Pencarian

Kereta Berdarah 2

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 2


kanannya ditempelkan ke atas punggungnya.
Nama besar mereka berdua berada di bawah nama-nama
Sian, Khei Sin, Mo empat manusia aneh, untuk menandingi
kebesaran nama keempat orang itu mereka dengan amat
rajinnya berlatih ilmu silat dan menciptakan suatu ilmu aneh
dari tenaga gabungan untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Tiang Gong Sin-cie, Sang Su-im ketika melihat mereka
berdua walaupun sudah mendengar nama besarnya bukannya
lari pergi bahkan memperlihatkan gaya hendak melawan,
membuat hatinya menjadi gusar. Dengan dinginnya dia
mendengus. "Hmm.... hmm.... nama besar dari Thiat-lang Cien-hu aku
orang sudah pernah mendengar, jika ini hari aku orang tidak
kasi sedikit hajaran buat kalian, tentu kamu sekali tidak akan
tahu tingginya langit dan tebalnya bumi."
Ooo)*(ooO Bab 4 BEGITU selesai dia berbicara, tubuhnya dengan cepat
berkelebat menubruk ke arah Cau Tok-soat.
Sejak Thiat-lang Cien-hu menciptakan ilmu ini, kali ini baru
untuk pertama kalinya digunakan, sedang musuh yang
dihadapipun merupakan Sang Su-im yang memiliki kepandaian
silat yang paling tinggi pada saat ini, dalam hati mereka
berdua tak terasa merasa tegang juga.
Begitu dilihatnya tubuh Tiang Gong Sin-cie berkelebat,
saking tegangnya tanpa pikir panjang lagi Gui Cun-pak sudah
mengirim satu pukulan dahsyat ke arah Sang Su-im.
Sang Su-im yang disebut sebagai Tiang Gong Sin-cie atau
si jari sakti juga tentu kehebatan ilmu meringankan tubuh
merupakan salah satu ilmu andalannya, sudah tentu pula
sekali pukulan yang dilancarkan Gui Cun-pak tadi tidak
mencapai pada sasarannya.
Gui Cun-pak Yang melihat serangannya mencapai sasaran
kosong untuk menghindar sudah tidak sempat lagi, jari tangan
Sang Su-im sudah berhasil menyandak punggung si rase perak
Cau Tok-soat, segera Sang Su-im yang berhasil
mencengkeram punggung diri Cau Tok-soat segera
melemparkan badannya ke arah luar.
Ketika tangan kanannya diayunkan hatinya merasa sangat
heran sekali, semula dia menganggap mereka berdua sedang
menggunakan ilmu silat meminjam tenaga memukul lawan,
walaupun ilmu tersebut mengutamakan tenaga dalam tetapi di
dalam pandangan mereka sebagai jago-jago berilmu tinggi
bukanlah suatu ilmu yang hebat.
Tetapi begitu dia melemparkan tubuh si rase perak Cau
Tok-soat ke depan segera tertampaklah olehnya badan
mereka berdua sama sekali tidak berpisah dan bersama-sama
melayang ke depan. Dia tersenyum, dia tahu ilmu tersebut tidak lebih gubahan
dari ilmu tenaga dalam meminjam tenega menyerang musuh
yang sudah diketahui olehnya.
Gui Cun-pak serta Cau Tok-soat yang terlempar ke tengah
udara dengan cepat mereka berjumpalitan di tengah udara
kemudian melayang turun kembali ke atas permukaan tanah
dengan amat ringannya. Gui Cun-pak menjongkokkan badannya ke bawah, diapun
saking gusarnya seluruh wajah sudah berubah menjadi merah
padam, dengan sepasang mata yang melotot keluar, dia
memandang tajam diri Sang Su-im.
Begitu tubuh si rase perak mencapai permukaan tanah dia
segera meloncat naik ke atas punggung Gui Cun-pak, pada
mulanya mengeluarkan suara suitan kegusaran. Rambutnya
yang sudah memutih pada berkibar tertiup angin agaknya dia
benar-benar merasa amat gusar ketika melihat mereka sudah
terdesak di bawah angin. Sang Su-im yang berhasil melemparkan tubuh mereka
berdua ke tengah udara tapi melihat keadaan mereka sama
sekali tidak gentarpun, dia tidak berani berlaku gegabah lagi.
Dia belum pernah bertempur secara langsung melawan
mereka berdua, bahkan sekali pandang saja dia sudah dapat
melihat kalau ilmu silat yang digunakan oleh Thiat-lang Cienhu
ini sama sekali bukanlah ilmu silat biasa yang pernah
ditemuinya. Diapun tahu berhasilnya tadi semuanya dikarenakan sikap
gegabah dari kedua orang itu, sehingga memberikan
kesempatan dirinya untuk merebut kemenangan.
Walaupun dalam hati dia sudah mulai waspada tetapi pada
air mukanya masih tetap tersungging suatu senyuman yang
amat tawar kini ada orang di dalam kalangan, bilamana
sampai orang-orang diluaran mengetahui kalau dia Tiang
Gong Sin-cie masih harus bersikap hati-hati terhadap dua
orang boanpwee harus ditaruh kemana wajahnya"
Dengan amat tajam Gui Cun-pak memperhatikan diri Sang
Su-im, air mukanya sudah berubah menjadi merah padam,
Mendadak tubuhnya bagaikan seekor katak meloncat ke
depan, sepasangnya tangannya melancarkan satu pukulan
yang amat dahsyat menghajar tubuh Sang Su-im, pukulan
yang dilancarkan keluar terasa amat aneh sekali, Sang Su-im
tertawa terbahak-bahak, pikirnya, "Hmm, dugaanku sedikitpun
tidak salah, ilmu silat mereka berdua tidak lebih hanya
gubahan dari ilmu meminjam tenaga yang sering terdapat di
dalam Bu-lim, Dia tidak ingin memberi perlawanan kepada mereka
dengan menggunakan ilmu jari saktinya, dia merasa jikalau
untuk melawan manusia semacam inipun dia harus
mengeluarkan ilmu jari saktinya bukankah nama baiknya di
dalam dunia kangouw akan terganggu"
Dengan kepandaian silat yang dimiliki Sang Su-im sekarang
ini boleh dikata setiap jurus serangan dari setiap partai mau
pun perkumpulan dia mengetahuinya dengan amat jelas,
dengan enaknya dia melancarkan tiga pukulan sekaligus
dengan menggunakan jurus Sin Toh Pat Ciang atau ilmu
delapan pukulan unta sakti dari Thian-san-pay.
Thiat-lang Cien-hu yang berdempet menjadi satu juga satu
orang saja dengan Gui Cun-pak yang melancarkan serangan di
dalam sekejap saja merekapun sudah melancarkan tiga puluh
jurus banyaknya. Sang Su-im yang melawan mereka berdua dengan
menggunakan jurus-jurus serangan yang acak-acakan sudah
cukup membuat dia berada di atas angin, sudah tentu dia
semakin tidak memandang sebelah mata pun kepada mereka
lagi. Tadi dalam hatinya tak urung merasa sedikit terkejut juga,
tak disangka olehnya kedua orang manusia ini masih
mempunyai sedikit ilmu simpanan yang begitu hebat bahkan
jurus-jurus serangan yang digunakan untuk menyerang
dirinyapun bisa memaksa dirinya harus berpikir dulu sebelum
melancarkan serangan. Di dalam pertempuran yang amat sengit itu tak hentihentinya
Sang Su-im berpikir terus, dia tahu jikalau dia harus
bertempur sebanyak lima puluh jurus banyaknya masih belum
sanggup memukul rubuh mereka berdua maka namanya di
dalam Bu-lim akan merosot.
Pada saat Sang Su-im sedang merasa amat murung itulah
mendadak Thiat-lang Cien-hu bersama-sama bersuit panjang
Cien-hu meloncat turun dari punggung Thiat-lang lantas
mereka berdua dengan empat telapak tangan bersama-sama
melancarkan serangan menghantam Sang Su-im.
Sang Su-im Yang pikirannya sedang bercabang, kini melihat
serangan musuh begitu gencar, hatinya merasa amat
terperanjat saat inilah empat buah angin pukulan sudah
berada di hadapannya membuat dia benar-benar terkejut.
Dengan cepat dia membentak keras, sepasang telapaknya
bersama-sama melancarkan pukulan dahsyat ke depan.
"Braaaak....!" di tengah suara benturan yang amat keras
sehingga menggetarkan seluruh permukaan bumi, angin
pukulan mereka berdua sudah berhasil dipukul balik oleh
angin pukulannya. Tanpa menanti mereka berdua berganti serangan kembali
dengan perasaan amat gusar dia menjentikkan jari tengah
serta jari telunjuk tangan kanannya,
"Sreet! Sreet....!" dua gulung angin serangan memecahkan
kesunyian dengan amat cepatnya menghajar tubuh mereka
berdua. Untuk menghindar tidak sempat lagi, tanpa mengeluarkan
sedikit suarapun Thiat-lang serta Cien-hu rubuh ke atas tanah
terhajar oleh sentilan tersebut.
Sang Su-im segera mendengus, dia mundur satu langkah
ke belakang kemudian melirik
sekejap ke arah Koan Ing, pikirnya, "Jika aku betul-betul
menggunakan ilmuku yang sebenarnya mereka tidak akan
tahan lebih lama." Tangannya dengan cepat bergerak kembali membebaskan
jalan darah mereka yang tertotok, ujarnya dengan amat
dingin, "Ini hari aku lepaskan kalian pergi, lain kali jika sampai
bentrok lagi dengan aku si orang tua, hmmm, kalian harus
tahu tidak semudah ini aku mau lepaskan kalian."
Gui Cun-pak serta Cau Tok-soat yang sudah mengeluarkan
ilmu andalan mereka Thian Ku Yu Gong, atau burung elang
meloncat di langit tetapi berhasil ditotok rubuh juga oleh Sang
Su-im hanya di dalam satu kali kebutan saja, membuat hati
mereka berdua rada merasa sedih.
Pada waktu yang lalu dalam hati mereka sudah menaruh
minat untuk menjajal ilmu silat dari empat manusia aneh
kemudian merebut nama besar di dalam Bu-lim, siapa sangka
baru bertemu dengan saleh satu dari empat manusia aneh
mereka sudah berhasil dipukul rubuh, saat itulah mereka baru
tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki mereka masih
terpaut amat jauh dari kepandaian empat manusia aneh.
Kini mendengar Sang Su-im mau melepaskan mereka dari
kematian membuat hati mereka merasa amat girang, tanpa
mengucapkan sepatah katapun mereka berdua saling pandang
sekejap kemudian tanpa menoleh lagi sudah melarikan diri
terbirit-birit, di dalam sekejap saja sudah lenyap tanpa bekas.
Koan Ing yang melihat pertempuran antara mereka bertiga
di dalam hari diam-diam merasa amat terperanjat. dengan
keanehan dari ilmu silat mereka bertiga boleh dikata baru
pertama kali ditemuinya selama hidupnya.
Setelah Thiat-lang Cien-hu meninggalkan tempat itu,
dengan perlahan Sang Siauw-tan melirik sekejap ke arah Koan
Ing kemudian ujarnya kepada diri ayahnya Sang Su-im.
"Tia, kemarin hari orang ini sudah menolong aku satu kali,
kali ini lepaskanlah dia pergi."
Sang Su-im menyapu sekejap ke arah diri Koan Ing.
"Urusan ini kau ingin diselesaikan secara bagaimana
terserahlah kau lakukan sendiri," ujarnya sambil tertawa
tawar. Sang Siauw-tan dengan amat congkaknya segera menoleh
ke arah Koan Ing, ujarnya sambil mencibirkan bibirnya.
"Hey, kaupun boleh pergi, sejak saat ini kita sama-sama
tidak berhutang budi, lain kali kau harus sedikit berhati-hati."
Mendengar perkataan itu, dalam hati Koan Ing merasa
sangat tidak senang tetapi diapun tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap mereka berdua, karena kepandaian silat yang
dimilikinya sampai sekarang ini belum sanggup untuk
mengalahkan dia. Terpaksa dengan hati mendongkol dia tidak memberikan
reaksi, apalagi mengingat nyawanyapun baru saja ditolong
oleh Sang Su-im sewaktu Thiat-lang hendak mencabut
nyawanya tadi. Ketika Sang Siauw-tan melihat Koan Ing saking gusarnya
sudah berdiri termangu-mangu disana tanpa bisa
mengucapkan sepatah katapun, dengan amat bangga dia
lemparkan satu senyuman manis.
"Tia, mari kita pergi," ajaknya kemudian kepada ayahnya.
Sehabis berkata dengan tangan menggandeng Sang Su-im
mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu.
Kini tinggal Koan Ing seorang diri yang berdiri termangumangu
disana dengan hati yang mangkel dan mendongkol, dia memandang bayangan
tubuh Sang Su-im ayah beranak yang
meninggalkan tempat itu, pikirnya.
"Hmm, sekalipun kau orang sudah menolong nyawaku
tetapi tidak seharusnya bersikap begitu kasar terhadap aku."
Berpikir sampai disitu, tak tertahan lagi dia mendepakkan
kakinya ke atas tanah. Sebenarnya diapun ingin turun gunung, tapi ketika
dilihatnya Sang Su-im ayah beranak pun mengambil jalan itu,
dia segera membatalkan niatnya, sebaliknya malah menuntun
kudanya menuju ke tengah gunung.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian mendadak di
jalanan gunung di hadapannya muncul seorang kakek tua
yang kurus kecil sedang memandang dirinya dengan
pandangan yang sangat dingin. Koan Ing menjadi amat terperanjat, bukankah orang itu
srigala baja Gui Cun-pak adanya" Tidak disangka sama sekali
olehnya kalau dia orang ternyata tidak pergi, kelihatannya dia
sengaja datang mencari dirinya.
Ketika dia menoleh ke belakang tampaklah di tengah
jalanan sudah bertambah lagi dengan seseorang yang bukan
lain adalah si rase perak Cau Tok-soat.
"Hey orang muda," Terdengar Gui Cun-pak berkata sambil
tertawa dingin tak henti-hentinya, "Kau tak akan lolos lagi dari
tempat ini, sejak tadi aku sudah menduga kalau Sang Su-im
pasti akan pergi meninggalkan kau seorang, kami masih ada
beberapa patah kata hendak ditanyakan kepadamu."
Ketika Koan Ing melihat jalan mundurnya sudah terhadang,
hatinya terasa amat berat, sepatah katapun tidak dapat
diucapkan. Cau Tok-soat yang ada di belakangpun ikut
membuka bicara, "Sebetulnya kami mengira kepandaian silat
kami sudah seimbang dengan kepandaian empat manusia
aneh itu tapi sekarang kami baru tahu kalau kepandaian kami
agaknya hampir-hampir jauh tertinggal.
"Asalkan kau mau membawa kami mencari jejak kereta
berdarah itu, kami segera akan lepaskan kau pergi," sambung
Gui Cun-pak lagi sambil tertawa dingin.
Koan Ing tetap membungkam di dalam seribu bahasa,
dalam ingatannya dia terus menerus memikirkan urusan yang


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain. Terdengar Cau Tok-soat tertawa dingin lagi.
"Dengan kepandaian silat yang kau miliki sekarang ini tidak
ada kesempatan lagi buat kau memilih-milih." ujarnya, "Kau
bisa menguntit dari daerah Siang Kiang sampai disini sudah
tentu mempunyai keterangan yang lebih luas lagi untuk
membawa kami menemukan kereta berdarah tersebut.
Kini Koan Ing terjebak kembali ke dalam hal yang sangat
membahayakan, pikirannya segera berputar, batinnya, Jika
aku berhasil melatih ilmuku sehingga berada seimbang dengan
kepandaian empat manusia aneh maka tak akan ada lagi
manusia yang berani mencari setori dengan aku.... "
Kini dia tidak dipandang sebelah mata pun oleh Sang
Siauw-tan, semuanya dikarenakan ilmu silat yang dimilikinya
tidak cukup, kalau tidak mana mungkin Sang Siauw-tan berani
memandang begitu rendah kepada dirinya" Hmm.... pada satu
hari dia harus memperlihatkan kepandaian silat yang
sesungguhnya di hadapan Sang Siauw-tan.
Gui Cun-pak yang melihat Koan Ing sedang termangumangu
tanpa mengucapkan sepatah katapun, segera dengan
dingin dia mendengus. "Kau jangan pikirkan permainan busuk terhadap diriku?"
bentaknya dengan keras. Koan Ing yang dibentak oleh Gui Cun-pak segera tersadar
kembali dari lamunannya, dia menyapu sekejap ke arah dua
orang itu, tiba-tiba dalam hatinya timbul suatu perasaan yang
amat aneh, pikirnya lagi, Jikalau ini hari aku tidak sanggup
untuk melawan mereka berdua, buat apa pergi belajar ilmu
silat yang lebih hebat lagi.
Pikiran yang sangat aneh ini, berkelebat di dalam
benaknya, di dalam sekejap saja dia tidak memikirkan kembali
mati hidupnya. tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas,
tangan kanannya dibabat dengan dahsyatnya menyambit
pedang pendek itu ke arah musuh kemudian tubuhnya sendiri
berlari dengan cepat ke arah atas musuh.
Gui Cun-pak serta Cau Tok-soat sama-sama tidak
menyangka kalau Koan Ing berani melarikan diri, untuk
beberapa saat lamanya mereka berdua berdiri tertegun,
pikirnya, "Hmm.... bocah ini sudah tidak ingin nyawanya
sendiri" Kenapa dia orang tidak pikir-pikir dulu apa bisa lolos
dari tangan kami berdua?"
Sebentar kemudian mereka berdua sudah sadar kembali
dari lamunannya, dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas
tetapi bersamaan dengan itu pedang pendek yang di sambit
oleh Koan Ing tadi dengan tepat menyambar di hadapan
mereka. Dengan cepat Gui Cun-pak menerima pedang tersebut, di
dalam sekilas pandang saja dia sudah melihat kalau pada
tubuh pedang pendek itu tergoreslah sebuah goresan merah
darah, bukankah pedang ini merupakan tanda dari partai Hiatho-
pay" Tak tertahan lagi dia menjerit tertahan.
Tubuh Cau Tok-soat dengan amat cepatnya meluncur ke
depan, saat ini di dalam pikiran mereka semua sudah
menganggap kalau Koan Ing pasti tahu jejak dari kereta
berdarah itu karenanya mereka tidak akan melepaskan
kembali mangsanya dengan begitu saja.
Kini tubuh Koan Ing sudah berada kurang lebih sepuluh
kaki dari mereka berdua, tetapi mereka berdua yang sudah
mengambil keputusan untuk menawan dia tubuhnya
berkelebat semakin kencang lagi, satu dari kiri yang lain dari
kanan dengan amat cepatnya mengejar diri Koan Ing.
Koan Ing begitu melayangkan badannya ketika melihat
kedua orang musuhnya masih ada kurang lebih sepuluh kaki
jauhnya dari dalam hatinya telah timbul suatu harapan, sinar
matanya dengan cepat menyapu sekejap ke arah sekelilingnya
kemudian dengan amat cepatnya berlari masuk ke dalam
sebuah buian yang amat lebat sekali,
Tetapi jalanan di sekitar gunung ini, Si Thiat-lang Cien-hu
jauh lebih paham daripada Koan Ing.
Ketika mereka berdua melihat tubuh Koan Ing dengan amat
cepatnya berkelebat masuk ke dalam hutan yang amat lebat
itu, dalam hati diam-diam merasa amat gusar, mereka heran
apakah pemuda itu tidak pernah memikirkan kalau dia tidak
akan lolos dari tangan mereka berdua"
Baru saja tubuhnya mencapai pinggiran hutan itu mereka
berdua sudah berhasil mengejar diri Koan Ing tidak lebih lima
kaki di belakang tubuhnya.
Koan Ing sama sekali tidak pernah menyangka kalau
gerakan tubuh mereka berdua bisa begitu cepatnya, dia
benar-benar merasa amat terperanjat.
Matanya segera memandang ke depan, sesudah memutar
dua kali di sekeliling hutan itu tubuhnya dengan cepat
meluncur naik ke atas sebuah pohon besar.
Gui Cun-pak serta Cau Tok-soat yang berhasil mengejar
hingga sangat dekat dengan Koan Ing mendadak kehilangan
jejak Koan Ing membuat mereka berdiri tertegun, tapi dengan
cepatnya sudah sadar kembali, mereka merasa Koan Ing tentu
sudah bersembunyi di suatu tempat.
Dengan dingin mereka segera mendengus, Koan Ing tentu
sudah bersembunyi di atas pohon.... tapi sekalipun begitu apa
dia kira bisa lolos dari kejarannya"
Koan Ing yang berhasil bersembunyi di atas Pohon, diapun
tahu jelas kalau dia orang tidak akan begitu mudah bisa lolos
dari pengawasan mereka berdua.
Walaupun dalam hati dia tahu sekalipun dirinya terjatuh ke
tangan si Thiat-lang Cien-hu demi kereta berdarah berdua
tidak akan berbuat sesuatu terhadap dirinya, tetapi hatinya tak
urung merasa murung juga.
Matanya dengan melotot lebar-lebar memperhatikan
keadaan di sekeliling tempat itu, dia mau cari adakah tempat
yang bisa di gunakan untuk meloloskan diri.
Tetapi dia tidak berani banyak bergerak, kini Gui Cun-pak
serta Cau Tok-soat sudah berada tidak jauh dari pohon
dimana dia bersembunyi, sedikit dia berisik saja segera akan
diketahui oleh mereka. Terdengar dengan amat dinginnya Cau Tok-soat
membentak, "Hey, Koan Ing, kau jangan mengira bisa
melarikan diri seenaknya, bila aku berhasil menemukan
dirimu, pertama-tama akan aku putuskan dulu sepasang
kakimu." Koan Ing menjadi amat terkejut, dia tahu jika Cau Tok-soat
sudah mengatakan begitu maka dia bisa melakukannya.
Sinar matanya segera menyapu sekejap ke arah sekeliling
tempat itu, terlihatlah tidak jauh dari tempat dianya berada di
atasnya sebuah pohon terdapatlah sebuah gua yang amat
lebar, Pikirannya segera bergerak, dengan perlahan dia turun dari
pohon tersebut kemudian dengan cepatnya berkelebat
menyusup ke dalam gua di tengah pohon tersebut.
Gerakannya kali ini tidak akan kedengaran oleh Thiat-lang
Cien-hu mereka berdua, tetap, dia sama sekali tidak
menyangka kalau dalamnya gua itu mencapai puluhan kaki.
Ketika kakinya menginjak dalam gua itu dia segera
merasakan kakinya menginjak suatu tempat yang kosong.
Dia menjadi amat terperanjat, terasalah keringat dingin
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, dia bukannya
takut terjatuh kedalam, cuma dia takut suara yang ditimbulkan
akan diketahui oleh Thian Lang Cien-hu yang ada di depan,
jikalau mereka ikut masuk ke dalam gua bukankah dirinya
tidak akan lolos kembali dari tangan mereka"
Tubuh Koan Ing dengan cepat jatuh di atas permukaan
tanah, baru saja dia mau bangkit berdiri, sekali lagi hatinya
merasa sangat kaget, terlihatlah di samping tempat itu
terdapatlah sebuah jalan di bawah tanah itu, pikirnya, "Jika
aku tertangkap kembali oleh mereka berdua, mereka pasti
akan menyiksa diriku habis-habisan, daripada menunggu di
sini, baiknya aku bersembunyi di dalam jalan di bawah tanah
itu saja.... jika mereka menyusul turun juga mengambil
kesempatan mereka tidak bersiap sedia akan melancarkan
satu serangan bokongan mengobrak-abrik mereka, sedikit2nya
bisa juga menerima kembali pokoknya."
Berpikir sampai di sini, Koan Ing segera menyembunyikan
dirinya, terdengarlah suara tindakan kaki semakin lama
semakin mendekat dan akhirnya berhenti di luar pintu gua itu
tetapi mereka berdua sama sekali tidak masuk ke dalam,
mereka berjaga-jaga di sana.
Sedang Koan Ing merasa keheranan mendengar Gui Cunpak
yang ada di luar sudah berseru dengan suaranya yang
amat berat, "Koan Ing, kau keluarlah, kami tidak akan melukai
dirimu," Mendengar perkataan itu Koan Ing mengerutkan alisnya
rapat-rapat, pikirnya di dalam hati, "Perkataan orang semacam
itu tidak bisa dipercaya, mereka takut aku membokong,
mereka lalu sengaja mengucapkan kata-kata tersebut agar
aku terpancing keluar."
Lama sekali dia termangu mangu tapi tidak terdengar juga
suara dari luaran kali ini sebaliknya malah membuat hatinya
merasa sangat cemas, kenapa Gui Cun-pak serta Cau Tok-soat
tidak ikut turun kemari"
Pikirannya berputar" Memikirkan berbagai urusan, jikalau
Thiat-lang serta Cien-hu sudah melakukan persiapan dengan
kepandaian yang dimiliki mereka sekarang ini tidak mungkin
bisa terbokong oleh dirinya tapi kenapa mereka berjaga2 saja
di tempat luaran?" Mereka tidak punya alasan yang kuat untuk mengharuskan
dirinya keluar dari tempat ini,
Lama sekali barulah Koan Ing mendengar suara berbisikbisik
dari mereka berdua cuma dia tidak mendengar dengan
jelas apa soalnya, Lewat beberapa saat lagi terdengar suara yang amat ringan
bergema di dalam ruangan bawah tanah itu, dia tahu salah
satu di antara dua orang itu sudah turun ke bawah, kini
hatinya malah sebaliknya terasa amat tegang, sepasang
matanya dengan amat tajam memperhatikan mulut pintu gua
tersebut, Terlihatlah sesosok bayangan manusia meloncat turun ke
bawah, dengan cepat Koan Ing mencabut pedangnya, di
dalam sekejap saja dia sudah melancarkan tiga kali serangan,
"Orang yang baru saja turun itu agaknya sama sekali tidak
menyangka Koan Ing bisa berbuat demikian," dengan
gusarnya dia mendengus dan balas melancarkan tiga
serangan dahsyat. Keadaan di dalam ruangan gua itu amat sempit dan kecil
sekali lagi pula Koan Ing melancarkan serangan dengan
menggunakan ilmu Thian-yu Kiam Hoat yang merupakan ilmu
yang dahsyat untuk beberapa saat lamanya orang itu tak
dapat mengapa-apakan diri Koan Ing.
Dari suara dengusan orang itu, Koan Ing bisa dapat tahu
kalau orang itu bukan lain daripada si srigala baja Gui Cunpak.
Sepuluh jurus dengan cepatnya berlalu, tiba tiba....
Plaaak.... pedang panjang di tangannya berhasil dipukul lepas
dari tangannya. Koan Ing tahu dia tidak boleh bertempur lebih lama lagi,
tubuhnya segera merendah menerobos masuk ke dalam
ruangan goa yang lebih dalam lagi, dia bermaksud sesudah
menempatkan suatu jarak yang cukup jauh, kemudian
mencari suatu tempat yang persembunyiannya lebih baik
untuk sekali lagi turun tangan membokong diri Gui Cun-pak.
Gui Cun-pak yang ada di dalam goa, walaupun kepandaian
silatnya jauh lebih tinggi dari kepandaian silat dari Koan Ing
tetapi gerakan tubuhnya tidak seberapa jauh lebih cepat dari
gerakan Koan Ing, karenanya mereka berdua satu di depan
yang lain di belakang dengan amat cepatnya sudah berlari
sejauh sepuluh kaki lebih.
Koan Ing yang berlari di depan, ketika secara tiba-tiba tidak
mendengar lagi suara tindakan kaki dari Gui Cun-pak yang
sedang melakukan pengejaran ke arahnya, tak terasa lagi
sudah berdiri termangu. Dia menanti beberapa waktu lamanya di sana tetapi tak
terdengar juga suara dari Gui Cun-pak yang sedang mengejar,
hatinya merasa sangat heran sekali, pikirnya, "Hmm.... buat
apa aku menunggu dirinya, baiknya aku maju terus ke depan,
coba lihat disana apa ada jalan keluar tidak.... "
Berpikir sampai disini dia segera berjalan maju ke depan.
Kurang lebih sepuluh kaki di hadapannya telah muncul
sebuah ruangan batu yang amat
besar. Dalam hati Koan Ing sangat heran sekali, dia segera
bangkit berdiri, dengan meminjam sinar terang yang
memancar masuk ke dalam gua dia berjalan terus ke depan.
Tampaklah luas ruangan batu itu ada kurang lebih puluhan
kaki, pada ujung ruangan itu duduklah sesosok mayat
manusia yang sudah mengering, di tempat lain terdapat juga
beberapa tengkorak manusia. Dalam hati dia merasa sangat
heran, pikirnya, "Heeeh.... sungguh heran, di tempat sini
ternyata ada sebuah ruangan yang demikian besar, tidak
kusangka sama sekali ada juga orang yang mau mendiami
tempat yang lebih mirip dengan tempat ini."
Sesudah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya
dengan perlahan dia berjalan mendekati mayat tersebut.
Tapi baru saja dia orang angkat kakinya maju ke depan,
mendadak mayat yang sudah mengering itu meloncat ke atas
kemudian bagaikan kilat cepat meluncur ke arahnya.
Dia menjadi sangat terperanjat, di dalam anggapannya dia
sudah mengira orang itu adalah sesosok mayat, sama sekali tidak terduga kalau
ternyata dia adalah seorang manusia hidup.
Melihat datangnya serangan dari orang itu tangan
kanannya dengan cepat melancarkan
serangan dengan menggunakan jurus Thian Hong Coa Lok
atau pelangi langit menutup jalan
dari ilmu telapak Thian-yu Ciang Hoat.
Tapi baru saja dia melancarkan serangan itu sampai di
tengah jalan, tangan kanannya sudah berhasil dicengkeram
oleh orang itu, terasalah olehnya pergelangan tangannya amat
panas seperti dibakar, sakitnya luar biasa.
Dengan menyeret tubuh Koan Ing tubuh orang itu berputar
setengah lingkaran di tengah udara kemudian melayang
kembali ke tempat semula, teriaknya dengan amat gusar, "Kau
muridnya Cu Yu?" Koan Ing menjadi tertegun, dia sama sekali tidak menduga


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan serangannya tadi dia sudah mengetahui asal usul
perguruannya sendiri. Ketika dia angkat kepalanya memandang terlihatlah
sepasang mata orang itu sudah dicongkel keluar, kini
sepasang matanya berlobang tak berisi sedang sepasang
kakinya pun sudah terbabat putus keadaannya sangat
mengerikan sekali. Hatinya menjadi sangat terperanjat, sepasang kaki orang
itu sudah putus sedang matanya pun buta tetapi kepandaian
silatnya sangat tinggi sekali, kelihatannya tidak berada di
bawah silat empat manusia aneh, siapakah sebenarnya orang
ini" Kenapa sebelumnya dia belum pernah mendengar adanya
manusia semacam ini"
Koan Ing yang di dalam sekali gebrakan saja sudah berhasil
ditawan pihak musuh, bahkan diketahui juga asal
perguruannya dia benar-benar merasa amat terperanjat.
"Apakah orang ini mempunyai dendam sakit hati dengan
suhunya pada masa yang lalu?"
Melihat wajahnya yang amat aneh itu dalam hati tak terasa
lagi timbul perasaan bergidik yang membuat bulu romanya
pada berdiri. Ketika orang aneh itu melihat dia orang tidak mengucapkan
sepatah katapun tangan kanannya segera diayun
melemparkan tubuhnya ke pojokan ruangan.
"Manusia tidak punya semangat." serunya sambil tertawa
dingin. Ooo)*(ooO Bab 5 Koan Ing yang dilemparkan orang aneh itu ke ujung
ruangan sama sekali tidak punya tenaga untuk melawan.
"Braaak!" punggungnya dengan sangat keras menghajar
dinding ruangan tersebut.
Ketika mendengar orang aneh itu mengejek dirinya tidak
punya semangat hatinya amat gusar, sambil merangkak
bangun teriaknya nyaring, "Suhuku memang si pendekar
pedang menyendiri dari gunung Chiu Leng!"
Agaknya orang aneh itu sudah menduga kalau dia bisa
berkata demikian, pada wajahnya sama sekali tidak kelihatan
perubahan yang aneh, dia duduk termangu-mangu beberapa
saat lamanya agaknya sedang mengingat kembali suatu
urusan. Lama sekali baru terdengar dia berseru dengan suara
berat, "Kau kemarilah.... "
Koan Ing yang sudah dibuat keder oleh ilmu silat orang
aneh itu menjadi rada ragu-ragu, tetapi ketika teringat
kembali kalau si orang aneh itu sudah memaki dirinya sebagai
manusia tidak becus hatinya terasa panas juga, segera dia
berjalan ke arah orang aneh itu dan berhenti kurang lebih tiga
langkah di hadapannya, dia takut manusia aneh itu turun
kembali menyerang ke arahnya, karena itu dengan amat
waspada di a memperhatikan terus gerak-geriknya.
Terdengar si orang aneh itu dengan amat dingin
mendengus. "Kesini maju lebih dekat lagi!" serunya keras.
Dalam hati Koan Ing merasa mendongkol juga, pikirnya,
"Hmmm kenapa aku harus takut untuk maju lebih dekat lagi"
Apa kau kira aku takut dengan kau orang?"
Berpikir sampai disini dia segera maju kembali ke depan.
Tetapi baru saja kaki kirinya maju lagi satu langkah
mendadak tubuh orang aneh itu bergerak tangan kanannya
berputar satu lingkaran di depan dada kemudian melancarkan
satu pukulan dahsyat ke arahnya.
Koan Ing menjadi amat terperanjat untuk menghindar tidak
sempat lagi, tubuhnya miring ke samping, dengan tepatnya
menerima hajaran dari orang aneh tersebut.
"Braaak....!" Sekali lagi punggungnya tertumbuk pada dinding ruangan
membuat seluruh tubuhnya terasa pegal linu.
Dengan cepat dia meloncat bangun dari atas tanah tak
terasa hatinya bergidik juga.
Jelas sekali ilmu pukulan Yang baru saja digunakan itu
bukan lain adalah Sim Hoat tingkat atas dari ilmu sakti Thianyu
Khei Kang tetapi kemantapan dari pukulan serta kecepatan
dan geraknya jauh di atas suhunya sendiri, dia menjadi
bingung sendiri. Pikirnya, "Aku belum pernah mendengar di dalam
perguruan ada orang semacam ini, tapi jelas dia
menggunakan ilmu Thian-yu Khei Kang?"
Terdengar orang itu berdiam diri sebentar kemudian
ujarnya dengan serius. "Cepat jatuhkan diri berlutut memberi hormat kepada
supekmu Thian-yu Khei Kiam, Kong Bun-yu."
Koan Ing menjadi melengak, dia pernah mendengar cerita
dari suhunya katanya supek Kong Bun-yu adalah seorang
lelaki tampan yang dandanannya amat perlente, mana
mungkin dia orang bisa berubah seperti begini"
Menurut suhunya supeknya Kong Bun-yu pernah bergaul
rapat dengan seorang perempuan, tetapi dia orang tua tidak
menjelaskan lebih luas lagi.
Tak disangka Kong Bun-yu yang ditemuinya sekarang
ternyata berwajah begitu aneh dan mengerikan sekali,
walaupun begitu mana dia tahu supeknya ini termasuk di
dalam salah satu empat manusia aneh, dia sendiri harus
menaruh rasa hormat kepadanya. Setelah termangu-mangu
beberapa waktu dia lantas jatuhkan diri berlutut, "Koan Im
menghunjuk hormat kepada supek."
"Hmm.... bagaimana kau bisa sampai di tempat ini?"
"Tecu didesak oleh Thiat-lang Cien-hu."
Ketika Kong Bun-yu mendengar disebutnya nama Thiatlang
Cien-hu tampak suatu hawa amarah terlintas pada
wajahnya, dia mendengus dingin tapi tidak mengucapkan
sepatah katapun. Koan Ing segera menceritakan kisahnya bagaimana dia
terdesak masuk ke dalam ruangan di bawah tanah ini,
Agaknya Kong Bun-yu sama sekali tidak punya minat untuk
mendengarkan kisahnya, segera dia bertanya, "Keadaan
suhumu apakah baik-baik saja?"
Mendengar Kong Bun-yu mengungkit kembali suhunya, dia
segera palingkan wajahnya memandang tajam wajah suheng
suhunya. "Keadaan tubuh suhu beberapa waktu ini kurang
memuaskan, sesudah lama dia orang tua tidak dapat turun
dari pembaringan." "Lama.... tempo hari suhu sudah terkena satu pukulanku,
kini sudah tentu tidak akan tahan lagi.
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing merasakan
hatinya tergetar amat keras mendadak
dia bangkit berdiri. Dia yang sejak kecil dididik dan di besarkan oleh Cu Yu
sudah menganggap gurunya seperti ayahnya sendiri, kini
mendengar perkataan dari Kong Bun-yu sudah tentu hatinya
merasa amat terkejut bercampur gusar.
Walaupun sepasang mata dari Kong Bun-yu sudah buta tapi
segala gerak-gerik dari Koan Ing tidak dapat luput dari
pengawasannya, mendadak tangan kanannya menyambar ke
depan mengirim satu pukulan, Kraak....!
Tulang tengkorak yang ada dipolkan ruangan sudah
terpukul hancur oleh angin pukulannya.
"Heee.... heee.... " serunya dengan suara berat. "Walaupun
peristiwa tempo hari dikarenakan kesalahanku, tetapi aku
adalah supekmu kau berani berlaku kurangajar di
hadapanku?" Koan Ing yang melihat air muka Kong Bun-yu amat murung
dan sedih, dia menjadi termangu-mangu, ini adalah urusan
dari kaum angkatan tua mana boleh dia orang ikut
mencampurinya" Terpikir akan hal ini tak tertahan lagi titiktitik
air mata menetes keluar membasahi pipinya.
Kong Bun-yu pun duduk termenung tak berbicara, lama
sekali baru terdengar dia berkata lagi, "Pada saat seperti ini
kau bisa tiba di sini sungguh bagus sekali.... "
Koan Ing segera menghapus bekas air matanya dengan
menggunakan tangannya, kini dia sedang memikirkan
bagaimana keadaan dari suhunya Cu Yu sekarang sehingga
perkataan dari Kong Bun-yu sama sekali tidak terdengar
olehnya. Agaknya Kong Bun-yu tahu apa yang sedang dipikirkannya
oleh Koan Ing, dengan dinginnya dia mendengus.
"Hmm.... seorang lelaki sejati tak akan merasa kesusahan
untuk memikirkan suatu urusan."
Koan Ing segera mengerutkan alisnya, dia tidak ingin
dipandang remeh Kong Bun-yu, dengan nada melawan
teriaknya, "Peristiwa yang sudah lampau sudah tentu aku
tidak mau ikut campur, tetapi akibat yang diderita suhuku
sekarang adalah diakibatkan oleh kau orang, kalau begitu aku
bukanlah sutitmu, kau pun bukanlah supekku!"
Pada wajah Kong Bun-yu segera terlintas hawa amarahnya,
sambil tertawa keras teriaknya, "Bagus, punya semangat....
punya semangat.... "
Seusai berkata, air mukanya berubah menjadi amat serius,
ujarnya kembali, "Tapi kau jangan melupakan satu hal,
perguruan Thian-yu masih ada aku sebagai ciangbunjinnya,
sedang suhupun belum di keluarkan dari perguruan, jikalau
kau tidak ingin memanggil aku sebagai supek aku tidak akan
memaksa tetapi kau orang harus mengerjakan satu urusan
dulu." Dengan pandangan tajam Koan Ing memperhatikan diri
Kong Bun-yu, tidak tahu apa arti dari perkataan ini, Tetapi
urusan ini menyangkut soal perguruan sedang Kong Bunyupun
merupakan seorang ciangbunjin perkataan yang
diucapkan tidak mungkin bisa bernada guyon.
Sepasang telapak tangan Kong Bun-yu segera direntangkan
dan lantas telapak tangannya mencengkeram sebuah batok
kepala dari tengkorak itu pada saat itu tenaganya disalurkan
segera terdengarlah suara yang amat keras kedua buah batok
kepala tengkorak manusia itu sudah tercengkeram hancur
sehingga berubah menjadi bubur.
"Heee.... heee.... kecuali kau bisa memisahkan hancuran
tulang-tulang batok kepala yang baru aku lakukan sekarang
ini." ujarnya tawar.
Koan Ing menjadi tertegun, di tempat kegelapan semacam
ini harus memisahkan tumpukan bubuk batok kepala ini"
Ketika Koan Bun-yu mendengar lama sekali Koan Ing tidak
mengucapkan sepatah katapun, dia segera mendengus,
ujarnya dingin, "Kedua orang ini sudah menerjang masuk ke
tempatku sehingga aku binasakan diri mereka pada tiga tahun
yang lalu, cuma urusan yang demikian kecilnya saja kau tidak
bisa lakukan masih berkata mau berbuat pekerjaan yang lain"
hmmm" Koan Ing yang dipanasi oleh perkataan Kong Bun-yu ini
sepasang alisnya- segera dikerutkan rapat-rapat.
"Kenapa tidak bisa?" teriaknya keras.
Selesai berkata dia berjalan maju ke depan dan
memandang ke arah sana, terlihatlah batok kepala tengkorak
tersebut sudah dicengkeram menjadi bubuk halus oleh tenaga
pencetan sepasang telapak Kong Bun-yu sehingga menjadi
setumpuk bubuk berwarna abu-abu, hal ini membuat hatinya
tertegun. Kong Bun-yu tidak ambil perduli Koan Ing lagi, dengan
amat tenangnya dia duduk tak berbicara.
Koan Ing benar-benar dibuat tertegun oleh keadaan yang
dihadapinya, dia bingung harus berbuat bagaimana baiknya,
keadaan di dalam gua itu sebenarnya sudah amat gelap apa
lagi cuaca pada saat itu sudah menjelang malam membuat
keadaan di dalam gua saking gelapnya sukar untuk melihat
lima jarinya sendiri. Kong Bun-yu tidak berbicara lagi dari atas tembok dia
memetik sebuah jamur dimasukkan ke dalam mulut terus
dikunyah. Melihat keadaan yang begitu mengerikan dengan mata
terbelalak mulut melongo Koan Ing memandang diri Kong
Bun-yu agaknya Kong Bun-yu sudah terbiasa hidup di tempat
itu dengan menggantungkan daripada jamur, tetapi dengan
kehebatan dari ilmu silatnya, bagaimana mungkin dia bisa
terjatuh hingga ke dalam keadaan semacam ini"
Koan Ing seorang diri termenung memikirkan banyak
pertanyaan, tetapi Kong Bun Yo tidak menggubris dirinya lagi.
Ia sendiri memejamkan matanya berlatih pernapasan,
terlihatlah sepasang tangannya dengan mendatar, dada
diangkat ke atas kemudian membentuk setengah lingkaran di
tengah udara. Dimana tangan Kong Bun-yu berkelebat pada udara segera
terdengar suara deburan yang
amat berat. Dalam hati Koan Ing menjadi sangat terperanjat, ilmu silat
dari Thian-yu-pay selamanya berbeda jauh dengan ilmu silat
partai lain, di dalam melatih tenaga dalam bukannya
mengutamakan ketenangan sebaliknya mengutamakan gerak,
kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki Kong Bun-yu
sekarang ini menurut penglihatannya mungkin masih jauh
lebih tinggi dari kepandaian si Tiang Gong Sin-cie Sang Su-im.
Sinar terang semakin redup sepasang matanya kini tidak
dapat melihat apa-apa lagi walaupun begitu dia masih bisa
dengar kalau Kong Bun-yu sedang berlatih Thian-yu Chiet Co
Sin yang merupakan ilmu tenaga dalam tingkat atas.
Dia yang seharian penuh tidak makan sesuap nasipun kini
merasakan perutnya amat lapar sedang badannya sangat
lelah, untuk mengambil jamur yang ada di atas tembok dia
merasa tidak tega atau lebih tepat lagi tidak punya minat
sama sekali. Koan Ing yang duduk termangu-mangu tidak lama
kemudian sudah tertidur dengan amat pulasnya.
Ketika dia sadar kembali dari pulasnya hari sudah pagi,
terlihatlah Kong Bun-yu masih tetap berlatih tenaga dalamnya
selama ini Kong Bun-yu tetap tidak mengucapkan sepatah
katapun, dia terus menerus berlatih tenaga dalamnya.
Ketika Koan Ing melihat Kong Bun-yu begitu menghina
dirinya dalam hati merasa sangat tidak senang, pikirnya,
"Hmm.... aku harus bisa memisahkan abu tengkorak itu
menjadi dua bagian."
Berpikir sampai disini dia segera duduk di samping abu
tulang itu dan menghapus abu yang ada di atas batu di kedua


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belah sampingnya, setelah itu dari tanah mengambil sekerat
tulang dan mulai menutul membagi menjadi dua bagian.
Baru beberapa lama dia sudah merasakan pandangannya
menjadi kabur, sepasang matanya terasa amat pedas sukar
untuk dipentangkan kembali, terpaksa dia beristirahat
sebentar. Saat itulah perutnya terasa amat lapar sekali hingga sukar
untuk ditahan, hatinya menjadi sangat bingung.
Jilid 3 SAKING lapar yang tidak tertahan lagi, tanpa berpikir
panjang terpaksa tangannya mencomot jamur yang melekat
pada dinding ruangan tersebut kemudian dijejalkan ke dalam
mulut. Jamur yang semula diduga tentu sukar untuk dikunyah kini
dalam keadaan nyata tidaklah terlalu sukar untuk menelannya
ke dalam mulut tetapi kalau dia harus berdiam begini terus
menerus sampai kapan dia baru berhasil memisahkan tulangtulang
yang sudah hancur ini"
Sehabis berlatih ilmu pernapasan dengan perlahan Kong
Bun-yu mencabut keluar sebuah pedang panjang dari
belakang tubuhnya, Koan Ing dapat melihat begitu pedang
tersebut dicabut keluar dari sarungnya segera terasalah
segulung angin yang amat dingin sekali menyerang badannya.
Seluruh tubuh pedang itu memancarkan sinar kebiru-biruan
yang menyilaukan mata, di tengah-tengah antara sinar
tersebut terlihatlah sebuah lukisan emas yang amat aneh
sekali, sekali pandang saja ia sudah dapat tahu kalau pedang
ini pastilah bukan barang sembarangan.
Kong Bun-yu setelah mencabut keluar pedangnya lalu
dengan tangan kiri perlahan-lahan mengelusnya, dia
menghela napas dengan perlahan.
"Heeey.... sudah lama aku tidak menggunakan pedang."
Agaknya dia benar-benar sangat terharu akan hal itu,
dengan termangu-mangu dia memegang erat-erat pedang
tersebut. Mendadak tangan kirinya dibabat ke depan, sekerat tulang
manusia segera terlempar ke atas, bersamaan waktunya pula
tangan kanannya digetarkan dengan disertai suara dengungan
yang amat nyaring pedang panjang di tangannya itu segera
membentuk sebuah lingkaran yang amat besar di depan
dadanya. Di tengah berkelebatnya sinar pedang, tulang manusia
tersebut sudah terbabat putus menjadi dua bagian dan tepat
terjatuh di hadapan Koan Ing.
Dengan cepat Koan Ing menundukkan kepalanya, melihat
tulang manusia tersebut ternyata sudah dibabat putus menjadi
dua bagian dengan bekas bacokan yang amat rata sekali,
hatinya benar-benar merasa amat ragu dengan tak terasa lagi
dia mengambil kedua belah tulang itu. Segera terasalah
sampai beratnya pun sama.
Diam-diam dia merasa amat terperanjat, walaupun
sepasang mata dan kaki dari Kong Bun-yu sudah hilang tetapi
kesempurnaan dari tenaga dalamnya serta keanehan dari ilmu
pedangnya benar-benar amat tinggi sehingga susah dicarikan
tandingannya pada saat ini. Terdengar Kong Bun-yu
mendengus dengan amat dinginnya, kepada Koan Ing
ujarnya, "Ilmu silat dari semua partai yang ada di dalam Bulim
sekarang ini tidak ada sebuahpun yang merupakan ilmu
yang betul-betul lurus, setiap melancarkan serangan mereka
tentu langsung menyerang musuhnya, di antara kedua hal ini
kebanyakan mereka tidak mau melancarkan serangan secara
terang-terangan, sedang jurus serangannyapun jauh dari jalan
yang sebenarnya, pada masa yang lalu sucouwmu Kiem Kiam
Sioe Su, sudah menggunakan seluruh
hidupnya untuk menyelami ilmu silat dari seluruh Bu-lim,
akhirnya dia berhasil juga ciptakan ilmu sakti Thian-yu Khei
Kang ini, tentu kau bisa bayangkan bukan bagaimana
tingginya ilmunya tersebut?"
Koan Ing yang mendengar perkataan dari Kong Bun-yu ini
semakin lama terasa semakin tertarik dengan ilmu silat
demikian aneh dan lihaynya, bilamana dirinya mau berlatih
dengan sungguh-sungguh bukankah pada kemudian hari dia
tidak usah takut dengan si kongcu tak berbudi lagi"
Kong Bun-yu yang melihat Koan Ing sama sekali tidak
memberikan reaksi apa pun segera dia mendengus.
"Haruslah kau ketahui, sebelum kamu orang berhasil
memisahkan abu tulang ini maka selama itu pula aku menjadi
supekmu." Saat itulah Koan Ing baru sadar dari lamunan, kiranya
secara tiba-tiba dia mulai merasakan kalau supeknya Kong
Bun-yu bermaksud hendak menurunkan ilmu sakti Thian-yu
Khei Kang tersebut kepadanya.
Dengan perlahan dia angkat kepalanya terlihatlah air muka
Kong Bun-yu sudah berubah menjadi sangat angker sekali,
dibalik keangkeran itu terlihat juga warna keabu-abuan yang
mulai meliputi seluruh tubuhnya.
Dengan perlahan dia tundukan kepalanya di dalam sekejap
mata itu pula agaknya dia berhasil mengetahui kesedihan di
dalam hati orang tua itu, tak terasa lagi dia mengerutkan
alisnya rapat-rapat tapi tetap tak mengucapkan sepatah
katapun. Kong Bun-yu tidak banyak bicara, tetapi sewaktu dia mulai
merasakan kalau Koan Ing sudah amat lelah, pada saat itulah
secara enaknya saja dia menjelaskan dua buah jurus aneh
kepadanya. Koan Ing tidak ingin mempelajari ilmu tersebut, tetapi
dalam hati diapun merasa ingin tahu, teringat akan Kong Bunyu
pun merupakan supeknya sendiri, bilamana dia belajar silat
darinya bukanlah tidak mengapa"
Berpikir sampai disitu diapun mulai ikut belajar terhadap
ilmu yang diturunkan Kong Bun-yu kepadanya, dia mulai
merasakan keterangan dari Kong Bun-yu yang diberikan
kepadanya amat jelas sekali bahkan dia merasa bahwa setiap
jurus serangan yang disampaikan sangat beralasan sekali dan
sama sekali berbeda dengan jurus-jurus silat lainnya.
Di bawah bimbingan dari Kong Bun-yu inilah dia berhasil
memahami beberapa banyak keanehan serta kelihayan dari
ilmu itu. Waktu berlalu dengan amat cepatnya di dalam sekejap saja
beberapa bulan sudah berlalu dengan amat cepatnya, abu
tulang yang dipisahkan kini baru mencapai seperempatnya
saja, tetapi pandangan matanya sudah mendapatkan
kemajuan yang amat pesat, semakin membagi semakin cepat
dan dalam hatinyapun mulai merasakan kebosanan yang
benar-benar memuakkan. Walaupun selama ini Kong Bun-yu sama sekali belum
pernah mengungkit kembali peristiwa yang sudah terjadi
tempo hari tetapi dari semua gerak-geriknya Koan Ing bisa
mengambil sedikit kesimpulan.
Tetapi kesemuanya itu dia pun merasa heran walaupun
sepasang mata dan kaki dari Kong Bun-yu sudah kehilangan
kegunaannya tetapi ilmu silatnya masih amat tinggi sekali, tapi
kenapa dia tidak mau keluar dari tempat itu"
Demikianlah setiap hari Koan Ing berlatih terus, pagi hari
dia harus berlatih ilmu lweekang Thian-yu Chiet Co Si
kemudian mulai bekerja lagi untuk memisahkan abu-abu
tulang manusia tersebut. Pada suatu hari.... Kong Bun-yu yang duduk di sampingnya
mendadak membuka mulut bertanya kepadanya. "Kau sudah
berhasil memisahkan beberapa bagian?"
Koan Ing menjadi melengak, selama ini Kong Bun-yu tidak
pernah menanyakan urusan mi tetapi entah kenapa ini hari dia
membuka mulut bertanya?"
"Hampir seperempatnya," jawabnya kemudian dengan
perlahan. "Hmmm sudah satu bulan lamanya, kau masih ingin
melepaskan diri dari Thian-yu-pay?"
Ketika Koan Ing melihat air muka Kong Bun-yu sedikit tidak
beres dia segera bangkit berdiri.
"Suhuku bersikap sangat baik sekali terhadap diriku, kau
sudah membunuh suhuku, bagaimana aku mau memanggilmu
sebagai supek?" Air muka Kong Bun-yu segera berubah amat hebat, dengan
gusar bentaknya, "Lalu bagaimana dengan ilmu siiat yang
sudah kau pelajari dari diriku selama satu bulan ini?"
Koan Ing menjadi keheran-heranan. belajar "ilmu silat dari
dirinya selama satu bulan ini" Selain disuruh memisahkan abuabu
tulang manusia itu apa lagi yang dikerjakan sendiri"
Dalam hatipun dia mulai merasa jengkel, dengan cepat dia
meloncat maju ke depan. "Aku sekarang ada disini, dengan kepandaian silatmu setiap
saat kau masih bisa mencabut kembali kepandaian yang aku
miliki sekarang ini."
"Baiklah," teriak Kong Bun-yu semakin gusar setelah
dilihatnya sikap Koan Ing masih tetap ketus. Jika kau orang
memang sudah mengambil keputusan begitu aku segera
memenuhi keinginanmu itu."
Selesai berkata tangan kanannya digunakan mencabut
keluar pedang panjangnya, mendadak tangan kirinya kirim
satu pukulan membuat abu tulang yang ada di atas tanah
terpukul mabur sedang pedang ditangan kanannya dengan
membentuk sinar kemerah-merahan dengan amat cepatnya
berkelebat di tengah udara.
Di mana ujung pedangnya menyambar benda yang ada
disitu segera terbabat menjadi dua bagian, keadaannya sama
sekali tidak kacau, jelas kelihatan kecepatan gerak pedangnya
memang benar-benar amat lihay.
Melihat hal itu Koan Ing menjadi berdesir rasanya, dengan
ketinggian ilmu silat dari Kong Bun-yu sampai hancuran
tulangpun bisa dipisahkan kembali menjadi bagian2 yang amat
kecil hal ini sudah perlihatkan kalau kelihayan ilmu silatnya
bukanlah tandingan dan dirinya sendiri.
"Sekarang kau boleh pergi dari sini!" tiba-tiba terdengar
Kong Bun-yu membentak kembali. Koan Ing menjadi
melengak, tetapi dia sama sekali tidak pergi dari sana.
"Hmmm.... kenapa kau tidak pergi?" teriak Kong Bun-yu
dingin. "Abu tengkorak itu bukan aku yang memisahkan,
bagaimana aku harus pergi dari sini?"
Agaknya Kong Bun-yu segera dibuat melengak oleh katakata
dari Koan Ing ini, dia angkat kepalanya kemudian
termenung berpikir beberapa saat lamanya.
Koan Ing yang melihat Kong Bun-yu dibuat termangumangu
oleh sikapnya, dia pun sedikit tertegun dibuatnya. apa
yang sedang dipikirkan Kong Bun-yu sekarang ini" Tapi dia
tidak banyak tanya, walaupun hatinya heran tapi mulutnya
tetap bungkam dalam serbu bahasa.
Lama sekali baru kelihatan Kong Bun-yu tundukkan
kepalanya kembali, ujarnya kepada diri Koan Ing.
"Peristiwa yang terjadi tempo hari memang benar adalah
kesalahanku, tetapi urusan itu tidak bisa ditarik kembali lagi.
Heey.... tidak disangka dengan kebesaran namaku pada
tempo hari kini harus menerima nasib yang demikian
buruknya.... sebelum aku meninggal maukah kau menerima
satu permintaanku?" Seluruh air muka Kong Bun-yu diliputi oleh kesedihan
membuat Koan Ing yang melihat hal itu dibuat termangumangu,
sebelum meninggal" Apakah Kong Bun-yu sudah
mendekati kematiannya"
Dengan nama besarnya bagaimana dia orang bisa berubah
menjadi demikian tak bersemangat" Teringat budi Kong Bunyu
terhadap dirinya selama satu bulan ini di mana dengan tak
henti-hentinya dia orang memberikan petunjuk ilmu silat
kepadanya membuat hatinya pun terasa ikut bersedih.
Kong Bun-yu yang melihat Koan Ing tidak memberikan
jawab segera, ujarnya kembali, "Selama hidupku ini, aku
orang mempunyai sifat keras kepala, selamanya apa yang
sudah aku kerjakan tidak akan menyesal kembali, beberapa
patah perkataanmu tadi secara
mendadak sudah membuat aku menjadi sadar kembali,
sekalipun aku sebagai seorang ciangbunjin tetapi dalam
hidupku ini aku cuma mengurusi dendam sakit hati pribadiku
sendiri saja, sama sekali tidak pernah mengurusi tugasku
sebagai seorang ketua partai."
Koan Ing yang mendengar perkataan ini hatinya jauh
semakin lunak, teringat kalau Kong Bun-yu bukan saja
merupakan supeknya, bahkan diapun merupakan seorang
pendekar kenamaan, berpikir sampai disitu tak terasa lagi dia
sudah menyahut, "Supek ada permintaan apa, silahkan
memberi petunjuk." "Tidak perduli urusan yang bagaimana beratnya, kau tidak
akan menyesali kembali?" tanyanya dengan wajah penuh
diliputi kegirangan. Koan Ing menjadi ragu-ragu sejenak, dia tidak tahu
sebenarnya supeknya ini hendak memerintahkan dirinya untuk
berbuat apa, tapi akhirnya da menyanggupinya juga. "Aku
akan melakukannya dengan sepenuh tenaga."
"Hmm. kalau begitu kau kemarilah."
Koan Ing menjadi melengak, tapi dia pun dengan cepat
berjalan mendekati diri Kong Bun-yu. "Berlutut."
Koan Ing menurut saja dan dengan cepat jatuhkan diri
berlutut, Kong Bun-yu lalu meletakkan tangannya ke atas
kepalanya, dia berkata, "Sejak saat ini juga kau adalah
Ciangbunjien angkatan ketiga dari Thian-yu-pay."
Koan Ing benar-benar dibuat tertegun oleh kenyataan ini,
semula dia mengira Kong Bun-yu mau menyuruh dia berbuat
sesuatu urusan tetapi tidak disangka ternyata dia hendak
meminta dirinya menduduki jabatan sebagai Ciangbunjien dari
partai Thian-yu-pay. Dari belakang badannya Kong Bun-yu mengeluarkan
sebuah pedang panjang lalu menyerahkannya kepada Koan
Ing, ujarnya kembali, "Pedang ini bernama Kiem-hong-kiam
yang selama ini tidak pernah berpisah dari tangan sucow serta
diriku, kau baik-baiklah melindunginya, selama ini orang yang
menjabat sebagai ciangbunjin dari partai Thian-yu selamanya
merupakan pendekar jagoan dari Bu-lim, kau harus
mengingat-ingat akan hal ini."
"Tetapi.... tetapi kepandaian silatku sangat rendah aku
tidak berhak untuk menduduki sebagai ciangbunjin suatu
partai, hal ini tidak mungkin terjadi!" bantah Koan Ing sambil


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerima pedang tersebut.
Kong Bun-yu menjadi amat gusar, bentaknya, "Ilmu silat
tidak lebih hasil latihan dari seseorang, kenapa kau orang
begitu tidak becus?"
Koan Ing yang mendengar Kong Bun-yu memaki dirinya
dengan amat kasar dia menjadi termangu-mangu, dia tahu
maksud Kong Bun-yu adalah baiki ilmu silat adalah hasil
latihan dari seseorang, benar, sedikitpun tidak salah, dengan
usia Kong Bun-yu yang masih muda tempo hari dia sudah
berhasil merebut kedudukan sebagai salah satu dari empat
manusia aneh, hal inipun berkat ketekunan latihannya itu.
Berpikir sampai disini, dia segera menerima pedang tersebut.
"Sejak ini hari tecu Koan Ing akan melaksanakan tugas
sebaik-baiknya sehingga tidak sampai menyia-nyiakan harapan
dari supek. Kong Bun-yu tersenyum puas.
"Dengan kepandaian yang dimiliki suhumu sehingga dia
orang berhasil mendidik kau sampai seperti ini, jelas sekali
kalau bakatmu amat bagus sekali, sebelum aku meninggal kau
harus tetap tinggal di dalam gua ini, aku akan menurunkan
seluruh ilmu silatku kepadamu."
Koan Ing termenung tidak berbicara, teringat akan
tugasnya pada kemudian hari, teringat pula kalau supeknya
Kong Bun-yu tidak akan lama lagi hidup di dunia ini, tak terasa
lagi hatinya menjadi amat sedih.
Terdengar Kong Bun-yu tertawa keras ujarnya, "Aku sudah
terkena bokongan orang lain dan tidak lama kemudian akan
meninggal dunia, dalam hal ini kau tidak perlu mengetahui
lebih jelas lagi apa sebabnya, tempo hari sucouwmu karena
hendak mendirikan partai Thian-yu ini saking lelahnya dia
orang sudah menemui ajalnya sehingga nama dari partai kita
tidak bisa muncul di dalam Bu-lim, sampai waktumu walaupun
di dalam Bu-lim aku orang berhasil mendapatkan julukan
sebagai Thian-yu Khie Kiam tetapi selama ini pula aku cuma
berhasil mengimbangi kepandaian silat dari manusia aneh
lainnya, sekarang harapan ku yang terakhir terletak di
tanganmu, kau harus bisa mengembangkan nama Thian-yupay
di dalam Bu-lim." Dia berhenti sebentar untuk menghela napas panjang, lalu
sambungnya lagi, "Latihanku selama puluhan tahun ini
sebenarnya sudah memperoleh sedikit kemajuan, cuma
sayang pertemuan puncak para jago yang diadakan untuk
kedua kalinya di atas gunung Hoa-san bulan Tong Ciu nanti,
aku tidak dapat hadir, dalam hal ini kau harus sudah hadir,
sebelum aku meninggalkan kau harus tetap tinggal gua ini
untuk mempelajari seluruh ilmu silat yang aku pahami selama
hidupku ini." Koan Ing hanya berdiam diri saja, dia tidak ingin
memberikan komentar apa-apa kepada dirinya.
Demikianlah sejak hari itu mereka berdua mulai saling
memperdalam ilmunya sendiri-sendiri, Koan Ing pun di bawah
bimbingan dari Kong Bun-yu sudah mendapatkan kemajuan
kang amat pesat sekali. Tubuh Kong Bun-yu semakin hari semakin lemah, sering
sekali tanpa ada sebab dia sudah tertawa terbahak-bahak,
lagaknya mirip sekali dengan orang gila, walaupun dalam hati
Koan Ing merasa tidak betah tapi dia tidak bisa berbuat apaapa,
terpaksa dengan rajinnya dia melatih ilmu silatnya
sendiri. Hari itu ilmu silatnya sudah memperoleh kemajuan yang dia
sendiri selamanya belum pernah menduga.
Terdengar Kong Bun-yu berkata kepadanya, "Hey.... Koan
Ing, tentu selama beberapa hari ini kau bisa melihat
keadaanku yang seperti orang setengah gila bukan" Kini
seluruh ilmu silat yang aku miliki sudah aku turunkan
kepadamu, kau boleh meninggalkan tempat ini."
Koan Ing menjadi melengak, walaupun pada tempo hari
Kong Bun-yu berbuat sesuatu yang tidak senonoh kepada
suhunya tetapi sikapnya terhadap dirinya amat baik sekali,
teringat kembali kalau dia orang mau meninggal, hatinya
merasa amat sedih sekali. Kong Bun-yu tertawa kembali,
ujarnya. "Buat apa kau orang memperlihatkan lagak seorang gadis"
Dengan kepandaian silat yang kau miliki sekarang ini,
walaupun tidak jelek tetapi jika dibandingkan dengan ilmu silat
yang dimiliki Sang Su-im masih tertinggal amat jauh, kelicikan
dan kejahatan yang ada di Bu-limpun kau orang tidak tahu.
Setelah kau keluar dari sini janganlah sekali-kali menyiarkan
berita kematianku, untuk menjaga kewibawaan dari seorang
ketua partai besar kau jangan terlalu merendahkan derajatmu,
kalau tidak kau orang akan mendapatkan kerugian yang amat
besar sekali." Dengan perlahan Koan Ing jatuhkan diri berlutut di
hadapannya. hatinya benar-benar terasa amat susah.
"Supek," ujarnya sedih. "Sekarang aku tidak ingin pergi
lagi, aku ingin tinggal lebih lama lagi disini."
Kong Bun-yu menjadi melengak, tapi sebentar kemudian
dia sudah tertawa terbahak-bahak, "Kau tidak mau pergi pun
sekarang harus pergi juga."
Tiba-tiba suara tertawanya yang amat keras berhenti di
tengah jalan, kemudian tidak terdengar suaranya kembali.
Koan Ing menjadi melengak., tapi sebentar saja dia sudah
tahu kalau Kong Bun-yu telah membunuh diri dengan jalan
menghancurkan isi perutnya sendiri.
Tak terasa lagi dia meneteskan air matanya, dengan cepat
dia jatuhkan diri berlutut dan memberikan penghormatannya
yang terakhir. Teringat akan pengalamannya selama dua bulan ini, tak
terasa lagi dia menghela napas panjang.
Koan Ing berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya,
akhirnya dia teringat kembali keterangan yang diberikan Kong
Bun-yu kepadanya, dengan perlahan dia mendorong sebuah
pintu batu di samping kanan kemudian menaiki sebuah tangga
batu yang amat panjang. Dengan langkah perlahan dia melanjutkan perjalanannya
keluar dari dalam ruangan tersebut.
Saat itu musim gugur sudah tiba, terasa angin bertiup
dengan kencangnya, sedaun pada rontok memenuhi seluruh
tanah. Koan Ing yang teringat akan persoalan Kereta Berdadah tak
terasa lagi sudah menghela napas panjang. entah itu kereta
berdarah sekarang berada dimana" Bagaimana dengan sakit
suhunya" Baru saja dia termenung, mendadak terdengar sebuah
suara yang dingin berkumandang keluar dari samping
tubuhnya. "Hey bangsat cilik, lama sekali kau pergi kesana."
Dengan cepat Koan Ing putar badannya, dia menjadi amat
terperanjat, kiranya di belakang tubuhnya sekarang ini sudah
berdiri seorang yang bukan lain adalah si Thiat-lang, Gui Cunpak
adanya. Dia sama sekali tidak menduga kalau Gui Cun-pak bisa
menanti dirinya dengan begitu sabar, teringat akan keadaan
dari supeknya Kong Bun-yu mendadak di dalam benaknya
terbayang suatu ingatan. "Apakah buntungnya sepasang kaki Supek ada sangkut
paut dengan mereka berdua?"
Gui Cun-pak dengan pandangan tajam memperhatikan diri
Koan Ing, ketika dilihatnya lama sekali dia tidak memberikan
jawabannya ia segera mendengus, tubuhnya dengan cepat
berkelebat lima jari tangan kanannya dipentangkan kemudian
dengan kecepatan yang luar biasa mencengkeram tubuh Koan
Ing, Koan Ing yang sudah mendapatkan latihan selama
beberapa bulan di dalam gua sudah tentu ilmu silatnya
memperoleh kemajuan yang amat pesat sekali, kaki kanannya
dengan cepat bergerak, setelah membentuk setengah
lingkaran busur di atas tanah tubuhnya dengan amat cepatnya
menyingkir ke samping menghindarkan diri dari cengkeraman
maut Gui Cun-pak tersebut.
Koan Ing Yang berhasil menghindarkan diri cengkeraman
Gui Cun-pak, tanpa menoleh lagi tangan kanannya dibalik lima
jarinya dengan amat cepat dan tepat tanpa banyak menemui
kesukaran mencengkeram jalan darah Cie Ti Hiat pada tangan
kanan musuhnya. Gui Cun-pak benar-benar merasa amat terperanjat, tidak
disangka sama sekali olehnya selama dua bulan tidak bertemu
Koan Ing dia orang sudah memperoleh kemajuan yang begitu
pesat di dalam ilmu silatnya hal ini benar-benar membuat
hatinya bergidik. Dia mana tahu kalau selama bulan pertama Koan Ing sudah
dilatih ketajaman mata serta kekuatan jarinya, kini
serangannya benar-benar amat membahayakan sekali.
Sedangkan langkah yang digunakan bukan lain adalah ilmu
langkah Thian-yu-poh atau ilmu langkah manunggal yang
diandalkan Kong Bun-yu selama berkelana di dalam Bu-lim,
Setiap langkah yang dilaluinya semuanya mengandung
rahasia yang amat dalam sekali, bahkan sampai empat
manusia aneh pun pada masa yang lalu tidak bisa
memecahkan ilmu tersebut apalagi Gui Cun-pak sebagai
seorang manusia biasa"
Di dalam keadaan terkejut Gui Cun-pak benar-benar dibuat
bingung, terpaksa dia mundur dua langkah ke belakang,
pikirnya, "Sungguh sialan, nenek reyotpun tidak ada disini ini
hari aku betul-betul didesak di bawah angin oleh setan cilik
ini," Ooo)*(ooO Bab 6 BERPIKIR sampai disitu tanpa banyak pikir lagi Gui Cun-pak
melancarkan dua serangan kembali,
Koan Ing yang melihat serangannya mencapai pada
sasaran dia tidak sungkan-sungkan lagi, semula dia memang
masih menaruh rasa jeri terhadap diri Gui Cun-pak, tetapi saat
ini rasa jeri itu sudah tersapu bersih dari benaknya.
Kaki kirinya dengan cepat menutul permukaan tanah
menghindarkan diri dari kedua buah serangan Gui Cun-pak ini,
tangan kanannya ditarik ke atas lantas balas mengurung
musuhnya. Gui Cun-pak yang melihat dua buah serangannya kembali
mencapai pada sasaran kosong hatinya semakin bergidik, dia
benar-benar dibuat terkejut dan ketakutan oleh keanehan dan
kelihayan dari ilmu silat Koan Ing ini.
Dengan cepat serangan Koan Ing sudah menyapu ke depan
wajahnya, baru saja dia orang mau menghindar mendadak
kaki kanan Koan Ing diangkat melancarkan tendangan
menghajar tumitnya, serangannya ini mengandung hawa
pukulan yang amat hebat, asalkan terkena serangan tersebut
tanggung tumitnya akan hancur dibuatnya.
Gui Cun-pak menjadi gugup, jurus serangan yang
dilancarkan Koan Ing semakin lama semakin aneh dan
semakin lihay lagi, membuat dia untuk beberapa saat lamanya
dibuat kebingungan sehingga gerakan tubuhnyapun semakin
kacau. Walaupun Koan Ing masih belum paham benar terhadap
jurus serangannya, tetapi tak
urung pipi kanannya terkena sambaran jari-jari Koan Ing
juga sehingga terasa panas, pedas,
linu dan sukar ditahan. Dia menjadi amat terkejut bercampur gusar, dengan amat
kerasnya dia bersuit panjang tangannya diayun berturut-turut
melancarkan sepuluh serangan lebih.
Kali ini dia melancarkan serangan dengan menyalurkan
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya, tanpa banyak rewelrewel
lagi ilmu telapak Na Im Ciang yang paling diandalkan
dikeluarkan. Sebenarnya dia pun merupakan seorang jago yang
mempunyai nama terkenal di dalam Bu-lim, begitu ilmu
andalannya dikeluarkan jurus-jurus serangannyapun semakin
gencar dan membingungkan sekali.
Semakin bertempur Koan Ing merasa hatinya semakin
mantap, dia segera mengeluarkan seluruh ilmu silat yang
berhasil dipelajarinya dari dalam gua untuk melawan Gui Cunpak.
Walaupun kepandaian silatnya sudah amat tinggi tetapi
tenaga dalamnya jauh di bawah Gui Cun-pak, apalagi banyak
jurus serangan lihay yang belum dapat digunakan olehnya
dengan sempurna, dengan demikian untuk mencapai
kemenanganpun dia masih belum sanggup,
Sekalipun dengan demikian Gui Cun-pak pun untuk
sementara waktu tidak dapat mengapa-apakan dirinya.
Di dalam sekejap mata saja mereka berdua sudah bergerak
kurang lebih lima puluh jurus banyaknya, hati Gui Cun-pak
semakin lama semakin terperanjat, pada dua bulan yang lalu
Koan Ing tidak dapat lolos dari tangannya, cuma di dalam lima
jurus saja tetapi kehebatan dari ilmu silatnya sekarang ini
benar-benar berada diluar dugaannya, bahkan terhadap jurusjurus
serangan yang digunakan Koan Ing diapun harus
menaruh tiap bagian perasaan jerinya.
Jikalau hal ini dibiarkan berlarut terus, kemungkinan sekali
beberapa hari kemudian kepandaian silat dari Koan Ing akan
jauh lebih tinggi lagi, ini semakin membahayakan
kedudukannya. Sambil bertempur Gui Cun-pak berpikir keras, dia benarbenar
merasa terperanjat atas kelihayan musuhnya.
Pada saat mereka berdua sedang bertempur dengan amat
serunya itulah mendadak dari dalam hutan muncul seseorang,
kedatangan orang tersebut seketika itu juga membuat
suasana di tengah kalangan menjadi berubah, masing-masing
dengan cepat meloncat mundur ke belakang.
Dengan cepat Koan Ing menoleh ke arah orang tersebut,
tetapi sebentar kemudian dia sudah dibuat tertegun, orang itu
berjubah hijau dengan wajah berwarna kuning pucat, dia
orang bukan lain adalah suhunya si pendekar pedang
menyendiri Cu Yu adanya. Hatinya benar-benar terasa amat terkejut bercampur
girang, tak tertahan lagi teriaknya, "Suhu."
Tubuhnya dengan cepat berkelebat menuju ke arah orang
itu. Gui Cun-pak yang mendengar Koan Ing memanggil orang
itu sebagai suhunya dalam hati semakin merasa terkejut lagi,
dengan diam-diam dia putar badannya meninggalkan tempat


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Koan Ing dengan cepat berlari ke depan suhunya,
kedatangan dari suhunya yang mendadak ini seketika itu juga
mengingatkan Koan Ing atas perkataan dari Kong Bun-yu,
saat ini hatinya benar-benar sangat gembira sekali sehingga
tanpa terasa air mata sudah menetes keluar membasahi
pipinya. Wajah Cu Yu yang kuning pucat tampak sedikit bergerak,
tangannya dengan perlahan-lahan mengelusi kepala Koan Ing
ujarnya, "Anak bodoh, kau kenapa menangis."
"Suhu," seru Koan Ing sambil melelehkan air matanya.
"Kau orang tua datang dari mana?"
"Kau jangan menanyakan urusan itu dulu tadi aku melihat
kepandaian silatmu amat tinggi sekali, sebenarnya sudah
terjadi urusan apa?"
"Aku sudah bertemu dengan supek.... "
"Supekmu?" potong Cu Yu dengan terperanjat. "Sekarang
dia berada dimana?" Koan Ing ragu-ragu sebentar, akhirnya jawabnya juga.
"Supek sudah meninggal, dia berada di dalam gua itu."
Sambil berkata dia menuding ke arah gua batu itu, tampak
tubuh Cu Yu sedikit tergetar, mendadak dia termangu mangu
kemudian dengan cepatnya berkelebat menuju kesana.
Koan Ing yang melihat sikap suhunya amat aneh, dia
menjadi sangat terperanjat dia sama sekali tidak menyangka
kalau suhunya bisa begitu terharu sesudah mendengar berita
atas kematian Kong Bun-yu.
"Suhu.... " teriaknya, tubuhnyapun dengan cepat ikut
mengejar dari belakang. Ketika dia berhasil memasuki ruangan batu itu tampaklah
suhunya sedang berlutut termangu-mangu di depan jenazah
Kong Bun-yu, air matanya menetes keluar membasahi seluruh
wajahnya, sedang tangannya dengan perlahan mengelus-elus
sepasang mata dari Kong Bun-yu.
Koan Ing menjadi tertegun.
"Suhu," panggilnya kembali dengan perlahan.
Cu Yu seperti baru saja tersadar dari lamunannya,
mendadak dia berseru dengan suara yang gemetar sedang air
mata menetes keluar semakin deras, "Sedih dan senang
laksana impian, cinta buta sepuluh tahun mendatangkan
kepedihan.... " Koan Ing yang sama sekali tidak tahu urusan yang sudah
terjadi di antara suhunya dengan Kong Bun-yu, saat ini
menjadi tertegun, dia bingung harus berbuat bagaimana untuk
menghibur suhunya kemudian. "Suhu.... "
Cu Yu termangu-mangu sebentar, akhirnya dia menghela
napas panjang dan duduk bersila di samping jenazah Kong
Bun-yu. ujar dengan perlahan, "Ing jie, coba kau ceritakan
pengalamanmu sewaktu bertemu dengan supekmu."
Koan Ing sewaktu melihat air mukanya amat sedih sekali
tidak berani membangkang perintahnya, dengan perlahan dia
mulai menceritakan kisahnya bagaimana bertemu dengan
Cien-hu Thiat-lang, lalu bagaimana dia melarikan diri dan
bertemu dengan Kong Bun-yu.
Dia bercerita terus, tidak lama kemudian sudah hampir
sebagian besar telah diceritakan tetapi selama ini Cu Yu tidak
mengucapkan sepatah katapun.
Koan Ing segera merasakan sesuatu yang tidak beres,
mendadak dia menubruk maju ke depan dan memeriksa
pernapasan dari suhunya. Entah sejak dari kapan suhunya Cu Yu sudah
menghembuskan napasnya yang penghabisan, dia menjadi
amat terkejut sekali. "Suuuuhu.... " teriaknya, saking tergoncang hatinya tak
tertahan lagi dia jatuhkan tak sadarkan diri.
Lama sekali dia baru sadar kembali dari pingsannya, dia
menangis kembali dengan sedihnya.
Dia orang sama sekali tidak menyangka kalau suhunya
tanpa mengucapkan sepatah kata pun sudah menghembuskan
napasnya yang penghabisan, dengan termenung dia berpikir
keras akhirnya dengan menggigit kencang bibirnya, dia
jatuhkan diri berlutut di depan suhunya untuk memberi
hormat kemudian dengan cepat meninggalkan gua itu.
Sekeluarnya dari gua, dia pun dengan cepat menutup
kembali pintu gua tersebut, akhirnya setelah semuanya selesai
dia baru berlalu dari sana.
Sungai Tiang Kang mengalirkan airnya dengan deras
menuju ke arah sebelah Timur.
Sebuah perahu dengan lajunya berlayar ke depan, tampak
Koan Ing dengan perlahan keluar dari ruangan kapal tapi
sebentar kemudian dia sudah dibuat tertegun, kiranya di
ujung perahu tersebut sudah berdiri seorang pemuda berbaju
hijau dengan angkernya, Sekali pandang saja Koan Ing sudah
mengenal kembali kalau orang itu bukan lain adalah Sang
Siauw-tan, selama tiga hari tiga malam ini dia tak pernah
bertemu dengan seorangpun di atas perahu itu, bagaimana
sekarang dia orang bisa muncul disini"
Menurut kabar kereta berdarah itu sudah menuju ke arah
Barat dan kini lenyap tanpa bekas, tapi dia sama sekali tidak
menyangka di atas perahu yang sedang berlayar dengan
lajunya ini, dia orang bisa bertemu kembali dengan Sang
Siauw-tan. Koan Ing yang di buat termangu, dengan cepat balik badan
mau berjalan masuk kembali ke dalam bilik, tetapi saat itu
pula Sang Siauw-tan sudah putar badannya. Dia yang melihat
Koan Ing pun ada di sana kelihatan sekali dibuat melengak
juga. "Hey, kau kemarilah!" terdengar dia berteriak.
Koan Ing yang mendengar dia orang dipanggil dengan
begitu kasarnya, dalam hati benar-benar merasa mendongkol
pikirnya. "Kesana. yaah kesana, apakah kau kira aku takut
kepadamu?" Berpikir sampai disitu dengan mengerutkan alisnya dia
berjalan menuju ke ujung perahu.
Sang Siauw-tan memperhatikan sebentar keadaan dari
Koan Ing kemudian sambil tertawa tawar ujarnya, "Kau mau
kemana?" Koan Ing yang melihat senyuman dingin yang sepertinya
dia crang sama sekali tidak dipandang sebelah matapun
kepada dirinya membuat hatinya terasa amat gusar sekali
sebenarnya dia ingin sekali memaki dengan beberapa patah
kata kepadanya, tetapi entah karena apa mendadak dia toleh
kepalanya ke arah sungai tanpa mengucapkan sepatah
katapun, Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing sudah dibuat
mendongkol oleh dirinya, dia segera tertawa geli,
"Hey Koan Kongcu, aku sedang bertanya kepadamu!"
serunya. Koan Ing semakin mendongkol lagi, jelas sekali Sang
Siauw-tan sedang menggoda dirinya pikirnya dalam hati,
"Hmm, apa anehnya kau mempunyai seorang ayah yang
lihay" Kalau benar-benar becus gunakanlah ilmu silatmu."
Dia mengerutkan alisnya kembali, sahutnya ketus, "Aku
sedang mengejar jejak kereta berdarah."
"Cuma mengandalkan kepandaian silat mu ini?" tanyanya
tawar. Koan Ing semakin dibuat jengkel lagi setelah mendengar
perkataan dari Sang Siauw-tan ini, pikirnya, "Kau orang jangan
sombong dulu, pada suatu hari aku bisa perlihatkan
kelihayanku di depan matamu."
Saking khe-kinya dia bungkam di dalam seribu bahasa.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing dibuat gusar
sehingga bungkam hatinya semakin gembira tapi dia ingin
menggoda dirinya lebih jauh.
"Hey Koan Ing, kau sudah pernah mendengar ilmu Thay So
Ing dari Tibet?" tanyanya sambil tertawa.
Saking gemasnya Koan Ing merasa mulutnya seperti
disumbat, sepatah katapun tidak dapat diucapkan keluar,
terpaksa dia tetap menutup mulutnya rapat-rapat. Sinar mata
dari Sang Siauw-tan berputar ujarnya kembali.
"Perkataanku ini adalah benar-benar, kau jangan takut aku
sudah membohongi dirimu."
Koan Ing tidak mau menggubris lagi, pandangan matanya
dengan sayu memandang ke arah kejauhan sedang pikirannya
berputar memikirkan urusannya.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing dibuat gusar tanpa
berani membalas dalam hati benar-benar merasa geli,
pikirannya pun berputar terus memikirkan cara yang lain
untuk menggoda diri Koan Ing.
Tampak dengan perlahan Koan Ing putar badannya, diapun
cepat-cepat ikut putar badan, kurang lebih satu kaki dari
mereka berdiri tiba-tiba tampaklah seorang lelaki berusia
pertengahan yang memiliki tubuh amat tinggi besar dengan
wajah yang amat hitam sekali. Ketika orang itu melihat
mereka berdua putar badan segera dibuat melengak.
Seketika itu juga Sang Siauw-tan sadar kembali, dengan
ilmu meringankan tubuh yang demikian tinggi dari orang itu,
dia tentu sedang mencuri dengar pembicaraan diantara dirinya
berdua, hatinya menjadi amat gusar.
"Hmm.... " dengusnya dingin. "Kau orang dengan
sembunyi-sembunyi sedang berbuat apa di sana?"
Lelaki bertubuh tinggi besar itu segera memperdengarkan
suara tertawanya yang amat menyeramkan.
"Baru saja aku mendengar pembicaraan kalian berdua
tentang ilmu Thay So Ing, cayhe pingin sekali menanyakan
sesuatu hal kepada kalian berdua."
Sang Siauw-tan sama sekali tidak menyangka nyali orang
itu ternyata begitu besar, apa yang sudah dicuri dengar
ternyata langsung ditanyakan kepada mereka, tak terasa lagi
alisnya dikerutkan rapat-rapat, ujarnya dengan dingin, "Kau
siapa" Kenapa sedikitpun tidak tahu sopan santun?"
Hee.... hee.... kalian berdua baru saja membicarakan soal
ilmu Thay So Ing, apakah mungkin kalian mau berangkat ke
daerah Tibet. Hahaa?"
Sinar matanya dengan tajam menyapu sekejap ke arah
mereka kemudian tambahnya.
"Walaupun kereta berdarah menyimpan suatu rahasia yang
amat besar sekali, tetapi dia pun menyimpan suatu nafsu
membunuh yang amat besar pula, aku nasehatkan kepada
kalian lebih baik jangan mencari gara-gara buat kalian
sendiri." SeIesai berkata dia putar badannya siap meninggalkan
tempat itu. Sejak kecil Sang Siauw-tan sudah memperoleh kemanjaan
dari ayahnya, mana dia orang mau menerima nasehat yang
begitu pedasnya" Hatinya benar-benar amat gusar, teriaknya keras, "Tunggu
dulu!" Dengan perlahan lelaki itu menoleh kemudian mendengus
dengan amat dinginnya. "Aku memandang pada usia kalian berdua, tidak mau
terima yaah sudahlah buat apa banyak cari urusan?"
Sang Siauw San tertawa dingin, saat ini dia benar-benar
sudah dibuat jengkel, tanpa banyak berbicara lagi tubuhnya
segera bergerak maju, sedang tangan kanannya dengan amat
cepatnya menyambar ke atas pipi lelaki berusia pertengahan
itu. Lelaki berusia pertengahan itu segera tertawa dingin, kaki
kanannya berkelebat, dengan amat tepat sekali dia berhasil
menghindarkan diri dari serangan dari Sang Siauw-tan ini
bersamaan waktunya pula tangan kanannya diangkat.
Di dalam sekejap saja telapak tangan kanannya mendadak
mengembang besar lalu dengan dahsyatnya dihajarkan ke
atas pundak sebelah kiri dari Sang Siauw-tan.
Sang Siauw-tan sama sekali tidak menyangka serangannya
bisa mencapai pada sasaran yang kosong, tetapi diapun sudah
mempersiapkan serangan susulan, melihat lelaki berusia
pertengahan itu ternyata sudah menggunakan ilmu Thay So
Ing dari Tibet hatinya semakin bergidik.
Kiranya ilmu sakti Thay So log ini merupakan ilmu silat
yang amat ganas dan dahsyat sekali, orang-orang di daerah
Tionggoan jarang sekali menemuinya, siapa orang ini tidak
usah diterangkan sudah amat jelas sekali.
Di dalam keadaan terperanjat tubuhnya dengan cepat
meloncat mundur ke belakang.
Agaknya lelaki berusia pertengahan itu sudah mengambil
keputusan untuk menangkap
dirinya, tubuhnya dengan cepat mendesak terus ke arah
diri Sang Siauw-tan. Melihat kelakuan lelaki kasar itu Sang Siauw-tan menjadi
terkejut bercampur gusar, dia yang merupakan putri dari si
jari sakti Sang Siauw-tan salah satu dari empat manusia aneh
sampai saat itu mana pernah mendapatkan desakan semacam
itu" Apalagi siapakah pihak lawannya dia orang sama sekaii
tidak tahu. Dia membentak dengan nyaring, tubuhnya sedikit
merendah, jari tengah serta jari telunjuk dari tangan kanannya
berturut-turut disentil dengan memecah udara bagaikan kilat
cepatnya menghajar tubuh si lelaki berusia pertengahan itu.
Dalam hati lelaki berusia pertengahan itu pun merasa
sangat terperanjat, ketika dia melihat baru saja melancarkan
serangan Sang Siauw-tan sudah menggunakan ilmu tunggal
dari sinari sakti Sang Su-im membuat perasaan ingin
mengundurkan diri meliputi di dalam hatinya.
Ketika masing-masing tenaga pukulan sudah bentrok
menjadi satu, tubuh merekapun pada mengundurkan diri ke
belakang. Tampaklah lelaki berusia pertengahan itu berturut-turut
mengundurkan diri tiga empat langkah ke belakang kemudian
melepaskan topi yang dikenakan di atas kepalanya ujarnya
kepada Sang Siauw-tan sambil merangkap tangannya di
depan dada. "Siauw ceng Husangko sudah salah menyerang Kongcu
sebagai anak murid Sang Loocianpwe, harap kau orang suka
memaafkan dosaku ini."
Baik Sang Siauw-tan sendiri maupun Koan Ing yang berdiri
di sampingnya pada dibuat melengak semuanya, kiranya
orang yang ada di hadapan mereka sekarang ini bukan lain
adalah jagoan nomor wahid dari daerah Tibet, anak murid Hu


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ing Thaysu, tetapi karena urusan apa dia sampai munculkan
dirinya disini" Diam-diam Sang Siauw-tan menghembuskan napas dingin,
dalam hati sebetulnya dia merasa sangat tidak gembira tetapi
setelah diketahuinya kalau orang yang ada di hadapannya ini
bukan lain adalah Husangko yang sudah mempunyai nama
amat terkenal di dalam Bu-lim bahkan berlaku begitu hormat
kepada dirinya membuat perasaan jengkelnya pun sudah
tersapu separuh dari dalam hatinya. Dengan dingin dia
mendengus. Jurus ilmu sakti Thay So Ing yang amat bagus sekali,
Hmm.... kini kereta berdarah sudah memasuki daerah Tibet,
tidak kusangka sama sekali jagoan dari Tibet ternyata masih
punya kegembiraan untuk berpesiar ke daerah Tionggoan."
Husangko tidak mengambil perduli, dia tersenyum.
"Entah dapatkah kongcu menghantarkan siauw-ceng untuk
bertemu muka dengan Sang cianpwee" Siauw-ceng ada
urusan penting yang hendak dilaporkan kepadanya."
Ketika Sang Siauw-tan mendengar perkataan dari
Husangko ini sangat serius sekali bahkan jauh2 dari Tibet
datang kemari khusus mencari ayahnya, dia tahu sudah tentu
ada urusan penting yang hendak dibicarakan, dia
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Tiang Gong Sin-cie adalah ayahku, kau ada perkataan apa,
silahkan laporkan saja kepadaku." serunya dingin.
Air muka Husangko segera memperlihatkan serba salah, dia
tertawa paksa ujarnya, "Kiranya kau adalah Sang kongcu,
tetapi urusan ini siauw-Ceng sudah mendapat perintah dari
suhu untuk menghadap sendiri kepada Sang cianpwee,"
"Ada urusan apa, asalkan aku menyanggupinya sama saja
seperti ayahku yang menyanggupinya, kau berlega hatilah,"
seru Sang Siauw-tan kembali dengan hati kurang puas.
Husangko tidak bisa berbuat apa-apa lagi, terpaksa dia
termenung berpikir beberapa saat lamanya,
"Tetapi urusan ini mempunyai sangkut paut yang amat
besar sekali," ujarnya kemudian, "Bukan saja ada sangkut
pautnya dengan kereta berdarah itu, bahkan mempunyai
sangkut paut yang amat besar sekali dengan tiga manusia
genah, empat manusia aneh dari Bu-lim, aku kira.... "
Sang Siauw-tan yang mendengar dia berbicara demikian
dia orang benar-benar dibuat tertegun, dia sama sekali tidak
menyangka urusan ternyata menyangkut hal yang demikian
besarnya, urusan tentang ayahnya dia masih mengetahui
sedikit-dikit, tetapi urusan yang menyangkut juga diri tiga
manusia genah,.... dia mana bisa tahu"
Tetapi kini Koan Ing ada di hadapannya, dia mana mau
memperlihatkan kelemahannya" Alisnya segera dikerutkan
rapat-rapat ujarnya, "Baiklah, aku yang tanggung semuanya."
Dengan keadaan serba salah Husangko melirik sekejap ke
arah Koan Ing. "Saudara ini.... "
Koan Ing yang melihat mereka berdua hendak
membicarakan sesuatu urusan yang penting, segera dia orang
merasakan tidak enak untuk tetap tinggal disana terus, bara
saja hendak mengundurkan diri dari sana mendadak terdengar
Sang Siauw-tan sudah berbicara, "Dia orang tidak mengapa,
bahkan dalam sakunya menggembol pula pedang pusaka Hiatho
Sin-pie jadi kedudukannya pun sebagai seorang
ciangbunjin, urusan penting yang menyangkut keadaan Bu-lim
memang seharusnya diapun mengetahui sedikit.
Mendengar perkataan ini dengan pandangan penuh rasa
terkejut Husangko melirik sekejap ke arah Koan Ing.
Koan Ing walaupun di dalam hatinya merasa sangat tidak
senang karena Sang Siauw-tan sudah mengungkit-ungkit soal
pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie tetapi terpaksa diapun
berpura-pura tidak mengetahui akan hal ini.
Husangko berbatuk-batuk sebentar, sesudah melirik
kembali ke arah diri Koan Ing ujarnya sambil menundukkan
kepalanya. "Selain persoalan munculnya kereta berdarah ke dalam
daerah Tibet, di dalam daerah Tibet sendiri sudah terjadi
banyak peristiwa, walaupun suhuku belum pernah bertemu
muka dengan suhumu tetapi dia sudah lama ingin bertemu
dengan dia orang tua." Mendadak dia menutup mulutnya
kembali, lama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun.
Sejak dahulu Sang Siauw-tan sudah mendengar kalau Hu
Ing Thaysu merupakan seorang pendeta berilmu tinggi dari
daerah Tibet, kehebatan dan kepandaian silatnya itu jauh
melebihi empat manusia aneh dari daerah Tionggoan, ini hari
seorang jago yang ilmunya jauh lebih tinggi ternyata sudah
datang minta bantuan kepada ayahnya hal ini sudah tentu
membuat hatinya terasa amat girang sekali, dia kepingin
Husangko mau cepat-cepat mengatakannya keluar.
"Sebenarnya sudah terjadi urusan apa?" desaknya terus.
Husangko menarik napas panjang, mendadak tangan
kanannya di tepuk ke depan menghajar dada Sang Siauw-tan.
Sang Siauw-tan sendiri sama sekali tidak menduga
Husangko bisa turun tangan secara mendadak, dia menjerit
kaget tubuhnya siap-siap menghindarkan diri ke sebelah
kanan, Tetapi Husangko sebagai anak murid yang tertua dari Hu
Ing Thaysu pula sebagai seorang jagoan berkepandaian tinggi
dari daerah Tibet, sudah tentu tenaga dalamnya jauh lebih
tinggi dari diri Sang Siauw-tan, apalagi kini dia melancarkan
serangan secara tiba-tiba, serangannya tersebut dengan tepat
menghajar pundak kanannya.
Koan Ing yang melihat secara tiba-tiba Husangko
melancarkan serangan menghajar pundak kanan Sang Siauwtan,
hatinya terasa amat terperanjat, dia membentak keras
sedang telapak tangan kanannya dengan keras menghajar
punggung Husangko itu. Tetapi gerakan dari Husangko amat cepat sekali, jauh
berbeda diluar dugaannya, baru saja dia melancarkan
serangan Sang Siauw-tan sudah berhasil dihantam luka.
Agaknya Husangko sudah menduga sejak tadi kalau Koan
Ing bisa melancarkan serangan ini, begitu serangannya
dengan cepat berhasil menghajar rubuh Sang Siauw-tan,
tubuhnya dengan cepat berjongkok ke bawah, tangannya
dibalik dan lima bilah pisau terbang dengan amat cepatnya
meluncur ke arah tubuh Koan Ing.
Koan Ing dengan keras membentak, kaki kanannya
membentuk setengah busur di tengah udara dan dengan amat
tepatnya dia berhasil menghindarkan diri dari kelima belah
pisau terbang tersebut, sedang tangan kanannya tidak mau
ambil diam dengan membantu gerakan busur dia
menghantam batok kepala dan Husangko.
Husangko sama sekali tidak menduga Koan Ing bisa
berganti jurus dengan begitu cepatnya, tenaga dalamnyapun
begitu tinggi, Dengan sekuat tenaga tubuhnya menghindar ke
samping meskipun demikian tak urung jubah yang dipakainya
berhasil di cengkeram oleh Koan Ing sehingga meninggalkan
lima buah sobekan yang amat besar.
Tubuhnya bagai kitiran berputar terus di tengah udara
kemudian melayang turun ke atas tanah, bersamaan pula dia
memperdengarkan suara suitan yang amat nyaring sekali.
Sebuah sampan kecil dengan cepatnya meluncur mendekat.
Husangko sedikitpun tidak mau berhenti lagi, tubuhnya
dengan cepat bergerak melayang ke arah sampan kecil itu.
Koan Ing yang melihat serangannya mencapai sasaran
kosong dia dibuat melengak pada saat itulah tubuh Husangko
sudah melayang menuju ke arah perahu sampan tersebut.
Sang Siauw-tan yang berhasil kena hajar dengan
terhuyung-huyung dia mundur dua langkah ke belakang, kini
melihat Husangko mau meninggalkan tempat itu, dengan
dinginnya dia mendengus tanpa mengucapkan sepatah
katapun tubuhnya meloncat ke tengah udara kemudian
dengan amat cepatnya mengejar ke arah diri Husangko.
Koan Ing melihat wajah Sang Siauw-tan amat pucat sekali
segera tahu kalau luka yang dideritanya tidak ringan, di dalam
keadaan terluka parah dia orang mana boleh mengejar diri
Husangko" Tubuhnya dengan cepat meloncat ke tengah udara,
bagaikan burung bangau sakti tubuhnya
melayang membentuk gerakan busur kemudian dengan
cepatnya melayang turun ke arah perahu sampan tersebut.
Tampaklah olehnya Tubuh Sang Siauw-tan yang ke tengah
udara baru saja mencapai di separuh jalan mendadak dia
mendengus berat, tubuhnya dengan amat beratnya pula jatuh
ke atas tanah. Sejak tadi Koan Ing sudah mengadakan persiapan,
tubuhnya dengan Cepat menekuk sedang tangan kirinya
menyambar ke depan menahan pinggang diri Sang Siauw-tan,
ketika matanya memandang pula ke depan, saat itu perahu
yang mereka tumpangi sudah berlayar kembali sedang
bayangan dari Husangko yang ada di atas perahu sampan itu
pun sudah mulai bergerak menjauhi dirinya.
Hatinya terasa berdesir, kini dia menggendong seseorang
sedangkan kepandaian silat dari Hosangkopun amat tinggi
sekali jikalau dirinya tidak berhasil menaiki sampan itu tentu
tubuhnya akan terjatuh ke dalam air, jika cuma dia seseorang
hal ini tidak mengapa tetapi saat ini Sang Siauw-tan sudah
jatuh tak sadarkan diri, apalagi luka yang dideritanya tidak
ringan jikalau sampai terjatuh ke dalam air bukankah ke adaan
akan bertambah celaka"
Suatu ingatan segera berkelebat di dalam hatinya, dia
harus menggunakan paksaan untuk menaiki sampan tersebut.
Tubuh Koan Ing dengan cepat menubruk lebih mendekat,
terdengar Husangko tertawa dingin tangan kanannya dengan
menggunakan tenaga penuh melancarkan satu serangan
dahsyat menghajar tubuh Sang Siauw-tan.
Melihat hal ini Koan Ing menjadi amat gusar sekali,
bukannya menyerang kepada dia, orang sebaliknya
melancarkan serangan ke arah Sang Siauw-tan, hal ini jelas
sekali memperlihatkan kalau orang itu amat licik dan kejam
sekali. Dengan dinginnya dia mendengus, tangan kanannya
dibalik, pedang Kiem-hong-kiam sudah dicabut keluar dari
sarungnya, dengan membentuk gerakan busur pedangnya
dengan amat cepatnya membabat pergelangan tangan
Husangko. Husangko Yang melihat munculnya pedang Kiem-hongkiam
hatinya merasa berdesir juga. bukankah pedang itu
merupakan pedang milik si Thian-yu Khei Kiam Kong Bun-yu,
salah satu dari empat manusia aneh"
Serangan pedang itu amat cepat dan tepat sekali, kecuali
dia menarik kembali serangannya, tidak ada jalan lain lagi
untuk menghindarkan diri dari serangan itu.
Pikiran Husangko dengan cepat berputar tidak perduli
bagaimanapun tugas yang di terimanya untuk datang ke
daerah Tionggoan sudah terlaksana dengan sempurna,
asalkan dia berhasil mendesak Koan Ing terjauh ke dalam air
maka tugasnya berarti sudah selesai pula.
Pergelangan tangan kanannya segera ditekuk ke bawah
berganti jurus, dari serangan telapak diubah menjadi
cengkeraman. Lima jarinya dengan menggunakan jurus "Kiem
Kong Na Koei" atau tangan besi menangkap setan
mencengkeram dada Koan Ing.
Keadaan dari Koan Ing saat ini benar-benar sangat
berbahaya sekali, pedang panjang di tangan kanannya dengan
cepat dibalik membentuk gerakan busur kembali mendesak
minggir cengkeraman dari Husangko ini, bersamaan pula kaki
kanannya menginjak tepian sampan, gagang pedangnya
dengan membentuk gerakan busur di tengah udara
dihantamkan ke atas iga Husangko.
Husangko menjadi amat terperanjat, dia sama sekali tidak
menduga gerakan dari Koan Ing ternyata bisa begitu cepatnya
kepandaian silatnya memang sudah tidak bisa menandingi diri
Koan Ing, apalagi kini tubuh Koan Ing sudah ada di atas
perahunya, di dalam keadaan terperanjat dia menghindar satu
langkah ke samping. Sekali lagi Koan Ing membentak keras dengan cepat dia
melancarkan serangan kembali dengan menggunakan "Lian
Hoan Sam Ci" atau tiga serangan berantai dari ilmu sakti
Thian-yu Khei dan baru saja Husangko mengangkat kakinya,
tangan kanan Koan Ing dan arah bawah menuju ke atas
dengan cepatnya sudah menyerang jalan darah Ci Bun di
bawah ketiak kanan dari Husangko,
Serangan "Lian Huan Sam Ci" ini amat dahsyat sekali,
bukan saja gerakannya laksana berputarnya angin topan
bahwa letak arah serangannya tertutup dengan gerakan
busur, sudah tentu Husangko tidak akan menyangka akan hal
ini, Kini serangan dari Koan Ing dengan cepatnya sudah
mendekati tubuh Husangko, cepat-cepat dia menghindarkan
diri dari ancaman jalan darah "Ci Bun" ini, tapi baru saja
tubuhnya miring ke samping, mendadak serangan dari Koan
Ing dengan amat dahsyatnya sudah menghajar di atas iga
Husangko sehingga seketika itu juga tulang iganya terhajar
patah, tak kuasa lagi tubuhnya terjatuh ke dalam sungai itu,
Koan Ing segera mengerutkan alisnya, tubuhnya dengan
perlahan berputar ke belakang, Hweesio lainnya yang ada di
ujung perahu itu dengan cepat melarikan diri dengan
terjunkan diri ke dalam sungai,
Saat itulah dia baru menghembuskan napas lega, melihat
perahu yang ditumpanginya sudah berlayar jauh dengan
perlahan dia meletakkan tubuh Sang Siauw-tan ke atas
sampan tersebut. Sang Siauw-tan yang jatuh tak sadarkan diri karena terluka
parah kini sudah sadar kembali dari pingsannya, dia
menengok ke sekelilingnya di dalam sekali pandang saja dia
sudah tahu apa yang telah terjadi, dengan sekuat tenaga dia
berusaha untuk bangkit berdiri.
Koan Ing melihat Sang Siauw-tan dengan ngotot berusaha
bangkit berdiri sehingga wajahnya pun sudah berubah
memerah segera menggerakkan bibirnya hendak mengatakan
sesuatu, tetapi baru saja kata-katanya mendekati mulut, entah
karena apa mendadak dia menelan kembali perkataan yang
hendak dikeluarkan itu. Sang Siauw-tan tidak mengucapkan sepatah katapun,
matanya dengan sayu memandang ke tempat kejauhan, dia


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama sekali tidak mengira dirinya bisa mendapatkan malu
dihadapan Koan Ing, bahkan dirinya terima bokongan orang
lain tanpa bisa melancarkan serangan balasan, hal ini sungguh
merupakan suatu peristiwa yang sangat memalukan sekali.
Semakin berpikir hatinya merasa semakin sedih, dia terasa
semakin murung, dia kepingin sekali menangis tersedu-sedu
dengan amat kerasnya untuk melampiaskan kemangkelan
hatinya, tetapi sekarang Koan Ing masih ada disini, dia merasa
malu untuk meneteskan air matanya.
Dia tak tahu kenapa di dalam perpisahan yang hanya dua
bulan ini kepandaian silatnya bisa memperoleh kemajuan yang
demikian pesatnya, bahkan sekali lagi Koan Ing menolong
nyawanya, dalam hati dia merasa hatinya sangat benci
terhadap diri Koan Ing, memang sangat mengherankan dia
harus membenci dirinya" Bukankah dirinya dengan Koan Ing
sama sekali tidak ada dendam sakit hati apapun" Dan lagi
kenapa Koan Ing mau turun tangan menolong dirinya"
Dengan perlahan Koan Ing menoleh ke arah Sang Siauwtan.
tampaklah wajahnya saat ini semakin memerah sehingga
seperti kepiting rebus. Entah kenapa mendadak hatinya terasa amat cemas sekali,
dia tidak berani memandang diri Sang Siauw-tan kembali,
kepalanya dengan perlahan dialihkan ke arah sungai, apa
yang sedang dipikirkan di dalam hati kecilnya" Sang Siauwtan"
Entahlah. Mendadak dia merasakan bahwa dirinya sedikit tertarik oleh
sinar kecantikan dari Sang Siauw-tan, segera makinya kepada
diri sendiri, "Kenapa aku ini" Dendam ayahku belum terbalas
bagaimana aku sudah menaruh perasaan cinta kepada gadis
lain?" Alisnya dikerutkan rapat-rapat, dia tertawa ringan
kemudian angkat kepalanya ke atas.
Saat itu Sang Siauw-tan sedang merogoh ke dalam sakunya
mengambil keluar sebuah botol obat dan mengambilnya
sebutir untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.
Air sungai mengalir dengan tenangnya, angin bertiup sepoisepoi
membuat udara terasa amat nyaman.
Di atas sebuah perahu besar yang berlayar dengan lajunya
mengikuti arus sungai duduklah dengan tenangnya dua orang,
yang satu tua yang lain muda.
Perahu layar itu dengan perlahannya mulai mendekati, dari
tempat kejauhan Koan Ing sudah bisa melihat kalau pemuda
itu bukan lain adalah putra dari si iblis sakti dari luar lautan, si
kongcu tak berbudi Ciu Pak adanya.
Melihat hal itu dia menjadi bergidik, bagaimana si kongcu
tak berbudi itu bisa munculkan diri di tempat ini" Di samping
tubuhnya duduklah seorang kakek tua berambut putih dengan
sinar matanya seperti elang tajam sekali, pada tangan
kanannya mencekal sebuah tongkat berwarna hitam pekat
kelihatannya amat angker, apakah orang itu adalah si iblis
sakti dari luar lautan Ciu Tong adanya.
Agaknya saat itu Ciu Tong pun sudah melihat dirinya
bersama-sama dengan Sang Siauw-tan, sepasang matanya
yang amat tajam dengan melotot memandang dirinya berdua.
Perahu semakin lama semakin mendekat, terdengar Ciu
Pak dengan perasaan amat girang berteriak.
"Yah.... Siauw-tan Moay-moay ada disana.... "
Sang Siauw-tan pun saat itu sudah melihat mereka berdua,
ketika didengarnya Ciu Pak memanggil orang itu dengan
sebutan ayah, hatinya terasa semakin terperanjat, dengan
cepat dia angkat kepalanya memandang sekejap ke arah
orang tua itu. Orang itu memang bukan lain adalah iblis sakti dari luar
lautan, Ciu Tong adanya, sungguh tidak terkira pada saat
seperti ini dia sudah munculkan dirinya di daerah Tionggoan
apa yang dicari olehnya"
"Siauw-tan Moay-moay, ayoh kemari, cepat naik ke atas
perahu!" terdengar dengan suara keras Ciu Pak sudah
berteriak-teriak dari ujung perahu.
Di tengah suara teriakan itu perahu besar tersebut sudah
berhenti tepat di samping
perahu sampan itu, Ciu Tong dengan pandangan dingin
menyapu sekejap ke arah dua orang itu kemudian ujarnya
kepada diri Sang Siauw-tan. "Kaukah putri dari Sang Loo-te?"
Sang Siauw-tan tahu Ciu Tong sebagai seorang iblis sakti
merupakan seorang manusia yang tidak mudah diganggu, apa
lagi kini ayahnya tidak berada disini, adalah sebaiknya dia
jangan sampai membuat dia orang marah, mendengar
pertanyaan tersebut terpaksa sahutnya sambil tertawa.
"Ciu Pepek, kau baik saja bukan.... "
Suatu senyuman segera melintasi wajahnya, dia tertawa
perlahan. "Sungguh tidak kusangka Sang Loo-te bisa mempunyai
seorang putri semacam kau, mari kalian naik kesini semua."
"Ayah," tiba-tiba timbrung Ciu Pak yang ada di sampingnya.
"Orang yang ada di samping Siauw-tan Moay-moay itu adalah
Koan Ing." "Ooooh.... " Dengan pandangan amat tawar Ciu Tong memperhatikan
sekejap ke arah diri Koan Ing, kemudian ujarnya, "Sudah lama
Kong Loo-te tidak kelihatan, tidak kusangka sama sekali dia
sudah menerima seorang murid yang begitu bagus semacam
kau, heee.... tidak kusangka ini hari aku bisa bertemu dengan
angkatan-angkatan muda dari kawan-kawan ku dahulu,
apakah suhumu baik-baik saja selama ini?"
"Supek baik-baik saja, terima kasih atas perhatian dari
cianpwee," jawab Koan Ing tertawa.
Segera Ciu Tong mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Oooooh.... kiranya kau anak murid dari Cu Yu!" serunya
kemudian semakin tawar. Saat itu tangga sudah diturunkan, terdengar secara tibatiba
Ciu Pak bertanya kepada ayahnya, "Ayah, apakah bocah
cilik itu juga diperbolehkan naik?"
Sang Siauw-tan sejak dulu memangnya sudah membenci
diri Ciu Pak, kini dia segera tertawa tawar.
"Ciu Pepek.... " ujarnya sambil tertawa. "Aku tidak akan
naik, ayahkupun sedang menanti diriku ditepian sebelah
sana." "Oooh itu lebih bagus lagi!" seru Ciu Tong tawar. "Cepat
kau naiklah ke atas perahu, aku memangnya sedang cari
ayahmu, sudah sepuluh tahun lamanya aku tidak bertemu,
mari kita bersama-sama pergi mencari dia orang."
Dalam hati Sang Siauw-tan semakin bingung lagi
dibuatnya, di dalam hatinya dia benar-benar tidak ingin naik
ke atas perahunya baru saja dia hendak membantah kembali,
mendadak terdengar Ciu Pak sudah membuka mulut,
"Siauw-tan Moay-moay, apakah kau tidak mau naik
keperahu kami?" ujarnya tawar, "Luka yang kau derita belum
sembah benar-benar sedang Sang Pepekpun ada ditepi sana,
aku kira tentunya kalian tidak akan takut terhadap kami
bukan?" "Hmmm, kenapa aku harus takut kepadamu?"
Dia tersenyum. "Ciu pepek kau hendak kemana?"
Sudah bertahun-tahun lamanya aku tidak pernah bertemu
dengan kawan lama, sekarang sengaja berjalan-jalan keluar
untuk mencari mereka. Sang Siauw-tan segera tertawa, dia tahu Ciu Tong tentu
hendak berangkat menuju ke daerah Tibet, tetapi dia tidak
ingin memecahkan rahasia ini, ujarnya sambil menoleh ke
arah Koan Ing. "Mari kitapun ikut naik kesana.... "
Sehabis berkata dia mulai menaiki tangga itu.
Koan Ing ragu-ragu sebentar, tetapi ketika teringat akan
luka dari Sang Siauw-tan yang masih belum sembuh dan
mengetahui juga Ciu Tong ayah beranak jadi orang sangat
berbahaya sekali terpaksa diapun ikut naik ke atas perahu
tersebut. Ciu Pak yang selama ini melihat sikap Sang Siauw-tan
dengan Koan Ing amat mesra sekali, dalam hatinya terasa
amat cemburu, dia melirik sekejap ke arah ayahnya, tetapi Ciu
Tong sama sekali tidak memberikan komentar.
Ooo)*(ooO Bab 7 CIU PAK segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, ketika
dilihatnya Sang Siauw-tan naik ke atas tangga perahu dia
segera mengulurkan tangannya sambil tertawa. "Siauw-tan
Moay-moay, mari aku bantu kau naik ke atas.... "
"Hmm, tidak perlu!" seru Sang Siauw-tan sambil
menghindarkan diri ke samping.
Sejak tadi Ciu Pak sudah menduga kalau Sang Siauw-tan
tidak akan membiarkan dirinya dibantu dia orang naik ke atas
perahu tetapi tujuannya yang sebenarnya tidak ada pada situ,
mendadak tangan kanannya dibalik dengan kerasnya dia
melancarkan satu serangan bokongan menghajar pundak
Koan Ing bentaknya nyaring, "Ayoh turun....!"
Koan Ing tidak bersiap sedia dia sama sekali, tidak
menyangka kalau Ciu Pak bisa melancarkan serangan
bokongan pada saat seperti ini, tetapi saat ini tenaga
dalamnya sudah mencapai amat tinggi sekali, dia bukanlah
Koan Ing tempo hari. Koan Ing sekarang
jauh lebih hebat berpuluh-puluh kali lipat.
Pikirannya dengan cepat berputar, tubuhnya miring ke
samping menerima hajaran dari tangan Ciu Pak ini, dia
mendengus berat tapi tangannya tidak berdiam diri,
mendadak tangan kanannya diayun mencengkeram tangan
kanan dari Ciu Pak. Dengan cepat tenaganya dikerahkan.
Braak....! Dengan amat tepat sekali dia berhasil menarik tubuh Ciu
Pak tercebur ke dalam sungai, sedang tubuhnya dengan
meminjam kesempatan itu meloncat naik ke atas perahu.
Begitu tubuh Koan Ing mencapai permukaan perahu,
dengan pandangan amat dingin dia melirik sekejap ke atas
tubuh Ciu Tong. Air muka Ciu Tong sedikit berubah, tetapi dia tidak
memperlihatkan gerakan apa-apa, cuma dengan pandangan
amat tawar dia melirik sekejap ke arah diri Koan Ing.
Koan Ing yang melirik gerak-gerik dari Ciu Tong segera dia
tahu kalau dia orang sudah terlalu pandang tinggi
kedudukannya sehingga tidak mau bergerak dengan dirinya.
Saat itulah dirinya baru menghembuskan napas lega, walau
pun pundak kirinya yang terkena hajaran terasa sedikit sakit
tetapi untung saja serangannya tersebut tidak berat sehingga
tidak sampai membuat dia terluka.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing berhasil menarik
tubuh si kongcu tak berbudi masuk ke dalam sungai tak terasa
lagi sudah memberikan sebuah senyuman manis kepadanya.
Terhadap jatuhnya Ciu Pak ke dalam sungai Ciu Tong sama
sekali tidak melirik barang sekejappun, pandangannya yang
amat dingin dengan perlahan-lahan di alihkan ke atas wajah
Koan Ing, dia sama sekali tak menyangka kalau kepandaian
silat yang dimiliki Koan Ing jauh di atas Ciu Pak sendiri.
Selama ini terus menerus menganggap Ciu Pak sebagai
jagoan berkepandaian tinggi dari murid angkatan kedua, kini
dia sudah dikalahkan oleh Koan Ing membuat dia orang
dengan pandangan terpesona memandang tajam diri Koan
Ing. "Kau apa benar-benar anak murid dari Cu Yu?" tanyanya
perlahan. "Aku tidak punya kegunaan untuk menipu dirimu."
Saat itu dengan perlahan Ciu Pak sudah memanjat naik ke
atas perahu, tiba-tiba Ciu Tong melirik sekejap ke arahnya
sambil perintahnya. "Ehmm.... coba kau sekali lagi minta beberapa petunjuk
dari diri Koan Ing."
Dengan pandangan amat gusar Ciu Pak melirik sekejap ke
arah Koan Ing tadi benar-benar sudah membuat dia
kehilangan muka, dia sama sekali tidak menyangka kalau
kepandaian ilmu silat Koan Ing sudah memperoleh kemajuan
yang demikian tingginya. Dia merasa gemas dan benci karena Koan Ing sudah
membikin dia malu di depan muka Sang Siauw-tan, kini
mendengar ayahnya menyuruh dia orang menjajal kembali
ilmu silat dari Koan Ing, tubuhnya dengan cepat berkelebat
berturut-turut dia melancarkan tiga serangan gencar ke arah
Koan Ing, Koan Ing pun tahu keanehan dan kelihaian ilmu silat Ciu
Pak- bilamana dia harus kehilangan kesempatan lagi
kemungkinan sekali dia orang akan menerima rugi yang amat
besar. Berpikir sampai disitu, tubuhnya dengan cepat berkelebat
ke samping untuk kemudian bergeser pula tiga langkah ke
belakang bahkan hal ini hampir-hampir tidak mungkin bisa
terjadi, karena Koan Ing tidak akan mau memperlihatkan
kelemahannya di depan mata Sang Siauw-tan.
Tetapi saat ini tidak ada kesempatan buat dia orang untuk
berpikir panjang, begitu Koan Ing mengundurkan dirinya ke
belakang dia segera mendesak kembali ke depan, ejeknya,
"Hey Koan Ing, sekarang kau orang mau melarikan diri
kemana?" Tiba-tiba kaki kanan Koan Ing membentuk gerakan busur,
dengan cepatnya dia melemparkan tendangan kilat
mengancam tumitnya, Ciu Pak mendengus dengan amat dingin, dia percaya
dengan ilmu mayat membusuk dari lautan Timur yang
dimilikinya sekarang ini dia ingin menghancurkan Koan Ing di
dalam serangannya ini, terhadap serangan tendangan yang
dilancarkan Koan Ing barusan ini dia sama sekali tidak ambil
perduli, mendadak tangan kanannya dibalik mengancam jalan
darah Sin Cuang hiat pada leher Koan Ing,
Sinar mata Koan Ing dengan cepat berkelebat, ketika dia
orang melihat ternyata Ciu Pak berani menerima
tendangannya dengan keras lawan keras membuat dia
mendengus dengan dinginnya, ujung kaki kanannya dengan
cepat menghajar tumit kaki Ciu Pak.
Ujung kakinya yang tepat menghajar tumit Ciu Pak segera
merasakan kakinya itu keras bagaikan baja agaknya
persendiannya sudah terbuyarkan oleh serangannya itu.
Hatinya menjadi amat terperanjat, tubuhnya dengan cepat
menghindar ke samping tetapi pada saat yang bersamaan pula
lima jari dari Ciu Pak sudah menyambar di belakang lehernya,


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seruling Gading 2 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Pedang Golok Yang Menggetarkan 9
^