Kembalinya Pendekar Rajawali 16
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung Bagian 16
Maka dengan langkah lebar segera ia mendekati Kwe Cing.
"Kwe-tayhiap," demikian katanya lantang, "pertandingan, hari ini sudah terang dimenangkan pihak kami, maka guruku Kim-lun Hoat-ong sejak kini adalah Beng-cu dunia persilatan apakah masih ada yang belum mau menyerah?" Sebelum selesai ia bicara, diam2 Nyo Ko mendatangi belakangnya, tiba2 pengayu ia sodokkan pula, ia keluarkan salah satu tipu Pak-kau-pang-hoat dan mendadak jojoh bohong orang.
Tetapi betapa hebat kepandaian Hotu, masakah ia kena dibokong orang dari belakang" Cuma ilmu pentung pemukul anjing itu memang bagus tiada bandingannya, sungguhpun ia tahu dibokong, tetapi hendak berkelit ternyata sama sekali tak dapat, maka terdengarlah suara "blek", dengan tepat pantatnya kena disodok oleh pengayunya Nyo Ko.
sekalipun Lwekangnya sudah sangat tinggi, tapi pantat adalah tempat yang banyak dagingnya tidak urung ia kesakitan juga, ditambah kejadian itu tak ter-sangka2, sebab ia kira pasti bisa menghindarinya.
tapi justru kena disodok, maka tanpa terasa ia berteriak.
"Hm, manusia macam apa kau" Aku justru tidak menyerah !" demikian terdengar Nyo Ko menjengek Karena kejadian itu, para kesatria itu ter heran2 dan merasa geli pula, mereka pikir pemuda ini bukan saja nakal, orangnya pun pemberani.
Pangeran Mongol ini ternyata dua kali kena di-kibuli.
Sampai di sini Hotu tak bisa tinggal diam lagi, tetapi ia masih belum anggap Nyo Ko sebagai lawan, hanya tangannya mendadak menampar ke belakang dengan maksud hendak tempeleng bocah ini untuk lampiaskan rasa mendongkolnya.
Tetapi waktu itu Kwe Cing berdiri di samping-nya, sudah tentu ia tidak biarkan Nyo Ko dihantam.
mendadak ia angkat tangannya terus cekal telapak tangan Hotu sambil berkata: "Kenapa kau main2 dengan anak muda?" Seketika Hotu rasakan separah badannya kaku kesemutan, dalam gusarnya iapun sangat terkejut.
Dalam pada itu Nyo Ko tidak sia2kan kesempatan itu, ia ayun penggayunya lagi terus gebuk pula pantat orang sambil ber-teriak2: "Binatang cilik tak dengar kata, biar bapak hajar pantatmu !" "Ko-ji lekas undurkan diri, jangan main gila lagi," cepat Kwe Cing bentak si Nyo Ko.
Para kesatria kembaii ter-pingkal2 karena ke-lakuan Nyo Ko itu.
sebaliknya para begundal dari Mongol be-ramai2 pada berteriak2.
"Apa" Dua keroyok satu maunya?" "Hm, tak malu !" "Apa minta pertandingan diulang kembali, bukan?" Begitulah mereka mengejek riuh rendah, karena itu Kwe Cing tertegun, lalu iapun lepaskan tangan Hotu.
Sementara itu mata Ui Yong memang sangat jeli itu, ketika dilihatnya Nyo Ko menyandung orang dan menjojoh lagi sekali, gaya serangannya memang betul2 tipu bagus dari Pak-kau-pang-hoat, keruan saja ia curiga.
"Darimanakah ia dapat mencuri belajar Pak-kau-pang-hoat" Apakah mungkin ia telah mengintip waktu aku mengajarkan pada Loh Yu-ka" Tetapi setiap kali sebelumnya pasti kuperiksa dulu sekitar tempat itu, mana bisa ia mengelabuhi mataku?" demikian Ui Yong tidak habis mengarti.
Tetapi segera iapun berseru : "Cing-koko, coba kau ke sini!" Kwe Cing menurut, ia kembali ke samping sang isteri, tapi kuatir akan keselamatannya Nyo Ko, maka pandangannya tidak pernah meninggalkan diri pemuda itu dan Hotu, ia lihat pangeran Mongol itu telah merangsang maju lagi dan menyerang Nyo Ko dengan hebat.
Tetapi Nyo Ko benar2 jahil, sembari berkelit ia masih terus berteriak : "Hantam pantatmu, hantam pantatmu !" Dan betul juga, selalu ia ayun penggayunya menggebuk pantat orang, cuma waktu itu Hotu sudah keluarkan kepandaiannya, dengan sendirinya tak bisa lagi kena sasarannya, setiap pukulannya selalu mengenai tempat kosong.
Kalau Hotu ingin pukul kepala Nyo Ko dengan kipasnya, sebaliknya Nyo Ko ayun penggayunya hendak gebuk pantat Hotu, kedua orang lalu uber2-an di tengah ruangan pendopo itu siapapun tiada yang bisa pukul yang lain.
Mula2 semua orang merasa heran dan anggap lucu, tetapi sesudah menyaksikan kedua orang uber2an beberapa lingkaran, akhirnya semuanya terkejut ternyata Nyo Ko yang bajunya compang camping, usianya pun masih muda, tetapi langkahnya sangat enteng, gerak-geriknya gesit, hakikatnya tidak kalah cepat daripada Hotu, Beberapa kali Hotu mengejar maju hendak pukul, tetapi dengan sigap dan bagus selalu dapat dihindarkan Nyo Ko.
Tiam-jong Hi-un dan Darba sebenarnya masih saling melotot dengan senjata terhunus.
yang siap menerjang maju lagi buat bertanding dan yang lain siap sedia dengan penuh perhatian untuk menjaga serbuan musuh yang mendadak, tetapi nampak Hotu tak bisa berkutik melawan seorang anak muda yang tak terkenal semuanya menjadi heran, yang satu tertawa lebar dan yang lain mengomel terus dalam bahasa Tibet yang tak dimengerti.
Sesudah Nyo Ko dan Hotu ubek2an beberapa kali lagi, lambat laun dapat juga Hotu mengetahui Ginkang atau ilmu entengkan tubuhnya Nyo Ko sangat hebat, kalau terus main hadapan lari boleh jadi akhirnya ia sendiri akan terjungkal.
Karena itu mendadak ia terus putar balik dengan tangan kiri ia pegang penggayu orang dan kipas ditangan-yang lain segera menutuk kaki Nyo Ko pada tempat "goan-riau-hiat".
Dengan serangan ini, caranya bukan lagi sekedar hajaran pada anak nakal saja, tetapi tipu serangan antara jagoan sungguh2.
Namun Nyo Ko tidak gampang diarah, meski usianya kecil, tapi nyalinya cukup besar, ia lihat lawannya mengeluarkan ilmu silat yang hebat, ia tak mau lawan orang berhadapan ia berkelit hindarkan tutukan tadi, menyusul dengan ayun penggayunya ia masih terus ber-teriak2 : "Bapak pukul pantatmu !" Dengan caranya Nyo Ko mempermainkan lawannya ini, sebenarnya kepandaiannya harus berlipat ganda lebih tinggi dari orang barulah "sip", meski Nyo Ko tidak sedikit pelajari ilmu silat yang paIing bagus dan tinggi, tetapi soal keuletan ia masih belum bisa menimpali Hotu, dengan caranya menggoda orang itu sebenarnya bisa berabe.
Tetapi karena kelakuannya yang jenaka itu, semua orang yang menonton sama bergelak ketawa, dan karena tertawa orang banyak inilah Hotu malah dibikin bingung hingga pikirannya tak tenang, ia betul2 kuatir pantatnya kena digebuk lagi di hadapan para kesatria itu, hal ini berarti akan menghilangkan pamornya, maka seluruh perhatiannya dicurahkan untuk menghindarkan diri hingga lupa untuk memutarkan serangan balasan, dengan demikian barulah Nyo Ko tidak mengalami bahaya.
Sampai disini Ui Vong sudah dapat melihat bahwa Nyo Ko pasti pernah mendapat ajaran dari orang kosen, pengalamannya pasti lain dari pada yang lain, ilmu silatnya tentu susah diukur.
Ia pikir biarkan bocah ini kacaukan pihak musuh, mungkin untuk sementara masih bisa pertahankan kedudukan sendiri yang sudah kalah dua babak tadi.
Maka dengan suara keras ia lantas berseru : "Ko-ji, coba kau bertanding secara baik2 dengan toako ini, kulihat se-kali2 dia bukan tandinganmu !" Karena seruan itu, segera Nyo Ko berhenti "Hayo, berani kau?" katanya segera sambil me lelet2 lidah mengejek serta tuding hidung Hotu.
Namun Hotu sangat licin, ia pikir pihaknya sudah menang dua babak be-runtun2, kedudukan Beng-cu sudah terang dapat direbutnya, kenapa perlu cari gara2 lain " Maka ia lantas menjawab : "Binatang cilik kau begini nakal, pasti akan kuhajar kau, cuma tak perlu buru2, kita minta Bu-lim Beng-cu Kim-lun Hoat-ong memberi petua dan kita semua akan menurut segala perintahnya.
" Tetapi dengan riuh para kesatria sama membangkang hingga suaranya sangat berisik.
"Kita tadi sudah berjanji siapa yang menangkan dua babak dialah yang mendapatkan sebutan Beng-cu, nah, janji tadi dianggap kata2 manasi atau bukan ?" dengan suara keras segera Hotu berteriak.
Seketika para kesatria menjadi bungkam, meski kemenangan musuh yang pertama tadi dilakukan dengan cara licik dan babak kedua baru sampai pada senjata patah, tapi kalau menyangkal kekalahan itu, sebagai kesatria rasanya juga sungkan, maka mereka- terpaksa tak bisa menjawab.
"Kenapa Hwesio tua ini bisa menjadi Bu-lim Beng-cu, kulihat dia tidak cocok" kata Nyo Ko tiba-tiba.
"Siapa guru bocah ini, lekas dipanggil dan diberi hajaran, kalau masih terus mengacau disini, jangan sesalkan aku tidak bermurah hati padanya !" teriak Hotu dengan gusar.
"Haha, justru guruku barulah cocok untuk di- angkat menjadi Bu-lim Beng-cu, gurumu sih punya kepandaian apa?" kata Nyo Ko lagi dengan tertawa.
"Siapa gurumu, silakan maju buat belajar kenal" sahut Hotu.
Nyata ia sudah kenal kepandaian Nyo Ko tidak rendah, ia pikir guru orang pasti seorang tokoh besar, maka dia gunakan kata2 "silakan" Tetapi Nyo Ko tidak menjawab, sebaliknya ia tanya lagi: "Perebutan Bu-lim Beng-cu hari ini, bukankah setiap murid boleh mewakilkan sang guru?" "Ya", sahut Hotu.
"Maka tadi kami sudah menangkan dua babak dari tiga babak, dengan sendirinya guruku adalah Beng-cu.
" "Baiklah, anggap benar kau telah menangkan mereka, tetapi apa gunanya " Murid guruku toh belum pernah kau kalahkan," kata Nyo Ko.
"Siapa dia murid gurumu?" tanya Hotu.
"Goblok. " sahut Nyo Ko ter-kakah2.
"Murid guruku dengan sendirinya ialah aku ini!" Mendengar banyolan ini, para kesatria kembali bergelak ketawa lagi.
"Nah, sekarang kita juga bertanding dalam tiga babak, kalau kalian menang dua babak lagi, barulah aku mau ngaku Hwesio tua itu sebagai Beng-cu," dengan tertawa Nyo Ko berkata pula.
Tetapi kalau aku yang menang dua babak, maaf, sebutan Bu-lim Beng-cu itu tidak bisa lain kecuali guruku yang mendudukinya.
" Mendengar kata2 Nyo Ko ini, semua orang pikir jangan2 gurunya memang betul seorang tokoh ternama dan sengaja datang buat merebut gelar Bu-lim Beng-cu dengan Ang Chit-kong dan Kim-lun Hoat-ong, tetapi peduli siapa gurunya, se-tidak2nya toh bangsa Han daripada Beng-cu kena direbut oleh imam negara bangsa Mongol.
Karena itu, segera semua orang berseru menyokongnya.
"Ya, ya, betul! Coba kau menangkan dua babak lagi!" "Memang tepat apa yang dikatakan engkoh cilik ini!" "Jagoan Tionggoan memangnya sangat banyak, secara beruntung kau menang dua babak, apanya yang perlu dibuat heran ?" Diam2 Hotu memikirkan akal, ia menduga dua jago tertinggi pihak musuh sudah dikalahkan kalau maju dua lagi juga tak perlu takut, kuatirnya kalau orang main giliran, dua kalah segera maju lagi dua.
Sebab itu, lantas ia jawab: "Gurumu hendak berebut kedudukan Beng-cu ini, memangnya boleh juga, cuma orang gagah di jagat ini entah berapa ribu banyaknya, kalau harus bertanding sebabak dan sebabak lagi, lalu harus bertanding sampai ka-pan?" "Kalau orang lain yang menjadi Beng-cu, pasti guruku tak ambil pusing, soalnya asal dia lihat gurumu itu, hatinya lantas gemas" sahut Nyo Ko.
"Siapakah gurumu, apa dia,ada disini?" tanya Hotu.
"Dia orang tua sekarang juga btrada di depan matamu," sahut Nyo Ko tertawa, Lalu ia menoleh pada Siao-liong-Ii: "Hai, Kokoh, dia menanyakanmu!" Siao-liong-li menyahut sekali, iapun angguk2 kepada Hotu.
MuIa2 para kesatria tercengang, tetapi segera mereka ter-bahak2 lagi, sebab wajah Siao-Iiong-li yang cantik molek, usianya tampaknya malah lebih muda daripada Nyo ko, mana bisa menjadi guru-nya" jelas Nyo Ko sengaja bergurau untuk goda Hotu.
Hanya Hek Tay-thong, Sun Put-ji, Thio Ci-keng dan In Ci-peng yang tahu bahwa apa yang dikatakan Nyo Ko itu memang betul" Ui Yong sendiri meski menduga ilmu silat Nyo Ko pernah dapat ajaran dari orang kosen, tetapi apun tak percaya bahwa gadis lemah lembut sebaik Sieo-liong-Ii ini bisa menjadi gurunya " Dan dengan sendirinya Hotu lebih2 tak percaya, ia menjadi gusar.
"Siau-wan-tong (anak kecil nakal) ngaco-belo" demikian bentaknya.
"Hari ini para kesatria berkumpul semua di sini, masih banyak urusan2 besar yang akan diselesaikan mana boleh kau mengacau terus di sini" Lekas kau enyah pergi!" Tetapi Nyo Ko tak gubris orang, ia berkata lagi: "Ha, gurumu hitam lagi jelek, kalau bicara lurak-kelurak tak ada orang tahu, Coba kau lihat guruku cantik, begini manis, kalau dia yang menjadi Bu-lim Beng-cu, bukankah jauh lebih baik daripada gurumu si Hwesio hitam pelontos itu?" Terhadap urusan keduniawian sama sekali Siao-liong-li tak pahami tapi demi mendengar Nyo Ko memuji kecantikannya tiba2 hatinya menjadi senang dan bersenyum, betul saja ia bertambah cantik bagai bunga mawar yang baru saja mekar.
Melihat cara Nyo Ko mempermainkan musuh semakin berani semua orang pada merasa senang dan bersyukur, tetapi ada juga yang diam2 berkuatir kalau2 mendadak Hotu turun tangan keji Betul saja, digoda sedemikian rupa, Hotu tak tahan lagi.
"Dengarlah para Enghiong seluruh jagat, kalau Siau-ong bunuh anak nakal ini, itu adalah salah dia sendiri dan jangan salahkan Siau-ong !" demikian ia berteriak.
Habis ini, kipasnya mengebas segera kepala Nyo Ko hendak dihantamnya.
Tak terduga mendadak Nyo Ko juga berlaga seperti Iawan, ia busungkan dada dan pelembungkan perut terus berteriak juga: "Dengarlah para Enghiong seluruh jagat, kalau Siau-wan-tong (anak nakal) bunuh pangeran ini, itu adalah salah dia sendiri dan jangan salahkan Siau-wan-tong!" Dan di bawah suara tertawaan orang yang gemuruh, mendadak iapun ayun penggayunya terus menyabet ke pantat Hotu.
Lekas2 Hotu mengegos, lalu kipasnya menutuk pula dari samping, sebelah tangannya dengan cepat juga menghantam batok kepala Iawan, serangan kipas hanya pancingan, tetapi hantaman telapak tangannya yang hebat, pukulan ini digunakan sepenuh tenaganya, niatnya memang ingin hancurkan batok kepala Nyo Ko.
Namun si Nyo Ko cukup sigap, sekali berkelit sekalian ia tarik sebuah meja terus didorong ke depan, maka terdengarlah suara "blang" yang keras, pukulan Hotu itu mengenai meja hingga remukan kayu berceceran, meja itu sempal separuh Melihat betapa hebat tenaga pukulannya, para ksatria mau-tak-mau sama melelet lidah.
Sementara itu Hotu telah tendang pergi meja tadi, menyusul ia berangsang maju lagi.
Nampak hantaman orang tadi begitu lihay, Nyo Ko juga tak berani pandang enteng pula, ia ayun penggayu patah dan keluarkan Pak-kau-pang-toat buat tempur orang.
Tipu2 Pak-kau-pang-hoat itu sudah dipelajari Nyo Ko seluruhnya dan Ang Chit-kong, cara perubahannya dan inti rahasianya telah diperolehnya pula dari Ui Yong sewaktu orang mengajar Loh Yu-ka, dasar Nyo Ko cerdas dan pintar, begitu kedua hajaran itu digabung, ternyata ilmu permainan tentung dapat digunakannya dengan leluasa dan teratur.
Cuma sayang penggayu itu sedikit berat, pula patah sebagian, pemakaiannya kurang leluasa, maka sesudah belasan jurus ia kena dikurung diantara kipas dan telapak tangan Hotu.
Melihat tipu permainan Nyo Ko memang benar-benar ajaran asli Pak-kau-pang-hoat meski cara memainkannya belum masak dan tipu serangannya kurang tajam, tetapi gerak-geriknya sedikitpun tak salah maka tahulah Ui Yong tentu senjata yang orang cocok, segera ia maju ke tengah, ia ulur pentung bambunya menyela di tengah2 kedua orang.
"Ko-ji, kalau pukul anjing harus gunakan pentung pemukul anjing, nah, biar pentungku ini kupinjamkan, kalau selesai kau hajar anjing galak ini harus segera kau kembalikan," demikian kata Ui Yong.
Pak-kau-pang atau pentung pemukul anjing adalah senjata pusaka Kay-pang yang tak dapat di gunakan orang lain kecuali Pang-cu sendiri, maka lebih dulu Ui Yong kemukakan syaratnya hanya memberi pinjam saja.
Tentu saja Nyo Ko sangat girang, cepat ia sambut pentung bambu itu.
"Paksa dia keluarkan obat pemunah," tiba Ui Yong bisiki telinganya.
Nyo Ko tidak perhatikan pertarungan antar Hotu melawan Cu Cu-liu, tadi maka ia tak mengerti obat penawar apa itu, selagi ia hendak tanya atau dengan cepat, Hotu sudah memukul pula dari depan.
Namun Pak-kau-pang atau pentung pemukul anjing telah Nyo Ko angkat ke atas terus menutuk ke perut orang.
Pentung bambu itu sangat keras lagi ulet dengan Pak-kau-pang untuk main Pak-kau-pang hoat, dengan sendirinya sangat cocok dan leluasa tentu saja daya tekanan Nyo Ko bertambah lipat.
Sebenarnya Hotu sedang hantam kepala orang tetapi demi nampak pentung orang menjojoh perutnya di tempat "koan-goan-hiat" di bawah pusar, tempat ini adalah urat nadi yang mematikan, bocah semuda ini ternyata begitu jitu mengarah Hiat-to, mau-tak mau Hotu menjadi kaget.
Sudah beberapa kali ia bergebrak dengan Nyo Ko sejak tadi tetapi karena marahnya ia tidak pandang berat bocah ini, kini nampak caranya menutuk begitu jitu barulah ia pandang orang betul2 lawan yang tangguh, ia tak berani ayal lagi, segera ia tarik tangan melindungi perut dan baliki kipas buat menutupi dadanya.
Tidak sedikit tokoh silat terkemuka yang ikut menonton di samping, demi melihat Hotu keluar kan gerak tipu itu untuk melindungi diri dan terang mulai jeri terhadap Nyo Ko, semuanya semakin menjadi heran.
"Nanti duIu," "tiba2 Nyo Ko berhentikan serangannya.
"Siau-wan-tong tidak mau bergebrak percuma dengan orang, kita harus pakai taruhan.
" "Baik," sahut Hotu, "Kalau kau kalah, kau harus menjura tiga kali padaku dan memanggil Yaya (engkong) tiga kali".
. "Panggil apa?" tanya Nyo Ko tiba2 pura2 tak dengar.
Nyata ia keluarkan jebakan lagi - yang biasa di-gunakan anak nakal di daerah Kanglam, jebakan semacam ini dikeluarkan secara mendadak, bagi orang yang tak tahu sangat gampang tertipu.
Hotu sendiri dibesarkan di daerah Mongol dan Tibet yang biasa bergaul dengan orang2 yang polos dan sederhana, dengan sendirinya ia tak kenal cara kenakalan anak2-daerah Kanglam, maka seenaknya saja ia lantas menjawab : "Panggil Yaya !" "Em, cucu baik, coba panggil lagi sekali!", tiba2 Nyo Ko menyahut.
Karena itu Hotu menjadi merah mukanya, ia insaf telah "tertipu lagi, dengan murka kipas dan telapak tangannya segera menyerang pula dengan hebat.
"Kalau kau kalah, kau harus berikan obat penawar padaku," demikian kata si Nyo Ko sembari tangkis setiap serangan orang.
"Aku" kalah padamu?" teriak Hotu gusar.
"Hm, jangan kau mimpi, binatang cilik !" "Binatang cilik memaki siapa?" mendadak Nyo Ko membentak sambil angkat pentungnya.
"Binatang cilik memaki.
. . " untung Hotu sempat mengerem, kata2 "kau" belum sampai tercetus dari mulutnya mendadak ia ingat dan kata2 terakhir itu ditelannya kembali mentah2.
"Haha, sekarang kau sudah pintar, ya !" ejek Nyo Ko tertawa.
Meski kata2nya masih terus membanyol, tetapi tangkisannya makin lama semakin berat dan sulit.
Maklumlah pangeran Hotu adalah murid kesayangan Kim-lun Hoat-ong dan mendapat pelajaran ilmu silat kaum Lama dari Tibet, kalau dia bisa bergebrak be-ratus2 jurus dengan murid It-teng Tay-su yang paling kuat, Cu Cu-liu, maka betapa tinggi keuletannya sudah tentu Nyo Ko tak bisa menimpaIinya.
Kalau mula2 Nyo Ko bisa permainkan orang itu karena Hotu dibikin naik darah dengan akal liciknya yang nakal, tetapi kini bergebrak dengan sungguh2, hanya beberapa puluh jurus saja lantas kelihatan Nyo Ko terdesak di bawah angin.
Sungguhpun begitu, melihat bocah semuda ini bisa bertahan begitu lama melawan Hotu, para kesatria sangat kagum dan sama memujinya setinggi langit mereka pada bertanya anak murid siapakah pemuda itu" Dalam pada itu melihat lawannya sudah mulai terdesak, pukulan2 Hotu semakin diperkuat Menurut aturan, dengan Pak-kau-pang-hoat lihay yang Nyo Ko mainkan itu, seharusnya ia bisa menangkan musuh, tetapi ilmu permainan tongkat itu ia dapatkan cara2nya dari Ang Chit-kong, sedang mengenai inti permainannya baru saja ia dengar dari Ui Yong, kini ia gabungkan ajaran kedua orang itu untuk melawan musuh dengan baik, tapi kalau mendadak hendak keluarkan daya tekanan yang tiada tandingan dari Pang-hoat itu, dengan sendirinya masih belum dapat Maka tak lama lagi, akhirnya Nyo Ko mulai kewalahan.
Sejak tadi Kwe Hu dan Bu-si Hengte ikut menyaksikan pertarungan itu, mula2 mereka tidak menduga bahwa Nyo Ko berani tampil ke muka, Bu-si Hengte angap Nyo Ko tolol dan berani mati, pasti akan tahu rasa oleh hajaran musuh, tetapi Kwe Hu justru membantah mereka dan bilang Nyo Ko seorang pemberani serta cerdik.
Tentu saja kedua saudara Bu itu merasa cemburu.
MuIa2 mereka merasa lega ketika melihat datangnya Siao-liong-li yang begitu rapat dan hangat dengan Nyo Ko, tetapi belakangan Nyo Ko panggil Siao-liong-li sebagai "Suhu", walaupun belum tahu benar atau tidak, namun perasaan kedua pemuda ini menjadi berat lagi.
Kini melihat Nyo Ko kena didesak Hotu hingga kalang ,kabut, merekah tahu tidak seharusnya bergirang, tetapi aneh, dalam hati mereka justru mengharap Nyo Ko bisa dihajar orang sekeras-kerasnya.
Begitulah perasaan Bu-si Hengte yang kusut, sebentar senang lain saat muram, dalam sekejap saja sudah beberapa kali berubah perasaan.
Kwe Hu sendiri meski tak tertarik oleh Nyo Ko, tetapi iapun tidak membenci, ia anggap orang tak perlu dipikirkan meski ayahnya bilang dirinya hendak dijodohkan pada pemuda itu, tetapi ia percaya akhirnya urusan ini pasti tak jadi, demi dilihatnya ilmu silat Nyo Ko bukan main hebatnya, hal ini juga membuatnya ter-heran2, ketika dilihatnya Nyo Ko akan kalah, ia ikut berkuatir atas diri pemuda ini.
Dalam pada itu Nyo Ko juga sadar dalam sepuluh jurus lagi pasti dirinya akan terjungkal dihantam musuh.
Selagi berbahaya, tiba2 dilihatnya Siao-liong-li sedang memperhatikan dirinya sembari bersandar pada tiang rumah, tampaknya setiap saat juga gadis ini akan turun tangan buat membantu.
Nyo Ko tergerak pikirannya, mendadak pentungnya menyabet, habis ini tubuhnya terus mencelat pergi, ia melompat lewat di atas kaki Siao-liong-li yang duduk bersandarkan tiang itu.
"Lari ke mana?" bentak Hotu sambil mengudak.
Tak terduga sedikit Siao-liong-li angkat kedua kakinya, Kaki kanan menendang "kun-lun-hiat" di mata kaki kanan Hotu, sedang ujung kaki kiri mengarah pula "Yong-coan-hiat" di kakinya yang kiri.
Memangnya ilmu silat Hotu memang sangat hebat, batu sedikit kala Siao-liong-li menjengkit, sebelum orang tak memperhatikan atau dia sudah tahu orang hendak serang dirinya dengan tipu yang sangat lihay.
Dalam sibuknya itu ia sempat gunakan gerakan "wan-yan-Iian-goan-tui atau tendangan berantai yang mengapung di udara, dengan demikian barulah serangan Siao-liong-Ii yang tak kelihatan itu dapat dihindarkannya.
Nyo Ko sendiri sewaktu melompat lewat kaki Siao-lioag-li sudah menduga bakal terjadi peristiwa itu, maka tidak menunggu musuhnya turun, pentung bambunya terus menyodok lagi.
Tetapi dengan kipasnya Hotu tahan ujung pentung orang terus melompat ke samping, ia berdiri jauh dari Siao-liong-li dan memandang beberapa kali pada gadis ini, pikirnya: "Daerah Tionggoan nyata memang banyak orang pandai, hanya kedua muda-mudi ini saja, kenapa ilmu silatnya begini hebat?" Dalam pada itu dengan menggunakan keuntungan kejadian itu, segera Nyo Ko melontarkan tipu2 serangan Pak-kau-pang-hoat, beruntun ia keluarkan tiga serangan yang mematikan hingga Hotu kececar kalang kabut dan terpaksa bertahan sekuatnya, siapa tahu serangan keempat Nyo Ko tak bisa lagi menggunakan kebagusan Pang-hoat itu hingga sedikit terlambat gerakannya, kesempatan ini digunakan Hotu untuk melakukan serangan balasan, maka kembali Nyo Ko terdesak di pihak asor lagi.
Bagi orang yang tak kenal Pak-kau-patig-hoat tak menjadi soal, tetapi Ui Yong merasa sayang akan kelambatan Nyo Ko itu, segera ia menembang: "Putar pentung cepat pakai gerakan bagus, hantam anjing galak dari samping tanpa menoleh" Apa yang diuraikan Ui Yong ini adalah istilah Pak-kau-pang-hoat yang sangat dalam artinya, Nyo Ko belum pernah mendapatkan petunjuk2 dari orang pandai, ia tak tahu cara bagaimana dan kapan tipu serangan itu harus dilontarkan tetapi demi mendengar uraian Ui Yong, betul saja pentungnya segera menyamber dan menyodok dengan cepat.
Gerak serangannya sangat aneh, namun Nyo Ko sendiri belum tahu bagaimana hasilnya, siapa tahu, dengan tepat pentungnya justru memapaki kipas Hotu yang waktu itu lagi mengebas hingga terpaksa Hotu Iekas2 meloncat pergi menghindarkan diri.
"Bagaimana cara pukul anjing kelabakan yang meloncati dinding" Hantam pantat anjing dan gebuk ekornya!" kembali Ui Yong menembang pula.
Harus diketahui Pang-hoat turun temurun dari Kay-pang ini, diantara kaum pengemis dengan sendirian tiada cendekia, atau terpelajar maka kata2nya sudah tentu biasa saja, orang lain2 mengira setelah Ui Yong itu digunakan memaki musuh sebagai anjing, tak tahunya justru Nyo Ko lagi diberi petunjuk.
"Pak-kau-pang-hoat itu meski dibilang tak "diturunkan pada orang luar kecuali Pangcu, tetapi pertama Nyo Ko mahir sendiri, kedua, pertandingan ini besar hubungannya dengan nasib negara dan harus dimenangkan maka Ui Yong tidak pikirkan batas peraturan Kay-pang lagi, ia masih terus mengutarakan istiiah2 Pang-hoat untuk memberi petunjuk pada Nyo Ko disesuaikan dengan keadaan masing2 yang lagi saling labrak itu.
Dan karena setiap uraiannya adalah intisari yang tepat, ditambah Nyo Ko memang cerdik, beberapa kali berhasil, maka iapun tidak sangsi lagi, begitu dengar kata Ui Yong, segera dilontarkan tipu serangannya.
Daya kekuatan Pak-kau-pang-hoat ini memang nyata luar biasa hebatnya, percuma saja Hotu memiliki ilmu silat tinggi, ia terdesak hingga main putar terus oleh ancaman pentung bambunya Nyo Ko tanpa bisa membalas.
Karena itu, tampaknya dua-tiga gebrak lagi pasti Hotu akan jatuh kalah, dengan mata terpentang lebar2 para kesatria itu menjadi girang luar biasa tercampur kagum.
"Nanti du!u!" teriak Hotu mendadak sambil desak Nyo Ko mundur setindak.
"Ada apa" Sudah ngaku kalah?" kata Nyo Ko tertawa.
"Kau bilang berebut Beng-cu untuk gurumu kenapa yang kau pakai adalah ilmu silatnya Ang Chit-kong?" sahut Hotu dingin, mukanya muram gelap.
Dan kalau bilang berebut Beng-cu untuk Ang Chit-kong, bukankah tadi sudah terjadi bertanding dua babak sebenarnya kau sengaja main kelit dan ngawur atau ada maksud lain?" Betul juga pikir Ui Yong, kata2 orang memang susah didebat, selagi hendak main pokrol2an untuk membantah orang, mendadak Nyo Ko membuka suara.
"Ya, apa-yang kau katakan sekali ini masih terhitung masuk akal" demikian sahut Nyo Ko, "Pang-hoat ini memang ajaran Suhuku, sekalipun mengalahkan kau agaknya kaupun belum mau takluk.
Kalau kau mau berkenalan dengan ilmu silat perguruanku, hal inipun tidak susah.
Kalau aku tadi pinjam ilmu silat aliran lain sebab aku takut kau akan lebih celaka jika aku keluarkan kepandaian perguruanku sendiri.
" Kiranya demi mendengar teguran Hotu, segera Nyo Ko ingat kalau menangkan orang dengan Pak-kau-pang-hoat, kepandaian Kokoh mana bisa dikenal orang" Dan bukankah Kokoh akan mengomeli aku lupa pada kebaikannya" Padahal pikiran Siao-liong-li polos, dalam hatinya penuh rasa hangat dan manis madu terhadap Nyo Ko, asal bisa pandang si pemuda rasanya sudah puas dan tidak terpikir lagi segala urusan lain, baik Nyo Ko menang atau kalah juga boleh, segalanya tak dianggap penting olehnya, apalagi soal ilmu silat yang digunakan itu, apakah itu diberi petunjuk Ui Yong atau tidak, hal ini lebih2 tak di-perhatikannya.
Dan karena jawaban Nyo Ko tadi, diam2 Hotu membatin: "Bagus, kalau kau tak menggunakan Pak-kau-pang-hoat, dalam sepuluh jurus juga aku nanti cabut njawamu.
" Maka dengan tertawa dingin iapun berkatalah: "Baiklah kalau begitu, aku ingin belajar kenal dengan ilmu silat perguruanmu yang hebat" ilmu kepandaian yang paling apal dan paling bagus yang dilatih Nyo Ko dalam kuburan kuno itu adalah Kiam-hoat, dengan sendirinya ia lawan orang dengan kemahirannya ini.
"Diantara Tuan2 siapa yang sudi memberi pinjam sebatang pedang ?" demikian segera ia berkata terhadap para kesatria.
Antara hadirin sebanyak ribuan orang itu sedikitnya ada dua ratusan yang membawa pedang, maka be-ramai2 mereka sama menyahut dan ingin memberi pinjam.
"Kau pakai pedang ini saja!" kata Sun Put-ji tiba2 sambil melompat maju dan angsurkan pedangnya yang bersinar mengkilap tajam.
Nyata meski Hek Tay-thong dan Sun Put-ji sangat marah terhadap khianatnya Nyo Ko pada Coan-cin-kau mereka, tetapi kini melihat si pemuda melawan musuh sepenuh tenaga dan membela nama negara, seketika juga mereka kesamping-kan urusan pribadi itu dan Sun Put-ji lantas angsurkan pedang pusakanya pemberian mendiang gu-runya, Ong Tiong-yang.
Melihat pedang itu begitu bagus, Nyo Ko menduga pasti pedang wasiat yang bisa potong emas dan rajang batu, kalau dipakai melawan Hotu tentu tidak sedikit keuntungannya, Tetapi ketika dilihatnya jubah imam yang dipakai Sun Put-ji, seketika teringat olehnya hinaan dan penderitaan yang pernah dia rasakan di Tiong-yang-kiong dulu dan terbayang juga kematian Sun-popoh di bawah tangan Hek Tay-thong, mendadak matanya mendelik pedang itu tak diterimanya, sebaliknya dari tangan seorang murid Kay-pang ia ambil sebatang pedang tua hitam karatan.
"Biarlah kupinjam pedang Toako ini," demikian ia berkata.
Tentu saja Sun Put-ji serba salah hingga terpaku di tempatnya.
sungguh tidak kepalang amarahnya, dengan maksud baik ia pinjamkan pedangnya tetapi orang berbalik begitu kurangajar, baiknya ia bisa kuasai dirinya, ia merasa tidak enak cekcok sendiri selagi musuh luar berada di depan mata, maka dengan menahan amarahnya ia kembali lagi ke tempatnya tadi.
Sikap Nyo Ko tadi juga terlalu keras, terlalu menyolok ia unjukkan perasaannya.
sebenarnya kesempatan itu dapat dipergunakannya untuk memperbaiki hubungannya dengan Coan-cin-kau, tetapi lantaran tindakannya itu, hubungan mereka semakin menjadi renggang.
Di lain pihak ketika melihat Nyo Ko tidak terima Pokiam, sebaliknya ambil pedang bejat yang sudah karatan, hati Hotu terkesiap dan bertambah jeri, sebab seorang yang ilmu silatnya sudah sampai puncaknya, setiap gerakan, setiap tindakan sudah cukup untuk melukai orang dan tak perlu lagidengan senjata tajam, maka ia pikir apa orang betul2 begitu temberang, cukup menggunakan sebatang pedang karatan saja".
. Segera iapun pantang kipas lempitnya, ia-kebas2 beberapa kali dan segera hendak membuka suara menantang.
" Tiba2 dengan ujung pedang Nyo Ko menuding empat huruf di atas kipasnya yang ditulis Cu Cu-liu itu.
"Haha, kau adalah bangsa biadab, semua orang sudah tahu, tak perlu kau pamer.
" demikian ejek Nyo Ko tertawa.
Muka Hotu menjadi merah, "cret", mendadak kipasnya ia lempit kembali hingga berwujud sebuah pentung pendek, terus saja ia tutuk pelahan ke "koh-cing-hiat" di pundak Nyo Ko, berbareng telapak tangan kiripun memukul dengan tenaga penuh.
Selama beberapa tahun Nyo-Ko giat berlatih dalam kuburan kuno, semua inti pokok dari ilmu silat aliran Ko-bong-pay itu telan dipelajarinya: ilmu silat Giok-li-sim-keng ciptaan Lim Tiao-eng yang dilatihnya sendirian dalam kuburan kuno, sampai Ong Tiong-yang, itu jago silat yang diakui nomor satu di seluruh jagat juga kalah padanya, baru kemudian sesudah Ong Tiong-yang mendapatkan "Kiu-im-cin-keng", Lim Tiao-eng dapat dikalahkannya lagi.
Setelah Lim Tiao-eng ciptakan ilmu silatnya itu iapun tidak pernah keluar lagi dari kuburan, belakangan hanya diturunkan pada dayang kepercayaannya dan dayangnya itu menurunkannya pada Siao-liong-Ii, ketiga perempuan ini bukan saja tak pernah berpijak di kalangan Bu-lim, bahkan Cong lam-san pun tak pernah turun selangkahpun.
Meski Li Bok-chiu adalah Suci atau kakak seperguruan Siao-liong-li, tetapi gurunya sudah keburu tahu jiwanya yang busuk, maka ilmu silat yang paling tinggi belum diturunkan padanya.
Kini Nyo Ko keluarkan ilmu silat Ko-bong-pay yang tiada tandingannya itu, diantara para hadirin yang berkumpul dari segala golongan dan segala aliran itu, kecuali Siao-liong-li sendiri ternyata tiada seorangpun yang kenal Kiam-hoat apa yang dimainkan Nyo Ko itu.
Pencipta ilmu silat yang hebat ini asalnya seorang wanita, pula dua keturunan muridnya juga wanita semua, mau-tak-mau gayanya menjadi lemah-lembut dan kurang ganas.
Begitu juga ketika Siao-liong-li ajarkan gerak tipunya pada Nyo Ko, gerak-geriknya membawa gaya perempuan yang lemah gemulai Tetapi setelah Nyo Ko dapat memahami seluruhnya, ia telah ubah semua gaya wanita itu hingga lebih gesit dan lebih cekatan.
Dasar Ginkang dari Ko-bong-pay memang tiada taranya, maka tertampaklah Nyo Ko lari mengitari ruapgan dengan cepat, belum selesai tipu yang satu, serangan kedua sudah menyusul lagi ke sana pedangnya mengarah, tahu2 orangnya pun sudah sampai, baru belasan jurus dari Kiam-hoat--nya yang hebat itu dilontarkan, para kesatria itu tiada satupun yang tak kagum.
Sebenarnya ilmu silat kipas pangeran Hotu terhitung juga satu keistimewaan dalam dunia silat, cara2 menyerangnya juga mengutamakan kelemasan dan kegesitan, tetapi kini kebentur Ginkang dari Ko-bong-pay yang hebat, nyatalah sedikitpun ia tak bisa berkutik ditambah lagi kipasnya kena ditulis empat huruf oleh Cu Cu-liu dan tadi telah di-olok2 Nyo Ko, maka tak berani lagi dipentang, hingga karena itu ilmu silat kipasnya kena dikorting lagi.
Di sebelah sana, setelah tahu ilmu silat Nyo Ko ternyata begitu lihay, Bu-si Hengte menjadi mati kutu, bersama Kwe Hu, enam mata terpentang lebar2 dan tak bisa bicara lagi.
Diantara para penonton itu, orang yang paling girang rasanya tiada lain daripada Kwe Cing, sungguh tak diduganya bahwa putera adik angkatnya yang sudah almarhum itu bisa melatih silat sebegitu tinggi sampai ia sendiri tak mengetahui dari aliran mana, bila teringat hubungan keluarga Nyo Ko dan Kwe, tanpa terasa, ia menjadi terharu bercampur girang.
Waktu Ui Yong melirik sang suami dan melihat matanya rada merah, sedang ujung mulutnya tersungging senyuman, ia tahu akan pikiran sang suami, maka tangan Kwe Cing digenggamnya erat2.
Merasa tak ungkulan, Hotu menjadi gelisah sekali, ia pikir kalau hari ini terjungkal di tangan bocah ini, maka namanya boleh dikatakan terhanyut seluruhnya, jangan lagi hendak menjagoi Bu-lim" Dalam pada itu dilihatnya Nyo Ko telah menyerang pula, sekali tusuk mengarah tiga tempat bagian atas, kalau dia melompat berkelit itu berarti jatuh di bawah angin, maka tak dihiraukan lagi akan oIok2 orang, segera kipasnya dipentang untuk tangkis tiga tusukan orang, berbareng itu ia meng-gertak2, iapun balas menyerang dengan "Hong hong-siok-lui-kang" (ilmu angin badai dan petir kilat), ia kebas lengan baju dari kiri dan kipas dari kanan menerbitkan angin santar, sedang mulutnya terus meng-gertak2 keras seorang jagoan Bu-lim menandingi pemuda tak terkenal ternyata terpaksa harus keluarkan ilmu kepandaian terakhirnya untuk membela diri, seumpama akhirinya menang pasti juga akan kehilangan pamor, Akan tetapi asal tak kalah saja Hotu sudah terima, mana bisa dipikir yang Iain-lain.
Maka sembari mem-bentak2, serangan2nya juga semakin ganas, sebaliknya Nyo Ko berlaku tenang saja dengan sikapnya yang gagah menarik, memangnya ilmu pedang "Bi-li-kiam-hoat" atau ilmu pedang si gadis ayu mengutamakan gaya manis, kini dibentak2 Hotu tentu saja semakin menambah kehalusan dan keindahannya.
Tetapi karena Nyo Ko hanya mengutamakan gaya serangannya yang indah, dalam hal daya tekanan menjadi sukar dilontarkan seluruhnya, sebaliknya Hotu sudah nekat, makin tempur makin kalap dan tidak sayang buat adu jiwa, karenanya lambat laun Nyo Ko jadi payah sendiri.
Melihat cara pertarungan itu, Kwe Cing dan Ui Yong yang ilmu silatnya sangat tinggi lantas tahu Nyo Ko bakal kecundang, maka alis mereka terkerut semakin rapat, lebih2 ketika dilihatnya angin pukulan Hotu semakin keras dan tambah cepat, diam2 mereka kuatir.
Tak terduga mendadak Nyo Ko ayun pedang-nya, lalu terdengar ia berseru : "Awas, aku akan melepas Am-gi!" Tadi Hotu telah robohkan Gu-liu dengan pakunya yang berbisa, kini demi mendengar peringatan Nyo Ko, ia sangka pedang orang juga sama seperti kipas lempitnya yang di dalamnya tersembunyi Am-gi atau senjata rahasia, kalau tadi ia menang dengan cara yang licik, maka kini tidak bisa salahkan lawan kalau cara itu ditiru, Karena itu, ketika dilihatnya Nyo Ko ayun pedangnya, lekas ia melompat ke kiri.
Siapa tahu gerak tangan Nyo Ko hanya palsu belaka, sebaliknya pedangnya terus menusuk, mana ada bayangan senjata rahasia yang dikatakannya " Tahu tertipu, Hotu menjadi gusar, ia mendamperat: "Binatang cilik !" "Binatang cilik memaki siapa ?" tanya Nyo Ko.
Tetapi Hotu sudah pintar sekarang ia tidak menjawab, hanya serangannya bertambah gencar.
"Awas senjata rahasia !" kembali Nyo Ko berseru sembari ayun tangan kirinya.
Dengan cepat Hotu melompat ke kanan, di sangkarnya sekali ini benar2 orang menghamburkan Am-gi, siapa tahu pedang Nyo Ko justru menusuk dari kanan secepat kilat, lekas2 ia membungkuk dan mengkeret tubuh, ujung pedang orang tahu2 menyamber lewat di bahunya jaraknya tidak lebih hanya satu-dua senti saja.
Tusukan itu sangat berbahaya dan cukup keji, tetapi karena tak kena sasarannya, para kesatria itu sama berteriak : "Sayang !" sebaliknya para Bu su atau jago silat Mongol pada bersyukur.
Meski Hotu bisa lolos dari "lubang jarum", namun tidak urung keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Awas Am-gi !" lagi2 ia dengar Nyo Ko berseru dengan tertawa sembari ayun tangan kiri.
Sekali ini tak digubrisnya, Hotu terus ayun tangan memapaki orang, betul juga kembali lawannya mengapusi belaka.
Karena gagal tipunya, mendadak Nyo Ko menubruk maju, untuk kesekian kalinya ia ayun tangan lagi dan memperingatkan pula dengan tertawa : "Awas Am-gi!" "Bin.
. . " belum sampai suku kata pertama ini diucapkan atau mendadak pandangan Hotu menjadi silau, tahu2 sinar perak gemerdep menyamber dari depan.
Sekali ini jaraknya sudah terlalu dekat, lagi pula ia sama sekali tak ber-jaga2 sesudah beberapa kali kena diapusi, maka tiada jalan lain kecuali melompat ke atas, tetapi tahu2 kakinya terasa sakit tertusuk, beberapa benda kecil lembut sudah menancap di kakinya.
Tertipunya ini persis mirip dengan caranya melukai Cu-liu dengan akal licik tadi, tetapi dipikirnya- senjata orang hanya lembut kecil, meski kena tentunya tidak besar alangannja, dalam gusarnya Hotu menjadi kalap, kipasnya menutul dan tangannya memukul hebat dengan tujuan mematikan Nyo Ko seketika.
Tahu serangannya sudah berhasil, mana mau Nyo Ko terlibat dalam pertarungan lagi, ia putar pedangnya menjaga diri dengan rapat.
"Hahaha, sayang dengan ilmu silatmu setinggi ini, kini harus terbinasa di sini, sungguh sayang, sayang sekali!" demikian Nyo Ko tertawa terbahak-bahak.
Sedang Hotu hendak merangsang maju, se-konyong2 pahanya terasa kaku dan gatal seperti kena digigit nyamuk besar saja, ia coba menahan rasa gatal itu buat tetap melontarkan serangannya, siapa tahu tempat yang kaku gatal itu cepat sekali bertambah hebat.
"Celaka, Am-gi binatang cilik ini berbisa" seketika ia terkejut Baru terpikir demikian atau rasa gatal pahanya sudah tak bisa ditahan lagi, saking tak tahan tanpa menghiraukan ada musuh besar berada di depan mata, kipas ia lempar dan tangan diulur untuk meng-garuk2 tempat yang gatal itu.
"Kalau tak digatuk masih mendingan, sekali digaruk, celaka tigabelas, rasa gatal-geli seketika meresap sampai tuIang-sungsum.
" saking tak tahan ia ber-teriak2 dan ber-kaok2 sembari bergulingan di ruangan pendopo.
Hendaklah diketahui bahwa racun Giok-hong" atau atau jarum tawon putih yang sakti dari Ko bong-pay itu jarang dilihat dan didengar di jagat ini, terkena sebuah saja tak tahan, apa lagi kini terkena beberapa buah" Saking lembutnya Giok-hong-tiam itu, waktu Nyo Ko menyerang, sebagian besar para kesatria itu tak tahu, hanya mendadak terlihat Hotu jatuh ber-guling2 hingga tak mengerti kepandaian apa yang digunakan Nyo Ko untuk merobohkan lawannya.
Sementara paderi Tibet si Darba telah lari maju, ia angkat sang Sute dan diserahkan pada gurunya, habis ini ia putar balik dan berkata pada Nyo Ko: "Anak kecil mari aku coba2 kau !" -sambil berkata gada emas segerapun menyerampang ke pinggang Nyo Ko.
Gada itu sangat berat dan begitu menyamber lantas menerbitkan sinar emas, maka betapa besar tenaga dan betapa cepat gerak tangan Darba dapat dikira-kirakan.
Namun Nyo Ko tidak berkelit ia berdiri tegak, hanya pinggangnya mendadak menekuk ke dalam dan dengan tepat gada orang menyamber lewat di depan perutnya.
Siapa tahu Darba memang hebat gerak tangan-nya, begitu gada tak kena sasaran, mendadak senjata itu ia tahan di tengah jalan, dari menyerampang tadi tiba2 berubah menyodok ke depan, ke perut Nyo Ko.
Perubahan serangan ini sama sekali di luar dugaan semua orang, Nyo Ko sendiri juga terkejut lekas2 ia tahan pedangnya ke atas gada orang dan tubuhnya lantas mencelat ke atas dengan meminjam tenaga lawan.
Sekali sodok tak kena, tanpa menunggu turunnya Nyo Ko, dengan kencang Darba sudah menghantam lagi, tetapi lagi2 Nyo Ko menahan ke atas padanya dan untuk kedua kalinya mencelat ke atas, "Lari ke mana ?" bentak Darba sengit Menyusul gada emasnya mengemplang pula.
Dengan tubuh terapung di udara, dengan sendirinya Nyo Ko tak leluasa buat bergerak, nampak keadaan sangat berbahaya, terpaksa ia keluarkan gerakan untung2an, mendadak ia tangkap ujung gada orang, berbareng itu pedangnya terus memotong lurus ke bawah mengikuti batang gada itu.
Dengan cara ini, kalau tenaganya tak banyak selisih dengan Darba, tiada jalan lain bagi Darba kecuali lepaskan gadanya.
Tetapi kini tenaga Darba berkali lipat lebih kuat dari pada Nyo Ko, ketika sekuatnya ia menarik, dengan cepat Darba melompat mundur.
Melihat Ginkang Nyo Ko begitu tinggi, gerak-geriknva gesit, tiba2 Darba menanya: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?" Ia berkata dalam bahasa Tibet, sudah tentu sepatah kata saja Nyo Ko tak paham, ia menyangka orang lagi memaki dirinya, maka iapun menirukan suara orang, iapun ucapkan apa yang dikatakan Darba.
Dasar pembawaan Nyo Ko memang pintar, beberapa kata2 Tibet itu diucapkannya dengan fasih sekali susunannya juga tiada yang terbalik sedikitpun, maka dalam pendengaran Darba kata2 Nyo Ko itu menjadi: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?" Oleh karena itu, tanpa pikir Darba menjawab.
"Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong.
Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar.
" Dengan sendirinya Nyo Ko tak mengerti pula.
tapi sedikitpun ia tak mau diakal, ia pikir: "Pendeknya tak peduli kau mencaci maki aku dengan kata2 yang paling keji, asal aku kembali mangkok penuh, maka tidaklah kalah dalam cacimaki Meski kau gunakan bahasa asing memaki aku anjing babi, binatang, kontan bulat akupun maki kau ahjing, babi binatang.
" Maka ia dengarkan kata2 orang dengan cermat, begitu orang selesai bicara, dengan lagu suara yang sama dalam bahasa Tibet iapun berkata: "Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong.
Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar.
" Keruan saja Darba ter-heran2, dengan kepala miring2 ia mengamat-amati orang dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan, ia pikir, aneh, terang kau ini anak kecil, kenapa bilang Hwesio besar! Dan kenapa bilang gurumu juga Kim-lun Hoat-ong" Segera ia berkata lagi: "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan berapa ?" ---------- gambar ------------Betapa hebat tenaga Darba, gada emas yang berat itu terayun enteng mengepruk kepala Nyo Ko.
Kedua kaki Nyo Ko tidak bergerak, dia mendak miring berbareng pedang besi ditekan ke atas gada, , meminjam tenaga badannya terbang ke atas --------------------------------Kontan Nyo Ko juga menjawab : "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan ke berapa ?" Supaya diketahui bahwa dalam ajaran agama Lama di Tibet, biasanya terdapat apa yang disebut "reinkarnasi" atau penjelmaan kembali.
Tatkala itu Dalai dan Pancen Lama belum ada, tetapi kepercayaan tentang menitis kembali biasanya sangat dipuja oleh setiap pemeluk agama Lama.
Kebetulan waktu mudanya Kim-lun Hoat-ong pernah menerima seorang murid, murid ini mati sebelum umur 20 tahun, Darba dan Hotu belum pernah kenal Suheng itu, hal ini cuma sekadar diketahui saja.
Kini mendengar apa yang dikatakan Nyo Ko tadi, Darba mengira Nyo Ko betul2 reinkarnasi Suhengnya, ia pikir kalau orang bukan anak sakti yang menitis dengan membawa kepandaian, mana mungkin pemuda seperti ini memiliki ilmu silat begini tinggi " Lagipula dia adalah pemuda Han, kenapa fasih bicara bahasa Tibet" Karena itulah, ia terus ngira2 mengamat-amati orang sambil kepala miring2, makin dilihat makin sama dan semakin percaya, sampai akhirnya mendadak ia lemparkan gada emasnya terus berlutut menyembah2 pada Nyo Ko.
Kelakuan Darba ini sungguh membikin Nyo Ko ter-heran2, ia pikir apa Hwesio ini tak ungkulan cacimaki dan kini terima tunduk mengaku kalah padaku" Dan bagi penonton yang banyak itu keruan saja terlebih heran luar biasa.
Lucunya semua tak paham dan tidak diketahui tanya jawab dalam bahasa "Mikuluk - kikiluluk" antara Nyo Ko dengan Darba tadi Dalam pada itu yang paling terang duduknya perkara rasanya hanya Kim-lun Hoat-ong, ia- tahu Darba terlalu polos hingga kena ditipu Nyo Ko.
"Darba," segera ia buka suara, "ia bukan titisan Suhengmu, lekas bangun dan bertanding dengan dia," "Suhu," seru Darba sambil meloncat bangun terkejut, "aku lihat ia pasti Toa-suheng, kalau tidak, umur semuda ini mana bisa mempunyai kepandaian seperti ini?" "Toa-suhengmu jauh lebih kuat ilmu silatnya dari pada kau, sebaliknya bocah ini se-kali2 dibawahmu," kata Kim-lun Hoat-ong.
Tetapi Darba geleng2 kepala, tetap tak mau percaya.
Kim-lun Hoat-ong kenal watak muridnya ini teramat lurus, untuk memberi penjelasan seketika juga tak bisa terang, maka ia katakan pula: "Jika kau tak percaya, kau jajal dia tentu lantas tahu.
" Terhadap apa yang dikatakan sang Suhu biasanya Darba percaya bagai malaikat dewata, kalau dia bilang Nyo Ko- bukan inkarnasi Toa-suheng tentunya memang bukan, Tetapi umur semuda ini memiliki ilmu silat begitu hebat, hal ini membikin Darba tak bisa tidak percaya, tetapi ia turut juga perintah sang guru dan bertanding pula untuk menjajal kepandaian asli orang, ia ingin lihat siapa yang menang dan siapa kalah dengan begitu soalnya lantas bisa diputus.
Maka lebih dulu ia angkat tangan dan berkata pada Nyo Ko: "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang dan kalah ini," Melihat Darba berdiri lalu "kilakiluk" entah berkata apa lagi, hanya sikapnya sangat menghormat Nyo Ko sangka orang telah ucapkan beberapa patah kata yang sopan, maka tanpa merubah sedikitpun ia tirukan lagu suara orang dan mengulangi mengucapkan sekali lagi Tentu saja dalam pendengaran Darba menjadi "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu, tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang atau kalah ini" - Maka Darba juga lantas menjawab-"Harap kau berlaku murah hati.
" Segera Nyo Ko tiru dan menyahut: "Harap kau berlaku murah hati," Melihat kedua orang itu mengoceh terus dalam bahasa Tibet, Kwe Hu jadi heran, ia mendekati Ui Yong dan tanya sang ibu: "Mak, apa yang mereka percakapkan?" Sejak tadi Ui Yong sudah mengetahui Nyo Ko hanya menirukan lagu suara orang secara komplit dan untuk main2 saja sebagai orang muda umum-nya, kenapa mendadak Darba sembah2 padanya hal inipun membikin dia bingung tak habis mengerti.
Maka ketika ditanya puterinya, ia menjawab singkat saja: "O, Nyo-koko hanya berkelakar saja dengan dia.
" Belum habis ia berkata, mendadak dilihatnya Darba angkat gada terus mengemplang ke arah Nyo Ko.
Darba anggap sebelumnya sudah dikatakan hendak menjajal tentunya lawan sudah siap sedia, sebaliknya melihat sikap orang tadi ramah dan menghormat Nyo Ko tidak menduga orang akan mendadak melakukan serangan, maka pukulan itu hampir2 saja kena kepalanya, untung sempat ia melompat ke belakang.
Tetapi segera ia merangsang maju lagi terus menusuk tiga kali susul menyusul.
Darba sendiri sudah punya rasa jeri, ia kuatir Nyo Ko sudah lama, ikut gurunya, ilmu silatnya tentu lain daripada yang lain, maka ia berjaga rapat tanpa berani ayal.
Sesudah beberapa jurus lagi, Nyo Ko tahu lawan hanya menjaga diri saja tanpa menyerang, meski tak mengerti maksud tujuan orang, tapi kebetulan baginya untuk melancarkan serangan2, tanpa sungkan2 lagi ia tusuk sini dan bacok sana, ilmu pedang "si gadis ayu" menjadi lebih indah gayanya dan menarik.
Akhirnya Kim-lun Hoat-ong menjadi tak sabar, ia membentak: "Darba, lekas kau balas hantam, ia bukan Toa-suhengmu !" Sebenarnya kepandaian Darba masih di atas Nyo Ko, cuma merasa takut, ilmu silatnya lantas surut separoh, sebaliknya Nyo Ko bisa keluarkan seluruh kemahirannya, jadi yang satu makin menyerang makin hebat dan jitu, sebaliknya yang lain makin takut dan makin mengkeret.
"Balas serang segera !" bentak Hoat-ong mendadak, ia telah gusar.
Bentakannya begitu keras hingga telinga semua orang se-akan2 pekak.
Begitu juga Darba menjadi jeri, ia tak berani membantah lagi, begitu Kim-kong-cu atau gada emas diputar, segera ia balas menghujam serangan.
Dengan hantaman balasan ini betul juga Nyo Ko terdesak hingga berkelit terus, lubang kelemahannya pe-lahan2 mulai kentara.
Ketika melihat gerak pedang Nyo Ko sedikit lengah, cepat sekali Darba mengemplang, karena tak sempat hindarkan diri, terpaksa Nyo Ko menangkis dan terjadi benturan keras kedua senjata.
Sebenarnya beradunya senjata kedua pihak diwaktu bertanding adalah soal biasa saja, tetapi gada Darba terlalu antap, maka selalu Nyo Ko putar pedangnya tak berani membentur senjata orang, kini mendadak kesamplok, terasalah segera suatu tenaga yang maha besar menindihnya hingga lengannya sakit linu, "krak", mendadak pedangnya patah menjadi dua.
"Aku yang menang!" teriak Darba segera sembari undurkan diri.
"Aku yang menang!" mendadak Nyo Ko tirukan orang dalam basa Tibet, Berbareng itu separuh pedang patah itu ditimpukkan sekalian pada Darba.
Keruan Darba tertegun, pikirnya: "Kenapa dia yang menang" Apa tipunya tadi hanya pancingan belaka ?" Sementara itu dengan tangan, kosong Nyo Ko merangsak maju lagi, maka Darba tak berani ayal ia putar gadanya rapat melindungi tubuhnya.
Dahulu waktu ikut Siao liong li belajar ilmu pukulan dengan tangan kosong di dalam kuburan kuno itu, sampai tingkat terakhir ia diharuskan pentang kedua telapak tangan buat tahan terbangnya 9X9 81 ekor burung gereja hingga tiada seekor pun yang lolos.
Ilmu pukulan itu adalah ciptaan Lim Tiao-eng dan selamanya belum pernah dikenal di dunia ramai, kini Nyo Ko telah mainkan di hadapan umum, nyata daya tekanannya memang luar biasa," meski bertangan kosong, tetapi jauh lebih kuat daripada tadi ia memakai pedang.
Kalau Darba putar gadanya begitu hebat hingga membawa samberan angin tinggi menerobos kian kemari di antara ruangan.
Sebaliknya Nyo Ko gunakan Ginkang yang sangat tinggi menerobos kian kemari diantara ruangan senjata orang, walaupun tampaknya sangat berbahaya tetapi gada emas orang tetap tak mampu menyenggolnya seujung rambutpun sebaliknya ia bisa mencengkeram, menarik, membeset dan macam2 gerak serangan lain bercampurkan "tang-hok-mi-cin atau ilmu pukulan halus penahan burung gereja, ia terus menyerang dengan cepat.
Tak lama lagi, tenaga raksasa Darba semakin tambah, sebaliknya lari Nyo Ko juga semakin cepat dan enteng, Nyatalah sekarang, paedah yang dia peroleh daripada kegunaannya berlatih di atas ranjang-batu pualam di dalam kuburan kuno itu kini telah kentara semua.
Di sebelah sana sejak tadi Siao-liong li duduk bersandarkan tiang menyaksikan pertarungan kedua orang itu dengan tersenyum-simpul, demi nampak sudah lama Nyo Ko masih belum menang, tiba2 dari bajunya ia keluarkan sepasang kaos tangan putih yang tipis dan lemas.
"Ko-ji, sambut ini. " serunya pada Nyo Ko," berbareng itu ia lemparkan kaos tangan itu ke tengah kalangan Kaos tangan Siao-liong-li ini adalah rajutan benang emas putih yang sangat halus dan ulet, meski lemas dan tipis, tapi tidak mempan segala macam senjata, Melihat berkelebatnya kaos tangan itu di udara, air muka Hek Tay-thong mendadak berubah.
Seperti diketahui, ketika saling gebrak di Tiohg-yang-kiong dulu, dengan kaos tangan ini pernah Siao-liong-li patahkan pedang Hek Tay-thong hingga ia terdesak dan hampir saja gorok leher sendiri, sebab itu demi nampak kaos tangan seketika kejadian dulu terbayang lagi olehnya.
Dalam pada itu dengan cepat kaos tangan itu sudah disambut Nyo Ko, ia mundur selangkah dan cepat pakai kaos tangan itu, ketika kemudian ia mengegol pinggang bagai wanita, maka dimainkan-lah "Bi-Ii-kun-hoat" atau ilmu pukulan si gadis ayu yang paling hebat dan paling indah gayanya dari Ko-bong-pay itu.
Setiap gerak-gerik ilmu pukulan ini meniru kan gaya seorang wanita ayu dari jaman purbakala, bila dilakukan kaum lelaki, sebenarnya kurang pantas, tetapi waktu dilatih Nyo Ko, setiap gayanya sudah diubahnya, meski nama2 tipu gerakan masih tetap, namun gerak-geriknya dari lemah gemulai sudah berubah menjadi gagah luwes.
Dengan demikian, para penonton menjadi lebih tidak mengerti, tiba2 dilihatnya Nyo Ko berlari cepat, kadang2 berdiri tegak, sekejap saja sikapnya berubah lagi.
Harus diketahui bahwa jiwa kaum wanita memang banyak ragamnya dan cepat pula berobahnya, lebih2 wanita ternama, tertawanya, di waktu suka atau duka, semuanya lebih2 sukar di-duga.
Karena itu, sekali digunakan tipu "Hong giok-kik-koh" (Ang Hong-giok memukul genderang), kedua tangan Nyo Ko cepat menghantam, dengan sendirinya Darba angkat gadanya menangkis tetapi cepat sekali Nyo Ko sudah ganti tipu "Hong-hut-ya-ping" (Hong-hut minggat malam2), di luar dugaan orang ia terus menubruk maju.
Ketika Darba menyabet gadanya dari samping, mendadak Nyo Ko gunakan gaya "Lok-cu-tui-lau" (Lok-tu jatuh dari loteng), tahu2 ia menubruk bagian bawah musuh.
Darba terkejut, ia tidak mengerti tipu serangan orang mengapa begini aneh perubahannya dan susah diraba " Maka lekas2 ia melompat buat hindarkan hantaman tangan orang yang telah memotong dari kiri lagi.
Tak terduga Nyo Ko lantas menepuk tangan beberapa kali dan susul-menyusul menggablok kedepan, kiranya ini adalah gaya "Bun-gwe-kui-han atau Bun-gwe kembali ke negeri Han yang berirama musik Ohka, seluruhnya meliputi 18 kali tepukan.
Setiap gerakan Nyo Ko semuanya ada asal-usulnya sejarah, Darba adalah paderi Tibet, sudah tentu ia tat paham kisah kuno negeri Tionggoan, ia diserang ke atas dan ke bawah, tiba2 dari timur, tahu2 dari barat hingga ia kelabakan.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tangan Nyo Ko memakai kaos benang emas, maka bila ada kesempatan segera ia menubruk maju hendak rebut gada Darba, paderi ini terdesak hingga ber-kaok2 dan kalang kabut.
Dengan sendirinya para pahlawan lain sangat girang, mereka pada berseru memberi semangat pada Nyo Ko.
Kim-lun Hoat-ong tahu ilmu silat muridnya berada di atas pemuda ini, cuma berhati jeri, maka selalu kena didahului lawan dan terdesak di bawah angin.
"Gunakan Bu-siang-tay-lik-cu-hoat!" bentaknya tiba2.
"Baik," sahut Darba menurut.
Mendadak gadanya ia pegang dengan kedua tangan terus diayun cepat.
Waktu gada diputar dengan sebelah tangan saja sudah hebat sekali tenaga raksasanya, kini di-tambah tenaga kedua tangan sekaligus, keruan suara samberan angin sampai men-deru2.
"Bu-siang-tay-lik-cu-hoat" atau ilmu gada bertenaga raksasa ini, tipu serangannya sangat sederhana, hanya menyerampang" delapan jurus dan menghantam delapan kali, seluruhnya hanya 2 X 8 - 16 jurus, tetapi 16 jurus ini bisa boIak-balik di-ulangi, maka Nyo Ko terdesak menyingkir jauh2, jangankan menghadapi secara keras lawan keras, untuk menahan angin gada saja susah.
Di sebelah sana, sejak penggayu besinya patah tadi, Tiam jong Hi-un, masih terus merasa penasaran tapi kini setelah menyaksikan "Bu-siang-tay-lik-cu-hoat".
orang yang luar biasa ini ia pikir ilmu permainan penggayu sendiri sesungguhnya tiada tipu2 serangan" yang begini keras dan begini kuat.
maka mau-tak-mau ia kagum juga.
Setelah berlangsung lama pertarungan itu, lilin yang menyala di ruangan pendopo itu sudah ada 7-8 batang yang sirap tersamber angin gada.
Nyo Ko hanya andalkan Ginkang untuk melompat kian kemari asalkan bisa hindarkan diri harapannya asal tak kena dihantam gada orang, mana sempat lagi ia balas menyerang " Karena itu, para pahlawan Tionggoan menjadi bungkam, sebaliknya berganti para jago Mongol yang sorak-sorai.
Melihat ilmu pukulan "Bi-li-kun-hoat" sukar memperoleh kemenangan, sedang musuh mendesak terlalu kencang, terpaksa Nyo Ko main mundur terus hingga akhirnya terdesak sampai ujung ruangan, ia hendak ganti tipu gerakan, namun tak bebas lagi gerak-geriknya di tempat sempit itu.
ilmu permainan gada Darba ini memangnya beberapa bagian bersifat kalap, setelah Darba mengamuk, ia lupa apakah orang di depannya ini mungkin reinkamasi suhengnya atau bukan, waktu melihat Nyo Ko terdesak di pojok ruangan hingga tiga jurusan sudah terkurung, mendadak ia membentak : "Mampus kau !" Berbareng itu gada-nya menyabet dari samping, maka terdengarlah suara gemuruh dan debu pasir berhamburan, kiranya dinding ruangan itu kena dihantam hingga berlubang besar.
. Pada saat berbahaya, syukur Nyo Ko masih sempat melompat lewat di atas kepala orang, dalam seribu kerepotannya iru, ia tak lupa pula membalas kata2: "Mampus kau!" dalam bahasa Tibet.
Gerak lompatannya ini adalah ilmu kepandaian dari "Kiu-im-cin-keng", sejak huruf ukiran di langit ruangan kuburan tatoo itu dilihatnya bila senggang Nyo Ko lantas melatihnya baik2, hanya tiada orang yang memberi petunjuk tambahan, maka apa yang dilatihnya tidak tahu apa betul atau salah.
Kini menghadapi musuh tangguh, sudah tentu tak berani sembarangan digunakan.
Siapa tahu saat terancam elmaut itu, dengan sendirinya ia menggunakan ilmu sakti itu hingga jiwanya tertolong.
Semua orang menyangka hantaman Darba tadi pasti berhasil, maka sebelum serangan orang dilontarkan seluruhnya, secepat kilat Kwe Cing melompat maju hendak hantam punggung orang, mendadak jubah merah berkelebat di depannya, tahu-tahu Kim-lun Hoat-ong memukulnya juga.
Kwe Cing terkejut oleh serangan orang yang aneh dan cepat ini lekas2 ia gunakan tipu "Maa-liong-cay-dian" atau melihat naga di sawah, ia tangkis dulu serangan Kim-lun Hoat-ong.
Keduanya memang tokoh terkemuka dunia persilatan, maka begitu kedua tangan beradu, ternyata sedikit suara saja tak ada, hanya tubuh masing2 bergoncang semua, Kwe Cing mundur tiga tindak, sebaliknya Kim-lun Hoat-ong tetap berdiri tegak di tempatnya.
Kiranya tenaga Kim-lun Hoat-ong jauh lebih besar dari pada Kwe Cing, latihannya juga lebih dalam, cuma ilmu pukulannya sebaliknya kalah bagus.
Kwe Cing melangkah mundur buat mengelak tenaga hantaman lawan supaya tidak terluka, sebaliknya Hoat-ong sambut tenaga orang sekuatnya dengan menahan rasa sakit di dada, maka masih tetap berdiri tegak di tempatnya.
Melulu soal gebrakan ini saja Kwe Cing boleh dikatakan sudah kalah, tetapi kalau pertarungan dilanjutkan, siapa unggul atau asor masih belum tahu.
Tapi demi nampak Nyo Ko sudah bisa patahkan serangan Darba tadi, kedua orang ini terhenyak, yang satu girang lega, yang lain menyesal dan merasa sayang, lalu merekapun mundur kembali Tokoh2 seperti Kwe Cing dan Kim-lun Hoat-ong juga menyangka Nyo Ko pasti akan celaka maka yang satu hendak menolong dan yang lain hendak mencegah, siapa tahu Nyo Ko ternyata punya tipu aneh, dari tempat luang yang sempit bisa meloloskan diri.
Dan sekali hantam tak kena, Darba tidak memutar lagi, sekalian gadanya terus mengayun ke belakang sekuatnya.
Melihat serangan orang cepat luar biasa, otomatis Nyo Ko lantas meloncat ke atas, maka melayang lewatlah gada Darba beberapa senti di bawah kakinya.
Kembali gerak tipunya ini adalah ilmu silat dari "Kiu-im-cin-keng" Keruan Ui Yong ter-heran2 menyaksikan kepandaian Nyo Ko ini.
"Engkoh Cing, kenapa Ko-ji mahir Kiu-im-cin-keng juga" Apa kau yang ajarkan dia?" demikian ia tanya sang suami.
Nyata, ia sangka Kwe Cing mengingat kebaikan persaudaraan dengan ayah Nyo Ko, maka pada waktu antar bocah itu ke Cong-lam-san, ilmu sakti dari kitab pusaka itu telah diturunkan padanya.
"Tidak, kalau diajarkan padanya, tentu kuberitahukan kau," sahut Kwe Cing.
Ui Yong cukup kenal jiwa sang suami yang setia dan jujur, kepada orang lain saja bilang satu tetap satu, terhadap isteri sendiri sudah tentu lebih lebih jujur, Tetapi dilihatnya Nyo Ko selalu melompat kian kemari buat berkelit, setiap kali ketemu bahaya, selalu gunakan ilmu kepandaian Cin-keng untuk melindungi diri.
Cuma terang ilmu itu belum terlatih baik, maka tidak bisa gunakan ilmu silat Cin-keng itu untuk balas menyerang dan menangkan orang, meski sementara jiwanya bisa selamat, namun tampaknya pasti kalah akhirnya.
Diam2 Ui Yong menghela napas gegetun, pikirnya : "Bakat Ko-ji sungguh luar biasa, kalau dia bisa ikut setahun atau setengah tahun padaku dan bisa mempelajari Pak-kau-pang-hoat dan ilmu silat dalam Cin-keng secara lengkap, mana bisa paderi Tibet ini menandinginya?" Begitulah, selagi ia masgul, sekilas tiba2 dilihatnya Peng-tianglo, itu anggota pimpinan Kay-pang yang murtad, dengan pakaian bangsa Mongol mencampurkan diri di antara jago2 Mongol dan wajahnya kelihatan ber-seri2.
Tiba2 tergerak kecerdasan Ui Yong, segera serunya: "Koji Di-hun-tay-hoat! Ih-hun-tay-hoat!" Kiranya dalam Kiu-im-cin-keng ada semacam ilmu yang disebut "lh-hun-tay-hoat", yakni menggunakan tenaga pikiran untuk atasi musuh dan mendapatkan kemenangan, dasarnya tiada ubahnya seperti ilmu hipnotis pada jaman sekarang ini.
Dahulu Ui Yong pernah gunakan ilmu ini untuk taklukkan Peng-tianglo pada waktu ia berebut jabatan Pangcu, maka begitu nampak orang, segera ia ingat akan ilmu mujijat itu.
Nyo Ko masih ingat cara melatih "Ih-hun-tay hoat" itu, cuma ia tak percaya melulu meng-gunakan pandangan mata saja bisa menundukkan musuh, makanya tak pernah ia melatihnya dengan baik2, tetapi ia sangat kagum terhadap kepintaran Ui Yong, pikirnya: -- "Jika Kwe-pekbo berkata demi-kian, tentu ada alasannya, Toh aku sudah pasti kalah, biarlah aku mencobanya.
" Karena itu, ia masih terus lompat ke sana ke mari untuk berkelit tetapi batinnya terpisah dari segala perasaan, pikirannya terpusat menjadi satu, ia turut apa yang pernah dibacanya dalam kitab Kiu-im-cin-keng itu.
Dalam keadaan demikian ia hanya menangkis dengan sendirinya dan berkelit turut datangnya suara, sebaliknya sinar matanya terus menatap musuh secara tajam.
Setelah beberapa jurus, Darba mulai merasakan pihak lawan rada aneh, tanpa kuasa ia pandang orang sekejap, berbareng itu gadanya menghantam juga.
Tadi sedikit Nyo Ko mengegol pinggul dengan gaya "Ban-yo-sian-sian" atau pinggang si Ban ramping, sedikit ia goyang pinggul hantaman Darba sudah dihindarinya dengan tepat, dan karena ia, sudah gunakan "lh-hun-tay-hoat", jiwa-raganya sudah menjadi satu, setiap gerak-geriknya yang dia unjuk, pada mimik wajahnya lantas bersikap sama pula.
Maka ketika Darba melihat wajah si Nyo Ko, tiba2 mengunjuk gaya genit, ia tak tahu bahwa orang sedang tirukan gaya menarik Siao Ban, seorang selir ayu penyait Pek Lok-thian dari ahala" Tong yang terkenal, tanpa terasa ia tertegun sejenak tetapi segera gadanya mengemplang lagi ke atas kepala Nyo Ko.
Lekas2 Nyo Ko, mengegos, menyusul ia pentang lima jarinya terus menyisir rambutnya sendiri, sedang lima jari lainnya mencakar ke depan diselingi dengan senyuman manis, itulah tipu gerakan "Le-hwa-se-cong" atau Thio Le-hwa menyisir rambut.
Dan karena tersenyumnya Nyo Ko itu, memangnya Darba sudah terpengaruh oleh sinar matanya yang tajam, tanpa terasa iapun ikut bersenyum, Cuma bedanya Nyo Ko cakap ganteng, tersenyumnya sudah tentu menambah bagusnya, sebaliknya tulang pelipis Darba menonjol tinggi, pipinya kempot, senyumnya yang menirukan Nyo Ko membikin wajahnya semakin seram, sampai penonton ikut mengkirik.
Melihat lawannya sudah dlbawah pengaruhnya, segera Nyo Ko jojoh ke depan dengan jarinya dengan tipu "Peng-ki-ciam-sin" atau Peng Ki pintar menjahit.
Lekas2 Darba berkelit, tetapi air mukanya menirukan lagak orang seperti lagi tekun menjahit.
Melihat Nyo Ko bisa memahami maksudnya dan ternyata sanggup atasi musuh dengan ilmu "lh-hun-tay-hoat", sungguh Ui Yong girang tidak kepalang.
"Penemuan Ko-ji sungguh luar biasa," demikian ia membisiki sang suami "Dahulu, semasa usiamu sebaya dia sekarang belum sebagus dia ilmu silatmu.
" . Kwe Cing juga lagi girang, maka ia anggukan Harus diketahui bahwa ilmu "lh-hun-tay-hoat" ini melulu menggunakan pengaruh tenaga kejiwaan, kalau perasaan tak lawan tenang dan tetap, seringkali ilmu ini tidak berhasil, kalau tenaga dalam lawan lebih tinggi hingga sampai terpukul kembali, "pasti orang gunakan ilmu ini akan terpengaruh sendiri.
Tapi Darba sudah bingung oleh ocehan Nyo Ko dalam basa Tibet tadi, ia ragu2 orang adalah re-inkarnasi Suhengnya, maka dalam hatinya sudah timbul rasa jeri, dengan sendirinya pengaruh ilmu "Ih-hun-tay-hoat" juga lebih cepat hingga sekali coba Nyo Ko telah berhasil.
Begitulah karena melihat Nya Ko mainkan Bi-li-kun-hoat yang lemah gemulai menirukan gerak-gerik wanita ayu, tahu2 ditirukan oleh Darba secara lucu, semua orang yang menyaksikan terheran-2 Kwe -Hu tak tahan, ia ketawa ter-pingkal2 "Mak," katanya pada sang ibu, "Nyo-koko punya kepandaian ini bagus sekali, kenapa tak kau ajarkan padaku?" "Jika kau bisa Ih-hun-tay-hoat, tentu kau akan bikin geger dan akhirnya kau sendiri bisa celaka," sahut Ui Yong.
Lalu ia tarik tangan sang puteri dan berkata pula sungguh2: "Tapi jangan kau anggap lucu, Nyo-koko justru lagi bertarung mati2an dengan musuh, caranya ini jauh lebih berbahaya dari pada memakai senjata !" Kwe Hu melelet lidah oleh penuturan itu, ia pandang pula si Nyo Ko dan rasanya semakin ketarik, ia lihat bila Nyo Ko tertawa, si Darba ikut tertawa, kalau Nyo Ko gusar, Darba idem dito.
Karena itu iapun ikut2 menirukan mimik orang.
Siapa tahu "lh-hun-tay-hoat" ini memang lihay luar biasa, baru saja ia menirukan orang dua kali, segera perasaannya menjadi remang2 dan semangatnya kabur, tanpa kuasa setindak demi setindak Kwe Hu melangkah ke tengah.
Kaget sekali Ui Yong melihat kelakuan puteri-nya, lekas2 ia jambret Kwe Hu erat2.
Tatkala itu jiwa Kwe Hu sudah dibawah pengaruh Nyo Ko, ia coba meronta melepaskan diri dari pegangan sang ibu, baiknya ilmu silat Ui Yong sangat tinggi, pula tahu akan bahaya apa bila sampai Kwe Hu maju lebih dekat lagi, waktu sudah terlalu mendesak, tanpa ayal ia baliki tangan terus pencet urat nadi tangan Kwe Hu dan diseretnya kembali mentah2 agar tidak nampak gerak-gerik Nyo Ko.
Kwe Hu masih meronta2 beberapa kali, tapi pergelangan tangannya telah digenggam kencang hingga tak berkutik, pikirannya menjadi kabur dan akhirnya ia mendekam dalam pelukan sang ibu dan pulas.
" Di pihak Darba waktu itu sudah dipengaruhi Nyo Ko seluruhnya, apa yang Nyo Ko Iakukan, ditirukannya pula tanpa tawar, Melihat saatnya sudah tiba, mendadak Nyo Ko gunakan tipu gerakan "Co-Leng-kwa-pi" atau Co Leng mengiris hidung, mendadak ia pukul batang hidungnya sendiri-susul-menyusul dengan dua tangan bergantian.
Kiranya jaman dahulu isteri seorang bernama Co Leng, ketika sang suami meninggal lantas mengiris batang hidung sebagai tanda setia tak mau kawin lagi.
Kini Nyo Ko gunakan gerak tipu itu buat hantam hidungnya sendiri dengan pelahan, sudah tentu Darba tak tahu, mendadak iapun tirukan orang menghantam hidung sendiri se-keras2nya.
Dasar tenaganya luar biasa, setiap pukulannya bertenaga ratusan kati, maka habis belasan kali ia gebuk batang hidung sendiri, akhirnya-ia tak tahan hingga roboh pingsan.
Sungguh girang tidak kepalang para ksatria, mereka bersorak-sorai: "Hura, kita telah menangkan babak kedua !" - "Nah, Bu-lim-Bencu sudah pasti di pihak kita !" -- "Bangsa Mongol lekas enyah dari bumi Tiongkok dan jangan bikin malu disini!" Dalam pada itu dua Bu-su bangsa MongoI telah melompat ke tengah dan menggotong mundur si Darba.
Melihat kedua muridnya terjungkal semua di bawah tangan pemuda ini, bahkan cara kalahnya sukar dimengerti, luar biasa mendongkol dan gusar Kim-Iun Hoat-ong, cuma wajahnya tiada mengunjuk sesuatu tanda, "Hai, anak muda, siapa suhumu ?" segera ia membentak dari tempat duduknya.
Kim-lun Hoat-ong ini seorang cendekia, ilmu silatnya tinggi, bakatnya baik dan luas pengetahuannya, ternyata fasih bicara basa Han.
"Suhuku ialah dia ini," sahut Nyo Ko tertawa sambil menunjuk Siao-liong-li "Nah, lekas kau menyembah pada Bu-lim Bengcu !" Melihat Siao-liong-Ii cantik molek, bahkan usianya, seperti lebih muda daripada Nyo Ko, tidak nanti Kim-lun Hoat-ong mau percaya dialah guru-nya, pikirnya: "Ah, bangsa Han banyak tipu muslihatnya, jangan aku tertipu !" Mendadak iapun berdiri, ketika terdengar suara gemerincing riuh, tahu2 dari bajunya ia keluarkan sebuah roda emas.
Roda emas ini terbuat dari emas murni dan di dalamnya terdapat 9 goteri, maka begitu tergoncang, segera keluar suara gemerincing yang membisingkan.
"Hm, kau adalah Bulim-Bengcu juga baik, asal kau sanggup terima sepuluh jurus roda emasku ini," aku lantas akui kau sebagai Bu-lim Bengcu !" demikian kata Kim-lun Hoat-ong kemudian sambil tuding Siao-liong-li "Hi aneh katamu ini, aku sudah menang dua babak, menang dua dari tiga babak, kau sendiri sudah berjanji, kenapa sekarang pungkir janji?" kata Nyo Ko tertawa.
"Aku hanya ingin jajal ilmu silatnya dan ingin tahu apa dia sesuai dengan jabatannya tidak," sahut Kim-lun Hoat-ong dengan suara tertahan.
Siao-liong li masih terlalu hijau, ia tak tahu ilmu silat Kim-Iun Hoat-ong beraliran tersendiri dan sudah terlatih sampai tingkatan yang sangat mengejutkan, iapun tak tahu apa itu "Bu-lim Bengcu" segala, lebih2 tak pernah terpikir olehnya apa dirinya harus terima jabatan itu atau tidak, kini mendengar orang mau jajal ilmu kepandaiannya dan ingin tahu sanggup tidak terima 10 jurus roda emas orang, tanpa pikir segera iapun berdiri.
"Jika begitu, segera aku mencobanya," demikian sahutnya tak arak "Tapi kalau kau tak mampu sambut 10 jurus - senjataku ini, lalu bagaimana?" tanya Kim-lun-Hoat-ong.
"Kalau tak mampu ya sudah, ada apa lagi?" sahut Siao-Iiong-li.
Sejak kecil Siao-liong-li sudah melatih diri sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi perasaannya, suka atau duka, sama sekali tidak kentara.
Segala hal selalu dianggapnya sepele, kini meski katanya rada Nyo Ko, naraui tidak mendapatkan perhatian-nya.
Para ksatria dan para Bu-su Mongol tak tahu bahwa itu adalah tabiat pembawaannya, tetapi melihat ia acuh tak acuh dan tidak pandang sebelah mata pada Kim-lun Hoat-ong, mereka malah menyangka ilmu silat Siao-liong-li benar2 tinggi tak terkirakan.
Bahkan setelah menyaksikan Nyo Ko kalahkan Darba dengan "lh-hun-tay-hoat", ada orang yang menyangka Siao-liong-li bisa ilmu hitam dan mungkin pula siluman, maka suasana seketika menjadi berisik.
Kim-lun Hoat-ong sendiri kuatir juga bila Siao-liong-li benar2 bisa gunakan ilmu sihir, maka mulutnya segera komat-kamit membaca mantera penolak sihir dalam basa Tibet.
Nyo Ko dapat mendengar jelas di samping, ia sangka Hwesio gundul ini lagi maki sang guru dalam basa Tibet, maka ia ingat baik2 setiap kata yang diucapkan orang.
Ketika Kim-lun Hoat-ong selesai membacakan mantera, begitu Kim-lun atau roda emas bergerak, kembali terbitlah suara gemerincing yang riuh nyaring.
"Hai, orang muda, lekas minggir, segera aku akan turun tangan," bentaknya pada Nyo Ko.
Kata-kata ini diucapkannya dalam basa Han.
"Nanti dulu, nanti dulu," kata Nyo Ko tiba2.
Lalu sekata demi sekata iapun mengucapkan mantera orang tadi.
Kebetulan waktu itu Darba mulai siuman, ia lihat sang Suhu memegang Kim-lun lagi, akan bergebrak dengan orang, sebaliknya didengarnya Nyo Ko lagi membaca mantera dalam basa Tibet.
mantera itu adalah ilmu rahasia perguruannya dan tidak nanti diturunkan pada orang luar, kalau Nyo Ko bukan reinkarnasi Toa suheng-nya, darimana ia mahir mantera itu " "Karena pikiran itu, cepat sekali ia melompat bangun terus berlutut ke hadapan gurunya dan berseru: "Suhu, ia betul2 jelmaan Toasuheng, sudilah engkau menerimanya kembali!" "Ngaco-belo, kau tertipu olehnya masih belum tahu," bentak Kim-lun Hoat-ong gusar.
"Tapi betul Suhu, hal ini betul tak salah lagi?" sahut Darba!.
Melihat Darba masih ngotot, Hoat-ong menjadi sengit dicekal saja punggung sang murid terus diIempar pergi tubuh Darba yang beratnya ratusan kati itu dilemparkan dengan enteng saja.
Semua orang menyaksikan Darba bertarung melawan Tiam-jong Hi-un dan Nyo Ko dengan tenaga raksasanya tapi lemparan Hoat-ong ini nyata kepandaian yang berpuluh kali lebih kuat tampaknya Siao-liong-li yang gayanya lemah gemulai ini, jangankan bergebrak sepuluh jurus, mungkin kena dikebut sekali saja bisa mencelat roboh.
Karena itu semua orang ikut berkuatir atas diri si gadis.
Tidak sedikit jago2 Mongol yang sudah pernah saksikan ilmu sakti Kim-lun Hoat-ong yang boleh dikatakan tenaganya melebihi 9 ekor kerbau.
Meski Siao-liong-li adalah musuh mereka, tapi melihat parasnya yang jelita, sudah menjadi pembawaan manusia suka akan rupa cantik, maka semua orang sama2 mengharap Hoat-ong jangan turun tangan.
Dalam pada itu, habis Nyo Ko bacakan mantera, dengan pelahan ia bisiki Siao-liong-li: "Kokoh, hati-hati terhadap Hwesio ini.
" Di lain pihak demi mendengar Nyo Ko bisa membaca mantera tanpa salah sekatapun, Kim-lun Hoat-ong amat kagum sekali "Orang muda, hebat kau," ia memuji.
"Ya, Hwesio, kau juga hebat," sahut Nyo Ko.
"Hebat apa?" Kim-lun Hoat-ong melotot.
"Hebat karena kau cukup besar nyali untuk bergebrak dengan guruku," kata Nyo Ko.
"la adalah reinkarnasi Budha, punya kesaktian setinggi langit mahir ilmu taklukkan naga dan tundukkan harimau, maka sebaiknya kau ber-hati2 !" Kiranya Nyo Ko sangat licin, ia tahu musuh terlalu lihay, ia sengaja membual agar orang rada selempang hingga tak berani turun tangan habis2-an, dengan demikian gurunya lantas Iebih gampang melawannya.
. Siapa tahu Kim-lun Hoat-ong adalah seorang gagah perkasa yang jarang diketemukan dari Tibet, baik sastra maupun silat lengkap dipelajarinya, mana bisa ia tertipu begitu saja, "Awas, serangan pertama, lekas kau lolos senjata !" segera ia berseru.
Nyo Ko telah copot sarung tangan dari benang emas halus itu dan masukkan sekalian pada tangan Siao-liong-li, lalu ia mundur ke belakang.
Siao-liong-li segera keluarkan sehelai selendang sutera putih terus diayun ke udara, pada ujung selendang sutera terikat sebuah bola emas kecil dan didalamnya berisi gotri, ketika selendan itu bergerak, bola itu lantas berbunyi kelinting2 bagai keleningan.
------------- gambar -----------"Kelinting" tiba - tiba bola kecil di ujung selendang Siao-liong-li menukik turun laksana-kepala ular menutuk ke Hap-kok-hiat di tengah2 antara jari jempol dan telunjuk ----------------------------------Melihat senjata kedua orang sama2 aneh, semua penonton menjadi tertarik, kalau senjata yang satu sangat panjang, adalah senjata yang laki sangat pendek, yang satu sangat keras, yang lain sangat lemas dan kebetulan kedua senjata masing2 sama-sama bersuara gemerincing pula.
Roda emas yang digunakan sebagai senjata Kim-lun Hoat-ong itu adalah senjata aneh yang belum pernah dilihat para jago silat Tionggoan, tak peduli golok tumbak, pedang, toya atau lain2, asal kebentur Kim-lun atau roda emas sama sekali tak berdaya, asal Kim-lun Hoat-ong mencakup sekali dengan rodanya terus ditarik, maka senjata lawan pasti akan terlepas dari cekalan, maka orang yang bertempur dengan dia lewat satu jurus saja pasti segera kehilangan senjata.
ia bilang agar Siao-liong-li sambut sepuluh jurus serangannya, sebenarnya sama sekali bukan omong besar,,kalau bukan melihat ilmu silat Nyo Ko memang hebat, tidak nanti ia bilang 10 jurus.
Hendaklah diketahui sejak ia keluar Tibet belum pernah ada seorang jago yang mampu terima tiga kali serangan roda emasnya.
Dalam pada itu Siao-liong-li telah ayun selendang suteranya, ia mendahului membuka serangan.
"Barang apakah ini?" ujar Hoat-ong melihat senjata lawannya itu.
Segera dengan tangan kiri ia hendak tarik selendang itu, ia lihat kain selendang itu lemas dan hidup, ia tahu pasti banyak perubahannya, tapi ia sudah siap sedia, dengan tarikannya itu ia sudah jaga2 dari berbagai jurusan, tak perduli ke mana kain selendang berkelebat tidak nanti terlepas dari genggamannya.
Tak ia duga bola kecil di ujung selendang itu tiba2 "kelinting" berbunyi sekali terus mendal ke atas hendak ketok "tiong-cu-hiat" pada balik telapak tangannya.
Tapi cepat sekali Klm-lun Hoat-ong ganti gerak tangannya, ia baliki telapak tangan terus hendak tangkap pula bola kecil itu.
Kembali sedikit Siao-Iiong-li sendal tangannya, bola kecil itu memutar pula dari bawah ke atas hendak ketok "Hap-kok-hiat" di-tengah2 antara jari jempol dan telunjuk.
Tapi lagi2 Hoat-ong baliki tangannya, sekali ini ia gunakan kedua jarinya itu hendak jepit bola emas itu.
Namun Siao-liong-li juga sangat jeli, setiap perubahan musuh dapat dilihatnya jelas, sedikit ia ulur selendangnya, bola kecil itu malah menyelonong ke depan buat tutuk "kiok-tik-hiat" di sikut lawan.
Beberapa gebrakan itu betul2 dilakukan dalam sekejap saja dan hanya terbatas diantara telapak tangan Kim-lun Hoat-ong yang bolak-balik, tiap kali Kim-lun Hoat-ong membaliki telapak tangan dan tiga kali Siao-liong-li sendal selendangnya, tapi masing2 sudah saling gebrak lima jurus.
Nyo Ko cukup terang menyaksikan pertarungan itu, maka dengan suara keras ia menghitung: "Satu-dua-tiga-empat-lima.
. " nah, sudah lima jurus, tinggal lima jurus lagi !" Padahal Kim-lun Hoat-ong bilang agar orang sambut 10 jurus maksudnya ialah menyambut 10 jurus serangannya, tapi Nyo Ko main licik, ia hitung-serang-menyerang kedua belah pihak dan dihitung semua.
Meski Hoat-ong tahu bocah ini licik, tapi ia adalah seorang cakal bakal satu aliran tersendiri mana ia sudi tawar menawar soal itu dengan orang " Segera ia sedikit geser sikutnya hingga bola Siao-liong-li tadi luput mengenai jalan darahnya, sebaliknya roda emasnya terus saja menyerang ke depan.
Siao-liong-li mendengar suara gemerincing riuh dan sinar emas berkelebat dari depan, tahu2 "roda emas" orang cepat luar biasa sudah berada di depan mukanya.
Kejadian ini sungguh tak ter-duga2, jangan kata hendak menangkis, untuk berkelit saja sudah telat, dalam keadaan bahaya, otomatis ia sendal kain selendangnya hingga melingkar dari samping, bola emasnya terus ketok "Hong-ti-hiat" di belakang kepala musuh, Tempat ini adalah urat nadi mematikan di tubuh manusia, betapapun tinggil ilmu silatnya asal kena dihantam pasti tak terjamin jiwanya, serangan ini sesungguhnya dilakukan terpaksa oleh Siao-liong-li, yakni dengan resiko gugur bersama untuk memaksa lawannya tarik kembali serangannya.
Betul saja Kim-lun Hoat-ong tak mau adu jiwa dengan orang, ia menunduk berkelit, karena menunduknya ini roda yang dia hantamkan ke depan menjadi sedikit lambat, kesempatan ini telah digunakan Siao-liong-li buat tarik kembali selendang-nya, terdengarlah klinting2 yang riuh, bola emas pada ujung selendangnya telah saling bentur dengan roda emas hingga tipu serangan Kim-lun Hoat-ong itu kena dielakkan.
Hanya sekejap itu saja keselamatan Siao-liong-li sudah bergulir dari hidup menuju jalan kematian dan dari mati kembali hidup, lekas2 ia gunakan Ginkang atau ilmu entengi tubuhnya melompat ke samping, saking gentarnya hingga wajahnya yang memang pucat itu terlebih pucat pula.
Padahal Kim lun Hoat-ong baru menyerang sekali namun di samping Nyo Ko lantas berteriak-teriak: ".
. . enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh.
Nah, sudah cukup, guruku sudah bisa sambut sepuluh jurus, apalagi yang bisa kau katakan?" Hanya beberapa gebrakan itu, Kim-lun Hoat-ong lantas tahu meski ilmu silat Siao-liong-li tinggi, tapi masih jauh belum bisa imbangi dirinya, kalau bertanding benar2, dalam 10 jurus pasti ia bisa kalahkan si gadis, yang paling menjemukan yalah Nyo Ko terus mengacau di samping hingga pikirannya dibikin tak tenteram.
ia pikir: "Biarkan pemuda ini ngaco-belo, asal aku perkencang seranganku dan kalahkan dulu anak perempuan ini, segala nya akan menjadi beres sendirinya.
" Tapi lagi2 Nyo Ko ber-teriak2 : "Tak malu, sudah bilang 10 jurus, sekarang menyerang lagi.
Sebelas, duabelas, tigabelas, empatbelas.
. . " Ia tak perduli berapa banyak kedua belah pihak sudah saling labrak tapi mulutnya mencerocos menghitung semaunya seperti mitralyur Siao-liong-li sendiri menjadi ketakutan sesudah sambut, sejurus serangan musuh, betapapun ia tak berani lagi tahan serangan orang yang kedua dari depan, lekas2 keluarkan ilmu entengi tubuh yang dari Ko-bong-pay terus berlari cepat mengitari ruangan sambil selendang suteranya ikut bergulat dan bola emas berbunyi riuh hingga berwujut sesosok kabut putih diseling sinar emas.
Bunyi kelintang-kelinting dari bola emasnya itu kadang2 cepat dan tempo pelahan, mendadak lirih, tahu2 keras, ternyata tersusun.
, menjadi suatu irama lagu.
Diantara penonton itu ada yang paham seni suara, segera ada yang berteriak "He, ini adalah "Uh-ltat-ling-kiok" ciptaan Tong-beng-hong !" Waktu yang lain memperhatikan, betul saja, sedikitpun tak meleset, malahan segera ada yang ikut2an tepuk2 tangan dan goyang2 kaki menuruti irama musik keleningan itu.
Kiranya Siao-liong-li wataknya suka seni musik, diwaktu iseng dalam kuburan kuno itu ia suka tabuh rebab menurut lagu tinggalan Cosu-popoh Lim Tiau-eng dan banyak mendapat kemajuan dalam jurusan ini.
Belakangan waktu ia melatih bola emas dengan selendang sutera, ia dengar bola itu menerbitkan suara kelinting2 yang mendekati irama musik, dasar hati anak muda, di antara ilmu silatnya itu ia kombinasikan dengan irama musik! Dari karena paduan ilmu silat dan musik ini, waktu dimainkan menjadi lebih luwes dan teratur.
Kini Siao-liong-Ii tahu lawan terlalu lihay, ia tak berani melawan dari depan, ia putar selendang suteranya cepat dan berlari kian kemari untuk menghindar! Ginkang ajaran Ko-bong-pay adalah suatu di antara ilmu tertinggi dari Bu-lim yang tak bisa dicapai aliran silat lain, Meski ilmu silat Kim-lun Hoat-ong jauh di atas Siao-liong-li, tapi selama hidup gadis ini-dilakukan dalam kuburan kuno dan melatih diri di tempat sempit, kini ia terus lari ke sana jemari sambil melompat dan berlari, ternyata sedikitpun Hoat-ong tak berdaya, ia dengar suara ting2 keleningan orang se-akan2 tersusun sifat lagu, tanpa tertahan hatinya tergerak ia pusatkan pikiran buat menyerang menuruti irama musik orang, lekas2 ia goyang roda emasnya hingga terbitkan suara gemerincing yang riuh.
Maka seketika dalam ruangan itu timbul paduan dua macam suara, kadang2 pelahan dan tiba2 keras, tempo2 tinggi nadanya, tahu2 rendah lagi, nyata mereka menjadi bertanding dalam irama musik jika suara keleningan Siao-liong-li nyaring merdu, kedengarannya membikin semangat menjadi segar, sebaliknya suara roda emas gemerantang keras bagai besi dipukul dan seperti golok dikikir, seperti babi disembelih dan mirip anjing dipentung, aneh luar biasa suara itu dan tak enak didengar.
Yang satu ulem, yang lain berisik kedua pihak ternyata sama kuatnya.
Dalam pada itu Nyo Ko masih terus mencerocos menghitung, kini sudah dihitungnya sampai: "1005, 1006, 1007 .
. . " Tapi karena Siao liong-li tak berani bergebrak berhadapan dengan musuh, maka hakikatnya 10 jurus bagi Kim-lun Hoat-ong saja belum genap.
Lama2 Kim-lun Hoat-ong tidak sabar lagi, ia merasa dengan kedudukannya sebagai tokoh besar suatu aliran tersendiri sampai lama sekali masih belum bisa menangkan satu gadis jelita, kalau sampai ber-Iarut2 terus, sekalipun akhirnya menang, pasti tidak gemilang juga bagi kemenangannya, maka mendadak tangan kiri ia ulur ke samping, sedang roda emas tiba2 menghantam dari bawah ke atas.
Dalam keadaan bahaya, se-konyong2 Siao-liong-li ayun selendang suteranya hingga menerbitkan bayangan putih, tubuhnya cepat pula melompat.
Tapi roda emas Kim-lun Hoat-ong mendadak.
berputar balik terus menggubet kain selendangnya Kalau senjata biasa pasti segera akan terebut olehnya, justru kain sutera ini lemas serta licin, maka dengan enteng tahu2 meluncur keluar lagi dari lubang rodanya.
"ltulah serangan kedua, dan kini yang ketiga !" bentak Hoat-ong tiba2 berbareng ia melangkah maju, roda emas mendadak terlepas dari tangannya terus menyamber ke arah Siao-liong-li.
Serangan luar biasa ini sama sekali diluar dugaan, maka terdengarlah suara mendenging yang memekak telinga, roda itu menyamber ke arah Siao-liong-li.
Terkejut sekali gadis ini, lekas2 ia mendekam ke bawah sambil melompat mundur, tahu2 sinar emas menyamber lewat depan mukanya membawa suara mendenging nyaring, begitu keras angin samberannya hingga kulit mukanya ikut terasa pedas.
Di bawah seruan kaget semua orang, tiba2 Hoat-ong turun tangan dan tepi roda itu didorong dengan telapak tangannya, seperti benda hidup saja tahu2 roda itu memutar balik terus menyusul ke arah Siao-liong-li.
Insaf kalau gaya putaran roda emas ini sangat keras, Siao-liong-li tak berani coba membelit dengan kain selendangnya, terpaksa ia berkelit kesamping.
"Ginkang bagus !" seru Hoat-ong setelah dua kali serangan tak berhasil cepat sekali ia menyerobot maju terus memotong pula tepi rodanya, habis itu beberapa kali pukulannya mencegat di depan Siao-liong-li pula, sebaliknya roda emas ini lantas putar kembali menghantam belakang kepala karena gaya potongan Hoat-ong tadi.
Meski terbangnya Kim-lun itu tak begitu cepat, tapi membawa suara gemerincing, maka tampaknya menjadi hebat luar biasa, pula sebelumnya Hoat-ong sudah menduga ke mana Siao-liong-Ii hendak berkelit, maka roda itu menjadi seperti tumbuh mata saja, setelah berputar sekali di udara, segera memburu sasarannya dari belakang.
Tahu akan bahaya mengancam, sekali meloncat dan berkelit Siao-liong-li keluarkan seluruh kemahirannya, siapa tahu mendadak Kim-lun Hoat-ong pentang tangan menghadang di depannya pula.
Melihat keadaan itu ditambah telinga se-akan2 pekak oleh suara mendengung roda emas, para ksatria itu sama terperanjat dan ikut ber-debar2.
Nampak sang Kokoh terancam maut, tentu saja Nyo Ko tak tinggal diam, mendadak ia samber gada yang ditinggalkan Darba di lantai itu terus meloncat ke atas sekuatnya, ia angkat gada itu dan-roda emas yang menyamber datang itu disodoknya, maka terdengarlah suara gemerantang yang keras, persis gada itu telah memasuki lubang roda itu, cuma tenaga roda itu terlalu besar hingga kedua tangan Nyo Ko tergetar lecet dan alirkan darah, orangnya berikut gada dan roda emas itupun terbanting semua ke lantai.
Sekilas Siao-liong-li melihat roda emas itu terpukul jatuh oleh Nyo Ko, ancaman dari belakang sudah tak ada lagi, tapi waktu ia lagi meloncat mana bisa musuh di bagian depan itu dihindarinya" Orang yang terancam bahaya seringkali timbul akal mendadak, tiba2 selendang suteranya ia sabet ke depan dan melilit satu tiang di sebelah barat terus ditariknya kuat2, dengan tenaga ayunan itu tubuhnya lantas melayang ke tiang rumah itu, dan dengan tepat sekali ia lolos dari lubang jarum tenaga pukulan Kim-lun Hoat-ong yang maha hebat.
Sudah terang2an hampir berhasil serangannya siapa tahu kena dikacau lagi oleh Nyo Ko, bukan saja musuh bisa menyelamatkan diri, bahka senjatanya yang malang melintang tanpa tandingan malah kena dipukul jatuh mentah2 ke lantai sungguh suatu pengalaman pahit yang selamanya tak pernah dialami Kim-lun Hoat-ong.
Biasanya ia bisa berlaku tenang dan sabar, bisa berpikir biasanya.
Tapi kini sama sekali sudah lupa daratan, tidak tunggu sampai Nyo Ko berbangkit, cepat sekali ia hantam pemuda ini dari jauh.
Meski pukulan ini dilakukan dari tempat sejauh setombak lebih, tapi angin pukulannya mengurung dari segala penjuru, sudah pasti sasarannya susah berkelit.
03 Menurut aturan, Hoat-ong adalah satu guru besar suatu aliran tersendiri lawannya angkatan lebih muda, pula sedang terbanting di lantai dan belum bangun, dengan serangannya ini sesungguhnya tidak sesuai dengan wataknya yang tinggi hati, tapi dalam keadaan murka, tanpa terpikir lagi oleh nya kesemua itu.
Syukur, sejak tadi pandangan Kwe Cing tak pernah meninggalkan diri orang, begitu dilihatnya orang melototi Nyo Ko dan sedikit angkat tangannya, segera ia tahu orang akan turun tangan keji, diam2 ia ber-siap2, tetapi biarpun ia menyerobot maju dan sekalipun dapat menangkis pukulan orang, namun tetap Nyo Ko akan terluka.
Karena waktu sudah mendesak tanpa pikir lagi segera dengan tipu "hui-liong-cay-thian" atau naga terbang ke langit, ia meloncat ke atas dan hantam batok kepala Kim-lun Hoat-ong.
Dalam keadaan begitu, kalau Hoat-ong tidak tarik kembali pukulannya, meski ia bisa binasakan Nyo Ko, tapi ia sendiripun akan melayang jiwanya dibawah Hang-liong-sip-pat-ciang orang yang maha lihay itu.
Karena itu terpaksa ia tarik kembali tenaga pukulannya tadi, sambil membentak ia alihkan telapak tangannya menyambut gablokan Kwe Cing itu.
Inilah untuk kedua kalinya saling gebrak di antara dua guru besar ilmu silat itu.
Kwe Cing sendiri terapung di udara, tiada tempat yang bisa digunakan sandaran, tiada jalan lain ia pinjam tenaga pukulan orang terus berjumpalitan dan turun kembali ke belakang.
sebaliknya Kim-lun Hoat-ong masih terus berdiri di tempatnya, tubuh tak bergoyang, kaki tak menggeser seperti tak terjadi sesuatu saja.
Ilmu silat Kwe Cing yang hebat cukup dikenal Hek Tay thong, Sun Put-ji dan Tiam-jong Hi-un, maka demi nampak gebrakan itu, sungguh mereka menjadi terperanjat sekali, betapa tinggi kepandaian Kim-lun Hoat-ong sesungguhnya tak bisa mereka ukur.
Padahal melompat mundurnya Kwe Cing itu otomatis telah mengelakkan tenaga pukulan orang, cara itu adalah cara yang betul dalam ilmu silat, sebaliknya Kim-lun Hoat-ong kena dikacau Nyo Ko tadi hingga kehilangan muka, ia paksakan diri hendak pulihkan malunya itu, maka benar2 ia telah sambut tenaga pukulan Kwe Cing, hal ini berarti banyak melemahkan tenaga dalamnya, meski luarnya kelihatan unggul, sebenarnya dalamnya mendapat rugi.
Kedua tokoh itu berlainan ilmu kepandaian dan sama2 gagah tiada bandingannya, kalau hanya beberapa gebrakan saja susah menentukan asor dan unggul, namun karena adu tenaga pukulan tadi, dada Kim-lun Hoat-ong rada sakit, baiknya pihak lawan mementingkan menolong orang dan tidak melanjutkan serangannya maka dengan cepat ia bisa tutup mulut rapat2 mengumpulkan tenaga untuk melancarkan dadanya yang sesak.
Di sebelah sana Nyo Ko telah terhindar dari elmaut, begitu merangkak bangun segera ia lari ke samping Siao-liong-li dan saling menanya keadaan masing2, setelah tahu tida apa2, wajah mereka unjuk senyuman, tangan mereka saling genggam penuh gembira.
"Wahai, dengarkanlah para jago Mongol," seru -Nyo Ko tiba2 sambil menyanggah roda emas rampasannya di atas gada milik Darba itu, "senjata imam negara kalian sudah dapat kurampas, apa kalian masih berani berkata lagi tentang Bu-lim Bengcu segala " Baiknya kalian lekas enyah saja darisini.
Tapi para Bu-su Mongol itu belum mau terima, sudah terang mereka saksikan Kim-lun Hoat-ong menangkan Siao-liong-li, tapi pihak lawan maju lagi seorang Nyo Ko, bahkan maju pula seorang Kwe Cing, Karena itu mereka pada ber-teriak2 mengejek.
"Hm, pihakmu main tiga lawan satu, tak kenal malu!" .
"Hoat-ong sendiri yang melemparkan roda emasnya, mana mungkin kau bocah ini bisa merebutnya?" "Satu lawan satu, hayo kalau berani bertanding lagi, jangan pakai keroyokan" "Betul.
! Coba bertanding lagi kalau berani !" Begitulah riuh ramai mereka ber-teriak2, tapi semuanya dalam bahasa Mongol, maka para ksatria Tionggoan tak satupun yang paham.
Sudah tentu diantaranya yang bisa berpikir tahu juga kalau soal ilmu silat sesungguhnya Kim-lun Hoat-ong masih di atas Siao-liong-Ii, tetapi sebutan Bu-lim Bengcu ini betapapun juga tidak boleh direbut seorang imam negara Mongol, hal ini bukan saja bikin malu kalangan Bu-lim daerah Tionggoan, pula berarti melemahkan perbawa sendiri di saat menghimpun kekuatan buat melawan musuh.
Maka diantara ksatria2 yang berdarah muda demi dengar jago2 Mongol ber-teriak2, merekapun balas mencacimaki dan pada lolos senjata, keadaan menjadi kacau panas dan tampaknya bakal bertempur ramai-ramai.
"Bagaimana, kau tetap tak ngaku kalah ?" seru Nyo Ko pada Kim-lun Hoat-ong sambil angkat gadanya tinggi-tinggi dengan roda emas di pucuk gada itu.
" senjatamu saja sudah berada di tanganku, masih cukup tebal kulit mukamu untuk berlagak disini" Apa ada di jagat ini senjata seorang Bu-lim Bengcu kena dirampas orang ?" Waktu itu Kiin-lun Hoat-ong lagi menjalankan tenaga dalamnya, apa yang dikatakan Nyo Ko cukup jelas didengarnya cuma ia tak berani membuka suara untuk menjawab.
Melihat keadaan lawan, Nyo Ko dapat meraba beberapa bagian, segera ia berteriak lagi: "Wahai para ksatria, dengarlah sekarang akan kutanyi dia lagi tiga kali, kalau Hoat-ong tidak menjawab, itu berarti mengaku kalah secara diam-diam.
" Nyata si Nyo Ko sangat cerdik ia kuatir sebentar lagi Hoat-ong selesai menjalankan napasnya, maka tanpa berhenti ia menanya pula cepat: "Nah, bagaimana, kau ngaku kalah bukan" Bu-lim Bengcu bukan bagianmu lagi bukan" Kau bungkam terus berarti mengaku secara diam2 bukan?" Pada saat itu kebetulan Hoat-ong sudah selesai menghilangkan rasa sesak dadanya, selagi ia hendak jawab orang, begitu melihat bibirnya bergerak cepat Nyo-Ko mendahului buka suara lagi "Baiklah, jika kau sudah mengaku kalah, kamipun tak mau bikin susah kau, kalian ber-ramai2 boleh lekas enyah saja.
Habis itu, ia angkat tinggi2 gada dan roda emas rampasannya itu dan diserahkan pada Kwe Ceng, ia pikir kalau serahkan Suhu, kuatirnya Kim-lun Hoat-ong akan menjadi murka dan merebutnya, suhu tentu tak sanggup melawannya.
Di lain pihak alangkah gusarnya Kim-lun Hoat-ong hingga mukanya.
merah padam, tapi ia gentar juga terhadap ilmu silat Kwe Cing yang lihay, roda emas sudah jatuh di tangannya, kalau hendak merebutnya kembali rasanya belum tentu berhasil pula jumlah lawan terlalu banyak, kalau terjadi pertempuran besar, pihak Mongol pasti akan kalah habis2an.
Agar tidak terima hinaan, terpaksa mundur teratur, kelak cari jalan lagi buat membalas.
Karena itu, dengan suara keras Hoat-ong lantas berkata: "Bangsa Han banyak tipu muslihat, menang dengan jumlah banyak, se-ka!i2 bukan "cara ksatria sejati, marilah ikut aku pergi saja.
" Habis berkata, ia memberi tanda dan para jago Mongol itupun mundur keluar rumah.
Dari jauh Hoat-ong masih memberi hormat pada Kwe Cing dan berkata: "Kwe-tayhiap, Ui-pangcu, tadi aku sudah belajar kenal ilmu kepandaian kalian yang hebat, Gunung selalu hijau, air sungai senantiasa mengalir, biarlah kita bersua pula kelak," Kwe Cing orangnya jujur dan berbudi, maka sambil membungkuk membalas hormat iapun menjawab : "Ilmu silat Taysu sungguh hebat sekali, Cayhe kagum luar biasa.
Senjata kalian bolehlah diambil kembali saja.
" Sembari berkata, roda emas dan gada emas itupun hendak disodorkannya.
Tapi Nyo Ko lantas menyelak: "Kim-lun Hoat-ong, apa mukamu cukup tebal untuk menerimanya kembali ?" Lekas2 Kwe Cing membentak, tapi Kim-lun Hoat-ong sudah kebas lengan bajunya terus jalan pergi tanpa berpaling lagi.
Tiba2 Nyo Ko ingat sesuatu.
"Hai, muridmu Hotu terkena racun senjata rahasiaku, lekas kau serahkan obat penawar untuk tukar obatku," ia berteriak.
Tetapi Hoat-ong yakin kepandaiannya cukup memahami ilmu pertabiban, segala racun apa saja, dapat disembuhkannya, ia benci terhadap kelicikan Nyo Ko, maka kata2 orang tak digubrisnya terus melangkah pergi.
Sementara Ui Yong melihat Cu-liu pejamkan mata dan pula bertidur, ia pikir di sini tidak sedikit terdapat ahli2 pemakai Am-gi berbisa, pasti ada diantaranya yang dapat menyembuhkan lukanya ini, maka melihat Kim-lun Hoat-ong tak mau terima ajakan Nyo Ko untuk tukar obat penawar, ia pun tidak pikirkan lebih jauh, Tatkala itu seluruh Liok-keh ceng telah terbenam dilain suasana sorak sorai yang riuh rendah, semua memuji Nyo Ko dan Siao-Iiong-li yang telah mengalahkan Kim-lun Hoat-ong dengan gemilang itu.
Kedua muda-mudi ini dirubung beratus orang yang berisik mempersoalkan pertarungan tadi, ada yang bilang-cara Nyo Komengalahkan Hotu betuI2 gunakan cara "senjata makan tuannya", ada yang berkata Ginkang Siao-liong-Ii tiada taranya hingga dapat hindarkan diri dari udakan Kim-lun Hoat-ong yang hendak menghantamnya tadi, cuma mengenai "Ih-hun-tay-hoat" yang digunakan Nyo Ko menangkan Darba hingga paderi Tibet itu dengan dan hantam dirinya sendiri, 9 dari 10 diantara mereka tiada satupun yang paham.
Kemudian perjamuan lantas diperbaharui, selama hidup Nyo Ko selalu menderita hinaan, baru hari ini ia betul2 melampiaskan deritanya itu dan unjuk keperkasaannya mendirikan pahala bagi dunia persilatan Tionggoan, maka tiada seorangpun yang tak menghormat padanya, dengan sendirinya amat girang hatinya.
Siao-liong-li suci bersih batinnya tak kenal sedikitpun tata pergaulan, ia lihat Nyo Ko gembira, maka iapun ikut bergirang.
Terhadap "gadis" ini Ui Yong juga sangat suka, ia tarik tangan orang dan menanya ini dan itu, ia minta Siao-liong-li duduk semeja di sampingnya.
Ketika melihat Nyo Ko duduk diantara Tiam jong Hi-un dan Kwe Cing, jaraknya terlalu jauh dari tempatnya, segera Siao-liong-li menggapai dan memanggil: "Ko-ji, kemari duduk di sampingku sini!" Namun Nyo Ko sedikit banyak paham perbedaan antara laki2 dan perempuan, tadi waktu bertemu sesaat ia lupa daratan dan unjuk perasaan hatinya yang murni, tapi kini di bawah pandangan orang begitu banyak, jika masih unjuk perasaan mesra, rasanya rada kurang pantas, maka demi mendengar panggilan orang, tanpa tahan wajahnya sedikit merah, ia bersenyum tapi tak mendekati.
"Ko-ji, hayo, kenapa kau tak kemari?" kembali Siao-liong-li mendesak.
"Biarlah aku duduk di sini saja, Kwe-pepek lagi bicara dengan aku," sahut Nyo Ko.
Tiba2 alis Siao-liong-li terkerut, "Aku ingin kau duduk ke sini," katanya pula.
Tampak sikap orang yang kurang senang, hati Nyo Ko terguncang hebat, ia merasa wajah orang yang rada marah itu betul2 menggiurkan, sekalipun harus hancur lebur untuknya juga rela, Dahulu karena sifat Liok Bu-siang diwaktu marah rada mirip Siao-liong-li dan Nyo Ko rela membela si gadis itu dari musuh ganas, bahkan melindunginya sejauh ribuan li, kini orang sesungguhnya sudah di depan mata, mana bisa ia membangkang lagi" Maka iapun berdirilah dan mendekati meja Siao-liong-li.
Melihat sikap kedua muda-mudi ini, diam2 Ui Yong rada curiga, namun iapun perintahkan atur tempat duduknya Nyo Ko.
"Ko-ji, ilmu silatmu yang hebat ini kau dapat belajar dari siapa?" kemudian Ui Yong tanya Nyo Ko.
"Dia inilah guruku, kenapa Kwe-pekbo tak percaya" sahut Nyp Ko sambil tunjuk Siao-liong-li.
Tapi Ui Yong sudah kenal kelicinan pemuda ini, bila dilihatnya wajah Siao-liong-li yang polos jujur, ia yakin orang tak nanti membohong, maka diapun berpaling dan tanya: "Moaymoay, betulkah ilmu silatnya dipelajarinya dari kau?" Siao liong li sangat senang atas pertanyaan orang.
"Ya, memang, bagaimana, baik tidak ajaranku?" sahutnya segera.
"Baik, baik sekali. " kata Ui Yong, "Moaymoay, Siapakah gurumu?" "Guruku sudah meninggal lama," sahut Siao-liong-li.
Dan matanya tiba2 pula basah, hatinya berduka.
"Tolong tanya siapakah nama dan she gurumu yang terhormat itu ?" kembali Ui Yong menanya.
"Entah, Suhu ya Suhu," sahut Siao-liong-li sambil geleng2 kepala.
Ui Yong sangka orang tak mau mengaku, memang adalah biasa kalau orang Bu-Iim pantang bicara soal perguruan sendiri Padahal guru Siao-liong-li adalah budak pelayan pribadi Lim Tiao-eng, selamanya hanya dikenal nama kecil sebagai pelayan, she dan nama asli memangnya ia tak tahu.
Dalam pada itu para kesatria dari berbagai aliran itu be-runtun2 telah menyuguh arak pada Kwe Ceng, Ui Yong, Siao-liong-li dan Nyo Ko sebagai penghormatan dan ucapan selamat karena telah mengalahkan musuh tangguh seperti Kim-lun Hoat-ong itu.
Biasanya Kwe Hu sangat dihormati orang berkat orang tuanya, tapi dibandingkan kini, keadaannya menjadi guram, kecuali Bu-si Hengte yang masih me-nyanjung2 padanya, tiada seorang lain yang perhatikan dia, Tentu saja gadis ini menjadi kesal "Toa-Bu-Koko, Siao-Bu Koko, jangan minum arak lagi, marilah kita jalan2 keluar saja," ajaknya kemudian pada kedua saudara Bu itu.
Bu Tun-si dan Bu Siu-bun menyahut berbareng, lalu mereka bertigapun berbangkit Dan selagi mereka hendak keluar, tiba2 di dengarnya Kwe Cing sedang memanggil: "Hu-ji, mari sini!" Waktu Kwe Hu menoleh, ia lihat sang ayah sudah pindah semeja dengan ibunya-dan lagi menggapai padanya dengan ber-seri2.
Karena itu iapun mendekati kedua orang tuanya dan memanggil manja sambil bersandar di tubuh Ui Yong.
"Nah, dulu kau kuatir Ko-ji kurang baik kelakuannya dan bilang ilmu silatnya kurang tinggi hingga tak sesuai bagi Hu-ji, kini kau tidak bisa mencela lagi bukan?" demikian dengan tertawa Kwe Cing berkata pada sang isteri: "la telah berjasa besar untuk para Enghiong dari Tionggoan sekarang, jangan kata tidak punya kesalahan, sekali pun ada apa2 yang tak baik jasanya tadi jauh lebih besar untuk menutup kesalahannya itu.
" "Ya, sekali ini memang salah penglihatanku" sahut Ui Yong angguk2 tertawa, "baik ilmu silat maupun sifat Ko-Ji memang bagus semua, aku sendiripun amat suka padanya.
" Mendengar jawaban sang isteri yang merupakan kesanggupan perjodohan puterinya, Kwe Cing sangat senang.
"Liong kohnio. " katanya pada Siao liong li, mendiang ayah muridmu adalah saudara angkatku, Kedua keluarga Nyo dan Kwe turun temurun berhubungan baik, Cayhe melulu punya satu anak perempuan, soal wajah dan ilmu silat masih boleh juga.
. . " Begitulah dasar watak Kwe Cing memang terus terang, apa yang hendak dikatakan lantas diucapkannya begitu saja.
"Hm coba, anak sendiri dipuji-puji, apa tak takut ditertawai adik Liong ?" sela Ui Yong tertawa.
Kwe Cing ikut terbahak, lalu iapun menyambung lagi: "Maka maksud Cayhe, hendak jodohkan puteriku ini pada muridmu, ayah-bundanya sudah wafat semua, urusan ini dengan sendirinya perlu minta keputusan Liong-kohnio, Dan kebetulan para ksatria berkumpul di sini, kita bisa minta dua Eng-hiong terkemuka sebagai comblang untuk menetapkan perjodohan ini, bagaimana ?" Hendaklah diketahui pada jaman dulu soal perjodohan umumnya tergantung perintah orang tua dan berdasarkan perantara comblang, pihak muda-mudi yang bersangkutan malahan tak berkuasa ambil keputusan.
Begitulah habis berkata, dengan ketawa2 Kwe Cing memandang Nyo Ko dan puteri sendiri, ia duga pasti Siao-liong-li akan terima perjodohan bagus itu.
Tentu saja muka Kwe Hu merah jengah.
Ia sembunyikan mukanya ke pangkuan sang ibu.
Sebaliknya air muka Siao-liong-li rada berubah mendengar kata2 Kwe Cing tadi belum ia menjawab tiba2 Nyo Ko sudah berdiri ia menjura dalam2 pada Kwe Cing dan Ui Yong, lalu berkata: "Budi Kwe pepek dan Kwe-pekbo yang membesarkan aku dulu serta rasa sayang padaku ini, sekalipun hancur lebur tubuhku juga sukar membalasnya.
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 7 Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Jodoh Si Mata Keranjang 10
Maka dengan langkah lebar segera ia mendekati Kwe Cing.
"Kwe-tayhiap," demikian katanya lantang, "pertandingan, hari ini sudah terang dimenangkan pihak kami, maka guruku Kim-lun Hoat-ong sejak kini adalah Beng-cu dunia persilatan apakah masih ada yang belum mau menyerah?" Sebelum selesai ia bicara, diam2 Nyo Ko mendatangi belakangnya, tiba2 pengayu ia sodokkan pula, ia keluarkan salah satu tipu Pak-kau-pang-hoat dan mendadak jojoh bohong orang.
Tetapi betapa hebat kepandaian Hotu, masakah ia kena dibokong orang dari belakang" Cuma ilmu pentung pemukul anjing itu memang bagus tiada bandingannya, sungguhpun ia tahu dibokong, tetapi hendak berkelit ternyata sama sekali tak dapat, maka terdengarlah suara "blek", dengan tepat pantatnya kena disodok oleh pengayunya Nyo Ko.
sekalipun Lwekangnya sudah sangat tinggi, tapi pantat adalah tempat yang banyak dagingnya tidak urung ia kesakitan juga, ditambah kejadian itu tak ter-sangka2, sebab ia kira pasti bisa menghindarinya.
tapi justru kena disodok, maka tanpa terasa ia berteriak.
"Hm, manusia macam apa kau" Aku justru tidak menyerah !" demikian terdengar Nyo Ko menjengek Karena kejadian itu, para kesatria itu ter heran2 dan merasa geli pula, mereka pikir pemuda ini bukan saja nakal, orangnya pun pemberani.
Pangeran Mongol ini ternyata dua kali kena di-kibuli.
Sampai di sini Hotu tak bisa tinggal diam lagi, tetapi ia masih belum anggap Nyo Ko sebagai lawan, hanya tangannya mendadak menampar ke belakang dengan maksud hendak tempeleng bocah ini untuk lampiaskan rasa mendongkolnya.
Tetapi waktu itu Kwe Cing berdiri di samping-nya, sudah tentu ia tidak biarkan Nyo Ko dihantam.
mendadak ia angkat tangannya terus cekal telapak tangan Hotu sambil berkata: "Kenapa kau main2 dengan anak muda?" Seketika Hotu rasakan separah badannya kaku kesemutan, dalam gusarnya iapun sangat terkejut.
Dalam pada itu Nyo Ko tidak sia2kan kesempatan itu, ia ayun penggayunya lagi terus gebuk pula pantat orang sambil ber-teriak2: "Binatang cilik tak dengar kata, biar bapak hajar pantatmu !" "Ko-ji lekas undurkan diri, jangan main gila lagi," cepat Kwe Cing bentak si Nyo Ko.
Para kesatria kembaii ter-pingkal2 karena ke-lakuan Nyo Ko itu.
sebaliknya para begundal dari Mongol be-ramai2 pada berteriak2.
"Apa" Dua keroyok satu maunya?" "Hm, tak malu !" "Apa minta pertandingan diulang kembali, bukan?" Begitulah mereka mengejek riuh rendah, karena itu Kwe Cing tertegun, lalu iapun lepaskan tangan Hotu.
Sementara itu mata Ui Yong memang sangat jeli itu, ketika dilihatnya Nyo Ko menyandung orang dan menjojoh lagi sekali, gaya serangannya memang betul2 tipu bagus dari Pak-kau-pang-hoat, keruan saja ia curiga.
"Darimanakah ia dapat mencuri belajar Pak-kau-pang-hoat" Apakah mungkin ia telah mengintip waktu aku mengajarkan pada Loh Yu-ka" Tetapi setiap kali sebelumnya pasti kuperiksa dulu sekitar tempat itu, mana bisa ia mengelabuhi mataku?" demikian Ui Yong tidak habis mengarti.
Tetapi segera iapun berseru : "Cing-koko, coba kau ke sini!" Kwe Cing menurut, ia kembali ke samping sang isteri, tapi kuatir akan keselamatannya Nyo Ko, maka pandangannya tidak pernah meninggalkan diri pemuda itu dan Hotu, ia lihat pangeran Mongol itu telah merangsang maju lagi dan menyerang Nyo Ko dengan hebat.
Tetapi Nyo Ko benar2 jahil, sembari berkelit ia masih terus berteriak : "Hantam pantatmu, hantam pantatmu !" Dan betul juga, selalu ia ayun penggayunya menggebuk pantat orang, cuma waktu itu Hotu sudah keluarkan kepandaiannya, dengan sendirinya tak bisa lagi kena sasarannya, setiap pukulannya selalu mengenai tempat kosong.
Kalau Hotu ingin pukul kepala Nyo Ko dengan kipasnya, sebaliknya Nyo Ko ayun penggayunya hendak gebuk pantat Hotu, kedua orang lalu uber2-an di tengah ruangan pendopo itu siapapun tiada yang bisa pukul yang lain.
Mula2 semua orang merasa heran dan anggap lucu, tetapi sesudah menyaksikan kedua orang uber2an beberapa lingkaran, akhirnya semuanya terkejut ternyata Nyo Ko yang bajunya compang camping, usianya pun masih muda, tetapi langkahnya sangat enteng, gerak-geriknya gesit, hakikatnya tidak kalah cepat daripada Hotu, Beberapa kali Hotu mengejar maju hendak pukul, tetapi dengan sigap dan bagus selalu dapat dihindarkan Nyo Ko.
Tiam-jong Hi-un dan Darba sebenarnya masih saling melotot dengan senjata terhunus.
yang siap menerjang maju lagi buat bertanding dan yang lain siap sedia dengan penuh perhatian untuk menjaga serbuan musuh yang mendadak, tetapi nampak Hotu tak bisa berkutik melawan seorang anak muda yang tak terkenal semuanya menjadi heran, yang satu tertawa lebar dan yang lain mengomel terus dalam bahasa Tibet yang tak dimengerti.
Sesudah Nyo Ko dan Hotu ubek2an beberapa kali lagi, lambat laun dapat juga Hotu mengetahui Ginkang atau ilmu entengkan tubuhnya Nyo Ko sangat hebat, kalau terus main hadapan lari boleh jadi akhirnya ia sendiri akan terjungkal.
Karena itu mendadak ia terus putar balik dengan tangan kiri ia pegang penggayu orang dan kipas ditangan-yang lain segera menutuk kaki Nyo Ko pada tempat "goan-riau-hiat".
Dengan serangan ini, caranya bukan lagi sekedar hajaran pada anak nakal saja, tetapi tipu serangan antara jagoan sungguh2.
Namun Nyo Ko tidak gampang diarah, meski usianya kecil, tapi nyalinya cukup besar, ia lihat lawannya mengeluarkan ilmu silat yang hebat, ia tak mau lawan orang berhadapan ia berkelit hindarkan tutukan tadi, menyusul dengan ayun penggayunya ia masih terus ber-teriak2 : "Bapak pukul pantatmu !" Dengan caranya Nyo Ko mempermainkan lawannya ini, sebenarnya kepandaiannya harus berlipat ganda lebih tinggi dari orang barulah "sip", meski Nyo Ko tidak sedikit pelajari ilmu silat yang paIing bagus dan tinggi, tetapi soal keuletan ia masih belum bisa menimpali Hotu, dengan caranya menggoda orang itu sebenarnya bisa berabe.
Tetapi karena kelakuannya yang jenaka itu, semua orang yang menonton sama bergelak ketawa, dan karena tertawa orang banyak inilah Hotu malah dibikin bingung hingga pikirannya tak tenang, ia betul2 kuatir pantatnya kena digebuk lagi di hadapan para kesatria itu, hal ini berarti akan menghilangkan pamornya, maka seluruh perhatiannya dicurahkan untuk menghindarkan diri hingga lupa untuk memutarkan serangan balasan, dengan demikian barulah Nyo Ko tidak mengalami bahaya.
Sampai disini Ui Vong sudah dapat melihat bahwa Nyo Ko pasti pernah mendapat ajaran dari orang kosen, pengalamannya pasti lain dari pada yang lain, ilmu silatnya tentu susah diukur.
Ia pikir biarkan bocah ini kacaukan pihak musuh, mungkin untuk sementara masih bisa pertahankan kedudukan sendiri yang sudah kalah dua babak tadi.
Maka dengan suara keras ia lantas berseru : "Ko-ji, coba kau bertanding secara baik2 dengan toako ini, kulihat se-kali2 dia bukan tandinganmu !" Karena seruan itu, segera Nyo Ko berhenti "Hayo, berani kau?" katanya segera sambil me lelet2 lidah mengejek serta tuding hidung Hotu.
Namun Hotu sangat licin, ia pikir pihaknya sudah menang dua babak be-runtun2, kedudukan Beng-cu sudah terang dapat direbutnya, kenapa perlu cari gara2 lain " Maka ia lantas menjawab : "Binatang cilik kau begini nakal, pasti akan kuhajar kau, cuma tak perlu buru2, kita minta Bu-lim Beng-cu Kim-lun Hoat-ong memberi petua dan kita semua akan menurut segala perintahnya.
" Tetapi dengan riuh para kesatria sama membangkang hingga suaranya sangat berisik.
"Kita tadi sudah berjanji siapa yang menangkan dua babak dialah yang mendapatkan sebutan Beng-cu, nah, janji tadi dianggap kata2 manasi atau bukan ?" dengan suara keras segera Hotu berteriak.
Seketika para kesatria menjadi bungkam, meski kemenangan musuh yang pertama tadi dilakukan dengan cara licik dan babak kedua baru sampai pada senjata patah, tapi kalau menyangkal kekalahan itu, sebagai kesatria rasanya juga sungkan, maka mereka- terpaksa tak bisa menjawab.
"Kenapa Hwesio tua ini bisa menjadi Bu-lim Beng-cu, kulihat dia tidak cocok" kata Nyo Ko tiba-tiba.
"Siapa guru bocah ini, lekas dipanggil dan diberi hajaran, kalau masih terus mengacau disini, jangan sesalkan aku tidak bermurah hati padanya !" teriak Hotu dengan gusar.
"Haha, justru guruku barulah cocok untuk di- angkat menjadi Bu-lim Beng-cu, gurumu sih punya kepandaian apa?" kata Nyo Ko lagi dengan tertawa.
"Siapa gurumu, silakan maju buat belajar kenal" sahut Hotu.
Nyata ia sudah kenal kepandaian Nyo Ko tidak rendah, ia pikir guru orang pasti seorang tokoh besar, maka dia gunakan kata2 "silakan" Tetapi Nyo Ko tidak menjawab, sebaliknya ia tanya lagi: "Perebutan Bu-lim Beng-cu hari ini, bukankah setiap murid boleh mewakilkan sang guru?" "Ya", sahut Hotu.
"Maka tadi kami sudah menangkan dua babak dari tiga babak, dengan sendirinya guruku adalah Beng-cu.
" "Baiklah, anggap benar kau telah menangkan mereka, tetapi apa gunanya " Murid guruku toh belum pernah kau kalahkan," kata Nyo Ko.
"Siapa dia murid gurumu?" tanya Hotu.
"Goblok. " sahut Nyo Ko ter-kakah2.
"Murid guruku dengan sendirinya ialah aku ini!" Mendengar banyolan ini, para kesatria kembali bergelak ketawa lagi.
"Nah, sekarang kita juga bertanding dalam tiga babak, kalau kalian menang dua babak lagi, barulah aku mau ngaku Hwesio tua itu sebagai Beng-cu," dengan tertawa Nyo Ko berkata pula.
Tetapi kalau aku yang menang dua babak, maaf, sebutan Bu-lim Beng-cu itu tidak bisa lain kecuali guruku yang mendudukinya.
" Mendengar kata2 Nyo Ko ini, semua orang pikir jangan2 gurunya memang betul seorang tokoh ternama dan sengaja datang buat merebut gelar Bu-lim Beng-cu dengan Ang Chit-kong dan Kim-lun Hoat-ong, tetapi peduli siapa gurunya, se-tidak2nya toh bangsa Han daripada Beng-cu kena direbut oleh imam negara bangsa Mongol.
Karena itu, segera semua orang berseru menyokongnya.
"Ya, ya, betul! Coba kau menangkan dua babak lagi!" "Memang tepat apa yang dikatakan engkoh cilik ini!" "Jagoan Tionggoan memangnya sangat banyak, secara beruntung kau menang dua babak, apanya yang perlu dibuat heran ?" Diam2 Hotu memikirkan akal, ia menduga dua jago tertinggi pihak musuh sudah dikalahkan kalau maju dua lagi juga tak perlu takut, kuatirnya kalau orang main giliran, dua kalah segera maju lagi dua.
Sebab itu, lantas ia jawab: "Gurumu hendak berebut kedudukan Beng-cu ini, memangnya boleh juga, cuma orang gagah di jagat ini entah berapa ribu banyaknya, kalau harus bertanding sebabak dan sebabak lagi, lalu harus bertanding sampai ka-pan?" "Kalau orang lain yang menjadi Beng-cu, pasti guruku tak ambil pusing, soalnya asal dia lihat gurumu itu, hatinya lantas gemas" sahut Nyo Ko.
"Siapakah gurumu, apa dia,ada disini?" tanya Hotu.
"Dia orang tua sekarang juga btrada di depan matamu," sahut Nyo Ko tertawa, Lalu ia menoleh pada Siao-liong-Ii: "Hai, Kokoh, dia menanyakanmu!" Siao-liong-li menyahut sekali, iapun angguk2 kepada Hotu.
MuIa2 para kesatria tercengang, tetapi segera mereka ter-bahak2 lagi, sebab wajah Siao-Iiong-li yang cantik molek, usianya tampaknya malah lebih muda daripada Nyo ko, mana bisa menjadi guru-nya" jelas Nyo Ko sengaja bergurau untuk goda Hotu.
Hanya Hek Tay-thong, Sun Put-ji, Thio Ci-keng dan In Ci-peng yang tahu bahwa apa yang dikatakan Nyo Ko itu memang betul" Ui Yong sendiri meski menduga ilmu silat Nyo Ko pernah dapat ajaran dari orang kosen, tetapi apun tak percaya bahwa gadis lemah lembut sebaik Sieo-liong-Ii ini bisa menjadi gurunya " Dan dengan sendirinya Hotu lebih2 tak percaya, ia menjadi gusar.
"Siau-wan-tong (anak kecil nakal) ngaco-belo" demikian bentaknya.
"Hari ini para kesatria berkumpul semua di sini, masih banyak urusan2 besar yang akan diselesaikan mana boleh kau mengacau terus di sini" Lekas kau enyah pergi!" Tetapi Nyo Ko tak gubris orang, ia berkata lagi: "Ha, gurumu hitam lagi jelek, kalau bicara lurak-kelurak tak ada orang tahu, Coba kau lihat guruku cantik, begini manis, kalau dia yang menjadi Bu-lim Beng-cu, bukankah jauh lebih baik daripada gurumu si Hwesio hitam pelontos itu?" Terhadap urusan keduniawian sama sekali Siao-liong-li tak pahami tapi demi mendengar Nyo Ko memuji kecantikannya tiba2 hatinya menjadi senang dan bersenyum, betul saja ia bertambah cantik bagai bunga mawar yang baru saja mekar.
Melihat cara Nyo Ko mempermainkan musuh semakin berani semua orang pada merasa senang dan bersyukur, tetapi ada juga yang diam2 berkuatir kalau2 mendadak Hotu turun tangan keji Betul saja, digoda sedemikian rupa, Hotu tak tahan lagi.
"Dengarlah para Enghiong seluruh jagat, kalau Siau-ong bunuh anak nakal ini, itu adalah salah dia sendiri dan jangan salahkan Siau-ong !" demikian ia berteriak.
Habis ini, kipasnya mengebas segera kepala Nyo Ko hendak dihantamnya.
Tak terduga mendadak Nyo Ko juga berlaga seperti Iawan, ia busungkan dada dan pelembungkan perut terus berteriak juga: "Dengarlah para Enghiong seluruh jagat, kalau Siau-wan-tong (anak nakal) bunuh pangeran ini, itu adalah salah dia sendiri dan jangan salahkan Siau-wan-tong!" Dan di bawah suara tertawaan orang yang gemuruh, mendadak iapun ayun penggayunya terus menyabet ke pantat Hotu.
Lekas2 Hotu mengegos, lalu kipasnya menutuk pula dari samping, sebelah tangannya dengan cepat juga menghantam batok kepala Iawan, serangan kipas hanya pancingan, tetapi hantaman telapak tangannya yang hebat, pukulan ini digunakan sepenuh tenaganya, niatnya memang ingin hancurkan batok kepala Nyo Ko.
Namun si Nyo Ko cukup sigap, sekali berkelit sekalian ia tarik sebuah meja terus didorong ke depan, maka terdengarlah suara "blang" yang keras, pukulan Hotu itu mengenai meja hingga remukan kayu berceceran, meja itu sempal separuh Melihat betapa hebat tenaga pukulannya, para ksatria mau-tak-mau sama melelet lidah.
Sementara itu Hotu telah tendang pergi meja tadi, menyusul ia berangsang maju lagi.
Nampak hantaman orang tadi begitu lihay, Nyo Ko juga tak berani pandang enteng pula, ia ayun penggayu patah dan keluarkan Pak-kau-pang-toat buat tempur orang.
Tipu2 Pak-kau-pang-hoat itu sudah dipelajari Nyo Ko seluruhnya dan Ang Chit-kong, cara perubahannya dan inti rahasianya telah diperolehnya pula dari Ui Yong sewaktu orang mengajar Loh Yu-ka, dasar Nyo Ko cerdas dan pintar, begitu kedua hajaran itu digabung, ternyata ilmu permainan tentung dapat digunakannya dengan leluasa dan teratur.
Cuma sayang penggayu itu sedikit berat, pula patah sebagian, pemakaiannya kurang leluasa, maka sesudah belasan jurus ia kena dikurung diantara kipas dan telapak tangan Hotu.
Melihat tipu permainan Nyo Ko memang benar-benar ajaran asli Pak-kau-pang-hoat meski cara memainkannya belum masak dan tipu serangannya kurang tajam, tetapi gerak-geriknya sedikitpun tak salah maka tahulah Ui Yong tentu senjata yang orang cocok, segera ia maju ke tengah, ia ulur pentung bambunya menyela di tengah2 kedua orang.
"Ko-ji, kalau pukul anjing harus gunakan pentung pemukul anjing, nah, biar pentungku ini kupinjamkan, kalau selesai kau hajar anjing galak ini harus segera kau kembalikan," demikian kata Ui Yong.
Pak-kau-pang atau pentung pemukul anjing adalah senjata pusaka Kay-pang yang tak dapat di gunakan orang lain kecuali Pang-cu sendiri, maka lebih dulu Ui Yong kemukakan syaratnya hanya memberi pinjam saja.
Tentu saja Nyo Ko sangat girang, cepat ia sambut pentung bambu itu.
"Paksa dia keluarkan obat pemunah," tiba Ui Yong bisiki telinganya.
Nyo Ko tidak perhatikan pertarungan antar Hotu melawan Cu Cu-liu, tadi maka ia tak mengerti obat penawar apa itu, selagi ia hendak tanya atau dengan cepat, Hotu sudah memukul pula dari depan.
Namun Pak-kau-pang atau pentung pemukul anjing telah Nyo Ko angkat ke atas terus menutuk ke perut orang.
Pentung bambu itu sangat keras lagi ulet dengan Pak-kau-pang untuk main Pak-kau-pang hoat, dengan sendirinya sangat cocok dan leluasa tentu saja daya tekanan Nyo Ko bertambah lipat.
Sebenarnya Hotu sedang hantam kepala orang tetapi demi nampak pentung orang menjojoh perutnya di tempat "koan-goan-hiat" di bawah pusar, tempat ini adalah urat nadi yang mematikan, bocah semuda ini ternyata begitu jitu mengarah Hiat-to, mau-tak mau Hotu menjadi kaget.
Sudah beberapa kali ia bergebrak dengan Nyo Ko sejak tadi tetapi karena marahnya ia tidak pandang berat bocah ini, kini nampak caranya menutuk begitu jitu barulah ia pandang orang betul2 lawan yang tangguh, ia tak berani ayal lagi, segera ia tarik tangan melindungi perut dan baliki kipas buat menutupi dadanya.
Tidak sedikit tokoh silat terkemuka yang ikut menonton di samping, demi melihat Hotu keluar kan gerak tipu itu untuk melindungi diri dan terang mulai jeri terhadap Nyo Ko, semuanya semakin menjadi heran.
"Nanti duIu," "tiba2 Nyo Ko berhentikan serangannya.
"Siau-wan-tong tidak mau bergebrak percuma dengan orang, kita harus pakai taruhan.
" "Baik," sahut Hotu, "Kalau kau kalah, kau harus menjura tiga kali padaku dan memanggil Yaya (engkong) tiga kali".
. "Panggil apa?" tanya Nyo Ko tiba2 pura2 tak dengar.
Nyata ia keluarkan jebakan lagi - yang biasa di-gunakan anak nakal di daerah Kanglam, jebakan semacam ini dikeluarkan secara mendadak, bagi orang yang tak tahu sangat gampang tertipu.
Hotu sendiri dibesarkan di daerah Mongol dan Tibet yang biasa bergaul dengan orang2 yang polos dan sederhana, dengan sendirinya ia tak kenal cara kenakalan anak2-daerah Kanglam, maka seenaknya saja ia lantas menjawab : "Panggil Yaya !" "Em, cucu baik, coba panggil lagi sekali!", tiba2 Nyo Ko menyahut.
Karena itu Hotu menjadi merah mukanya, ia insaf telah "tertipu lagi, dengan murka kipas dan telapak tangannya segera menyerang pula dengan hebat.
"Kalau kau kalah, kau harus berikan obat penawar padaku," demikian kata si Nyo Ko sembari tangkis setiap serangan orang.
"Aku" kalah padamu?" teriak Hotu gusar.
"Hm, jangan kau mimpi, binatang cilik !" "Binatang cilik memaki siapa?" mendadak Nyo Ko membentak sambil angkat pentungnya.
"Binatang cilik memaki.
. . " untung Hotu sempat mengerem, kata2 "kau" belum sampai tercetus dari mulutnya mendadak ia ingat dan kata2 terakhir itu ditelannya kembali mentah2.
"Haha, sekarang kau sudah pintar, ya !" ejek Nyo Ko tertawa.
Meski kata2nya masih terus membanyol, tetapi tangkisannya makin lama semakin berat dan sulit.
Maklumlah pangeran Hotu adalah murid kesayangan Kim-lun Hoat-ong dan mendapat pelajaran ilmu silat kaum Lama dari Tibet, kalau dia bisa bergebrak be-ratus2 jurus dengan murid It-teng Tay-su yang paling kuat, Cu Cu-liu, maka betapa tinggi keuletannya sudah tentu Nyo Ko tak bisa menimpaIinya.
Kalau mula2 Nyo Ko bisa permainkan orang itu karena Hotu dibikin naik darah dengan akal liciknya yang nakal, tetapi kini bergebrak dengan sungguh2, hanya beberapa puluh jurus saja lantas kelihatan Nyo Ko terdesak di bawah angin.
Sungguhpun begitu, melihat bocah semuda ini bisa bertahan begitu lama melawan Hotu, para kesatria sangat kagum dan sama memujinya setinggi langit mereka pada bertanya anak murid siapakah pemuda itu" Dalam pada itu melihat lawannya sudah mulai terdesak, pukulan2 Hotu semakin diperkuat Menurut aturan, dengan Pak-kau-pang-hoat lihay yang Nyo Ko mainkan itu, seharusnya ia bisa menangkan musuh, tetapi ilmu permainan tongkat itu ia dapatkan cara2nya dari Ang Chit-kong, sedang mengenai inti permainannya baru saja ia dengar dari Ui Yong, kini ia gabungkan ajaran kedua orang itu untuk melawan musuh dengan baik, tapi kalau mendadak hendak keluarkan daya tekanan yang tiada tandingan dari Pang-hoat itu, dengan sendirinya masih belum dapat Maka tak lama lagi, akhirnya Nyo Ko mulai kewalahan.
Sejak tadi Kwe Hu dan Bu-si Hengte ikut menyaksikan pertarungan itu, mula2 mereka tidak menduga bahwa Nyo Ko berani tampil ke muka, Bu-si Hengte angap Nyo Ko tolol dan berani mati, pasti akan tahu rasa oleh hajaran musuh, tetapi Kwe Hu justru membantah mereka dan bilang Nyo Ko seorang pemberani serta cerdik.
Tentu saja kedua saudara Bu itu merasa cemburu.
MuIa2 mereka merasa lega ketika melihat datangnya Siao-liong-li yang begitu rapat dan hangat dengan Nyo Ko, tetapi belakangan Nyo Ko panggil Siao-liong-li sebagai "Suhu", walaupun belum tahu benar atau tidak, namun perasaan kedua pemuda ini menjadi berat lagi.
Kini melihat Nyo Ko kena didesak Hotu hingga kalang ,kabut, merekah tahu tidak seharusnya bergirang, tetapi aneh, dalam hati mereka justru mengharap Nyo Ko bisa dihajar orang sekeras-kerasnya.
Begitulah perasaan Bu-si Hengte yang kusut, sebentar senang lain saat muram, dalam sekejap saja sudah beberapa kali berubah perasaan.
Kwe Hu sendiri meski tak tertarik oleh Nyo Ko, tetapi iapun tidak membenci, ia anggap orang tak perlu dipikirkan meski ayahnya bilang dirinya hendak dijodohkan pada pemuda itu, tetapi ia percaya akhirnya urusan ini pasti tak jadi, demi dilihatnya ilmu silat Nyo Ko bukan main hebatnya, hal ini juga membuatnya ter-heran2, ketika dilihatnya Nyo Ko akan kalah, ia ikut berkuatir atas diri pemuda ini.
Dalam pada itu Nyo Ko juga sadar dalam sepuluh jurus lagi pasti dirinya akan terjungkal dihantam musuh.
Selagi berbahaya, tiba2 dilihatnya Siao-liong-li sedang memperhatikan dirinya sembari bersandar pada tiang rumah, tampaknya setiap saat juga gadis ini akan turun tangan buat membantu.
Nyo Ko tergerak pikirannya, mendadak pentungnya menyabet, habis ini tubuhnya terus mencelat pergi, ia melompat lewat di atas kaki Siao-liong-li yang duduk bersandarkan tiang itu.
"Lari ke mana?" bentak Hotu sambil mengudak.
Tak terduga sedikit Siao-liong-li angkat kedua kakinya, Kaki kanan menendang "kun-lun-hiat" di mata kaki kanan Hotu, sedang ujung kaki kiri mengarah pula "Yong-coan-hiat" di kakinya yang kiri.
Memangnya ilmu silat Hotu memang sangat hebat, batu sedikit kala Siao-liong-li menjengkit, sebelum orang tak memperhatikan atau dia sudah tahu orang hendak serang dirinya dengan tipu yang sangat lihay.
Dalam sibuknya itu ia sempat gunakan gerakan "wan-yan-Iian-goan-tui atau tendangan berantai yang mengapung di udara, dengan demikian barulah serangan Siao-liong-Ii yang tak kelihatan itu dapat dihindarkannya.
Nyo Ko sendiri sewaktu melompat lewat kaki Siao-lioag-li sudah menduga bakal terjadi peristiwa itu, maka tidak menunggu musuhnya turun, pentung bambunya terus menyodok lagi.
Tetapi dengan kipasnya Hotu tahan ujung pentung orang terus melompat ke samping, ia berdiri jauh dari Siao-liong-li dan memandang beberapa kali pada gadis ini, pikirnya: "Daerah Tionggoan nyata memang banyak orang pandai, hanya kedua muda-mudi ini saja, kenapa ilmu silatnya begini hebat?" Dalam pada itu dengan menggunakan keuntungan kejadian itu, segera Nyo Ko melontarkan tipu2 serangan Pak-kau-pang-hoat, beruntun ia keluarkan tiga serangan yang mematikan hingga Hotu kececar kalang kabut dan terpaksa bertahan sekuatnya, siapa tahu serangan keempat Nyo Ko tak bisa lagi menggunakan kebagusan Pang-hoat itu hingga sedikit terlambat gerakannya, kesempatan ini digunakan Hotu untuk melakukan serangan balasan, maka kembali Nyo Ko terdesak di pihak asor lagi.
Bagi orang yang tak kenal Pak-kau-patig-hoat tak menjadi soal, tetapi Ui Yong merasa sayang akan kelambatan Nyo Ko itu, segera ia menembang: "Putar pentung cepat pakai gerakan bagus, hantam anjing galak dari samping tanpa menoleh" Apa yang diuraikan Ui Yong ini adalah istilah Pak-kau-pang-hoat yang sangat dalam artinya, Nyo Ko belum pernah mendapatkan petunjuk2 dari orang pandai, ia tak tahu cara bagaimana dan kapan tipu serangan itu harus dilontarkan tetapi demi mendengar uraian Ui Yong, betul saja pentungnya segera menyamber dan menyodok dengan cepat.
Gerak serangannya sangat aneh, namun Nyo Ko sendiri belum tahu bagaimana hasilnya, siapa tahu, dengan tepat pentungnya justru memapaki kipas Hotu yang waktu itu lagi mengebas hingga terpaksa Hotu Iekas2 meloncat pergi menghindarkan diri.
"Bagaimana cara pukul anjing kelabakan yang meloncati dinding" Hantam pantat anjing dan gebuk ekornya!" kembali Ui Yong menembang pula.
Harus diketahui Pang-hoat turun temurun dari Kay-pang ini, diantara kaum pengemis dengan sendirian tiada cendekia, atau terpelajar maka kata2nya sudah tentu biasa saja, orang lain2 mengira setelah Ui Yong itu digunakan memaki musuh sebagai anjing, tak tahunya justru Nyo Ko lagi diberi petunjuk.
"Pak-kau-pang-hoat itu meski dibilang tak "diturunkan pada orang luar kecuali Pangcu, tetapi pertama Nyo Ko mahir sendiri, kedua, pertandingan ini besar hubungannya dengan nasib negara dan harus dimenangkan maka Ui Yong tidak pikirkan batas peraturan Kay-pang lagi, ia masih terus mengutarakan istiiah2 Pang-hoat untuk memberi petunjuk pada Nyo Ko disesuaikan dengan keadaan masing2 yang lagi saling labrak itu.
Dan karena setiap uraiannya adalah intisari yang tepat, ditambah Nyo Ko memang cerdik, beberapa kali berhasil, maka iapun tidak sangsi lagi, begitu dengar kata Ui Yong, segera dilontarkan tipu serangannya.
Daya kekuatan Pak-kau-pang-hoat ini memang nyata luar biasa hebatnya, percuma saja Hotu memiliki ilmu silat tinggi, ia terdesak hingga main putar terus oleh ancaman pentung bambunya Nyo Ko tanpa bisa membalas.
Karena itu, tampaknya dua-tiga gebrak lagi pasti Hotu akan jatuh kalah, dengan mata terpentang lebar2 para kesatria itu menjadi girang luar biasa tercampur kagum.
"Nanti du!u!" teriak Hotu mendadak sambil desak Nyo Ko mundur setindak.
"Ada apa" Sudah ngaku kalah?" kata Nyo Ko tertawa.
"Kau bilang berebut Beng-cu untuk gurumu kenapa yang kau pakai adalah ilmu silatnya Ang Chit-kong?" sahut Hotu dingin, mukanya muram gelap.
Dan kalau bilang berebut Beng-cu untuk Ang Chit-kong, bukankah tadi sudah terjadi bertanding dua babak sebenarnya kau sengaja main kelit dan ngawur atau ada maksud lain?" Betul juga pikir Ui Yong, kata2 orang memang susah didebat, selagi hendak main pokrol2an untuk membantah orang, mendadak Nyo Ko membuka suara.
"Ya, apa-yang kau katakan sekali ini masih terhitung masuk akal" demikian sahut Nyo Ko, "Pang-hoat ini memang ajaran Suhuku, sekalipun mengalahkan kau agaknya kaupun belum mau takluk.
Kalau kau mau berkenalan dengan ilmu silat perguruanku, hal inipun tidak susah.
Kalau aku tadi pinjam ilmu silat aliran lain sebab aku takut kau akan lebih celaka jika aku keluarkan kepandaian perguruanku sendiri.
" Kiranya demi mendengar teguran Hotu, segera Nyo Ko ingat kalau menangkan orang dengan Pak-kau-pang-hoat, kepandaian Kokoh mana bisa dikenal orang" Dan bukankah Kokoh akan mengomeli aku lupa pada kebaikannya" Padahal pikiran Siao-liong-li polos, dalam hatinya penuh rasa hangat dan manis madu terhadap Nyo Ko, asal bisa pandang si pemuda rasanya sudah puas dan tidak terpikir lagi segala urusan lain, baik Nyo Ko menang atau kalah juga boleh, segalanya tak dianggap penting olehnya, apalagi soal ilmu silat yang digunakan itu, apakah itu diberi petunjuk Ui Yong atau tidak, hal ini lebih2 tak di-perhatikannya.
Dan karena jawaban Nyo Ko tadi, diam2 Hotu membatin: "Bagus, kalau kau tak menggunakan Pak-kau-pang-hoat, dalam sepuluh jurus juga aku nanti cabut njawamu.
" Maka dengan tertawa dingin iapun berkatalah: "Baiklah kalau begitu, aku ingin belajar kenal dengan ilmu silat perguruanmu yang hebat" ilmu kepandaian yang paling apal dan paling bagus yang dilatih Nyo Ko dalam kuburan kuno itu adalah Kiam-hoat, dengan sendirinya ia lawan orang dengan kemahirannya ini.
"Diantara Tuan2 siapa yang sudi memberi pinjam sebatang pedang ?" demikian segera ia berkata terhadap para kesatria.
Antara hadirin sebanyak ribuan orang itu sedikitnya ada dua ratusan yang membawa pedang, maka be-ramai2 mereka sama menyahut dan ingin memberi pinjam.
"Kau pakai pedang ini saja!" kata Sun Put-ji tiba2 sambil melompat maju dan angsurkan pedangnya yang bersinar mengkilap tajam.
Nyata meski Hek Tay-thong dan Sun Put-ji sangat marah terhadap khianatnya Nyo Ko pada Coan-cin-kau mereka, tetapi kini melihat si pemuda melawan musuh sepenuh tenaga dan membela nama negara, seketika juga mereka kesamping-kan urusan pribadi itu dan Sun Put-ji lantas angsurkan pedang pusakanya pemberian mendiang gu-runya, Ong Tiong-yang.
Melihat pedang itu begitu bagus, Nyo Ko menduga pasti pedang wasiat yang bisa potong emas dan rajang batu, kalau dipakai melawan Hotu tentu tidak sedikit keuntungannya, Tetapi ketika dilihatnya jubah imam yang dipakai Sun Put-ji, seketika teringat olehnya hinaan dan penderitaan yang pernah dia rasakan di Tiong-yang-kiong dulu dan terbayang juga kematian Sun-popoh di bawah tangan Hek Tay-thong, mendadak matanya mendelik pedang itu tak diterimanya, sebaliknya dari tangan seorang murid Kay-pang ia ambil sebatang pedang tua hitam karatan.
"Biarlah kupinjam pedang Toako ini," demikian ia berkata.
Tentu saja Sun Put-ji serba salah hingga terpaku di tempatnya.
sungguh tidak kepalang amarahnya, dengan maksud baik ia pinjamkan pedangnya tetapi orang berbalik begitu kurangajar, baiknya ia bisa kuasai dirinya, ia merasa tidak enak cekcok sendiri selagi musuh luar berada di depan mata, maka dengan menahan amarahnya ia kembali lagi ke tempatnya tadi.
Sikap Nyo Ko tadi juga terlalu keras, terlalu menyolok ia unjukkan perasaannya.
sebenarnya kesempatan itu dapat dipergunakannya untuk memperbaiki hubungannya dengan Coan-cin-kau, tetapi lantaran tindakannya itu, hubungan mereka semakin menjadi renggang.
Di lain pihak ketika melihat Nyo Ko tidak terima Pokiam, sebaliknya ambil pedang bejat yang sudah karatan, hati Hotu terkesiap dan bertambah jeri, sebab seorang yang ilmu silatnya sudah sampai puncaknya, setiap gerakan, setiap tindakan sudah cukup untuk melukai orang dan tak perlu lagidengan senjata tajam, maka ia pikir apa orang betul2 begitu temberang, cukup menggunakan sebatang pedang karatan saja".
. Segera iapun pantang kipas lempitnya, ia-kebas2 beberapa kali dan segera hendak membuka suara menantang.
" Tiba2 dengan ujung pedang Nyo Ko menuding empat huruf di atas kipasnya yang ditulis Cu Cu-liu itu.
"Haha, kau adalah bangsa biadab, semua orang sudah tahu, tak perlu kau pamer.
" demikian ejek Nyo Ko tertawa.
Muka Hotu menjadi merah, "cret", mendadak kipasnya ia lempit kembali hingga berwujud sebuah pentung pendek, terus saja ia tutuk pelahan ke "koh-cing-hiat" di pundak Nyo Ko, berbareng telapak tangan kiripun memukul dengan tenaga penuh.
Selama beberapa tahun Nyo-Ko giat berlatih dalam kuburan kuno, semua inti pokok dari ilmu silat aliran Ko-bong-pay itu telan dipelajarinya: ilmu silat Giok-li-sim-keng ciptaan Lim Tiao-eng yang dilatihnya sendirian dalam kuburan kuno, sampai Ong Tiong-yang, itu jago silat yang diakui nomor satu di seluruh jagat juga kalah padanya, baru kemudian sesudah Ong Tiong-yang mendapatkan "Kiu-im-cin-keng", Lim Tiao-eng dapat dikalahkannya lagi.
Setelah Lim Tiao-eng ciptakan ilmu silatnya itu iapun tidak pernah keluar lagi dari kuburan, belakangan hanya diturunkan pada dayang kepercayaannya dan dayangnya itu menurunkannya pada Siao-liong-Ii, ketiga perempuan ini bukan saja tak pernah berpijak di kalangan Bu-lim, bahkan Cong lam-san pun tak pernah turun selangkahpun.
Meski Li Bok-chiu adalah Suci atau kakak seperguruan Siao-liong-li, tetapi gurunya sudah keburu tahu jiwanya yang busuk, maka ilmu silat yang paling tinggi belum diturunkan padanya.
Kini Nyo Ko keluarkan ilmu silat Ko-bong-pay yang tiada tandingannya itu, diantara para hadirin yang berkumpul dari segala golongan dan segala aliran itu, kecuali Siao-liong-li sendiri ternyata tiada seorangpun yang kenal Kiam-hoat apa yang dimainkan Nyo Ko itu.
Pencipta ilmu silat yang hebat ini asalnya seorang wanita, pula dua keturunan muridnya juga wanita semua, mau-tak-mau gayanya menjadi lemah-lembut dan kurang ganas.
Begitu juga ketika Siao-liong-li ajarkan gerak tipunya pada Nyo Ko, gerak-geriknya membawa gaya perempuan yang lemah gemulai Tetapi setelah Nyo Ko dapat memahami seluruhnya, ia telah ubah semua gaya wanita itu hingga lebih gesit dan lebih cekatan.
Dasar Ginkang dari Ko-bong-pay memang tiada taranya, maka tertampaklah Nyo Ko lari mengitari ruapgan dengan cepat, belum selesai tipu yang satu, serangan kedua sudah menyusul lagi ke sana pedangnya mengarah, tahu2 orangnya pun sudah sampai, baru belasan jurus dari Kiam-hoat--nya yang hebat itu dilontarkan, para kesatria itu tiada satupun yang tak kagum.
Sebenarnya ilmu silat kipas pangeran Hotu terhitung juga satu keistimewaan dalam dunia silat, cara2 menyerangnya juga mengutamakan kelemasan dan kegesitan, tetapi kini kebentur Ginkang dari Ko-bong-pay yang hebat, nyatalah sedikitpun ia tak bisa berkutik ditambah lagi kipasnya kena ditulis empat huruf oleh Cu Cu-liu dan tadi telah di-olok2 Nyo Ko, maka tak berani lagi dipentang, hingga karena itu ilmu silat kipasnya kena dikorting lagi.
Di sebelah sana, setelah tahu ilmu silat Nyo Ko ternyata begitu lihay, Bu-si Hengte menjadi mati kutu, bersama Kwe Hu, enam mata terpentang lebar2 dan tak bisa bicara lagi.
Diantara para penonton itu, orang yang paling girang rasanya tiada lain daripada Kwe Cing, sungguh tak diduganya bahwa putera adik angkatnya yang sudah almarhum itu bisa melatih silat sebegitu tinggi sampai ia sendiri tak mengetahui dari aliran mana, bila teringat hubungan keluarga Nyo Ko dan Kwe, tanpa terasa, ia menjadi terharu bercampur girang.
Waktu Ui Yong melirik sang suami dan melihat matanya rada merah, sedang ujung mulutnya tersungging senyuman, ia tahu akan pikiran sang suami, maka tangan Kwe Cing digenggamnya erat2.
Merasa tak ungkulan, Hotu menjadi gelisah sekali, ia pikir kalau hari ini terjungkal di tangan bocah ini, maka namanya boleh dikatakan terhanyut seluruhnya, jangan lagi hendak menjagoi Bu-lim" Dalam pada itu dilihatnya Nyo Ko telah menyerang pula, sekali tusuk mengarah tiga tempat bagian atas, kalau dia melompat berkelit itu berarti jatuh di bawah angin, maka tak dihiraukan lagi akan oIok2 orang, segera kipasnya dipentang untuk tangkis tiga tusukan orang, berbareng itu ia meng-gertak2, iapun balas menyerang dengan "Hong hong-siok-lui-kang" (ilmu angin badai dan petir kilat), ia kebas lengan baju dari kiri dan kipas dari kanan menerbitkan angin santar, sedang mulutnya terus meng-gertak2 keras seorang jagoan Bu-lim menandingi pemuda tak terkenal ternyata terpaksa harus keluarkan ilmu kepandaian terakhirnya untuk membela diri, seumpama akhirinya menang pasti juga akan kehilangan pamor, Akan tetapi asal tak kalah saja Hotu sudah terima, mana bisa dipikir yang Iain-lain.
Maka sembari mem-bentak2, serangan2nya juga semakin ganas, sebaliknya Nyo Ko berlaku tenang saja dengan sikapnya yang gagah menarik, memangnya ilmu pedang "Bi-li-kiam-hoat" atau ilmu pedang si gadis ayu mengutamakan gaya manis, kini dibentak2 Hotu tentu saja semakin menambah kehalusan dan keindahannya.
Tetapi karena Nyo Ko hanya mengutamakan gaya serangannya yang indah, dalam hal daya tekanan menjadi sukar dilontarkan seluruhnya, sebaliknya Hotu sudah nekat, makin tempur makin kalap dan tidak sayang buat adu jiwa, karenanya lambat laun Nyo Ko jadi payah sendiri.
Melihat cara pertarungan itu, Kwe Cing dan Ui Yong yang ilmu silatnya sangat tinggi lantas tahu Nyo Ko bakal kecundang, maka alis mereka terkerut semakin rapat, lebih2 ketika dilihatnya angin pukulan Hotu semakin keras dan tambah cepat, diam2 mereka kuatir.
Tak terduga mendadak Nyo Ko ayun pedang-nya, lalu terdengar ia berseru : "Awas, aku akan melepas Am-gi!" Tadi Hotu telah robohkan Gu-liu dengan pakunya yang berbisa, kini demi mendengar peringatan Nyo Ko, ia sangka pedang orang juga sama seperti kipas lempitnya yang di dalamnya tersembunyi Am-gi atau senjata rahasia, kalau tadi ia menang dengan cara yang licik, maka kini tidak bisa salahkan lawan kalau cara itu ditiru, Karena itu, ketika dilihatnya Nyo Ko ayun pedangnya, lekas ia melompat ke kiri.
Siapa tahu gerak tangan Nyo Ko hanya palsu belaka, sebaliknya pedangnya terus menusuk, mana ada bayangan senjata rahasia yang dikatakannya " Tahu tertipu, Hotu menjadi gusar, ia mendamperat: "Binatang cilik !" "Binatang cilik memaki siapa ?" tanya Nyo Ko.
Tetapi Hotu sudah pintar sekarang ia tidak menjawab, hanya serangannya bertambah gencar.
"Awas senjata rahasia !" kembali Nyo Ko berseru sembari ayun tangan kirinya.
Dengan cepat Hotu melompat ke kanan, di sangkarnya sekali ini benar2 orang menghamburkan Am-gi, siapa tahu pedang Nyo Ko justru menusuk dari kanan secepat kilat, lekas2 ia membungkuk dan mengkeret tubuh, ujung pedang orang tahu2 menyamber lewat di bahunya jaraknya tidak lebih hanya satu-dua senti saja.
Tusukan itu sangat berbahaya dan cukup keji, tetapi karena tak kena sasarannya, para kesatria itu sama berteriak : "Sayang !" sebaliknya para Bu su atau jago silat Mongol pada bersyukur.
Meski Hotu bisa lolos dari "lubang jarum", namun tidak urung keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Awas Am-gi !" lagi2 ia dengar Nyo Ko berseru dengan tertawa sembari ayun tangan kiri.
Sekali ini tak digubrisnya, Hotu terus ayun tangan memapaki orang, betul juga kembali lawannya mengapusi belaka.
Karena gagal tipunya, mendadak Nyo Ko menubruk maju, untuk kesekian kalinya ia ayun tangan lagi dan memperingatkan pula dengan tertawa : "Awas Am-gi!" "Bin.
. . " belum sampai suku kata pertama ini diucapkan atau mendadak pandangan Hotu menjadi silau, tahu2 sinar perak gemerdep menyamber dari depan.
Sekali ini jaraknya sudah terlalu dekat, lagi pula ia sama sekali tak ber-jaga2 sesudah beberapa kali kena diapusi, maka tiada jalan lain kecuali melompat ke atas, tetapi tahu2 kakinya terasa sakit tertusuk, beberapa benda kecil lembut sudah menancap di kakinya.
Tertipunya ini persis mirip dengan caranya melukai Cu-liu dengan akal licik tadi, tetapi dipikirnya- senjata orang hanya lembut kecil, meski kena tentunya tidak besar alangannja, dalam gusarnya Hotu menjadi kalap, kipasnya menutul dan tangannya memukul hebat dengan tujuan mematikan Nyo Ko seketika.
Tahu serangannya sudah berhasil, mana mau Nyo Ko terlibat dalam pertarungan lagi, ia putar pedangnya menjaga diri dengan rapat.
"Hahaha, sayang dengan ilmu silatmu setinggi ini, kini harus terbinasa di sini, sungguh sayang, sayang sekali!" demikian Nyo Ko tertawa terbahak-bahak.
Sedang Hotu hendak merangsang maju, se-konyong2 pahanya terasa kaku dan gatal seperti kena digigit nyamuk besar saja, ia coba menahan rasa gatal itu buat tetap melontarkan serangannya, siapa tahu tempat yang kaku gatal itu cepat sekali bertambah hebat.
"Celaka, Am-gi binatang cilik ini berbisa" seketika ia terkejut Baru terpikir demikian atau rasa gatal pahanya sudah tak bisa ditahan lagi, saking tak tahan tanpa menghiraukan ada musuh besar berada di depan mata, kipas ia lempar dan tangan diulur untuk meng-garuk2 tempat yang gatal itu.
"Kalau tak digatuk masih mendingan, sekali digaruk, celaka tigabelas, rasa gatal-geli seketika meresap sampai tuIang-sungsum.
" saking tak tahan ia ber-teriak2 dan ber-kaok2 sembari bergulingan di ruangan pendopo.
Hendaklah diketahui bahwa racun Giok-hong" atau atau jarum tawon putih yang sakti dari Ko bong-pay itu jarang dilihat dan didengar di jagat ini, terkena sebuah saja tak tahan, apa lagi kini terkena beberapa buah" Saking lembutnya Giok-hong-tiam itu, waktu Nyo Ko menyerang, sebagian besar para kesatria itu tak tahu, hanya mendadak terlihat Hotu jatuh ber-guling2 hingga tak mengerti kepandaian apa yang digunakan Nyo Ko untuk merobohkan lawannya.
Sementara paderi Tibet si Darba telah lari maju, ia angkat sang Sute dan diserahkan pada gurunya, habis ini ia putar balik dan berkata pada Nyo Ko: "Anak kecil mari aku coba2 kau !" -sambil berkata gada emas segerapun menyerampang ke pinggang Nyo Ko.
Gada itu sangat berat dan begitu menyamber lantas menerbitkan sinar emas, maka betapa besar tenaga dan betapa cepat gerak tangan Darba dapat dikira-kirakan.
Namun Nyo Ko tidak berkelit ia berdiri tegak, hanya pinggangnya mendadak menekuk ke dalam dan dengan tepat gada orang menyamber lewat di depan perutnya.
Siapa tahu Darba memang hebat gerak tangan-nya, begitu gada tak kena sasaran, mendadak senjata itu ia tahan di tengah jalan, dari menyerampang tadi tiba2 berubah menyodok ke depan, ke perut Nyo Ko.
Perubahan serangan ini sama sekali di luar dugaan semua orang, Nyo Ko sendiri juga terkejut lekas2 ia tahan pedangnya ke atas gada orang dan tubuhnya lantas mencelat ke atas dengan meminjam tenaga lawan.
Sekali sodok tak kena, tanpa menunggu turunnya Nyo Ko, dengan kencang Darba sudah menghantam lagi, tetapi lagi2 Nyo Ko menahan ke atas padanya dan untuk kedua kalinya mencelat ke atas, "Lari ke mana ?" bentak Darba sengit Menyusul gada emasnya mengemplang pula.
Dengan tubuh terapung di udara, dengan sendirinya Nyo Ko tak leluasa buat bergerak, nampak keadaan sangat berbahaya, terpaksa ia keluarkan gerakan untung2an, mendadak ia tangkap ujung gada orang, berbareng itu pedangnya terus memotong lurus ke bawah mengikuti batang gada itu.
Dengan cara ini, kalau tenaganya tak banyak selisih dengan Darba, tiada jalan lain bagi Darba kecuali lepaskan gadanya.
Tetapi kini tenaga Darba berkali lipat lebih kuat dari pada Nyo Ko, ketika sekuatnya ia menarik, dengan cepat Darba melompat mundur.
Melihat Ginkang Nyo Ko begitu tinggi, gerak-geriknva gesit, tiba2 Darba menanya: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?" Ia berkata dalam bahasa Tibet, sudah tentu sepatah kata saja Nyo Ko tak paham, ia menyangka orang lagi memaki dirinya, maka iapun menirukan suara orang, iapun ucapkan apa yang dikatakan Darba.
Dasar pembawaan Nyo Ko memang pintar, beberapa kata2 Tibet itu diucapkannya dengan fasih sekali susunannya juga tiada yang terbalik sedikitpun, maka dalam pendengaran Darba kata2 Nyo Ko itu menjadi: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?" Oleh karena itu, tanpa pikir Darba menjawab.
"Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong.
Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar.
" Dengan sendirinya Nyo Ko tak mengerti pula.
tapi sedikitpun ia tak mau diakal, ia pikir: "Pendeknya tak peduli kau mencaci maki aku dengan kata2 yang paling keji, asal aku kembali mangkok penuh, maka tidaklah kalah dalam cacimaki Meski kau gunakan bahasa asing memaki aku anjing babi, binatang, kontan bulat akupun maki kau ahjing, babi binatang.
" Maka ia dengarkan kata2 orang dengan cermat, begitu orang selesai bicara, dengan lagu suara yang sama dalam bahasa Tibet iapun berkata: "Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong.
Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar.
" Keruan saja Darba ter-heran2, dengan kepala miring2 ia mengamat-amati orang dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan, ia pikir, aneh, terang kau ini anak kecil, kenapa bilang Hwesio besar! Dan kenapa bilang gurumu juga Kim-lun Hoat-ong" Segera ia berkata lagi: "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan berapa ?" ---------- gambar ------------Betapa hebat tenaga Darba, gada emas yang berat itu terayun enteng mengepruk kepala Nyo Ko.
Kedua kaki Nyo Ko tidak bergerak, dia mendak miring berbareng pedang besi ditekan ke atas gada, , meminjam tenaga badannya terbang ke atas --------------------------------Kontan Nyo Ko juga menjawab : "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan ke berapa ?" Supaya diketahui bahwa dalam ajaran agama Lama di Tibet, biasanya terdapat apa yang disebut "reinkarnasi" atau penjelmaan kembali.
Tatkala itu Dalai dan Pancen Lama belum ada, tetapi kepercayaan tentang menitis kembali biasanya sangat dipuja oleh setiap pemeluk agama Lama.
Kebetulan waktu mudanya Kim-lun Hoat-ong pernah menerima seorang murid, murid ini mati sebelum umur 20 tahun, Darba dan Hotu belum pernah kenal Suheng itu, hal ini cuma sekadar diketahui saja.
Kini mendengar apa yang dikatakan Nyo Ko tadi, Darba mengira Nyo Ko betul2 reinkarnasi Suhengnya, ia pikir kalau orang bukan anak sakti yang menitis dengan membawa kepandaian, mana mungkin pemuda seperti ini memiliki ilmu silat begini tinggi " Lagipula dia adalah pemuda Han, kenapa fasih bicara bahasa Tibet" Karena itulah, ia terus ngira2 mengamat-amati orang sambil kepala miring2, makin dilihat makin sama dan semakin percaya, sampai akhirnya mendadak ia lemparkan gada emasnya terus berlutut menyembah2 pada Nyo Ko.
Kelakuan Darba ini sungguh membikin Nyo Ko ter-heran2, ia pikir apa Hwesio ini tak ungkulan cacimaki dan kini terima tunduk mengaku kalah padaku" Dan bagi penonton yang banyak itu keruan saja terlebih heran luar biasa.
Lucunya semua tak paham dan tidak diketahui tanya jawab dalam bahasa "Mikuluk - kikiluluk" antara Nyo Ko dengan Darba tadi Dalam pada itu yang paling terang duduknya perkara rasanya hanya Kim-lun Hoat-ong, ia- tahu Darba terlalu polos hingga kena ditipu Nyo Ko.
"Darba," segera ia buka suara, "ia bukan titisan Suhengmu, lekas bangun dan bertanding dengan dia," "Suhu," seru Darba sambil meloncat bangun terkejut, "aku lihat ia pasti Toa-suheng, kalau tidak, umur semuda ini mana bisa mempunyai kepandaian seperti ini?" "Toa-suhengmu jauh lebih kuat ilmu silatnya dari pada kau, sebaliknya bocah ini se-kali2 dibawahmu," kata Kim-lun Hoat-ong.
Tetapi Darba geleng2 kepala, tetap tak mau percaya.
Kim-lun Hoat-ong kenal watak muridnya ini teramat lurus, untuk memberi penjelasan seketika juga tak bisa terang, maka ia katakan pula: "Jika kau tak percaya, kau jajal dia tentu lantas tahu.
" Terhadap apa yang dikatakan sang Suhu biasanya Darba percaya bagai malaikat dewata, kalau dia bilang Nyo Ko- bukan inkarnasi Toa-suheng tentunya memang bukan, Tetapi umur semuda ini memiliki ilmu silat begitu hebat, hal ini membikin Darba tak bisa tidak percaya, tetapi ia turut juga perintah sang guru dan bertanding pula untuk menjajal kepandaian asli orang, ia ingin lihat siapa yang menang dan siapa kalah dengan begitu soalnya lantas bisa diputus.
Maka lebih dulu ia angkat tangan dan berkata pada Nyo Ko: "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang dan kalah ini," Melihat Darba berdiri lalu "kilakiluk" entah berkata apa lagi, hanya sikapnya sangat menghormat Nyo Ko sangka orang telah ucapkan beberapa patah kata yang sopan, maka tanpa merubah sedikitpun ia tirukan lagu suara orang dan mengulangi mengucapkan sekali lagi Tentu saja dalam pendengaran Darba menjadi "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu, tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang atau kalah ini" - Maka Darba juga lantas menjawab-"Harap kau berlaku murah hati.
" Segera Nyo Ko tiru dan menyahut: "Harap kau berlaku murah hati," Melihat kedua orang itu mengoceh terus dalam bahasa Tibet, Kwe Hu jadi heran, ia mendekati Ui Yong dan tanya sang ibu: "Mak, apa yang mereka percakapkan?" Sejak tadi Ui Yong sudah mengetahui Nyo Ko hanya menirukan lagu suara orang secara komplit dan untuk main2 saja sebagai orang muda umum-nya, kenapa mendadak Darba sembah2 padanya hal inipun membikin dia bingung tak habis mengerti.
Maka ketika ditanya puterinya, ia menjawab singkat saja: "O, Nyo-koko hanya berkelakar saja dengan dia.
" Belum habis ia berkata, mendadak dilihatnya Darba angkat gada terus mengemplang ke arah Nyo Ko.
Darba anggap sebelumnya sudah dikatakan hendak menjajal tentunya lawan sudah siap sedia, sebaliknya melihat sikap orang tadi ramah dan menghormat Nyo Ko tidak menduga orang akan mendadak melakukan serangan, maka pukulan itu hampir2 saja kena kepalanya, untung sempat ia melompat ke belakang.
Tetapi segera ia merangsang maju lagi terus menusuk tiga kali susul menyusul.
Darba sendiri sudah punya rasa jeri, ia kuatir Nyo Ko sudah lama, ikut gurunya, ilmu silatnya tentu lain daripada yang lain, maka ia berjaga rapat tanpa berani ayal.
Sesudah beberapa jurus lagi, Nyo Ko tahu lawan hanya menjaga diri saja tanpa menyerang, meski tak mengerti maksud tujuan orang, tapi kebetulan baginya untuk melancarkan serangan2, tanpa sungkan2 lagi ia tusuk sini dan bacok sana, ilmu pedang "si gadis ayu" menjadi lebih indah gayanya dan menarik.
Akhirnya Kim-lun Hoat-ong menjadi tak sabar, ia membentak: "Darba, lekas kau balas hantam, ia bukan Toa-suhengmu !" Sebenarnya kepandaian Darba masih di atas Nyo Ko, cuma merasa takut, ilmu silatnya lantas surut separoh, sebaliknya Nyo Ko bisa keluarkan seluruh kemahirannya, jadi yang satu makin menyerang makin hebat dan jitu, sebaliknya yang lain makin takut dan makin mengkeret.
"Balas serang segera !" bentak Hoat-ong mendadak, ia telah gusar.
Bentakannya begitu keras hingga telinga semua orang se-akan2 pekak.
Begitu juga Darba menjadi jeri, ia tak berani membantah lagi, begitu Kim-kong-cu atau gada emas diputar, segera ia balas menghujam serangan.
Dengan hantaman balasan ini betul juga Nyo Ko terdesak hingga berkelit terus, lubang kelemahannya pe-lahan2 mulai kentara.
Ketika melihat gerak pedang Nyo Ko sedikit lengah, cepat sekali Darba mengemplang, karena tak sempat hindarkan diri, terpaksa Nyo Ko menangkis dan terjadi benturan keras kedua senjata.
Sebenarnya beradunya senjata kedua pihak diwaktu bertanding adalah soal biasa saja, tetapi gada Darba terlalu antap, maka selalu Nyo Ko putar pedangnya tak berani membentur senjata orang, kini mendadak kesamplok, terasalah segera suatu tenaga yang maha besar menindihnya hingga lengannya sakit linu, "krak", mendadak pedangnya patah menjadi dua.
"Aku yang menang!" teriak Darba segera sembari undurkan diri.
"Aku yang menang!" mendadak Nyo Ko tirukan orang dalam basa Tibet, Berbareng itu separuh pedang patah itu ditimpukkan sekalian pada Darba.
Keruan Darba tertegun, pikirnya: "Kenapa dia yang menang" Apa tipunya tadi hanya pancingan belaka ?" Sementara itu dengan tangan, kosong Nyo Ko merangsak maju lagi, maka Darba tak berani ayal ia putar gadanya rapat melindungi tubuhnya.
Dahulu waktu ikut Siao liong li belajar ilmu pukulan dengan tangan kosong di dalam kuburan kuno itu, sampai tingkat terakhir ia diharuskan pentang kedua telapak tangan buat tahan terbangnya 9X9 81 ekor burung gereja hingga tiada seekor pun yang lolos.
Ilmu pukulan itu adalah ciptaan Lim Tiao-eng dan selamanya belum pernah dikenal di dunia ramai, kini Nyo Ko telah mainkan di hadapan umum, nyata daya tekanannya memang luar biasa," meski bertangan kosong, tetapi jauh lebih kuat daripada tadi ia memakai pedang.
Kalau Darba putar gadanya begitu hebat hingga membawa samberan angin tinggi menerobos kian kemari di antara ruangan.
Sebaliknya Nyo Ko gunakan Ginkang yang sangat tinggi menerobos kian kemari diantara ruangan senjata orang, walaupun tampaknya sangat berbahaya tetapi gada emas orang tetap tak mampu menyenggolnya seujung rambutpun sebaliknya ia bisa mencengkeram, menarik, membeset dan macam2 gerak serangan lain bercampurkan "tang-hok-mi-cin atau ilmu pukulan halus penahan burung gereja, ia terus menyerang dengan cepat.
Tak lama lagi, tenaga raksasa Darba semakin tambah, sebaliknya lari Nyo Ko juga semakin cepat dan enteng, Nyatalah sekarang, paedah yang dia peroleh daripada kegunaannya berlatih di atas ranjang-batu pualam di dalam kuburan kuno itu kini telah kentara semua.
Di sebelah sana sejak tadi Siao-liong li duduk bersandarkan tiang menyaksikan pertarungan kedua orang itu dengan tersenyum-simpul, demi nampak sudah lama Nyo Ko masih belum menang, tiba2 dari bajunya ia keluarkan sepasang kaos tangan putih yang tipis dan lemas.
"Ko-ji, sambut ini. " serunya pada Nyo Ko," berbareng itu ia lemparkan kaos tangan itu ke tengah kalangan Kaos tangan Siao-liong-li ini adalah rajutan benang emas putih yang sangat halus dan ulet, meski lemas dan tipis, tapi tidak mempan segala macam senjata, Melihat berkelebatnya kaos tangan itu di udara, air muka Hek Tay-thong mendadak berubah.
Seperti diketahui, ketika saling gebrak di Tiohg-yang-kiong dulu, dengan kaos tangan ini pernah Siao-liong-li patahkan pedang Hek Tay-thong hingga ia terdesak dan hampir saja gorok leher sendiri, sebab itu demi nampak kaos tangan seketika kejadian dulu terbayang lagi olehnya.
Dalam pada itu dengan cepat kaos tangan itu sudah disambut Nyo Ko, ia mundur selangkah dan cepat pakai kaos tangan itu, ketika kemudian ia mengegol pinggang bagai wanita, maka dimainkan-lah "Bi-Ii-kun-hoat" atau ilmu pukulan si gadis ayu yang paling hebat dan paling indah gayanya dari Ko-bong-pay itu.
Setiap gerak-gerik ilmu pukulan ini meniru kan gaya seorang wanita ayu dari jaman purbakala, bila dilakukan kaum lelaki, sebenarnya kurang pantas, tetapi waktu dilatih Nyo Ko, setiap gayanya sudah diubahnya, meski nama2 tipu gerakan masih tetap, namun gerak-geriknya dari lemah gemulai sudah berubah menjadi gagah luwes.
Dengan demikian, para penonton menjadi lebih tidak mengerti, tiba2 dilihatnya Nyo Ko berlari cepat, kadang2 berdiri tegak, sekejap saja sikapnya berubah lagi.
Harus diketahui bahwa jiwa kaum wanita memang banyak ragamnya dan cepat pula berobahnya, lebih2 wanita ternama, tertawanya, di waktu suka atau duka, semuanya lebih2 sukar di-duga.
Karena itu, sekali digunakan tipu "Hong giok-kik-koh" (Ang Hong-giok memukul genderang), kedua tangan Nyo Ko cepat menghantam, dengan sendirinya Darba angkat gadanya menangkis tetapi cepat sekali Nyo Ko sudah ganti tipu "Hong-hut-ya-ping" (Hong-hut minggat malam2), di luar dugaan orang ia terus menubruk maju.
Ketika Darba menyabet gadanya dari samping, mendadak Nyo Ko gunakan gaya "Lok-cu-tui-lau" (Lok-tu jatuh dari loteng), tahu2 ia menubruk bagian bawah musuh.
Darba terkejut, ia tidak mengerti tipu serangan orang mengapa begini aneh perubahannya dan susah diraba " Maka lekas2 ia melompat buat hindarkan hantaman tangan orang yang telah memotong dari kiri lagi.
Tak terduga Nyo Ko lantas menepuk tangan beberapa kali dan susul-menyusul menggablok kedepan, kiranya ini adalah gaya "Bun-gwe-kui-han atau Bun-gwe kembali ke negeri Han yang berirama musik Ohka, seluruhnya meliputi 18 kali tepukan.
Setiap gerakan Nyo Ko semuanya ada asal-usulnya sejarah, Darba adalah paderi Tibet, sudah tentu ia tat paham kisah kuno negeri Tionggoan, ia diserang ke atas dan ke bawah, tiba2 dari timur, tahu2 dari barat hingga ia kelabakan.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tangan Nyo Ko memakai kaos benang emas, maka bila ada kesempatan segera ia menubruk maju hendak rebut gada Darba, paderi ini terdesak hingga ber-kaok2 dan kalang kabut.
Dengan sendirinya para pahlawan lain sangat girang, mereka pada berseru memberi semangat pada Nyo Ko.
Kim-lun Hoat-ong tahu ilmu silat muridnya berada di atas pemuda ini, cuma berhati jeri, maka selalu kena didahului lawan dan terdesak di bawah angin.
"Gunakan Bu-siang-tay-lik-cu-hoat!" bentaknya tiba2.
"Baik," sahut Darba menurut.
Mendadak gadanya ia pegang dengan kedua tangan terus diayun cepat.
Waktu gada diputar dengan sebelah tangan saja sudah hebat sekali tenaga raksasanya, kini di-tambah tenaga kedua tangan sekaligus, keruan suara samberan angin sampai men-deru2.
"Bu-siang-tay-lik-cu-hoat" atau ilmu gada bertenaga raksasa ini, tipu serangannya sangat sederhana, hanya menyerampang" delapan jurus dan menghantam delapan kali, seluruhnya hanya 2 X 8 - 16 jurus, tetapi 16 jurus ini bisa boIak-balik di-ulangi, maka Nyo Ko terdesak menyingkir jauh2, jangankan menghadapi secara keras lawan keras, untuk menahan angin gada saja susah.
Di sebelah sana, sejak penggayu besinya patah tadi, Tiam jong Hi-un, masih terus merasa penasaran tapi kini setelah menyaksikan "Bu-siang-tay-lik-cu-hoat".
orang yang luar biasa ini ia pikir ilmu permainan penggayu sendiri sesungguhnya tiada tipu2 serangan" yang begini keras dan begini kuat.
maka mau-tak-mau ia kagum juga.
Setelah berlangsung lama pertarungan itu, lilin yang menyala di ruangan pendopo itu sudah ada 7-8 batang yang sirap tersamber angin gada.
Nyo Ko hanya andalkan Ginkang untuk melompat kian kemari asalkan bisa hindarkan diri harapannya asal tak kena dihantam gada orang, mana sempat lagi ia balas menyerang " Karena itu, para pahlawan Tionggoan menjadi bungkam, sebaliknya berganti para jago Mongol yang sorak-sorai.
Melihat ilmu pukulan "Bi-li-kun-hoat" sukar memperoleh kemenangan, sedang musuh mendesak terlalu kencang, terpaksa Nyo Ko main mundur terus hingga akhirnya terdesak sampai ujung ruangan, ia hendak ganti tipu gerakan, namun tak bebas lagi gerak-geriknya di tempat sempit itu.
ilmu permainan gada Darba ini memangnya beberapa bagian bersifat kalap, setelah Darba mengamuk, ia lupa apakah orang di depannya ini mungkin reinkamasi suhengnya atau bukan, waktu melihat Nyo Ko terdesak di pojok ruangan hingga tiga jurusan sudah terkurung, mendadak ia membentak : "Mampus kau !" Berbareng itu gada-nya menyabet dari samping, maka terdengarlah suara gemuruh dan debu pasir berhamburan, kiranya dinding ruangan itu kena dihantam hingga berlubang besar.
. Pada saat berbahaya, syukur Nyo Ko masih sempat melompat lewat di atas kepala orang, dalam seribu kerepotannya iru, ia tak lupa pula membalas kata2: "Mampus kau!" dalam bahasa Tibet.
Gerak lompatannya ini adalah ilmu kepandaian dari "Kiu-im-cin-keng", sejak huruf ukiran di langit ruangan kuburan tatoo itu dilihatnya bila senggang Nyo Ko lantas melatihnya baik2, hanya tiada orang yang memberi petunjuk tambahan, maka apa yang dilatihnya tidak tahu apa betul atau salah.
Kini menghadapi musuh tangguh, sudah tentu tak berani sembarangan digunakan.
Siapa tahu saat terancam elmaut itu, dengan sendirinya ia menggunakan ilmu sakti itu hingga jiwanya tertolong.
Semua orang menyangka hantaman Darba tadi pasti berhasil, maka sebelum serangan orang dilontarkan seluruhnya, secepat kilat Kwe Cing melompat maju hendak hantam punggung orang, mendadak jubah merah berkelebat di depannya, tahu-tahu Kim-lun Hoat-ong memukulnya juga.
Kwe Cing terkejut oleh serangan orang yang aneh dan cepat ini lekas2 ia gunakan tipu "Maa-liong-cay-dian" atau melihat naga di sawah, ia tangkis dulu serangan Kim-lun Hoat-ong.
Keduanya memang tokoh terkemuka dunia persilatan, maka begitu kedua tangan beradu, ternyata sedikit suara saja tak ada, hanya tubuh masing2 bergoncang semua, Kwe Cing mundur tiga tindak, sebaliknya Kim-lun Hoat-ong tetap berdiri tegak di tempatnya.
Kiranya tenaga Kim-lun Hoat-ong jauh lebih besar dari pada Kwe Cing, latihannya juga lebih dalam, cuma ilmu pukulannya sebaliknya kalah bagus.
Kwe Cing melangkah mundur buat mengelak tenaga hantaman lawan supaya tidak terluka, sebaliknya Hoat-ong sambut tenaga orang sekuatnya dengan menahan rasa sakit di dada, maka masih tetap berdiri tegak di tempatnya.
Melulu soal gebrakan ini saja Kwe Cing boleh dikatakan sudah kalah, tetapi kalau pertarungan dilanjutkan, siapa unggul atau asor masih belum tahu.
Tapi demi nampak Nyo Ko sudah bisa patahkan serangan Darba tadi, kedua orang ini terhenyak, yang satu girang lega, yang lain menyesal dan merasa sayang, lalu merekapun mundur kembali Tokoh2 seperti Kwe Cing dan Kim-lun Hoat-ong juga menyangka Nyo Ko pasti akan celaka maka yang satu hendak menolong dan yang lain hendak mencegah, siapa tahu Nyo Ko ternyata punya tipu aneh, dari tempat luang yang sempit bisa meloloskan diri.
Dan sekali hantam tak kena, Darba tidak memutar lagi, sekalian gadanya terus mengayun ke belakang sekuatnya.
Melihat serangan orang cepat luar biasa, otomatis Nyo Ko lantas meloncat ke atas, maka melayang lewatlah gada Darba beberapa senti di bawah kakinya.
Kembali gerak tipunya ini adalah ilmu silat dari "Kiu-im-cin-keng" Keruan Ui Yong ter-heran2 menyaksikan kepandaian Nyo Ko ini.
"Engkoh Cing, kenapa Ko-ji mahir Kiu-im-cin-keng juga" Apa kau yang ajarkan dia?" demikian ia tanya sang suami.
Nyata, ia sangka Kwe Cing mengingat kebaikan persaudaraan dengan ayah Nyo Ko, maka pada waktu antar bocah itu ke Cong-lam-san, ilmu sakti dari kitab pusaka itu telah diturunkan padanya.
"Tidak, kalau diajarkan padanya, tentu kuberitahukan kau," sahut Kwe Cing.
Ui Yong cukup kenal jiwa sang suami yang setia dan jujur, kepada orang lain saja bilang satu tetap satu, terhadap isteri sendiri sudah tentu lebih lebih jujur, Tetapi dilihatnya Nyo Ko selalu melompat kian kemari buat berkelit, setiap kali ketemu bahaya, selalu gunakan ilmu kepandaian Cin-keng untuk melindungi diri.
Cuma terang ilmu itu belum terlatih baik, maka tidak bisa gunakan ilmu silat Cin-keng itu untuk balas menyerang dan menangkan orang, meski sementara jiwanya bisa selamat, namun tampaknya pasti kalah akhirnya.
Diam2 Ui Yong menghela napas gegetun, pikirnya : "Bakat Ko-ji sungguh luar biasa, kalau dia bisa ikut setahun atau setengah tahun padaku dan bisa mempelajari Pak-kau-pang-hoat dan ilmu silat dalam Cin-keng secara lengkap, mana bisa paderi Tibet ini menandinginya?" Begitulah, selagi ia masgul, sekilas tiba2 dilihatnya Peng-tianglo, itu anggota pimpinan Kay-pang yang murtad, dengan pakaian bangsa Mongol mencampurkan diri di antara jago2 Mongol dan wajahnya kelihatan ber-seri2.
Tiba2 tergerak kecerdasan Ui Yong, segera serunya: "Koji Di-hun-tay-hoat! Ih-hun-tay-hoat!" Kiranya dalam Kiu-im-cin-keng ada semacam ilmu yang disebut "lh-hun-tay-hoat", yakni menggunakan tenaga pikiran untuk atasi musuh dan mendapatkan kemenangan, dasarnya tiada ubahnya seperti ilmu hipnotis pada jaman sekarang ini.
Dahulu Ui Yong pernah gunakan ilmu ini untuk taklukkan Peng-tianglo pada waktu ia berebut jabatan Pangcu, maka begitu nampak orang, segera ia ingat akan ilmu mujijat itu.
Nyo Ko masih ingat cara melatih "Ih-hun-tay hoat" itu, cuma ia tak percaya melulu meng-gunakan pandangan mata saja bisa menundukkan musuh, makanya tak pernah ia melatihnya dengan baik2, tetapi ia sangat kagum terhadap kepintaran Ui Yong, pikirnya: -- "Jika Kwe-pekbo berkata demi-kian, tentu ada alasannya, Toh aku sudah pasti kalah, biarlah aku mencobanya.
" Karena itu, ia masih terus lompat ke sana ke mari untuk berkelit tetapi batinnya terpisah dari segala perasaan, pikirannya terpusat menjadi satu, ia turut apa yang pernah dibacanya dalam kitab Kiu-im-cin-keng itu.
Dalam keadaan demikian ia hanya menangkis dengan sendirinya dan berkelit turut datangnya suara, sebaliknya sinar matanya terus menatap musuh secara tajam.
Setelah beberapa jurus, Darba mulai merasakan pihak lawan rada aneh, tanpa kuasa ia pandang orang sekejap, berbareng itu gadanya menghantam juga.
Tadi sedikit Nyo Ko mengegol pinggul dengan gaya "Ban-yo-sian-sian" atau pinggang si Ban ramping, sedikit ia goyang pinggul hantaman Darba sudah dihindarinya dengan tepat, dan karena ia, sudah gunakan "lh-hun-tay-hoat", jiwa-raganya sudah menjadi satu, setiap gerak-geriknya yang dia unjuk, pada mimik wajahnya lantas bersikap sama pula.
Maka ketika Darba melihat wajah si Nyo Ko, tiba2 mengunjuk gaya genit, ia tak tahu bahwa orang sedang tirukan gaya menarik Siao Ban, seorang selir ayu penyait Pek Lok-thian dari ahala" Tong yang terkenal, tanpa terasa ia tertegun sejenak tetapi segera gadanya mengemplang lagi ke atas kepala Nyo Ko.
Lekas2 Nyo Ko, mengegos, menyusul ia pentang lima jarinya terus menyisir rambutnya sendiri, sedang lima jari lainnya mencakar ke depan diselingi dengan senyuman manis, itulah tipu gerakan "Le-hwa-se-cong" atau Thio Le-hwa menyisir rambut.
Dan karena tersenyumnya Nyo Ko itu, memangnya Darba sudah terpengaruh oleh sinar matanya yang tajam, tanpa terasa iapun ikut bersenyum, Cuma bedanya Nyo Ko cakap ganteng, tersenyumnya sudah tentu menambah bagusnya, sebaliknya tulang pelipis Darba menonjol tinggi, pipinya kempot, senyumnya yang menirukan Nyo Ko membikin wajahnya semakin seram, sampai penonton ikut mengkirik.
Melihat lawannya sudah dlbawah pengaruhnya, segera Nyo Ko jojoh ke depan dengan jarinya dengan tipu "Peng-ki-ciam-sin" atau Peng Ki pintar menjahit.
Lekas2 Darba berkelit, tetapi air mukanya menirukan lagak orang seperti lagi tekun menjahit.
Melihat Nyo Ko bisa memahami maksudnya dan ternyata sanggup atasi musuh dengan ilmu "lh-hun-tay-hoat", sungguh Ui Yong girang tidak kepalang.
"Penemuan Ko-ji sungguh luar biasa," demikian ia membisiki sang suami "Dahulu, semasa usiamu sebaya dia sekarang belum sebagus dia ilmu silatmu.
" . Kwe Cing juga lagi girang, maka ia anggukan Harus diketahui bahwa ilmu "lh-hun-tay-hoat" ini melulu menggunakan pengaruh tenaga kejiwaan, kalau perasaan tak lawan tenang dan tetap, seringkali ilmu ini tidak berhasil, kalau tenaga dalam lawan lebih tinggi hingga sampai terpukul kembali, "pasti orang gunakan ilmu ini akan terpengaruh sendiri.
Tapi Darba sudah bingung oleh ocehan Nyo Ko dalam basa Tibet tadi, ia ragu2 orang adalah re-inkarnasi Suhengnya, maka dalam hatinya sudah timbul rasa jeri, dengan sendirinya pengaruh ilmu "Ih-hun-tay-hoat" juga lebih cepat hingga sekali coba Nyo Ko telah berhasil.
Begitulah karena melihat Nya Ko mainkan Bi-li-kun-hoat yang lemah gemulai menirukan gerak-gerik wanita ayu, tahu2 ditirukan oleh Darba secara lucu, semua orang yang menyaksikan terheran-2 Kwe -Hu tak tahan, ia ketawa ter-pingkal2 "Mak," katanya pada sang ibu, "Nyo-koko punya kepandaian ini bagus sekali, kenapa tak kau ajarkan padaku?" "Jika kau bisa Ih-hun-tay-hoat, tentu kau akan bikin geger dan akhirnya kau sendiri bisa celaka," sahut Ui Yong.
Lalu ia tarik tangan sang puteri dan berkata pula sungguh2: "Tapi jangan kau anggap lucu, Nyo-koko justru lagi bertarung mati2an dengan musuh, caranya ini jauh lebih berbahaya dari pada memakai senjata !" Kwe Hu melelet lidah oleh penuturan itu, ia pandang pula si Nyo Ko dan rasanya semakin ketarik, ia lihat bila Nyo Ko tertawa, si Darba ikut tertawa, kalau Nyo Ko gusar, Darba idem dito.
Karena itu iapun ikut2 menirukan mimik orang.
Siapa tahu "lh-hun-tay-hoat" ini memang lihay luar biasa, baru saja ia menirukan orang dua kali, segera perasaannya menjadi remang2 dan semangatnya kabur, tanpa kuasa setindak demi setindak Kwe Hu melangkah ke tengah.
Kaget sekali Ui Yong melihat kelakuan puteri-nya, lekas2 ia jambret Kwe Hu erat2.
Tatkala itu jiwa Kwe Hu sudah dibawah pengaruh Nyo Ko, ia coba meronta melepaskan diri dari pegangan sang ibu, baiknya ilmu silat Ui Yong sangat tinggi, pula tahu akan bahaya apa bila sampai Kwe Hu maju lebih dekat lagi, waktu sudah terlalu mendesak, tanpa ayal ia baliki tangan terus pencet urat nadi tangan Kwe Hu dan diseretnya kembali mentah2 agar tidak nampak gerak-gerik Nyo Ko.
Kwe Hu masih meronta2 beberapa kali, tapi pergelangan tangannya telah digenggam kencang hingga tak berkutik, pikirannya menjadi kabur dan akhirnya ia mendekam dalam pelukan sang ibu dan pulas.
" Di pihak Darba waktu itu sudah dipengaruhi Nyo Ko seluruhnya, apa yang Nyo Ko Iakukan, ditirukannya pula tanpa tawar, Melihat saatnya sudah tiba, mendadak Nyo Ko gunakan tipu gerakan "Co-Leng-kwa-pi" atau Co Leng mengiris hidung, mendadak ia pukul batang hidungnya sendiri-susul-menyusul dengan dua tangan bergantian.
Kiranya jaman dahulu isteri seorang bernama Co Leng, ketika sang suami meninggal lantas mengiris batang hidung sebagai tanda setia tak mau kawin lagi.
Kini Nyo Ko gunakan gerak tipu itu buat hantam hidungnya sendiri dengan pelahan, sudah tentu Darba tak tahu, mendadak iapun tirukan orang menghantam hidung sendiri se-keras2nya.
Dasar tenaganya luar biasa, setiap pukulannya bertenaga ratusan kati, maka habis belasan kali ia gebuk batang hidung sendiri, akhirnya-ia tak tahan hingga roboh pingsan.
Sungguh girang tidak kepalang para ksatria, mereka bersorak-sorai: "Hura, kita telah menangkan babak kedua !" - "Nah, Bu-lim-Bencu sudah pasti di pihak kita !" -- "Bangsa Mongol lekas enyah dari bumi Tiongkok dan jangan bikin malu disini!" Dalam pada itu dua Bu-su bangsa MongoI telah melompat ke tengah dan menggotong mundur si Darba.
Melihat kedua muridnya terjungkal semua di bawah tangan pemuda ini, bahkan cara kalahnya sukar dimengerti, luar biasa mendongkol dan gusar Kim-Iun Hoat-ong, cuma wajahnya tiada mengunjuk sesuatu tanda, "Hai, anak muda, siapa suhumu ?" segera ia membentak dari tempat duduknya.
Kim-lun Hoat-ong ini seorang cendekia, ilmu silatnya tinggi, bakatnya baik dan luas pengetahuannya, ternyata fasih bicara basa Han.
"Suhuku ialah dia ini," sahut Nyo Ko tertawa sambil menunjuk Siao-liong-li "Nah, lekas kau menyembah pada Bu-lim Bengcu !" Melihat Siao-liong-Ii cantik molek, bahkan usianya, seperti lebih muda daripada Nyo Ko, tidak nanti Kim-lun Hoat-ong mau percaya dialah guru-nya, pikirnya: "Ah, bangsa Han banyak tipu muslihatnya, jangan aku tertipu !" Mendadak iapun berdiri, ketika terdengar suara gemerincing riuh, tahu2 dari bajunya ia keluarkan sebuah roda emas.
Roda emas ini terbuat dari emas murni dan di dalamnya terdapat 9 goteri, maka begitu tergoncang, segera keluar suara gemerincing yang membisingkan.
"Hm, kau adalah Bulim-Bengcu juga baik, asal kau sanggup terima sepuluh jurus roda emasku ini," aku lantas akui kau sebagai Bu-lim Bengcu !" demikian kata Kim-lun Hoat-ong kemudian sambil tuding Siao-liong-li "Hi aneh katamu ini, aku sudah menang dua babak, menang dua dari tiga babak, kau sendiri sudah berjanji, kenapa sekarang pungkir janji?" kata Nyo Ko tertawa.
"Aku hanya ingin jajal ilmu silatnya dan ingin tahu apa dia sesuai dengan jabatannya tidak," sahut Kim-lun Hoat-ong dengan suara tertahan.
Siao-liong li masih terlalu hijau, ia tak tahu ilmu silat Kim-Iun Hoat-ong beraliran tersendiri dan sudah terlatih sampai tingkatan yang sangat mengejutkan, iapun tak tahu apa itu "Bu-lim Bengcu" segala, lebih2 tak pernah terpikir olehnya apa dirinya harus terima jabatan itu atau tidak, kini mendengar orang mau jajal ilmu kepandaiannya dan ingin tahu sanggup tidak terima 10 jurus roda emas orang, tanpa pikir segera iapun berdiri.
"Jika begitu, segera aku mencobanya," demikian sahutnya tak arak "Tapi kalau kau tak mampu sambut 10 jurus - senjataku ini, lalu bagaimana?" tanya Kim-lun-Hoat-ong.
"Kalau tak mampu ya sudah, ada apa lagi?" sahut Siao-Iiong-li.
Sejak kecil Siao-liong-li sudah melatih diri sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi perasaannya, suka atau duka, sama sekali tidak kentara.
Segala hal selalu dianggapnya sepele, kini meski katanya rada Nyo Ko, naraui tidak mendapatkan perhatian-nya.
Para ksatria dan para Bu-su Mongol tak tahu bahwa itu adalah tabiat pembawaannya, tetapi melihat ia acuh tak acuh dan tidak pandang sebelah mata pada Kim-lun Hoat-ong, mereka malah menyangka ilmu silat Siao-liong-li benar2 tinggi tak terkirakan.
Bahkan setelah menyaksikan Nyo Ko kalahkan Darba dengan "lh-hun-tay-hoat", ada orang yang menyangka Siao-liong-li bisa ilmu hitam dan mungkin pula siluman, maka suasana seketika menjadi berisik.
Kim-lun Hoat-ong sendiri kuatir juga bila Siao-liong-li benar2 bisa gunakan ilmu sihir, maka mulutnya segera komat-kamit membaca mantera penolak sihir dalam basa Tibet.
Nyo Ko dapat mendengar jelas di samping, ia sangka Hwesio gundul ini lagi maki sang guru dalam basa Tibet, maka ia ingat baik2 setiap kata yang diucapkan orang.
Ketika Kim-lun Hoat-ong selesai membacakan mantera, begitu Kim-lun atau roda emas bergerak, kembali terbitlah suara gemerincing yang riuh nyaring.
"Hai, orang muda, lekas minggir, segera aku akan turun tangan," bentaknya pada Nyo Ko.
Kata-kata ini diucapkannya dalam basa Han.
"Nanti dulu, nanti dulu," kata Nyo Ko tiba2.
Lalu sekata demi sekata iapun mengucapkan mantera orang tadi.
Kebetulan waktu itu Darba mulai siuman, ia lihat sang Suhu memegang Kim-lun lagi, akan bergebrak dengan orang, sebaliknya didengarnya Nyo Ko lagi membaca mantera dalam basa Tibet.
mantera itu adalah ilmu rahasia perguruannya dan tidak nanti diturunkan pada orang luar, kalau Nyo Ko bukan reinkarnasi Toa suheng-nya, darimana ia mahir mantera itu " "Karena pikiran itu, cepat sekali ia melompat bangun terus berlutut ke hadapan gurunya dan berseru: "Suhu, ia betul2 jelmaan Toasuheng, sudilah engkau menerimanya kembali!" "Ngaco-belo, kau tertipu olehnya masih belum tahu," bentak Kim-lun Hoat-ong gusar.
"Tapi betul Suhu, hal ini betul tak salah lagi?" sahut Darba!.
Melihat Darba masih ngotot, Hoat-ong menjadi sengit dicekal saja punggung sang murid terus diIempar pergi tubuh Darba yang beratnya ratusan kati itu dilemparkan dengan enteng saja.
Semua orang menyaksikan Darba bertarung melawan Tiam-jong Hi-un dan Nyo Ko dengan tenaga raksasanya tapi lemparan Hoat-ong ini nyata kepandaian yang berpuluh kali lebih kuat tampaknya Siao-liong-li yang gayanya lemah gemulai ini, jangankan bergebrak sepuluh jurus, mungkin kena dikebut sekali saja bisa mencelat roboh.
Karena itu semua orang ikut berkuatir atas diri si gadis.
Tidak sedikit jago2 Mongol yang sudah pernah saksikan ilmu sakti Kim-lun Hoat-ong yang boleh dikatakan tenaganya melebihi 9 ekor kerbau.
Meski Siao-liong-li adalah musuh mereka, tapi melihat parasnya yang jelita, sudah menjadi pembawaan manusia suka akan rupa cantik, maka semua orang sama2 mengharap Hoat-ong jangan turun tangan.
Dalam pada itu, habis Nyo Ko bacakan mantera, dengan pelahan ia bisiki Siao-liong-li: "Kokoh, hati-hati terhadap Hwesio ini.
" Di lain pihak demi mendengar Nyo Ko bisa membaca mantera tanpa salah sekatapun, Kim-lun Hoat-ong amat kagum sekali "Orang muda, hebat kau," ia memuji.
"Ya, Hwesio, kau juga hebat," sahut Nyo Ko.
"Hebat apa?" Kim-lun Hoat-ong melotot.
"Hebat karena kau cukup besar nyali untuk bergebrak dengan guruku," kata Nyo Ko.
"la adalah reinkarnasi Budha, punya kesaktian setinggi langit mahir ilmu taklukkan naga dan tundukkan harimau, maka sebaiknya kau ber-hati2 !" Kiranya Nyo Ko sangat licin, ia tahu musuh terlalu lihay, ia sengaja membual agar orang rada selempang hingga tak berani turun tangan habis2-an, dengan demikian gurunya lantas Iebih gampang melawannya.
. Siapa tahu Kim-lun Hoat-ong adalah seorang gagah perkasa yang jarang diketemukan dari Tibet, baik sastra maupun silat lengkap dipelajarinya, mana bisa ia tertipu begitu saja, "Awas, serangan pertama, lekas kau lolos senjata !" segera ia berseru.
Nyo Ko telah copot sarung tangan dari benang emas halus itu dan masukkan sekalian pada tangan Siao-liong-li, lalu ia mundur ke belakang.
Siao-liong-li segera keluarkan sehelai selendang sutera putih terus diayun ke udara, pada ujung selendang sutera terikat sebuah bola emas kecil dan didalamnya berisi gotri, ketika selendan itu bergerak, bola itu lantas berbunyi kelinting2 bagai keleningan.
------------- gambar -----------"Kelinting" tiba - tiba bola kecil di ujung selendang Siao-liong-li menukik turun laksana-kepala ular menutuk ke Hap-kok-hiat di tengah2 antara jari jempol dan telunjuk ----------------------------------Melihat senjata kedua orang sama2 aneh, semua penonton menjadi tertarik, kalau senjata yang satu sangat panjang, adalah senjata yang laki sangat pendek, yang satu sangat keras, yang lain sangat lemas dan kebetulan kedua senjata masing2 sama-sama bersuara gemerincing pula.
Roda emas yang digunakan sebagai senjata Kim-lun Hoat-ong itu adalah senjata aneh yang belum pernah dilihat para jago silat Tionggoan, tak peduli golok tumbak, pedang, toya atau lain2, asal kebentur Kim-lun atau roda emas sama sekali tak berdaya, asal Kim-lun Hoat-ong mencakup sekali dengan rodanya terus ditarik, maka senjata lawan pasti akan terlepas dari cekalan, maka orang yang bertempur dengan dia lewat satu jurus saja pasti segera kehilangan senjata.
ia bilang agar Siao-liong-li sambut sepuluh jurus serangannya, sebenarnya sama sekali bukan omong besar,,kalau bukan melihat ilmu silat Nyo Ko memang hebat, tidak nanti ia bilang 10 jurus.
Hendaklah diketahui sejak ia keluar Tibet belum pernah ada seorang jago yang mampu terima tiga kali serangan roda emasnya.
Dalam pada itu Siao-liong-li telah ayun selendang suteranya, ia mendahului membuka serangan.
"Barang apakah ini?" ujar Hoat-ong melihat senjata lawannya itu.
Segera dengan tangan kiri ia hendak tarik selendang itu, ia lihat kain selendang itu lemas dan hidup, ia tahu pasti banyak perubahannya, tapi ia sudah siap sedia, dengan tarikannya itu ia sudah jaga2 dari berbagai jurusan, tak perduli ke mana kain selendang berkelebat tidak nanti terlepas dari genggamannya.
Tak ia duga bola kecil di ujung selendang itu tiba2 "kelinting" berbunyi sekali terus mendal ke atas hendak ketok "tiong-cu-hiat" pada balik telapak tangannya.
Tapi cepat sekali Klm-lun Hoat-ong ganti gerak tangannya, ia baliki telapak tangan terus hendak tangkap pula bola kecil itu.
Kembali sedikit Siao-Iiong-li sendal tangannya, bola kecil itu memutar pula dari bawah ke atas hendak ketok "Hap-kok-hiat" di-tengah2 antara jari jempol dan telunjuk.
Tapi lagi2 Hoat-ong baliki tangannya, sekali ini ia gunakan kedua jarinya itu hendak jepit bola emas itu.
Namun Siao-liong-li juga sangat jeli, setiap perubahan musuh dapat dilihatnya jelas, sedikit ia ulur selendangnya, bola kecil itu malah menyelonong ke depan buat tutuk "kiok-tik-hiat" di sikut lawan.
Beberapa gebrakan itu betul2 dilakukan dalam sekejap saja dan hanya terbatas diantara telapak tangan Kim-lun Hoat-ong yang bolak-balik, tiap kali Kim-lun Hoat-ong membaliki telapak tangan dan tiga kali Siao-liong-li sendal selendangnya, tapi masing2 sudah saling gebrak lima jurus.
Nyo Ko cukup terang menyaksikan pertarungan itu, maka dengan suara keras ia menghitung: "Satu-dua-tiga-empat-lima.
. " nah, sudah lima jurus, tinggal lima jurus lagi !" Padahal Kim-lun Hoat-ong bilang agar orang sambut 10 jurus maksudnya ialah menyambut 10 jurus serangannya, tapi Nyo Ko main licik, ia hitung-serang-menyerang kedua belah pihak dan dihitung semua.
Meski Hoat-ong tahu bocah ini licik, tapi ia adalah seorang cakal bakal satu aliran tersendiri mana ia sudi tawar menawar soal itu dengan orang " Segera ia sedikit geser sikutnya hingga bola Siao-liong-li tadi luput mengenai jalan darahnya, sebaliknya roda emasnya terus saja menyerang ke depan.
Siao-liong-li mendengar suara gemerincing riuh dan sinar emas berkelebat dari depan, tahu2 "roda emas" orang cepat luar biasa sudah berada di depan mukanya.
Kejadian ini sungguh tak ter-duga2, jangan kata hendak menangkis, untuk berkelit saja sudah telat, dalam keadaan bahaya, otomatis ia sendal kain selendangnya hingga melingkar dari samping, bola emasnya terus ketok "Hong-ti-hiat" di belakang kepala musuh, Tempat ini adalah urat nadi mematikan di tubuh manusia, betapapun tinggil ilmu silatnya asal kena dihantam pasti tak terjamin jiwanya, serangan ini sesungguhnya dilakukan terpaksa oleh Siao-liong-li, yakni dengan resiko gugur bersama untuk memaksa lawannya tarik kembali serangannya.
Betul saja Kim-lun Hoat-ong tak mau adu jiwa dengan orang, ia menunduk berkelit, karena menunduknya ini roda yang dia hantamkan ke depan menjadi sedikit lambat, kesempatan ini telah digunakan Siao-liong-li buat tarik kembali selendang-nya, terdengarlah klinting2 yang riuh, bola emas pada ujung selendangnya telah saling bentur dengan roda emas hingga tipu serangan Kim-lun Hoat-ong itu kena dielakkan.
Hanya sekejap itu saja keselamatan Siao-liong-li sudah bergulir dari hidup menuju jalan kematian dan dari mati kembali hidup, lekas2 ia gunakan Ginkang atau ilmu entengi tubuhnya melompat ke samping, saking gentarnya hingga wajahnya yang memang pucat itu terlebih pucat pula.
Padahal Kim lun Hoat-ong baru menyerang sekali namun di samping Nyo Ko lantas berteriak-teriak: ".
. . enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh.
Nah, sudah cukup, guruku sudah bisa sambut sepuluh jurus, apalagi yang bisa kau katakan?" Hanya beberapa gebrakan itu, Kim-lun Hoat-ong lantas tahu meski ilmu silat Siao-liong-li tinggi, tapi masih jauh belum bisa imbangi dirinya, kalau bertanding benar2, dalam 10 jurus pasti ia bisa kalahkan si gadis, yang paling menjemukan yalah Nyo Ko terus mengacau di samping hingga pikirannya dibikin tak tenteram.
ia pikir: "Biarkan pemuda ini ngaco-belo, asal aku perkencang seranganku dan kalahkan dulu anak perempuan ini, segala nya akan menjadi beres sendirinya.
" Tapi lagi2 Nyo Ko ber-teriak2 : "Tak malu, sudah bilang 10 jurus, sekarang menyerang lagi.
Sebelas, duabelas, tigabelas, empatbelas.
. . " Ia tak perduli berapa banyak kedua belah pihak sudah saling labrak tapi mulutnya mencerocos menghitung semaunya seperti mitralyur Siao-liong-li sendiri menjadi ketakutan sesudah sambut, sejurus serangan musuh, betapapun ia tak berani lagi tahan serangan orang yang kedua dari depan, lekas2 keluarkan ilmu entengi tubuh yang dari Ko-bong-pay terus berlari cepat mengitari ruangan sambil selendang suteranya ikut bergulat dan bola emas berbunyi riuh hingga berwujut sesosok kabut putih diseling sinar emas.
Bunyi kelintang-kelinting dari bola emasnya itu kadang2 cepat dan tempo pelahan, mendadak lirih, tahu2 keras, ternyata tersusun.
, menjadi suatu irama lagu.
Diantara penonton itu ada yang paham seni suara, segera ada yang berteriak "He, ini adalah "Uh-ltat-ling-kiok" ciptaan Tong-beng-hong !" Waktu yang lain memperhatikan, betul saja, sedikitpun tak meleset, malahan segera ada yang ikut2an tepuk2 tangan dan goyang2 kaki menuruti irama musik keleningan itu.
Kiranya Siao-liong-li wataknya suka seni musik, diwaktu iseng dalam kuburan kuno itu ia suka tabuh rebab menurut lagu tinggalan Cosu-popoh Lim Tiau-eng dan banyak mendapat kemajuan dalam jurusan ini.
Belakangan waktu ia melatih bola emas dengan selendang sutera, ia dengar bola itu menerbitkan suara kelinting2 yang mendekati irama musik, dasar hati anak muda, di antara ilmu silatnya itu ia kombinasikan dengan irama musik! Dari karena paduan ilmu silat dan musik ini, waktu dimainkan menjadi lebih luwes dan teratur.
Kini Siao-liong-Ii tahu lawan terlalu lihay, ia tak berani melawan dari depan, ia putar selendang suteranya cepat dan berlari kian kemari untuk menghindar! Ginkang ajaran Ko-bong-pay adalah suatu di antara ilmu tertinggi dari Bu-lim yang tak bisa dicapai aliran silat lain, Meski ilmu silat Kim-lun Hoat-ong jauh di atas Siao-liong-li, tapi selama hidup gadis ini-dilakukan dalam kuburan kuno dan melatih diri di tempat sempit, kini ia terus lari ke sana jemari sambil melompat dan berlari, ternyata sedikitpun Hoat-ong tak berdaya, ia dengar suara ting2 keleningan orang se-akan2 tersusun sifat lagu, tanpa tertahan hatinya tergerak ia pusatkan pikiran buat menyerang menuruti irama musik orang, lekas2 ia goyang roda emasnya hingga terbitkan suara gemerincing yang riuh.
Maka seketika dalam ruangan itu timbul paduan dua macam suara, kadang2 pelahan dan tiba2 keras, tempo2 tinggi nadanya, tahu2 rendah lagi, nyata mereka menjadi bertanding dalam irama musik jika suara keleningan Siao-liong-li nyaring merdu, kedengarannya membikin semangat menjadi segar, sebaliknya suara roda emas gemerantang keras bagai besi dipukul dan seperti golok dikikir, seperti babi disembelih dan mirip anjing dipentung, aneh luar biasa suara itu dan tak enak didengar.
Yang satu ulem, yang lain berisik kedua pihak ternyata sama kuatnya.
Dalam pada itu Nyo Ko masih terus mencerocos menghitung, kini sudah dihitungnya sampai: "1005, 1006, 1007 .
. . " Tapi karena Siao liong-li tak berani bergebrak berhadapan dengan musuh, maka hakikatnya 10 jurus bagi Kim-lun Hoat-ong saja belum genap.
Lama2 Kim-lun Hoat-ong tidak sabar lagi, ia merasa dengan kedudukannya sebagai tokoh besar suatu aliran tersendiri sampai lama sekali masih belum bisa menangkan satu gadis jelita, kalau sampai ber-Iarut2 terus, sekalipun akhirnya menang, pasti tidak gemilang juga bagi kemenangannya, maka mendadak tangan kiri ia ulur ke samping, sedang roda emas tiba2 menghantam dari bawah ke atas.
Dalam keadaan bahaya, se-konyong2 Siao-liong-li ayun selendang suteranya hingga menerbitkan bayangan putih, tubuhnya cepat pula melompat.
Tapi roda emas Kim-lun Hoat-ong mendadak.
berputar balik terus menggubet kain selendangnya Kalau senjata biasa pasti segera akan terebut olehnya, justru kain sutera ini lemas serta licin, maka dengan enteng tahu2 meluncur keluar lagi dari lubang rodanya.
"ltulah serangan kedua, dan kini yang ketiga !" bentak Hoat-ong tiba2 berbareng ia melangkah maju, roda emas mendadak terlepas dari tangannya terus menyamber ke arah Siao-liong-li.
Serangan luar biasa ini sama sekali diluar dugaan, maka terdengarlah suara mendenging yang memekak telinga, roda itu menyamber ke arah Siao-liong-li.
Terkejut sekali gadis ini, lekas2 ia mendekam ke bawah sambil melompat mundur, tahu2 sinar emas menyamber lewat depan mukanya membawa suara mendenging nyaring, begitu keras angin samberannya hingga kulit mukanya ikut terasa pedas.
Di bawah seruan kaget semua orang, tiba2 Hoat-ong turun tangan dan tepi roda itu didorong dengan telapak tangannya, seperti benda hidup saja tahu2 roda itu memutar balik terus menyusul ke arah Siao-liong-li.
Insaf kalau gaya putaran roda emas ini sangat keras, Siao-liong-li tak berani coba membelit dengan kain selendangnya, terpaksa ia berkelit kesamping.
"Ginkang bagus !" seru Hoat-ong setelah dua kali serangan tak berhasil cepat sekali ia menyerobot maju terus memotong pula tepi rodanya, habis itu beberapa kali pukulannya mencegat di depan Siao-liong-li pula, sebaliknya roda emas ini lantas putar kembali menghantam belakang kepala karena gaya potongan Hoat-ong tadi.
Meski terbangnya Kim-lun itu tak begitu cepat, tapi membawa suara gemerincing, maka tampaknya menjadi hebat luar biasa, pula sebelumnya Hoat-ong sudah menduga ke mana Siao-liong-Ii hendak berkelit, maka roda itu menjadi seperti tumbuh mata saja, setelah berputar sekali di udara, segera memburu sasarannya dari belakang.
Tahu akan bahaya mengancam, sekali meloncat dan berkelit Siao-liong-li keluarkan seluruh kemahirannya, siapa tahu mendadak Kim-lun Hoat-ong pentang tangan menghadang di depannya pula.
Melihat keadaan itu ditambah telinga se-akan2 pekak oleh suara mendengung roda emas, para ksatria itu sama terperanjat dan ikut ber-debar2.
Nampak sang Kokoh terancam maut, tentu saja Nyo Ko tak tinggal diam, mendadak ia samber gada yang ditinggalkan Darba di lantai itu terus meloncat ke atas sekuatnya, ia angkat gada itu dan-roda emas yang menyamber datang itu disodoknya, maka terdengarlah suara gemerantang yang keras, persis gada itu telah memasuki lubang roda itu, cuma tenaga roda itu terlalu besar hingga kedua tangan Nyo Ko tergetar lecet dan alirkan darah, orangnya berikut gada dan roda emas itupun terbanting semua ke lantai.
Sekilas Siao-liong-li melihat roda emas itu terpukul jatuh oleh Nyo Ko, ancaman dari belakang sudah tak ada lagi, tapi waktu ia lagi meloncat mana bisa musuh di bagian depan itu dihindarinya" Orang yang terancam bahaya seringkali timbul akal mendadak, tiba2 selendang suteranya ia sabet ke depan dan melilit satu tiang di sebelah barat terus ditariknya kuat2, dengan tenaga ayunan itu tubuhnya lantas melayang ke tiang rumah itu, dan dengan tepat sekali ia lolos dari lubang jarum tenaga pukulan Kim-lun Hoat-ong yang maha hebat.
Sudah terang2an hampir berhasil serangannya siapa tahu kena dikacau lagi oleh Nyo Ko, bukan saja musuh bisa menyelamatkan diri, bahka senjatanya yang malang melintang tanpa tandingan malah kena dipukul jatuh mentah2 ke lantai sungguh suatu pengalaman pahit yang selamanya tak pernah dialami Kim-lun Hoat-ong.
Biasanya ia bisa berlaku tenang dan sabar, bisa berpikir biasanya.
Tapi kini sama sekali sudah lupa daratan, tidak tunggu sampai Nyo Ko berbangkit, cepat sekali ia hantam pemuda ini dari jauh.
Meski pukulan ini dilakukan dari tempat sejauh setombak lebih, tapi angin pukulannya mengurung dari segala penjuru, sudah pasti sasarannya susah berkelit.
03 Menurut aturan, Hoat-ong adalah satu guru besar suatu aliran tersendiri lawannya angkatan lebih muda, pula sedang terbanting di lantai dan belum bangun, dengan serangannya ini sesungguhnya tidak sesuai dengan wataknya yang tinggi hati, tapi dalam keadaan murka, tanpa terpikir lagi oleh nya kesemua itu.
Syukur, sejak tadi pandangan Kwe Cing tak pernah meninggalkan diri orang, begitu dilihatnya orang melototi Nyo Ko dan sedikit angkat tangannya, segera ia tahu orang akan turun tangan keji, diam2 ia ber-siap2, tetapi biarpun ia menyerobot maju dan sekalipun dapat menangkis pukulan orang, namun tetap Nyo Ko akan terluka.
Karena waktu sudah mendesak tanpa pikir lagi segera dengan tipu "hui-liong-cay-thian" atau naga terbang ke langit, ia meloncat ke atas dan hantam batok kepala Kim-lun Hoat-ong.
Dalam keadaan begitu, kalau Hoat-ong tidak tarik kembali pukulannya, meski ia bisa binasakan Nyo Ko, tapi ia sendiripun akan melayang jiwanya dibawah Hang-liong-sip-pat-ciang orang yang maha lihay itu.
Karena itu terpaksa ia tarik kembali tenaga pukulannya tadi, sambil membentak ia alihkan telapak tangannya menyambut gablokan Kwe Cing itu.
Inilah untuk kedua kalinya saling gebrak di antara dua guru besar ilmu silat itu.
Kwe Cing sendiri terapung di udara, tiada tempat yang bisa digunakan sandaran, tiada jalan lain ia pinjam tenaga pukulan orang terus berjumpalitan dan turun kembali ke belakang.
sebaliknya Kim-lun Hoat-ong masih terus berdiri di tempatnya, tubuh tak bergoyang, kaki tak menggeser seperti tak terjadi sesuatu saja.
Ilmu silat Kwe Cing yang hebat cukup dikenal Hek Tay thong, Sun Put-ji dan Tiam-jong Hi-un, maka demi nampak gebrakan itu, sungguh mereka menjadi terperanjat sekali, betapa tinggi kepandaian Kim-lun Hoat-ong sesungguhnya tak bisa mereka ukur.
Padahal melompat mundurnya Kwe Cing itu otomatis telah mengelakkan tenaga pukulan orang, cara itu adalah cara yang betul dalam ilmu silat, sebaliknya Kim-lun Hoat-ong kena dikacau Nyo Ko tadi hingga kehilangan muka, ia paksakan diri hendak pulihkan malunya itu, maka benar2 ia telah sambut tenaga pukulan Kwe Cing, hal ini berarti banyak melemahkan tenaga dalamnya, meski luarnya kelihatan unggul, sebenarnya dalamnya mendapat rugi.
Kedua tokoh itu berlainan ilmu kepandaian dan sama2 gagah tiada bandingannya, kalau hanya beberapa gebrakan saja susah menentukan asor dan unggul, namun karena adu tenaga pukulan tadi, dada Kim-lun Hoat-ong rada sakit, baiknya pihak lawan mementingkan menolong orang dan tidak melanjutkan serangannya maka dengan cepat ia bisa tutup mulut rapat2 mengumpulkan tenaga untuk melancarkan dadanya yang sesak.
Di sebelah sana Nyo Ko telah terhindar dari elmaut, begitu merangkak bangun segera ia lari ke samping Siao-liong-li dan saling menanya keadaan masing2, setelah tahu tida apa2, wajah mereka unjuk senyuman, tangan mereka saling genggam penuh gembira.
"Wahai, dengarkanlah para jago Mongol," seru -Nyo Ko tiba2 sambil menyanggah roda emas rampasannya di atas gada milik Darba itu, "senjata imam negara kalian sudah dapat kurampas, apa kalian masih berani berkata lagi tentang Bu-lim Bengcu segala " Baiknya kalian lekas enyah saja darisini.
Tapi para Bu-su Mongol itu belum mau terima, sudah terang mereka saksikan Kim-lun Hoat-ong menangkan Siao-liong-li, tapi pihak lawan maju lagi seorang Nyo Ko, bahkan maju pula seorang Kwe Cing, Karena itu mereka pada ber-teriak2 mengejek.
"Hm, pihakmu main tiga lawan satu, tak kenal malu!" .
"Hoat-ong sendiri yang melemparkan roda emasnya, mana mungkin kau bocah ini bisa merebutnya?" "Satu lawan satu, hayo kalau berani bertanding lagi, jangan pakai keroyokan" "Betul.
! Coba bertanding lagi kalau berani !" Begitulah riuh ramai mereka ber-teriak2, tapi semuanya dalam bahasa Mongol, maka para ksatria Tionggoan tak satupun yang paham.
Sudah tentu diantaranya yang bisa berpikir tahu juga kalau soal ilmu silat sesungguhnya Kim-lun Hoat-ong masih di atas Siao-liong-Ii, tetapi sebutan Bu-lim Bengcu ini betapapun juga tidak boleh direbut seorang imam negara Mongol, hal ini bukan saja bikin malu kalangan Bu-lim daerah Tionggoan, pula berarti melemahkan perbawa sendiri di saat menghimpun kekuatan buat melawan musuh.
Maka diantara ksatria2 yang berdarah muda demi dengar jago2 Mongol ber-teriak2, merekapun balas mencacimaki dan pada lolos senjata, keadaan menjadi kacau panas dan tampaknya bakal bertempur ramai-ramai.
"Bagaimana, kau tetap tak ngaku kalah ?" seru Nyo Ko pada Kim-lun Hoat-ong sambil angkat gadanya tinggi-tinggi dengan roda emas di pucuk gada itu.
" senjatamu saja sudah berada di tanganku, masih cukup tebal kulit mukamu untuk berlagak disini" Apa ada di jagat ini senjata seorang Bu-lim Bengcu kena dirampas orang ?" Waktu itu Kiin-lun Hoat-ong lagi menjalankan tenaga dalamnya, apa yang dikatakan Nyo Ko cukup jelas didengarnya cuma ia tak berani membuka suara untuk menjawab.
Melihat keadaan lawan, Nyo Ko dapat meraba beberapa bagian, segera ia berteriak lagi: "Wahai para ksatria, dengarlah sekarang akan kutanyi dia lagi tiga kali, kalau Hoat-ong tidak menjawab, itu berarti mengaku kalah secara diam-diam.
" Nyata si Nyo Ko sangat cerdik ia kuatir sebentar lagi Hoat-ong selesai menjalankan napasnya, maka tanpa berhenti ia menanya pula cepat: "Nah, bagaimana, kau ngaku kalah bukan" Bu-lim Bengcu bukan bagianmu lagi bukan" Kau bungkam terus berarti mengaku secara diam2 bukan?" Pada saat itu kebetulan Hoat-ong sudah selesai menghilangkan rasa sesak dadanya, selagi ia hendak jawab orang, begitu melihat bibirnya bergerak cepat Nyo-Ko mendahului buka suara lagi "Baiklah, jika kau sudah mengaku kalah, kamipun tak mau bikin susah kau, kalian ber-ramai2 boleh lekas enyah saja.
Habis itu, ia angkat tinggi2 gada dan roda emas rampasannya itu dan diserahkan pada Kwe Ceng, ia pikir kalau serahkan Suhu, kuatirnya Kim-lun Hoat-ong akan menjadi murka dan merebutnya, suhu tentu tak sanggup melawannya.
Di lain pihak alangkah gusarnya Kim-lun Hoat-ong hingga mukanya.
merah padam, tapi ia gentar juga terhadap ilmu silat Kwe Cing yang lihay, roda emas sudah jatuh di tangannya, kalau hendak merebutnya kembali rasanya belum tentu berhasil pula jumlah lawan terlalu banyak, kalau terjadi pertempuran besar, pihak Mongol pasti akan kalah habis2an.
Agar tidak terima hinaan, terpaksa mundur teratur, kelak cari jalan lagi buat membalas.
Karena itu, dengan suara keras Hoat-ong lantas berkata: "Bangsa Han banyak tipu muslihat, menang dengan jumlah banyak, se-ka!i2 bukan "cara ksatria sejati, marilah ikut aku pergi saja.
" Habis berkata, ia memberi tanda dan para jago Mongol itupun mundur keluar rumah.
Dari jauh Hoat-ong masih memberi hormat pada Kwe Cing dan berkata: "Kwe-tayhiap, Ui-pangcu, tadi aku sudah belajar kenal ilmu kepandaian kalian yang hebat, Gunung selalu hijau, air sungai senantiasa mengalir, biarlah kita bersua pula kelak," Kwe Cing orangnya jujur dan berbudi, maka sambil membungkuk membalas hormat iapun menjawab : "Ilmu silat Taysu sungguh hebat sekali, Cayhe kagum luar biasa.
Senjata kalian bolehlah diambil kembali saja.
" Sembari berkata, roda emas dan gada emas itupun hendak disodorkannya.
Tapi Nyo Ko lantas menyelak: "Kim-lun Hoat-ong, apa mukamu cukup tebal untuk menerimanya kembali ?" Lekas2 Kwe Cing membentak, tapi Kim-lun Hoat-ong sudah kebas lengan bajunya terus jalan pergi tanpa berpaling lagi.
Tiba2 Nyo Ko ingat sesuatu.
"Hai, muridmu Hotu terkena racun senjata rahasiaku, lekas kau serahkan obat penawar untuk tukar obatku," ia berteriak.
Tetapi Hoat-ong yakin kepandaiannya cukup memahami ilmu pertabiban, segala racun apa saja, dapat disembuhkannya, ia benci terhadap kelicikan Nyo Ko, maka kata2 orang tak digubrisnya terus melangkah pergi.
Sementara Ui Yong melihat Cu-liu pejamkan mata dan pula bertidur, ia pikir di sini tidak sedikit terdapat ahli2 pemakai Am-gi berbisa, pasti ada diantaranya yang dapat menyembuhkan lukanya ini, maka melihat Kim-lun Hoat-ong tak mau terima ajakan Nyo Ko untuk tukar obat penawar, ia pun tidak pikirkan lebih jauh, Tatkala itu seluruh Liok-keh ceng telah terbenam dilain suasana sorak sorai yang riuh rendah, semua memuji Nyo Ko dan Siao-Iiong-li yang telah mengalahkan Kim-lun Hoat-ong dengan gemilang itu.
Kedua muda-mudi ini dirubung beratus orang yang berisik mempersoalkan pertarungan tadi, ada yang bilang-cara Nyo Komengalahkan Hotu betuI2 gunakan cara "senjata makan tuannya", ada yang berkata Ginkang Siao-liong-Ii tiada taranya hingga dapat hindarkan diri dari udakan Kim-lun Hoat-ong yang hendak menghantamnya tadi, cuma mengenai "Ih-hun-tay-hoat" yang digunakan Nyo Ko menangkan Darba hingga paderi Tibet itu dengan dan hantam dirinya sendiri, 9 dari 10 diantara mereka tiada satupun yang paham.
Kemudian perjamuan lantas diperbaharui, selama hidup Nyo Ko selalu menderita hinaan, baru hari ini ia betul2 melampiaskan deritanya itu dan unjuk keperkasaannya mendirikan pahala bagi dunia persilatan Tionggoan, maka tiada seorangpun yang tak menghormat padanya, dengan sendirinya amat girang hatinya.
Siao-liong-li suci bersih batinnya tak kenal sedikitpun tata pergaulan, ia lihat Nyo Ko gembira, maka iapun ikut bergirang.
Terhadap "gadis" ini Ui Yong juga sangat suka, ia tarik tangan orang dan menanya ini dan itu, ia minta Siao-liong-li duduk semeja di sampingnya.
Ketika melihat Nyo Ko duduk diantara Tiam jong Hi-un dan Kwe Cing, jaraknya terlalu jauh dari tempatnya, segera Siao-liong-li menggapai dan memanggil: "Ko-ji, kemari duduk di sampingku sini!" Namun Nyo Ko sedikit banyak paham perbedaan antara laki2 dan perempuan, tadi waktu bertemu sesaat ia lupa daratan dan unjuk perasaan hatinya yang murni, tapi kini di bawah pandangan orang begitu banyak, jika masih unjuk perasaan mesra, rasanya rada kurang pantas, maka demi mendengar panggilan orang, tanpa tahan wajahnya sedikit merah, ia bersenyum tapi tak mendekati.
"Ko-ji, hayo, kenapa kau tak kemari?" kembali Siao-liong-li mendesak.
"Biarlah aku duduk di sini saja, Kwe-pepek lagi bicara dengan aku," sahut Nyo Ko.
Tiba2 alis Siao-liong-li terkerut, "Aku ingin kau duduk ke sini," katanya pula.
Tampak sikap orang yang kurang senang, hati Nyo Ko terguncang hebat, ia merasa wajah orang yang rada marah itu betul2 menggiurkan, sekalipun harus hancur lebur untuknya juga rela, Dahulu karena sifat Liok Bu-siang diwaktu marah rada mirip Siao-liong-li dan Nyo Ko rela membela si gadis itu dari musuh ganas, bahkan melindunginya sejauh ribuan li, kini orang sesungguhnya sudah di depan mata, mana bisa ia membangkang lagi" Maka iapun berdirilah dan mendekati meja Siao-liong-li.
Melihat sikap kedua muda-mudi ini, diam2 Ui Yong rada curiga, namun iapun perintahkan atur tempat duduknya Nyo Ko.
"Ko-ji, ilmu silatmu yang hebat ini kau dapat belajar dari siapa?" kemudian Ui Yong tanya Nyo Ko.
"Dia inilah guruku, kenapa Kwe-pekbo tak percaya" sahut Nyp Ko sambil tunjuk Siao-liong-li.
Tapi Ui Yong sudah kenal kelicinan pemuda ini, bila dilihatnya wajah Siao-liong-li yang polos jujur, ia yakin orang tak nanti membohong, maka diapun berpaling dan tanya: "Moaymoay, betulkah ilmu silatnya dipelajarinya dari kau?" Siao liong li sangat senang atas pertanyaan orang.
"Ya, memang, bagaimana, baik tidak ajaranku?" sahutnya segera.
"Baik, baik sekali. " kata Ui Yong, "Moaymoay, Siapakah gurumu?" "Guruku sudah meninggal lama," sahut Siao-liong-li.
Dan matanya tiba2 pula basah, hatinya berduka.
"Tolong tanya siapakah nama dan she gurumu yang terhormat itu ?" kembali Ui Yong menanya.
"Entah, Suhu ya Suhu," sahut Siao-liong-li sambil geleng2 kepala.
Ui Yong sangka orang tak mau mengaku, memang adalah biasa kalau orang Bu-Iim pantang bicara soal perguruan sendiri Padahal guru Siao-liong-li adalah budak pelayan pribadi Lim Tiao-eng, selamanya hanya dikenal nama kecil sebagai pelayan, she dan nama asli memangnya ia tak tahu.
Dalam pada itu para kesatria dari berbagai aliran itu be-runtun2 telah menyuguh arak pada Kwe Ceng, Ui Yong, Siao-liong-li dan Nyo Ko sebagai penghormatan dan ucapan selamat karena telah mengalahkan musuh tangguh seperti Kim-lun Hoat-ong itu.
Biasanya Kwe Hu sangat dihormati orang berkat orang tuanya, tapi dibandingkan kini, keadaannya menjadi guram, kecuali Bu-si Hengte yang masih me-nyanjung2 padanya, tiada seorang lain yang perhatikan dia, Tentu saja gadis ini menjadi kesal "Toa-Bu-Koko, Siao-Bu Koko, jangan minum arak lagi, marilah kita jalan2 keluar saja," ajaknya kemudian pada kedua saudara Bu itu.
Bu Tun-si dan Bu Siu-bun menyahut berbareng, lalu mereka bertigapun berbangkit Dan selagi mereka hendak keluar, tiba2 di dengarnya Kwe Cing sedang memanggil: "Hu-ji, mari sini!" Waktu Kwe Hu menoleh, ia lihat sang ayah sudah pindah semeja dengan ibunya-dan lagi menggapai padanya dengan ber-seri2.
Karena itu iapun mendekati kedua orang tuanya dan memanggil manja sambil bersandar di tubuh Ui Yong.
"Nah, dulu kau kuatir Ko-ji kurang baik kelakuannya dan bilang ilmu silatnya kurang tinggi hingga tak sesuai bagi Hu-ji, kini kau tidak bisa mencela lagi bukan?" demikian dengan tertawa Kwe Cing berkata pada sang isteri: "la telah berjasa besar untuk para Enghiong dari Tionggoan sekarang, jangan kata tidak punya kesalahan, sekali pun ada apa2 yang tak baik jasanya tadi jauh lebih besar untuk menutup kesalahannya itu.
" "Ya, sekali ini memang salah penglihatanku" sahut Ui Yong angguk2 tertawa, "baik ilmu silat maupun sifat Ko-Ji memang bagus semua, aku sendiripun amat suka padanya.
" Mendengar jawaban sang isteri yang merupakan kesanggupan perjodohan puterinya, Kwe Cing sangat senang.
"Liong kohnio. " katanya pada Siao liong li, mendiang ayah muridmu adalah saudara angkatku, Kedua keluarga Nyo dan Kwe turun temurun berhubungan baik, Cayhe melulu punya satu anak perempuan, soal wajah dan ilmu silat masih boleh juga.
. . " Begitulah dasar watak Kwe Cing memang terus terang, apa yang hendak dikatakan lantas diucapkannya begitu saja.
"Hm coba, anak sendiri dipuji-puji, apa tak takut ditertawai adik Liong ?" sela Ui Yong tertawa.
Kwe Cing ikut terbahak, lalu iapun menyambung lagi: "Maka maksud Cayhe, hendak jodohkan puteriku ini pada muridmu, ayah-bundanya sudah wafat semua, urusan ini dengan sendirinya perlu minta keputusan Liong-kohnio, Dan kebetulan para ksatria berkumpul di sini, kita bisa minta dua Eng-hiong terkemuka sebagai comblang untuk menetapkan perjodohan ini, bagaimana ?" Hendaklah diketahui pada jaman dulu soal perjodohan umumnya tergantung perintah orang tua dan berdasarkan perantara comblang, pihak muda-mudi yang bersangkutan malahan tak berkuasa ambil keputusan.
Begitulah habis berkata, dengan ketawa2 Kwe Cing memandang Nyo Ko dan puteri sendiri, ia duga pasti Siao-liong-li akan terima perjodohan bagus itu.
Tentu saja muka Kwe Hu merah jengah.
Ia sembunyikan mukanya ke pangkuan sang ibu.
Sebaliknya air muka Siao-liong-li rada berubah mendengar kata2 Kwe Cing tadi belum ia menjawab tiba2 Nyo Ko sudah berdiri ia menjura dalam2 pada Kwe Cing dan Ui Yong, lalu berkata: "Budi Kwe pepek dan Kwe-pekbo yang membesarkan aku dulu serta rasa sayang padaku ini, sekalipun hancur lebur tubuhku juga sukar membalasnya.
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 7 Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Jodoh Si Mata Keranjang 10