamaan yang tercatat dalam kitab senjatapun tak kekurangan sebuah pun"
"Apa gunanya semuanya itu" Yang kita peroleh cuma senjata-senjata yang mati, tanpa orang
hidup mana kepandaian kita bisa bertambah hebat.. . "`
Orang hidup tak mampu melindungi barangnya, karena itu barang-barang tersebut baru bisa
terjatuh ke tangan kami, hal ini membuktikan kalau senjata jauh lebih berharga daripada
manusianya!" " Cia Siau giok menghela napas panjang.
Setiap jaman tentu akan muncul manusia kenamaan, benda-benda tersebut sudah menjadi
barang antik semua, apabila kita dapat mengumpulkan semua senjata andalan yang dipergunakan
jagoan persilatan sekarang, itu baru namanya luar biasa.
Aaaah, itupun sudah cukup banyak, kata Cia sianseng sambil tertawa lebar.
Cia Siau giok mendengus dingin.


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm, masih terpaut jauh sekali, bila tiga macam senjata tak berhasil kita kumpulkan, maka
semua mestika dalam gudang sama artinya dengan benda yang tak berguna!"
"Tiga macam yang mana" tanya Cia sianseng dengan wajah tertegun.
Pedang mestika bertaburkan tiga belas mutiara milik Yan Cap sa, Pedang sakti keluarga Cia
dari perkampungan Sin kiam san ceng ."
Bukankah semuanya tersimpan dalam pesanggrahan Cong kiam lu?" seru Cia sianseng cepat.
Cia Siau giok segera tertawa dingin.
Dalam perkampungan Sin kiam sanceng sudah tidak terdapat lagi pesanggrahan Cong kiam
lu, masa pedangnya masih ads disitu.
"Sudah tak ada. Mass dibawa pergi oleh cengcu?"
"Benar, aku pernah masuk kesana dan secara diam-diam pernah membongkar kedua kuburan
tersebut, namun isinya kosong melompong!"
"Tiada peti mati" Tak ada tulang belulang?" "
"Sudah kukatakan disitu kosong!"
"Mungkinkah disembunyikan ditempat rahasia lainnya?".
Cia Siau giok mendengus lalu tertawa dingin.
"Walaupun pesanggrahan Cong kiam lu merupakan tempat yang paling rahasia dari
perkampungan Sin kiam san ceng, sesungguhnya tempat itupun merupakan tempat yang paling
tak ada rahasianya, empat penjuru dikelilingi dinding pemisah, namun didalamnya sama sekali tak
ada sesuatu benda apapun.
"Lantas mengapa majikan mempelakukan daerah disekitar tempat itu sebagai tempat terlarang
yang paling dirahasiakan."
"Dahulu aku tidak tahu, sekaramg aku baru mengerti, rupanya dia sedang melatih perasaan
disitu untuk mencapai ketingkatan yang lebih tinggi lagi"
Ke tingkatan yang lebih tinggi", Masa ilmu pedang majikan masih bisa maju lebih tinggi?"
Siapa bilang tidak" Dahulu dia pernah kalah diujung pedang Yan Cap sa ketika yang terakhir
mengeluarkan jurus simpanannya, kemudian buktinya jurus itu tak mempan terhadap budak-budak
yang mengitarinya, hal ini membuktikan kalau tingkat kepandaian silatnya telah memperoleh
kemajuan yang lebih pesat lagi.
Cia Sianseng hanya membungkam diri sambil berdiri melongo, seakan-akan baru pertama kali
ini dia mendengar ucapan tersebut, dan baru pertama kali ini dia mengetahui kalau ilmu pedang
majikannya masih bisa memperoleh kemajuan yang lebih hebat lagi.
Suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun untuk beberapa waktu
lamanya kedua belah pihak hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.
ooo0ooo PEDANG BAJA DARI SIONG YANG
SIAU HIANG masih duduk dalam kereta sedang Ah-ku menjalankan keretanya menuju ke
sebuah hutan disebelah kiri perkampungan Sin-kiam san-ceng, disitulah Ting-Peng berpesan agar
mereka menunggu, Ting- Peng bermaksud untuk menyelidiki perkampungan Sin-kiam san-ceng
secara diam-diam, diapun tahu untuk memasuki perkampungan tersebut ia tak usah melewati
jalan air di depan. Setiap gedung persilatan yang besar dan kenamaan, selalu akan tersedia satu atau dua jalan
rahasia yang tidak terkecuali partai2 persilatan besar sekalipun.
Hal ini bukan dikarenakan mereka bermaksud hendak melakukan suatu pekerjaan rahasia
melainkan dikarenakan orang yang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan pasti akan
mempunyai satu dua orang musuh besar, siapapun tak akan menduga kapankah musuhnya akan
datang, bila keadaan berbahaya, dengan tersedia jalan rahasia tersebut berarti dia akan dapat
meloloskan diri bila mana perlu.
Tentu saja perkampungan Sin kiam san ceng pun tidak terkecuali, jalan tembus disana bukan
cuma sebuah saja, semenjak Cia Siau giok menjadi majikan disana, bukan saja dia menemukan
dua jalan rahasia, bahkan diapun membuat lagi jalan tembus lainnya, cuma dia tak menyangka
kalau masih ada jalan lain yang sebetulnya belum dia temukan.
Ketika Ting Peng berbincang-bincang dengan Cia Siau hong dalam pesanggrahan Cong kiam
lu tempo hari, mereka dapat bergaul sangat akrab, sehingga banyak sekali rahasia yang tidak
diketahui putrinya, Cia Siau hong memberitahukan hal tersebut kepada pemuda ini.
Bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi Ting peng untuk memasuki perkampungan Sin
kiam sanceng secara rahasia, bukan pekerjaan yang mudah pula baginya untuk lebih maju
selangkah dengan menemukan rahasia dalam perkampungan itu, sebab Cia Siau hong pernah
berkata demikian kepada Ting peng:
"Rumahku ini sudah tak bisa dianggap sebagai milikku lagi, ada banyak persoalan, ada banyak
tempat yang tidak kuketahui, bila lote ada kesempatan berusahalah untuk melihat sendiri, aku
sendiri mempunyai kesulitan yang membuatku tak leluasa!" Ting peng tidak bertanya kepada Cia
Siau hong, kesulitan apakah itu. kalau toh orang sudah bilang tak leluasa, tentu saja hal ini berarti
sulit baginya untuk membicarakannya.
Apalagi dia sendiri bisa pergi ke situ untuk melakukan pemeriksaan sendiri.
Oleh sebab itu, sebelum pergi ke sana untuk ketiga kalinya, diapun menyusun suatu rencana
yang matang. Walaupun dia tidak memiliki pengalaman dunia persilatan yang terlalu banyak, tapi kepandaian
silat maha dahsyat yang dimiliki itu bukan saja telah menciptakan kemampuan yang luar biasa
kecerdasannya pun memperoleh pula kemajuan yang pesat.
Orang yang tajam pikirannya tentu lemah dalam kekuatan, itulah sebabnya kebanyakan pelajar
memiliki tubuh yang lemah.
Berbeda halnya dengan orang yang belajar silat, kemajuan yang dicapai dalam ilmu silat selalu
akan dlimbangi pula dengan kemajuan dalam kecerdasan, jika seorang jago silat telah berhasil
mencapai suatu kemajuan tertentu. selain kondisi badannya akan bertambah baik, kecerdasan
otak nya pun akan bertambah tajam.
Oleh sebab itu Ting Peng menyuruh Siau hiang dan Ah Ku sengaja membuat keonaran
didepan perkampungan Sin kiam san ceng, padahal dalam kenyataannya adalah untuk menutupi
tujuan untuk menyusup ke dalam perkampungan itu serta melaksanakan tugas rahasianya.
Akhirnya apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai separuh bagian, dia telah melihat banyak
hal yang tak diketahui orang lain, cuma dia toh masih tak sempat melihat beberapa diantaranya.
Sebetulnya dia dapat masuk lebih dalam lagi karena seseorang hal ini menjadi terbengkalai.
Dia adalah seorang pemuda yang tampan dan penuh memancarkan sinar kegagahan, pemuda
itu terkurung didalam sebuah ruang rahasia.
Dia telah menolong pemuda itu mesti tak diketahui karena apa, sebab dia sama sekali tak
kenal dengan orang itu. Sewaktu pemuda itu ditemukan, dia berada dalam keadaan tak sadarkan diri, hanya
berdasarkan kesan pertama saja, dia sudah menyukai pemuda ini, dia bertekad akan
menolongnya, karena dia Ting Peng terpaksa menampakkan diri dan tidak melakukan
penyelidikan lebih jauh. Sewaktu Siau hiang tiba dalam hutan. Ting Peng sudah menunggu disana, sedang pemuda
tersebut masih tergeletak ditanah.
Sambil turun dari keretanya. Siau hiang segera berseru:
"Kongcu, kami telah datang!"
Ting Peng manggut manggut.
"Tidak menjumpai kesulitan apa-apa?"
"Tidak!" Siau hiang tertawa, ?"hanya Cia congkoan mereka telah bertarung melawan paman Ah
Ku gara-gara menghalangi kita masuk kedalam...!"
Ting Ping segera tertawa.
"Cia sianseng itu memang bukan manusia yang bisa dilawan dengan baik, cuma aku pikir Ah
Ku tak bakal menderita kerugian.!
"Tentu saja paman Ah Ku tak bakal menderita kerugian, dia telah menghadiahkan sebuah
pisau terbang ke tubuhnya, andaikata Cia Siau giok tidak menolong tepat pada waktunya, mungkin
pisau terbang tersebut akan merenggut selembar jiwanya.
Walaupun ilmu pedang Cia sianseng tidak becus, tapi dia tak akan lebih rendah
kemampuannya daripada ketua dari enam partai besar, masa pisau terbang Ah Ku bisa
melukainya?" "Siau li si pisau terbang, tak pernah meleset dari sasarannya."
"Aaah, kau bikin aku menjadi bingung saja, mengapa kalian bisa membicarakan soal Siau li si
pisau terbang?" "Pisau terbang yang dipergunakan Ah Ku adalah pisau terbang peninggalan Li Sin huan tempo
hari, meskipun caranya melemparkan senjata tersebut tidak benar, akan tetapi kemampuan dan
daya serangannya, tak mungkin bisa ditahan oleh Cia sianseng"
"Darimana Ah Ku bisa memiliki pisau terbang warisan Li Sin huan..?"
"Aku yang berikan kepadanya, pisau itu diwariskan leluhurku kepadaku ......"
Dia menyaksikan kebingungan diwajah Ting Peng, maka dijelaskan lebih jauh.
"Aku tidak she Li, aku she Liong, keturunan dari Liong Siau im dan Lim Si ing!
Ting Peng tidak nampak terkejut ataupun keheranan, dia malah manggut-manggut.
"Tak aneh kalau begitu, aku selalu merasa kalau kau berbeda sekali dengan perempuan lain.
Nyatanya kau memang mempunyai asal usul yang luar biasa!"
Siau hiang tertawa getir.
"Keturunan Liong Siau im belum bisa dikatakan sebagai asal-usul yang luar biasa" katanya.
Ting Peng segera tertawa.
"Dalam hal ini kaupun tak usah merasa rendah diri, sebab orang yang bisa berada setingkat
dengan Li Sin huan, biasanya dia tentu seorang manusia yang luar biasa!"
"Sayang sekali orang lain tidak menganggap hal itu sebagai hal yang luar biasa, buktinya
keluarga Liong kami tak pernah bisa mengangkat kepala lagi didalam dunia persilatan"
"Hal ini dikarenakan kalian terkurung oleh bayangan hitam dari Li Sin huan, seharusnya kalian
mesti membangkitkan semangat dan melakukan suatu perbuatan yang bisa dibanggakan
dihadapan orang lain!"
"Hari ini aku telah melakukannya" ucap Siau hiang sambil tertawa, "aku telah menghadiahkan
pisau terbang milik Li Sin huan untuk Cia Siau giok. .!"
"Suatu perbuatan yang sangat bagus, bila anak cucu keluarga Liong harus selalu menggembol
pisau terbang milik Li Sin huan, sesungguhnya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang amat
tak sedap dipandang, walaupun diantara kedua keluarga tersebut sudah tidak membicarakan soal
dendam kesumat lagi, tapi paling tidak kalian pun tak usah membonceng ketenarannya!"
Mendadak air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Siau hiang, sambil menjatuhkan diri
berlutut dan menyembah beberapa kali, dia berseru dengan terharu:
"Terima kasih banyak kongcu, inilah suatu ucapan yang tak akan kulupakan untuk selamanya!"
"Tapi ucapanku ini suatu perkataan yang sangat biasa!" kata Ting Peng dengan wajah
tercengang. "Tapi setiap kali orang lain tahu kalau aku adalah keturunan dari Liong Siau im, mereka pasti
membeberkan kembali kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan oleh leluhur kami, mereka
tak pernah menganjurkan diriku untuk berbuat begini berbuat begitu."
Ting Peng segera tertawa.
"Sekalipun dibeberkan kembali juga bukan masalah, Li Sin-huan berhasil dan bernama besar,
sejak awal sampai akhir tidak menderita kerugian apa pun juga, sekalipun dia menderita
sepanjang masa gara-gara Mak co mu Lim Si ing, tapi akhirnya toh berhasil menemukan ganti nya
dari tubuh Sun Siau hong, sebaliknya kalian menderita kerugian besar akibat peristiwa tersebut,
jadi kau dihitung kembali justru dialah yang masih berhutang kepada kalian!"
Dengan terharu Siau hiang berkata:
"Selama seratus tahun belakangan, Kong cu adalah orang kedua yang berkata demikian, aku
rasa leluhurku dialam baka pasti akan berterima kasih sekali atas perkataanmu itu"
"Siapakah orang yang lain?"
"Li Sin huan sendiri."
Selama seratus tahun belakangan ini, kejadian tersebut sudah menjadi buah bibir setiap orang,
hampir semua manusia tahu dan membicarakan masalah tersebut, tapi apa sebabnya cuma dia
orang yang memberikan penilaian demikian"
Li Sin huan sudah merupakan malaikat diantara para pendekar.
Sebaliknya Ting Peng justru penuh diliputi oleh napsu iblis, mengapa mereka berdua justru
mempunyai pemikiran yang sama" Padahal kedua orang itu mempunyai cara bekerja yang sama
sekaii berbeda" Tapi mereka justru mempunyai pula banyak persamaan satu sama lainnya.
Mereka berdua sama-sama merupakan manusia yang mempunyai perasaan yang kaya.
Mereka adalah manusia-manusia yang cerdas dan berakal panjang.
Mereka pun sama-sama manusia yang menggunakan golok, bahkan berhasil dalam
permainan goloknya hingga mencapai suatu taraf yang sukar diimbangi orang lain.
Baik malaikat atau iblis, kedua-duanya merupakan suatu tingkatan perasaan yang amat tinggi.
Bila sudah berada dalam keadaan demikian! malaikat belum tentu selalu lurus, iblis pun belum
tentu selalu sesat. Mungkin, inilah yang dinamakan meski bercabang-cabang, sesungguhnya asalnya tetap satu.
Mungking teori ini kelewat dalam.
Teori yang dalam belum tentu dipahami Ting Peng, tapi sewaktu dia mendengar dirinya
disamakan dengan Li Sin huan, diapun tidak merasakan suatu perasaan bangga, tidak pula
merasa terkejut atau tercengang yang luar biasa.
Dia seakan-akan merasa kalau hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan.
Tapi dalam pandangan Siau hiang, Ting Peng pada saat ini seakan-akan jelmaan dari malaikat
suci, malaikan suci yang telah melampaui tingkatan Li Sin huan..
Sebab dia adalah keturunan keluarga Liong, orang-orang dari keluarga Liong tidak lagi
membenci Li Sin huan, tapi merekapun tidak mengangapnya sebagai malaikat.
Dengan termangu-mangu Siau Hiang mengawasi wajah Ting Peng, sorot matanya penuh
pancaran rasa hormat dan kagum.
Kini, dia bersedia mati seribu kali, bahkan selaksa kali demi orang ini.
ooo0ooo Pemuda itu masih tergelatak tak sadarkan diri di atas tanah, ketika mereka sedang
berbincang-bincang. Ah Ku membungkukkan badan untuk memeriksa anak muda tersebut.
Ia segera mengetahui kalau pemuda tersebut ditotok oleh semacam ilmu menotok jalan darah,
tapi walaupun dia telah mencoba membebaskan pengaruh totokan itu dengan tujuh belas macam
cara, tak satupun yang berhasil.
Sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa Ting Peng berkata:
"Ah ku percuma, akupun telah mencobanya, meski ilmu membebaskan jalan darah yang
kumiliki tidak lebih banyak darimu tapi keenam macam cara yang kugunakan sama sekali berbeda
dengan cara yang kau pergunakan barusan, nyatanya dia sama sekali tak bereaksi, Siau hiang,
kau adalah kitab berjalan dari dunia persilatan, coba kau amati dulu siapakah orang ini ?"
Siau hiang mengamatinya beberapa saat, kemudian baru berkata:
"Budak tidak kenal, orang ini belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi
kalau dilihat dari mimik wajahnya, sudah pasti dia adalah keturunan dari keluarga ternama!"
Soal ini tak usah kau katakan lagi", kata Ting Peng sambil tertawa tergelak, dia bisa disekap
didalam ruang rahasia oleh Cia Siau giok dengan penjagaan yang begitu ketat diluar ruangan, bisa
disimpulkan bila orang itu bukan manusia yang penting artinya, tak mungkin dia akan diperlakukan
secara khusus, itulah sebabnya aku lantas menyelamatkan dirinya dari sekapan!"
Siau hiang berjalan mendekat, berlutut disisinya dan memeriksa tangannya beberapa saat,
kemudian sambil memperhatiken telapak tangan orangitu, Katanya:
0rang ini mempergunakan pedang, bahkan memiliki kesempurnaan yang mengagumkan anak
muda jaman sekarang amat jarang ada jagoan yang begini lihaynya"
"Dalam hal ini akupun dapat melihatnya tapi bila tidak mengetahui siapakah dia ucapanmu
semua hanya ucapan yang tak berguna.
Siau hiang tertawa. Tidak semuanya perkataan tak berguna menurut apa yang dilihat didepan mata sekarang, ada
dua hal yang berhasil kuperoleh, meski budak tidak kenal siapakah dia, tapi besar kemungkinan
bisa menebak asal usulnya!"
"0ooh, menurut kau, Siapakah dia".
"Delapan sembilan tak akan terpisah dari sepuluh, dari beberapa keluarga ilmu pedang, yang
ada dalam dunia persilatan dewasa ini, hampir sebagian besar sudah kena ditekan oleh
kewibawaan keluarga Cia dari perkampungan Sin kiam San ceng, sikap mereka biasanva suram
dan tak akan memancarkan kegagahan seperti ini, hanya anak keturunan keluarga Kwik dari
Siong Yang yang belum pernah bentrok dengan keluarga Cia, bahkan masih bisa memperlihatkan
kegagahannya sebagai seorang jago pedang!"
?"Aku pikir ucapan tersebut kelewat didipaksakan kebenarannya!"
"Ilmu pedang keluarga Kwik dari Siong yang mengutamakan keterbukaan, kegagahan dan
kecepatan, itulah sebabnya para jago pedangnya selalu dipancari oleh sikap yang gagah perkasa,
dilihat dari mimik wajah pemuda tersebut dapat dilihat betapa gagahnya dia, tak mungkin
kegagahan semacam itu bisa dipupuk melalui ilmu pedang keluarga lain, bagaimana menurut
pendapat kongcu" "Ehmmm, kalau ucapan ini mah masih masuk juga diakal!"
"Ketiga orang yang bisa dipandang serius oleh Cia Siau giok pun hanya anak keturunan dari
keluarga Kwik di Siong yang!"
"Ucapan inipun kelewat dipaksakan kebenarannya!`
"Aku yakin alasanku yang ke empat ini mempunyai kekuatan yang cukup memadahi, keluarga
Cia sedang mengumpulkan pelbagai senjata kenamaan yang pernah tercatat dalam kitab senjata,
mereka hanya kekurangan pisau terbang dari Li Sin huan yang menempati urutan ke empat,
sewaktu kuberikan pisau terbang milik Li Sin huan kepada mereka tadi Cia Siau giok maupun Cia
sianseng tak dapat mengendalikan rasa girang dihatinya, hal ini membuktikan kalau mereka sudah
berhasil mendapatkan pedang baja dari Siong yang dan cuma kurang pisau terbang dari Li Sin
huan, padahal pedang baja dari Siong yang hanya berada ditangan keturunan keluarga Kwik.
Sedang pemuda itupun terjebak dalam perkampungan Sin-kiam san-ceng"
"Aku tahu, alasanmu hampir semuanya cukup memahami," kata Ting Peng sambil tertawa,
Cuma sayang kau basih kekurangan bukti yang nyata, mengapa kitatidak menyadarkan dia lebih
dulu kemudian baru ditanyai duduk persoalan yang sebenarnya?"
"Kongcu dan paman Ah ku saja tidak berhasil menolong dia, masa budak bisa membantu?"
"Setan cilik, kau tak usah bermain setan lagi dihadapanku, bila kau tak mampu menyadarkan
dia, mungkin di dunia ini tiada orang bisa menyadarkan dirinya lagi!"
"Kongcu atas dasar apakah mengahrgai budak ?"
"Sejak aku tahu kalau kau adalah keturunan Liong Siau im, apu percaya kalau kau memiliki
keammpuan tersebut!"
"Mengapa ?" "Sebab aku tahu kitab pusaka Leng hoa poo-ci peninggalan dari Jian bin khi jin (manusia aneh
bermuka seribu) Giok Lian hoa telah terjatuh ketangan keluarga Liong kalian, meskipun kitab
aslinya sudah hilang ditangan kakekmu ketika dia hendak menjumpai Sangkoan Kim hong untuk
menebus nyawa Li Sin huan, tapi sebagian besar isi kitab Kian hoa poo-ci tersebut sudah


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diwariskan oleh Lim Si ing kepada putranya Liong keh im adalah seorang yang pintar dan sudah
pasti telah mengingat semua isinya, masa dia tidak mewariskan kepandaian tersebut kepadamu?"
"Untung saja ucapan ini diutarakan oleh kongcu, coba kalau orang lain mengetahui akan
persoalan ini, mungkin nyawa budak sudah terancam oleh mara bahaya"
Kembali Ting Peng tertawa.
"Siau hiang, kau tak usah kuatir, selama ada aku disisimu, maka kau tak usah menguatirkan
keselamatanmu lagi, sebelum orang lain melukaimu, dia harus mampu melangkahi mayatku lebih
dulu, dan agaknya hal ini merupakan suatu peristiwa yang mustahil bisa terjadi"
Siau hiang benar-benar merasa amat terharu, dia tidak jual mahal lagi, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah kotak perak dan didalam kotak tersebut terdapat belasan batang jarum
emas. Dia mengeluarkan sebatang jarum dan segera ditusukkan kedalam jalan darah pemuda itu,
seakan-akan tak perlu diperhatikan lagi dengan matanya, tusukan itu begitu cepat dan sasarannya
tepat. Rasa kaget segera menghiasi wajah Ah ku, tapi Ting Peng seakan-akan sudah mengetahui
akan hal ini, wajahnya sama sekali tidak menampilkan perasaan keheranan.
Tatkala Siau hiang menancapkan jarum emas yang kelima belas, pemuda itu mulai merintih
sambil membalikkan tubuhnya.
Sambil tertawa Siau hiang lantas berkata:
"Kwik kongcu, berbaringlah denagn tenang lebih dulu, baru saja jalan darahmu kutembusi,
sebentar jarum-jarum emas itu kucabut, kau baru boleh berbicara, kalau tidak, bila sampai
mengalami peredaran darah yang terbalik, bisa berabe jadinya!"
Pemuda itu menurut dan segera memejamkan matanya rapat-rapat kemudian berbaring tak
bergerak ditempat semula.
Dengan sangat berhati-hati sekali Siau hiang mencabuti jarum emas tersebut satu persatu
secara beraturan, setelah diseka dengan sapu tangan, jarum-jarum itu baru dimasukkan kembali
kedalam kotak. Setiap jarum tersebut menancap satu inci lebih kedalam tubuh, namun ujung jarum sama
sekali tak nampak noda darah, bahkan setelah dicabut keluar pun dari lubang bekas tusukan tak
nampak darah yang mengalir keluar, hal mana kontan saja membuat Ah Ku semakin tertegun
dibuatnya. Sambil tertawa Ting Peng segera berkata.
"Ilmu yang tercantum dalam kitab Lian hoa po ci sungguh luar biasa sekali, Siau hiang, apakah
kim ciam kay hiat ci hoat (ilmu membebaskan jalan darah dengan tusukan jarum emas) mu itu
dapat membebaskan segala macam totokan darah?".
"Benar, mendiang kakekku Liong keh im baru merasa menyesali kepicikan pikiran sendiri
setelah menjelang masa tuanya, maka diapun lantas memusnahkan semua cara untuk mencelakai
orang serta ilmu silat keji yang tercantum dalam kitab pusaka tersebut, yang tertinggal hanyalah
kepandaian-kepandaian untuk menolong manusia, bahkan ditambahi pula dengan beberapa
macam kepandaian yang tercantum dalam kitab Lian hoa Poo-ci, tapi masih lebih dari cukup untuk
digunakan menolong orang."
"Kakekmu benar-benar seorang manusia yang luar biasa!" seru Ting Peng kemudian dengan
wajah serius. Siau hiang tertawa hambar.
"Sementara itu, sang pemuda tadi sudah dapat merangkak bangun dan duduk, tiba-tiba ia
berkata: "Terima kasih banyak nona, atas bidu pertolonganmu"
"Jangan berterima kasih kepadaku Kwik kongcu, aku hanya membantumu untuk
menghilangkan pengaruh totokan, yang menyelamatkan dirimu dari sekapan musuh adalah
kongcu kami." pemuda itu segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam sambil berkata:
"Terima kasih atas pertolongan dari saudara, Kwik lm liong tak akan melupakan untuk
selamanya" "Ooah, anda benar-benar she Kwik?" seru Ting Peng dengan wajah tercengang.
"Benar, bukankah nona itu kenal dengan diriku?"
"Aku pun tidak kenal" jawab Siau-hiang "apa yang kukatakan tak lebih hanya berdasarkan
dugaan saja. . ." "Berdasarkan dugaan saja?" " seru Kwik In liong keheranan, "padahal nama marga yang ada
begitu banyak, mengapa nona justru memilih nama marga Kwik.
Tentu saja berdasarkan suatu analisa" kata Siau hiang sambil tertawa "sekarang aku tidak
salah menduga bukan, hal ini menunjukkan kalau analisaku tadi memang masuk di akal juga"
Ketika Ting Peng menyaksikan dia seperti hendak menanyakan sesuatu lagi, sambil tertawa
dia segera menukas: "Bukankah saudara Kwik berasal dari perkampungan keluarga Kwik di kota Siong Yang?"
Kembali kwik In liong manggut-manggut.
Benar, Kepergian siaute ini merupakan kepergian siaute yang pertama kalinya, tapi saudara
dapat mengenali dusun siaute rupanya kita pernah bersua dimasa lalu"
Tidak, tapi golok Siong yang dari saudara Kwik amat kentara, setelah kupikir-pikir dan merasa
tiada keluarga lain yang merupakan keluarga persilatan, maka akupun lantas menduga kalau
saudara kwik berasal dari Siong yang.
Kwik in liong kelihatan gembira sekali.
Ucapan saudara kelewat sungkan, kami hanya membonceng ketenaran dari leluhur kami saja
untuk bercokol terus dalam dunia persilatan, padahal anak keturunan keluarga Kwik tidak
mempunyai kelebihan apa-apa, terutama sekali siaute, boleh dibilang benar-benar memalukan
sekali, belum setengah bulan keluar rumah aku sudah dipecundangi orang habis-habisan, belum
lagi pedang dicabut, orangnya sudab dirobohkan lebih dulu...."
Ketika berbicara sampai disitu, wajahnya segera menampilkan sesuatu perasaan batin yang
amat menderita. "Bagaimana ceritanya sehigga sandara Kwik bisa terkurung didalam perkampungan Sin kiam
san ceng?" tanya Ting Peng kemudian .
Kwik In liong segera menghela napas panjang.
"Aaaai, sesungguhnya memalukan sekali kalau diceritakan, adapun kepergian siaute kali ini,
pertama untuk mencari pengalaman dalam dunia prrsilatan, kedua ingin mencari dua orang untuk
mencoba ilmu pedang yang kumiliki"
"Orang pertama yang saudara Kwik cari adalah Cia Siau hong dari perkampungan Sin-kiamsan-
ceng?" "Benar, nama besar pedang sakti keluarga Cia sudah lama termashur dalam dunia persilatan,
siaute pernah mendengar semasa mudanya dulu dia pernah menyatroni pelbagai perguruan
pedang kenamaan dikolong langit dan akhirnya berhasil merebut gelar sipedang sakti yang tiada
tandingan tapi dia tidak mendatangi keluarga Kwik di Siong yang, aku tidak mengerti apa
maksudnya itu karena tidak memandang sebelah mata terhadap kami ataukah karena
menganggap ilmu pedang keluarga Kwik kami tidak berharga untuk mencoba, itulah sebabnya aku
hendak mencarinya dan menayai persoalan ini sampai jelas!"
"Persoalan ini tak usah kau tanyakan lagi kepadanya, sebab aku dapat memberikan jawaban
untukmu" kata Ting Peng sambil tertawa, dia bukannya tak ingin melainkan tak berani!"
"Tak berani ?" "Benar tak berani, bukan hanya Cia Siau hong saja, bahkan setiap umat persilatan tak berani
mencari gara2 dengan orang perkampungan keluarga Kwik!"
"Saudara, walaupun perkampungan keluarga Kwik mempuyai nama dalam dunia persilatan,
itupun dikarenakan perjuangan leluhur kami, selama berapa puluh tahun ini meski kami tiada
hentinya melatih ilmu pedang kami secara tekun, namun amat jarang keluar rumah dan berkelahi
dengan orang, Siaute tidak mengetahui kalau keluarga kami memiliki nama dan kewibawaan
sebesar ini!" Ting Peng tertawa. "Saudara Kwik boleh tidak percaya, tapi kesemuanya ini merupakan kenyataan, cuma tak ada
orang yang berani memberitahukan kepadamu saja, untung saudrra Kwik bertanya kepada siaute,
coba kalau bertanya kepada orang lain, kemungkinan besar orang tak akan mengatakan apa
alasannya kepadamu."
"Apakah hal ini disebabkan nama dari perkampungan keluarga Kwik kami terlampau jelek" "
"Nama baik keluarga kalian sudah termashur dan dikenal setiap orang selama seratus tahun
belakangan ini keluarga kalian selalu dihormati dan disegani setiap orang"
"Siaute rasa peraturan perkampungan kami kelewat ketat diantara keturunan kami pun tak ada
yang berani berbuat ulah diluaran, semestinya orang tak usah jeri kepada kami.
Kembali Ting peng tertawa.
"Bila orang-orang dari keluarga kalian amat menghina orang dan mengandalkan kepandaian
untuk berbuat sewenang-wenang, tak mungkin orang lain akan merasa jeri kepada kalian, malah
justru orang akan berdatangan untuk menuntut balas atau minta pertanggungan jawab kalian,
justru karena keluarga kalian termashur karena kejujuran dan kegagahannya, maka orang
persilatan menjadi segan kepada kalian, menaruh hormat kepada kalian dan tak seorang pun
berani mendatangi perkampungan kalian untuk membuat keonaran"
Alasan tersebut tidak terlalu baik, tapi Ting Peng memang tak mampu memberikan alasan
yang lebih baik lagi, dia bukan seorang yang bisa membohong, tapi kalau dia berkata terus terang
dengan mengatakan bahwa selama ini keluarga Kwik bisa selamat karena selalu dilindungi oleh
anak murid dari Li Sin huan dan Hui kiam kek A hui, mungkin Kwik In liong tak sanggup menahan
diri. Entah mengapa Ting peng memang menaruh kesan yang sangat baik terhadap pemuda ini,
dia tak ingin melukai nama baik serta harga diri dari bocah tanggung yang belum berpengalaman
itu. Untung saja Kwik in liong masih polos dan mempercayai perkataan tersebut dengan begitu
saja. Setelah menghela napas panjang, ujarnya:
"Aku pun tak lebih hanya bertanya saja, bukan benar-benar ingin mencari Cia Siau hong dan
menantangnya untuk berduel, aku pikir dia sudah termashur banyak tahun dan nama tersebut
sudah pasti bukan diperoleh secara kebetulan, ilmu pedangku belum tentu bisa benar-benar
menangkan dia, tentang kalau aku yang salah, seandainya dia yang sampai kalah, aku kan bisa
menjajarkan nama besarku setaraf dengan nama besar nya".
Ting Peng semakin menyukai bocah ini, dia muda, jujur, polos, tidak terlampau tinggi hati,
berhati baik dan selalu memikirkan keadaan orang lain, dia memang seorang pemuda yang baik.
Oleh karena itu, sebetulnya dia ingin bertanya bagaimana sampai dia terjatuh di tangan orangorang
perkampungan Sin kiam san ceng pun segera diurungkan.
Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, mungkin dia sedang teringat akan suatu
peristiwa yang memedihkan hatinya.
Setelah ditahan sekian waktu, akhirnya tahan lagi dia berkata.
"Ketika aku datang ke perkampungan Sin kiam san ceng, dengan amat sungkan dan hormat
Cia Siau giok menjamuku, dia begitu cantik, begitu supel dan pandai bergaul, kami bisa
berbincang-bincang sangat luwes, masing-masing pihak merasa gembira sekali ...."
Kembali sorot matanya memancarkan kesedihan, tapi juga agak termangu seperti seseorang
yang terpikat oleh sesuatu.
Menyaksikan hal tersebut, Ting Peng menghela napas panjang, pikirnya kemudian:
"Lagi-lagi seorang pemuda kena dipikat oleh rayuan maut Cia Siau giok..."
Nada suara dari Kwik In liong lambat laun berubah menjadi marah, katanya lebih jauh:
"Aku bersikap hormat kepadanya, siapa tahu ternyata dia adalah seorang perempuan macam
begitu" "Apa yang dia lakukan terhadap dirimu.?"
"Aku benar-benar tidak habis mengerti, mengapa dia berbuat demikian kepadaku, ia
mencampuri sayur dan arak tersebut dengan obat"
"Oooh...mencampuri sayur dengan obat?" seru Ting Peng tertahan.
"Yaa, dia telah mencampuri sayur dan arakku dengan obat perangsang, bahkan.."
Bagaimanapun juga dia adalah seorang pemuda yang masih polos, ketika berbicara sampai
disitu mukanya berubah menjadi merah karena jengah, kata-kata selalanjutnya pun tak mampu
dilanjutkan, Ting Peng merasa terkejut sekali, dia tahu Cia Siau giok memiliki suatu kepandaian untuk
merayu, jarang sekali ada pemuda yang mampu menahan diri terhadap rayuannya, tapi
tampaknya Kwik In liong tak sampai terpikat oleh perempuan tersebut dengan begitu saja, hal ini
sesungguhnya merupakan suatu hal yang luar biasa.
Maka sambit tertawa katanya.
"Apa dia menyatakan rasa senangnya kepadamu?"
Kwik In liong manggut-manggut, bahkan menunjukkan rasa puasnya terhadap penjelasan dari
Ting peng tersebut. Sesudah menghembuskan napas panjang, katanya lagi:
"Yaa benar, dia menunjukkan sikap yang kelewat hangat atau mau dibilang panas sekali!"
"Oooh, kalau begitu dia mencintai dirtimu?" kata Ting peng sambil tertawa.
"Tidak, dia tidak mencintai diriku, dia hanya mencintai pedang baja keluargaku, aku dapat
melihat kalau dia ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menjebakku, agar aku
memghadiahkan pedang keluargaku itu kepadanya"
"Kalau begitu saudara Kwik keluar dengan membawa serta pedang baja keluargamu?"
"Benar, inilah lambang kehormatan dan kejayaan dari keluarga kami, setiap anak cucu
keluarga Kwik yang melakukan perjalanan didalam dunia persilatan pasti akan membawa pedang
ini, selain untuk menjaga diri, maksudnya agar selalu memperingatkan kita agar tidak melakukan
perbuatan yang tercela sehingga menodai nama baik leluhur kami, justru karena pedang baja itu
selalu berada disisi kami, maka aku bisa tetap mempertahan kesadaranku kendatipun berada
dibawah pengaruh obat, aku tak sampai terperangkap oleh siasatnya!"
Ting peng amat mengagumi atas keteguhan imannya, sambil tertawa tanyanya kemudian:
"Lantas kalian saling bertarung?"
"Tidak, berada dalam keadaan seperti itu, aku benar-benar tak mampu untuk turun tangan,
sebab dia bertangan kosong belaka, dan lagi tidak mengenakan busana.`
Tak tahan lagi Ting peng segera tertawa tergelak.
"Haaahhh . . . . haaahhh. . . haaahhh. . . dalam keadaan seperti ini memang tidak leluasa
bagimu untuk turun tangan, andaikata kau membunuhnya, sekalipun kau terjun ke sungai Huang
ho dan mandi sepuluh kali pun nodamu tak akan tercuci bersih!"
?"Soal itu mah aku tidak takut, bagiku yang penting adalah hatiku tidak menaruh suatu maksud
buruk, aku sama sekali tidak menggubris terhadap pandangan orang lain, waktu itu aku tak bisa
turun tangan karena hatiku memang merasa tak mampu untuk turun tangan!..
Apa tindakan saudara Kwik selanjutnya"
"Terpaksa aku harus minta dini, diapun tidak menghantarku, namun aku mengerti bahwa dia
tak akan melepaskan aku dengan begitu saja, betul juga belum lagi berjalan keluar dari
perkampungan, aku sudah terkena sergapannya, dari dalam kebun tahu-tahu muncul sebuah
jaring besar yang mengurung aku dari atas"
Maka pedang baja milik keluarga Kwik pun terjatuh ketangan orang orang Sin kiam san ceng?"
Kwik In liong segera menggeleng.
Itu sih tidak, sewaktu aku berjalan masuk kedalam kebun, sudah kuduga kalau pedang ini sulit
untuk kupertahankan pada hari ini, maka aku telah mencari suatu tempat dan
menyembunyikannya!" Mendengar perkataan tersebut, tak tahan lagi Ting Peng tertawa, ia mentertawakan
Kepolosan orang, ingin menyembunyikan diri suatu benda yang telah diincar orang di dalam
perkampungan Sin kiam san-ceng, mungkin hanya anak muda yang bisa berpikiran demikian.
Namun Kwik In liong amat mempercayai tempat penyimpanannya itu, kembali dia berkata:
Tempat yang kugunakan untuk menyembunyikan pedang itu amat rahasia sekali letaknya, tak
nanti mereka akan berhasil untuk menemukannya, aku melompat naik ke atas sebatang pohon
bwee tua dan menemukan sebuah cabang pohon yang amat tersembunyi, lalu kutancapkan
pedangku disana, kemudian Cia Siau giok sudah tiga kali menanyakan persoalan itu kepadaku,
dia berulang kali memaksaku untuk menyerahkan pedang itu, dari sini dapat disimpulkan kalau dia
belum berhasil emnemukan pedang bajaku itu!"
Ting Peng agak percaya, seandainya dia memang menyembunyikan pedang tersebut disana,
besar kemungkinannya Cia Siau giok memang tak akan berhasil menemukannya.
Akan tetapi setelah ia menyaksikan mimik wajah Siau hiang, dengan cepat anak muda ini tahu
kalau harapan pedang tersebut masih berada di tempat semula kecil sekali.
Cia Siau giok telah menyebarkan mata-matanya diseluruh penjuru perkampungan Sin kiam
san-ceng, tak mungkin mereka akan melepaskan setiap gerak gerik dari Kwik In liong dengan
begitu saja. Namun diapun tak ingin menghilangkan rasa gembiranya, maka sambil tertawa ujarnya:
"Kwik-heng, harap kau memberitahukan letak pohon bwe tersebut kepadaku, siaute akan
mengambilkannya untukmu!"
"Tidak, aku hendak pergi mengambilnya sendiri"
Ting Peng segera tertawa.
"Saudara Kwik, walaupun perkampungan Sin kiam san ceng berusaha untuk mengumpulkan
berbagai macam senjata tajam yang tercantum dalam kitab senjata, hal tersebut dikarenakan
hobby saja, senjata tajam itu sama sekali tidak memiliki nilai yang terlampau luar biasa, dia tak
segan-segan melakukan kesalahan terhadap saudara Kwik, hal ini sudah pasti dikarenakan dia
mempunyai maksud lain.!"
"Akupun berpikir demikian, cuma ia sama sekali tidak mngajukan permintaan lebih jauh,
sehingga aku benar-benar tak bisa menebak apa maksud tujuannya yang sesungguhnya?"
"Perduli apakah maksud tujuannya, yang paling penting dia menaruh perhatian khusus
terhadap suadara Kwik, mengapa saudara Kwik harus menampakkan diri lagi untuk memasuki
perangkap?" "Kali ini aku bisa bertindak lebih berhati-hati lagi"
Ting Peng tertawa. "Serangan secara terang-terangan mudah dihadapi, serangan secara menyergap itulah yang
perlu dikuatirkan, saudara Kwik, senadainya sampai saatnya nanti lagi-lagi dia melemparkan
selembar jaring, apakah kau tak akan dibikin gelagapan lagi?"
Selapis rasa murung yang amat tebal segera menyelimuti wajah Kwik In liong, katanya
kemudian: "Betul juga, entah jaring itu terbuat dari bahan apa" Selain keras dan kuat juga mempunyai
daya lentur yang besar, bila sudah membungkus dibadan maka rasanya mau meronta untuk
melepaskan diripun sukarnya bukan buatan, tapi aku harus menemukan kembali pedang itu!"
"Seandainya saudara Kwik mempercayai aku, serahkan saja kepada siaute untuk
mengerjakannya, tak sampai tiga hari pedang baja milik saudara Kwik pasti sudah kudapatkan
kembali!" Kwik In liong termenung sambil berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Baiklah, aku tidak kuatir tidak melangsungkan duel satu lawan satu, tapi aku benar-benar


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuatir dengan siasat busuk mereka, apalagi pihak lawan pun tergantung seorang anak gadis aku
merasa sungkan untuk bertindak kelewat batas, kalau begitu terpaksa harus merepotkan saudara
sebentar. Aaah, betul, aku belum menanyakan nama saudara, coba kau lihat, aku betul-betul
sudah kelewat pikun.".
Ting Peng tertawa. ?"Lebih baik saudara Kwik jangan bertanya lebih dulu, kalau tidak, kita bisa gagal menjadi
teman bahkan bisa jadi akan disusul dengan suatu pertarungan!"
"Maksudmu?" Sebab akulah orang kedua yang hendak saudara Kwik cari untuk diajak berduel"
"Aaah, tak mungkin, orang kedua yang hendak kucari untuk kuajak berduel adalah seorang
jago golok muda yang bernama Ting Peng, dia menggunakan sebilah golok iblis"
Sambil tertawa dan menepuk-nepuk golok disisi tubuhnya, Ting Peng berkata:
"Apakah sebilah golok bulan sabit?"`
Kwik In liong segera menjerit sekeras-kerasnya.
"Haaahh, jadi kau .... kau adalah Ting Peng" "
"Betul, sasaran pertama dari saudara Kwik adalah Cia Siau hong, maka aku lantas menduga
bahwa akulah orang ke dua yang mungkin menjadi sasaranmu"
Kwik In liong segera menundukkan kepalanya rendah-rendah.
"Habis sudah sekarang! Habis sudah ....".
"Saudara Kwik ada persoalan apakah yang membuat pikiranmu tak bisa terbuka"
Kwik In liong menghela napas panjang.
"Aku sudah dipermainkan Cia Siau giok secara habis-habisan, tentu saja aku tak dapat pergi
mencari Cia Siau hong untuk diajak berduel, dan sekarang akupun menerima kebaikan darimu,
tentu" saja aku pun tak dapat mencarimu untuk diajak ber duel, hal ini bukankah berarti
perjalananku dalam dunia persilatan hanya perjalanan yang sia-sia belaka?"
"Saudara Kwik, kecuali kami berdua, apakah kau sudah tidak mempunyai sasaran ketiga yang
bisa diajak untuk duel?" kata Ting Peng sambil tertawa.
Dengan angkuh Kwik In Liong menjawab:
"Didalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali kalian berdua, manusia darimana lagi yang
pantas untuk disebut sebagai seorang enghiong" Aku orang she Kwik kalau bukan mencari
enghiong untuk diajak berduel. apakah aku harus mencari kaum berandal?"
Ucapan tersebut cukup gagah dan perkasa, sayang Ting Peng lagi-lagi tertawa dingin.
"Heeehh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . setelah Sangkoan Kim hong mati dulu, perkumpulan Kim
chee pang pun ikut buyar, tapi kakekmu Kw ik Siong yang cianpwe setelah mati, nama besar
Siong yang kiam masih termashur sampai dimana-mana, tapi kenyataannya didalam urutan nama
senjata dalam kitab senjata, nama Sangkoan Kim hong justru masih berada diatas nama Kwik
Siong Yang!" Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, hal ini merupakan suatu kenyataan
yang tak bisa disangkal, maka sambil menghela napas panjang katanya kemudian:
"Aku sungguh berharap Sangkoan Kim hong mempunyai putra atau ahli waris yang masih
hidup didunia ini, sehingga aku dapat mencari mereka untuk diajak berduel, akan kubuktikan kalau
pedang Siong yang thi kiam belum tentu lebih kalah ketimbang sepasang gelang Liong hong siang
huannya...!" "Saudara Kwik, mengapa sih kau masih panasan hati terus menerus" Mengapa tidak kau
bayangkan meskipun ilmu silat Sang koan kim hong mengungguli ayahmu, tapi sampai kini tidak
banyak orang yang bisa mengingatnya, sedangkan nama besar kakekmu masih dikenal dan
dihormati setiap orang, hal ini membuktikan kalau nama besar seorang enghiong belum tentu bisa
tetap langgeng hanya berdasarkan soal ilmu silat saja"
Kwik In liong menundukkan kepalanya semakin rendah.
"Tentang soai ini, akupun tahu!"
"Bila saudara Kwik sudah mengetahui akan hal ini, maka kau tak akan merasa sedih karena
kepandaianmu kalah dengan kepandaian orang lain, sewaktu baru pertama kali terjun kedalam
dunia persilatan dulu, siaute pun mempunyai jalan pemikiran seperti apa yang saudara Kwik
pikirkan sekarang, itulah sebabnya aku mendatangi perkampungan Sin kiam san ceng dan
mencari Cia Siau hong untuk mengajaknya berduel"
Konon pertarungan tersebut belum menghasilkan keputusan siapa menang dan siapa kalah"
"Boleh dibilang demikian, kata Ting Peng sambil tertawa, dalam kenyataan kami tak pernah
bergebrak secara sungguhan waktu itu, kami hanya berbicara saja, namun cukup dalam beberapa
patah kata saja, masing-masmg pihak sudah merasa lebih dari cukup!"
"Sudah cukup?" "Betul, sudah cukup, hari itu kami berjumpa didalam pesanggrahan Cong kiam lu, waktu itu Cia
tayhiap sama sekali tidak membawa pedang tapi aku dapat merasakan bahwa kesempurnaan ilmu
silat yang dimilikinya sudah tak mamptu ditandingi oleh siapa saja!"
Termasuk golokmu pun tak sanggup?"
"Yaa, tidak sanggup golokku masih ada wujudnya, tapi dia sudah berhasil mencapai ke
tingkatan yang tidak berwujud, seperti ombak dahsyat ditengah samudra, se waktu dia
menggulung datang siapapun tak akan mampu membendungnya dengan pedang atau golok apa
pun jua " Kwik In liong tidak bersuara.
Biasanya kalau membungkam akan berarti mengakui atas kebenaran dari perkataan lawan.
Ting Peng berkata lebih jauh.
`Setelah berada dalam keadaan seperti itu, akupun tak sanggup untuk mencarinya dan
menantangnya berduel karena aku tahu bahwa aku tak akan berhasil menangkan dia!"
Tapi ada pula orang mengatakan saudara Ting berhasil mengungguli dia"
Ting Peng segera tertawa.
"Boleh juga dibilang demikian, sebab selain kenyataan setiap orang boleh berkata demikian,
karena dia sudah menjauhkan diri dari soal nama dan kedudukan, tak mungkin dia akan mencari
orang untuk diajak berduel, bila kita menantang seseortang yang tak bersedia melayani tantangan
kita itu, maka siapapun dapat pula menangkan dia!"
"Seandainya ada orang hendak memaksanya untuk turun tangan?"
"Aku percaya diapun tak akan melancarkan serangan balasan!" ujar Ting Peng sambil tertawa.
"Sekalipun ada orang memalangkan pedangnya diatas tengkuk diapun ia tak akan
melancarkan serangan balasan?"
"Tiada orang dapat menggunakan ancaman pedang yang ditempelkan diatas tengkuknya, juga
tiada seorang pun yang dapat berbuat demikian!"
"Mengapa?" Ting Peng berpikir sebentar, kemudian baru ujarnya:
"Tentunya saudara Kwik pernah melihat patung Ji lay Hud ditengah kuil bukan" Ada pula yang
menyembah patung Bu dha jian jiu ji-lay Hud, diantara tanganxnya terdapat memegang pedang,
adakah seorang yang hendak menantangnya untuk berduel.
"Itu mah berbeda, patung itu toh patung Ji lay-hud!- seru Kwik In liong sambil tertawa.
Dengan cepat Ting Peng menggeleng.
?"Sama sekali tiada bedanya, sebab perasaan yang dia berikan kepada setiap orang persis
seperti patung budha didalam kuil."
"Masa kepandaiannya sudah berhasil di latih hingga mencapai ketingkatan setinggi itu?" tanya
Kwik In liong dengan wajah tertegun. Ting Peng manggut-manggut.
"Benar, dia sudah berhasil mencapai ketingkatan setinggi itu, tiada manusia didunia ini yang
sanggup memandangi lagi, oleh sebab itu saudara Kwik boleh mencoret namanya dari daftar yang
kau buat. Kwik In liong menghela napas panjang.
"Aaaai, didalam kenyataan aku sudah tidak mempunyai daftar nama lagi, sebab dalam daftar
namaku itu hanya tercantum dua nama, sekarang tak mungkin lagi bagi ku untuk mencari kedua
orang ini dan menantangnya untuk berduel!"
"Kalau begitu, saudara Kwik bermaksud pulang ke rumah saja?" tanya Ting Peng sambil
tertawa. "Benar, kalau tidak pulang, apa lagi yang harus kukerjakan" Cuma sewaktu berangkat aku
sudah terlanjur sesumbar dan bicara besar, kalau harus pulang dengan begitu saja, rasanya,
rasanya aku menjadi rikuh sendiri!"
Ting Peng berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Kalau saudara Kwik ingin pulang, hal ini sebenarnya memang merupakan suatu tindakan
yang paling baik, cuma tampaknya saudara Kwik masih belum mau kesepian terus!"
"Yaa, betul, aku belum mencapai usia seperti Cia Siau hong, juga belum berhasil mencapai ke
tingkatan seperti itu, tentu saja aku tak dapat hidup dengan suasana yang begitu hambar!" teriak
Kwik In liong dengan suara keras.
"Betul, betul, sudah seharusnya saudara Kwik banyak melakukan pekerjaan. Apalagi sudah
lama perkampungan Siong yang san ceng tak pernah mengeluarkan pedang Siong yang thi kiam
yang kedua" "Saudara Ting, apa maksud dari perkataan itu?" tanya Kwik In liong tertegun.
Ting Peng kembali tertawa.
"Aaah, tidak apa-apa, hanya nasib saudara Kwik mujur, begitu dilahirkan sudah berada
didalam keluarga jago pedang kenamaan, sehingga kemana saja kau pergi, asal menyebut
sebagai ahli waris keluarga Kwik, maka kau akan segera menerima penghormatan dari siapa pun.
"Aku justru merasa tidak senang dengan hal ini, orang lain bersikap hormat kepadaku, karena
aku adalah ahli waris dari Siong yang, bukan dikarenakan aku adalah Kwik In liong, aku memang
merasa hormat, kagum dan bangga karena watak leluhurku, tapi aku sama sekali tak sudi untuk
membonceng ketenaran dari leluhurku itu!"
"Tapi suadara Kwik sama sekali tidak berniat untuk merencanakan suatu perjuangan agar
nama Kwik In liong menjadi tenar!"
"Siapa bilang tidak" Kali ini aku keluar dari rumah dan menantang Cia Siau hong, serta
saudara Ting tak lain bukan karena aku ingin mencari nama besar bagiku, tapi sekarang. . . "
Ting Peng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ucapnya:
"Saudara Kwik, jika kau benar-benar berniat untuk mengembangkan diri, maka kau tidak perlu
menggotong keluar nama leluhurmu, seandainya kau tidak merasakan keistimewaan daripada
dirimu, seharusnya kalau kau bersikap seperti kebanyakan orang lainnya, berjuang dari bawah,
agar orang lain pelan-pelan mengenali dirimu sebagai Kwik In liong dan kalau bisa maju setapak
lagi bisa menerima kehadiranmu!"
Kwik In liong termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia merasakan hatinya bergetar
keras, kemudian dengan wajah berseri serunya!"
"Terima kasih atas pentunjuk saudara Ting, aku sudah bertekad untuk mulai dari bawah, mulai
sekarang aku tak akan menyinggung soal nama Siong yang-san-ceng lagi, aku hanya akan
berjuang dengan mengandalkan nama Kwik In liong!" "
"Percuma, kata Ting Peng sambil tertawa, "asal saudara Kwik mengeluarkan senajtamu, orang
lain segera akan tahu kalau kau adalah keturunan dari Siong yang!"
"Tak mungkin" ucap Kwik In liong pula sambil tertawa. "pedang Siong-yang thi-kiam sama
sekali tidak mempunyai suatu tanda yang khusus, selain ukiran huruf "Kwik" saja diatas gagang
pedang tersebut, kini pedang itu sudah terjatuh ke tangan orang-orang Sin kiam san ceng, aku pun
tak maui benda itu lagi, aku akan ganti dengan sebilah pedang biasa, agar siapa pun tidak dapat
mengenali diriku lagi"
"Ehmmmm.. Caramu ini betul juga, tapi saudara Kwik hendak mulai dari mana"
Kwik In liong berpikir sebentar, kemudian ujarnya.
(Bersambung ke Jilid 25) Jilid - 25 AKU akan mencari beberapa orang jago kenamaan untuk merobohkan mereka lebih dahulu,
menanti namaku sudah mulai terpupuk akan kucari jago-jago yang bernama besar untuk mencoba
kepandaian mereka, bila mereka semua dapat kurobohkan. . . ."
Ting Peng segera mendengus tukasnya:
Paling banter kau pun hanya akan menjadi seorang jago pedang kenamaan, kendatipum kau
dapat merobohkan semua orang yang ada dan bisa menjadi seorang jago pedang yang paling top,
namamu pun tak akan bisa melampaui kepopuleran nama kakekmu, sebab nama Siong yang thi
kiam diperoleh dari suatu perbuatan yang mulia suatu pengorbanan yang ksatria.
Kalau begitu, aku pun akan melakukan juga perbuatan perbuatan yang manis dan
pengorbanan-pengorbanan secara ksatria!"
Ting Peng segera tertawa.
Kalau cuma membunuh beberapa orang gelintir manusia kurcaci atau membasmi berapa
orang durjana mah nama besarmu tak akan secepat itu menjadi tenar.
Dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti Kwik In liong segeta bertanya:
"Lantas perbuatan macam apakah yang bisa membuatku menjadi tenar dan bernama besar?"
" "Itulah yang sulit untuk dibicarakan, tapi paling tidak harus melakukan suatu perbuatan besar
yang bisa menggetarkan seluruh dunia persilatan, dan dibalik perbuatan itu terdapat suatu
penampilan yang bagus. aku percaya dengan kecerdikan saudara Kwik asal kau bersedia
melakukan segala perbuatan dengan berhati-hati, tidak sulit rasanya untuk menemukan
kesempatan seperti itu!"
Kwik In liong berpikir sebentar, akhirnya dia menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas petunjukmu, sekararg siaute hendak mohon diri lebih dahulu, budi
kebaikanmu ini pasti akan kubalas dikemudian hari, moga-moga ada suatu kesempatan yang baik
bagiku untuk bisa menolong dirimu pula satu kali"
Selesai berkata dia lantas membalikan badan dan berlalu dengan langkah lebar.
Ketika Ting Peng menyaksikan tempat yang ditujunya adalah perkampungan Sin kiam san
ceng, tak tahan lagi dia segera berteriak keras:
"Saudara Kwik kau telab salah jalan!"
"Tidak, aku tidak salah jalan!" Kwik In liong tanpa berpaling lagi:
"Keliru, kau tak boleh berbuat demikian, paling tidak kau harus mencari tempat untuk membeli
sebilah pedang lebih dulu sebelum pergi ke sana .".
Mendengar perkataan itu Kwik In liong berhenti sebentar dan akhirnya berbalik arah tapi dia
hanya lewat saja, sewaktu lewat di samping mereka, dia melemparkan sekulum senyuman, lalu
meneruskan perjalanan nya dengan langkah lebar.
"Keturunan keluarga Kwik memang luar biasa, kongcu hanya cukup memberi sedikit petunjuk
saja dia sudah lantas mengerti!"
Siau hiang memperhatikan bayangan tubuh Kwik In liong dan berkata dengan gembira.
Ting Peng sendiri pun nampak gembira sekali.
"Akhirnva dia toh tidak membuatku merasa kecewa, tidak membuatku membuang tenaga
dengan percuma, aku pun tidak sia-sia memeras keringat untuk membopongnya dari dalam
perkampungan Sin-kiam-san ceng hingga sampai disini!"
Mungkinkah dia masih akan kembali lagi ke dalam perkampungan Sin-kiam-san- ceng?"
"Sudah pasti dia masih akan kembali ke situ, tapi diapun sudah memahami maksud
perkataanku itu, kalau ingin melakukan suatu pekerjaan yang besar dan menggemparkan seluruh
dunia persilatan, perkampungan Sin kiam san ceng inilah satu satunya kesempatan yang paling
baik, asal dapat menyingkap rahasia yang menyelimuti perkampungan Sin kiam san ceng maka
nama besarnya dengan cepat akan melangit dan pasti menggemparkan seluruh dunia persilatan!"
Tapi, apakah ia dapat berhasil dengan sukses atas segala usahanya itu. . . ?"
Sukar untuk dikatakan, tapi kalau dia datang lagi untuk ke dua kalinya nanti sudah pasti tindak
tanduknya tidak akan seceroboh dan segagah seperti pada kedatangan nya yang pertama kali
dulu, dia tak akan mudah tertipu lagi!"
"Heran, mengapa orang baru akan menjadi pintar setelah ia menderita kerugian lebih dahulu?"
tanya Siau hiang dengan nada dan suara yang merdu.
Ting Peng segera tertawa.
Hei. Siau hiang, kau tahu usiamu masih amat muda, mengapa sih kalau berbicara selalu saja
seperti nenek yang bawel dan giginya sudah ompong" judasnya bukan kepalang ......
Siau hiang segera melemparkan sekulum senyuman kepadanya, sifat polos kekanak kanakan
yang menawan hati sempat menghiasi raut wajahnya yang cantik jelita itu.
ooo0ooo MENANTI AH-KU masih bertindak sebagai kusir kereta, sedangkan Ting Peng duduk di dalam kereta,
tangan yang satu memeluk golok bulan sabituya sementara tangan yang lain membelai rambut
Siau hiang: Siau hiang duduk diatas permadani yang melapisi permukaan kereta berbaring diatas lutut
Ting Peng dengan jinak bagaikan se ekor kucing kecil.
Kereta itu sedang lari menuju kearah perkampungan Sin kiam san ceng, dari kejauhan sana,
sebelum tiba di dermaga parkampungan Sin kiam san ceng sudah nampak amat kacau balau
seperti sarang laba-laba yang di usik orang.
Dalam ruang rahasia, Cia Siau giok dan Kim say sedang duduk saling berhadapan sambil
bermuram durja, Ketika mendengar suara gaduh diluar sana, mereka nampak sama sekali tidak
berdaya. Dengan gemas Cia Siau giok memukulkan tinjunya diatas telapak tangan sendiri kemudian
serunya: Dengan susah payah kita berhasil membangun tempat ini menjadi begini rupa, kalau di suruuh
lepaskan semua hasil tersebut dengan begitu saja, aku benar-benar merasa amat tidak terima!"
Singa emas pun menghela napas panjang:
"Aaaaai nona, apa boleh buat, siapa suruh kita mencari gara-gara dengan raja iblis ini?"
Empek Kim, bagaimana kalau kita beradu jiwa saja".
Dengan cepat Singa emas menggeleng.
Tidak boleh, tempo hari aku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagai mana dia
bertanding melawan si naga perak, keampuhan golok sakti penembus langit nya tak mungkin bisa
ditahan olah siapapun "Empek Kim mengapa kau membiarkan manusia semacam ini hidup didunia ini" Konon
sewaktu ia berjumpa dengan Cing-cing waktu itu, kaupun berada di arena?"
Si Singa emas tertawa getir.
"Betul, waktu itu dengan susah payah aku berhasil menemukan jejak setan tua tersebut dan
secara kebetulan pula berjumpa dengan mereka!"
"Waktu itu mengapa kau tidak mencoba untuk membunuhnya?"
Si Singa emas menghela napas panjang. "Aaai pada saat itu aku sama sekali tidak
memandang sebelah matapun terhadap dirinya, sungguh tak kusangka hanya di dalam satu dua
tahun saja, kepandaian silat nya sudah memperoleh kemajuan yang begitu pesat.... !"
Cia Siau giok turut menghela napas.
"Aaai, mungkinkah ilmu silat seseorang bisa mengalami kemajuan yang demikian pesatnya
hanya didalam waktu satu dua tahun saja.
Singa emas termenung sampai lama sekali, kemudian baru sahutnya.
"Bagi sementara orang hal ini jelas tak mungkin, tapi di dalam Mo kau terdapat semacam Ilmu
yang dinamakan Gi giok tay hoat yang mana seseorang dapat mengalihkan tenaga dalamnya


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedalam tubuh seseorang yang lain sehingga pihak lawan bisa berubah menjadi seorang jagoan
yang sangat lihay hanya dalam waktu yang amat singkat"
"Apakah keberhasilan ilmu silat Ting Peng diperoleh dari jalan begini...?"
"Kecuali cara ini, aku rasa tak mungkin ada cara kedua yang bisa mendatangkan keberhasilan
seperti ini" "Tapi mengapa aku belum pernah mendengar tentang kepandaian semacam ini?"
"Didalam Mo kau pun hanya seorang kaucu yang diperbolehkan mempelajari kepandaian
semacam itu!" "Kalau begitu kepandaian silat Ting Peng diperoleh dari setan tua itu?"
"Benar, asal dia menyalurkan tenaga dalamnya ketubuh seseorang maka kepandaian orang itu
sudah menjadi amat tangguh, inilah suatu cara yang biasanya dipergunakan perkumpulan kami
untuk mempersiapkan seorang kaucu baru, agar calon kaucu itu didalam waktu singkat berubah
menjadi seorang jago lihay yang tiada taranya didunia ini"
"Kalau begitu setan tua itu sudah memilih Ting Peng sebagai ahli warisnya"
Si Singa emas berpikir sebentar, kemudian menyahut.
"Tampaknya tidak mirip, sebab dia sama sekali tidak memberi tahukan segala sesuatu tentang
Mo kau kepada Ting Peng` "Lantas siapakah yang akan dipersiapkan sebagai pewaris jabatannya itu?"
"Tampaknya setan tua itu mempunyai rencana untuk mengakhiri perkumpulannya sampai
disini dan tidak bermaksud untuk mengembangkan perkumpulan Mo kau lagi"
"Dia tidak mempunyai hak untuk berbuat demikian" kata Cia Siau giok dengan suara dalam,
"Mo kau adalah perkumpulan besar dari kaum iblis siapapun tidak berhak untuk mengakhiri
perkumpulan Mo kau sampai ditengah jalan."
"Benar, kata singa emas dengan wajah serius, "nona, lohu sekalian lebih condong untuk
mendukung Kiong cu mendirikan partai lain, kesemuanya juga disebabkan hal ini!?"
"Apakah ibuku berhak untuk berbuat demikian?"
"Kiongcu dan setan tua itu berasal dari satu sumber yang sama, tentu saja ia berhak. Asal
setan tua itu tak mampu meneruskan pewarisnya untuk memimpin Mo kau, maka secara otomatis
Kiongcu lah pewaris utama, tapi dewasa ini kita masih belum berdaya!"
"Mengapa ?" "Sebab tongkat iblis kemala hijau Lik giok mo ciang yang menjadi perlambang turun temurun
dari seorang kaucu masih berada ditangan mereka. . . ."
"Apakah kita harus mempunyai benda itu?"
"Betul, seperti juga cap kerajaan yang harus dimiliki seorang kaisar, maka tongkat Lik giok mo
ciangpun merupakan benda mestika yang diwariskan A-siulo Cuncu, cousu angkatan pertama dari
Mo kau. Asal benda itu berada di tangan kita maka semua tianglo baru bisa kita perintah, selama
banyak tahun ini kami sudah berusaha dengan sepenuh tenaga untuk mencari jejak setan tua itu
tujuannya yang terutama tak lain untuk mendapatkan mestika tersebut"
Cia Siau giok termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru ujarnya lagi:
Apakah ibuku pandai ilmu Gi giok sin kang".
Seharusnya dapat, bukankah keberhasilan nona juga akibat dari pengaruh ilmu tersebut?"
Empek Kim, sekarang juga harus pulang ke Ibu kota dan mempelajari kepandaian tersebut.
Nona mau pulang" Si Singa emas tertegun.
"Benar, untuk bisa menangkan Ting Peng aku harus dapat memberikan perlawanan dalam
tenaga dalam, oleh sebab itu aku harus mempelajari kepandaian tersebut.
Aku rasa percuma, kepandaian tersebut memang dapat menambah tenaga dalam yang dimiliki
seseorang, tapi hal ini pun harus ditinjau dulu dari bakat masing-masing orang, Ting Peng adalah
seorang manusia yang berbakat bagus, tenaga dalam yang di milikinya sekarang sudah dapat
mengungguli setan tua tersebut!"
Kau anggap, bakatku tidak dapat melampaui Ting Peng?"
Singa emas agak ragu, kemudian katanya:
"Soal ini lohu tak berani mengatakan secara sembarangan, ayah ibu nona adalah jagoan
nomor satu dikolong langit, tentu saja bakatnya tak mungkin jelek tapi manusia seperti Ting Peng
sesungguhnya merupakan seorang manusia berbakat yang sukar di temukan."
Cia Siau giok tersenyum. "Empek Kim, kau tak usah sungkan-sungkan, aku tahu kalau bakatku tak bisa memadahi bakat
Ting Peng, tapi aku mempunyai cara lain untuk mengatasi kekurangan tersebut.
"Setelah nona mempelajari ilmu Gi giok sin kang, apakah kau hendak menyalurkan tenaga
dalammu kedalam tubuh seseorang agar kemampuan orang itu bertambah hebat?"
"Apakah hal ini bisa dipakai untuk menandingi Ting Peng?" tanya Cia Siau giok sambil tertawa.
"Mungkin tidak bisa, bila tenaga dalam yang dimiliki disalurkan ke tubuh orang lain dengan
ilmu Gi giok sin kang, maka kekuatan tubuh orang yang bersangkutan akan memperoleh kerugian
besar, apalagi nona masih muda dan.."
Tujuanku yang terutama adalah untuk menandingi Ting Peng, apabila hal tersebut tidak bisa
dipakai untuk mencapai tujuan, aku mah tidak akan melakukannya!"
Apa gunanya nona mempalajari ilmu Gi giok sin kang tersebut?" .
Cia Siau giok tertawa. "Soal ini tak usah kau campuri, pokoknya cepat buatkan persiapan, aku ingin bertemu dengan
ibuku secepatnya. Singa emas segera memperlihatkan wajah serba salah, katanya kemudian setelah ragu
sejenak: "Saat ini kiongcu sedang mempelajari semacam ilmu sakti, dia telah menurunkan perintah
yang melarang siapa pun pergi mengacau konsentrasinya"
"Tapi persoalan ini luar biasa, kita sudah mencapai pada saat yang kritis dan ancaman jiwa,
aku rasa hal ini tak bisa dibilang sebagai mengganggu lagi".
Baru saja Singa emas hendak buka suara, Cia Siau giok sudah berkata lagi dengan suara
dalam: "Empek Kim, aku tak ingin menggunakan kata perintah secara sembarangan, tapi untuk
menghormati kau, aku terpaksa harus berbuat demikian, aku tak ingin menggunakan perintah
secara sembarangan, bilamana keadaan benar-benar tidak memaksa, apakah kau ingin
melanggar perintah?"
"Tidak, lohu tidak berani!" seru Singa emas dengan perasaan terperanjat.
"Bagus sekali, kalau begitu berangkatlah sekarang juga!"
"Bagaimana dengan tempat ini ?"
"Lepas saja jangan digubris, biarkan Ting Peng masuk, mau membunuh siapapun biarkan saja
dia membunuh!" "Soal manusia sih tidak menjadi soal, setiap saat kita bisa melatih pasukan baru, yang
kukuatirkan adalah hasil usaha kita selama ini. . . ."
Cia Siau giok segera tertawa.
"Soal ini tak usah kau kuatirkan, asal kita perintahkan kepada mereka agar jangan melawan,
Ting Peng pasti tak akan memusnahkan tempat ini. . . ."
"Apakah nona yakin?"
"Yakin sekali, jangan lupa tempat ini adalah perkampungan Sin kiam san ceng, rumah Cia siau
hong, Ting Peng menaruh rasa hormat terhadap ayahku, dia tak akan berbuat secara semenamena.
coba kalau bukan tergantung hal ini, sekalipun ada sepuluh buah perkampungan Sin kiam
sanceng pun sudah bubar sedari dulu.
Kim say tianglo menghela napas panjang memandang Cia Siau giok yang duduk sambil
tersenyum, tiba-tiba saja timbul perasaan bergidik didalam hatinya.
Kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dia masih mampu untuk
membinasakan Cia Siau giok, tapi entah mengapa, dia justru menaruh sikap yang begitu
menghormat terhadap nona ini, sedikitpun tidak berani membantah perintahnya.
Apakah hal ini dikarenakan kesetiaan"
Orang ini tidak memiliki kesetiaan, kalau tidak, diapun tak dapat menduduki kursi sebagai
pemimpin para tianglo dan menghianati perguruan serta majikannya.
Lantas apa sebabnya dia begitu takut terhadap Cia Siau giok"
Mungkin dia sendiripun tak dapat menjawab pertanyaan tersebut, bukan cuma dia, setiap
orang yang berada dalam perkampungan Sin kiam san ceng pun berperasaan demikian.
Cia sianseng telah datang, ketika menerima perintah dari si nona untuk tetap tinggal disana
menghadapi Ting Peng, paras muka Cia sianseng segera berubah, perintah itu sama artinya
dengan mengumumkan hukuman mati kepadanya.
Tapi kecuali menerima perintah, Cia Sianseng tak berani mengucapkan sepatah katapun.
Mereka semua hidup karena takut mati tapi berada dihadapan Cia Siau giok, nyawa mereka!
bagaikan sampah, mereka sama sekali tak berani menghindarkan ataupun melarikan diri.
Kini Cia sianseng hanya bisa berdoa semoga Ting Peng hanya lewat saja dan tidak memasuki
perkampungan Sin kiam san ceng.
ooo0ooo UNTUNG saja nasib Cia sianseng masib terhitung tidak jelek, kereta Ting Peng hanya berhenti
didepan dermaga. Hanya Siau hiang yang melompat turun, setelah menjura kepada Cia sianseng dengan hormat
diapun berkata: "Kongcu kami datang untuk pamit, dia mau pulang ke rumah, tolong sampaikan kepada nona
Cia bahwa dia minta maaf karena berulang kali datang mengganggu kalian, mungkin dua tiga
bulan lagi kongcu kami baru akan datang berkunjung lagi"
Begitu mendengar kata "pamit", Cia sianseng sudah merasa amat lega hatinya bahkan dia
berjanji mulai hari itu akan bersembahyang setiap hari, dan tiap tanggal lima belas akan
berpantang untuk mengucapkan terima kasihnya atas perlindungan Thian dalam peristiwa hari ini.
Hingga kereta Ting Peng pergi jauh dia baru percaya kalau nasibnya benar-benar lagi mujur.
Maka tergesa-gesa dia kembali ke kamar rahasia untuk menyampaikan kabar gembira itu
kepada Cia Siau giok, tapi begitu masuk ke dalam ruang rahasia dia menjadi tertegun.
Pintu batu yang tebalnya beberapa depa itu, sekarang sudah terbelah menjadi dua dan roboh
di tanah. Diatas tanah masih tersebar banyak sekali kutungan panah dan kutungan tombak, semua
benda tersebut sebetulnya tersimpan dalam alat rahasia dibalik dinding, tujuannya adalah untuk
mencegah orang menyusup ke situ.
Sekarang kenyataan membuktikan kalau alat rahasia tersebut tak pernah berfungsi tapi setiap
panah, setiap tombak telah dibelah orang menjadi dua bagian.
Dari kepala sampai buntut, semuanya terbelah menjadi dua bagian yang sama besarnya.
Siapa yang melakukan perbuatan ini"
Jawabannya hanya satu. . . . Ting Peng.
Hanya golok Ting Peng yang dapat membelah senjata rahasia tersebut, hanya golok bulan
sabit yang bisa membelah pintu batu setebal beberapa depa itu.
Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mampu membelah
apapun. Senjata rahasia, ruang rahasia, gudang bawah tanah, kesemuanya itu seperti mainan kanakkanak
bagi pandangan Ting Peng.
Menyaksikan semua potongan senjata yang terbelah ditanah, mau tak mau Cia sianseng
merasakan hatinya menjadi bergidik.
Ditanah tak nampak noda darah, tak nampak jenasah .... tiada jenasah yang terbelah menjadi
dua. Hal ini membuktikan kalau Cia Siau giok tidak terbunuh, tapi hal itu tidak menunjukkan pula
kalau jiwa Cia sianseng sudah ada jaminan, dia tetap berada disitu, menunggu kemunculan Ting
Peng yang setiap saat akan mencabut nyawamu.
Bahkan Cia sianseng berharap bisa menemukan jenasah Cia Siau giok ditanah, berharap ia
terbunuh oleh Ting Peng. Walaupun Cia Sianseng juga tahu kalau musuhnya amat banyak, seandainya tanpa Sin kiam
san ceng sebagai tiang punggungnya, sulit baginya untuk hidup selama tiga bulan lagi, tapi dia
tetap mengharapkan harapannya terkabul.
Bahkan diapun berharap Ting Peng dapat membacoknya pula dalam sekali bacokan.
Dia tak ingin mati, tapi kadang kala dia merasa pula kalau kematian merupakan semacam
pelepasan, semacam pelepasan dalam bentuk semangat dan jiwa.
Hidup pun kadang kala amat menderita.
Padahal asal dia mau mencabut pedang nya dan menggorok ke atas tenggorokan sendiri,
maka semua persoalan akan menjadi beres, apalagi didalam perkampungan Sin kiam san ceng
paling tidak terdapat dua ribu macam cara untuk membunuh diri sendiri, diantaranya terdapat dua
ratus cara yang sama sekali tidak memberikan rasa sakit barang sedikitpun juga.
Tidak sulit untuk mencari kematian dalam perkampungan Sin kiam san ceng, justru sukar
kalau kau ingin hidup disitu.
Cuma saja Cia sianseng tidak mempunyai keberanian untuk bunuh diri oleh karena itu dia
harus hidup lebih lanjut sambil merasakan pelbagai penderitaan.
ooo0ooo KERETA kembali meneruskan perjalanan kedepan, kali ini menuju ke kota Hang ciu.
Ting Peng memang ingin pulang ke rumah.
Sikapnya masih tetap amat santai, hanya nafasnya agak tersengkal.
Sewaktu berada dalam ruang rahasia milik Cia Siau giok, dia telah mempergunakan goloknya
untuk menghalau senjata rahasia beracun itu.
Setiap panah, setiap tombak, semuanya berdatangan dari arah yang sama sekali tak terduga,
dengan kecepatan yang tak terduga pula.
Setiap panah dan setiap tombak semua sudah terendam dengan racun jahat, tak usah melukai
tubuh kena tersentuh diatas badan pun, dalam waktu singkat korbannya bisa melumer menjadi
luluhan darah. Kebuasan dan berbahayanya ruang rahasia tersebut pada hakekatnya sukar dilukiskan
dengan kata-kata. Tujuan Cia siau giok membuat alat-alat rahasia didalam ruang rahasia itu tak lain adalah
khusus untuk dipakai menghadapi jago lihay dalam dunia persilatan, oleh sebab itu Kim say tianglo
maupun Cia sianseng, bila sudah berada didalam ruang rahasia, mereka akan berdiri tak berkutik
sebab salah2 nyawa mereka bisa melayang disana.
Hanya satu orang yang bisa menerjang masuk dan keluar dengan selamat, orang itu adalah
Ting Peng, cuma Ting Peng sendiripun harus menggunakan tenaga yang sangat besar.
Setiap orang yang berputar satu lingkaran disana, perasaannya pasti tak bisa enteng,
demikian juga halnya dengan Ting Peng.
Sekalipun dia berusaha untuk bersikap tenang, tapi tak dapat mangelabuhi Siau hiang
terutama sekali tangannya yang membelai rambut Siau hiang masih kelihatan gemetar.
Siau hiang menggenggam tangannya dan ditempelkan diatas pipi sendiri, membuat Ting Peng
tak tahan untuk mencubit pipinya yang halus.
Kalau dihari biasa, Siau hiang tentu akan melemparkan sekulum senyuman, tapi hari ini dia
nampak amat risau: "Kongcu telah melangsungkan suatu pertarungan?"
Ting Peng menghela napas..
"Benar, aku harus menggunakan tujuh kali tujuh empat puluh sembilan bacokan sebelum
berhasil keluar dengan selamat."
Dengan perasaan terkejut Siau hiang berseru:
Masa didunia ini terdapat jagoan semacam ini" Masa dia mampu bertarung sebanyak delapan
puluh sembilan gebrakan dengan kongcu"`
Ting Peng tertawa. Bukan manusia, melainkan sebuah rumah setan, didalamnya penuh dengan alat rahasia dan
senjata rahasia, "Masa untuk menghadapi alat rahasia dan senjata rahasia pun harus memaksa kau untuk
menggunakan golok" Bila kau tahu senjata rahasia apakah itu maka kau pun akan tahu kecuali menggunakan golok,
tiada cara lain untuk menghadapi ancaman tersebut.
Kebaikan yang dimiliki Siau hiang adalah selamanya tak pernah membantah apa yang
dikatakan orang, dia mempercayai setiap patah kata yang diucapkan lawan, ketika Ting Peng
mengatakan kalau hanya menggunakan golok saja baru dapat menyelesaikan persoalan itu, dia
Pahlawan Dan Kaisar 20 Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Pedang Kiri Pedang Kanan 9
^