Pencarian

Golok Bulan Sabit 4

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 4


Mungkin saja Lan-lan telah menunggunya dalam rumah makan Hwee sian lo, pada waktu itu
dia percaya Lan-lan pasti tak akan membiarkan dia merasa kecewa.
Lo kwik yang mengurusi soal istal kuda telah menuntun datang Cian li soat, si kuda jempolan
miliknya, yang tinggi besar itu, diatas punggungnya telah dipasang pelana baru, bahkan diikat pula
dengan pita berwarna merah cerah.
Dengan cepat dia melompat naik ke atas punggung kudanya, gerak geriknya, amat enteng dan
lincah bagaikan seorang pemuda.
Hari ini, dia benar-benar merasa gembira sekali.
Setibanya di rumah makan Hwee sian lo, dia semakin gembira lagi.
Ternyata Lan-lan memang tidak membuatnya kecewa, begitu naik ke atas loteng ia segera
menemukan dirinya. Benar juga dia mengenakan gaun berwarna biru dan duduk di suatu sudut ruangan sambil
menantikan kedatangannya Sinar matahari yang memancar masuk lewat jendela, menyinari bunga mutiara yang menghiasi
rambutnya, membuat ia nampak bertambah cantik jelita.
Dia bahkan nampak jauh lebih cantik
*************************
Halaman 5 - 6 hilang *************************
datang kemari untuk mencari perempuan cantik itu juga, tahu kalau perempuan cantik sedang
menunggunya. Hanya mengandalkan hal ini saja sudah cukup membuat setiap orang merasa kagum
bercampur cemburu. Liu Yok siong tersenyum, pelan-pelan dia berjalan kehadapan Lan-lan.
Lan-lan juga tersenyum sambil memandang ke arahnya. Manis sekali senyumannya.
Ketika tersenyum, bunga-bunga mutiara di atas kepalanya bergetar amat keras, sepatu merah
yang dikenakan juga bergoyang tiada hentinya, seakan-akan bunga teratai di atas kolam. .
"Kau baik-baik saja!" kata Liu Yok-siong.
"Aku baik!" balas Lan-lan.
"Kau pasti sudah menunggu kedatanganku cukup lama?"
"Aaah .... tak menjadi soal!"
"Sekarang apakah kita boleh segera berangkat?"
"Kau bilang kapan hendak berangkat, kapan pula aku berangkat"
Maka Liu Yok siong dengan mempergunakan sikap yang paling halus dan paling sopan
menjulurkan tangannya ke depan.
Lan-lan telah mengulurkan tangannya dan meletakkan tangan tersebut di atas tangannya.
Tangan gadis itu nampak lebih menawan hati.
Maka dengan mempergunakan langkah yang paling gagah, Liu Yok siong menuntun
perempuan itu berjalan keluar dari loteng Hwee sian lo.
Dia tahu setiap orang sedang memperhatikan mereka, sorot mata mereka memancarkan sinar
mata yang aneh sekali. Ia tahu setiap orang sedang mengaguminya, sedang merasa iri kepada dirinya.
Kesemuanya itu membuat dia bertambah gembira.
Sekarang satu-satunya orang yang membuat Liu Yok siong merasa amat tidak senang hati
adalah kehadiran Leng siu toojin.
Walaupun ia percaya seratus persen bahwa Lan-lan pasti mempunyai akal untuk membuat
Leng siu toojin mati di tangannya.
Tapi setiap kali teringat orang ini, teringat persoalan ini dalam hatinya seakan-akan muncul
sebuah bayangan hitam. ooooo0ooooo TAHUN ini Leng siu toojin berusia lima puluh dua tahun, namun wajahnya justru tampak jauh,
lebih tua dari pada usia yang sebenarnya.
Latihan selama banyak tahun, pengawasan makanan yang sangat ketat serta pengendalian
perasaan yang berat merupakan alasan yang kuat bagi dipercepatnya proses kekuatan baginya.
Tapi perawakan tubuhnya masih tetap begitu lincah begitu gesit dan kekar bagaikan seorang
pemuda yang berusia dua puluh tahunan, bahunya amat lebar, pinggangnya ramping, bahu dan
lengannya sama sekali tidak nampak kelebihan daging atau lemak yang menonjol keluar.
Seandainya dia membuka pakaiannya dan bertelanjang di hadapan seorang perempuan sudah
pasti perawakan tubuhnya itu akan membuat perempuan tersebut tercengang dan di luar dugaan
bahkan mungkin juga akan merasa terperanjat sekali.
Untung saja peristiwa semacam ini tak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Dia tak pernah mendekati kaum wanita selama banyak tahun hidup dalam keterbatasan yang
mengekang gerak hidupnya menuntut hampir saja melupakan persoalan itu.
Kenikmatan hidup yang biasanya di rasakan oleh setiap orang dalam kehidupannya, dianggap
tabu dan dosa baginya. Ia menyantap nasi yang kasar dengan air teh yang kasar, mengenakan pakaian paling kasar,
satu-satunya benda yang bisa membuat orang silau hanyalah pedangnya.
Sebilah pedang antik yang penuh dengan ukiran indah, dengan pita pedang berwarna kuning
segar. Pedang tersebut bukan saja mengatakan tingkat kedudukannya, juga melambangkan
keanggunan dan posisi yang ditempatinya sekarang.
Kini pedang tersebut tersoren di pinggangnya, ia sedang duduk didalam sebuah pagoda air
yang mungil dan indah bagaikan dalam alam impian di perkampungan Wan gwat san-ceng.
Dia sedang memperhatikan tuan rumah perkampungan Wan gwat san-ceng yang aneh tapi
luar biasa itu, Ting-Peng.
Kemegahan dan kemewahan dari Perkampungan Want gwat san-ceng sama sekali di luar
dugaan kebanyakan orang, tamu yang berdatangan pada hari inipun jauh lebih banyak dari pada
apa yang dibayangkan kebanyakan orang.
Kebanyakan tamu yang hadir saat itu merupakan kawanan jago kenamaan dari dunia
persilatan, tokoh-tokoh persilatan yang menjagoi suatu wilayah serta kesatria-kesatria yang setiap
saat dapat menggerakkan pedangnya untuk menolong orang.
Tapi yang hadir dalam pagoda air itu cuma sepuluh orang.
Sun Hu hou, Lim Siang him, Lamkiong Hoa Su, Ciong Tian, Bwe Hoa Ceh Yiok.
Ke enam orang ini dikenal oleh Leng siu tojin.
Otot-otot hijau ditangan Sun Hu hoa dan Lim Siang him selalu menonjol keluar, sekulum
senyuman "menghiasi wajah mereka, dapat diduga ilmu tenaga dalam maupun ketebalan iman
dari mereka dalam melakukan hubungan sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.
Lamkiong Hou-su masih tetap seperti sedia kala, gagang pedang dan dandanannya selalu
mengikuti perkembangan jaman.
Entah kapan dan dimana saja kau bertemu dengannya, di tangannya selalu tampak: secawan
arak, seakan-akan hanya dari dalam cawan arak inilah baru bisa kelihatan kejayaan dari keluarga
persilatan Lamkiong. Ciong Tian kelihatan lebih serius, lebih angkuh dan lebih ceking.
Hanya Leng siu tojin seorang yang tahu apa sebabnya dia bisa menjadi kurus, sebab mereka
sama-sama sedang merasakan suatu penyiksaan diri yang berat.
Latihan yang tekun, makanan berpantang yang kurang gizi, pantangan pada kobaran napsu
merupakan suatu siksaan batin yang amat hebat.
Hanya Leng siu tojin saja yang tahu betapa besar pengorbanan yang harus dibayar dan
berapa banyak penderitaan yang harus dirasakan untuk bisa melakukan ketiga hal tersebut.
Mungkin Meh Tiok pun berbuat yang sama dengan mereka, sebab bukan terlampau sedikit
manusia-manusia macam mereka yang terdapat didalam dunia persilatan.
Ada banyak sekali manusia yang sedang menyiksa diri hanya dikarenakan suatu cita-cita,
suatu tujuan. Tapi ada pula sementara orang yang justru gemar sekali menyiksa dirinya sendiri.
Tentu saja Bwee Hoa bukan manusia semacam ini.
Baginya, asal ada kesempatan untuk makan, dia akan makan sekenyang-kenyangnya, bila
ada kesempatan untuk tidur pun maka dia akan berusaha tidur senyenyak-nyenyaknya.
Satu-satunya pantangan baginya adalah jangan membiarkan diri sendiri kelewat lelah.
Leng siu tojin tak pernah mengerti, kenapa seorang manusia dengan perawakan seperti Bwee
Hoa bisa menjadi seorang jagoan silat kelas satu dalam dunia persilatan, bahkan mengambil
nama yang begitu indah, begitu seni untuk digunakannya.
Setelah ada Bwee Hoa dan Meh Tiok di situ, tentu saja Cing siong pun tak akan ketinggalan.
Secara lamat-lamat Leng siu tojin sudah dapat merasakan tuan rumah tempat ini mengundang
kehadiran mereka di sana bukan disebabkan oleh suatu maksud yang baik.
Dahulu ia belum pernah mendengar nama "Ting Peng" disebut-sebut orang. .
Sebelum berjumpa dengan orang ini, dia pun belum pernah memandang tinggi orang ini.
Sekarang dia baru tahu, bahwa pandangan semacam itu adalah suatu pandangan yang salah.
Bukan saja pemuda itu memiliki banyak keistimewaan yang belum pernah dijumpai di
kebanyakan orang, bahkan diapun memiliki suatu keyakinan pada diri sendiri yang sangat aneh,
seakan-akan tiada persoalan yang tak bisa diselesaikan olehnya di dunia ini dan tiada perbuatan
yang tak bisa dilakukan di dunia ini.
Leng siu totiang tidak mengetahui asal-usulnya, tidak mengetahui juga asal-usul
perguruannya, tapi dia dapat melihat kalau ia bukan seorang manusia yang mudah dihadapi.
Pada saat itulah kedengaran ada seseorang datang melapor:
"Liu Yok Siong, Liu cengcu dari perkampungan Siang Siong san-ceng telah datang dengan
membawa serta hujinnya!"
Ketika mendengar nama Liu Yok siong disinggung, paras muka Ting Peng sama sekali tidak
memperlihatkan perubahan apapun, hanya ujarnya dengan nada hambar:
"Silahkan masuk !"
Tiba-tiba Leng siu tojin menjadi sadar dan mengerti, rupanya Ting Peng sengaja
mengundangnya kemari untuk menghadapi Liu Yok siong.
Liu Yok siong lah baru merupakan sasaran yang sebenarnya dari Ting Peng.
Sebab orang yang tiada perasaan, adakalanya justru jauh lebih menakutkan daripada orang
yang berperasaan untuk mewujudkan kejadian pada hari ini, sudah pasti Ting Peng telah
merencanakannya lama sekali.
Peristiwa apakah yang bakal terjadi pada hari ini?"
Tanpa terasa tangan Leng siu tojin mulai menyentuh gagang pedangnya.....
?"Entah bagaimanapun juga, Liu Yok siong tetap merupakan adik seperguruannya, peristiwa
apapun yang bakal terjadi pada hari ini, asal pedangnya ada di sisinya, dia tak akan membiarkan
siapapun untuk mengusik nama baik ?"Bu tong pay"
Pelan-pelan dia bangkit berdiri ditatapnya wajah Ting Peng lekat-lekat, kemudian tegurnya:
"Tahukah kau, Liu Yok-siong adalah saudara seperguruan pinto?"
Ting Peng tersenyum manggut-manggut:
"Apakah kalian adalah sahabat lama!" kembali Leng siu tojin bertanya keheranan:
Tinp Peng tersenyum, hanya kali ini dia menggeleng.
Dari balik sorot matanya yang bersih dan tenang itu mendadak memancar keluar senyuman
istimewa yang tak mungkin bisa dipahami oleh orang kedua.
Leng-siu tojin segera berpaling, mengikuti sorot matanya yang memandang ke depan, ia
saksikan sebuah tandu yang besar sekali.
Itulah sebuah tandu besar yang digotong oleh delapan orang, biasanya hanya pembesar kelas
satu yang akan menaikinya bila hendak berangkat ke istana atau orang-orang kaya raya yang
menyambut sanak keluarganya.
Liu Yok-siong berjalan di depan tandu itu, ternyata sikap serta mimik wajahnya hampir mirip
dengan Ting Peng, membawa suatu kepercayaan pada diri sendiri yang aneh sekali.
Selamanya dia adalah seorang yang selalu pandai menangani persoalan, kenapa pada hari ini
dia membawa istrinya datang ke sana dengan menaiki tandu besar ini" Bahkan menggotong tandu
itu sampai masuk ke dalam halaman rumah orang" .
Leng-siu tojin mengerutkan kening, ia saksikan tandu itu melewati halaman rumah dan
berhenti di ujung jembatan Kiu-ci-kiu di luar pagoda air itu.
Kemudian tirai di depan tandu di singkap orang, dari dalam tandu itu muncul sebuah tangan
yang halus dan lembut seperti tak bertulang.
Dengan cepat Liu Yok-siong membimbing tangan itu.
Sepasang alis mata Leng-siu tojin berkernyit makin rapat, ternyata perempuan yang dibimbing
turun oleh Liu Yok siong kali ini bukanlah istrinya.
"Tapi sikapnya terhadap perempuan itu jauh lebih lembut dan halus daripada sikapnya
terhadap istrinya sendiri.
Bu tong pay adalah suatu perkumpulan kaum lurus dalam dunia persilatan yang dihormati
setiap orang, tentu saja anak murid Bu tong pay tak boleh melakukan perbuatan semacam ini.
Sambil menarik mukanya, Leng siu tojin segera melangkah keluar dari dalam pagoda air,
kemudian serunya dengan suara dingin.
"Suruh dia pulang!" "
"Siapa yang disuruh pulang?" Liu Yok siong balik bertanya.
"Perempuan itu!"
"Kau tahu siapakah dia!"
"Perduli siapakah dia, suruh dia pulang!" "
Ia telah memperhatikan suasana di sekeliling tempat itu, ketika banyak orang memandang ke
arah perempuan itu, wajahnya segera memperlihatkan suatu mimik wajah yang aneh sekali.
Ia tak dapat membiarkan perempuan itu tetap hadir di sana dan hanya membikin malu saja.
Tiba-tiba Liu Yok siong tertawa, katanya:
"Ditempat ini memang ada seseorang yang harus pulang, tapi yang pasti bukan dia!"
"Kalau bukan dia lantas siapa?"
"Kau!" Setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan suara hambar:
"Bila kau berlutut di hadapannya dan menyembah tiga kali kepadanya lalu cepat-cepat
menggelinding pergi dari sini, mungkin aku masih bersedia untuk mengampuni dirimu!"
Paras muka Leng siu tojin segera berubah hebat, serunya dengan suara tertahan:
"Apa kau bilang?"
"Aku telah mengatakannya dengan sangat jelas, aku rasa kaupun seharusnya sudah
mendengar dengan jelas pula"
Leng siu tojin memang telah mendengar dengan jelas, setiap patah kata dapat didengarnya
amat jelas, namun dia mimpipun tidak menyangka kalau perkataan seperti itu bisa diucapkan oleh
Liu Yok siong. Sekuat tenaga dia berusaha untuk mengendalikan diri, kemudian katanya pelan:
"Apakah kau sudah lupa peraturan pertama dari perguruan kita berbicara tentang soal apa?"
"Perguruan mana yang kau maksudkan ?"
"Apakah kau termasuk dalam perguruan manapun sudah kau lakukan?" hardik Leng siu tojin
keras-keras. Liu Yok-siong tertawa dingin.
"Dulu aku memang pernah mengendon dalam perguruan Bu tong pay, tapi sekarang aku sama
sekali sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Bu tong pay"
"Jadi kau sudah bukan anggota perguruan Bu tong pay lagi?" kata Leng siu tojin sambil
berusaha keras untuk menahan amarahnya.
"Yaa, bukan!" "Siapakah yang telah mengusirmu keluar dari perguruan Bu tong pay.?"
"Aku sendiri" "Jadi kau hendak menghianati perguruan?"
Liu Yok siong mendengus dingin.
"Hmm. . . aku mau datang lantas datang, mau pergi lantas pergi, dalam hal ini sama sekali
tiada sangkut pautnya dengan soal penghianatan terhadap perguruan"
Bu tong pay adalah seorang pemimpin dari empat partai pedang paling besar di dalam dunia
persilatan, perguruan kaum lurus yang diakui oleh setiap umat persilatan di dunia ini, setiap orang
selalu merasa berbangga hati bila dapat mengakui dirinya sebagai anggota perguruan Bu tong
pay, maka tindakan yang dilakukan Liu Yok siong ini benar-benar tidak di duga oleh siapapun.
Setiap orang memandang ke arahnya dengan pandangan terkejut, semua orang menganggap
dia pasti sudah gila. Paras muka Leng siu tojin berubah menjadi hijau membesi, dia tertawa dingin tiada hentinya.
"Bagus, bagus sekali, bagus sekali. . . . !"
"Kau masih ada perkataan yang lain ?"
"Tidak ada !" "Kalau memang begitu, kenapa tidak kau cabut keluar pedangmu?"
Mulutnya membicarakan dengan Leng siu Tojin, namun sepasang matanya justru memandang
ke arah Lan-lan. Lan-lan pun sedang memandang ke arahnya sambil tertawa manis sekali tertawanya, seakanakan
dia sedang memberitahukan kepadanya:
"Tindakan mu itu bagus sekali, asal aku ada di sampingmu, tak sampai sepuluh gebrakkan,
kau pasti dapat membunuhnya..."
ooo0ooo TIADA orang yang akan mempercayai perkataan itu.
Tak ada orang yang berani percaya kalau Liu Yok siong dapat mengalahkan Leng siu tojin,
manusia nomor satu dalam perguruan Bu tong pay saat ini hanya didalam sepuluh gebrakan saja.
Tapi Liu Yok siong mempercayainya seratus persen.
Walau didalam lima jurus serangan yang pertama Leng siu tojin berhasil menguasai seluruh
keadaan dan posisi, memaksanya tak sanggup untuk bernapas kembali.
Tapi, dia masih tetap percaya Lan-lan tak akan membuatnya merasa kecewa.
Ketika mencapai jurus yang ke sembilan, ia sudah di paksa ke sudut yang mematikan, walau
dengan mempergunakan jurus-jurus apapun, dia sudah tak sanggup lagi untuk menembusi
serangan dari Leng siu tojin itu.
Mereka sama-sama mempergunakan ilmu pedang aliran Bu tong pay, dalam bidang ini Leng
siu jauh lebih hapal dan matang dari dirinya...
Mendadak ia teringat kembali dengan jurus Thian gwa liu seng (bintang kemukus di luar langit)
tersebut. . Thian gwa liu seng bukan ilmu pedang Bu tong pay, begitu pedangnya melakukan gerakan
yang berbeda, desingan angin tajam segera membelah angkasa.
"Creeet..." Ujung pedang itu sudah menusuk masuk ke dalam dada kiri Leng siu tojin hingga
menembusi punggungnya, ternyata pedang itu telah menembusi dada Leng siu.
Setiap orang menjadi tertegun, Liu Yok siong turut menjadi tertegun.
Dia sendiri tahu, jurus pedang itu paling banter hanya bisa digunakan untuk menembusi
serangan gencar dari Leng siu tojin, tak mungkin serangan tersebut bisa membinasakan dirinya.
Tapi buktinya Leng siu toojin telah tewas di ujung pedangnya.


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kelopak mata Lang siu toojin mulai membuyar, sorot matanya penuh diliputi rasa ngeri, takut,
kaget dan tercengang. Sudah jelas dia dapat menghindarkan diri dari tusukan pedang itu, tapi kenyataannya sekarang
tidak berhasil. "Mengapa bisa demikian ?"
Sewaktu Leng siu toojin roboh di atas tanah, Liu Yok siong sama sekali tidak melihatnya.
Dia sedang memandang ke arah Lan-lan.
Lan-lan juga sedang memandang ke arahnya sambil tertawa, tertawa semakin manis, seolaholah
dia sedang memberi tahukan pula kepadanya.
"Asal aku berada di sini, asal kau percaya kepadaku, entah apapun yang ingin kau lakukan,
pasti dapat kau lakukan."
Sekarang ingatan yang melintas dalam benak Liu Yok siong tentu saja adalah membunuh Ting
Peng dan melenyapkan bibit bencana bagi dirinya di kemudian hari.
Mendadak ia menemukan Ting Peng telah berada di hadapan mukanya.
Liu Yok siong segera tertawa, sapanya:
"Baik baikkah kau !"
Ting Peng juga tertawa. "Baik-baikkah kau!" balasnya.
"Aku sangat baik, tapi kau pasti tidak baik."
"Oooh......" "Sebab aku telah membunuh tamu yang kau undang di rumah gedungmu yang baru jadi, masa
hal ini termasuk baik?"
Setelah tersenyum kembali, ujarnya:
"Aku tahu bukan saja perasaanmu tidak baik, nasibmu juga kurang begitu baik"
"Mengapa?" "Sebab kau telah bertemu lagi denganku!"
Ting Peng menghela napas panjang, sahutnya.
"Yaa, benar, setiap kali bertemu dengan kau, seakan-akan aku pasti akan sial!"
Walaupun peristiwa itu sudah berlangsung pada empat tahun berselang, namun kejadian itu
masih meninggalkan kesan yang amat dalam dan terang dalam ingatan Liu Yok-siong.
Bahkan dia masih ingat mimik wajah Ting Peng yang diliputi rasa kaget, tercengang, sedih dan
menderita setelah mengetahui kalau "Ko-siau" sebetulnya adalah Liu hujin.
Bagi Liu Yok siong kejadian tersebut benar-benar merupakan suatu rencana yang maha besar,
singkat tapi mengesankan, hampir setiap bagian dari rencananya itu disusun secara jitu dan rapat.
Ia belum pernah memikirkan tentang Ting Peng, diapun tak pernah membayangkan
bagaimana perasaan Ting Peng ketika itu.
Entah siapa saja, bila dia mengalami kejadian seperti itu, ditipu mentah-mentah, di cemooh
dan dihina habis-habisan, maka kenangan semacam itu tak akan mudah dilupakan kembali.
Sekarang, tak bisa disangkal lagi diapun sedang memikirkan peristiwa tersebut.
Tapi kenyataannya dia masih tertawa, semacam senyuman bagi seorang yang berhasil, penuh
dengan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap mencemooh terhadap orang lain.
Dia memang telah berubah menjadi begini tenang mantap, begitu menakutkan, bahkan Liu
Yok-siong sendiripun dapat merasakan keseramannya itu.
Untung saja Lan-lan berada di belakangnya, setiap kali Liu Yok-siong memalingkan kepalanya,
dia akan segera menyaksikan senyuman yang manis dan menawan hati itu, seolah-olah dia
sedang memberi tahukan kepadanya ......
"Asal ada aku disini, entah apapun yang ingin kau lakukan, lakukan saja dengan perasaan
lega" Liu Yok-siong menghembuskan napas pelan, kemudian katanya sambil tersenyum:
"Ucapanmu memang tidak salah, setiap kali asal kau bertemu denganku, maka kau akan sial"
"Bagaimana dengan kali ini?"
"Kali inipun sama saja!"
"Aku kuatir kalau kali ini sama sekali berbeda!"
"Karena kali ini berada di rumahmu dan kau punya pembantu?" ejek Liu Yok siong.
"Persoalan ini merupakan persoalan pribadi kita berdua, aku tak ingin membiarkan orang
ketiga turut mencampurinya"
?"Kalau memang begitu, bagus sekali"
"Kau telah membunuh Long siu tootiang, tentu saja ada anggota Bu tong pay yang akan
mencarimu untuk membuat perhitungan"
"Seandainya aku dapat membunuhmu?"
Ting Peng segera tertawa.
"Asal kau dapat menangkan aku sejurus, bukan saja setiap saat kau dapat memenggal batok
kepalaku, perkampungan yang megah inipun akan menjadi milikku, buat orang mati kan tidak
membutuhkan lagi tempat yang demikian besarnya ini!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Liu Yok siong, dia segera manggut-manggut.
"Benar juga ucapanmu itu" katanya.
"Setiap orang yang telah mati, asal ada tanah sepanjang tujuh depapun sudah lebih dari
cukup, oleh sebab itu ....."
Reaksi dari Liu Yok siong ternyata tidak lambat, segera katanya:
"Oleh karena itu bila aku sampai kalah, akupun akan menghadiahkan perkampungan Siang
siong san-ceng tersebut kepadamu"
Ting Peng segera tersenyum.
"Nah, beginilah baru dianggap suatu pertarungan yang sangat adil ...."serunya.
"Baik, kita tetapkan dengan sepatah kata ini saja"
"Begitu banyak enghiong hohan dari seluruh dunia persilatan yang hadir di sini dan bertindak
sebagai saksi, sekalipun kau ingin mungkir pun tak nanti bisa mungkir"
"Bagus sekali" seru Liu Yok siong kemudian.
Tangannya menggenggam gagang pedang kencang-kencang, noda darah dari Leng-siu toojin
yang semula menodai ujung pedangnya sekarang akan dibasahi lagi oleh darah segar orang lain.
Ia berpaling, Lan lan sedang memandang ke arahnya sambil tersenyum, seakan-akan sedans
memberi jaminan kepadanya.
Dalam sepuluh gebrakan Ting Peng pasti akan mati di ujung pedangmu!"
Liu Yok song segera merasakan semangatnya berkobar-kobar, bentaknya kemudian:
"Loloskan pedangmu!"
"Aku telah bersumpah tak akan menggunakan pedang lagi dalam kehidupanku di dunia ini"
"Lantas apa yang kau gunakan?".
"Golok !" Liu Yok siong segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaahh . . . . haaahh . . . . haaah. . . bila kau menggunakan golok, aku bersedia mengalah
tiga jurus kepadamu!` Golokpun merupakan sebuah alat senjata untuk membunuh orang.
Tapi ilmu golok lebih mudah dipelajari, lagi pula tidak begitu hebat, setiap umat persilatan
semuanya tahu sepuluh tahun belajar ilmu pedang, setahun belajar ilmu golok."
Ilmu pedang memang jauh lebih sempurna dan lihay daripada ilmu golok, sebab pedang itu
sendiri sudah melambangkan suatu keanggunan dan suatu kegagahan yang tak terlukiskan.
Sudah banyak tahun dalam dunia persilatan tak pernah muncul seorang jago golok pun.
Apalagi seorang yang menjadi termasyhur karena ilmu goloknya yang maha dahsyat.
Seseorang yang belajar menggunakan pedang, secara tiba-tiba berubah menggunakan golok,
hal ini boleh dibilang jarang sekali di jumpai dalam dunia persilatan.
Sebab bagaimanapun baiknya suatu ilmu golok, kehebatannya hanya terbatas sekali,
makanya Liu Yok siong lantas berseru:
"Perlihatkan golokmu!"
ooo0ooo MENCOBA GOLOK GOLOK Ting Peng sudah berada ditangan.
Itulah sebilah golok yang sederhana sekali, tidak memiliki pula sejarah yang cemerlang atau
ternama. Golok itu berbentuk bulan sabit, mata goloknya melengkung, gagang goloknya juga
melengkung. Ting Peng meraba sebentar mata goloknya kemudian berkata:
"Inilah golokku!"
"Aku sudah melihatnya?"ta Liu Yok siong.
"Golok ini selain tidak tajam, juga bukan termasuk sebilah golok kenamaan."
"Aku dapat melihatnya"
"Golok ini belum pernah menghirup darah manusia, sebab hari ini baru pertama kali kucoba
untuk mempergunakannya"
"Kau hendak menggunakan aku untuk mencoba golokmu?" Liu Yok-siong tertawa dingin tiada
hentinya. "Justru karena aku hendak menggunakan kau untuk mencoba golok, maka aku membiarkan
kau meraih suatu keuntungan.
Dengan hambar dia melanjutkan:
"Asal kau sanggup menahan tiga jurus golokku, anggaplah kau yang menangkan pertarungan
ini" Liu Yok siong memandang ke arahnya, mimik wajahnya menunjukkan seolah-olah seseorang
yang melihat orang gila sedang kambuh di hadapannya.
Kembali Lan-lan tertawa, tertawanya lebih manis, lebih menarik hati.
"Baik!" sahut Liu Yok siong kemudian, "akan kulihat sampai di manakah kehebatan dari ke tiga
jurus golokmu itu!" "Kau tak akan melihatnya." kata Ting Peng
Tangannya diayunkan, hawa golok segera beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
Golok yang lengkung memancar pula cahaya golok yang lengkung, pada mulanya masih
seperti bulan sabit, tapi secara tiba-tiba telah berubah menjadi sekilas cahaya bianglala yang amat
menyilaukan mata. Tiada orang yang menyaksikan perubahan goloknya itu, juga tak seorangpun yang dapat
melihat gagang goloknya. Cahaya golok begitu muncul, golok tersebut segera lenyap tak berbekas..... ...
Sudah banyak tahun dalam dunia persilatan tak pernah muncul seorang jago golok kenamaan,
sudah banyak tahun orang persilatan tak pernah menyaksikan cahaya golok yang begitu hebat
dan mengerikan" Siapapun tidak tahu serangan goloknya yang kedua nanti akan memperlihatkan perubahan
menakutkan apa lagi"
Tapi kenyataannya, tiada serangan golok yang ke dua..
Cahaya golok hanya berkelebat lewat, kemudian lenyap tak berbekas.
Ting Peng hanya melancarkan sebuah bacokan saja.
Ketika cahaya berkelebat lewat dan lenyap Liu Yok siong sama sekali tidak roboh.
Pedangnya masih berada dalam genggamannya tubuhnya juga masih berdiri tak berkutik di
tempat tersebut, hanya saja seluruh wajahnya telah berubah menjadi pucat pias tak berdarah.
Tiada serangan golok kedua yang dilancarkan. ..
Menang kalah belum berhasil ditentukan kenapa tiada serangan golok yang kedua"
Ting Peng membelai mata goloknya dengan lembut, kemudian berkata hambar:
Aku tahu kalau kau tidak dapat melihat apa-apa!"
Liu Yok siong tidak bergerak, juga tidak mengucapkan sepatah katapun juga.
Mendadak. . "Traaang!" pedang yang berada didalam genggamannya itu terjatuh ke tanah.
"Paling tidak kau harus berlatih sepuluh tahun lagi sebelum dapat melihat serangan ketiga dari
golokku" kata Ting Peng pelan.
Liu Yok siong masih tidak bergerak, pun mulutnya membungkam diri dalam seribu bahasa.
Mendadak segumpal darah segar memancar keluar dari atas pergelangan tangannya.
"Sekarang, aku hanya cukup menggunakan sebuah bacokan saja" tambah Ting Peng.
Liu Yok siong masih juga tidak bergerak ataupun mengeluarkan suara, ia masih diam bungkam
diri dalam seribu bahasa.
Mendadak di atas wajahnya yang pucat pias itu muncul sebuah tanda salib yang
memancarkan cahaya terang
Cahaya terang itu berasal dari darah segar yang memancar keluar.
Tiada orang yang bersorak sorai.
Setiap orang merasakan tangan dan kakinya menjadi dingin seperti es, setiap orang
merasakan peluh dingin telah membasahi sekujur tubuh mereka.
Sekarang setiap orang baru tahu, rupanya bacokan golok tadi selain menyambar di atas
pergelangan tangan Liu Yok siong, bacokan membuat pula tanda salib di atas wajahnya. .
Tapi darah yang memancar keluar dari mulut luka itu hingga sekarang baru memancar keluar.
Sebab dalam bacokan tersebut sedikit tenagapun tidak disertakan, karena bacokan tersebut
benar-benar terlalu cepat..
Tiada orang yang bersorak, karena tiada orang yang pernah menyaksikan ilmu golok seperti
itu. Golok itu sudah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.
Ting Peng hanya mengucapkan tiga patah kata yang amat singkat sekali:
"Kau telah kalah."
Akhirnya pelan-pelan Liu Yok siong mengangguk, pelan-pelan membalikkan badan dan pelanpelan
berjalan menuju ke hadapan Lan-lan.
Lan-lan masih tertawa, hanya saja senyumannya sekarang sudah tidak semanis dan serta
menawan tadi lagi. Senyuman itu seolah-olah seperti agak dipaksakan.
Liu Yok siong telah berdiri di hadapan mukanya dan menatap ke arahnya, darah yang
memancar keluar dari luka berbentuk salib di atas wajahnya itu kini sudah membeku.
Darah segar baru saja menyembur keluar dengan cepat pula membeku kembali ....
Paras muka Liu Yok-siong pun berubah menjadi sangat kaku, sepatah demi sepatah kata dia
berkata: "Aku kalah!" Lan-lan menghembuskan napas panjang, lalu berkata:
"Tampaknya seperti kau yang telah kalah!"
"Kau pernah berkata kepadaku, aku tak bakal kalah!" gumam Liu Yok siong.
"Aku pernah berkata?"
"Kau pernah berkata, asal ada kau berada di sini, maka aku tak bakal menderita kekalahan"
?"Kau pasti salah mendengar, masa aku pernah mengucapkan kata-kata seperti ini?"
"Aku tak pernah salah mendengar, kau bilang kau akan membelaku, mengapa kau tidak turun
tangan sekarang?" "Kenapa aku musti turun tangan" Aku bisa membantumu berbuat apa?"
Mendadak dari kejauhan ada terdengar orang sedang tertawa, dalam tertawanya itu penuh
mengandung nada ejekan dan cemoohan.
"Pekerjaan yang bisa dia lakukan untuk membantumu adalah menolongmu melepaskan celana
dalam." Ternyata Lan-lan juga turut tertawa.
"Sedikitpun tidak salah kalau dia berkata demikian" katanya, "Satu-satunya pekerjaan yang
bisa ku tolong adalah melakukan perbuatan itu, sebab pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan
yang paling berpengalaman bagiku"
"Liu Yok siong memandanginya lekat-lekat, kemudian dengan sinar mata memancarkan rasa
kaget dan takut dia berseru:
"Kau, sebenarnya siapakah kau"
"Dengan menghamburkan uang sebesar enam puluh laksa tahil perak kau telah menebusku
pada rumah pelacuran Boan-cui- wan, lalu suruh aku menunggu kedatangan-mu di loteng Hwesian-
lo dan menemani kau datang kemari, bahkan menggunakan pula sebuah tandu yang begitu
besar untuk menyambut kedatanganku"
Setelah tertawa cekikikan, dia melanjutkan:
"Masa siapakah aku pun tidak kau ketahui?"
Boan cui wan adalah sebuah rumah pelacuran sebuah rumah pelacuran yang amat
termasyhur, pelacur paling top dari Boan-cui-wan bernama Cui Sian.
Dengan mempergunakan sebuah jari tangannya yang lembut dan halus, dia menuding ke
ujung hidung sendiri, kemudian berkata:
"Akulah Cui sian, paling tidak ada seratus orang yang hadir disini kenal aku !"
Paras muka Liu Yok siong berubah hebat, tiba-tiba kulit wajahnya seperti lagi mengejang
keras, tanda "salib" di atas wajahnya seperti merekah kembali, darah segar segera memancar
keluar dan menodai seluruh wajahnya.
Dia bukan seorang yang bodoh.
Akhirnya dia mengerti, sekarang dia telah memahami semua persoalan, memahami semua
masalahnya. Orang lain memandang ke arahnya dengan sorot mata yang aneh, bukan karena kagum juga
bukan karena dengki.. Di tempat itu paling tidak ada seratus orang yang kenal dengannya, tahu kalau dia adalah Cui
Sian dari rumah pelacuran Boan Sui-wan.
Mungkin saja celana dalam seratus orang itu pernah dilepas olehnya.
Sebaliknya dia telah menyambut perempuan itu dengan menggunakan tandu besar yang
digotong delapan orang, menganggapnya sebagai seorang dewi dan mengajaknya datang kemari,
dia berharap perempuan itu dapat memberikan kehormatan serta kekayaan seperti apa yang dia
idam-idamkan. Pada hakekatnya kejadian ini merupakan suatu lelucon, sesuatu lelucon yang dapat membuat
orang tertawa terpingkal-pingkal sehingga air matapun turut keluar.
Lelucon ini pada hakekatnya jauh lebih menggelikan daripada lelucon yang diciptakan olehnya
untuk Ting Peng pada empat tahun berselang.
Akhirnya sekarang dia baru tahu bagaimanakah perasaan Ting Peng pada waktu itu.
Itulah suatu balasan dendam.
Pembalasan dari Ting Peng amat bagus, kejam dan lagi tuntas.
Seperti Liu Yok siong menghadapi rencananya sendiri, rencana inipun telah disusun dan diatur
melewati suatu persiapan yang cermat dan luar biasa, setiap bagian dipersiapkan secara cermat
dan sempurna. Yang paling penting untuk mensukseskan rencana ini adalah harus memberikan tekanan jiwa
dulu kepada Liu Yok siong, agar dia merasa pikirannya gundah dan kacau balau tak karuan.
Suara titikan batu yang berkumandang siang malam dari bangunan megah dibukit seberang
telah mendatangkan ketegangan syaraf dan tekanan batin buat Liu Yok siong.
Jika syaraf orang sudah mengalami ketegangan, maka sudah pasti dia akan selalu curiga,
tidak tenang dan kebingungan.
Apalagi setelah seorang gadis cantik berpinggang ramping berpaha besar yang berbaring di


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas ranjang berubah menjadi seekor anjing betina.
Menyuap pengurus gudang arak untuk mengganti isi guci arak wangi dengan air kotor.
Menambahka3n sedikit obat racun didalam makanan ayam itik, kerbau dan kambing yang
dipelihara. Semuanya itu bukan suatu pekerjaan yang terlalu sukar.
Tapi bagi seseorang yang syarafnya sudah mengalami ketegangan dan mulai banyak curiga,
kejadian-kejadian semacam ini dengan cepat akan berubah menjadi suatu peristiwa yang sukar
untuk dijelaskan. Oleh karena itu semua kejadian itu akan berubah menjadi semacam daya tekanan yang
menekan batinnya, menekan batin Liu Yok siong sehingga hampir saja tak sanggup bernapas
kembali. Kemudian muncullah lakon yang menamakan dirinya: "Lan-lan" bagaikan sebatang balok kayu
yang tiba-tiba muncul di depan seseorang yang hampir mati tenggelam saja...
Padahal di dunia ini tiada orang yang bernama ?"Lan-lan"
Lan lan adalah Cing Cing.
Cukup buat Cing cing untuk menukar pakaiannya dengan sebuah jubah berwarna biru, lalu
menutupi wajahnya dengan kain cadar dan memberitahukan kepada Liu Yok siong.
"Aku adalah Lan-lan, akulah orang yang satu-satunya yang bisa menolongmu, hanya aku yang
dapat melawan Cing Cing. Tentu saja Liu Yok siong tak bisa tidak akan mempercayainya seratus persen.
Apalagi dia masih mempersilahkan Liu Yok siong untuk menyaksikan pertarungan yang
menegangkan syaraf antara dia dengan "Cing-cing.."
"Cing cing yang dilihat Liu Yok siong ketika itu, tentu saja tak lebih hanya seorang perempuan
yang lain. Bagaimanapun juga Liu Yok siong toh tak pernah tahu macam apakah wajah Cing-cing itu,
juga tak tahu macam apakah wajah Lan-lan"
"Selanjutnya terjadilah serentetan kejadian aneh yang membuat ia semakin percaya akan
kemampuan tokoh yang menamakan dirinya Lan-lan ini."
Oleh sebab itu mimpipun dia tak pernah menyangka kalau perempuan yang di suruh Lan-lan
untuk di jemput dengan menggunakan sebuah tandu besar yang digotong delapan orang itu
sebenarnya tak lebih hanya seorang pelacur dari rumah pelacuran Boan cui wan.
Sekarang, walaupun dia sudah memahami segala sesuatunya, walaupun dia telah memahami
kunci terpenting dari semua rencana itu, sayang dia tok mampu berkata apa-apa."
Sebab dia tahu, sekalipun persoalan itu di utarakan keluar belum tentu orang lain
mempercayainya. Sekarang istrinya telah mati, mati didalam pelukan seorang lelaki lain ......
Rumah tinggalnya juga telah menjadi milik orang lain.
Dengan tangan sendiri dia telah membunuh kakak seperguruannya sendiri menghianati
perguruan dan melanggar pantangan paling besar bagi seorang umat persilatan.
Padahal semua perbuatan yang telah di lakukannya selama ini merupakan perbuatanperbuatan
yang tak mungkin bisa diampuni oleh orang lain, bahkan dia sendiripun tak dapat
mengampuni diri sendiri. Sekalipun Ting Peng tidak membunuhnya sekarang, diapun tak dapat menancapkan kakinya
kembali di dunia persilatan"
Ia malu untuk berhadapan lagi dengan rekan-rekan persilatan lainnya, sedang rekan-rekan
persilatannya juga tak akan membiarkan dia menancapkan kakinya lagi dalam dunia persilatan.`
Bila seseorang telah menghancurkan masa depannya sendiri, sudah terdesak sampai ke sudut
yang paling pojok, dan tak mungkin bisa jalan lagi, apakah yang harus dia lakukan"
Memang Liu Yok siong telah melakukan suatu perbuatan yang mimpipun tak pernah disangka
oleh siapapun. ooooo0ooooo MALAM-MALAM YANG MENEGANGKAN
BULAN dua belas tanggal lima belas malam.
Malam itu bulan purnama, seluruh permukaan bumi bermandikan cahaya terang yang
berwarna keperak-perakan.
Sekarang sudah pada waktunya untuk memasang lampu, namun Cing cing tidak memasang
lampu. Dia suka duduk tenang seorang diri dalam kegelapan, menikmati kehidupan malam yang sepi
dan hening. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup sebatang kara, karena pada hakekatnya tiada pilihan lain
baginya. Bangunan di atas loteng kecil itu megah dan anggun, setiap barang yang berada di dalam
rumah itu merupakan pilihan yang tepat, melewati penelitian yang seksama.
Dia tak dapat menikmati segala macam persoalan kasar dan tidak bersih yang ada di dunia ini.
Sebab sejak kecil ia memang dibesarkan dalam lingkungan semacam ini, hakekatnya tak
pernah merasakan kemurungan dalam ketidak beruntungan dalam kehidupan manusia.
Tapi sekarang, secara tiba-tiba ia menemukan dirinya seakan-akan sudah mulai kesal.
Kesalahan dari manusia. Setiap perempuan muda yang sedang berada dalam usia remajanya, tak bisa tidak pasti akan
merasakan ke kesalahan ini.
Tiba-tiba saja dia merasakan dirinya terlampau kesepian.
Diluar jendela lamat-lamat kedengaran ada suara orang sedang berbicara.
Walaupun loteng itu letaknya agak jauh dari ruangan dimana Ting Peng menerima tamu,
namun suara yang berkumandang dari sana masih dapat terdengar dengan jelas dari sini.
Dia tahu tamu yang berdatangan pada hari ini tidak sedikit, diantaranya banyak yang
merupakan jago-jago kenamaan yang menggetarkan dunia persilatan, sudah cukup lama dia
mengetahui tentang kegagahan orang-orang itu.
"Diiringi sekali turut menghadiri perjamuan itu dan bergembira ria menikmati kehidupan yang
bahagia bersama mereka, menggunakan mangkuk besar untuk meneguk arak, mendengarkan
kisah-kisah yang menggetarkan sukma dari mulut mereka.
Bagi seorang gadis yang belum pernah mengalami kejadian seperti itu, peristiwa semacam ini
betul-betul merupakan suatu daya pikat yang sukar untuk dilawan.
Tapi ia tak dapat pergi. Sebab dia adalah "rase?" sejenis makhluk aneh, dalam kehidupannya sudah ditakdirkan tak
akan merasakan kegembiraan dan kebahagiaan seperti kehidupan manusia biasa.
Dia sudah kawin selama empat tahun dengan Ting Peng.
Selama empat tahun ini, hampir boleh di bilang siang maupun malam mereka selalu bersama,
tanpa Ting Peng di sisinya, hampir boleh dibilang dia tak sanggup untuk tidur.
Ting Peng berasal dari keluarga miskin, dia bukan termasuk seorang lelaki romantis yang
pandai bermesraan. Sejak kecil dia harus pandai memperjuangkan diri agar termasyhur, terhadap kehidupan cinta
atau bersenang-senang, tidak banyak yang dia ketahui..
Walaupun ia muda dan gagah, namun selama satu dua tahun belakangan ini kasih sayangnya
terhadapnya sudah makin lama semakin berkurang, hubungan suami istripun sudah tidak
sebanyak dahulu lagi. Tapi ia tetap mencintainya dengan sepenuh hati.
Dia adalah satu-satunya lelaki yang berada dalam kehidupannya, demi dia, untuk melakukan
perbuatan apapun ia rela untuk melakukannya.
Ia ingin merasa bangga karena menjadi istrinya, bahkan dalam mimpipun dia selalu berharap
agar dia dapat menggandeng tangannya dan memperkenalkan dia kepada teman-temannya,
kepada tamu-tamu agung dan memberitahukan kepada orang lain bahwa dia adalah istrinya,
dialah Ting hujin (nyonya Ting).
Ting hujin suatu sebutan yang begitu indah dan begitu anggun, sayang selama hidup mungkin
dia tak akan dapat mendengarkan orang lain menggunakan sebutan tersebut untuk
memanggilnya. Karena dia adalah "rase", jenis makhluk lain, tidak mungkin dia bisa menampakkan diri di
hadapan orang lain bersama Ting Peng.
Benarkah aku adalah Rase"
Kenapa aku harus menjadi "rase".
Sepasang mata Cing-cing berkaca-kaca, hatinya merasa sakit sekali seperti ditusuk-tusuk
dengan jarum. Sebab dalam hatinya mempunyai sebuah rahasia, rahasia yang tak dapat dikatakan kepada
siapapun, termasuk juga kepada Ting Peng.
Rahasia itu bagaikan sebatang jarum yang siang malam setiap menit setiap detik selalu
menusuk hatinya. Kecuali dalam persoalan ini, dia masih tetap riang gembira dan berbahagia.
Asal tiada persoalan yang terlalu penting artinya, Ting Peng selalu berusaha untuk
menemaninya. . Sekarang dia seperti telah datang, dari arah anak tangga sana sudah kedengaran suara
langkah kakinya. Cepat-cepat Cing cing menyeka air matanya dan bangkit berdiri.
Ting Peng telah membuka pintu sambil bertanya.
"Mengapa kau tidak memasang lampu"
Cing-cing tidak menjawab, tiba-tiba dia lari ke dalam pelukannya dan merangkul pemuda itu
kencang-kencang, seakan-akan mereka sudah banyak waktu tak pernah berjumpa saja, sekalipun
mereka baru berpisah satu dua jam berselang.
Dia terlalu takut kehilangan dia.
Setiap mereka berpisah, dia selalu merasa takut, takut kalau dia akan pergi dan tak kembali
lagi. Sebab dia tak lebih hanya seorang perempuan rase, sedang tempat ini adalah dunianya
manusia, dalam hatinya selalu timbul perasaan rendah diri yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
walaupun Ting Peng tidak memahami perasaannya itu, namun dapat merasakan kelembutan
cintanya. "Sekarang, semua orang sedang mulai minum arak, maka aku mencari kesempatan untuk
balik kemari dan menengok kau"
Cing-cing merasakan tenggorokannya seakan-akan tersumbat oleh suatu benda yang amat
besar, membuat dia tak sanggup berkata-kata, namun dalam hatinya penuh dengan kehangatan
dan rasa terima kasih. Dia berharap pemuda itu bisa berkata lebih lanjut, beritahu kepadanya, walau berada di tempat
lain, hatinya selalu teringat dan merindukan dirinya.
Sayang apa yang dikatakan Ting Peng selanjutnya bukanlah perkataan yang dia ingin dengar.
"Aku harus kembali untuk memberitahukan kepadamu, rencana kita telah berhasil, aku telah
menghancurkan Liu Yok siong"
Rupanya dia kembali kesana karena ingin memberitahukan hal itu kepadanya, padahal hampir
saja ia telah melupakan persoalan tersebut.
Walaupun dia turut serta dalam menyusun rencana tersebut, bahkan dengan tak segansegannya
membantu dia untuk mensukseskan rencana ini.
Tapi dia berbuat kesemuanya itu tak lebih hanya karena dia.
Demi dia, dia tak segan untuk berbohong, tak segan untuk menipu orang, tak segan untuk
melakukan perbuatan apapun yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, tapi terhadap budi dan
dendam yang terjalin diantara manusia, ia tidak memandangnya terlalu berat.
Tapi Ting Peng kelihatan gembira sekali, dia telah menuturkan semua keadaan yang telah
berlangsung selama ini. Rasa dendam yang sudah tertanam selama banyak tahun dalam dadanya kini sudah
terlampiaskan keluar, kejadian ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang patut di girangkan.
Untuk menggirangkan hatinya, diapun pura-pura mendengarkan dengan penuh perhatian,
walaupun dalam hati kecilnya sebenarnya dia hanya ingin berpelukan dengan tenang dengannya.
melewati kehidupan yang bahagia dalam ketenangan dan kemesraan pada hari ini.
Terdengar Ting Peng berkata pula:
"Jika kau dapat menyaksikan perubahan mimik wajah Liu Yok siong setelah ia mengetahui
kalau dewi yang menolongnya selama ini tak lebih hanya seorang pelacur, kau pasti akan merasa
sangat gembira. Cing-Cing dapat memahami perasaannya, sebab diapun pernah menerima penderitaan akibat
pukulan batin seperti itu.
"Bagaimana kemudian" tak tahan dia bertanya.
"Seandainya kau menjadi dia, apa yang hendak kau lakukan dalam keadaan seperti ini ?"
"Aku tak tahu !"
"Dia memang tak tahu, tidak pernah dia pikirkan segala macam kelicikan dan kebusukan hati
manusia di dunia ini. "Coba terka-lah" kata Ting Peng amat gembira, "coba kau tebak, perbuatan apakah yang dia
lakukan?" "Dia kabur?" "Dia sendiripun tahu kalau dia tak akan bisa kabur"." kata Ting Peng, sekalipun dapat kabur,
dia hendak kabur kemana?"
"Kalau begitu dia jatuh pingsan ?"
"Tidak" "Teman-teman Leng siu membunuhnya ?"
"Juga tidak" "Kalau begitu dia pasti membunuh perempuan itu, kemudian menggorok leher sendiri untuk
bunuh diri ?" "Dugaan ini memang agak masuk diakal."
Seandainya seseorang telah berada didalam keadaan seperti ini, mati rasanya jauh lebih baik
daripada hidup. Namun Ting Peng menggelengkan kembali kepalanya.
"Dia tidak mati, dia masih merasa berat hati untuk mati" katanya.
Setelah tertawa, dia menambahkan.
"Perbuatan yang dia lakukan tak nanti bisa diduga oleh siapapun dan tak mungkin akan
dilakukan oleh siapapun yang ada di dunia ini."
"Apa yang telah dia lakukan ?"
"Ketika orang lain mengira dia akan mencari akan untuk beradu jiwa, tiba-tiba dia berlutut di
hadapanku dan memohon kepadaku untuk menerimanya menjadi murid!"
Usia Liu Yok siong sudah pantas untuk menjadi ayah Ting Peng, dalam dunia persilatan dia
bukan seorang yang tak bernama tapi di hadapan begitu banyak umat persilatan dan orang gagah
yang berkumpul di situ ia telah melakukan perbuatan tak terduga.
Kecuali dia, siapa lagi di dunia ini yang sanggup untuk melakukan perbuatan seperti itu?"
Cing Cing menghela napas panjang katanya:
"Kulit muka orang ini betul-betul amat tebal, apa yang dilakukan juga luar biasa sekali"
"Sesungguhnya apa yang dia inginkan kepadaku, tak mungkin bisa kukabulkan, sungguh tak
disangka ternyata dia memohon kepadaku untuk menerimanya menjadi murid."
"Dan kau meluluskan permintaannya?"
Ting Peng tersenyum. "Tak ada salahnya mempunyai seorang murid macam dirinya itu ..." "dia menjawab.
Cing-cing tidak berkata apa-apa lagi.
Walaupun dia merasa tindakan yang dilakukan itu tidak benar, tapi apa yang ingin dilakukan
Ting Peng, tak pernah ia tampik atau mengemukakan keberatan.
Semua kejadian yang kemudian berlangsung menjadi bertentangan dengan apa yang menjadi
harapannya semula. Sebenarnya dia hanya berharap Ting Peng dapat menjadi seseorang yang tak pernah
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan batinnya, dia ingin mengajaknya mencari suatu
tempat yang sepi dan melewati suatu kehidupan yang bahagia. Tapi Ting Peng mempunyai
ambisi. Setiap lelaki pasti berambisi dan harus berambisi, sebab ambisi merupakan semangat dan
harga diri dari seorang lelaki, lelaki tanpa ambisi tak bisa disebut seorang lelaki.
Dia tidak menyalahkan Ting Peng, cuma ambisi Ting Peng kelewat besar, jauh lebih besar
daripada apa yang dibayangkan semula.
Ambisi adalah suatu makhluk aneh yang sudah ada semenjak dahulu kala, asal kau biarkan
dia tetap hadir dalam dadamu, maka makin hari dia akan berubah semakin besar, sehingga
akhirnya demikian besarnya sampai kau sendiripun tak dapat mengendalikannya lagi.
Bagi seorang lelaki yang berambisi, manusia macam Liu Yok siong memang tak bisa disangkal
lagi merupakan seorang yang sangat berguna.
Yang dikuatirkan Cing-cing hanya satu hal.
Dia hanya kuatir ambisi Ting Peng semakin besar sehingga dia sendiripun tak dapat
mengendalikan lagi, maka bila sampai terjadi hal semacam ini. kemungkinan besar dia akan
ditelan sendiri oleh ambisinya itu.
Teringat akan persoalan ini, dia segera teringat pula akan suatu persoalan lain yang jauh lebih
menakutkan lagi. Tiba-tiba dia bertanya: "Dari pihak Sin kiam san-ceng, apakah ada yang hadir pada hari ini ?"
"Aku masih ingat, agaknya kau telah mengirim orang secara khusus untuk menyampaikan
surat undangan kepadanya?" "
Undangan yang diantar bukan cuma satu saja, selain ditunjukkan untuk majikan dari Sin kiam
san-ceng sekarang, yaitu Cia Siau hong, pendekar pedang nomor satu di dunia pada saat ini, Cia
sianseng yang lain pun mendapat undangan pula.
Cia sianseng itu bermuka bulat, berperawakan gemuk, berwajah penuh senyuman, amat
ramah tamah. Bulan tujuh tanggal lima belas empat tahun berselang, ketika Ting Peng dicemooh dan dihina
dalam perkampungan Siang siong san ceng. Cia sianseng itupun turut hadir di sana.
"Tapi hari ini mereka datang"
Teringat akan persoalan ini, kegembiraan Ting Peng tidak secerah tadi lagi"
Bukan cuma orang-orang dari Sin kiam san-ceng saja yang tidak datang, orang-orang yang
berada disekitar tempat itupun tak seorang manusiapun yang datang.
"Siapa saja yang kau undang dari daerah di sekitar tempat itu" "
?"Thian It hui dan Siang Ceng"
"Aku tahu tentang manusia yang bernama Siang Ceng, dia adalah seorang poocu dari benteng
keluarga Siang, merupakan jago yang paling termasyhur karena ilmu pedang Ngo heng kiam
hoatnya" Setelah berpikir sebentar, kembali dia berkata:
"Ilmu pedang Ngo heng kiam hoat merupakan suatu ilmu pedang yang sukar dan dingin, kalau
aku harus menyebutkan sepuluh orang jago pedang terhebat di dunia pada saat ini, maka Siang
Ceng tak akan masuk hitungan"
Ting Peng tertawa, katanya:


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau sedang menghiburku, suruh aku jangan marah hanya disebabkan seorang
manusia macam dia" "
Cing sing tidak menjawab, dia hanya tertawa belaka.
"Padahal sekalipun aku sedang marah kepadanya, aku tak akan memandang enteng orang ini"
lanjut Ting Peng. "0oooh.. !" "Walaupun ilmu pedang Ngo heng kiam hoat merupakan ilmu yang dingin dan kaku, namun
setelah digunakan akan menghasilkan daya kemampuan yang luar biasa sekali?"
"Karena dalam pertentangan antara lima unsur bumi yang berbeda akan menimbulkan
perubahan-perubahan yang tak mungkin bisa diduga orang, tentu saja perubahan itupun tak bisa
dibendung dengan mudah."
"Masuk diakal" Cing-cing tersenyum.
Walaupun ilmu pedang yang dimiliki Siang Ceng belum dapat termasuk urutan sepuluh besar
dalam dunia persilatan saat ini namun tak bisa disangkal lagi dia termasuk juga seorang jago kelas
satu dalam dunia persilatan, apa lagi kepandaian silat itu diperolehnya dari warisan keluarga,
dasarnya pasti kuat sekali, tenaga dalamnya juga sempurna, kesemuanya itu dapat menutupi
kekurangan - kekurangannya dalam permainan pedang"
"Tampaknya kau mengetahui banyak tentang orang ini"
"Asal dia jago kelas satu dalam dunia persilatan, aku harus mengetahui banyak tentang
mereka" Setelah tertawa, lanjutnya:
?"Sebab setiap orang diantara mereka, kemungkinan besar akan menjadi lawanku?"
Cing cing masih tertawa, cuma tertawanya sudah agak dipaksakan.
Dia tahu bukan saja jalan pemikiran Ting Peng amat cermat, diapun amat pandai menyelidiki
keadaan lawan, tingkah lakunya matang dan dewasa, sama sekali berbeda dengan keadaannya
dahulu, seringkali hanya disebabkan sebuah persoalan kecilpun akan marah-marah.
Sebab ambisinya makin lama semakin bertambah besar.
"Tahu diri lawan, setiap pertarungan baru dapat di menangkan" Kata Ting Peng lagi.
(Bersambung Jilid 08) Jilid 08 DARI balik matanya kembali memancar keluar sinar terang karena gembira, ujarnya:
"Aku tak akan membiarkan diriku menderita kekalahan lagi ditangan orang lain?"
Diam-diam Cing-cing menghela napas panjang, namun di luar dia masih bertanya lagi sambil
tertawa: "Siapa yang kau maksudkan sebagai orang lain"
"Siapapun sama saja"
"Apakah Sam sauya dari keluarga Cia, Cia Siau hong juga termasuk diantaranya?"
"Terhadap Cia Siau hong pun sama saja, bagaimana pun juga, dia toh seorang manusia
juga.." Sinar matanya memancarkan cahaya makin panas, lanjutnya:
"Cepat atau lambat, pada suatu hari akupun menantangnya untuk berduel, aku ingin lihat siapa
yang lebih unggul diantara kami berdua.
Cing-cing memandang ke arahnya, dibalik sinar mata itu sudah terpancar keluar sinar
kemurungan. Setiap kali Ting Peng menyinggung tentang Cia Siau hong, sepasang matanya selalu
memperlihatkan mimik wajah seperti itu.
Terhadap manusia yang bernama Cia Siau hong dia seperti menaruh perasaan jeri dan takut
yang tak mungkin bisa di utarakan kepada orang lain.
Dia adalah "rase", rase adalah makhluk yang dapat melakukan apapun.
Sebaliknya walaupun Cia Siau hong adalah pedang sakti dari segala pedang, dewa pedang
dari segenap manusia toh dia tetap masih berupa seorang manusia.
Mengapa dia harus jeri terhadap seorang manusia biasa"
Tak bisa disangkal lagi, itulah rahasia hatinya.
Bila rahasia yang tertanam dalam hati seorang tak dapat di utarakan kepada manusia lain,
maka hal itu akan berubah menjadi suatu penderitaan, berubah menjadi suatu daya tekanan yang
berat. Ting Peng tidak memperhatikan perubahan mimik wajahnya, kembali dia berkata:
"Benteng keluarga Siang terletak didekat perkampungan Sin kiam san-ceng, Siang Ceng tidak
datang mungkin disebabkan terpengaruh oleh kemampuan Cia Siau hong"
Dengan hambar dia melanjutkan.
"Cia sam sauya yang tiada tandingannya dikolong langit, tentu saja tak akan memandang
sebelah mata terhadap seorang bocah ingusan seperti aku"
Tampaknya Cing cing tak ingin membicarakan tentang manusia yang bernama Cia Siau hong,
dengan cepat dia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, tanyanya:
"Bagaimana dengan Thian It hui" Dia adalah macam apa pula?"
"Tahukah kau tentang seorang perempuan dalam dunia persilatan yang di namakan Kui im bu
siang hui nio cu (perempuan terbang bayangan setan tiada tandingan)?"
"Kau maksudkan Thian Peng?"
"Yaa, dialah yang dimaksudkan"
"Tentu saja aku tahu tentang dia, banyak sudah ceritera tentang dirinya yang pernah
kudengar?" Dalam dunia persilatan memang tersiar banyak sekali ceritera-ceritera tentang Thian Peng.
Dia adalah salah seorang diantara tiga perempuan paling cantik dalam dunia persilatan, tapi
juga merupakan salah satu diantara tiga perempuan paling menakutkan di dunia ini.
Kelihaian ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya bukan saja tiada perempuan lain yang bisa
menandinginya, bahkan jarang sekali ada kaum lelaki yang bisa menandinginya.
Dia sudah lama termasyhur, kalau dihitung sekarang, paling tidak ia telah berusia empat lima
puluh tahunan. Tapi menurut orang yang belakangan ini pernah bersua muka dengannya, konon dia nampak
seperti baru berusia dua puluh tujuh delapan tahunan.
Ting Peng kembali berkata.
"Thian It hui adalah satu-satunya ahli waris dari Thian Peng, ada pula yang mengatakan kalau
dia adalah keponakannya, ada yang mengatakan dia adalah adik tongnya, bahkan ada yang
bilang dia adalah anak hasil hubungan gelapnya?"
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Tapi sebetulnya hubungan apakah yang terjalin diantara mereka, tak seorang manusiapun
yang tahu, semua orang hanya tahu ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Thian It hui memang
benar-benar merupakan warisannya. malah sekarang boleh dibilang sudah merupakan jagoan
kelas satu di dalam dunia persilatan"
"Apakah Thian It hui juga tinggal disekitar perkampungan Sin kiam san ceng.... ?" tanya Cing
cing. "Jejak Thian Peng sangat rahasia, siapapun tidak tahu apakah dia punya rumah atau tidak "
Lebih-lebih tak ada yang tahu dia tinggal dimana, demikian pula hal nya dengan Thian It hui,
hanya belakangan ini dia selalu berdiam dalam sebuah rumah penginapan dekat perkampungan
Sin kiam san ceng, bahwa sekali tinggal paling tidak sudah mencapai setengah tahun lamanya."
"Mengapa dia harus tinggal di sana ?"
"Karena dia ingin menjadi menantunya perkampungan Sin kiam san-ceng. . . ."
Setelah tertawa, kembali lanjutnya:
"Oleh karena itu, bila Cia Siau hong tidak datang, tentu saja diapun tak akan datang"
"Aku rasa Cia Siau hong tak pernah beristri, dari mana dia bisa mempunyai anak gadis ?" "
Ting Peng segera tersenyum:
"Waaah... kalau soal ini mah merupakan urusan pribadinya, kau harus tahu, aku selamanya
tak pernah akan memperdulikan urusan pribadi orang lain"
Itulah prinsip hidupnya, juga merupakan kelebihan yang dimilikinya, dalam hal ini dari dulu
sampai sekarang tak pernah berubah.
Daun jendela berada dalam keadaan terbuka karena Cing-cing selalu tidak takut dingin.
Berdiri di depan jendela, tampak rembulan yang baru muncul di kaki langit serta kolam air di
tepi pagoda air tersebut.
Kini air di dalam telaga telah membeku menjadi es.
Lapisan salju yang licin memantulkan sinar rembulan dan cahaya lampu di sekelilingnya
membuat suasana di sana bagaikan sebuah cermin yang amat besar.
Dikala Ting Peng berjalan mendekati jendela, tiba-tiba dari balik cermin muncul sesosok
bayangan manusia. Gerakan tubuh orang itu benar-benar terlalu cepat dengan ketajaman mata Ting Pengpun
ternyata tidak berhasil mengetahui darimanakah dia datangnya hanya nampak sesosok bayangan
manusia berwarna abu-abu berkelebat lewat tahu-tahu telaga salju selebar dua tiga puluh kaki
sudah dilampauinya. Malam ini jago-jago yang berkumpul dalam perkampungan Wan gwat-san-ceng boleh dibilang
terdiri dari jago-jago kelas satu dalam ilmu pedang, ilmu golok, ilmu telapak tangan, ilmu senjata
rahasia maupun ilmu meringankan tubuh.
Tapi, kalau dilihat ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini, maka bisa diketahui bahwa
tak seorang manusia pun yang hadir di situ yang bisa menandinginya.
Ting Peng ingin memanggil Cing-cing datang untuk melihat hal tersebut, tapi belum sempat dia
berpaling, sebuah peristiwa yang membuatnya tak akan melupakan untuk selamanya telah
berlangsung di depan mata.
Tiba-tiba bayangan manusia itu terpotong menjadi dua bagian tepat diri arah tengah bagaikan
sebuah orang-orangan yang di papas dari tengahnya saja.
Di dalam pagoda air itu tersedia sebuah meja perjamuan, tamunya cuma sembilan orang tapi
yang melayani justru mencapai belasan orang lebih ....
Tapi yang bisa duduk di situ tentu saja merupakan jago-jago kelas wahid yang termasyhur
namanya di dalam dunia persilatan.
Orang yang duduk dikursi utama adalah seorang lelaki yang berperawakan tinggi besar
bersuara nyaring seperti genta, berwajah merah berambut putih, bila sedang minum arak seperti
ikan paus menghisap air dan daging yang dimakanpun potongan-potongan yang amat besar,
siapapun tak akan melihat kalau dia sudah berumur delapan sembilan puluh tahunan.
Semua orang mempersilahkannya duduk di kursi utama bukan disebabkan usianya Sudah
lanjut, sejak muda dulu, Tay-toahu-ong (Raja kampak golok besar) Beng Kay-san memang sudah
dihormati banyak orang. Dua puluhan tahunan berselang ia sudah mencuci tangan dan mengundurkan diri, jarang
sekali dia berkelana didalam dunia persilatan.
Kali ini, Ting Peng dapat mengundang kehadirannya, semua orang menganggap wajah si tuan
rumah pasti tidak kecil. Liu Yok-siong sedang menuangkan arak baginya.
Sekarang Liu Yok siong muncul sebagai muridnya tuan rumah, paras mukanya sama sekali
tidak berubah, dia bisa bercakap-cakap, bisa pula bergurau secara wajar, seakan-akan tak pernah
terjadi suatu musibah pun yang menimpa dirinya.
Mendadak Beng Kay san menepuk bahunya keras-keras, kemudian tertawa tergelak.
"Haaaahhh....haaahh. . . haaahhh ..., lote, aku sungguh merasa kagum kepadamu, betul-betul
merasa kagum, lelaki yang pandai mengikuti gelagat baru merupakan lelaki yang sejati"
Paras muka Liu Yok siong sedikitpun tidak berubah menjadi merah, Ia malah bisa menjawab
sambil tertawa: ?"Akupun masih membutuhkan bantuan serta petunjuk dari cianpwe sekalian!"
?"Sekarang kami telah berubah menjadi cianpwe mu?" sindir Han Tiok dingin.
Kembali Liu Yok siong tersenyum.
"Mulai sekarang akukan bersikap sebagai seorang manusia yang lain, semua teman guruku
merupakan cianpwe ku pula"
Beng kay san kembali tertawa terbahak-bahak .
"Haaahhh... haaahhh.... haaahhh..... haaah, bagus sekali ucapanmu itu, orang yang bisa
mengucapkan kata-kata seperti ini, di kemudian hari pasti akan berhasil dengan sukses.
Ang Bo tan menghela napas panjang, katanya pula:
"Ucapan dari Beng loyacu memang benar, sekarang bahkan akupun mau tak mau harus
merasa kagum kepadanya .."
"Cuma sayang. Tiba-tiba Han Tiok tertawa dingin dan tidak melanjutkan kembali kata-katanya.
Ia tidak melanjutkan kata-katanya bukan dikarenakan dia tak ingin menyulitkan Liu Yok siong
lagi, sebaliknya karena secara tiba-tiba ia menyaksikan sesosok bayangan manusia.
Gerakan tubuh dari bayangan manusia itu benar-benar cepat sekali.
ooooo0ooooo SEMUA jendela yang ada di sekeliling pagoda air itu dibangun secara terbuka di atas dinding,
sedang para jago dan orang gagah yang hadir ditempat itu rata-rata adalah mereka yang
bertenaga dalam amat sempurna, tentu saja mereka tidak takut dingin, apalagi setelah mereka
meneguk arak dalam jumlah yang banyak.
Diluar jendela adalah sebuah telaga salju, di atas salju mencorong sinar rembulan yang
sedang purnama. Bayangan manusia itu muncul secara tiba-tiba, dalam waktu singkat telah berada di luar
jendela pagoda air itu. Bukan cuma gerakan tubuhnya saja yang amat cepat, lagi pula gayanya juga indah sekali,
tampang orang itupun sangat menarik, perawakannya jangkung dengan wajah yang menarik,
cuma di bawah sinar rembulan paras mukanya kelihatan agak kehijau-hijauan,
Lim Siang him adalah seorang jago kawakan dalam dunia persilatan yang paling luas dalam
pergaulan, hampir semua jago kelas satu yang ada dalam dunia persilatan dikenal olehnya.
Tentu saja diapun kenal dengan orang ini, tentu saja Thian It hui dapat disebut sebagai
seorang jago kelas satu di dalam dunia persilatan karena kelihaian ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya boleh dibilang jauh lebih tinggi daripada ilmu meringankan tubuh yang dimiliki siapapun
di dunia ini. Begitu bayangan manusia itu munculkan diri, Lim Siang him segera mengangkat cawan dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaahh. . . . haaaahh. . . haaahh. . . yang datang terlambat harus di denda tiga cawan arak,
kau..." " Mendadak suara tertawanya terhenti sampai di tengah jalan, seakan-akan tenggorokannya
secara tiba-tiba dipotong kutung oleh seseorang.
ooooo0ooooo GOLOK TERCEPAT DI DUNIA BULAN PURNAMA bersinar di angkasa, cahaya rembulan yang redup menyoroti wajah Thian
It hui.. Di bawah rambutnya, ditengah kening tiba-tiba muncul setitik butiran darah berwarna merah.
Baru saja butiran darah itu muncul, tahu-tahu sudah berubah menjadi sebuah garis yang
memanjang. Darah segar segera menyembur keluar dari jidatnya, alis matanya, hidungnya, bibir, dagu terus
ke bawah sampai dibalik pakaiannya.
Garis yang semula amat tipis itu tiba-tiba saja berubah makin kasar, makin lama semakin
kasar, makin lama semakin membesar. . . . .
Tahu-tahu batok kepala Thian It hui pun mulai merekah menjadi dua mulai dari munculnya
setitik butiran darah tadi.
Menyusul kemudian tubuhnya pelan-pelan merekah mulai dari tengah, separuh yang ada di
sebelah kiri roboh ke sebelah kiri, sedang separuh yang ada di sebelah kanan roboh ke sebelah
kanan, darah segar secara berhamburan ke mana-nana.
Seorang manusia yang tadinya masih utuh, kini dalam waktu singkat telah terbelah menjadi
dua bagian Tak ada yang bergerak, tak ada yang buka suara, bahkan napaspun turut terhenti, dalam
waktu singkat peluh dingin telah membasahi sekujur badan semua orang.
Walaupun semua yang hadir di sana adalah jago-jago kenamaan di dalam dunia persilatan,
seorang jago kawakan, tapi siapapun belum pernah menyaksikan kejadian seperti ini.
Dayang dan pelayan yang semula melayani tamunya di sekeliling ruangan, ada separuh
diantaranya telah pingsan karena ketakutan, ada separuh lagi yang terkencing-kencing dalam
celana. Tiba-tiba saja seluruh pagoda air itu diliputi oleh bau busuk yang amat menusuk penciuman,
tapi tak seorang pun yang merasakan akan hal itu.
Entah berapa saat kemudian, Beng Kay san baru menyambar poci arak dan meneguk habis
sepoci arak penuh dalam perutnya, setelah itu sambil menghembuskan napas panjang dia baru
berkata: "Benar-benar sebuah serangan golok yang sangat cepat!"
"Golok" Dimana ada golok?" Seru Lim Siang him.
"Beng Kay san sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan, setelah menghela napas
panjang kembali katanya: "Sudah empat puluh tahun lamanya belum pernah kusaksikan golok yang bergerak secepat
ini". Tiba-tiba Lam kiong Hoa su berkata pula:
"Golok yang demikian cepatnya hanya pernah kudengar dari cerita mendiang ayahku, belum
kusaksikan dengan mata kepala sendiri?"
"Aku yang sudah hidup selama delapan puluh tahun pun tak lebih hanya pernah melihat sekali
saja." kata Beng Kay san lagi.
Wajahnya yang merah telah memucat, setiap kerutan wajahnya seakan-akan bertambah
dalam, sedang sorot matanya memancarkan rasa ngeri dan takut yang amat dalam.
Tanpa terasa ia teringat kembali peristiwa yang pernah disaksikan dengan mata kepala sendiri
pada empat puluh tahun berselang.
Walaupun Raja kampak golok besar adalah seorang lelaki yang tidak takut langit tidak takut
bumi, tapi asal teringat akan peristiwa tersebut, ia akan segera merasakan jantungnya berdebar
keras dan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
"Waktu itu usiaku belum setua sekarang, masih sering melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, suatu hari aku lewat di jembatan panjang kota Poo Teng.
Waktu itu udarapun amat dingin seperti sekarang, di jembatan penuh bunga salju, orang yang
berlalu lalang sedikit sekali.
Tiba-tiba kusaksikan ada seorang sedang berlarian mendekat, dia lari seperti dikejar oleh
setan. "Aku kenal dengan orang itu" katanya.
`Orang itupun merupakan seorang jago kenamaan pula didalam dunia persilatan, ilmu silat
yang dimilikinya lihay sekali, bahkan setiap orang menyebut Thi tan (peluru baja) kepadanya.
"Oleh karena itu aku benar-benar tidak habis mengerti, apa sebabnya ia bisa ketakutan seperti
itu" Siapakah yang sedang mengejarnya dari belakang?"
"Baru saja aku hendak bertanya, orang di belakang telah berhasil menyusulnya, cahaya golok


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampak berkelebat lewat, tahu-tahu sudah membacok lewat dari kepala temanku"
"Temanku sama sekali tidak roboh akibat dari bacokan itu, dia masih melarikan diri dengan
sepenuh tenaga. "Jembatan panjang itu mencapai ratusan kaki lebih"
"Setibanya di ujung jembatan tersebut temanku baru secara tiba-tiba roboh dengan terbelah
menjadi empat bagian"
Ketika selesai mendengarkan kisah cerita yang mendebarkan sukma itu, semua orang
merasakan peluh dingin jatuh bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
Lim Siang him meneguk lagi beberapa cawan arak, kemudian baru berkata:
"Benarkah di dunia ini terdapat golok yang begitu cepat ?"
"Peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepala sendiri" jawab Beng Kay san, "walaupun sudah
berlangsung empat puluh tahun lamanya, akan tetapi hingga kini, setiap kali kupejamkan mata,
peristiwa itu seakan-akan muncul kembali di depan mata, seakan-akan temanku itu muncul
kembali dan mati terbelah menjadi dua bagian"
Setelah berhenti sejenak, dengan sedih lanjutnya:
"Sungguh tak disangka, empat puluh tahun kemudian, peristiwa yang terjadi hari itu kembali
terulang." "Siapakah orang yang telah membunuh temanmu itu ?" tanya Lim Siang him kemudian.
"Aku tak dapat melihatnya, aku hanya menyaksikan cahaya golok berkelebat lewat, orang itu
sudah lenyap dari pandangan mata."
"Siapakah temanmu itu ?" tanya Sun Hu-hou.
Aku hanya kenal dengan orangnya, sama sekali tidak kuketahui siapa nama aslinya!"
Dia adalah seorang lelaki berjiwa besar seorang yang jujur dan berterus terang, belum pernah
ia berbicara bohong. Bila ia sedang berbohong setiap orang dapat menyaksikan akan hal itu.
Sekarang semu orang sudah tahu kalau dia tidak berbicara jujur, tentu saja dia tahu siapakah
orang yang membunuh temannya, tentu saja dia lebih-lebih tahu tentang nama temannya itu.
Tapi ia tak berani untuk mengutarakannya keluar.
Kejadian yang telah berlangsung pada empat puluh tahun berselang mengapa hingga kini tak
berani dia utarakan"
Mengapa diapun seperti temannya itu, merasa ketakutan setengah mati"
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tentu saja tak ada orang yang berani menanyakan
kepadanya, tapi ada orang yang bertanya dengan cara yang lain.
"Menurut pendapatmu, apakah Thian It hui dan sahabatmu itu telah tewas di ujung golok yang
sama ?" Beng Kay-san belum juga menjawab.
Dia telah menutup mulut rapat-rapat, seakan-akan telah bertekad tak akan buka suara lagi.
Sambil menghela napas panjang, Sun Hu hou berkata:
"Entah bagaimanapun juga, peristiwa itu sudah berlangsung empat puluh tahun berselang,
beberapa orang beberapa orang enghiongkah yang masih bisa hidup hingga kini semenjak empat
puluh tahun berselang?"
"Bukankah Beng loya-cu masih hidup ?" seru Lim Siang him.
"Beng Kay san saja masih hidup, tentu saja orang yang telah membunuh temannya
kemungkinan besar masih hidup pula.
Tapi, siapa gerangan orang itu.
Semua orang berharap mengemukakannya keluar, setiap orang sedang memandang ke
arahnya, berharap ia bersedia untuk buka suara.
Tapi apa yang kemudian mereka dengar adalah suara dari seseorang yang lain, suara itu
merdu dan enak didengar seperti suara anak perempuan.
Tiba-tiba ia berseru: "Beng Kay-san, ambilkan secawan arak bagiku!"
Tahun ini Beng Kay san berusia delapan puluh tujuh tahun, sejak berusia tujuh belas tahun ia
sudah berkelana dalam dunia persilatan, kapak raksasa yang berat mencapai enam puluh tiga kati
itu jarang menjumpai musuh tandingan.
Kampak adalah benda yang berat dan berat, perubahan jurus serangannya sulit untuk
bergerak secara lincah, orang persilatan yang mempergunakan kampak memang tidak banyak
jumlahnya. Tapi, bila seseorang dapat disebut sebagai Raja kampak oleh setiap orang jelas hal ini bukan
sesuatu yang mudah. Selama puluhan tahun terakhir ini, mungkin hanya orang lain yang mengambilkan arak
baginya, tidak banyak lagi jumlah orang yang mengharuskan dialah yang mengambilkan arak
baginya. Tapi sekarang, ternyata ada orang yang menyuruhnya mengambilkan arak, bahkan orang
yang menyuruhnya mengambilkan arak adalah seorang bocah perempuan.
Lim Siang him berdiri tepat di hadapan Beng Kay san, setiap perubahan mimik wajah Beng
Kay san dapat dilihat olehnya dengan amat jelas.
Tiba-tiba saja dia menemukan paras muka Bang Kay san berubah hebat, wajah yang
sebenarnya merah membara, mendadak berubah menjadi dingin sedingin salju, di luar wajahnya
berubah menjadi pucat pias seperti mayat, bahkan sorot matanya menampilkan perasaan yang
amat takut. Dia tidak menjadi marah ketika bocah perempuan itu memerintahkan kepadanya untuk
mengambilkan arak, sebaliknya malahan memperlihatkan rasa ketakutan yang luar biasa.
Tak tahan lagi Lim Siang him berpaling, mengikuti sorot matanya itu, ia menyaksikan seorang
nenek telah berdiri angker di situ.
Dalam pagoda air tersebut sama sekali tiada bocah perempuan, yang ada hanyalah seorang
nenek yang hitam, mana kurus, kecil lagi sedang berdiri disamping seorang kakek yang hitam,
kurus dan kecil pula. Kedua orang itu mengenakan baju kasar berwarna hijau yang warnanya sudah luntur, berdiri di
sana ternyata perawakan tubuhnya tidak lebih tinggi dari orang-orang yang sedang duduk di
bangku, sepintas lalu mereka tampak seperti sepasang suami istri tua yang baru datang dari
dusun, sedikitpun tiada sesuatu yang luar biasa.
Yang lebih aneh lagi adalah begitu banyak orang yang berada dalam pagoda air itu, bahkan
mereka semua adalah jago-jago kawakan dari dunia persilatan yang berilmu tinggi, akan tetapi tak
seorangpun yang melihat jelas dari manakah mereka datang"
Menunggu si nenek itu sudah bersuara, semua orang baru terperanjat.
Dia tampak jauh lebih tua daripada Beng Kay san tapi suara pembicaraannya justru
menyerupai bocah perempuan.
Tadi dia juga yang menceritakan Beng Kay san untuk ambilkan arak, dan kini dia telah
mengulangi kembali perkataan tersebut,
Kali ini sebelum perkataannya selesai diucapkan, Beng Kay san telah menuangkan arak ke
dalam cawan, disekanya cawan itu bersih-bersih dengan secarik kain, kemudian baru dipenuhi
dengan arak dan dipersembahkan kehadapan nenek tersebut dengan sikap yang menghormat
sekali. Nenek itu segera memicingkan matanya, setelah memandang ke arahnya sekejap, ia
menghela napas pelan. Sudah lama kita tak bersua, kaupun sudah nampak tua"
"Benar!" jawab Beng Kay san lirih.
"Konon bila seseorang menanjak tua, maka diapun berubah menjadi banyak mulut."
Tangan Beng Kay san mulai gemetar keras, gemetar sedemikian kerasnya sehingga isi dalam
cawan muncrat kesana-kemari.
"Konon bila seseorang berubah menjadi banyak mulut, maka jaraknya dengan kematian akan
semakin dekat" lanjut si nenek itu lebih jauh.
"Aku tidak berkata apa-apa, benar-benar tak berkata apa-apa!"
"Sekalipun kau tidak berkata apa-apa, sekarang semua orang yang berada di sini telah
menduga bahwa kami adalah orang yang telah kau jumpai di luar kota Poo teng pada empat puluh
tahun berselang" Setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Tiada orang tolol yang berada di sini, bila mereka dapat menduga ke situ, tentu saja
merekapun akan menduga kalau bocah she Thian itupun sudah tewas di ujung golokku pula."
Apa yang dia katakan memang benar, ditempat ini memang tak ada orang bodoh, setiap orang
serentak dapat berpikir sampai ke situ.
Cuma saja semua orang masih tidak percaya, apakah dua orang kakek dan nenek yang ceking
mana kecil lagi, bisa mempergunakan golok dengan kecepatan yang luar biasa.
Akan tetapi penampilan mimik wajah Beng Kay san membuat mereka mau tak mau harus
mempercayainya. . Ia benar-benar ketakutan, sedemikian takutnya sehingga sekujur badannya menjadi lemas,
cawan arak dalam genggamannya kosong, arak dalam cawan telah membasahi seluruh tubuhnya.
Tiba-tiba nenek itu bertanya:
"Tahun ini kau sudah berusia delapan puluh tahun lebih bukan?"
Beng Kay san gemetar keras, sepasang giginya saling beradu keras, setelah bersusah payah
akhirnya dia berhasil juga mengutarakan sepatah kata.
"Benar !" "Kau bisa hidup sampai delapan puluh tahun lebih, kendatipun harus mati juga tidak menyesal,
buat apa kau musti mencelakakan pula orang-orang lainnya?"
"Aku .... aku tidak'?"
"Kau jelas mengetahui, bila ada seorang saja yang bisa menebak asal usul kami, maka dia tak
akan kami biarkan hidup terus, bukankah tindakanmu tadi sama halnya dengan mencelakai
orang?" Perkataan tersebut diucapkan dengan santai seakan-akan semua orang yang berada didalam
ruangan itu hanya barang rongsokan yang tak berguna, sepertinya jika ia menginginkan nyawa
orang-orang itu, maka hal tersebut dapat dilakukan jauh lebih mudah daripada menggencet mati
seekor semut. "Orang edan" tiba-tiba Ciong Tian tertawa dingin.
Selamanya dia jarang berbicara, kalau dapat menggunakan dua patah kata untuk
menggunakan dua patah kata untuk mengutarakan suara hatinya, dia takkan mempergunakan tiga
patah kata. "Kau maksudkan di sini ada orang edan ?" tanya si nenek.
"Ehmm!." "Siapa yang sudah edan?"
"Kau !" Tiba-tiba Ang Bo tan tertawa tergelak.
"Haaahhh .... haaahh.... haaahh. . . betul, perkataanmu itu memang betul, bila nenek ini belum
edan, masa dia mengucapkan kata-kata semacam itu?" "
"Betul!" seru Sun Hu hou pula sambil tiba-tiba menggebrak meja keras-keras.
Lim Siang him ikut tertawa tergelak pula.
"Haaahhh... haaahh .... haaahh. .. dia ingin membuat kita semua mampus di sini" Dia mengira
kami adalah manusia apa?".
"Dia mengira dia sendiri manusia apa?" Han Tiok berseru pula dengan suara dingin.
Tiba-tiba Lam kiong Hoa su menghela napas panjang.
"Aaai ..! kalian tidak seharusnya berkata demikian.
"Mengapa ?". "Dengan kedudukan kalian didalam dunia persilatan mengapa meski ribut dan mencari urusan
dengan seorang nenek edan?"
Ucapan demi ucapan diutarakan tiada hentinya, pada hakekatnya mereka tak memandang
sebelah matapun terhadap suami istri berdua itu.
Anehnya nenek itu ternyata tidak marah bahkan Beng Kay sanpun memperlihatkan wajah
gembira. Hanya orang-orang yang tidak mengenal suami istri berdua itu saja yang berani bersikap
kurang ajar terhadap mereka.
Oleh karena semua orang tak ada yang kenal dengan mereka, maka semua orang baru ada
harapan untuk hidup. Akhirnya, nenek itu menghela napas panjang.
"Aaai.... tua bangka kami sering berkata, makin sedikit yang diketahui seseorang makin
panjang umurnya, aku lihat perkataannya itu memang masuk diakal.
Kakek itu, sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, bahkan paras mukanya juga tidak
menunjukkan perubahan apa-apa.
Mungkin hal ini disebabkan karena apa yang hendak dikatakan olehnya telah diucapkan oleh
nenek tersebut, "Kalau toh kalian tak ada yang kenal denganku, akupun enggan pula untuk ribut dengan
kalian" Tiba-tiba Liu Yok Siong tertawa, ujarnya:
"Bagaimanapun juga kalian berdua telah datang kemari, mengapa tidak duduk dulu dan minum
arak?" "Hmmm .. tempat macam apakah ini! memangnya pantas buat aku si orang tua untuk duduk
minum arak?" jengek si nenek sambil tertawa dingin.
"Kalau toh tempat ini tidak cocok buat kalian berdua untuk minum arak, mengapa kalian
berdua datang kemari ?"
"Kami datang untuk mencari orang"
"Mencari orang" Siapa yang hendak dicari?"
"Seorang manusia she Sang yang bernama Sang Ceng, serta seorang budak cilik she Cia"
Menyinggung tentang kedua orang itu, wajahnya segera menunjukkan perasaan gusar.
"Asal kalian serahkan kedua orang itu kepadaku, sekalipun kau berlutut sambil memohon
kepadaku akupun tak ingin berada lebih lama lagi di sini"
"Ada urusan apa kalian berdua hendak mencari mereka?"
"Akupun tak ingin berbuat apa-apa, aku hanya inginkan mereka hidup beberapa tahun lagi!"
Kemudian dengan mata memancarkan rasa gusar dan benci dia melanjutkan lebih jauh:
"Aku menginginkan agar mereka mau mati pun tak dapat mati"
"Budak yang ada di sini tidak sedikit jumlahnya, yang she Cia pun ada beberapa orang bahkan
akupun kenal dengan orang she Sang tersebut!"
?"Sekarang dia ada dimana?"
"Aku tidak tahu !"
Kakek yang selama ini tidak berbicara mendadak berkata:
"Aku tahu!" "Sejak kapan kau tahunya"
"Tadi" "Dimana?" "Di sini!" Sun Hu-hou tak kuasa menahan diri, serunya dengan cepat:
"Kau mengatakan Sang Ceng berada di sini?", pelan-pelan kakek itu mengangguk, paras
mukanya masih tidak memperlihatkan perubahan apa-apa.
"Mengapa kami tidak melihat dia!"
Kakek itu sudah menutup mulutnya rapat-rapat, sepatah katapun ia tidak berbicara lagi.
Setelah lo-tau-cu kami mengatakan dia pasti berada di sini, apa yang dikatakan loa tau cu
kami selamanya tak pernah salah"
"Apakah kali inipun tak bakal salah?"
"Yaa, kali ini pun tak bakal salah"
Sun Hu-hou segera menghela napas panjang. "Aaaai.... bila kalian dapat menemukan San
Ceng ditempat ini, maka aku..."
"Kau hendak kemana?" tukas si nenek.
"Aku akan...." Belum habis dia menyelesaikan kata-katanya, mendadak Lim Siang him melompat ke depan
dan menutupi mulutnya. Sambil tertawa dingin si nenek itu berseru:
"San Ceng, bahkan orang inipun telah berhasil melihat kau, mengapa kau tidak cepat-cepat
menggelinding keluar?"
Terdengar seseorang berseru sambil tertawa dingin:
"Kalau hanya mengandalkan ketajaman matanya sudah dapat menemukan aku, kejadian ini
baru aneh namanya" ooo0ooo SEHARUSNYA San Ceng sudah datang ke sana, bila ia telah datang, tentu saja akan
dipersilahkan masuk ke dalam pagoda air ini.
Tapi jelas hingga sekarang ia masih belum pernah menampakkan diri.
Anehnya, suara pembicaraan orang itu justru suara dari San Ceng ....
Sudah jelas semua orang dapat mendengar suaranya, tapi justru tak ada yang melihat
orangnya. Walaupun pagoda air itu tak bisa dibilang kecil, tapi tak bisa dikatakan pula amat besar, tapi di
manakah orang itu menyembunyikan diri"
Dia selalu berada dalam pagoda air itu, berada di depan mata orang-orang itu, sedang orangorang
yang berada di sana bukan orang buta semua, tapi anehnya justru mereka tak ada yang
melihat dirinya. Sebab siapapun tak ada yang menyangka kalau Ngo-heng poocu yang berkedudukan
terhormat dalam dunia persilatan, ternyata telah berubah menjadi begini rupa.
ooooo0ooooo WALET BAJA TERBANG TAMU yang berada dalam pagoda air itu berjumlah sembilan orang, sebaliknya pelayan dan
dayang yang melayani mereka berjumlah dua belas orang, enam lelaki dan enam perempuan.
Yang lelaki memakai baju hijau kaos putih, sedangkan yang perempuan mengenakan gaun
pendek. setiap orang tampak amat bersih, teratur dan amat tenang, seperti barang-barang antik
yang mudah pecah. Tak bisa disangkal lagi mereka semua adalah orang-orang yang dipilih melalui seleksi yang
seksama, atau tegasnya untuk menjadi babu atau kacung di dalam keluarga yang kaya rasa ini
bukanlah suatu pekerjaan yang gampang.
Tapi entah bagaimanapun disiplin dan ketatnya pendidikan yang pernah mereka terima, bila
secara tiba-tiba menyaksikan ada seorang "hidup" yang mendadak tubuhnya terbelah menjadi
dua, mereka toh akan dibuat ketakutan juga.
Dari dua belas orang yang berada di situ, paling tidak ada separuh diantaranya yang sudah
dibuat ketakutan sampai lemas kakinya dan tergeletak di tanah tanpa sanggup untuk bangkit
berdiri kembali. Tiada orang yang menegur mereka, juga tiada orang yang memperhatikan mereka, bahkan
memandang sekejap ke arah mereka pun tidak.


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam pagoda air ini, kedudukan mereka tidak lebih penting daripada seekor ikan gurame
yang dimasak Ang sio. 0leh karena itu mereka tidak berhasil melihat San Ceng.
San Ceng adalah seorang yang selalu memandang tinggi kedudukan sendiri, gayanya sok dan
siapapun tak akan menyangka kalau dia akan menurunkan derajat sendiri dengan mencampur
baurkan diri diantara para pelayan, bahkan menggeletak di tanah lagi pura-pura mati.
Sayang sekali ia sudah tak dapat melanjutkan sandiwaranya lagi, terpaksa ia harus bangkit
berdiri, mengenakan pakaian berwarna hijau dengan kaos putih yang selama hidup tak pernah
dikenakannya dengan wajah hijau membesi.
Sekarang semua orang baru melihat jelas, rupanya dia mengenakan sebuah topeng kulit
manusia yang terbuat amat sempurna.
Lim Siang him sengaja menghela napas panjang, lalu katanya:
"Apa yang dikatakan Sang poocu memang benar, dengan ketajaman mataku aku benar-benar
tak dapat melihat kalau dia adalah Sang poocu, kalau tidak masa aku berani merepotkan Sang
poocu untuk mengambilkan arak untuk diriku."
"Dia tas wajah Sang poocu mengenakan sebuah topeng kulit manusia yang dibuat oleh Jit kiau
tongcu, tentu saja dengan mata telanjang tak mungkin kita bisa menemukannya" sambung
Lamkiong Hoa su. "Konon kulit manusia itu merupakan sebuah benda yang sangat berharga di dalam dunia
persilatan waktu lalu?" ucap Bwee toa lojin pula: ?"yang masih tersisa dalam dunia persilatan
sudah tidak banyak lagi jumlahnya, konon paling banter cuma ada tiga empat lembar saja."
"Hmm, sungguh tak disangka Sang poocu yang selamanya terbuka dan gagah perkasa,
ternyata menyimpan pula selembar topeng tersebut ... ." sambung Han Tiok.
"Orang yang jujur dan terbuka, menganggap tak boleh mempunyai topeng semacam ini,
mengapa harus menyimpannya secara diam-diam" seru Bwee Hoa cepat.
"Masa kau lupa, topeng kulit manusia semacam ini terbuat dari apa ?"
"Konon kalau tak salah terbuat dari kulit pantat orang mati" ucap Lim Siang him.
"Tidak benar, tidak benar" teriak Bwe-hoa sambil menggoyangkan kepalanya berulang kali,
"dengan kedudukan Sang poocu dalam dunia persilatan, masa ia mau mengenakan kulit pantat
orang mati di atas wajahnya" sudah pasti kau sudah salah mendengar?"
Begitulah, beberapa orang itu saling menyindir dan saling berseru, isinya hanya cemoohan dan
ejekan belaka. Akhirnya Sang Ceng buka suara juga, dia berkata:
"Sudah selesaikan perkataan kalian semua"."
"Belum" sahut Lim Siang him, "masih ada satu hal yang tidak jelas bagiku"
"Persoalan apa?"
"Hari ini adalah pesta besar yang diselenggarakan tuan rumah perkampungan ini untuk
segenap umat persilatan di dunia, beratus meja perjamuan telah disediakan, semakin banyak
orang semakin gampang untuk menyembunyikan diri, mengapa kau tidak pergi ke tempat yang
banyak orangnya, tapi justru datang kemari" "
"Sebab aku mengira kalian adalah temanku, sekalipun jejakku ketahuan, kalian sebagai
pendekar-pendekar lurus dari golongan putih, tak akan membiarkan aku mati ditangan ibis sesat
dari golongan hitam"
Mendadak Sun Hu hou melompat bangun, lalu bentaknya keras-keras.
?"Seorang iblis sesat dari golongan hitam" Siapakah yang termasuk iblis sesat dari golongan
hitam?" Sang Ceng tertawa dingin.
"Apakah kalian benar-benar tidak tahu kalau kedua orang ini adalah ....." "
Ia tidak melanjutkan kata-katanya sebab dia tak sanggup melanjutkan perkataannya, dalam
waktu singkat ada dua tiga puluh titik cahaya tajam yang menghajar ke arahnya, semuanya
mengancam bagian-bagian mematikan di tubuhnya.
Orang pertama yang melancarkan serangan paling dulu adalah Lim Siang him.
Sun Hu hou, Ciong Tian, Bwe Hoa, Han Tiok dan Lam kiong Hoa supun tidak lebih lambat
daripada gerakannya. Orang itu berasal dari perguruan kenamaan, jarang sekali ada umat persilatan yang
mengetahui kalau merekapun pandai mempergunakan senjata rahasia.
Sebab dihari-hari biasa mereka selalu mengatakan kalau senjata rahasia adalah benda kaum
sesat, selalu memandang rendah orang-orang yang ternama karena mengandalkan senjata
rahasia. Tapi sekarang, senjata rahasia mereka telah dipergunakan, bukan saja dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa, bahkan keji dan luar biasa hebatnya, entah dalam bagian manapun mereka
tak akan lebih kurang dari orang-orang yang mereka anggap rendah dihari-hari biasa.
Jelas mereka telah bertekad tak akan membiarkan Sang Ceng menyelesaikan kata-katanya
dalam keadaan hidup, setiap orang telah mempersiapkan senjata rahasia dalam tangannya,
kemudian secara tiba-tiba melancarkan serangan berbareng.
Bagaimana mungkin Sang Ceng dapat menduga kalau mereka bakal turun tangan bersama
secara tiba-tiba" Bagaimana mungkin ia dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut"
Bahkan dia sendiripun beranggapan bahwa dia bakal mati, sebab diapun tidak menyangka
kalau ada orang yang akan turun tangan menyelamatkan jiwanya.
Mendadak tampak cahaya golok berkelebat lewat.
Cahaya golok yang berwarna perak berkelebat lewat ditengah udara, dua puluh tujuh macam
senjata rahasia terdiri dari pelbagai macam itu telah jatuh berserakan di atas tanah dalam jumlah
lima puluh empat batang, sebab setiap macam senjata itu telah terpapas kutung menjadi dua
bagian oleh ayunan golok tersebut.
Diantara dua puluh tujuh macam senjata rahasia itu terdapat teratai baja, jarum bunga bwee,
ada peluru emas, ada pisau penembus tulang, ada yang berbentuk persegi ada yang berbentuk
bulat, ada yang lancip ada pula yang berbentuk lonjong, ada yang besar ada pula yang kecil,
setiap macam senjata rahasia tersebut semuanya patah persis ditengah-tengah.
Sungguh suatu gerak serangan yang amat cepat dan amat tepat!
ooo0ooo CAHAYA golok berkelebat lewat, tahu-tahu lenyap tak berbekas.
Paras muka kakek itu masih tetap tenang tanpa perubahan apapun, sebaliknya dari balik mata
nenek itu memancarkan cahaya berkilat seperti cahaya golok yang berkelebat lewat tadi.
Tapi ditangan mereka berdua tak ada yang memegang golok.
Cahaya golok tadi berasal dari mana" Mengapa tahu-tahu lenyap tak berbekas" Ternyata tak
seorang manusiapun yang melihatnya.
Paras muka setiap orang berubah hebat.
Mendadak Sang Ceng mendongakkan, kepalanya dan menghela napas panjang.
"Aaaai ... rekan persilatan yang selama dua puluh tahun saling menghormat dan saling
menolong, ternyata "dalam sekali serangan ingin merenggut selembar jiwaku, aaai .... siapakah
yang akan menduga sampai ke situ ?"
Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba sambil tertawa dingin katanya lagi:
"Tapi sudah seharusnya aku berpikir sampai ke sana, sebab apa yang kulihat jauh lebih
banyak dari pada kalian"
"Mengapa yang kau lihat jauh lebih banyak dari pada kami?" tanya si nenek.
"Sebab sejak tadi aku tergeletak di atas tanah, bahkan apa yang terjadi di bawah meja pun
dapat kulihat jelas"
"Apa yang telah kau lihat?"
"Sewaktu mereka sedang memaki kau sebagai orang edan tadi, tangan mereka yang berada
di bawah meja secara diam-diam salting menarik baju lawan dan memberi tanda rahasia, bahkan
ada sementara tangan yang gemetar keras ......."
"Lanjutkan." "Tentu saja hal ini dikarenakan mereka sudah menduga siapakah kalian, tapi mereka tak boleh
membiarkan kau tahu akan hal ini"
"Yaa. sebab bila ada seorang diantara mereka yang bisa menduga asal usulku maka jangan
harap ada yang bisa berlalu dari sini dalam keadaan hidup!"
"Itulah sebabnya terpaksa mereka harus bersandiwara di hadapanmu, agar kau mengira
mereka sama sekali tak tahu siapakah kau, kalau tidak, masa mereka berani bersikap kurang ajar
kepadamu". "Heeehhh. . . heeehhh. . . heehhh . . . ternyata di sini memang benar-benar tak ada yang tolol"
ujar si nenek sambil tertawa dingin.
"Sungguh tak disangka aku memang benar-benar berada di sini dan yang lebih tidak
beruntung lagi mereka justru adalah sahabatku......"
"Hmmm.. setelah mereka tahu akan asal usulku, tentu saja mereka tak akan menganggap kau
sebagai teman lagi" ?"Itulah mereka harus mencemooh, mengejek dan menyindir ku, pertanda kalau mereka tidak
memandang tinggi diriku, bila ada orang hendak membunuh aku. Merekapun tak akan
mencampuri urusanku"
"Sayang sekali aku justru belum terlalu terburu napsu untuk turun tangan merenggut jiwamu?"
"Kini aku belum mati, aku masih bisa berbicara tentu saja setiap saat aku dapat mengutarakan
asal usul kalian kepada mereka."
"Nenek itu mengangguk.
"Benar, asal kau mengutarakan hal itu, berarti merekapun harus mengiringi kematianmu"
"Sekarang terbukti sudah kalau mereka tidak menganggap teman kepadaku, tentu saja akupun
tak akan membiarkan mereka memperoleh kebaikan apa-apa.... ."
Mereka pasti sudah menduga akan hal itu, mereka semua toh bukan orang tolol"
`Tapi mereka sama sekali tidak mengira kalau kau telah turun tangan menyelamatkan jiwaku"
"Mungkin merekapun tak akan menyangka kalau aku dapat menyelamatkan jiwamu," sambung
si nenek dingin. Dalam dunia ini memang tidak ada beberapa orang yang bisa merontokkan dua puluh tujuh
macam senjata rahasia di dalam sekali bacokan.
"Tadi Lim Siang him menutupi mulut Sun Hu-hou bukan lantaran dia sudah melihat kalau aku
berada di sini" kata Sang Ceng
"Yaa dia telah menduga siapa gerangan lo-tau cu kami ini" si nenek ini manggut-manggut.
"Tentu saja dia juga tahu kalau dalam hidupnya Thi tianglo tak pernah mengucapkan kata-kata
yang tidak meyakinkan atau melakukan perbuatan yang tidak meyakinkan"
"Ehmm, memang jarang sekali ada orang yang tidak mengetahui watak dari lo-tau cu kami itu"
"Itulah sebabnya mereka lebih-lebih tak akan membiarkan aku memberitahu kepada mereka
kalau kakek ini adalah salah satu di antara empat toa tianglo dari Mo kau, jago golok paling cepat
dikolong langit pada empat puluh tahun berselang"
Ternyata dia mengutarakan juga hal ini.
Belum habis dia berkata Han Tiok sudah melompat ke udara dan melesat pergi dari situ
dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.
Syarat utama dalam ilmu meringankan tubuh adalah "enteng?" dengan tubuh yang enteng
gerakan baru bisa cepat bagaikan kilat.
Tubuh Han Tiok kurus kering bagaikan bambu, lagi pula amat pendek dan kecil.
Sudah dapat dipastikan Han Tiok jauh lebih "enteng" "daripada kebanyakan orang lain.
Han Tiok boleh dibilang merupakan salah satu diantara sepuluh orang jago yang paling bagus
ilmu meringankan tubuhnya dalam dunia persilatan"
Sewaktu dia meleset ke luar tadi, tak ada orang yang menghalanginya, juga tak ada yang bisa
menghalanginya, yang nampak cahaya golok yang berkelebat lewat.
Tatkala cahaya golok itu berkelebat lewat, tubuhnya masih melesat ke depan, dalam waktu
singkat dia sudah melewati telaga salju tersebut.
Rembulan yang purnama masih ada di langit.
Di langit ada rembulan, di atas telaga juga ada rembulan.
Di antara kilauan cahaya dari langit dan pantulan dari bumi, semua orang dapat melihat jelas
tubuhnya yang kurus kecil itu dengan cepat dan enteng telah melesat ke depan menyeberangi
telaga salju itu. Semua orangpun dapat melihat jelas, secara tiba-tiba tubuhnya terbelah persis dari tengah
menjadi dua bagian. ooooo0ooooo TIADA orang yang berani bergerak lagi.
Han Tiok adalah orang pertama yang melesat ke depan, orang lain pun turut menghimpun
tenaga dan bersiap melompat pula ke luar.
Tapi sekarang, hawa murni yang baru saja mereka himpun, secara tiba-tiba berubah menjadi
peluh dingin. Cahaya golok kembali berkelebat lalu lenyap.
Tapi kali ini semua orang dapat melihat jelas, cahaya golok itu muncul dari balik ujung baju si
kakek itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Ujung bajunya itu sangat lebar, amat besar dan panjang.
Cahaya golok berwarna putih perak yang meluncur keluar dari balik ujung bajunya tadi, kini
seakan-akan tertinggal dibalik mata nenek tersebut ....
"Kau keliru" tiba-tiba nenek itu berkata.
"Dia memang keliru?" sahut Sang Ceng, "dia seharusnya tahu kalau tiada orang yang dapat
meloloskan diri dari ujung golok si burung walet"
"Kaupun keliru" ucap si nenek.
"Oya" " "Kaupun seharusnya pernah mendengar akan sepatah kata"
"Kata apa?" "Burung walet terbang berpasangan, jantan betina burung walet baja, sekali bacok tengah
membelah, kiri kanan berjumpa kembali"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Maksud dari perkataan itu adalah bacokan kami selalu datangnya dari tengah, bagian kanan
pun akan segera berpisah" ..
"Ucapan itu tidak terlalu bagus, tapi aku memang pernah mendengarnya .."
"Kalau kata-kata seperti ini pernah kau dengar, tentunya kau juga harus tahu, diantara empat
tianglo dari Mo-kau, hanya walet baja yang terdiri dari dua orang"
Kemudian ia melanjutkan: "Walaupun bacokan golok lo tau cu kami cepat, akupun harus turut turun tangan pula, dengan
demikian kelihaiannya baru dapat terlihat jelas....."
"Ucapan ini memang pernah kudengar"
Tapi, sekalipun kami berdua telah turun tangan bersama, Yan cu siang hui (burung walet
terbang berpasangan) masih belum bisa dianggap sebagai golok tercepat di dunia ini"
"Belum bisa dianggap?" .
"Yaa, belum bisa dianggap"
Sang Ceng segera menghela napas panjang.
"Aaaai, tapi golok kalian boleh dibilang sudah cukup cepat ....!" katanya.
"Kau menganggap golok kami sudah cukup cepat karena kau belum pernah melihat golok
yang benar-benar tercepat di dunia ini!"
Mendadak wajahnya menunjukkan suatu perubahan yang aneh sekali:
"Golok itu adalah sebilah golok berbentuk melengkung seperti bulan sabit ...."
Si kakek yang jarang bersuara itu mendadak menusuk ucapannya dengan berseru dingin:
"Kaupun sudah tua!"
Jarang ada perempuan yang mau mengakui dirinya sudah tua!, tapi kali ini ternyata dia
mengakuinya dengan segera:
"Yaa, aku memang sudah tua, aku benar-benar sudah tua, kalau tidak mengapa aku bisa
berubah menjadi banyak mulut"
Mimik wajahnya masih tampak sangat aneh, entah karena menaruh hormat atau benci" atau
kagum" Atau marah"
Beberapa macam hal tersebut sebenarnya tak mungkin bisa tampak di atas wajah satu orang.
Tapi terhadap golok berbentuk lengkung macam bulan sabit ini, justru mempunyai beberapa
macam perasaan yang tak sama.
Golok lengkung itu, apa seperti golok lengkung dari Cing cing"
Pertanyaan ini sudah tak ada orang yang dapat menjawab lagi, sebab nenek itu sudah
mengalihkan kembali pokok persoalannya ke masalah yang lain.
Tiba-tiba ia bertanya kepada Sang Ceng:
"Dapatkah aku membunuhmu dalam sekali bacokan"..."
"Dapat !" Sang Ceng bukanlah seseorang yang rela menyerah kalah dengan begitu saja, akan tetapi kali
ini dia telah mengakuinya.
Nenek itu segera menghela napas panjang, katanya lagi:
"Kau sama sekali bukan seseorang yang menarik, dihari-hari biasa gerak gerikmu bukan saja
menganggap dirinya luar biasa, bahkan kaupun berbuat agar orang lain menganggap kau luar
biasa." Ternyata Sang Ceng mengakui akan hal ini.
Ilmu pedang Ngo heng kiam hoat yang kau miliki sama sekali tak ada gunanya, kehidupan di
dunia ini terhadap orang lainpun sama sekali tak ada kegunaannya" sambung si nenek itu. .
Sang Ceng sama sekali tidak membantah:
"Tapi kau masih mempunyai sebuah kebaikan," kata si nenek itu lagi, "paling tidak kau jauh
lebih baik daripada manusia-manusia munafik yang menganggap dirinya luar biasa, sebab apa
yang kau ucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya."
Terhadap perkataan ini, tentu saja Sang Ceng semakin tak akan membantah.
"Oleh sebab itu aku tak ingin membunuhmu" sambung si nenek, asal kau serahkan budak cilik
itu kepadaku, maka akupun akan segera melepaskan kau pergi!"
Sang Ceng termenung sampai lama sekali, tiba-tiba dia berkata:
"Bolehkah kubicarakan dulu beberapa hal dengan mereka?"
"Mereka siapa?"
"Mereka adalah orang-orang yang dahulu ku anggap sebagai teman-temanku ini?"
"Sekarang kau sudah tahu mereka adalah teman-teman macam apa, mesti buat berbicara apa
lagi dengan mereka?"
"Aku hanya ingin mengucapkan sepatah kata saja.
Sebelum si nenek menjawab, kali ini kakek itu sudah mendahului:
"Biarkan dia berbicara"
Orang yang jarang berbicara biasanya setiap ucapan yang diutarakan olehnya selalu lebih
berbobot. "Kakek tua kami sudah mengijinkan kau untuk berbicara, siapa lagi yang bisa melarangmu
untuk berbicara?" kata si nenek.
Setelah menghela napas, terusnya:
"Sekalipun saat ini kau tak ingin berbicarapun, mungkin sudah tidak mungkin lagi".
Maka Sang Ceng pun membisikkan sesuatu di sisi telinga lima orang, mereka adalah Sun Hu


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hou, Lim Siang him, Bwee Hoa, Ciong Tian serta Lamkiong Hoa su.
Hanya Beng Kay san dan Liu Yok siong yang tidak masuk dalam bilangan.
Tak ada yang tahu apa yang telah dia katakan, tapi semua orang yang mendengar perkataan
itu paras mukanya segera berubah hebat, berubah menjadi lebih menakutkan daripada tadi.
Apa yang sebenarnya dia bisikkan kepada kelima orang "teman" nya itu"
Suatu tanda tanya besar. ooo0ooo GOLOK SETAN SAMBIL memicingkan mata, nenek itu memperhatikan mereka, agaknya diapun tak dapat
menebak apa yang telah dibisikkan Sang Ceng di sisi telinga mereka.
Hingga berusia tiga puluh tahun, Thi yan hujin (Nyonya burung walet baja) masih termasyhur
sebagai perempuan cantik dalam dunia persilatan, terutama sekali sepasang matanya yang
sanggup membetot sukma. Bila pada empat puluh tahun berselang ia memandang seorang lelaki dengan pandangan
demikian, entah apapun yang dia minta, lelaki tersebut pasti akan memenuhi semua keinginannya,
sayang sekali kini dia sudah meningkat tua.
Semua orang telah menutup mulutnya rapat-rapat, seakan-akan sudah mengambil keputusan
tak akan mengutarakan lagi apa yang dibisikkan Sang Ceng kepada mereka itu.
Mendadak Sang Ceng berkata:
"Yan-Cu-Siang-Hui meskipun membunuh orang seperti membabat rumput, apa yang telah
diucapkan selamanya masuk hitungan"
"Tentu saja masuk hitungan" jawab Thi Yan Hujin.
"Tadi agaknya kau telah berkata, asal kami serahkan nona Cia tersebut kepadamu maka kau
akan melepaskan aku pergi"
"Benar, aku memang berkata demikian"
"Kalau begitu, sekarang agaknya aku sudah boleh pergi dari tempat ini ....!"
Ia lantas menepuk tangannya dan membersihkan pakaiannya dari debu dan pasir, seolah-olah
kejadian ini sama sekali sudah tiada hubungannya dengan dirinya lagi.
"Karena sekarang aku telah menyerahkan dirinya!"
"Serahkan kepada siapa?"
"Serahkan kepada mereka!"
Ia menunjuk kearah Lim Siang him, Sun Hu hou, Ciong Thian, Bwe Hoa dan Lamkiong Hoa su.
"Aku memang sudah membawa dia datang kemari dan menyembunyikan di suatu tempat yang
amat rahasia, barusan aku telah memberitahukan letak tempat itu kepada mereka, sekarang salah
seorang diantara mereka sudah dapat menemukan tempat persembunyiannya lagi"
Tiba-tiba Sun Hu hou membentak marah:
"Darimana kami bisa tahu kalau kau berbicara jujur?"
"Asal salah seorang diantara kalian pergi kesana dan mencarinya, segera akan diketahui
apakah aku bohong atau tidak!" jawab Sang Ceng dengan sikap yang tenang.
Paras muka Sun Hu Hou berubah menjadi hijau membesi, peluh sebesar kacang kedelai jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Sang Ceng malah tertawa tergelak, tertawa amat gembira, siapapun tak ada yang tahu
mengapa secara tiba-tiba mereka dapat berubah menjadi begitu gembira:
"Sudah pasti mereka akan saling berebut untuk pergi mencari budak cilik itu!" "kata Thi yan
hujin tiba-tiba. "Oya!" "Sekarang mereka sudah tahu siapakah aku, hal ini berarti mereka berlima sama halnya
dengan lima sosok mayat!"
"Ooooh .... !" "Tapi mereka semua belum ingin mati"
"Yaa, selama banyak tahun belakangan ini, kehidupan mereka memang dilewatkan dengan
baik sekali, tentu saja mereka tak ingin mati" sambung Sang Ceng..
"Siapapun tak ingin mati, maka siapapun ingin pergi mencarinya!"
"Kenapa ?" "Sebab barang siapa dapat menemukan budak cilik itu, maka aku akan melepaskannya."
"Aku percaya apa yang telah kau ucapkan pasti akan dipenuhi!"
"Kalau memang begitu, menurut pendapatmu mungkinkah mereka akan saling berebut ?"
"Tidak mungkin"
Thi yan hujin segera tertawa dingin .
"Heeehhh. .. heeehhh. . . heeehhh. . . apakah kau anggap mereka semua adalah orang-orang
yang tidak takut mati?"
"Justru karena mereka takut mati, maka mereka tak akan pergi ke sana untuk mencarinya"
"Mengapa?" "Sebab bila mereka tidak pergi, mungkin saja masih dapat hidup selama beberapa tahun lagi,
sebaliknya kalau pergi berarti mereka sudah pasti akan mati, dalam hal ini aku percaya mereka
pasti akan mengetahuinya dengan jelas"
Berbicara sampai di situ, dia lantas berpaling ke arah mereka sambil bertanya:
"Bukan begitu?"
Ternyata tak seorangpun di antara mereka yang menyangkal.
Thi yan-hujin merasa rada marah, tapi juga agak keheranan.
"Apakah mereka mengira aku tak berani membunuh mereka?" "
Tentu saja kau berani, bila mereka tidak pergi, kau pasti akan turun tangan, dalam hal ini
merekapun tahu!?". Setelah berhenti sejenak, dengan hambar dia melanjutkan:
"Sayang sekali nona Cia ini masih mempunyai orang tua, bila mereka sampai
menyerahkannya kepadamu maka orang itupun tak akan melepaskan mereka dengan begitu saja"
"Jadi mereka lebih suka menyalahi aku daripada menyalahi orang tersebut "
Mereka semua adalah jago-jago kelas satu di dunia persilatan, seandainya mereka turun
tangan bersama menghadapimu, mungkin saja masih ada sedikit harapan, tapi jika mereka
hendak menghadapi orang itu, maka pada hakekatnya sama sekali tak ada kesempatan lagi?"
(Bersambung ke Jilid 9) Jilid : 09 "SIAPAKAH orang itu?" tak tahan Thi-yan hujin bertanya.
"Cia siau hong, Sam sauya dari bukit Cui im san, telaga Lit sui oh, perkampungan Sin kiam
san-ceng" Setelah menghela napas panjang, lanjutnya:
"Nona Cia yang sedang kau cari itu bukan lain adalah putri kesayangan Cia Siau hong"
oo0oo PARAS muka Thi yan hujin segera berubah hebat, sorot matanya penuh dengan pancaran
rasa kaget, marah dan penuh kebencian.
Dengan suara tenang Sang Ceng berkata:
"Golok setan dari Yan cu siang hui musti menakutkan, pedang sakti dari sam sauya keluarga
Cia rasanya juga tidak terlalu terlampau jelek!"
"Sungguh perkataanmu itu?" bentak Thi yan hujin dengan suara keras, masa Cia Siau hong
punya anak perempuan?"
"Kau saja punya anak lelaki kenapa Cia Siau hong tak boleh mempunyai anak perempuan?"
Paras muka Thi yan hujin segera berubah menjadi menakutkan sekali, sepatah demi sepatah
kata dia berkata. "Sekarang kami sudah tidak mempunyai anak lelaki, Cia Siau hong juga tak boleh mempunyai
anak perempuan" Suaranya amat keras, diantara picingan matanya mendadak melontarkan cahaya yang tajam
bagaikan sembilu, sambil menatap wajah Sun Hu hou lekat-lekat serunya:
"Budak she Cia itu bersembunyi di mana, bersedia untuk bicara atau tidak"
Paras muka Sun Hu hou pucat pias seperti mayat, dia menggigit bibirnya kencang-kencang.
"Dia tak akan berbicara kata Sang Ceng, anak murid Siau lim pay selalu dihormati orang
dalam dunia persilatan, bila dia menjual putrinya Cia Siau hong kepada orang-orang Mo-kau,
bukan saja Cia Siau hong tak akan melepaskan dirinya, bahkan saudara-saudara seperguruannya
juga tak akan melepaskan dia dengan begitu saja.
Setelah tersenyum, katanya lebih jauh:
"Kalau toh sama-sama matinya, mengapa ia tidak memilih kematian yang jauh lebih gagah dan
menarik?" " Tiba-tiba Sun Hu hou menjerit lengking:
"Kita tak punya dendam tak punya sakit hati, mengapa kau hendak mencelakai diriku?"
"Sebab aku tak tahu malu, bahkan kulit pantat orang matipun ku tempelkan di atas wajahku,
mengapa aku tak boleh melakukan pula perbuatan semacam ini?"
Mendengar perkataan tersebut, Sun Hu hou segera menghela napas panjang.
"Aaaai ... seandainya kawan-kawan persilatan tahu kalau Ngo heng poocu sebenarnya adalah
seorang manusia macam begini, entah bagaimana perasaan mereka?"
"Tahu tidak tahu, tapi perasaan tersebut sudah pasti sama dengan perasaan kalian terhadap
Bunga Ceplok Ungu 7 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Kemelut Blambangan 8
^