Pencarian

Misteri Pulau Neraka 14

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bagian 14


menghadapinya." "Sudah lama boanpwee mengetahu rencana keji serta
tampang muka aslinya!"
"Tampang muka asli apa lagi yang dimiliki Wi Thian-yang?"
seru Wi-in sinni tertegun, "aku tahu dia baru lolos dari bahaya
dan luka yang parah, rencana busuk apa pula yang
direncanakan" Nak, apa maksud perkataanmu itu?"
Oh Put Kui tertawa terbahak bahak:
"Haaahh... haahh... haaahh... kalau dibicarakan mungkin
cianpwee tak mau percaya, sesungguhnya si Raja setan
penggetar langit Wi Thian-yang tidak pernah dilukai orang,
sayang sekali umat persilatan mau dikelabui olehnya mentah-
mentah." Berapa patah perkataan dari Oh Put Kui ini benar-benar
mengejutkan hati setiap orang.
Wi-in sinni serta It-ing taysu segera dibuat tertegun dan
berdiri melongo untuk beberapa saat lamanya.
"Nak, dari mana kau peroleh berita ini?" hampir bersamaan
waktunya mereka bertanya.
"Pokoknya kabar berita yang boanpwee peroleh ini dapat
dipercaya." kata Oh Put Kui tertawa.
"Kalau memang Wi Thian yang tak pernah dikalahkan
orang sehingga terluka parah, lantas bagaimanakah
pertanggungan jawab dari perkataan Wan-sin-seng-siu Nyoo
Thian wi serta panji sakti pencabut nyawa Ku Bun-wi?"
"Pada hakekatnya perkataan dari Ku Bun wi itu cuma
obrolan kosong belaka!"
"Bagaimana pula dengan Nyoo Seng-siu?" tanya Wi-in
sinni sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaahhh..... hhaaaaahhh..... hhaaaaahhh..... sesungguhnya tiada manusia yang bernama Nyoo Thian-wi
didunia ini!" "Siau-sicu tidak boleh meminta nama baik seorang
angkatan tua dari dunia persilatan!" tegur It-ing taysu dengan
suara dalam, meski berkilat sepasang matanya.
"Semua perkataan boanpwee adalah kata yang sejujurnya!"
jawab Oh Put Kui dingin. "Setiap orang tahu kalau Seng-siu telah mendapat
musibah, mengapa kau katakan kalau tiada manusia bernama
itu didalam dunia persilatan" Lagipula sejak Seng-siu
membacok roboh Wi Thian yang hingga mendapat musibah
tak lama berselang, hampir empat puluh tahun lamanya dia
tenang dan menjagoi dunia persilatan, manusia manakah
didunia ini yang sanggup menandinginya" Siau-sicu, apakah
kau tak pernah mendengar kesemuanya ini?"
"Boanpwee telah mendengar semua berita itu dengan jelas
sekali......" "Nak," tukas Wi-in sinni pula dengan cepat, "kalau toh kau
mengetahu masa silam dari kakek suci tersebut, mengapa
pula kau katakan bahwa didalam dunia persilatan sesungguhnya tidak terdapat kakek suci berhati bajik Nyoo
Thian-wi?" Kembali Oh Put-kui tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaahhh...... hhaaaaahhh...... hhaaaaaahhh...... locianpwee berdua, sebenarnya nama Nyoo Thian-wi hanya
catutan dari nama orang lain......!"
"Catutan nama orang lain?" kata It-ing taysu sambil
tertawa, "kawanan jago lihay yang terdapat didalam istana
Sian-hong-hu banyak tak terhitung, siapa yang begitu besar
untuk membunuh Nyoo Thian-wi serta mencatut namanya"
lagi pula, paling tidak toh puterinya harus mengenali ayah
sendiri......" Dalam pada itu Nyoo Siau sian berdiri termangu disamping
dengan perasaan hancur lebur.
Sebab didengar dari nada pembicaraan Oh Put-kui
tersebut, jelas sudah kalau ia mempunyai maksud tujuan yang
jahat terhadap ayahnya. Boleh dibilang hampir saja ia tak percaya dengan
pendengaran sendiri. Sementara itu It-ing taysu telah berpaling kearah Wi-in sinni
sambil katanya: "Aku lihat perkataan dari Oh sicu mempunyai hal-hal yang
tak beres......" "Benar," sahut Wi-in sinni sambil tertawa hambar, "memang
ada masalah yang kurang beres, tapi aku percaya bukan
isapan jempol belaka...... nak, coba kau terangkan semenjak
kapan Nyoo Thian wi dicela orang dan bagaimana pula
sampai dicatut namanya oleh orang lain?"
Agkanya kedua orang nikou ini masih belum mengerti
dengan jelas maksud perkataan dari Oh Put Kui.
Mendengar pertanyaan tersebut Oh Put Kui segera tertawa
terbahak-bahak. It-ing taysu menjadi agak mendongkol menyaksikan sikap
anak muda tersebut, segera tegurnya:
"Oh sicu, kau tak boleh mencari gara-gara dengan
berbicara yang bukan-bukan......"
"Oh toako, mengapa kau menuduh ayahku dengan tuduhan
yang bukan-bukan......?" seru Nyoo Siau-sian pula secara tiba-
tiba. Oh Put Kui berpaling dan memandang sekejap keatas
wajah Nyoo Siau-sian yang gelisah dan penuh penderitaan itu,
hatinya merasa amat sedih dan menderita pula.
Sesungguhnya diapun tidak berharap apa yang diucapkan
Bongho siansu merupakan suatu kenyataan.
Namun kenyataan tersebut pun mau tak mau harus
membuat orang untuk mempercayainya.
Dipandangnya Nyoo Siau-sian dengan perasaan iba, lalu
katanya: "Nona Siau, aku rasa didalam persoalan inipun kau tak
dapat memahaminya pula."
"Oh toako, mana mungkin aku tidak mengetahui tentang
ayahku sendiri" Bagaimana mungkin aku tidak mengenalinya?" Oh Put Kui tertawa rendah:
"Nona Sian, kapan pernah kukatakan kalau kau sudah tidak
mengenalinya lagi?" "Lantas apa maksud toako......" akhirnya Nyoo Siau-sian
menangis tersedu-sedu karena sedihnya.
"Aaai, membicarakan kembali masalah tersebut, sesungguhnya cukup membuat orang merasa serba
susah......" Oh Put Kui membuka pembicaraannya dengan
perasaan tak tenang. "Katakan saja nak," sela Wi-in sinni sambil berkerut kening.
Oh Put Kui menghela napas panjang, kemudian katanya:
"Loocianpwee, sebetulnya nona Nyoo bukan berasal dari
marga Nyoo!" "Apa"!" Nyoo Siau sian membelakakkan matanya lebar-
lebar sambil berseru keras.
"Siau sicu kau jangan bicara sambarangan!" It-ing taysu
memperingatkan sambil tertawa dingin.
Kiau Hui-hui sambil berpeluk pedang hanya berdiri
termenung disamping arena, ia terbungkam dalam seribu
bahasa. Saat itulah Nyoo Siau-sian berlarian menuju ke sisinya,
memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.
Kiau Hui-hui segera menepuk bahunya sambil berbisik:
"Tenangkan dahulu pikiranmu adik Sian!"
Oh Put Kui memandang sepi adegan tersebut, setelah
tertawa ia berkata lagi: "Aku sama sekali tidak bohong atau berbicara semaunya
sendiri, sebetulnya nona Nyoo berasal dari marga Wi!"
"Marga Wi?" Wi-in sinni terkesiap.
"Benar, dia adalah putri kandung Wi Thian-yang!"
Mendengar sampai disini, Wi-in sinni segera tertawa
terbahak-bahak: "Haaaaahhhhh...... hhaaaaahhh...... hhhaaaaahhh....... nak,
kau benar-benar amat pandai berbicara sembarangan, ibu
kandung anak Sian masih berada didalam kuilku sekarang,
sekalipun dia menjadi pendeta karena didesak oleh Nyoo
tayhiap, namun tidak pernah melakukan perbuatan yang
tercela, kau tak boleh merusak nama baik orang lain."
Sambil menggigit bibir Nyoo Siau-sian berseru pula waktu
itu: "Oh toako, bila kau berani menodai nama baik ibuku,
terpaksa aku akan bermusuhan denganmu......."
Oh Put Kui cepat-cepat menggelengkan kepalanya:
"Aku tidak pernah berniat untuk menodai nama baik ibu
kandungmu, sebab...... aaaaai, tahukah cianpwee berdua
bahwa orang yang menjadi suaminya sebetulnya tidak lain
adalah si Raja setan penggetar langit Wi Thian yang!"
"Siau-sicu, bagaimana penjelasanmu tentang persoalan
ini?" hardik It-ing taysu dengan mata melotot, "sudah jelas
anak Sian adalah putri kandung si kakek suci Nyoo Thian-wi,
darimana kau katakan kalau dia adalah putri Wi Thian yang?"
Oh Put Kui segera tertawa:
"Locianpwee, sesungguhnya kedua orang ini adalah
seorang, dua orang yang berasal dari seorang."
Perkataan ini dengan cepat membuat kedua orang nikou
tersebut tertegun dan berdiri termangu.
Mereka saling berpandangan sekejap, kemudian berseru
hampir bersamaan waktu: "Nak, kau mengatakan Nyoo Thian-wi adalah Wi Thian-
yang?" @oodwoo@ Jilid 33 "Siapa bilang tidak?" Oh Put Kui manggut-manggut,
"asalkan cianpwee berdua manyebutkan nama kedua orang
ini secara bolak balik, maka kalian akan segera menemukan
bahwa apa yang boanpwee katakan bukan kosong belaka!"
Kedua orang nikou itu segera menyebutkan nama Wi
Thian-yang secara bolak-balik.
Dalam waktu singkat mereka berdua menjadi paham dan
mengerti. Dengan cepat pula mereka sadar bahwa keadaan yang
sebenarnya adalah sangat mengerikan, benar benar sebuah
penipuan secara besar besaran, suatu skandal yang
menggemparkan. Bukan cuma begitu, mereka pun segera menyadari bahwa
Nyoo Thian-wi sesungguhnya adalah seorang manusia yang
amat menakutkan. "Betul nak, apa yang kau katakan memang sangat masuk
diakal!" seru Wi-in sinni kemudian, dia mulai percaya dengan
berita tersebut. "Yaa, mungkin saja benar," sambung It-ing taysu pula mulai
percaya, "siau-sicu, penemuan ini benar-benar merupakan
suatu penemuan yang mengejutkan......."
Tapi Nyoo Siau-sian segera berpekik keras:
"Tidak tidak mungkin! Oh toako, aku bukan putri dari Raja
setan penggetar langit........ tidak, aku, tidak mau aku tak sudi
menjadi putri dari manusia durjana itu........"
Dalam teriakan dan jeritannya yang memilukan hati,
akhirnya gadis tersebut jatuh tak sadarkan diri didalam
pelukan Kiau Hui-hui. Dengan pandangan iba dan penuh rasa kasihan Wi-in sinni
memandang sekejap kearah Nyoo Siau-sian, lalu membopong
tubuhnya....... It-ing taysu menggelengkan kepalanya dengan sedih, lalu
bergumam pelan: "Dosa...... dosa......."
Dengan penuh penderitaan Oh Put Kui menggelengkan
pula, kemudian berkata lagi:
"Sesungguhnya boanpwee sendiripun merasa amat
menderita akibat dari kabar berita tersebut, itulah sebabnya
aku bertekad hendak mencari Wi Thian yang serta
menanyakan persoalan ini hingga jelas....... boanpwee
berharap didalam dunia persialtan dewasa ini benar-benar
terdapat manusia yang bernama Nyoo (Yang) Thian-wi......."
Sementara itu Wi-in sinni telah menempelkan telapak
tangannya diatas jalan darah Min-bun-hiat ditubuh Nyoo Siau-
sian, segulung hawa murni yang lembut segera menembusi
hawa murni Nyoo Siau-sian yang membeku didalam
dadanya....... Setelah menghela napas panjang Nyoo SIau-sian
membuka matanya kembali, sementara air matanya jatuh
bercucuran dengan deras. "Tidak...... tidak...... ooh suhu...... aku bukan putri dari Wi
Thian yang......." pekiknya sedih.
Wi-in sinni memandang sekejap ke arahnya dengan
pandangan iba, lalu katanya:
"Jangan bersedih hati anak Sian, kau adalah putri si Kakek
suci, kau tidak she Wi......."
Biarpun nikou tersebut berkata demikian, padahal hatinya
merasa pedih hancur dan pilu........
Sekarang ia sudah percaya, delapan puluh persen Nyoo
(Yang) Thian-wi sesungguhnya adalah Wi Thian-yan.
Mendadak Oh Put Kui menjura kepada kedua orang nikou
itu sambil katanya: "Persoalan disini telah usai sekarang maaf, boanpwee
harus memohon diri lebih dulu........"


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau jangan pergi dulu untuk sementara waktu!" mendadak
It-ing taysu menggelengkan kepalanya dengan mata bersinar
tajam. "Apakah cianpwee masih ada urusan?" tanya Oh Put Kui
agak tertegun karena heran.
Sekali lagi It-ing taysu menggeleng:
"Tiada urusan lain ingin pinni sampaikan kepadamu........"
"Kalau memang tiada urusan penting, boanpwee rasa lebih
baik berangkat dulu meninggalkan tempat ini, sebab
boanpwee ingin secepatnya menyelesaikan persoalan dari Wi
Thian-yang........" "Siau-sicu, sepeninggalmu nanti, bagaimana dengan anak
Sian?" tanya It-ing taysu tiba-tiba sambil tertawa.
Oh Put Kui segera merasakan hatinya bergetar keras
setelah mendengar ucapan tersebut, dia sendiripun tidak tahu
apa yang mesti dilakukannya.
Dia ingin pergi dari situ, hal ini disebabkan dia merasa
bingung dan tak tahu bagaimana mesti memberikan
penjelasannya kepada Nyoo Siau-sian.
Tapi sekarang, It-ing taysu telah membongkar rahasia
hatinya, hal ini membuat pemuda tersebut kehabisan daya.
Untuk beberapa saat lamanya dia termenung sambil
memutar otak........ Memandang sang pemuda yang termenung sambil
membungkam diri itu, It-ing taysu tertawa dan berkata lagi:
"Siau-sicu, untuk melepaskan lonceng lebih baik dilepaskan
oleh orang yang mengikat lonceng itu, kau tak bisa mengambil
langkah seribu dengan begitu saja."
Bergetar keras seluruh tubuh Oh Put Kui setelah
mendengar perkataan itu, dia mengangkat kepalanya lalu
bertanya: "Lantas bagaimanakah menurut pendapat taysu" Apa yang
mesti boanpwee lakukan?"
"Ajaklah dia untuk menjumpai Wi Thian-yang!" ucap It-ing
taysu sambil tertawa. Oh Put Kui tertegun setelah mendengar ucapan tersebut.
Bagaimana mungkin hal ini bisa dilakukan" Sudah terang
Wi Thian-yang adalah ayah kandungnya, andaikata dia
mengajak si nona tersebut untuk bersama-sama membuktikan
kenyataan mana, bagaimanakah keadaan Nyoo Siau sian
pada waktu itu" Untuk kedua kalinya dia termenung dan memikirkan
persoalan tersebut dengan mulut membungkam.
Pada saat itulah Kiau Hui-hui berjalan menghampirinya
sambil berkata pula: "Oh kongcu, kau harus menyanggupi permintaan ini!"
Pelan-pelan Oh Put Kui menggelengkan kepalanya. lalu
berkata: "Kiau siancu, tahukah kau bahwa persoalan tersebut akan
menyusahkan diriku?"
"Heeeeehhhhh...... heeeeeehhhhhh...... heeeeehhhhhh.......
dan seandainya kau angkat kaki dengan begitu saja, tahukah
kau betapa susah dan pedihnya perasaan adik Siau-sian?"
Kiau Hui-hui balik bertanya sambil tertawa dingin.
Sudah barang tentu Oh Put Kui mengetahui akan persoalan
itu, kalau tidak, mengapa pula dia tergesa-gesa hendak
mengambil langkah seribu dari situ"
"Kiau siancu, aku benar benar tidak tahu apa yang mesti
kulakukan sekarang........" akhirnya pemuda itu berseru.
Pikirannya kalut, perasaannya juga kalut, ia benar benar
kebingungan setengah mati dan tidak tahu apa yang mesti
diperbuat. Manusia, memang dapat dibuat bingung kalut dan bimbang
karena pertentangan batin serta perasaan yang serba salah.
Sekalipun Oh Put Kui berusaha untuk membekukan
perasaannya, namun ia toh tak bisa melepaskan kenyataan
dengan begitu saja. Untuk kesekian kalinya Kiau Hui-hui tertawa dingin sambil
berkata: "Oh Kongcu, kau ingin mengambil langkah seribu dengan
begitu saja........?"
"Siapa bilang aku berbuat demikian?" Oh Put Kui balik
bertanya dengan wajah tertegun.
"Tapi dalam kenyataannya kau mempunyai pikiran serta
niat untuk berbuat demikian......."
"Aku bukan manusia berwatak rendah dan pengecut
semacam itu, harap Kiau siancu jangan menyinggung harga
diriku!" tegur Oh Put Kui dengan kening berkerut.
Tiba-tiba Kiau Hui-hui tertawa ringan, katanya:
"Nah itulah dia, kalau toh Oh Kongcu tidak berharap orang
lain lalu menyinggung harga dirimu, lantas apakah adik Siau-
sian harus menerima keadaan dan membiarkan orang lain
menyinggung harga dirinya dengan begitu saja?"
Oh Put Kui segera merasakan betapa tajamnya ucapan
dari Kiau Hui-hui tersebut, begitu tajamnya sehingga membuat
dia tak sanggup untuk membantah.
Pada saat itulah It-ing taysu berkata pula sambil tertawa:
"Siau-sicu, setelah persoalan muncul didepan mata, aku
rasa ada baiknya kau tanggapi saja sewajarnya!"
Oh Put Kui tidak berkata apa apa, namun otaknya berputar
keras memikirkan persoalan tersebut.
Justru karena dia merasa tak tega menyaksikan kepedihan
serta kesedihan Nyoo Siau-sian disaat dia mengetahui bahwa
Wi Thian yang adalah ayah kandungnya, maka dia berupaya
untuk pergi sendiri tanpa mengajak serta nona tersebut.
Disamping itu, diapun berpendapat bahwa banyak
persoalan menjadi terhadang bila nona tersebut turut serta
bersamanya, sebab secra otomatis banyak persoalan yang tak
bisa dipaksakan kepada raja setan penggetar langit Wi Thian-
yang untuk menjawabnya. Bukan keadaan tersebut membuat semua tujuannya
menjadi terbengkalai, apalagi mengenai dendam sakit hati
atas terbunuhnya ibu kandungnya.........
Sekalipun dia sangat berharap agar Nyoo Siau-sian tetap
menjadi putri si kakek suci dan tidak menjadi putri musuh
besarnya, akan tetapi.........
Sementara ia masih termenung dan memikirkan persoalan
tersebut, sikap mana kembali menimbulkan perasaan tak
senang dihati Kiau Hui-hui.
Mendadak ia menegur keras:
"Oh kongcu, mengapa sih kau tidak memiliki jiwa kelaki-
lakian........?" Suatu teguran yang amat menusuk perasaan Oh Put Kui,
kontan saja sorot mata tajam yang menggidikkan keluar dari
balik matanya. Ia melotot sekejap kearah Kiau Hui-hui yang membuat
gadis itu mundur dua langkah dengan perasaan bergidik dan
ngeri......... Lalu setelah tertawa terbahak bahak dengan suara keras,
serunya lantang: "Kiau siancu, suatu umpatan yang amat tepat, bagus
sekali........." "Kiau sicu, apakah dia sudah mengerti?" sela It-ing taysu.
"Ya, boanpwee sudah mengerti!" jawab Oh Put Kui sambil
tertawa. "Omintohud!" bisik It ing taysu sambil merangkap sepasang
tangannya didepan dada, "asal siau-sicu sudah mengerti,
tentunya kau pun sudah tahu bukan bagaimana harus
bertindak!" "Tentu saja, boanpwee setuju dengan pendapat cianpwee
berdua........" "Nak, apakah kau sudah mengetahui kewajibanmu?" tiba-
tiba Wi-in sinni menyela.
Kata "kewajiban" yang diucapkan Wi-in sinni dengan
cepatnya membuat Oh Put Kui menjadi tertegun dan berdiri
melongo-longo karena kebingungan.
Ditatapnya nikou itu sekejap, lalu tanyanya dengan
keheranan: "Loocianpwee, apa maksud perkataan itu?"
"Nasib anak Sian sudah berada ditanganmu mulai
sekarang........." Tiba-tiba saja Oh Put Kui merasa bahwa "kewajiban" yang
berada diatas bahunya ini amat berat sekali.
Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, dia
manggut-manggut dan berkata:
"Boanpwee mengerti......... cuma ada satu hal ingin
boanpwee utarakan terlebih dulu."
"Apa permintaanmu" Nak, pinni pasti berusaha untuk
menyanggupi keinginanmu itu." Wi-in sinni berjanji.
Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak:
"Boanpwee minta Kiau Siancu turut serta pula berasama
kami!" Permintaan yang diajukan oleh sianak muda tersebut
benar-benar berada diluar dugaan Kiau Hui-hui.
Sesungguhnya didalam hati kecilnya dia menyetujui seratus
persen atas ajakan tersebut, namun diluarnya dia justru
bersikap seakan-akan tidak bersedia untuk memenuhi
permintaan tersebut, segera ujarnya dengan merdu:
"Aku tak mau pergi, supek, kau tak bisa memenuhi
permintaannya itu........."
"Yaa," kata It-ing taysu pula dengan kening berkerut, "mana
boleh anak Hui dilibatkan pula didalam pertikaian tersebut"
Siau sicu, permintaanmu ini sungguh keterlaluan, enci Chin,
kau tak boleh menyanggupi permintaannya........"
Rupanya It-ing taysu masih menggunakan nama praman
Wi-in sinni untuk pembicaraan dalam sehari-harinya.
Sedangkan Wi-in sinni segera berkerut kening dan
memikirkan persoalan itu dengan wajah serius, dia
membungkam dalam seibu bahasa.
Lama setelah berpikir, akhirnya Wi-in sinni berkata kepada
It-ing taysu sambil tertawa:
"Sumoay, demi anak Sian terpaksa pinni harus
menyanggupi permintaannya itu......."
"Enci Chin, jadi kau menyetujui anak Hui turut serta
bersama mereka?" tanya It-ing taysu dengan kening berkerut.
"Yaa, pinni rasa keikut sertaan anak Hui bersama mereka
tak akan mendatangkan kerugian baginya!"
"Aah, belum tentu........" seru It-ing taysu tidak sependapat
dengan jalan pemikiran saudara seperguruannya.
Sambil tertawa Wi-in sinni kembali berkata:
"Sumoay, aku memahami jalan pikiranmu, hingga kini anak
Sian masih berwatak polos, dalam masalah perasaan pun ia
belum terlalu mendalam, jadi keikut sertaan anak Hui tidak
bakal menimbulkan apa-apa."
-oo0dw0oo- Kiau Hui hui segera merasakan jantungnya berdebar keras
sehabis mendengar perkataan itu.
Apa yang dikatakan Wi-in sinni memang tak lain adalah
masalah yang paling dicemaskan dan dikuatirkan olehnya
selama ini. It-ing taysu segera menggelengkan kepalanya sambil
tertawa getir, katanya kembali:
"Kalau toh enci Chin berpendapat demikian, tentu saja pinni
tidak dapat berkata apa-apa lagi........"
Oh Put Kui yang selama ini hanya berdiri membungkam
ditepi arena, saat itulah berbicaralagi:
"Persetujuan dari cianpwee berdua benar benar membuat
boanpwee merasa berlega hati........"
Mendadak Nyoo Siau-sian melompat bangun dari atas
tanah, lalu serunya keras:
"Oh toako, enci Kiau, ayoh berangkat, sekarang juga kita
berangkat mencari Wi Thian-yang!"
Sikapnya sangan aneh dan jelas kalau tidak normal.
Hal ini segera menimbulkan perasaan murung dan kuatir
dari Wi in sinni, ditatapnya gadis itu sekejap, lalu tegurnya.
"Anak Sian, jernihkah jalan pemikiranmu sekarang?"
"Jalan pikiran tecu jernih sekali........." jawab Nyoo Siau sian
sambil tertawa. Tapi Oh Put Kui yang menjumpai keadaan tersebut segera
berpikir didalam hati: "Siapa bilang pikiranmu jernih" Tindak tandukmu serta
gerak gerikmu jelas memperlihatkan kalau kau tidak
normal........" Namun berada dalam keadaan begini, dia pun tidak dapat
berbuat apa-apa pula. Tiba tiba Wi-in sinni maju menyelinap maju kedepan serta
melancarkan sebuah totokan keatas jalan darah tidur Nyoo
Siau-sian, kemudian beru ujarnya:
"Nak, berangkatlah sehari lebih lambat, pinni harus
mengobati dulu anak Sian........"
"Locianpwee, apa yang tidak beres dengan nona Sian?"
tanya Oh Put Kui tertegun.
Sudah jelas pertanyaan ini tak berguna, karena ia sudah
tahu namun pura-pura bertanya lagi.
Wi in sinni segera membopong tubuh Nyoo Siau-sian
sambil katanya: "Pinni harus menyembuhkan dulu kejernihan otaknya
sebelum berangkat melanjutkan perjalanan........"
Lalu dia berpaling kearah It ing taysu dan katanya :
"Sumoay, lindungilah pinni selama pinni melakukan
pengobatan nanti." Kemudian dengan membopong tubuh Nyoo Siau-sian
segera beranjak pergi menuju ke dalam ruang loteng.
"Enci Chin tak usah kuatir, akan kulindungi keselamatan
kalian." kata It-ing taysu sambil manggut-manggut.
Lalu sambil berpaling ke arah Oh Put Kui katanya pula:
"Oh sicu, beristirahatlah sendiri, lebih baik perjalanan
ditempuh esok siang saja."
Lalu dengan cepat dia melangkah masuk pula kedalam
ruangan loteng itu. Perasaan Kiau Hui-hui saat itu amat gundah, pikirannya
kalut dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Dia ingin sekali bertemu dengan Oh Put Kui sambil
berbincang-bincang, namun keinginannya itu tak sanggup
diutarakan keluar. Maka akhirnya dia cuma bisa berkata sambil tertawa:
"Oh Kongcu, silahkan naik

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keloteng untuk beristirahat........."
Sebagaimana diketahui, didalam lembah saat ini selalu dia
seorang boleh dibilang tiada lelaki kedua lagi, betul sebagai
umum persilatan mereka tak usah terlalu memegang teguh
tentang adat istiadat, akan tetapi Oh Put Kui toh merasa rikuh
juga untuk tetap berada di tempat tersebut.
Maka dari itu baru saja Kiau Hui-hui selesai berkata, ia
segera menyahut sambil tertawa:
"Tidak usah, biar aku bersemedi saja di kebun ini......."
Entah menyesal atau berterima kasih, Kiau Hui-hui segera
memberi hormat kepada pemuda itu sambil tersenyum malu,
kemudian dengan membawa keempat dayangnya masuk
kedalam bangunan loteng. Malam semakin kelam. dialam terbuka yang dicekam
kegelapan itu tinggal Oh Put Kui seorang.........
-oo0dw0oo- Entah berapa saat sudah lewat, mendadak Oh Put Kui
tersadar kembali dari semedinya dengan perasaan kaget.
Secara lamat-lamat ia menangkap suara gemeresek yang
amat lirih berkumandang datang dari luar lembah.
Dengan perasaan bergetar keras, Oh Put Kui melompat
bangun lalu secepat kilat meluncur kedepan dimana
berasalnya suara tersebut.
Mungkinkah didalam lembah Yu-kok di bukit Tiong-lam-sam
ini terdapat gerombolan ular liar yang bermukim disitu"
Dalam waktu singkat ia telah menjumpai munculnya seekor
ular kecil berwarna merah dari balik batuan berwarna putih.
Oh Put Kui segera berkerut kening sambil menyembunyikan diri diatas dahan pohon, lalu dengan sorot
matanya yang tajam dia memperhatikan sekejap keadaan
disekeliling tempat itu. Begitu melayangkan pandangannya Oh Put Kui menjadi
amat terkejut dibuatnya. Rupanya dari arah barat lapangan berbatu putih itu dan
menjulur sejauh tiga li lebih kedepan telah dipenuhi berbagai
macam ular besar maupun kecil yang tak terhitung jumlahnya.
Diantara gerombolan ular beracun itu, berdirilah lima sosok
tubuh manusia. Dari kelima orang tersebut, empat orang adalah lelaki
sedang seorang lagi adalah perempuan.
Dari empat orang lelaki tersebut, ternyata ada tiga orang
yang merupakan pendeta, bahkan dari mereka semua, Oh Put
Kui mengenal tiga orang diantaranya.
Ternyata ketiga orang itu adalah Put Khong hwesio dan Wi-
cay hwesio dari tiga hwesio Tibet serta Tongkat emas
bertangan sakti Sik Keng-seng yang pernah menyaru sebagai
Ciu It-cing, murid ketua Pay-kau tempo hari.
Lelaki keempat adalah seorang hwesio tua yang kurus
kering tinggal kulit pembungkus tulang.
Hwesio tua itu mengenakan jubah pendeta berwarna merah
darah dengan kaos kaki berwarna putih, ditengah kegelapan
malam sorot matanya kelihatan memancarkan sinar tajam
yang menggidikkan hati...
Diam-diam Oh Put Kui merasa terkejut juga setelah
menyaksikan kejadian ini, pernah ia jumpai seseorang yang
memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya seperti
hwesio tua tersebut. Sebaliknya satu satunya perempuan yang hadir diantara
mereka, justru mempunyai dandanan yang luar biasa
merangsangnya. Sepasang bahunya yang telanjang memperlihatkan kulit
badannya yang putih bersih bagaikan salju, tubuh bagian
atasnya hanya ditutup dengan selembar kulit macan tutul yang
minim, sementara dari pinggang kebawah mengenakan gaun
kulit harimau yang panjangnya mencapai lutut, dengan begitu
sepasang pahanya yang putih mulus pun nampak amat jelas.
Perempuan itu bertelanjang kaki, rambutnya yang panjang
tergerai sepanjang bahu, paras mukanya cantik jelita namun
justru memancarkan kegenitan dan kejalangan yang
merangsang. Pada tangan kanannya ia menggenggam sebuah ruyung
panjang, sedangkan bahu kirinya justru setengah bersandar
didepan dada Sik Keng-seng........
Oh Put Kui yang menyaksikan kesemuanya itu segera
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Ia tidak menyangka dalam kolong langit masih terdapat
perempuan yang begitu tak tahu malu semacam perempuan
tersebut........ Tapi pemuda itupun mulai putar otak dan berpikir, dia tak
tahu apa yang hendak dilakukan oleh beberapa orang itu.
Kendatipun dia tahu sampai dimanakah ngerinya kekuatan
yang dihasilkan oleh selaksa ekor ular tersebut, tapi pemuda
itu tetap merasa tenang dan sedikitpun tidak merasa
takut........ Sementara itu, pendeta berbaju merah yang kurus kering
itu sedang berbicara sesuatu terhadap keempat orang
rekannya. Menyusul kemudian perempuan siluman setengah telanjang itu mulai berpekik dengan suara yang rendah.
Melihat hal ini, Oh Put KUi segera tertawa. Rupanya suara
pekikan yang membangunkan dari semedi tadi tak lain adalah
suara pekikan rendah itu.
Kalau didengar secara cermat suara pekikan itu mirip sekali
dengan suara seruling. Bersamaan dengan bergemanya suara pekikan itu,
berlaksa-laksa ekor ular beracun itu mulai bergerak secara
pelan-pelan kedepan. Dalam waktu singkat loteng berwarna putih itu sudah
terkurung rapat-rapat. Oh Put Kui segera berpikir,
"Biarpun kawanan ular tersebut belum tentu mampu
mengepung kedua orang nikou yang berada diatas loteng, tapi
sungguh muak dan menjemukan melihat kawanan makhluk
jelek itu disini........"
Berpikir sampai disini, tiba-tiba saja timbul suatu ingatan
didalam benaknya. Bila ular-ular tersebut dibakar dengan api, sudah pasti akan
berlangsung suatu tontonan yang sangat menarik hati.
Tapi dengan cepat pemuda itu merasa bahwa ideenya tidak
benar, seandainya kobaran api kelewat besar, bukankah
akibatnya gedung loteng berwarna putih yang begitu indah
dan menawan didekatnya akan terbakar"
Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
tertawa, ia memutuskan lebih baik jangan mengusik orang-
orang yang sedang berada didalam ruangan tersebut.
Ini berarti dia harus berusaha untuk menaklukkan
perempuan siluman itu terlebih dulu.
Tentang bagaimana caranya untuk membekuk siluman
perempuan tersebut, ia sendiripun belum memperoleh
gambaran yang pasti, dia tak tahu dengan cara apakah
rencana itu baru dapat terlaksana secara gemilang dan
sukses. Sementara itu, kawanan ular telah mulai bergerak maju
kemuka......... Suara gemerisik yang lirihpun bergema lagi memecahkan
keheningan malam. Oh PUt Kui segera berkerut kening, tiba-tiba ia melejit ke
udara dan seperti seekor burung elang raksasa meluncur ke
depan. Pemuda ini memang bernyali sekali, ternyata ia sengaja
melayang turun persis di depan mata kelima orang tersebut.
Begitu tubuh Oh Put Kui melayang turun keatas tanah,
kawanan ular yang semula tersebar hanya beberapa kaki di
luar kelima orang tersebut, mendadak saja membubarkan diri
dan lari terbirit-birit ke empat penjuru seakan akan bertemu
dengan lawan yang ditakuti.
Dalam waktu singkat kawanan ular tersebut telah mundur
sejauh lima kaki lebih dengan keadaan yang resah dan panik.
Benar-benar suatu peristiwa yang anek sekali.
Benarkah Oh Put Kui memiliki kemampuan yang bisa
membuat kawanan ular tersebut merasa ketakutan"
Paras muka perempuan siluman setengah telanjang itu
segera berubah sangat hebat sedangkan Put Khong taysu, Wi
cay taysu dan serta Sik Keng-seng mundur berulang kali
dengan perasaan terkesiap.
"Meng....... mengapa kau bisa berada disini........!" seru Sik
Keng-seng tanpa terasa. Oh Put Kui tertawa nyaring:
"Itulah yang dinamakan kalau memang berjodoh, dimanapun kita dapat bertemu lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menuding ke arah
perempuan siluman setengah telanjang itu sambil menegur:
"Siapa sih perempuan siluman pawang ular tersebut?"
Sebelum Sik Keng-seng menjawab pertanyaan tersebut,
sambil tertawa genit perempuan siluman itu telah berkata:
"Aku adalah tuan putri selaksa Ibun Hong. Kongcu, siapa
pula kau" Tak nyana kaku berhasil melatih ilmu anti ular dari
wilayah Biau sehingga kawanan ular tersebut mundur
ketakutan sejauh lima kaki lebih........"
Oh Put Kui segera berkerut kening setelah mendengar
kata-kata ini, ia tak mengira musuhnya bisa menduga sampai
kesitu. Dengan suara dalam dan berat Oh Put Kui segera
membentak: "Apakah kau putri dari Ibun Lam?"
Tuan putri selaksa ular Ibun Hong tertawa merdu :
"Kongcu, dari kepandaian anti ular yang kaku miliki, terbukti
bahwa kau kenal dengan ayahku, betul, aku memang putri
dari Ibun Lam si raja ular. Siapakah kongcu sendiir?"
Betapa muak dan bosannya Oh Put Kui menyaksikan
dibalik sorot mata perempuan siluman itu terpancar sinar
cabul yang amat tebal, ia tertawa dingin dan menyahut:
"Aku adalah Oh Put Kui,,,"
Begitu menangkap nama "Oh Put Kui" sekujur badan Ibun
Hong segera bergetar keras.
Tiba-tiba ia menggertak giginya kencang-kencang dan
menjerit sekeras-kerasnya.
"Kau benar-benar adalah Oh Put Kui?"
"Aku yakin tiada manusia didunia ini yang berani mencatut
namaku, memangnya kau tak percaya?" ujar pemuda itu
tertawa. "Tiba-tiba Ibun Hong tertawa seram:
"Haaaaaahhhhh.......
haaaaaaahhhhhh....... haaaaaahhhhhh....... bagus sekali, akhirnya aku berhasil juga
menemukan kau." "Mau apa kau setelah menemukan aku?"
"Aku akan membunuhmu!" jerit Ibun Hong dengan suara
yang tinggi melengking. Oh Put Kui setengah tertegun atas jawaban itu, kemudian
serunya lagi: "Kau anggap pekerjaan itu amat gampang?"
"Betul, aku akan membunuhmu untuk membalas dendam!"
Oh Put Kui segera tersenyum.
"Ooh, jadi kau hendak membalaskan dendam bagi ayahmu
Ibun Lam......." "Benar........"
"Haaaaahhhhhh.......haaaaaahhhhhhh........haaaaaahhhhhh
....... aku mau bertanya kepadamu hey siluman perempuan
bagaimana sih kepandaian silatmu bila dibandingkan dengan
ayahmu" Apakah kau percaya kemampuanmu itu jauh lebih
tangguh?" "Tidak........" sahut Ibun Hong tertegun.
"Nah itulah dia, dengan cara apa kau hendak membalaskan
dendam sakit hati ayahmu itu?"
Sekalipun ia tidak mengemukakan kalau Ibun Hong tidak
punya harapan untuk membalaskan dendam bagi ayahnya,
namun arti dari perkataan tersebut sudah amat jelas.
Andaikan Ibun Lam sendiripun tak mampu berkutik,
bagaimana mungkin Ibun Hong dapat membalas dendam"
Untuk berapa saat lamanya Ibun Hong menjadi tertegun
dan berdiri bodoh, apa yang dikatakan Oh Put Kui memang
benar, ayahnya saja tewas ditangan lawan, bagaimana
mungkin ia bisa membalaskan dendam bagi kematian
ayahnya" Untuk berapa saat ia menjadi tertegun dan menangis
terisak dengan suara rendah.
Oh Put Kui sama sekali tidak memandang sekejap pun ke
arah Ibun Hong, sambil berpaling katanya kemudian kepada
Put-khong siansu: "Mengapa taysu balik kembali setelah pergi?"
Dari perkataan tersebut, jelas ia sedang menegur Put-
khong karena ingkar janji serta balik kembali kedaratan
Tionggoan. Mencorong sinar tajam dari balik mata Put-khong siansu
setelah mendengar pertanyaan itu, dia berkata:
"Koksu perkumpulan kami telah berkunjung kemari, dengan
sendirinya lolap harus mengiringi kedatangannya!"
Diam-diam Oh Put Kui merasa terkesiap, dia tak mengira
hwesio ceking yang bertampang jelek itu sesungguhnya
adalah Koksu dari wilayah Tibet.
Sebagai seorang Koksu, dengan sendirinya ilmu silat yang
dimiliki pendeta ceking itu luar biasa hebatnya, itu berarti pula
apabila ia tidak menghadapi secara hati-hati, sudah pasti
peristiwa tersebut akan mengagetkan orang-orang yang
berada didalam ruang loteng.


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil berputar otak, Oh Put Kui segera berkata sambil
tertawa: "Aku pikir dialah Koksu dari perkumpulanmu itu!"
"Benar........." Put-khong siansu mengangguk.
Dalam pada itu si hwesio ceking itu telah melirik sekejap
kearah Oh Put Kui dengan pandangan menghina, kemudian
katanya kepada Put-khong siansu dengan suara dalam:
"Siapa sih bocah muda itu?"
"Dialah Oh Put Kui yang menjadi termashur kebelakang
ini!" "OOdwOoooh, begitu muda orangnya?" mencorong sinar
tajam dari balik mata pendeta ceking itu.
"Siau-sicu ini adalah ahli waris dari Tay-gi serta Thian-liong
taysu berdua, biar usianya masih muda, namun kepandaian
silatnya sudah mencapai puncak kesempurnaan yang luar
biasa!" Baru selesai Put-khong hwesio berkata, pendeta ceking itu
sudah tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaaahhhhh.......haaaaahhhhh........haaaaaahhhhh........
tampaknya kalian sudah dibuat ketakutan oleh kemampuannya........."
Paras muka Put-khong siansu yang dingin dan kaku tetap
hambar tidak menunjukkan perubahan apa-apa.
Pendeta ceking itu segera berpaling kearah Oh Put Kui dan
katanya: "Bocah, akupun pernah menyaksikan kepandaian silat dari
Thian-liong sangjin, ingin kulihat sudah berapa bagian ilmu
silatnya yang berhasil kau kuasahi sehingga sikapmu begitu
sombong dan berani mencampuri urusan perkumpulan kami?"
Oh Put Kui tertawa hambar:
"Siapa nama toa-hwesio" Kalau didengar dari caramu
berbicara, nampaknya kau adalah seorang toko yang ternama
diwilayah Tibet." Pemuda itu tidak menjawab aoa yang ditanyakan,
sebaliknya justru menggunakan beberapa patah kata yang
tajam dan bernada menyindir itu untuk mengejek lawannya.
Namun hwesio ceking itu mempunyai iman yang cukup
terlatih, dia tertawa setelah mendengar ejekan itu, ujarnya:
"Lolap adalah Hian hui, salah satu dari dua orang koksu
pelindung hukum dari perkumpulan Tibet!"
Itu berarti koksu kedua adalah Hian-kong siansu yang
berhasil mengetahui rahasia dari ruyung mu-ni pian tersebut.
Kembali Oh Put Kui tertawa hambar:
"Nama besar koksu sudah pernah kudengar dari mulut
orang lain........."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba katanya lagi
dengan suara dalam: "Koksu adalah seorang pejabat tinggi yang dihormati dan
disanjung orang di wilayah Tibet, entah dikarenakan persoalan
apakah sehingga ditengah malam buta begini datang
berkunjung kelembah Yu-kok dibukit Tiong-lam-san ini?"
"Haaaaaahhhhhh........
hhhaaaaaahhhhhh....... haaaaaahhhhhh....... tentu saja kedatangan lolap kali ini
disebabkan ruyung mestika Mu-ni-pian tersebut," jawab Hian-
hui koksu sambil tertawa tergelak.
"Ehmmm, tajam amat berita yang kau peroleh!"
Hian-hui koksu kembali tertawa dingin:
"Biarpun Tibet-kau berada jauh diluar perbatasan namun
setiap perubahan dan peristiwa yang terjadi dalam wilayah
Tionggoan sangat kami ketahui seperti melihat jari tangan
sendiri......... lagipula Sik-hu kongcu pun mempunyai mata-
mata yang tersebar luas di seantero kolong langit."
Sambil tertawa Oh Put Kui segera berkata kepada Sik
Keng-seng: "Aaah, tidak nyana kalau Ho-hap kau mempunyai
hubungan yang begitu akrab dengan Tibet-kau! Sobat Sik,
pernahkah kau mendengar cerita tentang mengundang srigala
masuk kamar" Aku kuatir kau akan menyesal kemudian hari."
Toya emas tangan sakti Sik Keng-seng tertawa hambar:
"Antara Ho-hap-kau dengan Tibet-kau sebenarnya adalah
dua aliran yang berasal dari satu dahan, kekuatiran saudara
Oh sesungguhnya merupakan suatu tindakan yang berlebihan........."
Sekali lagi Oh Put Kui merasa amat terkesiap, tidak heran
kalau Ho-hap-kau berani secara terang-terangan melakukan
pelbagai kejahatan didalam dunia persilatan, rupanya mereka
mengandalkan Tibet-kau sebagai kekuatan tulang punggung
yang mendukung mereka dari belakang layar..........
Setelah termenung sebentar, Oh Put Kui segera berkata
lagi sambil tertawa: "Kalau begitu pengetahuanku memang cetek sekali... sobat
Sik, kau telah mengundang putri dari Ibun Lam dan datang
kemari dengan membawa serta kawanan ularnya, bolehkah
aku tahu apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya?"
Sik Keng-seng tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaaahhhhhh........
haaaaahhhhh....... hhhaaaaaahhhhh....... perkumpulan kami berniat mengundang
Kiau Hui-hui untuk menjabat sebagai pelindung hukum
kami........" Oh Put Kui tak bisa menahan rasa gelinya lagi dan segera
tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, segera
ujarnya: "Belum pernah kujumpai cara mengundang orang menjadi
pelindung hukum dengan cara semacam ini, bagaimana
seandainya Kiau Hui-hui menampik" Hey sobat Sik apakah
kalian bermaksud menggunakan kekerasan untuk memaksanya?" "Tebakan saudara Oh memang benar!"
Tiba-tiba Oh Put Kui tertawa dingin ejeknya:
"Sobat Sik, aku kuatir kalian bakal kecewa........."
Pada saat itulah si pendeta ceking Hian hui koksu telah
membentak dengan nada tak senang:
"Hey anak muda, apakah kemunculanmu sekarang ini
bermaksud untuk mewakili Wi in nikou tua itu?"
"Kalau benar mau apa kau hah?" sahut Oh Put Kui sambil
tertawa. "Itu sih gampang sekali, aku hanya minta agar ruyung Mu-
ni-pian segera dipersembahkan kepadaku!"
"Huuuuuhhh, mana adakah urusan yang begitu gampang
didunia ini?" Hian-hui koksu segera tertawa dingin:
"Wahai bocah muda, bila kudengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya kau ada niat untuk merepotkan
lolap?" "Haaaaaahhhhhh....... hhhhaaaahh....... haaaaaahhhh.......
bagaimanapun juga kau sebagai seorang koksu memang lebih
tajam daya tangkapnya dan lebih cepat memahami perkataan
orang." "Bagus sekali!" kata HIan-hui koksu kemudian sambil
berkerut kening, "suruh Wi-in keluar lebih dulu......."
Oh Put Kui tertawa, sebelum ia sempat mengucapkan
sesuatu, mendadak dari balik pohon dibelakang tubuhnya
terdengar seorang membentak nyaring:
"Hian-hui, pinni It-ing berada disini, ada urusan apa lebih
baik sampaikan saja kepadaku......."
Bersamaan dengan ucapan itu tampak bayangan putih
berkelebat lewat secepat kilat tahu-tahu It-ing taysu sudah
tampilkan diri didepan mata.
Penampilan yang sangat mendadak ini sama sekali tidak
membuat Oh Put Kui menjadi tertegun, sebab dari tadi ia
sudah mengetahui kalau It-ing taysu telah munculkan diri dari
bangunan loteng. Berbeda sekali dengan kawanan musuh penampilan nikou
ini sangat mengejutkan mereka, terutama sekali bagi Hian hui
koksu. Kemunrulan It-ing taysu yang sama sekali tidak
menimbulkan suara itu ternyata tidak dirasakan pula olehnya,
peristiwa semacam ini boleh dibilang sangat memalukan dan
merosotkan kemampuannya dihadapan orang. Tapi hal inipun
membuktikan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki
lawan. Sekalipun dalam hati kecilnya merasa amat terkesiap,
Hian-hui koksu tak mau mengaku kalah dengan begitu saja,
segera berseru: "Aku tidak mengira kalau Giok-heng sinni pun berada disini,
benar-benar beruntung sekali dapat bersua denganmu
disini..." It-ing taysu tertawa dingin:
"HIan-hui, benarkah tidak kau ketahui kalau lembah Yu-kok
dibukit Tiong-lam-san ini merupakan salah satu tempat tinggal
pinni........" HIan-hui tertawa tergelak:
"Haaaaaahhhhh....... haaaaaaahhhhh........ haaahhhhh.......
walaupun banyak persoalan dunia persilatan yang kuketahui,
tapi tidak pernah kuperhatikan masalah tentang harta benda
serta tempat kediaman yang dimiliki masing-masing jago
didalam dunia persilatan........"
Suatu ucapan yang tajam dan amat mengejek dari hweesio
tersebut........ Jawaban semacam ini tentu saja sama sekali berada diluar
dugaan It-ing taysu. Nikou itu segera memutar biji matanya sambil tertawa
dingin, kemudian terusnya:
"Hian-hui, saat ini kau pasti sudah tahu bukan?"
"Yaa, benera! Benar! Barusan aku baru mengetahuinya dari
sinni sendiri!" "Kalau memang sudah tahu, mengapa tidak segera
beranjak dari sini?"
"Tentu saja, tentu saja aku akan pergi," HIan-hui tertawa,
"cuma aku perlu minta sedikit sedekah dari sinni, asal sinni
mengabulkan, sudah pasti aku akan segera angkat kaki........"
"Hmmm Hian-hui, rupanya kau memang sengaja datang
mencari gara-gara......." tegur It-ing taysu sambil tertawa
dingin. "Ooh, tidak berani!"
"Sinni tak sabar untuk bermain setan terus denganmu........"
It-ing semakin berang. "Benar" Hian-hui tertawa, "aku mengerti bahwa sinni
merasa amat tak senang hati saat ini, tapi setelah jauh-jauh
datang kemari, aku merasa berkewajiban untuk menjumpai
apa yang menjadi tujuanku!"
"Hian-hui, rupanya kedatanganmu kemari benar-benar
membawa suatu maksud?" mendadak It-ing taysu membentak
keras. "Tentu saja!" "Mengingat kalian murid-murid dari aliran Tibet juga berasal
dari kaum Buddha selama ini aku bersabar terus
kepadamu........" Setelah berhenti sejenak dan mendengus dingin, terusnya:
"Tapi jika kau masih juga tak mau sadarkan diri, hati hatilah
dengan selembar nyawamu........"
Hian-hui tertawa tergelak:
"Apanya yang perlu berhati-hati" Aku merasa tidak
berkeperluan untuk bertindak lebih hati-hati........."
Mencorong sinar tajam dari balik mata It-ing taysu setelah
mengdengar perkataan itu, mendadak dia mengebaskan ujung
bajunya melepaskan sebuah serangan sambil serunya dengan
marah: "Mundur kau........."
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan
amukan ombak samudra segera meluncur.
Jangan dilihat serangan tersebut hanya merupakan sebuah
kebutan belaka, sesungguhnya kekuatan yang terkandung
mencapai ribuan kati lebih.
Put khiong taysu dan Wi-cay taysu sama-sama menjadi
terkesiap menghadapi serangan mana.
"It-ing, kau jangan kurang ajar........" bentak mereka
bersama-sama. Empat buah telapak tangan serentak dilontarkan bersama
kemuka melancarkan serangan balasan.
Sebaliknya Hian-hui taysu yang melihat adegan mana
segera tersenyum dengan sikap yang amat santai seolah-olah
tak pernah terjadi sesuatu apapun ia berkata:
"It-ing, kuanjurkan kepadamu lebih baik jangan sembarangan turun tangan! Kau mesti tahu, orang orang dari
aliran Tibet hampir semuanya berlatih ilmu toa-lok-kim-kong-
sian-kang, bila kau ingin beradu kekuatan dengan mereka,
ibaratnya telur yang diadu batu, kau cuma mencari penyakit
buat diri sendiri..........."
It-ing taysu segera tertawa dingin:
"Hmmmm, mari kita buktikan bersama-sama, siapakah
yang sesungguhnya mencari penyakit buat diri sendiri......."
Dalam pembicaraan mana, tenaga pukulan kedua belah
pihak telah saling bertemu satu sama lainnya.


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Blaaaaaammm.......!"
Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, Put
khong taysu dan Wi-cay taysu masing masing terdorong
mundur sejauh dua langkah dari posisi semula.
Sebaliknya It-ing taysu masih tetap berdiri tegak ditempat
semula, bergeser pun tidak.
Peristiwa tersebut kontan saja mengejutkan Leng-hui yang
menonton dari samping, dia segera berseru:
"Waaah, rupanya tenaga dalam yang taysu miliki telah
memperoleh kemajuan yang amat pesat, agaknya Hong-gwa-
sam-sian (tiga dewa dari luar perbatasan) benar-benar
memiliki kepandaian silat yang tangguh dan hebat........"
"Hmmm, kau baru tahu sekarang?" jengek It-ing taysu
sambil mendengus dingin. Kembali telapak tangan kirinya dikebaskan kedepan
langsung menyerang Hian-hui.
Hian-hui taysu terawa tawa, dengan cekatan dia
menghindar kesamping. "It-ing, kau memang lebih hebat daripada empat puluh
tahun berselang........" kembali dia berseru.
It-ing taysu tetap membisu dalam seribu bahasa, sepasang
pergelangan tangannya digerakkan berulang kali melancarkan
serangkaian serangan dahsyat.
Sepuluh gulung tenaga pukulan yang amat dahsyat dan
tajam serentak membelah angkasa dan langsung menyerang
Hian-hui koksu. Menghadapi serangkaian serangan yang begitu dahsyat,
terlintas rasa kaget dan seram dibalik mata Hian-hui koksu.
Sambil berkelit kesamping, serunya sambil tertawa
terbahak-bahak: "Haaaaaaahhhhh........
haaaaaaahhhh....... hhhhaaaaaahhhhhh.......... Apakah kau telah berhasil melatih
ilmu sakti penakluk iblis dari kaum Buddha" Tak heran
kalau..." Mendadak ucapannya terhenti di tengah jalan, sebab
sebuah totokan jari yang amat keras telah bersarang diatas
bahu kirinya. Sambil tertawa dingin It-ing taysu segera tertawa mengejek:
"Jika kau belum juga mundur, jangan salahkan bila pinni
akan turun tangan lebih keji lagi!"
Hian hui koksu tidak menjadi gusar oleh serangan mana,
malahan katanya sambil tertawa:
"It-ing, kau mesti tahu, serangan jarimu itu tidak akan
berhasil melukai aku."
"Sesungguhnya pinni memang tidak berniat melukaimu,
kalau tidak, kau anggap masih bisa bersikap santai macam
begini?" "Kalau kudengar dari pembicaraanmu itu, seolah-olah kau
beranggapan bahwa aku tak mampu menghadapi serangan
jarimu itu?" "Mampu atau tidak, itu mah urusanmu sendiri!"
"Baik," kata Hian-ui koksu kemudian sambil menarik
kembali senyumannya, "seandainya aku tidak mencoba
kemampuan itu, kau tentu tak akan merasa lega..........."
Berbicara sampai disitu, dia segera melepaskan sebuah
pukulan kedepan. Serangan itu dilancarkan tidak cepat tidak pula lambat,
melayang diudara dan meluncur kedepan agak mengambang.
"Toa-lek-kim-keng-ciang!" diam-diam Oh Put Kui berpekik
dalam hati. Sementara itu It-ing taysu telah memusatkan seluruh
pikiran dan perhatiannya untuk mengawasi setiap gerak-gerik
Hian-hui koksu. Tatkala lawannya telah melancarkan sebuah pukulan,
dengan cekatan dia mengayunkan pula tangan kanannya
melepaskan sebuah serangan dengan ilmu Boen-yok-sian-
kang. Dalam waktu singkat kedua gulung tenaga kekuatan yang
maha dahsyat itupun saling beradu satu sama lainnya.
"Blaaaaammm........!"
Ledakan keras yang memekikkan telinga menggelegar
diudara dan memecahkan keheningan.
Hian-hui Koksu sama sekali tidak tergerak dari posisinya
semula. Begitu juga dengan It-ing taysu, ia tetap berdiri diposisinya
dengan mantap. Itu berarti hasil pertarungan kali ini adalah seimbang,
siapapun tak berhasil merebut keuntungan ataupun kemenangan. It-ing taysu tertawa dingin, secepat kilat tubuhnya
berkelebat kemuka lalu melepaskan sebuah pukulan lagi.
Hian-hui koksu tertawa tergelak, dia segera maju pula
untuk menyongsong datangnya ancaman itu.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam
pertarungan yang amat seru.
Oh Put-kui yang melihat kesemuanya ini segera tertawa
hambar, kepada Sik Keng-seng katanya kemudian:
"Sobat Sik, coba kau suruh Ibun Hong untuk menarik
kembali kawanan ular itu!"
"Begini banyak ular yang berkumpul di sini, mana mungkin
bisa ditarik kembali?" kata Sik Keng-seng sambil geleng
kepala, "apakah saudara Oh bukan lagi bergurau?"
Sebaliknya Ibun Hong segera berseru dengan gemas:
"Kalau aku tak mau menariknya kembali, kau bisa apa?"
"Aku memang tak bisa berbuat apa-apa, tapi paling tidak
aku toh mampu membunuh ular-ular itu...!" jawab Oh Put Kui
sambil tertawa. "Kau berani?" "Kenapa tidak?" Ular-ular dari Ibun Lam pun pernah
kubunuh sampai habis, apalagi ular-ularmu itu?"
Ibun Hong tak bisa menahan diri lagi, sambil menangis
kembali teriaknya: "Orang she Oh, aku akan beradu jiwa denganmu.........."
Sambil menggetarkan ruyung panjangnya, ia langsung
menubruk kearah Oh Put Kui.
Menghadapi tubrukan ini Oh Put Kui hanya tersenyum,
tangannya segera digerakkan dan entah apa yang dilakukan,
tahu-tahu sang ruyung panjang lawan telah berada dalam
cekalannya. Kemudian serunya sambil tertawa tergelak:
"Ibun Hong, kau masih ketinggalan jauh bila dibandingkan
dengan kemampuan ayahmu !"
Sambil berkata ia segera mengendorkan tangannya dan
melepaskan ruyung tersebut.
Disaat ruyungnya kena ditangkap lawan tadi, Ibun Hong
sungguh merasa terkejut bercampur ngeri, paras mukanya
sampai berubah hebat..........
Akan tetapi ia tidak menyangka kalau Oh Put-kui bakal
melepaskan cengeramannya dengan begitu saja.
Untuk berapa saat lamanya dia sampai berdiri tertegun dan
memandangi lawannya dengan termangu.
Sambil tertawa hambar kembali Oh Put Kui berkata:
"Nona, andaikata kau tidak segera menarik kembali
rombongan ularmu itu, terpaksa aku akan bekerja untuk
mewakilimu.........."
Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan:
"Cuma......... seandainya aku yang turun tangan, sudah
pasti nona mengetahui bukan apa akibatnya?"
Sebelum Ibun Hong menjawab, Sik Keng-seng telah
berseru sambil tertawa dingin:
"Saudara Oh, benarkah kau mempunyai kepandaian untuk
membunuh sekian banyak ular?"
"Jadi kau anggap aku tidak mampu?" Oh Put Kui balik
bertanya sambil tertawa. "Aku rasa kau memang tidak sanggup!"
Tiba-tiba Oh Put Kui tertawa, jengeknya:
"Sobat Sik, kau memang berhati amat keji dan buas!"
"Bagaimana kejiku?" Sik Keng-seng nampak terkejut.
"Bukankah kau ingin memperalat diriku untuk membunuhi
ular-ularnya sehingga memaksa nona Ibun tak ada tempat
berpijak dan terpaksa menggabungkan diri untuk selamanya
dengan perkumpulan Ho-hap-kau kalian itu?"
Tak terlukiskan rasa kaget Sik Keng-seng ketika melihat
rencana busuknya dibongkar lawan secara blak-blakan.
Tapi sebagai seorang yang licik dan banyak akal
muslihatnya, ia segera berseru lagi sambil tertawa:
@oodwoo@ Jilid 34 "Haaaaaahhhhhh.......
hhhaaaaaaahhh....... hhhaaaaaaahhh......... benarkah begitu?" Oh Put Kui tertawa
tergelak, "tapi, apakah kau memang pantas disebut seorang
lelaki sejati?" "Paling tidak aku toh bukan manusia kurcaci seperti apa
yang saudara Oh katakan!"
Oh Put Kui tertawa hambar, kepada Ibun Hong segera
ujarnya: "Nona, bagaimana rencanamu selanjutnya" Apakah kau
bersedia mempercayai perkataanku?"
Saat ini Ibun Hong percaya seratus persen bahwa Oh Put
Kui memang berkemampuan untuk menjinakkan ular serta
membunuhnya, ia termenung sejenak, lalu dengan air mata
bercucuran katanya kemudian:
"Baiklah, hari ini aku tak akan menyinggung masalah balas
dendam lagi.........."
Oh Put Kui segera tertawa tergelak:
"Hhhaaaaaahhh.......
hhhaaaaaaahhh....... hhhaaaaaahhh........ nona memang amat berbesar jiwa, tapi
aku perlu memberitahukan kepada nona, disaat ayahmu
masih banyak melakukan kejahatan di dalam dunia persilatan
dulu, tidak sedikit kawanan jago yang menemui ajalnya
ditangan ayahmu itu."
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan........" jawab Ibun Hong
dingin. Dia mengira Oh Put Kui menguatirkan keselamatan jiwanya
setelah hari ini. Padahal Oh Put Kui berniat untuk memberitahukan
kepadanya, mengapa dia sampai turun tangan untuk
membunuh si raja dari selaksa ular, dewa ular seribu bisa Ibun
Lam. Tapi pemuda itu tidak berniat memberi penjelasan lebih
jauh, katanya lagi sambil tertawa:
"Kalau toh nona telah bersedia menarik mundur kawanan
ularmu itu, bagaimana kalau kau tinggalkan saja tempat ini
sejauh-jauhnya........?"
Dengan sedih Ibun Hong memandang sekejap kearah Oh
Put Kui, lalu katanya: "Oh Kongcu....... harap kau jangan bersua lagi denganku
setelah lewat hari ini, kalau tidak aku akan membalaskan
dendam bagi kematian ayahku....... kongcu, berjanjilah......."
Belum habis perkataan itu diutarakan, dia sudah menutupi
mukanya sambil menangis tersedu.
Dengan perasaan agak iba Oh Put Kui segera menyahut:
"Baiklah, sejak kini aku akan berusaha untuk menghindari
perjumpaan dengan nona........"
Ibun Hong segera menyeka air matanya lalu setelah
mendepakkan kakinya keatas tanah, diapun berpekik panjang.
Begitu pekikan berkumandang, kawanan ular itupun mulai
bergerak meninggalkan tempat itu.
Tak seekorpun kawanan ular itu yang berani bergerak
mendekati Oh Put Kui, dari jarak sejauh lima kaki mereka
telah menyingkir jauh-jauh dan berbondong-bondong mengundurkan diri dari dalam lembah.
Kata Ibun Hong kemudian sambil menghela napas panjang:
"Oh kongcu, baik-baiklah kau menjaga diri, jangan
membuat aku kehilangan kesempatan untuk membalaskan
dendam bagi kematian ayahku......."
Lalu dia membalikkan badan dan berkelebat pergi
meninggalkan lembah tersebut.
Sik Keng-seng sama sekali tidak menyangka kalau Ibun
Hong bakal pergi sungguhan dari situ, bahkan menyapa
diapun tidak. Rasa sedih yang dirasakan kali ini sungguh tak terlukiskan
dengan kata-kata. Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya, tampak
pertarungan antara It-ing taysu dengan Hian-hui koksu masih
berlangsung amat seru, sadarlah dia bahwa posisi yang
dihadapinya hari ini tidak menguntungkan bagi pihakknya.
Maka tanpa membuang banyak waktu lagi ia segera
memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil langkah
seribu. Sambil membalikkan badan, teriaknya keras-keras:
"Nona Hong, mari kutemani kau........"
Secepat sambaran petir dia ngeloyor pergi pula dari lebah
tersebut. Oh Put Kui cuma tertawa hambar belaka menyaksikan
kepergian kedua orang itu.
Tapi secara tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, dengan
perasaan terkejut cepat-cepat dia mengejar keluar lembah.
Apa yang diduga ternyata benar, Kiau Hui-hui dengan
disertai keempat orang dayangnya telah menghadang didepan
mulut lembah. Dari kejauhan Oh Put Kui sudah melihat pertarungan
melawan Ibun Hong. Sedangkan Sik Keng-seng malahan sudah bertarung
melawan kerubutan empat dayang tersebut.
Oh Put-kui segera meluncur kedepan sambil berseru keras:
"Nona Kiau, lepaskan mereka........."
"Melepaskan mereka pergi dari sini........?" dengan


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perasaan tercengang dan sedikit di luar dugaan Kiau Hui-hui
memandang sekejap kearah Oh Put-kui yang sedang
meluncur tiba. "Ya, aku telah berjanji akan melepaskan mereka," kata Oh
Put-kui lagi sambil tertawa.
"Baiklah," kata Kiau Hui-hui kemudian, kalau toh toako
sudah berjanji, tentu saja siaumoay tak berani menghalanginya......."
Ternyata mereka telah saling berganti sebutan, namun bagi
Kiau Hui-hui kejadian tersebut cukup membuatnya tersipu-
sipu, sebab selama dua puluh tahun ini baru pertama kali dia
menyebut seorang lelaki sebagai kakaknya.
Oh Put-kui tertawa lagi: "Terima kasih adik Hui......."
Kiau Hui-hui tertawa gembira, ia segera berpaling kearah
Ibun Hong dan berkata dengan suara dalam:
"Kau boleh pergi........"
Dalam pada itu keempat orang dayangnya telah
menghentikan pula serangan-serangan mereka.
Sik Keng-seng segera menjura kepada Oh Put-kui dan
berseru sambil tertawa: "Saudara Oh, sekali lagi perkumpulan kami menderita
kekalahan total ditanganmu........"
"Yaa benar, tolong sampaikan kepada ketua kalian, setiap
saat aku she Oh menantikan pembalasan darinya."
"Aaah tidak mungkin," Sik Keng-seng tertawa, "sebaliknya
kami justru berharap kehadiran saudara Oh bersama Kiau
siancu dan nona Nyoo Siau-sian untuk berpesiar kemarkas
besar kami bila kau ada waktu di lain saat........."
Mendengar perkataan tersebut Oh Put-kui tertawa tergelak:
"Haaaaaahhhhh.......
hhhaaaaaahhh........ hhhaaaaaaahhh........ sahabat Sik memang benar-benar
berakal tajam........ kau bukannya tak berani berkunjung ke
sana, cuma kuatirnya setelah pergi kesitu maka kami akan
mengalami nasib yang tragis......."
-oo0dw0oo- "Tidak mungkin!" seru Sik Keng-seng sambil menggeleng,
"bila ada kesempatan silahkan saudara Oh berkunjung, kau
tentu akan mengerti sendiri nanti............"
Kemudian ia berpaling kearah Ibun Hong dan katanya lagi
sambil tertawa: "Nona Hong, mari kita berangkat!"
Ibun HOng tidak mengucapkan sepatah katapun, dengan
kepala tertunduk ia berjalan menuju keluar lembah.
Dalam waktu itu kawanan ular yang beribu ribu ekor
banyaknya itu sudah menanti di luar lembah.
Sambil melangkah keluar lembah, Sik Keng-seng berkata
lagi kepada Oh Put Kui sambil tertawa:
"Saudara Oh, jangan lupa dengan undangan kami..........."
"Haaaaaaaahhhhh........
hhhhaaaaaaahh......... hhhhaaaaaaahh........ undangan saudara tentu akan kuingat
selalu........." Memandang sampai kedua orang itu pergi jauh, Kiau Hui-
hui baru berkata kepada Oh Put Kui sambil tertawa:
"Toako, lebih baik cepat-cepat kembali hati-hati kalau
sampai kedua orang hwesio yang lain naik keloteng.........."
Terkesiap Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu,
benar juga peringatan tersebut.
Waktu itu Wi-in sinni sedang mengobati luka yang diderita
Nyoo Siau-sian, ini berarti dia tak akan bisa beranjak dari
tempatnya untuk melawan musuh-musuh yang datang.
Dengan suatu gerakan secepat kilat Oh Put Kui segera
kembali ke arena. Untung saja Put-khong taysu dan Wi-cay taysu masih tetap
berdiri tenang di tempat semula.
Sebaliknya pertarungan antara It-ing taysu melawan Hian-
hui koksu telah berubah dari pertarungan ditengah udara
menjadi adu kekuatan yang menegangkan syaraf.
Menyaksikan kesemuanya ini Oh Put Kui segera
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Jelas sudah kalau pertarungan itu bukan lagi pertarungan
mainan, apalagi bagi jago jago lihay kelas satu seperti
mereka, sekali bertarung adu tenaga dalam maka pertarungan
tersebut tak akan bisa dilerai sebelum salah satu pihak
menderita kekalahan..........
Walaupun begitu, keadaan dari mereka berdua saat ini
tidak sampai terancam oleh mara bahaya.
Kedua belah pihak sama-sama bertahan dalam posisi
seimbang, mereka saling mempertahankan keadaan masing-
masing. Biar begitu, Put-khong siansu dan Wi-cay siansu yang
mengikuti jalannya pertarungan itu nampak mulai cemas,
gelisah dan murung. Oh Put Kui mengerti, yang menjadi cemas, gelisah dan
murung adalah kekuatiran mereka jika dia membantu It-ing
taysu atau secara tiba-tiba dia menantang mereka berdua
untuk bertarung. Sudah barang tentu Oh Put Kui tidak akan berbuat
demikian. Setelah melihat jelas keadaan situasi dalam arena
pertarungan, segera katanya kepada Put-khong siansu:
"Apakah taysu sudah melihat ancaman bahaya dari situasi
didepan mata sekarang" Kalian datang dengan jumlah yang
kecil, andaikata Hian-hui koksu menderita kekalahan ditangan
It-ing taysu, kalian kira bisa mengundurkan diri dari sini
dengan selamat?" "Toa-kongcu tak bakal kalah, siau-sicu tidak usah kuatir!"
sahut Put-khong siansu dengan napas dalam.
Oh Put Kui segera tertawa:
"Kalau begitu percuma saja aku menguatirkan hal ini.........."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba katanya lagi
sambil tertawa dingin: "Seandainya aku turun tangan mewakili It-ing taysu saat ini,
beranikah kalian mengatakan bahwa Hian-hui koksu tersebut
tak akan menderita kekalahan?"
Put-khong siansu tidak menyangka kalau anak muda
tersebut bakal mengucapkan perkataan itu.
Untuk sesaat dia menjadi gusar, bimbang dan tak tahu apa
yang mesti diperbuat. Lama setelah termenung Put-khong siansu baru berkata:
"Asalkan siau-sicu tidak kuatir merusak nama baik tiga
dewa dari luar wilayah silahkan siau-sicu segera turun tangan
untuk mewakili It-ing taysu untuk bertarung."
Tampak Put-khong siancu pun seorang hwesio yang
sangat lihay, cukup dengan sepatah kata ini saja, ia sudah
dapat menyulitkan Oh Put0kui sehingga tak mampu berkutik.
Akibatnya pemuda tersebut menjadi tertegun dan tak
mampu berbuat banyak. Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya kearah
lapangan dimana dua orang tokoh silat tersebut sedang
melangsungkan suatu pertarungan seru...........
Menurut perkiraannya, dengan tenaga dalam yang dimiliki
mungkin dia dapat memisahkan kedua orang tersebut, akan
tetapi ia tak berani bertindak secara gegabah, karena
keyakinannya hanya mencapai enam puluh persen saja.
Untuk sementara waktu pemuda ini menjadi sangsi dan tak
tahu apa yang mesti diperbuat.
Pada saat itulah Put-khong siansu kembali berkata lagi
sambil tertawa dingin: "Ilmu Tok-lek-kim keng-sinkang dari perkumpulan kami
paling cocok bila digunakan untuk suatu pertarungan jangka
panjang biarpun tiga dewa dari luar wilayah tanggguh, jangan
harap mereka sanggup bertahan selama dua jam lamanya........." Mendadak......... Dari atas sebatang pohon terdengar
seorang tertawa dingin, lalu disusul kemudian seruan
mengejek: "Huuuh, sungguh tak tahu malu, aku tak percaya kalau
perkumpulan dari Tibet benar-benar memiliki ilmu silat yang
sangat tangguh........."
Bersamaan dengan bergemanya suara itu tampak sesosok
bayangan manusia melayang turun dari atas pohon.
Orang itu berjumpalitan beberapa kali di tengah udara lalu
melayang turun persis di tengah-tengah antara It-ing taysu
dan Hian-hui koksu yang sedang bertarung.
Bukan cuma begitu, malahan sambil mementangkan
sepasang tangannya dia berseru seraya mengejek:
"Haaaaaahhhhh........
hhhhaaaaaaahh........ hhhaaaaaaaahh........ ayoh cepat dipisah, jangan kau pakai
semua tenagamu sampai habis........"
Dalam waktu singkat It-ing taysu merasakan tenaga
dalamnya yang kuat bagaikan bertemu dengan hembusan
angin segar, tahu tahu hilang lenyap tak berbekas, bahkan tak
bisa ditahan lagi tubuhnya terdorong oleh tenaga lembut itu
sampai mundur sejauh tiga langkah.
Sebaliknya keadaan dari Hian-hui koksu jauh lebih
mengenaskan lagi. Disaat tenaga Toa-lek-kim-kong-siankang nya sedang
dihimpun dalam tangan kanannya, dia seperti menjumpai
serangan yang amat berat saja. tahu-tahu.........
"Blaaaaaammm......."
Ia merasakan isi perutnya tergetar sangat keras, tubuhnya
harus mundur sejauh lima depa lebih sebelum dengan susah
payah berhasil mempertahankan diri........
Peristiwa mana kontan saja mengakibatkan Hian-hui Koksu
merasa terperanjat sekali.
Serta merta dia mencoba untuk menghimpun hawa
murninya guna menekan gejolak hawa murni didalam
dadanya........ Ketika dia mengalihkan kembali pandangan matanya
ketengah arena. ternyata disitu telah muncul seorang kakek
berambut putih yang sedang memandang kearahnya sambil
tertawa nyengir..........
Ia tiada mengenal siapakah orang tersebut sebab kali ini
baru kedua kalinya dia menginjakkan kakinya didaratan
Tionggoan. Berbeda dengan It-ing taysu, dia segera mengenalinya dan
menegur: "Ban tua, mengapa kau pun berada disini?"
Ternyata kakek itu tak lain adalah Put-lo huang-siu si kakek
latah awet muda Ban Sik-tong.
Si kakek latah awet muda tidak menggubris teguran It-ing
taysu, sebaliknya tertawa tergelak kearah Hian-hui koksu yang
masih berdiri kagetnya seraya bentaknya:
"Huuuh, koksu dari perkumpulan Tibet cuma begini-begini
saja, apa sih yang kau banggakan" Kuberi waktu seperminum
teh kepada kalian untuk segera pergi meninggalkan tempat ini,
kalau tidak........."
Tiba-tiba kakek itu berpaling kearah balik pepohonan dan
serunya keras keras: "Pengemis kecil, siapkan kencing anjing untuk mencekoki
mereka........" Dari balik pepohonan segera terdengar seseorang
menjawab: "Dari pada kencing anjing, rasanya lebih marem kotoran
manusia, empek tua, sudah kusiapkan tiga kati tahi manusia,
tanggung mereka akan menikmatinya sampai kenyang."
Oh Put Kui segera tahu, si pengemis pikun pun telah ikut
datang. Tapi mengapa mereka bisa muncul disini" suatu persoalan
yang tak sempat terpikir olehnya karena ia sudah tidak tahan
untuk tertawa tergelak. Bahkan It-ing taysu pun turut tersenyum sehabis
mendengar perkataan itu. Hian-hui koksu mengatur pernapasannya lebih dulu,
kemudian dengan langkah lebar maju kedepan dan berseru:
"Lo sicu, siapakah kau" Boleh aku tahu siapa nama
besarmu?" "Ada apa" Kau tidak puas" Setelah mengetahui nama
besarku lantas berniat membalas dendam dikemudian hari?"
seru Kakek latah awet muda dengan mata melotot, "baiklah,
aku akan memberitahukan nama besarku itu.........."
Setelah berhenti sejenak dan tertawa tergelak, ia berkata
lebih jauh. "Didalam dunia persilatan terdapat seorang makhluk aneh
yang tak pernah tua, orang menyebutnya si tua bangka binal,
Kakek latah awet muda Ban Sik-tong, nah Kakek moyang she
Ban tersebut tak lain adalah aku ini!"
Mendengar perkenalannya ini, Oh Put Kui yang sebenarnya
sudah berhasil menahan rasa gelinya itu segera tertawa
terpingkal pingkal lagi.........
Malahan si pengemis pikun yang bersembunyi di balik
pepohonanpun ikut tertawa tergelak-gelak.
"Kakek moyang, kau benar-benar membuat perutku si
pengemis kecil menjadi sakit lantaran kebanyakan tertawa........" Sedangkan ketiga hwesio dari Tibet itu benar-benar tak
mampu tertawa lagi. Ketika Hian-hui Koksu mendengar Kakek dihadapannya
adalah Kakek latah awet muda ia tak berani banyak berbicara


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Setelah merangkap tangannya didepan dada untuk
memberi hormat, segera serunya:
"Rupanya dewa tua yang telah datang, bila pinceng
sekalipun berbuat dosa, harap sudi dimaafkan........"
Jelas nama besar si Kakek latah awet muda telah
merontokkan nyali mereka.
Kakek latah awet muda menjadi amat girang setelah
mendengar perkataan itu, segera serunya sambil tertawa:
"Hey keledai gundul kecil, rupanya kalian juga mengetahui
akan nama besarku?" Hian-hui Koksu segera mengerutkan dahinya karena
dipanggil keledai gundul kecil, namun diapun tak berani untuk
tidak menerimanya, terpaksa sambil tertawa getir dan
merangkap tangannya didepan dada ia berseru:
"Siapa sih manusia didunia ini yang tidak mengenali nama
besar dewa tua" Biarpun pinceng berdiam jauh diwilayah
Tibet, namun nama besar kau orang tua sudah lama kami
mendengarnya........."
"Mana, mana........" kakek latah awet muda tertawa
tergelak. Sekali lagi Hian-hui Koksu merangkap tangannya didepan
dada memberi hormat: "Kalau toh dewa tua masih hidup segar bugar didunia ini,
maka pinceng sekalipun akan segera balik ke Tibet, selama
kau orang tua masih hidup, kami orang-orang dari
perkumpulan Tibet tak berani melangkah masuk lagi
kedaratan Tionggoan!"
Beberapa patah kata dari Hian-hui Koksu ini kontan saja
membuat sikakek latah awet muda menjadi kegirangan
setengah mati. Sambil mengelus jenggotnya dan menari nari kegirangan,
ia berseru sambil tertawa tergelak:
"Haaaaaahhhhh.........
hhhhaaaaaaahhh......... hhhaaaaaaaahhh......... bagus, bagus sekali! Tak nyana kalian
semua begitu tahu diri. Baiklah, seandainya kalian tidak akan
memasuki daratan Tionggoan lagi, jika aku punya waktu
senggang tentu akan kukunjungi Tibet untuk menjenguk kalian
semua........." "Tidak berani.......... tidak berani..........." cepat cepat Hian-
hui Koksu berseru agak ketakutan, "kami tak berani menerima
kunjungan kau orang tua........"
Kemudian sambil mengajak kedua orang pendeta lainnya,
cepat-cepat ia berseru lagi:
"Pinceng sekalian hendak mohon diri lebih dulu........."
"Selamat jalan, bila ada waktu aku pasti akan menjenguk
kalian.........." sahut sikakek latah awet muda sambil
mengulapkan tangannya berulang kali.
Sikap maupun gerak-geriknya persis seperti kawan lama
yang sedang berpisah. Namun keadaan dari ketiga orang hwesio itu amat lemas,
dengan kepala tertunduk macam ayam jago yang kalah
bertarung, selangkah demi selangkah berlalu dari situ.
Sementara itu Oh Put-kui telah datang mendekati sambil
tegurnya. "Ban tua, mengapa kau orang tua bisa muncul dilembah Yu
kok bukit Tiong-lam-san ini?"
Kakek latah awet muda segera tertawa:
"Kau boleh datang, masa aku tak boleh ikut datang juga?"
"Tentu saja kau boleh datang, cuma......... bukankah kau
pergi ke Kun-lun-san........."
Tidak sampai Oh Put-kui menyelesaikan perkataannya, si
kakek latah awet muda telah berteriak keras:
"Anak muda, kau bukannya tidak tahu apa yang hendak
kulakukan dalam kepergianku kebukit Kun-lun" Setelah Wi-in
sinni berada disini, buat apa aku mesti menyusulnya dibukit
Kun-lun" Kau suruh aku kesitu untuk menghirup angin barat
laut?" "Yaaa......... betul juga, boanpwee sudah lupa akan hal
ini........" terpaksa Oh Put Kui tertawa lebar.
"Lupa" Kau bisa lupa" Hmmm, cuma setan yang bisa kau
tipu......." "Kau orang tua memang sangat hebat, sesungguhnya
boanpwee hanya asal tanya saja."
"Anak muda, kau sungguh kurang ajar." kakek latah awet
muda pura pura marah, "begitukah caramu berbicara dengan
orang tua" Masa bertanyapun asal tanya" tampaknya kau
ingin digebuki........."
"Digebuki............" Oh Put Kui pura-pura ketakutan juga,
"waaah, tulang-tulangku bisa rontok kalau digebuki.............
oya, ada satu hal yang tidak kupahami, mengapa beritamu
begitu tajam?" "Haaaaaahhhhh........
hhhaaaaaahhhhhh....... hhhaaaaaaahhhhhhh....... kau harus mencoba untuk menebaknya, darimana aku bisa tahu kalau Wi-in taysu telah
datang kemari" Jika kau tak bisa menebaknya, hati-hati
dengan gebukanku nanti............"
Mendengar perkataan tersebut Oh Put Kui segera tertawa,
padahal dia sudah dapat menebak apa sebabnya.
Sudah dapat dipastikan, pihak anggota Kay-pang lah yang
telah memberikan kabar tersebut.
Tapi pemuda tersebut tidak langsung menjurus kesitu,
sebaliknya menebak dua kali secara ngawur.
Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali Kakek
latah awet muda berseru keras:
"Tidak cocok, kau hanya boleh menebak tiga kali, jika
tebakanmu yang ketiga tidak benar, maka aku akan
menggebuki pantatmu sampai memar........."
Oh Put Kui pura-pura berpikir sejenak lalu serunya sambil
tertawa lebar: "Aaah, kali ini tebakanku pasti benar."
"Coba kau utarakan!"
Sambil menuding kearah si pengemis pikun, Oh Put Kui
berseru: "Sudah pasti Liok loko yang berhasil mendapatkan berita
tersebut........." "Apa?" Kakek latah awet muda nampak tertegun.
"Berita ini pasti diperoleh dari mulut para anggota Kay-
pang........." "Hey anak muda, tak nyana aku memang cerdik seperti
setan kecil saja............" teriak Kakek latah awet muda dengan
kening berkerut. "Nah, bagaimana" Tepat bukan tebakan kali ini?"
Kakek latah awet muda melirik sekejap kearah pengemis
pikun, tiba-tiba dia menegur:
"Hey pengemis cilik, kau sedang bermain gila?"
Cepat cepat pengemis pikun menggelengkan kepalanya
berulang kali, serunya: "Masa kau orang tua melihat aku berani barbuat begini?"
"Betul juga," Kakek latah awet muda tertawa, "aku yakin
kau si pengemis cilik pasti tak berani berbuat begitu"
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melotot lagi kearah
Oh Put Kui sambil serunya lebih jauh:
"Kau si anak muda, memang benar-benar licik dan banyak
akalnya, anggap saja nasibmu memang sedang baik,
gebukannya kutunda sampai dikemudian hari saja."
"Terima kasih atas kemurahan hatimu itu," Oh Put Kui
segera tertawa tergelak. Dalam pada itu Kiau Hui-hui telah muncul kembali dari
mulut lembah tersebut. It-ing taysu segera menarik nona tersebut untuk maju
kedepan memberi hormat. Kakek latah awet muda memandang sekejap kearah Kiau
Hui-hui, kemudian katanya:
"Ehmmm......... budak ini mempunyai tulang tulang yang
bagus sekali untuk belajar ilmu silat!"
"Dengan pujian dari kau orang tua, dikemudian hari bocah
ini tentu akan berhasil menonjol dimata dunia." kata It-ing
taysu merendah. "Itu sih belum tentu, apalagi nanti perempuan paling susah
untuk diduga." "Ban tua, bagaimana kalau kau bantu bocah ini agar
berhasil?" "Bagus sekali, baru bertemu kau sudah menyuruh aku
menjadi kerepotan." teriak Kakek latah awet muda sambil
tertawa keras. "Tidak berani, tapi bukankah kau orang tua paling suka
membantu kaum muda agar lebih maju?"
"Hhhaaaaaahhhhh.........
hhhhaaaaaaahhhhhhh.......
hhhaaaaaaahhhhhh.......... dulu memang begitu, tapi sekarang
watak dan kebiasaanku telah berubah."
"Berubah?" It-ing taysu tertegun, "kau orang tua sudah
enggan membantu kaum muda meraih kemajuan?"
Kakek latah awet muda menghela napas panjang:
"Aaaaaaiiii......... kaum muda sekarang terlalu hebat dan
pandai, bahkan sewaktu aku ingin mengajarkan ilmu silat ku
kepadanya pun ia enggan untuk mempelajarinya, oleh sebab
itu aku menjadi sedih hati dan memutuskan tak akan
membantu kaum muda lagi untuk meraih kemajuan."
Berbicara sampai disini, sepasang matanya yang melotot
besar mengawasi Oh Put Kui tanpa berkedip.
Tapi Oh Put Kui berlagak seolah-oleh tidak melihatnya, dia
hanya tersenyum-senyum biasa.
"Kau orang tua bukan lagi bergurau?" It-ing taysu bertanya
dengan keheranan. "Siapa bilang aku bergurau" Aku tak pernah berpura,"
kakek itu menjawab sambil tertawa.
"Benarkah ada orang yang enggan mempelajari ilmu
silatmu" Jangan-jangan orang itu adalah seorang tolol yang
tak tahu urusan?" Kakek latah awet muda segera berpaling kearah Oh Put
Kui sambil berseru: "Hey anak muda, sudah kau dengar belum" Orang yang
enggan mempelajari ilmu silatku akan disebut orang tolol oleh
umat persilatan.........."
"Benarkah?" Oh Put Kui tertawa tergelak, "sayang sekali
orang itu bukan boanpwee..........."
Kakek latah awet muda benar-benar dibuat tak berdaya
oleh ulah si anak muda tersebut, terpaksa katanya kemudian
sambil tertawa: "Anak muda, kau memang sangat pandai berpura-pura!"
"Boanpwee tidak berpura pura, sesungguhnya kau orang
tua tak pernah menyebut namaku!"
Tanya jawab yang berlangsung diantara mereka berdua ini
segera menimbulkan perasaan geli bagi It-ing taysu yang
mendengarnya. Tampaknya orang yang dimaksudkan oleh Kakek latah
tersebut bukan lain adalah Oh Put Kui.
Berpikir sampai disini, sambil tertawa It-ing taysu segera
berkata: "Ban tua, kau mengatakan orang yang enggan mempelajari
ilmu silatmu adalah siau sicu ini?"
"Selain dia, siapa lagi yang berani?" jawab Kakek latah
awet muda dengan gemas. It-ing taysu segera tertawa:
"Kalau memang demikian, kau sudah sepantasnya
mendidik murid boanpwee ini hingga berhasil."
"Kenapa?" tanya Kakek latah awet muda tertegun.
Kembali It-ing taysu tertawa:
"Oh sicu bermaksud melakukan perjalanan jauh, sedang
kamipun telah berkeputusan akan memerintahkan nona Siau-
sian serta anak Hui untuk mendampinginya, coba kau
bayangkan, tidak seharuskah kau mendidik anak Hui agar ia
lebih berkemampuan untuk membantu Oh sicu.........?"
Kakek latah awet mdua berpikir sejenak lalu setelah
memandang wajah Kiau Hui-hui yang tersipu malu, dia
menghela napas lalu tertawa tergelak:
"Betul, aku memang harus membantunya........."
Sambil berpaling kearah Kiau Hui-hui dia berseru pula
dengan suara keras: "Nah budak, ayoh turut aku keatas loteng akan kulihat
bagaimanakah kemampuanmu........."
"Ban tua, kau harus mencurahkan banyak tenaga untuk
bocah ini........." It-ing taysu segera menambahkan.
Selesai berkata dia lantas menarik Kiau Hui-hui dan
mengikuti dibelakang Kakek latah awet muda menuju kedalam
loteng. Sedangkan Oh Put Kui bersama pengemis pikun tetap
berada di lapangan tersebut.
Pengemis pikun memandang sekejap keadaan cuaca, lalu
katanya sambil tertawa: "Lote, setengah jam lagi fajar bakal menyingsing........"
-oo0dw0oo- Menjelang tengah hari, dari balik lembah Yu Kok dibukit
Tiong-lam-san muncul tiga ekor kuda yang dilarikan kencang.
Oh Put Kui dengan membawa Nyoo Siau-sian serta Kiau
Hui-hui sedang menempuh perjalanan menuju kearah ibu
kota. Mereka berniat untuk mengunjungi istana Sian-hong-hu
lebih dulu dan Oh Put Kui tidak menolak usul tadi.
Tentu saja dia pun teringat akan satu hal: Ingin mengengok
keadaan dari kelima orang ciangbunjin.
Tengah malam hari ketujuh, mereka telah tiba di istana
Sian-hong-hu. Bagi Oh Put Kui, baru pertama kali ini dia berkunjung
ketempat tersebut. Nyatanya semua perlengkapan dan bangunan dari istana
Sian-hong-hu memang sangat mengejutkan hati, pada
hakekatnya tidak kalah dari sebuah istana raja, selain itu
begitu aneka ragam manusia yang berdiam di situ, membuat
hatinya amat gelisah. Nyoo Siau-sian bersama Kiau Hui-hui berdiam diruang
belakang.

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sedangkan Oh Put Kui ditempatkan oleh Ku Bun-wi diruang
tamu untuk beristirahat. Terhadap kehadiran dari Oh Put Kui nyata sekali kalau
pihak istana Sian-hong hu merasa terperanjat.
Sebagaimana diketahui Ku Bun-wi pernah menderita
kekalahan ditangannya, tapi dia pun tak berani menampik
kunjungan dari Oh Put Kui, apalagi dia datang bersama putri
kesayangan majikannya. Diluarnya mereka melayani Oh Put Kui sebagai seorang
tamu terhormat, tapi dibalik semuanya ini, kawanan jago lihay
dari istana Sian-hong-hu tersebut sama-sama mengerutkan
dahi. Malam itu, dikala Oh Put Kui telah beristirahat, Ku Bun-wi
segera menghimpun beberapa orang jago kelas satunya untuk
mengadakan perundingan yang cukup lama di dalam kamar
rahasianya. Beberapa orang jago lihay yang dihimpun Ku Bun-wi itu
antara lain adalah: Nyonya petani dari Lam-wan Ku Giok-hun, Perempuan
cerdik dari ruang barat Leng Seng-luan, hakim sakti hitam
putih Pak Kun jiau, Tabib sakti Ang Yok-su.
Ditambah pula dengan seorang jagoan yang belum pernah
dijumpai Oh Put Kui sebelumnya yaitu Pak-san-ciau-sin
(Kakek penebang kayu dari bukit utara) Siang Ki-pia.
Menurut usul dari Nyonya petani dari Lam Wan Ku Giok-
hun, lebih baik mereka turun tangan lebih dulu dengan cara
diam-diam mencampuri arak dan sayur yang dihidangkan
dengan racun keji. Tapi Ang Yok-su tidak setuju, dia berkata
"Oh Put Kui mempunyai tubuh yang hebat dan kebal
terhadap aneka racun, sudah jelas tindakan main racun hanya
suatu perbuatan memukul rumput mengejutkan ular bukannya
berhasil sebaliknya malah akan meningkatkan kewaspadaan."
"Perkataan saudara Ang memang benar," dukung Ku Bun-
wi, "Bocah keparat itu memang rada hebat."
"Jadi menurut pendapat saudara Ang, apakah kita harus
menyudahi begitu saja?" seru nyonya petani dari Lamwan Ku
Giok-hun sambil tertawa dingin.
"Dengan kekuatan gabungan kita semua, masa kita tak
mampu mengungguli keparat itu?" seru Ang Yok-su dengan
wajah dingin. Hakim sakti hitam putih Pak Kun-jiau menggelengkan
kepalanya berulang kali, selanya:
"Saudara Ang, kita tak boleh berkata begitu!"
"Lantas apa yang mesti kita bilang?" tanya Ang Yok-su
sambil tertawa dingin. Pak Kun-jiau tertawa: "Jangan lagi tenaga gabungan kita semua belum tentu
dapat mengungguli keparat tersebut, sekalipun berhasil,
andaikata berita ini sampai tersiar keluar, apakah kita tak akan
ditertawakkan oleh umat persilatan?"
Ang Yok-su mendengus dingin:
"Hmmmm! Kalau memang takut ditertawakan orang,
mengapa tidak lebih baik gunakan otak untuk mencelakainya?" Ku Bun-wi tak ingin melihat anak buahnya cekcok sendiri,
cepat-cepat ia melerai sambil tertawa hambar:
"Kini majikan tak ada dirumah, saudara Nyoo juga lagi
keluar, semua persoalan ini dalam istana kebanyakan
diputuskan oleh nona Lian seorang, hanya saja...... nona
datang bersama-sama Oh Put Kui, sekalipun nona Lian
berniat membunuh Oh Put Kui pun aku rasa dia belum tentu
mau menyerempet bahaya dengan menyalahi nona..............."
"Perkataan Ku tua itu memang betul," Leng Seng-luan
dengan menyela sambil tertawa, "dalam masalah ini nona Lian
tak bakal mengunjukkan diri..."
Setelah menghela napas pelan Ku Bun-wi segera berkata:
"Menurut pendapatku, lebih baik kita tipu nya masuk
kedalam penjara kematian saja."
Kakek tukang kayu dari bukit utara Siang Ki-pia segera
berseru sambil tertawa tergelak,
"Bagus sekali, usul ini memang paling bagus."
"Saudara Siang." mendadak Ang Yok-su tertawa dingin,
"aku rasa hal ini tak mungkin bisa dilakukan."
"Apakah saudara Ang mempunyai pendapat lain?"
Dengan wajah membeku Ang Yok-su berkata lebih jauh:
"Apakah kalian lupa kalau didalam penjara kematian masih
terdapat seorang makhluk tua lain?"
"Lantas apa sangkut pautnya dengan Oh Put Kui?" tanya
Siang Ki-pia tertawa. Ang Yok-su tertawa dingin:
"Saudara Siang, silahkan kau bertanya sendiri kepada
saudara Ku, sebetulnya Oh Put Kui itu keturunan siapa" Aku
rasa bila saudara Siang telah mengetahui hal ini tentu tak
akan menyekapnya lagi di dalam penjara kematian."
"Saudara Ku, sebenarnya keparat she Oh itu keturunan
siapa?" tanya Siang Ki-pia kemudian dengan kening berkerut.
Baru sekarang Ku Bun-wi memahami maksud dari Ang
Yok-su, mendengar pertanyaan tersebut ia segera tertawa
tergelak: "Hhhaaaaaaahhh..........
hhhhaaaaaaaaahhhhhh...........
hhhaaaaaaaahhhhhhh.......... saudara Ang memang sangat
teliti hampir saja aku melupakan persoalan yang sangat benar
ini..." Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata kepada
Siang Ki-pia: "Oh Put Kui sesungguhnya adalah putra dari Oh Ceng-
thian............!" Siang Ki-pia menjadi tertegun, segera serunya:
"Jadi dia adalah putra Oh Ceng-thian" Kalau begitu...........
Lan Hong adalah ibunya?"
"Tepat sekali."
Siang Ki-pia termenung beberapa saat lamanya, kemudian
berkata lagi: "Ehmmmmm, memang masalah ini perlu dipertimbangkan
secara baik-baik, Oh Put Kui memang tak boleh sampai tahu
tentang si makhluk tua yang berada didalam penjara kematian
tersebut, kalau tidak, sudah pasti dia akan menimbulkan
gelombang yang sangat besar ditempat ini......."
Tiba-tiba si nyonya petani dari Lam-wan Ku Giok-hun
berseru sambil tertawa dingin:
"Sudah setengah harian kita berbicara, bagaimana
pendapat kalian sekarang?"
Ku Bun-wi menggelengkan kepalanya berulang kali,
ujarnya: "Aku sendiripun tak berhasil menemukan suatu akal yang
cocok dan bagus........"
"Kalau begitu yaa sudahlah," tiba-tiba nyonya petani dari
Lamwan Ku Giok-hun tertawa, "biar aku segera menghadap
nona Lian sambil minta petunjuk darinya."
"Bagus sekali, cara ini memang merupakan suatu tindakan
yang paling baik," kata Ang Yok-su dengan mata berkilat dan
suara dingin. "Apakah saudara Ang setuju bila kita minta petunjuk dari
nona Lian?" tanya Ku Bun-wi kemudian dengan kening
berkerut. "Tentu saja! Sesungguhnya dialah majikan yang sesungguhnya dari istana ini!"
Ku Bun-wi tertawa getir. "Kalau begitu terpaksa kita harus merepotkan nona
Lian......." Dalam pada itu satu ingatan mendadak melintas lewat
dalam benark si Kakek pencari kayu dari bukit utara Siang Ki-
pia, segera katanya sambil tertawa:
"Saudara Ku, kalau begitu kita putuskan demikian saja.
Besok siang disaat saudara Ku menyelenggarakan perjamuan
untuk menyambut Oh Put Kui, aku ingin memanfaatkan
kesempatan itu untuk mencoba tenaga dalam yang
dimilikinya......." "Saudara Siang, kuanjurkan kepadamu lebih baik jangan
kau lakukan........!" tiba-tiba Ang Yok-su berseru sambil
tertawa dingin. "Apakah saudara Ang menganggap aku tidak mampu?"
tanya Siang Ki-pia sambil tertawa.
"Andaikata kau tak kuatir mendapat malu sudah barang
tentu lain ceritanya!"
"Aku percaya kalau saudara Ang tidak bohong, tapi aku
tetap akan mencobanya."
Ang Yok-su mendengus dingin dan tak berbicara lagi
segera melangkah keluar dari ruang rahasia.
Sementara itu nyonya petani dari Lamwan serta
perempuan cerdik dari ruang barat telah beranjak pula dari
situ. Sambil memberi hormat Ku Bun-wi buru-buru berseru:
"Harap saudara sekalian pulang dulu untuk beristirahat,
siapa tahu kita masih akan melangsungkan pertarungan sengit
esok hari!" Setelah berpamitan masing-masing orang pun kembali
kekamarnya untuk beristirahat.
Tapi diantaranya ada seorang Kakek ternyata tidak kembali
kekamarnya, dia justru berjalan menuju ke gedung tamu.
Lama dia berdiri disitu sambil mengawasi keadaan
disekelilingnya, sampai dia yakin kalau disekitarnya tak ada
orang yang menguntit, ia baru masuk kedalam gedung dan
mengetuk pintu kamar dari Oh Put Kui.
"ToOdwOookkk........
toOdwOokkk........ toOdwOookkkkk........."
Oh Put Kui yang berada dalam ruangan belum tidur waktu
itu, ia sedang duduk bersemedi mengatur pernapasan.
Begitu mendengar suara ketukan, ia segera melompat
bangun sambil menegur: "Siapa?" Teguran itu lirih, sebab dia mengira Nyoo Siau-sian atau
Kiau Hui hui yang telah datang mengunjunginya.
Tapi dari luar pintu segera kedengaran suara serak tua
menjawab teguran itu: "Aku adalah si Kakek pencari kayu dari bukit utara Siang
Ki-pia..........!" Oh Put Kui pernah mendengar tentang nama orang tua ini,
nama besarnya amat termashur diwilayah luar perbatasan.
Tapi dia tak pernah mengira akan menjumpai Kakek
tersebut didalam istana Sian-hong-hu.
Begitu pintu dibuka, dihadapannya muncul seorang Kakek
berjenggot putih yang berdandan sederhana tapi memiliki
sinar mata yang amat tajam.
Sambil mengelus jenggotnya dan tersenyum Siang Ki-pia
berkata: "Bila kedatanganku mengganggu harap lote memaafkan.........."
Oh Put Kui tertawa: "Siang tua adalah seorang tokoh lihay dari luar perbatasan,
suatu keberuntungan bagiku bisa bersua muka hari ini."
Berbicara sampai disitu ia segera mempersilahkan tamunya
untuk masuk kedalam. Setelah mengambil tempat duduk, Oh Put Kui baru berkata:
"Siang tua ada urusan apa?"
"Apakah lote telah bersua dengan Bong-ho siansu?" tanya
Siang Ki-pia sambil tertawa.
Tiba-tiba Oh Put Kui menjadi terkejut:
"Apakah Siang tua baru datang dari Shoa-tiong?"
"Tidak," Siang Ki-pia menggeleng. "Aku datang dari luar
perbatasan........."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya:
"Tapi aku telah menerima surat dari Kit Bun-siu!"
Kerutan kening Oh Put Kui segera memudar, dia percaya
Siang Ki-pia adalah salah seorang dari kelompok Bong-ho
siansu, maka katanya kemudian sambil tertawa:
"Apa yang dikatakan Kit tayhiap" Apakah menyangkut pula
tentang diriku?" "Tidak! Cuma dibilang kalau lote datang ke istana Sian-
hong-hu maka ia minta kepadaku untuk membantu secara
diam-diam....... hanya sayang kekuatanku sangat terbatas......." Tidak sampai Siang Ki-pia menyelesaikan perkataannya,
Oh Put Kui telah mencegah:
"Siang tua tak perlu kuatir, boanpwee mampu untuk
menjaga diri........"
Siang Ki pia percaya kalau pemuda itu mampu untuk
melindungi diri sendiri, tapi dia toh masih menguatirkan juga
keselamatan jiwanya. "Lote, kau mesti tahu istana Sian-hong-hu adalah sarang
naga gua harimau!" "Bila kita tak memasuki sarang harimau, bagaimana
mungkin bisa memperoleh anak macan?"
Siang Ki-pia mengangguk berulang kali:
"Ehmmmm...... kegagahan lote memang

Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat mengagumkan........"
Sesudah berhenti sejenak, tiba-tiba ia bertanya lagi:
"Lote sebenarnya apakah Lei-hun-mo-kiam (pedang iblis
pencabut nyawa) adalah ayahmu?"
Rupanya dia masih menyangsikan hal tersebut sehingga
perlu pembuktian lagi. "Betul, dia memang ayahku," Oh Put Kui segera menyahut
sambil bangkit berdiri. Siang Ki-pia segera menghembuskan napas panjang:
"Lote, kalau begitu ibumu adalah Pek-ih ang-hud (kebutan
merah berbaju putih) Lan Hong lihiap?"
"Sejak dilahirkan belum pernah boanpwee bertemu dengan
ibuku, tapi menurut guruku, ibuku memang Lan Hong........"
Setelah mengerutkan dahinya Siang Ki-pia berkata dengan
sedih: "Lote, kalau begitu nasibmu amat buruk."
"Jika takdir berkehendak begini, apa yang bisa kita
lakukan" Cuma........ sebelum dendam sakit hati kematian
ibuku terbalas, setiap hari boanpwee merasa tak tenang........"
"Lote, apakah kau berhasil mendapatkan titik terang
mengenai peristiwa pembunuhan terhadap ibumu itu........"
"Titik terang sama sekali tidak kutemukan......."
Sambil menghela napas Siang Ki-pia menggelengkan
kepalanya berulangkali, ujarnya kemudian.
"Terbunuhnya ibumu memang merupakan suatu peristiwa
aneh dalam dunia persilatan, kalau dengan kemampuan suhu
dan ayahmupun tak berhasil memperoleh keterangan apa-apa
tentang peristiwa ini, jelas kalau masalahnya memang bebar-
benar pelik........"
"Masalah tersebut memang merupakan beban pikiran
boanpwee selama ini........... tapi, apakah kau sudah
mengetahui dengan jelas segala sesuatunya tentang istana
Sian-hong-hu ini" Terutama watak dan perangai dari Nyoo
Seng-siu.........." Mendadak Siang Ki-pia menggoyangkan tangannya
berulangkali mencegah Oh Put Kui berkata lebih jauh,
tukasnya: "Lote sudah bertemu dengan Bong-ho siansu, tentunya
segala sesuatunya juga telah diketahuinya........ tapi ada satu
hal yang perlu kusampaikan kepadamu malam ini."
"Ooh, nampaknya kau orang tua memang mempunyai
suatu maksud tertentu," kata Oh Put Kui tertawa.
Siang Ki-pia tertawa: "Lote, aku hanya menyesal kemampuan yang kumiliki
sangat terbatas........."
Setelah berhenti sejenak, mendadak bisiknya dengan suara
lirih: "Lote, kau mempunyai seorang sanak yang terkurung
didalam penjara kematian dalam istana Sian-hong-hu ini
hampir dua puluhan tahun lamanya........."
Bergetar keras sekujur badan Oh Put Kui setelah
mendengar kabar tersebut.
Seorang sanak" Siapakah dia" Mungkinkah orang itu
adalah ibu kandungnya?"
Setelah berhasil menguasai diri, Oh Put Kui segera
bertanya kembali: "Siang tua, siapakah sanak boanpwee itu?"
"Lote, sanak yang terkurung ditempat ini tak lain adalah
kakek luarmu............"
"Kakek luarku?" berubah paras muka Oh Put Kui setelah
mendengar hal ini. "Betul! Dia adalah Pneg-gwan-koay-kek (jago aneh dari
Peng-goan) Lan Ciu-siu tayhiap, seorang jago yang termashur
dalam dunia persilatan dimasa lampau, saat ini dia disekap
didalam penjara kematian dalam gedung Siang hong hu ini."
Mencorong sinar kegusaran dari balik mata Oh Put Kui
segera tanyanya: "Siang tua, dimanakah letak penjara kematian tersebut?"
"Penjara kematian konon berada didalam gedung tapi letak
yang tepat tidak kuketahui,,, bukankah kau baik sekali dengan
nona Siau-sian" Aku rasa dia tentu bersedia memberitahukan
letak tempat itu kepadamu."
"Benar, kita harus bertanya kepadanya." Oh Put Kui
manggut-manggut. "Lote, tahukah kau sejak kedatanganmu kemari, setiap
orang yang berada didalam gedung ini sama-sama menaruh
perhatian kepadamu" Bahkan ada maksud hendak mencelakai dirimu?" "Boanpwee dapat melihatnya semenjak semula!"
Lalu setalah berhenti sejenak dan mencorong sinar tajam
dari balik matanya, dia melanjutkan sambil tertawa:
"Tapi kau tak usah kuatir, boanpwee tidak takut
menghadapi orang orang itu........"
Siang Ki-pia tertawa: "Dalam hal ini aku percaya!"
"Apakah kau masih tidak percaya kepadaku dalam hal
lain?" tanya pemuda itu kemudian sambil tertawa.
"Sesungguhnya aku tidak mempunyai persoalan lain yang
membuatku tak percaya, kau harus tahu anggota gedung
Sian-hong-hu ini beraneka ragam, aku hanya kuatir tidak
mampu menghadapi sergapan-sergapan mereka."
Oh Put Kui tertawa ewa. "Kalau aku sudah berani memasuki sarang harimau,
otomatis mempunyai juga nyali untuk membekuk sang
macan." "Lote, keberanianmu memang sangat mengagumkan........"
Siang Ki-pia tertawa. Kemudian setelah berhenti sejenak, diapun bangkit
memohon diri, katanya: "Lote, sudah terlalu lama aku berada disini, untuk
menghindari segala kecurigaan orang terpaksa aku mesti
mohon diri lebih dulu. Oya, besok siang ketika diselenggarakan pesta perjamuan, bisa jadi aku akan
mengutarakan beberapa patah kata kasar kepadamu, harap
lote bisa memaklumi keadaanku ini serta menanggapinya
secara wajar........."
"Boanpwee cukup memahami keadaan dari Siang tua.
maaf bia boanpwee tidak menghantarmu lebih jauh."
Siang Ki-pia tertawa seraya menjura, lalu menyelinap
keluar dari pintu ruangan.
Oh Put Kui menghantar sampai diluar kamar sambil
mengawasi keadaan disekeliling tempat itu, betul juga ternyata
disekitar situ tiada nampak seorang manusia pun.
Diam-diam ia tertawa geli sendiri, bila pihak Sian-hong hu
benar-benar berani mencari gara-gara dengannya maka
perbuatan tersebut keliru besar sekali.
Sambil geleng-gelengkan kepalanya dan tertawa, ia balik
kembali kedalam kamar. Baru melangkah masuk, kembali Oh Put Kui dibuat
terperanjat. Ternyata didalam kamarnya telah muncul kembali seorang
tamu yang tidak diundang.
Tapi dengan cepat pula Oh Put Kui tertawa lebar, agaknya
tamu tak diundang yang berada didalam kamarnya adalah
seseorang yang sudah dikenal olehnya.
"Lote, kau tidak menyangka bukan!" tamu tak diundang itu
tertawa secara aneh. "Liok loko, setelah kau muncul disini, aku yakin Ban tua pun
pasti berada pula di sini!" seru Oh Put Kui kemudian sambil
tertawa. Ternyata orang yang baru muncul adalah si pengemis
pikun. Pengemis pikun segera tertawa:
"Jika tak ada Ban tua, masa aku si pengemis bernyali
begini besar" lagipula biar aku bernyali cukup besar, belum
tentu bisa masuk kedalam gedung Sian-hong-hu ini!"
"Mana Ban tua?" tanya si anak muda itu kemudian.
"Dia orang tua sudah pergi tidur."
"Pergi tidur?" Dimana?"
"Tentu saja didalam gedung Sian-hong-hu ini, tuh dia,
dikamar sebelah!" Oh Put Kui tak bisa menahan rasa gelinya, dia segera
tertawa: @oodwoo@ Jilid 35 "Tak aneh kalau engkoh tua bisa memasuki kamarku tanpa
menimbulkan sedikit suarapun....... rupanya kau serta Ban tua
telah mengangkangi kamar sebelah lebih dahulu......."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambil tertawa kembali
ia berkata: "Engkoh tua, ayoh ajak aku menjumpai Ban tua!"
"Tidak usah," tampik pengemis pikun sambil menggeleng
"Ban tua telah berpesan, semua persoalan dibicarakan besok
malam." "Engkoh tua, tahukah kau bahwa persoalan yang kuhadapi
ini adalah suatu persoalan yang amat gawat?"
"Apakah menyangkut soal gwakong mu?" tanya sipengemis
pikun sambil tertawa menggelak.
"Betul, apakah tidak gawat masalah tersebut?"
"Ban tua menyuruh aku kemari tak lain hendak
memberitahukan kepadamu agar jangan terlalu kelewat
gelisah dan cemas menghadapi persoalan tersebut, sebab
hingga sekarang kita belum mengetahui letak penjara
kematian yang sesungguhnya, apabila bertindak kelewat
gegabah sehingga "memukul rumput mengejutkan ular" bisa
jadi keselamatan jiwa kakek Lan akan terancam bahaya. Lote
nampaknya kau mesti menyelidiki letaknya lebih dulu besok."
Oh Put Kui termenung sejenak, lalu sahutnya:
"Baiklah, besok apakah Liok loko dan Ban tua tetap
bersembunyi didalam kamar itu ?"
Pemuda itu yakin kedua orang rekannya pasti masuk
dengan jalan menerobos, dengan demikian tiada leluasa bagi
mereka untuk bergerak disiang hari.
Mendengar ucapan mana Pengemis Pikun menyahut
seraya tertawa: "Tidak! Besok kita bersua muka dalam perjamuan
tersebut!" "Jadi kalian akan munculkan diri secara terang-terangan?"
tanya pemuda itu tertegun.
Pengemis Pikun tertawa: "Ban tua bilang dia punya cara yang baik untuk
menghadapi persoalan tersebut......."
Oh Put Kui berpikir sejenak, lalu katanya:
"Kalau begitu besok pagi aku harus mencari kabar lebih
dulu dari mulut Nyoo Sian-sian!"
"Lote, kau telah bersua muka dengan Lian Peng?" tanya
pengemis pikun sambil tertawa.
"Gundik Nyoo Thian-wi maksudmu" Belum, aku belum
bersua dengannya....."
"Bisa jadi kau akan bersua dengannya besok!"
"Engkoh tua, mengapa kau singgung tentang dia?" tanya
Oh Put Kui dengan perasaan tidak mengerti.
"Dialah orang paling berkuasa didalam gedung Sian hong
hu ini dan hak membunuh berada pula ditangannya, maka lote
mesti berhati hati menghadapinya bila berjumpa dengannya
besok!" "Selamanya aku tak suka bermanis muka dengan kaum
wanita!" seru Oh Put Kui sambil menggeleng.
"Lote, kali ini kau tak boleh kelewat mengikuti suara hatimu!
Bila kau tidak menghadapinya secara hati-hati, bisa jadi Nyoo
Siau-sian serta Kiau Hui-hui pun tidak dapat meninggalkan
gedung sian hong-hu ini untuk selamanya........"
Oh Put Kui benar-benar merasa terperanjat setelah
mendengar perkataan itu, tapi dengan ucapan mana dia sadar
pula akan gawatnya persoalan yang sedang dihadapi.
"Baik" katanya kemudian sambil tertawa, "akan kujumpai
dengannya dalam kedudukan seorang angkatan muda!"
"Dalam soal tingkat kedudukan sih bukan masalah." ujar
pengemis pikun sambil tertawa, "yyang penting adalah jangan
kau perlihatkan sikap angkuhmu itu......."
Setelah berhenti sejenak dan menguap besar-besar,
pengemis itu menggelengkan kepalanya sambil menambahkan: "Lote, setelah mengusikmu setengah malaman aku jadi
mengantuk sekarang, aku pergi tidur lebih dulu."
"Loko, beristirahatlah disini, toh aku juga tak ingin tidur
cepat-cepat." Sambil menggelengkan kepalanya ppengemis pikun
membuka pintu seraya berbisik lagi :
"Lote, semua alat rahasia yang berada didalam gedung
tamu agung ini telah dirusak Ban tua secara diam-diam, itulah
sebabnya kedatangan Siang Ki-pia tadi tak sampai ketahuan
orang, kalau tidak, bisa jadi Siang loji yang lama berdiam
diluar perbatasan itu sudah dijebloskan kedalam penjara
kematian sekarang !"
Mendengar ucapan mana Oh Put Kui baru menjadi sadar.
Dia menjadi geli sendiri, disangkanya pihak sian hong-hu
bertindak kelewat berani.
oOdwOo0dw0oOdwOoo Fajar belum lama menyingsing.
Baru saja Oh Put Kui bangun dari tidurnya, pintu kamar
telah digedor orang dengan keras.
Ternyata Nyo Siau-sian telah muncuk didepan pintu


Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan senyum di kulum. Baru Oh Put Kui membuka pintu, si nona langsung berkata
sambil tertawa merdu, "Apakah tidurmu nyenyak semalam?"
"Dalam istana semegah ini, tentu saja tidurku amat
nyenyak...." Setelah berhenti sejenak, tambahnya , "Tapi... ada urusan
apa pagi-pagi begini Sumoay sudah muncul dikamarku?"
Sambil tertawa cekikikan sahut Nyo Siau-sian, "Coba tebak,
ada urusan apa pagi-pagi aku telah muncul disini?"
Oh Put-Kui menggeleng kepala, "Darimana aku tahu?"
"Bibi Lian mengundangmu untuk sarapan bersama"
"Bibi Lian?" "Betul, Bibi Lian, orang menyebutnya Lian Peng"
Oh Put Kui agak tertegun, cepat pikirnya, " Belum lagi ku
temuan cara untuk menjumpai orang ini, ternyata dia telah
mengundangku lebih dulu."
Buru-buru sahutnya "Ah, ternyata bibimu begitu menghormati aku hingga menyempatkan diri mengundangku
sarapan bersama." "Sudah, tak usah biara sungkan-sungkan lagi, ayo cepat
kita berangkat kesana."
Selesai membenarkan letak pakaiannya, berangkatlah Oh
Put Kui mengikut dibelakang Nyo Siau Sian menuju ke sebuah
ruangan yang sangat indah.
Baru melangkah masuk, tampak seorang wanita setengah
umur berparas cantik, didampingi Kiau Hui=hui telah
menyambut kedatangannya dengna senyum dikulum.
Cepat Oh Put-Kui maju menghampiri dan ujarnya sambil
menjura, "Bibi Lian, salam hormatku untukmu."
Wanita cantik itu memandang Oh Put Kui sekejap,
kemudian sapanya, "Apakah kau adalah Oh-Kongcu" Murid
Tay-gi Siansu?" "Benar, bibi Lian terlalu memuji, aku merasa tidak enak
karena bibi harus menyiapkan sarapan untukku."
"Kongcu, perjamuan pun telah dipersiapkan, harap kau tak
usah menampik lagi," kata Lian Peng tertawa.
Oh Put Kui juga tahu bahwa hal ini tak mungkin bisa
ditampik, maka ujarnya kemudian sambil tersenyum:
"Kalau memang begitu terpaksa aku akan merepotkan bibi
Lian saja..........."
Lian Peng tertawa sejenak kemudian diapun berkata lagi:
"Oh kongcu, baik-baikkah gurumu?"
"Suhu selalu berada dalam keadaan sehat wal'afiat tanpa
kekurangan suatu apa pun."
Tiba-tiba Lian Peng menghela napas panjang, kemudian
katanya: "Aaaai...... suhumu selalu mengembara didalam dunia
persilatan dengan kebesaran jiwanya, tempo hari akupun
pernah memperoleh banyak petunjuk darinya, meski dua
puluh tahun telah lewat, namun bila teringat kembali, sungguh
membuat hati orang menjadi rindu dan mengingatnya
kembali......." "Jadi bibi Lian pernah bersua dengan guruku dulu?" tanya
Oh Put Kui dengan hormat.
"Benar, sudah bertemu tiga kali......" sahut bibi Lian sambil
tertawa. SEtelah berhenti sejenah, tiba-tiba dia berpaling kearah
Nyoo Siau-sian sambil menambahkan:
"Anak Sian, mana sarapannya ?"
Mendengar pertanyaan itu Nyoo Siau-sian segera tertawa
merdu: "Bibi, aku telah lupa.........."
Lian Peng segera tertawa cekikikan:
"Kalau begitu cepat suruh mereka hantar kemari, Oh
Kongcu tentu sudah merasa lapar !"
Oh Put Kui yang melihat kesemuanya ini ikut tertawa geli,
pikirnya: "Adik Sian memang polos dan lucu, masa hal sarapan pun
sampai dilupakan olehnya...... sungguh kebangetan!"
Dalam pada itu Nyoo Siau-sian telah menyahut dan
meninggalkan tempat tersebut.
Cepat-cepat Oh Put Kui berseru:
"Tidak usah adik Sian, aku belum lapar."
"Kau tidak lapar, apakah kamipun tidak lapar ?" kata Nyoo
Siau-sian sambil tertawa.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu
bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Lian-peng yang menjumpai hal ini segera berkata lagi
sambil tertawa: "Oh Kongcu, anak Sian memang sudah terbiasa hidup di
manja, harap kau jangan menertawakan!"
"Aaaaahh, anak Sian memang polos dan lincah, dia
merupakan perempuan sejati yang mengagumkan."
Sementara itu Kiau Hui-hui turut berkata pula sambil
tertawa ! "Bibi Lian, adik Sian toh masih kecil......."
"Yaa, kesemuanya ini gara-gara aku dan mendiang
suamiku kelewat memanjakan dirinya......"
Dalam pada itu Nyoo Siau-sian telah muncul kembali
diiringi para dayang yang membawa hidangan sarapan.
"Toako, cepat bersantap!" serunya kemudian.
Sementara itu Lian Peng juga telah bangkit berdiri sambil
mempersilahkan tamunya duduk.
Setelah mengucapkan terima kasih, Oh Put Kui mengambil
semangkuk bubur sambil bersantap.
Dalam sarapan itu, Lian Peng pun bertanya lagi seraya
tertawa: "Oh kongcu, sebenarnya ada urusan apa kau datang ke ibu
kota kali ini ?" "Disamping datang menyambangi bibi Lian, sesungguhnya
aku masih mempunyai suatu persoalan kecil."
"Persoalan apakah itu?"
"Aku ingin sekali menyelidiki nasib seseorang."
"Ooh, orang yang sedang dicari Oh Kongcu sudah tentu
seorang pendekar besar dalam dunia persilatan bukan?"
"Betul........"
Mendadak ia menyaksikan paras muka Nyoo Siau-sian
serta Kiau Hui-hui berubah hebat, karenanya diapun segera
mengurungkan kembali kata-kata yang hendak diutarakan.
Oh Put Kui mengerti, berubahnya paras muka kedua orang
gadis itu karena mereka kuatir bila dia mengemukakan nama
dari raja setan penggetar langit Wi Thian-yang yang
sesungguhnya sedang mereka cari sehingga menimbulkan
sikap permusuhan dari Lian Peng.
Tapi dia sendiri tetap bersikap tenang seolah-olah tak
pernah terjadi sesuatu apapun, karena dia mengerti bahwa
orang yang hendak dikemukakan sesungguhnya bukan Wi
Thian-yang. Sementara itu bibi Lian telah menanggapi dengan cepat:
"Oh Kongcu, siapa sih yang sedang kau cari?"
"The Tay-hong!" tiba-tiba Oh Put Kui menyahut sambil
tertawa hambar. Begitu nama tersebut diungkap, kedua orang gadis itupun
menghembuskan napas lega.
Lian Peng nampak agak tertegun, lama kemudian ia baru
berkata sambil tertawa: "Bukankah The Tay-hong adalah salah seorang diantara
empat pengawal pedang dari si Raja setan penggetar langit
Wi Thian-yang dimasa lampau" Aku dengar orang itu sudah
lama meninggal dunia!"
Oh Put Kui sudah melihat perubahan sikap dari Lian-Peng,
tapi ia tetap berlagak seolah-olah tidak tahu, segera ujarnya
lagi sambil tertawa: "Bibi Lian, The Tay-hong belum mati."
"Benarkah begitu?" bibi Lian terperanjat, "aaaaii, aku
memang sudah kelewat lama berdiam digedung ini, sehingga
urusan dunia persilatan tidak banyak yang kudengar."
Kembali Oh Put Kui tertawa seraya menambahkan:
"Bukan saja The Tay-hong belum mati, bahkan keempat
pengawal pedang dari siraja setan penggetar langit Wi Thian-
yang pun telah munculkan diri semua dari dunia persilatan!"
"Oya......?" penampilan wajah Lian-peng kali ini nampak
amat bersungguh-sungguh. oOdwOooOdwOooOdwOoo0dw0oOdwOooOdwOooOdwO
oo Lama kemudian perempuan itu baru berkata lagi:
"Apakah Oh Kongcu telah bertemu dengan mereka?"
Meskipun merasa geli, Oh Put Kui manggut-manggut juga:
"Yaaa tentu saja, aku telah bertemu muka dengan mereka
semua !" Lian Peng kembali tertawa:
"Ada urusan apa kongcu mencari The Tay-hong?"
"Ooh sesungguhnya aku hanya mendapat titipan saja dari
seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan!"
Jawaban dari anak muda tersebut benar-benar diluar
dugaan bibi Lian. Menurut apa yang diketahuinya, kedatangan Oh Put Kui
mencari The Tay-hong seharusnya bukan dikarenakan
persoalan tersebut. "Oh Kongcu kau mendapat titipan dari siapa sih?" tanyanya
kemudian. "Dia adalah seorang gembong iblis yang cukup termashur
namanya didalam dunia persilatan, Siau Hian!"
"Siau Hian" Kau maksudkan kakek penggetar langit?" Lian-
peng benar-benar merasa terperanjat.
"Betul, memang dialah orangnya !"
Tiba-tiba Nyoo Siau-sian menyela:
"Toako, mengapa kau bisa berhubungan dengan gembong
iblis tersebut" Manusia itu tidak gampang untuk dihadapi."
Oh Put Kui segera tertawa:
"Kalau tidak bertarung tentu tidak saling berkenalan, mujur
sekali aku dapat menaklukkan gembong iblis ini dengan ilmu
silatku, maka setelah kekalahannya ini ternyata si iblis
tersebut malahan bersahabat denganku."
Beberapa patah kata ini diutarakan oleh pemuda tersebut
secara ringan dan santai.
Nyoo Siau-sian serta Kiau Hui-hui tidak merasa terlalu
kaget oleh perkataan semacam ini, sebab mereka tahu kalau
ilmu silat yang dimiliki Oh toakonya memang sangat tangguh
dan jarang ada yang sanggup menghadapinya.
Tapi bagi Lian-peng benar-benar merupakan suatu berita
yang sangat mengagetkan, paras mukanya sampai berubah
hebat. Bocah muda ini berhasil mengalahkan si kakek penggetar
langit yang amat termashur itu"
Seandainya apa yang dikatakan benar, bukankah pemuda
ini merupakan bibit bencana yang terbesar bagi pihaknya"
Pelbagai ingatan jahat dan keji segera bermunculan
didalam benaknya. Tapi dia segera teringat kembali dengan Nyoo Siau-
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 5 Memanah Burung Rajawali Karya Jin Yong Tujuh Pedang Tiga Ruyung 10
^