Pencarian

Kereta Berdarah 6

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 6


Berpikir sampai disini nyalinya jadi semakin besar, dia
segera memimpin tiga orang yang lain untuk melanjutkan
perjalanannya menuju ke arah depan.
Cio Tong pun bukanlah seorang manusia yang bernyali
kecil, walaupun pada permulaan dia rada merasa keder tetapi
rasa kedernya itu pada saat ini sudah lenyap tak berbekas.
Alisnya dikerutkan rapat-rapat, kemudian dia
memperdengarkan kembali suara tertawanya yang amat
keras. "Haaa.... haaa.... Bagaimana bentuk badan dari Si Budak
Berdarah dari kegelapan itu kitapun cuma pernah mendengar
dari berita yang tersiar di dalam Bu-lim saja dan belum pernah
menemuinya sendiri, kalau ini hari dapat bertemu muka
dengan dirinya, hal ini boleh dikata sangat untung sekali."
Mereka berempat kembali melanjutkan perjalanannya ke
depan, kira-kira seperempat jam kemudian mendadak Sang
Su-im menghentikan langkah kakinya.
Sekali pandang saja Koan Ing dapat melihat di atas
permukaan salju di hadapannya menggeletaklah sesosok
mayat, di dalam hati diam-diam dia merasa sedikit terperanjat.
Sinar mata Sang Su-im segera menyapu sekejap ke
sekeliling tempat itu kemudian baru berjalan mendekati mayat
itu. Kiranya mayat itu adalah mayat dari seorang hweesio,
dengan cepat dia membalikkan mayat itu menghadap ke atas
dengan menggunakan kakinya.
Tetapi sebentar saja suara teriakan kaget sudah bergema
memenuhi angkasa, kiranya bagian depan dari mayat hweesio
itu sudah ditabas lenyap, kini cuma tinggal badannya yang
bagian belakang menempel di atas permukaan salju,
Ciu Tong walaupun disebut sebagai Si iblis sakti dari Lautan
Timur dan menduduki kedudukan iblis diantara Malaikat,
manusia aneh, manusia sakti serta iblis tetapi dia sendiripun
tidak pernah melakukan tindakan yang demikian kejamnya.
"Hmmm Aku rasa Si Budak Berdarah dari kegelapan itu
bilamana bukannya sedang menanti kedatangan kita, tentunya
sedang menunggu kedatangan dari si hweesio tua dari Siauwlim-
pay itu!" seru Sang Su-im sambil mendengus.
"Bilamana dia orang melakukan perjalanan siang malam
dari gunung Siong San kemungkinan sekali sudah hampir tiba
disini." "Haa.... haaa.... kiranya anggota perkumpulan Tiang-gongpang
dari Sang Loo-te seluruhnya sudah tersebar ke dalam
daerah Tibet ini!" seru Ciu Tong sambil mengerutkan alisnya
rapat-rapat, "Entah secara bagaimana aku orang belum
pernah bertemu muka dengan mereka?"
Sang Su-im segera tertawa tawar, dia tahu Ciu Tong
merasa sangat tidak puas sekali terhadap dirinya tetapi dia
tidak mau mengambil gubris.
Kiranya bukan saja Sang Su-im selain mengawasi gerak
gerik dari kereta berdarah itu, diapun memerintahkan anak
buahnya untuk mengawasi setiap jagoan berkepandaian tinggi
yang ada di daerah Tibet sudah tentu termasuk Ciu Tong pula.
Dengan tawarnya dia segera menjawab, "Siauwte sudah
perintahkan mereka untuk jangan memperlihatkan jejaknya
sudah tentu tidak bakal ada yang tahu."
Sinar mata dari Ciu Tong berkelebat tak hentisnya, dia lalu
memandang keadaan di sekeliling tempat itu.
"Aku tidak suka berkenalan dengan hweesio-hweesio dari
kalangan lurus yang sok bersifat jagoan dan pendekar itu!"
serunya dengan dingin, "Kelihatannya mereka sudah bakal
sampai di tempat ini, bagaimana kalau kita pergi bersembunyi
dulu?" Agaknya Sang Su-impun tidak begitu senang bergaul
dengan hweesio-hweesio dari Siauw-lim-pay itu, dia segera
mengangguk dan bersama-sama dengan tiga orang lainnya
melanjutkan perjalanannya menuju ke depan.
Walaupun mereka sudah bergerak ke depan dengan
cepatnya tetapi tidak urung sebagian kecil dari api setan yang
mengelilingi tempat itu mengikuti juga terus diri mereka
dengan kencangnya. Ciu Tong jadi mendongkol, dia segera tertawa dingin
"Haa.... ha.... aku masih mengira dia tidak bakal berani
mencari gara-gara dengan kita orang ternyata mereka
bermaksud untuk memperlihatkan sedikit permainan busuk
dengan kita" "Buat apa mengurusi hal itu?" seru Sang Su-im tertawa
tawar, "Kita berjalan dengan kaki kita sendiri, jikalau dia
bermaksud untuk menemui kita sudah tentu dia bisa
munculkan diri dengan sendirinya. Hehe.... akupun merasa
benci juga dengan tindakannya yang sengaja memperlihatkan
kemisteriusan ini," Mereka berempat kembali melanjutkan perjalanannya
menuju ke depan, sewaktu hari sudah gelap mereka telah tiba
di sebuah gua yang cukup besar, tanpa ragu lagi mereka
berjalan masuk ke dalam gua tersebut.
Sesampainya di dalam gua Ciu Tong segera menyapu
sekejap memperhatikan keadaan gua itu, tampaklah suasana
di tempat tersebut sunyi senyap tak tampak sesuatupun, cuma
saja api setan itu masih tetap mengelilingi mereka tak buyar.
Dengan dinginnya dia segera mendengus di dalam hati dia
merasa rasa tak tenang dia tak tahu Si Budak Berdarah dari
kegelapan sedang mempertunjukkan permainan apa.
Terlihatlah wajah Sang Su-im amat tenang sekali,
sedikitpun tidak tampak perubahan yang aneh, diam-diam di
dalam hati dia merasa menyesal sendiri.
Mereka berdua angkat nama bersama-sama, jikalau
ketenangannya tidak dapat menangkan diri Sang Su-im,
bukanlah hal itu merupakan satu peristiwa yang sangat
memalukan sekali" Dia menarik napas panjang-panjang lalu sekali lagi
menyapu sekejap sekeliling gua itu, dia tertawa.
"Hmm, dengan kepandaian silat yang aku miliki saat ini ada
siapa yang berani bermain gila denganku?" pikirnya. "Buat apa
sikapku begitu waspada dan berhati-hati?"
Perlahan-lahan dia memejamkan matanya untuk mengatur
pernapasan. Lewat beberapa saat kemudian mendadak....
"Si Budak Berdarah!" teriak Sang Su-im.
Ciu Tong merasakan hatinya bergidik, sepasang tangannya
dari kiri dan kanan bersama-sama melancarkan pukulan
menutup mulut gua tersebut.
Tetapi baru saja dia melancarkan serangannya itulah
mendadak dia merasakan suara desiran angin serangan yang
amat tajam sekali sudah menghajar badannya.
Seketika itu juga dia sadar sudah terkena serangan
bokongan. dengan cepat tubuhnya berputar untuk
menghadapi sesuatu. Tetapi serangan jari dari Sang Su-im ini sudah dipersiapkan
sejak tadi, mana mungkin dia berhasil menghindarkan diri"
Walaupun dia sudah berputar badannya untuk menghindar
tetapi waktu sudah terlambat jalan darah Tiong Hu, Sauw
Yang serta Hay Sim tiga buah jalan darah pentingnya terasa
dingin, hawa murninya seketika itu juga buyar dari badannya.
Tampaklah Sang Su-im sambil tertawa dingin berdiri di
sana dan memandang ke arah Ciu Tong dengan pandangan
yang amat dingin sekali. Koan Ing yang melihat kejadian itu dari samping, dalam
hati merasa terkejut pula, dia sama sekali tidak menyangka di
saat-saat seperti ini Sang Su-im dapat turun tangan
membokong diri Ciu Tong, bahkan cukup di dalam satu
gerakan saja sudah berhasil mengalahkan dirinya.
Ciu Tong yang kena tertotok di dalam hati merasa amat
terkejut bercampur gusar.
"Kau.... " serunya,
Ciu Pak yang melihat ayahnya tertawan, dia jadi ketakutan
setengah mati, cepat dia mundurkan diri dan bersembunyi di
pojokan gua itu. Terdengar Sang Su-im tertawa dingin, "Ini yang dinamakan
dengan menggunakan cara yang sama untuk membalas cara
yang kau gunakan tempo hari terhadap diriku," serunya
tertawa. Sang Su-im dengan perlahan segera menoleh ke arah Koan
Ing yang saat itu sedang bangkit berdiri.
"Sejak dahulu aku sudah menanti kesempatan yang baik
ini," ujarnya sambil tertawa tawar. "Paling sedikit lima tahun
kemudian tenaga dalamnya baru bisa pulih kembali seperti
sediakala, sekarang kan boleh turun tangan sesukamu untuk
menghukum dirinya. Mendengar perkataan tersebut Koan Ing segera
memandang ke arah Ciu Tong dengan termangu-mangu, kini
Ciu Tong sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan....
Tenaga dalamnya sudah buyar dan inilah suatu
kesempatan buat dirinya untuk membalas dendam, tetapi dia
yang teringat kalau dirinya adalah seorang ciangbunjin dari
satu partai mana mau berbuat tindakan tersebut. Dia segera
angkat kepalanya dan tertawa.
"Bagus.... bagus sekali.... Sekarang kau boleh merasakan
bagaimana rasanya kalau dibokong orang lain, tetapi aku tidak
mau membinasakan dirimu pada saat ini, kalau aku berbuat
demikian tidak lebih cuma mendatangkan kerugian buat nama
besar dari Thian-yu-pay kami.
"Bagus.... bersemangat," puji Sang Su-im yang mendengar
perkataannya itu. "Walaupun aku adalah seorang pangcu dari
satu perkumpulan besar tetapi saat ini aku merasa amat
kagum sekali atas sifatmu yang amat gagah ini."
Sehabis berkata dia segera menoleh memandang ke arah
diri Ciu Tong. "Sekarang kau boleh pergi, lima tahun kemudian kita
berjumpa kembali," ujarnya dingin.
Tenaga dalam dari Ciu Tong sudah buyar saat ini,
badannya sama sekali tidak bertenaga, dalam hati dia merasa
sangat sedih bercampur gusar, walaupun pada saat ini dia
bermaksud hendak mengadu jiwa dengannya, tapi hal ini juga
tidak berguna. Karenanya terpaksa sambil merangkul badan Ciu Tong
serunya dengan dingin, "Pada suatu hari bilamana tenaga
dalam ku sudah pulih kembali aku akan datang kembali untuk
membalas dendam.... "
Sehabis berkata dia melirik kembali sekejap ke arah diri
Koan Ing. Dia sama sekali tidak menyangka dia orang yang sering
membokong orang lain, Dia bisa mendapatkan bokongan juga
dari Sang Su-im, tetapi nasi sudah jadi bubur, dia cuma bisa
menghela napas panjang dan menyesali dirinya kurang
berhati-hati.... Sang Su-im memandang sampai bayangan punggung dari
Ciu Tong lenyap dari pandangan
kemudian baru menghela napas panjang, dia merasa
tindakannya kali ini rada sedikit kejam, tetapi ketika teringat
kembali akan keganasan serta kelicikan dan Ciu Teng dia
merasa tindakannya ini adalah sangat tepat sekali untuk
dirasakan oleh dia orang.
Koan Ing sendiri yang melihat keadaan Ciu Tong pada saat
ini, diapun tidak tahu haruskah merasa bergirang hati ataukah
menyesal. Hari sudah hampir terang tanah, kita harus beristirahat
sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan kembali,
tiba-tiba terdengar suara dari Sang Su-im memecahkan
kesunyian. Belum sempat Koan Ing memberikan jawabannya
mendadak terdengar suatu suara tertawa yang amat dingin
sekali berkumandang dari kejauhan yang semakin lama
semakin mendekat seluruh angkasapun dengan cepat sudah
dipenuhi dengan suara tertawa yang melengking tinggi dan
mendirikan bulu roma itu.
Mendengar suara tertawa seram itu air muka Sang Su-im
seketika itu juga berobah sangat hebat.
"Si Budak Berdarah dari kegelapan sungguh-sungguh sudah
datang!" teriaknya dengan suara yang amat berat.
Koan Ing sendiripun merasa amat terperanjat, dengan
cepat dia melongok ke depan gua.
Tampaklah api-api setan berwarna merah darah itu
bergerak semakin ke atas diikuti sesosok bayangan merah
darah dengan kecepatan yang luar biasa menubruk datang.
Sang Su-im segera membentak rendah, tidak menanti
bayangan darah itu menerjang masuk ke dalam gua, dia babat
tangannya ke depan berturut-turut melancarkan tujuh totokan
dahsyat. Seketika itu juga suara desiran angin serangan yang amat
tajam berkelebat memenuhi seluruh gua tersebut.
Segulung angin pukulan laksana menggulungnya ombak di
tengah samudra dengan dahsyatnya segera mengalir masuk
ke dalam gua.... "Braak!" dengan hebatnya menghajar di depan dinding gua
membuat seluruh gua dipenuhi
dengan suara dengungan yang memekikkan telinga.
Koan Ing jadi terperanjat, dengan cepat dia berkelebat
menyingkir ke samping. Terdengarlah Sang Su-im bersuit nyaring, tangannya
kembali membabat ke depan menyentilkan tujuh gulung angin
serangan yang amat tajam, tampak bayangan jari berkelebat
menutupi gua membuat bayangan darah itu tak dapat maju ke
depan barang selangkahpun.
Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang
suara pujian kepada sang Buddha yang amat rendah tapi
berat sekali bayangan darah itu dengan cepatnya berkelebat
kembali ke arah luar. Air muka Sang Su-im berubah jadi pucat pasi, selamanya
dia belum pernah didesak di bawah angin oleh serangan
musuhnya, tidak disangka hari ini ternyata untuk menerjang
keluar dari gua itu pun dia sudah menemui kegagalan.
Waktu ini cuaca sudah terang tanah, tanpa keluar dari gua
lagi Sang Su-im sudah tahu kalau Thian Siang Thaysu dari
Siauw-lim-pay sudah tiba di sana, dia mengkerutkan alisnya
rapat-rapat, agaknya saat ini dia ingin bertemu dengan diri
mereka. Kepada Koan Ing cepat ujarnya. "Mari kita keluar saja."
Koan Ing segera mengangguk dan berjaIan keluar dari gua


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu Tampaklah di depan gua sudah berdiri menanti berpuluh
orang hweesio, di tengah-tengah para hweesio itu berdirilah
seorang hweesio tua Yang alisnya sudah memutih dengan
memakai pakaian kasa berwarna kuning, di belakangnya
berdirilah seseorang yang bukan lain adalah Hud Ing Thaysu
adanya. Di belakang Hud Ing Thaysu berdirilah sebaris hwesio
bersenjatakan toya dan paling belakang berdirilah dua puluh
empat orang hwesio lagi, Ketika Sang Su-im berjalan keluar dari gua itu segera
tampaklah hweesio tua berkasa kuning itu merangkap
tangannya memberi hormat, "Pinceng Thian Siang, bukankah
sicu adalah Sang pangcu?" ujarnya,
Sang Su-im tertawa tawar, sinar matanya menyapu sekejap
ke arah hweesio tersebut lantas balik tanyanya,
"Thaysu datang kemari entah ada urusan apa?"
"Pinceng datang ke daerah Tibet sebetulnya ada tiga
urusan," sahut Thian Siang Thaysu sambil tertawa, "Pertama
adalah dikarenakan munculnya kembali Si Budak Berdarah dari
kegelapan Pak Li Heng, kedua, karena urusan kereta berdarah
dan ketiga dikarenakan urusan Sang Pangcu."
Sembari berkata sinar matanya dengan sangat tajam
memperhatikan wajahnya. Sang Su-im yang namanya ada di deretan empat manusia
aneh ditambah pula sebagai pangcu dari satu perkumpulan
besar sudah tentu mengetahui keadaan dari setiap kalangan,
dia yang melihat Thian Siang Thaysu bersikap demikian segera
tertawa tawar. "Apakah dikarenakan urusan terbakarnya kuil
Han-poh-si?" Thian Siang Thaysu sama sekali tidak menyangka kalau
Sang Su-im bisa bersikap demikian tawarnya, dia orang yang
berkedudukan sebagai seorang ciangbunjin satu pantai besar
dan merupakan juga seorang pendeta beribadat tinggi nafsu
ingin menangnya di dalam hati sudah lenyap sejak semula,
walaupun begitu pada saat ini tak kuasa ujarnya juga, "Sang
Pangcu apakah tidak merasa kalau tindakan putrimu
membakar kuil Han-poh-si adalah satu tindakan keterlaluan."
"Tentang urusan ini lebih baik Thaysu jangan banyak
bertanya saja!" potong Sang Su-im
dengan dingin. "Hud Ing sute juga berasal dari Siauw-lim-pay kami, jikalau
Sang pangcu berbuat demikian bukankah sedikit keterlaluan?"
ujar Thian Siang Thaysu dengan perlahan, "Walaupun
perbuatan ini bukanlah perbuatan dari Sang Pangcu sendiri
tetapi asalkan Sang Pangcu mau meminta maaf terhadap Hud
Ing Sute, maka urusan ini akan kami bikin beres saja."
Mendengar perkataan itu Sang Su-im segera mengerutkan
alisnya rapat-rapat. "Hud Ing memukul luka diri Koan Ing lalu memaksa mereka
masuk ke dalam selat Im Shia apakah perbuatan ini tidak
keterlaluan" Aku rasa lebih baik kau hweesio gede tidak usah
ikut campur saja sehingga membuat semua orang merasa
tidak gembira." Dengan perlahan-lahan Thian Siang Thaysu memejamkan
matanya. "Hal itu adalah permintaanku yang paling murah, bilamana
Sang Pangcu masih tidak mau menerimanya juga maka di
tengah peradilan para Bu-lim aku rasa Sang Pangcu tidak akan
dapat mengingkari dosa itu lagi."
Koan Ing yang melihat Thian Siang Thaysu sebagai seorang
Ciangbunjin sebuah partay
besar ternyata omongannya sangat mendesak orang,
membuat di dalam hati dia merasa sangat tidak puas.
"Apa yang dimaksud pengadilan para Bu-lim?" serunya
keras-keras. "Aku sama sekali tidak pernah mendengar,"
"Koan Ing, di tempat seperti ini kau tidak berhak untuk ikut
campur berbicara." ujar Thian Siang Thaysu dengan cepat.
"Tetapi dia mewakili aku berbicara," sambung Sang Su-im
dengan cepat. Dengan pandangan yang amat tajam Thian Siang Thaysu
segera memperhatikan diri Sang Su-im.
"Bilamana Sang pangcu masih tidak mau menerima
keputusan ini. aku rasa ini hari terpaksa pinceng harus minta
pelajaran ilmu Han Yang Ci dari sang pangcu yang sudah
menggetarkan seluruh dunia kangouw itu.
"Oooh kiranya Thaysu datang kemari sengaja mengurusi
peristiwa ini." ujar Sang Su-im sambil tertawa tawar, "sampai
saat ini aku Sang Su-im belum pernah menjajal ilmu silat dari
kalangan lurus hee.... hee.... ini hari aku boleh buka mata
menambah pengalaman."
"Omitohud," puji Thian Siang Thaysu kepada sang Buddha,
ini hari terpaksa pinceng harus minta sedikit pelajaran dari
ilmu jari Sang pangcu."
Sang Su-im menarik napas panjang-panjang, dia tertawa
tawar, tetapi di dalam hati diam-diam sudah mengambil
persiapan untuk menghadapi sesuatu.
Dari antara tiga manusia genah empat manusia aneh
selamanya belum pernah bentrok satu sama lainnya,
pertempuran yang bakal terjadi ini hari bukan saja merupakan
pertempuran diantara mereka berdua melainkan pertempuran
antara tiga manusia genah dengan empat manusia aneh.
Ooo)*(ooO Bab 18 DENGAN perlahan Thian Siang Thay su memejamkan
matanya rapat-rapat, dia berdiri di tempat itu sama sekali
tidak bergerak sedangkan para hweesio lainnyapun segera
pada mengundurkan diri ke belakang.
Sinar mata dari Sang Su-im segera berkelebat tak hentihentinya,
di dalam hati diam-diam pikirnya, "Hmmm....
Hweesio gundul ini begitu berani menantang aku untuk
bergebrak, sungguh bernyali Aku tidak percaya dia
mempunyai jurus serangan yang dapat memperoleh
kemenangan dengan pasti."
Di tengah suasana yang amat hening itulah mendadak
terdengar seorang hweesio tua maju ke depan dan berteriak
keras, "Sang Su-im adalah seorang iblis dari kalangan Hek-to
kenapa ciangbunjin harus turun tangan sendiri" Biarlah aku
Thian Liong mewakili ciangbunjin menerima serangannya
untuk kali ini!" Sang Su-im yang melihat Thian Liong Thaysu penjaga dari
Tat Mo Tong hendak maju ke depan mewakili Ciangbunjin dia
segera mendengus dengan amat dingin
Thian Siang Thaysu yang melihat Thian Liong Thaysu
hendak maju mewakili dirinya, dia rada ragu-ragu sebentar
pikirnya, "Walaupun kepandaian silat dari Thian Liong Thaysu
tidak seberapa tinggi kalau dibandingkan dengan
kepandaianku tetapi sekalipun dia maju belum tentu bisa
menderita luka, bahkan mungkin kalau memperoleh
kemenangan malah bisa angkat namanya di dalam Bu-lim.... "
Berpikir akan hal ini dengan perlahan dia mengangguk.
"Kalau begitu sute harus sedikit berhati hati!" serunya.
Setelah itu dia mengundurkan diri dua langkah ke
belakang. Thian Liong Thaysu segera maju ke depan, kepada Sang
Su-im ujarnya dengan suara yang amat dingin sekali.
"Hmm, hmm, tidak kusangka yang disebut sebagai empat
manusia aneh tidak lebih cuma manusia-manusia goblok yang
pintarnya ngomong besar. Di dalam hati diam-diam Sang Su-im merasa amat gemas
sekali dia gemas senjata Cap jie Sin Kiamnya tidak dibawa
serta, kalau tidak terhadap manusia semacam ini dia sama
sekali tidak akan memandang sebelah matapun.
Baru saja dia hendak berbicara, mendadak terdengar Koan
Ing yang ada disampingnya sudah berseru.
"Empek Sang, bagaimana kalau pertempuran kali ini siauwtit
yang menerimanya?" Begitu perkataan tersebut diucapkan keluar oleh Koan Ing
masing-masing pihak segera pada merasa kaget, Thian Liong
Thaysu adalah merupakan seorang hwesio berkepandaian
tinggi dari ruangan Tat Mo Tong di kuil Siauw-lim-si,
sebaliknya walaupun kepandaian dari Koan Ing amat tinggi,
dia tidak lebih cuma anak murid angkatan kedua, bagaimana
saat ini dia berani menantang dari angkatan tua"
Sang Su-im rada sedikit melengak dibuatnya, dengan
perlahan dia menoleh memandang
ke arah Koan Ing, dia tahu dia orang berbicara secara
sungguh-sungguh karena itu tak terasa lagi
dia sudah mengangguk. "Baiklah," serunya.
Tetapi sebentar kemudian dia sudah merasa menyesal
kembali karena telah bicara demikian, terpaksa sambungnya
lagi, "Tapi kau harus sedikit berhati-hati!"
Di dalam hati dia benar-benar merasa sangat berterima
kasih sekali terhadap tindakan dari Koan Ing yang melindungi
wajah serta kedudukannya itu, bagaimanapun juga dia tidak
akan membiarkan Koan Ing menderita luka di bawah serangan
Thian Liong Thaysu. Thian Liong Thaysu yang melihat Sang Su-im membiarkan
Koan Ing maju menghadapi dirinya, dengan dinginnya dia
segera mendengus. "Susiok!" tiba-tiba terdengar seorang hwee-sio berusia
pertengahan yang ada di belakang berseru kepada Thian
Liong Thaysu. "Bagaimana kalau pertempuran kali ini biar aku
yang menerima?" Di dalam hati Thian Liong Thaysu merasa amat marah
karena Sang Su-im sudah menyuruh Koan Ing menghadapi
dirinya, dia segera tertawa dingin.
"Tidak perlu!" sahutnya. "Aku orang memang ingin sekali
menjajal kepandaian silat dari jagoan berkepandaian tinggi
yang baru saja menerjunkan diri ke dalam Bu-lim ini."
Koan Ing tahu Thian lang Thaysu tentu akan marah sekali
atas kejadian ini, dia tersenyum lantas mencabut keluar
pedang Kim Hong Kiamnya, "Cayhe hendak menggunakan
pedang ini minta sedikit pelajaran dari Thaysu."
Sepasang alis dari Thian Liong Thaysu segera dikerutkan
rapat-rapat, dia tidak ingin banyak bicara lagi tubuhnya segera
bergerak menubruk ke arah diri Koan Ing.
Melihat gerakan tersebut dalam hati Sang Su-im segera
paham kalau Thian Liong Thaysu hendak mengalahkan diri
Koan Ing di dalam waktu yang amat singkat karena itu baru
saja maju ke depan dia sudah mengeluarkan ilmu Thian Liong
Fat Su-nya. Saat ini kepandaian silat yang dimiliki Koan Ing jauh lebih
lihay jika dibandingkan dengan kepandaiannya dahulu, melihat
Thian Liong Thaysu menubruk maju ke depan, tangan
kanannya segera digetarkan.... pedang panjangnya dengan
membentuk gerakan busur di tengah berkelebat sinar keemasemasan
mengancam jalan darah Thay Yang Hiat pada tubuh
Thian Liong Thaysu. Thian Liong Thaysu segera mendengus dingin, tubuhnya
yang ada di tengah udara segera membalik, lima jari tangan
kanannya bagaikan kilat cepatnya mencengkeram pedang
Kiem-hong-kiam tersebut, Koan Ing segera menggetarkan pedangnya sehingga balik
seperti keadaan semula dan menghindarkan diri dari
cengkeramannya mencapai pada sasaran yang kosong,
tubuhnya dengan cepat menubruk ke bawah, jurus
serangannya dilancarkan bagaikan mengalirnya air sungai,
tubuhnya sedikit merandek di tengah udara kemudian
meneruskan tubrukannya ke atas tubuh Koan Ing.
Dalam hati Koan Ing merasa sangat terperanjat dia sama
sekali belum pernah melihat ilmu silat yang bisa berhenti di
tengah udara begitu lamanya.
Pikirannya segera berputar mendadak jurus serangannya
yang pernah dibacanya di dalam kitab pusaka Boe shia Koei
Mie kembali berkelebat dalam benaknya, pedang panjangnya
di tangan kanannya segera dilintangkan ke depan dengan
menggunakan jurus "Thian Hong Cu Lok" atau pelangi langit
menghalangi jalan memunahkan datangnya serangan
tersebut. Jurus serangannya ini sebenarnya adalah jurus "Thian Hong
Cu Lok dari "Thian-yu Ji Cap Su Cau" tetapi mirip juga dengan
ilmu pedang Lam Hay Kiam Hoat yang sangat menggetarkan
dunia kangouw yaitu jurus "Thian Hong Teh Bun atau langit
tertutup tanah membelah."
Tetapi di dalam jurus itu mengandung juga tenaga dari
ilmu pedang "Thian-yu Kiam Hoat".
Thian Liong Thaysu bukanlah manusia sembarangan,
pengetahuannya amat luas, di dalam sekali pandang saja dia
telah mengetahui jurus pedang dari Koan Ing itu.
Dia mendengus dingin, lima jari dari tangan kanannya
segera mencengkeram tubuh pedang Kiem-hong-kiam itu,
agaknya dia bermaksud hendak merebutnya.
Sinar mata dari Koan Ing berkelebat tak henti-hentinya,
mendadak dia teringat kembali akan beberapa patah kata
yang pernah di bacanya di dalam kitab pusaka itu.
Tangan kanannya digetarkan pedang Kiem-hong-kiam balik
menyerang ke kanan, dengan tetap menggunakan jurus
"Thian Hong Coe Lok" dia menyerang kembali ke depan tetapi
secara diam-diam dia sudah menyalurkan tenaga dalam
tingkat atas dari aliran Bu-tong-pay.
Lima jari Thian Liong Thaysu yang mencengkeram di atas
tubuh pedang itu segera terlepas bahkan badannya tergetar
mundur beberapa langkah ke belakang membuat hatinya
benar-benar merasa sangat terperanjat.
Sang Su-im yang berada diluar kalangan ketika melihat hal
inipun merasa terkejut dia sama sekali tidak menduga kalau
pengetahuan jurus serangan dari Koan Ing jauh melebihi
dirinya. Jurus serangan "Thian Hong Teh Bun" dari Lam Hay ini
walaupun dia pernah mendengar
tetapi selama ini belum pernah melihat barang sekalipun.
Ternyata hari ini dengan mata kepala sendiri dia dapat
melihat jurus tersebut sudah berada di dalam jurus serangan
pedang Koan Ing, bahkan tenaga dalam aliran Bu-tong-pay
yang tidak pernah diturunkan kepada orang lainpun kini
digunakan oleh Koan Ing, bukankah hal ini benar-benar
merupakan satu peristiwa yang aneh sekali.
Thian Liong Thaysu yang melihat serangannya tidak


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapatkan hasil dia menjadi amat gusar sekali.
Belum sempat tubuhnya melancarkan serangan kembali,
pedang panjang dari Koan Ing sudah digetarkan kembali,
tubuhnya meloncat ke tengah udara lantas balik menubruk ke
tubuh Thian Liong Thaysu.
Dengan meminjam kesempatan ini sekali lagi Thian Liong
Thaysu meloncat ke atas udara tetapi sewaktu dilihatnya Koan
Ing membuntuti dirinya di dalam hati dia merasa amat gusar
sekali. Di tengah suara dengusannya yang amat dingin telapak
tangan kanannya dengan disertai tenaga dalam yang amat
dahsyat menghantam ke arah depan.
Segulung angin pukulan yang amat dahsyat laksana
menggulungnya ombak di tengah samudra segera menghajar
badan Koan Ing. Koan Ing jadi amat terperanjat, dia tahu dengan kehebatan
dari tenaga dalam Thian Liong Thaysu ini bilamana dia berani
menerima satu pukulannya saja, maka tubuhnya segera akan
kena hajar sehingga terluka parah.
Tubuhnya dengan cepat bergerak menyingkir ke
samping.... Thian Liong Thaysu yang terlalu memandang enteng
musuhnya sama sekali tidak menduga kalau tenaga dalam dari
Koan Ing amat lihay, jurus serangan yang digunakanpun jauh
berada diluar dugaannya. Saat ini untuk melindungi mukanya sendiri terpaksa dia
harus mengeluarkan ilmu sakti
Thian Liong Sinkang untuk menghadapi diri Koan Ing.
Tubuh Koan Ing dengan cepat berkelebat menyingkir dari
serangan tersebut tetapi Thian Liong mana mau melepaskan
begitu saja, tubuhnya mendadak merendah ke bawah, lima
jari tangan kanannya dengan disertai tenaga dalam yang amat
dahsyat mencengkeram punggung Koan Ing.
Melihat datangnya serangan tersebut Koan Ing merasa
hatinya sedikit bergidik, berbagai jurus serangan yang termuat
di dalam kitab pusaka Boe Shia Koei Mie kembali berkelebat di
dalam benaknya, tubuhnya bagaikan sebuah busur mendadak
meletik ke atas, inilah yang dinamakan jurus Yu Yah Ih Cho
atau ikan meloncat dari selat dari aliran Thian-san-pay.
Thian-san-pay mengutamakan ilmu meringankan tubuh
menjagoi Bu-lim, selama beberapa tahun ini sekalipun tidak
mempunyai jago-jago yang menonjol tetapi di dalam Bu-lim
juga tidak ada yang berani memandang hina mereka.
Di tengah udara Thian Liong Thaysu kembali menarik hawa
murninya mengelilingi tubuhnya, cengkeramannya sekali lagi
menemui kegagalan membuat sepasang alisnya dikerutkan
rapat-rapat, ujung kakinya segera menutul permukaan tanah
sedangkan telapak tangannya dengan disertai angin pukulan
yang amat dahsyat menghantam tubuh Koan Ing.
Dengan cepat Koan Ing meloncat menghindar, tubuhnya
membalik balas menerjang ke arah Thiang Liong Thaysu,
pedang Kiem-hong-kiam di tangannya berkelebat dengan
amat tajamnya lantas membabat pergelangan tangan kanan
dari Thian Liong Thaysu. Dalam hati Thian Liong Thaysu mendengus dingin.
"Bocah ini sungguh jumawa sekali. Hmmm berani beradu
tenaga dengan diriku," pikirnya.
Telapak tangan kirinya dengan cepat di babat ke depan
sedang telapak tangan kanannya sedikit merendah, satu
gulung angin pukulan laksana topan yang menyambar
menerjang badan Koan Ing.
Koan Ing menarik napas panjang-panjang, tubuhnya sedikit
merandek di tengah udara di saat pedang Kiem-hong-kiam
digetarkan keras serentetan bunga-bunga pedang dengan
cepatnya menghantam leher dari Thian Liong Thaysu.
Thian Liong Thaysu jadi sangat terperanjat, dia sama sekali
belum pernah melihat jurus-jurus serangan macam ini, alisnya
dikerutkan rapat-rapat sedang satu ingatan mendadak
berkelebat di dalam benaknya.
Dia lantas bersuit nyaring tubuhnya berputar telapak
tangannya menyambar ke depan melancarkan lagi satu
pukulan. Koan Ing sama sekali tidak menyangka Thian Liong Thaysu
berani melanjutkan kembali serangannya, bilamana dia tidak
cepat-cepat menarik pedangnya ke belakang maka nyawanya
akan diganti dengan sebuah lengan dari Thian Liong Thaysu.
Di saat yang amat kritis itu dia tidak banyak berpikir lagi, di
tengah suara sultannya yang amat nyaring tangan kanannya
menyentil ke depan sedang tubuhnya melayang mundur ke
belakang. "Braaak!" dengan disertai suara bentrokan yang amat keras
Koan Ing segera merasakan tangan kanannya jadi kaku dan
amat linu, tubuhnya setelah mencapai permukaan tanah
dengan terhuyung-huyung mundur kembali dua langkah ke
belakang. Air muka Thian Liong Thaysupun berubah jadi pucat pasi
bagaikan mayat, dia sama sekali tidak pernah menduga kalau
Koan Ing berani melancarkan serangan dengan menyambitkan
pedangnya, bahkan kecepatan dari serangan itu sama sekali
tidak pernah terduga sebelumnya.
Pada saat pedang Kiem-hong-kiam itu meluncur
mendatang, sekalipun dengan sekuat tenaga dia berusaha
untuk menghindarkan diri tetapi tidak urung pundak kirinya
tertembus juga oleh pedang Kiem-hong-kiam itu.
Darah segar segera berceceran mengotori seluruh
permukaan tanah dengan menahan sakit dia mencabut keluar
pedang tersebut dan dilemparkan ke atas tanah, kemudian
dengan menggunakan tangan kanannya menutupi luka pada
lengan kirinya dia melototi dirinya Koan Ing dengan amat
gusar. Perubahan yang terjadi di tengah kalangan secara tiba-tiba
ini membuat semua orang jadi berdiri melongo, mereka semua
sama sekali tidak menyangka pertempuran tersebut bisa
berakhir dengan demikian.
Thian Siang Thaysu yang melihat kejadian ini dalam hati
diam-diam merasa sangat tidak tenang, dia tidak menyangka
kalau pertempuran ini diakhiri dengan seimbang, Thian Liong
Thaysu adalah hweesio berkepandaian tinggi yang menjaga
ruangan Tat Mo Tong, tidak disangka ini harus kecundang di
tangan Koan Ing, Tetapi rasa terkejut dari Sang Su-im jauh lebih hebat lagi,
terang-terangan dia dapat melihat jurus terakhir yang
digunakan Koan Ing untuk menyambit pedang tadi adalah
jurus "Han Yan Cie" yang paling diandalkan olehnya, tetapi
peristiwa ini boleh dikata tidak masuk di akal, bagaimana
mungkin Koan Ing bisa memahami ilmu jari "Han Yang Cie?".
Bilamana dia tidak menggunakan ilmu jari Han Yang Cie tidak
mungkin Thian Liong Thaysu dapat menderita luka....
Sebetulnya dia ingin mewariskan ilmu jari "Han Yang Cie"
nya itu kepada Koan Ing tetapi dia telah menolaknya, tetapi
bagaimana saat ini dia bisa memiliki kepandaian tersebut"
Semakin dipikir pikirannya semakin kacau, walaupun ada
kemungkinan Koan Ing mendapatkan ilmu itu dari orang lain
bahkan dengan hubungannya yang amat rapat sekali dengan
dirinya saat ini bilamana bukannya dia orang cuma tinggal
hidup beberapa hari saja kemungkinan sekali dia hendak
menanyai sampai sejelas2nya.
"Kau sekarang merasa bagaimana?" terdengar Sang Su-im
membuka mulut bertanya. Koan Ing menarik napas panjang-panjang, dia merasa
separuh tangan kanannya masih terasa amat linu dan kaku
tetapi dia tertawa. "Terima kasih atas perhatian dari empek Sang, lukaku tidak
begitu berat," sahutnya.
Sang Su-im segera mengangguk, walaupun dia berhasil
menghindarkan diri dari hajaran
langsung tetapi diapun menderita luka yang tidak ringan,
paling sedikit sesudah beristirahat tiga-lima hari dia baru bisa
sembuh benar-benar. Dengan perlahan Thian Siang Thaysu berjalan maju ke
depan, lima jari tangan kanannya dengan kencangnya
mencengkeram pedang Kim Hong Kian itu. "Koan siauwsicu
kepandaianmu sungguh hebat" ujarnya dengan dingin.
Sehabis berkata telapak tangan kanangnya sedikit
bergerak, pedang Kiem-hong-kiam itu segera meloncat ke
depan kemudian meluncur ke arah diri Koan Ing.
Melihat hal itu Sang Su-im segera tertawa tawar.
"Buat apa kau hweesio gede menganiaya seorang dari
angkatan muda?" ejeknya.
Sehabis berkata tangannyapun segera menyentil ke depan,
segulung angin serangan dengan amat cepatnya berkelebat
menghajar pedang Kiem-hong-kiam tersebut.
"Tiing....!" pedang Kiem-hong-kiam itu sedikit merandek di
tengah udara kemudian dengan amat cepatnya jatuh di depan
kaki Koan Ing. Thian Siang Thaysu yang melihat Sang Su-im
mendemonstrasikan kepandaiannya, diam-diam di dalam hati
merasa rada terkejut pikirnya,
"Nama besar dari Sang Su-im sebagai si jari sakti kiranya
bukan nama kosong belaka, agaknya dia orang adalah salah
satu musuh tangguh ku."
Walaupun tiga manusia genah empat manusia aneh
bersama-sama berkelana di dalam Bu-lim, tetapi nama besar
dari si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong jauh melebihi
nama dari Si Budak Berdarah dari kegelapan tersebut apalagi
di dalam beberapa tahun ini dia sering sekali munculkan
dirinya di dunia persilatan, sudah tentu hal ini membuat nama
dari empat manusia anehpun jauh melebihi tiga manusia
genah, dengan sendirinya karena terkenalnya nama empat
manusia aneh ini membuat tiga manusia genah jadi kedesak
ke bawah. Thian Siang Thaysu yang menghadapi situasi seperti ini, dia
orang mana bisa bersabar lagi, ditambah lagi dengan adanya
peristiwa kuil Han-poh-si yang dibakar Sang Siauw-tan
membuat dia orang mendapat kesempatan untuk menemui
Sang Su-im sebagai salah satu anggota empat manusia aneh
ini. Terlihatlah Koan Ing sudah mencabut kembali pedangnya
kemudian kepada Sang Su-im ujarnya, "Terima kasih atas
bantuan dari empek Sang",
Sang Su-im cuma tertawa saja, kepada Thian Siang Thaysu
segera ujarnya, "Hey hweesio gundul, Thaysu dari ruangan
Tat Mo Tong telah memperlihatkan kelihayannya, sekarang
aku rasa Thaysupun harus memperlihatkan sedikit kepadaku."
Perkataannya amat dingin dan penuh mengandung nada
sindiran Membuat Thian Siang Thaysu yang mendengar jadi
termangu-mangu, tetapi sebentar kemudian dia sudah tertawa
tawar. "Ilmu jari Han Yang Ci dari Sang sucu amat lihay dan sudah
menjagoi seluruh kolong langit ini hari Pinceng memang punya
niat untuk menjajal."
Sehabis berkata mendadak jubah hweeesionya yang lebar
dengan perlahan lahan mulai mengembung jadi besar.
Melihat kejadian ini diam-diam Sang Su-im merasa sangat
terperanjat sekali, pikirnya, "Hmm kelihatannya hweesio tua
ini sudah berhasil melatih ilmu Khiekang Thay Si Bu Sian Thian
Ceng Khie dari kalangan Budhha, tidak aneh kalau dia berani
cari garaa dengan aku Hmm.... kiranya sesudah punya sedikit
pegangan lantas mau cari gara-gara."
Berpikir sampai di sini di dalam hati dia mulai merasa kalau
Thian Siang Thaysu yang ada di hadapannya saat ini adalah
seorang musuh tangguh yang maha besar ini hari asalkan
sedikit tidak berhati-hati saja maka nama besarnya yang
dipupuk bertahun-tahun akan lenyap tak berbekas.
Berpikir akan hal ini Sang Su-im mana berani berlaku
gegabah lagi, dengan cepat dia pusatkan seluruh pikirannya
dan menyalurkan hawa murninya mengitari seluruh tubuh,
sinar matanya dengan sangat tajam memperhatikan diri Thian
Siang Thaysu. Suasana di sekeliling tempat itu jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, siapapun tak berani berisik
bahkan sampai suara bernapas pun tidak berani terlalu keras.
Mendadak terdengar Thian Siang Thaysu membentak
keras, seluruh jenggotnya pada berdiri bersamaan dengan
berjongkoknya sang badan bawah sepasang tangannya
bersama-sama didorong ke depan.
Segulung angin pukulan yang menyesakkan pernapasan
dengan dahsyatnya segera menggulung tubuh Sang Su-im.
Sang Su-im cepat-cepat bersuit panjang, di tengah suara
suitannya itulah sang tubuh bagaikan secarik daun kering
dengan ringannya melayang di tengah udara, tangan
kanannya bagaikan kilat cepatnya berkelebat melancarkan
tujuh serangan sekaligus....
Sreet....! Srett....! tenaga Khie kang yang maha dahsyat
dari Thian Siang Thaysu itu segera terkena tembus oleh
serangannya ini dan langsung meluncur mengancam tujuh
buah jalan darah kematian di atas tubuh bagian atas dari
Thian Siang Thaysu. Masing-masing pihak begitu mulai mengerahkan tenaga
dalamnya bersamaan pula tubuhnya segera berkelebat dengan
cepatnya, tubuh dimana Sang Su-im berada segera
terbungkus di dalam lapisan angin yang kencang sebaliknya
pohon besar yang ada di belakang tubuh Thian Siang Thaysu
pun sudah terkena hajar oleh tujuh serangan jari Sang Su-im
itu sehingga menimbulkan tujuh buah lubang yang amat
besar. Melihat kedahsyatan itu, Koan Ing merasakan hatinya
berdebar-debar, sedang airmukanya berubah amat hebat dia
tidak menduga kalau tenaga dalam dari Thian Siang Thaysu
amat dahsyat, agaknya untuk merebut kemenangan diantara
mereka berdua bukanlah satu urusan yang mudah.
Kedua belah pihak yang saling bertempur dengan
menggunakan tenaga dalam, setelah saling serang sebanyak
satu jurus mereka segera pada pejamkan matanya untuk
mengatur pernapasan, sekalipun begitu perhatian mereka
tidak berani bercabang, mereka takut sedikit saja berayal
maka pihak musuh akan segera melancarkan serangannya
kembali. Pertempuran yang maha sengit dan mendebarkan hati ini
seketika itu juga membuat


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suasana di sekeliling tempat itu jadi hening, masing-masing
dengan hati bergidik menonton jalannya pertempuran itu
dengan mata terbelalak. Sesudah beristirahat sebentar, mendadak masing-masing
pihak kembali bergerak saling serang menyerang dengan
gencarnya, jurus-jurus serangan yang digunakanpun semakin
lama semakin cepat sehingga akhirnya cuma kelihatan
bayangan yang menyilaukan mata memenuhi angkasa.
Si jari sakti Sang Su-im adalah seorang pangcu dari sebuah
perkumpulan besar di mana
pengaruhnya sudah melebar ke seluruh pelosok dunia
persilatan, terhadap ilmu silat dari setiap aliranpun boleh
dikata sangat hapal sekali, sebaliknya Thian Siang Thaysu
khusus mempelajari ilmu silat dari aliran Siauw-lim-pay
terhadap ke seratus delapan jurus Loo Han Ciang boleh dikata
sudah mendarah daging, cukup dengan mengandalkan ilmu
telapak ini saja dia sudah bisa menghadapi musuh yang
bagaimana lihaynyapun. Koan Ing yang ada di samping ketika melihat mereka
berdua saling bertukar jurus, di dalam hati diam-diam merasa
terkejut bercampur girang, karena terhadap pengantar dari
jurus-jurus tersebut dia sudah pernah membaca di dalam kitab
pusaka Boe Shia Koei karya Song Ing, kini ditambah dengan
apa yang dilihat bukankah ilmu silatnya akan memperoleh
tambahan yang besar"
Semakin melihat Koan Ing merasa semakin gembira, setiap
jurus yang dilihatnya segera dibandingkan dengan apa yang
dibacanya di dalam kitab pusaka itu, makin lama dia semakin
paham sehingga saking girangnya dia jadi meloncat-loncat,
Di dalam sekejap saja dua ratus jurus sudah berlalu dengan
amat cepatnya, mendadak kedua orang itu saling kirim satu
pukulan ke depan lantas bersama-sama membentak keras dan
mundur ke belakang. Mereka berdua kembali berpandang2an mendadak tubuh
mereka berkelebat maju lagi kemudian saling serang
menyerang kembali. Kali ini Koan Ing dapat melihat kedua orang itu bertempur
jauh lebih dahsyat lagi jika dibandingkan dengan tadi, jurus
jurus serangannya digunakan kadangkala banyak yang belum
pernah dia temui sebelumnya, jelas sekali mereka berdua
sedang menggunakan jurus-jurus serangan simpanan yang
belum pernah digunakan. Pertempuran kali ini benar-benar membuat seluruh
perhatian dari Koan Ing tersedot ke dalam kalangan, dia
merasa pikirannya rada pening dibuatnya.
Thian Liong Thaysu yang ada di samping selama ini terus
menerus memperhatikan seluruh gerak-gerik dari Koan Ing,
dia yang melihat Koan Ing memandangi jurus serangan
mereka berdua dengan begitu perhatian diam-diam
mendengus dingin. Sekalipun begitu di dalam hati dia merasa terkejut juga, dia
heran kenapa dirinya yang sama sekali tidak melihat adanya
keanehan apapun sebaliknya Koan Ing di buat begitu tertarik,
jelas sekali bakat orang ini amat bagus dan mungkin di dalam
ratusan tahun jarang sekali ditemui satu.
Yang jelas kepandaian silat yang dimilikinya tidak berada di
bawah kepandaian sendiri.
Di dalam sekejap saja Sang Su-im dengan Thian Siang
Thaysu sudah bertempur sebanyak ribuan jurus lebih, tetapi
menang kalah masih belum kelihatan.
Mendadak terdengar Thian Siang Thaysu membentak
keras, tubuhnya kembali bergerak ke depan. di tengah
berkibarnya jubah lhasa yang tertiup angin sepasang matanya
melolot lebar-lebar ke depan sedangkan telapak tangannya
melancarkan tiga pukulan dahsyat.
Seketika itu juga seluruh angkasa dipenuhi dengan kabut
yang berwarna keperak-perakan menyapu seluruh tubuh Sang
Su-im. Sang Su-im dengan keras mengaum, tubuhnya kembali
melayang ke tengah udara disaat badannya membalik berturut
turut dia melancarkan empat puluh sembilan totokan di dalam
waktu yang amat singkat selurah angkasa penuh diliputi hawa
murni yang dahsyat. Begitu serangan totokan itu terbenam ke dalam hawa khie
kang yang menyelimuti seluruh angkasa, dengan cepat hawa
khie kang itu berhasil digulung musnah.
Sebaliknya keempat puluh sembilao desiran angin tajam
itupun berhasil tersapu lenyap pula dari angkasa.
Mereka berdua saling serang dengan menggunakan seluruh
tenaga yang dimilikinya tetapi begitu tenaga dalamnya buyar
mereka berduapun dengan kehabisan tenaga pada lepas
tangan. Air muka Thian Siang Thaysu berubah jadi pucat pasi dan
duduk di atas tanah tidak bergerak sedangkan tubuh Sang Suim
begitu mencapai permukaan tanah dengan terhuyunghuyung
dia mundur dua langkah ke belakang, dengan cepat
Koan Ing segera maju membimbing.
Para hweesio Siauw-lim-pay yang melihat Thian Siang
Thaysu sudah kehabisan tenaga dan jatuh terduduk dengan
cepatnya mereka pun bergerak maju ke depan, kedua puluh
empat hweesio itu masing-masing dengan cepat mengambil
sikap mengurung mengelilingi diri Sang Su-im serta Koan Ing
berdua. Koan Ing dengan tangan kirinya mencekal pedang, sinar
matanya menyapu sekejap ke arah dua puluh empat orang
hweesio itu, sebaliknya Sang Su-im sama sekali tidak ambil
gubris terhadap kejadian itu, sampai kelopak matanyapun
tidak bergerak, dia cuma berusaha untuk memulihkan
tenaganya. Dengan pandangan yang amat dingin Thian Liong Thaysu
memandang sekejap ke arah dua orang itu, dia mendengus
tetapi tidak berani mengambil tindakan apapun.
Lewat beberapa saat kemudian Thian Siang Thaysu serta
Sang Su-im baru bersama-sama membuka matanya, dengan
perlahan Sang Su-im segera bangkit berdiri, sinar matanya
dengan amat dingin sekali menyapu sekejap ke arah dua
puluh empat orang hweesio tersebut. Thian Siang Thaysupun
bangkit berdiri, "Kekuatan ilmu jari Han Yang Cie dari Sang pangcu benarbenar
buka nama kosong belaka," ujarnya dengan dingin.
Sang Su-im segera angkat kepalanya tertawa terbahakbahak.
"Tenaga Khie-kang Sie Bu Sian Thian Ceng Khie dari kau
hweesiopun tidak jelek," sahutnya keras.
"Urusan ini kita sudahi sampai disini saja," ujar Thian Siang
Thaysu kemudian. "Tetapi terbakarnya kuil Han-poh-si lebih
baik Sang pangcu ambil satu keputusan yang adil, kalau
tidak.... Hmm kami partai Siauw-lim-pay tidak akan
melepaskan diri Sang pangcu dengan begitu saja, lebih baik
Sang pangcu berpikir tiga kali sebelum melakukannya."
Sang Su-im yang mendengar omongan Thian Siang Thaysu
ini mengandung nada gertakan alisnya lalu dikerutkan rapatrapat.
"Kalau sudah Siauw-lim-pay, lalu kalian mau apa?" ejeknya.
"Kami dari Tiang-gong-pang bukannya tidak ada orang, cukup
aku seorang saja apabila pihak Siauw-lim-pay hendak
menahan diriku ku kira hal ini bukanlah satu urusan yang
sederhana." Thian Siang Thaysu segera mendengus dingin.
"Perkataan pinceng sampai disini saja, lain waktu masih
panjang. Pinceng tidak menghantar lebih jauh!" serunya.
Sang Su-im segera tertawa tawar, kepada Koan Ing ujarnya
kemudian, "Mari kita pergi saja, hutang ini hari biar aku tagih
besok saja" Sehabis berkata dengan langkah lebar bersama-sama
dengan Koan Ing, dia berjalan meninggalkan tempat itu, para
hweesio dari kuil Siauw-lim-si yang melihat mereka berdua
meninggalkan tempat itupun tidak dapat berbuat apa-apa,
sekalipun misalnya Thian Siang Thaysu turunkan perintah
belum tentu mereka berani maju menghalangi perjalanan
mereka. Sang Su-im seria Koan Ing berdua setelah meninggalkan
para hweesio Siauw-lim-si di tengah perjalanan terdengar dia
orang tertawa. "Kau lihat bagaimana dengan pertempuran
ini?" tanyanya. "Boanpwee selamanya belum pernah menemuinya," sahut
Koan Ing sambil menarik napas panjang-panjang.
"Perkataanmu memang benar," ujar Sang Su-im lagi sambil
tertawa, "Teringat sewaktu pertemuan puncak para jago di
gunung Hoa-san tempo hari dimana aku serta supekmu
berempat bertempur melawan si manusia tunggal dari Bu-lim
Jien Wong, kiranya pertempuran ini hari sepuluh kali lipat jauh
lebih dahsyat lagi. Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lantas ujarnya
lagi, "Tetapi peristiwa ini sudah terjadi beberapa tahun yang
lalu, kepandaian silatku pada waktu itu sudah tentu jauh
berbeda dari sekarang, aku sama sekali tidak menyangka
hweesio tua itu sudah berhasil melatih ilmu khie kang yang
demikian dahsyatnya, tidak aneh kalau dia begitu sombong
dan berani menantang aku bertempur."
Koan Ing yang selesai mendengar perkataan tersebut lalu
termenung berpikir sebentar kemudian baru ujarnya.
Kiranya Sang Pepek dengan mereka sebenarnya tidak akur,
tidak aneh kalau dikatakan masuknya kereta berdarah ke
dalam daerah Tibet sebetulnya hanyalah satu jebakan belaka,
jikalau demikian adanya, tentu tenaga murni dari empek Sang
pada saat itu sudah memperoleh kerugian yang amat besar
sekali. Sinar mata Sang Su-im berkelebat, setelah diungkat oleh
Koan Ing akan urusan ini, di dalam hati dia baru merasa
terperanjat. Thian Siang Thaysu dari Siauw-lim-pay sudah masuk ke
daerah Tibet, kepandaian silat dari Ciu Tong pun sudah
dimusnahkan olehnya, kini cuma si telapak malaikat dari gurun
pasir Cha Can Hong seorang yang tidak menemui sesuatu
peristiwa yang diluar dugaan, dengan tindakannya yang saling
bunuh membunuh seperti ini bilamana salah satu diantara
mereka bertemu dengan si manusia tunggal dari Bu-lim, Jien
Wong serta Si Budak Berdarah dari kegelapan, mereka harus
menghadapinya dengan cara bagaimana"
Sebelum memasuki daerah Tibet dia selalu mengira cukup
dia seorang diri saja sudah dapat menghadapi si manusia
tunggal dari Bu-lim, tetapi setelah pertempurannya kemarin
malam melawan Si Budak Berdarah dari kegelapan dia baru
teringat kalau kepandaian silat orang lainpun di dalam
beberapa tahun ini memperoleh kemajuan yang pesat. Entah
bagaimana di kemudian hari" Dia tidak berani berpikir terlalu
panjang. Bagaimana nasib dari kedua belas orang Hu Hoat yang
dikirim olehnya untuk membuntuti kereta berdarah"
Dia berjalan.... berjalan terus sampai dirinya tidak dapat
berjalan lagi, baru ujarnya kepada Koan Ing,
"Cepat kita mencari sebuah tempat yang tenang untuk
beristirahat kau lindungilah diriku, aku harus mengembalikan
tenaga dalamku di dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,"
Koan Ing agak melengak tapi sebentar kemudian dia sudah
mengangguk. Mereka berdua segera berkelebat menuju ke sebuah gua
yang ada di dekat tempat itu, setelah berjalan masuk ke
dalam gua tersebut Sang Su-im melihat dulu sekejap keadaan
di sekeliling tempat itu kemudian baru duduk bersila di atas
tanah. Koan Ing tahu seorang jagoan tenaga dalam apabila
sedang memusatkan pikirannya dia tidak diperkenankan
memperoleh serangan dari luar, cukup seorang yang
berkepandaian biasa saja sudah cukup untuk mencabut
nyawanya. Koan yang memperoleh pesanan untuk melindungi dirinya
tidak berani berlaku gegabah, dia segera berjalan ke pintu gua
dan duduk bersila disana tanpa bergerak,
Di dalam sekejap saja cuaca sudah mulai menggelap tetapi
saat ini Sang Su-im masih memusatkan pikiran untuk
mengembalikan hawa murninya, wajahnya tenang-tenang
tanpa terjadi sedikit perubahanpun. Agaknya dia sudah berada
di dalam keadaan lupa segala2nya,
Koan Ing menarik napas panjang-panjang, sepasang
matanya dengan amat tajam sekali memperhatikan keadaan di
sekeliling tempat itu. Suasana terlihatlah amat tenang dan sunyi sekali, di dalam
hati diam-diam pikirnya, "Daripada membuang waktu yang
amat senggang ini, kenapa aku tidak memperdalam isi ilmu
silat yang tertera di dalam kitab pusaka Boe Shia Koei Mie
tersebut?" Baru saja pikiran tersebut berkelebat di dalam benaknya
tiba-tiba tampaklah sesosok bayangan manusia dengan amat
cepatnya berkelebat mendatang. Orang itu ternyata bukan lain
adalah Ciu Tong adanya. Melihat kedatangan Si iblis Sakti dari luar lautan itu, Koan
Ing jadi sangat terperanjat sekali, dengan cepat dia menarik
badannya ke belakang. Bukankah kepandaian silat dari Ciu Tong sudah
dimusnahkan oleh Sang Su-im" Bagaimana sekarang dia bisa
berkelebat dengan begitu cepatnya" Bagaimana ilmu silatnya
dapat kembali lagi seperti keadaan semula"
Berpikir akan hal ini, Koan Ing segera mengintip kembali ke
depan, ternyata sedikitpun tidak salah, orang itu adalah Ciu
Tong si iblis sakti dari Lautan Timur.
Tampak rambutnya awut2an tidak karuan dan terus
memanjang ke bawah, pada tangannya mencekal sebuah
tongkat besi sedang tangan kirinya menggandeng tangan Ciu
Pak dan berkelebat dengan amat cepatnya di atas permukaan
salju, kelihatan sekali kalau dia orang masih berilmu silat.
Melihat keadaan itu Koan Ing benar-benar sangat terkejut
hampir-hampir dia tidak mau percaya atas pandangan
matanya sendiri, orang itu benar-benar Ciu Tong adanya, dia
tidak mungkin bisa salah melihat lagi, tetapi Ciu Tong tidak
memperhatikan dirinya, agaknya dia sama sekali tidak
menemukan kalau Koan Ing ada di situ.
Ciu Tong ayah beranak dengan cepatnya berlari menuju ke
arah gua dimana Sang Su-im sedang bersemedi.
Koan Ing bena2 merasa hatinya bergidik, dalam hatinya dia
segera mengharapkan kalau


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciu Tong cuma lewat saja di depan gua tanpa berjalan
masuk ke arah sebelah dalam.
Ketika Ciu Tong ayah beranak tiba di depan gua itu,
mereka segera berhenti, terdengar Ciu Tong tertawa dingin.
"Aku dengar Sang Su-im setelah bertempur mati2an
melawan si hweesio tua itu dia sudah berlalu ke arah sebelah
barat, bagaimana setelah kita kejar semakin lama masih
belum kecandak juga" Kelihatannya dia masih ada di sekitar
tempat ini. Mendengar perkataan itu Koan Ing semakin merasa
terkejut lagi, saat itulah dia baru tahu kalau Ciu Tong sengaja
datang mengejar mereka. "Ayah.... " terdengar Ciu Pak berkata dengan suara yang
amat perlahan. "Aku lihat malam ini kita tidak usah pergi
mengejar lagi, bagaimanapun juga di dalam beberapa hari ini
dia tidak bakal bisa mengembalikan seluruh tenaganya, sekali
kita kecandak. dia orang tidak bakal bisa lolos kembali,
sekarang lebih baik kita beristirahat dulu." Ciu Tong
mendengus dengan dinginnya, dia segera berjalan menuju ke
pintu gua. "Baiklah," sahutnya kemudian. "Aku ti dak takut dia dapat
terbang ke langit." Sesampainya di depan mulut gua Ciu Tong segera
membalikkan tangannya melancarkan satu pukulan menghajar
gua tersebut. Koan Ing jadi terkejut, dia tahu maksud Ciu Tong
melancarkan satu pukulan ke dalam gua itu adalah hendak
memeriksa di dalam gua ada orangnya atau tidak, tetapi dia
tidak boleh berpeluk tangan, jikalau pukulannya ini tidak
diterima maka serangan itu dengan tepat akan menghajar
badan Sang Su-im, Sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan
dengan keras lawan keras dia menerima datangnya serangan
tersebut. "Braaak!" dengan disertai suara ledakan yang amat keras
tubuhnya mundur terhuyung-huyung ke belakang, dia
merasakan dadanya amat panas sekali.
Sebaliknya Ciu Tung yang serangannya diterima oleh pihak
lawan diapun segera tergetar mundur satu langkah ke
belakang. "Siapa yang ada di dalam gua" Ayoh cepat keluar!"
bentaknya dengan dingin. Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia yang
melihat Sang Su-im belum sadar juga dari semedinya, sedang
diapun tidak dapat membangunkan dirinya membuat di dalam
hati dia merasa amat cemas sekali, tetapi dia tidak dapat
berbuat apa-apa. Pikirannya terus menerus berputar mencari akal yang
bagus untuk mencegah peristiwa tersebut.
Tetapi Ciu Tong yang ada diluar agaknya sudah tidak
sabaran lagi, dia mendengus dingin tubuhnya dengan cepat
menubruk masuk ke dalam, Koan Ing tidak dapat berpeluk tangan lagi, diapun
membentak keras, pedang Kiem-hong-kiamnya dicabut keluar
dari dalam sarung kemudian berturut-turut melancarkan tiga
serangan gencar menghalangi mulut gua, Ciu Tong yang
mendadak melihat dari dalam berkelebat keluar sinar keemasemasan
dia segera menjerit tertahan.
"Iiiih.... Koan Ing?"
Tongkat hitam ditangan kanannya segera diputar dengan
amat kencangnya di tengah udara sehingga memperlihatkan
tiga perubahan yang aneh.
"Criiing.... " dengan amat tepatnya dia pukul mental
pedang Kiem-hong-kiam yang ada ditangan Koan Ing itu.
Tubuhnyapun dengan diikuti suara tertawa dinginnya yang
amat menyeramkan segera menerjang masuk ke dalam gua.
Koan Ing jadi sangat cemas, bilamana dia membiarkan Ciu
Tong masuk ke dalam gua maka akibat yang bakat diterima
oleh Sang Su-im dia tidak berani memikirkan lebih lanjut.
Tangan kanannya segera diayun ke depan, berturut-turut
dia melancarkan beberapa kali serangan menghajar iga kiri
dari Ciu Tong, jurus yang dipergunakan olehnya bukan lain
adalah jurus serangan yang berasal dari ilmu Thay Jin Na So
Hoat dari aliran Bu-tong-pay itu, jurus Hun So Na Koay atau
balik tangan menangkap aneh.
Pengetahuan dari Ciu Tong amat luas sekali, begitu Koan
Ing melancarkan serangan dengan menggunakan jurus
tersebut dia segera sudah mengenalnya kembali, dia tertawa
dingin, tubuhnya dengan tak henti-hentinya menerjang masuk
ke dalam gua tangan kirinya dibalik mencengkeram
pergelangan tangan dari Koan Ing.
Belum habis satu jurus digunakan, Koan Ing segera
berganti jurus lagi, telapak tangannya diubah jadi serangan
totokan, jari tengah serta telunjuknya disentil mengancam
jalan darah "Hay Bin Toa Hiat" pada pinggang Ciu Tong.
Serangannya ini bukan lain menggunakan jurus "Chiet Hay
Tan Pao atau tujuh lautan mencari harta ilmu Han Yang Ci
Hoat. Ciu Tong jadi melengak, dia memang kenal dengan jurus
serangan "Huan Su Ma Koay" tetapi dia sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa begitu cepatnya berganti
jurus bahkan sudah menggunakan jurus Chiet Hay Tan Pao
dari Sang Su-im. Saat ini dia mau tidak mau harus menghentikan langkah
kakinya dan tarik kembali tongkatnya untuk dibabat
mengancam pergelangan tangan dari Koan Ing.
Pada waktu ini seluruh perhatian dari Koan Ing cuma
ditujukan untuk menghalangi perjalanan selanjutnya dari Ciu
Tong, tangan kanannya disentil ke depan, di dalam sekejap
saja dia sudah berganti jurus serangan lagi, dengan
menggunakan jari menggantikan pedang dia menggunakan
jurus "Ci Cie Thian Yang" mendesak Ciu Tong lebih lanjut.
Dalam hati Ciu Tong merasa hatinya amat terkejut, jurusjurus
serangan ini sebetulnya dia sangat hapal sekali tetapi
kini Koan Ing mencampurkan berbagai jurus serangan menjadi
satu jurus serangan membuat dia menderita rugi, dia terdesak
mundur kembali satu langkah ke belakang.
"Jurus serangan yang bagus!" teriaknya memuji.
Baru saja dia selesai berteriak, tongkatnya segera diputar
sedemikian rupa menghajar kening dari Koan Ing.
Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau jurus
serangannya tadi bisa mendapatkan hasil, dia merasa terkejut
bercampur girang. Dia segera membentak keras, tubuhnya merendah
menghindarkan diri dari serangan tongkat dari Ciu Tong ini
lantas berturut-turut melancarkan beberapa buah jurus
serangan yang amat aneh. Ciu Tong menderita rugi karena dia hapal benar dengan
jurus-jurus serangan tersebut sehingga membuat dia orang
harus mengeluarkan jurus-jurus serangan tandingannya, siapa
tahu baru saja menggunakan jurus itu separuh jalan Koan Ing
sudah mengganti lagi dengan jurus yang lain membuat Ciu
Tong benar-benar terdesak dan terkurung di dalam
serangannya, Di dalam sekejap saja lima jurus telah berlalu dengan amat
cepatnya, Ciu Tong jadi sangat gusar sekali, pikirnya, "Hmm
aku sebagai seorang ketua suatu aliran yang besar kalau cuma
Koan Ing saja tidak dapat memperoleh kemenangan, buat apa
aku pergi mencari Sang Sn Im lagi".... "
Dengan gusarnya dia membentak keras, tongkat di tangan
kanannya berturut-turut melancarkan beberapa kali serangan
balasan sedangkan tangan kirinya melancarkan satu pukulan
sehingga terasalah segulung angin pukulan yang dahsyat
melanda ke tubuh Koan Ing.
Melihat datangnya serangan tersebut, Koan Ing jadi
termangu-mangu, dengan cepat dia balas melayangkan satu
pukulan pula untuk menghalangi datangnya serangan itu, tapi
tidak urung badannya terpukul juga ke samping.
Dengan meminjam kesempatan itulah bagaikan bayangan
setan yang lewat dengan cepat dia berkelebat menubruk ke
dalam gua tersebut, Koan Ing jadi terkejut, dengan cepat dia memutar tubuh
untuk siap-siap melancarkan serangan kembali.
Ooo)*(ooO Bab 19 TERLIHATLAH pada waktu itu Ciu Tong dengan tersenyum
licik sudah berdiri di belakang tubuh Sang Su-im sedangkan
telapak kirinya ditempelkan ke atas punggungnya.
Saat itu Sang Su-impun baru saja selesai dari semedinya,
tetapi keadaan sudah terlambat satu tindak.
Dia adalah seorang manusia yang luar biasa, tidak perlu
menoleh lagi dia sudah menoleh lagi dia sudah tahu apa yang
sudah terjadi di sana. Ciu Tong yang melihat Sang Su-im sudah sadar kembali dia
segera tertawa terbahak-bahak, "Sang Loo-te selama berpisah
ini apakah kau orang baik-baik saja?" tanyanya mengejek.
Sang Su-im tidak mengucapkan sepatah katapun, di dalam
hati dia sedang merasa sangat heran bagaimana mungkin Ciu
Tong yang sudah terkena ilmu totokan "Han Yang Ci" nya
hanya di dalam satu hari saja tenaga dalamnya sudah pulih
kembali seperti sedia kala" Sekali lagi Ciu Tong tertawa
terbahak-bahak, "Sang Loo-te.... kenapa kau tidak berbicara?" ejeknya lagi,
"Apa kau merasa heran" Bagaimana aku bisa pulihkan tenaga
dalamku dengan begitu cepat."
Sehabis berkata dengan bangganya dia tertawa lagi.
"Aku sama sekali tidak menyangka kau bisa melancarkan
serangan bokongan terhadap diriku!" serunya dengan amat
gusar. "Lima tahun kau mengira aku bisa menunggu lima
tahun lagi baru datang mencari dirimu" Kalau begitu kau
sudah salah menerka, bagaimana aku bisa begitu bersabar
untuk menanti lima tahun lagi"
Sehabis berbicara Ciu Tong mendengus dan dengan amat
dingin sepasang alisnya dikerutkan rapat-rapat.
"Seratus hari!" serunya keras. "Tenaga dalamku
mendapatkan tambahan seperti latihan sepuluh tahun, tetapi
nyawanyapun cuma tinggal seratus hari lagi!"
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi terkejut
pikirnya, "Aaaaah, kiranya Ciu Tong sudah menelan obat
racun seperti yang aku telan, kalau begitu sudah tentu tenaga
dalamnya di dalam satu hari saja sudah pulih kembali seperti
sedia kala" Ciu Tong setelah mengucapkan kata-kata itu dia berdiam
beberapa saat lamanya, entah pada waktu itu dia sedang
merasa menyesal atau bangga, sebentar kemudian dia sudah
berkata lagi. Dengan perlahan dia menyapu sekejap ke arah Koan Ing,
lantas tambahnya, "Tentunya kau masih ingat sewaktu aku
memaksa kau menelan obat racun itu bukan?"
"Aku tahu kau pasti tidak akan menyangka kalau tenaga
dalamku bisa pulih dengan begitu cepat, asalkan aku bisa
menyandak dirimu maka kau pasti tidak akan bersiap sedia,
saat itulah dengan menggunakan kata-kata orang tidak
bersiap sedia aku lancarkan serangan segera menguasai
dirimu." Dia mendengus dengan amat dinginnya, lalu sambungnya
lagi, "Tidak kusangka baru saja aku melakukan perjalanan
sampai di tengah jalan aku dengar kau sudah bertempur
mati2an melawan si hweesio tua itu, akhirnya masing-masing
pihak tidak ada yang memperoleh kebaikan, mendengar berita
tersebut aku segera menyusul kemari setelah membuang
setengah harian lamanya secara kebetulan saja aku bisa
bertemu dengan dirimu disini Hee.... heee.... tentunya kau
tidak pernah menduga akan memperoleh akibat seperti
demikian bukan" walaupun aku cuma bisa hidup seratus hari
saja tetapi kau orang tidak bakal bisa hidup melewati hari ini."
Jilid 9 MENDENGAR suara yang begitu tidak enak dari Ciu Tong,
diam-diam Sang Su-im berpikir, "Hmm.... sekalipun kini aku
harus mati, aku tidak akan melepaskan dirinya dengan
keadaan segar bugar.... aku harus melukai dirinya dengan
menggunakan seluruh tenaga dalam yang aku miliki pada saat
ini." Dia sama sekali tidak menyangka kalau nama baik yang
dipupuknya selama puluhan tahun harus hancur di tangan Ciu
Tong pada hari ini. Semakin berpikir hatinya merasa semakin seperti terbakar,
tidak kuasa lagi dengan gusarnya dia lantas berseru, "Hmm....
bilamana kau ingin turun tangan, cepatlah turun tangan
urusan yang terjadi di dunia ini tiada yang kekal aku takut
sedikit lebih lama urusan bisa terjadi perubahan."
"Apa" waktu lebih lama urusan bisa terjadi perubahan"
haaa.... haaa.... aku belum pernah memikirkan sampai disitu,"
sahut Ciu Tong sembari tertawa terbahak-bahak.
"Eeeei.... aku mau tanya padamu. Kini Koan Ing ada
bersamamu tetapi entah putrimu ada dimana" Di dalam
seratus hari ini aku bermaksud hendak mengatur perkawinan
diantara dirinya dengan putra ku, hal ini jikalau tidak dilakukan
secepatnya hatiku tidak akan merasa lega."
Mendengar suara ejekan tersebut Sang Su-im mengerutkan
alisnya rapat-rapat, dia merasa Ciu Tong lagi menghina dan
memperolok2 dirinya, daripada harus menanggung
penghinaan tersebut jauh lebih baik mengadu jiwa saja dengan dirinya
Tetapi sewaktu teringat kembali kalau dirinya tidak kepingin
cepat mati, kenapa tidak tunggu2 lagi beberapa saat lamanya
sehingga ada satu kesempatan yang baik untuk meloloskan
diri" Atau sedikit2nya dia harus bisa memukul luka Ciu Tong
semanusia laknat tersebut.
"Hmmm Tentang urusan perkawinan Siauw-li, sekalipun
aku tidak ada, Cha Chan Hong bisa mewakili aku untuk
menguruskan," serunya dengan tawar.
"Haaa.... haaa.... haaa.... perkataan tepat perkataan
bagus.... " teriak Ciu Tong sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kau jauh2 mendatangi daerah Tibet dan menyebarkan mataTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
matamu di seluruh daerah ini tetapi tidak pernah kusangka
bukan" Kalau ini kali tidak bakal bisa pulang lagi ke rumah"


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Haaa.... haaaa.... haaaa!"
Mendadak dia menarik kembali suara tertawa kerasnya
disusul satu dengusan dingin bergema memenuhi angkasa.
"Hal ini berarti pula kalau setiap urusan tidak akan bisa
terlaksana sesuai dengan cara pemikiranmu yang gampang
itu," tambahnya. Sang Su-im lantas tertawa tawar.
"Sekalipun aku harus mati hal ini juga tiada mendatangkan
kegembiraan bagi dirimu sendiri," katanya. "Bukankah
nyawamu juga tinggal seratus hari saja" Urusan yang terjadi
di dalam dunia inipun tidak akan berjalan selancar seperti apa
yang kaupikirkan dihati."
Ciu Tong segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, sewaktu
di dengarnya pada dalam keadaan seperti ini Sang Su-im
masih terus mengejek dan memperolok2 dirinya.
Dalam hati merasa sedikit gusar juga, dia segera
mendengus dengan dinginnya,
"Sebelum mati apakah kau mempunyai satu permintaan?"
tanyanya sambil mendongakkan kepalanya ke atas,
"Namaku berada diempat manusia aneh dan menjabat
sebagai pangcu dari perkumpulan Tiong Gong Pang, bilamana
harus menemui ajalnya di dalam gua hal ini tidaklah
seharusnya," kata Sang Su-im sambil mengedip2kan matanya,
"Bilamana kau tidak menolak, aku ingin melihat sekejap langit
nan biru" "Bagus sekali soal ini mudah untuk dilakukan," ujar Ciu
Tong mengabulkan. "Tetapi kau harus ingat telapak tanganku selalu akan
menempel di punggungmu, kau
harus hati-hati Heze.... heee.... asalkan kau berani
mengerahkan tenaga murnimu maka aku akan
segera turun tangan telengas!"
Sang Su-im segera merasakan hatinya berdebar, dia tahu
harapan untuk lolos tidak akan ada lagi.
"Soal itu terserah padamu mau mengancam secara
bagaimanapun aku tidak dapat melarang dirimu lagi,"
sahutnya tawar. Sehabis berkata dengan perlahan-lahan, dia berjalan keluar
dari dalam gua tersebut. Ciu Tong yang menempelkan telapak
tangannya di belakang punggung Sang Su-impun tidak berani
berlaku gegabah, dengan kedahsyatan dari ilmu yang dimiliki
Sang Su-im, bilamana sedikit dia pecahkan pikirannya maka
ada kemungkinan dengan menggunakan kesempatan itu dia
akan menerjang keluar. Dengan perlahan-lahan Koan Ing pun ikut mengundurkan
diri keluar dari gua itu dia yang melihat Sang Su-im kena
ditawan dalam hati merasa kecewa bercampur sedih, tetapi
sekalipun begitu tidak berani juga turun tangan memberikan
pertolongannya. Koan Ing tahu asalkan sedikit dia tidak berhati hati maka
Sang Su-im akan menemui ajalnya di bawah serangan Ciu
Tong. Sekeluarnya dari gua terdengarlah Ciu Tong tertawa girang.
"Haa.... haa.... sekarang kau boleh melihat langit yang
dicintai ini, haa.... ha.... " ejeknya.
Dengan sedihnya Sang Su-im segera menghela napas
panjang,dia dongakan kepalanya memandang ke angkasa.
Teringat kembali seluruh pengalamannya pada masa lalu
dimana untuk pertama kalinya keluar dari perguruan dan
mendirikan perkumpulan Tiang-gong-pang, mengeroyok si
manusia tunggal dari Bu-lim, pertemuan puncak para jago di
gunung Hoa-san.... satu demi satu terbayang kembali di
depan matanya. Nama besar yang dipupuk selama puluhan tahun ini
sebentar lagi bakal musnah tak kembali lagi.... kesemuanya ini
dikarenakan dirinya yang kurang hati-hati sehingga dengan
begitu mudahnya terjatuh ke tangan Ciu Tong, Heei.... masa
hidupnya hampir habis sampai disini saja entah inikah yang
dinamakan takdir atau nasib"
Dengan termangu-mangu lama sekali dia memandang ke
angkasa.... mendadak terdengar suara bentakan dari Ciu Tong
yang bernadakan rasa terkejut.
"Aaah.... Kereta Berdarah" Dia segera merasakan telapak
tangannya Ciu Tong yang menempel di punggung sedikit
tergetar, satu pikiran lantas berkelebat dihatinya. Tanpa
banyak cakap bagaikan kilat cepatnya dia berkelebat ke arah
depan. Ciu Tong yang melihat munculnya Kereta Berdarah dalam
hati merasa amat terkejut sehingga telapak tangannya
tergetar kini melihat Sang Su-im menggunakan kesempatan
itu untuk meloloskan diri dalam hati jadi sangat terperanjat
telapak kirinya dengan terburu-buru ditekan ke depan
menghajar pundak kiri dari Sang Su-im,
Sang Su-im yang sedang berusaha untuk menghindarkan
diri dari ancaman Ciu Tong tiba-tiba merasakan pundak kirinya
jadi sakit dia mendengus sewaktu matanya melirik ke
belakang itulah dia melihat tongkat baja di tangan kanan Ciu
Tong sudah dihantamkan ke atas kepalanya.
Dengan gusarnya dia segera membentak keras, saat ini
merupakan saat-saat yang amat kritis bagi keselamatan
jiwanya, tangan kirinya segera membalik ke belakang
melancarkan serangan dahsyat, tiga gulung angin serangan
dengan tajamnya berderu menghajar iga Ciu Tong yang ada di
belakang. Melihat dalangnya serangan tersebut Ciu Tong jadi merasa
bergidik, tergesa-gesa dia tarik napas panjang-panjang untuk
mengerahkan ilmu mayat membusuknya, separuh bagian
aliran darahnya seketika itu juga berhenti mengalir.
Bersamaan waktu itulah tiba-tiba dia merasakan satu
desiran angin tajam menyambar datang dari belakang
badannya, sebilah pedang Kiem-hong-kiam yang ada di
tangan Koan Ing sudah menyambar mendekati sang leher.
Sedikit dia berayal, itulah tiga buah serangan jari yang
amat dahsyat dari Sang Su-im berhasil menghajar badannya,
dia segera mendengus berat.
Tubuhnya terhuyung mundur beberapa langkah ke
belakang terkena dorongan angin
serangan itu, bersamaan pula kepalanya menunduk ke
bawah menghindarkan diri dari serangan pedang Koan Ing.
Tetapi pada saat itu ujung toya yang di babat ke depan
berhasil pula menghantam iga Sang Su 1m dengan kerasnya
Dengan kepandaian silat serta tenaga dalam yang dimiliki
Ciu Tong pada saat ini, Sang Su-im mana kuat menahan
babatan tongkat dari Si iblis sakti dari luar lautan,
Terdengar diapun mendengus berat, tubuhnya terpental
sejauh tiga kaki terkena sapuan yang dahsyat dari Ciu Tong
ini, Diantara suara ringkikan kuda yang amat ramai dan
memekikkan telinga bagaikan bayangan setan saja kereta
berdarah itu menerjang datang,....
Koan Ing yang serangannya tidak mencapai pada hasil
dengan terburu-buru menarik kembali pedangnya sedang
tubuhnya bagaikan kilat cepatnya berkelebat ke samping
badan Sang Su-im, dengan cepat dia membimbing bangun
Sang Su-im yang saat ini sudah jatuh tidak sadarkan diri,
Ciu Tong yang melihat situ kesempatan yang paling baik
untuk membinasakan Sang Su-im di bawah serangannya
ternyata mengalami kegagalan, dalam hati merasa khe-ki
bercampur gusar, sambil bersuit nyaring dengan dahsyatnya
dia menubruk ke arah Koan Ing,
Koan Ing yang sedang menggendong tubuh Sang Su-im
sewaktu melihat wajah Ciu Tong menyengir amat menakutkan
dalam hati merasa sedikit bergidik, pedang panjangnya
berturut-turut melancarkan lima buat serangan dahsyat
menangkis datangnya hantaman toya dari Ciu Tong yang
dilancarkan dalam keadaan gusar itu, tetapi tidak urung
telapak tangannya terasa sakit juga.
Ciu Tong yang melihat serangannya tidak mendapatkan
hasil, dengan gusarnya dia lantas membentak keras, sekali
lagi dia melancarkan satu serangan laksana menggulungnya
ombak di samudra dan ambruknya gunung Thay-san.
Melihat datangnya serangan yang begitu dahsyat, Koan Ing
jadi sangat terperanjat bagaimanapun juga sambaran toya
dari Ciu Tong ini sukar baginya untuk menerima, saat ini
kereta berdarahpun lagi menerjang ke arahnya membuat
hatinya jadi benar-benar amat bingung.
Mendadak satu ingatan berkelebat di hati Koan Ing, tanpa
banyak berpikir lagi sembari menggendong tubuh Sang Su-im
dia segera meloncat naik ke arah kereta berdarah yang
sedang menerjang datang. Ciu Tong jadi tertegun melihat kejadian ini, dia sama sekali
tidak menyangka kalau Koan Ing berani meloncat naik ke atas
kereta berdarah sembari menggendong tubuh Sang Su-im,
Di tengah suara ringkikan kuda serta ramainya putaran
roda kereta bagaikan segulung angin yang berlalu kereta
berdarah itu sudah berkelebat melalui permukaan yang
tertutup oleh salju. Lama sekali Ciu Tong berdiri termangu mangu di tempat
semula, dia tidak tahu bagaimana keadaan dari Sang Su-im
pada saat ini, hatinya jadi merasa sedikit sedih.
Di dalam sekejap saja Kereta berdarah itu sudah lenyap
dari pandangan mata. Tidak disangka sama sekali olehnya
Kereta berdarah sebenarnya adalah demikian misterius dan
demikian menakutkan, tujuannya yang terutama mendatangi
daerah Tibet tidak lain adalah
dikarenakan kereta berdarah itu tetapi kini dengan mata
kepala sendiri dia melihat kereta berdarah itu berlalu bahkan
melihat pula Koan Ing sembari menggendong tubuh Sang Suim
meloncat naik ke dalam kereta.
Tetapi mendadak hatinya merasa amat ketakutan, dia sama
sekali tidak berani pergi mengejar. w
Koan Ing yang menggendong tubuh Sang Su-im masuk ke
dalam kereta berdarah segera merasakan adanya seseorang
yang lagi memandang dirinya dengan pandangan dingin
sekali. Dia jadi sangat terkejut, sewaktu memperhatikan lebih
tajam lagi waktu itulah Koan Ing baru menemukan kalau dia
orang bukan lain adalah Si manusia tunggal dari Bu-lim.
Sinar mata si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong
dengan terpesonanya memandang diri Koan Ing, tak sepatah
katapun diucapkan olehnya.
Koan Ing sendiripun tidak tahu bagaimana pada waktu tadi
dia begitu berani untuk meloncat naik ke dalam kereta
berdarah, waktu itu dia cuma memikirkan bagi
keselamatannya sendiri dan kini.... setelah berada di dalam
ruangan kereta hatinya mulai merasa amat tegang.
Jien Wong tak mengucapkan sepatah katapun, dia cuma
memperhatikan dirinya dengan pandangan terpesona....
Di bawah tarikan empat ekor kuda berwarna merah, kereta
berdarah itu bagaikan kilat cepatnya berkelebat melalui
permukaan tanah yang sudah tertutup olah salju itu....
Saat itulah dengan perlahan Sang Su-im baru membuka
matanya kembali, tetapi sewaktu dilihatnya Jien Wong musuh
bebuyutannya muncul di hadapan mata, air mukanya segera
berubah sangat hebat. "Aaah.... si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong!"
serunya tertahan. Walaupun pada saat ini dia lagi menderita luka parah tetapi
saking terkejutnya tidak tertahan lagi tubuhnya sudah
meloncat bangun. Sejak si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong menemui
ajalnya di bawah kereta karena kerubutan empat manusia
aneh pada masa yang lampau sehingga dia bangun dan
melarikan diri hingga.... saat ini belum pernah dia bertemu
muka dengan Jien Wong, tidak disangka kini selagi menderita
luka parah Jien Wong munculkan dirinya kembali di depan
mata, bagaimana hal ini tidak membuat hatinya jadi sangat
terkejut" Si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong masih tetap
duduk di tempat semula tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Sambil menghembuskan napas panjang Sang Su-im
berbatuk batuk, darah segar segera memancur keluar dan
mulutnya. Dia tidak berani banyak berpikir lagi, dengan perlahan
sepasang matanya dipejamkan
rapat-rapat untuk beristirahat sedang hawa murninyapun
tidak dikerahkan lagi untuk mengobati
luka yang diderita, karena dia tahu lukanya ini tidak bakal
bisa sembuh hanya di dalam satu dua hari saja.
Sedang diapun tidak percaya kalau dirinya bisa lolos dari
tangan si manusia tunggal Jien Wong ini.
Dengan cepatnya kereta berdarah meluncur masuk ke
dalam sebuah gua gunung yang tinggi besar, lewat
seperminum teh kemudian kereta itu berhenti dengan
perlahan-lahan. Jien Wong masih tetap memandang ke dua orang itu tidak
bergerak, lama sekali baru terdengar dia berkata dengan
suara perlahan. "Untuk menuruni kereta ini tentunya kalian berdua tidak
perlu aku yang bantu membimbing bukan?"
Mendengar perkataan tersebut Sang Su-im segera
membuka matanya kembali, alisnya
dikerutkan rapat-rapat, dia sama sekali tidak menyangka si
manusia tunggal Jien Wong hendak
melepaskan dirinya dengan begitu saja.
Koan Ing yang sejak semula sudah tidak pikirkan
keselamatannya sendiri, dengan terburu-buru lantas
membimbing diri Sang Su-im.
"Empek Sang mari kita turun dari kereta," ajaknya.
Dengan perlahan Sang Su-im mengangguk, di bawah
bimbingan Koan Ing dia segera turun
dari kereta berdarah tersebut.
Tampaklah di tempat mana mereka berada merupakan
sebuah lambung gunung yang amat tinggi dan besar sekali, di
sekeliling dinding gua penuh dihiasi dengan tiang2 salju telah
membeku, kelihatannya gua ini merupakan satu gua salju
alam yang sudah berusia sangat lama.
Jien Wong pun ikut meloncat turun dari dalam kereta,
tetapi selama ini dia tidak memandang ke arah mereka,


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan tiada orang saja, matanya memandang ke tempat
kejauhan. Lewat sejenak kemudian Jien Wong baru menepuk kuda
yang menarik kereta berdarah itu, disertai suara ringkikan
yang ramai kereta berdarah itu mulai bergerak menuju ke
ruangan gua yang lebih dalam lagi.
Menanti setelah kereta tersebut lenyap dari pandangan,
sambil mungkuri kedua orang itu dia baru berkata dengan
suaranya yang adem, "Sang Su-im, perpisahan kita selama
sembilan belas tahun ini apakah selalu baik-baik saja?"
"Kedatanganku ke daerah Tibet kali ini justru hendak
mencari dirimu," jawab Sang Su-im dengan berat alisnya
dikerutkan rapat-rapat. Mendengar perkataan tersebut Jien Wong segera tertawa
terbahak-bahak dengan seramnya dengan perlahan-lahan dia
putar tubuhnya. "Sejak pertempuran kita di gunung Hoa-san pada masa
yang lalu kini sudah ada sembilan belas tahun lamanya.
Hee.... hee kau masih berani mencari diriku?" serunya.
Dengan tawarnya Sang Su-im memandang sekejap ke arah
Jien Wong, tetapi tak sepatah
katapun diucapkan keluar.
Mendadak tampak Jien Wong angkat tangan kanannya dan
antara ujung lima jarinya segera terlihatlah lima gulung sinar
berwarna merah darah memancar keluar, diantara
berkelebatnya bayangan jari batu cadas di samping badannya
sudah kena cengkeram sebagian sehingga haacur lebur
bagaikan bubuk. Diam-diam dalam hati Sang Su-im merasa sangat
terperanjat melihat kejadian ini, jika ditinjau dari peristiwa ini
jelas menunjukkan kalau tenaga dalam yang dimiliki Jien
Wong pada saat ini jauh melebihi mereka berempat selama
sembilan belas tahun ini kepandaian silatnya sudah
memperoleh kemajuan yang begitu pesat sehingga sangat
mengejutkan sekali. Dengan pandangan yang sangat dingin
Jien Wong memperhatikan diri Sang Su-im.
"Apakah kau masih ada sanak keluarga?" tanyanya dengan
perlahan. Sang Su-im jadi melengak, dia sama sekali tidak
menyangka kalau Jien Wong sudah menanyakan soal ini.
Sewaktu hatinya jadi ragu-ragu itulah tampak sinar mata
yang sangat tajam dari Jien Wong sudah mendesak dirinya,
"Cuma ada seorang putri saja," jawabnya tidak kuasa lagi.
Dengan perlahan Jien Wong mengangguk, lalu menghela
napas panjang, "Untung sekali kau masih ada seorang anak
perempuan, aku tetap seorang diri saja.... Heei.... ternyata
aku benar-benar si manusia tunggal dari Bu-lim!"
Diam-diam Sang Su-im merasa heran melihat sikap yang
aneh dan Jien Wong ini, bagaimana mungkin sifatnya selama
sembilan belas tahun ini bisa berubah amat besar" pada masa
yang lalu begitu dia munculkan diri tanpa banyak bercakap
lagi sudah menerjang ke arah empat manusia aneh, tetapi
kini.... dia mengajak dia banyak berbicara bahkan yang
dibicarakanpun merupakan persoalan yang sama sekali tidak
ber guna. Dengan perlahan Jien Wong menoleh ke arah Koan Ing dan
memandangnya beberapa saat lamanya.
"Siapa kau?" Tanyanya kemudian. "Aku tidak kenal dengan
kau, bagaimana kau bisa menerjang masuk ke tempatku?"
Koan Ing jadi melengak, terang pada beberapa hari yang
lalu dia sudah pernah bertemu muka dengan Jien Wong
bahkan mengatakan juga hendak membuatkan obat pemunah
baginya, bagaimana sekarang dia bisa berpura-pura tidak
kenal dengan dirinya"
"Cayhe Koan Ing sengaja datang menghunjuk hormat buat
cianpwee," katanya dengan perlahan.
Air muka Jien Wong segera berubah sangat hebat,
teriaknya tiba-tiba dengan seram, "Selamanya tiada
seorangpun yang bisa hidup lebih lama lagi setelah bertemu
dengan aku." Sehabis berkata tangan kanannya membalik ke samping,
Lima jarinya dengan disertai lima gulung angin serangan yang
dahsyat mencengkeram leher Koan Ing.
Dalam hati Koan Ing merasa sangat terperanjat kini tangan
kanannya lagi terluka, tangan kirinya sambil mencekal
pedangnya kencang2 segera melancarkan serangan ke depan.
Terlihatlah serentetan sinar keemas-emasan yang
menyilaukan mata dari pedang Kiem-hong-kiam tersebut
dengan dahsyatnya menggulung kelima buah serangan jari
dari Jien Wong. Tahu-tahu Jien Wong memperkencang lima jarinya....
"Tiiiing....!" disertai suara yang meletik nyaring dengan
paksa dia berhasil merebut pedang Kiem-hong-kiam tersebut
dari tangan Koan Ing. Dengan terkejutnya Koan Ing mundur dua langkah ke
belakang. "Hmmm....! Kiranya anak murid dari Kong Bun-yu!"
terdengar Jien Wong mengejek dengan suara yang dingin.
Selesai berkata tangan kanannya segera mengencang,
agaknya dia bermaksud hendak mematahkan pedang Kiemhong-
kiam tersebut tetapi sekalipun dia sudah kerahkan
seluruh tenaga tidak berhasil juga menghancurkan pedang itu.
Saking gemasnya dia segera melemparkan kembali pedang
itu ke arah Koan Ing, "Hmm Hmm.... pedangnya sih bagus, cuma sayang
kepandaian silatnya terlalu cetek!" serunya kembali.
Dia lantas termenung lagi beberapa saat lamanya, kira-kira
seperminum teh kemudian tampaklah dia tertawa.
"Aaaah.... benar aku punya satu cara untuk mengubah kau
menjadi seorang jagoan yang berkepandaian sangat tinggi di
Bu-lim, hal ini pasti bisa terjadi!" katanya.
Pikiran Koan Ing segera tergerak, sewaktu melihat
perubahan air muka dari Jien Wong yang amat bangga ini dia
teringat kembali sikapnya yang sama sewaktu mengatakan
hendak memunahkan racun dibadannya itu, mendadak saja
dia menaruh satu perasaan yang amat aneh tetapi perasaan
tersebut sukar baginya untuk mengucap kan keluar.
Terdengar Jien Wong kembali bergumam seorang diri, "Di
dalam kolong langit pada saat ini cuma aku seorang saja yang
bisa berbuat demikian."
Sang Su-im yang melihat sikapnya yang sangat aneh dari
Jien Wong dalam hati diam-diam merasa bingung, mendadak
dia teringat akan sesuatu.
"Eeeei.... kenapa tadi kau menjalankan keretanya di atas
permukaan salju?" tanyanya.
Jien Wong agak melengah dengan cepat dia putar
kepalanya ke arah Sang Su-im.
"Sudah tentu sengaja pergi menjemput kalian," jawabnya.
Sinar mata Sang Su-im berkedip-kedip sedang Koan Ing
jadi tertegun. Sengaja pergi menjemput mereka" Hal ini mana mungkin
bisa terjadi" Apakah Jien Wong sebelumnya bisa menduga
kalau dirinya bakal hendak meloncat naik ke atas keretanya....
Sewaktu Jien Wong melihat Sang Su-im memandang ke
arahnya dengan keheran-heranan, alisnya segera dikerutkan
rapat-rapat, "Apakah kau merasa tidak percaya?" serunya.
Sang Su-im tersenyum lalu mengangguk.
"Lalu ada urusan apa kau sengaja menjemput kami?"
tanyanya lagi. "Aku mau suruh kalian tahu kalau kepandaian silat yang
paling tinggi di dalam kolong langit pada saat ini adalah
diriku," jawab Jien Wong setelah berpikir sebentar. "Dimana
kereta berdarahmu sekarang berada?" Tanya Sang Su-im
secara tiba-tiba. Ooo)*(ooO Bab 20 JIEN WONG melirik ke kanan sebentar, setelah itu bersuit
panjang. Tidak selang berapa lama kereta berdarah itu dengan amat
cepatnya sudah menerjang datang, tubuhnya lantas meloncat
naik kereta. kereta berdarah kemudian diselingi suara tertawa
tergelaknya dengan amat menyeramkan dia melarikan Kereta
Berdarah tersebut ke tempat luar.
Dengan termangu-mangu Koan Ing memandang ke arah
dimana kereta berdarah itu pergi, dia merasa heran mengapa
Jien Wong pergi meninggalkan tempat itu Dengan perlahan
Sang Su-im meaoleh kaarah Koan Ing lalu ujarnya dengan
perlahan, "Manusia tungal dari Bu-lim, Jien Wong sudah jadi
gila" Koan Injadi terkejut Jien Wong sudah jadi gila" peristiwa ini
sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya, teringat akan
dua kali perkataan terhadap dirinya, dia
segera merasa kalau sikap serta tindak tanduk dari Jien
Wong benar-benar rada aneh dan berbeda dengan manusia
biasa. Koan Ing yang mendengar perkataan dari Sang Su-im
kemudian dicocokkan pula dengan perkataan serta tindak
tanduk dari Jien Wong, maka segera terasalah olehnya kalau
perkataan ini sedikitpun tidak salah.
Dia sama sekali tidak mengetahui apa yang harus diperbuat
terhadap beberapa perkataan yang diucapkan itu," ujar Sang
Su-im lagi "Dia cuma merasa dirinya merupakan jagoan yang
paling lihay di kolong langit, hal inijelas menunjukkan kalau
urat syarafnya sudah terganggu, Heei, untung sekali dia masih
bisa kidup sampai saat ini, ya.... boleh dikata hal ini
merupakan satu kejadian yang amat aneh sekali."
Sebetulnya Jien Wong sudah menyanggupi dirinya untuk
bantu dia bebaskan diri dan pengaruh racun, walaupun
tentang soal ini dia sama sekali tidak memikirkan dihati tetapi
di dalam hati dia selalu berdoa dan mengharapkan kalau Jien
Wong benar bisa berhasil membuatkan obat pemunah
baginya. Tetapi kini setelah mendengar berita kalau Jien Wong
adalah seorang gila, tidak kua"a iagi dalam hati merasa sedikit
kecewa juga. Tampak Sang Su-im termenung sebentar lalu berkata, "Aku
tahu dua tiga kali kau menolong nyawaku dan hal ini
dikarenakan soal Siauw-tan. aku tidak akan menanyakan
kepadamu kau ingin minta apa, sejak ini hari urusan antara
kau serta Siauw-tan boleh kalian putuskan sendiri.
Koan Ing jadi melengak, sebenarnya dia sendiripun tidak
mengerti kenapa dua tiga ikali dia turun tangan menolong Sang Su-im, dia cuma
merasa pekerjaannya ini adalah satu keharusan, tetapi setelah
mendengar perkataan itu dia mulai merasa kalau alasan itu
adalah benar dan tidak dapat dibantah. Dengan perlahan Koan
Ing menundukkan kepalanya rendah-rendah.
"Aku tidak akan mencelakai diri Siauw-tan, harap Empek
Sang suka melegakan hati"
"Heeei.... urusan di dalam dunia selalu saja berubah dan
hal ini siapapun tidak dapat menduganya terlebih dulu. Urusan
di antara kalian akupun tidak ingin banyak ikut campur lagi,
sejak ini hari urusan diantara kalian berdua boleh dibereskan
oleh kalian sendiri," ujar Sang Su-im sam bil menghela napas
panjang. Selesai berkata dengan perlahan dia putar tubuhnya
dan berlalu dari tempat itu.
Dengan pandangan yang melongo Koan Ing
memperhatikan diri Sang Su-im sehingga lenyap dari
pandangan, untuk sesaat lamanya dia merasakan perubahan
yang terjadi di dalam dunia ini benar-benar sangat besar
seakan di dalam satu hari seorang manusia bisa mengalami
keadaan yang berbahaya sampai dua tiga kali banyaknya.
Sejak memasuki Daerah Tibet Ciu Tong bentrok dengan
Sang Su-im, dipaksa dirinya menelan racun, ilmu silat dari Ciu
Tong dimusnahkan oleh Sang Su-im, Pertempuran antara
Sang Su-im dengan Thian Siang Thaysu. Ciu Tong menelan
racun untuk melukai Sang Su-im satu demi satu berkelebat
dihadapan matanya, masih ada lagi.... yaitu psrsoalan antara
dia serta Sang Siauw-tan dua orang.
Sembari berpikir dengan perlahan Koan Ing berjalan keluar
dari gua tersebut. Waktu itu cuaca sudah amat gelap, kecuali pantulan sinar
dari salju yang putih apapun tidak kelihatan lagi.
Lama sekali dia termenung berpikir keras, sejenak
kemudian cuacapun mulai terang tanah,
Koan Ing agak ragu-ragu memandang sekelilingnya,
akhirnya dia melanjutkan perjalanannya ke samping kanan.
Tiba-tiba.... seorang penunggang kuda dengan amat
cepatnya berlari mendatang.
Orang itu berusia kurang lebih tiga puluh tahunan dengan
wajah yang putih bersih, pada tubuhnya memakai satu mantel berwarna hitam dan
menunggang seekor kuda hitam pula. Makin lama orang itu
semakin mendekati diri Koan Ing, akhirnya setelah
memperhatikan beberapa saat dia bertanya, "Tahukah Ciat Ie Toocu ada
dimana?" Sinar mata Koan Ing berkelebat, sewaktu melihat sikap
yang sombong danjumawa dari orang itu dalam hati diamdiam
merasa sedikit mendongkol.
"Hmm, ada urusan apa dia hendak mencari Ciong Tong si
manusia laknat itu?" pikirnya dihati.
Dengan tawarnya dia segera menyapu sekejap ke arah
orang itu. "Cayhe tidak tahu," jawabnya kemudian.
Mendengarjawaban itu, orang berbaju hitam tersebut
segera mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Agaknya kau merasa tidak senang untuk menjawab
pertanyaatiku haa" Kurang ajar" teriaknya.
Dalam hati Koan Ing pun merasa rada gusar atas kelakuan
dari orang itu, dia tidak menyangka kalau di dalam dunia ini
masih ada orang yang demikian sombongnya seperti orang
itu. "Memangnya aku merasa tidak senang untuk menjawab
pertanyaanmu, lalu kau mau apa?" Tantangnya kemudian
sambil memandang sekejap ke arah orang berbaju hitam itu
dengan tawar. "Haa.... haa.... aku bisa menyuruh kau merasa senang,"
sahut orang tersebut sambil
meloncat turun dari kudanya.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sehabis berkata tubuhnya segera berkelebat ke depan,
tangan kanannya dengan kecepatan yang luar biasa
mencengkeram pundak kiri dari Koan Ing.
Koan Ing segera mendengus dingin, dengan kepandaian
silat yang dimilikinya pada saat ini, kecuali terhadap orang
yang kepandaian silatnya jauh berada di atas tiga orang genah
empat manusia aneh, dia sama sekali tidak merasa takut, dia
merasa walaupun misalnya terluka maka lukanya itu tidak
akan parah. Tubuhnya dengan amat gesit berkelebat menyingkir dari
datangnya serangan itu. Gerakan tubuh orang berbaju hitam itu laksana
mengalirnya air dengan cepat meluncur ke depan, mendadak
tangannya membabat mencengkeram kembali ke arah Koan
Ing. Koan Ing yang melihat datangnya serangan itu mendadak
pikirannya teringat akan sesuatu, dengan dinginnya dia lantas
mendengus. "Hmm, kiranya manusia-manusia dari pulau Ciat
It To," pikirnya. Tangan kirinya segera balas menghantam ke depan,
menutup datangnya cengkeraman dari orang berbaju hitam
itu. Orang tersebut segera berkelebat kembali ke tempat
semula, dengan pandangan yang tidak percaya dia
memperhatikan diri Koan Ing.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau ilmu silat yang
paling lihay dari pulau Ciat Io To bisa dipecahkan Koan Ing
hanya di dalam satu gerakan yang sangat mudah.
"Siapa kau?" tanyanya kemudian sembari memandang
tajam diri Koan Ing. "Hmm.... bukankah kau adalah anak murid dari Ciu Tong,
Bu Sian adanya?" tanya Koan Ing sambil tertawa menghina.
Orang berbaju hitam itu segera merasa hatinya bergidik,
dia sama sekali tidak menyangka kalau Koan Ing bisa
memecahkan asal usulnya di dalam waktu yang amat singkat,
diapun tidak mengira kalau sejak munculnya dia orang di
daerah Tibet, bukannya bertemu dengan Ciu Tong sebaliknya
sudah bertemu dengan seorang pemuda aneh semacam Koan
Ing ini, Tetapi hal ini terhadap diri Koan Ing boleh dikala
merupakan satu urusan yang amat mudah sekali untuk
dilakukan, dia tahu Bee Sian pun sudah memasuki daerah
Tibet bahkan mengetahui pula kalau dia angkat nama
bersamaa dengan si kongcu berbaju sutera Bun Ting-seng,
maka sewaktu dilihatnya tenaga dalam yang dimilikinya
lumayan juga maka dia segera bisa menduga akan orang itu.
Lama sekali Bu Sian berdiri termangu-mangu, beberapa
saat lamanya kemudian baru terdengar dia membentak.
"Siapa kau" Kalau sudah mengetahui nama besarku kenapa
sikapmu masih begitu congkaknya?"
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Hmm Buat apa aku sungkan-sungkan terhadap dirimu?"
katanya dingin. Dalam hati Bu Sian merasa amat gusar, dengan pandangan
yang tajam dia memperhatikan diri Koan Ing.
Dia tidak menyangka kalau orang yang ada di hadapannya
ini sudah banyak mengetahui akan dirinya, sebaliknya dia
sendiri sama sekali tidak mengetahui asal usul maupun
siapakah Koan Ing ini. Di dalam hati dia punya maksud untuk turun tangan lagi,
tetapi sewaktu teringat akan asal-usul yang tak jelas dari
musuhnya dalam hati merasa sedikit ragu-ragu pula.
"Kau masih belum beritahu kepadaku siapakah kau
sebenarnya," ujarnya sambil tertawa.
"Akulah Koan Ing" jawabnya tawar.
Bu Sian mengertikan alisnya rapat-rapat.
"Aah.... kiranya pemuda yang ada di hadapanku ini bukan
lain adalah Koan Ing yang namanya sudah lama terkenal di
dalam Bu-lim," pikirnya.
Teringat akan serangannya yang digagalkan oleh Koan Ing
hanya di dalam satu jurus saja dalam hati kembali merasa
bergidik, dia tidak menyangka kalau Koan Ing memiliki
kepandaian silat yang demikian dahsyatnya.
Jejak dari suhuku apakah Koan Siauwhiap mengetahui?"
tanyanya kemudian sambil menarik napas panjang,
Koan Ing yang melihat sikap Bu Sian sudah berubah
seratus persen, dalam hati diam-diam merasa heran, tetapi dia
segera menduga kalau pada saat ini Boe Siao tidak ingin
bentrok dengan dirinya. karena itu dia tidak memikirkan lebih
panjang lagi, "Aku tidak tahu.... "jawabnya setelah termenung
sebentar. Sebelum habis Koan Ing berbicara mendadak Bu Sian
meloncat ke atas, sedangkan tangan kanannya dengan
dahsyat menghajar pundak kanan dari Koan Ing,
Koan Ing merasa terkejut bercampur gusar, kiranya Bu Sian
sudah melihat kalau tangan kanannya lagi terluka sehingga
memancing dia untuk berbicara kemudian menggunakan
kesempatan itu melancarkan serangan membokong dirinya,
Koan Ing bukanlah manusia yang sembarangan, jurus
serangan yang dilancarkan oleh Bu Sian ini mana bisa berhasil
melukai dirinya tampak tubuhnya dengan amat gesit dan
lincah sudah meloncat ke samping menghindarkan diri dari
serangan bokongan lari Bu Sian ini,
Bu Sian yang melihat serangannya tidak mencapai hasil, dia
tidak ragu-ragu lagi, pedang panjangnya segera diiyabut
keluar dari sarungnya kemudian dengan amat gencar
melancarkan serangan mengancam tangan kiri dari Koan Ing,
Melihat arah yang diserang Koan Ing mengerutkan alisnya
rapat-rapat, dengan gusarnya dia membentak keras, tubuhnya
berputar tangan kanannya balik mencabut keluar pedang
Kiem-hong-kiam, sebaliknya tangan kirinya didorong ke depan
melancarkan serangan dengan menggunakan jurus "Hay Ciau
Thian Yang" dari ilmu "Thian-yu Jie Cap Su Cau" yang dahsyat
itu, Tampak serentetan sinar keemas-emasan yang
menyilaukan mata berkelebat memenuhi angkasa, pedang
Kiem-hong-kiam tersebut bagaikan sambaran kilat cepatnya
menyerang bagian Ieher dari Boo Sian.
Melihat datangnya serangan yang sangat dahsyat ini, Bu
Sianjadi terperanjat dia sama sekali tidak menyangka kalau
Koan Ing di dalam keadaan luka masih bisa melancarkan
serangan yang begitu dahsyatnya.
Jurus Hay Ciau Thian Yang ini adalah satu jurus serangan
ciptaan Kong Bun-yu sendiri, juga bel um pernah ditemuinya
sejak dahulu. Karenanya tanpa bisa dicegah lagi mantel hitam
yang dipakainya sudah kena terbabat kurang lebih empat lima
Cun panjangnya. Di dalam keadaan yang sangat terkejut, dengan terburuburu
dia mengundurkan dirinya ke belakang....
Dengan dinginnya Koan Ing segera membentak kembali,
tubuhnya bagaikan kilat cepatnya menubruk ke depan,
pedang Kiem-hong-kiam yang ada ditangan kirinya
menyambar ke depan, dengan menggunakan jurus Ci Co Thai
Yang dia mengancam alis dari Bu Sian. Dalam hati Bu Sian
merasakan hatinya bergear membuat kepalanya pening.
Ditambah pula dengan jurus serangan yang dilancarkan
Koan Ing dengan menggunakan tangan kirinya membuat dia
benar-benar terdesak. Di dalam keadaan yang pecah nyali, dia mana berani
menerima jurus serangannya ini, tubuhnya segera
menjatuhkan diri ke atas tanah lalu menggelinding pergi.
Tubuh Bu Sian dengan cepatnya menggelinding sampai dua
kaki jauhnya, terasa olehnya angin pedang masih tiada
hentinya menyambar lewat dari samping badan membuat dia
tidak berani bangkit berdiri, sedang keringat dingin mulai
mengucur keluar membasahi bajunya.
Sewaktu dia meloncat bangun lagi, terlihatlah olehnya Koan
Ing dengan pandangan yang amat dingin sedang
memperhatikan dirinya sedang pada ujung bibir
tersungginglah satu senyuman yang sangat menghina.
Diam-diam dalam hati dia merasa bergidik, umpama tadi
Koan Ing mengejar terus, maka pada saat ini tubuhnya tentu
sudah berbaring diantara ceceran darah, dia sama sekali tidak
menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki Koan Ing jauh
lebih dahsyat dari apa yang diingatnya dari orang lain.
Dia tidak mengira setelah dalam keadaan luka, tangan
kirinya masih bisa memainkan pedang dengan begitu dahsyat
sehingga memaksa dirinya terdesak mundur terus menerus.
"Hmm.... " terdengar Koan Ing mendengus dengan amat
dinginnya, "Orang-orang dari pulau Ciat Ie To tidak disangka
cuma pandainya membokong orang lain saja."
Bu Sian menghembuskan napas lega, dia pun mendengus
dengan amat dingin, "Hmm.... kepandaian silat dari Koan siauw-hiap jauh berada
di atas aku orang she-Boe," katanya, "Tetapi kami orangorang
dan pulau Ciat Ie To tidak akan membiarkan kau
mengumbar kata-kata yang begitu menghina kami, hati-hati
saja dengan kata-katamu, hmm lain kali kami bisa datang
untuk mencari balas dengan dirimu."
"Haa.... haa aku Koan Ing akan selalu menantikan
kunjungan dari orang-orang Ciat Ie To."
Dengan perlahan Bu Sian Ialu berjalan ke samping kuda
hitamnya dan meloncat naik ke atas tunggangannya.
"Kalau begitu kita berjumpa lagi dilain waktu!" serunya
kemudian. Sehabis berkata dengan cepat dia melarikan
kudanya meninggalkan tempat itu,
Koan Ing cuma tertawa tawar saja, Bu Sian tidak tahu
kalau Ciu Tong sejak semula sudah bentrok dengan dirinya,
sekalipun tidak terjadi urusan ini setelah bertemu muka
dengan Ciu Tong diapun tidak bakal banyak memberi
kesempatan buatnya untuk tetap hidup di dalam dunia ini.
Sedangkan dia pun bilamana ada kesempatan tidak akan
melepaskan Ciu Tong dengan begitu saja.
Baru saja berpikir sampai disitu mendadak dia mendengar
suara tertawa yang amat ramai berkumandang datang,
tampak lah seorang gadis berbaju kuning berjaIan mendatang
sambil menggandeng seorang gadis berbaju hijau, sembari
tertawa mereka melanjutkan perjalanannya datang kemari,
Koan Ing jadi melengak, semula dia pernah menemui
kedua orang ini bahkan Sang Siauw-tan pun sudah pernah
mengejar mereka berdua, tetapi bagaimana sekarang mereka
bisa munculkan dirinya di tempat ini"
Sesampainya dihadapan Koan Ing kedua orang gadis itu
segera tersenyum. "Engkoh Ing!" serunya berbareng. "Kemaren dulu kami
tidak kenal denganmu maka tidak menyapa, sungguh maaf
yaa." Koan Ing jadi melengak. "Apakah nona berdua adalah murid dari Cha Thayhiap?"
tanyanya kemudian sambil tertawa.
"Bukan, dia adalah ayahku, aku bernama Cing Cing dan dia
bernama Ing Ing," sahut ke dua orang gadis itu lagi sambil
tertawa. Koan Ing yang melihat kedua orang gadis itu amat polos
bahkan tidak tampak rasa malu2, dia lantas tertawa.
"Eei, apakah kalian pernah melihat Siauw-tan?" tanyanya,
"dia sekarang ada dimana?"
Cing Cing serta Ing Ing saling bertukar pandang dan
tertawa. "Siauw-tan cici pergi mencari dirimu," kata Cing Cing sambil
tersenyum, "Namamu pun dapat kami ketahui dari Siauw-tan
cici yang memberitahu."
"Oooh.... " seru Koan Ing.
Diam-diam dia mengerutkan alisnya. Sang Siauw-tan
seorang diri pergi mencari dirinya tetapi entah dia sudah
mencari ke mana" Apakah dia tidak mengetahui peristiwa
yang terjadi antara dirinya dengan Ciu Tong"
Bilamana sampai bertemu kembali dengan Ciu Tong,
kemungkinan sekali manusia laknat itu tidak akan melepaskan
dirinya kembali. Kedua orang gadis itu sewaktu melihat Koan Ing
mengerutkan alisnya, segera sama-sama tertawa.
Mendadak Koan Ing merasakan hatinya sedikit tergerak,
kedua orang gadis ini adalah putri dari Cha Can Hong
sedangkan Cha Can Hong pun paling suka terhadap Sang
Siauw-tan, maka diantara mereka tentu tidak akan ada terjadi
kesalah pahaman apapun. Berpikir sampai disini dia lantas
bertanya kembali. "Kenapa kalian tidtk ikut dengan Cha
Thayhiap?" "Ayah masih ada urusan, dia minta kami berangkat
bersama sama Siauw-tan otot terlebih
dulu," seru Ing Ing tidak terasa.
Tetapi Siauw-tan cicipun hendak mencari kalian, maka
terpaksa dia meninggalkan kami untuk berangkat sendiri."
sambung Cing Cing dengan cepat.
Koan Ing segera merasakan hatinya kembali bergerak, dia
menarik napas panjang, karena dia tahu Sang Siauw-tan pasti
ada di sekitar tempat ini, tentu sengaja dia menyuruh kedua
orang gadis ini untuk memancing dirinya sehingga dia
mengetahui apakah bisa kuatir terhadap dirinya atau tidak.
Setelah berpikir sebentar mendadak dia tertawa kembali.
"Waaah.... paman Cha bisa mempunyai dua orang gadis
yang demikian cantiknya seperti kalian sungguh mujur sekali"
"Tidak, Siauw-tan cici jauh lebih cantik dari kami!" bantah
Cing Cing sambil gelengkan kepalanya
"Tidak, yang sesungguhnya kalian jauh lebih cantik dari
dirinya!" bantah Koan Ing dengan cepat.
Sepasang biji mata dari Ing Ing segera berputar.
"Hmm perkataan yang kau katakan tentunya bukan lagi
menggoda kami bukan" Engkoh Ing?" serunya perlahan.
Tiba-tiba Cing Cing mendorong tubuh Ing Ing dan memberi
tanda kepadanya untuk jangan bertanya kembali.
"Engkoh Ing," ujarnya kemudian dengan nada kurang
senang. Bukanlah kau sangat baik sekali dengan Siauw-tan
cici?" Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar amat keras,
dia ragu-ragu sebentar lalu gelengkan kepalanya.
"Siapa yang memberitahu hal ini kepada kalian" Terus
terang saja tidak ada urusan ini.... "


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cing Cing maupun Ing Ing jadi melengak, kemudian
bersama-sama menengok ke arah belakang dibalik sebuah
gundukan tanah. Lama sekali mereka berdiri termangu mangu disana setelah
itu dengan perlahan mengundurkan dirinya ke belakang.
Sebaliknya Koan Ing pun berdiri tertegun disana. Sepatah
katapun tidak bisa di ucapkan keluar.
Dia tahu Sang Siauw-tan tentu ada di sana, dia ragu
sebentar teringat akan seluruh lagaknya yang mirip
sesunggihan, tidak terasa membuat hatinya radi merasa sedih.
"Eeeh kalian kenapa?" tanyanya kemudian kepada Cing
Cing serta Ing Ing sambil tertawa paksa.
Selesai berkata dengan perlahan dia putar badannya.
Tampaklah Sang Siauw-tan dengan wajah yang pucat pasi
berdiri di samping gundukan tanah itu kemudian selangkah
demi selangkah berjalan mendekat.
Dalam hati Koan Ing pun merasakan hatinya seperti diirisiris,
tetapi dengan paksa dia menahannya di hati,
"Siauw-tan Moay, baik-baik kah kau selama ini?" sapanya.
Sang Siauw-tan tidak menjawab, dia berjalan mendekati
diri Koan Ing dengan wajah penuh tetesan air mata.
Bunga Ceplok Ungu 5 Pedang Naga Kemala Karya Kho Ping Hoo Pendekar Riang 4
^