Pencarian

Jala Pedang Jaring Sutra 1

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 1


Seri Thiansan JALA PEDANG JARING SUTRA KIAM BONG CIAN SIE Karya : Liang Ie Shen Saduran : Liang YL
Sumber djvu : Manise Dimhader
EBook: Dewi KZ http://kangzusi.com
JILID 1 BAB 1 PERJODOHAN YANG BAIK WANITA CANTIK DAN
PENDEKAR TERJADI HAL TIDAK TERDUGA LILIN MERAH
MENJADI BUTIRAN ES BURUNG WAN-YO BERSUKA RIA SIA SIA BERBAGI RASA
PERJODOHAN SEPERTI ALIS DAN BULU MATA BIJI
TERATAI DAN DAUN EMAS BEREBUT LUMUT DI MUSIM
GUGUR SEPATU HUJAN BERAPA KALI DIPAKAI
BAYANGAN DINDING DAN SINAR BULAN YANG PUTIH
SEPERTI BUNGA YANG BERTUMPUK
KATA LEMBUT MEMBUAT TAKUT DAN TERKEJUT
DUPA DAN TULISAN DI KAIN MEMENUHI KERANJANG
HUJAN MEMBUAT UDARA DINGIN MALAM BERMIMPI DI
JEMPUT ROH Su Ta Cu Secangkir Mutiara A. Pernikahan Yang Mewah Semua orang persilatan sedang berkumpul di Tiong-ciu.
Hari ini adalah hari yang meriah, di kota Lok-yang di depan
rumah Hie Tiong-gwee, Hie Tayhiap sudah penuh sesak oleh kereta
kuda. Mereka datang untuk memberi ucapan selamat kepada Hie
Tiong-gwee karena hari ini dia sedang merayakan pernikahannya
yang kedua. Walaupun ini adalah pernikahannya yang kedua tapi
pernikahannya tidak kalah hebat dengan pernikahannya yang
pertama, malah mungkin lebih meriah.
Pengantin perempuannya adalah si Cantik dari Lok-yang, sedang
pengantin prianya pun sudah tidak asing lagi
Delapan belas tahun yang lalu, sewaktu Hie Tiong-gwee dengan
istri pertamanya menikah, dia adalah 'orang kecil' yang tidak
mempunyai nama, walaupun tidak miskin dia hanya mempunyai
beberapa petak sawah, itu pun adalah warisan dari nenek
moyangnya. Tapi sekarang... siapa yang tidak kenal dengan Hie Tiong-gwee"
Sekarang dia adalah Bengcu 5 propinsi, orang-orang menjuluki
dia sebagai 'Tiong-ciu Tayhiap', dia mempunyai sawah beribu hektar
dan kekayaan yang tidak terhitung.
Orang yang mempunyai kekayaan dan nama di dunia persilatan,
pasti banyak orang yang ingin datang untuk menghormat sampai
menjilat. Setelah mendengar kabar pernikahan Hie, merekapun
segera juga datang untuk memberikan selamat.
Lilin merah dipasang di dalam rumah yang sudah penuh sesak
oleh tamu-tamu. Untungnya di dalam rumah ada sebuah taman
bunga, bila tidak bagaimana bisa menampung begitu banyak tamu
yang tidak diundang tapi datang berduyun-duyun.
Tamu yang tidak bisa masuk ke ruang tamu, semua dipersilahkan
masuk ke taman bunga, mereka ini adalah orang yang diangap
kedudukannya rendah. Tapi ada sebagian tamu dengan status sosial tinggi juga berjalan
ke arah taman bunga. Taman bunga keluarga Hie di Lok-yang juga
mempunyai nama. Katanya ada orang yang terkenal memberi nama
taman bunga ini adalah 'Kim-kok-hwan'.( lembah taman emas )
Di taman Kim-kok, bunga yang paling banyak ditanam adalah
bunga Bo-tan, sekarang adalah saatnya bunga Botan mekar.
Di taman itu tamu-tamu melakukan hal yang mereka senangi dan
mereka pilih sendiri. Yang senang minum sedang minum, yang
senang bunga tampak sedang melihat bunga. Mereka bebas
melakukan apa saja, karena itu tamu-tamu lebih senang berada di
taman bunga daripada di ruang tamu yang sumpek.
Suasana di ruang tamu pun tidak sama, tamu-tamu yang berada
di ruang tamu kebanyakan orang-orang yang terkenal. Mereka
tertawa-tawa dan suasana sangat ramai, tamu-tamu itu memuji
tuan rumah. Tapi di taman bunga sebaliknya terdengar pembicaraan
yang sedikit mengejek tuan rumah.
Kim-kok-hwan terkenal dengan bunga Bo-tan karena itu mereka
juga banyak bercerita tentang Bo-tan, setelah itu baru memuji
kecantikan pengantin perempuan dan royalnya pengantin pria.
Di antara mereka ada seorang pelajar, dia hanya datang seorang
diri. Sambil melihat-lihat bunga dia menggelengkan kepala.
Ada seorang tamu yang menyapanya dan berkata:
"Coh Toako, ada apa denganmu" Bunga Bo-tan di taman bunga
ini mekar begitu indah, bukankah kau menyukai bunga" Tapi
mengapa kau tidak terlihat begitu gembira?"
Si pelajar ini datang dari Yang-ciu bernama Coh Thian-su, dijuluki
Thiat-pit-su-seng (Sastrawan pena besi). Tapi jangan salah menilai,
sepasang pena nya selain berguna untuk menulis sajak juga bisa di
pakai untuk menotok urat nadi orang, namanya di dunia persilatan
pun lumayan terkenal. Sebenarnya Hie Tiong-gwee sendiri tidak
mengenal Coh Thian-su, dia hanya kenal dengan namanya, dia
menitipkan undangan untuknya. Orang yang mengantar
undangannya adalah orang yang baru menyapanya. Dia bernama
Sin Kong-ta, yang pergaulannya sangat luas, dan paling suka
mengurusi masalah orang lain. Dia pun berasal dari dunia persilatan,
dia dijuluki 'Sun-hong-ji' (Telinga segala penjuru), sebab bila ada
orang bertanya kepadanya tentang semua hal yang terjadi di dunia
persilatan, dia pasti akan tahu, kadang-kadang bila dia bercerita
ludahnya bercipratan kemana-mana. Tapi orang-orang sangat
percaya kepada ceritanya.
Dengan ringan Coh Thian-su berkata:
"Aku melihat ada yang tidak pantas."
"Apa yang tidak pantas?" Tanya Sin Kong-ta bengong.
"Bunga Bo-tan ini."
Dengan terkejut Sin Kong-ta berkata lagi:
"Bunga Bo-tan yang paling terkenal di Lok-yang adalah bunga
Bo-tan yang berada di Kim-kok-hwan. Bo-tan yang berwarna Ma-
nao (berwarna seperti getah pohon pinus) dan Bo-tan yang
berwarna putih sangat bagus dan indah. Dan Bo-tan hitam ini di
tempat lain tidak ada, hanya ada di Lok-yang, apakah semua ini
tidak cukup baik?" "Semua sangat baik, jujur bicara, di tempat lain aku belum
pernah melihatnya." Kata Coh Thian-su.
"Kalau begitu, mengapa kau masih menganggap semua ini tidak
pantas?" "Karena di taman ini hanya ada bunga Bo-tan."
Sin Kong-ta mengerutkan dahi dan berkata:
"Maaf, aku tidak mengerti maksudmu, memangnya kalau semua
bunga Bo-tan, tidak baik?"
"Bukan bunganya yang tidak baik, tapi bunga itu tidak cocok
dengan status tuan rumah." Kata Coh Thian-su.
"Kau semakin aneh, apa hubungan antara bunga dan tuan
rumah?" "Hubungannya sangat erat, seumpama Tho Hoan-beng senang
dengan bunga Chrysan, Souw Toan-sian senang dengan bunga
teratai..." "Mereka dari aliran mana?" Kata Sin Kong-ta.
Coh Thian-su tertawa, jawabnya:
"Mereka bukan orang persilatan, mereka adalah sastrawan dari
jaman dulu." "Pantas saja aku tidak tahu, sekarang katakanlah bunga Bo-tan
sebenarnya cocok dengan orang yang bagaimana?"
"Bo-tan adalah bunga yang melambangkan kekayaan, orang
yang senang dengan bunga Bo-tan status sosialnya pun bermacam-
macam, apalagi untuk orang kaya dan pedagang-pedagang besar."
"Bo-tan adalah bunga perlambang kekayaan, itupun aku tahu,
tapi mengapa Bo-tan tidak cocok dengan Hie Tayhiap?" Kata Sin
Kong-ta. "Karena Hie Tiong-gwee adalah 'Hie Tayhiap'." Jawab Coh Thian-su.
Sin Kong-ta seperti mengerti maksud kata-kata Coh Thian-su:
"Aku mengerti maksudmu, Hie Tayhiap senang bunga, seorang
pesilat tidak seharusnya menyerupai orang-orang biasa."
Kata Coh Thian-su: "Mungkin aku salah menilai, bukannya aku menghina orang yang
senang bunga Bo-tan, tapi aku merasa bila Hie Tayhiap menyukai
bunga Bo-tan, itu agak sedikit kampungan."
Sin Kong-ta tertawa dan bertanya lagi:
"Kau masih melihat ada hal lain yang tidak pantas?"
"Kim-kok-hwan, 3 huruf ini." Kata Coh Thian-su.
"Yang memberi nama ini adalah seorang yang terkenal, apakah
dia tidak cukup berpengetahuan?" Tanya Sin Kong-ta.
Coh Thian-su tertawa dan menjawab:
"Ujian pelajar pun aku tidak lulus, mana berani menandingi orang
itu, tapi.....apakah kau tahu mengapa dia memakai huruf-huruf itu?"
"Aku tidak begitu mengerti huruf-huruf itu, seharusnya kau yang
memberitahu aku." "Memang aku tidak pintar seperti orang lain tapi aku tahu orang
itu mengambil nama dari nama taman orang lain, orang yang
pertama menggunakan nama Kim-kok-hwan adalah Su Cong."
"Siapa Su Cong itu?"
"Su Cong adalah orang yang paling kaya jaman dinasti Kim."
"Kalau begitu nama taman itu sangat cocok untuk Hie Tayhiap,
karena dia adalah orang paling kaya di Lok-yang."
"Benar, kau memang benar, aku mengatakan tidak pantas,
mungkin aku salah menilai."
Sin Kong-ta tampak senang dan berkata:
"Kau pun mengakui kesalahanmu."
Coh Thian-su menarik nafas:
"Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan Hie Tiong-
gwee, mungkin aku salah menilainya."
"Apa artinya?" Tanya Sin Kong-ta bingung.
"Tidak berarti apa-apa, Hie Tayhiap namanya terkenal seperti
guntur di siang hari bolong, memang aku tahu sekilas tentang dia
bahwa dia adalah seorang pendekar, tapi tidak tahu bahwa dia
adalah orang terkaya di Lok-yang."
Sin Kong-ta bukan orang bodoh, dengan tertawa dia berkata:
"Aku sudah mengerti maksudmu, kalian para pelajar bila bicara
selalu berputar-putar, jadi kira-kira kau menganggap Hie Tayhiap
tidak pantas menjadi orang terkaya" Adik Coh, aku nasihati dirimu,
pendapatmu tidak cocok."
Karena Coh Thian-su adalah tamu yang dibawa olehnya maka dia
tidak sungkan mengubah panggilan "kakak" menjadi "adik.
"Aku selalu tidak benar dalam menilai orang, harap kau banyak
mengajarku." "Menjadi pendekar harus memiliki ilmu silat yang tinggi, tapi
uang pun tidak boleh kekurangan. Bila tidak, bagaimana bisa
berbuat amal?" "Mungkin ayah Hie Tayhiap adalah orang kaya?"
"Salah, sewaktu ayahnya masih hidup, aku lebih kaya darinya,
jadi kembali kau salah menduga?"
"Sebab seorang pendekar selalu beramal maka harus memakai
uang yang banyak." Tentu, aku sendiripun melihat dalam waktu sehari dia memberi
3000 tail perak untuk teman-temannya, uangnya mengalir seperti
air." "Melihat dia setiap tahun memakai begitu banyak uang, sekarang
masih menjadi orang terkaya di Lok-yang, seharusnya ayahnya lebih
kaya lagi dari dia. Kalau aku mengatakan ayahnya adalah orang
terkaya di propinsi Holam sepertinya malah merendahkan, apakah
tebakanku dengan kenyataan yang ada tidak cocok" Ini sungguh
aneh?" "Orang menjadi kaya belum tentu mendapat dari warisan, untuk
dia memang dia bisa mencari uang sendiri." Kata Sin Kong-ta.
"Setahun penuh dia beramal dan menolong orang, dia bukan
perampok juga bukan pedagang, dari mana dia mendapat uang
begitu banyak?" Sin Kong-ta tertawa: "Aku bilang kau tidak kenal dengan keadaan di sini, tapi kata-
katamu sedikit pun tidak salah, ada pepatah yang mengatakan
'orang baik pasti ada pahalanya, dia beramal walaupun tidak ingin
orang membalas budinya, tapi yang ingin membalas budinya juga
pasti banyak"."
"Oh, jadi begitu." Coh Thian-su mengangguk.
Sin Kong-ta takut Coh Thian-su salah paham kepada Hie Tiong-
gwee dan dia berkata lagi:
"Aku akan menceritakan beberapa cerita untukmu, dalam
beramal dia tidak menharapkan balasan, baik menerima 1 tail pun,
dari sini saja kau sudah bisa tahu bahwa pribudinya sangat tinggi."
Saat ingin melanjutkan ceritanya, Coh Thian-su sudah memotong
kata-katanya. "Cerita-cerita lain mengenai Hie Tiong-gwee, aku sudah tahu, dia
pernah mengalahkan Huang-ho-sam-sat (3 penjahat Huang-ho),
pernah melukai penjahat yang berada di jalan San-kan, dengan satu
kelingking dia bisa mengalahkan tombak yang beratnya 72 kati milik
Souw Ta, pendekar-pendekar Kun-lun, Bu Tong dan Siauw-lim pun
kalah di tangannya. Aku sampai bosan mendengarnya, apakah kau
bisa menceritakan hal yang lain?"
"Memang hal itu sudah diketahui oleh orang-orang, tapi ada satu
hal yang aku kira kau pun belum tahu." Kata Sin Kong-ta.
"Apa?" "Apakah kau tahu beberapa tahun belakangan ini ada seseorang
yang berjuluk Hui-thian-sin-liong (Naga sakti terbang ke langit), dia
adalah seorang gembong penjahat yang baru muncul."
Kata Coh Thian-su: "Kau sungguh mengetahui cerita-cerita yang terbaru, memang
aku pernah mendengar ada seorang penjahat yang sangat
menggegerkan dunia persilatan."
Coh Thian-su melanjutkan bertanya: "Lalu apa yang kau
ketahui?" "Katanya penjahat ini datang dan perginya seperti seekor ular
naga terbang, terlihat kepala tidak terlihat ekor. Banyak orang
persilatan yang pernah menjadi sasarannya tapi tidak ada yang tahu
bagaimana wajahnya."
Kata Sin Kong-ta lagi: "Bukan hanya menjadi sasarannya, banyak orang terkenal yang
dipotong menjadi beberapa bagian, ada juga yang ditusuk hingga
matanya menjadi buta, ada juga yang kepalanya dipenggal, tapi
semua tidak berani membicarakannya, mereka segera pindah ke
tempat lain. Setiap kali bila sudah melakukan kejahatan dia selalu
memakai darah korban melukis seekor naga. Karena terlihat kepala
dan tidak terlihat ekor, maka dia selalu memakai naga sebagai
lambangnya, hingga dia dijuluki 'Hui-thian-sin-liong'. Dalam 2 tahun


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belakangan ini dia sudah melukai banyak pendekar ternama. Orang-
orang sangat benci dan takut kepadanya, tapi tidak mampu berbuat
apa-apa dan tidak berani melakukan apa-apa, bila ada yang tahu dia
berada di mana, orang akan langsung bersembunyi dan menghindar
ke tempat jauh." "Memang dunia persilatan sudah diaduk-aduk olehnya, tapi
dalam keadaan bergolak itu tiba-tiba dia menghilang." Kata Coh
Thian-su. "O-mie-to-hud, mengapa kau mengatakan seperti itu" Dia sudah
membuat orang ketakutan selama 2 tahun, bila diteruskan lagi tidak
terbayang bagaimana akibatnya. Apakah kau tahu kapan dan
mengapa dia tiba-tiba menghilang?"
"Tidak tahu." Dengan jujur Coh Thian-su menjawab.
"Kau tidak tahu, tapi aku tahu."
"Bila kau tahu, coba ceritakan!"
"Kau tidak percaya bahwa aku tahu jawabannya bukan" Kau
sudah berteman denganku sekian lama, seharusnya mengenal
bagaimana diriku, bila aku sudah tahu semuanya, baru aku akan
bercerita." Coh Thian-su menahan tawa, dia memang ingin tahu dan dalam
hatinya dia berkata, 'Baiklah, coba kupancing dia akan cerita apa"'
Maka cepat Coh Thian-su berkata,
"Baiklah, baiklah, aku memang salah, hayo cepat katakan!"
Sin Kong-ta baru berkata,
"Adik, aku hanya bercerita kepadamu, jangan sampai kau
ceritakan pada orang lain. Hui-thian-sin-liong sudah dikalahkan oleh
Hie Taybiap, dia dipaksa oleh Hie Tayhiap untuk mengundurkan diri
dari dunia persilatan."
"Mengapa kau bisa tahu?"
"Hie Tayhiap yang memberitahuku, bila tidak selamanya aku
sendiri tidak akan tahu."
"Sungguh aneh?"
"Apa anehnya?" "Hui-thian-sin-liong sudah menghilang selama 3 tahun, apakah
Hie Tiong-gwee hanya memberitahu kepadamu" Karena Hui-thian-
sin-liong sudah membuat banyak kekacauan, seharusnya banyak
yang tahu kabar ini."
Kata Sin Kong-ta: "Benar, Hie Tiong-gwee hanya memberitahuku, dia bilang seperti
ini, 'Sin Toako, aku berteman baik denganmu, maka aku beritahu
kepadamu, rahasia ini jangan sampai bocor'."
Coh Thian-su tidak tahan dan tertawa:
"Sin Toako, kata-kata ini pun tadi kau ucapkan kepadaku."
Sin Kong-ta masih tidak tahu malu, berkata lagi:
"Karena kita adalah teman baik, tidak apa aku membocorkan
rahasia ini kepadamu."
Coh Thian-su makin ingin tertawa, dia berkata:
"Terima kasih. Aku ingin tanya apakah Hui-thian-sin-liong itu laki-laki atau perempuan" Gemuk atau kurus?"
"Dia laki-laki, perempuan tidak akan begitu berani. Kurus atau
gemuk aku tidak tahu, karena Hie Tiong-gwee tidak
mengatakannya, mungkin kurus karena orang gemuk ilmu
meringankan tubuhnya tidak akan hebat seperti itu."
"Apakah dia tua atau muda" Hie Tiong-gwee pasti mengatakannya." "Benar, dia kira-kira berumur 50 tahun, bila masih muda tidak
akan cocok dengan predikat Hui-thian-sin-liong, lagi pula kalau
masih muda, mana bisa mengalahkan begitu banyak orang
terkenal." Kata Sin Kong-ta lagi, "Kepandaiannya sangat lihai, dia bisa menggunakan daun
menjadi senjata rahasianya, kepandaian jarinya juga sangat hebat,
dia sangat hebat, Hie Tiong-gwee sudah memberitahuku tapi aku
lupa apakah dia bisa..."
Coh Thian-su sudah tidak tahan lagi dan dia tertawa terbahak-
bahak. Sin Kong-ta sangat marah dan bertanya:
"Kau menertawakan apa?"
"Mengapa tidak sekalian kau katakan pada saat mereka
bertarung kau pun ada di sana."
Sin Kong-ta tampak marah dan berkata: "Apakah kau mengira
aku berbohong?" "Tidak, aku hanya bergurau. Kau benar-benar pintar bicara, aku
kagum kepadamu." "Kejelekanmu adalah kau orang terpelajar tapi sering bergurau
tidak melihat orang dan tempat."
"Apa boleh buat, gunung saja bisa dipindahkan, tapi sifat orang
tidak dapat diubah. Aku minta maaf." Kata Coh Thian-su.
"Kau pasti masih curiga, mengapa Hie Tiong-gwee hanya
memberi-tahuku, sebab Hie Tiong-gwee menganggap aku adalah
temannya." "Tadi kau mengatakan bahwa teman Hie Tiong-gwee sangat
banyak tapi mengapa hanya dirimu yang menjadi sahabatnya?" Sin
Kong-ta tertawa dan berkata:
"HieTiong-gweebenar-benarmenganggapkusebagai
sahabatnya, dia tidak memberitahu orang lain karena 2 hal, pertama
dia sangat menyukai ilmu silat dan dia sangat kagum pada
kehebatan Hui-thian-sin-liong, dia hanya memaksa Hui-thian-sin-
hong mengundurkan diri dari dunia persilatan dan tidak mau
membunuhnya. Bila hal ini diketahui oleh orang lain, pasti mereka
akan marah. Kedua, Hie Tiong-gwee adalah orang yang rendah hati,
dia tidak mau orang lain tahu bahwa dia berjasa besar kepada dunia
persilatan." "Kalau begitu, Hie Tiong-gwee adalah orang yang sangat
sempurna dan sangat dikagumi, tapi aku tidak tertarik kepada Hie
Tayhiap." Sin Kong-ta menjadi bengong: "Laku kau tertarik dengan apa?" "Aku tertarik dengan pengantin perempuannya." Sin Kong-ta lebih bengong lagi dan dia bertanya: "Apa maksudmu" Kau tertarik
kepada pengantin perempuannya?" Jawab Coh Thian-su dengan
tertawa: "Pikiranmu jangan ngawur lagi, kata orang dia adalah si Cantik
dari Lok-yang, aku adalah orang biasa, pasti lebih tertarik kepada
perempuan, aku hanya ingin tahu lebih banyak saja."
Jawab Sin Kong-ta, "Aku tidak ngawur. Aku malah takut kau yang ngawur. Si Cantik
she Kang, bernama Hiat-kun, dia cantik tapi dingin. Perempuannya
cantik, laki-lakinya gagah, mereka adalah jodoh yang serasi."
"Dia anak siapa?" Tanya Coh-thian-su.
"Pepatah mengatakan 'jangan tanya riwayat pahlawan', aku kira
perempuan pun seperti itu, asalkan cantik dia tidak akan susah
terbang tinggi untuk menjadi burung Hong."
"Ayahnya bekerja sebagai apa?" Tanya Coh Thian-su
"Katanya dia juga orang persilatan."
"Apa artinya *katanya dia juga orang persilatan'?"
"Ayahnya, Kang Guan-yang, dia membuka perguruan silat di kota
Lok-yang, Kang kausu hanya bisa beberapa jurus silat pasaran
karena itu muridnya pun hanya ada beberapa orang. Untung saja
dia mempunyai putri yang cantik, kalau tidak mungkin satu murid
pun dia tidak akan punya."
Coh Thian-su tampak terkejut, ternyata kabar itu benar, Kang
Guan-yang bersembunyi di Lok-yang menjadi kausu, tapi kabar yang
satu lagi entah benar atau bohong.
Coh Thian-su berkata, "Aku ingin bertemu dengan Kang kausu, aku pikir kau pasti
mengenal nya, bisakah kau mengusahakan aku bertemu
dengannya?" Sin Kong-ta tertawa dan berkata:
"Bila kau mau bertemu dengannya, harus menunggu beberapa
puluh tahun lagi." "Mengapa?" "Kau belum berusia 30 tahun, aku harap kau bisa panjang umur,
kalau panjang umur kau harus menunggu 70 tahun lagi baru bisa
bertemu dengannya." Coh Thian-su sangat terkejut dan bertanya:
"Kang Guan-yang sudah meninggal" Kapan meninggalnya,
Sungguh sangat disayangkan"
Sin Kong-ta merasa aneh dan berkata:
"Walaupun Kang Guan-yang memiliki putri yang cantik tapi dia
sendiri orang biasa-biasa saja. Kau begitu perhatian kepadanya,
apakah kau kenal dengannya?"
"Aku pernah mendengarnya, tapi bukan temannya."
Dalam hati Sin Kong-ta berpikir, 'Kalau tidak mendengar nama
Kang Hiat-kun dia tidak akan tahu bahwa ayahnya bernama Kang
Guan-yang, kemudian dia bertanya:
"Mengapa kau bisa kenal dengan orang yang tidak ternama?"
"Aku juga tadinya tidak ingat, entah teman mana yang
memberitahuku. Temanku dengan temanmu tidak sama, temanmu
orang-orang terkenal dan teman-temanku hanya orang biasa."
Sin Kong-ta menggelengkan kepala dan berkata,
"Kau jangan bergurau."
"Aku tidak bergurau, aku selalu tidak ingin berteman dengan
orang terkenal, apakah kau tidak tahu" Sebenarnya kali ini pun aku
enggan ke sini, hanya karena undangannya dititipkan kepadamu,
demi dirimu aku berusaha datang."
Walaupun Sin Kong-ta masih belum mengerti tapi dia berpikir
walaupun Coh Thian-su telah membohonginya, bahwa dia tidak
kenal dengan Kang Guan-yang, tapi tidak apa-apalah, dia tetap
tertawa dan berkata, "Terima kasih kau sudah menyelamatkan mukaku." "Seharusnya aku yang berterimakasih,bila kau tidak mengantarkan
undangan, aku juga malu datang kemari." Sin Kong-ta tampak
senang, dia berkata, "Tadi aku melihatmu seperti menyesali sesuatu, mengapa
sekarang sudah tidak lagi?"
"Karena tadi aku belum tahu bahwa pengantin perempuannya
adalah si Cantik Lok-yang dan juga belum tahu bahwa dia adalah
putri Kang Guan-yang. Kang Guan-yang adalah teman dari
temanku." Ini tidak jadi masalah, yang penting dia bisa melihat si Cantik dari
Lok-yang. Padahal sebenarnya keadaan ini terbalik. Yang utama
adalah dia harus mencari tahu keadaan Kang Guan-yang baru
melihat si Cantik. Sebenarnya pada saat dia menerima undangan dari tangan Sin
Kong-ta, dia ingin tidak pergi bersama-sama Sin Kong-ta, dia hanya
berjanji bertemu di Lok-yang. Setelah sampai di Lok-yang, Sin Kong-
ta terlihat sangat 'sibuk' berteman, tidak ada waktu bercerita
mengenai pengantin perempuan, sampai sekarang karena statusnya
tidak diperbolehkan mengobrol di ruang tamu. Karena itu dia pindah
ke taman bunga. Coh Thian-su adalah tamu yang memiliki status
sosial tinggi, otomatis Coh Thian-su mengajak dia mengobrol
dahulu. Sin Kong-ta berkata: "Sebentar lagi pengantin akan bersembahyang, kau harus
menjaga sikap, jangan bergurau."
"Aku mengatakan bahwa pengantin perempuannya sangat cantik,
tentu bukan gurauan. Kau belum memberitahu kapan Kang Guan-
yang meninggal?" "Tahun lalu, kira-kira pertengahan Oktober."
"Itu baru 3 bulan yang lalu."
"Benar, sudah 4 bulan."
"Ya, bisa dihitung 4 bulan, sebenarnya saat mi masih berkabung,
mengapa..." Sin Kong-ta tertawa dan berkata:
"Kalian orang sekolah sangat aneh, bila masih berkabung tidak
boleh menikah, ini hanya aturan kalian saja. Kalau orang persilatan
tidak ada aturan seperti itu, masih ada 1 hal yang kau tidak tahu."
"Apa?" "Sebelum Kang Guan-yang meninggal, dia selalu menerima
bantuan Hie Tayhiap, dia berpesan kepada keluarganya bila dia
sudah meninggal, putrinya harus menikah dengan Hie Tayhiap.
Setelah 3 bulan Hie Tiong-gwee baru boleh memiliki putrinya. Ini
merupakan penghormatan bagi keluarga Kang."
"Berapa umur Kang Guan-yang?" Tanya Coh Thian-su
"Kurang lebih berumur 40 tahun lebih. Sebelum meninggal, dia
dan Hie Tiong-gwee seperti saudara angkat, sehingga dia menjadi
sederajat dengan Hie Tiong-gwee."
"Kalau begitu, paman menikahi keponakan angkatnya."
"Demi membalas budi Hie Tiong-gwee, Kang Guan-yang ingin
putrinya mempunyai sebuah keluarga yang bahagia, terpaksa dia
melanggar peraturan dan sebelum dia meningggal dia menitipkan
putrinya kepada Hie Tiong-gwee. Lagipula Hie Tiong-gwee belum
begitu tua." "Dia sudah lama terkenal dan sederajat dengan Hie Tiong-gwee,
berarti umurnya juga sudah 40 tahun lebih."
"Mungkin tidak ada, biar aku yang menghitung. Pertama kali Hie
Tiong-gwee menikah adalah 20 tahun yang lalu, tiga tahun
kemudian mendapat anak perempuan, pada saat itu dia mulai
terkenal. Tahun ini putrinya berumur 15 tahun, artinya umur Hie
Tiong-gwee sudah berumur 38 tahun."
Sebenarnya dengan satu kalimat saja sudah bisa menjelaskan
semuanya, tapi Sin Kong-ta malah berputar-putar menjelaskannya.
Itu semua dia lakukan hanya ingin menunjukkan bahwa dia
mempunyai hubungan yang dekat dengan Hie Tiong-gwee.
"Apakah kau tahu berapa tahun usia mempelai perempuan?"
"Tentu saja aku tahu, tahun lalu pada saat dia berumur 18 tahun,
aku mengirim kado untuknya, umurnya setengah dari umur Hie
Tiong-gwee." "Pengantin pria berumur 38 tahun, pengantin perempuan
berumur 19 tahun, umurnya setengah dari umur Hie Tiong-gwee."
Sin Kong-ta mengerutkan dahi dan berkata,
"Itu tidak menjadi masalah. Umur 38 tahun adalah umur yang
masih produktif, orang kaya yang lain meski sudah berumur 70
tahun masih menikahi gadis berumur 16 tahun."
Coh Thian-su tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Benar, Hie Tayhiap adalah orang terkaya di Lok-yang, menikahi
si Cantik dari Lok-yang. Dia adalah laki-laki kaya yang gagah dan
perempuannya adalah perempuan cantik. Benar-benar jodoh yang
serasi." Di sudut taman ada pula yang membicarakan pernikahan
ini. Mereka adalah murid-murid Hie Tiong-gwee yang bernama Kwee
Goan-cay, yang satu lagi adalah anak laki-laki orang persilatan yang
bernama Po Tiong-ie, nama anak laki-lakinya adalah Po Leng-hoi.
Mereka berusia sekitar 20 tahun.
Keluarga Po dulu adalah keluarga pesilat yang terkenal, karena
Po Tiong-ie tidak pandai mengurus perkumpulan, pada saat dia
mulai tua hidupnya menjadi susah. Namanya tersisih oleh nama Hie
Tiong-gwee. Sekarang hanya ada beberapa orang saja yang masih
mengenalnya, yang lain hanya tahu bahwa di Lok-yang hanya ada
Hie Tiong-gwee. Tapi Hie Tiong-gwee sangat menghormati orang yang lebih tua.


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setiap Imlek dia pasti akan mengantar hadiah besar untuk Po Tiong-
ie, tapi anehnya Po selalu tampak angkuh, tidak pernah berkunjung
ke rumah Hie Tiong-gwee. Kadang-kadang bila Hie Tiong-gwee
berkunjung ke rumahnya pun, Po Tiong-ie selalu menolak untuk
bertemu. Setelah beberapa kali diperlakukan seperti itu, Hie Tiong-
gwee tidak berani datang lagi.
Pada pernikahan Hie Tiong-gwee yang kedua, Po Tiong-ie pun
tidak datang untuk memberi selamat. Tapi hanya putranya yang
datang untuk mewakili dia, tampaknya itu pun sudah membuat Hie
senang. Tapi ada satu orang yang tahu bahwa Po Leng-hoi datang ke
pesta bukan untuk mewakili ayahnya melainkan karena keinginan
dia sendiri. Orang ini adalah Kwee Goan-cay.
Mereka berdua adalah teman baik, mereka pernah berpura-pura
bahwa mereka adalah musuh.
Sekarang mereka berdua sedang tertawa kecut.
"Siau Kwo, mengapa kau tidak membantu gurumu melayani
tamu-tamu" Bukankah kau murid kesayangannya?" tanya Po Leng-
hoi. "Orang-orang di sana pasti sudah dilayani dengan baik, tidak
perlu aku yang turun tangan lagi, aku tahu kau pasti akan datang
karena itu aku harus menemanimu," kata Kwee Goan-cay.
"Mengapa kau tahu aku pasti akan datang?"
"Apakah kau tidak ingin bertemu Hiat-kun untuk terakhir
kalinya?" tanya Kwee Goan-cay.
Pengantin perempuan yang bernama Kang Hiat-kun adalah bakal
istri gurunya, tapi dia sudah terbiasa memanggil langsung namanya,
apalagi di depan teman baiknya.
Hie Tayhiap walaupun bukan keluarga raja, tapi kekayaannya
bisa menandingi keluarga raja. Bagi Po Leng-hoi bila Hiat-kun sudah
masuk dalam keluarga Hie, dia akan kesepian, walaupun Hiat-kun
tidak tahu dia akan merasa kesepian.
Kata-kata Kwee Goan-cay sangat tepat mengena pikirannya,
kecuali hanya tertawa kecut, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia balas berkata, "Siau Kwo, apakah kita ini teman?"
"Dulu teman, nantinya pun masih akan tetap menjadi teman,"
jawab Kwee Goan-cay. "Kalau begitu, mengapa kau tidak jujur dengan teman baikmu
sendiri?" "Kapan aku pernah berbohong?"
"Yang baru kau katakan adalah kata-kata bohong, kau keluar dari
ruang tamu bukan karena tamu, apa betul?"
"Kalau begitu, menurutmu aku keluar dari sana karena apa?"
"Kau iri kepada gurumu, kau terus mendengar tamu-tamu
memuji mereka adalah pasangan serasi, kau sakit hati kemudian
keluar dari ruang tamu supaya telingamu tidak terasa panas."
Kwee Goan-cay pun ternyata menyukai Hiat-kun.
Dengan wajah merah Kwee Goan-cay berkata,
"Sembarangan! Kau berani mengatakan bahwa kaupun tidak
pernah merindukannya?"
"Tapi aku tidak iri kepada guruku." Jawab Kwee Goan-cay.
"Kau tidak berani untuk iri, tapi kau harus jujur bila Hiat-kun
menikah dengan gurumu, apakah kau setuju" Jujur bicara, kiraku
bila Hiat-kun tidak menikah denganmu tentu menikah denganku."
"Jangan katakan lagi!" Kwee Goan-cay tertawa kecut.
"Baiklah, aku janji. Setelah ini aku tidak akan mengatakan lagi,
tapi bila hari ini tidak mengatakannya, seperti sebuah tulang yang
masih menyangkut di tenggorokan, sungguh tidak enak."
"Baiklah, baiklah, tapi tidak usah bicara keras-keras."
"Siau Kwo, kau belum menjawab pertanyaanku tadi, mengapa
Hiat-kun bisa menikah dengan gurumu" Apakah kau setuju?" Po
Leng-hoi merasa sangat jengkel, dia ingin mencari orang untuk
bicara tentang masalah ini.
"Jujur saja, bila Hiat-kun menikah dengan orang lain, mungkin
aku akan marah, tapi bila menikah dengan guruku, aku setuju.
Karena guruku adalah seorang pendekar, jadi aku setuju, dia cocok
untuk Hiat-kun." Entah Kwee Goan-cay sengaja menyiram air dingin kepada Po
Leng-hoi atau benar-benar tulus mengatakannya, sengaja dia tidak
mau sependapat dengan Po Leng-hoi.
"Sepadan, sepadan! Tapi aku tidak setuju!" kata Po Leng-hoi.
"Mengapa tidak setuju" Kalau tidak setuju berarti kau menghina
guruku!" "Siapa yang berani memandang enteng kepada Hie Tayhiap, dia
kaya dan mempunyai kedudukan, tidak seperti kita-kita ini, kalau
tidak seperti itu, Hiat-kun tidak akan mau menikah dengan orang
yang pantas menjadi ayahnya."
Kwee Goan-cay juga marah, dia berkata:
"Bila kau iri kepada guruku, aku bisa memaafkan. Tapi kata-
katamu yang lain aku tidak setuju."
"Yang mana kau tidak setuju?" tanya Po Leng-hoi dengan dingin.
"Kau anggap Hiat-kun mau karena uang, dia bukan orang seperti
itu." Po Leng-hoi berkata lagi:
"Aku mengatakan, dia terpaksa menikah karena kekayaan dan
kekuasaan gurumu, bukan karena dia rela menikah dengan
gurumu." "Guruku bukan orang yang suka menggunakan uang dan
kekuasaan memaksa Hiat-kun menikah dengannya." Kata Kwee
Goan-cay. "Apakah kau tahu Hiat-kun sebenarnya tidak mau menikah?"
"Aku tahu, sebab kemarin aku secara sembunyi-sembunyi telah
menengoknya, air matanya pun belum habis, orang tuanya pun
tidak setuju dengan pernikahan ini."
Karena marah Po Leng-hoi bicara semakin keras.
Tiba-tiba ada yang memanggil,
"Siau Po, Siau Kwo, mengapa kalian bersembunyi di sini?" Orang itu adalah wartawan berjalan Sin Kong-ta. Sin Kong-ta dan 'Pelajar
pena besi' Coh Thian-su sedang berjalan ke arah mereka. Po Leng-
hoi dengan senang berkata:
"Coh Tayhiap, angin apa yang membawa Anda kemari?" dia tidak menyapa Sin Kong-ta.
Dengan tertawa Coh Thian-su menjawab:
"Seperti dirimu, aku datang untuk memberi ucapan selamat
kepada Hie Tayhiap."
Walaupun Coh Thian-su belum pernah datang ke kota Lok-yang,
tapi dia sudah lama kenal dengan ayah dan anak keluarga Po. Pada
saat Coh Thian-su baru terjun ke dunia persilatan dia sudah
bertemu dengan Po Tiong-ie, Po pun sangat menghormati Coh
Thian-su. Coh pun pernah membantu Po Tiong-ie sehingga Po
Tiong-ie sangat menghormatinya. Tahun lalu Po Leng-hoi pun
pernah berkunjung ke tempat Coh Thian-su karena disuruh oleh
ayahnya. Sin Kong-ta sangat terkejut dan bertanya:
"Kalian sudah saling kenal?"
"Seharusnya kau sudah tahu, sebab kau adalah orang yang
paling tahu segala hal." Jawab Po Leng-hoi.
"Aku sudah lama kenal dengan mereka, aku ke sini pun sekalian
untuk mengunjungi teman lama." Kata Coh Thian-su.
Dia belum menjelaskan alasan lain datang ke Lok-yang selain
mengu-capkan selamat, sebenarnya dia pun ingin tahu keadaan
Kang Guan-yang. "Baiklah, bila sudah selesai memberi selamat, kuundang ke
rumahku untuk menginap beberapa hari." Kata Po Leng-hoi,
"Kita lihat saja nanti, aku masih ada keperluan lain, tapi aku akan berusaha mengunjungi ayahmu."
Sin Kong-ta merasa tidak enak hati karena Po Leng-hoi tidak
menyapa dan tidak mengajaknya bicara, tiba-tiba dia berkata:
"Siau Po, aku dengar kalian sedang membicarakan pengantin
perempuan, sebenarnya ada apa?"
"Apa aku salah bicara?" Kata Po Leng-hoi.
"Tadi kau mengatakan orang tua pengantin perempuan tidak
setuju dengan pernikahan ini, desas desus ini dari mana?"
"Siapa yang mengatakan desas desus itu ?"
"Sebelum ayahnya meninggal, dia sendiri yang menjodohkan
putrinya" Kwee Goan-cay yang diam sejak tadi akhirnya tertawa. Sin Kong-
ta merasa tidak senang, dengan marah dia berkata: "Kau
menertawakan apa?" "Pada saat Kang Guan-yang meninggal, seharian aku berada di
sana, aku tidak melihatmu. Yang menjodohkan guruku juga bukan
Tuan, pernikahan ini ditentukan oleh paman dari istri baru guru
yang bernama Kiam-ta."
Wajah Sin Kong-ta memerah dan berkata:
"Kau tahu apa" Kang Guan-yang punya penyakit yang
mematikan, dua bulan sebelumnya, dia tahu dia akan meninggal
maka dia menitipkan putrinya kepadaku. Soal yang menjodohkan
adalah karena Tuan Kian lebih tua, maka aku memberi kesempatan
kepada dia untuk menjadi comblangnya."
Kala Kwee Goan-cay: "Salah! Tuan Kang belum pernah sakit, sehari sebelum meninggal
dia masih seperti biasa, mengajar ilmu silat pada murid-muridnya.
Hari itu dia mendadak mendapat penyakit aneh dan tiba-tiba
meninggal, bila dari 2 bulan yang lalu dia sudah sakit, apakah
keluarganya tidak tahu?"
"Mengapa kau tahu" Keluarganya saja tidak tahu."
"Bila dia mendapat penyakit yang mematikan, keluarganya pasti
akan merasa sedih, tapi mereka sebelumnya tidak seperti itu."
Dengan tawa dingin Sin Kongta berkata:
"Kau anak kecil tahu apa" Bila dia punya penyakit mematikan dia
tidak akan memberi tahu kepada keluarganya."
"Kalau begitu, apa dia hanya memberitahu kepadamu saja?"
"Mungkin ya, mungkin..."
Belum habis kata-katanya, Coh Thian-su sudah melanjutkan:
"Pasti karena Hie Tiong-gwee dan Sin Toako mempunyai hubungan
erat." Dengan marah Sin Kong-ta berkata:
"Semua yang kukatakan benar, terserah mau percaya atau
tidak." Coh Thian-su tertawa dan berkata,
"Percaya, aku percaya. Bila tidak percaya, siapa lagi yang akan
percaya kepadamu" Tidak perlu meributkan soal kematian Kang
Guan-yang lagi, itu tidak baik" Eh siapa adik ini?"
Sekarang Po Leng-hoi baru bisa mengenalkan mereka:
"Dia adalah murid Hie Tiong-gwee yang paling disayang, dari
kecil sudah tinggal di rumah gurunya."
Sengaja Coh Thian-su berkata:
"Kalau begitu Kwee Goan-cay juga bukan orang lain."
"Apa maksud Coh Tayhiap?" Tanya Po Leng-hoi.
"Tadi Sin Toako mengatakan dia ingin bercerita mengenai Hie
Tiong-gwee tapi dia bilang tidak boleh ada orang lain yang
mendengar." Sin Kong-ta tampak malu, dengan cepat dia berkata:
"Mungkin mengenai hal itu Hie Tiong-gwee belum cerita kepada
murid-muridnya." "Mengapa kau tahu dia belum sempat cerita?"
Dengan tergagap-gagap dia menjawab:
"Dia... tidak ingin..." Sin Kong-ta tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Lebih baik aku mewakilimu mengatakannya, ini juga karena kau
pernah berkata Hie Tayhiap tidak ingin orang luar tahu, maka dia
hanya bercerita kepadamu dan dia berpesan agar jangan cerita
kepada orang lain." Dia berhenti sebentar kemudian melanjutkan:
"Sampai sekarang aku belum mengenal Hie Tiong-gwee, hanya
aku saja yang orang luar, sekarang mari kita tanya kepada Kwee
Goan-cay karena dia adalah murid Hie Tiong-gwee."
Walaupun Sin Kong-ta sangat pandai bicara tapi sekarang dia
tidak dapat berbuat apa-apa, wajahnya menjadi merah.
Untung saja temannya banyak, dia berkelit dengan menghampiri
mereka dan mengobrol, semua teman-temannya bertanya:
"Kemarilah, kami semua sedang menunggu berita mengenai
dunia persilatan." "Baiklah, baiklah! Mari kita pergi ke sebelah sana, disana ada Botan yang indah, lebih enak mengobrolnya" Kata Sin Kong-ta.
Begitu Sin Kong-ta pergi, mereka bertiga langsung tertawa. Po
Leng-hoi berkata, "Terima kasih, kau sudah membuat dia pergi dari sini." Tanya Kwee Goan-cay,
"Apakah Coh Tayhiap mendengar cerita mengenai guruku?"
"Sebaliknya aku mendengar cerita-cerita yang membuat nama
gurumu lebih terkenal lagi." "Cerita apa?"
"Hal yang menggegerkan dunia persilatan, tapi sampai sekarang
masih menjadi teka-teki."
Tanya Po Leng-hoi, "Apakah hal ini mengenai menghilangnya Hui-thian-sin-liong?"
"Benar, 3 tahun yang lalu Hui-thian-sin-liong menghilang, tidak
ada yang tahu apa sebabnya."
"Lalu apa hubungannya dengan guruku?" Tanya Kwee Goan-cay.
"Kata Sin Kong-ta, Hie Tiong-gwee mengalahkan Hui-thian-sin-
liong, dan memaksa dia mengundurkan diri dari dunia persilatan."
"Aku belum pernah dengar guru bercerita tentang itu, berarti ini
adalah cerita bohong." Kata Kwee Goan-cay.
"Belum tentu, sebab aku juga pernah mendengar cerita ini di
luaran." Kata Po Leng-hoi.
"Aku pun pernah mendengar ceritanya, tapi yang membuat gosip
seperti ini pasti orang-orang seperti Sin Kong-ta, bila bukan karena
guruku punya nama di dunia persilatan, ada kejadian apapun orang
dengan sembarangan akan menghubungkannya." Kata Kwee Goan-
cay. "Memang ada orang seperti itu, tapi tidak semua."
Mungkin hal ini yang membuat Kwee Goan-cay ragu.
Po Leng-hoi tidak suka dengan gurunya Kwee Goan-cay, dan
Kwee Goan-cay juga tahu, dia pun tidak ingin membela gurunya.
"Bila menurutmu benar, mengapa kau bisa tahu?" Tanya Kwo.
"Aku tidak bilang itu benar atau salah, aku hanya ingin bertanya
kepadamu, apakah 3 tahun yang lalu gurumu pernah pergi ke
Siong-san?" "Benar." "Semenjak pulang dari Siong-san, apakah dia berbeda dengan
hari-hari biasanya?"
"Waktu itu dia berdiam diri saja selama beberapa hari, bila ada
tamu yang berkunjung, dia pun menolak untuk bertemu."
"Kalau begitu, ini benar."
"Bila guruku sudah mengalahkan Hui-thian-sin-liong, mengapa
dia tidak terlihat gembira?" Kata Kwee Goan-cay.
"Aku hanya dengar dia pernah bertarung dengan Hui-thian-sin-
liong, tapi apakah kalah atau menang, aku tidak tahu." Kata Po
Leng-hoi. "Siapa yang memberitahumu?" Tanya Kwee Goan-cay.
"Beberapa hari lalu ayah memberitahuku, dia dengar dari mana aku
pun tidak tahu." "Ayahmu mengatakan apa?" Tanya Coh Thian-su. "Ayah
mengatakan bahwa 3 tahun yang lalu Hie Tayhiap pernah bertarung
dengan Hui-thian-sin-liong di Siong-san. Waktu itu ada 3 orang yang
menjadi saksi, berakhirnya bagaimana, tidak ada yang tahu."
"Apakah ada yang mengenal 3 orang saksi itu?" "Yang satu dari Siauw-lim, Tay-suhu Ko Tan, yang satunya lagi adalah orang yang


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjodohkan Hie Tiong-gwee bernama Tuan Kiam-ta, yang satu
lagi..." Tiba-tiba Po Leng-hoi tertawa dan melanjutkan: "Kau kenal
dengannya, kau tanya sendiri saja." "Siapa dia?" Tanya Coh Thian-su tidak Sabar. "Dia adalah It Piau cinjin." Jawab Po leng-hoi.
"Apakah It Piau cinjin, juga jauh-jauh datang hanya untuk memberi selamat kepada Hie Tiong-gwee?" Kata Coh Thian-su bengong.
"Coh Tayhiap, kata-kataku belum selesai, yang aku maksud
bukan It Piau cinjin, melainkan muridnya."
Coh Thian-su sangat gembira:
"Bila Yu Yong yang datang itu bagus. Dia pasti akan mengatakan
yang sebenarnya, walau tidak sering bertemu tapi kami adalah
sahabat karib." Coh Thian-su tampak berpikir kemudian berkata lagi,
"Masih ada satu hal lagi yang tidak boleh ditanyakan tapi aku
merasa aneh tapi bila kau tidak ingin membicarakannya juga
tidak apa-apa bagiku."
Kwee Goan-cay sudah dapat menebaknya, dia tertawa dan
berkata, "Jangan sungkan, apa yang ingin Anda ketahui?"
"Tadi kau mengatakan bahwa orang tua pengantin perempuan
tidak menyetujui pernikahan ini, kau tahu dari mana?"
"Sin Kong-ta mengatakan bahwa sebelum ayahnya meninggal dia
menitipkan putrinya kepada Hie Tiong-gwee, ini adalah cerita
bohong, sebab perjodohan ini terjadi setelah ayahnya meninggal.
Bila ayahnya masih hidup, dia pasti tidak akan setuju." Jawab Po
Leng-hoi. "Itu hanya pemikiranmu saja." Kata Kwee Goan-cay.
Wajah Po Leng-hoi mebjadi merah dan berkata:
"Kau pernah mendengar, Kang Guan-yang mengatakan bahwa
dia hanya mempunyai seorang putri, kelak dia harus mencari
seorang pemuda yang baik untuk menikahkan putrinya dan pemuda
itu harus masuk ke dalam keluarganya."
"Aku juga ingat tapi waktu itu dia sedang mabuk, itu pun dia
hanya mengatakannya satu kali." Kata Kwee Goan-cay.
"Orang bila sudah mabuk kata-kata yang diucapkan adalah kata-
kata yang sebenarnya, apakah kau lupa pepatah ini?"
"Mengapa kau juga tahu bila ibunya juga tidak setuju?"
"Bila dia menyetujui pernikahan ini, ibunya pasti akan hadir. Tapi sekarang ibunya pun tidak ada."
"Sebenarnya ibu mertua Hie Tiong-gwee yang baru ini tidak ada
di Lok-yang atau memang tidak mau hadir?" Tanya Coh Thian-su.
"Setelah Kang Guan-yang meninggal setengah bulan, istrinya
mem-bawa abu suaminya pulang ke Soa-tang, kampung
halamannya. Dari Lok-yang ke Soa-tang tidak begitu jauh juga tidak
dekat, pulang pergi tidak perlu setengah bulan, bila ibunya
menyetujui pernikahan ini, seharusnya dia sudah ada di sini."
"Kalau begitu, siapa yang mewakili pihak perempuan?" Tanya
Coh Thian-su. "Pamannya yang mewakili tapi dia juga bukan adik kandung dari
ibunya, hanya saudara sepupu saja."
Coh Thian-su pura-pura tidak tahu keadaan keluarga Kang Guan-
yang, dia berkata, "Artinya Kang Guan-yang bukan asli orang Lok-yang" Apakah
mereka pindah ke sini sudah lama?"
"Hiat-kun mengatakan waktu dia berumur 3 tahun sudah pindah
ke Lok-yang, sekarang tinggal di Lok-yang sudah 16 tahun tapi tidak
pernah pulang kampung."
"Kalau begitu Kang hujin membawa abu suaminya pulang
memang sudah sepantasnya, sebab sudah lama meninggalkan
kampung halaman. Begitu pulang pasti banyak teman dan sanak
saudara yang berkunjung, mungkin juga harus menyelesaikan
banyak masalah" "Hiat-kun mengatakan, di desa ayahnya sudah tidak punya
keluarga lagi." Kata Po Leng-hoi.
"Mungkin ibunya juga tidak tahu bahwa Hie Tayhiap dengan
terburu-buru akan menikahi putrinya, sebelum dia pulang kampung,
hari TT pernikahan putrinya belum ditentukan."
Kata Kwee Goan-cay, "Aku juga baru tahu sebulan yang lalu, tapi Tayhiap lebih banyak
pengalaman. Walau bagaimana pun bila sudah lama tidak pulang
akan tertinggal banyak hal, apalagi dia harus membereskan abu
suaminya dulu." Walaupun orang yang dicintai oleh Kwee Goan-cay sudah
menjadi istri gurunya, tapi dia tetap hormat kepada gurunya, juga
tidak mau orang lain menyangka Hiat-kun menikah dengan Hie
Tiong-gwee karena harta dan kekuasaan.
Pada saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba terdengar suara
alunan musik dan tandu pengantin perempuan ternyata sudah
datang. Tamu-tamu di taman bunga tampak sangat ribut karena
ingin melihat pengantin. "Coh Tayhiap, apakah kau ingin melihat pengantinnya?" Tanya
Po Leng-hoi. "Pengantin perempuan adalah si Cantik dari Lok-yang, aku harus
melihatnya." Kata Coh Thian-su tertawa.
Po Leng-hoi tertawa kecut dan berkata:
"Kalau begitu, kita ramai-ramai ke sana. Kwo Toako apakah kau
tidak mau ikut melihat gurumu dan istrinya mengikat janji?"
Kwee Goan-cay juga tertawa kecut dan berkata:
"Bila kau ingin pergi, aku akan menemanimu."
Hal yang lebih diperlihatkan oleh Coh Thian-su adalah apakah Yu
Yong sudah datang atau belum. Maka dia bertanya pada Kwee
Goan-cay. "Orang seperti dia, bila sudah datang pasti aku langsung tahu,
sekarang mungkin dia belum sampai." Kata Kwee Goan-cay.
Coh Thian-su mengerutkan dahi.
"Sudah waktunya pengantin bersembahyang, tapi dia belum
sampai juga" Tanya Kwee Goan-cay: "Po Toako, mengapa kau bisa tahu Yu Yong akan datang hari
ini?" "Gurumu sudah menitipkan 4 undangan untuk It Piau cinjin."
It Piau cinjin sudah hampir berusia 70 tahun, sedang ketiga
muridnya sangat terkenal di dunia persilatan. Apalagi murid
tertuanya yang bernama Yu Yong, dia sangat dihormati dan disegani
oleh orang-orang persilatan. Mamanya hanya berada di bawah
nama Hie Tiong-gwee, sedangkan Hie Tiong-gwee dan It Piau cinjin
memiliki status dan derajat yang sama, oleh karena itu
undangannya ada 4 buah. Demi menghormati It Piau cinjin, semua
undangan ditujukan kepada It Piau cinjin.
"Empat buah undangan sudah diantar kesana oleh orang, apakah
mereka akan datang, kita pun tidak tahu. Walaupun hanya datang
seorang murid saja, Hie Tiong-gwee tantu akan merasa senang,
apalagi bila Yu Yong yang datang." Kata Kwee Goan-cay.
"Gurumu tidak tahu tapi ayahku tahu, dia sudah menitipkan
kabar kepada ayah, dia akan mewakili gurunya untuk memberi
selamat kepada Hie fiong-gwee, dia pun akan mengunjungi
ayahku." Kata Po Leng-hoi. Kata Coh Thian-su,
"Kata-kata Yu Yong biasanya bisa dipegang, bila dia mengatakan
hari ini datang, dia pasti akan tiba hari ini. Orangnya sangat kalem
jarang berbuat tidak sopan, tapi bila ingin memberi selamat,
mengapa sekarang datang terlambat?"
"Kau tidak perlu khawatir kepada Yu Yong, bila dia mengatakan
datang, dia pasti akan datang. Kita terlambat sedikit mendengar
cerita Hui-thian-sin-liong pun tidak apa."
"Bila sekarang dia sudah datang, kita pun tidak ada waktu untuk
mendengar ceritanya."
"Benar, mari kita melihat pengantin bersembahyang."
-ooo0dw0ooo- B Gadis Penunggang Kuda Satu jam yang lalu, sewaktu Sin Kong-ta bercerita tentang Hui-
thian-sin-liong, Yu Yong sedang dalam perjalanan ke Lok-yang.
Dia mewakili gurunya datang untuk memberi selamat kepada Hie
Tiong-gwee, yang datang bersama dia masih ada 2 orang lagi.
Yang satu bernama Bong Cong-kian, yang satu lagi adalah
seorang perempuan bernama Leng Giok-yan. Mereka pun seperti Yu
Yong mewakili perguruan mereka untuk memberi selamat kepada
Hie Tiong-gwee. Bong Cong-kian dan Leng Giok-yan usianya hampir sama sekitar
20 tahun, Yu Yong sendiri sudah berumur 40 tahun, tapi Yu Yong
senang berteman dengan anak muda. Dia dan Giok-yan masih ada
ikatan saudara karena Leng Giok-yan dan Bong Cong-kian
menganggap Yu Yong sebagai Toako mereka sehingga mereka
terlihat akrab. Leng Giok-yan meminta agar Yu Yong menceritakan sebuah
dongeng. "Yu Toako, kau telah menceritakan mengenai pendekar-pendekar
yang ada di Tiong-ciu, kami sudah tahu, tapi hal yang kami ingin
tahu kau malah tidak menceritakannya"
"Kalian ingin tahu apa lagi?"
"Katanya Hui-thian-sin-liong dipaksa oleh Hie Tiong-gwee untuk
mengundurkan diri dari dunia persilatan, apakah itu benar?"
"Maaf, aku tidak tahu."
"Kau bohong, kau pasti tahu."
"Kenapa kau yakin bahwa aku pasti tahu hal ini?"
"Karena yang menjadi saksinya, salah satunya adalah gurumu,
bagaimana kau bisa tidak tahu?"
"Bila guru tidak memberitahu aku, mana aku bisa tahu?"
"Aku tidak percaya. Yu Toako, kau jangan berbohong, jadi orang
harus jujur, ini juga kata-katamu, apakah kau sudah lupa?"
Bong Cong-kian tertawa: "Giok-yan, ingatlah. Yu Toako pernah mengatakan, bila berteman
harus jujur, bila kau menghadapi musuh harus menggunakan segala
cara. Ini yang dinamakan, bila bertemu orang terpelajar kita
memakai musik, bila bertemu orang yang bukan terpelajar, kita
memakai senjata." "Benar," kata Giok-yan.
"Katanya Yu Toako selalu menganggap kita adalah adik-adiknya,
ternyata semua bohong belaka, teman pun bukan, dalam hatimu,
kau menganggap kami adalah orang jahat."
Mereka berdua seperti menyanyi,
Yu Yong tidak bisa 'bersembunyi' lagi, terpaksa dia berkata:
"Aku tidak bohong, aku tidak tahu mengapa Hui-thian-sin-liong
bisa mengundurkan diri dari dunia persilatan, bila tentang
pertarungan dengan Hie Tayhiap, guru pernah menceritakannya,
tapi lebih baik kau jangan tanya."
"Mengapa?" "Aku takut kalian tidak bisa menjaga rahasia." Giok-yan dan Bong Cong-kian dengan berbarengan berkata: "Kami akan menjaga
rahasia." Tapi Yu Yong tetap menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba
Giok-yan tepuk tangan dan berkata: "Kau tidak perlu memberitahu
pun aku sudah tahu, bila sudah tiba di rumah Hie Tiong-gwee, aku
akan mengatakan pada semua orang." Yu Yong sangat terkejut dan
berkata: "Jangan sok pintar! Kau tahu apa!"
"Aku tahu bagaimana akhir dari pertarungan itu, yang kalah
adalah Hie Tiong-gwee."
"Kau tahu dari mana?"
"Kau sendiri yang mengatakannya."
"Kapan aku pernah mengatakannya?"
"Baru saja. Kau bilang hasil akhir dari pertarungan itu bila
diketahui oleh orang lain akan merusak nama seseorang. Hui-thian-
sin-liong adalah orang jahat dan namanya juga tidak baik, bila
pertarungan itu merusak nama seseorang, pasti bukan nama dia
yang rusak. Yu Toako, kata-kata tadi sudah membuktikan kepada
kami bahwa yang kalah adalah Hie Tayhiap, bila tidak mengapa bisa
merusak namanya?" Yu Yong tertawa: "Kau sok pintar, ini pemaksaan namanya."
"Apakah Hui-thian-sin-liong yang kalah" Mengapa kau harus
menjaga nama baiknya?"
"Aku pun tidak bilang bahwa Hui-thian-sin-liong yang kalah."
"Kalau begitu, siapa yang kalah" Baiklah, bila kau tidak mau
memberitahu, aku akan bilang bahwa aku yang mengatakannya,
aku ingin tahu apakah orang lain juga sependapat denganku."
Yu Yong menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata:
"Gadis nakal, aku tidak mempunyai cara lagi, baiklah aku akan
memberitahumu yang aku tahu, tapi kau harus menjaga rahasia
ini." Giok-yan tertawa dan berkata:
"Baiklah, kebetulan di sini tidak ada orang, cepat katakan,
walaupun nanti ada pedang di leherku, aku tidak akan
mengatakannya kepada orang lain."
Yu Yong terlihat ragu-ragu, akhirnya dia berkata:
"Lebih baik aku bercerita pada waktu pulang saja, mari kita
segera ke sana memberi selamat. Pengantin perempuannya adalah
si Cantik dari Lok-yang, kita harus melihat mereka bersembahyang."
"Biasanya waktu sembahyang adalah siang, apakah benar?"
"Benar, kecuali di tanggalan tercatat bahwa siang hari tidak baik untuk sembahyang."
"Apakah kita harus tiba di sana sebelum siang?" Tanya Giok-yan.
Ini adalah pesan Yu Yong dia harus mengakuinya.
"Masih ada l jam lagi. Ini adalah tempat yang datar dan jalan
yang sering aku lewati menuju rumah keluarga Hie, sebentar lagi
kita akan riba, apakah kau takut tidak dapat melihat pengantin
bersembahyang?" Yu Yong tidak dapat berkata apa-apa lagi, lalu bercerita:
"Sebenarnya pertarungan di Siong-san, mereka hanya bertarung
setengah saja..." Yu Yong hanya mengatakan 2 kalimat, tiba-tiba terdengar suara
kuda berlari dengan cepat, berlari ke arah mereka. Yu Yong berhenti
berbicara. Penunggang kuda itu berbaju hitam memakai topi hitam yang
lebar, kepalanya ditutup oleh kain tipis berwarna hitam hingga tidak
terlihat wajahnya, hanya terlihat sepasanga matanya yang bersorot
tajam. Jalan di gunung sangat sempit dan terjal, bila tidak hati-hati,
kuda dan orang akan terjatuh
Yu Yong cepat-cepat kepinggir menghindar, tapi Leng Giok-yan
dan Bong Cong-kian tidak sempat menghindar.
Mereka masih sangat muda. Melihat orang yang tidak sopan,
mereka jadi marah, walau tadi mereka bisa menghindar mereka pun
tidak akan mau, mengalah, apalagi saat ini mereka tidak sempat
menghindar. Bong Cong-kian berteriak dan telapak tangannya mendorong
kuda, jurus yang dipakainya adalah ilmu silat Kun-lun, gerakannya
tidak memukul, hanya mendorong kuda itu, tapi bisa mencegah
kuda terus berlari. Kepandaian Giok-yan tidak sehebat Bong Cong-
kian, dia mencabut pedang, bersiap-siap kalau memang dia terpaksa
harus menusuk mati kuda itu.
Dalam keadaan kritis seperti ini, kuda si baju hitam ternyata
dapat meloncat sangat tinggi melewati kepala mereka.


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si baju hitam berlari lebih kencang lagi, ternyata dia bisa
membawa kudanya berlari melewati kepala mereka, ketrampilannya
sangat tinggi. Tapi yang membuat Yu Yong terkejut adalah bukan cara
berkudanya melainkan ketingggian ilmu silatnya.
Karena pada saat dia melewati kepala mereka, pedang Giok-yan
sudah melayang ke atas. Lebih-lebih Bong Cong-kian, telapak tangannya ternyata tidak
bisa menghentikan larinya kuda, malah dia sendiri yang terjatuh dari
kudanya. Dua hal ini terjadi dalam sekejap mata, mereka masih
terbengong-bengong, tapi Yu Yong sudah melihat pedang Giok-yan
terlepas karena ayunan pecut dari si baju hitam dan pada saat yang
sama pecutnya juga menggetarkan tubuh Bong Cong-kian sehingga
terjatuh dari kudanya. Yu Yong sangat terkejut, dia segera turun dari kudanya dan
menolong Bong Cong-Kiam-tapi sudah terlambat, kak) Bong Cong-
kian sudah berada di atas tanah tapi dia tidak jatuh
"Bagaimana keadaanmu" Tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa, aku seperti diangkat kemudian diturunkan lagi,
sangat aneh." Yu Yong memegang nadinya Bong Cong-kian untuk memeriksa,
untung ternyata tidak terluka, hati Yu Yong menjadi tenang.
Giok-yan mengambil kembali pedangnya yang terjatuh,
kemarahan membuat wajahnya menjadi merah dan berkata:
"Aku tidak pernah menderita kerugian sebesar ini, aku juga
belum pernah melihat orang semacam itu, Yu Toako, kau benar-
benar..." Yu Yong tertawa: "Aku benar-benar apa?"
Dengan marah Giok-yan berkata,
"Kau pengecut, melihat adik-adikmu dihina oleh orang lain, kau
tidak mau membantu kami."
Yu Yong tertawa kecut: "Jangankan membantu kalian dengan kemampuan yang kumiliki
sekarang apa bisa mengalahkan dia, apalagi dia tidak menghina
kalian." Giok-yan masih marah:
"Dia menjatuhkan pedangku, Bong-ko juga terjatuh dari kuda,
apakah hal itu masih dibilang tidak menghina?" Bong Cong-kian
berkata: "Apakah kau ingin meminta Cianpwee dari keluarga Hie atau
Cianpwee lainnya untuk bertarung dengan orang itu" Aku pikir lebih
baik kau jangan cari gara-gara."
Giok-yan lebih marah lagi:
"Kau dan aku sama-sama sudah dirugikan, kau tidak berani
membalas malah balik memarahiku, kau pengecut, aku tidak mau
bicara lagi denganmu."
Giok-yan tidak tahu bahwa Yu Yong dan Bong Cong-kian
mencurigai orang itu. Bong Cong-kian dan Leng Giok-yan walau belum menikah tapi
mereka adalah sepasang kekasih. Pada saat Bong Cong-kian sedang
membujuk, tiba-tiba terdengar lagi suara derap kaki kuda yang lebih
kencang dari derap kuda tadi.
Kali ini mereka bertiga sudah membuat persiapan, Yu Yong dan
Bong Cong-kian sudah berada di pinggir jalan, begitu pula dengan
Giok-yan. Pada saat Giok-yan sudah berada di pinggir jalan, orang yang
menunggang kuda sudah terlihat wajahnya, ternyata penunggang
kudanya adalah seorang gadis yang lebih muda dari dia.
Si gadis berteriak: "Wie Toako, tunggu....!"
Pikir Giok-yan, 'Pemuda yang baru lewat tadi, pasti orang yang
dicari oleh gadis itu.' Tenaga dalam gadis itu lumayan tinggi sebab suara teriakannya
tidak besar tapi sudah menggetarkan gunung-gunung di
sekelilingnya Mereka adalah orang dunia persilatan, mereka tahu
bahwa ini adalah 'ilmu pengantar suara', dalam jarak 2 hingga 3 lie
orang akan mendengar suara ini dengan jelas.
Walaupun dari jauh masih terlihat sosok si baju hitam tapi dia
tidak menjawab, dengan kepandaiannya yang begitu tinggi, pasti
dia bisa mendengar tapi dia tidak menjawab.
Si gadis itu tampak tergesa-gesa, dia berteriak lagi: "Walaupun
kau akan ke rumah Hie, berhentilah dulu, dengarkan kata-kataku!"
Orang itu ternyata akan pergi ke rumah Hie juga, rupanya si baju
hitam adalah kekasih si gadis. Orangnya begitu kasar mengapa
mempunyai kekasih yang begitu cantik dan dia tidak mau
mendengar kata-kata si gadis, benar-benar sangat aneh.
Tiba-tiba terdengar suara kuda yang meringkik, Bong Cong-kian
melihat si gadis terjatuh dari kudanya. Kudanya pun ikut terguling
ke bawah gunung dan tidak bergerak lagi.
Yu Yong sudah melihat dengan jelas.
Mereka bertiga segera turun dari gunung, Giok-yan paling depan
dan Yu Yong paling belakang.
Walaupun jalan gunung berliku-liku tapi si gadis tetap berlari
dengan cepat, karena Yu Yong berjalan paling belakang dia tidak
bisa melihat dengan jelas.
Dia melihat si gadis makin dekat dengan si baju hitam, bila jalan
itu lurus, paling membutuhkan beberapa ratus langkah lagi.
Kuda yang ditunggangi oleh gadis itu sudah terguling mati tapi si
gadis terbang seperti burung.
Mengapa kuda itu bisa mati" Yu Yong tidak melihat tapi dia
sudah dapat menduga. Itu bukan karena kudanya sakit atau kelelahan melainkan karena
senjata rahasia dari si baju hitam. Senjata rahasianya bukan pisau
atau panah, mungkin batu kecil atau koin. Ini adalah dugaan Yu
Yong. Dalam jarak ratusan langkah dengan batu kecil bisa membuat
kuda mati dan harus tepat pada sasaran, tentu membutuhkan
tenaga dalam yang tinggi, dia berpikir, 10 tahun lagi pun belum
tentu dia bisa mencapai kepandaian setinggi itu.
Giok-yan tidak melihat jelas dia pun tidak bisa melihat si baju
hitam dengan jelas, apa yang sudah terjadi di sana.
Giok-yan berteriak, "Mari kita tolong gadis itu, dia terkena perangkap orang jahat
itu!" Dia berlari kemudian disusul oleh Bong Cong-kian, Yu Yong tidak
tahu apakah gadis itu terluka atau tidak. Tapi dia yakin si baju hitam bukan orang jahat, dia tidak membunuh Giok-yan dan Bong Cong-kian, apalagi gadis itu adalah temannya.
Dia menggunakan batu untuk membunuh kudanya mungkin dia
tidak mau dikejar oleh gadis itu. Tapi kuda itu sangat bagus walau
dia bukan orang jahat tapi tindakannya juga tidak benar, tiba-tiba
dia teringat kepada seseorang. Dia langsung gemetar.
"Apakah dia...apakah dia?"
Hari ini adalah hari pernikahan Hie Tiong-gwee, dia tidak berani
berpikir lagi, dengan cepat dia mengejar Bong Cong-kian.
Giok-yan sudah tiba di tempat gadis itu, gadis itu tidak bergerak
hanya tampak bengong. "Cici, apakah kau terluka?" tanya Giok-yan.
"Apakah kau bertanya kepadaku?" Gadis itu balik bertanya.
Giok-yan tertawa: "Di sini hanya ada aku dan dirimu, yang aku tanya pasti dirimu."
Giok-yan sudah melihat bahwa gadis itu tidak terluka. "Terluka"
Mengapa aku bisa terluka?" Si gadis malah bertanya seperti itu.
"Syukurlah, kau tidak terluka. Tidak kusangka kepandaianmu
begitu tinggi." Kata Giok-yan.
"Mengapa kau tahu kepandaianku tinggi?" Tanya gadis itu.
"Aku bisa menebak pada saat kudamu terkena oleh senjata
rahasia" "Benar, batu kecil itu mengenai kepala kudaku, dan langsung
mati. Apa lagi yang ingin kau tanyakan?"
Sepertinya dia tidak suka Giok-yan banyak bertanya Karena Giok-
yan tidak bisa melihat wajahnya, dia masih bertanya: "Apakah ini
adalah ilmu sentilan jari" Aku pernah mendengarnya tapi belum
pernah melihat. Cici, umurmu dan umurku hampir sama, ilmu
sentilan jari orang jahat itu begitu hebat dan bisa mengenai
kudamu, ualaupun kepandaianmu tidak sehebat dia, itu sudah
membuatku kagum." "Mengapa kau tahu dia orang jahat" Dan mengapa kau tahu dia
tidak akan melukaiku?"
"Dia tidak tahu aturan, orang seperti itu apakah bukan orang
jahat" Cici, kau terlalu baik, kudamu pun kuda yang bagus,
walaupun dia tidak sengaja melukaimu dan membunuh kudamu,
kau harus membencinya."
Giok-yan sebenarnya bukan gadis yang cerewet, tapi dia sering
mengasihani orang. Giok-yan juga bukan gadis bodoh. Dia pun
seperti Yu Yong bisa menebak bahwa si baju hitam adalah kekasih
gadis itu. Tapi di mata Giok-yan si baju hitam adalah orang jahat.
Karena itu Giok-yan menasehati gadis itu dan berkata,
"Cici, aku tidak tahu apakah dia itu temanmu" Lebih baik jangan
berteman lagi dengan orang seperti itu."
"Aku tidak mau dengar lagi kata-katamu yang tidak pantas. Aku
lunya mau tanya, mengapa kau tahu dia itu orang jahat?"
Giok-yan selalu dipuji orang, dia selalu senang dengan kata-kata
pujian, tapi sekarang dia dibentak oleh gadis itu. Wajahnya
langsung menjadi merah, dengan tertawa dingin Giok-yan berkata:
"Kalau bukan orang jahat memangnya kenapa" Aku hanya
menasehati mu, bila kau menganggap dia barang kesayanganmu,
terserah." Tadinya dia ingin mengatakan kekasih tapi takut melukai hati
gadis itu maka dia mengubah kata "kekasih' menjadi 'barang
kesayangan'. Pada saat itu Bong Cong-kian dan Yu Yong sudah tiba di tempat
itu, tapi mereka tidak bicara. Bong Cong-kian dengan isyarat mata
memberitahu kepada Giok-yan agar jangan banyak bertanya.
Dengan dingin gadis itu bertanya:
"Dia siapa" Apa kalian tahu?" dia menunjuk Bong Cong-kian dan berkata:
"Walaupun tidak begitu jelas, tapi aku sudah dengar kalian
seperti sedang membicarakan Hie Tiong-gwee, kau masih
membohongiku tidak kenal dengannya?"
Bong Cong-kian menjawab: "Kami hanya menebaknya, siapa dia sebenarnya tidak ada yang
tahu." Giok-yan tampak marah, dia sudah lupa bahwa tadi dia dan Bong
Cong-kian sedang mengobrol apa. Dia memberhentikan kuda
berhenti di sisi gadis itu dan mendekatinya.
Giok-yan berasal dari perkumpulan Ceng-seng, pedang Ceng-
seng sangat cepat dan ganas, segera pedangnya dikeluarkan dari
sarungnya tapi belum sempat digerakan, sudah lepas dari
tangannya. Sekarang Giok-yan lebih rugi lagi karena gadis itu sudah
mendorongnya hingga terjatuh dari kuda.
Yu Yong dan Bong Cong-kian sangat terkejut, mereka
menghampiri tempat Giok-yan jatuh, tapi gadis itu sudah merebut
dan menunggang kuda Giok-yan pergi. Mereka tidak tahu apakah
Giok-yan terluka, karena itu mereka tidak bisa mengejar gadis itu.
Giok-yan meloncat dan marah,
"Aku kasihan padanya, tapi dia malah curang, benar-benar
siluman." Angin mengantar suara tawa gadis itu, dia berkata:
"Nona, terima kasih untuk kebaikanmu, kebetulan aku
membutukan seekor kuda. Di antara kalian bertiga hanya kau yang
perempuan, aku malu mendorong laki-laki jatuh dari kuda."
Tawanya belum habis tapi dia sudah pergi jauh.
Yu Yong dan Bong Cong-kian melihat Giok-yan memakai jurus
Le-hi-ta-ting (ikan lehi melentik), mereka tahu dia tidak terluka
"Ini adalah pelajaran buatmu, kelak bila bertemu orang jangan
cerewet dan jangan sepenuh hati memberi pertolongan, apalagi
dengan orang yang tidak kau kenal. Jangan terlalu banyak
mengurusi masalah orang, " kata Bong Cong-kian.
"Aku dirugikan kau malah menertawakan, baiklah aku akan selalu
mengingatnya, bila nanti bertemu orang lagi aku tidak akan bicara
yang jujur, termasuk dirimu!" Giok-yan berkata dengan marah.
Bong Cong-kian tertawa dan berkata:
"Aku kan bukan orang lain, kau harus memanggilku koko."
"Aku tidak akan memanggilmu koko."
Bong Cong-kian seperti merayu anak kecil dan berkata:
"Kau sudah kehilangan kuda, kau boleh pakai kudaku, jadi jangan
marah lagi." Karena kuda hanya tinggal 2 ekor. Bong Cong-Kiam-tahu bahwa
(iiok-yan tidak akan mau menunggang kuda berdua dengannya, jadi
dia harus memberi kudanya kepada Giok-yan.
"Kalian jangan bertengkar lagi, kita harus mengejar waktu
menuju rumah Hie Tayhiap." Kaya Yu Yong.
Giok-yan sudah tidak marah lagi dan berkata:
"Bong koko, kata-katamu tadi masuk akal juga."
Bong Cong-kian tertawa dan berkata:
"Kata-kataku memang masuk akal."
"Kau jangan memuji diri sendiri, aku merasa ada 2 kalimat yang
masuk akal." "Kalimat yang mana?"
"Bila bertemu dengan orang lain, jangan sepenuh hati."
"Dari kalimat ini, kau mengerti apa" Aku ingin tahu." Kata Yu Yong.
"Aku sepenuh hati berbuat baik kepada gadis itu, menasehati
agar jangan berteman dengan orang jahat. Sebaliknya dia merebut
kudaku penyebabnya adalah aku sudah menghina kekasihnya."
"Akhirnya kau mengerti juga, biarpun menghadapi orang atau
masalah apapun, setiap orang pasti tidak sama, pandangannya juga
tidak snma." Giok-yan berpikir, tiba-tiba dia membalikkan kepala dan bertanya
kepada Bong Cong-kian, "Siluman itu berkata kita sudah tahu siapa si jahat itu, apa
maksudnya" Karena sebelum dia datang yang sedang kita obrolkan
adalah tentang Hie Tiong-gwee bertarung dengan Hui-thian-sin-
liong?" "Betul, aku menebak si baju hitam itu adalah Hui-thian-sin-liong, apa pendapatmu?" Kata Bong Cong-kian.
Giok-yan terkejut dan berkata:
"Apakah betul si jahat itu Hui-thian-sin-liong atau bukan" Yang
jelas dia pergi ke rumah Hie Tiong-gwee, apakah untuk memberi
selamat atau membuat keributan. Yu Toako, kau belum
menceritakan bagaimana akhir pertarungan mereka?"
"Tidak perlu cerita lagi, mari kita ke rumah Hie Tiong-gwee, kita ukan segera mengetahuinya."
Giok-yan sangat terkejut:
"Kalau begitu si baju hitam itu Hui-thian-sin-liong?"
"Aku juga belum pernah bertemu dengan Hui-thian-sin-liong.
Marilah kita ke rumah Hie Tiong-gwee bila terlambat tidak bisa
melihat mereka bersembahyang lagi."
"Aku berharap dia adalah Hui-thian-sin-liong. Biarpun dia
mempunyai 3 kepala 6 tangan, kalau sudah sampai di rumah Hie
Tiong-gwee dia pasti akan kalah."
Karena dia dirugikan oleh si baju hitam maka dia berharap Hie
Tayhiap bisa mengalahkan dia


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi mereka bertiga sudah tidak sempat melihat pengantin
sembahyang karena mereka bertiga hanya mempunyai 2 ekor kuda.
Biarpun mereka tidak sempat melihat pengantin sembahyang tapi
mereka masih bisa menonton sebuah sandiwara.
--ooo0dw0oo-- C. Hui-thian-sin-liong Suara musik sangat ramai. Tandu sudah tiba.
Coh Thian-su, Kwee Goan-cay, Po Leng-hoi, mereka bertiga
berada di dalam bergabung dengan orang-orang melihat pengantin.
Lebih-lebih Sin Kong-ta, dia sudah berada paling depan. Dia
menganggap dia adalah pengawal keluarga Hie, maka dengan suka
rela dia menjaga keamanan di sana.
Pengantin perempuan dituntun oleh pamannya keluar dari tandu,
walaupun wajahnya ditutup oleh kain merah tapi tubuhnya yang
indah menarik perhatian para tamu. Tamu laki-laki merasa iri
kepada Hie Tiong-gwee, karena dalam pernikahannya yang kedua
masih bisa mendapatkan si Cantik dari Lok-yang. Tamu-tamu
perempuan pun iri kepada pengantin perempuan karena istilah nya
dia bisa terbang ke atas pohon untuk menjadi seekor burung Hong.
Dia bisa menikah dengan orang yang kaya, mempunyai kekuasaan
juga orang terkenal di dunia persilatan.
Dalam hati Po Leng-hoi dan Kwee Goan-cay, mereka merasa
tidak enak. Apalagi Kwee Goan-cay, dia nanti akan menjadi
canggung bertemu dengan orang yang sangat dia cintai, yang
sekarang akan menjadi istri gurunya.
Begitu suara ribut berhenti, pengantin masuk ke dalam aula Tiba-
tiba di belakang ada suara seorang gadis berteriak,
"Ibuku sudah meninggal, kalian menyuruhku berlutut kepada ibu
baruku, terpaksa aku hanya berlutut pada papan sembahyang saja!"
Pengantin laki-laki Hie Tiong-gwee sangat marah, wajahnya
sangat merah, karena yang berteriak tadi adalah putrinya Hie Kim-
giauw yang berumur 16 tahun.
Semua tamu saling pandang, tidak ada yang berani bicara. Tamu
yang berada di dalam juga jelas mendengar suaranya
Kemudian terdengar seorang perempuan tua berkata: "Nona,
harap menurut, bila tidak mau berlutut, berilah secangkir teh untuk
ibu barumu." Walaupun keluarga Hie bukan termasuk keluarga terpelajar tapi
semenjak menjadi orang terkaya di Lok-yang, dia pun belajar
aturan-aturan orang terpelajar. Tadinya dia ingin putrinya bertemu
dengan ibu barunya setelah selesai bersembahyang, sedang
perempuan tua itu adalah pengasuh putrinya.
Hie Kim-giauw tidak mau berlutut bahkan memberi teh pun dia
tidak sudi. "Mengapa aku harus memberi teh untuknya" Aku selalu
memanggil-nya cici Hiat-kun, bukan ibu."
Hie Tiong-gwee sangat marah, tapi karena di sana banyak tamu,
dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kepala Hiat-kun menunduk lebih
dalam lagi, membuat Po Leng-hoi dan Kwee Goan-cay sangat sedih.
Untung saja pembawa acara langsung berteriak:
"Musik! Musik!" suara musik segera menutupi suara ribut para tamu.
Hiat-kun dituntun oleh pamannya menghampiri pengantin laki-
laki, kemudian pamannya berkata:
"Hie Tayhiap, aku serahkan Hiat-kun, keponakanku kepadamu."
Pembawa acara berteriak lagi:
"Satu Pai... kepada bumi dan langit..."
Dua huruf terakhir belum sempat diucapkan sudah terdengar
suara orang yang berteriak seperti guntur, "Nanti dulu!"
Suaranya menutupi suara musik, suara itu juga membuat telinga
tamu-tamu mendenging. Tamu-tamu yang berada di dalam dan di
luar aula seperti merasakan ada gelombang yang mendorong
mereka ke pinggir. Seseorang telah masuk ke dalam aula, berjalan mendekati
pengantin laki-laki dan perempuan.
Dia memakai topi yang berpinggiran lebar, memakai jubah hitam.
Wajahnya ditutupi oleh sehelai kain, hanya terlihat sepasang
matanya yang menyorot tajam.
Pengantin laki-laki menjadi terkesima, tampak dia sangat marah
tapi begitu dia melihat sepasang mata si baju hitam, dia langsung
merasa gentar. Tangan yang sudah dikeluarkan langsung menarik
pengantin perempuan ke belakangnya
Tiba-tiba ada 2 orang langsung menyerang. Orang yang
menyerang pertama bernama Thiat Leng-hu, dan yang lainnya
bernama Ong Tian-eng. Thiat Leng-hu penampilannya seperti namanya, bertubuh kuat
dan bertenaga besi. Ong Tian-eng bertubuh kurus kering dan
terlihat orangnya ramah dan mempunyai tenaga dalam yang kuat,
serangannya pun sangat kejam. Dia cukup terkenal di dunia
persilatan. Sambil menyerang Ong Tian-eng dengan suara kecil dan lembut
berkata: "Hari ini adalah hari pernikahan Hie Tayhiap, Tuan jangan
membuat keonaran di sini."
Suara yang keluar cepat, tapi gerakannya ternyata lebih cepat.
Thiat Leng-hu sama sekali tidak bicara, tapi begitu dia bersuara
sepasang telapak tangannya sudah mendorong si baju hitam.
Yang menjadi mak comblang adalah Tuan Kiam-ta, dia masih
duduk di kursinya kemudian dia berdiri seperti ingin membantu tapi
entah mengapa dia mengurungkan niatnya. Bila dilihat dengan teliti,
sepintas terlihat sangat tenang, tapi alis dan matanya sudah
bergetar, apakah karena dia menganggap Thiat Leng-hu dan Ong
Tian-eng sudah cukup kuat untuk menghadapi si baju hitam,
ataukah di dalam hatinya dia merasa sedikit takut"
Tapi tidak ada yang memperhatikan perubahan wajahnya,
padahal dia memiliki kepandaian yang paling tinggi di antara tamu-
tamu yang hadir, dan dia pun orang yang terkenal di dunia
persilatan. Semua orang memperhatikan si baju hitam, mereka ingin melihat
dengan cara bagaimana si baju hitam mengatasi serangan dari
kedua pesilat tangguh itu.
Akhir dari semua ini akan segera terlihat!
Tenaga telapak tangan Thiat Leng-hu sangat kuat, dia mampu
memecahkan sebuah batu yang kokoh, sedang telapak tangan Ong
Tian-eng menggunakan Pat-kwa-kun. Ilmunya bisa membuat tubuh
musuh tulang dan ototnya terlepas, begitu mereka mulai bergerak
semua sudah tahu dan punya pikiran seperti itu. Si baju hitam yang
tidak tahu diri, bila dia dibanting oleh Thiat Leng-hu akan menjadi
daging cincang, sedang otot dan tulangnya akan terlepas dari
tubuhnya oleh Ong Tian-eng.
Mereka berpikir dan berpendapat secara singkat pertarungan
akan selesai, tapi mereka tidak bisa menduga siapa yang akan
menang. Sekejap terlihat tubuh Thiat Leng-hu seperti pagoda besi sudah
melayang keluar dari aula, terbanting ke bawah dan jatuh tepat di
tangga, lalu terguling dari anak tangga ke 24 hingga ke anak tangga
paling bawah. Walaupun tidak menjadi daging cincang, tapi kepalanya sudah
terluka, tubuhnya penuh dengan darah, tergeletak di bawah tidak
bisa . bergerak lagi. Lain lagi dengan Ong Tian-eng Sepertinya Ong Tian-eng lebih
bernasib baik, dia hanya seperti orang mabuk, dengan
sempoyongan berjalan ke kiri dan ke kanan, menabrak beberapa
orang kemudian berdiri lagi.
Sebenarnya luka yang diderita Ong Tian-eng lebih parah dari
Thiat Leng-hu, dia biasa menggunakan tangan kosong, sekarang jari
tangannya sudah putus tiga, berarti mulai sekarang telapak tangan
kirinya sudah tidak bisa digunakan lagi. Dia hanya bisa
mengandalkan tangan kanannya, dia hanya memiliki kepandaian
yang tersisa separuh. Walau Thiat Leng-hu terluka parah, tapi dia hanya luka di luar.
Ong Tian-eng adalah pesilat terkenal, tapi tidak bisa melihat
gerakan lawannya, tahu-tahu dia sudah terluka parah, hal itu
membuat para tamu sangat terkejut dan sangat menyayangkan.
Orang-orang merasa kasihan kepadanya tapi di dalam hatinya
berkata: "Untung saja." Sebab bukan tangannya yang hancur, dia hanya putus sebanyak
3 Kecuali terkejut semua tamu menjadi terdiam. Akhirnya ada
orang yang berani berbicara, dia adalah wartawan berjalan Sin
Kong-ta. Dia bersembunyi di balik punggung orang yang tinggi besar dan
kerkata: "Siapa itu" Berani membuat keributan disini" Mengapa tidak
herani memperlihatkan wajahmu?"
Sebetulnya semua orang juga ingin tahu tapi tidak ada seorang
pun yang berani berbicara.
Pertanyaan ini memang tidak keterlaluan, tapi Sin Kong-ta malah
bersembunyi di balik punggung orang lain.
Bila di tempat lain mungkin Sin Kong-ta tidak akan berbuat
seperti itu, tapi di sini ada Hie Tayhiap dan Tuan Kiam-ta, mereka
pun belum mengeluarkan serangan. Pikirnya meskipun si baju hitam
sangat lihai, tapi juga tidak akan bisa menandingi mereka berdua.
Sin Kong-ta hanya ingin mencari muka saja.
Dengan tertawa si baju hitam bertepuk tangan ke arah Sin Kong-
ta "Kau siapa" Apa kau pantas menanyakan diriku?" sekali lagi si baju hitam bertepuk tangan.
Orang yang berada di depan Sin Kong-ta merasa ada tenaga
yang mendorong mereka, hingga mereka tidak tahan tergeser.
Mereka tergeser kedua arah hingga Sin Kong-ta terlihat, dia tidak
bisa bersembunyi lagi. Karena tubuhnya sudah terpental melewati
kepala para tamu, terpental ke luar pintu. Dia tidak terluka parah,
hanya dua gigi depan terlepas dan kepalanya lecet-lecet.
Dengan tertawa dingin si baju hitam berkata: "Aku paling benci
dengan orang yang suka menjilat, karena kau ndak begitu jahat,
aku hanya meminta 2 buah gigimu tapi kau harus ingat, menjadi
orang jangan terlalu banyak bicara !"
Di luar aula masih banyak orang, tentu saja mereka bisa melihat
dengan jelas keadaan Sin Kong-ta.
Orang berbaju hitam itu bisa langsung menghajar orang yang
memang harus dihajar. Dia menghukum orang dengan sangat tepat,
walau hanya meminta dua buah gigi depan.
Kepandaiannya benar-benar sangat mengagumkan, setelah
menghajar Sin Kong-ta, dia langsung membuka topi dan tutup
wajahnya, memperlihatkan wajah aslinya
Kali ini orang-orang terkejut bukan karena ilmunya melainkan
karena usianya. Ternyata dia adalah seorang pemuda tampan. Walaupun di sudut
dahinya ada luka bekas pisau tapi itu tidak menganggu
penampilannya, umurnya tidak lebih dari 25 tahun.
Dalam hati para tamu timbul pikiran,
Biasanya orang yang memiliki keahlian silat yang begitu tinggi,
pasti usianya sekitar 40 tahun keatas. Sedang pemuda ini begitu
muda usianya, Apakah semenjak dalam kandungan ibunya dia
sudah berlatih silat" Bila tidak mana mungkin dia bisa memiliki
tenaga dalam yang begitu hebat"
"Kau benar-benar sudah datang," kata Hie Tiong-gwee, dia sudah tidak begitu terkejut lagi.
"Hui-thian-sin-Hong, kau datang kemari ada urusan apa?" yang bicara adalah Tuan Kiam-ta, dia pun sudah tidak begitu terkejut lagi.
"Wie Thian-hoan hari ini datang untuk menepati janji," jawabnya Hui-thian-sin-liong, 4 buah kata yang keluar dari mulut Kiam-ta,
membuat para tamu menjadi terkejut.
Sebelumnya tidak pernah ada orang yang melihat dirinya.
Sekarang setelah melihat, mereka tahu bahwa yang dikatakan
siluman besar itu ternyata adalah seorang pemuda yang begitu
tampan, semua tamu menjadi terpaku.
Hui-thian-sin-liong berhadapan dengan Tuan Kiam-ta, dia berkata: "Tuan Kiam-ta pasti tahu, mengapa aku datang kemari?"
Tiga tahun yang lalu Hui-thian-sin-liong dikalahkan oleh Hie
Tiong-gwee dan memaksanya mengundurkan diri dari dunia
perseliatan, kabar ini sudah tersebar ke mana-mana.
Yang sudah tahu kabar ini mengira bahwa Hui-thian-sin-liong
datang untuk membalas dendam.
Walaupun mereka takut terhadap ilmu silat Hui-thian-sin-liong
tapi begitu tahu bahwa dia pernah dikalahkan oleh Hie Tiong-gwee,
maka mereka pun menjadi lebih tenang.
Apalagi di sana masih ada Tuan Kiam-ta.
Keluarga Kiam adalah keluarga ahli silat, Tuan Kiam-ta nama
aslinya adalah Kian-yan Adiknya bernama Ih San, sifat mereka tidak
sama. Sang kakak terjun ke dunia persilatan tapi adiknya lebih
senang berada di rumah dan jarang berkelana di dunia persilatan.
Mereka berlatih ilmu silat yang berbeda dan sudah mencapai tingkat
kesempurnaan. Ilmu yang dilatih oleh Kian-yan adalah ilmu telapak
tangan kanan yang bersifat keras (Yang) dan telapak tangan kiri
bersifat lembut (Ini). Sedang Ih-san mempunyai tenaga dalam yang
sangat hebat, tapi orang-orang hanya tahu kehebatan ilmu Kian-yan
dan belum pernah melihat ilmu silat Ih-san.
Karena kakak beradik ini terkenal di dunia persilatan maka orang-
orang menyebutnya mereka Tuan Kiam-ta (Kiam pertama) dan Tuan
Kiam-ji (Kiam kedua), tapi orang-orang lebih hormat pada Tuan
Kiam-ta. Keluarga Hie mengira karena di sana ada Tuan Kiam-ta dan dia
yang menjadi comblang Hie Tiong-gwee maka mereka yakin Tuan
Kiam-ta akan memihak kepada Hie Tiong-gwee. Kemudian mereka
bertanya kepada Hie Tiong-gwee,
"Hie Tayhiap, apakah tuan sudah berjanji sesuatu padanya pada
hari ini?" Hie Tiong-gwee tidak menjawab, dia hanya tertawa kecut,
menggelengkan kepala. Ada seseorang yang bertanya:
"Hei, Orang she Wie, kau mempunyai janji dengan siapa?"
Mereka sengaja bertanya demikian hanya karena ingin melihat
Hui-thian-sin-liong bertarung dengan Hie Tiong-gwee.
Tapi Hui-thian-sin-liong tidak menghiraukan mereka, dia tetap
berkata kepada Tuan Kiam-ta:
"Tuan Kiam-ta, saat itu aku sudah berjanji dengan Hie Tiong-
gwee kau yang menjadi saksi, kau tidak menganggap aku omong
kosong bukan?" Tuan Kiam-ta terlihat sangat bingung, dia menggaruk-garuk
kepalanya dan berkata: "Benar, perjanjiannya tidak ada jangka waktu, kapan pun kau
bisa datang untuk menagihnya tapi mengapa harus hari ini?"
Masih banyak yang ingin dia tanyakan tapi dia tidak bisa berkata
lagi. Ada 3 orang yang tiba-tiba keluar mewakili dia bicara. Yang
pertama adalah Bwee Ceng-hong, yang satu lagi adalah murid


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw-lim bernama Hun Sim-boh, dan yang satu lagi adalah murid
Bu-tong bernama Yap Jin-tong. Mereka bertiga adalah teman baik
Hie Tiong-gwee. "Benar, hari ini adalah hari pernikahan Hie Tiong-gwee, kau
sengaja memilih hari ini, kau benar-benar keterlaluan!" seru Bwee Ceng-hong.
"Benar, biar ada masalah apapun harus menunggu hingga Hie
Tiong-gwee habis sembahyang. Kau memaksa Hie Tiong-gwee
menepati janji, walau pun Hie Tiong-gwee mengijinkan tapi keluarga
Hie tidak akan membiarkanmu membuat keributan."
Walaupun Hun Sim-boh adalah murid Siauw-lim tapi dia adalah
seorang yang bertemperamen tinggi.
"Aku tidak tahu kalian mempunyai perjanjian apa, tapi demi para
tamu, pikirlah sekali lagi apakah bisa mengganti waktunya?" tanya Yap Jin-tong, orangnya ramah seperti namanya. Walaupun dia tidak
suka ada yang membuat keribuatan tapi dia masih bisa menahan
diri. Walaupun mereka bertiga mengatakan dengan cara yang
berbeda, tapi Hui-thian-sin-liong tidak meladeni mereka
Hui-thian-sin-liong bertanya kepada Tuan Kiam-ta:
"Apakah Ko Tan taysu dan It Piau cinjin sudah datang?"
Jawab Kiam-ta, "Mereka tidak akan datang."
"Kalau begitu hanya ada seorang saksi/juri."
"Benar, aku adalah comblang mereka, aku harus hadir."
Tuan Kiam-ta tampak sangat tenang, Hun Sim-boh sudah merasa
bahwa Tuan Kiam-ta sangat takut dan tidak dapat mencegah hal
buruk yang bisa terjadi. Yang tidak disangka oleh Hun Sim-boh adalah Tuan Kiam-ta juga
takut kepada Hui-thian-sin-liong, dia seperti disiram oleh seember
air dingin, tidak berani mengubar amarah dan hanya diam saja.
"Tuan Kiam-ta, di dunia persilatan namamu sangat terkenal, aku
menghormati tuan seperti aku menghormati Ko Tan taysu dan It
Piau cinjin, karena itu aku setuju kalian menjadi saksi/juri," kata Hui-thian-sin-liong.
Tuan Kiam-ta tertawa kecut dan berkata: "Terima kasih."
Dia begitu sopan, membuat para tamu kembali terkejut.
Tuan Kiam-ta sungguh keterlaluan, tapi tidak ada yang berani
bicara. Kata Hui-thian-sin-liong:
"Yang menjadi saksi/juri tidak boleh memihak kepada siapapun,
aku percaya kau tidak akan seperti itu, walaupun kau menjadi
comblang bagi mereka."
Tanya Kiam-ta: "Kalau begitu, kau menepati janji datang hari ini, apakah aku
boleh bertanya..." "Kau tidak perlu bertanya apa-apa lagi, aku hanya ingin bertanya
kepadamu, apakah aku mempunyai hak kemari?"
Tuan Kiam-ta dengan terpaksa menjawab:
"Ya." "Kalau begitu aku beritahu kepadamu bahwa aku memang
sengaja datang hari ini, karena It Piau cinjin dan Ko Tan taysu tidak
berada di sini." Kata Kiam-ta:
"Aku hanya meminta kau jangan datang hari ini, bila kau tidak
mau, baiklah aku akan kembali menjadi saksi lagi pada pertarungan
kali ini." 'Pertarungan' kata ini yang keluar dari mulut Kiam-ta, berarti 3
tahun yang lalu memang sudah terjadi pertarungan.
Dalam hati para tamu berpikir, 'Hui-thian-sin-liong datang untuk
balas dendam.' Mereka merasa senang sekaligus khawatir.
Alasan tamu-tamu itu senang karena mereka bisa menyaksikan
kembali pertarungan 3 tahun yang lalu dan sekarang mereka bisa
melihat dengan jelas. Tapi tamu-tamu juga ada yang khawatir dan
takut apakah Hie Tayhiap masih bisa mengalahkan Hui-thian-sin-
liong" Mereka merasa ragu dan curiga dengan kabar yang didengar
selama ini, apakah kabar itu benar atau hanya isapan jempol belaka.
Bila dalam pertarungan kali itu yang kalah adalah benar Hui-
thian-sin-liong dan dia sudah bersumpah akan mengundurkan diri
dari dunia persilatan, dia tidak akan berani datang pada hari
pernikahan Hie Tayhiap dengan begitu terang-terangan. Dan yang
menjadi saksi pertarungan itu yakni Tuan Kiam-ta pun tentu akan
marah. Tapi Tuan Kiam-ta mengakui bahwa Hui-thian-sin-liong
mempunyai hak memilih hari untuk menepati janjinya. Para tamu
merasa bahwa pertarungan 3 tahun lalu yang kalah belum tentu
Hui-thian-sin-liong. Setelah mendapat jawaban dari Tuan Kiam-ta, dia baru
membalikkan kepalanya dan berkata:
"Sebenarnya perjanjian ini adalah antara aku dan Hie Tiong-
gwee, tapi jika keluarganya tidak suka dan ingin membalas dendam,
maka aku akan mengikuti keinginan mereka tapi walau
bagaimanapun perjanjian antara aku dan Hie Tiong-gwee tidak akan
terhapus begitu saja."
Ini artinya bahwa bila ada orang yang membantu Hie Tiong-gwee
dalam pertarungan ini maka dia akan dinyatakan kalah.
Sorot mata Hui-thian-sin-liong dengan pelan melihat Bwee Ceng-
hong dan Yap Jin-tong, akhirnya berhenti di tubuh Hun Sim-boh.
Hun Sim-boh hanya berkata:
"Aku tidak tahu perjanjian yang terjadi di antara kalian, tapi Hie Tiong-gwee adalah pengantin laki-laki, aku tidak mau dia
diganggu..." Hui-thian-sin-liong bertanya:
"Bila dia tidak mau diganggu, lalu apa maumu?"
Terpaksa Hun Sim-boh berkata: "Apakah perjanjian itu bisa
diwakili olehku?" Hie Tiong-gwee langsung bicara:
"Perjanjian ini hanya antara aku dan Wie Thian-hoan, hidup atau
mati aku yang akan menanggungnya, kebaikan teman-teman dan
handai laulan, aku terima di dalam hati saja."
Para pendekar Tiong-ciu dan para tamu setelah mendengar
ucapan Hie Tiong-gwee segera tepuk tangan, tapi setelah
mendengar ucapan Hie Tiong-gwee sepertinya masalah yang terjadi
sangat berat, mereka pun tampak khawatir.
Banyak orang yang berbisik-bisik,
"Perjanjian apakah itu" Bagaimana akhir dari pertarungan 3
tahun lalu" Mengapa sekarang mereka harus bertarung lagi?"
Mereka juga berharap bisa tahu lebih banyak lagi.
Suara tepuk tangan segera berhenti, dengan pelan Hui-thian-sin-
liong berkata: "Tuan Kiam-ta, silahkan tuan jelaskan isi dari perjanjian yang kita sepakati ini, supaya para tamu tahu bahwa aku bukan datang ke
tempat ini bukan tanpa sebab."
Tuan Kiam-ta mengangguk. "Ini memang tugasku, tidak perlu Adik Wei yang memberitahu."
Di dalam hatinya dia berkata, 'Bila sekarang tidak menjelaskan
dengan baik, Hie Tiong-gwee akan mendapat serangan dari Wie
Thian-hoan.' Semua orang jadi terdiam, seolah-olah seperti lupa bernafas.
Demi menghindari gangguan dari keluarga Hie, maka Tuan Kiam-
ta mulai menjelaskan. "Tiga tahun yang lalu, pertarungan antara Hie Tiong-gwee dan
Wie Thian-hoan terjadi di gunung Siong-san, mereka berdua setuju
yang menjadi saksi/juri adalah 3 orang, mereka adalah It Piau cinjin,
Ko Tan taysu dan aku. Mereka berjanji untuk bertarung sebanyak 3 ronde untuk
menentukan siapa yang kalah dan yang menang."
Kiam-ta benar-benar menjelaskan dengan terperinci.
Kiam-ta berhenti sebantar, dia seperti mengingat-ingat kejadian
3 tahun lalu. "Lalu bagaimana dengan pertarungan mereka?" Para tamu mulai
penasaran. "Yang pertama adalah menguji senjata rahasia, kedua adalah
tangan kosong, dan yang ketiga adalah bertanding pedang. Tapi
mereka mempunyai aturan yang berbeda. Pertarungannya bukan
seperti 'kau menyerang aku menangkis'. Walaupun sudah terbagi
menjadi 3 ronde pertandingan, dalam satu ronde pun bisa langsung
berhenti, tapi mungkin juga bisa terjadi 6 ronde kalau belum
ketahuan siapa yang menang atau kalah."
Senjata rahasia, beradu tangan kosong dan pedang, 3 ilmu ini
merupakan kepandaian unggulan dari Hie Tiong-gwee. Dalam hati
para tamu berkata, 'Pasti Hie Tiong-gwee yang menang.'
Begitu dijelaskan aturan pertandingan, para tamu malah merasa
kebingungan. Bwee Ceng-hong berkata: "Mengapa aturannya begitu aneh" Apakah Tuan Kiam-ta bisa
menjelaskannya." Kata Tuan Kiam-ta, "Pertarungan ini terbagi menjadi dua bagian, yang satu
menyerang yang satu lagi bertahan. Pertandingan pertama bila
penyerang melancarkan serangan, yang diserang tidak boleh
membalas. Bila pada pertandingan pertama yang diserang mati atau
terluka oleh senjata rahasia, pertarungan ini tidak akan diteruskan,
berarti orang yang menyerang yang menang.
Kedua adalah pedang, yang menyerang menunggu saksi
menghitung dari angka satu hingga sepuluh, dia hanya boleh
menyerang 3 jurus, bila dia tidak dapat membunuh lawan, akan
dilanjutkan ke babak berikutnya yaitu bertanding tangan kosong.
Dalam bertanding tangan kosong kedua belah pihak hanya boleh
satu kali menyerang, bila yang diserang bisa mengelak, artinya
pertarungan ini sudah selesai.
Ini hanya pertarungan pertama, bila tidak bisa langsung
menentukan siapa yang kalah atau menang, pada pertarungan
bagian kedua, yang tadi diserang sekarang menjadi penyerang,
aturan masih seperti tadi, tapi tempat dan waktu ditentukan oleh
dia. Bila dalam 3 kali pertarungan adalah seri, semua akan berakhir.
Dalam pertarungan itu bila kedua belah pihak terluka, akan
ditentukan oleh saksi, yang mendapat luka yang paling berat dia
yang kalah." Ini benar-benar pertarungan yang aneh tapi setiap babak pasti
mengadu jiwa. Setelah mendengar cerita ini para tamu sangat terkejut dan
takut. Kata Hun Sim-boh: "Dalam pertandingan pertama yang jadi penyerang pasti Hui-
thian-sin-liong." Kata Hun Sim-boh Kata Tuan Kiam-ta:
"Sebaliknya, para saksi mengundi siapa yang menjadi penyerang
tapi Wie Thian-hoan dengan rela mengalah, dia memberi
kesempatan pada Hie Tiong-gwee untuk menjadi penyerang dulu."
Tuan Kiam-ta mengatakan yang sebenarnya, ini membuat
keluarga Hie sangat terkejut dan wajah Hie Tiong-gwee langsung
menjadi merah. Dengan sengaja Coh Thian-su bertanya:
"Jadi Wie Thian-hoan rela memberi kesempatan pada Hie Tiong-
gwee" Dan Hie Tiong-gwee pun dengan senang hati menerimanya?"
Begitu selesai bicara, semua tamu tahu bahwa dia sedang
mentertawakan Hie Tiong-gwee.
Kali ini Hun Sim-boh tidak berani bicara lagi, hanya ada 2 hingga
3 orang yang berkata: "Untuk memusnahkan orang jahat, tidak perlu
sungkan- sungkan." Coh Thian-su tertawa kemudian berkata:
"Apakah Wie Thian-hoan adalah orang jahat di dunia persilatan"
Ini hanya omongan dari orang yang tidak bisa dipercaya. Mungkin
Hie Tiong-gwee adalah pendekar tapi dia juga belum tentu begitu,
apakah benar Tuan Kiam-ta?"
Kata-kata Coh Thian-su seperti membela Hui-thian-sin-liong,
keluarga Hie jadi sangat tidak senang mendengarnya, tapi mereka
hanya bisa menekan amarahnya, tidak berani bertindak.
Kebanyakan dari para tamu hanya ingin tahu hasil akhirnya.
Tuan Kiam-ta mulai bercerita:
"Pertarungan pertama adalah pertandingan senjata rahasia,
aturannya hanya menyerang satu kali, tapi tidak melarang berapa
banyak senjata rahasia yang boleh digunakan. Lawan hanya boleh
menerima tidak boleh membalas."
Tanya Yap Jin-tong: "Menyerang dan membalas, apa bedanya?"
"Bila membalas artinya menyerang balik, menyerang untuk
bertahan artinya, kau boleh menggunakan tangan untuk menahan
serangan senjata rahasia tapi tidak boleh balas menyerang balik,
kau pun boleh menggunakan tenaga telapak tangan untuk memukul
serangan senjata rahasia tapi hanya dalam jarak 3 meter, kau tidak
boleh melukai lawan menggunakan tenaga dalam."
"Masuk akal juga." Kata Hun Sim-boh sambil mengangguk.
"Tuan Kiam-ta, masih ada yang tertinggal." Kata Hui-thian-sin-liong.
"Yang mana?" "Bila dalam pertandingan senjata rahasia tapi kedua belah pihak
tidak ada yang terluka, yang menjadi pemenang adalah yang tidak
menggunakan tenaga telapak tangan untuk menahan senjata
rahasia." "Benar, hal ini diusulkan oleh Hie Tiong-gwee." Kata Tuan Kiam-ta.
Tidak dapat dipungkiri lagi semua tamu sudah tahu maksud Hie
Tiong-gwee, karena dia yang menjadi penyerang, dia sangat
beruntung jika bisa mengelak dari senjata rahasia.
Tapi segera terpikir lagi, Hui-thian-sin-liong pun setuju dengan
hal ini, artinya dia pun tidak menggunakan tenaga telapak tangan.
Benar juga. Tuan Kiam-ta terus berkata:
"Pertama-tama, senjata rahasia yang dilepaskan oleh Hie Tiong-
gwee ada 13 buah, tapi Wie Thian-hoan tidak menggunakan telapak
tangannya untuk melencengkan arah senjata rahasia. Dia bisa
menangkap dengan tangannya sebanyak 7 buah dan mengelak dari
senjata itu sebanyak 3 buah, yang tiga lagi mengenai tubuhnya."
Biasanya senjata rahasia Hie Tiong-gwee sangat tepat pada
sasaran dan lawan bisa langsung mati. Tokoh di dunia persilatan
yang bisa melepaskan senjata rahasia sebanyak 7 buah sudah
sangat jarang, apalagi dia bisa melepaskan sekaligus sebanyak 13
buah, belum pernah ada orang yang mendengarnya.
Keluarga Hie mendengar ada 3 senjata rahasia yang mengenai
tubuh lawan, mereka merasa bersyukur. Tapi Kiam-ta berkata lagi:
"Walaupun ada 3 senjata rahasia yang mengenai tubuh Wie
Thian-hoan, tapi bajunya tidak sobek."
Setelah habis bicara, para tamu menjadi ribut, ada seorang murid
yang bertanya kepada gurunya:
"Biasanya senjata rahasia Hie Tiong-gwee bisa menembus
mengenai tulang, mengapa baju Hui-thian-sin-liong tidak sobek"
Apakah dia memiliki ilmu hitam?"
Guru mereka tidak bisa menjawab hanya berkata: "Itu bukan
ilmu hitam, tapi entah ilmu silat apa, kita pun tidak tahu "
Coh Thian-su kebetulan berada di dekat mereka, dengan
tersenyum dia berkata: "Ilmu seperti ini dinamakan Cap-ie-cap-pwee-tiap (Menyentuh
baju terjatuhkan 18 kali) Orang yang mengusai ilmu ini, bila
tubuhnya dipukul oleh lawan, maka yang memukulnya yang akan
jatuh terpental. Jatuhnya pun ada 18 cara, oleh karena itu
dinamakan 'Cap-ie-cap-pwee-
"Seharusnya yang jatuh adalah dia bukan?" Kata orang itu.


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, yang bisa melatih ilmu hingga seperti itu sudah sangat
jarang, tapi kepandaian semacam ini ada yang lebih tinggi lagi
tingkatnya, kalau ada orang yang menyentuh baju orang juga
berlatih ilmu itu, pasti dia yang akan langsung jatuh Tapi apakah
bisa membuat senjata rahasia sampai jatuh, aku tidak tahu."
Apakah Hui-thian-sin-liong mendengar perkataan Coh Thian-su,
tidak ada yang tahu. Dengan tersenyum Hui-thian-sin-liong berkata kepada Tuan
Kiam-ta: "Tuan Kiam-ta, kau jangan memujiku terus, sebenarnya bajuku
ada juga yang sobek."
Dia menggulung lengan bajunya memperlihatkan kepada Tuan
Kiam-ta. "Begitu aku terkena 3 buah senjata rahasianya, salah satunya
telah membuat bolong bajuku, hanya saja lubangnya tidak lebih
kecil dari ujung lanun. Belakangan aku baru mengetahuinya."
Senjata rahasia Hie Tiong-gwee lebih besar dari jarum, bila baju
Hui-thian-sin-liong berlubang pasti bukan sebesar jarum. Orang
persilatan pasti sudah tahu apa penyebabnya.
Sebenarnya senjata rahasia Hie Tiong-gwee tidak mengenai
tangan Hui-thian-sin-liong hanya karena tenaga dalam Hie Tiong-
gwee sangat besar. Salah satu senjata rahasia pasti mengenai
bajunya dengan ringan sehingga kain bajunya ada sedikit rusak dan
berlubang sebesar lubang jarum. Ini membuktikan bahwa ilmu Hui-
thian-sin-liong belum sempurna betul. Kata Hui-thian-sin-liong,
"Demi pertarungan yang adil, aku sengaja mengenakan bajuku
yang lama, harap saksi bisa memeriksanya dulu." Kata Tuan Kiam-
ta: "Terima kasih sudah mengingatkanku pada kesalahan yang telah
kubuat, aku akan mengingatnya. Bila nantinya senjata rahasiamu
tidak mengenai baju Hie Tayhiap dan tidak membuat bolong
bajunya, kau yang akan kalah."
"Ini memang seperti yang kumaksud." Kata Hui-thian-sin-liong.
Dalam bayangan orang-orang Hui-thian-sin-liong adalah penjahat
kelas kakap, sekarang banyak orang jadi bertanya-tanya,
"Apakah berita yang beredar tidak benar" sebab dia dengan Hie
layhiap, dia terlihat lebih jujur."
Kata Tuan Kiam-ta: "Sekarang kita beralih kepada cerita pertarungan pedang. Hie
Tiong-gwee sudah mengeluarkan 3 jurus serangan, tapi bajumu
sama sekali tidak terkena sabetan pedangnya, apakah benar?"
"Ilmu pedang Hie Tiong-gwee sangat tinggi, aku masih bisa
mengelak, itu pun sudah sangat beruntung."
Keluarga Hie sangat terkejut, sebab ilmu pedang Hie Tiong-gwee
sangat tinggi, mengapa sampai baju Hui-thian-sin-liong pun tidak
bisa kena" Pasti ilmu silat Hui-thian-sin-liong sangat tinggi."
Kata Hie Tiong-gwee: "Caramu mengelak lebih cepat dari pedangku, kau tidak perlu
memuji diri sendiri."
Dengan sungguh-sungguh Hui-thian-sin-liong berkata: "Aku
benar-benar kagum terhadap ilmu pedangmu, waktu itu bila kau
mau langsung menusuk ke tubuhku, aku pasti akan terluka. Tapi
sayang kau agak sedikit kurang baik memegang pedangnya, bila
tenagamu dikurangi sedikit lagi maka jurus pedangmu akan lebih
cepat dan akan membuatku terluka parah."
Para pesilat tahu bahwa Hie Tiong-gwee sebagai penyerang jadi
dia berusaha membunuh Hui-thian-sin-liong dalam satu kali
serangan sehingga tenaga dalam yang dikeluarkan sangat besar.
Pedang yang ringan berubah menjadi senjata yang berat, tapi
kecepatannya pun berkurang.
Keluarga Hie mulai berpikir, 'Sekarang kau baru menunjukkan
kesalahannya" Padahal pertarungan kali itu bila kau menjadi
penyerang, Hie Tiong-gwee pasti tidak mempunyai kesempatan
untuk mengeluarkan pedang."
Ada yang berkata: "Semua orang sebenarnya ingin tahu cara Hie Tiong-gwee
memainkan pedangnya, hal yang lain tidak perlu diberi komentar."
Kata Hui-thian-sin-liong:
"Hie Tayhiap mengira aku mengejeknya, karena itu aku harus
menambah beberapa kata dari Tuan Kiam-ta, bahwa aku sangat
mengagumi jurus pedang Hie Tiong-gwee."
"Ada yang tertinggal?" Tanya Tuan Kiam-ta
"Aku hanya menerima 2 setengah dari 3 jurus Hie Tiong-gwee."
Wajah Hie Tiong-gwee sudah sangat merah, dia berkata:
"Kau tidak perlu menutupi kekuranganku, sebenarnya aku sudah
mengeluarkan 3 jurus."
Coh Thian-su tahu saat ini pasti mereka akan
saling menyalahkan, maka dengan tertawa Coh Thian-su bertanya:
"Hie Tayhiap, katanya dia hanya menerima dua setengah dari 3
jurusmu, ini merupakan keberuntungan untukmu, biarkan saja dia
terus bicara" Kata Tuan Kiam-ta: "Hari ini bila terjadi pertarungan hanya ada seorang saksi.
Peraturan harus diperketat dan adil. Bila ada yang ingin tahu
kejadian sebenarnya, aku akan bicara yang sebenarnya. Benar, Hie
Tiong-gwee mengeluarkan 3 jurus untuk menyerang tapi pada saat
masuk jurus ketiga, I lui-thian-sin-liong meloncat mundur dengan
cepat, Hie Tiong-gwee tidak dapat menghentikan tubuhnya
sehingga saat jurus yang ketiga baru Jillancarkan setengah, ujung
pedang sudah menusuk ke dalam pohon. Karena Wie Thian-hoan
berada di balik pohon, walaupun keadaan sudah seperti itu tapi Wie
Thian-hoan tidak melanggar peraturan. Kalau Wie Niian-hoan
mengatakan dua setengah jurus dan aku pun menyetujuinya. Bila
nantinya dia mengeluarkan 3 jurus artinya dia yang kalah."
"Aku yang menentukan 3 jurus." Kata Hie Tiong-gwee.
"Tidak bisa, aku tidak boleh mengambil keuntungan dari mu,
karcna aku hanya menerima dua setengah jurus." Kata Wie Thian-
hoan. "Tidak bisa harus tetap dihitung 3 jurus."
Sebenarnya itu merupakan keberuntungan bagi Hie Tiong-gwee,
sekarang mereka sama-sama tidak mau mengambil keuntungan.
Ada yang berpikir. "Benar- benar, Hie Tiong-gwee adalah seorang pendekar."
"Kedua belah pihak saling mempertahankan pendapatnya,
sehingga aku sulit untuk menutuskan."
Kata Tuan Kiam-ta. Kata Coh Thian-su:
"Tuan Kiam-ta, menurutku lebih baik kau menceritakan keadaan
pertarungan itu, tidak perlu meributkan lagi dua setengah jurus atau
3 jurus." "Bukankah cerita mengenai pertarungan pedang sudah habis"
Hie liong-gwee menganggap dia sudah mengeluarkan 3 jurus, tapi
dia tidak berhasil melukai lawannya." Kata Hun Sim-boh.
Dia tahu akhir pertarungan seperti ini akan dimenangkan oleh
Hui-iliian-sin-liong, tapi dia juga berpikir Coh Thian-su tidak akan
memihak kepada Hie Tiong-gwee.
"Kau bukan saksi mata, mengapa tahu Tuan Kiam-ta sudah
selesai l>ercerita?" Kata Coh Thian-su.
Benar saja wajah Tuan Kiam-ta tampak malu, dia berkata:
"Betul, aku harus menceritakan semuanya agar tidak merugikan
pihak mana pun. Walaupun mereka rela membiarkan jurus yang
ketiga. IYdang Hie Tiong-gwee memang masuk kedalam pohon
karena dia terlalu kuat mengeluarkan tenaga."
Sengaja Coh Thian-su bertanya:
"Lalu Hie Tiong-gwee sendiri bagaimana?"
"Kepalanya terbentur pohon, dan langsung benjol."
"Apakah mengeluarkan darah?"
"Sedikit." Hie Tiong-gwee tampak sangat malu, wajahnya menjadi merah
hingga ke telinga. Sekarang semua orang tahu mengapa dia
mengatakan sudah melancarkan 3 jurus, dia takut saksi mata
mengatakan bahwa setengah jurus lagi adalah jurus yang
memalukan. "Sekarang sudah jelas, bahwa Hie Tiong-gwee mengeluarkan 3
jurus tapi tidak mengenai Wei Tian Shu, malah kepalanya sendiri
mengeluarkan darah, dan dia sudah kalah, apakah benar Tuan
Kiam-ta?" "Benar." "Pertarungan yang ketiga adalah beradu tenaga telapak tangan,
kali ini ceritanya sangat singkat. Hie Tiong-gwee memukul Wie
Thian-hoan dan mengenai punggung Wie Thian-hoan, tapi yang
terluka malahan Hie Tiong-gwee."
"Bagaimana terlukanya?" Tanya Coh Thian-su.
"Tidak begitu berat, tapi sempat muntah darah sebanyak 1 kali."
Dia menjelaskan dengan ringan tapi sudah menghebohkan para
tamu, karena Hie Tiong-gwee adalah ahli senjata rahasia, pedang,
dan tenaga telapak tangan, tidak disangka malah terluka sendiri.
Tiba-tiba ada suara perempuan berkata:
"Tiga tahun lalu pertarungan begitu rumit, pantas saja Yu Toako
tidak bisa menceritakan akhir dari pertarungan itu. Yang pertama
saja sudah sedemikian parah, apalagi yang belakang."
Yang berbicara tidak lain adalah Leng Giok-yan, walaupun datang
terlambat tapi mereka akhirnya tiba juga di rumah keluarga Hie.
Karena Giok-yan sudah dirugikan oleh Hui-thian-sin-liong maka
dia ingin Hie Tiong-gwee yang menang. Setelah mendengar cerita
Tuan Kiam-ta dia tahu harapannya sia-sia belaka.
Dengan suara kecil Yu Yong berkata:
"Hie Tiong-gwee hanya salah langkah."
"Salah langkah bagaimana" Bicaralah dengan suara agak keras,
aku tidak dapat mendengar dengan jelas."
Dia tahu bahwa Hie Tiong-gwee kalah tapi bila dapat menutupi
sedikit saja hal yang memalukan, itu pun sudah lumayan.
"Guruku berkata, ronde pertama dan kedua Hie Tiong-gwee
mengeluarkan tenaga terlalu besar, bila tidak pada ronde yang
ketiga dia tidak akan terluka."
Kata Tuan Kiam-ta: "Aku sudah menceritakan pertarungan 3 tahun lalu, karena takut
salah omong, pertarungan ini akan dilanjutkan lagi nanti, pendekar
lain bisa membantuku menjadi saksi. Sekarang pertarungan segera
akan dimulai, Wie Thian-hoan, apa syarat darimu?"
Menurut aturan pertarungan, kedua belah pihak harus berjanji,
bagaimana bila dia kalah juga sebaliknya bagaimana bila dia
menang. Bila kedua belah pihak setuju, maka pertarungan akan
dimulai. Bagitu Tuan Kiam-ta berkata seperti itu, orang-orang baru tahu
bahwa pertarungan 3 tahun yang lalu Hui-thian-sin-liong belum
meminta persyaratan apa pun.
Ada yang bertanya: " Hie Tiong-gwee meminta persyaratan apa?"
"Bila Wie Thian-hoan kalah, dia akan menyetujui apa yang
diminta oleh Hie Tiong-gwee, termasuk bila harus bunuh diri."
"Waktu itu mengapa Wie Thian-hoan tidak mengajukan syarat?"
Hui-thian-sin-liong menjawab:
"Karena pada waktu itu aku ada di pihak yang diserang dan
harus melewati 3 babak pertarungan, aku kira aku tidak akan bisa
lolos, karena itu aku tidak mengajukan syarat apapun tapi aku ingat
Hie Tiong-gwee pernah berkata, bila aku tidak mati, aku boleh
meminta syarat apapun, dan dia setuju, apakah benar Tuan Hie?"
"Benar, kau boleh mengajukan syarat apapun." Kata Hie Tiong-
"Tidak perlu tergesa-gesa, aku cuma minta 2 syarat dulu." Hie Tiong-gwee tampak marah,
"Kau jangan main-main, orang she Wie, kau jangan keterlaluan,
apakah kau yakin bisa membuat keadaanku bertambah sulit?"
Bila kali ini Wie Thian-hoan yang kebagian menyerang, maka
nyawa Hie Tiong-gwee sudah berada dalam genggaman Wie Thian-
hoan. "Mengapa kau tahu ini merugikanmu" Aku kira Tuan Kiam-ta
yang menentukan semuanya."
"Aku adalah juri, aku akan bertindak adil." Kata Tuan Kiam-ta.
"Bila tidak adil, aku tidak akan mengajukannya."
"Baiklah, apa maumu" Bila aku salah mengambil keputusan,
kalian bisa membantuku membetulkannya."
"Pertama, aku minta susunan pertarungan diganti." "Diganti seperti apa?"
"Pertama, pertarungan masih tetap sama, tapi pertarungan
kedua ,dan ketiga ditukar."
"Pertama adalah pertandingan senjata rahasia, kedua adalah
beradu tenaga telapak tangan, dan ketiga baru bertanding pedang."
"Mengapa harus ditukar?"
"Pertarungan 3 tahun lalu, bila bukan karena Tuan Hie kehabisan
tenaganya di ronde kedua, pada ronde ketiga pada saat beradu
tangan, wulaupun dia tidak bisa melukaiku, paling sedikit dia tidak
akan terluka, ini bukan aku yang mengatakannya, melainkan Yu
Tayhiap." "Celaka! Mengapa melibatkanku?" Kata Yu Yong dalam hati.
Dia segera berdiri dan berkata:
"Benar, guruku yang berkata seperti itu."
"Karena gurumu adalah saksi/juri di antara ketiga orang itu maka
permintaanku menurutmu masuk akal bukan?"
Orang-orang di sana berpikir dalam hati, 'Tenaga telapak tangan
Wie Thian-hoan pasti lebih hebat dari pedangnya."
Hun Sim-boh dengan dingin berkata:
"Ketika Hie Tayhiap kebagian yang menyerang, tapi dia malah
kalah. Kau dan dia tentu sudah memetik pelajaran dari sana, kau
sangat pintar." "Siapa yang berkata hari ini aku sebagai penyerang?"
Tuan Kiam-ta tampak terkejut dan berkata: "Apa arti dari kata-
katamu?" "Aku harap pertarungan ini dimulai dari awal lagi, tidak perlu
diundi, Hie Tayhiap tetap bagian yang menyerang."
"Apakah ini permintaanmu yang kedua?"
"Benar, hari ini adalah hari pernikahan Hie Tiong-gwee,
seharusnya aku membawa kado, maka aku membiarkan dia yang
menjadi penyerang, anggap saja ini adalah kado dariku. Apalagi 3
tahun yang lalu taktik serangannya salah dan dia menderita
Seruling Perak Sepasang Walet 9 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Pendekar Sakti 4
^