Pencarian

Kereta Berdarah 3

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 3


terasa segulung angin yang amat dingin menyambar datang
membuat dia orang saking terkejutnya keringat dingin
mengucur keluar dengan amat derasnya.
Terdengar Ciu Pak mendengus dengan beratnya. air
mukanya berubah menjadi pucat pasi sedang tubuhnya berdiri
tak bergerak, jelas sekali dia sudah mendapatkan serangan
yang tepat menghajar badannya.
Melihat kejadian itu Ciu Tong segera mendengus dingin, dia
tahu pemuda yang ada di hadapannya ini jelas sudah
memperoleh seluruh pelajaran ilmu silat aliran Thian-yu,
kehebatan dari tenaga dalamnya jauh melebihi diri Ciu Pak.
Pikirannya dengan cepat berputar, dia tahu manusia
semacam Koan Ing ini tidak bisa ditinggal lebih lama lagi,
bilamana dia orang adalah anak murid dari Kong Bun-yu
dirinya bagaimanapun juga masih merasa sedikit jeri, tetapi
dia mengaku sebagai muridnya Cu Yu, dia orang tidak usah
merasa ragu-ragu lagi, "Hey orang muda," terdengar Ciu Tong berkata dengan
suara yang amat dingin, "kepandaian silatmu tidak jelek."
Walaupun Koan Ing berhasil memperoleh kemenangan
tetapi kini Ciu Tong ada di sampingnya dalam hati diapun
merasa sedikit jeri, mendengar perkataan tersebut segera dia
mengerti apa maksud dari Ciu Tong itu.
"Aaah mana, mana.... cuma api kunang-kunang tidak bisa
dikatakan bagus.... " Ciu Tong tersenyum.
"Orang muda kau jangan terlalu pandang rendah dirimu,
saat ini dari angkatan kedua, orang yang bisa memiliki
kepandaian silat setinggi kau boleh dikata cuma kau seorang
saja." Ciu Pak yang mendengar ayahnya sudah membuka mulut
terpaksa dengan terpincang-pincang dia mengundurkan diri ke
samping, tendangan dari Koan Ing tadi benar-benar di luar
dugaannya, dia sama sekali tidak menyangka kalau ilmu
mayat membusuknya bisa terpecahkan oleh serangannya
tersebut. Koan Ing melirik sekejap ke arah Ciu Pak, dia tertawa
tawar, saat ini dia tidak tahu Ciu Tong begitu memuji dirinya
entah mempunyai maksud baik atau maksud jahat terhadap
dirinya, bagaimanapun juga dia merasa bangga juga.
Sekali lagi dia tertawa. "Cianpwee, kau terlalu memuji."
Ciu Pak pun tertawa dengan perlahan, dia menoleh ke
tengah sungai ujarnya perlahan.
"Di dalam Bu-lim semua orang tahu kalau beberapa
turunan Toocu dari pulau Ciat Ie To di lautan Timur paling
gemar menggunakan obat-obatan, tapi tak seorang pun yang
tahu apa tujuan dari pihak Ciat Ie To kami untuk
menggunakan obat-obatan tersebut....
Sambil berkata sinar matanya dengan perlahan menyapu
sekejap diri Koan Ing, ujarnya
kemudian, "Mungkin ini hari kau orang mau mencobacobanya."
Koan Ing yang disapu oleh pandangan mata Ciu Pak segera
merasakan hatinya bergidik, tetapi suatu pergolakan yang
amat keras mempertahankan dirinya, dia menarik napas
panjang-panjang dengan sikap seperti orang tidak paham
tanyanya, "Boanpwee tidak tahu apa maksud dari perkataan
Cianpwee, harap kau orang suka menjelaskan."
Ciu Tong tertawa dingin, sepasang tangannya ditepuk
beberapa kali, dan dalam ruangan perahu itu segera meloncat
keluar dua orang pemuda berbaju hitam yang wajahnya amat
pucat pasi dan menakutkan sekali, agaknya mereka berdua
belum pernah terkena sinar matahari.
Sang Siauw-tan yang melihat munculnya kedua orang itu
dalam hati diam-diam merasa amat terkejut, kini perahu
berlayar terus dengan lajunya sedang jarak dengan tepi
pantaipun amat jauh, kelihatan sekali Ciu Tong sama sekali
tidak bermaksud untuk menemui ayahnya, mereka berdua
entah sedang memainkan peranan siasat licik apa"
Kedua orang berbaju hitam itu begitu meloncat keluar dari
dalam ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun segera
menggunakan pedangnya masing-masing melancarkan
serangan ke arah Koan Ing.
Melihat hal itu Koan Ing menjadi amat terkejut bercampur
gusar, dia sama sekali tidak menyangka Ciu Tong hendak
membinasakan dirinya di tempat ini.
Tangan kanannya dengan cepat dibalik.
"Crrriinng....!" pedang Kiem-hong-kiam sudah dicabut
keluar dari sarungnya. Begitu pedang tersebut muncul di hadapan mereka, kedua
orang itu segera berpisah menjadi dua bagian, yang satu dari
kiri yang lain dari kanan bersama-sama membabat pinggang
Koan Ing. Koan Ing dengan cepat menggetarkan pedangnya
kemudian dengan keras lawan keras menahan datangnya
serangan kedua orang itu.
Pada saat dia sedikit berayal itulah kedua orang itu dengan
kecepatan bagaikan kilat sudah melancarkan enam serangan
sekaligus. Melihat hal itu Koan Ing menjadi sangat gusar, walaupun
mereka berdua melancarkan serangan dengan amat cepat
tetapi sama sekali tidak mengadakan pertahanan buat mereka
sendiri, dia segera mengerti kedua orang itu tentu sengaja
dikirim Ciu Tong untuk mengadu jiwa dengan dirinya.
Dengan gusarnya dia bersuit nyaring, pedang panjangnya
digetarkan, di tengah-tengah suara dengungan yang amat
keras, pedang Kiem-hong-kiamnya segera berubah bentuk
menjadi gerakan setengah busur, dengan amat cepatnya dia
berhasil memunahkan keenam serangan gencar itu.
Begitu Koan Ing mengeluarkan pedangnya Ciu Tong
sekalian segera merasa amat terperanjat bukankah pedang
Kiem-hong-kiam yang ada di tangan Koan Ing sekarang ini
merupakan tanda kepercayaan dan ciangbunjin Thian-yu-pay,
ketika melihat lagi pada gerakan pedang, segera mereka
mengetahui gerakan tersebut bukan lain merupakan ilmu Sim
Hoat dari Thian-yu Jie su-kiam, hati mereka semakin
terperanjat lagi. Sinar mata Koan Ing dengan cepat berkelebat, tubuh kedua
orang yang ada di tengah udara kini terbuka suatu lubang
kelemahan, agaknya mereka sama sekali tidak takut kalau
Koan Ing melancarkan serangan menusuk ke arah mereka.
Pertengkaran antara Cu Yu serta suhengnya Thian-yu Khei
Kiam Kong Bun-yu mereka sudah pernah mendengar,
bagaimana sekarang Kong Bun-yu mau menyerahkan pedang
Kiem-hong-kiamnya kepada dia"
Terpikir akan hal ini diam-diam Ciu Tong merasa menyesal
sekali, selama hidupnya Kong Bun-yu jadi orang amat
congkak, jikalau kini muridnya diganggu mana dia orang mau
berdiam diri" pulau Ciat Ie To-nya mungkin akan diobrak-abrik
olehnya. Tetapi urusan kini sudah berjalan, menyesalpun tak
ada gunanya lagi. Kedua orang pemuda berbaju hitam itu ketika melihat
keenam buah serangan mereka berhasil dipukul balik berturutturut
melancarkan kembali delapan serangan gencar, agaknya
mereka sama sekali tidak punya maksud untuk mengundurkan
diri. Dengan dinginnya Koan Ing mendengus, tangan kanannya
diayun pedang panjangnya dengan menggunakan jurus Thian
Hong Ih Wie atau pelangi merah menutupi ekor melancarkan
serangan mengancam tangan ke dua orang itu, segera
terlihatlah sinar emas yang menyilaukan mata memenuhi
seluruh angkasa disertai desiran angin serangan yang amat
tajam. Tetapi kedua orang itu seperti tidak melihat datangnya
serangan gencar itu, kedua bilah pedang mereka yang satu
mengancam alis Koan Ing sedang yang lain menusuk ke arah
lambungnya. Dalam hati Koan Ing segera merasakan hatinya amat
mendongkol sekali, dia sama sekali tidak menyangka kalau
orang itu bisa begitu tololnya, dia ingin menggunakan
lengannya untuk ditukar dengan nyawanya sendiri, segera
pikirnya di dalam hati, "Hmmm, aku mau lihat kalian bisa
menyerang aku tidak?"
Jurus-jurus serangan yang digunakan kedua belah pihak
amat aneh dan cepat sekali,
sebenarnya Koan Ing bermaksud menggunakan jurus ini
untuk mendesak mereka berdua sehingga menarik kembali
serangannya, tetapi dia tidak menyangka akan hal ini dalam
keadaan bingung dia segera meloncat naik ke atas.
Sepasang alisnya dikerutkan rapat-rapat urusan sudah
menjadi begitu rupa, orang tidak mau ambil perduli lagi,
pedangnya dengan cepat berkelebat kedua buah lengan orang
itu sudah terkena babatan sehingga putus menjadi dua
bagian, darah segar mengucur keluar dengan derasnya tetapi
mereka berdua sama sekali tidak merasakan akan hal ini.
Koan Ing tidak berani pikirkan bayangan yang kedua,
tangan kirinya segera dibabatkan ke depan sedang tubuhnya
menjatuhkan diri ke arah belakang, dimana tangannya
berkelebat segera membentuk sebuah gerakan busur di
tengah udara. Dimana tangan kanannya berkelebat dengan amat
cepatnya dia berhasil menangkis seluruh serangan yang
dilancarkan ke dua orang itu ke arahnya.
Jurus serangan yang digunakan Koan Ing ini bukan lain
adalah jurus serangan yang diciptakan Kong Bun-yu sewaktu
ada di ruangan bawah tanah, ilmu pedang "Thian-yu Jie sukiam"
sebenarnya memang sudah lihay dan aneh sekali
dimana serangan bisa digunakan dengan pedang bisa pula
digunakan dengan telapak tangan, kini ditambah lagi
serangannya dilancarkan dengan sepenuh tenaga sudah tentu
kehebatannya luar biasa sekali.
Tempo hari Kong Bun-yu dengan membuang waktu selama
sepuluh tahun lamanya bermaksud hendak menggabungkan seluruh ilmu silat yang
diketahuinya di dalam Bu-lim untuk menciptakan sebuah ilmu
baru demi persiapan untuk menghadapi pertemuan puncak di
atas gunung Hoa-san di kemudian hari, akhirnya dia berhasil
juga menciptakan ilmu tersebut, tapi akhirnya ilmu-ilmu
semua itu diturunkan semua kepada diri Koan Ing.
Koan Ing yang berhasil menghindarkan diri dari serangan
tersebut segera merasakan keringat dingin mengucur keluar
dengan amat derasnya.... Ciu Tong yang melihat Koan Ing berhasil menghindarkan
diri dari serangan tersebut dalam hati merasa bergidik juga,
dia mengetahui jelas kalau Koan Ing sudah memperoleh ilmu
silat dari Kong Bun-yu muridnya saja sudah begitu lihay sudah
tentu tenaga dalam dari Kong Bun-yu selama sepuluh tahun
ini sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat sekali,
kelihatannya pada pertemuan puncak di kemudian hari di atas
gunung Hoa-san dia harus memperhatikan tiga bagian
terhadap Kong Bun-yu ini, kalau tidak, mungkin sebutan jago
nomor wahid bisa direbut olehnya.
Jilid 4 Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak terdengar
suara yang amat dingin bergema mendatang, "Ciu heng, kau sungguh gembira
sekali ini hari jauh dari lautan timur berpesiar ke daerah
Tionggoan." Ciu Tong agak tertegun dibuatnya, ketika dia angkat
kepalanya tampaklah sesosok bayangan hijau dengan amat
cepatnya berkelebat menuju ke ujung perahunya, orang itu
bukan lain adalah pangcu dari Tiang-gong-pang, si jari sakti
Sang Su-im adanya. Dia orang yang angkat nama bersama-sama dengan Sang
Su-im masing-masing orang selama sepuluh tahun ini pada
berlatih dengan amat giatnya, bagaimana kemajuan dari
kepandaian silat, yang diperoleh masing-masing pihak mereka
sama sekali tidak tahu, sedang dia sendiripun tidak ingin kalau
Sang Su-im mengetahui jerih payahnya selama beberapa
tahun ini. Dia segera tertawa, tangannya digape mengundurkan
kedua orang berbaju hitam itu lantas ujarnya.
"Tidak kusangka sama sekali Sang Loo-te bisa datang ke
sini secara begitu mendadaknya, putrimu tadi bilang kau
sedang menunggu mereka di tepian sungai."
Sang Siauw-tan yang melihat munculnya Sang Su-im di
sana dalam hati merasa amat girang, dengan cepat dia
menubruk maju ke depan sambil panggilnya, "Tia.... "
Sang Su-im tertawa, dengan perlahan dia miringkan
kepalanya memperhatikan gerak-gerik dari kedua orang
berbaju hitam itu dimana saat itu mereka berdua sedang
memungut putungan lengan mereka kemudian berlari masuk
ke dalam ruangan perahu, diam-diam hatinya merasa teramat
heran, pikirnya. "Ehmm.... bagaimana mereka berdua bisa
bersikap begitu?" Walaupun pikirannya diperas terus tetapi pada air mukanya
sedikitpun tidak memperlihatkan perubahan apapun, sinar
matanya dengan perlahan dialihkan kembali ke arah si iblis tua
itu, Ciu Tong yang melihat sinar matanya melirik sekejap ke
arah kedua orang itu hatinya merasa amat kaget, dia benarbenar
tidak menginginkan kalau Sang Su-im berhasil
menemukan sesuatu dari mereka itu, dia tidak ingin sampai
maksud jahat yang sudah disusun selama mi diketahui oleh
pihak lawannya. Segera dia tertawa serak.
"Aaaah tidak mengapa.... tidak mengapa," ujarnya dengan
cepat. "Mereka berdua baru saja dikutungi lengannya."
Sang Su-im cuma tertawa tawar saja di dalam hati dia
sudah mempunyai rencana yang tersendiri karenanya dia tidak
ingin memperpanjang persoalan itu kembali,
Sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas wajah
putrinya Sang Siauw-tan, mendadak air mukanya berubah
hebat tanyanya kepada Siauw-tan dengan suara berat.
"Siauw-tan, kau sudah dipukul oleh siapa?"
Sembari berkata matanya melirik sekejap ke arah Ciu Tong.
"Tia, aku sudah dipukul oleh Husangko itu muridnya Hu Ing
Thaysu dari Tibet." Mendengar jawaban tersebut Sang Su-im segera
mendengus dengan amat kerasnya, dia tahu walaupun Hu Ing
Thaysu dikatakan sebagai jago nomor wahid dari daerah Tibet
tetapi orang-orang Bu-lim jelas mengetahui kalau kepandaian


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

silatnya masih belum bisa menandingi kepandaian silat dari
empat manusia aneh, buat apa muridnya sekarang datang ke
daerah Tionggoan untuk mencari gara-gara"
Koan Ing sendiri sama sekali tidak menduga kalau Sang Suim
bisa muncul disana secara mendadak, dia benar-benar
merasa sangat keheranan. Pada saat Sang Su Iu munculkan dirinya itulah kedua
perahu layar milik perkumpulan Tiang-gong-pang sudah
berlayar mendatang dengan menggencet perahu yang di
tumpangi Ciu Pak, satu dari sebelah kanan yang lain dari
sebelah kiri. Ciu Tong yang mendengar Sang Siauw-tan terluka di
tangan Husangko itu jagoan dari Tibet, hatinya diam-diam
merasa keheranan mereka semua adalah jago-jago Bu-lim
yang sudah lama berkelana di dalam dunia persilatan, sudah
tentu merekapun tidak percaya kalau urusan bisa terjadi
dengan begitu mudahnya. Sang Su-im sendiripun tahu peristiwa ini tidak mungkin
terjadi dengan begitu mudahnya, tetapi dia mana mau
membiarkan putrinya mendapatkan kerugian" Sekalipun Hu
Ing Thaysu sendiri yang datang diapun tidak akan
membiarkan putrinya mendapatkan gangguan dari mereka.
Segera dia tertawa dingin, kepada orang yang ada pada
perahu sebelah kanan serunya, "Sampaikan perintah kepada
kedua belas orang Hu Hoat untuk ikut lohu memasuki daerah
Tibet." Angin bertiup kencang membuat arus sungai sedikit
berombak, tetapi perkataan yang disampaikan olehnya secara
perlahan ini dapat didengar dengan amat jelas di atas perahu
tersebut., tampak orang ttu segera melepaskan burung
merpati ke udara. Ciu Tong yang melihat gerak-gerik mereka ini diam-diam
merasa kaget, kelihatannya keorganisasian perkumpulan
Tiang-gong-pang jauh lebih maju lagi daripada tempo hari,
kekuatan tersebut dia tidak boleh memandangnya terlalu
rendah, Sang Su-im sesudah memberi perintah dia segera putar
badannya menoleh ke arah Ciu
Tong. "Terima kasih atas bantuan dari Ciu heng kepada siauw
lie," ujarnya keren. "Di kemudian hari, tentu aku balas budi ini,
kali ini aku tidak bisa menemani lebih lama lagi."
"Sang Loo-te, jangan keburu pergi!"
Dengan cepat Ciu Tong mencegah sewaktu dia mendengar
Sang Su-im hendak pergi. "Kita empat manusia aneh selamanya selalu bekerja sama,
jika Hu Ing Thaysu sudah berbuat salah maka satu bagianku
tidak bisa berkurang lagi. Apalagi kereta berdarah kini sudah
memasuki Tibet, persoalan dahulu yang belum diselesaikan
kini bisa kita selesaikan sekalian disana, mari kita berangkat
ber sama-sama." Keberangkatan Sang Su-im kali ini ke daerah Tibet di
samping persoalan-persoalan lain, peristiwa kereta berdarah
termasuk juga salah satu tujuannya, kini mendengar Ciu Tong
mau berangkat bersama-sama dengan segera dia
menyanggupi karena dia merasa sudah mendapatkan satu
orang bantuan kembali. "Kalau begitu bagus sekali," ujarnya kemudian sambil
tertawa. Ciu Tong pun tertawa.
"Kenapa kalian tidak menumpang perahu ku saja"
Bagaimana kalau kita berlayar
mengikuti arus sungai sampai ke daerah Pa Siok kemudian
baru menggunakan jalan darat melanjutkan perjalanan
menuju ke daerah Tibet?"
Ketika Sang Su-im mendengar Ciu Tong minta dia orang
ikut di dalam perahunya, walaupun dia tahu dengan jelas Ciu
Tong bukanlah seorang manusia baik-baik, tetapi kini dia
orang sudah membuka mulut, sudah tentu dia sendiri tidak
akan mau memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain.
"Baiklah kalau begitu kita putuskan demikian saja," ujarnya
sambil tertawa. "Biar aku perintahkan kedua belas orang Hu
Hoat untuk memasuki daerah Tibet terlebih dulu, kemudian
kita baru menyusul mereka dari belakang.
Ciu Tong tersenyum, dia melirik sekejap ke arah diri Koan
Ing lalu ujarnya sambil tertawa.
"Ooooh.... aku sudah melupakan seseorang di dalam
perahu ini masih ada lagi seorang ciangbunjin dari Thian-yupay
yang merangkap pula sebagai Ciangbunjin dari Pay.
"Ooooh begitu?" seru Sang Su-im tertahan, dengan
pandangan penuh keheranan dia melirik sekejap ke arah Koan
Ing. Dia tahu Koan Ing memiliki pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie,
tetapi dalam persoalan ini dia tidak terlalu tertarik karena
kepandaian silat yang dimiliki Koan Ing sekarang ini, pedang
pusaka Hiat-ho Sin-pie itu pasti ditemukan secara tidak
sengaja. Sebaliknya jabatan ciangbunjin dari Thian-yu-pay, hal ini
benar-benar membuat ia merasa heran, bagaimana mungkin
Kong Bun-yu bisa memberikan jabatannya itu kepada diri
Koan Ing" Sang Siauw-tan yang melihat mereka sedang
membicarakan diri Koan Ing, dengan diam-diam segera
bisiknya kepada Sang Su-im.
"Tia, tadi dia orang sudah menolong lagi satu kali
kepadaku." Ketika Sang Su-im mendengar Koan Ing adalah ahli waris
dari Kong Bun-yu, dalam hatinya sudah menaruh tiga bagian
perasaan simpatiknya, kini mendengar pula kalau dia sudah
menolong Sang Siauw-tan satu kali, tak terasa lagi dia sudah
melemparkan satu senyuman manis ke arahnya.
Dia tahu hubungan Koan Ing dengan putrinya Sang Siauwtan
tentu amat baik sehingga dia mau berturut-turut
menolong dua kali kepada dirinya, benar-benar dia menaruh
rasa senang kepada ketampanan wajahnya.
Cuma ada satu hal yang membuat dia merasa kecewa,
kepandaian silat yang dimilikinya
terlalu rendah sekali. Ciu Tong yang melihat Sang Su-im melemparkan satu
senyuman manis kepada diri Koan Ing segera mengetahui
kalau dia orang sudah menaruh rasa simpatik kepada dirinya,
mendadak dalam pikirannya berkelebat satu ingatan.
"Sang Loo-te.... " ujarnya kemudian. "Aku punya satu
urusan yang hendak dirundingkan dengan dirimu, entah Sang
Loo-te mengijinkan atau tidak?"
"Ciu heng, bilamana ada urusan yang hendak dikatakan,
silahkan berbicara," ujarnya sambil tertawa senang.
Dia benar-benar merasa amat girang sekali karena Ciu
Tong mau membuka pembicaraan dengan memohon kepada
dirinya, selama ini empat manusia aneh tak ada yang mau
tunduk kepada siapa pun, siapa tahu Ciu Tong sudah
membuka mulut untuk memohon kepada dirinya, sudah tentu
hal ini membual hatinya merasa kegirangan.
Ciu Tong pun tertawa. "Aku ingin menjodohkan putraku dengan putrimu."
Sang Su-im menjadi melengak, dia sama sekali tidak
menyangka dia orang bisa mengajukan permintaan di dalam
hal ini semua dia masih mengira Ciu Tong tentu mempunyai
urusan yang meminta bantuan dari dirinya. Tetapi dia sudah
membuka mulut, apa yang harus diperbuat sekarang"
Ciu Pak sendiripun sama sekali tak menduga kalau ayahnya
bisa membuka mulut meminangkan buat dirinya, mendengar
perkataan tersebut dia menjadi sangat girang, sambil
tersenyum senang dia melirik sekejap ke arah diri Sang Siauwtan.
Sebaliknya Sang Siauw-tan sendiri mimpi pun tidak pernah
menyangka kalau Ciu Tong berani membuka mulut melamar
dirinya pada saat ini, dia yang sudah merasa tidak puas
terhadap sifat Ciu Pak dengan cepat melengos ke samping.
Sang Su-im melirik sekejap ke arah putrinya, dia tahu Sang
Siauw-tan sangat benci terhadap pemuda itu, terpaksa dia
tertawa tawar. "Perkataan dari Ciu heng walaupun siauwte menerimanya,
tetapi untuk mengambil keputusan, siauwte kira masih belum
saatnya." Sinar mata Ciu Tong dengan berkelebat, hatinya benarbenar
merasa sangat tidak senang.
"Sang Loo-te. kau merasa putraku dalam hal apa tidak
sesuai?" Sang Su-im tertawa, dia termenung sebentar kemudian
baru jawabnya, "Ciu heng, kau jangan salah paham, sewaktu
ibunya mendekati ajalnya dia sudah berjanji untuk kawin
dengan seorang pemuda murid dari manusia yang berilmu
paling tinggi di dalam pertemuan para jago yang kedua di atas
gunung Hoa-san." Ooo)*(ooO Bab 8 CIU TONG segera tertawa terbahak-bahak.
"Jikalau orang ini tidak bermurid?" tanyanya keras.
Sang Su-im segera tertawa, dia tahu saat ini orang yang
bisa kawin dengan putrinya cuma beberapa orang saja,
sedang Ciu Tong ini tidak perduli jadi orang lurus atau jahat,
pokoknya merupakan seorang jagoan pula.
"Haa.... haa.... pada saat itu sudah tentu putramu yang aku
pilih." Mendengar perkataan tersebut Ciu Tong semakin senang.
"Cepat ucapkan banyak terima kasih kepada Sang Pepek,"
ujarnya kemudian kepada Ciu Pak.
Tanpa menunggu lama lagi Ciu Pak dengan cepat maju
memberi hormat kepada diri Sang Su-im,
"Terima kasih atas kemurahan Sang Pepek."
"Nanti dulu, kau jangan begitu terburu-buru!" seru Sang
Su-im sambil tertawa tawar. "Sang Siauw-tan belum tentu
berhasil kau kawini."
"Haaa.... haaa Sang Loo-te, di dalam Bu-lim saat ini cuma
ada kita empat keluarga besar saja, kau dan aku sudah
menduduki dua keluarga. Cak Loo-te tidak bermurid kini
tinggal Kong Loo-te seorang saja, aku lihat diapun tidak
bermurid." "Tetapi maksudku aku mau mencarikan suami baginya dari
antara para pemenang pada pertemuan puncak para jago
yang kedua di gunung Hoa-san pada kemudian hari."
Ciu Tong segera tertawa terbahak-bahak, dia melirik
sekejap ke arah Koan Ing kemudian
ujarnya, "Kelihatannya kesempatan buat kita dua keluarga
untuk mengikat hubungan amat besar sekali,"
Sang Siauw-tan yang mendengar mereka ngoceh terus
tentang dirinya, dalam hati merasa amat tidak senang,
kepalanya segera dipalingkan ke tengah sungai,
Koan Ing yang melihat perahu tersebut sama sekali tidak
menepi tak terasa lagi sudah kerutkan alisnya rapat-rapat, dia
merasa tidak betah untuk tinggal bersama dengan mereka
tetapi untuk membuka mulut memohon diapun tidak mau,
hatinya benar-benar merasa serba susah sekali.
Ciu Tong yang melihat perubahan sikap dari Koan Ing
segera merasakan hatinya sedikit bergerak, asalkan Koan Ing
tidak ada disini bukankah urusan besar akan segera bisa
diselesaikan" "Apakah kau orang mau naik ke daratan?" tanyanya kepada
Koan Ing sambil tertawa. Belum sempat Koan Ing memberikan
jawabannya Sang Su-im sudah tertawa.
"Koan Hian-tit," ujarnya perlahan, "kau tinggal di atas
perahu saja, aku dengar ayahmu
juga terbinasa di bawah serangan kereta berdarah itu,
bilamana kau mau memasuki daerah Tibet bagaimana kalau
kau berangkat bersama dengan kita sekalian."
Koan Ing sewaktu mendengar Sang Su-im mengungkit
kembali persoalan ayahnya dalam hati dia amat sedih, untuk
mengucapkan kata-kata dia tidak sanggup lagi. Sang Su-im
tertawa kembali, katanya, "Supekmu apakah selama ini baikbaik
saja?" Teringat akan pesan terakhir dari Kong Bun-yu, Koan Ing
segera menganggukkan kepalanya.
"Sudah ada beberapa tahun lamanya aku tidak bertemu
dengan Kong Bun-yu entah bagaimana keadaannya sekarang
ini?" ujarnya lagi kepada diri Ciu Tong, tetapi jika dilihat dari
pedang kesayangannya yang sudah diberikan kepadanya, hal
ini membuktikan kalau dia orang mempunyai suatu kelebihan
yang istimewa, kalau tidak Kong Bun-yu tidak akan
sembarangan menghadiahkan barang kesayangannya kepada
orang lain. Ciu Tong yang mendengar dari nada ucapan Sang Su-im
agaknya dia orang merasa amat sayang dengan diri Koan Ing,
segera tertawa "Kepandaian silat dari Koan Ing inipun boleh dikata
merupakan jagoan nomor wahid dari murid angkatan kedua."
Walaupun pada mulutnya dia berbicara demikian, padahal
di dalam hati dia sudah mengambil keputusan yang lain, dia
sedang berpikir harus menggunakan cara apa untuk
menghadapi diri Koan Ing, dia ingin melihat dulu keanehan
dan kelihayan dari ilmu silatnya Koan Ing, agar pada
pertemuan puncak para jago yang kedua di atas gunung Hoasan
di kemudian hari dia orang jangan sampai menemui
kekalahan di tangan Kong Bun-yu,
Pada saat itulah mendadak dari arah depan meluncur
datang sebuah perahu layar yang bergerak mendatang
dengan amat cepatnya. Sang Su-im yang melihat datangnya perahu layar tersebut
diam-diam mengerutkan alisnya, dia segera mendengus
dingin. "Ciu heng," ujarnya tawar. "ternyata ini hari ada orang
yang sengaja datang mencari setori dengan aku."
Sepasang mata dari Ciu Tongpun segera melotot keluar,
dari ujung perahu dia mengambil keluar seutas tali, kemudian
dengan menggunakan tangan kanannya dia menyambitkan tali
tersebut mengarah tiang layar dari perahu yang meluncur
datang itu, Dengan amat gusarnya dia bersuit panjang, pada saat
tangan kanannya digetarkan, terdengarlah suara ambrukan
yang amat keras, tiang layar dari perahu itu sudah berhasil
dipukul patah menjadi dua bagian,
Dengan gerakan dari Ciu Tong ini seketika itu juga


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat Sang Su-im merasa sangat terkejut., dia sama sekali
tidak menyangka kalau tenaga dalam dari Ciu Tong ternyata
sudah berhasil mendapatkan kemajuan yang amat pesat
sekali, hanya di dalam waktu beberapa tahun saja, agaknya
dia orang tidak dapat dipandang terlalu rendah,
Ilmu jari Han Yang Ci Kang dari dirinya sekalipun bisa
menghancurkan ilmu mayat membusuk yang dimiliki olehnya,
tetapi jikalau serangannya mencapai kegagalan maka
dirinyalah yang akan ditawan olehnya.
Begitu tiang layar itu terputus menjadi dua bagian maka
tubuh perahupun menjadi miring ke samping.
Dari ujung perahu itu segera meloncatlah keluar sesosok
bayangan manusia yang dengan amat cepatnya meluncur ke
arah ujung perahu mereka.
Koan Ing dapat melihat orang itu mempunyai bentuk badan
yang tinggi besar dengan wajah yang berwarna merah padam
sedang memandang mereka berlima dengan pandangan amat
gusar. Ciu Tong maupun Sang Su-im pada melengos ke arah
sungai, mereka berdiri dengan amat tenangnya seperti tidak
pernah terjadi sesuatu urusan apapun, bahkan melirik sekejap
ke arah orang itupun tidak.
Sinar mata orang itu dengan amat tajamnya menyapu
sekejap ke arah mereka semua, kemudian dengan nada suara
yang amat berat tanyanya, "Siapa orang yang begitu berani
merusak perahuku?" Perahumu" Siapa kau orang?" seru Sang Siauw-tan dengan
amat dinginnya. Orang itu segera mengerutkan alisnya, baru saja mau
membuka mulut untuk memberikan jawaban mendadak Ciu
Pak yang ada di samping sudah meloncat keluar. "Siauw-tan
Moay-moay" ujarnya dengan cepat. "Biar aku saja yang
menghadapi dirinya."
Sambil berkata tangan kanannya diputar satu lingkaran di
depan dada kemudian dengan cepatnya dihajarkan ke atas
tubuh lelaki berusia pertengahan yang berwajah merah itu.
Dengan amat gusarnya lelaki berusia pertengahan itu
mendengus, sepasang tangannya balas berputar melancarkan
serangan dahsyat menutup datangnya serangan dan Ciu Pak
itu. Koan Ing yang melihat jurus serangan dari lelaki berusia
pertengahan itu mendadak merasa hatinya berdebar, jurus itu
bukan lain adalah jurus serangan Jiet Gwat Siang Huan
atau matahari rembulan saling berputar dari ilmu sakti
Thian-yu Sinkang, bagaimana disinipun bisa muncul seorang
ahli waris dari Thian-yu-pay"
Begitu Ciu Pak melancarkan serangan tadi, mendadak sikut
kanannya ditekuk melancarkan bokongan ke arah
lambungnya, orang itu menjadi amat terkejut dia sama sekali
tidak menyangka sikut Ciu Pak secara tiba-tiba bisa
melancarkan serangan ke arahnya.
Sepasang matanya segera berkelebat tangannya dibalik
balas mengirim satu pukulan ke depan.
"Braaak!" masing-masing dengan keras lawan keras
menerima satu pukulan dari pihak lawan.
Koan Ing yang melihat serangan dari orang itu semuanya
menggunakan jurus-jurus serangan dari Thian-yu-pay, hatinya
semakin kaget, mendadak bentaknya dengan nada berat.
"Tahan.... " Mereka berdua sudah saling menerima satu pukulan dari
lawannya, dalam hati bermaksud untuk bertanding lebih
lanjut, kini mendengar suara bentakan dari Koan Ing yang
begitu dingin tanpa terasa dengan penuh keheranan masingmasing
sudah mengundurkan diri satu langkah ke belakang
dengan pandangan keheranan mereka ber dua sama-sama
memperhatikan Koan Ing. Ciu Tong serta Sang Su-im yang semula berpura-pura tidak
melihat setelah mendengar suara bentakan dari Koan Ing ini
tidak terasa lagi sudah mengambil perhatian juga.
Dengan sinar mata yang amat tajam Koan Ing
memperhatikan orang itu beberapa saat lamanya kemudian
baru tanyanya dengan suara yang amat dingin, "Kau murid
siapa?" Lelaki berusia pertengahan yang dipandang Koan Ing
seperti demikian, dia segera
mendengus dingin, mulutnya tetap membungkam dalam
seribu bahasa. Koan Ing yang merasa dirinya sebagai ciangbunjin dari
partai Thian-yu, seharusnya mengambil perhatian penuh di
dalam urusan ini, dengan perlahan dia mencabut keluar
pedang Kiem-hong-kiamnya.
"Kau kenal dengan pedang ini?" tanyanya tawar.
"Aku bukan murid dari Thian-yu-pay, buat apa kau orang
mengurusi diriku?" Koan Ing segera mengerutkan alisnya, dia tidak paham dari
mana orang ini bisa mendapatkan pelajaran ilmu silat aliran
Thian-yu-pay, ini hari juga dia harus memecahkan teka teki
yang membingungkan ini. Pedangnya segera dimasukkan kembali ke dalam
sarungnya. "Hmm, aku harus menjajal ilmu silatmu."
Sembari berkata tubuhnya meloncat ke atas, sepasang
tangannya dengan berkelebat simpang siur ke kanan dan ke
kiri dia melancarkan serangan ke arah musuhnya, inilah jurus
Jiet Gwat Siang Huan" dari ilmu sakti "Thian-yu Sinkang".
Sekalipun jurus yang digunakan sama, tetapi sewaktu
digunakan di tangannya jauh berbeda sekali, terasa segulung
angin pukulan yang amat keras menghajar ke arah dada
orang itu, Sinar mata lelaki berusia pertengahan itu berkelebat tak
henti-hentinya, tangan kanannya dengan cepat membabat ke
depan menghalangi serangan dari Koan Ing tersebut,
Koan Ing segera mendengus, bukankah jurus yang baru
saja digunakan oleh orang itu adalah jurus Thian Hong Cu Lok
dari partainya" Bilamana orang ini hendak menggunakan ilmu
silat dari aliran Thian-yu-pay untuk merobohkan dirinya,
bukankah hal ini merupakan suatu urusan yang sangat
menggelikan sekali" Sekalipun dia harus memejamkan mata, arah yang akan
diserang oleh orang itu diapun tahu.
Tangan kanan Koan Ing dengan cepat digetarkan ke depan,
tahu di dalam satu kali kelebatan saja dia sudah berhasil
mencengkeram urat nadi dari tangan kanan lelaki berusia
pertengahan itu. Lima jarinya dengan cepat diperkencang, bersamaan pula
tangannya ditarik ke belakang, tubuh lelaki berusia
pertengahan itu sudah berhasil ditarik ke tengah udara.
Ketika orang itu berhasil dilemparkan Koan Ing ke tengah
udara, keringat dingin sudah mulai mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya, dia benar-benar dibuat pecah
nyalinya oleh gerakan itu.
"Hmmm, kau murid siapa?" tanya Koan Ing kembali dengan
amat tawar. Sang Su-im yang selama ini menonton jalannya
pertempuran dari samping diam-diam merasa amat heran
sekali, bagaimana cuma di dalam dua bulan saja kepandaian
silat dari Koan Ing sudah memperoleh kemajuan yang
demikian pesatnya" Dengan cara apa dia orang bisa melatih
tenaga dalamnya sehingga memperoleh kemajuan yang amat
pesat tapi hanya di dalam waktu yang amat singkat ini"
Ciu Tong yang berdiri di samping segera tertawa dingin.
"Koan Ing.... " serunya dengan nada kurang senang, "Di
hadapanku kau orang begitu berani mencari keonaran?"
Koan Ing sewaktu mendengar Ciu Tong hendak mencegah
perbuatannya ini diapun segera tertawa dingin,
"Urusan ini merupakan urusan dari Thian-yu-pay kami
pribadi, setelah urusan ini selesai nanti aku bisa minta maaf
dari locianpwee." Ciu Tong terpaksa cuma bisa mendengus. dia tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Sang Su-im yang melihat Ciu Tong tidak senang segera
melirik sekejap ke arahnya,
ujarnya sambil tertawa. "Ciu heng, kepandaian silat dari bocah ini hanya di dalam
dua bulan saja ternyata sudah mencapai kemajuan yang
demikian pesatnya, entah bagaimana dengan tenaga
dalamnya?" Ciu Tong yang mendengar dari nada ucapan Sang Su-im
agaknya dia orang sangat kagum terhadap diri Koan Ing,
dalam hati merasa semakin mendongkol lagi, pikirnya dalam
hati. "Hmm, Koan Ing bangsat cilik ini merupakan penghalangku,
aku harus cari suatu kesempatan untuk menghadapi dirinya,"
Sebetulnya dia tidak terlalu memikirkan urusan Koan Ing ini
di dalam hatinya, dia menganggap dengan kedudukannya
sebagai salah satu dari empat manusia aneh tidaklah
seharusnya merasa bingung untuk mengurusi persoalan Koan
Ing, tetapi jika dilihat dari kemajuan ilmu silat yang
diperolehnya, agaknya urusan ini harus ditangani oleh dia
sendiri baru bisa beres. Lelaki berusia pertengahan yang urat nadinya berhasil di
cengkeram oleh Koan Ing walaupun keringat sebesar kedelai
sudah mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya tetapi
dia tetap menutup mulutnya tidak mengucapkan sepatah
katapun. Pikiran Koan Ing dengan cepat berputar, dengan perlahanlahan
dia melepaskan kembali cengkeramannya.
"Kau orang sudah memperoleh pelajaran ilmu silat ini dari
mana?" tanyanya tawar. Lelaki berusia pertengahan itu melirik
sekejap ke arah Koan Ing, dalam hati dia sama sekali tidak
menyangka kalau kepandaian silat dari pemuda ini bisa begitu
hebatnya, mulutnya tetap bungkam.
"Hmm, jika kau tidak mau bicara, janganlah salahkan aku
berlaku kurang sopan terhadapmu," ancam Koan Ing
kemudian. Si lelaki kasar berusia pertengahan yang baru saja berhasil
ditawan oleh Koan Ing segera mengetahui kalau kepandaian
silatnya ada yang di atas dirinya, dia tidak bisa berbuat apaapa,
lagi terpaksa jawabnya, "Aku mendapat pelajaran ini dari
Kauwcu kami." Siapa Kauwcu kalian?" Tanya Koan Ing kemudian sambil
mengerutkan dahinya, "Apakah Cian Thian Kauw pun kau
tidak tahu?" Koan Ing menjadi melengak. "apakah itu perkumpulan
Sian-thian-kauw" Kenapa selama ini dia belum pernah
mendengar" Ciu Tong serta Sang Su-impun diam merasa amat heran
sekali, sekalipun dirinya sebagai seorang pangcu dari suatu
perkumpulan besar serta Toocu dari pulau Ciet Ie Too tetapi
terhadap adanya perkumpulan Sian-thian-kauw ini sama sekali
tidak pernah mendengar. Koan Ing termenung sebentar, tanyanya kembali,
"Siapakah nama Kauwcu kalian?"
"Hmmm.... kau kira nama dari Kauwcu kami boleh disiarkan
kepada orang lain dengan seenaknya?"
Koan Ing segera mengerutkan alisnya, baru saja dia
hendak mendesak lebih lanjut mendadak terdengar suara
teriakan dari Sang Siauw-tan.
"Aaaah.... ada perahu lagi."
Koan Ing dengan cepat menoleh, tampak sebuah perahu
layar yang amat besar dengan perlahannya berhenti di tengah
sungai di hadapan mereka.
Sang Su-im yang melihat munculnya sebuah perahu, dalam
hati merasa amat keheranan, dia tidak kenal asal usul dari
perahu itu, apa tujuan mereka yang sebenarnya"
Dia segera mendengus dingin, kepada Ciu To ujarnya,
"Agaknya di dalam urusan ini kita harus ikut campur."
"Haaa.... haaa.... "
Terdengar lelaki berusia pertengahan itu sudah tertawa
kegirangan. "Kauwcu kami sudah datang."
Sambil berkata dia tertawa keras sekali, agaknya dia orang
sudah menganggap Kauwcunya bagaikan malaikat saja.
Dengan perlahan Koan Ing mengalihkan pandangan
matanya ke arah perahu tersebut, terlihatlah perahu itu
berhenti di tengah sungai sedikitpun tidak bergerak.
Dia benar-benar sudah merasa tidak sabaran lagi, tubuhnya
mendadak meloncat ke atas kemudian membentuk gerakan
busur di tengah udara dan dengan amat ringannya melayang
turun pada ujung dari perahu tersebut.
Jarak yang ada sejauh lima kaki ternyata bisa ditempuh
dengan gaya yang amat menarik sekali.
Baru saja Koan Ing melayang turun ke atas perahu tersebut
segera terdengarlah suara dari Sang Su-im yang amat
perlahan. "Kita lebih baik lihat-lihat dulu."
Dia tahu mereka berdua sebagai seorang angkatan tua di
dalam Bu-lim tidak ingin merendahkan kedudukannya dengan
menampilkan diri pada saat itu, bila tidak perlu benar mereka
berdua tidak akan mau melompat kesana.
Tapi Koan Ing tidak mau ambil perduli semuanya itu,
dengan tenangnya dia berdiri di ujung perahu itu,
Lama sekali dia berdiri disana tetapi dari balik perahu itu
tak terdengar sedikit suarapun, akhirnya dia orang tidak bisa
menahan sabar lagi, teriaknya, "Koan Ing ingin menghadap
kepada Kauwcu dari Sian-thian-kauw kalian."
Walaupun dia sudah berteriak beberapa kali, dari dalam
perahu tersebut tidak terdengar sedikit suarapun, hatinya
menjadi mendongkol juga, pikirnya.
"Siapakah sebenarnya Kauwcu dari Sian-thian-kauw itu,
kenapa begitu misterius jejaknya."
"Hmm, dia tidak mau keluar, apakah dirinya tidak bisa
masuk sendiri ke dalam?" Berpikir akan hal itu dengan cepat
dia berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut,
Koan Ing yang berjalan masuk ke dalam ruangan perahu
itu segera melihat di dalam ruangan tersebut sama sekali tidak
tampak sesosok manusiapun tetapi barang yang di dalam
sana amat mewah dan rapi sekali.
Di tengah-tengah ruangan itu berdirilah sebuah meja
sembahyangan, di atas meja tergantung juga sebuah pedang
yang memancarkan sinar yang berkilauan.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia menjadi melengak, kakinya dengan perlahan mulai
bergeser memasuki ruangan sebelah dalam.
Tapi.... baru saja Koan Ing membuka horden pada pintu
ruangan dalam mendadak terasalah segulung hawa pukulan
yang amat dingin sekali menerjang tubuhnya.
Dia menjadi terperanjat di dalam ke adaan terdesak dia
mundur satu langkah ke belakang.
Tapi begitu tubuhnya mundur ke belakang segera terasalah
empat bilah pedang dari empat penjuru bersama-sama
melancarkan serangan ke arahnya.
Dengan cepat tubuhnya merendah, kakinya berturut-turut
melancarkan tiga langkah dengan menggunakan ilmu langkah
Ku Hien Poh Hoat. Walaupun dia berusaha untuk menghindarkan diri dari
empat buah serangan tersebut tak urung jubah pajangnya
tergores juga oleh sambaran pedang sehingga sebagian besar
terkoyak. Tubuhnya dengan cepat menyingkir ke samping, dalam hati
dia benar-benar merasa bergidik.
Dia bukan merasa terperanjat karena kelihayan dari
kepandaian silat orang itu melainkan dikarenakan jurus
pedang yang bayu saja digunakan bukan lain adalah
perubahan daii ilmu Lian Huan San Cie dari ilmu pedang
Thian-yu Si Cap Pwee Si yang amat terkenal itu.
Ilmu Lian Huan Sim ci ini merupakan ilmu silat ciptaan
Kong Bun-yu sendiri untuk melindungi badan, bilamana
bukannya dia sudah sangat hapal terhadap ilmu silat tadi
mungkin di bawah serangan gabungan empat bilah pedang
tadi dia sudah menemui ajalnya, tapi bagaimana mereka bisa
mengetahui juga ilmu silat ciptaan dari Kong Bun-yu ini"
Di dalam keadaan terperanjat sinar matanya dengan cepat
berputar memandang ke empat penjuru, tampaklah empat
orang pelayan perempuan dengan masing-masing mencekal
sebilah pedang sedang berdiri tak bergerak pada empat buah
sudut yang berlainan, saat ini merekapun sedang memandang
dirinya sambil melotot. Di belakang mereka berempat berdirilah seorang
perempuan berbaju putih yang sedang membelakangi dirinya,
Dengan perlahan perempuan itu putar badannya,
tampaklah pada wajahnya tertutup oleh selembar kain sutera
yang amat tipis walaupun begitu tidak menutupi kecantikan
yang amat mempesonakan, hal ini membuat dia benar-benar
terpesona dibuatnya. Perempuan itu dengan amat tajamnya memperhatikan
Koan Ing, ujarnya kemudian sambil tertawa, "Ouw.... tidak
kusangka yang datang ternyata seorang pemuda yang begitu
tampan.... " Wajah Koan Ing segera berubah memerah, dia menarik
napas panjang sambil tertawa paksa tanyanya:
"Tolong tanya, kauwcu dari Sian-thian-kauw sekarang ada
dimana?" "Kau mau mencari dia" Akulah orangnya!" seru perempuan
itu sambil tertawa. Koan Ing menjadi melengak, dia sama sekali tidak
menyangka kauwcu dari Sian-thian-kauw ternyata adalah
seorang perempuan, untuk beberapa saat lamanya dia benarbenar
dibuat tertegun. Sinar mata perempuan itu dengan perlahan berputar,
sesudah menyuruh keempat orang budaknya mengundurkan
diri, ujarnya lagi sambil tertawa, "Bukankah kau adalah anak
murid dari Kong Bun-yu" Aku bisa melihatnya dari gerakan
tubuhmu sewaktu memasuki perahu ini."
"Tapi sayang aku bukan muridnya!" jawab Koan Ing ketus.
Air muka perempuan itu segera berubah amat hebat.
"Kong Bun-yu juga merupakan salah satu dari empat
manusia aneh, kau tidak berani mengakui sebagai muridnya,
apa kau takut kepadaku" Kau takut aku membinasakan
dirimu?" teriaknya dingin.
Koan Ing menjadi amat terperanjat air muka perempuan itu
ternyata sudah berubah menjadi amat menakutkan sekali,
agaknya dia hendak membinasakan dirinya di dalam satu kali
pukulan. Dia sama sekali tidak menyangka sinar mata dari
perempuan itu bisa demikian menakutkan, dia tidak berhasil
mempertahankan golakan dalam hatinya sehingga tanpa
terasa lagi sudah mengundurkan diri dua langkah ke belakang,
tangannya dengan cepat dibalik mencabut keluar pedangnya.
Hanya di dalam sekejap itulah dia merasakan hatinya
bergidik, dia merasa amat takut sekali sehingga membuat
seluruh bulu kuduknya pada berdiri.
Ooo)*(ooO Bab 9 KETIKA gadis itu melihat pedang yang berada di tangannya
mendadak sinar matanya berkelebat.
"Hmmm," dengusnya dingin. "Kiranya kau adalah
ciangbunjin dari Thian-yu-pay, aku sungguh kurang hormat,
maaf.... maaf.... " Sambil berkata selangkah demi selangkah dia mendesak
diri Koan Ing. Koan Ing yang memandang ke arah gadis berkerudung itu
untuk beberapa saat lamanya di buat termangu-mangu, dia
bukan saja merasa terperanjat kalau kauwcu dari Sian-thiankauw
ternyata adalah seorang perempuan bahkan kecantikan
wajah perempuan itu benar-benar membuat dirinya terpesona.
Ketika perempuan itu melihat Koan Ing memperhatikan
dirinya dengan mata membelalak, dengan dinginnya dia
mendengus, dengan perlahan tubuhnya mulai bergeser ke
arah diri Koan Ing. Koan Ing segera sadar dari lamunannya, dalam hati dia
merasa hatinya berdesir, baru saja dia hendak bergerak siapa
tahu tubuh perempuan itu sudah mendesak semakin dekat
lagi, sepasang tangannya dengan cepat bergerak melancarkan
serangan gencar ke arahnya.
Koan Ing benar-benar dibuat terperanjat, karena serangan
yang baru saja digunakan oleh perempuan itu bukan lain
adalah Sim Hoat tingkat tertinggi dari aliran Thian-yu mereka,
gerakan yang dilancarkan olehnya ternyata begitu cepat tidak
berada di bawah sendiri. Sinar matanya dengan cepat berkelebat, dia orang sudah
mengikuti diri Kong Bun-yu selama dua bulan lamanya di
dalam ruangan bawah tanah dan setiap hari berlatih dengan
amat rajin, boleh dikata terhadap semua serangan dari
partainya dia sudah memahami seperti memahami jari
tangannya sendiri, tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya
dengan cepat berkelebat telapak tangannya memotong ke
samping dan dengan amat tepatnya berhasil menghajar
pergelangan tangan perempuan itu bahkan memisahkan pula
datangnya serangan dari dirinya.
Agaknya perempuan ini sejak semula sudah menduga akan
hal ini, terdengar dia mendengus dengan amat dinginnya,
sikutnya dengan amat cepat dibalik ke belakang menghajar.
Koan Ing menjadi sangat kaget dia hanya merasakan
segulung hawa yang amat dingin sekali merembes masuk ke
dalam tulang punggungnya.
Jika tadi dia menggunakan jurus-jurus silat dari ilmu lain
dia masih tidak mengapa, tetapi jurus yang digunakan
barusan ini merupakan ilmu ciptaan dari Kong Bun-yu,
bagaimana sang perempuan bisa mengetahuinya dengan
begitu jelas, semakin dipikir hatinya semakin berdebar, tak
terasa lagi bulu kuduknya pada berdiri.
Jagoan berkepandaian tinggi bertanding paling
mengutamakan pemusatan pikiran sedikit meleng saja
keadaan akan segera menjadi bahaya.
Koan Ing yang baru saja pikirannya bercabang segera
merasakan datangnya serangan musuh yang amat gencar
menerjang iganya, untuk menghindar sudah terlambat baru
saja tubuhnya miring ke samping, iganya telah berhasil
terhajar oleh ujung tangan perempuan itu,
Dia segera mendengus berat separuh badannya terasa
menjadi kaku membuat dia merasa
amat terperanjat bercampur heran dia orang sama sekali
tidak menyangka kalau jurus serangan yang terakhir dari
perempuan itu ternyata menggunakan ilmu silat dari aliran
pulau Ciat Ie To. Pikiran kedua belum sempat berkelebat di dalam benaknya
Koan Ing cuma merasakan tubuh perempuan itu dengan amat
ringannya sudah menerjang kembali ke tubuhnya, dia cuma
merasakan iganya amat sakit kesadarannya seketika itu juga
lenyap. Entah sudah lewat beberapa saat lamanya, dengan
perlahan dia sadar kembali dari pingsannya.
Dengan perlahan Koan Ing membuka matanya, dia melihat
dirinya masih menggeletak di atas tanah, di samping empat
orang budak berbaju hijau itu duduklah seorang perempuan
yang bukan lain adalah perempuan yang sangat misterius itu.
Hatinya merasakan bergidik, hanya dalam satu jurus saja
orang itu sudah berhasil menguasai dirinya, jika dilihat dari hal
inijelas sekali kalau kepandaian silatnya jauh di atas
kepandaian silat empat manusia aneh, tetapi kenapa dia orang
belum pernah mendengar namanya"
Pikiran Koan Ing terus menerus berputar, akhirnya pikirnya
dalam hati. Perempuan ini sebenarnya hendak berbuat apa
terhadap diriku" "Hmm, kaukah yang bernama Koan Ing?" terdengar
perempuan bertanya dengan suara yang amat dingin.
Koan Ing menjadi melengak, pada saat pikirannya berputar
tangannya sudah meraba ke dalam sakunya, bukan saja
pedang pusaka yang tersoren pada pinggangnya sudah
diambil, bahkan pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie yang
disembunyikan di dalam sakunyapun sudah diambil.
Saat ini pikirannya menjadi sedikit terang, tetapi dia merasa
heran, kemana perginya Ciu Tong serta Sang Su-im sekalian"
Kenapa mereka tidak ikut masuk ke mari"
Perempuan itu mengerutkan keningnya, agaknya dia sudah
tahu apa yang sedang dipikirkan di dalam hatinya.
"Hm, tentu kau orang sedang memikirkan kenapa Sang Suim
serta Ciu Tong tidak menyusul kemari" Bagaimana mereka
bisa mengejar perahuku ini" Kau sudah berbaring selama
sepuluh hari lamanya di sini, lebih baik kau tidak usah
memikirkan mereka lagi, Koan Ing menjadi melengak, dengan
perlahan dia bangkit berdiri, "Aku sudah rebah disini sepuluh
hari lamanya?" Pikirnya di dalam.
Dia benar-benar tidak bisa percaya kalau dia orang sudah
ada sepuluh hari tidak sadarkan diri, ilmu totokan macam
apakah yang sudah digunakan perempuan itu" Bagaimana dia
bisa berbaring selama sepuluh hari lamanya tanpa menderita
sedikit lukapun" Pada saat pikirannya berputar, mulutnya
sudah menjawab, "Benar, akulah Koan Ing.... "
"Kau sebenarnya murid dari Kong Bun-yu atau murid dari
Cu Yu?" tanya perempuan itu kemudian sesudah berpikir keras
beberapa saat lamanya. Koan Ing tidak paham kenapa dia mau menanyakan
suhunya, tetapi hatinya secara tiba-tiba merasa kalau
perempuan ini sama sekali tidak mengandung maksud jahat
terhadap dirinya, karenanya sahutnya, "Suhuku adalah si
pendekar menyendiri.... "
"Ooooh.... " dengan perlahan dia tundukkan kepalanya
berpikir kembali, lama sekali dia baru angkat kepalanya,
"Pernahkah suhumu mengungkit akan diriku Song Ing?"
Sekali lagi Koan Ing melengak, dia sama sekali tidak
menyangka kalau perempuan ini ternyata kenal dengan
suhunya, dengan perlahan dia gelengkan kepalanya.
Lalu kau mendapatkan pedang Kiem-hong-kiam ini dari
mana?" tanya perempuan itu kembali dengan wajah
sedikitpun tidak berubah.
Koan Ing tidak tahu Song Ing ini mempunyai hubungan apa
dengan suhunya, ketika dia mendengar dia orang mengangkat
persoalan pedang Kiem-hong-kiam mendadak pada
ingatannya teringat kembali kalau diapun mengerti benar akan
ilmu silat perguruannya membuat perasaan curiga mulai
meliputi dirinya. Dia melirik sekejap ke arahnya kemudian baru menjawab,
"Supekku yang berikan barang
tersebut kepadaku." "Bagaimana dengan keadaan suhumu?" "Suhu maupun
supek sudah pada binasa."
Dengan perlahan Song Ing angkat kepalanya, sekilas
senyuman berkelebat di atas wajahnya.
Lama sekali dia baru angkat kepalanya kembali, ujarnya.
"Dahulu ada seorang perempuan yang sangat cantik sekali,
pada saat yang bersaman ada dua orang suhengte sama-sama
mencintai dirinya suhengnya bukan saja memiliki wajah
tampan bahkan sangat pintar sekali, kepandaian silatnyapun
amat lihay, sedangkan sutenya berwajah biasa saja hanya
sifatnya amat luhur dan jadi orang sangat jujur."
Dia berhenti sebentar, matanya memandang ke tempat
kejauhan agaknya sedang mengingat-ingat kembali peristiwa
yang sudah lalu. Dalam hati Koan Ing merasa hatinya tergetar dengan amat
kerasnya, dia mengira perempuan ini kenal dengan suhu serta
supeknya, tetapi jika didengar dari perkataan Song Ing ini
agaknya dia sedang menceritakan kisahnya antara dia dengan
suhu serta supeknya pada masa yang lalu.
Dia sama sekali tidak mengira kalau perempuan yang
sama-sama dicintai suhu serta supeknya adalah Song Ing
yang ada di hadapannya sekarang ini.
Song Ing termenung berpikir keras beberapa saat lagi,
lama sekali dia baru menambahkan.
"Tetapi suhengnya itu jadi orang terlalu sombong dan jadi
orang amat kasar sekali, perempuan itu ternyata sudah jatuh
cinta terhadap sutenya, setelah suhengnya tahu akan hal ini
mendadak ada satu hari dia pergi mencari perempuan itu dan
memaki dia kenapa jatuh cinta pada sutenya"
Berbicara sampai disini dia berhenti sebentar untuk tukar
napas, "Gadis itu cuma tertawa dingin saja tanpa
mengucapkan sepatah katapun, suheng itupun tertawa dingin,
pada saat itulah dia sudah mengutarakan cintanya bahkan
mau memberi pelajaran seluruh kepandaian silat yang
dimilikinya dan mendadak dia berpesiar ke semua tempat
yang indah dan terkenal."


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu cuma tertawa dingin saja, dia sama sekali tidak
memberikan komentar, tetapi mendadak sang suheng berkata
kalau sutenya dia sudah pukul sampai terluka dan dia tidak
akan kembali lagi karena umurnya bakal pendek.
Koan Ing yang mendengarkan kisah ini benar-benar merasa
hatinya tergetar amat keras, dia sama sekali tidak mengira
kalau supeknya bisa berbuat begitu curang terhadap suhunya,
tindakannya ternyata begitu telengas.
Dengan perlahan sinar mata Song Ing beralih ke atas wajah
Koan Ing sambungnya kembali.
Setelah perempuan itu mendengar perkataan tersebut, dia
mulai tertawa dan mereka berdua mulai melakukan perjalanan
berpesiar kesemua tempat yang terkenal.
Koan Ing menjadi melengak, dia memandang diri Song Ing
tajam-tajam, dia tidak percaya kalau Song Ing adalah manusia
macam ini, Song Ing pun balas memperhatikan diri Koan Ing, dari
sepasang matanya memancar keluar sinar kegirangan yang
samar-samar, tetapi di dalam sekejap saja sudah lenyap
kembali, sambungnya terus, "Kepandaian silat yang dipelajari
akhirnya cukup sempurna juga, pada suatu tengah malam
dengan menggunakan obat bius dia membuat suheng itu
menjadi mabok, kemudian menggunakan pedangnya
mengorek keluar otot kakinya, pada mukanya dia beri tiga
buah goretan pedang, kemudian pada punggungnya kirim
delapan buah serangan dahsyat.
Mendengar sampai di sana Koan Ing cuma merasakan
hatinya bergidik, ternyata tindakan dari Song Ing demikian
kejamnya bukan saja dia sudah mencabut ke luar otot kakinya
bahkan sudah kirim delapan pukulan pula ke arah
punggungnya. Song Ing tersenyum tawar."
"Kepandaian silat dari suheng itu ternyata amat tinggi,
sesudah sadar kembali dari maboknya, dengan perasaan
terperanjat dia melarikan diri dari sana dengan membawa luka
yang amat parah, gadis itupun tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap dirinya." Saat itulah dia baru tahu sebab supeknya jadi demikian
menderitanya, walaupun tenaga dalam yang dimilikinya amat
sempurna tetapi punggungnya yang berturut-turut
mendapatkan delapan buah serangan membuat dia akhirnya
kehabisan darah pula dan menemui ajalnya.
Kong Bun-yu yang jadi orang amat congkak sudah tentu
setelah memperoleh luka dia tidak mau keluar kembali ke
dalam Bu-lim sehingga merusak nama baiknya, makanya
selama hidupnya sejak itu dia orang bersembunyi di dalam
gua. Koan Ing menghembuskan napas dingin, sekarang dia
merasa suatu perasaan yang menghormat muncul di dalam
hatinya. Bilang terus terang saja, kemunculanku kali ini di samping
mencari berita suhumu aku sudah mempersiapkan diri untuk
mencari Kong Bun-yu untuk menuntut batas.
Tetapi supek dia orang tua sudah memperoleh
hukumannya." ujar Koan Ing dengan cepat, dia segera
menceritakan keadaan dari Kong Bun-yu yang sebenarnya.
"Heeey," Song Ing tak tertahan lagi sudah menghela napas
panjang. "Selama beberapa tahun ini secara sembunyisembunyi
aku sering mencuri lihat Sang Su-im, serta Ciu Tong
sewaktu berlatih ilmu silatnya, kepandaian mereka masingmasing
mempunyai keistimewaan yang tersendiri di tambah
lagi dengan ilmu sakti Thian-yu Khei Kang serta ilmu-ilmu silat
lainnya yang pernah aku lihat aku sudah berhasil menciptakan
suatu ilmu yang amat dahsyat sekali. Heeey siapa sangka aku
sudah terlambat satu langkah."
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
tambahnya, "Selama sepuluh hari ini aku sudah pikirkan
masak-masak, haruskah aku membinasakan dirimu, tetapi
selama ini pula aku selalu berharap agar kau bukanlah anak
murid dari Kong Bun-yu, pedangmu aku taruh di atas meja,
selain pedang itu, kitab silat merupakan hasil jerih payahku
selama beberapa tahun ini, walaupun aku belum berhasil
menyelami seluruhnya tetapi aku kira ilmu tersebut sudah
cukup untuk mengangkat namamu di dalam Bu-lim, Kini aku
sudah tahu kalau kau orang adalah muridnya, barang-barang
tersebut boleh kau terima semua, anggap saja barang itu
merupakan tanda mata pertemuan kita ini."
Koan Ing menjadi melengak, tampak di atas meja di
samping sebilah pedang panjang serta pedang pendek
terdapatlah sebuah kitab yang dijilid amat rapihnya.
Di atas kitab tersebut tertulislah kata-kata Boe Shia Koei
Mie yang amat besar sekali, sedang pada sampingnya
tertulislah beberapa kata dengan huruf kecil:
"Ilmu silat dari seluruh Bu-lim tidak akan terlewat di dalam
kitab ini." Dari dalam hatinya segera timbul suatu ingatan yang
sangat aneh sekali, pikirnya, "Hmmm.... sombong benar.... "
Baru saja dia hendak membuka mulut untuk menolak
terdengar Song Ing sudah berkata kembali, "Sekalipun aku
orang belum pernah kawin dengan suhumu tetapi hatiku
sudah aku serahkan padanya, juga boleh dikata merupakan
subomu. Kau tidak boleh untuk tak menerimanya."
Koan Ing dengan pandangan tajam memperhatikan diri
Song Ing, dalam hati diam-diam dia orang merasa sangat
kaget, walaupun perkataan dari Song Ing barusan ini sangat
halus tetapi terasa ada satu tenaga yang amat kuat membuat
dirinya merasa tidak tahan,
Dia segera menerima pedang serta kitab itu lalu jatuhkan
diri memberi hormat kepada diri Song Ing.
Song Ing juga tidak menghindar, dia tetap duduk tidak
bergerak sedikitpun dari tempat duduknya itu.
"Aku tahu kau orang mau berangkat ke daerah Tibet
makanya aku hantar kau sampai ke daerah Lok Cho," ujarnya
perlahan. "Di dalam urusan ini aku memang bisa memberi
bantuan kepadamu tetapi urusanmu sendiri harus kau
kerjakan sendiri, aku tidak mau ikut campur. Sekarang kau
boleh meninggalkan tempat ini."
Koan Ing dibuat agak melengak, tapi dengan cepat dia
sudah sadar kembali. Setelah memberi hormat kembali kepada diri Song Ing
dengan langkah perlahan dia berjalan keluar dari perahu
tersebut. Cuaca amat gelap sekali, salju melayang turun dengan
derasnya terasa segulung angin dingin dengan kencangnya
dari arah barat membuat badan terasa menggigil.
Tampak sesosok bayangan manusia dengan menempuh
badai salju melanjutkan perjalanan menuju ke arah Barat,
orang itu memakai jubah berwarna abu-abu, pada
punggungnya tersoren pedang dan melanjutkan perjalanan
dengan tergesa-gesa, orang itu bukan lain adalah diri Koan
Ing yang sedang melakukan perjalanan ke daerah Tibet.
Suasana amat sunyi, di sekeliling tempat itu hanya tampak
salju nan putih menutupi seluruh permukaan tanah, tiba-tiba
sinar mata Koan Ing bisa melihat sebuah kuil yang berdiri
dengan angkernya di tempat kejauhan.
Dia berpikir sebentar, akhirnya dengan langkah cepat
tubuhnya berkelebat menuju ke arah sana.
Tubuhnya semakin lama semakin mendekati kuil itu,
mendadak matanya tertumbuk dengan sesuatu.... di depan
kuil itu menggeletaklah sesosok mayat yang sudah membeku.
Koan Ing menjadi melengak, dengan cepat tubuhnya maju
ke depan memeriksa, terasalah olehnya mayat itu mati belum
terlalu lama, jadi berarti juga pembunuhnya belum lama
meninggalkan tempat itu. Lhama itu terbinasa dengan sepasang mata melotot keluar,
jelas dia orang sudah terkena binasa oleh pukulan berat dari
seorang jagoan yang mempunyai tenaga dalam yang amat
tinggi. Pikiran Koan Ing berputar terus dengan amat cepatnya,
sebentar kemudian tubuhnya sudah bergerak dan melayang
masuk ke dalam kuil yang ada di depannya.
Begitu tubuhnya masuk ke tengah ruangan segera
tampaklah olehnya berpuluh sosok mayat menggeletak
simpang siur di atas tanah, asap dupa masih mengepul
dengan tebalnya di tengah meja sembahyang sedangkan
barang-barang sembahyangan sudah pada kocar-kacir ke atas
tanah jelas baru saja terjadi suatu pertempuran yang amat
sengit di tempat tersebut.
Sinar matanya dengan amat tajam menyapu sekejap ke
seluruh ruangan, tiba-tiba telinganya menangkap suara berisik
yang amat perlahan sekali dari belakang ruangan kuil itu,
tubuhnya dengan cepat melayang kesana.
Baru saja tubuhnya mencapai depan pintu ruangan segera
terdengarlah olehnya suara seseorang yang sangat di
kenalnya, "Hee.... hee sekarang kau bisa berbuat apa lagi?"
Mendadak Koan Ing bisa mengenalnya kembali, bukankah
itu suara dari si kongcu tak berbudi Ciu Pak adanya, hatinya
merasa amat terperanjat. Sinar matanya yang amat tajam tidak berhenti sampai
disana. segera dia mengintip ke dalam ruangan.
Tampaklah Sang Siauw-tan sudah tertawan oleh diri Ciu
Pak dan saat ini sudah berada di dalam pelukannya yang
kencang. Ia menjadi sangat terkejut, bentaknya dengan suara berat,
"Ciu Pak! coba kau lihat siapakah aku?"
Ciu Pak Yang sebenarnya sedang berdiri membelakangi diri
Koan Ing sesudah mendengar perkataan tersebut tubuhnya
dengan cepat berputar. Tapi ketika dilihatnya Koan Ing sudah muncul di tempat itu
secara tiba-tiba hatinya terasa bergidik, kekalahannya tempo
hari membuat dia orang tanpa terasa sudah menaruh tiga
bagian rasa jeri terhadap dirinya.
Dia benar-benar merasa amat terkejut, tidak disangka
olehnya Koan Ing bisa muncul secara begitu mendadak
disana. Perlahan-lahan hawa amarah mulai meliputi seluruh
hatinya, dia merasa gemas dan benci terhadap pemuda itu
karena setiap kali dia ada kesempatan buat melakukan niatnya
terhadap diri Sang Siauw-tan, dia orang tentu muncul secara
tiba-tiba sehingga mengacaukan perbuatan baiknya.
"Koan Ing" teriak Ciu Pak dengan amat gusar sambil
meletakkan tubuh Sang Siauw-tan ke atas tanah. "Aku sudah
lama mencari dirimu, kiranya kau ada disini,"
Selama ini Koan lag menaruh suatu perasaan yang amat
aneh sekali terhadap diri Sang Siauw-tan, kini dilihatnya Ciu
Pak hendak berbuat jahat terhadapnya, membuat keningnya
dikerutkan semakin mengencang, tubuhnya dengan cepat
meloncat ke tengah udara, sepasang tangannya dengan
mengambil gerakan setengah busur melancarkan serangan ke
depan. Inilah yang dinamakan jurus "Thian Kay keh Tong" atau
langit membuka tanah merekah dari ilmu sakti "Thian-yu Ji cap
si Khie Cau" andalan Kong Bun-yu tempo hari.
Di tengah gulungan serta sambaran angin yang tak terasa
suatu tenaga tekanan yang amat berat menghajar tubuh Ciu
Pak. Ciu Pak yang melihat tenaga dalam dari Koan Ing
mendapatkan kemajuan kembali hanya di dalam beberapa hari
saja hatinya terasa berdesir, dalam hati dia orang kepingin
menghindar tapi ketika teringat akan nama besarnya sebagai
si kongcu tak berbudi dia menjadi malu sendiri untuk
melompat mundur, pikirnya.
"Hmmm aku si kongcu tak berbudi tidak seharusnya takut
dengan seorang bangsat cilik.
Setelah mendengus dingin dia bersuit panjang, sepasang
telapaknya dengan mendatar didorong ke depan dengan
kecepatan yang luar biasa, inilah ilmu mayat membusuk ini
sinarnya merupakan ilmu silat yang mengutamakan tenaga
Im, tenaga dalam dan si kongcu tak berbudipun sudah boleh
dikata jagoan nomor wahid dari angkatan muda, sudah tentu
serangannya ini tidak enteng.
Sebaliknya Koan Ing walaupun mempunyai suhu yang ilmu
kepandaian tidak begitu tinggi letapi dia orang mempunyai
bakat yang amat bagus, ditambah pula dengan latihannya
selama tiga bulan di dalam gua batu serta jerih payahnya
sesudah berpisah dengan Song Ing,
membuat kehebatan dan ilmu silatnya berada seimbang
dengan kepandaian dari Ciu Pak.
Telapak mereka berdua dengan cepat terbentur menjadi
satu kemudian melengket tak terlepas kembali.
Koan Ing yang berhasil memperoleh seluruh ilmu silat yang
dimiliki Kong Bun-yu, begitu merasakan telapak tangannya
melengket dengan telapak tangan pihak musuh dengan amat
cepatnya dia sudah berganti jurus.
Di tengah gerak sepasang telapak mereka suatu hawa
pukulan yang amat kuat menerjang keluar, inilah yang
dinamakan jurus "Kioe Ku Ceng jiet" atau sembilan busur
menghancurkan matahari hasil ciptaan Kong Bun-yu sendiri.
Saat itulah Ciu Pak baru merasakan tenaga pukulan dari
Koan Ing sedikit mencurigakan segera terasalah olehnya
tenaga pukulan yang disalurkan ke depan sudah terpukul
kembali, membuat hatinya tergetar dengan amat kerasnya,
Di dalam keadaan terkejut, dia cepat-cepat menarik
tangannya, siapa tahu Koan Ing justru pada saat yang
bersamaan sudah mengerahkan serangannya yang terakhir.
Ciu Pak menjadi kaget, dia sama sekali tidak menyangka
kalau jurus serangan dari Koan Ing bisa demikian aneh dan
saktinya. Untuk menghindarkan diri tidak sempat lagi, terpaksa
dengan keras lawan keras dia menerima datangnya serangan
dari Koan Ing itu. Koan Ing segera merasakan telapak tangannya yang
menghajar tubuh Ciu Pak seperti sedang menghajar kayu
lapuk saja, hatinya menjadi sangat kaget.
Dia memang pernah melihat Ciu Pak dengan menggunakan
ilmu mayat membusuknya mengalirkan seluruh jalan darahnya
pada separuh badannya, tetapi dia tidak mengira kalau
serangannya ini sama sekali tidak berguna terhadap dirinya.
Untuk beberapa saat lamanya dia menjadi bingung harus
menggunakan jurus serangan apa untuk memecahkan ilmunya
ini, tetap dia tidak ingin memberi kesempatan buat Ciu Pak


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menarik napas lagi.
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas kemudian
dengan menggunakan jurus sakti Si Ciet Kioe Hwee atau sinar
memancar ke sembilan penjuru dari ilmu Thian-yu Jie cap Si
Khei Cau, dia melancarkan kembali serangan gencar
menghajar tubuh musuhnya.
Pada saat itulah.... tiba-tiba suara sampokan ujung baju
terkena angin bergema memasuki ruangan kuil itu.
Dia tidak tahu siapa yang sudah datang tetapijika didengar
dari suara sempokan ujung bajunya jelas merupakan jagoan
berkepandaian tinggi setingkat dengan empat manusia aneh.
Dia tidak berani menyerang Ciu Pak lagi, tubuhnya berputar
di tengah udara kemudian melayang turun ke pojokan lain.
Ketika Ciu Pak melihat tubuh Koan Ing meloncat ke atas,
hatinya merasa amat terkejut dan ketakutan sekali, walaupun
dia berhasil mengalihkan jalan darahnya ke separuh badan
yang lain dan menerima satu pukulan dari Koan Ing tetapi
tenaga dalamnya sudah memperoleh kerugian yang amat
besar sekali. Dia tahu jika dirinya harus bertempur kembali jangan dikata
seratus jurus, sekalipun sepuluh jurus juga tidak akan tahan,
kini melihat secara tiba-tiba Koan Ing mengundurkan
diri dengan cepat dia merangkak bangun, kemudian
memandang ke arah orang yang baru saja datang itu.
"Ayah," teriaknya keras.
Memang sedikitpun tidak salah, orang itu memang adalah
si Ciu Tong itu manusia iblis nomor wahid dari pulau Ciat Ie To
serta si jari sakti Sang Su-im dua orang.
Sinar mata dari Ciu Tong dengan cepat menyapu sekejap
ke seluruh ruangan, hanya di dalam satu kali pandang inilah
dia sudah tahu apa yang telah terjadi disana. "Hmmm,
bangsat cilik, kita berjumpa kembali!" serunya sambil
mendengus dingin, Mendadak telapak tangan kanannya menghantam ke depan
melancarkan satu serangan dahsyat mengarah tembok yang
ada di sebelah kiri. Koan Ing menjadi melengak. dia tidak tahu Ciu Tong
sedang memainkan permainan apa" Saat itulah dia baru
merasakan segulung angin pukulan yang amat keras
memantul dari tembok itu kemudian menerjang tubuhnya
dengan amat dahsyat. Dengan tenaga dalam yang amat tinggi dari Ciu Tong siapa
orang yang bisa menahan pukulannya itu" Terdengar suara
bentrokan yang amat keras, tubuhnya tak tertahan lagi sudah
terpental oleh angin pukulan tersebut menerjang ke atas
dinding tembok di dalam ruangan itu.
Koan Ing cuma merasakan punggungnya amat sakit, dia
tahu dirinya sudah terluka dalam, sekalipun begitu dengan
paksakan diri dia bangkit berdiri kemudian memandang ke
arah iblis tua itu dengan amat gusarnya.
Diam-diam dalam hati Ciu Tong pun merasa sangat
terperanjat. kekuatan dari pukulannya ini amat aneh dan
sangat dahsyat sekali, dia tahu Koan Ing tidak mungkin bisa
menerima datangnya serangan itu, dia pasti akan terbinasa.
Siapa tahu dengan keras lawan keras dia orang masih
berhasil menerima juga serangan dahsyatnya itu.
Walaupun kini Koan Ing terluka juga oleh angin
pukulannya, tetapi luka yang diderita tidaklah terlalu berat.
Dalam hati Sang Su-im merasa semakin heran lagi, dia tahu
Koan Ing sama sekali tidak berpengalaman, tapi dia orang
ternyata bisa tahu Keistimewaan dari pukulan Ciu Tong, ini
jelas sekali menunjukkan kalau kecerdasan otaknya luar biasa.
"Hmm, bangsat cilik." teriak Ciu Tong dengan amat dingin.
"Kau bisa juga menerima serangan itu, baiklah, dengan
memandang di atas wajah Kong Loo-te aku lepaskan dirimu
kali ini." Sang Su-impun bukanlah seorang yang tolol, ketika mereka
masuk kes ana dan melihat Ciu Tong mengumbar hawa
amarahnya, apalagi Sang Siauw-tan pun masih menggeletak
di atas tanah, dia segera mengetahui sudah terjadi peristiwa
apa di sana, dia segera tertawa dingin.
"Ciu-Tong!" serunya gusar, "Putramu sungguh pintar
sekali!" Ciu Tong tahu Sang Su-im tentu tidak mau menyudahi
urusan tersebut sampai di sana, diapun balas berseru dengan
tawar, "Entah apa maksud dari perkataan Sang loo-te ini?"
Sang Su-im yang melihat dia masih saja berpura-pura pilon,
hatinya menjadi amat gusar sekali.
"Putramu akan kau serahkan kepadaku ataukah Ciu heng
sendiri yang kasih hukuman?"
Ciu Tong tertawa tawar, dia tahu urusan ini hari tidak bisa
dibereskan dengan jalan damai, karena itu begitu dia sampai
disana tanpa ragu-ragu lagi Koan Ing sudah dihajar sampai
terluka, kini Koan Ing sudah tersingkir sudah tentu dia tidak
takut kepada siapa lagi. "Haaa.... haaa.... aku lihat lebih baik Sang loo-te
menyudahi urusan ini saja?" ujarnya tertawa.
Sang Su-im benar-benar dibuat gusar oleh sikapnya ini.
"Heee.... heee.... " teriaknya gemas, "Aku kira kepandaian
silat dari Ciu heng sudah memperoleh kemajuan yang amat
pesat sekali sehingga tidak memandang sebelah matapun
kepada siauw-te." Sambil berkata ujung bajunya dikebut menghajar tembok
yang ada di sebelah timur.
"Oooh.... kiranya Sang Loo-te mau menjajal kepandaian
silatku, hahaha.... boleh.... boleh.... "
Tangan kanannya dengan cepat dikebut ke depan
menghajar tembok yang ada disebelah barat dengan
kecepatan kedua buah tenaga pukulan itu terbentur menjadi
satu sehingga menimbulkan suara ledakan yang amat keras
sekali. Segulung hawa pukulan yang amat hebat segera terpental
ke atas membuat atap ruangan menjadi berlobang, pasir dan
debu pada rontok dan beterbangan memenuhi seluruh
angkasa. Koan Ing yang melihat mereka berdua sedang saling
menyerang dengan dahsyatnya, dia orang segera menyingkir
ke samping, Sekali pandang saja dia sudah bisa tahu kalau tenaga
dalam mereka berdua adalah seimbang.
Terdengar Sang Su-im tertawa terbahak-bahak serunya,
"Siauwte hendak menjajal juga ilmu mayat membusuk dari Ciu
heng!" Sembari berkata tubuhnya melayang ke atas kemudian
tangan kanannya dibalik menotok tubuh Ciu Tong.
Ciu Tong segera melihat empat jari Sang Su-im
memancarkan sinar kehijau2an yang amat cemerlang, dia
segera tahu inilah ilmu jari Han Yang Ci Kang yang paling
diandalkan oleh si jari sakti Sang Su-im.
Walaupun saat ini dia tidak takut terhadap dirinya tetapi
ketika teringat akan kerugian dirinya yang diterima sewaktu
pertemuan puncak para jago tempo hari tak terasa lagi dia
menaruh juga tiga bagian rasa jeri terhadap ilmu Han Yang
Kang ini. Ciu Tong segera tertawa terbahak-bahak.
"Selama sembilan belas tahun ini kekuatan dari Han Yang
Ci-mu tentu mendapatkan kemajuan yang amat pesat sekali.
Sang Loo-te, siauw-heng mau menjajal saya."
Seluruh aliran darahnya segera dialihkan ke separuh
badannya yang sebelah kiri lalu dengan menggunakan tubuh
sebelah kanannya dia menyambut diri Sang Su-im,
Sang Su-im segera membentak keras, jari tengah serta jari
telunjuknya dikencangkan kemudian berturut-turut
melancarkan tujuh totokan dahsyat.
Seketika itu juga suara desiran yang amat tajam
memecahkan kesunyian tujuh buah totokan dahsyat dengan
amat cepatnya menyambar tubuh Ciu Tong.
Menanti angin totokan itu mendekati tubuhnya, Ciu Tong
baru tertawa keras, badannya yang sebelah kanan bagaikan
sebatang pohon yang sudah layu menerima seluruh serangan
Han Yang Ci Kang dari Sang Su-im.
Walaupun serangan itu bisa menghancurkan batu atau baja
tetapi terhadap diri Ciu Tong sama sekali tidak berguna, Air
muka Sang Su-im segera berubah amat hebat.
Ciu Tong cepat-cepat menarik kembali tubuhnya yang
sebelah kanan- sinar matanya dengan pandangan ragu-ragu
memandang sekejap ke arah musuhnya.
Mendadak tubuhnya meloncat ke atas, sepasang telapak
tangannya bagaikan ikan belut, dengan amat cepatnya
menerjang bagian leher dari Sang Su-im.
Sang Su-impun membentak keras, tubuhnya meloncat ke
atas jari tengah serta telunjuk pada tangan kanannya dengan
berturut-turut melancarkan empat puluh sembilan totokan
gencar, seketika itu juga seluruh angkasa dipenuhi dengan
suara desiran angin serangan yang amat tajam sekali.
Ciu Tong yang melihat Sang Su-im sudah mengadakan
persiapan, sinar matanya dengan cepat berkelebat, dengan
disertai suara bentakan yang amat keras sepasang tangannya
bergerak ke depan menyambar batang leher Sang Su-im.
Air muka Ciu Tong berubah hebat, sejak tadi dia sudah
merasakan tenaga serangan dari Sang Su-im jauh lebih
dahsyat dari tempo hari, walaupun hatinya merasa kaget
tetapi dia tidak ingin melepaskan kesempatan ini begitu saja.
Sang Su-im yang melihat serangan dari Ciu Tong ini penuh
disertai dengan tenaga yang amat kuat dia menjadi sangat
terperanjat, dia tahu jikalau lehernya sampai tercengkeram
oleh serangan tersebut bahaya maut segera akan
mengancam, Dia sama sekali tidak mengira pada saat Ciu Pak bertempur
dengan Sang Siauw-tan dulu dia sudah memamerkan ilmu
barunya ini sehingga memberi kesempatan kepada Sang Suim
untuk membuat persiapan. Tadi sengaja Sang Su-im memperlihatkan sikapnya yang
amat terkejut untuk memancing keteledoran dari Ciu Tong,
ketika dilihatnya Ciu Tong dibuat kegirangan dengan
permainannya itu dia orang segera melancarkan serangan
yang benar-benar. Jari tangan kanannya dengan cepat digetarkan, berturutturut
dia melancarkan kembali tujuh buah totokan menghajar
kedua buah lengan tersebut.
Ciu Tong yang telah melancarkan serangannya dengan
menggunakan kedua buah lengannya dengan cepat
mengalirkan seluruh jalan darahnya pada belakang punggung.
Tetapi waktu sudah tidak mengijinkan lagi, terdengar suara
dengusan yang amat berat, tubuh mereka berdua berpisah
dan mundur sempoyongan ke belakang, sebentar kemudian
jatuh terduduk ke atas tanah.
Serangan jari sakti dari Sang Su-im membutuhkan tenaga
dalam yang sangat banyak sekali. ditambah dia telah kena
hajaran dari sepasang tangan dari Ciu Tong, walaupun
keadaannya jauh lebih baik tetapi wajahnya tak urung
berubah memucat juga. Koan Ing yang menonton jalannya pertempuran, diam-diam
merasa hatinya sangat terkejut dia sama sekali tidak
menyangka tenaga dalam dari mereka berdua ternyata jauh
lebih tinggi dari apa yang diduga semula.
Ciu Pak yang melihat ayahnya terluka, alisnya segera
dikerutkan rapat-rapat, tubuhnya mulai bergerak menerjang
ke arah Sang Su-im. Koan Ing segera mendengus dengan amat dinginnya,
pedang Kiem-hong-kiam segera dicabut keluar dari dalam
sarungnya. Walaupun dengan Sang Su-im dia tidak mempunyai ikatan
keluarga maupun persahabatan, tetapi dia tidak akan
mengijinkan Ciu Pak turun tangan sewaktu orang lain dalam
keadaan terluka. Ciu Pak yang melihat Koan Ing mencabut keluar
pedangnya, dalam hati merasa sedikit bergidik, walaupun dia
melihat Koan Ing berhasil dihajar oleh ayahnya, tetapi Koan
Ing sama sekali tidak mengalami cedera bahkan dengan
keanehan dan kesaktian dari ilmu silatnya dia merasa kalau
dirinya bukanlah tandingannya. Tiba-tiba Ciu Tong membuka
matanya kembali. "Kau kemari!" serunya kepada diri Ciu Pak.
Bagaikan baru saja sadar dari impian dengan cepat Ciu Pak
berjalan menuju ke arah diri Ciu Tong.
Dari dalam saku ayahnya dia mengambil keluar dua butir pil
kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.
Saat ini Sang Su-im tetap memejamkan matanya mengatur
pernapasan, terhadap peristiwa yang terjadi di tempat itu dia
tidak mau tahu. Dengan pandangan tajam Koan Ing memperhatikan diri Ciu
Tong terus menerus diapun diam-diam mengatur pernapasan.
Beberapa saat kemudian mendadak sepasang alis Ciu Tong
mulai bergerak lalu mengulur keluar sepasang tangannya, dia
benar-benar dibuat terkejut dengan kejadian ini.
Agaknya Sang Su-impun merasakan keadaan sedikit tidak
beres, matanya dengan perlahan-lahan dibuka dan
memandang tajam ke arah pihak lawan. Terdengar Ciu Tong
tertawa dingin tak henti-hentinya.
"Heee.... heee.... hitung-hitung saja ini hari aku mengalami
kekalahan kembali, tetapi urusan ini aku tidak akan ambil diam
sekarang juga kau bisa merasakan sedikit pembalasanku."
"Aku cuma gemas kenapa tidak turun tangan lebih berat
lagi sehingga kau bisa meloloskan diri kembali."
Ciu Tong tak bisa menahan tertawanya lagi, semakin
tertawa suaranya semakin keras.
"Hey Sang Loo-te," ujarnya dingin. "Tentu kau tahu bukan
kalau aku orang mempunyai dua orang murid" Yang satu
adalah Bun Ting-seng dan masih ada satu lagi bernama Bu
Sian. Bun Ting-seng sudah lenyap amat lama sedangkan Bu
Sian sebentar lagi akan segera tiba disini, hehehe.... heee,
Sang Loo-te tentu kau tahu maksudku bukan?"
Koan Ing yang mendengar perkataan itu hatinya menjadi
amat gusar sekali, teriaknya, "Hmmm.... tidak kusangka Ciu
Tong si iblis tua yang mempunyai kedudukan sebagai pemuka
partai ternyata bisa berbuat permainan yang begitu
rendahnya." "Koan Ing kau tidak usah kuatir," sambung Sang Su-im
sambil tertawa tawar, "dengan kekuatan beberapa orang
kawanan tikus itu masih belum bisa mengapa-apakan diriku."


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciu Tong pun tertawa dingin tak henti-hentinya, cuma dia
tidak mengucapkan sepatah katapun.
Ciu Tong tetap duduk bersila dengan amat tenangnya,
tidak selang lama luka dalamnya sudah dapat disembuhkan.
Pada saat itulah tiba-tiba....
Suara langkah manusia yang amat berat sekali bergema
mendatang memenuhi seluruh ruangan, seketika itu juga
seluruh ruangan penuh diliputi nafsu membunuh yang amat
tebal. Sang Su-im yang semula sudah memejamkan matanya
kembali saat ini melototkan matanya, dengan pandangan
amat tajam dia memperhatikan terus seluruh gerak-gerik dari
Ciu Tong. Ciu Tong semakin tertawa semakin menyengir kejam, tetapi
mulutnya tetap membungkam di dalam seribu bahasa.
Koan Ing pun diam-diam merasa amat terperanjat,
pikirnya, "Waah.... jika yang datang adalah Bu Sian, urusan
tidak akan beres dengan mudah, apalagi luka dalamku belum
sembuh, jikalau Bu Sian bekerja sama dengan Ciu Pak
bukankah diriku akan bertambah konyol?"
Ooo)*(ooO Bab 10 MENDADAK langkah manusia itu berhenti di tengah
ruangan, air muka Ciu Tong segera berubah agak hebat tapi
sebentar kemudian dia sudah tenang kembali dan
memejamkan mata tidak bergerak.
Suara langkah manusia Yang amat berat sekali lagi
bergema datang, semakin lama suara itu semakin mendekat
bahkan disertai dengan suara dengusan yang amat berat pula.
Ciu Pak segera merasa urusan sedikit tidak beres terburuburu
dia menyingkir ke samping Ciu Tong dan memandang
pintu ruangan dengan pandangan penuh perasaan terkejut.
Seorang Lhama berjubah kuning dengan potongan badan
tinggi besar selangkah demi selangkah memasuki ruangan itu.
Wajah dari Lhama berjubah kuning itu penuh ditumbuhi
dengan brewok yang tebal pada tangan kanannya mencekal
sebuah toya yang amar kasar dan berat dengan memancarkan
sinar mata yang amat buas dia menyapu sekejap ke seluruh
ruangan. Koan Ing yang melihat orang itu ternyata adalah seorang
lhama, dalam hatipun merasa amat terperanjat pikirnya,
"Aduh celaka, orang itu sudah tentu sengaja datang untuk
membalaskan dendam bagi hweesio-hweesio yang terbunuh di
dalam kuil ini, untuk meloloskan diri dari sini sudah tentu akan
sangat sukar. Terdengar Lhama berjubah kuning itu mendengus dengan
amat dinginnya lalu menyapu
kembali ke arah lima orang itu.
Terhadap datangnya Lhama berjubah kuning itu, Sang Suim
maupun Ciu Tong sama-sama berpura-pura tidak tahu,
mereka tetap duduk bersila di atas tanah tanpa mengucapkan
sepatah katapun. Sekali lagi Lhama berjubah kuning itu mendengus dingin.
"Orang-orang itu siapa yang membunuh?" bentaknya
dengan suara amat berat. Suara bentakan ini sangat datar dan berat sekali laksana
guntur yang membelah bumi membuat seluruh ruangan
berdengung dengan amat kerasnya.
Tetapi Sang Su-im serta Ciu Tong tetap duduk dengan
amat tenangnya, jangan dikata berbicara, sekalipun
menggerakkan kelopak matanyapun tidak.
Koan Ing yang mendengar suara bentakan yang amat keras
itu diam-diam merasa sangat terperanjat, pikirnya, "Haaa
siapa orang ini" Agaknya tenaga dalam yang dimiliki sangat
tinggi sekali." Ketika Lhama berjubah kuning itu tidak mendengar adanya
suara jawaban, dia segera mendengus dingin dan melirik
sekejap ke arah Sang Su-im serta Ciu Tong yang berduduk
bersila di atas tanah. "Hmmm, aku kira siapa kiranya adalah kalian Sin Mo dua
manusia aneh," ujarnya kemudian sambil maju dua langkah ke
depan. "Hmmm, Hmmm tidak kusangka ini hari aku orang bisa
bertemu dengan dua manusia aneh selamat bertemu....
selamat bertemu." Siapa tahu baik Sang Su-im maupun Ciu
Tong tetap tidak menggubris dirinya.
Kali ini Lhama berjubab kuning itu benar-benar dibuat
mendongkol, sambil menyeret toyanya yang berat jalan ke
samping mereka berdua ujarnya, "Ini hari aku Gong Ing
Thaysu ingin minta beberapa petunjuk dari kalian berdua."
Koan Ing yang mendengar nama tersebut dalam hati
menjadi bergidik pikirnya, "Gong Ing Thaysu adalah sute dari
Hu Im Thaysu itu jagoan dari Tibet, wah urusan ini hari tentu
tidak bisa dibereskan dengan damai."
Jilid 5 KOAN ING yang melihat Sang Su-im maupun Ciu Tong
sama sekali tidak menggubris terhadap bentakan dari Gong
Ing Thaysu, dia segera sadar kembali, diam-diam pikirnya,
"Hmmm! kenapa aku demikian gobloknya" Bukankah saat ini
merupakan saat yang paling baik untuk menyembuhkan
lukaku sendiri lalu menonton keramaian yang bakal terjadi?"
Berpikir akan hal ini dia segera pejamkan mata untuk mulai
mengalirkan hawa murninya
menyembuhkan luka dalam yang dideritanya.
Gong Ing Thaysu yang melihat Sang Su-im maupun Ciu
Tong tidak mengambil gubris suara bentakannya segera dia
tahu kalau mereka berdua sedang terluka dalam.
Mereka berdua merupakan jago-jago berkepandaian tinggi
yang amat ditakuti oleh setiap jago, walaupun saat ini mereka
terluka parah dan sedang menyalurkan tenaga murni untuk
menyembuhkan luka tersebut tetapi bilamana dirinya berani
menggunakan kesempatan itu untuk maju mengirim serangan
bokongan kemungkinan sekali bukannya mereka terkena
serangan sebaliknya menerima serangan gabungan dari
mereka berdua, saat itu apakah dirinya kuat menahan
serangan tersebut. Dengan menyeret toyanya dia berputar beberapa kali
mengelilingi tempat dimana kedua orang itu duduk bersila,
tetapi sampai waktu itu dia masih tidak berani berlaku
gegabah. Akhirnya Gong Ing Thaysu menghentikan gerakannya,
beberapa kali dia ingin turun tangan melancarkan serangan
bokongannya tetapi diapun tahu kalau serangannya ini
menyangkut soal mati hidupnya sendiri.
Karena itu setelah ragu-ragu beberapa saat lamanya dia
masih tetap tidak berani melanjutkan serangannya.
Sinar mata dari Gong Ing Thaysu berkelebat tidak hentihentinya,
mendadak pandangannya terhenti di atas tubuh Ciu
Pak. Ciu Pak segera merasakan hatinya berdesir, dia tidak tahu
Gong Ing Thaysu ini adalah sute dari Hul Ing Thaysu itu
jagoan nomor wahid dari Tibet, tangan kanannya dengan
kencang mencekal toya milik ayahnya sedangkan
pandangannya dengan sangat dingin sekali memperhatikan
seluruh gerak-gerik dari Goan Ing Thaysu.
Sekali pandang saja Gong Ing Thaysu sudah tahu siapakah
Ciu Pak adanya, saat ini dia sedang berdiri membelakangi Ciu
Tong, bilamana secara tiba-tiba dia melancarkan serangan
untuk menguasainya tentu hal ini akan memancing serangan
balasan dari Ciu Tong Terakhir matanya beralih ke arah Koan
Ing. "Siapa kau?" terdengar Gong Ing Thay su bertanya dengan
suara yang amat berat. Koan Ing yang sendang memusatkan seluruh perhatian
untuk bersemedi segera merasakan hatinya tergetar amat
keras, dengan perlahan dia mementangkan matanya kembali.
Dia merasa heran kenapa Gong Ing Thaysu yang sewaktu
datang kelihatannya begitu buas dan bengisnya, tetapi
akhirnya sama sekali tidak berani berbuat sesuatu terhadap
Sang Su-im serta Ciu Tong"
Dia sendiri adalah murid dari Cu Yu dan sejak kecil ikut
dirinya sampai menginjak dewasa, sedangkan Cu Yu pun
merupakan sute dari Kong Bun-yu. dan Kong Bun-yu ini
pernah menurunkan ilmu silatnya kepada dirinya.
Makanya terhadap empat manusia aneh dia sama sekali
tidak merasa asing, tetapi dia tidak tahu bagaimana tingginya
kedudukan empat manusia aneh itu di dalam Bu-lim, siapapun
tidak ada yang berani mengganggu mereka, sudah tentu
diapun tidak paham kenapa Gong Ing Thaysu begitu jeri
terhadap diri mereka berdua"
Bilamana bukannya Sang Su-im serta Ciu Tong sudah
terluka parah, mungkin sejak tadi Gong Ing Thaysu sudah
melarikan dirinya terbirit-birit.
"Siapakah aku buat apa kau orang ikut campur?" serunya
sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat.
Gong Ing Thaysu yang memperoleh sikap dingin dari Sang
Su-im maupun Ciu Tong di dalam hatinya sudah merasa
sangat gusar sukar ditahan, tetapi dikarenakan takut terhadap
nama besar mereka berdua dia orang tidak berani mengapaapakan
kedua orang itu. Kini mendengar Koan Ing pun memberi jawabannya
dengan ketus dan sangat dingin hatinya benar-benar merasa
amat gusar. "Bagus.... bagus.... punya semangat" Teriaknya marah.
"Cuma sayang aku orang mau ikut campur, kau mau berbuat
apa?" Koan Ing segera tertawa dingin, sekali lagi dia pejamkan
matanya tidak berbicara. Dengan mementangkan matanya lebar-lebar Koan Ing
melirik sekejap ke arah Gong Ing Thaysu, terhadap sikap
Gong Ing Thaysu yang takut terhadap yang kuat dan berani
terhadap yang lemah di dalam hati dia merasa tidak puas.
Melihat sikapnya itu Gong Ing Thaysu benar-benar berbuat
mendongkol sekali, alisnya dikerutkan rapat-rapat mendadak
tangan kanannya diayun ke depan toyanya dengan diikuti
sambaran angin pukulan yang amat keras membabat ke atas
kepala Koan Ing. Sejak semula Koan Ing sudah mengadakan persiapan,
tubuhnya dengan cepat mundur ke belakang tangannya
segera mencabut pedang Kiem-hong-kiamnya.
Di tengah berkelebatnya sinar emas yang berkilauan
pedang tersebut dengan gerakan lurus menangkis datangnya
serangan toya dari Gong Ing Thaysu itu.
"Criiing....!" dengan disertai suara benturan yang amat
nyaring toya tersebut segera terpukul mental kesamping.
Koan Ing yang berhasil memukul mental toya Gong Ing
Thaysu dengan menggunakan jurus "Lieh Boe Gong Thian"
atau kuda binal menjurus ke langit, dikarenakan
menggunakan tenaga terlalu besar membuat tubuhnya
dengan sempoyongan mundur dua langkah ke belakang lalu
muntahkan darah segar dari mulutnya,
"Aaaah.... Thian-yu Khei Kiam!" teriak Gong Ing Thaysu
dengan terperanjat. Di bawah kolong langit saat ini cuma ada satu aliran diri
"Thian-yu Khei Kiam" Kong Bun-yu saja yang menggunakan
ilmu silat dengan gerakan busur, dia orang sama sekali tidak
menduga kalau munculnya si jari sakti Sang Su-im serta si iblis
sakti dari luar lautan, Ciu Tong disini ternyata Thian-yu Khei
Kiampun ikut muncul "Kau orang adalah anak murid dari Thian-yu Khei Kiam,
Kong Thayhiap?" tanyanya dengan perasaan terperanjat.
"Bukan," sahut Koan Ing dengan gusar, dia merasa
mendongkol melihat Gong Ing Thaysu yang ketakutan
mendengar nama besar dari seorang jago.
Gong Ing Thaysu agak melengak, dia sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa mengatakan demikian.
Bilamana Koan Ing benar-benar adalah anak murid dari
Kong Bun-yu dia orang tidak mungkin menyangkal, tetapijika
bukan.... bukan saja dia memiliki kepandaian silat yang amat
aneh dari aliran "Thian-yu-pay bahkan di tangannya
mencekal pedang "Kiem-hong-kiam" yang merupakan tanda
kepercayaan dari ciangbunjin Thian-yu-pay, tidaklah mungkin
barang itu bisa terjatuh ke tangan orang lain
Saat ini dia orang tidak mau pikir panjang lagi, teriaknya
dengan keras, "Kami orang-orang dari daerah Tibet selama ini
tidak ada dendam sakit hati apapun dengan kalian, kenapa
secara tiba-tiba kalian memasuki daerah Tibet dengan
membunuhi hweesio-hweesio kami?"
"Hmmm.... hmmm.... bukankah murid tertua dari Hud Ing
Thaysu dari partai kalian Husangko yang mengundang kita
untuk memasuki daerah Tibet?" seru Koan Ing dengan nada
yang amat dingin.... Gong Ing Thaysu jadi melengak.
Jikalau kalian bermaksud untuk menguntit jejak dari kereta
berdarah lebih baik berterus terang saja, buat apa meminjam
nama dari Husangko segala?"
Mendengar perkataan dari Gong Ing Thaysu ini Koan In
yang berganti jadi melengak, pikirnya, "Eeeei.... apa mungkin
ada orang yang memalsukan nama Husangko" Kalau tidak
bagaimana Gong Ing Thaysu menyangkal" Lalu siapa yang
sudah menyamar sebagai Husangko....?"
Bukan Koan Ing saja yang dibuat melengak, sampai Sang
Su-im serta Ciu Tong pun dibuat terkejut oleh perkataan dari
Gong Ing Thaysu ini sehingga pada mementangkan matanya
lebar-lebar. Sebenarnya sejak semula Sang Su-im sudah menduga
kalau urusan ini tidak mungkin demikian mudahnya, tetapi dia
orang sama sekali tidak menyangka Gong Ing Thaysu bisa
demikian berterus terangnya menyangkal kalau Husangkolah
yang mengundang mereka untuk memasuki daerah Tibet.
Bilamana bukannya perkataan dari Gong Ing Thaysu ini
bohong tentu di dalam persoalan ini masih menyangkut suatu
rencana busuk yang lebih besar lagi, ternyata orang itu begitu
berani memancing empat manusia aneh untuk memasuki
daerah Tibet berarti pula kalau nyali orang itu tidak kecil
bahkan jikalau tidak mempunyai pegangan yang kuat dia
orang tidak mungkin berani melakukan hal ini.
Gong Ing Thaysu yang melihat Koan Ing sekalian dibuat
melengak, dia sendiri pun tertegun dibuatnya.
"Sampai hari ini juga Husangko sutit belum pernah
meninggalkan daerah Tibet barang selangkahpun, yang kalian
temui kemungkinan sekali bukanlah dirinya," ujarnya dengan


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat. Ciu Tong segera mendengus dengan amat dinginnya,
ujarnya sambil bangkit berdiri, "Heee.... heeee.... ternyata di
kolong langit saat ini masih ada juga orang yang berani main
setan dengan aku orang."
Sang Su-im pun mendengus dengan dingin lalu dengan
perlahan bangkit berdiri.
Walaupun dia tahu beberapa orang ini hendak memasuki
sebuah jebakan yang amat menakutkan sekali, tetapi saat ini
dia merasa sangat tidak puas terhadap diri Ciu Tong Masuknya
ke daerah bahaya merupakan satu urusan sedangkan dendam
sakit hatinya dengan Ciu Tong merupakan urusan yang lain.
Ciu Tong yang melihat sikap Sang Su-im yang demikian
dinginnya sinar matanya segera berkelebat tidak hentihentinya,
tubuhnya mendadak berkelebat maju mendesak ke
arah Gong Ing Thaysu. Gong Ing Thaysu menjadi amat terperanjat, dia orang
sama sekali tidak menyangka Ciu Tong bisa mendesak dirinya
secara tiba-tiba. Tangan kanannya dengan cepat diangkat telapak
tangannya seketika itu juga mengembang beberapa kali lipat
lebih besar lalu ditepukkan ke arah Ciu Tong.
Perbuatannya ini sebenarnya hanya merupakan gerakan
langsung yang muncul dari dasar
hatinya, ketika serangan tersebut baru saja mencapai di
tengah jalan mendadak hatinya
terasa berdesir. Kepandaian silat dari Ciu Tong amat lihay sekali dan
bukanlah tandingan dari dirinya, tetapi ketika teringat kalau
Ciu Tong sudah terluka parah kemungkinan sekali dia masih
bisa bertahan dua tiga jurus banyaknya.
Apalagijika dilihat keadaan agaknya Ciu Tong serta Sang
Su-im rada tidak akur, Sang Su-im pasti tidak akan
membiarkan dirinya terluka di bawah serangan Ciu Tong.
Sekali lagi Gong Ing Thaysu siap melancarkan serangannya
kembali. Tetapi jago berkepandaian tinggi bergebrak paling
mengutamakan kecepatan gerak, apalagi Ciu Tong pun
merupakan jago yang amat terkenal di dalam Bu-lim saat ini,
walaupun rasa ragu-ragu tersebut hanya berkelebat di dalam
benaknya dalam waktu yang amat singkat tetapi pada saat
yang bersamaan itulah lima jari dari Ciu Tong berhasil
mencekal pergelangan tangannya.
Begitu lima jari dari Ciu Tong berhasil menempel
pergelangan tangan Gong Ing Thaysu, sambil tertawa keras
dia segera mengundurkan dirinya ke belakang.
Gong Ing Thaysu cuma merasakan pergelangan tangannya
terasa sangat dingin berturut-turut dia mengundurkan diri dua
langkah ke belakang, ketika menundukkan kepalanya
memandang pergelangan tangannya terlihatlah di atas
tangannya itu sudah bertambah dengan bekas lima jari yang
berwarna hijau tua. Seketika itu juga air mukanya berubah menjadi pucat pasi
bagaikan mayat. Dia tahu bukan saja kepandaian silat dari Ciu Tong amat
tinggi sekali bahkan diapun pandai di dalam ilmu obat-obatan.
Ciu Tong yang cuma hanya menempelkan lima jarinya ke
atas pergelangan tangannya lalu memundurkan diri bahkan
bekas lima jari itu berwarna hijau, jelas sekali menunjukkan
kalau aku dia sudah terkena racun yang amat ganas sekali.
Sang Su-im dengan dingin mendengus, tanpa
mengucapkan sepatah katapun dengan langkah lebar dia
berjalan ke arah Sang Siauw-tan yang menggeletak di atas
tanah. Ciu Tong yang melihat Sang Su-im berjalan ke arah Siauwtan
dari ujung bibirnya segera memperlihatkan senyuman
yang amat tawar dan dingin sekali.
Sang Su-im yang sedang berjalan keluar dari ruangan itu
segera menghentikan langkahnya sewaktu mendengar
perkataan tersebut, sambil menoleh dengan pandangan gusar
dia tertawa dingin. "Perkataan dari Ciu heng bukankah sedikit keterlaluan"
pemberian hadiah buat Siauwte ini hari pada kemudian hari
aku orang pasti akan membalasnya."
Dengan dinginnya Ciu Tong mengerutkan alisnya, dia tidak
mengucapkan kata-kata lagi.
Sebenarnya di dalam hati kecilnya dia ingin memaksa Sang
Su-im untuk mengaku kalah di hadapannya tetapi pada hal
sekalipun Gong Ing Thaysu sudah berhasil dikuasai tetapi
diapun belum berani mengapa-apakan diri Sang Su-im.
Sang Su-im yang berjalan ke arah samping tubuh Sang
Siauw-tan segera menggendong tubuhnya dan berjalan keluar
dari ruangan tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tidak terasa lagi Ciu Tong mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Sang Loo-te," ujarnya sambil tertawa. "Kehebatan musuh
yang kita hadapi sekali ini kaupun tentunya mengetahui
dengan jelas, bagaimana sifatku, kaupun tentu mengetahui
bukan, hari ini kau ingin mendesak orang lain, keterlaluan."
Selesai berkata Sang Su-im melirik kembali ke arah Koan
Ing dengan pandangan penuh berterima kasih, lalu tanpa
menoleh lagi berlalu dari sana dengan tergesa-gesa.
Ciu Tong yang melihat Sang Su-im meninggalkan tempat
itu dia cuma tertawa tawar saja, sekalipun sejak hari itu dia
bakal memperoleh tambahan seorang musuh tangguh lagi
tetapi Koan Ing yang masih tertinggal disana menunjukkan
kalau dia masih berada di atas angin.
Bahkan dia merasa di dalam adu kecerdasan dia jauh lebih
pintar daripada diri Sang Su-im. hal ini terbukti dengan
kejadian ini hari. Asalkan sejak ini hari dia orang lebih waspada lagi maka
semuanya tidak perlu ditakuti lagi. Sang Su-im adalah seorang
manusia yang paling suka menjaga namanya sendiri, urusan
ini hari dia pasti tidak akan mau menceritakan kepada orang
lain, dengan sendirinya peristiwa ini haripun tidak bakal yang
tahu pula. Dia tertawa, ujarnya kepada Ciu Pak.
"Hey bocah kau sudah demikian besarnya, coba kau
katakan selama hidupku ini aku paling mementingkan apa?"
Ciu Pak yang mendengar perkataan tersebut segera
mengetahui apa yang sedang diartikan oleh ayahnya.
"Menurut apa yang aku tahu.... " ujarnya cepat. "Selama
hidupnya ayah paling mementingkan perbedaan tingkat antara
angkatan tua dengan angkatan muda."
Selesai berkata dengan sinar mata yang amat dingin dia
melirik sekejap ke arah Koan Ing.
Koan Ing tahu ini hari dirinya sukar untuk meloloskan diri
dari bencana, dia yang melihat Ciu Tong ayah beranak
sengaja memperlihatkan gaya serta tindak tanduk seperti itu
segera tertawa tawar, dengan perlahan matanya dipejamkan
kembali untuk menyalurkan tenaga dalamnya menyembuhkan
luka yang diderita. Gong Ing Thaysu yang berdiri tertegun disana dia orang
sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh
Ciu Tong ayah beranak, tetapi di dalam hati dia merasa
bergidik terhadap kekejaman serta keganasan dari Ciu Tong
sehingga sepatah katapun dia tidak berani berbicara.
Ciu Tong pun di dalam hati diam-diam merasa terkejut atas
ketenangan dari Koan Ing ini, tetapi pada air mukanya dia
sengaja memperlihatkan sikapnya yang amat tenang, sekali
lagi dia tertawa terbahak-bahak, kepada Ciu Pak ujarnya
kembali, "Orang berkata untuk mengetahui putranya harus
mengetahui juga ayahnya, tetapi kau tidak malu disebut
sebagai putraku karena mengetahui dengan jelas apa yang
aku pikirkan di dalam hati, tetapi ini hari aku mau turun
tangan menghajar seorang anak muda, kau kira bagaimana?"
"Selamanya ayah berani berkata berani berbuat.... " ujar
Ciu Pak sambil tertawa. "Pada tempo hari bukankah Tia sudah pernah berbuat
demikian, buat apa sekarang merasa kebingungan?"
Kembali Ciu Tong melirik sekejap ke arah Koan Ing, melihat
dia orang sama sekali tidak memperlihatkan perubahan apa
pun, dia segera tertawa tawar.
"Tetapi orang ini adalah murid keponakan dari Thian-yu
Khei Kiam" ujarnya mengejek. "Aku merasa tidak tega untuk
membinasakan dirinya, tetapi akupun tidak dapat melepaskan
dirinya begitu saja."
Ciu Pak agaknya tidak tahu apa arti dari perkataan dari
ayah Ciu Tong ini, dengan perlahan ujarnya, "Siasat dari Tia
tidak ada keduanya di dalam kolong langit pada saat ini,
biarlah aku mendengarkan saja semua petunjuk dari Tia."
Dengan dinginnya Ciu Tong segera tertawa keras,
mendadak tangan kanannya di angkat segera terlihatlah
sebutir pil dengan cepatnya meluncur keluar dari tangannya.
Koan Ing yang sedang pejamkan matu untuk mengerahkan
tenaga dalamnya tiba-tiba mendengar adanya segulung
desiran angin tajam menyerang ke arahnya, di dalam hati
merasa sangat berdesir, sepasang matanya dengan cepat
dipentangkan lebar-lebar, bersamaan pula waktunya dengan
menggunakan jurus "Lieh Bhe Gong Thian" atau kuda binal
menjura ke langit dia menyambut datangnya serangan desiran
angin tajam itu, Ciu Tong adalah manusia macam apa" Kalau
memandangnya dia orang sudah turun tangan sudah tentu,
tidak akan membiarkan Koan Ing menyampoknya dengan
amat mudah dia orang setelah melihat Koan Ing
menggunakan jurus serangannya ditambah jurus serangan
yang sering digunakan oleh Kong Bun-yu tempo hari membuat
dia orang sudah bisa menebak delapan, sembilan bagian jurus
apa yang bakal digunakan oleh Koan Ing ini.
Baru saja Koan Ing melancarkan serangan dengan
menggunakan jurus tersebut, mendadak sambaran angin
tajam itu miring ke samping membuat serangannya ini
mencapai pada sasaran kosong.
Dia agak melengak tetapi tidak berani berpikir lebih
panjang lagi, tangan kirinya dengan cepat diangkat
melancarkan serangan dengan menggunakan jurus "Ci Cie
Thian Yang" atau mengukur ujung langit.
Tangan kirinya dengan sangat tepat sekali berhasil
menyampok jatuh butiran pil yang disambit oleh Ciu Tong
tadi. Ciu Tong jadi melengak, dia orang sama sekali tidak
menduga kalau jurus serangan "Ci Cie Thian Yang" ini bisa
demikian sempurnanya. Dia segera mendengus dingin.
"Hemm anak murid dari Kong Bun-yu ternyata tidak jelek
juga!" serunya. Sembari berbicara jari tangan kanannya sekali lagi
menyambitkan sebutir pil mengarah diri Koan Ing.
Kali ini dia menggunakan tenaga dalam yang jauh lebih
besar, apalagi datangnya seranganpun amat cepat sekali
membuat Koan Ing sama sekali tidak mempunyai kesempatan
untuk berpikir, tangan kanannya dengan cepat membalik
menggunakan jurus "Noe Chi Sin Kiam" atau pedang sakti
mengunjuk amarah menyentil datangnya pil itu,
Begitu serangan tersebut dihantam ke depan, segera
terlihatlah pil itu sedikit tergetar, lalu meloncat masuk ke
dalam mulutnya. Koan Ing menjadi tertegun, dia sama sekali tidak
menyangka Ciu Tong bisa menggunakan tenaga dalam yang
demikian besarnya untuk menyambitkan sebutir pil saja, pada
dia sedikit berayal itulah pil tersebut sudah meluncur masuk
ke dalam mulutnya dan hancur terkena ludah masuk ke dalam
perutnya, Di dalam sekejap saja Koan Ing hanya merasakan hawa
dingin menyusup ke seluruh tubuhnya, walaupun saat ini dia
memiliki tenaga dalam yang amat tinggi tetapi tidak tertahan
lagi diapun bersin beberapa kali,
Segulung hawa murni yang amat panas sekali mengalir
memenuhi seluruh tubuh membuat tubuhnya terasa amat
segar sekali. Ciu Tong segera tertawa dingin, ujarnya kepada Koan Ing,
"Selama sembilan belas tahun ini, aku selalu berpikir ingin
sekali menjadi seorang jagoan nomor wahid yang tidak
terkalahkan di dalam Bu-lim. dengan seluruh tenaga yang aku
punyai aku orang telah pergi ke seluruh penjuru kolong langit
untuk mencari tujuh puluh dua macam bahan obat dan
membuat tiga butir pil yang dibuat menurut resepku, ketiga
butir pil itu setiap butirnya bisa menambah tenaga dalamku
seperti sepuluh tahun latihan sehingga dengan demikian aku
berhasil menjadi jagoan nomor wahid."
Dia berhenti sebentar lalu tertawa dingin, sambungnya lagi,
"Salah seorang muridku telah mencuri sebutir pilku itu. tetapi
untung dia orang sama sekali tidak menyangka kalau di dalam
obat tersebut sudah aku beri Sin Ciah serta Thian Ci dua
macam obat racun, setelah seratus hari kemudian keempat
buah anggota badannya akan berubah menjadi hitam hangus,
mulutnya tidak bisa berbicara sedang tangannya tidak akan
bisa bergerak lagi."
Koan Ing segera merasakan kepalanya segera digodam
dengan sebuah martil yang amat berat sekali, dia tidak dapat
mendengar perkataannya lebih lanjut dia cuma mendengar
suara tertawa dingin dari Ciu Tong lalu pandangannya menjadi
gelap.... gelap sekali.... dia jatuh tidak sadarkan diri.
Ciu Tong tertawa dingin lagi, ujarnya, "Hmmm.... hmmm....
kecuali kau sudah bertemu dengan seorang tabib yang jauh
lebih pandai dari diriku, tetapi menurut apa yang aku ketahui
di dalam kolong langit saat ini tidak akan ada manusia seperti
itu." Sesaat sebelum jatuh tidak sadarkan diri Koan Ing cuma
merasakan telinganya mendengung-dengung dengan amat
kerasnya. di dalam benaknya cuma berkelebat satu ingatan
saja, di dalam seratus hari kemudian dia bakal menjadi
seorang cacat.... dia tidak akan bisa membalas dendam atas
kematian ayahnya lagi.... soal kereta berdarahpun dia tidak
bisa menguntit lebih jauh....
Entah lewat beberapa saat lamanya dia baru sadar kembali
dari pingsannya, sewaktu matanya dipentangkan saat itu
cuaca sudah terang tanah, suasana di sekeliling tempat itu
sunyi senyap tidak tampak sesosok manusiapun kecuali
sesosok mayat yang menggeletak dengan keadaan yang amat
mengerikan di atas tanah.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia mengerutkan alisnya, lantas dengan perlahan bangkit
berdiri. Di dalam sekali pandang saja dia sudah mengenal kembali
kalau mayat itu adalah mayat dari Gong Ing Thaysu, akibat
yang bakal diterima olehnya sejak tadi dia sudah menduga,
orang semacam Ciu Tong tidak akan turun tangan ringan,
terhadap dirinya saja yang ada nama Kong Bun-yu di
belakangnya dia masih berani turun tangan jahat apalagi
terhadap Gong Ing Thaysu"
Dengan termangu-mangu dia berdiri tertegun beberapa
Sepasang Pedang Iblis 6 Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Pusaka Tongkat Sakti 2
^