Pencarian

Wanita Iblis 25

Wanita Iblis Karya S D Liong Bagian 25


selama berpuluh-puluh tahun ini, telah menghabiskan tenaga murniku. Bahwa kita masih
dapat bertemu muka ini, sungguh suatu kebahagiaan yang diluar dugaanku"."
Setiup angin pegunungan tiba-tiba membawa suara mendengung dengung.
Lo Hian menghela napas, serunya, "Apakah suara itu?"
"Mungkin berasal dari tawon raksasa yang kubawa dalam Bok-liong," sahut Siu lam.
"Apa" Engkau mampu menguasai tawon raksasa?" tanya Lo Hian pula.
"Tawon tawon itu peninggalan dari Raja Tawon Nyo Ko yang suruh aku
memeliharanya." "Apakah Nyo Ko sudah mati ?"
"Sudah meninggal kira-kira setengah tahun lalu."
"Ah. pernah kudengar orang mengatakan tentang kepandaiannya memelihara tawon
itu, tiada dapat menandinginya. setelah memiliki kepandaiannya, jangan kau
menggunakan hanya untuk kepentingan dirimu sendiri sehingga kelak ilmu itu akan ikut
lenyap setelah kau mati." Lo Hian memberi nasehat.
Siu-lam mengiyakan. Bwe Hong Swat mendengus dingin. "Kepandaian memelihara tawon, apanya yang
aneh" Bukankah masih kalah jauh apabila dibandingkan dengan kepandaian suhu
menundukkan binatang liar dari ular berbisa ?"
"Sama sajalah," Lo Hian menyeletuk "Nak, bawalah sarang tawon itu ke mari."
Siu lam segera melakukan perintah. Tak berapa lama ia kembali dengan membawa Bok
liong. Berkat ketekunan Nyo Ko. maka selain badannya besar sekali, tawon tawon itupun
berkumpul dalam sarang dan tak berani terbang keluar sebelum mendapat perintah.
Sejenak memandang tawon tawon itu, tiba tiba wajah Lo Hian berseru girang. "Nak,
jika kau mau memberikan sedikit madu tawon mu itu, mungkin aku dapat bertahan hidup
sampai beberapa hari lagi."
Sudah tentu Siu-lam memberikan dengan serta merta, "Asal dapat mengobati luka
locianpwe, sekalipun semua madu dalam sarang itu tentu akan kuberikan kepada
locianpwe," Ia terus mengambil sekeping madu.
"Cukuplah "." kata Lo Hian sambi menyambuti. Kemudian ia menghela napas "Aku
sudah laksana sebuah pelita yang kehabisan minyak. sekalipun mendapatkan pil dewa
yang kuasa menghidupkan kematian, tetap tak mungkin dapat merebut jiwaku. sekeping
madu ini hanya dapat mempertahankan jiwaku sampak empat lima hari. Tetapi hal itu
sudah cukup." Barulah ia bangun dan bersandar pada kedua orang hutan itu. Kemudian berpaling,
serunya, "Ambilkan kipas di bawah kursiku itu"
Setelah mengambil kipas, Bwe Hong swat memapah Lo Hian duduk di kursi lagi.
Tampak napasnya terengah engah seperti orang yang kehabisan tenaga. Katanya kepada
Siu lam, "Nak, tunjukkan kipas ini kepada para ketua partay persilatan. Undang mereka
pada tiga hari kemudian tengah hari, menghadiri pertemuan Jembatan Prenyak yang
diselenggarakan sip siau hong. Usahakan sekuat tenaga supaya mereka dapat bertahan
sampai tengah malam ?"
"Aku seorang pemuda yang tak ternama. Masakan pula ketua persilatan itu mau
mendengar perintahku ?" bantah sip-lam.
"Tunjukkan kipas itu kepada mereka!"
Siu lam menyambut kipas itu dari Bwe Hong-Swat. Ketika ditebarkan, tampak
permukaan kipas itu berlukiskan Naga terbang dan burung Hong menari. Penuh dengan
garis garis Warna merah hitam dan tulisan tulisan. Ada yang disulam, Ada yang ditulis
tangan. Antara kain ada terdapat juga nama Kak seng taysu.
Lo Hian batuk batuk kecil lalu berkata pula, "Yang membubuhkan tanda tangan pada
kipas itu, semua adalah tokoh tokoh persilatan yang terkenal. Ketua dari sembilan partay,
pun sama memberikan tanda tangannya. Tetapi mereka kini sebagian bssar sudah
meninggal dunia. Para ahli warisnya, harus mengetahui rahasia itu. Asal kau tunjukkan
kipas itu dan silahkan mereka untuk meneliti tandatangan dari para leluhur mereka, sama
artinya seperti aku sendiri yang datang untuk menjumpai mereka."
Siu lam seperti disadarkan, tanyanya, "Adakah orang-orang itu pernah berjumpa
dengan locianpwe?" Lo Hian menghela napas perlahan, ujarnya, "Peristiwa yang lampau bagai awan
mengejut di angkasa. Akupun tak suka mengungkit lagi soal kegagahan di masa lampau.
Nah, mengapa aku selalu menghindari Kak Bong dan Kak Hui yang tak henti-hentinya
mengejar aku. bukanlah dari keinginan hatiku sendiri melainkan atas ajaran Kak seng
taysu. Kak seng seorang yang berbakat luar biasa. selain kepandaiannya jauh kbih sakti
dari kedua sutenya, juga di kalangan tokoh tokoh sakti dalam dunia persilatan, tiada
seorangpun yang dapat menandinginya.."
"Tapi bukankah dia kalah dengan suhu?" Bwe Hong Swat nyeletuk.
"Dia telah bertempur denganku sampai lima ratus jurus, baru kena tertotok jariku. Ah,
sudahlah! Apakah artinya kegagahan masa lalu itu" Manusia hidup hanya berpuluh tahun,
bagaikan suatu impian belaka ?"
Berkat otaknya yang cerdas, dapatlah Siu lam menarik kesimpulan bahwa nama-nama
yang tertera pada kipas itu adalah jago-jago yang dikalahkan Lo Hian. Benar benar hal itu
merupakan peristiwa yang menggemparkan dunia persilatan. Tatapi anehnya, dunia
persilatan belum pernah tersiar berita itu. Lo Hian tak mau menyiarkan rahasia itu dengan
tujuan yang luhur. Lo Hian menghela napas pelahan, ujarnya;
"Nah, kasih tahu kepada para ketua partai persilatan itu bahwa setelah mereka
menghadiri pertemuan Jembatan prenyak, kipas ini kau bakar di hadapan mereka."
Siu lam mengambil pula segumpal madu dan diletakkan disisi kursi Lo Hian, katanya
"Aku segera akan melaksakannya perintah locianpwe." Ia memberi hormat lalu melangkah
pergi. Tetapi beberapa langkah kemudian, tiba-tiba kedengaran Lo Hian memanggilnya,
"Jangan terburu-buru, aku masih hendak bicara padamu"
Siu lam hentikan langkah dan menanyakan apa pesan oraog tua itu.
Lo Hian pelahan lahan merogoh keluar sebuah bool kecil, katanya, "Bawalah ini juga!"
"Bagaimana cara menggunakan botol ini?" tanya Siu lam.
"Dalam pertemuan Jembatan prenyak itu, diam diam sip siau hong tentu membekal
obat bius yang sama sekali tak berbau. Tetapi entah pada saat bagaimana ia hendak
menggunakan obat itu dan dengan cara bagaimana. Tetapi yang jelas obat bius itu tentu
akan berhamburan memenuhi sidang pertemuan dan sekalian hadirin tentu terkena racun
bius"." "Lalu bagaimana menjaganya?" tanya Siu lam
"Walaupun obat bius itu sama sekali tidak mengeluarkan suara dan bau, tetapi orang
yang terkena tentu akan merasa sesuatu yang aneh pada dirinya. Nah, pada saat itu
segeralah menutup pernapasan dan membuka botol ini. Tuangkanlah isinya lalu bakarlah,
Nanti akan memancarkan semacam hawa yang harum sekali. Tapi bau harum itu tak dapat
mengembang sampai jauh maka sekalian hadirin harus berkumpul dalam lingkaran seluas
tiga tombak, racun bius tentu tak dapat mencelakai. Bahkan sekalipun sudah terkena bius.
asal belum menyusup kedalam ulu bati. tentu masih dapat tertolong."
Siu lam menghaturkan terima kasih.
"Masih ada sebuah hal penting yang kau harus ingat dengan baik," kata Lo Hian pula,
"berapa barisan pendam yang paling berbahaya dari barisan jembatan prenyak itu,
terletak di belakang Jembatan. setelah menyerang kedalam barisan, jangan sekali kali
kalian melalui Jembatan prenyak itu. Bersama dengan Swat ji, aku akan datang kira kira
pada tengah malam. Pada saat itu aku akan mengutus Swat-ji untuk mengundang kalian
!" "Baiklah, lo cianpwe,"kata Siu lam. Dengan memanggul sarang tawon Bok-liong, ia
segera melenyapkan diri dalam kegelapan malam.
Sepasang mata Bwe Hong Swat yang besar dan bundar meegantarkan bayangan
pemuda dengan helaan napas yang mendalam.
Sementara itu Lo Hian segera memberi perintah kepada kedua ekor orang utan supaya
mengangkat kursinya kedalam tandu. setelah menutup kain penutup, kedua makhluk aneh
itu segera menggotong lagi tandu itu.
Rupanya Bwe Hong Swat masih termangu mangu memandang bayangan Siu-lam
sehingga ia tak mengetahui kalau tandu segera akan berangkat".
Terdengar helaan napas panjang dari dalam tandu "Swat ji, naiklah kedalam tandu!
Hendak kupergunakan waktu tiga hari ini untuk memberikan seluruh kepandaianku
kepadamu!" Bwe Hong Swat gelagapan. Buru baru ia menghampiri kemuka tandu dan berbisik,
"Disekitar tempat ini, murid telah menemukan sebuah tempat meneduh yang sesuai sekali.
Apa bila suhu suka menetap disitu, segala keperluan dan keinginan suhu, dapat
kulaksanakan sebaik baiknya"
Lo Hian gelengkan kepala, "Tidak.. waktu tiga hari ini, menyangkut kepentingan dan
nasib dunia persilatan!"
"Mengapa?" "Sekalipun aku telah menerima dua murid, sip siau hong dan Tan Thian-siang, tetapi
mereka hanya dapat menerima lima enam bagian kepandaianku saja. Hanya selain ilmu
kesaktian, sip siau hong menang mempelajari juga tentang ilmu obat racun. Oleh karena
itu maka dia telah menimbulkan banjir darah di dunia persilatan."
"Adakah suhu hendak memberi aku pelajaran tentang ilmu penawar rncun?" tarya
nona. "Beberapa ilmu kesaktian istimewa. akan semua berikan kepadamu. Oleh karenanya,
dalam waktu tiga hari ini kita harus mencari tempat yang sepi, agar jangan diganggu
orang. Ah, kini kepandaianku sudah punah semua. Aku hanya dapat mengajarkan secara
lisan saja. Ya, akan kuturunkan semua kepandaianku itu. satupun tak ada yang
kusembunyikan lagi!"
"Budi suhu yang demikian besar, murid. Murid?"
"Ayo, kita berangkat!" tukas Lo Hian, "sekarang engkau cerdas sekali, tetapi tak
mungkin dalam waktu tiga hari itu dapat mengingat seluruh pelajaran yang kuberikan!
Coba saja bagaimana peruntunganmu. Engkau mampu mengingat sampai dimana, sampai
disitulah engkau akan berhasil.. "
Lo Hian mengetuk tandu perlahan lahan dan kedua orang utan itupun segera berlari
menggotong tandu. Bwe Hong-Swat mengikuti dibelakang.
Singkatnya tiga hari cepat telah berlalu.
Pada hari keempat ketika matahari memancarkan sinarnya yang gilang gemilang, dari
pintu sebelah timur kota Khik-cia, muncullah, orang orang yang berpakaian aneka ragam.
Ada paderinya, ada imam dan orang orang tua yang berjenggot putih. Adalah pula yang
mengenakan pakaian ringkas kaum persilatan dengan meyelip golok atau pedang. Bahkan
ada pula kaum gadis yang cantik dan berpakaian indah. Tetapi pun terdapat juga para
tokoh tokoh persilatan aneh yang berpakaian jembel dan gondrong. Pendek kata
rombongan orang itu terdiri dari berbagai lapisan masyarakat persilatan.
Tetapi walaupun berbeda golongannya dan berlainan cara pakaiannya, mereka
mempunyai ciri yang sama. Yalah wajah mereka sama mengerut tegang den serius.
Mereka berbondong-bondong menuju satu arah dengan hati yang berat. Angin gunung
makin keras meniup. Daun daun berguguran ketanah.
Kira kira sepuluh li jauhnya, tibalah mereka disebuah gunung. sebuah daerah
pegunungan yang mempunyai barisan puncak berlapis lapis. Pada puncak disebelah muka,
tampak sebuah tanah kuburan yang luas, penuh dengan gunduk gunduk, tanah kuburan
itu terdapat sebuah jalan kesebuah lembah.
Ketika tiba dipuncak gunung itu, rombongan beraneka orang itu berhenti salah seorang
anggota rombongan, seorang paderi tua berjubah putih, tampil kemuka. setelah
mengucap salam Omitohud, ia berkata, "saudara saudara sekalian, sejak mulai dari tanah
kuburan ini, kita sudah memasuki barisan Jembatan prenyak. Pertempuran ini bukan saja
akan menyangkut mati hidup kita sekalian, pun menyangkut nasib seluruh dunia
persilatan?" Ia berhenti sejenak lalu menyambung lagi, "Dahulu ketua Beng-gak telah mengirim
undangan dengan Jarum Jit jiau soh, mengundang semua tokoh persilatan menghadiri
pesta Pemanggil-nyawa. sayang karena sku masih dalam bertapa, maka aku dapat hadir.
Demi menghadapi pesta maut itu, gereja siau-lim si telah mengutus ketuanya Tay Hong
siansu untuk mengadakan pertemuan dengan kaum persilatan digunung Thay-saa. Boleh
dikata seluruh tokoh tokoh persilatan datang menghadiri. sekali lagi, saat itu aku-pun tak
dapat hadir Tetapi tak apa karena pimpinan rapat, tetap seorang paderi sakti dari siau hm
si.." Sekalian orang diam mendengarkan pembicaraan paderi tua itu dengan penuh
perhatian. Paderi tua itu menghela napas panjang, katanya pula, "Tetapi akhirnya dari
pertempuran itu, benar-benar diluar dugaanku. Bukan saja banyak paderi siau lim si yang
menderita kekalahan, juga telah menggoncangkan dunia persilatan. Kecuali hanya
beberapa orang yang beruntung lolos, boleb dikata sebagian besar tokoh tokoh itu binasa
atau ditawan dan dijadikan budak oleh wanita dari Beng gak. Peristiwa yang menyedihkan
itu belum pernah sebelumnya terjadi dalam dunia persilatan. sebagian besar tokoh-tokoh
dari kesembilan partai, ikut serta dalam pertempuran itu. Kiranya tak perlu kuuraikan lagi
disini tentu saudara-saudara sudah mengetahuinya. Demi menyelamatkan Keadilan dan
Kebenaran, kita yang masih hidup ini harus tetap melanjutkan perjuangan"."
"Ucapan taysu tepat sekali." tiba-tiba terdengar sebuah seruan lantang, "pertempuran
hari ini menyangkut nasib dunia persilatan. Ular tanpa kepala tak mungkin jalan, burung
tanpa sayap tak mungkin terbang. Demikianpun rombongan kita sekarang ini. Kurasa
baiklah taysu suka memimpin rombongan ini dan kami pasti akan mentaati segala perintah
taysu," "Ah, mana aku berani," kata padsri tua itu.
Ketika berpaling, sekalian orang baru mengetahui bahwa yang bicara itu adalah ketua
partai Hoa-san pay yakni Pedang pembelah gunung Ang Hoang. Dia seorang tokoh yang
cerdas dan bertenaga besar. senjatanya sebilah pedang emas yang beratnya tiga puluh
kati. Gagah dan sakti sekali, melupakan seorang bintang cemerlang sejak partai itu berdiri
beratus-ratus tahun. Terdengar sebuah suara lain mendukung pernyataan ketua Hoa-san pay itu, "Aku
setuju usul saudara Ang. Kami seluruh anak murid partai Kong tong-pay akan berdiri
dibelakang taysu!" "Ya, janganlah taysu menolak lagi," terdengar lagi sebuah suara yang mantap nyaring
dari arah rombongan tokoh tokoh persilatan itu,
"partai gereja siau lim boleh dikata hampir ludes ditangab Kuntilanak itu. Tay Hong
suheng bwlum sembuh dari terkena racun. Begitu pula Tay In suheng yang menggantikan
kedudukan pimpinan gereja, Juga lenyap dalam usahanya memburu musuh sehingga
sampai sekarang belum ketahuan nasibnya, Tay Hui, Tay Ceng dan beberapa suheng,
demi membela gereja siau limsi, telah gugur binasa. Ah, hampir seluruh tokoh tokoh sakti
gereja siau lim telah hancur lebur. sin Ciong totiang dari Bu-tong pay mati di Beng gak.
Ceng Hun toheng dari Ceng sia pay dan Thian Ce toheng dari Kun lun pay serta ketua
Tiam jong pay Cau Yan bu, dua tokoh tua dari Swat san pay dan Kong tong pay yakni Tek
Cin dan Ciok sam-kong lo cianpwe, dan suhengku sendiri Tay Ih siansu, telah hilang tanpa
jejak. Tetapi sekalipun gereja telah morat-marit tak keruan, namun tetap memerintah aku
bersama delapan orang paderi siau lim, datang menghadiri kemari. Taysu adalah pimpinan
Go-bi pay selama empat puluh tahun. Demi menjaga kelangsungan nama Go bi pay yang
sudah sedemikian harum, harap jangan menolak maksud sekalian saudara disini!"
Jilid 47 YANG bicara itu adalah Tay siansu paderi sakti dari siau lim si. Memang selama beratus
ratus tahun ini, dunia persilatan memang sering dilanda kekacauan dan pergolakan. Tetapi
berkat, keteguhan dan kesetiaan seluruh anak murid siau lim si, gereja siau-lim tetap
berdiri tegak, sehingga siau-lim si dianggap sebagai bintang Pak tou dunia persilatan.
Walaupun tiap kali gereja itu mendapat serangan musuh, tetapi selalu hanya menderita
kerugian sedikit. Tetapi kali ini memang luar biasa sekali keadaannya. siau lim si menjadi
pelopor penyerangan tetapi yang paling besar menderita kerusakan. suatu peristiwa yang
belum terjadi sejak berdirinya partai itu sampai sekarang.
Masih paderi tua jubah putih itu hendak menolak, tetapi sekalian orang gagah
serempak berseru, "Keadaan kita sekarang ini, hanya engkau Ka In taysu yang paling
tinggi kedudukannya. Jika engkau menolak, berarti mengecewakan sekalian kita semua!"
Ka In sipaderi tua jubah putih itu menghela napas perlahan, "Tay Hong siansu dan sin
Ciong totiang bukanlah tokoh-tokoh sembarangan. Aku tak nempil dengan mereka, baik
dalam ilmu agama maupun ilmu kesaktian. Ku kuatir, aku tak mampu memimpin saudara
saudara melalui barisan Jembatan Prenyak ini dengan selamat."
"Bahaya kali ini, belum pernah terjadi dalam dunia persilatan. Rupanya sudah suratan
takdir. Harap taysu jangan menolak lagi Kami semua bersedia mati demi untuk cita-cita
bersama!" seru Tay To siansu dari siau-lim si.
"Kalau begitu, terpaksa aku hanya menurut kehendak saudara saudara sekalian,"
akhirnya Ka In taysu mengalah.
Tetapi serentak dengan pertanyaan paderi jubah putih itu terdengarlah suara tertawa
panjang nyaring. Nadanya bagai naga meringkik di-angkasa.
Sekalian orang terkejut dan berpaling. Tiga sosok bayangan berlarian datang laksana
kuda liar mencongklang pesat. Dalam beberapa kejab saja mereka sudah tiba dihadapan
sekalian orang gagah. Ternyata salah seorang dari ketiga pendatang berada ditengah. seorang pemuda
mengenakan pakaian hitam. Wajah berseri cakap, sikapnya gagah perkasa. Panggungnya
menyanggul pedang dan tangannya memegang sebuah BoK-Liong yang ditutup dengan
kain hitam. sedang disisi kanan kirinya, diapit oleh dua orang tua yang berjenggot putih
dan msngurai rambut sampai kebahu.
Sekalipun belum pernah bertemu tetapi sekalian orang gagah itu pernah mendengar
tentang kedua tokoh aneh itu yang termahsyur yakni Lam koay dan Pak-koay.
Tetapi rombongan tokoh-tokoh persilatan itu tak kenal siapakah pemnda gagah itu.
Heran mereka dibuatnya mengapa seorang pemnda yang tak terkenal, bisa bersama sama
dengan kedua tokoh Lam koay dan Pak-koay yang termahsyur.
Tetapi para ketua dari partai persilatan yang memimpin rombongan itu, memberi salam
hormat kepada pemuda itu.


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pui-sicu?" demikian Tay To siansu dari siau-Lim si segera memberi salam. Kemudian
memperkenalkan pemuda itu kepada sekalian orang gagah, "Harap sekalian saudara kenal
dengan pemuda gagah ini, Pui sicu, yakni pemuda yang telah membantu gereja siau lim-si
dan seorang diri bertempur mati-matian melawan orang Beng gak ketika mereka
menyerbu gereja siau-lim-si. Jika Pui sicu tak membantu mungkin pada saat itu siau-lim-si
tentu akan menderita kerusakan lebih besar lagi."
Memang pemuda itu bukan lain adalah Siu-lam. setelah meletakkan sarang tawon Bok
Liong ia balas memberi hormat, "Ah, taysu terlalu memuji. sungguh aku tak layak
menerima penghormatan itu."
Kemudian ia mengeluarkan kipas pemberian Lo Hian. Dihadapan sekalian orang gagah,
ia membakar kipas itu! Walaupun tak tahu apa maksud pemuda itu membakar kipas, tetapi sekalian ketua
partay persilatan diam diam mengetahui juga tujuannya.
Kipas itu merupakan lambang kehinaan yang telah dilakukan oleh para ketua angkatan
terdahulu. Ketika Siu-lam membakarnya, sekalian tokoh-tokoh partay persilatan itu amat
berterima kasih. Ka In taysu memberi hormat, "Pui sicu?"
"Ah, silahkan taysu memberi pentunjuk" buru buru Siu-lam balas memberi hormat.
"Sungguh berat sekali bagi lohu karena di minta untuk memimpin rombongan ini?"
"Aku bersama kedua saudara angkatku akan mentaati perintah taysu." cepat Siu-lam
menukas. Ka In taysu terbeliak. Memandang kearah Lom-koay dan Pak-koay, diam diam ia
terkejut. Kedua tokoh aneh itu lebih tua dari paderi itu. Mengapa Siu lam menyebutnya
sebagai engkoh" "Ah, mana lohu berani menerima?" baru Kay In taysu berkata begitu, Lam koay shin Ki
cepat mendengus, "Paderi tua, tak usah sungkanlah."
Dan sambil memandang kelangit biru, Pak koay Ui Lian menggumam, "Yang paling ku
benci yalah sikap sungkan sungkanan yang kosong!"
Merah juga muka Ka In taysu mendapat semprotan itu. Buru buru ia menyusul kata
kata, "Kalau begitu, terpaksa lohu menurut saja."
Ia mengacungkan tangan dan segera dua orang paderi pertengahan umur menghampiri
dan tegak menunggu perintah.
Sambil melambaikan tangan, Ka In memberi perintah, "Kalian jadi petunjuk jalan
dimuka. Jika menjumpai sesuatu, harus berhenti!"
Kedua paderi itu memberi hormat, mencabut goloknya lalu melangkah kearah hutan
pohon jati. Mereka adalah murid angkatan kedua dari partai Go bi-pay yang paling tinggi
kepandaiannya. Kemudian Ka In taysu berputar tubuh dan berseru nyaring, "Anak buah Beng-gak, rata
rata ganas. Jika saudara berjumpa, silahkan saudara menggunakan cara yang ganas
juga?" Wajah paderi tua itu berobah serius lalu melanjutkan pula, "Pertempuran hari ini,
menyangkut nasib dari dunia persilatan. Bukan merupakan pertempuran untuk
menghimpas dendam perseorangan. saudara saudara boleh tak perlu memiliki bati Welas
asih?" Ia menutup pesannya dengan merangkapkan kedua tangan dan mempersilahkan Siulam.
"Jika lo cianpwe hendak memberi perintah. silahkan segera memberitahu kepadaku,"
Siu lam tersenyum. "Pui sicu dan lohu berjalan bersama ditengah barisan. Kita siap sedia mengatur bantuan
apa bila suasana memerlukan."
Sin lam mengiakan. Kemudian paderi pimpinan rombongan itu berkata kepada Pedang pembela gunung
Ang Hong, "Harap saudara Ang memilih empat jago Hoa san-pay masuk kedaerah
pekuburan itu dari sebelah. Jika bertemu sesuatu, jangan gegabah maju tetapi harus
mengadakan hubungan dulu dengan lohu."
Ang Hong mengiakan. Ia memilih empat murid Hoa san-pay yang tangguh supaya
menyusup tanah kuburan dari sebelah kiri.
Setelah itu Ka In taysu meminta kepada Tay To siansu dari siau-lim si, "Harap suheng
memilih empat murid siau-lim si, menyusup kedaerah kuburan dari sebelah kanan."
Tay Topun segera melaksanakan perintah setelah membentuk kedua sayap pelindung
barisan itu, Ka In taysu sapukan pandang matanya ke sekalian orang gagah. serunya,
"saudara sekalian, pertempuran kali ini, belum dapat kita tentukan menang kalahnya.
Maksudku, kiranya tak perlu kita semua masuk ke dalam hutan jati itu. Lebih baik masing
masing partay, memilih beberapa jagonya yang berkepandaian tinggi dan berpengalaman
luas, kita gabungkan satu masuk ke hutan jati. sedang sisanya, tetap tinggal di luar hutan
atau pulang ketempat masing masing, Hal ini diperuntukkan apabila dalam pertempuran
kita mengalami kekalahan, paling tidak masih ada beberapa murid yang kelak dapat
berusaha menuntut balas !"
Tampak para pemimpin partay persilatan yang hadir pada saat itu, bermuram durja.
Rupanya mereka mempunyai firasat tak baik akan hasilnya pertempuran nanti. saran Ka In
taysu itu disetujui. segera para ketua partay itu memilih beberapa murid yang
berkepandaian tinggi. sedang lainnya disuruh menunggu di luar huran. Apabila terjadi
sesuatu dalam hutan, mereka supaya cepat pulang ke gunung.
Ternyata dalam pemilihan itu mating masing partay sama mementingkan kepentingan
sendiri. Yang disuruh tinggal di luar hutan itu, ternyata tunas-tunas yang berbakat.
Dengan demikian apabila sampai hancur dalam pertempuran, mereka masih memiliki
tunas tunas yang dapat melanjutkan kewibawaan partay masing masing. sedang sebagian
besar yang ikut masuk dalam penyerbuan ke hutan itu adalah golongan tua.
Pada hal sesungguhnya keadaan sembilan partay besar itu sudah remuk. Ketua stau-lim
si Tay Hong siansu masih terkena racun. sedang penggantinya yakni Tay Ih siansu, pun
tidak ketahuan nasibnya. sin Ciong totiang, ketua Bu-tong-pay, gugur dalam pertempuran
di Beng gak. Ketua Ceng- sia- pay, Ceng Hun totiang dan ketua Kuu lun pay Thian Ce
totiang, ketua Tian-jong pay Cau Yan-hui, tokoh tokoh tua dari Swat-san pay dan Kong
tong pay yakni Ciok sara kong dan Tok Cin, tak ketahuan rimbanya. Kalau bukan
pimpinan, mereka tentulah tokoh-tua dalam partay, berkepandaian sakti dan ternama.
Merupakan tokoh-tokoh utama dalam masing-masing partay. Dengan hilangnya dar
gugurnya tokoh tokoh itu, masing masing partay telah kehilangan tenaga penting.
Keadaan itulah yang menyebabkan moril partay partay yang ikut dalam penyerbuan ke
Jembatan Prenyak itu turun beberapa derajat.
Melihat cara para pemimpin partay itu memilih orang orangnya, diam-diam siu lam
kecewa. Pikirnya, "Ke sembilan partay itu sudah beratus tahun tegak tak tergoyah. Tetapi
tak kira, sekali dikacau sip siau-tong, dalam waktu tak sampai satu tahun saja, telah kocar
kacir tak karuan keadaannya."
Lam koay dan Pak koay tetap bersikap dingin-dingin saja dan tak menghiraukan
keselamatan partay partay persilatan itu.
Setelah pemilihan selesai, Ka In taysu berkata dengan serius, "Atas kepercayaan yang
saudara saudara berikan kepada lohu untuk memimpin rombongan ini, lohu merasa
mempunyai tanggung jawab berat. Demi tanggung jawab itu, lohu minta agar segala
tindak dan langkah kita harus sesuai dengan perintah. Baik maju menyerang maupun
mundur bertahan, siapapun tidak boleh bertindak menurut kemauan sendiri."
Sekalian orang gagah serempak menyatakan kesediaannya.
"Terima kasih saudara-saudara," kata Ka In. "sekarang mari kata masuk ke hutan
itu".." Ia terus mendahului melangkah ke arah hutan untuk memimpin rombongan.
Siu lampun cepat menyusul dan berjalan di samping Ka In, bisiknya, "Harap lo siansu
suka memberi perintah kepada rombongan ini supaya jangan memandang remeh lawan!"
Ka In taysu mengangguk, tertawa; "semua yang ikut dalam penyerbuan ini, sudah
melepaskan harapan hidup. Asal shin dan Ui lo cian-pwe berdua dapat menundukkan
Kuntilanak Beng gak itu, pertempuran ini belum tentu gagal!"
Siu lam menghela napas perlahan, "Barisan Jembatan Prenyak itu telah menghabiskan
darah serta keringat Lo Hian. Perobahan barisan itu tukar diduga duga. setelah memasuki
barisan, harap locianpwe memanggil anggauta anggauta kedua sayap barisan kita supaya
mereka mengerahkan seluruh tenaga agar jangan sampai binasa secara konyol!"
Tioa-tiba terdengar suitan panjang Ka In taysu kerutkan dahi, ujarnya, "Itulah
pertandaan dari kedua sayap kita. Tentulah mereka sudah bertempur dengan musuh?"
Siu-lam minta Ka In taysu memerintahkan rombongan berhenti dulu. Ia sendiri yang
akan meninjau kedalam hutan. Pemuda itu terus loncat lari kesamping kanan. Lam koay
dan Pak koaypun segera mengikuti dibelakang pemuda itu.
Diam diam Ka In taysu menghela napas. Ia heran mengapa Siu lam mempunyai
pengaruh besar terhadap kedua tokoh aneh Lam koay dan Pak koay.
Sambil berlari, Siu-lam memperhatikan sekeliling penjuru. Ternyata hutan itu penuh di
tumbuni pohoa jati yang tinggi. Keadaannya sunyi sekali.
Suitan panjang itu tiba tiba berhenti. Rupanya setelah muncul, musuh lenyap kembali.
Siu lam yang kenal kelihaian wanita Beog gak itu, melihat suasana makin sunyi, makin
merasa bahwa kesunyian itu mengandung bahaya yang hebat.
Setelah melintasi segerombol pohon jati, ia melihat Tay siansu bersama empat orang
paderi siau-lim si sedang membentuk sebuah barisan segi empat. Dengan hati hati mereka
maju. Siu lam memberi isyarat tangan dan berseru supaya mereka berhenti. sekali loncat,
pemudi itu sudah tiba disamping Tay To.
Tay To siansu pernah menyaksikan peristiwa penyerbuan Beng-gak yang dipimpin
wanita itu ke siau lim si. Teringat akan peristiwa itts, Tay To memang berlaku hati hati
sekali begitu mendengar seruan Siu-lam, ia segera berhenti.
"Apakah taysu menjumpai sesuatu?" tanya Siu-lam dengan berbisik.
"Seperti ada bayangan orang berkelebat tetapi pada lain kejap sudah menghilang," kata
Tay To dengan Wajah merah. Ia malu dalam hati sendiri.
Siu-lam menghela napas, "Turut yang kuketahui, barisan jembatan prenyak yang
didirikan Wanita itu, bukan saja penuh dengan perobahan yang sukar diduga, pun juga
menggunakan beberapa jenis binatang dan barang untuk menyebarkan racun. Lo cianpwe
dapat berlaku hati hati, itu memang paling baik. Tetapi kuminta kepada Ka In taysu
supaya menarik kedua sayap kita agar dapat dipersatukan dalam sebuah satuan dan dapat
menghindari terpencarnya kekuatan kita."
Sekonyong konyong Lam koay shin Ki menggerung, "Hm. siapakah itu!"
Sebuah gelombang tertawa nyaring berhamburan. Dari balik sebatang pohon jati tua
yang jauhnya tiga tombak, muncul serombongan gadis berselendang sutera. Dengan
mengulum senyum, dara dara cantik itu melangkah perlahan lahan, selendang mereka
berhamburan mirip dengan sayap.
Sejak kecil Tay To sudah masuk gereja, setua ini belum pernah ia melihat
pemandangan sedemikian. Buru buru ia palingkan muka tak berani memandang.
Diam diam Siu lam menghitung. Yang muka tiga orang dara dan dibelakang lima orang.
Jumlahnya delapan orang. Mereka cantik seperti bunga. Dan mereka berjalan dengan
lenggang bebas. setitikpun tak takut.
"Hro imam tua hidung kerbau, bisa saja jual tingkah!" Lam koay shin Ki membentak
marah dan ayunkan tangannya. Wut". gelombang angin pukulan dahsyat melanda dara
yang ditengah. Dara itu menjerit dan tubuhnya terlempar beberapa belas meter.
Muntahlah dara dan putuslah jiwanya".
Lam koay tertegun. Ia tak menyangka kalau dara itu tak mengerti ilmu silat.
Ketujuh dara lainnya, walaupun mengetahui salah seorang kawannya mati, mereka
tetap tak terkejut dan tetap berjalan pelahan lahan dengan wajah berseri tawa.
Ganas sekalipun Lam koay shin Ki, tetapi suruh ia menaburkan maut kepada dara-dara
yang tak bisa silat itu. Karena sudah mendapat bisikan dari Lo Hian, tahulah Siu lam bahwa sekalipun
rombongan dara itu tersenyum tawa tetapi sikap mereka seperti orang yang kehilangan
kesadarannya. Jelas terkena sesuatu pengaruh.
Timbul seketika pikiran pemuda itu, serunya, "Terang mereka tak mengerti ilmu silat.
Kita tak boleh membunuh anak perempunn yang tak berdaya tetapipun jangan sampai
mereka mendekat kemari Kita harus lekas mundur dulu."
Memang sekalian orang gagah telah menyaksikan kematian dara tadi, tak sampai hati
untuk turun tangan. Mereka serempak menyurut mundur.
Sambil menjulurkan pedang, Siu lam berseru nyaring, "Nona sekalian, silahkan!"
Ia bermaksud hendak memikat rombongan dara itu bicara agar dapat diketahui sampai
di mana hilangnya kesadaran pikiran mereka. Diluar dugaan, dara itu tak mau
menghiraukan dan terus maju menghampiri ketempat rombongan orang gagah.
Heran jega Siu lam dibuatnya. Mereka tak mengerti ilmu silat tetapi mengapa tak takut
sama sekali. Apakah maksud mereka" Siu-lam terpaksa menyurut mundur sendiri.
Setelah mendengar kata kata Siu-lam, Ka In taysu memang merasa bahwa barisan
musuh amat berbabaya sekali. Tak boleh dihadapi dengan siasat biasa. Dari pada
terpencar lebib baik berkumpul satu untuk menusatkan tenaga. segera ia bersuit panjang
untuk memanggil anggauta barisannya.
Tiba tiba terdengar suara Siulan panjang. Ketujuh dara itupun berhenti dan perlahanlahan
mundur lagi. Beberapa saat memandang gerak gerik kawanan dara itu, tiba-tiba Siu lam sadar.
Katanya seorang diri, "Ah kiranya begitu!"
Pak koay Ui Lian kerutkan alis, bertanya, "Apakah artinya itu?"
"Karena yakin bahwa kita tentu tak sampai membunuh kawanan dara itu maka
pemimpin Beng gak sengaja menggunakan dara dara cantik itu untuk mendekati tempat
kita. Jika tak sadar gadis gadis itu tentu membekal senjata rahasia yang beracun atau
semacam obat bubuk beracun. Tampaknya kawanan dara cantik itu seperti bunga, tetapi
sebenarnya mereka telah kehilangan kesadarannya. Siulan nyaring tadi berasal dari orang
yang menggerakkan mereka!"
Lam-koay shin Ki mendengus, "Memang begitulah kepintaran Lo Hian. siasatnya selalu
menggunakan kelemahan orang. Maka aku tak peduli. Biar kuhantam remuk mereka
semua!" "Ah. tetopi siasat sip siau-hong tentu tidak hanya begitu," kata siu-lam.
Dalam pada bicara itu mereka bertemu dengan barisan tengah. Ka In taysu menyambut
dan bertanya, "Tay To suheng, apakah bertemu dengan musuh?"
Tay To menuturkan pengalamannya. Mendengar itu Ka In taysu geleng-geleng dan
menyebut, "Kehancuran, kehancuran. . . !"
Saat itu Pedang pembelah gunung Ang Hong tiba dengan membawa anak murid Hoa
san-pay. "Apakah Locianpwe melihat sesuatu yang aneh ?" tanya Siu-lam.
Kata Ang Hong "Kira kira belasan tombak memasuki hutan, tetap belum melibat jejak
musuh. Tetapi kulihat sebuah sarang kurungan yang penuh dengan semacam burung
gereja." Siu-lam terkejut. "Apakah locianpwe memegang sangkar itu ?"
"Walaupun tahu bahwa musuh sedang memasang perangkap, tetapi karena mengira
hanya kawanan burung gereja yang tak mungkin dapat mencelakakan orang, akupun
terus hendak menghantam sangkar itu. Untung saat itu aku mendengar seruan Ka In
taysu memanggil. Buru buru aku kembali ke sini."
Siu lam menghela napas lega. "syukurlah locianpwe tidak jadi menghantam sangkar itu.
Kalau burung- burung itu sampai terbang keluar, tentu saat ini kita semua sudah terkena
racun?" Berhenti sejenak, ia berseru lagi dengan nyaring, "Bukan sekali kali aku hendak
menakut-nakuti. Kecerdikan Lo Hian mungkin saudara-saudara sudah mendengar. Wanita
Beng gak itu adalah murid Lo Hian. selain berilmu sakti juga telah mempelajari ilmu
menggunakan racun. semua benda dalam hutan ini kemungkinan tertu sudah dilumuri
racun. sekali tak hati hati, kita tentu mati konyol ?"
"Mengingat Pui si cu sudah mendapat petunjuk dari orang sakti, tentulah sudah
mengetahui tentang babaya-bahaya yang terkandung dalam barisan musuh. Maka harap
sicu suka mewakili lohu ntuk memimpin barisan kita ini." kata Ke In taysu.
Buru buru Siu-lam berkata " "Ah, aku hanya seorang anak muda yang kurang
pengetahuan dan pengalaman. Bagaimana mungkin aku menerima tanggung jawab
seberat itu " Terima kasih atas kepercayaan locianpwe, tetap pegang pimpinan sedang
aku akan membantu dari samping."
Ka In anggap pernyataan anak muda itu memang beralasan. Demi untuk menjaga ketat
para tokoh tokoh persilatan, ia berkata, "Ah. kalau sicu sungkan, terpaksa lohu menerima
lagi ?" Kemudian ia menanyakan pikiran Siu lam untuk langkah selanjutnya.
"Menurut pendapatku, baiklah kita kirim kelompok tokoh tokoh yang berkepandaian
tinggi, masuk ke dalam hutan untuk memikat barisan musuh supaya bergerak."
"Cemerlang!" puji Ka In tayau. "Baiklah, lohu segera akan memimpin anak murid Go bipay
untuk mempelopori membuka jalan."
Tetapi Ang Hong segera mencegah, "Tidak, taysu sebagai pimpinan barisan, mana
boleh sembarangan menempuh bahaya. Biarlah aku saja yang memimpin anak murid Hoa
san pay sebagai pelopor!"
"Memang pating baik saudara Ang saja." kata Siu-lam, "Tetapi jangan membawa terlalu
banyak anggota. Aku bersama kedua gi heng (kakak angkat) ditambah saudara Ang dan
seorang murid Hoa san lagi, kiranya sudah cukup!"
Ang Hong mengiakan setelah memilih seorang murid yang berkepandaian tinggi, kelima
orang itupun segera berangkat
Sebelum pergi, Siu lam sempat memberi pesan kepada Ka In Taysu, "selekas
mendengar pertandaku, harap lo cianpwe segera memimpin rombongau menyusul
masuk." Setelah itu siu lam segera berangkat. Kira kira lima tombak jauhnya, tetap mereka
belum melihat sesuatu yang mencurigakan.
Agaknya Lam Koay shin Ki tak sabar, katanya, "saudara, mengapa tak membakar hutan
ini saja" sungguh menjemukan untuk bermain kucing kucingan seperti ini!"
Siu lam tertawa, "Jika dengan api dapat menyelesaikan hutan ini, tak perlu kita
melakukan pertempuran."
Tiba-tiba mereka melihat pada kuburan yang dibawah batang pohon jati tua duduk
bersila seorang berpakaian hitam. Matanya memejam seperti paderi yang tengah
bersemedi. Agaknya dia tak mengetahui kedatangan rombongan Siu-lam.
"Siapa?" seru Ang Hong. Tetapi orang itu tetap tak bergerak. Berpaling kepada seorang


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muridnya, berserulah Ang Hong, "Ma Kiat, periksalah orang itu, sudah mati atau masih
hidup!" Ma Kiat mengiakan terus menghampiri orang aneh itu. Siu lam hendak mencegah tetapi
sudah tak keburu. Ma Kiat menampar orang itu. Bluk, orang itu rubuh kebelakang.
Ma Kiat adalah murid angkatan kedua dari Hoa san pay yang tinggi kepandaiannya.
Begitu merasa yang dipukul itu bukan orang sungguh, cepat ia loncat mundur. Tetapi
sudah terlambat. serangkum senjata rahasia yuug sehalus rambut dari empat penjuru
menghambur kearah Ma Kiat.
Walaupun Ma Kiat berkepandaian tinggi tetapi menghadapi keadaan seperti itu, benar
benar ia tak berdaya menghindar. seketika ia rasakan sekujur badannya kesemutan. la
kerahkan semua sisa tenaganya untuk mempertahankan tubuhnya. Dengan berjumpalitan
di udara, ia meluncur turun dan tegak berdiri ditanah.
"Suhu, aku?" ia terus terjungkal rubuh dan mati seketika.
Ang Hong memandang, seketika muridnya itu tanpa mengucap apa apa. Siu lam hanya
menghela napas, ujarnya rawan, "Cara membunuh orang yang digunakan oleh barisan
musuh, sungguh hebat sekali. Benar benar setiap langkah merupakan ancaman maut, dan
setiap batang rumput merupakan musuh !"
Keempat orang yang menyaksikan peristiwa itu, diam diam menggigil hatinya. Mereka
merasa akan mendapat giliran mati seperti Ma Kiat.
Beberapa saat kemudian, Ang Hong tiba tiba tersenyum, "Bertempur melawaa musuh
kalau tak mati tentu terluka"." sambil memutar mutar pedang ketua Hoa-san-pay segera
menyerbu maju. Beberapa kejap kemudian, tiba tiba mereka mendengar suara tetabuhan nadanya
menawan sekali, mirip orang berduka cita, sehingga perasaan orang ikut terhanyut dalam
dunia kehampaan. Saat itu sekalian orang gagah sudah mem-bekal itikad untuk mati. Tetapi ketika
mendengar nada tetabuhan itu, tak urung hati mereka menggigil juga.
Siu lam yang sudah mempunyai rencana, agak lebih tenang. Begitu melihat kawan
kawannya mulai geiilah, ia segera bersuit nyaring suara suitannya menembus kedalam
suara musik itu. Lam koay dan Pak-toay pun juga ikut bersuit. Kedua tokoh dengan tenaga
dalamnya yang hebat, telah berhasil menembuskan suitannya ke-telinga sekalian orang,
lalu menggugah semangat mereka dari rasa kegelisahan.
Suara musik itu berhenti seketika dan hutanpun kembali sunyi. Siu lam menghela
napas, ujarnya, "Jika kita sampai kehilargan semangat mendengar suara musik itu, musuh
yang bersembunyi disekeliling hutan ini tentu segera keluar menyerang kita."
"Ah, jika Pui sicu tak lekas lekas memgetahui bahaya itu, mungkin saat ini kita sudah
terluka," kata Ka In taysu.
"Melihat keanehan tidak merasa aneh. Keanehan itu tentu tak aneh sendiri," kata Ang
Hong "maksudku, dalam menghadapi segala macam ilmu setan dari musuh, kita lihat
tetapi tak memandang, dengar tetapi tak memasukkan ketelinga. Pusatkan perhatian terus
menyusup maju. Begitu menemukan wanita Beng gak, kita serbu agar segera
mendapatkan penyelesaian kalah atau menang."
Siu lam menghela napas lagi, "Ah, pendapat itu memang tepat tapi kenyataannya tak
begitu sederhana. Maksudku, lebih baik setiap melalui barisan pendam musuh, kita
melakukan pertempuran."
Pedang pembelah gunung Ang Hong tertawa panjang, serunya, "Aku bersedia
membawa murid Hoa-san pay untuk membuka jalan!" Habis berkata ia getarkan pedang
dan melangkah maju. Lima orang murid Hoa-san pay segera mengikutinya. Karena tak
dapat mencegah. Siu lam pun terpaksa ikut dibelakang mereka.
Ketua Hoa san pay itu berjalan dengan lintangkan pedang untuk melindungi dadanya.
Ia memandang lurus kemuka. sikapnya tenang sekali seolah olah msnghadapi maut
seperti hendak pulang kerumah.
Kira kira setengah lie jauhnya, mereka sudah tiba diujung penghabisan dari hutan jati
itu. Pemandangan disitupun berobah alamnya, penuh tumbuh tumbuhan bunga dan
rumput hijau. Di-tengah kedua puncak gunung, terbentang sebuah lembah hijau. Dimulut
lembah dijaga oleh empat orang gadis dalam pakaian merah kuning biru dan putih.
Tangan masing masing mengangkat sebuah plakat berbunyi, "Penyeberangan Jembatan
prenyak". Dibelakang keempat gadis itu terdapat sebuah anak sungai selebar empat tombak.
sebuah jembatan bunga, menyambung kedua tepian Jembatan lebarnya satu setengah
meter. Berpuluh puluh ekor burung prenyak hinggap di kedua samping dan diatas
jembatan itu. Memandang kearah jembatan bunga itu. Ka In taysu berbisik kepada Siu-lam, "Apakah
kita akan menyerbu kesana."
Saat itu Siu lam tengah berpikir: Diam-diam ia menghitung waktu dari perjanjiannya
dengan Lo Hian. Ia merasa masih ada beberapa waktu. Dalam waktu sesingkat itu, lebih
baik tak mem-buang tenaga bertempur dengan musuh. sedapat mungkin baik berusaha
untuk menghindari pertempuran.
Sejak bertemu dengan Lo Hian, ia mempunyai kesan. Walaupun orang tua itu telah
melakukan kesalahan besar tetapi dia sudah menyesal dan mau merobah. Dan saat ini
sedang memanfaatkan nyawanya yang tinggal beberapa hari untuk menolong kaum
persilatan dari kebinasaan.
Melihat pemuda itu terus menerus memandang jembatan, bertanyalah Ka In taysu,
"Pui, sicu, apakah setelah melintasi jembatan itu, kita akan tiba ditengah barisan Jembatan
prenyak?" Juga pedang pembelah gunung Ang Hong tak sabar, serunya lantang, "Biarlah kami
dari Hoa san-pay yang mempelopori melintasi jembatan itu!" ia terus membolang
balingkan pedang seraya melangkah kemuka.
"Lo cianpwe, jangan terburu buru dulu".."
Siu lam terkejut. Ang Hong berpaling, "Main sembunyi ekor, bukanlah aku seorang ksatrya!" Tanpa
menghiraukan peringatan Siu lam dan tanpa memeriksa keadaaan jembatan itu, ia terus
naik ke atas. Ilmu meringankan tubuh dari ketua Hoa-san pay itu memang telah mencapai tahapan
yang dapat berjalan diatas permukaan air. sekalipun jembatan itu terbuat dari rangkaian
bunga segar, pun tak mungkin dapat mencelakai Ang Hong.
Melibat kedatangan Ang Hong, kawanan burung prenyak yang hinggap diatas jembatan
segera terbang berhamburan. suara burung prenyak yang berisik itu menimbulkan gelisah
hati orang. Tetapi burung yang hinggap dikedua samping jembatan, diam saja. seolah olah
hendak menyambut kedatangan Ang Hong dan rombongannya.
Melihat Ang Hong melintasi jembatan indah itu. Siu lam segera mengajak Ka In taysu
menyusul. Ka In taysu mengiakan. Lebih dulu ia menberi peringatan kepada rombongannya,
"siapa yang merasa ginkangnya kurang sempurna, jangan memaksa diri untuk ikut
melintasi jembatan itu."
Tokoh-tokoh partai persilatan yarg menghadiri penemuan Jembatan prenyak itu
kebanyakan anak murid yang memiliki kepandaian tinggi. Mereka segera berbondong
bondong melintasi jembatan.
Pada saat orang terakhir dari rombongan Ka In taysu langkahkan kain keetas jembatan,
tiba tiba terdengar bunyi tambur dipukul gencar. Dan serentak jembatan bunga itu
terlepas jatuh kedalam saluran air.
"Sungguh berbahaya sekali." diam diam Ka In taysu mengeluh, "bila sudah berada
ditengah tentu tak mungkin lagi orang mampu loncat ketepi."
"Locianpwe, lekas mundur!" seru Siu-lam. Ketika Ka In taysu mengangkat muka,
tampak segumpal asap putih menyongsong ke arahnya. Karena menduga asap itu tentu
beracun, Ka In hentikan langkah.
"Saudara saudara, lekas mundur. Asap itu mengandung racun!" teriak Siu lam pula.
Sekalian orang terkejut dan buru-buru mundur. Jembatan sudah ambyar jatuh
berhamburan kedalam saluran air yang dalam.
Setelah memperhatikan dengan teliti, dapatlah Siu-lam mengetahui bahwa gumpalan
asap itu berasal dari gerumbul pohon yang terletak pada jarak beberapa tombak jauhnya.
Jelas disitu tentu terdapat orang yang bersembunyi dan melepas asap racun.
Karena sudah tiada jalan untuk mundur lagi, Ka In taysu mengeluh. Dengan cemas ia
berpaling ke arah Siu-lam. "Pui sicu, jembatan sudah putus. Jika asap itu benar beracun,
kita pasti hancur semua. Daripada mati koayol, lebih baik kita serbu saja. Kalau toh mati,
tentu puas." Jelas paderi yang sudah berumur lebih dari enam puluh tahun itu, tak dapat menguasai
ketenangan hati melihat keadaan saat itu. Dia sudah bertekad hendak mengadu jiwa
"Harap locianpwe sabar silahkan memberi perintah supaya anggauta rombongan kita
menutup pernapasannya dan mengumpul ditempat seluas satu tombak. Aku mempunyai
daya untuk memecahkan serbuan asep beracun itu!"
Ka In taysu terbeliak. Diam diam ia tak percaya akan omongan Siu-lam tetapi ia tetap
melakukan perintah untuk memanggil seluruh anggota rombongan berkumpul dalam
lingkaran setombak luasnya.
Saat itu gumpalan asap kabut makin mendekat. samar samar mereka mencium bau
yang harum. "Lekas tutup pernapasan!" Siu-lam berseru kepada sekalian orang, sedang ia sendiri
tampil kemuka berdiri didepan rombongan. sebelumnya ia memang sudah mengeluarkan
botol obat pemberian Lo Hian. Obat itu segera dibakarnya. Asapnya berwarna biru, baunya
memuakkan orang. Ditingkah oleh sinar matahari, bercampurlah asap putih dengan asap biru. Percampuran
itu menimbulkan warna ungu muda dan bertebaran hilang. Karena hampir muntah
mencium bau yang muak sekali, sekalian orang kerutkan dahi.
"Pui tayhiap, obat apakah yang kau bakar itu " Mengapa baunya begini memusingkan
kepala ?" seru ketua Hoa-san pay Ang Hong.
Siu lam hanya tersenyum. "Obat manjur memang pahit rasanya. Harap saudara
saudara suka bersabar sebentar lagi. Jika Obat dalam botol ini beracun tentu akulah yang
mati lebih dulu!" Mendengar penjelasan itu, sekalian orang berdiam diri.
Kira-kira seperminum teh lamanya, asap dan Obat itu mulai menipis. sedang obatpun
hampir habis. Padahal kabut beracun masih bertebaran dibawa angin. Diam diam siu lam
gelisah juga. ia heran mengapa sampai saat itu Lo Hian belum muncul. Jika obat babis,
bukankah sekalian anggota rombongan akan mati"
Tengah pemuda itu gelisah, tiba tiba dari arah lembah terdengar suitan nyaring. Cepat
sekali suitan itu sudah menelungkupi seluas beberapa tombak.
Sekalian orang terkejut. Ketika memandang ke arah suitan itu mereka melihat dua ekor
makhluk aneh yang menyerupai orang hutan, memikul sebuah tandu. Cepat sekali tandu
itu sudah berhenti pada jarak empat lima tombak dari rombongan orang gagah.
Seketika timbullah semangat Siu lam, serunya, "Tentulah saudara saudara pernah
melihatnya!" Sekalian orang saling berpandangan satu dengan yang lain.
Kata Siu lam pula, "Tandu yang dipikul oleh orang hutan itu berisi tokoh yang
dikahyalkan dalam dunia persilatan: Lo Hian !"
Setelah meletakkan tandu, kedua orang hutan itu berpencaran lagi ke dalam semak
rumput. Pada lain saat terdengar jeritan ngeri dan asap yang berhamburan itupun lenyap.
Tepat pada saat itu obat yang dibawa Siu-lam pun habis. Ia lemparkan botol lalu
perlahan lahan menghampiri ke tempat tandu. sekalian orangpun segera mengikuti.
Tiba tiba kedua orang hutan itu muncul dan lari ke tempat tandu. Mereka menghadang
di muka tandu. Memandang dengan marah pada sekalian orang.
Siu lam memberi hormat ke arah tandu, katanya, "Wanpwe Pui Siu-lam, menghadap Lo
locianpwe." Diulangnya beberapa kali, tetapi tetap tak ada jawaban. sedangkan kedua orang hutan
itu terdengar mendesis-desis perlahan.
Siu-lam tertawa menyeringai. Ia berpaling kepada Ka In taysu. "Lo locianpwe tidak
enak badan. Tak perlu kita mengganggunya."
"Lo locianpwe adalah mustika manusia. Jika melepaskan kesempatan untuk bertemu
muka sungguh akan kecewa seumur hidup." kata Ka In.
Tiba-tiba Lam koay shin Ki mendengus. "Ada orang!"
Ketika sekalian orang memandang kemuka, tampak seorang Dara baju putih tengah
berjalan perlahan lahan. Dibelakangi dara itu, ikut sebuah rombongan terdiri dari paderi dan imam serta lelaki
dan wanita. Siu lam segera mengetahui bahwa gadis baju putih itu adalah Bwe Hong Swat. sedang
imam berjenggot panjang yang berjalan disampingnya itu adalah ketua Ceng sia-pay,
Ceng Hun totiang. Siu lam terkejut. Dan pada lain saat, Bwe Hong-Swat serta rombongannya tiba.
Ka In taysu belum pernah melihat Bwe Hong Swat. Ia heran melihat seorang nona yang
cantik gilang gemilang diikuti oleh rombongan berbagai tokoh.
Ternyata yang mengiring dibelakang Bwe Hong Swat itu, kecuali Ceng Hun totiang, pun
masih terdapat lagi ketua angkatan ketujuh dari partay Tiam jong pay yakni Cau Yan-hui.
Tek Cin tokoh tua dari Kong tong pay, Cok sam-kong dari Swat san pay, ketua Kun-lun
pay Thian Ce Totiang dan masih terdapat dua orang yang berwajah gagah dan cakap.
Dingin dingin saja Bwe Hong-Swat memandang rombongan orang gagah pimpinan Ka
In taysu. Langsung nona itu menghampiri kemuka tenda dan memberi hormat, "suhu
beruntunglah murid tak sampai menelantarkan perintah "
Dari dalam tandu itu terdengar suara lemah, "Bagus .. budak she Pui itu sudah lama
datang." terdengar batuk-batuk lalu, "seluruh orang gagah dari segala penjuru, sudah
berada disini. Engkau mewakili aku membersihkan nama perguruan, lalu mewakili aku
menghaturkan maaf kepada sekalian orang gagah. Dengan demikian cita citaku sudah
terlaksana semua" Bwe Hong Swat mengiakan Lalu berpaling kearah kedua pemuda yang berdiri
disampingnya, "Bawalah ketua Beng gak itu kemari."
Kedua pemuda itu tak lain adalah Kat Hong dan Kat Hui. Mereka memberi hormat lalu
tinggalan tempat itu. Dalam Kesempatan itu Kat In taysu memberi tegur salam kepada Ceng Hun totiang,
"To heng baik baik sajakah selama ini?"
Ceng Hun totiang menghela napas kecil. Ia menghaturkan terima kasih,
Anak murid Ceng sia pay, Tiam jong- Pay dan Kun lun-pay segera berbondong-bondong
lari menghadap ketua masing-masing. Tetapi anehnya para ketua partai itu hanya tertawa
rawan dan menyuruh murid masing masing bangun.
Melihat bagaimana sekalian orang gagah begitu menaruh perindahan sekali kepada Lo
Hian, diam-diam Lam koay shin Ki tak puas. Memandang kepada Pak koay Ui Lian,
keduanya telah bersepakat dalam hati. Pak koay membalas pandang mata rekannya
dengan kedipan mata. "Tua bangka hidung kerbau jual lagak besar kau!" bentak Lam-koay.
Bwe Hong-Swat kerutkan alis dan berseru "siapakah yang kau maki itu ?"
Lam koay menyahut dingin, "siapa lagi yang berharga kumaki kecuali Lo Hian"
Merahlah seketika wajah Bwe Hong-Swat. sinar pembunuhan segera memancar pada
seluruh wajahnya: "Apakah kau bosan hidup?" tegurnya tenang tenang.
Dari dalam tenda, terdengar Lo Hian mencegah, "Swat-ji, jangan berlaku kurang
hormat terhadap seorang lo cianpwe?" Kemudian Lo Hian berkata kepada Lam-koay,
"saudara shin, apakah kau tak kurang suatu apa selama ini" Apakah saudara Ciu masih
hidup?" "Kau hendak memaki aku sudah mati" sayang makin tua si Ciu itu makin panjang
umur." Lo Hian menghela napas, "Teman teman dahulu, sebagian besar sudah meninggal.
Hanya tinggal beberapa saja yang masih hidup. saudara berdua sudah berusia seratus
tahun lebih tetapi mengapa masih begitu perangsang sekali?"
Tiba tiba kain penutup tandu tersingkap dan sebuah kereta kursi, perlahan lahan
meluncur keluar. Terhadap tokoh yang seolah-olah telah menjadi khayalan dunia persilatan itu, setiap
Orang ingin sekali bertemu muka suatu kebanggaan kalau orang dapat melihat wajah Lo
Hian. Dan karena terpengaruh oleh kebesaran tokoh khayal itu, setiap orang
membayangkan bahwa Lo Hian tentu berwibawa seperti seorang dewa.
Tetapi demi melihat dengan mata kepala, terkejutlah sekalian orang gagah. Tokoh Lo
Hian yang termasyur itu ternyata hanya seorang tua bertubuh kurus kering dan lemah
sekali keadaannya. sambil duduk bersandar pada kursinya.
dada Lo Hian berkembang kempis seperti orang yang tengah meregang.
Melihat keadaan Lo Hian seperti itu, seketika lenyaplah kemarahan Lam koay dan Pakkoay.
Kedua tokoh itu iba dan tak tahu bagaimana harus berkata.
Angin berhembus perlahan, Wajah Lo Hian mengulum tawa rawan, ujarnya, "Apakah
kalian memaki aku karena tak mau keluar menyambut?"
Lam koay tersipu sipu memberi hormat, serunya, "sudahlah, sudahlah.." sebenarnya ia
hendak meminta maaf tetapi tak dapat merangkai kata-kata.
Bwe Hong Swat melangkah kesamping Lo Hian dan berkata, "Dilembah ini anginnya
dingin, harap suhu masuk kedalam tandu lagi!"
"Tak usah," sahut Lo Hian. Dari jauh terdengar derap langkah orang berjalan
mendatangi. Tampak Kat Hong membawa sip siau hong ketua Beng gak, Dewa iblis Ban
Thian seng, Hian song, Hui ing, Tong Bu kwan dan seorang nona baju merah, berlari lari
mendatangi. Sip siau hong dan kawan kawannya itu, kecuali kedua kakinya yang masih dapat
bergerak, tubuh mereka telah membeku seperti kayu. Mereka mengikuti dibelakang Kat
Hong. Tak berapa lama tiba dihadapan rombongan orang gagah.
Sekalian orang gagah terkesiap melihat pemandangan itu, seluruh mata menumpah
pada diri sip siau hong si Kuntilanak dari Beng gak. Walauoun sikapnya sudah kaku seperti
patung bernyawa tetapi kecantikan yang gilang gemilang masih menonjol sekali.
Lo Hian menghela napas lalu memberi perintah kepada Bwe Hong Swat, "Swat ji,
selesaikanlah dia".!"
Tokoh sakti itu memandang sekalian orang gagah, katanya, "Aku telah keliru memberi


Wanita Iblis Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelajaran pada orang busuk sehingga menimbulkan bencana pada dunia persilatan.
sakarang dapatlah dikata bahwa aku sudah berhasil menundukkan murid murtad itu. Maka
di hadapan sekalian saudara, aku hendak melakukan pembersihan diri nama
perguruanku"." Saat itu Bwe Hong Swat perjalan perlahan lahan ketempat sip siau hong. Dengan sikap
dingin ia mengangkat tinjunya kanan. Tetapi sampai beberapa saat belum juga
dihantamkan. Bahkan pada lain saat tiba- tiba ia menurunkan lagi tinjunya itu.
"Suhu, murid tak dapat turun tangan!" serunya kepada Lo Hian dengan nada rawan.
Lo Hian menghela napas, "Memang dia telah melepas budi kepadamu, tak dapat
menyalahkan engkau,".."
Kemudian tokoh itu alihkan pandang matanya kearah Siu lam, katanya, "Dia telah
membunuh suhumu yang pertama. Lekas engkau hancurkan ilmu kepandaiannya!"
Tergetar hati Siu-lam mendengar perintah itu. sambil memandang kearah sip stau
hong, ia melangkah perlahan lahan.
"Wanita ini sungguh seperti ular cantik yang amat berbisa. Entah sudah berapa banyak
kaum persilatan yang telah dibunuhnya. Biar bagaimanapun tak boleh mengampuninya,"
diam diam Siu lam menimang dalam hati.
Dalam pada itu Siu lam pun sudah tiba di hadapan sip siau hong.
Lo Hian pejamkan mata lalu berseru; "Tutuklah jalan darah Jim dan Tok pada
punggungnya!" Siu lam melakukan perintah itu. "Tutuk lagi dua belas jalan darah Ciong-lou dan
pusarnya!" seru Lo Hian pula. Siu lam menurut.
Tiba tiba Bwe Hong Swat menghela napas panjang dan palingkan mukanya kesamping.
Saat itu seluruh mata dan perhatian sekalian orang gagah, tersumpah pada Siu lam dan
sip siau bong. Mereka menyaksikan peristiwa itu dengan berdebar.
Tiba tiba suara Lo Hian berubah tajam serunya, "Tutuk lagi jalan darah Hu kiat!"
Sia-lam mau angkat tangannya. Ketika hendak menutuk, sekonyong konyong sip siauhong
merintih dongan suara lemah, "Bunuh sajalah aku!"
Kata wanita Beng gak yang biasanya sangat berpengaruh itu, saat itu tampak meredup
penuh kedukaan dan penasaran. Beberapa butir air mata menitik turun dari pelupuknya.
Keadaannya sangat mengibakan hati orang.
Sip siau-hong, ular cantik dari Beng gak yang tangannya berlumuran darah dan tubuh
bergelimpangan dosa itu, telah membangkitkan kemarahan setiap orang persilatan. Tetapi
saat itu keadaanya mengenaskan sekali.
Siu lam tertegun meragu beberapa saat. Tiba tiba ia berputar tubuh, tangan kanan
menyusup di sela lambungnya dan cret. .secepat kilat ujung jarinya telah menutuk perut
wanita itu. Terdengar sebuah jeritan yang ngeri. Jeritan yang menggoncangkan sanubari semua
orang. Habis menutuk, Siu-lam melesat kemuka dan berhenti pada jarak lima langkah.
Ketika berpaling kebelakang, tampak sip siau-hong tengah mendekap mukanya dengan
kedua tangan, Tubuhnya bergemetaran keras. suara isak tangis yang merintih-rintih bagai
seorang ibu kematian puteranya, berkumandang memenuhi lembah.
Tiba tiba ia lari kemuka menuju kearah lembah. Rupanya ia hendak buang diri kebawah
lembah. Daripada hidup menanggung malu lebih baik mati berkalang tanah.
Semua orang serentak kaget. Mereka merasa, Walaupun berdosa besar tapi tak
sepatutnya seorang wanita yang sedemikian jelita, harus dihukum mati Ah, betapa hebat
pengaruh kecantikan sip siau hong itu!
Tetapi sebelum mereka dapat berbuat sesuatu, sip siau hong sudah tiba ditepi lembah
dan rubuh. sesosok bayangan menerobos keluar dari rombongan orang orang gagah dan
menyambar tubuh sip siau hong.
"Jangan menjamah diriku!" sip siau hong melengking. Tetapi kedua tangannya yang
mendekap mukanya itu telah ditarik orang yang hendak menolongnya itu,
"Oohh"." sekonyong konyong orang itu menjerit kaget. Ia lepaskan cekalannya dan
berdiri seperti patung. Dengan sekuat tenaganya, sip siau hong meronta dan menggelindingkan diri kebawah
dasar lembah. Tubuh wanita itu menggelundung kebawah. Ketika tiba didasar lembah,
rambutnya yang hitam legam tiba-tiba berobah putih"
Orang yang tampil menolong tadi, adalah Pedang pembelah gunung Ang Hong, ketua
Hoa san pay. Dia berkata seorang diri penuh sesal, "Ah, tak seharusnya kutolongnya". tak
seharusnya kutolongnya?"
"Tidak, kau tak bersalah.. Menolong orang terutama wanita, adalah laku ksatrya.
sekalipun orang itu berbuat kesalahan besar," Ka In tay-su menghibur.
Ang Hong menghela napas panjang, "Dia hendak mati dalam keadaan seperti seorang
cantik. Tetapi ah, aku telah menghancurkan keinginannya. Ya, ternyata wajahnya buruk
sekali!" "Benar," sahut Lo Hian, "dia telah berobah tua dan jelek. Karena ilmunya menggunakan
tenaga dalam untuk menjaga wajahnya tetap cantik, telah kuperintahkan
melenyapkannya. Dia menjadi seorang biasa. Tuhan maha adil dan usia takkan
memaafkan orang. Dia hanya mampu memaksa keadaan tetapi hanya untuk sementara
waktu. Karena akhirnya ia harus menyerah pada tuntutan usia tua!"
Berpaling kearah Hian Song dan Hui-ing, Siu lam berkata kepada Lo Hian, "Lo cianpwe
biang keladinya hanyalah sip siau hong dan Ban Thian seng. Lain lainnya harap lo cianpwe
suka membebaskan." Lo Hian mengiakan lalu memerintahkan Bwe Hong Swat supaya membuka jalan darah
orang orang tawanan itu. Setelah Bwe Hong Swat melakukan perintah, Lo Hian menghela napas, ujarnya, "semua
orang yang ditawan sip siau hong, telah diberi obat penawar racun. Tetapi karena sudah
mendalam sekali racunnya untuk beberapa saat kesadaraannya belum pulih. Maka akan
kusuruh Swat ji untuk menutuk jalan darah mereka. Ah, aku telah bersalah mendidik
murid kurang keras, sehingga menimbulkan bencana. Dengan ini kumohon maaf sebesarbesarnya
kepada sekalian saudara!"
Sekali mengetuk kursi rodanya, kedua orang Utan segera lari menghampiri dan
mengangkat kursi roda Lo Hian kedalam tandu.
"Mohon lo cianpwe suka menunggu sebentar, aku hendak mohon petunjuk!" tiba tiba
Siu lam berseru. Ketika Lo Hian menanyakan maksudnya. siu lam berkata, "Kini pergolakan dalam dunia
persilatan sudah reda, sip siau hong, biang keladi huru hara sudah mati didasar lembah,
Ban Thian sengpun telah tertangkap. Berarti keinginan locianpwe telah terkabul semua.
Tetapi aku masih belum dapat menyelesaikan pesan seseorang. Dalam hal ini mohon lo
cianpwe suka mengabulkan keinginanku!"
"Maksudmu hendak menguji kepandaian dengan aku?" Lo Hian menegas hambar.
"Benar, lo cianpwe," sahut Siu lam, "locianpwe disanjung orang sebagai seorang tokoh
yang besar didunia psrsilatan. Dan aku telah terlanjur menerima pesan dari dua orang
paderi siau lim untuk menguji kepandaian dengan lo-cianpwe. Agar dapat diketahui,
apakah ilmu kepandaian siau-lim si yang lebih unggul apa ilmu kepandaian lo cianpwe
yang lebih tinggi!" "Tetapi sudah berpuluh tahun aku mengidap penyakit, tubuhku mati separoh dan
tenaganya pun lenyap. Bagaimana aku hendak menerima permintaanmu?" kata Lo Hian.
Siu lam menitikkan dua butir air mata dan menjurah dalam dalam, "Aku sudah terlanjur
menerima permintaan kedua paderi siau-lim si itu. Jika hal itu tak kulaksanakan, hatiku
tentu tak tentram. Mohon lo-cianpwe suka mengabulkan permintaanku."
Tiba tiba Bwe Hong Swat melengking, "Jika kau dapat mewakili kedua paderi siau-Lim,
akupun akan mewakili suhuku juga!"
Siu lam terkesiap, ujarnya, "Tetapi maksudku hanya akan mengajak lo cianpwe untuk
adu kepandaian secara lisan saja, bukan dengan, bertempur sesungguhnya!"
"Suhuku masih lemah, sekali salah ucap tentu akan menghancurkan keharuman
namanya. Jika mau mengadu kepandaian, marilah kita mengadu dengan bertempur. siapa
kalah dan menang, sekalian orang gagah yang hadir disini akan menjadi saksi!"
Bwe Hong-Swat tetap mendesak.
Lo Hian menghela napas. "Kak Bong dan Kak Hui itu menerima pesan dari Kak seng
untuk memperdalam keyakinannya dalam ilmu kesaktian gereja siau lim si. Demi untuk
mencuci noda hinaan yang dideritanya dahulu. Tetapi kuberitahukan kepadamu, engkau
bukan tandingan dari muridku Swat-ji!"
Panas seketika darah siu-lam mendengar exohan itu. seketika menyahutlah ia dengan
angkuh, "siang malam kurenungkan hal itu d.".i makin dalam menyelami bahwa ilmu
kepandaiH siaulim-si termasuk ilmu Putih yang gilang ??| milang. Beda dengan ilmu
kepandaian locianpti yang bersifst aneh dan gaib itu Kiranya ber 5ebsh "ebihan kalau lo
cianowe mengatakan ilmu kepandaian itu lebih unggu"."
"JaDgan kurang ajar dengan kata bata ta jam. " bentak B we Hong Swat dengan mars!
dan terus loocst menghantam
S u lara msohgindar seraya membentak "Jangan terburu buru dulu. setelah kutinggalkai
pesan, baru kita nanti bertanding." "Lekas!" seru Bwe Hons Swat. Siu lam memberi hormat
kepada Lam koa dao Pakkoay, "Entah nanti aku kalah atau i o g, harap giheng berdua
jangan ikut campu D J mi melaksanakan pesan O ia r g, mati pun al tak penasaran!"
Kara koay shin K.i menggumam, "Pars pa-j ti dan imam itu memang banyak tiagkah.
KLa iau dirinya scadiri tak mampu, kenapa suruh orang lain yang mengerjakan sehingga
menim-ibiiikan perselisihan yang tiada gunanya."
"To api telah ku enungkan memang hal UU besar sekali hubungannya dengan ilmu silat
raeg berkembang didunia persilatan. Tak boleh kita pandang hal itu dari sudut
kepentingan deru dam pribadi," kata Siu-lara.
"Sudah selesai?" celetuk. Bwt Hong-swai dengan nada kurang senang.
Siu-lam perlahan-lahan memutar tubuh, menghampiri kemuka nona itu dan berseru:
silaukan memberi pelajaran."
R we Hong Swat tertawa rawan, "Harap kau berhati hati, mengangkat sebuah jari
tangannya segera menutuk.
Siu-lam tak mau menghindar lagi. Ia gunakan jurus Genderang berbunyi dipagi hari,
balas menyerang. Bwe Hong-Swat menghindar kesamping tangan kiri menyerang kesamping, jari kanan
menusuk. Dalam sekejap mata, ia telah melancarkan delapan buah serangan. Hebatnya
kelewat kelewat. suatu ilmu kepandaian yang belum pernah tampak didunia persilatan
sehingga sekalian tokoh-tokoh termangu mangu melihatnya!."
Siu-lam pun segera mengeluarkan ilmu silat simpanan dari siau lim si, yakni ilmu
menutuk urat dan menebas nadi.
Pertempuran itu benar- benar merupakan suatu pertempuran dahsyat yang bermutu
tinggi, setiap gerak dari kedua muda mudi itu, tentu merupakan suatu jurus yang aneh.
Dalam beberapa kejap saja, keduanya telah bertempur sampai seratus jurus lebih.
sekalian orang gagah benar benar terbenam dalam kenikmatan dan kekaguman!
Tiba tiba terdengar Bwe Hong Swat membentak nyaring. Bayangan jarinya segera
menelungkupi ketiga puluh buah jalan darah besar dari tubuh Siu lam. sekalian orang
terkejut ketika merasa bahwa nona baju putih itu tiba-tiba berubah menjadi seperti
sepuluh orang yang mengepung Siu lam. Mereka mencemaskan keselamatan pemuda itu"
Tiba tiba terdengar Siu lam bersuit nyaring. Nadanya bagai naga meringkik diangkasa
raya dan mendadak keduanya sama menyurut mundur"
Siu-lam mendekap perut dengan kedua tangan dan terhuyung-huyung tiga langkah lalu
rubuh. selang Bwe Hong Swat wajahnya tampak pucat, tangan mendekap dada, tubuh
berguncang guncang beberapa kali dan akhirnya rubuh juga.
Lam-koay Pak-koay serempak berseru, "saudaraku, apakah kau terluka parah?" cepat
mereka loncat kesamping Siu-lam.
Sedang Kat Hong dan Kat Wipun lari menghampiri ketempat Bwe Hong Swat. Tetapi
secepat itu Lo Hian membentak mereka, "Jangan ganggu!"
Lam koay, Pak koay, Kat Hong dan Kat Wi tertegun dan serempak mundur
Bwe Hong-Swat menggeliat duduk, serunya, "Hu- kun (suami), apakah engkau terluka
parah?" Sambil berusaha duduk, Siu lam menyahut, "Terima kasih atas kemurahan hatimu."
Bwe Hong-Swat tertawa rawan, "Jika engkau gunakan sekuat tenaga memukul, urat
jantungku tentu sndah putus."
"Sudahlah, kalah atau menang, bukan soal Pokok aku sudah melaksanakan pesan
orang." kata Siu lam seraya bangun. saat itu Bwe Hong Swatpun bangkit juga. Kiranya
keduanya tidak menggunakan seluruh tenaga untuk menghantam lawan sehingga mereka
tak sampai terluka parah.
Tiba-tiba terdengar suara Omitohud dan pada lain kejap muncullah rombongan paderi
dipimpin seorang paderi tua berjenggot putih. Melihat itu, Siu-lam segera berseru rawan, "
Maaf aku belum dapat memenuhi pesan taysu!"
Yang datang yalah paderi ketua siau-lim-si Kak Bong tayau serta sisa sisa anak murid
gereja itu. Pejabat ketua Tay Ih siansu mengenakan jubah kuning dan membawa tongkat
Kumala Hijau. Sejenak memandang Lo Hian, Kak Bong berbisik kepada Siu lam, "Dendam siau lim-si
kepada Lo Hian, harus dilaksanakan. Tetapi dendam ini dapat lohu hapus apa bila Pui sicu
suka menerima murid Lo Hian sebagai kawan hidup."
"Ini..ini".." Siu lam terbeliak.
Tiba tiba Bwe Hong Swat berseru, "Asal engkau tak ingkar janji kita berdua dibawah
sinar rembulan itu, akupun tak keberatan engkau hendak mengambil beberapa isteri lagi."
"Akupun takkan marah-marah lagi kepadamu, asal engkau mau melaksanakan pesan
kakek uutuk menyerahkan diriku kepadamu," seru Hian song.
Ciu Hui Ing menghela napas panjang "Ayah bundaku menerima engkau sebagai murid,
adalah dengan harapan engkau dapat merawat keturunan keluarga Ciu?""."
Siu lam bergantian memandang kepada ke tiga gadis cantik itu dengan penuh arti.
Ditingkah oleh sinar matahari yang cerah gemilang terdengarlah puji nyanyian para
paderi memanjatkan doa kebahagian?""
- TAMAT - Prabarini 4 Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Keris Pusaka Nogopasung 5
^