Pencarian

Memburu Iblis 12

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 12


berat, maka terpaksa tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan ia
sendiri merasa semakin repot menghadapi serangan-serangan
Pek-i Liong-ong, yang di dalam Buku Rahasia tercantum pada
nomer delapan itu. Yang benar-benar sangat payah adalah para touw-bak itu.
Menghadapi Bhong Kim Cu yang dibantu oleh tokoh-tokoh Mo-
kauw bekas tawanan itu, mereka benar-benar tak berkutik.
Satu persatu mereka terbabat roboh oleh cambuk Bhong Kim
Cu yang lihai itu. Demikianlah, perlahan tapi pasti kawanan bajak laut itu
mulai terdesak. Meskipun mereka berjumlah banyak, tapi
sebagian besar cuma tenaga-tenaga kasar yang hanya tahu
sedikit dalam ilmu silat, sehingga menghadapi tokoh seperti
Bhong Kim Cu yang berkepandaian sangat tinggi itu mereka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
benar-benar kepayahan. Mereka betul-betul seperti batang
ilalang yang mudah saja dibabat.
Sebentar saja arena itu telah dipenuhi tubuh-tubuh mereka
yang bergelimpangan. "Aduuuuuh.....b-b-be-bangsat!" tiba-tiba Tung-hai-tiauw
berteriak kesakitan, kemudian terhuyung-huyung jatuh.
Sebuah totokan jari tangan Liu Yang Kun telah mengenal jalan
darah teng-go-hiat di lehernya.
Belum juga hilang rasa kaget dari kawanan bajak laut itu,
mendadak mereka dikejutkan lagi oleh suara pekikan panjang
Tung-hai Nung-jin. Tangan kanan Tung-hai-tiauw yang lihai
itu tampak terpelanting ke udara bagai layang layang putus.
Kaki kanannya terbelit ujung cambuk Leng Siauw, sementara
paculnya telah terlempar pula entah kemana.
Sekejap Tiauw Kiat Su tertegun, sehingga tendangan kaki
Pek-i Liong ong yang keras itu nyaris meremukkan tulang
tempurung kepalanya. Untunglah dia cepat menjatuhkan diri
dan berguling-guling menjauh. Wajahnya tampak putih pucat,
sedangkan bibirnya tampak bergetar, namun matanya
bagaikan menyala di dalam kegelapan! Beberapa orang Mo-
kauw yang ada di dekatnya segera menjadi korban
kemarahannya. Mereka jatuh bergelimpangan akibat pukulan
dan tendangannya. Di lain saat pemuda itu telah berdiri kembali. Di dalam
tangannya telah tergenggam kembali senjata mautnya itu!
Pemuda itu benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya lagi!
Namun sebelum senjata peledak itu dilemparkan, Liu Yang
Kun lebih dahulu mencegahnya! "Tahaaaaaaan!!!"
Lalu tampak bayangan Liu Yang Kun berkelebat ke depan
pemuda itu. Begitu cepatnya, seperti kilat menyambar,
padahal kedua tangannya menjinjing tubuh......... Tung-hai-
tiauw dan Tung-hai Nung-jin!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tahan! Apakah kau ingin melumatkan ayah dan pamanmu
pula?" Liu Yang Kun menggertak.
"Persetan! Aku.......?"
"Kiat Su, jangan......!" Tung-hai-tiauw yang sudah tidak
berdaya itu tiba-tiba ikut berteriak pula. Wajahnya tampak
ketakutan. "Kiat Su......! Si-sim-simpan kembali pelurumu itu!
Jangan........jangan membunuh diri. Jangan kaubunuh ke-
keluarga kita! Anak buah kita! Kau........kau akan menyesal
nanti. Gunakan otakmu! Biarlah kita mengalah sekali ini."
Tung-hai Nung-jin turut mencegah pula. Suaranya terdengar
gugup dan gemetaran saking tegang dan cemasnya.
Mata yang merah menyala itu tiba-tiba meredup kembali.
Urat-urat yang menegang itu juga tampak mengendor lagi.
Lalu perlahan-lahan pemuda itu menarik napas panjang.
Tapi pada saat itu juga tiba-tiba muncul Tiauw Li Ing
menubruknya! "Ko-kooooo....... jangan!" gadis itu memekik kuat-kuat.
Tiauw Kiat Su berusaha mengelak, namun terlambat.
Gerakan adiknya itu juga cepat bukan main, dan mendadak
pula! Akibatnya Tiauw Li Ing persis menubruk pinggangnya,
sehingga ia terpelanting ke depan. Tepat ke arah di mana Liu
Yang Kun berada! Semua orang menjerit! Peluru pek-lek tan yang sangat
menakutkan itu terlepas dari genggaman Tiauw Kiat Su! Dan
meluncur atau terbanting ke tanah dengan cepat sekali!
"Kiat Suuu......"!" Tung-hai-tiauw melolong ketakutan.
Tapi secepat itu pek-lek-tan terlepas dari tangan Tiauw K iat
Su, secepat itu pula Liu Yang Kun menyambarnya! Begitu
cepatnya pemuda itu bergerak, yaitu melepaskan kedua orang
yang dijinjingnya dan menyambar benda maut yang hampir
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyentuh tanah itu, sehingga tak seorangpun di dekatnya
yang tahu bagaimana pemuda itu tadi bergerak. Tahu-tahu
pemuda itu telah berdiri memegang pek-lek-tan yang sangat
menakutkan itu. "Ooooooooh.....!" semuanya menghembuskan napas lega.
Termasuk juga Tung-hai-tiauw dan Tung-hai Nung-jin, meski
pun mereka harus meringis kesakitan karena dilepas begitu
saja oleh Liu Yang Kun. Dan yang tidak kalah leganya adalah Tiauw K iat Su sendiri.
Pemuda yang pada saat-saat terakhir telah menjadi sadar
untuk tidak menggunakan pek-lek-tan untuk melawan
musuhnya itu, semula sangat kaget dan cemas bukan main
ketika menyadari pek-lek-tan terlepas dari tangannya. Semula
pemuda itu sudah membayangkan bahwa dirinya bersama
orang-orang yang berada di sekitarnya itu akan lumat menjadi
bubur. Termasuk ayah, paman dan adiknya. Maka begitu
menyaksikan benda maut itu berhasil ditangkap orang, dan
tidak jadi me letus, hatinya benar-benar menjadi lega sekaIi.
Namun kelegaan itu segera sirna begitu menyadari s iapa yang
telah menangkap senjata mautnya itu! Dan kelegaan itu
segera berubah menjadi kecemasan dan kegelisahan lagi !
Pemuda itu cepat mendorong adiknya. "Kembalikan pek-
lek-tan itu kepadaku!" serunya kepada Liu Yang Kun.
Namun dengan tenangnya Liu Yang Kun melangkah
mundur. "Aha.... nanti dulu! Jangan tergesa-gesa!" serunya
pula sambil menggoyang-goyangkan peluru maut di
tangannya. "Haii.....! Jangan main-main dengan pek lek tan itu!
Meskipun belum kutarik sumbunya, tapi kuncinya sudah
kulepaskan. Dia bisa meledak bila terjatuh ke tanah!" Tiauw
Kiat Su berteriak semakin ketakutan.
Liu Yang Kun cepat menggelengkan kepalanya. Bibirnya
tersenyum. "Jangan khawatir! Peluru ini tidak akan kujatuhkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ke tanah apabila kau mau..,, melepaskan orang-orang Mo-
kauw itu. Bagaimana............?"
Tiauw Kiat Su tertegun. Beberapa kali matanya melirik ke
arah ayahnya. "Ko-ko....! Biarkan mereka pergi," Tiauw Li Ing yang belum
bisa menghilangkan kekalutan hatinya itu memohon kepada
kakaknya. Ternyata selain mengkhawatirkan nasib ayah dan
dirinya sendiri, gadis itu juga mengkhawatirkan keselamatan
Liu Yang Kun, pemuda yang dicintainya. Gadis itu benar-benar
takut kalau kakaknya menjadi nekad.
"Nona T iauw, biarkan kakakmu berpikir dulu?"" Liu Yang
Kun berkata. "Pangeran"..?" Tiauw Li Ing berbisik dengan air mata
bercucuran. "Kiat Su! Biarkan mereka pergi!" Tung-hai-tiauw yang
masih menggeletak di atas tanah itu tiba-tiba berteriak.
Tiauw Kiat Su menundukkan kepalanya.
"Baiklah, mereka boleh pergi. Tapi peluru harus
kaukembalikan kepadaku," katanya lemah. Sekarang ganti Liu
Yang Kun yang menjadi ragu-ragu untuk memenuhi syarat
lawannya. Sebenarnya ia bermaksud untuk memusnahkan
saja benda berbahaya itu.
Tampaknya Tiauw K iat Su dapat membaca pikiran Liu Y ang
Kun. Matanya yang telah meredup itu tiba-tiba tampak
menyala kembali. Tangannya bergegas merogoh kantongnya
dan mengeluarkan satu satunya pek-lek-tan yang tertinggal.
"Hmmh! Kalau kau tidak mau mengembalikan pek-lek-tan itu,
aku juga tidak mau hidup lagi! Lebih baik kita bunuh diri saja
secara massal di sini!" geramnya sambil menimang-nimang
senjata peledaknya. Suasana menjadi tegang kembali! Kedua pemuda lihai yang
saling berhadapan itu sama-sama memegang pek-lek tan!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Diam-diam Liu Yang Kun menjadi kaget juga. "Mengapa
kau memilih mati cuma karena satu pek-lek-tan ini" Bukankah
kau masih mempunyai banyak lagi?" tanya pemuda itu
berhati-hati. Tiauw Kiat Su mendengus. "Huh" Apa gunanya aku hidup
kalau pek-lek-tan itu sampai jatuh ke tangan orang lain. Su-hu
tentu akan membunuh aku pula. Nah, dari pada kalian semua
masih tetap hidup sementara aku nanti dibunuh guruku, lebih
baik aku mati saja sekarang bersama-sama kalian semua.
Hatiku puas." "Ko-ko......?" Tiauw Li Ing berbisik.
"Kiat Su......!" Tung-hai-tiauw berdesah pula dengan
bingungnya. Tiba-tiba Liu Yang Kun menghela napas panjang. "Baiklah!
Baiklah.....Aku setuju pada syaratmu. Biarlah mereka pergi,
aku akan mengembalikan pek lek-tan ini kepadamu," katanya
mantap. Tiauw Kiat Su mengatupkan bibirnya. "Bagaimana aku
dapat mempercayai kata-katamu?" ucapnya curiga.
"Kurang ajar! Jangan samakan aku dengan perompak-lanun
seperti kau! Apa yang sudah kujanjikan tentu aku tepati
apapun rintangannya!" Liu Yang Kun naik pitam.
"Bagus! Nah, silahkan mereka pergi, aku percaya
kepadamu.....!" Tiauw K iat Su berkata lega.
Bukan main mendongkolnya hati Liu Yang Kun. Meskipun
demikian ia selalu berusaha untuk menahannya. Sambil
menggigit bibirnya ia menoleh kepada Pek-I Liong-ong.
"Lo-cianpwe. Silahkan lo-cianpwe membawa teman-
temanmu pergi," katanya pendek.
"Terima kasih, Chin Siauw heng. Tapi........ bagaimana
dengan kau sendiri?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lo-cianpwe tak usah merasa khawatir. Siauw-te bisa
menjaga diri. Nah, silahkan berangkat........!"
Tak enak sebetulnya hati Ketua Mo-Kauw itu meninggalkan
Liu Yang Kun sendirian. Namun orang tua itu sangat percaya
kepada kemampuan pemuda sakti itu. Ia telah menyaksikan
tadi. Dan ia pun juga sangat percaya bahwa pemuda itu
takkan kalah, walaupun harus menghadapi keroyokan bajak-
laut itu. "Baiklah..........!" akhirnya orang tua itu berkata. Kemudian
sambungnya kepada anak buahnya. "Kim Cu! Leng Siauw......!
Urus teman-temanmu! Utamakan bagi yang sakit atau terluka!
Kita pergi dari sini!"
Demikianlah untuk beberapa saat terjadi kesibukan di
tempat itu. Bhong Kim Cu dan Leng Siauw mengumpulkan
anak buahnya, baik yang sakit atau terluka maupun yang
masih sehat. Yang masih sehat segera membantu kawan-
kawannya yang terluka, kemudian secara bersama-sama
mereka pergi meninggalkan halaman rumah itu. Mereka
melewati kawanan bajak laut yang tadi bertempur dengan
mereka. Mereka saling melotot dan saling menatap dengan
sinar mata dendam. Tapi karena masing-masing merasa takut
kepada pimpinan mereka, maka semuanya tak berani
bertindak lebih lanjut. "Terima kasih, Chin Siauw-heng. Kami dari Aliran Mo-kauw
takkan pernah melupakan pertolonganmu ini. Bersama ini pula
kami mengundangmu. Kapan saja Chin Siauw-heng ada
waktu, datanglah ke Gedung Pusat kami. Kami akan
menyambutmu seperti menyambut seorang kawan atau
sahabat-karib." setelah seluruh anak buahnya pergi Pek-i
Liong-ong memberi hormat kepada Liu Yang Kun.
Pemuda itu cepat membalas penghormatan Pek-i Liong-ong
kemudian mengawasi ketua Mo-kauw itu sampai hilang dari
pandangannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nah......mereka sudah pergi. Kini cepat kauserahkan pek-
lek-tan itu kepadaku!" tiba-tiba terdengar suara bentakan
Tiauw Kiat Su. Liu Yang Kun membalikkan tubuhnya. "Baik! Nih,
ambillah......!" pemuda itu berseru. Kemudian secara tiba-tiba
pemuda itu melemparkan pek-lek-tan itu tinggi-tinggi ke
udara. Dan bersamaan dengan waktu itu pula ia melesat pergi
meninggalkan tempat itu. "Nah, selamat berjumpa pula.........!" dari jauh ia masih
mengucapkan kata-kata perpisahan.
"Yang Kuuuuuun.......!" Tiauw Li Ing tersentak kaget,
kemudian meloncat mengejar seraya berteriak.
"Li Ing.........!" Tung-hai-tiauw memanggil puterinya. Tapi
ia tak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya masih lumpuh
ditotok Liu Yang Kun tadi. Demikian pula halnya dengan T ung-
hai Nung-jin, tangan kanannya. "Bangsat pengecut.....!" Tiauw
Kiat Su, satu-satunya orang yang dapat bergerak bebas, juga
tak bisa berbuat apa-apa, karena ia harus menangkap dan
mengamankan senjata peledak yang dilemparkan Liu Yang
Kun itu. "Kiat Su! Cepat kaubebaskan kami! Kita kejar adikmu dan
orang-orang Mo-kauw itu! Mereka tentu belum berapa jauh
dari s ini........" Tung-hai-tiauw berkata kepada anaknya.
Tapi sampai berkeringat Tiauw Kiat Su tak mampu
membebaskan totokan Liu Yang Kun. Biarpun telah ia urut dan
ia totok disana-sini, Tung-hai-tiauw dan Tung-hai Nung-jin
tetap lumpuh. "Gila! Anak muda itu benar-benar bukan manusia! Ilmunya
seperti setan! Bangsat keparat......!" Tung-hai-tiauw mengumpat tiada habisnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Wah"..kita terpaksa menunggu sampai totokan ini punah


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sendirinya, Hai-ong." Tung-hai Nung-jin menggeram
pula. "Biarlah aku mengejar sendiri ayah." Tiauw K iat Su berkata
penasaran. "Jangan! Mereka terlalu kuat untuk kauhadapi sendiri !"
"Aku tidak takut!"
"Tentu! Tapi itu bunuh diri namanya. Sudahlah...... lebih
baik kaubawa aku ke rumah, kemudian kauberi perintah
kepada anak buah kita untuk mengurusi kawan-kawannya
yang terluka!" T ung-hai-tiauw menasehati anaknya.
"Tapi......bagaimana dengan Si Bengal Li Ing itu?" Tiauw
Kiat Su bertanya kesal. Tung-hai-tiauw menggeram dengan
kesal pula. "Bocah ini memang bandel dan sukar diurus. Baru
saja pulang sudah pergi lagi. Biarkan saja dia. Aku juga sudah
bosan menasehatinya."
Begitulah, dengan tetap bersungut sungut Tiauw Kiat Su
lalu melakukan semua perintah ayahnya. Pemuda itu benar
benar kesal terhadap adiknya, sementara rasa bencinya
kepada Liu Yang Kun juga semakin menjadi-jadi pula.
Sementara itu dengan perasaan puas Liu Yang Kun berlari
kembali ke dalam kota. Cuma hatinya agak sedikit berdebar
ketika mendengar suara panggilan Tiauw Li Ing tadi. Oleh
karena itu ia terpaksa mengerahkan seluruh kemampuan Bu-
eng Hwe-tengnya untuk cepat cepat pergi dari tempat itu. Dia
benar benar takut berurusan dengan gadis cantik itu.
Demikian terburu-burunya pemuda itu sehingga hampir
saja ia menabrak seorang kakek buta di depan rumah
penginapannya. "Eh-oh....... maaf, kek. Aku terburu-buru. Aku tak sengaja.
Nih., tongkat kakek!" pemuda itu meminta maaf seraya
mengembalikan tongkat yang tersangkut di bajunya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Eh-eh.....k-kau" Anu.....ya-ya.... terima kasih!" Sekilas
kakek tua itu seperti kaget mendengar suara Liu Yang Kun.
Tapi karena pemuda yang menabraknya itu segera
meninggalkannya setelah memberikan tongkatnya, kakek buta
itu tak mempunyai kesempatan untuk berkata-kata selain
mengucapkan terima kasihnya.
Namun beberapa saat kemudian kakek buta, yang tidak lain
adalah Lo-sin-ong itu, merasa menyesal bukan main. "Dia.....
dia itu...... eh, bukankah dia tadi Pangeran Chin..... eh.
Pangeran Liu Yang Kun" Oh.......kemana dia?"
Tiba-tiba kakek Lo-sin-ong itu terbang ke arah mana Liu
Yang Kun tadi pergi. Gerakannya benar-benar sangat
mengagumkan. Cepat luar biasa. Sungguh tidak sesuai
dengan tubuhnya yang sudah reyot seperti orang
berpenyakitan itu. Apalagi dengan matanya yang buta itu.
Tapi kakek itu segera mengeluh dan menyesali dirinya
kembali. Ia benar-benar telah kehilangan jejak Liu Yang Kun,
pemuda yang dicarinya selama ini.
"Ah...... kemana dia tadi" Rasa-rasanya ia cuma masuk ke
halaman ini. Hmmmm....." kakek buta itu berdesah.
Waktu memang telah larut, sehingga tempat itu telah
menjadi sepi dan tak seorang pun melihat gerak-gerik kakek
buta tersebut. Selangkah demi selangkah kakek itu lalu
berjalan kembali keluar halaman. Dan sambil melangkah tak
habis-habisnya kakek itu menyesali dirinya sendiri.
"Tempat apa sebetulnya rumah ini" Mengapa tiada
seorangpun di luar rumah?" ujarnya perlahan seraya
melangkah tersaruk-saruk di tepi jalan raya kembali.
Pada saat yang sama, dari ujung jalan itu melangkah pula
Tiauw Li Ing dengan terhuyung-huyung. Gadis itu telah
kehilangan jejak Liu Yang Kun. Wajahnya kelihatan sangat
pucat dan pilu. Sementara pelupuk matanya juga kelihatan
membengkak penuh air mata.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sebentar-sebentar langkahnya terhenti, dan kepalanya
yang awut-awutan itu menoleh kesana-kemari. Beberapa kali
tangannya yang menggenggam saputangan itu mengusap
pipinya, sementara dadanya yang montok itu selalu tersentak
oleh desah sedu-sedannya.
Namun malam memang telah sangat larut, sehingga jalan
itu benar-benar sangat sepi. Tak sesosok bayangan
manusiapun yang tampak berada di luar rumah. Satu-satunya
tempat yang masih kelihatan hidup hanyalah sebuah warung
arak di pinggir jalan itu. Itupun pintunya juga tertutup pula.
Cuma suara senda gurau dan kelakar para tamunya saja yang
terdengar dari luar. Tampaknya selain minum arak orang-
orang di dalam warung itu juga sedang bermain judi.
Ketika berada di depan warung itu Tiauw Li Ing kelihatan
ragu-ragu. Langkahnya terhenti. Berkali-kali ia menoleh ke
warung itu, seakan-akan matanya ingin mengintip atau
menjenguk ke dalamnya. Tiba-tiba terdengar suara ribut di dalam warung itu.
Beberapa buah suara terdengar saling bertengkar dan maki.
Selanjutnya terdengar juga suara gedubrakan seolah-olah ada
yang sedang berkelahi. Kemudian terdengar pula dentang
suara senjata beradu. Dan akhirnya pintu yang tertutup itu
tampak terbuka dengan paksa. Grobyag!
Belasan orang lelaki tampak berloncatan keluar dari pintu
itu. Mereka saling menyerang dan bertebaran di jalan raya di
depan warung tersebut. Tapi mereka semua segera tertegun
ketika menyaksikan Tiauw Li Ing yang cantik molek itu.
Otomatis keributan mereka menjadi terhenti. Semuanya
memandang Tiauw Li Ing seolah tak percaya.
"Gila! Ini.....ini"..oh, siapakah dia?"
"Ya, ampun..........cantiknya. Ma manusia a-a-atau bukan
.?" "Wadhuuuh..... dapat rejeki nomplok, nih!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Belasan orang lelaki itu masih tampak muda-muda,
diantara duapuluh sampai duapuluh lima tahun. Dan
tampaknya mereka juga hanya terdiri dari satu golongan saja.
Tegasnya mereka semua adalah kawan atau sahabat sendiri,
yang bertengkar karena terlalu banyak minum arak dan
berjudi. Hal itu dapat dilihat pada kulit muka dan mata mereka
yang kemerah-merahan. Tiauw Li Ing yang sedang berduka dan putus-asa itu tidak
mempedulikan sikap mereka. Dengan wajah penuh harap
gadis itu meneliti belasan lelaki itu satu persatu. Dan
semangatnya segera terkulai begitu tidak mendapatkan wajah
kekasihnya diantara mereka.
Gadis itu lalu beranjak pergi, langkahnya semakin
terhuyung-huyung. Dan ia benar-benar tak peduli pada
belasan pemuda yang mengelilinginya itu. Ia baru menaruh
perhatian ketika lelaki yang berdiri di depannya tidak mau
menyingkir. "Mau kemana, nona manis.......?" lelaki itu menyeringai
kurang ajar. Tangannya terjulur ke depan untuk mencubit
dagu Tiauw Li Ing. Tapi gadis itu segera menghindar. Dan tidak seperti
biasanya gadis itu tidak menjadi marah karenanya. Padahal
dalam keadaan biasa, jangankan berbuat demikian kurang
ajar terhadapnya, baru melotot atau berkata jelek saja sudah
menjadi alasan bagi gadis itu untuk membunuh orang.
Ternyata derita asmara yang sedang menghinggapi gadis itu
telah membuatnya berubah.
"Hehehe....... apakah kau penghuni baru di rumah hiburan
Hui Hiang itu" Kapan kau datang" Mengapa......?" lelaki muda
yang tak tahu diri itu mendesak terus.
"Mungkin baru siang tadi dia datang. Dan ia langsung
dipesan orang saking cantiknya, hi-hihi......" temannya
menyahut sambil tertawa jorok.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ya! Tampaknya memang begitu. Dan akibatnya dia
kini....... pulang kemalaman, ho-ho ha-haaaaa!" yang lain
menambahkan pula. "Wah, kalau begitu....... sebaiknya sekalian tak pulang saja.
Lebih baik menghibur dan menemani kita semua sampai pagi.
Bagaimana kawan-kawan ?"
"Setuju! Setujuuuuuuu!" belasan pemuda iseng itu bersorak
gembira. Tampaknya sikap Tiauw Li Ing yang acuh, diam dan selalu
menghindar itu semakin mengobarkan nafsu mereka. Tanpa
menyelidiki lebih lanjut siapa sebenarnya gadis cantik yang
mereka ketemukan itu, mereka lalu saling berlomba untuk
meraih dan memeluknya. Pada waktu itulah sebenarnya kakek buta itu datang.
Namun karena ia tak dapat dengan segera mengetahui apa
yang terjadi, maka ia juga tidak dapat dengan segera
mengambil keputusan untuk mencegah tindakan para pemuda
yang sangat berbahaya itu. Bahkan kakek buta itu juga tidak
mengetahui kalau yang menjadi pusat keributan tersebut
adalah Tiauw Li Ing, muridnya.
Barulah kakek itu menjadi kaget dan terkejut bukan main
ketika secara mendadak terdengar suara keluhan dan jeritan
ngeri di dalam arena keributan itu.
"Ah......" A-ap-apa........ yang terjadi?" desahnya kebingungan. Namun semuanya memang sudah terlambat. Tiauw Li Ing
yang semula kelihatan mengalah serta takut-takut itu
mendadak berubah menjadi buas begitu terpojok. Wajahnya
yang pucat itu berubah menjadi beringas. Dan tangannya
yang gemetaran itu tiba-tiba juga telah memegang kipas
besinya pula. Dan apa yang terjadi selanjutnya benar-benar
merupakan bencana bagi kawanan lelaki muda itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, ketika Lo-sin-ong atau kakek buta itu
bergegas memasuki arena, ternyata semuanya telah selesai.
Belasan anak muda itu telah bergelimpangan di jalan raya
dengan keadaan yang sangat mengerikan. Separuh di antara
mereka telah tewas, sementara yang separuhnya lagi dalam
keadaan terluka parah. "Oh, siapa......siapakah yang main bunuh di tempat ini?"
serunya tertahan. Tapi jawaban dari pertanyaannya itu benar-
benar sangat mengejutkan Lo-sin-ong sendiri!
"Su-hu......!" Tiauw Li Ing menjerit kaget begitu
menyaksikan kedatangan gurunya.
"Hei" Li Ing......kau" Oooohh!" kakek buta itu mengeluh
pula dengan suara gemetar.
Tiauw Li Ing lalu menubruk kaki Lo-sin-ong dan menangis
seperti anak kecil. Gadis itu bagaikan memperoleh tempat
untuk menumpahkan seluruh kepepatan hatinya.
"Su-hu, oh.....uh-huuuu.....!"
"Li Ing! Mengapa sifatmu belum juga berubah" Mengapa
kau bunuh mereka" Oh...... apa sebenarnya yang terjadi
padamu?" Ada nada sedih, kesal dan rasa amat bersalah pada suara
orang tua itu. Sebab bagaimanapun juga Lo-sin-ong amat
sayang serta sangat kasihan kepada Tiauw Li Ing.
Dikarenakan olah sebab itu pulalah dahulu ia mengambil
Tiauw Li Ing sebagai murid. Selain untuk mengembalikan
semangat hidup gadis itu, Lo sin-ong juga bermaksud
menghibur dan mengusir rasa putus asa di hati Tiauw Li Ing
akibat cintanya yang bertepuk sebelah tangan dengan
Pangeran Liu Yang Kun. Lo-sin-ong menemukan Tiauw Li Ing ketika gadis itu
ditinggalkan oleh Liu Yang Kun. Di dalam kesedihan dan
keputus-asaannya Tiauw Li Ing mencoba untuk bunuh diri.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Untunglah kakek buta itu segera mencegahnya, sehingga niat
gadis itu menjadi gagal. Lo-sin-ong itu menghiburnya, dan
kemudian mengambilnya menjadi murid, dengan harapan bisa
mengobati luka dan kesedihan di hati gadis itu.
Dan tampaknya usaha Lo-sin-ong itu memperoleh hasil.
Sedikit demi sedikit awan mendung yang menyelimuti batin
Tiauw Li Ing bisa hilang. Dan selanjutnya kegembiraan gadis
itu seperti telah pulih kembali. Namun yang kemudian menjadi
sangat menyusahkan hati Lo sin ong adalah.... watak gadis
itu! Semula Lo-sin-ong tak menyangka kalau Tiauw Li Ing
adalah puteri Tung-hai-tiauw, raja bajak laut yang kejam dan
buas itu. Baru setelah ia menyaksikan watak dan perangai
Tiauw Li Ing yang buruk, kejam dan suka membunuh orang
itu, Lo-sin-ong menjadi sedih dan menyesal bukan main. T api
apa boleh buat, Lo-sin-ong juga sudah terlanjur merasa
kasihan dan menyayangi gadis itu. Oleh karena itu diam-diam
Lo-sin-ong berusaha dengan berbagai macam cara untuk
memperbaiki perangai dan kelakuan muridnya yang buruk itu.
Tapi hal itu ternyata tidak mudah. Dimisalkan sebatang
pohon, watak gadis itu sudah tumbuh subur dan berakar di
dalam dirinya. Sulit untuk mencabutnya. Sehingga sampai
gadis itu menamatkan pelajaran silatnya, Lo-sin-ong belum
bisa mengubah wataknya. Malahan gadis itu tampak semakin
berbahaya dengan ilmunya yang tinggi.
"Li Ing, kau benar-benar membuatku sedih. Ah, Li Ing......Li
Ing! Mengapa watakmu yang buruk itu belum juga berubah"
Mengapa kau masih suka bunuh orang juga" Oooooooh!"
"Maafkan teecu, suhu. Sebenarnya..... sebenarnya tee-cu
tidak bermaksud membunuh mereka. Merekalah yang terlalu
menghina dan mendesak aku. Mereka bermaksud......
bermaksud memperkosa aku. Oh, su-hu......terpaksa teecu
membunuh mereka!" Tiauw Li Ing membela diri sambil
menangis. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Lo-sin ong menarik napas panjang seraya mengusap-usap
jenggotnya yang putih. "Ya.....ya, tapi tidak seharusnya kau membunuh mereka.
Itu terlalu kejam namanya. Bukankah kau bisa membuat jera
mereka, tanpa harus menghilangkan nyawa mereka?"
Tiauw Li Ing menangis semakin sedih. Kepalanya
mengangguk-angguk, sementara pelukannya di kaki orang itu
juga semakin bertambah erat pula.
"Tee-cu bersalah,

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

su-hu.....teecu bersalah......uh- huuuuuuuu...! bunuh saja muridmu ini! Tee-cu........... tee-cu
juga tak ingin hidup lagi! Tee-cu ingin mati saja.........
uhuuuu...tee-cu ingin mati saja!"
"Ah........!" Orang tua itu terdiam seketika. Pikirannya segera melayang
kepada Liu Yang Kun yang baru saja menabraknya tadi.
"Ah....... tampaknya peristiwa lama telah terulang kembali
di tempat ini. Li Ing tentu telah berjumpa kembali dengan
Pangeran Liu Yang Kun itu, dan akibatnya luka di hatinya
menjadi kambuh lagi. Hmmh....... kapan semua ini bisa
berakhir?" Sementara itu keributan tadi ternyata telah membangunkan
penduduk di sekitar itu. Mereka berbondong-bondong keluar
rumah dan berkumpul di tepi jalan tersebut. Yang berhati kecil
tidak berani mendekat, sedangkan yang bernyali besar segera
melihat bangkai atau mayat-mayat yang bergelimpangan itu.
Malah sebagian ada pula yang langsung menghampiri Lo-sin-
ong dan Tiauw Li Ing. "Apa yang terjadi, lo-pek?" salah seorang dari mereka
bertanya kepada Lo sin-ong.
Kakek buta itu pura-pura kaget.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oh....." Kami....... kami telah bertemu dengan orang-orang
itu tadi. Dan mereka.....mereka lalu saling berebut untuk
mengganggu cucuku ini. Mereka saling berkelahi sendiri.......dan....cucuku juga berusaha membela diri.
Lalu......lalu terjadilah semuanya ini......... oh!"
"Hei, lihat!" tiba-tiba salah seorang penduduk yang
memeriksa mayat-mayat itu berteriak. "Mereka adalah
bangsat-bangsat perusuh yang sering mengganggu jalan ini!
Mulut mereka berbau arak! Huh....... ini dia pemimpinnya!"
"Betulkah.....?" orang yang berada di depan Lo-sin-ong itu
menoleh dan bertanya kepada kawannya.
"Benar! Lihat! Inilah orang yang membunuh pedagang ikan
itu!" yang lain menyahut.
Tiba-tiba wajah orang yang ada di depan Lo-sin-ong itu
menjadi gembira. "Terima kasih, lo-pek. Ternyata kau dan cucumu telah
membantu kami untuk mengenyahkan mereka. Jangan takut,
kami yang akan mengurus mereka. Hmmmmh..... eh,
siapakah sebenarnya lo-pek ini. Dari mana dan mau kemana
sebenarnya" Mengapa malam-malam begini masih berada di
jalan pula?" Lo-sin-ong menghela napas lega. Bagaimanapun juga
ternyata orang-orang yang dibunuh Tiauw Li Ing itu adalah
para penjahat yang sering mengganggu penduduk.
"Kami memang sedang dalam perjalanan ke Cin-an. Karena
kami terburu-buru, maka kami telah memberanikan diri untuk
berjalan malam pula. Tak tahunya kami telah menemui
halangan di tempat ini. Untunglah kami selamat......" Lo-sin-
ong berbohong. "Ah, kalau begitu.........marilah lo-pek singgah dulu di
rumahku. Besok pagi saja lo-pek meneruskan perjalanan.
Biarlah kami yang mengatur dan mengurus para penjahat ini.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Lo-pek tak usah khawatir dengan mereka, karena para
petugas keamanan di kota ini pun telah dibuat pusing oleh
tingkah-laku mereka."
Lo-sin-ong pun menjadi semakin lega. "Terima kasih.......
terima kasih. Tapi kami benar-benar terburu-buru. Sungguh
menyesal kami tidak bisa menerima undangan itu. Lain kali
saja kami akan singgah. Maafkanlah kami".." katanya
menolak. Demikianlah, setelah meminta diri kepada orang-orang
yang ada di tempat itu, Lo-sin-ong mengajak muridnya pergi.
Semula Tiauw Li Ing menolak. Gadis yang telah menjadi
putus-asa karena kesedihan hatinya itu benar-benar tak ingin
hidup lagi. Gadis itu merasa bahwa hidupnya benar-benar
sudah tidak berguna lagi. Ia lebih baik mati dari pada tidak
bisa hidup bersama Liu Yang Kun. Gadis itu baru mau diajak
pergi setelah dalam kejengkelannya Lo-sin ong berjanji akan
mempertemukan gadis itu dengan Pangeran Liu Yang Kun.
Barulah kakek buta itu merasa menyesal setelah di
sepanjang jalan Tiauw Li Ing selalu merengek terus. Kakek
buta itu baru menyadari betapa sulitnya melaksanakan
janjinya itu. Bagaimana dia bisa mempersatukan mereka kalau
cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan" Masakan sebuah
perkawinan itu harus diujudkan dengan paksaan"
Oleh karena itu ketika mereka singgah untuk sarapan pagi
di sebuah warung di luar kota, Lo-sin-ong mencoba untuk
menasehati muridnya. "Li Ing......! Bukankah masih banyak pemuda lain yang
lebih baik dari pada Pangeran Liu Yang Kun" Mengapa kau
tetap tidak bisa melupakannya?"
"Entahlah, su-hu. Tee-cu juga telah berusaha pula dengan
sekuat tenaga tapi tetap tidak bisa. Semakin keras tee-cu
berusaha, justru semakin lekat pula ingatan tee-cu kepadanya.
Memang kadang-kadang tee-cu bisa melupakannya, tapi hal
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu juga tidak berlangsung lama, karena dalam waktu yang
tidak lama tee-cu tentu akan mengingatnya kembali."
"Tapi......bukankah kau bisa menahannya sampai bertahun-
tahun" Lalu mengapa sekarang kau tiba-tiba menjadi parah
lagi sedemikian rupa" Apakah kau telah berjumpa lagi dengan
pemuda itu?" Mendadak mata Tiauw Li Ing menjadi merah lagi.
Kemudian setetes demi setetes air matanya turun membasahi
pipinya. "Benar, su-hu. Semalam dia telah berkunjung ke rumah
tee-cu......" gadis itu mulai terisak. Kemudian sambi menangis
gadis itu menceritakan kejadian malam tadi kepada gurunya.
Bagaimana pemuda itu melawan keluarganya
untuk membantu orang-orang Mo-kauw, bagaimana pemuda itu
tidak mempedulikan dirinya, serta bagaimana pemuda itu
meninggalkan dirinya begitu saja.
Sekali lagi Lo-sin-ong menarik napas sedih. Matanya telah
buta, namun dengan demikian hatinya justru menjadi peka
dan perasa sekali. Diam-diam hatinya tersentuh oleh kisah
yang diceritakan muridnya itu. Rasanya dia ikut merasakan
pula penderitaan hati T iauw Li Ing itu.
Lama sekali mereka terdiam. Semakin dipikirkan Lo-sin-ong
semakin menjadi kasihan kepada muridnya. Sehingga akhirnya
timbul niat di dalam hati orang tua itu untuk membantu Tiauw
Li Ing, bagaimanapun caranya. Pokoknya asal gadis itu bisa
terlaksana menjadi isteri Pangeran Liu Yang Kun.
"Siapa tahu hal itu justru akan bisa mengubah wataknya
yang buruk itu nanti?" orang tua itu berkata di dalam hatinya.
Sementara itu Tiauw Li Ing menatap gurunya dengan
pandang mata penuh harapan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benarkah su-hu hendak membantu tee-cu?" tanyanya ragu
ketika melihat Lo-sin-ong berdiam diri sekian lamanya. Nada
suaranya terdengar sedih dan memelas.
Hati kakek buta itu semakin pedih dan iba.
"Tentu......... tentu, anak manis. Kau tidak perlu khawatir.
Kau akan berhasil mendapatkan dia. Percayalah," katanya
yakin. Tiauw Li Ing tersenyum. Dan bukan main cantiknya gadis
itu. Walau air mata masih tetap mengalir di atas pipinya,
namun wajah itu benar-benar telah berubah menjadi segar
kembali. Dan Lo-sin-ong juga ikut merasakan getaran
kegembiraan itu melalui genggaman tangan Tiauw Li Ing.
"Nah,..sekarang habiskan makan pagimu! Kita pergi
menemui dia." orang tua itu berkata mantap.
"Hah.....?" Tiauw Li Ing terbelalak dengan mulut ternganga.
"Menemui dia sekarang" Dimana......." Apa...apakah su-hu
tahu dimana dia sekarang ?" Lo-sin-ong mengangguk.
Hampir saja gadis itu bersorak kegirangan. Tapi sekejap
kemudian kegembiraan itu seperti hilang dengan tiba-tiba.
"Tapi..... tapi bagaimana kalau ia tetap tidak mau dengan
teecu," ujarnya kemudian seperti akan menangis.
"Jangan bersedih. Su-hu mempunyai akal. Apakah kau mau
melakukannya?" Tiauw Li Ing menatap gurunya. Ia kelihatan tak mengerti
maksud gurunya. "Apa yang mesti tee-cu lakukan, su-hu?" bisiknya ragu.
Lo-sin-ong tersenyum. "Kemarilah, akan kubisikkan rencana
itu kepalamu!" Tiauw Li Ing mendekat. Lo-sin-ong lalu membisikkan
rencananya ke telinga gadis itu. Dan beberapa saat kemudian
wajah Tiauw Li Ing berangsur-angsur menjadi cerah kembali.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tapi bagaimana kalau siasat itu tak mempan" Bagaimana
kalau dia menjadi marah nanti?" ujar gadis itu sete lah
mendengarkan semua rencana gurunya. "Hemmm, jangan
takut! Apa kau lupa bahwa ilmu s ilatku masih lebih tinggi dari
pada dia" Dia cuma tertulis pada urutan yang ke tujuh,
sedangkan aku berada satu tingkat di atasnya. Apa yang mesti
ditakutkan?" "Tapi..... tapi.....?" Tiauw Li Ing menyela, tapi tak jadi.
Sebenarnya gadis itu agak kurang yakin atas urut-urutan di
dalam Buku Rahasia itu, karena ia telah menyaksikan sendiri
bagaimana lihainya Liu Yang Kun sekarang. Tapi tentu saja
gadis itu tak berani mengatakannya di depan gurunya.
Lo-sin-Ong mengerutkan keningnya. "Bagaimana, Li Ing"
Apakah kau masih sangsi dan belum yakin akan keberhasilan
rencana kita itu?" "Tidak, su-hu. Aku percaya bahwa rencana itu tentu akan
berhasil." "Bagus! Kalau begitu mau tunggu apa lagi" Marilah kita
berangkat sekarang!"
"Kita berangkat" Sekarang" Kemana ......?" Tiauw Li Ing
menyahut dengan suara bersemangat.
"Kembali ke dalam kota!"
Sekejap Tiauw Li Ing tertegun kaget. "Kembali ke dalam
kota" Mengapa, mengapa..... eh, apakah d-dia masih berada
di sana?" pekiknya tak percaya.
"Benar! Marilah......." jawab Lo sin-ong tenang.
"Oooh!" Tiauw Li ing berdesah bingung malah.
Demikianlah dengan hati berdebar debar Tiauw Li Ing
mengikuti gurunya. Mereka melangkah kembali ke dalam kota.
Walaupun sebenarnya ada juga kesangsian dan keraguan di
dalam hati T iauw Li Ing, namun gadis itu tetap saja berhasrat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melaksanakan siasat dan rencana gurunya. Siapa tahu siasat
gurunya itu benar-benar akan berhasil nantinya" Bukankah
lebih baik berusaha dari pada tidak sama sekali"
Sementara itu di dalam kamarnya Liu Yang Kun sama sekali
juga tidak tidur pula. Setelah tadi malam hampir menabrak Lo-
sin-ong di depan rumah penginapannya, pemuda itu langsung
menuju kamarnya. Ketika melewati kamar Toan Hoa pemuda
itu mendengar kawannya mendengkur dengan kerasnya. Maka
Liu Yang Kun juga tidak ingin mengganggunya. Apalagi malam
memang telah sangat larut. Pemuda itu ingin beristirahat pula.
Tapi ternyata Liu Y ang Kun tak bisa memicingkan matanya.
Bayangan wajah Tiauw Li Ing selalu menghantuinya. Pemuda
itu merasa khawatir bila Tiauw Li Ing dapat menemukan
tempat tinggal nanti, sebab sekilas pemuda itu melihat ada
sesosok bayangan wanita yang mengejarnya ketika keluar dari
rumah Tung-hai-tiauw itu.
Oleh karena itu Liu Yang Kun memilih untuk bersamadi saja
di kamarnya sekalian berjaga-jaga kalau-kalau ada sesuatu
yang tak diingininya. Siapa tahu gadis itu benar-benar akan
datang. Siapa tahu bahwa kedatangannya nanti akan
membawa juga seluruh kekuatan ayahnya"
Tetapi semua kecurigaannya itu ternyata meleset. Sampai
terang tanah tak mengalami gangguan apapun. Gadis itu tidak
datang. Begitu pula dengan para pengawal dan anak buah
Tung-hai tiauw. Sebaliknya yang mengganggu semadinya
justru kawannya sendiri. Toan Hoa!
"Hmm, Tuan Chin.....! Apakah kau sudah bangun?"
pengurus Kim-liong Piauw-kok itu menyapa dari luar pintu.
Liu Yang Kun tertawa perlahan. "Aku sama sekali tidak
tidur, saudara Toan. Masuklah......dan duduklah! Aku akan
mandi lebih dahulu."
Toan Hoa membuka pintu, kemudian melangkah masuk.
Pakaiannya sudah berganti, dan dandanannya juga sudah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tampak rapi dan bersih. Tampaknya pengurus Kim-liong
Piauw-kok itu telah mandi dan berganti pakaian sebelum
datang ke kamar Liu Yang Kun. Wajahnya juga kelihatan
segar. Sama sekali sudah tidak tampak sisa-sisa mabuknya
tadi malam. Toan Hoa lalu mengambil kursi dan duduk di dekat pintu.
Sementara Liu Yang Kun malah melangkah keluar ke kamar
mandi. "Kau duduklah dulu! Aku akan sekalian memesan kepada
pelayan untuk mengirimkan sepoci teh hangat ke sini."
pemuda itu berkata. T oan Hoa merengut. "Masakan cuma teh
saja" Kurang nyaman...........ah!" sungutnya.
Liu Yang Kun berhenti di depan pintu. Sambil menoleh ia
berkata, "Lalu... apa yang saudara Toan inginkan " Katakan!
Nanti aku akan katakan pula kepada pelayan."
Toan Hoa segera tersenyum. "Nah begitu! Akulah yang
seharusnya memilih minuman kita ini, karena akulah yang
menjadi tuan rumah di dalam perjamuan kita. Hahahah.......!"
''Ya. Tapi ada syaratnya......" Liu Yang Kun memotong.
Jilid 22 (hal 3 ga ada) "Benar. Ada apa........?" jawabnya hati-hati.
Tiba-tiba wajah

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelayan itu menjadi berseri-seri. Tangannya segera merogoh lipatan bajunya dan mengeluarkan secarik kertas.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tuan Chin......! Ada seorang tamu yang menitipkan surat
ini tadi pagi. Ia meminta kepadaku agar surat ini disampaikan
kepada tuan, sebab dia tidak mempunyai banyak waktu untuk
menemui tuan sendiri."
"Surat" Untukku......" Siapakah orang itu" Wanita
atau........ laki-laki?" Liu Yang Kun bertanya kaget seraya
menerima surat itu. Pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Entahlah, tuan.......
saya juga belum pernah mengenalnya. Dia seorang lelaki
tampan. Sikapnya halus. Bertubuh jangkung dan mengenakan
pakaian seperti sastrawan."
Liu Yang Kun membuka lipatan surat itu. "Seorang
sastrawan......" Siapakah dia?" gumamnya perlahan sambil
membaca surat itu. Saudara Chin atau Saudara Liu
Aku menunggu kedatanganmu di bekas reruntuhan Kong-
tee-bio malam ini. Waktunya tepat ketika bulan muncul dari balik Kapur.
Teman lama. "Teman lama..........?" pemuda itu bergumam lagi.
Wajahnya kelihatan bingung. Pelayan itu mengangkat
pundaknya, lalu melangkah pergi sambil tersenyum.
Ditinggalkannya tamunya yang tampak bingung dan sibuk
memikirkan surat yang dibawanya itu. Ia menuju ke kamar Liu
Yang Kun untuk menerima pesanan makanan seperti yang
telah diperintahkan oleh pemuda itu tadi.
Demikianlah, karena pikirannya selalu tercekam oleh isi
surat yang amat membingungkan itu, maka Liu Yang Kun
menjadi lebih banyak melamun dari pada mengguyurkan air
ke badannya. Sehingga otomatis pula ia menjadi sangat lama
di dalam kamar mandi itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Huh! Jangan-jangan Tuan Chin ini .....
(halaman 6 " 7 nggak ada neh..)
....yan itu. "Mengapa kau tertawa?" tegurnya tak mengerti.
Pelayan itu menjadi kaget. Namun dengan mulut yang
masih tersenyum ia menjawab. "Ah, masakan tuan juga belum
pernah melihat ketua Tiam-jong-pai yang sudah banyak
ubannya itu" Dalam umurnya yang telah mulai lanjut itu
ternyata ia masih ingin kawin juga. Dan wanita pilihannya
ternyata juga tidak tanggung-tanggung pula, yaitu seorang
bekas pendeta wanita dari Aliran Im-Yang-kauw. Hehe-
haha........ apakah tuan juga tidak merasa aneh dan lucu
mendengar berita itu?"
Sekali lagi Toan Hoa mengerutkan keningnya, lalu
ditatapnya pelayan itu lekat-lekat. "Eh...... apanya yang lucu
dan aneh" Bukankah mereka juga manusia" Apalagi usia
mereka juga belum lebih dari limapuluh tahun. Nah, apanya
yang lucu dan aneh" Apakah karena pengantin wanitanya
adalah bekas pendeta itu" Hmm..... kudengar tiada larangan
bagi pendeta Aliran Im-Yang-kauw untuk kawin. Apalagi
pengantin wanita itu sudah tidak menjadi pendeta Im-Yang-
kauw lagi sekarang......"
Pelayan itu tidak berani membantah lagi. Begitu selesa i
dengan tugasnya ia lalu bergegas keluar. Di depan pintu ia
berpapasan dengan Liu Yang Kun yang telah selesai
membersihkan badannya. "Hei....... lengkap benar pesanannya" Ini mau pesta
atau.....,. mau makan pagi?" Liu Yang Kun berseru ketika
memandang meja yang penuh sesak dengan segala macam
masakan enak-enak itu. "Hahaha.......! Marilah, Tuan Chin .......kita meneruskan
pesta kita yang belum selesai tadi ma lam! Aku berjanji untuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tidak mabuk lagi, sehingga pesta kita dapat berlangsung
hingga selesai. Hahaha....." Toan Hoa tertawa.
Setelah merapikan pakaiannya, Liu Yang Kun lalu ikut
duduk pula menghadapi meja itu. Tapi Toan Hoa segera
menepuk lengannya. "Eee .......Tuan Chin tidak mengenakan
baju rompi itu dahulu?" tanyanya.
Seraya menunjuk ke arah pembaringan Liu Yang Kun. Ada
nada ingin tahu dalam suaranya.
Liu Yang Kun agak kaget juga. Namun dengan cepat ia bisa
menguasai dirinya kembali. Dipandangnya temannya itu
dengan tenang. "Saudara Toan telah melihatnya?"
"Ya, maafkanlah...... aku tidak sengaja melihatnya. Semula
aku kaget melihatnya. Kukira benda apa, tak tahunya sebuah
rompi dari kulit ular. Eh, sebenarnya pakaian apakah itu" Dan
dimana Tuan Chin bisa memperoleh kulit ular sedemikian
lebarnya itu" Jangan jangan Tuan Chin mendapatkannya dari
kulit ular raksasa Ceng-liong-ong itu......" dengan nada
bergurau T oan Hoa menjawab.
Diam-diam Liu Yang Kun menyesali keteledorannya. Tapi
semuanya memang telah terjadi dan tak bisa disesali lagi.
Cuma yang menjadi persoalannya sekarang adalah sampai
sejauh mana temannya tersebut tahu tentang baju kulit
ularnya itu. Jangan-jangan temannya itu juga telah memeriksa
dan mengetahui tentang rahasianya pula.
Oleh karena itu jawabnya kemudian dengan hati-hati,
"Entahlah, saudara T oan. Aku tak tahu, apakah itu kulit Ceng-
liong-ong atau bukan, namun yang terang benda itu memang
kudapatkan dari seekor ular raksasa. Ular itu telah kubunuh,
karena aku juga hampir dibunuhnya pula."
"Dan....... ternyata kulit ular itu bisa melindungi kulit tuan
dari tajamnya senjata musuh, bukan?" Toan Hoa menyelidik.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun terpaksa mengangguk.
"Hah" Kalau begitu..... ular yang kaubunuh itu memang
Ceng-liong-ong! A-ha.... itulah sebabnya ular keramat itu tak
muncul di Danau Tai-ouw tempo hari! Binatang itu telah mati
sebelumnya, hahaha.......!" Toan Hoa yang merasa dapat
membongkar suatu misteri atau rahasia di dalam dunia
persilatan itu tertawa gembira.
Namun mendadak pula tawanya itu terhenti. Seperti orang
yang tiba-tiba teringat akan sesuatu hal ia menatap wajah Liu
Yang Kun. "Tapi.....eh, sebentar.........! Waktu itu para pendekar
persilatan yang berkumpul di Danau Tai-ouw telah digegerkan
pula oleh munculnya seseorang yang mengenakan baju kulit
ular seperti itu. Malahan khabarnya baju itu juga terbuat dari
kulit Ceng-liong-ong dan kebal terhadap senjata tajam."
katanya kemudian sambil mengetuk-ngetuk dahinya sendiri.
Dheg! Berdegup hati Liu Yang Kun mendengar ucapan itu.
Entah mengapa tiba-tiba hatinya seperti diingatkan kepada
isterinya. T api hanya sesaat, karena sesaat kemudian ia telah
menjadi sadar pula kembali.
"Bagaimana mungkin Tui Lan berada di sana sebulan yang
lalu" Dan bagaimana mungkin pula dia berada di danau itu
kalau dia masih berada bersama aku di terowongan bawah
tanah itu" Ah.....Tui Lan.........Tui Lan!" keluhnya di dalam
hati. Liu Yang Kun lalu memandang Toan Hoa. Dicobanya untuk
menghapuskan kesan bahwa ia te lah terpengaruh olah ucapan
Toan Hoa tadi. "Seseorang telah mengenakan baju kulit ular pula"
Siapakah dia?" tanyanya hati-hati.
Tetapi jawaban yang dikeluarkan Toan Hoa justru lebih
mengejutkan lagi malah! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Entahlah, Tuan Chin. Tidak seorangpun yang mengenalnya. Semua orang hanya tahu kalau dia adalah
seorang wanita muda, berparas cantik dan......"
"....... dan sedang hamil! Begitukah?" tiba-tiba Liu Yang
Kun memotong dengan suara tegang. Lagi-lagi pemuda itu
tercekam oleh ingatan kepada isterinya.
Toan Hoa meringis kesakitan karena di dalam ketegangannya Liu Yang Kun telah mencengkeram lengannya.
"Oh, maaf....... aku tak sengaja."
Liu Yang Kun cepat menyadari kekasarannya dan
melepaskan cengkeramannya.
"Hmm....... lagi-lagi pikiranku telah melayang ke Tui Lan
kembali!" pemuda itu membatin.
Sambil mengusap-usap lengannya yang sakit Toan Hoa
menyeringai. Dipandangnya wajah Liu Yang Kun yang pucat
itu dengan perasaan bingung.
"Be-benar, T uan Chin. Semua orang memang mengatakan
demikian. Wanita cantik itu sedang hamil," katanya agak
takut-takut. "Ooooooh......!" Liu Yang Kun berdesah lemas. Jawaban
Toan Hoa itu ternyata semakin menambah keresahan dan
kegalauan di hati pemuda itu. Wajah Tui Lan kembali
menggoda hatinya. Sementara itu Toan Hoa semakin menjadi bingung
menyaksikan sikap Liu Yang Kun.
"Tuan Chin" Ada apa.....?" bisiknya khawatir.
"Eh-oh..... tidak! Aku tidak apa-apa!" dengan sangat gugup
Liu Yang Kun menjawab. Tentu saja Toan Hoa semakin bertambah curiga melihat
kegugupan kawannya itu. Masakan seorang pendekar sakti
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
seperti Liu Yang Kun masih bersikap sedemikian gugupnya"
Tentu ada apa-apanya. Tapi tentu saja T oan Hoa tidak berani
menanyakannya. "Eh..... apakah Tuan Chin telah mengenal wanita itu?"
tanyanya dengan sangat hati-hati sekali,
Liu Yang Kun tampak tertegun sebentar. Namun sesaat
kemudian kepalanya menggeleng dengan cepat. "Tidak.......eh, belum. Aku belum mengenalnya," bantahnya,
padahal hatinya semakin yakin bahwa wanita yang diceritakan
itu tentu T ui Lan, isterinya.
Memang terjadi pertentangan di dalam hati dan pikiran Liu
Yang Kun! Di satu pihak pemuda itu merasa yakin bahwa Tui
Lan tidak mungkin muncul di Danau Tai ouw sebulan yang
lalu, tapi di lain pihak pemuda itu juga merasa bahwa data-
data atau ciri-ciri yang diceritakan oleh Toan Hoa tersebut
benar-benar semakin mengarah kepada isterinya.
Dan semuanya itu sungguh-sungguh sangat menyiksa dan
membuat penasaran hati Liu Yang Kun. Benarkah isterinya
masih hidup" Kalau benar, lalu dimanakah ia sekarang" Dan
kalau wanita itu memang benar Tui Lan, lantas bagaimana ia
bisa keluar dari dalam tanah dan kemudian muncul di Danau
Tai ouw" Apakah terowongan itu juga berhubungan dengan
danau tersebut" Demikianlah, Liu Yang Kun semakin tenggelam ke dalam
bayangan isterinya. Antara rasa percaya dan tidak percaya, ia
mulai berpikir bahwa Tui Lan memang masih hidup.
"Oh...... aku benar-benar sangat penasaran. Jangan-jangan
wanita hamil itu memang Tui Lan. Aku harus mencari dan
menyelidikinya. Tapi.......dimana aku harus mencarinya"
Hmm......... eh, benar..... aku akan ke Teluk Po-hai menemui
gurunya. Kalau Tui Lan benar-benar selamat, ia tentu pulang
ke rumah gurunya itu," pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lalu........" Toan Hoa hendak bertanya lagi, tapi tak jadi.
Tak enak rasa hatinya mendesak terus menerus.
Begitulah, meskipun cerita tentang wanita berbaju kulit ular
itu telah menghilangkan sebagian besar nafsu makannya, tapi
Liu Yang Kun tetap berusaha untuk menyenangkan hati Toan
Hoa. Apalagi setelah mengetahui bahwa Toan Hoa akan
pulang hari itu. "Saudara Toan, terima kasih atas semuanya ini........"
"Alaa...... Tuan Chin, kau jangan membuat aku menjadi
malu. Apa yang kulakukan ini belum apa-apa bila
dibandingkan dengan budi baikmu kepadaku dahulu. Akulah
yang seharusnya berterima kasih kepadamu. Ah, sudahlah......Aku juga sudah berpesan kepada pengurus
penginapan ini, bahwa seluruh biaya penginapan dan
makanan Tuan Chin selanjutnya adalah tanggungan Kim-liong
Piauw-kiok. Tuan Chin dapat tinggal disini selama Tuan Chin
suka........." "Terima kasih. Saudara Toan. Tapi aku juga akan
berangkat pagi ini. Aku".."
"Hei, mengapa tergesa-gesa! Aku... aku tidak bermaksud
mengusir Tuan Chin. Aku dan anak buahku memang harus
pulang hari ini, karena tugas yang lain telah menantikan
kami."

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Yang Kun tersenyum. "Ah.......tidak! Saudara Toan
jangan berpikir yang bukan-bukan. Aku memang mempunyai
kepentingan juga. Aku harus lekas-lekas berangkat hari ini
pula." "Oh, apakah Tuan Chin hendak menghadiri pesta
pernikahan Ketua Tiam-jong-pai di Kota Cin-an?"
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Pesta pernikahan" Ah, tidak.....! Aku belum kenal dengan
Ketua T iam-jong-pai. Aku memang hendak menuju ke Cin-an,
tapi tidak untuk melihat pernikahan itu."
"Lalu....... apa tujuan Tuan Chin di sana?"
Liu Yang Kun menghela napas. "Ah., aku cuma lewat saja.
Aku bermaksud pergi ke Teluk Po-hai."
"Teluk Po-hai....." Oh........apakah Tuan Chin berasal dari
daerah itu" Tuan Chin kenal dengan Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai?" tiba-tiba Toan Hoa berseru.
Liu Yang Kun menatap wajah Toan Hoa dengan hati
berdebar, lalu perlahan-lahan kepalanya mengangguk.
"Sudah kenal" Hei...... kalau begitu mengapa Tuan Chin
tidak diundangnya?" Liu Yang Kun menjadi tegang. Pemuda itu mulai digoda
oleh bayangan Tui Lan lagi. Mengapa Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai itu harus mengundangnya"
"Me-mengapa...... bekas pendeta itu harus mengundangku?" tanyanya agak gemetar.
"Dialah pengantin wanitanya! Dialah yang hendak menikah
dengan Hek-pian-hok U i Bun Ting, ketua Tiam-jong-pai itu."
"Hah.........?"
Liu Yang Kun benar-benar kaget setengah mati. Guru Tui
Lan itu hendak kawin dengan Ketua Tiam-jong-pai" Berapa
umur orang tua itu sebenarnya" Sungguh aneh sekali.
"Hei! Berapa usia mereka sebenarnya?" tanyanya terheran-
heran. Tapi ternyata Toan Hoa pun juga terheran-heran pula
melihat Liu Yang Kun. "Usia mereka" Eh.....bukankah Tuan
Chin sudah mengenal Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu"
Tentu saja umur mereka telah cukup tua, karena rambut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mereka pun sudah mulai memutih. Bahkan Hek-pian-hok Ui
Bung Ting sudah hampir putih semuanya."
"Oh! Kalau begitu aku akan melihat pesta itu," mendadak
Liu Yang Kun berkata pendek.
"Tuan Chin hendak menghadiri pesta pernikahan itu"
Lhoh.......... mengapa Tuan Chin tiba-tiba berubah haluan"
Bukankah Tuan Chin tadi mengatakan kalau tidak memperoleh
undangan" Mengapa sekarang..........?"
Liu Yang Kun bangkit berdiri dari kursinya, lalu cepat
mengemasi barang-barangnya. Diambang pintu ia menoleh.
"Karena memang Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itulah
yang hendak kujumpai di Teluk Po-hai! Nah....... Saudara
Toan, aku pergi dahulu! T erima kasih atas keteranganmu."
Toan Hoa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia benar-
benar tidak mengerti apa yang akan dilakukan pemuda itu di
pesta pernikahan Ketua Tiam-jong-pai nanti. Baginya,
kelakuan dan sikap Liu Yang Kun selama itu betul-betul sulit
diduga. "Ia masih sangat muda, tapi kesaktiannya sangat luar
biasa, sehingga namanya ikut tercantum di dalam Buku
Rahasia yang menghebohkan itu. Entah apa hubungannya
dengan Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu sehingga dia
hendak menemuinya." Demikianlah kedua sahabat itu lalu berpisah jalan. Toan
Hoa dan anak buahnya pulang ke kota Sin-yang, sedangkan
Liu Yang Kun meneruskan perjalanannya ke kota Cin-an. Toan
Hoa dan anak buahnya melaju dengan kuda dan gerobak-
gerobak mereka, sementara Liu Yang Kun melangkah ke
tepian sungai untuk mencari tumpangan perahu nelayan.
'Aku tidak memiliki uang sepeserpun. Lalu.......bagaimana
aku harus membujuk para nelayan itu agar mereka mau
membawa aku ke kota Cin-an?" pemuda itu memutar otaknya,
"Aoaah, aku akan mengatakan kepada mereka bahwa aku
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bersedia membantu apa saja asal mereka mau membawa aku
ke kota Cin-an." An-lei memang hanya kota kecil, sehingga dalam waktu
yang tidak terlalu lama Liu Yang Kun telah sampai di
perkampungan nelayan. Sebuah perkampungan yang padat
penghuninya. Jorok dan kotor. Sungguh berlawanan sekali
dengan keadaan di dalam kota yang bersih dan rapi.
Liu Yang Kun terpaksa mengernyitkan hidungnya, karena
bau amis dan busuk menyengat jalan napasnya, sementara
ribuan lalat tampak berterbangan di sekelilingnya. Dan
pemuda itu segera menghela napas pula ketika terlihat
olehnya beberapa orang anak kecil mengais-ngais sisa
makanan di sebuah warung kecil. Wajah mereka tampak
sangat menderita, dengan tubuh kurus dan baju yang sudah
tak layak lagi untuk dipergunakan sebagai penutup tubuh
mereka. Salah seorang diantaranya mereka tampak berlari
mendekat ketika melihat Liu Yang Kun. Tangannya segera
teracung untuk minta sedekah.
"Berilah kami sekeping uang, tuan....... sudah dua hari kami
tak makan....." rintihnya memelas.
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun tak bisa berkata-kata.
Matanya memandang termangu-mangu kepada bocah cilik
bernasib ma lang itu. Tapi apa dayanya kalau ia sendiri juga
tidak punya uang sepeserpun"
"Ah, maafkan aku, dik..........Aku sendiri......." desahnya
berat seraya merogoh kantung bekalnya yang ia tahu tidak
ada apa-apanya itu. Tapi betapa kagetnya pemuda itu ketika jari-jarinya
menyentuh sebuah kocek uang diantara lipatan baju kulit
ularnya. Bahkan kocek uang itu tidak cuma sebuah, tapi dua
buah malah. Dan setiap koceknya penuh dengan uang logam,
sehingga terdengar gemerincing ketika tersentuh tangannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hah......?" pemuda itu berseru kaget.
Karena merasa penasaran maka Liu Yang Kun segera
membuka buntalannya. Dan matanya segera terbelalak.
Diantara lipatan baju kulit ularnya tampak dua buah kocek
uang dan.........surat yang diterimanya dari pelayan penginapan itu! "Oh, ini...... ini.....?" gumamnya bingung.
Tentu saja anak kecil itu menjadi terheran-heran pula
melihat tingkah laku Liu Yang Kun yang kebingungan itu.
"Tu-tuan.....?" ujarnya serak, namun sudah cukup untuk
menyadarkan Liu Yang Kun.
"Ah, ya.......ya......nih, terimalah!" pemuda itu cepat
menyahut serta mengambil dua keping uang tembaga untuk
diberikan kepada anak kecil itu.
Setelah itu Liu Yang Kun cepat-cepat pergi meninggalkan
tempat itu. Sambil me langkah ia tak henti-hentinya berpikir
tentang uang dan surat tersebut.
"Hmm....... tentu Toan Hoa yang menaruh uang itu di
kantung bekalku. Siapa lagi kalau bukan dia" Dialah yang
berada di kamarku sewaktu aku mandi pagi tadi," gumamnya.
Lalu sambil menarik napas panjang ia meneruskan kata-
katanya, "....... Tapi dengan demikian aku bisa membayar
perahu untuk mengantar aku ke Cin-an sekarang. Ah!
Cuma........ bagaimana dengan surat yang kuterima melalui
pelayan rumah penginapan tadi" Ehmm..... Kong-tee-
bio.......ketika bulan mulai muncul."
Liu Yang Kun berhenti melangkah, lalu mendongak ke atas.
Ia mencari Bukit Kapur itu. "Dimanakah bukit itu berada?"
gumamnya lagi perlahan-lahan.
Seorang lelaki kurus kering tampak melintas di samping Liu
Yang Kun. Di atas punggungnya tertumpuk onggokan jala dan
peralatan untuk mencari ikan yang lain. Begitu beratnya beban
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu sehingga langkahnya terhuyung-huyung seperti orang
mabuk. Kebetulan ketika melewati Liu Yang Kun, kaki orang
itu terantuk batu. "Eeiit......!" orang itu menjerit.
Tubuhnya terpelanting, sehingga barang bawaannya juga
terlempar dari punggungnya.
Hup! Otomatis Liu Yang Kun melompat menangkap barang-
barang itu. Juga sekalian menyambar pula baju orang itu agar
tidak terjatuh. "Hati-hati, paman....... Beban ini sebenarnya terlalu berat
bagimu. Hmm......marilah kutolong membawanya. Kemanakah
paman hendak membawanya" Ke sungai?" tegurnya
bersahabat. Lelaki itu mengangguk dengan napas terengah-engah.
Wajahnya pucat, sementara rasa kagetnya juga kelihatan
belum hilang dari hatinya. "Te-terima kasih, t-ttuan!" bisiknya
dengan bibir gemetar. Sambil berjalan membawakan alat perlengkapan perahu
itu, Liu Y ang Kun mengajak lelaki kurus itu bercerita. Ternyata
orang itu memang seorang nelayan. Seorang nelayan miskin
yang menggantungkan kehidupannya hanya pada mata-
pencahariannya mencari ikan. Maka sudah biasa bagi nelayan
kurus itu untuk meninggalkan keluarganya selama berhari-hari
di rumah, sementara dia sendiri menyusuri sungai itu sampai
di kota Cin-an. Demikian pula yang hendak dilakukannya
sekarang. Semua perlengkapan perahu itu akan dipasangnya
di perahu kecilnya, karena malam nanti ia akan berangkat pula
ke Cin-an. "Ke Cin-an......." Oh...... sungguh kebetulan sekali! Akupun
hendak mencari tumpangan perahu pula ke sana. Paman,
bolehkah aku menumpang perahumu" Jangan khawatir, aku
akan membayar ongkosnya......!" Liu Yang Kun hampir
bersorak saking gembiranya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah...... tentu saja
boleh. Tapi tuan tak perlu
membayarnya. Aku sudah cukup uang untuk memberi bekal
kepada keluargaku nanti," nelayan kurus itu cepat menolak
pemberian Liu Yang Kun. "Tapi.........?"
Ketika Liu Yang Kun hendak memaksa agar nelayan itu
mau menerima uangnya, tiba-tiba seorang anak lelaki berlari
menubruk nelayan tersebut. Kemudian terdengar bocah itu
menangis terisak-isak. "Ayah......huk..... uang itu.....huk.....uang itu..........."
Nelayan kurus itu terkejut. Tangannya mencengkeram
pundak bocah itu. "Cepat katakan! Ada apa dengan uang itu"
Hilang?" hardiknya dengan suara cemas.
Bocah kecil itu mengangkat wajahnya. Dipandangnya mata
ayahnya dengan sinar mata yang terus mengalir di pipinya.
Tampak benar kalau bocah itu sangat ketakutan.
"Uang itu... uang itu di-di-di-rampas..... oleh kawanan Si
Bongkok !" anak itu melapor dengan terbata-bata.
"Oooh....... habis sudah semuanya! Gagal lagi rencanaku
malam ini......." nelayan kurus itu tiba-tiba meratap. Badannya
terhuyung-huyung dan tentu akan segera jatuh kalau tidak
disambar oleh Liu Yang Kun.
Pemuda itu cepat meletakkan barang bawaannya,
kemudian menolong si nelayan kurus yang hendak pingsan
itu. Penduduk yang melihat kejadian itu segera berdatangan
pula. Mereka ikut menolong nelayan itu. Beberapa orang di
antara mereka segera menanyakan sebab-sebabnya.
"Uang tabungan ayahku telah dirampas oleh kawanan Si
Bongkok. Padahal ayah telah mengumpulkannya selama
sebulan ini." anak kecil itu bercerita.
"Siapakah Si Bongkok itu?" Liu Yang Kun ikut bertanya
pula. Namun tiba-tiba kata-katanya terhenti. Dengan mata
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terbeliak kaget ia berseru, "Hei......kau" Bukankah kau anak
yang kuberi uang tembaga tadi?"
Anak kecil itu menjadi kaget pula. la juga tidak menyangka
bahwa orang yang bersama ayahnya itu adalah orang yang
telah memberinya uang tadi.
"Si Bongkok adalah pemimpin kawanan perusuh yang
sering berkeliaran di kota An-lei ini. Bahkan gerombolannya itu
sering mengganggu para penduduk di sekitar kota ini pula.
Dan pagi ini tampaknya Si Bongkok benar-benar amat parah.
Sejak terang tanah tadi telah kudengar ia menyebar keonaran
dimana-mana. Mungkin ia mau membalas dendam." salah
seorang dari orang-orang yang berkumpul di tempat itu
memberi jawaban. "Balas dendam .....?" Liu Yang Kun menegaskan.
"Ya! Tadi malam belasan orang kawan mereka telah
dibunuh mati oleh seorang kakek tua beserta cucu
perempuannya." orang itu menjawab pula.
"Mengapa para petugas keamanan tidak mau memberantas
si Bongkok dan gerombolannya itu?"
"Petugas keamanan" Ah...... jumlah mereka tidak cukup
banyak untuk melawan gerombolan itu. Para petugas
keamanan cenderung untuk membiarkan saja tingkah laku
kawan perusuh itu, asalkan para perusuh itu tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang sangat keterlaluan,
seperti membunuh, merampok dan mengganggu anak bini orang."
"Kalau mereka itu ternyata membunuh orang juga" Apa
yang akan dilakukan oleh para petugas keamanan itu?"
"Pejabat keamanan di kota ini akan meminta bala bantuan
dari kota Cin-an. Tapi hal yang demikian itu jarang sekali
terjadi, karena si Bongkok itu sedikit-sedikit juga punya otak
pula. Dia tak mau menjadi buronan selama berbulan-bulan
hanya karena salah tangan membunuh orang."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, beberapa waktu kemudian si nelayan kurus


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu telah pulih kembali kesehatannya. Dia tidak jadi membawa
barang-barangnya ke sungai, sebaliknya dia minta diantar
kembali ke rumahnya. Liu Yang Kun yang sudah terlanjur
membawakan barang-barangnya itu terpaksa ikut pula
mengantarkannya. Rumah si nelayan kurus itu sungguh mengenaskan sekali.
Gubug reyot itu lebih tepat disebut kandang kelinci dari pada
rumah tempat tinggal untuk manusia. Sedangkan isteri si
nelayan kurus tampak lebih tua dari pada usia sebenarnya.
Kurus dan menderita. Sementara anaknya yang berjumlah
lima orang itu juga kelihatan pucat dan kekurangan pula.
Isteri si nelayan kurus itu sangat terkejut melihat
kedatangan suaminya. Tapi para tetangganya segera memberi
tahu apa yang telah terjadi pada suaminya.
"Oooooooh.....I" wanita itu berdesah sedih. Otomatis
lengannya memeluk anak-anaknya. Tampak benar kalau
hatinya sangat terpukul oleh berita itu. Dipandangnya anak-
anaknya yang terbesar, yang telah menghilangkan uang
tabungan keluarganya itu dengan mata berkaca-kaca.
Setelah memberikan kata-kata hiburan mereka satu persatu
orang-orang yang mengantarkan si nelayan kurus itu
meninggalkan gubug reyot tersebut. Mereka itu sama
miskinnya dengan si nelayan kurus, sehingga mereka juga
hanya bisa menghibur saja.
"Paman......" Apakah kau tidak jadi berangkat malam
nanti?" setelah semuanya pergi Liu Yang Kun mendekat dan
bertanya kepada si nelayan kurus.
Dengan wajah sedih dan putus asa nelayan kurus itu
menggelengkan kepalanya. Matanya tampak berlinang-linang
ketika memandang isteri dan anak-anaknya.
"Maaf, Tuan......Bagaimana aku bisa pergi kalau uang itu
sudah hilang" Apa yang hendak dimakan keluargaku kalau aku
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pergi selama berhari-hari nanti" Aku harus mengumpulkan
uang dulu bila hendak meninggalkan mereka."
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Hatinya terharu
melihat penderitaan keluarga miskin itu.
"Sungguh tak kusangka masih demikian banyak orang yang
menderita di negeri ini. Hmmm...... tampaknya masih banyak
pula yang harus dikerjakan oleh Hong-siang untuk
memperbaiki nasib rakyat." pemuda itu berkata di dalam hati.
"Lebih baik tuan mencari tumpangan perahu yang lain
saja........." terdengar si nelayan kurus itu memberi saran
kepadanya. "Tidak, paman. Kalau cuma uang yang menjadi
masalahmu, aku dapat menggantinya. Kita akan tetap
berangkat malam ini. Eh, berapa uang yang hilang itu, dik?"
Liu Yang Kun tersenyum, lalu berpaling kepada bocah yang
telah menghilangkan uang itu dan bertanya ramah.
"S-satu tail, Tuan....." anak kecil itu menjawab agak takut.
"Heh" Cuma setail......?" Liu Yang Kun berseru kaget.
"Be-benar....." Si nelayan kurus dan anaknya menjawab
berbareng. Liu Yang Kun betul-betul tidak habis mengerti. Satu tail
untuk menghidupi enam jiwa manusia selama lebih dari
sepekan" Bagaimana mungkin itu" Lalu apa yang harus
mereka makan dengan uang sekecil itu" Masakan mereka
harus makan rumput seperti binatang piaraan mereka"
Tetapi dengan demikian Liu Yang Kun semakin merasa
kasihan terhadap keluarga itu. Diambilnya sebuah dari
kantong uang pemberian Toan Hoa itu. Di dalamnya ada
puluhan keping uang perak dan tembaga, yang jumlahnya
tentu lebih dari seratus tail.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Paman, uang ini kuberikan kepadamu. Pergunakanlah dia
untuk memperbaiki nasib keluargamu." Liu Yang Kun berkata
seraya menyerahkan kantung uang tersebut.
Si nelayan kurus dan isterinya terbelalak. Apalagi ketika
mereka menerima kantung uang itu dan membukanya. Mereka
justru menjadi gemetar karena kaget. Mereka mengawasi
tumpukan uang perak dan tembaga itu seakan-akan tak
percaya. "T-t-t......... tuan" Eh-oh.......eh-oh.....ini....ini.... Uang
ini".uang ini tuan berikan kepada kami semua?"
"Ya! Apakah belum cukup?"
Tiba-tiba si nelayan kurus dan isterinya menjatuhkan diri
berlutut di depan Liu Yang Kun.
"Ah.... ini..... ini justru terlalu banyak buat kami. Kami
belum pernah melihat uang sebanyak ini dalam hidup kami."
suami-isteri itu menyahut dengan suara gemetar.
"Nah..... kalau begitu terimalah ! Dan jangan lupa, nanti
malam kita jadi berangkat ke Cin-an. Tapi sebelum berangkat
aku ingin kau mengantar aku ke suatu tempat......."
"Terima kasih, tuan .... Terima kasih. Tapi kemana tuan
hendak pergi?" Si nelayan kurus bertanya dengan wajah
cerah. Tampak benar kalau hatinya menjadi sangat
bergembira. Liu Yang Kun menatap wajah isteri nelayan kurus itu untuk
beberapa saat lamanya. Kemudian katanya perlahan, namun
sangat jelas. "Aku hendak pergi ke bekas reruntuhan kuil
Kong-tee-bio. Kau tahu tempat itu?"
Tak terduga wajah si nelayan kurus itu tiba-tiba menjadi
pucat kembali. "Ja-jangan.....tuan! Tuan jangan ke sana! Temannya
banyak sekali, tuan akan dikeroyok nanti." katanya ketakutan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kini ganti Liu Yang Kun yang terperanjat. "Eh.... apa
maksudmu" Siapakah yang temannya banyak sekali itu?"
serunya tak mengerti. Si nelayan kurus melongo. "Si Bongkok.....! Bukankah tuan
hendak bertemu dengan Si Bongkok itu?" serunya pula.
"Si Bongkok" Apakah Si Bongkok itu tinggal di Kuil Kong-
tee-bio?" Si nelayan kurus itu cepat mengangguk. "Benar, tuan. Dia
dan anak buahnya memang tinggal di sana," jawabnya
semakin heran. Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Dia yang semula tidak
ingin campur tangan di dalam urusan Si Bongkok itu justru
menjadi heran mendengar keterangan si nelayan kurus itu.
Ada hubungan apa antara Si Bongkok dengan orang yang
mengundangnya itu" Apakah orang yang menamakan dirinya
'teman lama' itu Si Bongkok pula" Tapi siapakah Si Bongkok
itu" Rasa-rasanya ia tidak mempunyai kenalan atau teman
yang bertubuh bongkok atau bernama Si Bongkok selama ini.
Tapi dengan demikian urusan tersebut justru semakin
menambah perasaan ingin tahunya malah. Hal yang sangat
kebetulan itu sungguh amat menggelitik hatinya. Ia ingin
segera melihat, siapa sebenarnya Si Bongkok atau orang yang
menyebut dirinya 'teman lama' itu"
"Bagaimana, paman" Kau sanggup mengantarkan aku ke
sana, bukan" Jangan takut, karena aku takkan mengajakmu
memasuki kuil itu! Kau boleh kembali setelah menunjukkan
tempat itu kepadaku. Aku sendiri yang akan pergi ke sana."
akhirnya ia berkata. Demikianlah setelah seharian penuh membantu si nelayan
kurus mempersiapkan perahunya, maka sore harinya Liu Yang
Kun lalu berangkat ke kuil Kong-tee-bio. Di sepanjang jalan si
nelayan kurus selalu mencoba membujuk dia agar ia mau
mengurungkan niatnya untuk menjumpai Si Bongkok.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sudahlah, paman...... engkau tak perlu mencemaskan aku.
Aku akan berusaha menjaga diri sebaik-baiknya. Dan boleh
kauketahui pula, bahwa kedatanganku ke sana bukan untuk
berurusan dengan Si Bongkok, melainkan dengan seorang
teman. Teman lamaku sendiri." Liu Yang Kun menenangkan
hati kawannya. "Teman lama....." Oooh.......tuan mempunyai teman
diantara kawanan perusuh itu.......?"
Liu Yang Kun tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan
itu. Pemuda itu justru me lihat ke arah langit sebelah timur,
dimana bulan purnama nanti akan muncul. Terdengar suara
napasnya yang panjang ketika pemuda itu menyadari bahwa
hari masih terlalu siang. Matahari bahkan belum seluruhnya
tenggelam, sinarnya yang kemerahan masih tampak menyala
di sebelah barat. Mereka berdua terus saja melangkah ke arah timur
menjauhi kota An-lei. Mereka menerobos perkampungan-
perkampungan penduduk yang padat di luar kota itu. Dan
beberapa waktu kemudian mereka telah me lewati dusun yang
terakhir, untuk kemudian mereka mulai melangkah di atas
tanah persawahan yang diselang-seling dengan padang
rumput dan pegunungan. Dan haripun telah menjadi gelap ketika mereka memasuki
tanah-tanah yang berbukit. Tiba-tiba si nelayan kurus
berhenti. "Kenapa, paman" Kita telah sampai di tempat itu?" Liu
Yang Kun bertanya. Si nelayan kurus mengangguk. "Y -y-a.....!
Itu di......di lereng Bukit Kapur! Tuan lihat bangunan kuil yang
sudah rusak itu" Itulah bekas Kuil Kong-tee-bio!" bisiknya
serak seraya menunjuk ke arah kejauhan, dimana terlihat
tanah berbukit-bukit berwarna keputihan.
Liu Yang Kun memandang ke tempat yang ditunjuk si
nelayan kurus. Dengan ketajaman matanya pemuda itu bisa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melihat sebuah bangunan kuil yang besar dan luas, namun
sudah separuhnya yang rusak. Bangunan itu dapat dilihat
dengan jelas karena terletak di tempat yang tinggi, sementara
di sekitarnya hanya ada batu-batu kapur yang berserakan.
Tempatnya sangat lapang dan sama sekali tiada pepohonan,
sehingga bangunan itu tampak seperti sebuah puri yang
angker dan menakutkan. Sekali lagi Liu Yang Kun memandang ke langit. Dilihatnya
sinar rembulan mulai mengintip di balik bukit.
"Waktunya sudah akan tiba. Aku datang tepat pada
waktunya," pemuda itu berkata di dalam hatinya.
"Tuan....." Apa..... apakah tuan tetap akan pergi ke sana?"
si nelayan kurus bertanya pula. Suaranya mulai gemetar,
suatu tanda bahwa rasa gentar juga sudah mulai merayap
pula di hatinya. Liu Yang Kun tersenyum, "Tentu saja. Paman boleh pulang
sekarang. Nantikanlah aku di atas perahu paman! Setelah
urusanku di kuil itu selesa i, aku akan cepat-cepat kembali. Kita
terus berangkat ke kota Cin-an."
"Baiklah, tuan...... aku akan kembali. Tapi kumohon tuan
mau berhati-hati. Saya tidak ingin menunggu tuan dengan sia-
sia di atas perahuku."
Liu Yang Kun mengangguk dengan perasaan berterima
kasih atas perhatian si nelayan kurus kepadanya. Setelah itu
dia me langkah menaiki tanah berbukit kapur itu dengan
waspada. Siapa tahu orang yang mengundangnya itu telah
berada di sekitar tempat tersebut dan sekarang sedang
mengawasi dirinya" Suasana di tempat itu benar-benar sangat lengang, sunyi
dan gelap. Jalan pun juga tidak rata, sehingga Liu Yang Kun
harus sering berloncatan dari batu ke batu untuk mendekati
bangunan kuil itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tampaknya dulu juga dibangun jalan menuju ke kuil itu.
Tapi jalan itu sudah rusak sekarang. Bahkan di beberapa
tempat tadi telah berubah menjadi jurang, tempat air hujan
mengalir dari atas bukit."
Kira-kira empatpuluh tombak dari bangunan kuil itu Liu
Yang Kun berhenti. Bangunan itu benar-benar besar dan luas.
Tetapi temboknya sudah banyak yang roboh, terutama
tembok halamannya sehingga bangunan pendapanya yang
megah itu tampak jelas dari tempatnya berdiri.
"Kata nelayan tadi Si Bongkok dan anak buahnya tinggal di
sana. Tapi mengapa aku tidak melihat bayangan seorang
manusiapun di tempat itu" Mengapa mereka juga tidak
memasang lampu penerangan barang sebuahpun" Apakah
mereka benar-benar telah menunggu kedatanganku di sana"
Hmmm...... aku harus berhati-hati. Aku mencium sesuatu yang
kurang beres di tempat ini."
Tiba-tiba Liu Y ang Kun teringat pada 'kemampuan anehnya"
yang selama ini jarang sekali ia pergunakan. Yaitu
kemampuan yang setarap dengan ilmu Lin-cui-sui-hoat (ilmu
tidur di atas permukaan air) milik Toat-beng-jin, seorang
tokoh Aliran Im-Yang-kauw. Kemampuan yang ia maksudkan
itu adalah kemampuan untuk 'melihat' sesuatu yang belum
tampak oleh matanya, yaitu dengan mempergunakan
ketajaman hati, perasaan, pendengaran dan penciumannya.
Sebuah ilmu tingkat tinggi yang hanya dapat dipelajari oleh
seorang pertapa yang telah benar-benar mengesampingkan
urusan duniawinya. Liu Yang Kun lalu menyilangkan kedua tangannya di
dadanya. Matanya terpejam. Pikiran dan perasaannya terpusat
menjadi satu. Perlahan-lahan ia mengerahkan kemampuan
dan kekuatan batinnya untuk 'melihat' sesuatu yang
mencurigakan di sekitarnya.
Mula-mula semuanya tampuk gelap gulita. Tapi sejalan
dengan terkumpulnya kekuatan yang ia miliki, bayangan yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tercipta di dalam batinnya pun juga semakin terang pula.
Sedikit demi sedikit ia memperoleh gambaran tentang
bangunan kuil yang telah mulai rusak itu.
"Oooooh.....!" pemuda itu tiba-tiba berdesah.
Tidak tampak sesosok bayangan manusiapun di dalam
reruntuhan kuil itu. Semua ruangannya kosong melompong.
Hanya ada bekas-bekasnya saja bahwa tempat itu sering
dipakai orang. Belasan tempat tidur darurat seperti tikar,
tumpukan jerami dan papan kayu tampak berserakan di
segala tempat. Sementara beraneka macam bentuk senjata
juga tampak bergantungan pula di atas dinding-dindingnya.
"Mengapa tak seorangpun yang bersiap untuk menyambutku di kuil itu" Dimanakah orang yang mengundang


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku itu" Dan kemana pula orang-orang Si Bongkok yang
katanya bertempat tinggal di reruntuhan kuil itu" Heran.....!"
Mendadak Liu Yang Kun terkejut. Ketika ia memusatkan
seluruh pikiran dan perasaannya ke bagian belakang kuil itu,
ia 'melihat" belasan orang lelaki tertumpuk di dalam gudang
bekas tempat menyimpan kayu bakar. Semuanya dalam
keadaan lemas dan tak berdaya. Malah beberapa orang di
antaranya tampak terluka.
"Ooooh!" Liu Yang Kun lalu menghentikan pemusatan ilmunya.
Bergegas ia melangkah menuju ke kuil itu. la menjadi
penasaran dan ingin segera membuktikan apa yang tampak di
dalam pemusatan ilmunya tadi.
Benar juga. Tak seorangpun tampak di dalam kuil itu.
Pemuda itu hanya menemukan secarik kertas di atas meja
reyot yang berada di tengah-tengah pendapa tersebut. Di atas
kertas itu tertulis beberapa huruf, yang berbunyi:
Maaf, saudara Chin, aku terpaksa mengingkari janji.
Sesuatu yang sangat gawat telah terjadi di dunia persilatan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kita. Aku sedang berusaha untuk menyelidikinya. Kaupergilah
ke kota Cin-an. Mungkin kita bisa bersua di sana. Sekali lagi
aku minta maaf. Teman lama. "Sesuatu yang gawat......." Apakah itu?" Liu Yang Kun
bergumam. Karena tak bisa menduga apa yang dimaksudkan oleh
orang misterius itu, maka Liu Yang Kun lalu melangkah ke
halaman belakang. Ia langsung menuju ke bekas gudang
penyimpanan kayu itu. "Ohhhhh.....,.. ! " pemuda itu tertegun.
Benar juga apa yang tersirat di dalam ilmunya tadi. Gudang
yang sudah rusak itu penuh dengan tubuh manusia yang
saling bertumpang tindih. Semuanya di dalam keadaan lemas
tak berdaya. Dan salah seorang diantaranya, yang berada di
dekat pintu, adalah seorang lelaki separuh baya. Tubuhnya
agak gemuk, kakinya pendek-pendek dan punggungnya
bongkok. "Si Bongkok dan anak buahnya....."
Liu Yang Kun berdesah kaget. Kemudian dengusnya pula,
"Siapakah yang telah menghajar kawanan penjahat ini"
Apakah orang yang mengaku sebagai teman lamaku itu pula?"
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun tertegun di
tempatnya. Ia tak tahu, apa yang harus ia kerjakan terhadap
kawanan penjahat tersebut. Apakah ia harus menolong
mereka atau membiarkan saja mereka itu di sana"
"Hmm, baiklah......Aku akan membebaskan Si Bongkok itu.
Siapa tahu dia bisa memberi keterangan kepadaku, siapa
sebenarnya 'teman lamaku' itu?" akhirnya pemuda itu
memutuskan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun lalu berjongkok di dekat Si Bongkok. Jari-
jarinya yang penuh tenaga itu menotok beberapa titik jalan
darah di tubuh pimpinan penjahat tersebut. Setelah itu
tangannya dengan cepat mengurut pula di beberapa bagian
tubuh yang lain. "Uh!" Si Bongkok mengeluh, kemudian bergerak. Jalan
darahnya telah kembali normal seperti sediakala.
"Bangkitlah!" Liu Yang Kun berdesah.
Pimpinan penjahat yang sering mengganggu penduduk
kota An-lei itu lalu menggeliatkan badannya, kemudian berdiri.
Wajahnya yang pucat itu menengadah, matanya tampak
gelisah ketika memandang Liu Yang Kun. Memang di dalam
pantulan cahaya bulan yang terang benderang itu perbawa Liu
Yang Kun tampak angker dan berwibawa.
"Terima kasih, Tai-hiap," desisnya gemetar, lalu menundukkan kepalanya seperti orang yang telah mengakui
segala kesalahannya. Liu Yang Kun menarik napas panjang. Matanya meredup.
"Kau Si Bongkok yang sering mengganggu penduduk di sekitar
tempat ini, bukan" Dengarlah.....I Sebenarnya aku tak peduli
apa yang telah terjadi padamu dan pada kawan-kawanmu ini.
Tetapi aku sependapat dengan orang yang telah menghukum
kalian seperti ini. Orang itu tidak membunuh kalian, tapi hanya
memberi peringatan agar kalian tidak melakukan tindakan-
tindakan yang tercela lagi. Dan orang itu cuma akan
membunuh bila di kelak kemudian hari ia mendengar engkau
dan kawan-kawanmu melakukan kejahatan kembali."
Liu Yang Kun menghentikan kata-katanya sebentar.
Kemudian sambil membalikkan badannya pemuda itu
mengerahkan tenaga dalamnya. Tiba-tiba dengan telapak
tangan terbuka ia mendorong ke arah dinding halaman yang
jaraknya ada lima tombak dari tempatnya berdiri itu.
Whuuuuuuuus......! Brrooooooool!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tembok itu terguncang dan berderak runtuh oleh angin
pukulan itu. Si Bongkok ternganga. Dan otomatis hatinya
semakin menjadi ciut. Apa yang dilakukan oleh Liu Yang Kun
itu memang sebuah pameran kekuatan yang tiada tara. Hanya
orang-orang yang memiliki tenaga dalam sempurna saja yang
bisa berbuat seperti itu.
"Lihatlah! Akupun dapat berbuat seperti itu pula kepadamu
apabila pada suatu saat menjumpai engkau berbuat kejahatan
lagi," pemuda itu mengancam.
Si Bongkok cepat-cepat menjatuhkan dirinya di depan Liu
Yang Kun. Dengan suara ketakutan ia berjanji untuk tidak
mengulangi semua perbuatan jahatnya lagi. Ia berjanji akan
membubarkan kawan-kawannya dan kembali hidup baik-baik
di tempat asalnya. "Baiklah untuk sementara aku percaya kepadamu. Tapi
semuanya itu masih harus dibuktikan dulu. Sekarang aku
hendak bertanya tentang hal lain. Ehm...... apakah kau
mengenal orang yang telah menangkap kau dan kawan-
kawanmu itu?" Si Bongkok menengadah. Mula-mula matanya memancarkan sinar bingung dan tak mengerti. Namun sesaat
kemudian kepalanya lalu menggeleng lemah.
"Maaf, Tai-hiap...... aku be-belum mengenalnya. Aku dan
kawan-kawanku juga baru melihatnya siang tadi. Dia..., dia
masih muda, bertubuh tinggi dan berpakaian seperti
sastrawan........." jawabnya gemetar.
Tampak benar kalau penjahat itu sangat ketakutan ketika
bercerita tentang sastrawan yang menghukumnya siang tadi,
sehingga Liu Y ang Kun memperoleh kesimpulan bahwa 'teman
lamanya" itu tentulah seorang yang sangat hebat dan
mengerikan pula kepandaiannya. Apalagi menyaksikan sikap Si
Bongkok yang selalu tampak cemas dan gelisah begitu selesai
memberikan jawabannya. Beberapa kali orang itu menoleh ke
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kanan dan ke kiri, melirik ke arah kegelapan malam di
sekitarnya, seakan-akan dia merasa takut kalau-kalau
lawannya itu akan datang kembali.
Liu Yang Kun tersenyum. "Hmm......apa sebenarnya yang
telah ia lakukan kepadamu?" katanya kepada penjahat itu.
"Jangan takut.........!" tambahnya pula ketika dilihatnya orang
itu semakin menjadi ketakutan.
"Orang itu.... orang itu......eh, kelihatannya seperti bukan
manusia. Dia....... dia bisa menghilang seperti hantu. Tahu-
tahu...... kami semua roboh di atas lantai pendapa!" ucap Si
Bongkok kemudian dengan suara gugup.
"Hmmmh!" Liu Yang Kun mendengus penasaran karena ia
semakin tak bisa menerka, siapa sebenarnya orang yang
mengaku sebagai teman lamanya itu.
"Tai-hiap". ?" Si Bongkok berdesah parau. Matanya
memandang Liu Yang Kun, kemudian berpaling ke arah
kawan-kawannya. Sekali lagi Liu Yang Kun mendengus. "Aku takkan
menolong kawan-kawanmu itu. Biarlah mereka terbebas
dengan sendirinya. Kautunggulah saja mereka sampai tengah
malam nanti. Tapi kau harus ingat janjimu tadi. Kalau kelak
aku masih menjumpaimu melakukan kejahatan lagi, hmm.....
aku benar-benar tidak akan memberi ampun!"
Setelah merasa cukup memberi peringatan kepada Si
Bongkok, Liu Yang Kun segera melesat pergi dari tempat itu.
Pemuda itu sengaja mengerahkan Bu-eng Hwe-teng
sepenuhnya, untuk memberi kesan bahwa ia pun sanggup
'menghilang' pula seperti sastrawan itu.
Memang benar. Si Bongkok itu tiba-tiba melongo ketakutan
tatkala melihat Liu Yang Kun lenyap begitu saja dari
depannya! "Oh! Han...... hantu......?" bibirnya berbisik parau.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, setelah batal bertemu dengan orang yang
mengundangnya, Liu Yang Kun lalu kembali ke perahu si
nelayan miskin lagi. Dari jauh pemuda itu telah melihat si
nelayan miskin berdiri menantikannya.
"Tuan......" Tuan telah kembali" Oh, betapa gembiranya
hatiku.........! Bagaimana dengan kawanan Si Bongkok itu?"
hampir bersorak si nelayan itu menyambut kedatangan Liu
Yang Kun. "Paman.....?" pemuda itu berseru pula.
Tiba-tiba pemuda itu menghentikan kata-kata yang hendak
diucapkannya ketika mendadak matanya melihat dua orang
asing di atas perahu si nelayan miskin itu. Dua orang lelaki,
yang satu sudah tua bermata buta, sedang yang lain masih
muda namun buruk rupa. Begitu buruk wajah si anak muda itu
sehingga Liu Yang Kun cepat-cepat melengos dan tak tahan
untuk menatapnya berlama lama.
Tampaknya si nelayan miskin itu memaklumi kecanggungan
hati Liu Yang Kun. Bergegas ia memperkenalkan kedua orang
asing itu kepada Liu Yang Kun.
"Tuan, perkenalkan kedua orang tamu kita ini. Mereka juga
akan ikut kita ke kota Cin-an. Mereka adalah kakek dan cucu
dari Ke luarga Lo di kota Cin-an"."
Liu Yang Kun terpaksa mengangguk untuk membalas
penghormatan kedua orang itu, namun di dalam hatinya
pemuda itu sudah merasa curiga kepada mereka. Perasaannya
mengatakan bahwa mereka itu tidak beres dan sedang
melakukan sesuatu yang tersembunyi. Tapi tentu saja Liu
Yang Kun tidak mau memperlihatkan kecurigaannya tersebut.
Pemuda itu cuma diam saja dan pura-pura tidak menaruh
perhatian kepada mereka. Bulan telah berada hampir di atas kepala mereka. Angin
bertiup perlahan, mengusap layar perahu yang telah dipasang
oleh si nelayan miskin, sehingga perahu itu melaju pula
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan perlahan. Suara kecipak air yang menghantam dinding
perahu terasa lembut pula di telinga, membuat Liu Yang Kun
tak tahan untuk tidak memejamkan matanya.
Perahu itu tidak begitu besar, sehingga ruangannyapun
juga tidak seberapa luas pula. Lebarnya tidak lebih dari dua
meter, sementara panjangnya juga tidak lebih dari pada tujuh
atau delapan meter. Namun demikian perahu itu tampak
ramping dan gesit bila dibandingkan dengan perahu-perahu
lain yang rata-rata berbentuk besar dan gemuk.
Si nelayan miskin kelihatan sibuk mempersiapkan jaring-
jaringnya di haluan, sementara Liu Yang Kun yang ingin
beristirahat itu tampak merebahkan dirinya di atas tumpukan
kain layar yang belum terkembang. Pemuda itu sama sekali
tak peduli kepada kakek Lo dan cucunya yang duduk di
belakang kemudi. Dibiarkannya kedua orang itu mengemudikan jalannya perahu itu.
Hanya kadang-kadang saja pemuda itu melirik ke arah
mereka. Namun lirikan itupun hanya sekejap pula, karena
pemuda itu benar-benar tak tahan menyaksikan 'wajah yang
rusak" dari cucu kakek Lo itu. Di dalam keremangan malam
yang sunyi seperti saat itu, wajah anak muda tersebut benar-
benar lebih menyeramkan dari pada hantu sendiri. Bukan
cuma gigi-giginya yang besar dan mencuat lebih panjang dari
pada bibirnya itu saja yang sangat menakutkan, tapi juga
separuh wajahnya yang menghitam seperti jamur bangkai itu
pula yang membuat hati Liu Yang Kun menjadi seram.
Oleh karena itu Liu Yang Kun lebih suka memandang ke
sekitar perahu, dimana beberapa buah perahu yang lain
tampak melaju pula ke arah utara, seakan-akan perahu-
perahu itu saling berlomba untuk lebih dahulu tiba di kota Cin-
an. Sedangkan para penumpangnya, yang semuanya juga
nelayan pencari ikan, tampak sibuk pula mempersiapkan alat-
alat penangkap ikan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menarik napas panjang, kemudian
memejamkan matanya. Pemuda itu merasa mengantuk dan
ingin tidur barang sebentar, udara basah yang tertiup disela-
sela pakaiannya membuat pemuda itu segera terlena ke dalam
mimpi, sehingga si nelayan miskin yang hendak memasang
layarnya itu terpaksa mengurungkan niatnya. Orang tua itu
tak ingin mengusik tamunya yang baik hati itu.
Ketika angin bertiup agak kencang, maka perahu-perahu
yang lainpun segera melaju meninggalkan perahu si nelayan
miskin. "Paman......! Mengapa kau tidak memasang layar seperti
mereka?" tiba-tiba cucu kakek Lo yang buruk rupa itu
menegur. "Ah....... nanti saja! Biarlah mereka itu berangkat lebih
dulu. Lebih baik kita mengambil jarak dengan mereka.
Peralatan mereka lebih baik dari peralatanku. Aku tidak akan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperoleh hasil seekor ikanpun bila menjala ikan di dekat
mereka. Lagi pula............ehm..... aku tak tega membangunkan tuan pendekar yang baik hati itu." si nelayan
miskin itu menjawab seraya melirik Liu Yang Kun.
Si buruk muka itu mendengus tak senang. "Siapa bilang
engkau tak akan mendapatkan hasil yang banyak bila
berdekatan dengan mereka" Peralatanmu tidak terlalu kalah
dengan mereka. Asalkan kau lebih pandai menebarkan dan
menarik jalamu, kutanggung hasilmu justru akan lebih banyak
dari pada mereka. Ayoh, jangan takut! Aku akan
membantumu. Bangunkan saja tuan pendekar itu! Suruh dia
tidur di tempat lain!" geramnya bersemangat sehingga air
ludahnya menyembur kesana kemari.
"Wah.....mana aku berani" Tuan itu sangat baik kepadaku.
Lagi pula keberangkatanku ke kota Cin-an ini juga atas
kehendak dan jasa baik tuan pendekar itu pula. Bagaimana
aku berani mengusik dia?" Si nelayan miskin membantah tak
senang. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Huh! Apakah karena dia telah membayarmu" Bukankah
sejak semula aku juga bersedia membayarmu berapa saja"
Mengapa...?" Si buruk rupa itu menggeram lagi.
"A Hek...... sudahlah! Mengapa kau selalu tidak bisa
menyabarkan hatimu?" tiba-tiba kakek Lo menegur cucunya.
Si nelayan miskin itupun lalu mendengus pula. Hatinya
semakin tidak suka kepada Si Buruk Rupa yang ingin
memaksakan kehendaknya itu. Padahal sejak semula ia tidak
mau ditumpangi mereka. Tapi Si Buruk Rupa itu tetap
memaksanya juga, sehingga akhirnya ia terpaksa memperbolehkan mereka menumpang perahunya. Dan ia
menolak pemberian mereka. Bahkan ia mengajukan syarat
kepada mereka, yaitu mereka tidak boleh menganggu
pekerjaannya. Tapi sekarang Si Buruk Rupa itu mulai
mengganggunya! "Bukankah tuan telah berjanji untuk tidak menggangguku?"
Si Nelayan Miskin mencoba mengingatkan janji mereka.
"Persetan dengan janjimu! Bangunkan orang itu dan
pasanglah layarnya ! Apakah engkau ingin me lihat aku
menyeret dia dari tempatnya itu?" si Buruk rupa itu
membentak dengan suaranya yang parau.
"A Hek....! Mengapa kau tidak mau bersabar juga?" Kakek
Lo memperingatkan cucunya lagi. Kali ini suaranya agak
sedikit keras. "Kakek......?" Si Buruk Rupa itu mencoba membantah kata-
kata kakeknya. "Hmh!" tiba-tiba Liu Yang Kun terbatuk.
"Tuan.......?" Si Nelayan Miskin berdesah kaget lalu
bergegas menghampiri pemuda itu.
Liu Yang Kun menggeliatkan tubuhnya, kemudian bangkit
berdiri. "Pasanglah layarmu, paman! Aku sudah cukup
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
beristirahat. Biarlah aku ke haluan untuk membantu kau
memasang jaring." "Tuan.....! Kau....kau.... beristirahatlah! Aku.... aku....
tidak......" "Sudahlah! Tidak baik berbantah di atas perahu ini.
Memang benar sekali apa yang dikatakan oleh kakek itu. Kita
harus bisa menyabarkan hati kita sendiri." Liu Yang Kun
bergumam seperti kepada dirinya sendiri.
"Huh..... lagaknya! Mentang-mentang bernama besar, lalu
bersikap acuh dan meremehkan orang lain." Si Buruk Rupa
bersungut-sungut mendengar sindiran itu.
Liu Yang Kun tertegun. Kakinya berhenti melangkah.
Namun demikian pemuda itu tidak menjawab atau menoleh
sama sekali. Pemuda itu cuma menghela napas berat seraya
mengangguk-anggukkan kepalanya. Di dalam hatinya pemuda
itu memahami situasi yang dihadapinya.
"Benar juga dugaanku tadi. Orang itu sedang melakukan
sesuatu yang tersembunyi. Mungkin mereka sedang memata
matai aku. Mereka tahu siapa aku. Sebaliknya..... aku tidak
tahu siapa mereka. Hmmh! Aku harus meningkatkan
kewaspadaanku." Sementara itu kakek Lo telah menarik lengan cucunya.
Orang tua itu tampak menjadi marah sekali karena
peringatannya tidak diindahkan oleh Si Buruk Rupa.
"A Hek! Kau masih mau mendengarkan kata-kataku tidak"
Kalau tidak........hmmhh, aku akan pergi! Kita berpisah saja
sampai disini!" dampratnya gusar.
Di dalam kemarahannya kakek Lo tampak membuka
kelopak matanya, sehingga kedua lobang matanya yang
kosong melompong itu kelihatan sangat mengerikan.
"Kakek.....!" tiba-tiba Si Buruk Rupa itu menjerit dan
menghambur ke dalam pelukan kakeknya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Untuk sesaat Liu Yang Kun menjadi kaget mendengar
jeritan A Hek. Mengapa suara Si Buruk Rupa itu menjadi
sangat nyaring" Demikian hebat dan tinggikah Iwee-kangnya"
Otomatis pemuda itu membalikkan tubuhnya. Dipandangnya
kedua orang cacat itu baik-baik. T erutama Si Buruk Rupa yang
bernama A Hek itu. Tapi pemuda itu tidak menemukan keanehan pada diri
mereka. Selain cacat muka pada diri A Hek dan cacat mata
pada kakek Lo, semuanya tampak biasa-biasa saja. Oleh
karena itu Liu Yang Kun lalu membalikkan badannya lagi dan
meneruskan langkahnya ke haluan. Pemuda itu lalu membantu
si nelayan miskin memasang jalanya.
"Tuan.....?" nelayan itu mencoba mencegahnya.
"Sudahlah, paman. Kaupasanglah layarnya ! Biarlah aku
yang mengerjakan jala-jala ini .........."
Demikianlah, malam semakin larut. Tengah malam pun
telah berlalu pula. Angin semakin kencang bertiup, sehingga
perahu kecil itu pun juga semakin cepat pula menyibakkan
gelombang air sungai tersebut. Akibatnya jaring mereka juga
mengembang dengan baik, sehingga ikan pun juga mulai
banyak yang terjaring dan terperangkap di dalam jala mereka.
Si nelayan miskin menjadi heran, tapi juga sangat
bergembira pula. Belum pernah selama ini ia memperoleh
hasil sedemikian cepat dan mudahnya seperti sekarang. Kali
ini seolah-olah ia ditolong oleh Dewa Keberuntungan dengan
menggiring semua ikan-ikan di sungai itu ke dalam jaringnya.
"Bukan main......oh.....bukan main! Tuan, lihatlah! Banyak
benar ikan yang kita peroleh malam ini, hehehe !" Si nelayan
miskin bersorak gembira seraya menumpahkan isi jalanya ke
dalam lantai perahu. Ikanpun segera berserakan, menggelepar dan berloncatan
di lantai perahu. Ada yang kecil, tapi ada juga yang besar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Semuanya tampak segar-segar, sehingga menimbuIkan selera
untuk memakannya. "Paman.....! Aku menjadi lapar melihatnya. Bagaimana
kalau kita menyiapkan makan dengan lauk ikan itu?" Liu Yang
Kun mengajukan usul sambil menelan ludahnya.
Jilid 23 "Setuju!" mendadak A Hek berseru tak terasa, sehingga
semuanya tersenyum di dalam hati.
"Baik tuan. Kalau begitu aku akan memasaknya. Tapi
tolonglah awasi jaringku! Angkat saja kalau sudah banyak
isinya!" Si nelayan miskin berseru pula.
Demikianlah, malam itu mereka makan bersama dengan
lauk ikan hasil tangkapan mereka sendiri. Rasa-rasanya perut
Liu Yang Kun menjadi lapar sekali sehingga ia dan si Nelayan
Miskin seperti berlomba menghabiskan hasil masakan
sederhana itu. Sedangkan Si Buruk Rupa yang semula juga
kelihatan bernafsu itu ternyata hanya makan sedikit saja.
Bahkan lebih sedikit dari pada kakeknya malah.
Keesokan harinya perahu mereka tiba di sebuah dusun
besar yang sangat ramai, yang kesibukannya hampir
menyamai kota kecil. Dusun itu disebut orang dusun He-cung
atau Dusun Ikan, karena dusun itu menjadi pusat penjualan
ikan di daerah itu. Dan sepagi itu pula pasar ikan yang berada di tepian sungai
tersebut telah ramai dengan pedagang-pedagang yang datang
dari luar daerah. Mereka memang telah biasa datang sepagi
mungkin. Bahkan mereka kadang-kadang telah bermalam di
pasar ikan tersebut, agar dengan demikian mereka bisa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
memperoleh hasil ikan dari tangan pertama. Sebab
kedatangan para nelayan pencari ikan itu juga tidak
bersamaan. Mereka bisa singgah atau datang ke pasar itu
setelah merasa cukup mendapatkan hasil. Ada yang datang
setelah matahari terbit, tapi ada yang datang juga pada hari
menjelang fajar. Bahkan yang memiliki nasib baik kadang-
kadang malah sudah kembali di tengah malam.
Beberapa buah perahu yang tadi malam berlayar di dekat
perahu Si Nelayan Miskin juga sudah tampak berlabuh di pasar
ikan tersebut. Perahu-perahu itu juga sudah dikerumuni para
tengkulak ikan. Seperti halnya perahu Si Nelayan Miskin,
tampaknya mereka juga mendapatkan hasil yang melimpah
pula malam tadi. Dan kedatangan perahu Si Nelayan Miskin pun segera
disongsong pula oleh para tengkulak itu. Bahkan seorang
diantaranya malah telah mengayuh sampannya yang kecil,
mendahului yang lain, merapat di sisi perahu Si Nelayan
Miskin. Seorang lelaki kurus kecil namun berperut buncit
segera menggapai pinggiran perahu Si Nelayan Miskin dan
meloncat naik. Sedangkan temannya yang bertugas sebagai
pengayuh sampan, segera mengambil tali pengikat sampannya dan menambatkannya pada perahu Si Nelayan
Miskin. "Ah, Tuan Coa......?" Si Nelayan Miskin menyambut
kedatangan lelaki kurus itu dengan suara kurang senang
sehingga Liu Y ang Kun yang sedang tiduran di bangku perahu
tertarik untuk melihatnya.
"Oho....... apa kabar Ciok Kwan " Lama benar kau tak
muncul" Kukira kau sudah tidak berani lagi datang kesini.
Apakah kau sudah menyiapkan uang untuk melunasi
hutangmu" Heheheh....." lelaki kurus berperut buncit itu
menyahut. Suaranya terdengar acuh dan menjengkelkan.
"Hutang" Siapakah yang masih berhutang kepadamu?" Si
Nelayan Miskin yang ternyata bernama Ciok Kwan itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tersentak marah. "Bukankah Tuan Coa sudah mengambil
seluruh hasil penangkapan ikanku yang terakhir itu" Tuan pun
tahu bahwa hasil itu sebenarnya terlalu banyak untuk
melunasi hutangku kepada Tuan".."
Tengkulak kurus berperut buncit itu tertawa dingin. "Sudah
lunas" Kau anggap hasil penangkapan ikanmu dulu sudah
cukup untuk membayar hutangmu" Hihihi....... enak benar!
Apa kau lupa bahwa hutang itu harus membayar bunga"
Kausangka hasil penangkapan ikanmu dulu itu sudah cukup
untuk melunasi hutangmu kepadaku?"
Si nelayan miskin atau Ciok Kwan terbelalak matanya.
Tampak benar kalau hatinya sangat penasaran mendengar
perkataan tengkulak ikan itu.
"Bukankah Tuan dulu bilang kalau uang itu bukan hutang,
tapi".. uang muka" Dan uang muka itu Tuan berikan
kepadaku, sebagai ikatan bahwa aku harus menjual semua
hasil penangkapan ikanku kepada T uan" Mengapa uang muka
itu tiba-tiba berubah menjadi hutang" Bahkan kemudian?"
berbunga pula" Dimana ada peraturan seperti itu?"
"Hihi-hihi?".." tengkulak itu tertawa semakin menyakitkan.
"apa bedanya uang muka dan hutang" Pokoknya hasil
penangkapan ikanmu dulu itu belum cukup untuk membayar
hutangmu. Kau baru membayar pokok hutang dan
?"..separuh bunganya. Sedang separuh bunganya yang lain
kini telah beranak-pinak pula dalam beberapa bulan ini. Dan
?""hmmm?"kelihatannya hasil ikanmu sekarang juga
belum cukup untuk melunasinya, hi-hi-hiiii?"."
Wajah Ciok Kwan menjadi pucat seketika. Air matanya
mulai menggenang dan hampir menangis. "Kau...... kau
memang bangsat! K-kau memang bukan manusia !" jeritnya
serak. "Jangan merajuk! Aku akan memberikan keringanan
kepadamu. Biarlah semua hutang itu kuanggap lunas dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
hasil ikanmu kali ini. Lain kali kita bisa mengadakan
perhitungan lagi." "Oh...... jangan!" Ciok Kwan berteriak seraya meloncat
menghalang-halangi tengkulak itu.
Tapi dengan sekali hentakan saja Ciok Kwan telah
terpelanting menabrak pagar perahunya. Dan tengkulak itu
lalu menoleh kepada tukang dayung atau pengawalnya.
''Ambil semua ikan Ciok Kwan ini. Masukkan ke dalam
sampan kita!" serunya.
"Jangan! Oh, jangan ambil ikanku .....!" Ciok Kwan merintih
sambil memegangi kepalanya yang berdarah akibat membentur lantai perahu. Dengan terhuyung-huyung Ciok Kwan berdiri dan berusaha
mencegah pembantu tengkulak yang bertubuh kokoh kekar itu
mengambil ikan-ikannya. Tapi tentu saja usahanya itu sia-sia


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja. Baru dengan si tengkulak yang berperut buncit saja ia
sudah kalah tenaga, apalagi berhadapan dengan si pengawal
yang berotot kekar itu. Dengan mudah si pengawal itu
mengangkat tubuhnya dan membantingnya di lantai perahu.
"Aouuuugh.....!" Ciok Kwan menjerit, kemudian pingsan.
Darah semakin banyak mengalir dari kepalanya. Bahkan dari
lobang hidungnya pula. Peristiwa yang berlangsung dengan cepat di atas perahu itu
dapat dilihat dengan jelas oleh setiap orang. Tapi apa daya
mereka" Setiap orang di tempat itu tahu belaka, siapakah
tengkulak ikan she Coa itu" Meskipun mereka merasa kasihan
kepada Ciok Kwan, namun mereka juga tidak berani
menghalang-halangi tindakan orang she Coa itu.
Orang she Coa itu bernama Coa In Lok. Dia merupakan
seorang tengkulak kaya yang licik dan sering menjerumuskan
nelayan ke dalam perangkapnya. Pengawalnya sangat banyak,
terdiri dari orang-orang kasar yang suka membuat onar dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kerusuhan. Hampir semua nelayan di daerah itu telah berada
di dalam cengkeraman tangannya, sehingga boleh dikatakan
bahwa para nelayan di daerah itu hanya merupakan orang-
orang yang pekerjaannya mencari ikan, sementara hasilnya
adalah Coa In Lok yang berkuasa. Nelayan-nelayan itu hanya
sekedar memperoleh upah atau imbalan, padahal mereka itu
mempergunakan peralatan dan perahu mereka sendiri.
"Hi-hihi-hi........orang lemah seperti kau masih berani
melawan aku. Huh!" Coa In Lok mencemooh seraya
menendang punggung Ciok Kwan yang tak berdaya itu. Lalu
serunya kembali kepada pengawalnya, "Cepat kuras ikan-ikan
ini.......!" "Baik, Tai-ya (Tuan Besar)?".!"
Tapi tiba-tiba terdengar suara nyaring yang mencegah
mereka. "Tunggu!"
Coa In Lok dan pengawalnya terperanjat. Mereka menoleh
ke arah suara itu berasal. Seorang pemuda bertubuh tinggi
namun agak kurus tampak berdiri bertolak pinggang di haluan
perahu. Matanya yang mencorong dingin itu seolah olah
menyaingi sorot matahari yang baru saja terbit di ufuk timur.
Tajam menyilaukan! Sekejap bergetar juga perasaan Coa In Lok dan
pengawalnya. Namun ketika tampak belasan orang kawan
mereka di atas sampan di sekitar perahu itu, hati mereka
menjadi besar kembali. Dengan perasaan ditenang-tenangkan
Coa In Lok balas memandang Liu Yang Kun dan kemudian
juga ... kakek Lo serta A Hek yang berwajah mengerikan itu!
Liu Yang Kun memang tidak tahan menyaksikan kekejaman
dan keserakahan Coa In Lok. Dialah yang mengeluarkan suara
tadi. Ia memang terlambat tampil ke depan, karena di dalam
hatinya ia berharap agar supaya kakek Lo dan cucunya itulah
yang tampil ke depan menolong Ciok Kwan. Namun ternyata
harapannya itu sia-sia belaka. Kedua orang itu ternyata cuma
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
diam saja di tempatnya. Mereka juga menunggu dan melirik
saja kepadanya. "Hi-hihi-hi...... kau siapa" Mengapa kau mencegah maksud
kami untuk mengambil ikan-ikan ini" Apakah kau keluarga dari
Ciok Kwan?" Coa In Lok bertanya dengan suara yang dibesar-
besarkan agar tidak kentara rasa ketakutannya.
"Aku bukan apa-apanya orang itu, tapi aku muak melihat
kelakuanmu. Tampaknya kamu dan kawan-kawanmu memang
telah biasa bertindak sewenang-wenang begitu. Hmmmh ...
awas kalau nelayan itu sampai mati karena ulah kalian!" Liu
Yang Kun menggeram seraya melangkah ke tempat Ciok Kwan
menggeletak. "Hi-hihi-hi".lagaknya! Lalu".apa maumu?"
Liu Yang Kun yang hendak lewat di depan Coa In Lok dan
pengawalnya itu mendelik.
"Minggir!" bentaknya. Coa In Lok melirik pengawalnya.
Meskipun sedikit gemetar tapi ia tak beranjak dari tempatnya.
"Jangan berlagak di depanku......!" katanya.
"Bangsat!" Liu Yang Kun mengumpat marah.
Lalu tiba-tiba saja tangan Liu Yang Kun menyambar ke
depan dan setengah detik kemudian pengawal yang hendak
berlagak melindungi Coa In Lok itu telah terangkat tinggi-
tinggi di udara. Selanjutnya sekali tangan Liu Yang Kun
dikibaskan, tubuh pengawal itu terlempar jauh keluar perahu.
Byuuur! Pengawal itu tercebur ke dalam air.
"Ooh.....?"?" Coa In Lok terpekik ketakutan. Otomatis ia
melangkah mundur untuk memberi jalan kepada Liu Yang
Kun. Pada saat yang sama di pinggir sungai terdengar tepukan
riuh para penonton yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Rata-rata para penonton itu sangat bergembira melihat orang
yang mereka benci itu dihajar orang. Tapi tepuk tangan itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
segera terhenti pula ketika tiba-tiba muncul beberapa orang
kaki-tangan Coa In Lok di tepi sungai itu.
Orang-orang itu mendelik ke arah penonton, lalu bergegas
mengambil sampan dan bergabung dengan teman-teman
mereka di sekitar perahu Ciok Kwan. Dua orang diantara
mereka lalu meloncat ke atas perahu Ciok Kwan dan
menolong majikan mereka turun ke sampan, setelah itu
mereka memberi aba-aba untuk mengepung perahu Si
Nelayan Miskin itu. Sekarang para penonton menjadi cemas memikirkan
keselamatan Liu Yang Kun. Semuanya terdiam sambil berdoa
agar supaya orang yang belum mereka kenal itu dapat
menyelamatkan diri dari kekejaman anak-buah Coa In Lok.
Kalau semua orang pada mencemaskan dirinya, sebaliknya
Liu Yang Kun sendiri justru bersikap acuh tak acuh malah.
Sama sekali pemuda itu tak mempedulikan keadaan
sekitarnya. Perhatiannya hanya tercurah kepada Ciok Kwan
yang pingsan. "Paman.....! Paman.....! Sadarlah! Ikanmu ada di sini"."
Pemuda itu berbisik sambil memijit dan mengurut beberapa
jalan darah di dada dan di leher Ciok K wan.
"Oooooooh......?" Ciok Kwan mengeluh dan tersadar dari
pingsannya. "Paman....." Apakah yang kaurasakan" Katakan! Jangan
takut! Aku ada di dekatmu. Aku siap membantu paman"."
Ciok Kwan membuka matanya. Begitu tahu Liu Yang Kun
ada di sampingnya, tangannya segera mencengkeram lengan
pemuda itu. Matanya memandang dengan penuh harapan.
"Tuan.... oh....... Jangan biarkan bangsat itu merampas
ikanku! Aku tak merasa berhutang kepadanya. Manusia
serakah itu hanya ingin menguasai hasil ikanku," Ciok Kwan
merintih. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jangan khawatir, paman. Aku akan membantumu. Aku
takkan membiarkan mereka mengambil ikanmu. Akan
kubunuh siapa saja yang berani menyentuhnya."
"Te-terima kasih, tuan. Bangsat itu...... bangsat itu
memang sudah selayaknya mati. Sudah banyak orang yang
dibunuhnya. Sudah banyak orang yang dibuatnya menderita.
Sudah banyak keluarga nelayan yang menjadi korbannya.
Dia...... dia memang patut mati."
Liu Yang Kun menggeretakkan giginya. Wajahnya terangkat
dan matanya yang mencorong mengerikan itu mencari Coa In
Lok. Namun keningnya segera berkerut. Ia tidak mendapatkan
si tengkulak busuk itu di tempatnya. Sebaliknya pemuda itu
malah melihat belasan manusia kasar mengepungnya. Mereka
berada di atas sampan sampan kecil di sekeliling perahunya.
Sekali lagi Liu Yang Kun menggeretakkan giginya.
"Benar, paman. Tampaknya orang itu memang sudah ingin
mati. Dia mengerahkan orang-orangnya untuk membakar
perahu kita. Tapi paman tak usah khawatir. Mereka takkan
bisa berbuat apa-apa kepadamu. Di atas perahu ini banyak
orang yang mampu mengusir dan ....... bahkan memusnahkan
mereka itu," katanya sambil melayangkan pandangannya ke
arah kakek Lo dan cucunya yang diam saja sejak tadi.
Ciok Kwan membelalakkan matanya ketika menyaksikan
belasan lelaki kasar mengepung perahunya dengan obor yang
siap untuk dilontarkan. "To-tolonglah, tuan....." bisiknya
ketakutan. "Heii..... Ciok Kwan! Suruh kawanmu itu menyerahkan diri,
lalu tinggalkan perahumu! Kau akan memperoleh pengampunan dari Tuan Coa!" tiba-tiba terdengar salah
Pendekar Jembel 5 Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L Pendekar Lembah Naga 15
^