Pencarian

Memburu Iblis 5

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 5


tiada artinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lan-moi! Kau....... ini......itu ..... apa" Oh!"
Tapi dengan tenang Tui Lan memeluk suaminya.
Tampaknya ia menjadi kasihan melihat keadaan Liu Y ang Kun
itu. Meskipun demikian ia tidak mengurangi kesungguhannya
ketika menghibur lelaki itu.
"Ko-ko.....! Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak apa-apa.
Aku tidak merasa tersinggung mendengar nama yang selalu
kausebut dengan suara mesra di dalam mimpimu itu. Dan aku
juga tidak akan marah kepadamu. Aku terlalu mencintaimu.
Aku sudah merasa sangat berbahagia dapat mendampingimu.
Kaupilih menjadi isterimu ......."
Tui Lan berhenti sebentar untuk mengambil napas. Lalu
sambungnya lagi, "Sejak semula sudah kusadari bahwa lelaki
hebat seperti kau tentu banyak pengagumnya. Maka aku
takkan heran jika sebelumnya kau teIah mempunyai seorang
calon ataupun seorang...... isteri malah."
Tui Lan mencium pipi Liu Yang Kun. "Malahan sudah lama
aku bersiap sedia pula, bila pada suatu saat kelak kau akan
mengatakan kepadaku, bahwa perkawinanmu denganku ini
hanya karena terpaksa. Karena tiada wanita lain di dalam
lorong gua ini......." bisiknya lagi dengan suara serak.
"Moi-moi!" Liu Yang Kun berseru seraya menutup bibir Tui
Lan dengan jari-jari tangannya.
Sekejap Liu Yang Kun memandang tak senang ke arah
isterinya. Tapi serentak melihat air mata yang mengalir
membasahi pipi Tui Lan, hatinya segera tersentuh. Tiba-tiba
pemuda itu memeluk isterinya.
"Lan-moi, maafkanlah aku, maafkanlah suamimu ini........
Aku tak sengaja menyakiti hatimu. Tak seharusnya aku
menyimpan masa laluku itu kepadamu. Tapi..... kau jangan
salah sangka tentang hal itu. Aku benar-benar mencintaimu.
Kau jangan menyiksa diri seperti itu. Baiklah......Untuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terangnya, biarlah kuceritakan saja tentang gadis itu......"
bisiknya dengan suara serak pula kepada isterinya.
Lalu mulailah Liu Yang Kun menceritakan masa lalunya.
Malah tidak hanya hubungannya dengan Souw Lian Cu saja
tapi hubungannya dengan Tiauw Li Ing pula.
"Aku melihatnya pertama kali di dusun Hi-san-cung lebih
kurang lima tahun yang lalu. Saat itu dia sedang sibuk
menolong para pengungsi yang luka-luka akibat gempa bumi
besar itu. Entah mengapa tiba-tiba saja aku tertarik
kepadanya. Mungkin aku sangat terkesan akan pengorbanannya atau pengabdiannya terhadap rakyat yang
lagi menderita. Atau mungkin juga karena wajahnya yang ayu
namun ternyata lengannya buntung sebelah itu........."
"Lengannya buntung sebelah?" Tui Lan menyela dengan
kaget. Liu Yang Kun mengangguk. "Tapi sungguh tak kusangka
wataknya sangat kaku dan mudah tersinggung. Ketika terjadi
bentrokan antara para anggota Kim liong Piauw-kiok dan Tat-
tung Kai-pang di tempat itu, aku dan dia berselisih. Aku
membantu Kim-liong Piauw-kiok, sedangkan dia membantu
para pengemis dari Tiat-tung Kai-pang itu. Sebenarnya aku
tak ingin berselisih dengannya. Tapi keadaan pada saat itu
telah membuat jurang pemisah di antara kami berdua,
sehingga maksudku untuk berkenalan dengan dia menjadi
gagal karenanya. Kami berpisah dengan memendam perasaan
tidak enak di hati masing-masing."
Liu Yang Kun menghentikan ceritanya dan mengawasi
isterinya untuk beberapa lamanya. Melihat kesungguhan
wanita itu dalam mendengarkan kisahnya, maka ia segera
melanjutkannya lagi. "Kami bertemu lagi di kuil Delapan Dewa beberapa hari
kemudian. Dia dirawat di kuil itu karena luka-lukanya ketika
bertempur dengan orang-orang Aliran Mo-kauw. Ternyata dia
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
masih mendendam kepadaku, sehingga apa yang kukerjakan
selalu tidak berkenan di hatinya. Akibatnya aku lalu menjadi
salah tingkah. Perselisihan semakin meruncing, sementara
hatiku menjadi semakin tertarik kepadanya. Akhirnya kami
berpisah lagi tanpa ada kesempatan untuk saling mengenal
diri kami masing-masing........."
"Lalu.........?" Tui Lan mendesak tak sabar.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. "Lama sekali kami
tak berjumpa. Sementara itu aku mendapat kenalan baru,
yaitu Tiauw Li Ing. Dia puteri Tung-hai-tiauw, raja bajak laut
dari Lautan Timur. Gadis itu lebih berani, ramah dan suka
berterus terang. Sebentar saja kami telah menjadi akrab satu
sama lain. Namun di dalam hatiku diam-diam aku tak
menyukai kekejaman dan kecongkakannya. Maka ketika dia
kelihatan mulai mendesakku, aku segera menghindar. Aku
masih tetap penasaran kepada gadis buntung yang amat
membenci aku itu............."
Liu Yang Kun berhenti lagi. Tapi hanya sebentar saja. Di
lain saat ia telah meneruskan lagi ceritanya.
"Pertemuan kami yang ketiga adalah di muara Sungai
Huang-ho. Saat itu dia datang bersama ayahnya. Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai." "Dia puteri pendekar besar Hong-gi-hiap Souw T hian Hai?"
"Benar. Tapi sebelumnya aku juga tak menyangka kalau dia
adalah puteri pendekar yang tersohor itu......."
"Ooooh, lalu .....?" Tui Lan mendesak.
"Sebenarnya ayahnya itu sangat menyukai aku. Dan
tampaknya beliau itu juga telah merasakan keanehan
hubungan kami. Maka di dalam kesempatan tersebut beliau
ingin mendamaikan dan memperbaiki hubungan kami itu. T api
entah mengapa, gadis itu tetap keras kepala dan masih
kelihatan sangat membenci aku. Maksud baik ayahnya itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ditentangnya dengan keras. Meskipun dia mau melaksanakan
perintah ayahnya untuk meminta maaf kepadaku, tapi
selanjutnya dengan menahan air mata dia lari meninggalkan
aku dan ayahnya. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai segera
mengejarnya, tapi aku tidak."
"Mengapa tidak" Ah! Kau keliru, ko-ko......." Tui Lan
menyela dengan cepat. Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan dengan kening
berkerut. "Hei! Mengapa aku keliru?" tanyanya heran.
Tui Lan menghela napas. "Kau memang bodoh dalam hal
ini. Namun apa boleh buat, semuanya telah lewat. Tak perlu
disesali lagi. Memang begitulah agaknya kehendak Thian. Nah,
ko-ko teruskan saja ceritamu! Mengapa kau tidak ikut
mengejarnya?" "Hei! Nanti dulu! Kau belum menerangkan, kenapa aku
mesti keliru?" Liu Yang Kun berkata penasaran.
"Ah, kau ini......! Teruskan dulu ceritamu, nanti aku
terangkan!" Liu Yang Kun memandang isterinya dengan agak ragu, tapi
beberapa saat kemudian sambil menghembuskan napasnya
yang berat ia mengalah. "Baiklah! Aku tidak ikut mengejar Souw Lian Cu karena
pada waktu itu aku sudah sadar akan keadaan tubuhku yang
tidak normal ini. Dengan keadaan tubuhku yang sangat
beracun ini tak mungkin aku bisa mencintai dia. Itu sama saja
dengan membunuhnya. Oleh karena itu, apa gunanya aku
mengejar-ngejarnya" Kebenciannya yang amat sangat
kepadaku itu justru kuanggap sangat kebetulan malah."
"Tapi di dalam hati kau sebenarnya masih sangat
mengharapkannya, bukan?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun cepat memandang isterinya, namun segera
tertunduk kembali. Pandang mata Tui Lan seolah-olah
menembus ke dalam hatinya.
"Ayoh, jawablah dengan jujur, ko-ko.......! Benar, bukan?"
Tui Lan mendesak lagi. Liu Yang Kun terpaksa mengangguk. "Maafkanlah aku, moi-
moi!" katanya lirih.
Tui Lan tersenyum. "Sudah kukatakan, aku tidak apa-apa.
Jangan khawatir! Lalu bagaimana selanjutnya?"
Liu Yang Kun menelan ludah. Lalu lanjutnya, "..........
Pertemuan kami yang terakhir atau yang keempat adalah di
dekat Pulau Meng-to. Saat itu aku bermaksud ke Pulau Meng-
to untuk mencari Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Aku ingin
mengembalikan buku-buku Bit-bo-ong yang sekarang kaubawa itu kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, sesuai
dengan pesan......Hek-eng-cu. Tapi di tengah laut perahuku
telah berpapasan dengan perahu majikan Pulau Meng-to, Keh
sim Siau-hiap. Malahan Hong-gi-hiap Souw dan Souw Lian Cu
berada di atas perahu besar itu pula. Oleh karena itu aku lalu
naik ke atas perahu mereka untuk menyerahkan buku-buku
itu. Sebenarnya aku tak ingin bertatap muka dengan gadis itu.
Tapi apa daya, gadis itu seolah-olah justru menghadangku
malah. Aku terpaksa memandang dan menyapanya. Namun
aku menjadi kaget bukan main. Aku melihat sesuatu yang
aneh dalam pandang matanya. Sesuatu yang lain dari pada
dulu. Dan sikapnya juga sudah sangat berbeda dengan
sikapnya dahulu. Tetapi........ aku menjadi ketakutan malah!
Aku tak berani membayangkan, bagaimana halnya kalau gadis
itu berbalik pikiran menjadi senang kepadaku. Sekejap hatiku
menjadi gelisah, bingung dan cemas. Saking cemasnya aku
lalu bergegas meninggalkan perahu besar itu dan cepat-cepat
meluncur pergi dengan perahuku sendiri. Aku lari sejauh-
jauhnya agar tidak dapat bertemu lagi dengannya......."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menutup ceritanya dengan kepala tertunduk
dalam-dalam. Tampaknya kerut-merut di wajahnya seakan-
akan masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Sehingga Tui Lan yang amat perasa dan amat mencintai
suaminya itu menjadi kasihan melihatnya. Wanita muda itu
tahu bahwa di dalam lubuk hati suaminya masih melekat rasa
cinta kepada puteri pendekar besar Souw T hian Hai itu.
"Ko-ko, sudahlah! Kau tak perlu menyedihkannya. Kalau
kau memang berjodoh dengan dia, Thian tentu akan
memberikan jalannya." Tui Lan menghibur.
Liu Yang Kun meremas jari tangan isterinya. Bibirnya
berusaha untuk tersenyum. "Moi-moi. ah.......! Kau jangan
berpikir yang bukan-bukan! Aku sama sekali sudah tidak
memikirkannya lagi. Sudah ada kau di sampingku. Kaulah
jodoh yang dikirim Thian untukku....." katanya membesarkan
hati isterinya. Bagaimanapun juga Tui Lan adalah seorang wanita. Dia
sangat bahagia mendengar ucapan suaminya itu. Sambil
menggelendot manja ia berbisik di telinga Liu Yang Kun, "Ko-
ko...... Aku punya khabar gembira untukmu."
Liu Yang Kun tersenyum, lalu mencium pipi isterinya. "Apa
itu" Coba katakan.......!" bisiknya pula.
Tui Lan menatap mata suaminya. Wajahnya tampak cerah
dan berbinar-binar gembira, sehingga kecantikannya semakin
tampak menonjol. "Sebentar lagi kita tidak akan sendirian di s ini......" katanya
masih berteka-teki. "Tidak sendirian lagi" Apakah maksudmu?" Liu Yang Kun
bertanya. 'Huh kau ini bodoh benar. Sebentar lagi kita akan punya
anak, tahu " Aku sudah mulai hamil sekarang." Tui Lan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menjawab kesal seolah-olah sangat marah karena Liu Yang
Kun tak pernah memperhatikannya.
"Hei! Kau sudah hamil?" Liu Yang Kun benar-benar kaget.
Lalu tiba-tiba saja lengannya menyambar tubuh Tui Lan dan
dibawanya berjingkrak-jingkrak saking senangnya. "Lan-moi
......! Oh, Lan-moi......!" serunya gembira.
"Hei! Hei! Jangan keras-keras, ayah bodoh! Kau bisa
menyakiti anakmu !" T ui Lan menjerit-jerit.
"Ah, ya.....ya.....benar! Benar" Sungguh bodoh benar aku!
Hehe..... aku memang benar-benar ayah yang bodoh seperti
katamu, heheho...." Liu Yang Kun berseru kaget, kemudian
dengan sangat hati-hati menurunkan tubuh T ui Lan.
"Huh! Kau memang sangat bodoh. Kalau kau pandai tentu
tidak akan terjadi kesalah-pahaman yang berlarut-larut dalam
hubunganmu dengan Souw Lian Cu itu." Tui Lan mengomel
serta mencubit lengan suaminya.
"Kalau aku pandai.......?" Liu Yang Kun termangu-mangu
tak mengerti. "Ya! Kalau kau pandai, seharusnya kau ikut pula mengejar
Souw Lian Cu ketika dia lari meninggalkanmu itu." Tui Lan
tegas. "Mengapa begitu?" Liu Yang Kun mendesak.
"Sudahlah! Kau memang tidak mengerti hati perempuan...."
potong isterinya sambil melangkah pergi meninggalkannya.
Liu Yang Kun terlongong-longong saja di tempatnya
mengawasi kepergian isterinya. Dia tetap tidak mengerti apa
yang dikatakan isterinya itu. Maka sambil mengangkat
pundaknya ia berjalan mengikuti langkah Tui Lan. Namun
demikian ia sangat gembira dengan berita kehamilan isterinya
itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, dengan keham ilan Tui Lan itu hubungan
mereka menjadi semakin mesra dan bersemangat. Setiap saat
selalu mereka pergunakan untuk bercinta dan bergembira
bersama. Namun demikian mereka juga tidak lupa untuk
memperdalam ilmu silat yang mereka pelajari. Dan karena
buku-buku yang dibawa oleh Tui Lan itu sudah habis dipelajari
Liu Yang Kun, maka menjadi tugas pemuda itu untuk ganti
membimbing dan mengajari isterinya. Dan kini tinggal Kim
liong Sin-kun saja yang harus dipelajari oleh Tui Lan. Yang lain
tinggal menyempurnakannya.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka tanpa mereka sadari sendiri kepandaian mereka
sekarang benar-benar melonjak dengan hebatnya. Kepandaian
Tui Lan sekarang telah jauh meninggalkan gurunya,
sementara kepandaian Liu Yang Kun yang sudah amat hebat
itu menjadi semakin dahsyat pula. Demikian tinggi tenaga
dalam mereka sehingga mereka tidak membutuhkan obor lagi
untuk me lihat di dalam kegelapan itu. Mereka hanya
mempergunakan obor itu untuk membakar ikan. Dan sekarang
enak saja bagi mereka untuk berjalan-jalan di atas sungai
dengan kantong kulit itu. Malah kadang-kadang mereka
menyeberang dengan bergendongan.
Meskipun demikian, dengan semakin terlihatnya kandungan
Tui Lan, ternyata semakin sering pula Liu Yang Kun
termenung sendirian. Kadang-kadang suami muda itu
kelihatan termangu-mangu di pinggir sungai berjam-jam
lamanya tanpa bergerak. Matanya memandang ke dalam air
yang mengalir deras itu tanpa berkedip.
Tentu saja kelakuannya itu lambat laun diketahui pula oleh
isterinya. Dan ketika pada suatu hari dilihatnya lagi suaminya
itu di pinggir sungai, Tui Lan segera datang menghampiri.
Dengan sangat hati-hati Tui Lan menepuk pundak
suaminya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ko-ko......! Sudah beberapa hari ini kulihat kau selalu
termenung di tepi sungai. Apakah sebenarnya yang sedang
kaupikirkan?" tanyanya halus.
Liu Yang Kun menarik napas dalam-dalam. Sambil menarik
tubuh T ui Lan ke atas pangkuannya ia berkata, "Moi-moi ......!
Dengan semakin besarnya perutmu, aku menjadi semakin
mengkhawatirkan nasib anak kita itu pula. Apa jadinya dia
kelak kalau hidupnya selalu berada di tempat yang sunyi dan
gelap seperti ini" Siapa pula temannya bila suatu saat kita
pergi mendahuluinya " Dapatkah ia hidup normal seperti
layaknya manusia kalau yang ia kenal hanya kita berdua"
Oh......." Ternyata Tui Lan dapat merasakan juga keluh kesah
suaminya itu. Memang bisa dibayangkan, betapa sengsaranya
anak itu kelak kalau harus hidup seorang diri di tempat itu.
"Lalu...... apa yang harus kita kerjakan, ko-ko?" tiba-tiba
Tui Lan menjadi sedih juga.
Liu Yang Kun menundukkan mukanya. Diciumnya isterinya,
lalu dirabanya perut yang mulai tampak membusung itu.
"Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari
tempat ini sebelum dia lahir," jawabnya tegas dan mantap.
"Ya. Tapi bagaimana caranya?" Tui Lan bertanya dengan
suara hampa dan berputus asa.
"Itulah yang kupikirkan selama ini. Dan aku telah
menemukannya, meskipun aku juga belum bisa memastikan
keberhasilannya." "Katakanlah, ko-ko!"
"Aliran sungai ini tentu bermuara ke laut pula. Oleh karena
itu kalau kita bisa menyusurinya sampai ke muara, maka kita
tentu akan bisa keluar pula dari dalam tanah ini. Yang menjadi
persoalan kita sekarang hanyalah berani atau tidak kita
mencobanya?" Liu Yang Kun mengemukakan pendapatnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan terdiam. Matanya terpejam sedangkan dahinya
tampak berkerut. Tapi beberapa waktu kemudian matanya
telah terbuka kembali. Dan mata itu menatap wajah suaminya
dengan sinar mata pasrah.
"Ko-ko, aku adalah isterimu. Dan kau adalah suamiku,
sekaligus pemimpin serta kepala rumah tangga kita. Apapun
yang menjadi keputusanmu, aku beserta anak-anakmu tentu
akan melaksanakannya. Nah, katakanlah! Bagaimana menurut
pendapatmu?" Liu Yang Kun sungguh terharu mendengar ucapan
isterinya. Maka sambil memeluk wanita itu ia berkata, "Terima
kasih, moi-moi. Kau memang baik sekali. Tidak salah aku
memilihmu. Sekarang dengarlah pendapatku! Dan kau boleh
menyanggahnya bila kurang setuju......."
"Silakanlah. ko-ko!"
"Begini, moi-moi..... Setelah berhari-hari kurenungkan dan
kupikirkan rasanya kita memang harus berani menyusuri aliran
sungai ini! Apapun yang akan terjadi nanti. Dan hal itu harus
kita lakukan sebelum kandunganmu itu menjadi besar atau
sebelum anak itu lahir kelak. Sebab kita tidak akan bisa
melaksanakannya lagi bila perutmu sudah menjadi besar atau
bayi itu sudah lahir."
Liu Yang Kun berhenti sejenak untuk me lihat pengaruh
ucapannya itu. Melihat isterinya diam saja tak bersuara ia
segera melanjutkan kata-katanya.
"Pertimbanganku begini...... Kalau dipikirkan betul-betul,
kita sekarang ini sebenarnya sudah mati dan tak berguna lagi.
Dengan terkuburnya kita berdua di tempat ini, boleh dikatakan
kita ini tinggal menantikan saat saat kematian kita saja. Lain
tidak. Oleh karena itu, mengapa kita tidak mencoba segala
cara untuk keluar dari tempat ini" Sekarang mati, besukpun
juga mati. Lalu apa bedanya" Bukankah lebih baik kita
mencoba menyusuri sungai ini saja" Syukur kita dapat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berhasil. Kalau tidak, kitapun masih dapat bersyukur karena
bisa mati bersama-sama......"
"Ko-ko, kau benar. Aku dapat memahami pendapatmu.
Hatiku mendadak juga seperti terbuka sekarang. Rasa-rasanya
kita ini memang hanya menantikan kematian kita saja di
tempat ini. Tak bisa kubayangkan, bagaimana kalau saat
kematian itu datangnya tidak bersama-sama" Oh, ko-ko.....
aku takut sekali!" Tui Lan berdesah cemas sambil menutupi
mukanya. "Jadi..... kau setuju dengan pendapatku?" Liu Yang Kun
mendesak tegang. Tui Lan cepat membuka tangannya dan mengangguk-
angguk. "Lebih baik kita mati bersama dari pada harus
menunggu kematian kita satu persatu." sahutnya mantap.
"Bagus!" Liu Yang Kun berteriak lega. "Kalau begitu........
besuk kita berangkat! Lihat kantong kulit ini! Benda ini akan
sangat membantu kita nanti."
"Maksudmu.......?" Tui Lan bertanya tak mengerti.
Liu Yang Kun tersenyum gembira. "Kita akan dipaksa untuk
menyelam bila aliran sungai ini menerobos ke dalam lobang
atau terowongan nanti. Nah.......pada waktu itulah benda ini
bermanfaat. Dia akan dapat kita gunakan sebagai alat
menyimpan udara untuk menyambung napas kita nanti. Asal
kita masing-masing menggigit salah satu dari kedua lobangnya
itu, maka kita dapat bernapas dengan bebas di dalam air."
Tui Lan menatap suaminya dengan kagum. "Kau sungguh
cerdik sekali, ko-ko. Tapi bagaimanapun juga udara yang
tersimpan di dalam kantong itu juga terbatas. Bagaimana
kalau terowongan itu panjang sekali, sehingga kita dipaksa
untuk menyelam seharian penuh" Bukankah kita akan mati
kehabisan napas?" tanyanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun tertawa sambil memencet hidung isterinya.
"Kalau demikian halnya, apa boleh buat" Kita akan mati
bersama-sama. Apakah kau masih takut?"
Tui Lan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku tidak takut
bila mati bersamamu. Aku lebih takut hidup sendirian tanpa
kau......" sahutnya tegas.
"Nah! Kalau begitu...... marilah kita mempersiapkan diri.
Kita harus makan sebanyak-banyaknya sebelum berangkat."
Hari itu mereka sengaja tidak berlatih silat untuk
menyimpan tenaga mereka. Mereka hanya duduk bersamadhi
untuk mengumpulkan semangat dan tenaga sakti mereka.
Keduanya benar-benar telah mempersiapkan diri untuk
mencari kebebasan atau.........mati!
Keesokan harinya Liu Yang Kun segera mengajak isterinya
berangkat. Di tangannya telah terpegang kantong kulit itu.
Sementara di pinggangnya yang telanjang dan hanya tertutup
oleh sesobek kain itu terikat sepasang batuapi.
"Hei" Mengapa kau masih termenung saja sejak tadi"
Apakah yang kaupikirkan lagi?" ia menegur Tui Lan.
"Bagaimana dengan buku-buku kita ini" Mereka tentu rusak
bila terkena air. Bagaimanakah cara kita me lindunginya?" Tui
Lan balik bertanya seraya menunjuk ke arah buku-buku.
Liu Yang Kun tersenyum. "Ah, kau ini repot amat. Biar saja
kita tinggalkan buku-buku itu di sini dari pada rusak terkena
air. Siapa tahu ada orang yang datang pula ke tempat ini
kelak" Dan buku itu tentu akan sangat berguna pula
baginya......" "Tapi aku belum selesai mempelajari Kim-liong Sin-kun
itu...." Tui Lan berkata dengan suara kesal.
"Ah....... kau ini ada-ada saja. Nasib kitapun belum tentu
selamat, kau masih berpikir tentang ilmu silat pula. Sudahlah,
mari kita berangkat! Jangan khawatir! Kalau kita selamat dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berhasil kembali ke dunia ramai, aku akan mengajarimu
sampai mahir." Liu Yang Kun berjanji.
"Baiklah......" akhirnya Tui Lan menurut.
Demikianlah, mereka lalu berjalan mengikuti aliran sungai
itu. Sambil melangkah Liu Yang Kun selalu berusaha
membesarkan hati isterinya.
"Rasanya terharu juga hendak meninggalkan gua yang
sangat bersejarah ini." Tui Lan bergumam sedih.
"Dasar perempuan....." Liu Yang Kun menggerutu.
Akhirnya mereka sampai pula di ujung gua itu. Di tempat
tersebut permukaan air bertemu dengan langit-langit gua. Dan
air sungai hampir membasahi seluruh dasar gua yang semakin
menyempit. Tui Lan mulai berdebar-debar, karena kakinya
telah mulai terbenam di dalam air.
"Dua hari yang lalu aku telah memeriksa tempat ini. Malah
aku sudah menyelam pula ke lobang terowongan tempat air
sungai ini mengalir keluar. Ternyata lobang itu tidak terlalu
dalam, namun lebar sekali. Di bagian tengah, arus air sangat
deras dan kuat. Sebaiknya kita menerobos
sambil berpegangan pada dinding terowongan......." Liu Yang Kun
menerangkan. Tui Lan terkejut. Dia tak menyangka kalau suaminya sudah
menyelidiki sungai itu sampai sedemikian cermatnya.
Tampaknya secara diam-diam suaminya itu telah merencanakan maksudnya tersebut sejak lama.
"Jangan kaget!" Kata Liu Yang Kun sambil tersenyum ketika
isterinya memandangnya dengan kening berkerut. "Aku
memang telah meneliti aliran air ini sejak lama. Aku malah
sudah memasuki terowongan air itu sejauh duapuluh tombak.
Namun aku lantas kembali lagi karena takut kehabisan napas.
Soalnya waktu itu belum terlintas di dalam pikiranku untuk
menggunakan kantong kulit itu......"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Duapuluh tombak......?" Tui Lan berdesah tak percaya.
"Sudah sejauh itu tetap belum ada lorong gua yang lain" Wah,
bagaimana kalau sampai satu lie nanti tetap juga tak ada gua
yang lain?" Ngeri juga T ui Lan membayangkannya. Menyelam di lorong
air yang gelap dan deras arusnya sejauh satu lie lebih. Betapa
menyeramkan! "Kau tak usah takut! Asal kita berhemat dengan udara di
dalam kantong ini, maka dua lie atau tiga lie pun bukan
masalah bagi kita. Percayalah kepadaku. Justru arus air itulah
yang harus kita perhitungkan. Kau bisa berenang......?" Liu
Yang Kun menenangkan hati isterinya.
Tui Lan mengangguk, meskipun
wajahnya masih menampilkan perasaan ngeri. "Masa kecilku berada di tengah-
tengah kaum nelayan di pantai Teluk Po Hai. Bagaimana aku
tak bisa berenang?" katanya meyakinkan dirinya.
"Bagus! Kalau begitu tak ada yang perlu ditakutkan lagi.
Marilah!" Liu Yang Kun berkata dengan suara mantap dan
keras untuk menghilangkan keragu-raguan isterinya.
Lalu pemuda itu mengeluarkan tali buatannya sendiri, yang
dipintal dari sobekan-sobekan bekas pakaian mereka.
Tali itu ia ikatkan pada pinggangnya, sementara ujungnya
yang lain ia ikatkan pula pada pinggang isterinya. Kemudian
kantong kulitnya ia isi dengan udara segar sebanyak-
banyaknya, sehingga menggembung seperti balon karet yang
amat besar. Kedua lobang yang berada di ujungnya ia ikat
pula dengan sebuah tali kecil supaya tidak kempes di dalam
air nanti. Kemudian sambil berpegangan tangan mereka turun ke
dalam air. Mereka melangkah perlahan-lahan mengikuti arus
air. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kerahkan Pat-hong-sin-kangmu dan tarik napas sebanyak-
banyaknya, lalu keluarkan sedikit demi sedikit. Berhematlah
dengnn sekuat tenagamu! Kita baru menggunakan cadangan
udara di dalam kantong ini bila kita sudah sangat
memerlukannya. Marilah.....!" Sebelum mereka menyelam Liu
Yang Kun memberi nasehat kepada isterinya.
Begitu menyelam air segera menghanyutkan mereka ke
lobang terowongan itu. Tapi mereka cepat mencengkeram
batu-batu di dinding terowongan agar tidak terseret ke
tengah. Kemudian bergantian mereka merayapi dinding
terowongan itu. Meskipun keduanya telah terbiasa melihat di dalam
kegelapan, namun di dalam gulungan arus air yang deras itu
mereka hampir tak bisa saling melihat satu sama lain. Rasa-
rasanya mereka berdua seperti diaduk di dalam kubangan
tinta hitam yang pekat dan kental, Untunglah Liu Yang Kun
telah mengikat tubuh mereka dengan tali sehingga mereka
tetap tidak terpisahkan oleh gelombang air.
Limabelas tombak telah mereka lalui, Tui Lan telah mulai
kehabisan napas. Wanita muda itu memberi isyarat kepada
suaminya bahwa dia sudah hampir tak bisa bernapas lagi.
Bergegas Liu Yang Kun mendekati isterinya. Perlahan lahan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya membuka tali pengikat kantong kulit itu, lalu sambil
menutup lobangnya dengan jarinya ia memberikan kantong itu
kepada Tui Lan. Hati-hati Tui Lan memasukkan lobang itu ke dalam
mulutnya, lalu bernapas dua atau tiga kali. Kemudian
mengembalikannya lagi kepada Liu Yang Kun dengan hati-
hati. Dadanya kembali lega dan lapang. Tapi sebaliknya
matanya semakin terasa pedih karena terlalu lama di dalam
air. Arus air makin deras dan kuat, sehingga mereka harus
semakin hati hati berpegangan di dinding terowongan. Liu
Yang Kun di depan, sedangkan Tui Lan di belakangnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Berkali-kali Tui Lan hampir terpeleset dan terseret arus air.
Untunglah Liu Yang Kun selalu menjaganya. Setiap wanita itu
tak kuasa menjaga keseimbangannya, suaminya segera
merangkulnya. Arus air memang sedemikian kuatnya sehingga
berulang kali batu tempat mereka berpegang terlepas dari
dinding terowongan. Terowongan itu berkelok-kelok, naik turun beberapa kali.
Setiap berada di kelokan, tubuh mereka seperti dihempaskan
ke dinding terowongan dengan kuatnya. Dan berkali-kali pula
Liu Yang Kun harus melindungi isterinya dari keganasan arus
air yang ganas itu. Hampir saja Tui Lan berputus asa. Sudah
berjam-jam rasanya ia hanyut di dalam terowongan itu, dan
kemungkinan telah lebih dari setengah lie ia menempuh jalan
itu, namun ternyata mereka belum muncul juga di permukaan
air. Cadangan udara di dalam kantong kulit itu sudah hampir
habis. Mereka sudah membayangkan kematian di depan mata.
Mereka sudah pasrah. Apalagi ketika mereka sudah tak kuasa
lagi melawan seretan arus yang semakin ganas itu. Sambil
berpegangan dan menggigit kedua lobang kantong udara itu,
mereka membiarkan diri mereka hanyut dibawa arus air
tersebut. Sudah lebih dari lima lie jauhnya mereka diseret arus air
itu. Udara segar di dalam kantong itu sudah tidak
memungkinkan lagi untuk mereka isap bersama. Kerongkongan mereka seolah tercekik, sementara isi dada
mereka bagaikan hendak meletus keluar.
Tui Lan sudah mulai lemas, sehingga Liu Yang Kun
terpaksa membiarkannya bernapas dengan kantong itu
sendirian. Dengan sekuat tenaga ia menahan napasnya sambil
berdoa, agar supaya ia dan isterinya segera dikeluarkan dari
terowongan maut tersebut.
Liu Yang Kun sudah tidak kuat lagi. Meskipun masih
menggigit kantong udara itu, tapi keadaan Tui Lan juga sama
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
saja dengan suaminya. Dia juga sudah tak bisa bertahan lebih
lama lagi. keduanya berusaha berpelukan dengan erat, agar
niat mereka untuk mati bersama-sama benar-benar
terlaksana. Tiba-tiba Liu Y ang Kun mendengar suara gemuruh di depan
mereka, seolah-olah suara malaikat dari sorga yang hendak
menjemput mereka. Kemudian arus air itu seperti melontarkan
mereka ke atas, menyongsong suara gemuruh tersebut. Dan
entah bagaimana, tiba-tiba saja kepala mereka tersembul ke
atas permukaan air! "Haaah.. ?" otomatis mulut Liu Yang Kun dan isterinya
terbuka lebar untuk menghirup udara segar.
Dan otomatis pula lengan Liu Yang Kun menggapai batu
karang sebisanya, untuk menahan tubuh mereka. Hup! Ia
berhasil memeluk sebongkah batu, kemudian menaikkan Tui
Lan ke atasnya. "Ya Thian......... terima kasih! Telah Kaukabulkan
doaku.........." Liu Yang Kun berdesah dengan lemasnya di s isi
isterinya. Setelah berkurang rasa lemas dan gemetar di badannya,
Liu Yang Kun perlahan-lahan melihat isterinya. Dilihatnya Tui
Lan masih memejamkan matanya. Napasnya belum teratur.
Namun demikian tangannya masih tampak mencengkeram
kantong udara itu dengan eratnya.
"Ah.......!" pemuda itu berseru perlahan ketika dilihatnya
tubuh isterinya tak memakai penutup apa-apa lagi. Begitu pula
dirinya. Tampaknya arus air itu telah menghanyutkan
segalanya. "Moi-moi.........! Bangunlah! Kau tidak apa-apa, bukan?"
bisiknya perlahan di telinga istrinya.
"Uuuuuuuuuh ......" Ko-ko........ apakah kita sudah mati?"
Tui Lan bersuara serak. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tidak! Kita belum mati, moi-moi. Kita masih hidup.
Pandanglah aku!" Tui Lan membuka matanya. Lalu memandang wajah
suaminya. "Kalau begitu ...... kita sudah bisa selamat dari
dalam tanah itu?" tanyanya dengan nada gembira.
"Belum! Belum! Kita masih........hei"!"
Tiba-tiba Liu Yang Kun berteriak kaget. Ketika ia
mengedarkan matanya ternyata dirinya berada di ujung
sebuah air terjun di dalam tanah. Batu karang dimana mereka
berbaring itu ternyata merupakan benteng terakhir dari ujung
terowongan air tadi. Dan ketika ia mencoba melongok ke
bawah, ia me lihat kabut air yang diakibatkan oleh air terjun
tersebut. Dasar air terjun itu tidak kelihatan dari tempatnya
berbaring. Dan ketika sekali lagi ia mengedarkan pandangannya, diam-diam hatinya menjadi ngeri.
Lobang terowongan yang dilaluinya itu ternyata menjebol
keluar di atas atap sebuah gua lain yang amat besar dan
tinggi langit-langitnya. Sehingga arus air yang terlontar dari
dalam lobang terowongan itu langsung tertumpah ke dalam
dasar gua teraebut. Dan suara gemuruh yang didengarnya
tadi ternyata adalah suara air terjun itu.
"Ko-ko......." Ada apa" Mengapa kau berteriak?" Tui Lan
yang masih terlentang itu bertanya.
Liu Yang Kun menghela napas panjang. "Kita berdua telah
lolos dari lobang neraka, tapi kelihatannya justru terperosok
ke neraka lain yang lebih buruk dan mengerikan. Lihatlah, kita
berdua berada di atas langit-langit sebuah gua......... !"
"Apa........?" Tui Lan tersentak kaget, lalu bangun, tapi
cepat-cepat dipegang tangannya oleh Liu Yang Kun.
"Hati-hati......! Kau bisa jatuh terhempas ke bawah."
"Oooooh?"" Tui Lan menjerit begitu melihat dimana dirinya
sedang berada. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jangan takut! Kita nanti mencari jalan untuk turun ke
bawah. Hmm, tampaknya kita tidak semakin ke atas, tapi
justru semakin ke bawah menembus bumi......."
Tui Lan memeluk dan menangis di dada suaminya. "Ko-
ko.....aku takut," katanya gemetar. Lalu, "Dimanakah kita
sekarang......?" "Tenanglah hatimu. Paling-paling kita mati. Dan sungguh
berbahagia sekali bisa mati bersamamu. Kau demikian juga,
bukan?" sekali lagi Liu Yang Kun menenangkan hati isterinya.
Tui Lan menatap wajah Liu Yang Kun, kemudian
mengangguk-angguk. Liu_Yang Kun tersenyum. "Laut Timur lebih dari seribu lie
jauhnya dari kota Soh-ciu. Sedangkan kita tadi rasanya belum
lebih dari sepuluh lie dihanyutkan air. Jadi kita ini masih
berada di daerah Kang Lam juga. Cuma tepatnya dimana, aku
tak tahu........" "Sepuluh lie dari Soh-ciu......." Ah, kalau begitu kita ini kira-
kira berada di bawah lahan pertanian orang-orang suku Wei
itu, ko-ko" Sepuluh lie sebelah timur kota Soh-ciu adalah
daerah orang-orang suku Wei," tukas Tui Lan agak
bersemangat. "Mungkin juga. Siapa tahu kita sekarang berada di bawah
perkampungan suku Wei itu malah?" Liu Yang Kun menyahut
sambil tersenyum. Tui Lan juga tersenyum mendengar kelakar itu. Berkurang
ketegangan dan ketakutan yang mengeram di dalam hatinya.
Tapi perutnya sebaliknya lantas terasa lapar sekarang.
Liu Yang Kun mendengar juga suara berkeruyuk di dalam
perut isterinya itu. "Kau lapar" Baiklah.........! Kau tunggulah di sini! Ikatkan
tali yang membelit pinggangmu itu ke batu karang! Aku akan
mencari ikan di bawah sana, sekalian menyelidiki gua ini. Nah!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Aku pergi dulu. Kau jangan kemana mana!" perintahnya
kepada isterinya. "Ko-ko, hati hati.....!" pesan wanita itu bersungguh-
sungguh. "Jangan khawatir! Dengan pek-houw ciang tidak sukar
bagiku untuk menuruni langit-langit gua ini."
Liu Yang Kun lalu mengerahkan seluruh tenaga sakti Liong-
cu-i-kangnya, sehingga matanya seolah-olah menyala di dalam
kegelapan. Lalu seperti seekor ular yang menjalar ia merayap
turun ke dasar gua itu. Dan semakin ke bawah, dinding gua
itu semakin licin akibat percikan air terjun yang bertebaran
kemana-mana. Jilid 9 "Sungguh menakutkan!" sesampainya di bawah Liu Yang
Kun menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdesah ngeri.
Matanya memandang lobang kecil di atas langit-langit dimana
isterinya tadi berada. Lalu matanya menurutkan aliran air
terjun yang jatuh ke dalam kedung atau sumur luas di dasar
gua itu, sebelum akhirnya "tumpah" ke sungai yang mengalir
di lorong gua itu. Liu Yang Kun lalu melangkah mengikuti aliran sungai itu,
yang menerobos lorong gua gelap yang panjang seolah-olah
tak berujung. Dan kali ini sungai itu tidak sebesar atau selebar
sungai yang ada di dalam guanya itu. Sungai itu hanya selebar
sembilan atau sepuluh tombak saja, sehingga tepian sungai di
seberang kelihatan dari tempatnya, walaupun hanya remang-
remang. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ternyata suasana di dalam gua itu agak berbeda dengan
gua dimana ia tinggal dulu. Di sini tampak lebih hidup dan
lebih lapang udaranya. Tentu ada lobang-lobang udara, walau
sangat kecil sekalipun, yang menghubungkan gua itu dengan
permukaan tanah. Di tepian sungai itu Liu Yang Kun banyak menjumpai
jamur-jamur atau lumut-lumut yang beraneka warna. Dan
rata-rata tumbuh-tumbuhan itu tampak bercahaya di dalam
kegelapan. Ada yang bersinar kebiru-biruan, kemerah-
merahan, kekuning-kuningan atau kehijauan. Sehingga dari
jauh tumbuh-tumbuhan itu tampak indah, tapi juga sangat
menakutkan. Rasanya di dalam kegelapan itu banyak mata
setan dan hantu yang sedang mengintai. Untunglah dengan
Liong-cu-i kangnya yang maha dahsyat itu mata Liu Yang Kun
mampu menembus kegelapan bagaikan mata kucing di malam
hari, sehingga dengan mudah ia mengetahui bahwa cahaya-
cahaya yang gemerlapan itu tidak lain hanyalah daun-daun
jamur saja. Lapat-lapat Liu Yang Kun mencium bau amis pula, sehingga
tiba-tiba ia teringat akan perut isterinya yang lapar.
"Ah, benar. Aku harus berburu ikan dulu ..." katanya
kepada dirinya sendiri. "Sungai ini tentu banyak ikannya,
karena telah kucium baunya yang amis."
Tapi bukan main herannya pemuda itu! T elah satu lie lebih
ia menyusuri anak sungai tersebut, namun tak seekor ikanpun
yang dapat ditangkapnya. Memang banyak ikan yang
dijumpainya, tapi tak seekorpun yang layak ia tangkap.
Semuanya masih kecil-kecil. Paling besar hanya sama dengan
ibu jari tangannya, sehingga tidak sampai hati pemuda itu
mengambilnya. "Heran! Apakah ikan-ikan itu tahu kalau hendak kutangkap,
sehingga mereka buru-buru bersembunyi ke dalam lobang
perlindungannya?" Liu Yang Kun mengeluh.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Karena ingin mencarikan makanan bagi isterinya, maka Liu
Yang Kun nekad meneruskan langkahnya. Kadang-kadang ia
menyusuri tepian sungai, tapi sering kali ia juga terpaksa
berlompatan di atas batu-batu yang berserakan di antara air
sungai itu pula. Namun sampai dua lie lagi jauhnya ia tetap
belum menjumpai ikan yang patut ia ambil. Terpaksa karena
tak ingin mencemaskan hati isterinya, ia pulang lagi seraya
menangkap belasan ekor ikan ikan kecil tersebut.
"Lumayan buat pengisi perut..." gumamnya perlahan.
"Ko-kooooooooo "..!"
Tiba-tiba telinga Liu Yang Kun seperti mendengar lapat-
lapat suara jeritan isterinya. Pemuda itu lalu berhenti dan
memasang telinganya baik-baik. Otomatis urat-urat di seluruh
tubuhnya menegang. Liong-cu-I-kang mengalir dengan
sendirinya. "Ko-kooooooo ......oh!" sekali lagi terdengar suara jeritan
Tui Lan bergaung dan menggema di dalam lorong gua itu.
Kontan ikan yang dipegang oleh pemuda itu dibuang begitu
saja. Dan dengan Bu-eng hwe-teng yang telah dikuasainya
pemuda itu melesat kembali ke tempat isterinya. Tubuhnya
melayang demikian cepatnya, sehingga sepintas lalu seperti
seekor kelelawar yang terbang melayang-layang di dalam
kegelapan. Sebentar saja pemuda itu telah tiba di pinggir air terjun itu
kembali. Namun kedatangannya segera disambut oleh desis
kemarahan seekor ular raksasa, yang kelihatannya sedang
penasaran karena tak bisa meraih tubuh Tui Lan yang berada
di langit-langit gua itu.
Ular itu hampir sepaha orang besarnya. Warnanya hijau
kehitaman, dengan sisiknya yang besar-besar dan tampak


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keras sekali. Panjangnya mungkin lebih dari sepuluh tombak,
sementara kepalanya juga hampir sebesar buah kelapa muda
pula. Ular itu menggeliat dan meronta kesana-kemari.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mengaduk dan berkubang di dalam air kedung itu, kemudian
sesekali kepalanya yang menganga itu meluncur ke atas,
melawan arus air terjun untuk meraih Tui Lan. Namun segala
usahanya selalu gagal. Lobang air terjun Itu terlalu tinggi
baginya. Air kedung tampak berhamburan kemana-mana. Sementara
bau amis yang sangat luar biasa tercium dengan amat
kuatnya, sehingga Liu Yang Kun menjadi pusing karenanya.
Tapi dengan sekuat tenaga pemuda itu bertahan agar tidak
menjadi pingsan oleh bau amis tersebut.
"Lan-moi......?"?"
pemuda itu berteriak memanggil isterinya. Tak ada jawaban.
"Lan-moiii.......!?" sekali lagi Liu Yang Kun berseru.
Tidak ada jawaban pula. Sebaliknya ular raksasa itu justru
mendengar teriakannya malah ! Sambil berdesis dan
menyemburkan uap kehijauan dari dalam mulutnya, ular itu
berbalik menyerang Liu Yang Kun! Taringnya yang besar
lancip itu menyambar dengan gesitnya.
Whuuuuuuuuuuuss.......! Bau amis yang amat memuakkan
meniup ke arah Liu Yang Kun, membuat pemuda itu hampir
muntah karenanya. "Oouuuhh.....! Tak kusangka tempat ini ada penunggunya.
Makanya sungai itu tak ada ikannya. Hmmh, aku berani
bertaruh ular ini tentu sangat beracun sekali. Hanya karena
aku sendiri juga beracun, maka racunnya tak kuasa
membunuh aku. Coba kalau orang lain yang datang kesini.
Menginjak lantai gua atau terkena percikan air kedung itupun
kukira sudah akan menjadi mayat akibatnya." Liu Yang Kun
bergumam sambil mengelakkan serangan ular itu.
Namun saat-saat selanjutnya Liu Yang Kun tak bisa
mengelak terus-menerus. Ular yang sudah menjadi marah itu
berdesis panjang dan menyemburkan uap beracun semakin
banyak. Ekornya yang sangat kuat sebesar lengan orang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dewasa itu menyambar kian kemari, sementara air kedung itu
bagai diaduk dan dihamburkan ke segala penjuru.
Sebaliknya, Liu Yang Kun yang sangat cemas akan keadaan
Tui Lan itu juga mengerahkan segala kemampuannya. Tiba-
tiba kulit tubuhnya yang telanjang itu berubah menjadi
kekuning-kuningan pula. Tampak licin
dan beracun! Sementara bibirnya juga mengeluarkan suara berdesis pula
yang tak kalah dahsyatnya. Matanya juga mencorong di
kegelapan itu, menyaingi mata ular tersebut. Dan tenaganya
yang telah terisi dengan Liong-cu-i-kang itu benar-benar
sangat mengerikan dipandang mata.
Meskipun demikian ular raksasa itu ternyata juga sangat
alot kulitnya dan sangat dahsyat pula tenaganya. Ketika sekali
waktu Liu Yang Kun tak mampu lagi mengelakkan sabetan
ekornya, sehingga pemuda itu terpaksa menangkisnya dengan
pukulan Pat-hong-sin-ciang-nya yang maha hebat, maka
sebuah letupan nyaring yang mengatasi bisingnya air terjun
terdengar sangat memekakkan telinga.
Liu Yang Kun terlempar menabrak dinding gua, sehingga
beberapa potong batu tampak terlepas dari tempatnya.
Namun sebaliknya, ular raksasa itupun tampaknya juga
menderita pula oleh pukulan Liu Y ang Kun. Ular itu mendesis-
desis seraya menggeliat kesana-kemari seperti orang
kesakitan. Malahan dari mulutnya tampak menetes pula air
liurnya. Liu Yang Kun ingin menggunakan kesempatan itu untuk
menengok isterinya. Dengan tangkas kakinya meloncat
mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya. Sekali
loncat ia bermaksud mencapai dinding gua yang tertinggi, untuk
kemudian dengan Pek-houw-ciangnya dia mau merayap ke
tempat isterinya berada. Tapi ular raksasa yang kesakitan itu tampaknya telah
benar-benar marah. Dengan ngawur ular itu menyabetkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ekornya kesana-kemari. Dan secara kebetulan memotong jalur
yang hendak dilalui Liu Yang Kun malah! Maka tak dapat
dielakkan lagi mereka terpaksa mengadu kekuatan lagi! Dan
kali ini Liu Yang Kun mempergunakan kedua belah
kepalannya. Dhiiiiegh!! Ular raksasa itu seperti mengeluarkan suara kesakitan.
Nadanya seperti suara seekor ayam jantan yang sedang
disembelih. Sementara di lain pihak juga terdengar suara
keluhan tertahan pula dari mulut Liu Yang Kun. Pemuda itu
terlempar ke tengah-tengah gua dan.... tercebur ke dalam
'kubangan ular" yang sangat dalam itu!
Air yang sedang bergejolak dan berdebur dengan hebat itu
tentu saja sangat menyulitkan Liu Yang Kun untuk berenang.
Tubuh pemuda itu segera terayun kesana-kemari dipermainkan oleh air. Padahal moncong ular raksasa telah
memburunya pula. Maka tiada jalan lain lagi bagi Liu Yang Kun selain mencari
pegangan pada tubuh ular itu sendiri. Sebab kalau tidak
demikian ia tentu akan tenggelam ke dasar kedung tersebut.
Atau lebih celaka lagi, tubuhnya akan segera disantap oleh
moncong ular raksasa itu!
Demikianlah, sekenanya pemuda itu meraih tubuh ular itu.
Dan ternyata ia mendapatkan bagian perut yang bersisik
besar-besar dan kuat. Lalu sambil menahan napas pemuda itu
memeluk dengan kuatnya sehingga ular itu merasa kesakitan
dibuatnya. Akibatnya ular itu lantas meronta dan menggeliat
semakin hebat, hingga Liu Yang Kun terpaksa timbul
tenggelam di dalam air, menurutkan gerakan ular raksasa
tersebut. Dan sesekali ia menghantam tubuh ular itu sekuat
tenaganya. Namun ular raksasa itu memang sangat kuat dan
tangguh luar biasa. Pukulan Liu Yang Kun yang dapat
menghancurkan batu karang itu ternyata tak bisa berbuat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
banyak terhadap kulit ular itu. Ular tersebut hanya merasa
kesakitan saja, lain tidak!
Dan ular yang marah itu berusaha membelit dan menggigit
tubuh Liu Yang Kun. Tapi dengan ilmu Kim-coa-ih-hoat-nya
yang hebat, Liu Yang Kun selalu bisa meloloskan dirinya.
Ternyata dengan ilmu tersebut tubuh Liu Yang Kun tak
bedanya dengan tubuh lawannya. Sama-sama liat, lentur dan
licin luar biasa, dengan demikian pertempuran itu benar-benar
menjadi ramai bukan main.
"Bagaimana aku harus membunuhnya" Pukulanku yang
penuh lwee-kang itu tak dirasakannya sama sekali. Senjata
aku tak punya......" pemuda itu berpikir keras.
Liu Yang Kun mencoba memukul kepala lawannya. Tapi tak
pernah mengenainya. Hal itu ternyata sangat sulit
lakukan. Selain ia sendiri
selalu terombang-ambing kesana-kemari, kepala ular tersebut juga luar biasa gesitnya; sehingga pukulannya selalu meleset. "Gila! Apa akal......."
Sebentar lagi aku tentu akan kehabisan napas,"
pemuda itu menggeram cemas. Tiba-tiba pemuda itu memperoleh akal. "Ah!
Kata orang kelemahan ular itu ada pada kepalanya. Kalau aku bisa merayapi
tubuhnya ini sampai ke atas kemudian menghajar matanya,
hmm?" katanya gembira.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kemudian pemuda itu me laksanakan niatnya. Sedikit demi
sedikit ia merayap ke atas, mendekati kepala ular itu. Namun
niatnya tersebut ternyata tidak mudah dilakukan. Selain selalu
bergerak kesana-kemari, kulit ular itu benar-benar licin sekali.
Belum sabetan ekor dan patukan gigi taringnya yang sangat
berbahaya itu! Be lum pula semburan asap hijaunya yang amat
beracun itu! Akhirnya, meskipun sangat sulit dan harus mengerahkan
segala kemampuannya, pemuda itu dapat juga mencapai
kepala binatang tersebut. Tapi untuk itu Liu Yang Kun juga
harus menderita luka di beberapa bagian tubuhnya. Punggung
dan pahanya sobek akibat sabetan ekor ular tersebut, padahal
pemuda itu juga telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Belum barut-barut di bagian tubuhnya yang lain akibat
bergesekan dengan batu-batu atau dinding gua yang tajam.
Kini binatang itu tidak bisa mengigit atau menyerang Liu
Yang Kun dengan mulut atau taringnya. Sebaliknya pemuda
itu dengan mudah menghantam atau menendang mulutnya.
Mula-mula Liu Yang Kun menjejak taring ular itu dengan
tumit sepatunya sehingga taring binatang itu patah dan
mengucurkan darah yang banyak. Lalu ketika binatang yang
kesakitan itu berusaha membalasnya dengan sabetan ekornya
Liu Yang Kun segera mengelak seraya mencocok kedua mata
ular tersebut dengan jarinya. Croooot.....! Kedua biji mata ular
itu pecah dan menyemburkan darah pula!
Namun betapa terkejutnya Liu Yang Kun, ketika dalam
kesakitannya ular raksasa tersebut secara mendadak
membenamkan kepalanya ke dalam air.
"Celaka........!" Liu Yang Kun berteriak tertahan, tapi
tangannya tak berani melepaskan pelukannya. Takut
terbenam. Sebaliknya pemuda itu berharap agar ular itu lekas
lekas mengangkat kepalanya kembali.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi harapan itu tampaknya sia sia. Ular yang kesakitan itu
kelihatannya lebih suka membenamkan dirinya dari pada
berada di atas permukaan air. Liu Yang Kun menjadi gelisah
dan cemas sekali. Di dalam kecemasannya pemuda itu
menggigit sekenanya di bagian kepala ular itu, dengan
harapan ular itu akan meronta-ronta dan membawanya
kembali ke permukaan air.
Tak sengaja Liu Yang Kun menggigit daging pipih di atas
kepala ular itu. Darah segera membanjir keluar memenuhi
mulutnya. Karena tak bisa bernapas, ia terpaksa menelan saja
darah yang membanjir ke dalam mulutnya itu. Demikian
banyak darah yang ia telan sehingga perutnya menjadi
kembung. Tapi ketidak-sengajaannya itu ternyata telah membawa
hasil baik. Tiba-tiba saja ular raksasa itu menjadi lemas dan
tak bisa berkutik. Agaknya memang daging pipih itulah letak
kelemahannya. Sekali saja ular raksasa itu meronta. Kepalanya
dihentakkan kuat-kuat, sehingga terlempar ke permukaan air,
dan untuk selanjutnya terbanting ke lantai gua dalam keadaan
tewas. Liu Yang Kun cepat meloncat turun dengan napas lega.
Dengan dada terengah-engah ia memandang ular raksasa
yang telah mati. "Kurang ajar! Hampir saja aku mati kehabisan napas.
Hmmh .... aduh!" Tiba-tiba pemuda itu mencengkeram perutnya sendiri.
Wajahnya menunjukkan rasa kesakitan yang hebat. Saking
hebatnya pemuda itu tak kuasa untuk berdiri lagi. Ia
berguling-guling di lantai gua. Keringat membanjir keluar dari
badannya bercampur dengan air kedung yang telah
membasahinya. Warna kulitnya yang kekuning-kuningan itu mendadak
berubah menjadi kehijauan seperti warna kulit ular tadi. Dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
badannya yang dingin itu mendadak juga berubah menjadi
panas tak terkira. Begitu panasnya sehingga air dan keringat
yang mengalir di atas kulitnya itu menguap dan menjadi
kering karenanya. Di dalam kegelisahan pemuda itu mengerahkan Liong-cu-l-
kangnya yang bersifat dingin untuk melawan rasa panas
tersebut. Namun sekali lagi pemuda itu menjadi kaget bukan
kepalang. Tiba tiba saja badannya yang panas itu berubah
menjadi dingin dengan mendadak.
Begitu dinginnya sehingga giginya saling beradu satu sama
lain, sementara tubuhnya sampai menggigil dengan hebatnya.
Akhirnya Liu Yang Kun tak tahan menanggungnya. Seluruh
sendi-sendi tubuhnya terasa kaku dan sukar digerakkan lagi,
sehingga rubuhnya menjadi kaku dan sakit bukan ma in.
Karena tak bisa bertahan lagi maka akhirnya ia menjadi
pingsan. Anehnya, begitu ia pingsan, serangan hawa dingin
itupun lantas menghilang pula.
Ternyata Tui Lan yang berada di mulut air terjun itu juga
pingsan pula seperti halnya suaminya. Saking ngeri dan
takutnya tadi, Tui Lan menjadi pingsan di atas batu tersebut.
Dan sekarang setelah pertempuran antara suaminya dengan
ular raksasa itu selesai ia s iuman kembali.
Namun ketika ia melongok ke bawah, serentak mulutnya
menjerit! "Ko-koooooo......?""!" pekiknya kuat-kuat, lalu melompat ke
bawah begitu saja. Melihat suaminya menggeletak mandi darah, sementara
didekatnya tergolek tubuh ular raksasa yang amat
menakutkannya itu, kontan T ui Lan lupa segala-galanya, lupa


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada keselamatannya sendiri. Lupa bahwa langit-langit gua
itu sangat tinggi. Dan lupa bahwa ia bisa mati bila ia nanti
salah mendaratkan tubuhnya. Y ang ada di dalam pikiran dan
hati wanita itu hanyalah keadaan Liu Yang Kun, suaminya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Byuuuuuuuuur.........! Tubuh Tui Lan jatuh persis dalam kedung itu. Airpun lantas
muncrat tinggi ke udara. Dan tubuh wanita itupun lantas
menghilang ditelan air yang dalam. Namun beberapa saat
kemudian tubuh itu kembali muncul pula ke pemukaan air, lalu
bergegas berenang ke tepian.
Begitu keluar dari dalam air, wanita itu buru-buru berlari ke
tempat suaminya menggeletak. Sekilas matanya melirik ke
arah ular yang telah mati itu. "Ko-kooo......!" jeritnya keras
seraya menubruk tubuh suaminya yang terbujur dingin dan
kaku itu. "Jangan tinggalkan aku! Akupun tak mau hidup
tanpa engkau".!"
Untuk kedua kalinya wanita itu pingsan kembali. Tapi
sekarang bukan disebabkan karena ketakutannya terhadap
ular raksasa itu, tapi disebabkan karena kecemasan dan
kegelisahannya melihat suaminya terbaring diam di lantai gua
seakan-akan telah mati itu.
Dan entah berapa lamanya mereka pingsan itu. Ketika Liu
Yang Kun siuman lebih dahulu, ia menjadi kaget sekali
menyaksikan isterinya telah berada di atas dadanya. Pingsan
lagi! "Hei! Lan-moi, bangunlah...... Kau kenapakah?" pemuda itu
berdesah gugup seraya mengguncang-guncang isterinya.
"Uuuuh?" Tui Lan mengeluh menggeliat, kemudian
membuka matanya. Tiba-tiba ia tersentak bangun. Mulutnya
menjerit ketakutan,"Ko-ko, jangan tinggalkan aku.......!"
Liu Yang Kun cepat memeluknya. Pemuda itu tahu bahwa
isterinya belum sadar betul. Pikiran isterinya itu masih
dipenuhi bayang-bayang mengerikan itu.
"Lan-moi...... Jangan takut! Aku tidak apa-apa. Lihatlah.....!" bujuknya perlahan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan menatap suaminya. Air matanya meleleh turun,
membasahi pipinya. Lalu dengan perasaan gembira dan
bahagia bukan main ia memeluk Liu Yang Kun.
"Ko-ko......!" jeritnya lirih.
Liu Yang Kun sangat terharu. Dipeluknya kepala mungil itu,
dan diciuminya rambutnya. "Tenanglah, moi-moi! kita berdua
selamat tak kurang suatu apa. Hmmmh, bagaimana kau turun
dari atas tadi" Merayap seperti aku pula?" Kepala mungil itu
menggeleng didalam pelukan suaminya.
"Lhoh......" Lalu bagaimana kau melakukannya?" Liu Yang
Kun bertanya heran. "Aku ...... aku terjun ke dalam kedung itu." Tui Lan
menjawab dengan muka merah.
"Terjun........" Kenapa kaulakukan itu" Bukankah itu sangat
berbahaya sekali" Bagaimanakah kalau airnya dangkal"
Kakimu bisa patah, bukan?"
"Aku sudah tidak peduli lagi! Melihat kau menggeletak
mandi darah, aku pun lantas tak memikirkan nyawaku
lagi......." Tui Lan menjawab pula seraya menyembunyikan
mukanya di dada suaminya.
Liu Yang Kun tercengang. Sekejap ia tak bisa berkata apa-
apa. Hatinya sungguh sangat terharu mendengar ucapan
isterinya itu. "Ah, betapa besar perhatianmu kepadaku......."
akhirnya ia berbisik sambil membelai rambut Tui Lan.
Mereka lalu berdiam diri pula untuk beberapa saat lamanya.
Masing-masing merasakan betapa dalamnya cinta kasih
mereka. Mereka baru melepaskan pelukan mereka, ketika
secara tak sengaja Tui Lan meraba luka di punggung Liu Y ang
Kun. "Oh, lukamu.....?" desah wanita itu cemas.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah......... tak apa-apa. Sebentar juga akan sembuh
sendiri." Liu Yang Kun menenangkan hati isterinya.
"Tapi........ hei" Ulaaaaar".!" tiba-tiba Tui Lan menjerit
kaget. Jari telunjuknya teracung ke arah belakang suaminya.
Liu Yang Kun cepat membalikkan tubuhnya. Dan matanya
segera terbelalak lebar. Di belakangnya tampak belasan ekor
ular, besar dan kecil, berbaris berjejer-jejer menghadap ke
arahnya. Tidak cuma itu saja. Ternyata di kanan kiri mereka
juga banyak pula yang lain. Dan ketika mereka memandang
lebih teliti lagi agak jauh dari barisan pertama ternyata masih
ada beberapa lapis barisan pula lagi. Begitu banyaknya ular
itu, sehingga rasa-rasanya semua ular di dunia ini telah
berkumpul semuanya di gua itu.
"Ah! Ini....... eh, dari mana datangnya ular sebanyak ini?"
Liu Yang Kun agak gugup juga melihat ular sebanyak itu.
Memang sungguh mengherankan sekali. Ular itu berbaris
dengan rapi. bersap-sap banyaknya, dan ratusan pula
jumlahnya. Namun demikian tak seekorpun diantara mereka
yang bergerak keluar dari barisan mereka. Mereka tampak
sangat jinak sekali. Malahan tampak ketakutan sekali malah.
Seperti para pesakitan yang sedang berkumpul menunggu
keputusan hukumannya. Karena ular-ular itu tampaknya memang tak bermaksud
jelek kepada mereka, maka Tui Lan dan Liu Yang Kun menjadi
tenang juga akhirnya. Dicobanya bergerak mendekati mereka.
Dan keduanya jadi tercengang. Ular-ular itu segera menyibak,
meskipun masih tetap dalam barisan masing-masing. Dan
ketika Liu Yang Kun mencoba lebih jauh lagi menerobos ke
dalam barisan itu, ternyata ular-ular itu juga terus menyibak
pula. Ular-ular itu benar-benar amat patuh dan takut kepada
mereka berdua. Tanpa terasa Liu Yang Kun saling berpandangan dengan
isterinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Heran. Ada apa sebenarnya" Mengapa mereka sangat
takut sekali kepada kita.....?" Liu Yang Kun bertanya kepada
isterinya. Tapi Tui Lan juga menggelengkan kepalanya. "Entahlah,
ko-ko.....akupun tidak mengerti. Apakah..... karena kau telah
membunuh ular raksasa itu" Eh, benar!" Tiba-tiba Tui Lan
seperti ingat akan sesuatu hal.
"Ada apa, Lan-moi?"
"Ular raksasa itu!" Tui Lan menjawab singkat. Wajahnya
berseri-seri. ''UIar raksasa.........?" Liu Yang Kun mengulang ucapan
isterinya dengan nada bingung.
"Ah, kau ini" Pelupa benar. Baru kemarin kita membacanya.
Masa kau sudah lupa pula" Wah!" Tui Lan mengomel.
"Sudahlah! Jangan buat aku semakin bingung! Katakanlah
lekas.......!" Liu Yang Kun mendesak dengan suara penasaran pula.
Matanya menatap isterinya semakin tidak mengerti.
Tui Lan terpaksa tersenyum. Sekali lagi matanya
memandang ke arah ratusan ular yang mengelilinginya itu.
Lalu ia kembali menatap wajah suaminya lagi.
"Ko-ko......! Masa kau sudah lupa pada keterangan di dalam
buku Im-Yang Tok-keng itu" Menurut Giok-bin Tok-ong di
daerah Kang Lam ini ada sebuah kerajaan ular, yang pusatnya
berada di daerah tempat tinggal Suku We i. Oleh karena itu,
kalau kita sekarang memang benar-benar berada di bawah
perkampungan orang-orang suku Wei itu, maka?" disinilah
letak pusat kerajaan itu. Dan ular raksasa yang telah
kaubunuh itu tentulah Ceng-liong-ong (Raja Naga Hijau), raja
dari segala macam ular ini"."
"Jadi?"..?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Yah! Karena kau telah membunuh rajanya, maka
merekapun lalu takluk pula kepadamu. Untuk membuktikannya, cobalah kau memanggil dengan isyarat
tangan kepada salah seekor dari ular-ular ini"!" Tui Lan
menerangkan. Liu Yang Kun menurut. Ia menunjuk seekor ular belang
yang tampak berbahaya dan ganas di barisan nomer empat.
Kemudian jari-jarinya ditarik dan menuding ke tanah di depan
kakinya. Aneh! Tiba-tiba saja ular itu benar-benar bergerak
meninggalkan barisannya. Dengan ragu-ragu dan takut-takut
ular yang terkenal ganas itu menjalar mendekati suami-isteri
itu, lalu tergolek diam di depan kaki Liu Yang Kun. Binatang
itu seolah-olah menunggu perintah yang akan diucapkan oleh
rajanya. Sekarang giliran Liu Yang Kun yang kebingungan malah!
Pemuda itu merasa seperti sedang bermimpi dan tak tahu apa
yang harus ia lakukan. Matanya hanya menatap bengong ke
arah ular belang itu. Tui Lan tersenyum saja melihat kebingungan suaminya itu.
Ia menjadi terlalu gembira karena dugaannya tentang ular
tersebut ternyata benar. "Tak usah bingung, ko-ko. Dia hanya seekor binatang. Kau
diamkan pun dia takkan marah. Biarlah untuk sementara dia
berada di situ." "Ya......., tapi......?""
"Sudahlah! Marilah kita sekarang memeriksa bangkai Ceng-
Iiong-ong itu saja. Kalau catatan Giok-bin Tok-ong itu benar,
maka kita akan mendapatkan Po-tok-cu yang lain"." Tui Lan
menyahut seraya menepuk punggung suaminya.
"Po-tok-cu yang lain?" Liu Yang Kun bertanya semakin tak
mengerti. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ya! Marilah kita lihat!" Tui Lan menjawab, lalu menarik
lengan suaminya. "Di dalam bukunya Giok bin Tok-ong
menulis bahwa ia pernah bertemu dan berkelahi dengan raja
ular itu di perkampungan orang-orang Suku Wei. Dan Giok-bin
Tok-ong berhasil membunuhnya serta mengambil mutiara
pusaka yang ada dalam daging kepala ular itu. Namun orang-
orang dari Suku Wei menyangsikan kalau ular raksasa yang
dibunuh oleh Giok-bin Tok-ong tersebut Ceng liong ong, sebab
menurut dongeng nenek-moyang, Raja Ular itu berwarna hijau
kehitaman, bukan berwarna kekuningan seperti yang telah
dibunuh oleh Giok-bin Tok-ong itu."
"Lalu..........?"
"Tentu saja Giok-bin Tok-ong menjadi marah dan merasa
dihina. Orang-orang Suku Wei yang tidak percaya kepadanya
lalu dibunuhnya pula, kemudian pergi dari tempat itu."
"Ohhhh!" Liu Yang Kun berdesah mendengar kekejaman
iblis tua itu. "Tapi.....melihat ular raksasa yang baru saja kaubunuh itu,
aku lantas membenarkan kesangsian orang-orang suku Wei
itu. Inilah raja ular Ceng-liong-ong yang sebenarnya......." T ui
Lan berkata lagi. "Lalu ular yang dibunuh oleh Giok-bin Tok-ong itu?"
"Mungkin betinanya......! Kaulihat Ceng-liong-ong itu tadi"
Betapa ia kelihatan sangat marah dan berusaha meraih aku di
lobang atap gua itu" Agaknya ia mencium Po-tok-cu betinanya
yang ada di tanganku ini."
Kedua suami isteri itu telah berada di dekat bangkai ular
raksasa itu. Hati hati Tui Lan meraba kepala ular tersebut.
Ketika tangannya menyentuh daging pipih itu. Tiba-tiba ia
menjadi kaget. Darah masih mengalir tak henti-hentinya dari
luka akibat gigitan di tempat itu.
"Kau yang menggigitnya?" Tui Lan bertanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang mengangguk. "Kau sungguh beruntung. Luka inilah yang membunuh ular
raksasa ini. Di sini pulalah Po-tok-cu dari ular raksasa ini
berada. Tanpa bisa melukai tempat ini engkau takkan dapat
membunuhnya. Sebab di sinilah letak kelemahan jenis ular
ini," wanita itu menerangkan.
Dengan sangat hati-hati Tui Lan lalu menyobek daging
pipih itu dan mencari mutiara pusakanya.
"Nah, betul bukan kataku" Lihatlah.....!" katanya kemudian
sambil memperlihatkan sebutir mutiara kecil yang baru saja ia
keluarkan dari kepala ular itu.
Liu Yang Kun cepat menerima 'mutiara' itu dan
memandangnya dengan takjub. Mutiara itu bersinar gemerlapan di dalam kegelapan.
"Ah, bagaimana kau tahu tentang mutiara ini ?" sambil
menimang-nimang mutiara tersebut Liu Yang Kun bertanya
kepada isterinya. "Aku hanya menduganya saja. Ular yang usianya lebih dari
seratus tahun biasanya memiliki kristal seperti ini di dalam
kantung racunnya. Kalau betinanya saja punya, apalagi yang
jantan." "Lalu......... apa yang harus kita perbuat dengan benda ini?"
Tui Lan tersenyum. "Hei, mengapa bingung-bingung" Tentu
saja benda itu menjadi milikmu. Itulah rejekimu.....! Dan ini
juga menjadi pertanda bahwa kita berdua memang berjodoh.
Aku memiliki Po-tok-cu Betina, kau memiliki Po-tok-cu Jantan!
Dan.......... ingat-ingatlah, kau sekarang adalah Raja Ular!"
"Hah" Maksudmu.......?" Liu Yang Kun tersentak kaget.
"Lihatlah di sekeliling kita! Ular-ular itu sekarang sangat
patuh kepadamu. Apa yang kauperintahkan, tentu akan
mereka lakukan tanpa membantah sedikitpun. Apalagi dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Po-tok-cu Jantan di tanganmu itu, mereka akan ketakutan
setengah mati kepadamu."
"Ooooohh.......!?"
"Coba kauperintahkan kepada mereka untuk bubar dan
kembali ke tempat masing-masing!" Tui Lan berkata kepada
suaminya.

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena sudah percaya seratus persen kepada isterinya,
maka Liu Yang Kun pun segera melakukan apa yang dikatakan
isterinya itu. Dan memang betul juga, ular-ular itu segera
beranjak pergi pula. Mereka meninggalkan tempat tersebut
secara berurutan. Dari baris yang pertama atau yang
terdepan, terus diikuti oleh baris yang kedua, ketiga dan
seterusnya. Masing-masing barisan dipimpin oleh seekor ular
besi yang tampaknya sangat ganas dan berwibawa.
Akhirnya tempat tersebut menjadi sepi kembali. Ular-ular
itu telah menyelinap pergi ke liang mereka masing masing.
"Tahulah aku sekarang, mengapa ada udara segar di dalam
gua tertutup seperti ini. Ternyata banyak sekali liang-liang ular
yang menembus ke permukaan tanah sana." Liu Yang Kun
bergumam seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya! Dan kalau benar apa yang dituliskan Giok-bin T ok-ong
di dalam bukunya, maka Ceng-liong-ong dan betinanya itu
tentu punya jalan tersendiri pula untuk keluar ke atas tanah."
Tui Lan mengiyakan perkataan suaminya.
"Tapi jalan itu tentu saja takkan cukup untuk manusia
seperti kita. Salah-salah kita nanti ma lah terjebak di dalam
lobang sempit, di mana kita tak bisa maju ataupun mundur
lagi." Liu Yang Kun yang dapat menebak arah perkataan
isterinya itu segera menyahut dengan suara ngeri.
"Ah......!" T ui Lan berdesah pula. Ngeri. Oleh karena itu ia
segera mengalihkan pembicaraan mereka. "Ko-ko ......!
Bagaimana kalau kita mengambil kulit Ceng-liong-ong ini
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
untuk baju kita! Hmm, dari pada telanjang begini?" katanya
perlahan. "Bagaimana kita harus mengeringkannya?"
"Mudah saja. Kita membikin obor lagi." sahut Tui Lan
dengan cepat. "Tapi kita sulit mencari ikan disini. Aku sudah
tiga lie jauhnya menyusuri sungai ini, tapi tak seekor ikanpun
yang layak kutangkap. Bagaimana kita harus membuat minyak
itu?" "Tiga lie" Oh......" Kau sudah berjalan tiga lie jauhnya"
Begitu panjangnya lorong gua ini?" Tui Lan menegaskan
dengan wajah terheran-heran.
"Ya, benar. Dalam jarak itupun gua ini belum buntu pula.
Tampaknya masih jauh lagi malah."
"Dan siapa tahu ada pula lorong lorongnya yang menembus
ke permukaan tanah?" Tui Lan menyambung dengan penuh
harapan. "Ya, siapa tahu"..?" Liu Yang Kun berkata pula dengan
suara gembira. Lalu sambungnya lagi. "Namun demikian kita
juga harus menyimpan kantong udara itu baik-baik. Siapa tahu
pula kita masih harus menyelam lagi?"
Tiba-tiba Tui Lan tersentak. "Hah benar! Kantong itu masih
kutinggalkan diatas sana ketika terjun tadi. Ohhh?".!"
Serunya khawatir. "Jangan takut! Aku akan mengambilnya. Tunggulah
sebentar disini!" suaminya bergegas menyahut.
Demikianlah, hari itu mereka menguliti tubuh ular raksasa
tersebut dengan pedang pendek Tui Lan. Tapi hampir saja
mereka memperoleh kesulitan untuk memotong kulit ular itu,
karena ternyata sisik-sisik ular tersebut benar-benar keras
sekali. Pedang yang amat tajam itu sama sekali tak kuasa
menembus atau mengirisnya. Terpaksa Liu Yang Kun
merobeknya dari dalam, yaitu dari mulutnya. Lalu mengambil
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bagian lehernya, karena kulit di tempat itu sisiknya lembut,
tipis dan amat kuat. "Hei, ko-ko! Ternyata daging ular ini banyak sekali
lemaknya. Mengapa kita tidak membuat minyak dari lemak ini
saja" Dan ?" sekaligus memakan dagingnya pula?" tiba-tiba
Tui Lan berseru girang. "Ah, kau benar. Mengapa tidak..?" Liu Yang Kun menyahut
dengan gembira pula. Lalu dengan cekatan Liu Yang Kun membuat obor. Mula-
mula diambilnya empat buah tulang rusuk ular raksasa dan
dilobanginya. Kemudian diambilnya pula sepotong kain dari
tali yang mereka pintal dari bekas-bekas pakaian mereka itu
untuk sumbunya. Oleh karena belum ada apinya, maka Liu
Yang Kun terpaksa menggosok-gosokkan lemak ular tersebut
ke dinding gua untuk mendapatkan minyaknya.
"Wah.......... kita harus mengeringkan sumbunya terlebih
dahulu. Kain itu masih basah terkena air tadi."
Liu Yang Kun bergumam sendiri ketika sudah mendapatkan
minyak yang agak lumayan banyaknya.
Begitulah, akhirnya kedua orang suami-isteri itu dapat
menyalakan untuk membakar daging dan mengeringkan kulit
ular itu. Sehingga, keesokan harinya mereka bisa melanjutkan
perjalanan mereka dengan penutup badan dari kulit ular itu
pula. Malah Tui Lan sempat pula membawa beberapa potong
daging untuk bekal mereka.
"Heran! Hari ini tubuhku terasa ringan dan nyaman luar
biasa. Kenapa ya,...?" sambil melangkah Liu Yang Kun
berseru. Sebentar-sebentar kaki tangannya ia gerakkan ke
kanan dan kiri seperti orang berolah raga. Tui Lan mengerling
genit. "Tentu saja. Habis sekarang tak pernah kambuh lagi
penyakitnya," sahutnya cepat seraya tersenyum penuh arti.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Wajah Liu Yang Kun menjadi kemerah-merahan. Namun
demikian, dipandangnya juga air muka isterinya yang cantik
itu dengan perasaan terima kasih. "Ya. Karena sekarang sudah
ada kau disampingku, maka penyakitku tak pernah kambuh
lagi," katanya perlahan.
Mereka berjalan terus menyusuri sungai itu. Kadang-
kadang mereka mengerahkan juga Bu-eng Hwe-teng mereka,
apabila lorong gua itu menjadi lapang atau datar. T api sering
kali pula mereka harus berendam atau berenang di dalam air
apabila sungai itu melalui Iorong sempit. Namun demikian
masih untung bagi mereka, karena permukaan air sungai
tersebut tidak tertutup oleh langit-langit gua.
Karena tidak dapat mengetahui siang atau malam, maka
mereka hanya beristirahat jika sudah merasa lelah. Namun
demikian setelah berhari-hari mereka menempuh perjalanan
itu, mereka tidak juga melihat ujung dari lorong gua tersebut.
Rasa-rasanya lorong itu memang takkan terputus sampai di
Laut Timur nanti. "Ko-ko........! Sudah berapa jauhkah kita berjalan di dalam
lorong ini" Rasanya aku sudah sangat lelah dan bosan melihat
dinding-dinding batu ini," pada suatu hari Tui Lan mengeluh
setelah hampir sebulan mereka menempuh perjalanan itu.
Perut gadis itu sudah kelihatan menonjol ke depan, meskipun
belum begitu besar. Mendengar keluhan itu Liu Yang Kun lalu memeluk
isterinya. Dengan penuh kasih sayang dituntunnya wanita itu
ke sebuah batu untuk beristirahat. Dan sekejap matanya
melirik ke arah perut yang telah mulai membesar itu.
"Menurut perhitunganku, kita te lah berjalan hampir sebulan
lamanya. Kalau dalam sehari rata-rata kita menempuh
duapuluh atau tigapuluh lie, maka kita sudah berjalan kira-kira
limaratusan lie lebih jauhnya. Dan kalau perkiraanku itu benar,
maka kita sudah mendekati Pegunungan Wu-yi atau Wu-yi-
san. Sayangnya, di dalam tanah begini kita tak tahu, apakah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kita lurus menuju ke arah timur atau berbelok ke arah utara
atau selatan." pemuda itu memberi keterangan kepada
isterinya. "Pegunungan Wu-yi" Ah, kalau begitu........ masih berapa
jauh lagi kita sampai di Laut Timur nanti?" Tui Lan bertanya
tanpa semangat. "Ah, moi-moi.......bersabarlah ! K ita sudah melalui saat-saat
yang sulit berbulan-bulan lamanya. Lalu apa artinya waktu
yang tinggal beberapa saat lagi ini......!" Liu Yang Kun
berusaha membesarkan hati isterinya. "Taruh kata perjalanan
ini masih berlangsung sebulan lagi. Hmm......apa artinya
sebulan itu bila dibandingkan dengan penderitaan kita yang
berbulan-bulan itu" Apakah engkau hendak menyerah setelah
tujuan berada di depan mata?"
"Ko-ko, maafkanlah aku......." tiba-tiba Tui Lan berdesah
seraya menubruk pangkuan suaminya.
"Tak apalah. Akupun bisa memahami perasaanmu. Kadang-
kadang aku sendiri juga merasa bosan dan berputus asa pula.
Tapi perasaan tersebut segera hilang bila kuingat kau dan
anak kita. Nah, kau sudah tidak merasa lelah Iagi bukan"
Marilah kita meneruskan perjalanan kita..........!"
Mereka saling berpandangan, beribu ribu macam perkataan
yang tak terucapkan di dalam pandangan itu, tapi mereka
berdua seolah-olah telah saling mengerti dan memahami
artinya, lalu sambil tersenyum dan saling bergandengan
tangan mereka melangkah meneruskan perjalanan mereka.
"Ko-ko".Agaknya benar juga dugaanmu itu. Tampaknya
kita memang telah berada di bawah Pegunungan Wu-yi.
Lihatlah! Dinding-dinding gua di sini telah bercampur dengan
kapur, sehingga air yang menetes dari atas membentuk
karang-karang lancip yang beraneka-warna. Sungguh indah
sekali !" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menjadi lega melihat kegembiraan isterinya.
Di dalam hati ia memang mengakui bahwa perjalanan itu
betul-betul sangat membosankan, sehingga lambat laun
mereka menjadi jenuh juga.
"Kita beristirahat dulu di tempat ini" Rasanya tempat yang
indah ini sangat cocok juga untuk berlatih silat. Maukah kau
belajar Kim-liong Sin-kun sekarang?" Liu Yang Kun yang ingin
menciptakan suasana baru itu berusaha memancing perhatian
isterinya. Benar juga. Mendengar tawaran suaminya itu Tui Lan
menjadi bersemangat kembali. Wajahnya tampak berseri-seri,
sehingga kecantikannya menjadi semakin mempesonakan. Liu
Yang Kun sampai melongo menyaksikannya.
"Moi-moi.......kau sungguh cantik sekali!" ia memuji tak
habis-habisnya. Tui Lan melengos manja. "Ah, ko-ko.....! Bukankah engkau
telah berhasil memilikinya?"
Liu Yang Kun segera memeluknya. "Benar. Aku memang
seorang lelaki yang amat beruntung......."
Demikianlah, untuk beberapa lamanya mereka berhenti di
tempat itu. Liu Yang Kun mengajari Kim-liong Sin-kun yang
hebat itu kepada Tui Lan. Karena jurus-jurusnya banyak
mempergunakan perisai mantel pusaka, maka Liu Yang Kun
lalu menggunakan kulit ular mereka sebagai gantinya.
Setelah merasa jenuh pula di tempat itu, maka merekapun
lalu berlatih sambil meneruskan perjalanan mereka. Tui Lan
memang seorang wanita yang amat cerdas sehingga apa yang
diberi oleh suaminya dengan cepat dipahami pula. Sejurus
demi sejurus ilmu Kim-liong Sin-kun warisan Bit-bo-ong
almarhum itu ditekuninya. Melalui petunjuk suaminya, yang
telah lebih dahulu memahami ilmu tersebut, dia berusaha
keras untuk mencernakannya di dalam dirinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ko-ko, tampaknya ilmu ini sangat mengandalkan
keampuhan mantel pusaka itu. Tanpa mantel itu ilmu Kim-
liong sin-kun ini menjadi tidak begitu berguna lagi
kelihatannya"." pada suatu hari Tui Lan mengatakan
pendapatnya. "Kau salah.....!" Suaminya cepat menjawab. "Tampaknya
memang begitu. Tapi sebenarnya tidak. Anggapan seperti itu
akan segera hilang bila kau telah benar-benar mendalam inya.
Sebab sepintas lalu ilmu itu tampaknya memang selalu
mengandalkan 'kekebalan' mantel pusaka itu. Namun bila kau
telah meyakinkannya dengan sempurna, sehingga kau telah
bisa mengambil intisari ilmunya, maka kau akan mengetahui
bahwa seluruh gerakan di dalam ilmu tersebut hanyalah
merupakan pelengkap saja dari keampuhannya. Karena inti
dari ilmu tersebut sebenarnya bukan pada gerak lahiriahnya,
namun pada...... kekuatan batin pemiliknya!"
"Maksudmu..........?" Tui Lan bertanya tak mengerti.
"Maksudku, di dalam puncak kesempurnaannya ilmu itu
lebih bertumpu pada keampuhan batin yang dilandasi
kekuatan tenaga sakti pemiliknya, dari pada kehebatan gerak
jurusnya! Dan..... begitu pula halnya dengan ilmu Bu-eng
Hwe-teng dan Pat-hong Sin-ciang itu !" Liu Yang Kun
meneruskan keterangannya. Tui Lan masih tetap melongo
memandang suaminya. Dia tetap belum bisa menangkap
maksud perkataan itu. "Ko-ko! Aku tetap belum mengerti. Katakanlah yang jelas!
Jangan berteka-teki seperti itu.......?" katanya penasaran.
Liu Yang Kun mendekat, lalu merangkul pundak Tui Lan.
Bibirnya tersenyum. "Aku tidak berteka-teki, isteriku. Aku berkata apa adanya.
Ilmu warisan Bit-bo-ong ini memang lain dari pada yang
lain.........." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Dari mana kau tahu" Apakah dari dalam buku-buku itu
juga" Tapi rasanya aku tak pernah melihat atau
membacanya?" Tui Lan masih tetap ngotot dan penasaran.
"Bukan dari buku-buku itu. Dan bukan dari mana-mana
pula. Aku mendapatkan pengertian itu dari hasil renunganku
sendiri. Di dalam kegelapan, kesepian, kesunyian serta
kejenuhan di dalam gua kita dulu, ternyata perasaanku
menjadi bertambah peka. Ilmu Lin-cui-sui-hoat yang pernah
kuceritakan dulu, rasa-rasanya menjadi bertambah terang di
dalam hatiku. Aku lantas seperti mendapat petunjuk tentang
rahasia dan inti-sari dari ilmu-ilmu warisan Bit-bo-ong
tersebut. Dan agaknya.... inilah bagian dari lembaran-
lembaran yang disobek oleh Hoa-san Lo-jin itu."
"Ko-ko........ aku semakin tak mengerti kata-katamu." Tui
Lan menyahut kesal dan hampir menangis.
"Marilah aku terangkan sekali lagi agar lebih jelas. Kau tadi
mengatakan bahwa ilmu Kim liong Sin-kun itu terlalu
mengandalkan mantel pusaka. Tanpa mantel itu ilmu Kim-
liong Sin-kun menjadi berkurang kegunaannya. Begitu,
bukan?" "Ya!" Tui Lan menjawab seret.
"Nah! Itu anggapan yang salah! Itu berarti kau hanya
memandang kulitnya saja. Kau tidak akan berkata demikian
bila kau sudah benar-benar mendalami inti sari ilmu tersebut.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti telah kukatakan tadi, ilmu warisan Bit-bo-ong itu lebih
bersifat batiniah dari pada lahiriahnya. Dalam puncak
kemampuannya ilmu itu akan bisa menguasai lawan tanpa
menggerakkan jurus-jurusnya. Dalam puncak kesempurnaannya pemilik ilmu Kim-liong Sin-kun itu akan
dapat menguasai pikiran dan batin lawannya, tanpa harus
melakukan gerakan-gerakan jurusnya. Seperti halnya seorang
ahli sihir yang sudah mahir, dia tidak perlu lagi menggerakkan
mulut atau anggota badannya yang lain. Karena semua
gerakan itu hanya dilakukan oleh tukang sihir rendahan untuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengelabui lawan, sekaligus untuk mengumpulkan atau
menumbuhkan konsentrasinya sendiri."
"Jadi?"?" Tui Lan mendesak hampir tak percaya
mendengar kehebatan ilmu yang dipelajarinya itu.
"Begitu pula halnya dengan ilmu warisan Bit-bo-ong
tersebut. Inti dari pada ilmu itu juga terletak pada "kekuatan
batin" pemiliknya. Sedangkan jurus-jurus yang kita pelajari itu
hanya merupakan gerakan atau alat untuk membantu
mengumpulkan konsentrasi kita saja, sekaligus juga untuk
menjebak dan mengelabuhi lawan, sehingga lawan dapat kita
kuasai jiwa raganya. Singkatnya, ilmu warisan Bit-bo-ong itu
bertumpu pada kekuatan batin untuk menguasai lawan seperti
halnya ilmu sihir yang sangat mengerikan itu. Itulah mungkin
sebabnya Hoa-san Lo-jin mengingatkan bahwa ilmu itu sangat
berbahaya"." "Lalu".bagaimanakah dengan Bu-eng Hwe-teng itu?"
"Sama saja dengan kedua ilmu yang lain itu. Dengan
kekuatan batin kita, kita akan dapat membuat tubuh kita jadi
seringan kapas. Hembusan angin betapa lembutnyapun akan
dapat menerbangkan tubuh kita seperti halnya daun kering
yang tertiup angin."
"Demikian dahsyatnya......" Dan engkau........engkau sudah
seperti itu pula?" T ui Lan berseru gagap.
Tapi Liu Yang Kun cepat menggelengkan kepalanya.
"Belum. Aku belum sampai di sana. Namun aku telah
melangkah ke tingkatan itu. T unggu saja. Pada suatu saat aku
tentu dapat mencapainya juga," katanya yakin.
"Bukan main! Ko-ko...... kau benar-benar hebat sekali!"
"Ah! Itu semua juga karena engkau pula......." Liu Yang
Kun menghela napas seraya merangkul pundak isterinya.
Matanya memancarkan rasa kasih yang tak terhingga.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Dan........ akupun percaya pula, moi-moi, kaupun akan bisa
pula mencapai tingkatan itu."
"Tidak ko-ko. Aku tak mungkin dapat mencapainya. Otakku
tak sejernih pikiranmu. Perasaanku juga tidak setajam
perasaanmu. Paling-paling aku hanya akan mengerti kulitnya
saja. Aku cuma manusia biasa. Tidak mempunyai kelebihan-
kelebihan seperti kau. Meskipun kau telah menjelaskannya
secara panjang lebar tentang rahasia itu, namun aku tetap
belum bisa melihatnya juga. Ibarat seorang yang tak tahu
jalan telah kautunjukkan tujuanku, namun masih tetap tak
tahu jalannya pula."
"Ah, belum tentu. Kau jangan buru-buru berkata demikian.
"." Tui Lan menarik napas panjang dan tidak menanggapi
ucapan suaminya, sebaliknya dia segera bangun berdiri dan
menuntut kepada Liu Yang Kun. "Ko-ko..! Maukah kau
memperlihatkan kehebatan Kim-liong Sin kun itu kepadaku"
Hmmm...... maksudku, setelah ilmu itu menginjak ke tingkat
yang kauceritakan itu?"
"Baiklah......!" Liu Yang Kun terpaksa menyetujuinya. "Kita
sekalian berlatih pula, karena kedahsyatan ilmu itu hanya
dapat dirasakan oleh orang yang sedang menghadapinya. Tapi
karena kau belum begitu mahir dengan Kim-liong Sin-kun,
sebaiknya kita menggunakan Pat-hong Sin-ciang saja.
Bagaimana...?" "Hanya dapat dirasakan oleh orang yang sedang
menghadapinya" Mengapa begitu?" T ui Lan memotong.
"Hei" Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa kedahsyatan
ilmu warisan Bit-bo-ong itu terletak pada 'keampuhan batin"
pemiliknya" Bagaimana orang lain akan dapat merasakannya
bila dalam pertempuran itu yang kuserang dan kutuju hanya
engkau saja?" Liu Yang Kun mengomel sambil tertawa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oh... jadi orang lain tidak bisa merasakan keistimewaan
dan kedahsyatan ilmu itu?"
"Benar. Orang lain hanya dapat melihat gerakan-gerakan
dari jurus-jurus yang kukeluarkan saja. Mungkin mereka
malah akan mencemoohkan jurus-jurus yang tidak ada
keistimewaannya itu."
"Ooooohhh......!" Tui Lan berdesah sambil mengangguk-
anggukkan kepalanya. "Hei" Kau jadi ingin melihat keampuhan Pat-hong Sin-
ciang, tidak?" tiba-tiba Liu Yang Kun mengingatkan.
"Eh, ya?" ya! Marilah"..!" T ui Lan tersentak kaget.
Keduanya lalu memasang kuda-kuda. Tui Lan yang sudah
mahir dan menguasai Pat-hong Sin-ciang itu segera
mengerahkan lwee-kangnya. Tenaga sakti Pat-hong-sin-
kangnya ia salurkan sepenuhnya ke seluruh tubuhnya.
Kemudian sambil menggeram lirih ia menyerang suaminya.
Tangan kanannya terjulur lurus ke depan dalam jurus Kai-
thian-chuo-hong atau Membuka Langit Menangkap Angin,
yaitu jurus ke delapan dari Pat-hong Sin-ciang.
"Bagus!" Liu Yang Kun berseru memuji.
Pemuda itu cepat mengelak. Kakinya melangkah ke kiri,
kemudian tubuhnya berputar ke depan, sehingga angin
pukulan isterinya yang keras dan kuat itu lewat di
sampingnya. Lalu dengan separuh tenaga ia balas
menghantam punggung Tui Lan yang tak terlindung. Seperti
yang dilakukan isterinya dia juga mempergunakan jurus Kai-
thian-chuo-hong pula. Cuma pada gerakan yang terakhir ia
segera menyusuli dengan jurus ke sembilan, yaitu Hoan-hong-
pan-san atau Memindahkan Gunung Menukar Angin.
Demikianlah, untuk beberapa waktu lamanya Liu Yang Kun
sengaja melayani isterinya tanpa mengerahkan "kekuatan
batin" seperti yang dikatakannya itu. Ia memainkan jurus-jurus
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pat-hong Sin-ciang dengan baik. Semakin lama semakin kuat
dan gesit, sehingga Tui Lan terpaksa mengerahkan segala
kemampuannya pula. Apalagi ketika ia mulai mengerahkan
Bu-eng Hwe-teng serta tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya. Tui
Lan mulai berkeringat dan bermandikan peluh.
Akhirnya Tui Lan benar-benar kehabisan napas. Meskipun
dia telah mengerahkan seluruh kemampuannya, namun dia
tetap tak bisa menandingi kekuatan Liong-cu-I-kang yang
seolah-olah tak terbatas itu. Padahal sebenarnya Liu Yang Kun
belum mengeluarkan separuh dari tenaga sakti Liong-cu-I-
kangnya itu. "Heh-heh.....heh-heh,
ko-ko! Mengapa aku belum merasakannya juga" Manakah kekuatan batin yang kaukatakan itu" Heh-heh......." di dalam kelelahannya T ui Lan
menegur suaminya. Liu Yang Kun tertawa seraya meloncat mundur. Namun
ketika Tui Lan hendak mengejarnya, tiba-tiba tubuh pemuda
itu telah melesat ke depan kembali. Hanya bedanya kali ini T ui
Lan merasakan adanya hawa dingin yang sangat aneh
menyusup ke dalam tulang sumsumnya. Malahan tidak Cuma
itu saja. Tiba-tiba saja gadis itu merasakan perubahan yang
aneh pula pada wajah suaminya. Mata itu mendadak seperti
memiliki perbawa yang mengerikan dan menakutkan sehingga
mendadak pula ia tak berani menatapnya. Selain itu secara
tiba-tiba pula ia seperti kehilangan kepercayaan pada dirinya
sendiri. Hatinya menjadi gemetar ketakutan. Dan selanjutnya
ia seperti tak kuasa untuk mengelakkan serangan suaminya.
Telapak tangan itu berhenti hanya setengah dim saja dari
dada Tui Lan. Sementara wanita itu seperti tertegun dan tak
ada usaha untuk mengelak sama sekali. Dan wanita itu baru
tergagap sadar dan melompat menghindar ketika suaminya
menegurnya. Selanjutnya mereka lalu terlibat dalam pertempuran lagi.
Namun hal itu ternyata tidak berlangsung lama pula. Bagaikan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
orang yang kehilangan akal tiba-tiba Tui Lan telah berbuat
kesalahan lagi. Tanpa tahu sebab-sebabnya mendadak ia
menjadi bingung dan lupa segalanya. Ia lupa kepada gerakan
ilmu silatnya sendiri, sehingga ia menjadi bingung harus
berbuat bagaimana untuk mengelakkan serangan suaminya.
Maka sekali lagi jari-jari suaminya telah berhenti beberapa
centi saja dari ubun-ubunnya.
"Nah, bagaimana moi-moi.......Kau sudah mengaku kalah?"
Liu Yang Kun menggoda seraya menarik tangannya.
"Eh......oh" Ini....... ini"." seperti orang yang baru bangun
dari tidurnya Tui Lan tergagap-gagap sambil mengawasi
kedua tangan dan kakinya.
"Hmm, kenapa?" dengan tenang suaminya bertanya dan
menepuk-nepuk pundaknya. "Eh, ko-ko...... tiba-tiba saja aku lupa pada ilmu silatku
sendiri. Mengapa....... mengapa aku ini?" Tui Lan berseru
khawatir. Liu Yang Kun tersenyum memandang isterinya. "Hmm,
apakah yang kaurasakan tadi, moi-moi?" tanyanya.
"Entahlah. Tiba-tiba saja kau sangat menakutkan. Rasa
dingin menjalar ke seluruh tubuhku. Tubuhku gemetar.
Dan...... dan aku menjadi tidak yakin atas kemampuanku
sendiri. Aku menjadi...... menjadi ketakutan. Lantas ...lantas
aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan......" bercerita T ui
Lan dengan suara cemas. "Hahaha..........!" Liu Yang Kun tertawa.
"Ko-ko! Mengapa kau malah mentertawakanku?" Tui Lan
berseru mendongkol. "Hei! Apakah kau belum merasakan juga?" Liu Yang Kun
balik bertanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan tertegun. "Maksudmu......kau telah mempergunakan 'kekuatan batin' itu?" desahnya hampir tak
bersuara. Liu Yang Kun mengangguk. "Ya, benar. Aku telah
mengerahkan seluruh tenaga dalam melalui sorot mataku
untuk menguasai jiwa dan semangatmu. Karena engkau tidak
menyangka dan berjaga jaga sebelumnya, maka dengan
mudah aku bisa menguasaimu," katanya dengan suara
tenang. "Ohh! Kalau begitu ilmu itu memang benar-benar
mengerikan." Tui Lan berdesah dengan suara ngeri.
Keduanya lalu berdiam diri. Masing-masing tenggelam di
dalam lamunan mereka sendiri. Tapi beberapa saat kemudian
Tui Lan menatap wajah suaminya.
"Hmm..... ada apa, moi-moi?" Liu Yang Kun cepat bertanya
kepada isterinya. "Ko-ko.......! Dapat kubayangkan betapa dahsyat dan
mengerikan orang yang bergelar Bit-bo-ong itu semasa
hidupnya. Tapi, kalau iImunya demikian tinggi, mengapa ia
sampai dikalahkan oleh Sin-kun Bu-tek almarhum?"
"Ah, tampaknya kau pernah mendengar pula cerita tentang
tokoh-tokoh sakti yang hidup pada seratus tahun yang lalu,"
suaminya menjawab. "Bit-bo-ong memang dikalahkan oleh
Sin-kun Bu-Tek setelah mereka bertempur sehari penuh. Tapi
kekalahan itu sebenarnya tidak akan terjadi bila pada waktu
itu Bit-bo-ong masih segar bugar dan tidak sedang terluka."
"Masih segar bugar dan tidak sedang terluka" Apa
maksudmu?" "Menurut cerita atau kisah lain yang pernah kudengar pula,
sebelum bertempur dengan Sin-kun Bu-tek, Bit-bo-ong telah
dimarahi dan dihajar oleh suhengnya sendiri hingga terluka
dalam." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Su-hengnya" Siapakah su-heng dari Bit-bo-ong itu?"
"Su-heng dari Bit-bo-ong adalah Souw Lo-Jin (Kakek
Souw), yaitu seorang pelukis, penyair dan jago silat sakti yang
hidup di Gunung Hoa-san. Kakek itu tidak menyukai sepak
terjang suteenya yang jahat dan suka membuat onar di dunia
kang-ouw itu." "Kakek Souw......" Ah, kalau begitu kakek itu tentulah Hoa-
san Lo jin yang menyobek lembaran-lembaran terakhir dari
buku warisan B it-bo-ong itu." Tui Lan memotong.
"Ya, aku mempunyai dugaan demikian pula." Liu Yang Kun
mengiyakan. Keduanya berdiam diri lagi. Namun tidak lama, karena
sesaat kemudian Tui Lan telah membuka suara kembali.
"Eh, ko-ko......! Omong-omong, ada hubungan apakah
antara kakek Souw itu dengan "sastrawan" yang disebut-sebut
dalam Buku Rahasia itu?"
"Kaumaksudkan ...... tokoh nomor satu yang tinggal di
puncak Gunung Hoa san itu?"
Tui Lan mengangguk. "Ya.... !" jawabnya cepat.
"Entahlah. Mungkin memang ada hubungan keluarga atau
hubungan perguruan pula. Tapi yang jelas sastrawan bukan
kakek Souw yang hidup pada zaman seratus tahun lalu.
Karena tak mungkin orang bisa hidup selama duaratus tahun,
bukan?" Tui Lan kembali mengangguk angguk menyetujui pendapat
suaminya. "Ah, kalau kita tidak tersekap di dalam gua ini kita


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu dapat menanyakan masalah ini kepada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai....." Liu Yang Kun berdesah seraya menghela
napas panjang. Liu Yang Kun memandang wajah isterinya. "Hmmh!
Bukankah pendekar itu adalah keturunan langsung dari kakek
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw" Dia tentu tahu siapa 'sastrawan' itu, karena dialah yang
paling paham tentang silsilah keluarganya," jawabnya sambil
tersenyum. "Ooooh.....!" Tui Lan ikut tersenyum pula. "Eh..... mengapa
tidak kita tanyakan kepada Souw Lian Cu saja?"
Liu Yang Kun terperanjat, kemudian wajahnya menjadi
kemerah-merahan. Bibirnya tersenyum kecut, sementara
sekilas matanya tampak menerawang jauh.
"Ah, kau ini ada-ada saja. Masakan masih merasa cemburu
juga ditempat seperti ini?" akhirnya ia menjawab getir.
"Hmm, siapa tahu kau masih memikirkannya?" Tui Lan
masih juga menggoda. "Ah, sudahlah! Jangan memikirkan yang bukan-bukan!
Marilah kita meneruskan perjalanan ini!" Liu Yang Kun berkata
dan menarik lengan isterinya.
Demikianlah mereka meneruskan perjalanan mereka sambil
memperdalam ilmu silat mereka. Dan bila merasa lelah dan
menemukan tempat yang baik, mereka lalu berhenti dan
beristirahat untuk beberapa hari lamanya. Sehingga tak terasa
sebulanpun sudah berlalu pula.
Sungguh beruntung bagi pasangan suami-isteri itu bahwa
selama ini sungai tersebut selalu mengalir melalui lorong-
lorong gua yang cukup luas, sehingga mereka tak perlu
bersusah-payah berenang ataupun menyelam seperti yang
mereka lakukan dahulu. Hanya tampaknya lorong gua yang
mereka lalui sekarang telah mencapai ke dataran yang rendah
sebab mereka sekarang banyak menemukan tetesan tetesan
air atau pancuran air yang mengalir dari dinding-dinding gua
itu. Sementara itu perut Tui Lan benar benar sudah kelihatan
membesar sekarang. Dengan kandungan yang lebih kurang
berumur lima bulan itu bentuk tubuhnya sudah tampak sangat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lucu. Namun demikian, seperti layaknya seorang wanita yang
sedang hamil untuk pertama kalinya, wajahnya menjadi
kelihatan bersinar cemerlang dan berseri-seri. Rupa yang
sudah sangat ayu itu bertambah semakin cantik jelita pula,
sehingga Liu Yang Kun menjadi semakin jatuh cinta dan
terpesona melihatnya. "Ko-ko, sudah lama benar rasanya kita berjalan. Tapi.......
mengapa kita belum mencapai pantai Laut Timur juga"
Sampai dimanakah sebenarnya kita ini sekarang?" Tui Lan
yang sudah mulai jemu dan bosan itu mengeluh.
"Aku sendiri juga merasa heran pula, moi-moi. Menurut
perhitunganku, seharusnya kita telah mendekati pantai laut
Timur. Kita telah berjalan lebih dari dua bulan, mungkin sudah
tiga bulan malah. Rasa-rasanya kita telah menempuh lebih
dari seribu limaratus lie jauhnya. Dan jarak itu rasanya sudah
cukup untuk mencapai Laut Timur bila kita berangkat dari
daerah Kang Lam apalagi dari kota Soh-ciu. Namun ternyata
kita belum membaui amisnya air laut atau asinnya air laut di
dalam air sungai itu. Hmm, heran sekali.. Apakah lorong gua
kita ini telah membelok ke arah utara atau selatan?"
Jilid 10 "Mungkin benar dugaanmu itu, ko-ko. Mungkin aliran
sungai ini memang berbelok sedikit demi sedikit, entah ke
utara atau ke selatan, sehingga kita tidak merasakannya.
Namun yang terang perjalanan kita akan menjadi bertambah
panjang karenanya. Oooh, padahal perutku semakin tak mau
diajak berjalan lama-lama."
"Ahh......tenangkanlah hatimu, isteriku.... Kita tidak boleh
berputus asa karenanya. Ingat nasib anak kita! Dia tidak boleh
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lahir sebelum engkau keluar dari dalam tanah ini. Kita berpacu
dengan waktu. Kita berdua harus sudah mencapai Laut T imur
sebelum kandunganmu berumur delapan bulan. Ayoh!
Tumbuhkanlah lagi semangatmu! Bayangkan, apa jadinya
kelak bila anak itu lahir di tempat seperti ini" Mungkin dia
akan menjadi buta selamanya, karena ia tak pernah melihat
terangnya sinar matahari. Dan kau juga harus memikirkannya
pula, bagaimana repotnya kau merawatnya nanti. Moi-moi,
turutlah kata-kataku. Kita harus berusaha hingga titik darah
kita yang penghabisan. Lebih baik kita mati bersama anak kita
dari pada kita hidup cuma mewariskan penderitaan
kepadanya. Bagaimana moi-moi".?"
"Maafkanlah aku, ko-ko....."
Tui Lan menangis dan menjatuhkan dirinya ke dalam
pelukan suaminya. "Sudahlah! Marilah kita mencari tempat yang baik untuk
beristirahat berapa hari lamanya. Tampaknya kau sudah
merasa jenuh berjalan terus-menerus."
Tapi keduanya menjadi kaget dan tertegun ketika beberapa
waktu kemudian menyaksikan...... lorong gua yang mereka
lalui itu menjadi buntu dan tak ada terusannya lagi. Lorong
gua itu menjadi luas dan lebar sekali, sementara air sungai
tersebut menjadi terhenti di tengah-tengahnya, membentuk
telaga kecil yang cukup dalam.
"Ko-ko......?"" Tui Lan menjerit lirih. "Gua ini buntu! Tak
ada jalan keluar! Oooohh?"!"
Liu Yang Kun cepat merangkul isterinya. Namun demikian
matanya tampak nyalang mengawasi dinding-dinding gua
yang luas di hadapannya. "Tidak mungkin! Tidak mungkin...! Tentu ada lobang
keluar! Tidak mungkin telaga kecil ini bisa menampung
tumpahan air sungai tanpa meluap. Tentu ada saluran
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tersembunyi yang mengalirkan air telaga ini keluar. Marilah
kita cari saluran itu"..!"
"Ko-ko. lihat.......!" tiba-tiba Tui Lan berteriak seraya
mengacungkan jarinya ke tengah-tengah telaga itu.
Liu Yang Kun mengerahkan sin-kang untuk memperlipatgandakan ketajaman matanya, kemudian mengikuti arah jari telunjuk isterinya. Dan di dalam
keremangan obor yang berkelap-kelip itu me lihat sebuah
pusaran air yang sangat mendebarkan ditengah-tengah telaga
itu. Tak terasa Liu Yang Kun mengeluarkan keringat dingin
juga. Pusaran itu berputar dengan cepat dan ganas seperti
gasing, sehingga bagian tengahnya kelihatan melesak ke
dalam bagaikan lorong air yang berputar-putar masuk ke
dasar telaga. Baru menyaksikan saja kepala rasanya sudah
ikut berputar menjadi pusing karenanya. Apalagi kalau terjun
dan ikut berputar bersamanya.
"Ooooh.......!" Liu Yang Kun mengeluh seperti orang
kehilangan semangat. "Ko-ko! Itulah sa luran keluarnya.....!"
Suara Tui Lan juga mencerminkan rasa ngeri yang amat
sangat. Air muka pun kelihatan pucat tak berdarah sementara
matanya yang biasanya sangat indah mempesonakan itu juga
tampak kusam dan ketakutan.
Ternyata Liu Yang Kun dapat merasakan pula kecemasan
isterinya itu. Maka sambil menenangkan hatinya sendiri
pemuda itu juga berusaha menghibur hati isterinya pula.
"Baiklah! Kita beristirahat dulu beberapa hari di sini. Kita
menenangkan perasaan dahulu sambil memikirkan jalan keluar
yang sebaik-baiknya. Marilah, isteriku......!" katanya lembut.
"Te-terima kasih, ko-ko......" Tui Lan menjawab lirih.
Kemudian Liu Y ang Kun menuntun Tui Lan ke tempat yang
agak tinggi dan jauh dari pinggiran telaga itu. Terlalu dekat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan pusaran air tersebut membuat hati mereka menjadi
kecut dan ngeri, seolah-olah lobang pusaran itu selalu
mengeluarkan daya-sedot yang sangat kuat untuk menarik
tubuh mereka ke dalamnya.
Hari itu Tui Lan benar-benar tak bisa memicingkan
matanya. Calon ibu muda itu selalu membayangkan pusaran
air yang menganga seperti mulut raksasa itu. Oleh karena itu
ketika akhirnya dia bisa memejamkan matanya, maka mimpi
yang datangpun juga sangat menakutkan dan mengerikan
pula. Di dalam mimpinya itu Tui Lan melihat ular raksasa yang
telah dibunuh suaminya itu hidup kembali. Ular itu datang
menyerang dia dan suaminya. Entah mengapa, ternyata
suaminya kalah melawan ular tersebut. Suaminya kemudian
dimangsa dan ditelan oleh ular raksasa itu.
Tui Lan bermaksud membela kematian suaminya, namun
ternyata kalah juga. Tui Lan lalu melarikan diri. Dia berlari
menyusuri lorong gua itu kembali. Tapi belum juga sepuluh
langkah berlari, tiba-tiba dari arah depan muncul seorang
lelaki tinggi jangkung berpakaian hitam-hitam, datang
menghalanginya. Di dalam kegelapan wajah orang itu tidak begitu jelas
dilihatnya. Mau kemanapun ia akan pergi, orang itu selalu
bergerak menghadangnya. Di dalam ketakutan dan kebingungannya ia berteriak sekeras-kerasnya, agar orang itu
menyingkir dari depannya.
Tapi orang itu tidak mau pergi juga. Dia malahan ganti
membentak Tui Lan. "Aku adalah Si Iblis Penyebar Maut. Sudah berhari-hari aku
tidak melihat wanita! Hehehe... akan kuperkosa kau!!"
Bukan main kaget dan takutnya Tui Lan! Dari belakang
dikejar ular raksasa, di depan ada Si Iblis Penyebar Maut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mencegatnya! Semuanya hendak menyerang dan membunuhnya! "Pergi.......! Pergiii !" pekiknya.
Di dalam kecemasan dan ketakutannya Tui Lan menyerang
orang itu dengan ngawur dan membabi buta. Namun dengan
mudah orang itu menangkap kedua lengannya. Tui Lan
meronta dan menjerit-jerit. Tapi cengkeraman orang itu tetap
tak terlepaskan juga. Maka di dalam keputus-asaannya Tui
Lan berusaha menggigit muka orang itu. Namun tiba-tiba
matanya terbelalak! Wajah yang kini amat dekat dengan mukanya itu ternyata
adalah wajah... suaminya sendiri! Wajah Liu Yang Kun yang
tampan! "Ko-koooooo......" Kau?" pekiknya keras sekali.
Tapi tiba-tiba terdengar suara halus dan lembut di
telinganya. Suara yang sangat dikenalnya. Suara Liu Yang
Kun, suaminya. Sehingga secara mendadak pula dia tersadar
dari m impinya. "Moi-moi...,! Kau kenapa" Bermimpi............?"
Tui Lan membuka matanya. Dilihatnya Liu Yang Kun
tersenyum di sampingnya. Meskipun demikian ia agak
tertegun juga, karena wajah Si Iblis Penyebar Maut itu kembali
berkelebat di kelopak matanya.
"Ah.......!" desahnya, namun cepat ditahannya.
"Hei, kau kenapa?" Liu Yang Kun yang melihat sinar aneh di
mata isterinya itu bertanya kaget.
Tapi Tui Lan cepat menyadari keadaannya. "Oh, ko-ko......
aku takut!" jeritnya lirih seraya menubruk dada Liu Yang Kun.
"Takut" Apa yang kautakutkan" Hmm.......... kau telah
bermimpi tadi." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan mengangguk-angguk di dada Liu Yang Kun.
"Yaa......! Dan mimpiku sangat menakutkan sekali !" katanya
terengah-engah. "Tapi kau sekarang sudah sadar bahwa itu hanya... mimpi,
bukan" Buat apa dipikirkan lagi?"
"Tapi..... tapi.... aku tak bisa melupakannya, ko-ko! Mimpi
itu seperti benar-benar terjadi." Tui Lan menyahut sambil
menangis malah. Liu Yang Kun terpaksa tersenyum mendengar ucapan
isterinya. Hmm, ada-ada saja, pikirnya. Masakan mimpi bisa
benar-benar terjadi" Ah, paling-paling cuma karena pengaruh
kehamilannya saja sehingga isterinya itu punya pikiran yang
aneh-aneh. Namun demikian ia juga tak ingin melukai hati
isterinya. Maka dengan suara lembut dia berusaha
menghiburnya. "Kalau kau tak bisa melupakannya, sekarang coba ceritakan
kepadaku mimpimu itu. Mungkin aku dapat meringankan
beban pikiranmu.........."
Tui Lan mendongak dan menatap mata suaminya. Seolah-
olah ia ingin meyakinkan dirinya bahwa Liu Yang Kun benar-
benar mau mendengarkan ceritanya bukan hanya sekedar
ingin menghiburnya saja. Melihat mata suaminya itu
memancarkan kesungguhan hati, maka iapun segera
menceritakan mimpinya. Selesa i bercerita wanita muda itu memandang suaminya
lagi. Matanya bergetar, seakan-akan menuntut keterangan
yang jujur tentang m impinya itu. Apa sebenarnya yang terjadi
di balik mimpinya itu" Dia yakin bahwa itu bukan hanya
sekedar mimpi. Tentu ada sesuatu yang telah menyentuh
alam di bawah sadarnya, yang akhirnya tercetus ke dalam
mimpi. Sebaliknya, Liu Yang Kun segera terdiam mendengar
"mimpi' isterinya itu. Ia sudah menduga sejak dahulu bahwa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suatu saat tentu akan menerima tuntutan seperti itu.
Untunglah sejak semula ia telah berterus-terang serta jujur
kepada T ui Lan tentang dirinya. Sehingga apa yang hendak ia
katakan kepada isterinya itu tentu telah diduga oleh isterinya
sendiri. Sekarang secara tidak sadar isterinya itu hanya
menuntut pengakuan yang jujur darinya.
"Moi-moi, aku bisa menerangkan arti mimpimu itu.
Begini.......!" katanya perlahan. "Tentang ular raksasa yang
hidup kembali, kemudian menyerang kita serta memakan aku
itu, kukira hanya akibat dari rasa takutmu yang berIebih-
lebihan terhadap ular itu dahulu, dan rasa takut itu lalu
kauhubungkan dengan pusaran air yang menganga seperti
mulut ular itu, yang kemudian malah menelan tubuhku pula.
Sedangkan tokoh si Iblis Penyebar Maut yang menghadang
jalanmu, yang kemudian ternyata wajahnya mirip aku itu,
kukira hanya cetusan dari perasaan hatimu sendiri, yang
selama ini selalu kaupendam di dalam hati. Karena kau selalu
menyimpan dan menekannya, maka 'pendapat hatimu' itu lalu
muncul dalam bentuk mimpi tadi..,"
Liu Yang Kun mengambil napas sebentar, lalu sambungnya
lagi. "Aku tahu, setelah mendengar cerita tentang sepak
terjangku yang jahat dan keji itu, kau tentu sudah mempunyai
dugaan atau pemikiran, siapa sebenarnya aku ini. Di dalam
hatimu tentu sudah ada bayangan siapa wajah Si Iblis
Penyebar Maut yang mengerikan itu. Namun karena
kekurangyakinanmu sendiri terhadap dugaan itu, apalagi
begitu melihat kau lantas merasa suka dan kasihan, maka
dugaan itu lalu kaukubur dalam-dalam di dalam lubuk hatimu
sendiri. Padahal setiap saat dugaan itu masih saja
menggodamu. Maka akibatnya semua lantas muncul di dalam
mimpimu. bukankah begitu .......... moi-moi?"
"Ko-ko........ aku..... aku..oh!" Tui Lan menjadi pucat seperti
gadis yang terbuka rahasianya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Isteriku........! Aku tahu sejak semula kau telah
mempunyai dugaan bahwa aku adalah Si Iblis Penyebar Maut
itu. Tapi aku juga tahu bahwa kau tidak sampai hati untuk
mengatakan kepadaku?"
"Ko-ko, aku tidak berani......... Ini ."."
"Aku tahu kau tidak berani menuduhku. Kau terlalu cinta
kepadaku. Di dalam hati kau justru berusaha membantahnya.
Bukankah demikian, moi-moi?" Tui Lan tertunduk lemah.
"Jadi...jadi"kau memang benar Si Iblis Penyebar Maut itu?"
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Matanya menatap
isterinya tajam-tajam. "Benar!" Ucapannya tegas. "Sejak semula aku memang
hendak mengatakannya kepadamu. Tapi aku tak berani. Aku
takut kehilangan kau. Selain itu aku juga sudah menyangka
bahwa kau telah mengetahuinya."
"Ooooooh!" Tui Lan tiba-tiba berdesah, dan tiba-tiba pula
matanya menatap ke arah suaminya.
"Ada apa, moi-moi?"
"Ko-ko! Kata guruku, kedua orang tuaku mati dibunuh
orang di sebuah hutan kecil di luar Gurun Go-bi sana. Ayahku
disembelih dan ibuku diperkosa sebelum dihabisi nyawanya.
Cobalah ingat-ingat, ko-ko! Pernahkah kau membunuh
seorang bangsawan yang sedang bepergian dengan
keluarganya di tempat itu?"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinnya. Tapi dengan tegas
pemuda itu menjawab. "Moi-moi........! Aku tak tahu, mengapa kau menuduhku
demikian. Aku juga tak tahu pula, apa alasanmu mencurigai
aku. Meskipun demikian aku akan menjawabnya juga. Moi-
moi, dengarlah! Aku memang telah banyak membunuh orang
dan berbuat jahat di mana-mana. Tapi satu hal yang kuingat
betul, yaitu..... aku belum pernah keluar dari daerah tiong-
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
goan, apalagi menyeberangi Go-bi! Selama hidupku aku belum
pernah menginjak gurun yang ganas itu! Nah, kau puas?"
Tiba-tiba wajah Tui Lan menjadi berseri-seri. "Oh, ko-
ko........terima kasih. Aku sangat berbahagia sekali!" serunya
gembira, lalu berlari ke pelukan Liu Yang Kun.
"Hei! Hei! Nanti dulu! Apakah engkau sudah lupa bahwa
aku adalah Si Iblis Penyebar Maut?" Liu Yang Kun pura pura
berteriak memperingatkan.
Tapi Tui Lan justru merangkul semakin kencang malah.
"Huh! Aku tak perduli! B iar jahat, baik atau jelek, yang penting
aku cinta kepadamu! Habis perkara!" teriaknya lantang.
Diam-diam Liu Yang Kun sangat berbahagia pula melihat
kegembiraan isterinya. T idak tampak lagi bayangan ketakutan
ataupun kengerian di wajah isterinya. Calon ibu muda itu
kelihatan kembali seperti semula.
"Sungguh kasihan sekali dia. Aku harus berusaha sekuat
tenaga untuk mengeluarkannya dari neraka di bawah tanah
ini. Aku tak boleh mengecewakan harapannya," pemuda itu
berjanji di dalam hatinya.
Maka keesokan harinya Liu Yang Kun pergi ke pinggir
telaga itu kembali. Ditelitinya dan dipelajarinya sungguh-
sungguh keadaan pusaran air tersebut. Beberapa kali ia
memotong tali pintalannya dan me lemparkannya ke tengah-
tengah pusaran itu. Dan ia lalu menyaksikan benda tersebut
hilang lenyap ditelan pusaran air itu. Tersedot entah kemana.
"Tentu ada lobang besar di dasar telaga ini, di mana air
telaga tersedot keluar dari tempat ini. Yang menjadi
persoalanku sekarang adalah, apakah lobang itu dapat kulalui
bersama Tui Lan nanti" Dan yang kedua ialah, berapa panjang
lobang air itu mengalir ke permukaan tanah kembali" Kalau
saluran air itu terus memanjang sampai di Laut Timur
sana,....... hmm, terang aku dan Tui Lan akan kehabisan
napas di tengah jalan," pikirnya di dalam hati.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pemuda itu lalu melangkah mengelilingi air telaga itu.
"Sayang aku tak bisa menyelam lebih dahulu untuk
menyelidikinya. Pusaran ini sangat kuat. Sekali terjun
kedalamnya, tubuhku tentu tersedot ke dalam lobang tanpa
bisa berkutik lagi. Jangankan untuk kembali, berenang untuk
menyelamatkan diripun kiranya sudah amat sulit sekali. Satu-
satunya kemungkinan hanyalah pasrah kepada Thian dan
membiarkan diri diseret arus air." pemuda itu meneruskan
lamunannya. Malamnya Tui Lan bermimpi lagi. Seperti juga kemarin, ular
raksasa itu hidup pula kembali. Lagi-lagi suaminya dimakan
dan ditelannya, sehingga ia menjadi sendirian pula di dalam
gua itu. "Ko-ko, aku takut .... Mimpi itu seperti memberi isyarat
kepadaku bahwa kau akan pergi meninggalkan aku.
Oooh.......!" Setelah sadar kembali Tui Lan menangis di dada
suaminya. "Moi-moi...... ! Tak ada kekuatan yang bisa memisahkan
kita selain kematian. Mengapa kau masih tidak percaya juga?"
Liu Yang Kun menenangkan hati Tui Lan.
"Bukan itu, ko-ko...... Tentang kasih sayang kita, aku telah
percaya. Namun rasanya ada sesuatu kekuatan lain.,. yang
hendak memisahkan kita."
"Sudahlah! Itu hanya bayanganmu saja! Kita tidak mungkin
berpisah lagi. Kita hanya mempunyai dua pilihan saja,
yaitu.......mati bersama atau hidup bersama! Kemungkinan
Elang Terbang Di Dataran Luas 11 Romantika Sebilah Pedang Karya Gu Long Hati Budha Tangan Berbisa 8
^