Pencarian

Memburu Iblis 11

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 11


saja! Bangsat setan laut keparat...,...! Dengarlah! Apakah
kalian masih ingat pertempuran hebat di atas bukit kecil di
dekat kota Poh-yang enam tahun yang lalu" Pertempuran
hebat yang terjadi antara pasukan pemberontak dibawah
pimpinan Song-bun-kwi itu dengan pasukanku yang kukirim
dari lautan Timur" Kau tahu apa sebabnya pertempuran itu
berlangsung?" Tung-hai-tiauw menghentikan kata-katanya sebentar.
Matanya melotot, seakan-akan ingin melihat reaksi tamu-
tamunya. Lalu sambung lagi. "Pertempuran tersebut
herlangsung karena Song-bun-kwi telah berani menculik
puteriku. Tiauw Li Ing. Bangsat itu menculik puteriku agar
supaya bisa memiliki baju Kim-pouw-san yang dipakai oleh
puteriku. Sayang dalam pertempuran besar itu Song-bun-kwi
dapat melarikan diri, sehingga baju itupun ikut lenyap
bersamanya. Nah...... itulah kisahnya. Dan dalam pelariannya
itu mungkin Song-bun kwi lalu bertemu dengan kalian. Dan
mungkin juga kalian telah membunuhnya."
Tapi Bhong K im Cu dan Leng Siauw tetap tak mempercayai
cerita T ung-hai-tiauw itu.
"Kau boleh bercerita tentang berbagai macam kisah
tentang baju pusaka itu, tapi kami tetap tidak mempercayainya." kata Leng Siauw dingin.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kurang ajaaaar..........!" Tung-hai-tiauw mengumpat dan
menggebrak meja dengan keras sekali. Matanya berubah
menjadi merah saking marahnya. "Jadi..... kalian ingin agar
permusuhan kita ini diteruskan" Kalian benar-benar tidak
memikirkan anggota kalian yang berada di penjara kami"
Heh?" Tiba-tiba saja pendapa yang luas itu telah dikepung oleh
anak buah Tung hai-tiauw. Mereka telah siap sedia dengan
berbagai macam senjata untuk mengeroyok tokoh-tokoh
Aliran Mo-kauw itu. "Ah, kenapa ayah sekarang menjadi sabar amat" Mengapa
sejak tadi cuma berbicara saja" Kenapa mereka tidak segera
dibunuh dan diambil baju Kim pouw sannya?" mendadak
terdengar suara Tiauw Kiat Su dari ruang dalam.
"Benar bunuh saja mereka. Habis perkara." terdengar pula
suara Tiauw Li Ing dibelakang pemuda itu.
Sekejap kemudian seorang pemuda dan seorang gadis
telah berada dipendapa itu pula. Keduanya memandang
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw dengan pandang mata dingin.
"Li Ing......?" Liu Yang Kun menyebut nama gadis itu
dengan bibir gemetar. "Ternyata dia semakin cantik dan
matang sekarang. Tapi sifat buruknya yang suka membunuh
orang itu tampaknya tidak mau hilang juga......."
Liu Yang Kun yang mengintip dari atas genting itu lalu
terkenang kembali akan semua pengalamannya dengan Tiauw
Li Ing beberapa tahun yang lalu. (Baca: Pendekar Penyebar
Maut). Sering kali ia bertengkar dan bercekcok dengan gadis
itu, hanya karena ulah Tiauw Li Ing yang kejam, sombong dan
ganas terhadap sesama manusia.
Ternyata keadaan di dalam pendapa semakin bertambah
panas dengan kedatangan putera-puteri Tung-hai-tiauw itu.
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang merasa terdesak dan tak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mungkin bisa mengelakkan diri dari bentrokan dengan
lawannya itu, segera mempersiapkan diri mereka.
Namun sebelum pertempuran itu dimulai, Bhong Kim Cu
masih sempat berkata kepada Tung hai-Tiauw.
"Hai-ong! Kau jangan terburu-buru menjadi marah dulu!
Biarkanlah kami pergi dari tempat ini untuk melaporkan
pembicaraan kita tadi kepada Mo-cu kami. Biarlah Mo-cu kami
yang menyelesaikannya nanti."
"Heh-heh......... enak benar. Ikan yang sudah masuk
perangkap tak mungkin kami lepaskan lagi. Ayoh.....! Katakan
terus terang! Siapa di antara kalian berdua yang membawa
Kim-pouw san" Mungkin kami akan memberi ampun apabila
kalian mau menyerahkannya tanpa perlawanan." Tung-hai-
tiauw tertawa dingin. "Ah, engkau telah salah duga. Tak seorangpun dari kami
berdua yang mengenakan baju mustika itu. Baju itu kami
simpan di gedung pusaka kami." Leng Siauw menjawab.
"Begitukah" Bagus! Kalau begitu kami tidak akan
membunuh kalian sekarang. Kalian hanya akan kami tangkap
untuk melengkapi jumlah tawanan kami. Biarlah ketua kalian
itu yang membuat perhitungan dengan kami nanti. Apakah dia
merelakan kalian semua, atau dia mau menukarkannya
dengan Kim-pouw-san itu?"
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw menggeretakkan giginya.
"Kau licik!" Leng Siauw menggeram. Seluruh urat-uratnya
telah menegang, siap untuk menerjang.
Tapi sebelum kedua orang tokoh Aliran Mo-kauw itu
mendahului menyerang Tung-hai-tiauw, tiba-tiba seorang
penjaga tampak menerobos masuk dengan tergesa gesa.
Wajahnya pucat dan nafasnya tersengal-sengal. Dan ia segera
menjatuhkan dirinya di depan pemimpinnya itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lapor ke-ke-kepada Hai-ong! Pa...... para penjaga
kita.......ba-ba-nyak yang lumpuh dan tak berdaya, karena......... karena ditotok 'hantu" pada jalan darahnya!
Mereka......mereka....?" laporannya dengan gugup dan takut.
"Tutup mulutmu! Mana ada hantu di sini" Ha" Goblog!
Bicaralah yang benar!" hardik Tung-hai-tiauw.
"Be-be-benar, Hai-ong. Se-semuanya......... tidak.........
tidak ada yang bisa melihat, siapa ....... siapa yang telah
menotok mereka. Tahu-tahu mereka menjadi lemas dan tak
sadarkan diri. A-apalagi kalau bukan han-hantu.......?" penjaga
itu semakin gemetar ketakutan.
"Goblog! Tolol! Tidak ada di sini! Tahu" Dia juga seorang
manusia biasa! Cuma kepandaiannya yang sangat tinggi! Huh!
Hei Nung-jin.........Kiat Su! Cari orang yang berani bermain-
main dengan kita itu sampai ketemu! Ringkus dia dan bawa
kesini!" di dalam kemarahannya itu Tung-hai-tiauw memberi
perintah kepada Tung-hai Nung-jin dan puteranya untuk
mencari penyelundup yang mengganggu para penjaganya itu.
"Baik, Hai-ong!"
"Baik, ayah!" Kedua orang itu lalu melesat keluar. Gerakan mereka gesit
luar biasa, terutama putera Tung-hai-tiauw yang bernama
Tiauw Kiat Su itu! Dan diam-diam Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw tergetar juga hatinya.
Tiba-tiba Tiauw Li Ing maju ke depan pula.
"Ayah, bolehkah aku ikut keluar mencari penyelundup itu?"
katanya kepada Tung-hai-tiauw.
"Jangan! Kau di sini membantu ayah!"
Sementara itu Liu Yang Kun yang bersembunyi di atas
genting menjadi kaget dan bingung juga me lihat perubahan
suasana yang amat mendadak itu. Sebentar lagi tentu ada
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
penjaga atau anak-buah Tung-hai-tiauw yang datang ke
tempat itu. Bahkan seluruh bangunan itu tentu akan diteliti
dan diperiksa dengan cermat oleh mereka.
"Gila! Kemana aku harus menyembunyikan diri?" pemuda
itu mengasah otaknya seraya merayap turun dari atas genting.
Liu Yang Kun urung menurunkan kakinya di atas tanah
ketika sesosok bayangan melesat lewat di bawah genting itu.
Malahan bayangan itu kemudian menyusup ke dalam semak-
semak pohon bunga yang tumbuh lebat di bawahnya.
"Kurang ajar......!" Liu Yang Kun memaki di dalam hatinya.
Otomatis pemuda itu tidak berani bergerak. Meskipun
tubuhnya terlindung di dalam kegelapan, namun bila ia
bergerak, orang yang bersembunyi di bawahnya itu akan
segera tahu. Sementara itu berpuluh-puluh obor telah disulut untuk
menerangi halaman yang luas tersebut. Dan anak buah Tung
hai-tiauw pun telah bertebaran pula di mana-mana memenuhi
halaman itu. Beberapa orang yang memiliki gin-kang yang
lumayan pun telah naik ke atas genting pula untuk memeriksa
atap gedung yang amat besar itu.
"Wah, tampaknya aku akan memperoleh kesulitan di
tempat ini. Orang lain yang berbuat, aku yang ketangkap.
Seperti ma ling lagi! Kurang ajar! Beginilah orang kalau suka
iseng dan ingin mencampuri urusan orang lain.. .. .."
Liu Yang Kun menggerutu penasaran, menyalahkan dirinya
sendiri. Di dalam pendapa, ternyata pertempuran telah berlangsung
dengan hebatnya! Tung-Hai-tiauw telah memerintahkan anak
buahnya untuk menangkap Bhong Kim Cu dan Leng Siauw,
sehingga puluhan penjaga yang ada di dalam pendapa
tersebut lalu meloncat maju, mengeroyok kedua orang tokoh
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Aliran Mo-kauw itu. Sedangkan bajak laut itu sendiri masih
menonton di pinggir arena didampingi puterinya.
"Ah! Mengapa ayah membuang-buang waktu dengan
membiarkan ikan-ikan teri ini untuk melawan kedua ekor ikan
paus itu" Mengapa tidak kita sendiri yang menghadapi
mereka" Percuma......!" Tiauw Li Ing bersungut-sungut
menyaksikan anak buahnya yang banyak itu tak mampu
menahan amukan kedua orang jago Aliran Mo-kauw itu.
"Biar saja dahulu. Aku ingin melihat ilmu silat mereka."
"Ooo..... ayah ingin me lihat ciri ciri ilmu silat mereka"
Mengapa ayah tidak membiarkan saja aku melawannya"
Untuk mendapatkan ikan yang besar, kita juga harus
mempergunakan jala yang kuat dan besar. Untuk memancing
agar mereka mau mengeluarkan ilmu mereka yang sejati, kita
juga harus mampu memberi umpan yang bisa menarik
perhatian mereka." Tung-hai-tiauw menoleh dengan cepat. Dia memandang
wajah puterinya lekat-lekat. Air mukanya yang tegang itu tiba-
tiba mengendor, lalu tersenyum kagum.
"Katamu memang benar, anakku. Ayah pun tahu akan hal
itu. T api.......apakah engkau mampu melakukannya" Kudengar
kepandaianmu melonjak hebat setelah berguru kepada orang
lain. Tapi selama ini aku belum pernah menyaksikannya.
Berbeda dengan kakakmu. Aku pernah menyaksikannya,
bahkan telah mencobanya malah."
Tiauw Li Ing membelalakkan matanya yang lebar dan indah
itu. "Ayah pernah mencobanya sendiri" Bagaimana kesudahannya?" Tung-hai-tiauw tertawa bangga dan puas. "Aku benar-
benar puas melihat kepandaiannya. Kini ayah takkan merasa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
khawatir akan masa depan Hai-ong-hu. Ayah telah memiliki
penggantinya kelak."
"Ah! Ayah belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana
kesudahannya?" Tung-hai-tiauw tersenyum. Ia tidak segera menjawab
pertanyaan puterinya itu. Sebaliknya ia malah bertanya
kembali. "Kau sendiri bagaimana" Pernahkah kau mencoba
kepandaian kakakmu" Kira-kira bagaimana kepandaianmu
sekarang bila dibandingkan dengan dia?"
"Aaah.... ayah!" Tiauw Li Ing cemberut manja. "Aku
memang belum bisa mengalahkan Kiat ko-ko. Tapi diapun tak
mudah menundukkan aku pula. Kepandaiannya cuma berada
sedikit di atasku. Asal dia tak menggunakan....... senjata
pamungkasnya." "Senjata pamungkas?" Tung-hai-tiauw tertegun heran.
"Apakah itu?" "Pek-lek-tan (Peluru Petir)! Senjata rahasia sebesar telur
penyu yang memiliki daya ledak seperti petir!"
"Ohh......?" Tung-hai-tiauw bergumam dengan kening
berkerut. "Dia belum menceritakannya kepadaku."
"Kata Kiat Su ko-ko, pek-lek-tan itu adalah pemberian su-
hunya. Dia hanya diberi tiga buah saja, sehingga ia sangat
berhati-hati dan tak mau sembarangan mempergunakannya."
"Oooh.....?" Sekali lagi Tung-hai tiauw berdesah sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ah , mengapa ayah cuma......ah-oh-ah-oh saja" Mengapa
tidak lekas-lekas menjawab pertanyaan tadi" Bagaimana
kesudahan dari cobaan ayah terhadap ilmu Kiat Su ko-ko itu?"
"Ah......?" Tung-hai-tiauw menarik napas panjang, lalu
tersenyum. "Sama seperti kau pula. Persis. Aku tidak bisa
mengalahkan kakakmu. Tapi kakakmu pun juga sulit untuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menundukkan aku. Cuma selama ini aku memang tidak tahu
kalau kakakmu memiliki pek-lek-tan itu......"
''Nah! Kalau begitu ayah bisa menilai sekarang, bagaimana
kepandaianku kini. Paling tidak adalah setingkat dengan
kepandaian ayah sendiri. Bagaimana....." Apakah ayah masih
menyangsikan kemampuanku untuk melawan kedua orang
Aliran Mo-kauw itu?" akhirnya Tiauw Li Ing mendesak
ayahnya. Masih ada juga keraguan di hati Tung-hai-tiauw. Tapi
akhirnya raja bajak laut itu mengangguk. "Baiklah! Kau boleh
maju menghadapi mereka. Tapi.... Berhati-hatilah! Mereka
berdua bukan tokoh sembarangan. Coba kaulihat.....!
Kemampuan mereka benar-benar menggiriskan!"
Tung-hai-tiauw menunjuk ke arah arena. Dan memang
benar apa yang dikatakannya. Puluhan anggota bajak laut
yang ada di dalam pendapa itu benar-benar tak berdaya


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapi tokoh Aliran Mo-kauw tersebut. Korban telah
berserakan. Beberapa orang thouw-bak (pemimpin regu atau
kelompok) yang juga memiliki kepandaian tinggipun telah
banyak menjadi korban pula. Malah sesaat kemudian
pengepungan mereka sudah mulai kendor. Para anggota bajak
laut yang mengeroyok itu mulai jeri dan ketakutan. Mereka
mulai menjauh dan mundur-mundur.
"Kalian mundurlah!" tiba-tiba Tiauw Li Ing meloncat maju
sambil berteriak garang. "Biarlah aku sendiri yang melawan
mereka!" Tubuh Tiauw Li Ing yang kecil langsing itu melenting tinggi,
lalu berjungkir balik di udara, untuk kemudian mendarat di
depan Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang sedang berusaha
menerobos keluar. Gadis itu berdiri tegak di ambang pintu.
Matanya yang bulat jeli itu menatap dingin ke arah lawannya.
Sementara di masing-masing telapak tangannya telah
tergenggam sepasang kipas besi, berukuran besar dan kecil.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan hati lega kawanan bajak laut yang mengeroyok
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw itu mundur. Mereka
membiarkan lawan yang sangat lihai itu berhadapan dengan
puteri Hai-ong mereka. Beberapa orang di antara mereka
malah meletakkan senjata mereka, dan menolong kawan-
kawan mereka yang terluka.
Dan otomatis Bhong Kim Cu dan Leng Siauw juga
menghentikan perlawanan mereka. Keduanya memandang
Tiauw Li Ing dan Tung-hai-tiauw berganti-ganti. Mereka
menjadi curiga, mengapa raja bajak-laut yang lihai dan kejam
itu membiarkan gadis muda itu menghadapi mereka.
"Tung-hai-tiauw! Sekali lagi kami berdua meminta
kepadamu. Lepaskanlah kami, agar kami bisa memberi
laporan ketua kami. Dan urusan di antara kita ini bisa
diselesaikan dengan baik." Bhong Kim Cu berseru.
Tung-hai-tiauw tertawa menghina. "Tidak bisa! Kalian
berdua tetap akan kami tangkap. Hal ini sudah menjadi
keputusanku. Sejak semula aku sudah tidak percaya kalau
urusan ini bisa diselesa ikan dengan musyawarah. Apapun
yang terjadi, pihak kalian tentu akan mempertahankan baju
mustika itu. Sehingga kalau pihak kami menyerbu dan
meratakan gedung perkumpulan kalianpun kalian tentu takkan
mau menyerahkan pusaka itu. Maka kucari jalan lain untuk
mendapatkan benda itu, yaitu menangkap dan menculik
anggota perkumpulan kalian sebanyak-banyaknya. Terutama
tokoh-tokohnya. Setelah itu baru kami akan berbicara dengan
Pek-i Liong-ong, ketua kalian. Biarlah nanti ketua kalian itu
memilih, kehilangan seluruh jago-jagonya atau menyerahkan
baju mustika itu kepada kami. Hahahahaha.........!"
"Penjahat licik! Kalau begitu lakukanlah niatmu itu kalau
bisa! Tangkaplah kami!" Bhong Kim Cu berseru marah.
"Benar! Majulah ! Kami siap me layanimu!" Leng Siauw
menggeram pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ee-ee....... jangan tergesa-gesa menantang ayahku!
Hadapilah aku dulu, baru kemudian ayahku!" tiba-tiba Tiauw Li
Ing menyela. Bhong Kim Cu mengerutkan dahinya. Dengan nada kesal ia
berkata kepada Tung-hai-tiauw. "Tung-hai-tiauw! Majulah!
Kau jangan menghina kami. Kami toh bukan anak kemarin
sore yang baru terjun di dunia persilatan. Kami berdua adalah
kakek-kakek yang sedikit banyak telah punya nama juga di
kalangan persilatan. Mengapa kau membiarkan anakmu, yang
pantas menjadi cucu kami itu, maju menghadapi kami"
Apakah engkau memang sengaja hendak mempermalukan
kami?" "Hua-ha-hahaha......!" Raja Bajak Laut itu tertawa lepas.
"Aku tidak peduli kau tersinggung atau tidak. Aku hanya ingin
membuktikan kepadamu bahwa namamu yang tersohor itu
bukan merupakan jaminan di tempatku. Kau boleh
membuktikannya sekarang. Melawan puteriku pun kalian
belum tentu menang. Apalagi melawan aku, hua-ha-
hahaha......" Sambil tertawa panjang, Tung-hai tiauw melangkah
mundur dan duduk di atas kursi. Sedikitpun raja bajak laut itu
tidak memandang sebelah mata kepada lawannya.
Bukan main marahnya Bhong Kim Cu dan Leng Siauw.
Mereka benar-benar merasa terhina.
"Bhong su-heng, biarlah kuhadapi bajak laut sombong itu!
Tolong, kau awasi saja gadis cilik itu!" Leng Siauw berbisik.
Kemudian tanpa menunggu jawaban su-hengnya lagi,
tokoh ketiga dari Aliran Mo-kauw itu me lompat ke depan.
Tubuhnya melesat tinggi di udara, kemudian menukik ke
depan bagaikan burung walet menyambar mangsanya.
Gerakannya cepat bukan main. Begitu cepatnya sehingga
tubuhnya seperti berubah menjadi bayang-bayang hitam yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
meluncur dengan cepatnya. Sungguh suatu pertunjukan gin-
kang yang hebat sekali. Namun bersamaan dengan waktu itu pula, tiba-tiba Tiauw
Li Ing mengebutkan dua buah kipasnya. Terdengar suara
berdesing ketika dari dalam kipas-kipas tersebut melesat
belasan batang paku panjang.
Bhong Kim Cu yang berada di depan gadis itu terkejut.
Namun terlambat, belasan batang paku itu telah terlanjur
melewatinya. Semuanya melesat bagai kilat cepatnya, seakan-
akan saling dahulu-mendahului, untuk mengejar tubuh Leng
Siauw. "Leng su-te, awas........!" Bhong Kim Cu memekik.
Siing! Siing! Wuut......! Thingg! T iiing!
Leng Siauw berjumpalitan di udara. Lengan bajunya yang
besar dan lebar itu berputar dengan cepat melindungi
badannya. Dan belasan paku itu pun lantas berjatuhan ke
bawah tersapu oleh lengan bajunya. Tak satu pun bisa
mengenai kulit-dagingnya. Tapi ketika tokoh Aliran Mo-kauw
itu hendak mendaratkan kakinya di atas lantai, mendadak
paku-paku yang jatuh itu melenting kembali begitu menyentuh
lantai. Belasan batang paku itu menyerang kaki Leng Siauw,
seperti sepasukan ulat yang melejit-lejit, untuk menggapai dan
menggigit kakinya. "Auuuh......?" tokoh Aliran Mo-kauw itu menjerit kecil ketika
sebuah dari paku itu mampu menembus sepatunya dan
melukai ibu-jari kakinya. Untunglah paku-paku yang lain dapat
ia tepiskan dengan kibasan sepatunya.
Sambil terpincang-pincang Leng Siauw memandang Tiauw
Li Ing. Tokoh Aliran Mo-kauw yang memiliki nama besar di
dunia kang-ouw itu hampir tak percaya kalau gadis muda yang
belum dikenalnya itu mampu menggagalkan niatnya untuk
menyerang Tung-hai-tiauw, Bahkan dapat melukai dirinya
pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pandangan Leng Siauw mulai berubah terhadap gadis itu.
"Bukan main! Nona, ilmumu melempar senjata rahasia
benar-benar hebat sekali ! Hmm.... siapakah gurumu?" tokoh
Aliran Mo-kauw itu berdesis.
Sementara itu Bhong Kim Cu menjadi marah sekali
menyaksikan su-tenya terluka. la juga tak menyangka kalau
puteri T ung-hai-tiauw itu memiliki ilmu sedemikian hebatnya.
"Bocah licik! Pengecut! Mengapa kau menyerang lawan dari
belakang?" geramnya.
Namun sambil tertawa cekikikan Tiauw Li Ing menjawab.
"Hihihihi.......! Sudah kukatakan tadi, kalian hadapi dulu aku
.... baru kemudian ayah! Mengapa kalian tak mau
mendengarkannya juga" Huh..... ! Setelah kini menerima
akibatnya, kalian lantas mencak-mencak. Bilang aku pengecut,
licik, menyerang lawan dari belakang..........! Huh!"
"Baik, kau bersiaplah! T ampaknya kau memang patut diberi
pelajaran supaya sedikit berkurang kecongkakanmu." Bhong
Kim Cu membentak. "Rewel! Huh! Kaulah yang harus berhati-hati! Karena
akulah yang akan memberi pelajaran pahit kepadamu!" T iauw
Li Ing berteriak tidak kalah garangnya.
"Kurang ajar! Lihat serangan..!" akhirnya Bhong Kim Cu tak
kuasa menahan kemarahannya.
Dengan jurus Burung-Hong-merentangkan-Sayap Bhong
Kim Cu menubruk Tiauw Li Ing. Sepasang lengan bajunya
yang panjang dan amat longgar itu menampar dari kanan dan
kiri, seolah-olah mau menjaring atau mengurung Tiauw Li Ing
di tengah-tengah. Sementara gelombang udara hangat terasa
menyertai serangan itu. Tiauw Li Ing terperanjat. Hembusan udara hangat itu
terasa menggencet tubuhnya ke bawah. Semakin lama
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
semakin kuat, sehingga gadis itu merasa seperti ada beban
berat yang hendak menindihnya ke atas lantai.
Untunglah di dalam kekagetannya T iauw Li Ing tidak cuma
terpaku diam menantikan datangnya serangan tersebut.
Dengan ilmu silatnya yang tinggi gadis itu cepat bereaksi.
Sebelum lengan baju yang mengandung tenaga mukjijat itu
benar-benar mengurung dan menindihnya ia buru-buru
membungkukkan badan serendah-rendahnya. Kemudian
sambil me lemparkan telapak tangannya ke lantai beberapa
kali, ia menggeliat ke samping tiga atau empat kali. Dengan
demikian ia bisa meloloskan diri dari kurungan lawannya.
Kini ganti Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang terkejut.
Sebagai tokoh yang memiliki banyak pengalaman mereka
segera 'melihat" sesuatu yang aneh di dalam ilmu silat
lawannya. Mereka seperti mengenal gaya dari ilmu silat
tersebut. Yaitu gaya dari sebuah ilmu yang mendasarkan
ilmunya pada dua inti sekaligus. Inti Im dan Inti Y ang (Positif
dan Negatif). Namun mereka juga merasa ragu-ragu pula, karena hanya
Aliran Im-Yang kauw lah yang memiliki gaya seperti itu.
Masakan anak bajak laut yang kejam itu menjadi anak murid
Aliran Im-Yang-Kauw"
"Oouugh!" tiba-tiba Leng Siauw meringis kesakitan sambil
memegang kakinya yang tertusuk paku tadi.
Darah sudah berhenti menetes dari luka itu. Tapi ketika
Leng Siauw memeriksanya sekali lagi tiba-tiba matanya
melotot. Ibu-jari kakinya itu kini telah berubah menjadi hitam
seluruhnya. Dan tampaknya malah akan merembet ke atas.
Leng Siauw cepat mengeluarkan pisau kecilnya. Sekali
tabas, ibu jari itu dipotongnya. Darah merah mengucur seperti
pancuran. Namun dengan cepat pula Leng Siauw menghentikannya. Ujung jari telunjuknya menotok beberapa
jalan darah di sekitar luka tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Awas, su-heng! Anak itu ternyata suka bermain-main
dengan racun!" Leng Siauw memberi peringatan kepada su-
hengnya. "Keji sekali!" Bhong Kim Cu mengumpat.
Tiauw Li Ing tertawa cekikikan lagi. Sambil menimang-
nimang kedua buah kipasnya gadis itu mengejek. "Apakah
kalian berdua takut" Kalau takut.....hi-hi, lekaslah menyerah!
Aku takkan membunuhmu."
"Huah-haha-haha.......! Bagus! Bagus!" Tung-hai-tiauw
tertawa puas pula menyaksikan kehebatan puterinya.
"Hmmh, jangan cepat merasa puas! Kita belum benar-
benar bertarung tadi! K ini kau betul-betul harus waspada! Aku
tidak akan main-ma in lagi." Bhong Kim Cu menggeram.
Tokoh kedua dari Aliran Mo-kauw itu lalu merangkapkan
kedua buah telapak tangannya di depan dada. Setelah tenaga
saktinya terkumpul, kaki kanannya lalu melangkah ke depan
sambil mendorongkan kedua tangannya ke atas dan ke
bawah. Masing-masing tertuju ke arah kepala dan pusar Tiauw
Li Ing. Dan udara hangat pun terasa menyambar pula ke
depan. Tapi T iauw Li Ing juga tidak mau kalah gertak. Sama sekali
ia tidak mau mengelak dari serangan yang penuh dengan
tenaga-sakti itu. Kedua buah kipas besi yang ada di tangannya
itu segera direntangkannya ke atas dan ke bawah untuk
menyongsong pukulan lawannya. Dan kedua buah kipas itu
juga tampak bergetar pula, suatu tanda bahwa gerakannya
juga disokong oleh sebuah tenaga raksasa.
Sekali lagi gerakan gadis itu sangat mengagetkan
lawannya, karena seperti tadi pula, gerakan tersebut juga
mencerminkan sebuah ilmu yang berintikan Im dan Yang!
Akibatnya, untuk sesaat Bhong Kim Cu menjadi bimbang. Di
kebimbangan ini ternyata malah menyelamatkan nyawanya.
Sebab pada saat-saat terakhir, tokoh kedua dalam Aliran Mo
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kauw itu cepat menarik kembali serangannya, dan kemudian
menggantinya dengan serangan yang berbeda. Dan
bersamaan dengan itu pula, tiba-tiba kedua buah kipas itu
menghamburkan puluhan jarum halus ke arahnya.
Untuk yang kedua kalinya Bhong Kim Cu menarik kembali
serangannya. Bergegas dia membanting tubuhnya ke lantai,
kemudian menggelundung pergi dengan muka merah. Hampir
saja ia termakan oleh jarum-jarum halus yang berhamburan
seperti hujan itu. Coba pada saat terakhir tadi ia tak menarik
serangannya, niscaya kedua lengannya telah penuh dengan
jarum-jarum beracun ! Demikianlah, untuk selanjutnya Bhong Kim Cu tidak berani
memandang enteng gadis itu lagi. Ternyata kepandaian puteri
Tung-hai-tiauw itu benar-benar di luar dugaannya. Oleh
karena itu pada gebrakan-gebrakan selanjutnya ia sungguh-
sungguh mengerahkan semua kemampuannya. Dan ternyata
gadis itu dapat melayaninya dengan baik.
Sementara itu di luar gedung telah terjadi pertempuran
yang tidak kalah serunya. Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat
Su yang memimpin pencarian terhadap orang yang berani
mengganggu kawan-kawan mereka itu, ternyata tidak segera
dapat menemukannya. Halaman yang luas itu telah mereka
periksa dengan teliti, namun orang itu tetap belum mereka
ketemukan juga. Akibatnya T ung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat
Su menjadi marah. Kedua tokoh bajak laut itu segera


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memanggil para touw-bak, dan memerintahkan mereka untuk
segera memeriksa kembali halaman itu.
"Bongkar saja semua tempat yang sekiranya dapat dipakai
untuk bersembunyi Si Penyelundup itu!" Tiauw Kiat Su yang
kejam dan berangasan itu berteriak.
Tapi dengan cepat T ung-hai Nung jin melunakkan perintah
itu. Orang tua yang memiliki banyak pengalaman itu tidak
ingin suasana menjadi bertambah ribut dan kalut, sehingga
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
justru memberi banyak peluang bagi buruan itu untuk
meloloskan diri. "Cobalah kalian periksa saja sekali lagi yang lebih teliti!
Jangan sampai ada tempat sejengkal pun yang terlampaui!"
katanya tegas dan berwibawa.
"Baik! para thouw-bak
itu mengiyakan, kemudian membawa pasukan masing masing untuk melaksanakan
perintah itu. "Kiat Su, kita pun harus membagi tugas. Kita berkeliling
mengawasi mereka. Kau ke utara, aku ke selatan. Kita
bertemu di tembok sebelah timur nanti. Bagaimana?" setelah
semuanya berpencar pergi, Tung-hai Nung-jin berkata kepada
Tiauw Kiat Su. Tiauw Kiat Su menghela napas panjang. "Baik, Paman.. .."
desahnya. Demikianlah, halaman gedung yang luas itu sekali lagi
diperiksa oleh kawanan bajak laut itu. Kini mereka benar-
benar memeriksa dengan teliti setiap jengkal tanah yang
mereka injak. Mereka meneliti sedemikian seksamanya
sehingga tak mungkin rasanya buruan itu bisa meloloskan diri.
Bahkan beberapa anggota bajak laut yang mempunyai gin-
kang agak lumayan pun telah naik ke atas genting pula.
Mereka memeriksa dengan cermat semua tempat yang
mereka curigai. "Gila! Apa yang mesti kulakukan " Bangsat-bangsat itu
tentu akan sampai ditempat ini pula nanti." Liu Yang Kun
mengumpat umpat ketika orang-orang itu mulai mendekati
persembunyiannya. Pemuda itu lalu melirik ke bawah, ke tempat dimana
bayangan yang dilihatnya tadi bersembunyi. Ternyata orang
yang berlindung di semak-semak itu juga berada dalam
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bahaya pula. Sekelompok bajak laut telah mendekati tempat
itu. Sungguh mengherankan! Liu Yang Kun yang sedang berada
di dalam bahaya itu justru menjadi tegang menyaksikan
pemandangan di bawahnya. Sama sekali pemuda itu telah
lupa akan keadaannya sendiri. Perhatiannya justru tercurah
kepada orang yang bersembunyi di dalam semak-semak itu.
"Sebentar lagi orang itu tentu keluar. Hmm........ akan
dapat kulihat nanti, siapa sebenarnya dia?" bisiknya dengan
hati tegang. "Heeei..... lihat! Dia berada di sini!" tiba-tiba salah seorang
dari kawanan bajak laut itu berteriak begitu menyibakkan
semak tersebut. Dan teriakan itu segera disambut dengan gegap-gempita
oleh yang lain, sehingga sebentar saja semuanya berlarian ke
tempat itu. Mereka berteriak dan menjerit-jerit dengan
ributnya. "Awaaaaaas.. .. ! Jangan biarkan lolos!"
"Bunuh dia!" "Mana....." Di manakah dia?"
Namun beberapa saat kemudian mereka menjadi heran dan
bingung! Demikian pula halnya dengan Liu Yang Kun yang
menonton dari atas genting.
"Eh... .." Mengapa orang itu tak kunjung keluar juga dari
persembunyiannya" Apakah yang terjadi dengan dia?"
pemuda itu terheran-heran.
"Hei...... cepat ! Dimanakah orang itu" Mengapa tidak
lekas-lekas ditangkap?" kawanan bajak laut itu berteriak-
teriak. Mereka tidak mengerti, terutama yang berdesakan di
belakang kepungan, mengapa kawan-kawan mereka yang
berada di depan tidak lekas-lekas menangkap buruan itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ya! Mengapa cuma diam saja" Bunuh orang itu!" yang lain
ikut berteriak. "Bunuh......" "Tangkap......!"
Dan mereka pun lantas berteriak-teriak dengan ributnya.
Mereka mendesak maju dengan paksa.
Namun yang berada di depan tiba-tiba berseru.
"Tahaaan?"! Dia". Dia bukan buruan kita! Dia ". Tang Hun,
kawan kita sendiri! Dia pingsan ditotok orang! Pakaiannya
dirampas.,!" "Hah?" Kawanan bajak laut itu terdiam seketika! Mereka terbelalak
dan termangu mangu di tempat masing-masing! Tapi hanya
sesaat saja. Karena sedetik kemudian mereka telah berteriak
dan menjerit jerit kembali. Namun kini dengan kemarahan
yang meluap-luap. Jilid 20 "Bangsat itu telah lolos! Keparat!"
"Dia menyamar dengan pakaian Tang Hun!"
''Ayoh, cari dia sebelum pergi dari tempat ini!"
"Setan busuk! Tangkap orang yang mengenakan pakaian
Tang Hun!" "Bunuuuuh.......!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan kepungan itupun lantas bubar kembali. Mereka
menyebar untuk mencari buruan mereka yang kini
mengenakan pakaian Tang Hun.
Tetapi sekali lagi mereka dikejutkan oleh teriakan dari atas
genting. Kali ini adalah teriakan kawan-kawan mereka yang
menemukan persembunyian Liu Yang Kun.
"Awas! Dia bersembunyi di sini!"
"Cepat kemari semua! Dia ada di s ini!"
Kawanan bajak laut yang berada di atas genting itu
berteriak-teriak, sehingga kawanan bajak laut yang berada di
bawah itu tidak jadi bubaran. Semuanya berlarian kembali ke
tempat itu. "Hei" Kalian mengatakan apa" Buruan kita berada di atas
genting?" 'Mana dia......" Tangkap saja!"
"Bunuuuuh........!"
Mereka berteriak dan menjerit-jerit lagi. Bagi yang
mempunyai gin-kang lumayan segera ikut naik ke atas
genting, sedangkan yang tidak mampu lantas menggerombol
berdesakan di bawah. Mereka mengumpat-umpat sambil
mengacung-acungkan senjata mereka.
Di dalam kekecewaannya, karena tidak jadi bisa melihat
orang yang bersembunyi di dalam semak itu, Liu Yang Kun
sampai lupa akan keadaan dirinya sendiri. Sehingga ketika
kawanan bajak laut itu menemukannya, ia sudah tidak bisa lari
bersembunyi lagi. "Kurang ajar! K ini aku lah yang menjadi kambing hitamnya!
Huh.......!" geramnya mendongkol.
"Menyerahlah! Jangan bertindak bodoh. Lihatlah di bawah
itu! Engkau telah dikepung." kawanan bajak laut yang berada
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
di atas genting itu membentak, ketika menyaksikan Liu Yang
Kun bangkit untuk melawan.
Tapi dengan suara kaku pemuda itu menjawab,
"Persetan........ Aku tidak takut! Kerahkanlah semua kawan
kawanmu! T angkaplah aku kalau kalian bisa!"
"Bangsat busuk! Sombong benar kau! Terimalah pedangku
ini..............!" kawanan bajak laut yang berada di atas genting
itu berseru marah, kemudian berloncatan menyerang Liu Yang
Kun. "Bunuh orang sombong ini!"
"Cincang tubuhnya..!" yang lain pun segera berteriak-teriak
pula. Sekejap kemudian tempat itu telah menjadi ajang
pertempuran yang kasar dan tak beraturan. Genting-genting
yang mereka injak pun segera berpecahan dan melorot turun
pula. Banyak yang terperosok kakinya dan jatuh tunggang
langgang ke bawah, karena gin-kangnya yang buruk.
Liu Yang Kun tertawa dingin, dia itu sama sekali belum
menggerakkan tangannya. Dia hanya melangkah dan
meloncat kesana-kemari untuk mengelakkan serangan
lawannya. Mereka terlalu empuk baginya.
Liu Yang Kun baru terpancing untuk menggerakkan
lengannya ketika beberapa orang thouw-bak mulai datangi
tempat itu. Dengan kepandaiannya yang tinggi pemuda itu
berloncatan, menghindar dan menangkis serbuan para
pengepungnya. Namun karena para thouw-bak itu rata-rata
juga memiliki kepandaian tinggi, maka serangan mereka
semakin lama semakin merepotkan pula. Seringkali karena tak
sempat untuk mengelak lagi, Liu Yang Kun terpaksa
membiarkan punggung, dada atau perutnya yang terlindung
oleh kulit ular Ceng-liong-ong itu dihantam atau ditusuk oleh
senjata lawannya. Akibatnya para thouw-bak itu menjadi jerih, karena senjata
mereka terpental dan tak bisa melukai kulit pemuda itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Awas...... dia kebal !"
"Ya..... dia tak mempan senjata ! Cepat laporkan kepada
Hai-ong.. . !" mereka berseru gusar.
"Tak usah! Aku sudah ada di sini! Tak perlu melapor
kepada ayah! Semuanya minggir.....!" Tiba-tiba terdengar
suara Tiauw Kiat Su membentak.
"Benar! Semuanya minggir! Biarlah kami yang menghadapi
bangsat itu!" terdengar pula suara Tung-hai Nung-jin.
Para thouw-bak itu mundur ke belakang, dan membiarkan
Tung hai Nung-jin dan tiauw Kiat Su menghadapi lawan
mereka. "Cuh!" Tiauw Kiat Su meludah, kemudian melangkah maju
bersama sama T unghai Nung-jin. Sikapnya benar-benar amat
memandang rendah kepada Liu Yang Kun. Namun ketika
mereka sudah berhadapan muka, tiba-tiba pemuda itu
terbelalak kaget. Begitu pula halnya dengan Tung-hai Nung-
jin. "Kau.....?" desahnya pendek.
"Kau.....?" Tung-hai Nung-jin tersentak hingga terbatuk-
batuk. Liu Yang Kun tersenyum dingin, lalu meludah pula di depan
lawannya, "Benar! Akulah yang datang. Kalian masih
mengenal aku?" katanya tenang. Sama sekali tidak peduli
melihat lawan sedemikian banyaknya.
Tiauw Kiat Su terperangah. Hatinya tersinggung. Sikap Liu
Yang Kun yang seenaknya itu benar-benar membakar
jantungnya. Diam-diam ia membatin, "Kurang ajar! Ia masih
menyangka aku seperti dulu. Hmm..... akan kuringkus dia.
Akan kubeset kulit mukanya. Akan kucongkel biji matanya.
Biar dia tahu siapa aku sekarang. Bangsat!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tetapi Tiauw Kiat Su tidak menunjukkan kemarahannya itu
dihadapan Lawannya. Sambil menahan kegeramannya dia
berkata, "Huh..... Jadi kau tidak mati tertimbun bukit longsor
itu" Lalu ......dimanakah gadis cantik yang kau bela mati-
matian itu?" Untuk sekejap mata Liu Yang Kun seperti menyala di dalam
kegelapan. Bayangan wajah Tui Lan yang sedang hamil tua itu
kembali menggoda hatinya.
"Aah......?" pemuda itu berdesah panjang sekali. Suaranya
terdengar sedih. Tiauw Kiat Su menjadi salah tafsir. Ia mengira kalau Liu
Yang Kun telah mulai sadar akan kedudukannya sekarang.
Dan pemuda itu mulai merasa ketakutan melihat lawan yang
sedemikian banyaknya. Sementara itu diam-diam Tung-hai Nung-jin menggamit
lengan Tiauw Kiat Su. "Hati-hati! Kudengar pemuda ini lihai
sekali. Kalau tak salah dia lah yang dulu dikejar-kejar adikmu."
bisiknya perlahan. "Apa" Dia ....?" Tiauw Kiat Su tersentak kaget. "Bangsat.
Kalau begitu akan kubunuh dia! Dia bukan tandinganku
sekarang!" Sejak T iauw K iat Su mendengar adiknya tergila-gila kepada
manusia yang bernama Chin Yang Kun, bahkan khabarnya
adiknya itu sampai mengejar-ngejarnya pula, maka Tiauw K iat
Su merasa malu dan juga sangat benci kepada Chin Yang Kun.
Tapi karena belum pernah me lihat wajah Chin Yang Kun,
maka Tiauw Kiat Su tidak mengenalnya ketika berjumpa di
kota Soh-ciu setahun yang lalu.
"Hmh! Apakah kau yang bernama Chin Yang Kun itu?"
tanyanya menahan gusar. Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya. Dengan
wajah kaku ia menatap mata Tiauw K iat Su.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kau sudah mengenal namaku!" katanya serak.
"Tentu saja. Aku sudah lama mencarimu. Aku ingin
membunuhnya agar kau tidak bisa mengganggu adikku lagi.
Oleh karena itu bersiaplah sekarang..!"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Namun akhirnya ia tak
mau berpikir banyak lagi. Sambil mengepalkan tinjunya ia
menggeram. "Persetan! Majulah....!"
Dan ternyata Tiauw Kiat Su juga tidak mau membuang-
buang waktu lagi. Langsung saja ia mengeluarkan ilmu
barunya yang didapatkannya dari Giok-bin Tok-ong. Ia ingin
segera memperlihatkan ilmunya itu kepada Liu Y ang Kun agar
pemuda yang dibencinya itu tahu bahwa ilmunya sekarang
telah jauh melampaui ilmu pemuda itu. Dan setelah lawannya
itu kalah dan menjadi ketakutan nanti, ia akan mempermainkannya dan menyiksanya lebih dulu, sebelum


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya ia serahkan kepada Tiauw Li Ing untuk dibunuh.
Dengan demikian semua hati dan dendam keluarganya
terhadap pemuda itu telah terlampiaskan. Begitulah, ketika
Tiauw K iat Su mengerahkan tenaga saktinya, maka di seputar
arena itu lalu tercium udara busuk yang menyesakkan napas.
Kawanan bajak laut yang tidak segera mundur menjauhkan
diri, atau meloncat turun ke bawah, segera menjadi pening
dan mau muntah. "Semuanya mundur! Jangan dekat-dekat!" Tung-hai Nung-
jin cepat berteriak. "Hei.....ada apa" Apakah yang terjadi?" kawanan bajak laut
yang berdesakan di bawah genting menjadi ribut dan
berteriak-teriak. Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi
dengan kawan-kawan mereka di atas genting.
Dan beberapa orang kawan mereka yang turun ke bawah
segera memberi tahu apa yang terjadi di atas. Sehingga
kawanan orang kasar itu merasa ngeri tapi sekaligus juga
merasa kagum dan bangga terhadap putera Hai-ong mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Begitukah......" Wah, hebat betul !" mereka berseru.
"Kalau begitu sungguh malang benar nasib buruan kita itu.
Sebentar lagi dia akan disiksa dan menjadi tontonan yang
mengasyikkan buat kita, hahaha....."
"Biar tahu rasa dia! Mentang-mentang memiliki kepandaian
tinggi enak saja dia mempermainkan kawan-kawan kita.
Dikiranya kita ini tidak memiliki jago pula?" salah seorang
bajak laut yang tadi ditotok lemas berseru pula dengan
gemasnya. Demikianlah, pertempuran di atas genting itu berlangsung
semakin hebat dan seru. Ilmu yang diturunkan Giok-bin Tok-
ong kepada T iauw K iat Su memang dahsyat sekali. Ganas dan
mengerikan. Selain hawa pukulannya mengandung racun,
gerakan-gerakannya pun amat ganas dan mematikan.
Sungguh sangat cocok dan serasi dengan watak dan ilmu
yang pernah diwariskan oleh ayah Tiauw Kiat Su sendiri.
Jadi, sesungguhnyalah bahwa ilmu kepandaian Tiauw Kiat
Su sekarang benar-benar hebat sekali. T ak heran kalau Tung-
hai Nung-jin yang lihai itu sampai kalah. Sayang sekali yang
dihadapi pemuda itu sekarang adalah Liu Yang Kun, seorang
pemuda yang secara tak terduga juga mempunyai nasib baik
dan pengalaman yang menguntungkan dalam ilmu s ilat. Maka
sungguh tidak mengherankan bila ilmunya yang ganas dan
mengerikan itu hampir menjadi tidak berarti berhadapan
dengan ilmu Liu Yang Kun yang dahsyat dan aneh luar biasa.
Baru menghadapi gin-kang Liu Yang Kun saja Tiauw Kiat Su
sudah kewalahan, apalagi menghadapi ilmu-ilmu Yang Kun
yang lain. Meskipun demikian karena ilmu Tiauw Kiat Su juga
bukan ilmu sembarangan, maka dalam waktu singkat Liu Yang
Kun juga sulit untuk mengatasinya.
Cuma yang sangat mengherankan Tiauw Kiat Su adalah
mengapa lawannya seolah-olah kebal terhadap racun yang
sebarkannya" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Lima puluh jurus telah berlalu. Dan selama itu pula hati
Tiauw Kiat Su semakin menjadi kecut, gelisah, namun
juga........heran, penasaran dan bingung! Kesombongan
hatinya yang meledak-ledak tadi berangsur-angsur menghilang, dan selanjutnya berganti dengan kecemasan
serta keputus-asaan. "Sungguh gila! Manusia atau setan-kah pemuda ini"
Mengapa ilmuku tidak mampu mengatasinya" Apakah aku
harus mempergunakan pek-lek-tan untuk menundukkannya.....?" Di dalam keputus-asaannya Tiauw K iat
Su mulai berpikir tentang senjata pamungkasnya.
Kesulitan Tiauw Kiat Su itu dapat dilihat dan dirasakan pula
oleh Tung-hai Nung jin. Diam-diam orang tua itu merasa kaget
dan heran juga menyaksikan kehebatan ilmu silat Liu Yang
Kun. Padahal beberapa tahun yang lalu dia pernah
mengalahkan pemuda itu. (baca Pendekar Penyebar Maut).
Lalu dari manakah pemuda itu memperoleh kesaktiannya ini"
"Tampaknya aku harus turun tangan untuk membantu Kiat
Su.........." bajak laut tua itu bergumam. Tangannya mulai
menyentuh senjata paculnya yang terkenal itu.
Sementara itu Liu Yang Kun sendiri ternyata belum
sepenuhnya mengeluarkan ilmunya. Pemuda itu baru
mengerahkan Bu-eng Hwe-teng dan sebagian saja dari ilmu
Bit-bo-ong yang lain. Itu pun belum ia kerahkan sampai ke
puncaknya. Meskipun demikian ternyata Tiauw Kiat Su yang
kini kepandaiannya sudah melampaui ayahnya itu tidak dapat
berbuat banyak dalam menghadapinya.
"Ilmu silat pemuda ini sangat mirip dengan ilmu silat Giok-
bin Tok-ong yang memiliki senjata peledak amat dahsyat itu.
Hmmh...... apakah pemuda ini murid kakek tua pesolek itu"
Kalau dia benar-benar murid orang tua itu, ah... aku harus
berhati-hati menghadapinya. Siapa tahu dia juga mewarisi
senjata peledak itu?" Liu Yang Kun berkata dalam hatinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, meskipun berada diatas angin, namun Liu
Yang Kun masih tetap waspada dan berhati-hati. Pemuda itu
juga masih tetap menyisakan tenaganya untuk sewaktu-waktu
menghadapi hal-hal yang luar biasa. Ia hanya mengerahkan
separuh dari tenaga sakti liong-cu-i-kangnya yang maha
ampuh itu, sementara ilmu silat Kim-coa ih-hoatnya belum ia
keluarkan sama sekali. Liu Yang Kun baru mengeluarkan ilmu
silat warisan Keluarga Chin, yang merupakan dasar ilmu
kepandaiannya semenjak kecil. Hanya kadang-kadang saja ia
menyelipkan beberapa jurus ilmu s ilat warisan B it-bo-ong yang
hebat itu. Namun karena semuanya itu ditunjang oleh gin-kangnya
yang sempurna serta tenaga dalamnya yang dahsyat, maka
sungguh tidak mengherankan bila pengaruhnya benar-benar
menjadi hebat tiada terkira.
Walaupun demikian, ternyata masih sulit juga bagi Liu Yang
Kun untuk mengalahkan Tiauw Kiat Su, yang kepandaiannya
sudah melebihi ayahnya itu. Maka dengan sangat terpaksa Liu
Yang Kun lalu mengeluarkan Pat-hong Sin-ciang secara utuh.
Perlahan-lahan ilmu warisan B it-bo-ong itu ia mainkan dengan
konsentrasi penuh. Oleh karena pemuda itu telah menguasai ilmu iblis tersebut
dengan sempurna, sesempurna penciptanya sendiri, maka
akibat dan pengaruhnya pun benar-benar luar biasa hebat dan
mengerikan! Malahan kalau mau diperbandingkan dengan Bit-
bo-ong asli, yang hidup pada zaman seratus tahun yang lalu,
kedahsyatan ilmu itu sekarang justru melebihi dalam segala-
galanya. Hal itu disebabkan oleh karena lwee-kang Yang Kun
sekarang jauh lebih tinggi dan lebih sempurna dari pada lwee-
kang mendiang Bit-bo-ong asli dahulu.
Begitulah, tanpa mengetahui sebab-sebabnya, tiba-tiba saja
kawanan bajak laut itu merasakan sesuatu yang aneh di
sekitar mereka. Udara tiba-tiba menjadi gelap. Dan hawa pun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mendadak berubah menjadi dingin mencekam. Hati dan
perasaan merekapun tiba-tiba menjadi kecut dan ngeri pula.
Kawanan bajak laut itu masih memegang obor di tangan
mereka. Namun api obor yang menjilat-jilat ke udara itu rasa-
rasanya tidak memiliki s inar terang yang bisa menerangi udara
di sekitar mereka. Nyala api itu rasa-rasanya hanya seperti
bara api yang memerah tanpa sinar sama sekali. Dan ketika
mereka mencoba mendongak ke atas mereka itu pun lantas
menjadi kaget pula. Bintang yang semula bertaburan di atas
langit itu mendadak lenyap. Yang mereka lihat sekarang cuma
kekelaman, seolah-olah di atas mereka telah terbentang
sebuah tabir hitam yang hendak mengurung mereka.
"Gila.....!" mereka mengumpat dengan tubuh gemetar,
karena mendadak saja gelombang udara dingin telah
mengurung mereka pula. Perubahan suasana yang tidak wajar
itu ternyata dapat dicium dan dirasakan pula oleh K iat Su dan
Tung-hai Nung-jin. Terutama sekali oleh Tiauw Kiat Su, yang
sedang bertempur langsung dengan Liu Y ang Kun. Pemuda itu
merasa seperti ada getaran aneh di dalam dadanya. Di dalam
hatinya. Getaran getaran aneh yang membuat perasaannya
menjadi kecut dan ngeri tanpa sebab. Malah beberapa saat
kemudian hatinya merasa resah dan takut pula. Apalagi kalau
ia terlalu lama sering menatap mata lawannya.
Di dalam pandangan atau pun perasaan Tiauw Kiat Su,
roman muka dan perbawa Liu Yang Kun itu semakin
menakutkan serta mengerikan. Lambat laun ia merasa seperti
tidak sedang berhadapan dengan manusia lumrah, tetapi
sedang bertempur dengan Raja Iblis atau Raja Kegelapan
yang sangat mengerikan hati.
"Aaah....... ilmu sihir!" pemuda itu berdesah panjang.
Sebagai pemuda berkepandaian tinggi Tiauw Kiat Su cepat
menebak bahwa ketidak-wajaran suasana itu disebabkan atau
diakibatkan oleh ilmu lawannya. Oleh karena itu untuk
menjaga hal-hal yang tidak ia inginkan, ia sengaja mengelak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dan menghindar terus dari benturan tenaga lawan. Sebaliknya
ia berusaha untuk tidak selalu berhadapan langsung dengan
lawannya. Terutama sekali ia harus menghindari tatapan mata
lawan yang mengeluarkan getaran-getaran mengerikan itu.
Dan untuk itu ia mengeluarkan senjata andalannya, yaitu
sepasang kipas besi yang penuh jebakan dan senjata rahasia.
Tetapi dengan caranya itu Tiauw Kiat Su semakin terjeblos
ke dalam kesulitan. Karena ia mengambil sikap bertahan,
maka Liu Yang Kun semakin bebas dan leluasa menentukan
serangannya. Apalagi bagaimana Tiauw Kiat Su mampu
mengimbangi kedahsyatan Bu-eng Hwe-teng yang amat luar
biasa itu" Dengan kehebatan dan keanehan senjata kipasnya,
memang beberapa kali Tiauw Kiat Su bisa menyelamatkan
dirinya. Tapi setelah Liu Yang Kun juga semakin meningkatkan
ilmunya, maka keadaannya pun semakin menjadi parah pula.
Dengan demikian semakin terusik pula hati pemuda itu untuk
mempergunakan senjata pamungkasnya. Pek lek-tan!
Namun sebelum Tiauw Kiat Su mengeluarkan senjata
peledaknya itu, tiba-tiba Tung-hai Nung-jin telah terjun ke
dalam arena untuk membantunya. Dengan garangnya orang
tua itu mengayunkan pacul-panjangnya ke arah Liu Yang Kun.
Karena orang tua itu sengaja mengerahkan seluruh tenaga-
dalamnya, maka pacul itu pun juga menyambar pula dengan
dahsyatnya. Terdengar suara mengaung tajam ketika mata-
pacul tersebut membelah udara dingin yang tersebar dari
tubuh Liu Yang Kun. Siiiiiing! Wuuuuuuut! Bagaikan hantu atau siluman, tiba-tiba saja Liu Yang Kun
menghilang dari tempatnya. Tahu-tahu pemuda itu telah
berpindah tempat, sehingga pacul itu menyambar udara
kosong. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Keparat ! Ilmu............ilmu meringankan tubuhnya benar-
benar hebat!" Tung-hai Nung-jin menggeram dengan mulut
melongo. Hampir saja orang tua itu lupa meneruskan serangannya
kalau tiba-tiba tidak datang sebatang paku yang menyambar
dadanya. Paku itu meluncur dari dalam kipas Tiauw Kiat Su.
Paku itu gagal menyambar Liu Yang Kun, sehingga meluncur
terus ke arah dirinya. Tapi dengan demikian orang tua itu
justru menjadi sadar kembali kalau dirinya sedang membantu
kerepotan Tiauw K iat Su.
Demikianlah, setelah menghindari paku tersebut Tung-hai
Nung-jin lantas maju lagi untuk membantu Tiauw Kiat Su.
Mereka berdua bekerja-sama menghadapi Liu Yang Kun.
Mereka berdua saling membelakangi agar mereka tidak terlalu
di kocok oleh gin-kang Liu Yang Kun yang sangat luar biasa
itu. Dan kerja-sama itu ternyata dapat menahan gempuran
lawan untuk sementara waktu. Tapi cuma untuk sementara
waktu saja. Sebab bagaimanapun juga ilmu warisan Bit-bo-
ong itu, yang kemudian ditunjang dengan tenaga-dalam Liu
Yang Kun sendiri yang maha dahsyat, benar-benar merupakan
sebuah ilmu silat yang tak terukur tingginya.
Sementara itu pertempuran di dalam pendapa pun ternyata
telah meningkat menjadi semakin menarik pula. Tiauw Li Ing
yang masih muda belia itu ternyata mampu mengimbangi
permainan Bhong Kim Cu yang sangat lihai dan banyak
pengalaman itu. Meskipun Iwee-kang gadis itu masih berada
setingkat di bawah lwee-kang Bhong Kim Cu, namun
permainan kipasnya yang aneh dan penuh muslihat itu
ternyata mampu membendung serangan lawannya. Bahkan
ilmu meringankan tubuh Bhong Kim Cu yang tinggi itu sering
tersendat-sendat oleh cegatan-cegatan Tiauw Li Ing, yang
ternyata memiliki langkah-langkah ajaib dan membingungkan.
Lambat laun Bhong Kim Cu menjadi kewalahan menghadapi permainan kipas Tiauw Li Ing yang diselang-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
seling dengan taburan senjata rahasia itu. Beberapa kali tokoh
Aliran Mo-kauw itu berada di dalam bahaya. Taburan senjata
rahasia yang dilemparkan secara khusus itu benar-benar sulit
dihadapi dan sukar dielakkan.
"Gila! Sungguh memalukan sekali! Apakah aku harus
mengaku kalah kepada gadis kecil yang patut menjadi cucuku
ini?" Bhong Kim Cu mengeluh sambil mengeluarkan
senjatanya. Sebatang cambuk panjang bergerigi yang amat
jarang sekali ia keluarkan.
Kemudian dengan cambuknya itu Bhong Kim Cu berusaha
memperbaiki keadaannya. Cambuknya yang bergerigi tajam
itu menyambar-nyambar bagaikan ekor naga yang berkelebatan di udara. Dengan cambuk itu pula Bhong K im Cu


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencoba menjinakkan langkah-langkah ajaib Tiauw Li Ing
yang sangat membingungkan itu.
Namun usahanya itu tetap juga mengalami kesulitan.
Sebab begitu ia mengeluarkan cambuk, gadis itu lalu
meningkatkan serangannya pula. Lontaran-lontaran senjata
rahasia yang sulit di tebak arah dan tujuannya itu ternyata
juga semakin sering pula dilakukan oleh lawannya. Alhasil ia
tetap saja terdesak di bawah angin. Bahkan beberapa waktu
kemudian jiwanya pun sudah mulai terancam pula.
"Oooh, gila......! Tak kusangka nama yang telah kupupuk
selama puluhan tahun itu akan hancur di tempat ini......."
diam-diam Bhong Kim Cu menyesali nasibnya.
Melihat su-hengnya di dalam bahaya, Leng Siauw tidak
mau tinggal diam. Ia juga mengeluarkan senjatanya,
kemudian perlahan-lahan ia melangkah mendekati arena.
Tapi sebelum ia turun tangan, tiba-tiba terasa hembusan
angin di sampingnya. "Hahaha-heheh.......!" Tung-hai-tiauw yang semula duduk
di kursi itu mendadak telah berdiri didekatnya, "Kulihat kau
juga sudah gatal tangan pula. Tapi tak baik mengganggu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pertempuran mereka. Marilah kita membuat arena sendiri,
hahahaha!" raja bajak laut itu menantang.
"Bagus! Memang inilah yang kuharapkan. Bukankah sudah
sejak tadi aku menantangmu?" Leng Siauw menggeram sambil
menyerang pula. Tung-hai-tiauw cepat berkelit. Kemudian tangannya
mencabut golok emas yang terselip di pinggangnya dan balas
menyerang lawannya. Dan sebentar saja mereka telah terlibat
dalam pertempuran yang seru serta menegangkan. Masing
masing mengeluarkan ilmu kepandaian mereka yang tinggi.
Kepandaian Leng Siauw tidak jauh bedanya dengan Bhong
Kim Cu. Mereka sama-sama murid Pek-i Liong-ong. Dan Ilmu
silat mereka banyak bersumber pada ilmu silat warisan
mendiang Bu-eng Sin yok-ong, karena sebelum menjadi Mo-cu
dari Aliran Mo-kauw, Pek-i Liong-ong yang bernama Ouw-yang
Kwan Ek itu adalah murid dari Bu-eng Sin-yok-ong. Maka
tidaklah mengherankan bila kepandaian mereka sangat tinggi.
Namun yang dihadapi Leng Siauw sekarang adalah Tung-
hai-tiauw, Si Raja Bajak Laut dari Lautan T imur, yang memiliki
kepandaian luar biasa pula. Apalagi raja bajak laut itu
sekarang memegang sebuah golok mustika yang mampu
memotong besi dengan mudahnya. Maka seperti halnya
Bhong Kim Cu, Leng Siauw pun akhirnya harus mengakui
keunggulan lawannya pula. Sedikit demi sedikit sambaran
cambuknya terdesak dan terkurung oleh ayunan golok
lawannya. Anak buah Tung-hai-tiauw yang berada di dalam ruangan
itu bersorak-sorak gembira. Meskipun tidak bisa mengikuti
jalannya pertempuran, namun mereka tahu kalau pemimpin
mereka berada di pihak yang menang.
Hanya seorang yang tidak ikut bersorak-sorak seperti yang
lain, yaitu seorang bajak Iaut tua-renta berjenggot putih
panjang sebatas dada. Orang tua itu berdiri menyendiri di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pojok ruangan. Pakaian seragamnya tampak serabutan dan
kurang cocok untuk ukurannya.
Selain menyendiri bajak laut tua renta itu tampak menghela
napas panjang bila menyaksikan Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw berada dalam kesulitan sedang menghadapi bahaya.
Bahkan sesekali orang itu menyeka keringat dingin yang
mengalir di lehernya. "Aaah......"!" sesekali pula mulutnya yang tertutup kumis
dan jenggot panjang itu berdesah cemas dan gelisah.
Tiba-tiba seorang bajak laut muda datang mendekati orang
tua itu. "Hei" Mengapa kau tidak ikut bergembira melihat
keunggulan Hai-ong kita" Apakah kau......kau.....eh-oh .."
Siapakah kau?" serunya terputus.
Bajak laut muda itu terbeliak matanya. Dan mata itu hampir
tak berkedip mengawasi orang tua renta itu.
"Kau.. , .kau.....si-si-siapa" Mengapa k-k-kau berada
disini.....dan...dan mengenakan seragam ka-kami?" desisnya
kemudian dengan bibir gemetar.
Orang tua renta itu menarik napas panjang kembali, lalu
perlahan-lahan menanggalkan seragamnya yang kebesaran
itu. Dan sebentar kemudian ia telah mengenakan jubahnya
sendiri yang berwarna putih bersih.
"Aku adalah Pek-i Liong-ong, ketua Aliran Mo-kauw."
jawabnya perlahan pula. Tapi nama itu ternyata sangat mengejutkan bajak laut
muda itu. "Kau...kau.....?" serunya tertahan sambil mundur-
mundur. "Benar. Akulah penyelundup yang kalian cari-cari itu. Aku
memang sengaja merampas pakaian seragam dari salah
seorang kawan kalian agar dapat lebih leluasa memasuki
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
gedung ini. Dan kini aku sudah tidak membutuhkannya lagi,
karena aku harus membantu muridku.,.." orang tua itu
berkata lagi dengan tenangnya.
Namun bajak laut muda itu segera menjerit dan berteriak
begitu sudah mendekati teman-temannya kembali.
"Itu dia penyelundupnya! Itu dia penyelundupnya! Dialah
yang merampas pakaian Tang Hun! Tangkaaaap........!"
Kawanan bajak laut yang berada di ruangan itu seketika
menjadi gempar. Semuanya buru-buru berlari ke tempat Pek-i
Liong-ong berada. Bagaikan kawanan pemburu yang
menemukan binatang buruannya, mereka mengangkat senjata
dan siap menghunjamkannya.
Tapi dengan sangat tenangnya Pek i Liong-ong
mengibaskan kedua lengan bajunya yang lebar itu ke arah
mereka. Dan hembusan udara yang sangat kuat tiba-tiba telah
melemparkan kawanan bajak laut itu ke pinggir.
"Kalian menyingkirlah ! Biarlah pemimpinmu saja yang
menghadapi aku!" ketua Aliran Mo-kauw itu berseru.
Kemunculan Pek-i Liong-ong yang tak terduga itu ternyata
juga amat mengejutkan orang-orang yang sedang bertempur.
Tung-hai-tiauw dan puterinya cepat meloncat mundur. Begitu
pula dengan Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang hampir
dikalahkan itu. Semuanya mengawasi kedatangan Pek-i Liong-
ong yang tak terduga itu.
"Pek-i Liong ong.......!" Tung-hai-tiauw menyapa kaku.
"Mo-cu.........?"
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw membungkuk ragu seakan belum percaya bahwa ketuanya
telah benar-benar datang.
Pek-i Liong-ong mengangguk ke arah T ung-hai-tiauw untuk
membalas sambutan raja bajak laut itu. Setelah itu Pek-i
Liong-ong menoleh ke arah murid-muridnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kalian berdua mengasolah! Biarlah aku sendiri yang
menyelesaikan masalah ini." katanya berwibawa.
"Harap Mo-cu berhati-hati. Puteri Tung-hai-tiauw itu sangat
lihai. Terutama senjata rahasia dan langkah-langkah
ajaibnya......." Bhong Kim Cu melaporkan.
"Jangan takut! Aku telah melihatnya juga."
Sementara itu Tung-hai-tiauw juga berbisik kepada
puterinya. "Li Ing, awas! Orang tua ini ditulis pada urutan
yang kedelapan di dalam Buku Rahasia itu. Jadi berada dua
tingkat di atasku. Kepandaiannya tentu amat luar biasa."
Tiauw Li Ing mencibirkan bibirnya yang mungil. "Ah"
ayah.......! Aku tidak takut! Bukankah dia cuma sendirian saja!
Masakan dia menang melawan kita berdua?"
"Lalu bagaimana dengan kedua bekas lawan kita tadi"
Kepandaian mereka pun sangat tinggi."
"Bukankah kita masih mempunyai paman Tung-hai Nung-
jin dan engkoh Kiat Su pula" Sebentar juga mereka akan
kembali ke ruangan ini. Hmm......nanti ayah tinggal menonton
saja kalau engkoh Kiat Su telah datang. Aku dan engkoh Kiat
Su yang........eh! Ayah! Kudengar di atas genting ini ada
pertempuran juga. Apa yang terjadi di luar?" tiba-tiba T iauw Li
Ing berseru kaget. Tung-hai-tiauw mendongakkan kepalanya. Dan sekejap
kemudian Si Raja Bajak Laut itu ganti mengawasi Pek-i Liong-
ong. "Entahlah, aku tak tahu. Hmm" mungkinkah bangsat tua
dan Mo-kauw ini masih membawa teman yang lain lagi?"
geramnya. "Ayah.........! Itu seperti suara paman Tung-hai Nung-jin
dan Engkoh Kiat Su! Tampaknya mereka......mereka seperti
sedang marah-marah. Apakah.., apakah.....?" Tiauw Li Ing
tidak berani meneruskan kata-katanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pek-i Liong-ong melangkah setindak ke depan. "Tung-hai
tiauw! Di luar memang sedang terjadi pertempuran. Seorang
pemuda sakti telah masuk pula ke halaman gedungmu ini, dan
anak buahmu telah mencegatnya. Tapi harap engkau ketahui
pula bahwa kami tidak mempunyai sangkut-paut dengan
pemuda itu. Aku datang hanya sendirian......"
"Bagus! Kalau begitu kita tak usah menghiraukan
pertempuran di luar. Kita menyelesaikan urusan kita sendiri.
Bagaimana......?" Tung-hai-tiauw berkata kasar.
"Benar. Kita menyelesaikan urusan kita sendiri." Pek-i
Liong-ong mengiyakan. "Bagus! Nah, silakan duduk! Penjaga.....! Ayoh, atur
kembali kursi dan meja ini!"
"Ayah......! Mengapa pakai duduk-duduk segala" Hantam
saja. habis perkara!" T iauw Li Ing bersungut-sungut.
Tung-hai-tiauw tertawa. "Jangan khawatir! Kita gebuk juga
mereka nanti. Tapi siapa tahu mereka mau memberikan
pusaka itu secara suka-rela! Haha-hah.........?""
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw menggeram, tapi tidak
berani membuka mulut di depan ketuanya. Mereka tetap
berdiam diri karena ketua mereka juga berdiam diri. Tapi
keduanya tidak ikut duduk di kursi yang disediakan. Mereka
memilih berdiri di belakang kursi Pek-i Liong-ong sekalian
berjaga-jaga keselamatan ketuanya itu.
Praaaaak! Krosaaak.......! Plok! Plok!
Tiba tiba sebuah genting di atas mereka pecah dan
berjatuhan ke bawah karena terinjak sepatu dari orang-orang
yang sedang bertempur di atas genting itu. Hampir saja
pecahan genting tersebut mengenai kepala T iauw Li Ing.
"Kurang ajar!" gadis itu memaki, lalu bangkit dari kursinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun dengan cepat T ung-hai-tiauw menahan lengannya.
"Biarkan saja! Kau tetap disini menemani ayah. Kita tak perlu
mengurusi orang-orang di luar itu. Bukankah begitu, Liong-
ong?" Pek-i Liong-ong menengadahkan mukanya ke atas
sebentar, kemudian mengangguk.
"Kau benar, Hai ong. Nah, silakan kau berbicara.....!"
Sekali lagi Tung-hai-tiauw tertawa puas. Sambil mengelus-
elus golok pusakanya si Raja Bajak Laut yang ganas itu
berkata. "Hahaha......! Mengapa aku harus mengulangi lagi
kata-kataku " Bukankah Liong-ong juga sudah mendengarnya
tadi" Bukankah Liong-ong sudah berada di pendapa ini
semenjak utusanmu itu datang?"
Pek-i Liong-ong menatap mata lawannya dengan tajam.
"Baiklah, aku tak tahu, apakah kau benar-benar mengetahui
kedatanganku atau cuma menduga-duga saja. Yang jelas aku
memang telah mendengar seluruh ucapanmu tentang baju
mustika Kim-pouw-san itu."
Ketua Aliran Mo-kauw itu berhenti untuk mengambil napas
sebentar. Setelah itu ia melanjutkan lagi perkataannya. "Cuma
yang menjadi masalahnya sekarang adalah....... hmm......?"
"Apakah masalahnya, hei" Ayoh, lekaslah kausebutkan,"
Tung-hai-tiauw yang kasar itu mendesak.
"Hmm......betulkah engkau ini pem iliknya yang asli" Apakah
buktinya" Siapa tahu kau hanya mengaku-aku saja?"
"Bangsat!" Tung-hai-tiauw menggebrak meja dengan kerasnya.
Wajahnya yang kasar itu menjadi merah padam. Matanya
melotot buas sehingga Bhong Kim Cu dan Leng Siauw buru-
buru berdiri di samping Pek-i Liong-ong. Mereka bersiap siaga
kalau-kalau raja bajak laut itu menjadi kalap dan menyerang
ketuanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bangsat! Kau kira aku cuma mengaku-aku saja, heh"
Bagaimana kami sampai tahu kalau pusaka itu berada di
tangan kalian, kalau kami cuma mengaku-aku saja" Sudah
sejak lama kami mencari-cari dan menyelidiki hilangnya
pusaka itu, tahu" Baju pusaka itu semula dipakai oleh puteriku
ini lalu dirampas oleh Song-bun-kwi Kwa Sun Tek dari
perguruan Tai-bong-pai. Nah, bagaimana aku harus membuktikannya kalau Song bun kwi itu telah dibunuh oleh
kedua utusanmu itu?"
Pek-i Liong-ong lalu berdiri pula dari kursinya. Walaupun
lawannya mengumpat-umpat dan membentak-bentak namun
orang tua itu tetap tenang dan tidak menjadi marah.
"Maaf, Hai-ong. Kalau hanya itu alasanmu, terus terang aku
tak bisa memberikannya."
"Apa" Apakah kau tak memikirkan nasib orang-orangmu
yang ada di dalam penjara kami" Apakah kau tega
membiarkan mereka terbunuh hanya karena kau ingin
mempertahankan benda itu?" Tung-hai-tiauw masih mencoba
mempengaruhi lawannya. Tiba-tiba Pek-i Liong-ong menarik napas panjang sekali.
Perlahan-lahan orang tua itu menoleh ke arah muridnya.
"Bagaimana pendapatmu, Bhong Kim Cu?" bisiknya
perlahan. "Mhhmm...... memang sangat berat untuk memutuskannya,
Mo-cu. Tapi......terserahlah bagi Mo-cu untuk memutus
kailnya. Saya selalu siap menerima perintah Mo-cu." Bhong
Kim Cu menjawab. "Ehmm..... lalu menurut engkau bagaimana, Leng Siauw?"
Pek-i Liong-ong ganti menanyakan pendapat Leng Siauw,
muridnya yang banyak akal dan pandai.
Murid kedua dari ketua Aliran Mo-kauw itu menatap wajah


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tung-hai-tiauw dengan sinar mata geram. Sambil Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengepalkan tinjunya ia menjawab. "Mereka memang sangat
licik, Mo-cu. T api apa boleh buat, semuanya telah terjadi. Kita
harus bisa mengatasinya dengan kepala dingin."
"Benar. Itulah yang hendak kuketahui darimu. Nah, coba
katakan pendapatmu!" Pek i Liong-ong mengangguk-angguk.
"Mo-cu, maafkanlah kalau pendapatku nanti salah."
"Jangan takut! Katakanlah!"
"Begini. Mo-cu. Dalam hal bagaimanapun kukira kepentingan Mo-kauw harus diutamakan. Benda itu kukira
tidak begitu penting bila dibandingkan dengan nyawa orang-
orang kita yang dipenjara oleh mereka......"
"Su-te......?" Bhong Kim Cu memotong dengan suara kaget.
"Maafkan aku, su-heng....."
"Bhong Kim Cu, biarkan su-temu berbicara!" Pek-i Liong-
ong menegur muridnya. Setelah mengangguk ke arah su-hengnya, Leng Siauw
meneruskan pendapatnya. "Mo-cu,
agama kita tidak memerlukan baju mustika itu. Agama kita lebih memerlukan
orang-orang yang sanggup mendalam inya, menganutnya dan
sekaligus juga mengamalkannya. Apalagi baju mustika itu
cuma sebuah benda mati, sementara orang-orang kita itu
adalah makhluk-makhluk hidup yang perlu dihormati dan
dilindungi. Oleh karena itu, kalau kita dipojokkan dalam suatu
pilihan, kita lebih baik memilih orang-orang kita dari pada baju
mustika itu. Meskipun demikian......hal itu juga tidak berarti
kalau kita takut kepada mereka!"
Pek-i Liong-ong mengangguk-angguk memahami ucapan
muridnya. "Jadi maksudmu?" orang tua itu bertanya.
"Kita membuat perjanjian dengan mereka. Kita menyerahkan baju mustika itu kepada mereka. Tapi mereka
juga harus melepaskan semua orang kita."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tapi, mereka akan beranggapan bahwa kita takut kepada
mereka!" Bhong Kim Cu menyela lagi.
"Tidak, su-heng. Setelah semua perjanjian itu dilaksanakan
dengan baik oleh mereka, baru kita nanti menunjukkan taring
kita kepada mereka. Kita tantang mereka, agar supaya mereka
tahu bahwa sebenarnya kita tidak takut menghadapi mereka.
Kita kalahkan mereka, supaya mereka tahu bahwa kita ini
lebih baik dari pada mereka!" Leng Siauw berbisik semakin
lama semakin perlahan. Pek-i-Liong-ong bertepuk tangan gembira. "Bagus. Aku
setuju dengan pendapatmu, Leng Siauw. Biarlah sekarang
kurundingkan dengan mereka."
Tung-hai-tiauw yang sudah tidak merasa sabar lagi itu
bertepuk tangan pula. "Hei" Apakah kalian sudah selesai berunding" Hmm, Liong-
ong......apakah keputusanmu?"
Pek-i Liong-ong tersenyum, kemudian mengangkat kedua
telapak tangannya di dada.
"Baiklah, Hai-ong........ aku akan menyerahkan baju Kim
pouw-san itu. Tapi dengan syarat."
''Hahaha....., apa syaratmu, heh?"
"Kau juga harus melepaskan semua orang-orangku yang
telah kau penjara. Bagaimana.....?"
Bukan main senangnya Tung-hai tiauw. "Bagus! Bagus!
Hahaha ...... kuterima syaratmu! Nah, dimanakah baju itu!
Lekas kauserahkan kepadaku!"
Tapi dengan cepat Pek-i Liong-ong menggoyang-
goyangkan telapak tangannya. "Kita berbareng menyerahkannya. Kau keluarkan dulu orang-orangku. Setelah
itu aku juga akan mengeluarkan baju Kim-pouw-san itu.
Kemudian kita menukarkannya bersama-sama."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tung-hai-tiauw terperangah. "Bangsat! Baiklah, aku akan
memenuhi permintaanmu. Tapi ....... awas kalau kau
berbohong, aku akan mencincangmu sampai lumat!"
Pek-i Liong-ong tersenyum. Sama sekali orang tua itu tidak
tersinggung mendengar bentakan-bentakan yang menyakitkan
itu. Dengan tenang ia duduk kembali di kursinya.
Demikianlah, beberapa waktu kemudian pendapa itu
menjadi sibuk dengan kawanan bajak laut yang membawa
keluar para tawanan mereka. Lebih kurang dua puluh orang
anggota Aliran Mo-kauw yang masih dalam keadaan terikat
kedua kaki dan tangannya, mereka dorong dan mereka
kumpulkan di ruangan tersebut. Para tawanan itu tampak
amat lelah dan menderita. Sebagian dari mereka malah
tampak sedang menderita sakit atau menderita luka-luka di
tubuhnya. Mereka rata-rata sangat terkejut begitu melihat Mo-
cu atau ketua mereka. "Nah, lihat mereka itu, Su-heng! Apakah kita akan tega
melihat kesengsaraan orang-orang kita itu" Apa gunanya
benda mati itu bila dibandingkan dengan nyawa mereka?"
Leng Siauw berbisik dengan nada geram kepada su-hengnya.
Bhong Kim Cu menjadi sadar pula. "Kau benar, su-te."
desahnya perlahan. "Nah, Pek-i Liong.......! Coba kaulihat orang-orangmu ini!
Sudah cocok atau belum" Kalau sudah...........hehehe.....,.
ayoh, kau keluarkan baju Kim-pouw-san itu di hadapanku!"
setelah selesai semuanya Tung-hai-tiauw berseru kepada Pek-i
Liong-ong. "Mo-cu......!" para tawanan itu berbisik gemetar menyebut
ketua mereka. "Baiklah.....?" Pek-i Liong-ong berseru pula, kemudian
membuka jubahnya dan melepaskan baju Kim-pouw-san yang
melekat di dadanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tung-hai-tiauw terbelalak gembira. Si Raja Bajak Laut itu
lalu melangkah ke depan seakan sudah tidak sabar lagi
melihat mustika yang diimpi-impikannya itu.
Tapi dengan tangkas Pek-i Liong-ong meloncat mundur
pula. "Jangan tergesa-gesa Hai-ong ! Kau belum memerintahkan anak buahmu untuk melepaskan tali-tali
pengikat itu!" katanya keras.
"Bangsat....!" T ung-hai-tiauw menggeram marah. "Masakan
aku mau berbuat demikian bodohnya dengan melepaskan
ikatan mereka" Bukankah dengan demikian sama saja aku
melepaskan kawanan singa di rumahku, heh" Ayoh, serahkan
baju mustika itu, dan aku akan menyerahkan orang-orangmu
dalam keadaan masih terikat begitu! Kalian sendirilah yang
harus melepaskan ikatan itu! Cepat .....!"
Pek-i Liong-ong memandang Leng Siauw sekejap.
"Bagaimanakah pendapatmu, Leng Siauw?" bisiknya perlahan.
Leng Siauw menghela napas panjang. "Apa boleh
buat..........Kita terpaksa menurutinya. Silahkan Mo-cu
memberikan benda itu kepadanya. Biarlah tee-cu dan Bhong
su-heng yang melepaskan ikatan tali itu." katanya perlahan
pula. "Liong-ong! Kau menunggu apalagi" Bukankah aku sudah
menyerahkan semua tawananku?" Tung-hai-tiauw membentak
lagi. "Baiklah, Hai-ong. Tapi.... apakah aku benar-benar bisa
memegang janjimu tadi ....?" Pek-I Liong-ong masih mencoba
untuk mengulur waktu. Sementara itu Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw bergegas menghampiri para tawanan untuk melepaskan
ikatan mereka. "Persetan! Kau boleh percaya, boleh tidak! Pokoknya aku
telah meluluskan permintaanmu untuk melepaskan tawanan-
tawanan itu! Habis perkara!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Terpaksa Pek-i Liong-ong tak bisa menundanya lagi.
Seakan-akan dengan berat hati ia menyerahkan baju pusaka
itu kepada lawannya. Sementara hatinya agak sedikit terhibur
tatkala dengan sudut matanya melihat sudah ada lima atau
enam orang tawanan yang dilepaskan ikatannya.
Di pihak lain Tung-hai-tiauw tampak sangat bergembira
sekali. Baju mustika Kim-pouw-san itu dibolak-balik dan
dipandanginya sambil tertawa-tawa.
"Li Ing, lihatlah! Baju Kim-pouw san yang kauhilangkan itu
telah kita ketemukan kembali. Hahahaha.......!"
"Tapi...... bagaimana dengan orang-orang Mo-kauw ini,
ayah?" Tiauw Li Ing tetap cemberut.
"Hahaha...... biarkan mereka pergi!"
"Tapi mereka tahu tentang baju mustika kita, ayah."
Tung-hai-tiauw menghentikan tawanya secara tiba-tiba.
"Maksudmu.....?" serunya tertahan.
"Ayah tentu bisa membayangkan, bagaimana repotnya kita
nanti bila khabar tentang Kim-pouw-san ini tersebar di dunia
persilatan." Tung-hai-tiauw terdiam. Matanya yang besar kemerahan itu
terbelalak memandang puterinya. Dan perlahan-lahan ia mulai
mengerti maksud puterinya itu.
"Lalu.....?" desahnya perlahan dan hampir tak terdengar.
Gadis yang cantik itu menyeringai kejam. "Habisi saja
semuanya !" cetusnya dingin.
"Tapi aku telah berjanji kepadanya." Tung-hai-tiauw
berkata ragu. "Persetan dengan janji itu. Sejak dahulu golongan kita juga
tak pernah disebut sebagai kesatria yang selalu memegang
janji. Apalagi ayah tadi tak menjanjikan keselamatan kepada
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mereka. Ayah hanya berjanji untuk menukar pusaka itu
dengan para tawanan. Dan janji itu telah ayah penuhi."
Tung-hai-tiauw tertawa bengis.
"Bagus! Bagus! Kau benar, haha.......! Kalau begitu......mari
kita basmi mereka!" "Marilah, ayah!"
Demikianlah, setelah mengenakan baju Kim-pouw-san itu di
badannya, Tung-hai-tiauw lalu menerjang Pek-i Li ong
kembali. Golok pusakanya yang tajam luar biasa itu
menyambar-nyambar laksana burung garuda mengejar
mangsanya. Sementara di tempat lain Tiauw Li Ing menyerang
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang sedang sibuk melepaskan
tali-tali pengikat anak buahnya.
"Panggil beberapa orang touw-bok kemari untuk membantu
aku!" sambil menyerbu lawannya gadis cantik itu masih
sempat berteriak kepada anak buahnya pula.
"Kurang ajar! Mengapa nona menyerang kami" Bukankah
kita telah......?" "Persetan! Pokoknya kalian semua harus mati! Habis
perkara!" T iauw Li Ing memotong perkataan Bhong Kim Cu.
"Gila! Kalian memang manusia-manusia kasar yang tak
mengenal tata-tertib dan sopan-santun!" Bhong Kim Cu
mengumpat, kemudian melayani serangan gadis cantik itu
dengan kemarahan yang meluap-luap.
Sementara itu Pek-i Liong-ong dan Tung-hai-tiauw telah
terlibat dalam pertarungan yang sengit pula. Meskipun di
dalam Buku Rahasia itu nama Pek-i Liong-ong ditulis dua
tingkat di atas Tung-hai-tiauw, namun karena Tung-hai-tiauw
sekarang mempergunakan dua pusaka sekaligus, yaitu baju
Kim-pouw-san dan golok emas Toat-beng-to, maka perbedaan
tingkat kepandaian tersebut menjadi tidak berarti lagi. Bahkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
di dalam beberapa kesempatan golok pusaka itu justru
menjadi sangat berbahaya bagi keselamatan Pek-i Liong-ong.
"Tak kusangka tokoh tersohor semacam ini masih suka
menjilat ludah sendiri. Dasar......" Pek-i Liong-ong mendengus
gusar. "Hahaha......! Jangan berang, Liong-ong! Apakah kau telah
lupa siapa aku ini, heh" Aku adalah Raja Perompak Lanun!
Apa yang hendak kauharapkan dari orang seperti aku ini"
Apalagi aku tadi tak merasa menjanjikan keselamatan bagi
kalian semua, hahahah......!"
"Baik! Kalau begitu aku memang tidak mempunyai pilihan
lain lagi." Pek i Liong-ong berdesah seraya mengeluarkan
cambuk bergeriginya yang berwarna putih.
Dan sementara itu kawanan bajak laut yang berada di luar
pendapa tampak berbondong-bondong masuk memenuhi
panggilan Tiauw Li lng tadi. Tiga atau empat orang touw-bak
yang memiliki kepandaian tinggi tampak memimpin mereka.
Dan kedatangan mereka segera disambut oleh tokoh-tokoh
Aliran Mo-kauw yang telah dilepaskan tali pengikatnya. Mereka
bertempur secara serabutan seperti layaknya dua pasukan
musuh di medan laga, sehingga semua perabotan di dalam
ruangan itu menjadi porak-poranda.
Bhong Kim Cu yang berhadapan dengan Tiauw Li Ing
terpaksa harus mengakui keunggulan gadis itu lagi. Selain
kipasnya yang hebat, gadis itu mahir sekali melontarkan
senjata rahasia. Berkali-kali tokoh Aliran Mo-kauw itu harus berjumpalitan
jatuh bangun untuk menyelamatkan dirinya.
Leng Siauw sendiri tak bisa membantu su-hengnya, karena


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia juga harus menghadapi tiga orang touw-bak sekaligus.
Dan para pengeroyoknya itu ternyata memiliki kepandaian
yang hebat-hebat, sehingga untuk sementara waktu dia juga
sulit untuk menundukkan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sedangkan tokoh-tokoh Aliran Mo-kauw yang sudah
dilepaskan tali pengikatnya itu juga harus menghadapi
kepungan bajak laut yang memenuhi ruangan tersebut.
Meskipun mereka itu rata-rata juga berkepandaian tinggi,
namun karena lawan berjumlah banyak, apalagi banyak di
antara mereka yang telah terluka ataupun letih, maka keadaan
mereka itu juga sama saja.
Alhasil nasib para tokoh Aliran Mo-kauw yang bertempur di
dalam pendapa itu benar-benar seperti telur di ujung tanduk.
Mundur atau maju akan sama saja. Setiap saat tentu akan
hancur di tangan lawan. Sementara itu di atas genting Liu Yang Kun benar-benar
telah menguasai lawannya pula. Tiauw Kiat Su dan Tung-hai
Nung-jin yang sangat lihai itu betul-betul tidak berdaya
melawan ilmunya. Dan kenyataan tersebut sungguh sangat
memukul batin Tiauw Kiat Su yang sombong dan merasa tak
terkalahkan itu. Demikianlah, di dalam keputus-asaannya tiada jalan lain
bagi Tiauw Kiat Su selain mengeluarkan senjata pamungkasnya. Sebuah pek-lek-tan segera digenggamnya.
Pemuda itu sudah tidak peduli lagi bila senjata peledaknya
nanti akan memusnahkan tempat itu.
Wuuuuut! Dalam keadaan terpojok dan tak bisa mengelak lagi, tiba-
tiba Tiauw Kiat Su me lemparkan senjata peledaknya. Setelah
itu dengan tergesa-gesa ia menjatuhkan diri di atas genting
dan menggelundung ke bawah dengan cepatnya.
"Paman, lariii.........!!?" teriaknya kepada Tung-hai Nung-
jin. Tung-hai Nung-jin terperanjat. Dia yang kebetulan sedang
berada jauh dari Liu Yang Kun itu cepat melemparkan dirinya
ke bawah genting pula. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dhuuuuuuuuuuaaaaaaaarrrr.......!
Udara malam yang dingin itu tiba tiba disentakkan oleh
suara ledakan yang maha dahsyat! Begitu dahsyatnya suara
tersebut sehingga gedung yang megah itu bagai digoncang
oleh gempa! T embok gedung yang kokoh itu tampak merekah
di beberapa tempat, sementara genting-gentingnya pun
banyak yang melorot berhamburan ke bawah! Asap debu
mengepul tinggi, seolah-olah di tempat itu baru saja terjadi
ledakan gunung berapi. Begitu dahsyatnya letusan itu, sehingga suaranya benar-
benar menggoncangkan udara malam di kota kecil itu.
Penduduk di sekitar tempat itu segera berlarian keluar dari
rumah mereka. Tapi serentak mereka tahu bahwa suara
letusan itu datang dari rumah luas, yang selama ini mereka
anggap angker serta dihuni oleh sekelompok orang-orang
aneh, mereka tidak berani datang mendekatinya. Mereka
hanya berdiri bergerombol di kejauhan.
Sementara itu pertempuran seru di dalam pendapa gedung
itu menjadi bubar dengan sendirinya. Semuanya berlarian
keluar menyelamatkan diri. Mereka mengira kalau gedung itu
hendak roboh. Beberapa orang yang telah terluka terpaksa
diseret keluar oleh kawannya. Pek-i Liong-ong, Bhong Kim Cu,
Leng Siauw, dan tokoh-tokoh Aliran Mo-kauw yang lain
terpaksa menjebol pintu dan jendela agar dapat dengan
segera meninggalkan ruangan tersebut.
Tung-hai-tiauw dan puterinya tidak ketinggalan pula. Kedua
orang ayah dan anak itu telah lebih dulu keluar untuk
kemudian mencegat lawan-lawan mereka itu di halaman.
Sebab meskipun mereka bingung dan heran atas kejadian
yang mendadak itu, mereka tetap tak ingin kehilangan lawan-
lawan mereka. Di lain pihak, walaupun Tiauw Kiat Su dan T ung-hai Nung-
jin telah berusaha dengan sekuat tenaganya untuk
menghindari daya ledakan tersebut, tetapi mereka berdua
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tetap saja terhempas ke tanah dengan kuatnya. Mereka
berdua jatuh berguling-guling dengan pakaian yang compang-
camping. Dan secara kebetulan mereka jatuh terhempas di
dekat Tung-hai-tiauw dan Tiauw Li Ing berdiri.
"Ko-ko........?" Tiauw Li Ing menjerit kaget.
"Nung-jin......?" Tung-hai-tiauw berseru kaget pula.
Meskipun macamnya sudah tidak keruan lagi, tapi Tiauw
Kiat Su masih juga bisa tersenyum kepada ayah dan adiknya.
"Jangan khawatir, kami tidak apa apa. Ledakan itu aku
sendiri yang membuat. Terpaksa kulakukan untuk membunuh
penyelundup itu." katanya puas dan bangga.
"Penyelundup" Jadi kau benar-benar mempunyai lawan lain
selain orang-orang ini?" tukas Tung-hai-tiauw seraya menoleh
ke arah Pek-i Liong-ong dan kawan-kawannya.
Ternyata Tiauw K iat Su dan T ung hai Nung-jin pun menjadi
kaget pula melihat kehadiran Pek-i Liong-ong di tempat itu.
Apalagi ketika melihat beberapa orang tawanan mereka telah
dibebaskan pula. Tung-hai-tiauw bisa menebak apa yang dipikirkan oleh
Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat Su. Oleh karena itu ia
segera menceritakan dengan singkat apa yang telah terjadi.
Raja Bajak Laut itu juga menerangkan pula maksudnya untuk
membasmi tokoh-tokoh Aliran Mo-kauw itu.
"Bagus, ayah. Aku pun telah membunuh penyelundup itu
pula. Kuhantam dia dengan peluru peledakku, sehingga
hancur-lebur menjadi abu." Tiauw Kiat Su menyombongkan
diri pula. Sambil berkata pemuda itu melirik Tiauw Li Ing,
adiknya. "Kau hantam dia dengan peluru pemberian gurumu itu?"
gadis cantik itu bertanya keheranan. "Mengapa" Apakah
kepandaiannya sangat tinggi sehingga ko-ko terpaksa
mengeluarkan senjata ampuh itu" Siapakah dia?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba Tiauw Kiat Su menjadi gugup. Pemuda itu tak
mau adiknya tahu bahwa yang datang adalah Liu Yang Kun.
Tapi bagaimana ia harus menjawabnya"
"Paman.......?" pemuda itu meminta pertimbangan Tung-hai
Nung-jin. "Entahlah. Kami belum pernah mengenalnya." akhirnya
orang tua itulah yang menjawab pertanyaan Tiauw Li Ing.
Gadis itu mengerutkan keningnya. Hatinya merasakan
adanya keganjilan pada sikap kakaknya dan Tung-hai Nung-
jin, Mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu
terhadapnya. Tapi ketika ia hendak bertanya lagi, tiba-tiba
terdengar suara Pek-i Liong-ong kepada ayahnya.
"Tung-hai-tiauw.......! Apa maumu sekarang" Kita lanjutkan
lagi pertempuran kita?"
"Hahahaha....... tentu saja. Tanpa kau ingatkan pun kami
akan tetap meneruskannya. Pokoknya kalian semua harus
mati. Tak boleh ada yang hidup hahahaha......."
"Hmmh, kalau begitu kita harus menunggu apa lagi"
Marilah......!" Untuk sekejap Tung-hai-tiauw merasa kaget juga melihat
ketenangan lawannya. "Hahaha......kau sungguh bernyali besar! Lihat golokku.....!"
bentaknya. Penasaran juga hati Tung-hai-tiauw menyaksikan ketenangan lawannya. Oleh karena itu ia tidak mau
membuang-buang waktu lagi. Begitu menyerang langsung
saja ia menggunakan seluruh tenaganya.
Wuuuuut! Ayunan golok mustika itu menimbulkan
hembusan angin yang luar biasa kuatnya. Begitu kuatnya
sehingga pengaruhnya terasa pula oleh orang-orang yang ada
di sekitarnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Taaaar! Pek-i Liong-ong me ledakkan cambuknya untuk
mengurangi perbawa kehebatan lawannya. Kemudian dengan
kelincahan kakinya ketua Aliran Mo-kauw itu melangkah
dengan cepat ke samping. Setelah itu dengan kekuatan penuh
pula cambuknya ia sabetkan ke lengan Tung-hai-tiauw yang
memegang golok. Sinnnnnng.....!
Tung-hai-tiauw buru-buru menghindari pula. Lengannya ia
tekuk ke bawah, kemudian ia putar ke depan menuju ke dada
lawan yang terbuka. Namun Pek-i Liong-ong dengan gesit
meloncat ke belakang, sehingga ujung golok itu juga menemui
tempat kosong. Demikianlah, kedua tokoh tingkat tinggi itu lalu terlibat
kembali dalam pertarungan yang sengit. Masing-masing
mengerahkan segala kemampuannya. Dan karena masing-
masing juga memiliki kelebihan dan kekurangannya, maka
pertempuran merekapun menjadi amat sulit untuk segera
diketahui hasilnya. Sementara itu Leng Siauw dan Bhong Kim Cu juga tidak
mau tinggal diam pula. Me lihat ketuanya telah turun tangan,
mereka lantas maju ke depan pula. Dan langkah mereka
segera dicegat oleh Tung-hai Nung-jin dan T iauw K iat Su.
Demikian pula halnya dengan para anggota Aliran Mo-kauw
yeng baru saja dibebaskan dari penjara itu. Mereka segera
menceburkan diri ke dalam arena pula. Mereka langsung
berhadapan dengan para touw-bak dan anak-buah bajak laut
yang luar biasa banyaknya itu. Sehingga untuk yang kedua-
kalinya tempat tersebut menjadi ajang pertempuran seru dan
kacau-balau. Tapi seperti yang telah terjadi tadi, pihak Mo-kauw lah yang
kemudian menjadi repot dan terdesak oleh kerubutan lawan
mereka. Jumlah mereka memang tidak banyak, apalagi kondisi
badan mereka juga kurang baik selama di dalam penjara.
Meskipun demikian mereka tidak mau menyerah begitu saja.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mereka tetap saja bertarung dengan segala kemampuan
mereka. Di lain pihak, dengan masuknya Tung-hai Nung-jin dan
Tiauw Kiat Su didalam arena, maka perimbangan kekuatan
pun menjadi semakin berat sebelah. Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw yang harus menghadapi kedua tokoh bajak laut itu
terpaksa harus memeras keringat pula.
Masih beruntung yang dihadapi oleh Bhong Kim Cu adalah
Tung-hai Nung-jin, sehingga sedikit banyak tokoh Mo-kauw itu
masih memiliki beberapa keunggulan. Tapi bagi Leng Siauw
yang kebetulan harus berhadapan dengan Tiauw Kiat Su,
benar-benar harus menguras segala kemampuannya. Itu pun
ternyata juga tidak banyak menolongnya, karena bagaimana
pun juga ilmu kepandaian Tiauw Kiat Su masih beberapa
tingkat di atasnya. Begitulah, beberapa waktu kemudian perimbangan kekuatan yang tidak sebanding itu mulai menampakkan
hasilnya. Satu demi satu orang-orang Mo-kauw yang
berhadapan dengan para touw-bak itu mulai berjatuhan.
Mereka tergeletak mandi darah di atas tanah. T ubuh mereka
seolah hancur terkena amukan senjata para pengeroyoknya.
Pek-i Liong-ong bukan tidak melihat musibah yang
menimpa anak buahnya itu. Tapi apa dayanya" Dia sendiri
juga sudah terikat dengan lawannya. Sementara kedua
pembantunya. Bhong Kim Cu dan Leng Siauw, juga telah
disibukkan oleh musuh mereka sendiri-sendiri. Bahkan korban
yang berjatuhan di pihaknya itu tampaknya juga sangat
mempengaruhi perlawanan pembantunya itu. Mereka berdua
tampak sangat terpukul batinnya, sehingga beberapa kali
mereka membuat kesalahan dan hampir celaka karenanya.
Demikianlah, dalam saat-saat yang menegangkan itu tiba-
tiba terdengar bentakan yang sangat keras, yang disertai
tenaga dalam yang amat tinggi, sehingga rasa-rasanya semua
isi dada dari orang-orang yang berada di halaman itu menjadi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tergoncang karenanya. Begitu dahsyatnya pengaruh suara
bentakan tersebut, sehingga beberapa orang bajak laut
tampak terhuyung-huyung dan kehilangan keseimbangan.
Otomatis pertempuran itu terhenti. Semua mata mencari
sumber suara itu. Mereka mengawasi tempat-tempat yang
gelap, yang sekiranya dipergunakan untuk bersembunyi orang
yang mengeluarkan suara itu.
Tung-hai-tiauw juga terpaku diam di tempatnya. Raja Bajak
Laut itu merasa berdebar-debar hatinya. Suara bentakan itu
ternyata mampu menggoyahkan pemusatan tenaga dalamnya.
Begitu pula dengan Pek-i Liong-ong dan pembantu-
pembantunya. Suara bentakan yang dilontarkan dengan
kekuatan lwee-kang tinggi itu ternyata juga mampu
menggetarkan isi dada mereka.
"Siapa......" Ayoh......keluarlah! Jangan bersembunyi di
tempat gelap.....!" Tiauw Li Ing yang belum kebagian lawan
itu berseru sambil bertolak-pinggang.
Meskipun bersuara lantang, namun tampak pula bahwa
gadis itu sangat gelisah dan tegang hatinya. Hal itu bisa dilihat
pada matanya yang nanar serta jari-jari tangannya yang
gemetar ketika menggenggam erat kedua buah kipasnya.
Dan bagaimana halnya dengan T iauw Kiat Su dan T ung-hai
Nung-jin" Ternyata kedua orang itu pun tidak kalah kagetnya dari
pada yang lain. Malah boleh dikatakan rasa terkejut mereka
jauh melebihi orang-orang yang ada di halaman itu. Suara
bentakan itu seolah-olah suara petir yang meledak di telinga
mereka karena suara itu adalah suara yang belum lama
mereka kenal namun sudah membuat mereka ketakutan
setengah mati. "Aku tidak bersembunyi di tempat gelap, nona Tiauw. Aku


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada di sini ......." tiba-tiba terdengar suara itu lagi. Kali ini
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
suara itu justru terasa sangat dekat dengan mereka. Bahkan
suara itu seperti berada di tengah-tengah mereka.
Jilid 21 "Hei ..... han-han-han..... tu! Hantu!" mendadak seorang
touw-bak menjerit seraya menuding lelaki di sampingnya.
Kontan semua orang yang berdiri di tempat itu menyibak
dengan cepatnya, sehingga lelaki itu menjadi terpencil
sendirian di tengah-tengah mereka. Dan orang pun segera
bisa melihat wajahnya yang masih muda dan tampan. Dan
orang pun juga segera bisa menyaksikan pula pakaiannya
yang hangus di sana-sini.
"Chin...... Yang...... Kun.."!?" terdengar desah kaget dari
mulut Tiauw Kiat Su, Tiauw Li Ing, Tung-hai-tiauw, Tung-hai
Nung-jin dan lain-lain. Dan sekarang justru Tiauw Li Ing lah yang paling kaget di
antara orang-orang itu. Kemunculan yang amat mendadak
dan tak terduga dari orang yang selama ini selalu dia kenang
dan dia puja di dalam hati, membuat gadis itu terpaku diam
seperti patung di tempatnya. Untuk beberapa saat lamanya
gadis itu cuma termangu mangu bengong seperti orang
linglung. "Ouuuhhhh........!"
Dan akhirnya gadis itu tak kuasa menahan goncangan
perasaannya, sehingga tiba-tiba tubuhnya terhuyung-huyung
kemudian jatuh pingsan. Untunglah Tung hai tiauw cepat
menyambarnya dan membawanya masuk ke dalam pendapa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nung-jin! Urus lawan kita ini! Aku akan mengobati Li Ing
lebih dahulu." sebelum pergi Raja Bajak Laut itu memberi
pesan kepada Tung-hai Nung-Jin.
"Ba-baik, Hai-ong........." orang tua itu menjawab gugup.
Dan hal itu ternyata juga menyadarkan pula pikiran Tiauw
Kiat Su dari perasaan ngerinya. Pikirannya yang semula
menyangka ia telah berhadapan dengan 'hantu' Liu Yang Kun
kini telah hilang. Lawannya itu benar-benar belum mati
terkena senjata peledaknya. Bahkan pemuda itu masih tampak
segar-bugar, meskipun sebagian dari pakaiannya telah
menjadi hangus. "Gila!" Tiauw Kiat Su menggeram marah. "Ternyata kau
belum lumat oleh senjata peledakku itu! Hmmh..... sungguh
mengherankan sekali! Bagaimana kau bisa menyelamatkan diri
tadi?" Liu Yang Kun tersenyum. "Apa anehnya dengan senjata
peledakmu itu" Paling-paling cuma membikin aku kaget
sedikit. Lain tidak. Lihat......! Justru anak-buahmu sendiri yang
menjadi korban," katanya mencemooh.
"Setan busuk!" "Jangan mengumpat!" Liu Yang Kun tertawa.
Kemudian pemuda itu menoleh kepada Pek-i Liong-ong.
"Ah, jadi yang masuk ke halaman, dan kemudian
memperdayai para penjaga itu Lo-cian-pwe kiranya. Tak heran
kalau aku sampai tak bisa mengikutinya........"
Pek-i Liong-ong mengerutkan dahinya. "Maaf, bolehkah Lo-
hu (aku orang tua) mengetahui nama Siauw-heng (saudara
muda)" Mungkin aku sudah pikun, tapi rasa-rasanya Lo-hu
belum pernah berkenalan dengan Siauw-heng." ketua Aliran
Mo-kauw itu bertanya dengan hati-hati.
Tapi sebelum Liu Yang Kun menjawab, tiba-tiba Bhong Kim
Cu berbisik di telinga Pek-i Liong-ong. "Para bajak laut itu tadi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyebutnya Chin Yang Kun. Kalau memang benar demikian
dia tentu pemuda sakti yang pernah menggegerkan dunia
kang-ouw itu." Pek-i Liong-ong terkejut. "Hah..Kalau begitu..... dia
membunuh Hek eng cu pada lima tahun yang lalu?" desahnya
heran. Tak heran kalau Pek-i Liong-ong sampai kaget begitu
mengetahui siapa pemuda di hadapannya itu. Dahulu ia
pernah mengukur kepandaian dengan Hek-eng cu, dan ia
kalah. Tak tersangka Hek eng-cu yang lihai luar biasa itu
dapat dikalahkan oleh Chin Yang Kun, yang ternyata usianya
masih sangat muda sekali.
"Namaku.... Yang Kun, Lo-cian-pwe." Liu Yang Kun
menjawab pertanyaan Pek-i Liong-ong. Ia sengaja tidak
menyebutkan she-nya, karena untuk menyebutkannya
kadang-kadang ia merasa bingung harus menyebutkannya
yang mana. Chin atau Liu. Sebab dua-duanya adalah benar.
"Oh, Chin Siauw-heng kiranya. Sungguh tak kusangka Lo-
hu bisa bertemu dengan Siauw-heng di tempat ini. Sudah
lama Lo-hu mendengar namamu yang tersohor........."
"Ah, lo-cianpwe terlalu memuji. Namaku tak pernah dikenal
orang." Liu Yang Kun cepat memotong.
Pek-i Liong-ong tersenyum. "Pandai benar Chin Siauw-heng
merendahkan diri....." katanya kagum.
Kikuk juga rasanya hati Liu Yang Kun. Oleh karena itu
untuk mengalihkan pembicaraan tersebut Liu Yang Kun lantas
bertanya. "Lo-cianpwe....." Ada urusan apakah sebenarnya
sehingga lo-cianpwe membawa banyak orang ke tempat
tinggal T ung-hai-tiauw ini" Apakah..?"
Tiba-tiba Pek-i Liong-ong menghela napas panjang. Urusan
itu sebenarnya adalah urusan pribadinya. Urusan antara Mo-
kauw dan T ung-hai-tiauw. Tapi apa boleh buat, keadaan anak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
buahnya sekarang tidak menguntungkan. Dan pemuda itu
ternyata telah menyelamatkan mereka.
Oleh karena itu tak enak juga hati Pek-i liong-ong untuk
berdiam diri terhadap pertanyaan pemuda itu. Maka dengan
singkat Pek-i Liong-ong terpaksa bercerita tentang sebab-
musabab perselisihan tersebut.
"Bohong! Engkau jangan mencoba untuk memutar-balikkan
kenyataan!" Tung-hai Nung-jin berteriak. "Baju mustika itu
memang milik kami! Kalianlah yang mencurinya!"
"Mana buktinya! Kalianlah yang mengaku-aku, lalu mencari
seribu macam alasan dan tipu daya untuk memilikinya." Bhong
Kim Cu berseru pula untuk menangkis tuduhan Tung-hai
Nung-jin. "Aaaah........?" tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah panjang.
"Jadi hanya urusan Kim-pouw-san itukah yang menjadi pokok
persoalannya" Kalau begitu... urusan ini sudah benar dan tak
perlu diperpanjang lagi. Kim-pouw-san sudah kembali ke
tangan Tung-hai-tiauw. Masing-masing tak perlu bersitegang
lagi." "Urusannya sudah benar" Apakah maksud perkataan Chin
Siauw-heng itu?" Bhong Kim Cu melangkah ke depan sambil
menggeram penasaran. "Benar. Mengapa Chin Siauw-heng berkata demikian?"
Leng Siauw menyambung ucapan su-hengnya.
Liu Yang Kun cepat merangkapkan kedua tangannya di
depan dada untuk menghormati Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw. "Maaf, apakah siauw-te berhadapan dengan Siang-kau
Tai-shih (Sepasang Utusan Agama) dari Aliran Mo kauw?"
pemuda itu menyapa. Kedua orang murid Pek-i Liong-ong itu terpaksa membalas
penghormatan itu. "Benar......" mereka menjawab berbareng.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Begini, Ji-wi lo-cianpwe.......Siauw-te tidak bermaksud
berbohong atau mengada-ada. Tapi sungguh kebetulan sekali
di dalam urusan Kim-pouw-san ini siauw-te juga ikut
mengetahuinya pula. Baju mustika itu memang kepunyaan
Keluarga Tiauw. Dan yang biasa memakai adalah nona Tiauw
Li Ing. Kira-kira lima tahun yang lalu, nona Tiauw diculik dan
disandera oleh Song-bun-kwi Kwa Sun Tek di puncak bukit di
sebelah selatan kota Poh-yang. Nona Tiauw ditempatkan di
sebuah ruangan di bawah tanah. Di dalam ruangan itu nona
Tiauw hendak diperkosa oleh Song-bun-kwi K wa Sun T ek. Dan
ketika melepaskan pakaian nona Tiauw itulah Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek memperoleh baju mustika itu. Semua kejadian
itu dapat siauw-te saksikan, karena pada waktu itu siauw-te
berada di ruangan itu pula. Malah kemudian siauw-te lah yang
menolong dan membebaskan nona itu. Sayang Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek melarikan diri......"
"Benar. Aku ingat sekarang. Pemuda inilah yang kutemui di
puncak bukit itu dahulu. Dialah yang telah membebaskan
Tiauw Li Ing dari cengkeraman Song bun-kwi Kwa Sun Tek."
tiba-tiba terdengar suara Tung-hai-tiauw dari arah pendapa
dan sekejap kemudian orangnya telah berada di tempat itu
pula. Tiauw Li Ing tidak ikut serta.
"Nah, bagaimana sekarang" Apakah kalian masih belum
percaya juga?" Tung hai Nung-jin mengolok-olok Pek-i Liong
ong. Pek-i Liong-ong saling pandang dengan kedua pembantunya. Mereka mulai percaya pada kisah yang
diceritakan Liu Yang Kun.
"Maaf, apakah Siauw-heng berkata yang sebenarnya?"
akhirnya Pek-i Liong ong menegaskan.
Liu Yang Kun tersenyum, lalu mengangguk. "Siauw-te
berkata yang sebenarnya. Buat apa Siauw-te berbohong"
Siauw te tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan lo-
cianpwe maupun Tung-hai-tiauw." Pek-i Liong-ong Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menundukkan mukanya, lalu menarik napas panjang. "Baiklah.
Kalau memang demikian halnya aku pun tidak keberatan pula
untuk melepaskan Kim-pouw-san itu......"
"Tapi....?" Bhong Kim Cu yang masih merasa penasaran itu
mencoba mencegah. "Kim Cu, sudahlah..... aku percaya kepada Chin Siauw-heng
ini. Biarlah benda itu lepas dari tangan kita. T oh sejak semula
benda itu memang bukan milik kita."
"Tapi banyak saudara-saudara kita yang telah menderita
dan menjadi korban karena benda itu."
Pek-i Liong-ong berdesah pendek. "Memang. Tapi hal itu
juga karena kesalahan kita. Kitalah yang harus bertanggung-
jawab atas musibah dan penderitaan mereka. Coba, kalau kita
tidak menjadi serakah dan bisa menghilangkan nafsu angkara-
murka kita untuk memiliki benda temuan itu, niscaya semua
itu tidak akan terjadi. Mengertikah kau.."
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw cepat menundukkan
mukanya. "Tee-cu mengerti, Mo-cu....." bisik mereka dengan
bibir gemetar. "Nah, kalau begitu uruslah saudara-saudara kita yang mati
dan terluka! Kita pulang kembali ke Gedung Pusat!"
"Eeit, enaknya....! Nanti dulu !" Tung-hai-tiauw tiba-tiba
berseru sambil meloncat ke depan Pek-i Liong-ong.
Pek-i Liong-ong cepat memberi hormat. "Maaf! Apakah Hai-
ong masih mempunyai pesan yang lain?" katanya kaku.
"Hmmh! Kalian mau kemana" Siapakah yang mengijinkan
kalian pergi dari tempat ini, hah?" Tung-hai-tiauw membentak
tak kalah kasarnya. Wajah Pek-i Liong-ong dan pembantunya menjadi merah-
padam. Hampir saja mereka tidak bisa menahan amarah
mereka. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kami telah memutuskan untuk merelakan baju mustika
Kim-pouw-san itu. Dan selanjutnya kami takkan mengutik-utik
atau mengganggu-gugat hal itu lagi. Oleh karena itu kami
sekarang akan pulang kembali ke Gedung Pusat kami." Leng
Siauw menjawab dengan suara dingin pula.
"Tidak boleh! Kalian semua telah terlanjur melihat barang
pusaka kami. Oleh karena itu kami akan membunuh kalian
semua!" Tung-hai-tiauw berteriak.
"Kurang ajar! Jadi kalian tetap ingin melanjutkan
pertempuran kita?" Bhong Kim Cu ikut berteriak pula.
"Bangsat! Jangan banyak bicara! Ayoh..... Kiat Su, Nung-
jin! Basmi mereka!" Tung-hai-tiauw menjerit marah.
Sekejap saja para bajak laut itu telah menyerbu lawan
mereka kembali. Dan pertempuran kasar dan brutal pun lalu
berlangsung pula dengan riuhnya. Pek-i Liong-ong kembali
berhadapan dengan T ung-hai-tiauw, sementara Bhong Kim Cu
dan Leng Siauw juga bertempur dengan Tung-hai Nung-jin
dan Tiauw K iat Su lagi. Liu Yang Kun tak bisa mencegah lagi. Semuanya berjalan
begitu cepatnya sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa untuk
mencegahnya. Ia hanya bisa berdiri termangu-mangu
menyaksikan pertempuran semrawut di sekelilingnya.
Namun ketika perimbangan kekuatan itu mulai goyah,
sehingga korban mulai berjatuhan kembali di pihak Mo-kauw,
Liu Yang Kun tak bisa berdiam diri lagi.
"Berhenti.....!" serunya keras mengatasi kebisingan dan
keributan di dalam arena perang-tanding itu.
Oleh karena Liu Yang Kun menghentakkan suaranya itu
dengan enam bagian dari seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
maka akibatnya pun sungguh hebat sekali! Semua anak buah
Tung-hai-tiauw yang kelas rendahan pun segera terjungkal
berjatuhan, bagaikan pohon tumbang dilanda angin topan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara para touw-bak yang rata-rata memiliki kepandaian
tinggi itu juga terhuyung-huyung seperti kawanan pemabuk
yang terlalu banyak minum arak!
Sedang T ung-hai-tiauw, Pek-i Liong-ong dan yang lain-lain,
meskipun tidak menderita seperti anak buah mereka itu, tapi
mereka juga terpaksa menghentikan pertempuran mereka.
Dinding dada mereka seperti dihantam oleh gelombang
kekuatan yang maha dahsyat, sehingga mereka juga dipaksa
untuk bertahan agar tidak terpengaruh oleh kekuatan yang
sangat luar biasa itu. "Bukan main.....!" Pek-i Liong ong berdecak kagum setelah
dapat mengatasi benturan gelombang suara itu.
"Bangsat.......!" Tung-hai-tiauw mengumpat pula sambil
mengerutkan keningnya, seperti orang yang sedang menahan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sakit. "Uuuuh........"!?" Tung-hai Nung-jin, Bhong Kim Cu dan
Leng Siauw mengeluh sambil mencengkeram dada mereka
masing-masing. "Gila! Betul-betul gila! Kubunuh kau......!" Tiauw Kiat Su
menggeram marah. Tangannya segera merogoh saku dan
mengeluarkan pek-lek-tan kebanggaannya.
Tapi dengan cepat Liu Yang Kun menghardiknya. "Tahan
senjata itu. Apakah kau ingin membunuh ayahmu sendiri!
Apakah engkau belum jera juga menggunakan bahan peledak
itu! Lihatlah pakaianmu itu" Apakah engkau ingin mengulanginya lagi" Huh.....!"
"Persetan! Aku ingin melumatkanmu!" Tiauw Kiat Su
semakin meradang. "Hahahaha.. .!" T iba-tiba Liu Yang Kun tertawa. "Kau ingin
membunuh aku" Hahaha...... tampaknya kau belum sadar
juga akan kelemahanmu. Apakah kaurasa kau bisa membunuh
aku dengan pelurumu itu" Ah.....yang benar saja! Coba lihat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sendiri pakaianmu itu! Kulihat kau lebih parah dari pada aku.
Setidak-tidaknya pakaianku masih utuh. Cuma hangus sedikit.
Sebaliknya bagaimana dengan pakaianmu yang compang-
camping itu" Apakah engkau juga belum bisa melihat
kenyataan ini" Apakah engkau memang ingin membunuh diri
secara massal dengan ayahmu dan semua anak buahmu?"
Betapapun besarnya rasa marah dan rasa tersinggung di
hati Tiauw Kiat Su namun pemuda itu tak bisa mengingkari
kenyataan tersebut. Kenyataannya peluru pek-lek-tan itu
memang tidak bisa me lukai Liu Yang Kun. Justru dirinya
sendirilah yang hampir menjadi korban ledakan peluru itu.
"Coba kaupikirlah sekali lagi. Jangan sembarangan
mempergunakan senjata mengerikan itu! Kau tidak akan bisa
membunuh aku dengan senjata itu. Jangankan kau, gurumu
sendiri juga tak bisa membunuh aku dengan peluru itu! Kau
masih ingat peristiwa di Lembah Dalam setahun yang lalu?"
Tiauw Kiat Su semakin tak berkutik. Apa yang dikatakan
lawannya itu memang benar semuanya. Kalau dia tetap nekad
juga melepaskan senjata peledaknya, hal itu memang sama
saja hendak membunuh ayah, paman dan anak-buahnya
sendiri. Bahkan mungkin juga semua orang yang berada di
tempat itu, termasuk dirinya pula.
"Bocah sombong! Lalu.......maksudmu menghentikan pertempuran kami?" Tung hai tiauw berseru kesal.
Liu Yang Kun menoleh, kemudian mendengus. "Hmmh.......! Aku hanya ingin mencegah pertumpahan darah
di antara kalian. Lain tidak. Karena Ketua Aliran Mo kauw
sudah mau mengembalikan baju mustika itu, maka kalian juga
harus mau berlapang dada melepaskan mereka pergi."
"Apa pedulimu" Jangan turut campur dalam urusan kami!"
Tung-hai-tiauw membentak gusar.
"Tidak bisa!" Liu Yang Kun berkata tegas. "Aku tidak ingin
melihat kekejaman dan ketidak-adilan berlangsung di depan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mataku. Kalau kau tetap ingin mengumbar keangkara-
murkaan, aku akan mencegahnya. Apapun yang terjadi."
"Bangsat! Kalau begitu terimalah golokku ini!" Tung-hai-
tiauw meraung, kemudian menyerang dengan golok emasnya.
Liu Yang Kun mengelak, lalu ganti menyerang pula dengan
cepatnya. Dan mereka pun lantas terlibat dalam pertarungan
yang seru dan cepat luar biasa, masing-masing mencoba
mengungguli kecepatan lawannya, sehingga tubuh mereka
seakan lenyap di dalam keremangan cahaya obor. Mereka
seolah-olah telah berubah menjadi bayang-bayang hitam,
yang kadang kadang saling membelit dan saling berpencar di
dalam arena. Dan semakin lama kecepatan mereka pun semakin
bertambah pula. Sepuluh jurus telah berlalu. Sebelas juruspun
juga telah berlangsung pula. Akhirnya lima belas jurus pun
juga sudah mereka lampaui.
Tung-hai-tiauw mulai tersengal-sengal, sementara Liu Yang
Kun masih tetap segar dan terus mengikuti perkembangan
ilmu s ilat lawannya dengan sabar.
"Hanya sampai sekiankah ilmu mengentengkan tubuhmu"
Kau sudah tidak bisa menambahnya lagi?" pemuda itu
bertanya tenang. Sebenarnya tidak ada maksud di hati Liu Yang Kun untuk
mengolok-olok atau mengejek lawannya. Namun karena hati
Tung-hai-tiauw telah diliputi oleh rasa marah dan penasaran,
maka ucapan itu ditangkap sebagai suatu penghinaan bagi
Raja Bajak Laut itu. Dengan teriakannya yang keras dan kasar
Tung-hai tiauw memerintahkan para pembantunya untuk ikut
membereskan lawannya. Dan tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya, Tung-hai
Nung-jin, Tiauw Kiat Su, serta seluruh anak-buahnya segera
meloncat berhamburan menyerang orang-orang Mo-kauw.
Dan dalam pertempuran yang kacau balau itu Tung-hai-tiauw
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bisa sedikit berlindung dan bersembunyi di antara anak
buahnya. Sebab di antara orang-orang yang bertempur secara
semrawut itu Liu Yang Kun tak bisa seenaknya menggunakan
kesaktiannya. Salah-salah bisa mengenai orang yang tak
bersalah nanti. Tentu saja Liu Yang Kun menjadi gemas melihat kelicikan
lawannya. Namun pemuda itu juga tidak kekurangan akal
pula. Karena takut pukulannya yang beracun itu dapat
mencelakakan orang-orang yang tak berdosa, maka pemuda
itu sengaja mengerahkan gin-kangnya saja untuk mengungguli lawannya. Dengan Bu-eng Hwe-tengnya yang telah mencapai puncak
kesempurnaan, mudah saja bagi Liu Yang Kun untuk mengejar
Tung-hai-tiauw, biarpun raja bajak laut itu berusaha
berlindung dan memanfaatkan suasana yang kisruh dan
semrawut itu. Tubuh Liu Yang Kun yang seringan kapas itu
'terbang melayang' meliuk-liuk, menerobos kesana-kemari di
antara ributnya manusia yang berseliweran di arena itu.
Bahkan dengan kehebatan gin-kangnya itu Liu Yang Kun
mampu mendahului, mencegat dan menyongsong semua
gerakan Tung-hai-tiauw! Untunglah bagi raja bajak laut itu,
bahwa ia mengenakan baju Kim-pouw-san dan senjata
mustika golok Toat-beng-to, sehingga beberapa kali ia bisa
menyelamatkan diri dengan perlindungan kedua buah mustika
itu. "Gila! Bocah ini manusia atau setan, huh!" Tung-hai-tiauw
mengumpat-umpat di dalam hatinya.
Sementara itu dengan masuknya Liu Yang Kun ke dalam
arena, membuat perimbangan kekuatan di dalam arena itu
menjadi berubah. Otomatis Pek-i Liong-ong menghadapi
Tiauw K iat Su, orang terlihai di antara kawanan bajak laut itu.
Leng Siauw langsung mengurung Tung-hai Nung jin dengan
cambuk geriginya. Sementara Bhong Kim Cu membantu anak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
buahnya melawan keroyokan para touw-bak yang masih
hidup. Mula-mula Tung-hai Nung-jin lah yang mengalami
kesulitan. Menghadapi cambuk Leng Siauw paculnya benar-
benar tak berkutik. Beberapa kali senjata itu hampir terlepas
disambut cambuk lawannya.
"Bangsat ! Keparat ! Aduuh.....I" orang tua itu menjerit-jerit
gusar. Dan jeritan Tung-hai Nung-jin itu lalu diikuti pula oleh
pekikan-pekikan Tung-hai-tiauw. Raja Bajak Laut itu mulai
merasa kesakitan pula oleh pukulan pukulan Liu Yang Kun.
Sungguh beruntung baginya karena Liu Yang Kun belum
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, sehingga ia masih
bisa bertahan, meski pun untuk itu ia harus jatuh bangun
mempertahankan diri. Dan umpatan-umpatan ayahnya itu juga didengar pula
Tiauw Kiat Su. Tapi karena ia sendiri sedang menghadapi
desakan Pek i Liong-ong yang semakin lama terasa semakin
Rahasia Peti Wasiat 8 Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear Golok Sakti 2
^