Pencarian

Memburu Iblis 4

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 4


berjalan gadis itu membenahi pakaiannya yang kedodoran
tadi. Lorong-lorong itu terasa pengap dan panas seperti
biasanya. Gua itu memiliki lima buah lorong atau ruangan yang satu
sama lain saling berhubungan. Dan ruangan yang paling besar
adalah ruangan yang sebagian dari lantainya dialiri oleh sungai
di bawah tanah itu. Sedangkan ruangan yang paling kecil
adalah ruangan yang paling sulit dicapai, yaitu ruangan
dimana Tui Lan pernah melihat Liu Yang Kun diborgol kaki
tangannya itu. Ruangan tersebut hanya bisa dicapai dengan
merangkak melalui sebuah terowongan kecil sepanjang tiga
tombak. Liu Yang Kun tidak dapat dijumpai Tui Lan di keempat
lorong gua itu. Tinggal satu lorong lagi yang belum dijenguk
oleh gadis itu, yaitu lorong terkecil. Namun ketika Tui Lan
melangkah ke sana, terowongan sempit yang menghubungkan
tempat tersebut dengan lorong yang lain telah disumbat
dengan batu karang sebesar gajah, sehingga lobang itu tidak
kelihatan sama sekali. Dan tentu saja Tui Lan tak kuat
memindahkannya. "Eh........ dimanakah Liu T ai-hiap itu" Apakah dia berada di
ruangan ini" Tapi kenapa ia harus menutup lobang ini, kalau
dia ada di sini" Ataukah dia tidak berada di lorong ini" Lalu
dimana" Apakah masih ada ruangan lain yang dirahasiakannya
selain kelima lorong ini?" gadis itu bertanya-tanya di dalam
hati. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan langkah gontai dan pikiran penuh pertanyaan Tui
Lan kembali ke kamarnya lagi. Bayangan wajah Liu Yang Kun
yang kadang-kadang tampak riang dan penuh senyum, tapi
seringkali juga terlihat murung dan sayu itu benar-benar
membingungkan hati gadis itu.
"'Pemuda itu sangat baik kepadaku. Wajahnya tampan,
kepandaiannya sangat tinggi. Tanpa alasan dan sebab apapun
dia te lah mempertaruhkan jiwanya untuk menolongku. Namun
demikian sungguh sulit bagiku untuk menerka apa yang
tersembunyi di dalam hatinya. Sikapnya kadang-kadang
sangat aneh dan sulit dimengerti. Siapa tahu dia justru......Si
Iblis Penyebar Maut itu malah?" dalam keragu-raguan dan
kebingungannya gadis itu mencoba berseloroh dengan dirinya
sendiri. Namun tiba-tiba hatinya menjadi kecut juga. "Ah,
masakan orang sebaik dia menjadi seorang iblis penyebar
maut!" sangkalnya kemudian.
"Tapi.........ah, sebaiknya aku memang harus berhati-hati
menghadapinya. Bagaimanapun juga dia baru saja kukenal,
dia adalah orang asing bagiku. Biarlah untuk selanjutnya aku
akan menyelidiki s iapa sebenarnya dia itu!"
Tui Lan justru tak pernah menanyakan dimana pemuda itu
beristirahat serta tidur setiap harinya. Tapi sejak itu Tui Lan
menjadi semakin ramah dan suka bicara dengan Liu Yang
Kun. Tui Lan mencoba untuk mengorek asal-usul dan keluarga
pemuda itu dengan cara yang amat halus dan tak kentara.
Meskipun demikian, pemuda itu ternyata juga sangat berhati-
hati sekali berbicara tentang dirinya. Setiap menyinggung
keluarganya pemuda itu tentu segera mengelak dan
memindahkan percakapan mereka ke hal yang lain. Pemuda
itu hanya bercerita tentang pengalamannya, tentang dirinya,
dan tentang segala sesuatu yang terjadi di dunia persilatan.
Pemuda itu tentu akan segera menjawab bila ditanyakan
tentang dirinya, ilmunya, dan tentang apa saja yang pernah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dialam inya. Tapi dia akan segera bungkam setiap kali
menjurus ke arah keluarganya.
"Ah........ jadi kau pernah menginap di istana kaisar pula"
Wah, pengalamanmu sungguh hebat sekali," pada suatu hari
Tui Lan berseru mengagumi cerita yang dikisahkan oleh Liu
Yang Kun. "Tentu saja, karena menginap di dalam istana itulah aku
akhirnya bisa bertemu dengan guruku yang kedua. Ketika aku
terbenam di dalam telaga di belakang istana itu, tubuhku
tersedot ke dalam sungai di bawah tanah seperti sekarang ini.
Di situ aku justru dapat bertemu dengan seorang wanita tua
yang memberi pelajaran ilmu s ilat tinggi kepadaku. Aku diajari
Liong-cu-i-kang (Tenaga Sakti Mustika Naga) dan Kim-coa-ih-
hoat (Ilmu Baju Ular Emas), yang menjadi ilmu andalanku
selama ini......" "Hmm, kalau begitu kau sudah dua kali hidup di dalam
ruang di bawah tanah seperti ini" Ah, makanya kau enak-
enakan saja selama ini. Sama sekali tidak merasa gelisah
ataupun sedih." Tui Lan menggerutu kesal.
Liu Yang Kun tertawa gembira. "Bukan begitu, nona ... "
pemuda itu menyangkal. "Soalnya...."
"Uh! Mengapa kau masih juga memanggil dengan nona-
nonaan terus?" Tui Lan memonyongkan bibirnya.
"Habis kau juga masih sering memanggilku Liu Tai-hiap,
sih.........." Liu Yang Kun membela diri. Namun akhirnya pemuda itu
mengalah juga. "Baiklah ! Aku akan memanggilmu Lan-moi!
Tapi ingat, kaupun harus menyebutku twa ko! Bagaimana?"
"Baik. twa-ko.....!" Tui Lan mengangguk seraya menyunggingkan senyum di bibirnya yang tipis.
Demikianlah, dari hari ke hari persahabatan mereka
menjadi semakin akrab. Tui Lan semakin mengenal pribadi Liu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Yang Kun, meskipun pemuda itu tetap bungkam tentang
masalah keluarganya, begitu juga sebaliknya, Liu Yang Kun
juga semakin mengenal diri Tui Lan. Cuma masih ada sebuah
hal yang tetap menjadi teka-teki bagi Tui Lan, yaitu masalah
'lorong gua' yang tertutup batu sebesar gajah itu. Selama ini
Liu Yang Kun tetap merahasiakan dan menutup-nutupinya.
Dan juga selama itu pula Tui Lan tak pernah mengetahui,
dimana pemuda itu tidur dan beristirahat. Namun seperti yang
telah diputuskannya sendiri, Tui Lan tak pernah mengungkat-
ungkat hal itu. Sementara itu persoalan lain yang ternyata justru sangat
menyibukkan Tui Lan adalah serangan hawa panas di dalam
tubuhnya yang disebabkan oleh Po-tok-cu itu. Sejak benda
tersebut tertanam di dalam dagingnya, serangan hawa panas
itu selalu saja mengganggunya. Setiap hari gadis itu harus
bertarung untuk mengalahkan serangan hawa panas yang
membakar tubuhnya itu dengan gerakan-gerakan yang
terlukis di dalam buku Pat-hong Sin-ciang.
Celakanya, setiap kali datang menyerang, hawa panas itu
selalu saja bertambah dan berlipat ganda kekuatannya,
sehingga untuk menanggulanginya Tui Lan terpaksa harus
menambah pula gerakan-gerakannya dengan gerakan yang
terdapat di halaman berikutnya dari buku tersebut. Sehingga
tanpa dikehendaki sendiri oleh gadis itu, maka lembar demi
lembar isi buku Pat-hong Sin-ciang tersebut terpaksa
ditirukannya untuk me lawan serta menaklukkan serangan
hawa panas itu. Kadang-kadang Tui Lan merasa kewalahan pula, sehingga
sering kali ia bermaksud untuk mengeluarkan saja Po tok-cu
itu dari tangannya. Tapi bila terlihat oleh gadis bekas luka
yang telah merapat dan menutupi benda pusaka itu, maka
keinginannya tersebut segera hilang.
"Biarlah....,! Bila panas itu memang tak bisa kutahan lagi,
dan ilmu yang tertulis di dalam buku itu juga sudah tak dapat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengatasinya pula, maka mutiara itu terpaksa akan kucongkel
keluar." Tui Lan berkata di dalam hatinya.
Akibatnya, setengah bulan kemudian pelajaran dasar ilmu
bersemadi Pat-hong-sin-kang tersebut sudah habis dilahap Tui
Lan untuk melawan serangan hawa panas itu. Sehingga untuk
hari-hari selanjutnya, Tui Lan terpaksa pula melangkah ke
halaman berikutnya lagi, karena pelajaran dasar tersebut
sudah tidak kuasa lagi membendung serangan hawa panas
itu. Demikianlah, pada hari yang ke enambelas, Tui Lan mulai
pula dengan halaman yang ke enambelas. Pada halaman
itulah buku tersebut benar-benar mulai mengajarkan cara-cara
menguasai dan menghimpun Tenaga Sakti Delapan-Penjuru
Angin atau Pat-hong-sin-kang! Dan mulai hari itu pulalah Tui
Lan dipaksa untuk melakukan gerakan-gerakan yang sulit dan
aneh-aneh. Sehingga untuk me lakukannya Tui Lan terpaksa
pula mempersiapkannya sehari sebelumnya!
Untuk menirukan gerakan 'kelelawar tidur dengan
menggantungkan kakinya di atas dahan', Tui Lan terpaksa
membuat lobang kecil di langit-langit guanya untuk
mengaitkan ujung kakinya. Sementara untuk menirukan
gerakan 'kelelawar terbang', Tui Lan terpaksa pula mencari
dua dinding gua yang saling berdekatan, yang jaraknya sesuai
dengan panjang tubuhnya. Ada delapan cara atau gerakan untuk menghimpun Pat-
hong-sin-kang. Masing-masing dengan cara dan aturan-
aturannya sendiri dalam menyalurkan hawa sakti yang telah
terkumpul di tantian. Masing-masing juga disebutkan cara
untuk menembus tiap-tiap simpul jalan darah yang dilalui
hawa sakti tersebut, lengkap dengan ukuran dan urut-
urutannya pula. Sungguh beruntung bagi Tui Lan, karena
sebelumnya dia telah memperoleh pendidikan tentang jalan
darah dari gurunya, sehingga apa yang tertulis di dalam buku
itu tidak membingungkannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan memang sungguh mengherankan sekali! Sekali saja
Tui Lan menyalurkan hawa sakti seperti yang diperintahkan
oleh buku itu, maka hawa panas itu segera lenyap seketika!
Tak perlu gadis itu mengulang-ulangnya lagi! Selain dari pada
itu Tui Lan merasakan suatu perubahan yang mendadak di
dalam dirinya. Tui Lan merasa badannya tiba-tiba menjadi
lebih segar, bersemangat dan ringan bukan main!
"Ajaib! Pat-hong-sin-kang benar-benar hebat sekali !
Dengan salah satu dari gerakannya saja, aku telah mampu
mengendalikan hawa panas itu!'' gadis itu berdesah gembira.
Tui Lan benar-benar mengagumi kehebatan ilmu yang baru
dipelajarinya itu. Maka dari itu dia tidak menjadi terpaksa lagi
sekarang. Sebaliknya gadis itu menjadi kecanduan malah.
Meskipun dengan gerakan yang pertama saja sebetulnya gadis
itu sudah mampu menjinakkan serangan hawa panas tersebut
namun karena ia sudah terlanjur kecanduan tadi, maka dia
tetap saja meneruskan pelajarannya. Satu persatu lembar
demi lembar, petunjuk tentang Pat-hong sin-kang itu
dipelajarinya hingga selesai.
Dan sebulan kemudian Pat-hong-sin kang itupun telah
habis dilahapnya pula. Sekarang tinggal separuh buku saja
lagi. Itupun bukan inti pelajaran lwee kang pula, tapi adalah
jurus-jurus ilmu Pat-hong Sin-ciang yang terkenal itu!
Namun sudah banyak kemajuan yang diperoleh Tui Lan
dalam waktu sebulan itu. Sekarang Tui Lan sudah dapat
melihat di dalam kegelapan tanpa harus menggunakan obor
lagi, meskipun jaraknya juga masih sangat terbatas pula. Dan
sekarang Tui Lan juga sudah bisa mengatur tenaga saktinya,
sehingga obor itu juga tidak menjadi padam lagi seperti dulu.
Dan dengan kepandaiannya mengatur hawa sakti itu, dinding-
dinding di dalam guanya sudah tidak menjadi basah serta
mengembun lagi seperti dulu.
Sementara itu pergaulannya dengan Liu Yang Kun juga
semakin akrab pula. Setiap hari mereka mencari ikan dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
membakarnya bersama-sama. Kadang-kadang mereka berlatih
silat pula dengan tekun. Atau kalau mereka sedang lelah,
mereka cuma berbincang-bincang saja sambil duduk-duduk di
tepi sungai itu. Namun selama itu pula mereka selalu menjaga
diri dan menjaga jarak diantara mereka, agar hubungan itu
tidak dikotori oleh nafsu-nafsu yang akan menyesatkan
mereka nanti. Begitu kuatnya mereka menjaga 'persahabatan'
itu sehingga masing-masing sangat menghormati dan
menjauhi daerah 'pribadi' sahabatnya.
Walaupun demikian, kadang-kadang Liu Yang Kun tampak
sedikit curiga juga menyaksikan kemajuan Tui Lan. Di
matanya sekarang, gadis itu kelihatan lebih tangkas dan
lincah, sedangkan sinar matanya tampak lebih tajam
berwibawa. Namun pemuda itu tetap tidak pernah bertanya,
apalagi mengurusnya. Tapi yang terang gadis itu selalu
tampak bertambah cantik saja setiap harinya.
"Lan-moi....... Kau benar-benar ..... cantik sekali!" pada
suatu hari pemuda itu memuji. Tampaknya pemuda itu sudah
tidak bisa menguasai perasaannya lagi.
Tentu saja pipi Tui Lan menjadi merah seketika. Gadis itu
sungguh tidak menyangka kalau Liu Yang Kun akan
memujinya seperti itu. "Ah, twa-ko......... kau ini ada-ada saja! Bagaimana
mungkin wajah seperti ini bisa disebut cantik" Cermin tidak
ada, bersolekpun juga tidak pernah." Tui Lan cepat
menyanggahnya dengan kemalu-ma luan. Namun sebenarnya
hatinya terasa membengkak sebesar bukit.
Bagaimana Tui Lan tidak menjadi berbangga dan berbesar
hatinya mendengar pujian itu" Sejak pertama kali me lihat Liu
Yang Kun, gadis itu sudah merasa kagum dan tertarik hatinya.
Apa lagi ketika pemuda itu menyelamatkannya dari keganasan
Giok-bin Tok-ong, rasa kagum tersebut menjadi bertambah
pula dengan rasa hutang budi dan rasa terima kasih yang tak
terhingga. Dan rasa-rasanya perasaan itu menjadi semakin
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mendalam selama mereka berada di dalam gua itu. Namun
sebagai seorang gadis tentu saja Tui Lan selalu berusaha
untuk menahan diri dan mengendalikan perasaannya. Siapa
tahu perasaannya itu ternyata hanya bertepuk sebelah
tangan" Maka sungguh tidak mengherankan bila kata-kata pujian
pemuda itu benar benar sangat mengejutkan, sekaligus juga
amat menggembirakan hati Tui Lan. Perasaan gadis itu
seolah-olah melayang-layang di atas langit.
"Benar, Lan-moi. Justru karena melihatmu tanpa berdandan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian itu aku lantas memujimu. Di kota-raja atau di kota
Soh-ciu ini aku sering menyaksikan gadis cantik dengan
dandanannya yang sangat anggun Tapi selama ini aku belum
pernah melihat seorang gadis bisa secantik kau tanpa
berdandan dan memoles wajahnya dengan alat-alat
kecantikan".." Liu Yang Kun memuji lagi.
Apa yang bisa dikatakan lagi oleh Tui Lan selain diam
seribu bahasa" Gadis itu hanya bisu menundukkan mukanya,
untuk menyembunyikan kegembiraannya.
Tapi justru sejak itu Tui Lan jarang-jarang melihat Liu Yang
Kun. Kalau biasanya seharian mereka selalu bersama, kini
pemuda itu hanya muncul bila waktunya makan dan mencari
ikan. Dan Tui Lan melihat suatu perubahan yang aneh pada
wajah dan sikap pemuda itu.
Pemuda itu kelihatan sangat gelisah dan murung. Meskipun
pemuda itu selalu berusaha menyembunyikan keadaannya
tersebut dengan sikapnya yang riang, tapi Tui Lan tak bisa
dikelabuinya. Pemuda itu seperti sedang menanggung beban
batin yang amat berat. Dan setiap saat pemuda itu seperti
selalu menghindarinya. Dan kalau hal itu ditanyakannya,
pemuda itu akan menjadi gelagapan, dan semakin tampak
sangat menderita sekali. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Badanku".. eh, aku agak kurang enak badan, Lan-moi!
Biarlah aku beristirahat dulu..." paling-paling pemuda itu akan
berkata demikian, dan kemudian meninggalkannya.
Tentu saja Tui Lan menjadi sedih sekali. Apalagi ketika
kadang-kadang sampai dua hari Liu Yang Kun tidak kelihatan
menemuinya. (Setelah sebulan mereka berada di dalam
kegelapan gua tersebut, mereka bisa mengira-ira, apakah hari
itu siang atau malam, dengan cara membedakan panasnya
udara di dalam gua itu). Akibatnya T ui Lan menjadi sulit tidur,
dan nafsunya untuk mempelajari jurus-jurus Pat-hong Sin-
ciang-pun juga menjadi kendor. Gadis itu lebih banyak
melewatkan waktunya dengan melamun.
Lambat laun Tui Lan tidak tahan juga menanggung beban
perasaan tersebut. Hatinya yang sudah terlanjur 'melekat'
pada pemuda itu benar-benar amat tersiksa menghadapi
keadaan seperti itu. Akhirnya Tui Lan memutuskan untuk
mencari tahu, apa yang menyebabkan kawannya bersikap
seperti itu. Maka pada suatu hari, ketika sudah dua hari lamanya Liu
Yang Kun tidak muncul, Tui Lan segera mencarinya. Tui Lan
sudah tidak peduli lagi pada peringatan Liu Yang Kun dulu,
bahwa dia tidak sekali-kali diperbolehkan menyusul pemuda
itu di tempatnya. Langsung saja Tui Lan ke lorong gua yang terkecil itu,
karena dia yakin kalau pemuda itu tentu berada di sana. Tapi
sampai di depan lobang terowongan itu Tui Lan menjadi
bingung. Bagaimana dia bisa masuk kalau menggeser batu
sebesar itu saja dia tak mampu"
''Aaah.....!" Tui Lan menghela napas kecewa, lalu
membalikkan badannya untuk kembali lagi ke kamarnya.
Namun langkahnya tiba-tiba terhenti! Telinganya yang
tajam itu mendengar suara geraman yang menggetarkan hati.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Suara geraman yang pernah dia dengar sebelumnya, tapi ia
lupa entah dimana. Tui Lan menjadi tegang, hatinya berdebar-debar. Kebetulan
gadis itu tidak membawa obornya. Dengan pandang matanya
yang bisa menembus kegelapan itu Tui Lan celingukan
kesana-kemari mencari asa l suara tersebut. Dan ketika suara
geraman itu menggema kembali, Tui Lan segera mendekati
lobang terowongan yang tertutup batu besar tersebut.
"Suara itu benar-benar datang dari dalam lorong gua
ini........" Tui Lan membatin dengan hati semakin tegang.
"Kalau begitu........ kalau begitu, apakah Liu twa-ko yang
menggeram itu" Ah,,,..... benar! Aku ingat sekarang!"
Tui Lan lalu teringat kembali akan pengalamannya sebelum
dia tertimbun di dalam gua itu. Tatkala itu dia sedang
memeluk pinggang Liu Yang Kun yang sedang bertempur
melawan Giok-bin Tok-ong di luar gua. Pada waktu itulah dia
tiba-tiba mendengar Liu Yang Kun menggeram dan
kemudian......menciumi punggung dan lehernya!
Di dalam ketegangannya mendengar geraman Liu Yang
Kun itu, timbul pula perasaan khawatir di hati T ui Lan. Jangan-
jangan pemuda itu sedang menderita sakit atau sedang
mendapatkan kesukaran. Maka ketika sekali lagi geraman itu
terdengar oleh telinganya, Tui Lan segera melupakan
kelemahannya, batu sebesar gajah itu didorongnya dengan
sekuat tenaganya ! Rrrrrrrttttt! Batu itu tergeser dengan mudahnya!
Sejenak Tui Lan malah menjadi kaget! Matanya terbelalak,
mulutnya ternganga! Hampir saja gadis itu tidak percaya kalau
ia bisa mendorong batu itu!
"Apakah semua ini diakibatkan oleh Pat-hong-sin-kang itu?"
gadis itu menduga-duga di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Setelah hilang kekagetannya, Tui Lan lalu merangkak
masuk ke dalam lobang terowongan itu. Hatinya merasa agak
tenang karena suara geraman tersebut sudah tidak terdengar
lagi. Ruangan gua itu tampak terang benderang dengan sinar
obor yang ditaruh di tengah-tengah gua. T api karena ruangan
itu mempunyai banyak tiang-tiang batu karang yang
menghubungkan langit-langit gua itu dengan lantai di
bawahnya, maka bayang-bayangnya tampak hitam berjajar-
jajar di dinding gua, bagaikan bayangan manusia yang
bergoyang goyang mengerikan!
Tui Lan menjulurkan lehernya ke dalam ruangan itu. Satu-
persatu tiang-tiang batu karang yang amat besar tersebut
ditelitinya. Dicarinya Liu Yang Kun diantara puluhan bayang-
bayang hitam itu. Krinciiiiiiing......! Tiba-tiba terdengar suara gemerincing besi yang amat
nyaring! Tentu saja Tui Lan menjadi kaget bukan main!
Terlintas kembali di dalam pikiran gadis itu tubuh Liu Yang
Kun yang diborgol kaki dan tangannya dua bulan yang lalu!
Siapakah yang kini bermain-main dengan rantai borgol itu"
Apakah Liu Yang Kun sendiri"
"Liu twa-ko !" T ui Lan menyapa perlahan.
Tiada jawaban. Tui Lan lalu melangkah masuk perlahan-
lahan. Dihampirinya asal suara tadi. Dan". Apa yang
dilihatnya kemudian benar-benar sangat mencengangkan
hatinya. Di atas lantai tampak Liu Yang Kun sedang tertidur pulas.
Kedua buah tangan dan kakinya terjepit borgol besi yang amat
besar dan kuat! Malahan lehernya tampak dilingkari borgol
pula sekarang ! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"L-i-u t-w-a,....k-o?" Tui Lan menjerit. Namun tak ada suara
yang keluar dari kerongkongannya selain suara serak yang
hampir tak terdengar. Suaranya seolah-olah tertahan di dalam
kerongkongannya. Lalu gadis itu menggosok-gosok kedua matanya seolah tak percaya! Benarkah orang yang diborgol kaki tangannya ini Liu Yang Kun" Ataukah orang ini adalah orang lain yang wajahnya mirip dengan Liu Yang Kun" Tapi kenapa baju
yang dipakai orang ini juga persis dengan baju yang dikenakan Liu Yang Kun dua hari yang lalu" "Oooooouugh......!"
Tui Lan mengeluh seraya memegangi kepalanya. Tiba-tiba gadis itu terhuyung-huyung mau jatuh. Namun
tangannya dengan cepat berpegangan pada dinding gua.
Kemudian perlahan-lahan gadis itu melangkah keluar dari
ruangan itu. Rasa pening membuat gadis itu merasa seolah-
olah sedang berada di dalam ruangan yang berputar cepat
sekali ! Tanpa mengembalikan lagi batu besar itu ke tempatnya
semula, Tui Lan merayap menuju ke kamarnya sendiri. Sampai
di kamarnya gadis itu lalu membaringkan badannya dan
mencoba untuk tidur. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan gadis itu memang tertidur dengan nyenyaknya.
Matanya baru terbuka kembali ketika udara panas di dalam
gua itu telah menyengatnya, di luar gua matahari telah
bersinar dengan teriknya.
''Aughhh........ !" Tui Lan menguap lebar, lalu duduk.
Namun bagai disengat lebah Tui Lan segera melompat
keluar kamarnya. Bergegas gadis itu berlari ke tempat Liu
Yang Kun diborgol malam tadi. Batu besar itu kelihatan sudah
tergeser semakin jauh dari lobangnya.
Tui Lan menjadi tegang, hatinya berdebar-debar. Selangkah demi selangkah gadis itu merangkak melalui
terowongan itu. Tapi akhirnya gadis itu menjadi sangat
kecewa sekali. Ruangan tersebut telah kosong. Rantai borgol
itu sudah tidak ada lagi di sana. Dan pemuda itupun juga
sudah lenyap pula bersama borgol itu. Yang tertinggal di
dalam ruangan itu hanyalah obor. Obor yang sudah hampir
habis minyaknya! Otomatis Tui Lan menjadi gelisah sekali. Kemanakah
pemuda itu" Pindah ke lorong gua yang lain" Tapi kenapa "
Apa karena pemuda itu sudah mengerti kalau dia bayang-
bayangi" Tui Lan cepat keluar kembali. Dengan amat tergesa-gesa
dia mengelilingi semua lorong-lorong gua itu. T api pemuda itu
tetap tak dijumpainya juga. Sekarang Tui Lan benar-benar
mengkhawatirkan nasib Liu Y ang Kun.
Sekali lagi gadis itu berlari-lari mengelilingi lorong-lorong
gua itu. Bolak-balik kesana-kemari membawa obor yang
hampir habis minyaknya itu untuk memuaskan hatinya.
Setelah yakin bahwa Liu Yang Kun memang tidak dapat ia
ketemukan, maka Tui Lan lalu duduk termangu-mangu di
tepian sungai. Dipandangnya air sungai yang gelap kehitam- hitaman,"Mungkinkah dia benar-benar dapat tidur di dalam air
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang dalam ini?" desahnya risau, teringat akan seloroh
pemuda itu tempo hari. "Ooooh.....!" rintihnya pula seraya
menutupi wajahnya dengan telapak tangan. "Kenapa aku tidak
menolongnya kemarin" Mengapa aku malahan meninggalkannya" Oooooh......"
Hari itu Tui Lan terpaksa mencari ikan sendiri, membakar
sendiri, dan membikin minyak sendiri pula. Wajahnya amat
pucat. Hatinya tampak putus asa. Berkali-kali gadis itu berdiri
di tepi sungai yang hitam pekat itu sambil meneteskan air
mata. "Liu twa-ko.......!" bisiknya berulang-ulang, seolah-olah
pemuda itu memang benar-benar berada di dasar sungai
tersebut. Beberapa hari lamanya Tui Lan tidak makan dan tidak tidur.
Badannya menjadi sangat lemah. Namun demikian gadis itu
hampir tak pernah beranjak dari tepian sungai itu. Akibatnya
gadis itu menjadi sakit. Tubuhnya demam.
Pada hari yang ke lima Tui Lan sudah tidak bisa bangkit lagi
dari pembaringannya. Walaupun demikian gadis itu tetap
merangkak menuju pinggir sungai itu. Gadis itu ingin mati di
pinggir sungai, kalau Thian memang menghendaki ia mati di
dalam gua itu. Tui Lan lalu duduk bersandar pada dinding gua dan
menghadap ke arah sungai. Pada saat-saat terakhirnya gadis
itu masih ingin melihat kalau-kalau pemuda yang dicintainya
itu muncul kembali. Ditatapnya tirai kegelapan yang mewarnai
udara di atas sungai itu. Sungai besar yang tidak ia ketahui
berapa lebarnya, karena sinar obor cuma mencapai dua atau
tiga tombak saja dari tepian.
"Mungkinkah di seberang sungai ini masih ada juga lorong-
lorong gua seperti ini?" tiba-tiba terbetik di dalam pikiran Tui
Lan suatu kemungkinan di seberang sungai itu, "Benar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mungkin memang benar. Kalau tidak, dimana lagi Liu twa-ko
itu berada?" Bayangan itu benar-benar menumbuhkan semangat di
dalam dada Tui Lan. T iba-tiba saja api kehidupan yang hampir
padam di dalam hatinya itu menyala kembali dengan
hebatnya. Gadis itu lalu mengerahkan Pat-hong-sin-kangnya.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan perlahan-lahan kekuatannya timbul kembali, meskipun
juga tidak pulih seperti biasanya. Kemudian jari-jarinya
memegang tangkai obornya erat-erat.
"Akan kulemparkan obor ini ke seberang agar supaya
kelihatan keadaan disana............" Tui Lan berkata di dalam
hatinya, lalu dengan sekuat tenaganya obor itu ia lemparkan
ke seberang. Bagaikan sebatang anak panah obor itu meluncur di atas
permukaan sungai ! Biarpun sangat lemah, tapi sinarnya
cukup untuk menerangi buih-buih ombak yang berloncatan
menjilat udara. Sayang sekali, belum ada separuh jalan obor
itu telah habis kekuatannya. Obor itu padam ditelan
gelombang sungai yang amat besar. Meskipun demikian, apa
yang terlihat tadi sungguh-sungguh amat menggetarkan hati
Tui Lan! Jilid 7 "Tak kusangka sungai ini demikian besarnya! Malahan kalau
melihat besarnya ombak tadi, kukira ini bukan sungai lagi.
Rasa-rasanya seperti sebuah telaga saja......." Tui Lan
berdesah lemah. Otomatis semangatnya musnah kembali. Dan
perasaan putus-asapun kembali menghantuinya pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi tiba-tiba Tui Lan membelalakkan matanya! Jauh di
seberang sungai mendadak terlihat setitik api naik ke atas
langit-langit gua. Lalu api itu bergerak perlahan-lahan
menghampiri tempatnya, sehingga api tersebut semakin lama
tampak menjadi semakin besar pula.
Sampai di atas kepala Tui Lan api itu jatuh ke bawah!
Bruuug! Tiba-tiba saja Liu Y ang Kun telah berdiri di depan Tui
Lan dengan menggenggam obor di tangannya.
"Lan-moi.....,...!" dengan kaget pemuda itu berseru
memanggil T ui Lan. "Ko-ko ......!" gadis itu menjerit pula dengan riangnya.
Rasa-rasanya kembali semua kekuatannya begitu melihat
wajah Liu Yang Kun. Mereka berpelukan dengan eratnya, seolah-olah tak ingin
berpisah lagi. Tui Lan malahan menitikkan air mata saking
gembiranya. Tapi seperti sebuah pelita yang telah kehabisan
minyak, tiba-tiba tubuh Tui Lan menjadi lemas kembali. Gadis
itu pingsan di dalam pelukan Liu Yang Kun.
Yang Kun membawa tubuh Tui Lan ke tempat yang kering,
lalu membaringkannya di atas tanah. Pemuda itu semakin
kaget begitu tahu Tui Lan menderita sakit demam. Dengan
tangkas pemuda itu lalu menotok beberapa jalan-darah di
sekitar leher Tui Lan. Setelah itu dibukanya mulut gadis itu
dan dimasukkannya sebutir pel obat untuk menguatkan
badan. "Lan-moi.......! Mengapa kau sampai menderita sakit
demam seperti ini ....." Beberapa hari kau tak makan dan tak
tidur?" Yang Kun segera berbisik di telinga Tui Lan, ketika
gadis itu sudah siuman kembali.
Tui Lan cepat memalingkan mukanya. Entah mengapa,
tiba-tiba timbul perasaan malu di hati gadis itu. Otomatis
pipinya menjadi merah, sehingga di mata Liu Y ang Kun wajah
itu menjadi semakin cantik bukan main.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi kecantikan yang amat menawan tersebut justru sangat
merisaukan hati Yang Kun. Sambil memejamkan matanya
rapat-rapat bagaikan seorang yang sedang menahan rasa
sakit di dalam dadanya, pemuda itu mengeluh dan meratap
perlahan, seperti ditujukan kepada dirinya sendiri.
"Ya, Tuhanl Berilah aku kekuatanl Jangan Engkau rusakkan
persahabatan ini dengan kekotoran yang telah melekat di
dalam tubuhku!" Sebaliknya, melihat pemuda yang dikasihinya itu tiba-tiba
seperti orang yang sedang mengerang kesakitan Tui Lan
menjadi kaget pula. Hilang perasaan malu yang membelit
hatinya, dan kemudian seperti mendapatkan tenaga baru dia
bangkit memeluk Liu Yang Kun.
"Ko-ko....... ! Kau......kau kenapa?" serunya khawatir.
Tapi diluar dugaan pemuda itu mendadak mendorong dada
Tui Lan dan meloncat menghindari. Namun begitu melihat
dorongannya itu membuat Tui Lan jatuh, Liu Yang Kun cepat
menyergapnya kembali ke dalam pelukannya.
"Lan-moi! Oh, Lan-moi?" maafkanlah aku!" pemuda itu
merintih memelas, seraya mendekap kepala Tui Lan.
Tui Lan mendorong badan Liu Yang Kun, kemudian
menatap wajah sendu itu dengan sinar mata penuh
pertanyaan. "Ko-ko"..! katakanlah! Apa sebenarnya yang telah terjadi
kepadamu" Mengapa sikapmu akhir-akhir ini menjadi sangat
aneh dan membingungkan" Dimana saja kau beberapa hari
ini" Dan".. dari mana kau tadi" Ko-ko, ayolah?" ceritakan
semuanya kepadaku! Jangan kausiksa aku sedemikian rupa!"
Tui Lan segera memuntahkan seluruh kandungan hatinya
selama ini. Liu Yang Kun tampak semakin kesakitan. Wajah yang
tampan itu tampak pucat dan layu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Banyak.......Banyak sekali yang harus kuceritakan, Lan-
moi. Tapi semuanya serba menyedihkan! Serba menyakitkan!
Oleh karena itu aku akan mencoba untuk lari saja dari
kenyataan itul Aku ingin menguburkannya sendiri bersama
tubuhku ! Aku tak ingin me lukaimu ! Apalagi sampai
menyeretmu".." pemuda itu merintih dan tak bisa
meneruskan kata-katanya. Tui Lan cepat menyentuh pundak Liu Yang Kun. "Kau
keliru, ko-ko. Itu takkan dapat menyelesaikan persoalanmu.
Kau seharusnya sudah menyadarinya. Sejak kita berada di
dalam penjara ini, mati atau hidup kita hanya berdua saja.
Tidak ada yang lain lagi. Penderitaan atau kesengsaraan yang
menimpa salah seorang dari kita, akan berakibat pula kepada
yang lain. Kita akan lebih kuat bila selalu bersama, dan akan
binasa bila berpisah. Apakah nikmatnya hidup sendirian di
dalam penjara gelap seperti ini" Kita bisa gila dibuatnya.
Mendingan kita bersatu, sehingga kita bisa saling menghibur
dan membagi penderitaan bersama-sama....."
Liu Yang Kun menengadahkan wajahnya. Ditatapnya wajah
yang cantik itu lekat-lekat, seolah-olah ia tak percaya bahwa
kata-kata itu keluar dari mulut gadis muda itu. Tapi sekejap
kemudian ia tertunduk pula kembali. Wajahnya tetap murung.
"Baiklah, Lan-moi. Aku akan berterus terang kepadamu.
Tapi sebenarnyalah bahwa persoalannya tidak sesederhana
itu. Kau mungkin tidak akan mempercayainya setelah
mendengarnya nanti. Oleh karena itu aku berharap kepadamu,
agar kau benar-benar bersiap-diri menerima kenyataan yang
akan kupaparkan nanti. Hal ini kuberitahukan terlebih dahulu,
agar kau tidak menjadi kaget atau ....... pingsan setelah
mendengarnya!" katanya sambil menghela napas berulang-
ulang. Tui Lan menatap wajah Liu Yang Kun dengan mata
terbelalak dan hati berdebar-debar. Untuk sesaat gadis itu
menjadi tegang luar biasa. Tapi di lain saat gadis itu segera
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sadar pula akan dirinya. Semuanya itu memang telah
dikehendakinya juga. Oleh karena itu sambil benar-benar
menata hatinya sendiri, gadis itu mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Silakanlah, ko-ko!" ucapnya pendek.
"Sudah siap" Nah, dengarlah....!" Liu Yang Kun berkata
dengan napas berat. Lalu desahnya lagi sambil bangkit berdiri
membelakangi Tui Lan. "Ketahuilah! Aku adalah Pangeran Liu
Yang Kun! Putera Mahkota Kaisar Han yang sekarang
berkuasa!" "Twa-ko.......putera.......putera Baginda Kaisar Han?" Tui
Lan berseru serak seraya meloncat berdiri dengan mata
terbelalak. T ubuhnya gemetar.
Liu Yang Kun membalikkan badannya dengan cepat. "Nah!
Ternyata kau belum benar-benar bersiap diri! Kau masih kaget
mendengar keteranganku........"
"Tidak! Tidak! Aku tidak kaget, twa-ko......eh, Pangeran!
Wah, anu...anu.....!" T ui Lan menjadi gelagapan dan bingung,
takut Liu Yang Kun membatalkan ceritanya. "Anu..... aku cuma
........ cuma kurang percaya! Betulkah twako....... twa-ko ini
putera Kaisar Han?" Liu Yang Kun tersenyum. ''Buat apa aku membohongimu,
Lan-moi" Apa gunanya kedudukan itu di tempat seperti ini"
Apa gunanya kedudukan itu kalau akhirnya kita berdua akan
mati di s ini?" katanya sabar dan tenang.
"Kalau begitu....... kalau begitu maafkanlah hamba,
Pangeran. Hamba benar-benar tak tahu, sehingga hamba
telah bersikap kurang hormat kepada Pangeran." tiba-tiba Tui
Lan berlutut dan meminta maaf.
"Nah! Inilah akibatnya..........! Akibat yang benar-benar tak
kusukai.." Liu Yang Kun berkata kesal menyaksikan perubahan
sikap Tui Lan itu. "Oleh karena itu sebenarnya aku tak suka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menceritakannya, tapi kau mendesaknya juga. Apabila
demikian lebih baik aku tak meneruskannya saja cerita
ini.........." "Jangan.......!" Tui Lan bangkit dengan segera dan
berteriak. "Maafkanlah aku........! Tapi jangan kauhentikan
cerita itu! Lan........ lanjutkanlah, twa-koI" ratap gadis itu
kemudian. "Habis, kau........?" ucap Liu Yang Kun seolah-olah
menyesal. "Tidak, twa-ko! Aku tidak akan mengubah sikapku lagi! Dan
aku juga tidak akan terkejut pula.....!" Tui Lan berseru
ketakutan. Kasihan juga Liu Yang Kun melihat wajah gadis itu.
"Baiklah......! Akan aku teruskan. Tapi....... kau harus benar-
benar bersiap diri! Jangan kaget lagi!" pemuda itu
memperingatkan. "Ya......... ya ! Aku akan mengingatnya......." Tui Lan
menyambutnya dengan gembira sekali, seperti anak kecil yang
diluluskan permintaannya. "Tapi........ tapi twa-ko harus
memberitahukannya juga kepadaku, kenapa kau malah pergi
meninggalkan semua kemuliaan itu" Mengapa twa-ko sampai
terlunta-lunta di luar istana seperti ini" Dimanakah para
pengawalmu?" "Sabarlah! Jangan tergesa-gesa! Memang itulah yang
hendak aku ceritakan kepadamu." Liu Yang Kun menyahut
dengan tenangnya. "Oooooh!" Tui Lan menarik napas panjang.
"Aku pergi meninggalkan istana tiga tahun yang lalu atas
ijin ayahandaku sendiri, Baginda Kaisar Han. Aku pergi
mencari obat mujarab yang bisa menyembuhkan kelainan di
dalam badanku. Oleh karena itu aku sengaja tidak membawa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pengawal seorangpun agar perjalanan yang belum tentu
waktu dan tujuannya itu tidak merepotkan orang lain."
"Sakit........" Apa sebenarnya sakitmu itu, twa-ko" Dan
sudahkah kau memperoleh obatnya itu?" Tui Lan menyela.
"Dulu aku pernah terkena dua macam racun dahsyat yang
hampir menewaskanku. Tapi karena pertolongan seorang
tabib bernama Chu Seng Kun, nyawaku dapat diselamatkan.
Namun demikian, racun tersebut ternyata tidak lenyap dari
dalam tubuhku, sebaliknya malah mengeram dan berkembang-biak di dalam darahku. Akibatnya seluruh bagian
tubuhku menjadi beracun karenanya. Sampai-sampai dengan
keringat, kotoran, air ludah dan........air kencingpun beracun
semuanya. Tentu saja hal itu menjadi sangat berbahaya buat
orang lain. Orang yang sangat lemah daya tahan tubuhnya,
apalagi dia tak memiliki kepandaian silat sama sekali, bisa mati
karena bersentuhan denganku."
"Tapi kau sendiri tak apa-apa?" Tui Lan bertanya heran dan
otomatis hatinya menjadi tertarik sekali.
Liu Yang Kun menarik napas sedih. Untuk beberapa waktu
lamanya pemuda itu terdiam dan tak dapat segera
melanjutkan ceritanya. "Dulu memang tidak!" akhirnya pemuda itu menjawab.
"Tapi lambat-laun sesuai dengan berkembangnya waktu,
racun itu ternyata mengganggu juga susunan syaraf di dalam
otakku. Dan ... akibatnya sungguh amat parah!"
Sekali lagi Liu Y ang Kun tak bisa meneruskan kata-katanya.
Pemuda itu tiba-tiba seperti orang yang kesakitan lagi. Raut-
mukanya tampak pucat, lelah dan sangat menderita. Otomatis
Tui Lan merasa amat kasihan sekali. Kini serba sedikit gadis
itu mulai mengerti kesulitan pemuda itu.
"Jangan bersedih, ko-ko! Setiap manusia yang dilahirkan di
dunia ini memang telah membawa suratan nasibnya sendiri-
sendiri. Kalau takdir memang telah menentukan nasibmu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
demikian, apa perlunya kau menangis dan meratapinya
sepanjang hidupmu! Itu takkan bisa merubahnya.. Lebih baik
kita serahkan saja semuanya itu kepada Thian yang telah
menciptakan kehidupan kita ini. Nah, koko........ bagaimanakah kelanjutan dari ceritamu itu?" gadis itu
berkhotbah seperti yang sering dilakukannya.
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan dengan sinar mata
terimakasih. Pemuda itu diam-diam semakin kagum dan
hormat kepada gadis yang lebih muda daripada dirinya itu.
Hatinya yang mulai layu dan rapuh itu seperti mendapatkan
kekuatan kembali. Namun demikian suaranya masih tetap
sedih ketika melanjutkan ceritanya.
"Terima kasih atas pengertianmu, Lan-moi. Tetapi bukan
maksudku menangisi dan meratapi semua penderitaan dan
kesengsaraan yang diakibatkan oleh racun itu, Lan-moi.......
Seperti yang telah kaukatakan tadi, akupun takkan mengeluh
ataupun merengek-rengek seandainya semua itu hanya


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menimpa pada diriku sendiri saja. Tapi cobalah kaukatakan,
bagaimanakah kalau semua yang kuderita itu juga
mengakibatkan neraka bagi orang lain?"
"Maksudmu... racun yang menyerang susunan syarafmu itu
dapat menimbulkan kematian bagi orang lain?" gadis yang
cerdas itu cepat menangkap apa yang dimaksudkan Liu Yang
Kun. "Lebih dari itu!" Liu Yang Kun menyahut dengan cepat.
Namun selanjutnya pemuda itu menjadi ragu-ragu ketika
melanjutkan ceritanya. Tampaknya pemuda itu masih agak
takut untuk membeberkan semuanya. "Karena........ karena
syaraf yang terganggu itu kebetulan persis yang berhubungan
dengan ...... dengan ......... nafsu berahiku, maka....maka......... akibatnyapun juga sangat .......... sangat
mengerikan pula!" Liu Yang Kun tampak sedikit lega karena sudah berhasil
mengeluarkan bagian yang paling sulit dalam ceritanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Meskipun yang keluar itu juga baru bagian permulaannya saja.
Namun demikian hal itu ternyata sudah membikin merah
padam wajah Tui Lan! Sebenarnya raut wajah Tui Lan masih menunjukkan bahwa
dia belum dapat 'menangkap' dengan jelas arti kata-kata Liu
Yang Kun tadi. Tapi karena menyangkut kata-kata nafsu
berahi, maka gadis itu menjadi malu untuk menanyakannya.
"Aku...... aku tidak tahu maksudmu, ko-ko," gadis itu
terbata-bata. Kini giliran Liu Yang Kun yang merasa kerepotan untuk
menjelaskannya. Tapi karena sudah berjanji untuk menceritakannya, maka
akhirnya pemuda itu terpaksa menjelaskannya pula.
"Lan-moi, kau jangan kaget! Karena gangguan pada
syarafku itu aku menjadi seorang manusia yang tak kuasa
mengendalikan....... nafsu biadabku.....apabila nafsu berahiku
itu terangsang!" "Ooooh!" T ui Lan terpekik, dan tiba-tiba ia teringat sewaktu
pemuda itu menciumi punggung dan lehernya sebulan yang
lalu. "Kalau........kalau nafsu berahi itu menyerang diriku, maka
otak dan akal sehatkupun sudah tidak kuasa lagi
mengekangnya! Siapapun yang berada di dekatku, aku sudah
tidak peduli lagi. Aku tentu akan melahapnya tanpa ampun!
Hati dan otakku rasa-rasanya sudah tak bisa berjalan searah
lagi! Oohhh".." Liu Yang Kun mencengkeram rambutnya,
kemudian meratap dengan sedihnya. Tampak sekali kalau
pemuda itu sangat menderita karena penyakitnya yang aneh
itu. Sedangkan Tui Lan, yang tak menyangka kalau kelainan
jiwa Liu Yang Kun ternyata sedemikian 'parah' dan
'mengerikan", justru menjadi termangu-mangu malah!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Beberapa saat lamanya gadis itu menatap wajah orang yang
dikasihinya itu tanpa berkedip! Di dalam hati gadis itu hampir
tak percaya kalau pemuda yang baik hati, tampan, sakti dan
putera seorang kaisar itu bisa menemui nasib yang jelek
seperti itu. Tukang perkosa wanita! Mana ada sebutan yang
lebih dahsyat dan lebih biadab dari pada sebutan itu"
"Karena seluruh bagian tubuhku beracun semuanya, maka
korban-korban kebiadaban penyakitku itupun tidak ada yang
masih bisa hidup. Mereka mati keracunan semuanya........! Oh,
betapa besarnya dosaku!"
"Oh.......!" T ui Lan memekik kecil dan melangkah mundur,
seakan-akan hatinya ikut menjadi ketakutan pula melihat
wajah Liu Yang Kun. Tapi pemuda itu sudah tidak peduli lagi pada s ikap T ui Lan.
Ia ingin lekas-lekas memuntahkan seluruh isi hatinya tentang
penyakit yang dideritanya itu kepada gadis yang telah menarik
hatinya. "Akibatnya aku lantas merasa takut berada di tempat
umum. Aku takut sewaktu-waktu penyakitku kambuh dan
membunuhi wanita-wanita tak berdosa. Berbulan-bulan aku
lewat di tempat sunyi dan tak berani bertemu dengan wanita.
Tapi......Thian agaknya masih belum cukup menghukum aku."
"Eh! Apalagi.......?" Tui Lan berdesah tak terasa.
"Mungkin karena aku selalu berusaha menahan dan
mencegah kambuhnya gangguan penyakit itu, serta selalu
melawan bila ia datang menyerang otakku, maka.....gangguan
itu lalu meletus dalam bentuk lain!"
"Dalam bentuk lain" Apakah Itu....?" Liu Yang Kun
menutupi mukanya dan berdesah semakin sedih.
"Tampaknya karena selalu kukekang dan tak pernah kuberi
kesempatan untuk melampiaskan kebuasannya, maka
gangguan penyakit itu menjadi menumpuk di dalam tubuhku.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan tumpukan yang terpendam itu ternyata memperoleh jalan
keluar sewaktu aku............ tidur!"
"Sewaktu tidur" Mana mungkin" Bukankah kau akan lantas
bangun apabila terjadi apa-apa pada dirimu?" Tui Lan yang
semakin 'tahu' kesulitan Liu Yang Kun itu menegaskan.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Lama ia tak
menjawab pertanyaan itu. Tampaknya ia sedang mencari jalan
yang mudah untuk menjelaskan hal itu kepada Tui Lan.
"Lan-moi.. ......! Pernahkah kau mendengar seorang yang
sedang tidur tiba-tiba terbangun dan berjalan mondar-mandir
tanpa sadar?" mendadak pemuda itu balik bertanya.
"Ah!" Tui Lan tersentak, lalu mengangguk-angguk.
"Ya........ ya pernah. Malahan......... malahan kata guruku, aku
sendiri sering berbuat demikian bila s iang harinya terlalu lelah.
Dan guruku sering menggoda atau mempermainkan aku bila
aku sedang 'mimpi berjalan' seperti itu. Katanya aku diajaknya
berbicara segala macam hal, padahal setelah sadar aku tak
merasa berbicara apa-apa kepadanya. Hanya sering kali aku
menjadi kaget karena sewaktu bangun tidur kudapatkan diriku
di kursi, lantai atau kamar lain."
"Nah! Persis seperti itulah penyakitku itu! Tapi dalam
bentuk yang lebih dahsyat dan mengerikan! Coba
kaubayangkan! Nafsu biadab yang terpendam di waktu siang
hari itu akan muncul dan meledak di kala aku tidur di malam
harinya. Seperti orang bermimpi aku bangkit dari tidurku,
kemudian menyebar mala-petaka di kalangan wanita, tanpa
aku sendiri menyadari apa yang telah kuperbuat itu. Aku baru
sadar akan semua perbuatan dosaku itu apabila aku telah
terbangun dari tidurku, dan mendapatkan korban-korban yang
berserakan di sekelilingku. Oooooooh......, Lan-moi! Apa
dayaku" Semakin lama aku menjadi semakin ketakutan
terhadap diriku sendiri! Semakin lama aku juga menjadi makin
asing kepada diriku sendiri! Aku juga menjadi takut untuk
tidur, sehingga berhari-hari aku tidak berani memejamkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mataku?"" Liu Yang Kun bercerita semakin memelas.
Matanya tampak berkaca-kaca.
Tui Lan yang tadi agak merasa ngeri dan takut kepada Liu
Yang Kun kini berbalik menjadi kasihan kembali. Dipandangnya wajah pemuda yang pucat dan kurus karena
penderitaan dan kurang tidur itu dengan perasaan kasihan. Ia
bisa membayangkan, betapa hebat penderitaan batin pemuda
itu. Seorang pemuda kurus kering, murung dan tampak sedih,
sedang minum sendirian di sebuah restoran! Padahal
sebenarnya pemuda itu adalah seorang pangeran. Putra
Mahkota dari kaisar yang berkuasa di negeri ini!
"Ah! Ko-ko. kasihan sekali kau?"!" Tiba-tiba gadis itu tak
kuasa menahan perasaannya. Tangannya menyentuh pundak
Liu Yang Kun dengan mesra.
Sebaliknya Liu Yang Kun merasa kaget pula menyaksikan
tanggapan Tui Lan. "Lan-moi, kau......mengerti perasaanku"
Kau dapat menyelami penderitaanku?" tanyanya penuh
perasaan. "Tentu saja, ko-ko. Aku mengerti, kau sama sekali tidak
bersalah. Nasib jelek saja yang membuatmu menderita seperti
itu. Sekarang kaulanjutkanlah lagi ceritamu itu!" Tui Lan
mengangguk-angguk dan membesarkan hati pemuda itu.
Liu Yang Kun menelan ludahnya. "Berhari-hari aku tak
berani memicingkan mataku, sehingga badanku menjadi lemas
bukan main. Tapi lambat-laun tubuhku tak kuat juga. Mana
ada manusia tidak tidur di dunia ini" Namun, begitu aku
tertidur, penyakit itupun datang lagi, dan lebih.......... brutal
serta lebih ganas! Ketika aku sudah bangun kembali, kulihat di
dekatku berserakan empat sosok mayat wanita yang belum
pernah kukenal sebelumnya. Mereka mati keracunan
karena".. karena habis kuperkosa! Ooh, Lan-moi". Betapa
berdosanya aku! Bagaimana kalau wanita-wanita itu punya
suami dan anak-anak yang masih kecil" Betapa terkutuknya
aku ini, bukan" Tapi ".. apa dayaku" Semua itu kulakukan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dalam keadaan tak sadar. Aku sendiri membencinya.
Mengutuknya. Tapi apa yang harus aku lakukan" Membunuh
diri" Agar aku tidak membuat korban lagi" Ooh, Lan-moi?"..
aku takut! Aku takut melakukan bunuh diri! Aku takut secara
sadar melakukan tindakan tercela itu! Aku hanya berharap
bahwa sekali waktu ada seorang pendekar wanita yang bisa
membunuhku sewaktu aku meraja-lela di dalam tidurku
itu.........." Liu Yang Kun menghentikan ceritanya sebentar untuk
menyeka keringat yang mengalir di atas kening dan lehernya.
Matanya kelihatan sayu dan lelah. Lenyap sudah kesannya
sebagai jago silat nomer tujuh di dunia.
"Sesudah kejadian itu, aku lalu memesan rantai baja yang
sangat kuat. Yang kekuatannya kira kira mampu menahan
kekuatan lima ekor gajah sekalipun. Aku lalu mencari sebuah
tempat tersembunyi dan sulit didatangi orang. Setiap
mengantuk dan ingin tidur, aku lalu memborgol dan merantai
diriku sendiri di tempat tersebut."
Tui Lan menatap wajah pemuda itu sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya. Betapa hebat usaha pemuda itu untuk
menanggulangi 'penyakit' itu.
"Ohh" Jadi.....kau sudah pernah melihatku?" sebaliknya Liu
Yang Kun berseru pula dengan kagetnya.
Tui Lan tertunduk sambil menghela napas. "Ya! Tapi
semula aku menyangka Giok-bin Tok-ong itulah yang
mengikatmu," gadis itu menjawab. Lalu serba sedikit gadis itu
mengatakan apa yang pernah dilihatnya tentang pemuda itu
dulu. "Ohhh......!" Liu Yang Kun berdesah.
Tiba-tiba Tui Lan menatap mata Liu Yang Kun lekat lekat.
"Jadi itulah sebabnya kau selalu menyendiri dan bersikap aneh
selama di dalam gua ini" Tapi......... tapi mengapa tidak
kaukatakan saja terang semuanya itu kepadaku" Bukankah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan demikian tidak akan terjadi kesalah-pahaman diantara
kita" Hmmmmh, kau benar-benar tidak merasakan bagaimana
sedih dan bingungnya hatiku," katanya kesal seolah-olah
menyesali tindakan pemuda itu.
Liu Yang Kun menengadahkan mukanya dan balas menatap
mata Tui Lan. Namun sekejap kemudian matanya segera
tertunduk kembali. Ia menjadi ketakutan melihat 'sesuatu'
yang aneh di dalam pandangan mata gadis cantik itu. Sesuatu
yang sangat ditakutinya selama ini.
"Aku tidak berani mengatakannya kepadamu. Aku.........
aku tidak berani membayangkan, apa jadinya kalau kau tahu,
macam apa orang yang sedang berada bersamamu di dalam
gua ini. Aku takut kau menjadi gila atau mati ketakutan karena
selalu merasa dibayang-bayangi atau diintai oleh Iblis yang
mengeram di dalam tubuhku." pemuda itu lalu berkata dengan
suara gemetar. Hatinya menjadi gelisah.
Mendadak mata Tui Lan tampak berkaca-kaca. Pipinya
menjadi agak kemerah-merahan, sehingga tanpa disadarinya
mulut Liu Yang Kun sampai melongo menyaksikan kecantikan
alam yang sangat mempesonakan itu. Sedangkan mata
pemuda itu seolah-olah ikut bergantung pada bibir mungil
yang bergerak-gerak ketika berbicara itu.
"Meskipun demikian tak seharusnya kau lantas meninggalkan aku begitu saja tanpa keterangan selama
sepekan. Kau benar-benar membuat hatiku sedih, putus-asa
dan kehilangan pegangan. Ko-ko, katakanlah.........! Apa
sebabnya engkau berbuat demikian kepadaku" Bersembunyi
dimanakah kau selama ini?" bibir mungil itu berbisik lirih
penuh perasaan. Seakan-akan ikut terseret oleh ayunan bibir mungil
tersebut, mulut Liu Yang Kun secara otomatis menyahut pula
tanpa terpikir lebih dahulu. Suaranya bergetar pula dengan
penuh perasaan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Karena...... karena aku takut melihatmu. Melihat
wajahmu.........! Aku juga takut men... mendengar suaramu.
Suara panggilanmu, ketawamu, dan....... dan bisikanmu!"
"Ah! Mengapa begitu?" Tui Lan tersentak kaget, matanya
menatap tajam. Dipandang seperti itu Liu Yang Kun semakin menjadi
gelisah dan risau. Pemuda itu menyesal telah kelepasan
omong tadi. Sekarang ia tak bisa mengelak lagi. Terpaksa ia
mengatakan juga apa yang ada di dalam hatinya.
"Pokoknya.....aku takut kepadamu!"
"Mengapa takut kepadaku" Kenapa justru kau yang takut


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadaku?" Tui Lan tetap mengejarnya.
"Karena...... aku mulai tertarik kepadamu! Karena aku
mulai jatuh cinta kepadamu! Dan hal itu sungguh amat
berbahaya! Itu sama saja dengan bencana ! Kalau sewaktu-
waktu timbul berahiku kepadamu..........ohhhh, aku tak bisa
membayangkan apa jadinya nanti! Aku akan bisa gila! Aku
akan menyesal seumur hidupku karena telah membunuh
orang yang kucinta! Nah, itulah sebabnya aku bersembunyi!"
akhirnya Liu Yang Kun melepaskan juga seluruh kandungan
hatinya. Bahkan nadanya agak sedikit berapi-api malah.
Namun yang terang, selesai berkata hatinya menjadi Iapang.
Tapi pernyataan cinta yang diucapkan oleh Liu Yang Kun itu
sebaliknya amat mengejutkan hati Tui Lan! Namun di balik
perasaan kaget itu ternyata tersembul pula perasaan bahagia
yang tak terkira. Entah mengapa, tiba-tiba saja gadis itu
merasakan bahwa gua itu sebenarnya tidaklah sesunyi dan
segelap yang mereka lihat selama ini. Obor yang mereka
pasang itu sudah cukup terang. Terlalu terang malah untuk
dua orang yang sedang tenggelam dalam dunia asmara.
Sedangkan bunyi gemerciknya air dan suara deburan ombak
di tengah-tengah sungai yang bergema memenuhi lobang gua
tersebut, sebenarnya juga tidaklah sebising yang ia dengarkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
selama ini. Bahkan suara itu terasa riang dan hidup bagaikan
suara ombak di tepi pantai. Dan ketika gadis itu menundukkan
mukanya tiba-tiba pula ia merasa pakaiannya sangat kotor dan
buruk sekali. Gadis itu merasa seperti seorang wanita desa
yang jorok dan buruk rupa. Sesaat gadis itu merasa sangat
menyesal, mengapa ia tak bisa bersolek dengan pakaian yang
bagus di depan kekasihnya.
"Ko-ko.......! Ini...... aku.. ." Tui Lan gelagapan dan bingung
tak tahu apa yang mesti ia katakan.
Sebaliknya Liu Yang Kun justru menjadi tenang sekarang.
Setelah semua 'beban" itu keluar, dadanya terasa lapang, dan
otomatis rasa takutnya selama ini menjadi hilang. Dan ia
segera meneruskan ceritanya untuk menghilangkan perasaan
kikuk diantara mereka itu.
"Semula aku memborgol diriku sendiri di lorong gua yang
terkecil dan menutup jalan masuknya dengan batu besar. Tapi
hatiku masih merasa khawatir juga. Jangan-jangan kau bisa
menggeser batu itu dan masuk ke sana pula. Aku takut, dalam
suasana hati dan pikiranku yang sedang penuh dengan
bayangan itu kau datang menemui aku. Aku tak bisa
membayangkan apa jadinya nanti. Aku tentu tak dapat lagi
mengendalikan api asmaraku kepadamu. Dan ?".. kau tentu
akan menjadi korban kebiadaban penyakitku! Ahhhhhh.....!
Oleh karena itu aku lantas meninggalkan tempat tersebut dan
mencari tempat lain yang kiranya tak dapat kaudatangi. Nah,
pada saat itulah baru terlintas dalam pikiranku tempat di
seberang sungai itu. Selama ini kita tak pernah memikir
bagaimana sebenarnya keadaan di seberang sungai yang tak
bisa kita lihat berapa lebarnya ini. Karena tak mungkin
menyeberanginya, maka aku lantas merayap melalui langit-
langit gua ini." Liu Yang Kun berhenti sebentar untuk mengambil napas.
Sebentar-sebentar matanya melirik ke arah Tui Lan, yang ini
justru tak berani menatap kepadanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tak kusangka sungai ini lebar bukan main. Untunglah di
beberapa tempat menemukan ceruk-ceruk atau lobang kecil
untuk beristirahat. Dan kadang-kadang aku menjadi ketakutan
ketika Iangit-langit gua itu menurun dan hampir menyentuh
debur ombak yang menggila di bawahku. Akhirnya aku dapat
juga mencapai seberang sana. Diam-diam aku juga berharap,
mudah-mudahan ada jalan keluar di tempat itu. Tapi
harapanku itu ternyata sia-sia belaka. Di sana hanya ada
lorong sempit di sepanjang tepian sungai ini. Aku malah tidak
dapat menemukan sebuah lobang guapun untuk beristirahat.
Untunglah aku bisa mendapatkan sebuah tiang batu karang
yang dapat kupergunakan untuk mengikat rantai bajaku.
Demikianlah, Lan-moi......beberapa hari lamanya aku menyiksa
diri di tempat itu. Sampai akhirnya aku tadi melihat
meluncurnya obormu itu ke tengah sungai, yang kemudian
tenggelam ditelan ombak. Aku sangat terperanjat melihatnya.
Aku mengira kau nekat menyeberang dan tenggelam,
sehingga aku lekas-lekas merayap ke sini kembali. Ooooh
..........! Syukurlah! Ternyata kau masih hidup. Meskipun
keadaan tubuhmu ternyata juga amat payah karena lelah dan
kurang makan. Lan-moi......"
"Ko-ko.......!" Tui Lan tak kuasa lagi menahan dirinya.
Sekali lagi mereka berpelukan. Kini keduanya benar benar
menyadari, bahwa mereka saling mencinta dan saling
membutuhkan. Dan tampaknya Thian memang telah
mentakdirkan bahwa mereka harus bertemu di tempat itu dan
bertempat tinggal di tempat itu pula. Namun sementara
mereka berpelukan itu ternyata apa yang terpikir dan
terbayang di dalam batin mereka sungguh amat berbeda
sekali. Kalau dalam batin Tui Lan telah terbayang kebahagiaan
mereka sebagai suami-isteri, sebaliknya Liu Yang Kun justru
sedang sibuk memikirkan bagaimana caranya memberi
pengertian kepada gadis itu bahwa mereka berdua tidak
mungkin menjadi suami-isteri. Dengan tubuhnya yang sangat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
beracun itu tak mungkin dia menikahi gadis itu, meskipun di
dalam hati dia juga sangat mencintainya.
Demikianlah hari itu mereka mencari ikan dan membuat
minyak bersama-sama lagi. Begitu bahagia tampaknya hati T ui
Lan sehingga Liu Yang Kun tidak sampai hati untuk
mengatakan kesulitannya itu. Dibiarkannya saja gadis itu
bergembira ria terlebih dahulu untuk beberapa waktu
lamanya. "Ko-ko, apakah kau belum juga mendapatkan obat mujarab
itu?" sambil membakar belut panjang yang mereka peroleh Tui
Lan bertanya kepada Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Belum.........."
katanya pelan. "Selama ini aku belum bisa menjumpai Chu Seng Kun,
orang yang telah mengobati aku dahulu. Hanya orang itu
kukira yang bisa menyembuhkan penyakitku."
Malamnya mereka berpisah. Tui Lan tidur di ruangannya
sendiri, sedangkan Liu Yang Kun juga beristirahat di dalam
lorong gua yang terpencil itu pula. Hanya bedanya kalau
malam itu Tui Lan bermimpi indah sekali, sebaliknya Liu Yang
Kun justru sangat gelisah dan tak dapat tidur sama sekali.
Berbagai macam kekhawatiran yang selama ini selalu
menghantui pikirannya kembali menggoda pula.
Keesokan harinya Tui Lan bangun lebih awal dari pada
biasanya. Pertama tama yang dilakukannya adalah bersemadi
menurut gambar dalam buku Pat-hong Sin ciang itu untuk
memulihkan kesegarannya. Beberapa waktu kemudian,
setelah udara di dalam gua itu terasa hangat oleh sinar
matahari yang menerpa lapisan tanah di atas gua itu, ia turun
ke sungai untuk membersihkan badannya. Dan tidak seperti
hari-hari yang lalu, kali ini ia bersolek lebih lama dari pada
kebiasaannya. Dan seperti biasanya ia lalu pergi ke lorong di
tepi sungai itu untuk bertemu dengan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi sampai siang hari pemuda itu tak kelihatan juga
batang hidungnya, mula-mula Tui Lan tak mencurigainya.
Gadis itu hanya menganggap bahwa Liu Yang Kun terlalu lelah
sehingga terlambat bangun. Namun setelah lama sekali
pemuda itu tak kunjung keluar juga, T ui Lan mulai berdebar-
debar pula. Gadia itu lalu pergi ke lorong gua terkecil itu.
Namun betapa kagetnya gadis itu ketika dilihatnya ruangan
gua itu kosong melompong. Liu Y ang Kun tiada lagi di tempat
itu. "Ko-ko........!?" Tui Lan menjerit seraya berlari-lari di antara
tiang-tiang batu karang yang banyak terdapat di ruangan
tersebut. Tiba-tiba gadis itu melihat beberapa coretan huruf di lantai
gua. Huruf-huruf itu berbunyi :
Lan-moi, maafkanlah aku! Aku terpaksa pergi ke seberang
lagi. Semalam aku hampir tak bisa mengendalikan api
asmaraku kepadamu. Biarlah untuk sementara aku berada di
sana saja dahulu. Kau bersabarlah !
LIU YANG KUN Lemas seluruh persendian Tui Lan membaca huruf-huruf
itu! Hilang pula kebahagiaan yang dihirupnya sejak kemarin
itu. Kini gua itu kembali sunyi dan sepi lagi, sementara suara
air dan ombak itu terdengar membosankan pula seperti
biasanya. Dengan lesu gadis itu melangkah keluar. Tapi tiba-tiba
kakinya menendang sebuah potongan besi kecil sebesar jari
telunjuknya. Potongan besi itu menyerupai sebuah kunci.
"Ahhhh!" Tui Lan berseru perlahan kemudian mengambil
benda itu dan mengamat-amatinya. "Jangan-jangan benda ini
adalah kunci borgol itu! Oh, bagaimana jadinya kalau Liu Ko-
ko tak bisa membuka kembali borgolnya nanti?" pikirnya lagi
dengan perasaan khawatir.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan lalu berlari ke tepi sungai itu. Ia mencoba berteriak
sekuat-kuatnya. Siapa tahu Liu Yang Kun masih berada di
langit-langit gua itu dan masih bisa mendengar suaranya"
Tapi sampai serak tenggorokan Tui Lan, teriakannya tak
memperoleh jawaban. Suaranya seakan-akan hilang ditelan
oleh suara gemuruh ombak sungai itu. Akhirnya gadis itu
duduk dengan lemasnya, bersandar pada sebuah batu karang.
Matanya berkaca-kaca menyesali nasibnya. Juga nasib Liu
Yang Kun yang dicintainya.
"Oh! Bagaimana aku harus mengantarkan kunci ini ke
seberang" Untuk merayap di atas langit-langit seperti Liu ko-
ko harus dipergunakan gin-kang yang sempurna semacam
Peh-hou-ciang atau ilmu cecak merayap..........."
Sehari itu Tui Lan hampir tak bergerak dari pinggir sungai.
Di dalam hati gadis itu berharap agar Liu Yang Kun dapat
segera menenangkan hatinya dan kembali ke sisinya lagi.
Namun harapannya itu ternyata sia-sia saja. Pemuda itu tetap
tak kembali. Sehari. Dua hari. Akhirnya sepekanpun telah berlalu. Liu
Yang Kun tetap tidak kunjung datang. Tui Lan mulai berputus
asa dan khawatir. Ada dua kemungkinan kenapa pemuda itu
tak datang, menurut Tui Lan. Pertama, pemuda itu belum
mampu mengendalikan dirinya. Kedua, pemuda itu terlanjur
mengunci borgolnya, dan sekarang tak bisa membukanya
kembali, sebab kuncinya tertinggal di tempat itu.
Dan kemungkinan yang kedua tersebut benar-benar sangat
merisaukan hati T ui Lan.
"Oh, bagaimana kalau Liu ko-ko benar-benar telah terlanjur
memborgol dirinya di seberang itu" Masakan aku harus
berpisah selamanya dengan dia" Bagaimana caranya aku
mengirimkan kunci itu ke sana" Oooooh.......! Merayap di atas
langit-langit gua aku tak bisa. Berenang menyeberangi sungai
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ini juga tidak mungkin. Perahu juga tak ada..." Tui Lan
berkeluh kesah menyesali dirinya.
Tiba-tiba gadis itu teringat pada buku-buku peninggalan
Bit-bo-ong itu. Jikalau tidak salah, satu di antaranya
merupakan buku pelajaran ilmu meringankan tubuh yang
amat tersohor di dunia, yaitu Bu-eng Hwe-teng. Menurut kisah
yang pernah didengarnya, mendiang Bit-bo ong bisa berjalan
di atas air dengan ilmu tersebut.
Teringat akan hal itu, timbul pula semangat Tui Lan.
Bergegas gadis itu pergi ke kamarnya. Diambilnya buku
tersebut dan dibacanya. Mula-mula gambar dan tulisan yang
ada di dalam buku itu amat membingungkannya. Tapi setelah
dibaca dan dilihatnya berulang-ulang, tulisan dan gambar-
gambar itu akhirnya dapat dimengertinya juga.
Demikianlah, karena semangat dan keinginannya untuk
dapat pergi ke seberang sangat tinggi, maka gadis itu menjadi
lupa waktu. Gadis itu menjadi jarang sekali beristirahat, tidur,
apalagi makan. Setiap saat gadis itu selalu mempergunakan
waktunya untuk belajar Bu-eng Hwe-teng.
Kadang-kadang berhari-hari gadis itu hanya belajar
berloncatan di lorong lorong gua itu untuk melatih otot-otot
tubuhnya, sekalian mengenal dan mempelajari gaya
kelenturan tubuhnya dalam berbagai gerakan. Setelah itu
berhari-hari pula gadis itu belajar mengenal gerakan dasar
ilmu ginkang Bu-eng Hwe teng, yaitu pemanfaatan daya
dorong dan daya tolak yang timbul di dalam su atau gerakan.
Setelah itu berhari hari pula gadis itu dengan tekun belajar
bermacam-macam gerakan pokok di dalam Bu-eng Hwe-teng.
Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Dan biarpun setiap saat
Tui Lan selalu menatap jauh ke seberang, namun gadis itu
benar-benar telah lupa akan waktu. Apalagi dengan tiadanya
sinar matahari yang menyorot ke dalam gua itu, menyebabkan
gadis itu tidak merasa bahwa tiga bulan telah berlalu. Saking
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
asyiknya, gadis itu menyangkanya baru beberapa hari saja ia
berlatih Bu-eng Hwe-teng.
Begitulah, tak terasa mereka telah menginjak bulan yang
keenam di dalam gua di bawah tanah itu. Tanpa terasa Tui
Lan juga telah menyelesaikan isi buku Bu-eng Hwe-teng itu
pula. Namun gadis itu menjadi kecewa ketika melihat
beberapa lembar terakhir dari buku tersebut ternyata telah
hilang. Dan dia hanya menemukan sebuah catatan atau
tulisan di lembar yang terakhir, yang bunyinya :
Halaman selanjutnya telah dimusnakan karena sangat
berbahaya! Tertanda : Hoa-san Lo-jin
"Hoa-san Lo-jin (Orang Tua dari Hoa-san)......." Siapakah
dia?" Tui Lan bertanya-tanya di dalam hatinya. Dan gadis itu
tiba-tiba teringat akan pembicaraan Giok-bin Tok-ong dan
Butek Sin-tong di bawah lorong gua itu beberapa waktu yang
lalu. Kalau tak salah kedua orang tua itu pernah berbicara
tentang pemilik Buku Rahasia yang berdiam di puncak gunung
Hoa-san pula. Mungkinkah orang tua itu pula yang menyobek
buku ini dan memusnakannya"
Tui Lan lalu memeriksa kedua buah buku Bit-bo-ong yang
lain. Ternyata berapa lembar terakhir dari buku-buku itupun
juga telah disobek pula. Dan di dalam buku-buku tersebut


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga diberi catatan pula seperti buku Bu-eng Hwe teng!
Mendadak Tui Lan seperti disentakkan dari lamunannya!
"Celah di lantai gua itu! Kenapa selama ini aku melupakan
ruangan di bawah lantai gua itu! Kedua orang tua itu bisa
sampai di sana tanpa melalui lorong gua ini! Tentu ada jalan
yang lain untuk mencapai ke tempat itu! Oh! gadis itu
berdesah dengan tegangnya.
Lalu gadis itu berlari menuju ke lorong gua yang terkecil
itu! Saking tegangnya, tanpa terasa gadis itu mengerahkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
gin-kangnya! Kakinya meloncat panjang-panjang dengan
gesitnya, seperti seekor kijang yang berlompatan di padang
rumput. Tui Lan merasakan tubuhnya sangat ringan sekali, sehingga rasa- rasanya ia tak mempunyai bobot sama sekali! Begitu
ringannya tubuhnya, sehingga dengan sedikit gerakan saja tubuhnya telah
melayang bagai kapas tertiup angin! Akibatnya beberapa kali gadis itu hampir menabrak dinding gua! Untunglah gadis itu lalu teringat akan gerakan- gerakan Bu-eng Hwe-teng yang harus ia lakukan. Namun demikian, ketika tiba di pinggir
sungai itu, tetap saja tubuhnya 'menyelonong' ke tengah
sungai tanpa dapat dikendalikan lagi!
Tentu saja Tui Lan menjadi ketakutan setengah mati!
Dengan air muka pucat pasi gadis itu mencoba.bertahan
sebisa-bisanya agar tidak tercebur ke dalam air yang hitam
kelam itu. Ditahannya napasnya. Dipejamkannya matanya.
Kemudian kedua buah kakinya yang beralaskan sepatu itu
menjejak ke arah permukaan air sedapat-dapatnya!
"Plak! Plak ! Plak!" Terdengar suara berkecipak ketika
sepatu Tui Lan 'menampar' permukaan sungai. Airpun
memercik ke atas. Tapi berbareng dengan itu pula tubuh Tui
Lan tampak melenting ke atas kembali seperti layaknya
sebuah bola karet yang membentur permukaan tanah!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun hal itu justru sangat mengejutkan Tui Lan sendiri
malah! Gadis itu menjadi bengong dan tak mengira kalau
tubuhnya benar-benar bisa melenting di atas permukaan air!
Sekejap gadis itu menjadi bingung dan salah tingkah malah!
Sehingga akibatnya menjadi gelagapan dan sekaligus juga
ketakutan ketika tubuhnya yang melenting tersebut kembali
meluncur ke dalam air sungai lagi!
Untunglah Tui Lan segera menyadari dirinya kembali.
Bergegas gadis itu mengerahkan gin-kangnya lagi dan
menjejakkan kakinya pula seperti tadi. Tapi sekarang gadis itu
bergerak menurut aturan-aturan yang ada di dalam buku Bu-
eng Hwe-teng itu. Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh amat mengejutkannya! Jejakan kaki pertama memang menimbulkan suara
berkecipak yang keras seperti suara tamparan telapak tangan
atas permukaan air. Dan selanjutnya kaki itu bagai tertolak ke
atas kembali dengan kuatnya. Namun pada jejakan kaki yang
kedua ternyata gadis itu bagai menginjak tempat kosong! Kaki
masuk begitu saja ke dalam air, seolah-olah tiada hambatan
sama sekali! Byuuuuur ! Tak ampun lagi gadis itu tercebur ke dalam sungai!
Mulutnya segera menjerit! Tapi sekejap kemudian wajah itu
segera berubah menjadi lega, karena ternyata dia menginjak
di tempat yang dangkal. "Oooh.......! Ternyata aku masih berada di tepian....." Tui
Lan menakik napas lega, lalu tertatih-tatih keluar dari dalam
sungai. Namun kejadian itu telah menyadarkan pikiran Tui Lan
bahwa sebenarnya dirinya sudah benar-benar menguasai
sebagian dari ilmu mendiang Bit-bo-ong itu. Apalagi ketika ia
sadar bahwa di dalam ketergesaannya tadi ia sama sekali lupa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
untuk membawa obor. Biarpun demikian ternyata dia bisa
melihat di dalam kegelapan tanpa kesukaran.
"Ohh! Tampaknya...... tampaknya sudah tiba saatnya aku
menyusul Liu twako ke seberang sana. Meskipun demikian
tampaknya ...... tampaknya aku juga masih harus berlatih dan
menyempurnakan lebih dahulu ilmu-ilmu itu." gadis itu
membatin dengan wajah gembira.
Demikianlah sambil berjalan ke lorong gua yang terkecil itu
Tui Lan mulai berpikir dan memperhatikan semua gerakan dan
pernapasannya, agar sesuai dengan petunjuk-petunjuk di
dalam buku-buku itu. Sekalian juga mencari-cari dan
membetulkan hal-hal yang sekiranya kurang cocok pada
dirinya, untuk kemudian menyesuaikannya dengan keadaan
tubuhnya. Dan hasilnya memang sangat menggembirakannya.
"Ah! Ternyata ilmu Bit-bo-ong itu sungguh menarik dan
menyenangkan." Tui Lan bergumam puas ketika sampai di
terowongan gua terkecil itu.
Lalu dengan harap-harap cemas gadis itu masuk ke dalam
gua tersebut. Tanpa mempergunakan obor lagi matanya
mencari celah sempit dimana ia mendengarkan pembicaraan
Giok-bin Tok-ong dengan Bu-tek sin-tiong dulu. Dan dengan
cepat celah sempit tersebut ia temukan.
Tapi hati Tui Lan segera menjadi kecewa. Lantai gua itu
bukanlah tanah lunak atau padas gembur yang mudah digali,
melainkan adalah batu karang yang kuat dan keras luar biasa.
Tak mungkin rasanya pedang pendeknya mampu menembus
lantai gua tersebut. Maka dengan perasaan lesu gadis itu lalu
keluar dan kembali ke tempatnya sendiri.
Dan hari hari selanjutnya Tui Lan semakin menekuni Pat
hong-sin-kang dan Bu-eng Hwe-teng. Gadis itu sengaja
menekuni kedua buah ilmu itu tanpa mengenal lelah, dan
sama sekali tidak tertarik untuk menyentuh buku-bukunya
yang lain. Ditelaah dan didalaminya isi ilmu itu sedalam-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dalamnya, dan diusahakannya dengan sekuat tenaga untuk
mengurangi semua rahasia-rahasia yang ada di dalamnya,
untuk kemudian dipelajari dan diterapkan pada dirinya.
Begitu keras dan hebatnya semangat serta kemauan gadis
itu, sehingga beberapa lembar dari rambutnya tanpa terasa
telah menjadi putih. Dan tiga bulan kemudian jumlah rambut
yang hitam dan yang putih telah menjadi sama banyaknya.
Namun demikian, apa yang telah dicapai dalam waktu tiga
bulan itu benar benar dahsyat tiada terkira.
Kekuatan dan kemampuan yang kini terpendam di dalam
tubuh Tui Lan sungguh jauh sekali bedanya dengan kekuatan
yang dimilikinya dahulu. Meskipun perilakunya masih tampak
halus lemah lembut, tapi kemampuannya sekarang benar-
benar tidak boleh dipandang ringan lagi. Mata dibalik bulu-
mata yang lentik itu kini menyorot tajam di kegelapan, bagai
mata harimau betina di keremangan malam. Dan gadis itu tak
membutuhkan obor lagi untuk menerangi lorong-lorong gua
itu. Sementara itu ilmu Bu-eng Hwe-teng yang telah melekat
dan menyatu di dalam tubuhnya, membuat gadis itu dapat
bergerak seringan kapas yang tertiup angin! Dan sudah
sepekan ini gadis itu belajar dengan giat untuk bisa berjalan di
atas air. Namun usahanya itu selalu menemui kesulitan.
Dengan kepandaiannya sekarang memang mampu berjalan
beberapa langkah jauhnya. T api karena permukaan air selalu
bergerak turun naik dan miring kesana kemari, maka telapak
kakinya tak mampu 'menampar' permukaan air dengan tepat
lagi. Sehingga akibatnya kaki itu terperosok dan tercebur ke
dalam sungai. Untunglah dia berlatih di tepian yang dangkal,
sehingga setiap kali tercebur ke dalam air ia tak menjadi
terbenam karenanya. "Sebetulnya mudah saja mengatasi kesulitan ini. Asal
kuikatkan sebilah papan atau sepotong bambu di bawah alas
sepatuku, maka gelombang air yang bagaimana besarpun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
takkan menjadi soal. Tapi masalahnya, dimana aku bisa
mendapatkan kedua buah benda itu di tempat ini?" Tui Lan
bergumam dengan hati kesal.
Sambil memikirkan jalan yang terbaik, Tui Lan melangkah
hilir-mudik di tepian sungai itu. Beberapa kemungkinan telah
ia pikirkan, namun ternyata hanya menyeberangi sungai itu
sajalah yang kira-kira sesuai dengan kemampuannya
sekarang. Pat-hong-sin-kang yang ia pelajari itu memang
amat hebat, namun tak bisa untuk merayap di atas langit-
langit gua. Tiba-tiba Tui Lan mendekati perapian dimana ia sering
membakar ikan selama ini. Matanya menatap kantong minyak
dan kulit lambung yang diketemukan oleh Liu Yang Kun dulu.
"Kantong kulit itu bila kuikat dua lobangnya akan menjadi
balon udara yang selalu terapung di dalam air. Sayang cuma
ada sebuah saja. Kalau ada dua buah tentu akan dapat
kugunakan sebagai pengganti papan atau bambu........" Tui
Lan berdesah kecewa, "tapi kantong kulit itu cukup besar
bentuknya. Meskipun hanya satu, tapi rasanya juga sudah
cukup untuk menahan tubuhku di atas air..........."
Tui Lan lalu mengambil kantong minyak itu. Isinya yang
tinggul separuh itu dituangkan ke dalam obor-obor yang
sudah hampir habis minyaknya. Kemudian kedua buah
lobangnya dia ikat dengan kuat, setelah lebih dulu dia tiupkan
udara ke dalamnya. Demikianlah, sepanjang hari Tui Lan belajar berloncatan di
atas air dengan kantong itu. Meskipun hanya berloncatan
dengan satu kaki, tapi ternyata ia bisa bergerak di atas air
tanpa tenggelam. "Aku tidak tahu, apakah kantong minyak ini mampu
bertahan di dalam gelombang sungai yang besar. Tapi aku
harus mencobanya. Kasihan Liu twa-ko?" Tui Lan berbisik
dengan suara harap-harap cemas.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Keesokan harinya Tui Lan benar-benar menyeberangi
sungai itu. Kedua belah tangannya memegang dua buah obor
yang menyala dengan besarnya, sehingga matanya bisa
melihat lebih jauh ke depan. Kantong kulit yang menggelembung besar itu diikatnya di bawah sepatu
kanannya, sebagai alas untuk berloncatan di atas permukaan
air. Ternyata sungai itu benar-benar lebar bukan main.
Semakin ke tengah, gelombang air menjadi semakin besar
pula. Malahan di tengah tengah sungai, gelombang itu sudah
menyerupai ombak di lautan. Berdebur dan bergemuruh
memekakkan telinga ! Dan kalau dulu, ketika ia melemparkan
obor ke tengah-tengah sungai itu, ia hanya melihat selintas
saja, kini Tui Lan sungguh-sungguh me lihat dan menghadapinya langsung! Untuk sesaat Tui Lan menjadi ngeri dan ketakutan juga.
Namun begitu ingat akan Liu Yang Kun, semuanya itu segera
lenyap dari hatinya. Rasa cinta dan rasa khawatirnya terhadap
nasib pemuda itu ternyata telah mengalahkan seluruh
ketakutan di hatinya. Sebaliknya gadis itu menjadi heran dan
tak habis mengerti, mengapa di tempat yang tertutup dan
tanpa adanya tiupan angin yang berarti itu bisa menimbulkan
gelombang air yang begitu dahsyat"
Tapi beberapa saat kemudian Tui Lan menjadi maklum.
Arus air di tengah-tengah sungai itu memang luar biasa
ganasnya. Sementara di tempat itu ternyata banyak karang-
karang berbentuk kerucut yang muncul di permukaan air,
sehingga arus air yang menghantam batu batu karang itu
membentuk pusaran-pusaran air dan ombak yang besar dan
kuat. Hati Tui Lan menjadi berdebar-debar. Pelampung dari
kantong kulit yang berada di bawah sepatunya itu akan tidak
berdaya bila menyentuh pusaran air tersebut. Dia harus
menghindarinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan satu-satunya jalan hanyalah berloncatan di atas batu-
batu kerucut itu. Memang sangat berbahaya. Tapi dengan Bu-
eng Hwe-teng yang telah dipelajarinya, Tui Lan bisa
melewatinya dengan aman. Akhirnya dengan hati tegang dan cemas Tui Lan sampai
juga di seberang. Kemudian dengan berlari-lari kecil ia
menyusuri sungai tersebut untuk mencari kekasihnya.
"Liu twa-ko........!" panggilnya dengan suara gemetar.
Tiba-tiba mata Tui Lan terbelalak. Beberapa langkah di
depannya tampak sesosok tubuh manusia tergeletak tak


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdaya di atas tanah. Dan Tui Lan takkan melupakan bentuk
perawakan orang itu. "Ko-ko .......?"?" gadis itu menjerit
sekeras-kerasnya, kemudian berlari menubruk orang itu.
Dan selanjutnya, seperti orang yang kehilangan keluarganya Tui Lan menangis sekuat-kuatnya. Dipeluknya
tubuh yang amat dingin itu sepenuh perasaannya.
"Ko-ko........! Jangan tinggalkan aku sendiri di tempat ini!
Bawalah aku serta! Ko-ko.........!" gadis itu menjerit dan
memekik sehingga suaranya menjadi serak.
Tapi orang yang tidak lain memang Liu Yang Kun itu tetap
diam tak bergerak. Di lehernya masih terpasang borgol besi
yang amat kuat itu. Sementara borgol yang membelit kaki dan
tangannya telah terlepas, walaupun masih juga dalam
keadaan terkunci semuanya.
"Lan........moi .........?" tiba-tiba orang yang disangka telah
mati itu berbisik lemah. Seketika tangis Tui Lan berhenti. Gadis itu menatap wajah
kekasihnya dengan mulut ternganga. Gadis itu seolah-olah tak
percaya akan pendengarannya sendiri.
"Ko-ko........." K-k-kau ma.. .masih hidup?" ucapnya
seakan-akan tercekik. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lan-moi........ " Be-benarkah ...kau.......yang da.....tang?"
Liu Yang Kun kembali berbisik dengan suara lemah.
"Ko-kooooo.....!" Tui Lan memekik gembira begitu
menyaksikan bibir itu benar-benar bergerak. "Oooh, ko-
ko........! Be-benar! Inilah aku yang datang menjengukmu........Marilah! Marilah kutolong kau! Aku telah
membawakan kunci borgol itu pula".."
Tui Lan lalu mengeluarkan kunci yang diketemukan itu,
kemudian cepat membuka borgol besi yang me lilit leher Liu
Yang Kun. Lalu tubuh yang kurus kering itu dibawanya ke
tempat yang lapang untuk diobati.
Beberapa waktu lamanya gadis itu menyalurkan tenaga
saktinya guna memuIihkan tenaga Liu Yang Kun. Peluh
tampak mengalir keluar dari seluruh badannya. Terutama dari
kening dan lehernya. Namun sedikit demi sedikit hasilnya
memang dapat dilihat. Pemuda tinggi kurus itu mulai
memerah wajahnya. Dan tubuh itu sudah tidak terasa dingin
lagi. "Lan-moi.........." pemuda itu akhirnya membuka matanya
dan berbisik lemah. Mata itu tampak berlinang-linang.
"Ko-ko........" Kau sudah sadar kembali" Oh, terima kasih,
Thian".." Tui Lan bernapas lega sambil mencucurkan air mata
pula. Air mata kegembiraan. Lalu dipeluknya tubuh yang
masih lemah itu dengan perasaan bahagia.
Lama sekali keduanya berdiam diri, seolah-olah mereka
memang tidak memerlukan lagi kata-kata untuk diucapkan.
Hati dan perasaan mereka sudah cukup untuk saling mengerti.
Meskipun demikian akhirnya Tui Lan membuka mulut juga.
"Apa sebenarnya yang telah terjadi, ko-ko" Mengapa
engkau menjadi seperti ini?" gadis itu bertanya seraya
meneteskan beberapa titik air ke mulut kekasihnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan dengan perasaan
yang sukar dilukiskan. Apalagi ketika terlihat olehnya rambut
Tui Lan yang penuh uban itu. "Lan-moi....." Kenapa dengan
rambutmu itu."..?" tanyanya kaget.
"Rambutku" Ada apa dengan rambutku?" gadis itu justru
bertanya pula. Tapi setelah gadis itu melihat ujung rambutnya
yang terjuntai di belakang punggungnya, seketika hatinya
menjadi kaget pula. "Oh! Ini.. ..ini .?" katanya bingung.
Liu Yang Kun menjadi kasihan melihatnya. Ia tahu gadis itu
telah mengalam i goncangan dan tekanan batin yang amat
kuat. "Sudahlah, Lan-moi....... Kau telah mengalami penderitaan
jiwa raga yang sangat hebat, sehingga rambutmu menjadi
putih. Tak apalah! Kau justru ..... bertambah anggun dan
cantik malah!" hiburnya.
"Ko-ko......!" gadis itu menghambur kembali ke dalam
pelukan Yang Kun. Pemuda itu lalu bangkit duduk. Tetesan air yang diberikan
Tui Lan tadi tampaknya sungguh amat menyegarkan
badannya, sehingga kekuatannya telah mulai bangun kembali.
Sambil merangkul pundak T ui Lan pemuda itu lalu bercerita.
Malam itu Liu Yang Kun menjadi amat gelisah karena tidak
bisa tidur. Bayangan wajah Tui Lan selalu menggoda dan
memburunya terus, sehingga akhirnya dia menjadi ketakutan
malah, menjadi ngeri kalau kalau setiap saat penyakitnya akan
kambuh kembali. Oleh karena itu sebelum semuanya menjadi
terlanjur, maka dia memutuskan untuk kembali lagi ke
seberang. Benarlah! Di dalam perjalanan pemuda itu merasakan
gejala-gejala tersebut. Maka begitu tiba di seberang cepat-
cepat memborgol dirinya sendiri. Sehingga ketika penyakitnya
itu benar-benar datang, ia sudah tidak bisa pergi kemana-
mana lagi. Hanya celakanya ketika 'badai setan' itu telah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berlalu, ia tak dapat membuka borgol itu lagi. Kuncinya
ternyata sudah tidak ada di sakunya. Hilang entah kemana.
Lemaslah semangat pemuda itu. Tanpa kunci itu ia akan
terantai di tempat itu selama hidupnya. Namun masih untung
pula bahwa rantai yang mengikatnya agak panjang, sehingga
ia masih bisa pergi ke pinggir sungai untuk mencari ikan dan
mengambil air. Hanya saja dalam beberapa hari ini ia tak bisa
mendapatkan ikan itu Iagi. Tampaknya ikan-ikan itu sudah
tidak berani menepi pula, sehingga selama beberapa hari ia
juga hanya minum air saja. Maka tak heran kalau tubuhnya
lambat laun menjadi lemas. Untunglah Tui Lan segera datang
menolongnya. Kalau tidak, ia tentu akan mati kelaparan di
tempat itu. "Tapi......tapi bagaimana kau sampai di tempat ini"
Bagaimana caramu menyeberang?" selesai bercerita Liu Yang
Kun bertanya dengan wajah keheranan.
Terpaksa Tui Lan juga bercerita apa adanya. Sedikitpun
gadis itu tidak berusaha menyembunyikan apa yang telah
dialam inya selama ini. Bagaimana ia memperoleh buku-buku
itu, dan apa yang telah terjadi setelah ia memasukkan Po-tok-
cu itu ke telapak tangannya.
Sekarang giliran Liu Yang Kun yang melongo keheranan
mendengar penuturan itu. Sama sekali ia tak menyangka T ui
Lan telah mengalami kejadian yang begitu hebatnya.
"Lan-moi......" Jadi kau telah mendapatkan buku-buku Bit-
bo-ong dan mempelajarinya" Oh, kalau begitu buku-buku itu
tentu telah jatuh dari saku Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
ketika dia melawan Giok-bin T ok-ong itu."
"Eh! Apakah buku-buku itu kepunyaan Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai" Kenapa kau menduganya begitu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun lalu bercerita lagi. Buku-buku mendiang Bit-
bo-ong tersebut empat tahun yang lalu telah dicuri oleh
seorang tokoh persilatan yang bernama Hek-eng-cu. Dengan
ilmu-ilmu yang diperolehnya dari buku-buku itu Hek-eng-cu
lalu malang-melintang di dunia kang-ouw tanpa lawan. Sampai
pada suatu saat iblis itu dapat dijumpainya dan berhasil
dibunuhnya. Kemudian buku-buku mendiang Bit-bo-ong itu ia
kembalikan kepada yang berhak yaitu Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. "Ohh......!" Tui Lan berdesah seraya mengangguk-angguk.
Tiba-tiba Liu Yang Kun menepuk pundak Tui Lan.
"Lan-moi...... ! Bolehkah aku meminjam buku pemberian
Ang-leng Kok-jin itu sebentar" Siapa tahu ada keterangan
tentang penyakitku ini di sana?" tanyanya.
"Wah! Buku itu kutinggalkan di seberang sana," Tui Lan
cepat menjawab. Lalu sambungnya lagi, "Biarlah aku
mengambilnya sekarang ".."
Tapi Liu Yang Kun segera mencegahnya,"Jangan! Besok
saja kita ke sana bersama-sama. Marilah sekarang kita
berburu ikan untuk memulihkan tenagaku!"
"Benarkah" Ohh......ko-ko! Marilah!" Tui Lan tercengang,
namun segera bertepuk dengan riangnya.
Demikianlah, sehari itu Liu Yang Kun sengaja mengerahkan
segala kemampuannya untuk memulihkan kembali tenaganya.
Dan sehari itu pula mereka berdua seolah-olah menumpahkan
segala kerinduan mereka selama ini. Kini mereka benar-benar
saling membuka diri dan tidak malu-malu lagi mengeluarkan
isi hatinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Jilid 8 Terutama Liu Yang Kun. Entah mengapa, setelah
mendengar keterangan T ui Lan tentang Po-tok-cu itu, hatinya
menjadi amat lega dan gembira bukan main. Meskipun di
dalam kegembiraan tersebut hatinya juga masih sedikit
waswas pula. "Lan-moi......." Liu Yang Kun berkata gemetar ketika pada
suatu saat mereka duduk bersanding menikmati kebahagiaan
mereka. Tui Lan menjadi tergetar juga hatinya. Entah mengapa
gadis itu merasakan sesuatu yang 'lain" di dalam nada suara
pemuda itu. Dan diam-diam gadis itu meremang seluruh
badannya. Akibatnya gadis itu tak berani bersuara sedikitpun.
"Lan-moi.......Benarkah Po-tok-cu itu bisa menawarkan
segala macam racun?"
Tui Lan menelan ludah. Lalu jawabnya dengan suara
gemetar pula, "Bukan menawarkan........., tapi..... tapi
siapapun yang memegang mustika itu akan kebal terhadap
racun apapun juga. Begitu......... begitulah yang dikatakan
oleh Ang-leng Kok-jin......."
"Ooooooh.......!" Liu Yang Kun berdesah dan hendak
berbicara lagi, tapi tak jadi. Pemuda itu kelihatan ragu ragu.
Otomatis Tui Lan menjadi tegang dan gelisah pula. Gadis
itu menantikan kata-kata yang hendak dikeluarkan oleh Liu
Yang Kun. Namun karena ucapan tersebut tak kunjung keluar
juga, maka gadis itu menjadi tak tahan menunggunya.
"Lekaslah kaukatakan, ko-ko. Kau hendak berbicara apa?"
akhirnya gadis itu mendesak.
Liu Yang Kun menjadi gelagapan. Tapi karena T ui Lan terus
saja mendesaknya, maka akhirnya pemuda itu menjawab pula
dengan hati-hati. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lan-moi.......Tampaknya kita memang telah ditakdirkan
untuk hidup di dalam kurungan gua ini selamanya. Meskipun
demikian Thian kelihatannya masih mengasihani kita juga.
Buktinya kita terjeblos berdua di tempat ini sehingga kita bisa
saling mempunyai teman. Hmm, coba ...... bagaimana kalau
kita terjeblos sendirian di sini" Selain dari pada itu..........
selain dari pada itu ......."
Liu Yang Kun tak berani meneruskan perkataannya,
sehingga Tui Lan segera mendesak lagi.
"Ayolah, ko-ko. Mengapa kau menjadi ragu-ragu lagi?"
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Kemudian dengan
menguatkan hatinya pemuda itu menatap wajah gadis yang
telah mampu menarik hatinya itu lekat-lekat.
"Selain dari pada itu......, tampaknya kita memang telah
diperjodohkan oleh Thian. Buktinya ..... buktinya .. kita berdua
menjadi cocok satu sama lain. Kita saling...... saling mengasihi
satu sama lain. Dan lebih dari pada itu, ternyata Thian telah
memberi karunia kepadaku, seorang gadis yang kebal
terhadap racun! Nah, mana ada "kebetulan' yang lebih hebat
dari pada itu" Oh Lan-moi......! Kukira hal ini memang telah
menjadi kehendak T hian."
Tui Lan tertunduk semakin dalam. Wajahnya menjadi
merah seperti udang direbus. Sementara napasnya tampak
memburu dan terengah-engah. Namun demikian wajah itu
tampak bahagia sekali. "Lan-moi........! Bagaimana pendapatmu" Jawablah! Mau.......maukah kau menjadi........ isteriku?"
Tui Lan tidak kuasa menjawab. Gadis itu hanya menatap
mata Liu Yang Kun sekilas, lalu menghambur ke dalam
pelukannya. Sekejap kemudian terdengar isaknya yang
tertahan. Isak kebahagiaan seorang wanita.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi pemuda yang belum berpengaIaman itu menjadi
bingung karenanya. Dipandangnya rambut kekasihnya yang
halus namun berwarna dua itu dengan pandang mata
bertanya-tanya. Kenapa tiba-tiba gadis itu menangis terisak-
isak " Apakah gadis itu tidak menyukainya"
"Kenapa kau malah menangis, Lan-moi" Kau......... Kau
tidak setuju dengan maksudku tadi?" pemuda itu mendesak
dengan suara risau dan cemas.
Tiba-tiba wajah gadis itu menengadah, lalu menempelkan
pipinya ke pipi Liu Yang Kun. Dan tangisnya semakin menjadi-
jadi. Namun bibirnya sempat berbisik di telinga kekasihnya.
"Tidak! Tidak! Aku menangis bukan karena itu! Aku.......
aku.....oh, ko-ko........ mengapa maksudmu itu tidak
kaukatakan dulu-dulu?"
"Hah?" Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga gadis itu
ikut terbawa berdiri. "Tidak dari dulu-dulu" Oh! Jadi.......kau
setuju, Lan-moi?" Pemuda itu tampak gembira sekali. Begitu pula dengan Tui
Lan. Kedua orang itu tampak saling memandang dengan
bahagia sekali. Lalu, entah siapa yang memulai dahulu, tiba-
tiba saja mereka telah saling berciuman dengan mesranya.
Namun kemesraan tersebut terputus dengan mendadak
pula, ketika secara tiba-tiba Liu Yang Kun bergegas


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melepaskan diri dengan tubuh bergetaran! Mata pemuda itu
tampak melotot kemerah-merahan, sementara badannya
semakin tampak menggigil seperti sedang menahan sakit yang
amat sangat. Tentu saja Tui Lan menjadi kaget sekali.
"Ko-ko......." Kau......kau kenapakah?" pekiknya ketakutan.
Tapi pemuda itu tidak menjawab. Sebaliknya dia segera
berlari ke tempat dimana dia menaruh rantai borgol tadi.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan amat tergesa-gesa pemuda itu segera memasang
borgolnya. "Tui Lan........! Cepat pergi dari sini! Cepaaaaat.......!
Penyakitku, penyakitku....... aaaarrrgh!?"" pemuda itu
berteriak sekuat-kuatnya.
Namun belum juga habis perkataannya, pemuda itu sudah
menggeram keras sekali. Matanya tiba-tiba membalik. Dan
sekejap kemudian sikapnya telah berubah menjadi buas!
Sambil meronta-ronta ia berusaha menggapai-gapai ke arah
Tui Lan. Tui Lan semakin ketakutan. Dengan demikian gadis itu
justru tidak kuasa beranjak dari tempatnya malah! Saking
ngerinya gadis itu malah jatuh terduduk di atas tanah.
Bersimpuh dengan tubuh menggigil!
Pemuda itu terus meronta-ronta, seperti seekor singa
kelaparan yang ingin lepas dari rantai pengikatnya. Sambil
sekali sekali meraung dan menggeram dengan buasnya,
pemuda itu berusaha meloloskan diri dari borgolnya.
Dan apa yang dilihat oleh Tui Lan benar-benar sangat
mengerikan! Mata gadis itu terbeliak ketakutan, sementara
aliran darahnya seolah-olah membeku dan berhenti mengalir !
Mula-mula tampak oleh gadis itu tangan Liu Yang Kun
memanjang beberapa jengkal jauhnya. Tapi ketika tangan itu
tidak dapat juga menggapai dirinya, lengan tersebut segera
mengerut kembali dengan cepatnya. Dan entah bagaimana
caranya, selain mengerut lengan itu juga mengecil bentuknya,
sehingga ketika pemuda itu meronta sekali lagi, tangan itu
otomatis terlepas dari borgolnya.
Begitu juga halnya dengan lengan dan kedua kakinya yang
lain. Satu persatu mereka terlepas dari cengkeraman borgol
besi itu. Sehingga akhirnya tinggal bagian lehernya saja yang
tidak bisa lepas. Bagaimanapun juga leher itu memanjang dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
memendek, tapi tempurung kepala itu tetap tak bisa mengerut
atau mengecil. Karena pemuda itu masih tetap saja meronta dan
membelot sekuatnya, maka otomatis borgol yang melilit
lehernya itu seperti mencekik dirinya. Mukanya menggembung
merah padam. Matanya melotot merah. Sementara mulutnya
terbuka lebar dengan lidah yang menjulur keluar.
Tui Lan yang semula ketakutan itu tiba-tiba menjadi
khawatir akan keselamatan Liu Yang Kun. Gadis itu menjadi
cemas, jangan-jangan kekasihnya itu akan mati tercekik oleh
ulahnya sendiri. "Ko-ko......! Hentikan! Jangan memaksa untuk melepaskan
diri! Kau......kau bisa tercekik!" gadis itu memekik seraya
bangun berdiri. Tak terasa gadis itu melangkah maju, lalu
berhenti lagi. "Ekkkkkh......! Ekhhhhk.......!"
Tapi melihat mangsanya datang semakin dekat, maka Liu
Yang Kun justru menjadi semakin buas malah! Pemuda itu
meronta dan meraung-raung semakin keras. Darah mulai
menetes dari luka-luka di lehernya, namun tak dirasakan oleh
pemuda itu. Justru Tui Lanlah yang menjadi bertambah
khawatir. "Ko-ko......." Tahannnn.....!?" pekiknya dengan suara serak.
Otomatis kakinya melangkah maju lagi.
Tiba-tiba kedua lengan Liu Yang Kun yang bebas itu
meluncur ke depan dengan cepatnya. Kedua-duanya
memanjang hampir dua kali lipat panjangnya, sehingga ujung
baju Tui Lan hampir tersambar karenanya.
Tui Lan berdesah kaget. Otomatis lengannya menangkis
dengan kekuatan penuh, sehingga tenaga sakti Pat-hong-sin-
kang yang berada di dalam tubuhnya ikut keluar pula dengan
dahsyatnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Plaaak! Breeeees! Terdengar suara letupan yang keras dan nyaring seperti
dua batang besi baja yang saling berbenturan di udara. Tui
Lan mengeluh. Tubuhnya terpelanting ke tanah dengan
kuatnya. Kemudian menggelinding semakin mendekati Liu
Yang Kun malah! Liu Yang Kun yang telah menjadi 'buas' itu tak menyia-
nyiakan kesempatan tersebut. Sambil meraung keras ia
menubruk Tui Lan yang sudah tak berdaya itu. Namun di
dalam kekalutan dan ketakutannya, ternyata Tui Lan tidak
melupakan Bu-eng Hwe-tengnya. Ketika kaki kanannya
menjejak batu karang yang menonjol di dekat kakinya, maka
tubuhnya segera meluncur ke samping dengan cepatnya.
Tapi gerakan Liu Yang Kun ternyata juga tidak kalah
cepatnya. Di dalam keadaan tidak sadarnya itu tampaknya Liu
Yang Kun selalu berada di puncak kemampuannya. Buktinya
Tui Lan yang sudah menyalurkan seluruh tenaga sakti Pat-
hong-sin-kangnya tadi ternyata juga tak mampu membentur
lengan pemuda itu. Dan sekarang, meskipun ia juga telah
mengerahkan Bu-eng Hwe-teng pula, ternyata juga tetap tak
bisa menghindar sepenuhnya dari sergapan pemuda tersebut.
Brrrrrt! T erdengar suara kain sobek yang keras sekali ketika
kesepuluh jari-jari tangan Liu Yang Kun yang kokoh kuat itu
sempat menyambar kain celana dan sebagian ujung baju Tui
Lan! Gadis itu menjerit sekeras-kerasnya! Kemudian berguling-
guling dan mendekam di tanah dengan air muka pucat pasi!
Seluruh bagian tubuhnya, dari pinggang ke bawah, kini
telanjang sama sekali! Malahan di bagian pinggulnya yang
membusung itu tampak bekas guratan kesepuluh jari tangan
Liu Yang Kun dengan amat jelasnya. Merah dan sedikit
berdarah ! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan saking takutnya, gadis itu tiba-tiba seperti tidak
mempunyai tenaga lagi. Dengan mata terbelalak tubuhnya
menjadi lemah lunglai, seperti seekor kelinci kecil yang telah
berada di depan mulut harimau. Lemas dan pasrah! Dan
kejadian selanjutnya ia tak tahu lagi, karena la lalu pingsan
begitu Liu Yang Kun menerkam dirinya!
Tui Lan baru sadar kembali ketika ia merasakan tubuhnya
diguncang keras oleh seseorang. Dan ketika gadis itu
membukakan matanya, la melihat Liu Yang Kun menangis
menggerung-gerung sambil memeluk dan mengguncang-
guncang tubuhnya. Tui Lan merasakan badannya sakit semua, tubuhnya
sangat lemas, sehingga ia tak lekas-lekas bangkit untuk
menemui Liu Yang Kun. Ia sadar bahwa semua yang
ditakutkannya itu telah terjadi. Tapi sedikitpun ia tak
menyalahkan kekasihnya. Itu semua terjadi karena diluar
kesadaran Liu Y ang Kun. Pemuda itu sendiri sangat menderita
karena penyakitnya tersebut.
"Ko-ko......." bisiknya lemah, tapi sudah cukup keras untuk
menyadarkan Liu Yang Kun.
"Hah" Lan-moi.........?" pemuda itu berseru kaget dan
tangisnya seketika berhenti. Dan begitu melihat Tui Lan yang
disangkanya telah mati itu benar-benar bergerak dan
membuka matanya, serentak mulutnya berteriak kegirangan.
Begitu girangnya dia sehingga tubuh Tui Lan yang masih
lemah itu di angkat dan didekapnya sambil berputar-putar.
"Oh, kekasihku........! Kau masih hidup! Oooh, terima kasih
Thian.....!" teriaknya seperti orang tidak waras.
"Ko-ko.......!" panggil T ui Lan.
"Yaa........?" tiba-tiba pemuda itu berhenti berputar dan
menjawab. Kemudian seperti orang yang baru sadar dari
mabuknya ia menurunkan kembali tubuh Tui Lan dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tersipu-sipu. "Maafkanlah aku, Lan-moi. Maafkanlah....."
ucapnya berulang-ulang. Tapi keduanya segera terpekik kaget begitu menyadari
bahwa mereka berdua ternyata tidak berpakaian sama sekali!
Masing-masing cepat memalingkan mukanya. Dan mereka
segera melihat cabikan-cabikan kain yang bertebaran di
sekeliling mereka. Tampaknya di dalam ketidaksadarannya
tadi Liu Yang Kun telah merobek-robek seluruh pakaian yang
mereka kenakan. Tak bisa diceritakan bagaimana perasaan Liu Yang Kun
pada saat itu. Perasaan bersalah, malu, kotor dan rendah diri
memenuhi dada pemuda itu. Kini kekasihnya itu benar-benar
menyaksikan sendiri bagaimana jahat dan biadabnya dia.
Bagaimana kotor dan tidak berharganya orang seperti dirinya.
"Lan-moi, maafkanlah.....! Seperti itulah aku ini. Kotor,
jahat. Dan tidak layak untuk disejajarkan dengan bidadari
semacam kau......." Liu Yang Kun merintih, lalu jatuh terduduk
sambil menutupi mukanya. Tui Lan berpaling dengan cepat. Tiba-tiba gadis itu seperti
tersentuh hatinya mendengar keluh kesah pemuda itu. Gadis
itu seperti merasakan pula penderitaan batin kekasihnya itu.
Sehingga tanpa terasa kakinya melangkah mendekati.
Kemudian duduk berjongkok di belakang pemuda itu.
"Ko-ko........!" bisiknya perlahan di telinga pemuda itu. "Kau
tidak bersalah. Aku tidak menganggapmu rendah dan kotor.
Sebaliknya aku merasakan bahwa sebenarnya kau adalah
seorang lelaki yang mulia. Hanya nasibmu saja yang agak
kurang baik......." Liu Yang Kun berbalik dengan cepat. Dan keduanya segera
saling memandang dengan tatapan mata dalam, seolah olah
ingin saling menjajaki dan saling menjenguk isi hati masing-
masing. Sama sekali mereka tidak memikirkan lagi bahwa
mereka tidak berpakaian. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lan-moi.......!" akhirnya Liu Yang Kun berdesah lebih
dahulu. "Kau tidak membenci aku" Kau dapat memaafkan
aku?" Tui Lan tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak!
Aku tidak membencimu ! Aku justru menaruh kasihan dan
menyayangimu. Kau patut diselamatkan. Dan aku bersedia
berkorban apa saja demi keselamatanmu," katanya penuh
perasaan. Liu Yang Kun terbelalak tak percaya. Sekejap pemuda itu
seakan-akan terangkat ke awang-awang. Dan ucapan Tui Lan
itu seolah-olah suara nyanyian bidadari yang amat terdengar
merdu di teIinganya. "Benarkah pernyataanmu itu, Lan-moi" Oh, betapa
mulianya hatimu." Liu Yang Kun berbisik dengan penuh
perasaan pula. "Dengarlah. Lan-moi..... Berulang kali aku
mengalami peristiwa seperti tadi, tapi baru sekarang ini aku
merasa sangat berputus asa dan sangat menderita sekali.
Rasa-rasanya aku juga tak ingin hidup lagi bila seandainya kau
tadi benar-benar meninggal karena racunku."
Kini giliran Tui Lan yang seolah-olah terbang ke awang-
awang. Matanya terpejam rapat, seakan-akan sedang
menikmati alunan suara kekasihnya yang sangat membahagiakan hatinya itu. Oleh karena itu ia tidak menolak
ketika sekali lagi pemuda itu mendekapnya dengan
kencang.......... Udara di dalam gua itu terasa panas dan pengap, sehingga
kedua orang kekasih yang sedang dimabuk cinta itu merasa
sangat kegerahan. Peluh tampak mengalir di sekujur badan
mereka. Namun demikian mereka berdua kelihatan berbahagia
sekali. Liu Yang Kun duduk bersandar di sebuah batu karang,
sementara Tui Lan tampak menggelendot manja di dadanya.
"Ko-ko.......! Kita harus wajib mengadakan upacara
perkawinan, meskipun sangat sederhana sekalipun, agar kita
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lepas dari perasaan berdosa dan kotor di dalam batin kita.
Keadaan memang tidak memungkinkan kita mengadakan
peralatan upacara yang lengkap seperti laz imnya adat-istiadat
leluhur kita. Tapi biarpun amat sangat sederhana, kukira
hikmahnya juga sama saja. Yang penting adalah tekad kita
yang tulus di depan Thian ........"
"Bagus, Lan-moi. Aku
memang sedang memikirkan hal itu pula. Hmm, kalau begitu........marilah kita laksanakan saja sekarang!
Kita anggap batu karang ini sebagai meja sembahyang, sedangkan obor-obor yang kaubawa itu sebagai dupa dan lilinnya. Marilah!" "Telanjang bulat begini?" Tui Lan memotong dengan agak malu-malu. "Apa boleh buat. Kita
tidak mempunyai pakaian lagi. Biar saja sebelum diketemukan bahan pakaian, nenek
moyang kita dulu juga tidak mengenakan apa-apa ketika
mengadakan upacara perkawinan." Liu Yang Kun membela


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri. "Kau ngawur! Zaman dulu tidak ada upacara perkawinan
malah! Asal mereka saling suka sama suka. maka merekapun
langsung hidup bersama."
"Siapa bilang! Ba iklah! Ka lau begitu marilah kita lekas-lekas
melaksanakannya. Setelah itu kita terus kembali ke seberang."
Tui Lan mengalah. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun tersenyum, kemudian memeluk tubuh Tui
Lan. "Maafkanlah aku, Lan-moi." katanya pelan.
Demikianlah, meskipun dengan peralatan yang amat
sederhana, sepasang kekasih itu lalu mengadakan upacara
perkawinan mereka sendiri.
Mereka bersumpah dan mengucapkan janji bersama-sama, untuk saling mengikatkan
diri menjadi suami isteri selama-lamanya. Mereka juga akan
berusaha untuk saling menyayangi jodoh mereka itu apapun
yang terjadi. Selesa i mengadakan upacara mereka lalu bersiap-siap
untuk kembali ke seberang lagi. Karena ilmu yang mereka
gunakan berbeda, maka cara yang mereka tempuhpun juga
berlainan. Liu Yang Kun yang mahir pek-houw-ciang itu
merayap melalui langit-langit gua, sedangkan Tui Lan yang
pandai Bu-eng Hwe-teng itu kembali mempergunakan kantong
kulit untuk berloncatan di atas permukaan sungai. Dan
ternyata Tui Lan lebih dahulu mencapai seberang dari pada
suaminya. "Bukan main! Ilmu Mengentengkan Tubuhmu sekarang
jauh lebih hebat dari aku." Liu Yang Kun memuji.
"Mulai sekarang kaupun juga bisa mempelajarinya pula.
Hmm, marilah kita melihat buku Im-Yang Tok-keng itu...!"
"Hei! Aku sekarang boleh ikut ke kamarmu?" Liu Yang Kun
menggoda. "Kau gila!" Tui Lan mengomel dengan muka bersemu
merah. "Justru mulai sekarang kalau kau tidak tidur di
kamarku tentu akan kudamprat habis-habisan!"
"Wah! Kalau begitu punya isteri itu repot juga, ya?" Liu
Yang Kun pura-pura bersungut-sungut sambil menggaruk
garuk kepalanya. Namun mulutnya tampak bersenyum-simpul
bahagia sekali. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan tidak menjawab. Gadis itu hanya melirik saja sambil
mencibirkan bibirnya, lalu bergegas melangkah menuju ke
'kamarnya'. Pinggul yang bulat penuh tanpa penutup kain
barang sesobekpun itu tampak menari-nari bila dilihat dari
belakang, sehingga Liu Yang Kun cepat-cepat membuang
muka karenanya. Tui Lan lalu memperlihatkan semua buku-bukunya. Tapi Liu
Yang Kun hanya mengambil buku Im-Yang Tok-keng saja.
Pemuda itu buru-buru membolak-balik halamannya. Dicarinya
keterangan yang kira-kira memuat petunjuk tentang
penyakitnya. Namun sampai lelah ia membolak balik isi buku
itu ia tetap tidak menemukan keterangan itu.
"Ah, buku ini sama sekali tidak membahas tentang
pengaruh racun terhadap orang yang selalu bermain-main
atau menyimpan racun di dalam tubuhnya. Buku ini cuma
berisi tentang aneka macam racun di dunia ini, beserta cara
membuat dan memperolehnya. Juga cara melawan dan
mengatasinya......." pemuda itu berkata kecewa.
Tui Lan cepai merangkul pundak suaminya. "Sudahlah, ko-
ko. Kau tak perlu bersedih karenanya. Di tempat ini, beracun
atau tidak beracun sama saja bagimu. Tak ada orang lain
yang perlu kautakutkan akan terkena racunmu. Yang ada
hanya aku. Padahal racunmu tidak berpengaruh apa-apa
terhadapku. Apa lagi.......?" hiburnya.
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan yang cantik itu. Tiba-
tiba bibirnya tersenyum kembali. Sambil balas merangkul
pemuda itu berkata,"Kau benar, Lan-moi. Terima kasih........."
Maka hari-hari selanjutnya sepasang pengantin baru itu lalu
melewatkan masa-masa bulan madu mereka seperti layaknya
para pengantin baru yang lain. Meskipun berada di tempat
yang gelap di dalam gua di bawah tanah, namun hal itu tidak
mengurangi kegembiraan dan kebahagiaan mereka berdua.
Mereka tekun berlatih silat dan mempelajari buku-buku
peninggalan Bit-bo-ong almarhum. Malah untuk merintang-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
rintang waktu mereka juga membaca-baca pula buku Im-Yang
Tok-keng milik Giok-bin T ok-ong itu.
Demikianlah enam bulanpun sudah berlalu pula sehingga
kalau dihitung mereka berdua telah satu tahun berada di
dalam gua itu. Liu Yang Kun telah menyelesaikan ketiga buah
buku peninggalan Bit-bo-ong itu dan tinggal menyempurnakannya saja. Sementara itu Tui Lan baru
menyelesaikan dua buah buku saja, yaitu Bu-eng Hwe-teng
dan Pat-hong Sin-ciang, meskipun sebenarnya Liu Yang Kun
juga sudah berusaha mati-matian membantunya.
Pada suatu hari, setelah seharian mereka berlatih silat,
mereka duduk-duduk melepaskan lelah di tepian sungai sambil
omong-omong. Mereka berbincang tentang segala macam hal.
Tentang ilmu silat. Tentang nasib mereka besok. Dan yang
terakhir mereka berbincang tentang penyakit Liu Yang Kun.
"Ko-ko.....! Kulihat kau sekarang tidak pernah kambuh
'mimpi berjalan' lagi. Tidurmu sangat nyenyak......Tampaknya
penyakitmu itu memang sudah hilang sekarang."
Tapi Liu Yang Kun segera menggeleng. "Tidak, moi-moi.
Penyakitku belum hilang. Jikalau selama ini tak pernah muncul
lagi, hal itu disebabkan karena sudah ada penyalurannya. Aku
tak pernah mengekangnya lagi, apalagi sampai menumpuknya. Hmmmh......! Aku masih merasa khawatir.
Tetapi asalkan kau masih tetap berada di sampingku, penyakit
itu juga akan tetap bisa dijinakkan."
Tui Lan tersenyum. "Ko-ko, kau ini ada-ada saja. Di tempat
sempit seperti ini, mau kemana lagi aku kalau tidak berada di
sampingmu?" Mereka berpandangan dengan mesra.
"Siapa tahu kau meninggalkanku kelak?" Liu Yang Kun
bergurau. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun Tui Lan tidak melayani gurauan suaminya itu. T iba-
tiba saja ia menarik napas panjang. Kepalanya tertunduk.
Matanya tampak meredup sayu, sehingga suaminya menjadi
kaget melihatnya. "Itu terbalik, ko-ko. Seharusnya akulah yang mengatakannya. Bukan kau," akhirnya Tui Lan berdesah
perlahan. "Kau" Apa maksudmu, moi-moi?" Liu Yang Kun bertanya
bingung. Tui Lan mengangkat wajahnya. Ditatapnya wajah suaminya
itu dengan tajamnya. Lalu katanya pelan, "Bukan aku yang
akan meninggalkanmu. Itu terbalik. Kaulah kelak yang akan
meninggalkanku." Tiba-tiba Liu Yang Kun tertawa.
"Ah, kukira apa.........ha-ha-ha! Ternyata cuma soal itu.
Wah, moi-moi.....aku tadi cuma bergurau saja. Aku tidak
bersungguh-sungguh. Mengapa kau masukkan ke dalam hati?"
"Tentu saja aku memasukkannya ke dalam hati, ko-ko.
Sebab aku sangat mencintaimu. Tapi sebaliknya, aku kurang
yakin bahwa kau mencintaiku." Tui Lan menjawab dengan
suara bersungguh-sungguh.
"Hei! Kenapa kau ini?" Liu Yang Kun bertanya semakin tak
mengerti. Dahinya berkerut.
Sekali lagi Tui Lan menatap wajah suaminya lekat-lekat.
"Ko-ko.....! Cobalah kaujawab dengan jujur! Siapakah Souw
Lian Cu yang selalu kausebut-sebut di dalam mimpimu itu."
Bukan main terperanjatnya Liu Yang Kun! Air mukanya
seketika menjadi pucat! Mulutnya terbuka, tapi tak sepatah
katapun suara yang keluar. Kalau akhirnya keluar juga, maka
suara itu tak lebih seperti suara orang kaget yang gelagapan
Kesatria Baju Putih 7 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Tujuh Pedang Tiga Ruyung 8
^