Pencarian

Golok Bulan Sabit 3

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 3


harus melatihnya secara tekun saban hari, tidak akan seperti menemukan uang emas, tahu-tahu
didapatkan dari atas langit dengan begitu saja"
"Ia tak berani berkunjung kemari mencari kita lantaran musti dia sudah kaya tapi ilmu silatnya
tidak terpaut jauh dengan kepandaiannya dimasa lalu?" tanya Liu hujin.
"Ya, dengan kepandaian silat yang dimilikinya itu, sekalipun berhasil menemukan guru yang
pandai, kendatipun dia melatih diri selama sepuluh tahun lagipun paling banter dia masih di bawah
kemampuan Siau song"
"Siau-song" Kau maksudkan Song Tiong?"
Liu Yok siong segera tertawa lebar.
"She Song bernama Tiong, sekali tusukan menghantar ke akherat, selain dia siapa lagi itu
orangnya?" Liu Hujin mengambil mangkuk kecil dari atas meja yang berisi kuah teratai dan meneguknya
beberapa tegukan, kemudian katanya:
"Orang ini mah aku kenal !"
"Agaknya kau juga kenal"
?"Kalau aku yang kenal tak ada gunanya, bila kau yang kenal baru besar kegunaannya"
"Sebab dia hanya mendengarkan perkataanmu, kau suruh dia menuju ke timur, dia tak akan
berani lari ke barat"
"Maksudmu sekalipun aku suruh dia membunuh orang, dia juga akan melakukannya?".
Liu Yok siong tersenyum. "Ya, bila kau suruh dia membunuh satu orang, dia tak akan berani membunuh dua orang, kau
suruh dia membunuh Thio Sam, dia tak akan berani membunuh Li Su"
"Kalau suruh dia pergi membunuh Ting Peng, maka semua rencana dari Ting Peng pun akan
berubah menjadi tak ada gunanya! "sambung Lui hujin sambil tertawa.
Liu Yok sing segera bertepuk tangan sambil bersorak.
"Benar! Benar! Tepat sekali!"
Mendadah Lui hujin menghela napas panjang, katanya:
"Sayang sekali selama dua tahun belakangan ini dia terlalu tersohor namanya, sekarang ia
sudah menjadi sombong dan latah, mana ia mau mendengarkan perkataan dari seorang nenek tua
seperti aku?" Liu Yok siong segera tertawa:
"Selama dua tahun belakangan ini lebih tersohor. tapi bahkan akupun harus menuruti semua
perkataan dari si nenek tua macam kau, apalagi dia" Masa ia berani membangkang?"
Pelan-pelan Lui hujin meletakkan mangkuk berisi kuah teratai itu ke meja, kemudian dengan
kedua jari tangannya memetik sebiji buah anggur dan dimasukkan ke dalam bibirnya yang kecil
mungil itu, dua baris giginya yang berwarna putih tampak indah dan bersih.
Kemudian ia mengerling sekejap ke arah Lui Yok siong dan tanyanya dengan lirih:
*************************
Halaman 9 - 10 hilang *************************
Terpaksa Liu Yok siong tertawa getir, katanya:
"Sekarang tentunya kau sudah tahu bukan, apakah aku benar-benar menuruti perkataanmu
atau tidak" Liu hujin tertawa genit, sahutnya:
"Barang siapa menurut, dia pasti akan memperoleh kebaikan"
Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba tanyanya lagi:
"Inginkah kau, mengetahui dimana saja Ting Peng, Ting kongcu selama dua hari ini?"
"Tentu saja ingin"
"Selama dua hari belakangan ini, dia sedang berpesiar di telaga See ou, tinggal di dalam
pagoda Ang bwee kek, ruang poan sian tong yang dulu pernah didiami oleh Cia Si thong"
?"Waaah .....besar juga lagak Ting Kongcu ini"
Cia Si thong adalah seorang perdana menteri dari kerajaan Lam Song, selama dia memegang
tampuk kekuasaan, kekayaannya tak terhitung, hampir separuh tanah yang ada di daratan
Tionggoan menjadi miliknya, bisa dibayangkan betapa megah dan mewahnya ruang Poan sian
tong tersebut. "Tentunya kau juga tak mungkin tidak tahu dimanakah Siau song berada selama dua hari ini
bukan?" kembali Liu Yok siong bertanya.
"Kau ingin bertemu dengannya?" "
"Yaa, ingin sekali"
Kembali Liu hujin menghela napas panjang, katanya:
"Mengapa tidak kau katakan sedari tadi" Bila aku tahu kalau kau ingin berjumpa dengannya,
sedari tadi dia pasti sudah ku ajak datang kemari"
"Sekarang?" "Sekarang, aku rasa tak gampang untuk menemukan dirinya lagi"
"Kenapa?" "Sebab aku telah menyuruhnya pergi ke suatu tempat yang sangat jauh, jauh sekali"
"Dimana sih letaknya tempat yang sangat jauh, jauh sekali itu?"
"Kota Hang ciu, telaga See ou, pagoda Ang- bwee kek, ruang poan sian thong ."
Liu Yok siong segera tertawa.
"Walaupun aku seorang yang masih hidup, tampaknya apa yang menjadi pikiran dalam
benakku, tanpa ku utarakan pun kau dapat melakukannya dengan segera. . . ." demikian ia
berseru. Dengan mempergunakan sebaris giginya yang putih bersih ia menggigit pelan bibirnya yang
merah merekah seperti buah tho itu, kemudian bisiknya pelahan:
"Kau benar-benar adalah orang hidup" Kembali mencorong sinar terang dari balik matanya,
sinar mata yang merah membara.
Cepat-cepat Liu Yok siong menggelengkan kepalanya berulang kali, keluhnya sambil tertawa
getir. "Aku sudah mati! sekalipun belum mati secara keseluruhan, paling tidak nyawaku tinggal
separuh kini" ooooo0ooooo SONG TIONG bersandar dalam ruang kereta, tampaknya dia sudah tertidur nyenyak.
Kereta itu berjalan sangat tenang, baik rodanya, lantai keretanya, as keretanya mau pun body
keretanya tersebut dari bahan yang paling baik oleh seorang ahli yang cekatan pula sedang kuda
yang menghela keretapun merupakan kuda-kuda pilihan yang sudah lama terlatih.
Ruang kereta itu luas dan nyaman, karena setiap kali sebelum membunuh orang, Song Tiong
selalu harus menjaga kondisi badannya secara baik-baik....
Hanya sebuah kereta yang tenang dan nyaman, baru akan membuat kondisi badannya tidak
menurun dan lenyap sebelum tiba di tempat tujuan.
Oleh sebab itu, secara khusus Liu hujin menyampaikan kereta itu baginya.
Perhatiannya kepada dia jauh lebih teliti dan besar daripada perhatian seorang ibu terhadap
anaknya. Ibu Song Tiong sudah lama meninggal dunia, meninggal ketika ia masih kecil dulu.
Selama banyak tahun dia tak tahu siapa gerangan ayahnya, juga tak pernah menyinggung
tentang ibunya. Bila ada orang menggunakan peristiwa ini untuk mencemoohkannya atau menghina-nya,
seringkali sebuah tusukan pedang segera dihadiahkan kepada orang itu.
Karenanya, ia disebut orang sebagai lt-kiam song tiong (Sebuah tusukan pedang hantar
kematian) Song Tiong. Sesungguhnya Song Tiong tidak suka membunuh orang. tapi dia harus membunuh, entah
karena usaha atau kedudukan, atau harta atau perempuan, ia selalu dipaksa untuk membunuh.
Kesemuanya itu merupakan pengharapan-nya, terpaksa dia harus mempergunakan cara
seperti itu untuk memperoleh apa yang diharapkan.
Yang paling diinginkan bukan nama, bukan kedudukan, bukan pula harta, kekayaan melainkan
karena perempuan, seorang perempuan yang sebenarnya milik orang lain.
Walaupun dengan jelas dan pasti ia tahu kalau dia adalah isteri orang lain, namun ia sudah
terpikat benar-benar sudah tergila-gila hingga hampir saja ia tak sanggup untuk mengendalikan
diri. Senyum genitnya, kerlingan matanya, kemontokan tubuhnya, kesemuanya itu merupakan
suatu borgol yang tak mungkin bisa dibuka, borgol yang telah membelenggu seluruh jiwa dan
raganya. Bila perempuan itu minta kepadanya untuk membunuh dua orang, dia tak akan berani hanya
membunuh seorang, bila ia diminta membunuh Thio sam, tak akan berani ia pergi membunuh Li si.
Nafsu birahi memang ibaratnya sebuah gua yang tanpa dasar, semakin kau masuk ke dalam,
semakin dalam pula kau terperosok .
ooooo0ooooo IA dapat membunuh orang karena dalam hatinya tiada cinta, yang ada cuma benci, sebab
hidup sampai kini, belum pernah diketahui olehnya apa arti sebenarnya dari ?"Cinta".
Dia dapat membunuh orang.
Karena ia telah membayar suatu pengorbanan yang besar, suatu masa latihan yang ketat dan
berat. Setiap orang yang pernah menyaksikan ia turun tangan, semuanya beranggapan kalau
serangannya cepat mana jitu lagi, pada hakekatnya tidak berada di bawah Sin Bu mia.
Ciong Tian pernah melihat dia turun tangan, bahkan Ciong Tian pun beranggapan bahwa
gerakannya sewaktu mencabut pedang pada hakekatnya jauh lebih cepat dari pada Sin Bu mia.
Sin Bu mia adalah seorang jago pedang yang termashur namanya dalam dunia persilatan di
masa lalu, dia tersohor bersama-sama dengan seorang jago pedang lainnya yang bernama "A
hui", seorang jagoan nomor dua dalam perkumpulan Kim to pang setelah Sangkoan Kim hong.
Sim Bu mia tidak berperasaan juga tak bernyawa, bukan saja menganggap nyawa orang lain
seperti barang rongsokan, termasuk nyawa sendiripun ia selalu menganggap enteng.
Demikian pula halnya dengan Song Tiong, Konon setiap kali turun tangan, ia selalu tidak
memikirkan nyawa sendiri, bukan saja menghendaki nyawa orang lain, juga tidak maui nyawa
sendiri. Seringkali orang yang terlalu cepat menjadi tenar dalam dunia persilatan adalah orang-orang
yang tidak maui nyawa sendiri macam dia.
Maka diapun menjadi tenar. She Song bernama Tiong, tusukan yang membawa maut.
Sejak dia berhasil membunuh Hoa say toa han (orang gagah dari Hoo say) Liu Tinkong, umat
persilatan yang tidak mengenali namanya itu boleh dibilang sedikit sekali hingga bisa dihitung
dengan jari tangan. Lui Tin kong sudah dua puluh tahun lamanya menjagoi wilayah Hou say, golok emas serta
telapak tangan bajanya menjadi delapan penjuru, tapi dalam satu gebrakan saja ia telah
membunuh Lu Tin kong. Sekarang, orang yang hendak menjadi korbannya adalah Ting peng.
Ia tidak kenal dengan Ting peng, selama hidup belum pernah menjumpa dengan orang ini,
sebelumnya diapun tak pernah mendengar nama ini disebut-sebut orang.
Tapi dia harus membunuh Ting Peng, sebab perempuan itu menghendaki dia membunuh Ting
Peng. Ia percaya, kekuatannya pasti mampu untuk membunuh orang ini, dia selalu mempunyai
kepercayaannya yang besar terhadap kemampuan serta keampuhan pedangnya.
Pedang ini telah membunuh banyak sekali jago persilatan yang jauh lebih tenar daripada Ting
Peng. Itulah sebabnya, dalam pandangan matanya sekarang, Ting Peng sama artinya dengan
sesosok mayat. Sebab, walaupun kenyataannya sekarang Ting Peng masih hidup, namun tak lama lagi dia
akan mati. Tentu saja mati di ujung pedangnya! Belum pernah pedangnya meleset dari sasaran, siapa
yang dihadapinya ia pasti mampus.
Maka, tak bisa disalahkan lagi kalau dia menyamakan Ting Peng dengan seseorang mayat.
ooooo0ooooo MEMINJAM GOLOK SONG TIONG sudah menjadi mayat.
Sekalipun Song Tiong belum mati, dia tak jauh berbeda dengan sesosok mayat.
Ketika Liu Yok siong melihat dirinya, ia merasa terkejut bercampur keheranan.
Ketika Liu hujin melihatnya, diapun merasa keheranan bercampur kaget.
Setiap orang dapat melihat kalau dia telah berubah, Song Tiong yang dingin kaku dan angkuh
tiba-tiba berubah menjadi lemas lamban dan layu.
Song Tiong yang sebenarnya tak pernah meneguk setetes arakpun, kini mencari arak untuk
diminum, bahkan seteguk demi seteguk menghabiskan arak itu dengan lahapnya.
Selewatnya tiga cawan, Liu Yok siong baru menegur sambil tertawa:
"Kali ini kau pasti amat menderita, akan kuhormati dirimu dengan secawan lagi."
Ia menaruh kepercayaan penuh terhadap Song Tiong. ia percaya tugas yang dibebankan
kepadanya kali ini pasti dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Liu hujin turut berkata pula sambil tersenyum.
"Akupun menghormati tiga cawan arak kepadamu, karena dulu kau tak pernah minum arak"
Iapun menaruh kepercayaan penuh akan kemampuannya, dengan mata kepala sendiri ia
menyaksikan dia membunuh orang.
Caranya membunuh orang selain bersih dan cekatan lagi pula tak pernah meleset, sewaktu
membunuh orang bukan cuma caranya yang cepat dan tepat, malah gerakannya sangat indah
menawan. Sampai kini belum pernah Liu hujin menyaksikan orang kedua yang sanggup menandinginya.
Song Tiong sedang minum arak minum tiada hentinya, dulu ia tidak minum arak bukan
lantaran tak dapat minum, melainkan karena tak ingin.
Tangan seorang pembunuh harus mantap jika terlalu banyak minum arak, sudah pasti
tangannya tak akan menjadi mantap.
Ia seringkali melihat tangan para setan arak gemetaran keras, sedemikian kerasnya gemetar
sehingga untuk memegang cawan arakpun tidak mantap.
Selama ini dia terlalu keheranan, apa sebabnya mereka minum arak" Ia merasa bukan saja
orang-orang itu mengenaskan, lagi pula amat menggelikan.
Tapi sekarang baru tahu, apa sebabnya setan-setan arak itu dapat berubah menjadi setan
arak. Sekarang dia belum mabuk, tapi kalau minum arak macam dia itu dilanjutkan, cepat atau
lambat dia pasti akan mabuk.
Akhirnya Liu Yok siong menyinggung juga masalah pokoknya dia bertanya:
"Akhir-akhir ini pemandangan alam telaga See ou bertambah cantik, apalagi di musim gugur
semacam sekarang ini, bukankah kau telah pergi kesana ....?"
"Yaa, aku telah kesana!" jawaban Song Tiong singkat.
Kembali Liu Yok siong tersenyum.
"Pemandangan alam sangat indah, di udara amat cerah, bertanding pedang di tepi telaga
sungguh merupakan atraksi yang menawan hati, aku yakin perjalananmu kali ini pasti
menggembirakan sekali"
"Tidak, sedikitpun tidak menggembirakan"
?"Tapi aku masih ingat kau pernah berkata kepadaku, musim gugur merupakan saat yang
paling indah untuk membunuh orang, pemandangan air telaga yang indah juga merupakan tempat
bagus untuk membunuh orang, bila seseorang dapat melakukan hajadnya dalam suasana dan
keadaan seperti itu, sudah pasti kejadian ini merupakan suatu kejadian yang amat
menggembirakan" kata Liu hujin pula.
"Tidak, sedikitpun tidak menggembirakan"
"Kenapa?" "Sebab orang yang hendak kubunuh adalah orang yang tak dapat dibunuh .."
"Ting Peng adalah orang yang tak dapat dibunuh?" Liu hujin mengerutkan dahi nya rapatrapat.
"Yaa, dia adalah orang yang tak dapat dibunuh"
"Mengapa?" sekali lagi Liu hujin bertanya.
"Sebab aku belum ingin mati!"
Setelah meneguk dua cawan arak, tiba-tiba ia menggebrak meja keras-keras, kemudian
teriaknya. ?"Aku hanya mempunyai selembar nyawa, kenapa aku harus mati?"
Liu Yok siong segera berkerut kening, sedang Liu hujin berkata pula dengan cepat:
"Tentunya sudah kau coba bukan" Apakah bukan tandingan Ting Peng .....?"
"Aku tak perlu mencoba, juga tak bisa mencoba, sebab asal aku turun tangan, kini aku sudah
menjadi sesosok mayat"
Liu hujin memandang ke arah Liu Yok siong, sedangkan Liu Yok siong sedang memperhatikan
tangan sendiri. Tiba-tiba Liu hujin tertawa, ujarnya:
"Aku tidak percaya dengan ilmu pedangmu, dengan tabiatmu, mana mungkin akan takut
kepada orang lain?" Song Tiong tertawa dingin, jengeknya:
"Kapan aku pernah takut kepada orang lain" Siapa mengatakan aku takut?"
Setelah meneguk beberapa cawan arak, keberaniannya kembali berkobar, serunya keraskeras:
"Andaikata di sana tidak hadir empat orang, bagaimanapun lihaynya Ting Peng aku pasti akan
menyuruhnya mampus di ujung pedangku"
"Empat orang" Siapa saja?" Liu hujin berkerut kerning.
"Sun Hu hou, Lim Siong him, Lamkiong Hoa si, Ciong Tian!"
Paras muka Liu Yok siong segera berubah hebat, kebanyakan orang pasti akan berubah
wajahnya setelah mendengar nama ke empat orang ini.
Siapa tahu Song Tiong justru bertanya lagi:
"Kau juga tahu tentang mereka?""
Liu Yok siong menghela napas panjang, sahutnya sambil tertawa getir:
"Aku rasa hanya berapa orang saja yang tidak mengetahui siapakah mereka..."
ooooo0ooooo ORANG persilatan yang tidak tahu tentang mereka memang tidak banyak jumlahnya.
Sun Hu hou adalah murid pertama dari Siau lim pay aliran selatan, dia memiliki tenaga alam
yang hebat dan memiliki ilmu pukulan Hu hou sin kun dari partai Siau lim.
Selain mampu untuk menundukkan harimau, diapun mampu untuk menundukkan manusia,
sampai detik ini orang ini masih mengakui sebagai pentolan dunia persilatan, di wilayah Kang lam
dan sekitarnya. Lim Siang him adalah saudara angkat Sun Hu Hou, seluruh tubuhnya keras dan kuat,
ibaratnya otot kawat tulang besi, otaknya juga amat cerdas dan cekatan.
Lima tahun berselang oleh delapan buah perusahaan pengawal barang yang paling besar
dalam enam propinsi di Kang lam ia telah diangkat sebagai Cong piautau nomor satu, di seluruh


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dunia, terhadap pengangkatan itu tak seorangpun anggota persilatan di wilayah Kang lam baik
golongan lurus maupun golongan sesat yang melakukan penolakan.
Lam kiong Hoa su lebih tinggi lagi asal usulnya.
Betul keluarga persilatan Lam kiong agak mundur disaat belakangan ini, namun ilmu silat
maupun gayanya tak bisa dibandingkan dengan siapapun juga yang ada didunia ini.
Sedangkan Mengenai Hui im kiam (jago Pedang awan terbang) Ciong Thian, namanya sudah
tersohor sejak dua puluh tahun berselang.
?"Apakah mereka semua berada di telaga See ou?" tanya Liu hujin kemudian.
"Bukan cuma berada di telaga See ou, mereka semua berada pula didalam ruangan Poan cian
thong, pagoda Ang bwee khek"
Setelah meneguk arak kembali lanjutnya:
?"Sudah lima hari aku ke sana, tapi mereka seakan-akan setiap saat, setiap detik selalu berada
disamping Ting kongcu tersebut?"
Liu hujin turut menghela napas panjang setelah mendengar ucapan itu, katanya:
"Hanya berpisah berapa hari, situasinya telah berubah seratus delapan puluh derajat, sama
sekali tak kusangka, kalau Ting Peng masih mampu untuk mengundang kedatangan empat orang
tamu agung macam mereka"
"Orang-orang itu bukan tamu agungnya" bentak Song Tiong.
"Mereka bukan?"
"Paling banter mereka cuma pengawalnya belaka?"
Setelah tertawa dingin, lanjutnya:
"Kalau dilihat dari tampang mereka itu, seakan-akan setiap saat mereka akan berlutut di
hadapannya sambil menjilati kakinya"
Liu hujin tak dapat berbicara sekarang, ia terbungkam dalam seribu bahasa.
Kembali dia memandang ke arah Liu Yok siong, sedang Liu Yok siong sudah tidak
memperhatikan tangannya lagi.
Sekarang dia sedang memperhatikan tangan Song Tiong.
Tangan Song Tiong menggenggam kencang-kencang, kukunya sudah berubah menjadi pucat,
seakan-akan di tangannya sedang menggenggam sebilah pedang yang tak berwujud dan
menghadapi seorang musuh yang tidak nampak bayangan tubuhnya.
Ya, seakan-akan berhadapan dengan seorang musuh yang dia sendiripun juga tahu kalau
sendiripun tak sanggup untuk mengalahkannya.
Tiba-tiba Liu Yok siong berkata:
"Seandainya aku menjadi kau, seandainya kulihat ada mereka berempat berada di di sana,
akupun tak akan berani turun tangan.
"Tentu saja kau tak berani."
"Perbuatan semacam ini bukanlah suatu perbuatan yang memalukan"
"Sebenarnya memang bukan"
"Tapi kau seperti merasa kejadian ini amat memalukan, amat menyiksa perasaanmu, aku
benar-benar tidak habis mengerti sebabnya kau bisa bersikap begitu"
Song Tiong tidak menjawab. dia hanya minum arak, minum dengan sekuat tenaga.
Hanya seorang yang berniat untuk memusuhi diri sendiri baru akan minum arak semacam itu.
Hanya seorang yang merasa perbuatan dirinya amat memalukan baru akan memusuhi diri
sendiri. Kembali Liu Yok siong berkata:
"Sebenarnya peristiwa apakah yang telah kau jumpai di sana" Kenapa kau nampak amat
menderita?" " Tiba-tiba Song Tiong melompat bangun, kemudian teriaknya keras-keras.
"Benar aku merasa sangat menderita, karena aku sendiri tahu bahwa riwayatku sudah habis"
Peluh dingin telah berubah menjadi air mata panas..
Pemuda yang dingin sadis, keras kepala dan angkuh ini ternyata masih bisa menangis
tersedu-sedu ..... Ketika menangis, maka keadaannya tak berbeda dengan seorang bocah cilik yang sedang
menangis. Ia telah berbicara jujur, seperti seorang anak yang mengutarakan semua isi hatinya.
"Padahal aku tidak takut kepada mereka, Sun hu hou dan Lim Siang him hanya mengandalkan
badan yang kebal, Lamkiong Hoa su dan Ciong Tian hanya pandai berlagak, di dalam
pandanganku pada hakekatnya mereka tak laku sepeserpun"
"Tapi aku takut kepada Ting peng."
"Sekarang aku baru tahu, sekalipun aku harus berlatih sepanjang hiduppun jangan harap bisa
menandinginya" "Aku telah mencarinya, menuruti peraturan dunia persilatan untuk mencarinya beradu
kepandaian, agar dia tak sanggup menampik denganku tersebut"
Tapi inilah hasil yang kuperoleh setelah pergi mencarinya!"
Tiba-tiba ia merobek pakaiannya sehingga tampak dadanya yang telanjang..
Dada itu sangat bidang, lagi pula kekar berotot.
"Dia pernah menyaksikan dadanya yang bidang, karena dia pernah berbaring di atas dadanya
sambil merintih, mengatur napasnya yang memburu dan mengigau.
Sekarang di atas dadanya telah bertambah dengan tujuh buah bekas bacokan golok, bekas
bacokan golok yang melengkung seperti bulan sabit.
"Golok yang dia pergunakan adalah sebilah golok yang melengkung, sebuah golok bulan sabit,
belum pernah kusaksikan gerakan golok yang begitu cepat, juga belum pernah kujumpai ilmu
golok seperti itu. "Aku telah memberi tujuh kali tujuh empat puluh sembilan buah tusukan pedang, dia hanya
membalasku dengan sebuah bacokan golok"
"Inilah akibat dari sebuah bacokan golok, selama hidup belum pernah ku alami kekalahan
seperti kali ini, juga tak pernah kusangka akan mengalami kekalahan yang mengenaskan seperti
hari ini" "Aku tahu, sekalipun berlatih seratus tahun lagipun jangan harap bisa menyambut serangan
goloknya itu" "Aku memohon kepadanya untuk membunuh diriku, memaksa dia untuk membunuh aku"
"Tapi dia hanya tertawa saja"
"Walaupun dia tidak berkata apa-apa tapi aku dapat melihat, ia tidak membunuhku karena aku
masih belum pantas untuk mati di ujung goloknya"
"Mulai detik itu juga, aku tahu bahwa riwayatku sudah habis"
Liu Yok siong hanya mendengarkan dengan mulut membungkam, sepatah katapun tidak
bertanya, sepatah katapun tidak bicara.
Sehabis mendengar kisahnya, dia mulai minum arak, minum tiada hentinya.
Ia minum banyak sekali, sudah pasti tidak lebih sedikit daripada Song Tiong.
Oleh karena itu mereka mabuk-mabuk hebat.
Walaupun mabuk tak akan menyelesaikan pelbagai persoalan, namun paling tidak dapat
membuat orang untuk sementara waktu melupakan banyak persoalan.
Hari ini adalah bulan sebelas tanggal enam belas.
Sejak saat itulah, secara beruntun Liu Yok siong minum arak dalam jumlah yang banyak,
minum sampai mabuk hebat dan melupakan segala sesuatu persoalan.
ooooo0ooooo BULAN sebelas tanggal tujuh belas.
Ketika bangun dari tidurnya, Liu Yok siong merasakan kepalanya sakit seperti mau pecah, dan
lagi hawa panas dalam tubuhnya tetap membumbung tinggi ke udara, orang pertama yang teringat
olehnya ternyata bukan Ting Peng melainkan gadis muda yang dijanjikan oleh pedagang obat
temannya itu. Gadis itu baru berusia lima belas tahun, sebetulnya tak lebih hanya seorang bocah
perempuan, namun gadis yang dibesarkan dalam rumah hiburan, umur lima belas tahun sudah
merupakan seorang gadis yang telah matang pertumbuhannya.
Ia terbayang akan pahanya yang panjang, pinggangnya yang langsing, teringat
penderitaannya yang dirasakan ketika pertama kali merasakan sorga dunia, terbayang rintihan
kenikmatan serta kegembiraan dan kepuasan yang menyelimuti wajahnya.
Maka bagaikan seekor kuda yang sedang birahi, dengan cepat dia lari keluar, lari mencari dia.
Tapi, dia hanya menemukan seekor anjing betina.
Sebuah rumah kecil yang khusus dibangun di sudut kebun bagian belakang, sengaja dia pakai
untuk menyimpan gadis-gadis simpanannya, di sana ia secara khusus menyediakan sebuah
pembaringan yang lebar, besar, empuk dan nyaman.
Dia mengira gadis itu pasti sedang menantinya di atas pembaringan tersebut.
Kenyataannya sekarang, seekor anjing betina yang telah dimandikan amat bersih sedang
berbaring di sana. Sedang si nona yang berpaha panjang dan berpinggang ramping itu telah lenyap tak berbekas.
Sekalipun perkampungan Siang siong san-ceng tidak memiliki penjagaan seketat benteng
keluarga Tong di propinsi Suchuan, atau dua belas buah tanggul besar di sungai Tiang kang, di
sana tersedia lima sampai enam puluh orang centeng yang pernah mendapat pendidikan yang
ketat, kebanyakan mereka memiliki ilmu silat yang bagus.
Diantaranya terdapat empat puluh delapan orang yang terbagi menjadi enam kelompok
melakukan perondaan siang malam tiada hentinya di seluruh perkampungan tersebut.
Namun, tak seorang pun di antara mereka yang menyaksikan gadis itu keluar dari halaman.
Tak ada orang yang tahu secara bagaimana gadis itu bisa lenyap tak berbekas, lebih-lebih tak
ada yang tahu kenapa si anjing betina itu bisa naik ke atas pembaringannya.
Untuk memperoleh jawaban bagi teka-teki yang serba membingungkan itu, tanpa terasa Liu
Yok siong teringat kembali akan diri Ting Peng.
Bulan sebelas tanggal sembilan belas.
Setelah melakukan pemeriksaan dan penggeledahan yang seksama selama dua hari, teka-teki
yang membingungkan itu masih tetap merupakan suatu tanda tanya besar.
Liu Yok siong memutuskan untuk melepaskan persoalan ini sementara waktu. Ia ingin minum
arak lagi, minum banyak-banyak.
Mereka suami istri berdua memang gemar minum arak, tentu saja arak yang diminum adalah
arak wangi. dalam bidang ini, mereka berdua boleh dibilang sudah termasuk ahli, perkampungan
Siang siong san-ceng sebagai tempat penyimpan arak memang sudah lama termasyhur namanya.
Menurut catatan yang dibuat oleh pengurus gudang arak perkampungan itu, dalam gudang
mereka masih tersedia dua ratus dua puluh tiga buah guci arak yang tiap gucinya berisi dua puluh
lima kati arak wangi. itu berarti jumlah arak yang ada masih sanggup untuk menenggelamkan
belasan orang banyaknya. Ketika hari ini dia suruh orang pergi mengambil arak, ternyata di dalam gudangnya sudah tiada
setetespun. Dua ratus dua puluh tiga guci arak wangi yang sudah disimpannya banyak tahun kini telah
berubah menjadi air pecomberan semua.
Tak mungkin gadis cantik bisa berubah menjadi anjing betina secara tiba-tiba, arak wangipun
mustahil bisa berubah menjadi air pecomberan.
Kemana perginya arak wangi itu" Darimana pula datangnya air pecomberan...."
Tak seorangpun yang tahu.
Pengurus gudang berani bersumpah menuding langit "selama dua hari belakangan ini tak
seorang manusiapun yang datang ke gudang arak itu untuk mengambil arak.
Sekalipun ada orang masuk kesana, untuk mengganti dua ratusan guci arak wangi dengan air
pecomberan bukanlah suatu perbuatan yang gampang.
Lagi-lagi sebuah peristiwa aneh yang diliputi tanda tanya besar.
Maka Liu Yok Siong pun teringat kembali akan Ting Peng.
Bulan sebelas tanggal dua puluh dua.
Di belakang dapur perkampungan Siang siong san-ceng terdapat sebidang tanah, selain
dipakai untuk menjemur pakaian, digunakan juga sebagai kandang untuk memelihara babi sapi,
ayam dan itik. Hari ini ketika pengurus dapur bangun dari tidurnya, tiba-tiba ia menjumpai semua kerbau babi
ayam dan itik yang herada dalam kandang telah mati semua dalam semalaman.
Sejak terjadinya dua macam peristiwa aneh beberapa hari berselang, semua orang sudah
mulai menggerutu didalam hati, sekarang kejadian ini lebih menggelisahkan hati lagi, sekaligus
diluaran mereka tak berani bicara, diam-diam hatinya semakin ketakutan.
Semua orang sudah mulai merasa seorang musuh besar majikan mereka yang sangat lihay
telah datang mencari balas.
Sekarang, semua binatang peliharaan telah mati, apakah selanjutnya akan tiba gilirannya pada
manusia" Bahkan Liu Yok siong sendiripun mau tak mau harus berpikir demikian, sebab jalan pemikiran
semacam ini benar-benar membuat orang merasa tak tahan...
Bulan sebelas tanggal dua puluh tiga.
Seorang pengurus rumah tangga yang sudah dua puluh tahun lamanya mengikuti Liu Yok
siong, menemukan dirinya tertidur dalam kandang babi dalam keadaan telanjang bulat ketika
bangun dari tidur keesokan harinya, bahkan mulutnya disumbat orang dengan segumpal lumpur.
Bulan sebelas tanggal dua puluh enam.
Selama beberapa hari ini, kejadian aneh yang berlangsung semakin banyak lagi, orang yang
jelas tertidur di ranjang pada malam harinya, tahu-tahu menemukan tubuhnya digantung orang di
atas pohon ketika mendusin keesokan harinya..
Beras sekuali yang jelas sudah dicuci sampai bersih, ketika matang menjadi nasi, ternyata
didalamnya telah bertambah dengan tujuh delapan belas ekor bangkai tikus.
Beberapa orang dayang ;yang paling disukai Liu Yok siong, tiba-tiba melepaskan seluruh
pakaiannya hingga telanjang bulat dan menceburkan diri ke dalam kolam teratai.
Kamar kayu tiba-tiba terbakar, gudang beras tiba-tiba kebanjiran, beberapa ratus kodi kain
yang tersimpan dalam gudang tahu-tahu dirobek orang sehingga hancur berkeping-keping .......
Ketika keesokan harinya Liu hujin membuka jendela, seluruh kebun penuh dengan robekan
kain yang berwarna warni terbang kesana kemari, di antaranya terdapat pula pakaian miliknya.
Bulan sebelas tanggal dua puluh tujuh.
Dari enam puluhan centeng dan empat puluhan orang dayang dan babu tua, sudah ada
separuh diantaranya yang diam-diam minggat dari tempat itu.
Siapapun tak ingin turut menderita dan tersiksa oleh rasa ketakutan ditempat itu..
Bila bangun tidur pada keesokan harinya, tahu-tahu menemukan dirinya tidak tertidur di
ranjang lagi, melainkan berada dikolong ranjang, menghadapi kejadian seperti ini, siapa lagi yang
tahan. Orang-orang yang belum minggat telah berubah menjadi burung-burung yang ketakutan
mendengar orang mengetuk pintu pun sudah merasa ketakutan setengah mati.
Ya siapakah yang sanggup bertahan, dalam kehidupan semacam ini."
ooooo0ooooo BULAN sebelas tanggal dua puluh delapan, salju mulai turun.
Kini salju telah berhenti, udara cerah tapi dingin, biasanya dalam saat-saat seperti ini, Liu Yok
siong bangun cukup lama. .
Dia memang selalu bangun dari tidurnya pagi sekali.
Karena dia telah bertekad hendak menjadi seorang yang harus dihormati, tindak tanduknya
harus menjadi suri tauladan bagi orang-orang lain ......
Tapi hari ini, dia masih bersembunyi di balik selimutnya.
Kemarin malam dia diganggu oleh perbagai ingatan yang mengalutkan pikiran serta
perasaannya. semalam suntuk hampir tak dapat tidur, sebelum fajar menyingsing tadi ia baru
tertidur. Tentu saja dia tak bisa bangun, diapun malas untuk bangun.
Apa yang harus dilakukan setelah bangun dari tidurnya" Siapa tahu masih ada kabar seram
lain yang menantikan kemunculannya"
Walaupun suasana dalam kamar itu sangat hangat, udara amat jelek, semua jendela telah di
pantek mati. Dia tak ingin menyaksikan lagi bangunan perkampungan di seberang bukit sana yang makin
hari semakin mentereng. Sekarang, ia sudah bukan seorang lelaki yang gagah, mentereng dan penuh rasa percaya
pada diri sendiri dalam menghadapi persoalan macam apapun.
Sekarang dia berubah menjadi lebih pemberang, lebih berangasan, tak pernah tenang dan
merasa terperanjat bila mendengar pintu kamarnya diketuk orang.
Dia takut, takut kalau orang yang mendorong pintu kamarnya dan berjalan masuk adalah Ting
Peng. Sekarang, ada orang sedang mengetuk pintu, yang membuka pintu dan berjalan masuk bukan
Ting Peng. melainkan istrinya Chin Ko cin.
Ia tampak istrinya makin kurus, sepasang pipinya yang semula merah segar dan
menggairahkan, kini berubah menjadi pucat pias, kurus dan cekung ke dalam.
Walaupun ia masih tertawa namun senyumannya sudah tidak secerah dan menawan hati
seperti dulu lagi. Ia sudah duduk, duduk di ujung pembaringan sambil mengawasi suaminya, kemudian secara
tiba-tiba ia berkata: "Lebih baik kita pergi saja"
?"Pergi?" seru Liu Yok siong.
"Dalam hatimu pasti sama mengertinya dengan hatiku, semua peristiwa tersebut merupakan
hasil karya dari Ting Peng"
Liu Yok siong segera tertawa dingin katanya.
"Percayakah kau kalau secara tiba-tiba ia dapat berubah menjadi begitu hebat, begitu lihay
dan mampu melakukan apa-apa?"
"Kalau ia dapat memaksa manusia-manusia seperti Sun Hu-hou, Ciong Tian dan lain-lainnya
takluk serta tunduk kepadanya, kenapa tak dapat melakukan perbuatan semacam ini?"
Liu Yok siong tak dapat berbicara lagi.
Dia memang tak dapat menemukan orang kedua selain Ting Peng yang bisa melakukan
perbuatan tersebut, selama ini mereka berdua mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
semua orang, selalu berjiwa sosial dan royal, jarang sekali ada umat persilatan yang pandai
bergaul macam mereka berdua.
Ujar Liu hujin kemudian. "Selama dua hari ini, banyak sudah yang telah kupikirkan, tempo hari perbuatan kita itu
memang kelewat batas, selama ia masih bisa bernapas, sudah pasti tak akan melepaskan kita
dengan begitu saja" Setelah menghela napas panjang, lanjutnya:
Oleh karena itu sekarang diapun menghendaki agar kita tersiksa, sengaja menggunakan cara
ini untuk menyiksa kita, mendesak kita sehingga hampir menjadi gila kemudian baru turun
tangan?" Liu Yok siong masih tetap membungkam, dia tak tahu apa yang mesti dikatakan.
"Bila kita tetap tinggal di sini selanjutnya sudah pasti tak ada seharipun kita dapat hidup


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenang" "Tapi kemana kita akan pergi?" tanya Liu Yok siong.
"Kita masih punya uang, masih punya teman, kemana kita ingin pergi, kesana kita masih dapat
pergi" "Bukankah dia memiliki kepandaian yang sangat hebat" Percuma saja usaha kita itu,
kemanapun kita pergi, toh dia dapat mencari kita dan mengusik kita lagi"
Setelah tertawa dingin, lanjutnya:
"Kecuali kalau kita menirukan kura-kura yang menyembunyikan diri sepanjang masa dan
selama hidup jangan muncul-muncul lagi"
"Toh hal itu jauh lebih baik daripada didesak, diganggu terus menerus hingga hampir menjadi
gila?" Lagi-lagi Liu Yok siong terbungkam dalam seribu bahasa dan tak sanggup berbicara apa-apa
lagi. "Kenapa kau tidak pergi saja ke Bu tong pay?" tanya Liu Hujin setelah termenung sejenak.
Liu Yok siong juga termenung, lewat lama kemudian ia baru menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Aku tak dapat kesana, sebab..."
"Sebab kau masih ingin menjadi ketua Bu tong pay, masih ingin menguasahi perguruan
tersebut" Seandainya peristiwa ini sampai diketahui umum dan diketahui juga oleh semua rekanrekan
dari perguruan Bu tong pay, maka harapanmu untuk berhasil akan semakin tipis lagi.
Bagaimanapun juga, Liu Yok siong harus mengakui bahwa perkataan ini memang benar.
Kembali Lui hujin berkata:
?"Kau juga merasa berat hati untuk meninggalkan perkampunganmu, meninggalkan harta
kekayaanmu, lebih-lebih lagi merasa keberatan untuk menodai nama besarmu, maka kau masih
ingin bertahan terus di sini, masih ingin bertarung melawan dirinya.."
"Sekalipun aku tak mampu menangkannya sendirian, toh aku masih bisa pergi mencari
bantuan teman" kata Liu Yok siong.
"Kau hendak mencari siapa" Siapa yang ingin mencampuri urusan ini" Siapa yang sudi terjun
ke dalam air keruh ini" Sekarang, bahkan Ciong Thian pun sudah berpihak kepadanya, apalagi
serangan terang-terangan bisa dihindari, serangan gelap sukar dijaga, sekalipun kau dapat hidup
sepanjang masa dalam suasana begini, hidup dalam kegelisahan dan ketakutan, orang lain tak
mungkin bisa tahan untuk tinggal di sini bersamamu, apalagi tinggal di sini sepanjang hidup"
"Bagaimana dengan kau?" tiba-tiba Liu Yok siong bertanya.
"Aku sudah tak tahan, aku tak kuat untuk berdiam di rumah iblis ini lagi, jika kau enggan pergi,
maka aku akan pergi sendiri, pergi meninggalkan tempat ini.. . pergi pada detik ini juga!"
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, setelah menghembuskan napas panjang dan termenung
sesaat, ia baru melangkah keluar dari ruangan itu sambil menambahkan:
"Baiklah, aku akan memberi kesempatan kepadamu lagi, aku bisa menanti jawabanmu selama
dua hari lagi, sebelum akhir bulan nanti pokoknya aku akan pergi, walaupun kita adalah suami istri,
namun aku tak ingin mampus ditempat ini"
Suami istri sesungguhnya adalah satu, tak mungkin ada suami istri yang berpisah dan kabur
sendiri-sendiri dikala bahaya sedang mengancam.
Memandang perempuan itu berlalu tanpa berpaling lagi, terbayang pula dengan apa yang
barusan dia katakan, Liu Yok siong merasakan hatinya amat gundah, ia tak dapat melukiskan
bagaimanakah perasaan hatinya sekarang...
Mendadak ia mendengar ada yang berkata sambil tertawa.
"Suami istri sebenarnya adalah sepasang, kini masing-masing terbang menyelamatkan diri
sendiri setelah bahaya mengancam tiba, apakah kau sudah dapat merasakan makna yang
sesungguhnya dari ucapan itu?"
ooooo0ooooo BINTANG PENOLONG SEWAKTU Liu hujin berjalan keluar tadi, pintu kamar telah ditutup kembali, daun jendelapun
sudah di pantek mati semenjak lima hari berselang .....
Bila ada orang yang bersembunyi dalam rumah itu, sudah pasti dia tak akan dapat berjalan
keluar. Walaupun Liu Yok siong belum tahu siapa yang sedang berbicara, juga tak tahu di manakah
orang yang berbicara itu berada, tapi tak bisa disangkal lagi orang itu pasti berada dalam ruangan
ini. Sebab suaranya ketika berbicara tadi dari jarak amat dekat dengannya, setiap patah katanya
dapat ia dengar amat jelas.
Pelan-pelan ia bangkit berdiri, memantek dulu pintu kamarnya dari dalam, kemudian baru
mulai melakukan pencarian.
Sepanjang hidupnya, tak sedikit mara bahaya yang telah dialaminya, dia percaya berada
dalam keadaan seperti apapun dia tak akan menjadi gugup atau gelagapan.
Ia sudah mendengar kalau orang itu adalah seorang perempuan dan lagi seorang perempuan
asing, sebab sebelum itu belum pernah ia mendengar suara pembicaraannya.
Mengapa seorang perempuan asing bisa muncul didalam rumahnya" Kenapa dia sama sekali
tidak merasakan atau mendengar gerak geriknya"
Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang aneh sekali.
Tapi kali ini, dia bertekad hendak menyelidiki persoalan ini sampai menjadi jelas duduk
persoalannya. Ia mencari dengan seksama, hampir setiap sudut ruangan dicari dengan penuh perhatian,
bahkan lemari pakaian, kolong ranjang diperiksa semua dengan hati-hati, tapi kenyataannya
kecuali dia sendiri, dalam ruangan itu tiada orang lain, bayangan tubuhnya pun tak nampak.
Lantas kemana perginya perempuan yang barusan berbicara itu"
Salju kembali turun dengan derasnya di luar sana.
Bunga salju berhamburan ke atas tanah dan menghantam di atas kertas jendela dari seberang
sana masih kedengaran suara palu yang memukul di atas batu.
Dalam ruangan ini sekarang tak kedengaran suara lagi, setitik suarapun tak kedengaran,
sedemikian heningnya seakan-akan kuburan yang setiap saat kemungkinan besar akan muncul
setannya, kalau kebanyakan orang yang mengalami keadaan seperti ini, mereka pasti sudah tak
tahan untuk berdiam di sana lagi, tapi Liu Yok siong bukan manusia bermental tempe seperti
orang-orang itu. Ternyata ia membalikkan diri lagi di atas ranjangnya.
Perduli siapakah perempuan yang barusan berbicara, setelah dia datang kemari, sudah pasti
bukan sepatah kata macam itu saja yang akan diutarakan olehnya.
Ia percaya pasti ada kata-kata lain yang bakal disampaikan oleh perempuan tersebut.
Ternyata dugaannya memang tidak salah.
Baru saja dia membaringkan tubuhnya, suara tertawa yang merdu dan secara lamat-lamat
mengalun tiba itu kembali berkumandang.
Dia bilang begini: "Ternyata aku memang tidak salah melihatmu, kau memang jauh berbeda bila dibandingkan
dengan orang-orang lainnya cuma kau toh belum berhasil juga menemukan aku.
Suara itu masih berkumandang dari jarak yang sangat dekat dengannya, sekarang dia dapat
memastikan bahwa si pembicara itu berada di atas kelambu pembaringannya.
Tapi menanti dia melompat bangun untuk memeriksanya, di atas kelambu itu sudah tak
nampak sesosok bayangan manusiapun.
Mendadak Liu Yok siong merasakan punggungnya menjadi dingin sekali, karena dia merasa
orang itu sudah berada di belakang punggungnya .
Dia selalu gagal untuk melihat wajahnya sebab punggungnya memang tidak bermata.
Dengan suatu gerakan yang tercepat dia membalikkan badannya, namun perempuan itu masih
berada di belakang punggungnya.
Ilmu gerakan tubuh yang dimiliki perempuan itu memang benar-benar sangat lihay, pada
hakekatnya tak jauh berbeda dengan gerakan sukma yang sedang gentayangan saja.
Liu Yok siong segera menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Aku mengaku kalah!" "
"Bagus sekali" ucap perempuan itu sambil tertawa, "orang yang bersedia mengaku kalah
adalah orang yang pintar, aku paling suka dengan orang pintar"
?"Kau juga suka kepadaku?"
"Jika aku tidak suka kepadamu, sekarang kau sudah menjadi sesosok mayat"
Suara itu masih diucapkan dengan lembut halus dan merdu sekali, namun Liu Yok siong yang
mendengar ucapan itu segera merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Dia berada di belakang punggungnya, bahkan dapat ia rasakan napasnya sewaktu dia sedang
berbicara. Tapi apa lacur dia justru tidak melihat dirinya.
Seandainya perempuan itu benar-benar menginginkan nyawanya, jelas hal ini bukan
merupakan suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan baginya .....
Tak tahan lagi dia lantas bertanya:
"Tahukah kau siapakah diriku ini?"
"Tentu saja aku tahu aku memang datang kemari untuk mencarimu"
"Dan kau siapa pula dirimu?"
"Aku adalah perempuan, seorang perempuan yang cantik sekali"
Setelah suaranya yang merdu seperti keleningan, dia melanjutkan:
"Kujamin kau belum pernah menjumpai seorang perempuan yang cantik jelita seperti diriku ini"
Terhadap gadis-gadis yang berparas cantik, selamanya Liu Yok siong mempunyai rasa tertarik
yang amat tebal. Dia percaya apa yang dikatakan gadis itu pasti tidak bohong, sebab gadis yang berwajah jelek
pasti tak akan memiliki suara merdu merayu seperti suara gadis ini.
Sehingga tak tahan lagi, dengan nada menyelidik dia bertanya:
"Bolehkah aku melihat wajahmu?"
"Kau benar-benar ingin melihatku?"
?"Sungguh!". ?"Tapi, seandainya setelah melihat diriku nanti tiba-tiba kau terpikat oleh kecantikan wajahku,
lantas bagaimana?" "Sekalipun kena kau pikat sampai matipun juga bersedia"
Bisa mati hanya dikarenakan terpikat oleh seorang gadis yang cantik rupawan memang tak
bisa terhitung sebagai suatu peristiwa yang menderitakan batin.
?"Kau, tidak menyesal?" "Gadis itu menegaskan.
"Aku tak akan menyesal"
"Tapi bila di kemudian hari kau tak mau menuruti perkataanku lagi, maka kau akan menyesal"
ucapanku amat tegas, "sebab aku paling benci dengan lelaki yang tidak mau menuruti
perkataanku "Aku pasti akan menuruti perkataanmu"
"Kalau memang begitu, sekarang juga kau kembali berbaring di atas ranjang dan pergunakan
selimut untuk menutupi kepalamu?"
"Kalau kepalaku ditutupi dengan selimut mana mungkin aku bisa melihat wajahmu?"
"Walaupun sekarang kau tak dapat melihat wajahku, malam nanti akan kau menjumpai diriku"
Dengan suara dingin dia melanjutkan:
"Jika kau tak mau menuruti perkataanku, selama hidup jangan harap kau bisa berjumpa lagi
denganku." Tanpa banyak bertanya lagi Liu Yok siong segera membaringkan diri di atas ranjang dan
menutupi kepalanya. dengan selimut.
Melihat kesempatan itu, sambil tertawa kembali gadis itu berkata:
Tengah malam nanti, bila kau datang ke kebun belakang sana, kau akan segera berjumpa
denganku" "Aku pasti akan kesana"
ooo0ooo SEBETULNYA Liu Yok siong sudah bukan Seorang bocah lagi.
Dikala orang lain masih berada dalam masa kanak-kanak, ia sudah bukan seorang kanakkanak
lagi. Tapi malam ini ternyata dia berubah menjadi seorang kanak-kanak lagi, begitu menurut seperti
seorang bocah, bahkan bergembira ria seperti seorang bocah. .
Dia bukanlah seorang lelaki yang belum pernah melihat perempuan.
Semenjak dia betul-betul masih seorang bocah, ia telah berhubungan dengan pelbagai macam
perempuan. Dia memang selalu tertarik kepada kaum wanita, sedang kaum wanita pun seakan-akan selalu
tertarik kepadanya. Buktinya, perempuan yang menjadi bininya sekarang adalah perempuan pilihan di antara
perempuan. Tapi hari ini, demi seorang perempuan yang belum pernah dijumpainya, ternyata secara tibatiba
ia berubah menjadi seperti kanak-kanak lagi.
Perempuan itu memang terlalu misterius, datang dengan misterius, pergi dengan misterius,
bahkan ilmu silat yang dimilikipun sangat misterius sekali.
Yang paling penting adalah dia percaya kalau perempuan itu, tidak menaruh maksud jahat
kepadanya. Tapi, siapakah perempuan itu".
Kenapa dia datang mencarinya"
*************************
Halaman 57 - 58 hilang *************************
Dengan termangu Liu Yok siong memperhatikan gadis itu, seakan-akan sudah terperana
dibuatnya hingga lupa daratan.
Gadis itu sendiri hanya berdiri tenang, seakan-akan memberi kesempatan kepadanya agar ia
dapat memandangnya hingga puas.
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba gadis itu memperdengarkan suara tertawanya yang
merdu merayu bagaikan suara keleningan, setelah itu tegurnya:
"Kau sudah merasa puas?"
Liu Yok siong manggut-manggut. tapi kemudian menggelengkan pula kepalanya.
"Jika kau sudah merasa cukup memandang wajahku, aku hendak mengajakmu untuk pergi
melihat seseorang" "Pergi melihat siapa?" tanya Liu Yok siong, "Apakah dalam dunia ini masih terdapat orang lain
yang jauh lebih menarik daripada dirimu?"
"Orang itu sama sekali tidak menarik untuk dilihat, tapi aku tahu kau pasti ingin sekali pergi
menjenguknya" Mendadak dia melayang datang dan menggandeng lengannya.
Dengan cepat dia merasakan sekujur badannya seakan-akan terbawa melayang di tengah
mega yang tebal, sehingga tanpa terasa tubuhnya turut melayang kemana gadis itu pergi.
Dengan cepat badannya sudah melayang melewati tumpukan salju dalam kebun, melewati
dinding pekarangan yang tinggi, melewati sungai kecil yang telah membeku....
Badannya seolah-olah berubah menjadi enteng, enteng sekali, berubah menjadi segumpal
bunga salju. sekuntum mega . . .
Dia seringkali bermimpi, bermimpi dirinya dapat terbang, setiap bocah hampir semuanya
pernah mendapat impian seperti ini.
Tapi sekarang, dan sama sekali bukan lagi bermimpi.
Menanti dia tersadar kembali dari lamunannya, mereka telah tiba di atas bukit seberang sana,
tiba didalam halaman perkampungan yang megah dan mentereng itu.
Dalam kegelapan malam seperti ini, halaman rumah tersebut bagaikan sebuah taman dalam
impian, bila dibandingkan dengan perkampungannya, maka perkampungan Siang siong san-ceng
dimana ia berdiam selama ini ibaratnya sebuah rumah kayu yang bobrok.
"Baik bangunan rumah itu maupun kebunnya, semua telah selesai digarap, sekarang tak perlu
dikerjakan dengan lembur lagi, di tengah malam yang begitu dingin para tukang kayu itu sudah
pergi tidur semua dengan nyenyaknya..
Gadis itu mengajaknya melihat satu tempat demi satu tempat, hampir saja ia mulai menaruh
curiga, apakah dia masih hidup di dunia ini atau tidak.. "
Mendadak gadis itu bertanya:
"Tahukah kau milik siapakah perkampungan ini?"
"Aku tahu!" "Inginkah kau berjumpa dengan majikan perkampungan ini?"
"Dia berada di sini?"
"Oleh karena perkampungan ini sudah selesai sebelum waktunya, maka diapun datang jauh
lebih awal" Tiba-tiba badannya melayang turun, melayang turun di atas seberang ranting pohon yang
berlapiskan salju, ternyata lapisan salju itu sama sekali tidak berguguran akibat dari injakan kaki
mereka itu. Iapun pernah berlatih ilmu meringankan tubuh, tapi belum pernah disangka olehnya kalau
dalam dunia ini ternyata masih ada orang yang sanggup melatih ilmu meringankan tubuhnya
hingga mencapai tingkatan yang begitu sempurnanya.
Gadis itu hanya menahan tubuhnya dengan tangan sebelah, tapi tubuhnya seakan-akan
berubah menjadi enteng seperti tiada bobotnya lagi .....
Apakah dia menggunakan ilmu sesat atau ilmu sihir?"
"Walaupun malam itu tak berbintang tak berembulan, namun di bawah pantulan cahaya salju,
dia masih dapat melihat pemandangan yang cukup jauh .....
Dikejauhan sana terdapat sebuah batu hijau yang sangat besar, kelihatannya halus, licin,
berkilat dan keras sekali.
Tak tahan Liu Yok siong segera bertanya:
"Apakah Ting Peng pasti akan datang ke mari?"
"Dia pasti akan datang kemari"
"Malam sudah begini larut, mau apa dia datang kemari?"
"Menggunakan batu itu untuk mencoba goloknya!"
"Dari mana kau bisa tahu?"
Gadis itu segera tertawa, sahutnya.
Tentu saja aku tahu, asal aku ingin mengetahui suatu persoalan, aku akan mengetahuinya
dengan jelas... "Setiap orang semuanya mempunyai banyak persoalan yang ingin diketahuinya, sayang
persoalan yang benar-benar bisa diketahui tidak banyak jumlahnya.
Kenapa gadis itu bisa mengetahui segala sesuatu yang dia ingin ketahui"
Apakah disebabkan dia memiliki semacam kekuatan ibis yang melebihi orang biasa"
Liu Yok siong tak berani bertanya, juga tak punya kesempatan untuk bertanya.
Sebab waktu itu, dia telah melihat Ting Peng.
ooo0ooo

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TING PENG telah berubah, sekarang ia sudah bukan seorang pemuda yang berangasan dan
tidak tahu apa-apa seperti dulu lagi.
Sekarang., bukan saja ia menjadi lebih matang dan tenang, lagi pula wajahnya memancarkan
suatu rasa percaya pada diri sendiri yang melampaui segala sesuatu.
Dia telah datang dengan langkah lebar, seakan-akan seperti tak dapat tidur pada malam itu,
maka dia datang kesana untuk berjalan-jalan mencari udara segar.
Akan tetapi permukaan salju yang dilewatinya sama sekali tidak meninggalkan bekas telapak
kaki. Sebilah golok tersoren di pinggangnya sebilah golok yang melengkung seperti bulan sabit.
Yaa, bentuk golok itu memang aneh sekali, sebab tubuh golok justru berbentuk melengkung.
Golok lengkung Itu bukan golok lengkung milik Cing cing, golok itu sengaja dibuatnya dengan
besi baja biasa sekembalinya dia ke alam semesta.
Tapi sekarang entah golok macam apapun yang dipergunakan olehnya, ia sudah tiada
tandingannya di kolong langit.
(Bersambung Jilid 06) Jilid: 6 KETIKA tiba di depan batu hijau, mendadak goloknya diloloskan dari dalam sarungnya.
Liu Yok siong sama sekali tidak melihat gerakannya ketika meloloskan golok itu, sebab tahutahu
golok itu sudah diloloskan dari dalam sarungnya ....
Cahaya golok berkelebat lewat membawa semacam gerakan busur yang sangat aneh, lalu
membacok ke atas batu hijau itu.
Bacokan itu hanya dilakukan olehnya dengan suatu gerakan yang amat sederhana dan
bersahaja, tapi begitu golok tersebut membabat ke bawah, suatu peristiwa anehpun muncul.
Batu hijau yang tampaknya lebih keras dari pada baja itu ternyata telah terbacok menjadi dua
bagian oleh babatan golok tersebut.
Golok itu sudah dimaksudkan kembali ke dalam sarungnya.
Ting Peng telah pergi amat jauh, tampaknya masih berjalan santai, tapi sekejap kemudian dia
sudah pergi amat jauh. Di atas permukaan salju sama sekali tidak dijumpai bekas telapak kaki, seolah-olah tak pernah
ada orang yang berkunjung ke sana.
Gadis itu segera membawa Liu Yok siong melompat turun dari atas dahan pohon, kemudian
katanya: "Coba kau periksa batu hijau tersebut!"
Setelah diraba dengan tangan, dia baru tahu kalau batu tersebut tampaknya jauh lebih keras
daripada sebuah besi baja.
Tapi sekarang, batu hijau yang lebih tinggi daripada manusia dan lebih besar daripada meja itu
sudah terbelah menjadi dua bagian oleh sebuah bacokan Ting Peng yang dilancarkan seenak
hatinya. Malam semakin kelam, angin yang berhembus lewat terasa makin dingin, namun Liu Yok siong
sedang mengucurkan keringat, seluruh tubuhnya telah basah oleh peluh dingin.
Terdengar gadis yang mengenakan gaun berwarna putih bersih bagai salju itu berkata:
"Yang dipergunakan olehnya bukan ilmu sihir, melainkan ilmu goloknya ....!"
Pelan-pelan Liu Yok siong mengangguk.
"Dapat kulihat kalau dia memang mempergunakan goloknya"
"Dapatkan kau saksikan perubahan dari ayunan goloknya tadi?"
"Aku tak dapat melihatnya"
Gadis berbaju putih salju itu segera tersenyum.
"Tentu saja kau tak dapat melihatnya, sebab ayunan golok itu memang dilakukannya tanpa
perubahan" Walaupun bacokan golok itu merupakan bacokan golok yang mengejutkan dan paling
menakutkan yang pernah dilihat Liu Yok siong sepanjang hidupnya namun ayunan golok tersebut
memang benar-benar tanpa perubahan...
Ayunan golok itu amat sederhana, amat lamban langsung dan gamblang, akan tetapi justru
mendatangkan suatu kekuatan yang sangat besar dan mengerikan hati.
Seandainya Liu Yok siong tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dia pasti tak akan
percaya kalau golok yang terbuat dari besi baja biasa itu ternyata memiliki daya kekuatan yang
begitu menakutkan. Terdengar gadis berbaju putih itu berkata lagi:
"Walaupun ayunan goloknya itu tanpa perubahan apa-apa, namun justru mengandung semua
inti sari dan semua perubahan yang ada dalam ilmu golok"
"Mengapa?" "Sebab cara yang digunakan olehnya di dalam ayunan tadi, baik soal sistim tempat, bagian,
waktu, kekuatan dan kecepatan semuanya telah diatur menurut suatu ilmu perkiraan yang
sempurna, dan secara kebetulan sekali justru dapat membuat segenap tenaga yang dimilikinya
bisa tersalurkan mencapai puncak yang di inginkan"
Keterangan semacam ini memang bukan suatu perkataan yang mengandung arti mendalam.
Kecepatan, cara, waktu sesungguhnya memangnya dapat mempengaruhi perubahan kekuatan
dari setiap benda. Sesungguhnya itulah makna yang sebenarnya dari ilmu silat, oleh karena itulah. ilmu silat baru
bisa menggunakan gerakan lamban mengalahkan kecepatan, menggunakan gerakan lemah
menangkan gerakan kuat. Bila kau dapat memanfaatkan kekuatan yang dapat terpancar oleh semacam benda hingga
mencapai pada puncaknya, sekalipun kau gunakan sebatang ranting kering juga bisa menembusi
tameng kuat. Kembali gadis berbaju putih itu berkata: "Untuk bisa melatih bacokan golok yang sama sekali
tanpa perubahan ini, seseorang harus memahami dahulu segenap perubahan yang berada dalam
suatu ilmu golok, aku tahu Ting Peng telah melatihnya cukup lama"
Setelah tertawa, dia melanjutkan:
"Tapi bacokan golok tersebut bukan dipersiapkan untuk menghadapi dirimu. . . "
"Aku tahu, untuk menghadapi diriku, hakekatnya dia tak perlu mempergunakan ilmu golok
semacam ini" "Dia melatih golok tersebut, tujuannya adalah ingin menghadapi Sam sauya dari keluarga Cia"
"Cia Siau hong dari perkampungan Sin kiam san seng?" Liu Yok siong menjerit kaget.
"Ya, selain dia, masih ada siapa lagi?"
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan:
"Karena ilmu pedangnya sudah mencakup seluruh perubahan yang ada didalam ilmu pedang,
Ting Peng harus menggunakan sebuah jurus serangan yang sama sekali tiada perubahan itu
untuk menghadapi dirinya"
Liu Yok siong segera tertawa getir, katanya:
"Seandainya aku belum pernah menyaksikan ayunan goloknya tadi, aku pasti akan
menganggap dia sudah gila"
Hanya orang gila baru berkeinginan untuk pergi mengalahkan Cia Siau hong..
Tapi sekarang dia telah menyaksikan bacokan goloknya itu, entah bacokan itu dapat
mengalahkan Cia Siau hong atau tidak, untuk memenggal batok kepalanya jelas bukan suatu
masalah yang sulit. "Pernahkah kau bayangkan bahwa dalam empat tahun yang begitu singkat, dia telah berhasil
memiliki ilmu golok semacam ini?" tanya gadis berbaju putih itu kemudian.
"Aku sama sekali tidak menyangka"
Setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Hakekatnya mimpipun aku tak pernah menyangkanya. . ."
"Tentu saja kau tak akan menyangkanya sebab di dunia ini memang tak ada ilmu golok
semacam ini" "Kalau memang di dunia ini tak terdapat ilmu golok semacam itu bagaimana dia melatih diri?"
Gadis berbaju putih itu tidak menjawab, sebaliknya malah bertanya:
"Dulu, apakah kau pernah membayangkan didalam waktu hanya beberapa bulan saja dia
dapat membangun sebuah perkampungan yang begitu anggun, mewah dan megah?"
"Akupun tak pernah menduganya"
"Tapi sekarang perkampungan ini telah selesai dibangun"
Setelah berhenti sejenak pelan-pelan sambungnya:
"Semua perbuatan yang sebenarnya tak mungkin bisa dikerjakan oleh tenaga manusia ia
dapat melakukan semua, bila dia ingin menggunakan semacam kekuatan untuk menghadapimu,
kau bersiap untuk berbuat bagaimana ".
"Tampaknya aku . . . aku tinggal menunggu datangnya kematian" jawab Liu Yok siong
kemudian. " Kau ingin mati ?"
"Tidak, aku tidak ingin mati"
Gadis berbaju putih itu segera menghela napas panjang, katanya:
"Sayang sekali, tampaknya kau sudah pasti akan mati !"
"Kenapa dia belum juga turun tangan?"
"Sebab dia hendak menunggu sampai tanggal lima belas bulan depan"
"Mengapa dia harus menunggu sampai hari itu?"
"Pada hari itu dia hendak melangsungkan suatu perjamuan besar di sana, dia hendak
membongkar kedok dan tipu muslihat di hadapan para enghiong hohan yang ada dikolong langit,
bukan saja dia hendak membuat kau mati, nama baikmu juga akan dirusak"
"Tipu muslihatku" Tipu muslihat apa?"
"Kau tentunya tahu sendiri tipu muslihat apakah yang kumaksudkan itu, maka. kaupun tak
usah mengelabuhi diriku"
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan dingin:
"Mungkin kali masih menganggap dia tak dapat mengeluarkan bukti untuk membongkar
siasatmu itu, maka orang lain tak akan percaya dengan perkataannya. Namun sekarang, setiap
ucapan merupakan fakta, merupakan bukti, karena dia lebih kaya daripada dirimu, lebih berkuasa.
Kalau dia mengatakan dengan jurus Thian gwa liu-seng (bintang lewat dari luar langit) merupakan
ciptaannya, siapa yang tak akan percaya dan siapa yang berani tidak percaya?"
Mendengar disebutkannya kata "Thian gwa liu seng" tersebut, paras muka Liu Yok siong
berubah makin hebat, katanya tanpa terasa:
"Darimana kau bisa tahu tentang persoalan ini.?"
"Sudah kukatakan asal ada persoalan yang ingin kuketahui, aku pasti dapat mengetahuinya"
"Sebenarnya siapa kau?"
"Aku adalah bintang penolongmu, satu-satunya bintang penolongmu"
"Bintang penolong?"
"Walaupun sekarang kau sudah pasti akan mati, tapi aku masih dapat menolongmu."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya dengan hambar:
?"Sekarang hanya aku pula yang dapat menolongmu, sebab kecuali aku, di dunia ini tak akan
ada orang kedua yang sanggup menghadapi Cing cing .!"
Cing cing. Untuk pertama kalinya Liu Yok siong mendengar nama ini tentu saja dia keheranan, sehingga
tak tahan tanyanya: "Cing cing" Siapakah Cing cing?"
"Cing cing adalah isteri Ting Peng, Ting Peng dapat melakukan banyak pekerjaan yang
sebetulnya tak mampu dilakukan dengan tenaga manusia, karena dia mempunyai Cing Cing"
Mendadak suaranya berubah menjadi sangat aneh, lanjutnya:
"Yang sungguh menakutkan bukanlah Ting Peng, melainkan Cing cing, aku berani menjamin,
selama hidup kau tak akan pernah membayangkan sampai dimanakah menakutkannya
perempuan itu" "Tapi selama ini belum pernah kudengar tentang seorang manusia semacam itu di dalam
dunia persilatan". "Tentu saja kau belum pernah mendengarnya, sebab dia sama sekali bukan manusia"
*************************
Halaman 13 - 14 hilang *************************
Cerita dongeng tentang siluman rase yang sakti sudah banyak didengar, terutama sewaktu
masih kecil dulu. Dia selalu beranggapan, cerita-cerita semacam ini hanya akan dipercaya oleh orang-orang
desa. Tapi sekarang, mau tak mau dia harus mempercayainya, sebab dengan mata kepala sendiri ia
menyaksikan kejadian itu, bahkan jauh lebih tak masuk diakal daripada apa yang didengarnya
dalam dongeng. Perempuan cantik yang anggun dan berdiri disampingnya sekarang, apakah termasuk juga
seorang siluman rase"
Tentu saja dia tak berani bertanya.
Entah perempuan ini manusia" atau rase" Tampaknya dialah satu-satunya bintang penolong
baginya. Kecuali dia, ia benar-benar tidak tahu, siapakah yang dapat menyelamatkan dirinya lagi?"
Walaupun demikian, dia toh tak tahan untuk bertanya juga:
"Kenapa kau datang untuk menolongku?"
Gadis cantik berbaju putih itu segera tertawa, sahutnya:
"Soal ini memang merupakan suatu masalah yang sangat penting, kau memang seharusnya
mengajukan pertanyaan ini kepadaku"
"Tentu saja kau tak akan menolongku, tanpa suatu sebab musabab bukan?"
"Tentu saja tidak"
Setelah tertawa, lanjutnya:
"Kalau aku mengatakan aku tertarik kepadamu maka baru datang menolongmu, tentu kaupun
tak akan percaya, aku dapat melihat bahwa kau bukanlah seorang lelaki yang suka
mengunggulkan diri" Liu Yok siong turut tertawa, katanya:
"Sewaktu masih muda dulu, aku pernah selalu mengunggulkan diri, untung saja waktu seperti
itu kini sudah lewat"
"Di sana terdapat sebuah pohon, asal kau bersembunyi di belakang pohon dan menunggu aku
di situ kau akan segera tahu mengapa aku datang menolongmu"
Kemudian ia menambahkan: "Tapi kau harus ingat selalu, perduli kejadian apa saja yang kau lihat, jangan sekali-kali kau
perdengarkan suara, lebih-lebih jangan bergerak. kalau tidak, bahkan akupun tak sanggup untuk
menyelamatkan dirimu"
Maka Liu Yok siong pun bersembunyi di belakang pohon, tak sampai berapa lama, ia
menyaksikan seseorang muncul dari kegelapan.
Dia adalah seorang gadis yang ramping, mengenakan gaun hijau dan cantik seperti bidadari
dalam lukisan. ooooo0ooooo LAN LAN DAN CING CING CING CING. Yang datang sudah pasti adalah Cing cing.
Ketika gadis berbaju putih itu melihat kemunculan gadis berbaju hijau tersebut, dari jauh dia
sudah tertawa. Suara tertawanya amat nyaring dan merdu.
Dari kejauhan gadis berbaju putih itu telah menyongsong kedatangannya, malah dia berseru:
"Cing cing, Cing cing, tahukah kau betapa kangennya aku kepadamu?"
Cing cing juga tertawa merdu, lalu menyahut:
"Lan lan, Lan lan, tahukah kau akupun sangat kangen kepadamu?"
Sekarang Liu Yok siong baru tahu, rupanya tuan penolongnya itu bernama Lan lan.
Mereka berdua, yang satu bernama Cing-cing, yang lain bernama Lan lan, kedua orang itu
kelihatan mesrah sekali. Cing cing adalah istrinya musuhnya, Cing cing sedang bermaksud untuk merenggut nyawanya
Mengapa Lan lan hendak menolongnya"
Jangan-jangan semuanya ini hanya merupakan perangkap yang telah mereka persiapkan"
Hampir saja Liu Yon siong tidak tahan dan ingin melarikan diri terbirit-birit dari situ.
Dia tidak kabur, bukan karena dia penurut, melainkan karena dia tahu mustahil baginya untuk
bisa meloloskan diri dari sana.
Perduli kepandaian yang dipergunakan Lan lan tadi adalah ilmu meringankan tubuh atau ilmu
sihir, untuk membekuknya, dia dapat melakukan hal ini bagaikan burung elang yang menangkap
anak ayam. Oleh karena itu dia sama sekali tak berani bergerak.
Cing cing dan Lan lan masih tertawa, suara tertawa mereka manis lagi mesrah.
?"Kau benar benar rindu kepadaku?" tanya Lan lan.
"Tentu saja aku amat rindu kepadamu, hakekatnya aku rindunya setengah mati.." sahut Cing
cing. "Akupun rindunya setengah mati kepadamu."
"Aku rindu kepadamu sampai ingin nyawamu !"
"Akupun rindu kepadamu sampai menginginkan nyawamu"
Setelah kedua orang Itu sama-sama mengungkapkan rasa rindunya, tentu masih banyak,
banyak sekali perkataan yang hendak disampaikan.
Kedua orang gadis itu segera saling bertumbukan seakan-akan memang ada persoalan yang
belum diselesaikan. Siapa sangka ternyata ucapan mereka telah selesai, mendadak saja selesai.
Tiba tiba Cing cing membalikkan badan, kemudian berjalan masuk ke dalam kegelapan
sedangkan Lan-lan mendadak roboh terkapar di tanah.
Liu Yok siong menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian itu.
Kemunculan Cing cing sama sekali di luar dugaan, tapi kepergiannya juga sama sekali di luar
dugaan. Akibatnya jauh lebih mencekam hati lagi.
Dia ingin maju ke depan, ingin menengok mengapa secara tiba-tiba Lan lan roboh ke tanah,
namun dia sama sekali tak berkutik.
Untung saja Lan-lan telah melompat lagi, seperti burung walet dia melayang ke sampingnya,
kemudian sambil menarik lengannya dia berseru dengan cemas:
"Mari kita pergi, cepat tinggalkan tempat ini"
Ia pergi dengan gerakan amat cepat, jauh lebih cepat daripada sewaktu datang tadi.
Lan-lan telah mengajaknya balik ke kebun belakang perkampungan Siang siong san-ceng,
setelah itu baru menghembuskan napas panjang, bisiknya pelan:
"Sungguh berbahaya"
"Baru selesai mengucapkan perkataan itu, kembali tubuhnya roboh ke atas tanah.
Sekarang Liu Yok siong sudah agak mengerti, kemungkinan besar Lan-lan sudah kena
disergap oleh Cing cing.

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia sendiri bukannya tak pernah melakukan perbuatan munafik seperti ini, apalagi
menyembunyikan golok dibalik senyuman.
Dia hanya berharap sekarang luka yang diderita Lan lan tidak terlampau berat.
Sebab sekarang dia sudah mempercayainya penuh, hanya dia yang dapat menolong dia,
hanya dialah satu satunya bintang penolong baginya.
Sekarang Lan lan sudah duduk di atas tanah, duduk bersila di atas permukaan salju dengan
gaya seorang pendeta yang paling sempurna.
Lewat berapa saat kemudian tiba-tiba dari atas kepalanya mengepul keluar hawa panas yang
menggumpal, kemudian permukaan salju yang berada di bawahnya mulai mencair, air yang
mencair bukan berwarna putih, melainkan hijau menyeramkan.
Salju itu mencair dengan amat cepatnya seperti selembar kertas yang kena tersulut api, dalam
sekejap mata di tengahnya telah muncul sebuah lubang amat besar.
Tiba-tiba saja di atas permukaan salju itu telah muncul sebuah lingkaran berwarna hijau
menyeramkan, besarnya melebihi permukaan sebuah meja bulat.
Mendadak Lan lan menggulung ujung baju lengannya sehingga tampaklah sebuah lengan
yang putih halus menggairahkan.
Yang diperlihatkan sekarang adalah sebuah lengan kirinya.
Sewaktu dia sedang bermesrahan dengan Cing cing tadi, agaknya lengan inilah yang
dipakainya untuk menepuk pelan tubuh lawan.
Kemudian dia menggerakkan pula lengan kanannya, dengan dua jari tengah dan telunjuknya
yang lembut dan halus dia menjepit sesuatu dari atas jalan darah Ci ti hiat di atas lengan kirinya,
ternyata sebatang jarum perak sepanjang tiga inci yang telah tercabut keluar.
Liu Yok siong memperhatikan terus tangannya itu, namun tak sempat diikuti olehnya
bagaimana cara gadis itu untuk mencabut keluar jarum perak itu.
Tapi dia dapat melihat bahwasanya gadis itu sudah lolos dari mara bahaya, sebab dia sudah
bangkit berdiri, lalu menghembuskan napas panjang.
"Sungguh berbahaya" keluhnya kemudian, seandainya akupun tidak mengadakan persiapan
lebih dulu, mungkin hari ini aku sudah tewas di tangannya"
Liu Yok siong juga turut menghembuskan napas lega, katanya sambit tertawa getir:
"Sekarang akupun baru mengerti, ketika dia mengatakan rindu kepadamu sehingga mengingini
nyawamu, rupanya kaupun menginginkan nyawanya, ketika ia mengatakan rindu kepadamu
sampai setengah mati, kaupun rindu kepadanya sampai setengah mati"
Lan lan tersenyum manis. "Kau memang pintar sekali!" pujinya.
"Tapi aku tidak habis mengerti, kalau memang sergapannya berhasil, kenapa dia malah pergi
secara tiba-tiba?" "Sebab ketika aku bilang rindu dia sampai mati, aku memang menginginkan agar dia mati
sungguh-sungguh" Suara tertawanya telah pulih kembali seperti sedia kala, lanjutnya lebih lanjut:
"Oleh sebab itu, ketika dia menghadiahkan sebatang jarum kepadaku, akupun mengerjai
tubuhnya, aku yakin penderitaan yang dialaminya pasti tak akan lebih ringan daripada apa yang ku
derita, sekarang jika ia tidak cepat-cepat pergi, mungkin dialah yang akan mati duluan daripada
diriku" Liu Yok siong ikut tertawa lebar.
Dia sendiripun pernah melakukan perbuatan semacam ini, akan tetapi jika dibandingkan
dengan mereka, paling banter dia hanya bisa dihitung sebagai muridnya.
"Sekarang tentunya kaupun sudah memaklumi bukan, kenapa aku hendak menolongmu" ucap
Lan lan. ?"Karena Cing cing?"
"Tepat sekali!"
Dengan gemas dan penuh rasa dendam, ia melanjutkan:
"Sepanjang hidupku hanya mempunyai seorang musuh, musuhku itu tak lain adalah dia, ia
hendak mencelakaimu maka akupun menolong dirimu, dia membantu Ting peng, aku pun
membantu dirimu" "Aku pasti akan membalaskan rasa mendongkolmu itu" dengan cepat Liu Yok siong berjanji.
"Oleh karena aku dapat melihat kalau kau melebihi Ting peng, maka kau baru kupilih, seperti
juga Cing cing memilih Ting peng"
Mendengar perkataan itu, Liu Yok siong merasakan jantungnya sedang berdebar keras.
Cing cing memilih Ting Peng, maka dia kawin dengan Ting Peng.
Dan sekarang perempuan yang bernama Lan-lan ini memilihnya, mengapa dia memilih dirinya
". Terdengar Lan lan berkata lagi:
"Aku bukan cuma dapat menolongmu, malah dapat pula kulakukan banyak pekerjaan yang
mimpipun tak pernah kau duga"
Tiba-tiba dia menggenggam tangan Liu Yok siong dengan lembut dan halus, kemudian pelanpelan
berkata: "Bahkan akupun bersedia untuk kawin denganmu"
Detak jantung Liu Yok siong kedengaran menggema semakin keras, hampir saja ia tak
sanggup mengendalikan diri.
Lan-lan kembali berkata: "Kalau bukan lantaran kau sudah beristri, aku pasti akan menikah denganmu"
Setelah menghela napas panjang, ia melanjutkan:
"Ting Peng tidak beristri, maka kau hanya dalam hal ini saja yang tak dapat menandinginya,
kecuali......" "Kecuali bagaimana?"
"Kecuali istrimu mati secara tiba-tiba"
Dengan suara hambar dia melanjutkan:
"Setiap orang pasti akan mati, mati lebih cepat, mati lebih lambat, sesungguhnya sama sekali
tiada perbedaan yang terlalu besar "
Liu Yok siong tidak berbicara lagi, tentu saja dia dapat memahami apa yang dimaksudkan
gadis itu. Terdengar Lan lan berkata lebih jauh:
"Kau bilang dia toh akan pergi dari sini, bagimu hidup atau mati dari istrimu itu sudah tiada
perbedaannya lagi?" Kalau dia telah pergi, soal mati atau hidup memang sama sekali tidak perbedaan yang terlalu
besar lagi bagiku" "Tapi setelah pergi dia toh bisa balik lagi, bagaimanapun juga ia toh masih berstatus sebagai
Liu Hujin, bila dia ingin kembali kemari, setiap saat dia dapat kembali ke sini"
"Seandainya dia sudah bukan Liu hujin lagi?" tanya Liu Yok siong kemudian sambil menatap
wajah gadis itu. "Tentu saja besar pula perbedaannya"
Pelan-pelan dia menurunkan tangannya, kemudian melanjutkan:
"Aku hanya berharap kau bisa mengingatnya selalu, bila kau ingin memperoleh sesuatu hasil,
maka kau harus membayar dulu dengan suatu pengorbanan yang berarti."
ooooo0ooooo BULAN sebelas tanggal dua puluh sembilan.
Semalaman suntuk Liu Yok siong tak dapat tidur, dia teringat diri Ting Peng, teringat Cing cing,
teringat siluman rase, teringat istrinya, teringat pula dengan sambaran golok Ting Peng yang
dilakukan dengan kecepatan seperti sambaran kilat itu.
Tentu saja soal Lan-lan yang paling banyak dia pikirkan dan dia bayangkan.
Kemisteriusan Lan-lan, kecantikan Lan-lan, daya iblis yang dimiliki Lan-lan, kehangatan dan
kelembutan sikap dari Lan-lan sewaktu menggandengnya, serta lengan Lan-lan yang digulung
hingga berada dalam keadaan telanjang itu...
Ia tak bisa menghilangkan ingatan tersebut dari dalam benaknya.
Terbayang lengannya yang putih dan halus itu, mau tak mau diapun membayangkan pula
bagian tubuh lainnya dari gadis tersebut.
Terbayang bagian-bagian lain dari tubuhnya itu mendadak Liu Yok siong merasakan timbulnya
suatu dorongan kekuatan yang amat besar seperti dorongan kekuatan seorang pemuda.
Seandainya Lan-Lan benar-benar akan kawin dengannya, setiap hari setiap detik dia ingin
meniduri gadis itu sampai sepuas-puasnya.
Bila ia dapat menikahi seorang istri semacam itu, masalah apakah yang akan merisaukan
dirinya lagi" Tentu saja diapun tak dapat tidak untuk memikirkan semua perkataan yang pernah diucapkan
Lan-lan kepadanya itu, bila kau ingin mendapatkan sesuatu maka kau harus membayar dulu
sejumlah pengorbanan yang sama nilainya dengan apa yang kau harapkan.
Oleh karena itu pagi-pagi sekali dia sudah bangun kemudian pergi mencari istrinya yang sudah
lama tidur secara terpisah dengannya itu.
Tapi tak tahan, ia berpikir juga bagaimana seandainya secara tiba-tiba istrinya itu berubah
menjadi seekor anjing betina"
Dia tidak tega membayangkan lebih lanjut.
Jalan pemikiran semacam ini, bagaimana-pun juga memang merupakan suatu hal yang amat
tidak menyenangkan. Istrinya tidak berubah men adi seekor anjing betina, tapi dia telah berubah menjadi seorang
ibu. Tentu saja bukan ibu dari anak mereka. Mereka tidak dikaruniai seorang anakpun.
Kini dia seakan-akan telah berubah menjadi ibunya Song Tiong, sebab bagaikan seorang
anak-anak, Song Tiong sedang tertidur didalam pelukannya yang mesrah.
Setelah menyaksikan Liu Yok siong muncul di sana tentu saja Song Tiorg yang paling
terperanjat, bagaikan seekor anak kelinci yang kena dianak panah, serentak dia melompat bangun
dari atas pembaringan, lalu dengan badan masih telanjang bulat melarikan diri terbirit birit dari situ.
Tapi Liu Yok siong tetap tenang, seakan-akan tidak menyaksikan kejadian semacam itu.
Sesungguhnya mereka suami istri berdua sudah mengadakan perjanjian, sang suami tidak
seharusnya masuk ke kamar sang istri dalam keadaan sepagi ini demikian pula sebaliknya.
Liu Yok siong seperti tak marah barang sedikitpun jua karena dia memang tak bisa marah.
Liu Hujin pun tidak marah, bukan lantaran dia tak punya alasan untuk marah, melainkan
karena dia benar-benar terlalu lelah.
Seseorang apabila menyaksikan istri sendiri menunjukkan sikap yang begitu "kecapaian" entah
bagaimanakah perasaan hatinya ketika itu.
Namun Liu Yok siong seolah-olah tidak merasakan apa-apa, sekalipun dalam hatinya
merasakan sesuatu, hal itu juga tidak diperlihatkan diatas wajahnya.
Dengan ogah-ogahan Liu hujin menggeliatkan tubuhnya lalu menguap, katanya kemudian
sambil tertawa paksa. "Pagi benar bangunmu hari ini ?"
"Ehmm .....!" Liu Yok siong mengangguk.
"Inginkah kau tidur sebentar di sini?"
Pertanyaan dari Liu hujin ini amat jitu. Namun jawaban dari Liu Yok siong jauh lebih jitu lagi.
Tiba-tiba ia berkata: "Pergilah kau, tak usah menunggu sampai besok lagi, sekarang kau juga boleh pergi! .
Kebanyakan perempuan, bila mereka mendengar suaminya mengucapkan kata-kata semacam
itu kepada mereka, sudah pasti mereka akan bertanya:
Mengapa kau minta aku pergi saat ini juga" Apakah kau akan pergi bersamaku"
Kebanyakan perempuan, sudah pasti tak akan membungkam dalam seribu bahasa dalam
keadaan seperti ini. Namun, Liu hujin memang jauh berbeda dengan kebanyakan perempuan lain.
Dia tidak berkata apa-apa, sepatah kata pun tidak diucapkan.
Kembali Liu Yok siong berkata:
"Terserah kau hendak kemana" terserah kau hendak berbuat apa" Dulu aku tak pernah
mengurusi dirimu, di kemudian hari aku lebih-lebih tak akan mengurusi dirimu, mulai sekarang kau
she Chin dan aku she Liu, kita sudah tiada ikatan atau hubungan apa-apa lagi, kaupun tak usah
balik kemari lagi untuk selama-lamanya"
Ucapan tersebut diucapkan dengan tandas dan bersifat fatal.
"Bila perempuan-perempuan lain yang mendengar suaminya mengucapkan kata-kata yang
tandas dan tajam seperti ini, sekalipun mereka tidak melompat-lompat sambil menangis tersedusedu,
atau berteriak seperti orang gila, sudah pasti orang-orang itu akan kesedihan setengah mati.
Namun perempuan itu sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa, dia hanya memandang
wajahnya dengan tenang, memandangnya sampai lama sekali."
Bahkan sedikit perubahan mimik wajah pun tidak diperlihatkan olehnya.
Tiada perasaan pula, kadangkala merupakan pertanda dari suatu sikap, suatu perasaan.
Tatkala seseorang merasa teramat sedih sekali, atau teramat kecewa, kadang kala dia akan
berubah menjadi begini rupa.
Pelan-pelan Liu Yok siong membalikkan badannya dan tidak memandang lagi ke arahnya.
sedikit banyak timbul juga perasaan sedih didalam hatinya, sebab bagaimanapun juga mereka
adalah suami istri yang telah terjalin selama banyak tahun, tapi setiap kali teringat akan Lan-lan,
rasa sedihnya segera lenyap, perasaan yang lembekpun berubah keras kembali.
Katanya Kemudian dengan suara dingin:
"Dari tujuh buah peraturan, kau telah melanggar semuanya, aku tidak membunuhmu sudah
merupakan suatu kemujuran bagimu, kau masih ...."
Ia tidak menyelesaikan perkataan tersebut, tiba-tiba pinggang bagian belakangnya terasa
menjadi lemas, empat buah jalan darah penting yang berada disekitar pinggangnya tahu-tahu
menjadi tersumbat semua. Ternyata serangan yang dipergunakan untuk menghadapinya itu adalah ilmu menotok jalan
darah aliran Bu tong pay.
Ketika istrinya merayakan ulang tahun ke tiga puluh tempo hari, dia telah mewariskan
kepandaian tersebut kepadanya sebagai hadiah ulang tahunnya.
Waktu itu dia masih merasa amat bangga sekali, karena dia bilang yang diinginkan olehnya
sebetulnya adalah seuntai rantai mutiara.
Seuntai rantai mutiara tersebut bernilai lima laksa tahil lebih, sebab butiran mutiara yang
terkecilpun besarnya seperti buah lengkeng. Lagi pula sudah diketahui oleh istrinya.
Sedangkan ilmu menotok jalan darah ini sama sekali tak berharga apa-apa, karena dia tak
usah mengeluarkan uang barang sepeserpun.
Terhadap istrinya ia memang tak pernah bersikap royal.
Karena dia selalu beranggapan bila menginginkan istrinya selalu lemah lembut dan dan setia
kepada suaminya, maka jangan sekali kali diberi uang yang terlalu banyak dalam genggamannya,
kalau tidak, maka yang dia hamburkanpun akan lebih banyak pula.
Lelaki yang pintar tak akan melakukan perbuatan semacam ini, tak bisa disangkal lagi dia
memang seorang yang pintar, pintar sekali.
Itulah sebabnya, sekarang dia harus roboh terkapar di atas tanah.
Chin Ko cing menatap wajahnya, lalu di atas mimik wajahnya yang hambar tanpa perasaan
tersungging sekulum senyuman yang manis dan menawan hati.
"Sekarang aku baru tahu, rupanya hadiah ulang tahun yang kau berikan kepadaku ini jauh
lebih berharga daripada untaian rantai bermutiara tersebut. Sudah seharusnya kalau aku merasa
berterima kasih sekali kepadamu"
Sambil tersenyum dia berjalan keluar. lalu menarik tangan Song Tiang untuk diajak masuk ke
dalam. Song Tiong masih belum berani bertatapan muka dengannya.
Ko cing segera tertawa, katanya:
?"Sekarang dia sudah bukan merupakan suami lagi, mengapa kau musti merasa malu"
"Dia sudah pensiun dirimu?", tanya Song Tiong.
"Bukan cuma di pensiun saja, bahkan dia telah mengusirku pergi dari sini ...."
Setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "Sudah belasan tahun aku kawin dengannya, tapi
kenyataannya lebih buruk keadaanku daripada anjing yang dipelihara orang selama belasan
tahun, kini dia telah mengusirku, maka akupun harus menggelinding pergi dari sini dengan tanpa
membantah" "Kalau memang begitu, mari kita pergi"
"Kau akan mengajakku pergi!" "
"Sekalipun dia sudah tidak mau dirimu lagi, aku masih mau"
Kau benar-benar masih bersedia untuk menerima aku si nenek tua ini..." .
"Sekalipun kau benar-benar berubah menjadi seorang nenek tua, akupun tak akan berubah
hati terhadapmu" Ko cing kembali tertawa, tertawanya tampak sangat manis dan menggiurkan hati, katanya lagi
dengan lembut: "Kau sangat baik, ternyata aku memang tidak salah memilih kau, cuma sayang..."
"Sayang apa?" "Sayang aku masih tak ingin benar-benar menjadi seorang nenek peot, oleh karena itu setiap
hari aku masih membutuhkan bedak mutiara yang seharga dua puluh tahil perak tiap harinya untuk
mencegah munculnya keriputan di atas wajahku, pakaian yang kukenakan juga harus kain tenun
yang berasal dari negeri Thian tok atau Persia, agar orang lain melihat wajahku jauh lebih muda
lagi, akupun butuh mandi air susu tiap harinya serta memerlukan beberapa orang dayang untuk
melayani segala macam kebutuhan sehari-hariku"
Dengan lembut dibelainya tangan Song Tiong, kemudian katanya lebih lanjut:
"Kau toh tahu juga, kau sudah terbiasa makan enak, berpakaian yang baik serta perempuan
yang sudah terbiasa menghamburkan uang"
"Aku tahu" "Bila aku musti kawin dengan dirimu sanggupkah kau untuk memelihara aku?"
Song Tiong menjadi tertegun, tertegun untuk beberapa saat lamanya, setelah itu baru serunya
lantang: "Aku bisa menjadi seorang perampok untuk memenuhi kebutuhanmu itu."
"Kenapa kau harus menjadi seorang perampok" Apakah itulah keahlian yang paling kau
andalkan?" Setelah berhenti sejenak, sambungnya dengan suara hambar:
"Membunuh orang baru merupakan keahlianmu yang sebenarnya, asal kau dapat membunuh
seseorang, maka kitapun akan hidup senang sepanjang masa"
Siapa yang hendak kau bunuh?" tanya Song Tiong.
Ko cing cuma tertawa, ia tidak berkata apa-apa.
Song Tiong bukan seorang yang bodoh, dia seharusnya mengerti siapa yang dimaksudkan
perempuan itu. Walaupun dia tidak begitu suka membunuh orang, akan tetapi dia bukanlah manusia yang
takut membunuh orang, entah siapapun yang hendak dibunuhnya hal itu sama saja baginya.
Sementara itu Chin Ko cing telah meloloskan sebilah pedang dari atas dinding ruangan dan
serahkan senjata itu kepadanya kemudian ujarnya kembali:


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Asal kau mengayunkan tanganmu, maka aku akan berubah menjadi seorang janda yang patut
dikasihani, perduli bagaimanakah bengis dan buasnya Ting peng, tak mungkin dia akan
menghadapi seorang janda yang patut di kasihani seperti aku ini."
Setelah tersenyum lanjutnya:
Untung saja aku si janda yang patut di kasihani ini adalah seorang janda yang kaya raya,
siapapun yang dapat mengawininya hidupnya sepanjang masa akan berbahagia dan tak perlu
risau lagi" Song Tiong bukan orang bodoh, sudah barang tentu dia memahami semua perbuatan itu,
diapun bisa membayangkan semua yang barusan dikatakan oleh perempuan itu..
Maka diterimanya pedang tersebut dari tangan Ko ching, Kemudian bersiap sedia untuk
melakukan pekerjaannya. "Asal pedang tersebut diayunkan ke bawah, niscaya Liu Yok siong akan mati konyol.
ooooo0ooooo SUATU KEJADIAN ANEH LIU YOK SIONG tahu, dia sudah pasti akan mati.
Bukan saja ia telah memandang remeh perempuan ini, lagi pula dia menilai diri sendiri terlalu
tinggi, barang siapa berani melanggar kesalahan ini, dia pasti akan mati.
"Criing...!" sebilah pedang telah diloloskan dari dalam sarungnya.
Pelan-pelan Song Tiong telah membalikkan badannya dan memandang ke arahnya dengan
pandangan dingin. "Kau tak bisa menyalahkan aku, hanya bisa menyalahkan dirimu sendiri...." demikian dia
berkata. Liu Yok siong harus mengakui akan hal itu, hatinya memang kurang kejam, cara kerjanya
kurang tegas, dia seharusnya turun tangan lebih dulu untuk membinasakan dirinya.
Cahaya pedang berkelebat lewat, tahu-tahu pedang itu sudah menusuk ke atas
tenggorokannya. She Song bernama Tiong, sebuah tusukannya selalu mematikan, bukan saja serangannya
saja amat tepat, lagi pula ganas, sudah barang tentu serangannya tak mungkin meleset, terutama
untuk membunuh seseorang yang sama sekali tak punya kekuatan lagi untuk melakukan
perlawanan. Kecuali muncul suatu kejadian aneh, Liu Yok siong sudah pasti akan mampus"
Siapa tahu kejadian aneh tersebut ternyata benar-benar telah berlangsung.
Mendadak, "Criit" desingan angin tajam berhembus menembusi angkasa kemudian "Triing..."
percikan bunga api bertaburan kemana-mana, pedang yang berada ditangan Song Tiong telah
patah menjadi dua bagian.
Sebuah benda jatuh ketanah menyusul kutungan pedang itu dan menggelinding sampai jauh,
ternyata benda itu adalah sebuah biji pohon siong.
Pedang itu milik Liu Yok siong, sebilah pedang yang khusus ditempa oleh seorang ahli,
pembuat pedang Go Too di luar perbatasan, dengan ongkos seribu delapan ratus tahil perak.
Go Too sudah tiga puluh tahun lamanya bekerja sebagai penempa pedang, setiap pedang
hasil tempaannya merupakan pedang mestika, jangan toh baru batu atau senjata lain, bahkan pula
baja yang beratpun jangan harap bisa menabasnya sampai kutung.
Tapi kenyataannya sekarang, pedang itu sudah dibikin patah oleh sebuah biji pohon siong.
Tangan Song Tiong telah digertak sampai kesemutan rasanya, dia mundur lima langkah
dengan sempoyongan, sedangkan Chin Ko cing bertindak cepat, ia segera melepaskan pula tujuh
buah titik cahaya bintang yang gemerlapan.
Sudah barang tentu Liu Yok siong juga tahu senjata rahasia apakah yang dilancarkan
perempuan itu, sebab senjata rahasia inipun khusus dibuat atas pesanannya dengan biaya mahal,
bahkan secara khusus pula dia, menyuruh orang untuk memolesi racun diatasnya.
Walaupun caranya melepaskan senjata rahasia tak bisa menandingi kelihaian dari Hoa Sin koh
atau Kwan im bertangan seribu, akan tetapi dalam jarak dua kaki, serangannya jarang sekali
meleset. Sekarang jarak mereka cuma satu kaki belaka, kecuali muncul kembali suatu kejadian aneh,
Liu Yok siong sudah pasti akan tewas.
Siapa tahu, suatu kejadian aneh kembali telah berlangsung.
Sebenarnya ke tujuh titik cahaya bintang itu tertuju ke arah ulu hati Liu Yok siong. tapi tahutahu
arah sasarannya telah berubah dan meluncur ke depan jendela.
Dari balik jendela tiba-tiba muncul seseorang dan mengenakan baju berwarna putih bersih
bagaikan salju. Ketika ujung bajunya dikebaskan pelan ke tujuh titik cahaya bintang itu seketika lenyap tak
berbekas, menyusul kemudian terdengar suara gemerincing nyaring..."Criing" segulung desingan
angin tajam meluncur keluar dari balik ujung bajunya dan menghajar lutut Chin Ko cing.
Sebenarnya ketika itu tubuh Chin Ko cing sedang menubruk ke muka, tiba-tiba ia jatuh berlutut
di tanah, berlutut dengan tubuh tegak lurus, sama sekali tak mampu berkutik lagi.
Sebaliknya Liu Yok siong secara tiba-tiba bangun berdiri.
Ternyata walaupun suara desingan anginnya hanya berbunyi sekali, biji pohon siong yang
disambit keluar ada dua buah, sebuah menghajar jalan darah Huan tiau hiat di tubuh Chin Ko cing,
sedangkan yang lain membebaskan jalan darah Liu Yok siong yang tertotok.
Gadis cantik yang berbaju putih bersih bagaikan salju ini telah melancarkan dua buah biji siong
pada saat yang bersamaan, selain kekuatannya mengerikan sekali, cara maupun tenaga yang
dipergunakan juga saling berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Song Tiong yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun dibuatnya.
Belum pernah dia saksikan cara melepaskan senjata rahasia yang begitu lihaynya, bahkan
sampai mendengarpun belum pernah.
Bila Hoa Sin koh dan kwan im bertangan seribu sekalian jago-jago senjata rahasia yang
tersohor didalam dunia persilatan itu dibandingkan dengan perempuan ini, pada hakekatnya
kepandaian mereka seperti anak kecil yang bermain kelereng.
Hampir saja dia tidak mempercayai pandangan mata sendiri..
Liu Yok siong percaya akan kesemuanya itu, sebab dia telah menyaksikan kepandaian serta
perbuatan lain dari Lan-lan yang jauh lebih hebat dan mengerikan daripada apa yang dilihatnya
sekarang. "Mengapa kau masih tidak pergi membunuhnya tiba-tiba Lan-lan bertanya kepadanya:
"Kau ....." "Liu Yok siong gelagapan, dia tak tahu bagaimana harus menjawab.
"Dia hendak membunuhmu, maka kaupun boleh membunuhnya, sebab bila kau tidak
membunuhnya, dialah yang akan membunuh dirimu"
Tangannya lantas menggapai, kutungan pedang yang tergeletak di atas tanah itu mendadak
mencelat ke udara dan terjatuh ke tangannya.
Ia sodorkan kutungan pedang ke tangan Liu Yok siong, kemudian melanjutkan:
"Pedang ini pastilah pedang hasil penempaan Go Too, sekalipun hanya tinggal sepotong yang
tidak mencapai tiga inci panjangnya, aku yakin pedang itu masih dapat digunakan untuk
membunuh orang" Kutungan pedang itu masih satu depa panjangnya, Liu Yok siong segera menjepit dengan
ketiga buah jari tangannya, lalu menodongkan mata pedang itu ke atas tenggorokan Chin Ko cing.
Tiba-tiba Chin Ko cing berkata sambil tertawa:
"Walaupun wajahnya kelihatan buas dan bengis, tapi aku tahu kau tak akan tega untuk
membinasakan diriku?"
"Ooooh.... !" "Sebab aku lebih mengerti tentang dirimu daripada orang lain, asal kau sudah
mempergunakan jubah yang satu stel berwarna delapan puluh tahil perak, ditangan membawa
arak yang sembilan puluh tahil perak segucinya, kemudian duduk dalam kamarmu sambil
membopong perempuan cantik, maka sekalipun hendak menyuruh orang lain untuk membunuh
beberapa orangpun kau tak akan merasa menderita"
Setelah tertawa dingin, lanjutnya:
"Tapi, kalau suruh kau sendiri yang membawa golok untuk membunuh orang, maka kau tak
akan berani turun tangan sendiri"
Tiba-tiba Song Tong menimbrung:
"Dia tak berani, aku berani!"
Dengan terperanjat Ko cing menatap ke arahnya, kemudian berseru:
"Kau. . . kau tega untuk turun tangan terhadap aku?"
Song Tiong tidak berkata apa-apa lagi, mendadak ia menyerbu ke depan dan kutungan
pedang yang masih berada di tangannya itu sudah menembusi dada perempuan tersebut.
Sepasang mata Ko-cing belum terpejam, ia masih menatap wajahnya dengan perasaan
terperanjat. Sampai matipun dia tak percaya kalau ia benar-benar tega untuk membunuhnya.
"Tentunya kau tidak menyangka bukan kalau aku bisa membunuh dirimu" ujar Song Tiong.
"Kena. . . kenapa kau?"
"Karena akupun sudah lama ingin mati, bila kau tidak mati, mana aku tega untuk mati
sendirian!" Ia keluar mencabut pedangnya. Darah kental segera berhamburan kemana-mana ..... pada
saat itu pula kutungan pedang tadi telah ditusukkan kembali ke dada sendiri.
Perempuan itu sudah mati, maka sekarang diapun dapat mati pula.
Mendadak Song Tiong mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . . haaaahhh. . . selama hidup aku sudah banyak membunuh orang,
tapi baru kali ini aku merasa sangat puas."
ooooo0ooooo SEPASANG mata Chin Ko cing telah terpejamkan rapat.
Tiba-tiba ia merasa bahwa selama ini dia selalu tak memahami diri Song Tiong, selalu
memandang salah kepadanya.
Ia selalu menganggap, Song Tiong adalah seorang yang keras di luar, padahal amat lemah
didalam hatinya. Bukan cuma lemah, bahkan sama sekali tak becus, itulah sebabnya dia baru dapat di tuntun
olehnya bagaikan seekor anjing kecil.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau dia berbuat demikian karena cinta kepadanya,
mencintainya dengan sepenuh hati, setulus hati mencintai dirinya.
Demi dia, ia rela untuk mati.
Demi dia, iapun bersedia untuk mengakhiri hidupnya.
Belum pernah dia berpikir sampai ke situ, karena dia tidak percaya kalau dalam dunia ini bisa
terdapat perasaan cinta seperti ini.
Tapi sekarang, dia sudah percaya.
*************************
Halaman 48 - 49 hilang *************************
tiba-tiba dalam hatinya muncul suatu perasaan yang jauh lebih kuat daripada perasaan ngeri
dan takut, membuat dia melupakan keseraman menghadapi kematian
Tiba-tiba saja dia merasa kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan.
Bila seseorang sampai matinya belum tahu apa artinya "cinta?", hal itu baru benar-benar
merupakan sesuatu yang menakutkan.
KAU telah membayar sesuatu pengorbanan, yang cukup besar, kujamin kau pasti akan
memperoleh hasil yang lumayan, itulah kata-kata dari Lan-lan sebelum pergi meninggalkannya.
Setiap kali dia selalu datang secara tiba-tiba dan pergi lagi secara tiba-tiba.
Liu Yok siong tidak tahu harus menggunakan cara apa untuk mengundang-nya datang, juga
tidak tahu harus menggunakan cara apa untuk menahannya di situ. .
Tapi dengan cepatnya dia telah tahu kalau apa yang diucapkan memang tidak bohong.
Dia telah menyerahkan anjing betina itu kepada "si buli-buli"..
Si buli-buli adalah nama julukan dari pengurus gudang arak dalam perkampungan Siang siong
san-ceng, sebuah buli-buli yang tak punya mulut.
Sebab bukan saja dia jujur, setia dan bisa dipercaya, mulutnya juga selalu tertutup rapat
seperti botol, selain itu tak setetes arakpun yang dia minum selama hidupnya.
Oleh karena itu, Liu Yok siong mengutusnya menjadi pengurus gudang araknya .......
Si Buli-buli menyekap anjing betina itu didalam gudang arak, gudang arak yang sudah tak ada
setetes arakpun itu. Menanti Liu Yok siong ingin menghantar anjing betina itu sudah bukan anjing betina lagi.
Ketika dia menyuruh si buli-buli mengajaknya pergi ke gudang arak untuk mencari anjing
betina itu, ternyata yang dijumpainya adalah seorang perempuan.
Seorang perempuan yang berpinggang ramping dan berpaha panjang, sewaktu berjumpa
dengannya, perempuan itu segera memperlihatkan rasa yang takut yaa gembira.
Ia sendiripun sama sekali tak tahu secara bagaimana dia bisa berada didalam gudang arak itu.
Ketika dia tidur, tubuhnya masih berbaring di atas pembaringan yang besar, lebar dan empuk
itu. Tapi ketika sadar kembali, ia telah berada di sini.
ooooo0ooooo KEJADIAN aneh secara beruntun berlangsung kembali, air bening telah berubah menjadi arak
wangi. kerbau, kambing, ayam, itik, yang sebenarnya sudah dibakar di belakang bukit sana, kini
telah muncul kembali dalam keadaan segar bugar.
Akan tetapi Lan-lan tak pernah menampakkan diri lagi.
Tentu saja semua kejadian aneh itu merupakan hasil karyanya, Liu Yok siong telah membayar
suatu pengorbanan yang besar, maka diapun tidak melupakan janji sendiri.
Untuk menyatakan rasa setianya kepada Lan-lan, Liu Yok siong tidak lagi mengganggu si
gadis berpinggang ramping dan berkaki panjang itu.
Ia bertekad untuk mendapatkan Lan-lan, entah dia adalah manusia atau bukan, hal itu tidak
menjadi soal baginya, bahkan sekalipun dia benar-benar adalah siluman rase, baginya juga bukan
persoalan. Bila ia dapat mempersunting seorang istri seperti dia, maka terhadap siapa saja dia tak usah
takut lagi, terhadap masalah apapun ia tak usah merasa kuatir lagi.
Hari demi hari lewat dengan cepatnya, kini perkampungan yang berada di bukit seberang telah
selesai digarap, bilamana malam tiba dan lampu gemerlapan dalam bangunan tersebut, maka
memandang dari kejauhan, bangunan itu bagaikan keraton di atas langit.
Surat undangan dari tuan rumah perkampungan Wan gwat san-ceng yang hendak
mengadakan perjamuan telah dikirim kepadanya .
Tentu saja kepala kampung dari perkampungan Wan gwat san-ceng tersebut adalah Ting
Peng, sedangkan hari perjamuan adalah saat bulan purnama.
Hari ini sudah tanggal empat belas, ternyata Lan-lan masih juga belum menampakkan diri.
Dia pasti akan datang kemari, tak mungkin dia akan melupakan diriku dengan begitu saja.
Walaupun Liu Yok siong selalu berusaha untuk menghibur diri, toh tak urung hatinya merasa
gelisah dan kuatir. Seandainya gadis itu tidak datang kemungkinan besar dia akan mati didalam keraton Wan
gwat san-ceng besok hari.
Terpaksa dia karuan menghibur diri sendiri.
"Paling lambat malam ini dia pasti akan datang kemari."
"Oleh sebab itu, sejak senja tiba ia telah mempersiapkan semeja sayur dan arak dan
menunggu di dalam rumahnya seorang diri.
Ternyata Lan-lan memang tidak membuat-nya menjadi kecewa.
Tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi oleh bau harum semerbak, seperti harumnya bunga tapi
jauh lebih manis dan sedap daripada harumnya bunga .... ...
Jendela yang semula tertutup rapat, mendadak membuka dengan sendirinya, sinar matahari
senja masih menyoroti jagad di luar sana, Lan-lan seperti sekuntum awan yang indah pelan-pelan
melayang datang. Dia bilang selama dua hari ini tak bisa datang karena masih banyak persoalan yang harus
dipersiapkan olehnya. Karena bukan suatu pekerjaan yang "mudah" untuk menghadapi Cing-cing, kemampuan yang
dimiliki Cing-cing jarang ada yang bisa menandinginya, walau berada di langit maupun di bumi.
Tapi sekarang ia telah mempersiapkan segala sesuatunya.
Ia bilang begini: ?"Sekarang aku sudah mempunyai akal untuk menaklukkannya, asal Cing cing bisa
ditaklukkan, Ting Peng sama sekali tak perlu dikuatirkan lagi, asal kau mau menuruti perkataanku
dan melakukannya dengan baik, bukan saja kau dapat membantuku untuk mengalahkan mereka,
entah persoalan apapun yang ingin kau kerjakan, aku dapat membantumu untuk mencapainya."
Apa yang menjadi idaman Liu Yok siong selama ini adalah menjadi ketua partai Bu tong.
Tak tahan dia lantas berkata:
"Selama ini Bu tong pay tak pernah mengangkat seorang murid preman menjadi
Ciangbunjinnya, tapi aku . . . ."
?"Kau ingin menjadi Ciangbunjin dari Bu tong pay?" tanya Lan-lan kemudian.
Liu Yok siong menghela napas panjang, katanya:
"Sekarang, yang paling besar harapannya untuk menjadi Ciangbunjin bukanlah aku, melainkan
Leng siu!" Lan-lan segera tertawa dingin, serunya:
"Kalau hanya kedudukan seorang ciangbunjin dari Bu tong pay saja apalah artinya cita-citamu,
sungguh teramat kecil sekali."
Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba tanyanya lagi:
"Tahukah kau tentang Sangkoan Kim hong?"
Tentu saja Liu Yok siong tahu.
Sangkoan Kim hong adalah seorang pentolan dunia persilatan yang malang melintang dalam
kolong langit, tiada seorang manusia pun dalam dunia persilatan yang berani kurang ajar
kepadanya, setiap patah kata yang ia ucapkan merupakan perintah, belum pernah ada orang yang
berani membangkang. Kemudian, walaupun dia mati di tangan Siau li si pisau terbang yang merupakan pendekar
tenar pada masa itu, tapi semasa hidupnya gagah perkasa, hingga kini belum pernah ada orang
yang bisa menandinginya. ?"Asal kau bersedia, setiap saat aku dapat membuat keberhasilanmu melebihi Sangkoan Kim
hong, melebihi Siau li si pisau terbang dan melampaui pula manusia paling tenar dalam dunia
persilatan saat ini, Cia Siau hong"
Liu Yok siong merasakan jantungnya sedang berdebar, berdebar kencang sekali.
"Yang kau maksudkan sebagai Leng siu tadi, bukankah murid pertama dari Thian it toojin?"
kembali Lan-lan bertanya.
"Benar!" "
?"Kemungkinan besar, besok diapun akan muncul pula di dalam perkampungan Wan gwat
san-ceng untuk menghadiri perayaan tersebut"
"Kenapa dia turut datang?"
"Sebab Ting peng telah mengundangnya secara khusus",
Setelah tertawa, lanjutnya:


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?"Pada hal kau seharusnya juga musti mengerti, kenapa secara khusus dia mengundang
kedatangan Leng siu"
Liu Yok siong mengerti. Ting Peng hendak merusak nama baiknya di hadapan Leng siu, agar Leng siu tahu salah dia
memang mempunyai alasan untuk mati.
Setelah disaksikan oleh kakak seperguruannya, bagaimanapun Ting Peng hendak
menghadapinya, orang lain tentu tak bisa berkata apa-apa lagi ......
Untuk berbicarapun tak dapat, sudah barang tentu pihak Bu tong pay semakin tak dapat
membalaskan dendam baginya lagi.
Liu Yok siong menghela napas panjang kemudian ujarnya:
?"Sungguh tak kusangka secara tiba-tiba Ting Peng bisa melakukan pekerjaan yang begitu
teliti dan seksama" Orang yang pernah tertipu satu kali, biasanya ia akan bekerja lebih teliti dan seksama.
Liu Yok siong sedang tertawa, tentu saja tertawa getir. Dia memang hanya bisa tertawa getir.
"Jika Ting Peng hendak membunuhnya, mungkinkah Leng siu akan membantumu?"
"Tak mungkin!" "
"Mungkinkah dia akan membantumu berbicara ?"
"Tidak mungkin"
Berada dalam keadaan seperti ini, siapapun tak dapat berkata apa-apa lagi.
"Bila kau sampai mati, mungkinkah dia akan merasa bersedih hati!" kembali Lan-lan bertanya.
"Tidak mungkin"
"Yaa, sebab diapun tahu kaupun tak akan merasa sedih bagi kematiannya"
Liu Yok siong sama sekali tidak menyangkal akan kebenaran dari ucapan tersebut.
Leng siu tojin tidak suka makan banyak, tidak suka minum arak, tidak berjudi, tidak bermain
perempuan, tujuan hidupnya hanya satu, yakni berharap bisa menggantikan kedudukan Thian it
Cinjin dan suatu ketika menjabat sebagai Ciangbunjin partai Bu tong, Sebab diapun seorang
manusia yang terdiri dari darah dan daging, diapun mempunyai ambisi, rasa kuatirnya terhadap
persoalan ini sedikitpun tidak berada di bawah Liu Yok siong.
Kedua pihak sama-sama mengetahui bahwa kemungkinan besar pihak lawan merupakan satusatunya
saingan yang paling berat.
Kembali Liu Yok siong menghela papas panjang, katanya:
?"Cuma sayang tubuhnya selalu sehat dan kuat, paling tidak ia masih bisa hidup tiga sampai
lima puluh tahun lagi."
"Aku berani menjamin, dia tak akan bisa hidup lebih lama lagi"
"Ooooh. . " ?"Besok malam dia pasti akan mati"
"Dia selamanya sehat dan tak pernah berpenyakitan, mana mungkin bisa mati secara
mendadak?" "Sebab ada seorang yang akan menusuk tenggorokannya dengan pedang hingga tembus"
"Siapakah orang itu?"
"Kau sendiri" Liu Yok siong menjadi tertegun. Padahal, sudah sejak lama dia ingin menusuk tenggorokan
Leng siu dengan pedangnya, entah berapa ratus kali ingatan tersebut berkecamuk dalam
benaknya. . Sebab bagaimanapun juga Leng siu adalah toa suhengnya, membunuh Leng siu berarti telah
berkhianat kepada perguruan.
Menghianati perguruan merupakan suatu perbuatan yang amat melanggar hukum, ingatan
tersebut sudah lama berakar didalam hatinya.
"Jika kau tidak berani, akupun tidak akan terlalu memaksakan kehendakku" kata Lan-lan
kemudian. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan hambar:
"Bagaimanapun juga, sekarang toh aku belum kawin denganmu, bila kau mati, aku pun tak
akan terlalu bersedih hati"
Dia seperti sudah bersiap sedia untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tentu saja Liu Yok siong tak akan membiarkan dia pergi dengan begitu saja, segera serunya:
"Aku bukannya tidak berani, aku Cuma kuatir..."
"Kuatir apa?" "Sejak kecil Leng siu sudah melatih ilmu silat, selain bersantap, berdoa dan tidur, setiap saat ia
selalu melatih kepandaiannya, sedangkan aku banyak pekerjaan yang harus kulakukan.
Dia memang mempunyai banyak persoalan yang harus dikerjakan, di dunia ini memang masih
banyak pekerjaan yang jauh lebih menarik daripada belajar silat.
Sayang sekali pekerjaan yang semakin menarik, semakin tak boleh dilakukan terlalu banyak,
kalau tidak akan berubahlah menjadi pekerjaan yang tidak menarik.
Liu Yok siong menghela napas panjang, katanya:
"Mungkin pekerjaan lain terlalu banyak yang telah kukerjakan, maka sekarang aku mungkin
sudah bukan tandingannya lagi"
"Kau memang bukan tandingannya, didalam lima puluh gebrakan, ia dapat membunuhmu" Tak
bisa tidak Liu Yok siong harus mengakui akan hal ini.
Terutama beberapa waktu belakangan ini, Leng siu memang semakin giat berlatih ilmu tenaga
dalamnya makin sempurna, ilmu pedangnya juga semakin sempurna. hal ini sudah diketahui
umum dan semua orang mengakui dia sebagai jagoan nomor satu dari Bu tong pay dewasa ini.
"Tapi aku toh berada di sampingmu" kata Lan-lan cepat, "apa lagi yang musti kau takuti?" "
Setelah tertawa lanjutnya:
"Asal ada aku di sisimu, maka di dalam sepuluh gebrakan saja kau dapat membunuhnya.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Liu Yok siong sesudah mendengar perkataan itu.
"Besok tengah hari, aku akan menunggumu dirumah makan Hwe Sian lo, kemudian akan
kutemani kau kesana!"
"Kenapa kau harus menantikan kedatanganku didalam kota?"
"Sebab aku minta kau menyambut kedatanganku dengan tandu, aku ingin agar orang lain tahu
kalau aku diajak pergi dengan mempergunakan tandu ."
Permintaan semacam ini sesungguhnya memang bukan termasuk suatu permintaan yang
kelewat batas. Seorang perempuan yang belum kawin, biasanya selalu berharap ada lelaki yang dia cintai
menjemputnya dengan tandu.
Tak bisa disangkal lagi dibalik permintaan tersebut sesungguhnya mengandung maksud yang
lebih mendalam. Kembali Liu Yok siong merasakan jantungnya berdebar keras, berdebar keras sekali:
?"Aku pasti akan mempersiapkan sebuah tandu yang paling besar untuk menjemputmu, tapi
kau......" Ia memandang sekejap wajah Lan-lan yang tertutup oleh kain cadar itu, kemudian
melanjutkan. "Sampai sekarang, mengapa kau masih belum memperkenankan aku untuk melihat raut
wajahnya yang sebenarnya..
"Besok kau akan segera melihatnya " jawab Lan-lan, setelah berhenti sebentar lanjutnya:
"Besok, setibanya dirumah makan Hwee-sian-lo, akan kau jumpai seorang nona yang
memakai gaun berwarna biru laut, memakai mutiara dan tusuk konde emas pada sanggulnya serta
memakai sepasang sepatu berwarna merah darah"
"Perempuan itu adalah kau"`
"Benar!" ooooo0ooooo PERKAMPUNGAN WAN GWAT SANCENG
BULAN dua belas tanggal lima belas, hari ini udara amat cerah.
Sorot matahari ditengah hari tersebut terasa hangat dan nyaman, Liu Yok siong berdiri di
bawah sinar matahari dan memperhatikan para centengnya sedang memasang sebiji mutiara
besar di atap tandunya, ia merasa puas sekali.
Tandu tersebut khusus dia pesan di ibu kota pada seorang ahli tukang kayu sewaktu hendak
menjemput pulang Chin Ko cing pada delapan belas tahun berselang, setelah di lakukan
perbaikan semalam suntuk kini bentuknya sudah nampak baru kembali.
(Bersambung Jilid 07) Jilid: 7 SAYANG, orang yang pernah duduk didalam tandu tersebut dulu, sekarang tak pernah akan
dijumpainya lagi untuk selamanya.
Teringat akan hal ini, sedikit banyak timbul juga perasaan sedih dan perih dalam hati Liu Yok
siong. Untung saja dengan cepat dia dapat melupakan semua kejadian yang tidak menyenangkan
hatinya itu. Hari ini adalah hari baiknya, juga termasuk hari besar, dia tak ingin membiarkan pelbagai
persoalan lain mengganggu perasaan hatinya sekarang....
Para centengnya telah berganti dengan satu stel pakaian baru terbuat dari kulit rase,
pinggangnya terikat sebuah ikat pinggang berwarna merah, setiap orang kelihatan amat gembira
dan bersemangat sekali. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan 2 Perkampungan Misterius Seri Pendekar Cinta 4 Karya Tabib Gila Amanat Marga 10
^