Pencarian

Golok Bulan Sabit 5

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 5


diriku sekarang "Dia tidak mau berbicara, biar aku yang berkata" tiba-tiba Ciong Tian berseru:
Sambil tertawa Thi yan hujin berseru:
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... aku sudah tahu, cepat atau lambat pasti ada orang yang
mengatakannya keluar "
"Cuma akupun ingin berbicara dulu beberapa hal dengan Sang poocu," kata Ciong Tian.
Pelan-pelan dia berjalan menghampiri ke sisi Sang Ceng.
Sang Ceng bukannya sama sekali tidak mempersiapkan diri terhadap dirinya, Cuma saja, dia
sama sekali tidak menyangka kalau seorang jago pedang kenamaan semacam dia ternyata
biasanya cuma menggigit orang belaka...
Dia mengawasi terus sepasang tangan Ciong Tian, sementara sepasang tangannya hanya
bergendong di belakang. .
Akhirnya Ciong Tian tiba-tiba di hadapannya, kemudian sambil menempelkan bibirnya di sisi
telinga San Ceng. dia berbisik pelan:
"Ada satu hal kau pasti tak akan membayangkannya, seperti juga akupun juga tidak
menyangka kalau kau pandai meminjam golok untuk membunuh orang, oleh karena itu aku baru
berpikir untuk mengucapkan beberapa hal kepadamu ...."
Mendadak ia menggigit telinga Sang Ceng keras-keras.
Kontan saja Sang Ceng menjerit kesakitan.
Sun Hu hou yang kebetulan berada di hadapannya segera bertindak cepat, sambil melompat
ke depan dia menghantam dadanya keras-keras.
Tiada orang yang tahan menerima pukulan dahsyat tersebut, tatkala tubuhnya terjatuh dari
tengah udara paling tidak ada dua puluh tujuh delapan batang tulangnya yang sudah patah.
Ciong Tian segera menyemburkan kutungan telinganya yang masih penuh berdarah itu di atas
badannya, kemudian berkata.
"Aku tahu kau pasti tak akan menyangka bukan kalau aku adalah seorang manusia macam
begini!" Thi yan hujin yang menyaksikan kejadian itu mendadak menghela napas panjang, katanya.
"Bukan hanya dia saja yang tidak menyangka, bahkan aku sendiripun sama sekaIi tidak
menyangka" Mimik wajahnya berubah menjadi aneh sekali:
"Andaikata semua jago dan orang gagah yang ada didalam dunia persilatan dewasa ini adalah
manusia-manusia macam kalian itu, hal mana tentu lebih bagus lagi!"
"Membunuh satu orang bagaikan seratus orang, lebih baik kita membunuh seorang lagi!" tibatiba
Thi yan tianglo berseru .
"Akupun tahu bahwa kita harus membunuh seorang lagi, dengan demikian mereka baru
bersedia untuk berbicara"
Setiap kali menjumpai persoalan yang berat dan membutuhkan keputusan yang tepat dia
selalu bertanya kepada suaminya:
?"Kita akan membunuh siapa dulu?"
Pelan-pelan Thi-yan tianglo mengeluarkan jari tangannya yang kurus kering dari balik bajunya.
Setiap orang tahu, siapa yang kena ditunjuk oleh jari tangannya itu, maka orang itulah yang
akan mati. Kecuali Lamkiong Hoa su, setiap orang segera mengundurkan diri ke belakang, tapi yang
paling cepat mundurnya adalah Bwee Hoa
Baru saja dia akan menyembunyikan diri dibelakang Lamkiong Hoa su, jari tangannya yang
kurus itu sudah menuding ke arahnya.
Baik, dia yang kita bunuh!" seru Thi yan hujin.
Seusai mengucapkan perkataan tersebut, mendadak dalam genggamannya telah muncul
sebilah golok: Itulah sebilah golok panjang yang mencapai empat depa sembilan inci, tipis sekali dan bersinar
terang, sehingga sepintas lalu tampak seperti tembus cahaya.
Inilah golok setan milik Yan cu siang hui.
Dulu Mo kau meraja lela didalam dunia persilatan dan menganggap semua jago yang ada di
dunia ini bagaikan daging babi atau ikan, oleh karena di bawah pemerintahan kaucu mereka
terdapat sebilah pedang, sebuah cambuk, sebuah tinju sakti dan sepasang golok.
Dihari-hari biasa tak ada orang yang melihat goloknya, karena golok tersebut sangat tipis
sekali, bisa digunakan sebagai senjata keras, bisa juga dipakai sebagai senjata lunak, bila tidak
dipergunakan dapat di gulung menjadi satu dan disembunyikan dibalik pakaian.
Biasanya bila menampakkan diri, itu berarti ada musibah atau banjir darah yang akan
memenuhi seluruh jagad. Thi yan hujin membelai mata goloknya dengan lemah lembut, kemudian ujarnya lagi.
"Aku sudah banyak tahun tidak pernah mempergunakan golok ini lagi, akupun tidak seperti lotaucu
kami yang selalu berhati lembek"
Kemudian sambil memicingkan matanya memandang ke arah Bwee Hoa, dia menambahkan.
"Oleh karena itu nasibmu memang lebih mujur daripada yang lain-lainnya"
Selama ini Bwe Hoa adalah seorang yang amat memperhatikan diri sendiri, paras mukanya
juga selalu baik sekali. Tapi sekarang paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat, dia benar-benar
tidak habis mengerti rejeki yang bagai manakah yang dikatakan sebagai nasib mujur"
"Aku masih ingat, orang terakhir yang mati di tanganku adalah Phang Thian siu!"
Phang Thian siu adalah jago-jago kelas satu dari perguruan Ngo hou toan bun to.
Ngo hou toan bun to merupakan ilmu golok yang amat dirahasiakan oleh keluarga Phang,
keras, ganas, dahsyat dan mengerikan, satu bacokan memutuskan keturunan satu bacokan
menghilangkan nyawa. Delapan puluh tahun merajai dunia persilatan, jarang sekali menjumpai
musuh yang sanggup menandinginya, dengan sebilah golok, Phang Thian siu menyapu rata
semua jago yang ada dikedua belas sisi sungai besar, tapi secara tiba-tiba ia lenyap tak berbekas
semenjak empat puluh tahun berselang, siapapun tak tahu kalau dia tewas di tangan si burung
walet ini.. Phang Thian siu adalah sahabat karib Beng Kay san.
Maka ketika mendengar nama itu, paras muka Beng Kay san turut berubah, apakah
dikarenakan dia terbayangkan kembali peristiwa empat puluh tahun berselang ketika ia
menyaksikan temannya tewas diluar kota Poo teng, diujung jembatan"
"Kugunakan pisau yang pernah kupakai untuk membunuh Phang Thian-siu untuk
membunuhmu, agar sukma kalian sama-sama menempel di golok ini, bukan nasibmu amat
mujur?" kata Thi yan hujin.
Bwee Hoa sudah terhitung seorang kakek, belakangan ini diapun sudah merasa dalam banyak
hal mengalami ketidak beresan, asal sedikit saja mengerahkan tenaga maka jantungnya akan
berdebar sangat cepat, lagi pula sering kali terasa sakit bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau.
Dia sendiripun tahu, kehidupannya tak mungkin bisa berlangsung terlalu lama.
"Dalam keadaan seperti ini, sepantasnya dia tidak takut menghadapi kematian.
Tapi secara tiba-tiba ia berteriak keras:
"Aku bilang apa yang kau katakan, aku pun berkata apa!"
Nyawa si kakek itu sudah tidak panjang lagi, apa seharusnya dinikmati manusia kebanyakan
telah dinikmati pula olehnya.
Sekarang sudah tidak banyak hal yang dapat dinikmati lagi olehnya....
Tapi anehnya, justru orang semakin tua biasanya semakin takut pula dia menghadapi
kematian. Terdengar Thi-yan hujin berkata lagi:
"Kau benar-benar enggan berbicara " Kau tidak takut Cia Siau hong menghadapi dirimu ?"
Tentu saja Bwe Hoa takut, takutnya setengah mati.
Tapi sekarang Cia Siau hong masih berada ribuan li dari situ, sedangkan golok tersebut telah
berada di depan mata. Bagi seorang yang takut mati, bisa hidup lebih lama beberapa saatpun merupakan sesuatu
yang luar biasa baginya. Maka Bwe Hoa lantas berkata:
"Tadi Sang Ceng memberitahukan kepadaku, dia telah menyembunyikan nona Cia di. . . ."
Ia tak pernah dapat menyelesaikan kata-katanya itu.
Mendadak saja cahaya golok berkelebat lewat, dan tahu-tahu lehernya sudah terpapas kutung.
Orang yang makin takut menghadapi kematian, biasanya kematian yang dialaminya semakin
cepat, dan hal ini merupakan suatu kejadian yang aneh sekali.
Bukan aneh saja, malah anehnya bukan kepalang.
Thi-yan hujin masih berdiri disitu sambil menggenggam sebilah golok yang terhunus.
Tapi gulok yang memenggal leher Bwee Hoa hingga kutung itu bukanlah golok miliknya.
Dia sempat menyaksikan golok itu berkelebat lewat, tapi ia tak sempat untuk menghadangnya.
Bwee Hoa juga sempat menyaksikan sambaran golok tersebut berkelebat lewat, tentu saja dia
lebih-lebih tak sempat untuk berkelit dan menyelamatkan diri dari ancaman bahaya maut.
Sebab serangan golok itu begitu cepat datangnya, sedemikian cepatnya sampai sukar untuk
dilukiskan dengan kata-kata.
Orang hanya sempat melihat cahaya golok yang berkilauan, tahu-tahu golok itu sudah
mengambil korban, leher Bwee Hoa sudah terpapas kutung menjadi dua bagian, sedangkan golok
itu sendiripun tahu-tahu sirna dengan begitu saja.
ooooo0ooooo KETAJAMAN YANG MEMUKAU GOLOK itu berada di tangan Ting Peng. Ketika semua orang menyaksikan berkelebatnya
cahaya golok di tangannya, tak seorangpun yang melihat orangnya.
Menanti semua orang menyaksikan orangnya, leher Bwee Hoa sudah terpapas kutung oleh
sambaran goloknya. Darah kental masih menetes keluar dari ujung golok tersebut.
Gook itu bukanlah senjata mestika yang tajam sekali atau membunuh orang tanpa percikan
darah. Golok itu tak lebih hanya sebilah golok biasa, cuma saja mata goloknya melengkung bagaikan
bulan sabit. Thi yan hujin yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa.
Walaupun saat ini dia sudah menjadi nenek-nenek, tapi bila sedang tertawa, sepasang
matanya yang sipit masih kelihatan begitu mempesonakan hati, seakan-akan dia masih
mempunyai daya tarik seperti pada empat puluh tahun berselang.
Orang yang masih hidup sekarang sudah tidak ada berapa orang yang sempat menyaksikan
gaya tubuh yang mempesonakan hati itu.
Sebab orang-orang yang pernah menyaksikan daya yang memukau itu kebanyakan sudah
mampus semua di ujung goloknya pada empat puluh tahun berselang...
Sebenarnya orang-orang itu mati di ujung goloknya" Ataukah mati oleh senyumannya?"
Mungkin bahkan dia sendiripun tak dapat membedakannya dengan amat jelas.
Hanya ada satu hal yang tidak diragukan lagi.
Permainan goloknya pada waktu itu memang amat cepat, senyumannya juga amat menawan
hati. Pada waktu itu, orang yang dapat menyaksikan senyumannya, biasanya hampir lupa kalau
diapun mempunyai golok kilat yang dapat membunuh orang.
Sekarang, permainan goloknya masih amat cepat, kemungkinan besar jauh lebih cepat
daripada empat puluh tahun berselang, tapi senyumannya sudah tidak seindah dan menawan hati
seperti empat puluh tahun berselang.
Dia sendiripun mengetahui akan hal ini. Hanya saja karena sudah lama merupakan
kebiasaannya, maka hal semacam itu sukar rasanya untuk dirubah.
Dikala dia bersiap-siap untuk membunuh orang, ia masih akan tertawa, ia telah bersiap sedia
untuk melancarkan serangannya dikala senyumannya yang paling manis sedang memukau orang
lain. Sekarang ia sudah memperlihatkan senyuman yang menawan hati.
Tapi dia masih belum melancarkan serangannya.
Karena dia merasa pemuda yang siap hendak dibunuhnya ini benar-benar aneh sekali.
Senjata yang digunakan anak muda inipun sebilah golok, malah belum lama berselang golok
itu telah digunakannya untuk membunuh orang.
Yang lebih aneh lagi, seandainya tiada darah yang menetes dari ujung golok yang dipegang
itu, siapapun tak akan menyangka kalau belum lama berselang dia telah membunuh orang, lebihlebih
lagi tak ada yang bisa melihat kalau goloknya dapat bergerak dengan kecepatan yang begitu
luar biasa. Sepintas lalu dia nampaknya seperti seorang bocah gede yang baru datang dari dusun,
seorang bocah tanggung yang mempunyai pendidikan, tahu sopan santun dan berwatak lemah
lembut, malah seakan-akan masih terbawa keluguannya sebagai anak desa. sambil tersenyum dia
berkata: Diapun sekarang tertawa, tawanya amat memukau hati, membuat orang merasa simpatik,
bahkan dia sendiripun merasa agak curiga, benarkah orang yang telah memenggal batok kepala
Bwee Hoa tadi adalah pemuda ini"
Senyuman yang menghiasi bibir Ting Peng amat ramah dan hangat, gerak geriknya amat
sopan, membuat orang dengan mudah melupakan kalau di tangannya memegang sebilah golok
kilat yang dapat membunuh manusia dalam sekejap mata"
Sambil tersenyum dia berkata:
"Aku she Ting bernama Ting Peng, aku adalah tuan rumah tempat ini!"
Thi yan hujin turut tersenyum, setelah menghela napas pelan, katanya pula:
"Sungguh tak kusangka akhirnya kau telah datang juga kemari"
"Padahal aku seharusnya sudah datang sedari tadi!"
"Oooh ...." "Ketika kalian suami istri baru datang kemari, aku sudah mengetahuinya!"
Senyumannya lebih sopan dan hangat:
"Pada waktu itu, sebenarnya aku sudah harus datang untuk menyambut kedatangan kalian
berdua!" "Waktu itu mengapa kau tidak- datang?"
"Sebab pada waktu itu masih ada sementara persoalan yang tidak begitu kupahami!"
"Persoalan apa?"
"Siapakah kalian berdua, mengapa secara tiba-tiba berkunjung kemari" Dan siapa pula yang
kau cari di sini" Waktu itu, aku masih belum begitu jelas tentang persoalan-persoalan ini!"
"Sekarang apakah kau sudah mengerti?" "
Ting Peng tertawa. "Organisasi yang menjadi tersohor dalam dunia persilatan dimasa lampau bukanlah Siau lim
pay, juga bukan Kay pang, melainkan suatu organisasi rahasia yang muncul di sebelah timur,
dalam sepuluh tahun yang singkat, kekuasaan mereka telah menyelimuti seluruh dunia persilatan
dan memimpin kolong langit"
?"Belum, belum mencapai sepuluh tahun, paling banter hanya tujuh delapan tahun" tukas Thi
yan hujin. Walau hanya dalam waktu tujuh delapan tahun yang singkat tapi jago persilatan yang tewas di
tangan mereka justru jumlahnya mencapai tujuh delapan ratus orang."
"Tapi orang-orang yang benar bisa dianggap sebagai orang gagah mungkin tujuh delapan
orangpun tak sampai!"
Waktu itu setiap orang persilatan membenci dan takut kepada mereka, oleh sebab itu
merekapun dinamakan Mo kau!"
"Padahal nama ini tidak terhitung sebuah nama yang jelek!" ucap Thi yan hujin.
"Menurut cerita yang tersiar dalam dunia persilatan, semua orang mengatakan kalau kaucu
dari Mokau ini adalah seorang yang luar biasa, selain berotak cerdas, juga pandai dalam segala
bidang, ilmu silatnya telah mencapai pada puncaknya."
"Aku berani menjamin, selama lima ratus tahun belakangan ini tak ada seorang manusiapun
dalam dunia persilatan yang sanggup menangkan kepandaian silatnya."
"Tapi aku dengar dia jarang sekali menampakkan diri, maka bukan saja jarang sekali orang
persilatan yang mengetahui raut wajah aslinya, mereka yang berkesempatan menyaksikan dia
turun tangan sendiripun tidak seberapa orang"
"Malah mungkin seorang manusiapun tak ada !"
`Kecuali dia, di dalam Mo-kau masih terdapat empat orang Huhoat Tianglo yang berilmu tinggi,
Mo kau dapat merajai dunia persilatan, boleh dibilang ke empat orang hu-hoat tianglo inilah yang
menciptakan." "Ehmm, hal ini memang tepat sekali"
"Kalian suami istri berdua adalah salah satu dari ke empat orang hu-hoat tersebut, Yan Cu
siang hui (burung walet terbang bersama) selamanya saling tidak meninggalkan yang lain, dua
orang sama dengan satu orang.
Setelah menghela napas panjang serunya:
?"Suami istri muda jaman sekarang sudah tidak banyak lagi yang bisa saling mencintai seperti
kedua orang ini!" "Yaa memang tidak banyak!"
"Apa yang barusan kubicarakan itu aku rasa orang lainpun sudah pada tahu semua!"
"Apakah kau masih mengetahui juga hal-hal yang tidak diketahui orang lain?"
"Yaa masib ada sedikit!"
"Katakanlah. ."
"Suami istri ini mengikat diri sejak enam puluh tahun berselang, sang istri berasal dari keluarga
Yan bernama Teng im, dulu dia adalah teman perempuan dari Kaucu hujin!"
Selama ini Thi yan hujin hanya tertawa belaka.
Apa yang diketahui Ting Peng selama ini tiada sesuatu apapun yang bisa membuatnya
merasa kaget atau tercengang.
Tapi sekarang, dia sudah mulai terkejut bercampur keheranan, dia tidak habis mengerti apa
sebabnya pemuda itu bisa mengetahui nama kecilnya .....
"Sejak dulu kalian berdua sudah malang melintang dalam dunia persilatan, setelah Mo kau
mengundurkan diri dari dunia persilatan, kalian baru berhasil memperoleh seorang kongcu, siapa
tahu kongcu kesayangan kalian telah tewas ditangan seorang nona She Cia pada tiga hari
berselang" Paras muka Thi yan hujin segera berubah hebat, serunya dengan suara dingin:
"Lanjutkan!" "Waktu itu nona Cia tidak mengetahui asal usulnya, Sang poocu dan Thian It hui juga tidak
tahu, itulah sebabnya mereka baru turun tangan melukai dirinya."
Thi yan hujin segera tertawa dingin.
"Apakah terdapat seseorang yang belum diketahui asal usulnya, maka mereka boleh turun
tangan secara sembarangan?" serunya.
"Hal inipun disebabkan karena kongcu kalian juga tidak tahu akan asal usul nona Cia adalah
seorang gadis cantik yang jarang ditemui di dalam dunia persilatan"


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perkataan itu diucapkan sangat diplomatis, membuat setiap orang dapat memahami apa
maksud dari perkataannya itu.
Sekarang semua orang baru tahu, apa sebabnya Thi yan suami istri bertekad hendak
membunuh putrinya Cia Siau hong.
Sebab dia telah membunuh putra tunggal mereka.
Gadis itu bernama Siau giok.
Setiap orang yang kenal dengannya selalu mengatakan kalau dia adalah seorang gadis yang
lembut, halus dan amat penurut.
Tapi kali ini, dia telah melakukan suatu perbuatan yang tidak begitu penurut.
Kali ini dia minggat dari rumahnya secara diam-diam, paling tidak dia sendiri yang mengaku
kalau dirinya minggat dari rumah.
Tahun ini dia baru berusia tujuh belas tahun.
Tujuh belas tahun merupakan usia yang paling diimpi-impikan setiap orang, setiap anak gadis
yang berumur tujuh belas tahun tak urung pasti mempunyai khayalan yang indah, entah dia itu
seorang anak yang penurut atau bukan.
Nama dari perkampungan Wan gwat san-ceng sendiri memang sudah cukup mendatangkan
khayalan yang sangat indah bagi setiap orang.
Oleh sebab itu ketika dia melihat undangan dari Ting Peng yang disampaikan utusan ke
perkampungannya, tergeraklah hatinya.
Perkampungan Wan gwat san ceng yang indah, jago-jago lihay yang datang dari empat
penjuru, pendekar-pendekar muda yang tampan.....
Bagi seorang gadis yang berusia tujuh belas tahun, kesemuanya itu merupakan suatu daya
tarik yang amat besar. Tapi ia tahu, ayahnya tak nanti akan mengijinkan dia datang, maka secara diam-diam diapun
minggat dari rumahnya. Ia mengira perbuatannya ini dapat mengelabuhi ayahnya, pada hal jarang sekali ada manusia
di dunia ini yang sanggup mengelabuhi Cia Siau hong, Sam sauya dari perkampungan Sin-Kiam
san-ceng. Meski begitu, ia tidak bermaksud untuk menghalang-halangi perbuatan putrinya.
Semasa masih mudanya dulu, dia sendiripun seringkali melakukan banyak sekali perbuatan
yang dianggap orang sebagai suatu pemberontakan.
Dia tahu tekanan serta ikatan yang kelewat banyak justru akan mendorong putra-putrinya
melakukan pemberontakan. Tapi, jika harus membiarkan seorang putri yang baru berusia tujuh belas tahun melakukan
perjalanan seorang diri dalam dunia persilatan sedikit banyak sebagai ayahnya dia toh merasa
agak kuatir juga. Untung saja Ngo heng pocu yang tinggalnya dekat mereka juga akan berangkat untuk
memenuhi undangan Ting Peng, maka dia menitipkan putrinya kepada Sang Ceng agar baik-baik
menjaga dirinya. Dengan adanya seorang ahli silat yang termasyhur dalam dunia persilatan untuk melindungi
putrinya, tentu saja mustahil bakal terjadi sesuatu peristiwa di tengah jalan.
Apalagi masih ada Thian It hui.
Tentu saja Thian It hui tak akan melewatkan setiap kesempatan untuk mendekati anak
gadisnya, lebih tak mungkin kalau ia biarkan gadis itu menderita kerugian apapun.
Maka Cia Siau hong sudah merasa amat berlega hati.
Ia tidak menyangka kalau dalam Mo kau masih ada seorang yang melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, lebih tak mengira kalau Thi yan suami istri bisa mempunyai seorang anak
yang hidung bangor, gemar mengintip anak gadis yang sedang mandi.
Hari itu bulan dua belas tanggal tiga belas, udara sangat dingin.
Ia minta pelayan rumah penginapan untuk menyiapkan sebaskom besar air panas dan
membuat tungku didalam kamarnya.
Sejak kecil gadis ini memang sudah terbiasa mandi setiap hari.
Setelah menutup rapat pintu dan jendela diapun merendamkan dirinya dalam air panas barang
setengah jam lamanya. Baru saja dia bersiap sedia mengenakan pakaian, mendadak dijumpiinya ada orang sedang
mengintip dari luar. Ia menyaksikan sepasang mata yang jeli dibalik celah kecil didepan pintu kamarnya.
Tanpa terasa gadis itu menjerit keras.
Menanti dia selesai berpakaian dan menerjang keluar, Thian It Hui dan Sang Ceng telah
mengurung rapat-rapat si pengintip itu.
Orang itu mempunyai mata yang juling dengan kaki yang membusuk, mana jelek, aneh, cacad
lagi. Manusia semacam ini mungkin tidak memiliki keberanian untuk memandang gadis barang
sekejap pun dihari-hari biasa, tapi bila dia memperoleh kesempatan semacam itu tak akan disiasiakan
dengan begitu saja. Anehnya, manusia semacam ini ternyata memiliki ilmu silat yang cukup tangguh kendatipun
Sang Ceng dan Thian It-hui telah bekerja sama, alhasil masih belum berhasil untuk
membekuknya. Maka gadis itupun menghadiahkan sebuah tusukan pedang kepadanya.
Kebetulan sekali di tangannya memang menghunus sebilah pedang, kebetulan juga dia adalah
putrinya Cia Siau-hong, jago pedang tiada keduanya di dunia ini.
Pada waktu itu, bahkan Sang Ceng sendiripun tidak menyangka kalau si Cacad yang cabul
dan tak tahu malu itu ternyata adalah putra dari Mo-kau tianglo.
ooo0ooo BAGI seorang gadis yang bertubuh suci bersih tanpa noda, sudah barang tentu tak akan tahan
menghadapi penghinaan serta nasib semacam ini.
Entah bagi siapa saja, dia mempunyai alasan yang cukup kuat untuk membunuh orang itu.
Terdengar Ting Peng berkata:
"Sebenarnya aku harus datang semenjak tadi tapi aku harus melakukan penyelidikan lebih
dulu atas semua persoalan ini hingga menjadi jelas semua!"
Dia harus berbuat demikian karena dia adalah tuan rumah dari perkampungan ini.
Untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapinya, dia harus bertindak sangat adil, jujur
dan bijaksana. Kembali Ting Peng berkata:
"Untuk mencari tahu duduknya persoalan sampai jelas, tentu saja aku harus menemukan nona
Cia lebih dulu" "Apakah kau telah menemukannya?" tanya Thi-yan hujin tak tahan.
"Aku sendiripun tak tahu, Sang poocu telah menyembunyikan dirinya dimana, sebab tidak
sedikit tempat yang bisa digunakan olehnya untuk menyembunyikan diri, oleh karena itu aku baru
mencarinya sekian lama. . . . "
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan:
"Untung saja Sang Poocu datang kemari dalam keadaan tergesa-gesa, terhadap keadaan di
sekeliling tempat inipun kurang hapal, otomatis tempat persembunyian yang bisa dia temukanpun
tak terlalu banyak, maka akhirnya akupun berhasil menemukan tempat persembunyiannya itu!"
Untuk menemukan seseorang didalam gedung perkampungan yang begini besarnya, entah
berada dalam keadaan seperti apapun, sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang gampang.
Tapi kenyataannya sekarang, Ting Peng telah membicarakan persoalan itu dengan begitu
santai, begitu enteng dan gampang, seolah-olah dia tidak menjumpai kesulitan apapun di dalam
usaha pencarian yang dilakukannya barusan.
Thi Yan hujin menatapnya lekat-lekat, secara tiba-tiba ia menemukan bahwa bocah tanggung
dari dusun yang berada di hadapannya sekarang, bukanlah seseorang yang mudah dihadapi.
Dalam kenyataan dia jauh lebih lihay dan mengerikan daripada tampang wajahnya.
Kembali Ting Peng berkata:
"Aku tahu Sang poocu sudah pasti tak akan menyerahkan gadis itu kepadamu, sebab dia telah
mendapat pesan dari Cia sianseng untuk melindunginya secara baik-baik, sampai matipun dia tak
nanti akan melakukan sesuatu semacam ini"
"Tentu saja kaupun akan menirukan caranya, sampai mati juga tak akan mengatakan dia
berada dimana!" sambung Thi yan hujin sambil tertawa dingin.
"Aku mah tak usah membicarakannya lagi."
Sesudah tertawa, dengan hambar dia melanjutkan.
"Aku telah mengajaknya datang kemari"
ooo0ooo CIA SIAU GIOK BEGITU ucapan tersebut diutarakan, setiap orang menunjukkan wajah terperanjat, malah Thi
yan hujin sendiripun merasakan kejadian ini sama sekali berada di luar dugaannya.
Dengan sekali tebasan goloknya ia mengutungi leher Bwee Hoa, tentu saja tujuannya adalah
agar Bwee Hoa tidak mengatakan akan jejak Cia Siau giok.
Tapi dia sendiri malah sudah mengajak gadis tersebut datang ke situ..
Pagoda air itu mempunyai pintu, dia membuka pintu dan tampaklah seorang gadis cantik yang
cukup mengibakan hati sedang berjalan masuk dari pintu luar dengan kepala tertunduk rendahrendah.
Di atas wajahnya masih terdapat noda air mata, air mata yang membasahi pipinya membuat
dia nampak lebih lemah lembut dan lebih cantik menawan hati.
Asal seseorang telah memandang sekejap ke arahnya, dia pasti dapat melihat kalau dia
adalah seorang gadis yang amat penurut.
Bila perempuan semacam ini sampai turun tangan membunuh orang, sudah pasti orang yang
dibunuhnya itu adalah seseorang yang pantas untuk mampus.
Tiba-tiba Ting Ping bertanya:
"Apakah kau adalah Cia Siau giok!, nona Cia?"
"Ya, betul!" "Kemarin, apakah kau telah membunuh seseorang?"
"Benar!, mendadak gadis itu mendongakkan kepalanya memandang Thi yan suami istri, aku
tahu kalian adalah orang tuanya, aku tahu pada saat ini kalian pasti amat bersedih hati, tapi kalau
dia tidak mati dan aku masih mempunyai kesempatan, aku masih tetap akan membunuhnya dari
muka bumi ini!" Siapapun tidak menyangka gadis selembut dan sehalus itu, ternyata sanggup mengucapkan
kata-kata keras seperti itu.
Bagaimanapun juga, darah yang mengalir didalam tubuhnya adalah darah keluarga Cia,
berada dalam keadaan seperti apa pun, keluarga Cia tak akan menundukkan kepala.
Sejak dia dan Ting Peng menampakkan diri, sikap Thi yan hujin malah menjadi semakin
tenang. Bagi seorang jago lihay dunia persilatan yang sudah mempunyai banyak pengalaman dalam
menghadapi pelbagai pertarungan, bagaikan seorang panglima perang yang memimpin pasukan
besar saja, setelah benar-benar berhadapan dengan musuh tangguh, sikapnya malah berubah
menjadi luar biasa tenangnya.
Ia hanya mendengarkan semua pembicaraan itu dengan tenang, menanti mereka sudah
selesai berkata, barulah ujarnya dengan dingin:
"Kau menghendaki kematiannya, apakah hal ini dikarenakan dia telah melakukan suatu
kesalahan dan pantas untuk mati!"
"Benar." jawab Cia Siau giok.
Orang yang salah membunuh manusia, apakah termasuk juga seseorang yang pantas mati".
"Benar!" "Bila kau telah salah membunuh?"
"Akupun pantas untuk mati!"
Mendadak Thi yan hujin tertawa, tertawanya nampak begitu mengerikan dan menggidikkan
hati, tiba-tiba ia membentak keras:
"Kalau toh kau pantas untuk mampus, mengapa tidak segera menghabisi nyawamu"
Ditengah gelak tertawa yang menggidikkan hati, cahaya golok kembali berkelebat lewat, kali ini
golok tersenyum menyambar ke atas batok kepala Siau giok.
Semua orang sudah pernah menyaksikan sambaran goloknya.
Bila bacokan golok tersebut dilanjutkan ke bawah, maka gadis yang lemah lembut dan cantik
jelita itu niscaya akan terbelah menjadi dua bagian.
Setiap orang merasa tak tega untuk melihatnya.
Ada diantaranya yang telah berpaling ke arah lain, ada pula yang segera memejamkan
matanya. Siapa tahu setelah sambaran golok itu diayunkan ke bawah, ternyata seperti sama sekali tiada
reaksi apapun, juga seakan-akan tidak terdengar suara apapun.
Tak tahan semua orang segera berpaling kembali.
Ternyata Cia Siau giok masih tetap berdiri tegak di tempat semula malah rambutnya pun sama
sekali tidak terpapas barang sebatangpun.
Golok Thi yan hujin yang tipis dan tajamnya bukan buatan itu sudah tertangkis, tertangkis oleh
goloknya Ting Peng. Sewaktu dua bilah golok itu saling membentur satu sama lainnya, ternyata tiada suara apa pun
yang terdengar, dua bilah golok itu seakan-akan menempel satu sama lainnya.
Otot-otot hijau di atas punggung tangan Thi yan hujin pada menonjol keluar semua, malah
otot-otot hijau yang berada di atas jidatnya pun ikut menonjol keluar.
Sebaliknya Ting Peng kelihatan begitu tenang dan santai, seolah-olah tak pernah terjadi
sesuatu apapun, dengan hambar dia sedang berkata:
"Tempat ini adalah rumahku, asal aku masih berada di sini, siapapun tak dapat membunuh
orang di sini!" "Apakah orang yang harus mampus pun tak boleh dibunuh?" bentak Thi yan hujin keras-keras.
"Siapa yang pantas dibunuh?"
"Dia pantas dibunuh, dia telah salah membunuh orang, putraku tak mungkin mengintip dia
mandi, sekalipun dia berlutut di hadapan putraku dan memohon dia melihatpun putraku tak akan
dapat melihatnya!" Kembali dia memperdengarkan suara tertawanya yang seram dan menggidikkan hati,
kemudian sepatah demi sepatah terusnya:
"Karena dia sama sekali tak dapat melihat!" suara tertawa semacam ini benar-benar membuat
orang merasa tak tahan untuk menerimanya, bahkan Ting Peng sendiripun turut merasakan bulu
kuduknya pun bangkit berdiri.
Tak tahan dia lantas bertanya:
"Mengapa dia tak dapat melihat?"
"Sebab dia seorang buta"
Perempuan itu masih tertawa.
Dibalik suara tertawanya yang penuh mengandung rasa sedih, gusar, penasaran, benci dan
dendam itu, terasa pula bahwa suara tertawanya bagaikan seekor binatang liar yang sedang
menghadapi maut. Mana mungkin seorang yang buta dapat mengintip orang lain sedang mandi?"
Siau giok merasakan tubuhnya begitu lemas, sehingga untuk berdiripun ia tak sanggup lagi
untuk berdiri, seluruh badannya hampir menempel semua di tubuh Ting Peng.
"Dia benar-benar seseorang buta ?" tanya Ting Peng.
"Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu!" sahut Siau giok.
"Sekalipun dia benar-benar tidak tahu, pasti ada orang lain yang tahu!" kata Thi yan hujin
cepat. Tiba-tiba suaranya berobah makin menyeramkan:
"Oleh karena itu bukan saja mereka telah membunuhnya, lagi pula menghancurkan pula
wajahnya" Paras muka Siau giok pucat pias seperti tak berdarah, dengan suara parau dia berseru:
?"Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu"
Thi yan tianglo yang selama ini hanya berdiri mematung belaka di sana, mendadak
mengangkat tubuh San Ceng ke atas.
Dia seakan-akan masih berdiri tak berkutik di sana, sedang tempat dimana Sang Ceng roboh
jelas terlihat berselisih amat jauh dengan tempat dimana ia berdiri.
Tapi dia cukup menggerakkan tangannya Sang Ceng pun seperti sebuah karung goni saja
segera terangkat. Sang Ceng kelihatannya sudah mati, tapi sekarang secara tiba-tiba memperdengarkan suara
rintihan yang memilukan hati, suara rintihannya mirip seorang yang sedang menangis.
Rupanya dia belum mati. Dia sengaja menerima pukulan tersebut karena dia ingin mempergunakan kesempatan itu
untuk berlagak mati, karena dia tahu pukulan dari Sun Hu hou masih sanggup diterimanya, namun
dia tak akan mampu menahan ayunan golok dari Yan cu siang hui.
Terdengar Thi yan tianglo berkata:
"Aku dapat melihat kalau kau tak ingin mampus, asal bisa hidup lebih lanjut, perbuatan apapun
bersedia kau lakukan."
Sang Ceng tak dapat menyangkal akan hal ini.
Demi melanjutkan hidup, dia telah melakukan banyak perbuatan yang tak pernah di sangka
oleh orang lain. "Kau harus tahu, Thian mo seng hiat kau dari Mo kau adalah obat mustajab yang tiada taranya
di dunia ini untuk menyembuhkan luka-luka parah." Kata Thi yan tianglo.
Sang Ceng mengetahui akan hal ini.
"Kau juga seharusnya tahu bagaimanakah rasanya ilmu Thian mo soh him tay hoat dari Mo
kau!" Thi yan tianglo melanjutkan.
Sang Ceng cukup tahu. "Oleh karena itu aku dapat membuat kau hidup lebih lanjut dengan cara yang baik, tapi juga
dapat membuat kau hidup tak bisa matipun susah ...!
Sang Ceng sudah memahami maksud hatinya, tiba-tiba ia menjerit dengan suara parau:
?"Aku akan berterus terang, aku pasti akan berbicara dengan sejujurnya..!"
"Hari itu, siapakah yang telah mengintip Cia Siau giok mandi dari bawah celah-celah pintu
kamarnya?" " "Thian It hui!"
Dengan air bercucuran, Sang Ceng telah mengisahkan sebuah cerita yang sama sekali lain
dari pada yang lain. "Waktu itu udara sangat dingin, ingin aku menyuruh pelayan untuk menghantar sepoci arak
dalam kamar, baru saja melangkah keluar dari pintu, kusaksikan Thian lt hui sedang bertiarap di
bawah pintu kamar nona Cia, kebetulan pada waktu itu nona Cia pun menemukan ada orang
sedang mengintip dirinya dari luar, ia telah berteriak keras dari dalam.
"Sebenarnya aku hendak membekuk Thian It-hui, tapi dia telah berlutut di hadapanku sambil
memohon agar aku jangan menghancurkan kehidupannya.
"Dia berkata, selama ini dia selalu mencintai nona Cia secara diam-diam, itulah sebabnya ia
tak sanggup menahan dorongan napsunya dan melakukan perbuatan yang sangat memalukan itu.
"Aku dengan bibinya memang merupakan sahabat karib selama banyak tahun, akupun


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

percaya kalau dia bukannya sengaja hendak melakukan perbuatan semacam itu.
"Maka aku menjadi lemas hatinya dan tak tega untuk melanjutkan niatku semula, siapa tahu
pembicaraan kami ini telah terdengar oleh seseorang yang lain.
"Dia adalah seorang cacad, entah dari mana datangnya tahu-tahu saja muncul di situ, ketika
Thian It-hui melihat kemunculannya, tiba-tiba saja dia melompat ke depan siap membunuh dirinya.
Siapa tahu ilmu silat yang dimiliki orang itu lihay sekali, ternyata Thian It-hui bukan
tandingannya. "Aku tak dapat menyaksikan Thian It hui mati dibunuh orang, maka akupun maju ke depan
untuk membantunya. "Akan tetapi aku berani bersumpah, aku sama sekali tiada maksud untuk membunuh orang,
akupun tidak melakukan serangan keji terhadap orang itu.
"Pada saat itulah nona Cia telah selesai berpakaian, dia menyerbu ke luar, Thian It-hui kuatir ia
membongkar rahasianya di depan nona Cia, maka dia sengaja berteriak-teriak keras, itulah
sebabnya dia baru tak mendengar kalau secara tiba-tiba nona Cia melancarkan sebuah tusukan
kilat ke depan. "Pada waktu itu aku masih belum tahu kalau dia adalah seorang buta, lebih-lebih tidak
diketahui kalau dia adalah Thi yan kongcu.
"Aku berani bersumpah, aku benar-benar tidak tahu!"
ooo00ooo KISAH ceritera ini benar-benar merupakan sebuah kisah ceritera yang dapat membuat orang
muntah, ketika selesai mengutarakan ceritera itu bahkan Sang Ceng sendiripun turut muntah.
Agar dia dapat melanjutkan kisah ceriteranya, Thi yan hujin telah memberikan sebutir obat
mujarab penolong nyawa Thian mo seng hiat kao kepadanya.
Tapi sekarang, dia lagi-lagi muntah.
Tiada orang-orang yange memandang sebelah mata lagi kepadanya.
"Ngo heng pocu yang namanya menggetarkan kolong langit dan kaya raya bagaikan raja
muda, pada saat ini sudah tiada harganya lagi dalam pandangan orang lain.
Mendadak Sang Ceng berteriak lagi.
"Jika kalian berada dalam keadaan seperti apa yang kuhadapi, apakah kamu semuapun tak
akan berbuat seperti aku ?"
Tiada orang yang menggubrisnya, tapi setiap orang sudah mulai bertanya kepada diri sendiri.
Dapatkah aku mengorbankan orang cacad yang tidak kuketahui asal-usulnya demi
keponakannya Hui Nio-cu" Dapatkah ku ungkapkan rahasia tersebut demi menyelamatkan
selembar nyawa sendiri"
Tak seorangpun yang dapat memberikan jaminan bahwa dia tak akan melakukan perbuatan
semacam itu dalam keadaan seperti itu.
Maka tiada orang yang menggubrisnya lagi, tiada orang yang memandang sekejap mata lagi
kepadanya, karena setiap orang takut melihat tampang sendiri dari atas tubuhnya.
Jeritan Sang Ceng telah berhenti.
Orang yang tak ingin matipun dapat mati juga, orang yang semakin tak ingin mati adakalanya
malah mati semakin cepat.
Hembusan angin dingin di luar jendela amat tajam seperti irisan pisau, setiap orang merasakan
tangan dan kakinya dingin kaku, hatipun turut menjadi dingin.
Paras muka Thi yan tianglo masih sedikitpun tanpa perasaan, di tatapnya wajah Ting Peng
dengan sorot mata dingin, lalu ujarnya kaku:
"Aku adalah orang Mo kau, tentu saja putraku juga orang Mo kau"
"Aku tahu!" "Setiap enghiong hohan yang berada dalam dunia persilatan selalu menganggap orang Mo
kau pantas untuk mati!"
"Aku tahu !" "Apakah putraku juga pantas mati ?"
"Tidak " Ia tak bisa tidak harus berkata demikian, ia sendiripun pernah difitnah orang, dia cukup
memahami bagaimanakah perasaan dan penderitaan semacam itu.
"Kau adalah tuan rumah tempat ini" kembali Thi yan tianglo berkata, kau pun merupakan jago
paling muda yang pernah kujumpai selama lima puluh tahun terakhir ini, aku hanya ingin bertanya
kepadamu, di dalam peristiwa ini, siapakah yang pantas untuk mati?"
"Orang yang pantas mati sudah mati semua!"
"Belum !" teriak Thi yan tianglo.
Setelah berhenti sebentar, dengan suara sedingin es dia berseru:
"Orang yang seharusnya mati masih ada seorang yang belum mati!"
Mendadak Cia Siau giok berteriak pula dengan suara yang lantang dan keras:
"Aku tahu siapakah orang ini !"
Di atas wajahnya yang pucat pias seperti mayat tampak noda air mata membasahi pipinya, dia
nampak begitu lemah lembut.
Begitu mengenaskan, begitu sedih sehingga untuk berdiripun seolah-olah tak sanggup untuk
berdiri tegak. Akan tetapi ia sama sekali tidak mundur, dia sama sekali tidak merasa gentar.
Dengan suara yang pelan tapi tegas, pelan-pelan dia berkata lebih lanjut:
"Sekarang, aku sudah tahu kalau aku telah salah membunuh, semua orang yang telah salah
membunuh sudah sepantasnya kalau menerima kematiannya pula."
"Apa yang siap kau lakukan sekarang ?" tanya Thi yan tianglo kemudian.
Cia Siau giok tidak berbicara lagi, sepatah katapun tidak berbicara lagi.
Berada dalam keadaan demikian, dia memang merasa tak perlu untuk banyak berbicara lagi.
Tiba-tiba dari dalam sakunya dia mencabut ke luar sebilah pedang pendek yang memancarkan
cahaya berkilauan. Itulah sebilah senjata pendek yang tajam sekali.
Kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun pedang tersebut ditusukkan ke dalam ulu hati
sendiri. ooo0ooo SEPASANG GOLOK BERSATU PADU
TAHUN ini Cia Siau giok baru berusia tujuh belas tahun, inilah saat remajanya, seakan-akan
sekuntum bunga yang sedang mekar dengan sangat indahnya.
Gadis manakah diantara gadis-gadis berusia tujuh belas tahun yang ingin cepat-cepat mati!
Diapun tak ingin mati, Tapi bila sudah berada dalam keadaan harus mati, diapun tidak takut
mati. Sebab dia adalah putri kesayangan dari Cia Siau hong.
Didalam nadi darahnya mengalir darah dari Cia Siau hong, pedang yang dicabut keluar juga
pedang mestika dari keluarga Cia.
Pedang itu adalah sebilah pedang pembunuh, entah membunuh orang lain atau membunuh
diri sendiri, kedua duanya sama-sama cepat.
Akan tetapi, tusukan pedangnya itu sama sekali tidak menembusi jantungnya.
Sebab sambaran golok dari Ting Peng jauh lebih cepat.
Cahaya golok berkelebat lewat, pedang di tangannya sudah mencelat ke tengah udara dan
...."Traaak!" menancap di atas tiang pada pagoda air tersebut.
Seakan-akan sebuah paku yang memantek di atas tahu saja, pedang yang panjangnya satu
depa tiga inci itu sudah menembusi kayu tiang penglari yang keras dan atos bagaikan baja itu.
Tampaknya Cia Siau giok sendiripun dibikin terperanjat oleh kekuatan dari bacokan golok
tersebut, sampai lama kemudian ia baru berkata dengan sedih.
"Aku menginginkan kematianku sendiri, mengapa kau tidak membiarkan aku mati?"
"Kau tidak seharusnya mati, kaupun tak boleh mati!" jawab Ting Peng cepat.
Cia Siau giok memandang ke arahnya, dari balik matanya yang indah terpancar keluar suatu
perasaan yang amat kacau, entah kagum" Entah merasa terharu"
Walaupun ayunan golok itu telah menggetar lepas pedang dalam genggamannya, namun
sudah menakutkan pula hatinya.
Gadis berusia tujuh belas tahun manakah yang tidak mengagumi pahlawannya"
Thi yan hujin memandang ke arahnya, kemudian memandang pula ke arah Ting Peng tiba-tiba
serunya sambil tertawa dingin:
"Oooh... mengerti aku sudah sekarang"
"Apa yang kau pahami?"
"Sebelum membunuh Cia Siau giok, aku harus membunuhmu lebih dahulu...!"
"Benar!" jawab dari Ting Peng singkat tapi tegas.
Kembali Thi yan hujin memicingkan matanya sambil memandang golok yang berada di
tangannya itu, lalu ujarnya:
"Agaknya untuk membunuhmu bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu gampang ...."
"Agaknya memang tidak terlalu gampang."
"Tampaknya golok itu sedikit melengkung..?"
"Yaa, tampaknya memang sedikit agak lengkung"
Dalam tiga puluh tahun terakhir ini agaknya didalam dunia persilatan belum pernah muncul
seseorang yang mempergunakan golok lengkung ...."
"Tengkukku tetap lurus, seperti juga tengkuk-tengkuk orang lain, kau saja masih dapat
memenggalnya sampai kutung"
"Selama tiga tahun terakhir ini belum pernah pula orang dalam dunia persilatan yang pernah
menyaksikan kami Yan cu siang hui memainkan ilmu sepasang golok bersatu-padu"
Apakah hari ini akan menyaksikannya"
"Benar !" "Orang yang dapat menyaksikan sepasang golok bersatu padu dari Yan cu siang hui sudah
pasti orang-orang yang hidupnya di dunia ini tak lama lagi!"
"Agaknya seorang manusia hidup pun tak ada!"
Ting Peng segera tertawa.
"Akan tetapi siapa tahu kalau hari ini merupakan suatu pengecualian buat kalian?"
Thi yan hujin ikut tertawa pula.
?"Akupun berharap kau bisa membuat suatu pengecualian bagi kami berdua..!"
Tubuhnya telah diputar, dalam waktu singkat ia telah berada disamping tubuh suaminya,
ternyata pinggangnya masih dapat bergerak dengan enteng dan lincah selincah anak gadis.
Thi yan tianglo masih belum bergerak, wajahnya tanpa emosi, tapi tahu-tahu goloknya sudah
berada dalam genggamannya.
Goloknya berbentuk tipis pula setipis kertas, malah kelihatannya begitu tipis sampai tembus
cahaya. Hanya bentuknya jauh lebih panjang dari pada golok yang dipergunakan istrinya.
Setiap orang mulai mundur ke belakang, mundur sejauh-jauhnya dari tempat itu, setiap orang
dapat merasakan hawa pembunuhan yang terpancar keluar dari ujung golok tersebut.
Tiba-tiba saja, Thi yan hujin berkata dengan suara lembut:
"Golok yang digunakan adalah golok lengkung"
"Dahulu kitapun pernah membunuh orang yang mempergunakan golok lengkung" sahut Thi
yan tianglo. "Yaa, karena golok-golok lengkung yang dipergunakan orang-orang itupun merupakan
bacokan lurus bila dipergunakan!"
"Hanya seorang saja yang terkecuali!"
?"Untung saja dia bukan orang itu!"
?"Yaa, untung saja dia bukan"
"Bagi pendengaran orang lain, apa yang mereka bicarakan itu seakan-akan sama sekali tak
bermaksud. Orang lain tak akan memahami apa yang mereka katakan."
Tapi Ting Peng mengerti. Kehebatan dari golok lengkung bukan terletak pada golok tersebut.
Walaupun golok berbentuk melengkung, namun jika dilancarkan, maka bacokannya tetap
lurus, bagaimanapun melengkungnya sesuatu benda, pasti akan terjatuh ke bawah dalam
keadaan lurus. Hal ini merupakan teori gaya berat, siapapun tak akan dapat merubahnya.
Tapi ilmu golok yang dipergunakan Ting Peng justru telah merubah teori tersebut, karena ilmu
golok yang dipergunakannya sama sekali bukan ilmu golok manusia.
Ilmu golok yang dipergunakan adalah ilmu golok dari siluman "rase"
Tapi apa sebabnya Thi-yan suami istri mengatakan kalau di dunia inipun terdapat seseorang
yang terkecuali" Apakah orang ini pun mempunyai kemampuan seperti "rase" dan bisa merubah
teori gaya berat yang berlaku dialam semesta ini"
Siapakah orang itu" Ting Peng tak berkesempatan untuk berpikir lagi, sebab di depan matanya telah berkelebat
cahaya golok, cahaya golok yang jauh lebih menyilaukan mata daripada sambaran petir.
Yan-cu siang hui, Siang-to-han-pit.
Sepasang walet terbang bersama, sepasang golok bersatu padu.
Sudah jelas mereka sebenarnya adalah dua orang dengan dua bilah golok, akan bergabung
tetapi dalam sekejap mata itulah mereka berdua seakan-akan telah bergabung menjadi satu, dua
bilah golok seolah-olah berubah menjadi sebilah golok.
Bila ayunan golok dari Thi yan hujin berbobot lima ratus kati, maka ayunan golok dari Thi yan
tianglo juga berbobot lima ratus kati.
Itu berarti serangan gabungan mereka berdua sama dengan berbobot seribu kati.
Ini menurut teori gaya berat.
Tapi di dunia ini justru terdapat sementara orang yang bisa mempergunakan semacam
kepandaian yang jitu untuk merubah teori tersebut.
Akibat dari tenaga gabungan dari kedua bilah golok tersebut, penambahan kekuatan sebesar
satu kali lipat yang seharusnya menghasilkan tenaga sebesar seribu kati itu ternyata telah
meningkat menjadi dua ribu kati .
Dengan bertambahnya kekuatan menjadi satu kali lipat, tentu saja kecepatannya turut
bertambah menjadi satu kali lipat pula..
Kepandaian semacam ini masih belum merupakan serangan yang paling menakutkan dari Yan
cu siang hui, Dalam melakukan penggabungan dua golok menjadi satu tadi, dua bilah senjata yang
sesungguhnya telah bergabung menjadi satu itu, justru seakan-akan membacok datang lagi dari
dua arah yang berbeda, dengan jelas terlihat kalau bacokan mereka mengarah bagian kananmu,
tapi jika kau berkelit ke kiri, kau tetap gagal untuk menghindarkan dirimu.
`Tapi bila kau berkelit ke sebelah kanan, maka kau lebih-lebih tak akan dapat menghindarkan
diri. Artinya, asal mereka sudah mengeluarkan ilmu "Yan cu siang hui, Siang to hap pit" itu berarti
tiada kesempatan lagi bagimu untuk menghindarkan diri.
Dengan penggabungan tenaga berdua, kekuatan mereka menjadi meningkat, sekarang
seakan-akan ada empat orang jago yang melancarkan serangan secara bersama sama. "
Dalam keadaan begini, tentu saja kau lebih lebih tak akan mampu untuk menangkis.
Siang to hap pit ibaratnya dua tubuh yang melebur menjadi satu badan, pada hakekatnya
sama sekali tiada titik kelemahan.
Tentu saja kau takkan mampu untuk menjebolkannya.
Oleh karena itu serangan mereka ini hakekatnya belum pernah gagal, mereka percaya kali
inipun tidak terkecuali. Pada saat cahaya golok mereka sedang berkelebat lewat itulah, golok Ting Peng juga turut
berkelebat lewat. Jika golok melengkung harus melancarkan serangan maka bacokannya juga harus lurus.
Tapi Ting Peng seakan-akan tidak terkecuali dari teori tersebut, ketika goloknya membacok ke
bawah, gerakannyapun seakan-akan lurus.
Akan tetapi bacokan golok yang semula mengayun ke bawah dalam keadaan lurus tadi secara
tiba-tiba saja menciptakan serentetan cahaya golok yang melengkung.
Yan cu siang to merupakan golok mestika yang tajamnya bukan kepalang, cahaya golok yang
terpancar keluar ibaratnya sambaran cahaya petir.
Berbeda dengan senjata yang dipergunakan oleh Ting Peng, golok yang dipergunakan
olehnya tak lebih hanya sebilah golok yang sederhana sekali.
Akan tetapi, disaat cahaya golok yang melengkung itu mulai berkelebat lewat membelah
angkasa, pada saat itu juga cahaya golok sepasang Yan cu siang to dari kedua orang itu menjadi
sirap dan punah, seakan-akan cahaya tajamnya lenyap secara tiba-tiba.
Siang to hap pit sudah jelas merupakan penggabungan dua senjata yang melebur menjadi
satu, dua tubuh yang melebur menjadi satu badan, semestinya memang sulit untuk menemukan
titik-titik kelemahan di balik gabungan dua kekuatan tersebut.
Akan tetapi cahaya golok yang melengkung itu secara tiba-tiba saja membabat masuk lewat
celah-celah cahaya golok mereka membabat langsung ke balik gerak serangan yang mereka
lakukan. Tak seorang manusiapun yang sempat melihat jelas secara bagaimana ayunan golok itu
membabat masuk ke dalam, apa yang mereka tangkap tak lebih hanya suara dentingan nyaring.
"Triing ....!" begitu dentingan nyaring itu berkumandang memecahkan keheningan, cahaya
golok yang berkilauan seperti sambaran petir itu lenyap tak berbekas.
Cahaya golok yang melengkung masih tetap utuh berputar satu kali dalam keadaan
melengkung. Kemudian seluruh cahaya yang terpancar keluar itu lenyap tak berbekas, semua suara
menjadi sirap dan berubah menjadi hening, semua gerakan turut terhenti pula dengan begitu saja.
Suasana menjadi sunyi, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
ooo0ooo SUMPAH KEJI SECARA tiba-tiba seluruh jagad seakan-akan menjadi sunyi, sepi dan mati.
Ting Peng masih berdiri tenang ditempat semula, seakan-akan tak pernah melakukan suatu
perbuatan apapun. Tapi golok masih berada di tangannya, cahaya golok sudah mulai meneteskan darah. Thi yan
suami istri masih berdiri tak berkutik pula di situ, golok mereka masih berada ditangan, seakanakan
tidak terjadi sesuatu perubahan apapun.
Tapi di atas wajah serta pergelangan tangan mereka telah muncul sebuah bekas bacokan
golok, bekas bacokan golok yang melengkung, lengkung seperti bulan sabit.
Darah segar pelan-pelan meleleh keluar dari mulut luka mereka, dan kini sudah mulai menipis.
Paras muka merekapun seakan-akan tidak terjadi perubahan apa-apa, hanya sekarang jelas
terlihat agak bingung, seolah-olah seseorang yang secara mendadak menjumpai sesuatu
persoalan yang tak dapat diselesaikan olehnya.
Tapi didalam waktu yang amat singkat itulah didalam arena telah terjadi suatu perubahan yang
mengerikan sekali. (Bersambung Jilid 10) Jilid : 10

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BEKAS bacokan golok berbentuk melengkung seperti bulan sabit di atas wajah mereka itu
tiba-tiba mulai merekah, dagingnya merekah bagaikan bunga yang sedang mekar, sehingga
terlihat tulang putih dibalik daging itu.
Golok yang berada dalam genggaman merekapun secara tiba-tiba terjatuh ke tanah, terjatuh
berikut tangan yang menggenggam golok tersebut.
Namun di atas wajah mereka sama sekali tidak memperlihatkan rasa menderita atau sakit,
sebab rasa takut yang luar biasa telah membuat mereka melupakan penderitaan dan rasa sakit
yang menyelimuti tubuhnya.
Tiada orang yang bisa membayangkan perasaan takut yang ditampilkan lewat sorot mata
mereka. Sekalipun semua orang telah menyaksikan mereka membabat kutung tubuh seseorang tadi,
namun rasa ngeri yang diperlihatkan mereka ketika itu tak akan sehebat rasa takut mereka
sekarang. Agaknya rasa Ah-ku yang mencekam hati mereka sudah melampaui batas-batas rasa takut
seseorang. Yang mereka takut bukanlah orang yang sanggup menghancurkan mereka dalam sekali
bacokan itu, yang mereka takuti adalah golok yang berada ditangan orang itu.
Sebilah golok yang melengkung bagaikan bulan sabit.
Golok pun bukan suatu benda yang mena-kutkan.
Bila seseorang takut dengan sebilah golok, biasanya hal ini disebabkan karena mereka takut
dengan orang yang mempergunakan golok tersebut, takut dengan ilmu golok orang itu, takut orang
itu membunuhnya dengan mempergunakan golok.
Tapi yang mereka takuti sekarang adalah golok tersebut.
Golok itu sendiri seakan-akan telah membawa semacam keseraman atau kengerian yang bisa
merobek-robek sukma mereka.
Rasa seram dan ngeri itu bukan saja dapat membuat mereka melupakan penderitaan, bahkan
membangkitkan pula semacam kekuatan aneh yang tertanam dalam hati mereka.
Oleh karena itu, meski kulit muka mereka telah merekah, walaupun tangan sebelah mereka
telah kutung, namun mereka belum juga roboh ke atas tanah.
Mereka seakan-akan tidak tahu kalau dirinya sudah terluka, tidak tahu kalau tangan mereka
sudah kutung. Rasa takut dan seram yang mencekam perasaan mereka sekarang ibaratnya sebuah tangan
tak berwajah yang mencekik leher setiap orang.
Tiada orang yang bersuara, bahkan tiada orang yang bernapas dengan suara keras.
Orang yang buka suara ternyata adalah Thi yan tianglo yang selama ini tak terlalu banyak
berbicara, dia sedang mengawasi golok ditangan Ting Peng lekat-lekat, kemudian secara tiba-tiba
berkata: "Golok yang kau pergunakan adalah sebilah golok lengkung?"
"Yaa, lengkung sedikit"
"Bukan hanya sedikit saja, golok yang kau pergunakan benar-benar adalah sebilah golok
lengkung" "Ooh.. !" "Di atas langit dari dulu sampai sekarang, hanya seorang yang dapat mempergunakan golok
semacam ini" "Oooh ....!". "Tapi kau bukan orang itu"
"Aku memang sesungguhnya aku, aku bukan orang lain, aku adalah aku sendiri"
"Golok yang kau pergunakan juga bukan golok miliknya"
"Ini memang milikku!"
Di atas golokmu itu juga tak ada tulisannya!" kembali Thi yan tianglo berkata.
Dia sudah mengawasi golok tersebut sampai lama sekali, matanya jauh lebih tajam daripada
burung elang. ?"Apakah di atas golok ini sebenarnya ada tulisan?" kata Ting Peng.
"Yaa, di atas golok itu memang seharusnya ada tujuh huruf!"
"Tujuh huruf yang mana?"
"Siau-lo-it ya-teng-cun-hi (Mendengar rintik hujan ditengah malam di sebuah loteng kecil)!"
kata Thi-yan tianglo sepatah demi sepatah.
ooo0ooo SIAU-LO-IT-YA-TENG-CUN HI
Di atas golok lengkung milik Cing-cing memang terdapat ke tujuh huruf itu.
Sesungguhnya, ke tujuh huruf itu merupakan sebaris syair, sebaris syair yang sangat indah
artinya, membawa suatu kelembutan, hati yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Namun, ketika Thi-yan tianglo mengucapkan ke tujuh patah kata itu, suaranya diliputi oleh
perasaan ngeri, seram dan takut, semacam rasa takut yang disertai dengan perasaan hormat.
Semacam rasa hormat yang timbul dihati manusia hanya khusus terhadap malaikat atau dewa.
Padahal makna dari bait syair itu tiada yang mengandung sesuatu keseraman.
Tanpa terasa Ting Peng teringat kembali kejadian sewaktu pertama kali bertemu dengan Cingcing
ketika berjumpa dengan kakek berjubah emas yang berjenggot panjang.
Sewaktu dia mengucapkan bait syair tersebut, wajahnyapun seakan-akan memperlihatkan
mimik wajahnya seperti apa yang diperlihatkan Thi-yan tianglo sekarang.
Mengapa mereka memperlihatkan reaksi yang begitu istimewa terhadap sebait syair yang
amat sederhana itu! Mungkinkah diantara kedua orang itu mempunyai suatu rangkaian hubungan yang amat
misterius! Darimana mereka bisa tahu kalau di atas golok lengkung Cing-cing terdapat sebait syair
seperti ini! Kembali Thi-yan tianglo bertanya:
"Dulu, pernah kau mendengar tentang ke tujuh patah kata tersebut.... ?".
"Yaa, aku pernah mendengar, itulah sebait syair yang sudah kuno sekali"
"Tahukah kau makna yang sebenarnya dari ke tujuh patah kata tersebut?"
"Aku tahu" Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi yan tianglo, serunya tanpa terasa.
"Kau benar-benar tahu?".
"Yaa, arti dari bait syair itu adalah pada suatu malam musim semi ada seorang yang sedang
kesepian duduk seorang diri di atas loteng sambil mendengarkan suara rintikan hujan semalam
suntuk" Thi yan tianglo segera menggelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya kemudian:
"Tidak benar, tidak benar, sama sekali tidak benar"
"Apakah dibalik syair tersebut masih mengandung arti lain?"
"Ke tujuh patah itu membicarakan tentang seseorang".
"Siapa ?" "Seorang malaikat yang tiada tandingannya dikolong langit, sebilah golok sakti yang tiada
keduanya di dunia ini"
Kembali dia menggelengkan kepalanya berulang kali serunya lebih lanjut:
"Tidak benar, tidak benar kau pasti tak akan kenal dengan orang ini"
"Dari mana kau bisa tahu kalau aku tidak kenal dengan dirinya ?"
?"Sebab dia sudah lama tak ada di dunia ini lagi, waktu kau belum dilahirkan, dia sudah tidak
berada lagi di dunia ini"
Setelah berhenti sejenak, mendadak bentaknya lagi keras-keras.
"Tapi ilmu golok yang kau pergunakan barusan sudah pasti ilmu goloknya !"
"Ooooh...?" "Di atas langit, didalam bumi, dari dulu sampai sekarang hanya dia seorang yang dapat
mempergunakan ilmu golok tersebut"
?"Kecuali dia seorang agaknya masih ada satu orang lagi"`
"Siapa ?" "Aku.." Thi yan tianglo segera menghela napas panjang sahutnya:
"Yaa, benar, kecuali dia masih ada kau, sebenarnya siapa dirinya" Mengapa kau bisa
mempergunakan ilmu goloknya!"
"Mengapa aku harus memberitahukan kepadamu?"
"Kau harus memberitahukan kepadaku, asal kau bersedia memberitahukan kepadaku aku rela
mati" "Sekalipun aku tidak mengutarakannya keluar, toh sama saja bisa kubunuh dirimu"
"Kau tak dapat membunuhku"
"Mengapa tak dapat?"
?"Bukan saja kau tak dapat membunuhku, dikolong langit dewasa ini, siapa pun tak dapat
membunuhku!" Dia masih mempunyai sebuah tangan.
Tiba-tiba tangan itu merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah lencana besi yang
berwarna hitam, sambil mengangkatnya tinggi-tinggi serunya keras-keras:
"Coba kau lihat, benda apakah ini?"
ooo0ooo BENDA tersebut tak lebih hanya sebuah lencana besi belaka, Ting Peng tidak dapat
mengenali dimanakah letak keistimewaan dari benda tersebut:
Tapi paras muka Lamkiong Hoa su segera berubah hebat, sorot matanya segera
memancarkan rasa kaget, tercengang bercampur kagum, seakan-akan seorang pemuja dewa
yang secara tiba-tiba berjumpa dengan dewanya ......
"Tentunya kau tahu, bukan benda apakah ini?" tanya Thi-yan tianglo kemudian.
Ternyata Lamkiong Hoa-su mengakuinya. "Aku tahu, tentu saja aku tahu jawabnya"
"Katakanlah!" "Benda itu adalah lencana besi pengampunan dari kematian yang diakui oleh setiap orang
gagah dikolong langit, benda itu dibuat oleh Sin kiam-san-ceng beserta tiga partai, tujuh perguruan
serta empat keluarga persilatan di dunia ini, barang siapa memiliki lencana tersebut, maka entah
perbuatan apapun yang dilakukan, setiap umat persilatan harus mengampuni selembar jiwanya!"
"Benda itu pasti palsu, sudah pasti benda itu palsu!" "teriak Sun Hu-hou keras-keras.
"Pasti tidak palsu, sudah pasti tidak palsu" seru Lamkiong Hoa-su melotot.
Sin kiam san ceng maupun tujuh partai pedang adalah musuh-musuh bebuyutan dari Mo kau,
mana mungkin lencana besi pengampunan kematian bisa berada ditangan seorang tianglo dari Mo
kau" "Tentu saja dibalik kejadian itu terdapat alasan tertentu".
"Apa alasannya?"
Aku tak dapat mengutarakannya keluar, tapi aku tahu lencana besinya itu tidak palsu
Dengan wajah pias seperti mayat, sepatah demi sepatah dia melanjutkan:
"Hari ini, bila ada orang berani membunuhnya, maka orang itu akan menjadi musuh
bebuyutannya Sin kiam san ceng, tiga perguruan besar, tujuh partai pedang serta empat keluarga
persilatan, dalam tujuh hari ia pasti mampus"
Selesai mengucapkan perkataan itu mendadak tubuhnya melejit ke angkasa dan menyusup
lewat jendela, tanpa berpaling lagi ia pergi meninggalkan tempat itu.
Thi yan suami istri maupun Ting Peng tidak menghalangi kepergiannya, tentu saja orang lain
lebih-lebih tak ada yang menghalanginya.
Tubuhnya berlompatan beberapa kali di atas telaga yang membeku jadi salju dan kemudian
lenyap dibalik kegelapan.
Dia, seperti merasa kuatir bahwa ada orang yang memaksanya untuk mengutarakan rahasia
tersebut, sebab bagaimanapun juga rahasia tersebut tak mungkin akan di utarakan keluar.
Terdengar Thi yan tianglo berkata:
"Selama hidup, aku sudah banyak membunuh orang, sekarangpun aku masih mempunyai
sebuah tangan, untuk membunuh orang, bila hari aku tidak mati, cepat atau lambat setiap orang
yang berada di sini akan kubunuh satu persatu, siang dan malam kalian biar merasa kuatir,
merasa gelisah karena harus berjaga-jaga atas kedatanganku, siapa tahu dikala kalian sadar dari
impian, kamu semua telah berubah menjadi setan penasaran"
Perkataan itu diucapkan amat lambat, sepatah demi sepatah di utarakan keluar, dalam setiap
patah kata itu seakan-akan terkandung sumpah keji dari setan iblis.
Ketika sepatah demi sepatah kata yang dia utarakan itu mendengung di sisi telinga semua
orang, tanpa terasa bulu kuduk mereka pada bangun berdiri.
Setiap orang tahu, dia adalah seorang yang bisa berkata bisa pula untuk melaksanakannya.
Kembali Thi yan tianglo berkata:
"Oleh sebab itu, hari ini tidak seharusnya kalian membiarkan aku meninggalkan tempat ini
dalam keadaan hidup, cuma sayang kalian justru tak mampu membunuh aku!"
Siapapun tak dapat menyangkal akan hal ini, siapapun tak berani bermusuhan dengan pihak
Sin kiam san ceng dan tujuh partai pedang.
Namun aku sendiri masih dapat membunuh diriku sendiri" ucap Thi yan tianglo jauh-jauh.
Ditatapnya wajah Ting Peng lekat-lekat, lalu sambungnya:
?"Asal kau bersedia menerangkan kepadaku bagaimana caramu mempelajari ilmu golok yang
barusan kau pergunakan, seketika itu juga aku akan mati di sini"
Ternyata dia rela mengorbankan selembar jiwanya untuk memperoleh ganti rahasia tersebut.
Bagaimanakah cara Ting Peng melatih ilmu golok tersebut" Apa hubungannya antara
persoalan ini dengannya" Mengapa dia ingin semua orang berharap Ting Peng bersedia untuk
mengatakannya secara terus terang .
Setiap orang segera diliputi perasaan ingin tahu, sebab persoalan itu sendiri memang cukup
menimbulkan rasa ingin tahu setiap orang.
Selain itu, setiap orangpun berharap Thi yan bisa cepat-cepat mampus.
"Kau bersedia untuk mengatakannya atau tidak ?" Thi yan tianglo menegaskan.
"Tidak !" Jawaban dari Ting Peng pun cukup sederhana dan ringkas, bagaikan sebatang paku saja.
"Kau benar-benar tak akan berbicara?" bentak Thi yan tianglo semakin lantang.
"Kau tak akan mampu membunuh aku, sebaliknya setiap saat aku dapat membunuhmu, hari
ini mungkin saja ku ampuni selembar jiwamu, tapi lain waktu, jika kau berani membunuh satu
orang saja, segera kurenggut nyawamu."
Kemudian pelan-pelan dia melanjutkan:
"Sekeping lencana besi Bian si thi leng paling banter Cuma bisa menyelamatkan jiwamu
sekali, kujamin lain waktu tak seorang manusiapun yang sanggup menolong dirimu, sekalipun Sin
kiam san-ceng mendatangkan Cia cengcu sendiripun, akan kubunuh dirimu lebih dulu sebelum
memperbincangkannya."
Semua perkataan itupun diucapkan dengan suara pelan, diutarakan sepatah demi sepatah,
dalam setiap patah kata itu terbawa suatu kekuatan tak bisa tidak untuk mengakuinya, semacam
kekuatan yang tak mungkin bisa dilawan.
Dalam sekejap mata, dari seorang pemuda yang lembut tahu-tahu sudah berubah seperti
seorang raksasa yang tinggi besar.
Dari balik mata Cia Siau giok kembali terpancar keluar perubahan perasaan yang sangat kalut.
Berbeda sekali dengan mimik wajah dari Thi yan tianglo, dari balik matanya seakan-akan
terpancar keluar sepasang api beracun, sebilah pisau beracun, seekor ular beracun dan sumpah
keji dari segenap iblis buas dari langit maupun bumi.
?"Kuanjurkan kepadamu, paling baik kalau sekarang juga kau pergi meninggalkan tempat ini!"
terdengar Ting Peng berkata lagi.
"Tentu saja aku akan pergi, tapi aku pun mempunyai suatu persoalan yang bagaimanapun
juga mau tak mau harus kusampaikan juga kepadamu!" "
"Kalau begitu katakan saja!"
Pelan-pelan Thi yan tianglo menarik napas panjang, lalu berkata:
"Entah dari manapun kau pelajari ilmu golok itu, di kemudian hari pasti akan mendatangkan
bencana yang tiada taranya bagimu"
Kemudian dengan sorot mata yang berapi-api, memancarkan sinar kebengisan dan kebencian
yang meluap-luap, dia melanjut-kan kembali kata-katanya:
"Sekalipun kau dapat mempergunakan golok tersebut untuk malang melintang di dalam dunia
persilatan, sekalipun kau dapat menjagoi seluruh kolong langit, menjadi jagoan yang tak
terkalahkan di dunia ini dan menguasahi seluruh dunia ini, namun bencana tersebut akan selalu
mengikuti dirimu, nasib sial dan musibah tragis akan selalu menempel dirimu. baik siang atau
malam, setiap detik setiap menit, setiap saat selalu mengikuti dirimu, sekalipun kau bisa
mempergunakan golok itu untuk mendapatkan nama yang besar kedudukan yang tinggi dan
kekuasaan yang melimpah, akan tetapi selama hidupmu di dunia ini, kau pasti akan hidup di dalam
penderitaan, hidup tersiksa, tersiksa raga dan batin selama hidup tak akan pernah merasakan
kebahagiaan sepanjang hidup sengsara terus tersiksa terus menderita dan sedih sampai mampus!
Selamanya tiada kegembiraan bagimu, tiada kesenangan yang bisa kau rasakan, kau akan
menderita, menderita terus sepanjang jaman, sampai kiamatnya dirimu . . .."
Mendadak ia mendongakkan kepalanya menghadap langit, kemudian jeritnya dengan suara
parau: "Dengan disaksikan oleh semua iblis semua setan dan semua dedemit yang ada di langit dan
bumi, sumpah ini moga-moga akan terkena pada dirimu dan itulah nasibmu sepanjang masa!"
Itulah sumpah kejinya! Sumpah yang betul-betul teramat keji.....
ooo0ooo PERPISAHAN ANGIN dingin berhembus lewat di atas telaga yang beku oleh salju, dalam kegelapan entah
ada berapa banyak setan iblis, ataupun dedemit yang ikut mendengarkan sumpah kejinya itu.
Kemudian suami istri berdua itupun melenyapkan diri dibalik kegelapan jauh lebih pekat
daripada gumpalan darah, lenyap di balik kerumunan setan iblis.
Ting Peng hanya mendengarkan saja dengan tenang, tampaknya dia seperti amat tenteram
dan sama sekali tidak terpengaruh.
Tiba-tiba Cia Siau giok menerjang ke depan, menarik tangannya seraya berseru:
"Jangan sekali-kali kau dengarkan perkataan setan mereka!"
Tangannya amat dingin bagaikan es, namun suaranya justru lembut dan hangat.
"Jangan sekali-kali kau percayai perkataan setan semacam itu, walau hanya sepatah katapun.
Ting Peng termenung sampai lama, kemudian dia baru berkata lambat-lambat.
"Kadangkala omongan setan justru akan manjur!."
Tangan Cia Siau giok makin dingin, sedemikian dinginnya sampai menggigil.
Ting Peng memperhatikan wajahnya, tiba-tiba ia tertawa:
"Namun apa yang mereka ucapkan tak sepatah yang kupercayai, sebab apa yang mereka
ucapkan bukan perkataan setan, mereka adalah manusia bukan setan."
Cia Siau giok turut tertawa:
Suaranya berubah semakin lembut.
"Sekalipun mereka benar-benar adalah setan, aku percaya kaupun tak akan takut kepada


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka, aku percaya entah di langit atau di bumi, tiada persoalan yang bisa membuatmu menjadi
ketakutan!" Dalam dunia ini masih terdapat persoalan apa lagi yang jauh lebih menarik perhatian seorang
pria daripada pujian dari seorang gadis cantik"
Apalagi kalau lelaki itu kebetulan merupakan seorang pahlawan daripada orang yang dipujinya
itu. Di dunia ini masih terdapat persoalan apalagi yang bisa membuat seorang pria merasa bangga
daripada rasa percaya seorang gadis yang tanpa dosa kepadanya"
Apalagi jika gadis itu adalah seorang gadis yang cantik jelita"
Akan tetapi Ting Peng sama sekali tidak terpengaruh oleh kesemuanya itu, dia tidak menjadi
mabuk kepayang. Betul dia seorang pria tapi ia bukan seorang pria sembarangan.
Dia mempunyai seorang istri "rase" Cing cing, sepintas lalu baik Cing-cing maupun Cia Siau
giok sama-sama tampak cantik, sama-sama tampak suci bersih.
Kalau Cing-cing banyak memancarkan sinar mata yang penuh dengan kepercayaan serta
pujian tanpa bersuara, maka Cia siau giok lebih banyak menampilkan ke semuanya itu dengan
berbicara. Terhadap gejala semacam ini, selain ia sudah menjumpai dan lagi tampaknya sudah agak
jenuh. Apalagi didalam hatinya masih terdapat suatu kejadian yang membuatnya selalu sakit hati.
Itulah perbuatan dari istri Liu Yok siong, si perempuan yang mengganti namanya menjadi Ko
siau, seekor anjing betina yang rendah dan tak tahu malu.
Justru perempuan itulah yang benar-benar telah menipunya, menipu dengan mengandalkan
kepolosan dan kelincahan seorang gadis sehingga nama baik serta martabatnya betul-betul
ternoda. Itulah sebabnya senyuman yang semula menghiasi ujung bibirnya mendadak berubah jadi
beku, suaranyapun turut membeku, dengan dingin dia melepaskan diri dari cekalan Cia Siau giok,
kemudian ujarnya dingin: "Kau benar-benar adalah putrinya Cia Siau hong?"
Dengan terperanjat Cia Siau-giok mengawasinya, dia tak tahu persoalan apakah yang telah
membuat lelaki tersebut berubah menjadi begitu dingin dan kaku.
Terpaksa dengan nada ketakutan ia menjawab:
"Bee......benar !"
"Akan tetapi setiap orang mengatakan kalau Cia Siau-hong tidak beristri!" kata Ting Peng lagi
dingin. Cia Siau giok segera tertawa.
"Apa yang dilakukan ayahku selama ini memang jarang sekali diketahui orang lain,
perkampungan Sin kiam-san-ceng pun jarang sekali dikunjungi orang. darimana mungkin orang
lain bisa mengetahuinya."
Ting Peng segera tertawa dingin.
"Heeeehh... heeeehhh.... heeeehhh..... Cia Sam-sauya yang namanya sudah termasyhur di
seluruh kolong langit, sudah barang tentu tak akan sudi untuk berhubungan dengan orang-orang
awam" Tiba-tiba Cia Siau giok seperti menjadi paham, dia segera tertawa dan berkata:
"Oooh .... rupanya kau menjadi marah lantaran ayahku tidak menerima undanganmu?"
"Tidak berani, aku hanya sekalian memberi kartu undangan kepadanya, aku tidak maksudkan
dia benar-benar mesti datang kemari!"
"Dalam hal ini, kau harus dapat memaafkan dia, selama banyak tahun ini ayahku sudah
mengundurkan diri dari keramaian dunia, jangan toh orang lain, beberapa orang sobat karibnya
yang sudah dikenal banyak tahun pun selalu dihindari"
Di atas wajahnya yang tak berdosa kembali tersungging sekulum senyuman manis, lanjutnya:
"Akan tetapi, ketika aku ingin kemari, ternyata dia tidak melarang, malahan suruh Sang Ceng
dan Thian It hui melindungi aku, hal ini menunjukkan kalau diapun menaruh hormat kepadamu!"
Kembali Ting Peng tertawa dingin:
"Memang seharusnya menaruh hormat sebab orang yang dikirim untuk melindungimu itu
bukan saja tidak melindungimu, malahan sudah mendatangkan banyak kesulitan, sebaliknya aku
seorang manusia yang tidak dipandang sebelah mata olehnya, justru tidak acuh untuk melakukan
kesalahan terhadap tianglo Mo kau yang ditakuti setiap orang dan menyelamatkan putrinya dari
tangan Thi yan siang hui"
Dari balik sorot mata Cia Siau giok kembali memancar keluar sorot mata yang tajam, katanya
kemudian: "Kau bukan cuma menolong, bahkan mengalahkan Thi yan siang hui, jika ayahku tahu, dia
pasti akan menganggap hal ini sebagai suatu hal yang luar biasa"
Dengan cepat dia menambahkan pula:
?"Sudah barang tentu, dia pun akan merasa berterima kasih sekali kepadamu!"
"Kalau dia amat berterima kasih kepadaku, berarti dia berhutang terima kasih kepadaku, jika
dia menganggap aku masih lumayan juga, itu berarti pula dia berhutang satu kali kesempatan
kepadaku untuk melakukan duel"
Mendengar perkataan itu, Cia Siau giok menjadi tertegun.
"Kau hendak mencari ayahku untuk diajak berduel?" tertahan.
Kembali Ting Peng tertawa dingin.
?"Semenjak Cia Sam sauya terjun ke dalam dunia persilatan, dia selalu mencari jago-jago
kenamaan dunia ini" untuk diajak berduel mengalahkan setiap jago yang dijumpainya sebelum
akhirnya nama Sin kiam san-ceng menjadi termasyhur di dunia ini!"
"Tapi nama besar Sin kiam san ceng bukan dimulai semenjak ayahku terjun ke dalam dunia
persilatan!" buru-buru Cia Siau giok menerangkan.
"Tapi nenek moyang kalian toh tidak setenar ayahmu, justru karena dia mengalahkan orang
lain maka namanya baru tenar, oleh sebab itu diapun tidak berhak untuk menampik tantangan dari
orang lain" ?"Ayahku tak akan berduel denganmu, karena kau bukan seorang jago pedang!"
Tampaknya gadis itu merasa perkataannya itu kurang cocok, buru-buru dia menambahkan
lagi. ?"Sekalipun kau adalah seorang jago pedang yang sangat lihay, diapun tak akan berduel
denganmu, sejak pertarungannya melawan Yan Cap sa dimasa lalu, dia sudah bilang tak akan
berduel lagi dengan siapapun... !"
Meskipun Cia ciangkwee seorang yang hadir ketika Cia Siau hong melangsungkan duelnya
yang terakhir melawan Yap Cap sah, akan tetapi Cia ciangkwee bukan seorang yang banyak
mulut, selamanya dia tak pernah mengungkapkan siapakah yang telah memenangkan
pertarungan yang luar biasa itu..
Tapi siapapun tahu dalam pertarungan itu Cia Siau honglah yang berada dipihak yang kalah.
Tapi kejadian itu tidak mempengaruhi nama besar dari Cia Siau hong, juga tidak
mempengaruhi nama besar dari Sin kiam san-ceng.
Sebagai seorang jago pedang, kalah satu dua kali sudah lumrah, kekalahan bukan sesuatu
yang memalukan, apalagi si pemenang dalam pertarungan itu, Yan Cap sah justru telah bunuh diri
sehabis pertarungan tersebut berlangsung.
Alasannya untuk bunuh diri adalah untuk memusnahkan jurus pedang yang dapat
mengalahkan Cia Siau hong itu.
Karena jurus pedang yang bengis dan berhawa pembunuhan itu tidak cocok bagi alam
manusia. Sejak Yan Cap sha mati, jurus pedang pun dibawanya ke alam baka, maka Cia Siau hong
masih tetap merupakan seorang jago pedang yang lihay di dunia ini.
Persoalan ini diungkapkan sendiri oleh Cia Siau hong kepada beberapa orang temannya
setelah peristiwa itu berlangsung.
Orang yang bisa dianggap sebagai teman oleh Cia Siau hong, sudah barang tentu hanya
orang-orang yang menduduki jabatan tinggi serta mempunyai nama besar di dalam dunia
persilatan. Itulah sebabnya semua perkataan yang muncul dari mulut mereka tidak disangsikan lagi
keasliannya. Akan tetapi Ting Peng merasa amat tidak puas dengan penjelasan semacam itu.
Sambil tertawa dingin katanya:
"Di ujung pedang ayahnya telah membunuh banyak sekali jago lihay, mereka semua toh tidak
memakai pedang, oleh karena itu diapun tidak beralasan untuk menampik tantanganku dengan
mempersoalkan Golok bulan sabit"
Cia Siau giok tertegun, untuk sesaat lamanya dia tak tahu bagaimana harus menjawab
pertanyaan itu. Tampaknya Ting Peng juga tidak mengharapkan jawabannya, hanya dengan suara dingin
ujarnya: "Kau boleh pulang dan beritahu kepada ayahmu, katakan kepadanya bahwa aku
menunggunya selama sepuluh hari, dalam sepuluh hari ini dia harus datang sendiri kemari untuk
menyampaikan rasa terima kasih serta meminta maaf, Kami boleh jadi bisa berteman.. ."
Ucapan itu kontan saja membuat paras muka semua orang berubah hebat, sebab ucapan
tersebut kelewat tekebur.
Selama hidupnya Cia Siau hong hanya mempunyai beberapa orang teman, bukan boleh juga
di belakang tak seorang temanpun yang dimilikinya, hal ini bukan saja dikarenakan dia memang
seorang yang suka menyendiri hal inipun dikarenakan dia adalah seorang jago pedang yang tiada
tandingannya di dunia ini.
Pedang adalah dewa diantara pedang orangnyapun merupakan dewa diantara manusia.
Biasanya orang yang berada paling di puncak paling tinggi, dia selalu hidup menyendiri.
Tapi siapapun tak berani mengatakan kalau berkenalan dengan Cia Siau houg merupakan
sesuatu yang terlalu dipaksakan, atau perbuatan yang merendahkan derajat sendiri.
Tapi Ting Peng telah berkata demikian dan ternyata tiada orang yang mengatakan kejadian itu
sebagai suatu yang tekebur.
Mereka semua telah menyaksikan kelihaian Ting Peng, hanya dalam sekali ayunan golok saja,
dia sanggup mengutungi pergelangan tangan dari Thi yan siang hui tianglo dari Mo kau.
Walaupun mereka tak sempat menyaksikan permainan golok tersebut, bahkan ada
diantaranya yang tidak melihat sesuatu apapun, akan tetapi mereka dapat menyaksikan golok dari
Thi yan siang hui terjatuh ke tanah terlepas dari pegangan.
Tak dapat disangkal lagi, jelas hal itu dikarenakan ayunan goloknya, ayunan golok dalam satu
gebrakan. Bila semula orang yang hadir di arena juga belum pernah menyaksikan Cia Siau hong
mempergunakan pedangnya, tapi merekapun tak berani memastikan pedang sakti milik Cia Siau
hong dapat pula melakukan hal yang sama.
Oleh karena itu, Ting Peng dinilai cukup berhak untuk mengucapkan perkataan tersebut.
Oleh sebab itu ucapan yang disampaikan Ting Peng selanjutnya juga tidak membuat semua
orang merasa terkejut. Terdengar Ting Peng berkata.
?"Dalam sepuluh hari kemudian, bila dia belum juga datang, itu berarti dia berteriak
mengadakan duel denganku, maka akupun akan membawa golokku untuk mendatangi
perkampungan Sin kiam san-ceng untuk mencari dirinya!"
Cia Siau giok menelan air liurnya lalu berbisik lirih:
"Ting.. . . Ting kongcu, Ting tayhiap... mengenai persoalan ini, aku. . . ."
Ting Peng sama sekali tidak memberi kesempatan lagi baginya untuk banyak berbicara,
segera tukasnya. "Kau cukup membawa pulang kata-kata itu dan menyampaikan kepadanya, sekarang aku
yakin tiada orang yang dapat melakukan lagi, oleh karenanya kaupun boleh pergi.
Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berjalan pergi, berjalan menuju ke
belakang, meninggalkan semua tamu yang memenuhi ruangan, meninggalkan pula Cia Siau giok
yang berdiri tertegun di tempat itu.
Pelayan yang mengenakan seragam rapi mulai memberesi meja perjamuan" dari sisa
mangkuk serta cawan. Walaupun perjamuan baru berlangsung setengah jalan, sayurpun baru muncul berapa macam,
tapi perjamuan dalam pagoda Ang bwee kek telah berakhir.
Liu Yok siong dengan kedudukan sebagai seorang murid berdiri di depan pintu untuk
mengantar tamu, memberi hormat kepada setiap orang dan mengucapkan beberapa kata yang
sopan. . Tapi sebagian besar juga yang di sapanya tidak menggubris, memandang sekejap ke arahnya
pun tidak. Bagaimanapun juga Liu Yok siong adalah seorang jagoan yang pernah termasyhur dikolong
langit, tapi sekarang dia seakan-akan sudah dilupakan oleh setiap orang.
Akan tetapi Liu Yok siong seolah-olah tidak acuh terhadap sikap dingin orang lain, senyuman
manisnya masih menghiasi ujung bibirnya, sikapnya masih sungkan dan ramah terhadap setiap
orang, termasuk mereka yang dikenal maupun tidak di kenal.
Dia seolah-olah merasa puas sekali dengan kedudukannya sekarang.
Seakan-akan menjadi muridnya Ting Peng jauh lebih terhormat daripada sewaktu dia menjadi
seorang tayhiap, seorang cengcu tempo hari.
Sekalipun dia bukan seorang yang agung, seorang yang luar biasa, namun tak dapat disangkal
lagi, dia memang merupakan seorang manusia yang luar biasa sekali.
Sepanjang seribu tahun, belum tentu akan dijumpai seorang manusia semacam dia.
"Untung saja hanya ada seorang!"
Itulah sudut pandangan setiap orang yang meninggalkan ruangan tersebut, terhadap Liu Yok
siong dibalik cemoohan juga terlintas perasaan kagum.
Sebagai seorang lelaki sejati harus menyesuaikan diri dengan keadaan, setiap orang dapat
mengucapkan perkataan itu, setiap orang juga pernah menyaksikan keadaan Liu Yok siong ketika
masih jaya-jayanya dulu. Tapi mereka sama sekali tak menyangka kalau Lio Yok siong benar-benar dapat
menyesuaikan diri sehingga sedemikian rendahnya.
"Manusia semacam Liu Yok siong, benarkah dia akan memendam dirinya dengan begitu saja,
sepanjang masa hidup dalam suasana yang rendah dan penuh cemoohan?"
Jawabannya hanya satu dan seratus persen sudah pasti benar.
"Orang ini benar-benar menakutkan, jauh lebih menakutkan daripada Sam sauya Cia Siau
hong dari Sin kiam san-ceng, jauh lebih menakutkan daripada golok maut dari Ting Peng"
Itulah perkataan yang diucapkan delapan puluh persen orang yang hadir didalam ruangan itu.
Sedangkan sisanya yang dua puluh persen segera merasa mual dan ingin muntah setelah
meninggalkan dari hadapan Liu Yok siong.
Cuma mereka tidak sungguh-sungguh muntah, sebab selama berada di Ang bwe kek, mereka
tidak makan apa-apa. Namun setiap orang merasa puas, merasa girang karena perjalanan mereka kali ini tidak siasia
belaka, hasil yang diperoleh mereka didalam perjamuan ini bukan makanan, walaupun semua
sayur yang dihidangkan dalam perjamuan itu adalah hidangan-hidangan paling lezat yang dibuat
oleh koki kenamaan. Tapi tak seorangpun yang tahu bagaimanakah rasanya.
Perut semua orang sudah di isi kenyang oleh ketegangan serta rangsangan yang hebat.
Setiap orang merasa amat puas, bahkan tidak terkecuali pula bagi mereka yang mati dalam
Ang bwe kek. Terhadap mereka yang mati, Ting Peng kongcu sekali lagi memperlihatkan keroyalannya.
ooo0ooo SEPULUH hari sudah berlalu, setiap hari pasti ada orang yang menanti di tepi telaga Say cu
ou, menjulurkan lehernya sambil menengok tanggul Soti yang panjang dab sempit dengan
harapan bisa melihat Sam Sauya dari keluarga Cia datang ke situ.
Banyak orang berharap bisa berjumpa dengan menyaksikan sendiri macam apakah wajah dari
si jago pedang lihay yang tiada taranya di dunia ini.
Bahkan diantara mereka terdapat pula banyak sekali kaum perempuan, mereka pernah
mendengar orang berkata bahwa dulu Cia Sam sauya adalah seorang jago pedang romantis yang
selalu membuat affair cinta dimana-mana.
Walaupun sekarang usianya agak lanjut, tapi watak manusia sukar dirubah, siapa tahu kalau
mereka mendapat kesempatan yang baik untuk dipikat olehnya. . . .
Tapi kecuali perempuan-perempuan genit itu, sebagian besar orang, terutama jago persilatan
selalu berharap agar jangan melihat kehadiran Cia Siau hong.
Bila Cia Sam sauya tidak datang, Ting kongcu pasti akan pergi mencarinya, mencarinya untuk
diajak berduel. Suatu pertarungan, tentu saja jauh lebih menarik daripada permintaan maaf, jauh lebih
memuaskan. Apalagi jika pedang sakti bertemu dengan golok maut, hal itu pasti akan merupakan suatu
peristiwa yang menarik hati.
Cia Siau-hong memang tidak membuat semua orang kecewa.
Dia tidak datang. Dalam kenyataan setiap orangpun menganggap kemungkinan dia tak datang jauh lebih besar.
Cia Siau hong bukan seorang yang berhati pengecut, sekalipun ada orang yang mengatakan
bahwa dia telah berubah menjadi amat bersahaja.
Tapi bagaimanapun juga Cia Siau hong tetap Cia Siau hong, adalah seorang yang tinggi hati.
Walaupun dia bukan seorang yang tidak tahu aturan, juga bukan seorang yang tak tahu
berterima kasih kepada orang, tapi dia pun bukan seseorang yang mudah mengucapkan terima
kasih kepada orang lain. Mungkin hal ini disebabkan dia she Cia, leluhurnya she Cia semua, demi pantangan, dia tak
ingin mempergunakan kata tersebut untuk menyampaikan perasaannya kepada orang lain.
Seseorang yang enggan mengucapkan kata "Cia" atau terima kasih kepada orang lain, tentu
saja makin mustahil kalau dia mau meminta maaf.
Jangan toh Ting Peng baru menolong putrinya, sekalipun menyelamatkan jiwanyapun belum
tentu dia akan menyampaikan rasa terima kasihnya itu.
Apalagi kalau suruh dia datang meminta maaf hanya dikarenakan dia menampik undangan
dari Ting Peng, hal ini lebih-lebih tak mungkin akan dilakukannya.
Jika Cia Siau hong sampai berbuat demikian maka dia bukan Cia Siau hong lagi, dia pastilah
seorang anak jadah yang lebih rendah daripada anjing-anjing geladak.
Kini terbukti Cia Siau hong tidak datang apakah Ting Peng akan pergi untuk mencarinya"
Selama sepuluh hari ini, Cing-cing selalu merasa murung, entah mengapa dia selalu saja
bermuram durja. Tapi Ting Peng tidak merasakan hal itu.
Ting Peng sedang merasa gembira karena kepandaian silat yang dimilikinya, sekarang dia
tahu, semenjak pertempuran di Ang Bwee kek, namanya sudah makin tersohor di seantero dunia.
Tapi dia bukanlah seorang yang begitu tekebur sehingga lupa diri, diapun tahu bahwa ucapan


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang disampaikan kepada Cia Siau giok merupakan ucapan yang terlampau tekebur.
Tapi diapun mengerti, pedang Cia Siau hong sudah pasti jauh lebih lihay daripada ilmu Siang
to hap pit dari Thi yan suami istri.
Diapun tahu Cia Siau hong tak akan datang, tapi pertarungan tak bisa dihindari dengan begitu
saja, apalagi kalau pertarungan tersebut merupakan apa yang didambakannya selama ini.
Dalam sepuluh hari ini, dia tidak menerima seorang tamupun, bahkan kamar Cing-cing pun
jarang sekali di datangi, sebagian besar waktunya di habiskan di dalam kamar rahasianya untuk
mendalami kepandaian silat yang dimilikinya.
Mendalami ilmu golok bulan sabit tersebut, melatih ilmu golok yang luar biasa itu.
Sebenarnya dia bukan seorang yang berambisi besar, tapi sukses yang dialaminya dalam Ang
bwe kek membuat kepercayaannya pada diri sendiri makin bertambah besar, hal itu membuat
ambisinya pun semakin berkobar.
Dia telah menyusun sendiri serangkaian tindakan yang akan diambilnya selama ini, yang
dipikirkan semakin banyak, semakin repot, ambisinyapun makin lama semakin besar.
Setiap orang yang sanggup mengalahkan Cia Siau hong, dia pasti akan berhasil mencapai
puncak kedudukan yang paling top di dunia ini, setiap orang berharap bisa mencapainya, demikian
juga keadaannya dengan Ting Peng.
Dia hanya menjadikan kejadian tersebut sebagai suatu permulaan belaka.
Sedang didalam hatinya dia sudah mempunyai banyak sekali rangka pikiran yang hendak
dikerjakannya. Rangka pikiran tersebut amat hebat, dia ingin membuat suatu ketenaran yang melebihi
ketenaran Sin kiam san ceng, lebih menggetarkan seluruh dunia persilatan.
Oleh karena itu dia bertekad, langkahnya yang pertama ini harus sukses.
Akhirnya sepuluh hari sudah lewat.
Ternyata Cia Siau hong benar-benar tidak muncul di situ, dia benar-benar tidak datang untuk
meminta maaf. Hari ini adalah hari yang ke sebelas.
Hari ini langit terasa amat cerah, angin berhembus sepoi-sepoi dan sejauh mata memandang
udara amat bersih, tiada awan, tiada mega.
Udara se cerah ini merupakan saat yang paling cocok untuk berpergian jauh.
Ting Kongcu telah bersiap-siap untuk berangkat meninggalkan perkampungannya.
Dia telah bersiap sedia untuk mendatangi perkampungan Sin kiam san-ceng untuk menantang
Cia Siau hong berduel. Bila dia berhasil menangkan duel tersebut, berhasil mengalahkan Cia Siau hong yang amat
tenar itu, maka dengan cepatnya nama besarnya akan memanjat ke langit, dia akan termasyhur
dan menjadi tenar di seluruh dunia.
Sebelum berangkat, ia pergi menjumpai Cing-cing, baru saja dia hendak mempertimbangkan
bagaimana caranya untuk berbicara, Cing-cing berkata lebih dulu.
"Semoga Long kun sukses sepanjang jalan dan kembali dengan membawa hasil yang
diharapkan. ." Mula-mula Ting Peng agak tertegun, menyusul kemudian ia tertawa terkekeh-kekeh.
"Heeehh. . . heeehh. . . heeehh. . . istriku, kau memang hebat sekali, kemauan serba tahumu
makin menghebat tampaknya sehingga apa yang kupikirkan didalam hati tak pernah dapat
mengelabuhi dirimu!"
Begitulah dia pergi meninggalkan Cing-cing tanpa mengucapkan apa-apa lagi .
ooo0ooo PERJALANAN JAUH TING PENG berangkat dengan mempergunakan sebuah kereta kencana yang berwarna
kuning emas. Kereta itu dihela oleh empat ekor kuda jempolan berwarna putih, ke empat ekor kuda itu
merupakan kuda pilihan. Bagi orang biasa untuk mendapatkan seekor saja sudah sukarnya bukan kepalang, sekarang
ternyata ia mempunyai empat ekor yang dipakai untuk menarik kereta.
Kuda jempolan hanya cocok dipakai untuk melakukan perjalanan jauh, bukan untuk naik
kereta, sebab hal itu merupakan suatu persoalan .... .merupakan suatu perbuatan yang tidak
benar. Tampaknya ke empat ekor kuda jempolan itupun tidak terbiasa dengan suasana yang
dihadapinya, bahkan mereka kelihatan sekali tidak tenang.
Namun kusir kereta tersebut adalah seorang kusir yang ahli, dia adalah seorang suku asing
bertubuh hitam pekat, kepalanya gundul dengan mengenakan celana panjang bersulamkan
bunga, tubuh bagian atasnya telanjang dan mengenakan sebuah handuk kecil saja sehingga
tampak bahu dan dadanya yang kekar.
Pada lehernya dia mengenakan sebuah gelang besar terbuat dari emas, ketika duduk di atas
kereta persis seperti sebuah pagoda kecil saja ....
Tangannya yang kuat dan berpengalaman memegang tali les kuda kencang-kencang,
sementara cambuknya diayunkan berulang kali memaksa ke empat ekor kuda jempolan itu harus
berlarian menurut arah yang dituju.
Keadaan seperti ini terasa amat menyolok bahkan sedikit berbau pameran kekayaan.
Tapi Ting toa sauya memang paling gemar dengan permainan semacam ini, sejak ia muncul
dalam dunia persilatan, ia sudah senang memamerkan kekayaannya.
Padahal sewaktu kecil dulu dia bukanlah seorang yang kaya, tapi sekarang setelah memiliki
harta kekayaan tak ternilai banyaknya, dia seperti tak tahu bagaimana musti mempergunakannya.
Di belakang keretanya mengikuti serombongan besar manusia, Ting Peng merasa puas sekali,
dia tahu orang-orang yang datang tanpa diundang, mereka bagaikan anak buah yang paling setia
saja, dari situ terus mengikuti sampai ke perkampungan Sin kiam san-ceng,
Ting Peng menengok ke belakang, dia saksikan rombongan manusia itu sudah berubah
menjadi suatu barisan yang amat memanjang, ada yang berombongan, ada pula yang sendirian,
tapi semuanya merupakan jago-jago, kenamaan dalam dunia persilatan.
Kenyataan ini membuat hatinya merasa girang sekali.
Mungkin nama Cia Siau hong lebih termasyhur daripada namanya, tapi sanggupkah Cia Siau
hong untuk menciptakan pula suasana seperti apa yang dialaminya sekarang"
Dia memejamkan matanya sambil bersandar dengan santai, ia membiarkan kereta berjalan
seenaknya, sementara senyuman menghiasi ujung bibirnya.
Ia tersenyum karena merasa gembira oleh suatu persoalan yang lain.
Itulah sikap Cing-cing terhadap setiap persoalan yang sedang dihadapinya.
Sebelum berangkat, dia merasa sukar untuk mengutarakan maksud hatinya itu kepada Cingcing,
dia menginginkan agar kali ini Cing-cing jangan ikut serta, namun perkataan semacam itu
sulit untuk diutarakan. Ia telah memikirkan beribu macam alasan, namun tak sebuah pun yang dirasakan cocok.
Cing-cing amat cantik, berada bersamanya tak mungkin akan membuatnya menjadi malu.
Ilmu silat yang dimiliki Cing-cing pun sangat tinggi, dulu jauh lebih tinggi banyak daripada
kepandaiannya, sekarang dia mungkin jauh lebih tinggi sedikit, tapi yang pasti kehadiran gadis
tersebut bukan merupakan suatu beban baginya.
Cing-cing amat menuruti setiap perkataannya, belum pernah menampik permintaannya, juga
tak pernah mengikat kebebasannya untuk bergerak serta melakukan sesuatu.
Tiada sesuatu alasan pun yang menyatakan agar Cing-cing jangan turut dalam perjalanan ini.
Tapi dia tahu ada satu alasan yang membuatnya tak bisa membawa serta istrinya, hanya
alasan itu sukar untuk diutarakan.
Dia adalah rase, ilmu rasenya sudah mencapai pada puncaknya, betul dia amat lihay, namun
sifatnya tetap rase, dia merasa canggung, untuk muncul di suatu tempat yang terdapat banyak
orang. Namun hal ini bukan merupakan alasan Ting Peng mengapa dia tidak membawa serta Cingcing.
Entah karena alasan apa, dia hanya ingin meninggalkan Cing-cing untuk sementara waktu.
Tentu saja hal ini bukan suatu alasan, tapi justru hal itu menjadi suatu dorongan hatinya,
menjadi suatu yang diharapkan olehnya.
Dia mengira Cing-cing pasti akan mengikutinya, maka dia harus memutar otak untuk
menemukan sesuatu alasan agar Cing-cing jangan turut di dalam perjalanan kali ini.
Gara-gara persoalan itu, hampir saja dia menghabiskan waktu selama satu hari untuk
memikirkannya, meski kemudian hasilnya tetap nihil.
Sungguh tak disangka, sebelum dia berangkat dan sebelum mengucapkan sesuatu, Cing-cing
telah berbicara lebih dulu.
Dia menyampaikan salam perpisahannya dan mendoakan kepadanya moga-moga pulang
dengan sukses. Dia seakan-akan sudah merasa kalau dirinya lebih baik jangan turut serta didalam perjalanan
itu.. Hal mana bukan sesuatu yang aneh, karena dia adalah rase.
Rase selalu mempunyai kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan datang, terutama
untuk menilai suara hati manusia.
Tanpa terasa Ting Peng berpikir lagi.
"Bila mengawini seorang gadis rase sebagai istri, sesungguhnya hal ini merupakan suatu
kejadian yang amat menguntungkan.
Maka sepanjang perjalanan, Ting kongcu merasa puas sekali.
Itulah sebabnya walaupun kereta berjalan dengan goncangan yang sangat keras, dia masih
dapat tidur. Goncangan dalam kereta bukan disebabkan jalanan yang tidak rata. Mereka sedang berjalan
di atas jalan raya yang datar, lebar dan rata, roda kereta pun besar dan kuat.
Kereta itu memang sebuah kereta yang istimewa, jauh lebih istimewa dari pada kereta
kencana Raja sewaktu melakukan perondaan.
Yang tidak stabil jalannya adalah kuda yang menghela kereta, langkah mereka tak bisa
bersama, dan lagi kuda-kuda itupun belum pernah terlatih untuk menarik kereta.
Itulah sebabnya walaupun terdapat seorang kusir yang begitu baik, namun dalam waktu
singkat kereta itu belum juga bisa berjalan dengan tenang dan mantap.
Ah-ku adalah nama dari suku asing yang menjadi kusir kereta, dia dibawa datang oleh Cingcing
dari dalam sarang rasenya.
Ah-ku boleh dibilang merupakan seorang yang serba bisa, mulai dari jahit menjahit sampai
urusan mencabut pohon besar, semuanya dapat dilakukan dengan sempurna.
Sulaman bunga di atas celananyapun merupakan hasil sulamannya sendiri.
Kereta kencana yang amat megah itu pula merupakan hasil karyanya, yang tak dapat
dilakukan Ah-ku cuma dua hal.
Pertama adalah melahirkan anak, karena ia lelaki.
Yang kedua berbicara karena dia tak punya lidah.
Untung saja kedua hal tersebut tidak berpengaruh besar bagi dirinya.
Tentu saja Ting Peng tak akan menyuruh Ah-ku untuk melahirkan seorang anak baginya.
Ah-ku pun tak pernah mengemukakan pendapatnya, dia hanya mendengarkan, lalu
melaksanakan menurut perintah. Oleh karena itu Ah-ku merupakan seorang pembantu serta yang
paling cocok untuk dibawa serta kemanapun pergi.
Sekalipun Ting Peng, meninggalkan Cing-cing dirumah, namun dia harus membawa serta Ahku.
Setelah berjalan keluar dari kota Hang-ciu, orang yang berlalu lalang makin sedikit, hal ini
hanya tertuju pada orang-orang yang datang dari depan.
Sebab di belakang keretanya justru mengikuti rombongan manusia yang amat besar, sebagian
besar adalah jago-jago persilatan.
Mendadak Ting Peng seperti mempunyai suatu keinginan, suatu dorongan hati yang kuat
untuk menggoda pengikut-pengikutnya itu.
Kepada Ah-ku segera perintahnya:
"Larikan kereta itu kencang-kencang"
Ah-ku memang seorang pembantu yang patuh pada perintah, mendadak dia mengayunkan
cambuknya dan kereta itupun meluncur ke depan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya.
Memandang kawanan manusia di belakang kereta yang berdiri kaget bercampur tercengang,
Ting Peng terbahak-bahak dengan riang gembira.
ooo0ooo SEMENJAK Ting Peng keluar rumah, suasana Poan kian-tong menjadi sunyi senyap.
Kawanan jago persilatan yang semula berkumpul di sana, kini sudah pergi mengikuti Ting
Peng, bahkan tamu-tamu yang di undang Ting Peng pun sudah pada berangkat duluan.
Mereka semua tak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik untuk menyaksikan pertarungan
antara Ting Peng melawan Cia Siau hong, hanya saja mereka tidak seperti kawanan jago
persilatan lainnya yang mengikuti di belakang kereta Ting Peng.
Ada sementara orang diantaranya malah mengambil arah yang berlawanan dengan kereta itu .
Andaikata mereka memang tak ingin melepaskan kesempatan untuk menyaksikan pertarungan
antara Ting Peng melawan Cia Siau hong, mengapa mereka tidak segera untuk menyusul
kesana?" Apakah mereka mempunyai keyakinan bahwa sekalipun Ting Peng bisa mencapai ke
perkampungan Sin kiam san ceng, toh pertarungan tersebut tak mungkin bisa dilangsungkan"
Ada beberapa orang diantaranya malahan menyewa sampan di telaga Say Cu ou, dan
bersenang-senang dengan para pelacur, kemudian mereka memencarkan diri dan secara diamdiam
di bawah lamat-lamatnya cuaca, dalam suasana tidak memperhatikan orang memasuki kuil
Leng in-si. Dalam ruang tamu, mereka seperti pergi menyambangi seseorang.
Tapi seperti juga untuk menerima sesuatu petunjuk, karena mereka menaruh hormati kepada
orang itu setelah masuk ke dalam ruang tamu, tak seorangpun diantara mereka yang berbicara
lagi. Kecuali mengucapkan kata "yaa" dengan suara rendah dan hormat, mereka tak pernah lagi
mengucapkan kata kedua. Apakah tujuan dari orang-orang itu" Apa pula yang hendak mereka lakukan!
Dewasa ini kecuali mereka sendiri mungkin hanya tamu misterius yang berdiam dalam kuil
Leng in si saja yang mengetahuinya.
ooo0ooo Satu satunya orang dalam ruang Poan kian tong yang belum pergi meninggalkan tempat itu
hanyalah Liu Yok siong. Kalau orang lain sedikit banyak adalah tamu, maka mereka bisa pergi sekehendak hatinya,
berbeda dengan dirinya, sebab sekarang adalah murid Ting Peng.
Betul selama ini Ting Peng tak pernah mengajarkan kepandaian silat kepadanya, melainkan
hanya menyuruhnya melakukan pelbagai pekerjaan yang hanya dilakukan orang rendahan.
Tapi Liu toa cengcu tidak ambil perduli, ia tetap menunjukkan kehangatan, kerajinan yang luar
biasa. Ketika Ting Peng akan pergi, diapun tidak disuruh turut serta.
Oleh karena itu, terpaksa dia mesti tinggal di sana dan diapun menunjukkan perasaan amat
gembira. Setelah melakukan pekerjaan di sana sini, diapun pergi ke halaman belakang.
Halaman belakang merupakan tempat tinggal Cing-cing, di sana hanya ada dua orang dayang
yang melayani kebutuhannya, yang seorang bernama Cun hoa yang lain bernama Ciu gwat.
Cun hoa dan Siu gwat merupakan dua macam benda yang sangat indah bagi para penyair..
Demikian pula dengan dua orang dayang tersebut.
Bila Cun hoa sedang tertawa, maka kecantikannya melebihi bunga-bunga yang sedang mekar
di musim semi. Kulit Ciu gwat jauh lebih putih, bersih dan halus daripada sinar rembulan di musim gugur.
Kedua orang dayang itu baru berusia tujuh delapan belas tahunan, itu masa remaja dari para
gadis sedang kedua orang gadis itu, selain berada pada usia remaja, agaknya mereka pun pandai
sekali melayani kaum lelaki, menarik perhatian kaum lelaki.
Sebab asal mulanya mereka adalah sepasang pelacur yang ternama di sungai Chin huay-hoo
di kota Kim-leng, Ting Peng telah menebus mereka berdua dengan nilai tiga ribu tahil perak.
Sekalipun mereka adalah orang rendahan namun selama hidup tak pernah melakukan
pekerjaan kasar, yang mereka lakukan sekarang adalah menemani Cing-cing.
Usia Liu Yok siong meski sudah menanjak agak tua, namun wajahnya masih tampan, yaa, Liu
cengcu dari perkampungan Siang-siong-san-ceng memang merupakan seorang pendekar pedang
tampan yang amat termasyhur didalam dunia persilatan.
Betul Liu Yok-siong sudah tak bernilai lagi dalam pandangan umat persilatan dewasa ini,
namun didalam pandangan Cun-hoa dan Ciu gwat, dia tetap merupakan seorang lelaki yang
mempunyai daya tarik amat besar .......
Itulah sebabnya setelah dia melangkah masuk ke halaman belakang, dua orang dayang itu
bagaikan dua ekor kupu-kupu segera datang menyambut kedatangannya dan seorang
menggandeng tangan kirinya yang lain menggandeng tangan kanannya mengajaknya masuk.
Kalau dulu, Liu Yok siong pasti akan merasa gembira, bisa jadi dia akan pergunakan
kesempatan itu untuk mencubit pantat mereka atau mungkin juga akan menowel pipinya.
Sayang itu dulu, ketika dia masih menjadi Liu toa cengcu, sewaktu masih menjadi Liu toa kiam
kek, ketika nama Siong, Tiok dan Bwee tiga sahabat masih tenar dalam dunia persilatan.
Sekarang dia tak lebih hanya seorang muridnya Ting Peng.
Bahkan dia tinggal dirumah suhunya.
Bila seorang murid berdiam di rumah suhunya, dia musti jujur tahu diri dan tingkah lakunya
sopan santun. "Sewaktu menjadi pendekar besar dulu, Liu Yok siong bisa memberikan penampilan yang luar
biasa, maka sekarang ketika semenjak seorang murid diapun menunjukkan suatu penampilan
yang luar biasa. Buru-buru dia mundur selangkah ke belakang dan mendorong tubuh kedua orang dayang
tersebut, setelah itu dengan amat hormat dia bertanya pelan..
"Subo berada dimana?"
Cun Hoa segera tertawa cekikikan.
"Kau datang untuk menjenguk sau hujin?" serunya .
Sikap Liu Yok siong masih tetap sopan dan hormat.
"Benar, aku ingin bertanya apakah subo mempunyai sesuatu petunjuk, suatu perintah?"
Ciu gwat turut tertawa, katanya pula:
"Ada urusan apa kau mencarinya" Jika ada urusan dia bisa mengutus orang ke depan sana
untuk memberitahukan kepadamu, tuan muda telah berpesan, bila kau tak ada urusan dilarang
sembarangan datang ke halaman belakang" ..
"Baik, cuma itu kalau suhu ada di rumah, sekarang suhu sedang pergi, aku yang menjadi
muridnya ingin memperlihatkan sedikit, rasa baktiku kepadanya."
Kembali Cun Hoa tertawa cekikikan.
?"Berbakti" Kau benar-benar mirip seorang anak yang alim saja, pagi dan malam harus datang
memberi hormat?" "Aku memang bersiap untuk berbuat demikian!" kata Liu Yok siong sambil mengangguk jujur.
"Sekarang sudah tengah hari" kata Ciu Gwat tertawa. ?"kalau ingin memberi salam rasanya


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah kelewat siang, bila ingin menyampaikan selamat malam, rasanya rada kepagian, bukan
begitu?" Agak memerah paras muka Liu Yok siong lantaran jengah, buru-buru katanya lagi:
"Aku hanya mempunyai tujuan untuk menyampaikan salam belaka, tidak mempersoalkan pagi
atau malam?" Cun Hoa segera tertawa. "Memandang pada rasa bakti mu itu, rasanya mau tak mau aku musti membantumu untuk
melaporkan kunjunganmu kepada sau hujin, cuma kalau dilaporkan sekarang, sudah pasti akan
terbentur pada batunya sebab sau hujin lagi tak senang hati, barusan dia telah berpesan, dia
hendak berada dalam ketenangan seorang diri dan melarang siapa saja untuk mengusiknya, jika
kau ingin menjumpai dirinya, paling baik kalau datang lagi dikala dia sedang baik."
"Tapi....kapan.. kapankah perasaan hatinya baru agak baik kan ....?"
"Sulit untuk dikatakan, beberapa hari belakangan ini dia selalu cemberut tidak senang hati,
cuma bila malam sudah tiba, dikala rembulan sudah terbit, dia akan keluar untuk menikmati
keindahannya rembulan, waktu itu kendatipun perasaan hatinya kurang baik, dia akan merasa
kesepian dan amat membutuhkan seseorang untuk menemaninya berbincang-bincang....!"
(Bersambung ke Jilid 11) Jilid : 11 MENCORONG sinar terang dari balik mata Liu Yok siong, serunya kemudian dengan cepat.
"Kalau begitu malam nanti saja aku baru datang lagi!"
"Tunggu sebentar" cepat Ciu Gwat berseru, "apakah dia bersedia menjumpaimu atau tidak
masih belum tentu, tapi yang pasti orang yang dibutuhkan untuk menemaninya berbincangbincang
bukan kau!" Liu Yok siong sama sekali acuh terhadap perkataan itu, ujarnya cepat-cepat.
"Oooh, itu sih tak menjadi soal, aku hanya ingin menunjukkan rasa baktiku saja, hari ini tidak
bertemu, besok aku akan datang lagi, besok tidak bertemu toh masih ada. lusa, sekeras-kerasnya
emas toh akhirnya meleleh juga." "
"Hmm .... emas akan meleleh" Jika pintu gedung tidak dibuka, masa kau dapat berjumpa
dengannya" kata Cun hoa sambil tertawa dingin, setiap kali tiba saatnya untuk menikmati
rembulan, dia selalu menyuruh kami untuk menutup rapat-rapat semua pintu gedung, oleh karena
itu jika kau ingin masuk kemari, kalian yang akan membukakan pintu bagi dirimu "
Kalau begitu aku mesti merepotkan kalian berdua!"
"Itupun tak mungkin" kata Ciu Gwat pula sambil tertawa: "kami harus menemaninya, tak
sempat untuk membuka kan pintu bagimu, kalau kau mengetuk pintu, dia segera akan kembali ke
loteng, karena dia pernah berkata tidak terlalu suka menjumpaimu, bila kau datang, ia suruh kami
menghalangi jalan pergimu!"
Liu Yok-siong merasa agak kecewa setelah mendengar perkataan itu, katanya kemudian:
"Kalau begitu, tunggu saja sampai lain kali!"
"Liu toaya" tiba-tiba Ciu Gwat berkata sambil tertawa licik, "bila kau bermaksud untuk masuk
tidak melewati pintu depan tapi dengan melompati pagar pekarangan maka pendapatmu itu keliru
besar, Sau hujin orangnya amat disiplin dan memegang teguh peraturan, betul setelah lewat
tengah malam gedung ini tak ada yang menjaga. tapi penjagaan sebenarnya amat ketat, dari dua
hari berselang ada orang yang masuk kemari secara diam-diam tapi akhirnya entah mengapa dia
kena terjebak dan mampus di bawah pohon sana. Yang tertinggal cuma setumpuk pakaiannya,
bahkan tulang belulangnya pun turut punah, konon dia bernama Hui thian ci cu (laba-laba terbang)
seorang penyamun tersohor di dunia!" "
Paras muka Liu Yok siong segera berubah hebat.
"Lay bu im, Ki bu tiong (datang tanpa bayangan, pergi tanpa jejak) Hui thian ci cu merupakan
penyamun kenamaan yang belum pernah gagal didalam melakukan operasinya?" "
Kalau dibilang sewaktu datang tanpa bayangan itu memang betul" kata Cun Hoa sambil
tertawa cerah" tapi kalau dibilang pergi tanpa jejak entahlah, sebab dia telah berubah menjadi
segumpal air di bawah pohon mawar sana!" .
Sekujur badan Liu Yok siong gemetar keras, peluh dingin jatuh bercucuran membasahi
punggungnya, bulu kuduk pada bangun berdiri semua tanpa terasa.
Sementara itu Ciu Gwat turut tertawa, tertawanya tidak mirip bulan yang sedang purnama.
Kalau rembulan itu dingin dan kaku, maka dia panas dan lembut.
"hanya ada satu cara bila kau ingin masuk menjumpai sau hujin" demikian dia berkata, "yaitu
suruh salah seorang dari kami berdua untuk membukakan pintu bagimu, kemudian membawamu
pergi ke hadapannya. perbuatan kami ini mungkin saja akan mendapat dampratan, tapi paling
tidak kau toh bisa juga berjumpa dengannya."
Liu Yok siong bukan seorang yang tolol, buru-buru dia menjura dalam-dalam seraya berkata:
"Kalau begitu, harap enci berdua bersedia membantuku!"
"Tak usah sungkan-sungkan dan tak usah banyak adat" kata Cun Hoa sambil tertawa, "kami
berdua adalah orang yang paling gampang diajak berunding, asal
*************************
Halaman 7 s/d 10 hilang *************************
Dengan sangat berhati-hati dia merawat dirinya selama beberapa hari, bahkan dia malah pergi
Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 3 Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Pendekar Cacad 7
^