Kereta Berdarah 8
Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 8
Sewaktu dia masih ragua itulah Ciu Tong sudah tertawa
terbahak-bahak. "Sang Su-im!" teriaknya. "Kiranya ini hari kau sudah
mengalihkan seluruh kekuatan perkumpulan Tiang-gong-pang
datang kemari" "Heee.... heee.... oranga dari pulau Ciat Ih To dari lautan
Timurpun bukannya tidak mengirim orang masuk ke daerah
Tibet, cuma sayang sebagian besar sudah terhalang" seru
Sang Su-im balas mengejek.
Ciu Tong jadi melengak, di dalam hati dia merasa sangat
menguatirkan kemanakah perginya anak buah dari pulau Ciat Ie To, apalagi diapun
tahu bilamana terus menerus berada disini bukanlah satu cara
yang baik untuk menghadapi musuhanya. Dia lantas tertawa
terbahak-bahak, "Haa,.... haa kalau begitu mohon diri lebih dahulu, untuk
sementara biarlah kereta berdarah itu terjatuh ke tangan
seorang boanpwee di bawah empat manusia aneh, lain kali
kita bertemu kembali."
Sehabis beikata toya ditangan kanannya sedikit menutul
permukaan tanah tubuhnya laksana seekor burung elang
dengan cepatnya melayang ke tengah udara lalu berlalu dari
situ bersama-sama Ciu Pak serta Bu Sian, Thian Siang Thaysu
yang melihat Ciu Tong berlalu terlebih dulu hatinya jadi
berdesir, dengan demikian kekuatan kedua belah pihak jauh
tidak seimbang, bilamana dia bermaksud untuk merebut
kereta berdarah itu maka hal ini tidak bakal biia terjadi lagi,....
Dalam hati dia menghela napas panjang, pikirnya, "Heei....
kenapa sampai sekarang Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien
dari Bu-tong-pay masih belum muncula juga, bilamana saat ini dia bisa
datang hal itu sungguh bagus sekali, kereta berdarahpun bisa
dihalangi." Berpikir sampai disitu dia lantas melayang turun dari kereta
berdarah dan berlalu menuju ke arah barat.
Para hweesio dari Siauw-lim-si lainnya sewaktu melihat
ciangbunjiennya sudah berlalu, sudah tentu merekapun tidak
berani mengurung kereta berdarah itu lebih lama lagi, mereka
bersamaa pada bubaran dan mengikuti diri Thian Siang
Thaysu berlalu dari sana.
Sang Su-im memandang hingga bayangan dari hweesiohweesio
Siauw-lim-pay itu lenyap dari pandangan lalu dengan
perlahan menoleh ke arah Koan Ing.
Di dalam hati dia merasa rada heran, tak disangka hanya
perpisahannya selama beberapa hari ini tenaga dalam dari
Koan Ing kembali memperoleh kemajuan yang demikian
pesatnya. Dia menoleh dan menghela napas panjang.
"Cha Hian-te!" serunya kemudian kepada diri si dewa
telapak dari gurun pasir. "Koan Ing sama sekali tidak salah,
nyawanya cuma tinggal sepuluhan saja, akulah yang memaksa
dia untuk berbuat demikian."
Dalam hati Cha Can Hong merasa hatinya berdesir tetapi
tak sepatah katapun diucapkan keluar.
"Apa?" Tiba-tiba terdengar suara jeritan kaget berkumandang
keluar dari sisi tubuhnya.
Ketika menoleh ke samping terlihatlah putrinya yang
terkecil Ing Ing lagi berdiri melongo-longo.
Melihat kejadian itu dia jadi melengak, lalu saling tukar
pandangan dengan Suto Beng Cu, di dalam hati mereka
berdua mulai merasa rada tidak tenang. Kiranya Cha Ing Ing
si dara cilik ini pun secara diam-diam sudah mencintai sang
pemuda Sang Su-im serta Koan Ing yang lagi memikirkan keadaan
dari Sang Siauw-tan sama sekali tidak pernah berpikir lebih
teliti lagi terhadap sikap yang aneh dari Ing Ing ini, air muka
mereka amat murung sekali.
Cha Ing Ing yang merasa dirinya sudah terlanjur berteriak
dengan cepat tutup mulutnya, tetapi sewaktu dilihatnya orang
tuanya lagi memperhatikan dirinya dia lantas tundukkan
kepalanya rendah-rendah. "Heeei.... kesemuanya adalah kesalahanku!" seru Koan Ing
tiba-tiba sambil angkat kepalanya. "Akulah yang sudah
mengambil keputusan untuk berbuat begitu."
Selesai berkata dia tundukkan kepalanya kembali dan
tambahnya, "Tetapi aku tidak tahu kalau Siauw-tan bisa pergi
menjadi Ni-kouw." "Lalu kenapa tidak sejak semula kau beritahukan soal itu
kepadaku!" tegur Cha Can Hong.
Koan Ing lantas tertawa. "Itu adalah soalku, bagaimana mungkin aku boleh
ceritakannya kepada orang lain?"
Selesai berkata dia tersenyum kembali, "Padahal tidak lebih
aku bakal kehilangan ilmu silat sedang badan merasa lelah
saja." Tidak usah dipikir panjang lagi, Cha Can Hong pun tahu
tentu hal itu disebabkan oleh permainan setan dari Ciu Tong,
bilamana benar-benar sampai kehilangan ilmu silat jika
ditinjau dari oranga kalangan Bu-lim hal ini jauh lebih tersiksa
daripada menemui kematian, dengan perlahan dia lantas
menundukkan kepalanya rendaha. Dia termenung berpikir
beberapa saat lamanya, lalu ujarnya, "Sekarang Siauw-tan
belum dicukur gundul, tetapi kalau sudah naik kepuncak Su Li
Hong maka berarti pula urusan ini tidak bisa ditarik kembali."
Mendengar perkataan itu Koan Ing semakin merasakan
hatinya tergetar amat keras. "Biarlah sekarang juga aku
berangkat menuju kepuncak Su Lie Hong" serunya.
"Bagaimana kau boleh pergi?" teriak Sang Su-im melengak.
"Sebenarnya aku sudah ambil keputusan untik mencari
dirinya, kini Siauw-tan belum dicukur gundul maka aku mau
pergi mencari dirinya!"
Sang Su-im, Cha Can Hong serta Suto Beng Cu pada
melengak. Puncak Su Lie Hong selamanya selalu di anggap sebagai
tempat yang keramat oleh para jago Bu-lim, apalagi disanalah
bertempat tinggal Sin-san Soat-nie membuat setiap orang baik
dari kalangan Hek To maupun dari kalangan Pek To pada
merasa hormat terhadap tempatnya.
Tidak disangka kini Koan Ing mau menerjang dengan
menggunakan kekerasan. Dengan sedihnya Sang Su-im menghela napas panjang....
"Heei.... bilamana kau sungguh berbuat demikian maka hal
ini sama saja dengan pelanggaran satu pantangan yang
terbesar di dalam dunia kangouw.... tetapi.... tetapi
sesukamulah" Dia tahu sekalipun masa hidup Koan Ing tidak akan lama
lagi, bilamana dia bisa berbuat demikian hal ini lebih bagus
lagi, biarlah dengan menggunakan waktu yang singkat ini dia
berbuat satu pekerjaan baik, menasehati Sang Siauw-tan
agarjangan menjadi nikouw.
Jilid 11 SEHABIS berkata Sang Su-im termenung sebentar lalu
sambungnya lagi, "Aku tahu kau masih ada urusan yang
belum diselesaikan. musuh besar pembunuh ayahmu Bun
Ting-seng bisa aku usahakan untuk pencariannya menanti
setelah kau kembali dari puncak Su Li Hong aku bisa
beritahukan kepadamu!"
Dia tahu Koan Ing adalah seorang yang berhati keras,
karena itu dia tidak mau bilang hendak mewakili dirinya untuk
mencari balas. "Terima kasih empek Sang!" ujar Koan Ing sambil
bungkukkan badannya memberi hormat.
Tubuh Cha Can Hong segera berkelebat bersama-sama
dengan Sang Su-im meloncat turun dari atas kereta.
Koan Ing lantas berpamitan kepada semua orang lalu ambil
sentakkan tali les kudanya dia berlalu dari sana.
Cuaca semakin lama semakin menggelap angin utara
berhembus dengan santarnya, bunga salju bertaburan dari
tengah udara membuat permukaan tanah menjadi putih.
Tampaklah sebuah kereta berwarna merah darah dengan
kecepatan yang luar biasa berlari menuju ke arah sebelah
timur. Puncak Su Li Hong terletak disuatu tempat lima li diluar
perbatasan Tibet. Koan Ing merasakan hatinya amat cemas dia merasa
kepingin cepat2 bertemu muka dengan Sang Siauw-tan
semakin cepat semakin baik, sekalipun puncak Su Li Hong
adalah sarang macan atau gua naga diapun tetap akan
menerjang kesana. Saat ini jaraknya dengan puncak Su Li Hong tinggal seratus
li saja, keempat ekor kuda berwarna merah darah itu dengan
tiada lelahnya berlari terus ke depan, dalam hati diam-diam
pemuda itu berpikir, "Aku harus melakukan perjalanan siang
malam, aku harus cepat2 tiba dipuncak Su Li Hong!"
Dengan cepatnya kuda itu berlari ke depan.
Saat ini cuaca semakin menggelap, kereta berdarah dengan
cepatnya menerjang masuk ke dalam sebuah selat yang
sempit, angin utara berhembus semakin kencang lagi.
Setelah memasuki selat itu baru saja berjalan sejauh
setengah li mendadak sinar matanya menemukan sinar api
yang berkedip2 diantara selat tersebut, tak terasa hatinya jadi
rada tertegun. Apa mungkin "Yu Ming Hiat Noe" atau Si Budak Berdarah
dari kegelapan hendak mencegat dirinya disana"
Koan Ing segera menggigit kencang bibirnya, urusan
sekarang sudah menjadi begini dia tidak mungkin lagi untuk
membalik. Apalagi jarak dengan puncak Su Li Hong tinggal seratus li,
disanalah Sang Siauw-tan sedang menerima siksaan batin, dia
harus cepat2 tiba di tempat itu.
Dari dalam ruangan kereta dia mengambil keluar sebuah
cambuk lalu tangan kanannya diajunkan ke depan.
Dengan menimbulkan bunga-bunga cambuk laksana
ledakan mercon dengan cepatnya bergema memenuhi
angkasa. Keempat ekor kuda itu meringkik semakin panjang lagi,
dengan cepatnya kuda2 itu bergerak ke depan.
Dari dalam selat itu mendadak berkumandang datang suara
tertawa dingin yang amat mengerikan sekali, suara tersebut
bergema tiada hentinya dan mendengung2 memantul ke
seluruh penjuru. Koan Ing hanya merasakan segulung hawa dingin yang
menusuk tulang menerobos masuk ke dalam punggungnya.
Cambuk panjang berputar dan berkelebat ditengah udara
sehingga menimbulkan berpuluh-puluh ledaKan bunga
cambuk, keempat ekor kuda itu berlari semakin cepat,
Di dalam sekejap seluruh selat sudah dipenuhi dengan sinar
api yang berkedip2 menyilaukan mata, diantara sinar kehijauhijauan
yang mengerikan keempat ekor kuda yang berwarna
merah darah itu segera berubah semakin menyeramkan
membuat suasana ojadi amat mengerikan.
"Heee.... heee.... Koan Ing!" tiba-tiba terdengar suara
leriakan disertai tertawa dingin berkumandang datang. "Cepat
tinggalkan kereta itu dan melarikan diri, kalau tidak jangan
salahkan aku akan turun tangan kejam terhadap dirimu."
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia tetap
melarikan kereta berdarah itu ke depan bahkan terhadap
suara ancaman itu sama sekali tak terpikirkan dihatinya.
Hanya di dalam sekejap saja kereta berdarah itu sudah
berlari kembali sejauh setengah li, tapi agaknya selat itu amat
panjang dan tak ada ujung pangkalnya walaupun sudah
berlari amat lama tak keluar juga dari selat tersebut.
Hatinya mulai merasa amat cemas, keringat dingin
mengucur keluar dengan amat derasnya.
"Koan Ing, cepat tinggalkan kereta itu!" kembali suara
tersebut bergema datang....
Agaknya suara itu berkumandang keluar dari samping
telinganya membuat dia merasakan pendengarannya
berdengung. Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, hatinya mulai
terasa terbakar. "Hey budak berdarah dari kegelapan bilamana kau punya
nyali cepat unjukkan diri, buat apa berbuat sembunyi2 seperti
cucu kura2! apa kau orang tidak takut ditertawakan oleh
orang-orang Bu-lim?" teriaknya dengan gusar.
Dari tengah selat kembali berkumandang datang suara
tertawa dingin yang amat menusuk telinga.
Koan Ing tidak suka banyak bicara lagi dia tidak mau ambil
gubris terhadap orang itu, kereta berdarahnya dilarikan
semakin cepat lagi. Di hadapannya kini muncul sebuah tikungan yang tajam,
baru saja kereta berdarah itu berbelok mendadak keempat
ekor kuda itu meringkik panjang dan pada berdiri.
Koan Ing jadi sangat terperanjat, dengan cepat dia
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu. Terlihatlah
jalan di depannya sudah terputus, sebatang pohon yang amat
besar sudah tumbang dan menghalangi perjalanannya.
Dalam hati dia merasa terkejut bercampur gusar, bilamana
bukannya keempat ekor kuda itu mundur dengan cepat
bakankah keretanya akan menumbuk pohon itu hingga
hancur" Dengan guiarnya dia lantas membentak keras, telapak
tangan kanannya dengan disertai tenaga lweekang yang lihay
segera melancarkan satu pukulan dahsyat ke depan.
"Braaak!" dengan disertai suara yang nyaring angin pukulan
tersebut dengan amat tepatnya menghantam pohon itu
sehingga ranting dan pohon pada berguguran.
Serentetan suara yang dingin dan tajam kembali
berkumandang datang memenuhi angkasa....
Koan Ing jadi melengak, terlihatlah olehnya di atas sebuah
tebing kurang lebih dua puluh kaki dari dirinya berdirilah
sebuah bayangan berwarna merah darah.
Walaupun di dalam hati Koan Ing sudah menduga akan
munculnya Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, tapi tak
urung hatinya merasa tegang juga.
"Koan Ing!!" Terdengar Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan berteriak sambil bertolak pinggang. "Aku tidak ada
s kit hati dengan dirimu, akupun tidak ingin menyusahkan
dirimu, asalkan kau suka melepaskan kereta itu untukku,
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka aku akan lepaskan jalan hidup buat dirimu."
Dia berbicara sambil dongakkan kepalanya ke atas karena
itu suaranya segera memantul keempat penjuru.
Ooo)*(ooO Bab 25 KOAN ING yang melihat sikap Si Budak Berdarah dari
tempat kegelapan sangat jumawa hatinya rada mendongkol,
dia tahu kepandaian silatnya jauh lebih tinggi satu tingkat dari
kepandaian silat tiga manusia genah empat manusia aneh
tetapi saat ini dia hendak menuju kepuncak Su Li Hong dia
harus melakukan perjalanan cepat karena itu kereta berdarah
ini tidak mungkin dapat diserahkan kepadanya.
"Kau masih pikirkan apa lagi?" terdengar suara dari Si
Budak Berdarah dari tempat kegelapan berkumandang lagi
dengan dinginnya. Sinar mata Koan Ing segera berputar memperhatikan
keadaan di sekitar tempat itu, dia mulai memikirkan cara-cara
untuk meloloskan diri dari sana.
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan segera
mendengus dingin. "Aku akan menghitung sampai tiga, bila mana setelah
angka ketiga kau orang tidak juga turun dari kereta itu
janganlah salahkan aku akan menghancurkan tubuhmu di
tempat itu juga!" Koan Ing menarik napas panjang-panjang dia mendengar
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan sudah mulai
menghitung angka pertama, dengan cepat keretanya ditarik
untuk mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hee.... heee.... kau jangan harap bisa melarikan diri dari
sini, dua!" seru Si Budak Berdarah itu sambil tertawa dingin,
Dengan cepat Koan Ing berkelebat dan melayang turun ke
belakang kereta itu. "Hmm! agaknya kau ingin merasakan kelihayanku!" bentak
Si Budak Berdarah dengan gusar.
Tidak menanti dia banyak berbicara lagi cambuk ditangan
kanan Koan Ing segera ia hajarkan ke atas tubuh keempat
ekor kuda berdarah tersebut.
Diantara suara ringkikan panjang keempat ekor kuda
segera menerjang ke depan.
ditengah suara bentakan yang keras Koan Ing segera
mengangkat kereta itu melewati halangan tersebut setelah itu
meloncat kembali ke atas kereta.
"Kau ingin melarikan diri?" teriak b dak berdarah dengan
keras. Diantara suara bentakannya yang amat mengerikan
tubuhnya meloncat turun dari atas tebing.
Koan Ing yang berhasil mengangkat kereta tersebut
melewati pohon menghalang itu keringat sudah mengucur
keluar membasahi seluruh keningnya pikirnya dihati,
"Aaaach.... sungguh mujur!"
Tubuhnya dengan cepat melayang ke atas, tali les kudanya
disentakan keras2. untuk kedua kalinya kereta berdarh itu
berlari dengan cepatnya menuju ke arah depan.
Ketika menoleh ke belakang Koan Ing segera merasakan
hatinya amat terperanjat, kiranya Si Budak Berdarah dari
tempat Kegelapan sudah meloncat turun dari atas tebing
setinggi dua puluh kaki, sepasang telapak tangannya yang
berwarna merah darah sudah dipentangkan siap-siap
melancarkan serangan sedang tubuhnya bagaikan seekor
burung elang dengan dahsyatnya menerjang ke arahnya.
Cambuk ditangan kanan pemuda itu dengan cepat diajun
ke belakang menghajar tubuh musuhnya.
Saat ini tubuh Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan
sudah melayang turun s tinggi satu kaki, melihat datangnya
serangan cambuk dari Koan Ing itu sepasang lengannya
sedikit bergetar, tubuhnya melayang lebih ke depan lagi,
diantara ajunan tangan kanannya dia telah mencengkeram
gagang cambuk itu. Saat ini Koan Ing cuma menginginkan cepat meloloskan diri
dari tempat itu, melihat cambuknya kena dicekal dengan cepat
dia lepas tangan, kereta berdarahnya segeia meluncur
semakin cepat lagi ke depan.
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa melepaskan cambuk tersebut,
dia agak melengak tapi sebentar kemudian tubuhnya kembali
berkelebat mengejar diri Koan Ing.
Koan Ing untuk kedua kalinya menoleh ke belakang,
sewaktu dilihatnya Si Budak Berdarah tetap mengejar terus
tiada hentinya bahkan kecepatan larinya semakin cepat
hatinya jadi sangat terperanjat.
Diam-diam pikirnya dalam hati.
"Aduuuh.... celaka, celaka! Bilamana sampai kecandak
maka aku tidak punya kekuatan lagi untuk meloloskan diri."
Mendadak satu pikiran berkelebat di dalam benaknya,
dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas sambil mencekal
pedang dia berdiri di atas atap kereta.
Sibdak berdarah dari tempat kegelapan yang melihat Koan
Ing meloncat ke atas atap kereta dia lantas tertawa dingin,
tubuhnya dienjotkan ke atas kemudian melayang ke arah atap
kereta tersebut. Saat itulah Koan Ing baru dapat melihat kalau di atas wajah
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan ini sebenarnya
memakai sebuah topeng berwarna merah darah, agaknya dia
tidak ingin orang lain melihat wajahnya yang sebenarnya.
Pedang Kiem-hong-kiam ditangan kanannya dengan
menggunakan jurus "Kioe Ku Ceng Jiet" atau sembilan busur
menggetarkan sang surja menyerang ke arah depan.
Diantara berkelebatnya sinar pedang yang menyilaukan
mata pedang Kiem-hong-kiam itu tiada hentinya
memperdengarkan suara dengungan yang memekikkan
telinga. Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan segera tertawa
dingin, tangan kanannya dipentangkan mencengkeram tubuh
pedang tersebat, inilah yang dinamakan ilmu Ing Jiauw Kang
dari aliran Siong Yang Pay yang amat lihay itu.
Melihat akan hal itu Koan Ing segera merasakan hatinya
tergetar ami! kara", jurus ini dia pernah melihatnya dari kitab
pusaka "Boe Shia Koei Mie" pemberian Song Ing.
Pedang Kiem-hong-kiam ditangan kanannya dengan cepat
digerakan, lalu membabat ke kanan. inilah yang dinamakan
jurus "Cing To To Ci" atau pulau hijau memupuk kepandaian,
Kiranya jurus ilmu silat dari ilmu pedang "Cing Shia Kiam
Hoat" ini justru merupakan jurus yang khusus digunakan
untuk memecahkan ilmu Ing Jiauw Kang dari aliran Siong
Hang pay. Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan segera tertawa
dingin, tangan kanannya menekan kebawah, lima jarinya
mencengkeram tubuh pedang Kiem-hong-kiam itu. gerakan
tubuhnya amat cepat membuat Koan Ing susah untuk
menghindar. Koan Ing segera merasakan hatinya rada berdesir, jelas Si
Budak Berdarah itu sudah menduga kalau dia bakal
melancarkan jurus tersebut.... dia tidak menyangka kalau
jurus serangan dari musuhnya ini secara samar-samar
mengandung ilmu sah cap lak Jien Na So dari aliran Bu-tongpay.
Dia merasa terperanjat kalau di kolong langit pada saat ini
ternyata masih ada orang yang bisa menggunakan ilmu Jien
Na So dari aliran Bu-tong-pay sehingga demikian
sempurnanya. kiranya kesempurnaan dan kecepatan geraknya
ini jauh melebihi dari Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien dari
partai Bu-tong-pay sendiri.
Pedang Kiem-hong-kiamnya segera menekan kebawah,
ujung pedangnya menunjuk kelangit, inilah jurus untuk
bertahan yang amat lihay Hay Thian It Sian atau satu garis
langit dan lautan. Baru saja Koan Ing melancarkan serangan itu sampai
dttengah jalan mendadak lima jari tangan kanan Si Budak
Berdarah menekan kebawah memunahkan separuh bagian
kekuatan dari ujuag pedangnya itu.
Dengan perbedaan dua coen inilah maka jurus bertahan
Hay Thian It Sian jadi terpecahkan.
Koan Ing benar-benar merasa hatinya sangat terperanjat,
agaknya Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan ini sangat
memahami ilmu silat aliran Bu-tong-pay, bukankah ilmu khiekang
tingkat tinggi dari aliran Bu-tong-pay"
Apa mungkin jurus serangan ini dia belajar dari diri Yuan Si
tootiang sewaktu tiga manusia genah mengerubuti dirinya
tempo hari" Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan yang melihat
jurus serangannya berhasil memecahkan jurus bertahan dari
Koan Ing tubuhnya bagaikan seekor ular dengan cepatnya
mendesak tubuh Koan Ing lebih hebat, telapak tangannya
dengan cepat menghajar dadanya.
Koan Ing benar-benar meresa amat kaget, dia sama sekali
tidak menyangka kalau musuhnya bisa menduduki posisi yang
membuat dia orang sama sekali tidak jelas, hatinya benarbenar
tertegun amat keras bahkan jauh lebih hebat rasanya
dibandingkan seWaktu untuk pertama kali dia menghadapi Ciu
Tong itu iblis tua dari pulau Ciet Ie To tempo hari.
Koan Ing kembali terdesak mundur dua langkah ke
belakang. Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan tidak
menyia-nyiakan waktu lagi dia lantas meloncat naik ke atas
atap kereta berdarah tersebut sedang tangan kanannya
dergan cepat menghajar dada Koan Ing
Dalam bati Koan Ing merasa amat terkejut, dia membentak
keras sedang pedang kiem-hong-kiam ditangan kanannya
digetarkan sehingga membentuk satu gerokan busur yang
amat besar mengurung tubuh Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan. Jurus serangan yang baru saja digunakan ini bukan lain
adalah d|urus Noe Ci Sin Kiam kaki kanannya bersamaan
Waktu maju ke depan merebut posisi kedudukan yang paling
menguntungkan bagi Si Budak Berdarah untuk menghindarkan
diri. Jarak antara Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan
dengan Koan Ing kini tinggal tiga depa saja, dan justru
serangannya ini mengancam titiK kelemahannya, tak kuasa
lagi dia kembali terdesak mundur satu langkah ke belakang.
Baru saja dia mundur tubuhnya sudah berada ditepi kereta.
dengan dinginnya dia lantas membentak keras dengan rambut
awut2an sepasang telapaknya kembali mendorong sejajar
dada. Segulung hawa pukulan disertai bayangan merah yang
menyilaukan mata segera bergulung dan menghajar tubuh
Koan Ing. Koen Ing merasa benar-benar sangat terperanjat.
bukankah serangan ini telah menggunakan ilmu khie-kang
aliran jahat Si Hiat Mo Kang yang amat dabsjat itu" Tempo
hari justru dikarenakan Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan mempelajari limu khei-kang aliran jahat ini maka
tiga manusia genah baru turun tangan bersama-sama, tidak
disangka ini hari dia menggunakan ilmunya itu juga untuk
menghadapi dirinya. Pedasg Kiem-hong-kiamnya digetarkan ke depan, diantara
berkelebatnya sinar pedang dia hanya merasakan daya hisap
dari sepasang tangan Si Budak Berdarah itu amat dahsyat
sehingga menusuk ke dalam tulang sum-sum.
Dia tidak berani bergebrak saling berhadap-hadapan lagi.
berturut-turut tubuhnya mundur dua langkah ke belakang
tangan kiri melancarkan lima kali serargan totokan jari.
Limaa gulung angin pukulan dengan dahsyatnya menghajar
ke arah sibudakberdarah. Si Budak Berdarah segera mendengus dingin diantara
berkelebatnya hawa khie-kang berwarna merah tawar
beberapa gulung serangan jari yang amat dshsjat itu segera
terhisap punah tanpa menimbulkan akibat apa pun juga.
Sekali lagi Koan Ing merasa hatinya sangat terperanjat,
pedangnya diangkat ke atas diantara berkelebatnya sinar
keemas-emasan yang menyilaukan mata hawa pedang
memenuhi angkasa. Hawa hisapan dari Si Hiat Mo Kang itu laksana benda
lengkat yang amat kental segera bertaburan dari ujung
pedang tersebut, Di dalam sekejap saja seluruh angkasa dipenuhi dengan
suara desiran angin tajam yang memekakkan telinga,
Koan Ing dapat merasa kalau tenaga lwee-kang yang
dimiliki oleh budak berdarah dari kegelapan ini jauh berada di
atas kepandaian Thian siang Thaysu, dengan ngotot dan
Susah pajajnya dia berusaha untuk menghindarkan diri dari
tenaga hisapan hawa khie-kang pihak musuh.
Si Budak Berdarah segera tertawa dingin, rambutnya yang
awut-awutan berkibar tiada hentinya ditengah angkasa sinar
mata yang amat ganas, kejam dan dingin berkelebat tiada
hentinya dari balik topeng berwarna merah darah itu agaknya
dia merasa tidak puas bilamana tidak berhasil membinasakan
diri Koan Ing di bawah serangan telapak tangannya.
Dengan pandangan terpesona Koan Ing berdiri tegak
disana, dia tahu bilamana masing-masing pihak beradu tenaga
dalam maka jangan sekali-kali menggunakan kegesitan badan,
karena bilamana dia coba menghindar maka pihak lawan
segera akan menekan lebih hebat lagi yang ada kemungkinan
bisa mengakibatkan kematian buat dirinya sendiri.
Apalagi ilmu iblis Si Hiat Mo Kang ini justru dapat
menghancurkannya yang amat dahsyat itu, bilamana dia coba
menarik kembali tenaga pukulannya maka tidak tertahan lagi
hawa murninya sendiri akan tersedot oleh pihak lawan.
Sinar mata pemuda itu mulai berkedip-kedip, dia sudah
mulai merasa tidak tahan lagi tetapi sekarang dirinya harus
berangkat kepuncak Su Li Hong, dirinya harus berusaha untuk
berusaha sehingga tidak sampai menemui kematian ditangan
musuh. Berbagai pikiran dengan tepatnya berkelebat menemui
benaknya, walaupun di dalam benaknya, walaupun di dalam
kitab pusaka Boe thia koeimie itu terbuat berbagai ilmu silat
dari partai besar yang ada di kolong langit tetapi sama sekali
tidak pernah menyinggung soal tenaga khie-kang serta hawa
pedang dua hal. Sambil menggigit kencang bibirnya dia bersuit panjang,
tubuhnya mendadak merendah dengan menempuh bahaya.
dia lantas melancarkan tenaga membentot menurut ajaran Butong-
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pay, pedangnya dicukil ke atas dengan menggunakan
gerakan Thian Ie Teh Tong,
Si Budak Berdarah dari kegelapan sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa menggunakan ilmu silat dari
aliran Bu-tong-pay sepasag telapak tangannya yang didoroog
ke depan ada separoh bagian sudah berhasil dihindar oleh
Koan Ing. Sekalipun demikian tidak urung separuh bagian pukulannya
lagi berhasil menghajar pundak kirinya.
Koan Ing segera mendengus 'sret', tubuhnya terpukul
mental oleh pukulan tersebut,
Untuk beberapa saat lamanya Si Budak Berdarah dari
kegelapan dibuat termangu-mangu, sebetulnya dia punya
maksud untuk membinasakan diri Koan Ing dengan
menggunakan tenaga hisapannya, tetapi keadaan tidak
mengijinkan terpaksa dia harus turun tangan melancarkan
pukulan. Sebetulnya diapun kepingin menambahi lagi dengan satu
pukulan, tetapi karena takut kereta berdarah itu lolos dari
tangannya maka tanpa pedulikan diri pemuda itu dia lantas
lari mengejar. Tubuh Koan Ing dengan menimbulkan suara yang amat
keras segera terjatuh ke atas tanah, pundak kirinya terasa
amat sakit sekali bahkan secara samar-samar terasa ada
segulung hawa dingin yang menusuk hingga ketulang
sumsumnya. tak kuasa lagi hatinya bergidik.
Dengan menahan rasa sakit perlahan-lahan dia merangkak
bangun, pundak kirinya saat ini sudah hancur dan
berpelepotan darah. Dia menarik napas panjang-panjang, lalu duduk bersila
untuk berusaha menggunakan hawa murninya menahan darah
yang mengalir semakin deras itu.
Kurang lebih seperminum teh kemudian dia baru bangkit
berdiri kembali. Luka dipundak kirinya semakin lama semakin erat, tetapi
dia masih berusaha juga untuk berangkat kepuncak Su Li
Hong dia harus bertemu muka dengan Sang Siauw-tan.
Koan Ing angkat kepalanya memandang ke kiri ke kanan.
dia tidak tahu dimanakah dirinya pada saat ini. tetapi sewaktu
bertempur seru melawan Si Budak Berdarah dari kegelapan di
atas kereta berdarah tadi dia masih mengingat dirinya menuju
ke arah Timur, tidak salah lagi kinipun dia lagi menuju ke
sebelah timur, Diam-diam dia menarik hawa murninya panjang-panjang
lalu pejamkan matanya rapat-rapat dalam hati dia mulai
merasa rada kecewa karena walaupun tenaga dalamnya
sendiri semakin hari semakin tinggi tetapi musuh yang
ditemuipun semakin lama semakin lihay,
Tetapi dia tidak mau berpikir lebih jauh yang penting. pada
saat ini adalah cepat2 menemui Sang Siauw-tan.
Koan Ing dengan cepat kerahkan ilmu meringankan
tubuhnya berlari menuju ke sebelah Timur.
Setelah sudah beberapa lamanya tampaklah sang surja
sudah mulai munculkan dirinya diufuk sebelah timur.
Hatinya semakin lama semakin cemas larinyapun semakin
lama semakin cepat, lewat beberapa saat kemudian cuaca benar-benar sudah
terang tanah sedang puncak Su Li Hong pun sudah terbentang
dihadapan matanya. Saat ini kepalanya mulai terasa pening, tetapi dia masih
bertahan dia harus cepat2 tiba di atas puncak Su Li hong itu
untuk menemui Sang Siauw-tan.
Beberapa saat kemudian tibalah pemuda itu di bawah
puncak, terlihatlah di atas sebuah batu cadas yang tingginya
ada beberapa kaki terukirlah "Su Li Hong"
Tanpa memandang lebih jauh lagi Koan Ing segera berlari
mendaki ke atas puncak tersebut.
Secara samar-samar dari atas puncak bergema datang
suara bertalunya genta yang amat nyaring dan memantul
keempat penjuru baru saja dia berjalan sejauh setengah li
mendadak dari balik pepohonan berkelebatlah keluar dua
orang nikouw berbaju putih.
"Sicu, harap berhenti!" serunya sambil merangkap
tangannya memberi hormat.
"Apakah Sang Siauw-tan ada di atas puncak?" tanya Koan
Ing sambil menyapu sekejap ke arah kedua orang nikouw itu.
Ni-kouw yang ada disebelah kiri memandang sekejap ke
arah Koan Ing lalu tegurnya; "Sicu, tahukah kau tempat ini
adalah puncak Su Li Hong" Semua orang lelaki perduli dia tua.
muda maupun kecil dilarang naik ke atas puncak, orang
perempuan yang naik ke atas puncakpun harus cukur rambut
jadi ni-kouw." "Cayhe sendiri juga tahu akan hal ini sahut Koan Ing sambil
tertawa pahit. "Tetapi aku harus pergi menemui Sang Siauwtan!"
"Kau ingin mencari Siauw-tan sumoay" Seru nikouw itu, dia
termenung sebentar lalu ujarnya lagi. "Saat ini Siauw-tan
sumoay sudah bersiap-siap hendak mencukur rambut
menerima pantangan, bilamana kau baru melanggar sampai di
tempat ini ada kemungkinan masih bisa balik lagi, tetapi
bilamana berani naik lagi maka jalan mundur bagimu tidak
akan ada lagi." "Kalau begitu silahkan suci berdua melepaskan aku naik"
ujar Koan Ing sambil tertawa.
Dengan pandangan terperanjat kedua orang nikouw itu
saling berpandangan sekejap, mereka sama sekali tidak
menyangka kalau pemuda yang menderita luka parah ini
berani menerjang naik ke atas puncak Su Li Hong.
Ni-kouw itu memandang sekejap ke arah diri Koan Ing lalu
menundukkan kepalanya. "Sicu!" ujarnya. "Lautan kesengsaraan tak ada ujung
pangkalnya menolehlah disana akan ditemui tepian, kami
berdua tidak bisa mengabulkan permintaan sicu, harap sicu
jangan terburu nafsu karena hal itu bakal menambahkan rasa
menyesal untuk selamanya."
Koan Ing yang mendengar perkataan itu segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat, bakal menyesal untuk
selamanya" Bilamana tidak dapat bertemu muka dengan Sang
Siauw-tan itulah baru merasa menyesal unluk selamanya.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak dari atas
puncak Su Li Hong kembali berkumandang datang suara genta
yang berbunyi bertalu2. Koan Ing yang takut Sang Siauw-tan keburu sudah cukur
rambut segera berteriak keras, "Kalau begitu maaf aku harus
menerjang!!" Baru saja dia selesai berteriak tubuhnya sudah melayang
melewati kedua orang ni-kouw tersebut.
Saking cepatnya gerakan itu sampai kedua orang ni-kouw
itu tidak punya kekuatan untuk menghalanginya, terpaksa
dengan pandangan melongo mereka memandang bayangan
punggung dari pemuda itu....
Koan Ing yang berhasil meloloskan diri dari cegatan kedua
orang Ni-kouw itu dengan gerakan yang amat cepat segera
berlari menuju ke atas puncak.
Beberapa saat kemudian.... mendadak terdengar suara
dengusan yang amat dingin bergema datang, seorang ni-kouw
berusia pertengahan dengan gerakan yang amat cepat sudah
menghalangi perjalanannya.
"Lemparkan pedang menyerah! pinnie ampuni nyawamu."
serunya dengan dingin. Dengan cepat Koan Ing merandek, tapi sebentar kemudian
tubuhnya sudah melanjutkan terjangannya ke atas, tangan
kanannya disilangkan di depan, siap-siap menghadapi sesuatu.
"Hmrm! nyalimu sungguh amat besar!" bentak nikouw
berusia pertengahan itu dengan dingin.
Ditengah suara bentakannya yang amat keras lima jari
tangannya segera dipentangkan mencengkeram pundak kiri
dari Koan Ing. Pundak kiri Koan Ing sudah terluka dan titik kelemahan
pastilah terletak dibadan sebelah kiri karena itu begitu turun
tangan dia lantas menyerang tubuh sebelah kirinya.
Sinar mata Koan Ing dengan cepat berkelebat, saat ini dia
harus membereskan musuhnya secepat mungkin.
Tangan kanarnya dengan cepat diangkat tanpa peduli
cengkeraman dari nikouw berusia pertengahan itu lagi dia
balas mengancam lehernya.
Nikouw berusia pertengahan yang melihat pemuda itu
sama sekali tidak mengambil gubris terhadap serangannya
benar-benar merasa amat gusar.
"Bangsat! sungguh sombong kau orang!" makinya.
Sekalipun begitu dia tidak ingin mengadu jiwa dengan diri
Koan Ing. Dia mendengus dingin, telapak kirinya dibabat menghadang
pukulan dari pemuda itu sedang telapak kanannya yang siap
hendak mencengkerami pundak kirinya berganti arah
menghajar wajahnya. Koan Ing dengan dingin memandang datangnya serangan
tersebut tangan kanannya tetap mengubah jurus. lima jarinya
dipentangkan dengan menggunakan telapak sebagai
pengganti pedang dia membabat ke arah tangan kiri Nikouw
berusia pertengahan itu. Bukannya berganti jurus, dia melanjutkan gerakannya hal
ini jelas memperlihatkan kalau kepandaian jauh lebih tinggi
dari Nikouw itu. Dalam hati nikouw berusia pertengahan itu merasakan
hatinya berdesir, dia sama sekali tidak menyangka kalau
kepandaian silat dari pemuda ini dahsyat, dia tidak berani
berlaku gegabah lagi telapak kanannya dengan cepat ditarik
sedang tubuhnya mundur satu langkah ke belakang.
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, lima jari tangan
kanannya mendadak disentil ke depan, lima gulung desiran
angin serangan yang amat tajam dengan cepat meluncur ke
arah nikouw berusia pertengahan itu.
Saking kagetnya air muka nikouw itu segera berubah jadi
pucat pasi bagaikan mayat. dia sama sekali tidak menyangka
kalau tenaga dalam dari Koan Ing jauh lebih tinggi dari pada
apa yang dipikirkan bahkan saat ini pemuda itu berada di
dalam luka berat. Sambil menjerit kaget tubuhnya dengan cepat menyingkir
kesamping. Dimana angin pukulan jari itu menyambar datang
jubah putihnya sudah tertembus lima buah lubang kecil, masih
untung Koan Ing tidak bermaksud melukai dirinya.
Walaupun begitu saking kagetnya keringat dingin sudah
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, dia berdiri
termangu-mangu disana beberapa saat lamanya.
Langkah kaki Koan Ing tidak mau berhenti sampai disitu
saja, tubuhnya dengan cepat berkelebat menerjang naik ke
atas puncak. Kembali lewat Beberapa saat lamanya, jalanan gunung
semakin lama semakin berbahaya.
Sewaktu dia melewati sebuah tikungan tebing tampaklah
seorang nikouw muda dengan argkernya sudah menanti
kedatangannya ditengah jalanan.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, baru
saja dia siap-siap menerjang ke atas mendadak nikouw itu
membuka matanya. "Apakah yang datang adalah Koan Ing Koan Siauw-hiap?"
tegurnya. Koan Ing jadi melengak, dia sama sekali tidak menyangka
kalau ada orang yang mengenali dirinya, dia lalu mengangguk
dan memperhatikan nikouw itu dengan pandangan tajam.
Nikouw itu memakai jubah warna putih dengan wajah yang
cantik hanya saat ini rada kepucat2an. jika dipandang dari
sikap serta wajahnya jauh berbeda dengan kedua orang
nikouw yang terdahulu, dia mempunyai satu pengaruh yang
memaksa orang untuk menaruh hormat kepadanya.
"Pinnie Ceng It. murid tertua dari Sin-san Soat-nie!" ujar
Nikouw muda itu dengan perlahan.
Sawaktu Koan Ing mendengar nikoW yang ada di
hadapannya saat ini adalah murid tertua dari Sin-san Soat-nie
hatinya rada kaget, walaupun saat ini dia bermaksud untuk
menerjang naik ke atas puncak, tidak urung sebagai
penghormatan terhadap nikouw muda itu dia mengurungkan
niatnya juga, "Ooouw.... kiranya Cing It suci!" serunya sambil
bungkukkan badan memberi hormat. "Koan Ing mempunyai
satu permintaan yang tidak sesuai harap suci suka
mengabulkannya." Dengan pandangan yang tawar Cing It memandang
sekejap ke arah pemuda itu lalu Katanya; "Setiap orang yang
menaiki puncak Su Li Hong rintangan pertama masih boleh
berjalan balik, tetapi bilamana telah menerjang masuk
rintangan kedua, yang lelaki harus dipapas putus sebuah
lengannya sedang yang perempuan harus cukur rambut jadi
nikouw. Tetapi bilamana bertemu dengan orang yang memiliki
kepandaian silat maka satu2nya keputusan adalah mati!"
"Tetapi aku harus menemui Sang Siauw-tan!" seru Koan
Ing dengan ngotot. Air muka Cing It masih tetap amat tawar, dia tidak
menggubris perkataan dari pemuda itu sebaliknya dengan
dingin sambungnya lagi, "Mengingat kau adalah keponakan
murid Kong Boen Yu dan paman gurumu itu mempunyai
ikatan persahabatan dengan suhuku tempo hari maka asalkan
kau orang melepaskan pedang dan minta maaf, suhuku akan
menyudahi urusan ini."
Koan Ing yang mendengar Cing It Nikouw berbicara
demikian, dalam hati lantas mengetahui kalau urusan ini tidak
bakal bisa diselesakan dengan cara damai, dia tertawa.
"Kalau begitu terpaksa aku harus menerjang dengan
menggunakan kekerasan!" serunya.
Dari pinggangnya Cing It Nikouw lantas mencabut keluar
sebilah pedang panjang siap-siap menghadapi sesuatu.
Koan Ing pun mencabut keluar pedang Kiem-hongkiamnya,
dia memandang sekejap ke arah Cing It Nikouw lalu
katanya, "Suci harap kau orang suka turun tangan lebih ringan
terhadap diriku" Dia bungkukkan badannya memberi hormat terlebih dulu
kemudian tubuhnya baru berkelebat menerjang ke depan.
Dengan cepat Cing It Nikouw menyingkir ke samping
pedang panjang ditangannya dengan cepat membabat ke
depan, serentetan sinar kehijau2-an berkelebat ditengah
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angkasa menabas jalan pergi dari Koan Ing.
Gerakannya amat dahsyat sekali sehingga mengejutkan
pemuda itu! Melihat datangnya serangan tersebut Koan Ing
mengerutkan alisnya rapat-rapat, pedang panjangnya
digetarkan sehingga mendengung amat keras, dengan
menimbulkan gerakan separuh busur dia membabat
datangnya serangan pedang dari Cing It ni-kouw itu, inilah
yang dinamai jurus "Ci Cie Thian ang."
Cing It nikouw yang untuk pertama kalinya harus bergebrak
melawan ilmu pedang Thian-yu Kiam Hoat hatinya merasa
rada berdesir juga, dia sama sekali tidak menyangka kalau
Koan Ing yang ada di hadapannya pada saat ini walaupun lagi
menderita luka parah tetapi tenaga dalamnya masih amat
dahsyat sekali! Diantara berkehbatnya bayangan putih berturut-turut dia
melancarkan tiga buah serangan tusukan yang setiap
gerakannya membawa hawa pedang yang amat dahsyat....
Dengan kedahsyatan dari tenaga dalam yang dimiliki Koan
Ing pada saat ini ditambah dengan banyaknya pengalaman
yang didapatkan sewaktu melawan musuh pada masa yang
lalu sudah tentu pemuda ini tidak bakal merasa jeri terhadap
ketiga buah serangan tusukan pedang dari Cing It nikouw ini.
Pedarg panjangnya segera disentil ke depan.... "Criiing....!"
dengan menimbulkan suara yang amat tajam dia menusuk alis
muka Cing It nikouw. Cing It nikouw menarik napas panjang. tubuhnya mundur
ke belakang sedang gerakkan pedangnya dari kedudukan
menyerang kini berubah jadi kedudukan bertahan. berturutturut
dia mengubah tiga buah gerakkan pedang untuk
menghalangi jurus serangan dari Koan Ing ini.
Ditengah suara sUitan yang panjang tubuh Koan Ing
berkelebat ke depan, pedang kiem-hong-kiamnya balas
melancarkan serangan ke arah Cing It nikouw dengan
menggunakan jurus-jurus "Thian Hong Si Lang" atau angin
langit meniup ombak! "Hay Ciauw Thian Yang" atau pojok laut
ujung langit, serta "Noe Ci Sin Kiam" atau gemas gusar
kebutkan pedang. Cing It nikouw yang melihat kedahsyatan tenaga dalam
Koan Ing walaupun berada dalam keadaan luka berat masih
berada jauh diatasnya, dengan cepat pedangnya dikebaskan
ke depan, sedang tubuhnya tergetar mundur selangkah demi
selangkah ke arah belakang.
Begiiu Koan Ing berhenti bersuit pedangnya sudah berhasil
menekan ujung pedang dari Cing It nikouw, inilah jurus
serangan "Ban Sin Ping To" atau selaksa malaikat
menenangkan ombak. Pedang panjang ditangan kanan Citig It nikouw yang
terkena tekanan kini tak dapat maju maupun mundur tetapi
air mukanya sama sekali tidak memperlihatkan rasa gugup
maupun terkejutnya. Sebenarnya Koan Ing mempunyai maksud untuk paksa dia
untuk melepaskan pedang tetapi sewaktu angkat kepalanya
dan memandang sinar matanya yang berkedip2 entah
mengapa hatinya merasa berdebar amat keras, dia merasa
ada suatu perasaan yang sangat aneh.
Pedangnya segera miring kesamping, dengan meminjam
kesempatan tenaga pantulan ke samping itulah Cing It nikouw
cepat2 berjumpalitan beberapa kali ditengah udara untuk
melenyapkan tenaga tekanan ditubuhnya kemudian melayang
turun ke atas tanah. "Terima kasih atas kemurahan hati suci!" ujar Koan Ing
kemudian sambil bupgkukkan badannya memberi hormat.
Cing It nikouw sendiripun tahu kalau Koan Ing tidak
bermaksud untuk paksa dia melepaskan pedang, melihat
pemuda itu menjura kepadanya diapun lantas balas memberi
hormat. "Sute harap suka baik-baik berjaga diri, semoga kau
berbasil mencapai keinginanmu",
Koan Ing lantas putar tubuh dan berlari menuju ke atas
puncak. Dikarenakan adu tenaga dengan Cing It nikouw baru2 ini
pemuda tersebut merasakan kepalanya mulai pening.
Dia tidak ingin sampai Cing It nikouw melihat keadaannya
yang amat mengenaskan itu. setelah berputar satu pojokan
gunung dia baru mencekal dinding batu untuk menahan
badannya, saat ini keringat dingin mengucur keluar terus
dengan amat derasnya, pandangannya jadi gelap hampirhampir
tidak kuasa untuk mempertahankan diri.
Dia mulai pejamkan matanya untuk beristirahat, setelah itu
sambil menggigit kencang bibirnya dia meneruskan
perjalanannya naik ke atas puncak, dia takut bilamana sampai
sedikit terlambat maka selamanya akan menyesal.
Setelah berjalan sampai di atas puncak matanya mulai
memandang ke kanan memandang ke kiri memperhatikan
keadaan di sekeliling tempat itu.
Di atas puncak gunung Su Li Hong berdirilah sebuah kuil
yang amat megah, di depan pintu kuil duduklah seorang
nikouw berbaju putih dengan amat tenangnya, keadaan di
sekeliling tempat itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun. Selangkah demi selangkah Koan Ing maju ke depan,
terlihatlah olehnya seluruh tubuh nikouw berbaju putih itu
berwarna putih bersih laksana salju dan saat ini sedang
memejamkan matanya duduk disana, agaknya dia sama sekali
tidak melihat munculnya Koan Ing disana.
Tetapi sekali pandang saja Koan Ing sudah tahu kalau
orang itu bukan lain adalah Sin Hong Soat-nie.
Dengan cepat pemuda itu jatuhkan diri berlutut di
hadapannya. "Boanpwee Koan Ing menghunjuk hormat buat Soat-nie!"
serunya. "Ada maksud tujuan apa kau datang kemari?" tanya Sin
Hong Soat-nie sambil membuka matanya.
Dengan perlahan Koan Ing mendongakkan kepalanya,
terlihatlah olehnya sepasang mata nikouw yang berwarna
hitam laksana intan permata memancarkan cahaya yang
gemerlapan. Hatinya jadi merasa rada tergetar. Dia tidak
menyangka kalau pada masa yang silam Sin Hong Soat-nie
adalah seorang gadis cantik.
Dia tidak berani melihat lagi, cepat2 kepalanya ditundukkan
rendah-rendah. "Boanpwee datang kemari hendak menemui Sang Siauwtan."
"Kau orang bukannya tidak mengetahui peraturan dari
puncak Su Li Hong ini, kenapa nyalimu begitu besar?" Teriak
Sin Hong Soat-nie dengan dingin.
"Aku harus menemui dirinya, tidak perduli bagaimanapun
aku harus bertemu muka dengan dirinya!"
Sinar mata Sin Hong Soat-nie dengan perlahan menyapu
sekejap ke atas pundaknya lalu ujarnya dengan perlahan,
"Baru2 ini aku mendengar munculnya kembali kereta berdarah
di dalam Bu-lim bahkan Si Budak Berdarah dari kegelapan pun
sudah munculkan dirinya kembali, pundakmu sudah terluka
apakah terluka ditangan Si Budak Berdarah itu?"
Dengan perlahan Koan Ing mengangguk.
Dari sepasang mata Sin Hong Soat-nie segera memancar
keluar sinar mata yang sangat aneh.
"Kau berani naik ke atas gunung dengan membawa luka,
nyalimu sungguh tidak kecil" ujarnya dengan perlahan. "Kau
sudah datang kemari maka jangan harap bisa turun gunung
dalam keadaan hidup2, kau hendak bunuh diri atau aku yang
turun tangan!" Selamanya Koan Ing tidak pernah. tunduk kepada otang
lain atau minta ampun kepada orang lain mendengar
perkataan dari Sin Hong Soat-nie ini hatinya rada tersinggung.
Dengan perlahan dia bangkit berdiri dan mencabut keluar
pedang kiem-hong-kiamnya lalu tertawa tawar.
"Walaupun kepandaian silat aku Koan Ing tidak tinggi tetapi
aku pun ingin sekali minta berapa jurus petunjuk dari jagoan
pandai dari Bu-lim!"
Sin Hong Soat-nie yang melihat Koan Ing berani dia
menantang untuk bertempur dengan pandangan tajam segera
memperhatikan diri Koan Ing.
Sejak pertemuaannya untuk pertama kali tadi dia sudah
merasa kalau pemuda ini bukanlah manusia yang lemah
seperti apa yang sedang dipikirkan semula bahkan taruhan
nyawa dia hendak menemui Sang Siauw-tan entah
dikarenakan soal apa"
Tetapi sikap yang sangat jumawa dari Koan Ing membuat
dia merasa sangat tidak puas!
"Selama dua puluh tahun ini cuma kau seorang yang berani
berbuat begitu jumawa terhadap diriku bahkan kau berani
juga naik kepuncak dalam keadaan luka dalam, bilamana kau
bisa menangkan diriku bukan saja dapat bertemu dengan
Sang Siauw-tan bahkan puncak Su Li Hong ini pun cuma kau
seorang yang boleh pulang pergi!" katanya parlahan.
Ooo)*(ooO Bab 26 KOAN ING tidak mengucapkan sepatah katapun, Kiemhong-
kiam ditangannya dengan perlahan-lahan diangkat
sejajar dengan dada. Dengan pandangan terpesona Sin Hong Soat-nie
memperhatikan diri Koan Ing lalu ujarnya, "Aku sudah sangat
lama tidak bergebrak dengan orang, bilamana kau suka
melawan aku dengan menggunakan pedang dan berhasil
untuk menerima seranganku sebanyak seratus jurus aku bisa
kabulkan permintaanmu untuk bertemu dengan Sang Siauwtan!
saat ini dia masih belum cukur rambutnya.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat dia tidak
memikirkan apakah dirinya bisa bertahan terhadap seratus
jurus serangan dari Sin Hong Soat-nie. saat ini benaknya lagi
dlpenuhi dengan berbagai ilmu silat yang pernah dipelajarinya
untuk mencari apakah ada cara untuk mengalahkan Sin Hong
Soat-nie. "Terima kasih suthay." sahutnya.
Dari pinggangnya Sin Hong Soat-nie segera mencabut
keluar sebilah pedang lalu dengan menggunakan tangan
kirinya mengelus-elus. Koan Ing tetap berdiri tak bergerak di atas tanah, berbagai
jurus-jurus ilmu silat yang pernah dipelajarinya dari kitab
pusaka Boe Shia Koei Mie mulai berkelebat memenuhi
benaknya, tetapi dia masih belum dapat mendapatkan apakah
dengan kekuatan tenaga dalamnya saat ini bisa mengalahkan
diri Sin Hong Soat-nie. Dengan dinginnya Sin Hong Soat-nie membentak keras.
"Awas....!!" Tubuhnya dengan cepat menubruk ke depan, pedang
panjang tangannya dengan kecepatan yang luar biasa
bergerak keluar, diantara berkelebatnya sinar keperakperakan.
dia menghajar tubuh Koan Ing.
Pedang kiem-hong-kiam ditangan kanan Koan Ing segera
disentilkan ke depan, lalu dengan menggunakan jurus untuk
bertahan Hay Thian It Sian yang paling lihay dia
mempertahankan diri. Dengan rasa terperanjat Sin Hong Soat-nie menjerit kaget,
tubuhnya segera melayang ketengah udara sedang pedangnya
sewaktu berputar dengan cepat menekan pedang kiem-hongkiam
ditangan Koan Ing. Inilah jurus Ban Sin Peng To dari ilmu pedang Thian-yu
Kiam Hoat. Sinar mata Koan Ing dengan cepat berputar, pedang kiemhong-
kiamnya dengan menimbulkan suara desingan yang
amat keras Segera membentuk satu lingkaran busur inilah
jurus Noe Ci Sin Kiam dari ilmu pedang Thian-yu Kiam Hoat.
Sin Hong Soat-nie yang melihat Koan Ing dalam keadaan
luka parah masih berani menerima datangnya serangan
dengan keras lawan keras hatinya rada bergidik juga.
Pedangnya dengan cepat berkelebat, ujung pedangnya
segera menekan ke atas tubuh pedang yang ada ditangan
Koan Ing itu. Koan Ing bersuit nyaring. pedang kiem-hong-kiamnya
menyentil ke depan, diantara berkelebatnya sinar pedang
yang berwarna keemas-emasan dia sUdah menyalurkan hawa
khei-kang tingkat tertinggi dari aliran Bu-tong-pay ke dalam
jurus pedang tersebut. Pedang kiem-hong-kiamnya segera menyentil ke depan
berturut-turut berkelebat sebanyak tujuh kali mengancam
tujuh tempat yang berbeda, inilah gerakan "Ku Koang Chiet
Ci" . Pedang Sin Hong Soat-nie dengan beratnya menekan
kebawah. tetapi hanya di dalam beberapa sentilan saja tenaga
tekanannya berhasil dipunahkan semua yang melihat kejadian
itu dengan rasa amat terkejut segera pujinya; "Jurus pedang
yang bagus! " Koan Ing benar-benar terdesak. terpaksa dia harus
mengerahkan jurus baru ciptaannya sendiri untuk
melancarkan serangan itu.
Melihat serangannya mencapai pada sasaran, tubuhnya
dengan cepat meloncat ke depan sedang pedang kiem-hongkiamnya
berkelebat dan menotok ke depan menusuk alis dari
Sin Hong Soat-nie. Sin Hong Soat-nie dengan cepat melintangkan pedangnya
ke depan, serentetan sinar tajam yang menyilaukan mata
menghalangi datangnya serangan dari Koan Ing kemudian
meneruskan gerakannya menekan dada sang pemuda.
Saat ini pemuda tersebut sudah benar-benar terjerumus ke
dalam lamunan, berbagai jurus serangan dari kolong langit
tiada hentinya berkelebat di dalam benaknya, dia cuma tahu
dirinya harus cepat2 menangkan diri Sin Hong Soat-nie.
Pedang Kiem-hong-kiam ditangannya berturut-turut
berganti jurus, dengan meleburkan seluruh kepandaian silat
yang ada di dunia ini ke dalam ilmu silat "Thian-yu Si cap pwee
cau" pedang kiem-hong-kiamnya dengan gerakan menutup,
menekan bersama-sama menggencet diri Soat-nie.
Dalam hati Sin Hong Soat-nie merasa sangat terperanjat,
mendadak dia mulai merasakan kalau Koan Ing bukanlah
seorang musuh yang enteng ilmu pedang dari pemuda itu
benar-benar membuat hatinya bergidik.... bahkan selamanya
dia belum pernah menemui orang yang memiliki kepandaian
silat yang demikian sempurnanya.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pedangnya dengan cepat berkelebat menutup datangnya
serangan dan Koan Ing. Saat ini Koan Ing benar-benar sudah terjerumus ke dalam
alam lamunan, jurus-jurus serangan yang dilancarkan melalui
pedangnya dengan tiada hentinya mengalir keluar, agaknya
seluruh kepandaian silat yang ada di dalam dunia ini sudah
diketahui olehnya. Pedang Kiem-hong-kiamnya dengan mengikuti gerakan
tubuhnya laksana serentetan sinar keemas-emasan segera
berkelebat menghajar tubuh Sin Hong Soat-nie,
Sin Hong Soat-nie merasakan hatinya rada bergidik,
pedang panjangnya dengan cepat berkelebat menghalangi
gerakan dari Koan Ing. Dia sama sekali tidak menyangka kalau tenaga dalam
pemuda itu amat lihay bahkan setiap jurus serangan belum
habis dilancarkan jurus serangan yang lain sudah menyusul
datang. Demikianlah seluruh angkasa segera dipenuhi dengan
bayangan sinar emas serta perak yang saling berkelebat tiada
hentinya, Saat ini Koan Ing sudah benar-benar dibuat mabok oleh
jurus pedang yang dilancarkan keluar seluruh pengetahuan
yang pernah diperolehnya selama ini diperas keluar habishabisan
membuat pedang kiem-hong-kiamnya setiap kali
berkelebat tentu melancarkan serangan-serangan yang ada
diluar dugaan, Sin Hong Soat-nie sendiripun sama sekali tidak menyangka
akan kedahsyatan serta kehebatan dari jurus serangan yang
dilancarkan oleh sang pemuda.
Hanya di dalam sekejap saja masing-masing pihak sudah
saling bergebrak sebanyak lima puluh jurus, Sin Hong Soat-nie
mulai mengerutkan alisnya rapat-rapat dia tahu bilamana
pertempuran melawan Koan Ing ini dilanjutkan lebih lama
maka keadaan akan semakin tidak genah.
Dengan nyaringnya dia membentak keras, tubuhnya
meloncat ke atas sedang pedangnya digetarkan mementalkan
pedang kiem bong kiam yang mengancam badannya itu
tubuhnya dengan cepat berkelebat ke depan sedang
pedangnya digetarkan membentuk bintang2 berwarna
keperak-perakan menghajar tubuh Koan Ing,
Koan Ing cuma merasakan angin pukulan yang amat tajam
menusuk badannya dia lantas membentak keras, pedang kiem
horg kiamnya ditarik kembali membentuk satu lingkaran
mekar memunahkan serangan dari nikouw tersebut.
Dengan dinginnya Sin Hong Soat-nie mendengus. keanehan
dari ilmu pedang Koan Ing ini benar-benar membuat hatinya
keheranan. bilamana dia tidak dapat memegang kesempatan
ini maka sebelum seratus jurus ada kemungkinan dia bisa
memperoleh kekalahan. Pedang panjangnya segera disambar ke arah depan dengan
menggunakan jurus Cian So Suo Ci yang paling
dibanggakan.... Ditengah berkelebatnya sinar keperak-perakan tampaklah
pedang kiem-hong-kiam ditangan kanannya tergetar amat
keras sehingga menimbulkan suara dengungan yang
memekikkan telinga. Pedang Kiem-hong-kiamnya segera membentuk gerakan
busur memecahkan berbagai serangan-serangan gencar lalu
menyentuh tusukan pedang dari nikouw tersebut.
Kecepatan perubahan ini dilakukan hanya di dalam sekejap
saja membuat Sin Hong Soat-nie jadi kelabakan.
Hanya di dalam sekejap saja kembali puluhan jurus berlalu,
Sin Hong Soat-nie mulai merasa hatinya amat terkejut
bercampur gusar bilamana di dalam seratus jurus dia tidak
berhasil mengalahkan diri Koan Ing maka bagaimaaa malunya
dia orang dengan kawan2 Bu-lim lainnya.
Sinar matanya dengan cepat berkelebat, ketika dilihatnya
sinar mata Koan Ing amat terperanjat dia tidak tahu Koan Ing
lagi memikirkan urusan apa, di dalam anggapan Koan Ing
sudah tersesat sehingga memainkan serangan sesat yang
membingungkan. Pelangnya kembali digetarkan ke depan. serentetan sinar
keperak2an yang panjangnya ada setengah depa segera
memancar ke depan. Mendadak Koan Ing jadi sadar kembali dari lamunannya,
pedang ditangan kanannya menekan kebawah lalu dengan
lurus menusuk ke depan inilah jurus "Hay Thian It Sian".
Diantara berkelebatnya sinar keemasan hawa pedang
memenuhi angkasa menggetarkan serangan-serangan
tersebut, Sin Hong Soat-nie yang telah melancarkan serangan
dengan menggunakan ilmu h wa pedang yang paling tinggi
untuk menyerang musuhnya jelas sudah mempunyai niat
untuk mengalahkan Koan Ing di bawah serangan pedangnya,
tetapi sama sekali tak terduga olehnya kalau tenaga dalam
Koan Ing pun amat dahsyat sekali.
Serangan pedangnya dilancarkan keluar terus menerus,
pedangnya laksana serentetan sinar keperak-perakan yang
disertai hawa tekanan yang amat hebat menghajar tubuh
Koan Ing. Sebaliknya Koan Ing berada dalam keadaan tenang-tenang
saja, air mukanya berubah jadi amat kukuh sedang pedangnya
perlahan-lahan digetarkan menuding ketengah angkasa.
Diantara berkelebatnya sinar keemas-emasan yang
menyilaukan mata pemuda itu baru merasa kaget kalau
kedahsyatan hawa pedang Sin Hong Soat Hie sama sekali
berada diluar dugaannya, dia tahu ilmu tenaga dalam yang
demikian dahsyatnya tidak dapat diperoleh kemenangan
dengan mengandalkan kegesitan serta kebagusan saja.
Harapan untuk menang mulai lenyap dari dasar lubuk
hatinya, saat ini dia cuma mengharapknn bisa bertahan
sampai seratus jurus lebih.
Sin Hong Soat-nie yang melihat kekukuhan hati Koan Ing
dalam hati merasa terperanjat, walaupun dia lahu kalau
tenaga lweekang dari pemuda itu jauh lebih lemah dan tenaga
lweekangnya sendiri tetapi hati seseorang yang telah bulat
tekad untuk mati dan bertempur mati2an akan jauh lebih
dahsyat tenaganya. Pedang ditangannya berturut-turut berkelebat kesana
kemari Demikian pedang kiem-hong-kiam itu terpaksa harus
mundur ke belakang. Akhirrja tibalah pada jurus yang terakhir. dia mendengus
dingin pedangnya dengan menimbulkan pelangi perak
disentilkan ke depan, inilah jurus yang terlihay dari ilmu
pedang "Sin Hong Kiam Hoat"nya jaitu jurus "Sin Sian Hwee
Jong" atau sumber air muncrat menyebar.
Koan Ing yang melihat kedahsyatan dari tenaga tekanan
jurus serangan itu hatinya merasa terperanjat, dia tahu
bilamana dia tidak membuang pedang untuk mengaku kalah
maka sebentar saja tubuhnya akan menggeletak di atas tanah
dengan bermandikan darah segar.
Berpuluh-puluh ingatan dengan cepat berkelebat dalam
hatinya, kini adalah jurus keseratus! Bilamana dia tidak
berhasil menerima serangan ini dan menderita kalah maka tak
ada kemungkinan lagi baginya untuk menemui diri Sang
Siauw-tan, untuk memenuhi harapan tersebut dengan
paksakan diri dia harus menerima juga serangan terakhir ini.
Ditengah berputarnya berbagai ingatan Koan Ing bersuit
panjang lalu menggerakkan pedang kiem-hong-kiamnya
menyambut datangnya serangan dari Sin Hong Soat-nie itu.
Dengan cepatnya sepasang pedang bentrok menjadi satu
sehingga menyebabkan beterbangannya bunga-bunga api,
diantara mengamuknya hawa pedaag yang amat santar itulah
sesosok bayangan manusia terlempar keangkasa sejauh tiga
kaki lebih. Koan Ing masih memegang kencang-kencang pedang kiemhong-
kiamnya, dengan perlahan dia bangkit berdiri dan
tertawa. "Suthay, seratus jurus sudah lewat!" serunya,
Pandangannya mulai menggelap, tetapi dengan mengikuti
ingatannya dia mulai putar badan menghadap ke arah dimana
Sin Hong Soat-nie berdiri.
Sin Hong Soat-nie yang melihat seluruh tubuh Koan Ing
sudah bermandikan darah hatinya merasa rada menyesal,
sebenarnya dia tidak bermaksud untuk melukai diri sang
pemuda, dia ingin paksa Koan Ing untuk melepaskan
pedangnya. Tetapi dia sama sekali tidak menyangka kalau pemuda itu
berani bertaruhan nyawa untuk menerima juga serangannya
yang terakhir itu dengan keras lawan keras.
Walaupun pada hari biasa dia sering melihat orang terluka
tetapi keadaan seperti Koan Ing ini hari dia belum pernah
menemuinya. Koan Ing bisa lolos dari serangan dahsyatnya
hal ini merupakan suatu kemujuran buat dirinya!
Dengan pandangan terpesona Sin Hong Soat-nie
memperhatikan diri Koaa Ing, selamanya dia belum pernah
menemui orang yang demikian kukuh dan bersemangatnya.
Lewat beberapa saat kemudian dia baru berkata dengan
suara perlahan, "Sang Siauw-tan ada di dalam ruangan
tengah, kau pergilah menemui dirinya!"
Koan Ing cuma merasakan kepalanya amat pening sedang
dadanya terasa sangat mual, dengan menggunakan
pedangnya untuk mempertahankan badan dia coba berdiri
tegak kemudian setelah mengetahui jelas arah tujuannya
dengan perlahan baru berjalan maju ke depan.
Dengan termangu-mangu Sin Hong Soat-nie memandang
puuggung pemuda itu, dalam hati dia merasakan suatu
perasaan sedih yang sangat tidak enak.
Dia tidak menyangka kalau dirinya yang disebut orang
sebagai manusia berwajah welas berhati kejam ini hari harus
menaruh rasa sedih buat orang lain.
Dengan langkah yang rada sempoyongan Koan Ing berjalan
masuk melalui pintu besar. dia memasukkan dulu pedangnya
ke dalam sarung lalu membereskan pakaiannya yang sudah
robek dan kumal setelah itu baru berjalan masuk kedalam.
Dalam hati diam-diam pikirnya, "Ini kali adalah pertemuan
kami yang terakhir, aku harus bersikap baik-baik agar
pandangannya tidak jelek kepada diriku dan akupun tidak
akan merasa menyesal sampai akhir jaman!"
Baru saja Koan Ing berjalan maju satu langkah
pandangannya kembali jadi gelap hampir-hampir dia terjatuh
ke atas tanah. Dengan terburu" tangannya mencekal pintu depan lalu
pikirnya sambil mentertawakan dirinya sendiri, "Bisa bertemu
dengan Sang Siauw-tan atau tidakpun masih merupakan Satu
persoalan buat apa aku bereskan pakaian segala macam."
Lama sekali dia berhenti di depan pintu kemudian dengan
perlahan baru berjalan masuk ke dalam ruangan.
Nikouw berbaju putih berlalu-lalang menlaluinya dikedua
belah sampingnya tetapi dia sama sekali tidak melihat jelas,
selangkah demi selangkah pemuda itu berjalan melewati
ruangan pertama menuju keruangan tengah.
Dengan langkah perlahan dia menaiki anak tangga lalu
berdiri tersandar di pintu beberapa saat lamanya.
Terlihatlah olehnya seorang bayangan putih menghampiri
dirinya, sekali pandang saja dia tahu kalau orang itu bukan
lain adalah Sang Siauw-tan, walaupun saat ini dia
membelakangi dirinya tetapi tidak mungkin salah lagi.
Saking girangnya tidak kuasa lagi air mata mulai
bercucuran membasahi wajahnya.
Lama sekali Koan Ing berdiri termangu-mangu beberapa
saat kemudian dengan rada gemetar sapanya:
"Siauw-tan!" Sang Siauw-tan tetap membelakangi pemuda itu, dia duduk
dengan tenangnya di tempat tersebut.
"Kau datang kemari ada urusan apa?" tanyanya kemudian
setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Aku ingin melihat wajahmu untuk teeakhir kalinya, aku
ada banyak perkataan yang hendak dibicarakan dengan
dirimu," kata Koan Ing sambil berjalan maju dengan perlahan,
matanya memandang ke arah punggung gadis itu dengan
mendelong.... "Kau beiani menyerbu puncak terlarang Su Li Hong
sekalipun mati juga seharusnya, kau jangan mengira aku bisa
menaruh rasa kasihan kepadamu Sang Siauw-tan sudah lama
mati, kau boleh pergi!"
Koan Ing jadi melengak. "Siauw-tan!! Kau jangan begitu membenci aku. Bilamana
kau bisa memahami hatiku akupun tidak usah memberi
penjelasan kepadamu, tetapi bilamana kau menyuruh aku
pergi.... baiklah! aku segera akan pergi!"
Sang Siauw-tan yang duduk membelakangi pemuda itu kini
berada dalam keadaan kebingungan, dia tidak mau menoleh
karena takut hatinya bertambah sedih.... walaupun begitu air
mata tak kuasa lagi mulai mengucur keluar dengan amat
derasnya. Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan tidak berbicara
dalam hati lantas mengerti kalau dara tersebut sudah mau
mendengarkan perkataannya.
"Siauw-tan! Aku tidak ingin mencelakai dirimu!" ujarnya
dengan perlahan. "Sekalipun aku tidak naik kepuncak Su Li
Hong nyawakupun tidak akan lebih dari sepuluh hari, tentunya
kau tahu bukan kenapa aku suruh kau merasa kecewa" Aku
tidak bisa mencelakai kebahagiaan seumur hidupmu!"
Dengan termangu-mangu Sang Siauw-tan duduk
termenung, hampir-hampir dia tidak mau percaya terhadap
telinganya sendiri. Koan Ing mau mati" Nyawanya tinggal sepuluh hari saja"
Apa yang sudah terjadi" Urusan yang lalu mulai berkelebat
kembali di dalam benaknya, Koan Ing bagaimana bisa.... Ach!
pasti perbuatan dari Ciu Tong!
Dia mulai merasa menyesal kenapa dirinya naik kepuncak
Su Li Hong, dia menyesal karena perbuatannya yang
mengikuti nafsu waktu itu menbuat mereka berdua jadi bjgini.
"Siauw-tan!" Ujar Koan Ing lagi." Aku tahu tidak
seharusnya aku bersikap begitu kepadamu. tetapi kaupun
harus berpikir pula dengan lebih mendalam. kau masih ada
ayahmu yang sudah tua.... apa kau merasa tega untuk
tinggalkan orang tuamu untuk jadi Ni-kouw?"
Mendadak Sang Siauw-tan menoleh ke belakang dan
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang terpesona diri Koan Ing yang penuh berpelepotan
darah. Akhirnya tidak tertahan lagi dia menubruk tubuh pemuda
tersebut dan menangis tersedu-sedu.
"Oooow.... engkoh Ing! kenapa tidak kau katakan sejak
dulu!" teriaknya. "Siauw-tan!" kata Koan Ing sambil memegang erat tangan
gadis tersebut, Kau barus turun dari puncak.... ,kau harus
meninggalkan tempat ini. Sang Siauw-tan yang berada di dalam pelukan pemuda itu
menangis semakin keras lagi.
"Engkoh Ing. aku akan turun gunung bersama-sama kau .
kau.... kau.... , kau tidak boleh mati!"
Koan Ing menarik napas panjang" Lalu tertawa sedih, dia
tahu urusan itu tidak mungkin terjadi, Urusan sulah jadi begini
apakah mereka masih bisa turun gunung dengan selamat!" hal
ini tidak bakal bisa terjadi.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak dari luar
ruangan kuil itu berkumandang masuk suara helaan napas
panjang. Kalian berdua boleh turun gunung, tetapi Siauw-tan boleh
kembali lagi setelah Koan Ing mati.
Setelah berbicara sampai disitu suasana kembali menjadi
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Di dalam hati Koan Ing benar-benar merasa terkejut
bercampur girang, dia sama sekai tidak mengerti Sin Hong
Soat-nie yang selamanya dikatakan orang sebagai si manusia
berwajah welas berhati kejam kenapa ini hari bisa berbuat
begitu ramah dan baik"
Dia bilang Sang Siauw-tan boleh kembali, tetapi terangterangan
dia tahu kalau ayah Sang Siauw-tan adalah sijari
sakti Sang Su-im apalagi Sang Siauw-tan belum menyanggupi,
sampai waktunya bilamana dia kembali nikouw inipun tidak
bisa berbuat apa-apa. Sang Siauw-tan sendiri juga termangu-mangu, beberapa
perkataannya tadi sebenarnya diucapkan karena golakan
hatinya, dia sendiri sama sekali tidak memikirkan apakah
urusan ini bisa dikabulkan atau tidak, siapa sangka Sin Hong
Soat-nie ternyata sudah mengabulkan perkataannya itu
dengan cepat. Mereka berdua saling berpandangan beberapa saat
lamanya, kemndian dengan dibimbing oleh Sang Siauw-tan
mereka berdua mulai berjalan keluar dan kuil itu.
Cuaca baru saja terang tanah, udara sangat dingin sekali....
ditengah tiupan angin kencang yang amat dahsyat bungabunga
salju beterbangan memenuhi permukaan tanah.
Dari antara permukaan salju yang tebal itulah tampak dua
sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya berkelebat
menuju ke sebelah barat. Mereka berdua adalah Koan Ing serta Sang Siauw-tan
berdua, setelah beristirahat dua hari sekembalinya dari puncak
Su Li Hong dan luka yang diderita Koan Ing sudah sembuh
mereka berdua malanjutkan kembali perjalanannya menuju ke
arah Barat. Koan Ing yang merasa yakin Bun Ting-seng itu pembunuh
ayahnya pasti berada di daerah Tibet, lantas mengajak Sang
Siauw-tan untuk bersama-sama berangkat ke Tibet.
Saat ini hubungan batin diantara mereka berdua sudah
maju lagi satu tingkat sedang rasa cinta yang meliputi mereka
berduapun sudah lebih mendalam satu lapis,
Mendadak.... Dari antara permukaan salju di tempat kejauhan tampaklah
dua sosok bayangan manusia berkelebat dengan amat
cepatnya menuju ke arah mereka berada.
Koan Ing yang melihat munculnya dua sosok bayangan
manusia menuju ke arah mereka alisnya segera dikerutkan
rapat-rapat.... jika dilihat dari kecepatan geraknya jelas
mereka berdua adalah jago-jago kelas wahid dari kalangan
Bu-lim. Cepat2 dia menarik tangan Sang Siauw-tan untuk
memperlambat gerakannya. Kedua sosok bayangan manusia itu dengan cepatnya
berkelebat mendatang dan akhirnya berhenti dihadapan
mereka. Melihat akan hal itu Koan Ing pun terpaksa menghentikan
langkahnya lalu memperhatikan sekejap dua orang itu.
Tampaklah orang yang ada di hadapannya saat ini adalah
dua orang TooSu yang satu tua yang lain muda
jang tua rambut serta jenggotnya sudah pada memutih
semua sedang yang muda berusia kurang lebih tiga puluh
tahuran, pada pundaknya masing-masing tersoreng sebilah
pedang panjang. "Apa kau orang adalah Koan Ing?" tanya sitoosu tua itu
setelah memperhatikan diri Koan Ing beberapa saat lamanya,
"Cayhe memang Koan Ing adanya. tolong tanya siapakeh
Tootiang berdua....?" tanya Koan Ing kembali sambil menyapu
sekejap ke arah mereka berdua.
Mendadak dia menemukan keadaan dari sitoosu muda itu
rada tidak beres. sinar matanya dengan cepat berputar dan
memperhatikan dirinya lebih tajam lagi.
Tampaklah sinar mata sitoosu itu Sedang melototi diri Sang
Siauw-tan dengan tajam agaknya dia bermaksud untuk
menelan seluruh tubuh gadis itu.
Melihat akan hal itu dia lantas mengerutkan alisnya, terlihat
olehnya pada Saat itu Sang Siauw-tan pun lagi memandang
Teosu tersebut dengan pandangan gusar pikirnya.
Kurang ajar siapakah toosu itu" Kenapa sedikitpun tidak
tahu atuan" terang Toosu mana boleh melototi seorang gadis
tanpa berkedip.... Pinto Yuan Si ujar Toosu tua itu lagi memperkenalkan diri.
Bersama dengan muridku Sak Huan baru saja tiba di daerah
Tibet, apakan kau tahu dimanakah Thian Siang Thaysu
berada?" . Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia memandang
sekejap ke arah Toosu muda itu dengan amat gemas.
Walaupun dalam hati dia merasa rada berada diluar dugaan
terhadap munculnya Yuan Si Tootiang secara tiba-tiba tetapi
terhadap diri Sak Huan dia merasa sangat tidak puas.
Yuan Si Tootiang yang melihat air mukanya pemuda itu
rada berubah dia lantas melirik sekejap ke arah Sak Huan.
Agaknya waktu itu Sak Huan sitoosa muda tersebut sama
sekali tidak merasa, sapasang matanya masih memandang ke
atas tubuh Sang Siauw-tan tak berkedip.
Yuan Si Tootiang segera mendengus dingin, mendengar
suara dengusan tersebut Sak Huan baru merasa terkejut sinar
matanya dengan cepat menyapu sekejap ke arah diri Koan Ing
lalu memandang ke tempat kejauhan.
Koan Ing yang disapu sekejap oleh Sak Huan itu segera
merasakan hatinya melonjak, saat itulah dia dapat melihat
kalau sinar mata Toosu muda itu penuh diliputi oleh rasa
dengki dan bermusuhan. Alisnya dikerutkan semakin rapat, tak sepatah katapun
diucapkan keluar. Yuan Si Tootiang kembali mendengus, sinar matanya
dengan rada mendongkol melirik sekejap ke arah Sak Huan.
"Jejak kereta berdarah apakah kau tahu?" tanyanya lagi
sambil menoleh ke arah Koan Ing.
"Menurut apa yang cayhe ketahui kereta berdarah itu
sudah terjatuh ketangan Si Budak Berdarah dari kegelapan!"
Yuan Si Tootiang termenung sebeataran terhadap sikap
yang tawar dari Koan Ing serta tidak mau menyebut dirinya
sebagai boanpwee dalam hati dia merasa sangat tidak puas.
"Kalau begitu sudahlah!" serunya kemudian sambil
memperhatikan sekejap ke arah Koan Ing.
Sehabis berkata dengan mengajak Sak Huan dia berlalu
menuju ke arah Barat. Lama sekali Koan Ing memperhatikan mereka berdua,
setelah bayangan tubuhnya lenyap dari pandangan baru
ujarnya kepada sang gadis:
"Mari kitapun pergi!"
Sang Siauw-tan mengangguk, mereka berdua segera
berangkat menuju ke arah Barat daya. dia tidak ingin berjalan
dengan arah yang sama seperti Yuan Si Tootiang berdua
karena itu sengaja sedikit mengubah arahnya.
Cuaca semakin lama semakin menggelap, akhirnya
sampailah kedua orang itu disebuah kuil bobrok.
Ruangan kuil itu sudah hancur dan amat kotor tetapi cukup
untuk berteduh. mereka berdua saling berpandangan sekejap
lalu duduk bersandar di dinding untuk beristirahat.
"Eagkoh Ing! mata sitoosu muda tadi sungguh kurang ajar
sekali," ujar Sang Siauw-tan tiba-tiba.
Koan Ing tertawa tawar. "Tiga manusia genah merupakan orang-orang dari
kalangan lurus, aku lihat terhadap Sak Huan muridnya Yuan Si
Tootiang sangat sayang, Hmmm! Dari antara ketiga manusia
genah itu tak ada seorangpun yang bisa menandingi paman
Cha. Sang Siauw Ian tertawa sedih.
"Entah dimanakah ayahku pada saat ini.
Koan Ing cuma tersenyum dengan perlahan dia meraba
rambut gadis itu dengan penuh kemesraan.
"Empek Sang mewakili aku pergi mencari tahu jejak dari
Bun Ting-seng, kekuatan dari perkumpulan Tiang-gong-pang
amat besar. dengan cepat kita bakal menemui anak buahnya
dari perkumpulan Tiang-gong-pang."
Dengan perlahan Sang Siauw-tan menyandarkan kepalanya
di atas pundak Koan Ing lalu pejamkan matanya untuk
beristirahat, Mendadak dari tempat kegelapan berkumandang datang
suara dengusan yang amat dingin,
Kedua orang yang lagi saling berpelukan dengan cepat
memisahkan diri, sinar mata Koan Ing dengan cepatnya
menyapu sekejap memperhatikan keadaan di sekeliling tempat
itu. Dengan ketajaman matanya yang bisa melihat tempat
kegelapan seperti memandang di tempat terang pemuda itu
segera dapat menangkap sesosok bayangan manusia dengan
cepatnya berkelebat menuju kepojokkan ruang kuil.
Dalam hati diam-diam Koan Ing merasa amat terperanjat,
sewaktu memasuki kuil tadi dia sudah memeriksa keadaan di
sekeliling tempat itu, waktu itu dia tidak menemukan
siapapun, tetapi bagaimana orang ini bisa tiba di tempat itu
sepengetahuan dirinya"
Dari hal ini saja sudah menunjukkan kalau kepandaian silat
orang itu amat tinggi, tenaga lweekang yang dimilikipun tidak
berada di bawah dirinya. Koan Ing segera mencekal tangan Sang Siauw-tan erat-erat
tenaga dalam orang itu sangat tinggi bahkan ada maksud
untuk mengejar dirinya terus hal ini menunjukkan kalau dia
orang mempunyai maksud jelek....
Sinar matanya dengan cepat berputar, dia tertawa kepada
gadis itu ujarnya, "Entah siapakah orang itu, kelihatannya dia
sengaja memancing agar aku pergi mengejar dirinya....
Hmmm! Kita tidak usah gubris dirinya lagi."
Sang Siauw-tan tersenyum, tadi diapun mendengar suara
dengusan yang amat dingin itu cuma sayang matanya tak
dapat menangkap bayangan yang berkelebat.
Suara dengusan kembali berkumandang dari luar kuil. Koan
Ing serta Sang Siauw-tan lalu saling bertukar pandangan
sekejap, mereka berdua merasa heran entah siapakah dia
orang.... agaknya dia paksa dirinya berdua untuk
meninggalkan tempat itu. Lama kelamaan Sang Siauw-tan mulai merasa tidak senang
terhadap orang itu. dia mengerutkan alisnya rapat-rapat lalu
menarik tangan Koan Ing, "Engkoh Ing, mari kita keluar untuk melihat siapakah orang
itu lalu sedikit beri hajaran!"
Koan Ing tersenyum dan mengangguk, kemudian bersamasama
dengan Sang Siauw-tan berjalan keluar kuil itu.
Sekeluarnya dari ruangan dia dapat melihat diluar halaman
sudah berdiri seseorang yang sedang memandang dirinya
dengan pandaiagan dingin.
Dia jadi melengak.... kiranya orang itu bukan lain adalah
Sak Huan itu anak murid dari Yuan Si Tootiang Ciangbunjien
dari Bu-tong-pay. Dengan pandangan dingin Sak Huan memandang ke arah
Koan Ing lalu ejeknya, "Hmm! usiamu paling tidak tinggal
sepuluh hari saja, kau punya hak apa untuk tetap bersamasama
dengan Sang Siauw-tan!"
Mendengar perkataan itu Koan Ing jadi amat gusar, dia
sama sekali tidak menyangka kalau Sak Huan bisa mengejar
mereka berdua sampai disini secara terang mengucapkan
kata-kata tersebut. "Agaknya di dalam urusan ini tiada sangkut pautnya
dengan dirimu bukan....?" serunya dingin.
Sinar mata Sak Huan berkedip2, dia tak menggubris
perkataan dari Koan Ing itu sebaliknya kepada Sang Siauw-tan
ujarnya: "Koan Ing tidak bakal hidup lebih lama lagi, kenapa kau
senang bersama-sama dirinya?"
Saking khekinya air muka Sang Siauw-tan sudah berubah
jadi merah padam. "Buat apa kau ikut campur?" bentaknya gusar.
Dengan termangu-mangu Sak Huan memperhatikan diri
Sang Siauw-tan mendadak dia tertawa dingin.
"Justru aku mau ikut campur, dengan kecantikan wajahmu
tidaklah seharusnya berkawan dengan Koan Ing si manusia
yang sudah mendekati ajalnya!"
Saking gemas dan mendoogkolnya seluruh tubuh gadis itu
gemetar amat keras, dia meronta dari cekalan Koan Ing dan
berjalan maju ke depan. Ooo)*(ooO Bab 27 DENGAN cepat Koan Ing menarik kembali tubuh Sang
Siauw-tan, lalu maju setengah langkah ke depan.
"Dimana Suhumu?"
Sak Huan segera tertawa terbahak-bahak. "Haaa.... haaa....
buat apa harus suhuku yang turun tangan?"
"Dengan luka yang kau derita saat ini ada kemungkinan
sepuluh jurus pun kau tidak bakal tahan.... heee.... heee....
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bilamana tak percaya kita boleh coba-coba."
Koan Ing yang melihat anak murid Yuan Si Tootiang itu
ciangbunjien dari Bu-tong-pay ternyata begitu jumawa segera
tertawa dingin. "Kepandaian silat dari tiga manusia genah sudah aku temui.
aku rasa suhupun tidak lebih hanya demikian saja.... ,
.walaupun aku terluka tetapi tidak akan kalah di dalam
sepeluh jurus!" "Kalau tidak percaya kenapa tidak coba-coba!" tantang Sak
Huan dengan keras. Koan Ing yang melihat Sak Huan sangat tidak puas, hatinya
merasa kheki juga. "Hmm! Bangsat ini sungguh jumawa sekali, aku harus kasih
sedikit hajaran kepadanya. apalagi lukanya sudah sembuh dua
hari sedang tenagapun sudah ada lima enam bagian telah
pulih.... " Tanpa mengucapkan kata-kata lagi dia lalu menuruni
tangga2 batu itu. Dari punggungnya Sak Huan segera mencabut keluar
pedangnya. sinar matanya dengan tajam memperhatikan
pemuda itu. "Luka dari Koan Ing belum sembuh benar-benar, aku harus
kalahkan dia di dalam sekali serangan.... aku harus hajar
dirinya," pikir toosu itu diam-diam.
Walaupun Koan Ing baru saja sembuh dari lukanya. tetapi
demi dilihatnya toosu itu amat jumawa sekali hatinya rada
mendongkol juga, pedang kiem-hong-kiamnya dengan cepat
dicabut keluar siap-siap menantikan serangan dari Sak Huan.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Sak Huan sebagai
seorang toosu ternyata sudah jatuh hati terhadap diri Sang
Siauw-tan.... bahkan dengan begitu berani menguntit dirinya
dan tantang dia orang untuk bergebrak.... ,
Terdengar Sak Huan tertawa dingin tiada hentinya.
"Koan Ing.... kau tidak suka hidup beberapa hari lagi,
baiklah! kalau kau sampai mati janganlah salahkan aku
berlaku terlalu telengas!"
Koan Ing yang di dalam hati lagi gusar mendengar
perkataan itu segera mendengus dingin.
"Justru aku ingin sekali mencari tahu kepandaian silat dari
aliran Bu-tong-pay!"
Sak Huan segera tertawa terbahak-bahak....
Ditengah suara tertawanya itulah pedang panjangnya
dengan amat dahsyat menghajar tubuh Koan Ing.
Sekali pandang saja Koan Ing sudah dapat tahu kalau jurus
tersebut bukan lain adalah jurus "Ku Bok Jan Thian" dari ilmu
pedang Bu-tong Kiam Hoat. jika ditinjau dari kedahsyatan ilmu
pedang itu dia dapat menduga kalau tenaga dalamnya tidak
berada di bawah tenaga dalam sendiri sewaktu tidak terluka.
Diam-diam dalam hati dia orang mulai menggerutu, jika
dilihat dari kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki Sak Huan
jelas memperlihatkan kalau tenaga dalam Yuan Si Tootiang itu
ciangbunjien dari Bu-tong-pay amat dahsyat sekali, apa
mungkin jauh lebih tinggi dari Thian Siang Thaysu"
Jilid 12 KOAN ING segera miringkan pedang Kiem-hong-kiamnya
kesamping, dengan menggunakan jurus "Hay Thian It Sian"
dia memunahkan datangnya terangan dari Sak Huan.
Belum habis jurus serangan itu digunakan tubuhnya sudah
melayang ke tengah udara menubruk ke depan, pedangnya
membengkok dengan menggunakan jurus "Cie Ci Thian Yang"
dia balas menyerang kening Sak Huan.
Sinar mata Sak Huan yang tajam berkedip, pedangnyapun
didorong sejajar dada menghajar musuhnya, agaknya dia
melihat luka dalam yang diderita Koan Ing belum sembuh kini
hendak mengadu tenaga dalam dengan dirinya.
Melihat perbuatan musuhnya demikian, pemuda itu
mendengus dingin, sewaktu berada dipuncak Su Li Hong
diapun menghadapi Sin Hong Soat-nie di dalam keadaan
terluka parah juga, terhadap pertempuran semacam ini boleh
dikata dia sudah mempunyai pengalaman yang cukup luas.
Kini Sak Huan berani menghadapi dirinya dengan cara ini
sudah tentu dia orang jadi
gemas. Luka dalamnya kini walaupun baru sembuh lima, enam
bagian tetapi dia merasa yakin bahwa kepandaian silat dari
Sak Huan ini tidak bakal bisa melebihi kepandaian dari Sin
Hong Soat-nie. Maka ujung pedangnya ditarik, tubuhnya berkelebat dari
tengah udara bagaikan seekor burung elang dia menubruk ke
arah Sak Huan. Pedang Kiem-hong-kiamnya dengan berubah jadi
serentetan sinar yang menyilaukan mata
menuding diri Sak Huan tiada lepasnya, seluruh jurus
serangan dilancarkan dengan tiada hentinya laksana
mengalirnya air sungai Tiang Kang meluncur terus menerus,
setiap serangan tentu mengandung kedahsyatan yang
semakin bertambah. Pedang panjang ditangan Sak Huan berputar tiada
hentinya, terhadap keanehan serta kecepatan gerak dari Koan
Ing yang luar biasa ini memaksa dia tidak sanggup untuk
balas melancarkan serangan, dia sama sekali tidak bisa
menduga datangnya serangan dari Koan Ing yang tiada
habisnya itu. Yang paling celaka lagi, ada kalanya Koan Ing
menggunakan jurus-jurus serangan aliran Bu-tong-pay yang
dimainkan lain dari keadaan biasanya.
Yang penting bagi para jago sewaktu bertanding adalah
dapat menduga terlebih dulu bagian mana yang bakal
diserang pihak musuh, sudah tentu terhadap cara yang
kebalikan dari keadaan biasanya ini bukan saja dia tak dapat
menduga terlebih dulu terhadap jurus serangan Koan Ing
bahkan sebaliknya dipaksa jadi kelabakan dan terdesak,
Jurus serangan yang dilancarkan Koan Ing laksana deburan
ombak di tengah sungai Tiang Kang, dia menitik beratkan
serangannya pada perubahan jurus yang cepat dengan
menggunakan tenaga dalam sedikit2nya hal ini dilakukan
karena untuk melindungi lukanya yang baru saja sembuh.
Tetapi Sak Huan masih tetap menghadapi dengan keadaan
yang tenang-tenang saja, hal ini membuat Koan Ing diamdiam
merasa keheranan. Menurut pandangannya tenaga dalam yang dimiliki Sak
Huan pada saat ini jauh lebih tinggi daripada apa yang
diperlihatkan pada saat ini, kenapa dia tidak menggunakan
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya"
Waktu itu Koan Ing tiada waktu lagi buat memikirkan soal
itu, pedang panjangnya melancarkan serangan diperhebat
beberapa kali lipat, dia mulai memikirkan cara yang lain untuk
merebut kemenangan karena kecepatan gerak dari Sak Huan
yang memaksa setiap serangannya mencapai pada sasaran
yang kosong. Hanya di dalam sekejap saja lima puluh jurus sudah berlalu
dengan cepatnya, sebenarnya Sak Huan mengira bahwa
dengan amat mudahnya dia berhasil membereskan diri Koan
Ing, tetapi kini bukannya menang justru dipaksa berada di
bawah angin, maka dengan dinginnya dia lantas mendengus,
pikirannya mulai berputar mencari akal untuk menghadapi diri
sang pemuda ini Mendadak Sak Huan memejamkan sepasang matanya,
sedang pedang panjang yang ada ditangannya berturut-turut
melancarkan dua tebasan menghalangi Koan Ing.
Koan Ing yang melihat Sak Huan mengganti pandangannya
dengan pendengaran dalam hati diam-diam rada terperanjat,
dia tahu walaupun kebanyakan orang pandangan matajustru
lebih tajam dari pendengaran tetapi di dalam suatu
pertempuran jarak dekat dari dua orang jago berkepandaian
tinggi pendengaran jauh lebih tajam dari penglihatan, kini Sak
Huan berbuat demikian bukan saja kedudukannya jadi
bertambah kuat diapun bisa terhindar dari gangguan salah
penglihatan. Baru saja hatinya merasa terperanjat mendadak Sak Huan
sudah membentak keras pedangnya dengan gencar mendesak
dirinya. Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat,
berturut-turut dia melancarkan tiga tusukan ke depan,
tubuhnya melangkah ke samping dan berdiri dengan amat
tenangnya di samping kalangan.
Sak Huan sendiripun berturut-turut meluncurkan beberapa
kali tusukan, lama kelamaan dia baru menemukan kalau Koan
Ing sudah berdiam diri. Untuk beberapa saat lamanya dia tidak melihat di manakah
Koan Ing sedang berdiri karena waktu itu angin taupan bertiup
dengan kencangnya dari sebelah utara. Akhirnya dia terdesak
dan membuka matanya kembali dengan perlahan
Dengan pandangan yang amat dingin Koan Ing
memandang sekejap ke arah Sak Huan lalu katanya,
"Kepandaian silat dari aliran Bu-tong-pay kini aku sudah minta
beberapa petunjuk, walaupun kepandaian silat saudara tidak
rendah tetapi sayang tidak bisa disebut amat lihay, apalagi
sifat serta tindak tanduk saudara amat kurangajar sekali",
Mendengar perkataan itu dalam hati Sak Huan merasa
amat gusar, tetapi dia tidak berani bertindak sembarangan
karena dalam hati Ielaki berusia pertengahan ini mengerti
kalau dirinya tak mempunyai pegangan yang kuat untuk
memperoleh kemenangan, "Hmm ini hari aku akan menyudahi sampai disini saja,"
ujarnya kepada Koan Ing dengan dingin, "Tetapi pada satu
hari Sang Siauw-tan pasti akan terjatuh ke tanganku, apalagi
kaupun tidak bakal hidup sampai waktu kematianmu,"
Sehabis berkata dengan amat dinginnya dia memandang
sekejap ke arah Sang Siauw-tan
lalu memasukan kembali pedangnya ke dalam sarung.
Di dalam hati Koan Ing benar-benar merasa amat gusar,
tetapi lukanya pada saat ini belum sembuh maka diapun tidak
bisa berbuat apa-apa. "Lebih baik sedikit berhati-hati, bilamana lain kali bertemu
kembali dengan diriku," ancamnya dengan dingin. "Bilamana
perkataanmu waktu itu tidak sopan aku akan membuat kau
mau tertawapun tak dapat tertawa, hati-hatilah kau berjaga
diri." Sehabis berkata diapun menarik kembali pedangnya
dengan amat tenangnya. Sinar mata Sat Huan berkelebat tiada hentinya, mendadak
tubuhnya berkelebat pedang panjangnya dengan membentuk
pelangi panjang menghajar leher Koan Ing dengan kejamnya.
Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau Sak Huan bisa
melancarkan serangan kembali setelah dia menyimpan
kembali pedangnya, dalam keadaan amat terkejut itulah
tangan kanannya berkelebat ke depan mencengkeram tubuh
pedang tersebut. Sang Siauw-tan yang melihat kejadian itupun merasa amat
terkejut, tubuhnya berkelebat menubruk ke arah Sak Huan di
iringi suara bentakan yang amat gusar.
Di tengah udarajari tangannya berturut-turut melancarkan
tujuh buah sentilan sakti ke depan, tujuh buah gulung angin
serangan yang tajam dengan cepat menghajar tubuh Sak
Huan. Babatan pedang dari Sak Huan ini dengan amat cepatnya
berhasil dicengkeram oleh lima jari dari Koan Ing.
Dia tertawa dingin, pedangnya dibabat ke depan, siap-siap
membinasakan Koan Ing di bawah tusukan pedangnya,
mendadak dia merasakan tugyuh gulung totokan jari meluncur
mendatang.... Hatinya terasa berdesir, dalam hati dia tahu inilah serangan
Han Yang Ci yang amat dahsyat itu,
Pedangnya terburu-buru ditarik kembali, tubuhnya
berjumpalitan beberapa kali di tengah udara lalu melayang
keluar dari balik tembok.
Kiranya dia yang melihat serangannya tidak mencapai pada
sasarannya lantas mengerti kalau dirinya berdiam lebih lama
di sanapun tak ada gunanya karena itu sambil tertawa dingin
dia lantas melarikan diri dari sana.
Serangan yang dilancarkan Sang Siauw-tan dengan sekuat
tenaga ini walaupun tidak mencapai pada sasaran tetapi air
mukanya sudah berubah jadi pucat pasi,
Dari ujung lima jari pemuda itupun dengan perlahan
menetes keluar darah segar dia sama sekali tidak menyangka
kalau Sak Huan sebagai seorang murid kenamaan ternyata
jauh lebih kejam dan licik daripada Ciu Tong si iblis tua itu.
Dengan pandangan gusar dia memandang ke arah depan,
lama sekali tak sepatah katapun dapat diucapkan keluar.
Sang Siauw-tan sendiri diam-diam menarik napas panjang
setelah itu baru berjalan kesisi
Koan Ing. "Engko Ing, kau terluka?" tanyanya.
Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan mendekati dirinya
dia lantas tersenyum. "Akh.... tidak mengapa, cuma aku tahu serangan terakhir
yang dilancarkan sekuat tenaga itu bukanlah ilmu silat aliran
Bu-tongpay, ada kemungkinan jurus itu adalah yang
baru saja diciptakan oleh Yuan Si Tootiang?"
Tenaga dalam yang dimiliki Sang Siauw-tan saat ini jauh
lebih tinggi daripada tenaga dalam yang dimlikinya dahulu,
walaupun baru saja dia melancarkan serangan dengan sekuat
tenaga tubuhnya masih bisa bertahan diri.
"Hmm tidak kusangka anak murid Bu-tong-pay begitu tidak
tahu malu!" serunya sambil
mengerutkan alisnya rapat-rapat. "Aku mau suruh Tia
menegurjadah tua itu, bagaimana dia bisa memperoleh
seorang murid yang selicik itu."
Dalam hati Koan Ing merasa keheranan, Sak Huan sungguh
merupakan seorang bernyali srigala apa mungkin Yuan Si
Tootiang sama sekali tidak mengetahui akan urusan yang
menyangkut diri Sak Huan" Atau mungkin dia sengaja
berpura-purapilon, Dia merasa heran bagaimana mungkin Yuan Si Tootiang
hanya mendengus saja sewaktu
untuk pertama kalinya mereka bertemu dan waktu itu Sak
Huan melototi diri Sang Siauw-tan tak berkedip.
Dengan kedudukan Sak Huan sebagai seorang toosu tiada
seharusnya dia berbuat begitu, ditambah lagi Yuan Si Tootiang
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah seorang ciangbunjin Bu-tong-pay yang mempunyai
nama besar di Bu-lim, apakah terhadap urusan ini dia orang
menanggapi dengan begitu tawar"
Dengan perlahan mereka berdua kembali ke dalam ruangan
tengah. "Engkoh Ing." tiba-tiba Sang Siauw-tan menegur "Kita tidak
usah tinggal lebih lama lagi disini, mari kita mencari tempat
yang lain atau melanjutkan perjalanan malam ini saja, aku
tidak ingin tidur lagi. Koan Ing yang diganggu oleh Sak Huan dalam hatipun
merasa rada tidak puas, dia tersenyum.
"Baiklah. mari kita meninggalkan tempat ini."
Sehabis berkata mereka berdua lantas berjalan keluar dari
rumah tersebut menuju ke tempat luar.
Baru saja mereka melakukan perjalanan beberapa saat
lamanya mendadak Koan Ing menarik diri Sang Siauw-tan
untuk bersembunyi dibalik sebuah pohon besar,
Sang Siauw-tanjadi melengak, dengan cepat dia
memandang ke arah depan terlihatlah di atas salju berdirilah
seorang yang bukan lain adalah Sak Huan,
Lewat beberapa saat kemudian tampaklah sesosok
bayangan manusia dengan cepatnya lari mendatang, dari
tempat kejauhan Koan Ing sudah bisa mengetahui kalau orang
itu bukan lain adalah ciangbunjien dari Bu-tong-pay, Yuan Si
Tootiang adanya.... Dalam hati dia merasa amat terperanjat, Yuan totiang juga
ikut mengejar datang" Agaknya Sak Huan sedang menanti
kedatangan Yuan Tootiang disana, apakah mungkin
persoalannya tadi sudah memperoleh ijin dari dia orang"
Tetapi hal ini tidak masuk diakal, Yuan Tootiang adalah
salah satu anggota dari tiga manusia genah apalagi
kedudukannya sebagai ciangbunjien suatu partai besar,
sekalipun dia tidak becus tidak mungkin dia bisa memberi ijin
kepada Sak Huan untuk berbuat demikian,
Dengan cepatnya Yuan Si Tootiang sudah tiba dihadapan
Sak Huan, mereka berdua mulai berbicara dan bersama-sama
lalu menuju kejalan semula,
"Dari tadi aku sudah tahu," ujar Yuan Si Tootiang dengan
keren. Tetapi baru saja berbicara sampai separuh jalan, mendadak
tubuhnya merandek. "Siapa yang bersembunyi dibalik pohon?" bentaknya
dengan gusar Koan Ing jadi amat terperanjat selama ini dia bersamasama
Sang Siauw-tan sama sekali tidak bergerak, bagaimana
mungkin Yuan Si Tootiang bisa mengetahui kalau mereka lagi
bersembunyi dibalik pohon"
Jika ditinjau dari hal inijelas menunjukkan kalau tenaga
dalam yang dimiliki Yuan Si Tootiang jauh berada di atas dua
manusia genah lainnya. Sambil menarik tangan Sang Siauw-tan dia lantas berjalan
keluar dari balik pohon itu dan memandang ke arah Yuan Si
Tootiang dengan tajam. Yuan Si Tootiang yang melihat munculnya Sang Siauw-tan
serta Koan Ing di tempat itu, sinar matanya berputar-putar.
"Ooouw.... kiranya kalian berdua," katanya kepada mereka
berdua. "Murid keponakanku ini dikarenakan terlalu kagum dengan
nona Sang sudah mengejar kemari, mau tak mau terpaksa
pinto harus mengejar kemari juga dengan melakukan
perjalanan malam, harap kalian berdua suka memaafkan diri
pinto." Koan Ing yang mendengar perkataan tersebut lantas jadi
melengak, kiranya Sak Huan adalah keponakan dari Yuan Si
Tootiang, tidak aneh kalau dia begitu membela dan
melindungi dirinya. Dalam hati dia merasa semakin tidak senang lagi, sahutnya
tawar, "Buat apa Tootiang berbuat sungkan-sungkan, tetapi
dengan perbuatan dari muridmu itu aku rasa merupakan suatu
perbuatan yang terkutuk dan dibenci setiap orang, harap
Tootiang suka memberi peringatan yang lebih sebegitu saja."
Nama Yuan Si Tootiang terdapat diantara nama-nama tiga
manusia genah, pada biasanya mana mungkin dia
memperoleh peringatan yang pedas dari orang lain" Bilamana
peristiwa baru-baru ini sampai terdengar di dalam Bu-lim
maka akan dibawa kemana wajahnya"
Dia menghela napas panjang-panjang, untuk minta maaf
sudah tentu dia orang tidak akan melakukannya karena hal ini
bakal merusak kedudukannya, dia memandang sekejap ke
arah diri Koan Ing serta Sang Siauw-tan, kemudian tanpa
mengucapkan sepatah katapun berlalu dari sana sambil
menarik tangan Sak Huan, Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang sama sekali tidak
berbicara dia pun tidak suka mengambil perduli,
Menanti bayangan mereka berdua sudah amat jauh barulah
terdengar Sang Siauw-tan berkata:
"Sungguh aneh sekali bilamana dikatakan Yuan Si Tootiang
mengejar kemari bagaimana mungkin Sak Huan bisa menanti
dirinya disini"jika dilihat sikap, si jadah setengah tua itu
sedikitpun tidak takut kepada hidung kerbau tersebut, hmm
agaknya dalam urusan ini ada sesuatu yang tidak beres."
Dalam hati Koan Ing pun merasa keheranan, tetapi
berhubung dia mempunyai dugaan hal ini dikarenakan rasa
sayang yang berlebih-lebihan, dia lantas tersenyum,
"Tidak kusangka Yuan Si Tootiang memandang nama
besarnya tetapi suatu permainan, kecermelangannya selama
puluhan tahun ini ada kemungkinan bakal rusak di tangan Sak
Huan. waktu itu akan ditaruh dimanakah wajahnya"
Sehabis berkata dengan menarik tangannya Sang Siauwtan
dia melanjutkan kembali perjalanannya ke arah depan.
Cuaca semakin terang, Koan Ing serta Sang Siauw-tan
yang melanjutkan perjalanan sambil bercakap-cakap sama
sekali tidak merasa lelah akhirnya mereka tiba disebuah kota
yang cukup besar. Setelah masuk ke dalam kota mendadak seekor kuda
berlari lewat dari samping mereka.
Dengan cepat Koan Ing angkat kepalanya memandang, dia
jadi melengak kiranya orang itu adalah Hoo Lieh yang
ditemuinya untuk pertama kali bersama-sama Sang Siauw-tan
tempo hari. Terburu-buru Hoo Lieh meloncat turun dari kudanya.
"Oouw.... tidak kusangka di tempat ini aku bisa bertemu
kembali dengan nona serta Koan
siauw-hiap," ujarnya sambil tertawa
Sang Siauw-tan yang melihat munculnya Hoo Lieh dengan
wajah girang dalam hati dia merasa amat gembira. "Dimana
ayahku?" Hoo Lieh agak ragu-ragu sejenak, akhirnya dia tertawa.
"Pangcu dia orang tua agaknya sudah putus asa terhadap
urusan kereta berdarah itu, pada tiga hari yang lalu dia orang
tua sudah kembali ke daerah Tionggoan, kini cuma tinggal
beberapa orang saja yang mendapat perintah untuk mencari
jejak Bun Ting-seng."
Koan Ing yang mendengar Sang Su-im sudah kembali ke
daerah Tionggoan dalam hati
merasa amat menyesal sekali, dengan perlahan dia
menundukkan kepalanya rendah-rendah lalu tersenyum,
"Lalu dimanakah orang-orang itu?" tanyanya kepada Hoo
Lieh. Hoo Lieh yang melihat munculnya Koan Ing serta Sang
Siauw-tan dalam hati benar-benar merasa amat girang sekali.
"Setelah Koan siauw-hiap pergi kereta berdarah itu kembali
munculkan dirinya, kami lantas pergi mencarijejak kereta
berdarah itu bahkan Cha Thay^hiap merasa amat cemas
sekali dengan keselamatan siauw-hiap, mereka tahu orang
yang menunggang kereta berdarah itu adalah Si Budak
Berdarah dari tempat kegelapan"
"Ooow.... " seru Koan Ing, dia tahu di dalam soal ini semua
orang bisa mengetahuinya dengan amat cepat tentunya waktu
ini Ciu Tong sekalian lagi mengejar kereta berdarah itu,
mengejar Si Budak Berdarah dari kegelapan.
Sewaktu dia berada di dalam kereta berdarah itu selama itu
tak pernah dia menemukan ilmu silat dari ciangbunjien Hiatho-
pay seperti yang telah disiarkan, Si Budak Berdarah dari
kegelapan pernah menghantam dirinya satu kali, dendam ini
dia akan membalasnya tetapi mengingat tenaga dalam yang
dimiliki pada saat ini belum bisa mengalahkan Si Budak
Berdarah dari tempat kegelapan, maka sekalipun pergi
menemukan dirinya juga tiada gunanya.
Hoo Lieh melihat pemuda itu lagi termenung dengan
perlahan lantas tertawa. Mereka semua kini berada di sekitar tempat ini, luka Koan
siauw-hiap belum sembuh benar-benar lebih baik untuk
sementara waktujangan ikut di dalam gerakan untuk mencari
kereta berdarah itu. Koan Ing tahu kalau Hoo Lieh bisa berbicara demikian
disebabkan dia bersikap sangat baik terhadap dirinya, dengan
rasa berterima kasih serunya, "Terima kasih Hoo Thay-hiap
sebetulnya akupun tidak punya perhatian lagi terhadap kereta
berdarah itu." Baru saja dia selesai berkata mendadak tampillah sesosok
bayangan manusia berkelebat
dihadapan matanya. "Kau tidak tertarik tidak jadi soal, aku yang punya perhatian
sudah datang" serunya dingin,
Koan Ing merasa hatinya tergetar, kiranya orang yang baru
datang itu bukan lain adalah Ciu Tong.
Rambutnya yang sudah memutih pada serabutan tidak
karuan, tangan kanannya mencekal tongkat sedang sepasang
matanya dengan amat dingin memperhatikan Koan Ing. Ciu
Pak serta Bu Sian berdua tidak tampak mengikuti dirinya.
Hoo Lieh yang melihat munculnya orang itu diam-diam
merasa terperanjat juga, dia menarik napas panjang-panjang.
"Oouw.... kiranya Ciu Tocu sudah datang, Pangcu kami
memangnya lagi menanti kedatanganmu disini."
Ciu Tong adalah manusia yang amat licik, sudah tentu Hoo
Lieh yang bermaksud menipu dirinya tidak bakal bisa.
Terdengar dia mendengus dingin, sinar matanya dengan
tajam memperhatikan diri Hoo Lieh.
"Heee.... heee.... Sang Su-im sudab kembali ke daerah
Tionggoan, kau ingin menipu aku" Mengingat dosamu baru
untuk pertama kali ini maka aku ampunijiwamu sekali, ayoh
cepat menggelinding pergi!"
Hoo Lieh segera merasakan hatinya bergidik, belum sempat
dia mengucapkan sepatah katapun mendadak tardengar Sang
Siauw-tan tertawa. "Paman Hoo kau pergilah mencari ayah dan undang beliau
datang kemari", perintahnya.
Hoo Lieh tahu Sang Siauw-tan takut dirinya bilamana tidak
pergi maka Ciu Tong akan turun tangan kejam terhadap
dirinya, dalam hati dia merasa sangat berterima kasih sekali
terhadap diri nona itu. Diapun tahu sekalipun dirinya tetap tinggal disana juga
tiada gunanya, kini Sang Su-im sudah kembali ke daerah
Tionggoan sedang Cha Can Hong pun ada di sekitar tempat
ini, bilamana dia tidak bisa mendapatkan Sang Su-im sedikitdikitnya
bisa menemukan Cha Can Hong.
Cha Can Hong paling menyayangi diri Sang Siauw-tan,
setelah mengetahui dia berada di dalam keadaan bahaya dia
orang sudah pasti akan turun tangan membantu. Dia lantas
bungkukkan badannya memberi hormat kepada diri sang
gadis. "Nona baik-baiklah kau berjaga diri!" serunya.
Kemudian kepada diri sang pemuda katanya pula, "Koan
siauw-hiap aku Hoo Lieh berangkat dulu."
Sehabis berkata dia putar badan berlalu dari sana.
Dengan pandangan yang amat dingin Ciu Tong
memandang hingga tubuh Hoo Lieh lenyap dari pandangan
baru kemudian dengan perlahan beralih ke atas wajah mereka
berdua. "Sekalipun kalian bergabung diri juga tidak bakal berhasil
menerima seratus jurus seranganku, kalian ingin mengikuti
aku dengan rela dan ikhlas ataukah menanti setelah aku turun
tangan sendiri menawan kalian....?"
Sinar mata Sang Siauw-tan berkelebat., dia tahu Ciu Tong
jadi orang amat kejam dan licik, pekerjaan apapun bisa dia
lakukan. Tetapi diapun mendengar Cha Can Hong ada di sekeliling
tempat ini dan Hoo Liah lagi pergi mencari dirinya. maka saat
ini dia harus berusaha mengulur waktu selama mungkin untuk
menanti datangnya bala bantuan.
"Empek Ciu," ujarnya kemudian sambil tertawa. "Kenapa
sifatmu ini hari amat kasar
sekali?" "Siauw-tan," ujar Ciu Tong dengan dingin. "Sejak semula
ayahmu sudah bentrok dengan diriku, anak murid
perguruanku yang masuk ke daerah Tibetpun kebanyakan
binasa ditangan anak buah perkumpulan Tiang-gong-pang,
akupun kena dibokong ayahmu, coba kau pikir apakah
dendam ini tidak boleh aku balas?"
Terhadap ikatan dendam antara ayahnya serta Ciu Tong
sejak semula nona mi sudah mendengar dari mulut Koan Ing,
tetapi untuk mengulur waktu lebin lama dia pura-pura tidak
paham. "Empek Ciu," ujarnya keheranan. "Kau masuk ke daerah
Tibet bersama-sama ayahku bahkan pernah berjanji hendak
bekerja sama mengejar kereta berdarah itu, bagaimana boleh
dikarenakan sedikit urusanjadi saling bentrok?"
Dengan dinginnya Ciu Tong mendengus dingin, dia merasa
curiga terhadap gadis itu setelah mendengar perkataannya,
kini Koan Ing ada disampingnya sudah tentu Sang Siauw-tan
ikut mengetahui juga di dalam urusan ini, jelas dia mempunyai
tujuan tertentu. Ciu Tong bukanlah seorang bocah yang baru berusia tiga
tahun, dia lantas paham gadis itu berbuat demikiian adalah
dikarenakan ingin mengulur waktu.
Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong suami istti
semuanya ada di sekeliling tempat ini, sebentar lagi mereka
pasti akan tiba disana.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmmm.... Siauw-tan!" serunya sambil mendengus dingin,
"Bilamana kau ingin benar-benar mengetahui urusan ini, aku
bisa bercerita kepadamu, cuma saja kau harus ikut dulu
dengan diriku." Sang Siauw-tan jadi terperanjat, dia tahu tentulah Ciu Tong
sudah mengerti maksudnya hendak mengulur waktu.
Ooo)*(ooO Bab 28 SINAR MATANYA dengan cepat berputar memperhatikan
tempat di sekitar sana, tiba-tiba dia menemukan si dewa
telapak dari gurun pasir dengan kecepatan yang luar biasa
sudah berlari mendatang. Hatinya jadi amat girang, dia merasa amat lega sehingga
tak terasa sudah kirim satu senyuman kepada si iblis tua itu.
Tetapi pada saat itulah mendadak terdengar Ciu Tong
membentak keras, dari sepasang matanya memancarkan
nafsu membunuh yang menyala-nyala, tubuhnya dengan
diiringi suara desiran angin yang tajam menubruk ke arahnya.
Sewaktu Sang Siauw-tan melihat munculnya Cha Can Hong
tadi Ciu Tongpun dapat melihat munculnya si dewa telapak
tersebut, sanpai keadaan ssmacam itu mana dia dapat
berpeluk tangan lagi maka itu sambil melancarkan serangan
dia menubruk ke arah gaiis tersebut.
Begitu tubuhnya bergerak dengan rasa amat terperanjat
Koan Ing melancarkan serangan dengan menggunakan
pedang Kiem-hong-kiamnya, diantara suara suitan yang amat
keras serentetan sinar pelangi emas berkelebat menghajar
tubuh Ciu Tong. Toya ditangan Ciu Tong si iblis tua itu dengan dahsyatnya
menghantam kepala Koan Ing, agaknya dia bermaksud
menggetar pergi tubuh pemuda tersebut.
Sang Siauw-tan yang berhasil kena dicengkeram oleh Ciu
Tong hanya di dalam sekejap saja kontan tak dapat berkutik,
iblis tua itu lantas menariknya mendekati tubuhnya dan
membentak dengan suara yang amat keras. Jangan bergerak."
Cha Can Hong melengak, terpaksa dia menghentikan
langkah kakinya. Saat ini cukup Ciu Tong menambahi dengan satu bagian
tenaga saja maka Sang Siauw-tan seketika itu juga akan
terpukul terbinasa. Koan Ing sendiripun tertegun, dia menarik kembali
pedangnya dengan lemas. Kiranya pedang Kiem-hong-kiam ditangannya berhasil
digetarkan terpental oleh sambaran toya Ciu Tong. untung
sekali luka dalamnya tidak sampai kambuh lagi.
"Ciu Tong," terdengar Cha Can Hong mendengus dengan
amat marahnya, Namamu berada
Pendekar Buta 8 Pendekar Misterius Karya Gan K L Rahasia Istana Terlarang 2
Sewaktu dia masih ragua itulah Ciu Tong sudah tertawa
terbahak-bahak. "Sang Su-im!" teriaknya. "Kiranya ini hari kau sudah
mengalihkan seluruh kekuatan perkumpulan Tiang-gong-pang
datang kemari" "Heee.... heee.... oranga dari pulau Ciat Ih To dari lautan
Timurpun bukannya tidak mengirim orang masuk ke daerah
Tibet, cuma sayang sebagian besar sudah terhalang" seru
Sang Su-im balas mengejek.
Ciu Tong jadi melengak, di dalam hati dia merasa sangat
menguatirkan kemanakah perginya anak buah dari pulau Ciat Ie To, apalagi diapun
tahu bilamana terus menerus berada disini bukanlah satu cara
yang baik untuk menghadapi musuhanya. Dia lantas tertawa
terbahak-bahak, "Haa,.... haa kalau begitu mohon diri lebih dahulu, untuk
sementara biarlah kereta berdarah itu terjatuh ke tangan
seorang boanpwee di bawah empat manusia aneh, lain kali
kita bertemu kembali."
Sehabis beikata toya ditangan kanannya sedikit menutul
permukaan tanah tubuhnya laksana seekor burung elang
dengan cepatnya melayang ke tengah udara lalu berlalu dari
situ bersama-sama Ciu Pak serta Bu Sian, Thian Siang Thaysu
yang melihat Ciu Tong berlalu terlebih dulu hatinya jadi
berdesir, dengan demikian kekuatan kedua belah pihak jauh
tidak seimbang, bilamana dia bermaksud untuk merebut
kereta berdarah itu maka hal ini tidak bakal biia terjadi lagi,....
Dalam hati dia menghela napas panjang, pikirnya, "Heei....
kenapa sampai sekarang Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien
dari Bu-tong-pay masih belum muncula juga, bilamana saat ini dia bisa
datang hal itu sungguh bagus sekali, kereta berdarahpun bisa
dihalangi." Berpikir sampai disitu dia lantas melayang turun dari kereta
berdarah dan berlalu menuju ke arah barat.
Para hweesio dari Siauw-lim-si lainnya sewaktu melihat
ciangbunjiennya sudah berlalu, sudah tentu merekapun tidak
berani mengurung kereta berdarah itu lebih lama lagi, mereka
bersamaa pada bubaran dan mengikuti diri Thian Siang
Thaysu berlalu dari sana.
Sang Su-im memandang hingga bayangan dari hweesiohweesio
Siauw-lim-pay itu lenyap dari pandangan lalu dengan
perlahan menoleh ke arah Koan Ing.
Di dalam hati dia merasa rada heran, tak disangka hanya
perpisahannya selama beberapa hari ini tenaga dalam dari
Koan Ing kembali memperoleh kemajuan yang demikian
pesatnya. Dia menoleh dan menghela napas panjang.
"Cha Hian-te!" serunya kemudian kepada diri si dewa
telapak dari gurun pasir. "Koan Ing sama sekali tidak salah,
nyawanya cuma tinggal sepuluhan saja, akulah yang memaksa
dia untuk berbuat demikian."
Dalam hati Cha Can Hong merasa hatinya berdesir tetapi
tak sepatah katapun diucapkan keluar.
"Apa?" Tiba-tiba terdengar suara jeritan kaget berkumandang
keluar dari sisi tubuhnya.
Ketika menoleh ke samping terlihatlah putrinya yang
terkecil Ing Ing lagi berdiri melongo-longo.
Melihat kejadian itu dia jadi melengak, lalu saling tukar
pandangan dengan Suto Beng Cu, di dalam hati mereka
berdua mulai merasa rada tidak tenang. Kiranya Cha Ing Ing
si dara cilik ini pun secara diam-diam sudah mencintai sang
pemuda Sang Su-im serta Koan Ing yang lagi memikirkan keadaan
dari Sang Siauw-tan sama sekali tidak pernah berpikir lebih
teliti lagi terhadap sikap yang aneh dari Ing Ing ini, air muka
mereka amat murung sekali.
Cha Ing Ing yang merasa dirinya sudah terlanjur berteriak
dengan cepat tutup mulutnya, tetapi sewaktu dilihatnya orang
tuanya lagi memperhatikan dirinya dia lantas tundukkan
kepalanya rendah-rendah. "Heeei.... kesemuanya adalah kesalahanku!" seru Koan Ing
tiba-tiba sambil angkat kepalanya. "Akulah yang sudah
mengambil keputusan untuk berbuat begitu."
Selesai berkata dia tundukkan kepalanya kembali dan
tambahnya, "Tetapi aku tidak tahu kalau Siauw-tan bisa pergi
menjadi Ni-kouw." "Lalu kenapa tidak sejak semula kau beritahukan soal itu
kepadaku!" tegur Cha Can Hong.
Koan Ing lantas tertawa. "Itu adalah soalku, bagaimana mungkin aku boleh
ceritakannya kepada orang lain?"
Selesai berkata dia tersenyum kembali, "Padahal tidak lebih
aku bakal kehilangan ilmu silat sedang badan merasa lelah
saja." Tidak usah dipikir panjang lagi, Cha Can Hong pun tahu
tentu hal itu disebabkan oleh permainan setan dari Ciu Tong,
bilamana benar-benar sampai kehilangan ilmu silat jika
ditinjau dari oranga kalangan Bu-lim hal ini jauh lebih tersiksa
daripada menemui kematian, dengan perlahan dia lantas
menundukkan kepalanya rendaha. Dia termenung berpikir
beberapa saat lamanya, lalu ujarnya, "Sekarang Siauw-tan
belum dicukur gundul, tetapi kalau sudah naik kepuncak Su Li
Hong maka berarti pula urusan ini tidak bisa ditarik kembali."
Mendengar perkataan itu Koan Ing semakin merasakan
hatinya tergetar amat keras. "Biarlah sekarang juga aku
berangkat menuju kepuncak Su Lie Hong" serunya.
"Bagaimana kau boleh pergi?" teriak Sang Su-im melengak.
"Sebenarnya aku sudah ambil keputusan untik mencari
dirinya, kini Siauw-tan belum dicukur gundul maka aku mau
pergi mencari dirinya!"
Sang Su-im, Cha Can Hong serta Suto Beng Cu pada
melengak. Puncak Su Lie Hong selamanya selalu di anggap sebagai
tempat yang keramat oleh para jago Bu-lim, apalagi disanalah
bertempat tinggal Sin-san Soat-nie membuat setiap orang baik
dari kalangan Hek To maupun dari kalangan Pek To pada
merasa hormat terhadap tempatnya.
Tidak disangka kini Koan Ing mau menerjang dengan
menggunakan kekerasan. Dengan sedihnya Sang Su-im menghela napas panjang....
"Heei.... bilamana kau sungguh berbuat demikian maka hal
ini sama saja dengan pelanggaran satu pantangan yang
terbesar di dalam dunia kangouw.... tetapi.... tetapi
sesukamulah" Dia tahu sekalipun masa hidup Koan Ing tidak akan lama
lagi, bilamana dia bisa berbuat demikian hal ini lebih bagus
lagi, biarlah dengan menggunakan waktu yang singkat ini dia
berbuat satu pekerjaan baik, menasehati Sang Siauw-tan
agarjangan menjadi nikouw.
Jilid 11 SEHABIS berkata Sang Su-im termenung sebentar lalu
sambungnya lagi, "Aku tahu kau masih ada urusan yang
belum diselesaikan. musuh besar pembunuh ayahmu Bun
Ting-seng bisa aku usahakan untuk pencariannya menanti
setelah kau kembali dari puncak Su Li Hong aku bisa
beritahukan kepadamu!"
Dia tahu Koan Ing adalah seorang yang berhati keras,
karena itu dia tidak mau bilang hendak mewakili dirinya untuk
mencari balas. "Terima kasih empek Sang!" ujar Koan Ing sambil
bungkukkan badannya memberi hormat.
Tubuh Cha Can Hong segera berkelebat bersama-sama
dengan Sang Su-im meloncat turun dari atas kereta.
Koan Ing lantas berpamitan kepada semua orang lalu ambil
sentakkan tali les kudanya dia berlalu dari sana.
Cuaca semakin lama semakin menggelap angin utara
berhembus dengan santarnya, bunga salju bertaburan dari
tengah udara membuat permukaan tanah menjadi putih.
Tampaklah sebuah kereta berwarna merah darah dengan
kecepatan yang luar biasa berlari menuju ke arah sebelah
timur. Puncak Su Li Hong terletak disuatu tempat lima li diluar
perbatasan Tibet. Koan Ing merasakan hatinya amat cemas dia merasa
kepingin cepat2 bertemu muka dengan Sang Siauw-tan
semakin cepat semakin baik, sekalipun puncak Su Li Hong
adalah sarang macan atau gua naga diapun tetap akan
menerjang kesana. Saat ini jaraknya dengan puncak Su Li Hong tinggal seratus
li saja, keempat ekor kuda berwarna merah darah itu dengan
tiada lelahnya berlari terus ke depan, dalam hati diam-diam
pemuda itu berpikir, "Aku harus melakukan perjalanan siang
malam, aku harus cepat2 tiba dipuncak Su Li Hong!"
Dengan cepatnya kuda itu berlari ke depan.
Saat ini cuaca semakin menggelap, kereta berdarah dengan
cepatnya menerjang masuk ke dalam sebuah selat yang
sempit, angin utara berhembus semakin kencang lagi.
Setelah memasuki selat itu baru saja berjalan sejauh
setengah li mendadak sinar matanya menemukan sinar api
yang berkedip2 diantara selat tersebut, tak terasa hatinya jadi
rada tertegun. Apa mungkin "Yu Ming Hiat Noe" atau Si Budak Berdarah
dari kegelapan hendak mencegat dirinya disana"
Koan Ing segera menggigit kencang bibirnya, urusan
sekarang sudah menjadi begini dia tidak mungkin lagi untuk
membalik. Apalagi jarak dengan puncak Su Li Hong tinggal seratus li,
disanalah Sang Siauw-tan sedang menerima siksaan batin, dia
harus cepat2 tiba di tempat itu.
Dari dalam ruangan kereta dia mengambil keluar sebuah
cambuk lalu tangan kanannya diajunkan ke depan.
Dengan menimbulkan bunga-bunga cambuk laksana
ledakan mercon dengan cepatnya bergema memenuhi
angkasa. Keempat ekor kuda itu meringkik semakin panjang lagi,
dengan cepatnya kuda2 itu bergerak ke depan.
Dari dalam selat itu mendadak berkumandang datang suara
tertawa dingin yang amat mengerikan sekali, suara tersebut
bergema tiada hentinya dan mendengung2 memantul ke
seluruh penjuru. Koan Ing hanya merasakan segulung hawa dingin yang
menusuk tulang menerobos masuk ke dalam punggungnya.
Cambuk panjang berputar dan berkelebat ditengah udara
sehingga menimbulkan berpuluh-puluh ledaKan bunga
cambuk, keempat ekor kuda itu berlari semakin cepat,
Di dalam sekejap seluruh selat sudah dipenuhi dengan sinar
api yang berkedip2 menyilaukan mata, diantara sinar kehijauhijauan
yang mengerikan keempat ekor kuda yang berwarna
merah darah itu segera berubah semakin menyeramkan
membuat suasana ojadi amat mengerikan.
"Heee.... heee.... Koan Ing!" tiba-tiba terdengar suara
leriakan disertai tertawa dingin berkumandang datang. "Cepat
tinggalkan kereta itu dan melarikan diri, kalau tidak jangan
salahkan aku akan turun tangan kejam terhadap dirimu."
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia tetap
melarikan kereta berdarah itu ke depan bahkan terhadap
suara ancaman itu sama sekali tak terpikirkan dihatinya.
Hanya di dalam sekejap saja kereta berdarah itu sudah
berlari kembali sejauh setengah li, tapi agaknya selat itu amat
panjang dan tak ada ujung pangkalnya walaupun sudah
berlari amat lama tak keluar juga dari selat tersebut.
Hatinya mulai merasa amat cemas, keringat dingin
mengucur keluar dengan amat derasnya.
"Koan Ing, cepat tinggalkan kereta itu!" kembali suara
tersebut bergema datang....
Agaknya suara itu berkumandang keluar dari samping
telinganya membuat dia merasakan pendengarannya
berdengung. Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, hatinya mulai
terasa terbakar. "Hey budak berdarah dari kegelapan bilamana kau punya
nyali cepat unjukkan diri, buat apa berbuat sembunyi2 seperti
cucu kura2! apa kau orang tidak takut ditertawakan oleh
orang-orang Bu-lim?" teriaknya dengan gusar.
Dari tengah selat kembali berkumandang datang suara
tertawa dingin yang amat menusuk telinga.
Koan Ing tidak suka banyak bicara lagi dia tidak mau ambil
gubris terhadap orang itu, kereta berdarahnya dilarikan
semakin cepat lagi. Di hadapannya kini muncul sebuah tikungan yang tajam,
baru saja kereta berdarah itu berbelok mendadak keempat
ekor kuda itu meringkik panjang dan pada berdiri.
Koan Ing jadi sangat terperanjat, dengan cepat dia
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu. Terlihatlah
jalan di depannya sudah terputus, sebatang pohon yang amat
besar sudah tumbang dan menghalangi perjalanannya.
Dalam hati dia merasa terkejut bercampur gusar, bilamana
bukannya keempat ekor kuda itu mundur dengan cepat
bakankah keretanya akan menumbuk pohon itu hingga
hancur" Dengan guiarnya dia lantas membentak keras, telapak
tangan kanannya dengan disertai tenaga lweekang yang lihay
segera melancarkan satu pukulan dahsyat ke depan.
"Braaak!" dengan disertai suara yang nyaring angin pukulan
tersebut dengan amat tepatnya menghantam pohon itu
sehingga ranting dan pohon pada berguguran.
Serentetan suara yang dingin dan tajam kembali
berkumandang datang memenuhi angkasa....
Koan Ing jadi melengak, terlihatlah olehnya di atas sebuah
tebing kurang lebih dua puluh kaki dari dirinya berdirilah
sebuah bayangan berwarna merah darah.
Walaupun di dalam hati Koan Ing sudah menduga akan
munculnya Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, tapi tak
urung hatinya merasa tegang juga.
"Koan Ing!!" Terdengar Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan berteriak sambil bertolak pinggang. "Aku tidak ada
s kit hati dengan dirimu, akupun tidak ingin menyusahkan
dirimu, asalkan kau suka melepaskan kereta itu untukku,
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka aku akan lepaskan jalan hidup buat dirimu."
Dia berbicara sambil dongakkan kepalanya ke atas karena
itu suaranya segera memantul keempat penjuru.
Ooo)*(ooO Bab 25 KOAN ING yang melihat sikap Si Budak Berdarah dari
tempat kegelapan sangat jumawa hatinya rada mendongkol,
dia tahu kepandaian silatnya jauh lebih tinggi satu tingkat dari
kepandaian silat tiga manusia genah empat manusia aneh
tetapi saat ini dia hendak menuju kepuncak Su Li Hong dia
harus melakukan perjalanan cepat karena itu kereta berdarah
ini tidak mungkin dapat diserahkan kepadanya.
"Kau masih pikirkan apa lagi?" terdengar suara dari Si
Budak Berdarah dari tempat kegelapan berkumandang lagi
dengan dinginnya. Sinar mata Koan Ing segera berputar memperhatikan
keadaan di sekitar tempat itu, dia mulai memikirkan cara-cara
untuk meloloskan diri dari sana.
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan segera
mendengus dingin. "Aku akan menghitung sampai tiga, bila mana setelah
angka ketiga kau orang tidak juga turun dari kereta itu
janganlah salahkan aku akan menghancurkan tubuhmu di
tempat itu juga!" Koan Ing menarik napas panjang-panjang dia mendengar
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan sudah mulai
menghitung angka pertama, dengan cepat keretanya ditarik
untuk mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hee.... heee.... kau jangan harap bisa melarikan diri dari
sini, dua!" seru Si Budak Berdarah itu sambil tertawa dingin,
Dengan cepat Koan Ing berkelebat dan melayang turun ke
belakang kereta itu. "Hmm! agaknya kau ingin merasakan kelihayanku!" bentak
Si Budak Berdarah dengan gusar.
Tidak menanti dia banyak berbicara lagi cambuk ditangan
kanan Koan Ing segera ia hajarkan ke atas tubuh keempat
ekor kuda berdarah tersebut.
Diantara suara ringkikan panjang keempat ekor kuda
segera menerjang ke depan.
ditengah suara bentakan yang keras Koan Ing segera
mengangkat kereta itu melewati halangan tersebut setelah itu
meloncat kembali ke atas kereta.
"Kau ingin melarikan diri?" teriak b dak berdarah dengan
keras. Diantara suara bentakannya yang amat mengerikan
tubuhnya meloncat turun dari atas tebing.
Koan Ing yang berhasil mengangkat kereta tersebut
melewati pohon menghalang itu keringat sudah mengucur
keluar membasahi seluruh keningnya pikirnya dihati,
"Aaaach.... sungguh mujur!"
Tubuhnya dengan cepat melayang ke atas, tali les kudanya
disentakan keras2. untuk kedua kalinya kereta berdarh itu
berlari dengan cepatnya menuju ke arah depan.
Ketika menoleh ke belakang Koan Ing segera merasakan
hatinya amat terperanjat, kiranya Si Budak Berdarah dari
tempat Kegelapan sudah meloncat turun dari atas tebing
setinggi dua puluh kaki, sepasang telapak tangannya yang
berwarna merah darah sudah dipentangkan siap-siap
melancarkan serangan sedang tubuhnya bagaikan seekor
burung elang dengan dahsyatnya menerjang ke arahnya.
Cambuk ditangan kanan pemuda itu dengan cepat diajun
ke belakang menghajar tubuh musuhnya.
Saat ini tubuh Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan
sudah melayang turun s tinggi satu kaki, melihat datangnya
serangan cambuk dari Koan Ing itu sepasang lengannya
sedikit bergetar, tubuhnya melayang lebih ke depan lagi,
diantara ajunan tangan kanannya dia telah mencengkeram
gagang cambuk itu. Saat ini Koan Ing cuma menginginkan cepat meloloskan diri
dari tempat itu, melihat cambuknya kena dicekal dengan cepat
dia lepas tangan, kereta berdarahnya segeia meluncur
semakin cepat lagi ke depan.
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa melepaskan cambuk tersebut,
dia agak melengak tapi sebentar kemudian tubuhnya kembali
berkelebat mengejar diri Koan Ing.
Koan Ing untuk kedua kalinya menoleh ke belakang,
sewaktu dilihatnya Si Budak Berdarah tetap mengejar terus
tiada hentinya bahkan kecepatan larinya semakin cepat
hatinya jadi sangat terperanjat.
Diam-diam pikirnya dalam hati.
"Aduuuh.... celaka, celaka! Bilamana sampai kecandak
maka aku tidak punya kekuatan lagi untuk meloloskan diri."
Mendadak satu pikiran berkelebat di dalam benaknya,
dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas sambil mencekal
pedang dia berdiri di atas atap kereta.
Sibdak berdarah dari tempat kegelapan yang melihat Koan
Ing meloncat ke atas atap kereta dia lantas tertawa dingin,
tubuhnya dienjotkan ke atas kemudian melayang ke arah atap
kereta tersebut. Saat itulah Koan Ing baru dapat melihat kalau di atas wajah
Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan ini sebenarnya
memakai sebuah topeng berwarna merah darah, agaknya dia
tidak ingin orang lain melihat wajahnya yang sebenarnya.
Pedang Kiem-hong-kiam ditangan kanannya dengan
menggunakan jurus "Kioe Ku Ceng Jiet" atau sembilan busur
menggetarkan sang surja menyerang ke arah depan.
Diantara berkelebatnya sinar pedang yang menyilaukan
mata pedang Kiem-hong-kiam itu tiada hentinya
memperdengarkan suara dengungan yang memekikkan
telinga. Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan segera tertawa
dingin, tangan kanannya dipentangkan mencengkeram tubuh
pedang tersebat, inilah yang dinamakan ilmu Ing Jiauw Kang
dari aliran Siong Yang Pay yang amat lihay itu.
Melihat akan hal itu Koan Ing segera merasakan hatinya
tergetar ami! kara", jurus ini dia pernah melihatnya dari kitab
pusaka "Boe Shia Koei Mie" pemberian Song Ing.
Pedang Kiem-hong-kiam ditangan kanannya dengan cepat
digerakan, lalu membabat ke kanan. inilah yang dinamakan
jurus "Cing To To Ci" atau pulau hijau memupuk kepandaian,
Kiranya jurus ilmu silat dari ilmu pedang "Cing Shia Kiam
Hoat" ini justru merupakan jurus yang khusus digunakan
untuk memecahkan ilmu Ing Jiauw Kang dari aliran Siong
Hang pay. Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan segera tertawa
dingin, tangan kanannya menekan kebawah, lima jarinya
mencengkeram tubuh pedang Kiem-hong-kiam itu. gerakan
tubuhnya amat cepat membuat Koan Ing susah untuk
menghindar. Koan Ing segera merasakan hatinya rada berdesir, jelas Si
Budak Berdarah itu sudah menduga kalau dia bakal
melancarkan jurus tersebut.... dia tidak menyangka kalau
jurus serangan dari musuhnya ini secara samar-samar
mengandung ilmu sah cap lak Jien Na So dari aliran Bu-tongpay.
Dia merasa terperanjat kalau di kolong langit pada saat ini
ternyata masih ada orang yang bisa menggunakan ilmu Jien
Na So dari aliran Bu-tong-pay sehingga demikian
sempurnanya. kiranya kesempurnaan dan kecepatan geraknya
ini jauh melebihi dari Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien dari
partai Bu-tong-pay sendiri.
Pedang Kiem-hong-kiamnya segera menekan kebawah,
ujung pedangnya menunjuk kelangit, inilah jurus untuk
bertahan yang amat lihay Hay Thian It Sian atau satu garis
langit dan lautan. Baru saja Koan Ing melancarkan serangan itu sampai
dttengah jalan mendadak lima jari tangan kanan Si Budak
Berdarah menekan kebawah memunahkan separuh bagian
kekuatan dari ujuag pedangnya itu.
Dengan perbedaan dua coen inilah maka jurus bertahan
Hay Thian It Sian jadi terpecahkan.
Koan Ing benar-benar merasa hatinya sangat terperanjat,
agaknya Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan ini sangat
memahami ilmu silat aliran Bu-tong-pay, bukankah ilmu khiekang
tingkat tinggi dari aliran Bu-tong-pay"
Apa mungkin jurus serangan ini dia belajar dari diri Yuan Si
tootiang sewaktu tiga manusia genah mengerubuti dirinya
tempo hari" Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan yang melihat
jurus serangannya berhasil memecahkan jurus bertahan dari
Koan Ing tubuhnya bagaikan seekor ular dengan cepatnya
mendesak tubuh Koan Ing lebih hebat, telapak tangannya
dengan cepat menghajar dadanya.
Koan Ing benar-benar meresa amat kaget, dia sama sekali
tidak menyangka kalau musuhnya bisa menduduki posisi yang
membuat dia orang sama sekali tidak jelas, hatinya benarbenar
tertegun amat keras bahkan jauh lebih hebat rasanya
dibandingkan seWaktu untuk pertama kali dia menghadapi Ciu
Tong itu iblis tua dari pulau Ciet Ie To tempo hari.
Koan Ing kembali terdesak mundur dua langkah ke
belakang. Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan tidak
menyia-nyiakan waktu lagi dia lantas meloncat naik ke atas
atap kereta berdarah tersebut sedang tangan kanannya
dergan cepat menghajar dada Koan Ing
Dalam bati Koan Ing merasa amat terkejut, dia membentak
keras sedang pedang kiem-hong-kiam ditangan kanannya
digetarkan sehingga membentuk satu gerokan busur yang
amat besar mengurung tubuh Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan. Jurus serangan yang baru saja digunakan ini bukan lain
adalah d|urus Noe Ci Sin Kiam kaki kanannya bersamaan
Waktu maju ke depan merebut posisi kedudukan yang paling
menguntungkan bagi Si Budak Berdarah untuk menghindarkan
diri. Jarak antara Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan
dengan Koan Ing kini tinggal tiga depa saja, dan justru
serangannya ini mengancam titiK kelemahannya, tak kuasa
lagi dia kembali terdesak mundur satu langkah ke belakang.
Baru saja dia mundur tubuhnya sudah berada ditepi kereta.
dengan dinginnya dia lantas membentak keras dengan rambut
awut2an sepasang telapaknya kembali mendorong sejajar
dada. Segulung hawa pukulan disertai bayangan merah yang
menyilaukan mata segera bergulung dan menghajar tubuh
Koan Ing. Koen Ing merasa benar-benar sangat terperanjat.
bukankah serangan ini telah menggunakan ilmu khie-kang
aliran jahat Si Hiat Mo Kang yang amat dabsjat itu" Tempo
hari justru dikarenakan Si Budak Berdarah dari tempat
kegelapan mempelajari limu khei-kang aliran jahat ini maka
tiga manusia genah baru turun tangan bersama-sama, tidak
disangka ini hari dia menggunakan ilmunya itu juga untuk
menghadapi dirinya. Pedasg Kiem-hong-kiamnya digetarkan ke depan, diantara
berkelebatnya sinar pedang dia hanya merasakan daya hisap
dari sepasang tangan Si Budak Berdarah itu amat dahsyat
sehingga menusuk ke dalam tulang sum-sum.
Dia tidak berani bergebrak saling berhadap-hadapan lagi.
berturut-turut tubuhnya mundur dua langkah ke belakang
tangan kiri melancarkan lima kali serargan totokan jari.
Limaa gulung angin pukulan dengan dahsyatnya menghajar
ke arah sibudakberdarah. Si Budak Berdarah segera mendengus dingin diantara
berkelebatnya hawa khie-kang berwarna merah tawar
beberapa gulung serangan jari yang amat dshsjat itu segera
terhisap punah tanpa menimbulkan akibat apa pun juga.
Sekali lagi Koan Ing merasa hatinya sangat terperanjat,
pedangnya diangkat ke atas diantara berkelebatnya sinar
keemas-emasan yang menyilaukan mata hawa pedang
memenuhi angkasa. Hawa hisapan dari Si Hiat Mo Kang itu laksana benda
lengkat yang amat kental segera bertaburan dari ujung
pedang tersebut, Di dalam sekejap saja seluruh angkasa dipenuhi dengan
suara desiran angin tajam yang memekakkan telinga,
Koan Ing dapat merasa kalau tenaga lwee-kang yang
dimiliki oleh budak berdarah dari kegelapan ini jauh berada di
atas kepandaian Thian siang Thaysu, dengan ngotot dan
Susah pajajnya dia berusaha untuk menghindarkan diri dari
tenaga hisapan hawa khie-kang pihak musuh.
Si Budak Berdarah segera tertawa dingin, rambutnya yang
awut-awutan berkibar tiada hentinya ditengah angkasa sinar
mata yang amat ganas, kejam dan dingin berkelebat tiada
hentinya dari balik topeng berwarna merah darah itu agaknya
dia merasa tidak puas bilamana tidak berhasil membinasakan
diri Koan Ing di bawah serangan telapak tangannya.
Dengan pandangan terpesona Koan Ing berdiri tegak
disana, dia tahu bilamana masing-masing pihak beradu tenaga
dalam maka jangan sekali-kali menggunakan kegesitan badan,
karena bilamana dia coba menghindar maka pihak lawan
segera akan menekan lebih hebat lagi yang ada kemungkinan
bisa mengakibatkan kematian buat dirinya sendiri.
Apalagi ilmu iblis Si Hiat Mo Kang ini justru dapat
menghancurkannya yang amat dahsyat itu, bilamana dia coba
menarik kembali tenaga pukulannya maka tidak tertahan lagi
hawa murninya sendiri akan tersedot oleh pihak lawan.
Sinar mata pemuda itu mulai berkedip-kedip, dia sudah
mulai merasa tidak tahan lagi tetapi sekarang dirinya harus
berangkat kepuncak Su Li Hong, dirinya harus berusaha untuk
berusaha sehingga tidak sampai menemui kematian ditangan
musuh. Berbagai pikiran dengan tepatnya berkelebat menemui
benaknya, walaupun di dalam benaknya, walaupun di dalam
kitab pusaka Boe thia koeimie itu terbuat berbagai ilmu silat
dari partai besar yang ada di kolong langit tetapi sama sekali
tidak pernah menyinggung soal tenaga khie-kang serta hawa
pedang dua hal. Sambil menggigit kencang bibirnya dia bersuit panjang,
tubuhnya mendadak merendah dengan menempuh bahaya.
dia lantas melancarkan tenaga membentot menurut ajaran Butong-
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pay, pedangnya dicukil ke atas dengan menggunakan
gerakan Thian Ie Teh Tong,
Si Budak Berdarah dari kegelapan sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa menggunakan ilmu silat dari
aliran Bu-tong-pay sepasag telapak tangannya yang didoroog
ke depan ada separoh bagian sudah berhasil dihindar oleh
Koan Ing. Sekalipun demikian tidak urung separuh bagian pukulannya
lagi berhasil menghajar pundak kirinya.
Koan Ing segera mendengus 'sret', tubuhnya terpukul
mental oleh pukulan tersebut,
Untuk beberapa saat lamanya Si Budak Berdarah dari
kegelapan dibuat termangu-mangu, sebetulnya dia punya
maksud untuk membinasakan diri Koan Ing dengan
menggunakan tenaga hisapannya, tetapi keadaan tidak
mengijinkan terpaksa dia harus turun tangan melancarkan
pukulan. Sebetulnya diapun kepingin menambahi lagi dengan satu
pukulan, tetapi karena takut kereta berdarah itu lolos dari
tangannya maka tanpa pedulikan diri pemuda itu dia lantas
lari mengejar. Tubuh Koan Ing dengan menimbulkan suara yang amat
keras segera terjatuh ke atas tanah, pundak kirinya terasa
amat sakit sekali bahkan secara samar-samar terasa ada
segulung hawa dingin yang menusuk hingga ketulang
sumsumnya. tak kuasa lagi hatinya bergidik.
Dengan menahan rasa sakit perlahan-lahan dia merangkak
bangun, pundak kirinya saat ini sudah hancur dan
berpelepotan darah. Dia menarik napas panjang-panjang, lalu duduk bersila
untuk berusaha menggunakan hawa murninya menahan darah
yang mengalir semakin deras itu.
Kurang lebih seperminum teh kemudian dia baru bangkit
berdiri kembali. Luka dipundak kirinya semakin lama semakin erat, tetapi
dia masih berusaha juga untuk berangkat kepuncak Su Li
Hong dia harus bertemu muka dengan Sang Siauw-tan.
Koan Ing angkat kepalanya memandang ke kiri ke kanan.
dia tidak tahu dimanakah dirinya pada saat ini. tetapi sewaktu
bertempur seru melawan Si Budak Berdarah dari kegelapan di
atas kereta berdarah tadi dia masih mengingat dirinya menuju
ke arah Timur, tidak salah lagi kinipun dia lagi menuju ke
sebelah timur, Diam-diam dia menarik hawa murninya panjang-panjang
lalu pejamkan matanya rapat-rapat dalam hati dia mulai
merasa rada kecewa karena walaupun tenaga dalamnya
sendiri semakin hari semakin tinggi tetapi musuh yang
ditemuipun semakin lama semakin lihay,
Tetapi dia tidak mau berpikir lebih jauh yang penting. pada
saat ini adalah cepat2 menemui Sang Siauw-tan.
Koan Ing dengan cepat kerahkan ilmu meringankan
tubuhnya berlari menuju ke sebelah Timur.
Setelah sudah beberapa lamanya tampaklah sang surja
sudah mulai munculkan dirinya diufuk sebelah timur.
Hatinya semakin lama semakin cemas larinyapun semakin
lama semakin cepat, lewat beberapa saat kemudian cuaca benar-benar sudah
terang tanah sedang puncak Su Li Hong pun sudah terbentang
dihadapan matanya. Saat ini kepalanya mulai terasa pening, tetapi dia masih
bertahan dia harus cepat2 tiba di atas puncak Su Li hong itu
untuk menemui Sang Siauw-tan.
Beberapa saat kemudian tibalah pemuda itu di bawah
puncak, terlihatlah di atas sebuah batu cadas yang tingginya
ada beberapa kaki terukirlah "Su Li Hong"
Tanpa memandang lebih jauh lagi Koan Ing segera berlari
mendaki ke atas puncak tersebut.
Secara samar-samar dari atas puncak bergema datang
suara bertalunya genta yang amat nyaring dan memantul
keempat penjuru baru saja dia berjalan sejauh setengah li
mendadak dari balik pepohonan berkelebatlah keluar dua
orang nikouw berbaju putih.
"Sicu, harap berhenti!" serunya sambil merangkap
tangannya memberi hormat.
"Apakah Sang Siauw-tan ada di atas puncak?" tanya Koan
Ing sambil menyapu sekejap ke arah kedua orang nikouw itu.
Ni-kouw yang ada disebelah kiri memandang sekejap ke
arah Koan Ing lalu tegurnya; "Sicu, tahukah kau tempat ini
adalah puncak Su Li Hong" Semua orang lelaki perduli dia tua.
muda maupun kecil dilarang naik ke atas puncak, orang
perempuan yang naik ke atas puncakpun harus cukur rambut
jadi ni-kouw." "Cayhe sendiri juga tahu akan hal ini sahut Koan Ing sambil
tertawa pahit. "Tetapi aku harus pergi menemui Sang Siauwtan!"
"Kau ingin mencari Siauw-tan sumoay" Seru nikouw itu, dia
termenung sebentar lalu ujarnya lagi. "Saat ini Siauw-tan
sumoay sudah bersiap-siap hendak mencukur rambut
menerima pantangan, bilamana kau baru melanggar sampai di
tempat ini ada kemungkinan masih bisa balik lagi, tetapi
bilamana berani naik lagi maka jalan mundur bagimu tidak
akan ada lagi." "Kalau begitu silahkan suci berdua melepaskan aku naik"
ujar Koan Ing sambil tertawa.
Dengan pandangan terperanjat kedua orang nikouw itu
saling berpandangan sekejap, mereka sama sekali tidak
menyangka kalau pemuda yang menderita luka parah ini
berani menerjang naik ke atas puncak Su Li Hong.
Ni-kouw itu memandang sekejap ke arah diri Koan Ing lalu
menundukkan kepalanya. "Sicu!" ujarnya. "Lautan kesengsaraan tak ada ujung
pangkalnya menolehlah disana akan ditemui tepian, kami
berdua tidak bisa mengabulkan permintaan sicu, harap sicu
jangan terburu nafsu karena hal itu bakal menambahkan rasa
menyesal untuk selamanya."
Koan Ing yang mendengar perkataan itu segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat, bakal menyesal untuk
selamanya" Bilamana tidak dapat bertemu muka dengan Sang
Siauw-tan itulah baru merasa menyesal unluk selamanya.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak dari atas
puncak Su Li Hong kembali berkumandang datang suara genta
yang berbunyi bertalu2. Koan Ing yang takut Sang Siauw-tan keburu sudah cukur
rambut segera berteriak keras, "Kalau begitu maaf aku harus
menerjang!!" Baru saja dia selesai berteriak tubuhnya sudah melayang
melewati kedua orang ni-kouw tersebut.
Saking cepatnya gerakan itu sampai kedua orang ni-kouw
itu tidak punya kekuatan untuk menghalanginya, terpaksa
dengan pandangan melongo mereka memandang bayangan
punggung dari pemuda itu....
Koan Ing yang berhasil meloloskan diri dari cegatan kedua
orang Ni-kouw itu dengan gerakan yang amat cepat segera
berlari menuju ke atas puncak.
Beberapa saat kemudian.... mendadak terdengar suara
dengusan yang amat dingin bergema datang, seorang ni-kouw
berusia pertengahan dengan gerakan yang amat cepat sudah
menghalangi perjalanannya.
"Lemparkan pedang menyerah! pinnie ampuni nyawamu."
serunya dengan dingin. Dengan cepat Koan Ing merandek, tapi sebentar kemudian
tubuhnya sudah melanjutkan terjangannya ke atas, tangan
kanannya disilangkan di depan, siap-siap menghadapi sesuatu.
"Hmrm! nyalimu sungguh amat besar!" bentak nikouw
berusia pertengahan itu dengan dingin.
Ditengah suara bentakannya yang amat keras lima jari
tangannya segera dipentangkan mencengkeram pundak kiri
dari Koan Ing. Pundak kiri Koan Ing sudah terluka dan titik kelemahan
pastilah terletak dibadan sebelah kiri karena itu begitu turun
tangan dia lantas menyerang tubuh sebelah kirinya.
Sinar mata Koan Ing dengan cepat berkelebat, saat ini dia
harus membereskan musuhnya secepat mungkin.
Tangan kanarnya dengan cepat diangkat tanpa peduli
cengkeraman dari nikouw berusia pertengahan itu lagi dia
balas mengancam lehernya.
Nikouw berusia pertengahan yang melihat pemuda itu
sama sekali tidak mengambil gubris terhadap serangannya
benar-benar merasa amat gusar.
"Bangsat! sungguh sombong kau orang!" makinya.
Sekalipun begitu dia tidak ingin mengadu jiwa dengan diri
Koan Ing. Dia mendengus dingin, telapak kirinya dibabat menghadang
pukulan dari pemuda itu sedang telapak kanannya yang siap
hendak mencengkerami pundak kirinya berganti arah
menghajar wajahnya. Koan Ing dengan dingin memandang datangnya serangan
tersebut tangan kanannya tetap mengubah jurus. lima jarinya
dipentangkan dengan menggunakan telapak sebagai
pengganti pedang dia membabat ke arah tangan kiri Nikouw
berusia pertengahan itu. Bukannya berganti jurus, dia melanjutkan gerakannya hal
ini jelas memperlihatkan kalau kepandaian jauh lebih tinggi
dari Nikouw itu. Dalam hati nikouw berusia pertengahan itu merasakan
hatinya berdesir, dia sama sekali tidak menyangka kalau
kepandaian silat dari pemuda ini dahsyat, dia tidak berani
berlaku gegabah lagi telapak kanannya dengan cepat ditarik
sedang tubuhnya mundur satu langkah ke belakang.
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, lima jari tangan
kanannya mendadak disentil ke depan, lima gulung desiran
angin serangan yang amat tajam dengan cepat meluncur ke
arah nikouw berusia pertengahan itu.
Saking kagetnya air muka nikouw itu segera berubah jadi
pucat pasi bagaikan mayat. dia sama sekali tidak menyangka
kalau tenaga dalam dari Koan Ing jauh lebih tinggi dari pada
apa yang dipikirkan bahkan saat ini pemuda itu berada di
dalam luka berat. Sambil menjerit kaget tubuhnya dengan cepat menyingkir
kesamping. Dimana angin pukulan jari itu menyambar datang
jubah putihnya sudah tertembus lima buah lubang kecil, masih
untung Koan Ing tidak bermaksud melukai dirinya.
Walaupun begitu saking kagetnya keringat dingin sudah
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, dia berdiri
termangu-mangu disana beberapa saat lamanya.
Langkah kaki Koan Ing tidak mau berhenti sampai disitu
saja, tubuhnya dengan cepat berkelebat menerjang naik ke
atas puncak. Kembali lewat Beberapa saat lamanya, jalanan gunung
semakin lama semakin berbahaya.
Sewaktu dia melewati sebuah tikungan tebing tampaklah
seorang nikouw muda dengan argkernya sudah menanti
kedatangannya ditengah jalanan.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, baru
saja dia siap-siap menerjang ke atas mendadak nikouw itu
membuka matanya. "Apakah yang datang adalah Koan Ing Koan Siauw-hiap?"
tegurnya. Koan Ing jadi melengak, dia sama sekali tidak menyangka
kalau ada orang yang mengenali dirinya, dia lalu mengangguk
dan memperhatikan nikouw itu dengan pandangan tajam.
Nikouw itu memakai jubah warna putih dengan wajah yang
cantik hanya saat ini rada kepucat2an. jika dipandang dari
sikap serta wajahnya jauh berbeda dengan kedua orang
nikouw yang terdahulu, dia mempunyai satu pengaruh yang
memaksa orang untuk menaruh hormat kepadanya.
"Pinnie Ceng It. murid tertua dari Sin-san Soat-nie!" ujar
Nikouw muda itu dengan perlahan.
Sawaktu Koan Ing mendengar nikoW yang ada di
hadapannya saat ini adalah murid tertua dari Sin-san Soat-nie
hatinya rada kaget, walaupun saat ini dia bermaksud untuk
menerjang naik ke atas puncak, tidak urung sebagai
penghormatan terhadap nikouw muda itu dia mengurungkan
niatnya juga, "Ooouw.... kiranya Cing It suci!" serunya sambil
bungkukkan badan memberi hormat. "Koan Ing mempunyai
satu permintaan yang tidak sesuai harap suci suka
mengabulkannya." Dengan pandangan yang tawar Cing It memandang
sekejap ke arah pemuda itu lalu Katanya; "Setiap orang yang
menaiki puncak Su Li Hong rintangan pertama masih boleh
berjalan balik, tetapi bilamana telah menerjang masuk
rintangan kedua, yang lelaki harus dipapas putus sebuah
lengannya sedang yang perempuan harus cukur rambut jadi
nikouw. Tetapi bilamana bertemu dengan orang yang memiliki
kepandaian silat maka satu2nya keputusan adalah mati!"
"Tetapi aku harus menemui Sang Siauw-tan!" seru Koan
Ing dengan ngotot. Air muka Cing It masih tetap amat tawar, dia tidak
menggubris perkataan dari pemuda itu sebaliknya dengan
dingin sambungnya lagi, "Mengingat kau adalah keponakan
murid Kong Boen Yu dan paman gurumu itu mempunyai
ikatan persahabatan dengan suhuku tempo hari maka asalkan
kau orang melepaskan pedang dan minta maaf, suhuku akan
menyudahi urusan ini."
Koan Ing yang mendengar Cing It Nikouw berbicara
demikian, dalam hati lantas mengetahui kalau urusan ini tidak
bakal bisa diselesakan dengan cara damai, dia tertawa.
"Kalau begitu terpaksa aku harus menerjang dengan
menggunakan kekerasan!" serunya.
Dari pinggangnya Cing It Nikouw lantas mencabut keluar
sebilah pedang panjang siap-siap menghadapi sesuatu.
Koan Ing pun mencabut keluar pedang Kiem-hongkiamnya,
dia memandang sekejap ke arah Cing It Nikouw lalu
katanya, "Suci harap kau orang suka turun tangan lebih ringan
terhadap diriku" Dia bungkukkan badannya memberi hormat terlebih dulu
kemudian tubuhnya baru berkelebat menerjang ke depan.
Dengan cepat Cing It Nikouw menyingkir ke samping
pedang panjang ditangannya dengan cepat membabat ke
depan, serentetan sinar kehijau2-an berkelebat ditengah
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angkasa menabas jalan pergi dari Koan Ing.
Gerakannya amat dahsyat sekali sehingga mengejutkan
pemuda itu! Melihat datangnya serangan tersebut Koan Ing
mengerutkan alisnya rapat-rapat, pedang panjangnya
digetarkan sehingga mendengung amat keras, dengan
menimbulkan gerakan separuh busur dia membabat
datangnya serangan pedang dari Cing It ni-kouw itu, inilah
yang dinamai jurus "Ci Cie Thian ang."
Cing It nikouw yang untuk pertama kalinya harus bergebrak
melawan ilmu pedang Thian-yu Kiam Hoat hatinya merasa
rada berdesir juga, dia sama sekali tidak menyangka kalau
Koan Ing yang ada di hadapannya pada saat ini walaupun lagi
menderita luka parah tetapi tenaga dalamnya masih amat
dahsyat sekali! Diantara berkehbatnya bayangan putih berturut-turut dia
melancarkan tiga buah serangan tusukan yang setiap
gerakannya membawa hawa pedang yang amat dahsyat....
Dengan kedahsyatan dari tenaga dalam yang dimiliki Koan
Ing pada saat ini ditambah dengan banyaknya pengalaman
yang didapatkan sewaktu melawan musuh pada masa yang
lalu sudah tentu pemuda ini tidak bakal merasa jeri terhadap
ketiga buah serangan tusukan pedang dari Cing It nikouw ini.
Pedarg panjangnya segera disentil ke depan.... "Criiing....!"
dengan menimbulkan suara yang amat tajam dia menusuk alis
muka Cing It nikouw. Cing It nikouw menarik napas panjang. tubuhnya mundur
ke belakang sedang gerakkan pedangnya dari kedudukan
menyerang kini berubah jadi kedudukan bertahan. berturutturut
dia mengubah tiga buah gerakkan pedang untuk
menghalangi jurus serangan dari Koan Ing ini.
Ditengah suara sUitan yang panjang tubuh Koan Ing
berkelebat ke depan, pedang kiem-hong-kiamnya balas
melancarkan serangan ke arah Cing It nikouw dengan
menggunakan jurus-jurus "Thian Hong Si Lang" atau angin
langit meniup ombak! "Hay Ciauw Thian Yang" atau pojok laut
ujung langit, serta "Noe Ci Sin Kiam" atau gemas gusar
kebutkan pedang. Cing It nikouw yang melihat kedahsyatan tenaga dalam
Koan Ing walaupun berada dalam keadaan luka berat masih
berada jauh diatasnya, dengan cepat pedangnya dikebaskan
ke depan, sedang tubuhnya tergetar mundur selangkah demi
selangkah ke arah belakang.
Begiiu Koan Ing berhenti bersuit pedangnya sudah berhasil
menekan ujung pedang dari Cing It nikouw, inilah jurus
serangan "Ban Sin Ping To" atau selaksa malaikat
menenangkan ombak. Pedang panjang ditangan kanan Citig It nikouw yang
terkena tekanan kini tak dapat maju maupun mundur tetapi
air mukanya sama sekali tidak memperlihatkan rasa gugup
maupun terkejutnya. Sebenarnya Koan Ing mempunyai maksud untuk paksa dia
untuk melepaskan pedang tetapi sewaktu angkat kepalanya
dan memandang sinar matanya yang berkedip2 entah
mengapa hatinya merasa berdebar amat keras, dia merasa
ada suatu perasaan yang sangat aneh.
Pedangnya segera miring kesamping, dengan meminjam
kesempatan tenaga pantulan ke samping itulah Cing It nikouw
cepat2 berjumpalitan beberapa kali ditengah udara untuk
melenyapkan tenaga tekanan ditubuhnya kemudian melayang
turun ke atas tanah. "Terima kasih atas kemurahan hati suci!" ujar Koan Ing
kemudian sambil bupgkukkan badannya memberi hormat.
Cing It nikouw sendiripun tahu kalau Koan Ing tidak
bermaksud untuk paksa dia melepaskan pedang, melihat
pemuda itu menjura kepadanya diapun lantas balas memberi
hormat. "Sute harap suka baik-baik berjaga diri, semoga kau
berbasil mencapai keinginanmu",
Koan Ing lantas putar tubuh dan berlari menuju ke atas
puncak. Dikarenakan adu tenaga dengan Cing It nikouw baru2 ini
pemuda tersebut merasakan kepalanya mulai pening.
Dia tidak ingin sampai Cing It nikouw melihat keadaannya
yang amat mengenaskan itu. setelah berputar satu pojokan
gunung dia baru mencekal dinding batu untuk menahan
badannya, saat ini keringat dingin mengucur keluar terus
dengan amat derasnya, pandangannya jadi gelap hampirhampir
tidak kuasa untuk mempertahankan diri.
Dia mulai pejamkan matanya untuk beristirahat, setelah itu
sambil menggigit kencang bibirnya dia meneruskan
perjalanannya naik ke atas puncak, dia takut bilamana sampai
sedikit terlambat maka selamanya akan menyesal.
Setelah berjalan sampai di atas puncak matanya mulai
memandang ke kanan memandang ke kiri memperhatikan
keadaan di sekeliling tempat itu.
Di atas puncak gunung Su Li Hong berdirilah sebuah kuil
yang amat megah, di depan pintu kuil duduklah seorang
nikouw berbaju putih dengan amat tenangnya, keadaan di
sekeliling tempat itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun. Selangkah demi selangkah Koan Ing maju ke depan,
terlihatlah olehnya seluruh tubuh nikouw berbaju putih itu
berwarna putih bersih laksana salju dan saat ini sedang
memejamkan matanya duduk disana, agaknya dia sama sekali
tidak melihat munculnya Koan Ing disana.
Tetapi sekali pandang saja Koan Ing sudah tahu kalau
orang itu bukan lain adalah Sin Hong Soat-nie.
Dengan cepat pemuda itu jatuhkan diri berlutut di
hadapannya. "Boanpwee Koan Ing menghunjuk hormat buat Soat-nie!"
serunya. "Ada maksud tujuan apa kau datang kemari?" tanya Sin
Hong Soat-nie sambil membuka matanya.
Dengan perlahan Koan Ing mendongakkan kepalanya,
terlihatlah olehnya sepasang mata nikouw yang berwarna
hitam laksana intan permata memancarkan cahaya yang
gemerlapan. Hatinya jadi merasa rada tergetar. Dia tidak
menyangka kalau pada masa yang silam Sin Hong Soat-nie
adalah seorang gadis cantik.
Dia tidak berani melihat lagi, cepat2 kepalanya ditundukkan
rendah-rendah. "Boanpwee datang kemari hendak menemui Sang Siauwtan."
"Kau orang bukannya tidak mengetahui peraturan dari
puncak Su Li Hong ini, kenapa nyalimu begitu besar?" Teriak
Sin Hong Soat-nie dengan dingin.
"Aku harus menemui dirinya, tidak perduli bagaimanapun
aku harus bertemu muka dengan dirinya!"
Sinar mata Sin Hong Soat-nie dengan perlahan menyapu
sekejap ke atas pundaknya lalu ujarnya dengan perlahan,
"Baru2 ini aku mendengar munculnya kembali kereta berdarah
di dalam Bu-lim bahkan Si Budak Berdarah dari kegelapan pun
sudah munculkan dirinya kembali, pundakmu sudah terluka
apakah terluka ditangan Si Budak Berdarah itu?"
Dengan perlahan Koan Ing mengangguk.
Dari sepasang mata Sin Hong Soat-nie segera memancar
keluar sinar mata yang sangat aneh.
"Kau berani naik ke atas gunung dengan membawa luka,
nyalimu sungguh tidak kecil" ujarnya dengan perlahan. "Kau
sudah datang kemari maka jangan harap bisa turun gunung
dalam keadaan hidup2, kau hendak bunuh diri atau aku yang
turun tangan!" Selamanya Koan Ing tidak pernah. tunduk kepada otang
lain atau minta ampun kepada orang lain mendengar
perkataan dari Sin Hong Soat-nie ini hatinya rada tersinggung.
Dengan perlahan dia bangkit berdiri dan mencabut keluar
pedang kiem-hong-kiamnya lalu tertawa tawar.
"Walaupun kepandaian silat aku Koan Ing tidak tinggi tetapi
aku pun ingin sekali minta berapa jurus petunjuk dari jagoan
pandai dari Bu-lim!"
Sin Hong Soat-nie yang melihat Koan Ing berani dia
menantang untuk bertempur dengan pandangan tajam segera
memperhatikan diri Koan Ing.
Sejak pertemuaannya untuk pertama kali tadi dia sudah
merasa kalau pemuda ini bukanlah manusia yang lemah
seperti apa yang sedang dipikirkan semula bahkan taruhan
nyawa dia hendak menemui Sang Siauw-tan entah
dikarenakan soal apa"
Tetapi sikap yang sangat jumawa dari Koan Ing membuat
dia merasa sangat tidak puas!
"Selama dua puluh tahun ini cuma kau seorang yang berani
berbuat begitu jumawa terhadap diriku bahkan kau berani
juga naik kepuncak dalam keadaan luka dalam, bilamana kau
bisa menangkan diriku bukan saja dapat bertemu dengan
Sang Siauw-tan bahkan puncak Su Li Hong ini pun cuma kau
seorang yang boleh pulang pergi!" katanya parlahan.
Ooo)*(ooO Bab 26 KOAN ING tidak mengucapkan sepatah katapun, Kiemhong-
kiam ditangannya dengan perlahan-lahan diangkat
sejajar dengan dada. Dengan pandangan terpesona Sin Hong Soat-nie
memperhatikan diri Koan Ing lalu ujarnya, "Aku sudah sangat
lama tidak bergebrak dengan orang, bilamana kau suka
melawan aku dengan menggunakan pedang dan berhasil
untuk menerima seranganku sebanyak seratus jurus aku bisa
kabulkan permintaanmu untuk bertemu dengan Sang Siauwtan!
saat ini dia masih belum cukur rambutnya.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat dia tidak
memikirkan apakah dirinya bisa bertahan terhadap seratus
jurus serangan dari Sin Hong Soat-nie. saat ini benaknya lagi
dlpenuhi dengan berbagai ilmu silat yang pernah dipelajarinya
untuk mencari apakah ada cara untuk mengalahkan Sin Hong
Soat-nie. "Terima kasih suthay." sahutnya.
Dari pinggangnya Sin Hong Soat-nie segera mencabut
keluar sebilah pedang lalu dengan menggunakan tangan
kirinya mengelus-elus. Koan Ing tetap berdiri tak bergerak di atas tanah, berbagai
jurus-jurus ilmu silat yang pernah dipelajarinya dari kitab
pusaka Boe Shia Koei Mie mulai berkelebat memenuhi
benaknya, tetapi dia masih belum dapat mendapatkan apakah
dengan kekuatan tenaga dalamnya saat ini bisa mengalahkan
diri Sin Hong Soat-nie. Dengan dinginnya Sin Hong Soat-nie membentak keras.
"Awas....!!" Tubuhnya dengan cepat menubruk ke depan, pedang
panjang tangannya dengan kecepatan yang luar biasa
bergerak keluar, diantara berkelebatnya sinar keperakperakan.
dia menghajar tubuh Koan Ing.
Pedang kiem-hong-kiam ditangan kanan Koan Ing segera
disentilkan ke depan, lalu dengan menggunakan jurus untuk
bertahan Hay Thian It Sian yang paling lihay dia
mempertahankan diri. Dengan rasa terperanjat Sin Hong Soat-nie menjerit kaget,
tubuhnya segera melayang ketengah udara sedang pedangnya
sewaktu berputar dengan cepat menekan pedang kiem-hongkiam
ditangan Koan Ing. Inilah jurus Ban Sin Peng To dari ilmu pedang Thian-yu
Kiam Hoat. Sinar mata Koan Ing dengan cepat berputar, pedang kiemhong-
kiamnya dengan menimbulkan suara desingan yang
amat keras Segera membentuk satu lingkaran busur inilah
jurus Noe Ci Sin Kiam dari ilmu pedang Thian-yu Kiam Hoat.
Sin Hong Soat-nie yang melihat Koan Ing dalam keadaan
luka parah masih berani menerima datangnya serangan
dengan keras lawan keras hatinya rada bergidik juga.
Pedangnya dengan cepat berkelebat, ujung pedangnya
segera menekan ke atas tubuh pedang yang ada ditangan
Koan Ing itu. Koan Ing bersuit nyaring. pedang kiem-hong-kiamnya
menyentil ke depan, diantara berkelebatnya sinar pedang
yang berwarna keemas-emasan dia sUdah menyalurkan hawa
khei-kang tingkat tertinggi dari aliran Bu-tong-pay ke dalam
jurus pedang tersebut. Pedang kiem-hong-kiamnya segera menyentil ke depan
berturut-turut berkelebat sebanyak tujuh kali mengancam
tujuh tempat yang berbeda, inilah gerakan "Ku Koang Chiet
Ci" . Pedang Sin Hong Soat-nie dengan beratnya menekan
kebawah. tetapi hanya di dalam beberapa sentilan saja tenaga
tekanannya berhasil dipunahkan semua yang melihat kejadian
itu dengan rasa amat terkejut segera pujinya; "Jurus pedang
yang bagus! " Koan Ing benar-benar terdesak. terpaksa dia harus
mengerahkan jurus baru ciptaannya sendiri untuk
melancarkan serangan itu.
Melihat serangannya mencapai pada sasaran, tubuhnya
dengan cepat meloncat ke depan sedang pedang kiem-hongkiamnya
berkelebat dan menotok ke depan menusuk alis dari
Sin Hong Soat-nie. Sin Hong Soat-nie dengan cepat melintangkan pedangnya
ke depan, serentetan sinar tajam yang menyilaukan mata
menghalangi datangnya serangan dari Koan Ing kemudian
meneruskan gerakannya menekan dada sang pemuda.
Saat ini pemuda tersebut sudah benar-benar terjerumus ke
dalam lamunan, berbagai jurus serangan dari kolong langit
tiada hentinya berkelebat di dalam benaknya, dia cuma tahu
dirinya harus cepat2 menangkan diri Sin Hong Soat-nie.
Pedang Kiem-hong-kiam ditangannya berturut-turut
berganti jurus, dengan meleburkan seluruh kepandaian silat
yang ada di dunia ini ke dalam ilmu silat "Thian-yu Si cap pwee
cau" pedang kiem-hong-kiamnya dengan gerakan menutup,
menekan bersama-sama menggencet diri Soat-nie.
Dalam hati Sin Hong Soat-nie merasa sangat terperanjat,
mendadak dia mulai merasakan kalau Koan Ing bukanlah
seorang musuh yang enteng ilmu pedang dari pemuda itu
benar-benar membuat hatinya bergidik.... bahkan selamanya
dia belum pernah menemui orang yang memiliki kepandaian
silat yang demikian sempurnanya.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pedangnya dengan cepat berkelebat menutup datangnya
serangan dan Koan Ing. Saat ini Koan Ing benar-benar sudah terjerumus ke dalam
alam lamunan, jurus-jurus serangan yang dilancarkan melalui
pedangnya dengan tiada hentinya mengalir keluar, agaknya
seluruh kepandaian silat yang ada di dalam dunia ini sudah
diketahui olehnya. Pedang Kiem-hong-kiamnya dengan mengikuti gerakan
tubuhnya laksana serentetan sinar keemas-emasan segera
berkelebat menghajar tubuh Sin Hong Soat-nie,
Sin Hong Soat-nie merasakan hatinya rada bergidik,
pedang panjangnya dengan cepat berkelebat menghalangi
gerakan dari Koan Ing. Dia sama sekali tidak menyangka kalau tenaga dalam
pemuda itu amat lihay bahkan setiap jurus serangan belum
habis dilancarkan jurus serangan yang lain sudah menyusul
datang. Demikianlah seluruh angkasa segera dipenuhi dengan
bayangan sinar emas serta perak yang saling berkelebat tiada
hentinya, Saat ini Koan Ing sudah benar-benar dibuat mabok oleh
jurus pedang yang dilancarkan keluar seluruh pengetahuan
yang pernah diperolehnya selama ini diperas keluar habishabisan
membuat pedang kiem-hong-kiamnya setiap kali
berkelebat tentu melancarkan serangan-serangan yang ada
diluar dugaan, Sin Hong Soat-nie sendiripun sama sekali tidak menyangka
akan kedahsyatan serta kehebatan dari jurus serangan yang
dilancarkan oleh sang pemuda.
Hanya di dalam sekejap saja masing-masing pihak sudah
saling bergebrak sebanyak lima puluh jurus, Sin Hong Soat-nie
mulai mengerutkan alisnya rapat-rapat dia tahu bilamana
pertempuran melawan Koan Ing ini dilanjutkan lebih lama
maka keadaan akan semakin tidak genah.
Dengan nyaringnya dia membentak keras, tubuhnya
meloncat ke atas sedang pedangnya digetarkan mementalkan
pedang kiem bong kiam yang mengancam badannya itu
tubuhnya dengan cepat berkelebat ke depan sedang
pedangnya digetarkan membentuk bintang2 berwarna
keperak-perakan menghajar tubuh Koan Ing,
Koan Ing cuma merasakan angin pukulan yang amat tajam
menusuk badannya dia lantas membentak keras, pedang kiem
horg kiamnya ditarik kembali membentuk satu lingkaran
mekar memunahkan serangan dari nikouw tersebut.
Dengan dinginnya Sin Hong Soat-nie mendengus. keanehan
dari ilmu pedang Koan Ing ini benar-benar membuat hatinya
keheranan. bilamana dia tidak dapat memegang kesempatan
ini maka sebelum seratus jurus ada kemungkinan dia bisa
memperoleh kekalahan. Pedang panjangnya segera disambar ke arah depan dengan
menggunakan jurus Cian So Suo Ci yang paling
dibanggakan.... Ditengah berkelebatnya sinar keperak-perakan tampaklah
pedang kiem-hong-kiam ditangan kanannya tergetar amat
keras sehingga menimbulkan suara dengungan yang
memekikkan telinga. Pedang Kiem-hong-kiamnya segera membentuk gerakan
busur memecahkan berbagai serangan-serangan gencar lalu
menyentuh tusukan pedang dari nikouw tersebut.
Kecepatan perubahan ini dilakukan hanya di dalam sekejap
saja membuat Sin Hong Soat-nie jadi kelabakan.
Hanya di dalam sekejap saja kembali puluhan jurus berlalu,
Sin Hong Soat-nie mulai merasa hatinya amat terkejut
bercampur gusar bilamana di dalam seratus jurus dia tidak
berhasil mengalahkan diri Koan Ing maka bagaimaaa malunya
dia orang dengan kawan2 Bu-lim lainnya.
Sinar matanya dengan cepat berkelebat, ketika dilihatnya
sinar mata Koan Ing amat terperanjat dia tidak tahu Koan Ing
lagi memikirkan urusan apa, di dalam anggapan Koan Ing
sudah tersesat sehingga memainkan serangan sesat yang
membingungkan. Pelangnya kembali digetarkan ke depan. serentetan sinar
keperak2an yang panjangnya ada setengah depa segera
memancar ke depan. Mendadak Koan Ing jadi sadar kembali dari lamunannya,
pedang ditangan kanannya menekan kebawah lalu dengan
lurus menusuk ke depan inilah jurus "Hay Thian It Sian".
Diantara berkelebatnya sinar keemasan hawa pedang
memenuhi angkasa menggetarkan serangan-serangan
tersebut, Sin Hong Soat-nie yang telah melancarkan serangan
dengan menggunakan ilmu h wa pedang yang paling tinggi
untuk menyerang musuhnya jelas sudah mempunyai niat
untuk mengalahkan Koan Ing di bawah serangan pedangnya,
tetapi sama sekali tak terduga olehnya kalau tenaga dalam
Koan Ing pun amat dahsyat sekali.
Serangan pedangnya dilancarkan keluar terus menerus,
pedangnya laksana serentetan sinar keperak-perakan yang
disertai hawa tekanan yang amat hebat menghajar tubuh
Koan Ing. Sebaliknya Koan Ing berada dalam keadaan tenang-tenang
saja, air mukanya berubah jadi amat kukuh sedang pedangnya
perlahan-lahan digetarkan menuding ketengah angkasa.
Diantara berkelebatnya sinar keemas-emasan yang
menyilaukan mata pemuda itu baru merasa kaget kalau
kedahsyatan hawa pedang Sin Hong Soat Hie sama sekali
berada diluar dugaannya, dia tahu ilmu tenaga dalam yang
demikian dahsyatnya tidak dapat diperoleh kemenangan
dengan mengandalkan kegesitan serta kebagusan saja.
Harapan untuk menang mulai lenyap dari dasar lubuk
hatinya, saat ini dia cuma mengharapknn bisa bertahan
sampai seratus jurus lebih.
Sin Hong Soat-nie yang melihat kekukuhan hati Koan Ing
dalam hati merasa terperanjat, walaupun dia lahu kalau
tenaga lweekang dari pemuda itu jauh lebih lemah dan tenaga
lweekangnya sendiri tetapi hati seseorang yang telah bulat
tekad untuk mati dan bertempur mati2an akan jauh lebih
dahsyat tenaganya. Pedang ditangannya berturut-turut berkelebat kesana
kemari Demikian pedang kiem-hong-kiam itu terpaksa harus
mundur ke belakang. Akhirrja tibalah pada jurus yang terakhir. dia mendengus
dingin pedangnya dengan menimbulkan pelangi perak
disentilkan ke depan, inilah jurus yang terlihay dari ilmu
pedang "Sin Hong Kiam Hoat"nya jaitu jurus "Sin Sian Hwee
Jong" atau sumber air muncrat menyebar.
Koan Ing yang melihat kedahsyatan dari tenaga tekanan
jurus serangan itu hatinya merasa terperanjat, dia tahu
bilamana dia tidak membuang pedang untuk mengaku kalah
maka sebentar saja tubuhnya akan menggeletak di atas tanah
dengan bermandikan darah segar.
Berpuluh-puluh ingatan dengan cepat berkelebat dalam
hatinya, kini adalah jurus keseratus! Bilamana dia tidak
berhasil menerima serangan ini dan menderita kalah maka tak
ada kemungkinan lagi baginya untuk menemui diri Sang
Siauw-tan, untuk memenuhi harapan tersebut dengan
paksakan diri dia harus menerima juga serangan terakhir ini.
Ditengah berputarnya berbagai ingatan Koan Ing bersuit
panjang lalu menggerakkan pedang kiem-hong-kiamnya
menyambut datangnya serangan dari Sin Hong Soat-nie itu.
Dengan cepatnya sepasang pedang bentrok menjadi satu
sehingga menyebabkan beterbangannya bunga-bunga api,
diantara mengamuknya hawa pedaag yang amat santar itulah
sesosok bayangan manusia terlempar keangkasa sejauh tiga
kaki lebih. Koan Ing masih memegang kencang-kencang pedang kiemhong-
kiamnya, dengan perlahan dia bangkit berdiri dan
tertawa. "Suthay, seratus jurus sudah lewat!" serunya,
Pandangannya mulai menggelap, tetapi dengan mengikuti
ingatannya dia mulai putar badan menghadap ke arah dimana
Sin Hong Soat-nie berdiri.
Sin Hong Soat-nie yang melihat seluruh tubuh Koan Ing
sudah bermandikan darah hatinya merasa rada menyesal,
sebenarnya dia tidak bermaksud untuk melukai diri sang
pemuda, dia ingin paksa Koan Ing untuk melepaskan
pedangnya. Tetapi dia sama sekali tidak menyangka kalau pemuda itu
berani bertaruhan nyawa untuk menerima juga serangannya
yang terakhir itu dengan keras lawan keras.
Walaupun pada hari biasa dia sering melihat orang terluka
tetapi keadaan seperti Koan Ing ini hari dia belum pernah
menemuinya. Koan Ing bisa lolos dari serangan dahsyatnya
hal ini merupakan suatu kemujuran buat dirinya!
Dengan pandangan terpesona Sin Hong Soat-nie
memperhatikan diri Koaa Ing, selamanya dia belum pernah
menemui orang yang demikian kukuh dan bersemangatnya.
Lewat beberapa saat kemudian dia baru berkata dengan
suara perlahan, "Sang Siauw-tan ada di dalam ruangan
tengah, kau pergilah menemui dirinya!"
Koan Ing cuma merasakan kepalanya amat pening sedang
dadanya terasa sangat mual, dengan menggunakan
pedangnya untuk mempertahankan badan dia coba berdiri
tegak kemudian setelah mengetahui jelas arah tujuannya
dengan perlahan baru berjalan maju ke depan.
Dengan termangu-mangu Sin Hong Soat-nie memandang
puuggung pemuda itu, dalam hati dia merasakan suatu
perasaan sedih yang sangat tidak enak.
Dia tidak menyangka kalau dirinya yang disebut orang
sebagai manusia berwajah welas berhati kejam ini hari harus
menaruh rasa sedih buat orang lain.
Dengan langkah yang rada sempoyongan Koan Ing berjalan
masuk melalui pintu besar. dia memasukkan dulu pedangnya
ke dalam sarung lalu membereskan pakaiannya yang sudah
robek dan kumal setelah itu baru berjalan masuk kedalam.
Dalam hati diam-diam pikirnya, "Ini kali adalah pertemuan
kami yang terakhir, aku harus bersikap baik-baik agar
pandangannya tidak jelek kepada diriku dan akupun tidak
akan merasa menyesal sampai akhir jaman!"
Baru saja Koan Ing berjalan maju satu langkah
pandangannya kembali jadi gelap hampir-hampir dia terjatuh
ke atas tanah. Dengan terburu" tangannya mencekal pintu depan lalu
pikirnya sambil mentertawakan dirinya sendiri, "Bisa bertemu
dengan Sang Siauw-tan atau tidakpun masih merupakan Satu
persoalan buat apa aku bereskan pakaian segala macam."
Lama sekali dia berhenti di depan pintu kemudian dengan
perlahan baru berjalan masuk ke dalam ruangan.
Nikouw berbaju putih berlalu-lalang menlaluinya dikedua
belah sampingnya tetapi dia sama sekali tidak melihat jelas,
selangkah demi selangkah pemuda itu berjalan melewati
ruangan pertama menuju keruangan tengah.
Dengan langkah perlahan dia menaiki anak tangga lalu
berdiri tersandar di pintu beberapa saat lamanya.
Terlihatlah olehnya seorang bayangan putih menghampiri
dirinya, sekali pandang saja dia tahu kalau orang itu bukan
lain adalah Sang Siauw-tan, walaupun saat ini dia
membelakangi dirinya tetapi tidak mungkin salah lagi.
Saking girangnya tidak kuasa lagi air mata mulai
bercucuran membasahi wajahnya.
Lama sekali Koan Ing berdiri termangu-mangu beberapa
saat kemudian dengan rada gemetar sapanya:
"Siauw-tan!" Sang Siauw-tan tetap membelakangi pemuda itu, dia duduk
dengan tenangnya di tempat tersebut.
"Kau datang kemari ada urusan apa?" tanyanya kemudian
setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Aku ingin melihat wajahmu untuk teeakhir kalinya, aku
ada banyak perkataan yang hendak dibicarakan dengan
dirimu," kata Koan Ing sambil berjalan maju dengan perlahan,
matanya memandang ke arah punggung gadis itu dengan
mendelong.... "Kau beiani menyerbu puncak terlarang Su Li Hong
sekalipun mati juga seharusnya, kau jangan mengira aku bisa
menaruh rasa kasihan kepadamu Sang Siauw-tan sudah lama
mati, kau boleh pergi!"
Koan Ing jadi melengak. "Siauw-tan!! Kau jangan begitu membenci aku. Bilamana
kau bisa memahami hatiku akupun tidak usah memberi
penjelasan kepadamu, tetapi bilamana kau menyuruh aku
pergi.... baiklah! aku segera akan pergi!"
Sang Siauw-tan yang duduk membelakangi pemuda itu kini
berada dalam keadaan kebingungan, dia tidak mau menoleh
karena takut hatinya bertambah sedih.... walaupun begitu air
mata tak kuasa lagi mulai mengucur keluar dengan amat
derasnya. Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan tidak berbicara
dalam hati lantas mengerti kalau dara tersebut sudah mau
mendengarkan perkataannya.
"Siauw-tan! Aku tidak ingin mencelakai dirimu!" ujarnya
dengan perlahan. "Sekalipun aku tidak naik kepuncak Su Li
Hong nyawakupun tidak akan lebih dari sepuluh hari, tentunya
kau tahu bukan kenapa aku suruh kau merasa kecewa" Aku
tidak bisa mencelakai kebahagiaan seumur hidupmu!"
Dengan termangu-mangu Sang Siauw-tan duduk
termenung, hampir-hampir dia tidak mau percaya terhadap
telinganya sendiri. Koan Ing mau mati" Nyawanya tinggal sepuluh hari saja"
Apa yang sudah terjadi" Urusan yang lalu mulai berkelebat
kembali di dalam benaknya, Koan Ing bagaimana bisa.... Ach!
pasti perbuatan dari Ciu Tong!
Dia mulai merasa menyesal kenapa dirinya naik kepuncak
Su Li Hong, dia menyesal karena perbuatannya yang
mengikuti nafsu waktu itu menbuat mereka berdua jadi bjgini.
"Siauw-tan!" Ujar Koan Ing lagi." Aku tahu tidak
seharusnya aku bersikap begitu kepadamu. tetapi kaupun
harus berpikir pula dengan lebih mendalam. kau masih ada
ayahmu yang sudah tua.... apa kau merasa tega untuk
tinggalkan orang tuamu untuk jadi Ni-kouw?"
Mendadak Sang Siauw-tan menoleh ke belakang dan
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang terpesona diri Koan Ing yang penuh berpelepotan
darah. Akhirnya tidak tertahan lagi dia menubruk tubuh pemuda
tersebut dan menangis tersedu-sedu.
"Oooow.... engkoh Ing! kenapa tidak kau katakan sejak
dulu!" teriaknya. "Siauw-tan!" kata Koan Ing sambil memegang erat tangan
gadis tersebut, Kau barus turun dari puncak.... ,kau harus
meninggalkan tempat ini. Sang Siauw-tan yang berada di dalam pelukan pemuda itu
menangis semakin keras lagi.
"Engkoh Ing. aku akan turun gunung bersama-sama kau .
kau.... kau.... , kau tidak boleh mati!"
Koan Ing menarik napas panjang" Lalu tertawa sedih, dia
tahu urusan itu tidak mungkin terjadi, Urusan sulah jadi begini
apakah mereka masih bisa turun gunung dengan selamat!" hal
ini tidak bakal bisa terjadi.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak dari luar
ruangan kuil itu berkumandang masuk suara helaan napas
panjang. Kalian berdua boleh turun gunung, tetapi Siauw-tan boleh
kembali lagi setelah Koan Ing mati.
Setelah berbicara sampai disitu suasana kembali menjadi
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Di dalam hati Koan Ing benar-benar merasa terkejut
bercampur girang, dia sama sekai tidak mengerti Sin Hong
Soat-nie yang selamanya dikatakan orang sebagai si manusia
berwajah welas berhati kejam kenapa ini hari bisa berbuat
begitu ramah dan baik"
Dia bilang Sang Siauw-tan boleh kembali, tetapi terangterangan
dia tahu kalau ayah Sang Siauw-tan adalah sijari
sakti Sang Su-im apalagi Sang Siauw-tan belum menyanggupi,
sampai waktunya bilamana dia kembali nikouw inipun tidak
bisa berbuat apa-apa. Sang Siauw-tan sendiri juga termangu-mangu, beberapa
perkataannya tadi sebenarnya diucapkan karena golakan
hatinya, dia sendiri sama sekali tidak memikirkan apakah
urusan ini bisa dikabulkan atau tidak, siapa sangka Sin Hong
Soat-nie ternyata sudah mengabulkan perkataannya itu
dengan cepat. Mereka berdua saling berpandangan beberapa saat
lamanya, kemndian dengan dibimbing oleh Sang Siauw-tan
mereka berdua mulai berjalan keluar dan kuil itu.
Cuaca baru saja terang tanah, udara sangat dingin sekali....
ditengah tiupan angin kencang yang amat dahsyat bungabunga
salju beterbangan memenuhi permukaan tanah.
Dari antara permukaan salju yang tebal itulah tampak dua
sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya berkelebat
menuju ke sebelah barat. Mereka berdua adalah Koan Ing serta Sang Siauw-tan
berdua, setelah beristirahat dua hari sekembalinya dari puncak
Su Li Hong dan luka yang diderita Koan Ing sudah sembuh
mereka berdua malanjutkan kembali perjalanannya menuju ke
arah Barat. Koan Ing yang merasa yakin Bun Ting-seng itu pembunuh
ayahnya pasti berada di daerah Tibet, lantas mengajak Sang
Siauw-tan untuk bersama-sama berangkat ke Tibet.
Saat ini hubungan batin diantara mereka berdua sudah
maju lagi satu tingkat sedang rasa cinta yang meliputi mereka
berduapun sudah lebih mendalam satu lapis,
Mendadak.... Dari antara permukaan salju di tempat kejauhan tampaklah
dua sosok bayangan manusia berkelebat dengan amat
cepatnya menuju ke arah mereka berada.
Koan Ing yang melihat munculnya dua sosok bayangan
manusia menuju ke arah mereka alisnya segera dikerutkan
rapat-rapat.... jika dilihat dari kecepatan geraknya jelas
mereka berdua adalah jago-jago kelas wahid dari kalangan
Bu-lim. Cepat2 dia menarik tangan Sang Siauw-tan untuk
memperlambat gerakannya. Kedua sosok bayangan manusia itu dengan cepatnya
berkelebat mendatang dan akhirnya berhenti dihadapan
mereka. Melihat akan hal itu Koan Ing pun terpaksa menghentikan
langkahnya lalu memperhatikan sekejap dua orang itu.
Tampaklah orang yang ada di hadapannya saat ini adalah
dua orang TooSu yang satu tua yang lain muda
jang tua rambut serta jenggotnya sudah pada memutih
semua sedang yang muda berusia kurang lebih tiga puluh
tahuran, pada pundaknya masing-masing tersoreng sebilah
pedang panjang. "Apa kau orang adalah Koan Ing?" tanya sitoosu tua itu
setelah memperhatikan diri Koan Ing beberapa saat lamanya,
"Cayhe memang Koan Ing adanya. tolong tanya siapakeh
Tootiang berdua....?" tanya Koan Ing kembali sambil menyapu
sekejap ke arah mereka berdua.
Mendadak dia menemukan keadaan dari sitoosu muda itu
rada tidak beres. sinar matanya dengan cepat berputar dan
memperhatikan dirinya lebih tajam lagi.
Tampaklah sinar mata sitoosu itu Sedang melototi diri Sang
Siauw-tan dengan tajam agaknya dia bermaksud untuk
menelan seluruh tubuh gadis itu.
Melihat akan hal itu dia lantas mengerutkan alisnya, terlihat
olehnya pada Saat itu Sang Siauw-tan pun lagi memandang
Teosu tersebut dengan pandangan gusar pikirnya.
Kurang ajar siapakah toosu itu" Kenapa sedikitpun tidak
tahu atuan" terang Toosu mana boleh melototi seorang gadis
tanpa berkedip.... Pinto Yuan Si ujar Toosu tua itu lagi memperkenalkan diri.
Bersama dengan muridku Sak Huan baru saja tiba di daerah
Tibet, apakan kau tahu dimanakah Thian Siang Thaysu
berada?" . Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia memandang
sekejap ke arah Toosu muda itu dengan amat gemas.
Walaupun dalam hati dia merasa rada berada diluar dugaan
terhadap munculnya Yuan Si Tootiang secara tiba-tiba tetapi
terhadap diri Sak Huan dia merasa sangat tidak puas.
Yuan Si Tootiang yang melihat air mukanya pemuda itu
rada berubah dia lantas melirik sekejap ke arah Sak Huan.
Agaknya waktu itu Sak Huan sitoosa muda tersebut sama
sekali tidak merasa, sapasang matanya masih memandang ke
atas tubuh Sang Siauw-tan tak berkedip.
Yuan Si Tootiang segera mendengus dingin, mendengar
suara dengusan tersebut Sak Huan baru merasa terkejut sinar
matanya dengan cepat menyapu sekejap ke arah diri Koan Ing
lalu memandang ke tempat kejauhan.
Koan Ing yang disapu sekejap oleh Sak Huan itu segera
merasakan hatinya melonjak, saat itulah dia dapat melihat
kalau sinar mata Toosu muda itu penuh diliputi oleh rasa
dengki dan bermusuhan. Alisnya dikerutkan semakin rapat, tak sepatah katapun
diucapkan keluar. Yuan Si Tootiang kembali mendengus, sinar matanya
dengan rada mendongkol melirik sekejap ke arah Sak Huan.
"Jejak kereta berdarah apakah kau tahu?" tanyanya lagi
sambil menoleh ke arah Koan Ing.
"Menurut apa yang cayhe ketahui kereta berdarah itu
sudah terjatuh ketangan Si Budak Berdarah dari kegelapan!"
Yuan Si Tootiang termenung sebeataran terhadap sikap
yang tawar dari Koan Ing serta tidak mau menyebut dirinya
sebagai boanpwee dalam hati dia merasa sangat tidak puas.
"Kalau begitu sudahlah!" serunya kemudian sambil
memperhatikan sekejap ke arah Koan Ing.
Sehabis berkata dengan mengajak Sak Huan dia berlalu
menuju ke arah Barat. Lama sekali Koan Ing memperhatikan mereka berdua,
setelah bayangan tubuhnya lenyap dari pandangan baru
ujarnya kepada sang gadis:
"Mari kitapun pergi!"
Sang Siauw-tan mengangguk, mereka berdua segera
berangkat menuju ke arah Barat daya. dia tidak ingin berjalan
dengan arah yang sama seperti Yuan Si Tootiang berdua
karena itu sengaja sedikit mengubah arahnya.
Cuaca semakin lama semakin menggelap, akhirnya
sampailah kedua orang itu disebuah kuil bobrok.
Ruangan kuil itu sudah hancur dan amat kotor tetapi cukup
untuk berteduh. mereka berdua saling berpandangan sekejap
lalu duduk bersandar di dinding untuk beristirahat.
"Eagkoh Ing! mata sitoosu muda tadi sungguh kurang ajar
sekali," ujar Sang Siauw-tan tiba-tiba.
Koan Ing tertawa tawar. "Tiga manusia genah merupakan orang-orang dari
kalangan lurus, aku lihat terhadap Sak Huan muridnya Yuan Si
Tootiang sangat sayang, Hmmm! Dari antara ketiga manusia
genah itu tak ada seorangpun yang bisa menandingi paman
Cha. Sang Siauw Ian tertawa sedih.
"Entah dimanakah ayahku pada saat ini.
Koan Ing cuma tersenyum dengan perlahan dia meraba
rambut gadis itu dengan penuh kemesraan.
"Empek Sang mewakili aku pergi mencari tahu jejak dari
Bun Ting-seng, kekuatan dari perkumpulan Tiang-gong-pang
amat besar. dengan cepat kita bakal menemui anak buahnya
dari perkumpulan Tiang-gong-pang."
Dengan perlahan Sang Siauw-tan menyandarkan kepalanya
di atas pundak Koan Ing lalu pejamkan matanya untuk
beristirahat, Mendadak dari tempat kegelapan berkumandang datang
suara dengusan yang amat dingin,
Kedua orang yang lagi saling berpelukan dengan cepat
memisahkan diri, sinar mata Koan Ing dengan cepatnya
menyapu sekejap memperhatikan keadaan di sekeliling tempat
itu. Dengan ketajaman matanya yang bisa melihat tempat
kegelapan seperti memandang di tempat terang pemuda itu
segera dapat menangkap sesosok bayangan manusia dengan
cepatnya berkelebat menuju kepojokkan ruang kuil.
Dalam hati diam-diam Koan Ing merasa amat terperanjat,
sewaktu memasuki kuil tadi dia sudah memeriksa keadaan di
sekeliling tempat itu, waktu itu dia tidak menemukan
siapapun, tetapi bagaimana orang ini bisa tiba di tempat itu
sepengetahuan dirinya"
Dari hal ini saja sudah menunjukkan kalau kepandaian silat
orang itu amat tinggi, tenaga lweekang yang dimilikipun tidak
berada di bawah dirinya. Koan Ing segera mencekal tangan Sang Siauw-tan erat-erat
tenaga dalam orang itu sangat tinggi bahkan ada maksud
untuk mengejar dirinya terus hal ini menunjukkan kalau dia
orang mempunyai maksud jelek....
Sinar matanya dengan cepat berputar, dia tertawa kepada
gadis itu ujarnya, "Entah siapakah orang itu, kelihatannya dia
sengaja memancing agar aku pergi mengejar dirinya....
Hmmm! Kita tidak usah gubris dirinya lagi."
Sang Siauw-tan tersenyum, tadi diapun mendengar suara
dengusan yang amat dingin itu cuma sayang matanya tak
dapat menangkap bayangan yang berkelebat.
Suara dengusan kembali berkumandang dari luar kuil. Koan
Ing serta Sang Siauw-tan lalu saling bertukar pandangan
sekejap, mereka berdua merasa heran entah siapakah dia
orang.... agaknya dia paksa dirinya berdua untuk
meninggalkan tempat itu. Lama kelamaan Sang Siauw-tan mulai merasa tidak senang
terhadap orang itu. dia mengerutkan alisnya rapat-rapat lalu
menarik tangan Koan Ing, "Engkoh Ing, mari kita keluar untuk melihat siapakah orang
itu lalu sedikit beri hajaran!"
Koan Ing tersenyum dan mengangguk, kemudian bersamasama
dengan Sang Siauw-tan berjalan keluar kuil itu.
Sekeluarnya dari ruangan dia dapat melihat diluar halaman
sudah berdiri seseorang yang sedang memandang dirinya
dengan pandaiagan dingin.
Dia jadi melengak.... kiranya orang itu bukan lain adalah
Sak Huan itu anak murid dari Yuan Si Tootiang Ciangbunjien
dari Bu-tong-pay. Dengan pandangan dingin Sak Huan memandang ke arah
Koan Ing lalu ejeknya, "Hmm! usiamu paling tidak tinggal
sepuluh hari saja, kau punya hak apa untuk tetap bersamasama
dengan Sang Siauw-tan!"
Mendengar perkataan itu Koan Ing jadi amat gusar, dia
sama sekali tidak menyangka kalau Sak Huan bisa mengejar
mereka berdua sampai disini secara terang mengucapkan
kata-kata tersebut. "Agaknya di dalam urusan ini tiada sangkut pautnya
dengan dirimu bukan....?" serunya dingin.
Sinar mata Sak Huan berkedip2, dia tak menggubris
perkataan dari Koan Ing itu sebaliknya kepada Sang Siauw-tan
ujarnya: "Koan Ing tidak bakal hidup lebih lama lagi, kenapa kau
senang bersama-sama dirinya?"
Saking khekinya air muka Sang Siauw-tan sudah berubah
jadi merah padam. "Buat apa kau ikut campur?" bentaknya gusar.
Dengan termangu-mangu Sak Huan memperhatikan diri
Sang Siauw-tan mendadak dia tertawa dingin.
"Justru aku mau ikut campur, dengan kecantikan wajahmu
tidaklah seharusnya berkawan dengan Koan Ing si manusia
yang sudah mendekati ajalnya!"
Saking gemas dan mendoogkolnya seluruh tubuh gadis itu
gemetar amat keras, dia meronta dari cekalan Koan Ing dan
berjalan maju ke depan. Ooo)*(ooO Bab 27 DENGAN cepat Koan Ing menarik kembali tubuh Sang
Siauw-tan, lalu maju setengah langkah ke depan.
"Dimana Suhumu?"
Sak Huan segera tertawa terbahak-bahak. "Haaa.... haaa....
buat apa harus suhuku yang turun tangan?"
"Dengan luka yang kau derita saat ini ada kemungkinan
sepuluh jurus pun kau tidak bakal tahan.... heee.... heee....
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bilamana tak percaya kita boleh coba-coba."
Koan Ing yang melihat anak murid Yuan Si Tootiang itu
ciangbunjien dari Bu-tong-pay ternyata begitu jumawa segera
tertawa dingin. "Kepandaian silat dari tiga manusia genah sudah aku temui.
aku rasa suhupun tidak lebih hanya demikian saja.... ,
.walaupun aku terluka tetapi tidak akan kalah di dalam
sepeluh jurus!" "Kalau tidak percaya kenapa tidak coba-coba!" tantang Sak
Huan dengan keras. Koan Ing yang melihat Sak Huan sangat tidak puas, hatinya
merasa kheki juga. "Hmm! Bangsat ini sungguh jumawa sekali, aku harus kasih
sedikit hajaran kepadanya. apalagi lukanya sudah sembuh dua
hari sedang tenagapun sudah ada lima enam bagian telah
pulih.... " Tanpa mengucapkan kata-kata lagi dia lalu menuruni
tangga2 batu itu. Dari punggungnya Sak Huan segera mencabut keluar
pedangnya. sinar matanya dengan tajam memperhatikan
pemuda itu. "Luka dari Koan Ing belum sembuh benar-benar, aku harus
kalahkan dia di dalam sekali serangan.... aku harus hajar
dirinya," pikir toosu itu diam-diam.
Walaupun Koan Ing baru saja sembuh dari lukanya. tetapi
demi dilihatnya toosu itu amat jumawa sekali hatinya rada
mendongkol juga, pedang kiem-hong-kiamnya dengan cepat
dicabut keluar siap-siap menantikan serangan dari Sak Huan.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Sak Huan sebagai
seorang toosu ternyata sudah jatuh hati terhadap diri Sang
Siauw-tan.... bahkan dengan begitu berani menguntit dirinya
dan tantang dia orang untuk bergebrak.... ,
Terdengar Sak Huan tertawa dingin tiada hentinya.
"Koan Ing.... kau tidak suka hidup beberapa hari lagi,
baiklah! kalau kau sampai mati janganlah salahkan aku
berlaku terlalu telengas!"
Koan Ing yang di dalam hati lagi gusar mendengar
perkataan itu segera mendengus dingin.
"Justru aku ingin sekali mencari tahu kepandaian silat dari
aliran Bu-tong-pay!"
Sak Huan segera tertawa terbahak-bahak....
Ditengah suara tertawanya itulah pedang panjangnya
dengan amat dahsyat menghajar tubuh Koan Ing.
Sekali pandang saja Koan Ing sudah dapat tahu kalau jurus
tersebut bukan lain adalah jurus "Ku Bok Jan Thian" dari ilmu
pedang Bu-tong Kiam Hoat. jika ditinjau dari kedahsyatan ilmu
pedang itu dia dapat menduga kalau tenaga dalamnya tidak
berada di bawah tenaga dalam sendiri sewaktu tidak terluka.
Diam-diam dalam hati dia orang mulai menggerutu, jika
dilihat dari kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki Sak Huan
jelas memperlihatkan kalau tenaga dalam Yuan Si Tootiang itu
ciangbunjien dari Bu-tong-pay amat dahsyat sekali, apa
mungkin jauh lebih tinggi dari Thian Siang Thaysu"
Jilid 12 KOAN ING segera miringkan pedang Kiem-hong-kiamnya
kesamping, dengan menggunakan jurus "Hay Thian It Sian"
dia memunahkan datangnya terangan dari Sak Huan.
Belum habis jurus serangan itu digunakan tubuhnya sudah
melayang ke tengah udara menubruk ke depan, pedangnya
membengkok dengan menggunakan jurus "Cie Ci Thian Yang"
dia balas menyerang kening Sak Huan.
Sinar mata Sak Huan yang tajam berkedip, pedangnyapun
didorong sejajar dada menghajar musuhnya, agaknya dia
melihat luka dalam yang diderita Koan Ing belum sembuh kini
hendak mengadu tenaga dalam dengan dirinya.
Melihat perbuatan musuhnya demikian, pemuda itu
mendengus dingin, sewaktu berada dipuncak Su Li Hong
diapun menghadapi Sin Hong Soat-nie di dalam keadaan
terluka parah juga, terhadap pertempuran semacam ini boleh
dikata dia sudah mempunyai pengalaman yang cukup luas.
Kini Sak Huan berani menghadapi dirinya dengan cara ini
sudah tentu dia orang jadi
gemas. Luka dalamnya kini walaupun baru sembuh lima, enam
bagian tetapi dia merasa yakin bahwa kepandaian silat dari
Sak Huan ini tidak bakal bisa melebihi kepandaian dari Sin
Hong Soat-nie. Maka ujung pedangnya ditarik, tubuhnya berkelebat dari
tengah udara bagaikan seekor burung elang dia menubruk ke
arah Sak Huan. Pedang Kiem-hong-kiamnya dengan berubah jadi
serentetan sinar yang menyilaukan mata
menuding diri Sak Huan tiada lepasnya, seluruh jurus
serangan dilancarkan dengan tiada hentinya laksana
mengalirnya air sungai Tiang Kang meluncur terus menerus,
setiap serangan tentu mengandung kedahsyatan yang
semakin bertambah. Pedang panjang ditangan Sak Huan berputar tiada
hentinya, terhadap keanehan serta kecepatan gerak dari Koan
Ing yang luar biasa ini memaksa dia tidak sanggup untuk
balas melancarkan serangan, dia sama sekali tidak bisa
menduga datangnya serangan dari Koan Ing yang tiada
habisnya itu. Yang paling celaka lagi, ada kalanya Koan Ing
menggunakan jurus-jurus serangan aliran Bu-tong-pay yang
dimainkan lain dari keadaan biasanya.
Yang penting bagi para jago sewaktu bertanding adalah
dapat menduga terlebih dulu bagian mana yang bakal
diserang pihak musuh, sudah tentu terhadap cara yang
kebalikan dari keadaan biasanya ini bukan saja dia tak dapat
menduga terlebih dulu terhadap jurus serangan Koan Ing
bahkan sebaliknya dipaksa jadi kelabakan dan terdesak,
Jurus serangan yang dilancarkan Koan Ing laksana deburan
ombak di tengah sungai Tiang Kang, dia menitik beratkan
serangannya pada perubahan jurus yang cepat dengan
menggunakan tenaga dalam sedikit2nya hal ini dilakukan
karena untuk melindungi lukanya yang baru saja sembuh.
Tetapi Sak Huan masih tetap menghadapi dengan keadaan
yang tenang-tenang saja, hal ini membuat Koan Ing diamdiam
merasa keheranan. Menurut pandangannya tenaga dalam yang dimiliki Sak
Huan pada saat ini jauh lebih tinggi daripada apa yang
diperlihatkan pada saat ini, kenapa dia tidak menggunakan
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya"
Waktu itu Koan Ing tiada waktu lagi buat memikirkan soal
itu, pedang panjangnya melancarkan serangan diperhebat
beberapa kali lipat, dia mulai memikirkan cara yang lain untuk
merebut kemenangan karena kecepatan gerak dari Sak Huan
yang memaksa setiap serangannya mencapai pada sasaran
yang kosong. Hanya di dalam sekejap saja lima puluh jurus sudah berlalu
dengan cepatnya, sebenarnya Sak Huan mengira bahwa
dengan amat mudahnya dia berhasil membereskan diri Koan
Ing, tetapi kini bukannya menang justru dipaksa berada di
bawah angin, maka dengan dinginnya dia lantas mendengus,
pikirannya mulai berputar mencari akal untuk menghadapi diri
sang pemuda ini Mendadak Sak Huan memejamkan sepasang matanya,
sedang pedang panjang yang ada ditangannya berturut-turut
melancarkan dua tebasan menghalangi Koan Ing.
Koan Ing yang melihat Sak Huan mengganti pandangannya
dengan pendengaran dalam hati diam-diam rada terperanjat,
dia tahu walaupun kebanyakan orang pandangan matajustru
lebih tajam dari pendengaran tetapi di dalam suatu
pertempuran jarak dekat dari dua orang jago berkepandaian
tinggi pendengaran jauh lebih tajam dari penglihatan, kini Sak
Huan berbuat demikian bukan saja kedudukannya jadi
bertambah kuat diapun bisa terhindar dari gangguan salah
penglihatan. Baru saja hatinya merasa terperanjat mendadak Sak Huan
sudah membentak keras pedangnya dengan gencar mendesak
dirinya. Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat,
berturut-turut dia melancarkan tiga tusukan ke depan,
tubuhnya melangkah ke samping dan berdiri dengan amat
tenangnya di samping kalangan.
Sak Huan sendiripun berturut-turut meluncurkan beberapa
kali tusukan, lama kelamaan dia baru menemukan kalau Koan
Ing sudah berdiam diri. Untuk beberapa saat lamanya dia tidak melihat di manakah
Koan Ing sedang berdiri karena waktu itu angin taupan bertiup
dengan kencangnya dari sebelah utara. Akhirnya dia terdesak
dan membuka matanya kembali dengan perlahan
Dengan pandangan yang amat dingin Koan Ing
memandang sekejap ke arah Sak Huan lalu katanya,
"Kepandaian silat dari aliran Bu-tong-pay kini aku sudah minta
beberapa petunjuk, walaupun kepandaian silat saudara tidak
rendah tetapi sayang tidak bisa disebut amat lihay, apalagi
sifat serta tindak tanduk saudara amat kurangajar sekali",
Mendengar perkataan itu dalam hati Sak Huan merasa
amat gusar, tetapi dia tidak berani bertindak sembarangan
karena dalam hati Ielaki berusia pertengahan ini mengerti
kalau dirinya tak mempunyai pegangan yang kuat untuk
memperoleh kemenangan, "Hmm ini hari aku akan menyudahi sampai disini saja,"
ujarnya kepada Koan Ing dengan dingin, "Tetapi pada satu
hari Sang Siauw-tan pasti akan terjatuh ke tanganku, apalagi
kaupun tidak bakal hidup sampai waktu kematianmu,"
Sehabis berkata dengan amat dinginnya dia memandang
sekejap ke arah Sang Siauw-tan
lalu memasukan kembali pedangnya ke dalam sarung.
Di dalam hati Koan Ing benar-benar merasa amat gusar,
tetapi lukanya pada saat ini belum sembuh maka diapun tidak
bisa berbuat apa-apa. "Lebih baik sedikit berhati-hati, bilamana lain kali bertemu
kembali dengan diriku," ancamnya dengan dingin. "Bilamana
perkataanmu waktu itu tidak sopan aku akan membuat kau
mau tertawapun tak dapat tertawa, hati-hatilah kau berjaga
diri." Sehabis berkata diapun menarik kembali pedangnya
dengan amat tenangnya. Sinar mata Sat Huan berkelebat tiada hentinya, mendadak
tubuhnya berkelebat pedang panjangnya dengan membentuk
pelangi panjang menghajar leher Koan Ing dengan kejamnya.
Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau Sak Huan bisa
melancarkan serangan kembali setelah dia menyimpan
kembali pedangnya, dalam keadaan amat terkejut itulah
tangan kanannya berkelebat ke depan mencengkeram tubuh
pedang tersebut. Sang Siauw-tan yang melihat kejadian itupun merasa amat
terkejut, tubuhnya berkelebat menubruk ke arah Sak Huan di
iringi suara bentakan yang amat gusar.
Di tengah udarajari tangannya berturut-turut melancarkan
tujuh buah sentilan sakti ke depan, tujuh buah gulung angin
serangan yang tajam dengan cepat menghajar tubuh Sak
Huan. Babatan pedang dari Sak Huan ini dengan amat cepatnya
berhasil dicengkeram oleh lima jari dari Koan Ing.
Dia tertawa dingin, pedangnya dibabat ke depan, siap-siap
membinasakan Koan Ing di bawah tusukan pedangnya,
mendadak dia merasakan tugyuh gulung totokan jari meluncur
mendatang.... Hatinya terasa berdesir, dalam hati dia tahu inilah serangan
Han Yang Ci yang amat dahsyat itu,
Pedangnya terburu-buru ditarik kembali, tubuhnya
berjumpalitan beberapa kali di tengah udara lalu melayang
keluar dari balik tembok.
Kiranya dia yang melihat serangannya tidak mencapai pada
sasarannya lantas mengerti kalau dirinya berdiam lebih lama
di sanapun tak ada gunanya karena itu sambil tertawa dingin
dia lantas melarikan diri dari sana.
Serangan yang dilancarkan Sang Siauw-tan dengan sekuat
tenaga ini walaupun tidak mencapai pada sasaran tetapi air
mukanya sudah berubah jadi pucat pasi,
Dari ujung lima jari pemuda itupun dengan perlahan
menetes keluar darah segar dia sama sekali tidak menyangka
kalau Sak Huan sebagai seorang murid kenamaan ternyata
jauh lebih kejam dan licik daripada Ciu Tong si iblis tua itu.
Dengan pandangan gusar dia memandang ke arah depan,
lama sekali tak sepatah katapun dapat diucapkan keluar.
Sang Siauw-tan sendiri diam-diam menarik napas panjang
setelah itu baru berjalan kesisi
Koan Ing. "Engko Ing, kau terluka?" tanyanya.
Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan mendekati dirinya
dia lantas tersenyum. "Akh.... tidak mengapa, cuma aku tahu serangan terakhir
yang dilancarkan sekuat tenaga itu bukanlah ilmu silat aliran
Bu-tongpay, ada kemungkinan jurus itu adalah yang
baru saja diciptakan oleh Yuan Si Tootiang?"
Tenaga dalam yang dimiliki Sang Siauw-tan saat ini jauh
lebih tinggi daripada tenaga dalam yang dimlikinya dahulu,
walaupun baru saja dia melancarkan serangan dengan sekuat
tenaga tubuhnya masih bisa bertahan diri.
"Hmm tidak kusangka anak murid Bu-tong-pay begitu tidak
tahu malu!" serunya sambil
mengerutkan alisnya rapat-rapat. "Aku mau suruh Tia
menegurjadah tua itu, bagaimana dia bisa memperoleh
seorang murid yang selicik itu."
Dalam hati Koan Ing merasa keheranan, Sak Huan sungguh
merupakan seorang bernyali srigala apa mungkin Yuan Si
Tootiang sama sekali tidak mengetahui akan urusan yang
menyangkut diri Sak Huan" Atau mungkin dia sengaja
berpura-purapilon, Dia merasa heran bagaimana mungkin Yuan Si Tootiang
hanya mendengus saja sewaktu
untuk pertama kalinya mereka bertemu dan waktu itu Sak
Huan melototi diri Sang Siauw-tan tak berkedip.
Dengan kedudukan Sak Huan sebagai seorang toosu tiada
seharusnya dia berbuat begitu, ditambah lagi Yuan Si Tootiang
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah seorang ciangbunjin Bu-tong-pay yang mempunyai
nama besar di Bu-lim, apakah terhadap urusan ini dia orang
menanggapi dengan begitu tawar"
Dengan perlahan mereka berdua kembali ke dalam ruangan
tengah. "Engkoh Ing." tiba-tiba Sang Siauw-tan menegur "Kita tidak
usah tinggal lebih lama lagi disini, mari kita mencari tempat
yang lain atau melanjutkan perjalanan malam ini saja, aku
tidak ingin tidur lagi. Koan Ing yang diganggu oleh Sak Huan dalam hatipun
merasa rada tidak puas, dia tersenyum.
"Baiklah. mari kita meninggalkan tempat ini."
Sehabis berkata mereka berdua lantas berjalan keluar dari
rumah tersebut menuju ke tempat luar.
Baru saja mereka melakukan perjalanan beberapa saat
lamanya mendadak Koan Ing menarik diri Sang Siauw-tan
untuk bersembunyi dibalik sebuah pohon besar,
Sang Siauw-tanjadi melengak, dengan cepat dia
memandang ke arah depan terlihatlah di atas salju berdirilah
seorang yang bukan lain adalah Sak Huan,
Lewat beberapa saat kemudian tampaklah sesosok
bayangan manusia dengan cepatnya lari mendatang, dari
tempat kejauhan Koan Ing sudah bisa mengetahui kalau orang
itu bukan lain adalah ciangbunjien dari Bu-tong-pay, Yuan Si
Tootiang adanya.... Dalam hati dia merasa amat terperanjat, Yuan totiang juga
ikut mengejar datang" Agaknya Sak Huan sedang menanti
kedatangan Yuan Tootiang disana, apakah mungkin
persoalannya tadi sudah memperoleh ijin dari dia orang"
Tetapi hal ini tidak masuk diakal, Yuan Tootiang adalah
salah satu anggota dari tiga manusia genah apalagi
kedudukannya sebagai ciangbunjien suatu partai besar,
sekalipun dia tidak becus tidak mungkin dia bisa memberi ijin
kepada Sak Huan untuk berbuat demikian,
Dengan cepatnya Yuan Si Tootiang sudah tiba dihadapan
Sak Huan, mereka berdua mulai berbicara dan bersama-sama
lalu menuju kejalan semula,
"Dari tadi aku sudah tahu," ujar Yuan Si Tootiang dengan
keren. Tetapi baru saja berbicara sampai separuh jalan, mendadak
tubuhnya merandek. "Siapa yang bersembunyi dibalik pohon?" bentaknya
dengan gusar Koan Ing jadi amat terperanjat selama ini dia bersamasama
Sang Siauw-tan sama sekali tidak bergerak, bagaimana
mungkin Yuan Si Tootiang bisa mengetahui kalau mereka lagi
bersembunyi dibalik pohon"
Jika ditinjau dari hal inijelas menunjukkan kalau tenaga
dalam yang dimiliki Yuan Si Tootiang jauh berada di atas dua
manusia genah lainnya. Sambil menarik tangan Sang Siauw-tan dia lantas berjalan
keluar dari balik pohon itu dan memandang ke arah Yuan Si
Tootiang dengan tajam. Yuan Si Tootiang yang melihat munculnya Sang Siauw-tan
serta Koan Ing di tempat itu, sinar matanya berputar-putar.
"Ooouw.... kiranya kalian berdua," katanya kepada mereka
berdua. "Murid keponakanku ini dikarenakan terlalu kagum dengan
nona Sang sudah mengejar kemari, mau tak mau terpaksa
pinto harus mengejar kemari juga dengan melakukan
perjalanan malam, harap kalian berdua suka memaafkan diri
pinto." Koan Ing yang mendengar perkataan tersebut lantas jadi
melengak, kiranya Sak Huan adalah keponakan dari Yuan Si
Tootiang, tidak aneh kalau dia begitu membela dan
melindungi dirinya. Dalam hati dia merasa semakin tidak senang lagi, sahutnya
tawar, "Buat apa Tootiang berbuat sungkan-sungkan, tetapi
dengan perbuatan dari muridmu itu aku rasa merupakan suatu
perbuatan yang terkutuk dan dibenci setiap orang, harap
Tootiang suka memberi peringatan yang lebih sebegitu saja."
Nama Yuan Si Tootiang terdapat diantara nama-nama tiga
manusia genah, pada biasanya mana mungkin dia
memperoleh peringatan yang pedas dari orang lain" Bilamana
peristiwa baru-baru ini sampai terdengar di dalam Bu-lim
maka akan dibawa kemana wajahnya"
Dia menghela napas panjang-panjang, untuk minta maaf
sudah tentu dia orang tidak akan melakukannya karena hal ini
bakal merusak kedudukannya, dia memandang sekejap ke
arah diri Koan Ing serta Sang Siauw-tan, kemudian tanpa
mengucapkan sepatah katapun berlalu dari sana sambil
menarik tangan Sak Huan, Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang sama sekali tidak
berbicara dia pun tidak suka mengambil perduli,
Menanti bayangan mereka berdua sudah amat jauh barulah
terdengar Sang Siauw-tan berkata:
"Sungguh aneh sekali bilamana dikatakan Yuan Si Tootiang
mengejar kemari bagaimana mungkin Sak Huan bisa menanti
dirinya disini"jika dilihat sikap, si jadah setengah tua itu
sedikitpun tidak takut kepada hidung kerbau tersebut, hmm
agaknya dalam urusan ini ada sesuatu yang tidak beres."
Dalam hati Koan Ing pun merasa keheranan, tetapi
berhubung dia mempunyai dugaan hal ini dikarenakan rasa
sayang yang berlebih-lebihan, dia lantas tersenyum,
"Tidak kusangka Yuan Si Tootiang memandang nama
besarnya tetapi suatu permainan, kecermelangannya selama
puluhan tahun ini ada kemungkinan bakal rusak di tangan Sak
Huan. waktu itu akan ditaruh dimanakah wajahnya"
Sehabis berkata dengan menarik tangannya Sang Siauwtan
dia melanjutkan kembali perjalanannya ke arah depan.
Cuaca semakin terang, Koan Ing serta Sang Siauw-tan
yang melanjutkan perjalanan sambil bercakap-cakap sama
sekali tidak merasa lelah akhirnya mereka tiba disebuah kota
yang cukup besar. Setelah masuk ke dalam kota mendadak seekor kuda
berlari lewat dari samping mereka.
Dengan cepat Koan Ing angkat kepalanya memandang, dia
jadi melengak kiranya orang itu adalah Hoo Lieh yang
ditemuinya untuk pertama kali bersama-sama Sang Siauw-tan
tempo hari. Terburu-buru Hoo Lieh meloncat turun dari kudanya.
"Oouw.... tidak kusangka di tempat ini aku bisa bertemu
kembali dengan nona serta Koan
siauw-hiap," ujarnya sambil tertawa
Sang Siauw-tan yang melihat munculnya Hoo Lieh dengan
wajah girang dalam hati dia merasa amat gembira. "Dimana
ayahku?" Hoo Lieh agak ragu-ragu sejenak, akhirnya dia tertawa.
"Pangcu dia orang tua agaknya sudah putus asa terhadap
urusan kereta berdarah itu, pada tiga hari yang lalu dia orang
tua sudah kembali ke daerah Tionggoan, kini cuma tinggal
beberapa orang saja yang mendapat perintah untuk mencari
jejak Bun Ting-seng."
Koan Ing yang mendengar Sang Su-im sudah kembali ke
daerah Tionggoan dalam hati
merasa amat menyesal sekali, dengan perlahan dia
menundukkan kepalanya rendah-rendah lalu tersenyum,
"Lalu dimanakah orang-orang itu?" tanyanya kepada Hoo
Lieh. Hoo Lieh yang melihat munculnya Koan Ing serta Sang
Siauw-tan dalam hati benar-benar merasa amat girang sekali.
"Setelah Koan siauw-hiap pergi kereta berdarah itu kembali
munculkan dirinya, kami lantas pergi mencarijejak kereta
berdarah itu bahkan Cha Thay^hiap merasa amat cemas
sekali dengan keselamatan siauw-hiap, mereka tahu orang
yang menunggang kereta berdarah itu adalah Si Budak
Berdarah dari tempat kegelapan"
"Ooow.... " seru Koan Ing, dia tahu di dalam soal ini semua
orang bisa mengetahuinya dengan amat cepat tentunya waktu
ini Ciu Tong sekalian lagi mengejar kereta berdarah itu,
mengejar Si Budak Berdarah dari kegelapan.
Sewaktu dia berada di dalam kereta berdarah itu selama itu
tak pernah dia menemukan ilmu silat dari ciangbunjien Hiatho-
pay seperti yang telah disiarkan, Si Budak Berdarah dari
kegelapan pernah menghantam dirinya satu kali, dendam ini
dia akan membalasnya tetapi mengingat tenaga dalam yang
dimiliki pada saat ini belum bisa mengalahkan Si Budak
Berdarah dari tempat kegelapan, maka sekalipun pergi
menemukan dirinya juga tiada gunanya.
Hoo Lieh melihat pemuda itu lagi termenung dengan
perlahan lantas tertawa. Mereka semua kini berada di sekitar tempat ini, luka Koan
siauw-hiap belum sembuh benar-benar lebih baik untuk
sementara waktujangan ikut di dalam gerakan untuk mencari
kereta berdarah itu. Koan Ing tahu kalau Hoo Lieh bisa berbicara demikian
disebabkan dia bersikap sangat baik terhadap dirinya, dengan
rasa berterima kasih serunya, "Terima kasih Hoo Thay-hiap
sebetulnya akupun tidak punya perhatian lagi terhadap kereta
berdarah itu." Baru saja dia selesai berkata mendadak tampillah sesosok
bayangan manusia berkelebat
dihadapan matanya. "Kau tidak tertarik tidak jadi soal, aku yang punya perhatian
sudah datang" serunya dingin,
Koan Ing merasa hatinya tergetar, kiranya orang yang baru
datang itu bukan lain adalah Ciu Tong.
Rambutnya yang sudah memutih pada serabutan tidak
karuan, tangan kanannya mencekal tongkat sedang sepasang
matanya dengan amat dingin memperhatikan Koan Ing. Ciu
Pak serta Bu Sian berdua tidak tampak mengikuti dirinya.
Hoo Lieh yang melihat munculnya orang itu diam-diam
merasa terperanjat juga, dia menarik napas panjang-panjang.
"Oouw.... kiranya Ciu Tocu sudah datang, Pangcu kami
memangnya lagi menanti kedatanganmu disini."
Ciu Tong adalah manusia yang amat licik, sudah tentu Hoo
Lieh yang bermaksud menipu dirinya tidak bakal bisa.
Terdengar dia mendengus dingin, sinar matanya dengan
tajam memperhatikan diri Hoo Lieh.
"Heee.... heee.... Sang Su-im sudab kembali ke daerah
Tionggoan, kau ingin menipu aku" Mengingat dosamu baru
untuk pertama kali ini maka aku ampunijiwamu sekali, ayoh
cepat menggelinding pergi!"
Hoo Lieh segera merasakan hatinya bergidik, belum sempat
dia mengucapkan sepatah katapun mendadak tardengar Sang
Siauw-tan tertawa. "Paman Hoo kau pergilah mencari ayah dan undang beliau
datang kemari", perintahnya.
Hoo Lieh tahu Sang Siauw-tan takut dirinya bilamana tidak
pergi maka Ciu Tong akan turun tangan kejam terhadap
dirinya, dalam hati dia merasa sangat berterima kasih sekali
terhadap diri nona itu. Diapun tahu sekalipun dirinya tetap tinggal disana juga
tiada gunanya, kini Sang Su-im sudah kembali ke daerah
Tionggoan sedang Cha Can Hong pun ada di sekitar tempat
ini, bilamana dia tidak bisa mendapatkan Sang Su-im sedikitdikitnya
bisa menemukan Cha Can Hong.
Cha Can Hong paling menyayangi diri Sang Siauw-tan,
setelah mengetahui dia berada di dalam keadaan bahaya dia
orang sudah pasti akan turun tangan membantu. Dia lantas
bungkukkan badannya memberi hormat kepada diri sang
gadis. "Nona baik-baiklah kau berjaga diri!" serunya.
Kemudian kepada diri sang pemuda katanya pula, "Koan
siauw-hiap aku Hoo Lieh berangkat dulu."
Sehabis berkata dia putar badan berlalu dari sana.
Dengan pandangan yang amat dingin Ciu Tong
memandang hingga tubuh Hoo Lieh lenyap dari pandangan
baru kemudian dengan perlahan beralih ke atas wajah mereka
berdua. "Sekalipun kalian bergabung diri juga tidak bakal berhasil
menerima seratus jurus seranganku, kalian ingin mengikuti
aku dengan rela dan ikhlas ataukah menanti setelah aku turun
tangan sendiri menawan kalian....?"
Sinar mata Sang Siauw-tan berkelebat., dia tahu Ciu Tong
jadi orang amat kejam dan licik, pekerjaan apapun bisa dia
lakukan. Tetapi diapun mendengar Cha Can Hong ada di sekeliling
tempat ini dan Hoo Liah lagi pergi mencari dirinya. maka saat
ini dia harus berusaha mengulur waktu selama mungkin untuk
menanti datangnya bala bantuan.
"Empek Ciu," ujarnya kemudian sambil tertawa. "Kenapa
sifatmu ini hari amat kasar
sekali?" "Siauw-tan," ujar Ciu Tong dengan dingin. "Sejak semula
ayahmu sudah bentrok dengan diriku, anak murid
perguruanku yang masuk ke daerah Tibetpun kebanyakan
binasa ditangan anak buah perkumpulan Tiang-gong-pang,
akupun kena dibokong ayahmu, coba kau pikir apakah
dendam ini tidak boleh aku balas?"
Terhadap ikatan dendam antara ayahnya serta Ciu Tong
sejak semula nona mi sudah mendengar dari mulut Koan Ing,
tetapi untuk mengulur waktu lebin lama dia pura-pura tidak
paham. "Empek Ciu," ujarnya keheranan. "Kau masuk ke daerah
Tibet bersama-sama ayahku bahkan pernah berjanji hendak
bekerja sama mengejar kereta berdarah itu, bagaimana boleh
dikarenakan sedikit urusanjadi saling bentrok?"
Dengan dinginnya Ciu Tong mendengus dingin, dia merasa
curiga terhadap gadis itu setelah mendengar perkataannya,
kini Koan Ing ada disampingnya sudah tentu Sang Siauw-tan
ikut mengetahui juga di dalam urusan ini, jelas dia mempunyai
tujuan tertentu. Ciu Tong bukanlah seorang bocah yang baru berusia tiga
tahun, dia lantas paham gadis itu berbuat demikiian adalah
dikarenakan ingin mengulur waktu.
Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong suami istti
semuanya ada di sekeliling tempat ini, sebentar lagi mereka
pasti akan tiba disana.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmmm.... Siauw-tan!" serunya sambil mendengus dingin,
"Bilamana kau ingin benar-benar mengetahui urusan ini, aku
bisa bercerita kepadamu, cuma saja kau harus ikut dulu
dengan diriku." Sang Siauw-tan jadi terperanjat, dia tahu tentulah Ciu Tong
sudah mengerti maksudnya hendak mengulur waktu.
Ooo)*(ooO Bab 28 SINAR MATANYA dengan cepat berputar memperhatikan
tempat di sekitar sana, tiba-tiba dia menemukan si dewa
telapak dari gurun pasir dengan kecepatan yang luar biasa
sudah berlari mendatang. Hatinya jadi amat girang, dia merasa amat lega sehingga
tak terasa sudah kirim satu senyuman kepada si iblis tua itu.
Tetapi pada saat itulah mendadak terdengar Ciu Tong
membentak keras, dari sepasang matanya memancarkan
nafsu membunuh yang menyala-nyala, tubuhnya dengan
diiringi suara desiran angin yang tajam menubruk ke arahnya.
Sewaktu Sang Siauw-tan melihat munculnya Cha Can Hong
tadi Ciu Tongpun dapat melihat munculnya si dewa telapak
tersebut, sanpai keadaan ssmacam itu mana dia dapat
berpeluk tangan lagi maka itu sambil melancarkan serangan
dia menubruk ke arah gaiis tersebut.
Begitu tubuhnya bergerak dengan rasa amat terperanjat
Koan Ing melancarkan serangan dengan menggunakan
pedang Kiem-hong-kiamnya, diantara suara suitan yang amat
keras serentetan sinar pelangi emas berkelebat menghajar
tubuh Ciu Tong. Toya ditangan Ciu Tong si iblis tua itu dengan dahsyatnya
menghantam kepala Koan Ing, agaknya dia bermaksud
menggetar pergi tubuh pemuda tersebut.
Sang Siauw-tan yang berhasil kena dicengkeram oleh Ciu
Tong hanya di dalam sekejap saja kontan tak dapat berkutik,
iblis tua itu lantas menariknya mendekati tubuhnya dan
membentak dengan suara yang amat keras. Jangan bergerak."
Cha Can Hong melengak, terpaksa dia menghentikan
langkah kakinya. Saat ini cukup Ciu Tong menambahi dengan satu bagian
tenaga saja maka Sang Siauw-tan seketika itu juga akan
terpukul terbinasa. Koan Ing sendiripun tertegun, dia menarik kembali
pedangnya dengan lemas. Kiranya pedang Kiem-hong-kiam ditangannya berhasil
digetarkan terpental oleh sambaran toya Ciu Tong. untung
sekali luka dalamnya tidak sampai kambuh lagi.
"Ciu Tong," terdengar Cha Can Hong mendengus dengan
amat marahnya, Namamu berada
Pendekar Buta 8 Pendekar Misterius Karya Gan K L Rahasia Istana Terlarang 2