Pencarian

Jala Pedang Jaring Sutra 13

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 13


itu berhenti di tengah jalan untuk menunggunya.
Dengan perlahan Kie Su-giok berjalan ke sisi jalan yang gelap,
dia ragu apakah mencari Tong Hwie-yan terlebih dahulu atau
mencari ayah Coh Thian-su dulu" Malam sudah begitu larut, bila Kie
Su-giok mencari dia, pasti akan dicurigai oleh orang lain.
Pada saat dia sedang ragu, dia melihat ada sesosok bayangan
orang sedang meloncat masuk ke dalam rumah. Rumah itu tepat
berada di belakang Piau-hang, dia sudah tahu bahwa Coh Kim-sung
pasti tinggal di rumah itu.
Anehnya, dia seperti kenal dengan bayangan itu, tapi dia tidak
ingat pernah melihatnya di mana. Tapi dia yakin itu bukan Coh Kim-
sung karena tidak ada alasan untuk Coh Kim-sung pulang ke rumah
masuk lewat jendela, teman Coh Kim-sung juga pasti bukan.
Apakah orang itu datang untuk membalas dendam kepada Coh
Kim-sung" Dan orang itu pun pasti bukan Wie Thian-hoan.
Siapakah dia" Dia terus memikirkannya, tiba-tiba terbesit dalam otaknya,
malam itu di dalam perahu karena ada seseorang yang membelai
rambutnya, membuatnya terkejut dan bangun, dia bangun orang itu
sudah lari ke darat, dan tidak terkejar oleh Coh Thian-su, walaupun
dia tidak ikut mengejar tapi dari dalam perahu dia pun bisa melihat
bayangan orang itu karena itulah dia ingat dengan bayangan orang
itu. Benar, orang itu adalah orang yang pernah membelai rambutnya!
Dia tidak tahu siapa orang itu, tapi dia mempunyai perasaan yang
aneh, dia merasa orang itu menganggap dia seperti putrinya, tidak
mempunyai niat jahat, dia pernah menertawakan dirinya karena
pikiran ini. "Mengapa aku punya pikiran aneh seperti itu, bukankah ayahku
sudah meninggal" Siapa yang mau menganggapku sebagai
putrinya?" Tidak disangka orang aneh itu, sekarang berada di depan
matanya! Dia sangat ingin tahu, segera dia mengurungkan niat untuk
mendatangi Tong Hwie-yan, dia ingin mencari tahu tentang orang
itu. Dia bersembunyi di atas pohon di luar rumah Pohon itu tepat
berada di depan kamar Song Eng-lam.
Kamar tidur Eng-lam berada di loteng, sebenarnya hanya dengan
mengeluarkan tangan sudah bisa masuk ke dalam kamar itu melalui
jendela, tapi dia tidak berani melakukannya. Dia pun memperlambat
desah nafasnya Suara laki-laki itu berkata:
"Song Eng-lam, apakah kau masih mengenaliku?"
"Kie Lek-beng, apakah belum cukup kau menyiksaku" Sekarang
ingin menghina kepadaku?"
Begitu mendengar percakapan mereka, dia sudah sangat
terkejut. Kie Su-giok belum pernah bertemu dengan ayahnya, tapi
dia tahu nama ayahnya. Pada saat usianya 3 tahun, ibunya sudah menghilang dan hanya
mengatakan harus menganggap ibunya sudah meninggal, dia tahu
bahwa ibunya belum meninggal, Ong Toanio pun tidak mau
memberi tahu keberadaan ibunya.
Begitu dia memikirkan hal itu dia merasa aneh, Ong Toanio
adalah ibu asuh dari ibunya, karena tidak mau meninggalkan ibu Su-
giok maka Ong Toanio ikut dengan ibunya tinggal di rumah keluarga
Kie, begitu ibunya menghilang, dia diasuh oleh Ong Toanio hingga
tumbuh dewasa. Perlakuan Ong Toanio terhadapnya seperti kepada
anaknya sendiri. Paman Ting Bo sering mengatakan,
"Mereka ibu dan anak, kedua-duanya dianggap seperti anak
kandung oleh Ong Toanio."
Ong Toanio sangat menyayanginya, apa pun akan diberikan
kepadanya. Hanya satu hal yang tidak boleh disebut yaitu nama ibunya, tapi
dia tahu nama ibunya adalah Song Eng-lam.
Sekarang dia sudah mendengar dua nama ini yaitu Kie Lek-beng
dan Song Eng-lam, sepertinya sekarang ini mereka sedang perang
mulut. Dia terdiam, tapi hatinya bergetar hebat.
"Ternyata ayahku tidak mati dan ibu pun masih hidup, tapi
mengapa ibu berada di keluarga Coh" Mengapa ayah perang mulut
dengan ibu?" Dia terdiam, baru tersadar hatinya tergoncang oleh suara mereka
yang bertengkar. "Lek-beng, kau harus tahu bahwa aku tidak mungkin menjadi
istrimu lagi!" "Perempuan yang bernama Song Eng-lam ini pernah menjadi istri
Kie Lek-beng, apakah ada perempuan lain yang bernama sama yaitu
Song Eng-lam" Oh ibu, mengapa kau tidak mau kembali kepada
ayah?" Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang berteriak, "Lek-beng,
kau membenciku, bunuh aku saja, tapi jangan lukai putriku!"
Jendela tertutup rapat, sama sekali tidak ada orang yang keluar,
mengapa ibunya berteriak seperti itu"
Tiba-tiba di kamar seperti terdengar ada sesuatu yang terjatuh.
Kemudian ada suara laki-laki yang tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Putrimu, putrimu, aku kira kau sudah menganggapnya mati. Ibu
yang jahat, apakah kau masih ingat masih mempunyai seorang
putri?" Sekarang Kie Su-giok sudah mengerti yang dimaksud putri oleh
ayahnya dan maksud dari ibunya adalah putri yang lain.
Hatinya sangat sedih, dia ingat waktu dia masih kecil, dia pernah
mendengar percakapan antara kakeknya dan Paman Ting.
Paman Ting baru datang dari tempat jauh dan seperti sedang
melapor kepada kakeknya mengenai sesuatu.
"Aku sudah tahu dia berada di mana, dia ada di Yang-ciu di
keluarga Coh, apakah aku harus..."
"Tidak, kau jangan berbuat yang tidak-tidak." Biasanya kakek sangat ramah kepada Paman Ting, tapi kali ini kakeknya sangat
galak terhadap Paman Ting. Kakeknya berkata:
"Coh Kim-sung adalah pendekar bijaksana, kau tidak boleh
mengganggunya! Dia pun patut dikasihani, dia bisa hidup bahagia di
keluarga Coh, aku pun akan tenang!"
Waktu itu dia tidak mengerti siapa yang dimaksud 'dia' oleh
kakeknya itu laki-laki atau perempuan, sekarang dia baru tahu.
Orang itu bisa hidup bahagia di keluarga Coh, jangan-jangan
yang dimaksud oleh kakeknya adalah...
"Ayah dan ibu saling bermusuhan, pasti sudah terjadi sesuatu!"
rm hati Kie Su-giok terasa sakit, walaupun dia dapat menebak hal
sebenarnya, tapi dia tetap menahan diri.
Dia menyimpan kesedihan ini dalam hatinya, tiba-tiba jendela
dibuka dan ibunya menjulurkan kepalanya.
"Baiklah, suamimu sudah pulang, tapi mengapa harus sembunyi-
sembunyi" Kau suruh dia masuk secara terang-terangan dari
jendela." Ini adalah suara ayahnya.
Pada usia 3 tahun dia sudah kehilangan ibunya, wajah ibunya
pun dia sudah tidak ingat, tapi begitu melihat perempuan itu
menjulurkan kepalanya, jantung Kie Su-giok berdebar-debar. Ini
adalah ikatan antara ibu' dan anak, dia ingin berteriak sekuat tenaga
memanggil ibunya. Tapi dia tidak bisa, pada saat itu dia merasa sakit, tidak dapati
bergerak juga tidak bisa bicara, dalam hati pun tahu, dia sudah
ditotok oleh orang lain, orang itu menotok menggunakan senjata
rahasia. Dia tidak bisa berteriak, yang berteriak adalah ibunya. Kemudian
Kie Su-giok melihat sesosok bayangan meloncat dan turun ke jalan.
Kapan orang itu datang, setelah dia datang atau sebelumnya, Kie
Su-giok sama sekali tidak merasakannya.
Tapi sosok bayangan itu sangat dia kenal, siapakah dia"
Gerakan tubuh orang itu sangat cepat, walaupun demikian masih
tetap bisa tahu bahwa orang itu adalah perempuan. Tiba-tiba
berpikir oleh Kie Su-giok,
"Perempuan ini sepertinya aku pernah melihatnya Benar, seperti
ibu angkatku, bukan mirip lagi, kecuali ibu angkat, tidak ada yang
mempunyai ilmu meringankan tubuh sehebat itu, tapi mengapa ibu
angkat ingin melukai ibuku?"
Dia ingat sepanjang jalan U-bun hujin dan putranya berlaku
sangat aneh, dia semakin curiga.
Hatinya banyak dipenuhi oleh pertanyaan, tapi dia tidak punya
waktu untuk berpikir. Begitu banyak hal yang terjadi secara
berturut-turut, begitu Coh Kim-sung pulang, Guru Yu He-cu pun ikut
dengannya. Kie Su-giok mendengar Coh Kim-sung marah-marah, juga
mendengar suara ayahnya yang dingin, dia juga mendengar Yu He-
cu yang marah kepada ayahnya.
Kamar itu tiba-tiba menjadi gelap, di dalam kegelapan terdengar
ada yang bertarung, bagaimana dengan keadaan di kamar itu, dia
tidak tahu, dia tidak mengerti dengan keadaan ini, semua teka teki
belum tertebak. Dia pun mulai mengerti obrolan antara Paman Ting dan kakeknya
dula Ternyata ibunya sudah menikah lagi dan menjadi istri Pendekar
Yang-ciu, Coh Kim-sung. Dari kata-kata Coh Kim-sung dan Yu He-cu, dia pun tahu bahwa
ayahnya adalah seorang penjahat.
"Apakah semuanya ini benar" Pantas begitu mendengar nama
ayah, kakek sudah marah dan tidak mengijinkan aku menanyakan
hal-hal yang menyangkut tentang ayah, walaupun ayah jahat,
apakah semua ini gara-gara ibu" Atau ini memang salah ayahnya"
Mereka pasti bersalah, kalau tidak, tidak akan terjadi hal seperti ini.
Ibunya punya dua orang suami, ayah punya kekasih gelap, benar-
benar sangat kacau! Bagaimana denganku" Punya ayah seperti itu,
punya ibu pun seperti itu, apakah aku harus mengakui mereka
sebagai orangtuaku?"
Ayahnya bertarung dengan musuh dan dia bertarung dengan
dirinya sendiri! Pertarungan di dalam hati lebih dasyat daripada pertarungan di
dalam kamar itu! Suara senjata yang beradu semakin besar, membuyarkan
pikirannya. Hubungan darah membuatnya berpikir, 'Apakah ayah bisa
mengalahkan 2 orang pesilat tangguh sekaligus?" dia
mengkhawatirkan Kemudian dia mendengar Yu He-cu marah dan tidak lama roboh,
sepertinya Yu He-cu terluka suaranya pun tidak terdengar lagi.
Kemudian dia mendengar ada 2 orang yang roboh, yang satu
terdengar berat, dan yang satu lagi berteriak seperti orang gila.
Setelah itu hanya hening yang ada. Tubuhnya tidak dapat
bergerak tapi jantungnya berdetak lebih kencang.
"Orang-orang di dalam kamar itu apakah sudah mati" Ayah, aku
belum pernah bertemu denganmu, kau tidak boleh mati! Ibu, aku
baru menemukanmu, apakah aku harus kehilangan ibu lagi"
Walaupun ibu berlaku kejam kepadaku, aku berharap kau harus
tetap hidup untuk bertemu denganku, kau harus tahu bagaimana
rindunya aku kepada ibu!"
Dia tidak ingin orangtuanya meninggal, dia juga tidak mau Coh
Kim-sung mati, begitu juga dengan Yu He-cu walaupun dia belum
pernah bertemu, dia tidak mau Yu He-cu mati. Dengan tenaga
apakah dia bisa membuat mereka tidak mati"
Sekarang suara apa pun tidak terdengar, sepertinya mereka
benar-benar sudah mati, dia tidak tahu apakah mereka masih hidup
atau sudah mati" Bila mereka masih bernafas, masih bisa ditolong, siapa pun
mereka dia pasti akan menolongnya.
Jalan darah Kie Su-giok-yang ditotok setelah lewat 12 jam baru
bisa terbuka sendiri, sekarang baru lewat I jam lebih.
Jantung berdebar-debar tapi jarinya tetap tidak dapat digerakkan. "Tidak boleh tergesa-gesa, yang penting totokan ini harus bisa h
dibuka, aku baru bisa melihat keadaan mereka."
Sudah lewat jam 3 untuk menunggu hari terang masih sangat
lama orang-orang di Piau-hang masih tidur, jalan darah yang ditotok
harus bisa dibuka sendiri olehnya.
Dia mulai dengan cara ilmu tenaga dalam keluarganya sendiri,
membereskan pikirannya yang kacau, mulai mengumpulkan tenaga
dalam dan mengambil nafas berusaha untuk membuka jalan
darahnya sendiri. Entah sudah lewat berapa lama, tiba-tiba dia mulai bisa melihat
keadaan di sekelilingnya. Kegelapan sudah lewat akhirnya terang
datang juga, tapi bayangan kematian yang datang.
Kematian itu dibawa oleh seseorang yang tidak disangka sama
sekali oleh Kie Su-giok Dan orang itu adalah Coh Thian-su.
Benar, tadinya dia ingin mencari Coh Thian-su, tapi kedatangan
Coh Thian-su sekarang ini malah membuatnya hatinya bergetar.
Bila Coh Thian-su tiba di kamar itu, ayahnya pasti akan dibunuh
Coh Thian-su. Kie Su-giok bersembunyi di atas pohon, dia bisa melihat Coh
Thian-su dengan jelas, tapi Coh Thian-su tidak dapat melihatnya.
Apalagi saat itu Coh Thian-su begitu tergesa-gesa ingin bertemu
dengan ayahnya, pasti dia tidak dapat menemukan Su-giok
Begitu orang yang mengantarnya sudah pergi, Coh Thian-su
mendorong pintu dan masuk.
"Apakah dia akan membunuh ayahku?"
Benar saja, sesuai perkiraan Su-giok, Coh Thian-su ingin
membunuh ayahnya! Dia mulai mendengar suara orang bertarung, terdengar suara
ayahnya dan juga suara Coh Kim-sung.
Di dalam keterkejutannya dia masih bisa bersyukur ayahnya dan
Coh Kim-sung masih hidup.
Hanya terdengar Coh Thian-su yang berkata:
"Aku akan membunuhmu dengan ilmu pena yang diturunkan
secara turun temurun dalam keluarga Coh, supaya kau mati dengan
rela!" Terdengar Kie Lek-beng memakai ilmu jari menyentil pena Coh
Thian-su hingga terlepas dari tangannya.
Coh Thian-su mulai menyerang, penanya mulai bergerak-gerak
semua ini terdengar oleh Kie Su-giok dari luar jendela.
Hatinya yang baru mulai tenang, sekarang seperti busur yang
tegang Dia takut Coh Thian-su akan membunuh ayahnya, dia juga
takut ayahnya akan membunuh Coh Thian-su.
Waktu yang ditakutinya sudah tiba! Kie Su-giok mendengar
jjyahnya berkata: "Sebenarnya aku tidak ingin membunuhmu, tapi sekarang kau
jaras mati bersamaku!"


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suaranya tidak besar tapi seperti meledak di dalam kepalanya.
'Mati bersama-sama', inilah yang paling ditakuti oleh Kie Su-giok.
Dalam keadaan tegang ini, jalan darah yang ditotok terbuka oleh
tenaga dalamnya. Pada waktu itu Kie Lek-beng sedang menggunakan jurus Thian-
mo-kai-tee-hoat untuk mati bersama-sama dengan Coh Thian-su.
Tiba-tiba suara besar berteriak dan Poan-koan-pit menusuk ke arah
Kie Lek-beng. Dalam keadaan itu, Kie Su-giok masuk seperti burung.
Dengan cepat pedang Kie Su-giok menahan pena Coh Thian-su.
"Hai, kau!" terkejutnya Coh Thian-su tidak kalah dengan Kie Lek-beng.
"Aku tidak akan membiarkanmu membunuh orang ini!" kata Kie
Su-giok. "Dia ingin membunuh ayahku, mengapa aku tidak boleh
membunuh dia?" "Ayahmu tidak mati, walaupun dia mati kau pun tidak boleh
membunuhnya!" Sebenarnya Kie Su-giok sendiri tidak tahu apakah Coh Kim-sung
sudah mati atau belum Kata Coh Thian-su. "Dia itu siapamu?" dia sengaja menanyakannya.
Sebenarnya ilmu silat Coh Thian-su lebih tinggi dari Su-giok tapi
karena dia baru bertarung dengan Kie Lek-beng tenaganya agak
terkuras maka sekarang ini Coh Thian-su hanya bisa mundur.
Kie Lek-beng sudah melihat putrinya, dia enggan untuk
membunuh Coh Thian-su, dia sangat terburu-buru dan berkata:
"Anak, kau harus cepat-cepat membunuhnya sebab Coh Kim-
sung dan Tong Hwie-yan sudah berjanji akan bertemu, orang-orang
Piau-hang akan datang ke sini untuk mencarinya."
Kie Su-giok tidak menghiraukan kata-kata ayahnya, tapi dia
berkata: "Thian-su, pergilah, aku juga tidak akan melukai..." mulutnya bicara tapi pedangnya terus memaksa Thian-su untuk mundur.
Tidak terasa, dia sudah mundur ke sisi ayahnya, sebenarnya dia
akan mengatakan 'aku berjanji tidak akan melukai ayahmu', tapi
kata-katanya belum habis, Coh Kim-sung yang tadinya terbaring
tiba-tiba duduk, itu mengagetkan Kie Su-giok
Coh Kim-sung segera menotok jalan darah lutut Kie Su-giok dan
dia langsung diam seperti patung, berbarengan dengan itu Coh Kim-
sung roboh lagi. Sebenarnya Coh Kim-sung tidak boleh menotok Kie Su-giok
karena dia sedang terluka parah, dan dia pun hanya berhasil
mengumpulkan tenaga sebesar itu.
Walaupun dia bisa memaksa menotok Kie Su-giok tapi tenaga
yang dikumpulkan selama 2 jam langsung terkuras habis.
Coh Thian-su sangat terkejut dan berkata:
"Ayah, kau kenapa?"
Kata Coh Kim-sung dengan suara serak:
"Aku sudah tidak tahan lagi, balaskan dendamku!" kemudian dia pingsan.
Waktu itu Kie Lek-beng dengan siulan yang panjang meloncat
begitu tinggi dan berkata:
"Kau menyuruh dia membunuhku, tapi sayang sudah terlambat."
Ternyata sewaktu Kie Su-giok mengahalangi Coh Thian-su dia
memakai kesempatan ini untuk membuka totoknya. rad
Kie Lek-beng sekarang sudah pulih.
Mata Coh Thian-su memerah dan berkata:
"Bila bukan kau yang mati, aku yang mati!" segera dia
memainkan kuasnya mendekati Kie Lek-beng. Walaupun Kie Lek-
beng belum pulih, 100% tapi pengalaman Kie Lek-beng berada di
atas Coh Thian-su, tidak mungkin dia bisa mengalahkan Kie Lek-
beng. Apalagi sekarang ini sudah bisa berjalan seperti biasa, mana bisa
Coh Thian-su melawannya! Dalam beberapa jurus saja diiringi dengan tawa Kie Lek-beng,
pena Coh Thian-su berhasil direbut Kie Lek-beng.
"Bocah tengik! Tadi kau ingin membunuhku dengan ilmu silat
keluargamu, menyuruhku mati dengan rela, tapi sayang
keinginanmu tidak tercapai, tapi aku pun bisa dengan cara yang
sama, bila tidak percaya akaa akan memperlihatkannya kepadamu."
Segera dia merebut pena Coh Thian-su dan menyerangnya dan
menotok ke arah Coh Thian-su. Yang dia pakai adalah ilmu silat
keluarga Coh. Kie Lek-beng tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Apakah
jurus-jurus ini benar semua" Aku akan membuatmu kalah oleh ilmu
silat keluargamu sendiri, dengan begitu kau akan mati dengan rela!"
Dia menaruh pena Coh Thian-su, dengan pelan mengangkat
tangannya, diarahkan kepada Coh Thian-su dan berkata:
"Bocah tengik, jangan salahkan aku! Kau sendiri yang cari mati
aku akan membunuhmu dengan cepat hingga kau tidak akan
sempat merasa Coh Thian-su tidak dapat bergerak, tapi matanya terus melotot,
dia tidak takut sama sekali.
Dalam hati Kie Lek-beng berpikir, 'Bocah tengik ini benar-benar
jantan, apakah aku harus membunuhnya"' Dia tampak ragu, dalam
hati dia berpikir lagi, 'Bila hari ini aku tidak membunuhnya, dia pasti akan balas dendam, meskipun aku tidak takut, tapi itu akan sangat
merepotkan.' Telapak tangannya hanya berjarak satu inchi dengan
kepala Coh Thian-su. Bila dia tadi tidak ragu-ragu mungkin sekarang ini Coh Thian-su
sudah mati di tangannya. Karena Coh Kim-sung sudah terluka parah
maka ketika tadi dia menotok Kie Su-giok tidak begitu sempurna,
sekarang dia sudah bisa membuka totoknya.
Dalam saat yang tepat, tiba-tiba Su-giok mendorong Coh Thian-
su dan roboh, tubuhnya menghalangi gerakan Kie Lek-beng. Dan
tentu saja Kie Lek-beng tidak dapat meneruskan gerakannya. Kie
Lek-beng terpaku dan berkata: "Anak, ada apa denganmu?"
"Aku tidak mengijinkan Coh Thian-su membunuh ayah, aku juga
tidak mengijinkan ayah membunuh Coh Thian-su."
Kata Kie Lek-beng: "Kau datang ke sini untuk menolongku bukan" Pasti kau sudah
tahu hubungan kita adalah apa. Kau harus dengar kata-kataku!"
Jawab Kie Su-giok: "Aku tahu siapa dirimu, tapi aku tidak bisa mendengar kata-
katamu." "Apakah kau tidak mau memanggilku ayah?"
Air mata Kie Su-giok terus mengalir, tapi dia hanya diam.
---ooo0dw0ooo--- C. Buku Biauw-ang Menjadi Penyelamat
Hari sudah terang, sinar matahari sudah masuk melalui jendela.
Membunuh atau tidak harus diputuskan segera karena orang-
orang Piau-hang sebentar lagi akan datang. Bila Tong Hwie-yan
yang datang, nyawa Kie Lek-beng akan terancam. Nyawanya sendiri
tidak apa-apa, tapi dia mengkhawatirkan nyawa Song Eng-lam!
Walaupun Song Eng-lam sudah bukan istrinya lagi, tapi di lubuk
hatinya yang terdalam, dia masih mencintai Song Eng-lam.
Dia melihat ke arah Song Eng-lam, perempuan yang dia cintai
sekaligus dia benci. Walaupun Song Eng-lam belum sadar, tapi warna wajahnya
sudah kembali seperti biasa, hanya tersisa sedikit warna hitam di
sekeliling alisnya. Song Eng-lam terkena jarum beracun, walaupun sudah dibantu
oleh Kie Lek-beng dengan tenaga dalamnya tapi sisa-sisa racun itu
masih ada, dan itu harus segera dikeluarkan.
Karena sejak tadi Kie Lek-beng terus bertarung artinya aliran
tenaga dalam ke tubuh Song Eng-lam pun terhenti selama beberapa
jam, bila pertahanannya habis, Song Eng-lam tidak akan akan lagi
dan mati. Kie Lek-beng harus segera membawa Song Eng-lam pergi dan
mengobati lukanya. Dia mengambil keputusan, segera membalikkan tubuh dan
menotok putrinya. "Anak, jangan salahkan aku! Aku harus membereskan masalah
ini dan aku harus meninggalkan tempat ini!"
Kie Su-giok sudah mengerti maksud ayahnya. Membereskan
masalah berarti membunuh ayah dan anak bermarga Chu.
Kie Su-giok tidak bisa bicara, tapi sorot matanya
bisa mencerminkan pikirannya, dia kecewa marah dan sedih.
Jantung Kie Lek-beng pun berdebar kencang, dia tidak mau,
melihat sorot mata putrinya, dia bersiap membunuh Coh Thian-su
terlebih dahulu, dia menarik putrinya ke sisinya, tapi dia
menemukan hal yang aneh dan baru
Di sisi Coh Thian-su, ada sebuah buku Biauw-ang Sebenarnya
buku ini tersimpan di dalam pakaian Coh Thian-su, karena tadi
didorong oleh Su-giok maka buku itu terlempar keluar dan jatuh di
sisi Coh Thian-su. Buku Biauw-ang adalah buku yang dipakai oleh anak sekolah
jaman dulu, yaitu buku untuk belajar menulis. Guru menulis dengan
tinta merah kemudian anak-anak akan mengikuti goresan gurunya
dengan tinta hitam Buku itu dinamakan buku Biauw-ang.
Buku Biauw-ang ini dimiliki oleh hampir seluruh keluarga tapi
buku Biauw-ang ini bukan buku Biauw-ang biasa.
Karena buku itu merupakan milik Kie Lek-beng sewaktu masih
kecil, semua huruf di dalamnya dia yang tulis.
Ketika dia melihat buku itu segera semua kenangan masa kecil
membuka pikirannya. Yang pasti dia tidak berharap waktu yang sudah lewat kembali
lagi tapi yang dia ingat adalah kenangan kehangatan masa kecil.
Dia ingat pada waktu kecil sering duduk di pangkuan ayahnya
sambil memegang tangannya, segores demi segores dia menulis
mengikuti contoh di buku Biauw-ang.
Dia sering dipuji oleh ayahnya karena tulisannya di buku Biauw-
ang sangat rapi dan memuji dia sebagai anak yang pintar karena
sudanj sering menuruti goresan itu beberapa kali dia akhirnya dapat
menulis send Tapi dia pun sering dimarahi oleh ayahnya, karena bila dia tidak
teliti, tulisannya bengkok ke kiri dan ke kanan.
Kalau dia seperti itu ayahnya pasti akan marah karena dia
melakukan hal kurang tekun dan belum selesai mengerjakan
pekerjaan rumah dia sudah keluar untuk bermain, kadang-kadang
ayahnya sering memukul telapak tangannya dan memarahi dia
sebagai anak yang tidak berguna.
Mungkin ayahnya terlalu ketat mendidiknya membuatnya menjadi
anak pemberontak. Sekarang setelah melihat buku Biauw-ang itu, dia baru benar-
benar merasakan bahwa ayahnya begitu menyayanginya.
Dia membuka totokan jalan darah bicara Coh Thian-su, dengan
marah dia berkata: "Cepat katakan, kau mendapatkan buku Biauw-ang ini dari
mana?" Walaupun totokan jalan darah bicara Coh Thian-su sudah dibuka,
dia tetap membungkam. Kata Kie Lek-beng dengan marah,
"Bila kau tidak mengatakannya, aku akan membunuhmu!"
Dengan sombong Coh Thian-su berkata:
"Bila kau mau membunuhku, bunuh saja! Mengapa harus banyak
Tanya!" Putrinya tiba-tiba membuka mulut dan berkata sesuatu, ternyata
pada saat dia menotok putrinya, dia takut melukai putrinya maka
dia menotok Su-giok dengan tenaga kecil, sekarang walau tubuh Kie
Su-giok belum bisa bergerak tapi dia bisa bicara:
"Aku tahu mengapa Coh Thian-su tidak mau bicara?"
Kie Lek-beng terpaku dan berkata:
"Baiklah, anakku, coba katakanlah!"
"Buku Biauw-ang ini adalah pemberian kakek untuknya, pada
saat kakek memberikan kepadanya pernah berkata seperti ini 'suatu
hari mungkin buku Biauw-ang ini bisa menjadi jimatmu'. Waktu itu
aku dan dia tidak mengerti apa maksud kakek, sekarang aku sudah
mengerti, aku kira kau pun mengerti. Coh Thian-su tidak
mengatakan apa-apa karena dia tidak mau menerima jimat ini."
Kie Lek-beng membalikkan kepala dan menatap Coh Thian-su.
Sikap Coh Thian-su masih sombong seperti biasanya, seperti sedang
mengataka, 'Mati pun aku tidak mau menerima kebaikanmu!'
'Benar-benar pemuda yang sifatnya keras seperti aku masih
muda dulu.' Sebenarnya maksud ayahnya dan pikiran Coh Thian-su
sudah bisa tertebak olehnya, sekarang apakah Coh Thian-su masih
mau dibunuh oleh ayahnya"
Dia mau membunuh Coh Thian-su tapi dia tidak tega, hatinya
bergetar, tangannya pun gemetaran, buku itu jatuh dari
pegangannya. Sekarang dia baru menyadari bahwa cinta ayahnya begitu dalam,
apakah semua ini sudah terlambat"
Walaupun buku Biauw-ang terjatuh, tapi pandangannya tidak
pernah dialihkan dari buku itu, seperti sudah terikat dengan degup
jantungnya. Maksud dari ayahnya memberikan buku Biauw-ang kepada
pemuda yang sifatnya keras ini supaya menjadi jimatnya.
'Aku sudah banyak melakukan hal yang mengecewakan ayah,
apakah sekarang pun aku harus mengecewakan lagi"'
Tapi Coh Thian-su adalah putra dari musuhnya dan Coh Thian-su
pun ingin membunuhnya. Hatinya sangat bingung sebingung medan perang. Jantungnya
masih terus berdebar dengan kencang, putrinya berkata lagi, kata-
kata dari putrinya lebih mendebarkan jantungnya.
"Aku tahu, kau ini siapa, kau marah kepada perempuan ini
karena dia adalah ibu yang kejam, bagaimana dengan dirimu"
Apakah kau juga bukan ayah yang kejam" Kalau begitu mengapa
aku harus dilahirkan" Lebih baik aku mati saja!"
Beberapa kalimat itu bagai panah yang menusuk ke hatinya. Putri
yang berada di depan matanya, pada saat masih berada di dalam
kandungan hampir dicekik mati olehnya. Putrinya belum lahir dia
sudah hampir melukainya, apakah putrinya tahu rahasia ini"
Sekarang putrinya lebih memilih mati, semua membuatnya sedih
sekaligus malu Kie Lek-beng merasa benar-benar ingin mati, tapi dia tidak bisa
karena dia masih ingin mendengar suara ayahnya yang marah, juga
ingin mendengar suara putrinya yang memanggil dia ayah.
"Anakku, aku benar-benar minta maaf, tapi aku adalah ayah
kandungmu! Jangan memadangku seperti itu, aku mohon..."
Kie Su-giok seperti bisa membaca pikiran ayahnya, dia berkata:
"Apakah kau pernah melakukan sesuatu untukku" Dengan dasar
apa aku harus memanggilmu ayah?"
Kie Lek-beng sambil menjambak rambutnya sendiri berteriak:
"Aku harus berbuat bagaimana baru kau mau memaafkanku?"
Kata Kie Su-giok: "Aku tahu hatimu sangat keras, aku tidak berani memintamu
melepaskan Coh Thian-su, tapi bila kau membunuhnya aku akan
lebih benci kepadamu!"
Dia mengerti dengan kata-kata putrinya, bila dia tidak


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membunuh Coh Thian-su, sekalipun putrinya tidak memanggilnya
ayah tapi paling sedikit putrinya mau mengakui dia sebagai
ayahnya. Kie Lek-beng juga tidak mau ayahnya bersedih lagi, juga tidak
mau mengecewakan putrinya, dia tidak mempunyai pilihan lagi.
Akhirnya tangan Kie Lek-beng yang sudah diangkat ke atas,
diturunkan kembali, dia tidak jadi memecahkan kepala Coh Thian-
sua Dengan ringan dia menepuk jalan darah Coh Thian-su dan
semua totokan menjadi terbuka.
Walaupun totokan Coh Thian-su sudah terbuka tapi tenaga
dalamnya belum pulih, tadi Kie Lek-beng menotoknya dengan Poan-
koan-pit. Totokannya sangat berat, setengah jam lagi Coh Thian-su
baru bisa pulih. Begitu totokan Coh Thian-su dibuka, dia segera melihat kondisi
ayahnya, dia takut terjadi sesuatu pada ayahnya.
Coh Kim-sung masih terbaring di bawah, matanya masih
dipejamkan, tangan dan kakinya seperti dingin, bergerak pun tidak,
seperti orang mati saja. Tapi dia masih bernafas, nafasnya sangat cepat, dari
tenggorokan keluar bunyi aneh ternyata ada darah yang tersumbat
di jalan darah, peredaran darahnya tidak lancar membuat dia sulit
bernafas. Walaupun tidak mati tapi sudah mendekati ajal, satu-satunya
cara untuk menolongnya adalah dengan tenaga dalam
membantunya melancarkan aliran darah
Tenaga dalam Coh Kim-sung sangat kuat asal bisa membantu dia
memperlancar darah yang beku, nafasnya tidak akan terputus,
walaupun dia terluka parah tapi masih mempunyai harapan untuk
hidup. Coh Thian-su tahu keadaan ayahnya sedang gawat tapi dia tidak
dapat melakukan apa-apa. Hari Coh Thian-su sangat sedih, dia memelototi Kie Lek-beng,
matanya seperti mengeluarkan api, dia berkata,
"Aku tidak akan berterima kasih kepadamu, kalau kau mau
membunuh ayahku, sekalian saja kau bunuh aku, bila tidak suatu
hari nanti aku akan balas dendam kepadamu!"
Kie Lek-beng terdiam, tapi dalam hati berpikir, 'Keterlaluan bocah
tengik ini! Apakah aku harus menghabiskan tenaga dalam untuk
menolong musuhku"' Song Eng-lam yang masih pingsan, sedang mengigau, "Sung
koko, bila kita harus mati kita harus mati bersama, bila kau mau'
aku tidak dapat hidup sendiri! Lek-beng, ampunilah dia, aku minta
biarkan dia hidup, aku belum pernah minta apa-apa kepadamu!"
Sorot mata putrinya seperti sedang mengharapkan sesuatu
darinya. Tiba-tiba Kie Su-giok membuka mulut dan memanggilnya
ayah "Ayah, aku tidak mau kau dibenci oleh orang lain seumur
hidupmu." Istrinya meminta agar Coh Kim-sung dibiarkan hidup, putrinya
ingin dia menolong Coh Kim-sung.
Tekanan dari istri ditambah dengan putrinya, tidak kalah dengan
tekanan kenangan dari buku Biauw-ang.
Dia menarik nafas dan berjalan ke arah Coh Kim-sung. Hal ini
membuat Kie Su-giok dan Coh Thian-su merasa terkejut, mereka
tahu dia tidak akan membunuh Coh Kim-sung.
Kie Su-giok berteriak: "Ayah, kau tidak boleh..."
"Mengapa tidak boleh" Aku bisa membunuh juga bisa menolongnya!" Coh Thian-su tidak percaya bahwa Kie Lek-beng akan menolong
ayahnya, walaupun dia tidak mempunyai tenaga lagi untuk
melawan, tapi i dia berusaha menghalangi Kie Lek-beng mendekati
ayahnya. Kie Lek-beng marah dan berteriak:
"Bocah tengik bodoh, pergi kau! Apakah kau tahu bila ayahmu
tidak segera ditolong, dia akan mati!"
Dengen ringan dia mengibaskan lengah bajunya, segera Coh m
Thian-su terjatuh dengan posisi kaki di atas.
Kie Lek-beng segera menempelkan telapak tangannya di dada
Coh si Kim-sung, membantunya mendorong darah beku untuk
keluar. Tidak lama terdengar ada suara orang muntah Ternyata Coh
Kini-sung memuntahkan dahak yang sudah bercampur dengan
darah, mata Coh Kim-sung langsung terbuka. ..
Meskipun Coh Kim-sung sudah sadar tapi belum sadar secara
keseluruhan, juga belum mempunyai tenaga untuk bicara, dia
melihat Kie Lek-beng berdiri di sisinya, dia merasa nafasnya mulai
lancar, ternyata Kie Lek-beng yang menolongnya.
"Aneh, apakah dia yang membantuku mendorong darah mati ku
hingga keluar?" wajah Coh Kim-sung seperti tidak percaya.
Kie Su-giok sangat senang sekaligus terkejut, dia berkata:
"Ayah, kau benar-benar menolong Paman Coh!"
Kie Lek-beng tertawa kecut dan berkata:
"Orang lain mempunyai nasib lebih baik, sedangkan aku selalu-
hidup susah, tapi ini mungkin bukan karena dewa langit tidak
menolongku, tapi aku yang seperti ulat sutra membuat kepompong
sendiri, untuk menyembunyikan diri sendiri, menjauh dari orang-
orang di dunia ini membuat mimpi sendiri."
Kie Su-giok seperti mengerti seperti tidak dengan kata-kata
ayahnya, tapi dia merasa kasihan kepada ayahnya.
Pada saat itu juga terdengar bunyi roda kereta yang memecah
kesunyian jalan itu. Dilihat ke luar jendela, ada sebuah kereta kuda
yang berhenti di mulut gang itu.
Jalan itu biasanya sangat jarang dilewati oleh kereta kuda,
apalagi sekarang ini hari baru terang. Mengapa bisa ada kereta kuda
yang berhenti sana" Pada saat itu juga Kie Lek-beng ingin cepat-cepat meninggalkan
tempat itu, tidak mungkin dia menggendong seorang perempuan
dan berlaian di jalanan. Kereta ini datang tepat pada waktunya. Dia
tidak mempuny waktu untuk berpikir lagi.
Dia membuka totokan putrinya dan menggendong Song Eng-lam
kemudian berkata: "Anakku, ikutlah kami pergi dari sini!"
---ooo0dw0ooo--- Coh Kim-sung melihat istrinya dibawa pergi oleh Kie Lek-beng, a
sangat terkejut kemudian dia pingsan lagi. Coh Thian-su meloncat
dan berteriak: "Lepaskan ibuku!"
Dengan dingin Kie Lek-beng berkata:
"Dia bukan ibumu tapi ibu dari anakku, ayahmu sudah tertolong
tapi ibu anakku belum melewati masa kritisnya, kau atau ayahmu
menaruh curiga kepadaku, itu terserah pada kalian! Aku hanya ingin
dia bisa hidup, bukan mempermalukan ayahmu dan menghina
ayahmu. Anakku, ibumu belum tahu bahwa kau sudah datang, aku
harap begitu dia sadar, dia bisa melihatmu! Masih tunggu apa lagi"
Cepat kita pergi!" Kie Su-giok masih bengong, dalam hatinya dia merasa sangat
kacau, tiba-tiba dia menangis tersedu-sedu.
Kie Lek-beng tahu putrinya tidak mau ikut dengannya, hatinya
sakit seperti diiris oleh pisau, dalam hati dia berpikir, 'Aku tidak
boleh menyalahkan anakku, kami memang tidak pantas menjadi
orangtuanya!' Demi menolong nyawa sang istri, putrinya tidak mau ,
mengikutinya, tapi dia harus tetap pergi walau bagaimana pun.
"Anakku, aku tidak akan memaksamu,
bila kau sudah memaafkanku, aku akan mencarimu!"
Dia menggendong Song Eng-lam, meloncat dari jendela dan
turun ke bawah. Putrinya masih menangis, tapi dia tidak berani menoleh lagi.
Pertalian cinta sulit dibereskan sendiri
Suami, istri, ayah dan anak sama-sama terpisah
Apa yang akan terjadi"
---ooo0dw0ooo--- Bab 15 Masuk perangkap Disiksa dan diatur Masih ada hati nurani Membantu kejahatan A. Masuk Perangkap Langit baru saja terang, pintu Piau-hang belum dibuka. Mungkin
Bang-orang yang tinggal di sepanjang jalan itu masih tertidur
nyenyak. Di jalan itu pun tidak ada orang, hanya ada sebuah kereta kuda
|ang berhenti di mulut sebuah gang, kusirnya sedang terkantuk-
kantuk. Kusir itu sedang memejamkan mata seperti akan tidur, tapi
hatinya fidak tenang, dia berpikir,
"Hari sudah terang, seharusnya orang itu sudah muncul."
Dari jalan itu muncul orang yang pertama, tapi orang itu bukan
orang yang ditunggu-tunggu oleh pak kusir.
Dia adalah seorang gadis dan dia adalah putri Pendekar Tiong-
ciu, Hie Tiong-gwee yang bernama Hie Kim-giauw.
Hie Kim-giauw datang untuk mencari Coh Thian-hong, walau
mereka baru kenal selama beberapa hari, tapi dia sudah
menganggap Coh Thian-hong sebagai teman yang bisa diajak
ngobrol. Karena usia mereka hampir sama, dan mereka
pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan kemarin ini.
Dia mencari Coh Thian-hong karena hatinya sedang kesal.
Kekesalan ini bukan disebabkan oleh keluarga Bok melainkan
berasal dari ayahnya sendiri.
Kemarin malam dia menceritakan semua yang terjadi pada
dirinya pada saat siang hari, dia juga bercerita bahwa dia sudah
bertemu dengan Hui-thian, tidak lupa dia pun menceritakan
penghinaan yang dilakukan oleh dua bersaudara Mu itu.
Dia tidak berharap ayahnya akan membalas dendam kepada dua
bersaudara Bok itu, tapi paling sedikit ayahnya akan marah karena
perlakuan mereka kepadanya dan mencaci maki bahwa dua
bersaudara itu adalah binatang.
Tapi dia terlalu naif, semua tidak berakhir seperti yang
diharapkan. Ayahnya malah memarahinya dan berkata, "Kalau
begitu kau sangat benci kepada dua bersaudara Bok ini melebihi
Hui-thian?" Dia terpaku dan menjawab,
"Memang benar Hui-thian adalah musuh keluarga kita, aku juga -
membencinya tapi kemarin ini dia tidak menghinaku, pada saat dua
bersaudara Bok bersikap kurang ajar kepadaku, dia malah yang!
menolongku." Ayahnya malah berkata: "Bok Siauya sangat menyukaimu, mengapa kau menganggap
mereka menghinamu" Hui-thian menolongmu karena dia berniat
jahat kepadamu." Dalam mimpi pun dia tidak menyangka bahwa ayahnya malah
membela orang yang menghinanya, saking marahnya suara yang
keluar pun bergetar, dia berkata: .
"Ayah, dia orang yang sangat cabul, dia menganggap aku adalah
pelacur, masa di tempat umum dan hari masih terang dia berani
berbuat seperti itu, apakah ini bukan suatu penghinaan?"
Ayahnya marah, wajahnya semakin pucat.
Hie Kim-giauw berkata: . "Aku tahu bahwa Keluarga Bok sangat kaya dan mempunyai'
kedudukan tinggi, ayahnya adalah panglima pasukan istana, ayah
pun meminta perlindungan kepada ayahnya, tapi ayah, kau adalah
Pendekar Tiong-ciu, putrimu dihina oleh orang lain tapi kau tidak
berani bicara, apakah ayah benar-benar seorang pendekar" Ayah
bila kau merasa serba susah, lebih baik kita pulang saja!"
Ayahnya marah dan berteriak:
"Berhenti, kau tidak boleh menangis, bila kau menangis lagi, aku
akan membunuhmu!" Dia bukan takut ayahnya akan membunuhnya, dia terkejut
karena, sikap diktator ayahnya. Selama ini ayahnya sangat sayang
kepadanya, jarang memarahinya apalagi hingga membentak seperti
itu bahkan ingin membunuhnya.
Karena merasa sangat marah dia malah berhenti menangis, tapi
kemarahannya dia simpan dalam hati.
Setelah ayahnya marah-marah mungkin dia akan merasa bahwa
dia sudah terlalu keras kepada putrinya, dia bersikap lembut dan
berkata, "Anakku, Siauya Mu menyukaimu, itu adalah sangat mujur
seorang gadis itu harus menikah, mendapat menantu seperti
Keluarga Bok sangat sulit."
Hie Kim-giauw terkejut dan berkata: "
"Ayah, apakah kau..."
Dengan tersenyum Hie Tiong-gwee berkata:
"Benar, ayah menjodohkanmu dengan putra sulung Tuan Bok.
Beberapa hari yang lalu Jenderal Bok pernah berkata bahwa dia
menyalahkan dirinya karena belum memberitahu kepadaku bahwa
putra sulungnya menyukaimu, jadi Jenderal Bok berharap aku tidak
marah atau terkejut."
Hie Kim-giauw marah dan berkata:
"Aku tidak mau menikah dengannya, kalau memang dia mau
menikah denganku, mengapa dia menganggapku pelacur?"
Hie Tiong-gwee mengerutkan dahi dan berkata:
"Anakku, jangan begitu, pernikahan ini semua harus diatur oleh
gjang tua, jadi bila ada yang tidak sopan kepadamu aku pasti akan
langsung membunuhnya, tapi bila putra Keluarga Bok yang
menggodamu, dia adalah calon menantu yang kusukai, itu lain lagi
masalahnya. Aku kira dia sudah tahu bahwa ayahnya dan aku sudah
mendiskusikan soal pernikahan kalian, dan dia pun sudah
menganggapmu sebagai calon istrinya. Bila dia berbuat sedikit cabul
kepadamu, itu adalah hal yang wajar."
Hie Kim-giauw sudah tidak mau bertengkar dengan ayahnya, dia
sudah merasa sangat kecewa, sekarang dia harus berusaha sendiri.
"Ayah, apakah kau sudah menentukan hari pernikahannya?"
Hie Tiong-gwee mengira putrinya sudah setuju, dia tertawa dan
berkata, "Karena sudah beberapa hari ini Hui-Thian membuat kita tegang
jadi aku belum benar-benar bicara dengan Jenderal Bok, tapi kau
tidak perlu khawatir, bila jenderal ingin berbesan dengan ayah,
pernikahan ini pasti bisa dilaksanakan."
Dengan dingin Hie Kim-giauw berkata:
"Aku dengar ada yang berbeda dengan cerita aslinya "
Kata Hie Kim-giauw lagi:

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kata putra sulung Jenderal Bok, kau ingin mencari posisi tinggi
maka menjilat kepada mereka. Kaulah yang menitipkan maksudmu
kepada Tuan Kiam-ta agar menjodohkanku dengan putra sulung
Jenderal Bok, tapi Jenderal Bok mengajukan syarat yaitu dia ingin
kedua putranya dijodohkan. Dia ingin berbesan dengan Pendekar
Yang-ciu, Coh Kim-sung Jenderal Bok tahu bahwa ayah, Tuan Kiam-
ta, dan Coh Kim-sung adalah sahabat karib, melalui kalian berdualah
dia bisa berbesan dengan Coh Kim-sung. Apalagi bila Coh Kim-sung
setuju menjadi besannya."
"Dia baru akan mau berbesan bila putriku menjadi menantu
untuk si sulung." Dengan tertawa dingin Hie Kim-giauw berkata:
"Pantas orang lain menghina kita!"
Kata Hie Tiong-gwee: "Benar, Jenderal Bok ingin berbesan dengan Coh Kim-sung, tentu
saja aku dan Tuan Kiani-ia dengan senang hati menjodohkan
putranya dengan putri Coh Kim-sung, tapi itu bukan prasyarat, kita
pun mendapat keuntungan dari hal ini"
Masih tertawa dingin Hie Kim-giauw berkata: "Bagi ayah mungkin
ini suatu keuntungan tapi bagiku dan Adik
"Kau tidak boleh berkata seperti itu, walaupun dua bersaudara
Bok itu bersifat sombong, tapi bila kalian mau menurut, mereka
akan menjadi suami yang baik."
Kata Hie Kim-giauw: "Ayah, kau menganggap Keluarga Bok adalah sebuah
kesenangan, tapi di depan mataku, itu adalah kesusahan. Jujur saja,
Adik Coh pun sepertiku, lebih baik kami menikah dengan babi atau
anjing, tapi tidak dengan Bok Siauya!"
Dari wajahnya Hie Tiong-gwee terlihat sangat marah, dia berpikir
sepertinya harus dengan cara paksa baru bisa berjalan lancar.
Tiba-tiba dia berdiri dan berkata:
"Anakku, apakah ayah harus berlutut kepadamu?"
Hie Kim-giauw terkejut dan berkata.
"Ayah, jangan seperti itu, putrimu ini tidak sanggup menerimanya" Sebenarnya Hie Tiong-gwee hanya berpura-pura dan berkata:
"Anakku, biasanya kau tahu bukan bahwa ayah sangat)
menyayangimu" Apakah kau tidak mau membantu ayahmu?"
"Ayah, kau sangat menyayangiku, apa pun yang ayah suruh, aku.
akan melakukannya, tapi..."
Yang ingin dikatakan oleh Kim-giauw adalah, "Bila ayah menjual
belikan pernikahanku, aku tidak akan setuju."
Baru saja dia berkata 'tetapi', kata-katanya sudah dipotong aleh
ayahnya, dan Hie Tiong-gwee berkata:
"Sekarang nyawaku pun sudah terancam, ayah kira kau sudah
tahu mengenai hal ini."
Hie Kim-giauw tahu yang dimaksud oleh ayahnya adalah
masalahnya dengan Hui-thian, dalam hati dia berpikir, 'Hui-thian
menculiki, istri baru ayah, dendam ini memang sulit dilupakan, aku
memang tidak sanggup membantu ayah.'
Kata Hie Tiong-gwee: "Dendamku kepada Hui-thian sedalam samudra, aku pun tahu
dia< pasti ingin membunuhku. Ini bukan masalah dia telah merebut
Hiat-kun saja. Kau sudah pernah lihat ilmu silat Hui-thian, aku tidak
akan bisa mengalahkannya, aku takut dia akan balas dendam,
karena itu aku lari ke ibukota untuk menghindari bencana ini,
karena itu juga kita hidup di bawah perlindungan orang lain."
Hati Kim-giauw sangat kacau, dia tidak bisa menasihati ayahnya
lagi, dia merasa bimbang, dalam hati dia berpikir, 'Bila aku menjadi
ayah lebih baik aku mati di tangan musuh! Daripada hidup di bawah
perlindung orang kaya, apalagi orang itu terus menerus menghina
kami!' Dia lebih memilih pilihan kesatu, tapi dia pun tidak dapat-
memaksakan ayahnya untuk mengikuti pilihannya.
Hie Tiong-gwee berkata: "Sekarang Hui-thian sudah berada diibukota, kau masih
menyuruhku pindah dari rumah Bo-tan ikut pulang denganmu,
apakah sama dengan menyerahkan nyawaku kepada Hui-thian" Aku
tahu kau ingin mendamaikanku dengan Hui-thian, tapi keinginanmu
ini tidak akan terlaksana. Kau tidak perlu bicara lagi!"
Kata Hie Tiong-gwee lagi:
"Anakku, aku akan jujur kepadamu, aku dan Coh Kim-sung sama-
sama pendekar, tapi ilmu silat dia lebih tinggi dariku puluhan kali
lipat, walaupun aku sudah mendapat perlindungan dari Jenderal Bok
dan mendapat bantuan Tuan Kiam-ta, apakah aku masih bisa
mengalahkan Hui-thian" Aku tidak yakin, bila ditambah dengan
seorang yang ilmu silatnya lebih tinggi, aku baru akan merasa
aman, ini adalah aturan yang janggal, spakah kau mengerti?"
Kata Hie Tiong-gwee iagi:
"Bila Coh Kim-sung mau menjadi besan Jenderal Bok, kau dan
putrinya akan mempunyai hubungan adik ipar. Coh Kim-sung pasti
akan mau membantuku melawan Hui-thian, bila ada dia aku tidak
akan takut lagi." Dengan tertawa dingin Hie-Tiog-gwee berkata :
"Ayah, rencanamu benar-benar sangat sempurna, tapi apakah
Coh Kim-sung mau berbesan dengan Jenderal Bok" Paman Coh
tidak seperti ayah, dia tidak butuh bersandar kepada Jenderal Bok.
Adik Coh pun pasti tidak akan mau menikah dengan Bok Siauya."
Kata Hie Tiong-gwee: "Karena itu juga berharap kau mau menjadi menantu keluarga
besar Bok dan membantuku menasihati putri Coh Kim-sung, supaya
mau menjadi menantu Keluarga Bok."
Sejak tadi Hie Kim-giauw sedang berpikir, dengan cara apa dia
bisa terlepas dari jebakan ini, sekarang ayahnya malah menyuruh
dia membantu kejahatan dan mendorong masuk ke dalam
kesusahan. Dia tidak mau melihat sorot mata ayahnya yang meminta
bantuan, hatinya terasa sangat kacau.
Ayahnya melihat dia terdiam, dia berkata lagi:
"Sekarang aku harus bersandar kepada Jenderal Bok karena itu
mau tidak mau kau harus menikah dengan putra sulung Keluarga
Bok, bila aku dibunuh oleh Hui-thian, kau tetap tidak bisa lari dari
tangan keluarga kita, mengapa kita harus menunggu hingga terjadi
hal seperti itu?" Kata Hie Tiong-gwee lagi:
"Bila kita hanya mengandalkan Keluarga Bok, kita tetap belum
merasa aman, kita harus mendapat bantuan dari Coli Kiin-sung.
Apakah aku harus mengajarkanmu bagaimana cara menasihati Coh
Thian-hong?" "Tidak, tidak perlu!" jawab Hie Kim-giauw, dia merasa mual.
Sekarang ayahnya baru tersenyum lega, dan berkata,
"Putriku yang baik, aku percaya kau pasti akan mau membantu
ayah, jangan ditunda lagi. Besok pagi, kau sudah harus pergi ke
rumah Coh Kim-sung."
Sekarang Hie Kim-giauw sudah sampai dijalan di mana Coh Kim-
sung tinggal. Dia datang lebih awal dari dugaan ayahnya Di
belakang Piau-hang tidak ada orang yang lewat.
Dia ingin mengobrol dengan Coh Thian-hong, tapi bukan untuk
menasihatinya agar mau menikah dengan putra Jenderal Bok
Dia mempunyai ide, tapi ide ini bisa terlaksana bila dibantu oleh
Coh Thian-hong. Sambil berjalan dia berpikir, tiba-tiba di depan
matanya, terjadi suatu hal yang membuatnya terpaku.
Kie Lek-beng menggendong Song Eng-lam meloncat dari jendela
dan turun, kemudia berlari menuju kereta kuda yang berhenti di
depan mulut gang. Pada saat itu Hie Kim-giauw berjalan dari arah depan menuju
rumah Coh Kim-sung. Mereka bertepatan bertemu.
Hie Kim-giauw tidak mengenal Kie Lek-beng, tapi dia kenal
dengan ibu Coh Thian-hong.
Dia melihat ada orang yang meloncat dari jendela saja sudah
terkejut, apalagi melihat orang yang digendong adalah Coh hujin,
dia lebih terkejut lagi. "Mengapa Coh hujin bisa digendong oleh pria sejelek itu
meloncat, dari atas, bukan untuk bunuh diri. Karena begitu
mendarat dia langsung lari malah hampir seperti terbang."
Coh hujin berada dalam pelukan laki-laki jelek itu, sama sekali
tidak bergerak, apakah dia sudah mati atau masih hidup"
Dalam waktu yang begitu singkat, Hie Kim-giauw tidak dapat.,
berpikir bila dia mempunyai waktu untuk berpikir, dia seharusnya
tahu bahwa suami istri Coh Kim-sung adalah pesilat tangguh, bila
laki-laki jeleki itu bisa membawa lari Coh hujin, dan Coh Kim-sung
sendiri tidak bisan menolong istrinya, apakah seorang gadis bisa
merebut kembali Coh hujin dari tangan laki-laki jelek itu"
Karena sangat terburu-buru dan masih dalam keadaan terkejut,
Kim-giauw sudah mengeluarkan pedang dan menghadang sambil
berteriak, "Hei penjahat busuk! Cepat letakkan Coh hujin!"
Sebenarnya dia hanya ingin mengejutkan tapi laki-laki itu sama
sekali tidak menghentikan langkahnya juga seperti tidak melihat ada
orang yang menghadang di depannya. Pedang Kim-giauw sudah
dikeluarkan dan siap menusuk ke arah laki-laki jelek itu.
Kie Lek-beng tidak ada waktu untuk menjawab, dengan cepat dia
menotok jalan darah Hie Kim-giauw.
Karena Kie Lek-beng sedang menggendong satu orang dan ilmu
silatnya baru pulih 20 %, walau cepat pulih tapi tidak tepat
sasarannya. Tadinya dia ingin menotok pundak, tapi jarinya malah
menotok ke arah lain Kim-giauw merasa pundaknya menjadi kesemutan, tusukan
pedangnya menjadi meleset ke arah lain. Dengan marah Kie Lek-
ben berteriak, "Pergi kau!" lengan bajunya sudah diayunkan, pedang terlemp
beberapa meter baru terjatuh. Hie Kim-giauw pun mundur beberapa
langk" Kie Lek-beng sudah masuk ke dalam kereta kuda.
Kie Lek-beng membiarkan kusir itu terkejut selama beberapa
Ketik, begitu dia naik kereta, segera dia mengeluarkan uang emas
dan menaruhnya di sisi kusir itu sudah tertancap ke dalam kursi
kayu itu. Kie Lek-beng berkata:
"Cepatlah kita pergi dari sini. Hari ini aku yang menyewa kereta
kudamu!" "Kemana kita akan pergi?" Tanya tukang kereta.
"Jalan dulu, nanti baru akan kuberitahu."
Kusir itu tidak berani bertanya lagi, segera dia membawa kereta
ia itu dengan cepat berlari melewati pintu belakang Piau-hang. Di
Piau-hang sudah ada orang yang keluar. Mereka adalah orang-orang
pekerja Piau-hang yang berjaga malam, mereka keluar karena
mendengar teriakan Hie Kim-giauw.
"Cepat! Cepat lari!"
Dua orang pekerja Piau-hang melihat Hie Kim-giauw dan berkata:
"Bukankah itu putri Hie Tiong-gwee" Apa yang sudah terjadi?"
Hie Kim-giauw masih terkejut, dia belum bisa menjelaskan apa-
apa Kereta berlari sangat kencang, begitu dua orang ini tahu bahwa
Coh hujin diculik dan berada di dalam kereta, mereka tidak sempat
melihat ke arah mana larinya kereta itu.
Dalam hati Kie Lek-beng berpikir, 'Untung kereta ini datang tepat
pada waktunya, bila ketahuan oleh orang-orang Piau-hang, keadaan
akan lebih repot lagi.' Dia membalikkan kepala kemudian berkata kepada kusir itu,
"Aku tahu kau ketakutan, kau mengira aku adalah perampok."
"Aku tidak berani menduga." Kata kusir itu.
Kata Kie Lek-beng lagi: "Aku tidak mau tahu kau akan menganggapku apa,
menganggapku perampok atau penjahat, aku tidak peduli, yang
penting kau harus mendengarkan kata-kataku maka aku tidak akan
melukaimu dan aku akan memberimu uang."
Pak kusir itu itu terlihat agak tenang, dia berkata:
"Tuan ingin pergi ke mana?"
"Isteriku terluka, aku ingin pergi kesuatu tempat untuk
mengobati lukanya, apakah kau mempunyai teman yang bisa
menyediakan tempat, aku ingin meminjamnya selama 2 hari. Aku
akan memberikan 10 tail perak sehari, ditambah dengan satu tail
emas untukmu." Di ibukota, Kie Lek-beng tidak mempunyai teman, Song Eng-lam
terluka parah harus mencari suatu tempat untuk mengobati lukanya,
bila dia dibawa ke penginapan akan lebih membahayakannya, lebih
baik cari tempat biasa. Bila diberi uang banyak mereka tidak akan
melaporkannya kepada pemerintah kerajaan. Bila bertemu dengan
orang-orang jahat, dia sendiri bisa mengatasinya.
Kata Pak Kusir itu: "Aku tahu satu keluarga, dulu dia adalah orang kaya, walaupun
sekarang keadaan ekonominya menurun, tapi dia masih mempunyai
rumah, yang bagus, di rumah itu tidak ada orang, tempat itu tepat
untuk kalian beristirahat dan mengobati luka. Kebetulan sekarang
dia pun sedang membutuhkan uang, aku akan berpesan kepadanya
agar jangan membocorkan rahasia ini."
"Tempat itu jaraknya berapa jauh?" Tanya Kie Lek-beng.
"Kira-kira 7 hingga 8 li, tempat itu bernama Sin-sa-hai."
"Katanya Sin-sa-hai adalah tempat rekreasi, sepertinya tempat itu tidak banyak orang yang tinggal?"
"Tempat itu adalah tempat tinggal orang-orang kaya, nenek
moyang saudaraku termasuk orang kaya, hanya saja sekarang dia
sudah sudah bangkrut, tempat itu jauh dari kota."
Kie Lek-beng sangat gembira dan berkata:
"Tempat itu cocok untuk kami, mari kita pergi ke sana!"
Hari masih pagi, di jalan masih jarang ada yang berjalan kaki.
Kereta kuda berlari dengan cepat. Jarak 7 hingga 8 li hanya
ditempuh dalam waktu setengah jam."
Sin-sa-hai adalah tempat dengan pemandangan indah di kota.
Peking, keindahannya hampir sama seperti See-ouw di Hang-ciu, di
pinggir danau banyak rumah tempat peristirahatan orang-orang
kaya. Saudara pak kusir itu tinggal di dekat sana, di sebuah pulau kecil.
Pulau ini dihubungi oleh sebuah jembatan. Keadaan di sana sangat
septq Kereta berjalan di pinggir danau, kedua sisi jalan ditumbuhi
oleh pohon Liu yang hijau dan indah. Begitu melewati jembatan, air
bergelombang,bisamelihatbayanganjembatan,angin
menghembus pohon Liu membuat dahan-dahan pohon Liu
bergoyang, sungguh pemandangannya sangat indah, membuat
orang seperti Kie Lek-beng yang sedang susah pun merasa sedikit
bersemangat. Di pulau itu ada sebuah kuil tua, keluarga pak kusir tinggal di
belakang kuil itu. Kereta kuda berhenti di taman belakang rumah keluarga itu
setelah pintu di dorong dan pintu bisa dibuka. Mata Song Eng-lam
setengah terbuka dia mulai sadar, dia bersandar di tubuh Kie Lek-


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beng. Kie Lek-beng memegang pinggangnya dan memapahnya
masuk ke dalam rumah itu Terlihat taman itu ditumbuhi oleh pohon dan rumput liar yang
sangat banyak, keadaannya tidak teratur. Di loteng, walaupun
sangat kotor dan kumuh, tapi dari keadaan rumah itu dapat
diketahui bahwa pemilik rumah yang dulu adalah orang yang sangat
kaya. Kie Lek-beng mulai merasa curiga kepada kusir itu mengapa
mempunyai saudara dari keluarga yang begitu kaya, walaupun
sekarang sudah bangkrut tapi keluarga itu adalah keluarga yang
sangat kaya. Ada hubungan apa di antara si kusir dengan si
empunya rumah, hati Kie beng berpikir,
"Aku mempunyai ilmu silat yang tinggi, mengapa harus takut"'
Tiba-tiba terdengar suara suling dari balik pepohonan, kata Kie
"Keluargamu benar-benar mempunyai hobi yang menyenangkan"
Kata pak kusir itu: "Walaupun dia menjadi miskin, tapi perilakunya masih seperti
orang kaya, tidak mengerjakan apa pun, tiap hari hanya bermain
kecapi, dan meniup suling atau main catur, melukis. Tuan, harap
tunggu sebentar, aku bicara dengannya dulu!"
Kie Lek-beng mengangguk dan berkata: "Biarkan dia meniup
suling, kita jangan mengganggunya."
Begitu kusir itu meninggalkan tempat itu, Kie Lek-beng langsung
memeriksa jalan darah Song Eng-lam, walaupun denyut jalan
darahnya masih lemah, tapi teratur, hal ini membuat Kie Lek-beng
menjadi tenang. "Bila tidak ada gangguan dari luar, aku akan cepat pulih, setelah pulih, walaupun tidak ada obat penawar, paling sedikit bisa
menyelamatkan nyawanya, karena tenaga dalamnya kuat, mungkin
dia tidak terlalu membutuhkan obat penawar. Dia bisa pulih secara
perlahan." Karena keadaan hatinya mulai tenang dia bisa mendengar suara
suling itu lagi. Hatinya tergerak.
"Mengapa sepertinya aku kenal dengan suara suling itu?"
Akhirnya masa lalu mendatangi, menusuk hati hingga ke tulang! Hal
ini terjadi pada saat dia baru menikah dengan istrinya baru hamil,
tapi pada saat itu dia tidak tahu istrinya hamil.
Malam itu dia benci kepada istrinya karena tidak mau berbicara
kepadanya. Dia baru pulang dari rumah kekasihnya, Bok Koan-koan
untuk minum-minum. Dengan sengaja Bok Koan-koan mencaritakan hal menyangkut
keluarga Coh Kim-sung, mengatakan bahwa mertuanya sangat
akrab dengan keluarga Coh Kim-sung.
Bok Koan-koan memuji bahwa Coh Kim-sung adalah pemuda
yang tampan, ilmu silatnya tinggi dan hobinya pun tinggi Dia juga
mengatakan bahwa istri yang baru dinikahinya mempunyai
hubungan istimewa dengan Coh Kim-sung.
Kata-kata Bok Koan-koan membuat Kie Lek-beng menjadi gusar
dan marah serta cemburu. Kie Lek-beng tidak tahan, dia berteriak kepada Bok Koan-koan:
"Kau masih tahu tentang apa lagi?" Tanya Bok Koan-koan
Kie Lek-beng terdiam tapi dia mengangguk, di depan kekasih
gelapnya dia tidak mau ketahuan bahwa istrinya pun menyeleweng.
Tapi kabar yang diceritakan oleh Bok Koan-koan sangat tepat
menyangkut hal yang tindak ingin dia dengar.
Kata Bok Koan-koan: "Kemarin malam ada orang yang bertemu dengan Coh Kim-sung
di Bong-kim, ayahmu adalah pesilat nomor satu, mungkin dia akan
berkunjung ke rumahmu. Ayahmu sedang pergi ke tempat jauh.
Apakah benar?" Bong-kim tidak jauh letaknya dari rumahnya dia seperti melihat
Coh Kim-sung sedang bertemu dengan istrinya di rumah. Kie Lek-
beng langsung melemparkan gelas araknya dan dengan cepat
berlari pulang ke rumah. Istrinya sedang tidak mengobrol atau dekat dengan Coh Kim-
sung dia sedang mengobrol dengan Ong Toanio di kamar,
percakapan yang terjadi di antara istrinya dan Ong Toanio
membuktikan kecurigaan Kie Lek-beng selama ini.
Ong Toanio menasihati istrinya,
"Lupakan Coh Siauya, bersikap lebih baiklah kepada suamimu.
jangan membiarkan suami seenaknya menyeleweng"
Dia mendengar percakapan ini, tapi dia tetap berusaha menahan-
diri, yang membuatnya meledak marah adalah suara suling. Begitu
Ongn Toanio mendengar suara suling itu, dia terkejut dan berkata,
"Nona, apakah kau sudah berjanji dengan Coh Siauya" Ini tidak
boleh terjadi!" Walaupun Song Eng-lam terus membantah, dia tidak mengatakan
bahwa dia sudah berjanji dengan Coh Kim-sung. Suara suling itu
bukan ditiup oleh Coh Kim-sung, tapi Ong Toanio tidak percaya
Song Eng-lam sudah tahu suara suling Coh Kim-sung.
Ong Toanio saja tidak percaya apalagi Kie Lek-beng, Kie Lek-
beng mengira karena ketahuan oleh Ong Toanio istrinya tidak
berami menemui orang yang dia cintai.
Istrinya masih saja terus membantah bahwa antara dia dan Coh
Kim-sung hanya teman, tidak lebih dari itu. Tapi dari kata-kata
istrinya dia tahu bahwa istrinya masih merindukan Coh Kim-sung
Karena rasa cemburu sudah membakar hatinya, dia tidak
mendengar hal lainnya, dia bertekad akan menangkap kekasih gelap
istrinya Dia berteriak: "Hei orang she Coh! Aku sudah tahu siapa dirimu! Mau lari
kemana kau!" Orang itu tidak membantah bahwa dia bukan Coh Kim-sung;
malah menotok jalan darah Kie Lek-beng dengan sebutir tanah yang
buat. Waktu itu ilmu silatnya belum tinggi, butiran tanah itu
mengenai jalan darah kakinya, membuat kakinya tidak dapat
bergerak dan orang langsung melarikan diri.
Dia sangat marah, begitu pulang dia langsung ingin membunuh'
Song Eng-lam, bila bukan karena Paman Ting, Song Eng-lam sudah
di cekik olehnya hingga mati. Bila malam itu dia tidak mendengar
suara suling, walau sudah tidak cocok dengan istrinya, dia tidak
akan sampai mencekik istrinya.
Karena suara suling itu juga membuatnya mengalami nasib buruk
selama puluhan tahun, karena suara suling itu juga membuatnya
tidak berani pulang, akhirnya malah terseret menjadi setan yang
dibenci orang-orang. Dia kehilangan istri, kehilangan anak. Ayahnya
pun tidak mau mengakui dia sebagai anak lagi.
Dia selalu menyangka orang yang meniup suling itu adalah Coh
Kim-sung, tidak disangka hari ini dia mendengar suara suling itu lagi
dengan lagu yang sama. Kie Lek-beng baru saja pergi dari rumah Coh Kim-sung, luka
yang dalami Coh Kim-sung sangat parah, mungkin sekarang masih
dalam keadaan tidak sadar.
Berarti orang yang meniup suling itu pasti bukan Coh Kim-sung.
Jantung Kie Lek-beng berdebar-debar, dengan langkah kaki yang
ringan, dia mendekati suara suling itu.
Dia sudah melihat orang yang meniup suling itu, tapi pak kusir itu
sudah menghilang, orang itu sedang mengangkat kepalanya, dia
sudah menyelesaikan satu lagu.
Dia adalah laki-laki setengah baya, umurnya hampir sama
dengan Coh Kim-sung tapi wajahnya penuh dengan cambang
Wajahnya pun tidak seperti Coh Kim-sung begitu tampan dan
sopan. Setelah lewat 20 tahun orang misterius itu baru muncul!
Kebencian selama 20 tahun langsung timbul.
"Siapakah orang itu" Mengapa dia harus pura-pura menjadi Coh
Kim-sung" Membuatku harus berpisah dengan istri dan anak!"
Kie Lek-beng sudah tidak dapat menahan kemarahannya, dia
berteriak: "Dulu kau memberiku 3 butiran tanah, sekarang aku kembalikan
3 keping uang untukmu!"
Kie Lek-beng mengeluarkan tenaga jari, menjadikan 3 keping
uang menjadi Piau, kemudian melemparkannya kepada orang itu.
Walaupun dia masih tersisa 20 % tenaga, tapi piau itu tetap
melaju dengan kencang. Dua puluh tahun lalu, ilmu silat orang ini berada di atasnya,
hanya dengan gumpalan tanah bisa menotok jalan darahnya, dan
sekarang ini Kie Lek-beng menggantikannya dengan keping uang
logam lapi mempunyai tujuan yang sama, yaitu berniat menotok
jalan darahnya. Orang itu tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Gumpalan tanah tidak berharga, Kie Toako mengembalikannya
dengan bentuk uang, hadiah ini terlalu besar untukku, aku tidak
berani menerimanya." Sambil tertawa dia mengayunkan sulingnya
dan memukul jatuh 3 keping uang logam yang menyerangnya.
Kie Lek-beng adalah seorang pesilat, dia tahu bila dia tidak
terkuras tenaganya masih bisa mengalahkan orang itu, atau dia bila
masih mempunyai setengah dari ilmu silat yang tersisa, Kie Lek-
beng dapat menahan serangannya, paling sedikit kedudukan
mereka bisa seri. Tapi tenaganya hanya tersisa 20% sekarang ini,
dengan tenaga itu sudah pasti tidak bisa mengalahkan orang itu.
Tapi nasib buruk yang menimpanya selama 20 tahun ini
semuanya karena orang itu, apakah dendam ini tidak dapat
dibalaskan" Sifat Kie Lek-beng sangat keras, walaupun masa lalu
membuatnya berlaku nekad, meski tahu dia tidak dapat
mengalahkan orang itu, dia tetap harus melawannya.
Kie Lek-beng meletakkan Eng-lam dibawah kemudian dia
mencabut pedang dan berkata:
"Siapa kau" Sepertinya aku dan kau tidak mempunyai dendam,
mengapa dulu kau mencelakaiku" Cepat katakan alasanmu!"
Orang itu tertawa dan menjawab,
"Kie Toako, kita masih ada hubungan keluarga, jangan berbuat
tidak sopan kepadaku!"
Kie Lek-beng tampak marah dan berkata:
"Kurang ajar! Aku dan kau tidak mempunyai hubungan apa pun.
Kau kira kau telah menguasaiku sekarang" Jangan mimpi! Paling-
paling kita akan mati bersama-sama!"
---ooo0dw0ooo--- B. Kim-ho Orang itu tertawa dan berkata,
"Kami suami istri berniat baik mengundangmu datang kemari,
tapi kau malah ingin bertarung mati-matian denganku, untuk apa?"
Setelah habis kata-katanya, istrinya muncul. Seorang perempuan
setengah baya yang cantik dan genit muncul di hadapan Kie Lek-
beng, membuatnya terkejut dan terpaku.
Perempuan cantik ini adalah kekasih gelap Kie Lek-beng yaitu
Bok Koan-koan, perempuan cantik itu berkata:
"Keluarga yang baru kenal, sudah bertengkar, peristiwa ini
sangat lucu bukan?" Dengan marah Kie Lek-beng berkata:
"Kau, kau adalah..." Kie Lek-beng sudah tahu perbedaan Bok
Koan-koan dan perempuan itu, Kie Lek-beng sudah tahu siapa
perempuan genit itu. Benar saja perempuan cantik itu tertawa dan berkata:
"Mengapa kau tidak mengenal kakak dari istrimu" Walaupun kita
baru bertemu 2 kali, tidak seharusnya kau melupakan aku."
Bok Koan-koan memang mempunyai kakak kembar, bersaudara
ini wajahnya sangat mirip, hanya ada perbedaan satu-satunya yang
tidak sama adalah pada saat Bok Koan-koan tertawa dia mempunyai
lesung pipit, dan kakaknya tidak ada.
"Kau adalah Kim-ho, Bok Hoo-hoo."
Bok Hoo-hoo menggelengkan kepalanya dan berkata:
"Adik ipar, kau sungguh keterlaluan, begitu bertemu langsung
memanggilku dengna julukan jelek itu, apakah kau tidak merasa
kurang sopan" Tapi paling sedikit kau masih mengingatku, bila tadi
kalian tidak "bertengkar, kita tidak akan saling kenal, kau belum pernah bertemu dengan 'kakak iparmu. Berilah hormat kepadanya,
dia adalah suamiku. Marganya U-bun, bernama Cong."
Kata Kie Lek-beng: "Dua puluh tahun lalu kami pernah bertemu, ternyata dia adalah
Ketua Fek-toh-san, dia sangat terkenai di dunia persilatan, tidak
disangka orang yang terkenal ini selalu melakukan hal secara
sembunyi-sembunyi ruk menjebak orang."
Bok Hoo-hoo tertawa dan berkata:
"Adik ipar, kau jangan menyalahkannya! Masalah 20 tahun yang
lalu, akulah yang menyuruh dia melakukannya "
Perkataan Bok Hoo-hoo membuat
kemarahannya semakin bertambah, dengan dingin dia berkata:
"Ternyata kau pun bersekongkol dengan kusir itu!" Kata Bok
Hoo-hoo: "Benar, dia adalah pelayanku jangan salahkan dia karena dia
tidak memberitahumu, bila tidak bagaimana aku bisa
mengundangmu agar mau datang ke rumahku?"
Kata Kie Lek-beng dengan marah:
"Apakah jarum beracun yang berada di tubuh Eng-lam kau yang
melepaskannya?" Bok Hoo-hoo tertawa dan berkata: "Aku sangka kau sudah tahu,
apakah tadinya kau sangka yang melakukannya adalah Bok Koan-
koan?" Mata Kie Lek-beng seperti ada kobaran api, dengan marah dia
berkata: ''Mengapa kau begitu kejam" Masih belum cukupkah sudah
mencelakaiku" Sekarang kau mau mencelakai dia, mengapa kau
ingin mencelakainya?"
Dengan tertawa Bok Hoo-hoo menjawab:
"Adik ipar, kau benar-benar tidak tahu alasannya atau pura-pura
tidak tahu ?" Jawab Kie Lek-beng: "Dasar tidak tahu malu! Siapa yang sudi menjadi adik iparmu?"
Bok Hoo-hoo tidak marah, malah berkata: "Mengapa aku
melepaskan jarum beracun kepada Song Eng-lam, kau sendiri sudah
menyebutkan alasannya "
"Ini tentu ide Bok Koan-koan, dia mengira bila bisa membunuh
Song Eng-lam, aku akan mau menikah dengannya." Kata Bok Hoo-
hoo: "Kali ini datang ke ibukota aku belum sempat bertemu dengan
Koan-koan, tapi aku sudah tahu hubungan kalian, aku tidak tega
melihat kau meremehkan Koan-koan."
Kie Lek-beng menarik nafas dan berkata:
"Dengarkan aku dulu..."
Dengan suara besar dan tinggi Bok Hoo-hoo memotong kata Kie
Lek-beng: "Aku ingin kau yang mendengar kata-kataku, aku ingin tanya
kepadamu, dalam hal apakah Koan-koan tidak baik kepadamu"
Waktu kau hampir mati bila bukan karena Koan-koan mengurusmu
10 tahun yang lalu kan pasti sudah mati, dia sangat mencintaimu,
tapi kau tega meninggalkannya Song Eng-lam sudah menikah
dengan orang lain, tapi kau masih menganggapnya sebagai benda
kesayanganmu! Ayo katakan
bukankah ini

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang disebut meremehkan Koan-koan?"
Jawab Kie Lek-beng: "Antara aku dan Bok Koan-koan, kau tidak akan mengerti
hubungan kami seperti apa, memang benar dia sudah menolongku,
tapi karena dia nama baikku pun sudah hancur, apakah aku
menyalahkannya" Atau dia yang merasa bersalah kepadaku"
Sekarang tidak perlu bicara lagi?"
Kata Bok Hoo-hoo: "Kau tidak ingin membicarakannya, tapi aku ingin!"
Kie Lek-beng sangat marah dan berkata,
"Sekarang aku tidak mempunyai waktu untuk mengatakan siapa
yang bersalah dan siapa yang benar! Aku hanya minta biarkan aku
pergi dari sini!" Kata Bok Hoo-hoo, "Dengan susah payah aku mengundangmu datang ke sini, kau
kiran dengan begitu mudah aku akan membiarkanmu pergi dari
sini?" Dengan suara berat Kie Lek-beng berkata:
"Walaupun tidak boleh pergi, aku akan tetap pergi, apakah kalian
mempunyai cara untuk menahanku agar tidak pergi" Ayo, kalian
berduri majulah dan bertarung denganku!"
Dengan dingin Bok Hoo-hoo berkata:
"Mungkin kami tidak bisa menahan kepergianmu, tapi kau pun
tidak akan sanggup membawa Song Eng-lam pergi dari sini. Kami
memang tidak sanggup membunuhmu, tapi bila membunuh Song
Eng-lam itu adalah hal yang mudah, seperti membalikkan telapak
tangan." Hal ini membuat Kie Lek-beng bertambah marah, tapi dia
terpaksa meminta kelonggaran dari mereka.
"Kau hanya ingin aku dan adikmu berbaikan kembali, tapi bila ka
membunuh Song Eng-lam, aku akan lebih membencimu juga
kepada adikmu!" Kata Kie Lek-beng.
"Aku tidak peduli, kau yang tidak mempunyai perasaan, beri tahu
kepadamu. Kami, suami istri mungkin tidak bisa membunuhmu tapi
bila membunuh putrimu itu akan sangat mudah, kecuali hari ini kau
bisa pembunuh kami berdua terlebih dahulu. Bila tidak lihat saja..."
Kie Lek-beng tahu diri, dia tahu ilmu silatnya belum pulih, bila
mereka suami istri bergabung, dia tidak akan bisa membunuh
mereka, apalagi untuk mengajak mati bersama-sama dengan
mereka! Bok Hoo-hoo seperti bisa menebak pikirannya, dia berkata, "Song
Eng-lam sudah terkena racun, setelah lewat 6 jam bila bukan kau
yang memasukkan tenaga dalam ke tubuhnya, dia sudah mati sejak
tadi. Kata-kata ini bukan ancaman, tapi sekarang Kie Lek-beng sudah
hampir kehabisan tenaga, dia pun tidak dapat menjamin
keselamatan nyawa Song Eng-lam, apalagi pada saat memasukkan
tenaga dalam harus berkonsentrasi penuh, sedang sekarang dalam
keadaan seperti ini Kie Lek-beng sama sekali tidak bisa
mengeluarkan racun dari tubuh Song Eng-lam.
Dengan sedih Kie Lek-beng berkata,
"Song Eng-lam tidak dapat bertahan hidup lagi, aku pun tidak
ingin hidup sendiri, baiklah biarkan aku mati bersamanya!"
Kie Lek-beng sudah siap mempertaruhkan nyawanya dengan
cara bertarung Dengan dingin Bok Hoo-hoo berkata:
"Kau begitu perhatian kepada Song Eng-lam, tapi sayang ini
sama sekali tidak berguna, pengorbananmu akan sia-sia belaka!"
"Aku dan Eng-lam tidak akan mati sia-sia!" Kata Kie Lek-beng.
"Tidak ada yang menyuruhmu mati!" Kata Bok Hoo-hoo.
"Bila Eng-lam mati, aku pun tidak mau hidup sendiri."
Bok Hoo-hoo tertawa dan berkata:
"Sekarang kau mau menolongnya pun sudah terlambat, tapi bila
kau tidak dapat menolongnya bukan berarti dia harus mati."
Ujung pedang Kie Lek-beng sudah diturunkan, dia bertanya: "Apa
maksudmu?" "Apakah kau sudah lupa dia terkena racunku" Kau tidak
mempunyai obat penawar, tapi aku punya. Asalkan dia masih bisa
bernafas aku masih bisa menolongnya, aku jamin besok dia sudah
bisa kembali ke sisi suaminya."
U-bun Ciong yang sejak tadi hanya diam, sekarang ikut bicara :
"Hoo-hoo, kau harus bicara lebih jelas, suami yang kau maksud
adalah Coh Kim-sung bukan" Bukan Kie Siauya?"
Kata Bok Hoo-hoo: "Tuan Kie, bila kau mau Song Eng-lam kembali ke sisi suaminya,
kita buat suatu perjanjian, bagaimana"
"Perjanjian apa?"
"Syarat yang kami ajukan harus kau setujui, sesudah itu aku
akan segera memberikan obat penawarnya kepada Song Eng-lam."
Kata Kie Lek-beng: "Baiklah, syarat apa yang kalian ajukan" Asalkan aku bisa
mengabulkannya, aku pasti akan setuju." Kata Bok Hoo-hoo:
"Kami akan biarkan Song Eng-lam pergi, tapi kau harus tinggal di
sini, bila tidak diijinkan oleh kami kau tidak boleh meninggalkan
tempat ini!" Dengan dingin Kie Lek-beng berkata:
"Kalian ingin seumur hidup aku menjadi tahanan kalian!"
"Belum tentu, bila kau menurut dan bernasib mujur, mungkin
saja besok kau sudah boleh pergi."
"Aku harus berbuat bagaimana?" Tanya Kie Lek-beng.
"Jujur saja, aku benci kepadamu karena kau menganggap remeh
kepada Bok Koan-koan, tapi dia benar-benar menyukaimu, aku
berharap kau bisa kembali lagi kepadanya, aku ingin kita menjadi
keluarga, tidak menginginkan kau menjadi tahanan kami." Kata Kie
Lek-beng: "Dari tadi kau bicara berputar-putar, intinya kau ingin aku
menikah dengan Bok Koan-koan bukan?"
"Benar, pernikahan kalian harus meriah dan menjalankan
upacara adat, sesudah kau menjadi adik iparku, aku tidak akan
membuatmu susah dan kau pasti sudah bebas. Tapi saat ini kami
pun tidak tahu di mana bisa menemukan Bok Koan-koan, jadi
semua ini tergantung kepada nasibmu!"
Kie Lek-beng sudah memperkirakan syarat-syarat ini, tapi pada
saat dikatakan oleh Bok Hoo-hoo masih saja membuat hatinya
menjadi kacau. Dia tidak dapat langsung memutuskan bahwa dia tidak
mempunyai perasaan terhadap Bok Koan-koan. Memang dia tidak
dapat melupakan kebaikan Bok Koan-koan, pada saat dia berkata
ingin berpisah dengan Bok Koan-koan dia berjanji bila Bok Koan-
koan dihina oleh orang lain atau ada yang bisa dia bantu, walaupun
nyawa taruhannya, dia akan membela Koan-koan.
Tapi dia tidak mau hidup tanpa ikatan pernikahan. Dia menyesal
hidup seperti itu, dulu dia sudah banyak melakukan kesalahan,
walaupun semua bukan karena Bok Koan-koan tapi banyak
kesalahannya juga dikarenakan Bok Koan-koan.
Kehidupan Bok Koan-koan dan kehidupannya dulu sungguh
berbeda, seperti hidup di dua dunia, di depan mata ayahnya dan di
depan mata Eng-lam atau pun di depan mata semua orang dunia
persilatan, Bok Koan-koan adalah perempuan rendah.
Mungkin Bok Koan-koan tidak begitu jahat, tapi dia tumbuh besar
di lingkungkan seperti itu, banyak atau sedikit akan melekat sifat-
sifat yang buruk. Bila ada orang dari kalangan lurus menghinanya,
dia dengan sengaja akan melakukan hal yang lebih jahat lagi, pada
waktu Kie Lek-beng hidup bersama Bok Koan-koan, dia pun seperti
itu. Makin dia melangkah semakin menyimpang, akhirnya malah
sekalian berbuat kejahatan, bila terus bersama-sama dengan Bok
Koan-koan, hidupnya akan semakin gelap
Ayahnya tidak mau memaafkannya, mantan istrinya pun tidak
sudi memaafkannya, putri yang belum pernah dia temui pun belum
tentu mau memaafkannya. Pukulan ini sangat besar untuknya
Tapi, walaupun keluarganya tidak bisa memaafkannya, suatu hari
mereka akan menerima rasa penyesalannya yang dalam ini.
Ada pepatah mengatakan: sekali terjerumus menjadi penyesalan
seumur hidup, ketika ingin kembali umurpun sudah tua.
Sekarang dia sudah tenggelam dan sulit kembali seperti semula
tapi dia tidak boleh semakin terjerumus.
Dia ingin keluar dari perangkap
ini, tapi Bok Hoo-hoo memaksanya kembali lagi seperti dulu.
Bila dia tidak setuju, nyawa Eng-la tida akan tertolong.
Eng-lam kah yang bersalah kepadanya" Atau dia yang bersalah
kepada Eng-lam. Perhitungan ini tidak akan selesai-selesai, dia pun
sudah tidak mau memperhitungkannya lagi. Sekarang yang ada
hanya rasa penyesalan. Paling sedikit sekarang dia jangan
memperlakukan Eng-lam dengan kejam. Eng-lam hampir mati
dicekik olehnya begitu pula dengan putrinya yang masih berada
dalam kandungan. Dia malu kepada Eng-lam juga kepada putrinya. Sekarang dia
hanya mempunyai suatu pemikiran, tidak ingin karena rasa egoisnya
nyawa Eng-lam tidak tertolong.
Dengan tertawa dingin Bok Hoo-hoo berkata: "Aku tahu kau
menganggap remeh kepada saudaraku, aku pun tidak mau
mengemis cinta untuk adikku. Bila kau tidak mau menikah dengan
adikku, terus terang saja!"
Dengan tertawa kecut Kie Lek-beng berkata, "Aku tidak
menghina adikmu sama sekali, tapi ini adalah masalah perjodohan,
aku dan adikmu sudah habis perjodohannya. Aku sudah jelaskan ini
semua kepada adikmu, bila aku ingin menikah dengannya, dia
belum tentu mau menikah denganku, aku telah melukai hatinya,
dan aku tahu dia juga benci kepadaku."
"Aku pun tidak memaksa kau harus menikah dengannya, asal dia
mau memaafkanmu, aku pun akal melepaskanmu."
"Bila dia tidak mau memaafkanku, bagaimana?"
"Aku tidak bisa bilang apa-apa, tapi kau harus tahu bahwa kah ini aku sudah memberi kelonggaran, tapi bila kau menghina kembali
Koan-koan, aku akan membantunya membalaskan dendam."
Matahari sudah terbit, sudah hampir 7 jam Song Eng-lam terkena
jarum beracun, Kie Lek-beng melihat di daerah alis Song Eng-lam
kembali menghitam. Sudah tidak dapat mengulur waktu lagi! Dengan tekad yang kuat
Kie Lek-beng berkata kepada Bok Hoo-hoo:
"Baiklah, aku akan terima semua syaratmu!"
Segera Bok Hoo-hoo tertawa dan bertepuk tangan, "Pak kusir
yang membawamu kemari akan datang membawa f sebuah baki, di
dalam baki ada 3 gelas arak, arak itu untuk merayakan kembalinya
Bok Koan-koan kepada Kie Lek-beng dan kami suami istri memberi
selamat kepada kalian." Bok Hoo-hoo memberikan secangkir arak
kepada Kie Lek-beng. Kie Lek-beng menerimanya, tapi jarinya bergetar. Dia tahu bila
dia meminum arak itu maka setelah meminumnya dia akan menjadi
budak Bok Hoo-hoo. Bok Hoo-hoo tertawa dan berkata:
"Aku sangat berharap kau bisa menjadi adik iparku, aku tentu
tidak akan memberikan arak yang beracun kepadamu, tapi ilmu
silatmu terlalu tinggi tentu saja aku harus waspada. Arak ini tidak
akan membuatmu mati, tapi bisa membuatmu tidak dapat
meninggalkan tempat ini, bila kau mempunyai niat yang baik,
silakan minum arak ini!"
"Apakah kau mau memusnahkan ilmu silatku?"
"Maaf, aku tidak bisa mengatakan obat apa yang kupakai. Bila
kau sudah minum arak ini kau akan menepati janjimu tapi demi
keselamatanmu,; aku akan memberitahumu ini arak apa. Arak ini
tidak akan memusnahkan ilmu silatmu."
Memang benar dalam perhitungan Bok Hoo-hoo dia ingin
menjadikan Kie Lek-beng menjadi budaknya. Dalam keadaan seperti
itu . apakah Kie Lek-beng masih bisa memilih yang lain"
"Bila aku sudah berjanji, 4 ekor kuda pun tidak dapat menarik
perjanjian ini, walaupun aku bukan seorang sejati, tapi janji yang
sudah kuucapkan tidak akan kusesali, aku sudah menyetujui
perjanjian ini, paling-paling seumur hidupku akan menjadi budak
kalian. Baiklah, bawa arak itu ke hadapanku!" Kie Lek-beng
menerima cangkir arak itu, tapi kata-katanya sangat menyorotkan
kesedihan. Tapi begitu dia menerima cangkir itu, dia tidak langsung minum.
Jarinya masih tetap bergetar, sorot matanya terpaku pada cangkir
itu, dia seperti memikirkan sesuatu. '
"Kenapa" Apakah kau masih tidak percaya kepadaku?" tanya Bok Hoo-hoo.
"Bukan aku tidak percaya kepadamu, tiba-tiba aku teringat pada
suatu hal, sebaiknya kita bicara dulu," kata Kie Lek-beng.
Bok Hoo-hoo juga terpaku dan bertanya: "Masih ada hal yang
membuatmu tidak tenang, ayo katakan saja!."
"Tadi kau mengatakan mengenai putriku kau mengatakan..."
"Aku sudah tahu, kau ingin membicarakan apa yang telan
kukatakan tadi, bila kau tidak mau menuruti syarat-syaratku, aku
meman tidak bisa membunuhmu, tapi untuk membunuh putrimu itu
sangat mudah. Sekarang kau sudah menyetujui syaratku, maka aku
tidak akan membuat susah putrimu."
Kata Kie Lek-beng. "Benar, aku memang ingin mendengar kata-katamu yang tadi."
Tapi Kie Lek-beng pun tidak langsung meminum arak itu, dia
tampak berpikir sebentar kemudian berkata,
"Aku masih ingin mengetahui suatu hal."
Bok Hoo-hoo mengerutkan dahi dan berkata: "Kau masih ingin
tahu tentang apa?" "Apakah kau sudah lama mengenal putriku?"
"Aku sudah berjanji tidak akan membuat susah putrimu, kenal
atau tidak, apa hubungannya dengan semua ini?"
Jawab Kie Lek-beng: "Kemarin malam setelah kau melukai Song Eng-lam dengan
jarum beracun, putriku pun datang ke rumah Coh Kim-sung, dia
bertemu denganku. Sebenarnya kau sudah tahu keadaan putriku
bukan?" 'Kemarin malam aku menotok jalan darah Kie Su-giok dengan
senjata rahasia. Apakah dia sudah tahu bahwa orang itu adalah aku
dan memberitahu kepada ayahnya?"
Tapi setelah Kie Lek-beng bertanya seperti itu, kekhawatirkannya
langsung menghilang dalam hati dia berpikir lagi.
"Bila Kie Lek-beng tahu dia tidak akan bertanya seperti itu."
Bok Hoo-hoo tertawa dan berkata:
"Benar, aku sudah bertemu dengan putrimu, tapi aku tidak akan
melukainya kau masih mengkhawatirkan apa lagi?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku, apakah kau sudah tahu
keberadaannya?" "Apakah kau ingin aku mengundang putrmu datang ke sini juga"
Membiarkan ayah dan anak saling bertemu di sini?"
Kata Kie Lek-beng: "Tidak, tidak! Aku harap kau jangan mengganggunya, aku hanya
ingin tahu dia tinggal di mana" Bersama siapa?" yang dimaksudnya
dengan 'siapa' adalah Hui-thian, tapi dia tidak akan


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberitahukannya kepada Bok Hoo-hoo.
Kata Kie Lek-beng, "Apakah kau takut aku akan membuat dia terjerumus" Putrimu
diibaratkan teratai putih, yang hidup di sebuah kolam koltr. Kau
tenang saja, aku tidak akan mengganggunya, aku pun tidak tahu
keberadaannya." Kie Lek-beng menarik nafas dan berkata:
"Aku dan kalian dua saudara kembar sudah penuh dengan
kekotoran." "Sudah jangan mengomel lagi Song Eng-lamsedang menunggu
obat penawarnya." Kie Lek-beng tertawa kecut, dia mengambil cangkir arak itu dan
meminumnya sampai habis. Bok Hoo-hoo terus melihatnya, begitu dia minum sampai habis,
Bok Hoo-hoo tertawa dan berkata:
"Putrimu sangat cantik, tapi kau tidak mengijinkanku
mengganggunya bila tidak aku akan mengangkat dia menjadi anak
angkat" Kata Kie Lek-beng: "Jangan mengatakan yang tidak-tidak, aku pun tidak pantas
menjadi ayahnya, apalagi dirimu, mana pantas menjadi ibu
angkatnya" Cepat berikan obat penawarnya kepada Song Eng-lam."
"Baik, baiklah!" dia memasukkan obat penawar itu ke dalam
mulut Song Eng-lam, tapi dia tertawa dan berkata:
"Aku pasti tidak pantas menjadi ibu angkatnya" Tapi bila aku
menginginkannya tidak apa-apa bukan, kau sungguh keterlaluan!"
Kie Lek-beng tidak tahu bahwa putrinya sudah masuk ke dalam
perangkap Bok Hoo-hoo bahkan sudah menjadi anak angkatnya.
Wajah Song Eng-lam semakin bersemu merah, tiba-tiba dia
membuka mulut dan memuntahkan darah yang bercampur dengan
darah Kata Bok Hoo-hoo: "Dia akan segera sembuh dan sebentar lagi akan siuman, aku
kira lebih baik kalian jangan bertemu supaya dia tidak tertekan. Tapi
kau tenang saja, aku tidak akan melukainya, karena aku ingin kau
menjadi adik iparku, bila kau sudah menepati janji, aku pun
demikian!" Hati Kie Lek-beng terasa sakit, dia berpikir, "Benar juga dengan
kata-katanya, Song Eng-lam sudah lama menjadi istri Coh Kim-sung,
aku tidak pantas bertemu dengannya lagi, baiklah aku akan
menuruti kemauannya!"
"Suamiku, bawalah adik ipar ke belakang, aku akan menemani
Coh hujin. Lo-sam, apakah kau sudah membereskan kamarnya?"
"Dari tadi sudah kubereskan."
Kata Bok Hoo-hoo: "Kalau begitu, masing-masing jalankan tugasnya. Coh hujin harus
diobati lagi tapi paling terlambat besok dia sudah harus pergi dari
sini." Kata Ketua Pek-toh-san, U-bun Chong:
"Sudah kau jangan cerewet, adik ipar, mari ikut aku!"
Kie Lek-beng mengikuti U-bun Chong masuk ke dalam, dia
sempat melihat Song Eng-lam, hatinya terasa sedih, dalam hati dia
berpikir, 'Mungkin kita tidak akan bertemu lagi.'
Masa lalu seperti asap, setelah melakukan kesalahan sulit untuk
kembali! Kie Lek-beng sangat menyesal dia ingin menukar nyawanya
dengan nyawa Song Eng-lam.
Yang membuatnya lebih sakit adalah putrinya, bila dia berhadapa
dengan Song Eng-lam perasaan yang timbul adalah penyesalan.
Tapi terhadap putrinya kecuali rasa sesal, dia sangat ingin menebus
dosanya. Dia tahu orang yang dicintai oleh Song Eng-lam bukan dirinya, di
pun bukan karena cinta berubah menjadi dendam. Yang pasti
adalah bahwa harga dirinya sudah terluka.
Karena itu walaupun dia sudah tidak dapat bertemu dengan Song
gngjam, walaupun hatinya terasa sedih, tapi luka hatinya tidak
terlalu dalam, dia percaya waktu akan menyembuhkan lukanya.
Melalui pertarungan antara hidup dan mati, dia bisa
menerimanya, bisa menerima istrinya sudah menikah dengan Coh
Kim-sung, walaupun perasaan sedih itu masih ada
Tapi melihat putrinya yang tidak mau mengakuinya sebagai ayah,
dia tidak tahan! Pukulan ini baginya lebih parah dibanding tidak
dapat menerima cinta dari istrinya
Tidak dapat bertemu lagi dengan mantan istri itu tidak apa-apa,
bila tidak dapat bertemu dengan putrinya lagi, hatinya seperti
disayat dengan pisaa Kie Su-giok masih menangis, Coh Thian-su melihatnya, dia pun
ikut sedih tapi dia pun tidak ada waktu untuk menghiburnya.
Ayahnya, Coh Kim-sung sudah sadar, dorongan darah yang
dilakukan oleh Kie Lek-beng tepat pada waktunya, walaupun sudah
sadar dia masih tidak bisa duduk, rapi dia tahu bahwa nyawanya
haru diambil kembali. Dia membuka mata dan istrinya sudah hilang.
"Bagaimana keadaan Guru Yu He-cu?" dengan suara yang
terpatah-patah dan seperti suara nyamuk Coh Kim-sung bertanya
kepada Coh Thian-su. Coh Thian-su harus menempelkan telinganya
mendekati mulut ayahnya, baru bisa mendengar dengan jelas.
Dia tidak menanyakan istrinya karena dia sudah tahu bahwa
istrinya dibawa oleh Kie Lek-beng, tapi Kie Lek-beng pun sudah
menolongnya mengambil nyawanya kembali dari pintu kematian,
apa yang harus dia katakan lagi" Dia hanya bisa mengubur
kesedihannya di dalam hati, menganggap bahwa istrinya sudah
meninggal. "Ayah tenang saja, aku sudah memberikan obat kepada Guru Yu
He-cu, walaupun obatnya belum tentu cocok, tapi paling sedikit
nyawanya masih bisa tertolong," jawab Coh Thian-su.
Coh Kim-sung melihat putranya, seperti masih ingin bertanya,
tapi dia tidak uieiiipuiiyai tenaga uiiiuk bicara lagi.
Tapi Coh Thian-su sudah tahu bahwa ayahnya ingin menanyakan
apa Ayahnya pasti merasa aneh, mengapa dia mempunyai obat
penawar dari Keluarga Bok, walau obat itu belum tentu cocok.
Tapi dia tidak bisa memberitahukan semua ini kepada ayahnya
bahwa obat itu diberikan oleh Kie Yan-gan kepadanya. Kie Yan-gan
adalah ayah dari musuh Coh Kim-sung.
Waktu itu dia terkena jarum beracun milik Kim-ho, Kie Yan-gan
mengeluarkan racun dengan menghabiskan tenaga dalam yang
sudah tersimpan selama beberapa tahun untuk menolong nyawa
Coh Thian-su, karena masih ada racun yang tersisa, pada saat dia
akan berangkat Kie Yangan memberikan dua botol obat, yang satu
untuk menawarkan racun dan yang satu lagi untuk menguatkan
tubuhnya. Hasilnya membuktikan bahwa obat itu sangat manjur.
Obat yang pertama, sudah menolong nyawa Guru Yu He-cu,
melihat sorot matanya yang aneh, dia teringat lagi pada botol obat
yang kedua. Kedua botol itu disimpan di balik bajunya, bukan ada 2 botol
melainkan ada 3 botol, ketiga botol itu bentuk dan ukurannya sama.
Bila dengan meraba tidak akan bisa membedakannya, terpaksa dia
mengeluarkan dua botol obat yang tersisa.
Ternyata yang satu botol lagi adalah Su-kut-san, pemberian Bok
d Koan-koan. Dia mengeluarkan obat penguat itu dan mengambil sebutir untuk
ayahnya. Coh Thian-su berkata,
"Ayah, minumlah obat ini dulu, nanti aku akan menerangkan obat
ini berasal dari mana "
Bila Coh Kim-sung tahu dari mana asal obat ini, dia pasti tidak
akan mau meminumnya. Tapi sekarang ini putranya sudah
memasukkan obat itu ke dalam mulutnya, dengan terpaksa dia
menelannya. Tapi luka Coh Kim-sung terlalu parah, walaupun obat itu sangat
bagus, tidak dapat segera memulihkan seluruhnya tapi paling sedikit
Coh Kim-sung sudah bisa mengumpulkan tenaga, dan dia pun bisa
duduk. Coh Thian-su membereskan lagi obat Su-kut-san, dia memikirkan
kembali kata-kata Bok Koan-koan.
Obat ini diberikan oleh Bok Koan-koan kepadanya pasti ada
tujuan tertentu, tujuannya adalah mendapatkan kembali Kie Lek-
beng, tapi pertama-tama ilmu silat Kie Lek-beng harus
dimusnahkan, karena itu diaai meminta bantuan kepada Coh Thian-
su untuk meracuni Kie Lek-beng.
Coh Thian-su masih ingat waktu dia hanya tertawa dan berkata:
"Kie Lek-beng adalah seorang pesilat tangguh, bagaimana aku
bisa meracuninya?" Jawab Bok Koan-koan: "Kau meracuni dia dengan tangan orang lain, walaupun Kie Lek
beng tahu dia tidak akan membunuh orang itu."
Ternyata Bok Koan-koan sudah mempunyai orang pilihan dan dia
adalah putri Kie Lek-beng, Kie Su-giok.
Rencana ini sudah pasti yaitu memperalat Kie Su-giok dan Coh
Thian-su. Saat itu dia tidak mempunyai waktu untuk menjelaskan kepada
Bok Koan-koan bahwa hubungannya dengan Kie Su-giok adalah
teman dia hanya menertawakan rencana Bok Koan-koan yang
terlalu mengada-ada putrinya sendiri mana mau membantu orang
lain meracuni ayahnya. Tapi Bok Koan-koan berkata bahwa dia melakukan semua ini
bukan karena ingin mencelakai Kie Lek-beng malah sebaliknya
untuk menolong Kie Lek-beng, bila dia memberitahu kepada Kie Su-
giok, maka Kie Su-giok pasti akan percaya kepadanya.
Waktu itu dia hanya menganggap rencana Bok Koan-koan terlalu
mengada-ada, walaupun obat ini disimpan di balik bajunya, tapi dia
tidak akan memberikannya kepada Su-giok
Sekarang dia sedang memegang botol obat itu, hatinya pun
mulai tergerak. Bila memusnahkan ilmu silat Kie Lek-beng, ayahnya tidak akan
mempunyai musuh seperti Kie Lek-beng iagi, ini adalah alasannya
yang kesatu, alasan kedua, Bok Koan-koan pun bisa mendapatkan
kembali orang yang dicintainya. Kie Lek-beng pun tidak akan
melakukan kejahatan lagi, ini adalah alasan ketiga Alasan ke empat
bila Kie Lek-beng sudah kembali ke dalam pelukan Bok Koan-koan,
ibu tirinya pasti akan kembali lagi kepada ayahnya.
Walaupun banyak kebaikannya, tapi Coh Thian-su merasa
berbuatan ini adalah perbuatan orang berhati kerdil, malah bisa
disebut kejahatan. "Aku adalah laki-laki sejati, mengapa harus membantu Bok Koan-
koan melakukan rencananya?" Tapi dia tidak tega melihat ayahnya
yang bersedih karena kehilangan istri tercinta, dia juga tidak tega
melihat Kie Su-giok menjadi sedih karena menganggap ayahnya
sudah mati. Sekarang Coh Kim-sung sudah bisa duduk, dia melihat putrinya
yang masih belum sadar, dan juga melihat Kie Shu Giok-yang masih
menangis, tanpa sadar dia pun meneteskan air mata
Hanya Coh Thian-su yang bisa mengerti perasaan ayahnya dan
Kie Su-giok. Hati Coh Kim-sung seperti perasaan putranya, begitu bergejolak.
Kie Lek-beng hampir membunuhnya, menculik istrinya, tapi
terakhir Kie Lek-beng pula yang menolong nyawanya.
Bagaimana cara memperhitungkan dendamnya" Dalam hati Coh
Kim-sung berpikir seperti itu.
Sekarang dia sudah agak sadar, walaupun hatinya masih tidak
tenang, tapi dendamnya mulai berkurang.
Terhadap Kie Lek-beng dia bisa iucuiahaim seiuua kelakuannya,
apalagi terhadap putri Kie Lek-beng.
Bila bukan karena KieShuGiok-yang terus menerus menghalangi
ayahnya, mungkin Coh Kim-sung dan putranya sudah mati di tangan
Kie Lek-beng. Yang lebih membuatnya bingung adalah dia pernah menyuruh
putranya membunuh Kie Su-giok, tapi pada saat nyawanya
terancam dia malah ditolong oleh Kie Su-giok, dengan cara
menyuruh ayahnya menolong dia, menariknya kembali dari bahaya
kematian. "Sebenarnya aku tidak mau menerima kebaikannya, tapi aku
malah menerimanya" Antara dia dan Kie Lek-beng ada dendam yang tidak dapat
diperhitungkan. Tidak bisa mengatakan siapa yang berhutang
kepada siapa, tapi terhadap Kie Lek-beng, sekarang ini Coh Kim-
sung merasa berhutang budi.
Terhadap Kie Lek-beng dia bisa memahami semua perbuatannya
tapi terhadap Kie Su-giok dia merasa malu, yang bisa minta maaf
hanya dia, Coh Kim-sung. Coh Thian-su melihat ayahnya membuka mulut seperti ingin
mengatakan sesuatu, dia mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya
Kata-kata Coh Kim-sung sangat lambat, tapi terdengar jelas di
telinga Coh Thian-su. Kata ayahnya: "Tolong beritahu kepada Nona Kie, aku bersalah kepadanya, aku
jadi tidak enak hati, kau harus bantu aku membalas budi
kepadanya." Coh Thian-su berjalan ke arah Kie Su-giok dan berkata:
"Su-giok, ayahmu bukan orang jahat, walaupun dia banyak
melakukan kesalahan, tapi aku tahu sifat aslinya sangat jujur dan
baik, kita jangan seperti orang lain menganggap dia adalah setan
jahat." Coh Thian-su tahu bahwa Kie Su-giok sangat sedih. Kata-katanya
yang tadi tidak akan berdampak apa pun, tapi sakit hatinya tetap
harus diobati. Benar Kie Lek-beng sudah menculik ibu tirinya, juga hampir
membunuh ayahnya, dendam di antara 2 keluarga ini sulit untuk
didamaikan. Dia juga tahu ayahnya masih membenci Kie Lek-beng
tapi dia percaya rasa benci ayahnya kepada Kie Lek-beng seperti
dirinya akan i semakin berkurang.
Begitu dia mengatakan bahwa Kie Lek-beng bukan orang jahat
dia pun mencuri pandang melihat ayahnya yang sedang
memejamkan mata seperti berpikir, tapi wajah ayahnya tidak
menunjukkan ekspresi apa pun, dia juga tidak terlihat tidak senang.
Coh Thian-su menjadi agak tenang, pembicaraannya selanjutnya
pun menjadi lancar. Kata-kata Coh Thian-su membuat Kie Su-giok berhenti menangisi
dia mengangkat kepala dan memandang Coh Thian-su, Kie Su-giok
tidak bicara apa pun tapi sorot matanya sudah menunjukkan sedikit
harapan, dia masih terlihat tidak percaya diri.
Kata Coh Thian-su: "Kau adalah orang yang paling dicintai oleh ayahmu, asal kau
bisa menarik dia dari kesesatan itu, maka dia akan kembali menjadi
orang baik. Mata Kie Su-giok bercahaya lagi, dengan gemetar dia berkata:
"Apakah kau percaya kepadaku" Tapi aku tidak tahu bagaimana
membantu ayahku untuk kembali ke jalan yang benar."
Coh Thian-su sudah mendapatkan ide, dia mengeluarkan yang
diberikan oleh Gin-ho dan berkata:
"Aku tidak ingin membohongimu, ini adalah obat untuk mcmhimi


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jiu silat seseorang menjadi lenyap, apakah kau mau menyuruh
ayahmu neminum obat ini?"
Dengan terkejut Kie Su-giok bertanya:
"Kau menyuruhku memusnahkan ilmu silat ayahku, bukankah itu
artinya mencelakainya?"
Jawab Coh Thian-su, "Tidak, ini bukan untuk mencelakainya,
malah ini untuk menolongnya, apakah kau mau ayahmu terus
melakukan kesalahan?"
Kie Su-giok mengangguk menyetujui pendapat Coh Thian-su.
Kata Coh Thian-su lagi: "Bila dia kehilangan ilmu silat, dia tidak akan bisa lagi melakukan kejahatan, teman-teman yang jahat pun tidak akan pernah bisa
memperalat ayahmu lagi. Ayahmu terlalu malu untuk pulang
kerumah, bila dia sudah kehilangan ilmu silat, kau bisa memaksanya
untuk pulang." Kie Su-giok sudah mengerti, dia bertanya lagi: "Bila dia sudah
mau pulang, lalu bagaimana?"
"Bila dia berada di rumah, kakekmu akan menasihatinya dan dia
akan berubah, ilmu silat kakekmu sangat tinggi, dia pasti akan
selalu dilindungi oleh kakekmu dan tidak ada orang yang berani
mencari ayahmu untuk membalas dendam"
"Sebelum hari ini, aku belum pernah bertemu dengan ayahku,
tapi sekarang aku tahu dia adalah orang yang sangat sombong, bila
dia kehilangan ilmu silat..." Kata Kie Su-giok.
"Benar, bila dia sudah kehilangan ilmu silat, dia akan merasa
lebih baik mati daripada hidup seperti itu. Tapi waktu adalah obat
yang paling baik perasaan antara putri dan ayahnya atau perasaan
antara ayah dan anak mengobati luka karena kehilangan ilmu silat,
kehangatan keluarga akan membuatnya percaya diri kembali,
apalagi ilmu silat keluarga Kie sangat tinggi, walaupun tidak ada
penawarnya, tapi dengan bantuan kakekmu mungkin, ilmu silatnya
akan pulih kembali."
Dalam hati Kie Su-giok berpikir, 'Benar, bila ayah kehilangan ilmu
silat, itu akan lebih baik daripada mempunyai ilmu silat tapi
dipergunakan tidak pada tempatnya. Dengan kehilangan ilmu silat
tapi mendapatkan kembali kchiiugaiaii keluarga, kebaikan menutupi
kekurangan. Tapi dimana sekarang ayah berada" kemana aku harus
mencarinya?" Coh Thian-su seperti tahu pikirannya dan dia berkata: "Ayahmu
tidak akan mau kehilanganmu, tidak perlu mencarinya, dia yang
akan datang untuk mencarimu."
Kie Shu giok menghapus airmatanya, mengambil su-kut-san dan
berkata: "Coh Toako, terima kasih kau sudah menolongku dengan
memberi tahu rencana ini, baiklah sekarang aku akan pergi,
sampaikan permintaan maafku kepada ayahmu, ayahku telah
membuat kehidupan keluarga kalian menjadi berantakan, aku juga
ikut sedih." Dia mengambil dua botol itu dan pergi dengan terburu-buru
entah lupa atau ada sebab lain, dia tidak menanyakan dari mana
asalnya Shu Gu San itu. Karena Kie Su-giok tidak bertanya, maka Coh Thian-su pun
merasa lega, bila Kie Su-giok menanyakannya, dia tidak tahu harus
menjawab bagaimana, karena dia tidak berniat untuk membohongi
Kie Su-giok. Hari sudah siang, sudah tiba waktu perjanjian antara ayahnya
dengan Tong Hwie-yan. Walaupun nyawa ayahnya sudah tidak terancam lagi, tapi luka
yang dideritanya cukup berat, maka Coh Thian-su tetap merasa
khawatir. Guru Yu He-cu pun harus beristirahat.
Pertama, janji ayahnya dengan Tong Hwie-yan harus dibatalkan.
Kedua, sekarang ini Coh Thian-su pun membutuhkan bantuan dari
orang seperti Tong Hwie-yan.
Dia takut luka ayahnya semakin parah dan
musuh mempergunakan kesempatan ini menyerang ayannya.
Dia tidak berani meninggalkan ayahnya sendirian, dia membuka
totok an adiknya dan berkata:
"Cepatlah kau pergi ke Piau-hang, suruh Tong Hwie-yan datang
kemari!" Coh Thian-hong masih kecil, ilmu silat dan pengalamannya belum
sebanyak dirinya, bila dia menyuruh adiknya menjaga ayahnya dia
merasa tidak tenang. Coh Thian-hong berkata: "Baiklah, aku akan segera pergi untuk memberitahu Paman Tong
bahwa orang yang bermarga Kie yang membuat kekacauan adalah
tamud yang mereka undang"
"Kau tidak perlu banyak bicara, hanya menyuruh Paman Tong?
supaya datang ke sini, semua masalah biar aku yang mengatakan
kepadanya." Sebelum totokannya dibuka oleh Toakonya, Coh Thian-hong
sebenarnya mulai agak sadar, dia melihat bagaimana Kie Su-giok
membela! ayah dan Toakonya, begitu melihat nyawa ayahnya sudah
tidak terancam lagi, dia pun menjadi tenang.
Sambil berjalan Coh Thian-hong berkata:
"Orang she Kie itu jahat sekali, tapi putrinya adalah gadis yang
baik mengapa ayahnya bisa berwajah jelek seperti itu tapi
mempunyai putn yang cantik, benar-benar aneh. Toako, apakah kau
menyukai Nona Kie?" Setelah bicara seperti itu Coh Thian-hong cepat-cepat lari dan
Coh Thian-su tidak punya waktu untuk menegurnya.
Hie Kim-giauw masih berada di luar rumah Coh Kim-sung. m Lek-
beng sudah pergi membawa Song Eng-lam dengan kereta kuda.
Begitu jeritan Hie Kim-giauw berhenti, kereta itu pun menghilang
entah ke mana. Kedua pekerja Piau-hang bertanya: "Nona Hie, apa yang sudah
terjadi?" Jawab Hie Kim-giauw:
"Apakah kalian tidak melihat bahwa Coh hujin sudah diculik oleh
irang lain" Mereka pergi naik kereta kuda itu!"
Dua orang pekerja Piau-hang itu, yang satu bernama Pau Seng
yang satu lagi adalah Lui Cauw, meski ilmu silat mereka tidak terlalu
tinggi, tapi mereka sudah bekerja selama puluhan tahun di Piau-
hang itu, sewaktu Kie Lek-beng menggendong Song Eng-lam pergi
dengan kereta kuda, mereka hanya sempat melihat bayangannya
saja. Begitu mendengar Hie Kim-giauw berkata seperti itu, mereka pun
terkejut. Pau Seng masih tidak percaya dengan pendengarannya maka dia
pun bertanya, "Coh hujin yang mana yang kau maksud?"
"Istri Pendekar Yang-ciu, Coh Kim-sung!"
Lui Cauw terkejut, "Siapa yang begitu berani menculik istri Coh Tayhiap?"
"Laki-laki yang wajahnya ada bekas luka" Dia menggambarkan
wajah Kie Lek-beng, membuat kedua orang itu bertambah terkejut
"Bukankah orang itu bernama Kie Tai-seng?" Kata Pau Seng.
"Aku tidak tahu, aku hanya tahu dia adalah penjahat bengis
mengapa kantor kalian bisa mengundang orang seperti dia datang
ke sini?" Baru saja dia berkata seperti itu, tiba-tiba melihat Kie Su-giok
keluar dari rumah Coh Kim-sung. Su-giok mendengar Hie Kim-giauw
yang sedang menghina ayahnya, langsung dia memelototi Kim-
giauw. Kim-giauw sudah pernah melihat Kie Su-giok sewaktu dia dan
Hui-thian membuat kerusuhan di rumah Hie, tiba-tiba sekarang ini
Su-giok muncul di hadapannya, segera dia mengeluarkan
pedangnya. Kata Kie Su-giok: "Nona Hie, ayahmulah yang penjahat, mengapa kalian tidak
datang bersama-sama?"
Dengan marah Hie Kim-giauw berkata:
"Kurang ajar! Ayahku adalah Pendekar Tiong-ciu, kaulah yang
putri penjahat!" dia tidak tahu bahwa Kie Su-giok adalah putri dai'i laki-laki yang dia maki-maki itu, dan sekali lagi dia membuat sakit
hati Kie Su-giok. Kie Su-giok sedang marah, untuk melampiaskannya, dengan
dingin dia berkata, "Pendekar kentut! Kau dengar, ayahmu dari luar seperti orang
baik-baik tapi dalamnya begitu jahat, lebih jahat daripada penjahat
sadis." Hie Kim-giauw sudah mengetahui tingkat ilmu silat Kie Su-giok
tapi karena Kie Su-giok karena terus memarahi ayahnya, dia pun
segera menusukkan pedangnya ke arah Kie Su-giok dan berkata:
"Siluman, berani sekali kau memarahi ayahku, aku akan meminta
nyawamu!" Kemudia dia berteriak: "Hei kalian, cepat datang kemari, dia adalah Sumoi Hui-thian-sin-
hong!" Dengan tertawa dingin Kie Su-giok berkata:
"Apakah nona ingin berkelahi" Baiklah, aku si siluman kecil
datang untuk menghajarmu!"
Dengan cepat Kie Su-giok menangkap tangan Hie Kim-giauw.
ilmu silatnya tidak setinggi ilmu silat Kie Su-giok, tapi karena dia
masih terkejut karena melihat Kie Lek-beng menculik Coh hujin,
maka dia pun takut kepada Kie Su-giok, dia bersalah karena dia
yang lemah menyerang dulu kepada pihak yang kuat. Mana bisa dia
menahan serangan KieShu Giok-yang penuh perubahan.
Terdengar suara senjata yang terjatuh, ternyata pedang milik Hie
Kim-giauw yang terjatuh. Hie Kim-giauw sudah ditangkap oleh Kie
Su-giok. Kie Su-giok mengangkat tangannya dan berkata:
"Kau mau membunuhku, tapi aku si siluman kecil ini hatinya lebih
baik dari dirimu, aku hanya ingin membuat wajahmu hancur, supaya
seumur hidup tidak bisa menikah!"
Begitu dua orang itu mendengar bahwa si siluman kecil ini adalah
adik seperguruan Hui-thian, mereka sudah ingin bergabungan
dengan Hie Kim-giauw untuk menangkap Su-giok. Siapa.yang
sangkat putri Pendekar Tiong-ciu, Hie Kim-giauw begitu lemah,
hanya segebrakan sudah bisa ditangkap oleh siluman kecil itu.
Hie Kim-giauw mendengar Kie Su-giok akan merusak wajahnya,
dia langsung terkejut dan merasa lemas.
Waktu itu Hie Kim-giauw seperti seorang terpidana yang
menunggu algojo menurunkan goloknya, tapi setelah ditunggu-
tunggu golok itu tidak kunjung turun.
Dalam hati Hie Kim-giauw berpikir, 'Dia hanya membuatku
terkejut saja, hanya ingin aku meminta ampun kepadanya, aku
adalah putn Pendekar Tiong-ciu, aku tidak akan meminta ampun
kepadanya, bila melukai wajahku, lebih baik aku bunuh diri saja!'
Akhirnya telapak tangan Kie Su-giok diturunkan dan mengenai
wajah Hie Kim-giauw, tapi dia tidak merasa sakit sama sekali,
ternyata Kie Su-giok hanya mencubit wajahnya.
Ternyata dalam waktu yang singkat itu, pikiran Kie Su-giok telah
mengalami perubahan. Tadinya dia benar-benar ingin memukul Hie
Kim giauw, tapi begitu Hie Kim-giauw sudah berada dalam
genggamannya kemarahannya mulai mereda, dia tahu bila wajah
Hie Kim-giauw dirusak olehnya, hukuman ini terlalu berat untuk Hie
Kim-giauw, lebih baik hanya menampar saja untuk melampiaskan
kemarahannya. Begitu dia ingin menampar, melihat wajah Hie Kim-
giauw dan melihatnya memejam mata, serta tampak takut,
kemarahannya segera berkurang, dia malah ingin tertawa.
Akhirnya dia malah mencubit wajah Hie Kim-giauw, dengan
ringan dia berkata: "Muka yang begitu mulus, aku pun tidak tega merusaknya.
Baiklah kali ini aku akan memaafkanmu, lain kali kau tidak boleh
sembarangan marah-marah kepada orang lain!"
Begitu Hie Kim-giauw dilepaskan, dua orang Piau-hang itu malah
mendekat. Dengan marah Kie Su-giok berkata: .
"Aku dan kalian seperti air sungai tidak mungkin bercampur
dengan air sumur. Nona Hie, sudah aku lepaskan, kalian mau apa?"
Tanya Pau Seng: "Kalau iya, kalian mau apa?"
Kata Kie Su-giok "Kami sudah dipesan oleh Tuan Kiam-ta untuk
mencari Hui-thian sekarang kau sudah ada di sini, ikutlah kami ke
Piau-hang dan beri tahukan kepada kami di mana keberadaan Hui-
thian sekarang." Kata Kie Sn-giok: "Aku jarang bergaul, tidak tahu sejak kapan ketua Piau menjadi
kaki tangan penguasa pemerintahan?"
"Jangan menghina ketua Piau kami!" kata Pau Seng marah.
"Kau yang mengundangku datang ke Piau-hang, aku sangat
berterima kasih, tapi sayang aku tidak mempunyai waktu." .
Kata Lui Cauw dengan marah:
"Kami mengundangmu tapi kau tidak mau, apakah kami harus
mengundangmu menggunakan senjata?"
Dengan tertawa dingin Kie Su-giok berkata:
"Aku tidak mempunyai waktu untuk mengobrol dengan kalian,
pergilah!" Sifat Lui Cauw lebih keras, segera dia mengerakan tangannya
yang besar untuk menangkap Kie Su-giok, dan berkata: "Hei,
siluman kecil, kau jangan sombong!" Kata-katanya belum habis
sudah terdengar suara gamparan, ternyata dia Sudah digampar oleh
Kie Su-giok. Pau Seng sangat terkejut segera dia mencabut pisaunya dan
mendekati Kie Su-giok, ilmu silatnya lebih tinggi dari Lui Cauw dan
tangannya memegang pisau tidak mudah untuk Kie Su-giok bila
ingin menggampamya, apalagi dia mempunyai jurus Ngo-houw-
toan-bun-to (Lima Harimau Penghancur Pintu) yang selalu
menyerang dengan keras sekali bergerak 3 jurus sudah keluar, tiap
jurus, sangat tajam dan ganas.
Kie Su-giok ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu, tapi dia
tidak bisa dengan tangan kosong merebut pisau Pau Seng, terpaksa
dia mengeluarkan pecut Ting-coa-pian dan berkata,
"Hayo minggir! Bila tidak aku akan memecutmu!"
Ilmu silat Kie Su-giok lebih tinggi dari Pau Seng, apalagi Ting-
coa-pian adalah senjata langka, walaupun ilmu silat Pau Seng
lumayan tapi tetap tidak bisa menahan serangan Kie Su-giok. Jurus
Kie Su-giok-yang pertama adalah In-san-bu (Tiga Tarian Awan)
segera pecutnya menggulung pisau Pau Seng dan terpental sejauh
beberapa meter. Jurus kedua adalah Nu-pian-peng-ong (Raja Marah
Memecut Pelahan) pecutnya kembali sudah mengenai pundak Pau
Seng sehingga terluka, dan meninggalkan bekas pecutan.
Untungnya Kie Su-giok tidak terus memecut.
Kie Su-giok menyimpan pecut itu dan berkata:
"Masih ada yang mau menghalangi kepergianku?" dia bersiap-
siap untuk pergi, tapi tiba-tiba ada yang berteriak:
"Siapa yang berani membuat keributan di depan Piau-hang?"
Kie Su-giok tertawa dingin dan menjawab:
"Apakah kau juga datang untuk menggangguku" Kalau begitu
terpaksa aku akan membuat keributan lagi..." kata-katanya belum
Kemelut Kerajaan Mancu 6 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Kasih Diantara Remaja 9
^