Pencarian

Mencari Bende Mataram 21

Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto Bagian 21


Tarupala bisa memperoleh kepastian begitu gampang."
"Bukan kabar lagi. Akan tetapi saudara Tarupala bahkan
menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri." Daniswara
meyakinkan. 1402 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manik Angkeran yang bersembunyi diba-lik mahkota daun
mendongkol mendengar kata-kata Daniswara. Ia pun heran
terhadap sikap Tarupala. Mengapa murid Dipajaya itu, tak
mengenal malu" Gurunya sudah bersatu padu sebaliknya
muridnya justru membuat luka baru.
"Cobalah terangkan!" seru Gagak Angin.
"Berkata restu tuanku Adipati Kuntul Aneba, hal itu terjadi
lantaran kebetulan saja," kata Daniswara mewakili Tarupala.
"Pendekar besar Dipajaya menghadiahkan pedang pusakanya
Kyai Ageng Singkir kepada saudara Tarupala. Di tengah jalan
pedang itu terampas Gagak Seta. Saudara Tarupala lagi
mencari gurunya hendak mengadu. Oleh pengaduan itu,
membuat gurunya bertemu dengan Gagak Seta dan
Sirtupelaheli. Di dalam pertemuan itu, pendekar Dipajaya
menyerahkan segebung surat wasiat Titisari kepada Sangaji
dengan disaksikan orang banyak. Bukankah jelas maksud
pendekar Dipajaya" Dengan menyerahkan surat wasiat di
depan mata orang banyak, kini manusia seluruh penjuru dunia
mengetahui belaka dimanakah surat wasiat itu tersimpan.
Hebat tidak, siasat guru saudara Tarupala ini?"
Gagak Angin dan Halayuda memangut-mangutkan
kepalanya. Manik Angkeran menghela napas. Keluhnya di
dalam hati, kalau tahu begini siang-siang Dipajaya harus
kusingkirkan. Kangmas Sangaji boleh sesakti malaikat. Namun
direbut manusia seluruh penjuru bukanlah pekerjaan yang
mudah..." Dalam pada itu Daniswara melanjutkan pidatonya.
"Aku dan saudara Tarupala, semenjak dahulu berikrar
sehidup semati. Pernah aku mendatangi rumah Sorohpati. Di
sana aku berjumpa dengan Gagak Seta dan Sirtupelaheli. Aku
membawa empat orang. Tak kuduga, Sangaji datang dengan
membawa empat puluh laskar Himpunan Sangkuriang. Kami
semua bertempur mati-matian. Tapi jumlah kami terlalu kecil
dibandingkan dengan lawan yang berjumlah sangat besar.
1403 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya, Alpikun dan adik-adik seperguruannya gugur dalam
pertempuran. Tentang jalannya pertempuran itu, biarlah
saudara Wira Kuluki sendiri yang berbicara. Dia telah
mengorbankan lengannya sampai kutung..."
Wira Kuluki berperawakan tinggi kurus. Sekalipun demikian,
pandang matanya berkilat-kilat tajam. Lengan kanannya
kutung. Tatkala bangkit dari tempat duduknya, wajahnya
nampak seram oleh rasa dendam. Lalu ia membuka mulutnya
mengisahkan pengalamannya bertempur melawan Gagak Seta
dan Sangaji. Tetapi apa yang dikatakan adalah dusta belaka,
la berkata, bahwa Sangaji membawa empat puluh laskar,
mengepung mereka berempat. Walaupun demikian, ia tetap
melawan sampai kawan-kawannya gugur. Akhirnya dengan
semangat menyala-nyala, ia mengabarkan bahwa berkat
pertolongan pendekar Daniswara, Gagak Seta
membebaskannya. Hal itu disebabkan, lantaran Gagak Seta,
kagum kepada keperwiraan dan kegagahan Daniswara.
Para hadirin bersorak sorai gemuruh, memuji-muji
pendekar berewok itu. Kata Wira Kuluki: "Tuanku Daniswara tidak hanya gagah
dan pintar saja, akan tetapi mempunyai rasa setia terhadap
kawan yang tiada bandingnya dijagad ini."
Dipuji demikian, Daniswara membungkam. Lalu memutar
kepalanya menghadap hadirin. Setelah membungkuk hormat
kepada Adipati Kuntul Aneba, berkatalah dia dengan suara
merendah. "Itu semua berkat ajaran tuanku Adipati Kuntul Aneba. Aku
bekerja semata-mata lantaran kebijaksanaannya. Demi bangsa
kita dikemudian hari, aku harus berani memasuki lautan api.
Apa yang kulakukan itu belum berarti apa-apa. Pendeknya,
tidak cukup berharga untuk dibicarakan. Pujian saudara Wira
Kuluki sesungguhnya membuat aku malu saja..."
1404 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kata-kata Daniswara, semua hadirin kagum
bukan main. Mereka makin bertepuk tangan riuh sekali.
Manik Angkeran mendongkol sekali. Tiba-tiba saja ia
merasa muak terhadap Daniswara yang pernah dipujinya.
Tentang pertarungannya melawan Gagak Seta, pernah ia
mendengar kabar dari mulut Sangaji dan Titisari sendiri. Demi
kepentingan sendiri tatkala merasa jiwanya terancam,
Daniswara justru menjual jiwa Wira Kuluki. Demikianlah
keterangan Sangaji dan Titisari.
Ia berpura-pura berlaga seorang ksatria sejati. Tangan
kanannya terangkat sedikit, sedangkan tangan kirinya
melintang di depan dada. Kedua kakinya menempati jurus
Kalalodra ciptaan pendekar Kebo Bangah. Tujuannya, hendak
menendang tubuh Wira Kuluki yang berada di depannya.
Sedangkan kedua tangannya dipersiapkan untuk menerkam
Fatimah. Dengan menendang Wira Kuluki dan melemparkan
Fatimah kehadapan Gagak Seta, ia memperoleh kesempatan
untuk melarikan diri. Itulah kelicinan yang mengerikan. Di samping bersedia
menjual jiwa sahabatnya, ia bisa berlagak sebagai seorang
ksatria. Celakanya Wira Kuluki sendiri yang akan dijadikan
kambing hitam, justru kena dikelabui. Teringat akan hal itu,
berpikirlah Manik Angkeran di dalam hati"Daniswara
sesungguhnya seorang pendekar berotak cemerlang, akan
tetapi jahat. Bukan hanya Wira Kuluki dan Paman Gagak Seta
saja yang kena dikelabui. Akan tetapi Kangmas Sangaji pun
demikian pula. Barangkali aku juga seumpama ikut
menyaksikan. Hanya Ayunda Titisari seorang yang tak dapat
di-ingusi. Hai! Ayunda Titisari benar-benar cemerlang
otaknya... Sayang, sungguh sayang! Pada saat ini ia tak
berada disini. Kalau ia menyaksikan hal ini, entah apa yang
dilakukan. Dalam pada itu Wira Kuluki nampak mulai kalap. Dengan
mengacung-acungkan lengannya yang kutung, ia berteriak.
1405 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Banyak sekali saudara-saudara kita yang kena dibinasakan
siluman-siluman Himpunan Sangkuriang. Apa kita sudahi saja
sakit hati kita ini?"
Para hadirin lantas saja berteriak menyahut.
"Sakit hati rekan Wira Kuluki harus dibalas!"
"Hancurkan Himpunan Sangkuriang!" teriak gerombolan
yang lain. "Bunuh Sangaji!"
"Mampuskan begundal-begundalnya!"
Setelah teriakan mereka mereda. Wira Kuluki membungkuk
homat kepada Darmajaksa Cengkir Pradapa.
"Kami ingin mengadu kepada tuanku Adipati, bahwa kita
semua merasa sangat penasaran dan kami mohon petunjuk-
petunjuk tuanku Darmajaksa pula dalam usaha membalas
sakit hati." Darmajaksa Cengkir Pradapa memanggut. Kemudian
berpaling kepada Adipati Kuntul Aneba.
"Sekarang semuanya terserah kepada tuanku Adipati." Alis
Adipati kuntul Aneba berkerut-kerut.
"Hm! Hm! Memang... soal ini memang soal berat! Hm...
akan tetapi kita harus berdamai dengan otak dingin. Coba kau
perintahkan agar mulai dari perwira-perwira utama sampai
bawahannya meninggalkan ruang ini untuk sementara waktu!
Dengan demikian akan memberi waktu kepada kita untuk
merunding dengan tenang."
Darmajaksa Cengkir Pradapa mengangguk dan berdiri
menghadap hadirin. "Dengar! Semua orang mulai dari prajurit sampai perwira
utama, minta dengan hormat meninggalkan ruangan untuk
sementara waktu dan menunggu di luar pintu masuk!"
1406 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para hadirin lantas saja mengiakan dan setelah
membungkuk hormat ke arah Adipati Kuntul Aneba, mereka
keluar ruangan sehingga dalam sekejap mata saja ruang biara
itu hanya terdapat para pemimpin Tunggul Wulung anak buah
Adipati Kuntul Aneba. Daniswara kemudian maju selangkah dan berkata kepada
Adipati Kuntul Aneba seraya membungkuk hormat.
"Saudara Tarupala ini berjasa besar terhadap himpunan
kita. Maka itu aku memohon karunia tuanku Adipati agar dia
diperkenankan masuk ke dalam golongan kita. Seorang yang
mempunyai pribadi dan kedudukan seperti dia, dikemudian
hari pasti akan dapat melakukan sesuatu yang sangat
berharga bagi kita semua."
"Tapi... tapi..." potong Tarupala dengan tergegap. "Hal ini
tak dapat ku...." Baru saja ia mengucapkan perkataan "tidak" Manik
Angkeran yang berada di atas pohon dan memiliki
pengamatan yang tajam melihat Daniswara menatap wajah
Tarupala dengan pandang berkilat. Melihat sinar mata yang
beracun dan kejam itu, tergeraklah hati Manik Angkeran. Pada
saat itu, ia melihat Tarupala menundukkan kepalanya dan tak
berani membuka suaranya lagi.
"Bagus!" kata Adipati Kuntul Aneba. "Kami menyambut
dengan girang sekali masuknya Tarupala ke dalam himpunan
kita. Gntuk sementara waktu dia kami beri kedudukan sebagai
perwira menengah dan berada langsung dibawah pimpinan
Panglima Daniswara. Kami harap saudara Tarupala taat pada
peraturan kita serta giat demi kepentingan golongan kita pula.
Peraturan kita selalu dilaksanakan dengan keras. Barangsiapa
yang berjasa akan mendapat anugerah sebaliknya siapa yang
berdosa akan dihukum."
Sinar mata Tarupala meredup, penuh sesal dan
mendongkol. Namun sedapat-dapatnya ia nampak menekan
1407 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaannya. Setelah berbimbang-bimbang sejenak, ia maju
beberapa langkah dan berlutut diha-dapan Adipati Kuntul
Aneba. Berkata dengan hati prihatin.
"Kami Tarupala memberi hormat kepada tuanku Adipati.
Terima kasih atas kedermawanan tuanku Adipati sudah
memberi kedudukan kepada kami sebagai seorang perwira
menengah." Setelah berkata demikian, ia memberi hormat dengan
berlutut lagi. Kemudian berputar menghadap para pemimpin
laskar. Kepada mereka ia pun membungkuk hormat.
"Saudara Tarupala!" kata Panglima Halayuda dengan suara
angker. "Setelah menjadi anggota laskar kami, semenjak kini
engkau terikat dengan semua peraturan. Dikemudian hari
andaikata engkau menggantikan kedudukan ayahandamu
engkau harus tetap taat kepada semua perintah-perintah
pimpinan Tunggulwulung. Apakah engkau sudah tahu
peraturan ini?" "Ya," jawabnya pendek.
"Saudara Tarupala!" kata Halayuda lagi. "Meskipun
tujuannya sama yaitu bersama-sama melakukan perbuatan-
perbuatan ksatria demi bangsa dan tanah air akan tetapi jalan
yang ditempuh oleh kaummu dan kaum kami, sangat berbeda.
Mengapa engkau rela masuk ke dalam golongan kita-kita"
Jawablah! Engkau harus menjawab dan memberi keterangan
sejujurnya dan sejelas-jelasnya!"
Sebelum menjawab. Tarupala mengerling kepada
Daniswara. "Aku merasa berhutang budi sangat besar terhadap Kakang
Daniswara. Aku sangat kagum kepadanya dan rela mengabdi
di bawah perintahnya." Daniswara tertawa.
"Di sini berkumpul orang-orang kita sendiri. Saudara
Tarupala engkau boleh berbicara dengan bebas! Baiklah kalau
1408 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau merasa tak enak hati biarlah aku yang mewakili
dirimu. Saudara-saudara sekalian! Bupati Banyumas
mempunyai seorang gadis yang sangat cantik. Mamanya
Antariwati. Gadis itu dan saudara Tarupala, merupakan kawan
semenjak kanak-kanak. Mereka berdua sudah berjanji akan
menjadi suami-istri. Diluar dugaan, Antariwati kena diculik
Sangaji dan dibawa kabur ke Jawa Barat. Setelah dipulangkan
kembali, ternyata ia sudah berubah sikap. Sekarang gadis
yang cantik molek itu berteman dekat dengan adik
seperguruannya sendiri bernama Prajaka Sindungjaya. Karena
bersaingan dengan saudara seperguruannya sendiri, saudara
Tarupala sangat segan. Maka ia minta bantuanku. Aku segera
menyanggupi dan bersumpah hendak merebut kembali
tunangannya itu." Mendengar keterangan Daniswara, dada Manik Angkeran
seakan-akan meledak. Sangaji yang terkenal agung dan
bijaksana masakan bisa difitnah semikian rupa. Alangkah
rendah penilaian Daniswara terhadap Sangaji! Menuruti kata
hati, ingin Manik Angkeran melabrak Daniswara. Tapi lantaran
masih ingin mengetahui siapakah mereka sebenarnya
sedapat-dapatnya ia menahan hati.
Adipati Kuntul Aneba tertawa terbahak-bahak.
"Sama sekali kita tidak menyalahkan saudara Tarupala.
Semenjak dahulu, seorang yang gagah perkasa memang
merasa sulit melawan seorang wanita yang menambat hati.
Ah! Sungguh sepadan! Yang satu putera Bupati Manoreh dan
yang lain puteri Bupati Banyumas. Benar-benar seimbang
kedudukannya! Sama tinggi dan sama-sama muda pula..."
"Tetapi saudara Tarupala." Tiba-tiba Manggalayuda Gagak
Angin ikut berbicara. "Mengapa engkau tidak minta bantuan
gurumu" Bukankah dalam hal ini, gurumu yang lebih tepat?"
"Menurut keterangan saudara Tarupala pada saat ini
gurunya justru bergandengan tangan dengan Sangaji."
Daniswara mewakili Tarupala. "Baik pendekar besar Dipajaya
1409 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maupun Sirtupelaheli, segan mengadakan bentrokan-
bentrokan baru dengan Sangaji. Pada dewasa ini hanyalah
golongan kita saja yang benar-benar bermusuhan dengan
Himpunan Sangkuriang pimpinan siluman Sangaji. Kita semua
mempunyai tenaga cukup untuk menghadapi gerombolan
siluman itu." Manggalayuda Gagak Angin memanggut-manggut
kepalanya. "Memang benar! Setelah Himpunan Sangkuriang musnah
dan Sangaji bisa dibinasakan barulah idaman saudara
Tarupala tercapai." Mendengar pembicaraan yang tak keruan juntrungnya itu
Manik Angkeran sibuk menduga-duga. Sebenarnya apa
maksud Daniswara" Semua kejadian dan peristiwa selalu
dialamatkan kepada Sangaji dan Himpunan Sangkuriang.
Mengherankan lagi ialah sikap Adipati Kuntul Aneba. Semenjak
belasan tahun yang lalu Adipati Kuntul Aneba terkenal sebagai
seorang pendekar gagah perkasa. Mengapa dia kini nampak
tolol dan sama sekali berada dibawah pengaruh Daniswara"
Dalam pada itu Daniswara terdengar berkata lagi.
"Tuanku Adipati Kuntul Aneba perkenankan kami memberi
laporan. Pada suatu hari di dekat Kota Wonosobo kami
berhasil membekuk salah seorang anggota lawan yang
penting. Dia mempunyai hubungan rapat dengan surat wasiat
Titisari dan Sangaji. Karena kedudukannya ternyata
bersangkut paut dengan usaha golongan kita kami memohon
keputusan tuanku Adipati Kuntul Aneba mengenai dirinya."
Setelah berkata demikian, Daniswara menepuk tangan tiga
kali sambil berteriak. "Bawalah masuk tawanan iblis itu!"
Jantung Manik Angkeran memukul. Siapakah yang kena
tangkap" Pada saat itu, empat laskar bersenjata lengkap,
1410 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melompat hampir berbareng dari balik pintu samping dengan
membawa masuk seorang tawanan yang terbelenggu kedua
tangannya. Manik Angkeran merasa pernah bertemu dengan
orang itu, yang berusia sebaya dengan dirinya. Dia seorang
pemuda yang berkulit hitam lekam. Paras mukanya menyala-
nyala lantaran bergusar. Tatkala melewati Daniswara, tiba-tiba
ia membuka mulutnya dan menyemburkan ludahnya.
Daniswara mengelak dan menggampar pipi kiri pemuda itu.
Kena gamparannya, pipi pemuda itu lantas saja menjadi
bengkak. Salah seorang laskar mendorongnya dan
membentaknya. "Binatang! Hayo berlutut dihadapan tuanku Adipati Kuntul
Aneba!" Sebaliknya daripada berlutut, pemuda itu kembali lagi
menyemburkan ludahnya. Kali ini mengarah wajah Adipati
Kuntul Aneba. Lantaran jaraknya sangat dekat dan semburan
itu dilakukan dengan tenaga sakti yang cukup hebat, maka
meskipun Adipati Kuntul Aneba berusaha mengelak tetap saja
gumpalan ludah itu singgah tepat didahi-nya. Daniswara
melompat dan menyapu dengan kakinya dan pemuda roboh di
atas lantai. "Bangsat! Apakah engkau bosan hidup?" bentaknya sambil
berdiri didepan Adipati Kuntul Aneba.
"Hm!" dengus pemuda itu. "Setelah jatuh ke dalam
tanganmu, masakan aku memikirkan hidup lagi."
Setelah Adipati Kuntul Aneba menyeka semburan ludah
yang menempel di dahinya, Daniswara segera mundur
beberapa langkah. "Perkenankan kami memberi laporan kepada tuanku. Bocah
ini adalah salah seorang jago yang paling diandalkan di dalam
Himpunan Sangkuriang. ilmu saktinya berada diatas sekalian
raja-raja muda. Karena itu, kita semua, tidak boleh
memandang rendah kepadanya."
1411 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mula-mula Manik Angkeran heran mendengar keterangan
Daniswara. Tetapi lantas saja tersadar. Daniswara sengaja
mengangkat-angkat kepandaian pemuda itu untuk menolong
kericuhan wajah Adipati Kuntul Aneba. Biar bagaimanapun
juga, semburan ludah pemuda itu yang mengenai dahi Adipati
Kuntul Aneba, benar-benar memalukan. Masakan seorang
pimpinan golongan Tunggulwulung masih tak mampu
mengelakkan semburan seorang tahanan. Ini merupakan
peristiwa yang sungguh aneh! Benar-benar tak masuk akal
pula. Apalagi setelah mendapat hinaan yang hebat itu, sama
sekali tidak memperlihatkan rasa gentar seolah-olah sudah
semestinya disembur ludah demikian rupa. Bahkan pada sinar
wajahnya, ia nampak agak bingung seakan-akan takut kena
terbongkar rahasianya. Dan memperoleh kesan ini, Manik
Angkeran jadi makin heran. Ia merasa bahwa didalam
peristiwa ini pasti terselip suatu latar belakang yang belum
diketahuinya. "Saudara Daniswara, siapakah tahanan itu?" tanya
Darmajaksa Kidang Pananjung minta keterangan.
"Dialah Gandarpati, murid Sorohpati," jawab Daniswara
singkat. Sekarang barulah Manik Angkeran teringat akan pemuda
itu. Dialah murid ayahnya yang pendiam. Semenjak berumur
belasan tahun, ia berpisah karena merantau. Teringat akan
Gandarpati, ia makin menjadi sibuk dan heran. Pikirnya di
dalam hati," Kabarnya dia mati terpenggal menggantikan
kedudukan Paman Wirapati. Mengapa tiba-tiba ia hidup
kembali" Hai! Apakah artinya semuanya ini.
"Aha......! Jadi dia murid Sorohpati?"
Darmajaksa Kidang Pananjung menegas.
"Benar," jawab Daniswara. "Apakah saudara mengetahui,
anak siapa dia sebenarnya" Dialah anak salah seorang raja
muda Himpunan Sangkuriang, Suryapranata."
1412 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu?" seru Darmajaksa Kidang Pananjung dengan nada
girang. "Saudara Daniswara! Jasamu sangat besar!
Perkenankan kami lapor kepada tuanku Adipati, bahwa pada
hari-hari ini, raja muda Suryapranata beruntun-runtun telah
mengalahkan laskar-laskar perjuangan yang lain, sehingga
namanya sangat disegani orang. Pemimpin-pemimpin
laskarnya merupakan jago-jago andalan Himpunan
Sangkuriang. Dua bulan yang lalu, laskarnya berhasil melintasi
perbatasan daerah Cirebon. Sedangkan laskar Raja Muda
Andangkara malang-melintang memenuhi bumi Priangan. Hal
ini berarti, bahwa pengaruhnya membahayakan kedudukan
kita. Tetapi sekarang kita berhasil membekuk anaknya, yang
bisa dijadikan semacam sandera. Suryapranata pasti akan
menjadi jinak dan akan mendengarkan segala perintah kita."
"Binatang! Jangan bermimpi yang bukan-bukan!" kutuk
Gandarpati. "Ayahku seorang gagah sejati. Tidak bakal,
ayahku sudi ditekan oleh manusia-manusia macam kalian.
Ayahku hanya tunduk kepada perintah seorang. Itulah Gusti
Sangaji. Tunggul Wulung hendak berangan-angan melawan
Himpunan Sangkuriang" Huh! Janganlah kalian bermimpi pada
siang hari terang benderang! Kamu semua benar-benar tak
tahu diri. Pemimpinmu itu tidak cukup berharga untuk duduk
berendeng dengan sepatu Gusti Sangaji."
Daniswara tidak menjadi gusar. Ia malahan tertawa lebar.
"Gandarpati! Engkau memuji-muji Sangaji tinggi sekali.
Kami semua sangat kagum dan ingin bertemu dengan Beliau.
Dapatkah engkau membawa kami menghadap?"
Gandarpati! Seorang pendekar jujur dan polos ia tak tahu
akal kelicinan Daniswara. Jawabannya dengan suara
mendongkol. "Gusti Sangaji memikul tugas yang sangat berat. Sekalipun
raja-raja muda Himpunan Sangkuriang sendiri tidak dapat
bertemu dengan Beliau pada sembarang waktu. Apalagi untuk
melayani kamu manusia-manusia gadungan."
1413 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali lagi Daniswara tertawa. "Omong kosong! Engkau
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Bukankah
Sangaji sudah mampus ditangan Kompeni" Hayo, bilang yang
benar! Huh huh! Jangan mencoba menjual cerita burung
dihadap-anku!" "Tutup mulutmu!" maki Gandarpati. "Kompeni Belanda bisa
menangkap pemimpin kami" Huh! huh! Taruh kata Gusti
Sangaji dikepung ribuan tentara, masih bisa Beliau pergi
datang sesuka hatinya. Memang benar pada saat ini Gusti
Sangaji tidak berada ditempatnya. Sebab Beliau bermaksud
hendak menolong Pangeran Diponegoro menyusun laskarnya,
karena terjepit oleh manusia-manusia bertangan kotor... jadi
kau bilang Beliau kena tangkap" E, hem... Tutup mulutmu!"
Tetap saja Daniswara tidak mejadi gusar. Dan tertawa kian
menjadi lebar. Kemudian berkata dengan nada mengejek.
"Mungkin engkau benar, sahabat! Tapi semua orang
mengatakan bahwa Sangaji mampus ditangan Kompeni
Belanda. Karena itu, tak dapat tidak, aku harus percaya
kepada berita itu. Dua tiga bulan yang lalu, warta berita hanya
menyebut-nyebut nama Tatang Sontani, Dadang Wiranata,
Andangkara, Otong Surawijaya, Ki Tun-jungbiru, Dwijendra,
dan Ratna Bumi. Sebaliknya nama Sangaji sama sekali tak
disebut-sebut. Bukankah itu merupakan bukti, bahwa Sangaji
sesungguhnya sudah mampus?"
Paras muka Gandarpati menjadi merah padam. Sehingga
urat-uratnya menonjol keluar. Makinya dengan berteriak
panjang. "Binatang! Janganlah engkau menghina pemimpin kami!
Pada saat ini Beliau berada di Jawa Tengah. Pada suatu hari
Beliau akan muncul untuk menghajar kamu semua satu demi
satu atau berbareng sekaligus."
"Oh...o begitu?" kata Daniswara dengan mata berseri-seri.
"Kalau begitu, benarlah kata orang, bahwa Sangaji berada di
1414 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jawa Tengah. Jadi dia benar-benar hendak membantu
Pangeran Diponegoro. Bagus! Begitu?"
Sekarang sadarlah Gandarpati, bahwa ia kena jebak oleh
lawannya yang pintar itu. Tadi Daniswara mengatakan bahwa
Sangaji sudah mati. Kini hendak mengakui bahwa Sangaji
berada di Jawa Tengah. Malah menegas bahwa Sangaji
sedang membantu usaha Pangeran Diponegoro mengadakan
perlawanan. Dalam hati, Gandarpati menyesal bukan main.
Karena hatinya penuh sesal, maka mulutnya terbungkam.
Setelah berdiam sejenak, Daniswara berkata dengan suara
tawar. "Ilmu kepandaian Sangaji memang boleh juga. Hanya saja
usianya sangat pendek. Setiap orang pandai yang berada di
seluruh persada bumi ini pernah berkata, bahwa usia Sangaji
tidak akan bisa melebihi tiga puluh tujuh tahun."
Tiba-tiba sebatang cabang pohon sawo yang berada
dipekarangan biara itu bergoyang. Manik Angkeran yang
memiliki pendengaran sangat .tajam, lantas saja mendengar
suara bernapasnya seseorang dibalik cabang itu. Sesaat
kemudian, suara napas itu menghilang lagi dan tahulah Manik
Angkeran, bahwa orang itu sudah berhasil mengatur
pernapasannya kembali. "Rupanya dia sudah lebih lama bersembunyi daripada aku.
Ih! Sudah lama dia berada disitu, tetapi aku tidak
mengetahuinya. Pastilah dia memiliki ilmu kepandaian yang
sangat tinggi." Memperoleh pikiran demikian, ia mengawaskan
pohon sawo yang berada di sampingnya.
Diantara silang ranting-ranting dan mahkota daun, ia
melihat ujung baju berwarna hijau. Orang itu bersembunyi
ditempat yang sangat bagus dan warna pakaiannya serupa
sewarna dengan warna daun, sehingga seumpama Manik
Angkeran tidak mempunyai mata yang tajam luar biasa,
pastilah dia tidak akan dapat melihatnya.
1415 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu Gandarpati terdengar membentak dengan
suara gemetaran. "Dusta! Gusti Sangaji seorang pemimpin yang bermurah
hati. Orang yang bermurah hati pasti dilindungi Tuhan.
Memang kini ia berusia kurang-lebih tigapuluh tujuh tahun.
Akan tetapi pasti dia bisa hidup seratus tahun lagi!"
Daniswara menghela napas.
"Aku tidak menyalahkan keyakinanmu. Akan tetapi
seringkali di dunia ini terjadi sesuatu hal diluar dugaan. Aku
mendengar kabar tatkala ia melintasi wilayah Jawa Barat ia
kena tipu muslihat seorang penjahat. Tegasnya ia kena racun
sehingga mati tak berkubur. Tetapi engkau tak usah merasa
heran. Siapa saja yang pernah melihat wajah Sangaji
mempunyai pendapat sama. Yakni bahwa bocah itu tidak akan
tahan hidup melebihi tigapuluh tujuh tahun...."
Sekonyong-konyong ucapan Daniswara terputus. Sebab
hampir berbareng dengan bergoyangnya cabang pohon sawo,
sesosok tubuh berwarna hijau melayang turun sambil
membentak. "Sangaji berada di sini! Siapa bilang aku sudah mati?"
Setelah membentak demikian, orang berbaju hijau itu
melesat keluar paseban. Panglima Halayuda menyambut kedatangannya dengan
menyambarkan tangannya ke arah leher. Tetapi dengan
gerakan yang sangat indah orang itu bisa mengelakkan diri.
Ternyata dia seorang pemuda yang sangat tampan. Dengan
mengenakan ikat kepala persegi empat dan baju berwarna
hijau. Manik Angkeran terkesiap. Segera ia mengenal pemuda itu
bukan Sangaji, akan tetapi Fatimah yang menyamar sebagai
Sangaji. Rupa-rupa perasaan memenuhi dadanya. Kaget,
gusar, cinta dan girang bercampur aduk menjadi satu. Tanpa
1416 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa ia mengeluarkan suara tertahan. Untunglah suaranya
tidak terdengar oleh orang-orang yang sedang menaruhkan
seluruh perhatiannya kepada Fatimah.
Menurut kabar Daniswara pernah bertemu dengan Sangaji
tatkala mengepung Gagak Seta. Tetapi waktu itu, Sangaji
mengenakan pakaian seorang petani. Paras mukanya dibedaki


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan lumpur, sehingga Daniswara tidak bisa mengenal
wajahnya yang benar. Maka itu pada hakekatnya Daniswara
belum mengetahui dengan jelas pribadi Sangaji. Adipati Kuntul
Aneba dan yang lain-lain lebih-lebih setelah mengenalnya.
Mereka hanya mengetahui bahwa pemimpin Himpunan
Sangkuriang adalah seorang pemuda yang berusia kurang
lebih tigapuluh tujuh tahun yang berkepandaian sangat tinggi.
Melihat cara Fatimah mengelakkan diri dengan lincah dan
indah, mereka tidak sangsi lagi. Tetapi Daniswara tidak
demikian. Meskipun hatinya berbimbang-bimbang, namun
Fatimah terlampau cantik untuk menjadi seorang pria. Sebab
usia Fatimah masih begitu muda dan suaranya pun bukan
suara laki-laki. Itulah sebabnya ia lantas membentak.
"Sangaji sudah mampus! Siapa kau" Berani sungguh
engkau bermain gila di hadapan kami?"
"Binatang!" bentak Fatimah dengan gusar." Apa perlu
engkau mencari Sangaji" Sangaji mempunyai rejeki setinggi
langit seluas bumi, dia akan hidup seratus tahun lagi. Setelah
manusia-manusia seperti kamu ini terkubur, ia masih bisa
hidup delapan puluh tahun lagi..."
Mendengar suara Fatimah yang bernada duka, jantung
Manik.Angkeran memukul keras. Mengapa dia menyesal"
Tetapi segera menekan pikirannya. Katanya lagi didalam hati,
Fatimah pengikut Sirtupelaheli. Dia bekerja hanya untuk
kepentingannya sendiri. Mustahil ia memikirkan tentang
Kangmas Sangaji. Sementara itu Daniswara bertanya dengan suara sabar.
1417 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnya, siapa engkau" Kau tak akan dapat
membohongi aku. Kau pasti bukan Sangaji."
"Akulah Sangaji pemimpin Himpunan Sangkuriang," jawab
Fatimah. "Mengapa engkau menangkap bawahanku" Hayoo,
bebaskan dia! Dalam segala hal akulah yang bertanggung
jawab." Tiba-tiba pada saat itu terdengar suara dingin. Dialah
Tarupala, murid Dipajaya.
"Fatimah! Engkau bisa mengelabui orang lain. Tetapi
terhadapku, engkau tak mungkin bisa menipu. Bukanlah
engkau murid Bibi Sirtupelaheli. Kita pernah bertemu dan
berbicara berkepanjangan. Lagi pula, aku kenal wajah Sangaji.
Bukan sebelum dua bulan atau setahun, dua tahun yang lalu,
tetapi baru kemarin saja. Masakan ingatanku tak sanggup
mengingat-ingat pertemuanku kemarin?"
Setelah berkata demikian, dia memutar kepada Adipati
Kuntul Aneba. "Lapor kepada tuanku Adipati. Dia seorang perempuan.
Namanya Fatimah. Dialah murid Sirtupelaheli, bekas istri
guruku. Kabarnya ia mendirikan gerombolan pula. Diantara
pengikut-pengikutnya terdapat orang-orang yang tinggi ilmu
kepandaiannya. Karena itu kita harus siap sedia."
Mendengar ucapan Tarupala, Manggalayudha Gagak Angin
lantas saja bersiul nyaring. Kemudian berteriak memberi aba-
aba. "Halayuda! Saudara-saudara kita yang berada diluar biara
perintahkan bersiap. Hajar semua musuh yang hendak
menerobos ke dalam biara!"
Panglima Halayuda lantas saja mengiakan. Dalam sekejap
mata, terdengar teriakan-teriakan laskar pada keempat
penjuru angin. Mereka bersiap penuh menyambut kedatangan
lawan. 1418 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paras Fatimah agak berubah. Ia bertepuk tangan dan dari
atas tembok melayanglah dua orang, turun ke tanah. Manik
Angkeran terkejut tatkala melihat siapa mereka itu. Ternyata
merekalah Raja Muda Dadang Wiranata dan Otong
Surawijaya. Bagaimana mereka bisa berkenalan dengan
Fatimah. Kapan" Apa pula latar belakangnya" Seketika itu juga
benak Manik Angkeran dirumun teka-teki yang pelik dan sulit.
"Bekuk mereka!" bentak Gagak Angin.
Empat orang perwira lantas saja menerjang berbareng.
Tetapi tentu saja mereka berempat bukan tandingan kedua
raja muda itu.dalam tiga jurus saja mereka semua ter-luka.
Melihat begitu, Halayuda segera turun kegelanggang dan
mengantam Otong Surawijaya dengan pukulan yang
menerbitkan deru angin dahsyat.
Manik Angkeran mengenal pukulan itu. Itulah salah satu
jurus ilmu sakti Kalalodra milik almarhum pendekar Kebo
Bangah. Ia pernah mendengar keterangan kehebatan ilmu
sakti Kalalodra dari mulut Sangaji dan Titisari. Tetapi tatkala
menerima keterangan itu masih belum bisa ia menangkap
intisarinya. Sekarang ia menjadi kagum bukan main sama
sekali tak diduganya, bahwa ilmu sakti Kalalodra demikian
hebat. Dan ternyata panglima Halayuda sudah menyelami
dasar ilmu sakti Kalalodra ciptaan almarhum Kebo Bangah
yang sangat tinggi. Otong Surawijaya tidak mau berayal lagi. Cepat-cepat ia
mengerahkan Aji Ginengnya untuk pukulan itu. "Bres!" kedua
tangan beradu. Pukulan ilmu sakti Kalalodra mengandung
tenaga keras sedang pukulan Aji Gineng mengandung tenaga
lunak dan dingin. Kedua lawan itu sudah berlatih puluhan
tahun lamanya. Tenaga himpunan sakti mereka sudah
mencapai tataran yang tinggi pula. Dalam bentrokan pertama
kali, tenaga mereka kira-kira setanding. Panglima Halayuda
terkejut. Sementara hawa yang sangat dingin menerobos
memasuki lengannya melalui telapak tangannya. Dan kini
1419 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus naik ke atas. Dipihak lain Otong Surawijaya merasakan
hawa panas menyelomot dirinya. Darahnya bergolakan di
sekitar dadanya. Ia terkejut dan memelototi lawannya dengan
pandang berapi-api. Dengan sekilas pandang tahulah dia
lawannya pucat, dan kedua gundu matanya menjadi merah.
Itulah suatu tanda bahwa Halayuda sedang mengerahkan
seluruh tenaganya untuk melawan hawa dingin Aji Gineng
yang menembus urat nadinya.
Otong Surawijaya jadi heran. Katanya dalam hati"tak
kusangka pada hari ini bertemu dengan lawan berat. Untung
juga dia kalah setingkat"Ia segera mengambil keputusan
untuk menyerang lagi. Dia maju selangkah dan menghantam
lagi dengan Aji Gineng. Sengaja ra memberondongi dari
empat penjuru, sehingga Halayuda tak dapat mengelakan lagi.
Satu-satunya yang dapat dilakukan hanyalah menyambut
pukulan Otong Surawijaya dengan mengandal kepada ilmu
sakti Kalalodra. Meskipun tenaga kedua lawan itu kira-kira setanding,
namun sifat tenaga mereka masing-masing agak berbeda.
Kalalodra adalah warisan pendekar Kebo Bangah dan
merupakan ilmu yang murni bersih. Sedang Aji Gineng milik
Otong Surawijaya mengandung hawa dingin yang beracun.
Dalam hal himpunan tenaga sakti kedua belah pihak sama-
sama kuatnya. Tetapi setiap kali tangan mereka beradu,
Halayuda harus menggunakan sebagian tenaganya untuk
membendung dan mengusir hawa dingin yang beracun itu.
Dengan demikian ia harus menggunakan lebih banyak tenaga
dari pada lawannya. Itulah sebabnya, setelah beradu tangan
tiga kali ia lantas berada dibawah angin.
Disudut lain, Dadang Wiranata mulai menggunakan tongkat
bajanya yang termashyur. Ia merabu Manggalayuda Gagak
Angin dan Darmajaksa Kidang Pananjung. Meskipun dikerubut
dua Dadang Wiranata tidak keteter. Dengan hati mantap ia
berkelahi. 1420 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan rasa cemas, Cengkir Pradapa memperhatikan
keadaan panglima Halayuda. Rekannya itu sudah menyelami
ilmu sakti Kalalodra dan dalam kalangan Tunggul Wulung, ia
memiliki himpunan tenaga sakti yang paling kuat. Mengapa ia
sampai keteter" Setelah tujuh kali beradu tangan, napasnya
nampak tersengal-sengal. Ia berada dalam kepayahan sekali.
Panglima Halayuda biasanya tak senang dibantu. Dalam setiap
pertempuran, ia menghendaki dapat menyelesaikan sendiri.
Tetapi sekarang ia menghadapi kekalahan. Bahkan
kemungkinan sekali jiwanya terancam. Daripada menyaksikan
kawannya mati tertumpas Dadang Wiranata, Cengkir Pradapa
menyingkirkan rasa harga dirinya. Biarlah dirinya tercela
sebagai tukang keroyok. Tak mengapa.
Memperoleh keputusan demikian, lantas saja ia
menggerakkan tongkat bajanya menghantam Dadang
Wiranata. Meskipun pukulannya belum bisa dijajarkan seperti
pukulan tongkat Gagak Seta, akan tetapi didalam kalangan
Tunggul Wulung Cengkir Pradapa diakui sebagai seorang yang
berkepandaian tinggi karena membawa-bawa tongkat bajanya
itu. Diapun memang salah seorang jago andalan pula. Begitu
turun tangan, panglima Halayuda dapat bernapas lega dan
mereka berdua lalu mendesak Dadang Wiranata sehebat-
hebatnya. Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya kini turun sendiri,
Fatimah sendiri sebenarnya ingin melarikan diri secepat
mungkin. Namun ia keburu terjebak oleh Daniswara yang
menyerang dengan pedangnya. Dalam keadaan terdesak,
Fatimah melepaskan pukulan-pukulan hebat dari beberapa
ragam ilmu sakti. Seperti diketahui selain menjadi murid
Suryaningrat diapun memperoleh ilmu kepandaian dari
Sangaji, Titisari dan akhirnya Sirtupelaheli.
Bagaikan kilat yang melepaskan tiga serangan berantai.
Yang pertama pukulan ajaran Kyai Kasan Kesambi lewat
gurunya Suryaningrat. Yang kedua tikaman pedang ajaran
1421 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Titisari dan yang ketiga jurus sakti yang diperolehnya dari
Sangaji. Setelah melepaskan tiga serangan sekaligus, masih
kurang puas dia. Seolah-olah tanpa bernapas serangan yang
keempat, kelima dan keenam saling menyusul dengan gesit.
Daniswara kaget bukan kepalang. Dalam kagetnya tak
terburu lagi ia menangkis dan sebagai anak panah pedang
Fatimah meluncur keulu hati. Tetapi pada detik ujung pedang
akan menyentuh kulit dadanya, terdengarlah suara nyaring.
Pedang Fatimah terpukul kesamping. Orang yang menolong
Daniswara adalah Tarupala. Pada detik itu pula Fatimah
segera dikerubut. Semua kejadian itu tak luput dari pandang mata Manik
Angkeran. Ia memperhatikan serangan-serangan Tarupala
yang menggunakan ilmu pedang ajaran pendekar Dipajaya.
Dengan Dipajaya pernah ia mengadu ilmu pedang. Karena itu
segera ia mengenal jurus-jurus yang diperlihatkan Tarupala.
Ternyata pemuda itu sudah dapat menyelami pelajaran
gurunya dengan baik. Dalam pada itu setiap kali ada lowongan, Daniswara
menyerang dari samping dengan pukulan-pukulan ajaran
ayahnya. Dengan demikian meskipun Fatimah mengenal
berbagai macam ilmu pedang tetapi dalam pertempuran
jangka panjang perlahan-lahan ia mulai terdesak.
Menyaksikan hal itu Manik Angkeran jadi berbimbang-
bimbang menolong atau tidak" Menurut kata hatinya, ia
mendongkol terhadap Fatimah. Akan tetapi melihat Fatimah
terancam bahaya, hatinya menjadi gelisah pula.
Tak lama kemudian beberapa jago-jago Tunggul Wulung
mulai turun ke gelanggang. Sedang dipihak Fatimah sama
sekali tiada memperoleh bantuan. Sadar akan hal itu, Otong
Surawijaya berseru kepada Fatimah.
"Fatimah dan Kakang Dadang Wiranata! Mundur kehalaman
dan lari!" 1422 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik," sahut Fatimah. "Tetapi siluman Daniswara ini
mencaci Sangaji. Hatiku tak senang. Sebelum mundur, paman
berdua harus bisa menghajarnya."
"Kau mundurlah dahulu," kata Otong Surawijaya.
"Serahkan siluman itu kepada kami berdua."
"Gandarpati sangat setia kepada Sangaji," ujar Fatimah
pula. Karena itu paman berdua harus menolongnya."
"Baik. Setelah engkau mundur, kami berdua akan
menolongnya," jawab Otong Surawijaya dengan tertawa lebar.
Pertempuran berlangsung terus dengan hebatnya. Tanpa
melepaskan sepatah kata pun juga, Adipati Kuntul Aneba
berdiri menonton dipojok. Mendengar pembicaraan Otong
Surawijaya dan Fatimah, Panglima Halayuda dan Kidang
Pananjung segera berteriak-teriak memberi perintah kepada
sekalian laskarnya untuk mencegat dan menutup semua
penjuru angin. Dengan mendadak saja Dadang Wiranata dan Otong
Surawijaya meninggalkan lawannya masing-masing. Dengan
suatu gerakan kilat, mereka berdua menerjang Adipati Kuntul
Aneba. Perubahan itu sama sekali tak terduga. Meskipun
berkepandaian tinggi, Adipati Kuntul Aneba tak akan dapat
menangkis serangan mereka berdua yang sangat cepat dan
dahsyat. Tetapi lantaran belum takdirnya mati seorang
penolong sudah bersiap sedia. Dialah Daniswara.
Daniswara adalah seorang pendekar yang sangat pintar. Ia
dapat menduga tepat sekali setelah mendengar pembicaraan
Fatimah dan Otong Surawiajaya. Segera ia menghampiri dan
melindungi Adipati Kuntul Aneba. Pada detik yang sangat
berbahaya ia mendorong pundak Kuntul Aneba kebelakang
tiang biara. Pada saat itu juga pukulan Dadang Wiranata
mendarat dan mengenai tiang yang berada didepannya. Kena
pukulan Aji Gineng Dadang Wiranata, tiang itu berderak-derak
1423 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rontok. Kemudian somplak dan hancur bertaburan di atas
lantai. Keadaan menjadi kalut. Semua orang yang lagi bertempur
melompat ke tepi agar tidak tertindih robohan atap yang kini
tidak bertiang lagi. Dengan menggunakan kesempatan itu.
Fatimah segera kabur ke halaman depan dengan dikejar
Tarupala dan Gagak Angin.
Selagi Fatimah hendak melompat pintu pagar, tiga batang
tongkat menyambar kakinya. Hati Fatimah tercekat. Ia
tergencet dari depan dan dari belakang. Dengan mati-matian


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia berhasil mengelakkan dua tongkat yang menyambar
terlebih dahulu. Akan tetapi tongkat yang ketiga tepat
mengenai ujung kakinya. Seketika itu juga ia roboh di atas
lantai. Daniswara yang memburu segera merangsak dengan
pedangnya. Ia membalikkan pedangnya dan berniat hendak
memukul kepala Fatimah dengan gagang pedang agar bisa
menangkapnya hidup-hidup.
Pada saat yang sangat berbahaya itu mendadak saja
tongkat Panglima Halayuda berkelebat menangkis pedang
Tarupala. Dan pada detik itu pula nampaklah sesosok
bayangan manusia melompat keluar dari atas tembok dengan
kecepatan yang sukar dilukiskan.
Tarupala menoleh kepada Panglima Halayuda. Bertanya
dengan suara mendongkol. "Mengapa engkau melepaskan dia?"
"Aku melepaskan dia" Engkaulah yang memukul
tongkatku!" bentak Panglima Halayuda dengan mata melotot.
"E, eh. Bukankah engkau justru yang memukul gagang
pedangku" Mengapa?"
"Jangan mengoceh tak keruan! Cepat! Kejar!"
Mereka berdua segera melompati tembok. Diluar kaki
dinding mereka berdua bertemu dengan seorang perwira yang
1424 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patah kakinya dan tak dapat berdiri lagi. Mereka segera
menghampiri. Kemudian bertanya:
"Kemana larinya perempuan siluman tadi?"
"Perempuan yang mana" Kami tak melihat seorang
manusiapun," jawab perwira itu.
Panglima Halayuda gusar tak kepalang.
"Apa kamu buta" Terang-terangan perempuan siluman itu
melompati tembok." Sambil membangunkan perwira itu, seorang yang bertubuh
besar menjawab: "Sama sekali tiada seorang perempuan yang
melompati tembok! Tuan inilah yang justru melompat keluar."
Panglima Halayuda menggaruk-garuk kepalanya.
"Kenapa engkau melompati tembok?"
"Aku...aku... ditangkap dan dilemparkan," jawab perwira itu
dengan tergagap-gagap. Meneruskan sambil menahan rasa
sakitnya. "Perempuan siluman itu mempunyai ilmu yang
sangat aneh." Panglima Halayuda terhenyak sejenak. Tiba-tiba teringatlah
ia kepada pekerti Tarupala. Dengan wajah gusar ia menatap
wajah Tarupala sambil membentak.
"Mengapa engkau tadi memukul tongkatku" Apa
maksudmu" Baru saja masuk ke dalam laskar Tunggul
Wulung, engkau sudah mencoba-coba main gila terhadapku."
Ditegur demikian, Tarupala meluap darahnya. Akan tetapi
mengingat Halayuda panglima laskar Tunggul Wulung,
sedapat-dapat-nya ia menahan hawa amarahnya.
"Selagi aku memukul kepala perempuan siluman itu,
engkau menangkis senjataku sehingga siluman itu dapat
melarikan diri." 1425 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omong kosong!" bentak Halayuda. Apa perlu aku
menangkis gagang pedangmu" Puluhan tahun aku
mengabdikan diri kepada golongan Tunggul Wulung. Dan
lantaran jasa-jasaku aku kini memperoleh kedudukan sebagai
panglima. Apakah engkau hendak menuduhku aku sengaja
membantu seorang buruan" Sekarang aku bertanya: sebab
apa engkau tidak menggunakan ujung pedangmu untuk
menikamnya" Kenapa berlaga memukul dengan gagang
pedang" Huh! huh... mataku belum lamur. Tak dapat engkau
mengelabui diriku." Sebagai anak murid Dipajaya kedudukan Tarupala hanya
berada di bawah Letnan Suwangsa. Sekalian adik-adik
seperguruannya hormat kepadanya. Apalagi pembantu-
pembantu rumah tangga Dipajaya. Kini atas tekanan
Daniswara, terpaksalah ia masuk kedalam golongan Tunggul
Wulung. Diluar dugaan pada hari pertama ia sudah kena dicaci
Panglima Halayuda. Ia adalah seorang pemuda yang beradat
tinggi, karena dilahirkan sebagai putra seorang bupati.
Meskipun tahu kedudukan Halayuda sebagai seorang panglima
tak dapat lagi ia menahan sabar. Lantas membalas
membentak dengan suara bergemetaran.
"Kau menuduhku main gila" Apa maksudmu" Sebagai
seorang panglima sebenarnya engkau harus bisa
membuktikan tuduhanmu itu. Terang sekali engkau menangkis
gagang pedangku. Di siang hari begini setiap orang bisa
melihatnya." Dengan kata-katanya itu Tarupala hendak berkata kepada
Panglima Halayuda, bahwa orang itulah yang justru main gila
dan sengaja melepaskan Fatimah. Panglima Halayuda ternyata
seorang prajurit berangasan. Sebagai seorang panglima, ia
biasa dijunjung-junjung sangat tinggi. Sekarang ia kena
hinaan. Keruan saja darahnya meluap.
1426 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Binatang!" bentaknya. "Jadi engkau tidak mendengarkan
perkataan seorang panglima" Apakah ditempat ini engkau
masih mau mengandalkan pengaruh Dipajaya?"
Setelah berkata demikian, ia menghantam kepala Tarupala
dengan tongkat bajanya. Dalam kegusarannya, ia
menggunakan tenaga sakti dengan sangat dahsyatnya.
Tarupala segera menangkis tanpa bersegan-segan lagi.
Tongkat Panglima Halayuda yang terbuat dari baja putih,
ternyata sangat ulet dan keras. Babatan pedang Tarupala
tidak dapat memutuskan. Padahal pedang Tarupala adalah
pedang pusaka Kyai Ageng Singkir yang diterimanya kembali
dari Antariwati dan Sindungjaya.
Begitu kedua senjata beradu, telapakan Tarupala Terasa
pedih seperti terbeset. Keruan saja ia kaget setengah mati.
Sama sekali tak pernah diduganya bahwa himpunan tenaga
sakti Panglima Halayuda jauh lebih daripada dirinya.
Sebaliknya lengan Panglima Halayuda kesemutan pula.
Panglima itu memiliki himpunan tenaga sakti demikian kuat
dan tinggi. "Bocah! Berani sungguh engkau melawanku" Apakah
engkau sebenarnya mata-mata musuh yang sengaja dikirim
kemari?" Sambil mengutuk demikian, ia menghantam lagi.
Tiba-tiba sesosok bayangan melompat keluar dari paseban
dan menangkis pukulan Panglima Halayuda! "Kangmas
Halayuda sabar dahulu!" seru bayangan itu. Dan ternyata dia
adalah Daniswara. "Daniswara! Coba pertimbangkan perkara ini!" teriak
Panglima Halayuda. "Dimana perempuan siluman itu?" tanya Daniswara.
"Dialah yang melepaskannya," sahut Panglima Halayuda
cepat sambil menuding Tarupala.
1427 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, bukan aku! Dialah justru yang melepaskannya."
Tarupala membalas tuduhan Panglima Halayuda.
Selagi mereka bertengkar, Dadang Wiranata dan Otong
Surawijaya sudah menerobos keluar. Melihat Fatimah tidak
lagi berada di biara, mereka tahu bahwa gadis itu sudah
berhasil meloloskan diri. Karena itu hati mereka berdua
menjadi lega luar biasa dan lebih mantap. Sambil tertawa riuh
mereka menyerang dengan sepenuh tenaga. Mereka berdua
adalah raja muda yang berani dan mengandal kepada
kemampuan sendiri. Dengan mengumbar adat sekali pukul
empat perwira laskar Tunggul Wulung roboh tak berkutik.
Sewaktu Kidang Pananjung, Gagak Angin dan Cengkir Pradapa
memburunya, mereka sudah kabur jauh.
Yang ketinggalan hanyalah gaung suara tertawanya saja
yang membangunkan bulu roma.
Panglima Halayuda berjingkrak karena gusarnya. "Ubar!"
"Jangan!" cegah Daniswara. "Kakang Halayuda musuh
mungkin menyembunyikan pasukannya yang kuat disepanjang
jalan." Panglima Halayuda tersadar.
"Benar! Kenapa aku begini tolol" Musuh pasti datang
kemari dalam jumlah yang besar. Dua orang saja sudah susah
dilawan. Apalagi apabila mereka merabu berbareng."
Ia kemudian menyatakan rasa terima kasihnya kepada
Daniswara dan kegusarannya terhadap Tarupala pun agak
reda. Sementara itu Manggalayuda Gagak Angin menghitung
anak buahnya. Ternyata tiga belas orang mati dalam tangan
Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya. Tujuh orang terluka
berat dan sembilan orang terluka karena robohnya kena atap
dan tiang biara. Segera ia memberi perintah kepada bagian
pengobatan agar memberi pertolongan kepada orang-orang
yang terluka. Kemudian dengan Darmajaksa Cengkir Pradapa,
1428 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia mengadakan pemeriksaan disekitar biara. Sepuluh laskar
mengawalnya dari belakang.
Dimanakah Fatimah kini berada" Dia dari-mana dan
bersembunyi dimana" Berkecamuknya pertempuran di dalam biara itu tak lepas
dari pengamatan Manik Angkeran. Waktu Tarupala membalik
pedangnya hendak memukul kepala Fatimah dengan gagang
senjata itu, hati Manik Angkeran tercekat. Sebab pukulan itu
bisa jadi ringan, tetapi pun bisa berat. Kalau ringan Fatimah
hanya akan jatuh pingsan. Sebaliknya apabila berat jiwanya
bisa melayang. Pada detik yang sangat berbahaya, tanpa
berpikir panjang lagi ia melompat turun dan mendorong
tongkat baja Panglima Halayuda agar menangkis gagang
pedang Tarupala. la mendorong dengan tenaga ilmu sakti
Maruti Buwana. Selama belasan tahun berada di atas Gunung Cibugis. Ia
mempelajari dan melatih diri dalam beberapa ilmu sakti milik
para raja muda. Dengan mengandalkan nama Sangaji, ia
dapat mewarisi berbagai macam ilmu sakti milik para raja
muda yang bersedia memberikannya dengan ikhlas demi
junjungannya. Dari Dadang Wiranata ia memperoleh Aji
Gineng. Dari Otong Surawijaya ia mendapat Aji Gumbala Geni
dan dari Tatang Sontani ia memperoleh ilmu sakti Tunggul
Wulung dan Maruti Buwana.
Ilmu sakti Maruti Buwana adalah warisan Ki Ageng Tapa
guru Ratu Bagus Boang yang kemudian diturunkan kepada
Ratu Bagus Boang. Pada zaman purba milik Raja Karawelang
yang diwariskan kepada Ratu Angin-angin. Kemudian entah
bagaimana sejarahnya ilmu sakti tersebut tersimpan dalam
perbendaharaan bumi Banten. Ilmu sakti itu konon dikabarkan
berasal dari Hyang Tunggal. Dalam ceritera pedalangan
diceritakan mempunyai kesaktian memutar jagad dan
membalikan bumi. Maknanya yang benar ialah meminjam
tenaga lawan untuk dihantamkan kembali. Kedengarannya
1429 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat mudah. Akan tetapi sesungguhnya sukar dilaksanakan.
Gntuk meyakinkan ilmu sakti tersebut, membutuhkan waktu
tekun selama duapuluh tahun lebih. Akan tetapi Manik
Angkeran telah mendapat bimbingan Sangaji yang mudah
memiliki ilmu sakti warisan Pangeran Semono. Dengan
demikian, ia memperoleh kemajuan pesat sekali.
Kepandaiannya kini berada diatas kepandaian para raja muda
Himpunan Sangkuriang. Itulah sebabnya dorongannya tadi
tidak diketahui oleh tokoh-tokoh yang berilmu tinggi seperti
Panglima Halayuda dan Daniswara. Panglima Halayuda
menduga bahwa Tarupala sengaja memukul tongkat bajanya.
Sebaliknya Tarupala mengira Panglima Halayuda sengaja
menangkis pedangnya. Disaat mereka berdua kaget, Manik Angkeran menyambar
seorang perwira dan melemparkannya keluar tembok, melihat
berkelebatnya seseorang melewati tembok Panglima Halayuda
dan Daniswara mengira Fatimah telah melarikan diri dengan
melompati tembok sementara itu sambil mendukung Fatimah
Manik Angkeran melompat ke atas atap bagaikan kilat.
Pada waktu itu, kegesitan Manik Angkeran, hanya berada
dibawah Sangaji. Katakanlah dia sudah mencapai puncak
tertinggi. Lompatannya seperti terbangnya seekor burung.
Dalam hal ini ada beberapa segi yang menguntungkan Manik
Angkeran sehingga lompatannya tidak terlihat. Pertama, pada
waktu itu sudah lewat lohor dan segala yang berada di bawah
matahari tak terlihat bayangannya lagi. Kedua, para laskar
anggota Tunggul Wulung sedang memburu keluar, sehingga
meskipun beberapa orang merasa ada sesuatu lewat diatas-
nya, tidak menghiraukannya. Ketiga, sekitar biara masih
penuh debu yang memenuhi udara akibat robohnya atap
lantaran tiang agungnya kena dipatahkan Dadang Wiranata.
Keempat, keadaan pada waktu itu sedang kalut. Sedang
kelima tokoh-tokoh yang berkepandaian tinggi sudah
memburu keluar dalam usahanya mengepung Dadang
Wiranata dan Otong Surawijaya serta hendak membekuk
1430 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Fatimah. Inilah beberapa hal yang membuat Manik Angkeran
bisa menolong Fatimah tanpa diketahui oleh siapa -pun juga.
Selagi tubuhnya melayang ditengah udara, Fatimah
membuka matanya. Ia terkesiap, tatkala penolong itu
dikenalnya dengan baik. Hampir saja tak percaya ia kepada
penglihatannya sendiri. "Kau...!" Buru-buru Manik Angkeran mendekap mulutnya. Di kiri
kanan biara penuh dengan laskar-laskar Tunggul Wulung yang
berteriak-teriak mencari musuh. Sudah barang tentu Fatimah
tahu akan hal itu. Akan tetapi dia memang seorang gadis liar
melebihi Titisari. Meskipun kena dekap, masih saja ia
membuka mulutnya. Katanya tak jelas.
"Kau... memang setan! Apakah engkau tetap menongkrong
di atas atap ini" Lari ke selatan! Di sana ada Kilatsih
menunggu....." Mendengar disebutnya nama Kilatsih, Manik Angkeran
heran. Apakah mereka berdua sudah bertemu" Kapan"
Dimana" Tak sempat lagi ia minta keterangan. Melihat laskar
Tunggul Wulung berlari-larian me-ngubar ke arah larinya
Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya, cepat ia melesat


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melalui atap sebelah barat. Kemudian dengan menggunakan
ilmu lari cepatnya, ia terbang bagaikan burung.
Biara itu berada di atas ketinggian. Letak tanahnya seperti
tempurung menungkrap. Disebelah barat terdapat belukar dan
pepohonan. Ke sana Manik Angkeran berseru, p Sebentar saja
tubuhnya telah teraling oleh rimbun semak belukar.
"Hai! Apakah engkau akan menggendongku terus?" tegur
Fatimah. Merah wajah Manik Angkeran. Buru-buru ia menurunkan
Fatimah diatas tanah. "Mengapa engkau berada di sini?"
"Mengapa engkau berada di sini pula?" balas Fatimah.
1431 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manik Angkeran kenal watak Fatimah. Terpaksa ia
tersenyum geli. Katanya seperti kepada dirinya sendiri.
"Baiklah! Kau memang siluman yang susah diurus."
"Apakah kau kira dirimu bukan siluman" Engkau justru iblis
yang patut dikutuki manusia diseluruh jagad ini!" bentak
Fatimah dengan memelototkan matanya.
Mau tak mau Manik Angkeran menghela napas. "Benar!
Memang aku ini iblis! Iblis bertemu dengan siluman. Bukankah
jodoh?" Fatimah memberengut. "Justru karena teringat engkaulah iblis, membuat aku
merasa perlu membantumu. Coba, kalau aku tidak
memperoleh kisikan Kilatsih, aku harus mencarimu seribu
tahun lagi." Terharu hati Manik Angkeran mendengar ucapan Fatimah.
Mereka berdua memang mempunyai kisah latar belakang yang
sangat menarik. Itulah terjadi pada lima belas tahun yang lalu.
Mereka berdua bergaul semenjak masing-masing tumbuh
menjadi pemuda dan pemudi tanggung. Fatimah seorang
gadis pendiam dan lembut.
Manik Angkeran seorang pemuda yang bercita-cita. Dia
tertarik mempelajari ilmu ketabiban. Setiap kali bertemu pasti
membicarakan dan membanggakan kepandaiannya. Fatimah,
meskipun tidak mengerti sekelumitpun tentang ilmu
ketabiban, pandai membawa diri pula. Dengan demikian,
nampaknya mereka berdua akan menjadi pasangan yang
berbahagia, apalagi tidak terjadi sesuatu peristiwa yang ajaib.
Pada suatu hari, hampir seluruh desa jatuh sakit. Kedua
orang tua Fatimah tak terkecuali. Fatimahpun demikian pula.
Dengan berlari-larian ia mencari Manik Angkeran. Lalu
memperlihatkan luka di pundak kirinya.
1432 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau... kenapa?" Manik Angkeran heran.
"Seseorang yang mengenakan topeng melukai lenganku,"
jawab Fatimah dengan suara bergemetaran. "Kata orang, dia
bangsa lelembut." Manik Angkeran tertawa mendengar keterangan Fatimah.
"Fatimah! Bangsa lelembut tidak mempunyai hubungan dan
sangkut-paut dengan penghidupan manusia. Coba
kuperiksanya!" Pada waktu itu malam hari. Di bawah cahaya lentera, ia
melihat dengan jelas bahwa luka dipundak kiri Fatimah adalah
akibat terluka senjata berat. Kain pembalut-nya tak dapat
membendung mengalirnya darah. Fatimah terbatuk-batuk
terus tiada hentinya. Manik Angkeran menjadi heran.
Waktu Manik Angkeran sudah mewarisi seluruh ilmu
ketabiban gurunya, la sudah bisa digolongkan seorang tabib
pandai. Maka begitu mendengar suara batuk Fatimah yang
agak aneh, segera ia tahu bahwa paru-paru Fatimah sebelah
kiri mengalami kekejangan hebat.
"Fatimah! Rupanya engkau kena pukulan seseorang.
Siapa?" "Bukankah sudah kukatakan?" Fatimah membalas bertanya
dengan memberengut. Cepat Manik Angkeran membendung
darah yang terus mengalir dari pundak kiri dan tempat-tempat
tertentu. Fatimah yang biasanya hanya mendengar uraian
tentang ilmu ketabiban dari mulut Manik Angkeran, heran dan
kagum menyaksikan kecekatan dan kepandaian tunangannya
itu. Katanya dengan perasaan kagum.
"Eh, kakakku Manik Angkeran yang manis! Sama sekali tak
kukira bahwa engkau mempunyai kepandaian begini tinggi."
Manik Angkeran tidak menjawab, la hanya tertawa di dalam
dada. Kemudian ia bergegas memasuki desa mengadakan
pemeriksaan. Tatkala memeriksa penyakit yang diderita
1433 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang dusun itu, ia ternganga-nganga keheranan. Makin
teliti, makin aneh sifatnya. Ternyata mereka menderita luka
yang berbeda-beda. Bentuk dan sifat lukanya sangat aneh.
Semuanya belum pernah terdapat dalam pelajarannya
mengenai penyakit demikian. Ada seorang yang luka
jantungnya oleh getaran tenaga sakti. Tetapi urat-urat
nadinya yang penting telah kena tusuk sehingga putus. Jelas
sekali penyerangnya mahir dalam ilmu ketabiban pula.
Sehingga membuat Manik Angkeran susah untuk
mengobatinya. Ada lagi yang menderita paru-parunya. Kedua paru-
parunya kena tancap dua batang paku panjang. Orangnya
terbatuk-batuk terus dan melontakkan darah. Ada seorang lagi
yang patah kedua baris tulang iganya. Namun lukanya tidak
sampai ke jantung atau keparu-paru. Seorang lagi terpotong
kedua tangannya. Tangan kiri yang terpotong itu disambung
di tangan kanan dan tangan kanan disambungkan ketangan
kiri. Sehingga kedua belah tangan itu nampak bengkok tak
keruan macam. Malahan ada lagi seorang yang menderita
bengkak menghijau di seluruh badannya. Katanya hal itu
akibat kena sengat berpuluh-puluh serangga berbisa sebangsa
tawon kuning, ketonggeng, kelabang dan ular.
Keruan saja Manik Angkeran mengkerut-kan keningnya.
Pikirnya di dalam hati, benar-benarkah di dunia ini ada
semacam hantu atau iblis atau siluman yang membalas
dendam terhadap manusia" Kalau dia orang yang terdiri dari
darah dan daging mengapa begini licik dan keji kejam
sehingga menyiksa orang sedemikian rupa" Tiba-tiba hatinya
tergerak. Pikirnya pula, luka yang diderita Fatimah nampaknya
biasa saja. Jangan-jangan dia menderita luka yang aneh pula.
Masakan hanya dia seorang yang dikecualikan dari pada
orang-orang ini" Memperoleh pikiran demikian, ia kembali
memeriksa urat-urat nadi Fatimah.
1434 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja. Segera ia terkejut lantaran denyutan nadi
Fatimah terasa tak teratur. Kadang-kadang cepat kadang-
kadang sangat lemah. Suatu kali bergetaran dan tiba-tiba
menjadi lambat. Teranglah dalam tubuh Fatimah terjadi
sesuatu yang tidak beres. Tetapi apa sebab sampai terjadi hal
demikian" Benar-benar Manik Angkeran tidak mengerti.
Semua yang menderita penyakit demikian berjumlah empat
belas orang. Karena merasa diri tak sanggup menolong
mereka, ia lari minta nasihat gurunya. Setelah memperoleh
nasihat, bergegas ia kembali lagi dan mencoba menolong.
Satu hari satu malam ia bekerja mati-matian. Ternyata ada
hasilnya juga. Namun untuk menyembuhkan benar-benar
hatinya sangat sangsi. Karena penyakit yang mereka derita
sangat aneh dan ruwet. Terhadap orang-orang dusun mungkin sekali ia bisa
bersikap acuh tak acuh. Akan tetapi terhadap orang tua
Fatimah dan Fatimah sendiri ia jadi gelisah. Luka yang diderita
Fatimah jelas akibat keracunan. Bukan saja himpunan tenaga
sakti lawan menggoncang urat nadi tubuhnya saja, tetapi pun
hawa berbisa disalirkan padanya. Tetapi setelah tiga hari tiga
malam Manik Angkeran mencoba mencari kepastian untuk
mengatasi derita Fatimah, ternyata kesehatan Fatimah makin
lama makin baik. la menjadi lega.
Sekarang ia mulai memeriksa Fatimah. Mereka berdua juga
dapat diatasi setelah bekerja membanting tulang selama lima
hari lima malam. Sementara itu Fatimah juga hampir
memperoleh kesehatannya kembali, ia membantunya dengan
tulus iklas. Ini merupakan suatu hiburan tertentu bagi Manik
Angkeran. Tetapi pada suatu pagi, pemuda itu menemukan
kejadian yang mengejutkan.
Air muka Fatimah samar-samar nampak bersemu hitam
gelap. Ia menjadi terkejut. Apakah mungkin lukanya kambuh
kembali dan hawa berbisa yang sudah dibuyarkan-nya bekerja
lagi" Cepat ia memegang urat nadi Fatimah. Ia menyuruh
1435 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meludah dan ia memeriksa air liurnya. Ternyata air liurnya itu
mengandung racun benar-benar, yang lebih berat bekerjanya.
Manik Angkeran jadi kebingungan. Sama sekali ia tak mengerti
bagaimana sebab musababnya.
Kemudian ia mencoba memeriksa yang lain-lain. Mereka
yang tadinya hampir sembuh kembali, ternyata penyakitnya
kambuh kembali sepuluh persen. Tetapi pada keesokan
harinya mendadak saja kambuh kembali dan dalam keadaan
payah sekali. Karena tak paham apa sebabnya, Manik angkeran
bermenung-menung seorang diri. Karena memikirkan
peristiwa yang aneh itu, sampai lewat tengah malam masih
saja ia belum dapat memejamkan matanya. Tiba-tiba ia
mendengar suara langkah di luar jendela menginjak daun
kering. Mendengar suara gemersak diluar itu, terbangunlah
rasa curiganya. Cepat ia mengintip dan melihat seorang
berjalan mengendap-endap dengan . hati-hati.
Manik Angkeran heran. Ia mencoba membuka jendela agar
memperoleh penglihatan yang lebih jelas lagi. Bayangan itu
berkelebat dan menghilang dibalik pohon. Melihat perawakan
dan dandanannya, teranglah sudah bahwa orang itu seorang
perempuan. Keruan saja Manik Angkeran bertambah heran.
Pikirnya di dalam hati, siapa dia" Apakah orang itu yang
melukai mereka semua" Kalau inderaku bisa menangkap
perawakan tubuhnya, pastilah dia bukan iblis ataupun
siluman.... Karena rasa curiganya ia melesat keluar melalui jendela
kamarnya dan dengan ber-jingkit-jingkit ia menguntit orang
itu. Ia melihat bayangan perempuan itu berkelebat memasuki
rumah Fatimah. Dengan rasa cemas Manik Angkeran memburu. Ia
tengkurap di atas tanah dan mengintip ke dalam. Fatimah
tidur di samping kedua orang tuanya. Bayangan orang itu
mengeluarkan sebungkus obat bubuk. Lalu diaduk didalam
1436 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mangkok. Kemudian menaburkan bubuk pada hidung kedua
orang tua Fatimah. Manik Angkeran tercekat. Ia menjadi gusar. Seketika itu
juga tersadarlah dia akan sebab musabab kambuhnya
penyakit-penyakit yang diderita orang-orang itu. Pikirnya di
dalam hati, kiranya setiap malam ia menaburkan bubuk
beracunnya. Pantas penyakit orang-orang ini selamanya tidak
pernah sembuh. Perlahan-lahan Manik Angkeran merayap. Kepalanya
menyentuh dinding rumah. Orang itu jadi curiga. Cepat
melesat keluar jendela dan bayangannya hilang ditelan
malam. Manik Angkeran tidak memedulikan hal itu. Buru-buru ia
bangkit dan memasuki rumah Fatimah. Ia memeriksa
mangkok obat dan menciumnya. Obat itu seharusnya diminum
Fatimah apabila bangun pada pagi hari. Tetapi sekarang ia
mencium bau tajam yang menusuk hidung. Tentu saja
membangunkan Fatimah. Katanya dengan suara perlahan.
"Fatimah! Fatimah!"
Meskipun belum mempunyai ilmu kepandaian tinggi, tetapi
Fatimah adalah murid Suryaningrat. Dalam keadaan tidur,
panca indranya masih bekerja sangat tajam. Mendengar suara
sedikit saja, pasti akan terbangun. Sekarang meskipun Manik
Angkeran sudah memanggilnya berulangkah masih saja gadis
itu tertidur dengan lelap.
Terpaksa Manik Angkeran menggoncang-goncang tubuhnya
beberapa kali. Dan Fatimah terjaga benar-benar. Melihat
Manik Angkeran ia terkejut dan heran.
"Ada apa?" "Ssst! Mari keluar sebentar!" bisik Manik Angkeran dengan
suara tertahan. 1437 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selamanya belum pernah Manik Angkeran membangunkan
Fatimah di tengah malam. Selain itu suaranyapun terdengar
gugup. Tahulah Fatimah bahwa Manik Angkeran menemukan
sesuatu yang penting. Segera itu ia mengikuti pemuda itu
keluar rumah. "Fatimah!" kata Manik Angkeran kemudian. "Jangan kau
minum obat itu. Seorang telah memasukkan racun
kedalamnya. Kau buang saja ke tanah. Besok pagi aku akan
berbicara lagi lebih jelas padamu."
Fatimah mengangguk dan lantaran khawatir kepergok,
Manik Angkeran segera mengundurkan diri. Sepanjang
perjalanan pulang ke rumah, tak henti-hentinya ia memikirkan
tentang bayangan yang dilihatnya itu. Melihat perawakannya
terang sekali bayangan perempuan. Sayang mukanya tidak
jelas karena mengungkurkan dirinya.
Keesokan harinya ia membawa Fatimah menyendiri.
"Engkau pernah menyinggung-nyinggung seorang
perempuan yang mengenakan topeng. Sebenarnya siapa dia"
Apa sebab dia menaruh racun di dalam mangkok obatmu" Ada
permusuhan apa denganmu?"
Fatimah menjadi bingung oleh pertanyaan itu.
"Aku dan dia selamanya belum pernah kenal. Bahkan
sampai hari ini belum jaga aku melihat mukanya. Bagaimana
engkau bisa berkata aku bermusuhan dengan dia?" Fatimah
diam sejenak. "Memang beberapa hari yang lalu, Ayah pernah
kedatangan seorang perempuan yang cantik luar biasa.
Namanya Sirtupelaheli. Dia minta kepada kedua orang tuaku,
agar menyerahkan aku kepadanya untuk menjadi muridnya.
Tentu saja kedua orang tuaku tidak mengizinkannya, karena
aku sudah menjadi murid guru Suryaningrat. Kakakku sendiri,


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wirapati, murid Kyai Kasan Kesambi. Teganya saudara
seperguruan guruku. Eyang guru Kasan Kesambi,
menganggap kita sebagai keluarganya sendiri dan perempuan
1438 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tidak berkata sesuatu apapun juga. Ia pergi dengan diam
diri. Apakah engkau mengira dialah sebenarnya yang
meracuni" Aku kira bukan! Sebab dia seorang yang halus budi
dan sopan santun. Andaikata, tenar apakah alasannya ia
hendak mencelakai diriku?"
Manik Angkeran menundukkan kepala. Katanya seperti
kepada dirinya sendiri. "Aku telah mencium obat yang berada dalam mangkokmu.
Jelas sekali obat itu mengandung racun tajam. Sebenarnya,
racun itu mempunyai kasiat untuk menyembuhkan luka dalam.
Tetapi apabila kadarnya terlalu berat, sangat berbahaya bagi
yang meminumnya. Walaupun tidak sampai membahayakan,
akan tetapi akan membuat penyakitmu semakin susah
kusembuhkan." "Tetapi engkau berkata yang lain-lainpun mengalami
kambuh juga," bantah Fatimah. "Seumpama orang itu
bermusuhan dengan aku apa sebab membuat susah yang lain-
lainnya pula?" Alasan Fatimah masuk akal, Manik Angkeran menjadi
bingung juga. Sambil termenung-menung, ia berkata:
"Sebenarnya hal itu tiada sangkut-pautnya dengan diriku.
Tegasnya aku tidak boleh percaya kepadamu, tentang
perempuan itu. Hanya saja munculnya bayangan yang aku
lihat semalam sangat mencurigakan. Perawakan tubuhnya
jelas sekali seorang perempuan. Sayang aku tidak melihat
mukanya." Setelah pembicaraan itu, Manik Angkeran mondar-mandir
didalam kamarnya, sampai sore hari tiba. Mendadak
berbareng dengan datangnya petang hari, sebilah belati
menancap pada tiang rumah. Buru-buru ia melompat keluar
pintu. Sama sekali ia tak melihat sesuatu. Maka dengan rasa
penuh kecurigaan ia balik memeriksa belati yang menancap
pada tiang rumah itu. Ternyata pada pangkalnya bergantung
1439 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seuntai benang dengan sepucuk surat. Takut apabila surat itu
mengandung racun, ia mengambilnya dengan menyelubungi
tangannya. Setelah itu ia membukanya dan membacanya.
Pendek saja bunyinya. Besok pagi semua orang termasuk orang tua Fatimah
kuambil jiwanya. Apabila engkau menghendaki jiwa Fatimah,
jangan engkau mencoba mendekati!
Surat itu tiada tanda tangannya. Tetapi jelas sekali tulisan
seorang perempuan. Manik Angkeran menjadi terlongong-
longong. Untuk membuktikan bunyi surat itu, bergegas ia
memasuki kampung dan mengadakan pemeriksaan terhadap
orang-orang dusun yang menderita sakit aneh itu. Mereka
dalam keadaan baik-baik saja. Untuk menjaga mereka ia
memutuskan hendak berjaga semalam suntuk.
Pada malam hari itu ia membawa beberapa teman beronda.
Tetapi tepat pada tengah malam hari, seorang memukul
kepalanya. Ia jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Tak lama siuman kembali, fajar hari telah tiba. Kepalanya
terasa pening dan telinganya pengang. Dengan memegang
kepalanya, ia berjalan tertatih-tatih memeriksa mereka yang
menderita sakit. Ya Allah! Ternyata mereka sudah tak
bernyawa lagi. Dengan badan bergemetaran ia berlari-larian
menuju rumah Fatimah. Apa yang dilihatnya benar-benar
mendebarkan hatinya. Ia melihat Fatimah tergolek disamping
tempat tidur orang tuanya. Bergegas ia menghampiri.
Ternyata kedua orang tua Fatimah telah tewas.
Betapa hancur dan gugup hatinya tak ter-perikan pada saat
itu. Dengan tangan bergemetaran ia memeriksa urat-urat nadi
Fatimah. Syukur, Fatimah tiada kurang suatu apa. Maka
benarlah bunyi surat itu.
Fatimah tidak disentuhnya. Pikirnya di dalam hati, dia
bilang apabila aku menghendaki jiwa Fatimah, aku harus
menjauhinya. Rupanya dia membuktikan kata-katanya. Kalau
1440 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu, demi jiwa Fatimah, biarlah aku untuk sementara
menjauhinya. Memperoleh pertimbangan demikian, ia kembali ke rumah
dengan hati hancur. Pada keesokan harinya, di seluruh dusun
kedengaran bertaluhnya kentong tanda kematian sebagian
penduduknya dengan cara mendadak. Tentu saja hal itu
membuat gempar desa-desa di kiri kanannya. Orang datang
berbondong-bondong menyaksikan. Manik Angkeran tak
terkecuali. Setelah upacara penguburan selesai, Manik Angkeran
mencoba menghibur hati Fatimah yang nampak membisu.
Diluar dugaan, begitu melihat dirinya, tiba-tiba gadis itu
berubah akalnya. Ia mengutukinya dan memakinya sebagai
iblis dan setan. Kemudian mengusirnya pergi.
"Engkaulah yang membuat mati kedua orang tuaku!
Engkau membunuh! Engkaulah berlaga pandai seperti seorang
juru selamat. Kau jahanam...!"
Hati Manik Angkeran terpukul. Ia sedih, pilu, terharu, malu,
bingung dan penuh sesal. Apakah perubahan akal Fatimah itu akibat pekerti orang
yang memberi surat lewat belati terbang semalam" Bukan
main masgul hatinya. Maka ia berjanji, hendak merantau
mencari pengetahuan tentang ilmu ketabiban yang lebih tinggi
lagi. Ia pun berjanji kepada dirinya sendiri hendak mencari si
biang keladi, sampai bisa mentaklukkannya.
Pada keesokan harinya, ia meninggalkan desanya pergi
merantau sampai ke Jawa Barat. Dan bertemu dengan tabib
sakti bernama Maulana Ibrahim.
Demikianlah, teringat akan pengalamannya itu, Manik
Angkeran mengamat-amati Fatimah. Menghadapi
tunangannya kali ini, hatinya tidaklah sekecil dahulu lagi.
Sebab kini ia telah menggenggam obat pemunah-nya seperti
yang diberikan kepada Dipajaya dan Sirtupelaheli.
1441 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Limabelas tahun yang lalu engkau menyinggung-
nyinggung nama Sirtupelaheli. Ternyata dialah biang
keladinya. Syukur, semuanya telah beres. Tinggal engkau
seorang! Tapi engkau tak usah takut, Fatimah! Tuhan
mengabulkan kata hatiku, untuk bisa memunahkan racun yang
mengeram di dalam dirimu. Sayang, kedua orang tuamu
sudah keburu meninggal."
Dengan kata hati itu ia berkata menguji kepada Fatimah.
"Fatimah! Engkau menyebut nama Kilatsih! Tahukah
engkau, siapa Kilatsih."
"Kenapa tidak" Bukankah Kilatsih murid si tolol Sangaji?"
sahut Fatimah galak. Manik Angkeran tidak mengetahui, apa sebab Fatimah
selalu memanggil Sangaji dengan sebutan si tolol! Ia mengira
Fatimah masih berubah akalnya seperti limabelas tahun yang
lalu. "Dia murid Adipati Surengpati."
"Hmm!" dengus Fatimah." Jangan engkau mencoba
mengelabuiku!" "Siapa yang mengelabui dirimu" Engkau bisa minta
keterangannya sendiri."
"Siapa saja di dunia ini bisa mengaku sebagai murid Adipati
Surengpati," bentak Fatimah. "Baiklah, biar kuujinya. Kalau dia
bisa menangkis tiga kali tikaman pedangku, ha, barulah benar-
benar murid Adipati Surengpati."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba ia lari kencang. Manik
Angkeran jadi pilu dan bersedih hati. Kekasihnya itu benar-
benar belum tertolong. Segera ia mengejarnya dari belakang.
Dalam hal ilmu berlari, tentu saja ia jauh berada diatas
Fatimah. Akan tetapi ia sengaja membiarkan dirinya berada di
belakang untuk mengamat-amati.
1442 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi, benarkah Fatimah belum memperoleh pribadinya
semula" Setelah Sirtupelaheli memperoleh pedangnya
kembali, pendekar wanita itu ingin membuat jasa terhadap
Manik Angkeran demi pernyataan rasa terimakasihnya.
Sebagai seorang pendekar wanita yang berpengalaman, tak
sudi ia membuat pengakuan tentang beradanya Fatimah di
depan orang banyak. Apalagi, dihadapan barisan serdadu-
serdadu. Tetapi begitu berada diluar halaman rumah
pesanggrahan Dipajaya, segera ia mengajak Gagak Seta dan
Dipajaya menjenguk Fatimah.
Ia menyatakan kebebasan Fatimah. Tidak lagi gadis itu
wajib tunduk dan taat kepadanya lagi. Karena diperkuat oleh
Gagak Seta, Fatimah mau percaya. Bahkan dia tak
membantah, tatkala Sirtupelaheli, mengurut-urut urat nadinya
dan mengembalikan kesehatannya.
"Sekarang, pergilah engkau mencari Manik Angkeran!" kata
Sirtupelaheli dengan suara ramah.
Fatimah tercengang. Inilah untuk pertama kalinya ia
mendengar keramahan gurunya yang memaksanya berguru
kepadanya. Selain tercengang, ia curiga pula. Bukankah
gurunya dahulu pernah hendak membunuhnya"
Untunglah, disamping gurunya, berdiri Gagak Seta. Orang
tua itu, dengan singkat, menjelaskan latar belakang terjadinya
kedamaian itu. Mendengar keterangan Gagak Seta, air mata
Fatimah mengucur oleh rasa syukurnya. Dengan serta merta
ia memeluk kedua lutut gurunya.
"Sudahlah! Sudahlah!" kata Sirtupelaheli. "Disana engkau
akan bertemu dengan Sangaji dan Kilatsih pula. Nah, pergilah
dengan damai! Selanjutnya, kepada merekalah engkau
mencari perlindungan!"
Setelah gurunya berlalu, segera Fatimah mencari Sangaji.
Manik Angkeran dan Kilatsih dipesanggrahan Dipajaya. Tetapi
ia tak menemukan mereka bertiga. Merekapun tidak
1443 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan tanda-tanda arah ke-mana perginya. Ia tadi
nyaris berputus asa. Maklumlah, lima belas tahun lamanya, ia
berada dalam keadaan setengah di bawah sadar. Sekarang
setelah semuanya menjadi jelas, rasa rindunya terhadap
kedamaian, serasa tak tertahankan lagi. Dengan harapan
penuh ia akan bisa bertemu dengan
Manik Angkeran dengan segera, akan tetapi ia dikecewakan
oleh keadaan. Syukurlah.Tuhan Maha Pengasih. Dadang Wiranata dan
Otong Surawijaya yang sedianya hendak berangkat ke Jawa
Barat, tiba-tiba balik kembali ke pesanggrahan dengan
maksud menemui Sangaji untuk membuat laporan.
Sebagaimana diketahui, kedua raja muda itu bermata tajam
dan usilan. Mereka melihat gerakan gerombolan Tungul
Wulung yang mencurigakan.
Mereka berdua pernah melihat Fatimah tatkala gadis itu
dirawat di Pulau Karimun Jawa. Maka pertemuan itu membuat
perjalanan Fatimah menjadi lancar. Ia disuruh menunggu
dipesanggrahan dengan ditemani Senot Muradi. Sedang
Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya segera mencari
Sangaji. Sewaktu mereka bertemu dengan Sangaji di
penginapan, Manik Angkeran dalam keadaan tidur pulas.
Setelah mereka mengadakan laporan, Sangaji segera memberi
perintah kepada Kilatsih agar mendahului mengadakan
penyelidikan terhadap gerombolan Tunggul Wulung bersama
Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya.
Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya membawa Kilatsih
menemui Fatimah terlebih dahulu. Mendengar kabar bahwa
Sangaji memberi perintah kepada Manik Angkeran dan Kilatsih
untuk menyelidiki gerombolan Tunggul Wulung, Fatimah tak
bersabar lagi. Ia lantas menawarkan diri dan minta agar
Kilatsih menunggu di pesanggrahan dengan Senot Muradi.
Kilatsih tahu diri. Ia mengerti keadaan hati Fatimah. Maka ia
menyetujui, malahan mulai menggodanya pula.
1444 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Fatimah tidak sakit hati. Ia malahan seperti tergelitik
hatinya. Maka dengan penuh napsu ia berangkat mengadakan
penyelidikan dengan Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya.
Demikianlah, ia bertemu dengan Manik Angkeran, setelah
mengadakan pengacauan rapat gerombolan Tunggul Wulung
beserta Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya. Dasar sudah
pernah diperanankan sebagai gadis liar selama limabelas
tahun, maka meskipun sudah memperoleh kesadarannya
kembali. Fatimah belum pulih pribadinya seperti sedia kala.
Ia mudah tersinggung, sebab jawabnya dalam tekanan
terus-menerus selama lima belas tahun. Mendengar
keterangan Manik Angkeran bahwa Kilatsih murid Adipati
Surengpati, hatinya tak senang. Hal ini disebabkan oleh lagu
suara Manik Angkeran yang terdengar mengagumi. Katanya di
dalam hati, masakan aku tetap kau pandang sebagai manusia
lemah, seperti dahulu" Dan terdorong oleh rasa hati yang
bergolak itu, ia lari semakin cepat.
Demikianlah, tatkala tiba dipesanggrahan Dipajaya, Dadang
Wiranata dan Otong Surawijaya sudah berada pula ditempat
itu. Mereka semua menyambut kedatangan Manik Angkeran
dan Fatimah dengan gembira. Diluar dugaan, Fatimah datang-
datang terus membentak kepada Kilatsih.
"Kau benar-benar sudah mewarisi ilmu Adipati Surengpati"
Coba, hunus pedangmu!"
Keruan saja Kilatsih terheran-heran. Akan tetapi ia seorang
gadis yang cerdas. Teringat kepada hubungan antara
Sirtupelaheli, Gagak Seta, dan Dipajaya yang menyinggung-
nyinggung pula tentang Fatimah, ia yakin tentu ada sesuatu
yang tidak beres. Cepat ia berpaling kepada Manik Angkeran
memberi isyarat mata dan gerakan-gerakan sandi. Maka ia
menyahut dengan tenaga. "Bibi! Bahwasanya aku murid Adipati Surengpati, bukankah
Bibi sudah mengetahuinya?"
1445 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus!" seru Fatimah bertambah galak. "Mengapa tak kau


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hunus pedangmu" Aku ingin membuktikan."
Kembali Kilatsih kebingungan. Ia mengerling kepada Manik
Angkeran dan melihat pemuda itu mengangguk kecil. Maka
dengan tertawa ia menyahut.
"Apakah kita akan mencoba-coba ilmu kepandaian kita?"
"Apakah mulutku tidak berharga kau dengar?" bentak
Fatimah. "Kalau begitu maafkan!" kata Kilatsih sambil menghunus
pedangnya. "Hai! Hai! Apakah artinya ini?" seru Senot Muradi.
"Artinya kita akan bertempur," sahut Kilatsih dengan
tertawa lebar. Senot Muradi beranjak. Ia hampir saja tidak mempercayai
pendengarannya sendiri, tatkala hendak membuka mulutnya
lagi ia melihat pedang mata kuda gurunya. Terus saja ia
membungkam. Fatimahpun bersikap. Maka keduanya lantas berdiri
berhadap-hadapan. Pada waktu itu rembang petang tiba.
Senot Muradi segera memasang obor dikiri-kanan halaman
sehingga menjadi terang. Untung angin tiada sehingga obor
menyala dengan tenangnya. Dengan demikian kecerahan
halaman tidak terganggu. "Bibi baru datang dari jauh. Meskipun aku datang dari
Karimun Jawa akan tetapi pada saat ini aku berhak menjadi
penerima tetamu," kata Kilatsih. "Karena tuan rumah tidak
boleh lancang terhadap tetamu silakan Bibi yang memulai
terlebih dahulu." Fatimah tidak mau memakai peraturan lagi.
"Baiklah akan kuperlihatkan ilmu pedangku yang buruk." la
lantas menyerang. Meskipun berandalan sebenarnya pribadi
1446 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Fatimah lembut dan pendiam. Karena itu ia menikam dengan
hati-hati. Sebaliknya Kilatsih tidak begitu bersungguh-
sungguh. Ia menangkis asal jadi saja.
Fatimah tersinggung oleh perlakuan Kilatsih.
"Kau anggap apa aku ini" Pedang tidak mempunyai mata!
Kalau sampai ujung pedangku menikam dadamu jangan
salahkan siapa saja."
Fatimah memang berkelahi dengan sungguh-sungguh kini.
Ia mengelakkan dengan tangkisan. Berbareng dengan itu ia
melesat ke samping. Pada detik lain ia sudah berada di
belakang Kilatsih. Gesit luar biasa gerakannya. Tanpa beragu-
ragu lagi ia menikam punggung.
Menghadapi tikaman Fatimah yang sungguh-sungguh,
barulah Kilatsih terkejut. Pikirnya didalam hati"Ah rupanya
dia mengajak bertanding benar-benar!"la memutar tubuhnya
dan pedangnya ditangkis-kan. la menggunakan jurus ilmu
sakti Witaradya. Dengan jurus itu ia dapat menggagalkan
serangan Fatimah. Kini Kilatsih bersungguh-sungguh. Segera ia membalas
menyerang, dengan jurus-jurus yang sebat luar biasa"yang
menjadi sasaran adalah jalan darah tertentu pada titik-titik
urat nadi Fatimah. "Bagus!" seru Fatimah dengan pujiannya, la mengelak
sambil memutar tubuhnya. Setelah itu dengan memutar
tubuhnya pula pedangnya menikam, la mengadakan serangan
balasan. Kilatsih melihat lowongan. Cepat ia mengangkat pedangnya
menabas. Tiba-tiba teringatlah dia bahwa pedangnya adalah
pedang mustika. Sungguh buruk apabila dia menabas pedang
Fatimah sampai putus. Tengah ia berpikir, angin pedang
Fatimah telah menyambar. Segera ia mengelak. Lantas ia
merasakan pedang Fatimah lewat diatas rambutnya disamping
1447 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuping. Bagaikan kilat ia menjejakkan kakinya dan melesat
mundur sampai empat langkah.
Fatimah benar-benar gesit. Dalam sekejapan saja ia
melompat menyusul. "Kilatsih! Jangan engkau bersegan-segan!"
Selagi mulutnya berkata demikian, ia membarengi
menyerang. Benar-benar ia tidak segan-segan. Dengan
beruntun ia mendesak tiga kali sekali.
Mau tak mau Kilatsih menjadi terbangun semangatnya
untuk melayani Fatimah. Kalau tidak, ia bakal terdesak. Selang
dua puluh jurus barulah ia dapat meloloskan diri dari
rangsakan Fatimah. la merasa ilmu pedang Fatimah luar biasa
sifatnya. Sebentar saja tigapuluh jurus lewatlah sudah. Sampai pada
waktu itu kekuatan mereka berdua berimbang. Keduanya
dapat bergerak dengan lincah dan gesit.
Kilatsih melayani gerakan pedang Fatimah dengan berhati-
hati dan benar-benar ia merasa heran. Menurut kabar Fatimah
dahulu murid Suryaningrat. Tetapi dalam adu kepandaian ini
sampai seratus jurus masih belum dapat ia menerka ilmu
pedang apa yang digunakan Fatimah. Apakah hal itu berkat
ajaran Sirtupelaheli yang ada di zaman tiga puluh tahunan
yang lalu merupakan seorang pendekar wanita tiada
tandingnya" Ia merasa bersyukur. Coba apabila selama dua
tahun ini ia tidak memperoleh kemajuan pesat mungkin sukar
sekali ia melayani kegagahan Fatimah.
Pertandingan berlangsung terus. Karena perhatiannya yang
sungguh-sungguh mulailah Kilatsih dapat meraba-raba ragam
ilmu pedang Fatimah. Ia melihat tiga dasar keragaman: ilmu
pedang Mayangga Seta ajaran Kyai Kasan Kesambi, Retno
Dumilah ilmu sakti Gagak Seta, serta corak gerakan ilmu
pedang Sirtupelaheli yang pernah dilihatnya tatkala melawan
anak-anak murid Dipajaya.
1448 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senot Muradi mengikuti pertarungan itu dengan hati
cemas. Tentu saja ia mengharapkan Kilatsih yang menang
dalam perkelahian itu. Akan tetapi pertarungan itu nampaknya
bertele-tele sehingga tak tahu ia kapan berakhirnya.
Selagi ia termangu-mangu menunggu akhir pertempuran
itu, mendadak terdengarlah suara, "Trang!" la kaget dan
secara wajar ia berpaling serta menajamkan matanya. Itulah
suara dua pedang Kilatsih dan Fatimah yang saling
berbenturan akibat perubahan serangan Fatimah. Mendadak
gadis ini merangsak sehingga Kilatsih harus mempertahankan
diri dengan sungguh-sungguh. Suara itu berbunyi setelah
menangkis serangan Fatimah yang dahsyat. Akibatnya pedang
Fatimah terkutung. Tetapi dengan cekatan Fatimah masih
dapat memukul. Pedang Kilatsih kini terpental ke atas terlepas
dari pegangan. Mulanya, Senot Muradi, Dadang Wiranata dan Otong
Surawijaya hendak berseru girang atas kemenangan Kilatsih.
Hanya belum sempat mereka berseru, tiba-tiba pedang
Kilatsih terbang pula ke udara. Mulut mereka yang hendak
bergerak, batal seketika. Sampai disitulah pertandingan
selesai. "Kilatsih! Benar-benar engkau hebat. Benar-benar engkau
murid Adipati Surengpati. Tetapi aku mendengar kabar,
engkau memperoleh warisan pula dari Titisari, dalam hal
menggunakan senjata bidik. Aku-pun ingin sekali berkenalan
dengan kepandaianmu itu."
Kilatsih senang dengan tantangan itu. Dalam
pertandingannya yang seru tadi, ia merasa tidak puas. Sebab,
ia menang karena menggunakan pedang mustika, sedang
Fatimah hanya berpedang biasa.
"Bibi!" sahutnya. "Memang benar aku menerima warisan
Ayunda Titisari. Akan tetapi belum mahir benar. Mudah-
mudahan aku bisa meladeni Bibi."
1449 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau jangan terlalu merendahkan diri! Nah, marilah kita
meniru pertandingan para ksatria pada zaman kuno."
"Apa itu?" Kilatsih heran.
"Kita atur begini." Fatimah menjelaskan. "Bidik aku dengan
senjata bidikmu tiga kali berturut-turut. Andai kata aku
berhasil meloloskan diri, barulah aku membalas dirimu dengan
serangan tiga kali beruntun pula. Jika kedua-duanya kita
gagal, nah, barulah kita saling menyerang. Kita saling
menyerang dengan cara sebebas-bebasnya. Serangan, itu
baru berhenti apabila sudah ada keputusan siapa yang lebih
kuat dan yang lemah."
Mendengar keterangan itu, Kilatsih tertawa.
"Kalau aku yang menyerang lebih dahulu, bukankah aku
yang berada diatas angin?"
"Tak apalah. Bukankah seorang bibi harus berani mengalah
kepada keponakannya?" sahut Fatimah dengan sungguh-
sungguh. "Kilatsih! Jangan engkau rewel. Mulailah!"
Kilatsih berpaling kepada Manik Angkeran. Begitu melihat
pemuda itu menganggukkan kepalanya, segera ia
mengeluarkan tiga biji sawonya yang termashyur. .
Setelah memberi hormat kepada Fatimah, ia berkata:
"Baiklah, Bibi. Maafkan saja keponakanmu yang kurang ajar
ini." Dengan menggerakkan kedua jari tangannya, Kilatsih
melepaskan biji sawonya. Dengan suara meraung, biji sawo
menyambar. Melihat berkelebatnya biji sawo Fatimah
memutar badannya dan biji sawo itu lewat disamping
telinganya. Berbareng dengan gerakannya itu, ia melolos ikat
pinggangnya yang terbuat dari kulit tipis.
Pada saat itu Kilatsih melepaskan biji sawonya yang kedua.
Fatimah tidak bergerak mengelak seperti tadi. Kali ini hanya
melepaskan ikat pinggangnya. Biji sawo itu dapat digulungnya
1450 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti garam tercebur di dalam laut. Hilang begitu saja tanpa
bekas. Terperanjat hati Kilatsih menyaksikan hal itu. Segera ia
sadar akan keteledorannya. Kali ini ia membidik dengan
menambah tenaganya. Gerakannya sebat pula dan bidikannya
terlepas dengan tiba-tiba. Yang diarah adalah urat nadi
pergelangan tangan. "Bagus!" seru Fatimah dengan gembira. "Kau benar-benar
murid Adipati Surengpati yang termasyhur."
Mulutnya berseru demikian akan tetapi tubuhnya berputar
dengan lincah sekali. Ikat pinggangnya berkelebat bagaikan
tabasan pedang. Kemudian terdengarlah suara bentrokan
nyaring. Itulah perbuatannya. Dengan meminjam biji sawo
yang ditangkapinya tadi, ia menangkis biji sawo Kilatsih yang
ketiga. Tepat tangkisannya, sehingga kedua biji sawo itu
berbenturan. Dan kedua-duanya mental runtuh diatas tanah.
Biji sawo Kilatsih mengalami perubahan bentuknya setelah
berada ditangan Adipati Surengpati. Meskipun tidak
mengandung racun, akan tetapi Adipati Surengpati
menajamkan ujungnya sehingga mirip mata pisau. Sasaran
yang kena bidik biji sawo Kilatsih pasti tertembus. Maka
sangatlah mengherankan, Fatimah ternyata dapat
menangkapnya dengan pelanginya. Lebih mengherankan lagi,
ia bisa menggunakan biji sawo yang ditangkapnya tadi, untuk
menangkis biji sawo Kilatsih yang ketiga kalinya. Semua yang
menyaksikan kagum bukan main. Dadang Wiranata dan Otong
Surawijaya yang sudah kenyang makan garam, menyatakan
rasa kagumnya dengan terang-terangan. Tak usah dikatakan
lagi, Kilatsih demikian pula.
Sekarang giliran Fatimah. Setelah mengenakan ikat
pinggangnya kembali. "Terimakasih Kilatsih! Engkau mengalah untukku."
1451 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba saja tangannya bergerak. Dan senjata bidiknya
menyambar tanpa suara. Untung Kilatsih bermata tajam, la menunggu sampai
senjata bidik Fatimah menghampiri dirinya. Kemudian dengan
tiba-tiba pula ia mengelak dengan gerakan yang lincah sekali.
Kelincahan dan kegesitannya tak usah kalah apabila
dibandingkan dengan kesebatan Fatimah. Menyaksikan hal itu,
Senot Muradi bersorak memuji setinggi langit.
Belum lagi suara sorak-sorai Senot Muradi sirap, Fatimah
sudah menyerang untuk kedua kalinya. Kali ini senjatanya
mengaung nyaring. Sebelum tiba pada sasarannya, berputar
terlebih dahulu di udara. Kemudian berbalik dengan mendadak
dan menyambar Kilatsih. Dengan mata yang tajam, Kilatsih sekarang dapat melihat
senjata bidik Fatimah dengan jelas. Itulah senjata bidik mirip
sebatang jarum, akan tetapi mempunyai bentuk seperti anak
panah kecil. Tak terasa ia memuji.
"Bagus!" Cepat ia bergerak. Ternyata senjata bidik Fatimah berputar
mengitari dirinya tiga kali berturut-turut. Lalu mengubar
seperti mempunyai mata. Tetapi Kilatsih dapat mengelakkan
dan senjata bidik Fatimah runtuh di atas tanah.
"Benar-benar hebat!" Lagi-lagi ia menyerang selagi
mulutnya memuji. Kilatsih melesat menghindari sambil berjaga-jaga. Sekarang
ia mengenal sifat gerakan senjata bidik Fatimah yang bisa
berputar dan berbalik menyerang secara tiba-tiba. Maka ia
mempersiapkan senjata biji sawonya. Kemudian dilepaskan
untuk menangkis. Tepat pukulannya.
Kedua senjata bidik masing-masing berbenturan dan
terpental. Kebetulan se-kali mentalnya biji sawo Kilatsih
1452 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menang-kis menyambarnya senjata bidik Fatimah yang ketiga.
Lalu runtuh berbareng diatas tanah.
Kali ini Kilatsih menggunakan ilmu sentilan ajaran gurunya.
Sebenarnya, ia baru memahami tiga bagian, namun
kepandaiannya ternyata sudah dapat dipergunakan untuk
melayani senjata bidik Fatimah.
"Babak pertama sudah selesai dengan seru pula," kata
Fatimah. "Sekarang, marilah kita mulai menyerang dengan
merdeka!" "Baik!" sahut Kilatsih. "Sekarang, silakan Bibi lebih dahulu."
Fatimah tidak bersegan-segan lagi. Dengan satu gerakan
tangan ia melepaskan sepuluh sampai lima belas senjata
bidiknya. Cara membidiknya saling menyusul, dan sasarannya


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melintang memenuhi udara.
Mula-mula Kilatsih hanya mengelakkan diri terhadap
senjata bidik yang datang untuk pertama kalinya. Setelah itu
ia terpaksa melawan dengan biji sawonya pula. Semua
kepandaiannya menurut ajaran Gagak Seta, Titisari dan
Adipati Surengpati dipergunakannya. Dengan menabur biji-biji
sawonya di udara, terdengarlah suara "Tang! Tung!" tiada
henti-hentinya, la pun menggunakan jumlah biji sawo yang
sebanding dengan jumlah senjata bidik Fatimah. Hebat cara
menyerang dan bertahannya. Senjata-senjata bidik yang
saling berbenturan melesat kalang kabutan.
Fatimah kaget bukan kepalang, tatkala melihat
menyambarnya empat biji sawo mengarah dirinya. Cepat ia
menarik ikat pinggangnya dan dibuatnya menangkis. Diluar
perhitungannya, ternyata empat biji sawo itu, mempunyai
tenaga memagas luar biasa tajamnya. Tahu-tahu ikat
pinggangnya terkutung sebagian. Selagi Senot Muradi kabur
menyaksikan pertarungan senjata bidik itu, tiba-tiba ia
mendengar Fatimah tertawa lebar sambil melompat keluar
gelanggang. 1453 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar-benar engkau murid Adipati Surengpati. Malahan
engkau telah mewarisi senjata biji sawo Paman Gagak Seta
dan jurus-jurus Titisari. Kilatsih! Benar-benar engkau seorang
pendekar wanita jempolan pada zaman ini. Baiklah, aku takluk
kepadamu...." "Bibi terlalu memuji diriku!" Kilatsih menyahut dengan
merendah. Namun hatinya girang sekali mendengar
pernyataan Fatimah yang polos.
Dadang Wiranata, Otong Surawijaya dan Senot Muradi ikut
bergirang hati menyaksikan kemenangan Kilatsih. Begitu
girang mereka sehingga hampir-hampir melompat
berjingkrakkan. Tiba-tiba selagi dalam kegirangan itu mereka
menyaksikan suatu peristiwa mendadak yang berada di luar
dugaan. Sekonyong-konyong Fatimah melesat dan membenturkan
kepalanya kearah sebatang dahan yang berada diatasnya.
Mengapa hendak bunuh diri" Manik Angkeran terkejut sampai
berteriak. Akan tetapi ia tak berdaya untuk memberi
pertolongan. Apalagi Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya
yang berada agak jauh, Senot Muradi dalam hal ini tidak
masuk hitungan. Pemuda tanggung itu hanya dapat
menyumbangkan mulutnya yang ternganga-nganga dan
dengan pandang bingung. Pada saat kepala Fatimah hampir mengenai dahan,
terdengarlah suara gemertak keras sekali. Tahu-tahu dahan
itu patah menjadi dua dan kepala Fatimah meluncur di antara
patahannya. Dengan demikian ia gagal membenturkan
kepalanya dan seorang nampak memeluknya dengan erat-
erat. Ternyata yang datang menolong Fatimah adalah Sangaji.
Entah kapan dia berada ditempat itu. Dengan tiba-tiba saja ia
muncul seperti iblis dan berhasil menyelamatkan jiwa Fatimah
pada saat yang tepat sekali. Memang di antara mereka hanya
Sangajilah yang kenal watak serta tabiat Fatimah dalam arti
1454 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata sebenarnya meskipun Manik Angkeran pernah bergaul
semenjak masih gadis remaja.
Sambil tersenyum Sangaji menurunkan Fatimah di atas
tanah. "Bibi yang baik hati, mengapa engkau berbuat nekat
begini?" Fatimah mendongkol. Maksudnya kena digagalkan. Dengan
mata melotot ia membentak.
"Tolol! Lagi-lagi engkau menggagalkan usahaku. Apakah
engkau senang apabila aku selalu dihina laki-laki?"
"Laki-laki yang mana?" Sangaji heran.
"Itulah si raja iblis!" sahut Fatimah sambil menunjuk
kepada Manik Angkeran yang berdiri terpaku. Sangaji tertawa.
"Dia seorang pendekar yang terbaik di dunia ini."
"Idih!" "Dia adikku yang dapat kubanggakan."
"Kalau dia adikmu maka engkaulah kakek moyang iblis
benar..." "Benar." "Benar apa?" desak Fatimah.
Selamanya Sangaji tak pandai berdebat. Kena didesak
Fatimah yang bertabiat liar, ia merasa sulit. Untung di situ
Senot Muradi. "Kalau Paman Sangaji kakek moyang iblis besar, maka
akulah setan kecilnya!"
"Siapa kau, berani membuka mulut dihadapanku?" bentak
Fatimah sengit. "Aku setan kecil!" jawab Senot Muradi sambil tertawa lebar.
1455 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau bilang apa?" bentak Fatimah sambil melangkah maju.
Melihat Fatimah maju selangkah, buru-buru Senot Muradi
mundur. "Aku, aku, setan kecil! Sebab apabila dibandingkan dengan
kepandaian Bibi sama sekali tak berarti."
Kena benar kata-kata Senot Muradi sehingga Fatimah
merandek. Wajahnya terlongong-longong seperti seorang
gadis yang tertambat batinnya. Melihat kecakapan wajah
seorang pemuda. Tatkala mulutnya bergerak hendak berbicara
Senot Muradi yang cerdik cepat mendahului.
"Kalau kakakku Kilatsih tadi bisa mengutungkan ikat
pinggang Bibi, sesungguhnya hanya karena kebetulan saja.
Coba, Bibi membawa sebatang pedang. Aku ingin melihat
apakah kakakku Kilatsih masih bisa menandingi ilmu
kepandaian Bibi..." Kilatsih kenal kecerdikan Senot Muradi. la seperti
tersadarkan. Lantas saja ia maju sambil berkata menguatkan.
"Ucapan Senot Muradi memang benar. Secara kebetulan
saja aku dapat mengutungkan ikat pinggang Bibi Fatimah
lantaran ikat pinggang itu hanya terbuat dari kulit. Andaikata
Bibi menggunakan pedang, betapa mungkin biji bidik sawoku
dapat berlawanan dengan sebatang pedang yang terbuat dari
logam baja putih yang tercampur besi" Dalam suatu
pertempuran yang sungguh-sungguh, tatkala biji-biji sawoku
gagal menangkis sabetan pedang aku harus memilih antara
gerakan melarikan diri atau dadaku tertikam pedang."
Bukan main lega hati Fatimah mendengar pernyataan
Kilatsih tak terasa ia mengerling kepada Manik Angkeran.
Pemuda itu tersenyum sambil memanggut kecil. Kata Fatimah
menegas kepada Manik Angkeran.
"Apakah engkaupun akan berkata begitu?"
1456 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu. Apa yang dinyatakan Kilatsih, benar belaka," sahut
Manik Angkeran dengan suara tak ragu-ragu lagi. "Di sini hadir
Kangmas Sangaji. Engkau boleh minta keterangan kepadanya.
Bukankah engkaupun tahu, bahwa Kangmas Sangaji adalah
pendekar yang satu-satunya berhati jujur?"
Manik Angkeran berkata demikian hanya untuk
membesarkan hati Fatimah. Kalau dia mencari andalan kepada
Sangaji ia tahu bahwa Sangaji tidak menyaksikan babak
terakhir dari pertempuran antara Fatimah dan Kilatsih. Kalau
Fatimah tetap mendesak Sangaji memberi keterangan Sangaji tentu akan bertanya
kepadanya. Dan dengan kerja sama antara Kilatsih dan Senot
Muradi si bocah cerdik itu, ia yakin akan dapat membesarkan
hati Fatimah. Syukur, Fatimah tidak minta keterangan. Kepada
Sangaji, ia puas mendengar keterangan tiga orang: Senot
Muradi, Kilatsih dan Manik Angkeran. Kesempatan itu segera
dipergunakan Manik Angkeran untuk mendekati.
"Fatimah" Orang-orang yang berada di-biara itu bukannya
manusia-manusia lemah. Kepandaian mereka rata-rata sejajar
dengan Paman Dadang Wiranata dan Paman Otong
Surawijaya. Engkau dikerubut empat orang sekaligus.
Meskipun demikian, engkau dapat melawan dengan baik
sekali. Bahkan engkau dapat membuat mereka bingung.
Bukankah itu suatu bukti, bahwa kepandaianmu maju sangat
pesat?" "Eh, apakah engkau pada waktu itu sudah berada disana?"
potong Fatimah masih dengan suara sengit.
"Benar." "Mengapa engkau diam saja?"
"Aku begitu kagum akan kepandaianmu sehingga jadi
tertegun." Manik Angkeran memberi keterangan. Kemudian
cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. Katanya kepada
1457 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kilatsih: "Kilatsih, engkau pernah menyaksikan dengan mata
kepalamu sendiri tentang nasib Gandarpati. Benarkah itu?"
"Benar! Mengapa?" Kilatsih menyahut.
"Coba ulangi kesaksianmu!"
Mereka lantas duduk dilantai pesanggrahan Ki Dipajaya
dengan penerangan obor. Kilatsih mengisahkan kembali
kesaksiannya tatkala membuka peti mati. Di dalam peti mati
itu, ia melihat tubuh Gandarpati terpenggal kepalanya. Ia
begitu terkejut, sampai nyaris jatuh pingsan.
"Bagus!" kata Manik Angkeran. "Sekarang bagaimana
perasaanmu kalau aku memberi kabar kepadamu bahwa
Gandapati masih hidup dalam keadaan segar bugar?"
"Ah, yang benar saja!"
"Demi Tuhan! Gandapati pada saat ini dalam keadaan sehat
walafiat. la berada ditengah-tengah gerombolan Tunggul
Wulung," kata Manik Angkeran. "Setidak-tidaknya tiga orang
menyaksikan hal itu. Fatimah, Paman Dadang Wiranata dan
Paman Otong Surawijaya."
Kilatsih kaget sampai berjingkrak bangun. Dengan pandang
menebak-nebak ia membagi pandang kepada Fatimah Otong
Surawijaya dan Dadang Wiranata untuk mencari keyakinan.
Dilihatnya Otong Surawijaya dan Dadang Wiranata
mengangguk membenarkan keterangan Manik Angkeran.
Keruan saja ia menjadi bingung berbareng tercengang.
"Apa yang diherankan?" Tiba-tiba Fatimah berkata, "Itulah
permainan yang sederhana saja. Guruku seorang ahli merubah
paras muka. Dia sendiri merasakan tokoh Ki Jaga Saradenta.
Bukankah begitu?" "Benar!" sahut Kilatsih cepat.
"Gandarpati diperankan oleh salah seorang pengikut
Kangmas Wirapati yang bekerja sebagai pegawai penjara."
1458 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, dia" Apakah yang kau maksudkan Anom Suparman?"
Kilatsih berseru. "Tak mungkin! Pada waktu itu Anom
Suparman hadir di depan Daniswara."
Fatimah tersenyum lebar. "Apakah anak-anak murid Gunung Damar pengikut
Kangmas Wirapati hanya dia seorang?"
Kilatsih kini jadi bingung.
"Kalau begitu, apa artinya gumpalan kertas yang berbunyi
adikku kau tengoklah pekuburan ayah angkatmu! Beliau tidur
dengan tenang disebelah gubuk kita... Apakah tujuannya?"
"Tujuannya?" Fatimah tersenyum sambil melemparkan
pandang kepada Sangaji. Lalu menjawab, "Tujuannya untuk
menjebak si tolol itu! Sebab, dialah yang mengantongi pusaka
tersakti di dunia ini. Semenjak dulu aku telah mengetahuinya.
Meskipun aku mendapat tugas untuk merebut pusaka sakti
tersebut, namun tak kulakukan. Itulah sebabnya, guruku
sangat membenciku dan ingin membunuhku didepan mata si
tolol dan Titisari."
Mendengar keterangan Fatimah, Sangaji jadi terharu.
Mendadak sadarlah dia, apa sebab Fatimah memanggil dirinya
si tolol. Kalau dipikir-pikir, ia memang tolol. Sedang bahaya
mengancam di depan matanya, belum juga ia sadar. Dalam
hal ini, hanya Titisari, yang menaruh curiga. Seperti diketahui,
setelah kena cekikkan Bagus Wilatikta, Sangaji dalam keadaan
luka parah. Dengan sekali pandang, Fatimah tahu bahwa
bende yang digantungkan dileher-nya, justru bende pusaka
yang harus direbutnya. Namun kelembutan hatinya,
mengalahkan semua bunyi tugasnya. Ia bahkan melindungi
Sangaji walaupun untuk itu, ia hampir tewas oleh aniaya kaki
tangan Dipajaya dan Sirtupelaheli.
Kilatsih seringkali mendengar tutur kata pengalaman
Sangaji tatkala berada dalam benteng batu, menyelami inti,
1459 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia pusaka sakti warisan Pangeran Semono. Dengan
serta-merta ia maju dan merangkul Fatimah.
"Bibi o Bibi! Engkau benar-benar menang sepuluh kali lipat
dari padaku. Budi Bibi sangat luhur melebihi siapa saja.
Dengan berbekal ilmu kepandaian dan keluhuran budi yang
demikian tinggi, pada zaman ini, hanya Bibi Fatimah seorang."
Pada saat itu, Manik Angkeran menyerahkan sebuah
bungkusan. "Fatimah! Semenjak aku meninggalkan dusun, aku telah
bersumpah tak akan balik pulang sebelum berhasil
menemukan obat pemunah yang membuat kita terpisah.
Inilah yang dapat kupersembahkan kepadamu...."
Fatimah tak perlu memperoleh penjelasan lagi. Gagak Seta
telah memberi keterangan. Gurunya, Sirtupelaheli, dan
Dipajaya telah meminumnya pula. Maka dengan tak ragu-ragu
lagi ia pun segera membuka bungkusan itu yang ternyata
berisikan obat pemunah. Senot Muradi mengambil segelas air
didapur. Dengan air itu Fatimah menelan obat pemunah hasil
perjuangan Manik Angkeran yang mengambil waktu selama
hampir dua puluh tahun. Dan mereka semua bersyukur di
dalam hati, menyaksikan Fatimah menelan obat pemunah itu.
Acara pembicaraan kini beralih kepada gerombolan Tunggul
Wulung, Tarupala, Gandarpati. Manik Angkeran segera
mengemukakan pendapatnya.
"Kangmas Sangaji! Aku dilahirkan disekitar wilayah Cirebon.
Semenjak kanak-kanak aku kenal siapakah Adipati Kuntul
Aneba. Dia seorang pejuang yang bercita-cita luhur. Akan
tetapi pada hari ini aku melihat suatu kelainan tentang pribadi


Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Adipati Kuntul Aneba. Dengan terus terang saja aku menaruh
curiga. Apalagi tanya jawab antara Tarupala dan pemimpin-
pemimpin Tunggul Wulung menguatkan rasa curigaku. Jelas
sekali dibelakang pembicaraan itu terselimut suatu latar
belakang yang penuh rahasia."
1460 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengemukakan pendapatnya Manik Angkeran
menurunkan penglihatannya. Fatimah yang berada dibiara itu
pula tiba-tiba berkata: "Kalau Daniswara bisa menguasai
gerombolan Tunggul Wulung, sudah semestinya. Kalau
Gandarpati yang mati tiba-tiba hidup kembali itupun
merupakan bukti pula akan kepandaian dan kelicinan
Daniswara. Meskipun tadinya mendapat bantuan guruku
Sirtupelaheli, tetapi sesungguhnya yang memegang
rancangannya adalah dia sendiri. Dengan guruku dia bisa
bekerja sama berkat tujuan yang bersangkut-paut. Guru
bertujuan memperoleh pusaka sakti Bende Mataram. Sedang
Daniswara ingin merebut pemerintahan. Katakan saja dia
berangan-angan menjadi raja."
"Ach!" Mereka semua terkejut.
"Mengapa tidak" Raja juga seorang manusia. Daniswara
manusia pula. Asalkan berotak mengapa tidak akan berhasil?"
kata Fatimah sambil mencibirkan bibir. "Dan nyatanya
memang dia punya otak. Dengan diam-diam ia menyadarkan
nasibnya kepada tuah pusaka sakti Bende Mataram. Katakan
bahwa dia pun menghendaki pusaka itu pula. Ia percaya
dengan bekal pusaka sakti itu cita-citanya akan terkabul.
Bukankah pusaka Bende Mataram meramalkan bahwa barang
siapa yang memiliki pusaka tersebut suaranya akan bergaung
ke seluruh Nusantara, dan semua pendekar-pendekar akan
patuh dan tunduk kepada perintah-perintahnya?"
Sangaji mengangguk. "Begitulah konon kabarnya."
"Sekarang Guru tidak lagi berkepentingan dalam perebutan
pusaka sakti Bende Mataram." Fatimah melanjutkan. "Artinya
tiada lagi dia menyaingi. Sebagai seorang dalang kini bisa
mengatur permainan boneka-bone-kanya. Kalau dia bisa
membuat hidup Gandarpati yang telah mati dan bisa
menguasai gerombolan Tunggul Wulung mengapa tak dapat ia
menguasai Kangmas Wirapati?"
1461 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa?" Sangaji terkejut sampai berjingkrak.
"Semuanya itu terjadi lantaran untuk menguasaimu, tolol!"
kata Fatimah acuh tak acuh seperti biasanya. "Kurasa
Tarupala terjebak pula dalam hal ini. Hanya persoalannya, aku
kurang terang." Tiba-tiba Kilatsih teringat sesuatu.
"Bibi! Eyang Dipajaya menyebut-nyebut tentang Seratus
Jurus apa artinya?" "Apa artinya?" Fatimah mengulang. "Itulah kata-kata sandi.
Artinya Paman Dipajaya pinjam tenaga daya guna Kangmas
Wirapati. Maksudnyapun untuk menguasai..."
"Kangmas Sangaji?"
"Benar," sahut Fatimah. "Karena itu aku tak usah
mencemaskan keselamatan Kangmas Wirapati. Hanya yang
kukhawatirkan kalau-kalau Kangmas Wirapati sampai terjadi
demikian, persoalannya jadi sulit."
Mendengar keterangan Fatimah, Sangaji jadi gelisah.
Mereka semua tahu bahwa keterangan Fatimah dapat
dipercaya lantaran belasan tahun lamanya dia berada dalam
kekuasaan Sirtupelaheli. "Jadi... bohongkah kabar berita yang mewartakan Guru
sudah berada kembali di pertapaan Gunung Damar?"
Fatimah diam menimbang-nimbang. Lalu mengangguk,
"Sekiranya Titisari berada di sampingmu pastilah engkau
tak bakal tanya begini padaku. Dimana dia sekarang?"
Sangaji menundukkan kepalanya, la begitu mencemaskan
keadaan gurunya, sehingga tidak mendengar pertanyaan
Fatimah tentang diri Titisari. Beberapa saat kemudian ia
terdengar berkata seperti kepada dirinya sendiri.
1462 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Budi Guru setinggi gunung. Meskipun aku mengorbankan
jiwaku, rasanya belum tertebus..."
Mendengar ucapan Sangaji, mereka semua terdiam.
Mereka semua kenal watak dan tabiat Sangaji yang sederhana
dan pendiam. Pendekar besar itu tak pernah berbicara
berkepanjangan. Pendek saja kata-katanya. Kesannya
sederhana akan tetapi mengandung makna yang besar.
"Sebenarnya apa sih rahasianya pusaka sakti Bende
Mataram sampai jadi perebutan?" Kilatsih mencoba
mengalihkan perhatian. "Kangmas Manik Angkeran telah
menurun gambarnya. Kangmas Sangaji pun mencoba pula
menyelami. Namun Beliau tak' menemukan rahasianya.
Barangkali Ayunda Titisari seorang yang sudah memperoleh
pegangan." Semua orang berenung-renung. Sedang Sangaji masih saja
terdiam. Nampaknya ia sangat berprihatin. Senot Muradi yang
sebenarnya masih hijau dalam hal ini, ikut pula berprihatin.
Hanya Raja Muda Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya
yang bersikap garang. Mereka berdua mengarahkan seluruh
perhatiannya kepada pemimpin besarnya itu, mereka berdua
bersedia mengarungi lautan api apabila mendapat perintah.
Tiba-tiba Sangaji mengangkat kepalanya.
"Pukul berapa sekarang?"
Cepat-cepat Dadang Wiranata dan Otong Surawijaya
menyahut: "Kami rasa hampir larut malam."
"Kalau begitu, aku berangkat sekarang juga mengejar
gerombolan Tunggul Wulung. Siapa namanya" Daniswara?"
"Iya!" sahut Manik Angkeran dan Kilatsih.
"Bukankah ia putra Paman Kebo Bangah?"
"Benar," jawab Fatimah.
Sangaji menghela napas. 1463 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Dadang dan Paman Otong! Cepat-cepatlah kembali
ke Jawa Barat membantu Widiana Sasi Kirana. Bawalah Senot
Muradi ikut serta. Dan engkau Kilatsih... bagaimana?"
"Aku ingin bertemu dengan Kangmas Gandarpati."
Sangaji mengernyitkan dahi. Beberapa saat kemudian ia
berkata menyetujui: "Begitupun baik."
Setelah berkata demikian, ia mengalihkan pandang kepada
Fatimah dan Manik Angkeran.
"Bibi! Biarlah engkau beristirahat dahulu, agar obat
pemunah racun bekerja dengan baik. Dengan didampingi
Manik Angkeran, aku tak usah khawatir. Kilatsih, kau ikut
aku!" Kilatsih mengangguk dengan cepat. Hatinya penuh syukur,
karena diperkenankan ikut bekerja. Apalagi di samping
seorang pendekar besar, yang dikaguminya semenjak tumbuh
menjadi seorang gadis dewasa.
"Kalau Kangmas menghendaki, mari kita berangkat, agar
tak kehilangan waktu!" katanya dengan penuh semangat.
"Mari!" Sampai disini tamatlah bagian kisah mencari Bende
Mataram. Bagaimana sebenarnya rahasia Bende Mataram,
akan kita sambung beberapa waktu kemudian.
TAMAT 1464 Pendekar Lembah Naga 26 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Playboy Dari Nanking 12
^