Pencarian

Kedele Maut 12

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 12


tenang tapi mantap benda tadi segera mendarat kembali diatas
altar, setelah itu dia baru berkata sambil tertawa hambar.
"Inilah yg disebut jurus "Petik bunga menangkap kupu-kupu"
Dg penuh kasih sayang dipandangnya kupu-kupu itu sekejap,
kemudian dimasukkannya kedalam saku bajunya yg dekil.
Sambil menggertak gigi menahan amarah, Thia Bu ki berkata :
"Aku benar-benar punya m ata tak mengenal bukit Tay san, boleh
aku tahu siapa namamu sehingga dikemudian hari bisa mohon
petunjuk lagi?""
"Aku si pelajar bernama Ho Heng!" jawab si pelajar rudin itu
sambil tertawa. Thia Bu ki kelihatan sangat terkejut, segera serunya tertahan :
"Oooh"rupanya jago lihay dari Pat huang, tak aneh kalau
begitu?" "Sayang sekali terlalu terlambat kau mengetahui segala sesuatu
itu?" "Tidak terlalu terlambat" tukas Thia Bu ki sambil menggertak gigi,
"aku segera akan melaporkan kejadian ini kepada Siancu serta
mencatat nama besarmu baik-baik, dikemudian hari kami pasti akan
mengunjungi anda sambil menyatakan terima kasih"nah sekarang
maaf kalau aku hendak mohon diri lebih dulu!"
Ia menggerakkan sepasang bahunya dan siap meninggalkan
tempat tersebut". "Eeei"tunggu dulu, tunggu dulu!" pelajar rudin Ho Heng segera
menghalang jalan perginya.
Thia Bu ki menjadi tertegun.
"Membunuh orang tak lebih hanya kepala menempel tanah, aku
toh sudah mengaku kalah, apa yg hendak kau lakukan sekarang"
Si pelajar rudin Ho Heng tertawa :
"Yaa benar, semestinya aku si pelajar tak pantas menyusahkan
dirimu lagi tapi aku sudah menerima gaji dua tahil perak saban hari
apakah kau diperkenankan pergi dari sini atau tidak rasanya aku si
pelajar tak bisa memutuskan sendiri?"
Kemudian sambil menjura kepada Kho Beng, katanya lebih jauh :
"Tuanku, sekarang tugas aku si pelajr sudah selesai, kecuali kalau
dia tak mau menuruti perkataanmu, aku sipelajar pasti akan turun
tangan dg sendirinya utk memberi pendidikan kepadanya."
Thia Bu ki benar-benar mendongkol sekali gemasnya, dia hanya
bisa menggertak gigi keras-keras.
Sementara itu Kho Beng telah maju keepan, katanya kemudian
sambil tertawa : "Sobat, akupun tak ingin terlalu menyusahkan dirimu,
keinginanku tak lebih hanya berharap kau sudi menjawab sebuah
pertanyaan ku saja, aku rasa kau pasti tahu bukan dimanakah
letaknya sarang dewi In nu?"
"Sebagai salah satu dari dua belas pelindung hukum Siancu,
tentu saja aku mengetahui alamatnya" sahut Thia Bu ki dingin, "tapi
aku tak bakal memberitahukan kepadamu, lebih baik matikan saja
harapanmu itu?" Kho Beng menjadi gusar sekali, serunya :
"Kuanjurkan kepadamu lebih baik menuruti saja permintaanku,
sebab kalau tidak, hmmm! Kau sendiri yg bakal rugi"
"Hmmm, aku justru sengaja tak mau bicara, apa yg bisa kau
lakukan".?" Tidak sampai perkataan tsb selesai diucapkan, panji kupu-kupu
yg telah kehilangan sepasang kupu-kupunya itu telah digetarkan
kembali keras-keras kemudian langsung disodokkan kedada Kho
Beng. Melihat datangnya serangan tsb, Kho Beng menjadi amat gusar,
pedangnya segera diloloskan dari sarungnya, kemudian dg jurus
Thian goan kui wi, dia tangkis datannya ancaman panji kupu-kupu
dari Thia Bu ki". Pada saat yg bersamaan pula si pelajar rudin menerjang kemuka
dan melepaskan sebuah tendangan kilat ketubuh Thia Bu ki.
Sebetulnya keistimewaan yg dimiliki senjata panji kupu-kupu itu
terletak pada sepasang kupu-kupu diujung senjata tsb, dg lenyapnya
kupu-kupu itu maka senjata tsb menjadi tak ada gunanya sama
sekali. Itulah sebabnya hanya dalam satu gebrakan saja, senjata tsb
sudah gigetarkan oleh pedang Kho Beng hingga terlepas dari
genggaman dan mencelat keluar pintu.
Tendangan yg dilepaskan si pelajar rudin Ho Heng barusan
memang lihay sekali, tendangan tsb persis menghajar tulang
selangkangan sebelah kanan Thia Bu ki.
Akibatnya ia nampak mundur dua langkah dg sempoyongan,
kemudian roboh terjungkal keatas tanah.
Kho Beng tidak berayal lagi, kelima jari tangannya segera
dikebaskan kedepan utk menotok jalan darah Cian kong hiat dikiri
kanan bahunya serta jalan darah Yong swan hiatnya.
Dg tertotoknya jalan darah Cian kong hiat serta Yong swan hiat,
otomatis keempat anggota badan Thia Bu ki menjadi hilang
fungsinya, meski begitu bagian tubuh yg lain tetap berjalan normal
dan sama sekali tidak ada gangguan.
Sambil tertawa terkekeh-kekeh si pelajar rudin Ho Heng berkata :
"Hey situa bangka, inilah yg disebut mencari penyakit buat diri
sendiri, sungguh menggelikan, sungguh menggelikan!"
Sementara itu Kho Beng telah berjongkok sambil membentak
keras : "Sekarang kau tentu sudah sadar bukan, tidak berbicara pun
tiada gunanya, biarpun aku mesti mencincang tubuhmy sedikit demi
sedikit, aku tetap akan memaksamu memberi keterangan."
Mendadak Thia Bu ki tertawa seram, katanya :
"Heee"heee"heee"kalau aku bisa membuat harapan kalian
terkabul, percuma saja menjadi salah satu diantara dua belas
pelindung hukum Siancu, biar aku bakal mampus tapi cepat atau
lambat kalian pun jangan harap bisa lolos dari cengkeraman maut
partai kupu-kupu!" Pelajar rudin Ho Heng nampak agak tertegun, kemudian
teriaknya : "Hati-hati, tua bangka itu hendak bunuh diri."
Tapi sayang peringatan itu toh masih terlambat selangkah,
tampak darah segar menyembur keluar dari mulut Thia Bu ki,
menyusul kemudian terlihat sepotong gu,palan daging berwarna
merah turut tersembur keluar, rupanya dia telah bunuh diri dg
menggigit putus lidah sendiri.
Dg gemas Kho Beng menghentak-hentakkan kakinya keatas
tanah sambil berseru : "Akulah yg teledor, sayang sekali titik terang yg berhasil kita
peroleh dg susah payah harus terputus kembali ditengah jalan?"
Setelah menyemburkan beberapa gumpal darah segar, selembar
nyawa Thia Bu ki pun turut melayang meninggalkan raganya.
Dalam pada itu Molim telah mendekati jenasah Thia Bu ki serta
mencopot kain kerudungnya, kemudian ia berkata :
"Bajingan inilah yg telah menggaet kami utk masuk kedalam
komplotannya" Tergerak hati Kho Beng, mendadak ia bertanya :
"Selain dia, siapa lagi yg sering mengadakan hubungan kontak dg
kalian?" Molim jadi terkejut sekali, buru-buru katanya :
"Sudah tak ada, selain dia seorang kami tidak mengenal yg
lain?" Pelajar rudin Ho Heng segera menyela sambil tertawa terkekehkekeh
: "Padahal persoalan ini tak usah digelisahkan, kita bisa menyelidiki
secara pelan-pelan?"
Kemudian setelah melirik sekejap kearah Molim, Mokim, Hapukim
serta Rumang, katanya lebih jauh :
"Ilmu mengurut nadi telah kuajarkan kepada majikan kalian, asal
kamu semua tak punya pikiran nyeleweng dan menuruti
perintahnya, aku rasa tak akan terjadi sesuatu atas dirimu
berempat." "Cukong, benarkah kepandaian tsb telah kau pelajari?" dg raguragu
dan gelisah Molim berpaling kearah Kho Beng.
Sianak muda itu segera mengangguk :
"Tentu saja telah kupelajari, kalian tak usah kuatir, setahun
kemudian, cianpwee ini pasti akan membebaskan kalian dari
pengaruh ilmunya, disamping itu aku pun tetap akan menepati
janjiku dulu, yakni mewariskan ilmu silat dari kitab pusaka Thian
goan bu boh kepada kalian"
"Terima kasih cukong?" buru-buru Molim berseru.
Sambil tertawa pelajar rudin segera berkata pula :
"Kho Beng, belum terlalu lama aku sipelajar meninggakan
kawasan Lam huang, munculnya kembali orang-orang partai kupukupu
membuat hatiku sangat tak tenang, sebetulnya siapa sih dewi
In nu itu" Dan apa yg telah terjadi selama ini?"
Setelah menghela napas, Kho Beng berkata :
"Dewi In nu adalah dalang dari peristiwa pembunuhan berdarah
ketujuh puluh lembar jiwa keluarga Kho kami, sedangkan orangorang
dari partai kupu-kupu tak lain adalah para pelindung
hukumnya?" "Kalau begitu sungguh aneh sekali!" bisik si pelajar rudin sambil
berkerut kening. "Maksud cianpwee?" Kho Beng kelihatannya agak tercengang.
Dg wajah amat serius pelajar rudin Ho Heng berkata :
"Kau tahu, sewaktu partai kupu-kupu masih malang melintang
didalam dunia persilatan, waktu itu kemampuan mereka amat
dahsyat hingga tujuh partai besar pun bukan tandingan mereka.
Badai pembunuhan berdarah yg berlangsung pada seratus tahun
berselang itu hampir memporak porandakan seluruh dunia persilatan
andaikata tiga dewa Sam gwa sam sian tidak segera munculkan diri,
entah bagaimanakah penyelesaian terhadap pembantaian berdarah
itu. Akibat dari peristiwa ini, pihak partai kupu-kupu telah
mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia persilatan, tapi
sempat meninggalkan nyanyian yg berbunyi : Kupu-kupu terbang
berpasangan, banjir darah melanda dunia persilatan, hujan air mata
bersedihan, bangkai berserakan menganak bukit."
"Tentang masalah ini, boanpwee sudah pernah mendengar"
Pelajar rudin Ho Heng manggut-manggut kembali katanya :
"Setiap anggota partai kupu-kupu hampir semuanya angkuh dan
berpandangan tinggi, coba bayangkan sendiri, apa sebabnya mereka
bersedia tunduk dibawah perintah seorang wanita dan mau
bnertindak sebagai pelindung hukum dari dewi In nu?"
Kemudian sambil menunding kearah jenasah Thia Bu ki yg
terkapar ditengah ruangan, kembali dia berkata :
"Bayangankan pula sikap situa bangka tsb, dia lebih rela mati
daripada mengungkapkan letak sarang dari dewi In nu, dari sini bisa
disimpulkan bahwa persoalannya lebih tak gampang?"
"Yaa, persoalan ini memang membingungkan sekali!" kata Kho
Beng sesudah termenung sebentar.
Sambil memicingkan matanya, si pelajar rudin Ho Heng kembali
berkata : "Dalam masalah demikian ini hanya ada satu kemungkinan, yakni
bisa jadi dewi In nu adalah salah seorang tokoh dari partai kupukupu."
Bagaikan baru memahami akan sesuatu, dg rasa kaget Kho Beng
segera berseru : "Yaa, tebakan cianpwee memang tepat sekali, kemungkinan
besar memang begitulah kenyataannya, kalau tidak mengapa tokohtokoh
partai kupu-kupu seperti Thia Bu ki, Ong Thian siang, Tang
Bok kong serta Liok Ci ang sekalian begitu rela menjadi pelindung
hukumnya?" "Benar!" pelajar rudin manggut-manggut, "ditambah lagi
tujuannya berada dikitab pusaka Thian goan bu boh, persoalan pun
rasanya semakin jelas lagi, sebab peristiwa berdarah yg terjadi pada
seratus tahun berselang pun timbul dari kitab pusaka Thian goan bu
boh yg lenyap secara tiba-tiba, karena kitab pusaka Thian goan bu
boh sesungguhnya adalah benda mestika milik partai kupu-kupu."
"Tapi ilmu silat yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu
boh hanya terdiri dari ilmu kepalan, ilmu pukulan dan ilmu pedang,
sama sekali tidak tercantum ilmu panji kupu-kupu seperti
andalannya, aku rasa dibalik kesemuanya ini?"
Dg cepat si pelajar rudin Ho Heng menggoyangkan tangannya
menukas pembicaraannya yg belum selesai itu, katanya :
"Tentang soal ini justru aku".sendiri pun tidak mengerti tapi
menurut berita yg tersiar, kenyataannya memang begitu, jadi bila
masih ada persoalan lainnya, jelas aku tak akan mengetahuinya?"
Tiba-tiba ia memutar biji matanya sambil menambahkan :
"Lebih baik kau sendiri yg mencegah persoalan pelik itu, aku
sendiri harus segera pergi!"
"Cianpwee hendak pergi?" tanya Kho Beng agak tertegun.
Pelajar rudin tertawa : "Aku si pelajar khusus meninggalkan Lam huang datang kemari,
tentunya bukan dikarenakan urusanmu, bukan?"
Merah jengah selembar wajah Kho Beng, segera tanyanya :
"Lantas cianpwee hendak kemana?"
Pelajar rudin Ho Heng berpikir sebentar, lalu katanya :
"Hwesio daging anjing, situa Bu wi semuanya termasuk orangorang
yg ingin kujumpai dalam perjalananku kali ini, biar aku pergi
mencari mereka berdua saja."
"Saat ini kedua orang tua tsb berada dilembah hati buddha,
apakah cianpwee mengetahui tempat tsb?" buru-buru Kho Beng
bertanya. Pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terbahak-bahak :
"Haa"haaa"haaa"lembah hati buddha adalah sarang lama dari
hwesio daging anjing, aku sipelajar pernah berkunjung kesitu, nah
selamat tinggal"."
Sambil berkata, tubuhnya sudah beranjak pergi meninggalkan
ruangan tsb. Cepat-cepat Molim menyusul kedepan sambil berteriak :
"Hey situa, setelah berkunjung kelembah hati buddha, kau masih
hendak pergi kemana" Lebih baik kita jangan sampai kehilangan
kontak dg dirimu!" "Kenapa?" tanya si pelajar rudin sambil mendengus.
Agak tergagap Molim segera berkata :
"Andaikata cukong kami lupa cara menguruti nadi kami, dia bisa
mencarimu utk belajar kembali."
Mendengar perkataan ini, si pelajar rudin Ho Heng segera
tertawa terbahak-bahak tanpa menjawab pertanyaan dari Molim lagi,
ia segera menggerakkan sepasang bahunya.
Laksana anak panah yg terlepas dari busurnya dia segera melesat
kemuka meninggalkan tempat tsb, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan si pelajar rudin tidak menggubris sama sekali atas
kekuatirannya, Molim menjadi amat m endongkol sambil menggigit
bibirnya ia berseru : "Aku benci setengah mati dg si tua bangka tsb!"
"Yaa betul betul mak nya"hari ini kita lagi apes semua" teriak
Rumang pula sambil melonjak-lonjak, "sialan, kita bisa mati
penasaran?" "Tutup mulut!" mendadak Kho Beng membentak keras.


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Molim dan Rumang tak berani bicara lagi, sedang Mokim serta
Hapukim nampak agak terkejut, paras muka mereka berubah hebat,
namun selain mengawasi pemuda itu dg termangu, tak seorangpun
berani bersuit lagi. Dg suara yg keras dan tajam kembali Kho Beng berkata :
"Kalian anggap perbuatan kalian berempat yg berhianat dan
berniat jahat sama sekali tidak kuketahui" Hmmm, selama ini aku
hanya membungkam karena aku masih berharap kalian bisa
bertobat serta kembali kejalan yg benar. Kalian tahu, malam ini Ho
cianpwee sudah menaruh ulat utk membunuh kalian semua, coba
kalau aku tidak mengingat-ngingat hubungan kita yg terdahulu,
mungkin tubuh kalian sudah dingin dan kaku sekarang"."
Buru-buru Molim berseru :
"Yaa, memang cukong telah menyelamatkan kami, selama hidup
kami tak akan melupakan kebaikan dari cukong!"
Kembali Kho Beng mendengus :
"Hmm, lantas kalian lagi mengumbar nafsu apa sekarang?"
"Hamba sekalian mengerti salah!"
"Hmm, ingat baik-baik, mulai hari ini kalian berempat harus saling
menjaga diri baik-baik, dalam perkataan maupun tindak tanduk
kalian mesti bersikap lebih hati-hati, bila salah seorang diantara
kamu berempat telah melakukan kesalahan, akibatnya kalian
berempat yg akan kuhukum, bila ada seseorang diantara kalian
berhianat, maka aku tak akan menguruti kalian berempat, biar
kulihat kalian berempat mampus bersama-sama"."
Berubah hebat paras muka keempat orang itu, serempak mereka
berteriak bersama-sama : "Cukong tak usah kuatir, betapa pun besarnya keberanian kami,
tak nanti kami berani mempunyai pikiran jahat lagi."
"Bagus sekali!" Kho Beng manggut-manggut, "asal kalian dapat
berbuat demikian akupun tak akan menyia-nyiakan pengharapan
kalian semua." Tiba-tiba Chin sian kun menyela :
"Kho kongcu, fajar sudah hampir menyingsing, kita harus segera
memutuskan langkah kita berikutnya!"
Kho Beng hanya mengangguk tanpa menjawab, keningnya
berkerut kencang, jelas untuk sesaat sulit baginya utk mengambil
keputusan, ia tak tahu kemana harus pergi"
Chin sian kun yg menyaksikan hal itu, kembali berkata :
"Untung saja Bok cuncu sudah kembali ke kuil Siau lim si utk
memberikan laporan pada ketuanya dan segera menurunkan
perintah kepelbagai jago partai utk mengutus jago-jagonya melacaki
jejak siluman perempuan In nu, aku rasa kita harus kembali dulu ke
lembah hati Buddha!"
Kho Beng termenung berapa saat, mendadak ia menggelengkan
kepalanya seraya berkata:
"Tidak, utk sementara waktu ini aku tak ingin bertemu dg Bu wi
cianpwee maupun hwesio daging anjing."
"Kenapa?" tanya si nona sambil menghembuskan napas panjang.
Kho Beng menghela napas panjang, katanya :
"Sewaktu hendak meninggalkan lembah hati Buddha, aku pernah
sesumbar kepada Bu wi cianpwee dan hwesio daging anjing,
kenyataannya hasil nihil yg kuperoleh sekarang, rasanya kok rikuh
kalau mesti kembali dalam keadaan tangan hampa"."
Setelah memutar biji matanya sebentar, dia berkata lagi :
"Menurut pendapatku, lebih baik nona pulang lebih dulu, biar aku
berangkat kebukit Cian san utk sekali lagi mengadakan
penyelidikan?""
"Bukankah rencana semula kita akan pulang ke lembah hati
Buddha bersama" Mengapa kau berubah pikiran ditengah jalan?"
tegur si nona sambil berkerut kening.
"Sebab, setelah mengetahui penghianatan Molim sekalian
berempat yg secara diam-diam bersekongkol dg pihak In nu siancu,
rasanya semangatku seperti dikobarkan lagi"betul dari pihak Siau
lim si bakal mengirim banyak jago dari pelbagai partai utk melacaki
jejak si pembunuh keji itu, tapi aku rasa toh lebih baik kulakukan
pelacakan sendiri, apalagi keselamatan ciciku terancam bahaya
maut, aku wajib mencoba sekali lagi!"
Chin sian kun segera menghela napas panjang :
"Baiklah, setelah kau memutuskan demikian, maka aku pun tak
berniat menghalangi mu lagi, tapi aku tetap akan mendampingimu,
aku pikir kau tak bakal menampik bukan?"
"Lebih baik nona jangan ikut, pulanglah dulu kelembah hati
Buddha karena kepergian nona sama sekali tak diketahui mereka,
bila kau tak segera kembali kelembah, aku kuatir mereka bakal
gelisah, disamping itu?""
"Cukup! Kau tak usah melanjutkan" tukas Chin sian kun sambil
menggoyangkan tangannya berulang kali, "aku cukup memahami
perasaanmu, bukankah kau takut kehadiranku hanya akan menjadi
beban untukmu?" "Nona jangan salah paham, aku sama sekali tak sependapat
begitu"." Buru-buru Kho Beng berseru :
"Kalau begitu kau setuju atau tidak?" desak si nona agak girang.
Dg perasaan apa boleh buat terpaksa Kho Beng berkata :
"Kalau toh nona berkata demikian, rasanya kurang baik kalau
kuhalangi niatmu itu"."
"Nah begitu baru benar"..apakah kita akan segera berangkat
kebukit Cian san?" Kho Beng berpikir sebentar, kemudian katanya :
"Paling baik kita duduk beristirahat sejenak disini, besok malam
kita baru berangkat kebukit Cian san."
Waktu itu Molim sekalian berempat telah berubah menjadi amat
jinak dan penurut, mereka hanya mengekor belaka terhadap semua
keputusan yg diambil. Begitulah, Rumang segera ditugaskan menguburkan jenasah Thia
Bu ki dibelakang kuil, sementara yg lain membersihkan ruang kuil
tsb, distulah mereka berempat duduk bersemedi sambil menunggu
waktu. Dalam suasana yg hening dan tenang, mereka berenam
beristirahat hingga tengah hari seblum bangkit utk berangkat.
Setelah melalui masa beristirahat yg cukup panjang, kesegaran
mereka telah pulih kembali.
Kho Beng segera menurunkan perintah utk berangkat menuju
kebukit Cian san. oooOOooo Ketika melalui sebuah dusun dalam perjalanan, mereka pun
bersantap dulu disebuah rumah makan sampai kenyang, selesai
bersantap mereka baru meneruskan perjalanan kebukit Cian san.
Ketika sampai dikaki bukit, tengah malam telah menjelang tiba.
Mereka berenam melanjutkan perjalanannya memasuki sebuah
hutan lebat, disanalah perundingan rahasia segera dilaksanakan.
Pertama-tama Kho Beng berkata lebih dulu kepada Molim dg
suara berat lagi dalam : "Sekarang kau harus berbicara sejujurnya, selama kau
mengadakan kontak dg anak buah dewi In nu, benarkah kau Cuma
berhubungan dg Thia Bu ki yg telah terbunuh itu?"
Molim sangat terkejut, buru-buru dia mengangkat sumpah :
"Jika hamba berbicara bohong, biarlah aku dikutuk oleh thian dan
mati secara tak wajar!"
Dg kening berkerut, kembali Kho Beng berkata :
"Bukan aku tak mau percaya kepadamu tapi dg matinya Thia Bu
ki berarti hubunganmu dg mereka pun jadi putus, kini hubungan
semacam ini tak mungkin dapat dipergunakan lagi!"
Tiba-tiba Chin sian kun menimbrung :
"Walaupun Thia Bu ki telah mati, tapi aku rasa anak buah dewi In
nu yg lain pasti mengetahui juga akan hubungan persekongkolan
antara Molim dg mereka, paling tidak dewi In nu pasti mengetahui
persoalan ini"."
Kho Beng berpikir sebentar, kemudian manggut-manggut :
"Yaa, perkataanmu ini memang ada benarnya juga"."
Sorot matanya segera dialihkan kembali kewajah Molim,
lanjutnya : "Begini saja, kalian berempat tak usah menyembunyikan jejak
lagi, teruskan perjalanan keatas bukit secara terang-terangan, asal
dewi In nu belum meninggalkan bukit Cian san, sudah pasti jejak
kalian bakal mereka diketahui."
"Apa yg mesti kami lakukan jika kami telah ditemukan?" tanya
Molim agak sangsi. "Setelah mereka menemukan kalian berempat, tak ada salahnya
bila kau melaporkan peristiwa Thia Bu ki yg telah bunuh diri, bila
ada jawaban lain, aku tentu akan menyampaikan kepada kalian dg
ilmu menyampaikan suara."
Terpaksa Molim manggut-manggut :
"Hamba turut perintah."
"Nah, kalian boleh berangkat sekarang."
Molim saling pandang sekejap dg Mokim, Rumang serta Hapukim,
kemudian beranjak pergi dari situ dg langkah lebar.
Begitulah dibawah petunjuk Kho Beng yg disampaikan secara
diam-diam, keempat orang itu sengaja berjalan dg langkah berat,
bahkan sengaja bercakap dg suara keras.
Asalkan satu li disekitar tempat itu ada orangnya, sudah pasti
kehadiran mereka akan menarik perhatiannya.
Sementara itu Kho Beng bersama Chin sian kun menguntil
dibelakang mereka secara diam-diam, gerak gerik mereka tak
ubahnya seperti sukma gentayangan.
Sepanjang jalan mereka perkampungan Ciu hong san ceng, juga
melewati perkampungan Bwee wan yg rata dg tanah, namun
sepanjang jalan suasana amat sepi dan tak nampak sesosok
bayangan manusia pun"..
Dalam posisi empat berjalan terang-terangan dan dua mengikuti
secara diam-diam inilah mereka berenam meneruskan perjalanan
kepuncak bukit, sebab Kho Beng telah memutuskan, dia harus
memeriksa seluruh bukit Cian san sampai jelas utk membuktikan
apakah dibukit Cian san masih ada musuh yg bersembunyi.
Dipuncak bukit Cian san terdapat sebidang tanah datar,
rerumputan tumbuh subur diatas tanah tsb.
Pepohonan yg rimbun memenuhi pula sisi lereng bukit dg batu
cadas berserakan disana sini.
Sekilas pandangan, tempat tsb tak ubahnya seperti sebuah
puncak bukit yg sepi dan jauh dari keramaian manusia.
Namun menjelang kentongan pertama, tiba-tiba tampak empat
sosok bayangan manusia berkelebat dan berkumpul ditengah-tengah
puncak bukit tsb. Ternyata keempat sosok bayangan manusia itu adalah Cun hong
Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu.
Mereka berempat saling berpandangan sekejap, lalu tertawa
ringan. Cun hong Lengcu segera berkata dg lirih :
"Belakangan ini sifat suhu kurang baik, karenanya dalam
pertemuan malam nanti kita harus menghadapinya secara hati-hati."
Selesai berkata ia segera bertepuk tangan tiga kali sebagai kode
rahasia mereka" Begitu selesai bertepuk tangan, dari empat arah delapan penjuru
segera bermunculan dua puluhan lelaki berbaju hitam yg semuanya
memakai pakaian ringkas dan menyoren pedang dipinggangnya, dg
cepat mereka mengurung ketengah lapangan.
Salah seorang diantaranya segera menjura , sambil berkata :
"Hamba menjumpai Lengcu berempat!"
Ternyata orang ini adalah sipedang geledek Sin Cu beng, seorang
tokoh silat yg amat termasyur dalam dunia persilatan dimasa lalu
dan sekarang menjadi selah seorang komandan pasukan dibawah
perintah dewi In nu. Sambi tersenyum, Cu hong Lengcu berkata :
"Malam ini Siancu akan membuka sidang, harap komandan Sin
melakukan penjagaan yg lebih ketat dan berhati-hati lagi!"
"Hamba mengerti!" buru-buru Sin Cu beng manyahut.
"Apakah penjagaan disekeliling tempat ini sudah selesai diatur?"
"Lengcu tak perlu kuatir, hamba telah menyiapkan segala
sesuatunya secara rapi, jangan lagi manusia, seekor burung jangan
harap bias melintasi istana gua pengikat cinta ini tanpa diketahui
jejaknya." "Bagus sekali!" dg gembira Cui hong Lengcu manggut-manggut,
"silahkan komandan Sin kembali ke posnya!"
Sin Cu beng segera menjura, lalu sambil membalikkan badan,
bisiknya : "Masing-masing kebali ke posnya sendiri, jaga dg hati-hati,
menjumpai tanda bahaya jangan bertindak terlalu ayal!"
Dua puluhan orang jago berbaju hitam itu serentak mengiakan
bersama dan menyebarkan diri keempat penjuru, gerak-gerik
mereka cepat bagaikan gulungan asap ringan, dalam waktu singkat
bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandangan.
Setelah anak buahnya bubaran, Sin Cu beng baru beranjak pula
meninggalkan tempat tsb. Sepeninggal orang-orang itu, Cu Hong Lengcu mendongakkan
kepalanya dan memandang sebentar keadaan cuaca, lalu bisiknya :
"Waktu sudah semakin dekat, mari kita tunggu suhu naik ke
mimbar sidang!" "Silahkan suci!" Hee im Lengcu dan Tang soat Lengcu serentak
berseru. Dg langkah lebar, Cun hong Lengcu segera beranjak lebih dulu
meninggalkan tempat tsb. Disisi kiri bukit terdapat sebuah dinding karang yg terjal,
disanalah terbuka sebuah lorong rahasia waktu itu, keempat Lengcu
serentak melangkah masuk kedalam lorong tsb.
Ketika mereka telah masuk kedalam, terdengar kembali suara
gemerincingan nyaring, pintu gua merapat kembali seperti sedia kala
hingga sama sekali tak terlihat titik kecurigaan pun.
Setelah berada dalam lorong rahasia, Cun hong Lengcu sekalian
menelusuri undak-undakan batu turun kebawah, lebih kurang lima
puluh anak tangga kemudian didepan sana terbentang sebuah
lorong bawah tanah yg amat luas dan lebar.
Dinding samping maupun langit-langit lorong tsb terbuat dari
batu cadas yg datar, pada jarak setiap dua kaki tertancap sebatang
obor yg menerangi sekitar goa tsb.
Selain itu, pada jarak setiap satu kaki sepanjang lorong tadi
berdiri seorang busu bersenjata lengkap yg siap menghadapi segala
kemungkinan, suasana yg menyeramkan menimbulkan rasa bergidik
bagi siapapun yg memandangnya..
Ketika Cun hong Lengcu sekalian melewati lorong tsb, serentak
semua busu membungkukkan badan member hormat.
Panjang keseluruhan dari lorong rahasia tsb mencapai dua
puluhan, kaki pada ujungnya terdapat dua buah cabang jalan, Cun
hong Lengcu sekalian mengambil jalan yg belok kesisi kiri.
Jalan bercabang itu tidak terlalu panjang, lebih kurang hanya tiga
kaki lebih, pada ujungnya muncul sebuah ruang batu yg luas sekali,
paling tidak lebarnya mencapai dua puluhan kaki persegi.
Waktu itu dalam ruangan telah penuh berdiri manusia yg
berjajar-jajar, diantaranya terdapat busu bersenjata lengkap, ada
gadis-gadis cantik berpakaian ringkas, ada pula kakek yg rambutnya
telah beruban.

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ditengah ruangan, dekat dinding belakang didirikan sebuah
panggung tinggi, didepan panggung tergantung tirai bamboo,
sedang dibelakang tirai bamboo terdapat sebuah kursi besar.
Pada kedua belah sisi kursi besar tadi, masing-masing tersedia
pula empat buah bangku bambu yg agak kecil.
Kecuali kelima lembar kursi tsb berada dalam keadaan kosong,
diluar tirai bamboo telah penuh dg manusia.
Pada barisan terdepan berjajar sebelas orang kakek yg berusia
antara lima puluh sampai tujuh puluh tahunan, pakaian mereka
beraneka ragam. Sedang pada barisan kedua adalah puluhan nona cantik berbaju
ringkas, pakaian mereka pun berwarna warni dan amat menyolok
mata. Dibelakang barisan gadis-gadis muda itu adalah lelaki kekar yg
masih muda semua, usia mereka berkisar dua sampai tiga puluhan
tahun, sedang pakaian yg dikenakan adalah warna hitam atau
kuning yg kelihatan amat segar.
Tatkala Cun hong Lengcu sekalian memasuki ruangan tsb,
suasana yg semula hening kini bertambah sepi, demikian sepinya
hingga detak jantung setiap orang hampir bias terdengar jelas.
Keempat orang Lengcu itu langsung menerobos masuk diantara
kerumunan orang banyak, mereka tidak berhenti dalam ruang batu
tapi langsung membuka pintu rahasia dan masuk kedalam.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, tampak pintu rahasia
itu kembali terbuka, tampak seorang dayang berbaju indah
munculkan diri sambil berseru dg nyaring :
"Siancu memasuki mimbar!"
Suaranya mengalun sampai ketempat kejauhan dan mendengung
tiada hentinya dalam pendengaran.
Tak lama kemudian tampak lima puluh empat orang nona
berbaju ringkas berwarna kuning yg membawa pedang terhunus
munculkan diri dari balik pintu rahasia dan berjalan menuju mimbar
dg langkah lebar. Dg gerakan cepat mereka menyebarkan diri lalu mengurung
mimbar itu rapat-rapat. Suasana yg mencekam seluruh ruangan waktu terasa hening dan
sepi, suasana serius menyelimuti perasaan setiap orang.
Lewat beberapa saat lagi baru kelihatan seorang perempuan
cantik berusia tiga pulu tahunan yg memakai baju kuning, bermantel
bulu dan berwajah anggun, munculkan diri ditengah ruangan.
Dua orang nenek berbaju kuning berjalan mengiringi disisi kiri
dan kanannya, sikap yg anggun dan wajah berwibawa membuat
setiap orang merasakan hatinya tercekat.
Barulah dibelakang mereka mengikuti keempat Lengcu yakni Cun
hong, Hee im, Ciu hoa serta Tang soat, semuanya langsung menuju
keatas mimbar. Tak salah lagi perempuan anggun yg diiringi dua orang nenek tsb
bukan lain adalah In nu Siancu.
Ia langsung menuju kekursi kebesaran yg telah disediakan dan
duduk, sementara kedua orang nenek tadi berdiri mendampingi
dibelakang tubuhnya?"."
Menunggu dewi In nu sudah duduk, secara terpisah keempat
orang Lengcuitu baru mengambil tempat duduk dikeempat kursi kecil
yg telah disediakan. Pelan-pelan dewi In nu memperhatikan suasana dalam ruangan,
kemudian tanyanya dg suara hambar:
"Apakah semuanya telah hadir!"
Mendadak paras muka dewi In nu berubah hebat, bentaknya
keras-keras : "Kurangajar, sampai kalian berempat pun berani membohongi
diriku, besar nian nyali kalian!"
Cun Hong Lengcu sangat terkejut, tanpa sadar ia menjatuhkan
diri berlutut diatas tanah sambil katanya :
"Teecu tak berani membohongi suhu!"
Masih dg nada marah, dewi In nu berkata lagi :
"Sudah jelas diantara duabelas orang pelindung hukum hanya
sebelas orang yg hadir, terpaksa hanya sebelas orang yg hadir,
mengapa kau katakana telah hadir semua?"
Tampaknya Cun hong Lengcu sama sekali tidak mengetahui akan
peristiwa itu, ia baru berpaling kebawah mimbar setelah mendengar
perkataan tsb. Betul juga, diantara deretan kakek yg berdiri dibarisan terdepan,
ternyata hanya sebelas orang yg hadir, terpaksa katanya lagi dg
suara tergagap: "Teecu memang pikun, silahkan suhu menjatuhkan hukuman!"
Dewi In nu mendengus : "Dihukum atau tidak, lebih baik dibicarakan nanti saja, hayo
cepat selidiki apa yg telah terjadi!"
"Teecu turut perintah!"
Buru-buru Cun hong Lengcu bangkit berdiri, mundur sejauh tiga
langkah kemudian baru menghadap kebawah mimbar, seraya
membentak : "Siapakah diantara dua belas pelindung hukum yg belum hadir?"
"Thia Bu ki!" seorang kakek berbaju ungu menjawab.
Dg kening berkerut, Cun hong Lengcu kembali berkata :
"Apakah dia tak tahu kalau mala mini diadakan siding?"
"Tentu saja tahu!"
"Kalau sudah tahu malam ini ada siding, mengapa sengaja ia
tidak hadir" Memangnya ia sudah bosan hidup!"
"Betapapun besarnya nyali Thia Bu ki, semestinya dia akan dapat
hadir pada waktunya"..aku kuatir?".."
"Kuatir kenapa" Mengapa tidak segera diucapkan?" hardik Cun
hong Lengcu keras-keras. "Aku kuatir terjadi sesuatu peristiwa yg diluar dg dirinya".."
Bergetar keras perasaan Cun hong Lengcu setelah mendengar
perkataan itu, buru-buru katanya :
"Tahukah kau apa yg sedang dilakukannya selama satu dua hari
belakangan ini?" "Menurut apa yg kuketahui, dia sedang melacak jejak keempat
orang asing yg menjadi pengikut Kho Beng, tapi hingga saat ini
bayangan tubuhnya masih belum juga Nampak."
Mendadak?". Disaat Cun hong Lengcu dan sikakek berbaju ungu itu
melangsungkan Tanya jawab, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki
yg tergesa-gesa datang, disusul kemudian tampak seorang laki-laki
berbaju ringkas lari masuk kedalam ruangan.
Suasana gaduh segera mencekam seluruh ruangan itu, Cun hong
Lengcu menghentikan pembicaraannya dan menyingkir kesamping,
sementara sorot matanya dialihkan kewajah Dewi In nu, jelas ia
sedang mengamati bagaimana reaksi gurunya terhadap peristiwa
ini" Tampak lelaki berbaju hijau itu lari kedepan mimbar lalu
menjatuhkan diri berlutut seraya berseru :
"Hamba menjumpai Siancu!"
Menyusul kemudian ia menyembah berulang kali.
Paras muka Dewi In nu amat dingin dan tanpa emosi, terhadap
sikap lelaki itu ia menunjukkan sikap acuh tak acuh.
Melihat sikap gurunya itu, buru-buru Cun hong Lengcu segera
membentak dg suara lantang :
"Besar amat nyalimu, berani sekali mengganggu ketengan
Siancu".." Buru-buru lelaki itu berkata :
"Berhubung ada urusan penting yg mesti dilaporkan, terpaksa
hamba harus menerobos masuk kemari, untuk itu harap Lengcu sudi
memaafkan kelancangan hamba."
Agak kurang sabar dewi In nu menyelak secara tiba-tiba :
"Suruh dia laporan secepatnya!"
Buru-buru Cun hong Lengcu berseru :
"Cepat katakan!"
Dg suara lantang lelaki itu berkata :
"Thia huhoat telah mendapat celaka, jenasahnya dikubur
dibelakang kuil Lu cuo bio lima puluh li diluar kota, kini mayatnya
sudah digali keluar dan dibawa kemari.
Paras muka semua jago yg hadir dalam ruangan berubah hebat,
suasana berubah menjadi semakin hening, tiada orang yg berani
bersuara kecuali dengusan marah dari dewi In nu.
Dg perasaan amat bergetar, Cun hong Lengcu bertanya :
"Thia huhoat tewas karena termakan bacokan senjata ataukah
tewas oleh pukulan tenaga dalam?"
Lelaki itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya :
"Semua tidak, ia tewas karena bunuh diri, Thia huhoat bunuh dg
menggigit putus lidahnya sendiri."
Tiba-tiba dewi In nu berkata sambil menghela napas :
"Bagus sekali! Masih untung dia tak menyia-nyiakan
kepercayaanku kepadanya, meski tewas karena musibah, ia pantas
dihormati sebagai pembantu yg amat setia, aku pasti akan
memohonkan pujian dari ciangbunjin?"
Setelah berhenti sejenak, dg suara dalam kembali katanya :
"Segera perintahkan orang utk mengurusi layonnya secara baikbaik
dan segera kirim ke markas besar partai kita."
"Teecu segera akan mengutus orang utk melakukannya"." Buruburu
Cun hong Lengcu berseru. Dg suara dalam sekali lagi dewi In nu berkata :
"Segera kirim tiga orang pelindung hukum utk menyelidiki sebab
kematian Thia huhoat, kemudian balaskan dendamnya!"
"Teecu terima perintah"."
Dg cepat Cun hong Lengcu membalikkan badan, membalik
kebawah mimbar seraya serunya :
"Tang Bok kong, Liok Ci ang, Oun Thian siang, perintah dari
Siancu tentunya sudah kalian dengar sendiri, kuharap kalian bertiga
segera melaksanakannya."
"Hamba terima perintah!" buru-buru ketiga orang huhoat itu
menyahut. Dewi In nu segera berseru :
"Persoalan ini tak perlu ditunda lagi, kalian berangkat sekarang
juga".." Tang Bok kong sekalian serentak member hormat kemudian
membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ.
Ruang tengah yg luas pun pulih kembali dlm keheningan, hanya
kali ini paras muka dewi In nu telah dilapisi oleh hawa dingin dan
kaku yg sangat mencekam hati.
Suasana hening semakin mencekam seluruh hadirin, mereka
semua menundukkan kepalanya rendah-rendah dan tak berani
menatap wajah atasannya lagi.
Terutama sekali keempat Lengcu, mereka merasa bagaikan
duduk dikursi berjarum, gerak geriknya amat tak tenang.
Diam-diam Cun hong Lengcu telah balik kembali ketempat
duduknya, sementara sinar matanya secara diam-diam meneliti
wajah Dewi In nu. Ketika ia menjumpai tatapan mata Dewi in nu sedang tertuju
kearahnya, tanpa sadar cepat-cepat ia mengalihkan pandangan
matanya kearah lain, sementara wajahnya berubah menjadi merah
hijau tak menentu, sikapnya mengenaskan sekali.
Dg suara sedingin es, Dewi In nu berkata kemudian :
"Sewaktu berada diperkampungan Bwee wan tempo hari, justru
karena penjagaan yg sangat kendorlah menyebabkan Bu wi si
bajingan tua itu berhasil mencapai tujuannya secara mudah, kendati
aku berhasil menghajarnya sampai terluka parah, namun bagian yg
terpenting dari kitab pusaka Thian goan bu boh berhasil dicuri
olehnya. Sejak kejadian itu sampai sekarang, sudah berjalan cukup
lama, kenapa kalian semua belum berhasil juga merebutnya
kembali?" Buru-buru Cun hong Lengcu mengerlingkan matanya sekejap
kearah Hee im, Ciu hoa serta Tang soat, serentak mereka berempat
bangkit berdiri dan berlutut dihadapan gurunya sambil berkata :
"Kesemuanya ini memang merupakan kesalahan teecu yg tak
becus!" "Sebetulnya sampai dimanakah sulitnya pekerjaan ini" Memang
kalian mengulur waktu terus menerus" Memangnya aku harus turun
tangan sendiri baru berhasil?"
Cun hong Lengcu berpikir sebentar, lalu ujarnya :
"Keadaan yg sebenarnya telah teecu laporkan kepada suhu,
dalam kenyataannya Kho Beng adalah pemuda yg licik, justru karena
kami bermaksud memperalat keempat orang pembantu asingnya,
siapa sangka gara-gara persoalan ini Thia huhoat pun kena
musibah"." Dewi In nu segera berkata setelah berpikir sebentar :
"Konon kalian menggunakan encinya sebagai umpan, mengapa
sekarang malah mengalihkan sasarannya kepada ke empat
pembantu asingnya?" Dg hati bercampur keki serta marah, "masa untuk menyelesaikan
pekerjaan kecilpun kamu harus menggunakan cara yg berputar
kayuh macam begini?"
Setelah berhenti sejenak, ia segera membentak "
"Gusur dia kemari!"
Cun hong Lengcu tak berani membantah, ia segera member
tanda kepada Hee im dan Li sian soat, kemudian bersama-sama
mengundurkan diri dari situ.
Lebihkurang setengah peminuman teh kemudian, tampak Cun
hong Lengcu dan Hee im Lengcu telah muncul kembali kedalam
ruang siding dg mengempit tubuh Kho Yang ciu yg berambut awutawutan
serta bermata sayu. Bersambung ke bab 27 Jilid 27 Wajahnya Nampak berpenyakitan, rasa bimbang dan tak habis
mengerti menghiasi mukanya yang kuyu, agaknya dia tak tahu
kemanakah dirinya telah dibawa.
Hingga dirinya diseret menuju ke depan mimbar, kedua orang
dayangnya Sia hong maupn Bwee hiang tak Nampak turut serta
datang kesitu. Agaknya Kho yang ciu berada dalam semakin lemahi tampak
napasnya terengah-engah sambil meronta serunya :
"enci jin, enci Li sebenarnya apa yang telah terjadi..tempat
apakah ini?" Dengan pandangan mata yang sayu dan payah dia
memperhatikan sekejap disekeliling sana, sementara rasa heran dan
curiga menyelimuti wajahnya. Dengan suara sedingin es cun hong
Lengcu berkata : "Kho yang ciu, setelah kejadian berkembang begini, kamipun tak
bermaksud mengelabui dirimu lagi, terus terang saja kukatakan,
sebenarnya diantara kita merupakan musuh bebuyutan, hakekatnya
antara kita tak ubahnya bagaikan air dengan api."
"Cici berdua jangan bergurau," teriak Kho yang ciu makin
kebingungan, "kalian..."
"Dengarkan baik-baik, kami sama sekali tidak membohongimu,"
sambung Hee im Lengcu Li Sian soat dengan suara ketus.
"Dahulu kami baik kepadamu karena kami hendak memperalat
dirimu untuk membatasi umat persilatan dan sekarang kami akan
memperalat dirimu kembali untuk memaksa Kho Beng agar
menyerahkan kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut.." Berubah hebat paras muka Kho yang ciu, agak tergagap katanya
: "sungguh .sungguh ini?"
"Kau tahu, siapakah orang yang duduk di atas situ" Terus terang
saja kami katakan, dia adalah guru kami. Dewi In Un"
"Aaaah-" Kho yang ciu berteriak keras, ia bermaksud untuk
bangkit berdiri. Tapi sayang dia sudah lupa kalau posisinya saat ini
sangat lemah. tahu-tahu kepalanya terasa amat pening dan seketika
itu juga roboh tak sadarkan diri-Cun hong Lengcu segera
membungkukkan badan memberi hormat keatas mimbar, katanya :
"Harap suhu sudi memberi petunjuk untuk menyelesaikan persoalan
ini.." Dewi In Un tertawa terkekeh-kekeh :
"Heeeeehhi.heeeehhheeeehhh, totok dahulu seluruh jalan
darahnya kemudian sekap dia didalam kamar tahanan, setelah itu
beritahu kepada Kho Beng agar dia datang kemari menukar cicinya
dengan dua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut"
Kemudian sambil berpaling kembali serunya :
"Ciu hoa. Tang soat"
Ciu hoa dan Tang soat Lengcu serentak melompat bangun sambil
berseru: "Tecu siap menerima perintahi-"
Dengan wajah serius Dewi In ?n berkata :
"Kalian berempat kerjakan tugas ini bersama-sama, setiap orang
yang termasuk anak buahku boleh kalian pergunakan bilamana
perlu, yang penting selesaikan tugas ini secepatnya"
"Baik, tecu terima perintah" jawab Ciu hoa dan Tang soat Lengcu
serentak-Tiba-tiba Cun hong Lengcu berseru agak sangsi:
"Lapor suhu, bila kita sampai berbuat demikian kemungkinan
besar rahasia letak gua pengikat cinta ini akan ketahuan musuh. bisa
jadi malah menyebabkan timbulnya pelbagai kesulitan dikemudian
hari." Dewi In wn tertawa hambar:
"Pertama, bila perkerjaan ini telah selesai dikerjakan maka aku
akan segera memimpin semua jago pulang ke markas besar, secara
otomatis semua bangunan yang berada dibukit cian san ini bakal
ditinggalkan dengan begitu saja"
setelah berhenti sejenaki lanjutnya :
"Kedua, disaat kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh
sudah didapatkan kembali, apakah kalian benar-benar hendak
membebaskan mereka kakak beradik berdua dengan begitu saja?"
"Tentu saja tidak" jawab Cun hong Lengcu sambil memutar biji
matanya "jadi maksud suhu, tecu..."
"Tentu saja harus membabat rumput sampai akar-akarnya, kita
tak boleh membiarkan kedua orang anak jadah tersebut hidup terus
didunia ini." seru Dewi In wn sambil menggertak giginya menahan
emosi- "Tecu pasti akan melaksanakan pesan suhu, hanya kali ini.."
Tidak sampai Cun hong Lengcu menyelesaikan ucapannya. Dewi
In wn telah menukas lagi dengan suara dalam:
"Bila kali ini menderita kegagalan lagi, kalian berempat akan
menerima hukuman yang paling berat"
Keempat orang Lengcu itu serentak membungkukkan badan
sambil berseru: "suhu tak usah kuatir, kali ini tecu berempat pergi pasti tak akan
membuat suhu kecewa."
sementara itu seluruh jalan darah ditubuh Kho yang ciu telah
tertotok oleh Hee im Lengcu Li sian soat disaat ia jatuh tak sadarkan
diri tadi, keadaannya saat ini tak jauh berbeda seperti orang mati,
kesadarannya hilang dan tubuhnya lemas tak bertenaga-
Maka dibimbing oleh beberapa orang dayang, tubuhnya kembali
diseret keluar dari ruangan sidang-
Memandang hingga semua orang sudah pergi. Dewi In wn baru
bangkit berdiri sambil tersenyum.
Dayang berbaju perlente yang berdiri disisinya buru-buru
berteriak lagi dengan suara lantang :
"Tutup sidang" Ditengah suara teriakan yang keras itulah. Dewi In Un diiringi
kedua orang nenek tersebut mengundurkan diri ke ruang dalam
melalui jalan rahasia semula. sementara itu Kho Beng bersama
Chinsian kun sekalian telah menelusuri puncak bukit dalam usahanya
melacak sarang musuhnya. Tatkala mereka sudah berada setengah li dari puncak bukit,
mendadak Chinsian kun menarik ujung baju Kho Beng sambil
bisiknya : "Puncak bukit itu gundul tanpa tumbuhan, sudah jelas tiada
bagian tempat yang menarik perhatian, aku rasa justru lembah disitu
yang amat mencurigakan, bagaimana kalau kita lakukan
pemeriksaan lebih dulu atas lembah tersebut?"
Kho Beng berpikir sebentar, kemudian ia manggut-manggut:
"ya a, perkataan nona memang benar-"
Maka dengan ilmu menyampaikan suara dia segera
memberitahukan kepada Molim agar berbelok kesamping kiri
langsung menuju kesebuah lembah yang rimbun.
siapa tahu justru karena perbuatannya ini secara kebetulan sekali
mereka telah menghindari pos penjagaan yang diatur diseputar
puncak bukit itu. sepanjang jalan Molim sekalian menelusuri hutan dengan langkah
lebar, sepanjang jalan dia pun sibuk mengatur Mokim, Rumang dan
Hapukim sesuai dengan petunjuk yang diterimanya dari Kho Beng.
Tiba-tiba terdengar Molim berseru dengan suara keras :
"saudara-saudaraku, kenapa sih kita begitu apes sehingga segala
pekerjaan sepertinya tak pernah lancer, dengan susah payah kita
berhasil mengadakan hubungan dengan situa Thia, eeei siapa tahu
dia justru melakukan bunuh diri"-
"ya a, nasib kita memang lagi gelap, makanya." sambung
Rumang cepat, sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah
memasuki lembah bukit itu.
Pepohonan yang tumbuh dalam lembah tersebut sangat lebat lagi
rimbun, jalan setapak pun susah dilewati, bukan saja hening sepi tak
kedengaran sedikit suara pun, bahkan sesosok bayangan manusia
pun tidak Nampak- Dengan suara lantang Hapukim segera berseru:
"sebelum melakukan bunuh diri, si tua Thia juga tak
meninggalkan pesan apa pun, kemanakah kita harus mencari rekanrekannya-
heeei-situa Bangka itu betul-betul si telur busuk "
Biar pun nada suaranya tak terlalu lantang samun gema suaranya
telah mengalun diseantero lembah, asal disitu ada orangnya sudah
pasti suara tersebut akan kedengaran.
Tapi sungguh anehi selain gema panggilan suara sendiri, dari
lembah tersebut tak kelihatan sesuatu reaksi apapun.
Dengan gemas Rumang memungut sebutir batu dan ditimpuk
kedalam hutan seraya berteriak
"Makin dipikir rasanya hatiku semakin mendongkol, kalau bisa
akan kuobrak abrik bukit ini hingga rata dengan tanah"
Tangannya segera diayunkan ke depan, sebutir batu pun
meluncur ke depan dengan dahsyatnya. Blarrrrrr,... Diiringi suara
benturan yang sangat keras, sebatang pohon kecil yang terkena
timpukan batunya patah seketika itu juga menjadi dua bagian,
batang pohon itupun segera roboh ke tanah-
Tapi pada saat itu pula kedengaran suara orang membentak
keras dari balik hutan. "Hey, siapa yang berkaok-kaok disini tengah malam buta begini"
Huuuh, benarkah didunia ini tiada tempat yang betul-betul tenang?"
Tampak seorang kakek berambut putih yang berperawakan kecil
lagi ceking dan membawa sebuah tongkat berkepala ular munculkan
diri disamping pohon yang tumbang itu, dia langsung melotot kearah
Molim sekalian. sambil tertawa terkekeh-kekeh Molim sebera berseru:
"Maaf orang tua, kami datang untuk mencari seseorang-" "
"Hmmmm, sekalipun maksud kalian hendak mencari orang, toh
bukan begitu caranya" seru si kakek berambut putih itu sambil
mendengus. "Masa ditengah malam buta begini datang kelembah untuk
mencari orang, benar-benar perbuatan orang edan.siapa sih yang
kalian cari?" sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, Molim berkata agak
gugup: "Apakah kau orang tua kenal dengan Thia huhoat?"
"Hmm, mendengar namanya pun belum pernah," sahut kakek itu
sambil mendengus. "siapa yang tak tahu kalau kau sama seperti Thia huhoat, samasama
menjadi anak buah siancu?" kata Molim lagi dengan kening
berkerut. "Hey bocah kunyuki kau jangan sembarangan bicara, aku tak
peduli Dewi atau iblis, hayo cepat kalian pergi dari sini."
Molim tiada beranjak dari situ, malah setelah memutar biji
matanya, ia berkata lagi:
"Kalau begitu sungguh aneh, kalau toh kau bukan rekan Thia
huhoat, kenapa dirimu bisa berada dibukit Cian san ini?"
"Hmm, apakah bukit Cian san ini sudah punya pemilik tunggalnya
dan orang lain tak boleh datang?"
"Tentu saja tidak, tentu saja tidak" sahut Molim serasa
menggeleng, "tapi kau orang tua seorang diri bersembunyi di
lembah tersebut, sebetulnya apa yang sedang kau perbuat"
"Tidur" "Waahi sungguh aneh sekali," tak tahan Molim berteriak
"kalau pingin tidur seharusnya pergi ke kota atau dusun untuk
mencari rumah penginapan. Kalau toh tak punya uang untuk
menyewa penginapan, pergilah ke kuil untuk mondok barang
semalam, masa kau malah datang keatas gunung untuk tidur?"
Kakek berambut putih itu mendengus.
"Baik rumah penginapan maupun dalam kuil sedikit banyak disitu
pasti ada orang, bila ada orang tak bisa dihindari lagi tentu rebut,
itulah sebabnya aku lari kelembah yang sepi ini untuk tidur.
Heii..sungguh tak disangka tidurku lagi-lagi diganggu oleh kalian
beberapa orang telur busuk?"
"Hey, kau lagi maki siapa?" Rumang segera menegur dengan
gusar. "Tentu saja kau"
Rumang menjadi sewot, sambil mengayunkan kepalannya dia
siap menjotos tubuh kakek tersebut.
Tapi Molim segera menghadang dihadapannya sambil menegur:
"Jangan bertindak gegabah"
Ternyata Kho Beng telah memberi petunjuk kepada Molim
dengan ilmu menyampaikan suaranya untuk menyelidiki nama kakek
tersebut lebih dulu. setelah mencegah Rumang, Molim segera menjura dalam-dalam
sambil tanyanya kepada kakek berambut putih itu ramah-
"Bolehkah aku tahu nama cianpwe?"
Kakek berambut putih itu tertawa cekakakan, sambil menatap
Molim, katanya : "Jika kulihat dari tampangmu, agaknya kau Cuma seorang budak
asing, tak kusangka orang asing pun mengerti akan tata kesopanan,
aku dari marga Ang bernama It ciang, orang menyebutku si Kakek
Tongkat sakti" "Namamu memang tepat sekali orang tua" ujar Molim kemudian
sambil tertawa. "Mungkin nama tersebut disesuaikan dengan tongkat kepala ular
yang berada ditanganmu, bukan?"
Rupanya dia tak tahu apa yang mesti dibicarakan selanjutnya,
maka diutarakannya kata-kata basa basi untuk mengulur waktu
sambil menantikan petunjuk berikut dari Kho Beng.
Akan tetapi Kho Beng sama sekali tidak memberi petunjuk lagi
kepadanya dengan ilmu menyampaikan suara, sebaliknya malah
munculkan diri bersama Chin sian kun.
Mereka berdua langsung melayang turun dihadapan si Kakek
Tongkat sakti dan menjura dalam-dalam sambil ketanya:
"Boanpwee Kho Beng dan chin sian kun menjumpai Ang
locianpwee" Buru-buru si Kakek Tongkat sakti berkata :
"Mana...mana..."
Tapi kemudian sambil menghela napas, katanya lebih lanjut:
"Makin lama orang yang muncul semakin banyak. aku rasa
memang susah untuk menemukan tempat yang amat tenang didunia
ini" "Boanpwee memohon maaf yang sebesar-besarnya bila kehadiran
kami telah mengganggu ketenangan tidur cianpwee" buru-buru Kho
Beng berseru, "tapi entah disebabkan urusan apa cianpwee munculkan diri
kembali didunia persilatan.."
Ternyata si Kakek Tongkat sakti bersama Bu wi lojin serta Gin san
siancu disebut sebagai tiga tokoh aneh dari dunia persilatan tapi
sejak puluhan tahun berselang jago tua ini telah hidup
mengasingkan diri, tak disangka secara tiba-tiba orang itu muncul
kembali di lembah yang sunyi hari ini.. Kakek Tongkat sakti seoera
tertawa terbahak-bahak: "Haaahh-haaaah-haaah-sebetulnya aku sedang mencari tempat
untuk tidur, terus terang kukatakan sudah hampir setahun lamanya
aku belum pernah tidur yang nyenyak"
"Aaahi cianpwee memang gemar bergurau "
"Tidaki sama sekali tidak bergurau" si Kakek Tongkat sakti
dengan wajah serius, "aku dapat memberitahukan kepadamu sejujurnya, tempat
tinggalku yang lama di lembah Ciong cun kok di bukit Pa San boleh
dibilang telah berubah menjadi lembah monyet, siang malam selalu
kedengaran suara monyet berteriak disitu, kau tahu telingaku ini
belum beristirahat dengan tenang barang sejenak saja."
"oooohi kiranya begitu," kata Kho Beng serius.
Mendadak Kakek Tongkat sakti menatap wajah Kho Beng lekatlekat,
setelah itu tegurnya: "Dilihat dari usiamu masih sangat muda, dari mana kau bisa
mengetahui namaku?" Buru-buru Kho Beng berseru:
"Nama besar tiga tokoh sakti dari dunia persilatan sudah
termasyur dimana-mana. sekalipun pengalaman boanpwee amat
cetekpun namun nama besar Ang locianpwee masih cukup kukenal"
Kakek Tongkat sakti kelihatan gembira sekali setelah mendengar
umpakan tersebut, segera katanya:
"Aaaahi terlalu sungkan, terlalu sungkan.."
Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya kewajah Kho
Beng kembali katanya sambil tertawa:
"Akupun rasanya seperti pernah mendengar akan namamu itu,
tapi bila ditinjau dari usiamu, sudah pasti namamu kudengar setelah
kemunculanku yang kedua kalinya, tapi dari siapa kudengar
namamu.aaaai, sekarang tak dapat kuingat kembali dengan jelas."
Kho Beng berpikir sejenaki kemudian katanya :
"sungguh beruntung boanpwee bisa bersua dengan cianpwee
pada malam ini, sebab hubungan boanpwee dengan kedua tokoh
sakti lainnya boleh dibilang cukup akrab."
"Coba kaujelaskan, hubungan macam apakah yang terjalin antara


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirimu dengan mereka berdua?" Tanya Kakek Tongkat sakti
keheranan. "Bu wi lojin pernah mewariskan ilmu silat kepadaku, bahkan
dengan ilmu may teng tay hoat telah menghadiahkan tenaga dalam
sebesar empat puluh tahun hasil latihannya kepadaku, meski tiada
hubungan guru dan murid, tapi kenyataannya hubungan kami
menyerupai guru dan murid, sedang mengenai Gin san siancu, dia
adalah guru dari ciciku. Nah, coba bayangkan sendiri, bukankah
boanpwee mempunyai hubungan yang akrab dengan kedua orang
tokoh sakti tersebut?"
Kakek Tongkat sakti segera tersenyum:
"Paling tidak kau sedang mendekati diriku sekarang, tapi
hubungan kita akan datar, bahkan bertemu pun baru saja
berlangsung, bagaimana mungkin bisa terjalin hubungan yang akrab
diantara kita berdua?"
Dengan wajah serius Kho Beng berkata :
"Berbicara dari nama serta kedudukan cianpwee untuk bertemu
muka saja sudah sukar bagi orang lain, tapi kini boanpwee bisa
berbincang-bincang denganmu, hal ini sudah terhitung suatu
kejadian yang beruntung sekali-"
"Tak nyana kau sibocah muda pandai sekali berbicara, begini
saja, bagaimana kalau kita mengikat tali persahabatan?"
Buru-buru Kho Beng memberi hormat sambil serunya
"cianpwee, hal ini tak berani kuterima, masa boanpwee harus
saling menyebut sobat dengan cianpwee?"
Kembali Kakek Tongkat sakti tertawa :
"Kau jangan salah duga, kau toh tahu aku tak bakal menerima
murid, sekalipun ingin mengorek kepandaianku sedikit demi
sedikitpun tak mungkin bisa terjadi-dan lagi, akupun tak mampu
menerima dirimu sebagai muridku, sekarang teringat sudah aku
siapakah dirimu yang sebenarnya."
Dengan wajah serius ditatapnya wajah Kho Beng lekat-lekat,
kemudian ujarnya lebih jauh:
"Kau adalah keturunan dari perkampungan hui im ceng, sekarang
telah berhasil mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Thian goan bu
boh-yaa aku memang sudah tua, otakku sudah tak berfungsi lagi
sebagaimana mestinya. Padahal baru-baru berselang kudengar
berita tentang dirimu, siapa tahu hari ini sudah hampir
melupakannya kembali. "
"Kalau begitu cianpwee pun sudah mengetahui persoalan si Dewi
In wn?" "Barusan toh sudah kukatakan dengan jelas," kata Kakek Tongkat
sakti sambil tertawa. "Aku tak ambil peduli dewi atau setan, yang kuperhatikan justru
pada sudut yang lain, yaitu kemunculan partai kupu-kupu"
"Baik" Kho Beng maupun chinsian kun sama-sama dibuat
tertegun setelah mendengar perkataan tersebut.
"Kalau begitu kedatangan cianpwee ketempat ini bukan
disebabkan untuk mencari tempat tidur, bukan?" kata Kho Beng
kemudian sambil tertawa. Kakek Tongkat sakti tertawa bergelak:
"Haaah.haaaah-haaah..aku datang kemari-sesungguhnya
memang untuk itu, namun akupun merasa amat terkejut atas
munculnya kembali partai kupu-kupu didalam dunia persilatan."
"Cianpwee, tak nyana kaupun memandang serius kemunculan
partai kupu-kupu tersebut, nampaknya partai kupu-kupu tak boleh
dianggap enteng" "Bukan cuma tak boleh dianggap enteng" dengus Kakek Tongkat
sakti, "pada hakekatnya persoalan ini harus dianggap sebagai satusatunya
masalah yang terbesar dan paling serius dari dunia
persilatan, aku sebagai salah satu anggota dunia persilatan tentu
saja tak boleh duduk berdiam diri saja, itulah sebabnya meski aku
mencari tempat yang tenang untuk tidur yang nyenyak,
sesungguhnya kedatanganku kemari adalah untuk mencari
seseorang, tapi hingga kini orang yang kucari belum juga
ditemukan.," "siapa sih yang cianpwee cari?" tak tahan Kho Beng bertanya.
"orang dari marga Thian bernama Cun yang, dia adalah sahabat
karibku tapi sudah tiga puluhan tahun belum pernah bersua muka."
Diam-diam Kho Beng menyebut nama orang itu berulang kali,
terasa olehnya nama Thian Cun yang amat asing baginya, karena itu
sambil mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, katanya lagi:
"Tahukah cianpwee bahwa diantara anak buah Dewi In un
terdapat pula jago jago lihay dari partai kupu-kupu?"
Kakek Tongkat sakti tertawa lebar:
"Padahal tiada sesuatu yang perlu diherankan dalam persoalan
ini, siapa tahu siancu tersebut adalah tokoh terpenting dalam partai
kupu-kupu" Tapi yang terpenting dari kesemuanya ini masih tetap
berada sang ciangbunjin dari partai kupu-kupu yaitu ui sik kong."
"Apakah locianpwee kenal dengannya?" Tanya Kho Beng agak
tertegun. Kakek Tongkat sakti menggeleng.
"Kenal sih tidaki tapi sebelum aku mengasingkan diri dari
keramaian dunia persilatan dulu, aku sudah mendengar tentang
keturunan partai kupu-kupu yang dibangkitkan dari keruntuhan dan
sedang mempelajari sejenis ilmu sesat disuatu lembah yang
terpencil, adapun pentolan dari kesemuanya itu tak lain adalah Ui sik
kong, satu-satunya putra Thian it ketua partai kupu-kupu yang telah
tewas ditangan tiga dewa see gwa sam sian tempo hari, semenjak
saat itu aku sudah bisa menduga bahwa suatu saat partai kupu-kupu
pasti akan muncul kembali kedalam dunia persilatan."
"Locianpwee, pengetahuanmu sangat luas, aku rasa diantara
partai kupu-kupu dengan tiga dewa see gwa sam sian pasti sudah
terjalin hubungan dendam sakit hati yang tak mungkin terselesaikan
dengan damai bukan?"
Kakek Tongkat sakti manggut-manggut:
"aku rasa ada tiga tujuan partai kupu-kupu muncul kembali
dalam dunia persilatan, pertama mencari kitab pusaka Thian goan
bu boh yang hilang, kedua menuntut balas kepada tiga dewa see
gwa sam sian dan ketiga, membantai umat persilatan untuk
menyampaikan rasa bencinya selama ini."
setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata lebih jauh :
"Kini terbukti kitab pusaka Thian goan bu boh berada
ditanganmu, otomatis kau pun terseret pula didalam peristiwa ini"
"Boanpwee sama sekali tak tahu kalau kitab pusaka Thian goan
bu boh adalah barang milik partai kupu-kupu, selain itu.."
"Tak usah kaujelaskan kepadaku" tukas Kakek Tongkat sakti.
"Padahal kitab pusaka Thian goan bu boh bukannya milik partai
kupu-kupu sejak permulaan. Hanya saja turun temurun kitab
tersebut beralih tangan sampai akhirnya jatuh ketangan mereka jadi
siapakah pencipta kitab tersebut hingga kini masih merupakan tekateki
besar namun yang pasti kitab pusaka Thian goan bu boh adalah
sumber bencana, sejak seratus tahun berselang dimana partai kupukupu
membantai dunia persilatan, hingga peristiwa berdarah yang
menimpa perkampungan Hui im ceng pada belasan tahun berselang,
semuanya sudah ditandai dengan ceceran darah dimana-mana-"
"Ya a, perkataan cianpwee memang betul, karena memang
begitulah kenyataannya," ucap Kho Beng lirihsetelah
menghela napas kembali. Kakek Tongkat sakti berkata :
"Kita memang tak bisa berbuat banyak terhadap peristiwa yang
telah terjadi, tapi menurut hematku, persoalan paling penting yang
harus kita lakukan sekarang adalah menghentikan pembantaian
berdarah yang tampaknya sudah mulai melanda dunia persilatan
ini." "Lantas apa pendapat cianpwee tentang persoalan ini?"
sesudah mendengus dingin. Kakek Tongkat sakti berkata :
"Tindak tanduk partai kupu-kupu kelewat buas dan tak berperi
kemanusiaan, mereka tinggi hati karena menganggap ilmu silatnya
paling top, selain itu berambisi pula untuk menumbangkan semua
kekuatan yang ada dalam dunia persilatan, oleh sebab itu satusatunya
jalan adalah dengan membunuh untuk menghentikan
pembunuhan, kita tumpas partai kupu-kupu hingga ke akar-akarnya,
dengan begitu keamanan dunia persilatan baru bisa terjamin." Kho
Beng berpikir sebentar, kemudian katanya :
"Konon Tiga dewa see gwa sam sian tinggal dipulau Bong lay sian
to, entah Peristiwa itu terjadi pada seratus tahun berselang, setelah
Tiga dewa see gwa sam sian bekerja sama menumpas ketua partai
kupu-kupu ui Thian it, dengan menderita kerugian hampir lima puluh
tahun hasil latihan, ketiga dewa tersebut kembali ke pulau Bong lay
untuk memulihkan kembali kekuatannya, tapi tiga puluh tahun
kemudian secara beruntun mereka telah pulang kealam baka, jangan
lagi tiga dewa pribadi, sekalipun keturunan mereka pun kini sudah
mencapai generasi yang ketiga yaitu cucu-cucunya-
Tapi pihak partai kupu-kupu toh takkan peduli sampai dimanakah
generasi penerus dari tiga dewa tersebut, jelas mereka hanya akan
melampiaskan rasa benci dan dendamnya kepada ahli waris mereka
bertiga, bukan demikian?"
Kakek Tongkat sakti manggut-manggut: "ya a, tentu saja
demikian, tapi ahli waris tiga dewa"
Mendadak dia menghela napas dan tidak melanjutkan kembali
kata-katanya, sebenarnya bagaimana dengan k.tfi.^R^ keturunan
tiga dewa" desak Kho Beng keheranan, setelah lama sekali
termenung akhirnya Kakek Tongkat sakti berkata :
"Keturunan dari tiga dewa minim sekali jumlahnya, hingga
sekarang cucu tiga dewa masing-masing cuma seorang, usianya pun
telah mencapai tujuh delapan puluh tahun tapi mereka sudah tidak
menetap di pulau Bong lay lagi."
"Lantas mereka telah pergi kemana?"
"Tak ada yang tahu" Kakek Tongkat sakti menggeleng.
"Bahkan tak ada yang tahu pula karena persoalan apa mereka
sampai meninggalkan pulau Bong lay tersebut, tapi hubunganku
dengan si dewa An khek Thian cu yang paling akrab, itulah sebabnya
aku sengaja melacaki jejaknya sampai dimana-mana.
"oooh, rupanya cianpwee sedang mencari keturunan dari tiga
dewa,: sela Kho Beng, "tapi si dewa Bu khek "
sambil tertawa Kakek Tongkat sakti berkata :
"Dewa Bu khek merupakan gelar yang dipergunakan turun
temurun, dulu gelar itu dipergunakan kakek Thian cun yang dan
sekarang dipakai olehnya sendiri, namuan..dunia begini luas, siapa
tahu dia telah pergi kemana?"
"Apakah keturunan tiga dewa sudah mengetahui tentang berita
meunculnya partai kupu-kupu dalam dunia persilatan?"
Kakek Tongkat sakti menghela napas panjang :
"Aaaai.justru persoalan inilah yang amat merisaukan hatiku, lagi
pula berbicara menurut situasi yang ada sekarang, kendati pun jago
silat yang berpihak kepada kita cukup banyak jumlahnya, tapi selain
keturunan dari tiga dewa, siapa lagi yang mampu membendung
agresi dari partai kupu-kupu?"
"Waaahi kalau begitu badai pembunuhan yang melanda dunia
persilatan sudah tak mungkin bisa dihindari lagi?" Tanya Kho Beng
dengan kening berkerut kencang.
Kakek Tongkat sakti tertawa getir:
"Berbicara yang sebenarnya, badai pembunuhan sudah mulai
melanda dunia persilatan, bukankah dimana-mana sudah terjadi
pembunuhan berdarah yang menimpa umat persilatan?"
Kho Beng terbungkam tak mampu menawab pertanyaan itu,
sampai lama kemudian dia baru berkata:
"Apakah cianpwee akan melanjutkan tidurmu" Kalau begitu, biar
boanpwee mohon diri lebih dulu.."
"Setelah dibangunkan oleh suara kalian yang berisik, sekarang
aku tak berminat untuk tidur lagi.."
Lalu sambil tertawa ia berpaling dan melanjutkan,
"Ditengah malam buta begini, sebenarnya karena persoalan apa
kalian mendatangi bukit yang terpencil ini?"
"Bukit cian san merupakan sarang dari Dewi In Un serta anak
buah andalannya. bisa jadi Dewi In un pribadi juga tinggal dibukit
ini, sekarang boanpwee sedang berusaha melacaki letak sarang
mereka itu." " Apakah telah berhasil ditemukan?"
"Belum" pemuda itu menggeleng,
"tak kusangka gerak aerik mereka begitu misterius dan sangat
rahasia, aku lihat bukan pekerjaan yang gampang untuk
menemukan tempat persembunyian mereka-"
"Lantas apa rencana kalian sekarang?"
"Boanpwee bermaksud meneruskan pelacakan disekitar tempat
ini, bila tak berhasil kami akan segera tinggalkan bukit cian san,
bagaimana dengan cianpwee sendiri"
setelah memperhatikan sekejap sekitar tempat itu. Kakek
Tongkat sakti berkata : "Aku toh tak bisa tidur lagi, tentu saja akan kutemani kalian, kita
baru berpisah setelah meninggalkan bukit Cian san nanti"
"silahkan cianpwee" buru-buru Kho Beng berseru.
Tapi Kakek Tongkat sakti segera menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya : "Aku kurang hafal dengan daerah disekitar sini, lebih baik kalian
saja menjadi petunjuk jalanku."
Maka Molim sekalian berempat pun diperintahkan untuk
berangkat lebih dulu, sementara Kho Beng, chin sian kun serta
Kakek Tongkat sakti mengikuti dari belakang. Kali ini mereka
berangkat menuju kebelakang bukit.
suasana diatas bukit tersebut amat sepi, hening dan tak
kedengaran sedikit suara pun seakan-akan bukit tersebut adalah
sebuah bukit kosong yang tidak berpenghuni. Mendadak Dari
kejauhan sana muncul tiga sosok bayangan manusia yang meluncur
datang dengan kecepatan tinggi, menanti Molim sekalian
mengetahui akan kehadiran orang-orang tersebut, kedua belah
pihak sama-sama tertegun dan serentak menghentikan perjalanan.
Kho Beng, chin sian kun serta Kakek Tongkat sakti yang
menyaksikan dari kejauhan. peristiwa tersebut segera menyusupkan
diri kebalik pepohonan yang rimbun dan menyembunyikan diri
Dengan ilmu menyampaikan suara Kho Beng segera berbisik
kepada Kakek Tongkat sakti:
"Tak disangka kita akan bersua disini-, mereka bertiga adalah
pelindung hukum dari Dewi In wn, yaitu anggota dari partai kupukupu
yang menghebohkan itu. Ternyata mereka bertiga adalah tang
Bok kong, Liok Ci ang serta ong Thian siang."
"Bagus sekali" Kakek Tongkat sakti segera berseru dengan ilmu
menyampaikan suara, '"Ingin kulihat manusia macam apakah mereka itu?"
Dalam pada itu. Tang Bok kong sekalian telah membentak sambil
tertawa dingin: "Heeehh.heehh.heeeh..kebetulan amat, kami
memang sedang mencari kalian beberapa orang, sungguh tak
disangka kita akan bersua dibukit ini."
Kemudian dengan nada berat, hardiknya :
"Ada urusan apa kalian datang ke bukit Cian san ini?"
" Kami sedang mencari kalian" jawab Molim cepat.
Jawaban tersebut segera membuat Tang Bok kong jadi tertegun,
serunya kemudian: "Besar amat nyali kalian, kemana perginya Thia huhoat?"


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Justru karena persoalan ini kami khusus datang kemari, Thia
huhoat telah tewas, kamilah yang telah mengubur jenasahnya."
"Apa sebabnya dia tewas?" Tanya Tang Bok kong lagi sambil
kertak gigi. Molim menghela napas panjang :
"Aaaaai, dia mati karena bunuh diri bahkan kematiannya
mengenaskan sekali-"
ong Thian siang tak bisa menahan diri lagi, dengan suara dalam
segera bentaknya : "Hayo cepat ceritakan keadaan yang sebenarnya, bila berani
berbicara sembarangan, hati-hati dengan nyawa kalian semua"
"Kami memang sengaja datang kebukit Cian san untuk
melaporkan kejadian ini kepada Dewi In Un"
"Tutup mulut" bentak Liok Ci ang keras-keras.
"Nama siancu bukan sebutan yang boleh diucapkan sembarangan
orang. Hmmm.. cepat katakana, apa yang sebenarnya telah terjadi?"
sesudah menghela napas panjang, Molim beru berkata :
"Kami telah bersua dengan Thia huhoat di kuil Lu con bio, tatkala
ia sedang mengajak kami merundingkan persoalan penting, tiba-tiba
muncullah seorang pelajar rudin yang amat dekil"
"siapa namanya?" Tanya tang Bok kong.
Molim pura-pura mikir sejenak, akhirnya sambil bertepuk tangan
serunya : "Ahhhh, betul Dia bernama sipelajar rudin Ho heng"
"Pelajar rudin Ho heng?" bisik Tang Bok kong sambil menggigit
bibir. "Tak disangka bajingan tua inipun muncul kembali di dalam dunia
persilatan.apa yang dia lakukan?"
"Perdebatan segera terjadi antara dia dengan thia huhoat, kami
lihat pembicaraan diantara mereka saling bertolak belakang sampai
akhirnya terjadilah pertarungan yang amat seru. Kami benar-benar
tidak menyangka kalau sipelajar rudin yang kelihatannya ceking dan
tak bertenaga itu ternyata memiliki kepandaian silat yang begitu
tangguh. Tidak sampai dua gebrakan kemudian ia telah berhasil
memetik kupu-kupu diujung senjata Thia huhoat. sampai disitu Thia
huhoat pun mengaku kalah dan siap berlalu dari situ, siapa tahu
sipelajar rudin itu tidak mengijinkan pergi"
"Membunuh orang tak lebih kepala menempel tanah, apalagi
yang hendak diperbuatnya?" Tanya TanBok kong sambil menggertak
gigt. "Dia memaksa Thia huhoat untuk memberitahukan tempat dan
alamat siancu, tapi permintaan tersebut dtampik oleh Thia huhoat,
kemudian entah mengapa ternyata ia menggigit putus lidah sendiri
dan bunuh diri" "Bagaimana dengan sipelajar rudin Ho heng?" Tanya TanBok
kong setelah berpikir sejenak-
"Dia pergi dari situ" ucap Molim sambil menggeleng,
"Kemanakah dia pergi aku kurang jelas."
Dengan kemarahan yang meluap Tang bok kong berkata :
"Thia Bu ki telah salah menilai orang itulah sebabnya dia
mengundang bencana kematian bagi diri sendiri. Aku rasa kalian
berempat sama sekali tak berguna lebih baik kuhantar kalian pulang
kerumah nenek saja, hitung-hitung untuk melampiaskan rasa
dendam Thia bu ki" sambil berkata dia segera mempersiapkan panji kupu-kupunya
untuk melancarkan serangan.
Molim menjadi sangat etrperanjat setelah menyaksikan kejadian
itu, cepat-cepat matanya celingukan ke sekeliling tempat tersebut
kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, ia
berseru: "Tunggu dulu, tunggu dulu, jangan buru-buru turun tangan."
Tang Bok kong mendengus dingin, sambil melintangkan senjata
panji kupu-kupunya didepan dada, ia berseru:
"Apalagi yang hendak kau ucapkan?"
Agaknya Molim cukup mengetahui akan kelihaian ke tiga orang
tersebut, dengan kemampuan yang dimilikinya bersama Rumang
sekalian berempat, paling banter Cuma bisa menahan seorang saja,
bila musuh turun tangan bersama, mustahil bagi mereka untuk bisa
meloloskan diri Disamping itu diapun tidak tahu apakah Kho Beng sekalian
berada disekitar situ atau tidaki maka sambil tertawa paksa katanya
: "Terhadap kematian Thia huhoat, sesungguhnya kami turut
bersedih Wati, tapi ilmu silat yang dimiliki sipelajar rudin Ho Heng
kelewat tinggi, tak mungkin bagi kami untuk membantunya, oleh
sebab itu terpaksa kami berangkat ke bukit Cian san untuk memberi
laporan." Tang bok kong sebera mendengus dingin:
"Darimana kalian tahu tentang bukit cian san?"
Molim menjadi tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, tapi
segera jawabnya : "Kami pernah mendengar pengakuan Thia huhoat yang konon
berdiam di bukit Cian San. oleh karena itulah terpaksa kami datang
kebukit Cian san untuk beradu nasib."
"sipelajar rudin itu telah pergi kemana?" Tanya Tang Bok kong
kemudian dengan suara dingin.
"Dia telah pergi ke lembah hati Buddha, konon hendak mencari
Bu wi lojin serta Hwesio daging anjing"
Tang Bok kong sebera tertawa dingin: "Apalagi yang hendak
kalian sampaikan?" sambil berkata senjatanya kembali dipersiapkan, tampaknya ia
sudah berniat untuk turun tangan lagi.
selain itu selain itu. Molim jadi tergagap, "hingga sekarang Kho
Beng masih belum tahu kalau kami telah menghianatinya, ia masih
menganggap kami sebagai orang kepercayaannya, ini berarti kami
dapat memperalat dirinya dan pelan-pelan berusaha untuk mencuri
kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu"
Tang Bok kong sebera mengulapkan tangannya seraya berkata :
"Tidak usah dilanjutkan kata-katamu itu, terus terang saja aku
katakan, siancu sudah bosan dengan cara yang membuang waktu
seperti itu.." Kemudian setelah berhenti sejenaki bentaknya keras-keras :
"Apalagi kau sudah tiada perkataan lain, hayo bersiap-siaplah
untuk menerima kematian"
senjata panji kupu-kupunya digetarkan siap hendak menyerang
tubuh Molim- Disaat yang kritis itulah, mendadak terdengar seseorang berseru
dengan suara nyaring "Tunggu sebentar"
Menyusul suara bentakan itu tampak empat sosok bayangan
menusia melayang turun dihadapan Tang Bok kong sekalian bertiga-
Kehadiran bayangan manusia itu agaknya membuat Tang Bok
kong, Liok Ci ang serta ong Thia n siang jadi tertegun, tapi buruburu
mereka menjura seraya berkata :
"Menjumpai Lengcu berempat"
Ternyata yang datang adalah Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu,
Ciu hoa Lengcu, serta Tang soat Lengcu berempat.
Diantara keempat orang lengcu tersebut Molim sekalian pernah
bertemu dengan ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu, diam-diam
mereka merasa amat terperanjat-sementara itu Cun hong Lengcu
telah maju beberapa langkah ke depan, lalu menegur:
"Apakah mereka berempat adalah budak-budak asing dari Kho
Beng?" "Benar" sahut Tang Bok kong seraya menjura.
"Kami telah bersiap-siap akan membunuh mereka semua, sebab
secara tidak langsung Thia huhoat telah tewas ditangan mereka."
sambil memutar biji matanya buru-buru Molim maju ke depan,
kemudian ujarnya seraya menjura dalam-dalam:
"Lengcu berempat, sesungguhnya bukan begitu persoalannya"
Cun hong Lengcu tertawa-tawa, bukan menjawab dia malah
bertanya : "Tahukah kalian Kho Beng berada dimana sekarang?"
Molim berpikir sejenaki kemudian sahutnya :
"sekarang kami tidak tahu, tapi kami dapat segera mencarinya,
kami percaya dalam waktu singkat akan berhasil kami temukan."
"Bagus sekali." Cun hong Lengcu tertawa girang.
"Nah, adikku bertiga bagaimana menurut pendapatmu" Menurut
penilaianku merekalah pilihan yang paling ideal"
Hee im Lengcu mengerling sekejap kearah Cun hong Lengcu
serta Tang soat Lengcu, kemudian katanya sambil tersenyum:
"Toaci adalah pimpinan dari keempat Lengcu, sudah sepantasnya
bila toaci yang mengambil keputusan, siau moy sekalian tak ada
pendapat lain.." Ucapan tersebut bernada mengumpak tapi bermaksud untuk
mencuci tangan, kontan saja membuat Cun hong Lengcu berkerut
kening, senyuman dinginpun segera menghiasi ujung bibirnya.
sambil berpaling kearah Tang Bok kong sekalian, ia segera berkata :
"Aku ingin mengajukan satu permohonan kepada huhoat bertiga,
apakah kalian bertiga sudi memberi muka"
Tang Bok kong agak tertegun, buru-buru sahutnya :
"Bila anda mempunyai suatu permintaan utarakan saja secara
terus terang, kami pasti akan mentaatinya."
Cun hong Lengcu sebera tertawa :
"Aku mempunyai kegunaan yang lain atas keempat orang budak
asing ini, bagaimana kalau kalian serahkan saja orang-orang
tersebut kepadaku?" "Kalau memang Lengcu bermaksud demikian, tentu saja ku akan
mentaatinya. Cuma saja.."
"Cuma saja kenapa?" tukas Cun hong Lengcu sambil melotot.
sekujur badan Tang Bok kong Nampak bergetar keras, buru-buru
ujarnya dengan kepala tertunduk:
"yang aku maksudkan bukan persoalan mereka bertiga,
melainkan pembunuhan Thia huhoat yang sebenarnya yakni si
pelajar rudin Ho Heng."
Mendengar kata-kata itu, Cun hong Lengcu sekalian nampak
terperanjat sekali. Hee im Lengcu segera menyela :
"Aku dengar si pelajar rudin ini belum pernah meninggalkan
kawasan Pat huang mengapa secara tiba-tiba ia bisa muncul
didaratan Tionggoan."
Padahal sederhana sekali jawabannya kata Ciu hoa Lengcu sambil
tertawa dingin- "Mungkin dia cun mendengar kabar tentang kitab cusaka Thian
goan bu boh sehingga bermaksud mencari bagian."
Cun hong Lengcu mendengus dingin, sambil berpaling kearah
Tang bok kong tanyanya : "Dimanakah dia sekarang?"
sambil menunjuk kearah Molim, Tang bok kong berkata :
"Menurut pengakuan orang ini sipelajar rudin tersebut telah pergi
ke lembah hati Buddha."
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh :
"Kalau dihitung sekarang berarti dalam lembah hati Buddha
sudah terdapat Bu wi lojin, Hivesio daging anjing serta sipelajar
rudin, tiga orang jago tangguh" sambil mengkertak gigi Cun hong
Lengcu menyela : "jangankan baru mereka bertiga, sekalipun terdapat tiga puluh
orang atau tiga ratus orang pun akan kubuat mereka hancur
berantakan dan tak seorangpun dibiarkan hidup"
Lalu sambil mengulapkan tangannya kepada Tang Bok kong
sekalian, ia berkata lagi:
"Kalian boleh mengundurkan diri dari sini."
Tang Bok kong saling berpandangan sekejap dengan Liok Ci ang
serta ong Thian siang, kemudian sambil menjura mereka segera
mengundurkan diri dari situ.
sepeninggal ketiga orang pelindung hukum itu, Cun hong Lengcu
mengawasi sekejap wajah Molim sekalian, lalu katanya sambil
tertawa : "sebenarnya kalian pingin mati atau hidup?"
Buru-buru Molim membungkukkan badan dalam-dalam seraya
berkata : "sebenarnya maksud kedatangan kami kesini adalah untuk
menyampaikan kabar, perkataan Lengcu barusan benar-benar
membuat kami susah untuk menjawabnya."
"Aku sengaja mengajukan pertanyaan tersebut kepadamu tak lain
maksudku agar kalian mengetahui sampai dimana gawatnya
keselamatan kalian. Bila kamu berempat berpikiran dua.sudah pasti
kematian yang menimpa kamu semua bakal mengerikan sekali."
"Kami tak ingin mati, berjanji akan melaksanakan perintah
Lengcu dengan setia"
"Apakah kau yakin bisa menemukan Kho Beng?" Tanya Cun hong
Lengcu dengan suara dalam.
"Kami yakin bisa menemukannya" Molim mengangguk.-
"Bagus sekali" Cun hong Lengcu tertawa,
"tapi aku hanya memberi waktu tiga hari kepada kalian, bila
dalam tiga hari mendatang tetap tanpa berita, maka kalian semua
akan kubunuh" Molim sebera menganggukkan kepalanya berulang kali:
"Itu mah gampang dan lagi waktu tiga hari sudah lebih dari
cukup buat kami, tapi apa yang harus kami perbuat setelah berhasil
menemukan dirinya?" "Kalian cukup menyampaikan sebuah kabar
kepadanya" "Waahi itu mah sangat gampang tapi apa yang mesti kami
sampaikan?" "Katakan kepada Kho Beng bahwa encinya Kho yang ciu sudah
disekap didalam gua pengikat cinta dibukit Cian san ini, dalam tiga
hari mendatang dia akan dihukum mati, tapi dia bisa menyelamatkan
jiwanya kalau mau. Asal datang dengan membawa kedua lembar
kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut."
"Akan.akan kuingat baik-baik pesan itu" kata Molim kemudian
tergagap. Tiba-tiba Hee im Lengcu berkata pula dengan suara
dalam: "Katakan kepada Kho Beng, inilah kesempatan terakhir baginya
untuk menyelamatkan cicinya, sebab bila sampai lewat tiga hari,
besar kemungkinan dia Cuma akan bertemu denganjenasah Kho
yang ciu" "Baik..baik," setelah hening sesaat, Cun hong Lengcu berkata lagi:
"Asal dia telah memasuki daerah terlarang dari bukit ini, pasti ada
orang yang akan menyambut kedatangannya, tapi Kho Beng harus
bersikap hati-hati, kuharap dia jangan mempergunakan keselamatan
cicinya sebagai barang taruhan, bila dia berani bermain gila, maka
yang bakal mampus paling dulu adalah cicinya."
Kemudian setelah tertawa terkekeh-kekeh, katanya lagi:
"Nah, adikku bertiga, sekarang kita boleh pulang, sungguh tak
disangka persoalan ini bisa dilaksanakan dengan lancar."
Hee im Lengcu sekalian hanya mengangguk tanpa menjawab,
mereka berempat segera membalikkan badan dan berjalan menuju
kearah puncak bukit. sepeninggal keempat orang perempuan itu, Molim baru menyeka
peluh dingin yang membasahi tubuhnya sambil berbisik dihati.
"sungguh berbahaya, sungguh berbahaya.."


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari keempat orang perempuan itu, aku kenal dua orang
diantaranya, "kata Rumang sambil menghampirinya.
"Mungkinkah mereka semua adalah anak buah dari Dewi In wn?"
"ssst mereka adalah empat orang Lengcu" bisik Molim-
"Kepandaian silat yang dimiliki konon jauh lebih hebat daripada
pelindung hukum, masih untung kita bisa menghadapi mereka
secara baik, kalau tidaki waah bisa berbahaya sekali"
"Apa yang mesti kita takuti?" kata Rumang,
"bukankah cukong serta Kakek Tongkat sakti mengikuti kita
secara diam-diam" Andaikata benar-benar terjadi pertarungan, yang
bakal sial adalah keempat orang perempuan tersebut."
"Tapi hingga detik ini aku tak mendengar pesan cukong lewat
ilmu menyampaikan suara, aku kuatir cukong tidak ikut datang
kemari. " Kata Molim sambil celingukan kesekeliling tempat itu.
Mendadak terdengar Kho Beng berkata sambil tertawa ringan
"Kalian kelewat mengkuatirkan soal itu padahal tak sedetikpun
kutinggalkan semua."
Tatkala Molim sekalian berpaling kearah sumber suara tersebut,
tampak Kho Beng, Chin sian kun serta Kakek Tongkat sakti sedang
berjalan keluar dari balik pepohonan.
Ternyata selama ini mereka bertiga bersembunyi hanya tiga kaki
dari area, tapi kenyataannya Tang Bok kong serta keempat Lengcu
sekalian tidak mengetahui akan kehadirannya.
Buru-buru Molim maju kedepan memberi hormat katanya :
"oooh cukong, hamba sekalian hampir mati saking cemas dan
kuatirnya" Kakek Tongkat sakti segera mengulapkan tangannya seraya
berkata : "Aku rasa tempat ini bukan suatu daerah yang aman, lebih baik
kita mencari tempat yang lain untuk berbincang-bincang"
Kho Beng dan chinsian kun segera mengangguki maka
merekapun mengajak Molim sekalian meninggalkan tempat tersebut
menuju kekaki bukit. Lebih kurang lima li kemudian sampailah mereka disebuah bukit,
meskipun bukit tersebut tidak terlalu tinggi, namun bisa melihat
keadaan disekitarnya dengan jelas-sambil menunding keatas Kakek
Tongkat sakti berkata : "Tempat diatas sana merupakan tempat yang amat strategis,
mari kita berbincang-bincang diatas sana."
Dia segera menggerakkan badannya dan berangkat lebih dulu
menuju ke atas puncak bukit itu.
setibanya diatas puncaki dengan wajah serius dan amat berat
Kho Beng menatap Molim sekalian seraya berkata:
"Kalian tak perlu menjelaskan lagi, semua pembicaraan yang
berlangsung tadi telah kudengar dengan terang.."
"Tampaknya perubahan yang terjadi bertambah serius, cukong
harus mencari akal yang bagus untuk menanggulangi persoalan ini."
"soal ini aku mengerti," tukas Kho Beng,
" tapi kalian., lebih baik pulang dulu ke lembah hati Buddha dan
menunggu kedatanganku di situ."
"Cukong hendak menyuruh kami pergi ke lembah hati Buddha?"
Tanya Molim sambil berkerut kening.
"ya a, kita harus pergi ke lembah hati Buddha,"
" bagaimana dengan cukong sendiri?" seru Rumang pula dengan
mata melotot-Hapukim tak mau kalah dan berseru juga-
"Kami sudah bertekad akan mengikuti cukong, bila cukong
hendak berangkat ke lembah hati Buddha, maka kami pun turut ke
sana, bila cukong tak pergi, kami pun tak akan kesitu."
"Kalian semua toh sudah mengetahui," kata Kho Beng serius-
"Aku hanya di beri waktu selama tiga hari, dalam tiga hari ke
depan aku harus berupaya sedapat mungkin untuk menyelamatkan
ciciku." Kemudian setelah berhenti sejenaki terusnya lagi:
"Disamping itu, aku menyuruh kalian pergi ke lembah hati
Buddha tak lain adalah demi memikirkan keselamatan kalian semua,"
sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, Molim berkata :
"sekalipun keselamatan jiwa cici cukong amat berbahaya, tapi
kepergian cukong jauh lebih berbahaya lagi, aku rasa lebih baik,."
Tiba-tiba ia berhenti bicara dan tidak melanjutkan lagi katakatanya
. Kho Beng sebera mendengus dingin:
"Lebih baik kenapa?"
setelah tertawa rikuh, Molim berkata :
"Andaikata cukong telah hapal dengan isi kedua lembar kitab
pusaka Thian goan bu boh itu, lebih baik diserahkan saja kepada
mereka" "Tidak bisa" tukas Kho Beng sambil tertawa dingin,
"Isi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut
adalah gambar-gambar petunjuk yang tak boleh keliru barang
sedikitpun, kenapa aku mesti serahkan kepada mereka" Dan lagi
masih ada dua sebab lain yang jelas tak mungkin bisa kuserahkan
kitab tersebut kepada mereka,"
" sebab apakah itu?" Tanya Molim sambil tertawa getir.
"Kesatu, Dewi In Un adalah mush besar ku yang paling tangguhi
diapun merupakan bibit bencana bagi umat persilatan, baik untuk
kepentingan umum maupun kepentingan pribadi, aku tak bisa
menyerahkan kedua lembar kunci tersebut kepadanya sehingga dia
bisa menyelesaikan pelajaran ilmu silatnya, kedua, sekalipun aku
benar-benar menyerahkan kedua lembar kitab pusaka tersebut,
mereka belum tentu akan benar-benar membebaskan ciciku dengan
begitu saja. " "Kalau memang begitu, cukong lebih-lebih tak boleh pergi
menyerempet bahaya," seru Molim semakin cemas,
"lebih baik kita undang datang Bu wi lojin, hwesio daging anjing
serta pelajar rudin Ho Heng dan Kim bersaudara sekalian. Dengan
kekuatan yang besar berarti kemungkinan selamatpun semakin
besar pula." "ya betul" sambung Mokim cepat,
"cukong toh bisa berkunjung ke Siau lim si dan meminta para
hwesio siau lim si untuk menghimpun kekuatan dari pelbagai partai
lainnya agar bersama-sama mengepung bukit Cian san ini"
Kho Beng sebera mendengus dingin.
"Kenapa sih kalian begitu bawel" Apakah kuatir aku tertimpa
musibah sehingga tak ada orang lain yang bisa mengurutkan nadi
kalian lagi?" Merah padam selembar wajah Molim sekalian karena jengah,
agak tergagap segera katanya:
"Harap cukong jangan salah paham-"
Dengan suara dalam Kho Beng seoera berseru:
"Kalian dengarkan baik-baiki semua persoalan yang telah
kuputuskan tak bisa ditawar lagi, kusuruh kalian pergi kelembah hati
Buddha, lebih baik kalian menurut saja."
" Kami seaera mentaati perintah" kata Molim segera.
Dengan suara dingin kembali Kho Beng berkata :
"seandainya nasib ku jelek dan tewas dalam peristiwa ini, paling
tidak toh masih ada si pelajar rudin Ho Heng yang bisa mengurutkan
nadi kalian, tak mungkin dia akan membiarkan kalian mampus
secara mengenaskan."
Rumang nampak agak tertegun, kemudian serunya :
"Tapi tua Bangka itu berwatak jelek, andaikata dia menolak untuk
mengurutkan nadi kami, bukankah urusan menjadi berabe-"
"andai kata sampai demikian, anggap saja nasib kalian memang
lagi sial" tukas Kho Beng segera.
Kemudian setelah berhenti, katanya lagi,
"sebetulnya kalian mau pergi atau tidak?"
"Pergi, pergi," sahut Molim terkejut,
"semoga cukong baik-baik menjaga diri, hamba akan segera
berangkat" secara beruntun dia mundur tiga langkah sambil memberi tanda
kepada rekan-rekannya, tak selang berapa saat kemudian bayangan
tubuh mereka berempat telah lenyap dibalik kegelapan sana.
sepeninggal keempat orang itu, sambil menghela napas Kho Beng
segera berpaling kearah Chin sian kun, seraya berkata :
"Nona Chin, bersediakah kau untuk membantu aku mengerjakan
sesuatu." " Tidak bersedia" Chin sian kun menggeleng.
sementara Kho Beng masih tertegun, dengan agak emosi
Chinsian kun telah berkata lagi:
"Kho kongcu, kau tak usah menggunakan akal untuk mengusirku
pergi, setelah aku bertekad menemanimu untuk menanggulangi
persoalan ini, tak nanti aku akan meninggalkan dirimu dalam
keadaan demikian" " Tapi-" Kho Beng menghela napas panjang.
Kembali Chin sian kun menggoyangkan tangannya berulang kali,
menukas perkataannya yang belum selesai:
"Aku cukup memahami maksud hatimu, mungkin aku memang
tak bisa membantu dirimu malah sebaliknya akan menjadi beban
untukmu, tapi kau sendiri harus tahu, dalam suatu pertarungan
belum tentu hanya ilmu silat yang diandalkan, paling tidak aku toh
bisa memberikan ide atau akal lain."
"Nona, aaai..kalau toh tekadmu sudah bulat, aku. .a ku hanya
bisa mengucapkan terima kasih.."
Chin sian kun tertawa : "Bila kau berpendapat bahwa kita harus menanggulangi kesulitan
ini secara bersama, rasanya sepatah kata terima kasih pun sudah
terlalu berlebihan.."
"Bagaimana terhadap diriku" Apakah kaupun hendak mengusirku
pergi dari sini?" sambung Kakek Tongkat sakti secara tiba-tiba
sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Kho Beng tertawa getir. "Boanpwee tak berani berbuat demikian, tapi..bukankah
cianpwee sedang berusaha untuk mencari Thian cun yang cianpwee"
Aku rasa cianpwee tak perlu membuang waktu lagi."
(Bersambung ke jilid 28) Jilid 28 "Aaah, apa maksud perkataanmu itu?" ucap Kakek Tongkat Sakti
sambil tertawa, "bukankah sama saja kau hendak mengusirku pergi dari sini?"
Merah padam selembar wajah Kho Beng.
"Harap cianpwee tangan salah paham."
Kakek Tongkat Sakti menggeleng.
"Berbicara secara sejujurnya saja, jangan lagi kau pergi seorang
diri, sekalipun ada aku yang menemanimu pun mungkin kepergian
kita ibarat menimpuk anjing dengan bakpao isi daging, sekali pergi
tak bakal kembali lagi."
"Tapi boanpwee tak akan berpikir sampai kesitu." Kata Kho Beng
sambil menggigit bibir, "aku tak bisa berpeluk tangan saja membiarkan ciciku terancam
bahaya." "ya, tentu saja kau harus memikirkan keselamatan jiwanya."
Kakek Tongkat Sakti mengangguk,
"tapi bagaimana pun juga, setiap tindakan harus melalui
perencanaan yang matang lebih dulu. Paling tidak kita harus
mempunyai pegangan sebesar tujuh bagian sebelum berangkat."
Kho Beng berkerut kening.
"Tapi aku tak mempunyai waktu yang cukup, mereka hanya
memberi batas waktu tiga hari kepadaku, rencana apapun yang
hendak dipersiapkan, aku rasa sudah tak akan sempat lagi."
"aku tidak sependapat denganmu." Kata Kakek Tongkat Sakti
sambil menggeleng, "batas waktu tiga hari Cuma akal-akalan mereka demi kedua
lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut, mungkin untuk
menunggu selama tiga tahun pun mereka akan sabar menanti. "Kho
Beng agak tertegun, tiba-tiba dia memberi hormat kepada kakek
itu sambil berkata "Walaupun cianpwee berjiwa kesatria dan ringan tangan,
mengapa kau begitu berhasrat hendak membantu boanpwee?"
Kakek Tongkat sakti tertawa.
"Masa kau belum tahu apa tujuanku pergi mencari Thian cun
yang?" "Boanpwee mengerti, tapi cianpwee pun harusnya mengetahui
akan maksud tujuan kepergianku kali ini hanya bertujuan menolong
ciciku dari bahaya maut, persoalan ini merupakan urusanku sendiri,
karenanya boanpwee tidak berharap cianpwee turut menyerempet
bahaya." Berkilat sepasang mata si Kakek Tongkat sakti, katanya
kemudian: "Paling tidak aku masih mempunyai dua alasan, pertama ditinjau
dari kehadiran orang-orang tadi, aku telah membuktikan bahwa
Dewi In Un adalah seorang anggota partai kupu-kupu. Kedua, kau
adalah ahli waris dari kitab pusaka Thian goan bu boh, lagipula
merupakan keturunan dari sahabat karib Bu wi lojin, malah
kemungkinan besar beban berat untuk menanggulangi bencana
besar yang menimpa dunia persilatan akan terletak dibahumu, coba
bayangkan sendiri, disaat kau sedang menghadapi bahaya, apakah
aku mesti berpeluk tangan belaka?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya :
"yang seharusnya kita bicarakan sekarang adalah bagaimana
caranya menyusup masuk ke sarang iblis dan bagaimana caranya
menyelamatkan encimu, soal-soal yang lain lebih baik jangan kita
bicarakan dulu sementara waktu."
Dengan wajah murung dan amat gelisah, Kho Beng berkata :
"Boanpwee sendiripun tidak berhasil mendapat cara yang lebih
baik lagi untuk menghadapi persoalan ini, sebetulnya aku berniat
menyerempet bahaya dengan mendatangi serangan mereka seorang
diri, tapi sekarang. " Dia menghela napas dan berhenti berbicara.
"Bila kau sampai berbuat demikian, maka tindakanmu itu
merupakan perbuatan bodoh-" Ucap Kakek Tongkat sakti dengan
wajah serius, "kau harus tahu, setelah mereka berani menyuruh Molim sekalian
menyampaikan kabar tersebut kepadamu, berarti mereka pasti telah
mempersiapkan perangkap yang amat kuat disekitar sana, apabila
cicimu masih berada dalam cengkeraman mereka, kau lebih tak
boleh kehilangan posisi yang menguntungkan, selain itu aku lihat
Lengcu atau pelindung hukum mereka tak boleh dipandang enteng,
oleh sebab itu, aku rasa kita tak boleh bertindak secara gegabah."
Kho Beng segera menggertak gigi menahan gejolak emosi
didalam hatinya, ia berkata kemudian:
"Ditinjau dari kesemuanya ini, aku dapat mengambil kesimpulan
kalau Dewi In un pasti berada didalam gua pengikat cinta ini,
siluman perempuan itu adalah musuh besar pembasmi keluarga Kho
kami" "Jangan sekali-kali kau bekerja menuruti emosi" hibur Kakek
Tongkat sakti dengan tenang,
"ketahuilah persoalan ini tak bisa diselesaikan secara terburu
nafsu." "Apakah petunjuk cianpwee didalam masalah ini?" pinta Kho
Beng kemudian dengan kening berkerut,
"apa yang mesti boanpwee lakukan sekarang?"
Kakek Tongkat sakti jadi tertegun untuk berapa saat, bisiknya


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

agak tergagap: "Tentang soal ini..."
Tapi sampai setengah harian lamanya dia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun, sebab didalam kenyataannya
persoalan ini memang suatu masalah yang susah diatasi. Tiba-tiba
Chin sian kun berkata : "aku mempunyai sebuah pendapat yang baik, apakah boleh
kuutarakan keluar.."
"Nona Chin, bila kau mempunyai sesuatu pendapat silahkan saja
diutarakan keluar," seru Kho Beng cepat.
Kakek Tongkat sakti pun tersenyum.
"yaa, biasanya pikiran dan perasaan anak wanita memang jauh
lebih tajam dan seksama . cepat utarakan keluar, "
setelah tertawa, Chin sian kun berkata :
"Terlepas apakah Dewi In Un merupakan anggota partai kupukupu
atau bukan, paling tidak dia pasti mempunyai hubungan yang
sangat akrab dengan partai kupu-kupu bukan?"
"yaa, ini sudah pasti" Kakek Tongkat sakti mengangguk-
"Cianpwee pasti banyak mengetahui tentang peristiwa yang
terjadi pada seratus tahun berselang, tahukah cianpwee apakah
pihak partai kupu-kupu mempunyai hubungan yang akrab dengan
seseorang?" Kakek Tongkat sakti termenung berapa saat lamanya, mendadak
ia bertepuk tangan sambil tertawa terbahak-bahak-
Kho Beng jadi keheranan, buru-buru tanyanya :
"Cianpwee, kenapa kau tertawa bergelak?"
Kakek Tongkat sakti tidak menjawab pertanyaan Kho Beng,
sambil menatap wajah Chin sian kun ujarnya :
"yaa, memang terbukti pikiran dan perasaan wanita jauh lebih
teliti, aku sudah dapat menduga apa yang sedang kaupikirkan "
"Cianpwee tahu apa yang sedang kupikirkan?" ucap Chin sian kun
sambil tertawa. "Bukankah kau hendak mempergunakan hubungan akrab antara
pihak partai kupu-kupu dengan seseorang yang dikenalnya dulu
untuk menyelesaikan persoalan ini, karena kau merasa Dewi In un
pasti mempunyai hubungan yang akrab dengan pihak partai kupukupu?"
"Cianpwee, kalau kudengar dari gelak tertawa mu barusan,
apakah kau pun telah berhasil mengingat orang tersebut?"
"Betul" Kakek Tongkat sakti mengangguk,
"Aku memang sudah teringat dengan seseorang, orang tersebut
masih terhitung sahabat karib dari ui Thian it, ketua partai kupukupu
yang tewas ditangan tiga dewa tempo dulu. orang itu bernama
Kong ci cu, orang lain menyebutnya sebagai si naga terbang dari see
ih. Disaat ui Thian it melangsungkan pertarungan seru melawan tiga
dewa tempo hari, Kong ci cu yang mendapat kabar segera menyusul
ketempat kejadian, sayang kedatangannya terlambat selangkah,
ketika ia tiba disitu, ui Thian it sudah tewas dibawah tebing berduka
hati" setelah menghela napas panajng, katanya lebih jauh :
"Kong ci cu lah yang membereskan jenasah Ui Thian it serta
membawanya pulang, konon peristiwa tersebut pernah menjadi
bahan pembicaraan yang paling hangat dalam dunia persilatan
waktu itu." Chin sian kun berpikir sejenak, kemudian tanyanya :
"aku rasa si naga terbang dari see ih Kong ci cu tentunya sudah
lama meninggal dunia bukan?"
Kakek Tongkat sakti manggut-manggut -
"Pada seratus tahun berselang ia telah berusia tujuh delapan
puluh tahunan, kini seratus tahun telah lewat, masa dia belum juga
mati" Tentu saja jiwanya telah lama berakhir-"
"Apakah orang partai kupu-kupu mengetahui tentang kematian
Kong ci cu ini?" Kembali Kakek Tongkat sakti tertawa :
"sejak peristiwa berdarah ditebing hati duka, partai kupu-kupu
sudah tiada kabar beritanya lagi, apakah mereka mengetahui akan
kematian Kong ci cu atau tidak kurang jelas, tapi bagi diriku justru
mengetahui soal kematian Kong ci cu tersebut dengan jelas sekali-"
"entah apa yang menyebabkan kematiannya?" Tanya Chin sian
kun dengan perasaan gembira.
"Dia mati karena sakit." Kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa.
"Peristiwa itu terjadi lebih kurang sepuluh tahun setelah peristiwa
berdarah di tebing hati duka, tapi kematiannya tidak diketahui oleh
siapa pun sebab seorang pelayan tua dan seorang bocah muda yang
hidup bersamanya telah bunuh diri pula setelah kematiannya itu"
"Kalau toh soal kematiannya tidak diketahui orang lain, dari mana
cianpwee bisa mengetahui akan persoalan ini?" Kakek Tongkat sakti
tertawa misterius. "yang mengubur mereka bertiga juga seorang sahabat dari
tingkatan ayahku, sedang diapun akhirnya mati ditempat
pengasingan, itulah sebabnya kecuali aku seorang mungkin tiada
orang kedua yang mengetahuinya."
Chin sian kun termenung sambil berpikir sebentar, lalu katanya :
"Entah bagaimanakah perawakan tubuh serta wajah dari sinaga
terbang dari see ih Kong Ci cu?"
Kakek Tongkat sakti memandang sekejap kedua orang yang
berada dihadapannya lalu ujarnya sambil tertawa:
"Persoalan ini sangat kebetulan sekali, walaupun perawakan
badan si naga terbang dari see ih tidak terhitung tinggi besar,
namun tidak seceking diriku ini, aku rasa Kho sauhiaplah yang paling
cocok untuk memerankan dirinya, sedang seorang pelayan tua dan
bocah muda dari Kong ci cu tampaknya harus diperankan oleh nona
dan aku" Meskipun rencana ini sangat bagus, tapi cianpwee telah
melupakan satu persoalan" kata Chin sian kun sambil
menggelengkan kepalanya, keningnya Nampak berkerut kencang.
"Apa yang kulupakan?" Tanya Kakek Tongkat sakti tertawa-
"Cianpwee harus ingat bahwa peristiwa itu terjadi seratus tahun
berselang, raut tampang mereka tak akan seperti wajahnya para
sahabat yang lalu-" "Tentu saja" kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa,
"mana mungkin aku melupakan persoalan ini, tapi hal semacam
itu masih bisa ditutupi."
Dengan suara lirih dia segera membisikkan sesuatu kepada Chin
sian kun dan Kho Beng. selesai mendengar bisikan itu, Kho Beng
berdua segera tersenyum dan manggut-manggut. Kembali Kakek
Tongkat sakti memutar biji matanya sambil berkata lagi:
"Hayo berangkat, mungkin kita harus kerja keras seharian penuh,
ketahuilah benda-benda tersebut tidak mudah untuk dibuat."
Diiringi sekulum senyuman yang misterius, berangkatlah ketiga
orang itu meninggalkan bukit Cian san.
Didalam gua pengikat cinta bukit Cian san, cun hong Lengcu, Hee
im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta tang soat Lengcu sekalian
berempat sedang berdiri didepan Dewi In Un dengan sikap yang
sangat hormat. Dua orang nenek berbaju perlente berdiri dikedua belah samping
Dewi In Un dengan wajah yang serius, persis seperti dua buah
patung batu. Disamping itu masih terdapat dua puluhan orang dayang berbaju
ringkas yang berdiri dikedua belah sisi arena, suasana terasa amat
serius dan seram, setelah memberi hormat, Cun hong Lengcu
berkata : "suhu, tecu sekalian telah melaksanakan semua pekerjaan sesuai
dengan petunjuk suhu"
"Hmmm, apa saja yang telah kalian kerjakan?" dengus Dewi In
Un. "semua jalan darah ditubuh Kho Yang ciu telah kami totok, kini
dia dirantai diatas kursi batu, selain itu ditempat kegelapan.,"
setelah menunjukkan senyuman bangga, lanjutnya :
"Didalam maupun diluar ruangan tecu telah menyiapkan jebakan
yang berlapis-lapis, setiap perangkap yang kupersiapkan rasanya
sudah lebih dari cukup untuk mengubah mereka kakak beradik dua
orang menjadi perkedel."
Paras muka Dewi In Un tetap dingin kaku tanpa perubahan
emosi, katanya hambar: "yang perlu kalian perhatikan adalah kedua lembar kitab pusaka
Thian goan bu boh itu"
"soal ini suhu tak perlu kuatir," cun hong Lengcu segera tertawa,
"tentu saja kami akan berusaha untuk mendapatkan kedua
lembar kitab pusaka Thian goan bu boh lebih dulu sebelum berusaha
melenyapkan kedua bibit bencana ini dari muka bumi"
"Dengan cara apa kalian menyampaikan berita tersebut kepada
Kho Beng?" sungguh kebetulan sekali kata Cun hong Lengcu dengan bangga,
"sewaktu dalam perjalanan menuruni bukit Cian san tadi, telah
bertemu dengan keempat budak asing dari Kho Beng, kami memberi
batas waktu tiga hari kepada Kho Beng untuk datang kemari
menukar cicinya dengan kedua lembar kitab pusaka tersebut."
Dewi In Un berpikir sebentar, lalu katanya :
"Aku dengar Kho Beng adalah seorang pemuda yang sangat licik
dan banyak akal muslihatnya, mungkinkah dia akan datang
memenuhi janji tepat pada waktunya?"
Hee im Lengcu segera menyahuti:
"Menurut apa yang tecu ketahui, Kho Beng pasti akan datang-"
Dewi In Un segera mengerling sekejap kearahnya :
"Atas dasar apa kau berani berkata begitu meyakinkan?"
sambil tertawa paksa Hee im Lengcu berkata :
"Kho Beng adalah seorang yang amat perasa, terutama sekali
terhadap saudara kandungnya sendiri, Ia menaruh perhatian yang
amat khusus- Apabila la mendapat kabar yang menyatakan bahwa
cicinya menjumpai kesulitan disini, biarpun dia tahu bakal mati
namun ia pasti akan datang juga."
"Heeeheee- h eeee- memang inilah kelemahan manusia," seru
Dewi In Un sambil tertawa terkekeh-kekeh,
"kalian harus mempergunakan nya secara baik-baik,"
Tapi sejenak kemudian paras mukanya telah berubah hebat,
dengan suara mendalam dia menambahkan.
"Tapi bila usaha kali ini tidak berhasil, maka kalian berempat
bakal menerima hukuman yang cukup berat."
Keempat orang lengcu itu segera merasakan hatinya bergetar
keras, paras mukanya berubah hebat, tapi hanya sebentar. Dalam
waktu singkat mereka telah memperoleh ketenangannya kembali.
sambil tertawa paksa Cun hong Lengcu segera berkata :
"suhu tak usah kuatir, kali ini tiada kemungkinan untuk menderita
kegagalan, tanggung kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh
itu akan kita peroleh."
Dengan sikap hambar Dewi In Un manggut-manggut.
"semoga saja usaha kalian berhasil dengan sukses, untuk
mencapai keberhasilan ini kalian boleh menggunakan semua
kekuatan yang berada disini- selain daripada itu, dalam menghadapi
situasi dan keadaan seperti apapun, setiap saat kalian harus
memberi laporan kepadaku"
"Tecu turut perintah" keempat orang Lengcu itu menyahut
serentak dengan sikap menghormat.
Agaknya Dewi In Un merasa puas, dia menguap lalu sambil
mengulapkan tangannya, ia berkata:
"sekarang kalian boleh mengundurkan diri dari sini"
Keempat orang Lengcu itu bersama-sama memberi hormat lalu
mengundurkan diri. yang disebut sebagai kamar penjara di dalam gua pengikat cinta
tak lebih hanya berupa sebuah gua yang belum pernah dibenahi-
Disana sini ruangan gua terdapat banyak batu granit yang
mencuat kesana kemari, tapi dasar tanah amat datar, dibagian
tengah terdapat sebuah kursi batu, kursi itu terbuat dari tonjolan
batu karang yang mencuat keatassaat
itu Kho yang ciu didudukkan pada kursi tersebut dan dirantai
dengan sebuah rantai raksasa sebesar lengan bocah-
Padahal sekalipun tak dirantai, Kho yang ciu tak mampu lagi
menggerakkan badannya, sebab bukan saja seluruh jalan darahnya
telah tertotok, lagipula ia telah dicekoki cairan beracun yong luo ih
yang mempunyai khasiat membuyarkan tenaga-
Peredaran darah yang tidak lancer membuat keadaan gadis
tersebut tak ubahnya seperti seorang penyakitan yang hampir
sekarat, bentuk rupanya telah berubah menjadi amat mengenaskan.
suasana dalam gua gelap gulita tanpa cahaya, lembab lagi gelap,
berada ditempat seperti ini tak ubahnya seperti berada didalam
neraka. Tapi diluar maupun didalam gua tersebut, terutama pada bagian
yang gelap dan tersembunyi, secara diam-diam sudah dilengkapi
perangkap yang berlapis-lapis, diantaranya meliputi panah beracun,
uap beracun dan jebakan yang mengerikan.
Kini Kho yang ciu telah mendusin dari pingsannya, namun seluruh
jalan darahnya yang tertotok membuat ia tak mampu ergerak, tak
mampu pula bicara, kecuali benaknya yang dipenuhi pelbagai
persoalan yang pelik, pada hakekatnya keadaan nona tersebut tak
berbeda seperti sesosok mayat.
Namun perasaan sedih dan menyesal yang mencekam
perasaannya tak terlukiskan lagi dengan perkataannya, dia menyesal
mengapa tidak menurui nasehat dari adiknya Kho Beng yang sudah
berhasil membongkar identitas mereka yang sebenarnya ketika
masih berada di perkampungan ciu hong san ceng tempo hari,
malah sudah berulang kali adiknya membujuk serta menasehatinya.
Tapi-mengapa ia tak mau tahu dan belumjuga mau sadar"
sekali salah melangkah, menyesal sepanjang masa, walaupun ia
merasa menyesal sekali tapi sayang keadaan sudah terlambat.
Ia sama sekali tak takut mati, tapi dendam sakit hatinya belum
terbalas. sedangkan diapun akan mati ditangan musuh besarnya, inilah
yang membuat ia mati tak meram.
Disamping itu dia pun teringat kembali dengan adiknya Kho
Beng, diapun cukup memahami tujuan yang sebenarnya Dewi In Un
menyekap dirinya disitu, sudah pasti dia akan dijadikan umpan untuk
memancing kedatangan Kho Beng guna menyerahkan kedua lembar
kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut.
Ia pun sadar, demi keselamatan jiwanya, Kho Beng pasti tak
akan memperdulikan segala sesuatunya untuk datang
menyelamatkan jiwanya, apabila keadaan seperti ini sampai terjadi,
bukankah dialah yang telah mencelakai adiknya"
Teringat akan dendam berdarah dari keluarga Kho yang belum
sempat terbalas, teringat pula Kho Beng adalah satu-satunya
keturunan keluarga Kho, andai kata gara-gara keteledoran sendiri
menyebabkan kematian Kho Beng, apakah dia masih punya muka
untuk bertemu dengan arwah orang tuanya dialam baka"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa air matanya jatuh
bercucuran, satu-satunya yang diharapkan sekarang adalah
berharap agar adiknya tidak menyerempet bahaya. Namun dia pun
tahu, keadaan seperti ini hampir boleh dibilang tak mungkin, sebab
dia cukup memahami perasaan dan tabiat adiknya, dia pasti akan
datang untuk menolongnya apapun yang bakal terjadi-Mendadak-.
Disaat pikirannya sedang melayang entah kemana saja,
terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang.
Dengan paksakan diri Kho yang ciu membuka matanya, tapi apa


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kemudian terlihat membuat darahnya terasa mendidih,
sepasang matanya berapi-api dan hampir saja melotot keluar.
Ternyata yang datang adalah Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu,
Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu.
Dengan langkah yang santai keempat orang itu berjalan masuk
Golok Naga Kembar 3 Pedang Bengis Sutra Merah ( Tan Ceng In) Karya See Yan Tjin Djin Istana Tanpa Bayangan 4
^