Pencarian

Jala Pedang Jaring Sutra 2

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 2


kerugian, jadi aku harus memberinya kesempatan sekali, bukan?"
Berarti dia harus membuat Hie Tiong-gwee kalah dengan pantas.
Sebenarnya Hie Tiong-gwee adalah seorang pendekar, dia tidak
boleh menerima kado seperti ini, tapi ini adalah cara satu-satunya
supaya dia bisa selamat, apakah karena gengsi dia menolak dan
demi nyawa dia menerima" Hie. Tiong-gwee sendiri sulit
menjawabnya. Si wartawan berjalan Sin Kong-ta sudah ribut-ribut di luar.
Dia berkata. "Hei orang she Wie, kau sengaja memilih hari ini untuk membuat
keributan dan menghina Hie Tayhiap, juga menghina keluarga Hie,
kado ini hanya dianggap sebagai kado permintaan maafmu."
Kata Coh Thian-su: "Kado ini, diibaratkan satu pihak ingin memberi di lain pihak
menerimanya, hal ini harus diputuskan oleh juri, tidak boleh secara
pribadi menentukan."
Walaupun Tuan Kiam-ta selalu mengatakan harus adil, tapi dia
tetap memihak kepada Hie Tiong-gwee, dia berkata demikian:
"Betul, aku sebagai saksi mengatakan tidak boleh merugikan
pihak mana pun, sewaktu mereka bertarung di Siong-san, semua
prasyarat sudah dibicarakan, tapi masih ada hal-hal kecil yang
terlewatkan, asal kalian setuju, aku tidak bisa berkata apa-apa."
"Mulai dari awal bukan berarti harus berubah tanpa batas.
"Coh Tayhiap jangan salah paham, aku belum selesai bicara,
sebagai saksi kita ketiga pernah ada perjanjian seperti ini, bila ada
salah satu pihak yang bertarung merasa syaratnya tidak cocok atau
telah terjadi perubahan paling sedikit harus disetujui oleh 2
saksi/juri lainnya, karena itu permintaan Wie Thian-hoan untuk
menukar pertandingan aku bisa menerimanya, tapi yang kedua yaitu
mulai dari awal lagi aku tidak berani mengambil keputusan."
Kata Wie Thian-hoan: "Untung murid It Piau cinjin sudah datang, jadi dia bisa mewakili gurunya menjadi juri."
Segera Tuan Kiam-ta melihat Yu Yong, dengan pelan dia berkata:
"Yu Tayhiap, kejadian pertarungan di Siong-san gurumu pasti sudah menceritakannya, kali ini kau mewakili gurumu untuk mengucapkan
selamat kepada Hie Tiong-gwee, apakah gurumu ada pesan
lainnya?" "Ada, dia berpesan..."
Hun Sim-boh, Bwee Ceng-hong dan teman baik Hie Tiong-gwee
yang lain bertanya: "Beliau berpesan apa?"
Giok-yan berdiri di belakang Yu Yong, menarik bajunya memberi
isyarat agar Yu Yong bisa membantu Hie Tayhiap.
"Sepertinya guru sudah tahu akan terjadi hal seperti sekarang,
beliau berpesan agar Wie Thian-hoan bisa mengganti waktu, bila
Wie Thian-hoan tidak menurut..."
Tanya Coh Thian-su: "Bila tidak menurut bagaimana?"
"Wie Thian-hoan mempunyai hak untuk menentukan waktu dan
tempat, bila dia tidak mau, biarlah dia bertarung dengan keluarga
Hie, bila terjadi keributan aku akan mewakili guruku membantu
Tuan Kiam-ta menjadi juri."
Perkataan Yu Yong adalah karangan sendiri, padahal sebenarnya
It Piau cinjin berkata: "Bila tidak bisa dinasehati, lebih baik lepas tangan."
Dari tadi dia berkata terus 'mewakili guruku' padahal itu hanya
pendapatnya, tapi itu juga bukan suatu kebohongan.
Dia sengaja bicara tidak jelas, maka orang-orang menyangka dia
memang benar mewakili gurunya, keluarga Hie pun tidak banyak
komentar. Karena Coh Thian-su tahu bahwa Hui-thian-sin-liong pasti
menang, dia ingin menyaksikan pertarungan ini. Jadi dia diam saja.
"Yu tayhiap, menurutmu bagaimana dengan permintaan Wie
Thian-hoan?" Kata Tuan Kiam-ta.
"Seperti yang dikatakan oleh Wie Thian-hoan, hari ini memang
hari yang istimewa, aku bisa menerima permintaannya jangan
mengulur-ulur waktu lagi, karena kedua belah pihak tidak ada yang
terluka, maka hari ini boleh melanjutkan pertarungan lagi."
"Tapi harus disetujui oleh Wie Thian-hoan." Wie Thian-hoan
segera berkata: "Ini memang keinginanku. Tiga tahun yang lalu karena Hie
Tiong-gwee terluka, aku menyetujui permintaan juri, aku yang
memilih waktu dan tempat, maka pertarungan itu ditunda. Aku
harap kali ini jangan terulang lagi, lebih cepat selesai lebih baik."
"Bila terulang lagi, bagaimana?"
"Bila aku terluka pada pertarungan pertama, asalkan aku masih
hisa bernafas, boleh dilanjutkan."
Persyaratan ini tentu saja menguntungkan Hie Tiong-gwee, pada
NU Hie Tiong-gwee menyerang, dia bisa terluka lagi atau
sebaliknya. Bila Wie Thian-hoan sebagai penyerang dia memiliki
harapan untuk menyelamatkan nyawanya.
"Semua sudah setuju, silahkan
Wie Thian-hoan katakan persyaratanmu." Kata Tuan Kiam-ta.
"Bila aku kalah, aku akan menyerahkan kepalaku, bila aku
menang, aku hanya minta Hie Tayhiap menyetujui satu hal."
"Apa?" "Nanti kujelaskan."
"Hie Tayhiap, apa ada yang ingin ditanyakan?" Hie Tiong-gwee bertanya:
"Bila ada hubungannya dengan dunia persilatan, aku rela bunuh
diri " Dia begitu tegas, membuat para tamu memuji sikapnya, ada
yang berkata : "Walau dia kalah tapi dia benar-benar seorang ksatria."
Kata Wie Thian-hoan: "Bicaramu sangat indah, aku hanya ingin
tahu apa yang disebut dengan ksatria." Keluarga Hie sangat marah,
"Hie Tayhiap selalu membantu orang dan menolong yang lemah,
soal status pendekar yang disandangnya tidak butuh persetujuan
darimu." Wie Thian-hoan tertawa dingin membuat wajah Hie Tiong-gwee
berubah. "Banyak hal sulit untuk memutuskan, bila kalian percaya
kepadaku dan Yu Tayhiap, kami berdualah yang menutuskannya."
Semua orang setuju dengan kata-kata Tuan Kiam-ta, mereka
tahu Tuan Kiam-ta akan membela Hie Tiong-gwee.
Kata Tuan Kiam-ta: "Menurut aturan, setelah disetujui oleh saksi/ juri, kedua belah
pihak harus patuh kepada juri, kecuali bila dia ingin bunuh diri."
"Bila aku menang, Hie Tayhiap tidak boleh menikah dengan Nona
Kang hari ini." Begitu kata-kata ini dikeluarkan, para tamu menjadi marah. Ini
adalah hal pribadi, tidak ada kaitan dengan dunia persilatan, tapi dia hanya mengatakan hari ini, bukan selamanya.
Giok-yan yang berada di dalam kumpulan orang-orang jadi
marah: "Tidak tahu malu! Pantas dia memilih hari ini, dia ingin merusak
hubungan baik antara suami istri."
Dengan marah Hie Tiong-gwee berkata:
"Wie Thian-hoan, kau sungguh keterlaluan!"
"Hie Tiong-gwee, kau adalah seorang Tayhiap, bila bicara seperti
itu, apakah kau tidak takut ditertawakan orang-orang. Belum juga
bertarung kau sudah takut kehilangan istri, bila aku kalah aku akan
memenggal kepalaku sendiri."
Kata-kata Wie Thian-hoan membuat keluarga Hie terdiam. Hie
Tiong-gwee merasa ragu dan malu. Syarat Wie Thian-hoan hanya
hari ini tidak boleh menikah, tapi pamor Hie Tiong-gwee akan hilang
bila kalah di tangan Wie Thian-hoan dan tidak bisa menikah hari ini,
entah dia harus berbuat bagaimana"
Tapi 'hilang kepala' dan 'hilang istri tercinta' yang lebih berat
adalah yang pertama, bila tidak disetujui akan membuat musuh
merasa menang. "Pertarungan ini menyangkut pihak ketiga dan harus disetujui
oleh pihak ketiga." Kata Tuan Kiam-ta.
"Benar, ini harus disetujui oleh Nyonya Hie." Kata Yu Yong.
Sejak Wie Thian-hoan masuk, Kang Hiat-kun belum
mengeluarkan sepatah katapun, sekarang pun dia masih diam.
Dia tidak menjawab, menurut aturan, biasanya istri ditanya oleh
suaminya, tapi Hie Tiong-gwee malu untuk menanyakannya.
"Dia takut kehilangan suami yang kaya dan berkuasa, mana mau
dia mengangguk." Entah siapa yang berkata.
Po Leng-hoi dengan marah berkata:
"Siapa yang berkata seperti itu, keluarlah!"
"Apa hubungannya denganmu, kau keluarga dari pihak mana?"
Po Leng-hoi ingin bergerak tapi karena banyak orang dia
mengurungkan niatnya, dia pun tidak tahu yang bicara itu siapa.
"Nyonya Hie, apakah kau takut suamimu kalah" Sebenarnya dia
orang terkenal, kau tidak perlu khawatir." Kata Wie Thian-hoan.
Dengan marah Hun Sim-boh dan Yap Jin-tong berkata:
"Wie Thian-hoan, Nyonya Hie setuju atau tidak, hanya juri yang
boleh bertanya, jangan berlaku tidak sopan."
"Bila syarat Wie Thian-hoan tidak disetujui oleh Nyonya Hie,
harus diganti dengan syarat lain." Kata Tuan Kiam-ta.
Belum habis bicaranya, tiba-tiba pengantin perempuan mengangguk. "Bila Nyonya Hie setuju, pertarungan boleh dimulai."
"Ada satu hal yang ingin aku tanyakan." Kata Yu Yong.
"Silahkan." "Karena menyangkut pihak ketiga (calon istri Hie), pihak ini akan memilih berdiri dipihak yang mana?"
"Benar, aku lupa, pihak ketiga ini akan memilih yang mana?"
"Melihat keadaan saat ini, pihak ketiga harusnya masuk ke dalam
pihak Hie Tiong-gwee, karena pihak ketiga ini adalah calon istrinya."
"Syarat yang diajukan Wie Thian-hoan ada hubungannya dengan
Nyonya Hie, artinya Wie Thian-hoan mengajak mereka berdua
bertarung dengannya, karena itu Nyonya Hie pun mempunyai hak
untuk bertarung, atau suami istri bergantian bertarung, tapi..."
"Istriku tidak bisa silat, jadi masalah ini hanya antara aku dan
Wie Thian-hoan." Kata Hie Tiong gwee.
Semua orang tahu bila ayah Nyonya Hie adalah seorang guru
silat biasa, di mata orang-orang dia mengajar silat sekedar mencari
makan Sebenarnya Tuan Kiam-ta bukan lupa kepada aturan ini, dia tahu
bahwa pengantin perempuan bisa sedikit silat, tapi sangat terbatas,
jadi dia tidak ingin Nyonya Hie ikut bertarung.
Tapi Yu Yong sudah berpendapat seperti itu, karena itu Tuan
Kiam-ta harus menjelaskannya.
Tapi pihak ketiga pun bisa memilih, mau ikut atau tidak dalam
pertarungan ini. "Aku sendiri yang akan bertanding dengan Wie Thian-hoan."
"Walaupun suami istri adalah suatu keluarga tapi menurut aturan
harus Nyonya Hie sendiri yang menetukan baru diangap sah." Kata
Yu Yong. Yang membuat orang-orang aneh, maksud Yu Yong sebenarnya
ingin suami istri ini bergabung, apakah dia tidak tahu bahwa
pengantin perempuan tidak bisa silat"
Hie Tiong-gwee merasa aneh dalam hati berkata, 'Apakah Yu
Yong sudah tahu siapa Kang Guan-yang"'
Karena aturan ini ditentukan oleh pihak pengantin perempuan,
Hie Tiong-gwee terpaksa diam.
Pengantin perempuan pun tetap terdiam.
"Pengantin perempuan masih malu berbicara, bila pihak laki-laki
setuju ikut bertarung, kau anggukkan kepala, bila tidak setuju kau
gelengkan kepatamu." Kata Tuan Kiam-ta.
Semua perhatian tertuju kepada pengantin perempuan, dia
mengangkat kepala dengan pelan dia mengangguk.
Begitu dia mengangguk, membuat para tamu menjadi geger,
semua tamu berpikir, 'Dia tidak bisa silat tapi berani ikut bertarung, pasti ingin sehidup semati dengan suaminya.'
Kwee Goan-cay dan Po Leng-hoi berdiri dipinggir melihat
pengantin mengangguk, Kwee Goan-cay berkata:
"Kau lihat, Hiat-kun bukan terpaksa menikah dengan guru."
"Menurutmu, dia ikut bertarung berarti dia setuju dengan
pernikahan ini. Menurutku, dia itu sedang memberontak!" kata Po
leng-hoi. "Apa maksudmu?"
"Kau tidak mengerti bahwa dia membenci gurumu, dia
mengambil keputusan ini tanpa bertanya dulu kepada gurumu."
"Kau bukan dia, mengapa kau tahu jalan pikirannya seperti itu?"
Pada saat yang sama Tuan Kiam-ta mulai bicara lagi, Po Leng-hoi
dan Kwee Goan-cay terpaksa diam.
Dengan tertawa Wie Thian-hoan berkata:
"Baiklah, silahkan suami istri Hie bergabung."
Tawanya terlihat marah sekaligus sedih.
Kata Tuan Kiam-ta: "Wie Thian-hoan, kau tidak boleh seperti itu, aku sudah
menjelaskan bila Nyonya Hie ikut bertanding, dia tidak boleh
bertarung bersama suaminya. Dan kalian juga pikir, dia boleh
memilih untuk ikut bertanding atau tidak, itu adalah haknya Apakah
kalian mengerti?" Hie Tiong-gwee dan Wie Thian-hoan berbarengan menjawab:
"Ya, mengerti."
"Pertarungan boleh dimulai. Pertama adalah bertanding senjata
rahasia. Hie Tiong-gwee sebagai penyerang."
Di dunia persilatan memang selalu terjadi gelombang
perselisihan, darah bisa bercucuran di pesta pernikahan hanya untuk
mencegah terjadinya pernikahan ini.
Apakah yang akan terjadi"
--ooo0dw0ooo-- BAB 2 Kekasih membalas dendam Telapak tangan melukai pendekar
Pengantin wanita bertarung
Darah berceceran di aula mewah
A. Tiga Pertandingan Hie Tiong-gwee sudah berdiri, tapi pengantin perempuan masih
tetap menundukkan kepalanya, bergerak pun tidak. Tuan Kiam-ta
bertanya: "Nyonya Hie, apakah untuk babak ini kau mau ikut bertanding?"
Kang Hiat-kun menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, sekarang Wie Thian-hoan dan Hie Tiong-gwee
bertanding sendiri-sendiri. Nyonya Hie, aku tidak akan bertanya lagi
babak mmia yang kau pilih untuk bertanding."
Tuan Kiam-ta tidak bertanya lagi, sebab dia akan kehilangan
wibawa. Tuan Kiam-ta bertanya kepada Wie Thian-hoan:
"Wie Thian-hoan, kau mempunyai hak untuk memilih tempat."
"Sudah kukatakan, masalahnya harus diselesaikan hari ini."
"Yang ingin kutanyakan adalah kau mau bertarung di taman


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau... " tanya Tuan Kiam-ta.
"Di aula saja sudah cukup."
"Hie Tiong-gwee, apakah kau tahu aula ini memiliki panjang dan
lebarr berapa" Apakah harus diukur lagi?" Kata Yu Yong.
"Tidak perlu." Segera orang orang ribut mengeluarkan kata aneh, terus bicara:
"Aku rasa, aula Hie, harus berganti nama."
Belum sempat perkataan itu mendapat jawaban terdengar suara
Tuan Kiam-ta berkata: "Karena pertarungan akan terjadi di aula ini, harap para tamu
keluar dulu untuk sementara."
Segera para tamu keluar, tapi mereka keluar tidak jauh, mereka
mengelilingi aula untuk menonton, sekarang di dalam aula hanya
tertinggal 2 orang saja. Lilin merah masih menyala, tapi sekarang aula sudah berganti
fungsi. Tidlak ada tanda tanda keramaian pernikahan lagi.
"Pertarungan dimulai!" Teriak Tuan Kiam-ta.
Hie Tiong-gwee segera meloncat menjauh, kemudian tubuhnya
dibungkukkan, seperti memberi hormat, segera terdengar suara
senjata rahasia melesat. Hie Tiong-gwee sudah melemparkan 7
senjata rahasia dari tangan kiri dan 8 senjata rahasia dari tangan
kanannya, ditambah 2 buah panah pendek. Panah ini
disembunyikan di kerah bagian belakang kepala, begitu memberi
hormat panah langsung menjepret meluncur dengan deras.
Wie Thian-hoan melihat serangan di balik gerakan itu tapi dia
sudah waspada dan dengan tenang dia berkata:
"Hie Tayhiap, kau tidak perlu begitu hormat kepadaku, aku tidak
bisa menerimanya." Hie Tiong-gwee sangat terkenal dengan ilmu pedang dan pukulan
tangan kosongnya. Untuk senjata rahasia dia jarang sekali
menggunakannya, karena itu sangat jarang orang pernah melihat
ilmu melempar senjata rahasianya.
Cara senjata itu menyerang sungguh aneh, ada yang terbang
miring, ada yang saling beradu sesudah beradu tiba-tiba arah
terbangnya berubah, ada yang miring ada juga yang terbang lurus,
semua sejata itu meluncur kepada Wie Thian-hoan.
Hui-thian-sin-liong sambil tertawa dengan tangannya dia
menjulur mencoba menangkap beberapa senjata rahasia, hampir
semua senjata rahasia itu tertangkap oleh telapak tangannya, tapi
ada 2 buah senjata yang lolos melewati kepalanya yang tidak
tertangkap olehnya. Kedua senjata itu sesudah berada di belakang
tubuhnya tiba-tiba berbalik menyerang ke arah belakang kepalanya.
Hie Tiong-gwee ternyata melemparkan senjata rahasia itu
dengan tenaga berputar. Sedikit sekali orang yang bisa menguasai
tenaga berputar apalagi bisa sangat cepat dan tepat.
Ketika Hui-thian-sin-liong sedang menyambut senjata rahasia, dia
tidak tahu ada dua buah senjata yang lolos dan kembali menyerang
kepadanya. Urat nadi pada kepala bagian belakang adalah urat nadi yang
paling lemah walaupun Hui-thian-sin-liong mempunyai ilmu kebal
sekalipun, bila terkena, kepalanya akan pecah.
Hun Sim-boh berteriak: "Jurus Sin-liong-tiauw-wie (Naga sakti mengibas ekor) yang
sangat indah sekali!"
Pada saat bersamaan dua panah pendek dari kerah Hie juga
sekaligus dikeluarkan dan menyambar ke arah Hui-thian-sin-liong.
Dua senjata rahasia dan dua panah melesat dengan sangat tepat.
Para tamu menahan nafas melihatnya.
Hui-thian-sin-liongdengan ringan segera mengebutkan
tangannya, lengan bajunya diangkat ke atas bahu, dia sudah
membelokkan arah dua macam senjata rahasia, dua buah senjata
yang di belakang terjatuh dan dua panah yang menyerang di depan
terbang kembali, lebih cepat dan lebih kuat dari serangan tadi.
Begitu melihat panahnya balik menyerang, Hie Tiong-gwee
mencoba mengelak tapi sudah tidak sempat
Dua buah panah pendek masih meluncur dari kiri dan kanan
menuju bagian urat nadi Tay-yang-hiat nya. Tai-yang-hiat
mempunyai nadi yang penting bila terkena bisa membuat orang bisa
langsung mati. Hie Tiong-gwee sangat terkejut, dia berpikir, 'Apakah aku akan
mati hari ini"' Di dalam bayangannya kematian akan segera menjemput, Hie
Tiong-gwee memejamkan mata.
Tiba-tiba Hie Tiong-gwee mendengar suara teriakan terkejut dan
ada pula teriakan memuji. Hie Tiong-gwee merasa dua panah itu
melewati dahinya dengan selisih jarak yang sangat tipis, tapi dia
sama sekali tidak merasa terluka.
Dia menjadi ingin tahu dan membuka matanya, kemudian ada
dengar ada yang berkata: "Lelucon Hui-thian-sin-liong sungguh mengejutkan, untung Hie
tayhiap tidak terluka, tapi upacara sembahyang sudah tidak dapat
dilanjutkan lagi." Kata yang lainnya: "Bila memaksa dilanjutkan maka hal ini akan membawa sial."
Senjata rahasia Hie Tiong-gwee membuat semua terkagum-
kagum, tapi dia tetap telah kalah. Lawannya tidak membalas
menyerang hanya dengan senjata rahasia Hie Tiong-gwee, dia telah
mematikan api lilin merah.
Coh Thian-su yang berdiri di sisi Hun Sim-boh berkata:
"Jurus 'Hui-liong-cai-thian' (Naga terbang dilangit) yang sungguh mengagumkan."
"Kapan ada jurus 'Hui-liong-cai-thian'?" Kata Hun Sim-boh
"Ini hanya istilah dariku saja, jika ada jurus 'Sin-long-tiaw-wie'
boleh juga ada jurus 'Hui-liong-cai-thian' sebab Wie Thian-hoan
dijuluki Hui-thian-sin-liong', nama ini memang cocok untuknya "
Kata Hun Sim-boh: "Kedua belah pihak tidak terluka, artinya belum ada yang kalah
atau menang, mengapa Coh Tayhiap sudah menentukan sendiri?"
Coh Thian-su tertawa: "Rupanya telingamu ada sedikit masalah, aku hanya memuji
jurus-jurus Hui-thian-sin-liong, mengapa yang masuk ke telingamu
menjadi suatu Keputusan tentang siapa yang kalah atau yang
menang" Bukankah yang menentukan adalah juri."
Tidak ada orang yang berani menggoda Hun Sim-boh karena dia
memiliki sifat berangasan, bila sudah naik darah pasti dia akan
menyerang jidat orang yang menggodanya. Tapi karena dia tahu
Coh Thian-su adalah pesilat tangguh, dia hanya bisa menahan diri.
Tuan Kiam-ta hanya mengumumkan bahwa kedua belah pihak
tidak terluka. Bila kedua belah pihak tidak terluka, artinya keadaan lebih
menguntungkan bagi Hie Tiong-gwee. Hun Sim-boh terlihat lebih
senang Ada 5 senjata rahasia yang tidak mengenai Wie Thian-hoan, dan
mengenai dinding. Ada 2 buah yang mengenainya tapi Wie Thian-
hoan tidak terluka. Yang menempel di dinding bisa dihitung oleh tamu-tamu. Yang
terjatuh pun bisa dihitung. Tapi berapakah senjata rahasia yang
dikeluarkan oleh Hie Tiong-gwee" Tidak ada yang tahu karena itu
Tuan Kiam-ta harus menanyakannya.
"Berapa buah senjata rahasia yang kau tangkap?"
"Aku juga tidak tahu ada berapa?"
Dia membuka tangannya dan yang terlihat hanya serpihan dan
kepingan senjata rahasia yang sudah tidak berbentuk. Karena
digenggam oleh telapak tangannya maka semua senjata rahasia
menjadi berbentuk logam-logam yang tidak beraturan.
Terpaksa Hie Tiong-gwee berkata:
"Aku mengeluarkan 15 buah senjata rahasia berbentuk paku."
Tuan Kiam-ta bertanya kepada Wie Thian-hoan: "Apakah benar?"
"Mungkin benar, bila dia berkata sebanyak itu, anggaplah
sejumlah itu." "Lima belas senjata rahasia dikeluarkan oleh Hie Tiong-gwee
ditambah 2 buah panah pendek," Kata Tuan Kiam-ta.
"Sungguh hebat, 3 tahun yang lalu dia hanya bisa mengeluarkan
13 buah senjata rahasia, sekarang menjadi 17 buah. Hie Tayhiap
ilmu silatmu benar-benar telah maju pesat," Kata Coh Thian-su.
Dalam pertandingan senjata rahasia Hie Tiong-gwee sudah
mengunakan senjata paku begitu banyak tapi lawan sama sekali
tidak terluka, hal ini sungguh memalukan.
Kata-kata Coh Thian-su tadi membuat Hie Tiong-gwee menjadi
malu, tapi keluarga Hie hanya bisa menahan amarah, tapi tidak
berani bertindak apapun. Sekarang pertandingan menggunakan tangan kosong dimulai,
dan Hie Tiong-gwee juga sebagai penyerang. Hie Tiong-gwee
menarik nafas mengumpulkan tenaga dalamnya, kemudian dia
mendorong telapak tangannya dengan ringan ke arah Hui-thian-sin-
liong. Melihat ini orang-orang terkejut, semua orang tahu tenaga
telapak tangan Hie Tiong-gwee sangat dahsyat, mengapa sekarang
malah terlihat tidak bertenaga"
Semua orang memang tidak tahu akan kehebatan pukulan ini,
tapi Tuan Kiam-ta tahu, ini adalah pukulan keras dan lembut yang
digabungkan. Hie Tiong-gwee benar-benar hebat, dalam 3 tahun dia
sudah bisa menguasai ilmu ini.
Menurut peraturan, yang diserang hanya boleh menerima tidak
boleh mengelak. Terlihat Hie Tiong-gwee dengan enteng memukul dan dengan
tidak menimbulkan suara telah mengenai bagian dada Wie Thian-
hoan. Begitu mengenai tubuh Wie Thian-hoan. Hie Tiong-gwee merasa
seperti memukul segumpal kapas, tidak ada tenaga tolakan.
Tadi ketika bertanding senjata rahasia dengan tenaga dalamnya
Wie Thian-hoan telah merusak senjata rahasia yang berbentuk
paku, tenaga dalam yang dimilikinya sangat tinggi. Walaupun Hie
Tiong-gwee beruntung karena menjadi penyerang, tapi dia tetap
berhati-hati dan karena dia mempunyai rencana lain.
Rencananya adalah, 'Bila dia menyerang dengan tenaga yang
enteng, Wie Thian-hoan pun akan membalikkan dengan enteng.
Jadi tenaga yang di kembalikan tidak akan melukai dirinya.
Wie Thian-hoan seperti sudah tahu cara berpikir Hie Tiong-gwee,
tangan Hie Tiong-gwee yang menempel di dadanya tiba-tiba
bergeser turun ke perutnya, dia merasa seperti memukul gumpalan
kapas. Tangannya tidak bisa ditarik kembali, Wie Thian-hoan pun tidak
membalas dia telah menggunakan tenaga mennyedot untuk menarik
tangan Hie. Hie Tiong-gwee tidak menyangka Wie Thian-hoan bisa
berbuat seperti itu, sekarang Wie Thian-hoan berada di atas angin,
tapi apakah dia masih bisa menaruh kasihan, atau apakah ada hal
lain yang lebih dahsyat lagi yang akan dilakukannya"
Tangannya sudah tidak bisa ditarik, terpaksa dia mengeluarkan
tenaga dalam untuk menariknya, seperti gelombang samudra yang
mendampar tenaga dalamnya telah dikerahkan sepenuhnya.
Wie Thian-hoan berpikir, 'Bila aku tidak melepaskan tangannya,
dia pasti akan menghabiskan tenaga dalam untuk menarik
tangannya. Dan dia pasti mati, buatku paling-paling aku hanya
terluka sedikit, tapi sekarang belum waktunya aku mengambil
nyawanya." Coh Thian-su berkata: "Mengapa tangan Hie Tiong-gwee terus menempel di tubuhnya"
Apakah dia sedang menggaruk tubuhnya yang gatal?"
Belum habis perkataannya, terdengar suara dinding roboh,
dindingnya sudah berlubang, akhirnya Hie Tiong-gwee dan Wie
Thian-hoan terpisahkan. Rupanya begitu Hie Tiong-gwee menambah tenaga dalamnya,
Wie Thian-hoan segera mengempiskan perutnya dan mengeser ke
samping. Tenaga Hie Tiong-gwee menjadi tergeser memukul ke
depan. Di depannya adalah sebuah tembok dinding, tembok dinding
menjadi jebol berlubang, untung tidak mengenai orang yang sedang
menonton di luar. Terdengar ucapan orang yang suka berkata
besar: "Seharusnya tenaga dalam Hie Tiong-gwee jangan dikatakan
bisa menghancurkan batu, tapi harus diganti dengan perkataan bisa
membelah batu bata."
"Karena kali inipun tidak ada yang terluka, dan tetap seri maka
sekarang menginjak ke babak ketiga, dari pihak Hie Tiong-gwee, Hie
Tiong-gwee akan bergabung dengan istrinya." Kata Tuan Kiam-ta.
Kang Hiat-kun masih tidak memberikan reaksi, sehingga tetap
saja Hie Tiong-gwee bertanding seorang diri.
Kali ini adalah beradu ilmu pedang. Apakah Hie Tiong-gwee bisa
mengalahkan Hui-thian-sin-liong dalam 3 jurus"
Jika bisa melewati 3 jurus maka giliran Hui-thian-sin-liong yang
akan berganti menjadi penyerang. Keluarga Hie sudah tidak bisa
tenang, mereka sangat khawatir.
Tapi Hie Tiong-gwee masih tetap tenang, dia mengeluarkan
pedang dari sarungnya, dengan dingin dia menatap Hui-thian-sin-
liong. Hui-thian-sin-liong pun melihat kearah ujung pedang Hie Tiong-
gwee, katanya: "Hie Tayhiap, kau masih mengenalku bukan" Wajahku tidak
berubah selama 3 tahun ini."
Pedang Hie Tiong-gwee berkilauan seperti kilat, memang dia
sedang menunggu kesempatan Wie Thian-hoan bicara supaya Wie
Thian-hoan hilang konsentrasinya, begitu Wie Thian-hoan berbicara
dia langsung menyerang. Tamu-tamu yang berada di pinggir kalangan hanya bisa melihat
bunga-bunga pedang yang naik dan turun, bayangan orang yang
berkelebatan berubah-ubah arah, bagi yang ilmunya masih rendah
sama sekali tidak terlihat Hie Tiong-gwee memakai jurus apa dan
sudah mengeluarkan berapa jurus.
Yu Yong sebagai salah seorang juri, dia juga seorang ahli
pedang, orang lain tidak dapat melihatnya dengan jelas, tapi dia
sangat jelas melihatnya, dia merasa sangat kagum.
"Lihat bagian depan, lupa bagian belakang, lihat ke kiri, lupa
bagian kanan." Ilmu pedang Hie Tiong-gwee benar-benar sangat tinggi, karena
Yu Yong sangat kagum sehingga lupa bahwa dia juga adalah salah
satu juri. Tiba-tiba Tuan Kiam-ta berteriak: "Berhenti!"
Tapi Hie Tiong-gwee terus menyerang, dia sudah lupa pada
aturan "harus berhenti dalam 3 jurus', nafsu ingin membunuh
tampak sekali" Sekarang dia sudah mengeluarkan 4 jurus.
Seharusnya Yu Yong dari awal sudah tahu, karena dia adalah
seorang ahli pedang Ketika mendengar teriakan Tuan Kiam-ta, dia
seperti baru tersadar, wajahnya menjadi merah karena malu.
Tiba-tiba terdengar suara 'TING', dan terlihat sinar kilat berwarna
putih naik ke atas. Sinar yang ke atas adalah pedang Hie Tiong-gwee, pedangnya
sudah menancap di atas tiang pengari, gagang pedang masih
bergetar bergoyang-goyang.
Hie Tiong-gwee seperti ayam jantan yang kalah bertarung, dia
terlihat lesu dan lemas, dalam serangan terakhir dia telah
dikalahkan oleh ilmu sentilan jari Hui-thian-sin-liong, sehingga
pedang terlepas dari tangannya.
Tuan Kiam-ta tampak ragu-ragu, dia bertanya kepada Yu Yong.


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yu Tayhiap, bagaimana cara memutuskan hasil akhir dari
pertarungan ini?" "Menurutku, kita harus menunggu Hui-thian-sin-liong menyerang.
Sekarang Hie Tiong-gwee sudah memakai 4 jurus bila Hui-thian-sin-
liong nanti sampai 5 jurus maka Hui-thian-sin-liong dianggap kalah."
Kata-kata Yu Yong terdengar sangat memihak kepada Hie Tiong-
gwee, tapi siapa yang bisa berpikir lain, jika Wie Thian-hoan sebagai
penyerang, dengan hanya cukup mengeluarkan 2 jurus, tidak perlu
melukai Hie Tiong-gwee dia sudah menang. Buat apa mengeluarkan
5 jurus" Kecuali Kalau dia memang sudah gila.
Terlihat Yu Yong memihak sekali pada Hie Tiong-gwee.
Tujuannya hanya ingin menjaga nama baik Hie Tiong-gwee, agar
dia tidak kehilangan muka.
"Wie Thian-hoan, apakah kau setuju dengan usul Yu Yong?"
"Bila Yu Tayhiap mempunyai alasan ini, aku setuju saja."
"Kali ini apakah bajumu berlubang?"
Wie Thian-hoan membalikkan tubuhnya:
"Silahkan lihat."
Tuan Kiam-ta mengumumkan:
"Dalam pertarungan ini Hie Tiong-gwee sudah mengeluarkan 4
jurus, tapi Wie Thian-hoan sama sekali tidak terluka, bajunya pun
tidak berlubang." Kesempatan Hie Tiong-gwee sebagai penyerang sudah selesai,
tapi yang belum dikembalikan adalah pedang Hie Tiong-gwee.
Pedang itu masih tertancap di tiang pengari. Hie Tiong-gwee
berdiri di bawahnya, dia merasa sangat malu.
Coh Thian-su dengan tertawa bertanya:
"Hie Tayhiap, silahkan jadi tuan di atas tiang."
Tiang rumah sebenarnya tidak begitu tinggi, dengan ilmu
meringankan tubuh Hie Tiong-gwee yang sangat lihai, pasti tidak
susah mengambilnya, tapi sekarang dia berada di depan banyak
orang dan diberi milikan sebagai TUAN TIANG, hal ini membuatnya
sangat malu. Tiba-tiba Tuan Kiam-ta meloncat dan berkata:
"Hie Tiong-gwee, kuambilkan pedangmu!"
Kata-katanya belum habis, pedang sudah diturunkan.
Wie Thian-hoan memuji. "Benar-benar ilmu yang hebat."
Wie Thian-hoan memuji apalagi keluarga Hie.
Tuan Kiam-ta tahu bahwa pujian Wie Thian-hoan hanya
merupakan rasa hormat kepadanya. Walaupun ilmu mencengkram
pedangnya disebut sebagai ilmu 'Liong-jiauw' (Cakar naga) tapi bila
dibandingkan dengan ilmu menghancurkan senjata rahasia Wie
Thian-hoan, masih sangat jauh.
Hie Tiong-gwee mengambil pedangnya, dia sangat malu. Dia
terlihat ingin bunuh diri, tiba-tiba pengantin perempuan
melambaikan tangan ke arah Hie Tiong-gwee.
Hie Tiong-gwee mendekatinya, terdengar suara Hiat-kun seperti
dengungan nyamuk. "Berikan pedangmu itu."
Hie Tiong-gwee sangat terkejut dan senang, di dalam hati dia
berpikir, 'Apakah Hiat-kun sudah tahu keinginanku" dan tidak rela
meninggalkanku" Apakah dia mau bergabung denganku melawan
musuh?" Dalam pandangannya bila benar-benar pandangannya sama
berada dalam benak Hiat-kun, dia akan merasa bahagia. Dia
mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Dia memasukkan pedang
ke dalam sarungnya dan menyerahkan kepada Hiat-kun, dalam hati
Hie Tiong-gwee berpikir, 'Bila Hiat-kun mau bergabung denganku
menghadapi Wie Thian-hoan, kami belum tentu kalah."
Keluarga Hie tidak ada yang tahu bahwa Hiat-kun bisa silat. Di
antara mereka ada juga yang berpikir seperti Hie Tiong-gwee,
berpikir bahwa dia akan bergabung dengan suaminya melawan
musuh. Yu Yong sudah melihat perubahan yang terjadi antara Hie Tiong-
gwee dan Wie Thian-hoan, hatinya berpikir bila Wie Thian-hoan
dikalahkan olehnya dia akan senang, sebaliknya muka Wie Thian-
hoan tampak sedih. Yu Yong tahu ayah Hiat-kun adalah Kang Guan-yang, dalam hati
berpikir, 'Sebenarnya pernikahan ini tidak serasi, tapi karena Wie
Thian-hoan membuat keributan mungkin pasangan yang tidak cocok
akan menjadi pasangan yang cocok, ini bukan hal yang tidak baik'
Tuan Kiam-ta melihat pengantin perempuan mengambil pedang,
dia tampak khawatir, apakah pengantin perempuan ini ingin sehidup
semati bersama suaminya"
Karena dia adalah salah seorang juri, terpaksa dia mengumumkan: "Sekarang Wie Thian-hoan adalah penyerang, semua peraturan
seperti peraturan tadi."
Kata Hun Sim-boh: "Pertarungan sebanyak 3 babak antara Hie Tiong-gwee dan Wie
Thian-hoan dalam sehari pasti melelahkan, karena mata penonton
pun sudah lelah, apakah boleh mengganti waktu?"
Orang aneh yang sering mengatakan hal aneh berkata:
"Bila matamu lelah jangan menonton."
Walaupun Tuan Kiam-ta berpihak kepada Hie Tiong-gwee tapi
karena alasan Hun Sim-boh tidak masuk akal, dia terpaksa berkata:
"Keadaan tidak sama, yang diserang tidak mempunyai hak
meminta pergantian waktu, Hie Tiong-gwee dan juri sudah setuju,
Wie Thian-hoan mempunyai hak untuk menentukan waktu dan
tempat." Hun Sim-bohpun tahu alasannya tidak tepat tapi dia masih
berkata: "Karena hari ini adalah hari pernikahan Hie Tiong-gwee, bila
darah bercipratan di aula, tidak enak dilihat."
Dalam keadaan seperti itu yang berhak berkata adalah Wie
Thian-hoan. Tuan Kiam-ta berharap Yu Yong bisa mengatakan hal
ini kepada Wie Thian-hoan tapi Yu Yong pura-pura tidak tahu.
Tuan Kiam-ta terlihat ragu, melihat Hie Tiong-gwee dan berkata:
"Tuan berkata satu kali, seperti kuda lari dicambuk tidak dapat di hentikan, kebaikan sanak keluarga aku terima, hidup atau mati aku
tidak peduli. Keadaan sudah tidak dapat diubah."
Tuan Kiam-ta melihat Hie Tiong-gwee yang penuh tekad,
terpaksa dia berkata: "Baiklah, pertarungan akan dimulai, Hie Tiong-gwee apakah
kau..." Pengantin perempuan masih diam. Hie Tiong-gwee terkejut dan
dia menyesali kata-katanya terlalu sombong, jadi terpaksa dia harus
menerima serangan senjata rahasia Wie Thian-hoan.
Tapi Wie Thian-hoan tidak mengeluarkan senjata rahasianya,
malah berjalan menghampiri Kang Hiat-kun.
Tuan Kiam-ta tampak terkejut:
"Kau mau apa?" "Aku tidak membawa senjata rahasia di tubuhku, juga tidak ada
benda yang dapat dijadikan senjata, terpaksa aku harus
mencarinya." "Apakah kau mau mencari di meja sembahyang?"
"Benar, dan aku sudah mendapat barang yang cocok."
Di meja sembahyang ada sebuah babi panggang dan 4 dus buah-
buahan, sepasang lilin merah yang apinya sudah padam.
Para tamu merasa aneh, apakah benda-benda itu bisa dijadikan
senjata rahasia" Paling-paling tempat lilin, itu pun hanya ada
sepasang dan sangat berat, jika digunakan dapat dengan mudah
ditangkis musuh. Tuan Kiam-ta pun merasa aneh, dia berkata:
"Kau mencari apa?"
Ternyata yang dicari oleh Wie Thian-hoan adalah lelehan lilin
vang menempel di batang lilin dan masih tampak lembek.
Wie Thian-hoan mengambilnya dan membentuknya menjadi 2
bulatan kecil. Dia berkata,
"Apakah aku boleh memakai lelehan lilin ini menjadi senjata
rahasia?" Peristiwa ini belum terpikir oleh siapapun, karena itu terjadi
keriibutan di dalam dan di luar ruangan.
Bila Wie Thian-hoan tidak membawa senjata rahasia paling
sedikit dia membawa uang logam. Uang logam lebih baik dari
bulatan lilin. Kata Tuan Kiam-ta: "Memakai senjata apapun, aku tidak akan melarang. Tapi itu
adalah benda milik keluarga Hie, bila ingin minta harus kepada
suami istri Hie baru kau bisa memakainya."
Hie Tiong-gwee menjadi bengong.
Mengapa Wie Thian-hoan memakai bulatan lilin menjad senjata
rahasia" Jawabannya hanya satu, dia menganggap remeh kepada
Hie Tiong-gwee. Hie Tiong-gwee masih bengong, dia menyadarinya
"Bila dia setuju memakai lelehan lilin sebagai senjata rahasia, itu membuat nama 'pendekar' nya tercemar, tapi bila Wie Thian-hoan
memakai senjata rahasia lain, keadaan ini akan membahayakan
dia." "Hie Tayhiap, bila kau keberatan, katakanlah." Kata Yu Yong.
Hie Tiong-gwee tidak menjawab, kemudian Yu Yong bertanya
kepada Hiat-kun, dia pun tidak menjawab.
"Pihak Hie tidak keberatan, baiklah kau boleh memakai lelehan
lilin jadi senjata rahasia. Aturan pertandingan ini kau harus berdiri
dengan jarak 5 meter dari Hie Tiong-gwee." Kata Yu Yong.
"Baiklah!" kata Wie Thian-hoan.
Aula ini cukup besar sebagai tempat untuk bertanding
Di dalam dan di luar aula, orang-orang melihat Wie Thian-hoan
memakai bulatan lilin menjadi senjata rahasia.
Segera terlihat Wie Thian-hoan mengayunkan tangannya, bulatan
lilin sudah disambitkan, jalannya tidak mendatar melainkan melesat
ke atas udara. Kedua bulatan itu meluncur hampir mengenai atap rumah/
Orang-orang yang melihat merasa aneh.
"Permainan apa ini?"
Sebenarnya bulatan kecil ini yang begitu ringan dan lembek, bisa
melayang begitu tinggi, sudah merupakan hal yang benar benar
sulit Waktu itu 2 bulatan lilin melesat seperti bintang jatuh,
menyerang kearah dada Hie Tiong-gwee.
Tuan Kiam-ta, Yu Yong dan Coh Thian-su, sudah tahu rahasia di
balik semua ini. Begitu melemparkan bulatan lilin itu, Wie Thian-
hoan sudah mengerahkan tenaga dalamnya dengan sangat kuat.
Cara melemparkan senjata rahasia memang bermacam-macam, tapi
cara yang dilakukan oleh Wie Thian-hoan, tidak pernah dilihat
sebelumnya Ada yang bicara: "Ini bukan ilmu senjata rahasia, ini adalah gabungan tenaga
dalam dan senjata rahasia.
Bulatan lilin pertama-tama naik dan kemudian meluncur dengan
pesat turun dari udara, hal ini benar-benar di luar dugaan Hie Tiong-
gwee. Dalam keadaan ini, secepat kilat Hie Tiong-gvvce mengambil 2
keputusan. Untuk mengelak, mungkin masih bisa, tapi apakah lilin tidak akan
menempel di bajunya, Hie Tiong-gwee tidak yakin.
Dia adalah seorang pendekar, kalau dia tidak beiani menyambut
2 bulatan lilin itu, mukanya akan ditaruh di mana"
Dengan sinis Hie Tiong-gwee berkata:
"Hui-thian, kau menghinaku!"
Dia segera menyambut lilin itu, tangannya di ulurkan ke depan
menyambut datangnya lilin itu.
Tapi ternyata lilin itu sudah berubah arah, tangannya hanya
mengenai udara kosong. Dua bulatan lilin itu membelok menyerang
dari arah yang tidak disangkanya, semula mengarah dada kemudian
bergeser ke arah muka langsung mengenai mata lawannya, Hie
Tiong-gwee merasa kelopak matanya menjadi panas seperti
ditempel oleh tepung ketan, basah dan licin yang membuatnya ingin
muntah. Karena dia takut matanya menjadi buta dan dia segera
memejamkan mata. Dua bulatan lilin yang telah menempel di kelopak matanya
langsung meleleh. Mata Hie Tiong-gwee tidak buta tapi wajahnya
sudah berlepotan lilin. Orang yang suka berkomentar berkata:
"Lucu, sangat lucu, seorang pendekar
berlepotan lilin. Pertarungan seperti ini belum pernah kulihat!"
Hie Tiong-gwee tahu dia tidak terluka, buru-buru dia menyeka
wajahnya memakai lengan baju.
Tuan Kiam-ta mengumumkan:
"Dua senjata rahasia mengenai Hie Tiong-gwee, tapi dia tidak
terluka artinya pertarungan ini seri."
Coh Thian-su tahu Tuan Kiam-ta memihak Hie Tiong-gwee,
sengaja dia berkata: "Siapa yang menang" Siapa yang kalah?"
"Seri, tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang."
Tuan Kiam-ta menjelaskan lagi:
"Bulatan lilin dan senjata paku memang tidak sama tapi
keduanya adalah senjata rahasia bukan tenaga dalam. Masing-
masing terkena senjata rahasia lawan dan masing-masing tidak
terluka karena itu babak ini hasilnya adalah seri."
Kata-kata Tuan Kiam-ta terdengar seperti adil, keluarga Hie pun
memuji dia. Wie Thian-hoan pun tidak protes.
Kata Coh Thian-su: "Aku jarang melihat pertarungan yang begini seru, bila masih ada
kelanjutannya, mengapa tidak?"
Segera Tuan Kiam-ta mengumumkan babak kedua dimulai, Wie
Thian-hoan tetap menjadi penyerang.
Kali ini adalah adu tenaga dalam. Hie Tiong-gwee harus menahan
pukulan tangan kosong sebanyak satu kali dari Wie Thian-hoan,
tidak boleh membalasnya. Keluarga Hie mulai gelisah.
Ilmu tangan kosong Wie Thian-hoan sangat lihai, tadi mereka
sudah melihatnya sendiri.
Tenaga tangan Hie Tiong-gwee tidak sekuat Wie Thian-hoan. Bila
mengenai tubuh Hie Tiong-gwee, dan dia tidak boleh membalas,
apa yang akan terjadi" Mungkin saja nyawa Hie Tiong-gwee akan
terancam. Hiat-kun tetap tidak bicara
Tiba-tiba ada yang menangis sambil berteriak keluar dari dalam
rumah. Dia adalah putri Hie Tiong-gwee dari istri pertama, namanya Hie
Kim-giauw. Sambil menangis Hie Kim-giauw berteriak:


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kang Hiat-kun, mengapa kau mencelakai ayahku" Apakah
setelah dia terluka kau baru merasa senang?"
Hie Tiong-gwee tampak marah dan berkata:
"Kim-giauw, jangan sembarangan bicara, masuklah! Kau jangan
ikut campur urusan ayah!"
"Aku harus bicara, bila ayah tidak menikahi siluman rubah ini,
tidak akan terjadi hal seperti ini. Hui-thian-sin-liong tidak ingin kau menikah hari ini. Mungkin Hui-thian suka kepadanya, mungkin
mereka adalah sepasang kekasih."
Wajah Hie Tiong-gwee menjadi merah, dia berkata:
"Kim-giauw, kau sudah gila!"
Sebenarnya banyak orang sudah memperkirakan hal ini, hanya
saja mereka tidak berani bicara terang-terangan seperti Hie Kim-
giauw, walaupun mereka bukan sepasang kekasih paling sedikit Hui-
thian-sin-liong tentu suka dengan kecantikan Hiat-kun, karena itu
terjadilah keributan ini.
Hie Kim-giauw masih berteriak:
"Ayah, bila kau mengatakan aku gila, kau sendiri sudah pikun.
Coba pikir, bila dia benar-benar mau menikah denganmu, mengapa
dari tadi dia diam saja?"
Tiba-tiba dia seperti orang gila sekuat tenaga mendorong Hiat-
kun dan berteriak: "Kau setuju berada di pihak ayah, ayahku sudah 4 ronde
bertarung, kali ini kau yang harus bertarung, keluarlah untuk
menerima serangan Hui-thian-sin-liong dan aku akan mengakui kau
sebagai ibu tiriku, berlutut pun tidak masalah. Bila tidak jangan
salahkan aku mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar."
Dengan marah Hui-thian berkata:
"Aku tidak sependapat dengan nona kecil ini. Tuan Kiam-ta,
mohon laksanakan tugasmu sebagai juri!"
Dalam aturan dunia persilatan, yang menjadi juri mempunyai hak
yang sangat kuat. Tugasnya bukan hanya sebagai wasit, tapi
mempunyai hak untuk menghukum orang yang membuat keonaran.
Dari awal Tuan Kiam-ta sudah memerintahkan agar orang-orang
keluar dari aula. Sekarang Hie Kim-giauw masuk ke dalam aula, ini
sudah melanggar ketentuannya. Wie Thian-hoan ingin dia
melaksanakan tugasnya sebagai juri, artinya menyuruhnya mengusir
Hie Kim-giauw dari aula. Tuan Kiam-ta menjadi serba salah, terpaksa dia berkata:
"Hie Tiong-gwee tolong cegah tingkah laku putrimu!"
Artinya bila Hie Tiong-gwee tidak sanggup, dia yang akan
bertindak. "Aku akan memanggil muridku." Kata Hie Tiong-gwee.
"Kwee Goan-cay, bawalah adik seperguruanmu masuk bila dia
tidak mau menurut, patahkan saja kakinya!"
Hie Tiong-gwee menyerahkan tugas ini kepada Kwee Goan-cay,
karena dia paling sayang kepada muridnya ini. Dan putrinya pun
paling menurut kepada Kwee Goan-cay.
Pada saat mereka bicara, Kim-giauw masih mendorong Hiat-kun.
Tapi walaupun Hiat-kun duduk di kursi tubuhnya tetap tidak
bergerak. Orang lain merasa tidak aneh tapi Hie Tiong-gwee merasa sangat
terkejut. Walaupun putrinya baru berusia 16 tahun, tapi dari kecil Hie
Tiong-gwee sudah mengajarkan tenaga dalam kepadanya.
Walaupun baru menguasai 50% tapi di antara murid-muridnya
kecuali Kwee Goan-cay, dialah yang paling kuat. Dalam hati Hie
Tiong-gwee heran bahwa ilmu silat Hiat-kun lebih hebat dari
putrinya. Bila Kim-giauw mendorongku seperti itu kepadaku, paling
sedikit tubuhku akan bergoyang.
Karena Kim-giauw tidak bisa menjatuhkan Hiat-kun, dia tampak
lebih marah lagi, kemudian dia menangis:
"Kau tidak mau membela ayahku, lebih baik kita sama-sama mati
di sini." Kwee Goan-cay segera masuk ke dalam aula dan berkata:
"Adik, Subo tidak bisa ilmu silat, kau jangan memaksanya
bertarung dengan Wie Thian-hoan, itu bisa mengantarkan
kematian." Po Leng-hoi yang berada di luar juga dengan dingin berkata:
"Nona Hie, kau peduli dengan nyawa ayahmu tapi tidak peduli
dengan nyawa orang lain. Ayahmu adalah seorang pendekar, tapi
ibu barumu sama sekali tidak bisa bertarung, orang lain akan
menertawakan ayahmu."
Hie Kim-giauw sangat marah dan berkata:
"Kau dan Kwee Goan-cay sama-sama brengsek..."
Kata-katanya belum habis, dia merasa tubuhnya kaku.
Kwee Goan-cay melihat tangan Kim-giauw yang bergeser dari
tubuh Hiat-kun, kemudian melihat Kim-giauw yang berdiri
mematung. Dia malah mengira adik seperguruannya sudah sadar
dia salah dan malu, dengan lembut Kwee Goan-cay berkata:
"Mari kita masuk, di sini banyak keluarga guru, dia tidak akan
dicelakai oleh orang laia"
Dia mengatakan ini sebenarnya ditujukan pada Wie Thian-hoan,
bila terjadi apa-apa akan banyak yang menolong.
Sekarang Tuan Kiam-ta sudah tahu bahwa kepandaian Hiat-kun
sangat tinggi tapi tetap bukan tandingan Wie Thian-hoan. Bila dia
menggantikan suaminya bertarung, bukankah tubuhnya akan
tersentuh oleh Wie Thian-hoan" Ini tidak boleh terjadi.
Terpaksa Tuan Kiam-ta berkata:
"Kali ini bagaimana cara kalian akan bertarung?"
Dengan dingin Wie Thian-hoan berkata,
"Nyonya Hie, bila kau ingin putri Hie Tiong-gwee memanggilmu
ibu, silahkan bergabung dengan suamimu."
Dalam hati Hiat-kun berpikir, 'Bila aku bergabung dengan Hie
Tiong-gwee, orang-orang akan menyangka aku rela menikah
dengan Hie Tiong-gwee. Wie Thian-hoan bermaksud agar aku tidak
menikah dengan Hie Tiong-gwee.' Tapi harapannya hanya sampai
sini. Orang yang senang berkomentar itu berkata lagi:
"Nyawa seorang pendekar lebih berharga dari perempuan."
Hiat-kun tetap diam tidak berkata apa-apa.
"Apakah Nyonya Hie mau bergabung atau tidak, dia sendiri yang
menentukan, siapapun tidak boleh memaksa!" Kata Tuan Kiam-ta.
Tuan Kiam-ta berkata kepada Wie Thian-hoan:
"Sekarang aku sebagai seorang pesilat akan bertanya, apakah di
antara kau dan Hie Tiong-gwee punya dendam" Pepatah
mengatakan 'lebih baik berteman daripada bermusuhan'. Aku harap
permusuhan kalian berakhir di sini."
Jawab Wie Thian-hoan: "Tuan Kiam-ta cepat lupa, dulu di Siong-san, Hie Tiong-gwee
pernah mengatakan bahwa golongan hitam dan golongan putih
tidak dapat berdiri bersama-sama. Di dalam benaknya aku adalah
golongan hitam, karena itu dia harus bertarung denganku, apakah
kata-kata seorang pendekar dapat dirobah-robah?"
Kata-kata Wie Thian-hoan sangat tepat, Hie Tiong-gwee pun
tidak bisa membantah. "Kalian tidak mendengarkan kata-kataku, terserah kalian!"
"Bukan aku tidak mau mendengar kata-kata Tuan Kiam-ta, aku
sudah mengatakan bila aku kalah, kepalaku akan kupenggal sendiri,
lebih baik kau nasehati Hie Tayhiap."
Tiba-tiba Coh Thian-su berkata:
"Tuan Kiam-ta, hal yang menjadi hak juri, kami tidak bisa ikut
campur, tapi ini adalah hal umum. Apakah kami boleh ikut bicara?"
"Silahkan!" Kata Tuan Kiam-ta terpaksa.
"Kata-kata Wie Thian-hoan salah!"
"Apa yang salah?" tanya Wie Thian-hoan.
"Sampai matipun orang persilatan tidak akan mau dicoreng nama
baiknya. Nama lebih penting dari pada nyawa. Bila kau kalah hanya
kepalamu yang hilang, tapi Hie Tayhiap pernah berkata bahwa
golongan putih dan hitam tidak dapat berjalan beriringan, mengapa
kau masih menyuruh Tuan Kiam-ta menasehati Hie Tayhiap"
Mengapa mengatakan seolah-olah Hie Tayhiap mempunyai jiwa
kerdil" Sungguh kurang ajar!"
Hie Tiong-gwee tidak kuat disindir, segera dia berteriak:
"Bila Tuan sudah berkata seperti itu, seperti kuda lari dicambuk
tidak dapat ditarik lagi, baiklah Wie Thian-hoan, bila kau ingin
mengambil nyawaku, keluarkanlah jurusmu!"
"Baik, kali ini aku akan menotok dadamu, berhati-hatilah!"
Walaupun kakinya tidak bergeser dan terlihat asal-asalan. Tapi
terasa ada suatu tenaga menghimpit dada Hie Tiong-gwee.
Hie Tiong-gwee mendorong telapak tangan dan membalas.
Menurut aturan harus disambut tidak boleh membalas, tapi karena
ini sudah menyangkut nyawanya, Hie Tiong-gwee sudah lupa pada
aturan ini. Tenaga dalam Wie Thian-hoan membuat orang-orang terkejut.
Hie Tiong-gwee melanggar aturan, dia membalas, akhirnya malah
membuat orang-orang itu menjadi bengong.
Terlihat Hie Tiong-gwee roboh dengan kepala di bawah kaki di
atas dan dia telah muntah darah.
Wie Thian-hoan berkata: "Tuan Kiam-ta, aku tidak perlu menggunakan tenaga dalam
besar untuk mengambil nyawanya, sekarang dia terluka tidak ringan
juga tidak berat. Bila ada yang punya obat, dia hanya perlu
beristirahat 10 hari hingga setengah bulan dan akan sembuh,
nyawanya tidak akan hilang."
Semua orang tahu yang dikatakan Wie Thian-hoan bukan kata-
kata bohong, bila dia mau mengambil nyawa Hie Tiong-gwee sekali
mengeluarkan tenaganya, dia bisa mencabut 10 nyawa Hie Tiong-
gwee sekaligus. Waktu itu keluarga Hie merasa terkejut. Begitu Wie Thian-hoan
habis berkata-kata, Hun Sim-boh baru ingat bahwa dia adalah tamu,
dia diperbolehkan menolong Hie Tiong-gwee.
Karena Hun Sim-boh adalah murid Siauw-lim, dia pasti mempunyai obat. Segera dia mendekati Hie Tiong-gwee dan memasukkan obat ke
dalam mulurnya. Tuan Kiam-ta pun sudah menyelesaikan tugasnya
menjadi juri. Karena Hie Tiong-gwee terluka begitu parah, dia tidak
bisa lagi melanjutkan pertarungan.
Semua masalah ada awal pasti akan ada akhir karena itu Tuan
Kiam-ta harus mengumumkan siapa yang kalah dan siapa yang
menang. Tuan Kiam-ta berkata: "Bagian pertarungan adu tenaga dalam, karena Hie Tiong-gwee
melanggar peraturan dan terluka, maka Hie Tiong-gwee yang kalah"
Dan dia harus bertanya kepada Hie Tiong-gwee lagi, "Apakah kau
mengaku kalah?" Hie Tiong-gwee baru menelan satu butir obat, harus menunggu
dia pulih, baru bisa bicara.
Hie Tiong-gwee sudah menelan sebutir obat, tapi mulutnya masih
keluar sedikit darah, matanya tidak terbuka tapi Tuan Kiam-ta tahu
luka Hie Tiong-gwee tidak seberat itu. Dia hanya malu kepada
keluarga Hie jadi dia memejamkan mata, pura-pura tidak sadar.
Pikir Kiam-ta, 'Hia Tiong-gwee sangat malu, lebih baik aku
mengumumkan pertarungan sudah selesai."
Belum selesai berpikir, tiba-tiba Kwee Goan-cay keluar dan
berkata: "Wie Thian-hoan, kalau berani kau jangan pergi!"
Kata Wie Thian-hoan dengan tertawa:
"Pertarungan antara aku dan gurumu sudah selesai, mengapa
aku harus terus di sini" Jujur bicara aku adalah seorang penakut,
sangat takut melihat wajah yang sedih, kecuali bila kau mempunyai
cara supaya aku tidak pergi, bila tidak aku harus tetap akan pergi
sekarang." "Pertarungan belum selesai, aku harus membalas dendam
guruku!" Tuan Kiam-ta sangat terkejut, dengan cepat dia berkata:
"Gurumu tidak apa-apa, jangan berlebihan!"
"Bila ada yang menghina ayah, anaknya harus membela sampai
mati. Guru seperti ayah, aku harus membela nama baik perguruan
kami." Orang persilatan selalu menganggap perguruan mereka tidak
boleh dihina, sekarang Kwee Goan-cay sudah berkata seperti itu,
Tuan Kiam-ta tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dengan dingin Wie Thian-hoan berkata:
"Kau ingin membela gurumu. Baiklah! Syarat apa yang ingin kau
ajukan?" Kwee Goan-cay memberi hormat terlebih dahulu kepada juri dan
berkata: "Aku harus membalas dendam guru, Wie Thian-hoan sudah
melukai guruku, dia adalah musuh kami. Kami tidak perlu bertarung
satu lawan satu. Bila ada Suheng atau Sute ingin membalas
dendam, silahkan keluar!"
Hie Tiong-gwee mempunyai 8 orang muridd, dia adalah murid
keenam. Hanya dia yang berteriak-teriak sedangkan yang lain hanya
diam. Toa-suheng yang bernama Leng Cong-goan dalam hati sangat
marah kepada Kwee Goan-cay karena tidak tahu diri, terpaksa dia
keluar, sebab bila dia tidak keluar, lain waktu bila dia berkelana di
dunia persilatan, dia akan di cemooh kan orang.
Dia berkata: "Sekarang guru mati atau hidup kami belum tahu. Golongan
hitam atau putih bisa berdiri bersama atau tidak sudah tidak ada
aturannya lagi. Harap keluarga Hie bisa membantu."
Dia lebih pintar dari Kwee Goan-cay, untuk membalas dendam
dia seolah-olah meminta bantuan kepada orang lain, sebab bila
ingin mendapat nama baik harus membantu dia membalas dendam
Pertama-tama Bwee Ceng-hong berdiri dan beikala
"Hie Tiong-gwee pernah menolongku, sekarang aku akan
menolongnya." Yap Jin-tong juga ikut berdiri, Hun Sim-boh pun sudah ikut
berdiri ditambah masih ada beberapa orang, guru Hie Tiong-gwee
sebenarnya ada 2 orang tapi entah di mana mengasingkan diri.
Wie Thian-hoan hanya melihat tingkah mereka, lalu berkata:
"Masih ada lagi yang mau membantu membalas dendam" Aula ini
masih bisa memuat 20 hingga 30 orang lagi. boleh maju sekaligus,
tidak perlu aku membereskannya satu per satu."
Matanya bersinar kejam, bicaranya pun sangat dingin. Sekali
melihat sudah tahu, nafsu membunuhnya mulai timbul
Tamu-tamu di luar sudah banyak yang bubar, mereka tidak ingin
melihat lagi. Delapan orang yang berada di aula jadi merasa tidak tenang.
Wie Thian-hoan bertepuk tangan dan berkata: "Apakah masih
ada orang lagi" Aku tidak punya banyak waktu lagi, mulailah!"
Tiba-tiba Tuan Kiam-ta berseru: "Tunggu!"
"Apakah Tuan Kiam-ta juga ingin ikut?"
"Tulang tuaku sudah tidak kuat, tapi aku ingin bertanya dulu
kepada Hie Tiong-gwee baru bisa memulai pertarungan ini,
bagaimana?"

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, walau dia tidak bisa bicara tapi persilahkan dia masuk
dulu, aku tidak akan membunuhnya."
Tuan Kiam-ta tahu bahwa Hie Tiong-gwee hanya pura-pura tidak
sadar, segera dia menekan ketiaknya, dan Hie Tiong-gwee
berteriak, dengan terpaksa dia membuka matanya,
"Mereka akan membalas dendam demi dirimu, apakah kau
setuju?" Tuan Kiam-ta berharap Hie Tiong-gwee bisa menghentikan niat
mereka. Bila mereka benar-benar bertarung, ke delapan orang ini
akan teriempar ke luar, walaupun mereka bisa melukai Wie Thian-
hoan, nyawa mereka pun tidak bisa dijamin.
Hie Tiong-gwee sudak tahu kelihaian Hui-thian-sin-liong, hampir
saja nyawanya tidak tertolong, dia mengerti keadaan ini. Tiba-tiba
terpikir olehnya suatu cara yang licik, bila Hui-thian-sin-liong
bertarung, pasti akan banyak orang yang terluka atau mati,
termasuk Hun Sim-boh, Bwee Ceng-hong, dan Yap Jin-tong. Mereka
berasal dari perguruan yang besar dan ternama di dunia persilatan.
Tamu-tamunya pun masih banyak yang punya hubungan
dengannya, bila mereka terluka atau mati di tangan Hui-thian-sin-
liong, akan membuat orang persilatan menjadi marah. Dan Hui-
thian-sin-liong tidak akan bisa melawan orang-orang dunia
persilatan yang begitu banyak.
Hie Tiong-gwee pura-pura terluka parah dan tidak dapat bicara.
Tuan Kiam-ta tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Dengan dingin Wie Thian-hoan berkata:
"Suruh pengantin perempuan membawanya masuk, di sini sudah
tidak diperlukan lagi kehadirannya."
Kata-katanya belum selesai, pengantin perempuan tiba-tiba
berdiri dan berkata: "Tuan Kiam-ta, jalankan tugasmu sebagai juri, harap suruh orang
yang tidak ada hubungan dengan kejadian ini untuk keluar."
Pertama kalinya pengantin perempuan bicara di hadapan orang-
orang. Mereka merasa terkejut.
-ooo0dw0ooo- B. Pengantin Wanita Bertarung
Tuan Kiam-ta tampak terkejut dan berkata: "Nyonya Hie,
maksudmu adalah..." "Aku ingat masih ada satu babak yang tersisa, yaitu bertarung
pedang, apakah benar?"
"Benar." "Kalau begitu, pertarungan belum selesai, siapa yang kalah atau
menang masih belum bisa ditentukan. Aku minta penegasanmu
sekali lagi, tidak boleh lagi ada yang mengganggu pertarungan kali
ini." "Suamimu sudah terluka parah, kelihatannya pertarungan ini
tidak dapat dilanjutkan lagi."
"Dia tidak bisa tapi aku bisa, kau pernah berkata, aku punya hak
untuk bertarung di babak manapun."
Walaupun Tuan Kiam-ta sudah tahu maksud Hiat-kun, tapi kata-
kata yang dikeluarkan dari mulut Hiat-kun membuatnya terkejut.
Lalu Tuan Kiam-ta mengumumkan:
"Baiklah,pertarunganbolehdilanjutkan,
yang tidak berkepentingan harap ke luar dari ruangan ini."
Babak pertama adalah pertarungan senjata rahasia, hasil akhir
adalah seri. Babak kedua adalah duel tangan kosong hasil akhir Hie
Tiong-gwee yang kalah. Babak ketiga adalah pertarungan pedang,
Nyonya Hie yang bertahan dan Wie Thian-hoan sebagai penyerang.
Hiat-kun membuka tutup wajahnya, dia meloncat, gerakan
tubuhnya sangat luwes, dia berdiri di tengah aula dan berkata:
"Wie Thian-hoan, keluarkanlah jurusmu!"
Hiat-kun adalah si Cantik dari Lok-yang, banyak tamu yang
sengaja datang hanya ingin memberi selamat dan sekaligus ingin
melihat kecantikan pengantin perempuan. Sekarang dia sudah
membuka tutup wajahnya, karena itu banyak orang yang kembali
lagi untuk melihat si pengantin perempuan. Ada pepatah yang
berkata 'perempuan cantik selalu membuat keributan', hal ini benar-
benar tidak salah. Wajah Hui-thian menjadi pucat, matanya terus memandang
pengantin perempuan ini. Kulit pengantin perempuan ini sangat putih dan dia sangat cantik
tapi dia juga sangat dingin, membuat hati orang ikut menjadi dingin.
"Keluarkanlah jurusmu!" Kata Hiat-kun dingin.
"Mengapa kau menjual nyawamu demi Hie Tiong-gwee, apakah
kau benar-benar ingin menikah dengannya?"
"Kau tidak boleh bertanya seperti itu, kau hanya boleh
mengeluarkan 3 jurus menghadapi dia." Kata Tuan Kiam-ta
"Wie Thian-hoan, lebih baik kau sekaligus membunuhku, bila
tidak aku yang akan membunuhmu!"
Hati Wie Thian-hoan sangat sedih, dia berkata:
"Mengapa kau jadi begini" Aku tidak percaya kau mau menikah
dengan Hie Tiong-gwee."
Begitu dia memantapkan hati, dia mengeluarkan pedang dengan
pelan dan kemudian mengangkatnya.
Hiat-kun melihat ujung pedang, dia menjadi terpaku. Apa yang
ada di dalam pikirannya"
Apakah Hui-thian tega membunuh orang yang begitu cantik dan
lemah lembut" Wie Thian-hoan tidak berani menatap mata Hiat-kun tapi pedang
sudah diangkat melalui kepalanya
Tiba-tiba Yu Yong berkata:
"Dulu pada saat bertarung pedang, Wie Thian-hoan tidak terluka
walaupun Hie Tiong-gwee sudah mengeluarkan 4 jurus."
Sebenarnya hasil pertarungan sudah diumumkan oleh Tuan
Kiam-ta, mengapa dalam keadaan seperti ini Yu Yong
mengatakannya" Apa maksudnya"
Apakah dia takut Wie Thian-hoan lupa" Atau sengaja mengingatkan" Semua orang sudah mengerti maksudnya, tidak lain
adalah jangan melukai pengantin perempuan.
Dan juga memberitahu Wie Thian-hoan agar jangan keterlaluan
dalam pertarungan ini. Hie Tiong-gwee sudah melanggar aturan dan
Wie riiian-hoan bisa dengan mudah memenangkan pertarungan ini.
Dia hanya perlu memainkan pedang tidak perlu melukai lawan,
asal tidak melanggar peraturan, dia pasti menang.
Hanya ada 2 kemungkinan Hiat-kun bisa menang. Pertama, Wie
Thian-hoan mengeluarkan 5 jurus atau lebih tapi tidak melukai
lawan. Kedua, dalam 3 jurus itu tidak mengenai lawan tapi dia
sendiri yang terluka. Tapi dia adalah penyerang, tidak mungkin dia terluka kecuali
Hiat-kun memiliki ilmu yang tinggi. Begitu pedang mengenainya, dia
bisa membalikkan pedang. Tapi walau dia mempunyai ilmu silat
setinggi itu bila Wie Thian-hoan tidak menyerangnya, diapun tidak
akan bisa memakai ilmunya.
Setelah Yu Yong bicara, semua menunggu. Sepertinya Wie Thian-
hoan tidak melihat juga tidak mendengar, dia tetap mengangkat
pedangnya dengan tinggi, dia maju selangkah.
Semua mengerti maksud Yu Yong, tapi dia kelihatan tidak
mengerti. Apakah dia pura-pura tidak mendengar"
Tuan Kiam-ta mengira Wie Thian-hoan tidak akan melukai
pengantin perempuan tapi sekarang dia rada terkejut. Mata Hui-
thian-sin-liong penuh dengan kemarahan, apakah dia akan menjadi
gila" Kiam-ta mengambil keputusan, bila Hui-thian-sin-liong
melakukan hal yang tidak pantas, dia akan membantu bertarung.
Tiap orang tampak tidak tenang, hanya mendengar Wie Thian-
hoan berkata: "Baiklah Kang Hiat-kun, kau tidak rela meninggalkan suamimu,
aku akan membantumu."
Begitu dia bicara, jurusnya pun dilancarkan, pedang diangkat
lebih tinggi, tiba-tiba terjatuh.
Terdengar Hiat-kun berteriak, peristiwa yang tidak terpikirkan
oleh siapapun terjadi. Orang-orang di luar mengira yang terluka adalah pengantin
perempuan, tapi sebaliknya malah yang terluka adalah Hui-thian-
sin-liong. Tapi Wie Thian-hoan bukan terluka karena ditusuk oleh Hiat-kun.
Pedang diangkat tinggi dan jatuh. Dia tidak menusuk ke depan tapi
menusuk ke dadanya sendiri.
Sebenarnya Yu Yong sedang bersiap-siap menolong pengantin
perempuan, tapi perubahan ini membuat dia terkejut dan bengong.
Perubahan yang berturut-turut membuat semua orang terkejut.
Teriakan Hiat-kun juga membuat orang-orang terkejut. Tuan Kiam-
ta juga berteriak. "Siapa kau?" Seseorang secepat kilat sudah masuk melalui jendela, Tuan
Kiam-ta melihatnya, dia adalah seorang gadis berbaju hitam dan dia
sedang berjalan ke arah Wie Thian-hoan.
Yu Yong belum tahu apa yang telah terjadi. Karena dia memiliki
ilmu silat yang tinggi, begitu ada angin lewat, dia bersiap-siap untuk menjaga serangan mendadak.
Dia hanya melihat gadis berbaju hitam mengayunkan lengan
bajunya, tenaga yang dikeluarkan oleh Yu Yong jadi tertahan, malah
tubuh Yu Yong terdorong mundur beberapa langkah.
Gadis itu pun tergetar juga oleh getaran tenaga yang dikeluarkan
Yu Yong. Waktu itu Wie Thian-hoan telah menusuk dirinya sendiri.
Wie Thian-hoan sepenuh hati memperhatikan Hiat-kun, pada
waktu gadis baju hitam itu datang dia sama sekali tidak melihatnya.
Dia tidak melihat sekelilingnya juga tidak mendengar. Tapi
teriakan Hiat-kun sudah menggetarkan hatinya.
Orang lain tidak merasakan teriakan itu tapi dia benar-benar
sangat merasakan, Hiat-kun ternyata memperhatikannya. "Seperti
tidak cinta tapi ada cinta."
Wie Thian-hoan sekarang baru tahu bahwa Hiat-kun tidak seperti
yang disangkanya. Hati bergetar, jari pun ikut bergetar. Sehingga pedangnya tidak
terlalu dalam menusuk ke dalam dadanya.
Walaupun tidak begitu dalam tapi dadanya sudah terluka, darah
merembes membasahi bajunya.
Gadis baju hitam itu berkata:
"Kau bodoh Wie Thian-hoan, demi perempuan ini kau ingin
mati!" Dia merebut pedangnya.
Hal yang tidak terduga berdatangan. Keadaan menjadi kacau,
Leng Giok-yan dan Bong Cong-kian lari mendekati Yu Yong, mereka
takut Yu Yong terluka. Bong Cong-kian bertanya kepada Yu Yong,
"Toako, bagaimana keadaanmu?"
Dada Yu Yong masih sedikit sakit, dia sangat terkejut.
"Aku sudah berlatih ilmu silat selama puluhan tahun, tapi masih
tidak bisa menahan tenaga dalam gadis yang masih begitu belia
Kelihatannya aku harus lebih awal mengundurkan dari dunia
persilatan." Tapi dia malu mengatakannya kepada mereka, dia hanya
berkata: "Tidak apa-apa."
Giok-yan masuk ke dalam aula, dia melototi gadis baju hitam itu.
Gadis itu seperti sebuah misteri, membuat dia susah mengerti, Giok-
yan lalu berkata kepadanya:
"Kau bilang dia orang bodoh tapi kau juga bodoh, apakah kau
belum puas mengejar Wie" Padahal dalam hatinya sama sekali tidak
ada dirimu..." Gadis itu adalah gadis yang merebut kuda Giok-yan.
Dada Wie Thian-hoan masih mengeluarkan darah, si gadis ingin
mengobatinya, tapi ditolak oleh Wie Thian-hoan.
Gadis itu kesal mendengar omelan Giok-yan, dia menjadi marah
dan berkata "Jangan mengurusi masalah orang lain, Toakoku jadi begini, ini
semua karena kalian!"
Giok-yan juga marah: "Dia melukai dirinya sendiri, mengapa kami yang disalahkan?"
"Bila bukan karena Yu Yong yang menghalangiku, aku bisa
menghalangi dia melukai dirinya sendiri. Aku ingin kalian
menggantinya dengan nyawa kalian."
Dia sudah marah dia tidak peduli siapa itu Yu Yong.
Tiba-tiba Wie Thian-hoan berkata:
"Jangan buat keributan, aku hanya terluka sedikit, tidak akan
mati." Gadis itu masih mendengar suara Wie Thian-hoan yang masih
kuat, tahu bahwa lukanya tidak berat, dengan lembut dia berkata:
"Kakak Wie, mari kita pergi!"
"Baiklah, kau tunggu dulu sebentar!" dia membalikkan tubuh dan berkata:
"Nyonya Hie, selamat kau sudah menang."
Hiat-kun masih dalam keadaan terkejut, dia masih bengong.
Begitu Wie Thian-hoan selesai berkata, dia sudah pergi secepat
angin topan, orang yang tidak sempat menyingkir ditabraknya
hingga jatuh. Setelah lama gadis baju hitam itu baru bisa mengikuti Wie Thian-
hoan, gadis itu berkata: "Kakak Wie, kau tenanglah!"
Wie Thian-hoan memuntahkan darah dan pingsan, dia terluka
bukan di tubuhnya saja tapi di hatinya juga. Si gadis melihat
keadaan Wie Thian-hoan jadi ikut merasa sedih dan membantunya
naik ke atas kuda. Wie Thian-hoan keluar dari aula, Tuan Kiam-ta baru
mengumumkan hasil pertarungan adalah satu kali menang dan satu
kali kalah, serta satu kali seri, jadi kesimpulannya adalah
pertarungan antara Hui-thian-sin-liong dan Hie Tiong-gwee adalah
seri. Semua orang pun tahu dalam pertarungan pedang, Wie Thian-
hoan sendiri yang melukai dirinya, tapi karena peraturan dunia
persilatan adalah begitu jadi yang terluka tetap dinyatakan kalah.
Karena Hie Tiong-gwee terluka, upacara sembahyang tidak dapat
dilanjutkan. Murid tertuanya mewakili dia meminta maaf kepada
semua orang, perkawinan yang meriah akhirnya menjadi
pemandangan yang menakutkan.
Hie Kim-giauw keluar untuk memapah ayahnya masuk, dia
menoleh pun tidak ke arah 'ibu tirinya' yaitu Hiat-kun yang masih
duduk di kursi pengantin diam terpaku. Di atas kertas dia adalah
istri Hie Tiong-gwee, tapi dia seperti orang luar. Nona Hie tidak
menghiraukan dia, pendamping pengantin pun tidak berani
membawa dia masuk ke kamar pengantin.
Kwee Goan-cay sangat sedih, dia mendekati Hiat-kun dan
berkata: "Subo, beristirahatlah!"
Hiat-kun dengan dingin berkata:
"Kwee Toako, kedua kata ini terlalu dini kau sebut padaku, sebab


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia belum sembahyang kepada ayahku."
Hie Kim-giauw masuk ke dalam, dengan dingin dia memandang
Kwee Goan-cay. Kwee Goan-cay hanya bisa memanggil pengasuh
Kim-giauw untuk membawa Hiat-kun masuk ke kamar pengantin.
Pengasuh itu tahu bahwa Nona Hie paling akrab dengan Kwee
Goan-cay jadi dia menuruti kemauan Kwee Goan-cay.
Semua keluarga Hie sudah pulang, hanya Coh Thian-su yang
masih tertinggal di aula melihat Hiat-kun yang dibawa meninggalkan
aula. Dalam hatinya Po-Leng-hoi ingin tertawa, tidak disangka Thiat-
pit-su-seng juga terpikat oleh kecantikan Hiat-kun, dia sendiri juga
terpikat oleh kecantikan Hiat-kun, dia mengira orang lain pun akan
seperti itu. Walau dia ingin tertawa, tapi dia tidak merasa aneh, dia
menarik lengan baju Coh Thian-su dan berkata:
"Coh Tayhiap, kita harus pergi, silahkan mampir ke rumahku. Bila
ayahku bertemu denganmu, dia pasti akan senang."
"Apakah kau mau pergi?"
"Bila tidak pergi, mau menunggu apa lagi"'
"Apakah kau tidak mau memberitahu temanmu dulu?"
"Yang kau maksud Kwee Goan-cay?"
"Dia adalah murid Hie Tiong-gwee, kita tidak permisi kepada Hie
Tiong-gwee, kita bisa memberitahu kepada Kwee Goan-cay."
"Tidak perlu banyak aturan."
"Kau adalah tamu yang dikenal, dan aku bukan. Aku ingin
menanyakan dia satu hal."
"Mengenai apa?"
Coh Thian-su berbisik di telinga Po Leng-hoi, kelihatannya Po
Leng-hoi sangat terkejut dan berkata:
"Apakah benar" Aku sudah mengenalnya selama 8 tahun, aku
juga tidak tahu dia bisa ilmu silat."
"Aku juga tidak tahu apakah tebakanku benar atau salah" Bila di
sini tidak ada orang, tanyakanlah pada Kwee Goan-cay."
"Aku akan menanyakannya sekarang."
Kwee Goan-cay sedang merayu adik seperguruannya, tiba-tiba
ada yang mengetuk jendela, Kwee Goan-cay bertanya: "Siapa?"
"Aku." Jawab Po Leng-hoi.
"Silahkan masuk, di sini hanya ada Kim-giauw dan aku." Mereka bertiga adalah teman dari kecil.
"Aku tidak akan masuk, kau keluarlah sebentar, ada yang mau
aku tanyakan." Kata Kim-giauw dengan dingin:
"Sobatmu sudah datang, cepatlah pergi menghibur Hiat-kun,
jangan pura-pura di sini."
Maksud dari kata 'sobat' adalah mereka sama-sama menyukai
Hiat-kun, Kwee Goan-cay tidak mau banyak mulut dia buru-buru
keluar. Mereka berdua sudah tiba di tempat yang tidak ada orang, Po
Leng-hoi lalu bertanya: "Sepertinya adik seperguruanmu sangat marah?"
"Benar, karena dia dirugikan, dia sekarang sangat marah."
"Dia dirugikan apa?"
"Ini...ini..." dia tampak sedang berpikir, apakah dia harus
memberitahu atau tidak. "Kalau tidak salah, dia dirugikan oleh Hiat-kun."
"Mengapa kau bisa tahu?"
"Aku tahu dia sudah dirugikan apa. Apakah dia sudah
memberitahumu?" Kwee Goan-cay merasa aneh dan berkata."
"Dia sudah mengatakannya, coba kau beritahu sekali lagi, apakah
cocok dengan kata-kata Kim-giauw?"
"Dia telah mendorong Hiat-kun dan dia merasa tubuh bagian
atasnya kaku, seperti ada yang menotok nadinya."
Kwee Goan-cay tampak terkejut dan berkata:
"Benar, mengapa kau bisa tahu" Apakah Hiat-kun yang
memberitahu..." "Kau jangan cemburu, dia tidak memberitahu kepadaku, dia juga
tidak memberitahu bahwa dia ternyata bisa ilmu silat."
"Lalu, mengapa kau bisa tahu?" Tanya Kwee Goan-cay.
"Coh Thian-su yang memberitahu, dia ingin tahu apakah semua
ini benar" Karena itu dia menyuruhku membuktikannya."
"Kita berteman dengannya sudah 8 tahun, entah mengapa Chu
yang tinggal di Yang-ciu dan belum pernah bertemu dengan Hiat-
kun, bisa tahu?" "Aku juga tidak tahu, Coh Thian-su sedang menungguku di luar.
Bila nanti aku sudah menanyakan kepadanya, besok kau ke
rumahku, aku akan memberitahu padamu."
"Nanti dulu!" Kata Kwee Goan-cay.
"Ada apa lagi?"
"Yu Yong mencarimu."
"Dia adalah orang terkenal di dunia persilatan, walaupun aku
mengenalnya, aku sungguh tidak pantas berteman dengannya, ada
apa dia mencariku?" "Sepertinya dia ingin bertamu ke rumahmu, untuk mencari tahu
tentang seseorang." "Siapa?" "Gadis berbaju hitam itu, aku hanya dengar dia berbicara kepada
Tuan Kiam-ta." Po Leng-hoi merasa aneh lagi, dia berkata:
"Teman ayahku yang paling muda adalah Coh Thian-su, dia pun
sudah hampir berumur 30 tahun. Umur gadis berbaju hitam itu
hampir sama dengan Hiat-kun, ayahku pasti tidak mengenalnya."
"Aku pun tidak tahu, dia hanya tahu bahwa kau dan aku adalah
teman. Dia berpesan untuk mencarimu dan meminta agar dia
diundang ke rumahmu."
"Baiklah, tolong beritahu kepadanya, aku menunggu di pintu
luar." Sebenarnya Po Leng-hoi ingin mencarinya tapi karena Coh Thian-
su sedang menunggu, terpaksa dia mengurungkan niatnya.
Coh Thian-su tampak sedang menunggu, begitu dia melihat Po
Leng-hoi keluar dia langsung bertanya:
"Bagaimana?" "Semua seperti dugaanmu, Coh Tayhiap, mengapa kau bisa
tahu?" "Itulah yang dinamakan ilmu tenaga dalam menggetarkan nadi,
gjni pemah berlatih ilmu silat ini. karena tadi aku berada di luar jadi tidak begitu jelas melihatnya, dan aku tidak berani memastikannya."
Po Leng-hoi tampak terkejut dan berkata:
"Tidak kusangka, Hiat-kun masih begitu muda sudah punya ilmu
yang begitu tinggi, kami menjadi malu dibuatnya. Sudah mengenal
begitu lama tapi bisa tidak tahu bahwa dia mempunyai ilmu yang
begitu tinggi." Sebenarnya 'Tenaga dalam menggetarkan nadi' dan 'Pena besi
nienotok nadi' adalah satu aliran. Ilmu itu adalah ilmu rahasia yang
hanya dimiliki oleh perguruan Coh Thian-su, ilmu ini pun jarang ada
yang bisa menguasainya. Kang Hiat-kun dan Coh Thian-su sebenarnya adalah saudara
seperguruan yang belum pernah bertemu. Kali ini Coh Thian-su
sengaja datang dari Yang-ciu bukan hanya ingin memberi selamat
kepada Hie Tiong-gwee dan juga bukan hanya untuk melihat bunga
Bo-tan, dia hanya ingin mencari Supek dan Sumoinya.
Dia sudah curiga bahwa Hiat-kun adalah Sumoinya yang belum
pernah dia kenal, sekarang dia sudah yakin.
Hati Coh Thian-su gembira sekaligus terkejut, dalam hati dia
berpikir, 'Kang Guan-yang adalah Kang Ci-ki, dia adalah Supeknya.
Dia ke Lok-yang menyamar menjadi guru silat biasa bernaung di
bawah lindungan Hie Tiong-gwee, mungkin ini ada hubungan
dengan kejadian 10 tahun yang lalu.
Hui-thian-sin-liong kelihatannya adalah salah satu korban dari
kejadian 10 tahun yang lalu. Tapi anehnya, mengapa Kang Supek
menikahkan putrinya dengan Hie Tiong-gwee. Apakah dia percaya
bahwa Hie Tiong-gwee adalah seorang 'pendekar'" Mengapa dia
meninggal dengan tiba-tiba" Po Leng-hoi mengatakan bahwa dia
mati secara aneh... sayang aku terlambat datang 3 bulan."
Po Leng-hoi melihat dia seperti sedang memikirkan sesuatu
kemudian dia bertanya, "Coh Tayhiap, kau sedang memikirkan apa?"
"Aku sedang berpikir mengenai kejadian hari ini, pertama tentang
Hui-thian-sin-liong, kemudian gadis baju hitam, mereka masih
begitu muda tapi dapat melakukan semua itu."
Po Leng-hoi kembali bertanya kepada Coh Thian-su:
"Coh Tayhiap, pergaulanmu luas, apakah kau tahu gadis berbaju
hitam itu berasal dari perguruan mana?"
"Dia hanya mengeluarkan
satu jurus, aku tidak berani mengatakannya." "Sekali mengayunkan lengan baju, dia dapat mengatasi tenaga
dalam Yu Yong. Ilmu lengan baju besi hanya ada di Siauw-lim dan
perguruan Swat San."
"Benar, orang persilatan memang berkata seperti itu. Aku
mendengar kabar dari orang lain, ada seorang yang aneh di dunia
persilatan, dia mempunyai ilmu 'lengan baju besi', terlihat lembut
tapi sangat bertenaga. Dia bisa memakai lengan baju menjadi
telapak tangan, dan lembut seperti air mengalir, karena itu
dinamakan'Liu-in-hui-siu'(Awanmengalirlenganbaju
beterbangan)." "Orang aneh ini siapakah namanya?"
"Dia she Kie, bernama Yan-gan. Gunung Yan-gan berada di
daerah Mongolia, orang-orang curiga bahwa Kie Yan-gan adalah
orang Mongolia karena di selatan tidak ada yang kenal dengannya."
Po Leng-hoi jadi teringat sesuatu:
"Aku mengerti."
Coh Thian-su ingin bertanya lagi, apa yang dia maksudkan sudah
mengerti, tapi Yu Yong sudah datang. Yu Yong melihat Po Leng-hoi
bersama-sama Coh Thian-su, hatinya merasa sedikit tidak enak dan
dia berkata: "Adik Po, kau sudah kenal dengan Coh Tayhiap?"
Jawab Po Leng-hoi: "Coh Tayhiap adalah teman ayahku, dia jarang ke Lok-yang, aku
dipesan oleh ayah agar mengundang dia datang ke rumah."
Pertarungan antara Hie Tiong-gwee dan Hui-thian-sin-liong,
hampir semua orang berpihak kepada Hie Tiong-gwee kecuali kedua
orang ini. Yang satu bersembunyi di dalam kerumulan orang-orang tapi
sering mengejek Hie Tiong-gwee, dan satu lagi adalah Coh Thian-
su. Coh Thian-su tidak seperti orang itu, dia sopan, tapi dia tetap
tidak menghormati Hie Tiong-gwee. Dia lebih memihak kepada Hui-
thian-sin-liong, Yu Yong tahu bahwa dia adalah tamu dari keluarga
Po, dia tampak sedikit ragu. Karena itu dengan agak terpaksa dia
berkata: "Baiklah! Coh Tayhiap, mari kita pergi bersama-sama."
Sifat Yu Yong sangat polos. Walaupun dia tidak menyukai Coh
Thian-su tapi pembicaraannya tidak menyinggung perasaan Coh
Thian-su. "Ayahmu terkenal di Kanglam tapi sayang aku belum pernah
bertemu, hari ini aku bisa bertemu dengan Coh Toako, aku sudah
merasa senang." Kata Yu Yong.
"Yu Tayhiap, kau dan ayahku sederajat, tidak perlu sungkan, bila
tidak aku akan merasa malu."
"Belajar silat jangan membeda-bedakan lebih awal atau lebih
akhir, yang paling penting yang paling berhasil adalah menjadi guru.
Walaupun akn lebih tua beberapa tahun darimu, tapi ilmu silatku
jauh denganmu. Tapi ada satu hal yang ingin kutanyakan." Kata Yu
Yong. "Silahkan katakan!" Kata Coh Thian-su.
"Ayahmu adalah Kanglam Tayhiap, menurut orang-orang, beliau
dapat menotok urat nadi dengan sebuah pena. Menurut kabar Ilmu
silat ini berasal dari daerah utara, apakah benar?"
Dalam hati Coh Thian-su berpikir, 'Rubah tua ini sepertinya bukan
bertanya tentang 'pena menotok urat nadi' melainkan ingin tahu
identitas keluarga Hiat-kun.'
Yu Yong melihat Coh Thian-su yang terdiam, dia merasa sedikit
malu, kemudian dia menjelaskan lagi:
"Aku hanya mendengar orang-orang persilatan berkata seperti itu
karena merasa aneh aku jadi ingin tahu dan bertanya kepadamu.
Bukan ingin bertanya tentang rahasia perguruanmu, jangan salah
paham." "Aku tidak paham, apa yang dikatakan oleh orang-orang itu?"
"Ada 2 versi." "Coba anda ceritakan."
"Yang pertama, ilmu 'pena besi menotok nadi' adalah ilmu turun
temurun dari keluarga Coh. yang kedua adalah yang tadi aku
katakan kepadamu, dari sungai Huang-ho hingga ke utara,
sepertinya tidak ada yang bisa ilmu ini, karena itu semua orang
menjadi curiga, apakah ayahmu masih mempunyai saudara
seperguruan?" Benar saja, perkiraan Coh Thian-su tidak meleset. Yu Yong sudah
tahu ilmu Hiat-kun dan ilmu 'pena besi menotok nadi' berasal dari
satu perguruan. Maka dengan santai Coh Thian-su menjawab: "Yang aku tahu,
ayahku memang pernah belajar kepada seorang aneh yang berasal
dari utara, orang aneh ini tidak ingin orang lain tahu namanya, juga
tidak memberitahu identitasnya. Apakah dia pernah memberitahu
kepada ayahku, aku tidak tahu, dia hanya mengajarkan ayahku
bagaimana cara menulis, tapi ayah bukan murid yang dia akui.
Apakah dia mempunyai murid yang lain, aku juga tidak tahu!"
jawaban Coh Thian-su setengah benar setengahnya lagi tidak benar.
Yu Yong tahu, Chu tidak ingin mengatakan yang sebenarnya, dia
juga tidak berani memaksa, mereka pun mengganti topik
pembicaraan. Mereka sudah tiba di rumah Po Leng-hoi, Po Tiong-ie melihat
anaknya pulang dengan Coh Thian-su dan Yu Yong, dia terkejut
juga sekaligus gembira, dia berkata:
"Adik Coh, aku sungguh rindu padamu, angin apa yang
membawamu kemari" Yu Tayhiap, katanya kau mewakili perguruan
memberi selamat kepada Hie Tayhiap, apakah pesta dengan cepat
sudah selesai" Apakah kau tidak tinggal dulu di rumah Hie Tiong-
gwee" kau ke sini apa juga untuk menengokku" Aku sungguh jadi
terkejut?" Walau dia menyambut Coh Thian-su dan Yu Yong dengan sama
ramah, tapi dari kata-kata yang dikeluarkan kelihatan bahwa dia
lebih dekat dengan Coh Thian-su, dia hanya hormat kepada Yu
Yong saja. Dari kata-katanya juga ada sedikit mengandung ejekan.
Yu Yong adalah orang yang agak pengertian, mendengar itu
dalam hatinya berpikir, 'Pak tua ini ternyata tidak menyukai Hie
Tiong-gwee, dulu aku tidak percaya, sekarang aku sudah melihatnya
Untung hari ini aku sudah bertemu dengannya, bila tidak aku akan
terus salah sangka' "Aku pun datang untuk memberi selamat kepada Hie Tiong-


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gwee, sayang pernikahannya batal." Kata Coh Thian-su tertawa.
Mata Po Tiong-ie membesar, dia bertanya:
"Apakah dia tidak menyambut dengan baik karena kau adalah
pelajar miskin" Tidak apa-apa walaupun keluarga kita miskin tapi
aku masih sanggup mentraktirmu minum arak.
"Bukan begitu, pernikahannya terlalu meriah, sehingga semua
orang sudah tidak berniat menghadiri pesta pernikahan."
Po Tiong-ie merasa aneh. "Biasanya Hie Tiong-gwee bisa mengambil hati orang-orang,
mengapa sekarang tidak ada yang mau menghadirinya?"
"Bukan tidak mau, tapi karena Hie Tiong-gwee tidak bisa
melakukan upacara sembahyang dengan pengantin perempuannya."
Po Tiong-ie semakin heran dan berkata:
"Ada apa ini?" "Yu Tayhiap adalah salah satu saksinya, lebih baik dia yang
menceritakan hal ini."
"Mengapa ada saksi" Aku semakin tidak mengerti, Yu Yong
cepatlah ceritakan kepadaku." Kata Po Leng-hoi:
"Ayah, tamu belum dipersilahkan masuk untuk minum teh."
Po Tiong-ie tersipu segera mempersilahkan Coh Thian-su dan Yu
Yang masuk. Setelah masuk baru Yu Yang berkata:
"Jangan tergesa-gesa, aku akan menceritakan semuanya."
"Baiklah! Coba kau ceritakan pelan-pelan."
Yu Yong menceritakan kejadian semuanya dari awal, terakhir Yu
Yong berkata: "Hie Tiong-gwee terluka dan diputuskan hasil akhirnya adalah
seri, tapi dia akan malu berkelana di dunia persilatan lagi. Toako,
bagaimana pendapatmu?"
"Jujur bicara, Hie Tiong-gwee selalu ingin mendapat nama baik
tapi sebenarnya dia lebih mementingkan uang dan kekuasaan, aku
tidak suka kepadanya. Tapi Hui-thian-sin-liong sampai mengacau di
hari pernikahannya, itu pun keterlaluan." Kata Po Tiong-ie
Dalam hati Coh Thian-su berpikir, 'Kecuali haus akan uang dan
kekuasaan, sebenarnya dia itu siapa dan berasal dari mana" aku
harus pelan-pelan menyelidikinya supaya semuanya jelas.'
Kata-kata Po Tiong-ie membuat Yu Yong sangat senang, dia
mengira Po Tiong-ie tidak kasihan kepada Hie Tiong-gwee.
---ooo0dw0ooo--- C. Kie Yan-gan "Benar, dia datang merusak hubungan pasangan suami istri,
sungguh keterlaluan," kata Yu Yong. Tanya Po Tiong-ie:
"Yu Toako, apakah kau ingin mengajakku ikut membalas dendam
demi Hie Tiong-gwee" Terus terang aku tidak akur dengan Hie
Tiong-gwee, tapi juga tidak ingin membela Hui-thian-sin-liong Kali
ini Hie Tiong-gwee kalah karena ilmu silatnya jelek, pertarungan
mereka terbuka dan tidak licik, tapi bila dia berada di Lok-yang
membuat keonaran, aku akan ikut Yu Toako untuk
menghukumnya." Yu Yong berkata: "Pertarungan sudah selesai dan hasilnya adalah seri. Hui-thian-
sin-liong pun terluka, dia pun sudah pergi entah ke mana."
"Kalau begitu aku sudah salah tafsir, apakah kau jauh-jauh ke
sini hanya untuk menengok dan bercerita kepadaku?"
Yu Yong tertawa terbahak-bahak untuk menutupi rasa malunya
dan dia berkata: "Aku hanya ingin bertanya tentang seseorang."
"Siapa?" "Seorang Cianpwee persilatan, dia sudah jarang berkelana di
dunia persilatan, tapi 20 hingga 30 tahun yang lalu, ada seorang
aneh yang dinamakan 'Manusia aneh dunia persilatan'."
"Apakah yang kau maksud itu adalah Kie Yan-gan?"
"Apakah Po Toako dan dia adalah teman baik?"
Dalam hati Coh Thian-su berpikir, 'Benar saja, dia ingin mencari
tahu tentang orang ini.' Po Tiong-ie dalam hatinya juga berpikir, 'Apakah mereka ingin
mengundang Kie Yan-gan untuk menghadapi Hui-thian-sin-liong"
Hui-thian-sin-liong sangat jahat, masih muda tapi ilmu silatnya
sudah tinggi, bila tidak cepat dibasmi akan lebih berbahaya lagi.
Sekarang ini hanya Kie Yan-gan yang bisa melawan dia. Yu Yong
adalah murid It Piau cinjin karena itu aku harus sedikit memberinya
muka.' Lalu dia berkata, "Yu Toako, kau jangan terlalu tinggi menilaiku, aku tidak pantas
menjadi teman Kie Yan-gan, aku dan dia adalah teman biasa."
"Po Toako, jangan sungkan, karena Toako pernah bertemu
dengan Kie Yan-gan, apakah ilmu silatnya memang seperti yang
diceritakan oleh orang-orang" Begitu lihai?"
"Aku akan menceritakan bagaimana aku bisa mengenalnya, dan
bisa mengenal sedikit ilmu silatnya."
Lalu Po Tiong-ie bercerita sambil minum teh.
"Waktu masih muda aku pernah menjadi Piausu, mengantar
barang ke tempat-tempat lain. Suatu kali aku mengantar obat dari
Pak-kia ke kota Pau-to, karena pada waktu itu di Pau-to terjadi
wabah besar, hingga perlu obat-obatan.
Di jalan aku bertemu dengan segerombolan penjahat, ketuanya
adalah Golok Besar, Han Pa. Goloknya sangat besar dan beratnya
kurang lebih 24 kati. Tenaganya juga sangat besar, ketua yang
kedua adalah Thio Ang, dia adalah seorang pemanah jitu, apakah
kau pernah mendengar nama mereka?"
"Saat aku baru mulai berkelana, aku sering mendengarnya, tapi
belakangan ini sudah tidak." Kata Yu Yong.
"Benar, ini adalah kejadian 30 tahun yang lalu, aku adalah orang
terakhir yang melihat mereka, sebelum mereka menghilang."
"Mereka menghilang" Apakah ada hubungannya
dengan perampokan barang Po Toako?" tanya Yu Yong.
Po Tiong-ie mengangguk, dan melanjutkan:
"Orang-orang yang kubawa hampir semuanya terluka karena
terpanah oleh Thio Ang, aku sendiri harus bertarung dengan Han
Pa. Waktu itu aku sudah mempunyai sedikit nama tapi Han Pa
sangat sombong, dia bilang bila aku bisa menerima 30 jurus ilmu
goloknya dia akan melepaskanku dan barang-barangku."
Aku berusaha menahan serangannya, tapi belum sampai 20
jurus, aku sudah tidak kuat.
Ketika aku hampir kalah, tiba-tiba datanglah seseorang
menghentikan pertarungan, bajunya terbuat dari kain kasar,
memakai sepatu yang dipakai oleh orang desa. Wajahnya biasa,
semua orang pasti akan menyangka bahwa dia adalah orang desa
yang sangat biasa. Orang desa itu berkata kepada Han Pa,
"Obat-obatan ini akan dikirim ke Pau-to untuk menolong orang-
orang, kalian tidak boleh mengambilnya!"
Perampok itu tertawa dan berkata:
"Siapa kau" Harap beritahu she dan namamu!"
Orang desa itu dengan sungguh-sungguh berkata:
"Benar juga, aku bukan siapa-siapa tapi aku ingin ikut campur
mengurus masalah ini. Aku ingin membantunya, maka aku harus
memberitahu namaku."
Perampok itu mengira nama orang desa itu biasa, seperti si
kucing, si anjing, dan lain-lain. Tapi begitu mengatakan namanya,
semua perampok sangat terkejut."
Kata Coh Thian-su: "Orang desa itu pastilah jago persilatan, Kie Yan-gan."
"Benar, tapi perampok-perampok itu tidak begitu
saja mempercayai bahwa orang desa itu adalah Kie Yan-gan.
Pertama-tama Han Pa mengajaknya bertarung.
"Peraturan golongan hitam, adalah tidak boleh pulang dengan
tangan kosong bila tidak mendapat uang, paling sedikit harus
bertarung, kau sendiri mengatakan bahwa kau adalah Kie Yan-gan,
mari kita coba bertarung." Kata HanPa.
"Ilmu silatku tidak seberapa, tapi bila kalian ada peraturan seperti itu, aku menurut saja." Kata Kie Yan-gan.
Kemudian dia membalikkan kepalanya menghadapi mereka dan
bertanya kepadaku: "Apakah tadi Han Pa menyatakan harus menahan serangannya
dalam 30 jurus" Kau sendiri sudah mengeluarkan berapa jurus?"
"Tadi karena aku kalang kabut, jadi aku tidak ingat sudah
mengeluarkan berapa jurus, kurang lebih mungkin ada 18 jurus."
"Tidak benar, sudah 20 jurus kukeluarkan, aku tidak mau kau
dirugikan." Kata Han Pa.
"Kalau begitu tinggal 10 jurus lagi." Kata Kie Yan-gan.
"Apakah Tuan ingin meneruskan 10 jurus lagi?"
Kie Yan-gan tertawa dan berkata:
"Han Pa sudah kehilangan banyak tenaga, begini saja asal kau
bisa menahan 3 jurusku, aku akan memberikan kepalaku, tapi bila
dalam 3 jurus aku bisa menang dari mu, aku mempunyai satu
permintaan yaitu aku minta kau melepaskan Po Tiong-ie."
Han Pa sudah curiga bahwa orang itu adalah Kie Yan-gan yang
palsu, bila dia memang benar-benar Kie Yan-gan, Han Pa juga tidak
akan percaya bahwa Kie Yan-gan akan mengalahkannya dalam 3
jurus, dengan marah dia berkata:
"Bila aku kalah dalam 3 jurus, dalam dunia persilatan tidak
pernah akan ada Han Pa lagi."
Sekarang masalahnya apakah kau bisa mengalahkanku?"
Selesai berkata seperti itu, golok besar Han Pa sudah menyabet
mengarah kepada Kie Yan-gan.
Kie Yan-gan pun mengelak dan berkata:
"Benar-benar sangat kuat, jurus golokmu lumayan juga, kalau
berlatih hingga 10 tahun lagi, kau akan menjadi pesilat tangguh."
Han Pa lebih marah lagi dan berkata:
"Kalau berani, keluarkan senjatamu, jangan disembunyikan!"
Gerakan tubuh Kie Yan-gan sangat cepat, Han Pa pun dengan
sama cepat mengayunkan goloknya, tapi baju Kie Yan-gan secuil
pun tidak tersentuh. Han Pa merasa takut serangan tersembuyi dari
Kie Yan-gan karena itu dia menyuruh Kie Yan-gan memakai senjata
agar dia bisa melihat jenis senjatanya. Agar keras bisa dilawan keras
lagi. Kie Yan-gan tertawa dan berkata:
"Untuk menyambut golok yang terbuat dari besi jelek ini, tidak
perlu memakai senjata."
Dia berdiri disebelah Han Pa, Han Pa membuka matanya yang
besar dan dengan konsentrasi melihatnya, tapi dia tetap tidak bisa
melihat Kic Yan-gan memakai jurus apa. Hanya melihat suatu benda
yang berkilau putih mendekati dan ternyata goloknya sudah
berpindah tangan." Yu Yong terkejut dan berkata:
"Hanya dalam 3 jurus, golok sudah berpindah tangan."
"Benar, kemudian dia berkata ini jurus kedua, dia memukul
bagian belakang golok, kemudian dia berkata lagi ini jurus ketiga,
terdengar suara " yang menusuk telinga, golok seberat 24 kati
sudah hancur berkeping-keping dan jatuh."
Po Leng-hoi ternyata juga pertama kalinya mendengar cerita ini,
dan dia berkata: "Ilmu silat apa yang begitu hebat itu!"
"Yang lebih hebat lagi ada di cerita bagian belakang."
Kemudian dia meneruskan ceritanya:
"Wajah Han Pa pucat seperti kertas, kemudian dia mundur ke
pinggir, aku melihat dengan terkejut, senang, sekaligus bengong."
Kie Yan-gan tertawa dan berkata:
"Tuan Po, kau sudah diganggu begitu lama, kau harus pergi."
Di sana sudah tidak ada tontonan yang menarik lagi, aku seperti
baru terbangun dari sebuah mimpi, kemudian aku segera
membereskan anak buahku dan pergi.
Tapi Kie Yan-gan berkata:
"Mari kuantar hingga jalan besar."
Aku mengira sudah tidak ada masalah, tapi begitu kereta mulai
berjalan, perampok-perampok itu mulai memanah, puluhan anak
panah dilepaskan oleh anak buah Thio Ang, tapi yang paling
dahsyat adalah 3 panah yang dilepas berturut-turut, itulah panah
yang dilepaskan oleh Thio Ang. Yang dijadikan sasaran adalah
bagian belakang kepala Kie Yan-gan, dia mengira Kie Yan-gan tidak
mempunyai ilmu untuk melindungi dirinya, juga tidak ada yang bisa
melatih kepala menjadi sekeras batu. Padahal jika dia memanah,
batu pun bisa hancur, apa lagi kepala."
Tanya Po Leng-hoi: "Tidak tahu malu! Apakah Kie Yan-gan terkena panah itu?"
"Tidak, aku akan menyelesaikan ceritaku. Aku mendengar suara
panah dan membalikkan tubuh, siap memakai golok menangkis
panah-panah itu, tapi Kie Yan-gan dengan ringan membantuku
membereskannya." Tanya Po Leng-hoi, "Ayah, panah bukan manusia, mengapa memakai bahasa
'membereskan'?" Po Tiong-ie tertawa dan berkata:
"Aku tidak salah memakai kata ini, dia membereskan panah juga
membereskan perampok-perampok itu.
Aku membalikkan kepala dan hanya melihat dia sedang
mengibaskan lengan bajunya, dan anehnya panah-panah yang
datang tidak teratur, termasuk panah yang mengarah padaku,
semua berbalik arah Ini belum dikatakan sakti, yang sakti adalah panah-panah itu bisa
mengenali orang,- siapa yang memanah, panah itu balik lagi
mencari pemiliknya. Hanya terdengar teriakan Thio Ang dan anak buahnya yang
sudah roboh, tapi yang tidak memanah tidak terluka."
Po Leng-hoi tertawa dan berkata: "Kalau begitu panahnya
memiliki sepasang mata"
"Benar, sambil mengibaskan lengan bajunya, Kie Yan-gan
berkata "benda kembali lagi kepada pemiliknya, panah datang dari
mana, akan berbalik lagi ke sana'. Yang paling parah adalah Thio
Ang, panahnya berbalik lagi kepadanya, memanah kepalanya dan
tembus hingga ke otak." Kata Po Tiong-ie lagi:
"Dua orang kepala perampok, yang satu mati mengenaskan yang
satu lagi senjatanya hancur berkeping-keping, sejak itu Golok Besar
Han Pa menghilang dari dunia persilatan. Dan Ceritanya selesai
sampai di sini." Yu Yong adalah orang yang terkenal di dunia persilatan, setelah
mendengar cerita ini dia berkata:
"Bila bukan Po Toako yang mengalaminya sendiri aku tidak akan
percaya di dunia ini ada ilmu silat yang begitu hebat."
Kata Po Leng-hoi: "Ayah, kau belum menceritakan ilmu silat apa yang dipakai oleh
Kie Yan-gan?" "Aku hanya kagum, tidak tahu dia memakai ilmu silat apa. Ilmu
silatnya adalah ilmu rahasia, hanya dimiliki oleh perguruan mereka.
Dia memakai tenaga telapak tangan menghancurkan senjata Han Pa
yang dinamakan 'ilmu Hun-hoan' Aku merasa ilmu silat ini lebih
dahsyat daripada ilmu silat Hoa-san yaitu 'Hun-thian'."
Dua dari rahasia ilmu silat Kie Yan-gan sudah dia ceritakan satu,
yang kedua pasti akan diceritakannya lagi.


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu Yong berkata: "Mengayunkan lengan baju membalikkan panah itu, seperti apa
ilmu silatnya?" "Ilmu silat itu dinamakan Liu-in-hui-siu (Awan mengalir lengan
baju beterbangan). Ilmu silat ini hampir sama dengan ilmu silat
Siauw-lim dan Swat-san, tapi tenaga dalamnya tidak sama."
Kata Yu Yong: "Sepertinya aku pernah mendengar ilmu Liu-in-hui-siu?"
Coh Thian-su dan Po Leng-hoi sudah tahu siapa yang dimaksud
oleh Yu Yong, tapi Po Tiong-ie tidak tahu.
Tanya Po Tiong-ie: "Apakah kau curiga bahwa dia adalah murid Kie Yan-gan?" Yu
Yong mengangguk, "Bukankah kau sudah mengatakan bahwa ilmu itu adalah ilmu
rahasia dari perguruan itu?"
"Orang yang dicurigai itu berapa usianya?" Tanya Po Yiong-ie.
"Tidak sampai 20 tahun."
"Kalau begitu dia bukan murid Kie Yan-gan, yang aku tahu dia
hanya mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang murid,
anaknya mati muda, sudah meninggal 20 tahun yang lalu."
"Bagaimana dengan muridnya?"
"Aku tidak pernah bertemu dengan muridnya, tapi katanya 10
tahun yang lalu sudah meninggal. Kie Yan-gan tidak mempunyai
cucu murid." Tanya Coh Thian-su: "Apakah Po Toako tahu she dan nama murid itu?"
"Anehnya, Kie Yan-gan belum pernah menceritakan tentang
muridnya, aku juga tahu dari orang lain. Orang itu pun tidak tahu
nama murid Kie Yan-gan."
Sepertinya Coh Thian-su masih ingin mengatakan sesuatu, tiba-
tiba Po Tiong-ie menatapnya dan dia mengurungkan niatnya.
"Aku tidak tahu banyak tentang Kie Yan-gan karena dia tidak
menetap di satu tempat, aku baru mengenalnya selama beberapa
tahun, kecuali secara kebetulan bertemu, dia hanya satu kali ke
rumahku, itu pun sudah lama." Kata Po Tiong-ie.
"Apakah Po Toako masih berhubungan dengannya?" Tanya Yu
Yong. "Sudah lama tidak, pada saat dia datang ke rumahku, itu 13
tahun yang lalu. Sejak itu aku tidak pernah melihatnya lagi, apalagi
orang lain." "Apakah dia tiba-tiba menghilang?"
"Aku sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan dan sedikit
kabar dari dia pun tidak ada. Apakah dia masih hidup atau sudah
mati, aku pun tidak tahu, bila kalian mencari dia untuk menghadapi
Hui-thian-sin-liong, aku tidak dapat membantu."
"Walaupun Hui-thian-sin-liong mempunyai nama buruk di dunia
persilatan, tapi tidak permusuhan denganku. Aku hanya bersahabat
dengan Hie Tiong-gwee, tidak harus membalas dendam demi Hie
Tiong-gwee." "Baiklah, apa yang ingin kau ketahui?"
"Mengenai Kie Yan-gan."
"Coba katakan!"
"Dia tidak mempunyai cucu laki-laki, apa dia mempunyai cucu
perempuan?" "Kau bertanya apakah dia mempunyai cucu perempuan?"
Sekarang Po Tiong-ie baru mengerti dan berkata:
"Apakah gadis berbaju hitam itu yang datang tiba-tiba dan
menyuruh Hui-thian-sin-liong meninggalkan rumah keluarga Hie"
Dia pernah bertarung denganmu satu jurus dan kau tahu bahwa
ilmu silatnya lebih tinggi darimu."
"Benar." "Dia menggunakan ilmu silat apa?"
"Dia hanya mengibaskan tangannya, sudah bisa menahan telapak
tanganku. Aku jadi malu kecuali tenagaku terasa lenyap, nadi-
nadiku juga seperti ditotok."
Po Tiong-ie menjadi terkejut:
"Ini adalah ilmu Liu-in-hui-siu (Awan mengalir lengan
beterbangan) dan ilmu ini pun bisa menotok urat nadi. Gerakannya
terlalu cepat, kau terkena totokannya atau tidak, kau ternyata juga
masih tidak tahu." Yu Yong tampak berpikir kemudian berkata:
"Dia datang seperti setan gentayangan, aku belum melihat
dengan jelas, aku mengerahkan tenaga dalam dan di balik telapak
tanganku terasa ada sesuatu yang tidak enak. Tadinya aku mengira
terkena senjata rahasia, setelah kuperiksa ternyata bukan.
Walaupun ilmu silatnya tidak sekuat Kie Yan-gan tapi aku juga
belum pernah melihatnya."
Kata Po Tiong-ie: "Sekarang kau tidak perlu curiga lagi yang dia gunakan adalah
ilmu silat Kie Yan-gan, hanya saja dia belum setinggi Kie Yan-gan."
"Kalau begitu, apa dia adalah cucu Kie Yan-gan?"
"Aku tidak tahu, tidak mengerti dan tidak bisa menebaknya."
Melihat keadaan Po Tiong-ie, seperti seorang murid tidak bisa
menjawab soal ulangan. Dengan terkejut dia mengenang masa lalu.
Hujan darah dan bau darah, angin kembali lagi.
Apakah yang akan terjadi"
---ooo0dw0ooo--- Bab 3 Pulang pada malam tahun baru
Tidak berdosa tapi mengalami musibah
Malam-malam menepati janji
Kesucian tertutup oleh prasangka
A. Seperti Adik Kakak Seperti Sepasang Kekasih
Yu Yong permisi pulang dan berkata:
"Po Toako. kau sudah memberitahuku banyak, terima kasih."
Po Leng-hoi melihat ayahnya dan bertanya:
"Ayah, kenapa denganmu?"
"Tidak apa-apa, hanya saja semua masalah ini datang secara
tiba-tiba, membuatku terkejut dan tidak mengerti."
"Po Toako, istirahatlah! Aku pulang dulu." Kata Coh Thian-su.
"Kita berdua jarang bertemu, paling sedikit kau harus tinggal 3
sampai 5 hari di sini. Duduklah!"
Dia minum teh, sepertinya masih ada yang ingin dia katakan.
Tanya Po Leng-hoi: "Ayah belum menceritakan, apakah Kie Yan-gan punya cucu
perempuan?" "Benar, dia mempunyai cucu perempuan, ayahnya sudah
meninggal sebelum dia dilahirkan. Pada saat dia ke rumahku, dia
membawa cucunya." "Berapa usianya waktu itu?" Tanya Coh Thian-su.
"Kira-kira berusia 6 hingga 7 tahun. Rambutnya dikepang dua,
sepasang matanya seperti bisa bicara, dia adalah gadis kecil yang
pintar." "Itu adalah kejadian 10 tahun yang lalu, kalau begitu sekarang
dia sudah berumur kurang lebih 20 tahun."
"Menurut perkiraanku, gadis berbaju hitam tadi adalah gadis kecil itu, karena itu aku merasa aneh."
"Apa yang aneh?" Tanya Po Leng-hoi.
"Sifat Kie Yan-gan sangat aneh, tapi dia adalah seorang Tayhiap,
dia pun berjiwa pendekar, tidak seperti Hie Tiong-gwee, cucu Kie
Yan-gan dari kecil sudah mengikutinya. Mengapa bisa berteman
dengan Hui-thian-sin-liong" Adik Coh, kau melihat hubungan
mereka seperti apa?"
"Seperti adik kakak yang tumbuh bersama."
Kata Po Leng-hoi: "Menurut Giok-yan dan Bong Cong-kian, mereka pernah bertemu
dengannya di tengah perjalanan, dia seperti perempuan yang
sedang jatuh hati kepada si pemuda, tapi pemuda itu tidak
mempedulikannya." "Bila mereka adalah adik kakak yang tumbuh bersama, itu lebih
aneh lagi." Kata Po Tiong-ie.
"Po Toako, apakah kau tahu mengapa niiiiid Kie Yan-gan bisa
meninggal?" Kata Coh Thian-su.
"Sebenarnya ini rahasia, dia dibunuh oleh K orang pengawal
istana, 7 orang diantaranya sudah mati dan satu lagi Icrluka parah."
Coh Thian-su tampak terkejut dan bertanya:
"Sebenarnya siapa murid Kie Yan-gan itu?"
"Aku tidak tahu, mengapa pengawal istana sampai ingin
menangkapnya, mungkin dia adalah buronan istana."
Tanya Po Leng-hoi: "Ayah, bila ini sangat rahasia, mengapa ayah bisa tahu?"
"Aku diberitahu seseorang." Kata Po Tiong-ie lagi, "Karena aku tidak suka berteman dengan orang pemerintahan, maka aku tidak
bisa meneruskan pekerjaanku."
Kata Po Tiong-ie lagi: "Yang memberitahu adalah temanku yang bernama Tong Hwie-
yan, teman Tong Hwie-yan ada sedikit pangkat di kalangan
pengawal istana, dia membocorkan rahasia ini kepada Tong Hwie-
yan, maksudnya ingin Tong Hwie-yan membantunya mencari tahu
tentang buronan itu dari perguruan mana. Walaupun buronan sudah
mati lapi identitasnya tetap harus dicari, bila dia adalah penjahat
kelas kakap, saudara-saudara seperguruannya akan ikut terancam.
Pengawal berpangkat itu sudah curiga bahwa buronan adalah
murid Kie Yan-gan, Tong Hwie-yan ingin membuktikannya,
bersamaan dengan itu dia menanyakan keadaan Kie Yan-gan
padaku. Dia tidak memberitahu nama tersangka, juga tidak memberitahu
dia sudah melanggar hukum apa Yang dia jelaskan hanya ilmu silat
yang digunakannya, cerita ini berasal dari pengawal yang masih
hidup. Di antara 7 pengawal yang mati itu, tiga di antaranya terkena
tenaga telapak tangan hingga kepalanya pecah, 2 orang terkena
tusukan pedang, satu terkena totokan nadi yang berai, satu lagi
leikena panah yang membalik. Yang satu masih hidup tapi matanya
buta sebelah. Tulang hidungnya patah dan dia terluka parah.
Sebelum bertarung, pengawal islana pernah menyerang dengan
senjata rahasia, tapi semua ditahan oleh lengan bajunya dan
dikembalikan ke asalnya."
Coh Thian-su sudah tahu jawabannya. Ilmu ini disebut 'Hun-
hoan' dan 'Liu-in-hui-siu'.
"Peristiwa itu terjadi 10 tahun yang lalu. Tong Hwie-yan tahu aku mengenal Kie Yan-gan, maka dia sengaja dalang ke liok-yang
mencariku.' Kata Po Tiong-ie.
"Pantas saja." Kata Po Leng-hoi.
"Apanya yang pantas?"
"Waktu Tong Hwie-yan datang ke Liok-yang, pada hari kedua
waktu itu aku dan Kwee Goan-cay bersembunyi di kamar belakang,
Hie Tiong-gwee juga datang. Kwee Goan-cay bersembunyi karena
dia tidak ingin gurunya tahu dia ada di sana.
Kami hanya mendengar ayah Hiat-kun bicara kepada Hie Tiong-
gwee. Mereka sedang membicarakan tentang hal itu, Hie Tiong-
gwee merasa aneh mengapa Tong Hwie-yan yang begitu terkenal di
ibukota, bisa berkunjung ke Lok-yang."
"Dia hanya bertanya keadaan Kie Yan-gan dan muridnya,
sekalian mengunjungiku." Kata Po Tiong-ie.
Tanya Coh Thian-su: "Waktu itu apakah Kang Guan-yang sudah ada di Lok-yang?"
"Benar, dia baru pindah dari kota lain ke Lok-yang. Adik,
mengapa kau menanyakan hal ini" Kang Guan-yang seperti
namanya, dia sangat biasa hanya seorang guru silat kampungan."
"Sekolahku tidak setinggi dirimu, apa pun sama. Yang penting dia
memang tidak punya keahlian apa pun, hanya sebagai guru silat
kampungan." Kata Po Leng-hoi.
Dalam hati, Coh Thian-su merasa geli, dalam hati berkata, 'Supek
memang tidak sehebat Kie Yan-gan, tapi bila bertarung denganmu,
ilmu silatnya jauh lebih lebih hebat darimu."
Dan Coh Thian-su berkata:
"Aku merasa aneh, dia adalah guru silat yang biasa dan baru
pindah ke Lok-yang Mengapa Hie Tayhiap bisa mencarinya" Dan
malah bersahabat dengannya?"
Po Tiong-ie belum pernah memikirkan hal ini, dia menjawab:
"Mungkin dia senang dengan putrinya Kang Guan-yang."
Po Leng-hoi tertawa dan berkata:
"Ayah, kau mulai pikun waktu itu Hiat-kun baru berumur 10
tahun." "Mungkin mereka cocok dan Kang Guan-yang yang pintar
menjilat Hie Tiong-gwee."
Po Leng-hoi tidak senang dengan penjelasan ayahnya dan dia
berkata: "Ayah, kau salah lagi. Aku sering pergi ke rumah Kang, aku
sendiri melihat bagaimana sikap guru Kang menghadapi Hie Tiong-
gwee, dia seperti sikap ayah menghadapinya, lebih pantas dikatakan
Hie Tiong-gwee yang menjilat guru Kang."
"Mengapa Hie Tiong-gwee harus menjilat dia?"
"Aku juga tidak mengerti, tapi bagaimana cara mereka bisa kenal
itu aku tahu, karena adik sepupu guru Kang ada di Lok-yang, dia
sering ke rumah keluarga Hie, bisa dikatakan dia adalah tamu Hie
Tiong-gwee." Coh Thian-su tidak puas dengan penjelasan Po Leng-hoi, tapi dia
tidak ingin Po Tiong-ie tahu bahwa Kang Guan-yang adalah
Supeknya, karena itu dia tidak mengatakan apa-apa lagi.
Po Tiong-ie tampak tidak senang dan dia berkata:
"Hal mengenai keluarga Kang, kau pasti tahu. Dulu kau boleh
berkunjung ke rumah Kang, sekarang jangan berkunjung lagi ke
rumah keluarga Hie!"
Maksud ayahnya itu, anaknya pasti mengerti karena Hiat-kun
sudah menjadi istri Hie Tiong-gwee. Po Leng-hoi tidak boleh
mencari Hiat-kun lagi, wajah Po Leng-hoi menjadi merah dan dia
berkata: "Perkataan ayah terlalu jauh!"
Kata-kata Po Tiong-ie memang sudah melantur terlalu jauh.
"Tadi ayah berkata bahwa Tong Hwie-yan datang ke Lok-yang
untuk mencari ayah, dan untuk mengetahui keadaan Kie Yan-gan
dan muridnya, apakah ayah menceritakan semuanya?"
"Kau kira ayahmu ini sudah pikun, walaupun Tong Hwie-yan
adalah temanku, tapi aku tidak akan menceritakannya. Dia pernah
bertanya kepadaku, sebenarnya aku ingin sekali tertawa karena Kie
Yan-gan pemah datang ke tempatnya sambil membawa cucunya.
Waktu itu Aku sedang berada di ruang kerja dan Kie Yan-gan pun
masuk ke dalam ruangan, hanya saja waktu itu dia tidak tahu
bahwa dia adalah Kie Yan-gan."
Coh Thian-su merasa terkejut karena Tong Hwie-yan adalah
orang yang sangat pintar. Apabila tempat kerjanya kedatangan
tamu asing, apakah dia tidak bertanya"
Dua masalah yang terjadi dalam waktu 3 tahun, apakah dia cepat
lupa" Atau dia menganggap Po Tiong-ie adalah tamunya sehingga
dia merasa tidak enak untuk bertanya"
Kata Po Tiong-ie lagi: "Untuk jiwa Tong Hwie-yan aku bisa mempercayainya, karena
pekerjaanlah maka dia harus berurusan dengan orang
pemerintahan, tapi dia tidak akan menganggap mereka sebagai
teman baik Dia hanya ingin tahu dan bertanya kepadaku karena


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa aneh." "Tapi walaupun begitu aku harus tetap hati-hati, hanya
memberitahu bahwa aku kenal dengan Kie Yan-gan dan itu sudah
30 tahun yang lalu. Dan dia memang sudah tahu, aku memastikan
buronan itu adalah murid Kie Yan-gan tapi aku tidak memberitahu
kepada Tong Hwie-yan."
Kata Po Leng-hoi: "Dia belum pernah melihat ilmu silat Hwie-yan dan ilmu 'Awan
mengalir lengan baju beterbangan', walaupun dia merasa curiga pun
tidak apa-apa karena murid Kie Yan-gan sudah meninggal dan Kie
Yan-gan pun menghilang, dia dapat menebak pun tidak apa-apa."
Tanya Coh Thian-su: "Apakah murid Kie Yan-gan langsung mati" Apakah itu dilihat
oleh pengawal istana?"
"Tidak, sebelum pengawal itu pingsan, buronan itu sudah terluka
di tujuh hingga delapan tempat, matanya buta dan dadanya terluka
oleh telapak tangan Siauw-um yang digunakan oleh salah satu
pengawal, walaupun dia bisa lari, dia tidak dapat bertahan dalam
waktu 3 hari." "Ilmu silatnya begitu tinggi, mayat pun tidak diketemukan,
apakah dia benar-benar sudah mati?" Tanya Coh Thian-su. "Apakah kau curiga dia "belum mati?"
"Aku tidak berani bicara, tapi hari ini aku melihat sendiri ilmu silat Hui-thian-sin-liong dan ada sedikit aneh."
"Apa yang aneh?"
"Dia bisa menghancurkan 7 hingga 8 senjata rahasia berupa
paku, dan juga dalam jarak 5 meter dengan ringan mengibaskan
tangannya dan melukai Hie Tiong-gwee, lukanya cukup parah."
Coh Thian-su menambah cerita yang tidak dikatakan oleh Yu
Yong "Berapa usia Hui-thian-sin-liong?" "Kurang lebih 24 hingga 25
tahun." "Dia pasti bukan murid Kie Yan-gan karena murid-muridnya 10
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 2 Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Wanita Gagah Perkasa 3
^