Pencarian

Kereta Berdarah 7

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 7


Lama sekali dia memandang terpesona ke arah sang
pemuda, setelah itu dengan nada yang gemetar tanyanya,
"Per.... perkataanmu.... aaaa.... apa sungguh?"
"Apa semua perkataanku sudah kau dengar?" tanya Koan
Ing lagi. Sang Siauw-tan termenung, dia tidak menjawab, sebaliknya
malah balik bertanya, "Lalu.... lalu sewaktu kita ada dilereng
gunung itu....?" "Waktu itu cuma ada kira berdua saja maka aku
mengatakannya dengan sesuka hati." sambung Koan Ing
dengan tawar sebelum Sang Siauw-tan habis berbicara.
Dengan perlahan Sang Siauw-tan memejamkan matanya
rapat-rapat lalu menundukkan kepalanya rendah, titik air mata
mengucur keluar semakin deras lagi.
"Dengan sesukanya".... " gumamnya. Dengan kaku dan
tawarnya Koan Ing berdiri tak bergerak, bibirnya kelihatan
gemetar, hampir dia sendiripun tidak tahu apa yang diucapkan
olehnya itu, dalam hati dia merasa sangat sedih dan perih
sekali sehingga tidak kuasa lagi sudah tundukkan kepalanya
rendah-rendah. Ooo)*(ooO Bab 21 ENTAH lewat berapa lama kemudian sewaktu dia
mendongakkan kepalanya kembali, tampak suasana di
sekeliling tempat itu sunyi senyap tak kelihatan seorangpun.
Saat ini dia berdiri seorang diri ditanah yang kosong dan
Iuas, sedang Sang Siauw-tan serta Ing Ing dan Cing Cing
entah sudah pergi kemana.
Bagaikan baru saja sadar diri satu impian buruk dia
dongakkan kepalanya memandang keangkasa, tidak kuasa lagi
titik air mata mulai mengucur keluar membasahi pipinya.
Dengan termenung Koan Ing berdiri seorang diri di atas
permukaan salju, dia memandang ke arah dimana bayangan
tubuh Sang Siauw-tan melenyapkan diri, akhirnya dengan
perlahan menundukkan kepalanya kembali.
Dia tidak tahu bagaimana harus diperbuat olehnya sejak
sekarang walaupun Sang Siauw-tan saat ini harus bersedih
hati tetapi sebentar kemudian rasa sedih itu tentu akan lenyap
dengan sendirinya, dia cuma merasa dirinyalah yang
merasakan kesedihan dan kepedihan ini.
Jejak serta kabar berita dari Bun Tiang Seng sama sekali
tak diketahui olehnya, harus kemanakah dia pergi mencari"
Sewaktu dia lagi termenung itulah mendadak dari tempat
kejauhan kembali berkelebat
datang beberapa sosok bayangan.
Dia bisa melihat orang yang baru saja datang ada empat
orang banyaknya, sepasang lelaki perempuan serta Ing Ing
dan Cing Cing. Belum sempat dia berpikir lebih lanjut tampaklah keempat
orang itu sudah berada dihadapan tubuhnya.
Lelaki berusia pertengahan itu mempunyai bentuk wajah
empat persegi dengan alis yang
tebal, keadaannya sangat berwibawa sekali.
"Kaukah Koan Ing?" tanyanya orang itu setibanya di
hadapannya. Koan Ing mengangguk. "Apa locianpiwee adalah Cia thay-hiap?" tanyanya pula.
Lelaki berusia pertengahan itu mendengus kemudian
mengangguk. "Akulah Cha Cau Hong, dimanakah Siauw-tan
berada?" Koan Ing termenung tidak berbicara, dia memandang
sekejap ke arah Cing Cing serta Ing Ing sama sekali tidak tahu
olehnya apakah yang sudah dikatakan oleh Sang Siauw-tan
sebelum meninggalkan tempat itu sehingga kedua orang
gadis itu pergi mengundang ayahnya.
Perempuan yang satunya tentulah istri Cha Can Hong,
walaupun usianya sudah ada tiga puluh tahunan tetapi
wajahnya masih cantik bahkan mirip sekali dengan wajah Cing
Cing maupun Ing Ing. Cha Can Hong yang mendengar Koan Ing tidak menjawab,
dia memandang sekejap ke arah Cing Cing serta Ing Ing, lalu
ujarnya kembali. "Koan Ing, walaupun kau adalah jagoan dari angkatan
muda, bahkan rnerupakan ahli waris dari Thian-yu-pay tetapi
Sang Siauw-tan adalah keponakanku, kenapa kau
mengganggu dirinya?"
Mendengar perkataan itu Koan Ing segera mengerutkan
alisnya rapat-rapat, dia tahu setelah Can Ca Hong mendengar
perkataan dari kedua orang putrinya tentu akan timbul
kesalah pahaman dengan dirinya, tetapi dia tidak ingin
menjelaskan urusan ini. Dia merasa urusan ini adalah urusan di antara dirinya
dengan Sang Siauw-tan, asalkan
dia merasakan perbuatannya benar, maka terhadap urusan
yang lain tidak perlu pikirkan lagi dihatinya.
Cha Can Hong yang melihat Koan Ing tidak maujawab
dalam hati merasa sangat tidak senang.
"Hmm, sekalipun kepandaian dari pemuda itu sangat tinggi
tidak seharusnya bersikap demikian sombongnya, bilamana
perlu aku harus kasih sedikit pelajaran kepadanya, demikian
pikirnya dihati. Sepasang alisnya segera dikerutkan rapatrapat.
"Hey Siauw-tan sudah pergi kemana?" Bentaknya kembali.
Koan Ing ragu sebentar, akhirnya dia menjawabjuga
dengan suara yang amat lirih, "Dia sudah meninggalkan
tempat ini, tetapi entah sudah pergi kemana?"
"Hari ini aku akan melepaskan dirimu untuk sementara,
setelah mengetahuijelas urusan ini dari Siauw-tan aku akan
segera datang kembali untuk mencari dirimu." seru Ca Can
Hong sambil mendengus. Sehabis berkata dia putar badan dan meninggalkan tempat
itu. Cing Cing dengan pandangan gusar melototi sekejap ke
arah Koan Ing, sebaliknya Ing Ing yang tidak tahu urusan
dengan melongo memandang ke arah Koan Ing sebentar lalu
memandang ke arah encinya setelah itu baru berlalu
mengikuti ayah ibunya. Dengan termangu-mangu Koan Ing memandang mereka
meninggalkan tempat itu sedang di hati diam-diam berpikir
apakah perbuatannya ini benar atau tidak, tetapi dia mengerti
kecuali menggunakan cara ini tiada cara lain lagi yang bisa
digunakan. Dia memandang ke arah kiri kanan, kemudian dengan
mengikutijejak roda dari kereta berdarah berlari ke depan.
Lewat beberapa saat bemudian mendadak terdengarlah
suara derapan kaki kuda yang amat ramai berkumandang
keluar dari belakang badannya, sewaktu dia menoleh ke
belakang tampaklah olehnya dua ekor kuda dengan amat
cepatnya berlalu melewati sisi tubuhnya.
Pada saat itulah Koan Ing bisa melihat kalau penunggang
kuda itu bukan lain adalah dua orang hwesio, bukan lain
hweesio dari Siauw-lim-si. Dia mengerutkan alisnya rapatrapat
pikirnya. "Apakah Ciangbunjin Siauw-lim-pay, Thian Siang Thaysu
sekalian sudah mengejar datang kemari"
Ketika menoleh, mereka kembali ke belakang terlihatlah
dari tempat kejauhan dari atas permukaan salju berkelebat
datang beberapa sosok bayangan manusia, ditinjau dari jubah
yang lebar dari beberapa sosok bayangan itu dia bisa
menduga kalau mereka bukan lain adalah hweesio dari kuil
Siauw-lim-si. Koan Ing segera menoleh ke samping kiri kanan untuk
mencari tempat persembunyian tetapi yang tampak
permukaan salju yang kosong tidak ada sedikit tempat pun
yang bisa digunakan untuk bersembunyi.
Dia merasa dirinya tidak bakal berhasil meloloskan diri
kembali. "Daripada gugup tidak keruan lebih baik aku bersikap
tenang saja," pikirnya.
Tidak lama kemudian tindakan kaki yang halus sudah
semakin mendekat sebaliknya kedua
orang Hweesio penunggang kuda itu sudah lenyap tak
berbekas. Koan Ing pura-pura pilon, dengan kalemnya dia
melanjutkan perjalanannya ke depan.
Terasa beberapa sosok bayangan manusia berkelebat di
tengah suara dengusan yang amat dingin tampaklah sesosok
bayangan manusia yang tinggi besar sudah menghalangi di
depan tubuhnya, Dengan perlahan Koan Ing dongakkan kepalanya, orang itu
bukan lain adalah Thian Liong Thaysu adanya.
Sejak semula dia sudah menduga tentu hweesio-hweesio
dari kuil Siauw-lim-sie tidak akan melepaskan dirinya dengan
begitu saja, karenanya diam-diam dia sudah mengerahkan
tenaga dalam siap-siap menghadapi sesuatu.
Dengan pandangan amat tawar dia melirik sekejap ke arah
Thian Liong Thaysu lalu dengan perlahan tertawa.
"Thaysu, baik-baikkah selama perpisahan ini?" serunya.
Thian Liong Thaysu yang melihat Koan Ing ada maksud
hendak mengejek dirinya dengan dingin segera mendengus,
sepatah katapun tidak diucapkan keluar, sedangkan sinar
matanyapun segera beralih ke arah Thian Siang Thaysu yang
ada di belakang tubuh Koan Ing.
Dengan pandangan yang mendongkol Thian Siang Thaysu
memandang ke belakang punggung dari Koan Ing, dia tahu
pemuda ini terang-terangan sudah mengerti akan
kedatangannya tetapi dia sudah pura-pura berlaku pilon
bahkan sampai badannyapun tidak mau berputar, sungguh
jumawa sekali. Walaupun kepandaian silat dari pemuda ini sangat tinggi
tetapi dia sebagai seorang ciangbunjin sebuah partai besar
ditambah pula merupakan pemimpin dari tiga manusia genah
sudah tentu tidak pantas baginya kalau bertempur sendiri
melayani Koan Ing, tetapi dengan tindak tanduk yang amat
sombong dari Koan Ing ini dia ingin sedikit memberi pelajaran
kepadanya. Setelah lama berpikir akhirnya dia menegur juga.
"Hey. Koan Ing!"
Koan Ing sama sekali tidak menggubris dia tidak tahu
mengapa terhadap si hweesio dari Siauw-lim-pay yang
merupakan pimpinan dari tiga manusia genah ini menaruh
rasa tidak puas, dia merasa kesal terhadap tindak tanduknya
yang sama sekali tidak sesuai
sebagai seorang jagoan dari kalangan lurus.
Karenanya tanpa menoleh lagi dia sudah tertawa gusar.
"Siapa yang sudah berbicara di belakang orang lain"
Kenapa kalau mau bicara datang ke depan?" serunya.
Thian Siang Thaysu jadi melengak, tetapi sebentar
kemudian hawa amarahnya sudah berkobar dihatinya.
Tidak disangka sama sekali sikap dari Koan Ing ternyata
demikian sombong dan jumawanya, sepasang alisnya
dikerutkan rapat-rapat sedang untuk beberapa saat lamanya
dia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Lewat
beberapa saat kemudian dia baru berkata, "Koan Ing Kau kira
tindakanmu bersama-sama Sang Siauw-tan membakar kuil
Han-poh-si bisa diselesaikan dengan begitu saja karena
mengandalkan nama besar dari empat manusia aneh?" Koan
Ing tetap tidak menoleh. "Hey Hweesio gede kalau mau bicara katakanlah
sejelas2nya, buat apa selalu saja menuduh orang lain yang
berdosa?" ejeknya sambil tertawa tawar,
Thian Siang Thaysu yang mendengar Koan Ing
menyebutnya dengan si hweesio gede, hatinya seperti dibakar
oleh api, dengan gusarnya dia segera mendengus, alisnya
dikerutkan rapat-rapat kemudian kepada Thian Liong Thaysu
teriaknya, "Sute Kau membawa dua belas orang arak murid
Siauw-Iim tangkap pemuda ini, aku mau
berangkat mengejar kereta berdarah terlebih dahulu",
"Tecu terima perintah" sahut Thian Liong Thaysu dengan
hormat. Dengan pandangan tawar Koan Ing memperhatikan Thian
Siang Thaysu membawa sisa anak muridnya meninggalkan
tempat itu, dia tahu Thian Siang Thaysu benar-benar sudah
membenci dirinya sehingga dia sudah meninggalkan kedua
belas anak murid Tat Mo Tong untuk menawan dirinya.
Dengan pandangan yang tajam Thian Liong Thaysu
memperhatikan diri Koan Ing, setelah dirasanya Thian Siang
Thaysu sudah jauh meninggalkan tempat itu, dia baru tertawa
dingin setelah itu memerintahkan kedua belas orang hweesiohweesio
dari ruangan Tat Mo Tong untuk mengurung diri Koan
Ing. Dia kembali tertawa dingin, kepada Koan Ing ujarnya,
"Sejak pertama kali aku terjunkan diri ke dalam Bu-lim belum
pernah pinceng bertemu dengan manusia yang sombong
benar seperti kau." Koan Ing tertawa, dia melirik sekejap ke arah kedua belas
orang hweesio itu. "Heee.... heeee.... aku Koan Ing seorang diri harus
menggerakkan otot untuk melawan
dua belas orang hwessio berkepandaian tinggi dari ruangan
Tat Mo Tong serta si hweesio sakti Thian Liong Thaysu,
kenapa aku Koan Ing tidak boleh merasa bangga dan
sombong" ejeknya. Thian Liong Thaysu segera tertawa dingin.
"Koan Ing kau mau mengikuti aku dengan sendirinya atau
mengharuskan aku turun tangan?" serunya sembari
memerintahkan kedua belas orang itu mulai menyebar.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, tangan
kirinya dengan perlahan segera mencabut keluarpedang Kiemhong-
kiamnya, dan siap-siap melancarkan serangan.
"Thaysu, pernahkah melihat orang yang mencekal pedang
Kiem-hong-kiam mengalami kekalahan?" ejeknya lagi sambit
tertawa. Thian Liong Thaysu tertawa dingin.
"Sungguh bersemangat, tetapi haruslah kau ketahui lukamu
belum sembuh, sedikit tidak berhati-hali maka seluruh
kehidupan mu akan habis sampai disini," balasnya.
Koan Ing tahu arti dari perkataan Thian Liong Thaysu ini,
dia bermaksud hendak memusnahkan kepandaian silatnya. Hal
ini membuat hawa amarahnya jadi memuncak. Tetapi air
mukanya masih tetap kelihatan amat tawar sekali


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Masings pihak bertempur tidak akan terhindar dari luka,
hee.... hee.... kalian pun
lebih baik sedikit berjaga-jaga.' serunya. "Bagus sekali"
Sinar mata Koan Ing segera berkelebat dia mengerti kedua
belas orang jagoan Siauw-iim ini memiliki kepandaian yang
amat dahsyat, walaupun dimulutnya dia berbicara
congkak padahal dihati mulai memikirkan cara-cara untuk
meloloskan diri dari kepungan
tersebut. Pedang Kiem-hong-kiamnya segera di angkat sejajar
dengan dada, sinar matanya dengan amat dingin menyapu ke
arah kedua belas orang hweesio itu.
Kedua belas orang itu merupakan hweesiojagoan dari
Siauw-lim-pay, kehebatan dari
ilmu silatnya boleh dikata termasu di dalam jagoan kelas
satu, kini mereka dua belas orang harus bersama-sama turun
tangan untuk menawan Koan Ing, sebagai seorang dari
angkatan muda, sudah tentu mereka tidak akan mau turun
tangan terlebih dulu. Sinar mata Koan Ing kembali menyapu ke arah mereka,
mendadak pedang Kiem-hong-kiamnya dengan menggunakan
jurus "Han Lin Sin Wie" menyerang hweesio yang ada di
hadapannya. Saat ini Koan Ing berdiri ditengah-tengah kepungan dua
belas orang, dia tidak bergerak yang namun berdiam diri
tetapi begitu pedangnya bergerak maka dari empat penjuru
segera terasalah adanya angin serangan yang amat dahsyat.
Sejak semula Koan Ing sudah menduga akan hal ini,
diantara berkelebatnya angin pukulan tangan kanannya sudah
dibabat ke samping, jurus pedangnya dari "Han Lin Sin Wie"
kini sudah diubah jadi jurus "Thian Hong Sie Lang" atau angin
berlalu menggoyangkan ombak,.
Serentetan suara pekikan yang amat nyaring segera
menembus angkasa, diantara berkelebatnya sinar yang
keemas-emasan, pedang Kiem-hong-kiam ditangannya sudah
berubah jadi segulung lingkaran bulat laksana pelangi emas
dengan dahsyatnya menghalangi datangnya serangan dari
kedua belas orang tersebut.
Kedua belas orang hweesio dari ruangan Tat Mo Tong itu
mana mau melepaskan dirinya
dangan begitu saja" Mereka yang sudah berlatih sangat
lama, kerja samanya pun amat
dahsyat sekali. Mendadak mereka bersama- melancarkan
satu pukulan menghajar pedang Kiem
Hong Kiam ditangan Koan Ing, agaknya hweesio-hweesio
itu bermaksud hendak memukul terbang
pedang tersebut. Koan Ing yang baru saja melancarkan satu serangan
hendak mendesak mundur pihak musuhnya mendadak melihat
mereka telah bersama-sama maju ke depan, dalam hati
merasa agak bergidik, dengan keadaannya pada saat ini
dimana lukanya masih belum sembuh apa lagi harus melayani
pula dua belas pasang tangan sudah tentu keadaannya benarsangat
terdesak. Selamanya dia belum pernah menemui kejadian seperti ini,
begitu hatinya gugup, angin serangan dengan amat tepatnya
sudah berhasil menghajar di atas tubuh pedang Kiem-hongkiamnya.
Di tengah suara dengungan yang amat keras pedang
ditangannya sudah terpukul lepas ke tengah udara.
Koan Ing jadi sangat terkejut, dia bersuit nyaring, sedang
tubuhnya segera berkelebat ke depan mengejar pedangnya
yang terlepas itu. Dari belakang badannya lantas terdengar suara bentakan
yang amat nyaring, empat orang hweesio sambil melancarkan
serangan sudah menubruk ke arahnya.
Dangan tangan kiri Koan Ing menyambar gagang
pedangnya sedang tubuhnya yang masih ada di tengah udara
mendadak berputar lalu melancarkan tendangan berantai
menghajar keempat hweesio yang mengikuti dari belakangnya
itu. Dengan terburu-buru keempat orang hweesio itu menarik
kembali serangannya, sedang yang dua segera membalikkan
tangannya mencengkeram kaki Koan Ing.
Dengan gugup Koan Ing menarik kembali kaki kanannya,
pedangnya bagaikan kilat cepatnya menyerang kedua orang
hweesio tersebut dengan menggunakan jurus Ci Cie Thian
Yang Dimana pedang tersebut menyambar, ke dua orang
hweesio itu segera terdesak mundur ke belakang sembari
menarik kembali serangannya,
Baru saja Koan Ing menghembuskan lega, kembali sudah
ada delapan orang hweesio lagi yang menubruk dengan
dahsyatnya ke arah dirinya.
Di dalam keadaan yang amat kritis itulah mendadak Koan
Ing teringat kembali akan jurus serangan yang termuat di
dalam kitab pusaka Boe Shia Koei Mie, dia segera menarik
napas panjang-panjang sedang tubuhnya berjumpalitan di
tengah udara. Dua orang hweesio kembali membentak keras, tubuhnya
bagaikan anak panah yang terlepas dan busurnya bersamasama
menubruk ke arah depan. Pedang panjang Kiem-hong-kiam ditangan Koan Ing segera
dibabat ke belakang mengancam tubuh kedua orang hweesio
tersebut. Kedua orang itu lantas mendengus dingin, yang seorang
dengan menggunakan tangan kosong mencengkeram pedang
di tangannya sedang yang lain mencengkeram dadanya,
agaknya mereka bermaksud hendak membinasakan dirinya
seketika itu juga. Koan Ing segera melirik sekejap, dia tahu kedua orang
hweesio itu melatih ilmu Pauw
Heng Cau yang dahsyat diri ilmu tunggal Siauw-lim-pay.
Di tengah suara suitan yang amat nyaring tangan kirinya
segera digetarkan sehingga mengeluarkan suara dengungan
yang memekikkan telinga, diantara berkelebatnya sinar
keemas-emasan pedangnya sudah berubah membentuk
bulatan kemudian laksana roda kereta menggulung ke arah
kedua orang hweesio tersebut.
Inilah yang dinamakan jurus Noe Ci Sin Kiam atau dengan
gusar mata pedang dari ilmu
pedang Thian-yu Ji Cap Su Cau.
Melihat datangnya serangan tersebut kedua orang hweesio
itu jadi sangat terperanjat dengan terburu-buru mereka
menarik kembali cengkeramannya untuk melindungi dirinya
sendiri, Dengan cepatnya Koan Ing mengejar ke depan disertai
suara sentilan yang memekikkan telinga, tubuhnya dengan
mengambil kesempatan itu meloncat keluar dari tengah
kalangan, Baru saja tubuhnya mencapai permukaan tanah mendadak
dari belakang punggungnya kembali terasa adanya segulung
angin serangan yang amat dahsyat menghajar punggungnya,
dia jadi terkejut karena terasa olehnya datangnya angin
serangan itu meresap hingga dalam tulang,
Diantara kedua belas orang hweesio itu walaupun
kepandaian silat mereka sangat tinggi tetapi tidak mungkin di
dalam keadaan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun berhasil
mendesak hingga di belakang tubuhnya, kecuali mereka
berdua belas hanya ada seorang saja yang dapat melakukan
perbuatan tersebut, orang itu bukan lain adalah Thian Liong
Thaysu. Koan Ing yang merasa terkejut tidak berani berlaku ayal
lagi terburu-buru tubuhnya
merendah ke bawah sedang tangan kirinya membabat ke
belakang, pedang Kiem-hong-kiamnya laksana kilat yang
menyambar sudah membentuk gerakan busur kecil yang amat
santar, jurus ini bukan lain adalah jurus Hiat Cong Ban Lie
yang chusus digunakan untuk menangkis datangnya serangan
bokongan, Thian Liong Thaysu yang melihat Koan Ing meloncat keluar
dari dalam kalangan, dalam hati merasa cemas dia merasa
walau pun tenaga dalam dari kedua belas orang hweesio ini
tidak di bawah kepandaian Koan Ing tetapi jurus serangan dari
Koan Ing lebih sempurna, bilamana sampai membiarkan Koan
Ing berhasil meloloskan diri dari kurungan ada kemungkinan
sulit sekali untuk mengejarnya kembali, karenanya terpaksa
dia harus turun tangan melancarkan serangan bokongan.
Dia yang mendapat malu banyak karena Koan Ing dan
sekarang tidak berhasil pula menawan diri Koan Ing, bukankah
hal ini sangat memalukan sekali" Bagaimana nanti dia hendak
bertanggung jawab di hadapan ciangbunjin"
Kedua belas orang hweesio dari ruangan Tat Mo Tong
itupun demi kedudukan serta kehormatannya sendiri harus
berusaha keras untuk menawan diri Koan Ing, bilamana kali
ini Koan Ing sampai berhasil lolos, bukankah nama baik
merekapun akan ikut hancur"
Thian Liong Thay-su yang melancarkan serangan
bokongan, dia menduga Koan Ing tidak bakal bisa lolos lagi,
siapa tahu di dalam keadaan yang amat kritis itu, Koan Ing
bisa membabatkan pedangnya ke belakang, sehingga
membuat dirinya terdesak, hal ini benar-benar membuat
hatinya jadi terperanjat,
"Aaaaa.... bukankah jurus ini adalah ilmu tunggal dari
perguruan Ciat Ie To?"
bagaimana Koan Ing pun bisa menggunakannya, demikian
pikirnya di hati. Hal ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang terjadi
diluar dugaan, bahkan dia merasa ragu-ragu untuk
mempercayainya, bagaimana mungkin Koan Ing bisa
memahami kepandaian silat dari tiga manusia aneh"
Sebetulnya pukulan ini bisa membinasakan diri Koan Ing,
tetapi dikarenakan dia merasa heran akan kepandaian silat
yang dimiliki Koan Ing, membuat dia orang jadi melengak
sehingga sulit baginya untuk meloloskan diri dari serangan
tersebut. Tubuhnya sedikit miring ke samping lalu mendengus
berat. Dada sebelah kiri dari Thian Liong Thaysu terkena tusukan
pedang itu dengan amat tepat sekali sehingga menembus
beberapa Cun dalamnya sedangkan tubuhnya segera tergetar
mundur dua langkah ke belakang.
Sebaliknya Koan Ing pun terkena pukuIan dari Thian Liong
Thaysu sehingga terhuyung2 maju dua langkah ke depan,
darah segar muncrat keluar dari mulutnya diikuti tubuhnya
segera lari ke depan. Melihat kejadian itu, kedua belas orang hweesio dari Tat
Mo Tong itu jadi melengak semua dibuatnya, walaupun
mereka merupakan anak murid dari Siauw-lim-pay tetapi
dalam hati diam-diampun merasa rada menyesal.
Kejadian mereka dua belas orang harus menyerang seorag
dari angkatan muda sudah merupakan satu perbuatan yang
tercela, apalagi Thian Liong Thaysu yang sudah bilang tidak
turun tangan ternyata sampai terakhir malahan turun tangan
membokong dirinya, bukankah hal ini amat memalukan sekali"
Sembari menggunakan tangannya memegang mulut
lukanya, dengan ter huyung- kembali Thian Liong Thaysu
mundur dua langkah ke belakang, wajahnya berubah pucat
pasi. Dia yang melihat Koan Ing dengan paksa menahan rasa
sakit melarikan diri dari situ, sinar matanya segera menyapu
sekejap ke arah kedua belas orang hweesio itu.
"Hmmm cepat kalian tangkap dia kembali, tidak usah urusi
aku lagi." perintahnya dengan dingin.
Kedua belas orang hweesio itu jadi melengak, tetapi
sebentar kemudian bersama- sudah merangkap tangannya
memberi hormat lalu putar tubuh mengejar diri Koan Ing,
Koan Ing yang melarikan diri dari kepungan para hweesio
dari Siauw-lim-pay, walaupun luka yang dideritanya amat
parah tetapi kesadarannya belum pudar, dia tahu pada saat ini
dia harus berusaha untuk meloloskan diri diri kejaran para
hweesio-hweesio Siauw-lim-pay ini, mati ditangan mereka
sama sekali tidak ada harganya,
Karena itu mau tidak mau dia harus berusaha untuk tetap
hidup hingga dendam ayahnya berhasil dibalas.
Dengan sekuat tenaga dia melarikan diri ke depan, bahkan
hampir melupakan luka dibadannya.
Walaupun Koan Ing sudah berusaha untuk lari lebih cepat
tetapi bagaimanapun juga badannya yang menderita luka
membuat kecepatan larinyapun semakin berkurang, baru saja
mencapai dua li jauhnya, para hweesio dari Siauw-lim-pay
sudah pada mendekat. Koan Ing juga mendengar suara langkah di belakang
tubuhnya semakin lama semakin mendekat, dia segera
mengetahui kalau para hweesio- Siauw-lim-pay itu sudah
mengejar datang lebih dekat lagi.
Terpaksa dengan sekuat tenaga dia berlari lebih kencang
lagi ke depan. Mendadak terdengarlah suara bentakan yang amat keras
bergema datang dari belakang tubuhnya disusul berkelebat
sesosok bayangan manusia yang melancarkan serangan
dahsyat menekan kepalanya.
Koan Ing yang melihat kejadian itu dalam hati jadi amat
gusar sekali, tanpa memperdulikan lukanya yang diderita dia
bersuit nyaring, tubuhnya membalik tangan kirinya yang
mencekal pedang Kiem-hong-kiam segera menyerang ke arah
hweesio itu sedangkan tangan kanannya menotok jalan darah
dipelipisnya. Datangnya serangan tersebut amat cepat sekali, hweesio
itu sama sekali tidak menduga kalau Koan Ing berani putar
badannya memberikan perlawanan, hatinya jadi berdesir.
"Braaak....!" disertai suara ledakan yang keras pedang dari
Koan Ing sudah menembus dada hweesio itu sedangkan
kedua buah jarinyapun dengan amat tepat berhasil menembus
pada pelipisnya. Tetapi sesaat sebelum menemui ajalnya hweesio itupun
melancarkan satu cengkeraman
menghajar dada Koan Ing, saking beratnya cengkeraman
itu membuat tubuhnya jadi menempel
di sisi tubuh Koan In Pada saat itulah kesebelas orang hweesio lainnya sudah
tiba dikalangan dan mengurung Koan Ing rapat-rapat.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu itu Koan Ing cuma merasakan kepalanya amat
pening sekali, tetapi dia berusaha untuk jangan sampai jatuh
pingsan dia tetap bertahan sembari mencekal kencangkencang
mayat dari hweesio tersebut.
Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke arah
sebelas orang hweesio lainnya, mendadak sikut kanannya
menyambar ke depan, dengan disertai suara benturan yang
amat keras mayat hweesio itu sudah terlemparjatuh ketanah.
Darah segar segera mengucur keluar dengan derasnya
sedang dada Koan Ing pun terasa amat sakit masih untung dia
tetap sadar sehingga bisa bertahan beberapa saat kembali.
Dengan pandangan yang dingin dia memperhatikan
kesebelas orang itu alisnya dikerutkan rapat-rapat lalu dengan
dingin tantangnya lagi. "Siapa lagi yang berani maju?"
Kesebelas orang hweesio itu seketika itu juga dibuat
termangu-mangu disana, mereka adalah orang yang beribadat
sewaktu melihat keadaan yang amat mengerikan itu, tidak
terasa hatinya merasa bergidik juga.
Mereka juga melihat seluruh tubuh Koan Ing sudah
berlepotan darah segar bahkan boleh dikata merupakan
seorang manusia berdarah, hal ini benar-benar amat
menyeramkan sekali, untuk beberapa waktu lamanya tak
seorangpun diantara mereka yang mengucapkan kata-kata.
Dengan dinginnya Koan Ingpun memperhatikan orangorang
itu, kemudian dengan langkah lebar berjalan
meninggalkan tempat tersebut.
Dari antara kesebelas orang hweesio itu tak ada
seorangpun yang turun tangan menghalangi dirinya, mereka
cuma memandang ke arah mayat kawannya dengan tertegun.
Setelah berhasil meloloskan diri dari kurungan kesebelas
orang hweesio itu, sembari memegang kencang-kencang
dadanya, Koan Ing melarikan diri kembali ke depan.
Dia terus lari ke depan tanpa memperoleh gangguan lagi,
dalam hati diam-diam merasa heran. Pikirnya, "Kenapa
hweesio-hweesio itu tidak mengejar aku" Mereka takut aku
beradujiwa dengan mereka ataukah karena menurut
anggapan mereka aku pasti mati?"
Selamanya dia belum pernah membunuh orang, dan ini hari
adalah yang pertana kalinya. Walaupun hal ini dikarenakan
untuk melindungi dirinya sendiri tetapi wajah yang amat
menyeramkan dari hweesio itu sesaat menemui ajalnya selalu
saja terbayang kembali di dalam benaknya.
Saat ini dia tidak memikirkan apa-apa lagi, sekalipun ingin
berpikir, juga tak terpikir olehnya.... hatinya terasa kalut,
kacau dan bingung sekali.
Kini di hadapannya muncullah sebuah gua yang amat besar
dan gelap sekali, tanpa pikir lagi dia berlari masuk ke dalam
gua tersebut. Di dalam benaknya dia berniat untuk istirahat sebentar
disana. Tetapi agaknya gua itu sangat dalam sekali, walaupun dia
sudah berlari selama seperminum teh lamanya belum sampai
juga pada ujungnya. Semakin lama Koan Ing tidak kuat untuk bertahan lagi,
akhirnya dia berniat untuk istirahat saja di tempat tersebut.
Mendadak.... suara seseorang bergema datang dengan
dinginnya. "Siapa?"
Dalam hati Koan Ing raeiasakan hatinya tergetar amat
keras, dia sama sekali tidak menyangka kalau di dalam gua
tersebut ternyata masih ada penghuninya.
Pikirannya yang semula mulai pudar kini menjadi sadar
kembali oleh suara bentakkan itu, kepalanyapun segera
ditoleh kesamping. Tetapi suasana tetap sunyi senyap tak tampak sesosok
manusiapun, dia cuma menemukan adanya serentetan sinar
terang yang menyilaukan mata dan di tengah cahaya tersebut
mendadak terlihat ada sesosok bayangan manusia yang
menubruk datang. Koan Ing jadi sangat terperanjat, pedang Kiem-hong-kiam
ditaagannya dengan menggunakan jurus "Ci Cie Thian Yang"
dengan sekuat tenaga segera berkelebat ke depan
mengancam leher kiri dari orang itu. "Ilmu pedang yang bagus
"Puji orang itu dengan keras.
Mendadak tangannya berkelebat merebat datangnya
serangan pedang itu dengan menggunakan tangan kosong.
Koan Ing jadi sangat terkejut kesadarannya kembali
menjadi pudar, saat ini dia cuma mengandalkan kepercayaan
pada dirinya sendiri untuk menyerang ke depan. "Hmm kau
masih hendak membandel?" Bentak orang itu dengan gusar.
Di tengah sambaran tangan kirinya, dia segera merasakan
seluruh tubuhnya jadi kaku beberapa buah jalan darah
ditubuhnya sudah kena tertotok oleh serangan tersebut
sehingga tidak kuasa lagi dia sudah rubuh ke atas tanh.
Orang itu segera menggotong badan Koan Ing menuju ke
tempat semula. Sesudah membebaskan jalan darahnya yang tertotok dan
menutup mengalirnya darah didada dia baru meletakkan
kembals tubuh Koan Ing ke atas tanah,
"Kau ingin mencari mati" Darah didadamu terus menerus
mengalir keluar.... "
omelnya. Sambil berkata mendadak dia memungut kembali sesuatu
benda yang terjatuh dari dada Koan Ing, lalu menjerit kaget.
"Aaah.... pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie!" teriaknya.
Koan Ing jadi sangat terkejut, ketika dia angkat kepalanya
terlihatlah olehnya orang yang ada di hadapannya merupakan
seorang kakek tua yang usianya diantara lima puluh tahunan
dengan rambut putih yang terurai hampir menutupi separuh
bagian wajahnya. Ditangan kanannya pada saat ini mencekal sebilah pedang
Hiat-ho Sin-pie yang sedang ditelitinya dengan amat cermat.
Koan Ing jadi terkejut, menurut pengetahuannya orang
yang berhasil melatih ilmu khie-kangnya sehingga bisa
dikerahkan dan ditarik sesuai dengan kemauannya cuma
seorang saja yaitu si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong
yang sudah gila Dia sama sekali tidak menyangka sewaktu dia menderita
luka di tempat seperti ini kembali menemui seorang manusia
aneh yang memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi sekali.
Tetapi siapakah orang ini"
Lama sekali orang itu memperhatikan pedang pusaka Hiatho
Sin-pie tersebut kemudian gumamnya seorang diri,
"Pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie.... akhirnya aku berhasiljuga
melihatnya." Diam-diam Koan Ing menarik napas panjang-panjang,
tetapi dengan tarikan napasnya inilah dia merasakan seluruh
tubuhnya amat sakit saking sakitnya sehingga keringat dingin
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, bahkan saking
tak tertahannya hampir-hampir dia jatuh tak
sadarkan diri. Orang itu angkat kepalanya memandang terpesona ke arah
diri Koan Ing, lalu tanyanya secara tiba-tiba, "Kau baru saja
berkelahi dengan siapa sehingga terluka demikian parahnya?"
Koan Ing memandang sekejap ke arah orang itu tetapi
mulutnya tetap bungkam dalam seribu bahasa.
"Walaupun kau tidak suka berbicara akupun bisa tahu kalau
kau adalah anak murid dari Kong Bun-yu, lukamu terlalu parah
sekali, walaupun kau tidak bisa menyembuhkannya tetapi aku
bisa membantu dirimu untuk menyembuhkan luka tersebut
asalkan pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie ini kau serahkan
kepadaku." Koan Ing tertawa tawar, dia sama sekali tidak menduga
ada orang yang mengingini pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie ini,
tetapi entah siapakah orang ini sehingga mau membantu dia
untuk menyembuhkan Iukaanya?"
Ketika orang itu melihat Koan Ing tertawa tawar, dia sudah
salah menganggap kalau dia tidak mau mengabulkan usulnya itu, cepat-cepat
ujarnya lagi, "Bilamama lukamu tidak kau sembuhkan memiliki
pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie ini apa gunanya?"
Sekali lagi Koan Ing tertawa tawar lalu mengangguk, tetapi
sepatah katapun tidak diucapkan keluar.
Jilid 10 SEBETULNYA dia membawa Pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie
inipun tidak ada gunanya, sekalipun harus diberikan
kepadanya secara cuma2 tidak ada salahnya.
Ketika orang itu melihat Koan Ing menyetujuinya dengan
begitu cepatnya malah sebaliknya dibuat tertegun.
"Menurut keadaan yang sesungguhnya aku tidak
seharusnya menggunakan keadaan yang kepepet dari orang
lain untuk memaksa kau menyerahkan barang itu kepadaku,
tetapi sepasang kakiku sudah cacat, bilamana tidak ada
pedang Hiat-ho Sin-pie mi aku tidak akan berhasil memulihkan
kembali sepasang kakiku yang sudah cacat ini," katanya.
Sehabis berkata tampak dia termenung sebentar, kemudian
baru tambahnya lagi, "Kau suka menyerahkan ilmu silat dari
partai Hiat-ho-pay kepadaku, untuk mengucapkan terima kasih
ini selain aku akan menyembuhkan luka yang kau derita
bahkan aku turunkan juga ilmu silat yang di ketahui olehku
selama beberapa tahun ini."
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi melengak.
Kiranya ilmu silat dari partai Hiat-ho-pay disimpan di dalam
pedang Hiat-ho Sin-pie ini
Sebetulnya dia tidak mengetahui akan hal ini, bahkan
sekalipun tahu juga tidak ada gunanya, karena itu sekalipun
saat ini dia mengetahui kalau di dalam pedang Hiat-ho Sin-pie
itu termuat ilmu silat dari aliran Hiat-ho-pay tetapi hatinya
sama sekali tidak jadi menyesal barang sedikit pun juga.
Terdengar orang itu tertawa kembali.
"Kau orang sungguh Iucu sekali, siapa dirikupun kau tidak
tahu kenapa kau suka menyerahkan pedang ini kepadaku"
Kau tidak takut aku adalah jagoan dari kalangan hitam
Koan Ing tersenyum. "Soal dari kalangan lurus atau dari kalangan hitam tidaklah
penting, yang ingin aku ketahui adalah siapakah engkau?"
"Aku bernama Tong Phoa Pek, kemungkinan kaupun
pernah mendengar namaku ini dari orang lain," jawab orang
itu tertawa. Mendengar disebutnya nama tersebut Koan Ing jadi
terperanjat. Tong Phoa Pek"
mungkin dia adalah jagoan nomor wahid dari partai Thiansan-
pay pada dua puluh tahun yang lalu, "Thian Yang Siuw-su
atau si sastrawan seujung langit Tong Phoa Pek" Bagaimana
dia bisa muncul di tempat ini"
Dua puluh tahun yang lalu sewaktu kereta berdarah
munculkan dirinya untuk pertama kalinya, berpuluh-puluh
orang jago dari daerah Tionggoan bersatu padu untuk
mengerubuti kereta berdarah itu
Ketika kereta berdarah memasuki daerah Tibet dan
berpuluh-puluh orang jagoan itupun mengejar terus dengan
kencangnya, di tengah perjalanannya kembali berpuluh-puluh
orang jago luka maupun binasa.
Sehingga sewaktu tiba di daerah Sin kiang para jago yang
mengejar tinggal sebelas orang saja, tapi merekapun sejak itu lenyap tak berbekas.
Kereta berdarah kembali munculkan dirinya orang-orang
Bu-lim lantas mengambil kesimpulan kalau kesebelas orang itu
telah mati semua dan Tong Phoa Pek ini adalah salah satu
diantaranya. Selama dua puluh tahun lamanya dia tidak ada ujung
beritanya, tidak disangka hari ini bisa muncul disini.
Tampak Tong Phoa Pek mengerutkan alisnya rapata
kemudian tertawa. "Tempo hari sewaktu kami sebelas orang memasuki daerah
Tibet disana sepuluh orang pada mati ditangan pemilik kereta
berdarah tersebut sedang sepasang kakipun terhajar putus
oleh ilmu "Khet Sim Cen Khie" dari Jien Wong, untung saja aku
berhasil melarikan diri dan bersembunyi di dalam gua ini,
hee.... hanya dalam sekejap saja dua puluh tahun sudah
lewat." Dengan pandangan terpesona Koan Ing memperhatikan
Tong Phoa Pek, sungguh tak pernah disangka olehnya kalau si
sasterawan seujung langit yang tempo hari disebut sebagai
seorang jagoan kelas wahid dari Bu-lim kini sudah menemui
akibat yang amat mengerikan.
Dia tahu bukan saja kepandaian silat dari Tong Phoa Pek ini
amat tinggi bahkanjadi orangpun sangat baik dan disebut
sebagai seorang penolong yang budiman. Hanya saja
kepandaian silatnya tidak bisa memadai kepandaian silat dari
Kong Bun-yu sekalian, bagaimana mungkin hanya di dalam
dua puluh tahun ini kepandaian silatnya sudah memperoleh
kemajuan yang demikian mengerikan"
Tong Phoa Pek yang melihat Koan Ing terjerumus di dalam
lamunan, dia kembali tertawa. "Eeei.... kau tidak usah banyak
berpikir lagi, mari aku bantu untuk menyembuhkan lukamu."
Sambil berkata dia tempelkan telapak tangannya ke atas
telapak tangan Koan Ing lalu mulai salurkan hawa murninya
untuk menyembuhkan luka yang diderita olehnya.
Dengan perlahan Koan Ing pejamkan matanya rapat-rapat,
dia cuma merasakan adanya aliran hawa murni yang amat
lunak dengan tiada putus2nya mengalir masuk ke dalam
badannya membuat dia segera merasa amat segar dan
bersemangat sekali. Dimana hawa murni itu mengalir Koan Ing lantas
meratakan lukanya seperti telah disembuhkan sama sekali, dia
benar-benar kagum terhadap ilmu silat dari Tong Phoa Pek.
Tetapi diapun merasa amat terkejut ter hadap kedahsyatan
dari tenaga dalam yang dimiliki orang ini, sekalipun Sang Suim
sendiri belum tentu bisa memiliki tenaga dalam yang begitu
tingginya Dia merasa luka dalam yang dideritanya sudah sembuh
kembali, baru saja hatinya merasa kegirangan mendadak....
Dia merasakan tenaga dalam dari Tong Phoa Tek tiba-tiba
menggetar keras lalu disusul segulung hawa murni yang amat
panas sekali mengalir masuk dan mendesak terus ke dalam
tubuhnya. Koan Ing benar-benar amat terperanjat dia tidak mengerti
apa tujuan dari Tong Phoa Pek berbuat demikian
Ooo)*(ooO Bab 22

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TERDENGAR Tong Phoa Pek mendengus dingin, hawa
murninya agak sedikit tergetar lalu dengan dahsyatnya
menyusup masuk kembali Koan Ing dengan derasnya.
"Cepat kerahkan tenaga dalammu untuk mengikuti!" teriak
Tong Phoa Pek dari samping telinganya dengan suara yang
cemas. Koan Ing menurut dan salurkan hawa murni yang
menerjang masuk ke dalam tubuhnya itu.
Dia merasakan hawa murni yang amat panas itu segera
bersatu padu dengan hawa murninya sendiri, begitu bertemu
lalu dengan cepatnya berputar mengelilingi tubuhnya satu
lingkaran saja, dia sudah merasa tenaga dalamnya telah
mendapatkan kemajuan satu kali lipat.
Koan Ing tidak mengerti apa maksud Tong Phoa Pek
berbuat demikian terhadap dirinya, dengan perlahan dia
membuka matanya dan memandang ke arah Tong Phoa Pek
yang melihat wajahnya kini sudah berubah jadi pucat pasi
bagaikan mayat tetapi masih tersungging satu senyuman.
Tong Phoa Pek yang melihat dia sudah membuka matanya
lantas tertawa. "Tadi sewaktu aku salurkan tenaga dalamku untuk
menyembuhkan luka dalammu waktu itu aku menemukan
kalau di dalam badanmu sudah terkena semacam racun yang
tidak dapat disembuhkan lagi, bila mana aku minta pedang
Hiat-ho Sin-pie mu itu dengan begitu saja, dalam hati aku
merasa rada tidak enak. Karenanya aku lantas bagikan
separuh tenaga dalam yang berhasil aku latih selama dua
puluh tahun ini kepadamu"
Koan Ing jadi termangu-mangu, orang bilang Tong Phoa
Pek adalah seorang manusia baik-baik, ini hari dia baru
merasa percaya kalau perkataan tersebut sedikitpun tidak
salah bahkan boleh dikata hampir-hampir dia merasa tidak
percaya kalau di dalam dunia saat ini benar-benar ada orang
yang demikian baiknya. Tong Phoa Pek kembali tertawa.
Jika ditinjau dari luka dalam yang kau derita pada saat
inijelas musuh besarmu itu adalah seorang iblis pembunuh
manusia yang tak berkedip, kau boleh pergi membalas
dendam kepadanya sesaat sebelum racun yang bersarang di
dalam badanmu kambuh, dengan begitu sewaktu racun mulai
bekerja hatimupun sudah rada sedikit lega.
"Imiah hasil yang aku dapatkan dari anak murid partai
Siauw-lim-pay yang diperintah oleh Ciangbunjien," ujar Koan
Ing dengan suara yang perlahan.
Tong Phoa Pek jadi melengak, dia sama sekali tidak
mengira kalau semua orang yang melukai diri Koan Ing adalah
anak murid dari Siauw-lim-pay, tapi Thian Siang Thaysu
menduduki sebagai pimpinan dari tiga manusia genah, tidak
mungkin dia suka sembarangan melukai orang lain.
Walaupun pada masa yang lampau ada beberapa kali dia
berjodoh bisa bertemu muka dengan Kong Bun-yu dan
merasakan sifatnya amat congkak danjumawa tapi dia percaya
terhadap muridnya dia orang masih mengawasinya dengan
ketat keras, dia bukan seorang dari kalangan Hek To sudah
tentu muridnya tidak jelek bahkan diwaktu lampau diapun
menaruh rasa hormat terhadap diri Kong Bun-yu. Lama sekali
dia termenung kemudian sambil tertawa baru ujarnya,
"Akupun tidak ingin bertanya kepadamu apa sebabnya
sehingga terjadi peristiwa ini, tetapi aku percaya akan hatimu,
kau bukanlafa seorang manusia yang jahat cuma saja....
sifatmu rada sombong, cacat ini persis seperti apa yang
dialami oleh Kong Bun-yu tempo
hari, mudah melukai hati orang."
Koan Ing tersenyum, saat ini hatinya benar-benar merasa
kagum bercampur terharu terhadap diri Tong Phoa Pek
sehingga tak terasa lagi dia sudah jatuhkan diri berlutut di
hadapannya, "Terima kasih atas budi dari loocianpwee yang sudi
menolong jiwaku," ujarnya,
"Tidak usah.... tidak usah." Cegah Tong Phoa Pek sambil
tersenyum. "Tempo hari sewaktu aku berhasil melarikan diri
masuk ke dalam gua ini kebetulan di tempat ini aku sudah
temukan sejilid kitab ilmu pedang "Suo Siam Kiam Boh" yang
ditinggalkan oleh seorang iblis sakti yang pernah menjagoi
seluruh Bu-lim pada masa yang lalu, di samping itu terdapat
pula kepandaian silat hasil peninggalan dari "Bu-lim Kiam Sin"
atau si rasul pedang Yong Ci Teng, coba kau pergilah ke
belakang untuk pelajari seluruh ilmu pedang "Suo Sim Cap
Pwee Kiam" tersebut."
Koan Ing merasa agak ragu-ragu, dia tahu ilmu pedang
"Suo Sim Cap Pwee Kiam" adalah merupakan serangkaian ilmu
pedang yang terganas di dalam Bu-lim pada masa yang
lampau, pemiliknya si "Suo Sim Kiam" atau jagoan pedang
penghancur sukma Pek Li Si Beng bersama-sama dengan Bulim
Kiam Sin atau si rasul pedang Yong Ci Ceng telah lenyap
dan Bu-lim beberapa puluh tahun yang lalu, soal ini hingga
kini masih merupakan satu teka teki buat orang lain.... tidak
disangka merekapun ada disini.
"Kepandaian silat dari Yong Ci Teng terlalu mendalam dan
bukannya bisa dipelajari hanya di dalam sehari dua hari saja,"
ujar Tong Phoa Pek sambil tertawa. "Aku tidak bisa banyak
berbicara lagi dan harus cepat-cepat bersemedhi, kau pergi
lah berlatih dengan baik-baik setelah itu boleh keluar dari sini
tanpa perdulikan aku lagi"
"Terima kasih atas perhatian cianpwe!" seru Koai Ing
kemudian sambil bungkukkan badannya memberi hormat.
Tong Phoa Tek tersenyum dan pejamkan matanya kembali
sedang Koan Ing segera berjalan masuk ke dalam gua, terlihat
lah olehnya di atas dinding gua sudah terukir delapan belas
macam gaya ilmu pedang yang setiap lukisan terukir amat
dalam sekali di atas batu, jelas
orang yang melukiskan gambar2 itu memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna. Sinar matanya dengan cepatnya menyapu sekejap ke arah
gambar2 tersebut, hatinya terasa berdebar-debar dengan
amat kerasnya. Dengan kehebatan dari tenaga dalam yang dimiliki Koan
Ing pada saat ini terhadap segala macam ilmu silat asalkan
bisa melihatnya sekejap tentu dapat memahami, ditambah lagi
dia sudah pernah menghapalkan seluruh isi dari kitab pusaka
"Boe Shia Koei Mie" pemberian Song Ing, membuat daya ingat
terhadap kepandaian silat menemui kemajuan yang
pesat, Cukup hanya di dalam sekali pandang saja dia sudah bisa
mengetahui gaya mana yang lihay dan gerakan mana
sempurna. Keistimewaan dari ilmu pedang "Thian-yu Khei Kiam"
terletak pada keanehannya, setiap serangan yang dilancarkan
dengan ilmu tersebut bisa membingungkan pihak lawan arah
mana yang hendak dituju, tetapi kelemahannya bilamana
keistimewaan itu sudah diketahui orang maka perubahan jurus
akan menemui kemacetan2. Sebaliknya ilmu pedang "Suo Sin Kiam Hoat" ini jauh
berbeda sekali dengan ilmu padang "Thian-yu Khei Kiam",
bukan saja ganas, telengas bahkan amat cepat, disamping
itu terdapat pula jurus-jurus serangan yang dilancarkan
dengan menggunakan hawa pedang untuk menghajar musuhmusuhnya,
hal ini membuktikan kalau ilmu pedang inipun
rnerupakan ilmu pedang golongan atas.
Lama sekali dia memperhatikan gambar2 itu kemudian baru
dengan perlahan dilatihnya sekali.... dua kali.... tiga kali....
Dimana jurus pedang tersebut berkelebat disanalah hawa
pedang tersebar memenuhi angkasa, Koan Ing yang melihat
tenaga dalamnya memperoleh kemajuan yang amat pesat
dalam hati merasa semakin girang lagi.
Hanya di dalam sekejap saja tiga hari sudah berlalu dengan
amat cepatnya.... terhadap ilmu pedang "Suo Sim Kiam Hoat"
itupun Koan Ing sudah berhasil menghapalkannya.
Sewaktu dia keluar dari dalam gua. Tong Phoa Pek masih
duduk bersemedi sehingga dia tidak suka mengganggunya
lagi. Untuk melampiaskan rasa terima kasih yang meliputi
hatinya, Koan Ing lantas jatuhkan diri berlutut dihadapan
orang itu untuk menjalankan penghormatan setelah itu baru
berjalan keluar dari dalam gua,
Sesampainya diluar goa, hatinya merasa kebingungan,
kemana dia harus pergi" Lama sekali dia berdiri termangumangu
disana. Tiba-tiba teringat olehnya kalau semua orang pada
berangkat menuju ke sebelah Barat Mengapa dirinya tidak
sekalian pergi kesana" Ada kemungkinan di sana dirinya bisa
mendapatkan sedikit berita tentang diri Bun Ting-seng Berpikir
sampai di situ Koan Ing lalu berjalan menuju ke arah setelah
Barat, Lama sekali dia berjalan ke depan tapi yang tampak kecuali
permukaan salju nan putih, sedikit bayangan manusia pun
tidak tampak. Alisnya segera dikerutkan, sembari berjalan dia
menundukkan kepalanya berpikir,
"Haai.... mungkin di daerah Tibet saat ini sudah terjadi
kekacauan.... para jago Bu-lim sudah pada berdatangan
kemari.... " Dia berpikir.... berpikir terus, mendadak kepalanya
didongakkan ke atas. Seekor kereta yang tinggi besar dengan
kecepatan yang luar biasa berlarik Koan Ing jadi melengak,
kereta berdarah kembali munculkan dirinya!
Teringat akan lenyapnya Bun Ting-sengg dengan menaiki
kereta berdarah, dia lalu merasa dari kereta berdarah ini pula
ada kemungkinan dia bisa memperoleh sedikit jejaknya.
Bagaikan terbang larinya kereta berdarah berlari
mendatang hatinya rada bergerak, tanpa pikir panjang lagi
badannya segera melayang keangkasa dan menubruk ke arah
kereta berdarah. Di tengah mara ringkikan keempat ekor kuda berwarna
merah darah itu tubuhnya sudah melayang turun di atas
kereta, sedang telapak tangannya cepat-cepat disilang di
depan dada siap menghadapi serangan mendadak dari Jien
Wong si manusia tunggal dari Bu-lim itu.
Tetapi sebentar saja dia sudah dibuat tertegun.... Kiranya
kereta tersebut kosong melompong tak tampak sesosok
manusiapun. Kemana perginya Jien Wong si manusia tunggal dari Bu-lim
itu" walaupun dia rada gila tetapi dengan kedahsyatan dari
ilmu silatnya tidak bakal ada orang yang bisa mengapa-apakan
dirinya. Pikiran Koan Ing dengan cepat berputar, dia lantas menarik
tali les kuda itu untuk menghentikan Iarinya kereta berdarah
tersebut", agaknya pemuda ini bermaksud untuk melihat
keadaan yang sebenarnya. Tetapi sebentar kemudian dari arah belakang telinganya
dapat menangkap suara larinya kuda yang mengejar
mendatang. Koan Ing menoleh ke arah belakang, hanya d dalam sekali
pandang saja dia dapat melihat ada dua orang hweesio
dengan menunggang dua ekor kuda dengan cepatnya
mengejar datang dari arah belakang dan pada saat ini sudah
berada tidak jauh dari kereta berdarah tersebut,
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat,
walaupun dia dia tidak takut terhadap mereka berdua tetapi
hatinya rada benci. Tali les kudanya dengan cepat digetarkan kembali, keempat
ekor kuda itu sambil meringkik panjang segera berlari kembali
ke arah depan. Kedua orang pengejar itu mana suka melepaskan kereta
berdarah itu dengan begitu saja, dengan kencangnya mereka
melakukan pengejaran terus sejauh tujuh delapan li,
Diam-diam Koan Ing mulai merasa gusar, mendadak dia
menahan tali les untuk menghentikan larinya kereta, sedang
dalam hati diam-diam berpikir, "Hmmm.... nyali kalian berdua
sungguh amai besar, bilamana penghuni di dalam kereta pada
saat ini adalah Jien Wong sendiri sejak semula kalian sudah
pada modar." Hanya di dalam sekejap saja kedua orang pengejar itupun
sudah tiba, jelas kedua orang
hweesio itu sudah dibasahi oleh keringat yang mengucur
keluar dengan amat derasnya, cepat-cepat mereka silangkan
kudanya menghalangi perjalanan pergi diri kereta berdarah.
Koan Ing yang berada di atas kereta dengan dinginnya
lantas memandang ke arah kedua orana hweesio itu.
Sedang kedua orang hweesio yang melihat orang yang ada
di dalam kereta berdarah itu bukan lain adalah Koan Ing pada
melengak semua dibuatnya, untuk beberapa saat lamanya tak
sepatah katapun yang bisa diucapkan keluar.
Dari tempat jauh segera terdengarlah suara tertawa keras
yang amat memekik kau telinga, tampak sesosok bayangan
manusia dengan amat cepatnya menubruk datang.
"Hee.... heee.... apakah Thian Siang si hweesio tua itu
cuma mengirim kalian berdua saja?" taayanya dengan suara
yang serak dan mirip gembrengan bobrok itu.
Air muka kedua orang hweesio itu segera berubah sangat
hebat, jika didengar dari suaranyajelas orang itu bukan lain
adalah Toocu dari pulau Ciat Ie Too di lautan Timur, Ciu Tong
adanya Tubuh Ciu Tong dengan amat cepatnya berkelebat
mendatang, pada tangan kanannya mencekal sebuah tongkat
yang berwarna hitam pekat.
Hanya di dalam sekejap saja tubuhnya sudah berada
sangat dekat dengan tempat itu, ketika dilihatnya di dalam
kereta berdarah cuma ada Koan Ing seorang diri, dia jadi rada
melengak. "Dimanakah Jien Wong si manusia tung gal dari Bu-lim?"
tanyanya tak tertahan. Jien Wong si manusia tunggal dari Bulim
tidak ada disini, kereta berdarah ini
adalah milikku"jawab Koan Ing tawar,
Ciu Tong segera tertawa terbahak-bahak tubuhnya sedikit
bergerak tangannya dengan cepat sudah menyambar tali les
tersebut, kepada kedua orang hweeiio itu lantai ujarnya
"Kalian berdua pulanglah dan beritahu keoada si hweesio
gede, katakan saja kereta
berdarah ini mulai sekarang sudah menjadi milik aku orang


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciu Tong." "Ciangbunjien sebentar lagi akan tiba," sahut kedua orang
hweesio itu setelah saling bertukar pandangan sejenak.
Air muka Ciu Tong segera berubah sangat hebat,
"Kalian berdua apakah benar-benar tidak ingin pergi
dengan sendirinya" Kalian minta aku yang paksa kalian pergi?"
ancamnya. Kedua orang hweesio itu dengan amat tenangnya berdiri
tidak bergerak. Pada saat itulah kembaii ada dua orang bergerak
mendatang dan orang itu bukan lain adalah Ciu Pak serta Bu
Sian dua orang Dengan pandangan yang tercengang bercampur kaget
mereka berdua memandang sekejap ke arah Koan Ing,
agaknya kedua orang itu sama sekali tidak menyangka kalau
orang yang berada di atas kereta bukan lain, adalah diri Koan
Ing. Sewaktu melihat kedatangan kedua orang itu Ciu Tong
lantas berseru. "Usir pergi kedua orang hweesio itu!"
perintahnya. Koan Ing diam-diam mengerutkan alisnya, tangan
kanannya dengan cepat digetarkan untuk melemparkan Ciu
Tong ke samping. "Minggir!" bentaknya.
"Heee.... he.... Koan Ing, sungguh besar nyalimu!" teriak
Ciu Tong sambil tersenyum,
Diantara teriakannya yang amat keras badannya dengan
cepat menubruk ke arah Koan Ing sedang tangan kirinya
kembali menyambar ke arah tali les kuda itu.
Tangan kanan Koan Ing kembali digerakkan, dengan
menggunakan ujung cambuk kuda itu menghajar pundak Ciu
Tong. Serangannya kali mi disertai dengan tenaga dalam yang
amat dahsyat membuat Ciu Tong merasa hatinya berdesir,
dengan dahsyat dari tenaga dalam Koan Ing pada saat ini
bukankah sudah berhasil mencapai apa yang dimiliki Kong
Bun-yu tempo hari?" Pada permulaan Ciu Tong sama sekali tidak pandang
sebelah matapun terhadap diri Koan Ing, tidak disangka
karena ia berlaku sedikit gegabah hampir-hampir sajajatuh
kejurang, dengan cepat kakirya melancarkan tendangan
cambuk itu. "Sungguh dahsyat tenaga dalammu!" serunya dengan
dingin. Koan Ing pun tahu kalau serangannya tadi tidak bisa
mengapa-apakan diri Ciu Tong, tidak menanti dia orang
melancarkan tendangan, tangan kanannya cepat-cepat di tarik
ke belakang lalu melemparkan cambuk tersebut ke dalam
kereta. Ciu Tong yang tendangannya kembali mencapai pada
sasaran yang kosong hatinya rada sedikit melengak.
Perubahan jurus yang dilakukan oleh Koan Ing ini benarbenar
sangat luar biasa sekali membuat dalam hati dia mulai
menggerutu. Tubuhnya yang ada di tengah udara segera berjumpalitan
kemudian menubruk ke arah kereta.
Sejak semula Koan Ing sudah mengadakan persiapan,
tangan kanannya dengan cepat mencabut keluar pedangnya,
diantara berkelebatnya sinar keemas-emasan pedang Kiemhong-
kiam dengan mengubah jadi gerakan setengah busur
menghajar tubuh Ciu Tong.
Ciu Tong segera mendengus dingin, walaupun dalam hati
dia lagi menggerutu tetapi melihat datangnya serangan yang
amat dahsyat dari Koan Ing ini dia tidak berani berlaku
gegabah. Tangan kanannya dengan cepat diulapkan tongkat
ditangannya dengan disertai sambaran yang tajam
menghajarpergelangan tangan dari sang pemuda.
Saat ini tenaga dalam Koan Ing sudah memperoleh
kemajuan yang amat pesat dan bukanlah seperti tempo hari
lagi, pedang panjangnya segera disentil ke depan ujung
pedangnya menekan ujung toya dari Ciu Tong guna menahan
datangnya serangan tersebut, inilah yang dinamakan jurus
"Ban Sin Pek To" atau selaksa malaikat menenangkan ombak.
"Hmmmm.... Bangsat cilik ini berani adu kekerasan dengan
aku.... kurang ajar Ini hari aku harus menjajal sebetulnya
tenaga dalammu ada seberapa tingginya sehingga sikapmu
jadi begitu sombong" pikir Ciu Tong dalam hati.
Serangan yang sebenarnya bisa dihindar kini sebaliknya
malah dihadapi dengan keras lawan keras.
Begitu ujung pedang Koan Ing berhasil menempel ujung
toyanya dia terus bersuit nyaring, ujung pedangnya menekan
ke bawah sedang tubuhnya melayang keang kasa menginjak
toya tersebut pedang kiem-hong-kiam ditangan kanannya
dengan menggunakan jurus "Hiat cong Ban Lie" atau jejak
berdarah selaksa li mendesak Ciu Tong lebih lanjut.
Ciu Tong jadi amat terperanjat, kecepatan merubah jurus
dari Koan Ing benara berada diluar dugaannya, dengan di
injaknya uyung toya oleh Koan Ing segera membuat
keadaannya jadi kepepet. Terpaksa dia harus menarik kembali toyanya dan meloncat
turun, dalam hati Ciu Tong benara merasa terkejut bercampur
gusar, dengan kedudukannya sebagai salah satu anggota
empat manusia aneh ternyata tidak berhasil merebut kereta
berdarah itu, sebaliknya malah dipaksa turun oleh Koan Ing,
bukankah hal ini merupakan suatu hal yang amat memalukan
sekali" Dalam hati dia bermaksud untuk sekali lagi meloncat naik
ke atas kereta, tetapi pada saat itiYah ujung matanya dapat
menangkap berkelebatnya beberapa sosok bayangan yang
dengan cepat lari mendekat.
Orang itu bukan lain adalah Thian Siang Thaysu itu
ciangbunjien dari Siauw-lim-pay beserta anak muridnya,
Thian Siang Thaysu yang melihat kereta berdarah sudah
ada dihadapan matanya dengan cepat dia melayang datang,
tubuhnya laksana seekor burung bangau dengan cepatnya
melayang turun ke tengah kalangan.
Begitu tubuhnya mencapai permukaan tanah sepasang
matanya segera bisa menangkap kalau orang yang ada di atas
kereta berdarah itu bukan lain adalah Koan Ing adanya, dia
jadi melengak. Dari tempat kejauhan dia bisa melihat Ciu Tong lagi
bergebrak dengan seseorang di atas kereta, di dalam
anggapannya orang itu pastilah si Jien Wong manusia tunggal
dari Bu-lim itu, tidak disangka dugaannya ternyata meleset
orang itu adalah Koan Ing adanya.
Tetapi hal ini hampir boleh dikata tidak mungkin biia
terjadi, menurut apa yang dia ketahui Koan Ing lagi menderita
luka parah, bagaimana hanya di dalam waktu yang amat
singkat pemuda itu sudah berhasil memulihkan kembali
tenaganya" Apalagi dia harus bergebrak melawan Ciu Tong, hal ini
semakin membuat hatinya kebingungan.
Sinar matanya dengan cepat berkelebat sekejap sewaktu
dilihatnya di atas kereta berdarah hanya Koan Ing seorang
matanya lalu berkedip memberi tanda.
Ketiga puluh orang jagoan kelas wahid penjaga ruangan
Tat Mo Tong dikull Siauw-lim-si dengan cepatnya
menyebarkan diri dan mengurung diri Koan Ing.
"Hey hweesio gede, sungguh seru permainanmu ini," ejek
Ciu Tong dari samping sambil
tersenyum Thian Siang Thaysu melirik sekejap ke arah Ciu Tong lalu
mendengus dengan kasar. "Koan Ing sudah membinasakan anak muridku, urusan ini
sudah pasti haruslah aku yang
mengambil keputusan. Ciu sicu harap jangan ikut campur."
Sinar mata Ciu Tong berkelebat, dengan perkataan dari
Thian Siang Thaysu inijelas dia tidak pandang sebelah mata
pun kepada dirinya, di dalam anggapan Thian Siang Thaysu
terlalu sombong membuat hatinya jadijengkel.
"Heey hweesio gede!" serunya sambil tertawa seram,
"Urusanmu dengan diri Koan Ing aku Ciu Tong tidak akan ikut
campur, tetapi yang aku maui adalah Kereta berdarah ini.
Bagaimana kalau kau si hweesio gede berikan saja kereta
berdarah ini untuk aku bawa pergi?"
Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat, saat ini kereta berdarah
tidak berpemilik, bahkan siapapun boleh mendapatkannya. Dia
lantas tertawa tawar. "Ciu sicu Tahukah kau orang kalau kereta berdarah ini kini
sudah terjatuh ke tangan kami pihak Siauw-lim-pay?"
Mendengar omongan itu Ciu Tong jadi gusar, dia segera
menganggap Thian Siang Thayiu
dengan mengandalkan jago-jago penjaga ruangan Tat Mo
Tongnya untuk merebut kereta berdarah
itu dengan paksa hal ini membuat dia saking gusarnya lalu
tertawa terbahak-bahak, "Haa,.... haa perkataan dari kau si
hwesio gede sungguh menggelikan sekali, seharusnya akulah
yang mengatakan kalau kereta berdarah ini adalah milikku."
Dengan perlahan Thian Siang Thaysu menarik napas
panjang-panjang lalu merangkap tangannya di depan dada
dan tidak bergerak lagi. Ciu Tong yang melihat sikapnya itu segera mengetahui
kalau dia orang hendak menggunakan ilmu khie-kang "Sian Bu
Sian Thian Ceng Khio" untuk melancarkan serangannya, dia
tertawa dingin toya ditangan kanannya dengan cepat
diayunkan ke depan siap-siap menghadapi sesuatu. -
"lni hari aku orang ingia menjajal kepandaian Sian Thian
Ceng Khie dari kau si hweesio gede!" serunya dengan dingin.
Dengaa pandangan tajam Thian Siang Thaysu
memperhatikan diri Ciu Tong, mendadak hatinya merasa rada
tidak aman sinar matanya kembali menyapu sekejap ke arah
Koan Ing. Saat itulah dia dapat melihat sang pemuda dengan tangan
kiri mencekal tali les kuda dan tangan kanan mencekal pedang
sedang memandang ke arah mereka berdua
deaganpaadangan yang sangat dingin. Hatinya rada bergidik,
pikirnya, "Bilamana aku serta Ciu Tong sama-sama terluka
parah, apakah para jago penjaga ruangan Tat Mo Tong bisa
menahan serangan dari sipemuda aneh itu?"
Thian Liong Thaysu serta Hud Ing Thaysu adalah jago kelas
satu pula tetapi beberapa Ikali mereka tidak berhasil menawan
diri Koan Ing, dia tidak berani terlalu mengandalkan mereka
lagi apalagi di ujung pedang pemuda itupun sudah berlumuran
darah seorang hweesio dari Siauw-lim-pay.
Dia diharuskan menghadapi Ciu Tong pada saat ini atau
nanti adalah sama saja tetapi terhadap Koan Ing adalah
sangat berlainan. Setelah pikirannya berputar keras, dengan perlahan Thian
Siang Thaysu melirik sekejap ke arah diri Ciu Tong, pikirnya
kembali, "Ciu Tong manusia inipun tidak terlalu lihay, dengan
Thian Liong, Hud Ing di tambah ketiga puluh tiga orang anak
murid penjaga Tat Mo Tong agaknya masih bisa kuasai
dirinya." Tangan kanannya dengan perlahan diturunkan kembali,
sedang telapak kirinya di silangkan di depan dada, ujarnya
kepada diri Ciu Tong. "Bilamana Ciu sicu tidak suka mundur akupun tidak akan
memaksa tetapi aku akan peringatkan dirimu terlebih dahulu,
Ciu sicu bilamana kau suka mengundurkan diri pada
saat ini keadaan masih mengijinkan bahkan tidak akan
mengganggu persahabatan kita, tetapi bilamana tidak.... "
Ciu Tong tahu apa maksud dari perkataan Thian Siang
Thaysu ini, sinar matanya berkedip-kedip lalu tertawa
terbahak-bahak. "Haaa.... haaa.... bagaimana kalau kita tentukan saja siapa
menang siapa kalah dengan melibat siapa orang yang lebih
cepat mengalahkan diri Koan Ing?" katanya.
Dia sendiripun tahu bagaimana dahsyatnya tenaga dalam
yang dimiliki pihak Siauw-lim-pay, bilamana mengharuskan dia
seorang untuk menghadapi orang- itu dengan keras lawan
keras maka hal ini tidaklah terlalu menguntungkan dirinya
sendiri. Thian Siang Thaysu sendiri juga bukanlah seorang bocah
cilik, sudah tentu terhadap apa yang dimaksud Ciu Tong ini
diapun tahu, bilamana pihak lawan berani kenapa dirinya
tidak berani" Tetapi bilamana harus bertanding satu lawan satu dia
percaya walaupun tidak sampai dikalahkan tetapi bakal
menemui kerugian. Setelah berpikir sejenak akhirnya dia tertawa tawar.
"Demikianpun juga boleh," sahutnya kemudian.
Sehabis berkata dia menyapu sekejap ke arah Thian Liong
serta Hud Ing berdua. Ciu Tong tertawa terbahak-, tubuhnya dengan cepat
begerak menubruk ke arah diri Koan Ing sedang Thian Liong
serta Hud Ing pun bersama- bergerak dari kiri dan kanan
menghajar ke arah diri Ciu Tong.
Thian Siang Thaysu tertawa tawar, dengan menggunakan
saat itulah dia mengancam diri
Koan Ing, Ciu Tong yang melihat Hud Ing serta Thian Liong Thaysu
menubruk ke arahnya dalam hati merasa rada bergidik,
matanya dengan cepat menyapu sekejap ke arah samping.
Waktu itulah dia dapat menemukan kalau Boe Siao serta
Ciu Pak pun pada saat ini sudah terkurung rapat-rapat di
dalam kerubutan para hweesio Siauw-lim-pay,
Dalam hati dia benar-benar merasa amat gusar, di tengah
suara aumannya yang amat keras, toya ditangan kanannya
menyapu ke arah kedua orang itu sedang tubuhnya
melanjutkan tubrukannya ke arah kereta berdarah.
Thian Liong Thaysu serta Hud Ing thay su yang merupakan
jago-jago berkepandaian tinggi satu tingkat di bawah Thian
Siang Thaysu apalagi kini bekerja sama-sama bisa dihindari
dengan begitu mudah"
Melihat Ciu Tong berusaha untuk meloloskan diri dari
kepungan tersebut, mereka berdua lantas mengubah jurus
serangannya, Thian Liong Thaysu meloncat ke tengah udara
dan melancarkan babatan menghajar ke arah pundak Ciu


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong sedangkan Hud Ing Thaysu dengan mengerahkan ilmu
telapak Thay So Ingnya menghajar pundak kanan dari Ciu
Tong. Ciu Tong si iblis tua bukanlah manusia sembarangan,
sewaktu dilihatnya kedua orang itu sudah berubah jurus
serangannya, dia lantas tahu kalau keadaan tidak
menguntungkan, bila dia tidak cepat-cepat memutar
badannya, ada kemungkinan dirinya bisa dipaksa berada di
bawah angin oleh serangan kedua orang itu
Tubuh Thian Siang Thaysu laksana seekor burung bangau
dengan cepatnya menerjang ke depan diri Koan Ing
Sedangkan Koan Ing dengan amat ringannya sedang
memperhatikan keadaan situasi di sekeliling kalangan.
Thian Siang Thaysu mendesak semakin mendekat melihat
hal ini segera Koan Ing bergerak, tangan kiri yang mencekal
cambuk dengan cepat digetarkan ke depan sedang pedang
ditangan kanannya bergetar ke samping dan membentuk
gerakan setengah lingkaran menyambut datangnya diri Thian
Siang Thaysu. Thian Siang Thaysu segera mengerutkan alisnya, dia sama
sekali tidak menduga pemuda ini berani menyambut
kedatangannya dengan keras melawan keras.
Telapak tangannya segera membentuk satu lingkaran dan
menghajar ke atas pedang yang ada ditangan Koan Ing
tersebut. Demikianlah hanya di dalam sekejap saja mereka berdua
sudah saling serang menyerang sebanyak beberapa jurus
ditambah lagi goncangan yang ditimbulkan dari kereta
berdarah itu.... "Brak.... " pedang Kiem-hong-kiam ditangannya dengan
cepat berubah jadi gulungan sinar keemas-emasan yang amat
menyilaukan mata. Koan Ing mundur satu langkah ke belakang tetapi si
hweesio dari Siauw-lim-pay itu telah tergetar mundur.
Thian Siang Thaysu merasa gusar bercampur terkejut,
tenaga pukulannya tadi, dia orang sudah menggunakan
delapan bagian tetapi kena digetar mundurjuga oleh tusukan
pedang Koan Ing jelas tenaga dalam pemuda itu sudah
memperoleh kemajuan yang amat pesat.
Bahkan diantara berkelebatnya sinar keemas-emasan dari
tubuh pedangnya secara samar-samar
membawa hawa pedang yang amat tajam.
Dia tidak dapat percaya, perpisahan hanya di dalam tempo
tiga hari Koan Ing sudah memperoleh penemuan aneh lagi,
bagaimana kedahsyatan dari tenaga dalam yang dimiliki Koan
Ing diketahui amat jelas.
Dia tahu walaupun kepandaiannya amat menonjol di dalam
angkatan muda tetapi bilamana menghadapi jago-jago kelas
satu kepandaian dari pemuda itu sebenarnya masih belum
apaanya. Tetapi tenaga dalam dari Koan Ing sudah memperoleh
kemajuan amat pesat sekali, hanya di dalam sekejap saja dia
sudah jadi sangat lihay sekali.
Di dalam keadaaa terkejut bercampur gusar, Thian siang
Thaysu segera menjejakkan kakinya ke atas permukaan tanah
lalu di tengah bentakannya yang amat keras kembali
menubruk ke depan. Di tengah berkelebatnya bayangan itujubahnya yang
berwarna keabu-abuan sudah menggelembung kemudian
menghajar ke arah badannya.
Melihat gaya dari Thian Siang Thaysu ini Koan Ing merasa
hatinya rada bergidik. IImu Khie-kang "Siau Bu Sian Thian
Ceng Khie" merupakan tenaga pukulan penghancur gunung,
jelas Thian Siang Thaysu ingin membinasakan dirinya di dalam
pukuIan ini. Begitu sepasang telapak tangan dari Thian Siang Thaysu
didorong ke depan seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan
sambaran angin topan yang memekikkan telinga, diantara
mengamuknya salju yang pada beterbangan dengan
dahsyatnya menggulung ke arah diri Koan Ing.
Saat ini terpaksa Koan Ing harus menghadapi serangan
tersebut dengan seluruh tenaga.
Di tengah suara suitannya yang nyaring badannya
melayang ke depan meninggalkan kereta berdarah tersebut,
pedang Kiem-hong-kiamnya dengan sejajar dada lantas
ditusuk ke arah depan. Dimana tudingan ujung pedang tersebut, segera terlihatlah
segulung sinar keemasan berkelebat ke depan, inilah jurus "Ban Sin Sin Peng To" dari
ilmu "Thian-yu Jie Cap Su cau" yang dicampurkan dengan ilmu
pedang "Suo Si yi Cap pwe kiam" kehebatannya benar-benar
luar biasa sekali. Melihat kejadian tersebut Thian Siang Thaysu segera
merasakan hatinya amat terkejut, dengan perlahan dia
pejamkan matanya. "Tenaga pukulan berhawa khie-kangnya yang melanda
datang begitu bertemu dengan sinar keemasan yang muncul
dari ujung pedang Kiem-hong-kiam ditangan Koan Ing segera
menyebar ke kiri dan ke kanan membuat salju di atas
permukaan tanah pada beterbangan memenuhi angkasa.
Saat ini rubuh mereka berdua masih ada di tengah udara,
sepasang telapak tangan Thian Siang Thaysu satu Cun demi
satu Cun didorong ke arah depan
Sedang sinar keemas-emasan yang di pantul kan keluar
dari pedang Kien: Kong Kiam ditangan Koan Ing pun sedikit
demi sedikit menyusut ke belakang, dimana sambaran angin
berlalu segera menimbulkan desiran tajam yang memekikkan
telinga. Orang- yang lagi bertempur di atas permukaan tanahpun
saat ini pada dibikin terperanjat oleh kedahsyatan
pertempuran ini sehingga tanpa terasa sudah pada berhenti
bergebrak. Pertempuran dengan menggunakan hawa khie-kang serta
hawa pedang adalah satu cara bertempur yang sangat unik
danjarang sekali terjadi, sudah tentu hal ini menarik perhatian
semua orang. Ciu Tong sendiri sama sekali tidak percaya kalau tenaga
dalam dari Koan Ing bisa memperoleh kemajuan yang
demikian pesatnya, dia tak menyangka kalau dia bisa
bertempur melawan Thian Siang Thaysu itu ciangbunjin dari
Siauw-lim-pay, hal ini mungkin tidak bisa terjadi., tetapi dia
pun mau tak mau harus mempercayainya juga karena bukti
ada di depan mata. Kening Koan Ing sudah mulai dibasahi oleh keringat dingin,
sinarpedang yang dipancarkan keluar dari ujung pedang kiemhong-
kiam pun semakin lama semakin pendek tetapi semakin
bercahaya, dia tahu bilamana serangannya ini tak bisa
diterima olehnya dengan baik maka sebentar lagi dirinya akan
mati ditangan orang itu. Semua orang bisa melihat keringat dingin mulai mengucur
keluar membasahi seluruh tubuh Koan Ing sedang tubuhnya
pun mulai bergoyang tiada hentinya.
Sebaliknya kepala Thian Siang Thaysu ditundukkan semakin
rendah, sepasang telapak tangannya satu demi satu didorong
ke arah depan. Pikiran Ciu Tong dengan cepat berputar dia tahu memang
kalah sebentar lagi bakal terjadi dan Koan Ing pasti akan
menemui ajalnya ditangan Thian Siang Thaysu.
Walaupun dia merasa benci terhadap Koan Ing tetapi
kematian dari Koan Ing pada saat ini atau sepuluh hari
kemudian adalah tidak sama karena bilamana pemuda itu saat
ini juga mati maka kereta berdarah tersebut akan terjatuh ke
tangan pihak Siauw-lim-pay.
Pikiran tersebut dengan amat cepatnya berkelebat di dalam
benaknya, tanpa berpikir panjang lagi di tengah suara
bentakannya yang amat nyaring tubuhnya menubruk ke arah
depan, toya di tangannya dengan melancarkan satu serangan
dahsyat menghajar diri Thian Siang Thaysu,
Thian Siang Thaysu yang secara tiba-tiba mendapatkan
serangan bokongan sepasang matanya segera melotot lebarlebar,
tangannya didorong ke depan balas menghajar tubuh
Ciu Tong. Koan Ing yang kena terpancing oleh pukulan Thian Siang
Thaysu sehingga serangan pedangnya malah sebaliknya menyerang ke arah diri Ciu
Tong, hatinya merasa rada berdesir, berturut-turut dia
melancarkan tiga serangan sekaligus memunahkan serangan
tersebut. Ooo)*(ooO Bab 23 SEWAKTU dia menarik kembali serangannya dengan
menggunakan kesempatan itulah
tubuhnya meloncat ke atas permukaan tanah lalu lari
mengejar ke arah kereta berdarah tersebut.
Tubuh Thian Siang Thaysu maupun Ciu Tong begitu
mencapai permukaan tanah tanpa memandang sekejappun ke
arah pihak lawannya mereka segera pergi mengejar ke arah
kereta berdarah tersebut.
Tubuh Koan Ing dengan cepatnya berlari ke depan, dengan
tangan kanan mencekal cambuk kuda bagaikan kilat cepatnya
dia berlari ke arah depan membuntuti kereta berdarah itu,
hanya di dalam sekejap saja dia sudah berhasil menaiki kereta
itu kemudian melarikan keretanya semakin cepat lagi.
Beberapa puluh kaki di belakangnya tampaklah dua sosok
bayangan manusia dengan amat
cepatnya mengejar kencang. kemudian dipaling belakang
kembali tampak segerombolan manusia.
Kereta berdarah dengan cepatnya berlari di atas
permukaan salju, Koan Ing yang saling beradu tenaga dengan
Thian Siang Thaysu saat ini merasakan dadanya amat
mangkel sedang seluruh tubuhnya tak bertenaga.
Dia tahu bilamana dirinya tidak cepat-cepat meninggalkan
orang-orang itu maka bilamana sampai terkurung kembali
dirinya tidak bakal bisa meloloskan diri.
Kereta berdarah dengan gerakan yang amat cepat berlari
terus ke arah depan, mendadak kuda berwarna merah itu
meringkik panjang Koan Ing jadi sangat terperanjat dia tahu
tentunya kuda tersebut telah melihat akan sesuatu.
Baru saja dia berpikir sampai di situ mendadak terlihatlah
dari hadapannya berkelebat mendatang sesosok bayangan
manusia. Begitu tubuh orang itu berkelebat datang tangannya
dengan cepat menyambar ke atas tali les kuda.
Kuda berdarah itu kembali meringkik panjang, orang itu
dengan gusarnya lantas mendengus kemudian menahan
larinya kereta kuda itu. Sekali lagi Koan Ing merasa sangat terperanjat, tak
tersangka olehnya disaat dan tempat seperti ini hari dari
hadapannya kembali muncul seorang berkepandaian tinggi,
kecuali oranga dari tiga manusia genah empat manusia aneh
entah ada siapa lagi yang memiliki kepandaian begitu
tingginya" Ketika matanya memandang lebih jelas lagi, dia bisa
melihat orang itu bukan lain adalah si dewa telapak dari gurun
pasir Cha Can Hong adanya
Pada saat itulah Ciu Tong serta Thian Siang Thaysu pun
sudah pada mengejar sampai di tempat tersebut.
"Hee.... hee Cha Loo-te tidak kusangka kaupun bisa tiba di
tempat ini!" seru Ciu Tong sambil tertawa terbahak-bahak.
Begitu Cha Can Hong tiba maka Cing Cing, Ing Ing serta
istrinya pun pada tiba di sana.
Dengan tawarnya dia menyapu sekejap ke sekeliling tempat
itu lalu memandang Koan Ing dengan terpesona.
"Siauw-tan sudah jadi pendeta," ujarnya dengan perlahan.
"Apa?" teriak Koan Ing tertegun, dadanya seperti digodam
dengan martil besar. "Sang Siauw-tan jadi nikouw?" dia sama
sekali tidak menyangka kalau Sang Siauw-tan bisa mengambil
tindakan demikian, dia masih mengira nona itu sudah
melupakan dirinya, tidak disangka....
Dengan pandangan yang amat dingin Cha Can Hong
memperhatikan diri Koan lag, hanya di dalam sekejap ini dia
tidak dapat mengerti sebenarnya apa hubungannya antara
pemuda ini dengan Sang Siauw-tan" Agaknya pemuda ini ada
rasa cinta kepadanya tetapi seperti juga tak mempunyai
perasaan tersebut.... "Dia ada dimana" Aku mau pergi mencarinya!" seru Koan
Ing termangu-mangu. Cha Can Hong segera tertawa dingin.
"Siauw-tan sudah menaiki puncak Su Lie Hong dan
mengangkat Sin-san Soat-nie sebagai gurunya."
Koan Ing kembali melengak, Sin-san Soat-nie yang tinggal
di puncak Su Lie Hong adalah salah satu anggota dari tiga
manusia genah yang tempo hari terkenal akan kebajikan serta
keramah-tamahannya selamanya tak seorangpun yang tahu
dari mana berasalnya perguruan orang itu tetapi yang jelas
puncak Su Lie Hong melarang setiap orang lelaki untuk
memasukinya dan tak ada orang yang berani pergi kesana.
Tetapi.... Sang Siauw-tan sudah menaiki puncak Su Lie Hong.
Bagaimana dahsyatnya tenaga dalam yang dimiliki Sin-san
Soat-nie tak seorangpun yang tahu tetapi kebanyakan orang
percaya kalau kedahsyatan tenaga dalamnya tidak berada di
bawah dua manusia genah serta empat manusia aneh lainnya
bahkan jurus serangannya amat dahsyat sekali,
Ciu Tong memandang sekejap ke arah Cha Can Hong lalu
ujarnya sambil tertawa, "Cha Lote, perpisahan kita selama sembilan belas tahun ini
keadaanmu sungguh sudah berubah, tidak kusangka kalau
istrimu kiranya adalah Han Hay Cing Hong atau siburung hong
hijau dari Han Hay, Suto Beng Cu adanya, bahkan kedua
orang putrimu sudah demikian besarnya.
Cha Can Hong tertawa tawar, dia memandang sejenak ke
kiri dan ke kanan sedang dalam
hati merasa keheranan, bagaimana mungkin kereta
berdarah itu bisa jatuh ke tangan Koan Ing" Bahkan
memancing datangnya pengejaran dari Ciu Tong serta Thian
Siang Thaysu. Sewatu dilihatnya Koan Ing lagi berdiri termangu-mangu
seorang diri, alisnya segera dikerutkan rapat-rapat, dia tahu
manusia yang ada di dalam dunia kangouw adalah sangat
kejam dan berbahaya sekali, Koan Ing ini sudah berbuat salah


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhadap diri Sang Siauw-tan, jelas diapun adalah seorang
manusia jahat.... Cha Can Hong termenung berpikir sebentar, akhirnya
dengan dinginnya dia berkata, "Aku sudah menggunakan
burung merpati untuk laporkan urusan ini kepada Sang Su-im,
sebentar lagi dia bisa tiba disini untuk menyelesaikan urusan
ini sendiri dengan dirimu." Mendengar perkataan tersebut
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, pikirnya.
"Tidak.... aku harus pergi menemui sekejap Sang Siauw-tan.
Tali les kudanya segera digetarkan untuk menekan mundur
tenaga tekanan dari Cha Can Hong, setelah itu mengebutkan
talinya ke depan. Siapa tahu walaupun dia sudah berusaha keras, kereta itu
tak dapat bergerak juga karena sudah kena ditahan olah
tenaga sakti dari Cha Can Hong si dewa telapak.
Dengan tindakannya ini Cha Can Hong semakin jengkel, di
dalam anggapannya Koan Ing hendak melarikan diri.
"Koan Ing, kau hendak pergi dari sini?" serunya dingin,
"Cha sicu kenapa tidak sekalian binasakan saja keempat
ekor kuda tersebut?" sela Thian Siang Thaysu dari samping,
Cha Can Hong segera menoleh, terlihatlah olehnya anak
murid partai Siauw-lim-pay sudah pada mengurung tempat itu
rapat-rapat, alisnya segera dikerutkan rapat-rapat.
"Thaysu, kau ingin berbuat apa?" tanyanya dengan suara
berat. "Tahukah Cta Sicu, kalau Koan Ing su dah membinasakan
anak murid dari Siauw-lim-pay?" seru hweesio itu dingin.
Kembali Cha Can hong melengak di buatnya, sewaktu
melihat Koan Ing tidak jadi melarikan kereta kudanya,
melainkan duduk termenung, kembali dengan dinginnya dia
segera mendengus, pikirnya.
"Hmm.... orang ini adalah keponakan murid dari Kong Bunyu
sudah tentu pikirannya amat licik dan sangat berbahaya.
Dia termenung berpikir sebentar lalu ujarnya.
"Kalau memangnya demikian aku serahkan dirinya kepada
diri Thaysu, tetapi Sang Su-im sebentar lagi bakal datang anak
putrinya sudah jadi nikouw, dia pasti akan pergi mencari Koan
Ing untuk mencari balas."
Dengan dinginnya Thian Siang Thaysu mendengus sejak
semula dia sudah bentrok dengan diri Sang Su-im, bagaimana
saat ini dia suka untuk bersama-sama dengan dirinya untuk
memberi hukuman kepada diri Koan Ing"
"Lalu Cha sicu hendak berdiri di pihak pinceng sini atau
berdiri di pihak Sang Su-im sana?" tanyanya kemudian dengan
perlahan. Cha Can Hong jadi melengak, dia masih tidak mengerti apa
yang dimaksudkan oleh Thian Siang Thaysu itu.
Pada saat itulah terdengar Ciu Tong yang ada di samping
sudah tertawa tergelak, "Haaa.... haaa.... sejak dahulu mereka
berdua sudah tidak akur, apakah Cha Loo-te tidak mengetahui
akan urusan ini?" Mendengar perkataan itu Cha Can Hong jadi paham
kembali. Terdengar Ciu Tong sudah melanjutkan kembali katakatanya,
"Kita empat manusia aneh sama-sama mengangkat
nama sudah tentu tentang kereta berdarah ini harus
diputuskan dari kita empat oranng, sedang mengenai diri Koan
Ing mau dihukum mati atau tidak buat aku tidak ada usul apa
apa lagi, "Hmmm.... " dengus Thian Siang Thaysu dengan bertanya,
"Koan Ing baru saja memperoleh kereta berdarah, apalagi
tenaga dalamnya sudah berhasil dilatih hingga mencapai pada
taraf kesempurnaan, dia orang tidak boleh dibiarkan hidup
lebih lama lagi, soal ini biarlah dari pihak siauw-lim-pay kami
saja yang mengambil keputusan. Sang Su-im tidak usah ikut
campur lagi." Mendengar perkataan ini alis yang dikerutkan Cha Can
Hong semakin diperkencang lagi,
"Perkataan dari Thaysu ini apakah tidak terlalu sombong"
Kau terlalu tidak pandang sebelah matapun terhadap kami
orang-orang dari kalangan Bu-lim" serunya.
Sinar mata Thian Siang Thaysu dengan perlahan menyapu
sekejap ke arah diri Ciu Tong sekalian, dia tahu Suto Beng Coe
istri dari si dewa telapak dari gurun pasir itupun merupakan
satu musuh yang amat tangguh, dia merasa dengan kekuatan
tenaga dalamnya sendiri tidak mungkin bisa memperoleh hasil,
apalagi saat ini masih ada Koan Ing disana.
Sewaktu dia hendak menyingkir ke samping dan dilihatnya
Ciu Tong lagi memandang dirinya sambil tertawa dingin,
hatinya jadi amat gusar sekali, alisnya dikerutkan rapat-rapat.
"Pinceng pasti akan basmi dirinya." katanya dengan gesar.
"Kurang ajar, Thian Siang Thaysu jadi orang sungguh amat
sombong, semua adalah orang yang pada angkat nama
berbareng, kenapa dia harus berbuat demikian?"
Berpikir akan hal itu dia lantas tertawa tawar.
"Kalau memangnya Thaysu demikian ngotot, aku Cia Can
Hong hendak menangkap orang
itu." Thian Siang Thaysu tahu dirinya sudah menggusarkan Cha
Cian Hong tetapi dia tidak dapat berbuat apa apa.
"Kalau memangnya Cha sicu hendak berbuat demikian,
silahkan turun tangan."
Cha Cian Hong segera tertawa terbahak babak, tubuhnya
bergerak maju ke depan menubruk ke arah diri Koan Ing.
"Cha sicu, terimalah seranganku!" bentak Thian Siang
Thaysu dengan cepat. Pandangannya terhadap Cha Can Hong masih lumayan
juga, karenanya sewaktu hendak turun tangan, dia sudah
memberi peringatan dulu. Cha Can Hong menoleh tidak, pada saat itulah terdengar si
burung hong hijau dari daerah Han Hay, Suto Beng Coe sudah
membentak keras, sedang tubuhnya berkelebat ke depan,
berturut2 melancarkan tiga pukulan dahsyat menghajar diri
Thian Siang Thaysu. Thian Siang Thaysu jadi sangat terperanjat, dia sama sekali
tidak menyangka kalau Suto Beng Coe bisa melancarkan
serangan pada saat itu, bahkan keanehan dan kedahsyatan
dari angin pukulannya membuat dia orang mau tidak mau
terpaksa harus putar badannya menerima datangnya serangan
itu. Bilamana saat ini dia harus putar badan maka Cha Can
Hong akan menghajar diri Koan Ing dengan seluruh tenaga,
hatinya jadi merasa amat cemas, di tengah suara aumannya
yang amat keras tenaga khie-kang Sian Thian Ceng Khienya
dengan mengikuti gerakan telapak tersebut balas menghajar
diri Suto Beng Cu. Cha Can Hong yang mendengar datangnya sambaran angin
tajam hatinya merasa bergidik, sambil putar badan dia
membentak keras, berturut-turut telapak tangannya
melancarkan delapan belas buah serangan sekaligus, inilah
jurus Hwee Sah Cu Sak atau pasir terbang batu berjalan dari
ilmu Thay Mo Ciangnya yang sudah terkenal di seluruh Bu-lim,
Cha Can Hong yang melihat Thian Siang Thaysu ternyata
sudah menggunakan tenaga khie-kangnya untuk menghantam
sang istri, dengan gusarnya dia lantas balikan badannya kirim
satu pukulan. Seketika itu juga seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan
angin yang menderu-deru membuat napas terasa menjadi
sesak. Serangan dari Thian Siang Thaysu tadi sebetulnya hanya
ingin memancing agar Cha Can Hong suka menoleh.
Kini melihat dia sudah putar badan balas melancarkan
serangan dengan cepat telapak tangannya ditarik kembali ke
belakang" Pada saat itulah Hud Ing Thaysu sudah berkelebat ke
depan menghalangi din Suto Beng Cu.
Sinar mata Koan Ing dengan cepat berputar, tali les
kudanya mendadak disentakkan ke depan sehingga kereta
berdarah tersebut dengan cepafaya sudah menerjang ke arah
depan. Dengan gerakan yang amat ganas dari kereta tersebut
ternyata tak seorangpun yang berani menghalanginya,
Di tengah suara bentakan yang mengandung rasa terkejut
Ciu Tong, Cha Can Hong serta Thian Siang Thaysu tiga orang
bersama-sama berkelebat ke depan mengejar ke arah kereta
berdarah. Di tengah suara tertawa tergelaknya yang amat keras Ciu
Tong dengan menggunakan toyanya yang ada ditangan kanan
menghajar Cha Can Hong, tangan kirinya menghantam pula
ke arah Thian Siang Thaysu.
Mereka bertiga boleh dikata bersama-sama menginjakkan
kakinya ke atas kereta berdarah, tetapi dengan perbuatan dari
Ciu Tong yang ada diluar dugaan ini mereka berdua jadi
sedikit terhalang sehingga terlambat satu langkah dari diri Ciu
Tong. Begitu mereka berdua terjatuh ke permukaan tanah dengan
gusarnya segera melanjutkan
kejarannya ke depan. Sebaliknya Ciu Tong sendiri yang sudah ada di atas kereta
berdarah segera tertawa terbahak-bahak, walaupun jarak
mereka berdua dengan kereta berdarah cuma beberapa
langkah tetapi tidak bisa bakal menyandak.
Sewaktu Ciu Tong lagi tertawa tergelak dengan bangganya
itulah Koan Ing yang ada di depan sudah mendengar suaranya
itu. Pemuda itu agak ragu-ragu sebentar, dalam hati dia tahu
untuk meloloskan diri dari Ciu Tong bukanlah satu pekerjaan
yang gampang sehingga tanpa terasa lagi berpuluh-puluh
pikiran kembali berkelebat di dalam benaknya.
Koan Ing dengan tangan kanan mencekal pedang tangan
kiri memegang kemudi dia melarikan kereta berdarah tersebut
jauh lebih cepatnya menuju ke depan.
Mendadak tubuhnya meloncat ke atas kereta, sedang
pedangnya melancarkan tiga serangan sekaligus.
Ciu Tong yang melihat datangnya serangan dari Koan Ing
itu tidak jadi gugup dibuatnya, sejak tadi dia sudah menduga
akan datangnya serangan tersebut karena itu toya yang ada
ditangan kanannya dengan cepat dibabat ke depan
menghalangi datangnya serangan tersebut.
Koan Ing tergetar mundur dua langkah ke belakang, dia
tahu bilamana serangannya ini mencapai pada sasaran yang
kosong maka keadaannya sangat berbahaya sekali. Ciu Tong
segera tertawa terbahak-bahak kepada Koan Ing ujarnya,
"Bilamana kau suka melarikan kuda ini terus, aku masih tak
mengapa, kalau tidak.... Hmm kau harus tahu akupun bisa
memaksa kau untuk meloncat turun dari kereta ini."
Sinar mata Koan Ing berputar-putar, tubuhnya mendadak
meloncat kembali ke depan, sedang Kiem-hong-kiamnya
dengan menimbulkan sinar cemerlang menghajar tubuh Ciu
Tong. Ciu Tong si iblis tua dari lautan Timur itu lantas tertawa
dingin, dia tidak mengira kalau Koan Ing sambil melarikan
kudanya berani melancarkan serangan yang begitu gencar
kepadanya, dia yang pernah melihat pertempurannya dengan
Thian Siang Thaysu sudah tentu tidak berani memandang
terlalu gegabah kepadanya.
Tangan kanannya dengan cepat diayun ke depan, toyanya
dengan menimbulkan suara yang menderu-deru menghajar
pedang Kiem-hong-kiam dari Koan Ing.
Pemuda itu dengan terburu-buru lantas menarik kembali
pedangnya ke belakang, di tengah dengusan yang amat
nyaring pedangnya dengan menggunakan jurus "Ci Cie Thian
Yang" menghantam diri Ciu Tong serangannya ini sudah
menggunakan seluruh kemampuannya.
Ciu Tong dengan cepat miringkan toyanya kesamping,
agaknya dia sudah menduga kalau Koan Ing bisa
menggunakan jurus itu, karenanya sewaktu Koan Ing berganti
jurus toyanya sudah diangkat untuk menyambut datangnya
serangan itu. Koan Ing jadi amat terperanjat, dia sama sekali tidak
mengetahui kalau tempo dulu Ciu Tong pernah bertempur
sengit melawan diri Kong Bun-yu sehingga membuat dia orang
agak mengetahui tentang ilmu Thian-yu Kiam Hoat tersebut,
pengalamannya ini bilamana dibandingkan dengan Thian
Siang Thaysu memang rada berbeda dan dia memang jauh
lebih berpengalaman. Koan Ing yang melihat serangannya berhasil ditahan oleh
pihak musuh tangan kanannya dengan cepat dibabat
kesamping, pedang Kiem-hong-kiamnya dengan menimbulkan
suara yang nyaring lantas balik menusuk ke arah alis dari Ciu
Tong. Sinar mata Ciu Tong dengan cepat berputar, jurus
serangan Koan Ing ini ternyata jauh lebih lihay daripada ilmu
"Thian-yu Khie Kiam" dari Kong Bun-yu tempo hari.
Toya di tangannya dengan cepat membalik, dengan datar
menangkis datangnya serangan tersebut.
Saat ini kepandaian siiat dari Koan Ing sudah berhasil
dilatihnya hingga mencapai pada taraf yang sempurna, jurus
serangannya digunakan belum selesai tangan kanannya sudah
menarik ke belakang "He.... hee bocah, kau boleh terhitung sebagai jagoan
nomor wahid!" seru Ciu Tong tertawa.
Saat ini dia tidak berani pandang rendah diri Koan Ing lagi,
tangan kanannya dengan cepat dipentangkan lebar-lebar
toyanya bagaikan bayangan iblis dengan cepatnya mengurung
seluruh pedang dari Koan Ing membuat gerakannya jadi
kurang leluasa. Koan Ing jadi terperanjat, sebenarnya dia ingin menyerang
dan menarik kembali serangannya dengan gerakan cepat,
siapa sangka perubahan jurus dari Ciu Tong jauh lebih
dahsyat lagi, sehingga sewaktu dia sadar keadaan sudah
terlambat. Dia sadar tenaga dalamnya masih bukan tandingan dari Ciu
Tong, bilamana pedangnya sampai kena terhajar toya itu
maka pedang tersebut akan terpukul mental ke tengah udara.
Pikirannya dengan cepat berputar, tubuhnya mendadak
merendah, pedangnya disentil ke depan menjauhi datangnya
serangan dari Ciu Tong itu.
Ciu Tong segera mendengus dingin, toyanya bagaikan
ambruknya gunung Thay-san segera


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menindih dirinya, Ujung pedang dari Koan Ing yang kena tertempel dengan
toya pihak lawan tidak mau berdiam sampai disitu saja,
tangan kirinya berturut-turut menyentil ke depan, segulung
angin serangan dengan menggunakan kesempatan tersebut
meluncur ke depan menghajar Iambung dari Ciu Tong.
Sinar mata Ciu Tong yang terhalang oleh putaran toyanya
sendiri sama sekali tidak dapat melihat Koan Ing melancarkan
sentilanjari, Ketika dia mendengar datangnya angin serangan itu
hatinya jadi berdesir tak
tersangka olehnya kalau Koan Ing bisa menggunakan "Han
Yang Sin Ci" dari Sang Su-im. Dalam hati dia merasa kheki
bercampur gusar. "Hmmm Serangan yang bagus!" serunya dingin.
Sehabis berkata toyanya dimiringkan ke samping untuk
menghindarkan diri dari sambaran lima jari Koan Ing lalu
dengan meminjam kesempatan itu membentuk gerakan
lingkaran di tengah udara dan menghajar tubuh pemuda
tersebut. Kecepatan gerak dari Ciu Tong ini membuat Koan Ing
merasa hatinya rada berdesir, tubuhnya baru saja sedikit
bergerak toya dari Ciu Tong telah menyambar datang.
Dengan menggunakan kesempatan itulah kembali Koan Ing
melayang ke tengah udara lalu meluncur pergi.
Ciu Tong tertawa dingin, toyanya rada merandek lalu
kembali menyapu ke atas, di mana toya tersebut menyernbar
datang segera terasalah ada segulung angin menyambar dari
tiga jurusan mengancam tubuh Koan Ing.
Melihat hal tersebut pemuda itu jadi kerutkan alisnya rapatrapat,
pikirnya, "Aku tidak boleh menghindar terus seperti
begini, kalau begitu terus hal ini bukanlah satu cara yang
baik." Dia lantas bersuit panjang, pedangnya menekan ke bawah
menghajar ujung toya tersebut inilah yang dinamakan jurus
"Ban Sin Peng To" dari ilmu pedang "Thian-yu Khei Kiam".
Begitu pedang serta toya saling bertemu suara suitan pun
lantas berhenti, dengan sekuat tenaga dia menekan toya itu
ke bawah. Ciu Tong sendiripun cepat-cepat pusatkan pikirannya tidak
bergerak, toyanya dengan berat
menghisap pedang Kiem-hong-kiam dari Koan Ing, dengan
perlahan tenaga dalamnya makin diperberat, agaknya dia
bermaksud hendak menggetarjatuh dirinya dari atas kereta
berdarah tersebut. Kereta berdarah itu masih lari terus ke depan dengan
cepatnya, sedang orang yang ada di atas keretapun berdiri tak
bergerak, laksana dua buah patung arca.
Pada waktu itu Thian Siang Thaysu serta Ca Can Hong dua
orang sudah berhasil menyandak kereta itu beberapa depa di
belakangnya, sewaktu dilihatnya Koan Ing lagi melawan diri
Ciu Tong mati2an, dalam hatipun ikut merasa rada tegang,
mereka berharap kereta berdarah itu bisa bergerak lebih
lambat lagi sehingga ada kesempatan buat mereka untuk
meloncat naik ke atas kereta.
Dari wajah Ciu Tong perlahan demi perlahan muncullah
suatu senyuman, dia tidak perlu membinasakan diri Koan Ing,
asalkan bisa merubuhkan dirinya dari atas kereta berdarah itu
maka Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong yang lagi
mengejar dari belakang bisa membereskan nyawanya.
Mendadak Ciu Tong membentak keras, tubuhnya merendah
sedang toyanya disodok ke depan berusaha mendorong tubuh
Koan Ing dari atas kereta tersebut.
Koan Ing yang mendadak merasakan pedangnya menekan
pada tempat yang kosong hatinya jadi amat terperanjat,
tubuhnya dengan cepat bersalto beberapa kali di tengah udara
lalu ujung kakinya menutul pada pinggiran kereta.
Ciu Tong sama sekali tidak mengira kalau Koan Ing tak
berhasil dijatuhkan dari atas kereta, tangan kanannya dengan
cepat membabat ke arah depan menghajar tubuh Koan Ing.
Koan Ing yang baru saja berhasil mantapkan dirinya
mendadak melihat iblis tua itu kembali melancarkan serangan
dalam hati jadi merasa terkejut pedang panjangnya digetarkan
ke depan sehingga memancarkan sinar keemas-emasan,
ujung pedangnya bergetar berkelebat tiada hentinya ke
depan, inilah jurus untuk mempertahankan diri "Hay Thian It
Sian" atau langit dan lautan satu garis.
Melihat datangnya serangan bertahan dari sang pemuda,
Ciu Tong lantas mendengus dingin, dia tidak menyangka kalau
jurus "Hay Thian It Sian" yang merupakan jurus rahasia dari
Thay Mo Pay dia bisa memahami.
Berturut-turut dia melancarkan tiga serangan sekaligus
berusaha untuk mendesak sang pemuda sehinggajatuh dari
kereta. Tetapi tubuh Koan Ing pun seperti di pantek pada pinggiran
kereta itu sedikit pun tidak bergeming.
Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong yang melihat
kejadian tersebut hatinya merasa berdebar dengan amat
kerasnya, mereka tahu bilamana Koan Ing mundur satu
langkah ke belakang maka dia segera akan terjatuh dari atas
kereta dan bilamana kereta berdarah itu berhasil di kuasai
oleh Ciu Tong maka mereka harus membuang banyak tenaga
lagi untuk memilikinya. Tetapi bilamana ditinjau dari keadaannyajelas di dalam
waktu yang singkat semata tidak bakal terjatuh dari atas
kereta Waktu ini Thian siang Thaysu cuma mengharapkan Koan
Ing dapat bertahan sejenak lagi, sedangkan Cha Can Hong
yang melihat kekukuhan hati sang pemuda jauh melebihi
dirinya dalam hati mulai menaruh rasa kagum terhadap
dirinya. Saat ini pedang serta toya pada melengket jadi satu
membuat Koan Ing mau tak mau terpaksa harus mengadu
kekerasan. Sepasang kakinya masih menempel pinggiran
kereta dengan payahnya dia saling serang menyerang
sebanyak puluhan jurus. Dalam hati Ciu Tong merasa hatinya amat terkejut
bercampur gusar, di dalam keadaan begini bilamana sampai
dilihat oleh Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong, apa yang
bakal dikatai oleh mereka" Dirinya tak berhasil pukul rubuh
Koan Ing, Dengan gusarnya dia lantas meraung keras,
toyanya dengan kecepatan yang luar biasa menerjang ke
depan, jurus-jurus serangannyapun semakin ganas lagi,
agaknya dia bermaksud hendak menjatuhkan diri Koan Ing
jauh lebih cepat lagi. Melihat serangan yang begitu ganas pemuda itu jadi
berdesir, dia tahu datangnya serangan ini amat dahsyat dan
tidak mungkin dirinya berhasil bertahan lebih lanjut.
Pada saat itulah kuda berdarah tersebut kembali meringkik
panjang, sesosok bayangan hijau dengan kecepatan yang luar
biasa sudah berkelebat mendatang.
Begitu tiba di atas kereta orang itu lantas melancarkan
seranganjari menghajar punggung diri Ciu Tong.
Ciu Tong jadi amat terkejut, jika didengar dari
seranganjarinyajelas orang yang baru datang itu bukan lain
adalah Sang Su-im adanya.
Toyanya dengan cepat diputar sedemikian rupa menyapu
pergi datangnya angin serangan tersebut.
Tubuh Sang Su-im cepat-cepat bergerak mempertahankan
larinya kereta berdarah sehingga rada merandek, dan dengan
menggunakan kesempatan itulah tubuh Cha Can Hong
bergerak maju ke depan lalu mencekal erat-erat ujung kereta
dan menariknya kuat-kuat.
Sang Su-im yang muncul secara tiba-tiba lantas menyapu
sekejap ke arah keempat orang itu, tadi dari tempat kejauhan
dia bisa melihat pertempuran antara Koan Ing dengan diri Ciu
Tong, dia masih menyangka matanya yang kabur, tetapi
sekarang dia baru percaya pemuda itu benar-benar adalah
Koan Ing. Ooo)*(ooO Bab 24 DIA sama sekali tidak menyangka kalau Koan Ing, berani
bergebrak melawan diri Ciu Tong bahkan berada di atas
kereta berdarah pula. Sang Su-im sama sekali tidak menduga kalau urusan di
dalam dunia ini bisa terjadi begitu kebetulan, jika dilihat dari
tindakan si Dewa telapak dari gurun pasir Cha Can Hong serta
Thian Siang Thaysu yang lagi mengejar kereta berdarah, jelas
merekapun seperti lagi menghadapi Koan Ing.
Cha Can Hong sendiri merasa rada heran, dia merasa
bingung bagaimana mungkin Sang Su-im yang munculkan
dirinya lalu menolong diri Koan Ing, kenapa dia tidak
menghajar sekalian diri sang pemuda"
Waktu itulah berturut-turut Thian Liong Thaysu, Hud Ing
Thaysu, Suto Beng Coo, Ing Ing, Cing Cing serta para hwesio
dari Siauw-lim-pay pada berdatangan. "Sang-heng, apakah
kau orang sudah menerima suratku?" tanya Cha Can Hong
kemudian. Dengan perlahan Sang Su-im mengangguk, di dalam
sekejap itulah pada air mukanya sudah terjadi beberapa kali
perubahan yang mengandung rasa yang amat aneh entah dia
lagi merasa sedih, murung atau marah.
"Heeei soal ini bukan kesalahan dari Koan Ing, akulah yang
seharusnya merasa berdosa," sahutnya dengan perlahan.
Cha Can Hong jadi melengak, bukan kesalahan dari Koan
Ing" Dia tidak paham apa yang diucapkan oleh Sang Su-im itu
apa dia orang belum melihat jelas isi suratnya" hal ini tidak
mungkin terjadi! Dengan perlahan dia menarik napas panjang-panjang, lalu
menoleh memandang sekejap ke arah Koan Ing.
Tampaklah waktu itu pemuda tersebut lagi menundukkan
kepalanya, sepatah kata pun tidak diucapkan olehnya.
Si dewa telapak dan gurun pasir ini segera mengerutkan
alisnya rapat-rapat, dia tidak mengerti sebetulnya tudah
terjadi urusan apa. Terdengar Sang Su-im dengan perlahan menghela napas
panjang, ujarnya kepada Koan Ing, "Aku tahu paman Cha
pasti akan menaruh kesalah pahaman terhadap dirimu maka
itu aku mengejar datang kemari agar urusanjadi semakin tidak
karuan." Koan Ing yang melihat Sang Su-im sengaja datang untuk
menolong dirinya, di dalam hati merasa sangat berterima
kasih sekali, saat ini dia merasa dirinya dengan Sang Su-im
rasanya sudah ada satu ikatan batin, karenanya tak sepatah
kata pun di ucapkan kembali. Dengan perlahan senyuman
mulai menghiasi bibirnya,
"Aku sudah memperoleh kereta berdarah ini, mereka
datang merebutnya dari tanganku," katanya perlahan.
Sinar mata Sang Su-im rada bergerak, dia tersenyum lalu
menyapu sekejap ke arah Ciu Tong serta Thian Siang Thaysu
kemudian kepada Cha Can Hong ujarnya, "Cha Hian-te Koan
Ing adalah orang dari golonganku, kita harus membantu dia
untuk mempertahankan kereta berdarah ini"
Pada mulanya Cha Can Hong memang menaruh rasa
kesalah pahaman terhadap sang pemuda
bahkan hampir-hampir melukai dirinya, kini melihat dia
orang mempunyai hubungan yang sangat
erat sekali dengan Sang Su-im bahkan merupakan murid
dari Kong Boon Yu pula membuat dia
lalu tersenyum dan mengangguk.
"Hal ini sudah tentu."
"Hmm tetapi sayang urusan ini bukanlah bisa diputuskan
oleh kalian berdua saja," sela Thian Siang Thaysu secara tibatiba
sambil mendengus dingin. "Betul" timbrung Ciu Tong pula sambil tertawa. "Masih ada
aku si orang tua juga belum setuju."
Sang Su-im tertawa tawar, sinar matanya dengan perlahan
menyapu sekejap ke arah kedua orang itu.
"Perduli kalian setuju atau tidak, kali ini tidak ada bagian
buat kalian berdua!" serunya.
Thian Siang Thaysu yang merasa Ciu Tong pun ada
dendam dengan diri Sang Su-im sehingga dirinya punya
kawan seiring nyalinyapun semakin bertambah besar dia
lantas tertawa dingin. "Hmmm.... jangan omong begitu gampang, pokoknya ini
hari Koan Ing tidak bakal bisa kau
bawa" Cha Can Hong segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia
tahu agaknya ini hari harus terjadi suatu pertempuran yang
amat sengit dengan beberapa orang itu, matanya lantai
dikerlingkan memberi tanda kepada Suto Beng Cu.
Suto Beng Cu menyahut dengan membawa Cing Cing serta
Ing Ing mereka bertiga pada meloncat naik ke atas kereta.
Sang Su-im yang melihat tindakan dari Cha Can Hong ini
dia lantas mengetahui kalau dirinya hendak menyerang secara
tiba-tiba. "Tahan!" serunya cepat.
Sudah tentu Thian Siang Thaysu pun bisa melihat maksud
hati dari Cha Can Hong hendak mengadakan penyerangan
secara tiba-tiba itu, dengan terburu-buru diapun lantas
memberi perintah kepada anak muridnya.
Tetapi setelah mendengar suara teriakan dari Sang Su-im
ini diapun lantas berhenti.
"Heeey Hweesio gede!" seru Sang Su-im sambil tertawa
dingin. "Kekuatan dari Siauw-lim-si sungguh tidak jelek."
"Kenapa Sang pangcu tidak suka mencobanya sendiri?"
balas Thian Siang Thaysu dengan dingin.
Sang Su-im segera angkat kepalanya tertawa terbahakbahak
belum habis suara tertawanya bergema diangkasa dari
tempat kejauhan tampaklah segerombolan penunggang kuda
laksana bertiupnya angin dengan amat cepatnya sudah
bergerak datang. Sekali pandang saja Thian Siang Thaysu dapat melihat
kalau setiap penunggang kuda
dari kedua belas orang itu pada memakai mantel lebar,
mereka bukan lain adalah kedua belas orang pelindung hukum
dari perkumpulan Tiang-gong-pang hal ini seketika itu juga
membuat hatinya rada berdesir.
Telah lama tersiar berita kalau perkumpulan Tiang-gongpang


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merupakan satu perkumpulan yang paling besar di
daerah Tionggoan tetapi sejak memasuki daerah Tibet belum
pernah dia menemui seorang pun, tidak disangka pada saat
keadaan seperti ini kedua belas orang pelindung hukum dari
perkumpulan tersebut bisa munculkan diri disini.
Air mukanya segera berubah sangat hebat, hanya di dalam
sekejap mata kedua belas orang pelinduag hukum itu sudah
menerjang masuk dari kepungan para hweesio Siauw-lim-si
lalu mengadakan penjagaan di sekeliling kereta berdarah
untuk mengawasi gerak-gerik para hweesio.
Koan Ing yang melihat munculnya kedus belas orang
pelindung hukum tersebut tidak
kuasa lagi sudah berseru,
"Anak buah dari empek Sang baru untuk pertama kali ini
aku bisa menemuinya sendiri."
Sang Su-im tersenyum, walaupun dia berkedudukan
sebagai seorang pingcu dari suatu perkumpulan besar tetapi
sifatnya lebih suka menyendiri dan bebas laksana burung
bangau, walau kemanapun dia paling tidak suka membawa
pengikut tetapi dikarenakan pada saat ini Thian Siang Thaysu
dari Siauw-lim-pay sudah membawa pula hweesiojagoannya
untuk memasuki daerah Tibet memaksa dia mau tidak mau
harus menggerakkan juga kedua belas orang pelindung
hukum perkumpulan Tiang-gong-pang itu.
Dia mengirim satu senyuman kepada Koan Ing lalu
menoleh ke arah Ciu Tong serta Thian Siang Thaysu.
"Kalian berdua silahkan untuk turun dari kereta!"
perintahnya. Dengan dinginnya Thian Siang Thaysu mendengus, jika
ditinjau dan keadaannya pada
saat ini kecuali menerjang dengan kekerasan satuanya
jalan adalah mengaku kalah dan menarik kembali pasukannya.
Bilamana dia ingin menerjang kekar dengan menggunakan
kekerasan dengan kekuatannya pada saat ini kiranya tidak
mungkin bisa berhasil, bahkan malah ada kemungkinan besar
bisajatuh di bawah angin.
Apalagi saat ini kedua belas orang pelindung hukum dari
perkumpulan Tiang-gong-pang sudah munculkan dirinya,
bilamana secara gegabah dia menerjang dengan kekerasan
bukan saja bakal banyak anak muridnya yang akan terluka
bahkan rasa malu itu sukar untuk dipikul.
Tetapi sebaliknya jikalau menyuruh dia mengundurkan diri
dengan demikian saja hatinya masih rada tidak rela
Golok Yanci Pedang Pelangi 2 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Lambang Naga Panji Naga Sakti 5
^