Pencarian

Kedele Maut 3

Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 3


bungkuk telah sakit keras dan melarang siapapun datang
mengganggunya. Pada keesokan harinya tahu-tahu suhu
memerintahkan orang untuk menyiapkan petimati.
Aaaaai"..sungguh tak disangka Thio bungkuk telah dikebumukan
pagi hari ketika itu juga, menurut suhu Thio bungkuk
menghembuskan napas terakhir ditengah malam dan suhu sendiri yg
memasukkan jenasahnya kedalam peti mati."
"Tatkala jenasah Thio suhu dimasukkan kedalam peti mati, selain
ciangbunjin, adakah orang kedua yg turut menyaksikan?"
"Menurut apa yg kuketahui, disaat Thio bungkuk
menghembuskan napas terakhir, tiada rang kedua yg tahu."
"Kapan pula Bok sian tianglo dari Siau lim si meninggalkan
tempat ini?" tanya Kho Beng lagi.
"Dipagi hari saat suhu mengumumkan kematian dari Thio
bungkuk." Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba dia berseru lagi dg
perasaan terkejut bercampur keheranan:
"Saudara Kho, apakah kau menaruh curiga kalau sebab kematian
Thio bungkuk mencurigakan dan suhu kau curigai terlibat dalam
peristiwa ini"."
Kontan saja Kho Beng tertawa dingin:
"He".he".he".menurut pendapatmu benarkah suhu bungkuk
meninggal karena terserang penyakit?"
Nyoo To li menghela napas panjang:
"Aaaai....cuaca dilangitpun susah diduga, apalagi nasib manusia,
siapakah yg bisa menjamin seorang manusia tetap sehat walafiat
sepanjang masa?" Kho Beng mendengus dingin:
"Hmmm....suatu jawaban yg sangat bagus tapi sayang belum
bisa melepaskan kecurigaanku terhadap gurumu sebagai pembunuh
dari Thio suhu." "Saudara Kho!" Nyoo To li berseru dg nada tercengang, "Kenapa
kau berpendapat demikian" Dihari-hari biasa suhu selalu menaruh
sikap hormat kepadanya, mana mungkin beliau berniat
membunuhnya?" "Murid membelai gurunya, hal ini memang lumrah dan tak aneh."
Kata Kho Beng sambil tertawa dingin, "Tapi hati manusia sukar
diduga, tiada anginpun bisa timbul masalah, siapa yg bisa menjamin
kelak hubungan antara gurumu dg Thio suhu disamping rasa setia
kawan, masih terselip pula hubungan lain?"
Sementara Nyoo To li masih dibuat termangu-mangu, Kho Beng
telah berkata lebih jauh:
"Terima kasih banyak atas pemberitahuan saudara Nyoo pada
malam ini, kini ari sudah larut malam, biar siaute mohon diri lebih
dulu!" Selesai berkata dia segera menjura dan berjalan keluar dari balik
hutan. Jilid 06 Buru-buru Nyoo To li membalikkan badan seraya berseru:
"Saudara Kho, selanjutnya kau hendak kemana?"
Tanpa berpaling sahut Kho Beng:
"Langit sangat luas, dimanapun aku pergi disitulah aku menuju,
tolong sampaikan kepada gurumu, Kho Beng akan berkunjung dulu
ke Siau lim si, tiga bulan kemudian aku pasti akan berkunjung lagi
kemari, pokoknya sebelum persoalan ini berhasil kuselidiki hingga
tuntas, aku tak akan berdiam diri saja!"
Selesai berkata dia segera mempercepat langkah mengitari pagar
pekarangan dan segera melesat turun kebawah bukit.
Apakah Kho Beng benar-benar hendak berangkat ke Siau lim si"
Benar, tapi bukan sekarang.
Saat ini dia sedang melaksanakan siasatnya dg sengaja
melepaskan tabir untuk menyembunyikan jejak sendiri.
Begitu sampai dibawah bukit, dia segera mencari rumah makan
untuk mengisi perut, kemudian dg memanfaatkan kegelapan malam
dia balik kembali keatas bukit.
Kali ini dia meninggalkan jalan gunung yg lebar dan
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya yg sempurna, ia bergerak
diantara semak belukar yg rimbun, dg gerakan yg sagat berhati-hati
dia bergerak menuju ke perkampungan Cui wi san.
Cerita tentang kematian si Unta sakti berpunggung baja
menimbulkan pelbagai kecurigaan dalam hati Kho Beng, dia sadar
dibalik peristiwa tersebut tentu terdapat hal-hal yg tidak beres.
Ia belum dapat menduga tenaga dalam siapakah diantara ketua
Sam goan bun dg Thio bungkuk yg lebih tinggi, karenanya semula
dia cuma menaruh kecurigaan saja terhadap ciangbunjin dari Sam
goan bun tersebut. Sebab dia berpendapat bahwa dg kemampuan seorang ketua
sam goan bun, rasanya tidak besar kesempatan baginya untuk
berhasil membinasakan si Unta sakti berpungung baja yg
mempunyai nama amat termasyur didalam dunia persilatan.
Tapi setelah mendengar keterangan dari Nyoo To li, anggota
perguruan Sam goan bun itu, Kho Beng merasa bahwa apa yg
dicurigai sudah hampir mendekati kenyataan.
Sebab bila ia ditambah dg kemampuan Bok sian tianglo seorang
jago lihay dari Siau lim si, maka kemungkinan berhasil didalam
usaha pembunuhan itu menjadi bertambah besar.
Yg menjadi persoalan sekarang tinggal siapakah pembunuh
utama dan siapakah pembantunya diantara Bok sian tianglo dg
ketua Sam goan bun itu. Bintang dan rembulan bersinar cerah, meskipn sudah malam
namun waktunya masih dini.
Dg hapal sekali Kho Beng menelusuri jalan setapak menuju
kebelakang perkampungan, kemudian melompat keatas dan
menyembunyikan diri diatas sebatang pohon besar, dari situlah dia
mengintip keadaan dalam gedung.
Tampak olehnya dapur dalam gedung dimana selama banyak
tahun ia pernah berdiam, kini bermandikan cahaya lentera, banyak
orang nampak berlalu lalang disitu. Jelas, saat ini masih belum
saatnya untuk melakukan penyelidikan.
Diam-diam Kho Beng duduk diatas dahan pohon sambil menanti,
mendadak teringat olehnya akan seseorang yg dirasakan penting
dalam usahanya melakukan penyelidikan kali ini, agaknya ia teringat
dg selembar wajah gemuk yg merah segar.
Sambil bertepuk tangan pelan, diam-diam serunya:
"Ya betul! Aku harus mencari sigemuk Oh, meskipun suhu
bungkuk jarang berbicara dan bergurau dg orang lain, tapi dia cocok
sekali dg sikoki ini, seringkali mereka duduk menum arak sambil
berbincang bincang. Disamping itu, kamar tidur sigemuk Oh persis
terletak disebelah kamar tidur suhu bungkuk, siapa tahu dia
mengetahui sedikit banyak tentang latar belakang peristiwa
tersebut...." Ketika keputusan diambil, waktu sudah menunjukkan kentongan
pertama, lambat laun sinar lentera dalam gedung itupun mulai
redup. Kho Beng segera menghimpun tenaga dalamnya sambil melejit
naik keatas wuwungan rumah, dari situ dia menyusup masuk
kedalam gedung dekat dapur.
Saat itu sinar lentera didalam dapur telah padam, suasana
disekeliling sana amat hening dan tak nampak sesosok bayangan
manusiapun, tapi dibalik jendela kamar sigemuk Oh terlihatlah sinar
lentera masih menerangi ruangan, jelas dia belum tidur.
Dg suatu gerakan ringan Kho Beng mendekati pintu,
mendorongnya, menyelinap masuk kemudian merapatkan kembali
pintu kamarnya. Tampak sigemuk Oh sedang duduk seorang diri sambil minum
arak, diatas meja telah dihidangkan dua tiga macam sayur.
Ketika melihat Kho Beng menyerbu masuk kedalam ruangan
secara tiba-tiba, ia sama sekali tidak nampak terkejut atau
keheranan malah sambil tertawa serunya:
"Baru setengah tahun tak bersua, nampaknya kau sudah berubah
seperti orang lain, ehm..tampaknya memang memperoleh kemajuan
amat pesat...." Penampilan seperti ini sudah barang tentu sangat
mencengangkan Kho beng, dia jadi tertegun dan serunya
keheranan: "Oh suhu, nampaknya kau seperti telah menduga kalau aku bakal
datang kemari?" Sigemuk Oh segera manggut-manggut, sahutnya sambil tertawa:
"Cuma aku tak menyangka kedatanganmu begitu awal, nah
silahkan duduk, sayur dan arak telah kupersiapkan, mari kita
bersantap sambil berbincang-bincang."
"Tidak!" tampik Kho Beng dg perasaan sangat tegang, "Oh suhu,
walaupun aku pernah menjadi seorang pembantu dari Sam goan
bun, tapi sekarang telah berubah menjadi duri dalam daging bagi
ciangbunjin, karenanya aku tak berani berdiam terlalu lama, aku
hanya ingin bertanya tentang sesuatu."
Sigemuk Oh meneguk araknya secawan kemudian balik bertanya:
"Apakah dikarenakan persoalan sibungkuk?"
Air mata segera jatuh berlinang membasahi wajah Kho Beng,
ujarnya dg sedih: "Oh suhu, kalau toh kau telah memahami maksud kedatanganku,
tolong beritahukanlah kepadaku keadaan yg sebenarnya,
sesungguhnya apa yg menyebabkan kematian suhu bungkuk?"
Oh gemuk segera menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Dalam soal ini aku sigemuk pun kurang jelas, tapi sibungkuk
memang meninggalkan pesan agar kusampaikan kepadamu."
"Apa pesannya?" buru-buru Kho Beng bertanya dg semangat
berkobar kembali. Oh gemuk menyumpit sebuah daging dan dikunyahnya lebih
dulu, setelah ditelan ia baru berkata:
"Dia menyuruh aku bertanya dulu kepadamu, dalam bidang ilmu
silat, apakah kau telah berhasil mencapai apa yg diharapkan?"
Kho Beng manggut-manggut:
"Beruntung sekali aku dapat memenuhi pengharapan suhu
bungkuk, itulah sebabnya aku baru berani pulang untuk menjenguk
dia orang tua, sungguh tak disangka dia telah berpulang kealam
baka...." Ia tak dapat menahan rasa sedihnya lagi sehingga air matanya
jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Dg nada serius Oh gemuk segera berseru:
"Lote, sekarang bukan saat bagimu untuk menangis, kalau toh
kau mengatakan tidak menyia-nyiakan harapan sibungkuk, coba
tunjukkan dulu kemampuanmu itu dihadapan aku sigemuk."
Berbicara sampai disitu, dia segera mengeluarkan sebuah batu
sebesar telur ayam yg diletakkan diatas meja sambil katanya:
"Inilah cara mencoba kepandaianmu yg dipesankan sibungkuk,
sekarang remas dulu batu itu sampai hancur!"
Dg termangu-mangu Kho Beng menerima batu tadi kemudian
mengerahkan tenaga dalamnya ketelapak tangannya, sekali pencet
batu tersebut segera hancur menjadi bubuk dan berserakan lewat
celah-celah jari tangannya.
Melihat keberhasilan pemuda tersebut, Oh gemuk segera
manggut-manggut, kemudian sambil menunding kearah lilin yg
berada dimeja, ia berkata lagi:
"Sekarang coba kau papas kutung separuh batang lilin ini
menjadi enam potong, tapi hal ini harus kau lakukan dalam sekali
gerakan, lagipula setiap potong harus mempunyai panjang yg sama.
Bila kutungan lilin tersebut tak sampai ambruk dari tumpukannya,
hal tersebut baru dianggap berhasil!"
Kho Beng menjadi tertegun.
"Memotong lilin tanpa roboh serta mempunyai kepandaian yg
sama tidak terlalu sulit untuk kukerjakan, tapi mana mungkin dalam
sekali tebasan pedang lilin tersebut dapat dipapas menjadi enam
potongan?" "Sibungkuk telah berpesan, cara ini bukan saja menguji
kepandaian silatmu, juga menguji kecerdasan otakmu, bila kau tidak
lulus maka pesannya tak boleh disampaikan kepadamu, pesan
tersebut baru dapat kusampaikan apabila hal mana sudah kau
pahami." Kho Beng menjadi terbungkam dalam seribu bahasa, dia tahu
kata-kata yg dirahasiakan sigemuk pasti mempunyai arti penting dg
dirinya, tapi bagaimana mungkin dia dapat memapas kutung
separuh batang lilin menjadi enam bagian dalam sekali tebasan saja"
Dalam lamunannya mendadak dia teringat kembali dg catatan
ilmu silat pemberian Thio bungkuk tempo hari, diantaranya
tercantum sebuah jurus pedang dari Hoa san pay yg disebut "Angin
puyuh menggulung debu", gerakan pedang itu didasari pada
gerakan berputar, apabila pedangnya tidak ditarik, tubuhnya
memang akan berputar sebanyak enam kali, bukankah gerakan
tersebut cocok sekali dg sekali tebasan enam kali memapas"
Berpikir sampai disitu, dia tak berani membuang waktu lagi,
pedangnya segera diloloskan dari sarungnya, kemudian setelah
memusatkan seluruh perhatiannya, dia himpun hawa murninya
kedalam pedang dan pedangnya langsung dibabat kearah separuh
batang lilin itu diiringi perputaran badan.
Tampak cahaya tajam berkilauan, dalam waktu singkat Kho Beng
telah menarik pedangnya, lalu sambil menyarungkan kembali
pedangnya, ia berkata: "Silahkan Oh suhu memeriksanya."
Lilin itu nampak masih tetap utuh seperti sedia kala dan sama
sekali tidak kelihatan cacad.
Sambil melototkan matanya lebar-lebar, sigemuk Oh mengangkat
lilin tersebut pada bagian paling ujung, ternyata bagian tersebut
sudah terpapas kutung. Demikian seterusnya, ternyata lilin tadi memang terbagi menjadi
enam potong dg panjang yg sama, hal ini menandakan kalau
permainan pedang pemuda tersebut memang sudah amat mantap.
Si gemuk Oh segera bersorak memuji:
"Suatu kepandaian yg sangat hebat lote, meskipun aku sigemuk
belum pernah belajar silat, namun jarang sekali kujumpai kehebatan
seperti ini, kau memang sangat hebat"."
Padahal Kho Beng sendiripun tidak terlalu yakin dg kemampuan
sendiri, kini dia baru dapat menghembuskan napas lega, buru-buru
katanya: "Oh suhu, semua syarat telah berhasil kulaksanakan, sekarang
tolong sampaikan pesan terakhir dari dia orang tua."
Sigemuk Oh segera manggut-manggut:
"Sibungkuk berpesan : Jika kedua ujian tersebut berhasil kau
atasi, silahkan datang kekuburannya untuk bersembahyang."
Kho Beng menjadi tertegun.
"Siang tadi aku telah berjiarah kesitu!" serunya.
"Tak ada salahnya kau berjiarah sekali lagi, jika menemukan
sesuatu pergilah ke pohon siong ketiga disisi kiri kuburan, disana
akan kau temukan barang yg dibutuhkan."
"Hanya perkataan ini saja?" tanya Kho Beng tercengang.
Sekali lagi sigemuk Oh manggut-manggut:
"Yaa, hanya kata-kata itu, sekarang semua pesan sibungkuk telah
kusampaikan kepadamu, mumpung waktu sudah larut dan orang lain
belum menyadari akan kehadiranmu pergilah kesana dg cepat."


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kho Beng memang ingin secepatnya mengetahui benda apakah
yg berada dibawah pohon ketiga disisi kiri kuburan, tentu saja
diapun tak ingin berdiam terlalu lama disitu sambil menjura segera
ujarnya: "Terima kasih banyak atas bantuanmu, budi kebaikan ini pasti
akan kubalas dikemudian hari."
Selesai berkata, dia segera membalikkan badan dan membuka
pintu, kemudian setelah celingukan sekejap kesekeliling sana, dg
suatu gerakan cepat tubuhnya melesat pergi meninggalkan tempat
itu. Suasana tengah halaman gedung amat sepi, Kho beng berhasil
keluar dari dinding pekarangan tanpa menjumpai kesulitan apa-apa.
Setelah masuk kedalam hutan, sesuai dg petunjuk dia menuju
kepohon siong ketiga disisi kiri kuburan dan melompat naik keatas,
tapi setelah diperiksa sekejap dia menjadi tertegun.
Apakah diatas pohon tak ada barangnya" Bukan, barang tersebut
memang berada disana, tapi jenisnya sama sekali diluar dugaan Kho
Beng, sebab benda itu ternyata tak lain adalah sebuah sekop bulat.
Selain sekop bulat, disana tidak ditemukan benda lain.
Kho Beng menjadi kecewa sekali, pada mulanya dia mengira
benda yg disembunyikan si Unta sakti berpunggung baja diatas
pohon itu meski tiada hubungan dg asal usulnya paling tidak
menyangkut sebab-sebab kematiannya. Sungguh tak disangka
ternyata benda itu adalah sebuah benda yg sama sekali tak ada
sangkut pautnya dg masalah tersebut.
Lalu sekop bulat yg karat ini melambangkan apa"
Mungkinkah sigemuk Oh sedang bergurau dgnya"
Kho Beng merasa sangat curiga, tapi setelah dipikirkan lebih
jauh, dia merasa tak mungkin sigemuk Oh sengaja bergurau dgnya,
mengingat persoalan ini menyangkut suatu masalah yg besar.
Lagipula ditinjau dari wataknya sehari-hari biasa yg terbuka dan
polos, tak mungkin dia sengaja menyiapkan rencana busuk untuk
menjebaknya. Kho Beng segera mencabut keluar sekop bulat itu, lalu dalam
keadaan bimbang dia melayang turun kembali kebawah pohon.
Dalam keadaan begini tanpa terasa dia teringat kembali dg pesan
kedua si gemuk Oh: "....tak ada salah kau berjiarah kepusara tersebut, bila
menemukan sesuatu..."
Berpikir sampai disitu, dia segera menggelengkan kepalanya
sambil menghela napas panjang, pikirnya:
"Bila menemukan sesuatu, apakah benda yg kubutuhkan adalah
sekop bulat ini" Apakah Thio bungkuk menyuruh aku menggali
kuburan da merampok isi peti mati" Benar-benar suatu kejadian yg
membingungkan hati!"
Sambil berpikir Kho Beng mundur terus hingga didepan kuburan,
dia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu,
namun kuburan itu masih utuh seperti sedia kala, bentuknya tak
berbeda seperti apa yg dilihatnya siang tadi.
Memandang pusara yg sendu tanpa terasa pemuda itu teringat
kembali dg pengalaman hidupnya selama ini, bagaimanapun juga
mereka telah hidup bersama hampir delapan belas tahun lamanya.
Kini memandang gundukan tanah yg sepi, rasa sedih tiba-tiba
menyelimuti perasaannya, dia segera berlutut dan diam-diam
berkata: "Cianpwee, bila kau benar-benar mati dibunuh, mati lantaran
urusanku, beristirahatlah dg tenang, aku bersumpah akan
membalaskan dendam bagi kematianmu, akan kugusur pembunuh
tersebut dan membunuhnya dihadapan pusaramu...."
Baru selesai dia berdoa, mendadak berkilat sepasang mata Kho
Beng, dia seperti telah menemukan sesuatu.
Apa yg dijumpanya ternyata tulisan Unta sakti berpunggung baja
diatas batu nisan itu mirip sekali dg gaya tulisan sibungkuk sendiri.
Penemuan yg sama sekali tak terduga ini bukan saja membuat
Kho Beng terperanjat, bahkan semakin menambah perasaan
bingungnya. Mana mungkin ada orang mati yg bisa mengukir batu nisan
sendiri, jelas hal ini tak mungkin terjadi.
Menurut pengakuan Nyoo To li, jenasah Thio bungkuk dikubur
sendiri oleh ketua Sam goan bun, ini berarti tulisan diatas batu nisan
tersebut seharusnya merupakan tulisan dari ketua Sam goan bun,
tapi mungkinkah gaya tulisan dari ketua Sam goan bun mirip sekali
dg gaya tulisan Thio bungkuk"
Atau mungkinkah dia telah salah melihat"
Cepat-cepat Kho Beng memburu kedepan dan mengamati gaya
tulisan diatas batu nisan itu lebih seksama, makin dipandang dia
merasa tulisan itu makin mirip dg gaya tulisan Thio bungkuk.
Dalam sekejap mata Kho Beng segera teringat kemabli dg sekop
bulat yg berada disisinya, dg cepat hatinya bergetar keras, segera
pikirnya: "Dia bilang kalau ditemukan sesuatu, benda yg kau butuhkan
berada diatas pohon siong ketiga disisi kiri kuburan....yaa benar,
kalau begitu dia orang tua telah memutuskan agar aku menggali
kuburan ini untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenasahnya!"
Sekarang dia baru merasa mustahil ada orang mati yg
menyiapkan batu nisannya sendiri, satu-satunya dugaan yg masuk
diakal adalah si Unta sakti berpunggung baja telah menduga akan
kematiannya, maka menyiapkan batu nisan lebih dulu dan secara
diam-diam berpesan kepada Oh gemuk untuk menyiapkan sekop
bulat ditempat yg telah ditunjuk....
Jelas sudah semua persiapan yg dilakukan secara cermat dan
rahasia ini disamping untuk menyelamatkan jiwa Oh gemuk, selain
itu juga merupakan petunjuk yg kuat bahwa asal kuburan itu
dibongkar maka siapa pembunuh dia orang tua yg sebenarnya akan
segera terbongkar. Bahkan bisa jadi teka teki sekitar asal usulnya juga akan
diperoleh jawaban dari dalam peti mati itu....
Makin berpikir Kho Beng merasa hatinya semakin tegang, dia
segera bangkit berdiri, menyambar sekop dan m ulai mencangkuli
kuburan tersebut. Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seseorang membentak keras
dari dalam hutan. " Manusia keparat! Besar amat nyalimu, malam-malam begini
berani datang bongkar kuburan, Hmmm! Cepat hentikan
perbuatanmu itu!" Menyusul suara bentakan itu, tampak belasan sosok manusia
bermunculan dari balik hutan, semuanya bersenjata pedang dan
secepatnya menerjang kedepan kuburan melakukan pengepungan.
Dg perasaan terkesiap, Kho Beng membuang sekopnya sambil
meloloskan pedang, tapi apa yg kemudian terlihat membuat paras
mukanya berubah hebat. Ternyata kawanan manusia tersebut bukan lain adalah anggota
perguruan Sam goan bun sedang sebagai pemimpinnya tak lain
adalah ketuanya sendiri, Sun Thian hong.
Begitu bersua dg Sun Thia hong, hawa amarah Kho Beng segera
berkobar kembali, serunya sambil tertawa dingin:
"Ciangbunjin, tajam benar kabar beritamu."
Dg wajah dingin kaku bagaikan salju, Sun Thian hong
membentak keras: "Bocah keparat, sudah berulang kali kuperingatkan kepadamu,
jangan mencoba-coba datang lagi keperkampungan Cui wi san ceng,
tak nyana kau begitu berani datang menyatroni kami, bahkan
berniat untuk menggali kuburan....hmmm!"
"He....he....he.....boleh aku bertanya kepada ciangbunjin, apakah
bukit ini milik pribadimu?" jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh dg
suara ketus: "Pokoknya, asal Kho Beng tidak melangkah masuk kedalam
perkampungan Cui wi san ceng, rasanya aku toh belum sampai
melanggar janjiku terhadap ciangbunjin?"
Dg penuh kegusaran, ketua Sam goan bun berseru:
"Tajam betul selembar mulutmu! Aku tak mengira kau adalah
seorang manusia yg tak kenal budi, air susu dibalas dg air tuba....."
"Tutup mulut!" dg kening berkerut Kho Beng membentak nyaring,
"Aku Kho Beng adalah seorang lelaki sejati, siapa menanam pohon
kebaikan akan ku balas dg kebajikan, siapa menanam pohon
kejahatan akan kubayar pula dg uah kejahatan. Tapi kau mesti tahu,
usahaku membongkar kuburan malam ini tak ada sangkut pautnya
dg budi dan dendam, harap ciangbunjin jangan mencampur
baurkannya menjadi satu masalah yg sama...."
Dg suara menyeramkan ketus, Sun Thian hong tertawa keras:
"Bagus"bagus sekali, kalau toh kau sudah tahu budi harus
dibalas dg budi, mengapa kau berniat membongkar kuburan" Kau
toh tahu, siapa yg telah mati dia yg harus dihormati, apalagi setelah
masuk ketanah, sudah sepantasnya diberi kedamaian dan
ketentraman, apalagi Thio bungkuk mempunyai budi kepadamu"."
Kho beng segera tertawa bergelak:
"Ha"ha".ha".perkataan ciangbunjin kali ini memang sangat
tepat, justru karena aku tak rela si bungkuk cianpwee mati
penasaran diakhirat sehingga tak bisa beristirahat dg mata meram,
maka aku telah bersiap-siap akan membongkar kuburan serta
memeriksa jenasahnya."
Mendadak nada pembicaraan ketua Sam goan bun itu berubah
menjadi dingin menyeramkan, serunya :
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bungkuk mati karena
terserang penyakit gawat, apalagi yg hendak kau periksa?"
"Hmmm, siapa yg berani menjamin akan kebenaran hal ini?"
jengek pemuda itu dingin.
"Toh aku yg mengetakan si bungkuk mati karena sakit, tentu saja
aku berani menjamin," jawab Sun Thian hong marah.
"Tapi siapa pula yg berani menjamin kebenaran dari perkataan
ciangbunjin?" jengek Kho Beng lagi sambil tertawa dingin.
Sun Thian hong segera berkerut kening, dg mata melotot besar
karena marah ia membentak:
"Oooh, jadi kau anggap sibungkuk mati dibunuh dan akulah
sipembunuhnya?" "Tidak berani, sebelum melakukan pemeriksaan, Kho Beng tak
berani mencurigai siapa saja, tapi tak bisa pula menghilangkan rasa
curigaku terhadap setiap orang."
Mendadak Sun Thian hong mendongakkan kepalanya lalu tertawa
tergelak, ditundingnya Kho Beng dg ujung pedang, lalu serunya:
"Bagus sekali Kho Beng, beranikah kau bertaruh dgku?"
"Bagaimana bertaruhnya?" sahut Kho Beng, meski agak tertegun
didalam hatinya. "Mari kita bongkar kuburan it, jika keadaannya sesuai dg apa yg
kau curigai, saat itu juga aku akan menggorok leher untuk bunuh
diri, tapi kalau tak sesuai dg apa yg kau duga, maka kau harus
mendirikan gubuk disini dan hidup mengasingkan diri selama tiga
puluh tahun tanpa boleh meninggalkan tempat ini selangkah pun.
Beranikah kau menerima tantanganku ini?"
Orang bilang: Jika seseorang telah melakukan kejahatan, maka
dia pasti ragu da cemas dalam setiap perkataan maupun tindakan,
tapi perkataan Sun Thian hong sekarang diucapkan secara gagah
dan tegas, tentu saja hal ini membuat Kho Beng menjadi tertegun.
Tanpa terasa pandangannya semula mulai goyah, dia mulai ragu
dg penilaian sendiri, tapi sebagai pemuda cerdik, setelah termenung
sebentar ia segera menggeleng:
"Maaf jika Kho Beng tiada kegembiraan untuk melayani
taruhanmu itu?" Sun Thian hong segera tertawa mengejek, tukasnya :
"Aku tahu kau tak berani menerima taruhanku ini karena kau
belum mempunyai keyakinan, nah sekarang kuperingatkan
kepadamu untuk terakhir kalinya, segera tinggalkan tempat ini
daripada mendatangkan maut bagi diri sendiri!"
Dg dingin Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Maaf kalau aku tak bisa menuruti keinginanmu, aku telah
bertekad akan membongkar kuburan tersebut, sekalipun ada
ancaman seperti apapun, tekadku ini tak akan berubah."
"Kho Beng!" bentak Sun Thian hong sambil melotot, " Kau harus
tahu, kesabaran orang ada batasnya?"
Setelah ciangbunjin dari Sam goan bun ini berulang kali berusaha
menghalangi niatnya, kepercayaan Kho Beng yg semula mulai goyah
kini menjadi mantap kembali.
Mendengar perkataan tersebut, ia segera menjawab dg suara
dingin: "Kho Beng pun hendak memperingatkan kepada ciangbunjin, bila
ciangbunjin merasa tak pernah melakukan kesalahan, seharusnya
kau tidak menghalangi niatku untuk membongkar kuburan."
"Aku tak bisa membiarkan kau berbuat semena-mena." Kembali
Sun Thian hong membentak keras, " Aku tak tega menyaksikan
sahabatku selama puluhan tahun yg telah mati ternyata tak bisa
peroleh ketenangan diakhir hayatnya, bahkan setelah dikuburpun,
kuburannya masih dibongkar orang...."
Dg angkuh Kho beng segera bangkit berdiri, kemudian serunya:
"Ciangbunjin tak usah banyak bicara lagi, pokoknya segala
sesuatunya biar aku seorang yg menanggung."
Agaknya kesabaran Sun Thian hong pun telah mencapai
puncaknya, dg mata mendelik karena marah, dia berseru penuh
nada menyeramkan. "Jadi kau memaksa akan bertarung melawanku?"
Kho Beng tertawa seram. "Bila keadaan memang menghendaki demikian dan bagi Kho
Beng tiada pilihan lain, terpaksa aku akan pertaruhkan selembar
jiwaku untuk menghadapi ancaman macam apapun."
Dg pedang terhunus Sun Thian hong maju dua langkah kedepan,
kemudian serunya: "Bagus, bagus sekali, wahai Kho Beng asal kau sanggup
melampaui diriku, segala sesuatunya terserah kehendakmu sendiri!"
Selesai berkata ia segera melintangkan pedangnya sambil bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan yg tidak diinginkan.
Menyaksikan hal tersebut, Kho Beng segera menjura seraya
berkata: "Sudah lama Kho Beng mengagumi kelihayan ilmu pedang Sam
goan kiam hoat, beruntung sekali aku bisa peroleh petunjuk
langsung pada hari ini sehingga tidak menyia-nyiakan serih payahku
selama setengah tahun. Ciangbunjin sebagai angkatan lebih tua
silahkan turun tangan lebih dulu!"
Sun Thian hong tidak malu menjadi seorang ketua dari suatu
perguruan, menghadapi pertarungan yg segera berkobar ternyata ia
tak nampak gusar atau mendongkol, tidak panik ataupun gelisah,
sikapnya kelihatan sangat tenang dan penuh kemantapan, tak malu
menjadi seorang tokoh ilmu pedang yg berpengalaman.
Dg sikap yg dingin dan hambar dia berseru:
"Kau tak perlu sungkan-sungkan, dg usiaku diatas enam puluh
tahun bila sampai melancarkan serangan terlebih dahulu kepada
seorang pemuda ingusan macam kau, berita yg tersiar dalam dunia
persilatan dikemudian hari bisa mambuat aku malu menjadi seorang
ciangbunjin lagi!" Kho Beng segera mendengus dingin:
"Hmmm, kalau begitu maafkan aku!"


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pedangnya segera diangkat keatas kemudian dg langkah Bwee
hong poh dia mendesak maju kemuka secepat hembusan angin dan
sebuah bacokan kilat dilancarkan.
Deru angin tajam menyambar ditengah udara, sinar tajam
berkilauan menusuk pandangan mata, menyusul perbuatan tersebut,
pedangnya membentuk satu gerakan lingkaran huruf besar. Inilah
jurus angin berhembus debu menggulung dari aliran Hoa san pay.
Menyaksikan gerak serangan Kho Beng tersebut, Sun Thian hong
menjadi sempat terperanjat, dia bukannya takut dg gaya pengaruh
jurus ilmu pedang tersebut, tapi kaget dan bingung setelah melihat
hembusan hawa pedang yg begitu kuat dari ujung senjata lawan.
Biarpun ketua yg berusia lanjut ini memiliki pengalaman yg cukup
luas dalam dunia persilatan, bagaimanapun juga dia tak menyangka
kalau seorang pemuda ingusan seperti ini ternyata memiliki tenaga
dalam yg jah lebih sempurna daripada tenaga dalam yg dimilikinya.
Apalagi menurut apa yg diketahuinya, pada setengah tahun
berselang Kho Beng baru sempat mempelajari dasar-dasar tenaga
dalam saja, mana mungkin dalam waktu singkat ini kemampuan
tenaga dalamnya dapat meningkat sehebat ini"
Sementara itu serangan pedang dari Kho Beng sudah keburu
datang sehingga tidak memberi kesempatan lagi bagi ciangbunjin
tersebut untuk berpikir lebih jauh.
Namun bagaimanapun juga , jahe yg tua memang lebih pedas,
dalam waktu yg amat singkat inilah ketua Sam goan bun telah
mengambil keputusan bagaimana cara untuk mengatasi keadaan
tersebut. Tampak dia menghindar kesamping, kemudian diantara
hembusan angin serangan lawan, pedangnya melakukan tangkisan
berulang kali dan secara beruntun melancarkan tiga buah serangan
berantai untuk memunahkan semua ancaman yg datang dari Kho
Beng. Setelah itu diiringi suara bentakan keras, tak menanti sampai Kho
Beng berubah gerak serangan, tubuhnya telah mendesak maju dg
melancarkan serangan menggunakan jurus sam goan ci ti.
Secara beruntun dia melepaskan tiga buah serangan berantai
hingga dalam waktu singkat cahaya berkilauan telah menciptakan
selapis kabut pedang yg mengurung tubuh Kho Beng rapat-rapat.
Ilmu pedang sam goan kiam hoat terdiri dari tiga kali tiga jurus
berantai dg enam jurus terbalik, sedangkan keistimewaannya adalah
menyerang dalam bertahan dan sekali menyerang tiga jurus
serangan akan meluncur secara berantai sehingga tidak memberi
kesempatan kepada musuhnya untuk melancarkan serangan
balasan. Setelah menderita kekalahan ditangan kedele maut dalam
pertarungan yg pertama, sedikit banyak Kho Beng merasa tegang
juga menghadapi pertarungan kali ini tapi dia tak pernah menyangka
kalau begitu bertarung segera akan terlibat dalam suatu pertarungan
yg sengit. Berulang kali dia mencoba untuk menembusi pertahanan lawan
dg menerjang kekiri dan kekanan, namun selalu tak berhasil. Dalam
keadaan begini terpaksa dia harus mengandalkan kesempurnaan
tenaga dalam untuk mempertahankan diri sehingga tak sampai
menderita kekalahan total".
Benarkah Kho Beng bukan tandingan dari ketua Sam goan bun"
Tidak! Kecuali merasa agak tegang diapun merasa agak sangsi.
Kesangsian ini membuat hatinya jadi ragu-ragu untuk mengeluarkan
ilmu pedang Lui siu jit si yg maha dahsyat itu.
Sekalipun ketua Sam goan bun ini dicurigainya sebagai
pembunuh Unta sakti berpunggung baja, namun diapun telah
melepaskan budi pemeliharaan dan pendidikan selama delapan belas
tahun, oleh karena itu sebelum duduk persoalannya menjadi jelas,
dia tak tega untuk melancarkan serangan secara keji, kuatirnya bila
salah bertindak maka akibatnya dia akan menanggung penyesalan
sepanjang masa. Tapi Sun Thian hong, ketua dari Sam goan bun itu justru tidak
memahami bagaimana perasaan lawannya, pedang digetarkan dg
enteng dan cekatan, begitu sepuluh jurus lewat sedangkan serangan
yg digunakan Kho Beng pulang pergi hanya tiga jurus tersebut
sehingga sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melancarkan
serangan balasan, tanpa terasa semangatnya menjadi berkobar
kembali. Sambil tertawa seram dia segera berseru:
"Tadinya kukira kau sudah memiliki kepandaian yg luar biasa
sehingga berani melakukan perlawanan, tak tahunya hanya sedikit
kepandaian tersebut saja yg kau miliki, hmmm....mengingat aku
telah memeliharamu selama delapan belas tahun asal kau bersedia
meyesali perbuatan ini, akupun bersedia pula memberi sebuah jalan
kepadamu." Kho Beng yg sebetulnya sedang bimbang karena pertentangan
batinnya, kini menjadi naik darah setelah mendengar perkataan itu,
dia merasa tak bersalah lalau apa yg mesti ditakuti"
Tiba-tiba saja dia menyadari bahwa pertarungan ini bukan
perebutan menang kalah, juga bukan pertarungan antara hidup mati
tapi memperebutkan kebenaran.
Apabila dia tetap ragu untuk mengambil keputusan sehingga
menyebabkan menderita kekalahan, soal mati hidup jangan
dibicarakan dulu, tapi yg pasti soal misteri kematian si Unta sakti
berpunggung baja akan tetap tenggelam didasar liang untuk
selamanya, sedangkan niatnya yg luhur bukan saja tak bakal
dipahami orang lain, malah sebaliknya akan dituduh orang sebagai
manusia berdosa. Dalam waktu singkat pertentangan batin dalam hatinya lenyap
tak berbekas, sambil tertawa nyaring segera serunya:
"Ilmu pedang Sam goan kiam hoat memang nyata sekali
kehebatannya tapi menang kalah belum diketahui, kalau ingin
membicarakan masalah tersebut rasanya terlalu dini, harap
ciangbunjin merasakan pula serangan balasan yg akan kulancarkan
segera." Belum selesai perkataa tersebut diucapkan, gerak serangan
pedangnya telah berubah, dg jurus "Seratus aliran kembali ke
samudra" dia lancarkan serangan balasan terhadap ketua dari Sam
goan bun tersebut. Begitu serangan tersebut dilancarkan, nyata sekali perbedaannya,
dalam waktu singkat seluruh angkasa telah dipenuhi dg kilauan
cahaya pedang yg menyusup seperti ular perak, begitu dahsyat dan
banyak kilauan cahaya tadi sehingga sudah untuk diikuti secara
pasti. Kejadian tersebut bukan saja mengejutkan ketua sam goan bun
tersebut, bahkan dari posisi menyerang dia harus merubah taktik
menjadi posisi bertahan, selapis kabut pedang yg kuat melindungi
seluruh tubuhnya secara ketat dan kuat.
Sementara itu belasan anggota Sam goan bun yg menonton
jalannya pertarungan dari sisi arena pun sama-sama berseru kaget ,
perasaan tegang pun segera mencekam wajah mereka semua.
Kho Beng semakin bersemangat lagi setelah jurus serangannya
yg pertama membawa hasil, keberaniannya juga semakin
meningkat. Secara beruntun dia segera mengeluarkan jurus-jurus serangan
"Ombak dahsyat menghantam karang" dan "Air terjun bunga
terbang" untuk mencecar lawannya, serangan demi serangan seperti
gulungan air sungai Tiang kang, membanjir tiba tiada habisnya.
Perubahan jurus yg dahsyat dan hebat ditambah pula dg
desingan angin tajam yg memekakkan telinga, segera membuat
ketua Sam goan bun in harus mempertahankan diri secara cermat
dan berhati-hati sekali. Ketujuh jurus serangan dahsyat yg diciptakan oleh Bu wi lojin ini
sengaja diberi nama tujuh jurus air mengalir karena begitu serangan
pedang dilancarkan, maka seperti gulungan bah yg mengalir, semua
lobang dan celah akan dimasuki dan sebuah benda akan terhanyut
olehnya. Kendatipun pertahanan yg dilakukan Sun Thian hong boleh
dibilang cukup tangguh, nyatanya dia toh tak sanggup
mempertahankan diri terhadap desakan lawannya, setelah
mempertahankan dri sebanyak tiga jurus secara payah, dia mulai
merasakan matanya berkunang-kunang dan hatinya berdebar-debar
keras. Pada saat jurus keempat dilancarkan itulah, medadak.....
"Traang! Traang! Traang!"
Secara beruntun terjadi tiga kali bentrokan nyaring, tahu-tahu
pedang Sun Thian hong sudah terpental ketengah udara dan
berubah menjadi serentetan cahaya perak yg terjatuh sejauh tiga
kaki dari posisinya. Peristiwa ini tentu saja menggemparkan segenap anggota Sam
goan bun yg hadir disana.
Ditengah suara jeritan kaget, tahu-tahu pedang Kho Beng telah
digetarkan kemuka dan ujung pedang tersebut telah menempel
diatas dada Sun Thian hong.
Pantulan cahaya perak yg memancar dari balik pedang, menyinari
paras muka Sun Thian hong yg pucat pias seperti mayat, membuat
segenap anggota Sam goan bun terbungkam dalam seribu bahasa
dan detak jantungnya serasa hampir berhenti.
Kini menang kalah sudah terlihat dg jelas.
Kalau tadi yg tua bersikap angker dan menegur secara kasar!
Sedang yg muda berusaha melawan dg posisi dibawah angin. Maka
sekarang justru kebalikannya, yg tua nampak loyo dan masgul
seperti orang yg kehilangan semangat, sebaliknya yg muda justru
sampak gagah perkasa. Perubahan yg sangat mendadak ini segera membuat ketua Sam
goan bun menjadi lemas dan tiba-tiba menghela napas panjang,
katanya kemudian dg suara gemetar:
"Yaa sudahlah...selama hidupku aku berusaha bertindak secara
hati-hati, sungguh tak disangka karena kurang berhati-hati, nama
baik yg sudah kupupuk selama puluhan tahun akhirnya harus hancur
dalam semalam!" "Apakah ciangbunjin tidak puas?" seru Kho Beng sambil tertawa
dingin. Sun Thian hong tertawa getir.
"Ilmu pedang Lui sui Jit si memang suatu ilmu pedang yg
menggetarkan seluruh jagat, menang kalah kini sudah ditentukan,
terbukti akulah yg berada dipihak yg kalah,kenapa mesti tak puas"
Kho Beng kau boleh turun tangan dg segera."
Dg suara dingin yg menyeramkan, Kho Beng berkata:
"Mengingat ciangbunjin telah memeliharaku selama delapan belas
tahun, akupun menyudahi persoalan ini sampai disini saja, kuharap
ciangbunjin dapat melaksanakan janji semula dg tidak menghalangi
pekerjaanku lagi." Selesai berkata dia segera menarik kembali pedangnya dan
segera membalikkan badan berjalan menuju ketepi kuburan.
Sementara itu belasan anggota Sam goan bun yg berada didepan
kuburan telah memisahkan diri menjadi dua rombongan, mereka
berdiri dg wajah serius dan pedang terhunus.
Melihat hal ini, Kho Beng segera berhenti lalu menegur dg kening
berkerut: "Toako sekalian harap segera kembali keperkampungan, seusai
bekerja nanti, siaute pasti akan mohon maaf kepada kalian."
Kawanan anggota Sam goan bun itu tetap membungkam diri
dalam seribu bahasa dan berdiri serius ditempat tanpa berkutik
terhadap teguran Kho Beng tersebut, mereka bersikap seolah-olah
tidak mendengar. Seketika itu juga Kho Beng mengerutkan dahinya rapat-rapat,
kemudian bentaknya: "Suhu kalian telah memberikan janjinya dan kurasa toako
sekalian telah mendengar secara jelas, bila kalian tidak menyingkir
lagi, jangan salahkan kalau Kho Beng akan menggempur kalian dg
kekerasan?"" Sekalipun ancaman telah diberikan, namun reaksi tak jauh beda
seperti permulaan tadi, kawanan anggota Sam goan bun itu tetap
tak bergerak dari posisi semula.
Kho Beng semakin gusar, namun dalam amarahnya diapun
merasa serba salah. Semua anggota Sam goan bun yg berdiri dihadapannya sekarang
boleh dibilang merupakan sahabat-sahabatnya yg sudah banyak
tahun hidup bersama serta memiliki hubungan persahabatan yg erat,
apabila mereka bersikeras akan menghalanginya, apakah dia benarbenar
akan menggempur mereka dg kekerasan"
Dia mengerti, dg tenaga dalam yg dimilikinya sekarang, untuk
menghadapi kawanan jago dari Sam goan bun tersebut bukanlah
suatu pekerjaan yg sulit. Yg menjadi masalah sekarang adalah dia
tega tidak untuk menggempur sahabat-sahabatnya itu"
Dalam waktu singkat pelbagai ingatan telah melintas didalam
benaknya, mendadak dia teringat, bisa jadi sikap dari anggota Sam
goan bun ini terpaksa dilakukan karena telah mendapat perintah dari
ketuanya untuk bersikap begitu.
Bedebah ciangbunjin itu! Dg penuh amarah, Kho Beng membalikkan tubuhnya, dia
saksikan Sun thian hong masih berdiri kaku ditempat tanpa terasa
hardiknya: "Ciangbunjin! Apakah semua perkataan yg telah kau ucapkan
masih bisa dipercaya?"
Bagaikan baru mendusin dari impian, Sun Thian hong segera
menghela napas panjang, tiba-tiba serunya kepada segenap anggota
Sam goan bun yg berdiri dimuka kuburan itu:
"Masih ingatkah kalian dg pesanku tadi?"
"Tecu masih teringat" sahut segenap anggota Sam goan bun
bersama-sama. "Kalau memang masih ingat, kenapa tidak segera turun tangan?"
Perkataan yg terakhir ini sekali lagi mengobarkan hawa amarah
Kho Beng, dia tak sanggup menahan diri lagi.
Dia menganggap sikapnya sudah cukup bijaksana mengingat
kesetiaan kawan, tapi kenyataannya musuh begitu munafik dan tak
tahu malu. Sekarang jelas sudah duduknya persoalan, Sun thian hong pasti
kuatir dia membongkar kuburan tersebut sehingga perbuatan kejinya
ketahuan. Dalam keadaan begini, otomatis dia harus menghadapi setiap
perubahan sesuai dg keadaan, disamping itu diapun ingin tahu
permainan busuk apakah yg sedang dilakukan lawan"
Berpikir sampai disini, Kho Beng segera tertawa seram penuh
kegusaran, matanya berapi-api da mukanya meringis, dia bertekad
akan membekuk Sun Thian hong lebih dulu untuk memaksa anak
buahnya menyingkir semua dari sana.
Dg pedang terhunus diapun bersiap-siap untuk mendesak maju
kemuka, tapi sebelum perbuatan tersebut sempat dilakukan, tibatiba
dari belakang tubuhnya terdengar suara jeritan kesakitan
berkumandang silih berganti.
Dg perasaan tertegun ia segera berpaling, tapi apa yg kemudian
terlihat segera membuatnya menjadi tertegun.
Ternyata belasan anggota Sam goan bun itu telah berdiri saling
berhadapan dan tusuk menusuk sendiri, tentu saja tusukan itu
bukan bermain sandiwara, tapi benar-benar dilaksanakan, dari bekas


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tusukan setiap orang nampak darah segar memancur keluar dg
derasnya. "Hey, apa-apaan kalian semua?" pemuda itu segera menegur dg
kening berkerut. Tiada jawaban yg terdengar selain teriakan dari Sun Thian hong:
"Kalian cepat kembali keperkampungan dan balut luka
tersebut"." Serentak belasan jago dari Sam goan bun itu membalikkan badan
dan mengundurkan diri dari situ sambil memegangi bekas luka
dilengannya. Kho Beng benar-benar dibikin kebingungan dan tak habis
mengerti terhadap peristiwa tersebut, ketika melihat Nyoo To li yg
semalam pernah dijumpainya lewat disisi tubuhnya, cepat-cepat dia
menarik tangan pemuda tersebut sambil bertanya:
"Saudara Nyoo, sebenarnya permainan apa sih yg sedang kalian
perbuat?" Luka yg diderita Nyoo To li waktu itu terletak diatas bahunya,
karena ditarik Kho Beng dia segera mengeluh kesakitan, kemudian
sambil tertawa getir sahutnya:
"Inilah siasat menyiksa diri dari suhu ! "
Habis berkata cepat-cepat dia memburu rekan lainnya
meninggalkan tempat tersebut.
"Siasat menyiksa diri " " sekali lagi Kho Beng berpikir dg wajah
termangu, "Apaka dia menggunakan siasat menyiksa diri ini untuk
menghadapi diriku " "
Berpikir sampai disini, pemuda tersebut segera berteriak keras :
"Ciangbunjin, harap tunggu sebentar ! "
Sun Thian hong yg berjalan paling belakang segera
menghentikan langkanya, setelah mendengar seruan tersebut,
tanyanya sambil berpaling :
"Siauhiap masih ada pesan apa " "
"Huuuh, cepat benar dia merubah panggilannya terhadapku " "
pikir Kho Beng diam-diam sambil tertawa dingin.
Kemudian dg suara dalam ia berkata:
"Aku harap ciangbunjin tetap tinggal disini. "
"Apakah kau kuatir aku kabur " " seru Sun Thian hong sambil
tertawa pedih. "Hmmm, susah untuk dikata ! Jika duduknya persoalan telah
menjadi jelas, sedang ciangbunjin sudah keburu melarikan diri,
bukankah aku mesti meluangkan waktu lagi untuk melakukan
pengejaran terhadapmu"."
Seketika itu juga Sun Thian hong tertawa seram:
"Ha"ha"ha"kau tak usah kuatir, sekalipun si hwesio sudah
kabur, dia tak akan kabur dari kuil. Asal kau berhasil menemukan
sesuatu, akan kutunggu kedatanganmu dalam perkampungan."
Selesai berkata dia meneruskan perjalanannya kembali, dalam
waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan.
Kho Beng menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian ini,
pikirnya kemudian: "Persoalan yg paling mendesak saat ini adalah membuka peti
mati tersebut secepatnya, setelah duduk persoalannya menjadi jelas,
rasanya tidak sulit untuk bertindak selanjutnya"."
Terpengaruh oleh tindak tanduk orang-orang Sam goan bun yg
dinilai sangat aneh ini, dg membawa perasaan tak tenang, Kho Beng
memungut kembali sekopnya dan menggunakan kecepatan paling
tinggi untuk membongkar kembali kuburan tersebut.
Waktu berlalu dg cepatnya.
Kuburan yg semula merupakan gundukan tanah tinggi, kini telah
berubah menjadi sebuah liang yg sangat dalam.
Akhirnya sudut peti mati pun mulai kelihatan.
Dg terlihatnya peti mati tersebut, Kho Beng merasa hatinya
semakin tegang, dia tak tahu jenasah didalam peti mati tersebut
telah berubah menjadi seperti apa" Adakah luka bekas bacokan "
Atau sama sekali tak ada luka " Bagaimana seandainya jenasah itu
telah membusuk sehingga sukar dilakuka pemeriksaan "
Dg hati-hati sekali dia membersihkan penutup peti mati itu dari
tanah liat, lalu setelah berdoa sebentar dg perasaan tegang, dia
memegang penutup peti mati itu, mengerahkan tenaga dalamnya
dan mengangkatnya kuat-kuat keatas.
"Kraaaakk".. ! "
Penutup peti mati itu segera terbuka lebar.
Meminjam cahaya rembulan yg memancar masuk dia mencoba
mengintip kedalam peti mati itu tapi ia segera tertegun dan cepatcepat
membuang penutup peti mati tadi kesamping.
Dibawah sinar rembulan yg redup, dapat terlihat bahwa dibalik
peti mati tersebut sama sekali tidak ada mayatnya, tapi terdapat
sepucuk surat dan sebuah bungkusan.
Dalam bungkusan tersebut entah berisi apa, tapi pada sampul
surat tersebut tertera dg jelas beberapa huruf yg berbunyi demikian:
"Ditujukan kepada Kho Beng:
Dari Thio bungkuk" Apa yg terjadi dg cepat membuat Kho Beng semakin termangumangu
lagi, dia benar-benar tak habis mengerti terhadap peristiwa
yg berlangsung didepan matanya sekarang.
"Mungkinkah sibungkuk belum mati" Tapi apa sebab ketua Sam
goan bun mengumumkan kematiannya dan mendirikan batu nisan
baginya?" Satu hal yg membuatnya tak mengerti adalah mengapa
sibungkuk meninggalkan surat baginya itu didalam peti mati"
Siapakah yg telah mengatur segala sesuatunya ini"
Dg perasaan bimbang, cepat-cepat dia merobek sampul surat
tersebut dan mengeluarkan isinya.
Terbacalah surat itu, berbunyi demikian:
"Kho Beng jika kau dapat membaca surat ini berarti kau dapat
melenyapkan semua rintangan yg ada, ini menunjukkan kalau
tenaga dalammu secara paksa masih dapat menghadapi segala
sesuatu. Saat ini perasaanmu tentu diliputi rasa cemas, bingung dan tidak
habis mengerti bukan " Tapi aku dapat memberitahukan kepadamu
sesungguhnya aku sibungkuk belum mati". "
Ketika membaca sampai disini, meskipun Kho Beng semakin tak
habis mengerti, namun rasa sedih yg semula mencekam
perasaannya seketika tersapu lenyap tak berbekas.
Cepat-cepat dia membaca lebih jauh :
"....selama puluhan tahun terakhir ini sudah banyak kesulitan yg
kualami dan banyak masalah pelik yg pernah kuhadapi, namun
belum pernah mengalami situasi pelik seperti apa yg kualami pada
beberapa hari belakangan ini, kesulitan dan kepelikan tersebut
terjadi karena aku harus memenuhi janjiku kepadamu, yakni
menanti selama tiga tahun.
Namun oleh karena situasi yg begitu mendesak sehingga
memaksa aku mau tak mau harus meninggalkan Sam goan bun,
padahal aku harus bertemu lagi dgmu, maka aku semakin bertekad
untuk memenuhi janjiku dulu kepadamu.
Setelah berpikir keras dua malam, akhirnya akupun membuat
batu nisan dan liang kubur untuk melaksanakan siasat ini.
Andaikata apa yg terjadi kemudian diluar dugaanku sehingga kau
tak dapat membaca surat ini, yaa...kita hanya bisa dikatakan takdir
menghendaki demikian. Sekarang, semua rahasia asal usulmu berada dalam bungkusan
itu, bila benda itu dapat kau terima, anggaplah aku sibungkuk dapat
memberikan pertanggungan jawabnya.
Selesai membaca tulisan ini, kau jangan emosi dan tak usah
melakukan perbuatan ceroboh yg bisa menimbulkan amarah umat
persilatan, cukup selidikilah otak dibelakang layar yg mendalangi
semua peristiwa tersebut, dg begitu kau akan menghibur arwah
kedua orang tuamu dialam baka.
Nah, aku tak ingin membuang waktumu lagi, akhirnya aku dapat
memberitahukan kepadamu, asal usulmu sudah menjadi jelas dalam
dunia persilatan, saat itulah merupakan waktu kita untuk bersua
kembali. Tertanda : Thio Bungkuk "
Selesai membaca tulisan tersebut, Kho Beng menjadi terkejut
bercampur gembira, cepat-cepat dia mengambil bungkusan tersebut
dan membukanya. Ternyata isi bungkusan itu adalah sebuah kain putih dan sebuah
baju penuh noda darah. Kain putih itu sudah menguning, jelas benda tersebut sudah lama
tersimpan, sedang diatasnya terlihat beberapa tulisan yg dibuat dg
darah, isinya adalah sebagai berikut:
"Tahun Ka sang, anak Beng persis berusia satu tahun ketika
serombongan jago menyerbu perkampungan gara-gara kitab Thian
goan bu boh, segenap jago perkampungan yg memberikan
perlawanan tewas tertumpas musuh. Daam gawatnya kuserahan
putra putriku kepada mak inang nyonya Hee dan pelayan Kho Po
koan untuk melindungi nyawanya serta melarikan diri.
Moga-moga Thian maha pengasih dan melindungi anak
keturunanku ini, jika mereka dapat lolos dari maut, masing-masing
telah diberi sebuah tanda sebagai tanda pengenal mereka setelah
dewasa nanti. Dikemudian hari yg perempuan harus selalu emakai
bunga seruni putih diatas sanggulnya, empat musim bunga tersebut
tak boleh dirubah, sedang yg lelaki mempunyai lencana Liong pit dan
panji kebesaran. Bagaimana nasib putra putriku dimasa mendatang, biarlah Thian
yg menentukan, anggap suratku ini sebagai pesan yg terakhir,
Tertanda : Kho Bun sin Pemilik Hui im ceng "
Setelah membaca tulisan ini, pucat pias wajah Kho Beng, hampir
saja ia menangis tersedu, sekarang dia baru tahu ternyata dia
memang putra Kho Bun sin, majikan dari perkampungan Hui im
ceng. Jilid 07 Dalam sedihnya dia mengeluarkan pula baju darah yg penuh dg
noda darah hitam itu, diatas baju itupun tertera beberapa huruf yg
berbunyi demikian: "Aku adalah Hee si, mak inangmu, sebelum menemui ajal
kuberitahukan kepadamu, sekalipun kau hidup dalam
kesederhanaan, tapi jangan lupa bahwa dirimu adalah sau cengcu
dari perkampungan Hui im ceng, putra kesayangan dari Kho Bu sin,
pendekar besar yg namanya menggetarkan seluruh dunia persilatan.
Biarpun dendam kesumat sedalam lautan tak bisa dituntut balas,
kau harus beristri dan punya anak keturunan sebagai kelanjutan dari
keturunan keluargamu"
Ketika membaca sampai disini, Kho Beng merasakan darah yg
mengalir didalam tubuhnya mendidih, bibirnya digigit kencang,
setitik darahpun bercucuran membasahi ujung bibirnya.
Sekalipun Ko Po koan adalah pelayan keluargamu namun dalam
kenyataan dia mempunyai hubungan yg lebih akrab daripada
sesama saudara dg ayahmu, untuk menyelamatkan jiwa kalian
berdua, dia telah mengorbankan putra putrinya demi keselamatan
kalian, dia memerintahkan putrinya membopong puta putri sendiri
untuk memancing perhatian jago sementara kalian telah dibawa
kabur dg selamat". Mambaca sampai disini, tanpa terasa pemuda itu teringat kembali
dg kematian yg menimpa Kho Po koan dalam perkampungan Hui im
ceng tempo hari. Ia menjadi sedih sekali, sehingga hampir saja menangis tersedusedu,
namun dg sekuat tenaga pemuda itu menahan diri, dg mata
yg berkaca-kaca dia membaca surat wasiat tersebut lebih jauh"
"Oleh sebab itu kau sama artinya dg memikul dendam kesumat
dua keluarga, baik-baiklah menjaga diri setelah dewasa nanti.
Untuk menempuh perjalanan jauh tanpa berhenti, ditambah pula
setiap hari dicekam rasa takut dan ngeri, jiwa dan semangat
akhirnya runtuh dan hancur, sekalipun kami berhasil lolos dalam
keadaan selamat".. Tulisan tersebut terhenti ditengah jalan, jelas mak inang yg setia
ini baru menemui ajalnya sebelum sempat menyelesaikan tulisannya
itu. Kini segala sesuatunya telah menjadi jelas, bila teringat kembali
dg pemberian uang dan surat dari Li sam yg belum pernah
ditemuinya itu, serta ulah Kho Po koan yg menyaru jadi setan
diperkampungan Hui im ceng, nyata sekali kalau kesemuanya ini
mempunyai hubungan yg erat sekali dg dirinya.
Rasa sedih dan terkejut membuat Kho Beng termangu-mangu
entah berapa lamanya. Ia merasa dirinya begitu mengenaskan dimasa lalu, betapa tidak,
selama delapan belas tahun hidup tanpa mengetahui asal usul
sendiri, baru sekarang segala sesuatunya menjadi jelas kembali.
Teringat akan kehidupannya selama delapan belas tahun, tanpa
terasa dia teringat dg ketua Sam goan bun, Sun Thian hong yg telah
memeliharanya selama ini, tanpa terasa dia berpikir kembali:
"Mengapa dia tidak memberitahukan kesemuanya ini kepadaku"
Atau mungkinkah diapun turut ambil bagian dalam pembunuhan
berdarah itu?" Dalam waktu singkat dia terbayang pula dg peristiwa yg dialami
setengah tahun berselang, andaikata Thio bungkuk tidak
memintakan ampun, niscaya tangan kanannya sudah kutung.
Tanap sadar pemuda itu berpikir lebih jauh:
"Hmmmm, dia tahu secara pasti bahwa aku gemar belajar silat,
namun engga mewariskan kepadaku, diapun berusaha keras
menghalangi niatku untuk membongkar kuburan, kalau begitu dia
juga yg memaksa Thio bungkuk cianpwee untuk meninggalkan
perkampungan Cui wi san ceng serta berusaha memutuskan
pengharapanku untuk mengetahui asal usulku yg
sebenarnya....bukankah kesemuanya membuktikan kalau dia
mempunyai dendam dgku atau paling tidak terlibat peristiwa ini?"
Berpikir sampai disitu, Kho Beng tak sanggup mengendalikan diri
lagi, dg cepat dia masukkan baju berdarah, kain putih serta surat
peninggalan Thio bungkuk kedalam sakunya, setelah itu memapas
kutung baru nisan didepan kuburan dan meninggalkan tempat
tersebut dg cepat, langsung menuju keperkampungan Cui wi san
ceng. Siapa sangka baru saja dia siap melompat naik keatas wuwungan
rumah, mendadak tampak sesosok bayangan manusia meluncur
datang dan berdiri dihadapannya.
Waktu itu Kho Beng telah diliputi perasaan gusar yg membara,
dalam kagetnya dg cepat dia melintangkan pedangnya didepan dada
lalu mengawasi lawannya dg seksama.
Ternyata orang itu tak lain adalah Nyoo to li yg bahunya kini
dibalut kain putih. Sambil tertawa dingin ia segera menegur dg suara dalam:
"Ooooh, rupanya saudara Nyoo yg menunggu kedatanganku dg
membawa luka, apakah kau berniat menghalangi usahaku memasuki
perkampungan ini?" Nyoo to li tertawa getir dan menggelengkan kepalanya berulang
kali, sahutnya: "Harap saudara Kho jangan salah paham, suhu sudah tahu kalau
kau pasti datang kembali oleh sebab itu sengaja menitahkan
kepadaku untuk menanti."
"He...he.....he..." Kho Beng segera tertawa dingin, "Kalau tadi


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gurumu sudah melaksanakan siasat menyiksa diri sekarang siasat
apa pula yg hendak dilakukan?"
Padahal pemuda inipun tidak habis mengerti mengapa ketua Sam
goan bun memerintahkan anak buahnya saling melukai.
Terdengar Nyoo to li menghela napas panjang:
"Aaaai...tampaknya kesalah pahamanmu sudah terlalu
mendalam, sebetulnya perbuatan suhu bukan ditujukan kepadamu,
dikemudian hati kau bakal mengetahui dg sendirinya."
Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan melayang
turun dari wuwungan rumah, kemudian tanpa berhenti dia
melangkah masuk kedalam perkampungan.
Kho Beng sendiripun telah mengambil keputusan untuk
menjadikan Sun Thian hong, ketua dari Sam goan bun ini sebagai
sasaran pertama dalam usaha penyelidikannya, oleh sebab itu
diapun tidak banyak berbicara dan mengikuti dari belakang dg mulut
membungkam. Sepanjang jalan, dg sinar mata yg tajam dia memperhatikan
terus keadaan disekelilingnya, kewaspadaan ditingkatkan, dia tak
ingin sampai dipecundangi musuh.
Setibanya dihalaman keempat, dimuka rumah kediaman
ciangbunjinnya, Nyoo to li berhenti dan mengetuk pintu.
Tapi sebelum pintu sempat dibuka, Kho Beng dg sekali
tendangan telah mendobrak pintu serta menyerbu masuk kedalam
ruangan. Tampak olehnya ketua sam goan bun itu duduk bersila diatas
sebuah pembaringan dg wajah serius tapi tenang, saat itu dia
sedang mengawasi anak muda tersebut tanpa menunjukkan sesuatu
reaksi. Dg langkah cepat Kho Beng memburu kehadapannya dan
menempelkan ujung pedang diatas tenggorokan Sun Thian hong,
setelah itu bentaknya: "Sun Thian hong! Aku tak ingin banyak berbicara, aku harap kau
sendiri yg mengungkapkan semua peristiwa tersebut dg sejujurjujurnya...."
Tampaknya Sun Thian hong sudah tidak memikirkan mati hidup
sendiri sama sekali tidak terpengaruh oleh gertakan tersebut, malah
ujarnya dg tenang: "Kau telah berhasil membongkar kuburan, asal usulmu juga telah
menjadi jelas, apalagi yg mesti kukatakan?"
Dg suara yg menyeramkan Kho Beng segera tertawa dingin:
"Terlalu banyak persoalan yg tidak kupahami, jika aku bermaksud
tak mengetahui sampai jelas, mungkin batok kepalamu sekaran telah
berpisah dg badan." "Ooooh, tampaknya kau telah menganggap diriku sebagai musuh
besarmu....?" tegur Sun Thian hong dg tenang.
Kho Beng tertawa seram: "Kalau tidak menganggap bajingan tua macam kau sebagai
musuh besarku, memangnya aku mesti menganggapmu sebagai
teman atau angkatan yg lebih tua?"
"Kho Beng" Sun Thian hong segera menegur dg wajah serius,
"Bagaimanapun juga aku telah memeliharamu selama delapan belas
tahun"." "Tapi kaupun telah membohongi aku selama delapan belas
tahun" tukas Kho Beng cepat, "Aku ingin tahu apa sebabnya kau
merahasiakan asal usulku hingga sekarang?"
Sekujur badan Sun Thian hong gemetar keras, tapi setelah
menghela napas panjang, katanya:
"Aku berniat untuk melenyapkan sebuah badai pembunuhan yg
mengerikan dari dunia persilatan, ketahuilah bila balas membalas
berlangsung terus, maka dunia persilatan tak akan pernah
mengalami kedamaian?"
Kho Beng tertawa seram: "He".he".he".perkataanmu itu kedengarannya menarik hati,
siapa tahu kau masih mempunyai tujuan lain" Kau kuatir Kho Beng
melakukan pembalasan dendam bukan?"
Sun thian hong tersenyum, tiba-tiba ia balik bertanya:
"Coba pikirkan persoalan ini dg kepala dingin, bila berniat
membunuhmu, bukankah hal ini lebih baik kulakukan disaat kau
masih orok dulu?" Kho Beng tertegun sejenak, kemudian serunya:
"Siapa tahu kau tak berani melakukannya waktu itu?"
"Mengapa aku tak berani?"
"He".he".he".bukankah waktu itu si Unta sakti locianpwee juga
hadir disana?" jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.
"Betul disaat mak inang pengasuhmu sampai diperkampungan,
dia memang hadir pula disini."
Sebetulnya Kho Beng hanya bermaksud melakukan penyelidikan,
siapa tahu apa yg diduga ternyata benar, sambil tertawa dingin ia
berkata: "Kau anggap si Unta sakti locianpwee akan membiarkan dirimu
berbuat kejahatan dg seenaknya?"
"Aku dapat memberitahukan kepadamu waktu itu si Unta sakti
baru sembuh dari luka dalam akibat keracunan, seandainya aku
berniat membunuhmu hal tersebut dapat kulakukan tanpa
membuang banyak tenaga."
Karena merasa tak mampu mengunggulinya, hawa amarah Kho
Beng segera memuncak, bentaknya:
"Sekalipun kau pandai bersilat lidah, jangan harap bisa
melenyapkan kecurigaan didalam hatiku, andaikata kau tidak pernah
berbuat kejahatan, mengapa pula kau paksa si Unta sakti locianpwee
sehingga pergi meninggalkan tempat ini?"
"Kau salah menduga, kepergian si bungkuk sama sekali tiada
sangkut pautnya dgku."
"Lalu ada sangkut pautnya dg siapa?"
Sun Thian hong menghela napas panjang:
"Aku rasa kaupun sudah tahu, dia adalah Bok sian tianglo dari
Siau lim pay." Kontan saja Kho Beng tertawa seram.
"Hmmm"kau anggap aku adalah seorang bocah berusia tiga
tahun yg gampang dibohongi?"
"Aku hanya mengucapkan keadaan yg sesungguhnya."
"Sesungguhnya?" kembali Kho Beng membentak keras,
"hmmm"walaupun tianglo dari Siau lim si mempunyai nama dan
kedudukan terhormat, namun dia bukan ketua dari Sam goan bun,
andaikata dia tidak bersekongkol dg tuan rumah sebagai tamu,
apakah dia berani berbuat semena-mena" Apakah dia tak kuatir
diusir?" Sun Thian hong menghela napas panjang:
"Kau belum lama terjun kedalam dunia persilatan, tentu saja
tidak memahami situasi dunia persilatan yg sebenarnya, ketahuilah
semenjak perguruan kami kehilangan tiga jurus ilmu pedang yg
paling diandalkan, selama tiga generasi ini nama kami sudah dicoret
dari urutan tujuh partai besar, daya pengaruh kamipun bertambah
lemah, seandainya aku tidak menjaga diri baik-baik dan mengurangi
ruang gerak kami, mungkin perkampungan Cui wi san ceng sudah
sejak lama tidak bisa dipertahankan lagi."
"Kau memang tak malu menjadi seorang ciangbunjin, tak nyana
kau bisa membantah dg mempergunakan kata-kata yg begitu tak
bersemangat." Dg wajah serius Sun Thian hong berseru:
"Biarpun aku hidup dalam kesempitan, tapi bukan berarti mau
diperintah orang lain."
"hmmm..bukannya jawabanmu ini menjadi mencle-mencle tak
karuan".?" "Sesungguhnya kepergian sibungkuk secara tiba-tiba dikarenakan
alasan lain." "Apa alasannya?"
"Bok sian tianglo mendesaknya agar mengungkapkan identitasmu
yg sebenarnya, tapi sibungkuk selalu menolak untuk menjawab,
akhirnya peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya pertarungan
diantara mereka berdua."
"Kau sebagai tuan rumah, mengapa tak berusaha melerai?" tanya
Kho Beng sambil tertawa dingin.
Sun Thian hong menghela napas panjang:
"Waktu itu tiada tempat untuk turut berbicara."
"hmmm, jelek-jelek Sam goan bun termasuk sebuah perguruan,
kalau kau membiarkan orang lain bertempur dirumahmu, apakah
tidak takut hal ini akan menimbulkan tertawaan dari umat
persilatan?" Sun Thian hong tertawa getir:
"Siau lim pay adalah pimpinan dari tujuh partai, tulang punggung
dari dunia persilatan, aku tak sanggup untuk menghadapi mereka,
sedang sibungkuk orangnya tinggi hati dan keras, apalagi dalam
marahnya, mana mau dia turuti nasehatku" Kecuali berpeluk tangan
belaka, apapula yg bisa kuperbuat."
"Akhirnya siapa pula yg unggul dan kalah?"
"Sibungkuk kelewat memandang enteng musuhnya, sehingga
menderita kekalahan total."
"Menang kalah adalah satu persoalan, pergi atau tidak
semestinya adalah persoalan lain."
"aaai"panjang sekali untuk menceritakan keadaan yg
sebenarnya"." "Aku tak ingin mendengarkan cerita yg bertele-tele, harap kau
membicarakan yg penting-penting saja."
"Aku tak terbiasa berbicara seperti itu, lebih baik kau saja yg
mengajukan pertanyaan dan aku menjawabnya."
Kho Beng berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Kalau toh sibungkuk cianpwee hanya terlibat dalam pertarungan
melawan Bok sian tianglo, apa sebabnya dia harus angkat kaki dari
sini?" Sun Thian hong menghela napas panjang.
"Sibungkuk tidak seharusnya terlalu yakin dg kemampuan sendiri
sehingga termakan oleh siasat memanaskan hati dari Bok sian
tianglo?" "Bagaimana cara Bok Sian tianglo menggunakan siasatnya?"
"Bok sian tianglo mengusulkan agar mereka saling beradu tenaga
satu kali, dia bertanya kepada sibungkuk apakah berani bertaruh
sebelum bertarung, sibungkuk yg tinggi hati tentu saja menerima
tantangan tersebut."
"Apa yg mereka pertaruhkan."
Setelah menghela napas panjang dg suara dalam Sun Thian hong
berkata: "Pihak yg kalah harus melaksanakan dua permintaan dari pihak
yg unggul, aaai"sungguh tak disangka sembilan bagian tenaga
pukulan Kim khong khi dari sibungkuk ternyata kalah ditangan
sepuluh bagian Bu sian singkanng dari Bok sian taysu."
"Setelah kemenangan diraih oleh Bok sian taysu, apa yg mesti
dilaksanakan oleh sibungkuk?" tanya Kho Beng tegang.
"Pertama sibungkuk harus mengatakan asal usulmu."
"Apakah sibungkuk cianpwee telah mengatakannya?" tanya
pemuda itu tegang. Sun Thian hong manggut-manggut:
"Selama hidup sibungkuk enggan mengingkari janji, setelah dia
berada dipihak yg kalah, tentu saja apa yg dijanjikan harus dipenuhi
olehnya." Kho Beng menekan perasaan hatinya, segera sambungnya:
"apa yg harus dilakukan kemudian?"
"Bok sian taysu bertanya kepada sibungkuk, apakah kau sudah
memahami asal usulnya, sibungkuk menjawab hal tersebut belum
sempat dijelaskan kepadamu, maka Bok sian taysu pun minta
kepada sibungkuk untuk meninggalkan dirimu serta tidak bertemu
lagi dgmu untuk selamanya, bahkan pula minta jaminannya."
"Menurut pendapatmu, sibungkuk terpojok sehingga dia penuhi
semua permintaannya?"
"Itupun tidak ."
"Apakah sibungkuk telah merahasiakan sebagian dari asal
usulku?"" tanya Kho Beng tertegun.
"Sibungkuk tidak merahasiakan apa-apa, tapi ada hal telah
dilakukan secara jitu."
"Bagaimana jitunya?"
Kedua hal tersebut tidak dijawab oleh sibungkuk dg perkataan
melainkan dg tindakan, terhadap pertanyaan Bok sian taysu yg
pertama sibungkuk hanya menyerahkan sebuah panji Hui im ki leng
kepadanya sambil berkata kepada pendeta tersebut:
"Apa yg ditanyakan taysu semuanya berada disini." Selesai
berkata diapun tidak memberi penjelasan lagi."
"Apa itu panji hui im ki leng?" tanya Kho Beng dg wajah tertegun.
"Panji Hui im ki leng adalah salah satu benda yg ditinggalkan mak
inang untuk mu, yakni tanda pengenal ayahmu dimasa jaya dulu.
Tapi berhubung sibungkuk yakin Bok Sian tianglo belum tahu
tentang siasat yg telah dilakukan pelayan keluargamu dg menukar
kalian putra putrinya, maka meskipun dia hanya mengeluarkan panji
tersebut sebagai jawaban, Bok sian taysu sama sekali tidak menaruh
curiga." "Jadi menurut pendapatmu, Bok sian taysu sama sekali tidak
mencurigai diriku sebagai putra dari Hui im cengcu?"
"Tentu saja, orang yg mengetahui isi surat wasiat peninggalan
pengasuhmu selain aku dan sibungkuk tiada orang ketiga yg
mengetahuinya. Padahal menurut apa yg diketahui khalayak ramai,
hanya empat orang yg berhasil lolos dari perkampungan Hui im ceng
ketika itu, yakni mak inangmu, Kho Po koan serta putra putrinya.
Waktu itu Bok sian taysu hanya mencurigai dirimu sabagai putra dari
pelayan setia perkampungan Hui im ceng, tentu saja dia tidak
menyangka kalian telah ditukar dan orang lain telah menggantikan
dirimu untuk menerima maut."
Setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi lebih jauh:
"Untuk memenuhi perintah kedua dari Bok Sian taysu, sibungkuk
telah putar otak selama dua hari semalam, sebelum berhasil
menemukan suatu siasat yg sempurna untuk mengatasinya."
"Maksudmu siasat sibungkuk cianpwee yg menyiapkan kuburan
untuk dirinya sendiri?"
"Benar, membuat kuburan untuk diri sendiri adalah sebagai
jaminan kepada Bok sian taysu bahwa dia akan mentaati janjinya,
tapi dia justru memasukkan semua benda yg kau butuhkan kedalam
peti mati tersebut dg harapan kau bisa menemukannya sendiri, dg
begitu diapun tidak sampai mengingkari janjinya dg dirimu."
"Kalau toh kau telah mengetahui semua periapannya ini,
mengapa hal tersebut tidak kau jelaskan padaku sejak pertemuan
kita yg pertama..?" tanya Kho Beng sambil berkerut kening.
Sun Thian hong kembali menghela napas panjang
"Disinilah letak kemulyaa hati sibungkuk, dia sadar kekuatan Sam
goan bun sangat minim, dia tak ingin menyeret diriku terlibat pula
dalam pertikaian tersebut, karenanya dia tidak menyuruh aku yg
menyampaikan pesannya kepadamu, tapi menyuruh sikoki Oh
gemuk. Padahal sewaktu kau pergi mencari si Oh gemuk, aku telah
mengetahui semua gerak gerikmu secara jelas, Cuma saja aku tetap
berlagak pilon." Kho Beng tertawa dingin: "Hmmm..tampaknya selain memikirkan keselamatan dari
perguruan Sam goan bun, kau sama sekali tidak menaruh niat jahat
terhadapku?"

Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau toh kau sudah memahami perasaanku, tariklah kembali
pedangmu itu?" Kho Beng mendengus dingin:
"Seandainya kau benar-benar tidak berniat jahat, mengapa pula
kau menghalangi niatku untuk membongkar kuburan?"
"aku sengaja menghalangi niatmu karena aku sedang berusaha
melindungi keselamatan jiwamu, kalau diriku saja tak mampu kau
hadapi, setelah mengetahui asal usulmu sendiri, bukankah hal
tersebut bukannya menguntungkan malah merugikan?"
Sekali lagi Kho beng mendengus:
"Tapi dilihat dari sikapmu memaksa aku turun tangan, rasanya
bukan Cuma bermaksud mencoba saja."
Sun Thian hong menghela napas panjang:
"Benar, sebelum pergi dari sini Bok sian taysu telah berpesan
kepadaku agar mengawasi gerak gerikmu, diapun memperingatkan
kepadaku, bila aku berani membongkar rahasia kuburan kosong itu,
berarti aku hendak memusuhinya. Sebagai orang yg tetap berada
diluar garis tentu saja aku mesti berusaha untuk memberikan
pertanggung jawaban kepada Bok sian taysu agar dia tidak
menaruh curiga." "Waah, kalau begitu kau adalah seorang manusia plin plan yg
berpihak sana sini?" jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.
"Aku bukan manusia tak tahu malu, bukankah sudah kau
saksikan sendiri persiapan yg kulakukan" Siasat menyiksa diri yg
kulakukan dg menyuruh anak muridku saling menusuk tak lain
merupakan sebagai usahaku memberikan pertanggungan jawab
kepada Siau lim pay. "Kau mesti memaklumi keadaanku sekarang, aku hanya bisa
menandingimu secara sungguh-sungguh, jika tidak bagaimana
mungkin orang lain mau percaya" Apalagi dg sikapku ini justru
mendatangkan manfaat dan keuntungan bagimu."
Sampai disini, Kho Beng baru memahami secara jelas semua
kejadian yg sesungguhnya.
Pelan-pelan dia menarik kembali pedangnya, tapi rasa curiganya
terhadap Sun Thian hong belum hilang sama sekali, katanya lagi
dingin: "Moga-moga saja sehala sesuatunya hanya merupakan
kecurigaanku sendiri. Kalau toh hanya ciangbunjin dan sibungkuk
cianpwee yg mengetahui asal usulku, darimana tianglo dari Siau lim
si itu bisa memperoleh kabar tentang diriku" Dan lagi mengetahui
juga hubungan sibungkuk dgku?"
Sampai saat inilah ketua Sam goan bun baru dapat
menghembuskan napas panjang, mendengar pertanyaan itu dia
segera menjawab: "Dalam soal ini aku sendiripun merasa heran, yg lebih aneh lagi
darimana Bok sian taysu bisa menduga kalau kau adalah anak murid
sibungkuk...?" "Ketika mendengar perkataan tersebut, Kho Beng jadi sangat
terperanjat, segera pikirnya:
"Sewaktu berada diperkampungan Hui im san ceng, pernah
kuungkapkan kalau guruku adalah Unta sakti berpunggung baja,
jangan-jangan mereka berdua yg menyampaikan kabar ini kepada
Siau lim si?" Ia lantas teringat kembali dg peristiwa lama, dimana sipedang
tanpa bayangan serta sastrawan berkipas kemala telah melakukan
penyelidikan keperkampungan Hui im san ceng ditengah malam.
Lalu teringat pula lenyapnya lencana Siong im giok leng milik Kho
Po koan dan hilangnya kitab pusaka yg disimpan Bu wi lojin,
bukankah kesemuanya ini menunjukkan kalau sipedang tanpa
bayangan serta sastrawan berkipas kemala amat mencurigakan"
Diam-diam ia menghentakkan kakinya sambil tertawa getir,
mimpipun tak pernah disangka bahwa akhirnya dia bahkan siap
menjual nyawa untuk mereka.
Berpikir sampai disitu, dia baru sadar bahwa kecurigaannya
terhadap Sun Thian hong sebenarnya tidak beralasan, maka dg
wajah bersungguh-sungguh katanya:
"Terima kasih banyak atas penjelasan ciangbunjin pada malam
ini, budi kebaikanmu pasti akan kubalas dikemudian hari, aku hanya
berharap, disaat Kho Beng melakukan pembalasan dendam nanti,
harap ciangbunjin tidak melibatkan diri dalam pertikaian itu.
Sun Thian hong menghela napas panjang.
"membangun suatu perguruan adalah sulit, aku sadar kalau tak
punya harapan lagi untuk membangun perguruanku lebih besar, oleh
sebab itu harapanku sekarang tinggal mencari pewaris buat
jabatanku ini, buat apa aku melibatkan diri dalam pertikaian seperti
ini?" "Ciangbunjin, dapatkah kau jelaskan siapa-siapa saja yg terlibat
dalam penyerbuan dan penumpasan terhadap Hui im ceng pada
masa itu?"" Sun Thian hong menggelengkan kepalanya:
"Sejak aku menjabat sebagai ketua sam goan bun hingga kini
kami tak pernah tinggalkan pintu perguruan baran selangkah pun,
terhadap musibah yg menimpa gedung kalianpun hanya kudengar
beritanya saja. Tapi yg pasti musuhmu sangat banyak dan mencakup banyak
dan mencakup banyak perguruan kenamaan, kalau menurut
nasehatku bertindaklah dg hati-hati dan tak usah gegabah, apalagi
kau sudah tahu kalau Siau lim si terlibat didalamnya, tak salah jika
kau lakukan penyelidikan lewat situ, aku yakin tak sulit bagimu untuk
mengetahui duduk persoalan yg sebenarnya."
Dg jawaban tersebut, sama artinya dia menolak untuk memberi
jawaban. Dari perkataan tersebut, Kho Beng segera memahami
maksudnya, dia mengerti bahwa Siau lim si mempunyai daya
pengaruh yg besar dan kuat, rasanya sulit untuk mencari urusan dg
mereka, ini berarti lebih baik mencari sasaran lain yg lebih lemah
untuk melakukan penyelidikan tersebut.
Tiba-tiba ia teringat kembali dg sastrawan berkipas kemala,
bukankah orang ini merupakan satu-satunya titik terang yg bisa
digunakan sebagai langkah pertama penyelidikannya"
Berpikir sampai disitu, cepat-cepat dia menjura seraya berkata:
"Kalau memang ciangbunjin merasa keberatan, akupun tak akan
memaksa lebih jauh tapi dapatkah kau memberi petunjuk dimanakah
alamat seseorang?" "Coba kau sebutkan namanya?"
"Apakah ciangbunjin mengetahui seseorang yg bernama
Sastrawan berkipas kemala?"
Sun Thian hong segera manggut-manggut:
"Sastrawan berkipas kemala Beng Yu berdiam di Hway sang, tak
ada salahnya kau mencari tahu disekitar kota Yang ciu, mungkin
alamatnya segera akan kau temukan."
"Terima kasih atas pemberitahuanmu dan akupun hendak mohon
diri lebih dulu." Kata Kho Beng seraya menjura.
Dg cepat dia membalikkan badan dan siap beranjak pergi dari
situ. Tiba-tiba terdengar Sun Thian hong berkata:
"Aku tak bisa memberi apa-apa kepadamu, hanya kudoakan
semoga kalian kakak beradik dapat segera berkumpul kembali dan
membangun perkampungan Hui im san ceng seperti dahulu."
Kho Beng sudah hampir melangkah kelar dari pintu ketika
mendengar perkataan tersebut, dg cepat dia menghentikan
langkahnya, sementara perasaan hatinya bergetar keras.
Apakah ada sesuatu yg tak beres dg perkataan dari Sun Thian
hong itu" Tidak! Tapi kata "Semoga kalian kakak beradik dapat segera
berkumpul kembali" membuat Kho Beng teringat kembali dg kedele
maut, terutama sekuntum bunga putih yg menghiasi sanggulnya.
Bukankah bunga putih tersebut mirip sekali dg bunga putih yg
dipesankan ayahnya dulu"
"Bunga serunai putih menghiasi sanggul, siang malam empat
musim tak pernah berubah?"
Benarkah kedele maut yg menggemparkan dunia persilatan
selama ini sesungguhnya adalah kakak perepuannya"
Penemuan yg mendadak dan sama sekali tak terduga ini segera
membuat Kho beng terperanjat dan gemetar keras saking emosinya.
Dg suatu gerakan cepat pemuda itu berpaling kearah Sun Thian
hong, kemudian serunya: "Ciangbunjin, apakah kabar tentang kedele maut yg kusampaikan
kepadamu pagi telah kau sebarkan luaskan?"
Ketika melihat perubahan diatas wajah Kho Beng, diam-diam Sun
Thian hong ikut terkejut, berbicara sesungguhnya ia merasa tak
sanggup menghadapi pemuda ini.
Karenanya cepat-cepat dia menjawab:
"Sesudah kau meninggalkan diriku tadi, berita tersebut segera
kusebar luaskan dg mengutus beberapa orang muridku."
Dg wajah berubah hebat Kho Beng segera membentak:
"Harap ciangbunjin segera menarik kembali berita tersebut."
Sun Thian hong menjadi tertegun, dg keheranan ia segera
bertanya: "Apakah ada sesuatu yg tak beres?"
Tentu saja Kho Beng tak ingin menjelaskan kalau kedele maut
sebetulnya adalah enci kandungnya dg keras dia membentak lagi:
"Tidak ada yg tak beres! Aku hanya menyuruh kau menarik
kembali berita tersebut secepatnya."
Sun thian hong mulai tak tahan dg sikap kasar itu, dg suara
dalam dia berkata pula: "Kho Beng, berita tersebut telah kusebarkan kemana-mana,
bahkan kujelaskan pula kalau orang yg berhasil menemukan raut
wajah kedele maut adalah kau. Begitu hal tersebut merupakan suatu
pahala besar. Dg begitu bukan saja pihak Siau limsi akan
mengurangi sikap tegangnya dg dirimu, seluruh umat persilatan pun
akan mengetahui jasa mu terhadap dunia persilatan. Ini berarti akan
mempersulit juga niat Siau lim pay untuk menyusahkan dirimu, masa
dalam hal inipun kau menaruh curiga kepadaku?"
Dg perasaan tak sabar Kho Beng berkata:
"Aku tidak butuh segala macam jasa atau pahala, kau tak usah
ribut lagi, cepat kirim orang untuk menghentikan penyebaran berita
tersebut, selain itu akupun minta kepadamu untuk menarik kembali
segenap anggota Sam goan bun yg ditugaskan mengawasi kedele
maut, apakah kau sanggup melaksanakan hal tersebut?"
Mendengar perkataan ini, Sun Thian hong menjadi tertegun.
Tapi bagaimanapun juga jahe makin tua makin pedas, setelah
embayangkan kembali gambaran tentang kedele maut yg
didengarnya dari Kho Beng pagi tadi, kemudian menyaksikan sikap
tegang dari pemuda tersebut, jago tua tersebut segera dapat
menduga apa yg teradi. Tapi berhubung Kho Beng enggan menjelaskan, Sun Thian hong
pun tak ingin membongkarnya pula, dg nada yg sangat tenang dia
berkata: "Kalau toh kau tak ingin kulakukan hal tersebut, tentu saja akan
kuturuti kehendakmu itu, Cuma aku kuatir sudah tak sempat lagi."
"Kenapa tak sempat?" seru Kho Beng sambil melotot.
"Aku telah mengutus tiga orang yg terbagi dalam tiga jurusan
untuk menyampaikan berita tersebut, dua jurusan menuju ke bu
Tong pay dan Siau lim pay, tapi karena perjalanan yg jauh mungkin
juga mereka masih bisa dicegah kembali, tapi yg menuju kearah
Tong ting oh justru paling sukar dikejar sebab jaraknya dekat sekali,
hanya dua ratus li. Sekalipun dikejar belum tentu dapat disusul."
Kho Beng menjadi sangat gelisah, setelah berpikir sejenak buruburu
katanya: "Kalau begitu harap ciangbunjin segera mengirim orang untuk
memanggil pulang utusanmu yg pergi ke Bu Tong pay dan Siau lim
pay, sedang aku akan mengejar kearah Tong ting oh."
Tanpa membuang waktu lagi dia segera melompat keluar dari
pintu dan secepat kilat menuruni bukit.
Fajar telah menyingsing. Sudah semalam suntuk Kho Beng menempuh perjalanan cepat
tanpa beristirahat, dia tak ingin kakak kandungnya terancam bahaya
gara-gara perbuatannya. Maka tanpa mengenal lelah, dia menempuh perjalanan terus
tanpa berhenti, begitu tiba dikota dia membeli ransum dan dua ekor
kuda, kemudian meneruskan pengejaran kearah telaga Tong ting.
Tapi setelah melakukan pengejaran seharian, tiba-tiba pemuda
itu jadi tertegun, rupanya karena begitu tergesa-gesa menempuh
perjalanan dia telah lupa untuk menanyakan siapa yg membawa
berita untuk wilayah Tong ting oh dan kemanakah dia mesti
menemukan orang tersebut"
Namun nasi sudah jadi bubur, sekalipun kesal dan murung Kho
Beng tak bisa berbuat apa-apa.
Untung saja dia cukup kenal dg setiap anggota Sam goan bun,
asalkan sebelum orang itu tiba ditelaga Tong ting, dia yakin orang
tersebut pasti dikenalinya.
Namun pemuda tersebut lupa akan satu hal, jika dia mampu
melakukan perjalanan cepat, apakah orang lain pun tak mampu
melakukan hal yg sama"
Apalagi sebelum dia mulai melakukan pengejaran, orang itu
sudah menempuh perjalanan sejauh seratus li lebih, betapapun
cepatnya pengejaran yg dilakukan mana mungkin bisa menyusul
orang tersebut" Sambil mengayunkan cambuknya, Kho Beng melarikan kudanya
cepat-cepat, satiap kali satu jam lewat, dia segera menukar kudanya
dg kuda yg lebih segar. Begitu seterusnya sehingga menjelang senja, telaha Tong ting
sudah nampah dikejauhan sana.
Dalam waktu sehari dia telah menempuh perjalanan sejauh dua
ratus li, jarak tersebut boleh dibilang cukup cepat, tapi Kho Beng
tetap merasa kesal dan kecewa.
Sebab sepanjang jalan dia sudah memasang mata baik-baik,
namun tak seorangpun anggota sam goan bun yg ditemukan.
Keadaan sudah semakin jelas, biarpun dia telah berusaha
melakukan pengejaran, namn hasilnya dia masih tetap ketinggalan
satu langkah. Tiba ditepi telaga Tong ting, kedua ekor kudanya sudah mandi
peluh dan berbuih dari mulutnya, begitu lemas kedua ekor binatang
tersebut sehingga boleh dibilang tak berkekuatan lagi untuk
meneruskan perjalanan. Demikian pula dg Kho Beng sendiri, seluruh tubuhnya sudah
basah kuyup oleh keringat, napasnya tersengal sengal dan matanya
terasa berat sekali. Biarpun pemandangan alam disekelilingnya tampak indah dibulan
ketiga ini, Kho Beng sama sekali tak berminat untuk menikmatinya,
sambil mementangkan matanya yg berat dan penat, ia
memperhatikan sekeliling tempat itu penuh rasa tegang dan panik.
"Apa yg harus kulakukan sekarang?" sambil termangu mangu dia
mengawasi kedua ekor kudanya yg tergeletak ditepi jalan itu tanpa
berkedip. Pertama-tama dia harus dapat menduga lebih dulu kemanakah
tujuan berita yg dikirim ketua Sam goan bun untuk wilayah telaga
Tong ting itu" Bila hal ini tak dapat terpecahkan, maka sekalipun dia panik dan


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bingung pun tak ada gunanya.
Dalam keadaan begini, terpaksa Kho Beng harus beristirahat
sejenak, dia ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk
menenangkan kembali pikirannya serta berusaha untuk mencari
jalan guna mengatasi persoalan ini".
Pada saat itulah, tiba-tiba ia mendengar ada suara langkah
manusia berhenti disisi tubuhnya, menyusul kemudian terdengar
seseorang menyapa: "Hey sobat, kalau kulihat tubuhmu basah oleh keringat dan
kudamu tergeletak kepayahan ditepi jalan, apakah ada suatu berita
penting yg hendak kau sampaikan kemari?"
Dg perasaan tertegun, cepat-cepat Kho Beng membuka matanya
kembali, terlihatlah tiga otang telah berdiri dihadapannya.
Ketiga orang itu rata-rata berusia tiga puluh tahunan, bertubuh
kekar berwajah keren dan berbaju ringkas berwarna kuning, sebuah
ruyung emas bersinar kekuningan memancar ari pinggangnya.
Saat itu mereka dg keenam sorot matanya sedang mengawasi
Kho Beng tanpa berkedip, bila dilihat dari wajahnya yg gelisah
seakan-akan mereka ingin mengetahui sesuatu dg cepat.
Dalam lelahnya Kho Beng merasa pikirannya agak bebal melihat
keadaan tersebut, dia segera berseru:
"Apakah kalian bertiga sedang bertanya kepadaku?"
Melihat hal ini lelaki yg berada ditengah itu segera tertawa
terbahak bahak" "Ha"ha".ha".walaupun kita tak pernah bersua, umat persilatan
kan bersumber satu, apalagi setelah kami saksikan wajahmu gelisah
bercampur panik, itulah sebabnya secara gegabah kami telah
menegur anda untuk itu harap anda jangan marah atas kecerobohan
kami bertiga ini." Setelah mendengar perkataan tersebut, pikiran Kho Beng jga
menjadi sadar, setelah berpikir sejenak ia segera menjadi paham
kembali. Karenanya dg sikap tegang Kho Beng segera menjawab:
"Benar aku memang membawa berita penting, tapi bolehkan aku
tahu siapa nama anda bertiga?"
Lelaki ditengah itu segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha".ha".ha".siaute adalah Kim Han bersama Liat dan Kim Yog
disebut orang sebagai Kim kong sam pian(tiga ruyung raksaa), tapi
orang diwilayah Sam siang memanggil kami Kim toa, Kim ji dan Kim
sam, boleh aku tahu siapa nama anda?"
Kim lotoa mempunyai suara yg lantang sedang ketiga bersaudara
itu sama-sama mempunyai perawakan tubuh yg tingi besar seperti
raksasa, memang sesuai sekali dg nama julukannya.
Sebelum tersenyum, Kho Beng segera menjura, katanya:
"Oooh, rupanya tiga pendekar dari keluarga Kim, selamat bersua,
selamat bersua, siaute Kho Beng."
Begitu namanya disebutkan, paras muka tiga bersaudara dari
keluarga Kim ini segera berubah hebat, tubuh mereka bergetar keras
dan keenam buah mata mereka bersama mengawasi wajah Kho
Beng tanpa berkedip. Selang beberapa saat kemudian Kim lotoa baru menjura lagi
seraya berkata dg sikap sangat menghormat:
"Oooh, rupanya anda adalah Kho sauhiap, sejak masih berada
dikota Gak yang tadi, siaute sudah mendengar tentang nama besar
anda yg dikirim dari bukit Kun san, sungguh tak disangka baru saja
namanya terdengar, orangnya sudah tiba, beruntung sekali kami tiga
bersaudara dapat bertemu dgmu secepat ini."
Berbicara sampai disini, dia segera berpaling kekiri kanan sambil
membentak: "Loji, losam mengapa kalian tidak segera maju untuk memberi
hormat kepada Kho siauhiap" Mari kita pergunakan kesempatan ini
untuk bersahabat lebih akrab dgnya."
Kho Beng sangat terkejut setelah mendengar perkataan yg penuh
sanjungan itu, buru-buru dia membalas hormat Kim lotoa sambil
cegahnya: "Kalian tiga bersaudara tak usah banyak adat..."
Tapi kim loji dan Kim losam telah keburu maju kemuka dan
menjura seraya berkata: "Kho siauhiap tak usah merendah, kami bertiga bisa berkenalan
dulu dg siauhiap jauh sebelum umat persilatan lain mengenalimu,
boleh dibilang hal ini merupakan suatu keberuntungan dan
kehormatan bagi kami."
Terpaksa Kho Beng membalas hormat sekali lagi, kemudian dg
berlagak keheranan dia berseru:
"Kita belum pernah bersua, lagipula aku tak pernah berjasa apaapa,
mengapa kalian bertiga menaruh sikap begitu hormat
kepadaku?" Kim loji segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha...ha...ha...sekalipun orang pandai segan menunjukkan
kepandaiannya, namun sikap saudara Kho kelewat merendah, dalam
setengah tahun terakhir ini, ulah si kedele maut sudah cukup
menggetarkan seluruh dunia persilatan dan membuat hati orang tak
pernah tenang, tapi hanya saudara seorang yg berhasil menyelidiki
iblis tersebut serta menyingkap wajah aslinya. Jasamu besar sekali
dan namamu telah menggetarkan selurh dunia persilatan, bukan
hanya kami tiga bersaudara yg menaruh perasaan kagum
kepadamu, aku percaya setiap umat persilatan akan menyanjung
serta menghormatimu..."
Sesungguhnya perkataan ini sangat memabukkan dan bisa
membuat seseorang dalam alam nirwana, tapi bagi Kho Beng,
ucapan tersebut seperti guntur membelah bumi disiang hari bolong,
seketika membuat hatinya tercekat dan senyumannya menjadi getir.
Kenyataan membuktikan bahwa apa yg dikuatirkan selama ini
memang nyata terbukti, anggota Sam goan bun yg ditugaskan
menyampaikan berita tersebut telah tiba lebih dulu guna menyebar
luaskan berita itu kemana-mana.
Ini berarti gerak gerik encinya dikemudian hari akan memperoleh
hambatan yg sangat besar, malah bisa jadi jiwanya akan terancam
bahaya maut. Sekalipun perasaan Kho Beng saat ini sangat gelisah, namun
perasaan tersebut tidak sampai diperlihatkan diwajahnya, sambil
tertawa paksa segera ujarnya:
"Jihiap terlalu memuji diriku, padahal kejadian tersebut hanya
kuketahui secara kebetulan, jadi bukan atas dasar kemampuan
sendiri, urusan sekecil ini tidak sepantasnya disanjung sanjung."
Kim Lotoa dan Kim loji telah angkat bicara, maka Kim losam pun
tak tahan ikut menyanjung pula.
"Ha...ha....ha...saudara benar-benar kelewat merendah, padahal
pihak Siau lim si telah menyiapkan Budha emas, pihak Bu Tong pay
menyiapkan panji kebesaran, semuanya itu dihadiahkan bagi para
pendekar yg berjasa. Siapa sih yg tak ingin memperoleh
penghormatan seperti ini" Dan sekarang anda telah mendapat
penghormatan itu, apakah hal ini tak pantas disanjung"
Ha...ha....ha...." "Tapi siaute sama sekali tidak berharap mendapatkan panji emas
atau perak, aku tidak mengharapkan apa-apa."
Kim Lotoa jadi termangu, kemudian serunya keheranan:
"Harap anda jangan salah mengerti, Budha emas dan panji perak
bukan saja menjadi lambang penghormatan umat persilatan
kepadanya, juga menjadi lambang rasa hormat dan kagum tujuh
partai besar kepadanya. Dg membawa Buddha emas panji perak
tersebut, kemanapun anda hendak pergi disitulah segala sesuatu
akan tersedia bagimu, bila menghadapi kesulitan macam apapun dg
memperlihatkan kedua macam benda itu, maka semua kesulitan
akan hilang dg sendirinya, kami tiga bersaudara berharap bisa
mendapatkannya pun tak punya kesempatan, masa kau malah
menolak pemberian itu."
Sekarang Kho Beng baru tahu, rupanya hal tersebut bisa
mendatangkan penghormatan sedemikian tinginya, tak heran kalau
ketua Sam goan bun menyebutnya sebagai suatu pahala besar dan
umat persilatan banyak yg rela mempertaruhkan jiwa raga untuk
mendapatkannya. Tapi apa yg bisa diperolehnya sekarang" Sekalipun ingin
mendapatkannya pun belum tentu mampu diterimanya.
Rasa masgul dan kesal yg menyelimuti perasaan hatinya
sekarang sungguh tak terlukiskan dg kata-kata, cepat-cepat dia
mengalihkan pembicaraan tersebut kesoal lain, katanya:
"Sudah setengah harian lamanya kita berbicara, tapi hampir saja
melupakan suatu persoalan penting, boleh aku tahu saat ini anggota
Sam goan bun yg bertugas menyampaikan berita itu berada
dimana?" "Sebenarnya siauhiap telah membawa berita apa lagi?" Kim lotoa
segera bertanya dg perasaan tegang.
Kho Beng segera menggeleng.
"Dijalanan banyak telinga dan mata, tak baik kita bicara ditempat
semacam ini." Kim loji segera manggut-manggut.
"Ya betul! Bagaimana kalau kita pergi kerumah makan Ui hok lu
didepan sana..." Kho Beng jadi tertegun. "apakah Ui hok lo bukan tempat umum yg lebih terbuka dg aneka
macam manusia" Mau apa kita kesana?"
Kim Losam tersenyum. "Tampaknya Kho Siauhiap masih belum tahu tentang duduk
persoalan yg sebenarnya, kini segenap umat persilatan yg sedang
mencari jejak iblis tersebut telah berkumpul semua ditelaga Tong
ting ini dg mengangkat Liong kiong siancu Kiong Ceng san loya cu
dari Kan san sebagai pimpinan sambil melanjutkan usahanya
mencari jejak iblis tersebut. Hari ini sudah mencapai hari ketiga,
kiong tayhiap sengaja menjadi tuan rumah borong rumah makan Ui
hok lo tersebut, selain untuk menjadi tuan rumah yg baik hingga
bisa menjamu sesama rekan persilatan dg sebaik-baiknya, disamping
itu juga bisa digunakan sebagai tempat bertukar pendapat, kami
justru sedang mendapat tugas untuk menerima tamu sebelum
bertemu dg siauhiap secara kebetulan tadi."
Dg perasaan terperanjat buru-buru Kho Beng berseru:
"Jadi semua rekan persilatan telah berkumpul diwilayah ini,
apakah kalian telah menemukan sesuatu."
Kim Lotoa menghela napas panjang, katanya:
"Lima hari berselang, Tui hun jit kiau(tujuh keahlian pengejar
nyawa) Cia tayhiap telah menemui ajalnya dikota Gak yang, oleh
sebab itu Siau lim tianglo yg bertanggung jawab dalam soal ini
segera menurunkan perintah agar segenap umat persilatan
berkumpul disekitar telaga Tong ting dan kota Gak yang sembari
melakukan pengepungan, dg cara demikian diharapkan si kedele
maut segera akan unjukkan diri, sehingga berita yg anda kirim boleh
dibilang tiba tepat pada saatnya, nah silahkan."
Kho Beng semakin gelisah lagi setelah mendengar perkataan itu,
dia tak mengira kalau peristiwa tersebut akan berkembang sampai
begini, tak heran kalau ketua Sam goan bun mengirim utusan
khusus ke telaga Tong ting.
Namun segala urusan menjadi gawat dan amat mendesak untuk
beberapa saat pun dia tak berhasil menemukan cara terbaik untuk
menanggulangi kejadian tersebut, sampai-sampai berita penting yg
semula telah dipersiapkan secara matangpun sekarang jadi bubar
tak karuan. Ya, hal ini memang bisa dimaklumi, persoalannya sudah
menyangkut keselamatan jiwa kakak kandungnya tapi semakin dia
panik, pikirannya semakink alut dan tak mampu dikonsentrasikan
kembali, otomatis diapn tak berhasil menemukan suatu jalan
keluarnya. Sementara itu tiga ruyung raksasa telah mempersilahkan Kho
Beng untuk berjalan didepan sedang mereka bertiga mengiring
disampingnya, melihat rumah makan Ui hok lo kian lama bertambah
dekat, hampir saja Kho Beng kabur dari situ agar bisa berpikir secara
tenang. Tapi dia mengerti, keadaan dan kondisi tidak mengijinkan dia
berbuat begini, terpaksa dia melompat langkahnya dg sengaja, agar
waktu yg tersisa itu dapat dimanfaatkan untuk mencari jalan keluar.
Betapapun panjangnya jalan yg harus dilalui, akhirnya bakal
habis juga, apalagi jarak sejauh seratus kaki sebetulnya dekat sekali.
Akhirnya Kho Beng melangkah masuk kedalam pintu gerbang
rumah makan Ui hok lo, pakaiannya yg kering terhembus angin kini
basah lagi oleh keringat.
Tapi yg mengalir sekarang bukan keringat panas melainkan
keringat dingin karena dia kelewat tegang dan gelisah.
Meski begitu diapun berhasil juga menemukan dua cara terbaik
untuk menangulangi dua kemungkinan yg terjadi.
Setelah masuk kepintu gerbang Ui hok lo, Lo sam dari tiga
ruyung raksasa dg memburu masuk lebih dulu kedalam ruangan.
Menanti Kho Beng sudah naik ketangga, terdengar suara Kim
losam berseru lantang: "Cianpwee dan rekan-rekan sekalian, Kho siauhiap yg berhasil
menemukan jejak iblis itu sudah tiba dibawah loteng ini, kini ia
ditemani toako dan jiko ku, siaute sengaja mengabarkan dulu
sehingga kita dapat memberikan sambutan yg meriah."
Perkataan itu diucapkan dg penuh rasa bangga dan gembira
seakan-akan bisa berjalan bersama Kho Beng sudah merupakan
suatu kebanggaan baginya.
Menanti Kho Beng mencapai ujung loteng, tampaklah lima
puluhan jago yg berada dalam ruangan tersebut seretak telah
bangkit berdiri untuk memberikan sambutannya.
Sambutan yg begitu meriah dan diluar dugaan ini benar-benar
mengejutkan Kho Beng, sekalipun dia sudah mempunyai gambaran
sebelumnya dari pembicaraannya dg ketiga ruyung raksasa tersebut.
Dibawah sinar lentera yg terang benderang menerangi seluruh
ruangan, ditengah ruangan sudah disediakan enam buah meja
perjamuan. Laki perempuan, tua muda meski tidak menunjukkan
sikap yg sama ada yg menatap ada juga yg berdiam, ada yg gagah
tapi ada juga yg tenang, naun sorot mata mereka rata-rata tajam
seperti sembilu. Dari sini dapat diketahui bahwa sebagian besar yg hadir adalah
jago-jago persilatan kelas satu yg memiliki kepandaian silat amat
tinggi didalam dunia persilatan.
Tampak seorang kakek bermuka merah berjenggot panjang yg
duduk dimeja tengah segera menjura kepada Kho beng sambil
tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya:
"Baru siang hari tadi beritanya tiba, kini orangnya sudah mncul,
siauhiap benar-benar naga diantara manusia, mewakili segenap
umat persilatan yg hadir kuucapkan salut dan kegembiraan kami
untuk menyambut kedatangan anda."
Kim Lotoa yg berada disisinya segera menyela:
"Siauhiap, cianpwee ini adalah Liong kiong sincu, Kiong tayhiap
dari Kun san yg termasyur diseantero jagat."
Kho Beng segera menjura pula kepada kakek itu sambil sahutnya:
"Kiong locianpwee terlalu memuji, padahal menyelidiki jejak iblis
sudah menjadi kewajiban dari kita umat persilatan, janganlah
bersikap begitu menghormat, aku yg muda menjadi rikuh
rasanya...." Kemudian sambil menjura kepada kawanan jago lainnya, ia


Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata pula: "Silahkan cianpwee sekalian melanjutkan daharnya, maaf bila
kehadiran aku yg muda telah mengganggu kegembiraan kalian."
Lima puluhan jago persilatan itu segera membalas hormat,
suasana menjad gaduh. Sambil tertawa tergelak kembali Kiong Ceng san berkata:
"Bagus, bagus sekali, meski membuat pahala namun tidak
sombong, memang begitulah ciri sejati dari seorang pendekar muda,
mari kita siapkan tempat duduk buat Kho siauhiap, aku mesti
menghormatinya dg tiga cawan arak."
Seruan tersebut segera disambut dg kerepotan sangat, para
pelayan segera menyiapkan kursi sumpit dan cawan, sementara para
jago yg duduk dimeja utama sama-sama bergeser untuk
meluangkan sebuah tempat kosong.
Tiga ruyung raksasa segera mempersilahkan Kho Beng enempati
meja perjamuan utama, persis duduk bersebelahan dg Liong kiong
sincu, sementara mereka sendiri duduk diluar lingkaran meja
perjamuan yg tersedia. Situasi seperti ini tentu saja amat mengejutkan Kho Beng, sampai
dia menjadi tegang sekali.
Sejak kecil dia sudah hidup terlantar dan menyendiri, setelah
terjun kedalam dunia persilatan, diapun belum pernah menjumpai
keadaan seperti ini, terutama sanjungan serta penghormatan seperti
yg begini tinggi. Apalagi setelah dia saksikan pembagian tenpat duduk berbentuk
bunga bwee itu, sekalipun sepintas lalu tak nampak perbedaannya,
namun dalam kenyataan pembagian dalam tingkatan kedudukan
dilakukan sangat telit. Seperti halnya dg tiga ruyung raksasa, mereka hanya kebagian
tempat duduk diurutan paling bawah dekat mulut tangga, jelas
menunjukkan kalau kedudukan mereka adalah tingkat paling rendah
diantara para jago yg hadir.
Padahal saat ini dia duduk dikursi utama, hal ini menunjukkan
kalau dia sangat dihormati,
Jilid 08 Apa sebabnya dia bisa peroleh penghormatan setinggi ini" Tak
perlu ditebak pun sudah jelas. Hal ini disebabkan Kho Beng berhasil
membongkar kedok rahasia daei si Kedele Maut hingga membuat
sebuah pahala besar. Atau dg kata lain dialah yg kemungkinan besar akan
mendapatkan Buddha Emas dari Siau lim pay dan panji perak dari Bu
tong pay, jelas masa depannya amat cemerlang.
Tapi siapa pula yg menduga bahwa sesungguhnya Kedele Maut
adalah kakak kandung Kho Beng sendiri"
Kho Beng yang berada dibawah perhatian beratus mata benarbenar
merasa sangat tidak tenang, bagaikan duduk dikursi berjarum,
dia tidak bisa melukiskan bagaimanakah perasaannya waktu itu.
Ketika melihat Kiong ceng san menghormatinya dg arak, meski
Kho Beng tak pandai minum, dalam keadaan demikian dia memang
perlu meminjam pengaruh alkohol untuk membangkitkan
semangatnya, maka tanpa berpikir panjang dia meneguk tiga cawan
arak dan membalas dg tiga cawan pula.
Setelah enam cawan masuk keperut, mukanya mulai merasa
panas dan semangatnya berkobar pula, tapi ketika jago lain ikut
menghormatinya dg arak, pemuda itu mulai mengeluh.
Bila ditolak hal ini berarti tidak menghormati orang lain, jika tidak
ditampik, ia pasti akan mabuk padahal keselamatan jiwa encinya
sedang terancam" Untunglah disaat inilah tiga ruyung raksasa dapat menyelamatkan
Kho Beng dari kesulitan. Buru-buru Kim lotoa berdiri seraya berkata:
"Para cianpwee dan saudara sekalian, baru saja Kho siauhiap tiba
disini, sewaktu ditemukan kedua ekor kudanya sudah roboh dan
siauhiap sendiri mandi peluh, konon ada berita yang lebih penting
lagi hendak disampaikan, aku rasa kita tidak boleh menunda-nunda
kesempatan siauhiap untuk berbicara.
Ternyata perkataan tersebut segera mendatangkan hasil yg luar
biasa, diiringi seruan kaget para jago bersama-sama menghentikan
perbuatannya dan duduk kembali dg wajah tegang.
Dibawah perhatian begitu banyak orang, seketika itu juga Kho
Beng merasakan tekanan yg sangat berat, buru-buru dia berkata:
"Yaa, hampir saja aku melupakan suatu persoalan besar padahal
sejak pagi tadi aku menyusul kemari dg menggunakan dua ekor
kuda secara bergantian dg menempuh perjalanan sejauh dua ratus li
lebih, sebetulnya ada berita tentang Kedele Maut yg hendak
kusampaikan..." Begitu perkataan tersebut diucapkan, seruan kaget kembali
bergema memenuhi seluruh ruangan.
Sekali lagi paras muka Liong kiong sincu Kiong ceng san berubah
hebat, segera tanyanya: "Apakah kau berhasil mendapatkan penemuan baru?"
Dg berlagak serius Kho Beng berkata:
"Pagi tadi aku telah mendapat serangan gencar, pihak lawan dg
segenggam kedele yg dusebarkan seperti bunga hujan mengancam
tubuhku dg hebat, andaikata aku tidak tahu diri dan pandai
menunggang kuda, mungkin jiwaku telah melayang sejak pagi tadi."
Dg wajah berubah hebat Liong kiong sincu berseru tertahan:
"Kau mengatakan si Kedele Maut telah menyergapmu?"
Kho Beng manggut-manggut.
"Yaa, yg kumaksudkan memang Kedele Maut, disamping itu
akupun perlu menerangkan kepada cianpwee sekalian bahwa Kedele
Maut telah muncul dg wajah aslinya, ternyata dia adalah seorang
peempuan berambut hitam yg berusia tiga puluhan dan bermuka
jelek seperti kuntil anak, sebaliknya dua perempuan yg meski
berparas agak lumayan namun dandananya justru kebanci-bancian,
mirip sekali dg bocah bodoh?"
Keterangan bohong yg diutarakan olehnya ini segera
menimbulkan seruan kaget daris seluruh jago yg ada.
Tak tahan lagi Liong kiong sincu berseru:
"Menurut utusan yg dikirim dari Sam goan bun dijelaskan bahwa
Kedele Maut adalah seorang nona berusia dua puluhan berwajah
cantik jelita dan menggunakan payung sebagai senjata, sedang dua
orang dayangnya menggunakan ikat pinggang perak, apakah utusan
dari Sam goan bun telah salah menyampaikan?"
"Tidak, berita dari utusan Sam goan Bun memang begitulah
keterangannya." "Lalu apa sebabnya wajah kedele maut bisa berubah lagi?" tanya
Liong kiong sincu tak habis mengerti.
"Menurut dugaanku, bisa jadi Kedele maut yg kujumpai untuk yg
pertama kalinya dikota Tong sia tempo hari adalah wajah
penyamaran mereka." Mendengar keterangan tersebut, Liong kiong sincu segera
menghela napas panjang: "Aaaai, kalau begitu pengepungan kita yg ketat disekitar Gak
yang dan telaga Tong ting kembali akan sia-sia belaka?"
"Kiong tayhiap jangan keburu putus asa!" mendadak dari sisi Kho
Beng berkumandang seruan yg berat tapi penuh bertenaga.
Cepat-cepat Kho Beng berpaling, ternyata sipembicara adalah
seorang pendeta tua beralis mata putih yg waktu itu sedang
mengawasi kearahnya dg pandangan tajam.
Kho Beng sangat terkejut setelah menghadapi kejadian ini, dia
tak tahu siapakah pendeta tua ini sebab Kiong ceng san belum
sempat memperkenalkan kawanan jago itu satu persatu kepadanya.
Yg membuat dia tak tenteram adalah ketajaman mata sang
pendeta yg ibarat pisau tajam siap menyayat hatinya itu, pandangan
semacam itu terasa tajam dan menggidikkan hati.
Dia seakan-akan mencurigai Kho Beng tapi seperti juga sedang
mencari sesuatu dari tubuh pemuda tersebut, pokoknya pandangan
tersebut mengartikan banyak sekali tapi justru karena banyak
mengandung maksud hingga pada hakekatnya susah dicernakan dg
begitu saja. Satu ingatan dg cepat melintas dalam benak Kho Beng, pikirnya:
"Mungkinkah dibalik keteranganku tadi terdapat titik
kelemahannya" Ataukah mungkin dia sudah mengetahui
rencanaku?" Sementara dia termenung, pendeta tua itu sudah berkata dg
suara dalam: "Siau sicu banyak hal yg tidak kupahami, bersediakah sicu
memberi keterangan?"
"Tentu saja, silahkan taysu bertanya?"
"Darimana siau sicu bisa mengatakan bahwa orang yg
menyerangmu pagi tadi adalah si kedele maut?"
Terhadap pertanyaan semacam ini Kho Beng memang telah
menyiapkan jawabannya, maka sambil tersenyum segera jawabnya:
"Dalam dunia persilatan dewasa ini, selain Kedele Maut, siapa
pula yg menggunakan biji kedele sebagai senjata rahasianya"
Apalagi sekalipun wajahnya telah berubah namun senjata yg
digunakan tetap berupa payung bulat, kalau tidak mana berani
kukatakan seyakin ini?"
Pendeta itu segera manggut-manggut, dia kembali berkata:
"Perkataan itu benar juga, apalagi jika dilihat dari tindakan Kedele
Maut yg melanggar kebiasaannya dg menyerangmu disiang hari,
jelas kalau dia telah berniat membunuhmu, hanya saja masalah yg
ingin kuketahui adalah atas dasar apa sicu dapat mengatakan secara
yakin bahwa kedele maut yg kaujumpai hari ini adalah wajah aslinya
sedang wajah yg kau jumpai dikota Tong sia adalah wajah palsu
hasil penyaruannya?"
Dg cepat Kho Beng telah menyadari akan kelihaian si pendeta tua
ini, sebab setiap pertanyaannya boleh dibilang seperti pisau tajam yg
langsung menusuk ulu hati, andaikata ia tidak melakukan persiapan
secara matang sudah pasti semua kebohongannya akan terbongkar.
Maka dg wajah yg kalem dia menjawab:
"Memang sangat beralasan bila taysu mengemukakan
kecurigaannya, tapi aku bisa berkata demikian karena berdasarkan
dua buah kesimpulan yg kubuat.
Pertama, kejadian yg berlangsung pada hari ini terjadi dipagi
hari, aku dapat melihat wajahnya dg lebih jelas, terbukti pihak lawan
memang tidak mengadakan penyamaran karena kulit wajahnya
sewarna dg kulit tangannya, jadi dia tidak mungkin memakaii kedok,
sebaliknya dikota Tong sia, hal itu terjadi tengah malam, segala
sesuatu yg terlihat sukar dipastikan kebenarannya.
Dg dua kali perjumpaan dalam saay yg berbeda serta bentuk yg
berbeda pula, maka setelah kupikirkan kembali secara masak-masak,
akhirnya kusimpulkan penampilannya pagi tadi barulah merupakan
wajah aslinya. Kedua, biarpun dalam dua kali perjumpaan ia muncul dg dua
wajah yg berbeda, semua senjata yg digunakan tak berubah, sedang
jumlah mereka yg bertiga satu majikan dua dayang pun tak berbeda
pula, ditambah lagi nada perkataannya sewaktu hendak
membunuhku, sudah pasti dia adalah Kedele Maut. Nah, atas dasar
dua hal inilah kusampaikan beritaku tadi. Apakah taysu masih ada yg
tidak jelas?" Pendeta tua itu terbungkam dalam seribu bahasa, tapi wajahnya
masih susah diduga bagaimanakah perasaannya sekarang, mukanya
tetap tawar dan tatapan matanya tetap tajam, kesemuanya ini
membuat Kho Beng tak bisa menduga apa gerangan yg sedang
dipikirkan hwesio tersebut.
Liong kiong Kiong ceng san segera menghela napas panjang,
katanya: "Sekalipun penjagaan dan pengepungan yg kita lakukan sangat
rapat, mata-mata tersebar dimana-mana dan pos penjagaan
berlapis-lapis, namun setelah dilihat dari kenyataannya sekarang,
sekalipun Kedele maut belum sampai lolos dari wilayah disekitar sini,
rasanya untuk berhasil menangkap mereka pun belum tentu menjadi
kenyataan." Para jago lainnya sama-sama terbungkam dg wajah lesu, jelas
keputus asaan Kiong ceng san telah mencerminkan pula perasaan
dari kawanan jago lainnya.
Kho Beng segera merasa inilah saat baik untuknya
mengundurkan diri, mencari tempat dan berdiam sendirian untuk
berpikir lebih jauh, dia ingin memeriksa apakah semua rencananya
telah sempurna atau belum, bila terjadi perubahan berarti dia masih
sempat menghadapinya dg cara kedua yg telah dipersiapkan.
Tapi ia percaya, dg perbuatannya itu maka tujuannya
mengacaukan berita yg sesungguhnya telah tercapai, paling tidak,
hal tersebut akan menambah kesulitan dan kebingungan kawanan
jago tersebut. Dg demikian iapun berhasil pula merebut sedikit waktu, agar
kakak kandungnya berupaya untuk meloloskan diri dari kepungan
pengawasan kawanan jago yg berada seratus li disekeliling telaga
Tong ting dan kota Gak yang.
Maka dg berlagak sangat lelah karena menempuh perjalanan
jauh, ia menjura kepada para jago disekeliling tempat itu sambil
katanya lagi: "Sejak mengalami penyergapan sampai melakukan perjalanan
jauh ketempat ini, aku yg muda belum sempat beristirahat barang
sekejappun, aku merasa amat lelah dan mohon maaf jika aku yg
muda harus undur diri lebih dulu untuk beristirahat."
"Aaaai benar! Aku tidak berpikir sampai kesitu." Liong kiong sincu
Kiong ceng san segera berkata, "Kalau begitu biar kumohon tiga
Seruling Samber Nyawa 13 Panji Sakti Karya Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas 1
^