Kedele Maut 7
Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 7
Memang benar, sejak tertangkapnya Li Sam dan diadili secara
bersama ditelaga Tong ting, kemudian meninggalkan kota Gak yang
dalam keadaan mendongkol, didalam benak Kim kong sam pian
memang selalu muncul sesosok bayangan, hanya sekejap mereka
sendiri tak tahu bayangan siapakah yg sudah masuk kedalam
benaknya itu. Tapi setelah diungkap oleh si walet terbang berwajah ganda Chin
sian kun sekarang, kemudian dipikirkan sejenak, segera terasalah
bahwa apa yg dikatakan memang benar.
Namun oleh karena persoalan itu bisa mengakibatkan pengaruh
yg besar sekali bagi nasib mereka semua, padahal mereka pun
belum mengetahui maksud tujuan Chin sian kun yg sebenarnya,
maka mereka bertiga hanya membungkam diri saja.
Setelah menghela napas panjang kembali, Chin sian kun berkata:
"Aaaai, terus terang saja aku bilang, sejak semula sesungguhnya
akupun mempunyai perasaan yg sama, namun setelah kupikir dan
kutelaah lebih jauh akhirnya dapatlah kupahami keadaanku yg
sebenarnya." Mendengar itu, Kim lo sam segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha...ha...ha...rupanya si walet terbang berwajah ganda yg
namanya menggetarkan kawasan Sam siang telah dihinggapi benih
cinta, tak heran kalau segala persoalan bisa kau pecahkan secara
gamblang...ha...ha...ha...nampaknya kita masih punya kesempatan
untuk menikmati arak kegiranganmu!"
Merah jengah selembar wajah Chin sian kun, cepat2 ia berseru:
"Sam hiap, aku toh sedang membicarakan persoalan yg penting,
kau malah menggoda orang saja"."
"Persoalan perkawinan toh termasuk persoalan yg penting, tak
heran kalau kau menjamu kami hari ini, memangnya kami hendak
disuruh menjadi mak comblang?"
Chin sian kun semakin tersipu-sipu
Jilid 15 ..dibuatnya, saking malunya dia sampai menundukkan kepalanya
rendah-rendah. Akhirnya Kim lotoa yg tak tega, buru-buru tegurnya:
"Lo sam, kau sudah kelewat banyak minum, hayo jangan
berbicara semaunya lagi macam orang edan!"
Kemudian sambil berpaling kearah Chin sian kun, katanya lebih
jauh, "Adikku, barusan kau bilang sudah dapat memahami persoalan
yg sebenarnya, tapi bagaimana sih persoalan yg sebenarnya itu?"
Sampai lama sekali Chin sian kun baru dpt mengendalikan
debaran hatinya, dg suara lirih ujarnya kemudian,
"Aku rasa perasaanku tak akan berbeda jauh dg perasaan kalian
bertiga, setelah dibuat mendongkol oleh segala tuduhan tanpa
dasar, sebenarnya kita berharap sekali bisa menemukan Kho sauhiap
utk mengungkap seluruh isi hati kita kpdnya, krn hanya berbuat
begitu pikiran dan perasaan kita baru lega, entah bagaimana
menurut Kim tayhiap?"
Kim lotoa menghela napas panjang,
"Yaa, tepat sekali, tak nyana kecerdasan adikku memang benarbenar
hebat, setelah berkumpul hari ini, aku Kim lotoa benar-benar
merasa kagum sekali, terbukti sudah bahwa apa yg tersiar dlm dunia
persilatan selama ini memang benar."
"Aaah, Kim toako hanya pandai memuji saja," sela Chin sian kun
sambil tertawa, "ucapanmu malah membuat aku malu berbicara
lebih jauh." Kim lotoa segera tertawa terbahak-bahak"
"Ha"ha"ha"padahal perkataanku bukan bermaksud
mengumpakmu, aku benar-benar merasa kagum dan berbicara
sebenarnya. Hanya saja"aaai, kini identitas Kho sauhiap sudah
jelas, keadaan dan situasi pun telah berubah, kalau sebelumnya
kami memang berhasrat utk menemukan jejaknya, maka sekarang
rencana tsb harus mengalami perubahan!"
"Yaa benar!" si nona mengangguk, "apabila kita teruskan
pencarian ini, maka aku kuatir tuduhan yg bukan2 dari pihak mereka
akan berubah menjadi sungguhan."
Sementara itu Kim losam telah menghabiskan sepoci arak,
agaknya rasa mangkel dan dongkolnya belum habis dilampiaskan
keluar. Ketika mendengar perkataan itu, sambil mendengus segera
serunya: "Bukankah pernah kukatakan tadi, kalau ingin memberontak,
marilah berontak dg sungguh-sungguh, sekalipun tuduhan mereka
jadi sungguhan, apa pula ruginya buat kita?"
Tiba-tiba Kim lotoa membentak keras:
"Sam te, kau anggap saat ini adalah saat yg bagaimana" Apakah
kau sudah bosan hidup dan ingin mencari kerepotan buat sendiri?"
Agaknya Chin sian kun mempunyai pikiran lagi, ketika mendengar
perkataan mana, cepat ia menyela:
"Kim toako, perkataanmu kelewat berpandangan picik,
bagaimanapun juga Kho sauhiap adalah keturunan orang termasyhu,
baik kecerdikan maupun kebesaran jiwanya jauh melebihi
kebanyakan orang, menurut pendapatku dia bukanlah tokoh dlm
sangkar, jika ingin berbicara soal enghiong hanya atas dugaan
sementara, aku pikir hal ini masih terlalu awal."
Kim lotoa kelihatan agak tergetar, sekarang baru benar-benar
menyadari bahwa si Walet terbang berwajah ganda yg tersohor ini
benar-benar sudah jatuh cinta kpd Kho Beng.
Maka dg nada menyelidiki segera tanyanya:
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?"
Tanpa pikir panjang sahut Chin sian kun:
"Menurut pendapatku, daripada sepanjang hidup kita
mengembara dalam dunia persilatan tanpa tujuan dan selalu
menjadi cemoohan orang lain, mengapa kita tidak melakukan
pertaruhan besar dg mencari kesempatan lain utk muncul kembali
dlm percaturan dunia persilatan" Asal Kho sauhiap muncul kembali
dlm arena dunia persilatan, berarti saat bagi kita utk melampiaskan
semua rasa mangkel dan mendongkol pun telah tiba. Hanya entah
bagaimana pendapat Kim toako sendiri?"
"Soal ini?" Krn menghadapi keputusan yg bakal mempengaruhi nasib
mereka selanjutnya, Kim lotoa menjadi ragu-ragu utk mengambil
keputusan. Terbayang kembali olehnya akan tuduhan tanpa dasar yg
dilontarkan kepadanya ketika berada di Gak yang tempo hari, iapun
mengetahui posisi Kho Beng yg terjepit sekarang.
Sementara ia masih termenung dan susah mengambil keputusan,
Chin sian kun yg sedang mengawasi kejalan raya tiba-tiba tampak
tertegun, lalu serunya gelisah:
"Toako bertiga, cepat lihat! Siapakah dia?"
Dg perasaan terkejut, Kim kong sam pian berpaling, mereka
mengira Chin sian kun telah menemukan Kho Beng.
Ketika menengok kearah jalan raya, disitu mereka hanya
menyaksikan banyak orang sedang berlalu lalang, bukan saja tdk
melihat Kho Beng, seorang yg dikenal puntak nampak.
Dg keheranan Kim lotoa segera bertanya:
"Adikku, siapa yg telah kau lihat?"
Sambil menunding ketempat kejauhan sana, bisik si nona:
"Kim toako, coba kau lihat kearah lima kaki didepan sana,
bukankah dimuka toko kain tsb berdiri seorang perempuan?"
Kim kong sam pian segera berpaling kembali kearah toko kain
diseberang jalan, dan memang benar tampak seorang perempuan
sedang berjalan dg pelan.
Perempuan itu membawa sebuah payung bulat, memakai baju
berwarna putih bersih, meski hanya nampak bayangan punggung
saja hingga tak diketahui bagaimanakah raut mukanya, namun
bunga giok putih yg menghiasi sanggulnya nampak menyolok sekali.
Sayangnya Kim kong sam pian tdk berpikir lebih jauh, krn mereka
sangat asing dg perempuan tsb, tanpa terasa Kim losam bertanya:
"Apakah kau kenal dgnya?"
Dg sedikit kebingungan dan tak habis mengerti Kim kong sam
pian mengawasi nona itu dg wajah melongo, namun oleh krn Chin
sian kun sudah menuruni tangga, terpaksa mereka pun harus
mengikutinya. Padahal hidangan sebanyak itu diatas meja belum berkurang
sedikit pun juga, tentu saja kejadian ini membuat para pelayan
menjadi gelagapan dan tak tahu apa yg mesti diperbuat.
Ketika mereka berempat meninggalkan rumah makan Poan gwat
kie, tampaklah perempuan berbaju putih itu sudah berada sepuluh
kaki didepan sana. Dlm keadaan begini, Kim lotoa tak dpt mengendalikan diri lagi,
segera tanyanya: "Adikku, sebenarnya apa yg telah terjadi?"
Sambil mempercepat langkahnya, Chin sian kun berkata:
"Apakah kalian lupa dg ciri wajah si Kedele Maut yg pernah kita
dengar utk pertama kalinya ditelaga Tong ting tempo hari?"
Paras muka Kim kong sam pian seketika berubah hebat, agak
tercengang Kim lotoa berseru:
"Darimana kau bisa tahu kalau perempuan tsb adalah si Kedele
Maut?"" "Memakai baju putih, membawa payung bulat dan mengenakan
bunga putih disanggulnya, bukankah ciri tsb pernah disinggung oleh
Kho sauhiap kpd kita semua?"
"Tapi bukankah Kho sauhiap pernah melakukan ralat atas
keterangannya itu?" seru Kim lotoa.
Chin sian kun segera tertawa dingin:
"Kim toako mengapa kau begitu bodoh, tentu saja ralat yg
dilakukan sauhiap hanya bermaksud utk mengelabui pandangan kita
semua, hanya saja memang aku blm mengerti secara pasti,
mengapa utk pertama kalinya dulu ia sampai memberikan
keterangan semacam itu kpd umat persilatan."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat orang itu
sudah berhasil menyusul kebelakang perempuan tadi, selisih jarak
mereka tinggal empat lima langkah lagi.
Tiba-tiba Kim lotoa menarik ujung baju Chin sian kun sembari
bisiknya lirih: "Ei"tunggu sebentar!"
Chin sian kun agak tertegun, lalu dg wajah bersemu merah
tanyanya keheranan: "Ada urusan apa?"
Sambil menghentikan langkahnya Kim lotoa segera berkata:
"Benarkah dia sebagai kakak kandung Kho sauhiap hingga kini
masih merupakan teka teki, aku dengar ia sangat gemar membunuh,
seandainya perbuatan kita yg membuntuti serta menegurnya
menimbulkan kecurigaan atas diri kita berempat sehingga
membangkitkan nafsu membunuhnya, bukankah hal ini berarti
mencari penyakit buat diri sendiri, maksud baik berubah menjadi niat
jahat?" Teguran tsb kontan saja mengejutkan hati Chin sian kun, tanpa
terasa dia menghentikan langkahnya seraya mengangguk,
"Yaa, perkataan toako memang benar, hampir saja aku berbuat
kesalahan besar krn belum terpikir sama sekali akan soal itu."
"Lagipula aku ingin tahu, megapa kau mesti mengambil tindakan
menyerempet bahaya?" tanya Kim lotoa lebih lanjut.
Dg paras muka bersemu merah sahut Chin sian kun:
"Seandainya ia benar-benar si Kedele Maut, bukankah
menemukan dirinya sama artinya dg menemukan Kho sauhiap?"
Lalau sambil menggigit bibir seraya termenung sesaat, katanya
kemudian: "Hmmm, aku punya akal sekarang, tolong toako bertiga
mengikuti beberapa langkah dibelakangnya saja, andaikata terjadi
kesalah pahaman sehingga berkobar pertarungan, kalian dpt
membantuku bila perlu. Sekarang biar aku lewat dulu disampingnya,
akan kucoba utk menegurnya dg beberapa kata."
Kim kong sam pian mengangguk kegirangan, mereka segera
memperlambat langkahnya. Sementara itu si Walet terbang berwajah ganda telah
mempersiapkan diri baik-baik dan mempercepat langkahnya maju
kedepan. Belasan langkah kemudian ia sudah melalui sisi tubuh perempuan
berbaju putih tadi. Setelah lewat ia berlagak menoleh seraya menyapa:
"Hey, tak disangka enci dari keluarga Kho pun berada disini?"
Sikapnya yg begitu hangat seakan-akan sahabat karib yg baru
bersua saja, benar-benar amat mesra.
Akan tetapi setelah ia dpt melihat dg jelas usia serta raut muka
perempuan berbaju putih itu, tiba-tiba saja timbul keraguan dlm
hatinya. Sewaktu utk pertama kali ia mendengar berita yg dibawa anggota
Sam goan bun tempo hari, konon usia si Kedele Maut baru dua
puluhan tahun, krn usia begitu memang cocok sekali menjadi kakak
kandung Kho Beng. Sebaliknya meski perempuan ini berdandan amat sederhana,
bermuka bulat telor berhidung mancung dan bibir kecil, namun
usianya pasti lebih dari dua puluhan tahun.
Memang buat seorang wanita utk menebak usia perempuan
lainnya seringkali agak cocok, menurut penilaian si Walet terbang
berwajah ganda, paling tidak perempuan ini telah berusia dua puluh
limaan tahun, lagipula sudah tak mirip seorang gadis perawan.
Lantas benarkah dia si Kedele Maut" Diakah enci kandung Kho
Beng" Jangan-jangan ia salah menegur"
Betul juga, tatkala mendengar sapaan dari Chin sian kun tadi,
perempuan itu nampak menghentikan langkahnya, dg wajah agak
tertegun, tapi setelah memperhatikan lawannya sekejap, segera
jawabnya sambil tertawa ringan:
"Nampaknya adik sudah salah melihat orang!"
Chin sian kun tak mau menyerah dg begitu saja, berlagak-lagak
tertegun kembali serunya,
"Ooooh"jadi toaci tidak berasal dari marga Kho?"
Perempuan itu menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Tidak, aku tidak bermarga Kho, aku bermarga Ciu!"
Agak curiga Chin sian kun berkata:
"Aneh benar, sudah jelas Kho sauhiap menerangkan kepadaku
bahwa encinya mempunyai wajah serta dandanan yg mirip sekali
dgmu?" Mencorong sinar aneh dari balik mata perempuan itu setelah
mendengar ucapan tsb, sambil menggeleng tukasnya,
"Adik pasti sudah salah melihat orang, aku sama sekali tak punya
keluarga dari marga Kho sejak kawin dg suamiki dari marga Ciu,
akupun belum pernah mendengar bila suamiku mempunyai sahabat
atau keluarga dari marga Kho?"
Setelah jelas mengetahui bahwa lawannya bukan seorang gadis,
Chin sian kun baru betul-betul merasa kecewa, sambil segera
katanya cepat-cepat: "Kalau begitu siaumoy benar-benar telah salah melihat, harap
toaci jangan marah."
Baru selesai berkata, tiba-tiba terdengar Kim losam berseru dg
suara keras: "Coba lihat, bukankah dia adalah Kho sauhiap?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil berkata ia segera menunjuk kebelakang tubuh Chin sian
kun. Dg perasaan terkejut buru-buru si nona berpaling, benar juga
tampak Kho beng bersama empat orang lelaki aneh berjalan
melintasi sebuah jalanan dan menyusup kedalam lorong kecil,
dimana bayangan tubuhnya segera lenyap dari pandangan.
Sayang sekali ia kelewat gelisah utk menengok kearah Kho Beng
sehingga tak sempat terlihat olehnya bahwa perempuan tadi pun
menyunggingkan sekulum senyuman aneh diujung bibirnya sehabis
mendengar perkataan tsb, tiba-tiba saja ia membalikkan badan lalu
berjalan menuju kearah rumah makan Poan gwat kie.
Sementara itu, Chin sian kun yg telah berhasil menemukan jejak
Kho Beng pun tak mau membuang waktu lagi, ia segera memberi
tanda kepada Kim kong sam pian, kemudian cepat-cepat menyusul
kearah mana pemuda tadi lenyap.
Siapa sangka setibanya ditikungan lorong tadi, ia hanya melihat
banyak manusia berlalu lalang disitu, bayangan Kho Beng maupun
keempat lelaki aneh tadi sudah lenyap dari pandangan.
Dlm pada itu Kim kong sam pian telah menyusul kesisi Chin sian
kun, ketika tak menjumpai bayangan tubuh anak muda itu, buruburu
Kim lotoa berkata: "Sudah kau temukan dirinya?"
Chin sian kun menghela napas panjang:
"Aaaai"belum, agaknya dia sengaja hendak menghindari dari kita
semua!" Kim losam segera tertawa:
"Kota Tong sia bukan sebuah kota yg terlalu besar, asalkan
orangnya masih disini, aku rasa tak mungkin ia bersembunyi
dibawah tanah!" Mendengar itu Chin sian kun segera tersenyum,
"Yaa, perkataan Sam ko memang betul, bagaimanapun jua kita
kan tak punya urusan, mari kita cari jejaknya dg seksama."
Seraya berkata ia segera beranjak menelusuri jalan sambil
celingukan kesana kemari.
Kalau gadis ini bersemangat utk mencari jejak Kho Beng krn
benih cinta yg sudah tumbuh didlm hatinya, maka Kim kong sam
pian justru mengikuti dibelakangnya dg begitu saja.
Namun kenyataannya ternyata jauh diluar dugaan, walaupun
mereka berempat telah menelusuri seluruh kota Tong sia dan setiap
jengkal tanah sudah hampir mereka periksa semua, namun
bayangan tubuh Kho Beng serta keempat lelaki aneh itu sama sekali
tak nampak kembali. Akhirnya Chin sian kun mulai mendongkol bercampur kesal,
sedang Kim kong sam pian pun mulai bermandi peluh.
Ketika melihat senja sudah menjelang sementara pencarian
mereka tetap nihil, Chin sian kun yg kelelahan segera berkata kpd
Kim kong sam pian: "Lebih baik kita mencari sebuah rumah penginapan dulu utk
beristirahat." Sesungguhnya Kim kong sam pian sendiri pun sudah kelelahan,
tentu saja mereka tak punya usul lain, maka mereka berempat pun
menginap dirumah penginapan yg memakai merk "Hong hian"
Begitu memasuki ruang belakang dg wajah murung dan kesal
Chin sian kun segera menjatuhkan diri duduk dikursi,
Melihat keadaan si nona, Kim lotoa segera menghiburnya,
"Asal sudah kita ketahui kehadiran Kho sauhiap dikota Tong sia,
aku rasa kau pun tak usah terlalu gelisah lagi?"
Tiba-tiba Chin sian kun menghela napas panjang:
"aaaai" padahal lebih baik kita tak usah mencarinya, sebab bila
ditemukan malah banyak ruginya dari pada untungnya."
Mendengar perkataan itu, Kim kong sam pian segera menjadi
tertegun dan melongo, pikirnya:
"Yg hendak mencarinya juga kau, sekarang yg mengusulkan
jangan dicari juga kau, yaa".perasaan wanita memang benar-benar
susah diduga?" Tak tahan lagi Kim loji segera bertanya:
"Adikku, apa maksud perkataanmu itu?"
"Pembicaraan kita sewaktu berada dirumah makan tadi belum
diperoleh suatu kesimpulan ataupun keputusan, tak ada salahnya
kalian bertiga berpikir sekarang, kalau toh kita belum bisa
mengambil keputusan tentang sikap yg bagaimana mesti kita ambil
dalam menghadapi Kho Beng, sekalipun berhasil menemukannya,
lalu apa pula yg hendak kita lakukan?""
Sekarang Kim kong sam pian baru memahami maksudnya,
serentak mereka terbungkam dlm seribu bahasa.
Sambil mengucap Chin sian kun kembali berkata:
"Persoalan ini menyangkut nasib kita selanjutnya, karena itu
kalian bertiga wajib mempertimbangkan dulu untung ruginya,
sekarang aku hendak kembali kekamar utk beristirahat dulu, kalian
bertiga tak ada salahnya utk memenfaatkan kesempatan ini utk
berpikir masak-masak, tapi ada satu hal yg perlu kujelaskan dulu,
entah bagaimana pun keputusan yg bakal kalian ambil, aku Chin sian
kun sudah bertekad utk melakukan pertarungan besar ini."
Habis berkata buru-buru dia keluar dari ruangan.
Kim kong sam pian yg berada dlm ruangan saling pandang
sejenak sambil termenung, akhirnya Kim lotoa menggeliat sambil
berkata: "Aku rasa persoalan ini bisa kita bicarakan secara pelan-pelan,
mari kita pergi bersitirahat lebih dulu."
Kim loji dan Kim losam menyetujui usul Kim lotoa, saat ini
mereka memang membutuhkan waktu utk beristirahat sebentar,
maka setelah menguap berulang kali, mereka pun membaringkan
diri diatas ranjang. Belum sampai terlelap tidur, mendadak dari kamar sebelah
berkumandang suara rintihan lirih, tapi makin lama suara rintihan tsb
makin keras. Orang yg mengantuk seringkali mudah naik darah bila terganggu
oleh suara yg berisik, Kim losam yg pertama-tama naik darah, sambil
melompat bangun dari pembaringan, umpatnya:
"Anjing busuk darimana yg berada dikamar sebelah, berisik betul
mengganggu ketenangan oranng."
Sambil membetulkan pakaian ia segera bangkit dan membuka
pintu kamar". Tentu saja Kim lotoa juga tak dpt beristirahat, masing-masing
segera bangun dari pembaringan.
Ketika melihat diknya meninggalkan kamar, Kim lotoa segera
menegur dg suara dalam: "Sam te, jangan gegabah!"
Sebetulnya Kim losam hendak menerjang kedlm kamar sebelah,
ketika mendengar suara bentakan dari toakonya, terpaksa ia hanya
berhenti dimuka pintu kamar sambil umpatnya dg suara keras:
"Hey sobat, bila kau sedang sakit, suruh lah pelayan utk
memanggilkan tabib, tempat ini bukan rumahmu, tapi penginapan,
bila kesakitan tahanlah sedapat mungkin, jangan sampai
mengganggu ketenangan orang lain"."
Sementara ia masih berkaok-kaok, pintu kamar diujung sana
dibuka orang lalu nampaklah Chin sian kun yg baru bangun tidur
munculkan diri sambil bertanya:
"Sam ko, siapa sih yg berdiam dikamar sebelah?"
Rupanya diruang belakang terdapat tiga buah kamar, krn
sewaktu datang yg tengah sudah diisi tamu, maka mereka tdk terlalu
memperhatikan. Tapi setelah Kim kong sam pian tdk dpt tidur krn berisik, otomatis
Chin sian kun yg berada dikamar ujung sebelah sana pun mengalami
keadaan yg tak berbeda. Sementara itu Kim losam telah berseru sambil tertawa dingin:
"Siapa yg tahu manusia atau telur busuk yg berdiam disitu"."
Kalau tdk dimakai keadaan masih mendingan, begitu diumpat
maka suara rintihan yg berasal dari ruangan itu pun berkumandang
makin keras dan nyaring. Bukankah hal ini sama artinya dg sengaja mencari gara-gara"
Kim lotoa menjadi amat curiga, segera bentaknya:
"Sobat yg berada dlm kamar, benarkah kau menderita sakit
parah?" Sambil menegur ia mendorong pintu ruangan, ternyata pintu
kamar tdk dikunci dan segera terbuka.
Ketika delapan sorot mata mereka tertuju kw dlm ruangan,
serentak orang-orang itu menjadi tertegun.
Ternyata orang yg merintih didalam kamar adalah seorang kakek
berambut putih yg wajahnya kuning kepucat-pucatan.
Kakek itu duduk diatas pembaringan dg bersandar pd dinding,
mulutnya merintih tiada hentinya, sementara sorot matanya
mengawasi keempat orang yg berada diluar pintu tanpa berkedip,
agaknya tenaga utk berbicara pun sudah tak punya.
Menyaksikan keadaan tsb, perasaan iba segera muncul di dlm
hati kecil Kim kong sam pian serta Chin sian kun, hanya saja dlm
hati kecil masing-masing diliputi perasaan tak habis mengerti, kalau
toh orang tua itu menderita sakit parah, mengapa ia tdk berbaring
sebaliknya malah tetap duduk"
Chin sian kun segera menegur lebih dulu:
"Orang tua, bolehkah kami masuk ke dlm?"
Orang tua itu manggut-manggut.
Tiga saudara Kim segera melangkah masuk kedalam kamar dan
mengambil tempat duduk, kemudian Kim lotoa baru bertanya:
"Parahkah sakit yg kau derita orang tua?"
Kakek itu mengangguk, sambil menghela napas, katanya dg
lemah: "Terima kasih banyak utk perhatian anda, hanya saja aku
menjadi tak tentram krn sudah mengusik ketenangan tidur kalian."
Kim losam tertawa jengah,
"Kami hanya tak dpt mengendalikan emosi sehingga mengumpat
kau orang tua sekenanya, utk itu harap lotiang jangan marah,
padahal siapa sih yg bisa menjaga kondisi masing-masing selama
berada diluar rumah" Cuma saja".kalau toh totiang menderita
penyakit parah, mengapa kau tidak meminta tolong pelayan utk
memanggilkan tabib?"
"Aaaai"!" sekali lagi sikakek menghela napas sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau memang sakit mana boleh tidak diobati?" seru Kim loji
cepat, "bila totiang sedang kekurangan bekal, tak perlu sungkansungkan,
kami bersedia utk membantu!"
Sembari berkata dia hendak merogoh saku.
Buru-buru sikakek menggoyangkan tangannya berulang kali
sambil katanya: "Maksud baik kalian berempat biar lohu terima dlm hati saja,
padahal aku bukannya tak mampu memanggil tabib utk memeriksa
sakitku, dlm kenyataannya penyakit yg kuderita ini tak nanti akan
bisa diobati oleh tabib mana pun!"
"Penyakit apasih yg lotiang derita?" tanya Chin sian kun agak
tercengang. Sekali lagi si kakek menghela napas, "kalian berempat bukan
tabib sekalipun sudah aku sebut pun tak ada gunanya, hanya saja
ada sebuah persoalan ingin aku tanyakan , semoga kalian dpt
menjawab dg sebenarnya."
"Katakan saja lotiang!" buru-buru Kim losam berseru.
"Kalau dilihat dandanan kalian berempat sebagai jagoan
persilatan, pernahkah mendengar tentang seorang yg bernama Kho
Beng?" Mendengar pertanyaan tsb, keempat orang tsb nampak
terperanjat sekali. "Ada urusan apa sih lotiang mencari Kho Beng?" Chin sian kun
segera menegur. Setelah menghela napas, kakek itu berkata:
"Aku hanya dpt memberitahukan kpd kalian bahwa aku Cuma
mendapat titipan dari seseorang, apa daya aku sedang menderita
sakit parah dan tak mampu berkutik, krn nya terpaksa aku Cuma
bisa bertanya kpd kalian berempat."
"Ooooh" Kim lotoa manggut-manggut, "Siapa sih yg menitipkan
persoalan itu kpd lotiang" Persoalan apa yg hendak disampaikan?"
Kakek itu tertawa minta maaf,
"Aku hanya dpt memberitahukan kpd kalian bahwa orang itu
adalah seorang wanita, sedang masalah yg lain maaf kalau aku tak
bisa memberitahukan kpd kalian."
Dg tak sabar Kim losam berseru:
"Padahal orang she Kho itupun berada dikota Tong sia, sayang
sekali kami hanya sempat melihatnya dari kejauhan, sewaktu disusul
ternyata usaha kami mengalami kegagalan."
Kakek itu menjadi kegirangan, buru-buru serunya:
"Aaah"tak kusangka begitu kebetulan, ada suatu benda aku
mohon kpd kalian berempat agar disampaikan kpd Kho Beng,
apakah kalian bersedia membantu?"
Sementara Kim lotoa masih termenung, dg gembira Chin sian kun
telah berseru: "Kalau memang lotiang minta tolong kpd kami, tentu saja kami
akan mengusahakannya."
Sikakek segera mengalihkan pandangan matanya ke wajah Kim
kong sam pian, kemudian tanyanya:
"Apakah kalian bertiga mempunyai suatu kesulitan?"
Kim lotoa menjawab cepat.
"Setelah Chin lihiap menyanggupi, tentu saja kami akan berusaha
membantunya." "Kalau begitu, kuucapkan banyak terima kasih lebih dulu!" seru si
kakek kegirangan. Sembari berkata ia mengambil sepucuk surat yg tertutup rapat
dari bawah pantatnya, sambil diangsurkan ketangan Kim lotoa,
katanya: "Isi surat ini penting sekali, harap kalian berempat
menyimpannya secara baik-baik!"
Cepat-cepat Kim lotoa bangkit dari tempat duduknya utk
menerima, siapa tahu ketika ujung jarinya hampir menyentuh
sampul surat itu, mendadak si kakek tadi melepaskan sampul surat
tadi lalu secepat kilat tangannya menyambar kemuka, dg cepat
kelima jari tangannya mencengkeram urat nadi Kim lotoa erat-erat.
Sesungguhnya Kim lotoa bukan orang sembarangan, betapa
terperanjat ia menghadapi kejadian tsb, cepat-cepat ia menarik
tangannya sementara sebuah bacokan kilat dilontarkan dg telapak
tangan kanannya. Tapi sayang walaupun ia cukup cepat menghindarkan diri toh tak
berhasil meloloskan diri dari ancaman kelima jari tangan kakek itu,
tak ampun pergelangan tangannya segera tercengkeram dg telak.
Dlm waktu singkat Kim lotoa merasakan hawa darah didalam
dadanya bergolak kencang, tenaga pukulan yg dilontarkanpun punah
ditengah jalan. "Plaaaak"!"
Ketika sampul surat itu jatuh kelantai, ternyata menimbulkan
suara yg berat. Sementara itu Chin sian kun, Kim loji dan Kim losam telah dibuat
tertegun oelh perubahan yg berlangsung secara mendadak itu, utk
sesaat mereka tak mampu berbuat apa-apa.
Akhirnya Kim losam melotot dg amarah teriaknya keras-keras:
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagus sekali! Rupanya kau si keledai tua sedang menipu kami dg
siasat busuk, ayoh cepat bebaskan toako ku!"
Sambil berseru, tubuhnya menerjang kemuka kuat-kuat, telapak
tangannya bagaikan bacokan golok langsung dihantamkan kedada
kakek tsb. Jangan dilihat kakek tsb kelihatan lemah dan tak bertenaga,
sekalipun tubuhnya tetap duduk tak bergerak diatas pembaringan
namun tindak tanduknya cukup cekatan.
Tiba-tiba saja ia menarik tubuh Kim lotoa, kemudian ia memutar
pergelangan tangannya sehingga tubuh Kim lotoa berputar seratus
delapan puluh derajat dg muka menghadap keluar, dg begitu ia
persis menyambut serangan dari Kim losam dg tubuh rekannya
sendiri. Tentu saja Kim losam menjadi sangat terperanjat, tergopohgopoh
dia menarik kembali serangannya sambil melompat mundur ,
begitu mendongkolnya dia sampai giginya saling beradu
gemerutukan. Sementara itu si kakek sudah membentak lagi dg suara dalam:
"Barang siapa berani bertindak bodoh lagi, jangan salahkan bila
kubunuh rekan kalian lebih dulu!"
Oleh karena rekannya dibuat sebagai sandera, maka Kim loji
serta Kim losam hanya bisa mendelik besar sambil berkaok-kaok
penuh amarah. Sementara itu Chin sian kun pun amat terperanjat, ia tak dpt
menduga asal usul kakek tsb, tapi ia kuatir sekali, sebab bila kakek
ini utusan dari tujuh partai besar, dg diketahuinya usaha membelot
mereka berarti posisi mereka selanjutnya menjadi bertambah
runyam... Sekuat tenaga ia berusaha utk mengendalikan perasaan ngeri
dan seram yg mencekam hatinya, kemudian setelah tertawa dingin
katanya: "He...he...he...ternyata lotiang adalah seorang jagoan lihay, tapi
entah apa maksudmu berbuat selicik ini untuk menjebak kami?"
Kakek itu tersenyum. "Apa yg telah kukatakan bukan alasan yg dibuat-buat tapi benarbenar
merupakan kenyataan, aku pun sungguh menderita luka
parah, bahkan aku memang bersungguh hati hendak minta tolong
kpd kalian utk mencarikan Kho Beng..."
Mengetahui bahwa si kakek benar-benar menderita luka parah,
Kim loji dan Kim losam saling bertukar pandang sekejap, kemudian
bersiap sedia melakukan tindakan berikut.
Tapi si kakek segera membentak keras.
"Lebih baik kalian berdua jangan bertindak bodoh, sekalipun aku
menderita luka parah, namun aku masih yakin bahwa kemampuan
kalian berempat belum sampai kupandang sebelah matapun."
Sekali lagi Kim loji dan Kim losam amat terperanjat.
Dalam pada itu Chin sian kun telah berkata sambil tertawa
merdu, "Bukankah kami sudah bersedia utk mencarikan Kho Beng seperti
apa yg kau kehendaki, tapi mengapa kau justru melakukan tindakan
semacam ini...?" Kakek itu tersenyum, "Bersediakah nona menyebutkan dulu nama sendiri serta tiga
bersaudara ini?" pintanya.
"Aku bernama Chin sian kun, berdiam di Siang pak, sedang
mereka bertiga adalah Kim kong sam pian dari Gak yang. Tolong
tanya siapa nama kau orang tua?"
Kembali kakek itu tersenyum,
"Aku tak punya nama, tapi orang-orang menyebutku sebagai Bu
wi!" "Haaaahh...!" Begitu mendengar nama "Bu wi", baik Kim kong sam pian
maupun Chin sian kun sama-sama terperanjat dibuatnya sehingga
berseru tertahan. Mimpi pun mereka tak mengira kalau si kakek tak lain adalah Bu
wi lojin, satu di antara tiga tokoh sakti yg sudah termasyur dlm
dunia persilatan semenjak lima puluh tahun berselang.
Buru-buru Chin sian kun memberi hormat, seraya berkata:
"Oooh, rupanya kau adalah Bu wi locianpwee, terus terang saja
aku bersama tiga bersaudara Kim memang berniat membelot utk
bergabung dg Kho sauhiap, oleh sebab itu harap cianpwee jangan
salah paham dan segera membebaskan Kim toako!"
Namun Bu wi lojin masih mencengkeram tangan Kim lotoa
kencang-kencang, ia menggeleng dan berkata sambil tertawa
lembut, "Sewaktu terjun kembali kedunia persilatan akupun sudah banyak
mendengar tentang kegagahan Kim kong sam pian serta Walet
terbang berwajah ganda, akupun tahu kalian berempat bukan orang
jahat, itulah sebabnya tindakanku sekarang tidak berniat jahat, tapi
berhubung benda dalam sampul itu penting sekali artinya, sedang
asal usul Kho Beng pun luar biasa sekali, dimana lebih banyak
musuh ketimbang temannya, maka terpaksa aku mesti
menggunakan Kim tayhiap sebagai sandera, utk itu harap kalian sudi
memakluminya." Setelah berhenti sejenak dan menunding sampul surat dilantai,
katanya lebih jauh: "Tolong nona Chin bersama jihiap dan samhiap pergi mencari
Kho Beng serta menyerahkan surat tsb kepadanya, suruh ia datang
kemari secepatnya. Kelicikan manusia didunia ini susah diraba
sehingga mau tak mau aku mesti bertindak lebih berhati-hati, biarlah
kusandera Kim tayhiap sementara waktu, bila Kho Beng telah sampai
disini aku pasti akan minta maaf kpd Kim tayhiap, selain itu utk
kesekian kalinya ingin kutegaskan bahwa aku tidak berniat jahat
terhadap Kim tayhiap, sedang kehadiran Kim tayhiap disini pun pasti
aman. Selesai persoalan ini akan kuberi hadiah lain sebagai balas
jasanya, nah sekarang mohon kalian bertiga utk melakukannya."
Kim loji, Kim losam maupun Chin sian kun emmang agak jeri
terhadap nama besar Bu wi lojin, mendengar perkataan tsb mereka
saling pandang sekejap, akhirnya Kim losam berkata:
"Kalau toh cianpwee berkata begitu, kami akan segera pergi
mencari Kho sauhiap utk membuktikan ketulusan hati kami yg
sesungguhnya...." Habis berkata dia memungut sampul surat itu, kemudian
memberi tanda kpd Kim loji dan Chin sian kun.
Namun setelah mereka bertiga keluar dari penginapan Hiong hien
dan mengawasi jalan yg terbentang didepan mata, mereka segera
saling berpandangan sekejap dg perasaan murung.
Sudah setengah harian lebih mereka melakukan pencarian tadi
tanpa hasil yg nyata, sekarang kemanakah mereka harus pergi utk
menemukan jejak Kho Beng"
Padahal, mimpi pun mereka tak mengira sewaktu mereka
melakukan pencarian ketiap sudut rumah tadi, sesungguhnya Kho
Beng sedang duduk dg tenang dirumah makan Pon gwat kie yg baru
mereka tinggalkan. Memang disinilah letak kelemahan manusia, Chin sian kun
sekalian berpendapat bahwa mereka baru saja meninggalkan rumah
makan Poan gwat kie, maka walaupun sudah dua tiga kali melewati
pintu muka rumah makan tsb, namun mereka tdk masuk utk
memeriksanya kembali. Berbeda dg Kho Beng, sesungguhnya ia sudah melihat kehadiran
Kim kong sam pian sekalian tapi berhubung maksud kedatangannya
kesitu adalah utk menelusuri jejak In nu siancu dan tak ingin
mencari keributan yg lain, maka sedapat mungkin ia berusaha utk
menghindari orang-orang tsb.
Tapi dia sendiripun tdk menyangka kalau Kim kong sam pian
serta Chin sian kun terpengaruh oleh pembelotan Li sam hingga
dicurigai oleh rakan-rekannya sendiri dimana dalam gusarnya
mereka justru sedang mencarinya utk bergabung.
Tentu saja ia pun tidak tahu kalau Bu wi lojin yg sedang dicaricari
berada pula dikota Tong sia, malah menderita luka parah dan
berdiam dirumah penginapan Hiong hien dimana ia sedang dicaricari
utk bertemu. Memang kadangkala banyak kejadian yg berlangsung sangat
kebetulan kadangkala justru bertentangan satu sama lainnya
sehingga terjadi banyak peristiwa yg tak diinginkan. Apa yg telah
dialami Kho Beng waktu itu"
Utk mengetahui keadaannya, maka waktu harus diundur
setengah hari lagi yaitu sepeminuman teh setelah Kim kong sam
pian dan Chin sian kun meninggalkan rumah makan Poan gwat kie.
Saat itu Kho Beng beserta keempat pengawalnya menghindar
pula kedalam rumah makan tsb.
Disinilah letak kecerdikan Kho Beng. Ia berpendapat Kim kong
sam pian berempat mustahil akan memeperhatikan tempat itu lagi
krn mereka sebelum meninggalkan tempat tsb, saat menunjukkan
tengah hari yaitu saat banyak orang bersantap siang.
Untuk menghindari hal inilah, maka dia pun mencari tempat
duduk didekat loteng dekat jendela, benar juga apa yg dia duga, dua
kali ia menyaksikan Kim kong sam pian berempat celingukan
disekitar rumah makan tsb tanpa berniat masuk kedalam utk
mencarinya, diam-diam ia jadi sangat geli selain rasa bangga yg
meluap. Selain memesan hidangan dan belum lagi bersantap, tiba-tiba
Kho Beng kelihatan seperti tercenung lalu bangkit berdiri, ulah
pemuda tsb tentu saja amat mengejutkan Rumang serta Hapukim
sekalian berempat. Ternyata Kho Beng telah menjumpai pula
bayangan punggung perempuan berbaju putih yg pernah ditegur
Chin sian kun tadi sedang berdiri membelakangi meja kasir.
Oelh karena orangtsb memiliki perawakan tubuh yg terlalu mirip
dg encinya, ditambah lagi payung serta bunga putih disanggulnya,
membuat Kho Beng amat kegirangan. Seperti juga Chin sian kun,
kepada Rumang sekalian segera bisiknya:
"Coba kalian tunggu sebentar disini, aku segera balik!"
Selesai berkata buru-buru ia meninggalkan tempat duduknya
menuju kemeja kasir. Waktu itu si perempuan berbaju putih tadi sedang menyerahkan
seguci arak kepada kasir sambil berkata merdu,
"Arak yg dibutuhkan majikan kami adalah arak terbaik, coba
siapkan satu kati lagi!"
Sang kasir yg gemuk segera mengiakan berulang kali sambil
ketawa namun ketika melihat Kho Beng yg berjalan mendekat,
sekilas perasaan kaget yg susah ditemukan sempat melintas dalam
sorot matanya, ia segera membalikkan badan utk mengambil arak.
Sementara itu Kho Beng telah sampai dibelakang tubuh
perempuan berbaju putih itu, segera sapanya dg suara lirih:
"Enci....." Dg cepat perempuan berbaju putih itu berpaling.
"Aaaahh!" tiba-tiba Kho Beng berseru tertahan.
Ternyata sekarang ia baru menyadari bahwa bayangan punggung
yg dianggap sebagai encinya itu ternyata adalah perempuan lain,
kontan saja pipinya berubah menjadi merah padam karena jengah.
"Ooooh, maaf,maaf..." buru-buru serunya, "rupanya aku telah
salah melihat..." Belum selesai perkataan itu diucapkan, perempuan berbaju putih
itu telah menyela sambil tertawa,
"Oooh...rupanya Kho kongcu!"
Panggilan itu sediit diluar dugaan Kho Beng, ia merasa tak pernah
kenal dg perempuan tsb, tapi kenyataannya pihak lawan justru
kenal dg nya. Maka sesudah tertegun sejenak, segera ujarnya:
"Kau"kau kenal dg diriku?"
Perempuan berbaju putih itu segera tersenyum,
"Budak bernama Ciu hoa, pernah kudengar nona kami
melukiskan raut muka kongcu?"
"Siapakah nonamu?" seru Kho Beng cepat, setelah melengak
beberapa saat. Mendadak Ciu hoa merendahkan suaranya dan berbisik,
"Nona kami adalah cicimu, Kho yang ciu!"
Kho Beng menjadi kegirangan setengah mati, segera tanyanya:
"Dimanakah ciciku berada?"
"Dia berada diruang belakang rumah makan Poan gwat kie ini,
biar budak siapkan arak lebih dulu kemudian baru mengajak kongcu
kesitu!" Sambil berkata ia segera menerima guci arak dari tangan si kusir
gemuk itu. Kemudian baru ia berkata lagi kpd Kho Beng:
"Silahkan kongcu mengikuti budak!"
Habis berkata ia segera berjalan lebih dulu menuju keruang
belakang rumah makan itu.
Ketika Kho Beng mengikuti dibelakangnya, si kusir gemuk itu
tiba-tiba menampilkan secercah senyuman yg sangat aneh.
Setelah melangkah keluar pintu ruangan, ternyata dibelakang
sana merupakan sebuah kamar tamu yg sangat indah.
Dg pandangan terkejut Kho Beng memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, lalu serunya:
"Aaah, tak kusangka rumah makan Poan gwat kie merangkap
juga usaha penginapan!"
Ciu hoa tertawa, "Kami berdiam diruangan yg paling belakang
sana...." "Heran!" gumam Kho Beng tiba-tiba, "sudah dua kali aku
bertemu cici, mengapa belum pernah melihat dirimu?"
"Dulu budak mendapat tugas menjaga abu leluhur,
barubelakangan ini menyusul siocia terjun kedalam dunia persilatan."
"Aaaah"maksudmu kau enjaga abu dari Gin san siancu
cianpwee?" Dg suara sedih Ciu hoa mengangguk,
"Sebenarnya budak sudah berjanji kepada nona utk menjaga abu
selama tiga tahun, apa mau dibilang aku tak pernah tentram hatinya
membiarkan nona berkelana sendiri dalam dunia persilatan, krn itu
secara diam-diam meniggalkan gunung utk menyusulnya!"
Tanpa terasa Kho Beng menaruh perasaan kagum atas
kesetiannya dan ditengah tanya jawab inilah mereka telah sampai
dihalaman paling belakang, disitu ia menyaksikan terdapat dua bilik
dg pepohonan liu yg amat rindang, tempat tsb memang merupakan
sebuah tempat tinggal yg amat tenang.
Tapi sesudah melangkah masuk kedalam ruangan, kembali Kho
Beng menjadi termangu, rupanya ditengah ruangan terdapat sebuah
meja besar dg pelbagai macam hidangan, perangkat sumpit dan
cawan elah tersedia namun tak nampak sesosok bayangan manusia
pun. Baru saja Kho Beng hendak bertanya, ambil tertawa Ciu hoa telah
berkata lebih dulu: "Berhubung masih ada urusan lain, nona belum kembali silahkan
kongcu duduk lebih dulu."
Sambil menunjuk kearah hidangan dimeja, Kho Beng bertanya
keheranan: "Tapi hidangan ini...."
Buru-buru Ciu hoa menukas:
"Sebenarnya nona sedang menjamu seorang teman lamanya, tapi
berhubung chen koan keh masuk secara tergesa-gesa entah
persoalan apa yg dilaporkan, ternyata nona segera mengajak
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tamunya pergi dg melompati dinding pagar, tapi sebelumpergi ia
sempat meninggalkan pesan kepada budak, katanya sebentar dia
akan kembali maka budak disuruh tetap menyiapkan hidangan ini!"
"Tapi kemana perginya Cun bwee serta Sin hong?" tanya Kho
Beng setelah mengambil tempat duduk.
"Mereka ikut nona keluar rumah, tak ada salahnya bila kongcu
duduk menanti sambil minum arak, budak rasa segera nona akan
balik kemari, toh ia sudah bilang hanya akan pergi sebentar saja."
Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali tanda ia tak
ingin makan, sementara hati kecilnya menaruh curiga, dia tak tahu
persoalan penting apakah yg telah ditemui cicinya" Kalau dibilang
bukan urusan penting, mengapa pula ia pergi secara tergesa-gesa"
Berapa saat sudah lewat, Kho Beng duduk termenung sambil
menunggu cicinya kembali, tapi orang yg ditunggu belum nampak
juga. Ketika melihat Ciu hoa berdiri terus disisinya tanpa berkutik,
lama-kelamaan ia menjadi rikuh sendiri, maka sambil bangkit berdiri
segera katanya: "Aku rasa lebih baik nanti saja aku balik lagi...."
Tapi sebelum perkataan itu selesai diucapkan, buru-buru Ciu hoa
telah berkata lagi: "Bagaimana pun juga kongcu toh sudah menunggu sampai
sekarang, kenapa mesti buru-buru pergi" Bila nona sampai tahu, ia
pasti akan memarahi budak yg dibilang tak mampu melayani
kongcu." "Tapi aku masih mempunyai empat teman yg menunggu
diluar...."ucap Kho Beng.
"Soal ini tak usah kongcu kuatirkan" sela Ciu hoa, "tentu saja
budak dapat berpesan kpd sang kasir agar baik-baik melayani
mereka, hingga kini kongcu belum bersantap siang, masa harus
pergi dg begitu saja" Meski hendak pergi, toh rasanya belum
terlambat jika bersantap lebih dulu."
Saat ini Kho Beng memang merasa agak lapar, melihat Ciu hoa
begitu bersikap hormat kepadanya, ia pun berpikir:
"Bagaimana pun juga tempat ini toh kediaman cici, kalau mesti
bersikap sungkan, rasanya hal ini malah lucu sekali...."
Berpendapat demikian, maka dia pun manggut-manggut, katanya
sambil tertawa: "Terus terang saja, perutku memang terasa agak lapar, kalau cici
memang berpesan begitu,baiklah aku mengisi perut lebih dulu!"
Ciu hoa tertawa merdu.. "Sebetulnya diantara saudara sendiri memang tak perku
bersungkan-sungkan, kalau tidak, orang luar pasti mentertawakan.
Mari biar budak mengisikan secawan arak lebih dulu utk melegakan
pikiran.." Sambil berkata dia mengambil guci arak yg baru dibawa masuk
tadi dan mengisi secawan arak penuh utk Kho Beng.
Buru-buru Kho Beng menerimanya sambil berkata:
"Aku tak biasa minum, biar cukup secawan saja!"
Ia menerima cawan itu dan menegak isinya sampai habis,
seketika itu juga segulung hawa panas muncul dari pusarnya dan
menjalar keseluruh bagian tubuhnya, tiba-tiba saja kepalanya terasa
pening. Detik itu juga Kho Beng merasakan keadaan tak beres, matanya
segera melotot besar dan ia melompat bangun.
Tapi Ciu hoa sudah berseru sambil tertawa terkekeh-kekeh:
"Roboh! Roboh!"
"Budak bajingan! Besar amat nyalimu!" bentak Kho Beng
membentak keras-keras, "tak nyana kau berani mencelakai diriku
secara licik?" Sepasang telapak tangannya segera disiapkan utk melancarkan
bacokan kilat ketubuh Ciu hoa.
Tapi sayang keadaa sudah terlambat, tahu-tahu dunia serasa
berputar kencang, pandangan matanya berkunang-kunang, ia tak
sanggup lagi mempertahankan diri".
"Blaaamm!" Badannya roboh terjungkal keatas tanah.
Ciu hoa kembali tertawa terkekeh-kkeh, mendadak ia bertepuk
tangan tiga kali. Dari sisi ruangan segera muncul enam orang lelaki berbaju hitam,
kepada Ciu hoa serentak mereka memuji:
"Siasat Lengcu betul-betul hebat sekali!"
Ciu hoa tertawa bangga, katanya:
"Hayo cepat gotong dirinya masuk keloteng rahasia, beritahu
kepada Ong cianpwee dkasir agar baik-baik melayani keempat orang
asing tsb!" Sementara itu Rumang, Hapukim dan dua bersaudara Mo masih
bersantap dg lahapnya sepeninggalan Kho Beng tadi.
Hingga perutnya terasa kenyang, mereka baru teringat kalau
hingga saat itu Kho Beng belum juga kembali.
Hapukim mulai celingukan kesana kemari dg tak sabar, lalu
berseru keheranan: "Apa yg sudah terjadi" Kenapa cukong kita hilang lenyap dg
begitu saja?" "Jangan-jangan bocah keparat itu memanfaatkan kesempatan in
utk melarikan diri" seru Rumang sambil menggebrak meja.
"He"he"he"Molim tertawa dingin, "seandainya ia bermaksud
melarikan diri, sepanjang jalan ia sudah banyak mempunyai
kesempatan utk berbuat begiut, buat apa dia menunggu hingga
sekarang?" "Yaa, perkataan toako memang benar!" sambung Mokim, "toh
orangnya msih didalam sana, sekalipun belum namapak buat apa
kita mesti gelisah."
Rumang mengedipka mata, tiba-tiba ia mendongak dan tertawa
terbahak-bahak, Hapukm segera menegur:
"Apa sih yg lucu?"
Sambil tertawa ujar Rumang : "Sebenarnya aku mengira cukong
kita adalah seorang kuncu, kemudian baru kuketahui rupanya dia
adalah seorang pipi licin, yang suka perempuan!"
Mendengar perkataan tsb, Hapukim dan dua bersaudara Mo
segera teringat kembali dg sikap Kho Beng yg buru-buru menghindar
ketika melihat tiga orang lelaki kekar (Kim kong sam pian) dari
kejauhan tadi, namun sekarang setelah masuk mengikuti seorang
perempuan lalu lupa keadaan dan waktu. Hingga tanpa terasa
mereka pun turut tertawa.
Walaupun empat orangjago sakti dari luar perbatasan ini ratarata
buas dan licik, namun jalan pikiran mereka masih terlalu
sederhana, ditambah lagi mereka pun belum begitu paham tentang
seluk beluk Kho Beng dg pelbagai masalahnya, maka kepergian sang
pemuda yg kemudian tak pernah muncul kembali ini bukan dianggap
sebagai suatu tanda bahaya sebaliknya mereka malah menafsirkan
pemuda itu sebagai seorang lelaki hidung bangor yg sedang
menikmati kehangatan tubuh wanita.
Begitulah setelah tertawa terbahak-nahak beberapa saat,
Hapukim berkata kemudian:
"Yaa, berbicara sesungguhnya, nona-nona dari daratan
Tionggoan memang mengasyikkan dg segala macam yg memikat
hati, tidak heran kalau cukong kita menjadi lupa daratan sehingga
begitu masuk kekamar lantas melupakan kita".."
Molim mendengus dingin, katanya pula:
"Hmmm, mengikuti manusia busuk macam begini, saban hari dari
siang sampai malam mesti menuruti perkataannya, sudah lama kita
merasa muak dan sebal?"
"Yaaa"kalau ingin mendapatkan anak masa masa induknya
dibuang dulu" sambung Mokim, "apa boleh buat terpaksa kita mesti
bersabar dulu sekarang, tapi apa yg mesti kita perbuat dewasa ini"
Memanggilnya keluar dari kamar" Atau duduk saja menanti?"
Baru selesai ia berkata, Si kasir yg gemuk telah datang
menghampiri dan berkata sambil tertawa:
"Toaya berempat, Kho kongcu telah berpesan kepadaku agar
baik-baik melayani kalian, katanya dia masih ada urusan sehingga
tuan berempat tak perlu menunggu lagi, selain itu kongcu pun telah
telah menyuruh hamba utk memesankan sebuah kamar dirumah
penginapan seberang sana, katanya kalian dipersilahkan utk
beristirahat dulu!" Rumang tertawa terkekeh-kekeh, tanyanya sambil berpaling:
"Sebetulnya cukong kami lagi apaan sih didalam sana?"
Si kasir gemuk pura-pura tertegun, lalu tanyanya keheranan:
"Masa Kho kongcu tidak memberitahukan keperluannya kepada
kalian?" Hapukim segera menepuk bahu si kusir dan berkata sambil
tertawa terbahak-bahak: "Ha"ha"ha" toako emmang makin lama makin pintar saja,
kalau pekerjaan yg lain boleh dirahasiakan, masa masalah main
perempuan pun mesti diumumkan" Ha"ha"ha"."
Buru-buru si kusir gemuk membungkukkan badan sambil tertawa
dibuat-buat, katanya kemudian:
"Toaya memang cerdik sekali..he"he"he..utk biaya makan telah
dilunasi Kho kongcu tadi, bila kalian berempat tak ada permintaan
lain, hamba hendak mohon diri dulu."
Rumang segera mengulapkan tangannya berulang kali, kemudian
kepada Hapukim dan dua bersaudara Mo katanya:
"Begitupun ada baiknya juga, sudah dua puluhan hari lamanya
kita tak pernah beristirahat secara baik, mumpung hari ini punya
kesempatan, mari kita pergi mencari kesenangan, mari kita cicipi
kehangatan nona-nona daratan Tionggoan!"
Karena mereka memang sedang menganggur dan meresa tak
punya urusan lain, tentu saja usul tsb segera disetujui ketiga orang
rekan lainnya, maka berempat pun beranjak pergi dari tempat duduk
masing-masing dan berjalan keluar.
Sewaktu baru melangkah keluar dari pintu rumah makan Poan
gwat kie, kebetulan sekali Chin sian kun serta dua bersaudara Kim
sedang lewati tempat tsb.
Perjumpaan yg sama sekali tak terduga tsb mengundang kedua
belah pihak sama-sama tertegun.
Dg wajah berseri Kim losam segera berbisik kepada Chin sian
kun: "Bukankah keempat orang itu yg melakukan perjalanan bersama
Kho sauhiap" Tak disangka mereka pun berada dirumah makan Poan
gwat kie.." Chin sian kun segera tampil kedepan dan menjura kepada
Rumang sambil sapanya: "Saudara berempat, mengganggu sebentar, boleh kutahu siapa
nama kalian".?"
Melihat kecantikan wajah Chin sian kun ibarat bunga yg baru
mekar, Rumang jadi kegirangan setengah mati sambil tertawa
terkekeh-kekeh segera katanya:
"Belum lagi kami pergi mencari, eeh siapa tahu si nona datang
menghantarkan diri, he...he...he..aku bernama Rumang, sedang
ketiga rekanku ini adalah saudara Hapukim serta saudara Molim dan
Mokim...." Agak geli Chin sian kun melihat sikap Rumang yg kesemsem oleh
kecantikannya, sambil bersikap lebih genit segera tegurnya lagi
sambil tersenyum manis: "Ooooh, rupanya saudara Rumang, saudara Hapukim dan dua
bersaudara Mo, tolong tanya kenapa tak nampak Kho kongcu
bersama kalian?" Rumang segera tertawa bergelak:
"Kau sedang menanyakan cukong kami" Ha...ha...ha..."
Belum sempat dia meneruskan kata-katanya, Molim sudah
menyikutnya keras-keras membuat ia menjadi melengak.
Sambil berpaling segera tegurnya:
"Mo lotoa, apa-apaan kau ini?"
Jilid 16 "Masa kau lupa bahwa cukong kita berusaha menghindari mereka
sewaktu bersua tadi?" bisik Molim lirih, "bukankah hal tsb
menandakan bahwa mereka adalah musuh bukan sahabat?"
Kontan saja Rumang menjadi terkejut, sambil menggaruk-garuk
kepalanya yg tak gatal, katanya:
"Yaa, hampir saja aku melupakan hal ini."
Dg pandangan dingin Molim menatap sekejap Chin sian kun
bertiga lalu balik tegurnya:
"Boleh kami tanya, siapa nama kalian bertiga?"
"Aku she Chin" sahut si nona sambil tertawa, "sedang mereka
berdua adalah dua bersaudara she Kim dari telaga Tong ting, kami
semua adalah teman Kho sauhiap."
"Oooh, kalian adalah teman cukong kami, maaf!maaf!" jengek
Molim tertawa dingin. "Bolehkah kami tahu berada dimanakah Kho sauhiap sekarang?"
buru-buru Kim losam menyela.
"Ada urusan apa kau mencarinya?"
"Kami mempunyai berita penting yg hendak disampaikan
kepadanya, selain itu ada benda yg amat berharga utk diberikan
kepadanya!" "Soal apa" Dan barang berharga apa" Coba kau sebutkan kepada
kami dulu?" Cepat-cepat Kim losam menggeleng:
"Tidak bisa! Kami harus bertemu dg sauhiap sekarang juga."
Tapi Molim segera menggeleng pula sambil menjengek:
"Maaf, rasanya kami belum pernah mendengar cukong kami
menyinggung-nyinggung tentang kalian, karena itu kedatangan
kalian tak bisa kami sampaikan..."
Kim losam menjadi tertegun dan sesaat lamanya tak tahu apa yg
mesti diperbuat. Melihat itu, Chin sian kun segera berseru sambil tertawa merdu:
"Mo lotoa, tolonglah bantu kami, karena persoalan tsb tak dapat
ditunda-tunda lagi."
"Hmmm, kalau memang tak bisa ditnda lagi, lebih baik kalian
pergi mencarinya sendiri" seru Molim ketus.
Selesai berkata, ia segera mengulapkan tangannya kpd Rumang
sekalian sambil katanya: "Hayo kita berangkat mencari kesenangan, jangan biarkan
mereka mengusik kegembiraan kita."
Melihat kempat orang itu hendak pergi dari sana, Kim loji menjadi
naik darah, segera bentaknya penuh amarah:
"Hey! Sebenarnya kalian mengerti aturan tidak?"
"Siapa bilang kami tak tahu aturan?" balas Rumang sambil
melotot dg sinar bengis. "Kalau tahu aturan, semestinya kalian pun mengerti bahwa kami
adalah sahabat majikan kalian dan sekarang hendak mencarinya krn
ada urusan penting, mengapa kalian enggan melaporkan
kedatangan kami?" Rumang tertawa seram, katanya :
"Bila kalian adalah sahabat cukong kami, setelah bertemu kalian
tadi, dia pun tak akan berusaha menghindarkan diri..he...he....siapa
lagi yg hendak kalian bohongi" Bila tidak segera angkat kaki dari
sini, jangan salahkan bila golokku akan membacok tubuh kalian!"
Sekarang Chin sian kun baru tahu sebabnya keempat orang tsb
enggan melaporkan kedatangan mereka, cepat-cepat ia
menjelaskan:
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku rasa Kho kongcu menaruh salah paham atas kehadiran
kami." Dg suara dingin, Molim menyela:
"Nah, bukankah kalian sudah tahu sendiri, lebih baik kalian
mencari dia lebih dulu untuk menjelaskan kesalah pahaman tsb
kemudian baru mencari kami lagi."
Menyaksikan keempat orang itu dibujuk halus gagal, didesak dg
kekerasan pun tak bisa, Chin sian kun menjadi sangat mendongkol,
segera bentaknya: "Sebenarnya kalian mau bicara tidak?"
"He...he...he...sudah mulai sewot nampaknya" ejek Rumang
tertawa seram, "tak susah bila menginginkan kami berbicara, tapi
kau mesti menemani kami dulu tidur semalam!"
Hijau membesi selembar wajah Chin sian kun ketika mendengar
perkataan tsb, tangannya segera meraba gagang pedangnya dan
mencabutnya keluar dari sarung, bentaknya keras-keras:
"Anjing suku asing! Kemari kau! Nyonya muda akan mewakili
majikanmu untuk memberi pelajaran dulu kepada kalian."
Rumang tertawa makin keras, teriaknya sambil mengejek:
"Aduh mak"benar-benar menarik, rupanya kau ingin main
senjata dg ku?" Melihat senjata tajam sudah berbicara, penduduk kota yg
kebetulan berada disekitar jalanan tsb segera berlarian tunggang
langgang utk menyelamatkan diri.
Sesungguhnya Kim loji sudah diliputi amarah yg membara namun
setelah melihat suasana disana menjadi kacau, buru-buru dia
menghalangi si nona utk menyerang.
Kepada Mo bersaudara ujarnya kemudian,
"Kami tidak bermaksud jahat terhadap kalian, apakah kamu
berempat tak bisa diajak utk berunding."
He"he"he"maksud baik atau jahat sama-sama tak ada sangkut
pautnya dg kami, pun kami juga tak mengerti menjalin hubungan dg
orang lain" kata Mokim sinis.
Kim losam sangat marah, bentaknya nyaring:
"Tampaknya kalian anjing-anjing pingin dicambuki."
Rumang balas tertawa seram.
"Terlepas sampai dimana kemampuan dan jumlah kalian,
memangnya kami takut untuk menghadapi kalian?"
Kemudian setelah mendengus dingin terusnya,
"Cukup mendengarkan ucapan kalian bertiga pada kami, hari ini
kami tak bisa melepaskan kalian dg begitu saja, kamu bertiga mesti
mampus disini!" Sambil berkata dia pun mencabut keluar toyanya yg berbentuk
ular. Diantara mereka semua Kim loji paling tenang dan paling
berpikiran panjang, ketika dilihatnya situasi sudah tak mungkin
diselesaikan secara damai, buru-buru ia berkata dg suara dalam:
"Kurang leluasa buat kita utk bertarung ditengah jalan, kalau
memang ingin beradu tenaga, mari kita selesaikan diluar kota saja."
Hapukim tertawa seram: "Kebetulan sekali, akupun ingin mencoba sampai dimanakah
kemampuan dari jago-jago Tionggoan, asal kalian tdk kabur, tampat
manapun sama saja buat kita!"
Betapa gelinya si kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie
yg ikut menyaksikan keramaian tsb dari balik pintu, diam-diam ia
kegirangan setengah mati sebab baginya orang-orang itu paling baik
saling gontok-gontokan dan mampus semua.
Maka kedua belah pihak pun segera berangkat menuju keluar
kota. Matahari sudah condong kelangit barat.
Si Walet terbang berwajah ganda serta Kim loji dan Kim losam
disatu pihak, Rumang berempat dipihak lain kini telah berada
ditengah hutan yg terpencil diluar kota Tong sia, masing-masing
pihak telah berdiri saling berhadapan siap utk bertarung.
Saat itu Chin sian kun berpendapat bahwa keempat orang suku
asing ini walaupun bengis dan menjengkelkan namun bagaimana jua
mereka adalah anak buah Kho Beng, andaikata benar-benar sampai
jatuh korban niscaya mereka akan sulit memberikan keterangan kpd
pemuda tsb. Karenanya sambil berusaha utk mengendalikan rasa gusar yg
membara didalam dada, nona itu segera berkata :
"Walaupun kita tak cocok didalam pembicaraan namun sedikit
banyak harus memandang diwajah majikan kalian. Aku rasa
pertarungan yg akan kita langsungkan nanti dibatasi dg saling
menutul saja, bila kami menderita kalah tentu saja segera akan
angkat kaki dari sini sebaliknya bila kalian kalah maka kalian harus
mengajak kami utk bertemu dg Kho sauhiap. "
"Ha"ha"ha"sungguh menarik hati, sungguh menarik hati"
Rumang tertawa kasar, "dari pada kita gebuk-gebukan dihutan toh
lebih enak bertarung diatas ranjang."
Pucat pias selembar wajah Chin sian kun saking gusarnya seluruh
badannya gemetar keras, bentaknya tiba-tiba:
"Tutup mulut anjingmu, hey orang asing! Nyonya muda sudah
tak bisa bersabar lagi, bila mulut anjingmu tetap mengeluarkan katakata
kotor." Molim tertawa dingin: "Sesungguhnya kau pun tak perlu bersabar atau mengalah, kami
tidak mengerti apa yg dimaksud "dibatasi saling menutul" itu, bagi
peraturan desa kami, bila bertarung maka mati hidup yg akan
menentukan kemenangan salah satu pihak, siapa yg ungguk dialah
enghiong sejati." "Lantas bagaimana menurut pendapatmu" Kita harus bertarung
cara bagaimana?" tanya Kim loji dg suara dalam.
Kembali Molim tertawa seram.
"Walaupun kami berempat, bukan berarti kami ingin mencari
kemenangan dg mengandalkan jumlah banyak, mari kita bertarunf
satu lawan satu, kalian bertiga sama-sama dapat bertahan hidup
terus, toh dipihak kami masih ada seorang yg tetap hidup, ia pasti
akan mengajak kalian utk bertemu dg cukong!"
"Baik, kita tetapkan begitu saja" teriak Kim losam, "sekarang kau
dipersilahkan mencicipi dahulu kehebatan ruyung Kim kong pian ku
ini...." Sudah sejak tadi ia menekan hawa amarahnya yg meluap-luap,
maka begitu selesai berkata, ruyungnya langsung berputar
membentuk satu lingkaran besar dan langsung membacok batok
kepala Molim. Terkejut juga Molim melihat datangnya serangan itu, segera
bentaknya sambil menggeserkan tubuhnya tiga langkah kesamping:
"Serangan yg bagus!"
Senjata tongkat berbentuk ularnya diputar dan menyongsong
datangnya serangan itu. Pedang lebih cocok dipakai utk pertarungan jarak dekat,
sebaliknya ruyung lebih cocok utk pertarungan jarak jauh, tentu saja
Kim losam tidak membiarkan musuh mendekatinya.
Sambil bergerak mundur, sekali lagi dia melepaskan dua kali
serangan cambuk yg memaksa Molim harus beberapa kali
menghindarkan diri. Nama Kim kong sam pian memang bukan nama kosong belaka,
ketiga jurus serangannya itu dilancarkan lebih lincah daripada
gerakan ular sakti, bukan saja dapat bergerak secara luwes, setiap
ancaman pun selalu menimbulkan angin serangan yg menderu-deru.
Untuk beberapa saat Molim tak mampu mendekati musuhnya,
senjata tongkat berbentuk ularnya meski belum bisa memancarkan
kekuatan hebat, akan tetapi kelincahan geraknya, pertahanannya yg
ketat memaksa permaina ruyung Kim losam pun tak mampu berbuat
banyak terhadapnya. Begitu pertarungan berkobar, Hapukim yg nonton pun menjadi
gatal, sambil meloloskan goloknya ia segera membentak terhadap
Kim loji: "Hey, kau jangan ngenggur terus, mari kita coba sampai
dimanakah kehebatan ilmu silatmu!"
Ditengah perkataan, cahaya golok yg menggulung langsung
mengancam kesisi badan Kim loji.
Rupanya ia cukup menbgambil rekannya sebagai pengalaman
dan tahu kalau pihak lawan yg memakai ruyung panjang harus
dihadapi dg pertarungan jarak dekat, sebab sekali posisinya tersedak
niscaya semua jurus serangannya tak bisa dikembangkan.
Karenanya secepat kilat dia menyerang kemuka dan
mengembangkan jurus "jurus serangannya utk mengurung Kim loji
secara ketat. Berulang kali Kim loji mencoba berkelit ataupun menghindar,
namun tak pernah berhasil melepaskan diri dari jangkauan cahaya
golok lawan. Ia merasa seolah-olah cahaya golok muncul dari empat arah
delapan penjuru, hal mana membuatnya terperanjat sekali.
Kerena permainan ruyungnya tak bisa dikembangkan, terpaksa ia
mesti mengandalkan rangkaian ilmu pertarungan jarak dekat utk
bertahan sekuat tenaga. Dlm waktu sigkat pertarungan yg berlangsung telah menjurus
dalam suatu perkelahian mati-matian, diam-diam Chin sian kun yg
mengikuti jalannya pertarungan itu menjadi terkejut sekali.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar Rumang
berteriak keras: "Perempuan jahat! Kau jangan menonton saja, mari kita pun
beradu kepandaian!" Chian sian kun sangat terkejut, tergopoh-gopoh dia melompat
kesamping utk menghindarkan diri.
Ternyata Rumang tdk mendesak maju dg goloknya, melihat sikap
si nona yg gelagapan, segera jengeknya sambil tertawa tergelak:
"Tak usah gugup perempuan jahat, aku kan Cuma kepingin
mencium bibirmu yg mungil, apa sih gunanya membunuhmu?"
Dg pipi bersemu merah, Chin sian kun segera mendesis, saking
marahnya ia segera melepaskan sebuah tusukan kedepan sambil
membentak: "Anjing suku asing! Biar kupotong dulu lidah anjingmu itu!"
Ilmu pedang Liok hong kiam hoatnya yg diandalkan pun segera
dilancarkan, kilauan cahaya tajam yg berlapis-lapis segera
menyergap dan menggulung tubuh Rumang.
Tapi sepuluh gebrakan kemudian, semakin bertarung Chin sian
kun merasa semakin terperanjat, ia tak mengira sama sekali Rumang
yg pandai bicara kotor dan bebal macam kerbau itu sesungguhnya
memiliki ilmu golok yg luar biasa hebatnya.
Jangan dilihat bacokan demi bacokannya dilancarkan secara
ngawur dan tidak beraturan sama sekali, tapi kenyataannya semua
serangannya tak berhasil dibendungnya sama sekali malah ada
beberapa jurus serangannya yg nyaris menyambar tubuhnya.
Beberapa orang lelaki suku asing yg tak dikenal ini ternyata
memiliki ilmu silat yg sangat hebat, bukan saja membuat Chin sian
kun berubah wajah saking terkejutnya, dia pun merasa bingung da
tak habis mengerti darimana Kho Beng bisa mengumpulkan kawanan
manusia macam begini sebagai anak buahnya".
Kini tingal Mokim seorang yg berdiri sambil berpeluk tangan disisi
arena, jangan dilihat kawanan busuk dari luar perbatasan ini bengis
dan buas, ternyata mereka cukup memegang janji yg diucapkan, ia
tidak bermaksud mencari kemenangan dg mengandalkan jumlah
banyak. Tapi situasi dlm arena pun makin lama berubah makin berbahaya
dan gawat, selain Kim losam yg berhasil merebut posisi lebih dulu
sehingga dg andalkan ruyung panjangnya utk bertarung jarak jauh
masih tetap mengendalikan keunggulannya, dua orang yg lain Cuma
bisa bertahan sama tanpa mampu melancarkan serangan balasan.
Terutama sekali Kim loji, berulangkali ia berusaha
memperpanjang jaraknya dg Hapukim, namun usahanya selalu
menemui kegagalan, malah serangkaian serangan golok dari
Hapukim sempat membuatnya kalang kabut dan terjebak dlm posisi
yg berbahaya sekali. Atas terjadinya peristiwa ini tentu saja mempengaruhi juga
semangat Kim losam dlm pertarungan, kegelisahan yg mencekam
hatinya membuat dia nekad dan kurung musuh tapi niatnya tdk
pernah berhasil. Masih untung Chin sian kun lebih cepat menyadari posisinya yg
tidak menguntungkan, melihat permainan golok Rumang yg aneh, ia
sadar tak mungkin bisa meraih kemenangan, maka dg
mengandalkan ilmu ringan tubuhnya yg sempurna, ia mulai
bertarung sistem gerilya, ternyata usahanya ini menampakkan hasil,
dari posisi yg terdesak sedikit demi sedikit ia berhasil mengimbangi
lawan. Pertarungan sengit ini berlangsung hingga malam tiba tanpa
memberikan suatu hasil yg nyata, sebaliknya Chin sian kun makin
bertarung makin gelisah, sekarang ia baru mengerti bahwa
bertarung bukan suatu tindakan yg baik.
Jangan lagi pihaknya memang jauh lebih lemah ketimbang lawan,
demi kepentingan Kho Beng dia pun ragu-ragu didalam melancarkan
serangan sehingga hal ini berbalik malah merugikan pihaknya.
Berbeda sekali dg musuh yg tidak menguatirkan soal apapun,
pertarungan yg dilanjutkan pun paling banter hanya menghasilkan
kalah atau menang. Padahal kenyataan mengatakan bahwa
pihaknya yg pasti menderita kekalahan.
Dlm gelisahnya, tiba-tiba muncul akal cerdik dlm benaknya, dg
suara yg berat teriaknya:
"Ji hiap, sam hiap, bertarung terus macam begini bukan suatu
penyelesaian yg baik, lebih baik kita mengundurkan diri saja!"
Sembari berkata, secara beruntun dia melancarkan tiga buah
serangan dan segera melepaskan lebih dulu dari arena pertarungan.
Dua bersaudara Kim tampaknya mengerti, juga kalau usaha
mereka utk meraih kemenangan tak mungkin berhasil.
Melihat Chin sian kun telah meloloskan diri, mereka pun tak
berani bertarung lebih jauh.
Kim losam yg pertama-tama mendesak mundur Molim sampai
sejauh dua kaki lebih, begitu terlepas dari kepungan, ia segera
melompat kehadapan Hapukim sambil memutar ruyungnya kencangkencang.
Rumang sekalian berempat memang hebat didalam ilmu silat,
tapi sayangnya tak punya dasar yg kuat didalam ilmu meringankan
tubuh, melihat ketiga lawannya lenyap dibalik kegelapan dan tak
mungkin terkejar kembali, saking gusarnya Molim menghentakkan
kakinya berulang kali sambil mengumpat:
"Benar-benar keenakan telur busuk itu!"
Terutama sekali Rumang, kalau tadi masih cengar-cengir macam
kuda maka saat ini dicekam hawa amarah yg membara, teriaknya:
"Mak nya! Sebetulnya kita hendak memanfaatkan kesempatan
beristirahat utk mencari kesenangan, sekarang kita malah kelelahan
krn bertarung, aaai"benar-benar lagi apes!"
"Hmmm..buat apa kau berkaok-kaok tanpa guna" tegur Molim
sambil mendengus, "hari sudah malam, siapa tahu cukong kita
sudah menunggu, ayoh cepat pulang"
Maka mereka berempat pun pulang kekota Tong sia dg uringuringan,
mereka langsung menuju kerumah penginapan Say siang.
Tapi mereka tidak pernah menyangka, kalau dua bersaudara Kim
dan Chin sian kun yg sudah kalah tadi, justru menguntil dibelakang
mereka secara diam-diam.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rupanya inilah taktik dari Chin sian kun, ia berpendapat kalau toh
keempat jago asing itu menyebut Kho Beng sebagai cukongnya,
otomatis mereka adalah pembantu-pembantu Kho Beng.
Karenanya daripada mencari penyakit buat diri sendiri, lebih baik
menguntil dibelakang secara diam-diam, sebab dg cara demikian
niscaya jejak Kho Beng akan ditemukan.
Maka setelah dia menyuruh dua bersaudara Kim mengikutinya
jauh dibelakang, ia sendiri segera mengeluarkan sebuah topeng kulit
manusia dan dikenakan diwajahnya.
Dlm waktu singkat dia telah berubah menjadi seorang dara cantik
yg lain pula raut mukanya, dg wajah seperti ini maka dia bisa
menguntil dibelakang Rumang sekalian secara terang-terangan.
Tapi dia tak menyangka kalau persoalannya sudah terjadi
perubahan semenjak semula, saat ini apakah Rumang sekalian bisa
menemukan kembali Kho Beng pun masih menjadi sebuah
pertanyaan besar. Sementara itu Rumang, Hapukim serta dua bersaudara Mo telah
kembali kekota dan langsung menuju kerumah penginapan Say
siang yg telah disiapkan si kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat
kie. Baru saja mereka masuk Chin sian kun telah menyusul
dibelakangnya, sedang dua bersaudara Kim tidak ikut masuk,
mereka hanya melakukan pengawasan secara diam-diam dari
seberang jalan. Sementara itu Kim losam sedang berbisik kepada Kim loji,
"Ji ko, Kho sauhiap menginap dirumah penginapan tsb....!"
"Chin toa moy sudah masuk kesitu," sahut Kim loji lirih, "aku rasa
kita pun tak usah terlalu gelisah, ada disitu atau tidak segera kita
akan mendapat kabar!"
Tapi dia mempunyai perasaaan yg sama dg Kim losam, ia
berpendapat bahwa rumah penginapan yg dipakai Kho Beng utk
beristirahat sudah pasti penginapan Say siang tsb.
Siapa tahu belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak
Rumang sekalian berempat sudah melangkah keluar dari rumah
penginapan tsb dg langkah tergesa-gesa, wajah mereka kelihatan
marah bercampur mendongkol agaknya pertarungan yg berlangsung
tadi masi merupakan ganjalan dihati kecil mereka.
Menyusul kemudian Chi sian kun pun ikut menyusul keluar dari
penginapan itu, hal tsb membuat dua bersaudara Kim menjadi
tercengang dan tidak habis mengerti.
Secara diam-diam mereka segera munculkan diri dan
menyongsong kedatangan nona tsb, katanya:
"Adikku, mengapa mereka keluar lagi dari penginapan?"
Dg suara agak bimbang sahut Chin sian kun:
"Menurut penuturan pelayan penginapan, Kho sauhiap memang
telah menyuruh kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie untuk
memesan kamar belakang, tapi hingga sekarang orangnya belum
nongol juga!" "Lalu kemana perginya pemuda itu" Apakah mereka ragu?" tanya
Kim losam lebih jauh. Chin sian kun menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Menurut apa yg berhasil kusadap dari pembicaraan mereka,
tampaknya mereka sendiripun kurang begitu tahu kemana
majikannya telah pergi, sekarang mereka sedang melakukan
pemeriksaan dirumah makan Poan gwat kie, lebih baik kita pun
menggunakan cara sama, biar aku yg menguntit mereka, sementara
kalian menanti diluar, bila ada kejadian aku pasti akan mengundang
kalian utk masuk!" Selesai berkata dg langkah tergesa-gesa ia segera mendahului
keempat orang tsb menuju kerumah makan Poan gwat kie.
Begitulah, tujuh orang yg terbagi dalam tiga kelompok segera
berangkat menelusuri jalan raya.
Menanti Chin sian kun sudah berada dalam rumah makan Poan
gwat kie, Molim sekalian baru tiba disitu dan langsung menegur si
kasir gemuk: "Hey taoke, kemana perginya orang she Kho itu?"
"Ooh, rupanya kalian berempat" sahut si kasir sambil tertawa,
"bukankah Kho kongcu telah pergi kepenginapan Say siang utk
mencari kalian?" Molim agak terpengaruh oleh jawaban itu, serunya lagi:
"Tapi menurut pemilik penginapan, ia bilang tak pernah
menjumpai bayangan tubuh majikan kami"!"
"Oya?"" kasir gemuk berseru tertahan dg wajah penuh
keheranan, "kalau begitu aku sendiri pun tdk tahu, sudah hampir
sejam yg lalu Kho kongcu pergi meninggalkan tempat ini."
Mendadak Rumang berseru sambil tertawa bergelak:
"Ha"ha"ha"hey kasir gemuk, kau takusah mewakili majikan
kami utk berbohong"."
Dlm perkiraannya Kho Beng tak akan lebih sedang berbuat
mesum dg gadis-gadis cantik, sebaliknya kasir gemuk rumah makan
itu manafsirkan lain, tiba-tiba saja hatinya menjadi terkejut, sinar
matanya berkilat, buru-buru dia berkata:
"Toaya, kami adalah pedagang yg bermaksud mencari untung,
apa gunanya membohongi langganan?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, Rumang menggoyangkan
tangannya sambil berseru:
"Itu mah tergantung persoalan apa yg sedang dihadapi, seperti
musim panas saat ini, akurasa inilah saat terbaik utk main
perempuan, lelaki manakah yg tidak romantis?"Ha"ha".apakah
majikan kami sudah kelengketan gula-gula sehingga enggan
meninggalkannya" Mungkin dia yg menyuruh kau berbohong agar
kami berempat menunggu lagi semalaman?"
Setelah mengetahui apa yg diartikan lawannya, kasir gemuk itu
menjadi geli sendiri, tapi segera ujarnya sambil menggelengkan
kepala, "Harap tuan jangan salah paham, perempuan yg dijumpai Kho
kongcu tadi adalah sahabat karibnya, oleh sebab itu setelah masuk
kedalam tadi, mereka terlibat dalam pembicaraan yg asyik, tidak
seperti apa yg kalian duga, ia bukan perempuan lacur!"
Bila dipikirkan lebih seksama, maka jawaban yg diberikan
sekarang menjadi bertentangan dg pernyataan siang tadi.
Tapi sayang, keempat orang jago lihay dari luar perbatasan ini
tidak cermat sehingga tidak bisa menemukan kejanggalan tsb.
Hapukim nampak agak tertegun, lalu tanyanya,
"Lantas kemana perginya orang itu?"
"Apakah tuan berempat tidak pernah meninggalkan penginapan
tsb?" tanya kasir gemuk setelah berpikir sebentar.
Molim segera menjawab: "Tadi kami telah bersua dg tiga orang bajingan dan terlibat dlm
suatu pertarungan yg sengit, baru saja kami pulang kepenginapan."
"Aaah, tidak aneh kalau begitu" seru kasir tsb dg wajah
bersungguh-sungguh, "Siapa tahu Kho kongcu mendapat kalian
berempat sedang terlibat dlm perkelahian, sehingga dia segera pergi
mencari jejak kalian!"
Alasan tsb memang sesuai dg keadaan dan tidak mencurigakan,
oleh sebab itu Molim sekalian berempat segera manggut-manggut.
Kata Molim kemudian: "Yaa, perkataan si gendut emang masuk akal, kalau begitu
terpaksa kita mesti menunggu dipenginapan saja!"
Dg berlalunya Molim, otomatis ketiga orang lainnya ikut
meninggalkan rumah makan Poan gwat kie tsb.
Ketika menghantar kepergian keempat orang tsb, sekulum
senyum aneh sekali segera melintas diatas wajahnya, dia mengira
tindakannya dlm menghadapi keempat orang asing itu sudah tepat
dan sempurna sekali. Tentu saja dia tidak menyangka kalau disisi lain masih ada orang
yg menyelidiki jejak Kho Beng, jawaban yg diberikannya barusan
justru telah mengundang kecurigaan dalam hatinya.
Tak salah lagi, orang itu adalah si Walet terbang berwajah ganda,
Chin sian kun. Saat ini dia duduk didekat pintu masuk dan berlagak seorang
tamu yg sedang memesan semangkuk mie, sewaktu melihat Molim
sekalian berempat pergi meninggalkan tempat itu, dia pun segera
meninggalkan uang utk beranjak keluar rumah makan tsb.
Baru saja melangkah keluar pintu, dua bersaudara Kim telah
menyongsong kedatangannya dg perasaan gelisah.
Agak kurang sabar Kim loji segera menegur,
"Apa yg telah terjadi" Kenapa keempat ekor anjing asing itu
keluar lagi dari sini" Kalau dilihat dari mimik wajahnya, ia seperti tak
berhasil menemukan Kho sauhiap?"
Chin sian kun manggut-manggut dg perasaan berat, katanya:
"Yaa benar, aku lihat Kho sauhiap sudah ditimpa kemalangan!"
Dua bersaudara Kim menjadi terkejut sekali, serentak mereka
berseru dg lirih: "Kemalangan apa yg telah dialaminya?"
"Aku sendiripun kurang tahu, bisa jadi ia sudah ditangkap dan
disekap orang, bisa juga ia telah dibunuh atau dicelakai orang,
pokoknya aku melihat gelagat kurang beres!"
Paras muka Kim loji segera berubah hebat, buru-buru serunya:
"Sebenarnya apa yg telah terjadi"
Secara ringkas Chin sian kun menuturkan tanya jawab yg
barusan disadapnya, kemudian ia bertanya:
"Apakah kalian berdua tidak berhasil menemukan titik kelemahan
dibalik jawaban tsb?"
Kim loji termenung berapa saat, lalu sahutnya:
"Bila disimpulkan dari apa yg diketahui, tampaknya Kho sauhiap
telah bersua dg seorang perempuan dan masuk keruang belakang
rumah makan Poan gwat kie, sejak itu jejaknya hilang lenyap tak
berbekas!" Chin sian kun segera manggut-manggut,
"Yaa, memang begitu, selanjutnya?"
Dg cepat Kim loji menggeleng, katanya lagi:
"Soal yg lain...aku pikir sudah tiada hal-hal yg mencurigakan
lagi..." Chin sian kun segera tertawa merdu:
"Bagaimanapun juga, jalan pemikiran kalian orang laki-laki
memang kelewat ceroboh, tidak teliti, kalau menurut perasaanku,
kecurigaan yg terbesar justru terletak pada pertanyaan "sahabat
lama" tsb. "Setiap orang pasti mempunyai sahabat lama, apa yg aneh dg
persoalan tsb?" seru Kim losam keheranan.
Chin sian kun mendengus: "Menurut apa yg berhasil kudengar dari pembicaraan Bok sian
taysu, tidak sampai setahun berselang, Kho sauhiap masih berstatus
seorang pemotong kayu bakar dan menimba air diperguruan Sam
goan bun, bukan saja ia tidak mengetahui asal usulnya yg
sebenarnya, keluar dari dinding pekarangan barang selangkah pun
belum pernah, nah coba kalian pikirkan darimana datangnya
"sahabat lama" tsb?"
"Jangan-jangan ia sudah terpikat oleh kecantikan wajah
perempuan tsb?" kata Kim loji sambil berkerut kening.
Tiba-tiba saja timbul suatu perasaan yg sangat tidak enak dlm
hati Chin sian kun, perasaan tsb tak terlukiskan olehnya dg katakata.
Tapi segera katanya lagi sambil menggeleng:
"Menurut penilaianku pribadi, Kho sauhiap bukan seorang lelaki
yg suka main perempuan,itulah sebabnya dari dua hal aku
berkesimpulan bahwa Kho sauhiap telah menemui ancaman bahaya.
Pertama, seaktu memberi jawaban tadi, sorot mata si kasir
gemuk itu berkedip tak tenang, wajahnya menampilkan senyuman
palsu, jelas persoalan sekitar lenyapnya Kho sauhiap kemungkinan
berhubungan erat dg halaman belakang rumah makan Poan gwat kie
itu. Kedua, kalau toh si kasir berbohong dg membuat alasan yg
bermacam-macam, hal ini membuktikan kalau dia memang
berkomplot dg perempuan tsb, ini berarti mereka adalah musuh,
bukan teman kita." Dg perasaan terkesiap, Kim loji segera berseru:
"Jadi menurut pendapatmu, rumah makan Poan gwat kie tsb
bukan rumah makan biasa tapi mempunyai persoalan besar yg amat
mencurigakan sekali?"
"Bukan hanya mempunyai masalah besar yg amat mencurigakan,
bisa jadi tempat tsb merupakan tempat kediaman sejumlah tokohtokoh
persilatan yg berilmu tinggi."
"Kalau begitu, apa salahnya jika kita lakukan penggeledahan dari
belakang sana?" usul Kim lo ji cepat.
Buru-buru Chin sian kun berseru:
"Saat ini kita belum boleh berbuat begitu!"
"Kenapa?" Kim loji keheranan.
"Sebelum kita memahami lebih dulu, tokoh persilatan macam apa
dan berasal dari aliran manakah yg bersembunyi didalam ruang
belakang rumah makan Poan gwat kie tsb, jangan sekali-kali kita
bertindak secara gegabah, sebab bila kita sampai menyerbu kedalam
dan bertemu dg sahabat lama atau mungkin juga orang-orang dari
tujuh partai besar, bagaimana kita nantinya?"
Dua bersaudara Kim segera manggut-manggut, mereka dapat
merasakan betapa sempura semua pertimbangan dan pemikiran
Chin sian kun. "Lantas apa yg harus kita lakukan sekarang?" tanya Kim loji
kemudian dg perasaan gelisah.
Chin sian kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian katanya: "Aku telah berhasil mendapatkan sebuah cara yg menguntungkan
bagi kedua belah pihak, sekarang kita menghubungi dahulu
beberapa orang asing itu utk diajak bekerja sama, jika bertemu dg
orang yg dikenal atau orang dari tujuh partai besar maka biarlah
mereka yg tampilkan diri sementara kita membantu secara diamdiam
dg cara demikian kita bisa menghindari diri dari pelbagai
kesulitan yg mungkin terjadi."
"Baru saja kita langsungkan pertarungan sengit, masa sekarang
hendak menemui mereka lagi" Seandainya orang-orang asing itu tak
mau percaya, bukankah kita bakal terlibat lagi dlm suatu
pertarungan yg seru?"
Chin sian kun menghela napas panjang,
"Demi keselamatan Kho sauhiap, demi merebut kepercayaan Bu
wi cianpwee terhadap kita, aku rasa kita tak mungkin
mempersoalkan masalah macam begitu lagi tapi asal kita bisa
menahan diri, aku rasa tak mungkin pertarungan segera bebrkobar
begitu kita saling bertemu nanti."
"Yaa, terpaksa kita harus berbuat begitu." Ucap Kim loji
kemudian sambil menghela napas, "sekalipun apa yg terjadi, kita
memang harus bisa mengendalikan emosi dan sabar. Mari kita
berangkat sekarang juga, jangan membiarkan waktu berlarut
sehingga terjadi hal-hal yg tak diinginkan, apalagi kalau sampai
menimbulkan kesalah pahaman Bu wi cianpwee terhadap kita."
Maka mereka bertiga pun segera berjalan menuju kerumah
penginapan Say siang. Setelah memasuki penginapan, mereka bertiga pun tidak
menyapa pelayan, dipimpin sendiri oleh Chin sian kun, mereka
langsung menuju kehalaman belakang dimana mereka berpapasan
langsung dg Rumang sekalian berempat.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu itu Rumang sekalian berempat bermaksud akan jalan-jalan
dikota krn waktu masih pagi dan Kho Beng belum juga kembali.
Begitu berpapasan, air muka mereka segera berubah hebat.
Sambil menyeringai seram, Rumang segera berseru:
"Bagus sekali, rupanya kita bersua kembali disini, apakah kalian
belum puas dg pertarungan tadi?"
Chin sian kun tertawa terbahak-bahak, sambil melepaskan topeng
kulit manusia dari wajahnya, ia berkata:
"Harap kalian jangan menaruh curiga, sesungguhnya kedatangan
kami kali ini adalah ingin mengabarkan keadaan Kho sauhiap yg
sebenarnya." Orang-orang asing dari luar perbatasan ini tentu saja tak akan
mengerti ilmu menyaru muka, sewaktu Rumang sekalian melihat
paras muka Chin sian kun bisa berubah-ubah mereka menjadi
terkejut sekali, teriaknya kemudian dg suara seram:
"Siluman! Ada siluman!"
Tanpa banyak berbicara serentak mereka meloloskan senjata dan
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
Cepat-cepat Chin sian kun memperlihatkan topeng kulit
manusianya sembari memberi penjelasan:
"Aku bukan siluman, dg bantuan inilah kurubah wajah asliku yg
sebenarnya, kalian berempat tak usah gugup atau panik."
Setelah diberi penjelasan, keempat orang itu baru bisa menjadi
tenang kembali. Molim segera berkata dg suara berat:
"Kalau toh kalian sudah mengetahui kabar tentang cukong kami,
ada urusan apa kalian datang mencari kami?"
Dg wajah serius Chin sian kun berkata:
"Apakah kalian berempat belum tahu kalau Kho sauhiap telah
ketimpa mara bahaya?"
Molim agak etrtegun, lalu tanyanya kurang percaya:
"Bahaya apa?" "Tadi aku telah menguntit dibelakang kalian berempat sewaktu
berada dirumah makan, akupun menjumpai bahwa kasir tsb sedang
membohongi kalian, apa yg dikatakannya kpd kalian Cuma bohong
semua." "Darimana kau bisa tahu?" sela Hapukim dg perasaan tidak habis
mengerti. "Menurut apa yg kuketahui, majikan kalian sama sekali tak punya
teman lama, apalagi teman lama seorang perempuan."
Mendengar perkataan tsb, Rumang segera tertawa terbahakbahak,
serunya: "Ha"ha"ha".kau si perempuan dungu tahu apa, cukong kami
orangnya romantis, kau tahu perempuan yg ditemuinya tadi sama
cantiknya seperti kau, mana mungkin dia tidak terpikat oleh
keayuannya?" Sambil berusaha menahan amarah dan gejolak emosinya, Chin
sian kun berkata lagi: "Omong kosong! Kho sauhiap tidak suka main perempuan, dia
bukan manusia seperti apa yg kau lukiskan barusan, apalagi
bukankah si kasir telah mengatakan kalau Kho sauhiap telah
meninggalkan tempat itu" Seandainya ia tak ketimpa bahaya,
mengapa pula hingga sekarang belum kembali utk berkumpul dg
kalian?" Perkataan tsb memang cukup beralasan dan bisa diterima dg akal
sehat, tanpa terasa Molim mulai tercenung sambil menelaah
persoalan mana. Kembali Chin sian kun bertanya:
"Apakah kalian berempat pun tahu perempuan apakah yg ditemui
Kho sauhiap tadi?" "Tentu saja kami tahu!" seru Rumang, "perempuan itu membawa
sebuah payung kecil berwarna putih".aaah benar dia pun memakai
baju putih dan menyisipkan sekuntum bunga putih diatas
sanggulnya." Begitu mendengar ciri-ciri perempuan tsb, dua bersaudara Kim
segera menjerit tertahan.
"Aaaah rupanya orang itu adalah perempuan berbaju yg telah
salah tegur tadi!" Paras muka Chin sian kun pun berubah sangat hebat, katanya
sambil menghela napas. "Aaaai....tampaknya apa yg telah terjadi memang tdk meleset
dari dugaanku, rumah makan Poan gwat kie benar-benar
mencurigakan sekali tapi aku memang lagi berpikir masa dikolong
langit benar-benar ada kejadian yg begitu kebetulan, tapi setelah
ditinjau kembali sekarang, dpt disimpulkan bahwa kesemuanya ini
memang merupakan suatu siasat busuk yg sengaja telah
dipersiapkan, hanya satu masalah yg belum terjawab adalah tokoh
persilatan manakah yg menyelenggarakan rumah makan Poan gwat
kie itu?" Sesudah berhenti sejenak, segera katanya lagi kepada Molim,
"Mo lotoa, sekarang kita tak boleh menunda waktu lagi, sebab
bila sampai terlambat besar kemungkinan jiwa Kho sauhiap akan
terancam oleh bahaya maut."
Sementara itu Molim sudah mulai mempercayai perkataan Chin
sian kun, tapi rasa curiga belum juga lenyap sama sekali, katanya
kemudian: "Kalau toh kau dapat menduga semua persoalan sejelas itu,
mengapa kau masih datang juga membuat gara-gara dg kami?"
Tentu saja Chin sian kun tak bisa membeberkan semua duduk
prsoalan dg begitu saja, ia tahu bahwa masalah budi dan dendam
tak mungkin bisa dijelaskan dg sepatah dua patah kata saja.
Dalam keadaan terpaksa, akhirnya dia sengaja berbohong,
katanya dg gelisah: "Mo lotoa memang terlalu banyak curiga, seandainya aku tdk
menemukan kalau dibelakang rumah makan tsb berdiam banyak
sekali jago-jago lihay dan mungkin kami bertiga tak bisa
menghadapinya sendiri, kenapa kami tak datang mencari kalian?"
Ketika mendengar perkataan itu, Rumang segera berteriak keras:
"Semenjak melangkah masuk kedaratan Tionggoan, belum
pernah kami jumpai jago-jago yg hebat disini, ayoh berangkat, kita
bekuk dulu di tauke gemuk seperti babi itu dan tanyakan
persoalannya sampai jelas, bila ia terbukti sedang membohongi kita,
biar ku obrak abrik rumah makannya dulu kemudian baru menyerbu
kedalam." Molim segera manggut-manggut pertanda setuju.
Keempat orang ini sama sekali tidak mengkuatirkan keselamatan
jiwa Kho Beng, mereka Cuma kuatir kehilangan kesempatan
memperoleh kitab pusaka Thian goan bu boh sehingga impian baik
menjadi sia-sia. Melihat sikap orang-orang tsb, dg cepat Chin sian kun
menggoyangkan tangannya sambil mencegah,
"Eeeh.....tunggu sebentar, kalian tidak boleh bertindak dlm
keadaan begini!" "Mengapa tidak boleh?" tanya Rumang sambil melotot.
Chin sian kun tahu bahwa orang-orang tsb berpikiran amat
sederhana, maka segera jelasnya,
"Sekarang malam belum kelam, suasana dijalanan masih ramai,
sedangkan rumah makan Poan gwat kie pun terletak disisi jalan
besar, bila kalian menyerbu dlm keadaan begini secara kekerasan,
bukan saja tindakan mana akan menarik perhatian pembesar kota,
juga mengacau ketentraman sekitar lingkungannya, berbicara buat
kepentingan kita, hal ini lebih banyak ruginya ketimbang untungnya.
Toh persoalan belum sampai berkembang kelewat gawat
sehingga persoalan ini pun tak usah diselesaikan secara tergesagesa,
mari kita tunggu sampai suasana sudah tenang, biar aku
masuk dulu melakukan penyelidikan, setelah itu baru memanggil
kalian berempat, pokoknya kita mesti melakukan sergapan
mendadak, agar mereka menjadi gelagapan setengah mati."
Maka mereka bertujuh pun utk sementara waktu menanggalkan
sikap permusuhan utk bersama-sama merundingkan aksi berikut.
Kim loji juga segera diutus pulang kepenginapan Hiong hien utk
melaporkan kejadian yg sebenarnya kpd Bu wi lojin, sementara ia
sendiri berangkat kepenginapan Say siang, dimana semuanya sudah
menunggu saat utk bertindak.
Benarkah nasib Kho Beng sedang terancam bahaya maut"
Ya benar, segala sesuatunya memang tdk meleset dari perkiraan
Chin sian kun, saat ini posisinya berbahaya sekali krn harus memilih
antara hidup dan mati. oooOooo Dibelakang rumah makan Poan gwat kie terdapat sebuah
bangunan loteng yg berdiri sendiri.
Bangunan tsb tidak jauh berbeda seperti bentuk bangunan rakyat
sekitarnya, antara rumah makan pun hanya selisih sebuah lorong
serta dua lapis dinding pekarangan, sekilas pandang kedua
bangunan tsb tidak ada hubungannya, tapi yg benar ada lorong
rahasia yg menghubungkan kedua tempat tsb.
Waktu itu disebuah ruang rahasia yg tak berjendela diatas loteng
tsb, Kho Beng masih tergeletak diatas pembaringan dlm keadaan tak
sadar. Disamping pembaringan berdiri dua orang dayang yg berdandan
medok, sementara perempuan berbaju putih yg mengaku sebagai
Ciu hoa duduk disamping pembaringan, sedang dimuka pintu berdiri
pula dua orang lelaki berbaju hitam.
Dihadapan perempuan berbaju putih itu dekat dinding ruangan
terletak sebuah kursi berwarna hitam, saat itu perempuan tadi
sedang memberi perintah dg wajah dingin.
Seret dan dudukkan dia diatas kursi itu, lalu sadarkan dg
semburan air, aku hendak memaksanya utk memberikan
pengakuan." Walaupun suara pembicaraan amat merdu bagaikan suara
burung nuri yg berkicau tapi sayang nada suaranya justru dingin
menggidikkan hati. Dua orang dayang genit tadi segera enyahut dan membangunkan
Kho Beng dari pembaringan, setelah didudukkan dikursi, tiba-tiba
mereka menekan sebuah tombol sehingga muncullah tiga buah
gelang penjepit yg masing-masing menjepit leher Kho Beng serta
sepasang pergelangan tangannya. Dg jepitan itu otomatis Kho Beng
tak mampu bergerak lagi. Menyusul kemudian seorang dayang muncul dg sebaskom air dan
diguyurkan keatas kepala pemuda tsb.
Tak ampun sekujur badan Kho Beng menjadi basah kuyup.
Dg guyuran air dingin itu, Kho Beng pun segera tersadar kembali
dari pingsannya. Ketika mengetahui keadaan yg dialaminya, sambil menatap
perempuan berbaju putih itu tajam-tajam, bentaknya keras-keras:
"Siapakah kau?"
Perempuan berbaju putih itu tersenyum , ujarnya:
"Kho kongcu, sekarang kau hanya punya hak utk menjawab,
tidak memiliki kesempatan utk bertanya lagi!"
Kho Beng mendengus dingin, diam-diam ia mencoba mengatur
napas, tapi dg cepat diketahui bahwa hawa murninya tak bisa
terhimpun kembali, hal ini membuat hatinya amat terperanjat.
Sementara itu, perempuan berbaju putih tadi telah berkata lagi
sambil tertawa: "Walaupun kau sudah sadarkan diri, namun daya kerja obat tsb
belum hilang sama sekali, kuanjurkan kepadamu tak usahlah
membuang tenaga dg percuma, lebih baik jawab saja semua
pertanyaanku." Dg sedih Kho Beng menghela napas, dia menyesal sekali atas
keteledoran dirinya, tapi keadaan sudah berubah, disesalipun tak
ada gunanya, dlm keadaan demikian dia hanya berharap agar
Rumang sekalian berempat mengetahui tentang hilangnya dia dan
melakukan penggeledahan hingga kesitu.
Saat ini, diapun menaruh curiga atas asal usul lawannya,
mengapa ia bersikap demikian tehadap dirinya" Siapakah mereka
sebenarnya" Dorongan rasa ingin tahu justru membuat sang pemuda bersikap
lebih tenang lagi, katanya kemudian dg suara hambar:
"Baik, bila ingin bertanya, silahkan bertanya!"
Perempuan berbaju putih itu manggut-manggut, katanya:
"Aku berharap kau bisa tahu diri dan memberikan jawaban
sebaik-baiknya, asal kau bersedia bekerja sama, kujamin nyawamu
tak akan kami ganggu barang seujung rambut pun, tapi bila menolak
aku sangat mengkuatirkan kehidupanmu selanjutnya."
"Aku cukup memahami keadaanku sekarang!" sahut Kho Beng
dingin. "Bagus sekali" perempuan berbaju putih itu kegirangan,
"sekarang jawablah pertanyaan yg pertama, dimanakah gurumu Bu
wi saat ini?" "Aku sendiripun tidak tahu?" sahut Kho Beng rada melengak.
Perempuan berbaju putih itu segera tersenyum, kembali ujarnya:
"Pertanyaan ini boleh saja tidak kau jawab, asal kau bersedia
mengutarakan kabar berita tentang kitab pusaka Thian goan bu boh,
itupun sama saja buat kami."
Seketika itu juga Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras,
serunya tanpa sadar: "Apa kau bilang?"
"Aku ingin mengetahui tentang jejak kitab pusaka Thian goan bu
boh itu"..?" "Darimana aku bisa tahu tentang jejak kitab pusaka Thian goan
bu boh tsb?" seru Kho Beng tercengang.
Tiba-tiba perempuan berbaju putih itu menarik wajahnya sambil
berkata: "Hmmm"sandiwara mu memang kau perankan secara bagus
sekali, tapi aku berharap kau lebih menghargai jiwamu dan jangan
bersandiwara terus".."
Secara seksama Kho Beng membayangkan kembali semua
pertanyaan yg diajukan lawan, lalu dikaitkan satu dg lainnya,
mendadak satu ingatan melintas dlm benaknya, tanpa terasa dia
berseru: "Apakah kau adalah dewi In nu?"
Perempuan berbaju putih itu nampak tertegun, tapi segera
sahutnya sambil tertawa, "Siancu adalah orang yg anggun, dia tak akan menampakkan diri
semaunya sendiri, aku tak lebih hanya salah seorang anak buahnya,
Ciu hoa Leng cu!" Sekarang Kho Beng baru mengerti apa sebabnya pihak lawan
menanyakan tentang Bu wi lojin, lalu bertanya pula tentang kitab
pusaka Thian goan bu boh, tampaknya secara kebetulan Bu wi lojin
berada pula di kota Tong sia dan berhasil mendapatkan kembali
kitab pusaka tsb. Itulah sebabnya kehadiran yg tak disengaja ditempat tsb, segera
disalah artikan kalau dia memang berjalan bersama Bu wi lojin"..
Sementara dia masih merenungkan persoalan tsb, Ciu hoa
Lengcu telah ebrkata kembali,
"Kalau toh kau sudah memahami identitas yg sebenarnya, aku
rasa kau tak bisa mengatakan tak tahu lagi bukan" Gurumu telah
menyusup kedalam istana Siancu dan mencuri kitab pusaka tsb, tapi
akibatnya ia sendiripun menderita luka parah, aku telah membawa
orang melakukan pengejaran sampai disini, aku yakin tentang
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan inipun sudah kau ketahui pula, Nah"sekarang ingin
kulihat apakah kau bersedia mengaku atau tidak?"
Sekarang Kho Beng sudah mengetahui semua duduk persoalan
yg sebenarnya, rasa kaget dan girang segera menyelimuti
perasaannya. Ia terkejut krn Bu wi lojin telah menderita luka parah dan tidak
diketahui apakah jiwanya terancam atau tidak.
Tapi diapun gembira krn kitab pusaka tsb telah berhasil direbut
kembali, lagi pula asal dapat menjumpai Bu wi lojin, berarti dia akan
segera mengetahui kabar berita tentang dewi In nu tsb.
Soal ini jelas akan bermanfaat sekali bagi usahanya utk
membalas dendam, sebab dia tak usah melakukan pencarian lagi
secara membabi buta. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa lagi dia berkata sambil
tertawa dingin: "Aku sedikit tidak mengerti dg perkataanmu barusan!"
"Dalam hal apa kau tidak mengerti?" tanya Ciu hoa Leng cu agak
tertegun. Menurut apa yg kuketahui, kitab pusaka Thian goan bu boh
adalah benda milik Bu wi cianpwee, jadi sudah sepantasnya bila dia
mengambilnya kembali, darimana kau mengatakan bahwa dialah yg
telah mencuri" Atas dasar apa pula lau menyuruh aku memberikan
pengakuan?" Paras muka Ciau hoa Lengcu segera berubah sedingin es,
katanya dg suara sinis: "Tiada benda mestika yg mempunyai pemilik tetap, siapa yg
mendapatkan dialah pemiliknya yg sah.....sekarang, akupun tak
berhasrat utk ribut terus dg mu, aku hanya ingin tahu, sebenarnya
kau bersedia menjawab tidak?"
Kho Beng tertawa terbahak-bahak....
"Ha"ha"ha"aku baru saja masuk kekota Tong sia, duduk saja
belum hangat, darimana aku bisa mengetahui tempat tinggal Bu wi
cianpwee" Apa pula yg harus kuberikan kepadamu?"
Sebenarnya apa yg dia katakan memang merupakan suatu
kenyataan, namun bagi pendengaran Ciu hoa Lengcu, hal tsb
dinilainya sebagai alasan Kho Beng utk menampik memberi jawaban.
Dg gemas perempuan itu segera mendengus dingin, katanya:
"Hmmm..jangan kau anggap banyak kejadian yg berlangsung
begitu kebetulan didunia ini, tampaknya sebelum kugunakan sedikit
tindakan yg tegas kau tak akan memberi pengakuan yg
sebenarnya"." Berbicara sampai disitu, ia segera berpaling dan perintahnya
kepada kedua orang dayangnya itu:
"Laksanakan siksaan, cabut dulu otot-otot kakinya!"
Ciu hoa Lengcu betul-betul seorang yg tak berperasaan, ternyata
ia bisa merubah sikapnya secara wajar, seakan-akan ada dua orang
yg berbeda saja. Dua orang dayang itu segera mengiakan, serentak mereka
mencabut keluar sebilah pisau belati dari sakunya, kemudian
bersiap-siap akan merobek celana Kho Beng.
Tak terlukiskan rasa terkejut Kho Beng menghadapi kejadian ini,
buru-buru ia membentak keras:
"Tunggu sebentar!"
Teringat dendam sakit hatinya yg belum terbalas, ia merasa tak
rela utk mati dg begitu saja, apalagi ia dpt merasakann kalau
lawannya sangat percaya dg perkataannya. Ia bertekad hendak
membohongi orang-orang tsb sambil berusaha mengulur waktu.
Tampak Ciu hoa Lengcu mencibirkan bibirnya sambil tertawa
dingin lalu katanya: "Kho Beng, saat ini belum terlambat bila kau bersedia mengakui
tempat persembunyian gurumu."
Kho Beng berlagak termenung sebentar, lalu katanya dg wajah
bersungguh-sunguh, "Bila kuberikan pengakuan, apakah kau benar-benar akan
membebaskan diriku?"
"Tentu saja, setiap perkataan yg kuucapkan tak pernah diingkari
kembali!" Kho Beng segera manggut-manggut, dia mencoba mengawasi
sekejap sekeliling tempat itu, ketika tidak melihat ada jendela disana
sehingga tak diketahui jam berapa sekarang, maka tanyanya
kemudian: "Jam berapa sekarang?"
"Buat apa kau bertanya soal waktu?" tegur Ciu hoa Lengcu sambil
berkerut kening, agaknya kau berharap keempat orang liar itu bisa
datang menolongmu?" Tak terlukiskan rasa terkesiap Kho Beng sewaktu rahasia hatinya
terungkap, segera tegurnya.
"Kau telah apakan keempat orang anak buahku itu?"
Ciu hoa Lengcu segera tertawa dingin, katanya:
"Kenapa aku mesti bersusah payah mengerjai keempat anjing liar
tsb?" Sekarang besar kemungkinan mereka sedang bertarung matimatian
melawan Kim kong sam pian sekalian, aku rasa mereka tiada
kesempatan lagi utk mengurusi keselamatan dirimu."
Sekali lagi Kho Beng merasa terkejut sekali tanpa terasa dia
menghela napas sedih: Dia tidak mengerti apa sebabnya Rumang sekalian bisa terlibat
dlm pertarungan melawan Kim kong sam pian sekalian, tentu saja
dia pun mengerti bahwa kepandaian silat yg dimiliki Rumang
sekalian berempat sama sekali tdk berada dibawah kemampuan Kim
kong sam pian, andaikata tiga bersaudara Kim mendapat tugas utk
mencari jejaknya, sudah pasti dibelakang mereka masih ada bala
bantuan yg lebih besar lagi, ini berarti keselamatan jiwa keempat
anak buahnya terancam bahaya maut.
Sementara dia masih termenung, terdengar Ciu hoa Lengcu
membentak lagi dg suara dalam:
"Sebenarnya kau bersedia utk bicara atau tidak?"
Dlm keadaan seperti ini, Kho Beng hanya bisa berusaha utk
mengulur waktu maka sahutnya dingin:
"Jika kau enggan memberitahukan waktu kepadaku, bagaimana
mungkin aku bisa memberitahukan kepadamu?"
"Baiklah, kuberitahukan kepadamu pun apa salahnya, sekarang
menjelang kentongan pertama!"
Bu wi cianpwee pernah memberitahukan kepadaku tentang tiga
tempat yg bisa kudatangi, kalau sekarang memang sudah menjelang
kentongan pertama berarti dia orang tua sudah berangkat sepuluh li
diluar kota dan menantikan kedatanganku disebuah kuil dewa tanah.
Ciu hoa Lengcu segera berpaling sambil menurunkan perintah,
"Sampaikan kepada komandan pasukan baju hitam, bawa
segenap anak buah dan lakukan pencarian yg seksama disetiap kuil
yg ada pada radius sepuluh li diluar kota, tapi hati-hati kepandaian
silat dari setan tua itu belum lenyap kemampuannya masih perlu
diperhitungkan, katakan kepada mereka agar bertindak hati-hati bila
perlu lakukan pengepungan yg ketat, awas kalau sampai kebobolan
lagi, hati-hati dg batok kepala mereka..!"
Salah seorang diantara lelaki berbaju hitam yg berdiri didepan
pintu segera mengiakan dan beranjak pergi dari situ.
Jilid 17 Sepeninggal orang itu, Ciu hoa Lengcu berkata lagi kepada Kho
Beng sambil tersenyum, "Asal alamat yg kau berikan itu benar, aku segera akan
membebaskan dirimu dlm keadaan hidup!"
Melihat kesemuanya itu, diam-diam Kho Beng berpikir:
"Untuk menempuh jarak sepuluh li pulang balik, paling tdk
mereka membutuhkan waktu setengah jam lebih, bila Rumang
sekalian berempat dpt melepaskan diri dari kurungan tiga
bersaudara Kim, seharusnya mereka telah sampai pula disini!"
Belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak lelaki yg
menyampaikan perintah tadi sudah muncul kembali dan berdiri
didepan pintu seraya berkata:
"Lapor Lengcu, komandan pasukan baju hitam menyatakan
kecurigaannya..." Dg kening berkerut Ciu hoa Lengcu berkata:
"Apa yg dia curigakan?"
"Menurut laporan komandan Sin, sepuluh li disekitar kota Tong
sia sama sekali tidak terdapat kuil dewa tanah!"
Mendengar laporan tsb, seketika itu juga Kho Beng merasa
terkejut sekali. Ia sama sekali tdk menyangka kalau bohongan yg pertama
segera dibongkar lawan, tapi tidak mau ia menyerah dg begitu saja,
sambil tertawa dingin segera katanya:
"Kalau begitu sungguh mengherankan, orangnya saja belum
keluar pintu rumah, darimana dia bisa tahu kalau sepuluh li
disekeliling kota tidak terdapat sebuah kuil dewa tanah?"
Tapi dg wajah sinis Ciu hoa Lengcu telah berkata sambil tertawa
dingin: "Tak ada salahnya kuberitahukan kepadamu, Komandan Sin
adalah penduduk asli kota ini, boleh dibilang ia sudah menguasai
penuh keadaan diluar maupun didalam kota Tong sia,
hmmmm.....bila kau ingin hidup terus, lebih baik jangan bermain gila
dg kami." Berada dlm keadaan seperti ini, mau tak mau Kho Beng harus
berperan lebih jauh, dg kening berkerut katanya:
"Tapi Bu wi cianpwee dg jelas mengatakan kepadaku, bila ingin
bertemu dgnya sekitar kentongan pertama, aku diharuskan pergi
kekuil diluar kota, mana mungkin keterangan ini bisa keliru?"
Melihat kesungguhan hati Kho Beng sewaktu berbicara, Ciu hoa
Lengcu segera memutar biji matanya sambil termenung, agaknya dia
belum bisa mengambil keputusan.
Tapi setelah berpikir beberapa waktu, segera perintahnya kpd
lelaki berbaju hitam itu,
"Coba tanyakan sekali lagi kepada Komandan Sin, benarkah
disekitar kota Tong sia tidak terdapat bangunan kuil lainnya?"
Lelaki berbaju hitam itu segera mengiakan dan buru-buru
beranjak pergi dari situ.
Tidak sampai setengah peminuman teh kemudian ia sudah
muncul kembali dg langkah terburu-buru, katanya kemudian:
"Komandan Sin telah membawa pasukan meninggalkan tempat!"
Ciu hoa Lengcu jadi tertegun, segera tegurnya, "Bukankah dia
mengatakan kalau disekitar kota tak ada kuil dewa tanah..?"
"Benar komandan Sin berkata sepuluh li disekeliling kota tak ada
kuil dewa tanah, namun ditimur kota terdapat sebuah rumah abu
dari keluarga Liok yg sudah terbengkalai, bisa jadi orang she Kho ini
sudah mengartikan rumah abu sebagai kuil dewa tanah, karena itu
utk berlomba dg waktu komandan telah berangkat lebih dulu!"
Ciu hoa Lengcu segera manggut-manggut, katanya memuji:
"Cara bekerjanya memang cekatan dan tegas, bagus sekali kau
boleh berjaga dimuka pintu."
Selesai berkata, ia berpaling lagi kearah Kho Beng sambil ujarnya
lebih jauh. "Nah, sudah kau dengar?"
Memanfaatkan kesempatan tsb, Kho Beng segera berseru:
"Yaa memang benar, tempat pertemuan yg dimaksudkan Bu wi
cianpwee memang sebuah rumah abu bukan kuil dewa tanah seperti
yg kumaksudkan tadi, tak kusangka siasatku dg menunjuk
menjangan sebagai kuda segera terbongkar oleh kecerdikan kalian,
padahal maksudku bisa mengulur sedikit waktu...yaaa tampaknya
memang susah utk membohongi orang pintar macam kalian!"
Ciu hoa Lengcu tertawa dingin.
"Sampai saat ini aku masih mempercayai dirimu, paling banter
setengah jam kemudian aku akan segera tahu apakah laporan itu
benar atau tidak, jika kau membohongi aku, he...he....sampai
waktunya aku akan menyuruh kau rasakan kelihaianku!"
Selesai berkata ia segera bangkit dari tempat duduknya dan
dibawah iringan kedua dayangnya, ia beranjak meninggalkan
ruangan rahasia tsb. Dua orang lelaki berbaju hitam yg berada didepan pintu itu
segera menutup kembali pintu ruangan rapat-rapat, lalu terdengar
pintu itu dikunci dari luar, ternyata Kho Beng telah disekap seorang
diri dlm ruangan tsb. Setelah berada seorang diri, Kho Beng segera berusaha utk
menghimpun kembali tenaga dalamnya, tiba-tiba ia merasa aliran
hawa murninya berjalan lancar, kekuatan tubuhnya sama sekali tdk
menderita suatu apapun. Hanya saja meski daya kerja obat telah hilang, tapi kedua jepitan
baja dikursi itu justru mengekang pergelangan tangannya secara
telak, sehingga walaupun ia memiliki tenaga dalam yg sempurna pun
tidak banyak kegunaannya.
Lambat laun Kho Beng mulai putus asa, setengah jam bukan
suatu jangka waktu yg terlalu lama, bila ia tak mampu
memanfaatkan kesempatan yg sedikit ini utk melepaskan diri dari
belenggu kursi besi tsb, jelas sudah kematian akan menjelang tiba.
Dlm waktu singkat, ia terbayang kembali dg cici nya yg berusaha
membalas dendam....teringat Bu wi lojin yg menderita luka parah
lalu si unta sakti berpunggung baja yg banyak melepaskan budi
kepadanya...Rumang, Hapukim sekalian....
Disaat pikirannya kalut dan dicekam rasa sedih inilah, si Walet
terbang berwajah ganda Chin sian kun, Kim kong sam pian serta
Rumang sekalian berempat telah sampai dimuka rumah makan Poan
gwat kie. Waktu sudah menunjukkan tepat kentongan pertama, yg aneh
adalah utusan yg dikirim Ciu hoa Lengcu ternyata belum juga
kembali, sedangkan waktu itu Chin sian kun telah memasuki rumah
makan Poan gwat kie utk melakukan pelacakan terhadap jejak Kho
Beng. Seusai berunding, maka Chin sian kun segera memberi tanda
kepada Rumang sekalian berempat agar mengikutinya melompat
naik keatap rumah disamping rumah makan Poan gwat kie dan
langsung menyusup kebangunan belakang....
Menungu sampai bayangan tubuh Chin sian kun sudah lenyap
dari pandangan, Kim loji serta Kim losam baru saling berpandangan
sekejap lalu menggedor pintu rumah makan Poan gwat kie keraskeras.
Waktu itu sebagian besar penduduk disekitar sana sudah terlelap
tidur, tapi suara gedoran pintu yg keras itu hampir saja
menggetarkan seluruh jalanan.
Ditengah suara gedoran keras ,pintu gerbang rumah makan Poan
gwat kie yg sudah tertutup itu segera memancarkan sinar lentera,
lalu kedengaran seseorang mengumpat:
"Kurangajar! Siapa yg sudah bosan hidup" Malam-malam begini
menggedor pintu?" "Mak nya!" umpat Kim losam pula, "Kenapa tiada suara jawaban"
Memangnya semua penghuni rumah ini sudah pada mampus?"
Suara gedorannya makin lama semakin bertambah keras, nyaris
pintu itu didobrak dg kekerasan.
Tak lama kemudian pintu dibuka orang, Kim loji dan Kim losam
segera berlagak marah-marah dan langsung menyerbu masuk
kedalam ruangan.... Dg wajah kaget bercampur gusar tampak dua orang pelayan
menegur dg keras: "Mau apa kalian?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cepat panggil keluar pemilik rumah makan ini, aku hendak
berbicara dg nya!" seru Kim loji sambil menarik muka.
Salah seorang diantara pelayan itu segera mendengus dingin,
katanya: "Hey sobat, coba lihat dulu, sekarang ini pukul berapa..?"
"Pukul berapa pun buat kami sama saja!" tukas Kim losam kasar,
"Kalau kalian tidak segera melaporkan kedatangan kami, jangan
salahkan bila ku obrak abrik rumah makan ini lebih dulu!"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari balik pintu
belakang ruangan sudah terdengar seseorang menjengek sambil
tertawa dingin, "Hmm....besar amat bacotmu, sobat dari manakah yg sudah
tertarik dg rumah makan Poan gwat kie ku ini?"
Sambil berkata tampak seorang lelaki pendek bertubuh gemuk
telah munculkan diri dari dalam ruangan, dia tak lain adalah Ong
ciangkwee. Namun setelah melihat jelas wajah dua bersaudara Kim, ia
kelihatan agak tertegun, lalu serunya :
"Ada urusan apakah ditengah malam buta begini kalian berdua
mencari aku orang she Ong?"
Nada suaranya jauh lebih lembut dan lunak.
"Boleh aku tahu siapa nama Ong ciangkwee?" seru Kim loji
dingin. Seperti juga sikapnya disiang hari tadi, senyuman pura-pura
Bara Diatas Singgasana 21 Dewi Sungai Kuning Seri Huang Ho Sianli Karya Kho Ping Hoo Pahlawan Dan Kaisar 22
Memang benar, sejak tertangkapnya Li Sam dan diadili secara
bersama ditelaga Tong ting, kemudian meninggalkan kota Gak yang
dalam keadaan mendongkol, didalam benak Kim kong sam pian
memang selalu muncul sesosok bayangan, hanya sekejap mereka
sendiri tak tahu bayangan siapakah yg sudah masuk kedalam
benaknya itu. Tapi setelah diungkap oleh si walet terbang berwajah ganda Chin
sian kun sekarang, kemudian dipikirkan sejenak, segera terasalah
bahwa apa yg dikatakan memang benar.
Namun oleh karena persoalan itu bisa mengakibatkan pengaruh
yg besar sekali bagi nasib mereka semua, padahal mereka pun
belum mengetahui maksud tujuan Chin sian kun yg sebenarnya,
maka mereka bertiga hanya membungkam diri saja.
Setelah menghela napas panjang kembali, Chin sian kun berkata:
"Aaaai, terus terang saja aku bilang, sejak semula sesungguhnya
akupun mempunyai perasaan yg sama, namun setelah kupikir dan
kutelaah lebih jauh akhirnya dapatlah kupahami keadaanku yg
sebenarnya." Mendengar itu, Kim lo sam segera tertawa terbahak-bahak:
"Ha...ha...ha...rupanya si walet terbang berwajah ganda yg
namanya menggetarkan kawasan Sam siang telah dihinggapi benih
cinta, tak heran kalau segala persoalan bisa kau pecahkan secara
gamblang...ha...ha...ha...nampaknya kita masih punya kesempatan
untuk menikmati arak kegiranganmu!"
Merah jengah selembar wajah Chin sian kun, cepat2 ia berseru:
"Sam hiap, aku toh sedang membicarakan persoalan yg penting,
kau malah menggoda orang saja"."
"Persoalan perkawinan toh termasuk persoalan yg penting, tak
heran kalau kau menjamu kami hari ini, memangnya kami hendak
disuruh menjadi mak comblang?"
Chin sian kun semakin tersipu-sipu
Jilid 15 ..dibuatnya, saking malunya dia sampai menundukkan kepalanya
rendah-rendah. Akhirnya Kim lotoa yg tak tega, buru-buru tegurnya:
"Lo sam, kau sudah kelewat banyak minum, hayo jangan
berbicara semaunya lagi macam orang edan!"
Kemudian sambil berpaling kearah Chin sian kun, katanya lebih
jauh, "Adikku, barusan kau bilang sudah dapat memahami persoalan
yg sebenarnya, tapi bagaimana sih persoalan yg sebenarnya itu?"
Sampai lama sekali Chin sian kun baru dpt mengendalikan
debaran hatinya, dg suara lirih ujarnya kemudian,
"Aku rasa perasaanku tak akan berbeda jauh dg perasaan kalian
bertiga, setelah dibuat mendongkol oleh segala tuduhan tanpa
dasar, sebenarnya kita berharap sekali bisa menemukan Kho sauhiap
utk mengungkap seluruh isi hati kita kpdnya, krn hanya berbuat
begitu pikiran dan perasaan kita baru lega, entah bagaimana
menurut Kim tayhiap?"
Kim lotoa menghela napas panjang,
"Yaa, tepat sekali, tak nyana kecerdasan adikku memang benarbenar
hebat, setelah berkumpul hari ini, aku Kim lotoa benar-benar
merasa kagum sekali, terbukti sudah bahwa apa yg tersiar dlm dunia
persilatan selama ini memang benar."
"Aaah, Kim toako hanya pandai memuji saja," sela Chin sian kun
sambil tertawa, "ucapanmu malah membuat aku malu berbicara
lebih jauh." Kim lotoa segera tertawa terbahak-bahak"
"Ha"ha"ha"padahal perkataanku bukan bermaksud
mengumpakmu, aku benar-benar merasa kagum dan berbicara
sebenarnya. Hanya saja"aaai, kini identitas Kho sauhiap sudah
jelas, keadaan dan situasi pun telah berubah, kalau sebelumnya
kami memang berhasrat utk menemukan jejaknya, maka sekarang
rencana tsb harus mengalami perubahan!"
"Yaa benar!" si nona mengangguk, "apabila kita teruskan
pencarian ini, maka aku kuatir tuduhan yg bukan2 dari pihak mereka
akan berubah menjadi sungguhan."
Sementara itu Kim losam telah menghabiskan sepoci arak,
agaknya rasa mangkel dan dongkolnya belum habis dilampiaskan
keluar. Ketika mendengar perkataan itu, sambil mendengus segera
serunya: "Bukankah pernah kukatakan tadi, kalau ingin memberontak,
marilah berontak dg sungguh-sungguh, sekalipun tuduhan mereka
jadi sungguhan, apa pula ruginya buat kita?"
Tiba-tiba Kim lotoa membentak keras:
"Sam te, kau anggap saat ini adalah saat yg bagaimana" Apakah
kau sudah bosan hidup dan ingin mencari kerepotan buat sendiri?"
Agaknya Chin sian kun mempunyai pikiran lagi, ketika mendengar
perkataan mana, cepat ia menyela:
"Kim toako, perkataanmu kelewat berpandangan picik,
bagaimanapun juga Kho sauhiap adalah keturunan orang termasyhu,
baik kecerdikan maupun kebesaran jiwanya jauh melebihi
kebanyakan orang, menurut pendapatku dia bukanlah tokoh dlm
sangkar, jika ingin berbicara soal enghiong hanya atas dugaan
sementara, aku pikir hal ini masih terlalu awal."
Kim lotoa kelihatan agak tergetar, sekarang baru benar-benar
menyadari bahwa si Walet terbang berwajah ganda yg tersohor ini
benar-benar sudah jatuh cinta kpd Kho Beng.
Maka dg nada menyelidiki segera tanyanya:
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?"
Tanpa pikir panjang sahut Chin sian kun:
"Menurut pendapatku, daripada sepanjang hidup kita
mengembara dalam dunia persilatan tanpa tujuan dan selalu
menjadi cemoohan orang lain, mengapa kita tidak melakukan
pertaruhan besar dg mencari kesempatan lain utk muncul kembali
dlm percaturan dunia persilatan" Asal Kho sauhiap muncul kembali
dlm arena dunia persilatan, berarti saat bagi kita utk melampiaskan
semua rasa mangkel dan mendongkol pun telah tiba. Hanya entah
bagaimana pendapat Kim toako sendiri?"
"Soal ini?" Krn menghadapi keputusan yg bakal mempengaruhi nasib
mereka selanjutnya, Kim lotoa menjadi ragu-ragu utk mengambil
keputusan. Terbayang kembali olehnya akan tuduhan tanpa dasar yg
dilontarkan kepadanya ketika berada di Gak yang tempo hari, iapun
mengetahui posisi Kho Beng yg terjepit sekarang.
Sementara ia masih termenung dan susah mengambil keputusan,
Chin sian kun yg sedang mengawasi kejalan raya tiba-tiba tampak
tertegun, lalu serunya gelisah:
"Toako bertiga, cepat lihat! Siapakah dia?"
Dg perasaan terkejut, Kim kong sam pian berpaling, mereka
mengira Chin sian kun telah menemukan Kho Beng.
Ketika menengok kearah jalan raya, disitu mereka hanya
menyaksikan banyak orang sedang berlalu lalang, bukan saja tdk
melihat Kho Beng, seorang yg dikenal puntak nampak.
Dg keheranan Kim lotoa segera bertanya:
"Adikku, siapa yg telah kau lihat?"
Sambil menunding ketempat kejauhan sana, bisik si nona:
"Kim toako, coba kau lihat kearah lima kaki didepan sana,
bukankah dimuka toko kain tsb berdiri seorang perempuan?"
Kim kong sam pian segera berpaling kembali kearah toko kain
diseberang jalan, dan memang benar tampak seorang perempuan
sedang berjalan dg pelan.
Perempuan itu membawa sebuah payung bulat, memakai baju
berwarna putih bersih, meski hanya nampak bayangan punggung
saja hingga tak diketahui bagaimanakah raut mukanya, namun
bunga giok putih yg menghiasi sanggulnya nampak menyolok sekali.
Sayangnya Kim kong sam pian tdk berpikir lebih jauh, krn mereka
sangat asing dg perempuan tsb, tanpa terasa Kim losam bertanya:
"Apakah kau kenal dgnya?"
Dg sedikit kebingungan dan tak habis mengerti Kim kong sam
pian mengawasi nona itu dg wajah melongo, namun oleh krn Chin
sian kun sudah menuruni tangga, terpaksa mereka pun harus
mengikutinya. Padahal hidangan sebanyak itu diatas meja belum berkurang
sedikit pun juga, tentu saja kejadian ini membuat para pelayan
menjadi gelagapan dan tak tahu apa yg mesti diperbuat.
Ketika mereka berempat meninggalkan rumah makan Poan gwat
kie, tampaklah perempuan berbaju putih itu sudah berada sepuluh
kaki didepan sana. Dlm keadaan begini, Kim lotoa tak dpt mengendalikan diri lagi,
segera tanyanya: "Adikku, sebenarnya apa yg telah terjadi?"
Sambil mempercepat langkahnya, Chin sian kun berkata:
"Apakah kalian lupa dg ciri wajah si Kedele Maut yg pernah kita
dengar utk pertama kalinya ditelaga Tong ting tempo hari?"
Paras muka Kim kong sam pian seketika berubah hebat, agak
tercengang Kim lotoa berseru:
"Darimana kau bisa tahu kalau perempuan tsb adalah si Kedele
Maut?"" "Memakai baju putih, membawa payung bulat dan mengenakan
bunga putih disanggulnya, bukankah ciri tsb pernah disinggung oleh
Kho sauhiap kpd kita semua?"
"Tapi bukankah Kho sauhiap pernah melakukan ralat atas
keterangannya itu?" seru Kim lotoa.
Chin sian kun segera tertawa dingin:
"Kim toako mengapa kau begitu bodoh, tentu saja ralat yg
dilakukan sauhiap hanya bermaksud utk mengelabui pandangan kita
semua, hanya saja memang aku blm mengerti secara pasti,
mengapa utk pertama kalinya dulu ia sampai memberikan
keterangan semacam itu kpd umat persilatan."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat orang itu
sudah berhasil menyusul kebelakang perempuan tadi, selisih jarak
mereka tinggal empat lima langkah lagi.
Tiba-tiba Kim lotoa menarik ujung baju Chin sian kun sembari
bisiknya lirih: "Ei"tunggu sebentar!"
Chin sian kun agak tertegun, lalu dg wajah bersemu merah
tanyanya keheranan: "Ada urusan apa?"
Sambil menghentikan langkahnya Kim lotoa segera berkata:
"Benarkah dia sebagai kakak kandung Kho sauhiap hingga kini
masih merupakan teka teki, aku dengar ia sangat gemar membunuh,
seandainya perbuatan kita yg membuntuti serta menegurnya
menimbulkan kecurigaan atas diri kita berempat sehingga
membangkitkan nafsu membunuhnya, bukankah hal ini berarti
mencari penyakit buat diri sendiri, maksud baik berubah menjadi niat
jahat?" Teguran tsb kontan saja mengejutkan hati Chin sian kun, tanpa
terasa dia menghentikan langkahnya seraya mengangguk,
"Yaa, perkataan toako memang benar, hampir saja aku berbuat
kesalahan besar krn belum terpikir sama sekali akan soal itu."
"Lagipula aku ingin tahu, megapa kau mesti mengambil tindakan
menyerempet bahaya?" tanya Kim lotoa lebih lanjut.
Dg paras muka bersemu merah sahut Chin sian kun:
"Seandainya ia benar-benar si Kedele Maut, bukankah
menemukan dirinya sama artinya dg menemukan Kho sauhiap?"
Lalau sambil menggigit bibir seraya termenung sesaat, katanya
kemudian: "Hmmm, aku punya akal sekarang, tolong toako bertiga
mengikuti beberapa langkah dibelakangnya saja, andaikata terjadi
kesalah pahaman sehingga berkobar pertarungan, kalian dpt
membantuku bila perlu. Sekarang biar aku lewat dulu disampingnya,
akan kucoba utk menegurnya dg beberapa kata."
Kim kong sam pian mengangguk kegirangan, mereka segera
memperlambat langkahnya. Sementara itu si Walet terbang berwajah ganda telah
mempersiapkan diri baik-baik dan mempercepat langkahnya maju
kedepan. Belasan langkah kemudian ia sudah melalui sisi tubuh perempuan
berbaju putih tadi. Setelah lewat ia berlagak menoleh seraya menyapa:
"Hey, tak disangka enci dari keluarga Kho pun berada disini?"
Sikapnya yg begitu hangat seakan-akan sahabat karib yg baru
bersua saja, benar-benar amat mesra.
Akan tetapi setelah ia dpt melihat dg jelas usia serta raut muka
perempuan berbaju putih itu, tiba-tiba saja timbul keraguan dlm
hatinya. Sewaktu utk pertama kali ia mendengar berita yg dibawa anggota
Sam goan bun tempo hari, konon usia si Kedele Maut baru dua
puluhan tahun, krn usia begitu memang cocok sekali menjadi kakak
kandung Kho Beng. Sebaliknya meski perempuan ini berdandan amat sederhana,
bermuka bulat telor berhidung mancung dan bibir kecil, namun
usianya pasti lebih dari dua puluhan tahun.
Memang buat seorang wanita utk menebak usia perempuan
lainnya seringkali agak cocok, menurut penilaian si Walet terbang
berwajah ganda, paling tidak perempuan ini telah berusia dua puluh
limaan tahun, lagipula sudah tak mirip seorang gadis perawan.
Lantas benarkah dia si Kedele Maut" Diakah enci kandung Kho
Beng" Jangan-jangan ia salah menegur"
Betul juga, tatkala mendengar sapaan dari Chin sian kun tadi,
perempuan itu nampak menghentikan langkahnya, dg wajah agak
tertegun, tapi setelah memperhatikan lawannya sekejap, segera
jawabnya sambil tertawa ringan:
"Nampaknya adik sudah salah melihat orang!"
Chin sian kun tak mau menyerah dg begitu saja, berlagak-lagak
tertegun kembali serunya,
"Ooooh"jadi toaci tidak berasal dari marga Kho?"
Perempuan itu menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Tidak, aku tidak bermarga Kho, aku bermarga Ciu!"
Agak curiga Chin sian kun berkata:
"Aneh benar, sudah jelas Kho sauhiap menerangkan kepadaku
bahwa encinya mempunyai wajah serta dandanan yg mirip sekali
dgmu?" Mencorong sinar aneh dari balik mata perempuan itu setelah
mendengar ucapan tsb, sambil menggeleng tukasnya,
"Adik pasti sudah salah melihat orang, aku sama sekali tak punya
keluarga dari marga Kho sejak kawin dg suamiki dari marga Ciu,
akupun belum pernah mendengar bila suamiku mempunyai sahabat
atau keluarga dari marga Kho?"
Setelah jelas mengetahui bahwa lawannya bukan seorang gadis,
Chin sian kun baru betul-betul merasa kecewa, sambil segera
katanya cepat-cepat: "Kalau begitu siaumoy benar-benar telah salah melihat, harap
toaci jangan marah."
Baru selesai berkata, tiba-tiba terdengar Kim losam berseru dg
suara keras: "Coba lihat, bukankah dia adalah Kho sauhiap?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil berkata ia segera menunjuk kebelakang tubuh Chin sian
kun. Dg perasaan terkejut buru-buru si nona berpaling, benar juga
tampak Kho beng bersama empat orang lelaki aneh berjalan
melintasi sebuah jalanan dan menyusup kedalam lorong kecil,
dimana bayangan tubuhnya segera lenyap dari pandangan.
Sayang sekali ia kelewat gelisah utk menengok kearah Kho Beng
sehingga tak sempat terlihat olehnya bahwa perempuan tadi pun
menyunggingkan sekulum senyuman aneh diujung bibirnya sehabis
mendengar perkataan tsb, tiba-tiba saja ia membalikkan badan lalu
berjalan menuju kearah rumah makan Poan gwat kie.
Sementara itu, Chin sian kun yg telah berhasil menemukan jejak
Kho Beng pun tak mau membuang waktu lagi, ia segera memberi
tanda kepada Kim kong sam pian, kemudian cepat-cepat menyusul
kearah mana pemuda tadi lenyap.
Siapa sangka setibanya ditikungan lorong tadi, ia hanya melihat
banyak manusia berlalu lalang disitu, bayangan Kho Beng maupun
keempat lelaki aneh tadi sudah lenyap dari pandangan.
Dlm pada itu Kim kong sam pian telah menyusul kesisi Chin sian
kun, ketika tak menjumpai bayangan tubuh anak muda itu, buruburu
Kim lotoa berkata: "Sudah kau temukan dirinya?"
Chin sian kun menghela napas panjang:
"Aaaai"belum, agaknya dia sengaja hendak menghindari dari kita
semua!" Kim losam segera tertawa:
"Kota Tong sia bukan sebuah kota yg terlalu besar, asalkan
orangnya masih disini, aku rasa tak mungkin ia bersembunyi
dibawah tanah!" Mendengar itu Chin sian kun segera tersenyum,
"Yaa, perkataan Sam ko memang betul, bagaimanapun jua kita
kan tak punya urusan, mari kita cari jejaknya dg seksama."
Seraya berkata ia segera beranjak menelusuri jalan sambil
celingukan kesana kemari.
Kalau gadis ini bersemangat utk mencari jejak Kho Beng krn
benih cinta yg sudah tumbuh didlm hatinya, maka Kim kong sam
pian justru mengikuti dibelakangnya dg begitu saja.
Namun kenyataannya ternyata jauh diluar dugaan, walaupun
mereka berempat telah menelusuri seluruh kota Tong sia dan setiap
jengkal tanah sudah hampir mereka periksa semua, namun
bayangan tubuh Kho Beng serta keempat lelaki aneh itu sama sekali
tak nampak kembali. Akhirnya Chin sian kun mulai mendongkol bercampur kesal,
sedang Kim kong sam pian pun mulai bermandi peluh.
Ketika melihat senja sudah menjelang sementara pencarian
mereka tetap nihil, Chin sian kun yg kelelahan segera berkata kpd
Kim kong sam pian: "Lebih baik kita mencari sebuah rumah penginapan dulu utk
beristirahat." Sesungguhnya Kim kong sam pian sendiri pun sudah kelelahan,
tentu saja mereka tak punya usul lain, maka mereka berempat pun
menginap dirumah penginapan yg memakai merk "Hong hian"
Begitu memasuki ruang belakang dg wajah murung dan kesal
Chin sian kun segera menjatuhkan diri duduk dikursi,
Melihat keadaan si nona, Kim lotoa segera menghiburnya,
"Asal sudah kita ketahui kehadiran Kho sauhiap dikota Tong sia,
aku rasa kau pun tak usah terlalu gelisah lagi?"
Tiba-tiba Chin sian kun menghela napas panjang:
"aaaai" padahal lebih baik kita tak usah mencarinya, sebab bila
ditemukan malah banyak ruginya dari pada untungnya."
Mendengar perkataan itu, Kim kong sam pian segera menjadi
tertegun dan melongo, pikirnya:
"Yg hendak mencarinya juga kau, sekarang yg mengusulkan
jangan dicari juga kau, yaa".perasaan wanita memang benar-benar
susah diduga?" Tak tahan lagi Kim loji segera bertanya:
"Adikku, apa maksud perkataanmu itu?"
"Pembicaraan kita sewaktu berada dirumah makan tadi belum
diperoleh suatu kesimpulan ataupun keputusan, tak ada salahnya
kalian bertiga berpikir sekarang, kalau toh kita belum bisa
mengambil keputusan tentang sikap yg bagaimana mesti kita ambil
dalam menghadapi Kho Beng, sekalipun berhasil menemukannya,
lalu apa pula yg hendak kita lakukan?""
Sekarang Kim kong sam pian baru memahami maksudnya,
serentak mereka terbungkam dlm seribu bahasa.
Sambil mengucap Chin sian kun kembali berkata:
"Persoalan ini menyangkut nasib kita selanjutnya, karena itu
kalian bertiga wajib mempertimbangkan dulu untung ruginya,
sekarang aku hendak kembali kekamar utk beristirahat dulu, kalian
bertiga tak ada salahnya utk memenfaatkan kesempatan ini utk
berpikir masak-masak, tapi ada satu hal yg perlu kujelaskan dulu,
entah bagaimana pun keputusan yg bakal kalian ambil, aku Chin sian
kun sudah bertekad utk melakukan pertarungan besar ini."
Habis berkata buru-buru dia keluar dari ruangan.
Kim kong sam pian yg berada dlm ruangan saling pandang
sejenak sambil termenung, akhirnya Kim lotoa menggeliat sambil
berkata: "Aku rasa persoalan ini bisa kita bicarakan secara pelan-pelan,
mari kita pergi bersitirahat lebih dulu."
Kim loji dan Kim losam menyetujui usul Kim lotoa, saat ini
mereka memang membutuhkan waktu utk beristirahat sebentar,
maka setelah menguap berulang kali, mereka pun membaringkan
diri diatas ranjang. Belum sampai terlelap tidur, mendadak dari kamar sebelah
berkumandang suara rintihan lirih, tapi makin lama suara rintihan tsb
makin keras. Orang yg mengantuk seringkali mudah naik darah bila terganggu
oleh suara yg berisik, Kim losam yg pertama-tama naik darah, sambil
melompat bangun dari pembaringan, umpatnya:
"Anjing busuk darimana yg berada dikamar sebelah, berisik betul
mengganggu ketenangan oranng."
Sambil membetulkan pakaian ia segera bangkit dan membuka
pintu kamar". Tentu saja Kim lotoa juga tak dpt beristirahat, masing-masing
segera bangun dari pembaringan.
Ketika melihat diknya meninggalkan kamar, Kim lotoa segera
menegur dg suara dalam: "Sam te, jangan gegabah!"
Sebetulnya Kim losam hendak menerjang kedlm kamar sebelah,
ketika mendengar suara bentakan dari toakonya, terpaksa ia hanya
berhenti dimuka pintu kamar sambil umpatnya dg suara keras:
"Hey sobat, bila kau sedang sakit, suruh lah pelayan utk
memanggilkan tabib, tempat ini bukan rumahmu, tapi penginapan,
bila kesakitan tahanlah sedapat mungkin, jangan sampai
mengganggu ketenangan orang lain"."
Sementara ia masih berkaok-kaok, pintu kamar diujung sana
dibuka orang lalu nampaklah Chin sian kun yg baru bangun tidur
munculkan diri sambil bertanya:
"Sam ko, siapa sih yg berdiam dikamar sebelah?"
Rupanya diruang belakang terdapat tiga buah kamar, krn
sewaktu datang yg tengah sudah diisi tamu, maka mereka tdk terlalu
memperhatikan. Tapi setelah Kim kong sam pian tdk dpt tidur krn berisik, otomatis
Chin sian kun yg berada dikamar ujung sebelah sana pun mengalami
keadaan yg tak berbeda. Sementara itu Kim losam telah berseru sambil tertawa dingin:
"Siapa yg tahu manusia atau telur busuk yg berdiam disitu"."
Kalau tdk dimakai keadaan masih mendingan, begitu diumpat
maka suara rintihan yg berasal dari ruangan itu pun berkumandang
makin keras dan nyaring. Bukankah hal ini sama artinya dg sengaja mencari gara-gara"
Kim lotoa menjadi amat curiga, segera bentaknya:
"Sobat yg berada dlm kamar, benarkah kau menderita sakit
parah?" Sambil menegur ia mendorong pintu ruangan, ternyata pintu
kamar tdk dikunci dan segera terbuka.
Ketika delapan sorot mata mereka tertuju kw dlm ruangan,
serentak orang-orang itu menjadi tertegun.
Ternyata orang yg merintih didalam kamar adalah seorang kakek
berambut putih yg wajahnya kuning kepucat-pucatan.
Kakek itu duduk diatas pembaringan dg bersandar pd dinding,
mulutnya merintih tiada hentinya, sementara sorot matanya
mengawasi keempat orang yg berada diluar pintu tanpa berkedip,
agaknya tenaga utk berbicara pun sudah tak punya.
Menyaksikan keadaan tsb, perasaan iba segera muncul di dlm
hati kecil Kim kong sam pian serta Chin sian kun, hanya saja dlm
hati kecil masing-masing diliputi perasaan tak habis mengerti, kalau
toh orang tua itu menderita sakit parah, mengapa ia tdk berbaring
sebaliknya malah tetap duduk"
Chin sian kun segera menegur lebih dulu:
"Orang tua, bolehkah kami masuk ke dlm?"
Orang tua itu manggut-manggut.
Tiga saudara Kim segera melangkah masuk kedalam kamar dan
mengambil tempat duduk, kemudian Kim lotoa baru bertanya:
"Parahkah sakit yg kau derita orang tua?"
Kakek itu mengangguk, sambil menghela napas, katanya dg
lemah: "Terima kasih banyak utk perhatian anda, hanya saja aku
menjadi tak tentram krn sudah mengusik ketenangan tidur kalian."
Kim losam tertawa jengah,
"Kami hanya tak dpt mengendalikan emosi sehingga mengumpat
kau orang tua sekenanya, utk itu harap lotiang jangan marah,
padahal siapa sih yg bisa menjaga kondisi masing-masing selama
berada diluar rumah" Cuma saja".kalau toh totiang menderita
penyakit parah, mengapa kau tidak meminta tolong pelayan utk
memanggilkan tabib?"
"Aaaai"!" sekali lagi sikakek menghela napas sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau memang sakit mana boleh tidak diobati?" seru Kim loji
cepat, "bila totiang sedang kekurangan bekal, tak perlu sungkansungkan,
kami bersedia utk membantu!"
Sembari berkata dia hendak merogoh saku.
Buru-buru sikakek menggoyangkan tangannya berulang kali
sambil katanya: "Maksud baik kalian berempat biar lohu terima dlm hati saja,
padahal aku bukannya tak mampu memanggil tabib utk memeriksa
sakitku, dlm kenyataannya penyakit yg kuderita ini tak nanti akan
bisa diobati oleh tabib mana pun!"
"Penyakit apasih yg lotiang derita?" tanya Chin sian kun agak
tercengang. Sekali lagi si kakek menghela napas, "kalian berempat bukan
tabib sekalipun sudah aku sebut pun tak ada gunanya, hanya saja
ada sebuah persoalan ingin aku tanyakan , semoga kalian dpt
menjawab dg sebenarnya."
"Katakan saja lotiang!" buru-buru Kim losam berseru.
"Kalau dilihat dandanan kalian berempat sebagai jagoan
persilatan, pernahkah mendengar tentang seorang yg bernama Kho
Beng?" Mendengar pertanyaan tsb, keempat orang tsb nampak
terperanjat sekali. "Ada urusan apa sih lotiang mencari Kho Beng?" Chin sian kun
segera menegur. Setelah menghela napas, kakek itu berkata:
"Aku hanya dpt memberitahukan kpd kalian bahwa aku Cuma
mendapat titipan dari seseorang, apa daya aku sedang menderita
sakit parah dan tak mampu berkutik, krn nya terpaksa aku Cuma
bisa bertanya kpd kalian berempat."
"Ooooh" Kim lotoa manggut-manggut, "Siapa sih yg menitipkan
persoalan itu kpd lotiang" Persoalan apa yg hendak disampaikan?"
Kakek itu tertawa minta maaf,
"Aku hanya dpt memberitahukan kpd kalian bahwa orang itu
adalah seorang wanita, sedang masalah yg lain maaf kalau aku tak
bisa memberitahukan kpd kalian."
Dg tak sabar Kim losam berseru:
"Padahal orang she Kho itupun berada dikota Tong sia, sayang
sekali kami hanya sempat melihatnya dari kejauhan, sewaktu disusul
ternyata usaha kami mengalami kegagalan."
Kakek itu menjadi kegirangan, buru-buru serunya:
"Aaah"tak kusangka begitu kebetulan, ada suatu benda aku
mohon kpd kalian berempat agar disampaikan kpd Kho Beng,
apakah kalian bersedia membantu?"
Sementara Kim lotoa masih termenung, dg gembira Chin sian kun
telah berseru: "Kalau memang lotiang minta tolong kpd kami, tentu saja kami
akan mengusahakannya."
Sikakek segera mengalihkan pandangan matanya ke wajah Kim
kong sam pian, kemudian tanyanya:
"Apakah kalian bertiga mempunyai suatu kesulitan?"
Kim lotoa menjawab cepat.
"Setelah Chin lihiap menyanggupi, tentu saja kami akan berusaha
membantunya." "Kalau begitu, kuucapkan banyak terima kasih lebih dulu!" seru si
kakek kegirangan. Sembari berkata ia mengambil sepucuk surat yg tertutup rapat
dari bawah pantatnya, sambil diangsurkan ketangan Kim lotoa,
katanya: "Isi surat ini penting sekali, harap kalian berempat
menyimpannya secara baik-baik!"
Cepat-cepat Kim lotoa bangkit dari tempat duduknya utk
menerima, siapa tahu ketika ujung jarinya hampir menyentuh
sampul surat itu, mendadak si kakek tadi melepaskan sampul surat
tadi lalu secepat kilat tangannya menyambar kemuka, dg cepat
kelima jari tangannya mencengkeram urat nadi Kim lotoa erat-erat.
Sesungguhnya Kim lotoa bukan orang sembarangan, betapa
terperanjat ia menghadapi kejadian tsb, cepat-cepat ia menarik
tangannya sementara sebuah bacokan kilat dilontarkan dg telapak
tangan kanannya. Tapi sayang walaupun ia cukup cepat menghindarkan diri toh tak
berhasil meloloskan diri dari ancaman kelima jari tangan kakek itu,
tak ampun pergelangan tangannya segera tercengkeram dg telak.
Dlm waktu singkat Kim lotoa merasakan hawa darah didalam
dadanya bergolak kencang, tenaga pukulan yg dilontarkanpun punah
ditengah jalan. "Plaaaak"!"
Ketika sampul surat itu jatuh kelantai, ternyata menimbulkan
suara yg berat. Sementara itu Chin sian kun, Kim loji dan Kim losam telah dibuat
tertegun oelh perubahan yg berlangsung secara mendadak itu, utk
sesaat mereka tak mampu berbuat apa-apa.
Akhirnya Kim losam melotot dg amarah teriaknya keras-keras:
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagus sekali! Rupanya kau si keledai tua sedang menipu kami dg
siasat busuk, ayoh cepat bebaskan toako ku!"
Sambil berseru, tubuhnya menerjang kemuka kuat-kuat, telapak
tangannya bagaikan bacokan golok langsung dihantamkan kedada
kakek tsb. Jangan dilihat kakek tsb kelihatan lemah dan tak bertenaga,
sekalipun tubuhnya tetap duduk tak bergerak diatas pembaringan
namun tindak tanduknya cukup cekatan.
Tiba-tiba saja ia menarik tubuh Kim lotoa, kemudian ia memutar
pergelangan tangannya sehingga tubuh Kim lotoa berputar seratus
delapan puluh derajat dg muka menghadap keluar, dg begitu ia
persis menyambut serangan dari Kim losam dg tubuh rekannya
sendiri. Tentu saja Kim losam menjadi sangat terperanjat, tergopohgopoh
dia menarik kembali serangannya sambil melompat mundur ,
begitu mendongkolnya dia sampai giginya saling beradu
gemerutukan. Sementara itu si kakek sudah membentak lagi dg suara dalam:
"Barang siapa berani bertindak bodoh lagi, jangan salahkan bila
kubunuh rekan kalian lebih dulu!"
Oleh karena rekannya dibuat sebagai sandera, maka Kim loji
serta Kim losam hanya bisa mendelik besar sambil berkaok-kaok
penuh amarah. Sementara itu Chin sian kun pun amat terperanjat, ia tak dpt
menduga asal usul kakek tsb, tapi ia kuatir sekali, sebab bila kakek
ini utusan dari tujuh partai besar, dg diketahuinya usaha membelot
mereka berarti posisi mereka selanjutnya menjadi bertambah
runyam... Sekuat tenaga ia berusaha utk mengendalikan perasaan ngeri
dan seram yg mencekam hatinya, kemudian setelah tertawa dingin
katanya: "He...he...he...ternyata lotiang adalah seorang jagoan lihay, tapi
entah apa maksudmu berbuat selicik ini untuk menjebak kami?"
Kakek itu tersenyum. "Apa yg telah kukatakan bukan alasan yg dibuat-buat tapi benarbenar
merupakan kenyataan, aku pun sungguh menderita luka
parah, bahkan aku memang bersungguh hati hendak minta tolong
kpd kalian utk mencarikan Kho Beng..."
Mengetahui bahwa si kakek benar-benar menderita luka parah,
Kim loji dan Kim losam saling bertukar pandang sekejap, kemudian
bersiap sedia melakukan tindakan berikut.
Tapi si kakek segera membentak keras.
"Lebih baik kalian berdua jangan bertindak bodoh, sekalipun aku
menderita luka parah, namun aku masih yakin bahwa kemampuan
kalian berempat belum sampai kupandang sebelah matapun."
Sekali lagi Kim loji dan Kim losam amat terperanjat.
Dalam pada itu Chin sian kun telah berkata sambil tertawa
merdu, "Bukankah kami sudah bersedia utk mencarikan Kho Beng seperti
apa yg kau kehendaki, tapi mengapa kau justru melakukan tindakan
semacam ini...?" Kakek itu tersenyum, "Bersediakah nona menyebutkan dulu nama sendiri serta tiga
bersaudara ini?" pintanya.
"Aku bernama Chin sian kun, berdiam di Siang pak, sedang
mereka bertiga adalah Kim kong sam pian dari Gak yang. Tolong
tanya siapa nama kau orang tua?"
Kembali kakek itu tersenyum,
"Aku tak punya nama, tapi orang-orang menyebutku sebagai Bu
wi!" "Haaaahh...!" Begitu mendengar nama "Bu wi", baik Kim kong sam pian
maupun Chin sian kun sama-sama terperanjat dibuatnya sehingga
berseru tertahan. Mimpi pun mereka tak mengira kalau si kakek tak lain adalah Bu
wi lojin, satu di antara tiga tokoh sakti yg sudah termasyur dlm
dunia persilatan semenjak lima puluh tahun berselang.
Buru-buru Chin sian kun memberi hormat, seraya berkata:
"Oooh, rupanya kau adalah Bu wi locianpwee, terus terang saja
aku bersama tiga bersaudara Kim memang berniat membelot utk
bergabung dg Kho sauhiap, oleh sebab itu harap cianpwee jangan
salah paham dan segera membebaskan Kim toako!"
Namun Bu wi lojin masih mencengkeram tangan Kim lotoa
kencang-kencang, ia menggeleng dan berkata sambil tertawa
lembut, "Sewaktu terjun kembali kedunia persilatan akupun sudah banyak
mendengar tentang kegagahan Kim kong sam pian serta Walet
terbang berwajah ganda, akupun tahu kalian berempat bukan orang
jahat, itulah sebabnya tindakanku sekarang tidak berniat jahat, tapi
berhubung benda dalam sampul itu penting sekali artinya, sedang
asal usul Kho Beng pun luar biasa sekali, dimana lebih banyak
musuh ketimbang temannya, maka terpaksa aku mesti
menggunakan Kim tayhiap sebagai sandera, utk itu harap kalian sudi
memakluminya." Setelah berhenti sejenak dan menunding sampul surat dilantai,
katanya lebih jauh: "Tolong nona Chin bersama jihiap dan samhiap pergi mencari
Kho Beng serta menyerahkan surat tsb kepadanya, suruh ia datang
kemari secepatnya. Kelicikan manusia didunia ini susah diraba
sehingga mau tak mau aku mesti bertindak lebih berhati-hati, biarlah
kusandera Kim tayhiap sementara waktu, bila Kho Beng telah sampai
disini aku pasti akan minta maaf kpd Kim tayhiap, selain itu utk
kesekian kalinya ingin kutegaskan bahwa aku tidak berniat jahat
terhadap Kim tayhiap, sedang kehadiran Kim tayhiap disini pun pasti
aman. Selesai persoalan ini akan kuberi hadiah lain sebagai balas
jasanya, nah sekarang mohon kalian bertiga utk melakukannya."
Kim loji, Kim losam maupun Chin sian kun emmang agak jeri
terhadap nama besar Bu wi lojin, mendengar perkataan tsb mereka
saling pandang sekejap, akhirnya Kim losam berkata:
"Kalau toh cianpwee berkata begitu, kami akan segera pergi
mencari Kho sauhiap utk membuktikan ketulusan hati kami yg
sesungguhnya...." Habis berkata dia memungut sampul surat itu, kemudian
memberi tanda kpd Kim loji dan Chin sian kun.
Namun setelah mereka bertiga keluar dari penginapan Hiong hien
dan mengawasi jalan yg terbentang didepan mata, mereka segera
saling berpandangan sekejap dg perasaan murung.
Sudah setengah harian lebih mereka melakukan pencarian tadi
tanpa hasil yg nyata, sekarang kemanakah mereka harus pergi utk
menemukan jejak Kho Beng"
Padahal, mimpi pun mereka tak mengira sewaktu mereka
melakukan pencarian ketiap sudut rumah tadi, sesungguhnya Kho
Beng sedang duduk dg tenang dirumah makan Pon gwat kie yg baru
mereka tinggalkan. Memang disinilah letak kelemahan manusia, Chin sian kun
sekalian berpendapat bahwa mereka baru saja meninggalkan rumah
makan Poan gwat kie, maka walaupun sudah dua tiga kali melewati
pintu muka rumah makan tsb, namun mereka tdk masuk utk
memeriksanya kembali. Berbeda dg Kho Beng, sesungguhnya ia sudah melihat kehadiran
Kim kong sam pian sekalian tapi berhubung maksud kedatangannya
kesitu adalah utk menelusuri jejak In nu siancu dan tak ingin
mencari keributan yg lain, maka sedapat mungkin ia berusaha utk
menghindari orang-orang tsb.
Tapi dia sendiripun tdk menyangka kalau Kim kong sam pian
serta Chin sian kun terpengaruh oleh pembelotan Li sam hingga
dicurigai oleh rakan-rekannya sendiri dimana dalam gusarnya
mereka justru sedang mencarinya utk bergabung.
Tentu saja ia pun tidak tahu kalau Bu wi lojin yg sedang dicaricari
berada pula dikota Tong sia, malah menderita luka parah dan
berdiam dirumah penginapan Hiong hien dimana ia sedang dicaricari
utk bertemu. Memang kadangkala banyak kejadian yg berlangsung sangat
kebetulan kadangkala justru bertentangan satu sama lainnya
sehingga terjadi banyak peristiwa yg tak diinginkan. Apa yg telah
dialami Kho Beng waktu itu"
Utk mengetahui keadaannya, maka waktu harus diundur
setengah hari lagi yaitu sepeminuman teh setelah Kim kong sam
pian dan Chin sian kun meninggalkan rumah makan Poan gwat kie.
Saat itu Kho Beng beserta keempat pengawalnya menghindar
pula kedalam rumah makan tsb.
Disinilah letak kecerdikan Kho Beng. Ia berpendapat Kim kong
sam pian berempat mustahil akan memeperhatikan tempat itu lagi
krn mereka sebelum meninggalkan tempat tsb, saat menunjukkan
tengah hari yaitu saat banyak orang bersantap siang.
Untuk menghindari hal inilah, maka dia pun mencari tempat
duduk didekat loteng dekat jendela, benar juga apa yg dia duga, dua
kali ia menyaksikan Kim kong sam pian berempat celingukan
disekitar rumah makan tsb tanpa berniat masuk kedalam utk
mencarinya, diam-diam ia jadi sangat geli selain rasa bangga yg
meluap. Selain memesan hidangan dan belum lagi bersantap, tiba-tiba
Kho Beng kelihatan seperti tercenung lalu bangkit berdiri, ulah
pemuda tsb tentu saja amat mengejutkan Rumang serta Hapukim
sekalian berempat. Ternyata Kho Beng telah menjumpai pula
bayangan punggung perempuan berbaju putih yg pernah ditegur
Chin sian kun tadi sedang berdiri membelakangi meja kasir.
Oelh karena orangtsb memiliki perawakan tubuh yg terlalu mirip
dg encinya, ditambah lagi payung serta bunga putih disanggulnya,
membuat Kho Beng amat kegirangan. Seperti juga Chin sian kun,
kepada Rumang sekalian segera bisiknya:
"Coba kalian tunggu sebentar disini, aku segera balik!"
Selesai berkata buru-buru ia meninggalkan tempat duduknya
menuju kemeja kasir. Waktu itu si perempuan berbaju putih tadi sedang menyerahkan
seguci arak kepada kasir sambil berkata merdu,
"Arak yg dibutuhkan majikan kami adalah arak terbaik, coba
siapkan satu kati lagi!"
Sang kasir yg gemuk segera mengiakan berulang kali sambil
ketawa namun ketika melihat Kho Beng yg berjalan mendekat,
sekilas perasaan kaget yg susah ditemukan sempat melintas dalam
sorot matanya, ia segera membalikkan badan utk mengambil arak.
Sementara itu Kho Beng telah sampai dibelakang tubuh
perempuan berbaju putih itu, segera sapanya dg suara lirih:
"Enci....." Dg cepat perempuan berbaju putih itu berpaling.
"Aaaahh!" tiba-tiba Kho Beng berseru tertahan.
Ternyata sekarang ia baru menyadari bahwa bayangan punggung
yg dianggap sebagai encinya itu ternyata adalah perempuan lain,
kontan saja pipinya berubah menjadi merah padam karena jengah.
"Ooooh, maaf,maaf..." buru-buru serunya, "rupanya aku telah
salah melihat..." Belum selesai perkataan itu diucapkan, perempuan berbaju putih
itu telah menyela sambil tertawa,
"Oooh...rupanya Kho kongcu!"
Panggilan itu sediit diluar dugaan Kho Beng, ia merasa tak pernah
kenal dg perempuan tsb, tapi kenyataannya pihak lawan justru
kenal dg nya. Maka sesudah tertegun sejenak, segera ujarnya:
"Kau"kau kenal dg diriku?"
Perempuan berbaju putih itu segera tersenyum,
"Budak bernama Ciu hoa, pernah kudengar nona kami
melukiskan raut muka kongcu?"
"Siapakah nonamu?" seru Kho Beng cepat, setelah melengak
beberapa saat. Mendadak Ciu hoa merendahkan suaranya dan berbisik,
"Nona kami adalah cicimu, Kho yang ciu!"
Kho Beng menjadi kegirangan setengah mati, segera tanyanya:
"Dimanakah ciciku berada?"
"Dia berada diruang belakang rumah makan Poan gwat kie ini,
biar budak siapkan arak lebih dulu kemudian baru mengajak kongcu
kesitu!" Sambil berkata ia segera menerima guci arak dari tangan si kusir
gemuk itu. Kemudian baru ia berkata lagi kpd Kho Beng:
"Silahkan kongcu mengikuti budak!"
Habis berkata ia segera berjalan lebih dulu menuju keruang
belakang rumah makan itu.
Ketika Kho Beng mengikuti dibelakangnya, si kusir gemuk itu
tiba-tiba menampilkan secercah senyuman yg sangat aneh.
Setelah melangkah keluar pintu ruangan, ternyata dibelakang
sana merupakan sebuah kamar tamu yg sangat indah.
Dg pandangan terkejut Kho Beng memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, lalu serunya:
"Aaah, tak kusangka rumah makan Poan gwat kie merangkap
juga usaha penginapan!"
Ciu hoa tertawa, "Kami berdiam diruangan yg paling belakang
sana...." "Heran!" gumam Kho Beng tiba-tiba, "sudah dua kali aku
bertemu cici, mengapa belum pernah melihat dirimu?"
"Dulu budak mendapat tugas menjaga abu leluhur,
barubelakangan ini menyusul siocia terjun kedalam dunia persilatan."
"Aaaah"maksudmu kau enjaga abu dari Gin san siancu
cianpwee?" Dg suara sedih Ciu hoa mengangguk,
"Sebenarnya budak sudah berjanji kepada nona utk menjaga abu
selama tiga tahun, apa mau dibilang aku tak pernah tentram hatinya
membiarkan nona berkelana sendiri dalam dunia persilatan, krn itu
secara diam-diam meniggalkan gunung utk menyusulnya!"
Tanpa terasa Kho Beng menaruh perasaan kagum atas
kesetiannya dan ditengah tanya jawab inilah mereka telah sampai
dihalaman paling belakang, disitu ia menyaksikan terdapat dua bilik
dg pepohonan liu yg amat rindang, tempat tsb memang merupakan
sebuah tempat tinggal yg amat tenang.
Tapi sesudah melangkah masuk kedalam ruangan, kembali Kho
Beng menjadi termangu, rupanya ditengah ruangan terdapat sebuah
meja besar dg pelbagai macam hidangan, perangkat sumpit dan
cawan elah tersedia namun tak nampak sesosok bayangan manusia
pun. Baru saja Kho Beng hendak bertanya, ambil tertawa Ciu hoa telah
berkata lebih dulu: "Berhubung masih ada urusan lain, nona belum kembali silahkan
kongcu duduk lebih dulu."
Sambil menunjuk kearah hidangan dimeja, Kho Beng bertanya
keheranan: "Tapi hidangan ini...."
Buru-buru Ciu hoa menukas:
"Sebenarnya nona sedang menjamu seorang teman lamanya, tapi
berhubung chen koan keh masuk secara tergesa-gesa entah
persoalan apa yg dilaporkan, ternyata nona segera mengajak
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tamunya pergi dg melompati dinding pagar, tapi sebelumpergi ia
sempat meninggalkan pesan kepada budak, katanya sebentar dia
akan kembali maka budak disuruh tetap menyiapkan hidangan ini!"
"Tapi kemana perginya Cun bwee serta Sin hong?" tanya Kho
Beng setelah mengambil tempat duduk.
"Mereka ikut nona keluar rumah, tak ada salahnya bila kongcu
duduk menanti sambil minum arak, budak rasa segera nona akan
balik kemari, toh ia sudah bilang hanya akan pergi sebentar saja."
Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali tanda ia tak
ingin makan, sementara hati kecilnya menaruh curiga, dia tak tahu
persoalan penting apakah yg telah ditemui cicinya" Kalau dibilang
bukan urusan penting, mengapa pula ia pergi secara tergesa-gesa"
Berapa saat sudah lewat, Kho Beng duduk termenung sambil
menunggu cicinya kembali, tapi orang yg ditunggu belum nampak
juga. Ketika melihat Ciu hoa berdiri terus disisinya tanpa berkutik,
lama-kelamaan ia menjadi rikuh sendiri, maka sambil bangkit berdiri
segera katanya: "Aku rasa lebih baik nanti saja aku balik lagi...."
Tapi sebelum perkataan itu selesai diucapkan, buru-buru Ciu hoa
telah berkata lagi: "Bagaimana pun juga kongcu toh sudah menunggu sampai
sekarang, kenapa mesti buru-buru pergi" Bila nona sampai tahu, ia
pasti akan memarahi budak yg dibilang tak mampu melayani
kongcu." "Tapi aku masih mempunyai empat teman yg menunggu
diluar...."ucap Kho Beng.
"Soal ini tak usah kongcu kuatirkan" sela Ciu hoa, "tentu saja
budak dapat berpesan kpd sang kasir agar baik-baik melayani
mereka, hingga kini kongcu belum bersantap siang, masa harus
pergi dg begitu saja" Meski hendak pergi, toh rasanya belum
terlambat jika bersantap lebih dulu."
Saat ini Kho Beng memang merasa agak lapar, melihat Ciu hoa
begitu bersikap hormat kepadanya, ia pun berpikir:
"Bagaimana pun juga tempat ini toh kediaman cici, kalau mesti
bersikap sungkan, rasanya hal ini malah lucu sekali...."
Berpendapat demikian, maka dia pun manggut-manggut, katanya
sambil tertawa: "Terus terang saja, perutku memang terasa agak lapar, kalau cici
memang berpesan begitu,baiklah aku mengisi perut lebih dulu!"
Ciu hoa tertawa merdu.. "Sebetulnya diantara saudara sendiri memang tak perku
bersungkan-sungkan, kalau tidak, orang luar pasti mentertawakan.
Mari biar budak mengisikan secawan arak lebih dulu utk melegakan
pikiran.." Sambil berkata dia mengambil guci arak yg baru dibawa masuk
tadi dan mengisi secawan arak penuh utk Kho Beng.
Buru-buru Kho Beng menerimanya sambil berkata:
"Aku tak biasa minum, biar cukup secawan saja!"
Ia menerima cawan itu dan menegak isinya sampai habis,
seketika itu juga segulung hawa panas muncul dari pusarnya dan
menjalar keseluruh bagian tubuhnya, tiba-tiba saja kepalanya terasa
pening. Detik itu juga Kho Beng merasakan keadaan tak beres, matanya
segera melotot besar dan ia melompat bangun.
Tapi Ciu hoa sudah berseru sambil tertawa terkekeh-kekeh:
"Roboh! Roboh!"
"Budak bajingan! Besar amat nyalimu!" bentak Kho Beng
membentak keras-keras, "tak nyana kau berani mencelakai diriku
secara licik?" Sepasang telapak tangannya segera disiapkan utk melancarkan
bacokan kilat ketubuh Ciu hoa.
Tapi sayang keadaa sudah terlambat, tahu-tahu dunia serasa
berputar kencang, pandangan matanya berkunang-kunang, ia tak
sanggup lagi mempertahankan diri".
"Blaaamm!" Badannya roboh terjungkal keatas tanah.
Ciu hoa kembali tertawa terkekeh-kkeh, mendadak ia bertepuk
tangan tiga kali. Dari sisi ruangan segera muncul enam orang lelaki berbaju hitam,
kepada Ciu hoa serentak mereka memuji:
"Siasat Lengcu betul-betul hebat sekali!"
Ciu hoa tertawa bangga, katanya:
"Hayo cepat gotong dirinya masuk keloteng rahasia, beritahu
kepada Ong cianpwee dkasir agar baik-baik melayani keempat orang
asing tsb!" Sementara itu Rumang, Hapukim dan dua bersaudara Mo masih
bersantap dg lahapnya sepeninggalan Kho Beng tadi.
Hingga perutnya terasa kenyang, mereka baru teringat kalau
hingga saat itu Kho Beng belum juga kembali.
Hapukim mulai celingukan kesana kemari dg tak sabar, lalu
berseru keheranan: "Apa yg sudah terjadi" Kenapa cukong kita hilang lenyap dg
begitu saja?" "Jangan-jangan bocah keparat itu memanfaatkan kesempatan in
utk melarikan diri" seru Rumang sambil menggebrak meja.
"He"he"he"Molim tertawa dingin, "seandainya ia bermaksud
melarikan diri, sepanjang jalan ia sudah banyak mempunyai
kesempatan utk berbuat begiut, buat apa dia menunggu hingga
sekarang?" "Yaa, perkataan toako memang benar!" sambung Mokim, "toh
orangnya msih didalam sana, sekalipun belum namapak buat apa
kita mesti gelisah."
Rumang mengedipka mata, tiba-tiba ia mendongak dan tertawa
terbahak-bahak, Hapukm segera menegur:
"Apa sih yg lucu?"
Sambil tertawa ujar Rumang : "Sebenarnya aku mengira cukong
kita adalah seorang kuncu, kemudian baru kuketahui rupanya dia
adalah seorang pipi licin, yang suka perempuan!"
Mendengar perkataan tsb, Hapukim dan dua bersaudara Mo
segera teringat kembali dg sikap Kho Beng yg buru-buru menghindar
ketika melihat tiga orang lelaki kekar (Kim kong sam pian) dari
kejauhan tadi, namun sekarang setelah masuk mengikuti seorang
perempuan lalu lupa keadaan dan waktu. Hingga tanpa terasa
mereka pun turut tertawa.
Walaupun empat orangjago sakti dari luar perbatasan ini ratarata
buas dan licik, namun jalan pikiran mereka masih terlalu
sederhana, ditambah lagi mereka pun belum begitu paham tentang
seluk beluk Kho Beng dg pelbagai masalahnya, maka kepergian sang
pemuda yg kemudian tak pernah muncul kembali ini bukan dianggap
sebagai suatu tanda bahaya sebaliknya mereka malah menafsirkan
pemuda itu sebagai seorang lelaki hidung bangor yg sedang
menikmati kehangatan tubuh wanita.
Begitulah setelah tertawa terbahak-nahak beberapa saat,
Hapukim berkata kemudian:
"Yaa, berbicara sesungguhnya, nona-nona dari daratan
Tionggoan memang mengasyikkan dg segala macam yg memikat
hati, tidak heran kalau cukong kita menjadi lupa daratan sehingga
begitu masuk kekamar lantas melupakan kita".."
Molim mendengus dingin, katanya pula:
"Hmmm, mengikuti manusia busuk macam begini, saban hari dari
siang sampai malam mesti menuruti perkataannya, sudah lama kita
merasa muak dan sebal?"
"Yaaa"kalau ingin mendapatkan anak masa masa induknya
dibuang dulu" sambung Mokim, "apa boleh buat terpaksa kita mesti
bersabar dulu sekarang, tapi apa yg mesti kita perbuat dewasa ini"
Memanggilnya keluar dari kamar" Atau duduk saja menanti?"
Baru selesai ia berkata, Si kasir yg gemuk telah datang
menghampiri dan berkata sambil tertawa:
"Toaya berempat, Kho kongcu telah berpesan kepadaku agar
baik-baik melayani kalian, katanya dia masih ada urusan sehingga
tuan berempat tak perlu menunggu lagi, selain itu kongcu pun telah
telah menyuruh hamba utk memesankan sebuah kamar dirumah
penginapan seberang sana, katanya kalian dipersilahkan utk
beristirahat dulu!" Rumang tertawa terkekeh-kekeh, tanyanya sambil berpaling:
"Sebetulnya cukong kami lagi apaan sih didalam sana?"
Si kasir gemuk pura-pura tertegun, lalu tanyanya keheranan:
"Masa Kho kongcu tidak memberitahukan keperluannya kepada
kalian?" Hapukim segera menepuk bahu si kusir dan berkata sambil
tertawa terbahak-bahak: "Ha"ha"ha" toako emmang makin lama makin pintar saja,
kalau pekerjaan yg lain boleh dirahasiakan, masa masalah main
perempuan pun mesti diumumkan" Ha"ha"ha"."
Buru-buru si kusir gemuk membungkukkan badan sambil tertawa
dibuat-buat, katanya kemudian:
"Toaya memang cerdik sekali..he"he"he..utk biaya makan telah
dilunasi Kho kongcu tadi, bila kalian berempat tak ada permintaan
lain, hamba hendak mohon diri dulu."
Rumang segera mengulapkan tangannya berulang kali, kemudian
kepada Hapukim dan dua bersaudara Mo katanya:
"Begitupun ada baiknya juga, sudah dua puluhan hari lamanya
kita tak pernah beristirahat secara baik, mumpung hari ini punya
kesempatan, mari kita pergi mencari kesenangan, mari kita cicipi
kehangatan nona-nona daratan Tionggoan!"
Karena mereka memang sedang menganggur dan meresa tak
punya urusan lain, tentu saja usul tsb segera disetujui ketiga orang
rekan lainnya, maka berempat pun beranjak pergi dari tempat duduk
masing-masing dan berjalan keluar.
Sewaktu baru melangkah keluar dari pintu rumah makan Poan
gwat kie, kebetulan sekali Chin sian kun serta dua bersaudara Kim
sedang lewati tempat tsb.
Perjumpaan yg sama sekali tak terduga tsb mengundang kedua
belah pihak sama-sama tertegun.
Dg wajah berseri Kim losam segera berbisik kepada Chin sian
kun: "Bukankah keempat orang itu yg melakukan perjalanan bersama
Kho sauhiap" Tak disangka mereka pun berada dirumah makan Poan
gwat kie.." Chin sian kun segera tampil kedepan dan menjura kepada
Rumang sambil sapanya: "Saudara berempat, mengganggu sebentar, boleh kutahu siapa
nama kalian".?"
Melihat kecantikan wajah Chin sian kun ibarat bunga yg baru
mekar, Rumang jadi kegirangan setengah mati sambil tertawa
terkekeh-kekeh segera katanya:
"Belum lagi kami pergi mencari, eeh siapa tahu si nona datang
menghantarkan diri, he...he...he..aku bernama Rumang, sedang
ketiga rekanku ini adalah saudara Hapukim serta saudara Molim dan
Mokim...." Agak geli Chin sian kun melihat sikap Rumang yg kesemsem oleh
kecantikannya, sambil bersikap lebih genit segera tegurnya lagi
sambil tersenyum manis: "Ooooh, rupanya saudara Rumang, saudara Hapukim dan dua
bersaudara Mo, tolong tanya kenapa tak nampak Kho kongcu
bersama kalian?" Rumang segera tertawa bergelak:
"Kau sedang menanyakan cukong kami" Ha...ha...ha..."
Belum sempat dia meneruskan kata-katanya, Molim sudah
menyikutnya keras-keras membuat ia menjadi melengak.
Sambil berpaling segera tegurnya:
"Mo lotoa, apa-apaan kau ini?"
Jilid 16 "Masa kau lupa bahwa cukong kita berusaha menghindari mereka
sewaktu bersua tadi?" bisik Molim lirih, "bukankah hal tsb
menandakan bahwa mereka adalah musuh bukan sahabat?"
Kontan saja Rumang menjadi terkejut, sambil menggaruk-garuk
kepalanya yg tak gatal, katanya:
"Yaa, hampir saja aku melupakan hal ini."
Dg pandangan dingin Molim menatap sekejap Chin sian kun
bertiga lalu balik tegurnya:
"Boleh kami tanya, siapa nama kalian bertiga?"
"Aku she Chin" sahut si nona sambil tertawa, "sedang mereka
berdua adalah dua bersaudara she Kim dari telaga Tong ting, kami
semua adalah teman Kho sauhiap."
"Oooh, kalian adalah teman cukong kami, maaf!maaf!" jengek
Molim tertawa dingin. "Bolehkah kami tahu berada dimanakah Kho sauhiap sekarang?"
buru-buru Kim losam menyela.
"Ada urusan apa kau mencarinya?"
"Kami mempunyai berita penting yg hendak disampaikan
kepadanya, selain itu ada benda yg amat berharga utk diberikan
kepadanya!" "Soal apa" Dan barang berharga apa" Coba kau sebutkan kepada
kami dulu?" Cepat-cepat Kim losam menggeleng:
"Tidak bisa! Kami harus bertemu dg sauhiap sekarang juga."
Tapi Molim segera menggeleng pula sambil menjengek:
"Maaf, rasanya kami belum pernah mendengar cukong kami
menyinggung-nyinggung tentang kalian, karena itu kedatangan
kalian tak bisa kami sampaikan..."
Kim losam menjadi tertegun dan sesaat lamanya tak tahu apa yg
mesti diperbuat. Melihat itu, Chin sian kun segera berseru sambil tertawa merdu:
"Mo lotoa, tolonglah bantu kami, karena persoalan tsb tak dapat
ditunda-tunda lagi."
"Hmmm, kalau memang tak bisa ditnda lagi, lebih baik kalian
pergi mencarinya sendiri" seru Molim ketus.
Selesai berkata, ia segera mengulapkan tangannya kpd Rumang
sekalian sambil katanya: "Hayo kita berangkat mencari kesenangan, jangan biarkan
mereka mengusik kegembiraan kita."
Melihat kempat orang itu hendak pergi dari sana, Kim loji menjadi
naik darah, segera bentaknya penuh amarah:
"Hey! Sebenarnya kalian mengerti aturan tidak?"
"Siapa bilang kami tak tahu aturan?" balas Rumang sambil
melotot dg sinar bengis. "Kalau tahu aturan, semestinya kalian pun mengerti bahwa kami
adalah sahabat majikan kalian dan sekarang hendak mencarinya krn
ada urusan penting, mengapa kalian enggan melaporkan
kedatangan kami?" Rumang tertawa seram, katanya :
"Bila kalian adalah sahabat cukong kami, setelah bertemu kalian
tadi, dia pun tak akan berusaha menghindarkan diri..he...he....siapa
lagi yg hendak kalian bohongi" Bila tidak segera angkat kaki dari
sini, jangan salahkan bila golokku akan membacok tubuh kalian!"
Sekarang Chin sian kun baru tahu sebabnya keempat orang tsb
enggan melaporkan kedatangan mereka, cepat-cepat ia
menjelaskan:
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku rasa Kho kongcu menaruh salah paham atas kehadiran
kami." Dg suara dingin, Molim menyela:
"Nah, bukankah kalian sudah tahu sendiri, lebih baik kalian
mencari dia lebih dulu untuk menjelaskan kesalah pahaman tsb
kemudian baru mencari kami lagi."
Menyaksikan keempat orang itu dibujuk halus gagal, didesak dg
kekerasan pun tak bisa, Chin sian kun menjadi sangat mendongkol,
segera bentaknya: "Sebenarnya kalian mau bicara tidak?"
"He...he...he...sudah mulai sewot nampaknya" ejek Rumang
tertawa seram, "tak susah bila menginginkan kami berbicara, tapi
kau mesti menemani kami dulu tidur semalam!"
Hijau membesi selembar wajah Chin sian kun ketika mendengar
perkataan tsb, tangannya segera meraba gagang pedangnya dan
mencabutnya keluar dari sarung, bentaknya keras-keras:
"Anjing suku asing! Kemari kau! Nyonya muda akan mewakili
majikanmu untuk memberi pelajaran dulu kepada kalian."
Rumang tertawa makin keras, teriaknya sambil mengejek:
"Aduh mak"benar-benar menarik, rupanya kau ingin main
senjata dg ku?" Melihat senjata tajam sudah berbicara, penduduk kota yg
kebetulan berada disekitar jalanan tsb segera berlarian tunggang
langgang utk menyelamatkan diri.
Sesungguhnya Kim loji sudah diliputi amarah yg membara namun
setelah melihat suasana disana menjadi kacau, buru-buru dia
menghalangi si nona utk menyerang.
Kepada Mo bersaudara ujarnya kemudian,
"Kami tidak bermaksud jahat terhadap kalian, apakah kamu
berempat tak bisa diajak utk berunding."
He"he"he"maksud baik atau jahat sama-sama tak ada sangkut
pautnya dg kami, pun kami juga tak mengerti menjalin hubungan dg
orang lain" kata Mokim sinis.
Kim losam sangat marah, bentaknya nyaring:
"Tampaknya kalian anjing-anjing pingin dicambuki."
Rumang balas tertawa seram.
"Terlepas sampai dimana kemampuan dan jumlah kalian,
memangnya kami takut untuk menghadapi kalian?"
Kemudian setelah mendengus dingin terusnya,
"Cukup mendengarkan ucapan kalian bertiga pada kami, hari ini
kami tak bisa melepaskan kalian dg begitu saja, kamu bertiga mesti
mampus disini!" Sambil berkata dia pun mencabut keluar toyanya yg berbentuk
ular. Diantara mereka semua Kim loji paling tenang dan paling
berpikiran panjang, ketika dilihatnya situasi sudah tak mungkin
diselesaikan secara damai, buru-buru ia berkata dg suara dalam:
"Kurang leluasa buat kita utk bertarung ditengah jalan, kalau
memang ingin beradu tenaga, mari kita selesaikan diluar kota saja."
Hapukim tertawa seram: "Kebetulan sekali, akupun ingin mencoba sampai dimanakah
kemampuan dari jago-jago Tionggoan, asal kalian tdk kabur, tampat
manapun sama saja buat kita!"
Betapa gelinya si kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie
yg ikut menyaksikan keramaian tsb dari balik pintu, diam-diam ia
kegirangan setengah mati sebab baginya orang-orang itu paling baik
saling gontok-gontokan dan mampus semua.
Maka kedua belah pihak pun segera berangkat menuju keluar
kota. Matahari sudah condong kelangit barat.
Si Walet terbang berwajah ganda serta Kim loji dan Kim losam
disatu pihak, Rumang berempat dipihak lain kini telah berada
ditengah hutan yg terpencil diluar kota Tong sia, masing-masing
pihak telah berdiri saling berhadapan siap utk bertarung.
Saat itu Chin sian kun berpendapat bahwa keempat orang suku
asing ini walaupun bengis dan menjengkelkan namun bagaimana jua
mereka adalah anak buah Kho Beng, andaikata benar-benar sampai
jatuh korban niscaya mereka akan sulit memberikan keterangan kpd
pemuda tsb. Karenanya sambil berusaha utk mengendalikan rasa gusar yg
membara didalam dada, nona itu segera berkata :
"Walaupun kita tak cocok didalam pembicaraan namun sedikit
banyak harus memandang diwajah majikan kalian. Aku rasa
pertarungan yg akan kita langsungkan nanti dibatasi dg saling
menutul saja, bila kami menderita kalah tentu saja segera akan
angkat kaki dari sini sebaliknya bila kalian kalah maka kalian harus
mengajak kami utk bertemu dg Kho sauhiap. "
"Ha"ha"ha"sungguh menarik hati, sungguh menarik hati"
Rumang tertawa kasar, "dari pada kita gebuk-gebukan dihutan toh
lebih enak bertarung diatas ranjang."
Pucat pias selembar wajah Chin sian kun saking gusarnya seluruh
badannya gemetar keras, bentaknya tiba-tiba:
"Tutup mulut anjingmu, hey orang asing! Nyonya muda sudah
tak bisa bersabar lagi, bila mulut anjingmu tetap mengeluarkan katakata
kotor." Molim tertawa dingin: "Sesungguhnya kau pun tak perlu bersabar atau mengalah, kami
tidak mengerti apa yg dimaksud "dibatasi saling menutul" itu, bagi
peraturan desa kami, bila bertarung maka mati hidup yg akan
menentukan kemenangan salah satu pihak, siapa yg ungguk dialah
enghiong sejati." "Lantas bagaimana menurut pendapatmu" Kita harus bertarung
cara bagaimana?" tanya Kim loji dg suara dalam.
Kembali Molim tertawa seram.
"Walaupun kami berempat, bukan berarti kami ingin mencari
kemenangan dg mengandalkan jumlah banyak, mari kita bertarunf
satu lawan satu, kalian bertiga sama-sama dapat bertahan hidup
terus, toh dipihak kami masih ada seorang yg tetap hidup, ia pasti
akan mengajak kalian utk bertemu dg cukong!"
"Baik, kita tetapkan begitu saja" teriak Kim losam, "sekarang kau
dipersilahkan mencicipi dahulu kehebatan ruyung Kim kong pian ku
ini...." Sudah sejak tadi ia menekan hawa amarahnya yg meluap-luap,
maka begitu selesai berkata, ruyungnya langsung berputar
membentuk satu lingkaran besar dan langsung membacok batok
kepala Molim. Terkejut juga Molim melihat datangnya serangan itu, segera
bentaknya sambil menggeserkan tubuhnya tiga langkah kesamping:
"Serangan yg bagus!"
Senjata tongkat berbentuk ularnya diputar dan menyongsong
datangnya serangan itu. Pedang lebih cocok dipakai utk pertarungan jarak dekat,
sebaliknya ruyung lebih cocok utk pertarungan jarak jauh, tentu saja
Kim losam tidak membiarkan musuh mendekatinya.
Sambil bergerak mundur, sekali lagi dia melepaskan dua kali
serangan cambuk yg memaksa Molim harus beberapa kali
menghindarkan diri. Nama Kim kong sam pian memang bukan nama kosong belaka,
ketiga jurus serangannya itu dilancarkan lebih lincah daripada
gerakan ular sakti, bukan saja dapat bergerak secara luwes, setiap
ancaman pun selalu menimbulkan angin serangan yg menderu-deru.
Untuk beberapa saat Molim tak mampu mendekati musuhnya,
senjata tongkat berbentuk ularnya meski belum bisa memancarkan
kekuatan hebat, akan tetapi kelincahan geraknya, pertahanannya yg
ketat memaksa permaina ruyung Kim losam pun tak mampu berbuat
banyak terhadapnya. Begitu pertarungan berkobar, Hapukim yg nonton pun menjadi
gatal, sambil meloloskan goloknya ia segera membentak terhadap
Kim loji: "Hey, kau jangan ngenggur terus, mari kita coba sampai
dimanakah kehebatan ilmu silatmu!"
Ditengah perkataan, cahaya golok yg menggulung langsung
mengancam kesisi badan Kim loji.
Rupanya ia cukup menbgambil rekannya sebagai pengalaman
dan tahu kalau pihak lawan yg memakai ruyung panjang harus
dihadapi dg pertarungan jarak dekat, sebab sekali posisinya tersedak
niscaya semua jurus serangannya tak bisa dikembangkan.
Karenanya secepat kilat dia menyerang kemuka dan
mengembangkan jurus "jurus serangannya utk mengurung Kim loji
secara ketat. Berulang kali Kim loji mencoba berkelit ataupun menghindar,
namun tak pernah berhasil melepaskan diri dari jangkauan cahaya
golok lawan. Ia merasa seolah-olah cahaya golok muncul dari empat arah
delapan penjuru, hal mana membuatnya terperanjat sekali.
Kerena permainan ruyungnya tak bisa dikembangkan, terpaksa ia
mesti mengandalkan rangkaian ilmu pertarungan jarak dekat utk
bertahan sekuat tenaga. Dlm waktu sigkat pertarungan yg berlangsung telah menjurus
dalam suatu perkelahian mati-matian, diam-diam Chin sian kun yg
mengikuti jalannya pertarungan itu menjadi terkejut sekali.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar Rumang
berteriak keras: "Perempuan jahat! Kau jangan menonton saja, mari kita pun
beradu kepandaian!" Chian sian kun sangat terkejut, tergopoh-gopoh dia melompat
kesamping utk menghindarkan diri.
Ternyata Rumang tdk mendesak maju dg goloknya, melihat sikap
si nona yg gelagapan, segera jengeknya sambil tertawa tergelak:
"Tak usah gugup perempuan jahat, aku kan Cuma kepingin
mencium bibirmu yg mungil, apa sih gunanya membunuhmu?"
Dg pipi bersemu merah, Chin sian kun segera mendesis, saking
marahnya ia segera melepaskan sebuah tusukan kedepan sambil
membentak: "Anjing suku asing! Biar kupotong dulu lidah anjingmu itu!"
Ilmu pedang Liok hong kiam hoatnya yg diandalkan pun segera
dilancarkan, kilauan cahaya tajam yg berlapis-lapis segera
menyergap dan menggulung tubuh Rumang.
Tapi sepuluh gebrakan kemudian, semakin bertarung Chin sian
kun merasa semakin terperanjat, ia tak mengira sama sekali Rumang
yg pandai bicara kotor dan bebal macam kerbau itu sesungguhnya
memiliki ilmu golok yg luar biasa hebatnya.
Jangan dilihat bacokan demi bacokannya dilancarkan secara
ngawur dan tidak beraturan sama sekali, tapi kenyataannya semua
serangannya tak berhasil dibendungnya sama sekali malah ada
beberapa jurus serangannya yg nyaris menyambar tubuhnya.
Beberapa orang lelaki suku asing yg tak dikenal ini ternyata
memiliki ilmu silat yg sangat hebat, bukan saja membuat Chin sian
kun berubah wajah saking terkejutnya, dia pun merasa bingung da
tak habis mengerti darimana Kho Beng bisa mengumpulkan kawanan
manusia macam begini sebagai anak buahnya".
Kini tingal Mokim seorang yg berdiri sambil berpeluk tangan disisi
arena, jangan dilihat kawanan busuk dari luar perbatasan ini bengis
dan buas, ternyata mereka cukup memegang janji yg diucapkan, ia
tidak bermaksud mencari kemenangan dg mengandalkan jumlah
banyak. Tapi situasi dlm arena pun makin lama berubah makin berbahaya
dan gawat, selain Kim losam yg berhasil merebut posisi lebih dulu
sehingga dg andalkan ruyung panjangnya utk bertarung jarak jauh
masih tetap mengendalikan keunggulannya, dua orang yg lain Cuma
bisa bertahan sama tanpa mampu melancarkan serangan balasan.
Terutama sekali Kim loji, berulangkali ia berusaha
memperpanjang jaraknya dg Hapukim, namun usahanya selalu
menemui kegagalan, malah serangkaian serangan golok dari
Hapukim sempat membuatnya kalang kabut dan terjebak dlm posisi
yg berbahaya sekali. Atas terjadinya peristiwa ini tentu saja mempengaruhi juga
semangat Kim losam dlm pertarungan, kegelisahan yg mencekam
hatinya membuat dia nekad dan kurung musuh tapi niatnya tdk
pernah berhasil. Masih untung Chin sian kun lebih cepat menyadari posisinya yg
tidak menguntungkan, melihat permainan golok Rumang yg aneh, ia
sadar tak mungkin bisa meraih kemenangan, maka dg
mengandalkan ilmu ringan tubuhnya yg sempurna, ia mulai
bertarung sistem gerilya, ternyata usahanya ini menampakkan hasil,
dari posisi yg terdesak sedikit demi sedikit ia berhasil mengimbangi
lawan. Pertarungan sengit ini berlangsung hingga malam tiba tanpa
memberikan suatu hasil yg nyata, sebaliknya Chin sian kun makin
bertarung makin gelisah, sekarang ia baru mengerti bahwa
bertarung bukan suatu tindakan yg baik.
Jangan lagi pihaknya memang jauh lebih lemah ketimbang lawan,
demi kepentingan Kho Beng dia pun ragu-ragu didalam melancarkan
serangan sehingga hal ini berbalik malah merugikan pihaknya.
Berbeda sekali dg musuh yg tidak menguatirkan soal apapun,
pertarungan yg dilanjutkan pun paling banter hanya menghasilkan
kalah atau menang. Padahal kenyataan mengatakan bahwa
pihaknya yg pasti menderita kekalahan.
Dlm gelisahnya, tiba-tiba muncul akal cerdik dlm benaknya, dg
suara yg berat teriaknya:
"Ji hiap, sam hiap, bertarung terus macam begini bukan suatu
penyelesaian yg baik, lebih baik kita mengundurkan diri saja!"
Sembari berkata, secara beruntun dia melancarkan tiga buah
serangan dan segera melepaskan lebih dulu dari arena pertarungan.
Dua bersaudara Kim tampaknya mengerti, juga kalau usaha
mereka utk meraih kemenangan tak mungkin berhasil.
Melihat Chin sian kun telah meloloskan diri, mereka pun tak
berani bertarung lebih jauh.
Kim losam yg pertama-tama mendesak mundur Molim sampai
sejauh dua kaki lebih, begitu terlepas dari kepungan, ia segera
melompat kehadapan Hapukim sambil memutar ruyungnya kencangkencang.
Rumang sekalian berempat memang hebat didalam ilmu silat,
tapi sayangnya tak punya dasar yg kuat didalam ilmu meringankan
tubuh, melihat ketiga lawannya lenyap dibalik kegelapan dan tak
mungkin terkejar kembali, saking gusarnya Molim menghentakkan
kakinya berulang kali sambil mengumpat:
"Benar-benar keenakan telur busuk itu!"
Terutama sekali Rumang, kalau tadi masih cengar-cengir macam
kuda maka saat ini dicekam hawa amarah yg membara, teriaknya:
"Mak nya! Sebetulnya kita hendak memanfaatkan kesempatan
beristirahat utk mencari kesenangan, sekarang kita malah kelelahan
krn bertarung, aaai"benar-benar lagi apes!"
"Hmmm..buat apa kau berkaok-kaok tanpa guna" tegur Molim
sambil mendengus, "hari sudah malam, siapa tahu cukong kita
sudah menunggu, ayoh cepat pulang"
Maka mereka berempat pun pulang kekota Tong sia dg uringuringan,
mereka langsung menuju kerumah penginapan Say siang.
Tapi mereka tidak pernah menyangka, kalau dua bersaudara Kim
dan Chin sian kun yg sudah kalah tadi, justru menguntil dibelakang
mereka secara diam-diam.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rupanya inilah taktik dari Chin sian kun, ia berpendapat kalau toh
keempat jago asing itu menyebut Kho Beng sebagai cukongnya,
otomatis mereka adalah pembantu-pembantu Kho Beng.
Karenanya daripada mencari penyakit buat diri sendiri, lebih baik
menguntil dibelakang secara diam-diam, sebab dg cara demikian
niscaya jejak Kho Beng akan ditemukan.
Maka setelah dia menyuruh dua bersaudara Kim mengikutinya
jauh dibelakang, ia sendiri segera mengeluarkan sebuah topeng kulit
manusia dan dikenakan diwajahnya.
Dlm waktu singkat dia telah berubah menjadi seorang dara cantik
yg lain pula raut mukanya, dg wajah seperti ini maka dia bisa
menguntil dibelakang Rumang sekalian secara terang-terangan.
Tapi dia tak menyangka kalau persoalannya sudah terjadi
perubahan semenjak semula, saat ini apakah Rumang sekalian bisa
menemukan kembali Kho Beng pun masih menjadi sebuah
pertanyaan besar. Sementara itu Rumang, Hapukim serta dua bersaudara Mo telah
kembali kekota dan langsung menuju kerumah penginapan Say
siang yg telah disiapkan si kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat
kie. Baru saja mereka masuk Chin sian kun telah menyusul
dibelakangnya, sedang dua bersaudara Kim tidak ikut masuk,
mereka hanya melakukan pengawasan secara diam-diam dari
seberang jalan. Sementara itu Kim losam sedang berbisik kepada Kim loji,
"Ji ko, Kho sauhiap menginap dirumah penginapan tsb....!"
"Chin toa moy sudah masuk kesitu," sahut Kim loji lirih, "aku rasa
kita pun tak usah terlalu gelisah, ada disitu atau tidak segera kita
akan mendapat kabar!"
Tapi dia mempunyai perasaaan yg sama dg Kim losam, ia
berpendapat bahwa rumah penginapan yg dipakai Kho Beng utk
beristirahat sudah pasti penginapan Say siang tsb.
Siapa tahu belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak
Rumang sekalian berempat sudah melangkah keluar dari rumah
penginapan tsb dg langkah tergesa-gesa, wajah mereka kelihatan
marah bercampur mendongkol agaknya pertarungan yg berlangsung
tadi masi merupakan ganjalan dihati kecil mereka.
Menyusul kemudian Chi sian kun pun ikut menyusul keluar dari
penginapan itu, hal tsb membuat dua bersaudara Kim menjadi
tercengang dan tidak habis mengerti.
Secara diam-diam mereka segera munculkan diri dan
menyongsong kedatangan nona tsb, katanya:
"Adikku, mengapa mereka keluar lagi dari penginapan?"
Dg suara agak bimbang sahut Chin sian kun:
"Menurut penuturan pelayan penginapan, Kho sauhiap memang
telah menyuruh kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie untuk
memesan kamar belakang, tapi hingga sekarang orangnya belum
nongol juga!" "Lalu kemana perginya pemuda itu" Apakah mereka ragu?" tanya
Kim losam lebih jauh. Chin sian kun menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Menurut apa yg berhasil kusadap dari pembicaraan mereka,
tampaknya mereka sendiripun kurang begitu tahu kemana
majikannya telah pergi, sekarang mereka sedang melakukan
pemeriksaan dirumah makan Poan gwat kie, lebih baik kita pun
menggunakan cara sama, biar aku yg menguntit mereka, sementara
kalian menanti diluar, bila ada kejadian aku pasti akan mengundang
kalian utk masuk!" Selesai berkata dg langkah tergesa-gesa ia segera mendahului
keempat orang tsb menuju kerumah makan Poan gwat kie.
Begitulah, tujuh orang yg terbagi dalam tiga kelompok segera
berangkat menelusuri jalan raya.
Menanti Chin sian kun sudah berada dalam rumah makan Poan
gwat kie, Molim sekalian baru tiba disitu dan langsung menegur si
kasir gemuk: "Hey taoke, kemana perginya orang she Kho itu?"
"Ooh, rupanya kalian berempat" sahut si kasir sambil tertawa,
"bukankah Kho kongcu telah pergi kepenginapan Say siang utk
mencari kalian?" Molim agak terpengaruh oleh jawaban itu, serunya lagi:
"Tapi menurut pemilik penginapan, ia bilang tak pernah
menjumpai bayangan tubuh majikan kami"!"
"Oya?"" kasir gemuk berseru tertahan dg wajah penuh
keheranan, "kalau begitu aku sendiri pun tdk tahu, sudah hampir
sejam yg lalu Kho kongcu pergi meninggalkan tempat ini."
Mendadak Rumang berseru sambil tertawa bergelak:
"Ha"ha"ha"hey kasir gemuk, kau takusah mewakili majikan
kami utk berbohong"."
Dlm perkiraannya Kho Beng tak akan lebih sedang berbuat
mesum dg gadis-gadis cantik, sebaliknya kasir gemuk rumah makan
itu manafsirkan lain, tiba-tiba saja hatinya menjadi terkejut, sinar
matanya berkilat, buru-buru dia berkata:
"Toaya, kami adalah pedagang yg bermaksud mencari untung,
apa gunanya membohongi langganan?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, Rumang menggoyangkan
tangannya sambil berseru:
"Itu mah tergantung persoalan apa yg sedang dihadapi, seperti
musim panas saat ini, akurasa inilah saat terbaik utk main
perempuan, lelaki manakah yg tidak romantis?"Ha"ha".apakah
majikan kami sudah kelengketan gula-gula sehingga enggan
meninggalkannya" Mungkin dia yg menyuruh kau berbohong agar
kami berempat menunggu lagi semalaman?"
Setelah mengetahui apa yg diartikan lawannya, kasir gemuk itu
menjadi geli sendiri, tapi segera ujarnya sambil menggelengkan
kepala, "Harap tuan jangan salah paham, perempuan yg dijumpai Kho
kongcu tadi adalah sahabat karibnya, oleh sebab itu setelah masuk
kedalam tadi, mereka terlibat dalam pembicaraan yg asyik, tidak
seperti apa yg kalian duga, ia bukan perempuan lacur!"
Bila dipikirkan lebih seksama, maka jawaban yg diberikan
sekarang menjadi bertentangan dg pernyataan siang tadi.
Tapi sayang, keempat orang jago lihay dari luar perbatasan ini
tidak cermat sehingga tidak bisa menemukan kejanggalan tsb.
Hapukim nampak agak tertegun, lalu tanyanya,
"Lantas kemana perginya orang itu?"
"Apakah tuan berempat tidak pernah meninggalkan penginapan
tsb?" tanya kasir gemuk setelah berpikir sebentar.
Molim segera menjawab: "Tadi kami telah bersua dg tiga orang bajingan dan terlibat dlm
suatu pertarungan yg sengit, baru saja kami pulang kepenginapan."
"Aaah, tidak aneh kalau begitu" seru kasir tsb dg wajah
bersungguh-sungguh, "Siapa tahu Kho kongcu mendapat kalian
berempat sedang terlibat dlm perkelahian, sehingga dia segera pergi
mencari jejak kalian!"
Alasan tsb memang sesuai dg keadaan dan tidak mencurigakan,
oleh sebab itu Molim sekalian berempat segera manggut-manggut.
Kata Molim kemudian: "Yaa, perkataan si gendut emang masuk akal, kalau begitu
terpaksa kita mesti menunggu dipenginapan saja!"
Dg berlalunya Molim, otomatis ketiga orang lainnya ikut
meninggalkan rumah makan Poan gwat kie tsb.
Ketika menghantar kepergian keempat orang tsb, sekulum
senyum aneh sekali segera melintas diatas wajahnya, dia mengira
tindakannya dlm menghadapi keempat orang asing itu sudah tepat
dan sempurna sekali. Tentu saja dia tidak menyangka kalau disisi lain masih ada orang
yg menyelidiki jejak Kho Beng, jawaban yg diberikannya barusan
justru telah mengundang kecurigaan dalam hatinya.
Tak salah lagi, orang itu adalah si Walet terbang berwajah ganda,
Chin sian kun. Saat ini dia duduk didekat pintu masuk dan berlagak seorang
tamu yg sedang memesan semangkuk mie, sewaktu melihat Molim
sekalian berempat pergi meninggalkan tempat itu, dia pun segera
meninggalkan uang utk beranjak keluar rumah makan tsb.
Baru saja melangkah keluar pintu, dua bersaudara Kim telah
menyongsong kedatangannya dg perasaan gelisah.
Agak kurang sabar Kim loji segera menegur,
"Apa yg telah terjadi" Kenapa keempat ekor anjing asing itu
keluar lagi dari sini" Kalau dilihat dari mimik wajahnya, ia seperti tak
berhasil menemukan Kho sauhiap?"
Chin sian kun manggut-manggut dg perasaan berat, katanya:
"Yaa benar, aku lihat Kho sauhiap sudah ditimpa kemalangan!"
Dua bersaudara Kim menjadi terkejut sekali, serentak mereka
berseru dg lirih: "Kemalangan apa yg telah dialaminya?"
"Aku sendiripun kurang tahu, bisa jadi ia sudah ditangkap dan
disekap orang, bisa juga ia telah dibunuh atau dicelakai orang,
pokoknya aku melihat gelagat kurang beres!"
Paras muka Kim loji segera berubah hebat, buru-buru serunya:
"Sebenarnya apa yg telah terjadi"
Secara ringkas Chin sian kun menuturkan tanya jawab yg
barusan disadapnya, kemudian ia bertanya:
"Apakah kalian berdua tidak berhasil menemukan titik kelemahan
dibalik jawaban tsb?"
Kim loji termenung berapa saat, lalu sahutnya:
"Bila disimpulkan dari apa yg diketahui, tampaknya Kho sauhiap
telah bersua dg seorang perempuan dan masuk keruang belakang
rumah makan Poan gwat kie, sejak itu jejaknya hilang lenyap tak
berbekas!" Chin sian kun segera manggut-manggut,
"Yaa, memang begitu, selanjutnya?"
Dg cepat Kim loji menggeleng, katanya lagi:
"Soal yg lain...aku pikir sudah tiada hal-hal yg mencurigakan
lagi..." Chin sian kun segera tertawa merdu:
"Bagaimanapun juga, jalan pemikiran kalian orang laki-laki
memang kelewat ceroboh, tidak teliti, kalau menurut perasaanku,
kecurigaan yg terbesar justru terletak pada pertanyaan "sahabat
lama" tsb. "Setiap orang pasti mempunyai sahabat lama, apa yg aneh dg
persoalan tsb?" seru Kim losam keheranan.
Chin sian kun mendengus: "Menurut apa yg berhasil kudengar dari pembicaraan Bok sian
taysu, tidak sampai setahun berselang, Kho sauhiap masih berstatus
seorang pemotong kayu bakar dan menimba air diperguruan Sam
goan bun, bukan saja ia tidak mengetahui asal usulnya yg
sebenarnya, keluar dari dinding pekarangan barang selangkah pun
belum pernah, nah coba kalian pikirkan darimana datangnya
"sahabat lama" tsb?"
"Jangan-jangan ia sudah terpikat oleh kecantikan wajah
perempuan tsb?" kata Kim loji sambil berkerut kening.
Tiba-tiba saja timbul suatu perasaan yg sangat tidak enak dlm
hati Chin sian kun, perasaan tsb tak terlukiskan olehnya dg katakata.
Tapi segera katanya lagi sambil menggeleng:
"Menurut penilaianku pribadi, Kho sauhiap bukan seorang lelaki
yg suka main perempuan,itulah sebabnya dari dua hal aku
berkesimpulan bahwa Kho sauhiap telah menemui ancaman bahaya.
Pertama, seaktu memberi jawaban tadi, sorot mata si kasir
gemuk itu berkedip tak tenang, wajahnya menampilkan senyuman
palsu, jelas persoalan sekitar lenyapnya Kho sauhiap kemungkinan
berhubungan erat dg halaman belakang rumah makan Poan gwat kie
itu. Kedua, kalau toh si kasir berbohong dg membuat alasan yg
bermacam-macam, hal ini membuktikan kalau dia memang
berkomplot dg perempuan tsb, ini berarti mereka adalah musuh,
bukan teman kita." Dg perasaan terkesiap, Kim loji segera berseru:
"Jadi menurut pendapatmu, rumah makan Poan gwat kie tsb
bukan rumah makan biasa tapi mempunyai persoalan besar yg amat
mencurigakan sekali?"
"Bukan hanya mempunyai masalah besar yg amat mencurigakan,
bisa jadi tempat tsb merupakan tempat kediaman sejumlah tokohtokoh
persilatan yg berilmu tinggi."
"Kalau begitu, apa salahnya jika kita lakukan penggeledahan dari
belakang sana?" usul Kim lo ji cepat.
Buru-buru Chin sian kun berseru:
"Saat ini kita belum boleh berbuat begitu!"
"Kenapa?" Kim loji keheranan.
"Sebelum kita memahami lebih dulu, tokoh persilatan macam apa
dan berasal dari aliran manakah yg bersembunyi didalam ruang
belakang rumah makan Poan gwat kie tsb, jangan sekali-kali kita
bertindak secara gegabah, sebab bila kita sampai menyerbu kedalam
dan bertemu dg sahabat lama atau mungkin juga orang-orang dari
tujuh partai besar, bagaimana kita nantinya?"
Dua bersaudara Kim segera manggut-manggut, mereka dapat
merasakan betapa sempura semua pertimbangan dan pemikiran
Chin sian kun. "Lantas apa yg harus kita lakukan sekarang?" tanya Kim loji
kemudian dg perasaan gelisah.
Chin sian kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian katanya: "Aku telah berhasil mendapatkan sebuah cara yg menguntungkan
bagi kedua belah pihak, sekarang kita menghubungi dahulu
beberapa orang asing itu utk diajak bekerja sama, jika bertemu dg
orang yg dikenal atau orang dari tujuh partai besar maka biarlah
mereka yg tampilkan diri sementara kita membantu secara diamdiam
dg cara demikian kita bisa menghindari diri dari pelbagai
kesulitan yg mungkin terjadi."
"Baru saja kita langsungkan pertarungan sengit, masa sekarang
hendak menemui mereka lagi" Seandainya orang-orang asing itu tak
mau percaya, bukankah kita bakal terlibat lagi dlm suatu
pertarungan yg seru?"
Chin sian kun menghela napas panjang,
"Demi keselamatan Kho sauhiap, demi merebut kepercayaan Bu
wi cianpwee terhadap kita, aku rasa kita tak mungkin
mempersoalkan masalah macam begitu lagi tapi asal kita bisa
menahan diri, aku rasa tak mungkin pertarungan segera bebrkobar
begitu kita saling bertemu nanti."
"Yaa, terpaksa kita harus berbuat begitu." Ucap Kim loji
kemudian sambil menghela napas, "sekalipun apa yg terjadi, kita
memang harus bisa mengendalikan emosi dan sabar. Mari kita
berangkat sekarang juga, jangan membiarkan waktu berlarut
sehingga terjadi hal-hal yg tak diinginkan, apalagi kalau sampai
menimbulkan kesalah pahaman Bu wi cianpwee terhadap kita."
Maka mereka bertiga pun segera berjalan menuju kerumah
penginapan Say siang. Setelah memasuki penginapan, mereka bertiga pun tidak
menyapa pelayan, dipimpin sendiri oleh Chin sian kun, mereka
langsung menuju kehalaman belakang dimana mereka berpapasan
langsung dg Rumang sekalian berempat.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu itu Rumang sekalian berempat bermaksud akan jalan-jalan
dikota krn waktu masih pagi dan Kho Beng belum juga kembali.
Begitu berpapasan, air muka mereka segera berubah hebat.
Sambil menyeringai seram, Rumang segera berseru:
"Bagus sekali, rupanya kita bersua kembali disini, apakah kalian
belum puas dg pertarungan tadi?"
Chin sian kun tertawa terbahak-bahak, sambil melepaskan topeng
kulit manusia dari wajahnya, ia berkata:
"Harap kalian jangan menaruh curiga, sesungguhnya kedatangan
kami kali ini adalah ingin mengabarkan keadaan Kho sauhiap yg
sebenarnya." Orang-orang asing dari luar perbatasan ini tentu saja tak akan
mengerti ilmu menyaru muka, sewaktu Rumang sekalian melihat
paras muka Chin sian kun bisa berubah-ubah mereka menjadi
terkejut sekali, teriaknya kemudian dg suara seram:
"Siluman! Ada siluman!"
Tanpa banyak berbicara serentak mereka meloloskan senjata dan
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
Cepat-cepat Chin sian kun memperlihatkan topeng kulit
manusianya sembari memberi penjelasan:
"Aku bukan siluman, dg bantuan inilah kurubah wajah asliku yg
sebenarnya, kalian berempat tak usah gugup atau panik."
Setelah diberi penjelasan, keempat orang itu baru bisa menjadi
tenang kembali. Molim segera berkata dg suara berat:
"Kalau toh kalian sudah mengetahui kabar tentang cukong kami,
ada urusan apa kalian datang mencari kami?"
Dg wajah serius Chin sian kun berkata:
"Apakah kalian berempat belum tahu kalau Kho sauhiap telah
ketimpa mara bahaya?"
Molim agak etrtegun, lalu tanyanya kurang percaya:
"Bahaya apa?" "Tadi aku telah menguntit dibelakang kalian berempat sewaktu
berada dirumah makan, akupun menjumpai bahwa kasir tsb sedang
membohongi kalian, apa yg dikatakannya kpd kalian Cuma bohong
semua." "Darimana kau bisa tahu?" sela Hapukim dg perasaan tidak habis
mengerti. "Menurut apa yg kuketahui, majikan kalian sama sekali tak punya
teman lama, apalagi teman lama seorang perempuan."
Mendengar perkataan tsb, Rumang segera tertawa terbahakbahak,
serunya: "Ha"ha"ha".kau si perempuan dungu tahu apa, cukong kami
orangnya romantis, kau tahu perempuan yg ditemuinya tadi sama
cantiknya seperti kau, mana mungkin dia tidak terpikat oleh
keayuannya?" Sambil berusaha menahan amarah dan gejolak emosinya, Chin
sian kun berkata lagi: "Omong kosong! Kho sauhiap tidak suka main perempuan, dia
bukan manusia seperti apa yg kau lukiskan barusan, apalagi
bukankah si kasir telah mengatakan kalau Kho sauhiap telah
meninggalkan tempat itu" Seandainya ia tak ketimpa bahaya,
mengapa pula hingga sekarang belum kembali utk berkumpul dg
kalian?" Perkataan tsb memang cukup beralasan dan bisa diterima dg akal
sehat, tanpa terasa Molim mulai tercenung sambil menelaah
persoalan mana. Kembali Chin sian kun bertanya:
"Apakah kalian berempat pun tahu perempuan apakah yg ditemui
Kho sauhiap tadi?" "Tentu saja kami tahu!" seru Rumang, "perempuan itu membawa
sebuah payung kecil berwarna putih".aaah benar dia pun memakai
baju putih dan menyisipkan sekuntum bunga putih diatas
sanggulnya." Begitu mendengar ciri-ciri perempuan tsb, dua bersaudara Kim
segera menjerit tertahan.
"Aaaah rupanya orang itu adalah perempuan berbaju yg telah
salah tegur tadi!" Paras muka Chin sian kun pun berubah sangat hebat, katanya
sambil menghela napas. "Aaaai....tampaknya apa yg telah terjadi memang tdk meleset
dari dugaanku, rumah makan Poan gwat kie benar-benar
mencurigakan sekali tapi aku memang lagi berpikir masa dikolong
langit benar-benar ada kejadian yg begitu kebetulan, tapi setelah
ditinjau kembali sekarang, dpt disimpulkan bahwa kesemuanya ini
memang merupakan suatu siasat busuk yg sengaja telah
dipersiapkan, hanya satu masalah yg belum terjawab adalah tokoh
persilatan manakah yg menyelenggarakan rumah makan Poan gwat
kie itu?" Sesudah berhenti sejenak, segera katanya lagi kepada Molim,
"Mo lotoa, sekarang kita tak boleh menunda waktu lagi, sebab
bila sampai terlambat besar kemungkinan jiwa Kho sauhiap akan
terancam oleh bahaya maut."
Sementara itu Molim sudah mulai mempercayai perkataan Chin
sian kun, tapi rasa curiga belum juga lenyap sama sekali, katanya
kemudian: "Kalau toh kau dapat menduga semua persoalan sejelas itu,
mengapa kau masih datang juga membuat gara-gara dg kami?"
Tentu saja Chin sian kun tak bisa membeberkan semua duduk
prsoalan dg begitu saja, ia tahu bahwa masalah budi dan dendam
tak mungkin bisa dijelaskan dg sepatah dua patah kata saja.
Dalam keadaan terpaksa, akhirnya dia sengaja berbohong,
katanya dg gelisah: "Mo lotoa memang terlalu banyak curiga, seandainya aku tdk
menemukan kalau dibelakang rumah makan tsb berdiam banyak
sekali jago-jago lihay dan mungkin kami bertiga tak bisa
menghadapinya sendiri, kenapa kami tak datang mencari kalian?"
Ketika mendengar perkataan itu, Rumang segera berteriak keras:
"Semenjak melangkah masuk kedaratan Tionggoan, belum
pernah kami jumpai jago-jago yg hebat disini, ayoh berangkat, kita
bekuk dulu di tauke gemuk seperti babi itu dan tanyakan
persoalannya sampai jelas, bila ia terbukti sedang membohongi kita,
biar ku obrak abrik rumah makannya dulu kemudian baru menyerbu
kedalam." Molim segera manggut-manggut pertanda setuju.
Keempat orang ini sama sekali tidak mengkuatirkan keselamatan
jiwa Kho Beng, mereka Cuma kuatir kehilangan kesempatan
memperoleh kitab pusaka Thian goan bu boh sehingga impian baik
menjadi sia-sia. Melihat sikap orang-orang tsb, dg cepat Chin sian kun
menggoyangkan tangannya sambil mencegah,
"Eeeh.....tunggu sebentar, kalian tidak boleh bertindak dlm
keadaan begini!" "Mengapa tidak boleh?" tanya Rumang sambil melotot.
Chin sian kun tahu bahwa orang-orang tsb berpikiran amat
sederhana, maka segera jelasnya,
"Sekarang malam belum kelam, suasana dijalanan masih ramai,
sedangkan rumah makan Poan gwat kie pun terletak disisi jalan
besar, bila kalian menyerbu dlm keadaan begini secara kekerasan,
bukan saja tindakan mana akan menarik perhatian pembesar kota,
juga mengacau ketentraman sekitar lingkungannya, berbicara buat
kepentingan kita, hal ini lebih banyak ruginya ketimbang untungnya.
Toh persoalan belum sampai berkembang kelewat gawat
sehingga persoalan ini pun tak usah diselesaikan secara tergesagesa,
mari kita tunggu sampai suasana sudah tenang, biar aku
masuk dulu melakukan penyelidikan, setelah itu baru memanggil
kalian berempat, pokoknya kita mesti melakukan sergapan
mendadak, agar mereka menjadi gelagapan setengah mati."
Maka mereka bertujuh pun utk sementara waktu menanggalkan
sikap permusuhan utk bersama-sama merundingkan aksi berikut.
Kim loji juga segera diutus pulang kepenginapan Hiong hien utk
melaporkan kejadian yg sebenarnya kpd Bu wi lojin, sementara ia
sendiri berangkat kepenginapan Say siang, dimana semuanya sudah
menunggu saat utk bertindak.
Benarkah nasib Kho Beng sedang terancam bahaya maut"
Ya benar, segala sesuatunya memang tdk meleset dari perkiraan
Chin sian kun, saat ini posisinya berbahaya sekali krn harus memilih
antara hidup dan mati. oooOooo Dibelakang rumah makan Poan gwat kie terdapat sebuah
bangunan loteng yg berdiri sendiri.
Bangunan tsb tidak jauh berbeda seperti bentuk bangunan rakyat
sekitarnya, antara rumah makan pun hanya selisih sebuah lorong
serta dua lapis dinding pekarangan, sekilas pandang kedua
bangunan tsb tidak ada hubungannya, tapi yg benar ada lorong
rahasia yg menghubungkan kedua tempat tsb.
Waktu itu disebuah ruang rahasia yg tak berjendela diatas loteng
tsb, Kho Beng masih tergeletak diatas pembaringan dlm keadaan tak
sadar. Disamping pembaringan berdiri dua orang dayang yg berdandan
medok, sementara perempuan berbaju putih yg mengaku sebagai
Ciu hoa duduk disamping pembaringan, sedang dimuka pintu berdiri
pula dua orang lelaki berbaju hitam.
Dihadapan perempuan berbaju putih itu dekat dinding ruangan
terletak sebuah kursi berwarna hitam, saat itu perempuan tadi
sedang memberi perintah dg wajah dingin.
Seret dan dudukkan dia diatas kursi itu, lalu sadarkan dg
semburan air, aku hendak memaksanya utk memberikan
pengakuan." Walaupun suara pembicaraan amat merdu bagaikan suara
burung nuri yg berkicau tapi sayang nada suaranya justru dingin
menggidikkan hati. Dua orang dayang genit tadi segera enyahut dan membangunkan
Kho Beng dari pembaringan, setelah didudukkan dikursi, tiba-tiba
mereka menekan sebuah tombol sehingga muncullah tiga buah
gelang penjepit yg masing-masing menjepit leher Kho Beng serta
sepasang pergelangan tangannya. Dg jepitan itu otomatis Kho Beng
tak mampu bergerak lagi. Menyusul kemudian seorang dayang muncul dg sebaskom air dan
diguyurkan keatas kepala pemuda tsb.
Tak ampun sekujur badan Kho Beng menjadi basah kuyup.
Dg guyuran air dingin itu, Kho Beng pun segera tersadar kembali
dari pingsannya. Ketika mengetahui keadaan yg dialaminya, sambil menatap
perempuan berbaju putih itu tajam-tajam, bentaknya keras-keras:
"Siapakah kau?"
Perempuan berbaju putih itu tersenyum , ujarnya:
"Kho kongcu, sekarang kau hanya punya hak utk menjawab,
tidak memiliki kesempatan utk bertanya lagi!"
Kho Beng mendengus dingin, diam-diam ia mencoba mengatur
napas, tapi dg cepat diketahui bahwa hawa murninya tak bisa
terhimpun kembali, hal ini membuat hatinya amat terperanjat.
Sementara itu, perempuan berbaju putih tadi telah berkata lagi
sambil tertawa: "Walaupun kau sudah sadarkan diri, namun daya kerja obat tsb
belum hilang sama sekali, kuanjurkan kepadamu tak usahlah
membuang tenaga dg percuma, lebih baik jawab saja semua
pertanyaanku." Dg sedih Kho Beng menghela napas, dia menyesal sekali atas
keteledoran dirinya, tapi keadaan sudah berubah, disesalipun tak
ada gunanya, dlm keadaan demikian dia hanya berharap agar
Rumang sekalian berempat mengetahui tentang hilangnya dia dan
melakukan penggeledahan hingga kesitu.
Saat ini, diapun menaruh curiga atas asal usul lawannya,
mengapa ia bersikap demikian tehadap dirinya" Siapakah mereka
sebenarnya" Dorongan rasa ingin tahu justru membuat sang pemuda bersikap
lebih tenang lagi, katanya kemudian dg suara hambar:
"Baik, bila ingin bertanya, silahkan bertanya!"
Perempuan berbaju putih itu manggut-manggut, katanya:
"Aku berharap kau bisa tahu diri dan memberikan jawaban
sebaik-baiknya, asal kau bersedia bekerja sama, kujamin nyawamu
tak akan kami ganggu barang seujung rambut pun, tapi bila menolak
aku sangat mengkuatirkan kehidupanmu selanjutnya."
"Aku cukup memahami keadaanku sekarang!" sahut Kho Beng
dingin. "Bagus sekali" perempuan berbaju putih itu kegirangan,
"sekarang jawablah pertanyaan yg pertama, dimanakah gurumu Bu
wi saat ini?" "Aku sendiripun tidak tahu?" sahut Kho Beng rada melengak.
Perempuan berbaju putih itu segera tersenyum, kembali ujarnya:
"Pertanyaan ini boleh saja tidak kau jawab, asal kau bersedia
mengutarakan kabar berita tentang kitab pusaka Thian goan bu boh,
itupun sama saja buat kami."
Seketika itu juga Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras,
serunya tanpa sadar: "Apa kau bilang?"
"Aku ingin mengetahui tentang jejak kitab pusaka Thian goan bu
boh itu"..?" "Darimana aku bisa tahu tentang jejak kitab pusaka Thian goan
bu boh tsb?" seru Kho Beng tercengang.
Tiba-tiba perempuan berbaju putih itu menarik wajahnya sambil
berkata: "Hmmm"sandiwara mu memang kau perankan secara bagus
sekali, tapi aku berharap kau lebih menghargai jiwamu dan jangan
bersandiwara terus".."
Secara seksama Kho Beng membayangkan kembali semua
pertanyaan yg diajukan lawan, lalu dikaitkan satu dg lainnya,
mendadak satu ingatan melintas dlm benaknya, tanpa terasa dia
berseru: "Apakah kau adalah dewi In nu?"
Perempuan berbaju putih itu nampak tertegun, tapi segera
sahutnya sambil tertawa, "Siancu adalah orang yg anggun, dia tak akan menampakkan diri
semaunya sendiri, aku tak lebih hanya salah seorang anak buahnya,
Ciu hoa Leng cu!" Sekarang Kho Beng baru mengerti apa sebabnya pihak lawan
menanyakan tentang Bu wi lojin, lalu bertanya pula tentang kitab
pusaka Thian goan bu boh, tampaknya secara kebetulan Bu wi lojin
berada pula di kota Tong sia dan berhasil mendapatkan kembali
kitab pusaka tsb. Itulah sebabnya kehadiran yg tak disengaja ditempat tsb, segera
disalah artikan kalau dia memang berjalan bersama Bu wi lojin"..
Sementara dia masih merenungkan persoalan tsb, Ciu hoa
Lengcu telah ebrkata kembali,
"Kalau toh kau sudah memahami identitas yg sebenarnya, aku
rasa kau tak bisa mengatakan tak tahu lagi bukan" Gurumu telah
menyusup kedalam istana Siancu dan mencuri kitab pusaka tsb, tapi
akibatnya ia sendiripun menderita luka parah, aku telah membawa
orang melakukan pengejaran sampai disini, aku yakin tentang
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan inipun sudah kau ketahui pula, Nah"sekarang ingin
kulihat apakah kau bersedia mengaku atau tidak?"
Sekarang Kho Beng sudah mengetahui semua duduk persoalan
yg sebenarnya, rasa kaget dan girang segera menyelimuti
perasaannya. Ia terkejut krn Bu wi lojin telah menderita luka parah dan tidak
diketahui apakah jiwanya terancam atau tidak.
Tapi diapun gembira krn kitab pusaka tsb telah berhasil direbut
kembali, lagi pula asal dapat menjumpai Bu wi lojin, berarti dia akan
segera mengetahui kabar berita tentang dewi In nu tsb.
Soal ini jelas akan bermanfaat sekali bagi usahanya utk
membalas dendam, sebab dia tak usah melakukan pencarian lagi
secara membabi buta. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa lagi dia berkata sambil
tertawa dingin: "Aku sedikit tidak mengerti dg perkataanmu barusan!"
"Dalam hal apa kau tidak mengerti?" tanya Ciu hoa Leng cu agak
tertegun. Menurut apa yg kuketahui, kitab pusaka Thian goan bu boh
adalah benda milik Bu wi cianpwee, jadi sudah sepantasnya bila dia
mengambilnya kembali, darimana kau mengatakan bahwa dialah yg
telah mencuri" Atas dasar apa pula lau menyuruh aku memberikan
pengakuan?" Paras muka Ciau hoa Lengcu segera berubah sedingin es,
katanya dg suara sinis: "Tiada benda mestika yg mempunyai pemilik tetap, siapa yg
mendapatkan dialah pemiliknya yg sah.....sekarang, akupun tak
berhasrat utk ribut terus dg mu, aku hanya ingin tahu, sebenarnya
kau bersedia menjawab tidak?"
Kho Beng tertawa terbahak-bahak....
"Ha"ha"ha"aku baru saja masuk kekota Tong sia, duduk saja
belum hangat, darimana aku bisa mengetahui tempat tinggal Bu wi
cianpwee" Apa pula yg harus kuberikan kepadamu?"
Sebenarnya apa yg dia katakan memang merupakan suatu
kenyataan, namun bagi pendengaran Ciu hoa Lengcu, hal tsb
dinilainya sebagai alasan Kho Beng utk menampik memberi jawaban.
Dg gemas perempuan itu segera mendengus dingin, katanya:
"Hmmm..jangan kau anggap banyak kejadian yg berlangsung
begitu kebetulan didunia ini, tampaknya sebelum kugunakan sedikit
tindakan yg tegas kau tak akan memberi pengakuan yg
sebenarnya"." Berbicara sampai disitu, ia segera berpaling dan perintahnya
kepada kedua orang dayangnya itu:
"Laksanakan siksaan, cabut dulu otot-otot kakinya!"
Ciu hoa Lengcu betul-betul seorang yg tak berperasaan, ternyata
ia bisa merubah sikapnya secara wajar, seakan-akan ada dua orang
yg berbeda saja. Dua orang dayang itu segera mengiakan, serentak mereka
mencabut keluar sebilah pisau belati dari sakunya, kemudian
bersiap-siap akan merobek celana Kho Beng.
Tak terlukiskan rasa terkejut Kho Beng menghadapi kejadian ini,
buru-buru ia membentak keras:
"Tunggu sebentar!"
Teringat dendam sakit hatinya yg belum terbalas, ia merasa tak
rela utk mati dg begitu saja, apalagi ia dpt merasakann kalau
lawannya sangat percaya dg perkataannya. Ia bertekad hendak
membohongi orang-orang tsb sambil berusaha mengulur waktu.
Tampak Ciu hoa Lengcu mencibirkan bibirnya sambil tertawa
dingin lalu katanya: "Kho Beng, saat ini belum terlambat bila kau bersedia mengakui
tempat persembunyian gurumu."
Kho Beng berlagak termenung sebentar, lalu katanya dg wajah
bersungguh-sunguh, "Bila kuberikan pengakuan, apakah kau benar-benar akan
membebaskan diriku?"
"Tentu saja, setiap perkataan yg kuucapkan tak pernah diingkari
kembali!" Kho Beng segera manggut-manggut, dia mencoba mengawasi
sekejap sekeliling tempat itu, ketika tidak melihat ada jendela disana
sehingga tak diketahui jam berapa sekarang, maka tanyanya
kemudian: "Jam berapa sekarang?"
"Buat apa kau bertanya soal waktu?" tegur Ciu hoa Lengcu sambil
berkerut kening, agaknya kau berharap keempat orang liar itu bisa
datang menolongmu?" Tak terlukiskan rasa terkesiap Kho Beng sewaktu rahasia hatinya
terungkap, segera tegurnya.
"Kau telah apakan keempat orang anak buahku itu?"
Ciu hoa Lengcu segera tertawa dingin, katanya:
"Kenapa aku mesti bersusah payah mengerjai keempat anjing liar
tsb?" Sekarang besar kemungkinan mereka sedang bertarung matimatian
melawan Kim kong sam pian sekalian, aku rasa mereka tiada
kesempatan lagi utk mengurusi keselamatan dirimu."
Sekali lagi Kho Beng merasa terkejut sekali tanpa terasa dia
menghela napas sedih: Dia tidak mengerti apa sebabnya Rumang sekalian bisa terlibat
dlm pertarungan melawan Kim kong sam pian sekalian, tentu saja
dia pun mengerti bahwa kepandaian silat yg dimiliki Rumang
sekalian berempat sama sekali tdk berada dibawah kemampuan Kim
kong sam pian, andaikata tiga bersaudara Kim mendapat tugas utk
mencari jejaknya, sudah pasti dibelakang mereka masih ada bala
bantuan yg lebih besar lagi, ini berarti keselamatan jiwa keempat
anak buahnya terancam bahaya maut.
Sementara dia masih termenung, terdengar Ciu hoa Lengcu
membentak lagi dg suara dalam:
"Sebenarnya kau bersedia utk bicara atau tidak?"
Dlm keadaan seperti ini, Kho Beng hanya bisa berusaha utk
mengulur waktu maka sahutnya dingin:
"Jika kau enggan memberitahukan waktu kepadaku, bagaimana
mungkin aku bisa memberitahukan kepadamu?"
"Baiklah, kuberitahukan kepadamu pun apa salahnya, sekarang
menjelang kentongan pertama!"
Bu wi cianpwee pernah memberitahukan kepadaku tentang tiga
tempat yg bisa kudatangi, kalau sekarang memang sudah menjelang
kentongan pertama berarti dia orang tua sudah berangkat sepuluh li
diluar kota dan menantikan kedatanganku disebuah kuil dewa tanah.
Ciu hoa Lengcu segera berpaling sambil menurunkan perintah,
"Sampaikan kepada komandan pasukan baju hitam, bawa
segenap anak buah dan lakukan pencarian yg seksama disetiap kuil
yg ada pada radius sepuluh li diluar kota, tapi hati-hati kepandaian
silat dari setan tua itu belum lenyap kemampuannya masih perlu
diperhitungkan, katakan kepada mereka agar bertindak hati-hati bila
perlu lakukan pengepungan yg ketat, awas kalau sampai kebobolan
lagi, hati-hati dg batok kepala mereka..!"
Salah seorang diantara lelaki berbaju hitam yg berdiri didepan
pintu segera mengiakan dan beranjak pergi dari situ.
Jilid 17 Sepeninggal orang itu, Ciu hoa Lengcu berkata lagi kepada Kho
Beng sambil tersenyum, "Asal alamat yg kau berikan itu benar, aku segera akan
membebaskan dirimu dlm keadaan hidup!"
Melihat kesemuanya itu, diam-diam Kho Beng berpikir:
"Untuk menempuh jarak sepuluh li pulang balik, paling tdk
mereka membutuhkan waktu setengah jam lebih, bila Rumang
sekalian berempat dpt melepaskan diri dari kurungan tiga
bersaudara Kim, seharusnya mereka telah sampai pula disini!"
Belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak lelaki yg
menyampaikan perintah tadi sudah muncul kembali dan berdiri
didepan pintu seraya berkata:
"Lapor Lengcu, komandan pasukan baju hitam menyatakan
kecurigaannya..." Dg kening berkerut Ciu hoa Lengcu berkata:
"Apa yg dia curigakan?"
"Menurut laporan komandan Sin, sepuluh li disekitar kota Tong
sia sama sekali tidak terdapat kuil dewa tanah!"
Mendengar laporan tsb, seketika itu juga Kho Beng merasa
terkejut sekali. Ia sama sekali tdk menyangka kalau bohongan yg pertama
segera dibongkar lawan, tapi tidak mau ia menyerah dg begitu saja,
sambil tertawa dingin segera katanya:
"Kalau begitu sungguh mengherankan, orangnya saja belum
keluar pintu rumah, darimana dia bisa tahu kalau sepuluh li
disekeliling kota tidak terdapat sebuah kuil dewa tanah?"
Tapi dg wajah sinis Ciu hoa Lengcu telah berkata sambil tertawa
dingin: "Tak ada salahnya kuberitahukan kepadamu, Komandan Sin
adalah penduduk asli kota ini, boleh dibilang ia sudah menguasai
penuh keadaan diluar maupun didalam kota Tong sia,
hmmmm.....bila kau ingin hidup terus, lebih baik jangan bermain gila
dg kami." Berada dlm keadaan seperti ini, mau tak mau Kho Beng harus
berperan lebih jauh, dg kening berkerut katanya:
"Tapi Bu wi cianpwee dg jelas mengatakan kepadaku, bila ingin
bertemu dgnya sekitar kentongan pertama, aku diharuskan pergi
kekuil diluar kota, mana mungkin keterangan ini bisa keliru?"
Melihat kesungguhan hati Kho Beng sewaktu berbicara, Ciu hoa
Lengcu segera memutar biji matanya sambil termenung, agaknya dia
belum bisa mengambil keputusan.
Tapi setelah berpikir beberapa waktu, segera perintahnya kpd
lelaki berbaju hitam itu,
"Coba tanyakan sekali lagi kepada Komandan Sin, benarkah
disekitar kota Tong sia tidak terdapat bangunan kuil lainnya?"
Lelaki berbaju hitam itu segera mengiakan dan buru-buru
beranjak pergi dari situ.
Tidak sampai setengah peminuman teh kemudian ia sudah
muncul kembali dg langkah terburu-buru, katanya kemudian:
"Komandan Sin telah membawa pasukan meninggalkan tempat!"
Ciu hoa Lengcu jadi tertegun, segera tegurnya, "Bukankah dia
mengatakan kalau disekitar kota tak ada kuil dewa tanah..?"
"Benar komandan Sin berkata sepuluh li disekeliling kota tak ada
kuil dewa tanah, namun ditimur kota terdapat sebuah rumah abu
dari keluarga Liok yg sudah terbengkalai, bisa jadi orang she Kho ini
sudah mengartikan rumah abu sebagai kuil dewa tanah, karena itu
utk berlomba dg waktu komandan telah berangkat lebih dulu!"
Ciu hoa Lengcu segera manggut-manggut, katanya memuji:
"Cara bekerjanya memang cekatan dan tegas, bagus sekali kau
boleh berjaga dimuka pintu."
Selesai berkata, ia berpaling lagi kearah Kho Beng sambil ujarnya
lebih jauh. "Nah, sudah kau dengar?"
Memanfaatkan kesempatan tsb, Kho Beng segera berseru:
"Yaa memang benar, tempat pertemuan yg dimaksudkan Bu wi
cianpwee memang sebuah rumah abu bukan kuil dewa tanah seperti
yg kumaksudkan tadi, tak kusangka siasatku dg menunjuk
menjangan sebagai kuda segera terbongkar oleh kecerdikan kalian,
padahal maksudku bisa mengulur sedikit waktu...yaaa tampaknya
memang susah utk membohongi orang pintar macam kalian!"
Ciu hoa Lengcu tertawa dingin.
"Sampai saat ini aku masih mempercayai dirimu, paling banter
setengah jam kemudian aku akan segera tahu apakah laporan itu
benar atau tidak, jika kau membohongi aku, he...he....sampai
waktunya aku akan menyuruh kau rasakan kelihaianku!"
Selesai berkata ia segera bangkit dari tempat duduknya dan
dibawah iringan kedua dayangnya, ia beranjak meninggalkan
ruangan rahasia tsb. Dua orang lelaki berbaju hitam yg berada didepan pintu itu
segera menutup kembali pintu ruangan rapat-rapat, lalu terdengar
pintu itu dikunci dari luar, ternyata Kho Beng telah disekap seorang
diri dlm ruangan tsb. Setelah berada seorang diri, Kho Beng segera berusaha utk
menghimpun kembali tenaga dalamnya, tiba-tiba ia merasa aliran
hawa murninya berjalan lancar, kekuatan tubuhnya sama sekali tdk
menderita suatu apapun. Hanya saja meski daya kerja obat telah hilang, tapi kedua jepitan
baja dikursi itu justru mengekang pergelangan tangannya secara
telak, sehingga walaupun ia memiliki tenaga dalam yg sempurna pun
tidak banyak kegunaannya.
Lambat laun Kho Beng mulai putus asa, setengah jam bukan
suatu jangka waktu yg terlalu lama, bila ia tak mampu
memanfaatkan kesempatan yg sedikit ini utk melepaskan diri dari
belenggu kursi besi tsb, jelas sudah kematian akan menjelang tiba.
Dlm waktu singkat, ia terbayang kembali dg cici nya yg berusaha
membalas dendam....teringat Bu wi lojin yg menderita luka parah
lalu si unta sakti berpunggung baja yg banyak melepaskan budi
kepadanya...Rumang, Hapukim sekalian....
Disaat pikirannya kalut dan dicekam rasa sedih inilah, si Walet
terbang berwajah ganda Chin sian kun, Kim kong sam pian serta
Rumang sekalian berempat telah sampai dimuka rumah makan Poan
gwat kie. Waktu sudah menunjukkan tepat kentongan pertama, yg aneh
adalah utusan yg dikirim Ciu hoa Lengcu ternyata belum juga
kembali, sedangkan waktu itu Chin sian kun telah memasuki rumah
makan Poan gwat kie utk melakukan pelacakan terhadap jejak Kho
Beng. Seusai berunding, maka Chin sian kun segera memberi tanda
kepada Rumang sekalian berempat agar mengikutinya melompat
naik keatap rumah disamping rumah makan Poan gwat kie dan
langsung menyusup kebangunan belakang....
Menungu sampai bayangan tubuh Chin sian kun sudah lenyap
dari pandangan, Kim loji serta Kim losam baru saling berpandangan
sekejap lalu menggedor pintu rumah makan Poan gwat kie keraskeras.
Waktu itu sebagian besar penduduk disekitar sana sudah terlelap
tidur, tapi suara gedoran pintu yg keras itu hampir saja
menggetarkan seluruh jalanan.
Ditengah suara gedoran keras ,pintu gerbang rumah makan Poan
gwat kie yg sudah tertutup itu segera memancarkan sinar lentera,
lalu kedengaran seseorang mengumpat:
"Kurangajar! Siapa yg sudah bosan hidup" Malam-malam begini
menggedor pintu?" "Mak nya!" umpat Kim losam pula, "Kenapa tiada suara jawaban"
Memangnya semua penghuni rumah ini sudah pada mampus?"
Suara gedorannya makin lama semakin bertambah keras, nyaris
pintu itu didobrak dg kekerasan.
Tak lama kemudian pintu dibuka orang, Kim loji dan Kim losam
segera berlagak marah-marah dan langsung menyerbu masuk
kedalam ruangan.... Dg wajah kaget bercampur gusar tampak dua orang pelayan
menegur dg keras: "Mau apa kalian?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cepat panggil keluar pemilik rumah makan ini, aku hendak
berbicara dg nya!" seru Kim loji sambil menarik muka.
Salah seorang diantara pelayan itu segera mendengus dingin,
katanya: "Hey sobat, coba lihat dulu, sekarang ini pukul berapa..?"
"Pukul berapa pun buat kami sama saja!" tukas Kim losam kasar,
"Kalau kalian tidak segera melaporkan kedatangan kami, jangan
salahkan bila ku obrak abrik rumah makan ini lebih dulu!"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari balik pintu
belakang ruangan sudah terdengar seseorang menjengek sambil
tertawa dingin, "Hmm....besar amat bacotmu, sobat dari manakah yg sudah
tertarik dg rumah makan Poan gwat kie ku ini?"
Sambil berkata tampak seorang lelaki pendek bertubuh gemuk
telah munculkan diri dari dalam ruangan, dia tak lain adalah Ong
ciangkwee. Namun setelah melihat jelas wajah dua bersaudara Kim, ia
kelihatan agak tertegun, lalu serunya :
"Ada urusan apakah ditengah malam buta begini kalian berdua
mencari aku orang she Ong?"
Nada suaranya jauh lebih lembut dan lunak.
"Boleh aku tahu siapa nama Ong ciangkwee?" seru Kim loji
dingin. Seperti juga sikapnya disiang hari tadi, senyuman pura-pura
Bara Diatas Singgasana 21 Dewi Sungai Kuning Seri Huang Ho Sianli Karya Kho Ping Hoo Pahlawan Dan Kaisar 22