Pencarian

Kedele Maut 16

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 16


Phu sian sangjin segera berpaling kembali kearah Hian hoat tojin
seraya membentak : "Lanjutkan perkataanmu"
"Kakek berambut putih itu sudah lama tertarik dengan Kho
sauhiap. sebab selain berilmu tinggi diapun sudah menguasai ilmu
silat yang tercantum dalam kitab Thian goan bu boh, maka dengan
mengandalkan ilmu beracun Im ham tok kang ia berhasil merubah
Kho sauhiap menjadi se seorang yang lain."
"Ilmu beracun Ha im tok kang" omitohud" seru Phu sian sangjin
cepat, "benar-benar suatu maksud tujuan yang sangat keji dan tak
berperi kemanusiaan, walaupun aku sudah mendengar kalau si setan
tua dari Lam ciang adalah manusia busuk. namun belum pernah
kusangka kalau dia sebetulnya adalah manusia buas yang berhati
sekeji ini" Beng Gi ciu yang berada disisinya buru-buru bertanya :
"sebetulnya ilmu macam apakah ilmu racun Im ham tok kang
tersebut?" Dengan suara dalam Phu sian sangjin berkata :
"Kepandaian itu merupakan sejenis ilmu beracun yang sangat
jahat dari wilayah Lam ciang. Dengan menggunakan tiga jenis
kekuatan yang sesat yang mengandung hawa dingin beracun,
mereka bisa merubah watak seseorang yang berilmu tinggi menjadi
orang yang bewatak sesuai dengan kehendak hati mereka. Biasanya
orang yang dirubah olehnya dengan menggunakan ilmu beracun
tersebut bukan saja watak aslinya akan hilang, kejadian dimasa
lampau terlupakan sama sekali, namun tenaga dalam yang
dimilikinya justru akan meningkat menjadi sepuluh kali lipat lebih
dahsyat." setelah berhenti sejenak, kembali ia berkata :
"Jelas sudah sekarang, rupanya si setan tua dari Lam ciang telah
bersekongkol dengan pemilik kuil Hian thian koan ini untuk
menciptakan seorang tokoh sakti yang bisa mengobrak abrik dunia
persilatan serta menguasai seluruh jagat. Benar-benar sebuah
rencana yang amat keji"
Lo siansu,Beng Gi ciu segera berkata , "menurut pandanganku,
lebih baik kita berangkat dulu keruang rahasia dibawah tanah untuk
menolong orang terlebih dahulu."
"Betul" sambil tertawa ketua siau lim pay ini mengangguk.
Kepada Hian hoat tojin segera bentaknya :
"Ayo cepat bangun dan tunjukkan jalan buatjalan kami"
Hian hoat tojin tak berani membantah, sambil meronta untuk
bangun berdiri, katanya :
"Lo siansu, dapatkah kau membebaskan dulu jalan darahku?"
"Tentu saja boleh" sahut Phu sian sangjin sambil tersenyum,
"Cuma kau mesti ingat, apabila mencoba melarikan diri atau
mengacau ditengah jalan, kau bakal mendapat sebuah akhir yang
amat tragis dan mengerikan hati"
Berbicara sampai disitu, ia segera menyentilkan jari tangannya
dan membebaskan jalan darah cian keng hiat dibahu kiri kanangnya
yang tertotok. setelah bebas dari totokan, Hian hoat tojin menggerak-gerakkan
dulu sepasang tangannya, kemudian katanya sambil menghela
napas : "Apakah lo siansu hendak berkunjung keruang rahasia dibawah
peti mati?" "Bila apa yang kau ungkap adalah jujur, tentu saja kami harus
berkunjung kesana" Hian hoat tojin tidak banyak berbicara lagi, ia segera beranjak
meninggalkan tempat tersebut.
Tak selang berapa saat kemudian, rombongan tersebut telah
berjalan masuk kebawah peti mati.
sambil menghentikan langkahnya dan mendengus dingin, Phu
sian sangjin segera berkata
"Ditempat ini bukan saja terdapat ruang rahasia dan lorong
bawah tanah, masih ada tiga buah alat perangkap yang sangat
lihai." "Ketajaman mata lo siansu betul-betul mengagumkan," cepatcepat
Hian hoat tojin berseru, "namun ketiga buah alat perangkap itu tak akan digerakkan
secara sembarangan. Bersambung ke jilid 34 Jilid 34 Phu sian sangjin tidak menggubris, dia melangkah masuk lebih
dulu kedalam ruangan, lalu setelah memandang sekejap kearah lima
buah peti mati yang berjajar-jajar itu, sambil tertawa dingin dia
mengayunkan telapak tangannya dan menghantam salah satu peti
mati tersebut. Blaaaammm Ditengah benturan yang sangat keras, peti mati itu seketika
hancur berantakan dan berceceran keempat penjuru.
Dengan hancurnya peti mati tersebut, maka muncullah sebuah
jalan rahasia dibawah tanah.
Tanpa ragu sedikitpun, Phu sian sangjin langsung berjalan
menuruni jalan rahasia tersebut.
Begitu sampai didalam ruang bawah tanah, semua orang segera
dibuat tertegun, ternyata meja altar ditengah ruangan sudah
terbalik, pintu menuju kearah tiga buah ruang rahasia lain pun
berada dalam keadaan terbuka lebar, selain meja kursi yang berada
dalam keadaan hancur, disitupun membujur dua sosok mayat
wanita. Dari kedua sosok mayat tersebut, seorang berusia empat puluhan
tahun, berbaju berkabung sedang yang lain adalah seorang dayang
yang masih muda. Beng GI Ciu memperhatikan sekejap kedua sosok
mayat wanita itu, tiba-tiba katanya : "Aaaaah, seorang masih hidup."
Tanpa membuang waktu lagi dia menempel telapak tangannya
diatas jalan darah Ki hay hiat ditubuh perempuan setengah umur itu
dan menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh orang itu.
Tak lama kemudian terdengar perempuan itu merintih, lalu sadar
kembali dari pingsannya. Dengan cepat Beng Gi ciu menambahi tenaga dalamnya dengan
satu bagian, serunya : "Bagaimana rasamu sekarang?"
Perempuan setengah umur itu memandang sekejap sekeliling
tempat itu, lalu gumamnya : "Tempat ini. .tempat ini bukan akhirat
bukan?" "Bukan" sahut Beng Gi ciu sambil tertawa paksa, "Kau masih
hidup didunia ini, sedang ia siansu itu adalah ketua siau lim pay, aku
sendiri dari marga Beng, kami datang untuk menolongmu."
Dalam pada itu Phu sian sangjin telah mengeluarkan sebutir pil
berwarna putih dan diserahkan kepada Beng Gi ciu seraya berkata :
"Pil ini adalah pil penyambung nyawa sio mia pisia wan dari partai
kami, tolong Beng li sicu berikan kepadanya"
Buru-buru Beng Gi ciu menerimanya serta dijejalkan kedalam
mulut perempuan setengah umur itu.
Nyata sekali kasiat pil itu, tak lama kemudian kesegaran dan
semangat perempuan itu pun jauh lebih baik.
setelah menghembus napas panjang, tiba-tiba perempuan itu
menengok kearah mayat dayang tersebut sambil jeritnya kaget : "ciu
leng ciu leng.." "Tak usah dipanggil lagi, dia telah tewas" kata Beng Gi ciu sedih.
Perempuan itu segera menangis tersedu-sedu, keluhnya :
"Bocah yang mengenaskan. .kau. kau mati dalam keadaan yang
sungguh mengenaskan."
Cepat-cepat Beng Gi ciu menghiburnya, kemudian dengan nada
amat gelisah dia berkata :
"sebenarnya apa yang telah terjadi disini" Bukankah ada seorang
Kho kongcu yang telah disekap orang jahat yang bernama setan tua
dari Lam ciang dan dibawa kemari" Tahukah kau kemanakah mereka
telah pergi" Perempuan setengah umur itu menganggukkan kepalanya
berulang kali, sahutnya :
"Aku tahu. Kho kongcu telah diculik mereka, dengan ilmu beracun
Ham im tok kang mereka bermaksud merubahnya menjadi
seseorang yang lain, akulah yang menyuruh ciu leng secara diamdiam
menghadiahkan sebutir pil anti racun hawa dingin kepadanya
sehingga membuat Kho sauhiap mendapatkan kembali
kesadarannya, tapi.."
Tiba-tiba napasnya tersengal sehingga tak sanggup melanjutkan
kembali kata-katanya. Beng Gi ciu menunggu sampai napasnya menjadi reda kembali,
kemudian baru bertanya dengan nada cemas : "Tapi kenapa?"
"Tapi perbuatanku segera diketahui iblis tua tersebut, akibatnya
kami berdua.kami berdua sama-sama dicelakainya."
sesudah memandang sejenak sekeliling ruangan, kembali dia
berkata lebih jauh : "Kho kongcu telah dibawa keluar oleh setan tua dari Lam ciang
serta Hian thian si tosu tua itu melalui lorong rahasia"
Dengan nada gelisah Beng Gi ciu segera berseru kepada Phu sian
sangjin : "Lo siansu, apa. apa yang mesti kita perbuat sekarang?"
Phu sian sangjin segera berpaling kearah Hian hoat tojin yang
berdiri ketakutan ditepi arena, kemudian bentaknya :
"Apakah lorong rahasia tersebut tembus langsung ke punggung
bukit?" "Benar, pinto tak berani berbohong"
Phu sian sangjin segera manggut-manggut, katanya lagi :
"Beng li sicu tak usah kuatir, aku jamin mereka tak akan berhasil
meloloskan diri dari kepungan para pendeta siau lim pay dan
kujamin Kho Beng pasti dapat lolos dari ancaman maut secara aman
dan selamat." Kemudian sambil berpaling serunya : "sute"
"silahkan ciangbun suheng memberikan perintah" buru-buru
Hwee cuncu memberi hormat.
"Kuminta bantuanmu untuk segera menolong Kho Beng, soal lain
tunggu pemberitahuanku selanjutnya."
"Terima perintah"
setelah memberi hormat, Hwee cuncu segera meninggalkan
tempat tersebut dengan langkah lebar.
"omitohud.." Phu sian sangjin berkata kemudian, "kalau begitu
suara jerit kesakitan yang kami dengar tadi sudah pasti berasal dari
li sicu berdua sekarang, dapatkah kau mengisahkan pengalamanmu
kepada kami?" Dengan rasa amat berterima kasih perempuan itu menjawab :
"Aku hanya memohon kepada lo siansu agar bersedia
membalaskan dendam bagi kematian kami berdua."
"Kau tak usah kuatir, kami pasti akan berusaha membalaskan
dendam" kata Phu sian sangjin sedikit agak emosi,
"kalau tidak, apa artinya aku menjadi pimpinan dari tujuh partai
besar?" Perempuan setengah umur itu segera menghembuskan napas
panjang. "Aku bernama Yu si hoat , sedang suamiku bernama Tam Cun
hoo." "Tunggu sebentar" mendadak Phu sian sangjin menggoyangkan
tangannya. Yusi hoat tertegun dan terpaksa mengurungkan niatnya untuk
melanjutkan pembicaraan. Dengan kening berkerut kencang, Phu sian sangjin segera
bergumam seorang diri : "Tam Cun hoo..apakah kau maksudkan si Tabib sakti dari Tiong
ciu, Tam sicu?" "Yaa, dia adalah suamiku, apakah lo siansu."
Phu sian sangjin menghela napas panjang.
"Aaaaai.dua puluh tahun berselang, aku pernah bertemu dengan
Tam sicu bahkan sempat bermain catur sambil minum arak, sayang
selama dua puluh tahun terakhir kami tak berjodoh untuk bertemu
kembali, dia." Dengan air mata bercucuran, Yu si hoat berkata : "Ia telah
dicelakai Hian thian koancu hingga tewas"
setelah menahan isak tangisnya , kembali ia meneruskan katakatanya
: "suamiku almarhum adalah seorang yang termashur karena
kepintarannya dalam ilmu pertabiban, rupanya Hian thian siluman
tosu itu berniat memakai tenaganya untuk melakukan kejahatan,
suamiku bersumpah tidak mau menurut. Maka bajingan itupun
menculik aku dan dayangku serta menyekapnya disini, dia
menyandera kami serta memaksa suamiku agar menuruti
kemauannya, tapi suamiku tetap menolak. Suatu hari suamiku
melihat ada kesempatan baik untuk membunuh siluman tosu Hian
thian, siapa tahu usahanya bukan cuma gagal total, nyawanya
sendiripun turut melayang ditangan siluman tersebut"
Berbicara sampai disini, kembali dia menangis tersedu-sedu.
"Bagaimana selanjutnya?" Tanya Beng Gi ciu menunjukkan rasa
simpatinya, "apakah mereka tetap menyekapmu didalam kuil?"
sambil menggigit bibir menahan rasa benci yang meluap Yu si
hoat berkata lagi : "siluman Hian thian telah .tela h memperkosaku, ia menyekap
kami berdua didalam ruang bawah tanah, sama sekali tiada
kebebasan buat kami berdua." Dengan kening berkerut dan emosi
yang meluap, Beng Gi ciu segera berteriak :
"Aku Beng Gi ciu bersumpah, kalau tak dapat menguliti tubuh
Hian thian tosu siluman serta setan tua dari Lam ciang, aku tak akan
hidup sebagai manusia layak"
Yu si hoat tertawa getir.
"Aku mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan lihiap
untuk membasmi bajingan itu dari muka bumi, meski aku sudah
berada diaLam baka aku bakal mati dengan mata meram."
Dengan kening berkerut, tiba-tiba Phu sian sangjin menyela :
"Yu sicu, tahukah kau apa hubungan antara tosu siluman Hian
thian dengan partai kupu-kupu?"
"Aku. .aku tak pernah mendengar tentang partai kupu-kupu.
aku..aku hanya tahu Hian thian si tosu siluman itu hendak.hendak
bekerja sama dengan setan..setan tua dari Lam ciang untuk. .untuk
menguasai jagat.." Dengan semakin menyusutnya kasiat obat yang ditelah, lambat
laun kesadaran perempuan itu makin memudar, kini ia sudah berada
diambang pintu kematian, Dengan wajah gelisah Beng Gi ciu berkata
kepada Phu sian sangjin : "Lo siansu, apakah kau masih mempunyai
obat lain yang bisa menyelamatkan jiwanya?"
"omitohud, aku adalah murid Buddha yang mengutamakan cinta
kasih terhadap sesama dan menolong setiap orang yang
membutuhkan bantuan andaikata aku sanggup menolongnya, masa
aku akan berpeluk tangan belaka."
Kemudian setelah menghembuskan nafas panjang, pelan-pelan
dia berkata lagi : "Denyut jantungnya sudah melemah, nadinya telah terputus,
kalau tadi ia masih sadar karena rasa gusar dan penasaran masih
menyelimuti dadanya, kini ada orang menyatakan kesediaannya
untuk membalaskan dendam, berarti keinginannya telah tercapai,
dengan sendirinya hawa murni yang terkumpul pun ikut membuyar,
nyawanya sekarang sudah siap meninggalkan raga kasarnya."
sementara pembicaraan berlangsung, benar juga, kepala Yu si


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hoat Nampak terkulai kesamping dan memejamkan mata untuk
selamanya, ternyata ia telah menghembuskan napasnya yang
penghabisan. Beng Gi ciu penuh dicekam emosi yang meluap, katanya tiba-tiba
sambil menghela napas "Aaaai, mengapa kita lupa bertanya siapa yang telah membunuh
mereka berdua?" "Ditanya atau tidak bukan masalah, yang pasti perbuatan ini
kalau bukan hasil karya Hian thian si tosu siluman sudah pasti setan
tua dari Lam ciang, pokoknya kedua orang itu harus dibasmi dari
muka bumi, sebab mereka adalah manusia-manusia jahanam yang
berhati keji." setelah berhenti sejenak, kembali katanya :
"Tak ada gunanya kita berdiam terus disini, mari kita berangkat"
Beng Gi ciu memandang sekejap sekitar tempat itu, lalu katanya :
"Aku rasa masih banyak urusan yang harus kita kerjakan disini,
misalkan saja mengurusi lelayon mereka berdua, lalu mengurusi
para tosu penghuni kuil ini."
Phu sian sangjin manggut-manggut :
"Persoalan semacam ini tak mungkin bisa diselesaikan dalam
waktu singkat, sebentar aku akan mengirim anak buahku untuk
mengurusi semua masalah disini."
Lalu kepada Hian hoat tojin yang berdiri ketakutan disisinya, ia
membentak : "Lorong rahasia itu terletak dimana?"
"Itu dia, berada disisi kiri ruang rahasia tersebut,"
buru-buru Hian hoat tojin menunjuk kemuka.
Phu sian sangjin berpikir sebentar, lalu katanya :
"Untuk mempersingkat waktu, lebih baik kita menelusuri lorong
rahasia tersebut." Beng Gi ciu mengangguk tanpa menjawab, maka dibawah
bentakan phu sian sangjin, berangkatlah Hian hoat tojin memasuki
ruang rahasia sebelah kiri untuk bertindak sebagai penunjuk jalan.
sebelum melangkah masuk kedalam ruangan, phu sian sangjin
memutar biji matanya dulu mengawasi sekeliling tempat itu,
tampaknya dia sedang memeriksa apakah disekitar sana masih
terdapat perlengkapan alat rahasia yang lain.
Namun dari senyuman lega yang menghiasi wajahnya kemudian,
dapat diketahui bahwa ia telah mmeriksa dengan amat jelas keadaan
diseputar sana dan merasa yakin kalau tiada ancaman bahaya yang
mungkin mereka hadapi. Beng Gi ciu serta siau wan mengikuti dibelakang Phu sian
sangjin, mereka berjalan cepat memasuki lorong.
Tampak Hian hoat tojin menekan sebuah tombol rahasia, lalu
terbukalah sebuah pintu rahasia disisi ruangan tersebut.
Dinding bagian atas dan bawah lorong rahasia tersebut terbuat
dari lapisan batu rata, selain lebar dan luas juga amat licin, bisa
diduga entah berapa besar biaya, tenaga dan waktu yang telah
dihabiskan untuk membangun lorong ini.
Lorong tersebut berliku-liku naik turun tidak menentu, setelah
berjalan sejauh tiga li lebih, keadaan didepan situ baru Nampak
terbentang lebar dan sampailah diujung lorong tersebut.
Dimulut keluar lorong rahasia itu terbentang sebuah hutan yang
lebat, suasana amat redup, namun kelihatan sekelompok manusia
mengelilingi sekitar tempat itu dengan rapat.
Sebagai pemimpin dari rombongan itu ternyata tak lain adalah
Hwee cuncu sendiri, sementara yang lain terdiri dari dua puluhan
pendeta siau lim pay yang rata-rata berusia enam puluhan tahun,
bermata tajam dan mempunyai gerak gerik yang lincah dan cekatan,
dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa mereka adalah
sekawanan jago silat yang memiliki tenaga dalam amat sempurna.
sewaktu Phu sian sangjin munculkan diri dari balik lorong,
dipimpin oleh Hwee cuncu serentak para pendeta itu memberi
hormat seraya berbisik : "Menjumpai ciangbunjin"
"Apakah orangnya berhasil dihadang?" Tanya Phu sian sangjin
agak gelisah. "orangnya sih berhasil dihadang, tapi.."
Beng Gi ciu segera merasakan jantungnya hampir copot,
mendengar perkataan tersebut, buru-buru dia bertanya : "Tapi
kenapa" Lo siansu, cepat katakan"
Hwee cuncu mengerling sekejap kearahnya, kemudian menjawab
: "Kho sicu berada dalam keadaan sehat walafiat, Cuma hawa
murninya belum pulih kembali sehingga keadaannya masih sangat
lemah, tapi bila dirawat lukanya selama berapa hari, aku percaya
kondisi badannya akan pulih kembali dalam waktu singkat, hanya
sayang si setan tua dari Lam ciang memiliki kepandaian silat yang
tangguh, terutama ilmu meringankan tubuhnya yang amat
sempurna, ia ia berhasil kabur dari sini."
Biarpun dia bisa melarikan diri sampai keujung langit pun, cepat
atau lambat akhirnya pasti akan tertangkap juga, kita tak usah
terlalu panik dalam hal inibagaimana dengan Hian thian si tosu
siluman itu" "Ia telah tewas karena kesalahan tanganku" buru-buru Hwee
cuncu menjelaskan. "Waaah sebetuinya aku telah bersumpah akan menguliti
tubuhnya, sekarang dia sudah mampus, keenakan baginya." omel
Beng Gi ciu. "Kalau toh orangnya sudah mampus, ya itu anggap selesai saja
persoalan ini." Kata Phu sian sangjin, "mana Kho sicu?"
"Dia berada diatas batu cadas disebelah sana" sahut Hwee cuncu
sambil menunjuk kedepan. sebetulnya persoalan inilah yang ingin diketahui Beng Gi ciu
secepatnya, maka tanpa banyak berbicara lagi bersama siau wan
buru-buru ia berangkat kesana.
Benar juga, lebih kurang dua puluh kaki didepan sana terdapat
sebuah batu cadas yang besar, diatas batu inilah Kho Beng yang
kelihatan agak kurus berbaring tak bergerak, disisinya berdiri empat
orang pendeta tua berbaju kuning yang siap berjaga-jaga,
sementara tak jauh dari situ berbaring sesosok mayat tosu tua.
Beng Gi ciu tahu, mayat tersebut tentu mayat dari Hian thian
siluman tosu tersebut, tapi ia tak punya waktu untuk memperhatikan
hal-hal semacam ini. sambil mendekati Kho Beng yang berbaring
diatas batu, segera serunya lirih : "Kho kongcu, Kho kongcu"
Dengan sorot mata yang sayu namun penuh luapan rasa terima
kasih, Kho Beng mengawasi gadis tersebut, bibirnya tampak
bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu namun tak sepatah
katapun yang diucapkan keluar, jelas sudah kondisi badannya telah
berubah menjadi sedemikian lemahnya sehingga untuk bicarapun
tak mampu lagi. Dengan penuh rasa iba Beng Gi ciu segera berbisik :
"Kau jangan berbicara dulu, beristirahatlah dengan tenang, kalau
hendak berbincang-bincang tunggu sampai badanmu puluh seperti
sedia kala." Berbicara sampai disitu, ia segera melepaskan sekulum senyuman
penuh rasa cinta kepadanya.
Mendadak terdengar suara pujian kepada sang Buddha bergema
memecahkan keheningan, ternyata Phu sian sangjin serta Hwee
cuncu telah berada dihadapannya.
Tidak menunggu Beng Gi ciu buka suara, Phu sian sangjin
berkata lebih dulu dengan suara dalam :
"Aku telah mengirim orang untuk menyelesaikan persoalan dikuil
Hian thian koan, tapi menurut laporan yang kuperoleh, sekawanan
jago lihay dari partai kupu-kupu telah berdatangan dibukit Cian san,
padahal tempat ini dekat sekali letaknya dengan bukit Cian san, kita
harus meninggalkan tempat ini secepatnya."
"Tapi keadaan Kho kongcu," Beng Gi ciu mengerutkan dahinya
rapat-rapat. "Aku sendiripun sedang bimbang karena masalah ini." setelah
berpikir sebentar, kembali ujarnya :
"Disebelah selatan bukit Wang hu san, jaraknya lebih kurang
sepuluh li dari sini terdapat sebuah dusun yang bernama Leng san
cun, dalam dusun tersebut hanya terdapat belasan kepala keluarga,
kebanyakan hidup sebagai pemburu atau penebang kayu, ketika
datang kemarin kami sempat melalui tempat tmpat tersebut, kulihat
tempat itu terpencil dan amat sepi, cocok sekali sebagi tempat
pengobatan bagi penyakit Kho sicu, aku rasa bila diberi pengobatan
secara insentif, tak sampai tiga hari kemudian kondisi tubuhnya telah
pulih kebali seperti sedia kala."
siau wan yang mendengar perkataan ini segera berkata kepada
Beng Gi ciu : "Kalau begitu mari kita buatkan sebuah usungan buat
Kho kongcu" "Kini hari sudah hampir gelap, lebih baik kita segera berangkat,"
sela Phu sian sangjin cepat-cepat, "apalagi bila mesti diusung tandu,
jelas hal ini akan menghambat, andaikata sampai diketahui orangorang
partai kupu-kupu, bukan mustahil kita akan menjadi kerepotan
sendiri" "Kalau memang begitu, biar aku saja yang membopongnya" seru
siau wan sambil menawarkan diri
Dengan cepat Phu sian sangjin menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya : "Aku rasa hal semacam ini kurang baik, sebab seorang nona yang
membopong seorang pria yang terluka berjalan ditengah gunung
paling gampang menarik perhatian orang."
"Huuh, begini tak baik, begitupun tak baik, lantas bagaimana
yang baik?" Tanya siau wan sambil cemberut.
Dengan wajah amat serius Phu sian sangjin segera berkata :
"Aku mempunyai sebuah usul yang amat baik, bagaimana
kalauBeng lisicu berdua berangkat dulu ke dusun Leng san cun
untuk menyewa sebuah rumah penduduk lebih dulu sementara aku
bersama suteku dengan membawa Kho sicu menyusul dari belakang
dengan memecahkan diri menjadi dua rombongan kita bisa
menghindari kecurigaan orang partai kupu-kupu, selain itu gerakan
kita pun akan bertambah cepat lagi."
Dengan penuh rasa terima kasih Beng Gi ciu berkata :
"Lo siansu, bersediakah kau mengorbankan begitu banyak waktu
demi Kho kongcu?" Phu sian sangjin segera berkata dengan suara dalam :
"Aku hendak mengajaknya berunding bagaimana cara menumpas
kaum iblis dari muka bumi setelah menunggu luka Kho kongcu
sembuh kembali, tentu saja aku tak akan ambil peduli soal waktu"
"Kalau memang begitu, biar siauli berangkat selangkah lebih
duluan." seru Beng Gi ciu dengan amat gembira.
setelah memberi hormat, bersama siau wan berangkatlah mereka
meninggalkan tempat itu. Phu sian sangjin mengawasi hingga bayangan tubuh Beng Gi ciu
berdua lenyap dikejauhan sana, kemudian baru katanya kepada
Hwee cuncu : "Cepat bopong Kho sicu, kita pun harus segera
berangkat" Buru-buru Hwee cuncu mengiakan dan membopong tubuh Kho
Beng, lalu bersama-sama keduanya berangkat menuju kearah
selatan. Waktu itu fajar telah menyingsing, untung saja kabut tebal masih
menyelimuti tanah perbukitan itu sehingga pemandangan pada jarak
dua kaki masih Nampak agak samar-samar.
Phu sian sangjin menempuh perjalanan tidak terlalu cepat, sebab
dia ingin mempertahankan jarak yang tertentu dengan Beng Gi ciu
berdua. sambil menempuh perjalanan Hwee cuncu berkata :
"seabad berselang, tiga dewa see gwa sam sian bersama-sama
mengerubuti ketua partai kupu-kupu sehingga menyebabkan iblis
tua tersebut tewas dibawah tebing hati duka, andaikata mereka
bertarung satu lawan satu entah bagaimanakah akibatnya?"
"Ilmu silat dari partai kupu-kupu mempunyai banyak bagian yang
memiliki kehebatan yang luar biasa, jangankan keadaan pada
seabad berselang susah ditebak. berbicara menurut keadaan yang
terbentang didepan mata saat inipun, bila terjadi pertarungan antara
kaum sesat dan lurus, entah siapa yang akhirnya bakal keluar
sebagai pemenang?" sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, mendadak
terdengar seseorang menegur dengan suara yang dingin
menyeramkan : "Hey kalian dua orang hwesiotua, sekarang boleh menghentikan
dulu perjalanan kalian."
Phu sian sangjin serta Hwee cuncu yang mendengar teguran ini
menjadi terperanjat sekali.
Rupanya walaupun mereka berdua berbincang-bincang sambil
menempuh perjalanan, sesungguhnya tak pernah kedua orang itu
mengendorkan kewaspadaannya untuk mengawasi sekeliling tempat
tersebut. Padahal kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki mereka
berdua, asal ada orang memasuki kawasan seluas dua puluh kaki
dari tempat mereka berada, jejaknya segera akan ditemukan.
Tapi kenyataannya sekarang, kemunculan orang tersebut sama
sekali tidak menimbulkan sedikit suara pun, seandainya orang itu
tidak buka suara menegur, mungkin Phu sian sangjin sendiripun tak
akan menyadari atas kehadirannya.
serentak kedua orang pendeta sakti dari siau lim pay ini
menghentikan langkahnya seraya berpaling, tapi apa yang kemudian
terlihat membuat mereka berdua makin terperanjat lagi.
Ternyata orang itu berdiri persis ditengah jalan setapak hanya
dua kaki dihadapan mereka, orang tersebut seolah-olah muncul
dengan begitu saja dari dalam tanah.
Perawakan tubuhnya ceking lagi kecil, berusia delapan puluh
tahunan, memakai baju bewarna kuning dan memelihara jenggot
kambing bewarna putih, andaikata sepasang matanya tidak
memancarkan cahaya hijau yang menggidikkan hati, mungkin orang
akan mengiranya sebagai dewa yang baru turun dari kahyangan.
"omitohud, apakah anda sedang menegur kami?" Phu sian
sangjin segera bertanya. Kakek berbaju kuning itu tertawa.
"Aneh betul, bukankah sudah kukatakan sejelas-jelasnya" Tentu
saja kalian berdua yang sedang kuajak bicara."
"Ada urusan apa sicu memanggil kami?"
"Kuharap kalian berdua suka beristirahat sejenak untuk
berbincang-bincang."
Lalu dengan sorot mata yang hijau dia menatap wajah Hwee
cuncu sekejap dengan pandangan tajam, kemudian katanya lagi :
"Dengan menempuh perjalanan cepat, apalagi mesti membopong
seseorang yang menderita sakit berat, tidakkah merasa lelah" "
"Aku tidak lelah" jawab Hwee cuncu mendongkol.
Buru-buru Phu sian sangjin maju menghadang dihadapan Hwee
cuncu, kemudian tegurnya sambil tersenyum.
"sicu berasal dari mana dan siapa namamu?"
"Aku hanya seorang gunung dan tak usah menyebut nama,"
sahut Kakek berbaju kuning itu sambil mengelus jenggot
kambingnya. setelah memutar biji matanya sebentar dia melanjutkan
: "Kalau dugaanku tidak keliru, Lo siansu pastilah ketua siau lim
pay saat ini Phu sian sangjin, sedang sicu adalah pendeta dari lima
rasul panca unsur bukan?"
Phu sian sangjin semakin terperanjat, dia tak menyangka Kakek
berbaju kuning yang enggan menyebut namanya itu ternyata dapat
mengenali dirinya sebagai ketua dari siau lim pay.


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Buru-buru dia berseru : "Yaa benar, aku memang Phu sian, dari mana sicu bisa kenali
diriku?" Kakek berbaju kuning itu tertawa misterius :
"Ditinjau dari tindak tanduk serta mimik wajahmu, dalam sekilas
pandangan saja aku sudah tahu, ternyata dugaanku memang tidak
meleset" sekali lagi Phu sian sangjin dibuat tertegun.
sudah jelas perkataannya tak dapat dipercaya, dengan begitu
banyak pendeta suci yang hidup didunia ini, darimana Kakek berbaju
kuning itu bisa mengenali satu diantara sejuta orang dengan begitu
tepat dan jelas" Maka setengah bergurau dia berkata lagi :
"Kecuali sicu adalah dewa yang baru turun dari kahyangan, kalau
tidak mana mungkin bisa mengenali diriku dalam sekilas pandangan
saja?" "Kalau memang begitu anggap saja diriku sebagai dewa dari
kahyangan" ucap Kakek berbaju kuning itu semakin misterius.
Phu sian sangjin merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru
dia berseru : "Maaf kalau aku tak bisa berdiam terlalu lama disini, biar kita
berpisah sampai disini saja"
Namun Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak berniat untuk
memberi jalan malah sambil tertawa dingin jengeknya :
"Bukankah orang Buddha mengutamakan soal jodoh" Hari ini aku
dapat berjumpa dengan taysu berdua, hal ini menunjukkan kalau
diantara kita memang punya jodoh."
"Bila dikemudian hari ada kesempatan silahkan sicu berpesiar
kebukit siong san, aku akan menjadi tuan rumah yang baik dan
mempersilahkan sicu untuk menginap beberapa hari dalam kuil
kami" Dengan cepat Kakek berbaju kuning itu menggeleng.
"sayang sekali aku tak akan mempunyai waktu luang seperti yang
kau maksud, lebih baik sekarang saja kita berbincang-bincang
sebentar" "Tapi menolong orang bagaikan kebakaran, maaf kalau aku tak
dapat melayanimu lebih lama," seru Phu sian sangjin mulai gelisah.
Pelan-pelan Kakek berbaju kuning itu mengalihkan sorot matanya
ke wajah Kho Beng yang berada diatas punggung Hwee cuncu,
sesudah tertawa seram, katanya : "Mungkin lo siansu hendak
menolong orang tersebut?"
"Benar" ketua siau lim pay ini membenarkan.
"Mengapa dia sakit" sakit atau terluka" Atau mungkin mengalami
peristiwa lain?" "Dia..dia menderita sakit parah" Phu sian sangjin berusaha
menahan sabarnya. "sakit parah lantas losiansu hendak membawanya kemana"
Apakah hendak membawanya pulang kebukit siong san?"
Dengan cepat Phu sian sangjin menggeleng.
"Menuju siau lim si harus membutuhkan waktu yang lama karena
perjalanan yang kelewat jauh, tak mungkin kami punya waktu,
karenanya aku bermaksud mencari sebuah dusun kecil disekitar
bukit ini guna merawatnya."
Kakek berbaju kuning itu memutar kembali biji matanya,
mendadak ia bertanya : "siapakah si penderita sakit itu?"
"soal ini." sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya Phu sian sangjin
melanjutkaan : "Aku sendiripun kurang begitu jelas, kami hanya menjumpainya
secara kebetulan ditengah gunung, oleh karena keadaannya sudah
amat parah, timbul rasa kasihan kami untuk menolongnya."
"Hmm, sebagai murid Buddha paling pantang berbohong" tegur
Kakek berbaju kuning itu dingin.
"Apalagi dengan kedudukan lo siansu sekarang, rasanya tak
mungkin akan berbohong pula, perkataanmu mungkin bisa
dipercayai." Merah padam selembar wajah Phu sian sangjin setelah
mendengar sindiran itu, diam-diam bisiknya :
"Aku terpaksa harus berbohong, semoga Buddha maha pengasih
mengampuni dosa-dosaku."
sementara itu, Kakek berbaju kuning tadi telah mendesak kembali
: "Aku masih ingin menanyakan satu hal lagi.ketua siau lim pay
adalah seorang yang sangat terhormat, biasanya tidak gampang
meninggalkan kuilnya dengan begitu saja, tapi kali ini kalian tak
segan-segan menempuh perjalanan jauh datang kemari, apakah
inipun dikarenakan untuk menolong si penderita sakit ini"
Phu sian sangjin segera tertawa paksa.
"Maksud perjalananku kali ini adalah untuk. untuk memeriksa
sebuah cabang-cabang kami dipelbagai daerah, mengenai menolong
orang .sesungguhnya hal ini hanya merupakan suatu kejadian yang
kebetulan saja." Mendadak Kakek berbaju kuning itu tertawa terbahak-bahak :
"Haaahhhaaahhhhaaahhhh.lo siansu memang tak malu disebut
seorang pendeta agung dari agama Buddha, aku betul-betul merasa
sangat kagum" setelah berhenti sejenak. dengan nada suara yang berat dan
dalam kembali dia berkata
"Aku mempunyai sebuah usul, apakah pantas bila kukatakan
secara terus terang?"
"silahkan sicu mengutarakannya secara blak-blakan"
"Jikalau pasien tersebut hanya ditemukan lo siansu secara
kebetulan ditepi jalan, berarti dia sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan diri siansu, bukan?"
Terpaksa Phu sian sangjin manggut-manggut. "Yaa, perkataan
sicu memang benar." "Kebetulan sekali, akupun mengerti akan ilmu pertabiban,
lagipula tempat tinggalku pun tak jauh dari sini, bila lo siansu sedang
sibuk untuk mengontrol cabang-cabang, bagaimana kalau kau
serahkan saja pasien ini kepadaku, kujamin dalam waktu yang amat
singkat aku bisa memulihkan kembali kondisi badannya seperti
keadaan semula." Diam-diam Phu sian sangjin merasa amat terkejut sehabis
mendengar perkataan ini, namun dia berusaha menunjukkan
ketenangan hatinya, ujarnya kemudian : "Mengapa sicu?"
"Lo siansu tidak usah curiga," kata Kakek berbaju kuning itu
sambil tertawa. setelah memandang sekejap sekitar sana, terusnya :
"setelah mencapai usia setua ini, aku ingin sekali melakukan
kebajikan untuk menebus dosa-dosaku yang lama, coba kalau aku
tidak memikirkan nasib seorang cucu perempuanku, mungkin
akupun telah mencukur rambut menjadi pendeta."
"omitohud, siapa berniat baik dia pasti akan menerima buah
kebaikan, asal sicu mempunyai minat yang baik dan tulus, hal itu
sudah lebih dari cukup"
Kakek berbaju kuning itu segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh.haaahhh.haaahh.harap losiansu menyerahkan si penderita
kepadaku" "soal ini...soal ini..." Phu sian sangjin menjadi terkejut sekali.
Untuk sesaat dia menjadi gelagapan sebab tak berhasil
menemukan alasan yang tepat untuk menolak permintaan orang,
karena merasa serba salah akhirnya paras mukanya pun ikut
berubah menjadi merah padam.
"Apakah lo siansu keberatan?" Kakek berbaju kuning itu menegur
lagi dengan suara dingin.
setelah berpikir sebentar, sambil tertawa paksa Phu sian sangjin
segera berkata : "Bukan keberatan, aku telah menguruti seluruh jalan darah
dengan ilmu mengurut rahasia dari partai kami, cara pengurutan
seperti ini paling tidak harus berlangsung selama lima hari tanpa
berhenti, kalau hal ini tak dilakukan maka akibatnya dia bakal
celaka." "Heeehhheeehh.heeehh.tak nyana lo siansu berhasil
mendapatkan alasan yang begitu bagus," jengek Kakek berbaju
kuning itu sambil tertawa dingin, "tapi itupUn tak menjadi soal,
karena aku mempunyai bahan obat-obatan yang paling bagus untuk
dirinya, kujamin kesehatan tubuhnya akan pulih kembali seperti
sedia kala." Dalam urutan lima rasul panca unsur, rasul api termasuk pendeta
yang paling berangasan, sejak tadi ia sudah habis kesabarannya
meladeni Kakek berbaju kuning itu. Hanya selama ini ia mencoba
bersabar karena didepan ketuanya.
Tapi sekarang, habis sudah kesabarannya, tak kuasa lagi dia
berteriak dengan keras-keras :
"sicu, mengapa sih kau begitu cerewet dan ngomong tiada
habisnya?" Kakek berbaju kuning itu terbahak-bahak :
"Haaahhhaaahhaaahhsaat ini aku sedang berbicara dengan ketua
partai anda, hmm orang bilang peraturan dalam siau lim pay amat
keras, tampaknya apa yang diceritakan selama ini tiada
kenyataannya sama sekali."
Hwee cuncu menjadi amat gusar, baru saja dia hendak
mengumbar hawa amarahnya, Phu sian sangjin segera menghalangi
niatnya seraya berkata : "Yaa, peraturan perguruan kami memang sudah kendor, harap
sicu jangan mentertawakannya ."
"Lo siansu, sesungguhnya kau bersedia menyerahkan si penderita
itu kepadaku atau tidak?" kembali Kakek berbaju kuning itu menegur
dengan suara dingin menyeramkan.
"Maaf, kalau terpaksa aku berbicara blak-blakan, permintaan sicu
tak mungkin akan kukabulkan, sebab aku pernah bersumpah bila
sudah mengerjakan sesuatu maka aku tak akan mengakhirinya
sebelum berhasil." Kakek berbaju kuning itu segera tertawa dingin :
"Heeehh.hehhheehhh..kalau toh lo siansu merasa keberatan, aku
masih mempunyai sebuah usul lain."
"silahkan diutarakan."
"Siau lim pay sebagai pimpinan dari tujuh partai besar tentu
memiliki ilmu silat yang paling top didunia persilatan saat ini, sedang
lo siansu sebagai ketua siau lim pay tentu mempunyai ilmu silat
nomor wahid pula didunia ini."
"omitohud, puji-pujian sicu tak berani kuterima." Kembali Kakek
berbaju kuning itu tertawa dingin :
"Lo siansu tak usah merendah karena aku tak lain adalah hendak
menantang lo siansu untuk menentukan menang kalah lewat
pertarungan ilmu silat, siapa yang unggul dialah yang berhak dengan
sipenderlta ini, entah bagaimana pendapatmu?"
Perkataan ini sudah jelas merupakan sebuah tantangan bagi Phu
sian sangjin, karena bagi umat persilatan yang menampik tantangan
orang lain sama artinya dengan mengaku kalah sebelum bertanding.
Biarpun Phu sian sangjin termasuk seorang pendeta agung yang
tak memiliki napsu lagi, namun sebagai ketua siau lim pay, sebagai
pemimpin dari seluruh umat persilatan didunia ini, bila ia menampik
tantangan Kakek berbaju kuning itu sama artinya bahwa pamor
serta nama baiknya akan hancur berantakan.
Karena berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia berkata
sambil tertawa paksa : "Bila sicu bersikeras hendak menentukan persoalan ini melalui
pertarungan, terpaksa aku hanya melayani kehendakmu itu."
"Bagus sekali." seru si kakek kegirangan, kemudian dengan nada
berat lanjutnya : "Aku bersedia untuk bertarung melawan lo siansu dalam tiga
gebrakan, dengan batas tiga jurus inilah kita tentukan siapa yang
unggul dan siapa yang kalah."
"Yakinkah sicu dapat meraih kemenangan dalam tiga jurus saja?"
kata Ketua siau lim pay ini dengan kening berkerut. Kakek berbaju
kuning itu tertawa hambar :
"Berdasarkan pengalaman selama bertarung melawan orang,
rasanya tiga jurus pun sudah lebih dari cukup"
Hwee cuncu tak dapat menahan diri terus menerus, tiba-tiba ia
menimbrung : "Ciangbun suheng adalah seorang yang berkedudukan terhormat,
untuk menghadapi seorang manusia gunung yang tak beradab
kenapa mesti turun tangan sendiri" Biar aku yang mewakilimu"
"sute cepat mundur." Bentak Phu sian sangjin. sementara dengan
ilmu menyampaikan suara dia berbisik lagi :
"Aku lihat orang ini rada kurang beres, tampaknya aku mesti
turun tangan untuk menghadapinya sendiri"
Hwee cuncu tidak berani banyak berbicara lagi, terpaksa dia
menurut dan mengundurkan diri.
sementara itu si Kakek berbaju kuning itu telah berkata lagi
sambil tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh.haahhhhaaahh kelihatannya lo siansu telah menerima
tantanganku?" "setelah sicu mengusulkan begitu, selain kusambut tantanganmu
rasanya memang tiada jalan kedua yang dapat kupilih lagi."
"Bagus sekali, bagaimana dengan taruhan kita " siapa yang
unggul dialah yang berhak atas diri sipenderita "
"Aku tak punya usul yang lain" jawab phu sian sangjin sambil
diam-diam menggigit bibir.
sambil tertawa Kakek berbaju kuning itu manggut-manggut,
pelan-pelan ia mencabut keluar sebuah ruyung lemas bewarna emas
dari pinggangnya, lalu berkata : "silahkan lo siansu meloloskan
senjata" sebetulnya Phu sian sangjin telah bersiap-siap menghadapi
musuhnya dengan tangan kosong, namun setelah menyaksikan
Kakek berbaju kuning itu meloloskan sebuah ruyung lemas, tergerak
hatinya, maka diapun merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan
senjata sekop kecil yang jarang sekali dipergunakan.
"silahkan lo siansu melancarkan serangan" ujar Kakek berbaju
kuning itu kemudian dengan gembira.
Phu sian sangjin sebagai ketua siau limpay tentu saja tak dapat
melancarkan serangan lebih dulu, sahutnya cepat : "omitohud, lebih
baik sicu menyerang lebih dulu."
"Hmmm hampir saja aku lupa dengan kedudukan lo siansu"
jengek Kakek berbaju kuning sambil tertawa seram,
"tampaknya jika aku tidak menyerang dulu, losiansu pun tak
bakal turun tangan, bukan?"
Phu sian sangjin segera mengangguk. "Ya a, tebakan sicu
memang tepat sekali"
"Haaaahhhaahhhaaahhhh.kalau memang begitu, maaf kalau
terpaksa aku menyerang duluan"
Ruyung lemas berwarna emasnya segera digoyangkan dan
dilancarkan sebuah sapuan kedepan.
Phu sian sangjin tak berani berayal, secepat kilat ia sambut
datangnya ancaman itu dengan senjata sekopnya, ia telah bersiap
melangsungkan pertarungan adu kekerasan melawan Kakek berbaju
kuning itu. Tapi secara tiba-tiba Kakek berbaju kuning itu merubah gerakan
serangannya, sapuan yang melayang kedepan tiba-tiba saja berubah
menjadi sebuah tusukan langsung.
Ternyata ruyung lemas itu telah berubah menjadi sebilah pedang,
bukan cuma keras dan menegang, lagipula jurus serangan yang


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipergunakanjuga merupakan urus pedang yang maha sakti.
Dari sapuan tahu-tahu berubah menjadi tusukan, sesungguhnya
hal semacam ini mustahil bisa terjadi, tapi Kakek berbaju kuning itu
bukan cuma bisa merubahnya menjadi mungkin, bahkan sama sekali
tak disangka-angka sebelumnya.
Dalam terperanjatnya, cepat-cepat Phu sian sangjin mundur
setengah langkah kebelakang, senjatanya segera diputar setengah
lingkaran dan untuk kedua kalinya menangkis datangnya ruyung
lawan. Mendadak terdengar Kakek berbaju kuning itu tertawa terbahakbahak.
ruyungnya yang dipakai untuk menusuk bagaikan sebilah
pedang, kini berubah kembali sebagai alat penotok jalan darah,
sedang yang diarah adalah jalan darah kitong hiat ditubuh Phu sian
sangjin. Dengan sebilah ruyung lemas ternyata dalam waktu singkat bisa
dirubah menjadi tiga macam senjata dengan tiga jurus serangan
yang berbeda pula, hakekatnya peristiwa semacam ini belum pernah
terjadi sebelumnya. Tak terlukiskan rasa terkejut Phu sian sangjin menghadapi
kejadian seperti ini, oleh karena jurus serangan Kakek berbaju
kuning itu secara beruntun berubah tiga kali. Phu sian sangjin
terdesak hingga dari posisi menyerang menjadi pihak bertahan,
selain itu diapun mesti mundur tiga langkah secara beruntun untuk
meloloskan diri dari serangan lawan.
"Jurus pertama" seru Kakek berbaju kuning itu sambil tertawa
terbahak-bahak. Bukan saja paras muka Phu sian sangjin berubah menjadi semu
merah, peluh dingin sempat membasahi tubuhnya karena kaget,
sampai Hwee cuncu yang mengikuti jalannya pertarungan dari tepi
arena, segera menjadi tertegun dibuatnya.
"Bersiaplah lo siansu untuk menyambut serangan kedua" seru
Kakek berbaju kuning itu mendadak sambil tertawa.
Ruyung lemasnya digetarkan hingga menciptakan serentetan
suara pekikan yang sangat aneh, mendadak bagaikan segumpal roda
cahaya bewarna kuning ia sambar batok kepala Phu sian sangjin.
Phu sian sangjin sama sekali tak sempat melihat dengan jelas
jurus serangan apakah yang dipergunakan lawannya, otomatis dia
pun tidak tahu bagaimana caranya untuk menghadapi serangan
tersebut. Dalam gugupnya terpaksa ia menciptakan selapis cahaya tajam
dengan senjata sekopnya, kemudian dengan menyusunjaringan
cahaya yang lembek tapi kuat dia mencoba untuk membendung
datangnya ancaman dari musuh. Traaaaanggg..traaaaangg suara
dentingan nyaring berkumandang tiada hentinya, dalam waktu
singkat senjata tajam kedua orang itu sudah saling beradu sebanyak
tujuh kali lebih. Phu sian sangjin segera merasakan lengannya menjadi linu dan
kesemutan, gejolak darah didalam dadanya membuat hatinya
berdebar keras, ia betul-betul merasa terkejut oleh ketangguhan
musuhnya. Walaupun demikian, dengan susah payah jurus serangan inipun
berhasil dibendung secara baik.
Kakek berbaju kuning itu segera menarik kembali senjata
ruyungnya, sambil tertawa dia berkata :
"Lo siansu memang tak malu menjadi ketua siau lim pay,
kesempurnaan ilmu silatmu betul-betul luar biasa."
Merah padam selembar wajah Phu sian sangjin lantaran jengah,
walaupun dalam dua gebrakan ini menang kalah masih belum
ditentukan namun menurut kejadian yang sesungguhnya sudah jelas
dia berada dalam posisi dibawah angin. Dalam keadaan begini,
terpaksa dia berkata sambil tertawa paksa : "silahkan sicu
melanjutkan seranganmu yang terakhir"
Kakek berbaju kuning itu tertawa.
Dua jurus telah berlalu, berarti menang kalah akan segera
ditentukan oleh jurus terakhir ini
"Tampaknya sicu sudah mempersiapkan jurus serangan yang
amat tangguh?" "Jurus serangannya belum tentu tangguh, namun menang kalah
sudah pasti akan diketahuinya."
Dengan suara dalam ia melanjutkan :
"Bila dalam jurus serangan yang terakhir ini aku gagal
mengungguli lo siansu, aku akan mengaku kalah"
Perkataan itu diucapkan kelewat sombong dan tekebur, bila
diucapkan terhadap kawanan jago persilatan yang lain mungkin tidak
mendatangkan sesuatu yang luar biasa, namun lawan bicaranya
sekarang adalah ketua siau lim pay, tentu saja ucapan mana sangat
menggetarkan sukma. Phu sian sangjin segera tertawa hambar, katanya :
"Bila dalam jurus yang ketiga sicu tak berhasil meraih
kemenangan, kau toh bisa melanjutkan pertarungan dan tidak usah
mengaku kalah?" Tapi kakek itu menggeleng.
"Tidak Setiap perkataanku berat bagaikan bukit karang, sekali
telah kuutarakan selamanya tak pernah akan kusesali kembali,
setelah kubilang tiga jurus, tentu saja menang kalah harus
ditentukan dalam tiga jurus juga"
Ruyung lemasnya segera digetarkan dan langsung menusuk ke
dada lawannya. Jurus serangan yang dipakai kali ini adalah jurus pedang, ruyung
itupun menegang bagaikan sebilah gedang dan langsung menusuk
jalan darah Tam tiong hiat ditubuh lawan.
Dengan cepat Phu sian sangjin menggetarkan senjata sekopnya
sambil menciptakan segulung cahaya hitam, serangannya kali ini
ditunjukkan untuk membabat pergelangan tangan si kakek yang
memegang senjata. Jurus serangan yang dipakai kali ini merupakan taktik serangan
mematahkan serangan, dalam perkiraan phu sian sangjin betapapun
istimewa dan sombongnya Kakek berbaju kuning itu, serangan yang
dilancarkan dengan dahsyat itu tentu bisa memaksa Kakek berbaju
kuning itu menarik kembali serangannya guna melindungi
keselamatan sendiri dengan demikian serangan yang ketiga inipun
dapat dipatahkan secara mudah.
Asal jurus ini bisa dipatahkan, biarpun Kakek berbaju kuning itu
mengingkari janji dan enggan mengaku kalah, paling tidak ia pun tak
usah menanggung malu atas kekalahan yang tragis.
Hal ini adalah menurut perhitungannya didalam hati, tapi sayang
jurus serangan yang dipergunakan Kakek berbaju kuning itu kelewat
dahsyat dan luar biasa, ternyata ditengah jalan terjadi lagi
perubahan yang sama sekali diluar dugaan.
Ruyung lemas dari Kakek berbaju kuning itu mendadak berubah
bagaikan ular sakti saja, dalam waktu singkat senjata sekop dari Phu
sian sangjin telah terbelenggu kencang-kencang .
Bersamaan waktunya muncul pula segulung tenaga maha
dahsyat yang susah dilawan menghantam perg elangan tangannya,
tak ampun lagi senjata sekop ditangan phu sian sangjin terpental
dari cekalan dan terjatuh lebih kurang sepuluh kaki dari tempat
semula. Dengan cepat Kakek berbaju kuning itu menarik kembali ruyung
lemasnya, kemudian mendongakkan kepala dan menperdengarkan
gelak tertawanya yang amat keras.
sebaliknya paras muka Phu sian sangjin berubah menjadi pucat
bagaikan mayat. seperti sebuah patung saja untuk berapa saat
lamanya ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Kejadian semacam ini betul-betul tak pernah disangka
sebelumnya, dengan kedudukan ketua siau lim pay sebagai
pimpinan umat persilatan, ternyata dalam tiga gebrakan saja
senjatanya kena dipentalkan orang hingga terlepas dari genggaman,
apabila kabar ini sampai tersiar diluaran, sudah pasti seluruh dunia
persilatan akan menjadi heboh.
Akibatnya bukan saja pamor serta nama baik siau lim pay akan
hancur berantakan, seluruh dunia persilatan pun akan terjadi
kehebohan yang menggoncangkan masyarakat.
sementara itu Kakek berbaju kuning telah menghentikan gelak
tertawanya, kemudian menegur :
"apakah lo siansu mengaku kalah?"
Phu sian sangjin menghela napas panjang.
"Aaaai, dalam kenyataan aku memang kalah, tentu saja aku tak
akan banyak berbicara lagi."
sambil memutar sepasang biji matanya, Kakek berbaju kuning itu
berkata lagi : "Lo siansu sebagai ketua siau lim pay yang memimpin seluruh
dunia persilatan, aku rasa kau tentu mengutamakan soal nama baik,
setelah menderita kekalahan hari ini, tentunya kau tak akan tahan,
bukan?" setelah tertawa seram, lanjutnya :
"sebaliknya kalau peristiwa ini sampai tersiar luas diluaran, nama
besarku tentu akan menggetarkan kolong langit dalam waktu
singkat" "omitohud, sudah pasti hal ini akan terjadi, untuk itu kuucapkan
selamat dulu kepada sicu"
Kakek berbaju kuning itu tertawa :
"sayang sekali aku bukan seorang manusia yang gemar akan
nama besar, terhadap semacam ini aku tidak tertarik sama sekali."
Kemudian setelah menatap sekejap wajah Phu sian sangjin
secara misterius, dia berkata lebih jauh :
"aku bersedia menyimpan rahasia ini dengan sebaik-baiknya dan
tak akan membocorkan nya kepada siapa pun, dengan begitu nama
baik lo siansu serta partai siau lim pay pasti tak akan ternoda oleh
peristiwa ini." Mula mula Phu sian sangjin agak tertegun, kemudian sahutnya :
"Tidak usah, aku tak pernah mempersoalkan masalah semacam
itu, setelah menderita kekalahan ditangan sicu, biarpun sicu
merahasiakannya, aku toh tetap akan menyiarkan kejadian ini
kepada umum." "Lantas apa yang hendak lo siansu lakukan?" Tanya si kakek
sambil tertawa. "Aku akan mengumpulkan segenap jago dari kolong langit dan
mengumumkan dihadapan mereka kalau aku sudah dikalahkan oleh
seorang jago lihay tak dikenal dalam tiga jurus, karena itu aku tak
punya muka untuk memikul tanggung jawab sebagai pemimpin umat
persilatan lagi, akan kuminta mereka untuk memilih seorang
pemimpin baru yang jauh lebih hebat."
Kakek berbaju kuning itu mendengus dingin.
"Hmmm, kalau toh lo siansu tetap keras kepala, aku pun tak akan
membujukmu lebih lanjut, terserah pada kemauanmu sendiri," tapi
setelah berhenti sejenak. dengan suara dalam ia menambahkan :
"Apakah lo siansu masih ingat dengan perjanjian yang kita buat
sebelum pertarungan tadi?"
Phu sian sangjin merasakan hatinya bergetar keras, cepat
sahutnya : "Tentu saja masih ingat, tapi. .apalah gunanya si pasien yang
sakit itu untuk sicu, mengapa sicu bersikeras."
"Tujuanku justru terletak pada si sakit itu, karena semua
keputusan yang kuambil tak pernah akan kurubah kembali."
Phu sian sangjin segera menghembuskan napas panjang dengan
nada dalam dan berat, katanya kemudian :
"Kalau memang begitu, paling tidak sicu harus meninggalkan
nama" "oooo tentu saja," Kakek berbaju kuning itu tertawa, "Aku pasti
akan menyebutkan namaku agarlosiansu mengetahui identitasku
yang sebenarnya, tapi sebalum itu tolong serahkan dulu sisakit
kepadaku" Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Phu sian sangjin
berpaling kearah Hwee cuncu sambil katanya : "serahkan kepada
sicu ini" "soal ini. .soal ini" Hwee cuncu menjadi terkejut sekali.
saking gugup dan tergagap nya sampai setengah harian lamanya
dia tak mampu melanjutkan perkataan itu.
Menyaksikan hal ini, Kakek berbaju kuning itu segera tertawa
terbahak-bahak : "Haaahh.haaahhhhaaahhhh..siau lim pay adalah suatu partai
besar yang memimpin dunia persilatan, mengapa ucapan dari
seorang pendeta agungnya justru menela mencle dan sama sekali
tidak pegang janji?"
Phu sian sangjin merasakan hatinya amat sakit bagaikan diiris-iris
dengan pisau, terpaksa katanya dengan suara dingin : "sute, sudah
kau dengar perkataanku?"
"turut perintah" ucap Hwee cuncu sambil menggigit bibir.
Dengan langkah yang berat dia maju berapa langkah kemuka ,
lalu membaringkan Kho Beng keatas lantai.
Waktu itu kesadaran Kho Beng masih tetap utuh, sehingga
terhadap semua perstiwa yang terjadi pun mengetahui dengan jelas,
sayang dia tak mampu berkata-kata sehingga terpaksa hanya bisa
pasrah pada nasib. Kakek berbaju kuning itu tertawa girang, dengan cepat ia
menyambar tubuh Kakek berbaju kuning dan mengempitnya
dibawah ketiak. setelah tertawa katanya kemudian : "Terima kasih
banyak atas bantuan kalian , aku hendak mohon diri lebih dulu"
Lalu setelah berhenti sejenak, terusnya :
"aku tidak akan menceritakan peristiwa hari ini kepada orang lain,
kalian berdua tak usah kuatir, tentang apa yang hendak kalian
perbuat, aku tak ingin turut campur" sambil berkata ia segera
percepat langkahnya siap meninggalkan tempat tersebut. Dengan
perasaan gelisah Phu sian sangjin berseru : "Eeeei, tunggu dulu"
"Apalagi yang hendak lo siansu katakan?" Tanya si kakek sambil
menghentikan langkahnya. "sicu belum meninggalkan nama"
"Haaahhhaaahhhh.haaahhh.bila losiansu tidak mengingatkan
hampir saja melupakan hal ini, nah dengarkan baik-baik lo siansu."
Menyusul kemudian ia pun bersenandung : "Darah menodai bukit
hati duka Dalam sekejap mata seabad telah lewat Kupu-kupu
terbang ditanah yang gersang Rumput layu dahanpun mengering
Thian melindungi keluarga Ui Ilmu silat berhasil, kekuatan pun pulih
Daratan tengah kuserbu, kubangun kembali kejayaan keluargaku"
Bersama dengan selesainya senandung itu, bayangan tubuhnya
turut lenyap pula dari pandangan mata.
"omitohud" Mendadak paras muka Phu sian sangjin berubah
menjadi pucat pias bagaikan mayat, ia segera jatuh terduduk keatas
tanah. Hwee cuncu pun berdiri tertegun bagaikan sebuah patung, lama
sekali ia tak berkata-kata.
Entah berapa saat telah lewat, pelan-pelan phu sian sangjin
menghela napas sambil berbisik : "sute"
"Ciangbun suheng.. "buru-buru Hwee cuncu menyahut.
Nada suara mereka agak parau sehingga kedengarannya sangat
mengenaskan. sambil menggelengkan kepalanya berulang kali Phu
sian sangjin berkata : "Tentunya sute sudah mengetahui bukan siapa
yang telah kita jumpai barusan?"
Hwee cuncu mengangguk. Bersambung jilid 35 Jilid 35

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yaa, dia adalah ketua partai kupu-kupu Ui Sik kong Yaa betul,
memang bajingan tua ini."
Sesudah menghela napas panjang, ketua dari siau lim pay ini
berkata lebih lanjut : "Sungguh tak disangka aku telah jatuh kecundang ditangan
bajingan tua ini..aaaai apa yang mesti kita lakukan sekarang?"
Sambil menggertak gigi Hwee cuncu berseru :
"Menurut pendapatku, lebih baik kita himpun seluruh kekuatan
Siau lim pay dan melangsungkan pertarungan habis-habisan
melawan partai kupu-kupu."
"Jangan kita tak boleh sekali-kali berbuat demikian" seru Phu sian
sangjin sambil menggeleng.
"Mengapa" Apakah ciangbun suheng mengaku kalah dengan
begini saja?" "Kita harus tahu.. Dengan pengakuan kalah dariku paling banter cuma nama baik
Siau lim pay serta nama baikku pribadi yang ternoda," tukas Phu
sian sangjin cepat, "tapi jika kita langsungkan pertempuran habishabisan,
banyak kekuatan ini kita yang dipupuk dan dibangun
selama banyak tahun ini bakal musnah dalam pertarungan tersebut,
bahkan akan mempengaruhi pula hasil karya sejarah kuil kita yang
telah berumur ribuan tahun."
"Tapi benarkah dia lihay?" seru Hwee cuncu sambil menggertak
giginya kencang-kencang. "Setelah merasakan ketiga jurus serangannya tadi, aku dapat
merasakan bahwa cukup dengan kekuatan iblis tua tersebut
seorang, dia mampu melenyapkan seluruh kekuatan dari partai siau
lim kita." Baru saja Hwee cuncu hendak berbicara tiba-tiba tampak dua
sosok bayangan manusia berkelebat datang, ternyata mereka adalah
Beng Gi ciu serta siau wan. Terdengar Beng Gi ciu telah berseru dari
tempat kejauhan : "siauli telah mendapatkan tempat tinggal yang baik, kenapa
sampai sekarang Lo siansu baru sampai disini?"
Tapi menyusul ia menjerit tertahan, serunya : "Mana mana Kho
kongcu?" Dengan wajah pucat pias seperti mayat, sahut Phu sian sangjin
lirih : "Dia..dia telah dirampas oleh ketua partai kupu-kupu Ui sik
kong.." "Haaaa" Hampir saja Beng Gi Ciu jatuh pingsan, tanyanya tergagap :
"sung . .sungguh?"
Terpaksa Phu sian sangjin menceritakan kembali pengalaman
yang barusan dialaminya, sebagai akhir kata dia berkata dengan
sedih : "Ya a a, semuanya ini memang kesalahanku."
"Lo siansu tak usah terlalu menyesali diri sendiri." Beng Gi ciu
mencoba menghibur walaupun sepasang matanya telah berubah
menjadi merah, "padahal Kejadian semacam ini bukan kesalahan lo
siansu yang penting kita harus berunding bagaimana caranya
menolong kembali." Nona siau wan segera berteriak. "mari kita kejar bajingan tua itu
dan merampas kembali Kho kongcu"
Agaknya dia merasa sangat tidak puas dengan kedua orang
pendeta tua itu sehingga daLam pembicaraan pun sedikit banyak
membawa nada menyindir. Dengan cepat Beng Gi ciu
menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Percuma, berbuat seperti itu sama artinya dengan perbuatan
orang bodoh yang menghantar kematian sendiri, sama sekali tidak
bermanfaat barang sedikitpun jua."
Kemudian sambil berpaling kearah Phu sian sangjin, tanyanya
lagi : "Bagaimana rencana Lo siansu?" Phu sian sangjin menghela
napas panjang, "satu-satunya jalan saat ini adalah mengumpulkan semua jago
persilatan yang ada didunia ini dan akan kujelaskan kisah
kekalahanku ditangan Ui sik kong, kemudian akan kuusulkan untuk
mencari pemimpin yang baru, dengan pemimpin yang baru inilah
kita rundingkan bagaimana caranya menolong Kho sicu serta
menumpas habis kaum durjana tua itu dari muka bumi."
"Menang kalah sudah menjadi peristiwa yang lumrah dalam
setiap pertandingan," ujar Beng Gi ciu sambil tertawa getir, "apalagi
Ui sik kong adalah pemimpin dari kaum iblis itu, jadi kesalahan dari
Lo siansu sebetulnya sudah dapat diduga." Kemudian setelah
memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh :
"Kini segenap kekuatan inti partai kupu-kupu telah terhimpun
dibukit Cian san, dapat diduga tak lama kemudian mereka akan
melakukan pembantaian berdarah didalam dunia persilatan, mati
hidupnya dunia persilatan dan keutuhan dari umat kita justru akan
tergantung sekali pada hasil pertarungan ini. Dalam keadaan
demikian, aku rasa lo siansu tak usah terlalu mempersoalkan nama
baik peribadi dan partai sendiri, yang penting kita mesti
merundingkan cara penanggulangan yang terbaik."
Merah jengah selembar wajah Phu sian sangjin setelah
mendengar perkataan katanya kemudian :
"Nasehat dari Beng li sicu memang benar, tapi ."
Kembali dia menghela napas dan tidak melanjutkan kata-katanya.
Beng Gi ciu termenung sambil berpikir sebentar, kemudian
katanya : "siauli mempunyai sebuah usul."
"silahkan Beng lisicu utarakan keluar"
"Aku dengar Bu wi lejin, hwesio daging anjing serta pelajar rudin
Ho heng sekalian berada dilembah hati Buddha, mengapa lo siansu
tidak segera mengirim berita untuk mengundang para jago dari
tujuh partai agar berkumpul semua didalam lembah hati Buddha."
"Lantas bagaimana dengan Beng li sicu sendiri?"
"Aku hendak melanjutkan usahaku untuk mencari empek oh dan
empek Thian, baik kutemukan atau tidak, sampai waktunya aku pasti
akan hadir di lembah hati Buddha"
"Bagus sekali, kalau begitu kita tetapkan demikian saja"
Beng Gi ciu menghembuskan napas panjang, katanya kemudian :
"Kalau memang begitu harap lo siansu baik-baik menjaga diri,
siauli hendak mohon diri lebih dulu. moga-moga kita berjumpa lagi
di lembah hati Buddha tak lama kemudian."
"Beng lisicu harus menjaga diri baik-baik pula" kata Phu sian
sangjin dengan perasaan menyesal
Beng Gi ciu tak banyak berbicara lagi, dengan mengajak siau wan
berangkatlah dia menuju kejalan semula.
ooo)00000(ooo Kakek berbaju kuning yang menculik Kho Beng memang tak lain
adalah ketua partai kupu-kupu Ui sik kong.
Dengan senyum bangga menghiasi wajahnya dan mengapit
wajah Kho Beng dibawah ketiaknya, ia berjalan santai menuju
kearah bukit Cian san. Tapi belum sampai sepuluh li kemudian, ternyata dia pun telah
menjumpai suatu peristiwa yang sangat diluar dugaan.
Mendadak terdengar seseorang menegur sambil tertawa ringan :
"Hey tua Bangka, kau boleh beristirahat sekarang"
Ui sik kong amat terperanjat, sebab Kejadian ini sama sekali tidak
terduga sebelumnya, mungkinkah didunia ini masih ada orang yang
memiliki ilmu silat jauh lebih hebat daripada kemampuannya"
Kalau tidak. apa sebabnya teguran itu bisa muncul begitu
mendadak dan sama sekali tak diketahui sebelumnya"
sementara dia masih termenung dengan keheranan, tampak
sesosok bayangan manusia telah melayang turun dan berdiri
dihadapannya, bahkan sedang mengawasinya sambil tertawa.
orang itu adalah seorang kakek berjenggot putih yang berwajah
bagaikan tembaga antik, usianya antara sembilan puluh tahun dan
berwajah amat berwibawa. setelah tertegun sejenak. Ui Sik, kong segera menegur : "siapa
anda?" "Lebih baik tak usah kukatakan" sahut si kakek sambil tertawa.
"Kenapa?" "Aku Cuma orang gunung yang liar, apa gunanya menyebut
nama" " Ui sik kong semakin terperanjat, serunya lagi : "Apa maksud anda
menghalangi jalan pergiku?"
Kakek itu segera tertawa.
"Aku sudah berkata secara jelas, silahkan mengaso sebentar
sambil berbincang-bincang."
"Maaf aku tak ada waktu untuk menemani" tukas Ui sik kong
dengan penuh amarah. sambil membalikkan badan ia siap beranjak
pergi dari situ. Tapi dengan suatu gerakan yang cepat kakek itu telah
menghadang kembali dihadapannya
"Eeeeee..eeee..eeeee tunggu dulu.."
"sebenarnya apa maksudmu?" Ui sik kong semakin naik darah.
"Hmmm, lebih baik kita berbicara blak-blakan, tinggalkan Kho
Beng dan serahkan kepadaku"
saking gusarnya Ui sik kong segera tertawa seram, teriaknya
:"Licik amat kau si bajingan tua, sebetulnya siapakah kau?"
"Apakah kau tidak merasa bahwa pertanyaan ini tak perlu
kujawab sebab kau sudah tahu tapi pura-pura bertanya lagi?"
"Sudah tahu tapi pura-pura bertanya?" Ui Sik kong tertawa
seram, "heeee.heeeehehh kenapa aku mesti berbuat demikian?" jengek
si kakek. "Hmmm, masa dari wajah serta dandananku ini, kau belum dapat
menduga siapakah diriku ini?" jengek si kakek.
"Aku benar-benar tak dapat mengingatnya" kata Ui sik kong
sambil berkerut kening. Kakek itu berpikir sebentar, lalu katanya :
"Baiklah akan kuperlihatkan senjata andalanku, siapa tahu hal
tersebut akan memperkuat daya ingatanmu sehingga menyebabkan
kau dapat teringat kembali akan diriku."
seraya berkata dia segera mengeluarkan seperangkat senjata
gelang rembulan dan gelang surya.
Ui sik kong memperhatikan sejenak. tiba-tiba meledaklah suara
gelak tertawanya yang amat keras hingga menggetarkan seluruh
angkasa, sampai lama sekali suara tertawanya masih menggema
diangkasa. Pelan-pelan kakek tersebut menyimpan kembali sepasang gelang
surya rembulannya, kemudian menegur : "Apa yang kau
tertawakan?" sambil berusaha menghentikan gelak tawanya, Ui sik kong
berkata : "Aku mentertawakan kau yang bertindak pintar, tapi mengapa
justru melakukan perbuatan sebodoh ini?" si kakek mendengus.
"Hmmm, dimana letak kebodohanku?"
"Siapapun boleh kau tiru, namun tidak sepantasnya menyaru
sebagai si naga terbang dari see ih, Kong ci, ketahuilah dia sudah
meninggal dunia hampir seabad berselang"
Kemudian setelah berhenti sejenak dengan suara dalam kembali
dia berkata : "Bocah keparat she Kho pun pernah melakukan perbuatan bodoh
yang sama namun hasil penyamarannya segera berhasil dibongkar
oleh putriku" Kakek itu segera tertawa.
"Kalau dia menyamar sebagai diriku, tapi aku justru sedang
menyamar sebagai diriku sendiri, apakah menyaru sendiripun masih
termasuk suatu penyaruan?" Dengan penuh amarah, Ui Sik kong
segera berseru : "Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk berdebatan
denganmu, jawab saja selekasnya, kau mau mundur dari sini atau
tidak." Kakek itu balas mendengus marah.
"Tentu saja aku tak bakal menyingkir dari sini, kecuali kalau kau
meninggalkan Kho Beng disini"
"Tak nanti akan kulakukan hal semacam ini," seru Ui sik kong
bertambah marah. "Hmmm, tiada persoalan yang tak mungkin terjadi dengan ku,
karena persoalan yang tidak mungkin pun bisa berubah menjadi
memungkinkan." Lalu setelah menatap sekejap lawannya, dia melanjutkan :
"Beranikah kita bertaruh?"
"Bagaimana caranya bertaruh?" Ui sik kong mendengus.
"Pokoknya siapa yang unggul dia yang menentukan nasib bocah
itu, mari kita pun beradu tiga jurus, siapa menang dia mendapatkan
Kho Beng, bagaimana dengan cara ini, setuju bukan?"
Ui sik kong segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat, dia
berseru keras : "Tampaknya kau telah menyaksikan apa yang telah berlangsung
tadi?" "Betul" kakek itu mengangguk. "aku adalah satu-satunya
penonton dari peristiwa tadi."
"Kalau memang sudah menyaksikan sendiri, mengapa kau masih
berani mengajukan pertaruhan seperti itu dengan ku?" hardik Ui sik
kong dengan suara yang berat dan dalam. Kakek itu segera tertawa
tergelak : "Haaah.haaahh.lantas bagaimana menurut
pendapatmua?" "Hmm, rupanya kau sudah bosan hidup dan ingin selekasnya
mencari mampus" "sayang sekali dugaanmu kali ini keliru besar", kakek itu masih
tetap tersenyum, "sebab aku sudah menyaksikan taraf kepandaian
silat yang kau miliki, justru karena kutahu titik kelemahanmu maka
kuusutkan cara tersebut kepadamu"
"Bagus sekali" teriak Ui sik kong kemudian sambil menggigit bibir,
"akan kusuruh kau menyaksikan kehebatan ilmu silatku, hayo
majulah" sambil berkata dia segera membaringkan tubuh Kho Beng
keatas tanah. "silahkan mulai menyerang" ucap si kakek sambil tertawa,
sikapnya tetap santai dan seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu
peristiwa pun terhadap dirinya.
"selamanya aku tak pernah turun mangan lebih dulu, lebih baik
kau yang menyerang duluan" kata Ui sik kong.
Pelan-pelan kakek itu meloloskan sepasang gelang surya
rembulannya, kemudian sambil dipersiapkan ia berkata :
"Kalau memang begitu, maaf kalau aku menyerang lebih duluan."
sepasang gelang emasnya segera bergerak cepat, gelang surya
menyambar kearah kepala sementara gelang rembulan menyambar
kearah pinggang, bagaikan dua gulungan asap kuning, senjata
tersebut meluncur kemuka dengan sangat hebatnya.
sementara itu Ui sik kong telah mempersiapkan ruyung lemas
bewarna emasnya, senjata tersebut diayunkan kedepan dan tiba-tiba
saja berubah menjadi beribu-ribu cahaya banyaknya yang bersamasama
menyapu keluar. Traaang..traaaaaangggg
Ditengah suara dentingan yang amat nyaring, cahaya kuning
memancar keempat penjuru sangat menyilaukan mata, bagaikan
sang surya yang memercikkan cahayanya keempat penjuru.
Tempaknya kedua belah pihak sama-sama mundur dua langkah,
agaknya menang kalah masih belum bisa ditentukan.
Namun paras muka Ui sik kong telah berubah menjadi berat dan
amat serius, jelas sudah didalam bentrokan tadi, dia telah menyadari


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa ilmu silat yang dimiliki kakek tersebut betul-betul lihainya
bukan kepalang. Terpaksa sambil menggigit bibir dia membentak
keras : "Bajingan tua, ternyata kesempurnaan tenaga dalammu masih
jauh diatas kemampuan phu sian si bajingan gundul itu, tak heran
kau berani menantangku untuk bertarung?" Kembali kakek itu
tertawa, "Tenaga dalamku memang masih setingkat diatas
kemampuanmu, dalam jurus yang kedua nanti, aku akan
memaksamu untuk melepaskan ruyung serta mengaku kalah"
"omong kosong" teriak Ui sik kong dengan amarah yang meluap.
"bila kau benar-benar mampu memaksaku untuk melepaskan
ruyung, saat ini juga aku akan menggorok leher sendiri dan
melakukan bunuh diri"
"Haaahh.hahhhh..haaaah masuk hitungankah perkataanmu itu?"
"Hmmm, ucapan tersebut keluar dari mulutku dan masuk
kedalam telingamu, siapa bilang tak masuk hitungan."
setelah berhenti sejenak. kembali dia melanjutkan dengan suara
dalam : "Bagaimana kalau dalam jurus kedua nanti kau gagal memaksaku
untuk melepaskan ruyung?"
"Itu mah gampang sekali. Aku tetap akan melakukan hal yang
sama seperti dirimu, bunuh diri tepat dihadapanmu, nah, setuju
bukan?" Ui sik kong segera tertawa tergelak :
"Haaah..haaah..haaahhh.bagus sekali, moga-moga saja kau
dapat menepati janjimu nanti"
"Hmmm, yang kukuatirkan justru kaulah yang akan menjilat
ludah sendiri" "Tak usah banyak bicara lagi" bentak Ui sik kong keras-keras ,
"ayoh cepat turun tangan"
Kakek itu segera mengulangi kembali serangannya dengan
gelang surya diatas dan gelang rembulan dibawah dia melancarkan
serangan dahsyat. Dengan cepat Ui sik kong memutar ruyungnya menciptakan tiga
lingkaran bayangan cahaya untuk membendung datangnya ancaman
tersebut. Ketiga lingkaran cahaya itu dua diantaranya meluncur untuk
membendung datangnya serangan dari sepasang gelang surya
rembulan, sementara gulungan yang terakhir langsung menumbuk
kearah dada lawan. Terdengar kakek itu tertawa terbahak-bahak, mendadak jurus
serangannya berubah, sepasang gelang surya rembulannya berubah
menjadi segulung cahaya tajam dan secara keras melawan keras
menerjang bahu kanan Ui sik kong.
Terdengar dengusan tertahan bergema memecahkan
keheningan, Ui sik kong mundur tiga langkah dengan sempoyongan
sementara ruyung lemas bewarna emasnya terlepas dari genggaman
dan mencelat sejauh dua kaki lebih dari tempat semula.
Bersamaan itu pula bahu kanannya nyaris tak mampu diangkat
kembali, sudah jelas luka yang dideritanya cukup parah.
Peristiwa ini boleh dibilang suatu peristiwa yang luar biasa dan
tidak terduga sebelumnya.
Namun sikap kakek itu masih tetap santai, berdiri disitu sambil
tersenyum seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu peristiwa pun.
Paras muka Ui sik kong berubah menjadi mengenaskan, sambil
menggigit bibir dia membungkam diri dalam seribu bahasa.
"Nah, bagaimana?" tegur si kakek kemudian sambil tertawa.
"Kau yang unggul.." nada suara ui sik kong dingin seperti salju.
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi :
"Ada suatu pertanyaan, kumohon agar kau bersedia menjawab
dengan sejelasnya" "Kalau ada yang mencurigakan hatimu, silahkan tanyakan saja"
kata si kakek sambil tertawa.
"Ruyung terbangku sudah jelas bersarang tepat didadamu,
sepantasnya kalau tak mampus tentu menderita luka yang parah,
mengapa kau masih tetap tenang dan sehat walafiat?" Kakek itu
segera tertawa tergelak :
"Haaaa.haaaahh.haaahhh aku pernah minum cairan mestika Giok
hu wan ci ditambah pula hasil latihanku hampir seabad lamanya,
kesemuanya itu membuat tubuhku berubah menjadi keras dan tahan
serangan, tentu saja aku tak takut menghadapi gempuranmU yang
dahsyat itu" Pucat pias selembar wajah Ui sik kong, ia berdiri kaku disitu
tanpa sanggup berkata-kata lagi.
Dia tak pernah menyangka kalau dirinya bakal menderita
kekalahan secara mengenaskan, dia pun tak mengira kalau Kong ci
Cu masih hidup didunia ini, kesemua Kejadian tersebut hampir saja
membuatnya tak percaya sama sekali. sambil menggeser tubuhnya
kembali, kakek itu bertanya : "Apakah masih ada persoalan lain yang
mencurigakan?" sambil menghela napas ui sik kong segera berkata : "Ternyata
kau benar-benar adalah Kongci Cu"
"Aku toh tak pernah memaksamu untuk percaya."
"Bila kau benar-benar adalah Kongci Cu, masih ada satu hal yang
tidak kupahami?" kata Ui sik kong dengan kening berkerut.
"soal apa?" "Kongci Cu adalah sobat karib kakekku almarhum, terhitung juga
orang yang berbudi untuk keluarga ui, seharusnya dia adalah sobat
kami bukan musuh." "ooo maksudmu tidak seharusnya aku membantu orang lain?"
tukas si kakek cepat. "Yaaa, begitulah maksudku."
Kakek itu menghela napas panjang.
"Aaaai. aku tak bersedia memberi penjelasan yang terlalu
mendalam tentang masalah ini, tapi bila kukatakan kepadamu
bahwa setiap orang mempunyai cita-cita yang berbeda."
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya dengan suara
dalam : "Bagaimana dengan pertaruhan kita tadi" Apakah anda akan
melaksanakannya?" "Pertaruhan apa?" Tanya ui sik kong terperanjat. sambil tertawa
kakek itu berkata : "Bagi yang unggul, bukan saja akan memperoleh Kho Beng,
lagipula dapat menyaksikan lawannya menggorok leher sendiri dan
bunuh diri, aku rasa begitu bukan pertaruhan yang kita janjikan
tadi?" "Kalau aku tak mau melaksanakannya, mau apa kau?" seru Ui sik
kong sambil menggigit bibir.
Kakek itu segera tertawa tergelak.
"Haaahh..haaaahhaaaah..sejak tadi telah kuduga bahwa kau tak
bakal menepati janji, tapi akupun tak akan memaksamu untuk
melakukan bunuh diri." sesudah menghela napas panjang, kembali
ujarnya : "Anggap saja aku memandang diatas wajah saudara Thian it,
sobat lamaku itu dan membatalkan perjanjian kita tadi, tapi kau
mesti ingat cepat atau lambat Kho Beng akan mendesakmu untuk
mati." "Jangan harap kau bisa membawa pergi Kho Beng dari sini" seru
Ui sik kong sambil menahan geram.
"Tapi bagaimanapun juga aku tetap akan membawanya pergi"
kata si kakek sambil menarik muka.
Ui sik kong tidak berkata kata lagi, mendadak dia membalikkan
tangannya sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh
Kho Beng. Blaaaam Benturan yang amat dahsyat berkumandang memecahkan ke
heningan, pasir dan batu beterbangan diangkasa. Diatas permukaan
tanah segera muncul sebuah liang raksasa yang luasnya mencapai
beberapa depa. Tampaknya dia bermaksud membunuh Kho Beng dengan
gempuran dahsyatnya itu. Namun ketika dia mencoba mengamati lagi dengan seksama,
ternyata Kho Beng yang semula masih berbaring diatas tanah, kini
telah berada dalam pangkuan kakek tersebut. Tentu saja ui sik kong
menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu. Terdengar kakek itu
tertawa terbahak-bahak sambil berkata :
"Haaahhh.haaahh..haaahhh mungkin kau telah melupakan
sesuatu, ilmu meringankan tubuh serta kecepatan gerakku sudah
tersohor didalam dunia persilatan sejak seabad berselang"
"Kalau begitu kau benar-benar adalah Naga terbang dari see ih,
Kongci Cu yang asli?" kata ui sik kong sambil menghela napas sedih.
Kembali Kongci Cu tertawa.
"Bukankah telah kukatakan sejak tadi, namun kau sendiri yang
enggan percaya, apa yang mesti kuperbuat lagi?"
"Kalau kau benar-benar adalah Kongci Cu yang asli, kenapa
sikapmu terhadapku sejelek ini, apakah."
Dengan penuh amarah dia menghela napas, lalu terusnya dengan
suara yang berat lagi dalam :
"Apakah kau menyangkal pernah menjalin tali persahabatan
dengan mendiang kakekku" Apakah kau berniat memusuhi keluarga
ui kami?" Kongci Cu menghela napas panjang.
"Berbicara sesungguhnya aku tak akan menjadi sahabat pun tak
menjadi musuh kalian, sebab aku tak pernah melupakan
persahabatanku dengan mendiang kakekmu dulu saudara Thian it.
Akan tetapi aku pun tak ingin menyaksikan kalian membuat
kejahatan dan menerbitkan keonaran dimana-mana, itulah sebabnya
aku tak bisa berpeluk tangan belaka."
Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya kewajah Ui
Sik kong, kembali dia menambahkan :
"Moga-moga saja kau tidak terjerumus kedalam lembah
kehancuran, cepatlah menyadarkan diri atas segala perbuatanmu
serta kembali kejalan yang benar. Nah jagalah dirimu baik-baik."
Usai berkata ia segera berkelebat pergi dari situ dan lenyap dari
pandangan mata. Mengawasi kepergian Kongci Cu sambil membopong tubuh Kho
Beng, ui sik kong berdiri termangu-mangu, dadanya bagaikan
tersumbat oleh sebuah batu cadas yang amat besar, seperti juga
tersulut oleh api amarah yang membara.
Mendadak dia mengayunkan sepasang telapak tangannya dan
secara beruntun melepaskan serangkaian pukulan yang amat
gencar. Biarpun perawakan tubuhnya kurus dan ceking, namun tenaga
pukulannya betul-betul sangat dahsyat dan mengerikan hati.
Terdengar suara gemuruh yang memekikkan telinga bergema
memecahkan keheningan, batang pohon bertumbangan saling
menindih, hancuran batu beterbangan bagaikan hujan gerimis,
sedemikian dahsyatnya gemurh suara disitu, sampai daerah sejauh
sepuluh lipun bisa mendengar suara gemuruh tersebut secara jelas
dan nyata. Ia menyerang dan melepaskan serangan tiada hentinya, jelas
jagoan tua dari keluarga Ui ini ingin menggunakan kesempatan
tersebut untuk melampiaskan keluar seluruh rasa kesal dan
jengkelnya. Hingga dia merasa amat penat dan kehabisan tenaga. Ui Sik kong
baru menghentikan perbuatannya, namun dalam kawasan seluas
berapa li sudah tak Nampak sebatang pohon pun berada dalam
keadaan utuh, tak sejengkal tanah pun berada dalam keadaan rata.
Akhirnya ia jatuh terduduk diatas tanah sementara air mata
bercucuran membasahi wajahnya.
Apakah partai kupu-kupu yang telah hidup memencilkan diri
selama seabad bakal mengalami nasib yang tragis kembali" Apakah
dia tak akan mampu mencapai apa yang dicita-citakan ketua partai
mereka menjelang kamatiannya dibawah tebing hati duka"
Mendadak.. Tampak sesosok bayangan manusia berkelebat datang dengan
kecepatan tinggi sambil meluncur tiba, serunya pelan : "Ayah.."
Ternyata yang muncul adalah Dewi In Un.
Dengan penuh kelembutan, perempuan tersebut duduk
disamping ayahnya, lalu menegur lirih :
"Ayah, mengapa kau?"
Ui sik kong menghela napas panjang, ia tetap terbungkam dalam
seribu bahasa. Namun sorot matanya palan-pelan dialihkan kedepan sana.
Tampak ke empat tiang lo dari partai kupu-kupu, dua belas
pengawal khusus serta keempat lengcu dari Dewi In Un sekalian, kini
telah berdiri tegak pada lima kaki dihadapannya.
sekali lagi Ui sik kong menghela napas panjang tanpa berkatakata.
Menyaksikan hal ini, Dewi In Un segera bertanya lagi dengan
sedih : "Ayah, sebenarnya apa yang telah terjadi" Kekuatan apakah yang
membuat dirimu berubah menjadi begini rupa?"
Akhirnya Ui sik kong buka suara, dengan nada yang sangat dalam
dan berat dia berkata "Ketika partai kupu-kupu didirikan mendiang kakekku dulu, kita
pernah menyapu seluruh jagat dan menaklukan banyak perguruan
besar." "Kemunculan partai kupu-kupu saat inipun akan berbuat yang
sama membuat seluruh jagat tunduk dibawah perintah kita," kata
Dewi In Un cepat. Kembali ui sik kong menghela napas :
"Namun kejayaan yang dikecap waktu itu hanya berlangsung
sesaat, menyusul hilangnya kitab pusaka Thian goan bu boh dan
kekalahan tragis di tebing hati duka, menyebabkan mendiang
kakekku tewas secara mengerikan , partai kita terpencil diwilayah
yang jauh." "Hutang darah tersebut wajib kita tuntut kembali, kita harus
membalas dendam atas sakit hati tersebut " seru Dewi In Un sambil
menggertak gigi kencang-kencang.
"Aaaaai, semenjak peristiwa itu partai kupu-kupu kita tak mampu
bangkit kembali, lenyap bagaikan asap dipagi hari, terusir sama
sekali dari percaturan dunia persilatan"
"Tapi sekarang kita toh sudah bangkit kembali" seru Dewi In un.
"Benar, dalam seabad terakhir ini kita melatih diri secara terus
menerus selama tiga generasi, akhirnya partai kupu-kupu dapat
bangkit kembali didalam dunia persilatan." sesudah menghembuskan
napas panjang, dia melanjutkan :
"Memimpin pasukan menduduki daratan Tiong goan, membangun
kembali kejayaan lama, inilah yang menjadi cita-cita partai kupukupu
kita sekarang." "Benar, kita mencuci dulu daratan Tiong goan dengan cucuran
darah, menaklukan seluruh umat persilatan, kemudian setelah
berhasil menduduki kursi pimpinan yang tertinggi dalam dunia
persilatan, kita baru pergi membunuh keturunan tiga dewa untuk
membalaskan dendam bagi leluhur kita dan sekarang segala
sesuatunya hampir terwujud didepan mata"
"Tapi sekarang, kita telah menjumpai tantangan yang amat
besar" bisik Ui sik kong sambil menghela napas.
"Ayah , sebenarnya apa yang telah kau alami?" buru-buru Dewi
In un bertanya. "Ayah, telah bertemu dengan ketua Siau limpa y, Phu sian si


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bajingan gundul itu sedang membawa Kho Beng yang terluka parah,
didalam pertarungan tiga jurus secara mudah ayah berhasil
mengalahkan phu sian serta merampas Kho Beng dari tangannya,
tapi." sesudah menghela napas kembali ia menggigit bibir serta tidak
melanjutkan kembali kata-katanya.
"Mana Kho Beng sekarang?" Tanya Dewi In Un.
"Aaaai, ayah telah berjumpa lagi dengan orang lain, Kho Beng
pun dirampas kembali oleh orang tersebut."
Dewi In Un menjadi sangat terperanjat, segera serunya :
"siapakah yang memiliki kepandaian silat sehebat ini, apakah ilmu
silatnya masih jauh diatas kemampuan ayah?"
"Dengan pertarungan sebanyak tga jurus, orang itu berhasil
mengungguli ayah" bisik Ui sik kong sedih.
"sebenarnya siapa sih orang itu?" desak Dewi In Un dengan
perasaan amat gelisah. sekali lagi Ui sik kong menghela napas.
"Aaaaai..dia adalah naga terbang dari See ih, Kongci Cu"
"Haaaah" tak terlukiskan rasa kaget Dewi In Un setelah
mendengar perkataan itu, "tak mungkin hal ini bisa terjadi, siapa pula yang telah
memerankan dirinya" Ayah, kau tentu belum lupa bukan dengan
penuturanku tempo hari, dimana Kho Beng pun pernah menyamar
sebagai Kongci cu?" "Tiada orang yang menyamar sebagai dirinya. Dialah Kongci Cu y
asli" Dewi In un membelalakkan sepasang matanya bulat-bulat,
serunya kurang percaya : "Hal ini mana mungkin bisa terjadi" Kalau orang itu adalah Kongci
Cu, seharusnya dia membantu pihak ayah. Selain itu, masa dia
betul-betul bisa hidup selama dua abad lamanya?"
"Dalam jagad raya yang begini luas, tiada keajaiban yang tak
mungkin terjadi, apa bila orang yang dapat hidup melebihi dua abad
pun bukan hanya Kongci Cu seorang." Sesudah berhenti sejenak,
kembali serunya : "Tentang apa sebabnya Kongci Cu tidak membantu pihak kita
masih ada satu hal ayah tak pernah menceritakannya kepadamu."
"Tentang soal apa?" Tanya Dewi In Un agak bimbang.
"Kongci Cu betul-betul adalah tuan penolong keluarga ui kita, tapi
itupun hanya disebabkan dia telah mengurusi layon kakekku
almarhum serta memiliki jalinan persahabatan yang cukup erat
dengan kakekku dulu, sedang terhadap segala tingkah laku maupun
sepak terjang partai kupu-kupu kita dia tak pernah mau tahu atau
mencampurinya." "Dia telah pergi kemana sekarang?" Tanya Dewi In Un. Ui Sik
kong tertawa getir. "Entah, kemanapun dia pergi, yang pasti tak mungkin bisa kita
temukan, ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sangat hebat,
apalagi merupakan kepandaian andalannya."
Setelah memancarkan sinar kebencian dari balik matanya,
kembali dia melanjutkan : "Padahal sekalipun kita berhasil
menemukannya, apa pula yang dapat kita perbuat?"
"Dengan mengandalkan kekuatan partai kupu-kupu yang ada
sekarang, kita bunuh tua Bangka tersebut, masa kita tak mampu
melakukannya?" Kembali Ui sik kong tertawa getir.
"Percuma, menurut apa yang kuketahui sekalipun seluruh
kekuatan partai kita kerahkan pun belum tentu bisa menandingi
kemampuannya" "Kalau begitu, apa yang mesti kita lakukan sekarang?" Tanya
Dewi In Un terperanjat. Tapi kemudian seperti memahami akan
sesuatu, kembali tanyanya : "Aku mempunyai sebuah ide yang
bagus sekali, apakah ayah menyetujuinya?"
"Apa idemu itu?"
"Kita ajukan rencana yang semula dengan melakukan
pembantaian lebih awal terhadap umat persilatan didunia ini, kita
harus melakukan pembantaian berdarah untuk menyapu serta
menaklukan orang-orang itu"
Tapi Ui sik kong segera menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya : "Cara tersebut bukan sebuah cara yang baik."
Kening Dewi In Un berkerut, segera serunya : "Lalu ayah.."
Mendadak Ui sik kong merasakan semangatnya berkobar
kembali, serunya cepat : "Aku telah berhasil mendapatkan sebuah
akal yang sangat bagus."
"Apa akalmu itu?" Tanya Dewi In Un cepat.
"Tempat ini bukan tempat yang cocok untu berbicara, mari kita
pulang dulu kebukit Cian san "
"Baik ayah, mari kubimbing dirimu"
Maka ayah dan anak pun saling berangkulan sambil melakukan
perjalanan, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka telah
lenyap dikajauhan situ diiringi segenap jago-jago lihainya.
ooo)00000(ooo ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Kongci Cu benar-benar
sangat lihai, dalam sekali lompatan dia berhasil mencapai jarak
sejauh puluhan kaki, gerakannya begitu ringan seperti segulung
asap lembut, dalam waktu singkat berpuluh li telah dilewati.
selama ini Kho Beng berada dalam keadaan sadar, meskipun rasa
tentram telah menyelimuti perasaannya, namun persoalan lain
membuat pikirannya terasa bertambah berat.
Berhubung gerakan tubuh dari Kongci Cu sedemikian cepatnya
membuat Kho Beng hampir saja tak dapat membedakan jalan bukit
atau jalan datarkah yang mereka lalui selama ini, tapi menurut
perkiraannya paling tidak seratus li telah mereka lampaui. saat itulah
pelan-pelan Kongci Cu baru menghentikan larinya.
Kho Beng mencoba memperhatikan keadaan sekelilingnya secara
diam-diam, ternyata mereka masih berada ditengah hutan yang
lebat, namun dia tahu tempat tersebut bukan bukit Wang hu san ,
juga bukan bukit Cian san.
sambil membungkukkan badan Kongci Cu segera menegur sambil
tertawa ringan. "Kho Beng, apakah keadaanmu rada mendingan?"
Kho Beng mencoba menggerakkan bibirnya namun tak sepatah
katapun yang sanggup diutarakan.
sambil manggut-manggut Kongci Cu berkata lagi :
"Kondisi tubuhmu sudah lemah sekali, bila tidak diobati
secepatnya, mungkin ilmu silatmu bakal punah sama sekali."
sembari berkata ia segera membaringkan tubuh Kho Beng keatas
tanah. Tampak ia termenung sebentar, kemudian dari sakunya
mengeluarkan sebutir pil berwarna merah dan dihadapankannya
sebentar pada telapak tangannya, setelah itu baru katanya :
"Pil ini adalah pil mestika Giok ci sin wan terakhir yang kumiliki,
cepatlah kau telan" Tanpa peduli apakah Kho Beng setuju atau tidak, dia segera
menekan jalan darah Coat ho hiat ditenggorokannya dan
menjejalkan pil tersebut kedalam mulutnya.
Kho Beng tak bertenaga untuk menampik, terasa olehnya pil
yang menggelinding masuk kedalam mulutnya itu segera
menyebarkan hawa segar keseluruh badannya, bersamaan itu pula
dia merasakan semangatnya kembali berkobar. Tiba-tiba Kongci Cu
berbisik d isisi telinganya :
"Usahakan sedapat mungkin untuk menghimpun kembali
kekuatanmu serta mengatur napas." Kho Beng menurut dan segera
berusaha menghimpun kembali tenaga dalamnya.
Mungkin Karena bantuan sisa hawa murni yang dimilikinya,
ternyata percobaan yang dilakukannya kali ini mendatangkan hasil
yang diharapkan, segulung aliran hawa panas pelan-pelan muncul
dari pusarnya dan menyebar keseluruh tubuh.
Kho Beng menjadi girang setengah mati, dengan cepat dia
mengatur napas dengan penuh semangat, matanya dipejamkan
rapat-rapat dan mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
sementara itu Kongci Cu duduk pula disisinya sambil
memejamkan mata rapat-rapat, jelas diapun sedang memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk mengatur pernapasan, lebih kurang
sepertanak nasi kemudian Kho Beng telah membuka matanya
kembali dan bangkit dari tidurnya.
Ia merasakan tubuhnya jauh lebih segar dan bertenaga, ketika
mencoba bangkit berdiri ternyata usaha ini pun berhasil, buru-buru
dia berlutut dihadapan Kongci Cu sambil serunya :
"Boanpwee mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan
locianpwee" Pelan-pelan Kongci Cu membuka matanya kembali, ia sama sekali
tidak membangunkan Kho Beng, hanya ujarnya sambil tersenyum :
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Boanpwee telah merasakan kesehatan tubuhku jauh lebih sehat
dan kuat." "Bagus, bagus sekali" sorak Kongci Cu dengan gembira, "hitunghitung
aku telah melakukan suatu pekerjaan yang amat memuaskan
hati." "Benarkah cianpwee adalah Kongci cianpwee?" mendadak Kho
Beng bertanya agak ragu-ragu. Kongci cu segera tertawa tergelak :
"Haaahh.haaahhh..haaahhh..masa kau tidak mendengar
pembicaraanku dengan Ui Sik kong tadi?"
"jadi jadi kesemuanya ini sungguh-sungguh" Tapi Boanpwee
pernah mendengar penuturan kakek tongkat sakti katanya
cianpwee..sudah.." "Sudah mati bukan?" sambung Kongci Cu sambil tertawa.
Kho Beng jadi tergagap, "Lantas cianpwee.."
setelah menghela napas Kongci Cu berkata :
"Aaaaai, aku memang pernah mati sekali tapi waktu itu Cuma
pura-pura mati, hal ini pun disebabkan masalah partai kupu-kupu"
"Boanpwee benar-benar bingung dan tidak memahami
keterangan dari cianpwee, bersediakah cianpwee untuk
menerangkan lebih jelas lagi?" pinta Kho Beng dengan wajah tak
habis mengerti. "Tentu saja." Kongci Cu manggut-manggut, "aku pasti akan
memebritahukan kepadamu." sesudah berhenti sejenak. kembali dia
melanjutkan : "Tatkala aku menjalin tali persahabatan dengan Ui Thian it
pendiri partai kupu-kupu, waktu itu usiaku masih amat muda, hal
inipun bisa terjadi lantaran aku merasa berhutang budi kepadanya."
"Apakah dia pernah menolong cianpwee?" Tanya Kho Beng .
Dengan cepat Kongci Cu menggeleng.
"Dia pernah menolong ayahku almarhum, meskipun ayahku
akhirnya mati karena lukanya yang parah, namun dia telah berusaha
dengan sekuat tenaga yang dimilikinya, oleh sebab itu aku merasa
amat berterima kasih kepadanya hingga selanjutnya menjalin
persahabatan yang sangat akrab.
Tapi setelah persahabatan itu berjalan berapa tahun, aku mulai
menemukan banyak kelemahan dan kesalahan yang dilakukan Ui
Thian it didalam pelbagai tindakannya, misalkan saja dia amat
berambisi, tidak mengenal perikemanusiaan, sadis, buas dan
kadang-kadang pula menunjukkan sifat kemunafikannya."
"Mungkin disinilah letak perbedaan antara kaum pendekar
dengan kaum sesat?" sela Kho Beng.
Kongci Cu mengangguk. "Yaa, boleh dibilang begitu, berhubung tabiatnya yang susah
didekati itu maka lambat laun mulai menjauhkan diri dari pergaulan
dengannya, namun berhubung aku merasa berhutang budi
kepadanya, maka masalah ini selalu mengganjal didalam hatiku dan
tak pernah dapat kulupakan."
"Disinilah letak kebesaran jiwa locianpwee" kata Kho Beng.
Tiba-tiba Kongci Cu melototkan sepasang matanya bulat-bulat
serunya sambil mendengus "Hmmm bocah muda, kau tak usah bermaksud menjilat
pantatku" Merah padam selembar wajah Kho Beng, namun ketika
menyaksikan raut wajah Kongci Cu yang lucu, tak kuasa lagi dia
tertawa geli. Dia tahu manusia yang berusia hampir mendekati dua abad ini
bukan saja gampang diajak bergaul, lagipula tak senang dengan
segala macam tata cara pergaulan. Terdengar Kongci Cu berkata
lebih jauh, "semenjak peristiwa itu, aku sering tak bertemu dengan Thian it
sampai berapa tahun lamanya, namun setiap kali bertemu,
hubungan kamipun sangat hangat dan akrab, aku masih ingat pada
pertemuan kami yang terakhir, yaitu empat tahun sebelum dia mati
ditangan tiga dewa. Waktu itu kitab pusaka Thian goan bu boh warisan leluhLimya
telah hilang, ia sedang mempersiapkan diri untuk melakukan
pembantaian secara besar-besaran didalam dunia persilatan. Aku
berusaha membujuknya agar mengurungkan niatnya itu namun tidak
berhasil, akhirnya a kupun terpaksa mohon pamit.
Tapi sebelum pergi meninggalkannya diapun sempat mengajukan
sebuah permohonan kepadaku."
Ketika berbicara sampai disini, ia segera termenung dan tidak
melanjutkan kembali kata-katanya.
"Entah apakah permintaan itu?" Tanya Kho Beng dengan nada
menyelidik. sambil tertawa getir Kongci Cu berkata :
"Mungkin pada saat itu diapun sudah menduga kalau hari
kiamatnya hampir tiba, ternyata sebelum itu dia telah meninggalkan
pesannya, akupun menyanggupi permintaannya untuk berusaha
dengan sepenuh tenaga melindungi keturunan dari partai kupukupunya
sehingga tidak mengalami kemusnahan total"
Kho Beng segera manggut-manggut, katanya :
"Tindakan locianpwee memang sudah terhitung suatu bukti bagi
kesetiaan kawanmu." Lalu setelah berhenti sejenak. dengan nada menyelidik kembali
dia berkata : "Apakah locianpwee tidak merasa bahwa perbuatan cianpwee
menolong boanpwee adalah suatu perbuatan yang salah?"
Kongci cu menggeleng. "sudah kukatakan sedari tadi, setiap orang mempunyai cita-cita
yang berbeda, walaupun aku telah menyanggupi permintaannya
untuk melindungi keturunan dari partai kupu-kupu, namun secara
diam-diam aku pun telah mengambil keputusan pula bahwa aku tak
akan membiarkan partai kupu-kupu menerbitkan bencana bagi umat
persilatan, apalagi menciptakan badai pembunuhan berdarah lagi."
setelah berhenti sejenak. kembali dia berkata :
"Anak muda, apakah kau menyetujui pandanganku ini?"
Buru-buru Kho Beng menjawab :
"Boanpwee merasa kagum sekali dengan tindakan cianpwee,
sebab apa yang dilakukan kau orang tua memang tepat sekali"
Kongci Cu menjadi kegirangan, serunya :
"Waaah..jilatan pantatmu betul-betul membuatku merasa
nyaman.. dulu aku sengaja berlagak mati karena secara diam-diam
aku hendak mengamati segala perbuatan serta sepak terjang dari
ahli waris partai kupu-kupu.
Ternyata selama tiga generasi mereka hidup mengasingkan diri
dan tak pernah terjun kembali kedalam dunia persilatan, selama ini


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka selalu menekuni ilmu silat keluarganya."
"Bukankah hal semacam ini sudah menunjukkan dengan nyata
bahwa mereka telah bersiap sedia melakukan pergerakan kembali
untuk menuntut balas atas sakit hatinya dimasa lampau?" kata Kho
Beng. "Aku pun mengetahui akan hal ini," Kongci Cu manggut-manggut,
"sungguh beruntung aku memperoleh penemuan tak terduga
sehingga menyebabkan hidupku juga lebih lama dari dugaan orang,
selama ini pula aku melakukan pengawasan secara diam-diam."
Berbicara sampai disitu, dia menghela napas panjang.. selang
berapa saat kemudian, ia kembali berkata :
"Tapi sayang walaupun aku diberkahi usia panjang, tapi sekarang
telah tiba saat habisnya minyak lentera."
"Cianpwee, apa maksud perkataanmu itu," sahut Kho Beng
dengan perasaan amat terkejut. Kongci Cu tertawa :
"Maksudku sudah amat jelas, aku hampir mati"
"Bukankah locianpwee telah makan obat panjang usia" Mengapa
kau menyinggung soal mati?" Kho Beng sangat keheranan. Kongci
Cu tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh..haaahh..haaahhh..tiada obat yang benar-benar bisa
membuat seseorang tak dapat mati didunia ini, cairan mestika Giok
hu wan ci yang kebetulan kutemukan tak lebih hanya
memperpanjang umurku selama enam puluh tahun, lagipula barusan
aku telah dilukai Ui sik kong dengan serangan yang mematikan"
"Locianpwee benar-benar terluka?" Tanya Kho Beng tercengang.
Kongci Cu tertawa paksa. "Jurus kedua yang kupergunakan tadi merupakan jurus
berbahaya, kalau bukan begitu mana mungkin aku bisa
mengunggulinya." Kemudian setelah berhenti sejenak. dengan suara yang dalam
dan berat dia meneruskan.
"Berbicara sesungguhnya, kepandaian silat yang dimiliki Ui sik
kong telah mencapai tingkatan yang amat sempurna, rasanya tiada
orang kedua dalam dunia persilatan saat ini yang sanggup
menandingi kemampuannya itu"
Kontan saja Kho Beng merasakan hatinya jadi tenggelam, terasa
beratnya bukan kepalang. sambil mengawasi pemuda tersebut, Kongci Cu berkata lagi
sesudah termenung sebentar :
"Anak muda, sekarang marilah kita membicarakan persoalan
antara kita berdua, kau apakah kau sudah mempunyai guru?" Buruburu
Kho Beng menyebut : "Buwi lojin pernah mewariskan ilmu silat kepada boanpwee,
namun tidak mempunyai hubungan sebagai guru dan murid."
Kongci Cu segera bersorak gembira :
"Bagus sekali, bersediakah kau mengangkat diriku sebagai
gurumu?" "Memang inilah yang sangat boanpwee harapkan."
Buru-buru pemuda itu bertekuk lutut dan telah menyembah diri,
katanya pelan : "suhu, silahkan menerima hormatku ini."
Menyusul kemudian dengan sikap yang serius dan hormat dia
melakukan sembilan kali sembahan.
sambil mengelus jenggotnya, Kengci Cu tertawa terbahak-bahak,
katanya kemudian : "Haaahhhaaahhh.hahhh setelah kau mengangkat diriku sebagai
gurumu, berarti kau harus meneruskan cita-citaku."
"Tentu saja, silahkan suhu memberi petunjuk"
"Hutang budiku kapada Ui Thian it belum sempat dibayar,
lagipula aku telah menyanggupi permintaannya untuk melindungi
partai kupu-kupu dari kemusnahan, ini berarti kewajiban serta beban
tersebut sudah jatuh ketanganmu"
Kho Beng jadi serba salah dibuatnya, agak sangsi dia berkata :
"Tapi tecu mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan
mereka, apalagi kaum sesat dan kaum lurus tak mungkin bisa hidup
berdampingan, bagaimana"
"Itu mah soal gampang," kata Kongci Cu sambil tersenyum,
"seperti contohnya tindakanku terhadap Ui sik kong tadi."
sambil mengawasi wajah sianak muda itu lekat-lekat, dia
melanjutkan : "Apakah kau memahami maksudku?"
"Apakah kita wajib menghilangkan sifat sesatnya serta merubah
kejahatannya menjadi perbuatan mulia" Tanya Kho Beng dengan
suara berat. "Itu sih pandangan dan pengharapan yang paling tinggi, tapi aku
rasa mustahil hal semacam ini dapat terlaksana, namun kalau bisa
membuat generasi partai kupu-kupu tetap hidup didalam dunia
persilatan dan menempati sebuah posisi tertentu yang tak berubah
untuk selamanya, itu sudah lebih daripada cukup"
"Tecu mengerti sekarang" kata Kho Beng kemudian sambil
manggut-manggut. Kongci Cu semakin gembira.
"Bagus sekali kalau begitu, dengan demikian biarpun aku
berangkat kealam baka nanti, rasanya dapat pula kuberikan
pertanggung jawab ku kepada saudara Thian it."
setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan : "Tak jauh
dari sini terdapat sebuah goa, mari kita berangkat ketempat itu"
Tak selang berapa saat kemudian, mereka berdua telah duduk
didalam sebuah ruang gua yang sangat luas.
Dengan suara dalam dan berat Kongci Cu segera berkata :
"Dari sini sampai bukit Cian san kira-kira jaraknya mencapai
seratus dua puluh li, bukit ini bernama Bi san dan mungkin
merupakan tempat tinggalku untuk beristirahat untuk selamanya."
"suhu jangan mengucapkan kata-kata macam begitu. Kau orang
tua toh." Kongci Cu tertawa, tukasnya :
"Kalau lahir ada tempatnya, kalau matipun harus ada tempat
juga, segala sesuatunya telah ditakdirkan sebelum kita dilahirkan
didunia, lebih baik tak usah kita singgung kembali masalah ini."
setelah terbatuk sebentar, katanya lebih jauh :
"Yang paling penting sekarang adalah mewariskan ilmu silat
kepadamu, aku pernah menciptakan semacam kepandaian silat,
meskipun belum dapat dibandingkan dengan ketangguhan ilmu silat
dalam kitab pusaka Thian goan bu boh, namun kepandaian ini
memiliki kelebihan lain."
"Kalau ilmu silat yang dimiliki Ui sik kong sudah mencapai tingkat
kesempurnaan sehingga suhu pun bukan bandingannya, buat apa
tecu." "Apakah kau takut bukan tandingan Ui sik kong sehingga tak
berani memikul tanggung jawab ini?" sela Kongci Cu.
"Tecu bukan tidak berani tapi kuatir mengecewakan pesan dari
suhu itu" kata Kho Beng agak tergagap.
Kongci cu segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh.haaahhh..haaahh.tidak usah kuatir, aku dapat
memastikan kalau ilmu silatmu dapat melampaui kemampuan Ui sik
kong" "Kenapa?" Tanya Kho Beng tak habis mengerti.
"Bukankah kau sudah melatih ilmu silat yang tercantum didalam
kitab pusaka Thian goan bu boh?"
Kho Beng segera mengangguk.
"Yaa benar, boanpwee pernah mempelajarinya tapi berhubung
ilmu tersebut belum berhasil kukuasai dengan matang, maka susah
bagiku untuk mewujudkan kedahsyatannya sebagaimana yang
diharapkan dalam catatan ilmu silat tersebut."
"Biarpun aku kurang begitu memahami tentang ilmu silat yang
tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh, namun bila
kepandaianku ini bisa dikombinasikan dengan kepandaian yang
tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh itu, aku percaya
tentu akan menghasilkan kemampuan yang sama sekali diluar
dugaan, bila hal ini berhasil dengan sukses, berarti Ui sik kong tak
nanti sanggup menandinginya lagi."
Kho Beng menjadi sangat gembira, serunya segera :
"Kalau memang demikian, tecu pun tak usah merasa ragu-ragu
atau sangsi lagi" "Lukamu belum sembuh betul, kira-kira masih membutuhkan
waktu selama tiga hari sebelum dapat pulih kembali seperti sedia
kala, ditambah lagi dengan tujuh hari mempelajari ilmu silat berarti
semuanya membutuhkan waktu sepuluh hari, aku percaya sepuluh
hari kemudian kau pasti telah berubah menjadi seorang yang lain."
"Terima kasih atas bimbingan suhu," cepat-cepat Kho Beng
berseru. Kongci Cu menghela napas panjang :
"Aaaaai, biarpun jangka waktu sepuluh hari tidak terhitung
panjang, namun cukup menimbulkan banyak perubahan dan
Kejadian, mungkin juga."
Ia tidak melanjutkan perkataan itu, setelah menghela napas ,
desahan suara dalam dan berat dia tutup mulut rapat-rapat. Kho
Beng menjadi sangat risau, katanya cepat :
"Kekalahan yang diderita Ui sik kong ditangan suhu mungkin
akan memancing berkobarnya sifat buas orang tersebut, seandainya
dia sampai melakukan tindakan untuk menyerbu berbagai partai
didalam dunia persilatan, mungkin banjir darah akan melanda
manusia dan mayat bergelimpangan memenuhi bumi, entah
bagaimana nasib dari dunia persilatan selanjutnya?"
"Ya a, kemungkinan tersebut memang ada tapi semuanya
terserah bagaimana kehendak tadir nanti, bila memang sudah
ditakdirkan untuk mengalami Kejadian seperti ini, apalagi yang dapat
kita katakana?" Kho Beng menundukkan kepalanya dan tidak berbicara. Kongci
Cu menghela napas panjang, kembali ujarnya :
"Anak muda, sekarang berbaringlah baik-baik untuk melepaskan
lelah, aku tak punya obat mestika yang lain untukmu lagi."
"suhu, yang paling penting kau harus mengobati luka yang kau
derita lebih dulu." sambil tertawa getir, Kongci Cu menggeleng :
"Yang kuminta kepadamu untuk diperhatikan adalah keselamatan
dari seluruh dunia persilatan serta bagaimana menghindarkan partai
kupu-kupu dari kemusnahan, masalah yang lain tidak usah kau
campuri" Terpaksa Kho Beng mengiakan dan menurut saja, membaringkan
diri untuk beristirahat. Melihat Kho Beng telah memejamkan matanya, Kongci Cu segera
menjatuhkan diri duduk bersila dan memejamkan mata pula untuk
mengatur pernapasan. Dalam waktu singkat, ruangan gua yang lebar pun pulih kembali
dalam keheningan yang mencekam.
ooo)00000(ooo Fajar baru saja menyingsing, matahari pagi yang cerah menyinari
lembah hati Buddha. saat itu yang mendapat tugas untuk menjaga mulut lembah
adalah Molim, Mokim,Rumang serta Hapukim.
Memandang sinar surya yang baru terbit, tiba-tiba rumang
menghela napas sambil menggerutu :
"Kita betul-betul ketimpa sial tujuh turunan"
"Ya a betul" Hapukim menyambung, "kita datang gara-gara kitab
pusaka Thian goan bu boh, tak dinyana bukan saja pusaka tersebut
tak berhasil didapatkan, sebaliknya nyawa sendiri pun nyaris dibuat
tanggungan" "Walaupun sekarang kita belum kehilangan nyawa," ucap
Rumang lagi, "namun jalan darah kita telah ditotok oleh si pelajar
rudin Ho Heng dengan ilmu memotong nadi menyumbat jalan darah,
seandainya Kho Beng si bocah keparat itu tak pernah kembali lagi,
bukankah riwayat kita pun akan berakhir disini, mati secara konyol?"
"Aaaaai.inilah yang dinamakan nasib, apa lagi yang bisa kita
perbuat selain pasrah?" kata Molim sambil menghela napas.
"sudah beberapa hari lamanya kita tak mendapat kabar, bila Kho
Beng si bocah keparat itu betul-betul mampus, bukankah kita.."
"ssssst. .jangan berisik," mendadak Molim memperingatkan,
"Ketiga orang she Kim itu datang"
Tampak tiga bersaudara Kim muncul dari balik lembah dan
menuju kearah mereka dengan langkah lebar.
Bersambung ke jilid -36 Jilid 36 Sambil maju menyongsong Molim segera menyapa : "Selamat
pagi tiga bersaudara Kim"
"Selamat pagi" sahut Kim lotoa seraya menjura. Dengan nada
menyelidik Molim bertanya lagi :
"Mengapa sampai kini cukong belum mengirim berita" Kami
berempat benar-benar telah rindu kepadanya."
Mendengar perkataan itu Kim loji segera tertawa.
"Aku rasa kalian bukan sungguh-sungguh kangen pada Kho
sauhiap, tapi kuatir tak ada orang yang akan mengurutkan kalian,
bukan?" jengeknya setengah menyindir. Kontan saja merah padam
selembar wajah Molim, buru-buru dia berseru : "Aaaah, Kim Ji hiap
memang suka bergurau"
Kim lotoa segera menyambung :
"Barusan Ho cianpwee telah bilang, apabila Kho sauhiap tak bisa
kembali tepat pada waktunya, maka dialah yang akan menggantikan
sauhiap untuk mengurutkan nadi- nadi kalian"
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar Kim
Losam berseru : "Sssst.ada orang datang"
Dengan cepat semua orang berpaling, terlihatlah ada dua sosok
bayangan kuning muncul dari kejauhan sana dan bergerak mendekat
dengan kecepatan tinggi. Kim losam yang bermain tajam kembali
berseru cepat : "ooooh yang datang adalah dua orang hwesio"
Gerakan tubuh si pendatang tersebut cepat sekali, tak lama
kemudian mereka telah tiba dimulut lembah.
"Ternyata mereka berdua adalah dua orang pendeta yang telah
berusia lanjut." Kim lotoa segera maju menghampirinya, ia menegur
sambil memberi hormat , "Locianpwee berdua berasal dari mana?"
Pendeta tua yang berjalan paling duluan segera berseru memuji
keagungan sang Buddha. "omitohud, aku adalah Phu sian dari siau lim si."
Tiga bersaudara Kim menjadi sangat terperanjat, sebab mereka
tak pernah menyangka kalau pendeta tua yang berada
dihadapannya sekarang dalah ketua siau limpay.
Mungkin disebabkan harus menempuh perjalanan cepat, saat itu
wajah maupun pakaian Phu sian sangjin serta Hwee cuncu kotor
oleh debu, keadaannya sedikit agak mengenaskan.
sesungguhnya peristiwa ini memang suatu kejadian yang luar
biasa, bayangkan saja pendeta tua itu tak lain adalah ketua siau
limpay yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dan terhormat,
namun nyatanya dia justru mendatangi lembah hati Buddha.
Boleh dibilang pada hakikatnya tiga bersaudara Kim tak pernah
menyangka akan hal tersebut.
Buru-buru Kim lotoa memberi hormat, lalu sapanya :
"ooooh, kiranya lo siansu yang datang berkunjung, maaf kalau
boanpwee kurang hormat."
"omotohud, apakah kalian bertiga adalah tiga bersaudara Kim?"
Tanya Phu sian sangjin sambil balas memberi hormat.
Tiga bersaudara Kim merasa sangat gembira walaupun mereka
belum pernah berjumpa muka dengan ketua siau limpay ini, namun
dalam sekilas pandangan saja ketua siau limpay ini bisa menduga


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

identitas mereka yang sebenarnya, tentu saja kejadian ini sangat
menggembirakan hati mereka semua. Buru-buru Kim bersaudara
menyahut hampir berbareng : "Boanpwee sekalianlah yang
dimaksud, entah losiansu.."
"Aku dengar Bu wi lojin bersama pendeta suci sekalian berkumpul
ditempat ini, apakah berita itu benar?"
"Benar" sahut Kim lotoa cepat. "Malah Ho locianpwee, ketua dari
delapan rudinpun berada disini juga"
Phu sian sangjin segera bersorak gembira.
"Aku ingin cepat-cepat bertemu dengan mereka bertiga, apakah
Kim sicu bersedia menghantar?"
Cepat-cepat Kim lotoa menyingkir kesamping, sahutnya :
"Mereka tiga orang tua berada didalam lembah, silahkan masuk
Pendekar Latah 25 Pedang Kilat Membasmi Iblis Karya Kho Ping Hoo Pedang Pembunuh Naga 15
^